Pencarian

Wajah Sang Pembunuh 2

Wajah Sang Pembunuh Naked Face Karya Sidney Sheldon Bagian 2


Seksi Sembilan Belas bertanggung jawab atas keamanan daerah Manhattan dari 59th Streer sampai 86th Street, dan dari Fifth Avenue sampai ke East River.
Telepon dari rumah sakit yang melaporkan kecelakaan tabrak lari sampai ke markas polisi beberapa menit setelah pukul sepuluh. Laporan ini segera diteruskan ke kantor detektif.
Malam itu Seksi Sembilan Belas sangat sibuk. Karena cuaca dingin, maka kejahatan dari jenis pemerkosaan dan perampokan meningkat. Jalan yang lengang berubah menjadi padang belantara yang membeku. Di situlah para penjahat menunggu mangsanya, orang yang berjalan di daerah itu sendirian.
Hampir semua detektif sedang keluar untuk mengambil tindakan berdasarkan laporan. Kantor detektif kosong, kecuali Detektif Frank Angeli dan seorang sersan polisi. Keduanya sedang menginterogasi orang yang dicurigai melakukan pembakaran dengan sengaja.
Waktu telepon berdering, Angeli yang mengangkatnya. Yang menelepon adalah perawat rumah sakit kota, yang merawat pasien korban tabrak lari. Si pasien minta bicara dengan Letnan McGreavy. McGreavy kebetulan sedang pergi ke Bagian Arsip. Ketika perawat itu menyebutkan nama pasiennya, Angeli mengatakan bahwa dia akan segera datang.
Angeli sedang meletakkan telepon ketika McGreavy masuk. Angeli cepat-cepat menceritakan kepadanya tentang laporan dari rumah sakit. "Sebaiknya kita segera pergi ke rumah sakit," kata Angeli.
"Dia bisa menunggu. Yang pertama-tama saya ingin bicara dengan kapten di seksi tempat terjadinya kecelakaan."
Angeli memperhatikan McGreavy memutar nomor. Dalam hati dia bertanya-tanya apakah Kapten Bertelli mengatakan kepada McGreavy tentang pembicaraan mereka. Percakapan Angeli dengan Kapten Bertelli singkat saja dan langsung ke pokok persoalan.
"Letnan McGreavy polisi yang baik," kata Angeli waktu itu, "tapi saya rasa dia terpengaruh oleh apa yang terjadi lima tahun yang lalu."
Kapten Bertelli melihat kepadanya lama-lama dengan pandangan dingin. "Kau menuduh dia mau memfitnah Dokter Stevens?"
"Saya tidak menuduhkan apa pun kepadanya, Kapten. Saya hanya berpikir sebaiknya Kapten waspada terhadap situasi ini."
"Oke, saya akan tetap waspada." Dan percakapan mereka pun berakhir.
Pembicaraan telepon McGreavy memakan waktu tiga menit. Sementara itu McGreavy meng-geram-geram dan membuat catatan. Angeli berjalan mondar-mandir tidak sabar. Sepuluh menit kemudian baru kedua detektif ini naik mobil dinas menuju rumah sakit.
Kamar Judd di lantai enam, di ujung gang yang panjang dan berbau khas rumah sakit. Perawat yang menelepon ke markas seksi mengantarkan kedua detektif itu ke kamar Judd.
"Bagaimana keadaannya, Suster?" tanya McGreavy.
"Dokter akan menerangkan kepada Anda," jawab perawat itu dengan tegas. Kemudian dia meneruskan, "Ajaib juga orang ini tidak mati. Mungkin dia menderita gegar otak, luka di bagian tulang iga dan lengan kiri."
"Apakah dia sadar?" tanya Angeli.
"Ya. Kami mendapat kesulitan besar menahannya di tempat tidur." Perawat menoleh kepada McGreavy. "Dia terus-menerus mengatakan harus bertemu dengan Anda."
Mereka pun masuk ke kamar pasien. Dalam
kamar ada enam buah tempat tidur, berisi pasien. Perawat menunjukkan tempat tidur di sudut ruangan yang ditutup dengan tirai. McGreavy dan Angeli mendekati tempat tidur itu dan melangkah ke balik tirai.
Judd berbaring di tempat tidur, bertelekan di atas sikunya. Kepala dan bahunya bertumpu di atas bantal yang tinggi. Mukanya pucat, dan ada perban lebar pada dahinya. Lengan kirinya disandang dengan kain yang berwarna putih.
McGreavy bicara. "Saya dengar Anda mendapat kecelakaan."
"Ini bukan kecelakaan," kata Judd. "Ada orang yang mencoba membunuh saya." Suaranya lemah dan bergetar. "Siapa?" tanya Angeli.
"Saya tidak tahu, tapi semua cocok." Dia menoleh kepada McGreavy. "Pembunuh-pembunuh itu tidak mengejar John Hanson atau Carol. Sayalah yang mereka inginkan."
McGreavy memandanginya keheranan. "Mengapa Anda berpendapat begitu?"
"Hanson terbunuh karena dia memakai jas hujan saya yang berwarna kuning. Mereka pasti melihat saya masuk ke gedung memakai jas hujan itu. Ketika Hanson keluar memakai jas hujan saya, mereka mengira bahwa Hanson adalah saya."
"Itu mungkin," kata Angeli, "Tentu," kata McGreavy. Dia menoleh kepada Judd. "Dan setelah tahu bahwa mereka salah
membunuh orang lain, mereka masuk ke kantor. Pakaian Anda dibuka dan mereka tahu bahwa Anda sebenarnya gadis kecil berkulit hitam. Maka mereka marah sekali sehingga menyiksa Anda sampai mati."
"Carol dibunuh karena mereka menemukan dia di sana ketika datang untuk membunuh saya," kata Judd.
McGreavy memasukkan tangannya ke saku mantel dan mengeluarkan catatan. "Saya telah bicara dengan kapten polisi di seksi tempat terjadinya kecelakaan."
"Itu bukan kecelakaan."
"Menurut laporan polisi, Anda berjalan seenaknya."
Judd melihat kepadanya. "Berjalan seenaknya?" Dia mengulangi dengan suara lemah.
"Anda berjalan di tengah jalan, Dokter."
"Tidak ada mobil satu pun, jadi saya"."
"Ada sebuah mobil," McGreavy memberi koreksi. "Hanya Anda tidak melihat saja. Waktu itu hujan salju dan orang hampir tidak bisa melihat sama sekali. Anda tiba-tiba saja berada di tengah jalan. Sopir menginjak rem, mobil slip dan meluncur terus sehingga menabrak Anda. Kemudian dia panik dan kabur."
"Bukan begitu kejadiannya, dan lampu depan mobil tidak dinyalakan."
"Dan Anda berpendapat bahwa itu merupakan bukti bahwasanya orang yang mengemudikan
mobil inilah yang membunuh Hanson dan Carol Roberts?"
"Ada orang berusaha membunuh saya," Judd mengulangi dengan keras kepala.
McGreavy menggelengkan kepala. "Itu tidak ada gunanya, Dokter."
"Apa yang tidak ada gunanya?" tanya Judd.
."Anda benar-benar mengira saya akan mulai mencari-cari pembunuh khayalan sementara Anda mengalihkan pandangan orang dari diri Anda .sendiri?" Nada suara McGreavy tiba-tiba berubah keras. "Anda tahu bahwa resepsionis Anda hamil?"
Judd memejamkan mata dan meletakkan kepalanya ke bantal kembali. Jadi itulah yang ingin dikatakan Carol kepadanya. Tadinya dia juga sudah setengah menduga. Dan kini McGreavy mengira".
Dia membuka matanya. "Tidak," katanya lemah. "Saya tidak tahu."
Kepala Judd mulai berdenyut-denyut lagi. Rasa sakitnya datang kembali. Dia menelan ludah untuk melawan rasa pusing yang akan menelannya. Ingin sekali dia menekan bel untuk memanggil perawat, tapi dia tidak ingin memberikan kepuasan kepada McGreavy.
"Saya sudah memeriksa semua arsip," kata McGreavy. "Apa yang akan Anda katakan kalau saya bilang bahwa resepsionis Anda yang manis dan sedang hamil dulu menjadi pelacur sebelum bekerja pada Anda?"
Kepala Judd rasanya semakin berdenyut-denyut, sakitnya kian tak tertahankan.
"Apakah Anda tahu itu, Dokter Stevens" Anda tidak perlu menjawab. Saya yang akan menolong Anda menjawab pertanyaan saya. Anda tahu, sebab Anda sendiri yang mengambilnya dari ruang pengadilan empat tahun yang lalu. Waktu itu dia ditangkap karena tuduhan menjual diri. Nah, bukankah itu agak keterlaluan" Seorang dokter yang terhormat menyewa pelacur sebagai resepsionis di kantor kelas tinggi?"
"Tak seorang pun dilahirkan sebagai pelacur," kata Judd. "Saya berusaha menolong memberi kesempatan hidup kepada anak berumur enam belas tahun."
"Dan di samping itu punya piaraan gadis kulit hitam?"
"Kau bangsat berpikiran busuk!"
McGreavy tertawa dengan sinis. "Ke mana Anda membawa Carol setelah memungutnya dari pengadilan di waktu malam?"
"Ke apartemen saya."
"Dan dia tidur di sana?"
"Ya." McGreavy meringis. "Anda hebat benar! Anda mengambil seorang pelacur muda yang cantik dari pengadilan dan mengajaknya bermalam di apartemen Anda. Apa yang Anda cari-teman main catur" Kalau benar Anda tidak tidur dengan dia, kemungkinan besar Anda homoseks.
"Selanjutnya coba tebak siapa yang berhubung-
89 an dengan Anda" Ini tepat sekali. John Hanson. Sedangkan kalau Anda tidur dengan Carol, kemungkinan besar Anda tidur terus dengan dia sampai akhirnya dia hamil.
"Dan sekarang Anda berani berbohong dan menceritakan dongeng tentang orang gila yang menabrak Anda dan kabur, dan berkeliling ke mana-mana membunuhi orang?"
McGreavy berbalik dan meninggalkan ruangan, mukanya merah karena marah.
Angeli memperhatikan Judd, kelihatan cemas. "Anda tidak apa-apa?"
"Anda harus menolong saya," kata Judd. "Ada orang berusaha membunuh saya." Suaranya terdengar seperti ratapan di telinganya.
"Siapa yang mungkin punya motif untuk membunuh Anda, Dokter?"
"Saya tidak tahu."
"Anda punya musuh?"
"Tidak." "Anda pernah tidur dengan istri orang, atau gadis yang punya pacar?"
Judd menggeleng, dan seketika menyesal karena melakukan gerakan ini,
"Adakah warisan dalam keluarga Anda?sehingga kerabat yang ingin mendapat warisan ini mungkin berniat menyingkirkan Anda?"
"Tidak." Angeli menghela napas. "Baiklah. Jadi tidak ada motif yang memungkinkan orang ingin membunuh Anda. Bagaimana tentang pasien Anda" Saya
rasa sebaiknya Anda memberikan daftarnya kepada kami, supaya mereka bisa kami cek." "Saya tidak bisa berbuat begitu." "Yang saya minta hanya nama mereka." "Menyesal sekali," Judd sudah mulai mendapat kesulitan untuk bicara. "Seandainya saya dokter gigi atau dokter spesialis kaki mungkin saya bisa memberikan daftar nama pasien kepada Anda. Tapi tidakkah Anda tahu" Pasien saya semuanya orang yang punya problem kejiwaan. Hampir semuanya problem yang serius. Kalau Anda mulai menginterogasi mereka, bukan hanya mereka yang Anda hancurkan. Anda juga menghancurkan kepercayaan mereka terhadap saya. Saya tidak akan bisa merawat mereka lagi. Saya tidak bisa memberikan daftar nama mereka." Judd terbaring lemas, kehabisan tenaga. Bebe rapa saat lamanya Angeli memandangi Judd sambil berdiam diri. Kemudian dia bertanya, "Apa istilah bagi orang yang mengira bahwa semua orang akan membunuhnya?"
"Paranoid," jawab Judd. Dia melihat perasaan yang terpancar dari air muka Angeli. "Anda tidak mengira saya"."
"Bayangkan seandainya Anda adalah saya," kata Angeli. "Seandainya saya berbaring di situ sekarang, berbicara seperti Anda, dan Anda dokter saya. Apa kesimpulan yang akan Anda tarik?"
Judd memejamkan mata karena rasa sakit yang luar biasa pada kepalanya. Didengarnya suara
Angeli yang meneruskan bicara, "Saya ditunggu
McGreavy." Judd membuka matanya. "Tunggu____Beri saya
kesempatan untuk membuktikan bahwa saya tidak bohong."
"Bagaimana?" "Siapa pun yang mencoba membunuh saya pasti akan mencoba lagi. Saya ingin ada orang yang menemani saya. Jadi kalau mereka mencoba lagi, dia bisa menangkap mereka."
Angeli memandangi Judd.- "Dokter Stevens, kalau benar-benar ada orang yang ingin membunuh Anda, semua polisi di dunia takkan bisa mencegahnya. Kalau mereka tidak bisa membunuh Anda sekarang, mereka akan berhasil membunuh Anda besok pagi. Kalau mereka tidak berhasil membunuh Anda di sini, mereka akan bisa membunuh Anda di tempat lain. Tidak peduli Anda raja atau presiden, atau hanya orang biasa. Benang kehidupan sangat kecil. Untuk memutuskannya hanya dibutuhkan waktu sedetik."
"Tidak ada?sama sekali tidak ada yang bisa Anda lakukan?"
"Saya bisa memberi Anda sedikit nasihat. Gantilah kunci pintu apartemen Anda. Periksa setiap jendela apakah semua sudah dikunci dengan semestinya. Jangan memasukkan siapa pun ke dalam apartemen, kecuali kalau Anda kenal baik dengan orang itu. Jangan menerima tukang antar barang, kecuali kalau Anda sendiri merasa memesan sesuatu."
Judd mengangguk, tenggorokannya" kering dan sakit.
"Di gedung apartemen Anda ada pintu dan operator lift," Angeli meneruskan. "Apakah Anda bisa mempercayai mereka?"
"Penjaga pintu sudah bekerja di situ selama sepuluh tahun. Operator lift bekerja di situ delapan tahun. Saya percaya penuh kepada mereka."
