Pencarian

Wajah Sang Pembunuh 4

Wajah Sang Pembunuh Naked Face Karya Sidney Sheldon Bagian 4


membunuh. . , . Nick mencoba membuka pintu yang kedua.
Pintu ini pun terkunci. Dia menembak lubang kuncinya, dan setelah pintu terbuka dia masuk ke dalam. Ini adalah ruang belajar. Kosong. Mereka saling melemparkan senyuman dan berjalan ke pintu yang terakhir.
Ketika mereka melewati monitor televisi, Rocky memegang lengan saudaranya. Pada layar televisi mereka melihat tiga orang laki-laki terburu-buru masuk ke lobi. Dua dari mereka mengenakan jas putih, mendorong usungan beroda. Laki-laki yang ketiga membawa tas dokter.
"Sialan!" "Tenang saja, Rocky. Rupanya ada orang sakit. Di gedung ini pasti ada seratus apartemen."
Mereka melihat ke layar televisi terpesona, ketika kedua orang yang mendorong usungan masuk ke dalam lift, disusul kemudian oleh orang yang ketiga. Pintu lift tertutup.
"Beri mereka waktu beberapa menit," kata Nick. "Mungkin ada kecelakaan. Artinya mungkin akan ada polisi."
"Benar-benar sial!"
"Jangan kuatir. Stevens tidak akan pergi ke mana-mana."
Pintu apartemen terbuka lebar. Dokter dengan kedua orang yang mendorong usungan masuk. Cepat-cepat kedua orang yang di dalam apartemen Judd memasukkan pistol masing-masing ke saku mantel. Dokter menghampiri mereka. "Apakah dia
"Siapa?" "Korban bunuh diri. Dia sudah mati atau masih hidup?"
Kedua orang itu saling memandang, keheranan. "Kalian tidak salah masuk apartemen?"
Dokter berjalan melewati kedua orang itu dan mencoba membuka pintu kamar yang masih terkunci. "Pintu ini dikunci. Tolong saya mendobrak pintu ini."
Kedua kakak-beradik itu melihat dengan tidak berdaya ke arah dokter yang sedang mencoba mendobrak pintu dibantu oleh dua orang pembawa usungan. Ketika pintu berhasil dibuka, dokter segera masuk ke dalam. .
"Masukkan usungan!"
Dia menghampiri tempat tidur, tempat Judd berbaring.
"Kau tidak apa-apa?"
Judd melihat ke arah dokter, mencoba memusatkan pandangannya. "Rumah sakit," Judd menggumam.
"Segera kami antar ke sana."
Kedua kakak-beradik dengan kebingungan memandangi kedua pembawa usungan yang dengan cekatan memindahkan Judd dari tempat tidur ke usungan, kemudian menutupinya dengan selimut.
"Mari kita .pergi," kata Rocky.
Dokter mengawasi kedua orang itu pergi. Kemudian dia menoleh kepada Judd yang berbaring di atas usungan, mukanya pucat dan ketakutan"
"Kau baik-baik saja, Judd?" Suaranya men dung rasa kuatir.
Judd mencoba tersenyum, tapi tidak ber* >jtt_i___" i__?____rv:^ i____:__? j ? " .
"asd J JL ??U "Hebat," katanya. Dia hampir tidak bisa roende ngar suaranya sendiri. "Terima kasih, Pete "
Peter melihat ke bawah kepada sahabatnya kemudian mengangguk kepada kedua pembawa usungan. "Mari kita berangkat!"
18 Kamar rumah sakit tempat Judd dirawat sekarang berbeda dengan ketika dia dirawat karena mengalami tabrak lari. Tapi perawatnya tetap sama. Melihatnya dengan pandangan tidak senang, sambil duduk di tepi tempat tidurnya. Perawat inilah yang pertama kali dilihatnya ketika Judd membuka matanya.
"Nah, Anda sudah bangun," katanya ringkas. "Dokter Harris ingin menemui Anda. Akan saya katakan kepadanya bahwa Anda sudah bangun." Dia berjalan dengan langkah kaku meninggalkan ruangan.
Judd mencoba duduk, menggerakkan tubuhnya dengan hati-hati. Gerakan lengan dan kakinya agak lambat, tapi semuanya masih utuh. Dia mencoba memusatkan pandangannya ke sebuah kursi di seberang ruangan, berganti-ganti dengan mata kiri dan kanannya. Pandangannya agaK kabur.
Ingin konsultasi?" ? ,? uArris
Judd melihat ke atas. Dokter Seymour Hams ?""Uh masuk ke kamarnya. bira>
"Nah," kata Dokter Harris dengan g
"ternyata kau salah seorang langganan kami yang terbaik. Kau tahu berapa rekening untuk jahitan-mu saja" Kami akan memberimu potongan harga". Bagaimana tidurmu, Judd?" Dia duduk di tempat tidur.
"Seperti bayi. Apa yang kauberikan?"
"Suntikan sodium luminol."
"Pukul berapa sekarang?"
"Tengah hari." "Ya, Tuhan," kata Judd. "Saya harus keluar dari sini!"
Dokter Harris mengambil catatan dari papan klip yang dibawanya. "Apa yang ingin kaubicara-kan lebih dulu" Gegar otakmu" Luka robekmu" Atau luka memar?"
"Saya merasa baik-baik saja."
Dokter Harris menyingkirkan catatannya. Suaranya menjadi serius. "Judd, tubuhmu babak-belur. Lebih dari yang kausadari. Kalau kau cukup pintar, kau akan tetap tinggal di tempat tidurmu ini beberapa hari dan istirahat. Kemudian kauambil liburan selama sebulan."
"Terima kasih, Seymour," kata Judd.
"Maksudmu ingin mengucapkan terima kasih, tapi?tidak, terima kasih. Saya tidak bisa menerimanya."
"Ada sesuatu yang harus saya selesaikan."
Dokter Harris menghela napas.
"Kau tahu siapa pasien yang paling buruk di dunia" Dokter." Lalu dia mengganti bahan percakapan, mengalah. "Peter di sini semalaman. Dia
menelepon setiap jam. Dia sangat kuatir memikirkan keadaanmu. Menurut Peter semalam ada orang yang mencoba membunuhmu."
"Kau tahu sendiri bagaimana sifat dokter?terlalu berlebih-lebihan imajinasinya."
Harris memandanginya sesaat. Lalu dia mengangkat bahu dan berkata, "Kau psikoanalis. Saya hanya orang biasa. Mungkin kau tahu apa yang kaulakukan?tapi saya tidak berani bertaruh satu sen pun tentang itu. Kau yakin benar tidak mau istirahat di tempat tidur barang beberapa hari?"
"Saya tidak bisa."
"Baiklah, Macan. Kau saya izinkan meninggalkan rumah sakit besok pagi."
Judd ingin protes, tapi Dokter Harris memotong lebih dulu.
"Jangan membantah. Ini hari Minggu. Orang yang memukulimu juga perlu istirahat."
"Seymour"."
"Satu hal lagi. Saya tidak senang kedengaran seperti nenek-nenek Yahudi, tapi kau sudah makan akhir-akhir ini?"
"Tidak banyak," kata Judd.
"Oke. Saya akan memberi waktu dua puluh empat jam kepada Nona Bedpan untuk menggemukkan badanmu. Dan Judd"."
"Ya?" "Jaga dirimu baik-baik. Saya tidak ingin kehilangan langganan yang baik." Dokter Harris pun pergi. Judd memejamkan mata untuk istirahat seben-
253 tar. Dia mendengar suara piring beradu. Dan ketika mengangkat mukanya, dia melihat seorang perawat Irlandia yang cantik sedang mendorong troli berisi hidangan.
"Anda sudah bangun. Dokter Stevens," dia tersenyum. "Pukul berapa sekarang"** "Pukul enam."
Jadi dia tidur sepanjang hari.
Perawat itu memindahkan hidangan ke atas meja kecil yang ada di atas tempat tidurnya. "Malam ini Anda mendapat hidangan istimewa? masakan kalkun. Besok malam Natal."
"Saya tahu." Judd tidak memiliki nafsu makan, tapi disantapnya juga hidangan yang disajikan untuknya. Tiba-tiba dia sadar bahwa dia sangat lapar, dan makan dengan rakusnya. Dokter Harris menutup semua sambungan telepon. Maka Judd berbaring di tempat tidur, memulihkan tenaganya dan mengembalikan kekuatannya yang ada dalam tubuhnya. Besok pagi dia akan membutuhkan energi sebanyak-banyaknya.
Pada pukul sepuluh pagi keesokan harinya Dokter Seymour Harris menghambur masuk ke kamar Judd. "Bagaimana keadaan pasien kesayangan?" Mukanya berseri-seri. "Keadaanmu kini sudah hampir lumayan."
"Saya merasa sudah hampir sehat kembali," Judd tersenyum.
"Bagus. Kau akan mendapat tamu. Saya tidak ingin kau membuat tamumu ketakutan."
Peter. Dan mungkin juga Norah. Rupanya akhir-akhir ini mereka menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menjenguknya di rumah sakit.
Dokter Harris meneruskan bicara. "Tamumu Letnan McGreavy." Semangat Judd merosot. "Dia sudah tidak sabar ingin bicara denganmu. Sekarang dia dalam perjalanan menuju ke sini. Dia ingin merasa yakin kau dalam keadaan terjaga."
Supaya dia bisa menangkapnya. Karena Angeli sedang sakit di rumah, McGreavy bebas membuat bukti yang dapat dipakai untuk mendakwa Judd. Setelah McGreavy menangkapnya, harapan tidak ada lagi. Dia harus melarikan diri sebelum McGreavy sampai di rumah sakit.
"Tolong suruh perawat memanggilkan tukang cukur," kata Judd. "Saya ingin bercukur." Suaranya pasti kedengaran aneh, sebab Dokter Harris melihat kepadanya dengan pandangan aneh pula. Ataukah ini karena sesuatu yang dikatakan McGreavy kepada Dokter Harris mengenai dirinya.
"Baiklah, Judd." Dia pergi.
Begitu pintu menutup, Judd turun dari tempat tidur dan berdiri. Tidur selama dua malam mendatangkan keajaiban kepadanya. Berdirinya memang masih agak terhuyung-huyung, tapi sebentar lagi juga akan kembali seperti sedia kala.
Sekarang dia bisa bergerak dengan cepat. Untuk berpakaian hanya diperlukan waktu tiga menit.
Judd membuka pintu sedikit. Dia harus yakin bahwa tidak ada orang yang akan menghentikannya. Kemudian dia cepat-cepat berjalan ke tangga. Ketika dia mulai menuruni tangga, pintu lift terbuka. Dilihatnya McGreavy keluar dari lift dan berjalan menuju kamar yang baru ditinggalkannya.
McGreavy berjalan dengan cepat, diikuti oleh seorang polisi berpakaian preman dan dua orang detektif. Cepat-cepat Judd menuruni tangga dan menuju pintu masuk khusus untuk mobil ambulans. Sejauh satu blok dari rumah sakit dia memanggil taksi.
McGreavy masuk ke kamar rumah sakit dan melihat ke tempat tidur yang tak berpenghuni, kamar kecil pun kosong.
"Menyebar," katanya kepada para pengikutnya. "Mungkin kalian masih bisa menyusulnya."
Dia mengangkat telepon. Operator menyambungkan permintaannya ke kantor polisi.
"Ini McGreavy," katanya cepat-cepat. "Saya ingin pengumuman disebar. Penting". Dokter Stevens, Judd, laki-laki. Caucasia. Umur"."
Taksi berhenti di muka gedung perkantoran. Sejak saat sekarang di mana pun dia berada dia tidak aman. Dia tidak bisa kembali ke apartemennya. Dia harus menyewa kamar di sebuah hotel.
Kembali ke kantornya pun sama bahayanya, tapi itu harus dilakukan sekali ini saja. Dia membutuhkan sebuah nomor telepon. Judd membayar taksi dan berjalan ke lobi. Sedap otot dalam tubuhnya masih terasa sakit. Dia berjalan secepat-cepatnya. Dia tahu benar bahwa waktunya sangat terbatas. Memang tidak mungkin mereka akan langsung mengira bahwa dia kembali ke kantornya, tapi dia tidak boleh mengambil risiko. Yang jadi pertanyaan sekarang, siapa yang akan mendapatkan dirinya lebih dulu, polisi atau pembunuhnya.
Setelah sampai di kantornya, Judd membuka pintu dan masuk. Pintu dikuncinya. Kantor prakteknya kelihatannya aneh dan suasananya tidak menyenangkan. Judd sadar bahwa dia tidak bisa lagi merawat pasiennya di situ. Apabila itu dia lakukan, sama saja dengan memasukkan mereka ke dalam bahaya yang sangat besar.
Dalam hati dia sangat marah kepada Don Vinton yang telah mengacaukan kehidupannya. Dia bisa membayangkan apa yang terjadi ketika dua pembunuh bayaran kakak-beradik kembali dan melaporkan bahwa mereka gagal membunuhnya. Kalau dia tidak keliru membaca watak Don Vinton, kemarahan orang itu pasti sudah memuncak sekali. Serangan berikutnya bisa datang setiap saat.
Judd menyeberangi ruangan untuk mendapatkan nomor telepon Anne. Sebab di rumah sakit dia teringat kepada dua hal.
Beberapa pertemuan dengan Anne kebetulan mendahului pertemuan dengan John Hanson.
Juga Anne dengan Carol sering mengobrol. Mungkin Carol tidak sengaja memberikan informasi yang berbahaya kepada Anne. Kalau memang demikian, Anne pasti terancam bahaya.
