Pencarian

Benteng Digital 3

Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown Bagian 3


untuk menghalangi jalan pria itu. Kolonye Hale menyengat tajam.
Susan menatap mata Hale. "Aku bilang tidak."
Hale menggelengkan kepalanya dan terlihat penasaran akan sikap Susan yang penuh
rahasia. Dengan sikap main-main, Hale melangkah maju. Greg Hale tidak siap untuk
apa yang akan terjadi. Dengan sikap tenang yang tak tergoyahkan, Susan menekan telunjuknya pada dada
Hale yang sekeras batu untuk menghentikan langkah pria tersebut.
Hale terhenti dan mundur dengan perasaan terkejut. Kelihatannya Susan Fletcher
bersungguh-sungguh. Susan belum pernah menyentuhnya sebelum ini. Sentuhan ini
tidak sama dengan yang diharapkan oleh Hale untuk kontak badan mereka yang
pertama, tetapi ini adalah sebuah permulaan. Dia menatap Susan dengan bingung
untuk waktu yang cukup lama dan secara perlahan kembali ke komputernya sendiri.
Saat dia duduk kembali, satu hal menjadi jelas baginya. Susan Fletcher yang
manis sedang mengerjakan sesuatu yang penting. Satu hal yang pasti, itu bukanlah
sebuah tes diagnostik. *** 28 SENOR ROLDAN sedang duduk di belakang mejanya di Escortes Belen sambil
memberikan selamat bagi dirinya sendiri karena telah mengelak dari usaha terbaru
Guardia yang payah untuk menjebaknya. Menyuruh seorang petugas menirukan sebuah
aksen dan meminta seorang gadis untuk semalam - ini adalah sebuah perangkap.
Apalagi yang akan mereka rencanakan setelah ini"
Pesawat telepon di atas mejanya berbunyi keras. Senor Roldan segera meraih
gagang telepon dengan penuh rasa percaya diri. "Buenas noches, Escortes Belen."
"Buenas noches," sebuah suara pria berbicara dalam bahasa Spanyol secepat kilat.
Suaranya sengau, seperti sedang sakit pilek. "Apakah ini hotel?"
"Bukan, Tuan. Nomor berapa yang Anda hubungi?" Senor Roldan tidak ingin jatuh ke
dalam perangkap lain malam ini.
"34-62-10," kata suara itu.
Roldan mengernyit. Suara ini kedengarannya tidak begitu asing. Dia mencoba
menebak daerah yang menggunakan aksen seperti itu - Burgos, mungkin" "Anda
menghubungi nomor yang benar," kata Roldan
dengan hati-hati, "tetapi ini layanan jasa pendamping."
Mereka terdiam sebentar. "Oh ... begitu. Maafkan saya. Seseorang menulis nomor
ini. Saya pikir ini nomor hotel. Saya datang berkunjung dan Burgos. Mohon maaf
sudah mengganggu Anda. Selamat mal - "
"Espere! Tunggu!" Senor Roldan tidak bisa menahan diri. Dia penjual sejati.
Apakah ini semacam rujukan" Seorang klien baru dan daerah utara. Dia tidak akan
membiarkan ketakutan kecil menggagalkan sebuah penjualan yang potensial.
"Sahabatku," tegas Roldan di telepon, "rasanya saya mengenali sedikit aksen
Burgos dan bicara Anda. Saya sendiri berasal dan Valencia. Apa yang membuat Anda
datang ke Seuilla?" "Saya menjual perhiasan. Mutiara-mutiara Marjonca."
"Marjonca, benarkah! Anda pasti sering berpergian."
Suara itu terbatuk parah. "Ya, memang betul."
"Sedang bisnis di Seuilla?" desak Roldan. Tidak mungkin pria ini seorang
Guardia. Dia pelanggan kelas kakap. "Coba saya tebak - seorang teman telah
memberikan nomor kami pada Anda" Dia menyarankan agar Anda menghubungi kami"
Apakah saya benar?" Suara itu kedengarannya malu. "Eh, tidak juga. Tidak seperti itu."
"Jangan malu, Senor. Kami ini layanan jasa pendamping. Tidak perlu merasa malu.
Gadis-gadis manis, kencan untuk makan malam, hanya itu saja. Siapa yang
memberikan nomor kami pada Anda" Mungkin dia langganan kami. Saya bias
memberikan harga khusus untuk Anda."
Suara itu menjadi bingung. "Ah ... sebenarnya tidak ada yang memberikan nomor
ini pada saya. Saya menemukannya bersama sebuah paspor. Saya sedang berusaha
mencari pemiliknya."
Semangat Roldan menciut. Pria ini ternyata bukan seorang pelanggan. "Kata Anda
tadi Anda menemukan nomor ini?"
"Ya. Saya menemukan paspor seorang pria di taman hari ini. Nomor Anda tertera
pada secarik kertas di dalamnya. Saya pikir ini nomor hotel tempatnya menginap.
Saya bermaksud mengembalikan paspor ini kepadanya. Sudahlah, ini kesalahan saya.
Saya akan menitipkannya di kantor polisi pada saat saya mening-"
"Perdon," sela Roldan dengan gugup. "Bisakah saya menyarankan usul yang lebih
baik?" Roldan bangga dengan kewaspadaannya. Kunjungan ke Guardia akan membuat
para langganannya menjadi mantan langganan. "Pertimbangkan hal ini," Roldan
menawarkan. "Karena pria tersebut memiliki nomor kami, bisa jadi dia salah
seorang klien kami. Saya bisa membantu Anda agar tidak perlu repot-repot ke
kantor polisi." Suara itu ragu-ragu. "Saya tidak tahu. Mungkin sebaiknya saya-"
"Jangan terburu-buru, Kawan. Saya malu untuk mengakui kalau polisi di Sevilla
tidak selalu secekatan polisi - polisi di daerah utara. Akan makan waktu berhari-
hari sebelum paspor ini kembali ke pemiliknya. Jika Anda memberi tahu saya
namanya, saya akan memastikan dia mendapatkan kembali paspornya sesegera
mungkin." "Vah, baiklah ... saya rasa tidak ada salahnya Terdengar suara gesekan kertas,
lalu suara itu kembali. "Ini sebuah nama Jerman. Saya tidak bias
mengucapkannya ... Gusta ... Gustafson?"
Roldan tidak mengenali nama itu, tetapi dia memiliki klien dan seluruh dunia.
Mereka tidak pernah meninggalkan nama mereka yang sebenarnya. "Tampangnya
seperti apa - di foto" Mungkin saya bisa mengenalinya."
"Yah .../'jawab suara itu. "Wajahnya sangat, sangat gemuk."
Roldan segera tahu. Dia ingat betul wajah gembrot itu. Dia adalah pria yang
bersama Rocio. Aneh, pikir Roldan, mendapat dua telepon tentang si Jerman itu
dalam semalam. "Mr. Gustafson?" Roldan memaksakan sebuah tawa. "Tentu saja! Saya mengenalnya
dengan baik. Jika Anda mengantarkan paspor itu kemari, saya akan memastikan dia
mendapatkannya kembali."
"Saya sedang ada di pusat kota dan saya tidak mempunyai mobil," sela suara itu.
"Mungkin Anda bisa dating kemari?"
"Sebenarnya," potong Roldan, "saya tidak bisa meninggalkan telepon. Tetapi
jaraknya tidak terlalu jauh, jika-"
"Maaf, tetapi ini sudah terlalu larut untuk berkeliaran di luar. Ada sebuah
kantor Guardia di dekat sini. Saya akan meninggalkan paspor ini di sana, dan
jika Anda bertemu dengan Mr. Gustafson, Anda dapat memberitahukan di mana
paspornya." "Jangan, tunggu!" seru Roldan. "Tidak perlu melibatkan polisi. Anda tadi bilang
di pusat kota, bukan" Anda tahu Hotel Alfonso XIII. Hotel itu adalah salah satu
yang terbaik di kota ini."
"Ya," kata suara itu. "Saya tahu Alfonso XIII. Cukup dekat."
"Bagus! Mr. Gustafson adalah tamu di sana malam ini. Mungkin dia sedang berada
di sana sekarang." Suara itu ragu-ragu. "Oh begitu. Baiklah ... saya rasa itu bukan masalah."
"Bagus sekali! Pasti dia sedang makan malam dengan seorang gadis pendamping kami
di restoran hotel." Roldan tahu mereka mungkin sekarang berada di tempat tidur.
Tetapi Roldan harus berhati-hati agar tidak menyinggung perasaan si penelepon.
"Tinggalkan saja paspor itu pada petugas hotel, namanya Manuel. Katakan padanya
bahwa saya yang mengutus Anda. Suruh dia memberikan paspor itu pada Rocio. Rocio
adalah teman kencan Mr. Gustafson malam ini. Dia akan memastikan paspor itu
dikembalikan. Anda mungkin ingin menyelipkan nama dan alamat Anda di dalamnya -
mungkin Mr. Gustafson akan mengirimkan sedikit tanda terima kasih."
"Usul yang bagus. Alfonso XIII. Baiklah, saya akan mengantarkannya ke sana
sekarang. Terima kasih atas bantuan Anda."
DAVID BECKER menutup telepon itu. "Alfonso XIII." Dia terkekeh. "Hanya perlu
tahu bagaimana menanyakannya."
Beberapa saat kemudian, sesosok bisu mengikuti Becker di sepanjang Calle Dehcias
dalam malam Andalusia yang temaram.
*** 29 SUSAN, YANG masih kesal akan pertemuannya dengan Hale, menatap keluar melalui
kaca satu arah Node 3. Lantai Crypto tampak kosong. Hale sudah terdiam lagi
karena mendongkol. Susan berharap Hale akan segera pergi.
Susan bertanya-tanya apakah perlu menghubungi Strathmore. Sang komandan akan
mengusir Hale - lagi pula, ini hari Sabtu. Walaupun begitu, Susan sadar bahwa jika
Hale diusir, pria tersebut akan segera curiga. Begitu keluar, dia akan memanggil
para kriptografer lain untuk menanyakan apa yang sedang terjadi. Susan
memutuskan lebih baik membiarkannya di sana. Pria itu akan pergi sendiri.
Sebuah alogaritma yang tidak bisa dipecahkan. Susan mendesah. Pikirannya kembali
pada Benteng Digital. Dirinya masih tak percaya kalau alogaritma seperti itu
dapat dibuat - tetapi, buktinya ada di depan mata. Tampaknya TRANSLTR tidak
berdaya dibuatnya. Susan memikirkan Strathmore yang dengan tangguh memikul beban berat ini di
pundaknya. Strathmore melaksanakan segala hal yang harus dilakukan dan tetap
tenang menghadapi semua ini.
Kadang-kadang Susan menemukan David dalam diri Strathmore. Mereka memiliki
banyak kelebihan yang sama - kegigihan, pengabdian, dan kecerdasan. Terkadang
Susan merasa Strathmore akan kehilangan arah tanpa dirinya. Kemurnian cintanya
akan kriptografi adalah sebuah nadi kehidupan bagi Strathmore, karena itu
menyelamatkan sang komandan dari lautan politik yang bergolak dan
mengingatkannya kembali akan masa mudanya dulu sebagai pemecah kode.
Susan juga bergantung pada Strathmore sebagai tempatnya berteduh di dalam dunia
yang penuh dengan orang-orang yang haus kekuasaan. Strathmore membangun
kariernya, melindunginya, dan, sebagaimana sering dijadikan bahan canda, juga
mewujudkan mimpi-mimpinya. Memang ada benarnya, pikir Susan. Mungkin secara
kebetulan sang komandan adalah orang yang telah membuat David Becker datang ke
NSA pada sore yang bersejarah itu. Pikiran Susan kembali bergulirpada David, dan
matanya secara naluriah beralih ke sebuah papan di dekat keyboard-nya. Ada
selembar faksimili tertempel di sana.
Faksimili itu sudah berada di sana selama tujuh bulan. Itu adalah satu-satunya
sandi yang belum dia pecahkan. Sandi itu dari David. Susan membaca sandi itu
untuk kelima ratus kalinya.
PLEASE ACCEPT THIS FAX MY LOVE FOR YOU 1S W1THOUT WAX. (TOLONG TERIMA FAKSIMILI
INI CINTAKU UNTUKMU TANPA LILIN.)
David mengirimkannya setelah terjadi sebuah percekcokan kecil. Susan memohon
selama berbulan-bulan agar diberi tahu artinya, tetapi David menolak. Without
wax, tanpa lilin. Itu adalah balasan dari David. Susan telah mengajari David
cukup banyak hal tentang penulisan sandi dan membuat kekasihnya itu cukup mahir.
Susan menulis semua pesannya dalam kode dengan pola sandi yang sederhana: daftar
belanja, pesanpesan mesra - semuanya berbentuk sandi. Ini merupakan permainan dan
David telah menjadi seorang kriptografer yang cukup andal. Kemudian pria ini
memutuskan untuk membalasnya. Dia mulai mengakhiri semua suratnya dengan
"Without wax, David" ("Tanpa lilin, David"). Susan menyimpan sekitar dua lusin
pesan dari David. Semuanya diakhiri dengan cara yang sama. Without wax.
Susan memohon agar diberi tahu makna tersembunyi dari frase itu, tetapi David
tidak mau membuka mulut. Jika ditanya, dia hanya tersenyum dan berkata, "Kau kan
seorang pemecah sandi."
Kriptografer kepala NSA itu telah mencoba segalanya - substitusi, kotak sandi,
bahkan anagram. Dia telah memasukkan kata-kata "without wax" ke dalam
komputernya dan mengubah susunan hurufnya menjadi frase-frase baru. Hasil yang
dia dapatkan adalah TAXI HUT WOW. Kelihatannya, bukan hanya Ensei Tankado yang
dapat menulis kode yang tidak terpecahkan.
Pikiran Susan terputus oleh suara desis dari pintu yang terbuka. Strathmore
melangkah masuk. "Susan, sudah ada kabar?" Strathmore melihat Greg Hale dan langsung berhenti.
"Wah, selamat malam, Mr. Hale." Strathmore mengernyit dan matanya mengecil.
"Pada hari Sabtu pula. Ada apa gerangan sampai kita mendapat penghormatan
seperti ini?" Hale tersenyum polos. "Hanya untuk memastikan saya telah menjalankan kewajiban
saya." "Oh, begitu." Strathmore menggumam sambil mempertimbangkan langkah selanjutnya.
Setelah sesaat, dia memutuskan untuk tidak mengusik Hale. Dengan santai dia
berbalik kepada Susan. "Ms. Fletcher, bisakah saya berbicara dengan Anda
sebentar" Di iuar?"
Susan ragu-ragu. "Eh ... ya, Pak." Dia menatap monitornya dengan was-was dan
kemudian ke arah Greg Hale di seberang ruangan. "Tunggu sebentar."
Dengan beberapa ketikan cepat pada tuts keyboard, Susan mengaktifkan program
penguncian layar, Screen-Lock. Program itu adalah sebuah alat pengaman. Setiap
komputer di Node 3 dilengkapi dengan program ini. Karena terminal komputer
menyala terus sepanjang waktu, ScreenLock memungkinkan para kriptografer
meninggalkan pos mereka tanpa rasa takut ada yang akan mengutik-ngutik dokumen
mereka. Susan memasukkan kode privasi sepanjang lima karakter dan layarnya
berubah menjadi hitam. Layar itu akan tetap seperti itu sampai dia kembali dan
mengetikkan kelima karakter itu dengan urutan yang sesuai.
Kemudian Susan memakai sepatunya dan mengikuti sang komandan keluar.
"APA YANG dilakukan dia di sini?" tanya Strathmore begitu mereka berada di luar
Node 3. "Seperti biasanya," jawab Susan. "Tidak melakukan apaapa."
Strathmore tampak khawatir. "Dia menyebut-nyebut soal TRANSLTR?"
