Pencarian

Benteng Digital 2

Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown Bagian 2


bentuk sebuah email. Dia dapat mengirimkan pelacak itu ke alamat palsu si
pengguna, dan perusahaan perantara, yang melakukan tugasnya seperti tertulis
dalam kontrak, akan meneruskan email tersebut ke alamat asli si pengguna. Begitu
berada di sana, program tersebut akan merekam lokasi internetnya dan
mengirimkannya kembali ke NSA. Kemudian, program itu hilang terurai tanpa bekas.
Sejak hari itu, semua pengguna alamat anonim hanya merupakan gangguan kecil bagi
NSA. "Dapatkah kau menemukannya?"
"Tentu saja. Kenapa Anda menunggu begitu lama untuk memanggilku?"
"Sebenarnya" - kening Strathmore berkerut-"aku tidak bermaksud melibatkan orang
lain dalam masalah ini. Aku berusaha mengirimkan sendiri sebuah salinan program
pelacak. Tetapi kau menulisnya dalam salah satu bahasa hibrida sehingga aku
tidak bisa menggunakannya. Pelacak itu selalu mengirim kembali data yang tidak
masuk akal. Akhirnya aku menyerah dan melibatkanmu."
Susan terkekeh. Strathmore adalah pemrogram kriptografi yang cemerlang, tetapi
kemampuannya terbatas pada bidang alogaritma. Urusan tetek bengek yang berkaitan
dengan pemrograman remeh kerap kali luput dari perhatiannya. Terlebih lagi,
Susan telah menulis program pelacaknya dalam sebuah bahasa program campuran yang
diberi nama LIMBO. Bisa dimengerti jika Strathmore menemui beberapa masalah.
"Saya akan mengurus hal ini." Susan tersenyum, dan beranjak pergi. "Saya akan
berada di terminal komputer saya."
"Bisa tahu berapa lama waktunya?"
Susan terdiam. "Vah ... bergantung seberapa efisien ARA meneruskan surat-surat
yang masuk ke mereka. Jika orang itu ada di Amerika dan menggunakan AOL atau
Compuserve, saya bisa mencoba mengintip kartu kredit dan alamat penagihannya
dalam waktu satu jam. Jika dia menggunakan sebuah account universitas atau
perusahaan, itu akan lebih lama." Susan tersenyum canggung.
"Selanjutnya terserah Anda."
Susan tahu bahwa selanjutnya merupakan tugas tim penyergap NSA. Mereka akan
mematikan sambungan listrik di rumah orang itu dan menghancurkan jendelanya
dengan senjata yang memekakkan telinga. Tim ini akan mengira bahwa mereka sedang
bertugas untuk sebuah kasus obat terlarang. Strathmore tentunya akan melangkah
masuk di antara reruntuhan untuk mengambil kunci sandi dengan 64 karakter
tersebut dan kemudian menghancurkannya. Benteng Digital akan membusuk di dalam
internet, terkunci selamanya.
"Kirimkan program pelacak itu dengan hati-hati," pinta Strathmore. "Jika North
Dakota tahu kita sedang mengincarnya, dia akan panik, dan aku akan tidak sempat
mengirim pasukan ke sana sebelum dia menghilang dengan kuncinya."
"Seperti tabrak lari," Susan meyakinkan Strathmore. "Setelah menemukan account-
nya, program ini akan menghilang. Orang ini tidak akan pernah tahu kalau kita
pernah ke sana." Sang komandan mengangguk letih. "Terima kasih."
Susan tersenyum lembut padanya. Dia kagum pada Strathmore yang terlihat begitu
tenang dalam menghadapi masalah ini. Dia yakin, hal inilah yang membantu karier
Strathmore dan menempatkannya di eselon kelas atas.
Saat menuju ke pintu, Susan melongok ke bawah, ke arah TRANSLTR. Keberadaan
sebuah alogaritma yang tidak bisa dipecahkan adalah konsep yang sulit diterima
Susan. Dia berdoa agar North Dakota bisa ditemukan tepat pada waktunya.
"Tolong kerjakan dengan cepat," seru Strathmore, "dan kau akan berada di Smoky
Mountains sebelum malam tiba."
Susan terdiam di tempat. Dia yakin tidak pernah menyebutkan rencana
perjalanannya kepada Strathmore. Dia menoleh. Apakah NSA merekam pembicaraan
teleponnya " Strathmore tersenyum dengan perasaan bersalah. "Pagi ini David memberitahuku
tentang rencana perjalanan kalian. Dia bilang kau pasti agak kesal karena
pembatalannya." Susan bingung. "Anda berbicara dengan David pagi ini?" "Tentu." Strathmore
kelihatan bingung oleh re- aksi Susan.
"Aku harus memberinya penjelasan." "Memberi David penjelasan?" tanya Susan.
"Untuk apa?" "Untuk perjalanannya. Aku mengirim David ke Spanyol."
*** 11 SPANYOL. AKU mengirim David ke Spanyol. Kata-kata sang komandan terasa bagaikan
sebuah sengatan. "David ada di Spanyol?" Susan sama sekali tidak percaya. "Anda mengirimnya ke
Spa- nyol?" Nada suara Susan berubah menjadi marah. "Kenapa?"
Strathmore kelihatan melongo. Kelihatan- nya dia tidak terbiasa diteriaki
seperti itu, apalagi oleh kriptografer kepalanya. Dia me- natap Susan dengan
bingung. Wanita itu mengamuk seperti seekor induk macan yang sedang melindungi
anaknya. "Susan," kata Strathmore. "Kau sudah bicara dengan David, bukan" Dia sudah men-
jelaskannya kan?" Susan terlalu terkejut untuk berbicara. Spanyol" Karena itulah David membatalkan
perjalanan kami ke Stone Manor"
"Aku mengirim sebuah mobil untuk menjemputnya pagi ini. Dia mengatakan akan me-
neleponmu sebelum berangkat. Aku benar- benar menyesal. Aku pikir-"
"Untuk apa Anda mengirim David ke Spanyol?" Strathmore terdiam dan menatapnya.
"Untuk mendapatkan kunci yang satunya lagi."
"Kunci yang satunya apa?"
"Salinan di tangan Tankado."
Susan menjadi bingung. "Apa maksud Anda?"
Strathmore mendesah. "Tentunya kunci sandi itu ada pada Tankado saat dia mati.
Aku tidak ingin kunci itu berseliweran di dalam kamar jenazah Sevilla."
"Jadi, Anda mengirim David?" Susan benar-benar kaget. Benar-benar tidak masuk
akal. "Dia bahkan tidak bekerja untuk Anda!"
Strathmore kelihatan terpana. Belum pernah ada yang berbicara kepadanya, Wakil
Direktur NSA, seperti itu sebelumnya. "Susan," kata Strathmore sambil berusaha
untuk tenang, "itulah maksudku. Aku membutuhkan-"
Sang macan menerkam. "Anda memiliki 20 ribu karyawan di bawah perintah Anda!
Siapa yang memberi Anda hak untuk mengirim tunangan saya?"
"Aku membutuhkan seorang kurir sipil, seseorang yang sama sekali terlepas dari
pemerintah. Jika aku menggunakan jalur resmi dan seseorang mengendus-"
"Dan David Becker adalah satu-satunya orang sipil yang Anda kenal?"
"Bukan. David Becker bukan satu-satunya orang sipil yang aku kenal. Tetapi pada
pukul enam pagi tadi, segalanya berlangsung cepat. David bisa bahasa Spanyol.
Dia cerdas. Aku memercayainya dan aku pikir aku telah membantunya."
"Membantunya?" cecar Susan. "Dengan mengirimnya ke Spanyol?"
"Ya. Aku membayarnya sepuluh ribu dolar untuk satu hari kerja. Dia hanya
mengambil barang-barang Tankado dan terbang pulang. Itu sebuah bantuan."
Susan terdiam. Dia mengerti sekarang. Ini semua tentang uang. Dia ingat pada
sebuah peristiwa lima bulan yang lalu, ketika rektor Universitas Georgetown
menawari David sebuah promosi di departemen bahasa. Sang rektor memperingatkan
bahwa jam mengajar David akan berkurang dan akan lebih banyak pekerjaan
administratif, tetapi juga gajinya akan naik cukup besar. Susan ingin berteriak
David, jangan terima itu. Kau akan menderita. Kita punya banyak uang - siapa yang
peduli kalau di antara kita yang mendapatkannya. Tapi Susan tidak berhak berkata
seperti itu. Pada akhirnya, dia mendukung keputusan David. Ketika mereka tidur
malam itu, Susan berusaha berbahagia untuk David, tetapi dalam hati dia merasa
bahwa hal tersebut akan berubah menjadi bencana. Ternyata dia benar - tetapi dia
tidak menyangka kalau dia akan begitu benar.
"Anda membayar David sepuluh ribu dolar?" tanya Susan. "Itu tipuan kotor!"
Strathmore mulai marah. "Tipuan" Ini sama sekali bukan tipuan. Aku tidak
memberitahunya tentang uang itu. Aku meminta tolong kepadanya secara pribadi.
Dia setuju untuk pergi."
"Tentu saja dia setuju! Anda atasan saya. AndaWakil Direktur NSA. Dia tidak bisa
menolak." "Kau benar," sentak Strathmore. "Karena itulah aku memanggilnya. Aku tidak
sanggup untuk-" "Apakah Direktur tahu Anda mengirim orang sipil?" "Susan," kata Strathmore,
kesabarannya menipis, "Direktur tidak ikut terlibat. Dia tidak tahu apa-apa
tentang hal ini." Susan menatap Strathmore dengan perasaan tidak percaya. Dia seakan tidak
mengenali lagi pria yang sedang berbicara dengannya. Strathmore telah mengirim
tunangannya - seorang guru - dalam sebuah misi NSA dan tidak memberi tahu pada
Direktur mengenai krisis terbesar dalam sejarah NSA ini.
"Leland Fontaine belum diberi tahu?"
Strathmore telah mencapai batas kesabarannya. Dia meledak. "Susan, coba
dengarkan! Aku memanggilmu karena aku membutuhkan seorang sekutu, bukan juru
tanya! Aku telah mengalami pagi yang buruk. Aku men-download dokumen Tankado
semalam dan duduk di samping mesin cetak sambil berdoa agar TRANSLTR bisa
memecahkannya. Saat subuh, aku mencampakkan harga diriku dan menelepon Direktur -
dan biar kuberi tahu, itu sebuah percakapan yang amat aku nikmati. Selamat pagi,
Pak. Maaf, saya telah membangunkan Anda. Kenapa saya menelepon" Saya baru saja
tahu bahwa TRANSLTR sudah ketinggalan zaman, gara-gara sebuah alogaritma yang
bahkan seluruh tim Crypto-ku yang mahal belum mampu membuatnya!" Strathmore
memukul meja dengan kepalan tangannya.
Susan berdiri diam. Dia tidak bersuara sama sekali. Dalam sepuluh tahun, dia
baru beberapa kali melihat Strathmore mengamuk seperti ini, dan belum pernah
sekali pun pada dirinya. Sepuluh detik kemudian, tidak ada satu pun dari mereka yang berbicara. Akhirnya,
Strathmore bersandar dan Susan dapat mendengar napas pria itu berangsur normal.
Ketika Strathmore berbicara, suaranya tenang dan terkendali.
"Sayangnya," Strathmore berkata pelan, "Direktur berada di Amerika Selatan.
Beliau sedang ada pertemuan dengan Presiden Kolombia. Karena tidak ada yang bisa
dilakukannya dari sana, aku dihadapkan pada dua pilihan - meminta beliau
mempersingkat kunjungannya dan kembali, atau menangani masalah ini sendiri."
Strathmore terdiam lama. Pria itu akhirnya mendongak dan matanya yang lelah
bertemu dengan mata Susan. Ekspresinya berubah menjadi lembut. "Susan, aku minta
maaf. Aku lelah. Ini benar-benar mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Aku tahu
kau kesal soal David. Aku tidak ingin kau mengetahui soal ini dengan cara
seperti ini. Kupikir kau sudah tahu."
Susan merasa bersalah. "Saya terlalu berlebihan. Saya minta maaf. David adalah
pilihan yang baik." Strathmore mengangguk tanpa suara. "Dia akan kembali malam ini."
Susan memikirkan segala hal yang telah dilalui oleh Strathmore - tekanan karena
menjaga TRANSLTR, jam kerja yang panjang, dan pertemuan-pertemuan. Kabarnya,
istrinya yang berusia tiga puluh tahun akan meninggalkannya. Di atas segalanya,
masih ada Benteng Digital - ancaman intelijen terbesar dalam sejarah NSA, dan pria
malang ini berjuang sendirian. Tidak heran jika dia seperti mau gila.
"Mengingat situasinya seperti ini," kata Susan, "saya rasa Anda seharusnya
menghubungi Direktur."
Strathmore menggelengkan kepalanya. Sebutir keringat menetes ke atas mejanya.
"Aku tidak ingin berkompromi dengan keselamatan Direktur atau mengambil risiko
jika terjadi kebocoran dengan menghubunginya soal krisis besar yang tidak bisa
ditanganinya ini." Susan sadar bahwa Strathmore benar. Bahkan pada saat seperti ini, Strathmore
masih bisa berpikir jelas.
"Anda sudah mempertimbangkan untuk menghubungi Presiden?"
Strathmore mengangguk. "Ya. Aku memutuskan untuk tidak melakukannya."
Susan sudah bisa membayangkannya. Pegawai NSA senior memiliki wewenang untuk
menangani masalah-masalah intelijen yang genting tanpa sepengetahuan pihak
eksekutif. NSA adalah satu-satunya organisasi intelijen yang kebal sepenuhnya
dari kekuasaan federal dalam bentuk apa pun. Strathmore sering kali menggunakan
hak ini. Dia lebih suka melakukan pekerjaannya tanpa diganggu.
"Komandan," Susan membantah, "masalah ini terlalu besar untuk ditangani
sendirian. Anda harus melibatkan yang lainnya."
"Susan, kehadiran Benteng Digital menimbulkan implikasi yang besar terhadap masa
depan perusahaan ini. Aku tidak ingin memberitahukan masalah ini kepada Presiden
tanpa sepengetahuan Direktur. Kita sedang berada di dalam krisis dan aku akan
menanganinya." Dia menatap Susan dengan penuh arti. "Aku adalah wakil direktur
operasional." Sebuah senyum letih muncul di wajah Strathmore. "Selain itu, aku
tidak sendirian. Ada Susan Fletcher di dalam timku."
Pada saat itu juga, Susan menyadari mengapa dirinya sangat menghormati Trevor
Strathmore. Selama sepuluh tahun, dalam suka maupun duka, pria itu selalu
menunjukkan jalan bagi Susan. Tetap tabah. Tidak tergoyahkan. Dedikasi
Strathmorelah yang membuat Susan merasa kagum - kesetiaan Strathmore yang teguh
terhadap prinsip, negara, dan citacitanya. Apa pun yang terjadi, Komandan Trevor
Strathmore adalah sebuah mercusuar di dalam sebuah dunia yang penuh dengan
keputusan-keputusan muskil.
"Kau berada di dalam timku, kan?" tanya Strathmore.
Susan tersenyum. "Ya, Pak. Tentu saja. Seratus persen."
"Bagus. Sekarang bisakah kita kembali bekerja?"
*** 12 DAVID BECKER pernah menghadiri acara pemakaman dan melihat mayat sebelumnya,
tetapi ada sesuatu yang mengerikan dengan mayat yang satu ini. Mayat ini tidak
seperti mayat lain yang terdandan rapi di dalam sebuah peti mati berlapis kain
sutera. Mayat ini telanjang bulat dan diletakkan sekenanya di atas sebuah meja
alumunium. Matanya masih belum menatap kosong tak bernyawa. Malahan kedua mata
tersebut terpelintir ke atas langit-langit dengan tatapan ngeri bercampur sesal.