Judd mengambil buku catatan alamat dari dalam laci yang terkunci. Dicarinya nomor telepon Anne, kemudian memutar telepon. Terdengar deringan tiga kali, kemudian suara yang ramah berbicara.
"Ini operator. Anda minta nomor berapa?"
Judd memberikan nomor Anne. Beberapa saat kemudian operator berbicara lagi. "Maaf, Anda salah memberikan nomor. Coba cek buku petunjuk Anda, atau konsultasi dengan bagian informasi."
"Terima kasih," kata Judd. Telepon diletakkan. Sesaat dia duduk sambil mengingat-ingat apa yang dilakukan agen teleponnya beberapa hari yang lalu. Mereka bisa menghubungi semua pasien, kecuali Anne. Mungkin terjadi salah tulis ketika mencatat nomor teleponnya.
Judd mencari-cari dalam buku petunjuk telepon, tapi tidak bisa menemukan nama suami Anne maupun nama Anne sendiri. Tiba-tiba dia sadar bahwa dia harus bicara dengan Anne. Disalinnya alamat Anne: Woodside Avenue 617, Bayonne, New Jersey.
Lima belas menit kemudian Judd sudah berada di muka tempat persewaan mobil yang bernama
Avis. Dia bermaksud menyewa mobil. Di belakang pagar ada papan merek yang bertuliskan: "Kami yang kedua, maka kami berusaha lebih keras". Kalau begitu kita sama, pikir Judd.
Beberapa menit kemudian dia menjalankan mobil keluar dari garasi. Dia menjalankan mobil berkeliling blok, merasa puas karena tidak ada yang membuntuti. Kemudian dia menuju ke Jembatan George Washington untuk pergi ke New Jersey.
Setelah sampai di Bayonne, dia berhenti di pompa bensin untuk menanyakan arah. "Tikungan pertama belok ke kiri, jalan ketiga." "Terima kasih."
Judd meneruskan perjalanan. Membayangkan akan bertemu dengan Anne lagi, membuat denyut jantungnya berpacu lebih cepat. Apa yang akan dikatakan kepadanya supaya Anne tidak merasa kalut" Apakali suaminya berada di rumah"
Judd membelok ke kiri menuju Woodside Avenue. Dia memperhatikan nomor-nomor rumah. Dia berada di blok sembilan ratus. Rumah di kiri kanan jalan kecil-kecil, tua dan sudah dimakan usia dan cuaca. Dia terus menjalankan mobil ke blok tujuh ratus. Rumahnya bahkan makin kecil-kecil dan lebih tua lagi.
Anne pernah berkata bahwa dia tinggal di sebuah rumah yang indah dan dikelilingi pohon-pohon. Di situ sama sekali tidak ada pohon. Ketika Judd sampai di alamat yang diberikan
kepadanya, ia hampir-hampir duga apa yang akan dilihatnya.
Nomor 617 hanyalah tanah koson putnya sudah menghutan.
19 Judd duduk dalam mobil di muka tanah kosong, mencoba menghubung-hubungkan kenyataan yang ditemukannya. Nomor telepon yang salah mungkin hanya karena kekeliruan. Atau mungkin hanya alamatnya saja yang salah. Tapi kalau kedua-duanya salah, rasanya tidak masuk akal. Jelas sekali Anne sengaja berdusta kepadanya. Dan kalau Anne berdusta tentang tempat tinggalnya, nomor teleponnya, dan siapa dirinya, tentang apa lagi dia berdusta.
Judd berusaha meninjau kembali mengenai apa yang diketahuinya tentang Anne secara objektif. Dia hampir tidak mengetahui apa-apa tentang diri Anne. Anne masuk begitu saja ke kantornya tanpa perjanjian sebelumnya, dan memaksa ingin menjadi pasiennya.
Selama empat minggu dalam kunjungannya Anne berhasil tetap merahasiakan apa kesulitannya. Kemudian tiba-tiba dia menyatakan bahwa kesulitannya sudah bisa dipecahkan, dan pergi meninggalkannya. Pada setiap kun/ungaAnne selalu membayar tunai, supaya tidak ada cara apa pun untuk melacaknya.
Tapi alasan apa yang menyebabkan Anne ingin menjadi pasien dan kemudian lenyap begitu saja" Hanya ada satu jawaban. Jawabannya seakan menghantam Judd, sehingga dia benar-benar merasa sakit.
Kalau seseorang mempunyai rencana untuk membunuhnya?ingin mengetahui kebiasaan rutinnya di kantor?cara apa lagi yang lebih baik daripada berusaha masuk sebagai pasien" Itulah yang dilakukan Anne di kantornya. Don Vinton yang menyuruhnya. Anne menyelidiki apa yang ingin diketahuinya, kemudian menghilang tanpa bekas.
Semua hanya sandiwara belaka! Dan Judd begitu mudah terkecoh, menelan bulat-bulat apa yang dikatakannya. Pasti Anne tertawa gelak-gelak waktu melapor kepada Don Vinton tentang orang tolol yang besar nafsu berahinya dan menyebut dirinya psikoanalis, serta berpura-pura menjadi ahli jiwa manusia.
Ya, dia jatuh cinta setengah mati kepada wanita yang mempunyai maksud utama mengusahakan agar dia bisa dibunuh. Di mana kemampuannya menilai watak manusia" Tindakannya sungguh sangat menggelikan kalau sampai diketahui oleh Perhimpunan Psikiater Amerika.
Tapi bagaimana kalau itu benar" Bagaimana kalau seandainya Anne datang dengan kesulitan yang sebenarnya, tapi memakai nama samaran karena takut memberi malu kepada seseorang" Pada waktunya kesulitan ini sudah terpecahkan
dengan sendirinya, dan Anne menarik kesimpulan bahwa dia tidak memerlukan psikoanalis lagi.
Tapi Judd tahu bahwa kemungkinan ini terlalu dicari-cari. Ada faktor X dalam diri Anne yang harus ditemukan. Dan Judd merasa yakin sekali, bahwa dalam faktor yang belum diketahui ini terletak jawaban dari apa yang terjadi. Mungkin juga Anne dipaksa melakukan sesuatu di luar kehendaknya.
Walaupun demikian, memikirkannya saja sudah menyebabkan Judd merasa dirinya tolol. Dia berusaha membayangkan Anne sebagai gadis yang terancam bahaya, dan dirinya sendiri sebagai ksatria berbaju besi yang akan menolongnya. Benarkah Anne mengusahakan agar dia terbunuh" Bagaimanapun juga ini harus diselidiki dulu.
Seorang wanita tua memakai gaun yang sudah lusuh dan koyak keluar dari sebuah rumah di seberang jalan dan memandanginya. Judd memutar mobil dan menjalankannya lagi menuju Jembatan George Washington.
Ada sederet mobil di belakangnya. Salah satu di antaranya mungkin mobil yang membuntutinya. Tapi mengapa mereka harus membuntutinya" Musuhnya tahu di mana bisa menemukan dia. Maka dia tidak bisa duduk berpangku tangan menunggu mereka menyerang. Dia sendiri yang harus mulai menyerang, memanfaatkan kelengahan mereka, memancing kemarahan Don Vinton agar melakukan kesalahan besar dan bisa ditundukkan. Ini harus dilakukan sebelum McGreavy menangkap dan mengurungnya.
Judd menjalankan mobil menuju Manhattan. Satu-satunya kunci untuk memecahkan persoalan ini hanya Anne?dan Anne sudah lenyap tanpa jejak. Lusa dia sudah kabur ke luar negeri.
Dan Judd tiba-tiba sadar bahwa dia masih mempunyai satu kesempatan untuk menemukannya.
Malam Natal sudah tiba. Kantor Panam penuh sesak dengan para pelancong dan calon pelancong yang menunggu, berebut tempat dalam pesawat yang akan terbang ke segala penjuru dunia.
Judd berjalan ke loket menembus antrean orang vang menunggu untuk bertemu dengan manajer. Gadis berpakaian seragam di belakang loket tersenyum kepadanya dan menyuruh dia menunggu. Manajer sedang menelepon.
Judd berdiri saja mendengarkan potongan percakapan dari sana sini.
"Saya ingin meninggalkan India pada tanggal lima."
"Apakah Paris udaranya dingin?" "Saya ingin menjemput dengan mobil di Lisbon."
Ingin sekali Judd naik pesawat terbang dan lari jauh-jauh. Tiba-tiba dia sadar bahwa dia sangat kelelahan, baik fisik maupun emosinya. Don Vinton rupanya mempunyai banyak anak buah, sedangkan dia hanya sendirian. Mungkinkah dia akan bisa mengalahkan Don Vinton" "Bisakah saya menolong Anda?" Judd menoleh. Seorang laki-laki yang kurus dan jangkung berdiri di belakang loket.
"Saya Friendly," katanya. Dia kelihatan seakan menunggu Judd memahami kelakarnya. Judd tersenyum. "Charles Friendly. Apa keperluan Anda?"
"Saya Dokter Stevens. Saya sedang mencari pasien saya. Dia akan naik pesawat yang terbang ke Eropa besok pagi."
"Namanya?" "Blake. Anne Blake." Dia ragu-ragu. "Mungkin mendaftarkan namanya sebagai Tuan dan Nyonya Anthony Blake."
"Kota mana yang ditujunya?"
"Saya?saya tidak tahu."
"Mereka memesan tempat pada pesawat pagi atau sore?"
"Saya bahkan tidak yakin apakah dia akan naik pesawat Anda," kata Judd.
Pancaran mata Tuan Friendly sudah tidak ramah lagi. "Kalau begitu sayang sekali saya tidak bisa membantu Anda."
Tiba-tiba Judd merasa panik. "Ini penting sekali. Saya harus menemukannya sebelum dia berangkat."
"Dokter, Pan-American tiap hari menerbangkan lebih dari satu pesawat ke Amsterdam, Barcelona, Berlin, Brussels, Copenhagen, Dublin, Dusseldorf, Frankfurt, Hamburg, Lisbon, London, Munich, Paris, Roma, Shannon, Stuttgart, dan Wina. Demikian juga hampir semua perusahaan penerbangan lainnya. Anda harus menghubungi setiap penerbangan satu per satu. Dan saya
265 ragu-ragu apakah mereka bisa menolong Anda, "j kecuali kalau Anda tahu tujuan dan waktu 1 pemberangkatannya." Air muka Tuan Friendly kelihatan tidak sabar.
"Maaf"." Dia be r bal i k dan berjalan pergi. "Tunggu!" kata judd.
Bagaimana caranya menerangkan bahwa ini 4 mungkin kesempatan hidupnya yang terakhir" "i Mata rantai terakhir untuk menemukan orang yang berusaha membunuhnya.
Friendly memandangnya dengan rasa tidak senang yang hampir tidak dapat ditutup-tutupi lagi. "Ya?"
Judd memaksa dirinya tersenyum, dan kesal kepada dirinya sendiri karenanya. "Tidakkah Anda mempunyai semacam sistem komputer sentral?" dia bertanya. "Untuk bisa mengetahui nama semua penumpang dengan..-.."
"Hanya kalau Anda tahu nomor penerbangannya," kata Friendly, Dia berbalik dan pergi, judd tertegun di muka loket, hatinya sakit
sekali. Keadaannya kini benar-benar terjepit dan
kritis. Dia kalah. Dia tidak bisa pergi ke mana pun
juga lagi. Serombongan pastor Italia masuk. Mereka memakai jubah panjang dan topi lebar hitam, kelihatan seperti orang dari zaman pertengahan. Mereka masuk ke bagian penimbangan dengan membawa kopor, peti, dan keranjang-keranjang yang berisi buah.
Sementara itu mereka bercakap-cakap dengan
suara keras. Rupanya mereka sedang mempero-lok-olokkan anggota rombongan yang paling muda, anak laki-laki yang umurnya kelihatan belum lebih dari delapan belas atau sembilan belas tahun.
Mungkin mereka akan kembali ke Roma sesudah berlibur, pikir Judd waktu mendengar obrolan mereka. Roma" ke sanalah Anne akan pergi" Anne lagi!
Para pastor berjalan mendekati loket.
?" molto bene di ritornare a casa."
"Si, d"accordo."
"Signore, per piacere, gnardatemi." "Tutto va bene" "Si, ma?"
"Diomio, dove sono i miei biglietti f" "Cretino, hai perdtito i biglietti." "Ah, eecoli,"
Mereka memberikan tiket pesawat kepada pastor yang termuda, yang dengan malu-malu mendekati gadis di belakang loket. Judd melihat ke pintu keluar. Seorang laki-laki tinggi besar dengan mantel abu-abu berdiri di tengah pintu.
Si pastor muda berbicara dengan gadis di belakang loket. "Dieci. Dieci."
Si gadis melihat kepadanya dengan pandangan hampa. Pastor ini mengumpulkan pengetahuan bahasa Inggris-nya dan berkata dengan hati-hati sekali, "Ten. Billet ta. Teeket" Dia menyorongkan tiket ke arah si gadis.
Si gadis tersenyum gembira dan mulai mengurus tiket. Para pastor memuji-muji pengetahuan bahasa temannya, dan menepuk-nepuk pUn~ gungnya.
Sudah tidak ada lagi perlunya tinggal di situ lebih lama. Entah kapan dia harus menghadapi apa yang harus dihadapinya" Perlahan-lahan Judd berbalik dan mulai berjalan meninggalkan rombongan pastor.
"Guardate che ha fatto U Don Vinton."
Judd berhenti, tiba-tiba darah mengalir ke wajahnya-Dia berbalik dan memandangi pastor bertubuh kecil gemuk yang tadi berbicara, dan memegang lengannya.