Angeli mengangguk-angguk.
"Bagus," katanya. "Mintalah agar mereka selalu waspada. Kalau mereka selalu waspada, orang luar sulit bisa menyelinap ke apartemen Anda. Bagaimana tentang kantor Anda" Apakah Anda akan memakai resepsionis baru?"
Judd membayangkan seandainya seorang asing duduk menghadapi meja tulis Carol, duduk di kursinya. Dia merasakan kemarahannya bangkit. "Dalam waktu dekat tidak."
"Anda bisa mempekerjakan resepsionis laki-laki," kata Angeli.
"Akan saya pikirkan."
Angeli berbalik akan pergi, kemudian berhenti.
"Saya punya gagasan," katanya ragu-ragu. "Tapi ini hanya untung-untungan."
"Apa?" Judd kesal karena suaranya penuh semangat.
"Orang yang membunuh pamer McGreavy yang dulu"." "Ziffren."
"Dia benar-benar gila?"
"Ya. Dia dikirim ke Rumah Sakit Matteawan yang khusus untuk penjahat berpenyakit jiwa."
"Mungkin dia menyalahkan Anda karena menyebabkannya dikirim ke sana. Saya akan mengecek tentang dirinya. Hanya untuk meyakinkan bahwa ia tidak melarikan diri atau sudah dibebaskan. Telepon saya besok pagi-pagi." "Terima kasih kata Judd dengan gembira. "Itu sudah menjadi tugas saya. Seandainya nanti ternyata Anda sendiri yang melakukan pembunuhan, saya akan membantu McGreavy menangkap Anda."
Angeli berbalik lagi akan pergi. Tapi dia berhenti sejenak.
"Jangan katakan kepada McGreavy bahwa saya mengecek Ziffren untuk membantu Anda." "Tidak."
Mereka saling tersenyum. Angeli pergi. Judd sendirian lagi.
Kalau tadi pagi situasinya sangat buruk, sekarang bahkan jauh lebih buruk lagi. Judd sadar bahwa sebenarnya pagi ini juga dia bisa ditangkap karena dicurigai melakukan pembunuhan?tapi ternyata ini tidak terjadi, yang disebabkan oleh sifat McGreavy.
McGreavy ingin membalas dendam, sangat ingin membalas dendam. Maka dia sabar menunggu sampai mendapat bukti yang terakhir. Mungkinkah peristiwa tabrak lari yang dialaminya hanya kecelakaan belaka" Ketika itu memang jalan berlapis salju dan
sangat licin. Secara kebetulan mobil sedan ini bisa slip dan meluncur ke arahnya. Tapi kalau memang hanya kecelakaan, mengapa lampu depan mobil tidak dinyalakan" Dan dari mana mobil yang datang secara begitu tiba-tiba"
Kini Judd yakin benar bahwa dirinya diincar oleh pembunuh?dan pembunuh ini. akan mencoba lagi. Dengan kesimpulan ini, dia terlelap tidur.
Keesokan harinya pagi-pagi benar Peter dan Norah Hadley datang ke rumah sakit untuk menengok Judd. Mereka mengetahui kecelakaan yang menimpa sahabatnya dari berita pagi.
Umur Peter sebaya dengan Judd, tapi badannya lebih kecil daripada Judd dan kurus sekali. Mereka berasal dari kota yang sama di Nebraska, dan sekolah kedokteran bersama-sama.
Norah seorang wanita Inggris. Rambutnya pirang, dan payudaranya agak terlalu besar untuk tinggi badannya yang satu meter enam puluh. Sifat Norah periang dan menyenangkan. Setelah bercakap-cakap selama lima menit dengan dia, orang akan merasa bahwa mereka seperti sudah lama saling mengenal.
"Rupamu mengerikan sekali," kata Peter, sambil memperhatikan Judd dengan cermat.
"Itu yang saya sukai, Dokter. Sikap seorang dokter sejati terhadap pasien." Pusing kepala Judd hampir hilang sama sekali. Rasa sakit pada tubuhnya juga sudah berkurang, yang tertinggal hanya rasa pegal-pegal. Norah mengulurkan seikat bunga.
"Kami membawakanmu bunga. Sayang," katanya. "Kasihan sekali, anak yang baik." Norah mencium pipinya.
"Bagaimana terjadinya"** tanya Peter.
Judd ragu-ragu. "Ini kecelakaan tabrak lari."
"Kau mendapat kecelakaan beruntun, bukan" Saya sudah membaca tentang Carol. Kasihan."
"Mengerikan sekali," kata Norah. "Saya suka sekali kepadanya."
Judd merasakan tenggorokannya seperti tercekik. "Saya juga."
"Apakah ada kemungkinan bangsat yang melakukannya bisa ditangkap?" tanya Peter.
"Mereka sedang berusaha."
"Dalam koran pagi disebutkan bahwa Letnan McGreavy hampir bisa menahan pelakunya. Kau tahu tentang hal itu?"
"Sedikit," jawab Judd ringkas. "McGreavy selalu mengupayakan agar aku bisa mengikuti perkembangannya."
"Kau tidak akan tahu betapa hebatnya polisi sebelum kau benar-benar membutuhkan mereka," kata Norah.
"Dokter Harris mengizinkan saya melihat hasil Rontgenmu. Beberapa luka memar yang cukup parah?tapi tidak ada kemungkinan gegar otak. Satu dua hari lagi kau sudah bisa keluar dari sini."
Tapi Judd tahu bahwa dia tidak boleh membuang-buang waktu.
Selama setengah jam mereka mengobrol mengenai hal-hal yang ringan-ringan. Mereka hati-hati
sekali supaya tidak menyinggung-nyinggung kematian Carol Roberts. Peter dan Norah tidak tahu bahwa John Hanson pasien Judd. Karena alasannya sendiri, McGreavy merahasiakan bagian cerita ini supaya tidak bocor kepada pers.
mengkhayalkan memiliki kebencian terhadap dirinya.
Yang mungkin bisa masuk ke dalam k ategon mi hanya dua orang, yaitu Harrison Burke dan Amos Ziffren, orang yang membunuh pamer McGreavy.
Kalau Burke mempunyai alibi, maka dia akan memusatkan perhatiannya kepada Ziffren. Tekanan jiwa yang dideritanya sedikit demi sedikit mulai berkurang. Dia merasa bahwa dia harus melakukan sesuatu. Tiba-tiba dia merasa tidak sabar lagi ingin segera meninggalkan rumah sakit.
Dia pun menekan bel untuk memanggil perawat. Kepada perawat dia mengatakan ingin bertemu dengan Dokter Harris. Sepuluh menit kemudian Dokter Harris masuk ke kamarnya. Dokter Seymour Harris bertubuh kecil, dengan mata berwarna biru yang bersinar-sinar dan beberapa helai rambut hitam mencuat di pelipisnya. Judd mengenal dia sudah lama, dan sangat menghormatinya.
"Nah! Sang Putri Tidur sudah bangun. Keadaanmu buruk sekali."
jud sudah bosan mendengar pertanyaan semacam itu
Mengapa tidak istirahat dulu di sini beberapa hari" Akan saya kirim beberapa orang perawat sexy untuk menemanimu."
"Terima kasih, Seymour. Saya benar-benar harus segera meninggalkan tempat ini."
Dokter Harris menghela napas. "Oke. Kau seorang dokter. Kalau saya sendiri, saya tidak akan membiarkan kucing saya berkeliaran kalau keadaannya seperti kau." Dia memandangi Judd dengan tajam. "Ada sesuatu yang bisa saya lakukan untuk membantumu?"
Judd menggeleng. "Akan saya suruh Miss Bedpan mengambilkan pakai an m u."
Tiga pulu|i menit kemudian gadis dari bagian penerima tamu memanggilkan taksi untuknya. Dan pada pukul sepuluh lima belas, Judd sudah berada di kantornya.
6 Pasiennya yang pertama, Teri Washburn sudah menunggu di gang. Dua puluh tahun yang lalu Teri merupakan salah seorang bintang film terbesar di Hollywood. Dalam sekejap mata kariernya jatuh, kemudian dia menikah dengan seorang penebang pohon dari Oregon dan menghilang.
Sampai sekarang Teri sudah menikah lima atau enam kali. Kini dia tinggal di New York dengan suaminya yang terakhir, seorang importir. Ketika Judd berjalan di gang, Teri melihat kepadanya dengan marah.
"Wah"," katanya. Tapi Teri tidak jadi meneruskan kata-katanya setelah melihat muka Judd. "Kau kelihatan babak belur seperti habis dipukuli orang."
"Hanya kecelakaan kecil. Maaf saya terlambat."
Dia membuka pintu dengan kunci dan mempersilakan Teri masuk ke kantor resepsionis. Meja tulis dan kursi Carol yang kosong segera menyita pandangannya.
"Saya membaca tentang Carol," kata Teri.
Suaranya kedengaran tajam. "Apakah itu pembunuhan karena seks?"
"Bukan," kata Judd pendek. Dia membuka pintu menuju ke ruang prakteknya. "Beri saya waktu sepuluh menit."
Judd masuk ke ruang prakteknya. Setelah melihat daftar pasiennya untuk hari itu, dia mulai memutar nomor telepon. Pertemuannya dengan pasien yang lain akan dibatalkan. Tapi dia hanya bisa menghubungi tiga orang pasien. Dada dan tangannya terasa sakit setiap kali dia bergerak, dan kepalanya mulai berdenyut-denyut lagi.
Dari laci diambilnya dua butir Darvan, kemudian ditelannya dengan segelas air. Lalu dia berjalan ke pintu menuju ruang resepsionis. Pintu dibuka, dan Teri dipersilakan masuk. Dikuatkannya hatinya untuk menyingkirkan segala-galanya dari pikirannya selama lima puluh menit ini, kecuali problem pasiennya. Teri berbaring di sofa dengan rok tersibak ke atas, dan mulai bicara.
Dua puluh tahun yang lalu Teri Washburn adalah wanita yang sangat menggiurkan. Bahkan sekarang pun tanda-tanda bekas kecantikannya masih nampak. Matanya lebar, lembut, dan memancarkan pandangan polos. Di sekeliling mulutnya yang lembut mulai kelihatan kerutan-kerutan, namun kelihatan tetap indah. Buah dadanya masih bulat dan kencang di balik biusnya yang ketat. Judd menduga Teri mendapat suntik" an silikon, tapi dia masih menunggu Teri mencer^ takannya sendiri. Bagian tubuhnya yang lain ,uga
masih bagus, dan bentuk kakinya benar-benar indah.
Hampir semua pasien wanita Judd merasa bahwa mereka mencintainya. Tapi itu sudah biasa, hubungan pasien?dokter yang bisa berubah menjadi hubungan pasien?pelindung?kekasih. Walaupun demikian kasus Teri lain lagi. Sejak detik pertama dia masuk ke ruang praktek Judd, Teri berusaha membuat affair cinta dengan dokter yang tampan ini.
Teri berusaha merayu Judd dengan segala macam cara, dan dalam hal ini dia seorang yang ahli. Akhirnya Judd memberinya peringatan, kalau Teri tidak bisa menjaga tingkah lakunya dia akan dikirim kepada dokter lain. Sejak itu sikap Teri berubah menjadi baik. Tapi dia terus berusaha mempelajari watak Judd, berusaha menemukan titik kelemahannya.
Dulu seorang dokter Inggris mengirimkan Teri kepadanya, setelah terjadi skandal tingkat internasional yang sangat buruk di Antibes. Seorang kolumnis gosip Prancis menuduh Teri berakhir pekan dengan raja kapal Yunani yang terkenal di kapal pesiarnya, dan ketika raja kapal yang menjadi tunangannya ini terbang ke Roma untuk urusan bisnis, Teri tidur dengan ketiga saudara laki-lakinya. Cerita ini segera dipetieskan. Si kolumnis mencabut tulisannya, dan kemudian dipecat dengan diam-diam. Pada terapi yang pertama dengan Judd, Teri membuat bahwa cerita itu memang benar-benar terjadi.
"Rasanya ajaib sekali," kata Teri ketika itu. "Saya merasa selalu membutuhkan seks setiap saat. Saya tidak pernah merasa puas." Dia menggosok-gosok pahanya dan makin menaikkan roknya, sambil melihat kepada Judd dengan pandangan polos. "Kau tahu apa yang saya maksudkan, Sayang?" tanyanya.
Sejak kunjungannya yang pertama, banyak sekali yang diketahui Judd mengenai diri Teri. Dia berasal dari sebuah kota tambang kecil di Pennsylvania.
"Ayah saya orang Polandia yang bodoh. Dia bersenang-senang dengan minuman keras murahan setiap malam Minggu dan memukuli ibu saya tanpa mengenal belas kasihan."
Ketika berumur tiga belas tahun Teri sudah memiliki tubuh seorang wanita dewasa dan wajah secantik bidadari. Dia tahu, bahwa dia bisa mendapat uang dengan pergi ke balik penggalian bersama pekerja tambang.
Akhirnya ayah Teri mengetahui hal ini. .Dia masuk ke pondoknya sambil berteriak-teriak dalam bahasa Polandia, dan menyuruh ibu Teri keluar. Pintu dikuncinya, dan dengan ikat pinggang dia mulai memukuli Teri. Setelah puas memukuli, Teri i diperiksanya* . untid nuwu
Judd memperhatikan Teri ketika dia berbaring sambil menceritakan riwayatnya itu, wajahnya hampa dari perasaan?"?"" ".^..-w i^^ii
"Itulah terakhir kalinya saya meiibpfcAyabrdan;
Ibu." "Kau melarikan diri?" tanya Judd. Teri memutar badannya di atas sofa terkejut. "Apa?"
"Setelah kau diperkosa ayahmu"."
"Melarikan diri?" kata Teri. Dia mendongak-kan kepalanya dan tertawa gelak-gelak. "Saya merasa senang. Saya terpaksa pergi karena diusir flm."
Judd mulai menyetel tape recorder untuk merekam pembicaraan. "Apa yang ingin kaubica-rakan?" Dia bertanya.
"Persetubuhan," kata Teri. "Mengapa kita tidak menganalisa jiwamu saja dan menyelidiki mengapa kau begitu jujur."
Judd tidak mengacuhkan kata-kata Teri.