"lancar. "Di mana barang-barang miliknya?"
"Alli," jawab letnan bergigi kuning itu. Dia menunjuk ke sebuah meja dengan
setumpuk pakaian dan barang-barang pribadi lain.
"iEs todo" Hanya ini?"
"Si." Becker kemudian meminta sebuah kotak kardus. Si letnan bergegas mencarikannya.
Sekarang Sabtu malam, dan secara teknis rumah jenazah Sevilla seharusnya sudah
tutup. Tadi letnan muda itu membiarkan Becker masuk karena ada perintah langsung
dari Kepala Seville Guardia - kelihatannya si tamu Amerika ini memiliki teman-
teman yang berpengaruh. Becker menatap tumpukan pakaian itu. Ada sebuah paspor, dompet, dan kacamata;
semuanya dijejalkan ke dalam salah satu sepatunya. Ada juga sebuah tas yang
diambil polisi dari kamar hotel pria tersebut. Perintah untuk Becker jelas:
Jangan menyentuh apa pun. Jangan membaca apa pun. Bawa saja semuanya pulang.
Semuanya! Jangan ada yang tertinggal!
Becker memeriksa tumpukan itu dan mengernyit. Apa yang diinginkan NSA dari
tumpukan sampah ini"
Si letnan kembali dengan sebuah kotak kecil dan Becker mulai memasukkan pakaian-
pakaian tersebut ke dalamnya.
Perwira itu menyodok salah satu kaki mayat itu. "?Quien es" Siapa dia?" "Tidak
tahu." "Kelihatannya seperti orang Cina." Orang Jepang, pikir Becker. "Malang sekali.
Serangan jantung, ya?" Becker mengangguk tanpa perhatian. "Itu yang mereka
mengatakan pada saya."
Si letnan mendesah dan menggelengkan kepalanya dengan simpatik. "Matahari
Sevilla bisa sangat kejam. Hati-hati kalau keluar besok."
"Terima kasih. Tapi saya akan segera pulang." Perwira itu kelihatan terpukul.
"Anda baru saja sampai!" "Saya tahu, tetapi orang yang membayarkan ongkos tiket
pesawat saya sedang menunggu barang-barang ini." Letnan itu terlihat tersinggung
seperti layaknya orang Spanyol kalau sedang tersinggung. "Maksud Anda, Anda
tidak akan menikmati Sevilla?"
"Saya pernah ke sini beberapa tahun yang lalu. Kota yang cantik. Saya sih ingin
tinggal lebih lama."
"Jadi, Anda sudah pernah melihat La Giralda?"
Becker mengangguk. Dia sebenarnya belum pernah naik ke menara Moor kuno itu,
tetapi dia sudah pernah melihatnya. "Bagaimana dengan Alcazar?"
Becker mengangguk lagi, sambil mengingat malam ketika dia mendengar Paco de
Lucia bermain gitar di sebuah halaman dalam - tahan Flamenco di bawah taburan
bintang di dalam sebuah benteng berusia lima belas abad. Becker membayangkan
seandainya dia sudah mengenal Susan waktu itu.
"Dan tentu saja ada Christopher Columbus." Sang perwira bersemu. "Dia dimakamkan
di katedral kami." Becker menengadah. "Masa" Saya pikir Columbus dimakamkan di Republik Dominika."
"Enak saja! Siapa yang mengarang gosip itu" Jasad Columbus ada di sini, di
Spanyol! Kupikir tadi Anda bilang Anda pernah kuliah."
Becker mengangkat bahunya. "Pasti waktu itu saya sedang bolos."
"Gereja Spanyol sangat bangga akan barang-barang bersejarahnya."
Gereja Spanyol. Becker tahu, hanya ada satu gereja di Spanyol - gereja Katolik


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Roma. Ajaran Katolik di sini lebih kuat daripada di Vatikan.
"Tentunya kami tidak memiliki seluruh jasadnya," lanjut sang letnan. "Solo el
escroto." Becker berhenti berkemas dan menatap si letnan.
Solo el escroto" Dia berusaha untuk tidak tersenyum. "Hanya buah zakarnya?"
Si perwira mengangguk dengan bangga. "Ya. Ketika gereja mendapatkan sisa tubuh
orang hebat tersebut, mereka menobatkannya menjadi orang suci dan membagi
jasadnya ke berbagai katedral agar setiap orang dapat mengaguminya."
"Dan kalian mendapatkan kata Becker sambil
menahan tawa. "Oye! Itu bagian yang cukup penting!" kata si perwira membela diri. "Kami memang
tidak mendapatkan sebuah rusuk atau seruas jari seperti gereja-gereja di
Galisia! Anda harus tinggal dan melihatnya."
Becker mengangguk dengan sopan. "Mungkin saya akan mampir pada saat saya
meninggalkan kota." "Mala Suerte." Si perwira mendesah. "Nasib buruk. Katedralnya tutup sampai misa
subuh." "Kalau begitu lain kali saja." Becker tersenyum sambil mengangkat kotak itu.
"Saya harus pergi sekarang. Pesawat saya sedang menunggu." Dia melihat ke
sekeliling ruangan itu untuk terakhir kalinya.
"Anda membutuhkan tumpangan ke bandara?" tanya si perwira. "Saya memiliki sebuah
Moto Guzzi di luar."
"Tidak, terima kasih. Saya akan naik taksi." Becker pernah naik sepeda motor
waktu kuliah dulu dan hampir mati. Dia tidak ingin mengalami hal yang sama lagi,
siapa pun yang mengendarainya.
"Terserah Anda," kata si perwira sambil berjalan ke pintu. "Saya akan mematikan
lampunya." Becker meletakkan kotak itu di bawah lengannya. Apakah aku sudah mendapatkan
semuanya" Dia menatap mayat di atas meja itu untuk terakhir kalinya. Tubuh itu
telanjang, wajahnya ke atas menghadap ke lampu neon, tampaknya menyembunyikan
sesuatu. Mata Becker tertuju ke sepasang tangan yang cacat dan janggal milik
mayat itu. Becker melihat selama semenit, benar-benar memusatkan perhatiannya.
Si perwira mematikan lampu dan ruang itu menjadi gelap.
"Tunggu sebentar," kata Becker. "Nyalakan lagi." Lampu-lampu menyala kembali.
Becker meletakkan kotaknya di lantai dan berjalan menuju mayat itu. Dia
membungkuk dan memicingkan mata ke arah tangan kanan mayat itu.
Si perwira mengikuti pandangan Becker. "Cukup jelek,
ya?" Tetapi bukan kecacatannya yang menarik perhatian Becker. Dia melihat sesuatu
yang lain. Dia berbalik ke arah si perwira. "Anda yakin semua ada di kotak ini?"
Si perwira mengangguk. "Ya. Itu saja."
Becker berdiri sambil berkacak pinggang sebentar. Kemudian,dia mengangkat kotak
itu, membawanya kembali ke meja, dan menumpahkan semua isinya keluar. Dengan
hatihati, dia mengempaskan pakaian itu satu per satu. Kemudian,dia mengosongkan
sepatu-sepatu itu dan membalikkannya seolah hendak mengeluarkan sebutir kerikil.
Setelah memeriksa ulang semua barang, Becker mundur dan terpekur.
"Ada masalah?" tanya si letnan.
"Ya," jawab Becker. "Kita kehilangan sesuatu."
*** 13 TOKUGEN NUMAKATA berdiri di dalam ruang kantor mewahnya yang berada di lantai
puncak dan menatap ke luar, ke cakrawala kota Tokyo. Para karyawan dan
saingannya mengenalnya sebagai seorang akuta same - s'\ hiu yang mematikan. Selama
tiga dekade, Numataka memenangkan semua kompetisi di Jepang; sekarang dia hampir
menjadi seorang raksasa di pasar dunia.
Numataka sebentar lagi akan membuat kesepakatan bisnis terbesar di dalam hi-dup-
nya - kesepakatan yang akan membuat perusahaan Numatech Corp. miliknya setara
dengan perusahaan Microsoft pada masa depan. Darahnya menggelegak bersama dengan
aliran adrenalin. Bisnis adalah perang - dan perang itu menggairahkan.
Walaupun Tokugen Numakata tidak yakin ketika dia menerima sebuah telepon tiga
hari yang lalu, sekarang dia tahu hal yang sebenarnya. Dirinya diberkahi dengan
myouri - nasib baik. Para dewa telah memilihnya.
"SAYA MEMILIKI sebuah salinan kunci sandi Benteng Digital," kata sebuah suara
beraksen Amerika. "Anda mau membelinya?"
Numataka hampir tertawa keras mendengarnya. Dia tahu bahwa ini hanyalah sebuah
lelucon. Numatech Corp. telah menawar alogaritma baru milik Ensei Tankado dengan
harga tinggi, dan sekarang salah satu saingan Numatech Corp. sedang bercanda dan
berusaha mencari tahu berapa harga penawarannya.
"Anda memiliki kunci sandi tersebut?" Numataka berpurapura tertarik.
"Saya memilikinya. Nama saya North Dakota." Numataka menahan tawa. Setiap orang
tahu tentang North Dakota. Tankado telah memberi tahu pers tentang rekan
rahasianya itu. Merupakan sebuah langkah yang bijaksana bagi Tankado untuk
memiliki seorang rekan. Bahkan di epang, praktik-praktik bisnis telah menjadi
kotor. Ensei ankado tidak aman. Tetapi sekarang, jika ada perusahaan yang
terlalu bersemangat dan berbuat macam-macam, kunci sandi itu akan
dipublikasikan. Setiap perusahaan peranti lunak di pasaran akan menderita.
Numataka mengisap dalam-dalam cerutu Umaminya dan melayani permainan konyol si
penelepon. "Jadi Anda berusaha menjual kunci sandi Anda" Menarik. Apa pendapat
Ensei Tankado tentang hal ini?"
"Saya tidak memiliki ikatan dengan dia. Mr. Tankado itu bodoh karena telah
memercayai saya. Kunci sandi ini bernilai ratusan kali lebih banyak daripada
yang ditawarkan Mr. Tankado pada saya untuk menjaganya."
"Maafkan saya," kata Numataka. "Kunci sandi milikmu saja tidak berarti bagiku.
Ketika Tankado tahu tentang apa yang telah Anda lakukan, dia tinggal
memublikasikan salinan miliknya dan pasar akan kebanjiran."
"Anda akan menerima kedua kunci sandi itu," kata suara itu. "Milik Mr. Tankado
dan milikku." Numataka menutup corong suara teleponnya dan tertawa keras. Dirinya tergoda
untuk bertanya. "Berapa yang Anda minta untuk kedua kunci itu?"
"Dua puluh juta dolar AS."
Dua puluh juta adalah jumlah persis tawaran yang sudah diajukan Numataka. "Dua
puluh juta?" Dia pura-pura terkejut. "Terlampau mahal!"
"Saya sudah melihat alogaritmanya. Saya bisa yakin-n kan Anda bahwa itu harga
yang pantas." Yang benar saja, pikir Numataka. Itu berharga sepuluh kali lebih mahal.
"Sayangnya," kata Numataka yang mulai bosan dengan permainan ini, "kita berdua
tahu bahwa Mr. Tankado tidak akan menerima hal ini. Pikirkan imbas hukumnya."
Sang penelepon terdiam lama. "Bagaimana jika Mr. Tankado bukan masalah lagi?"
Numataka ingin tertawa, tetapi dia menangkap keseriusan pada suara itu. "Jika
Mr. Tankado bukan masalah lagi?" Numataka mempertimbangkan hal itu. "Jika
begitu, Anda dan saya memiliki kesepakatan."
"Saya akan menghubungi Anda," kata suara itu. Dan sambungan pun terputus.
*** 14 BECKER MENATAP mayat itu. Bahkan setelah berjam-jam mati, wajah Asia itu
memancarkan rona kemerahan akibat terbakar matahari. Bagian lain dari mayat itu
berwarna kuning pucat - semua kecuali sebuah area kecil berwarna ungu lebam di
bagian jantungnya. Mungkin akibat napas buatan, pikir Becker. Sayang sekali tidak berhasil.
Becker kembali memeriksa tangan mayat itu. Tangan-tangan itu tidak seperti yang
pernah dilihatnya. Setiap tangan hanya memiliki tiga jari dan semuanya
terpelintir dan miring. Kejanggalan bentuknya bukanlah hal yang diperhatikan
Becker. "Baik, saya akan memeriksanya." Si perwira mendengus dari seberang ruangan. "Dia
orang Jepang, bukan orang Cina."
Becker mendongak. Si perwira sedang membuka paspor orang mati itu. "Saya minta
Anda tidak melakukan hal itu," pinta Becker. Jangan menyentuh apa pun. Jangan
membaca apa pun. "Ensei Tankado ... lahir pada bulan Januari-"
"Tolong," kata Becker dengan sopan.
"Letakkan kembali." Si perwira menatap paspor itu lebih lama lagi dan
melemparkannya kembali ke tumpukan itu. "Pria ini memiliki visa kelas 3. Dia
bisa tinggal di sini selama bertahun-tahun."
Becker menyodok tangan mayat itu dengan sebuah pen. "Mungkin dia memang tinggal
di sini." "Tidak. Tanggal masuknya minggu lalu." "Mungkin dia bermaksud pindah
ke sini," sela Becker.
"Ya, mungkin. Minggu pertama yang buruk. Sengatan matahari dan serangan jantung.
Malang sekali." Becker tidak mengacuhkan si perwira. Dia terus mengamati tangan mayat tersebut.
"Anda yakin dia tidak mengenakan perhiasan apa pun ketika meninggal ?"
Si perwira itu mendongak, terkejut. "Perhiasan?"
"Ya. Coba lihat ini."
Si perwira menyeberangi ruangan.
Kulit tangan kiri Tankado menunjukkan bekas terbakar sinar matahari, pada semua
tempat kecuali sebalut kecil daging di sekeliling jari terkecilnya.
Becker menunjuk ke bagian daging pucat itu. "Lihat bagian yang tidak terbakar
ini" Kelihatannya dia tadinya mengenakan sebuah cincin."
Perwira itu tampak terkejut. "Sebuah cincin?" Suaranya tiba-tiba kedengaran
bingung. Dia mengamati jari mayat itu. Kemudian dia bersemu malu. "My God." Dia
terkekeh. "Jadi ceritanya benar?"
Tiba-tiba Becker merasa lemas. "Maaf?"
Si perwira menggelengkan kepalanya dengan rasa tidak percaya. "Saya seharusnya
mengatakan hal ini sebelumnya ... tetapi saya pikir pria itu sinting."
Becker tidak tersenyum. "Pria yang mana?"
"Pria yang menelepon ke bagian gawat darurat.
Seorang turis Kanada. Terus-menerus menyebut sebuah cincin. Menyerocos dalam
bahasa Spanyol terburuk yang pernah kudengar."
"Dia mengatakan Mr. Tankado mengenakan sebuah cincin?"
Si perwira mengangguk. Dia mengeluarkan sebatang rokok Ducado, melirik ke arah
tanda NO FUMAR, dan tetap menyalakannya. "Mungkin saya seharusnya mengatakan
sesuatu, tetapi pria itu kedengarannya benar-benar ioco, gila."
Becker mengernyit. Suara Strathmore menggema di telinganya. Saya menginginkan
semua yang ada pada Ensei Tankado. Semuanya. Jangan meninggalkan apa pun. Bahkan
tidak secarik kertas kecil.
"Di mana cincin itu sekarang?" tanya Becker.
Si perwira mengisap rokoknya. "Ceritanya panjang."
