Pencarian

Benteng Digital 4

Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown Bagian 4


lengannya sakit. Dia terhuyung berdiri. Sambil berusaha menjaga keseimbangannya,
dia memanjat masuk ke dalam badan bus yang gelap. Di antara bayangan yang
berjejal, dia melihat sebuah kepala berambut seperti tiga buah duri hanya
beberapa kursi di depannya.
Merah, putih, dan biru! Aku berhasil!
Pikiran Becker penuh dengan bayangan cincin itu, pesawat Learjet 60 yang
menunggunya, dan akhirnya, Susan.
Ketika Becker sampai di sisi tempat duduk gadis itu, bus tersebut melintas di
bawah sebuah lampu jalan. Untuk sesaat wajah remaja punk itu tersinari.
Becker menatap dengan perasaan ngeri. Riasan pada wajah gadis itu dipoles di
atas potongan janggut pendek yang baru tumbuh. Itu bukan seorang gadis, tetapi
seorang pria muda. Dia memakai sebuah paku perak pada bibir atasnya, sebuah
jaket kulit, dan tidak berkaus sama sekali.
"Apa yang kau-inginkan?" tanya pemuda itu dengan suara serak beraksen New York.
Dengan perasaan pusing yang memualkan seperti akan jatuh bebas, Becker menatap
ke seluruh penumpang bus itu dan kembali ke arah pria itu. Semuanya remaja punk.
Dan hampir setengahnya berambut merah, putih, dan biru.
"Sietante!" teriak si sopir.
Becker terlalu kaget untuk mendengar.
"Sietante!" jerit sopir itu lagi. "Duduk!"
Becker berbalik sedikit ke arah wajah marah si sopir yang terpantul di cermin
depan. Tetapi dia bereaksi terlalu lama.
Kesal, sopir itu mendadak menginjak pedal rem. Becker merasa berat badannya
berpindah. Dia berusaha meraih sebuah sandaran kursi, tetapi gagal. Untuk
sesaat, Becker melayang di udara dan kemudian terjerembab dengan keras di atas
permukaan lantai bus yang kasar.
Di jalan Avenida del Cid, sesosok tubuh keluar dari bayang-bayang malam. Dia
memperbaiki letak kacamata berbingkai kawatnya dan melihat ke arah bus yang
menjauh itu. David Becker telah berhasil lolos, tetapi tidak untuk waktu yang
lama. Dari semua bus di Sevilla, Mr. Becker telah menaiki bus nomor 27 yang
bereputasi buruk itu. Bus 27 hanya memiliki satu tujuan.
*** 46 PHIL CHARTRUKIAN membanting gagang teleponnya. Saluran telepon Jabba sedang
sibuk. Jabba menolak fasilitas nada tunggu karena hal itu merupakan tipu
muslihat AT&T untuk meningkatkan keuntungannya dari setiap pembicaraan yang
tersambung. Kalimat sederhana "saya sedang berada di saluran lain; saya akan
menghubungi Anda kembali" telah membuat perusahaan telepon tersebut mengantongi
jutaan dolar per tahun. Penolakan Jabba terhadap nada tunggu adalah sebuah cara
tanpa ribut-ribut untuk memprotes peraturan NSA yang mewajibkannya selalu
membawa sebuah telepon seluler untuk keperluan mendadak.
Chartrukian berbalik dan melihat ke luar ke arah lantai Crypto yang kosong.
Suara dengung pembangkit listrik di bagian bawah semakin bertambah keras. Dia
merasa dikejarkejar waktu. Dia sadar dia harus segera pergi, tetapi di antara
suara gemuruh di bagian bawah Crypto, sebuah mantra Sys-Sec mulai bermain di
dalam kepalanya: Bertindak dulu. Penjelasannya menyusul.
Di dalam bidang sistem keamanan komputer yang penuh taruhan, waktu sangat
menentukan dalam hal menyelamatkan atau kehilangan sebuah sistem. Jarang ada
kesempatan untuk mempertimbangkan sebuah tindakan penyelamatan sebelum
melakukannya. Para petugas Sys-Sec dibayar karena pengalaman teknis ... dan
naluri mereka. Bertindak dulu. Penjelasannya menyusul. Chartrukian tahu apa yang harus
dilakukannya. Dia juga tahu bahwa setelah itu, dia akan menjadi pahlawan atau
pengangguran. Komputer besar pemecah sandi itu memiliki virus - petugas Sys-Sec itu sangat
yakin. Ada satu hal yang harus dilakukannya. Matikan komputer itu.