"Mengapa kau berpendapat bahwa kematian Carol mungkin ada hubungannya dengan soal seks?"
"Sebab segala hal mengingatkan saya kepada seks, Manis." Teri menggeliat dan roknya naik makin tinggi. "Turunkan rokmu, Teri." Teri memandanginya dengan mata tidak berdosa. "Maaf". Sayang sekali kau tidak ikut pesta ulang tahun yang hebat pada malam Minggu, Dok."
"Coba ceritakan."
Teri ragu-ragu, dan suaranya mengandung kesedihan yang tidak seperti biasanya. "Kau tidak akan benci kepada saya?"
"Saya sudah mengatakan kau tidak perlu minta
persetujuan kepada saya. Persetujuan yang kaubu-tuhkan hanya dari dirimu sendiri. Benar atau salah hanyalah aturan yang kita buat sendiri, supaya kita bisa ambil bagian dalam permainan bersama orang lain. Tanpa aturan, takkan ada permainan. Tapi jangan lupa?aturan hanya buatan manusia."
Sejenak sunyi. Kemudian Teri berbicara. "Pestanya sungguh meriah. Suami saya mendatangkan band."
Judd menunggu. Teri memutar badannya untuk melihat kepadanya. "Kau yakin tidak akan kehilangan penghargaan terhadap saya?"
"Saya ingin menolongmu. Kita semua pernah melakukan perbuatan yang memalukan. Tapi itu bukan merupakan bukti bahwa kita akan terus berbuat begitu."
Teri memperhatikan Judd sebentar, kemudian berbaring di sofa. "Apakah saya pernah menceritakan bahwa saya curiga suami saya, Harry, impoten?"
"Ya," jawab Judd. Teri terus-menerus menceritakan soal ini.
"Dia belum pernah benar-benar melakukannya sejak kami menikah. Dia selalu mengemukakan dalih". Yah?" Mulutnya dikerutkan dengan perasaan sedih. "Nah" pada malam Minggu itu saya bersetubuh dengan anak-anak band sementara Harry melihat." Teri mulai menangis. ,.
Judd memberikan sehelai tisu dan tetap duduJ* memperhatikan Ten.
Tidak ada orang yang pernah memberikan sesuatu kepada Teri tanpa meminta imbalan yang berlipat ganda sesudahnya. Waktu mula-mula pergi ke Hollywood, Teri bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran drive-in. Upahnya sebagian besar dipakai untuk membayar les drama picisan.
Seminggu kemudian pelatihnya mengajak Teri tinggal bersamanya-Teri disuruhnya mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dan latihan diberikan kepadanya di tempat tidur. Beberapa minggu kemudian Teri sadar bahwa dia takkan mendapat peranan dalam drama mana pun juga. Maka pelatih drama ini ditinggalkannya, dan dia bekerja sebagai kasir di toko obat dalam sebuah hotel di Beverly Hills.
Seorang direktur perfilman muncul pada malam Natal untuk membelikan hadiah bagi istrinya. Dia memberikan kartu nama kepada Teri dan menyuruh dia agar meneleponnya. Seminggu kemudian Teri mengikuti tes untuk main film. Dia sangat kikuk dan tidak terlatih, tapi punya tiga hal yang menguntungkan baginya. Wajah dan tubuhnya sensasional, kamera menyukainya, dan direktur studio memeliharanya.,
Pada tahun pertama Teri Washburn muncul dalam peranan kecil pada selusin film. Dia mulai mendapat surat penggemar. Peranannya semakin besar. Pada akhir tahun pelindungnya meninggal karena.serangan gantung, dan Teri takut jangan-jangan, studio memecatnya. Tapi ternyata direktur yang baru memanggilnya, dan mengatakan bahwa dia punya rencana besar untuknya. Dia mendapat kontrak baru, kenaikan gaji, dan apartemen yang lebih besar dengan kamar tidur mewah. Lama-lama Teri bisa berperan dalam film kelas B. Karena filmnya laris, maka akhirnya Teri Washburn mulai membintangi film kelas A.
Semua ini sudah lama berselang. Kini Judd merasa kasihan kepada Teri yang sedang berbaring di sofa, berusaha menahan sedu-sedannya.
"Kau mau minum?"* tanya Judd.
"Tid-dak," kata Teri. "Saya tidak apa-apa." Dia mengeluarkan saputangan dari dalam tasnya dan membersitkan hidungnya. "Maaf," katanya, "saya bertingkah seperti orang tolol." Dia bangkit dan duduk di sofa.
Judd tetap duduk sambil berdiam diri, menunggu Teri bisa menguasai perasaannya.
"Mengapa saya menikah dengan orang-orang seperti Harry?"
"Itu pertanyaan yang sangat penting. Kau punya gagasan apa sebabnya?"
"Mana saya tahu?" teriak Teri. "Kau psikiater. Kalau saya tahu mereka begitu, tentunya kau tahu saya tidak akan menikah dengan mereka, bukan?"
"Bagaimana pendapatmu?"
Teri terbelalak, terkejut dengan pertanyaan itu. "Jadi kau tetap mengira saya akan mau?" Dia berdiri dengan muka menunjukkan kemarahan. "Kau anjing busuk! Kaukira saya senang bewetu-buh dengan anak-anak band?"
"Kau senang?" Dengan kemarahan menyala-nyala Teri meng-I angkat sebuah tempat bunga, dan dilemparkannya kepada Judd. Tempat bunga itu hancur menghantam meja.
"Itu cukup sebagai jawaban?"
"Tidak. Harga pot itu dua ratus dollar. Saya akan memasukkannya ke dalam rekeningmu."
Teri memandangi Judd dengan rasa tidak berdaya. "Apakah saya benar-benar menye-nanginya?" bisiknya.
"Katakan saja."
Suara Teri bahkan makin pelan. "Saya pasti sakit," katanya. "Ya, Tuhan, saya sakit. Tolonglah saya, Judd. Tolonglah saya!"
Judd berjalan menghampirinya. "Kau harus membantu saya untuk memberikan pertolongan kepadamu." Teri mengangguk, membisu. "Sekarang saya ingin kau pulang. Pikirkanlah bagaimana perasaanmu, Teri. Bukan waktu kau melakukan hal-hal itu, tapi sebelumnya. Pikirkan mengapa kau ingin melakukannya. Setelah kau mendapatkan jawabannya, kau akan memahami banyak sekali tentang dirimu.
Teri melihat kepada Judd sesaat, kemudian ketegangan wajahnya mengendur. Dia mengeluarkan saputangan dan membersit hidungnya lagi. ".Kau orang yang hebat, Charlie Brown," katanya. Dia mengambil dompet dan sarung tangannya. "Sampai jumpa lagi minggu depan."
"Ya," kata Judd. "Sampai jumpa lagi minggu depan." Dia membuka pintu ke gang, dan Teri keluar.
Judd tahu jawaban untuk problem Teri, tapi membiarkan saja agar Teri bisa menemukannya sendiri. Teri harus tahu bahwa dia tidak bisa membeli cinta, bahwa cinta harus diberikan secara sukarela. Dan dia takkan bisa menerima kenyataan bahwa cinta bisa diberikan secara sukarela sebelum yakin bahwa dirinya pantas menerima cinta itu.
Sebelum hal itu dia mengerti, Teri akan terus berusaha membeli cinta dengan satu-satunya alat pembayar yang dia miliki: tubuhnya. Judd bisa memahami penderitaan yang dirasakan Teri, rasa putus asa dan kebencian kepada diri sendiri. Judd sangat kasihan kepadanya.
Tapi satu-satunya cara untuk menolong Teri hanyalah dengan bersikap resmi dan tidak terlalu akrab. Dia tahu bahwa bagi semua pasien dia seperti orang yang sombong, jauh dari kesulitan mereka, dan memakai kebijaksanaan dari kahyangan. Tapi ini adalah bagian yang vital untuk kepentingan terapi.
Sedangkan pada-kenyataannya, Judd sangat prihatin memikirkan problem semua pasiennya. Mereka pasti akan merasa takjub kalau tahu bahwa iblis yang mengejar-ngejar mereka sering kali muncul dalam mimpi buruk Judd sendiri.
Sebelum menjadi psikoanalis, Judd harus berpraktek dulu selama dua tahun sebagai psikiater.
Selama enam bulan pertama dalam prakteknya ini j
Judd terus-menerus menderita sakit kepala. Se- ] mua gejala yang diderita pasiennya dialaminya 1 sendiri. Setelah hampir setahun berlalu, barulah 3 dia bisa belajar menyalurkan dan mengontrol < emosinya.
Setelah menyimpan rekaman Teri Washburn : dan menguncinya, Judd segera mulai memikirkan kesulitannya sendiri. Dia berjalan menghampiri telepon dan menghubungi bagian informasi. Ditanyakannya nomor telepon markas polisi Seksi Sembilan Belas.
Operator telepon menghubungkannya dengan Kantor Detektif. Judd mendengar suara bas McGreavy di telepon. "Letnan McGreavy."
"Tolong sambungkan dengan Detektif Angeli."
"Tunggu sebentar."
Judd mendengar suara gemeretak waktu McGreavy meletakkan telepon di meja. Sesaat kemudian terdengar suara Angeli. "Detektif Angeli."
"Di sini Judd Stevens, Saya ingin tahu apakah Anda sudah mendapat informasi."
Sesaat terasa ada keragu-raguan. "Saya sudah mengecek," kata Angeli dengan hati-hati.
"Anda hanya perlu menjawab dengan "ya" atau "tidak"." Hati Judd berdebar-debar. Rasanya berat benar untuk mengajukan pertanyaan berikutnya. "Apakah Ziffren masih di Matteawan?"
Rasanya lama sekali baru Angeli menjawab. "Ya. Dia masih di sana." ."?"iifcfeii
Gelombang kekecewaan melanda Judd. "Oh. Begitu." "Menyesal sekali."
"Terima kasih," kata Judd. Perlahan-lahan dia meletakkan telepon.
Jadi kemungkinan yang masih ada tinggal Harrison Burke. Harrison Burke, penderita paranoid yang sudah parah dan yakin bahwa semua orang akan membunuhnya. Apakah Burke memutuskan untuk mengambil tindakan lebih aulu"
John Hanson meninggalkan ruang praktek Judd pukul sepuluh lima puluh menit pada hari Senin, dan dibunuh beberapa menit kemudian. Judd harus menyelidiki apakah pada saat yang sama Harrison Burke pun berada di kantornya. Dia mencari nomor telepon kantor Burke, kemudian memutar telepon.
"International Steel." Suara yang mengangkat teleponnya kedengaran jauh, resmi, dan otomatis.
"Tolong hubungkan saya dengan Tuan Harrison Burke."
"Tuan Harrison Burke". Silakan tunggu sebentar"."
Judd berharap yang mengangkat teleponnya adalah sekretaris Burke. Tapi kalau sekretarisnya kebetulan sedang keluar sebentar dan Burke sendiri yang mengangkat telepon itu".
"Kantor Tuan Burke." Yang menjawab suara
wanita. , . . , " "Ini Dokter Judd Stevens. Bisakah Anda memberi saya sedikit keterangan?"
"Oh, ya, Dokter Stevens!" Suaranya terdengar 1 mengandung rasa lega, bercampur dengan kese-J dihan. Dia pasti tahu bahwa Judd adalah psikoa-1 nalis yang merawat Burke. Apakah gadis ini 1 mengharapkan sekali pertolongannya" Apa yang j dilakukan Burke sehingga sekretarisnya merasa tidak senang"
"Ini tentang rekening Tuan Burke"." Judd memulai.
"Rekeningnya?" Si sekretaris kedengaran terperanjat.
Judd cepat-cepat meneruskan. "Resepsionis saya?sudah tidak di sini lagi, dan saya mencoba membereskan pembukuan. Saya melihat ada rekening atas nama Tuan Burke untuk pertemuan pukul setengah sepuluh hari Senin yang lalu. Tolong Anda periksa agendanya untuk hari itu."
"Tunggu sebentar," kata si sekretaris. Sekarang suaranya mengandung rasa tidak senang. Judd bisa membaca pikirannya. Majikannya terancam penyakit gila, dan dokternya hanya mengejar uang saja. Beberapa menit kemudian sekretaris Burke bicara lagi.
"Saya kuatir resepsionis Anda membuat kekeliruan, Dokter Stevens," katanya pedas. "Tuan Burke tidak mungkin datang ke kantor Anda pada hari Senin pagi."
"Anda yakin?" desak Judd. "Pada buku resepsionis saya tertulis?sembilan tiga puluh sampai"."
"Saya tidak peduli apa yang tertulis di buku"
nya, Dokter." Sekarang dia benar-benar marah, kesal karena Judd keras kepala. "Pada hari Senin itu Tuan Burke rapat staf sepanjang hari. Rapat mulai pukul delapan."
"Apakah tidak mungkin dia meninggalkan rapat barang satu jam?"
"Tidak, Dokter," jawab sekretaris Burke. "Tuan Burke tidak pernah meninggalkan kantornya di siang hari." Suaranya mengandung tuduhan. Kau tidak tahu bahwa dia sakit" Apa yang kaulakukan untuk menolongnya}
"Perlu saya sampaikan kepada Tuan Burke bahwa Anda menelepon?"
"Tidak perlu," kata Judd. "Terima kasih." Dia ingin menambahkan kata-kata untuk meyakinkan, untuk menghibur, tapi tidak ada yang bisa dikatakannya. Telepon diletakkan.
Yah, begitulah. Dia menemui jalan buntu; Kalau bukan Ziffren atau Harrison Burke yang mencoba membunuhnya?maka tidak ada lagi orang yang punya motif sehingga ingin membunuhnya. Dia kembali ke awal lagi. Seseorang? atau beberapa orang?membunuh resepsionis dan salah seorang pasiennya. Kecelakaan tabrak lari mungkin hanya kecelakaan belaka, tapi mungkin juga disengaja. Pada saat peristiwa itu terjadi, rasanya seperti disengaja.


Wajah Sang Pembunuh Naked Face Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tapi benarkah demikian" Kalau diteliti lebih saksama, Judd mengakui kepada dirinya sendiri bahwa dia terpengaruh oleh beberapa peristiwa pada hari-hari terakhir ini. Dalam kondisi perasaannya sekarang, dengan mudah dia bisa mengang-I gap kecelakaan biasa menjadi sesuatu yang mengandung kejahatan.