"Tidak. Tetapi jika dia mengakses Run-Monitor dan melihat tampilannya yang
menunjukkan waktu tujuh belas jam, dia pasti akan mengatakan sesuatu."
Strathmore mempertimbangkan hal itu. "Tidak ada alas an baginya untuk
mengaksesnya." Susan melirik sang komandan. "Anda ingin menyuruhnya pulang?"
"Tidak. Kita biarkan saja." Strathmore melongok ke dalam kantor Sys-Sec. "Apakah
Chartrukian telah pulang?"
"Saya tidak tahu. Saya belum melihatnya lagi."
"Oh, Tuhan." Strathmore mengerang. "Ini sebuah sirkus." Strathmore meraba
janggut pendeknya yang mulai tumbuh dalam waktu 36 jam terakhir. "Ada kabar dari
pelacak" Aku merasa hanya duduk bengong di atas."
"Belum. Ada berita dari David?"
Strathmore menggelengkan kepalanya. "Aku memintanya untuk tidak menghubungiku
sampai dia mendapatkan cincin itu."
Susan kelihatan terkejut. "Kenapa jangan" Bagaimana jika dia membutuhkan
bantuan?" Strathmore mengangkat bahunya. "Aku tidak bisa membantunya dari sini - dia
berjuang sendiri. Lagi pula, aku memilih untuk tidak berbicara pada sambungan
yang tidak aman, untuk berjaga-jaga jika ada yang mencuri dengar."
Mata Susan membesar karena khawatir. "Apa maksudnya itu?"
Strathmore segera merasa bersalah. Dia tersenyum pada Susan untuk membesarkan
hatinya. "David baik-baik saja. Aku hanya berhati-hati."
TIGA PULUH kaki dari pembicaraan mereka, tersembunyi
di balik kaca satu arah Node 3, Greg Hale berdiri di depan komputer Susan.
Layarnya hitam. Hale melihat keluar ke arah sang komandan dan Susan. Kemudian
dia meraih dompetnya, mengeluarkan sebuah kartu petunjuk kecil dan membacanya.
Setelah memeriksa ulang bahwa sang komandan dan Susan masih berbicara, Hale
dengan hati-hati mengetik lima karakter pada komputer Susan. Satu detik
kemudian, monitornya kembali menyala.
"Bingo." Hale terkekeh.
Mencuri kode-kode privasi Node 3 tidaklah rumit. Di dalam Node 3, semua komputer
memiliki keyboard identik yang dapat dilepas. Hale membawa pulang keyboard
miliknya pada suatu malam dan memasang sebuah cip yang dapat merekam setiap
ketukan tuts pada keyboard. Kemudian dia datang lebih awal, menukar keyboard-nya
dengan yang lain, lalu menunggu. Sore harinya, dia menukar kembali keyboardnya
dan melihat semua data yang terekam di dalam cip itu. Walaupun ada ribuan
ketukan tuts untuk diperiksa, menemukan kode akses adalah hal yang sederhana.
Hal pertama yang dilakukan oleh para kriptografer setiap pagi adalah mengetikkan
kode privasi untuk membuka komputer mereka. Ini, tentunya, membuat usaha Hale
menjadi mudah karena kode privasi selalu merupakan lima karakter pertama yang
muncul di daftar. Ini ironis, pikir Hale sambil melihat ke dalam monitor Susan. Dia mencuri kode-
kode privasi hanya karena iseng. Sekarang dia senang telah melakukan itu.
Program pada layer Susan kelihatannya penting.
Hale memikirkannya sejenak. Program itu ditulis dalam LIMBO - bukan salah satu
keahlian Hale. Walaupun begitu, hanya dengan melihatnya, Hale bisa mengatakan
satu hal dengan pasti - ini bukan tes diagnostik. Dia hanya memahami dua kata.
Tapi dua kata itu sudah cukup.
PELACAK MENCARI ... "Pelacak?" ucap Hale lantang. "Mencari apa?" Tiba-tiba Hale merasa gelisah. Dia
duduk sebentar sambil mempelajari layar Susan. Kemudian dia membuat keputusan.


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hale cukup mengerti bahasa pemrograman LIMBO untuk mengetahui bahwa bahasa itu
banyak meniru dua jenis bahasa lainnya - C dan Pascal - keduanya dikuasai Hale
dengan baik. Setelah mendongak untuk memastikan bahwa Strathmore dan Susan masih
berbicara di luar, Hale berimprovisasi. Dia memasukkan beberapa perintah yang
dimodifikasi dalam bahasa Pascal dan menekan ENTER. Tampilan status pelacak
merespons persis seperti yang diharapkannya.
PELACAK DIGUGURKAN" Dengan cepat Hale mengetik: YA
APAKAH ANDA YAKIN" Kembali Hale mengetik: YA
Setelah beberapa saat, komputer itu berbunyi bip.
PELACAK DIGUGURKAN. Hale tersenyum. Komputer itu baru saja mengirimkan pesan kepada pelacak Susan
untuk menghancurkan dirinya lebih dini. Apa pun yang perempuan itu cari akan
harus menunggu. Berhati-hati agar tidak meninggalkan jejak, Hale dengan ahlinya mencari catatan
kegiatan sistem komputer dan menghapus semua perintah yang baru saja diketiknya.
Kemudian dia memasukkan kembali kode privasi Susan.
Monitor itu menjadi hitam.
Ketika Susan Fletcher kembali ke Node 3, Greg Hale sedang duduk dengan tenang di
depan komputernya. *** 30 ALFONSO XIII adalah sebuah hotel kecil berbintang empat di luar Puerta de Jerez
dan dikelilingi oleh pagar besi tempa yang kuat serta bunga-bunga lila. Becker
menaiki anak tangga marmer hotel itu. Ketika dia mencapai pintu, daun pintunya
itu terbuka secara ajaib dan seorang pelayan hotel menggiringnya masuk.
"Bawaan Anda, Senor" Bisa saya bantu?"
"Tidak, terima kasih. Saya ingin bertemu dengan petugas hotel."
Pelayan itu kelihatan tersinggung. Seolaholah sesuatu dalam pertemuan dua detik
itu tidak memuaskan. "Por aqui, senor." Dia membawa Becker ke lobi, menunjuk
kepada seorang petugas hotel, dan segera pergi.
Lobi itu sangat indah. Kecil dan tertata dengan elegan. Era keemasan Spanyol
telah lama berlalu, tetapi untuk sesaat di sekitar tahun 1600-an, negara kecil
ini sempat menguasai dunia. Ruangan kecil ini dengan bangga dapat mengingatkan
orang pada zaman itu - baju-baju zirah, lempengan-lempengan khas militer yang
berukir, dan sebuah kotak pajangan berisi batangan ernas dan Dunia Baru (daerah
jajahan Spanyol di Amerika Utara dan Selatan).
Di belakang meja dengan tanda CONSEPJE berdiri seorang pria berdandan rapi yang
tersenyum begitu lebar seolaholah dia mengabdikan seluruh hidupnya untuk
melayani. "En que puedo seruirle, senor" Bagaimana saya dapat membantu Anda?"
Dia berbicara dengan sedikit telor dan memandang Becker dan ujung kepala sampai
ujung kaki. Becker menjawab dalam bahasa Spanyol. "Saya perlu berbicara dengan Manuel."
Wajah pria yang berwarna cokelat itu tersenyum semakin lebar. "Si, si, senor.
Saya Manuel. Apa yang Anda butuhkan?"
"Senor Roldan dan Escortes Belen memberitahuku bahwa Anda akan - "
Petugas itu memberi Becker tanda untuk diam dengan lambaian tangannya dan
melihat dengan gugup ke arah lobi. "Bisakah Anda berdiri di sebelah sini?" Dia
menggiring Becker ke ujung meja itu. "Sekarang," lanjutnya dengan hamper
berbisik, "apa yang bisa saya bantu?"
Becker mulai lagi sambil merendahkan suaranya. "Saya perlu berbicara dengan
salah seorang gadis pendampingnya yang saya rasa sedang makan malam di sini.
Namanya Rocio." Petugas itu mengembuskan napasnya seolah-olah merasa sangat senang. "Aaah, Rocio
- makhluk yang indah."
"Saya perlu menemuinya segera."
"Tetapi, Senor, dia sedang bersama seorang klien."
Becker mengangguk dengan penuh rasa sesal. "Ini penting." Masalah keamanan
nasional. Petugas itu menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin. Mungkin jika Anda
meninggalkan sebuah-"
"Hanya sebentar saja. Apakah dia berada di ruang makan?"
Petugas itu menggeleng lagi. "Ruang makan kami tutup setengah jam yang lalu.
Saya khawatir Rocio dan tamunya telah pergi beristirahat. Jika Anda ingin
meninggalkan sebuah pesan, saya bisa menyampaikan kepadanya besok." Dia menunjuk
ke arah kotak-kotak pesan di belakangnya.
"Mungkin saya bisa menelepon ke kamarnya dan-"
"Maaf," kata petugas itu, sikap sopannya menguap. "Alfonso XIII memiliki
peraturan yang keras tentang privasi para tamunya."
Becker tidak berniat menunggu selama sepuluh jam sampai seorang pria gemuk dan
seorang pelacur turun sarapan.
"Saya mengerti," kata Becker. "Maaf, saya telah mengganggu Anda." Becker berbahk
dan berjalan kembali ke arah lobi. Dia melangkah ke arah meja tulis yang bisa
dibuka dan ditutup secara menggulung yang sempat dilihatnya pada saat masuk. Di
sana terdapat persediaan kartu pos Alfonso XIII dalam jumlah banyak dan juga
peralatan tulis, termasuk pen dan amplop. Becker memasukkan selembar kertas
kosong ke dalam sebuah amplop. Dia menyegelnya dan menuliskan satu kata di
atasnya. ROCIO. Kemudian dia kembali ke petugas tadi. "Maaf, saya merepotkan Anda lagi," kata
Becker sambil mendekat dengan malu-malu. "Saya sedang bertingkah
sedikit tolol, saya sadar itu. Saya berharap dapat memberi tahu Rocio secara
pribadi betapa saya sangat menikmati saat-saat berdua dengannya kemarin. Tetapi
saya harus meninggalkan kota malam ini. Mungkin lebih baik saya meninggalkan
sebuah surat untuknya." Becker meletakkan surat itu di atas meja.
Petugas itu menatap amplop tersebut dan tertawa kecil dengan sedih pada dirinya
sendiri. Seorang heteroseksual yang mabuk cinta, pikirnya. Sungguh sia-sia. Dia
mendongak dan tersenyum. "Tentu saja. Mr. ...?"
"Buisan," kata Becker. "Miguel Buisan."
"Tentu saja. Saya akan memastikan Rocio menerimanya besok."
"Terima kasih." Becker tersenyum dan beranjak pergi.
Petugas itu, setelah dengan diam-diam memerhatikan bagian belakang Becker,
mengambil amplop itu dan meja dan berbahk ke arah kumpulan kotak-kotak bernomor
pada dinding di belakangnya. Pada saat dia menyelipkan amplop
itu pada salah satu kotak, Becker berbahk dengan satu pertanyaan terakhir.
"Di mana saya bisa mendapatkan taksi?"
Petugas itu berbahk dan dinding dan menjawab. Tetapi Becker tidak mendengar
jawabannya. Waktunya sangat tepat. Tangan petugas itu baru saja keluar dan
sebuah kotak bertanda KAMAR 301.
Becker mengucapkan terima kasih dan dengan lambat menjauh untuk mencari lift.
Masuk dan keluar, ulangnya pada dirinya sendiri.
*** 31 SUSAN KEMBALI ke dalam Node 3. Percakapannya dengan Strathmore telah mem-batnya
semakin cemas tentang keselamatan David. Imajinasinya bertambah liar.
"Jadi," Hale melongok dari tempatnya. "Apa yang diinginkan Strathmore" Satu
malam yang romantis bersama kriptografer kepalanya?"
Susan tidak memedulikan komentar itu dan kembali duduk di tempatnya. Dia
mengetik kode privasinya dan layarnya kembali menyala. Program pelacak muncul di
tampilan tetapi belum menampakkan informasi apa pun dari North Dakota.
Sial, pikir Susan. Kenapa begitu lama"
"Kau kelihatannya kesal," kata Hale dengan polos. "Ada masalah dengan tes
diagnostikmu?" "Tidak ada yang serius," jawab Susan. Tetapi Susan tidak yakin. Pelacaknya telah
melewati batas waktunya. Dia bertanya-tanya apakah dia telah membuat kesalahan
pada saat menulisnya. Dia mulai memeriksa kalimat-kalimat program LIMBO yang
panjang pada layarnya, memeriksa segala sesuatu yang mungkin menghambat proses kerjanya.
Hale memerhatikan Susan dengan rasa puas. "Hei, aku bermaksud menanyakan
padamu," katanya. "Apa penda-patmu tentang alogaritma tak terpecahkan yang kata
Ensei Tankado sedang ditulisnya?"
Perut Susan bergolak. Dia menatap Hale. "Alogaritma tak terpecahkan?" Susan
menenangkan dirinya. "Oh, ya ... aku rasa aku pernah membaca soal itu."
"Pernyataan yang menakjubkan."
"Ya," jawab Susan sambil bertanya-tanya kenapa tibatiba Hale membicarakan
masalah itu. "Tapi aku tidak mengerti. Setiap orang tahu bahwa sebuah alogaritma
yang tidak bias dipecahkan adalah sebuah kemustahilan matematis."
Hale tersenyum. "Oh, ya ... Prinsip Bergofsky."
"Dan akal sehat," ujar Susan dengan tajam.
"Siapa tahu Hale mendesah dengan dramatis. "Ada lebih banyak hal di langit dan
di bumi daripada yang dapat diimpikan dalam filosofimu."
"Maaf?" "Shakespeare," kata Hale. "Hamlet."
"Banyak membaca sewaktu di penjara?"
Hale terkekeh. "Serius, Susan, pernahkah kau berpikir bahwa hal itu mungkin,
bahwa mungkin Tankado telah menulis sebuah alogaritma yang tidak bisa
dipecahkan?" Percakapan itu membuat Susan tidak nyaman. "Yah, kita tidak bisa melakukannya."
"Mungkin Tankado lebih hebat daripada kita."
"Mungkin." Susan mengangkat bahu, berpura-pura tidak peduli.
"Kami pernah berkorespondensi untuk beberapa waktu," kata Hale dengan santai.
"Tankado dan aku. Kau tahu itu?"
Susan menengadah sambil berusaha menyembunyikan rasa kagetnya. "Masa?"
"Ya. Setelah aku menyingkap alogaritma Skipjack, Tankado menyuratiku - katanya
kami bersaudara dalam perang global membela privasi digital."
Susan hampir tidak bisa menahan rasa tidak percayanya. Hale mengenal Tankado
secara pribadi! Dia berusaha sekuat mungkin agar tampak tidak tertarik.
Hale melanjutkan. "Tankado memberiku ucapan selamat karena telah membuktikan
celah yang ada pada Skipjack - dia menyebutnya sebagai sebuah pengambilalihan hak
privasi sipil di seluruh dunia. Kau harus mengakuinya, Susan, celah pada
Skipjack adalah sebuah permainan yang kotor. Membaca email seluruh orang di
dunia" Menurutku, Strathmore pantas ditangkap."
"Greg," sentak Susan sambil berusaha menahan ama-nrah, "celah itu dimaksudkan
agar NSA dapat menguraikan semua email yang mungkin mengancam keselamatan negara
ini." "Oh, benarkah?" Hale mendesah dengan polos. "Dan memata-matai warga sipil hanya
merupakan sebuah produk sampingan yang menguntungkan?"
"Kita tidak memata-matai warga sipil. Kau tahu itu. FBI bisa menyadap telepon,
tetapi itu tidak berarti mereka mendengar setiap percakapan yang ada."
"Jika mereka memiliki cukup tenaga, mereka akan melakukannya."
Susan tidak memedulikan ucapan Hale. "Pemerintah harus memiliki hak-hak untuk
mengumpulkan semua informasi yang bisa mengancam kepentingan umum."