"Maaf," kata Judd. Suaranya serak dan tidak menentu. "Anda tadi mengatakan "Don Vinton?""
Pastor ini memandang hampa kepadanya, kemudian menepuk-nepuk lengannya dan beranjak mau pergi.
Judd mempererat pegangannya. "Tunggu!" katanya.
Pastor melihat gelisah kepadanya. Judd memaksa dirinya berbicara dengan tenang. "Don Vinton. Yang mana dia" Tuniukkan dia kepada
o____*f " saya. P^nLTUa.pastor melih*t kepada Judd. ^^annvT^ ^ ? melihat kePada
KelompoL ~ Hn americano matto" |j**a Italia D -tika ribu" berbicara dalam f^fysedw!!1 Sudut matanya, Judd melihat ?ket-Frie?dly8 memPerhatikannya dari belakang uk* pintu loket dan mulai
melangkah mendekatinya. Judd berusaha menguasai rasa paniknya. Tangan pastor dilepaskannya, kemudian mencondongkan badan ke arahnya dan berkata pelan-pelan dan jelas, "Don Vinton."
Sesaat pastor bertubuh kecil ini melihat ke muka Judd, dan kemudian air mukanya tampak gembira. "Don Vinton!"
Manajer makin mendekati dengan cepat, sikapnya penuh kebencian. Judd mengangguk kepada pastor, mengisyaratkan agar pastor itu mulai menerangkan.
Pastor bertubuh kecil ini menunjuk kepada pastor termuda. "Don Vinton?"orang besar"."
Tiba-tiba Judd menemukan jawaban teka-teki yang membingungkan ini.
20 "Pelan-pelan, pelan-pelan," kata Angeli dengar suara serak. "Saya tidak memahami sedikit pun yang Anda katakan."
"Maaf," kata Judd. Dia menghela napas panjang. "Saya sudah mendapat jawabannya!" Judd sangat lega mendengar suara Angeli di telepon, sehingga gugup sekali dan kata-katanya sulit dimengerti. "Saya tahu siapa yang mencoba membunuh saya. Saya tahu siapa Don Vinton."
Suara Angeli mengandung nada tidak percaya. "Kami tidak bisa menemukan orang yang bernama Don Vinton."
"Anda tahu apa sebabnya" Karena itu bukan nama orang?itu sebuah istilah panggilan untuk orang."
"Tolong bicara lebih lambat."
Suara Judd bergetar karena gembira. "Don Vinton bukan nama orang. Itu istilah dalam bahasa Italia. Artinya "orang besar". Itulah yang akan dikatakan Moody kepada saya. Bahwa Orang Besar yang berusaha membunuh saya."
"Saya tidak mengerti, Dokter."
"Dalam bahasa Inggris memang tidak ada
artinya," kata Judd. "Tapi kalau diucapkan dalam bahasa Italia?tidakkah ini menunjukkan sesuatu" Organisasi pembunuh yang dipimpin oleh Orang Besar?"
Lama sekali tak seorang pun bicara dalam telepon. "La Cosa Nostra?"
"Siapa lagi yang bisa mengumpulkan kelompok pembunuh seperti itu dengan senjata yang begitu hebat" Air keras, bom?pistol! Masih ingat saya mengatakan bahwa orang yang kita cari kemungkinan besar orang Eropa Selatan" Dia orang Italia!"
"Rasanya tidak masuk akal. Mengapa La Cosa Nostra ingin membunuh Anda?"
"Itu saya sama sekali tidak tahu. Tapi saya pasti benar. Saya yakin saya pasti benar. Dan ini cocok dengan yang dikatakan Moody. Dia mengatakan ada sekelompok orang yang ingin membunuh saya."
"Ini teori paling gila yang pernah saya dengar," kata Angeli. Dia berhenti bicara sebentar dan kemudian meneruskan, "Tapi saya rasa itu mungkin."
Judd tiba-tiba merasa sangat lega. Seandainya Angeli tidak mau mendengarkan kata-katanya, dia tidak bisa mengadu kepada siapa pun lagi.
"Anda sudah membicarakan ini dengan seseorang?"
"Belum," kata Judd.
"Jangan!" Kata-kata Angeli terasa mendesak. "Kalau Anda benar, hidup Anda tergantung
271 kepada apa yang Anda ketahui ini. Jangan dekati kantor atau apartemen Anda."
"Baiklah," Judd berjanji, tiba-tiba dia teringat. "Apakah Anda tahu kalau-kalau McGreavy mempunyai surat perintah untuk menangkap saya?"
"Ya." Angeli ragu-ragu. "Kalau McGreavy berhasil menangkap Anda, Anda takkan sampai ke kantor polisi hidup-hidup."
Ya, Tuhan! Kalau begitu perhitungannya tentang McGreavy benar. Tapi Judd tidak percaya McGreavy yang mendalangi semua ini. Ada
seseorang yang memerintah dia____Don Vinton, si
Orang Besar. "Anda masih mendengarkan?"
Tiba-tiba mulut Judd terasa kering. "Ya."
Laki-laki yang memakai mantel abu-abu berdiri di luar boks telepon umum dan memandangi Judd. Apakah ini laki-laki-yang tadi dilihatnya"
"Angeli"."
"Ya?" "Saya tidak tahu siapa lain-lainnya. Saya tidak tahu seperti apa rupa mereka. Bagaimana caranya agar saya tetap hidup sampai mereka tertangkap?"
Laki-laki yang berdiri di luar masih memandanginya.
Suara Angeli terdengar di telepon. "Kita langsung menghubungi FBI. Saya punya kawan yang banyak memiliki koneksi. Dia akan mengatur agar
Anda dilindungi sampai Anda benar-benar aman.
Oke?" Ada nada yang meyakinkan pada suara
Angeli. "Oke," kata Judd penuh rasa terima kasih. Lututnya terasa sangat lemas.
"Anda sekarang di mana?"
"Dalam telepon umum di lobi bawah gedung Panam."
"Jangan pergi dari situ. Tetaplah berada di tengah orang banyak. Saya akan segera datang."
Terdengar suara berdetik di ujung sebelah sana waktu Angeli meletakkan telepon.
Dia meletakkan telepon kembali ke atas meja tulis kantor detektif, hatinya terasa sangat sakit. Sudah bertahun-tahun dia berurusan dengan pembunuh, pemerkosa, dan berjenis-jenis penjahat. Maka lama-kelamaan terbentuk kulit tanduk pelindung, dan menyebabkan dia percaya kepada ha rga diri dan dasar kemanusiaan seorang manusia.
Tapi polisi jahat lain lagi.
Polisi jahat adalah koruptor yang menyentuh setiap orang dalam angkatan kepolisian, yang memperkosa segala-galanya yang diperjuangkan mati-matian oleh polisi jujur.
Kantor polisi penuh dengan orang yang lalu-lalang dan suara orang bercakap-cakap, tapi dia tidak mendengarnya. Dua orang polisi berpakaian seragam melintasi ruangan dengan mengapit seorang pemabuk bertubuh raksasa. Polisi yang seorang matanya lebam, dan yang seorang lagi menekankan saputangan ke hidungnya yang berdarah. Lengan baju seragamnya robek. Polisi memang harus menanggung risiko seperti ini sendirian.
Ya, mereka mempertaruhkan nyawa siang malam setiap hari sepanjang tahun. Tapi beritanya tidak menjadi berita utama di surat kabar. Polisi jahat beritanya dimuat di halaman pertama. Satu orang polisi jahat memcemarkan nama seluruh temannya yang jujur. Polisi jahat ini tidak lain dari pamernya sendiri.
Dengan langkah gontai dia berjalan sepanjang gang menuju kantor Kapten. Dia mengetuk pintu ? sekali dan masuk.
Kapten Bertelli duduk dibelakang meja tulis yang di sana-sini hangus oleh api puntung cerutu selama bertahun-tahun. Dalam ruangan kantornya juga ada dua orang dari FBI, memakai j pakaian preman. Kapten Bertelli mengangkat mukanya ketika pintu terbuka. "Bagaimana?"
Si detektif mengangguk. "Setelah dicek ternyata benar. Penjaga gudang mengatakan bahwa dia datang dan meminjam kunci Carol Roberts dari lemari bukti pada Rabu siang, dan mengembalikannya Rabu larut malam. Itulah sebabnya tes parafin hasilnya negatif. Dia masuk ke kantor Dokter Stevens dengan menggunakan kunci orisinal. Penjaga gudang tidak bertanya apa-apa, sebab tahu bahwa dia menangani perkara ini."
"Anda tahu di mana dia sekarang?" tanya salah seorang dari FBI yang lebih muda.
"Tidak. Kami menyuruh orang membuntuti dia, tapi kehilangan jejaknya. Dia bisa berada di mana saja."
"Dia akan memburu Dokter Stevens," kata agen FBI satunya.
Kapten Bertelli melihat kepada kedua agen FBI itu. "Bagaimana kemungkinan Dokter Stevens tetap hidup?"
Agen FBI ini menggelengkan kepalanya. "Kalau mereka menemukan dia sebelum kita?dia tidak mungkin selamat."
Kapten Bertelli mengangguk. "Kita harus menemukan dia lebih dulu." Suaranya berubah menjadi bengis. "Saya juga ingin Angeli bisa ditangkap. Saya tidak peduli bagaimana cara kalian menangkapnya." Dia menoleh kepada si detektif. "Pokoknya tangkap dia, McGreavy."
Radio polisi terus-menerus mengirimkan berita. "Kode Sepuluh" Kode Sepuluh". Semua mobil" ambil lima"."
Angeli mematikan radio. "Ada yang tahu saya menjemput Anda?" Dia bertanya. "Tidak ada," jawab Judd meyakinkannya. "Anda belum membicarakan La Cosa Nostra dengan siapa pun?" "Hanya dengan Anda." Angeli mengangguk, merasa puas. Mereka menyeberangi Jembatan George Washington, dan menuju New Jersey. Tapi segala-galanya sudah berubah. Sebelumnya Judd merasa sedih. Kini dengan Angeli di sisinya, dia tidak lagi merasa seperti orang yang sedang diburu. Dia ganti menjadi pemburu. Dan pikiran ini membuatnya merasa sangat puas.
Karena saran Angeli, Judd meninggalkan mobil sewaannya di Manhattan. Kemudian dia ikut naik mobil polisi tanpa tanda milik Angeli. Kini Angeli menjalankan mobil ke utara di Palisades Interstate Parkway, dan keluar di Orangeburg. Mereka mendekati Old Tappan.
"Anda cerdik sekali bisa mengetahui apa yang terjadi, Dokter," kata Angeli.
Judd menggelengkan kepala. "Seharusnya saya sudah bisa menarik kesimpulan begitu saya tahu orang yang terlibat lebih dari satu. Pasti yang melakukan sebuah organisasi yang menggunakan pembunuh bayaran. Saya rasa Moody sudah mencurigai apa yang sebenarnya ketika melihat bom di mobil saya. Mereka bisa memakai segala macam senjata."
Dan Anne. Anne termasuk bagian dari operasi, dengan tugas mengusahakan supaya mereka bisa membunuhnya. Walaupun demikian?Judd tidak bisa membencinya. Tidak peduli apa yang dilakukannya, Judd tidak bisa membencinya.
Angeli membelokkan mobil dari jalan besar. Dengan tangkasnya dia menjalankan mobil di jalan kelas dua yang menuju daerah yang ditumbuhi pohon-pohon.
"Teman Anda tahu kita akan datang?" tanya Judd.
"Saya.sudah menelepon dia. Dia sudah siap menyambut Anda."
tib!-l"h f^smipangan muncul dengan tiba-" Qan Angel, membelokkan mobil ke situ. P1
jalan ini dia menjalankan mobil sejauh satu mil, kemudian menghentikannya di muka pintu gerbang otomatis.
Judd memperhatikan ada kamera televisi kecil terpasang di atas pintu gerbang. Terdengar suara berdetik. Pintu bergerak membuka, kemudian menutup lagi di belakang mereka. Mobil terus dijalankan sepanjang jalan taman yang panjang melingkar.
Dari celah pohon-pohon di mukanya, Judd melihat sepintas lalu sebagian atap sebuah rumah yang sangat besar. Tinggi di puncaknya, berkilat-kilat kena sinar matahari, bertengger seekor ayam jantan terbuat dari perunggu.


Wajah Sang Pembunuh Naked Face Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ekor ayam jantan perunggu ini sudah hilang.
21 Di pusat komunikasi Markas Besar Kepolisian yang kedap suara dan terang-benderang oleh lampu neon, selusin polisi melayani pesawat penghubung telepon raksasa. Enam orang operator duduk pada tiap-tiap sisi panel. Setiap laporan yang masuk dicatat dan dikirim ke atas, untuk disiarkan kepada seluruh mobil patroli.
Laporan terus-menerus berdatangan. Mengalir siang dan malam, seperti sungai tragedi dari warga kota metropolitan yang sangat besar. Laki-laki dan perempuan yang ketakutan" sendirian" putus asa" mabuk" luka" dibunuh ".Ini seperti lukisan Hogarth, tapi dilukis dengan kata-kata yang tajam penuh rasa sakit dan bukan dengan cat.
Pada hari Senin sore itu suasana terasa lebih tegang dibandingkan biasanya. Setiap operator telepon melakukan tugasnya dengan konsentrasi penuh. Walaupun demikian perhatian mereka tidak lepas dari sejumlah detektif dan agen FBI yangkeluar-masuk ruangan. Orang-orang kepolisian ini menerima dan memberikan perintah, bekerja dengan tenang dan efisien menebarkan
jaring elektronis untuk menangkap Dokter J Stevens dan Detektif Frank Angeli. Suasana semakin sibuk, seakan-akan mereka digerakkan oleh dalang boneka yang gugup.