Sesuatu mengatakan kepada Becker bahwa ini bukanlah kabar baik. "Coba ceritakan
saja." *** 15 SUSAN FLETCHER duduk di depan terminal komputernya di dalam Node 3. Node 3
adalah ruang pribadi kedap suara milik para kriptografer yang terletak di atas
lantai utama. Selembar kaca setebal dua inci menyuguhkan pemandangan ke dalam
Crypto bagi para kriptografer, sedangkan yang di dalam Crypto tidak bisa melihat
ke dalam Node 3. Di dalam ruang Node 3 yang luas, dua belas terminal komputer ditata menjadi
sebuah lingkaran sempurna. Susunan melingkar ini dimaksudkan untuk mendorong
para kriptografer agar saling bertukar ilmu dan untuk mengingatkan bahwa mereka
adalah bagian dari sebuah tim yang lebih besar - mirip para Prajurit Meja Bundar
yang terdiri atas para pemecah sandi. Ironisnya, semua rahasia tidak
diperkenankan untuk diungkap di dalam Node 3.
Node 3, yang diberi julukan Playpen atau ruang bermain, tidak sesteril ruang
Crypto lainnya. Tempat ini dirancang agar terasa seperti sebuah rumah - karpet-
karpet tebal, sistem tatasuara canggih, lemari es yang penuh terisi, sebuah
dapur kecil, dan sebuah ring bola basket Nerf. NSA memiliki sebuah filosofi
tentang Crypto: jangan menghabiskan miliaran dolar untuk sebuah komputer pemecah
sandi tanpa bisa membuat orang-orang yang terbaik untuk tinggal dan menggunakan
komputer itu. Susan melepaskan sepatu datar buatan Salvatore Ferragamo dan membenamkan kaki-
kakinya yang terbalut stoking ke dalam karpet yang tebal. Pegawai pemerintahan
yang bergaji besar diimbau untuk tidak memamerkan kekayaannya. Biasanya ini
bukan masalah untuk Susan - dia sangat bahagia dengan tempat tinggal dupleksnya
yang sederhana, sedan volvonya, dan pakaiannya yang konservatif. Tetapi sepatu
adalah masalah lain. Bahkan ketika masih kuliah, Susan menganggarkan dana khusus
untuk sepatu yang terbaik.
Kau tidak bisa menggapai bintang jika kakimu sakit, tante Susan pernah memberi
tahu dirinya. Dan jika kau ingin mencapai sesuatu, sebaiknya kau kelihatan
menawan. Susan menggeliat dan mulai bekerja. Dia memanggil program melacak dan memulai
konfigurasinya. Dia melirik ke lamat email yang diberikan oleh Strathmore.
NDAKOTA@ARA.ANON.ORG Pria yang memanggil dirinya North Dakota memiliki sebuah account anonim, tetapi
Susan yakin account itu tidak akan bertahan sebagai anonim untuk waktu yang
lama. Program pelacak akan menembus ARA, diteruskan ke North Dakota, dan
kemudian mengirimkan kembali informasi tentang alamat internet yang sebenarnya
milik orang itu. Jika semua berjalan lancar, program itu akan segera menemukan North Dakota, dan
Strathmore dapat menyita kunci sandi miliknya. Tinggal David. Ketika David
menemukan salinan milik Tankado, kedua kunci sandi itu akan dihancurkan. Bom
waktu kecil milik Tankado akan menjadi tidak berbahaya lagi, bagai sebuah
peledak tanpa pemicu. Susan memeriksa ulang alamat di atas kertas di depannya dan memasukkan informasi
itu di bagian kolom isian yang sesuai. Dia geli karena Strathmore menemui
masalah ketika menggunakan program pelacak. Kelihatannya, Strathmore telah
mengirim program itu dua kali. Sebagai balasannya, dia selalu mendapatkan alamat
Tankado dan bukan alamat North Dakota. Itu karena sebuah kesalahan sederhana,
pikir Susan. Strathmore mungkin memasukkan informasi di kolom isian yang salah
sehingga program pelacak mencari account yang salah.
Susan selesai mengkonfigurasikan programnya dan menunggu untuk mengirimkannya.
Kemudian dia menekan tombol enter. Komputernya berbunyi sekali.
PROGRAM PELACAK TERKIRIM.
Sekarang tinggal menunggu.
Susan menghela napas. Dia merasa bersalah karena telah begitu keras kepada sang
komandan. Jika ada yang mampu menangani ancaman seperti ini sendirian, orang itu
adalah Trevor Strathmore. Sang komandan memiliki cara yang aneh untuk
mengalahkan semua yang menantangnya.
Enam bulan lalu, ketika EFF menyebarkan sebuah kabar bahwa kapal selam NSA
menyadap kabel telepon bawah laut, Strathmore dengan tenangnya membocorkan
sebuah cerita yang bertentangan bahwa kapal selam itu sebenarnya menguburkan
limbah beracun secara ilegal. EFF dan kelompok peduli laut kemudian menghabiskan
waktu mereka bertengkar tentang kabar mana yang betul sampai akhirnya media
menjadi lelah dengan berita itu dan melupakannya.
Setiap langkah Strathmore direncanakan dengan cermat. Dia sangat tergantung pada
komputernya ketika merencanakan dan menyempurnakan rencana-rencananya. Seperti
kebanyakan pegawai NSA lainnya, Strathmore menggunakan peranti lunak yang
dikembangkan NSA yang diberi nama Brainstorm - sebuah cara bebas risiko untuk
melaksanakan rencana-rencana "cadangan" di dalam sebuah komputer.
Brainstorm adalah sebuah percobaan tentang kecerdasan buatan yang digambarkan
oleh pengembangnya sebagai sebuah Simulator Sebab dan Akibat. Awalnya Brainstorm
dimaksudkan untuk digunakan dalam kampanye politik sebagai suatu cara untuk
menciptakan sebuah "situasi politik" tiruan yang mirip dengan aslinya. Diumpani
dengan sejumlah besar data, program ini menciptakan sebuah jaringan yang saling
berkaitan - sebuah model hipotesis dari interaksi antara faktorfaktor politik,
termasuk tokoh-tokoh berpengaruh, para staf, hubungan satu dengan yang lain,
isu-isu panas, motivasi individual yang dipengaruhi oleh unsur jenis kelamin,
etnis, uang, dan kekuasaan. Seorang pengguna kemudian dapat memasukkan peristiwa
hipotetis macam apa pun dan Brainstorm akan meramalkan akibat dari peristiwa
tersebut pada "lingkungan."
Komandan Strathmore bekerja dengan tekun menggunakan Brainstorm - bukan untuk
tujuan politis, tetapi sebagai sebuah peralatan TFM. Peranti lunak Timeline,
Flowchart & Mapping adalah sebuah alat hebat untuk membuat garis besar strategi-
strategi rumit dan meramalkan kelemahan-kelemahan strategi itu. Susan curiga,
komputer Strathmore menyembunyikan rencana-rencana yang kelak akan mengubah
dunia. Ya, pikir Susan, aku terlalu keras padanya.
Pikiran Susan terputus oleh suara desisan pintu Node 3.
Strathmore melangkah masuk. "Susan," katanya. "David baru saja menelepon. Ada
sebuah halangan." *** 16

Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"SEBUAH CINCIN ?" Susan terlihat ragu. "Tankado kehilangan sebuah cincin?"
"Ya. Kita beruntung David mengetahui hal itu. Ini benar-benar sebuah permainan
yang membutuhkan kecermatan."
"Tetapi Anda mengejar sebuah kunci sandi, bukan sebuah perhiasan."
"Aku tahu," kata Strathmore, "tetapi aku rasa keduanya barang yang sama."
Susan kelihatan bingung. "Ceritanya panjang."
Susan melihat ke pelacak di dalam layar komputernya. "Saya belum mendapatkan
apaapa." Strathmore mendesah keras dan mulai mondar-mandir. "Kelihatannya ada beberapa
saksi pada saat kematian Tankado. Menurut petugas di kamar jenazah, seorang
turis Kanada menghubungi polisi pagi ini dalam keadaan panik - turis itu
mengatakan bahwa seorang Jepang mengalami serangan jantung di taman. Ketika
sampai, petugas itu menemukan Tankado telah tewas dan orang Kanada itu berada di
sampingnya. Petugas tersebut lalu memanggil paramedis melalui radio. Saat
paramedis membawa jasad Tankado ke kamar jenazah, si petugas berusaha membuat
orang Kanada itu menceritakan apa yang telah terjadi. Apa yang diocehkan oleh
pria tua itu adalah tentang sebuah cincin yang diberikan Tankado sebelum dia
meninggal." Susan menatap Strathmore dengan skeptis. "Tankado memberikan sebuah cincin?"
"Ya. Kelihatannya Tankado menjejalkan cincin itu ke wajah pria tua itu -
sepertinya dia memohon pria itu untuk mengambil cincin tersebut. Tampaknya, pria
itu sempat memerhatikan cincin itu." Strathmore berhenti mondar-mandir dan
berbalik. "Dia mengatakan cincin itu berukir - sejenis huruf."
"Huruf ?" "Ya, dan menurutnya, bukan dalam bahasa Inggris," Strathmore mengangkat alisnya
penuh harapan. "Bahasa Jepang."
Strathmore menggelengkan kepalanya. "Tadinya aku juga berpikir begitu. Tetapi
dengar - si orang Kanada mengeluh bahwa huruf-huruf itu tidak berarti apa-apa. Dia
mengatakan ukiran itu seperti cakar ayam."
Susan tertawa. "Komandan, Anda tidak benar-benar berpikir bahwa-"
Strathmore memotongnya. "Susan, ini sangat jelas. Tankado mengukir kunci sandi
Benteng Digital pada cincinnya. Emas itu tahan lama. Entah dia sedang tidur,
mandi, makan - kunci sandi itu akan selalu bersamanya, siap setiap saat untuk
dipublikasikan." Susan kelihatan ragu-ragu. "Pada jarinya" Secara terbuka seperti itu?"
"Kenapa tidak" Spanyol bukanlah pusat sandi dunia. Tidak ada yang tahu apa
artinya huruf-huruf itu. Di samping itu, jika kunci itu sebuah kunci standar
dengan 64 bit, bahkan pada saat siang pun tidak ada yang bisa membaca dan
menghafalkan 64 karakter."
Susan kelihatan bingung. "Dan Tankado memberikan cincin ini kepada seorang asing
beberapa saat sebelum dia meninggal" Kenapa?"
Pandangan Strathmore menajam. "Menurutmu mengapa?"
Susan membutuhkan beberapa saat sebelum mengerti. Matanya melebar.
Strathmore mengangguk. "Tankado berusaha menyingkirkan cincin itu. Dia pikir
kita yang telah membunuhnya. Dia merasa akan mati dan secara logis menyimpulkan
bahwa kitalah yang bertanggung jawab. Waktunya terlalu kebetulan. Tankado pikir
kita telah membunuhnya dengan racun atau apa pun, yang menghentikan gerak
jantung perlahan-lahan. Dia yakin, kita hanya berani membunuhnya bila kita sudah
menemukan North Dakota."
Susan menggigil. "Tentu saja," bisik Susan. "Tankado pikir kita telah
menghancurkan jaminannya sehingga kita bisa menyingkirkan dirinya juga."
Semuanya menjadi jelas bagi Susan. Terjadinya serangan jantung tersebut sangat
menguntungkan NSA sehingga Tankado menyimpulkan bahwa NSA yang bertanggung
jawab. Naluri terakhirnya adalah balas dendam. Dia membagikan cincinnya sebagai
upaya terakhir untuk memublikasikan kunci sandi tersebut. Sekarang, tanpa
dinyana, seorang turis Kanada memegang sebuah kunci untuk membuka sebuah
alogaritma sandi terhebat sepanjang sejarah.
Susan menarik napas panjang dan mengajukan sebuah pertanyaan yang tidak
terelakkan. "Jadi, di mana orang Kanada itu sekarang?"
Strathmore mengernyit. "Itulah masalahnya."
"Si petugas tidak tahu di mana dia?"
"Tidak. Cerita orang Kanada itu begitu konyol sehingga si petugas mengira orang
itu terguncang atau sudah pikun. Jadi, si petugas memboncengnya kembali ke hotel
dengan sepeda motornya. Tetapi orang Kanada itu tidak berpegangan dengan benar
sehingga terjatuh sebelum mereka bergerak sejauh tiga kaki. Kepalanya terbentur
dan pergelangan tangannya patah."
"Apa!" Susan tersedak.
"Si petugas ingin membawanya ke rumah sakit, tetapi orang itu mengamuk - katanya
dia akan berjalan kaki pulang ke Kanada daripada naik sepeda motor lagi. Jadi
yang bisa dilakukan si petugas adalah menemaninya berjalan ke sebuah klinik
kecil dekat taman. Petugas itu meninggalkannya di sana untuk diperiksa."
Susan mengernyit. "Saya rasa tidak perlu ditanyakan lagi ke mana perginya
David." *** 17 DAVID BECKER melangkah keluar ke lapangan Plaza de Espana yang panas. Di
depannya, El Ayuntamiento - sebuah bangunan balai kota kuno - menjulang di balik
pepohonan di atas lahan seluas tiga hektar berubin azulejo biru dan putih.
Menara-menara gaya Arab dan bagian mukanya yang berukir membuat bangunan itu
lebih berkesan sebuah istana daripada sebuah kantor pelayanan umum. Walaupun
masa lalu bangunan itu penuh dengan pergolakan militer, kebakaran, dan hukum
gantung di depan umum, kebanyakan turis mengunjungi tempat tersebut karena
brosur lokal menyebutkan bahwa tempat itu digunakan sebagai markas besar militer
Inggris di film Lawrence of Arabia. Lebih murah bagi Columbia Pictures untuk
mengambil gambar di Spanyol daripada di Mesir. Pengaruh Moor pada arsitektur
Sevilla cukup untuk meyakinkan penonton bahwa mereka sedang melihat Kairo.
Becker menyesuaikan jam Seikonya dengan waktu setempat: 9:10 malam - masih sore
untuk ukuran setempat. Seorang Spanyol tulen baru makan malam setelah matahari
terbenam, dan matahari Andalusia yang malas jarang terbenam sebelum jam sepuluh.
Walaupun malam yang baru tiba itu sangat panas, Becker berjalan menyeberangi
taman itu dengan cepat. Kali ini nada suara Strathmore terdengar lebih mendesak
dibandingkan tadi pagi. Perintah baru Strathmore sangat jelas: Cari orang Kanada
itu dan dapatkan cincinnya. Lakukan apa pun yang perlu. Yang penting adalah
dapatkan cincinnya. Becker bertanya-tanya kenapa sebuah cincin yang berukirkan huruf-huruf di
sekelilingnya begitu penting. Strathmore belum menjelaskan dan Becker belum
bertanya. NSA, pikir Becker, adalah Never Ask Anything, jangan bertanya apa pun.
DARI SISI lain Avenida Isabela Catolica, klinik yang dimaksud terlihat jelas -
terdapat sebuah simbol universal palang merah dengan lingkaran putih pada
atapnya. Si prajurit Guardia telah mengantarkan orang Kanada itu beberapa jam
yang lalu. Pergelangan tangan yang patah, kepala yang benjol - pasti si pasien
sudah dirawat dan keluar sekarang. Becker hanya berharap klinik itu memiliki
informasi yang dapat diberikan - sebuah hotel lokal atau sebuah nomor telepon di
mana orang tersebut dapat dihubungi. Dengan sedikit keberuntungan, Becker
berharap dirinya bisa menemukan orang Kanada itu, mendapatkan cincinnya, dan
pulang tanpa ada komplikasi apa pun.
Strathmore telah memberi tahu Becker, "Gunakan uang tunai sepuluh ribu yang ada
padamu untuk membeli cincin itu jika perlu. Aku akan menggantikannya."
"Itu tidak perlu," balas Becker. Dia memang bermaksud mengembalikan uang itu.