Kini jelaslah sudah bahwa tak seorang pun] mempunyai motif untuk membunuhnya. Hubungannya dengan para pasien baik sekali, dan hubungan dengan teman-temannya cukup hangat. Sepanjang pengetahuannya dia belum pernah menyakiti siapa pun juga.
Telepon berdering. Seketika Judd mengenali suara Anne yang serak-serak basah. "Anda sibuk?"
"Tidak. Saya masih cukup punya waktu."
Tidak ada nada prihatin pada suaranya. "Saya membaca di surat kabar bahwa Anda tertabrak mobil. Saya bermaksud menelepon Anda kemarin-kemarin, tapi tidak tahu harus ke mana."
Judd membuat suaranya kedengaran gembira. "Tidak begitu serius. Untuk pelajaran supaya saya tidak berjalan seenaknya."
"Surat kabar memberitakan bahwa itu kecelakaan tabrak lari." "Ya."
"Apakah mereka menemukan orang yang melakukannya?"
"Tidak. Mungkin hanya anak-anak muda yang ingin keluyuran." Dengan sedan besar hitam tanpa menyalakan lampu depan.
"Apakah Anda yakin tentang hal itu?" tanya Anne.
Pertanyaan ini mengejutkan Judd. "Apa maksud Anda?"
"Saya sendiri tidak begitu mengerti." Suaranya kedengaran tanpa kepastian. "Ini hanya karena ?Carol telah dibunuh. Dan sekarang?kejadian ini.
Jadi dia pun menarik satu kesimpulan.
"Ini ?ini rasanya seperti ada orang gila lepas dan berkeliaran."
"Kalau memang ada," Judd memberikan keyakinan, "polisi pasti akan segera menangkapnya."
"Apakah Anda terancam bahaya?"
Hati Judd terasa hangat. "Tentu saja tidak."
Kemudian keduanya berdiam diri, kikuk. Banyak yang ingin dikatakan, tapi Judd tidak bisa mengatakannya. Dia tidak boleh salah menafsirkan sikap ramah sebagai sesuatu yang lebih dari rasa cemas seorang pasien terhadap keselamatan dokternya. Anne tipe orang yang akan memberikan perhatian kepada siapa saja yang mendapat kesulitan. Tidak lebih dari itu. "Kita akan bertemu hari Jumat?" tanya Judd. "Ya." Suaranya mengandung nada yang aneh. Apakah Anne akan mengubah keputusannya.
"Baiklah, kita sudah membuat janji," kata Judd cepat-cepat. Tapi tentu saja itu bukan janji untuk kencan. Itu hanya merupakan janji pertemuan
dalam bisnis. "Ya. Sampai jumpa, Dokter Stevens.
"Sampai jumpa, Nyonya Blake. Terima ku* atas telepon Anda. Terima kasih banyak.
Judd meletakkan telepon. Lalu dia memikirkan Anne. Dalam hati dia bertanya-tanya apakah suami Anne sadar bahwa dia laki-laki yang sangat beruntung.
Seperti apa kira-kira suami Anne" Dari pembicaraan Anne yang tidak seberapa, Judd bisa membayangkan seorang laki-laki yang menarik dan penuh pengertian. Dia pasti seorang yang sportif, cerdas, usahawan yang berhasil, yang menyumbangkan uangnya untuk kemajuan seni. Kedengarannya suami Anne tipe laki-laki yang j bisa disukai Judd sebagai sahabat. Dalam keadaan yang berbeda.
Apa gerangan problem Anne, yang menyebabkan Anne takut membicarakannya dengan suaminya sendiri" Atau bahkan psikoanalisnya" Melihat j watak Anne, problemnya pasti rasa bersalah yang sangat besar karena hubungan gelap sebelum atau setelah dia menikah. Judid tidak bisa membayangkan Anne melakukan hubungan gelap untuk mengejar kesenangan. Mungkin dia akan menceritakan problemnya Jumat yang akan datang. Pada pertemuan mereka yang terakhir kalinya.
Sisa sore itu berlangsung dengan cepatnya. Judd menerima pasien yang janji pertemuannya tidak bisa dibatalkan. Setelah pasien terakhir meninggalkan ruang prakteknya, Judd mengambil rekaman Harrison Burke pada terapinya yang terakhir. Pita rekaman diputarnya, dan sambil mendengarkan sekali-sekali Judd membuat catat-Setelah selesai, tape recorder dimatikannya. Tidak ada pilihan lain lagi. Besok pagi dia hams menelepon atasan Burke, untuk memberitahukan kondisi pasiennya ini. Judd melihat ke jendela, dan terkejut ketika menyadari bahwa hari sudah mulai malam.
Kini sudah hampir pukul delapan. Sehabis memusatkan perhatian kepada pekerjaannya, tiba-tiba dia merasakan tubuhnya pegal-pegal dan lelah. Tulang rusuknya sakit dan lengannya mulai berdenyut-denyut nyeri. Dia sebaiknya segera pulang dan berendam dalam air panas.
Semua pita rekaman disimpannya, kecuali rekaman Burke yang dikunci dalam laci meja. Dia akan menyerahkan pita ini kepada psikiater pengadilan. Setelah memakai mantelnya dan sudah separuh jalan menuju ke pintu, tiba-tiba telepon berdering.
Judd menghampiri telepon dan mengangkatnya. "Dokter Stevens."
Tapi tidak ada jawaban dari orang yang meneleponnya. Judd mendengar bunyi napasnya saja, berat mendengus-dengus. "Hallo?"
Tidak ada jawaban. Judd meletakkan telepon. Sejenak dia berdiri membisu, mengerutkan dahi. Salah sambungs pikirnya menarik kesimpulan. Semua lampu kantor dimatikannya. Semua pintu dikunci, kemudian dia berjalan ke lift.
Penyewa ruang perkantoran /ainnya sudah
pulang dari tadi. Waktu itu masih belum terlalu malam, para pekerja yang mendapat giliran tugas malam belum lagi datang. Kecuali Bigelow, penjaga malam, dalam gedung itu tidak ada orang lain saru pun.
Judd berjalan ke lift dan menekan tombol. Lampu tombol tidak menyala. Dia menekan sekali lagi. Lampu tetap tidak menyala.
Saat itu semua lampu di gang padam.
7 Judd berdiri di muka lift, gelombang kegelapan melandanya. Dia bisa merasakan jantungnya melemah, kemudian mulai berdenyut makin cepat. Rasa takut tiba-tiba mencekamnya. Dia memasukkan tangannya ke dalam saku untuk mencari-cari korek api.
Korek apinya tertinggal di kantor. Mungkin di lantai bawah ada lampu menyala. Perlahan-lahan dan dengan hati-hati, dia berjalan meraba-raba ke pintu yang menuju ke tangga. Pintu didorongnya membuka. Tangga gelap-gulita.
Jauh di bawah, dia melihat cahaya senter bergerak naik ke tangga. Sambil berpegangan pada Pagar, Judd mulai melangkah turun dalam gelap. Demi melihat cahaya senter dia merasa lega. Pasti "tu Bigelow, si penjaga malam.
"Bigelow!" teriaknya. "Bigelow! Ini Dokter Stevens!"
Suaranya bergema ke mana-mana, dipantulkan oleh tembok gedung. Orang y*ng ?m?r* "enter terus naik tangga tanpa mengeluarkan suara, makin tinggi. "Siapa itu?" tanya Judd.
Yang menjawab hanya gema suaranya sendiri, Dan tiba-tiba Judd tahu siapa yang sedang menaiki tangga. Para pembunuhnya. Sekurang-kurangnya mereka berdua. Seorang mematikan listrik dari pusarnya di lantai bawah, sementara yang seorang lagi memblokir tangga untuk mencegah dia melarikan diri.
Cahaya senter semakin dekat, hanya dua atau tiga tingkat di bawahnya, dan naik dengan cepat. Sekujur badan Judd dingin karena takut. Jantungnya mulai berdetak cepat sekali, dan kakinya terasa lemas.
Cepat-cepat dia berbalik dan naik tangga kembali menuju kantornya. Dia membuka pintu dan berdiri memasang telinga. Bagaimana kalau ada orang menunggunya di gang yang gelap"
Bunyi langkah kaki naik tangga kini terdengar makin kencang. Mulut Judd terasa kering. Dia nekat, lari sepanjang gang yang gelap-gulita. Setelah sampai ke pintu lift, dia mulai menghitung pintu-pintu kantor.
Waktu sampai ke kantornya, Judd mendengar pintu tangga membuka. Kunci terlepas dari jarinya yang gemetar dan jatuh ke lantai. Judd merasa kalut sekali dan meraba-raba lantai mencarinya. Akhirnya kunci itu ketemu juga. Pintu ke ruang resepsionis dibukanya. Dia masuk, dan pintu dikunci kembali di belakangnya. Tak seorang pun bisa membuka pintu kalau tidak menggunakan kunci khusus. Dari gang di luar, Judd bisa mendengar bunyi
langkah kaki makin mendekat. Dia masuk ke ruang kantornya sendiri dan memutar tombol lampu. Tidak menyala. Dalam gedung sama sekali tidak ada aliran listrik.
Pintu dalam dikuncinya, kemudian dia menghampiri telepon. Dia meraba-raba telepon dan memutar nomor operator. Tiga deringan panjang berbunyi, kemudian terdengar suara operator. Hanya itulah hubungan Judd dengan dunia luar.
Judd bicara perlahan. "Operator, ini keadaan darurat. Ini Dokter Judd Stevens. Saya ingin bicara dengan Detektif Frank Angeli di markas polisi Seksi Sembilan Belas. Tolong segera!" "Tunggu sebentar. Nomor Anda?" Judd memberikan nomor teleponnya kepada operator. "Segera saya sambungkan." Judd mendengar suara seseorang mencoba membuka pintu dari gang ke kantornya. Mereka tidak bisa masuk dari situ, sebab di luar tidak ada tombolnya. "Cepat, Operator!"
"Sabar, tunggu sebentar," terdengar jawaban yang tenang dan tidak tergesa-gesa.
Terdengar suara berdering di telepon, kemudian operator telepon polisi bicara. "Seksi Sembilan Belas."
Hati Judd melonjak. "Detektif Angeli," katanya. "Ini penting sekali!" "Detektif Angeli" silakan tunggu sebentar." Di luar di gang, sesuatu sedang terjadi. Judd
1-71 bisa mendengar orang berbisik. Seorang yang lain menyusul orang yang pertama. Apa yang mereka rencanakan"
Suara yang sudah dikenal terdengar di telepon. "Detektif Angeli tidak ada. Ini pamernya, Letnan McGreavy. Bisakah"."
. "Ini Judd Stevens. Saya ada di kantor. Lampu padam semua dan ada orang berusaha mendobrak masuk ke kantor untuk membunuh saya!"
Di ujung sana terasa ada kesunyian yang mencekam. "Dengar, Dokter," kata McGreavy. "Mengapa Anda tidak datang saja ke sini dan kita bisa bicara"."
"Saya tidak bisa ke sana," Judd hampir berteriak. "Ada orang berusaha membunuh saya!"
Sekali lagi sunyi. McGreavy tidak percaya, dan tidak akan menolongnya. Di luar, Judd mendengar pintu dibuka. Kemudian terdengar suara orang di kantor resepsionis. Mereka sudah masuk ke kantor resepsionis! Mustahil mereka bisa masuk tanpa kunci. Tapi dia mendengar mereka bergerak, berjalan mendekati pintu kantornya.
Suara McGreavy terdengar lagi di telepon, tapi Judd mendengar pun tidak. Sekarang sudah terlambat. Dia meletakkan telepon ke tempatnya. Sekarang takkan ada bedanya walaupun seandainya McGreavy mau datang. Para pembunuh sudah berada di sini! Benang kehidupan sangat tipis, untuk memutuskannya hanya dibutuhkan waktu sedetik. Rasa takut yang mencekamnya berubah menjadi kemarahan yang menyala-nyala. Dia tidak mau
dibantai seperti Hanson dan Carol. Dia akan melawan. Tangannya meraba-raba dalam kegelapan di sekelilingnya mencari senjata yang bisa digunakan. Asbak" pembuka surat" tak ada gunanya. Pembunuhnya pasti membawa pistol. Rasanya seperti mengalami mimpi buruk. Dia akan dibunuh tanpa alasan oleh pembunuh tak berwajah.
Judd mendengar mereka makin dekat ke pintu dalam, dan dia sadar hidupnya hanya tinggal satu atau dua menit lagi. Tapi kemudian dengan tenang dia menyelidiki pikirannya sendiri yang terakhir, seakan-akan dia pasiennya sendiri. Dia memikirkan Anne, dan rasa kehilangan yang menyakitkan memenuhi hatinya. Dia memikirkan semua pasiennya, dan memikirkan betapa mereka membutuhkannya. Termasuk Harrison Burke.
Teringat kembali oleh Judd bahwa dia belum sempat memberi tahu atasan Burke tentang keadaannya. Dia menyimpan pita rekamannya di tempat yang bisa". Hatinya terlonjak. Mungkin dia punya senjata untuk melawan!
Judd mendengar tombol pintu diputar. Pintunya dikunci, tapi tidak terlalu suik untuk membukanya. Pintu masuk ke kantor dalam sangat tipis. Cepat-cepat dia meraba-raba dalam gelap, berjalan ke meja tempat dia menyimpan pita rekaman Burke.
Terdengar pintu berderak karena orang yang di luar mencoba mendorong paksa. Kemudian dia
mendengar suara orang mengorek-ngorek kunci. Mengapa mereka tidak mendobrak pintu saja)
pikirnya. Jauh di dalam benaknya dia merasa bahwa jawaban pertanyaan ini sangat penting, tapi sekarang dia tidak punya waktu untuk memikirkannya.
Dengan tangan gemetar dia membuka laci yang berisi pita rekaman. Kardus tempatnya direnggutkan, kemudian dia berjalan ke tape recorder dan mulai memasang pita itu. Kemungkinan berhasil memang sangat tipis, tapi hanya itulah satu-satunya kesempatan yang dimilikinya.
Judd berdiri sambil memusatkan perhatian, mencoba mengingat-ingat percakapannya dengan Burke. Tekanan pada pintu makin kuat. Judd cepat-cepat berdoa dalam hati.