Kapten Bertelli sedang bercakap-cakap dengan Allen Sullivan, anggota Komisi Kriminal Kota-praja. Ketika itu McGreavy masuk ke ruangan. Sebelumnya McGreavy sudah pernah bertemu dengan Sullivan. Dia seorang yang tangguh dan jujur. Bertelli memutus percakapannya dan menoleh kepada Detektif McGreavy, air mukanya penuh tanda tanya.
"Keadaan terus berkembang," kata McGreavy. "Kita menemukan seorang saksi mata, penjaga malam yang bekerja di gedung seberang kantor Dokter Stevens. Pada hari Rabu malam ketika ada orang yang mendobrak masuk ke kantor Dokter Stevens, penjaga malam ini baru saja memulai tugasnya. Dia melihat dua orang laki-laki memasuki gedung. Pintu yang menghadap ke jalan terkunci, dan mereka membukanya dengan kunci. Dia mengira mereka bekerja di situ."
"Kau mengetahui identitasnya?"
"Dia bisa mengenali potret Angeli."
"Rabu malam seharusnya Angeli tidur di rumah karena sakit flu."
"Benar." "Bagaimana mengenai laki-laki satunya?" "Penjaga malam tidak begitu jelas melihatnya." Seorang operator menghidupkan salah satu lampu berwarna merah dan menoleh kepada
Kapten Bertelli. "Untuk Anda, Kapten. Dari Patroli Jalan Raya New Jersey." Bertelli mengangkat telepon. "Kapten Bertelli di sini." Dia mendengarkan sebentar. "Betul?". Bagus! Kau bisa mendapatkan setiap unit yang dibutuhkan" Pasanglah blokade jalan. Saya ingin daerah itu dikepung rapat. Jangan sampai putus hubungan". Terima kasih."
Dia meletakkan telepon dan berbalik menghadapi kedua rekannya. "Rupanya kita masih mujur. Seorang anggota pasukan patroli di New jersey melihat mobil Angeli di jalan kelas dua dekat Orangeburg. Dan kini Patroli Jalan Raya sedang menyelidiki daerah itu."
"Dokter Stevens?"
^Dia dalam mobil bersama Angeli. Masih hidup. Jangan kuati r. Pasukan patroli akan menemukan mereka."
McGreavy mencabut dua batang cerutu. Dia menawarkan sebatang kepada Sullivan, tapi dito-j lak. Lalu dia memberikan sebatang kepada Bertelli j dan memasukkan yang sebatang lagi di antara j bibirnya,
"Kita memiliki satu hal yang menguntungkan, j Dokter Stevens selalu mujur." Dia menyalakan geretan dan menyulut kedua batang cerutu. "Saya j baru saja menghubungi sahabatnya, Dokter Peter j Hadley. Dokter Hadley menceritakan kepada saya bahwa ketika dia menjemput Dokter Stevens j di kantornya beberapa hari yang lalu, dia juga
menemukan Angeli berada di sana dengan pistol di tangan. Angeli berbohong dengan mengatakan
bahwa dia menunggu kedatangan pencuri. Menurut perkiraan saya, kedatangan Dokter Hadley justru menyelamatkan jiwa Stevens."
"Bagaimana asal mulanya kau mencurigai Angeli?" tanya Sullivan.
"Awalnya ketika saya mendengar laporan bahwa dia memeras beberapa orang pedagang," kata McGreavy. "Dan ketika saya mengecek laporan itu, semua korban pemerasan tidak bersedia membuka mulut. Mereka ketakutan, tapi saya tidak tahu apa sebabnya. Saya tidak mengatakan apa-apa kepada Angeli. Saya hanya mengawasinya saja lebih cermat."
"Waktu pembunuhan Hanson terjadi, Angeli datang dan bertanya apakah dia bisa menangani perkara ini bersama saya. Dia membual bahwa dia sangat mengagumi saya, dan sejak dulu ingin menjadi patner saya. Saya tahu bahwa dia pasti mempunyai tujuan. Maka dengan izin Kapten Bertelli, saya melayani permainannya.
"Tidak heran dia begitu ingin menangani perkara ini, sebab dia ternyata ikut terlibat! Waktu itu saya tidak yakin apakah Dokter Stevens terlibat dalam pembunuhan Hanson dan Carol Roberts. Tapi saya memutuskan akan memperalat dia, untuk membantu menjebak Angeli.
"Saya membuat perkara palsu untuk menjatuhkan Stevens, dan mengatakan kepada Angeli
bahwa saya akan menangkap Dokter Stevens sebagai pelaku pembunuhan. Saya berpikir kalau Angeli mengira dirinya tidak dicurigai, dia akan tenang dan kehilangan kewaspadaan." "Apakah itu berhasil?"
"Tidak. Saya heran setengah mati karena Angeli berusaha keras agar Stevens tidak ditahan."
Sulh"van melihat kepadanya, keheranan. "Tapi mengapa begitu?"
"Sebab dia berusaha membunuh Stevens. Dia takkan berhasil melakukannya kalau Stevens ditahan di sini."
"Waktu McGreavy mulai menambahkan tekanan," kata Kapten Bertelli, "Angeli menemui saya dan mengatakan bahwa McGreavy berusaha memfitnah Dokter Stevens."
"Sejak itu kami yakin bahwa kami pada jalan yang benar," kata McGreavy. "Stevens menyewa seorang detektif partikelir bernama Norman Moody. Saya mengecek Moody, dan mengetahui bahwa dulu dia pernah berurusan dengan Angeli ketika klien Moody ditangkap oleh Angeli dalam perkara obat bius. Moody mengatakan bahwa kliennya di fitnah. Sekarang saya menarik kesimpulan bahwa kata-kata Moody pasti benar."
"Jadi sejak semula Moody sudah tahu jawaban-
"Itu bukan semata-mata karena nasib mujur. Moody memang orang yang cerdas. Dia sudah mengira bahwa Angeli kemungkinan terlibat dalam kasus Hanson dan Carol Roberts. Ketika
dia menemukan bom di mobil Dokter Stevens, dia menyerahkan bom itu kepada FBI dan meminta mereka mengeceknya.**
"Dia takut jangan-jangan Angeli akan bisa melenyapkan bukti ini kalau bom diserahkan ke sini?"
"Dugaan saya begitu. Tapi seseorang membuat kesalahan dan salinan laporan jatuh ke tangan Angeli. Sejak itu Angeli tahu bahwa Moody dapat mencelakakannya. Pertama kalinya kami mendapat petunjuk yang sangat jelas ialah ketika Moody menyebutkan nama "Don Vinton"." "Istilah La Cosa Nostra untuk "Orang Besar"." "Yah. Karena suatu alasan, orang dari La Cosa Nostra ingin membunuh Dokter Stevens."
"Bagaimana kau tahu Angeli mempunyai hubungan dengan La Cosa Nostra?"
"Saya menemui kembali pedagang yang diperas oleh Angeli. Ketika saya menyebutkan La Cosa Nostra, mereka panik luar biasa. Angeli bekerja untuk salah satu keluarga La Cosa Nostra. Tapi dia serakah, dan sebagai sambilan dia melakukan pemerasan sendiri."
"Mengapa La Cosa Nostra ingin membunuh Dokter Stevens?" tanya Sullivan.
"Saya tidak tahu. Kami telah menyelidiki dari berbagai segi." Dia menghela napas kesal. "Kami sial sekali. Angeli bisa melepaskan diri dari orang kami yang membuntutinya. Dokter Stevens lari dari rumah sakit, sebelum saya bisa memberikan peringatan mengenai Angeli dan memberikan erlindungan."
ampu di atas panel sebuah pesawat telepon L !"i Seorang operator menenma laporan " ?ia"garkan sebentar. "Kapten Bertelli." ^2.mengangkat telepon. "Kapten Bertelli
^"mendengarkan sebentar tidak mengatakan apa-apa. Kemudi" telepon diletakkan perlahan-lahan dan menoW. kepada McGreavy. Mereka kehilangan feiak/"
22 Athony demarco mempunyai mana.
Judd bisa merasakan kekuatan kepribadiannya yang berkobar-kobar dari seberang ruangan, datang bergelombang-gelombang dan melanda dengan kekuatan luar biasa. Anne tidak berbohong ketika dia mengatakan bahwa suaminya sangat tampan. Dia bahkan tidak membesar-besarkan kenyataan yang sebenarnya.
wajah DeMarco seperti wajah orang-orang Romawi klasik dengan profil yang sempurna. Matanya hitam, dan ada beberapa helai uban pada rambut hitamnya yang justru membuat dia semakin tampan. Umurnya sekitar empat puluh lima tahun, jangkung dan mempunyai potongan atletis. Gerakannya lincah dan cekatan, penuh keindahan hewani. Suaranya dalam dan penuh daya magnet. "Anda mau minum, Dokter}" Judd menggeleng, terpesona kepada laki-laki di hadapannya. Semua orang bisa bersumpah bahwa DeMarco seratus persen normal, laki-laki yang mempesonakan. Dia tuan rumah yang sempurna, yang sedang menerima tamu w?1?* Mereka semua berlima, berkumpul dalam ruang
perpustakaan yang mewah. Judd, DeMarco, Detektif Angeli, dan dua orang yang mencoba membunuh Judd di apartemennya: Rocky dan Nick Vaccaro. Mereka duduk melingkar mengeli-hngi Judd.
Judd memperhatikan wajah-wajah musuh yang mengelilinginya, dan dia merasa puas. Akhirnya dia tahu siapa yang menjadi lawannya, atau orang-orang yang dilawannya. Kalau memang istilah "perlawanan" merupakan kata yang benar. Dia berjalan sendiri masuk ke perangkap Angeli. Bahkan lebih buruk lagi. Dia menelepon Angeli, meminta dia datang menjemputnya! Angeli, Yu-das yang membawanya ke situ untuk dibunuh.
DeMarco memperhatikan Judd dengan rasa tertarik. Mata hitamnya seakan-akan menikam. "Saya banyak sekali mendengar tentang Anda," katanya.
Judd diam saja. "Maaf karena kami membawa Anda ke sini dengan cara seperti ini, tapi ini perlu kami lakukan untuk mengajukan beberapa pertanyaan kepada Anda." Dia tersenyum meminta maaf, wajahnya berseri-seri.
Judd tahu apa yang akan dihadapinya, dan pikirannya berputar dengan cepat.
"Apa yang Anda bicarakan dengan istri saya, Dokter Stevens?"
Suara Judd mengandung rasa terkejut. "Istri Anda" Saya tidak kenal dengan istri Anda." DeMarco menggelengkan kepalanya sebagai
celaan. "Dia pergi ke kantor Anda dua kali seminggu dalam tiga minggu yang terakhir ini."
Judd mengerutkan muka, berpikir. "Saya tidak mempunyai pasien yang bernama DeMarco"."*
DeMarco mengangguk mengerti. "Mungkin dia memakai nama lain. Mungkin nama gadisnya. Blake-Anne Blake."
Dengan hati-hati Judd menunjukkan keheranan. "Anne Blake?"
Kedua kakak-beradik Vaccaro makin mendekat.
"Jangan," kata DeMarco tajam. Lalu dia kembali menghadapi Judd. Sikapnya yang ramah sudah hilang. "Dokter, kalau kau coba-coba mempermainkan saya, saya akan melakukan hal yang takkan kaupercaya."
Judd melihat ke matanya dan percaya kepada yang dikatakannya. Dia sadar bahwa jiwanya tergantung pada seutas benang. Dikuatkannya hatinya, supaya suaranya tetap mengandung ketabahan. "Kau boleh melakukan sekehendakmu. Sampai saat ini saya tidak tahu bahwa Anne Blake adalah istrimu."
"Mungkin itu benar," kata Angeli. "Dia"."
DeMarco tidak mengacuhkan Angeli. "Apa yang kalian bicarakan selama tiga minggu?"
Mereka sudah sampai kepada kenyataan. Sejak saat Judd melihat ayam jantan perunggu di atap, teka-teki yang terakhir sudah terjawab. Anne tidak menjebaknya untuk dibunuh, Anne juga seorang korban, seperti dia sendiri.
Anne menikah dengan Anthony DeMarco, pemilik perusahaan konstruksi yang sukses, tapi tidak tahu siapa sebenarnya DeMarco yang menjadi suaminya ini. Kemudian sesuatu pasti terjadi, yang membuat Anne mulai curiga. Anne mungkin curiga bahwa suaminya bukan seperti kelihatannya, dan terlibat dalam sesuatu yang illegal serta mengerikan.
Karena tidak mempunyai tempat mengadu, Anne meminta tolong kepada seorang psikoanalis. Dia meminta tolong kepada orang yang sama sekali asing, orang yang bisa dipercaya. Tapi di kantor Judd, kesetiaan terhadap suami menyebabkan Anne tidak bisa membicarakan ketakutannya.
"Kami tidak membicarakan hal apa pun," kata Judd dengan suara tenang. "Istrimu tidak mau mengatakan apa kesulitannya."
Mata DeMarco yang hitam terpusat kepadanya, menyelidiki, menimbang-nimbang. "Kau harus memberi keterangan yang lebih baik daripada itu."
DeMarco pasti merasa panik sekali ketika mengetahui istrinya menemui seorang psikoanalis. Ya, Anne istri seorang pemimpin La Cosa Nostra! Tidak heran DeMarco tidak segan-segan membunuh, berusaha mendapatkan arsip tentang diri Anne.