"Oh, Tuhan" - Hale mendesah-"sepertinya kau sudah dicuci-otak oleh Strathmore. Kau
tahu dengan baik bahwa FBI tidak bisa menguping kapan pun mereka mau - mereka
harus mendapatkan surat izin dulu. Dengan standar pembuatan sandi yang bercelah
berarti NSA dapat menguping siapa pun, kapan pun, di mana pun."
"Kau benar - kita memang seharusnya bisa melakukan hal tersebut!" Suara Susan
tiba-tiba menjadi keras. "Jika kau tidak menyingkap celah pada Skipjack, kita
pasti memiliki akses ke setiap kode yang hendak kita pecahkan, tidak hanya yang
bisa ditangani TRANSLTR saja."
"Jika aku tidak menemukan celah itu," debat Hale, "seseorang pasti akan
melakukannya. Aku menyelamatkan kalian dengan cara menyingkapnya. Bisa
kaubayangkan akibatnya jika Skipjack sudah beredar ketika berita itu tersiar?"
"Biar bagaimanapun," balas Susan, "sekarang kita memiliki EFF yang ketakutan dan
berpikir kita menambahkan celah pada semua alogaritma kita!"
Hale bertanya dengan pongah, "Bukannya memang begitu?"
Susan menatap Hale dengan dingin.
"Hei," kata Hale, tidak ingin membuat masalah lebih lanjut, "bagaimanapun juga,
sekarang masalah ini tidak perlu diperdebatkan. Kalian membuat TRANSLTR. Kalian
mendapatkan sumber informasi yang instan. Kalian dapat membaca apa pun dan kapan
pun - tidak ada pertanyaan yang diajukan. Kalian menang."
"Kau tidak bermaksud mengatakan bahwa kita yang menang" Terakhir kudengar kau
bekerja di NSA." "Tidak akan lama," celoteh Hale.
"Jangan mengobral janji."
"Aku serius. Suatu hari nanti aku akan keluar dan tempat ini."
"Aku akan merasa hancur."
Pada saat itu juga, Susan merasa sangat ingin mengutuk Hale atas segala
kesalahan yang terjadi. Dia ingin mengutuk Hale karena Benteng Digital, karena
permasalahan dirinya dengan David, karena dirinya tidak berada di Smoky
Mountains sekarang - tetapi tidak satu pun dan hal-hal itu yang merupakan
kesalahan Hale. Satu-satunya kesalahan Hale adalah bahwa dia menjengkelkan.
Susan harus berjiwa lebih besar. Tanggung jawabnya sebagai kriptografer kepala
adalah untuk menjaga kedamaian dan untuk mendidik. Hale masih muda dan lugu.
Susan menatap Hale. Ini benar-benar membuat frustrasi, pikirnya. Hale berbakat
untuk menjadi aset di Crypto, tetapi dia tetap saja tidak mengerti apa yang
telah dilakukan NSA. "Greg," kata Susan dengan suara tenang dan terkendali. "Hari ini aku mendapat
banyak tekanan. Aku menjadi kesal karena kau berbicara tentang NSA seolah kita
adalah sekumpulan tukang intip dengan teknologi canggih. Organisasi ini dibangun
untuk satu tujuan - menjaga keamanan Negara ni. Hal itu termasuk mengguncang
beberapa pohon dan engawasi beberapa apel busuk dan waktu ke waktu. Aku rasa,
kebanyakan warga sipil akan dengan rela mengorbankan privasi mereka agar bisa
yakin bahwa para penjahat tidak bisa bergerak tanpa diawasi."
Hale tidak mengatakan apa-apa.
"Cepat atau lambat," kata Susan, "orang-orang di negara ini harus yakin pada
sesuatu. Ada banyak orang baik di luar sana - tetapi ada banyak juga orang jahat.
Seseorang harus memiliki akses atas semua itu dan memisahkan yang baik dan yang
buruk. Itulah tugas kita. Suka atau tidak, hanya ada sebuah batas rapuh yang
memisahkan demokrasi dan anarki. NSA-lah yang mengawasi batas itu."
Hale mengangguk dengan sungguh. "Quis custodiet ipsos custodes?"
Susan kelihatan bingung. "Itu bahasa Latin," kata Hale. "Dan Satir Juvenal. Artinya 'Siapa yang akan
mengawasi sang pengawas"'"
"Aku tidak mengerti," kata Susan. '"Siapa yang akan mengawasi sang pengawas"'"
"Ya. Jika kita pengawas masyarakat, lalu siapa yang mengawasi kita dan menjamin
bahwa kita tidak berbahaya?"
Susan mengangguk, tidak yakin bagaimana harus menjawab.
Hale tersenyum. "Itu adalah cara Tankado menandatangani semua suratnya untukku.
Itu peribahasa favoritnya."
*** 32 DAVID BECKER berdiri di lorong di luar kamar 301. Dia tahu bahwa di suatu tempat
di balik pintu berhiaskan ukiran ini terdapat cincin itu. Masalah keamanan
nasional. Becker dapat mendengar gerakan di dalam kamar tersebut. Percakapan lirih. Sebuah
suara dengan aksen Jerman yang kental berseru.
"Ja?" Becker tetap diam. Pintu itu berderak terbuka dan sebuah wajah Jerman yang bundar dan gemuk
menatapnya. Becker tersenyum sopan. Dia tidak tahu nama pria ini. "Deutscher, ja?" tanyanya.
"Orang Jerman, kan?"
Pria itu kelihatan gelisah. "Was wollen Sie" Apa yang Anda inginkan?"
Becker sadar seharusnya dia berlatih dulu sebelum dengan lancang mengetuk pintu
seorang asing. Dia mencari kata-kata yang pas. "Anda memiliki sesuatu yang saya
butuhkan." Tampaknya ini bukanlah kata-kata yang tepat karena mata si Jerman mengecil.
"Ein nng," kata Becker. "Du hast einen Ring. Anda memiliki sebuah cincin."
"Pergi," geram orang Jerman itu dan mulai menutup pintu. Tanpa berpikir, Becker
menyelipkan kakinya di celah pintu dan menahan agar pintu itu tetap terbuka.
Becker segera menyesali tindakannya.
Mata si Jerman membelalak. "Was tust du?" tanyanya. "Apa yang kaulakukan?"
Becker sadar bahwa dirinya terpojok. Dia melongok dengan gugup ke arah lorong.
Dia telah diusir dan klinik. Dia tidak ingin hal yang sama terulang lagi.
"Nirnrn deinen Fu" weg !" teriak si Jerman. "Keluarkan kakimu!"
Becker memeriksa apakah ada cincin pada jan-jan yang gemuk-pendek itu. Tidak
ada. Aku sudah begitu dekat, pikirnya. "Ein Ring !" ulang Becker saat pintu
terbanting menutup. DAVID BECKER berdiri lama di lorong yang ditata apik itu. Sebuah tiruan kafya
Salvador Dah tergantung di dekatnya. "Pas," erang Becker. Surealisme. Aku
terperangkap dalam sebuah mimpi yang konyol. Dia terbangun pagi tadi di atas


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tempat tidurnya sendiri tetapi kemudian berakhir di Spanyol sambil mencoba
mendobrak kamar hotel seorang asing untuk mencari sebuah cincin gaib.
Suara Strathmore yang tegas membawa Becker kembali pada dunia nyata: Kau harus
menemukan cincin itu. David menarik napas panjang dan mengenyahkan katakata itu. Dia ingin pulang. Dia
kembali menatap pintu bertanda 301. Tiket pulangnya berada di balik pintu
tersebut - sebuah cincin emas. Vang harus dilakukan adalah mengambilnya.
Becker menghela napas dengan keras. Kemudian dia melangkah kembali ke arah kamar
301 dan mengetuk dengan keras. Sudah saatnya bermain kasar.
SI JERMAN membuka pintu dan siap untuk protes, tetapi Becker menghentikannya.
Becker menunjukkan kartu keanggotaan klub squash Maryland miliknya dengan cepat
dan berteriak, "Pohzei!" Kemudian dia mendobrak masuk dan menyalakan lampu kamar
itu. Sambil berputar, si Jerman menyipit karena kaget. "Was machst-"
"Diam!" perintah Becker dalam bahasa Inggris. "Anda bersama seorang pelacur di
kamar ini?" David melongok ke sekeliling ruangan. Kamar itu semewah kamar hotel
lain yang pernah dilihatnya. Bunga-bunga mawar, sampanye, tempat tidur besar
berkelambu. Rocio tidak kelihatan. Pintu kamar mandi tertutup.
"Prostituiert?" Si Jerman melihat ke arah pintu kamar mandi yang tertutup itu
dengan gugup. Dia lebih besar dan yang dibayangkan Becker. Dadanya yang berbulu
dimulai dan dagu lipat tiganya dan berlekuk turun ke arah perutnya yang besar.
Ikat pinggang serut pada bagian pinggang mantel mandi berbahan handuk milik
Alfonso XIII hampir tidak bisa melingkari pinggangnya.
Becker menatap raksasa itu dengan tampangnya yang paling garang. "Siapa namamu?"
Kepanikan tampak di wajah si Jerman yang gemuk itu. "Was wilst du" Apa yang
kauinginkan?" "Saya dan Bagian Urusan Wisatawan Guardia Spanyol di Seuilla. Anda menyimpan
seorang pelacur di kamar ini?"
Si Jerman melihat ke arah pintu kamar mandi dengan gugup. Dia ragu-ragu. "Ja,"
akhirnya dia mengaku. "Anda tahu hal itu melanggar hukum di Spanyol?"
"Nein," dusta si Jerman. "Saya tidak tahu. Saya akan menyuruhnya pergi sekarang
juga." "Saya khawatir sudah terlambat," kata Becker dengan penuh wibawa. Dia melangkah
dengan santai ke sekeliling kamar. "Saya mempunyai tawaran untukmu."
"Ein Vorschlag?" tanya orang Jerman itu terengah. "Sebuah tawaran?"
"Ya. Saya bisa membawamu ke markas besar sekarang ...." Becker berhenti tiba-
tiba dan mengertakkan buku-buku jarinya.
"Atau apa?" tanya si Jerman dengan mata membelalak ketakutan.
"Atau kita membuat kesepakatan."
"Kesepakatan?" Si Jerman pernah mendengar tentang korupsi di kalangan Guardia.
"Anda memiliki sesuatu yang saya inginkan," kata Becker.
"Ya, tentu saja," kata orang Jerman itu dengan sangat bersemangat sambil
memaksakan sebuah senyum. Dia segera mengambil dompet yang ada di meja nas.
"Berapa?" Becker menganga seolah-olah sangat marah. "Apakah Anda sedang berusaha menyuap
seorang penegak hukum?" teriaknya.
"Tidak! Tentu saja tidak! Saya hanya berpikir Pria gembrot itu segera meletakkan
dompetnya kembali. "Saya ... saya ...." Dia benar-benar bingung. Dia terduduk di
pojok tempat tidurnya dan meremas-remas tangannya. Tempat tidur itu berderak di
bawah badannya yang berat.
"Saya minta maaf."
Becker mencabut sebatang mawar dan vas di tengah ruangan dan menciuminya dengan
santai sebelum membiarkannya jatuh ke lantai. Tiba-tiba dia berbahk. "Apa yang
bisa kaucentakan tentang pembunuhan itu?"
Si Jerman berubah menjadi pucat. "Mord" Pembunuhan?"
"Ya. Seorang pria Asia pagi ini" Di taman" Itu sebuah pembunuhan - Ermordung."
Becker suka kata dalam bahasa Jerman yang berarti pembunuhan. Ermordung. Begitu
mengerikan. "Ermordung" Dia ... dia di ...?"
"Ya." "Tetapi ... tetapi itu mustahil," si Jerman tersedak. "Saya berada di sana. Dia
mengalami serangan jantung. Saya melihatnya. Tidak ada darah. Tidak ada peluru."
Becker menggelengkan kepalanya dengan gaya merendahkan. "Tidak semua hal seperti
apa yang terlihat." Si Jerman semakin bertambah pucat.
Becker tersenyum dalam hati. Dustanya berhasil. Si Jerman malang itu bersimbah
peluh. "Ap-ap-a yang kauinginkan?" katanya terbata. "Saya tidak tahu apa-apa."
Becker mulai mondar-mandir. "Pria yang terbunuh itu mengenakan sebuah cincin.
Saya membutuhkannya."
"Saya tidak memilikinya."
Becker mendesah dengan gaya menghina dan menunjuk ke arah pintu kamar mandi.
"Dan Rocio" Tetesan Embun?"
Pria itu berubah dan pucat menjadi ungu. "Kaukenal Tetesan Embun?" dia mengelap
keringat dan keningnya yang berdaging dengan mantelnya sehingga bagian lengannya
basah kuyup. Dia baru akan berbicara ketika pintu karnar rnandi terbuka.
Kedua pria itu menengadah.
Rocio Eua Granada berdiri di ambang pintu. Sebuah pemandangan indah. Rambut
merah panjang yang terurai, kulit Ibena yang sempurna, sepasang mata cokelat
tua, dahi tinggi yang mulus. Dia mengenakan mantel mandi yang serasi dengan
milik si Jerman. Ikat pinggangnya membelit kencang pinggulnya yang lebar dan
garis leher mantel itu terbuka, memperlihatkan belahan dadanya yang kecokelatan.
Dia melangkah ke dalam kamar tidur dengan penuh percaya diri.
"Bisa saya bantu?" tanya Rocio dalam bahasa Inggris yang parau.
Becker menatap ke arah wanita menakjubkan yang berada di seberang ruangan itu
dan tidak bisa berkedip. "Saya membutuhkan cincin itu," katanya dingin.
"Siapa Anda?" Becker berbicara dalam bahasa Spanyol dengan aksen Andalusia yang kental.
"Petugas Guardia."
Dia tergelak. "Tidak mungkin," balasnya dalam bahasa Spanyol.
Becker merasa tercekat. Rocio jelas lebih tangguh daripada kliennya. "Tidak
mungkin?" ulang Becker berusaha tenang. "Perlu aku seret kau ke pusat kota untuk
membuktikannya?" Rocio mencibir. "Saya tidak akan mempermalukanmu dengan menerima tawaran itu.
Sekarang, siapa Anda?"
Becker tetap bertahan dengan ceritanya. "Saya dan Guardia Sevilla."
Rocio mendekat ke arahnya dengan gaya mengancam. "Saya kenal dengan setiap
petugas polisi di kota ini.
Mereka adalah klien-klien terbaikku."
Becker merasa tatapan Rocio membelah dirinya. Dia menguasai dirinya kembali.
"Saya dan kesatuan khusus. Berikan cincin itu atau saya akan membawa Anda ke
kantor dan-" "Dan apa?" tantang Rocio sambil mengangkat alis.
Becker terdiam. Dirinya terpojok. Rencananya berbahk menyerangnya. Kenapa dia
tidak memercayai ceritaku"
Rocio semakin mendekat. "Saya tidak tahu siapa Anda atau apa yang Anda inginkan,
tetapi jika Anda tidak keluar dan kamar ini sekarang, saya akan memanggil
keamanan hotel dan Guardia yang asli akan menahan Anda karena telah menjadi
polisi gadungan." Becker tahu Strathmore dapat mengeluarkannya dan penjara dalam semenit, tetapi
seperti yang telah dijelaskan padanya, masalah ini harus ditangani dengan sangat
hati-hati dan tidak mencolok. Ditahan oleh polisi bukanlah bagian dan
rencananya. Rocio berdiri beberapa kaki dan hadapan Becker dan memelototinya.
"Baiklah." Becker mendesah, menyatakan kekalahannya dalam nada suaranya. Dia
meninggalkan aksen Spanyolnya. "Saya bukan dan kepolisian Seuilla. Sebuah
organisasi pemerintah AS mengirim saya untuk mencari cincin itu. Hanya itu yang
bisa saya beberkan. Saya diberi mandat membayar Anda untuk cincin tersebut."