"Maaf karena lampunya padam,
" kata Judd keras-keras. "Tapi saya yakin mereka akan bisa memperbaikinya dalam beberapa menit, Harrison. Mengapa kau tidak berbaring saja dan rileks?"
Suara di pintu tiba-tiba berhenti. Judd sudah selesai memasang pita pada tape recorder. Ditekannya tombol on. Tapi tidak terjadi apa-apa. Tentu saja! Semua aliran listrik dalam gedung mati. Dia mendengar mereka mulai mengorek-ngorek kunci lagi. Rasa putus asa dan takut mencekamnya.
"Nah, begitu lebih baik," katanya keras-keras. "Berbaringlah yang enak saja." Dia mencari-cari korek api di meja, menemukan dan menyalakan sebatang. Batang korek api yang menyala didekatkan ke tape recorder. Ada tombol yang bertuliskan battery. Dia memutar tombol ini, kemudian menekan tombol on lagi. Saat itu terdengar bunyi berdetak pada kunci, dan kelihatannya orang yang di luar itu hampir berhasil. Pertahanannya yang terakhir sudah tidak ada lagi!
Dan saat itu pula suara Burke terdengar lantang dalam ruangan. "Hanya itu yang kaukatakan" Kau bahkan tidak mau mendengarkan bukti saya! Bagaimana saya tahu kau bukan salah seorang dari mereka?"
Judd kaku seperti patung, tidak berani bergerak. Jantungnya gemuruh seperti halilintar.
"Kau tahu benar saya bukan salah seorang dari mereka," kata suara Judd dari pita rekaman. "Saya sahabatmu. Saya berusaha menolongmu". Coba ceritakan buktimu."
"Mereka mendobrak masuk ke rumah saya semalam," kata suara Burke. "Mereka datang untuk membunuh saya. Tapi saya terlalu pintar bagi mereka. Sekarang saya tidur di ruang belajar, dan saya memasang kunci ekstra pada semua pintu. Maka mereka tidak bisa mendekati saya."
Suara di luar tidak kedengaran lagi. Suara Judd dalam pita rekaman terdengar lagi. "Kau melaporkan pendobrakan rumahmu kepada
polisi?" "Tentu saja tidak! Polisi berkomplot dengan
mereka Mereka mendapat perintah untuk menembak saya. Tapi mereka tidak bisa berbuat bezit" kalau di sekeliling saya ada orang lain. Maka saya tetap berada di tengah orang banyak" "Sara gembira kau menyampaikan informasi ini"
"Apa yang akan kaulakukan?" "Saya mendengarkan baik-baik semua yang kaukatakan," kata suara Judd. "Saya?" saat itu otak Judd memberi peringatan. Kata-kata selanjutnya adalah?"merekam semua kata-katamu."
Cepat-cepat dia mematikan tape recorder, "?mengingat-ingat semua kata-katamu," katanya keras-keras. "Dan kita akan melakukan yang sebaik-baiknya untuk mengatasi ini." . Judd berhenti bicara. Dia tidak bisa memutar tape recorder lagi, sebab dia tidak tahu suara akan mulai berbunyi dari mana. Harapan satu-satunya hanya orang yang di luar sudah merasa yakin bahwa Judd sedang bersama pasien di ruang prakteknya. Kalaupun seandainya mereka percaya, apakah itu akan mencegah maksudnya"
"Kasus seperti ini," kata Judd, makin meningkatkan suaranya, "hanyalah persoalan biasa saja, Hamson." Dia berseru menyatakan rasa tidak
L k r"Saya harap lamPu lekas-lekas menyala lembah. Saya tahu sopirmu menunggu di depan. Mungkm dia heran, apa yang terjadi di sini, TuddT u ^ atas **tuk memeriksanya/" bi a men7 11 ^ dan mendengarkan. Dia mendengar suara orang berbisik-bisik di luar
Apa yang mereka putuskan" Dari kejauhan P!n. i" tprdenear suara lengkingan sirene makin
y jalan terdengar suara lengking;
mendekat. Suara bisikan berhenu. juuu mcma-
? t^linza baik-baik untuk mendengarkan suara sang -ji j
pintu ditutup, tapi tidak mendengar apa-apa.
Apakah mereka masih di luar, menunggu" Lengkingan sirene makin kencang. Mobil yang membunyikan sirene berhenti di muka gedung perkantoran.
Dan tiba-tiba semua lampu menyala.
8 "Minum?" McGreavy menggelengkan kepala dengan wajah muram, memperhatikan Judd. Judd menuangkan scotch untuk kedua kalinya, sementara McGreavy mengawasi tanpa komentar. Tangan Judd masih gemetar. Setelah kehangatan minuman keras menjalari tubuhnya, Judd mulai merasakan ketegangannya mengendur.
McGreavy sampai ke kantor Judd dua menit setelah lampu menyala kembali. Dia datang bersama seorang sersan polisi yang tampak bebal. Sersan itu duduk sambil mengisi buku catatannya.
McGreavy bicara. "Mari kita ulangi sekali lagi, Dokter Stevens."
Judd menghela napas panjang dan mulai bercerita lagi. Suaranya dibuat setenang mungkin dan perlahan. "Saya mengunci kantor dan berjalan ke lift. Lampu gang padam. Saya mengira mungkin lampu di lantai bawah menyala, dan saya mulai berjalan menuruni tangga."
Judd berhenti sebentar, teringat kembali olehnya rasa takut yang tadi dialaminya. "Saya melihat seseorang naik tangga membawa senter.
Saya berseru memanggilnya. Saya kira dia Bigelow, penjaga malam. Tapi ternyata bukan." "Siapa dia?"
"Tadi saya sudah bilang," kata Judd, "saya tidak tahu. Mereka tidak menjawab."
"Mengapa Anda yakin mereka datang untuk membunuh Anda?"
Jawaban marah sudah hampir disemburkannya, tapi Judd bisa menahannya. Pnting sekali membuat supaya McGreavy percaya kepadanya. "Mereka mengikuti saya ke kantor."
"Anda berpendapat ada dua orang yang mencoba membunuh Anda?"
"Paling sedikit dua," kata Judd. "Saya mendengar mereka berbisik-bisik."
"Anda tadi mengatakan, waktu Anda masuk ke kantor resepsionis Anda mengunci pintunya. Benar?"
"Ya." "Dan setelah Anda masuk ke ruang praktek Anda, pintu yang menuju ke kantor resepsionis pun Anda kunci pula."
"Ya." McGreavy berjalan menghampiri pintu yang menghubungkan kantor resepsionis dengan ruang praktek Judd. "Apakah mereka mencoba mendobrak pintu ini?"
"Tidak," Judd mengakui. Dia teringat tadi merasa sangat heran karenanya.
"Baik," kata McGreavy. "Kalau Anda mengunci kantor resepsionis yang menuju ke gang,
untuk membukanya dari luar diperlukan kunci khusus."
Judd ragu-ragu. Dia tahu ke mana arah pembicaraan McGreavy. "Ya,*" jawabnya.
"Siapa lagi yang punya kunci untuk membuka pintu ini selain Anda."
Judd merasakan mukanya memerah. "Carol."
Suara McGreavy terdengar ramah. "Bagaimana mengenai orang yang tugasnya membersihkan kantor" Bagaimana mereka bisa masuk?"
"Kami membuat persetujuan khusus dengan mereka. Carol datang pagi-pagi sekali seminggu tiga kali dan membukakan pintu bagi mereka. Mereka selesai membersihkan ruangan sebelum pasien pertama datang."
"Itu rasanya merepotkan. Mengapa mereka tidak bisa masuk ke kantor ini, padahal mereka bisa masuk ke semua kantor lainnya."
"Sebab arsip yang saya simpan di sini sifatnya rahasia. Saya lebih suka repot begitu daripada membiarkan orang asing masuk ke sini waktu tidak ada siapa pun."
McGreavy melihat kepada Sersan, ingin meyakinkan apakah dia menuliskan semua dalam buku catatan. Setelah yakin, dia kembali memandang Judd. "Waktu kami masuk ke kantor resepsionis, pintunya tidak dikunci. Kuncinya utuh?tidak ada tanda-tanda bekas dicongkel." Judd diam saja.
McGreavy meneruskan. "Anda baru saja mengatakan bahwa yang punya kunci untuk membuka pintu ini Anda sendiri dengan Carol. Ku n yang dipegang Carol ada pada kami. Coba pikirkan lagi, Dokter Stevens. Siapa lagi yang punya kunci pintu ini?" "Tidak ada lagi."
"Kalau begitu, menurut pendapat Anda bagaimana orang-orang ini masuk?"
Tiba-tiba Judd mengerti. "Mereka membuat duplikat kunci Carol setelah membunuhnya."
"Itu mungkin," McGreavy sependapat. Bibirnya menyunggingkan senyuman. "Kalau mereka membuat duplikat kunci Carol, kami pasti akan menemukan bekas parafin pada kuncinya. Saya akan minta laboratorium membuat tes."
Judd mengangguk. Dia merasa sudah membuat satu kemenangan, tapi rasa puasnya tidak bertahan lama. "Jadi menurut pendapat Anda," kata McGreavy, "dua orang laki-laki?sementara ini kita anggap tidak ada wanita yang terlibat?membuat duplikat kunci supaya bisa masuk ke kantor dan membunuh Anda. Benar?"
"Benar," kata Judd.
"Lalu tadi Anda mengatakan pula bahwa waktu Anda masuk ke ruang praktek Anda, pintu Anda kunci. Betul?"
"Ya," kata Judd.
Suara-McGreavy hampir terdengar lemah-lembut. "Tapi kami menemukan bahwa pintu itu pun tidak dikunci." ??"
"Mereka pasti juga punya kunci untuk membu-
"Lalu setelah mereka bisa membuka pintu, mengapa mereka tidak membunuh Anda?" "Saya sudah mengatakan. Mereka mendengar
suara dari tape recorder dan____"
"Kedua pembunuh yang kejam ini sudah bersusah-payah memadamkan lampu, menjebak Anda di sini, berhasil masuk ke kantor Anda, dan kemudian lenyap begitu saja tanpa mengusik sehelai rambut pun dari kepala Anda?" Suaranya mengandung penghinaan.
Judd merasakan kemarahannya bangkit. "Apa maksud Anda?"
"Akan saya jelaskan, Dokter. Saya berpendapat tidak ada seorang pun datang ke sini, dan saya tidak percaya ada orang yang mencoba membunuh Anda."
"Anda tidak perlu percaya kepada saya," kata Judd marah. "Bagaimana tentang lampu yang padam" Dan bagaimana tentang penjaga malam, Bigelow?" "Dia ada di lobi."
Jantung Judd berhenti berdenyut sebentar. "Mati?"
"Dia belum mati ketika mempersilakan kami masuk. Ada korsleting pada sekering pusat. Bigelow pergi ke lantai bawah berusaha memperbaikinya. Dia baru saja selesai memperbaiki ketika saya datang."
Judd memandang ke arah McGreavy dengan tertegun. "Oh," katanya akhirnya. "Saya tidak tahu apa yang Anda mainkan,
Dokter Stevens," kata McGreavy. "Tapi sejak saat ini jangan ganggu saya lagi." Dia berjalan ke pintu. "Dan saya minta, jangan panggil saya lagi?saya yang akan memanggil Anda."
Sersan menutup buku catatannya dan mengikuti McGreavy keluar.
Pengaruh minuman keras sudah tidak terasa lagi. Kini Judd merasa jiwanya sangat tertekan. Dia tidak tahu lagi tindakan apa selanjutnya yang harus diambil. Dirinya ada di dalam teka-teki yang tidak ada jawabannya.
Ya, dia merasa seperti anak-anak dalam cerita yang berteriak "serigala". Tapi di sini serigalanya hantu yang kejam dan tidak kelihatan, dan setiap kali McGreavy datang mereka rupanya sudah lenyap tanpa bekas. Hantu ataukah". Ada satu kemungkinan lain. Kemungkinan ini begitu mengerikan, sehingga dia tidak bisa memaksa dirinya untuk mengakui. Tapi dia harus mengakui kemungkinan ini.
Dia harus menerima kemungkinan bahwa dirinya penderita paranoid.
Pikiran yang sangat tertekan bisa melahirkan ilusi yang kelihatannya nyata sekali. Dia bekerja terlalu keras. Selama bertahun-tahun dia tidak pernah mengambil cuti. Kematian Hanson dan Carol bisa menjadi katalisator yang menyebabkan pikirannya kalut, dirinya terjerumus ke jurang emosi sehingga dia menilai kejadian berikutnya secara berlebih-lebihan dan meleset dari kebenaran"
Fend en ta paranoid hidup di dunianya sendiri dan kejadian sehari-hari yang biasa dianggap sebagai bahaya yang selalu mengancam. Sekarang ambillah misal kecelakaan mobil yang lalu. Kalau itu memang usaha untuk membunuhnya dengan sengaja, tentunya orang yang mengemudikan mobil itu akan turun dan menyelesaikan tugasnya.
Juga kedua orang yang datang ke kantornya malam ini. Dia tidak tahu mereka membawa pistol atau tidak. Tidakkah seorang penderita paranoid akan mengira mereka datang untuk membunuhnya" Lebih logis untuk menarik kesimpulan bahwa mereka pencuri biasa. Buktinya setelah mendengar suara orang di dalam kantor, mereka segera kabur.
Tentunya kalau mereka pembunuh, mereka akan membuka pintu yang sudah terbuka kuncinya dan membunuhnya. Bagaimana dia bisa mengetahui mana yang benar" Kini dia tahu bahwa minta tolong kepada polisi tidak ada gunanya lagi. Tidak ada yang bisa dimintai pertolongan.
Sebuah gagasan mulai terbentuk. Gagasan yang lahir dari rasa putus asa dan kenekatan. Walaupun demikian, semakin lama dia memikirkannya, gagasan ini makin masuk akal. Dia mengambil buku petunjuk telepon dan mulai membuka-buka halaman kuning.
9 Pukul empat sore berikutnya Judd pergi meninggalkan kantornya. Dia naik mobil menuju ke sebuah alamat di West Side bawah. Ternyata yang ditujunya sebuah gedung apartemen tua yang sudah hampir runtuh.