"la hanya mengatakan kepada saya," kata Judd, "bahwa dia merasa tidak bahagia karena, sesuatu, tapi tidak bisa membicarakannya."
"Kau saya beri waktu sepuluh detik," kata
DeMarco. "Saya mempunyai catatan tentang setiap menit yang dihabiskannya di kantormu. Apa yang dikatakannya selama tiga minggu" Dia pasti mengatakan kepadamu siapa saya sebenarnya."
"Dia mengatakan bahwa kau mempunyai perusahaan konstruksi."
DeMarco memperhatikan Judd dengan sikap dingin. Judd bisa merasakan titik-titik keringat muncul di dahinya.
"Saya sudah membaca buku-buku mengenai analisis, Dokter. Pada umumnya pasien mengatakan semua yang ada dalam pikirannya."
"Itu merupakan bagian dari terapi," kata Judd tegas. "Itulah sebabnya saya tidak mengetahui tentang Nyonya Blake?tentang Nyonya DeMarco. Saya bermaksud menghentikan terapi untuknya."
"Tapi kau tidak berbuat begitu."
"Saya tidak perlu berbuat begitu. Ketika dia datang menemui saya pada hari Jumat, dia mengatakan akan bepergian ke Eropa."
"Anne mengurungkan maksudnya. Dia tidak ingin pergi ke Eropa bersama saya. Kau tahu apa
sebabnya?" Judd memandangnya, benar-benar keheranan.
"Tidak." "Karena kau, Dokter."
lantung Judd terlonjak sedikit. Dengan hati-hati dia menahan perasaannya, supaya tidak kentara pada suaranya. "Saya tidak mengerti."
"Kau pasti mengerti. Semalam saya dan Anne berbicara panjang-lebar. Dia merasa berbuat kesalahan dalam perkawinan kami. Dia merasa tidak bahagia lagi hidup bersama saya, sebab dia jatuh cinta kepadamu, Dokter.**
Waktu berbicara, suara DeMarco hampir seperti bisikan yang lirih. Kemudian dia meneruskan, "Saya ingin kau menceritakan apa yang terjadi ketika kalian hanya berdua di ruang praktekmu dan dia berbaring di sofa."
Judd menguatkan hatinya, menahan gejolak perasaan yang melandanya. Jadi Anne jatuh cinta kepadanya! Tapi apa gunanya itu bagi mereka sekarang" DeMarco masih memandangnya, menunggu jawaban.
"Tidak terjadi apa pun. Kalau kau memang sudah membaca tentang analisis, kau pasti tahu bahwa setiap pasien wanita mengalami transferensi emosi. Pada satu atau lain waktu, mereka mengira jatuh cinta kepada dokternya. Tapi itu hanya satu fase yang akan berlalu dengan sendirinya."*
DeMarco memperhatikan Judd dengan cermat. Matanya yang hitam menatap mata Judd, menyelidiki.
"Bagaimana kau tahu dia datang menemui saya?" tanya Judd, mencoba bertanya dengan seenaknya.
Sesaat DeMarco melihat kepada Judd. Kemudian dia berjalan ke meja tulis besar, dan mengambil pembuka surat yang berbentuk pisau belati yang sangat tajam.
"Salah seorang anak buah saya melihat dia masuk ke gedung tempat kantormu berada. Di situ banyak dokter kandungan. Mereka mengira mungkin Anne merahasiakannya untuk memberikan kejutan kepada saya. Mereka mengikutinya terus, dan ternyata dia masuk ke kantormu."
DeMarco berbalik menghadapi Judd.
"Memang benar itu merupakan kejutan buat saya. Mereka mengetahui bahwa dia menemui seorang psikiater. Istfi Anthony DeMarco membocorkan urusan pribadi kepada seorang pengerut kepala."
"Saya sudah bilang dia tidak"."
Suara DeMarco kedengaran melunak. "Com-missione menyelenggarakan rapat. Dalam pemungutan suara mereka memutuskan agar saya membunuh dia, seperti kami membunuh siapa saja yang menjadi pengkhianat."
Kini DeMarco berjalan mondar-mandir. Ini mengingatkan Judd kepada binatang buas yang dikurung.
"Tapi mereka tidak bisa memberikan perintah kepada saya seperti kepada serdadu kampung. Saya Anthony DeMarco, seorang Capo. Saya berjanji kepada mereka, jika Anne benar-benar membicarakan urusan kami, saya akan membunuh laki-laki yang diajaknya berbicara. Dengan kedua tangan ini."
DeMarco mengangkat kedua tangannya, yang satu menggenggam pisau belati yang berk.lat-k.lat
karena tajamnya. "Dan kaulah yang diajaknya bicara, Dokter."
Kini sambil berbicara DeMarco berjalan mengelilingi Judd. Setiap kali DeMarco berjalan di belakangnya, tanpa disadarinya sendiri Judd bersiap-siap menunggu serangan.
"Kau keliru kalau"." Judd mulai bicara.
"Tidak. Kau tabu siapa yang membuat kekeliruan" Anne.**
Dia memandangi Judd dari atas ke bawah dan sebaliknya. Kelihatannya dia benar-benar sangat heran.
"Bagaimana sampai dia mengira bahwa kau laki-laki yang lebih baik daripada saya?"
Kakak-beradik Vaccaro tertawa.
"Kau bukan apa-apa. Hanya orang biasa yang pergi ke kantor setiap hari dan berpenghasilan ?berapa" Tiga puluh ribu setahun" Lima puluh" Seratus" Penghasilan saya lebih dari itu dalam seminggu."
Topeng DeMarco kini merosot dengan cepatnya, diberati oleh tekanan emosinya. Bicaranya mulai pendek-pendek, letupan perasaan yang didorong oleh kegugupan. Keburukan mulai menutupi wajahnya yang tampan.
Anne hanya melihat DeMarco ketika dia mengenakan topeng. Sedang Judd kini melihat ke wajah telanjang seorang yang gila membunuh. "Kauberkasih-kasihan dengan siputana kecil!" "Kami tidak berkasih-kasihan," kata Judd.
DeMarco mengawasinya, matanya menyala-nyala. "Dia tidak ada artinya bagimu?"
"Sudah saya bilang. Dia hanya seorang pasien bagi saya."
"Oke," kata DeMarco akhirnya. "Kaukatakan itu kepada dia."
"Apa yang harus saya katakan kepadanya?"
"Bahwa kau sama sekali tidak peduli kepadanya. Saya akan memanggil dia ke sini. Saya ingin kau bicara dengan dia, sendirian."
Denyut nadi Judd berdetak makin cepat. Dia akan diberi kesempatan untuk menyelamatkan dirinya bersama Anne.
DeMarco menjentikkan jarinya, dan anak buahnya berjalan ke ruang tengah. Lalu DeMarco kembali menghadapi Judd. Matanya yang hitam seakan tertutup kabut. Dia tersenyum manis, topengnya terpasang lagi.
"Kalau Anne memang tidak tahu apa-apa, dia akan tetap hidup. Kau harus meyakinkan dia bahwa dia sebaiknya pergi ke Eropa bersama saya."
Tiba-tiba Judd merasakan mulutnya kering. Tampak pancaran kemenangan pada mata DeMarco. Judd tahu apa sebabnya. Dia meremehkan lawannya.
Itu kesalahan yang fatal.
DeMarco bukan pemain catur. Walaupun demikian dia cukup cerdik, dan tahu bahwa dia memegang pion yang membuat Judd tidak berdaya. Anne. Langkah apa pun yang akan diambil
Judd, Anne tetap dalam bahaya. Kalau dia membiarkan Anne pergi ke Eropa bersama DeMarco, dia yakin bahwa jiwa Anne tetap terancam.
Pendeknya Judd tidak percaya bahwa DeMarco akan membiarkan Anne tetap hidup. La Cosa Nostra takkan mengizinkan. Di Eropa DeMarco akan mengatur terjadinya "kecelakaan". Sebaliknya, kalau dia mengatakan agar Anne jangan pergi, dan Anne tahu apa yang akan menimpanya, Anne akan berusaha mencegah?dan akibatnya seketika Anne akan dibunuh. Tidak ada cara untuk melarikan diri, yang ada hanya pilihan antara dua perangkap.
Dari jendela kamar tidurnya di lantai dua, Anne mengawasi kedatangan Judd dan Angeli. Sesaat dia merasa sangat gembira. Dia yakin Judd datang untuk membawanya pergi, menolongnya dari situasi mengerikan yang sedang dialaminya. Tapi kemudian dia melihat Angeli mengeluarkan pistol dan memaksa Judd masuk ke dalam rumah.
Dalam empat puluh delapan jam yang terakhir Anne sudah mengetahui kebenaran mengenai suaminya. Sebelum itu dia hanya merasakan kecurigaan yang samar-samar, tidak jelas. Mula-mula dia bahkan tidak percaya, sehingga dia mencoba menyingkirkan syak wasangkanya.
Kecurigaannya terhadap suaminya dimulai beberapa bulan yang lalu. Ketika itu dia pergi ke Manhattan untuk menonton pementasan drama. Tapi dia pulang lebih cepat, sebab pemain uta"
manya mabuk dan layar diturunkan pada tengah-tengah babak kedua. Sebelumnya Anthony mengatakan kepadanya bahwa di rumah akan ada pertemuan bisnis, tapi pasti sudah selesai sebelum Anne pulang.
Nah, ketika Anne pulang pertemuan masih berlangsung. Sebelum suaminya yang terkejut sempat menutup pintu perpustakaan, Anne mendengar seseorang berseru marah, "Saya memilih untuk memukul pabrik malam ini juga dan membereskan bangsat-bangsat itu sekalian!"
Bunyi kalimat ini, rupa orang-orang asing yang bengis-bengis, dan kegugupan Anthony melihatnya membuat Anne terkejut. Tapi Anne meneri- * ma penjelasan suaminya, sebab dia ingin sekali merasa yakin bahwa penjelasan suaminya benar. Dalam waktu enam bulan masa perkawinan mereka, DeMarco bersikap lemah-lembut dan merupakan suami yang penuh pengertian. Kadang-kadang DeMarco terlihat juga oleh Anne seolah-olah sedang menahan kemarahan, tapi dengan cepat dia selalu bisa menguasai dirinya.
Beberapa minggu setelah peristiwa sehabis menonton drama itu Anne mengangkat telepon, dan tidak sengaja ikut mendengar suara Anthony di telepon yang berada di ruang kerjanya. "Malam ini kita mengambil alih pengiriman dari Toronto. Kalian harus menyiapkan seseorang untuk mengurus penjaganya. Dia bukan orang kita."
Anne meletakkan telepon, pikirannya terguncang. "Mengambil alih pengiriman?" "mengurus
penjaganya?" kedengarannya mengandung bahaya, tapi mungkin juga hanya isulah bisnis biasa saja.
Dengan hati-hati Anne mencoba menanyakan kepada Anthony tentang kegiatan bisnisnya. Tiba-tiba seperti ada dinding baja yang memisahkan mereka. Anne merasa berhadapan dengan orang asing yang penuh kemarahan, yang menyuruhnya mengurusi pekerjaan rumah tangga dan jangan mencampuri urusan bisnis. Mereka bertengkar dengan sengitnya, tapi malam berikutnya Anthony memberinya kalung yang mahal dan minta maaf dengan lemah-lembut.
Sebulan kemudian insiden yang ketiga terjadi. Anne terbangun dari tidurnya pukul empat pagi karena bunyi pintu dibanting. Dia memakai gaun kamar dan turun untuk menyelidiki. Dia mendekati pintu, tapi terhenti ketika melihat Anthony sedang berbicara dengan setengah lusin orang asing. Takut suaminya marah kalau dia mengganggu, Anne diam-diam naik lagi dan kembali ke tempat tidur. Ketika sarapan keesokan harinya dia bertanya kepada Anthony, apakah tidurnya nyenyak semalam.
"Hebat. Saya terlelap pada pukul sepuluh dan tidak terbangun lagi."
Maka Anne sadar bahwa dia dalam kesulitan. Dia tidak tahu apa kesulitannya, dan juga tidak tahu segawat apa. Yang diketahuinya hanyalah bahwa suaminya berdusta, karena sesuatu alasan yang dia tidak tahu. Bisnis apa yang diurusnya,
sehingga dia harus menjalankannya secara diam-diam di tengah malam bersama orang-orang yang bertampang bajingan" Dia tidak berani membicarakannya dengan Anthony. Rasa panik mulai timbul. Dan dia tidak bisa membicarakannya dengan siapa pun.
Beberapa malam kemudian, pada acara makan malam di klub, seseorang menyebut-nyebut psikoanalis bernama Judd Stevens. Orang ini menceritakan bahwa Judd Stevens seorang psikoanalis yang sangat terkemuka.
Dia ini pakarnya psikoanalis, dan orangnya sangat tampan. Tapi sayang ketampanannya terbuang sia-sia?dia orang yang sangat berbakti kepada pekerjaannya.
Anne mencatat namanya dengan hati-hati, dan minggu berikutnya pergi menemui Judd.
Pertemuan pertama dengan Judd menyebabkan pikiran Anne sangat kacau. Anne merasakan dirinya terseret ke dalam pusaran emosi, yang menyebabkan jiwanya terguncang. Dalam kekalutannya Anne sampai hampir tidak bisa bicara kepada Judd. Dia pergi dengan perasaan seperti anak sekolah yang jatuh cinta untuk .pertama kalinya, berjanji kepada dirinya sendiri tidak akan kembali menemui Judd.