Becker tidak pergi ke Spanyol karena uang. Dia pergi karena Susan. Komandan
Trevor Strathmore adalah pembimbing dan penjaga Susan. Susan berutang banyak
padanya. Bantuan selama sehari adalah hal terkecil yang dapat dilakukan Becker.
Malangnya, banyak hal tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan Becker pagi
ini. Dia berharap bisa menelepon Susan dan menjelaskan segalanya. Dia
mempertimbangkan untuk menyuruh si pilot menitip pesan kepada Strathmore melalui
radio, tetapi ragu-ragu untuk melibatkan sang wakil direktur dalam masalah
asmaranya. Becker sendiri sudah mencoba menghubungi Susan tiga kali - pertama kali dari
ponsel pesawat yang kemudian mati, kemudian dari sebuah telepon umum di bandara,
dan satu lagi dari kamar jenazah. Susan tidak bisa dihubungi. David bertanya-
tanya di mana Susan berada. Dia tersambung dengan mesin penjawab Susan, tetapi
tidak meninggalkan pesan. Apa yang ingin disampaikan Becker bukanlah sebuah
pesan untuk mesin penjawab.
Ketika Becker mendekati jalan, dia melihat sebuah telepon umum di dekat pintu
masuk taman. Dia berlari mendekat. Dia mengangkat gagang telepon itu dan
menggunakan kartu teleponnya untuk menelepon. Ada keheningan yang panjang ketika
nomor itu disambungkan. Akhirnya nomor tersebut tersambung.
Ayolah. Jawab. Setelah lima kali berderig, hubungan tersambung.
"Hai. Ini Susan Fletcher. Maaf, sekarang saya tidak
ada di tempat, tetapi jika Anda meninggalkan nama Anda ii
Becker mendengarkan bunyi pesan itu. Di manakah dia" Pada saat ini, Susan
mungkin sudah panik. Becker bertanyatanya apakah kekasihnya itu telah berangkat
ke Stone Manor tanpa dirinya. Kemudian terdengar bunyi bip.
"Hai. Ini David." Becker terdiam karena tidak yakin ingin berkata apa. Salah
satu hal yang dibenci Becker tentang mesin penjawab adalah, jika kamu berhenti
untuk berpikir, mesin tersebut akan memutuskan hubungan. "Maaf aku tidak
meneleponmu," sergah Becker tepat pada waktunya. Becker mempertimbangkan apakah
dia perlu memberi tahu Susan tentang apa yang sedang terjadi. Dia memutuskan
tidak. "Hubungi Komandan Strathmore. Dia akan menjelaskan segalanya." Jantung
Becker berdetak keras. Ini konyol, pikirnya. "Aku mencintaimu," tambahnya dengan
cepat dan menutup telepon.
Becker menunggu beberapa kendaraan melintasi Ave-nida Borbolla. Dia berpikir
bagaimana jika Susan telah menduga yang terburuk. Bukan kebiasaan Becker untuk
tidak menelepon jika dia sudah berjanji.
Becker melangkah ke bulevar berlajur empat itu. "Masuk dan keluar," bisiknya
sendiri. "Masuk dan keluar." Becker terlalu sibuk sehingga tidak memerhatikan
seorang pria dengan kaca mata berbingkai kawat yang sedang memerhatikannya dari
seberang jalan. *** 18 NUMATAKA BERDIRI di depan jendela kaca besar di dalam pencakar langitnya di
Tokyo sambil mengisap cerutunya dalam-dalam dan tersenyum pada dirinya sendiri.
Dia hampir tidak percaya akan nasib baiknya. Dia telah berbicara dengan orang
Amerika itu lagi, dan apabila semua berjalan sesuai dengan jadwal, Ensei Tankado
pasti sudah disingkirkan saat ini, dan salinan kunci sandi miliknya pasti sudah
disita. Sungguh ironis, pikir Numataka bahwa dirinyalah yang akhirnya memiliki kunci
sandi milik Ensei Tankado. Dia pernah bertemu dengan Tankado sekali beberapa
tahun yang lalu. Pemrogram muda yang baru lulus kuliah dan sedang mencari kerja
itu pernah datang ke Numatech Corp. Numataka menolaknya. Tidak diragukan lagi
bahwa Tankado sangat cemerlang, tetapi pada saat itu ada pertimbangan-
pertimbangan lain. Walaupun Jepang saat itu sedang mengalami perubahan, Numataka
masih tetap kolot. Dia hidup dengan keyakinan menboko - kehormatan dan penampilan.
Kecacatan tidak bisa ditoleransi. Jika dia mempekerjakan seorang cacat, dia akan
mempermalukan perusahaannya. Dia membuang surat keterangan riwayat hidup Tankado
tanpa dilirik sekali pun.
Numataka melihat jamnya lagi. Si orang Amerika, North Dakota, seharusnya sudah
menelepon dari tadi. Numataka merasa sedikit gugup. Dia berharap tidak ada yang
salah. Jika kunci sandi tersebut sehebat yang dijanjikan, kunci tersebut akan
meluncurkan sebuah produk yang paling dicari di abad komputer ini - sebuah
alogaritma sandi digital yang tidak terkalahkan. Numataka bisa menanamkan
alogaritma tersebut ke dalam kepingan VSLI antirusak yang tersegel dan dijual
secara massal kepada para pembuat komputer, pemerintahan, industri, dan mungkin
bahkan kepada pasar gelap ... pasar gelap dunia teroris.
Numataka tersenyum. Kelihatannya, seperti biasanya, dia telah dibantu oleh
shichigosan - ketujuh dewa keberuntungan. Numataka Corp. akan segera menguasai
satu-satunya salinan Benteng Digital yang ada. Dua puluh juta dolar adalah
jumlah yang besar - tetapi mengingat produknya, itu sangat murah.
*** 19 "BAGAIMANA JIKA ada orang lain yang mencari cincin itu?" tanya Susan yang tiba-
tiba merasa gugup. "Mungkinkah Da-vid berada dalam bahaya?"
Strathmore menggelengkan kepalanya. "Tidak ada orang lain yang tahu tentang
keberadaan cincin itu. Karena itulah aku mengirim David. Aku ingin menjaganya
agar tetap begitu. Setansetan penasaran biasanya tidak menguntit guru bahasa
Spanyol." "Dia seorang profesor," koreksi Susan yang segera menyesali perkataannya.
Kadang-kadang Susan merasa David tidak cukup pantas di mata sang komandan.
Sepertinya Strathmore berpikir bahwa Susan bisa mendapatkan yang lebih baik
daripada seorang guru sekolah.
"Komandan," lanjutnya, "jika Anda memberi penjelasan kepada David melalui
telepon mobil pagi ini, seseorang bisa saja menyadap-"
"Satu berbanding sejuta," sela Strathmore dengan nada meyakinkan. "Setiap
penguping harus berada sangat dekat pada saat itu dan tahu dengan pasti apa yang
harus didengarkan." Strathmore meletakkan tangannya di pundak Susan. "Aku tidak
akan pernah mengirim David jika aku pikir akan berbahaya." Strathmore tersenyum.
"Percayalah. Jika ada tandatanda masalah, aku akan mengirimkan para
profesional." Kata-kata Strathmore diputus oleh suara seseorang yang menggedor kaca Node 3.
Susan dan Strathmore berpaling.
Petugas Sys-Sec Phil Chartrukian menempelkan wajahnya di kaca sambil menggedor
dengan gencar dan berusaha melihat ke dalam. Apa pun yang diteriakkannya tidak
bisa terdengar melalui kaca kedap suara ini. Chartrukian tampak seperti baru
saja melihat hantu. "Apa yang dilakukan Chartrukian di sini?" erang Strathmore. "Dia tidak bertugas
hari ini." "Kelihatannya ada masalah," kata Susan. "Mungkin dia telah melihat Run-Monitor."
"Sialan!" desis sang komandan. "Semalam, aku secara khusus menghubungi petugas
Sys-Sec yang sedang dinas dan memberitahukannya untuk tidak masuk."
Susan tidak kaget. Membatalkan tugas seorang Sys-Sec tidaklah lumrah, tetapi
tidak diragukan lagi Strathmore menghendaki privasi di dalam kubah ini.
"Sebaiknya kita menggugurkan perintah untuk TRANSLTR," kata Susan. "Kita bisa
set ulang Run-Monitor dan mengatakan kepada Phil bahwa dia tidak melihat apa-
apa." Strathmore tampaknya telah memperhitungkan hal itu, kemudian menggelengkan
kepalanya. "Belum. TRANSLTR baru bekerja lima belas jam. Aku ingin mesin itu
bekerja selama 24 jam penuh - sekadar untuk menyakinkan."
Hal itu masuk akal bagi Susan. Benteng Digital adalah yang pertama menggunakan
fungsi teks-jelas berotasi. Mungkin Tankado telah melewatkan sesuatu sehingga
TRANSLTR bisa memecahkannya setelah 24 jam. Tetapi Susan agak meragukan hal itu.
"TRANSLTR tetap bekerja," Strathmore memutuskan. "Aku perlu tahu dengan pasti
bahwa alogaritma ini tidak bisa dikalahkan."
Chartrukian masih terus menggedor kaca.
Sang Komandan menarik napas panjang dan berjalan ke arah pintu kaca geser.
Lempengan peka tekanan pada lantai teraktivasi dan pintu itu berdesis terbuka.
Chartrukian hampir saja jatuh ke dalam ruangan. "Pak Komandan. Saya ... saya
minta maaf telah mengganggu Anda, tetapi Run-Monitor ... Saya telah menjalankan
program pembersihan virus dan-"
"Phil, Phil, Phil," kata sang komandan dengan ramah seraya meletakkan tangannya
ke atas pundak Chartrukian untuk menenangkannya. "Pelan-pelan. Ada masalah apa?"
Dari nada suara Strathmore yang santai, tidak ada yang akan bisa menebak kalau
pria itu sedang dalam masalah. Dia bergeser ke samping dan menggiring
Chartrukian ke dalam dinding-dinding keramat Node 3. Sang petugas Sys-Sec
melangkah masuk melewati ambang pintu dengan ragu-ragu, seperti seekor anjing
yang sudah terlatih dengan baik dan tahu diri.
Dari kebingungan yang terpancar di wajah Chartrukian, sudah jelas dia belum
pernah melihat sisi dalam tempat ini. Apa pun sumber kepanikannya, untuk
sementara hal itu terlupakan. Chartrukian memerhatikan interior Node 3 yang
mewah, barisan terminal komputernya, rak-rak bukunya, dan lampu-lampunya yang
lembut. Ketika tatapan Chartrukian jatuh pada ratu Crypto yang sedang berkuasa,
Susan Fletcher, dia segera memalingkan muka. Susan benar-benar membuat dirinya
takut. Otak perempuan itu bekerja di tingkat yang berbeda. Dia sangat cantik,
dan Chartrukian tidak bisa berkata apa-apa bila berada di dekatnya. Pembawaannya
yang sederhana membuat segalanya menjadi lebih buruk.
"Ada masalah apa, Phil?" tanya Strathmore sambil membuka lemari es. "Mau minum?"
"Tidak, eh - tidak, terima kasih, Pak." Tampaknya lidah Chartrukian jadi kelu
karena tidak percaya kalau dirinya akan disambut dengan baik, "Pak ... saya rasa


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ada masalah dengan TRANSLTR."
Strathmore menutup lemari es dan menatap Chartrukian dengan gaya biasa.
"Maksudmu Run-Monitornya?"
Chartrukian kelihatan terkejut. "Maksud Anda, Anda sudah melihatnya?"
"Tentu. TRANSLTR sudah bekerja sekitar enam belas jam, kalau aku tidak salah."
Chartrukian kelihatan bingung. "Ya, Pak, enam belas jam. Tapi ini belum
semuanya, Pak. Saya telah menjalankan program pembersih virus, dan muncul hal-
hal aneh." "Masa?" Strathmore kelihatan tidak peduli. "Hal-hal aneh seperti apa?"
Susan memerhatikan dan merasa kagum pada penampilan sang komandan.
Chartrukian meneruskan. "TRANSLTR sedang mengolah sesuatu yang sangat canggih.
Penyaring-penyaringnya tidak bisa mengenalinya. Saya takut TRANSLTR terserang
sejenis virus." "Virus?" Strathmore terkekeh dengan gaya sedikit merendahkan. "Phil, aku
menghargai perhatianmu. Sungguh. Tetapi Ms. Fletcher dan aku sedang mencoba
sebuah tes diagnostik yang baru, sesuatu yang sangat canggih. Aku seharusnya
mengabarimu soal ini, tetapi aku tidak tahu kalau Anda bertugas hari ini."
Petugas Sys-Sec itu berusaha sebaik mungkin membela diri. "Saya bertukar giliran
dengan orang baru itu. Saya mengambil giliran akhir pekannya."
Mata Strathmore mengecil. "Aneh. Aku berbicara dengan dia semalam. Aku
memintanya untuk tidak masuk. Dia tidak bilang apa-apa tentang bertukar
giliran." Chartrukian merasa tercekik. Ada kesunyian yang mencekam.
"Baiklah." Akhirnya Strathmore berdesah. "Mungkin ini sebuah kesalahpahaman."
Strathmore meletakkan tangannya di atas bahu petugas Sys-Sec tersebut dan
menggiringnya keluar. "Berita baiknya adalah, kau tidak usah tinggal. Ms.
Fletcher dan aku akan berada di sini sepanjang hari. Kami akan menjaga tempat ini. Nikmati akhir
pekanmu." Chartrukian ragu-ragu. "Komandan, saya benar-benar berpikir kita harus
memeriksa-" "Phil," ulang Strathmore sedikit lebih keras, "TRANSLTR baik-baik saja. Jika
pembersih virusmu menemukan sesuatu yang janggal, itu karena kami memasukkannya
ke situ. Nah, sekarang jika kau tidak keberatan ...." Strathmore terdiam dan
petugas Sys-Sec itu pun mengerti. Waktunya telah habis.
"TES DIAGNOSTIK apaan!" gumam Chartrukian ketika dia kembali ke laboratorium
Sys-Sec dengan marah. "Fungsi rumit macam apa yang membuat tiga juta pengolah
data menjadi sibuk selama enam belas jam?"
Chartrukian bertanya-tanya apakah dia perlu menghubungi penyelia Sys-Sec. Para
kriptografer sialan, pikir Chartrukian. Mereka benar-benar tidak memahami
pentingnya keamanan! Sumpah yang diucapkan Chartrukian ketika dia bergabung dengan Sys-Sec mulai
berputar di dalam pikirannya. Dia telah bersumpah untuk menggunakan keahliannya,
latihan yang didapatkannya, dan nalurinya untuk melindungi investasi NSA yang
bernilai jutaan dolar. "Naluri," kata Chartrukian dengan sengit. Tidak perlu seorang cenayang untuk
tahu bahwa ini bukanlah sebuah tes diagnostik!
Dengan kesal, Chartrukian melangkah ke terminal komputernya dan menyalakan
rangkaian lengkap peranti lunak TRANSLTR untuk pemeriksaan sistem.
"Bayimu sedang dalam masalah, Komandan," gerutunya. "Anda tidak percaya pada
naluri" Saya akan memberikan buktinya!"
*** 20 LA CLINICA de Salud Publica sebenarnya adalah sebuah sekolah dasar yang berubah
fungsi dan sama sekali tidak kelihatan seperti sebuah rumah sakit. Gedung bata
itu bertingkat satu dan panjang, dengan jendela-jendela besar dan sebuah ayunan
berkarat di bagian belakang. Becker menaiki anak tangganya yang hancur.
Bagian dalam gedung itu gelap dan berisik. Ruang tunggunya adalah sederetan
kursi logam lipat yang diletakkan di sepanjang lorong yang sempit. Ada sebuah
tanda dari kardus di atas sebuah kuda-kuda yang berbunyi OFFICINA dengan tanda
panah yang menunjuk ke arah sebuah lorong.