Mereka terdiam cukup lama.
Rocio membiarkan pernyataan Becker menggantung di udara untuk beberapa waktu
sebelum akhirnya dia tersenyum licik. "Nah, itu tidak terlalu sulit, kan?" Dia
duduk di sebuah kursi dan menyilangkan kakinya. "Berapa banyak yang bias Anda
bayar?" Becker menahan desahan leganya. Dia tidak membuang-buang waktu. "Saya bisa
membayarmu 7S0.000 peseta. Lima ribu dolar Amerika." Itu setengah dan jumlah
yang ada padanya, tetapi mungkin sepuluh kali lebih banyak dan nilai cincin itu.
Rocio mengangkat alisnya. "Jumlah yang besar."
"Ya, benar. Apakah kita sepakat?" Rocio menggeleng.
"Andai saja saya bisa mengatakan ya."
"Sejuta peseta?" kata Becker cepat. "Hanya itu yang kumiliki."
"Aduh, aduh." Rocio tersenyum. "Kalian orang-orang Amerika memang tidak bisa
menawar. Kalian tidak bias bertahan lama di pasar kami."
"Tunai, sekarang juga," kata Becker sambil merogoh amplop di dalam jasnya. Saya
hanya ingin pulang. Rocio menggeleng. "Saya tidak bisa."
Becker meregang karena marah. "Kenapa tidak?"
"Saya tidak memiliki lagi cincin itu," jawabnya dengan sikap menyesal. "Saya
telah menjualnya." *** 33 TAKUGEN NUMATAKA menatap ke luar jendelanya dan berjalan mondar-mandir seperti
seekor binatang di dalam kandang. Dia belum mendapat kabar dari penghubungnya,
North Dakota. Dasar orang Amerika! Tidak bisa tepat waktu!
Jika dia memiliki nomor telepon North Dakota, mungkin dia sudah menghubunginya.
Numataka benci melakukan bisnis seperti ini - dengan orang lain yang memegang
kendali. Dari semula dia sudah curiga bahwa telepon dari North Dakota mungkin hanya
sebuah tipuan. Seorang pesaing Jepang yang ingin memerdayainya. Sekarang
keraguan itu muncul kembali. Numataka memutuskan bahwa dia memerlukan lebih
banyak informasi. Numataka keluar dari ruang kantornya dan belok ke kiri, ke arah lorong utama
Numatech. Para karyawan membungkuk dengan hormat saat dia lewat. Numataka tahu
bahwa mereka sama sekali tidak mencintainya. Membungkuk adalah sopan santun yang
ditunjukkan oleh para karyawan Jepang, bahkan kepada atasan yang paling bengis
sekalipun. Numataka langsung menuju ke bagian switchboard utama perusahaan itu. Semua
sambungan telepon ditangani sendiri oleh seorang operator dengan menggunakan
Corenco 2000,sebuah terminal switchboard dengan dua belas sambungan. Wanita yang
sedang sibuk bertugas sendiri itu langsung berdiri dan membungkuk saat Numataka
masuk. "Duduk," bentak Numataka.
Wanita itu menurut. "Saya menerima sebuah telepon jam 4:45 pada sambungan pribadiku tadi. Kau bisa
memberitahuku dan mana asalnya?" Numataka menyalahkan dirinya karena tidak
melakukan hal ini sebelumnya.
Operator itu menelan ludah dengan gugup. "Kita tidak memiliki fasilitas pembaca
nomor yang masuk pada mesin ini, Pak. Tetapi saya bisa menghubungi perusahaan
telepon. Saya yakin mereka dapat membantu."
Numataka yakin, perusahaan telepon bisa membantu. Dalam zaman digital ini,
privasi telah menjadi barang usang. Selalu ada catatan untuk setiap hal.
Perusahaan-perusahaan telepon dapat dengan tepat memberikan informasi tentang
siapa yang telah kita hubungi dan berapa lama kita telah berbicara.
"Lakukanlah," perintah Numataka. "Beri tahu aku jika sudah dapat hasilnya."
*** 34 SUSAN DUDUK sendiri di dalam Node 3 sambil menunggu pelacaknya. Hale telah
memutuskan untuk keluar dan mencari udara segar - sebuah keputusan yang disyukuri
Susan. Anehnya, kesendiriannya di dalam Node 3 tidak memberinya ketenangan.
Pikirannya berkutat dengan hubungan antara Tankado dan Hale.
"Siapa yang mengawasi pengawas?" kata Susan pada diri sendiri. Quis cus-todiet
ipsos custodes. Kata-kata itu tetap berputar-putar di dalam kepalanya. Dia
berusaha mengenyahkan itu dari pikirannya.
Pikirannya kembali pada David, sambil berharap agar kekasihnya itu baik-baik
saja. Dia masih sulit percaya bahwa David berada di Spanyol. Semakin cepat
mereka menemukan kedua kunci sandi itu dan mengakhiri semua kehebohan ini,
semakin baik buat mereka.
Susan sudah tidak ingat lagi berapa lama dia duduk di sana dan menunggu
pelacaknya. Dua jam" Tiga" Dia melihat keluar, ke lantai Crypto yang kosong, dan
berharap komputernya berbunyi bip. Tetapi yang ada hanya kesunyian. Matahari
akhir musim panas telah tenggelam. Di atasnya, lampu-lampu neon otomatis telah
menyala penuh. Susan merasa kehabisan waktu.
Susan menatap pelacaknya dan mengernyit. "Ayolah," gumamnya. "Kau telah banyak
menghabiskan waktu." Dia memegang mouse komputernya dan mengekhk tampilan status
pelacaknya. "Ngomong-ngomong, sudah berapa lama kau bekerja?"
Susan membuka tampilan status pelacaknya. Bentuknya terlihat seperti sebuah jam
digital seperti yang ada pada TRANSLTR. Tampilan itu menunjukkan berapa jam dan
menit pelacaknya telah bekerja. Jadi Susan menatap monitornya sambil berharap
melihat tampilan jam dan menit. Tetapi dia tidak melihat hal itu sama sekali.
Apa yang dilihatnya menghentikan aliran darahnya.
PELACAK DIGUGURKAN "Pelacak digugurkan!" Susan tersedak keras. "Kena-
pa?" Dengan panik, kriptografer kepala itu memeriksa seluruh data untuk mencari
setiap perintah yang menggugurkan pelacaknya. Tetapi pencariannya sia-sia.
Kelihatannya, pelacaknya berhenti sendiri. Susan tahu, hal itu hanya berarti
satu hal - pelacaknya terkena bug.
Susan menganggap "bug" sebagai sebuah aset yang paling penyebalkan dalam program
komputer. Karena computer mengikuti secara tepat setiap urutan operasi, maka
kesalahan program terkecil bisa menimbulkan akibat yang parah. Kesalahan
sintaksis sederhana - seperti jika seorang pemrogram secara lalai menyelipkan
sebuah koma dan bukannya titik - dapat membuat seluruh sistem menjadi lumpuh.
Tetapi Susan selalu menganggap istilah bug mempunyai asal-usul yang menarik.
Istilah tersebut berasal dan komputer pertama di dunia - Mark 1 - sebuah sirkuit
elektromekanis sebesar ruangan yang dibuat pada 1944 di sebuah laboratorium di
Universitas Harvard. Pada suatu hari, komputer itu mengalami gangguan dan tidak
ada yang bisa menemukan penyebabnya. Setelah mencari selama berhari-hari,
seorang asisten laboratorium akhirnya menemukan penyebabnya. Ternyata seekor
ngegat telah hinggap di salah satu papan sirkuit computer itu dan menghambat
kerjanya. Sejak saat itu, semua gangguan program komputer disebut bug
(serangga). "Aku tidak punya waktu untuk ini," kutuk Susan.
Menemukan bug dalam sebuah program komputer bias memakan waktu berhari-hari.
Ribuan baris kalimat program harus diperiksa apakah ada kesalahan kecil di
dalamnya - ini sama saja dengan memeriksa apakah ada sebuah kesalahan ketik dalam
sebuah ensiklopedi. Susan sadar bahwa dirinya hanya mempunyai satu pilihan - mengirim pelacak sekali
lagi. Dia juga tahu, pelacaknya hampir pasti akan menghadapi bug yang sama dan
gugur lagi. Membuang bug dan pelacaknya akan memakan waktu, padahal dia dan sang
komandan tidak memilikinya.
Tetapi saat Susan menatap pelacaknya sambil berpikir tentang kesalahan yang
mungkin dibuatnya, dia sadar bahwa ada sesuatu yang tidak masuk akal. Bulan lalu
dia telah menggunakan pelacak yang sama persis tanpa ada masalah sama sekali.
Kenapa tiba-tiba sekarang bermasalah"
Sambil berpikir, Susan teringat komentar Strathmore siang tadi. Susan, aku telah
berusaha sendiri untuk mengirimkan sebuah salinan program pelacak, tetapi data
yang kembali tidak masuk akal.
Susan mendengar kata-kata itu berulang kali. Data yang kembali ....
Dia menggelengkan kepalanya. Apakah mungkin" Data yang kembali"
Jika Strathmore menerima data yang kembali dan program pelacak, maka jelas
pelacak itu berfungsi dengan baik. Susan berasumsi, jika data itu tidak masuk
akal, maka Strathmoretelah memasukkan rentetan perintah pencarian yang salah.
Tetapi walau bagaimanapun, pelacak itu berfungsi.
Susan segera menyadari bahwa ada satu hal lagi yang bisa menjelaskan kenapa
pelacaknya gugur. Cacat internal pada program bukanlah satu-satunya alasan
kenapa suatu program bermasalah. Kadang-kadang ada penyebab dan luar - aliran
listrik, butiran debu yang menempel pada papan sirkuit, atau pemasangan kabel
yang salah. Karena peranti keras di dalam Node 3 terpelihara dengan baik, Susan
bahkan tidak pernah mempertimbangkan hal itu.
Susan berdiri dan bergegas menyeberangi Node 3 menuju sebuah rak buku besar


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berisi buku-buku petunjuk teknis. Dia mengambil satu buku berkawat spiral yang
berjudul SVS-OP dan membukanya. Dia menemukan apa yang dicarinya. Dia membawa
buku itu ke komputernya dan mengetik beberapa perintah. Kemudian dia menunggu
saat komputernya memeriksa daftar perintah yang dimasukkan selama tiga jam
terakhir. Susan berharap hasil pemeriksaan akan menunjukkan sebuah gangguan
internal - program gugur akibat penyaluran listrik yang bermasalah atau sebuah cip
yang rusak. Beberapa saat kemudian, komputernya berbunyi bip. Detak nadi Susan menjadi
cepat. Dia menahan napas dan memerhatikan layarnya.
KODE KESALAHAN: 22 Susan merasa ada sedikit harapan. Ini berita baik. Hasil pemeriksaan yang
menunjukkan sebuah kode kesalahan merupakan bukti bahwa pelacaknya tidak
bermasalah. Pelacak itu gugur karena kejanggalan yang ditimbulkan oleh faktor
dan luar, dan kemungkinan besar hal itu tidak akan terjadi lagi.
KODE KESALAHAN: 22. Susan berusaha mengingat arti kode 22. Kegagalan peranti
keras sangat jarang terjadi di Node 3 sehingga dia tidak bisa mengingat arti
kode-kode dengan angka itu.
Susan membolak-balik halaman buku petunjuk SVS-OP itu untuk mencari daftar kode
kesalahan. 19 20 21 MASALAH PADA PARTISI KERAS MASALAH PADA SAMBUNGAN DC KEGAGALAN MEDIA
Ketika dia sampai pada nomor 22, Susan berhenti dan menatap lama. Karena
terkejut, dia memeriksa ulang monitornya.
KODE KESALAHAN: 22 Susan berhenti dan berbahk ke buku petunjuk SVS-
OP. Apa yang dilihatnya sungguh tidak masuk akal. Penjelasannya berbunyi
sederhana. 22: PENGGUGURAN SECARA MANUAL
*** 35 BECKER MENATAP Rocio dengan terkejut. "Anda menjual cincin itu?"
Wanita itu mengangguk. Rambut merahnya yang selembut sutra tergerai di
pundaknya. Becker berharap itu tidak benar. "Pero ... tetapi
Wanita itu mengangkat bahunya dan berkata dalam bahasa Spanyol, "Seorang gadis
di dekat taman." Becker merasa kakinya menjadi lemas. Ini tidak mungkin terjadi.
Rocio tersenyum culas dan menunjuk kepada si Jerman. "El queria que la guardara.
Dia ingin menyimpannya tetapi saya melarangnya. Saya memiliki darah Gitana dalam
diri saya, darah Gipsi. Kami para Gitana, selain memiliki rambut merah, juga
sangat percaya pada takhayul. Cincin yang ditawarkan seorang pria yang sedang
sekarat bukanlah pertanda baik."
"Anda kenal gadis itu?" interogasi Becker.
Alis Rocio melengkung ke atas. "Vaya. Anda sangat menginginkan cincin itu, ya?"
Becker mengangguk tegas. "Kepada siapa Anda menjualnya?"
Si Jerman yang besar duduk dengan perasaan bingung di tempat tidur. Malam
romantisnya telah hancur, dan kelihatannya dia tidak tahu kenapa bisa begitu.
"Was passiert?" tanyanya dengan cemas. "Apa yang sedang terjadi?"
Becker tidak menghiraukannya.
"Sebenarnya saya tidak menjualnya," kata Rocio. "Saya memang mencoba tetapi dia
hanya seorang anak kecil dan tidak mempunyai uang. Akhirnya, saya kasih saja
cincin itu kepadanya. Jika saja saya tahu tentang tawaran Anda yang menawan ini,
saya pasti akan menyimpannya untuk Anda."
"Kenapa Anda meninggalkan taman?" tanya Becker. "Seseorang telah mati. Kenapa
Anda tidak menunggu sampai datangnya polisi" Dan menyerahkan cincin itu kepada
mereka?" "Saya mengumpulkan banyak hal, Mr. Becker, tetapi masalah bukan salah satunya.
Lagi pula, pria tua itu kelihatannya bisa mengatasi keadaan."
"Orang Kanada itu?"
"Ya, dia memanggil ambulans. Jadi, kami memutuskan untuk pergi. Saya tidak
melihat alasan untuk melibatkan teman kencan saya atau diri saya sendiri dengan
polisi." Becker mengangguk dengan linglung. Dia masih berusaha menerima nasib sialnya.
Wanita ini memberikan cincin itu kepada orang lain!
"Saya telah berusaha menolong pria sekarat itu," Rocio menjelaskan. "Tetapi
kelihatannya dia tidak menginginkannya. Dia mulai dengan cincin itu. Dia terus
rne-nyorongkannya ke wajah kami. Dia memiliki tiga jari cacat yang mencuat ke
atas. Dia terus menjejalkan tangannya pada kami, seakan-akan kami harus
menerimanya. Saya tidak ingin menerimanya, tetapi temanku ini akhirnya
mengambilnya. Kemudian, pria itu mati."
"Dan kau memberinya pernapasan buatan?"
"Tidak. Kami tidak menyentuhnya. Temanku ketakutan. Dia memang bertubuh besar,
tetapi dia pengecut." Rocio tersenyum menggoda pada Becker. "Jangan khawatir,
dia tidak bisa bahasa Spanyol sepatah kata pun."
Becker mengernyit dan kembali teringat pada memar pada dada Tankado. "Apakah
paramedis memberikan pernapasan buatan?"
"Saya tidak tahu. Seperti yang saya katakan tadi, kami pergi sebelum mereka
tiba." "Maksud Anda, setelah Anda mencuri cincin itu?" Becker merengut.
Rocio memelototinya. "Kami tidak mencuri cincin itu. Pria itu sekarat. Maksudnya
jelas. Kami hanya mengabulkan permintaan terakhirnya."
Becker melunak. Rocio benar. Dia sendiri mungkin akan melakukan hal yang sama.