Waktu menghentikan mobilnya di muka gedung bobrok ini, Judd mulai merasa menyesal. Mungkin dia salah alamat. Tapi kemudian dilihatnya ada papan merek pada jendela di apartemen lantai satu:
Norman Z. Moody Detektif Swasta Dijamin Memuaskan
sak ton Judd turun dari mobil. Udara sangat dingin dan berangin, dan menurut ramalan cuaca hujan salju akan turun. Dia berjalan cepat-cepat melintasi trotoar yang berlapis es, masuk ke serambi gedung.
Ruangan serambi berbau campuran antara masakan basi dengan air kencing. Judd menekan tombol bel listrik yang bertuliskan "Norman Z.
Mood Dia n men n Moody-1"*, dan sesaat kemudian bel berdering. Dia melangkah masuk dan menemukan apartemen nomor 1. Tulisan yang tertera di pintunya:
Norman Z. Moody Detektif Swasta Tekan Bel dan Masuk
Judd menekan bel dan masuk.
Moody jelas sekali orang yang tidak mau membuang-buang uang untuk membeli barang mewah. Kantornya seperti sarang tikus. Segala macam barang tetek-bengek memenuhi setiap bagian ruangan. Di sebuah sudut berdiri penyekat ruangan. Jepang yang sudah cabik-cabik. Di dekatnya ada sebuah lampu India, dan di muka lampu ada meja Denmark modern yang tergores-gores. Surat kabar dan majalah ada di mana-mana.
Pintu ke ruangan dalam terbuka, dan Norman Z. Moody muncul. Tinggi badannya sekitar satu meter enam puluh dua, dan beratnya pasti seratus lima puluh kilogram. Kalau berjalan seperti bola yang menggelinding, mengingatkan Judd kepada patung Buddha yang hidup. Mukanya bulat, ramah, dengan mata biru pucat yang lebar dan bening. Kepalanya botak sama sekali, dan bentuknya seperti telur. Umurnya sulit ditebak.
"Tuan Stevenson?" Moody menegurnya.
"Dokter Stevens," kata Judd.
"Mari duduk, mari duduk," kata si Buddha dengan aksen Selatan.
Judd melihat berkeliling mencari tempat duduk. Dia memindahkan setumpuk majalah binaraga dan majalah porno yang sudah tua dari kursi berlapis kulit yang sudah robek-robek, dan duduk dengan hati-hati.
Moody duduk di kursi goyang yang sangat besar. "Nah, baiklah! Apa keperluan Anda?"
Judd sadar bahwa dia membuat kesalahan. Melalui telepon dengan hati-hati dia memberikan nama lengkapnya kepada Moody. Nama yang selama beberapa hari terakhir ini mengisi setiap halaman depan surat kabar. Dan dia berhasil mendapatkan satu-satunya detektif swasta dalam kota yang bahkan mendengar namanya saja belum pernah. Dia mulai memikirkan suatu dalih untuk pergi meninggalkan detektif ini.
"Siapa yang memberikan rekomendasi tentang diri saya?" tanya Moody.
Judd ragu-ragu, tidak ingin menyinggung perasaannya. "Saya mendapatkan nama Anda dari halaman kuning buku telepon."
Moody tertawa. "Saya tidak tahu harus berbuat apa tanpa halaman kuning," katanya. "Penemuan terbesar sesudah arak jagung." Dia tertawa lagi.
Judd bangkit berdiri. Sudah jelas dia berhadapan dengan orang sinting. "Maaf, saya mengambil waktu Anda, Tuan Moody," katanya. "Saya akan memikirkan ini lebih masak lagi sebelum saya"."
"Tentu, tentu. Saya mengerti," kata Moody. "Walaupun demikian Anda harus membayar untuk janji pertemuan ini."
"Tentu saja," kata Judd. Dia memasukkan tangan ke sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar uang. "Berapa?"
"Lima puluh dollar."
"Lima puluh?"" Judd menelan ludah dengan marah, menghitung beberapa helai uang dan menguiurkannya kepada Moody. Moody menghitung uang ku dengan cermat.
"Terima kasih banyak," kata Moody.
Judd berjalan ke pintu, merasa seperti orang bodoh.
"Dokter"."
Judd menoleh. Moody tersenyum kepadanya dengan ramah, sambil memasukkan uang ke dalam saku rompinya. "Karena Anda sudah memberi saya lima puluh dollar," katanya lem ah-J embut, "lebih baik Anda duduk dan menceritakan kepada saya apa kesulitan Anda. Saya selalu mengatakan tidak ada yang lebih meringankan daripada mengeluarkan semua yang menyesakkan dada."
Ironis sekali, kenyataan bahwa kata-kata ini keluar dari mulut orang gemuk yang sinting ini. Judd hampir-hampir tertawa karenanya. Selama hidupnya Judd membaktikan dirinya untuk mendengarkan orang mengeluarkan semua yang menyesakkan dada.
Dia memperhatikan Moody sejenak. Apa ruginya" Mungkin membicarakan kesulitannya dengan orang lain akan membantu meringankan penderitaannya. Perlahan-lahan dia kembali ke , kursinya dan duduk.
"Anda kelihatan seakan sedang menanggung beban dunia, Dok. Saya selalu mengatakan empat bahu lebih baik daripada dua."
Judd tidak yakin akan tahan mendengarkan beberapa buah pepatah lagi yang akan diucapkan Moody.
Moody memperhatikannya. "Apa yang mendorong Anda untuk datang ke sini" Wanita, atau uang" Saya selalu mengatakan kalau Anda menghindari wanita dan uang, berarti Anda sudah memecahkan sebagian besar problem dunia." Moody melihat kepadanya, menunggu jawaban.
"Saya?saya rasa ada orang mencoba membunuh saya."
Mata Moody yang biru berkejap-kejap. "Anda merasa?"
Judd tidak mengacuhkan pertanyaannya. "Mungkin Anda bisa memberitahu saya nama orang yang mengambil spesialisasi menyelidiki hal semacam itu."
"Tentu saja saya bisa," kata Moody. "Norman 2. Moody. Yang terbaik di negeri ini." Judd menghela napas putus asa. "Mengapa tidak Anda ceritakan saja kepada saya, Dok?" Moody memberi saran. "Mari kita lihat apakah kita berdua bisa mempelajarinya sebentar."
Mau tidak mau Judd tersenyum. Kedengarannya hampir persis sama dengan yang biasa dikatakannya. Silakan tiduran saja dan katakan apa yang ada dalam pikiran Anda. Baiklah, mengapa tidak"
1 %Q Judd menghela napas panjang, lalu menceritakan kepada Moody semua peristiwa pada hari-hari yang terakhir ini. Waktu berbicara, Judd lupa bahwa Moody ada di hadapannya. Dia benar-benar bicara kepada dirinya sendiri, mengatakan hal-hal membingungkan yang telah terjadi. Tapi Judd hati-hati sekali, tidak mengatakan kepada Moody mengenai kecemasan terhadap kewarasan jiwanya sendiri. Setelah Judd selesai bercerita, Moody memperhatikannya dengan wajah gembi-
"Anda rupanya punya problem -yang rumit juga. Mungkin memang ada orang yang mencoba membunuh Anda, atau Anda takut jangan-jangan Anda menjadi penderita schizophrenia."
Judd memandangnya dengan rasa heran. Skor satu nol untuk Norman Z. Moody.
Moody meneruskan. "Anda mengatakan ada dua orang detektif yang sedang menangani kasus ini. Anda ingat nama mereka?"
Judd ragu-ragu. Dia merasa enggan terlibat terlalu dalam dengan orang ini. Yang diingininya hanya keluar cepat-cepat dari tempat itu. "Frank Angeli," jawabnya, "dan Letnan McGreavy."
Seketika air muka Moody kelihatan hampir berubah sama sekali.
"Alasan apa kira-kira yang menyebabkan orang harus membunuh Anda, Dok?"
"Saya tidak tahu. Sepanjang pengetahuan saya, saya tidak punya musuh satu pun."
rapa musuh di sekelilingnya. Saya selalu mengatakan musuh memberikan sedikit garam kepada roti kehidupan."
Judd menahan diri supaya air mukanya tidak berubah. "Punya istri?" "Tidak," jawab Judd. "Apakah Anda homoseks?" Judd menghela napas. "Dengar, saya sudah diinterogasi oleh polisi dan"."
"Yah. Tapi Anda sudah membayar kepada saya untuk membantu Anda," kata Moody tidak peduli. "Meminjamkan uang kepada orang lain?" "Hanya rekening bulanan yang biasa." "Bagaimana tentang para pasien Anda?" "Bagaimana tentang mereka?" "Baiklah. Saya selalu mengatakan kalau Anda mencari kulit kerang, pergilah ke pantai. Pasien Anda semua orang gila. Benar?"
"Salah," jawab Judd singkat. "Mereka orang yang punya problem."
"Problem emosional yang tidak bisa mereka pecahkan sendiri. Adakah kemungkinan salah seorang di antara mereka mempunyai problem yang bersangkutan dengan diri Anda" Bukan karena alasan yang sebenarnya, tapi mungkin orang yang mengkhayalkan punya dendam terhadap Anda." .
"Itu mungkin. Kecuali satu nal. Sebagian besar oasien saya ada di bawah perawatan saya selama setahun atau lebih. Dalam waktu selama ,tu saya
bisa mengenal mereka dengan baik, sama seperti orang lain yang bergaul akrab selama itu." "Apakah mereka tidak pernah marah kepada
Anda?" tanya Moody dengan nada polos.
"Kadang-kadang. Tapi kita tidak mencari orang yang marah, bukan" Kita mencari penderita paranoid yang suka membunuh, yang sekurang-kurangnya sudah membunuh dua orang dan beberapa kali berusaha membunuh saya." Dia ragu-ragu sebentar, kemudian memaksa dirinya meneruskan. "Kalau saya punya pasien seperti itu dan tidak tahu, maka Anda sedang berhadapan dengan psikoanaiis paling tolol yang pernah hidup di dunia."
Beberapa saat lamanya mereka saling berpandangan.
"Saya selalu mengatakan, "Yang pertama harus didahulukan/ " kata Moody dengan gembira. "Yang pertama harus kita lakukan adalah menyelidiki apakah benar ada orang ingin melenyapkan Anda, ataukah Anda gila. Betul begitu, Dok?" Dia tersenyum lebar, supaya kata-katanya tidak menyinggung perasaan.
"Bagaimana caranya?" tanya Judd.
"Gampang," kata Moody. "Problem Anda ialah Anda berdiri di tempat hinggap?base pertama dan memukul bola yang dilambungkan ke arah Anda, tapi Anda tidak tahu apakah ada orang yang melambungkan bola ini. Mula-mula sekali kita harus mengetahui apakah sedang ada permainan bola. Kemudian kita akan menyelidiki siapa-siapa pemainnya. Anda punya mobil?"
"Ya." Judd sudah melupakan maksudnya meninggalkan Moody dan mencari detektif swasta lain. Kini dia sadar bahwa di balik wajah polos dan badannya yang gendut, Moody sebenarnya mempunyai otak yang cerdas serta kemampuan van g luar biasa.
"Saya rasa saraf Anda terlalu tegang," kata
"Moody. "Saya ingin Anda mengambil liburan sebentar."
"Kapan?" "Besok pagi." "Itu tidak mungkin," Judd protes. "Saya mempunyai janji dengan pasien yang jadwalnya"."
Moody tidak peduli. "Batalkan saja."
"Tapi apa perlunya"."
"Apakah saya harus mengatakan kepada Anda bagaimana Anda sebaiknya melakukan urusan Anda sendiri?" tanya Moody. "Setelah Anda meninggalkan tempat ini, saya ingin Anda langsung pergi ke agen pariwisata. Mintalah agar mereka memesankan tempat untuk Anda di?"?dia berpikir sebentar? "Grossinger. Itu sebuah tempat yang indah di puncak Pegunungan Catskills". Apakah ada bengkel di gedung apartemen tempat tinggal Anda?" "Ada."
"Oke. Suruh mereka mereparasi mobil Anda untuk perjalanan ini. Anda pasti tidak ingin mobil Anda mogok dalam perjalanan."
"Apakah ini tidak bisa saya lakukan minggu depan saja" Besok pagi saya penuh dengan"."
"Setelah Anda memesan tempat, kembalilah ke kantor dan teleponlah semua pasien Anda. Katakan kepada mereka bahwa Anda punya keperluan mendadak, dan Anda akan kembali minggu
OO depan." "Saya benar-benar ndak bisa," kata Judd. "Lagi pula ini"."
"Lebih baik Anda juga menelepon Angeli," Moody meneruskan. "Saya tidak ingin polisi mencari-cari Anda sementara Anda pergi."
"Mengapa saya harus melakukan ini?" tanya Judd.
"Untuk melindungi uang Anda yang lima puluh dollar. Ah, ya, saya jadi teringat. Saya akan butuh uang sebanyak dua ratus dollar lagi sebagai panjar. Ditambah lima puluh dollar sehari dan ganti pengeluaran."
Moody mengangkat tubuhnya yang besar dari kursi goyang. "Saya ingin Anda berangkat besok pagi-pagi benar," katanya, "supaya bisa sampai di atas sana sebelum gelap. Anda bisa berangkat kira-kira pukul tujuh pagi?"
"Saya" saya rasa bisa. Saya akan menemukan apa setelah sampai di sana?" "Kalau Anda mujur, sehelai kartu skor." Lima menit kemudian Judd naik ke mobilnya dengan kepala penuh pikiran. Dia mengatakan kepada Moody bahwa dia tidak bisa pergi meninggalkan pasiennya dengan pemberitahuan
yang begitu mendadak. Tapi dia sadar bahwa itu harus dilakukan. Dia sudah menyerahkan nasibnya ke tangan detektif swasta. Ketika dia mulai menjalankan mobil, matanya menangkap tulisan* pada papan merek di jendela Moody.
Dijamin Puas Mudah-mudahan dia benar, pikir Judd murung.
Persiapan perjalanan bisa dilakukan dengan lancar. Judd mampir ke agen pariwisata di Madison Avenue. Mereka memesankan kamar untuknya di Grossinger. Dia juga diberi peta jalan dan bermacam-macam brosur berwarna tentang Pegunungan Catskills.
Kemudian Judd menelepon agen teleponnya sendiri, meminta mereka menghubungi semua pasiennya untuk membatalkan pertemuan sampai pemberitahuan yang akan datang. Dia menelepon markas polisi Seksi Sembilan Belas dan minta bicara dengan Detektif Angeli.