Becker berjalan di sepanjang lorong yang remang-remang itu. Tempat itu mirip
dengan sebuah set film horor Hollywood. Udaranya berbau pesing. Lampu-lampu di
ujung lorong sudah putus sehingga pandangan empat puluh atau lima puluh kaki ke
depan tidak tampak kecuali bayangan-bayangan bisu. Seorang wanita yang bersimbah
darah ... sepasang muda mudi yang sedang menangis ... seorang gadis kecil yang
sedang berdoa ... Becker mencapai ujung lorong yang gelap. Sebuah pintu di sisi
kirinya terbuka sedikit. Dia mendorong buka pintu itu. Kecuali berisi seorang
wanita tua kisut dan telanjang di atas dipan yang sedang berjuang dengan
pispotnya, ruangan itu hampir kosong.
Bagus. Becker mengerang. Dia menutup pintu itu. Di mana sih kantornya"
Di sekitar tikungan tajam di lorong, Becker mendengar beberapa suara. Dia
mengikuti suara tersebut dan sampai pada sebuah pintu kaca tembus cahaya. Dari
baliknya suara-suara itu terdengar seperti orang sedang bertengkar. Dengan
segan, dia mendorong buka pintu itu. Ini dia kantornya. Kekacauan. Seperti yang
ditakutkan Becker. Ada sebuah antrian yang terdiri atas sepuluh orang. Setiap orang saling
mendorong dan berteriak. Spanyol adalah negara yang terkenal akan sikap
takefisiennya, dan Becker tahu dirinya akan berada di rumah sakit tersebut
semalaman untuk menunggu informasi tentang si orang Kanada. Hanya ada seorang
sekretaris di belakang meja dan wanita itu sedang melayani pasien-pasien yang
kesal. Becker berdiri di pintu untuk beberapa saat dan memikirkan pilihan yang
harus diambilnya. Ada cara yang lebih baik.
"Con permiso!" teriak seorang mantri. Sebuah kereta dorong menggelinding lewat
dengan cepat. Becker berkelit dengan cepat dan memanggil mantri tersebut. "telefono?" Tanpa menghentikan langkahnya, pria tersebut menunjuk ke sepasang pintu rangkap
dan menghilang di sudut. Becker berjalan ke arah pintu tersebut dan masuk ke
dalam. Ruang di depan Becker sangat besar - sebuah ruang olahraga tua. Lantainya berwarna
hijau muda dan berpendarpendar seperti kolam renang di bawah lampu neon. Pada
dinding ada sebuah ring basket yang tergantung dengan lemas pada papannya. Pada
lantai terdapat beberapa lusin pasien yang berbaring di atas dipan lipat rendah.
Di ujung yang jauh, persis di bawah papan nilai yang gosong, terdapat sebuah
telepon umum tua. Becker berharap telepon itu masih berfungsi.
Ketika melangkah menyeberangi lantai, Becker meraba ke dalam kantong untuk
mencari sebuah koin. Dia menemukan 75 peserta dalam bentuk koin-koin cinco
duros, uang kembalian dari taksi - hanya cukup untuk dua sambungan lokal. Sambil
tersenyum hormat pada seorang perawat yang hendak keluar, dia menuju telepon
itu. Setelah mengangkat gagangnya, dia memutar Sambungan Layanan Bantuan. Tiga
puluh detik kemudian, Becker mendapatkan nomor kantor utama klinik itu.
Terlepas di negara mana, sepertinya ada kemiripan di semua kantor: Tidak ada
yang tahan terhadap deringan telepon. Tidak peduli ada berapa pelanggan yang
menunggu untuk dilayani, si sekretaris akan meninggalkan apa pun yang sedang
dikerjakannya untuk menjawab telepon.
Becker menekan nomor dengan enam angka tersebut. Sebentar lagi dia akan
tersambung dengan kantor utama. Pastinya, akan ada seorang Kanada dengan
pergelangan tangan patah dan gegar otak yang masuk hari ini. Berkasnya akan
mudah ditemukan. Becker tahu kantor ini akan ragu-ragu memberikan nama dan
alamat orang ini pada pihak asing, tetapi dia mempunyai sebuah rencana.
Telepon itu mulai berdering. Becker menebak hanya perlu lima deringan. Ternyata
ada sembilan belas. "Clinica de Salud Publica," gonggong si sekretaris yang repot.
Becker berbicara dalam bahasa Spanyol dengan aksen Amerika-Perancis yang kental.
"Ini David Becker. Saya dari Kedubes Kanada. Salah seorang warga saya dirawat di
sini hari ini. Saya ingin meminta informasi tentang dia agar Kedubes bisa
mengatur pembayarannya."
"Baiklah," kata wanita itu. "Saya akan mengirimkannya ke Kedubes hari Senin."
"Sebenarnya," desak Becker, "saya harus mendapatkannya segera."
"Tidak mungkin," bentak wanita itu. "Kami sangat sibuk."
Becker mencoba terdengar seresmi mungkin. "Ini urusan yang mendesak. Pria ini
mengalami patah pergelangan tangan dan cedera di kepala. Dia dirawat kira-kira
pagi ini. Berkasnya mungkin berada pada bagian paling atas."
Becker menambah aksen pada bahasa Spanyolnya - cukup jelas untuk menyatakan
maksudnya dan cukup membingungkan untuk membuat kesal.
Bukannya melanggar peraturan, wanita itu mengutuki orang-orang Amerika yang
egois dan membanting gagang teleponnya.
Becker mengernyit dan menutup teleponnya. Gagal. Bayangan harus mengantri selama
berjam-jam membuatnya tidak bersemangat. Waktu terus berjalan - orang Kanada tua
itu bisa berada di mana saja sekarang. Mungkin dia telah memutuskan untuk
kembali ke Kanada. Mungkin dia akan menjual cincin tersebut. Becker tidak
mempunyai waktu berjam-jam untuk mengantri. Dengan tekad baru, dia menyambar
gagang telepon dan memutar nomor itu kembali. Dia menekan telepon itu ke
telinganya dan bersender di dinding. Telepon di seberang mulai berdering. Dia
melihat ke sekeliling ruangan. Satu deringan ... dua deringan ... tiga -
Tiba-tiba dia merasakan adrenalin mengalir cepat di sekujur tubuhnya.
David berpaling dan membanting gagang telepon itu kembali ke tempatnya. Dia
berbalik dan kembali menatap ruangan itu dalam kesunyian yang menegangkan. Di
atas dipan lipat, persis di depannya, di atas setumpuk bantal tua, terbaring
seorang pria tua dengan balutan gips putih bersih di pergelangan tangan
kanannya. *** 21 ORANG AMERIKA pada sambungan telepon pribadi Tokugen Numataka terdengar
khawatir. "Mr. Numataka - saya hanya punya sedikit waktu."
"Baiklah. Saya percaya Anda memiliki kedua kunci sandi itu."
"Akan ada sedikit keterlambatan," kata orang Amerika itu.
"Tidak bisa," desis Numataka. "Anda tadi mengatakan saya akan mendapatkan kunci
sandi itu sore ini!"
"Ada sedikit masalah."
"Tankado sudah mati?"
"Ya," kata suara itu. "Orangku telah membunuhnya, tetapi dia gagal mendapatkan
kunci sandinya. Tankado memberikan cincin itu pada seorang turis sebelum dia
mati." "Keterlaluan!" Numataka menggelegar. "Lalu bagaimana Anda bisa menjanjikan
kepada saya - " "Tenang," si Amerika berusaha menenangkan. "Anda akan mendapatkan hak eksklusif.
Saya jamin. Jika kunci sandi yang hilang itu sudah ditemukan, Benteng Digital
akan menjadi milik Anda."
"Tetapi kunci sandi itu mungkin sudah dibuat salinannya."
"Setiap orang yang telah melihat kunci tersebut akan dilenyapkan."
Mereka terdiam lama. Akhirnya Numataka berbicara. "Di mana kunci itu sekarang?"
"Yang perlu Anda ketahui, kunci itu akan segera ditemukan."
"Bagaimana Anda bisa begitu yakin?"
"Karena saya bukan satu-satunya yang sedang mencarinya. Pihak intelijen Amerika
telah mengetahui tentang kunci yang hilang ini. Untuk alasan-alasan yang sangat
jelas, mereka ingin menghalangi beredarnya Benteng Digital. Mereka telah
mengirim seorang pria untuk mencari kunci itu. Namanya David Becker."
"Bagaimana Anda tahu?"
"Itu tidak penting."
Numataka terdiam. "Dan jika Mr. Becker berhasil menemukan kunci itu?"
"Orang saya akan merebutnya." "Dan setelah itu?"
"Anda tidak perlu khawatir," kata si Amerika dengan dingin. "Saat Mr. Becker
menemukan kunci itu, dia akan diberi hadiah yang pantas."
DAVID BECKER berjalan mendekat dan menatap ke arah pria tua yang sedang tertidur
di atas dipan itu. Pergelangan tangan kanannya terbalut gips. Usianya di antara
6D dan 70-an. Rambutnya yang seputih salju terbelah rapi ke samping, dan di
bagian tengah keningnya terdapat sebuah bilur keunguan yang menjalar ke arah
mata kanannya. Sedikit benjol" pikir Becker, sambil teringat pada kata-kata si letnan. Dia
memeriksa jarijari pria itu. Tidak ada cincin emas yang tampak. Dia merogoh ke
bawah dan menyentuh lengan pria itu. "Pak?" Dia mengguncangnya dengan lembut.
"Permisi ... Pak?"
Pria itu tidak bergerak. Becker mencoba lagi, sedikit lebih keras. "Pak?"
Pria itu bergerak. "Qu'est-ce ... quelle heure est - " dengan perlahan pria tua
itu membuka matanya dan memusatkan pandangannya pada Becker. Pria tersebut
merengut marah karena terganggu. "Cju'est-ce-que vous voulez?"
Ya. Pikir Becker, Bahasa Prancis Kanadat Becker tersenyum padanya. "Anda bisa
meluangkan sedikit waktu?"
Walaupun bahasa Prancis Becker sempurna, dia berbicara dalam bahasa yang dia
harap kurang dikuasai pria itu, yakni bahasa Inggris. Meyakinkan seorang asing
untuk menyerahkan sebuah cincin emas akan sedikit sulit. Becker memutuskan
untuk menggunakan segala cara yang dia bisa.
Pria itu memerlukan beberapa saat untuk menyadari di mana dirinya berada. Dia
melihat ke sekelilingnya dan merapikan kumis putihnya yang lemas dengan sebuah
jari yang panjang. Akhirnya dia berbicara. "Apa yang Anda inginkan?" Bahasa
Inggrisnya terdengar sengau.
"Pak," kata Becker dengan keras seolah sedang berbicara dengan seseorang yang
tuli. "Saya ingin menanyakan beberapa hal."
Pria itu memelototinya dengan pandangan aneh. "Anda mempunyai masalah?"
Becker mengernyit. Bahasa Inggris pria itu tak bercela. Dia segera mengubah nada
bicaranya yang mencemooh itu. "Saya minta maaf karena telah mengganggu Anda,
tetapi apakah Anda secara kebetulan berada di Plaza de Espana
hari ini?" Mata pria itu mengecil. "Apakah Anda dari Dewan Kota?"
"Tidak, saya-" "Kantor Pariwisata?" "Bukan, saya-"
"Dengar. Saya tahu kenapa Anda kemari!" Pria itu berjuang untuk duduk. "Saya
tidak akan terintimidasi. Jika saya telah mengatakannya sekali, saya akan
mengatakannya seribu kali lagi - Pierre Cloucharde menulis tentang dunia
sebagaimana dia menjalani hidupnya di dunia ini. Beberapa buku panduan resmi
Anda mungkin akan menyelipkan hal ini ke dalam jadwal sebagai acara bebas jalan-
jalan di kota. Tetapi Montreal Times tidak akan melakukannya! Saya menolak!"
"Maaf, Pak. Saya rasa Anda tidak menger-" "Merde alors! Saya mengerti dengan
benar!" Dia menggoyang-goyangkan jarinya di depan wajah Becker dan suaranya
menggema ke seluruh ruang olahraga itu. "Anda bukan yang pertama. Mereka mencoba
melakukan hal yang sama di Moulin Rouge, Brown's Palace, dan Glofigno di Lagos!
Tetapi apa yang muncul di pers" Kebenaran! Wellington terburuk yang pernah aku
makan! Bak terkotor yang pernah kulihat! Pantai paling berbatu yang pernah
kukunjungi! Pembaca-pembacaku tidak bisa berharap lebih banyak lagi!"
Para pasien di dipan-dipan sekitar mulai terduduk untukmelihat apa yang sedang
terjadi. Becker melihat ke sekelilingdengan gugup untuk memeriksa kalau-kalau
ada perawat. Cloucharde masih terus mengamuk. "Alasan yang payah untuk seorang polisi yang
bekerja untuk kota Anda! Dia menyuruh saya naik motornya! Sekarang lihat saya!"
Pria Kanada itu mencoba mengangkat pergelangan tangannya. "Sekarang siapa yang
akan menulis kolom saya?" "Pak, saya-"
"Saya tidak pernah merasa sesengsara ini selama 43 tahun melakukan perjalanan!
Lihat tempat ini! Tahukah Anda bahwa kolom saya dimuat di lebih-"
"Pak!" Becker mengangkat kedua belah tangannya sebagai tanda gencatan senjata.
"Saya tidak tertarik pada kolom Anda. Saya dari Konsulat Kanada. Saya di sini
untuk memastikan Anda baik-baik saja!"
Tiba-tiba ruang olahraga itu menjadi sunyi. Pria tua itu menatap ke atas dari
tempat tidurnya dan menatap penyusup itu dengan curiga.
Becker memberanikan diri untuk berbisik "Saya di sini untuk melihat apakah ada
yang bisa saya bantu." Seperti memberi Anda beberapa butir Valium.
Setelah terdiam lama, orang Kanada itu berbicara. "Konsulat?" Nada suaranya
berubah menjadi lembut. Becker mengangguk. "Jadi, Anda tidak ke sini karena kolom saya?" "Tidak, Pak."
Bagi Pierre Cloucharde, hal itu seperti sebuah gelembung raksasa yang meledak.
Dia kembali berbaring di atas tumpukan bantalnya. Dia terlihat patah hati. "Saya
pikir Anda dari kota ... berusaha membuat saya untuk ...." Dia terdiam dan
menengadah. "Jika bukan tentang kolom saya, jadi untuk apa Anda ada di sini?"
Itu pertanyaan yang bagus, pikir Becker sambil membayangkan Smoky Mountains.
"Hanya sebuah kunjungan diplomatik yang tidak resmi," dusta Becker.
Pria itu tampak terkejut. "Sebuah kunjungan diplomatik?"
"Ya, Pak. Saya yakin pria sehebat Anda pastinya sadar bahwa pemerintah Kanada
bekerja keras untuk melindungi warganya dari segala macam bentuk penghinaan yang


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terjadi di, hmm - bisa kita katakan - negara yang kurang berbudaya ini."
Bibir Cloucharde terbuka dan sebuah senyum tersungging di wajahnya. "Tentu
saja ... baik sekali."
"Anda warga Kanada, bukan?"
"Ya, tentu saja. Bodohnya diriku. Tolong maafkan saya. Seseorang pada posisi
saya sering kali mendapatkan ... yah ... tentunya Anda mengerti."
"Ya, Mr. Cloucharde, tentu saya mengerti. Harga yang harus dibayar karena
menjadi terkenal." "Benar." Cloucharde mendesah dengan sedih. "Bisakah Anda mengerti tempat
mengerikan ini?" Dia memutar matanya ke ruang sekitarnya yang aneh. "Ini sebuah
penipuan. Dan mereka telah memutuskan untuk memaksaku menginap."