Chartrukian tahu ada dua cara untuk mematikan computer itu. Cafa yang pertama
adalah melalui komputer pribadi sang komandan, yang selalu terkunci di dalam
ruang kantornya - sehingga tidak memungkinkan. Cafa kedua adalah dengan
menggunakan sebuah tombol manual yang terletak di salah satu lantai di bawah
Crypto. Chartrukian menelan ludah. Dia membenci lantai-lantai bawah tanah itu. Dia hanya
pernah berada di sana satu kali, waktu latihan. Tempat itu seperti dunia mahkluk
asing yang penuh dengan jalan sempit berkelok-kelok, pipa-pipa freon, dan
rangkaian kabel memusingkan sepanjang 136 kaki yang terhubung dengan pembangkit
tenaga di bawahnya .... Itu adalah tempat terakhir yang ingin dikunjunginya, dan Strathmore adalah orang
terakhir yang ingin dilawannya, tetapi tugas adalah tugas. Mereka akan berterima
kasih padaku besok, pikirnya sambil bertanya-tanya apakah dirinya benar.
Sambil menghirup napas panjang, Chartrukian membuka pintu lemari penyimpanan dan
logam. Pada sebuah rak yang penuh dengan suku cadang komputer terdapat sebuah
gelas mug alumni Stanford yang tersembunyi di belakang sebuah konsentrator media
dan alat penguji LAN. Tanpa menyentuh bibir mug itu, Chartrukian menggapai ke
dalam dan mengeluarkan sebuah kunci Medeco. "Ajaib," gerutunya, "apa yang tidak
diketahui oleh para petugas Sys-Sec mengenai masalah keamanan."
*** 47 "SEBUAH KODE rahasia seharga satu miliar?" cibir Midge sambil mendampingi Brin-
kerhoff berjalan kembali di lorong. "Lucu juga."
"Sumpah," kata Brinkerhoff.
Midge melihatnya dengan tatapan ragu. "Jangan sampai ini hanya akal-akalan untuk
melucuti bajuku." "Midge, aku tidak akan pernah - " katanya dengan gaya sok suci.
"Aku tahu, Chad. Jangan ingatkan aku."
Tiga puluh detik kemudian, Midge duduk di kursi Brinkerhoff dan mempelajari
laporan Crypto. "Benar bukan?" kata Brinkerhoff sambil mencondongkan badannya ke arah Midge dan
menunjuk ke angka tersebut. "MCD ini" Satu miliar dolar!"
Midge terkekeh. "Tampaknya sedikit terlalu tinggi, bukan?"
"Ya." Brinkerhoff mengerang. "Hanya sedikit."
"Kelihatannya seperti sebuah pembagian dengan angka nol." "Apa?"
"Sebuah pembagian dengan angka nol," kata Midge sambil memeriksa seluruh data.
"Nilai MCD dihitung dalam pecahan - total pengeluaran dibagi dengan jumlah sandi
yang dipecahkan." "Tentu saja." Brinkerhoff mengangguk tanpa perhatian dan berusaha untuk tidak
melirik ke bagian depan gaun Midge.
"Jika penyebutnya nol," jelas Midge, "hasil baginya menjadi tidak terbatas.
Komputer membenci jumlah yang tidak terbatas, jadi mesin itu menyuguhkan angka
sembilan dalam seluruh tampilan." Midge menunjuk ke kolom yang berbeda. "Lihat
ini?" "Ya." Perhatian Brinkerhoff kembali tertuju pada kertas itu.
"Ini data kasaf produksi hari ini. Perhatikan jumlah sandi yang dipecahkan."
Dengan patuh, Brinkerhoff mengikuti gerak jari Midge di atas sebuah kolom.
JUMLAH SANDI VANG DIPECAHKAN = "
Midge mengetukkan jarinya pada angka itu. "Seperti yang kuduga. Sebuah pembagian
dengan angka nol." Alis Brinkerhoff melengkung ke atas. "Jadi, semua baikbaik saja?"
Midge mengangkat bahunya. "Artinya, kita belum memecahkan kode apa pun hari ini.
TRANSLTR pasti sedang beristirahat."
"Beristirahat?" Brinkerhoff tampak ragu-ragu. Dia sudah cukup lama menyertai
sang direktur untuk tahu bahwa "beristirahat" tidak termasuk dalam gaya kerja
beliau - terlebih jika berhubungan dengan TRANSLTR. Fontaine telah membayar US$2
miliar untuk mesin raksasa pemecah kode itu, dan dia tidak ingin uangnya
terbuang percuma. Setiap detik TRANSLTR tidak bekerja sama dengan uang terbuang
ke dalam kakus. "Ah ... Midge?" kata Brinkerhoff. "TRANSLTR tidak pernah beristirahat. Mesin itu
bekerja siang malam. Kau tahu itu."