Tapi Anne kembali lagi untuk membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa yang sudah terjadi hanya sesuatu yang bersifat sementara saja. Tapi reaksinya pada pertemuan yang kedua bahkan lebih kuat. Selama ini Anne membanggakan
dirinya sebagai wanita yang berakal sehat dan realistis?tapi kini sikapnya seperti anak berumur tujuh belas tahun yang baru pertama kalinya mengenal cinta.
Anne tidak bisa membicarakan perihal suaminya dengan Judd. Maka mereka membicarakan bahan percakapan yang lain. Dan seusai setiap pertemuan, cinta Anne kepada orang asing yang perasa dan hangat ini semakin kuat.
Walaupun demikian Anne sadar bahwa dirinya tidak mempunyai harapan, sebab dia tidak mungkin bercerai dengan Anthony. Anne mengira ada sesuatu yang tak beres dengan dirinya, karena setelah kawin selama enam bulan dia bisa jatuh cinta kepada laki-laki lain. Dia memutuskan lebih baik tidak menemui Judd lagi untuk selama-lamanya.
Kemudian serentetan peristiwa aneh mulai terjadi. Carol Roberts terbunuh, dan Judd ditabrak lari. Anne membaca di surat kabar bahwa Judd juga berada di lokasi mayat Moody ditemukan, di Gudang Five Star. Sebelumnya dia sudah pernah melihat nama gudang ini.
Pada kepala surat sebuah faktur di meja tulis Anthony.
Dan kecurigaan yang kuat pun mulai terbentuk dalam pikiran Anne.
Rasanya sukar dipercaya bahwa Anthony terlibat dalam peristiwa mengerikan yang terjadi akhir-akhir ini, tapi" Anne merasa seakan-akan sedang mengalami mimpi buruk, dan tidak bisa
melepaskan diri. Dia tidak bisa membicarakan
rasa takutnya dengan Judd, dan tidak berani pula membicarakannya dengan Anthony. Dipaksanya dirinya sendiri yakin bahwa kecurigaannya terhadap Anthony tidak berdasar sama sekali; Anthony bahkan tidak tahu tentang diri Judd.
Dan kemudian, empat puluh delapan jam yang lalu Anthony masuk ke kamarnya dan mulai menanyakan kunjungannya ke kantor Judd. Mula-mula Anne marah karena merasa dimata-matai suaminya. Tapi rasa marah ini dengan cepat berubah menjadi rasa takut yang luar biasa. Demi melihat wajah suaminya yang mengerikan karena penuh kemarahan, Anne tahu bahwa suaminya mampu melakukan apa saja terhadapnya.
Bahkan juga membunuhnya. Selama ditanyai, Anne membuat kesalahan yang sangat fatal. Anne mengatakan kepada suaminya mengenai perasaan hatinya terhadap Judd. Seketika mata Anthony berubah gelap, dan dia menggeleng-gelengkan kepala seperti orang habis kena pukulan.
Setelah sendirian lagi, barulah Anne sadar bahwa Judd terancam bahaya yang sangat besar. Anne juga tahu bahwa dia tidak bisa meninggalkan Judd. Dia mengatakan kepada Anthony bahwa dia tidak mau pergi ke Eropa bersamanya.
Dan sekarang Judd berada di sini, dalam rumah ini. Tapi jiwa Judd terancam karena dia.
Pintu kamar terbuka dan Anthony masuk. Sesaat Anthony berdiri memperhatikannya.
"Kau mendapat tamu," katanya.
Anne masuk ke perpustakaan dengan memakai rok dan blus warna kuning, rambutnya tergerai lepas ke bahu. Wajahnya kuyu dan pucat, tapi sikapnya tetap tenang. Judd berada dalam perpustakaan, seorang diri.
"Halo, Dokter Stevens. Anthony mengatakan Anda berada di sini."
Judd merasa bahwa mereka sedang bermain sandiwara dengan penonton yang tidak kelihatan dan berbahaya. Intuisinya mengatakan bahwa Anne juga menyadari situasi mereka, dan Anne menyerahkan diri kepadanya. Anne menunggu untuk mengikuti apa saja petunjuknya.
Tidak ada lain yang bisa dilakukan Judd, kecuali mencoba berusaha agar Anne tetap hidup lebih lama.. Kalau Anne tetap tidak mau pergi ke Eropa, DeMarco pasti akan membunuhnya di tempat ini juga.
Judd ragu-ragu, memilih kata-kata dengan hati-hati. Setiap patah kata sama berbahayanya dengan bom yang dipasang dalam mobilnya.
"Nyonya DeMarco, suami Anda merasa kesal karena Anda mengurungkan niat Anda pergi ke Eropa bersamanya."
Anne menunggu, mendengarkan, menimbang-nimbang.
"Saya bisa mengerti kekecewaan suami Anda. Menurut saya sebaiknya Anda tetap pergi bersama dia," kata Judd, memperkeras suaranya.
Anne memperhatikan wajah Judd, mencoba membaca pancaran matanya. "Bagaimana kalau saya tetap menolak?"
Seketika Judd merasa panik. "Anda tidak boleh berbuat begitu."
Anne takkan keluar dari rumah ini hidup-hidup! "
"Nyonya DeMarco," kata Judd dengan tenang, "suami Anda mendapat kesan yang keliru bahwa Anda jatuh cinta kepada saya."
Anne membuka mulurnya bermaksud bicara, tapi Judd cepat-cepat meneruskan, "Saya menerangkan kepadanya bahwa itu bagian yang wajar dari analisis?hanya transferensi emosi yang bisa dialami oleh setiap pasien."
Anne mengikuti petunjuknya. "Saya tahu. Saya kuatir sejak semula saya memang bodoh pergi menemui Anda. Seharusnya saya berusaha memecahkan sendiri kesulitan saya."
Dari matanya Judd tahu bahwa Anne bersungguh-sungguh. Tampak jelas sekali Anne sangat menyesal karena menyebabkan dia terancam bahaya.
"Saya sudah memikirkannya kembali." Anne meneruskan. "Mungkin liburan di Eropa akan membawa kebaikan bagi saya."
Judd menghela napas lega. Anne rupanya sudah
mengerti. . Tapi Judd tidak bisa menemukan cara untuk memberitahu Anne tentang bahaya yang sebenar* nya. Ataukah Anne sudah tahu dengan sendi"
nya" Dan seandainyapun Anne tahu, adakah yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan diri"
Judd melayangkan pandangan ke jendela perpustakaan. Dipandanginya pohon-pohon yang tinggi di tepi hutan. Anne pernah menceritakan kepadanya bahwa dia sering berjalan-jalan di hutan ini. Mungkin saja Anne mengetahui jalan keluar untuk melarikan diri. Kalau mereka bisa lari ke hutan.? Judd merendahkan suaranya. Anne".
"Sudah selesai mengobrolnya ?" Judd berputar dan melihat ke belakang. DeMarco rupanya secara diam-diam dan tanpa suara masuk ke perpustakaan. Di belakangnya menyusul Angeli dan kakak-beradik Vaccaro. Anne berbalik menghadapi suaminya. "Ya," katanya. "Dokter Stevens berpendapat seharusnya saya pergi ke Eropa bersamamu. Rasanya ada baiknya saya mengikuti nasihatnya." DeMarco tersenyum dan melihat kepada Judd. "Saya tahu saya boleh percaya kepada Anda, Dokter," katanya.
Kini wajah DeMarco berseri-seri, mempesonakan. Wajahnya seperti orang yang sangat puas karena mendapat kemenangan mutlak. Kelihatannya seakan-akan DeMarco mempunyai kemampuan mengubah-ubah dirinya, dari kekejaman yang mengerikan menjadi kehangatan yang menarik hati.
Tidak heran kalau Anne bisa jatuh hati kepada laki-laki ini. Bahkan Judd sendiri saat itu sangat
sulit mempercayai bahwa laki-laki tampan yang ramah, manis, dan lemah-lembut ini sebenarnya seorang psikopat dan pembunuh berdarah dingin.
DeMarco berbalik dan berhadapan dengan istrinya. "Kita berangkat besok pagi-pagi sekali, Sayang. Naiklah ke atas dan mulai berkemas-kemas."
Anne ragu-ragu. Dia tidak ingin meninggalkan Judd sendirian bersama orang-orang ini. "Saya"." Dia memandang Judd tidak berdaya. Judd mengangguk kepadanya.
"Baiklah," Anne mengulurkan tangannya. "Selamat berpisah, Dokter Stevens."
Judd menyambut tangan Anne. "Selamat berpisah."
Dan kali ini benar-benar selamat berpisah. Tidak ada jalan keluar lagi. Judd memperhatikan ketika Anne berbalik, mengangguk kepada yang lain-lainnya dan berjalan meninggalkan ruang perpustakaan.
DeMarco memperhatikan istrinya.
"Bukankan dia cantik?"
Ada pancaran aneh pada air muka DeMarco. Cinta, rasa senang memiliki?dan sesuatu lainnya. Penyesalan" Untuk apa yang akan dilakukan kepada istrinya"
"Dia sama sekali tidak tahu tentang semua ini," kata Judd. "Mengapa kau tidak membiarkannya saja" Lepaskan saja dia!"
Judd memperhatikan DeMarco seketika berubah lagi. Pesonanya seketika lenyap, dan ruangan penuh dengan kebencian. Arus kebencian mengalir dari DeMarco kepada Judd, tidak mengenai yang lainnya. Pada air muka DeMarco tampak pancaran kegembiraan, hampir seperti kegembiraan orang gila. "Mari kita pergi, Dok-ter.
Judd melihat berkeliling dalam ruangan, menimbang-nimbang kemungkinan untuk melarikan diri. Tentunya DeMarco tidak ingin membunuh dia dalam rumahnya sendiri. Jika dia bermaksud melarikan diri, itu harus dilakukan sekarang juga. Kalau tidak dia takkan mendapat kesempatan lagi.
Kakak-beradik Vaccaro mengawasinya seperti serigala lapar, mengharap Judd akan melakukan gerakan. Angeli berdiri dekat jendela, dengan satu tangan dekat pistolnya.
"Kalau saya takkan mau coba-coba," kata DeMarco perlahan, "kau sama saja seperti kalau sudah mati?tapi kita akan melakukannya dengan cara saya."
Dia mendorong Judd ke arah pintu. Yang lain mengepungnya, dan mereka berjalan menuju pintu keluar.
Setelah sampai ke atas, Anne menunggu dekat tangga. Diperhatikannya apa yang terjadi di ruang depan di bawahnya. Dia mundur agar tidak ^hhaun ketika Judd digiring ke pintu keluar.
m.vu JCepat"ccPal kembali ke kamarnya, dan
ml,v\ " icndcla" Mereka mendorong J^d
m*uk ^ mobil Angeli. Ipjcepat Anne meraih telepon dan memutar
nomor operator. Rasanya lama sekali baru terdengar jawaban.
"Operator, hubungkan saya dengan polisi! Lekas?ini keadaan bahaya!"
Tangan seorang laki-laki diulurkan di muka Anne, menekan tombol pada hak telepon. Anne terpekik dan memutar tubuhnya. Nick Vaccaro berdiri di mukanya, tersenyum.
23 Angeli menyalakan lampu depan mobil. Ketika itu baru pukul empat sore, tapi hari sudah cukup gelap. Matahari bersembunyi di balik awan hitam yang berputar-putar, didorong oleh angin yang sedingin es. Mereka bermobil sudah lebih dari satu jam.
Angeli memegang kemudi. Rocky Vaccaro duduk di sebelahnya. Judd duduk di kursi belakang bersama Anthony DeMarco..
Mula-mula Judd selalu mengawasi jalan, kalau-kalau ada mobil polisi lewat. Dia mengharapkan akan bisa menari perhatian polisi entah dengan cara apa. Tapi Angeli menjalankan mobil melalui jalan yang hampir tidak pernah dipakai, dan lalu lintas hampir sama sekali tidak ada.
Mereka mengitari pinggiran Morristown, mengambil Route 206 dan menuju ke selatan. Di depan mereka ada padang tandus daerah New Jersey Tengah yang jarang penduduknya. Langit yang kelabu tersibak dan hujan mulai turun. Butiran-butiran es kecil mendera kaca depan mobil, suaranya seperti genderang kecil yang
ditabuh orang gila. "Lambatkan mobil," DeMarco memberi perintah. "Kita tidak ingin mendapat kecelakaan,
bukan?" Angeli menurut, mengurangi tekanan kakinya pada pedal gas.
DeMarco menoleh kepada Judd. "Di situlah kebanyakan orang membuat kesalahan. Mereka tidak merencanakan setiap hal seperti saya."
Judd melihat kepada DeMarco, mempelajarinya dari segi klinis. Orang ini menderita megalomania, di luar jangkauan akal sehat atau logika. Tidak ada cara apa pun untuk membujuknya. Pada dirinya ada kesadaran moral yang hilang, yang menyebabkan dia bisa membunuh tanpa rasa bersalah. Sekarang Judd sudah mengetahui sebagian besar jawabannya.
DeMarco melakukan semua pembunuhan dengan tangannya sendiri, terdorong oleh rasa kehormatan?balas dendam cara SicUia. Dia melakukan itu untuk menghapus noda yang dikiranya diperbuat oleh istrinya, yang mengotori dirinya serta keluarga La Cosa Nostra.
Dia membunuh John Hanson karena kekeliruan. Angeli melaporkan kepadanya apa yang terjadi. Maka DeMarco kembali ke kantor Judd dan menemukan Carol. Kasihan Carol, sungguh malang nasibnya.