Becker melihat ke sekelilingnya. "Saya mengerti. Ini buruk sekali. Saya mohon
maaf karena saya agak lama baru sampai."
Cloucharde kelihatan bingung. "Saya bahkan tidak tahu Anda akan kemari."
Becker mengganti pokok pembicaraan. "Benjolan di kepala Anda tampaknya parah.
Apakah sakit?" "Tidak, tidak terlalu. Saya terjatuh pagi ini - akibat yang harus diterima karena
telah berbuat baik. Pergelangan tangan ini yang benar-benar membuatku sakit.
Guardia tolol. Saya serius! Membonceng seorang pria tua dengan sepeda motor.
Benar-benar tidak pantas."
"Ada yang bisa saya ambilkan untuk Anda?"
Cloucharde berpikir sesaat sambil menikmati perhatian yang didapatkannya. "Yah,
sebenarnya ...." Dia menjulurkan kepalanya dan menggerakkannya ke kiri dan ke
kanan. "Saya membutuhkan sebuah bantal lagi, kalau hal itu tidak terlalu
menyusahkan." "Tidak sama sekali." Becker meraih sebuah bantal dari dipan terdekat dan
membantu Cloucharde untuk tidur dengan nyaman.
Pria itu mendesah puas. "Lebih baik ... terima kasih." "Pas du tout," sahut
Becker. "Ah!" Pria itu tersenyum hangat. "Jadi, Anda bisa berbicara dengan bahasa bangsa
yang beradab." "Cuma bisa sejauh itu," kata Becker malu. "Tidak masalah," kata Cloucharde
bangga. "Kolomku dimuat di Amerika. Bahasa Inggrisku bagus."
"Begitulah yang saya dengar." Becker tersenyum. Dia duduk di tepi dipan
Cloucharde. "Sekarang, jika Anda tidak keberatan dengan pertanyaan saya, Mr.
Cloucharde, kenapa pria seperti Anda datang ke tempat seperti ini" Ada rumah
sakit lain yang lebih baik di Sevilla."
Cloucharde tampak marah. "Petugas polisi itu ... dia melemparku dari sepeda
motornya dan meninggalkanku bersimbah darah di jalanan seperti seekor babi yang
ter-luka. Saya terpaksa berjalan sampai kemari."
"Dia tidak menawarkan untuk mengantar Anda ke tempat yang lebih baik?"
"Dengan sepeda motornya yang mengerikan itu" Tidak usah, terima kasih!"
"Apa yang sebenarnya terjadi pagi ini?"
"Saya telah menjelaskan semuanya kepada letnan itu."
"Saya telah berbicara dengan petugas itu dan-"
"Saya harap Anda menegurnya!" sela Cloucharde.
Becker mengangguk. "Dengan cara yang paling keras. Kantorku akan
menindaklanjutinya."
"Saya harap begitu."
"Monsieur Cloucharde." Becker tersenyum sambil mengeluarkan sebuah pulpen dari
kantong jasnya. "Saya ingin membuat surat pengaduan resmi ke pihak kota. Maukah
Anda membantu" Seorang pria dengan reputasi seperti Anda akan menjadi saksi yang
sangat berharga." Cloucharde kelihatannya tersanjung dengan kemungkinan namanya akan disebut-
sebut. Dia bangkit duduk. "Ya ... tentu saja. Dengan senang hati."
Becker mengeluarkan sebuah buku catatan kecil dan menatapnya. "Baiklah, mari
mulai dari pagi tadi. Ceritakan tentang kecelakaan itu."
Pria tua itu mendesah. "Sungguh menyedihkan. Seorang pria Asia yang malang
tersungkur. Saya berusaha menolongnya - tetapi tidak berhasil."
"Anda memberinya pernapasan buatan?"
Cloucharde kelihatan malu. "Saya tidak tahu bagaimana melakukannya. Saya
memanggil ambulans."
Becker teringat memar kebiruan di dada Tankado. "Apakah para paramedis
memberikan pernapasan buatan?"
"Demi Tuhan, tidak!" Cloucharde tertawa. Tidak ada alasan untuk mencambuki
seekor kuda yang telah mati - pria itu telah lama mati pada saat ambulans tiba.
Mereka memeriksa nadinya dan membawanya pergi serta meninggalkan saya bersama
polisi yang payah itu."
Aneh, pikir Becker sambil bertanya-tanya dari mana datangnya memar itu. Dia
menyingkirkan hal itu dari pikirannya dan kembali ke masalah utama. "Bagaimana
dengan cincinnya?" tanya Becker dengan gaya acuh tak acuh.
Cloucharde tampak terkejut. "Letnan itu memberi tahu Anda tentang cincin itu"
"Ya, dia memberitahuku." Cloucharde kelihatan tidak percaya. "Benarkah" Tadinya
saya pikir dia tidak percaya pada ceritaku. Dia kasar sekali - seolah-olah dia
berpikir saya telah berbohong. Tetapi ceritaku tepat, tentu saja. Saya bangga
akan ketepatanku." "Di mana cincin itu?" desak Becker.
Cloucharde seolah tidak mendengar. Matanya berkacakaca menerawang. "Benar-benar
cincin yang aneh, huruf-huruf itu - tidak tampak seperti bahasa yang pernah
kukenal." "Bahasa Jepang, mungkin?" kata Becker.
"Sama sekali bukan."
"Jadi, Anda mencermatinya?"
"Demi Tuhan, ya! Ketika saya membungkuk untuk membantunya, pria itu menyodorkan
jari-jarinya ke wajahku. Dia ingin memberiku cincin itu. Benar-benar aneh,
sungguh - tangan-tangannya sangat mengerikan."
"Dan pada saat itu Anda menerima cincin tersebut?"
Cloucharde membelalak. "Itu yang dikatakan petugas itu pada Anda! Bahwa saya
mengambil cincin itu?"
Becker bergeser dengan gugup.
Cloucharde meledak. "Saya tahu dia tidak menyimakku! Begitulah gosip timbul!
Saya memberitahukannya bahwa pria Jepang itu memberikan cincinnya - tetapi tidak
pada saya! Tidak mungkin saya akan menerima apa pun dari seorang pria yang
sedang sekarat! Demi Tuhan! Membayangkannya saja saya tidak berani!"
Becker merasakan adanya masalah. "Jadi, Anda tidak memiliki cincin itu?"
"Demi Tuhan, tidak!" Ada rasa nyeri yang merayap di dalam perut Becker. "Lalu
siapa yang memilikinya?"
Cloucharde memelototi Becker dengan jengkel. "Orang Jerman itu. Orang Jerman itu
yang memilikinya!" Becker merasa lantai di bawahnya runtuh. "Orang Jerman" Orang Jerman yang mana?"
"Orang Jerman yang ada di taman! Saya sudah menceritakan ini kepada petugas itu.
Saya menolak cincin tersebut, tetapi si babi fasis itu menerimanya."
Becker meletakkan pen dan kertasnya. Permainan telah usai. Ini benar-benar
masalah. "Jadi, seorang Jerman yang memiliki cincin itu?" "Benar."
"Ke mana perginya?"
"Tidak tahu. Saya berlari memanggil polisi. Ketika saya kembali, dia telah
pergi." "Tahukah Anda siapa dia?" "Seorang wisatawan." "Anda yakin?"
"Hidupku penuh dengan wisatawan," sentak Cloucharde. "Saya bisa mengenali
mereka. Dia dan teman wanitanya sedang berjalan-jalan di taman."
Becker semakin bertambah bingung. "Teman wanita" Ada seseorang bersama orang
Jerman itu?" Cloucharde mengangguk. "Seorang pendamping. Si rambut merah yang jelita. Mon
Dieu! Cantik." "Seorang pendamping?" Becker terkejut. "Seperti ... seorang pelacur?"
Cloucharde meringis. "Ya, jika Anda harus menggunakan istilah itu."
"Tetapi ... petugas itu tidak mengatakan apa-apa tentang-"
"Tentu saja tidak! Saya tidak pernah menyebutkan tentang seorang pendamping."
Cloucharde mengibaskan tangannya yang tidak sakit ke arah Becker. "Mereka bukan
penjahat - sungguh konyol memperlakukan mereka seperti pencuri pada umumnya."
Becker masih sedikit terpukul. "Apakah masih ada yang lain di sana?" "Tidak,
hanya kami bertiga. Waktu itu sungguh panas."
"Dan Anda yakin wanita tersebut seorang pelacur?"
"Seratus persen. Tidak ada wanita secantik itu yang
mau bersama pria seperti itu jika tidak dibayar mahal! Mon Dieu! Pria Jerman itu
gendut, gendut, gendut! Seorang Jerman gembrot yang menjengkelkan dan berisik.
Cloucharde mengernyit sedikit ketika menggeser badannya. Tetapi dia tidak
mengacuhkan rasa sakitnya dan terus berbicara. "Pria ini benar-benar seekor
binatang - paling tidak, beratnya tiga ratus pon. Dia mendekap wanita malang itu
seolah-olah wanita itu akan lari darinya - saya sih tidak akan menyalahkan wanita
itu. Saya serius. Tangan pria itu menggerayanginya. Menyombongkan diri bahwa dia
menyewa wanita itu seharga tiga ratus dolar untuk seminggu! Seharusnya pria
Jerman itu yang jatuh dan mati, bukan pria Asia yang malang itu." Cloucharde
terengah-engah dan Becker menyerobotnya. "Anda tahu namanya?"
Cloucharde berpikir sejenak dan kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak tahu."
Dia mengernyit kesakitan lagi dan berbaring kembali perlahan di atas bantal
bantalnya. Becker mendesah. Cincin itu telah menguap di hadapannya. Komandan Strathmore
tidak akan senang. Cloucharde menekan keningnya. Luapan antusiasmenya telah berakibat buruk bagi
kondisinya. Tiba-tiba dia tampak sakit.
Becker mencoba cara lain. "Mr. Cloucharde, saya ingin mendapatkan pernyataan
dari pria Jerman itu serta dari pendampingnya sekalian. Tahukah Anda di mana
mereka menginap?" Cloucharde menutup matanya. Kekuatannya telah menyusut. Napasnya menjadi pendek.
"Apa pun yang Anda ingat?" desak Becker. "Nama pendampingnya?"
Mereka terdiam cukup lama. Cloucharde meraba pelipis kanannya. Tiba-tiba dia
tampak pucat. "Yah ... ah ... tidak. Saya tidak percaya Suaranya bergetar.
Becker membungkuk ke arahnya. "Anda baik-baik sa-
ja?" Cloucharde mengangguk pelan. "Ya, baik-baik saja ... hanya sedikit ... terlalu
bersemangat mungkin ...." Suaranya menghilang.
"Berpikirlah, Mr. Cloucharde," desak Becker perlahan. "Ini penting."
Cloucharde mengernyit. "Saya tidak tahu ... wanita itu ... pria itu terus-
menerus memanggilnya Dia menutup matanya dan mengerang.
"Siapa namanya?"
"Saya benar-benar tidak ingat Suara Cloucharde mengecil.
"Berpikirlah," desak Becker. "Sangat penting untuk menyiapkan berkas konsulat
selengkap mungkin. Saya harus mendukung cerita Anda dengan pernyataan dari
saksi-saksi lainnya. Apakah ada keterangan yang bisa Anda berikan kepada saya
untuk menemukan mereka ...."
Tetapi Cloucharde sedang tidak mendengarkan. Dia mengelap dahinya dengan seprai.
"Maafkan saya ... mungkin besok...," tampaknya dia merasa mual.
"Mr. Cloucharde, Anda harus mengingatnya sekarang." Tiba-tiba Becker sadar
dirinya telah berbicara terlalu lantang. Orang-orang pada dipan di sekitarnya
telah terduduk dan melihat apa yang sedang terjadi. Di ujung ruang yang jauh
muncul seorang perawat melalui pintu rangkap dan melangkah cepat ke arah Becker.
"Apa pun yang Anda ingat," desak Becker.
"Si Jerman memanggil wanita itu-" Becker mengguncang Cloucharde dengan lembut,
berusaha membangunkannya.
Mata Cloucharde terbuka sesaat. "Namanya ...." Tetap sadar, pria tua ....
"Embun Mata Cloucharde tertutup lagi. Perawat itu semakin mendekat dan tampak
marah besar. "Embun?" Becker menggoyangkan lengan Cloucharde. Pria tua itu mengerang. "Dia
memanggilnya Cloucharde sekarang bergumam hampir tidak terdengar.
Si perawat yang berada kurang dari sepuluh kaki berteriak marah pada Becker
dalam bahasa Spanyol. Becker tidak mendengar apa-apa. Matanya tertuju pada bibir
Cloucharde. Dia mengguncang Cloucharde untuk terakhir kalinya ketika perawat itu
meraihnya. Perawat itu mencengkeram pundak Becker. Dia menarik Becker berdiri, persis pada
saat bibir Cloucharde terbuka. Sebuah kata yang keluar dari mulut Cloucharde
sama sekali tidak terucap. Kata itu didesahkan - seperti sebuah kenangan sensual
yang jauh. "Tetesan Embun
Sebuah cengkeraman marah merenggut Becker pergi.
Tetesan Embun" Becker bertanya-tanya. Nama macam apa itu" Becker berkelit dari
si perawat dan berpaling kepada Cloucharde untuk terakhir kalinya. "Tetesan
Embun" Anda yakin?"
Tetapi Pierre Cloucharde telah tertidur lelap.
*** 23 SUSAN DUDUK sendiri di dalam Node 3 yang mewah. Dia memegang secangkir ramuan
teh lemon dan menunggu program pelacaknya kembali.
Sebagai seorang kriptografer senior, Susan menikmati pemandangan terbaik dari
balik meja komputernya. Letaknya di sisi belakang lingkaran komputer dan
menghadap ke lantai Crypto. Dari tempat ini, Susan bisa melihat semua hal di
Node 3. Dia juga bisa melihat ruang sebelahnya dan TRANSLTR yang berdiri di
tengah lantai Crypto. Susan memeriksa waktu program pelacak. Dia telah menunggu selama hampir satu
jam. ARA kelihatannya sangat santai dalam meneruskan surat North Dakota. Susan
mendesah keras. Walaupun dia berusaha melupakan percakapannya dengan David pagi
ini, kata-kata sang kekasih terus berputar di dalam kepalanya. Dia merasa telah
berlaku terlalu keras pada David. Dia berdoa agar pria itu baik-baik saja di
Spanyol. Pikiran Susan terbuyarkan oleh desis keras pintu kaca. Dia menengadah dan
mengerang. Kriptografer Greg Hale berdiri di celah pintu.
Tinggi tegap dengan rambut ikal pirang dan sebuah dagu yang terbelah dalam, Greg
Hale adalah seorang pria bersuara keras, berotot, dan selalu dandan berlebihan.
Rekan kriptografer lainnya menjuluki pria itu "Halite" - sama seperti nama
mineral. Hale selalu berpikir kalau itu adalah nama sejenis permata langka - yang
menyamai kecerdasan dirinya yang tak tertandingi dan fisiknya yang kuat. Jika
saja ego Hale mengizinkan dirinya memeriksa ensiklopedi, dia akan menemukan
bahwa mineral tersebut tidak lebih dari sisa garam yang tertinggal setelah
samudra menguap. Seperti semua kriptografer NSA lainnya, Hale mendapat gaji yang sangat besar.