"Tetapi kemudian Anda memberikan cincin itu kepada seorang gadis?"
"Seperti yang sudah saya katakan tadi. Cincin itu membuat saya gelisah. Gadis
itu memakai banyak perhiasan. Saya pikir dia mungkin akan menyukainya."
"Dan dia tidak menganggap hal itu aneh" Bahwa Anda begitu saja memberikan sebuah
cincin kepadanya?" "Tidak. Saya memberitahukan kepadanya bahwa saya menemukannya di taman. Kupikir
dia akan memberi saya uang, tetapi ternyata tidak. Saya tidak peduli. Saya hanya
ingin menyingkirkan cincin itu." "Kapan Anda memberikannya?"
Rocio mengangkat bahunya. "Sore tadi. Kira-kira satu jam setelah saya
mendapatkannya." Becker memeriksa jam tangannya: 11:48 malam. Jejak itu sudah berumur delapan
jam. Apa yang sedang aku lakukan di sini" Aku seharusnya berada di Smokys
sekarang. Becker mendesah dan mengajukan satu-satunya pertanyaan yang ada di
kepalanya. "Bagaimana tampang gadis itu?"
"Era un punqui," jawab Rocio.
Becker menatapnya bingung. "Un punqui?"
"Si. Punqui." "Seorang punk?"
"Ya, seorang punk," jawab Rocio dalam bahasa Inggris yang buruk dan kemudian
beralih ke bahasa Spanyol. "Mucha joyena. Banyak perhiasan. Anting aneh pada
satu telinga. Sebuah tengkorak, kurasa."
"Ada punk rocker di Seuilla?"
Rocio tersenyum. "Todo bajo el sol. Apa pun yang ada di muka bumi ada di sini."
Itu semboyan Biro Pariwisata Seuilla.
"Apakah dia mengatakan namanya?" "Tidak."
"Dia bilang akan ke mana?"
"Tidak. Bahasa Spanyolnya buruk."
"Dia bukan orang Spanyol?" tanya Becker.
"Tidak. Dia orang Inggris kurasa. Dia mempunyai rambut yang nyentrik - merah,
putih, dan biru." Becker bergidik membayangkan tampangnya. "Mungkin dia orang Amerika," kata
Becker. "Saya rasa bukan," kata Rocio. "Dia mengenakan sebuah kaus yang kelihatan
seperti bendera Inggris."
Becker mengangguk dengan gaya dungu. "Baiklah. Rambut merah, putih, dan biru,
sebuah kaus bermotif bendera Inggris, sebuah anting tengkorak di telinga. Apa
lagi?" "Tidak ada. Hanya seorang punk biasa."
Punk biasa" Becker berasal dan dunia yang penuh dengan baju hangat khas para
mahasiswa dan potongan rambut yang konservatif. Dia bahkan tidak bisa
membayangkan apa yang Rocio katakan. "Bisakah kau mengingat hal lainnya?"
Rocio berpikir sesaat. "Tidak. Itu saja."
Tepat saat itu, tempat tidur berderak. Klien Rocio menggeser badannya dengan
susah payah. Becker berpaling padanya dan berbicara dalam bahasa Jerman yang
lancar. "Noch etwas" Ada lagi yang lain" Apa pun yang bisa membantuku menemukan
punk rocker dengan cincin itu?"
Semua terdiam cukup lama. Pria raksasa itu seolah-olah hendak mengatakan
sesuatu, tetapi tidak yakin bagaimana mengatakannya. Bibir bawahnya bergerak
sesaat, berhenti, dan kemudian akhirnya dia berbicara. Keempat kata yang keluar
sebenarnya bahasa Inggris, tetapi tidak bisa dimengerti karena aksen Jermannya
sangat kental. "Onyah sana dan mampuslah."
Becker menganga karena kaget. "Maaf?"
"Onyah sana dan mampuslah," ulang pria itu sambil menepuk bagian bawah lengan
kanannya yang berdaging itu, gerakan yang berarti 'bangsat kau' bagi orang
Italia. Becker terlampau letih untuk merasa tersinggung. Enyah sana dan mampuslah" Ada
apa dengan si pengecut ini" Dia berbahk ke Rocio dan berbicara dalam bahasa
Spanyol. "Sepertinya saya sudah terlalu lama di sini."
"Jangan khawatir tentang dia." Rocio tertawa. "Dia hanya sedikit frustrasi. Dia
akan mendapatkan bagiannya." Rocio mengibaskan rambutnya dan berkedip.
"Ada lagi yang lain?" tanya Becker. "Apa pun yang bias Anda ceritakan untuk
membantu saya?" Rocio menggeleng. "Hanya itu. Tetapi Anda tidak akan pernah menemukan gadis itu.
Seuilla adalah kota yang besar - akan sangat sulit."
"Saya akan berusaha semampuku." Ini masalah keamanan nasional ....
"Jika Anda tidak beruntung," kata Rocio, melirik ke amplop gemuk di kantong
Becker, "silakan mampir lagi. Temanku pasti sudah tidur, tidak diragukan lagi.
Ketuk perlahan. Saya akan mencarikan sebuah kamar tambahan. Anda akan melihat
sisi Spanyol yang tidak akan pernah Anda lupakan." Rocio melakukan gerakan
mencumbu yang genit dengan bibirnya.
Becker memaksakan sebuah senyuman sopan. "Saya harus pergi sekarang." Dia
meminta maaf kepada si Jerman karena telah mengganggu malamnya.
Raksasa itu tersenyum malu. "Keine Ursache."
Becker berjalan ke arah pintu. Tidak masalah" Bagaimana dengan "Enyah sana dan
mampuslah" tadi"
*** 36 "PENGGUGURAN SECARA manual?" Susan menatap layarnya, terpana.
Susan yakin, dirinya tidak mengetik perintah pengguguran manual apa pun -
setidaknya tidak dengan sengaja. Dia bertanya-tanya apakah mungkin dia tanpa
sengaja telah salah ketik.
"Mustahil," gumam Susan. Menurut tampilan, perintah tersebut terkirim kurang
dari dua puluh menit yang lalu. Susan yakin, satusatunya yang diketik selama dua
puluh menit terakhir adalah kode privasinya ketika dia keluar untuk berbicara
dengan sang komandan. Sungguh konyol jika kode privasinya disalahartikan sebagai
sebuah perintah pengguguran.
Karena tahu hanya membuang-buang waktu saja, Susan menampilkan catatan
Screenlocknya dan memeriksa ulang apakah kode privasinya sudah dimasukkan dengan
benar. Ternyata memang sudah.
"Lalu dari mana," tanyanya dengan marah. "Dari mana program ini mendapatkan
perintah pengguguran secara manual?" Susan merengut dan menutup tampilan
Screenlock-nya. Secara tidak terduga, pada saat tampilan itu menghilang, sesuatu
menarik perhatiannya. Dia membuka tampilan itu kembali dan mempelajari datanya.
Ini tidak masuk akal. Catatan yang menunjukkan waktu komputernya terkunci ketika
dia meninggalkan Node 3 terlihat benar, tetapi catatan yang menunjukkan waktu
dibukanya lagi komputer itu terlihat aneh. Kedua waktu itu berselisih kurang dan
satu menit. Susan yakin, dirinya berada di luar bersama sang komandan lebih dan
satu menit. Susan menggulung ke bawah halaman tampilan itu. Apa yang dilihatnya membuatnya
kaget. Sebuah catatan tentang satu set kode mengunci-membuka yang kedua muncul.
Menurut catatan itu, seseorang telah membuka komputernya pada saat dia tidak
berada di tempat. "Tidak mungkin!" Susan tercekat. Satu-satunya tersangka adalah Greg Hale, dan
Susan cukup yakin dia tidak pernah memberikan kode privasinya kepada pria itu.
Untuk mengikuti prosedur knptografi yang baik, Susan telah memilih kodenya
secara acak dan tidak menyimpan catatan tentang hal itu. Mustahil jika Hale bisa
dengan tepat menebak lima karakter yang terdiri atas campuran huruf dan angka -
itu 36 pangkat S atau lebih dan 60 juta kemungkinan.
Tetapi catatan tentang Screenlock sangatlah jelas. Susan menatapnya dengan penuh
tanda tanya. Bagaimanapun juga, Hale pasti telah mengutak-atik komputernya
selama dirinya tidak ada. Hale telah mengirimkan sebuah perintah pengguguran
secara manual kepada pelacaknya.
Pertanyaan tentang bagaimana telah berubah menjadi kenapa" Hale tidak memiliki
motif untuk mendobrak komputernya. Dia bahkan tidak tahu untuk apa Susan
mengirim program pelacak. Bahkan kalaupun dia tahu, pikir Susan, untuk apa dia
merasa keberatan atas tindakanku melacak seorang pria bernama North Dakota"
Pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab itu sepertinya semakin berlipat ganda
dalam kepala Susan. "Satu per satu," katanya dengan lantang. Dia akan mengurus
Hale sebentar lagi. Sedangkan untuk mengatasi masalah yang sedang ditanganinya,
dia menyiapkan kembali program pelacaknya dan menekan tombol ENTER. Komputernya
berbunyi sekali. PELACAK TERKIRIM Susan tahu program pelacaknya akan memakan waktu berjam-jam untuk kembali. Dia
mengutuk Hale dan bertanyatanya bagaimana pria itu bisa mendapatkan kode
privasinya dan kenapa dia tertarik pada pelacaknya.
Susan berdiri dan dengan cepat melangkah ke komputer Hale. Layar komputernya
gelap tetapi Susan tahu komputer tersebut tidak terkunci karena monitornya
mengeluarkan sinar redup di sekelilingnya. Para kriptografer jarang mengunci
komputer mereka kecuali ketika mereka meninggalkan Node 3 waktu malam. Sebagai
gantinya, mereka meredupkan cahaya monitor mereka - ini sebuah kode kehormatan
universal yang berarti tidak ada yang boleh mengutak-atik komputer tersebut.
Susan mencapai komputer Hale. "Persetan dengan kode kehormatan," katanya. "Apa
sebenarnya maumu?" Setelah dengan cepat melihat ke arah lantai Crypto yang kosong, Susan mengatur
pencahayaan komputer Hale. Monitor itu terfokus, tetapi layarnya sama sekali
kosong. Karena tidak yakin apa yang harus dilakukan,
Susan memilih program pencarian dan mengetik
CARI: "PELACAK"
Itu tindakan untung-untungan, tetapi jika ada rujukan tentang pelacak Susan di
komputer Hale, maka pencarian ini akan menemukannya. Hal ini mungkin bisa
menjelaskan kenapa Hale secara manual telah menggugurkan program pelacaknya.
Beberapa detik kemudian, tampilan layar itu berubah.
TIDAK DITEMUKAN PADANANNYA
Susan terpekur sebentar karena tidak yakin apa yang sebenarnya dicari. Dia
mencoba lagi. CARI: "SCREENLOCK"
Monitor itu berganti tampilan lagi dan menyuguhkan serentetan rujukan yang tidak
penting. Tidak ada petunjuk bahwa Hale memiliki salinan kode privasi Susan dalam
komputernya. Susan mendesah keras. Jadi, program apa yang telah digunakan Hale hari ini"
Susan pindah ke menu "aplikasi yang baru saja dipakai" untuk mencari program
terakhir yang dipakai Hale. Ternyata program itu adalah server email Hale. Susan
mencari hard dnve Hale dan akhirnya menemukan folder email pria itu yang
tersembunyi dengan baik di dalam direkton lainnya. Dia membuka folder itu dan
beberapa folder tambahan muncul. Kelihatannya, Hale memiliki beberapa identitas
dan account email. Dia tidak terkejut ketika melihat salah satunya adalah
account anonim. Susan membuka folder itu dan mengekhk salah satu pesan lama yang
masuk. Susan segera berhenti bernapas. Pesan itu berbunyi:
KEPADA: NDAKOTA@ARA.ANON.ORG DARI: ET@DOSHISHA.EDU KEMAJUAN VANG MENAKJUBKAN!
BENTENG DIGITAL SUDAH HAMPIR SELESAI. INI AKAN MEMBUAT NSA KETINGGALAN ZAMAN.
Seolah dalam mimpi, Susan membaca pesan itu berulang kali. Kemudian, dengan
bergetar, dia membuka sebuah pesan lain.
KEPADA: NDAK0TA@ARA.AN0N.ORG DARI: ET@DOSHISHA.EDU TEKS-JELAS VANG BEROTASI
BEKERJA DENGAN BAIK! RANGKAIAN MUTASI ADALAH KUNCINVA!
Sungguh tak terbayangkan, tetapi begitulah adanya. Sebuah email dan Ensei
Tankado. Tankado selama ini menyurati Greg Hale. Mereka bekerja bersama. Susan
menjadi kelu melihat kebenaran yang sulit dipercayai terpampang di layar di


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

depannya. Greg Hale adalah NDAKOTA"
Mata Susan terpaku pada layar. Pikirannya sibuk mencari penjelasan lain, tetapi
ternyata tidak dapat. Sudah ada bukti - mendadak dan tidak bisa dipungkiri:
Tankado telah menggunakan rangkaian mutasi untuk membuat sebuah fungsi teks-
jelas yang berotasi, dan Hale telah bersekongkol dengannya untuk menjatuhkan
NSA. "Ini kata Susan terbata. "Ini ... tidak mungkin."
Seolah ingin membantah, suara Hale bergaung kembali: Tankado menyuratiku
beberapa kali ... Strathmore bermain api dengan mempekerjakan aku .... Suatu
hari aku akan keluar dan tempat ini.
Tetap saja Susan tidak dapat menerima apa yang dilihatnya. Memang benar, Greg
Hale menjengkelkan dan angkuh - tetapi dia bukan pengkhianat. Dia tahu apa yang
bisa dilakukan Benteng Digital terhadap NSA. Tidak mungkin dia terlibat dalam
rencana untuk merilis Benteng Digital!
Tetapi, Susan sadar tidak ada yang bisa menghentikan Hale - kecuali kehormatan dan
nilai-nilai yang luhur. Susan teringat alogaritma Skipjack. Greg Hale pernah
menghancurkan rencana NSA. Apa yang dapat menghalanginya untuk melakukannya
lagi" "Tetapi Tankado ...," Susan bingung. Bagaimana seseorang separanoid Tankado
dapat memercayai orang yang tidak bisa diandalkan seperti Hale"
Susan tahu, semua itu tidak penting lagi. Vang penting adalah bagaimana memberi
tahu Strathmore. Sekarang, rekan Tankado berada tepat di depan hidung mereka.
Susan bertanya-tanya apakah Hale tahu bahwa Ensei Tankado telah mati.
Susan mulai dengan cepat menutup dokumen-dokumen email Hale agar komputer itu
tampak seperti semula. Hale tidak akan curiga - belum. Dengan takjub, Susan sadar
bahwa kunci sandi Benteng Digital berada di suatu tempat di dalam komputer itu.
Tetapi tepat saat Susan menutup dokumen terakhir, sebuah bayangan melintas di
luar jendela Node 3. Dia segera menengadah dan melihat Greg Hale sedang
mendekat. Adrenalinnya mengalir dengan cepat. Hale sudah hampir sampai ke pintu.
"Sial!" kutuk Susan sambil memperkirakan }afak untuk kembali ke tempat duduknya
sendiri. Dia sadar dirinya tidak akan sempat menjangkaunya. Hale sudah hampir
sampai. Susan berputar dengan putus asa sambil memilih tempat yang sesuai di Node 3.
Pintu-pintu di belakangnya berbunyi dan bersiap membuka. Susan merasakan
nalurinya bertindak. Dengan menekan sepatunya ke dalam karpet dan langkah-
langkah panjang, dia bergegas menuju kamar sepen. Ketika pintu-pintu Node 3
membuka, Susan berhenti tepat di depan lemari es dan membuka pintunya. Sebuah
tempat air kaca di atasnya hampir terguling.