Carol tidak bisa memberikan pita rekaman Nyonya DeMarco, sebab dia tidak mengenal Anne dengan nama ini. Seandainya DeMarco menahan kesabarannya, dia akan bisa membantu
Carol mengetahui siapa yang dimaksudkannya. Tapi itu memang merupakan bagian dari penyakitnya. DeMarco tidak bisa bertoleransi dengan rasa frustrasi, dan karena kemarahannya yang menggila maka Carol mati. Secara mengerikan.
DeMarco jugalah yang menabrak Judd dengan mobil. Kemudian dia kembali ke kantor Judd untuk membunuhnya, bersama Angeli. Dulu Judd heran mengapa mereka tidak mendobrak pintu saja dan membunuhnya. Kini dia tahu apa sebabnya.
Karena McGreavy yakin bahwa Judd bersalah, maka mereka memutuskan agar kematian Judd seperti bunuh diri yang dilakukan karena penyesalan. Ini akan menyebabkan penyelidikan polisi dihentikan.
Dan Moody" kasihan Moody. Ketika Judd memberitahukan nama kedua detektif yang menangani perkaranya, dia mengira reaksi Moody ditujukan kepada McGreavy?padahal sebenarnya tertuju kepada Angeli. Moody sudah tahu bahwa Angeli terlibat dengan La Cosa Nostra, dan setelah mengingat ini".
Judd melihat kepada DeMarco. "Apa yang akan menimpa Anne?"
"Jangan kuatir. Saya sendiri yang akan mengurus dia," kata DeMarco. Angeli tersenyum. "Yah." Wd marah sekali, tapi merasa tidak berdaya. "Saya melakukan kesalahan dengan mengawini
orang di luar keluarga," kata DeMarco murung. "Orang luar tidak bisa memahami seperti apa adanya. Tidak bisa memahami."
Mereka melalui dataran rendah yang hampir tandus sama sekali. Kadang-kadang di kejauhan kelihatan ada pabrik, yang merupakan bintik-bintik samar dengan latar belakang kaki langit.
"Kita hampir sampai," kata Angeli.
"Kerjamu bagus sekali," kata DeMarco. "Kau harus disembunyikan jauh-jauh di suatu tempat, sampai suasana panas mereda. Kau ingin pergi ke mana?"
"Saya menyukai Florida."
DeMarco mengangguk setuju. "Tidak ada kesulitan. Di sana kau akan tinggal bersama anggota keluarga"
"Saya kenal banyak pelacur yang cantik di sana," Angeli tersenyum.
DeMarco membalas senyumannya melalui kaca spion. "Kau akan kembali dengan sekujur badan berwarna coklat."
"Mudah-mudahan."
Rocky Vaccaro tertawa. Di kejauhan, di sebelah kanan, Judd melihat beberapa buah bangunan pabrik yang mengepulkan asap ke udara. Mereka sampai ke jalan kecil yang menuju ke pabrik. Angeli memutar kemudi ke kanan dan menjalankan mobil terus sampai ke tembok yang tinggi.
Pintu gerbangnya tertutup. Angeli membunyikan klakson. Seorang laki-laki yang memakai jas
hujan dan tutup kepala muncul di balik pintu gerbang. Setelah melihat DeMarco dia mengangguk, lalu membuka pintu gerbang. Angeli menjalankan mobil masuk, dan pintu tertutup di belakang mereka. Mereka sudah sampai ke tujuan.
Di markas polisi Seksi Sembilan Belas, Letnan McGreavy ada di kantornya. Dia sedang memeriksa sebuah daftar bersama tiga orang detektif, Kapten Ber
telli dan dua orang agen FBI.
"Ini daftar keluarga La Cosa Nostra di Timur. Semua Sub-Capo dan Capo Regime. Yang menjadi hambatan, kita tidak tahu Angeli berhubungan dengan yang mana."
"Berapa lama kita bisa memeriksa semuanya?" tanya kapten Bertelli.
Salah seorang agen FBI berbicara. "Di sini terdapat lebih dari enam puluh nama. Sekurang-kurangnya kita perlu waktu dua puluh empat jam, tapi"." Dia berhenti bicara.
McGreavy menyelesaikan kalimatnya. "Tapi dua puluh empat jam dari saat sekarang Dokter Stevens sudah tidak bisa kita selamatkan."
Seorang polisi muda berpakaian seragam berjalan cepat-cepat ke pintu yang terbuka. Dia ragu-ragu ketika melihat orang begitu banyak.
"Ada apa?" tanya McGreavy.
"New Jersey tidak tahu apakah ini penting, Letnan. Tapi Letnan sudah menyuruh melaporkan apa saja yang kelihatan agak mencurigakan. Seorang operator mendapat panggilan telepon dari seorang wanita dewasa yang minta dihubungkan dengan markasTtesar kepolisian. Dia mengatakan keadaan bahaya, tapi kemudian teleponnya
putus. Operator menunggu, tapi tidak ada panggilan lagi."
"Dari mana datangnya panggilan ini?"
"Sebuah kota bernama Old Tappan."
"Dia memberikan nomornya?"


Wajah Sang Pembunuh Naked Face Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak. Dia meletakkan telepon begitu cepat."
"Hebat," kata McGreavy kesal.
"Sudahlah," kata Bertelli. "Mungkin hanya wanita tua yang melaporkan kucing hilang."
Telepon McGreavy berdering, panjang dan nyaring. Dia mengangkat telepon. "Letnan McGreavy."
Yang lain memperhatikan dengan muka tegang.
"Baik! Katakan kepada mereka jangan melakukan tindakan apa-apa sebelum saya datang ke sana. Saya berangkat sekarang juga!"
Dia meletakkan telepon. "Patroli Jalan Raya baru saja melihat mobil Angeli menuju ke selatan, ke Route 206, tepat di luar Millstone."
"Mobil patroli ini mengambil arah yang berlawanan. Pada waktu mereka sempat memutar, mobil itu sudah lenyap. Saya mengenal daerah ini. Tidak ada apa-apa di situ, kecuali beberapa buah pabrik."
Dia menoleh menghadapi salah seorang agen FBI. "Anda bisa memberi saya secepat-cepatnya daftar nama pabrik di sana dan siapa pemiliknya?" "Bisa." Agen FBI ini meraih telepon.
"Saya akan pergi ke sana, kata McGreavy. "Hubungi saya setelah Anda mendapatkannya."
Dia menoleh kepada anak buahnya. "Mari berangkat!" Dia terus keluar. Ketiga detektif dan agen FBI satunya mengikuti.
Angeli menjalankan mobil melewati pondok penjaga dekat pintu gerbang, langsung menuju kelompok bangunan aneh yang menjulang tinggi ke langit. Ada cerobong asap terbuat dari batu bata dan saluran air raksasa, bentuknya seperti binatang purbakala.
Mobil terus dijalankan menuju pipa-pipa besar dan ban berjalan, lalu direm berhenti. Angeli dan Vaccaro turun dari mobil. Vaccaro membuka pintu belakang di sisi Judd. Dia mengacungkan pistol. "Keluar, Dokter!"
Perlahan-lahan Judd turun dari mobil, diikuti oleh DeMarco. Seketika mereka dikelilingi suara hingar-bingar dan angin kencang. Di muka mereka kira-kira sejauh delapan meter ada pipa yang sangat besar. Pipa ini suaranya menggemuruh, berisi udara yang dimampatkan dan menyedot apa saja yang mendekati mulutnya yang terbuka.
**bii salah satu pipa terbesar di seluruh negeri," DeMarco membual, memperkeras suaranya supaya terdengar. "Anda ingin melihat bagaimana cara kerjanya?"
Judd melihat kepadanya tidak percaya. Kini DeM arco mengambil peranan lagi sebagai tuan rumah yang sempurna, melayani tamunya. Tidak
?bukan sekadar memainkan peranan. Dia bersungguh-sungguh. Itulah yang mengerikan.
DeMarco akan membunuh Judd. Dan baginya itu hanya transaksi bisnis biasa. Sesuatu yang harus dibereskan, seperti membuang sepotong perkakas yang tidak berguna lagi. Tapi sebelumnya DeMarco ingin membuat Judd merasa terpesona lebih dulu.
"Mari, Dokter. Ini sangat menarik."
Mereka berjalan menuju pipa. Angeli memimpin di depan, DeMarco di sisi Judd, dan Rocky Vaccaro berjalan di belakang mereka.
"Pabrik ini memberi masukan penghasilan kotor lebih dari lima juta dollar setahun," kata DeMarco dengan bangga. "Seluruh operasinya berjalan secara otomatis."
Ketika mereka semakin mendekati pipa, suara gemuruh semakin meningkat pula, bunyinya hampir tidak tertahankan lagi. Seratus meter jauhnya dari mulut pipa hampa udara ada mesin pemotong kayu raksasa. Mesin ini panjangnya enam meter dan tingginya satu setengah meter, dengan setengah lusin pisau pemotong yang sangat tajam. Kayu utuh yang akan dijadikan balok dibawa dengan ban berjalan ke alat pemotong. Udara penuh dengan serbuk gergaji yang beterbangan campur air hujan, semua disedot masuk ke mulut pipa.
"Tidak peduli sebesar apa kayunya," kata DeMarco bangga, "mesin ini akan memotongnya sampai bisa masuk ke dalam pipa ukuran tiga puluh enam inci ini."
DeMarco mengeluarkan sepucuk pistol Colt 38 berlaras pendek dari sakunya dan memanggil, "Angeli!"
Angeli menoleh. "Selamat jalan ke Florida." DeMarco menarik pelatuk, dan tampak ada lubang merah pada bagian depan kemeja Angeli.
Angeli melihat kepada DeMarco dengan rupa keheranan, seakan menunggu penjelasan teka-teki yang baru didengarnya. DeMarco menarik pelatuk lagi. Angeli tersungkur ke tanah. Lalu DeMarco mengangguk kepada Rocky Vaccaro. Laki-laki yang bertubuh besar ini mengangkat tubuh Angeli, meletakkannya di atas bahu. Kemudian dia berjalan mendekati pipa.
DeMarco menghadapi Judd. "Angeli tolol. Setiap polisi di negeri ini mencarinya. Kalau mereka menemukan dia, dia akan memberitahukan sarang saya kepada mereka."
Pembunuhan terhadap diri Angeli yang dilakukan dengan darah dingin sudah cukup memberikan kejutan kepada Judd. Tapi kejadian berikutnya bahkan lebih mengerikan lagi. Judd memperhatikan dengan rasa ngeri ketika Vaccaro membawa mayat Angeli ke mulut pipa raksasa.
Tekanan yang sangat -kuat menarik tubuh Angeli, dan dengan cepat menyedotnya ke dalam. Vaccaro harus berpegangan pada sebatang handel besi pada mulut pipa supaya tidak ikut tersedot oleh tekanan udara yang sangat kuat.
Untuk terakhir kalinya Judd melihat sekilas
tubuh Angeli melayang masuk ke pipa di tengah campuran serbuk gergaji dan kayu. Sekejap
kemudian tubuhnya sudah lenyap. Vaccaro meraih handel penutup klep pada mulut pipa dan menariknya, mematikan aliran udara. Kesunyian yang tiba-tiba mencekam meliputi mereka.
DeMarco melihat kepada Judd dan mengangkat pistolnya. Ada pancaran aneh pada air mukanya, dan Judd tahu bahwa bagi DeMarco membunuh 9 merupakan pengalaman yang mengandung keagamaan. Baginya perbuatan membunuh merupakan api suci yang membersihkan dosa. Saat itu Judd tahu bahwa kematiannya sudah tiba.
Tapi Judd tidak mencemaskan keselamatannya sendiri. Dia marah karena orang gila ini dibiarkan hidup, untuk membunuh Anne dan menghancurkan kehidupan orang jujur lainnya. Judd mendengar suara geraman, erangan marah dan frustrasi?dan sadar bahwa suara ini keluar dari mulurnya sendiri. Dia seperti binatang yang terperangkap, ingin sekali membunuh orang yang menangkapnya.
DeMarco tersenyum kepadanya, seakan bisa membaca pikirannya.
"Saya akan menembak perutmu, Dokter. Kau akan mati dalam waktu yang lebih lama. Tapi kau pun akan punya waktu untuk mencemaskan apa yang akan menimpa Anne."
Ada satu harapan. Harapan yang sangat tipis. "Harus ada yang mencemaskan keselamatan-|1iya," kata Judd. "Dia belum pernah memiliki laki-laki."
DeMarco memandang hampa kepadanya. Sekarang Judd berteriak, supaya DeMarco mendengarkan. "Kau tahu apa alat vitalmu" Pistol yang ada di tanganmu. Tanpa pistol atau pisau, kau perempuan."
Judd melihat air muka DeMarco mulai memancarkan kemarahan. m "Kau tidak punya alat kelamin laki-laki, DeMarco. Tanpa pistol itu, kau hanya lelucon."
Lapisan merah mulai menutupi mata DeMarco, seperti bendera yang memperingatkan datangnya malaikat maut. Vaccaro maju satu langkah ke depan. DeMarco melambaikan tangan, menyuruh dia mundur.
"Akan kubunuh kau dengan tangan kosong," kata DeMarco sambil melemparkan pistol ke tanah. "Dengan tangan ini!"
Perlahan-lahan, seperti binatang buas yang sangat kuat, dia mendekati Judd.
Judd mundur, menjauhi jangkauan DeMarco. Dia sadar bahwa secara fisik dia takkan menang melawan DeMarco. Harapannya hanya satu, yakni bisa mengacaukan pikiran DeMarco yang tidak waras, membuatnya tidak bisa berfungsi. Dia harus terus menghantam titik terlemah DeMarco?kebanggaan akan kelaki-lakiannya.