Dia mengendarai sebuah Lotus putih dengan atap bulat dan sebuah subwoofer yang
memekakkan telinga. Dia tergila-gila pada peralatan, dan mobilnya adalah alat
peraganya. Dia memasang di kendaraan itu sebuah system komputer pelacak yang
tersambung dengan satelit, system penguncian pintu yang diaktifkan oleh suara,
sebuah pemindai lima arah, dan sebuah telepon/mesin fax seluler agar dirinya
selalu bisa dihubungi. Nomor kendaraannya berbunyi MEGABYTE dan dibingkai oleh
lampu neon ungu. Greg Hale diselamatkan dari masa kecil yang penuh dengan kejahatan ringan oleh
korps Marinir AS. Di sanalah dia belajar tentang komputer. Dia adalah salah
seorang pemrogram terbaik yang pernah dimiliki oleh korps marinir tersebut. Dan
hal ini memberinya peluang yang baik di dalam karier militer. Tetapi dua hari
sebelum perjalanan dinas ketiganya berakhir dia masa depan Hale tiba-tiba
berubah. Karena mabuk, dia secara tidak sengaja membunuh seorang rekan marinir
dalam sebuah perkelahian. Seni bela diri Korea, Taekwondo, ternyata lebih
mematikan dari sekadar untuk membela diri. Hale segera dibebastugaskan.
Setelah mendekam tidak lama di dalam penjara, Halite mulai mencari pekerjaan di
sektor swasta sebagai pemrogram. Dia selalu berterus terang tentang kejadian di
masa tugasnya sebagai marinir, dan dia membujuk calon majikannya dengan
menawarkan sebulan kerja tanpa digaji untuk membuktikan kemampuannya. Hale
yakin, begitu para majikan tahu apa yang bisa dilakukannya dengan komputer,
mereka tidak akan melepaskannya.
Ketika keahliannya di bidang komputer bertambah, Hale mulai membuat hubungan
melalui internet di seluruh dunia. Dia adalah salah satu pecandu dunia maya
jenis baru itu dengan teman-teman internet di setiap negara. Dia bergerak ke
sana kemari di pentas buletin elektronik dan kelompokkelompok percakapan Eropa.
Dia pernah dipecat dari dua tempat kerja karena menggunakan account perusahaan
untuk mengirimkan foto-foto porno kepada teman-temannya.
"APA YANG /cau-lakukan di sini?" tanya Hale di tengah langkahnya dan menatap
Susan. Kelihatannya Hale berharap dapat menggunakan seluruh Node 3 sendirian
hari ini. Susan memaksa dirinya untuk tetap tenang. "Sekarang hari Sabtu, Greg. Aku bisa
menanyakan hal yang sama padamu." Tetapi Susan tahu apa yang dilakukan Hale di
tempat itu. Hale adalah pecandu komputer sejati. Walaupun ada peraturan hari
Sabtu, Hale menyelinap ke dalam Crypto setiap akhir pekan untuk menjalankan
komputer NSA yang tak tertandingi untuk menjalankan program-program baru yang
sedang dikerjakannya.

Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hanya ingin memperbaiki beberapa hal dan memeriksa emailku," kata Hale. Dia
menatap Susan dengan rasa penasaran. "Kau tadi bilang sedang apa di sini?"
"Aku tidak bilang apa-apa," balas Susan.
Hale mengangkat alisnya terkejut. "Tidak ada alas an untuk malu. Kita tidak
mempunyai rahasia di Node 3, ingat" Semua untuk satu dan satu untuk semua."
Susan menyesap minuman lemonnya dan tidak mengacuhkan Hale. Hale mengangkat
bahunya dan melangkah ke ruang sepen Node 3. Sepen selalu merupakan tempat
perhentian pertamanya. Ketika menyeberangi ruangan, dia mendesah keras dan
terang-terangan menatap kaki Susan yang terjulur di bawah meja. Tanpa mendongak,
Susan menarik kakinya dan terus bekerja. Hale menyeringai.
Susan sudah terbiasa dengan Hale yang selalu berusaha merayunya. Rayuan favorit
Hale adalah ajakan pertemuan untuk 'memeriksa kecocokan peranti keras mereka.'
Hal itu membuat Susan mual. Susan terlalu bangga untuk mengadukan hal ini pada
Strathmore. Akan lebih mudah untuk tidak mengacuhkannya.
Hale mendekati sepen Node 3 dan membuka pintu kisikisinya bagai seekor banteng.
Dia mengeluarkan sebuah wadah Tupperware berisi tahu dari dalam lemari es dan
memasukkan beberapa bongkah potongan putih yang mirip agar-agar itu ke dalam
mulutnya. Kemudian, dia bersandar ke kompor dan merapikan celana Bellvienne abu-
abu dan kemejanya yang berkanji. "Kau akan lama di sini?"
"Semalaman," jawab Susan datar.
"Hmm .gumam Halite dengan mulut penuh. "Hari Sabtu yang nyaman di Ruang Bermain,
hanya kita berdua." "Hanya kita bertiga," seru Susan. "Komandan Strathmore ada di atas. Mungkin kau
ingin menghilang sebelum dia melihatmu."
Hale mengangkat bahunya. "Kelihatannya dia tidak keberatan kau ada di sini. Dia
pasti sangat senang kau-temani."
Susan memaksa dirinya untuk tetap diam.
Hale terkekeh sendiri dan menyingkirkan tahunya. Kemudian dia meraih sebotol
minyak zaitun murni dan minum beberapa teguk. Hale benar-benar memerhatikan
masalah kesehatan dan mengklaim bahwa minyak zaitun bisa membersihkan usus
kecilnya. Jika tidak sedang memaksa staf lainnya untuk minum jus wortel, dia
pasti sedang memberi ceramah tentang fungsi makanan yang baik untuk pencernaan.
Hale meletakkan kembali botol minyak zaitun itu dan berjalan menuju komputernya
yang berada persis di seberang Susan. Walaupun berada di seberang lingkaran yang
luas, Susan dapat mencium kolonye Hale. Susan mengerutkan hidungnya.
"Bau kolonyemu enak, Greg. Pakai satu botol?" Hale menyalakan komputernya.
"Hanya untukmu, Sayang."
Ketika Hale sedang duduk sambil menunggu komputernya siap, Susan mendadak merasa
khawatir. Bagaimana jika lelaki itu mengakses Run-Monitor" Tidak ada alasan
baginya untuk melakukan hal itu, tetapi Susan tahu orang ini tidak akan
teperdaya oleh cerita palsu tentang sebuah tes diagnostic yang membuat TRANSLTR
sibuk selama enam belas jam. Dia akan meminta cerita yang sebenarnya. Susan
tidak percaya pada Greg Hale. Dia tidak cocok untuk NSA. Dari awal Susan sudah
tidak setuju untuk mempekerjakannya, tetapi NSA tidak mempunyai pilihan. Hale
adalah sebuah produk dari kebijaksanaan penanggulangan masalah perusahaan.
Sebuah kegagalan Skipjack.
Empat tahun lalu, sebagai usaha untuk menciptakan sebuah sandi kunci public
standar, Kongres menugaskan para ahli matematika terbaik AS yang ada di NSA
untuk menulis sebuah super alogaritma baru. Tujuannya adalah agar Kongres dapat
mengeluarkan sebuah kebijaksanaan untuk menggunakan sebuah alogaritma baru yang
baku di seluruh negeri, sehingga dapat mengenyahkan ketidaksesuaian yang terjadi
di antara perusahaan-perusahaan karena menggunakan alogaritma yang berbeda.
Tentu saja, meminta NSA untuk membantu memperbaiki sandi kunci public kurang
lebih sama halnya dengan meminta seorang terpidana untuk membuat peti matinya
sendiri. Pada saat itu, TRANSLTR masih belum terpikirkan dan sebuah standar
pembuatan sandi hanya akan membuat penulisan kode rahasia menjadi semakin subur
dan mengakibatkan tugas NSA yang berat menjadi semakin sulit.
EFF memahami konflik kepentingan ini dan menyatakan bahwa NSA mungkin akan
menciptakan sebuah alogaritma berkualitas buruk - sesuatu yang dapat
dipecahkannya. Untuk mengatasi kekhawatiran itu, Kongres mengumumkan bahwa
ketika alogaritma NSA selesai dibuat, rumusnya akan dipublikasikan untuk diuji
oleh para ahli matematika dunia agar kualitasnya terjamin.
Dengan segan, tim Crypto NSA, dipimpin oleh Komandan Strathmore, menciptakan
sebuah alogaritma yang mereka namai Skipjack. Skipjack disampaikan kepada
Kongres untuk mendapatkan persetujuan. Para ahli matematika dari seluruh dunia
menguji Skipjack dan secara serentak merasa kagum. Mereka melaporkan bahwa
alogaritma itu kuat dan tak bercela serta akan menjadi sebuah standar pembuatan
sandi yang hebat. Tetapi tiga hari sebelum Kongres melakukan pemungutan suara
untuk menyetujui Skipjack, seorang pemrogram muda dari Bell Laboratories, Greg
Hale, mengguncang dunia dengan mengumumkan adanya sebuah celah yang tersembunyi
di dalam alogaritma itu. Celah tersebut terdiri atas beberapa baris bahasa program yang cerdik yang
diselipkan oleh Komandan Strathmore ke dalam alogaritma itu. Celah itu
ditambahkan dengan cara yang sedemikian hebatnya sehingga tak seorang pun
melihatnya, kecuali Greg Hale. Tambahan rahasia Strathmore ini dimaksudkan agar
segala kode yang ditulis dengan Skipjack dapat dipecahkan dengan sebuah kata
kunci yang hanya diketahui oleh NSA. Hanya tinggal sejengkal bagi Strathmore
untuk mengubah standar pembuatan sandi nasional menjadi sebuah prestasi
intelijen terbesar yang pernah dicapai NSA. NSA akan memegang kunci induk untuk
semua kode rahasia yang ditulis di Amerika.
Kalangan publik yang mengerti tentang komputer marah besar. EFF memperlakukan
skandal ini bagai burung bangkai. Mereka mencabik-cabik Kongres atas keluguan
mereka dan menyatakan NSA sebagai ancaman terbesar bagi dunia bebas setelah
Hitler. Standar pembuatan sandi pun mati.
Tidaklah aneh ketika dua tahun kemudian NSA memperkerjakan Greg Hale. Strathmore
merasa lebih baik merekrut Hale ke dalam tubuh NSA daripada membiarkannya
menyerang NSA dari luar. Strathmore menghadapi skandal Skipjack dengan tegar. Dia membela diri dengan
gigih di depan Kongres. Dia bersikukuh bahwa hasrat publik akan privasi nantinya
bisa berbalik menghantui mereka sendiri. Publik memerlukan seseorang untuk
mengawasi mereka, tekan Strathmore. Publik memerlukan NSA untuk memecahkan kode
rahasia agar tercipta kedamaian. Kelompok-kelompok seperti EFF tidak sependapat.
Dan sejak itu EFF selalu menentang Strathmore.
*** 24 DAVID BECKER berdiri di dalam sebuah bilik telepon umum di seberang jalan dari
La Clinica de Salud Publica. Dia baru saja ditendang keluar karena telah
mengusik pasien nomor 104, Monsieur Cloucharde.
Tiba-tiba permasalahan berubah menjadi lebih rumit dari yang dia bayangkan.
Bantuan kecilnya untuk Strathmore - mengambilkan beberapa barang pribadi - telah
berubah menjadi perburuan sebuah cincin yang aneh.
Becker baru saja menghubungi Strathmore dan memberitahunya tentang si wisatawan
Jerman. Setelah meminta keterangan mendetail, Strathmore terdiam cukup lama.
"David," Strathmore akhirnya berkata dengan sedih, "menemukan cincin itu adalah
masalah stabilitas keamanan nasional. Aku menyerahkannya ke tanganmu. Jangan
kecewakan aku." Sambungan telepon itu pun terputus.
David berdiri di bilik telepon itu dan mendesah. Dia mengambil Guia Telefonica
yang sudah usang dan mulai mencari di dalam halaman kuningnya. "Di sini tidak
ada apa-apa," gumamnya sendiri.
Hanya ada tiga nama untuk Layanan Pendamping di buku petunjuk itu, dan Becker
tidak punya cukup banyak petunjuk untuk bergerak maju. Vang dia tahu hanyalah
bahwa si Jerman mengencani wanita berambut merah, yang untungnya sangat jarang
di Spanyol. Cloucharde yang menggigau itu mengingat nama pendamping tersebut
sebagai Tetesan Embun. Becker bergidik - Tetesan Embun" Nama itu terdengar lebih
mirip nama seekor sapi daripada nama gadis cantik. Bukan pula sebuah nama
Katolik yang pantas; Cloucharde pasti salah.
Becker menghubungi nomor pertama.
"SERVICIO SOCIAL de Sevilla," sebuah suara wanita yang merdu menjawab.
Becker membuat bahasa Spanyolnya beraksen Jerman kental. "Hola, ihablas Aleman?"
"Tidak. Tetapi saya bisa berbahasa Inggris," balasnya.
Becker meneruskan dalam bahasa Inggris yang terbatabata. "Terima kasih. Saya
harap Anda bisa membantu saya."
"Bagaimana kami bisa membantu?" Wanita itu berbicara dengan pelan sebagai usaha
untuk membantu calon pelanggannya. "Mungkin Anda membutuhkan seorang
pendamping?" "Ya, betul. Hari ini saudara laki-laki saya, Klaus, mendapatkan seorang gadis,
sangat cantik, rambut merah. Saya juga mau. Untuk besok, tolong."
"Saudara laki-lakimu kemari?" suara itu tiba-tiba terdengar bergairah, seolah-
olah mereka berdua sobat lama.
"Ya. Sangat gemuk. Anda ingat dia, tidak?"
"Dia berada di sini kemarin, kata Anda?"
Becker bisa mendengar wanita itu sedang memeriksa catatannya. Tentu saja tidak
ada nama Klaus di daftar, tetapi Becker merasa pelanggan jarang menggunakan nama
asli mereka. "Hrnrn, maaf," kata wanita itu. "Saya tidak menemukannya di sini. Siapa nama
gadis yang bersama saudaramu itu?"
"Dia berambut merah," kata Becker untuk menghindari pertanyaan itu.
"Rambut merah?" ulang wanita itu. Dia terdiam sesaat.
"Ini Servicio Social de Seuilla. Anda yakin saudara Anda kemari?"
"Tentu, ya." "Senor, kami tidak memiliki gadis berambut merah. Kami hanya memiliki kecantikan
Andalusia yang murni."
"Rambut merah," ulang Becker yang merasa bodoh.
"Maaf, kami tidak memiliki yang berambut merah sama sekali, tetapi jika Anda-"
"Namanya Tetesan Embun," kata Becker dengan ter-gesa dan merasa lebih bodoh
lagi. Nama konyol itu kedengarannya tidak berarti apa pun bagi wanita itu. Becker
meminta maaf dan mengatakan bahwa dia mungkin telah menghubungi agensi yang
keliru dan dengan sopan menutup telepon. Gagal satu kali.
BECKER MENGERNYIT dan memutar nomor kedua. Nomor itu tersambung dengan cepat.
"Buenas noches, Mujeres Espana. Bisa saya bantu?"
Becker segera mengulang percakapan yang sama, seorang wisatawan Jerman yang
bersedia membayar mahal untuk seorang gadis berambut merah. "Keine Rot-kopfe,
maaf." Wanita itu menutup teleponnya. Gagal dua kali.
Becker melihat ke buku telepon tersebut. Tinggal satu nomor lagi. Akhir
harapannya. Becker memutar nomor itu.
"ESCORTES BELEN," seorang pria menjawab dengan cekatan.
Kembali Becker menuturkan kisahnya. "Si, si, senor. Nama saya Senor Roldan. Saya
senang bisa membantu. Kami memiliki dua orang gadis berambut merah. Manis-
manis." Jantung Becker terloncat. "Sangat cantik?" ulangnya dengan aksen Jerman. "Rambut
merah?" "Ya, siapa nama saudara Anda" Saya akan memberitahumu siapa pendamping yang
menemaninya hari ini. Dan kami akan mengirimkannya untuk Anda besok."