"Angeli sedang cuti sakit," kata suara yang tidak dikenal. "Anda ingin nomor telepon rumahnya?"
"Ya." Beberapa menit kemudian Judd bisa bicara dengan Angeli. Dari suara Angeli, rupanya dia sedang sakit selesma.
"Saya memutuskan untuk pergi "Juar kota .j selama beberapa hari," kata Judd. Saya akan
berangkat besok pagi. Saya ingin mengetahui bagaimana pendapat Anda?"
Sejenak sunyi sementara Angeli berpikir. "Mungkin ini gagasan yang baik. Anda akan pergi ke mana?"
"Saya ingin bermobil pergi ke Grossinger."
"Baiklah," kata Angeli. "Jangan kuatir. Saya akan menjelaskan kepada McGreavy." Dia ragu-ragu. "Saya mendengar apa yang terjadi di kantor Anda semalam."*
"Maksud Anda mendengar dari McGreavy," kata Judd.


Wajah Sang Pembunuh Naked Face Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah Anda bisa melihat orang yang mencoba membunuh Anda?" Jadi akhirnya Angeli percaya kepadanya. "Tidak."
"Sama sekali tidak ada yang bisa membantu kami menemukan mereka" Warna kulit, umur,
tinggi badan?" "Menyesal sekali," jawab Judd. "Waktu itu gelap."
Angeli mendengus. "Oke. Saya akan terus mencari. Mungkin saya sudah mendapat kabar baik setelah Anda kembali. Hati-hatilah, Dok-
"Baik," jawab Judd penuh rasa terima kasih. Dia pun meletakkan telepon.
Kemudian dia menelepon majikan Harrison Burke, dan dengan singkat menerangkan keadaan Burke. Tidak ada pilihan lain kecuali membereskan persoalan ini secepat-cepatnya. Lalu Judd
menelepon Peter, menerangkan bahwa dia harus ke luar kota selama seminggu. Dia minta kepada Peter agar mengatur apa yang perlu untuk Burke, Peter menyanggupinya, dan setuju dengan rencana liburannya. Sekarang semua beres.
Yang paling mengganggu pikiran Judd ialah dia tidak bisa bertemu dengan Anne pada hari Jumat. Mungkin dia tidak akan melihat Anne lagi untuk selama-lamanya.
Waktu naik mobil kembali ke apartemennya, Judd memikirkan Norman 2. Moody. Dia sudah punya gagasan tentang apa kira-kira yang akan dilakukan Moody. Dia disuruh oleh Moody memberi tahu semua pasien bahwa dia akan pergi. Dengan cara ini Moody memasang perangkap, dengan Judd sendiri sebagai umpannya. Kalau salah seorang pasiennya benar-benar pembunuh -kalau memang ada pembunuh?maka pembunuh ini akan masuk ke dalam perangkap.
Moody menyuruhnya meninggalkan alamat tempatnya berlibur pada agen teleponnya dan juga pada penjaga pintu gedung apartemen. Dia mengusahakan benar-benar supaya setiap orang tahu ke mana Judd akan pergi.
Waktu Judd menghentikan mobil di muka gedung apartemen, Mike sudah siap menyambutnya. .
"Saya akan pergi melancong besok pagi, Mike, Judd memberi tahu Mike. "Tolong antarkan mobil ke bengkel supaya direparasi dan diisi tangkinya."
"Akan saya urus, Dokter Stevens. Pukul berapa mobil akan Anda perlukan?"
"Saya akan berangkat pukul tujuh pagi."
Judd merasakan Mike mengawasinya ketika dia berjalan ke dalam apartemen.
Setelah masuk ke apartemennya, Judd mengunci semua pintu. Tidak lupa semua jendela diceknya dengan cermat. Kelihatannya semua beres.
Dia menelan dua butir pil codeine, membuka pakaian dan mandi dengan air panas. Badannya direndam dengan air panas, dan dia merasakan ketegangannya mulai lenyap dari punggung dan lehernya. Dia berbaring rileks dalam bak mandi, berpikir.
Mengapa Moody mengingatkan jangan sampai mobilnya mogok di jalan" Karena kemungkinan besar dia bisa diserang di jalan yang sunyi di Pegunungan Catskills" Dan apa yang bisa dilakukan Moody seandainya benar dia diserang" Moody tidak mau menerangkan rencananya?kalau memang dia punya rencana.
Makin lama dipikirkan, judd makin yakin bahwa dia sedang berjalan ke sebuah perangkap. Moody mengatakan bahwa "perangkap ini dipasang untuk menjebak orang-orang yang akan mengejar Judd. Tapi tidak peduli berapa kali dia memikirkannya, kesimpulannya selalu sama: bahwa perangkap ini dibuat untuk menjebak Judd sendiri.
Tapi mengapa" Apa keuntungan yang akan diperoleh Moody kalau dia terbunuh" Ya, Tuhan!
pikir Judd. Aku mengambil sebuah nama secara untung-untungan dari Buku Petunjuk Telepon Manhattan, dan aku yakin dia ingin agar aku terbunuh! Aku penderita paranoid/
Judd mulai merasakan matanya terpejam. Pil dan mandi air panas sudah mulai memberikan pengaruh sebaik-baiknya. Dia bangkit dari bak mandi dengan badan lemas. Hati-hati sekali dia menyeka bagian tubuhnya yang luka dengan handuk tebal sampai kering. Kemudian dipakainya sepasang piyama.
Sebelum naik ke tempat tidur, jam listrik disetelnya agar berdering pada pukul enam. Pegunungan Catskills, pikirnya. Sebuah nama yang bagus.
Dan dia pun terlelap tidur. Tidurnya nyenyak sekali, seperti orang yang kehabisan tenaga.
Pada pukul enam pagi jam berdering. Seketika Judd terbangun. Begitu dia bangun, pikirannya langsung bekerja meneruskan pikiran sebelumnya. Aku tidak percaya kepada rentetan kebetulan dan aku tidak percaya salah seorang pasienku adalah seorang pembunuh. Maka, kalau aku bukan penderita paranoid, aku akan menjadi penderita paranoid.
Dia perlu konsultasi dengan psikoanalis lainnya, tidak boleh ditunda-tunda lagi. Sebaiknya dia telepon Dokter Robbie saja. Dia tahu itu berarti
kariernya sebagai psikoanalis akan berakhir, tapi itu tidak bisa dicegah lagi. Kalau dia memang menderita paranoid, dia harus dimasukkan ke rumah sakit jiwa.
Apakah Moody sudah curiga bahwa dia berhadapan dengan orang yang otaknya kurang waras"] Itukah sebabnya dia menyarankan untuk ambili liburan" Bukan karena Moody percaya ada orang yang akan membunuhnya, melainkan karena i melihat gejala keruntuhan saraf pada dirinya.
Mungkin keputusan yang paling bijaksana adalah mengikuti saran Moddy, dan pergi ke Pegunungan Catskills selama beberapa hari. Seorang diri, tanpa beban apa pun yang memberat*! nya, dia akan bisa mencoba menilai dirinya dengan tenang. Dia bisa mencoba memikirkan kapan otaknya mulai tidak beres, kapan dia mulai kehilangan pegangan dengan kenyataan. Kemudian, setelah kembali, dia akan menemui Dokter Robbie dan menyerahkan diri di bawah perawatannya.
Judd merasa sangat berat mengambil keputusan ini. Tapi setelah keputusan yang menyakitkan itu diambil, Judd merasa lebih tenang. Dia pun berpakaian. Ke dalam kopor kecil dimasukkannya pakaian ganti cukup untuk lima hari, kemudian kopor itu dijinjingnya ke lift.
Eddie belum lagi mulai bertugas, dan dia harus menjalankan lift sendiri. Judd turun ke bengkel di lantai bawah. Sesampainya di sana dia melihat berkeliling mencari Wih, pekerja bengkel. Tapi
Wilt tidak dilihatnya. Bengkel kosong, tidak ada seorang pun di situ.
Judd melihat mobilnya diparkir di sebuah sudut, dekat tembok. Dia berjalan menghampirinya. Kopornya diletakkan di tempat duduk belakang, lalu dia membuka pintu depan dan duduk di belakang kemudi. Ketika Judd menarik kunci kontaknya, tahu-tahu seorang laki-laki muncul di sebelahnya. Jantung Judd berhenti berdetak sesaat.
"Anda tepat dengan rencana." Ternyata itu Moody,
"Saya tidak tahu Anda akan melepas kepergian saya," kata Judd.
Moody memandangnya dengan muka berseri-seri. Wajahnya yang mirip wajah malaikat menyunggingkan senyuman. "Saya tidak bisa berbuat yang lebih baik dan saya tidak bisa tidur."
Tiba-tiba Judd merasa berterima kasih karena taktik yang diambil Moody untuk mengatasi keadaan. Moody tidak menyebutkan kenyataan bahwa Judd berpenyakit jiwa. Dia hanya memberikan saran dengan cerdiknya agar Judd bermobil ke pedalaman dan istirahat. Baiklah, sekurang-kurangnya Judd bisa berpura-pura bahwa segala-galanya berjalan normal.
"Saya mengambil kesimpulan bahwa Anda benar. 4Saya akan bermobil ke pegunungan dan melihat kalau-kalau bisa mendapatkan karcis untuk menonton bola."
"Ah, Anda tidak perlu pergi ke mana-mana
untuk mendapatkan itu," kata Moddy. "Itu semua sudah diurus."
? Judd melihat kepadanya dengan pandangan hampa. "Saya tidak mengerti."
"Ini sederhana saja. Saya selalu mengatakan kalau orang ingin menemukan dasar dari apa pun, dia harus mulai menggali."
"Tuan Moody"."
Moody menyandar ke pintu mobil. "Anda tahuJ apa yang saya anggap membingungkan dalam problem Anda, Dok" Rupanya seperti setiap lima menit orang mencoba membunuh Anda ? barangkali. Sekarang barangkali ini membuat saya terpesona. Kita tidak punya pegangan apa pun "; sebelum mengetahui apakah Anda berpenyakit gila, atau benar-benar ada orang yang berusaha i mengubah Anda menjadi mayat."
Judd melihat kepada Moody. "Tapi Pegunungan Catskills"," katanya lemah.
"Ah, Anda tidak perlu pergi ke Pegunungan J Catskills, Dok." Moody membuka pintu mobil. , "Silakan turun di sini."
Kebingungan, Judd turun dari mobil.
"Ketahuilah, semua itu hanya iklan belaka, j Saya selalu mengatakan kalau orang ingin menangkap ikan hiu, maka dia harus menuangkan I darah dulu ke air."
Judd memperhatikan muka Moody. "Saya kuatir Anda takkan sampai ke Pegunungan Catskills," kata Moody dengan lem ah-lem- I
but. Dia berjalan memutari tutup mesin mobil, memutar kuncinya dan tutup mesin dibukanya.
Judd berjalan ke sisinya. Tiga batang dinamit direkatkan dengan plester pada distributor. Dua utas kawat tipis dihubungkan dengan kontak mesin.
"Dipasangi dinamit," kata Moody.
Judd melihat kepadanya, sangat heran. "Tapi bagaimana Anda"."
Moody nyengir. "Saya sudah bilang, saya tidak bisa tidur. Saya datang ke sini sekitar tengah malam. Saya menyuap penjaga malam supaya pergi bersenang-senang, dan saya menunggu dalam gelap. Untuk menyuap penjaga malam saya mengeluarkan uang dua puluh dollar," dia menambahkan. "Saya tidak ingin Anda kelihatan seperti orang murahan."
Judd tiba-tiba merasa kagum kepada laki-laki gendut ini. "Anda melihat orang yang memasangnya?"
"Tidak. Dinamit sudah dipasang sebelum saya datang ke sini. Pada pukul enam pagi tadi saya rasa tidak ada lagi orang yang akan datang melihat, maka saya memeriksanya." Moody menunjuk ke arah dua utas kawat. "Kawan-kawan Anda benar-benar cerdas dan cerdik. Mereka memasang peledak kedua, supaya dinamit juga akan meledak kalau Anda membuka tutup mesin selebar-lebarnya. Demikian juga dinamit akan meledak kalau Anda memutar kunci kontak. Dinamit yang dipasang di sini cukup untuk melenyapkan separuh bengkel."
judd riba-riba merasakan perutnya mulas Moody memandanginya dengan rasa kasihan.
"Bergembiralah," katanya. "Lihatlah kemajuan vang kita capai. Kita sudah mengetahui dua hal. Yang pertama, kita tahu bahwa Anda tidak gila> Dan yang kedua../"?senyum lenyap dari wajahnya-"kita tahu bahwa seseorang ingin sekali membunuh Anda, Dokter Stevens."
10 Mereka duduk dalam apartemen Judd, bercakap-cakap. Moody yang gendut duduk di sofa besar. Hati-hati sekali Moody mengumpulkan bagian-bagian bom yang sudah dijinakkan dalam bagasi mobilnya sendiri.
"Apakah tidak lebih baik Anda membiarkannya saja di situ supaya polisi bisa memeriksanya"*" tanya Judd.
"Saya selalu mengatakan bahwa hal yang paling membingungkan di dunia ini ialah terlalu banyak informasi."
"Tapi itu bisa merupakan bukti bagi Letnan McGreavy bahwa saya tidak bohong." "Benar begitu?"
Judd memahami pendapat Moody. $isa saja McGreavy menuduh Judd sendiri yang memasang dinamit itu pada mobilnya. Walaupun demikian Judd masih bingung bahwa ada detektif swasta yang menahan buku dari polisi Dia berpendapat b"hwa Moody seperti sebuah gunung es yanj besar. Sebagian besar dari pribadinya ^ bawah permukaan, di balik topeng seorang desa yang bodoh.
Tapi kini ketika mendengarkan Moody berbicara, Judd merasa senang sekali. Dia tidak gilai dan dunia tidak tiba-tiba penuh dengan kebetulan 1 yang mengerikan. Ternyata memang ada pembunuh yang sedang berkeliaran. Pembunuh yan" sebenar-benarnya. Dan entah karena alasan apa,] pembunuh itu memilih Judd sebagai sasarannya.]