"Lapar?" tanya Hale sambil memasuki Node 3 dan berjalan ke arah Susan. Suaranya
tenang dan menggoda. "Mau berbagi tahu?"
Susan menghela napas dan berbahk menghadapnya. "Tidak, terima kasih," jawabnya.
"Aku rasa aku akan-" Kata-kata Susan tersangkut di kerongkongannya. Dia berubah
menjadi pucat. Hale menatap Susan dengan bingung. "Ada yang salah?"
Susan mengigit bibirnya dan menatap mata Hale. "Tidak ada," katanya. Tetapi itu
bohong. Di seberang ruangan, komputer Hale menyala terang. Susan lupa membuatnya
redup. *** 37 DI LANTAI bawah hotel Alfonso XIII, Becker melangkah dengan lesu ke arah bar.
Seorang bartender kerdil meletakkan sehelai serbet di hadapan Becker. "Que bebe
usted" Hendak minum apa?"
"Tidak usah, terima kasih," jawab Becker. "Saya ingin tahu apakah ada klab untuk
punk rocker di kota ini?"
Bartender itu menatap Becker dengan pandangan aneh. "Klab" Untuk para punk?"
"Ya. Apakah ada tempat nongkrong mereka di kota ini?"
"No lo se, senor. Saya tidak tahu. Tapi yang pasti bukan di sini!" Dia
tersenyum. "Mau minum?"
Becker merasa ingin mengguncang pria kecil itu. Semuanya tidak berjalan seperti
yang direncanakan. "Alunan musik klasik yang lembut berputar di atas kepala Becker. Bradenburg
Concertos, pikirnya. Nomor Empat. Dia dan Susan pernah menyaksikan Academy of
St. Martin of the Fields memainkan komposisi tersebut di kampus tahun lalu.
Tiba-tiba dia berharap Susan berada bersamanya sekarang. Semburan pendingin
ruangan di bagian atas mengingatkannya bagaimana rasanya udara di luar. Dia
membayangkan dirinya berjalan di sepanjang daerah Tnana yang hiruk pikuk dan
panas sambil mencari seorang punk berkaus bendera Inggris. Dia teringat pada
Susan lagi. "Zurno arandano," Becker berkata setengah sadar. "Jus cranberry."
Bartender itu kelihatannya bingung. "iSolo?" Jus Cranberry adalah minuman yang
populer di Spanyol, tetapi meminumnya sendirian tidaklah lazim.
"Si," jawab Becker. "Solo."
"iEcho un poco de Smirnoff?" desak bartender itu. "Sedikit vodka?"
"Tidak, terima kasih."
"iGratis?" bujuk bartender itu. "Tidak usah bayar?" Dengan kepala yang
berdenyut-denyut, Becker membayangkan jalan-jalan kotor di Tnana, udara panas
yang mencekat dan malam yang panjang di depannya. Peduli setan. Becker
mengangguk. "Si, echame un poco de vodka."
Bartender itu merasa sangat lega dan segera pergi untuk menyiapkan minuman itu.
Becker melihat ke sekeliling bar yang berhias itu dan bertanya-tanya apakah
dirinya sedang bermimpi. Apa saja lebih masuk akal dan semua ini. Aku seorang
dosen di universitas, pikir Becker, yang sedang dalam misi rahasia.
Bartender itu kembali dengan ceria dan membawakan minuman Becker. "A su gusto,
senor. Cranberry dengan sedikit vodka."
Becker mengucapkan terima kasih. Dia menyesap minumannya dan tersedak. Sedikit
vodka" *** 38 HALE MENGHENTIKAN langkahnya menuju ruang sepen Node 3 dan menatap Susan. "Ada
yang salah, Sue" Kau kelihatan kacau."
Susan berusaha mengatasi rasa takutnya. Sepuluh kaki di depannya, monitor Hale
menyala dengan terang. "Aku ... aku baik-baik saja," katanya dengan jantung yang
berdebar. Hale menatap Susan dengan bingung. "Kau mau segelas air?"
Susan tidak dapat menjawab. Dia mengutuk dirinya sendiri. Bagaimana aku bisa
lupa meredupkan monitor sial itu" Susan sadar, saat Hale menyadari dirinya telah
mengutak-atik komputernya, pria itu akan curiga bahwa dia telah mengetahui
identitas sebenarnya North Dakota. Dia takut Hale akan melakukan apa pun untuk
menjaga agar informasi itu tetap berada di dalam Node 3.
Susan bertanya-tanya apakah dirinya bisa berlari ke arah pintu. Tetapi dia tidak
memiliki kesempatan itu. Tiba-tiba ada suara ketukan keras pada dinding kaca.
Hale dan Susan terloncat. Ternyata itu Chartrukian. Petugas Sys-Sec itu
memukulkan kepalan tangannya yang berkeringat ke atas kaca lagi. Chartrukian
terlihat seperti baru saja menyaksikan perang akhir zaman.
Hale merengut ke arah petugas Sys-Sec yang mengamuk di luar jendela itu,
kemudian beralih kepada Susan. "Aku akan segera kembali. Minumlah. Kau kelihatan
pucat." Hale berbahk dan keluar.
Kepala Susan serasa dipukul. Dia berbahk dan melihat percakapan yang sedang
terjadi di lantai Crypto. Kelihatannya, Chratrukian belum pulang sama sekali.
Petugas Sys-Sec muda itu sekarang sedang panik sambil menceritakan segalanya
pada Greg Hale. Susan tahu hal itu tidak penting - Hale sudah tahu segalanya.
Aku harus segera memberi tahu Strathmore, pikir Susan. Segera.
*** 39 RUANG 301. Rocio Eva Granada berdiri telanjang di depan cermin kamar mandi. Ini
saat yang paling ditakutinya sepanjang hari. Si Jerman sedang menunggunya di
tempat tidur. Dia adalah pria terbesar yang ditemaninya.
Dengan segan, Rocio mengambil sebongkah es dari ember air dan menggosokkannya
pada dua putingnya. Keduanya segera mengeras. Ini adalah bakatnya - membuat para
pria merasa diinginkan. Dan hal inilah yang membuat mereka selalu kembali. Rocio
membelai seluruh badannya yang lentur dan berwarna kecokelatan itu sambil
berharap dirinya bisa bertahan selama empat atau lima tahun ke depan sampai dia
memiliki cukup uang untuk pensiun. Senor Roldan mengambil sebagian besar
penghasilannya. Tetapi tanpa Roldan, Rocio sadar dirinya akan berada bersama
pelacur lain yang menunggu para pemabuk di Triana. Paling tidak, bersama Roldan,
pria-pria yang dilayaninya mempunyai uang. Mereka tidak pernah memukulnya dan
mereka mudah untuk dilayani. Rocio memakai pakaian dalamnya, menarik napas
panjang, dan membuka pintu kamar mandi.
Saat Rocio melangkah masuk ke dalam kamar, mata orang Jerman itu membelalak.
Rocio memakai pakaian dalam berwarna hitam. Kulit cokelatnya bersinar di bawah
lampu yang temaram dan putingnya mencuat jelas di balik bahan berenda.
"Kornrn doch hierher," kata pria itu dengan bersemangat sambil membuka mantel
dan terlentang. Rocio memaksakan sebuah senyum dan mendekati tempat tidur. Dia menatap ke arah
si Jerman yang besar itu. Dia tertawa kecil dengan lega. Perkakas di antara
kedua kaki pria itu berukuran sangat kecil.
Pria itu segera menyambar Rocio dan dengan tidak sabar melucuti baju dalam
wanita itu. Jari-jari gemuk milik pria itu menjamah setiap inci badan Rocio.
Rocio jatuh ke atas tubuh si Jerman, mengerang dan bergeliat dalam kenikmatan
palsu. Saat pria itu berguling ke atasnya, Rocio merasa dirinya hampir remuk.
Dia terengah dan tercekik di bawah leher si Jerman yang bergelambir. Dia berdoa
agar pria itu cepat selesai.
"Si! Si!" Rocio terengah di antara hentakan serta menancapkan kuku jarinya di
punggung pria itu untuk memberinya semangat.
Berbagai macam peristiwa berputar di dalam kepala Rocio - wajah-wajah para pria
yang tak terhitung jumlahnya yang telah dipuaskannya, langit-langit yang pernah
dilihatnya selama berjam-jam di dalam kegelapan, impiannya untuk memiliki
anak .... Tiba-tiba, tanpa peringatan, tubuh si Jerman melengkung, menjadi kaku, dan
segera roboh di atasnya. Hanya begitu saja" pikir Rocio dengan perasaan terkejut
dan lega. Rocio mencoba untuk keluar dan tindihannya. "Sayang," bisiknya parau, "biarkan
aku di atas." Tetapi pria itu bergeming.
Rocio meraih ke atas dan mendorong pundak si Jerman yang besar itu. "Sayang, aku
... aku tidak bisa bernapas!" Rocio mulai merasa seperti akan pingsan.
Sepertinya tulang iganya retak. "iDespiertate!" Secara naluriah jari-jarinya
merenggut rambut kusut pria itu. Bangun!
Pada saat itulah Rocio merasakan cairan lengket yang hangat di jarinya. Cairan
itu ada pada rambut si Jerman yang kusut - mengalir turun ke pipi Rocio dan ke
dalam mulutnya. Rasanya asin. Rocio menggeliat dengan liar di bawah pria itu. Di
bagian atas, secercah sinar yang ganjil menerangi wajah si Jerman yang
terpelintir. Sebuah lubang bekas peluru di pelipis pria itu mengalirkan darah ke
seluruh badan Rocio. Rocio berusaha menjerit, tetapi tidak ada udara yang
tertinggal di dalam paru-parunya. Pria itu telah meremukkannya. Dengan kalap
Rocio berusaha menggapai berkas sinar yang berasal dan pintu. Dia melihat sebuah
tangan. Sebuah senjata dengan peredam. Kilatan sinar. Dan kemudian, tidak ada
apa-apa. *** 40 DI LUAR Node 3, Chartrukian tampak putus asa. Dia sedang berusaha meyakinkan
Hale bahwa TRANSLTR bermasalah. Susan mendahului mereka dengan satu pikiran di
dalam benaknya - mencari Strathmore.
Petugas Sys-Syc yang panik itu menangkap lengan Susan saat wanita itu melewati
mereka. "Ms. Fletcher! Kita terserang virus! Saya yakin! Anda harus - "
Susan mengibaskan tangannya agar terlepas dan memelototi Chartrukian dengan
marah. "Saya pikir Komandan telah menyuruh Anda pulang."
"Tetapi Run-Monitor itu menunjukkan delapan - "
"Komandan Strathmore telah menyuruhmu pulang!"
"PERSETAN DENGAN KOMANDAN STRATHMORE!" jerit Chartrukian. Kata-katanya bergema
di seluruh kubah. Sebuah suara bergemuruh di atas mereka. "Mr. Chartrukian?" Ketiga pegawai Crypto
itu tidak bergerak. Jauh di atas mereka, Strathmore berdiri dekat pagar pembatas di luar ruang
kantornya. Untuk sesaat, suara yang terdengar hanyalah dengungan aneh dan rnesin pembangkit
tenaga di bagian bawah. Dengan putus asa, Susan berusaha menarik perhatian
Strathmore. Komandan! Hale adalah North Dakota!
Tetapi Strathmore terpaku pada petugas Sys-Sec muda itu. Strathmore menuruni
anak tangga tanpa berkedip. Matanya tetap tertuju pada Chartrukian. Dia
menyeberangi lantai Crypto dan berhenti enam inci di depan teknisi yang gemetar
itu. "Apa katamu"'
"Pak," Chartrukian tercekat, "TRANSLTR sedang bermasalah."
"Komandan?" sela Susan. "Bisakah saya - "
Strathmore mengibaskan tangannya. Matanya tidak berpaling dan petugas Sys-Sec
itu. Chartrukian berkata dengan cepat, "Kita memiliki sebuah dokumen yang terinfeksi,
Pak. Saya yakin itu!"
Wajah Strathmore berubah menjadi merah tua, "Mr. Chartrukian, kita sudah
membahas masalah ini. Tidak ada dokumen yang membuat TRANSLTR terinfeksi!"
"Ya, ada!" jerit Chartrukian. "Dan jika sampai mengenai bank data utama-"
"Di mana dokumen yang terinfeksi itu?" teriak Strathmore.
"Tunjukkan padaku!"
Chartrukian ragu-ragu. "Saya tidak bisa!" "Tentu kau tidak bisa! Memang tidak
pernah ada!" Susan berkata, "Komandan, saya harus-" Dengan marah, Strathmore
kembali mengisyaratkan pada Susan untuk diam dengan mengibaskan tangannya. Susan
menatap Hale dengan cemas. Hale terlihat
pongah dan tenang. Sungguh masuk akal, pikirnya. Hale tidak akan mencemaskan
sebuah virus. Hale tahu apa yang sedang terjadi di dalam TRANSLTR.
Chartrukian bersikeras. "Dokumen yang terinfeksi itu ada, Pak. Tetapi Gauntlet
tidak bisa menangkapnya."
"Jika Gauntlet tidak bisa menangkapnya, lalu dan mana kautahu virus itu ada?"
tanya Strathmore dengan marah.
Tiba-tiba Chartrukian menjadi lebih percaya diri. "Rangkaian mutasi, Pak. Saya
telah menjalankan analisis penuh, dan pemeriksaan menunjukkan bahwa itu adalah
rangkaian mutasi!" Susan sekarang mengerti kenapa petugas Sys-Sec itu khawatir. Rangkaian mutasi,
pikirnya. Susan tahu bahwa rangkaian mutasi adalah urutan pemrograman yang
merusak data dengan cara yang sangat rumit. Hal seperti ini sangat umum terjadi
pada virus-virus komputer, terutama pada virus yang dapat mengubah data
berukuran besar. Tentu saja, Susan juga tahu dan email Tankado bahwa rangkaian
mutasi yang ditemukan Chartrukian tidak berbahaya - hanya bagian dan Benteng
Digital. Petugas Sys-Sec itu meneruskan. "Ketika saya pertama kali melihat rangkaian itu,
Pak, saya pikir penyaring Gauntlet telah gagal. Tetapi kemudian saya menjalankan
beberapa tes dan menemukan ...." Dia berhenti dan tiba-tiba terlihat gelisah.
"Saya menemukan bahwa seseorang telah memotong jalan Gauntlet secara manual."
Pernyataan itu segera membuat semua terdiam. Wajah Strathmore semakin merah.
Tidak diragukan lagi siapa yang sedang dituduh oleh Chartrukian. Komputer
Strathmore adalah satu-satunya di Crypto yang bisa memotong jalan penyanng-
penyanng Gauntlet. Ketika Strathmore berbicara, suaranya sedingin es. "Mr. Chartrukian, ini
sebenarnya bukan urusanmu, tetapi akulah yang telah memotong jalan Gauntlet."
Dengan emosi yang semakin memuncak, Strathmore meneruskan. "Seperti yang
kukatakan sebelumnya, aku sedang menjalankan sebuah tes diagnostik yang sangat
canggih. Rangkaian mutasi yang kaulihat di dalam TRANSLTR adalah bagian dan tes
diagnostic itu. Rangkaian tersebut ada di sana karena aku yang menaruhnya.
Gauntlet menolak saat aku memasukkan dokumen itu, jadi aku memotong jalan
penyanng-penyanngnya." Mata Strathmore yang mengecil memandang tajam pada
Chartrukian. "Sekarang, ada lagi yang lain sebelum kau pergi?"
Dalam sekejap, segalanya menjadi jelas bagi Susan. Ketika Strathmore memasukkan
alogaritma Benteng Digital yang bersandi dan internet itu dan berusaha
memeriksanya dengan TRANSLTR, rangkaian mutasinya menghantam penyanngpenyanng
Gauntlet. Karena sangat ingin mengetahui apakah Benteng Digital bisa dipecahkan
atau tidak, Strathmore memotong jalan penyanng-penyanng tersebut.