"Klaus Schmidt." Becker mencetuskan sebuah nama yang diingatnya dan sebuah buku
pelajaran. Mereka terdiam cukup lama. "Tuan ... saya tidak bias menemukan nama
Klaus Schmidt di daftar kami, tetapi mungkin saudara Anda memilih untuk berhati-
hati - mungkin dia punya istri di rumah?" pria itu tertawa dengan tidak pantas.
"Ya, Klaus sudah menikah. Tetapi dia sangat gemuk. Istrinya tidak tidur dengan
dia." Becker memutar matanya dan melihat bayangan dirinya di dinding bilik. Jika
saja Susan bisa mendengarkanku sekarang, pikir Becker. "Saya gemuk dan kesepian
juga. Saya ingin tidur dengan dia. Bayar banyak uang."
Aksi Becker luar biasa, tetapi dia melampaui batas.
Pelacuran adalah pelanggaran hukurn di Spanyol dan Senor Roldan adalah pria yang
berhati-hati. Sebelumnya dia pernah bermasalah dengan petugas Guardia yang
menyamar sebagai wisatawan. Saya ingin tidur dengan dia. Roldan tahu ini sebuah
perangkap. Jika dia mengatakan ya, dia akan didenda berat dan, sebagaimana
biasanya, akan dipaksa untuk menyediakan salah seorang pendamping terbaiknya
untuk sang komisaris polisi secara gratis sepanjang akhir pekan.
Ketika Roldan berbicara, suaranya tidak seramah sebelumnya. "Tuan, ini Escortes
Belen. Bisa tahu siapa yang menelepon?"
"Aah ... Sigmund Schmidt," karang Becker dengan lemas.
"Dan mana Anda mendapatkan nomor kami?"
"La Guia Telefonica - buku kuning."
"Ya, Tuan, itu karena kami sebuah perusahaan jasa Layanan Pendamping."
"Ya. Saya ingin pendamping." Becker merasa ada yang salah.
"Tuan, Escortes Belen adalah perusahaan jasa yang menyediakan pendamping bagi
para pengusaha untuk acara makan siang dan malam. Karena itulah kami terdaftar
dalam buku telepon. Apa yang kami lakukan sesuai hukum. Apa yang Anda cari
adalah seorang pelacur." Kata itu meluncur dan mulutnya seolah sebuah penyakit
yang mematikan. "Tetapi saudaraku ...."
"Tuan, jika saudara Anda menghabiskan seharian sambil menciumi seorang gadis di
taman, maka gadis itu bukanlah salah seorang dan gadis kami. Kami mempunyai
peraturan yang keras tentang hubungan klien dan pen-
damping." "Tetapi
"Anda telah keliru. Kami hanya memiliki dua gadis berambut merah, Inmaculada dan
Rocio, dan keduanya tidak akan mengizinkan seorang pria pun untuk tidur bersama
mereka hanya karena uang. Hal itu disebut pelacuran dan dilarang di Spanyol.
Selamat malam, Tuan."
"Tetapi KLIK. Becker mengutuk pelan dan meletakkan gagang telepon ke tempatnya. Gagal tiga
kali. Dia yakin Clouchar- de telah mengatakan bahwa orang Jerman itu menyewa
gadis itu sepanjang akhir pekan.
BECKER MELANGKAH keluar dan bilik telepon di persimpangan Calle Salado dan
Auenida Asuncion. Walaupun lalu lintas padat, udara segar Sevilla yang berbau
jeruk mengelilingi Becker. Saat itu sudah senja - waktu yang paling romantis.
Becker teringat pada Susan. Kata-kata Strathmore merasuki pikirannya: Temukan
cincin itu. Dia mengempaskan dirinya di sebuah bangku dan memikirkan langkah
selanjutnya. Langkah apa"
*** 25 DI DALAM Clinica de Salud Publica, waktu berkunjung telah habis. Lampu-lampu
ruang olahraga telah dipadamkan. Pierre Cloucharde telah terlelap. Dia tidak
melihat sebuah sosok yang merunduk di atasnya. Sebuah jarum suntik curian
berkilat dalam kegelapan, kemudian masuk ke dalam tabung infus yang berada di
atas perge-langan tangannya. Tabung jarum suntik itu berisi 30 cc cairan
pembersih yang dicuri dari kereta dorong seorang pembersih ruangan. Dengan
tenaga yang besar, sebuah jempol yang kuat menekan pendorong tabung jarum itu ke
bawah dan membuat cairan kebiruan itu masuk ke dalam nadi pria tua itu.
Cloucharde hanya terbangun sesaat. Dia mungkin akan menjerit kesakitan jika
sebuahtangan yang kuat tidak mendekap mulutnya. Dia terbaring di atas dipannya
dan tertindih oleh beban yang berat. Cloucharde bisa merasakan panas bagai
kantong api merambat naik di dalam lengannya. Ada rasa sakit luar biasa yang
melaju ke bagian ketiak, dada, dan kemudian, seperti jutaan keping kaca yang
pecah, menghantam otaknya. Cloucharde menyaksikan kilatan cahaya yang
cemerlang ... dan kemudian tidak terasa apa-apa. Pengunjung itu melepaskan
cengkeramannya. Dalam kegelapan, dia berusaha melihat nama si pasien di papan
catatan, dan kemudian menyelinap keluar.
Di jalan, pria dengan kacamata berbingkai kawat itu meraih sebuah alat yang
melekat pada ikat pinggangnya. Benda persegi panjang itu kira kira sebesar kartu
kredit. Alat itu adalah sebuah prototipe komputer Monocle yang baru.
Dikembangkan oleh angkatan laut AS untuk membantu para teknisi merekam voltase
baterai di dalam ruangan sempit pada kapal selam, komputer miniatur itu
dilengkapi dengan sebuah modem seluler dan kemajuan terbaru di bidang
mikroteknologi. Tampilan visualnya adalah sebuah LCD tembus pandang yang muncul
pada lensa kiri kaca mata. Monoclemerupakan perwujudan dari sistem komputasi
generasi baru. Sang pengguna dapat melihat datanya sambil terus berinteraksi
dengan dunia sekitarnya. Walaupun begitu, kecanggihan Monocle ini bukanlah pada tampilannya yang kecil,
tetapi pada sistem pemasukan datanya. Seorang pengguna dapat memasukkan
informasi melalui alat-alat penghubung kecil yang disematkan pada ujung jari,
dengan cara menyentuh alat-alat penghubung itu secara berurutan sehingga
menyerupai penulisan ringkas stenografi di pengadilan. Komputer kemudian akan
menerjemahkan huruf-huruf itu ke dalam bahasa Inggris.
Pembunuh itu menekan sebuah tombol kecil, dan kacamatanya berkedip hidup. Dengan
tangan berada di samping, pria itu mulai saling menyentuhkan ujung-ujung jari
yang berbeda dengan cepat. Sebuah pesan muncul di hadapannya
SUBJEK: P. CLOUCHARDE - SUDAH DISINGKIRKAN.


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pembunuh itu tersenyum. Mengirimkan berita tentang pembunuhan adalah bagian dari
pekerjaannya. Tetapi mengikutsertakan nama korban ... itu adalah sesuatu yang
elegan bagi pria berkacamata dengan bingkai kawat ini. Jari-jarinya bergerak
lagi, dan modem selulernya teraktivasi.
PESAN TERKIRIM. *** 26 SAMBIL DUDUK di bangku yang ada di seberang klinik umum tersebut, Becker
memikirkan apa yang harus dilakukannya sekarang. Teleponnya ke biro-biro
pendamping tidak membuahkan hasil apa-apa. Sang komandan, yang merasa was-was
akan keamanan komunikasi lewat telepon umum, telah memintanya untuk tidak
menghubunginya sampai dia mendapatkan cincin itu. Becker berpikir untuk meminta
bantuan dari kantor polisi lokal - mungkin mereka mempunyai catatan tentang
seorang pelacur berambut merah - tetapi Strathmore telah dengan tegas melarangnya.
Kamu tidak kasa t mata. Tidak ada yang boieh tahu tentang keberadaan cincin ini.
Becker bertanya-tanya apakah dia perlu menjelajahi daerah lampu merah di Tria-na
untuk mencari wanita misterius itu. Atau mungkin dia perlu mencari tahu tentang
seorang pria Jerman gembrot di semua restoran. Tampaknya semua hanya buang-buang
waktu saja. Kata-kata Strathmore kembali terngiang-ngiang: Ini masafah keamanan nasional ...
kau harus menemukan cincin itu.
Sebuah suara di dalam benaknya memberitahukan bahwa dia telah melewatkan suatu
hal - suatu hal yang penting - tetapi dia tidak bisa mengingat hal apa itu. Saya
seorang pengajar, bukan agen rahasia. Dia mulai bertanya-tanya kenapa Strathmore
tidak mengirim seorang profesional saja.
Becker berdiri dan berjalan tanpa arah di sepanjang Calle Delicias, sambil terus
memikirkan pilihan-pilihannya. Trotoar yang terbuat dari bebatuan bulat berubah
menjadi kabur dalam pandangannya. Malam telah tiba.
Tetesan Embun. Ada suatu hal tentang nama konyol itu yang mengganggu pikirannya. Tetesan Embun.
Suara Senor Roldan yang cekatan dari Escotes Belen itu bagai sebuah lingkaran
tak terputus di dalam kepalanya. Kami hanya memiliki dua gadis berambut
merah .... Dua gadis berambut merah, Inmaculada dan Rocio ... Rocio ... Rocio
Becker mendadak berhenti. Tiba-tiba dirinya sadar. Dan aku menyebut diriku
seorang ahli bahasa" Dia tidak percaya telah melewatkan hal itu.
Rocio adalah salah satu nama yang populer untuk seorang gadis di Spanyol. Nama
itu mencerminkan segala hal yang baik bagi seorang gadis Katolik muda -
kemurnian, kesucian, dan kecantikan alamiah. Konotasi dari kemurnian yang
berakar dari makna harfiah nama itu sendiri- Tetesan Embun!
Suara pria tua Kanada itu terngiang di telinga Becker. Tetesan Embun. Rocio
telah menerjemahkan namanya ke dalam satu-satunya bahasa yang dimengerti oleh
dia dan kliennya - bahasa Inggris. Dengan bersemangat, Becker segera mencari
sebuah telepon umum. Dari seberang jalan, seorang pria dengan kacamata berbingkai kawat mengikuti
dari jarak yang aman. *** 27 DI ATAS lantai Crypto, bayangan-bayangan berubah menjadi lebih panjang dan
samar. Untuk mengimbangi hal tersebut, penerangan otomatis di bagian atas secara
berangsur bertambah terang. Susan masih berada di depan komputernya sambil
menunggu kabar dari pelacaknya. Ternyata hal itu memakan waktu lebih lama dari
yang diperkirakannya. Pikiran Susan mengembara ke mana-mana - rasa rindunya pada David dan keinginannya
untuk menyuruh Greg Hale pulang, walaupun Hale belum bergerak sama sekali.
Syukurla Hale diam sepanjang waktu karena tenggelam dalam apa pun yang
dilakukannya di komputernya.
Susan sama sekali tidak peduli dengan apa yang sedang dikerjakan Hale selama
pria itu tidak mengakses Run-Monitor. Yang jelas, Hale belum melakukannya. Waktu
enam belas jam pasti akan membuatnya menyalak keras. Susan menyesap cangkir teh
yang ketiga ketika akhirnya sesuatu terjadi - komputernya berbunyi sekali. Detak
nadinya terpacu. Sebuah lambang berbentuk amplop yang berkedip muncul di layar
untuk menandakan masuknya sebuah email. Dia segera melirik Hale. Pria itu benar-
benar tenggelam dalam pekerjaannya. Susan menahan napas dan mengklik lambing
amplop itu dua kali. "North Dakota," bisik Susan pada diri sendiri. "Coba kita lihat siapa dirimu
sebenarnya." Ketika email itu terbuka, muncul sebaris kalimat. Susan membacanya dan kemudian
membacanya lagi. MAKAN MALAM DI ALFREDO'S" JAM 8 MALAM"
Dari seberang ruangan, Hale menahan tawa kecil. Susan memeriksa kop surat dari
pesan itu. DARI: GHALE@CRVPTO.NSA.GOV
Susan marah, tetapi dia menahan diri. Dia menghapus pesan itu. "Sungguh dewasa,
Greg." "Carpaccio di sana enak /ho." Greg tersenyum. "Apa pendapatmu" Setelah itu kita
bisa-" "Lupakan." "Angkuh." Hale mendesah dan kembali menatap komputernya. Itu usahanya yang ke-89
untuk mendekati Susan Fletcher. Kriptografer wanita yang cemerlang itu acap kali
membuat Hale frustrasi. Dia sering membayangkan dirinya berhubungan seks dengan
Susan - menekannya ke permukaan TRANSLTR yang melengkung dan mencumbuinya di sana,
di atas permukaan ubin hitam yang hangat. Bagi Hale, hal yang lebih menyakitkan
adalah fakta bahwa Susan mencintai seorang pengajar di universitas dengan
penghasilan rendah. Sayang sekali jika Susan mengencerkan kolam gennya yang
hebat dengan menghasilkan keturunan bersama seorang kutu buku. Apalagi jika
Susan sebenarnya bisa mendapatkan Greg. Kami akan memiliki anak-anak yang
sempurna, pikir Greg Hale.
"Apa yang sedang kaukerjakan?" tanya Hale, mencoba pendekatan lain.
Susan tidak menjawab. "Kau benar-benar anggota tim yang baik. Kau yakin aku tidak boleh mengintip?"
Hale berdiri dan mulai bergerak memutari lingkaran komputer menuju ke arah
Susan. Susan berfirasat bahwa rasa ingin tahu Hale bisa berpotensi menimbulkan masalah.
Dia segera membuat keputusan kilat. "Ini sebuah tes diagnostik," katanya,
mengulang kebohongan sang komandan.
Hale berhenti di tempat. "Tes diagnostik?" Dia kedengarannya ragu-ragu. "Kau
menghabiskan hari Sabtu untuk sebuah tes diagnostik dan bukannya bermain dengan
si profesor?" "Namanya David."
"Terserah." Susan memelototinya. "Kau tidak punya hal lain yang lebih baik untuk
dikerjakan?" "Kau sedang berusaha menyingkirkan aku?" Hale cemberut.
"Sebenarnya, ya."
"Astaga, Sue. Aku sangat terluka."
Mata Susan Fletcher mengecil. Dia benci dipanggil Sue. Dia tidak punya masalah
dengan nama itu, tetapi Hale adalah satu-satunya yang pernah menggunakannya.
"Kenapa aku tidak membantumu saja?" Hale menawarkan diri. Tiba-tiba dia berputar
ke arah Susan lagi. "Aku hebat dalam tes diagnostik. Lagi pula, aku ingin
melihat tes diagnostic macam apa yang bisa membuat Susan Fletcher yang hebat itu
terpaksa bekerja pada hari Sabtu."
Susan merasakan adrenalin mengalir dalam tubuhnya. Dia melihat pelacak dalam
tampilan layarnya. Dia tahu, dia tidak boleh membiarkan Hale melihat program
pelacak itu - orang ini akan menanyakan banyak hal. "Aku bisa menanganinya, Greg,"
kata Susan. Tetapi Hale tetap bergerak maju. Ketika pria itu berputar menuju ke komputer
Susan, wanita itu tahu dirinya harus bertindak cepat. Hale hanya tinggal
beberapa yard ketika Susan bertindak. Dia berdiri di hadapan Hale yang menjulang
Ratu Tanpa Tapak 3 Wiro Sableng 003 Dendam Orang-orang Sakti Bukit Pemakan Manusia 3
^