Ya, Tuhan, pikir Judd, alangkah mudahnya* ego kita bisa dihancurkan. Beberapa menit yang ] lalu hampir saja dia yakin bahwa dirinya penderita 1 paranoid. Dia berutang budi banyak sekali kepada Moody.
?" Anda dokter," kata Moody. "Saya hanyalah orang kebanyakan. Saya selalu mengatakan kalau ingin madu, orang harus mencari sarang lebah."
Judd mulai bisa memahami bahasa Moody. "Anda menginginkan pendapat saya mengenai orang atau orang-orang yang kita cari."
"Itulah dia," kata Moody dengan muka berseri-seri. "Apakah kita sedang berurusan dengan seseorang yang gila membunuh yang lepas dari rumah gila"." Rumah sakit jiwa, pikir Judd secara otomatis. ?" ataukah lebih dari itu?" "Lebih dari itu," kata judd seketika. "Mengapa Anda berpendapat begitu, Dok?" "Pertama, dua orang masuk ke kantor saya semalam. Saya mungkin bisa saja mempercayai teori adanya seorang gila, tapi dua orang gila bekerja bersama-sama adalah hal yang mustahil."
Moody mengangguk sependapat. "Saya mengerti. Teruskan."
"Kedua, otak yang tidak waras mungkin bisa memiliki obsesi, tapi selalu bekerja dengan satu pola tertentu. Saya tidak tahu mengapa John Hanson dan Carol Roberts dibunuh. Tapi, kalau saya tidak salah, saya dimaksudkan sebagai korban yang ketiga dan terakhir."
"Mengapa Anda berpendapat bahwa Anda dimaksudkan sebagai korban yang terakhir?" tanya Moody sangat tertarik.
"Sebab," jawab Judd, "kalau seharusnya ada pembunuhan lain, maka ketika pertama kalinya mereka gagal membunuh saya, mereka akan meneruskan membunuh siapa saja yang ada dalam daftarnya. Tapi kenyataannya tidak demikian. Mereka memusatkan perhatian untuk berusaha membunuh saya."
"Ketahuilah," kata Moody senang sekali, "Anda punya bakat untuk menjadi detektif."
Judd mengerutkan dahi. "Ada beberapa hal yang tidak masuk akal."
"Apa misalnya?"
"Pertama, tentang motifnya," kata Judd. "Saya tidak kenal dengan siapa pun yang"."
"Kita akan kembali membicarakannya nanti. Apa lagi?"
"Kalau orang ini benar-benar ingin sekali membunuh saya, maka waktu mobil menabrak saya, yang perlu dilakukan sopirnya hanya kembakjagi dan melindas saya. Waktu itu saya ,aruh pingsan.
"Ah! Di situlah peranan Tuan Benson." Judd melihat kepadanya dengan pandangan hampa.
Tuan Benson adalah saksi kecelakaan Anda,*" Moody menerangkan. "Saya mengetahui namanya dari laporan polisi, dan menemui dia setelah Anda meninggalkan kantor saya. Untuk naik taksi saya mengeluarkan uang tiga dollar lima puluh sen. Oke"**
Judd mengangguk, tidak bisa mengeluarkan suara.
"Tuan Benson?dia adalah pedagang kulit berbulu. Dia menjual mantel yang bagus-bagus. Kalau Anda ingin membelikan sesuatu untuk pacar, saya bisa mengusahakan korting. Oh, ya, j pada hari Selasa malam terjadinya kecelakaan, dia ] keluar dari gedung perkantoran tempat saudara iparnya bekerja. Dia pergi ke sana untuk mengantarkan pil, sebab saudaranya, Matthew, yang menjadi pedagang Kitab Suci sedang kena flu. 1 Saudara iparnya ini yang akan membawa pil j pemberian Tuan Benson pulang."
Judd menahan kesabarannya. Walaupun seandainya Norman Z. Moody ingin terus duduk di j situ dan menyebutkan Pernyataan Hak-hak Azasi j Manusia selengkapnya, dia akan mendengarkan, j "Setelah Tuan Benson mengantarkan pil itu, dia j keluar dari gedung tepat ketika mobil itu sedang meluncur ke arah Anda. Tentu saja pada waktu itu i dia tidak tahu bahwa itu adalah Anda."
"Mobil itu meluncur agak ke samping, dan dari tempat Tuan Benson kelihatannya mobil itu slip. waktu melihat bahwa mobil menabrak Anda, dia mulai berlari untuk melihat kalau-kalau bisa menolong. Mobil waktu itu sedang mundur untuk menabrak Anda sekali lagi. Sopirnya melihat Tuan Benson, dan mobil di larikannya cepat-cepat seperti kelelawar keluar dari neraka."
Judd menelan ludah. "Jadi kalau Tuan Benson tidak kebetulan lewat"."
"Yah," kata Moody perlahan, "Anda boleh mengatakan bahwa kita tidak akan bertemu. Anak-anak yang di mobil itu tidak main-main. Mereka memang ingin membunuh Anda, Dok."
"Bagaimana tentang serangan ke kantor saya" Mengapa mereka tidak mendobrak pintu?" Moody terdiam sesaat, berpikir. "Itu membingungkan," katanya kemudian. "Mereka bisa saja mendobrak pintu dan membunuh Anda dengan siapa pun yang bersama Anda, kemudian lari tanpa ada yang melihat. Tapi waktu mengira Anda tidak sendirian, mereka pergi. Ini tidak cocok dengan lain-lainnya."
Beberapa saat Moody duduk sambil menggigit bibirnya. "Kecuali kalau"." katanya. "Kecuali kalau apa?"
Pancaran spekulatif kelihatan pada wajah Moody. "Saya masih bingung"." Dia menghela napas.
"Sementara Ini baiklah jangan dikatakan dulu.
Saya punya sedikit dugaan, tapi rasanya tidak masuk akal sebelum kita menemukan motirnva."
judd mengangkat bahu tidak berdaya. *"Sava j tidak kenal dengan siapa pun yang punya motif j untuk membunuh saya/"
Moody berpikir sesaat. "Dok. mungkinkah Anda punya rahasia yang Anda beritahukan kepada pasien Anda. Hanson, dan Carol Roberts" Sesuatu yang hanya diketahui oleh Anda beru"
p?" Judd menggeleng. "Rahasia yang saya miliki hanya rahasia profesi tentang pasien saya. Dan tidak satu pun dari riwayat kasus mereka yang mungkin akan menyebabkan pembunuhan. Tak seorang pun di antara pasien saya menjadi agen rahasia, mata-mata asing, atau buronan polisi. Mereka hanya orang biasa saja?ibu rumah tangga, usahawan, pegawai bank?orang-orang dengan problem yang tidak dapat mereka atasi sendiri."
Moody memandangi Judd dengan tenang. "Jadi Anda yalun benar dalam kelompok kecil Anda tidak ada orang yang gila membunuh?"
Suara Judd tegas sekali. "Positif. Kemarin mungkin saya tidak begitu yakin. Terus terang, saya mulai berpikir bahwa saya menderita paranoid dan Anda hanya menghibur saya."
Moody tersenyum kepadanya. "Pikiran itu melintas pada otak saya juga," katanya, "Setelah Anda menelepon saya untuk mengadakan janji pertemuan, saya melakukan pengecekan terhadap
diri Anda. Saya menelepon dua orang dokter sahabat baik saya. Anda mempunyai reputasi sebagai psikoanalis yang terkemuka."
Rupanya panggilan "Tuan Stevenson" hanya bagian dari topeng Moody sebagai orang kampung yang bodoh.
"Kalau kita pergi kepada polisi sekarang," kata Judd, "dengan apa yang kita ketahui, sekurang-kurangnya kita bisa meminta mereka mulai mencari siapa yang mendalangi semua ini.*"
Moody memandanginya agak keheranan. "Anda berpendapat begitu" Yang kita ketahui sekarang belum cukup banyak untuk melangkah ke situ bukan, Dok?"
Memang benar. "Saya tidak akan putus asa," kata Moody. "Saya rasa kita mendapat kemajuan pesat. Kita sudah mempersempit medan penyelidikan dalam waktu singkat."
Nada frustrasi terasa pada suara Judd. "Tentu saja. Pembunuhnya pasti salah seorang yang tinggal di benua Amerika ini."
Sesaat Moody duduk sambil menatap langit-langit. Akhirnya dia menggelengkan kepala. "Keluarga," katanya sambil menghela napas.
"Keluarga?" "Dok?saya percaya kepada Anda ketika Anda mengatakan mengenai baik semua pasien Anda. Kalau Anda mengatakan mereka tidak mungkin melakukan perbuatan ini, saya harus percaya kepada Anda. Itu sarang lebah Anda sendiri, dm
Anda-lah yang menjaga madunya." Dia mencondongkan badannya ke depan. "Tapi coba katakan kepada saya. Kalau Anda menerima pasien, apakah Anda menginterviu keluarganya?"
Tidak. Kadang-kadang keluarganya bahkan tidak tahu bahwa dia mendapat perawatan psikoanalisis.**
Moody menyandar kembali, kelihatan puas. "Nak, kalah dia,** katanya.
Judd melihat kepadanya. "Anda berpendapat bahwa anggota keluarga salah satu pasien berusaha membunuh saya?"
"Mungkin." "Mereka pun tidak punya motif, sama seperti si pasien sendiri. Lebih tidak mungkin."
Moody bangkit berdiri dengan susah-payah. "Anda tidak mungkin mengetahuinya, bukan, Dok" Baiklah, akan saya katakan apa yang ingin saya lakukan. Berikan kepada saya daftar semua pasien yang Anda temui selama empat atau lima minggu terakhir ini. Apakah Anda bisa memenuhi permintaan saya?" Judd ragu-ragu, "Tidak," akhirnya dia berkata. "Hubungan dokter dengan pasien yang harus dirahasiakan" Saya rasa sudah tiba waktunya Anda menyimpang sedikit. Jiwa Anda sedang terancam."
"Saya rasa Anda mengikuti jalan yang salah. Apa yang sudah terjadi tidak ada hubungannya dengan pasien saya atau keluarganya. Kalau salah seorang anggota keluarga pasien ada yang gila, itu
"kan segera diketahui dalam ptmoananna,- juvUI menggelengkan kepala. "Maaf, Tuan Moody. Saya harus melindungi pasien."*
"Anda tadi mengatakan bahwa dalam arsip Anda tidak ada yang penting."
"Tidak ada yang penting bagi kita."
Judd memikirkan beberapa hal yang terdapat dalam arsip. John Hanson mencari kelasi di bar yang ramai di Third Avenue. Teri Washburn main cinta dengan anak-anak band. Evelyn Warshak, pelacur berumur empat belas tahun".
"Maaf," kata Judd lagi. "Saya tidak bisa memperlihatkan arsip saya kepada Anda."
Moody mengangkat bahu. "Oke," katanya. "Oke. Kalau begitu Anda harus melakukan sebagian dari tugas saya."
"Apa yang harus saya lakukan?"
Keluarkan semua rekaman wawancara Anda dengan pasien selama bulan terakhir ini. Dengarkan baik-baik setiap rekaman. Tapi kali ini Anda tidak mendengarkan selaku seorang dokter?dengarkanlah rekaman itu dengan Anda berlaku sebagai seorang detektif. Carilah apa saja yang kedengarannya agak aneh."
"Itu sudah saya lakukan. Memang itu tugas saya.
"Lakukan sekali lagi. Dan tetap waspada. Saya tidak ingin kehilangan Anda sebelum kasus ini " bisa dipecahkan."
Moody mengambil mantelnya dan mulai memakainya, penampilannya kelihatan seperti gajah
yang sedang menari balet. Biasanya gerak-gerik orang gemuk agak lamban, pikir Judd. Tapi rupanya itu tidak berlaku bagi Tuan Moody.
"Anda tahu apa yang paling istimewa dari seluruh persoalan ini?" tanya Moody setelah berpikir sejenak.
"Sebelumnya Anda sudah menarik kesimpulan, bahwa ada dua orang yang ingin membunuh Anda. Mungkin lebih masuk akal kalau hanya satu orang yang ingin melenyapkan Anda?tapi mengapa harus dua orang?"
"Saya tidak tahu."
Moody memperhatikannya sesaat, menimbang-nimbang. "Ya, Tuhan!" Akhirnya dia berkata. "Ada apa?"
"Mungkin ini hanya dugaan gila. Tapi kalau saya tidak salah, mungkin lebih dari dua orang yang ingin membunuh Anda."
Judd menatap Moody tidak percaya.
"Maksud Anda ada sekelompok orang gila ingin membunuh saya" Itu tidak masuk akal."
Air muka Moody makin lama kelihatan makin memancarkan kegembiraan.
"Dokter, mungkin saya bisa menebak siapa wasit dalam permainan bola ini." Dia melihat kepada Judd, matanya bersinar-sinar. "Saya belum tahu pasti apa sebabnya?tapi mungkin saya tahu siapa orangnya." v.ffSiapa?" Moody menggelengkan - kepala.
"Anda akan mengirim saya ke rumah gila kalau saya mengatakan ini. Saya selalu mengatakan kalau orang ingin menembakkan mulutnya, dia harus tahu lebih dulu bahwa mulutnya berisi. Baiklah, saya akan melakukan latihan dulu agar mengenai sasaran yang tepat. Kalau ternyata nanti saya berada pada jalan yang benar, Anda akan saya beritahu."
"Mudah-mudahan Anda tidak keliru," kata Judd dengan sungguh-sungguh.
Moody memandanginya sesaat. "Tidak, Dok. Kalau Anda masih sayang kepada jiwa Anda? berdoalah semoga saya keliru." Dan Moody pun pergi. Judd naik taksi ke kantor. Waktu itu hari Jumat siang, dan kesempatan berbelanja tinggal tiga hari sebelum Natal. Jalan penuh dengan orang yang pergi berbelanja. Mereka semua mengenakan pakaian tebal untuk" menahan angin dingin yang meniup dari arah Sungai Hudson.
Jendela toko-toko kelihatan meriah dan terang-benderang, penuh dengan pohon Natal yang lampunya dinyalakan dan patung ukiran Kelahiran Sang Bayi. Damai di bumi. NataJ. Dan Elizabeth, dengan anak dalam kandungannya.
Naga Berkepala Empat 3 Serahkan Saja Pada Jennings Karya Anthony Buckeridge Misteri Rumah Berdarah 7
^