Midge mengangkat bahunya. "Mungkin semalam Strathmore tidak ingin tinggal untuk
menyiapkan tugas-tugas akhir pekan" Mungkin dia tahu Fontaine sedang tidak ada
dan kemudian pergi memancing."
"Ayolah, Midge." Brinkerhoff memandangnya dengan pandangan kesal. "Jangan
seperti itu kepadanya."
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Midge tidak menyukai Treuor Strathmore.
Strathmore telah berusaha membuat sebuah manuver licik dengan menulis Skipjack,
tetapi dia tidak ditangkap. Walaupun niat Strathmore mulia, NSA harus membayar
mahal perbuatannya. EFF telah mendapatkan kekuatan sehingga Fontaine kehilangan
kredibilitasnya di Kongres, dan yang terburuk adalah, agensi itu banyak
kehilangan kerahasiaannya. Tiba-tiba para ibu rumah tangga di Minnesota mengeluh
kepada American Online and Prodigy bahwa NSA mungkin mengintip email mereka -
seolah-olah NSA peduli pada sebuah resep rahasia untuk membuat permen talas.
Kesalahan Strathmore telah merugikan NSA dan Midge merasa bertanggung jawab -
bukan karena dia seharusnya bias mengantisipasi tindakan sang komandan, tetapi
karena tindakan tidak sah itu dilakukan tanpa sepengetahuan Direktur Fontaine.
Padahal, Midge dibayar untuk memastikan agar hal seperti itu tidak terjadi.
Sikap Fontaine yang tidak mau ikut campur membuat dirinya menjadi rentan; dan
hal ini membuat Midge resah. Tetapi sejak dulu, sang direktur telah belajar
untuk mundur dan membiarkan para ahli mengerjakan tugas mereka. Dengan cara
seperti inilah Fontaine memperlakukan Strathmore.
"Midge, kau tahu pasti Strathmore tidak pernah lalai," debat Brinkerhoff. "Dia
menjalankan TRANSLTR bagai kesetanan."
Midge mengangguk. Jauh di dalam hatinya, Midge mengakui bahwa menuduh Strathmore
berbuat lalai adalah hal konyol. Sang komandan sangat berdedikasi - terlalu
berdedikasi. Tugasnya memerangi segala kejahatan di dunia bagaikan sebuah salib
yang harus dipikulnya. Rencana Skipjack NSA adalah hasil pemikirannya - sebuah
usaha yang berani untuk mengubah dunia. Malangnya, seperti kebanyakan orang suci
lainnya, perjuangan Strathmore berakhir dengan penyaliban.
"Baiklah," Midge mengaku, "aku memang sedikit terlalu keras."
"Sedikit?" Mata Brinkerhoff mengecil. "Strathmore memiliki timbunan berkas
sepanjang satu mil. Dia tidak akan membiarkan TRANSLTR menganggur sepanjang
akhir pekan." "Baiklah, baiklah," Midge mendesah. "Aku salah." Dia mengerutkan kening dan
bertanya-tanya kenapa TRANSLTR belum memecahkan sebuah kode pun sepanjang hari.
"Biar aku periksa kembali," kata Midge dan mulai membolak-balik laporan itu. Dia
menemukan apa yang dicarinya saat memeriksa angka-angka tersebut. Setelah
beberapa saat, dia mengangguk. "Kau benar, Chad. TRANSLTR telah bekerja secara
maksimal. Konsumsi energi bahkan sedikit lebih tinggi dan biasanya. Kita
menghabiskan lebih dan setengah juta kilowatthour sejak tengah malam tadi."
"Jadi, apa yang harus kita lakukan?"
Midge bingung. "Aku tidak yakin. Ini aneh."
"Kau ingin memeriksa ulang datanya?"
Midge menatap Brinkerhoff dengan tatapan tidak setuju. Ada dua hal yang tidak
diragukan orang tentang Midge. Vang pertama adalah ketepatan datanya.
Brinkerhoff menanti, sementara Midge mempelajari beberapa angka.