Memotong jalan Gauntlet tidaklah lazim. Walaupun begitu, dalam situasi seperti
ini, tidak ada salahnya langsung mengirim Benteng Digital kepada TRANSLTR. Sang
komandan tahu dengan pasti dokumen apa itu dan dan mana asalnya.
"Komandan," sela Susan yang tidak bisa menunggu lebih lama lagi. "Saya benar-


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

benar harus-" Kali ini kata-kata Susan terputus oleh deringan tajam telepon seluler milik
Strathmore. Sang komandan menekan tombol jawab. "Ada apa!" bentaknya. Kemudian,
dia terdiam dan menyimak penelepon itu.
Susan segera melupakan Hale. Dia berdoa agar yang menelepon adalah David.
Katakan padaku dia baik-baik saja. Katakan padaku dia telah menemukan cincin
itu. Tetapi Strathmore menatap mata Susan dan mengernyit. Telepon itu bukan dan
David. Susan merasakan napasnya bertambah pendek. Vang ingin diketahuinya adalah, pria
yang dicintainya selamat. Dia tahu, Strathmore gelisah karena alasan lain. Jika
David masih lama, sang komandan akan harus mengirimkan bantuan - petugaspetugas
lapangan NSA. Terlalu berisiko berharap Strathmore tidak akan melakukan itu.
"Komandan?" desak Chartrukian. "Saya benar-benar berpikir kita harus memeriksa-"
"Tunggu sebentar," kata Strathmore sambil meminta maaf kepada peneleponnya. Dia
menutup corong teleponnya dan melayangkan pandangan marah kepada petugas Sys-Sec
muda itu. "Mr. Chartrukian," geramnya, "pembicaraan ini telah selesai. Kau akan
segera meninggalkan Crypto. Sekarang. Ini perintah."
Chartrukian berdiri dengan perasaan kaget. "Tetapi, Pak, rangkaian mut-"
"SEKARANG!" teriak Strathmore.
Chartrukian menatap Strathmore sesaat dan tidak bersuara. Kemudian petugas Sys-
Sec itu segera menuju laboratorium Sys-Sec.
Strathmore berbahk dan melihat Hale dengan pandangan bertanya-tanya. Susan
mengerti kenapa sang komandan merasa bingung. Hale selama ini diam - terlalu diam.
Hale tahu dengan baik bahwa tidak ada tes diagnostik yang menggunakan rangkaian
mutasi, apalagi yang sampai membuat TRANSLTR sibuk selama delapan belas jam.
Tetapi Hale tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia tampaknya tidak peduli pada
semua keributan yang terjadi. Strathmore jelas jelas mempertanyakan hal
tersebut. Dan Susan mempunyai jawabannya.
"Komandan," kata Susan dengan gigih, "kalau saja saya boleh berbicara-"
"Sebentar," sela Strathmore sambil tetap menatap Hale dengan bingung. "Aku harus
menjawab telepon ini." Strathmore berbahk dan kembali ke ruang kantornya.
Susan membuka mulutnya, tetapi semua kata tertahan di ujung lidahnya. Hale
adalah North Dakota. Susan berdiri dengan kaku dan tidak bisa bernapas. Dia
merasa Hale sedang memelototinya. Dia kemudian berbahk. Hale bergeser sedikit
dan mengayunkan lengannya dengan anggun ke arah pintu Node 3. "Silakan jalan
dulu, Sue." *** 41 DI SEBUAH kamar penyimpan linen di lantai tiga Alfonso XIII, seorang pelayan
kamar tergeletak tidak sadarkan diri di lantai. Seorang pria dengan kacamata
berbingkai kawat mengembalikan sebuah kunci utama hotel itu ke dalam kantong
pelayan wanita itu. Dia tidak mendengar jeritan wanita itu ketika dia memukulnya
tadi, tetapi dia memang tidak pernah tahu dengan pasti - pria itu telah tuli
semenjak berusia dua belas tahun.
Dia menggapai paket baterai di pinggangnya dengan gaya penuh hormat. Diberikan
oleh seorang kliennya, mesin itu telah memberinya hidup baru. Sekarang dia bisa
menerima kontrak kerjanya di mana pun di seluruh dunia. Semua komunikasi tiba
secara cepat dan tak terlacak.
Dengan penuh semangat dia menyentuh tombol alat itu. Kacamatanya berkedip
menyala. Sekali lagi jemarinya bergerak-gerak di udara dan mulai mengetik.
Seperti yang selalu dilakukannya, dia menyimpan catatan semua nama korbannya.
Kontak-kontak yang dibuat jarinya mulai tersambung, dan huruf-huruf muncul pada
lensa kacamatanya seperti hantu-hantu yang melayang di udara.
SUBJEK: ROCIO EVA GRANADA - SUDAH DISINGKIRKAN SUBJEK: HANS HUBER - SUDAH
DISINGKIRKAN Tiga lantai ke bawah, David Becker membayar minumannya dan berjalan ke arah lobi
dengan minuman yang tinggal setengah di tangan. Dia menuju serambi hotel yang
terbuka untuk mendapatkan udara segar. Masuk dan keluar, renungnya. Banyak hal
terjadi tidak seperti yang diharapkannya. Dia harus membuat keputusan. Haruskah
dia menyerah dan kembali ke bandara" Masalah keamanan nasional. Becker mengutuk
pelan. Lalu kenapa mereka mengirim seorang guru sekolah"
Becker menyingkir dan pandangan si bartender dan menuang minumannya ke dalam
tanaman melati di dalam pot. Vodka telah membuat kepalanya sedikit sakit.
Peminum yang payah, Susan sering meledeknya. Setelah mengisi ulang gelas kristal
yang berat itu di pancuran air minum, Becker menenggaknya habis.
Becker meregangkan tubuhnya sambil berusaha menyingkirkan kabut dalam
pikirannya. Kemudian dia meletakkan gelas itu dan berjalan menyeberangi lobi.
Saat Becker melewati lift, pintu lift itu terbuka. Ada seorang pria di dalamnya.
Vang bisa dilihat Becker hanyalah sebuah kacamata berbingkai kawat tebal. Pria
itu mengangkat sebuah saputangan untuk membersihkan hidungnya. Becker tersenyum
sopan dan terus berjalan ... keluar menuju malam Sevilla yang menyesakkan.
*** 42 DI DALAM Node 3, Susan berjalan mondar-mandir dengan panik. Dia berharap bisa
membuka kedok Hale ketika ada kesempatan tadi.
Hale duduk di depan komputernya sendiri. "Stres bisa membunuh, Sue. Ada yang
ingin kauceritakan?"
Susan memaksakan dirinya untuk duduk. Dia pikir Strathmore telah selesai
berbicara di telepon sekarang dan kembali untuk berbicara dengannya, tetapi sang
komandan tidak kelihatan sama sekali. Susan berusaha untuk tetap tenang. Dia
melihat layar komputernya. Pelacaknya masih terus bekerja - untuk kedua kalinya.
Hal itu sudah tidak penting lagi. Susan sudah tahu alamat siapa yang akan
terkirim kembali: GHALE@crypto.nsa.gov.
Susan melihat ke arah tempat kerja Strathmore dan dia tahu dirinya tidak bisa
menunggu lebih lama lagi. Sudah saatnya menyela pembicaraan komandan di telepon.
Dia berdiri dan berjalan ke pintu.
Melihat tingkah Susan yang aneh, tiba-tiba Hale gelisah. Dia segera melangkah
menyeberangi ruangan dan mendahului Susan sampai di pintu. Hale melipat
tangannya dan menghalangi jalan keluar Susan.
"Katakan apa yang sedang terjadi," pinta Hale. "Ada sesuatu yang sedang terjadi
di sini hari ini. Apa itu?"
"Biarkan aku keluar," kata Susan setenang mungkin. Tibatiba dia merasa sedikit
marah. "Ayolah," desak Hale. "Strathmore hampir memecat Chartrukian karena petugas Sys-
Sec tersebut telah melakukan tugasnya. Apa yang sedang terjadi di dalam
TRANSLTR" Kita tidak memiliki sebuah tes diagnostik yang memakan waktu delapan
belas jam. Itu omong kosong dan kautahu itu. Katakan apa yang sedang terjadi."
Mata Susan mengecil. Kautahu dengan pasti apa yang sedang terjadi! "Minggir,
Greg," perintahnya. "Aku harus ke kamar kecil."
Hale menyeringai. Dia menunggu sebentar dan bergeser. "Maaf, Sue. Hanya
bercanda." Susan melewati Hale dan meninggalkan Node 3. Saat melewati dinding kaca, dia
merasakan tatapan Hale dan sisi dalam Node 3 menembus dirinya.
Dengan segan, Susan memutar menuju kamar kecil. Dia harus berjalan memutar
sebelum mengunjungi sang komandan. Greg tidak mungkin curiga.
*** 43 CHAD BRINKERHOFF, berusia 45 tahun dan selalu ceria, adalah seorang pria yang
berbadan tegap, berdandan rapi, dan memiliki banyak informasi. Setelan jas musim
panasnya yang ringan, seperti kulitnya yang terbakar matahari, tidak menunjukkan
kerutan atau bekas dipakai. Rambutnya tebal, berwarna pirang keabuan, dan - yang
terpenting - itu adalah rambut asli. Matanya biru cemerlang - sedikit dipertajam
oleh keajaiban lensa kontak berwarna.
Brinkerhoff memerhatikan ruang kantor berlapis kayu di sekelilingnya. Dia sadar
dia telah mencapai posisi tertinggi yang mungkin dicapainya di NSA. Dia berada
di lantai sembilan - Deretan Mahogani. Ruang kantor 9A197. Bagian Direksi.
Saat itu malam Sabtu, dan Deretan Mahogani kosong. Para eksekutif telah lama
pulang - pergi menikmati segala macam kegiatan santai yang biasa dilakukan oleh
orang-orang berpengaruh di waktu senggang mereka. Walaupun selalu memimpikan
sebuah posisi yang "nyata" di perusahaan itu, Brinkerhoff akhirnya bekerja
sebagai "pembantu pribadi" - sebuah posisi resmi namun buntu di antara persaingan
politis yang tiada akhir. Kenyataan bahwa dirinya bekerja berdampingan dengan
satusatunya pria paling berkuasa di bidang intelijen Amerika tidak banyak
menghiburnya. Bnnkerhoff lulus dengan cemerlang dan Andouer and Williams, dan
tetap saja dirinya berada di sini, setengah baya, tanpa kuasa yang nyata - tidak
ada tantangan yang nyata. Dia menghabiskan hari-harinya mengatur jadwal orang
lain. TENTU SAJA ada keuntungan-keuntungan tertentu dengan bekerja sebagai pembantu
pribadi sang direktur - Bnnkerhoff memiliki sebuah ruang kantor mewah di bagian
direksi, akses penuh ke semua departemen NSA, dan sedikit rasa hormat dan
perusahaan yang dikelolanya. Dia melakukan beberapa hal untuk para penguasa di
eselon tertinggi. Jauh di dalam hatinya, Bnnkerhoff sadar dia terlahir untuk
menjadi pembantu pribadi - cukup cerdas untuk membuat catatan, cukup tampan untuk
memberikan konferensi pers, dan cukup malas untuk merasa bahagia dengan
pekerjaannya. Suara dentingan manis dan jam di tempat perapiannya menandakan berakhirnya satu
hari lagi dalam kehidupannya yang menyedihkan itu. Sial, pikir Bnnkerhoff. Jam
lima sore pada hari Sabtu. Apa yang sedang aku lakukan di sini"
"Chad?" Seorang wanita muncul di ambang pintu.
Chad menengadah. Ternyata Midge Milke, analis keamanan internal, anak buah
Fontaine. Wanita itu berusia enam puluh tahun, agak gempal, dan, ini yang agak
membingungkan Bnnkerhoff, masih tampak cukup menarik. Wanita amat genit dan
janda tiga kali itu berpatroli di keenam ruangan di bagian direksi dengan gaya
sok kuasa. Dia cerdas, penuh intuisi, pekerja keras, dan digosipkan tahu tentang
semua kinerja di dalam tubuh NSA lebih baik dibandingkan Tuhan
Sialan, pikir Brinkerhoff sambil melihat wanita yang mengenakan gaun kasmir abu-
abu itu. Entah aku yang bertambah tua, atau dia yang kelihatan lebih muda.
"Laporan mingguan." Wanita itu tersenyum sambil melambaikan setumpuk kertas.
"Kau harus memeriksa fi-gure (angka-angka) ini."
Brinkerhoff menatap tubuh Midge. "Dan sini figur (bentuk badan)-nya kelihatan
bagus." "Jujur saja, Chad," kata Midge sambil tertawa. "Aku cukup tua untuk menjadi
ibumu." Jangan ingatkan aku, pikir Brinkerhoff.
Midge melangkah masuk dan berjalan pelan-pelan menuju meja Brinkerhoff. "Aku
hendak keluar, tetapi Direktur menginginkan semua ini disusun sebelum dia
kembali dan Amerika Selatan pada hari Senin pagi-pagi sekali." Midge menjatuhkan
kertas-kertas itu di depan Brinkerhoff.
"Memangnya siapa aku ini" Seorang akuntan?" "Tidak, say, kau direktur
pengendali. Kupikir kautahu
itu." "Jadi apa yang kulakukan, mengunyah angka-angka?"
Wanita itu mengacak-acak rambut Brinkerhoff. "Kau membutuhkan lebih banyak
tanggung jawab. Nah, ini dia." Dia mendongak dengan sedih ke arah wanita itu.
"Midge ... aku tidak memiliki kehidupan."
Midge mengetuk tumpukan kertas itu dengan jarinya. "Ini hidupmu, Chad
Brinkerhoff." Midge menatapnya dan sikapnya melunak. "Ada yang bisa kuambilkan
sebelum aku pergi?" Bnnkerhoff melihat Midge dengan pandangan memohon dan memutar lehernya yang
sakit. "Bahuku pegal." Midge tidak terpancing. "Minum aspinn." Bnnkerhoff
cemberut. "Tidak ada pijatan di punggung?"
Midge menggeleng. "Cosmopohtan melaporkan, dua per tiga dan acara pijat punggung
berakhir dengan seks." Bnnkerhoff tampak dongkol. "Kita tidak pernah berakhir
begitu." "Tepat sekali." Midge berkedip. "Itulah masalahnya." "Midge-"
"Malam, Chad." Dia berjalan ke pintu. "Kau akan pergi?"
"Kau tahu aku ingin tinggal," kata Midge sambil berhenti di dekat pintu, "tetapi
aku masih punya harga diri. Aku tidak mau jadi cadangan - terutama untuk seorang
remaja." "Istriku bukan remaja," kata Bnnkerhoff membela diri. "Dia hanya bertingkah
seperti remaja." Midge menatapnya dengan terkejut. "Aku tidak sedang membicarakan istrimu." Midge
mengedipkan bulu matanya dengan gaya tidak bersalah. "Aku sedang membicarakan
Garmen." Midge menyebut nama itu dengan aksen Puerto Rico yang kental.
Suara Bnnkerhoff menjadi agak sumbang. "Siapa?"
"Garmen" Di bagian layanan makanan?"
Bnnkerhoff merasa dirinya bersemu. Garmen Huerta adalah juru masak kue berusia
27 tahun yang bekerja di kantin NSA. Bnnkerhoff telah beberapa kali menikmati
pertemuan yang seharusnya bersifat rahasia bersama perempuan itu di gudang
makanan. Midge berkedip nakal padanya. "Ingat, Chad ... Big Brother mengetahui
segalanya." Big Brother" Brinkerhoff menelan ludah. Big Brother juga mengawasi gudang"
Big Brother, atau "Brother" sebagaimana Midge sering memanggilnya, adalah mesin
Centrex 333 yang berada di sebuah rungan kecil di luar ruang tengah bagian
direksi. Brother adalah segalanya bagi Midge. Mesin itu menerima informasi dan
14S kamera video sirkuit tertutup, 399 pintu elektronik, 377 penyadap telepon,
dan 212 penyadap mandiri di seluruh kompleks NSA.