"Kau homoseks, DeMarco!"
DeMarco tertawa dan menerkamnya. Judd mengelak.
Vaccaro memungut pistol dari tanah. "Bos! Biar saya saja yang membereskan!"
"Jangan ikut campur!" DeMarco menggeledek. Kedua laki-laki ini berputar-putar, mencari posisi yang enak. Kaki Judd terpeleset pada serbuk gergaji basah, dan DeMarco menyerbunya seperti seekor banteng aduan. Kepalannya yang besar menghantam sisi mulut Judd, membuatnya terkapar.
Judd pulih kembali dari rasa pusing karena pukulan DeMarco berikutnya, lalu ganti menyerang. Wajah DeMarco dipukulnya. DeMarco undur ke belakang, kemudian kembali menyerbu dan menghantamkan tinjunya ke perut Judd.
Tiga pukulan berturut-turut membuat Judd tidak bisa bernapas. Judd mencoba bicara untuk memanas-manasi DeMarco, tapi hanya bisa megap-megap kehabisan udara. DeMarco menjulang tinggi di hadapannya seperti burung buas pemakan bangkai.
"Kehabisan napas, Dokter?" tanya DeMarco sambil tertawa. "Dulu saya petinju. Sekarang saya akan memberi kau pelajaran. Saya akan mulai dari pinggang, kemudian kepala dan matamu. Akan saya korek matamu keluar, Dokter. Sebelum saya selesai, kau akan mengemis-ngemis minta ditembak."
Judd percaya akan kata-katanya. Dalam cahaya remang-remang dari langit yang tertutup awan, DeMarco kelihatan seperti binatang buas yang sangat marah. Sekali lagi dia menyerang, merobek pipi Judd dengan mata cincin yang besar. Judd membalas, memukuli wajah DeMarco dengan kedua tangannya. DeMarco bergerak pun tidak.
Kini DeMarco mulai memukuli pinggang Judd, tangannya bergerak cepat sekali seperti mesin. Judd mundur, sekujur badannya nyeri semua.
"Kau masih belum jera, Dokter?" DeMarco mulai mendekatinya lagi.
Judd sadar bahwa tubuhnya takkan tahan menerima siksaan lagi. Dia harus terus bicara. Hanya itulah satu-satunya kesempatan.
"DeMarco"." Judd megap-megap.
DeMarco berhenti dan Judd mengayunkan tinju kepadanya. Sambil tertawa DeMarco merunduk, lalu menghantamkan tinjunya pada bagian di antara pangkal paha Judd.
Judd membungkuk, merasakan sakit yang tidak terkira. Lalu dia roboh ke tanah. DeMarco menduduki tubuh Judd dan mencekik lehernya.
"Dengan tangan kosong!" pekik DeMarco. "Kukorek matamu keluar dengan tangan kosong." Dia menghantamkan tinjunya yang besar ke mata Judd.
Mereka melaju melewati Bedminster, menuju selatan melalui Route 206. Tiba-tiba terdengar panggilan melalui radio. "Kode Tiga" Kode Tiga" Semua mobil siap-siaga". Unit Dua Puluh Tujuh New York". Unit Dua Puluh Tujuh New York"."
McGreavy meraih mikrofon radio. "Dua Puluh Tujuh New York". Silakan bicara!"
Suara Kapten Bertelli yang gugup terdengar melalui radio. "Kami sudah menemukannya, Mac. Ada perusahaan pipa sejauh dua mil di
sebelah selatan Millstone. Milik Five Star Corporation?yang juga memiliki perusahaan pengepakan daging. Ini salah satu selubung yang dipakai Tony DeMarco."
"Kedengarannya cocok," kata McGreavy. "Kami sedang menuju ke sana."
"Tinggal berapa jaraknya dari tempatmu?"
"Sepuluh mil." "Semoga berhasil."
"Mudah-mudahan begitu."
McGreavy mematikan radio dan membunyikan sirene. Lalu ditekannya pedal gas sampai habis.
Langit berputar-putar dalam lingkaran basah di atasnya, dan sesuatu menghantamnya?menghancurkan tubuhnya. Judd mencoba melihat, tapi matanya bengkak dan tidak bisa dibuka. Tinju menghantam tulang rusuknya, dan dia merasakan sakitnya tulang yang berparahan.
Judd bisa merasakan napas DeMarco yang panas pada mukanya, cepat dan terengah-engah. Dicobanya melihat DeMarco, tapi dia tertutup dalam kegelapan. Dia membuka mulurnya, dan dipaksanya mengeluarkan kata-kata dengan lidah besar membengkak.
"Kau lih" hatt," katanya tergagap-gagap, "saya ben" narr". Kau hanya bisa?kau hanya bisa memukul orang?kalau dia sudah jatuh"." * Napas terengah-engah yang mengembus mukanya berhenti. Judd merasakan dua tangan memegang badannya, menariknya agar berdiri.
"Kau akan mampus, Dokter. Dan saya melakukannya dengan tangan kosong."
Judd mundur menjauhi suara itu. "Kau bin" nat" tang," katanya, tersengal-sengal. "Kau seorang psikopat". Seharusnya kau sudah dikurung" dalam" rumah sakit jiwa."
Suara DeMarco berat karena marah. "Kau bohong!"
"Itu kenyataan," kata Judd, terus mundur. "Otak" otakmu sakit". Otakmu akan" pecah dan kau akan menjadi" seperti bayi yang tidak mengerti apa-apa."
Judd terus mundur, tidak bisa melihat arah yang ditujunya. Di belakangnya dia bisa mendengar dengungan pipa yang tertutup, menunggu seperti raksasa yang sedang tidur.
DeMarco menerkam Judd, mencekik kembali lehernya.
"Akan kupatahkan lehermu!"
Jari DeMarco yang besar mencengkeram batang tenggorok Judd, mencekiknya.
Judd merasakan kepalanya mulai melayang-layang. Ini kesempatannya yang terakhir. Setiap insting dalam tubuhnya menjerit, menyuruhnya menangkap tangan DeMarco dan menariknya supaya terlepas dari lehernya?supaya dia bisa bernapas.
Tapi yang terjadi malah sebaliknya. Dengan dorongan kemauan yang luar biasa Judd mengulurkan tangannya ke belakang, meraba-raba mencari handel penutup klep. Judd merasakan
"oa irinya mulai terseret menuju ketaksadaran, dan ada saat itulah tangannya menemukan handel enutup klep.
Dengan sisa tenaga yang terakhir Judd membuka klep dan memutar tubuhnya, supaya tubuh DeMarco lebih dekat dengan mulut pipa. Tiba-tiba udara yang sangat kuat menarik mereka dengan suara gemuruh, berusaha menyeret mereka ke dalam pipa.
Judd berpegangan sekuat tenaga pada handel penutup klep dengan dua tangan, berusaha mati-matian menahan tubuhnya agar tidak tersedot oleh angin yang sangat kuat. Dia merasakan jari DeMarco makin kuat mencekik lehernya, waktu tubuh DeMarco tertarik ke arah mulut pipa.
Sebenarnya DeMarco bisa menyelamatkan dirinya. Tapi kemarahan yang menggila membuat dia tidak bisa berpikir secara semestinya, dan tidak mau melepaskan cekikannya. Judd tidak bisa melihat muka DeMarco, hanya bisa mendengar suaranya. Suara DeMarco terdengar seperti pekikan binatang gila, kemudian kata-katanya lenyap dalam angin yang menggemuruh.
Pegangan Judd mulai terlepas dari handel penutup klep. Dia akan ikut terseret ke dalam pipa bersama DeMarco. Cepat-cepat dia berdoa, doanya yang terakhir. Pada saat itu pula dia merasakan pegangan DeMarco terlepas dari lehernya. Terdengar jeritan yang keras menggema, kemudian yang terdengar hanya deru pipa. DeMarco sudah lenyap.
Judd berdiri kehabisan tenaga, tidak bisa bergerak, dan pasrah menunggu tembakan yang dilepaskan oleh Vaccaro.
Sesaat kemudian terdengar letusan tembakan.
Judd berdiri tertegun, heran karena tembakan Vaccaro tidak mengenai dirinya. Dengan kesadaran yang tumpul karena menahan rasa sakit, Judd mendengar beberapa tembakan lagi. Kemudian terdengar langkah kaki orang berlari, dan suara orang memanggil namanya. Terasa ada tangan memeluk tubuhnya dan suara McGreavy berkata, "Ya, Tuhan! Lihadah mukanya!"
Beberapa tangan yang kuat mencengkeram lengannya, menyeretnya menjauhi tarikan udara dari pipa yang bunyinya menderu-deru. Sesuatu yang basah mengalir di pipinya. Dia tidak tahu apakah itu darah, air hujan, atau air mata?dan dia pun tidak peduli.
Kini semua sudah berakhir.
Dia memaksa membuka sebelah matanya yang bengkak. Melalui celah yang sangat sempit dan berwarna merah darah, samar-samar dia bisa melihat McGreavy.
"Anne di rumah," kata Judd. "Istri DeMarco. Kata harus menyelamatkan dia."
McGreavy memandanginya, tidak bergerak-gerak. Judd sadar bahwa tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Dia mendekatkan mulutnya ke telinga McGreavy, dan berkata perlahan-lahan dengan suara serak.
"Anne DeMarco". Dia ada di" rumah" tolong dia!"
McGreavy berjalan ke mobil polisi. Diangkatnya mikrofon radio, lalu dia mengirimkan perintah. Judd masih tetap berdiri terhuyung-huyung. Dia masih merasa pusing karena pukulan DeMarco. Dibiarkannya angin dingin menerpa tubuhnya. Di depannya, dia melihat sesosok tubuh menggeletak di tanah. Dan dia tahu itu pasti mayat Rocky Vaccaro. Kita menang, pikirnya. Kita menang. Judd terus-menerus mengulang perkataan ini dalam pikirannya. Tapi dia sadar bahwa kata-kata ini tidak ada artinya. Kemenangan macam apa yang diperolehnya" Dia pasti merasa dirinya manusia yang jujur dan beradab. Seorang dokter, seorang penyembuh ?tapi dia sudah berubah menjadi binatang buas yang penuh nafsu membunuh.
Ya, dia mendorong orang yang sakit ke tepi tebing kegilaan, kemudian membunuhnya. Sungguh beban yang sangat mengerikan untuk dipikul seumur hidupnya. Dia memang bisa mengatakan kepada dirinya sendiri bahwa itu dilakukannya untuk membela diri. Walaupun demikian dia tahu?semoga Tuhan mengampuni?bahwa dia merasa senang melakukannya.
Untuk itu dia tidak bisa memaafkan dirinya. Dia tidak lebih baik daripada DeMarco, atau kakak-beradik Vaccaro, atau lain-lainnya. Peradaban hanyalah lapisan yang sangat tipis, lemah
dan berbahaya. Kalau lapisan ini pecah, manusia kembali menjadi binatang?kembali ke lumpur di jurang kebiadaban. Padahal sebelumnya dia sangat bangga sudah berhasil naik dari jurang kebiadaban itu. fegs
Judd sangat kelelahan sehingga tidak mampu berpikir lagi. Sekarang yang diinginkannya hanya mengetahui bahwa Anne selamat.
McGreavy berdiri di dekatnya. Aneh sekali, kini sikap McGreavy sangat ramah.
"Ada mobil polisi yang sedang menuju ke rumahnya, Dokter Stevens. Oke?"
Judd mengangguk penuh rasa terima kasih.
McGreavy memegang lengannya, membimbingnya menuju ke sebuah mobil. Dia berjalan lambat-lambat, dengan susah-payah karena tubuhnya sangat sakit. Waktu itu dia baru sadar bahwa hujan sudah berhenti.
Jauh di kaki langit awan yang mengandung hujan dihalau oleh angin Desember yang dingin. Kini langit mulai terang. Di sebelah barat berkas sinar yang sangat kecil muncul. Matahari mulai keluar dari balik awan, sinarnya makin lama makin terang.
Dia akan mengalami Hari Natal yang sangat indah.
Ketika mereka bangkit bersiap-siap untuk pergi, Judd mengajukan permintaan untuk dapat bicara-dengan Peter sendirian. Sementara Norah menunggu di luar, Judd menceritakan kepada Peter tentang Harrison Burke.
"Saya menyesal sekali," kata Peter. "Ketika saya mengirim dia kepadamu keadaannya memang sudah buruk sekali. Tapi saya masih berharap kau akan bisa menolongnya. Tentu saja sekarang kau harus mengirim dia ke rumah sakit jiwa. Kapan itu akan kaulakukan?"
"Segera setelah aku keluar dari sini," kau Judd. Tapi Judd sadar bahwa dia berdusta. Dia tidak menghendaki Harrison Burke dikirim ke rumah sakit jiwa. Tidak sekarang. Dia ingin mengetahui lebih dulu apakah Burke yang melakukan kedua pembunuhan itu.
"Kalau ada sesuatu yang bisa saya lakukan untukmu, Kawan?telepon saja." Dan Peter pun pergi.
Judd berbaring di tempat tidur, merencanakan langkah berikutnya. Tidak ada motif yang masuk akal yang menyebabkan orang ingin membunuhnya. Maka ia mengambil kesimpulan bahwa pembunuhan ini pasti dilakukan oleh orang yang keseimbangan mentalnya rusak-orang yang5
Dendam Anak Pengemis 3 Hantu Jeruk Purut Karya Yennie Hardiwidjaja Fiction 3
^