"Hah," akhirnya Midge bergumam. "Statistik kemarin kelihatannya tidak
bermasalah. Ada 237 kode yang terpecahkan. MCD, US$ S74. Waktu rata-rata per
kode, enam menit lebih sedikit. Angka konsumsi energi, rata-rata. Kode terakhir
yang memasuki TRANSLTR-" Midge berhenti.
"Ada apa?" "Ini aneh," kata Midge. "Berkas terakhir dalam daftar antnan kemarin mulai
diproses jam 11:37 malam." "Jadi?"
"TRANSLTR memecahkan sebuah kode setiap enam menit lebih. Berkas terakhir setiap
harinya diproses sampai mendekati tengah malam. Ini benar-benar tidak tampak
seperti - " mendadak Midge berhenti dan terengah.
Brinkerhoff terloncat. "APA!"
Midge menatap kertas itu dengan rasa tidak percaya. "Berkas itu" Vang masuk ke
TRANSLTR semalam?" "Ya?"
"Berkas tersebut belum terpecahkan. Waktu masuknya adalah 23:37:08 - tetapi di
sini tidak tercetak kapan berkas itu terpecahkan." Midge membolak-balik laporan
itu. "Kemarin ataupun hari ini!"
Brinkerhoff mengangkat bahunya, "Mungkin orang-orang itu mencobakan sebuah tes
diagnostik yang sulit."
Midge menggeleng. "Sampai delapan belas jam?" Dia terdiam. "Tidak mungkin. Lagi
pula, antnan data menunjukkan berkas itu berasal dan luar. Kita harus
menghubungi Strathmore."
"Di rumah?" Brinkerhoff menelan ludah. "Pada Sabtu malam?"
"Tidak," jawab Midge. "Aku tahu Strathmore, dan kukira dia tahu tentang hal ini.
Aku berani bertaruh, dia pasti ada di sini. Hanya firasat saja." Firasat Midge
adalah hal kedua yang tidak pernah diragukan orang. "Mari," kata Midge sambil
berdiri. "Coba kita lihat apakah aku benar."
BRINKERHOFF MENGIKUTI Midge ke ruang kerja wanita tersebut. Sampai di sana,
Midge langsung duduk dan mulai mengetik pada papan tuts Big Brother layaknya
seorang pemain organ kawakan.
Brinkerhoff melihat deretan monitor video yang ada di dinding. Layar-layarnya
menampilkan lambang NSA. "Kau akan menyusup ke dalam Crypto?" Brinkerhoff
bertanya dengan gugup. "Tidak," jawab Midge. "Kuharap aku bisa, tetapi Crypto adalah tempat yang
tersegel. Tidak ada video. Tidak ada suara. Tidak ada apa-apa. Perintah
Strathmore. Vang bias aku gunakan adalah statistik dan beberapa hal mendasar
tentang TRANSLTR. Kita sudah beruntung bisa mendapatkan itu. Strathmore
menginginkan isolasi penuh, tetapi Fontaine bersikeras bahwa isolasi untuk hal-
hal utama saja." Brinkerhoff tampak bingung. "Tidak ada video di dalam Crypto?"
"Kenapa?" tanya Midge tanpa berpaling dan monitornya. "Kau dan Carmen mencari
tempat yang lebih aman?"
Brinkerhoff menggumamkan sesuatu yang tidak terdengar.
Midge mengetik sesuatu. "Aku memeriksa daftar penggunaan lift Strathmore." Midge
mempelajari monitornya sesaat dan kemudian mengetukkan jemarinya di atas meja.
"Strathmore ada di sini," kata Midge tanpa tedeng aling-aling. "Strathmore
berada di dalam Crypto sekarang. Perhatikan ini. Omong-omong tentang waktu yang
panjang - Strathmore masuk kemarin pagi-pagi sekali, dan liftnya tidak bergerak
sejak saat itu. Tidak ada laporan tentang penggunaan kartu magnet oleh dirinya
di pintu utama. Jadi dia pasti ada di dalam NSA."
Brinkerhoff sedikit bernapas lega. "Jadi, jika Strathmore berada di sini,
berarti semua baik-baik saja, bukan?"
Midge berpikir sesaat. "Mungkin," akhirnya dia memutuskan.
"Mungkin?" "Kita harus menghubungi Strathmore dan memeriksa ulang."
Brinkerhoff mengerang. "Midge, dia itu wakil direktur. Aku yakin dia bisa
mengatasi segala hal. Jangan meragukan-"
"Oh, ayolah, Chad - jangan seperti anak kecil. Kita hanya melakukan tugas kita.