Para direktur NSA pernah mendapatkan pelajaran pahit. Mereka akhirnya sadar
bahwa 26.000 karyawan, selain sebuah aset yang besar, juga merupakan tanggung
jawab yang besar. Setiap pelanggaran keamanan besar sepanjang sejarah NSA
berasal dan dalam. Tugas Midge seorang analis keamanan internal adalah mengawasi
apa saja yang terjadi di dalam dinding-dinding NSA ... rupanya termasuk gudang
makanan di kantin. Brinkerhoff berdiri untuk membela diri, tetapi Midge telah keluar.
"Tangan di atas meja," seru Midge lewat bahunya. "Jangan berbuat yang tidak-
tidak setelah aku pergi. Dinding-dinding mempunyai mata."
Brinkerhoff kembali duduk dan mendengar suara ketukan hak sepatu Midge
menghilang di lorong. Paling tidak dia tahu Midge tidak akan membocorkan
rahasianya. Midge bukannya tidak mempunyai kelemahan. Perempuan itu telah
beberapa kali menuruti kehendak hati untuk bersenang-senang - yang biasanya berupa
acara pijat punggung bersama Brinkerhoff.
Pikiran Brinkerhoff kembali kepada Garmen. Dia membayangkan tubuh Garmen yang
lentur dan gesit, pahanya yang berwarna gelap, radio AM yang selalu disetelnya
kencang - lagu salsa San Juan yang panas. Bnnkerhoff tersenyum. Mungkin aku akan
mampir untuk, sedikit makanan kecil setelah aku selesai nanti.
Bnnkerhoff membuka halaman pertama pada tumpukan kertasnya.
CRVPTO - PRODUKSI/PENGELUARAN
Semangat Bnnkerhoff segera naik. Midge telah memberinya mainan. Laporan Crypto
biasanya mudah. Secara teknis, dia harus menyusun rapi segala hal, tetapi satu-
satunya angka yang diminta oleh Direktur adalah MCD (Mean Cost per Descryption)
atau biaya rata-rata per sandi yang dipecahkan. MCD adalah perkiraan biaya yang
diperlukan TRANSLTR untuk memecahkan sebuah kode. Sejauh itu di bawah US$ 1.000,
Fontaine tidak akan khawatir. Seribu dolar untuk setiap sandi yang berhasil
dipecahkan. Bnnkerhoffterkekeh. Biaya tersebut dibayar dengan uang pajak yang
didapatkan oleh pemerintah.
Saat Bnnkerhoff mulai menggarap berkas-berkas itu dan memeriksa MCD harian,
bayangan Garmen Huerta yang membalur dirinya dengan madu dan gula kue mulai
bermain di dalam kepalanya. Tiga puluh detik kemudian, dia hamper selesai. Data
Crypto sempurna seperti biasanya.
Tetapi persis sebelum pindah ke laporan lain, sesuatu menarik perhatian
Bnnkerhoff. Pada bagian bawah laporan Crypto itu, MCD terakhir melewati baris.
Angka itu begitu besar hingga mengambil tempat di dalam kolom berikutnya. Ini
membuat laporan itu menjadi berantakan. Bnnk e rh o f f menatap angka itu dengan
terkejut. 999.999.999" Brinkerhoff terengah. Satu miliar dolar" Bayangan Garmen segera
hilang. Sebuah kode seharga satu miliar dolar"
Brinkerhoff terduduk lumpuh untuk beberapa saat. Kemudian dengan panik, dia
berlari ke lorong. "Midge. Kembali."
*** 44 CHARTRUKIAN BERDIRI dengan marah di dalam laboratorium Sys-Sec. Kata-kata
Strathmore bergaung kembali di dalam kepalanya: Pulang sekarang! Ini perintah!
Dia menendang sebuah tong sampah dan mengutuk di dalam laboratorium kosong itu.
"Tes diagnostik dengkul! Sejak kapan seorang wakil direktur memotong jalan
penyaring Gauntlet!?"
Para petugas Sys-Sec digaji dengan baik untuk melindungi sistem komputer di NSA,
dan Chartrukian tahu bahwa hanya ada dua persyaratan kerja di NSA: jadilah
secemerlang mungkin dan berlaku seperti seorang paranoid.


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setan, kutuk Chartrukian, ini bukan sekadar paranoia! Run-Monitor sialan itu
menunjukkan waktu delapan belas jam!
Itu karena virus. Chartrukian bisa menduganya. Dia hampir pasti tentang apa yang
sedang terjadi: Strathmore telah secara tidak sengaja memotong jalan penyaring
Gauntlet, dan sekarang sang komandan berusaha menutupinya dengan cerita yang
tidak meyakinkan tentang sebuah tes diagnostik.
Chartrukian tidak akan begitu kesal jika hanya TRANSLTR yang menjadi
perhatiannya. Kenyataannya tidak begitu. Walaupun para kriptografer percaya
Gauntlet dibuat hanya dengan tujuan melindungi mahakarya pemecah kode mereka,
petugas Sys-Seclah yang tahu kebenarannya. Penyaring Gauntlet melayani sesuatu
yang jauh lebih penting: bank data utama NSA.
Sejarah di balik pembuatan bank data tersebut selalu membuat Chartrukian takjub.
Internet merupakan sesuatu yang sangat berharga dan akhirnya menarik perhatian
sector swasta walaupun Departemen Pertahanan berusaha menahan penggunaan
internet untuk mereka sendiri. Pada akhirnya, universitas-universitas ikut
menggunakan internet. Tidak lama setelah itu, server-server swasta bermunculan.
Bendungannya jebol sehingga meluaplah pengguna-pengguna publik. Menjelang awal
90-an, internet pemerintahan yang pernah terjaga dengan aman menjadi sebuah
tempat sampah yang penuh dengan email publik dan pornografi dunia maya.
Setelah terjadi beberapa penyusupan komputer yang berbahaya (dan yang tidak
dipublikasikan) di Kantor Intelijen Angkatan Laut, semakin jelaslah bahwa
rahasia-rahasia pemerintah tidak lagi aman disimpan dalam komputer yang
terhubung ke sambungan internet yang semakin berkembang. Presiden, bekerja sama
dengan Departemen Pertahanan, mengeluarkan sebuah peraturan rahasia yang
mendukung sebuah jaringan baru yang aman untuk menggantikan jaringan internet
yang sudah tercemar dan berfungsi sebagai penghubung antara badan-badan
intelijen AS. Untuk mencegah penyerobotan lebih jauh terhadap rahasia
pemerintahan, semua data yang sensitif akan dipindahkan ke sebuah lokasi yang
mempunyai tingkat keamanan tinggi - bank data NSA yang baru saja dibuat - mirip
sebuah Fort Knox untuk data intelijen AS.
Secara harfiah, jutaan foto, rekaman suara, dokumen, dan video yang paling
dirahasiakan di AS diubah ke bentuk digital dan dipindahkan ke fasilitas
penyimpanan yang besar itu. Kemudian, semua salinan dalam bentuk lain
dihancurkan. Bank data tersebut dilindungi oleh sumber tenaga cadangan sebanyak
tiga lapis dan sebuah sistem penopang digital yang bertingkat. Bank data itu
berada 214 kaki di bawah tanah agar terlindung dan medan magnet dan kemungkinan
ledakan lainnya. Segala kegiatan di ruang kendali berstatus Top Secret Umbra ...
tingkat keamanan tertinggi di negara itu.
Rahasia-rahasia negara belum pernah seaman sekarang. Bank data yang tak bisa
ditembus ini memuat cetak biru dan senjata-senjata canggih, daftar saksi yang
dilindungi, nama samaran para petugas lapangan, analisis-analisis dan proposal
mendetail untuk operasi-operasi terselubung. Daftarnya tidak terbatas. Sekarang
tidak ada lagi usaha-usaha kotor untuk menyabot intelijen AS.
Tentu saja, para pegawai NSA sadar bahwa data yang tersimpan hanya bisa berguna
jika bisa diakses. Kecanggihan bank data itu bukanlah kemampuannya menjaga data
rahasia dan umum, tetapi kemampuannya untuk memberi akses hanya kepada orang-
orang yang tepat. Semua data yang tersimpan memiliki peringkat keamanan dan
hanya bisa diakses oleh petugas pemerintahan yang berkepentingan, tergantung dan
tingkat kerahasiaannya. Seorang komandan kapal selam dapat menghubungi bank data
dan memeriksa foto satelit NSA terbaru atas pelabuhan-pelabuhan di Rusia, tetapi
dia tidak dapat mengakses rencana-rencana misi antinarkoba di Amerika Selatan.
Para analis Cl A dapat mengakses sejarah pembunuh-pembunuh yang sudah diketahu
identitasnya tetapi tidak dapat mengakses kode untuk meluncurkan roket nuklir
yang khusus disediakan untuk Presiden.
Para petugas Sys-Sec, tentu saja, tidak dapat mengakses informasi di bank data.
Mereka hanya bertanggung jawab atas keamanannya. Seperti semua bank data besar
lainnya - dan perusahaan asuransi sampai ke universitas - fasilitas NSA secara
terus-menerus diserang oleh para hacker yang berusaha mengintip rahasia-rahasia
yang disimpan di dalamnya. Tetapi para pemrogram keamanan NSA adalah yang
terbaik di dunia. Tidak ada yang bisa menyusup ke dalam bank data NSA - dan NSA
tidak mempunyai alasan untuk berpikir bahwa ada yang bisa melakukannya.
DI DALAM laboratorium Sys-Sec, Chartrukian berkeringat dingin sambil bertanya-
tanya apakah dirinya pulang saja atau tidak. Masalah di dalam TRANSLTR berarti
masalah di dalam bank data juga. Ketidakpedulian Strathmore benar-benar
membingungkan. Setiap orang tahu bahwa TRANSLTR dan bank data utama NSA mempunyai keterkaitan
yang sangat erat. Setiap kode baru yang berhasil dipecahkan akan langsung
dikirim dan Crypto melalui kabel serat optik sepanjang 450 yard ke bank data NSA
untuk disimpan. Fasilitas penyimpanan suci ini hanya memiliki jalan masuk yang
terbatas - dan TRANSLTR adalah salah satunya. Gauntlet berfungsi sebagai penjaga
pintu yang tidak bisa ditembus. Dan Strathmore telah memotong jalannya.
Chartrukian bisa mendengar suara degup jantungnya sendiri. TRANSLTR telah
menghadapi jalan buntu selama delapan belas jam! Terbukti sudah bahwa sebuah
virus telah memasuki TRANSLTR dan kemudian menyebar ke lantai bawah NSA. "Aku
harus melaporkan hal ini."
Dalam situasi seperti itu, Chartrukian tahu bahwa hanya ada satu orang yang
dapat dihubungi: petugas senior Sys-Sec NSA. Dia seorang ahli komputer yang
pemarah dengan berat empat ratus pon. Dialah yang telah menciptakan Gauntlet.
Nama panggilannya Jabba. Dia sudah seperti setengah dewa di NSA - berkeliaran di
lorong-lorong, menangani masalahmasalah komputer, dan mengutuk mereka yang bodoh dan tidak serius dalam
bekerja. Chartrukian tahu, begitu Jabba mendengar bahwa Strathmore telah
memotong jalan penyaring Gauntlet, semua isi neraka akan keluar. Sayang sekali,
pikir Chartrukian. Tapi aku harus menjalankan tugasku. Dia menyambar pesawat
telepon dan memutar nomor telepon seluler Jabba yang siap sedia 24jam.
*** 45 DAVID BERJALAN tanpa arah di sepanjang Avenida del Cid dan berusaha untuk
berpikir. Bayangan-bayangan bisu bermain di atas bebatuan jalanan di bawah
kakinya. Pengaruh vodka masih terasa. Dia tidak bisa berpikir jernih. Pikirannya
kembali kepada Susan. Dia bertanya-tanya apakah Susan telah menerima pesan
teleponnya. Di depannya, sebuah bus transit Sevilla berhenti dengan bunyi mendecit di halte.
Becker menatap bus itu. Pintu bus itu terbuka, tetapi tidak ada yang turun.
Mesin diselnya kembali meraung lagi. Tetapi saat bus itu bersiap melaju, tiga
orang remaja keluar dari sebuah bar dan mengejarnya sambil berteriak dan
melambai. Bus itu memperlambat jalannya dan ketiga remaja itu menghampirinya.
Tiga puluh yard dari belakang mereka, Becker menatap dengan rasa tidak percaya.
Pandangannya tiba-tiba terpusat, tetapi dia sadar apa yang dilihatnya itu
mustahil. Ini adalah kemungkinan satu berbanding sejuta.
Aku sedang berhalusinasi.
Tetapi saat pintu bus terbuka, remaja
remaja tersebut berebut naik. Becker melihatnya lagi. Kali ini dia merasa yakin.
Dia melihat gadis itu, diterangi oleh lampu di pojok jalan.
Para penumpang itu naik ke dalam bus dan mesin bus itu meraung lagi. Becker
tiba-tiba menjadi bersemangat. Rupa yang aneh itu terpaku di dalam benaknya -
lipstik hitam, pemulas mata yang heboh, dan rambut itu ... mencuat tajam ke atas
seperti tiga buah duri. Merah, putih, dan biru.
Ketika bus itu mulai bergerak, Becker berlari ke dalam gumpalan gas karbon
dioksida yang keluar dan pipa pembuangan bus tersebut.
"Espera!" teriaknya sambil berlari di belakang bus itu.
Sepatu Becker berpacu di atas aspal. Namun, dia tidak segesit seperti saat
sedang bermain squash; dia merasa kehilangan keseimbangan. Otaknya tidak bisa
mengendalikan kakinya. Becker mengutuki si bartender dan rasa letihnya akibat
perjalanan udara. Untung bagi Becker, bus tersebut adalah salah satu dan bus tua di Sevilla.
Dengan gigi pertama, bus itu bergerak pelan. Becker semakin mendekat. Dia sadar
dia harus mencapai bus itu sebelum mobil tersebut berpindah gigi.
Kedua pipa knalpot bus itu menyemburkan asap tebal saat sang sopir bersiap-siap
masuk ke gigi dua. Becker berusaha menambah kecepatan. Ketika dia berlari
sejajar dengan bemper belakang bus itu, dia bergerak ke kanan, dan melaju di
sisi bus tersebut. Dia bisa melihat pintu belakang bus itu - dan seperti semua bus
lainnya di Sevilla, pintu itu terbuka lebar: sebuah sistem pendingin yang murah.
Becker memusatkan perhatiannya pada pintu itu dan mengabaikan rasa sakit pada
kedua kakinya. Roda-roda bus itu persis ada di sampingnya - setinggi bahu,
berdengung semakin keras setiap detik. Becker melompat ke arah pintu dan gagal
meraih pegangan sehingga hampir kehilangan keseimbangan.Dia berjuang keras. Di
bagian bawah bus, kopling berbunyi saat si sopir bersiap pindah gigi.
Bus mi bertambah cepat! Aku tidak akan berhasil!
Tetapi saat gerigi mesin kendaraan itu bergeser untuk pindah ke roda gigi yang
lain, bus tersebut sedikit melambat. Becker mendorong badanya naik ke atas.
Mesin bus bertambah cepat saat Becker berhasil melingkarkan jemarinya di
pegangan pintu. Bahunya hampir terenggut dan tempatnya ketika mesin bus semakin
cepat. Becker terpelanting ke dalam pijakan kaki di pintu masuk.
BECKER ROBOH dan tergeletak di pintu masuk bus itu. Aspal jalanan bergerak cepat
hanya beberapa inci di bawahnya. Sekarang dia sepenuhnya sadar. Kaki dan
Gadis Pecinta Monster 2 Pendekar Slebor 68 Rantai Naga Siluman Beruang Salju 2
^