Kita mempunyai masalah di bagian statistik dan kita hanya sedang
menyelesaikannya. Lagi pula," tambah Midge, "aku ingin mengingatkan Strathmore
bahwa Big Brother terus mengawasi. Biar dia berpikir dua kali sebelum
merencanakan tindakan-tindakan tololnya untuk menyelamatkan dunia." Midge
mengangkat gagang telepon dan mulai memutar nomornya.
Brinkerhoff tampak gelisah. "Kau yakin kau perlu mengganggunya?"
"Aku tidak mengganggunya," kata Midge sambil menyodorkan gagang telepon itu ke
arah Brinkerhoff. "Kau yang melakukannya."
*** 48 "APA?" SEMBUR Midge dengan rasa tidak percaya. "Strathmore mengatakan data kita
salah?" Brinkerhoff mengangguk dan menutup telepon itu.
"Strathmore menyangkal bahwa TRANSLTR terjebak dengan satu berkas selama delapan
belas jam?" "Dia tadi cukup ramah saat mendengar semuanya." Brinkerhoff bersemu karena
merasa senang bisa selamat dari percakapan telepon dengan Strathmore. "Dia
meyakinkanku bahwa TRANSLTR bekerja dengan baik. Katanya mesin itu memecahkan
sebuah kode setiap enam menit, bahkan pada saat kita berbicara. Dia juga
berterima kasih karena sudah memastikan hal ini dengannya."
"Dia bohong," kata Midge ketus. "Aku telah mengolah statistik Crypto selama dua
tahun. Dataku tidak pernah salah."
"Selalu ada yang pertama kali untuk segala hal," kata Brinkerhoff dengan santai.
Midge menatapnya dengan marah. "Aku memeriksa semua data dua kali." "Yah ... kau
tahu, kan, apa kata orang tentang komputer. Jika dia berbuat salah, paling tidak
dia tetap konsisten."
Midge berbahk dan menatap Brinkerhoff. "Ini tidak lucu, Chad! Wakil Direktur
Operasional baru saja menyampaikan kebohongan yang mencolok kepada kantor


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Direktur Utama. Aku ingin tahu kenapa!"
Brinkerhoff tiba-tiba berharap dirinya tidak memanggil Midge kembali tadi.
Pembicaraannya dengan Strathmore di telepon telah membuat Midge mengamuk.
Semenjak kasus Skipjack, kapan pun Midge merasa terjadi sesuatu yang
mencurigakan, wanita itu akan secara mengerikan berubah dan seorang teman
bercumbu menjadi setan. Tidak ada yang bisa menghentikannya sampai dia berhasil
menyelesaikan masalahnya.
"Midge, mungkin saja data kita keliru," kata Brinkerhoff dengan tegas.
"Maksudku, coba pikir - sebuah berkas yang terjebak di dalam TRANSLTR selama
delapan belas jam" Belum pernah kudengar sebelumnya. Pulanglah. Sudah malam."
Midge menatapnya dengan angkuh dan melempar laporan itu ke atas meja. "Aku
memercayai data ini. Naluriku mengatakan data itu benar."
Brinkerhoff mengernyit. Bahkan sang direktur tidak mempertanyakan naluri Midge
Milken - wanita itu memiliki bakat untuk selalu benar.
"Ada sesuatu yang terjadi," tegas Midge. "Dan aku bermaksud mencari tahu apa
itu." *** 49 BECKER MENARIK dirinya dari atas lantai bus dan terhenyak ke atas sebuah kursi
yang kosong. "Tindakan yang hebat, goblok." Anak muda dengan tiga duri itu mencibir. Mata
Becker memicing di dalam cahaya yang remang-remang itu. Remaja itu adalah anak
yang dikejarnya sampai ke atas bus. Dengan murung Becker melihat ke arah lautan
rambut berwarna merah, putih, dan biru itu.
"Kenapa rambut kalian seperti itu?" Becker mengerang sambil menunjuk ke arah
yang lain. "Semuanya
"Merah, putih, dan biru?" lanjut anak
itu. Becker mengangguk sambil berusaha untuk tidak menatap infeksi pada lubang di
bibir atas anak itu. "Judas Taboo," kata anak itu apa adanya.
Becker kelihatan bingung.
Anak punk itu meludah di lorong antar deretan kursi. Jelas dia kesal pada
ketidaktahuan Becker. "Judas Taboo" Punk terhebat setelah Sid Vicious" Dia
menembak kepalanya tepat setahun yang lalu hari ini. Ini adalah peringatan atas
kernatiannya." Becker mengangguk lemah, sama sekali tidak mengerti.
"Taboo menata rambutnya seperti ini waktu dia mati." Anak itu meludah lagi.
"Setiap penggemar setianya memiliki rambut merah, putih, dan biru hari ini."
Untuk beberapa lama, Becker tidak berkata apa-apa. Secara perlahan, seolah
dirinya telah diberi suntikan penenang, Becker berbahk dan menatap ke depan. Dia
memerhatikan kelompok di dalam bus tersebut. Semua penumpang berdandan gaya punk
dan kebanyakan dan mereka sedang menatap Becker.
Setiap penggemar memiliki rambut merah, putih, dan biru.
Becker meraih ke atas dan menarik tanda peringatan bagi pengemudi di dinding.
Sudah saatnya untuk turun. Dia menarik lagi. Tidak terjadi apa-apa. Dia menarik
untuk ketiga kalinya dengan lebih keras. Tidak terjadi apa-apa.
"Mereka memutuskan sambungannya untuk bus 27." Anak itu kembali meludah. "Supaya
tidak kami mainin." Becker berbahk. "Maksudmu, aku tidak bisa turun"'
Anak itu tertawa. "Tidak sebelum sampai akhir rute."
LIMA MENIT kemudian, bus itu meluncur di atas jalan pedesaan Spanyol yang gelap.
Becker berpaling kepada anak di belakangnya. "Apakah kendaraan ini akan
berhenti?" Anak itu mengangguk. "Beberapa mil lagi." "Kita hendak ke mana?"
Tiba-tiba remaja itu menyeringai lebar. "Maksudmu, kau tidak tahu?"
Becker mengangkat bahunya.
Anak itu mulai tertawa histeris. "Oh, gila. Kau akan menyukainya."
*** 50 BEBERAPA YARD dari lambung TRANSLTR, Phil Chartrukian berdiri di atas sebuah
plat dengan tulisan putih di lantai Crypto.
LANTAI BAWAH CRYPTO HANYA BAGI YANG BERWENANG
Chartrukian sadar bahwa dirinya sama sekali tidak termasuk yang berwenang. Dia
melihat ke arah ruang kantor Strathmore dengan cepat. Tirai-tirainya masih
menutup. Chartrukian telah melihat Susan pergi ke kamar kecil, jadi dia tahu
perempuan itu tidak menjadi masalah. Masalah yang lain adalah Hale. Chartrukian
melihat ke arah Node 3, dan bertanya-tanya apakah krip-tografer itu sedang
memerhatikannya atau tidak.
"Peduli setan," gumam petugas Sys-Sec itu.
Di bawah kakinya, bingkai pintu kolong yang berada di dalam ceruk pada lantai
hamper tidak kelihatan. Chartrukian meraba kunci yang tadi diambilnya dari
laboratorium Sys-Sec. Dia berlutut, memasukkan kunci itu pada lubang di lantai, dan berbahk. Dia
kemudian melepas kancing pintu untuk membukanya. Setelah menoleh ke belakang
untuk memeriksa sekali lagi, Chartrukian berjongkok dan menarik pintu tersebut.
Daun pintu kecil yang berukuran tiga kaki kali tiga kaki itu sangat berat.
Ketika akhirnya terbuka, petugas Sys-Sec itu terhuyung ke belakang.
Semburan udara panas dengan sengatan tajam gas Freon menerpa wajahnya.
Gelombang-gelombang uap mengalir keluar, disinari oleh lampu di bawahnya. Suara
dengungan pembangkit tenaga di bagian bawah berubah menjadi gemuruh. Chartrukian
bangkit berdiri dan melihat ke dalam lubang itu. Rupanya lebih mirip pintu masuk
ke neraka daripada sebuah jalan masuk ke bagian perawatan komputer. Sebuah
tangga sempit menghubungkan lantai Crypto dengan sebuah landasan di bawahnya. Di
sana terdapat beberapa anak tangga. Tetapi yang bisa dilihat Chartrukian
hanyalah kabut kemerahan.
GREG HALE berdiri di belakang kaca satu arah Node 3. Dia memerhatikan Phil
Chartrukian menjejakkan kakinya pada tangga untuk turun ke ruang bawah tanah.
Dan tempat Hale berdiri, bagian kepala petugas Sys-Sec itu seolah telah tertebas
dan badannya dan tertinggal di atas lantai Crypto. Kemudian, secara perlahan
kepala itu tenggelam dalam kabut yang berputar.
"Tindakan yang berani," gumam Hale. Dia ta- hu ke mana Chartrukian akan pergi.
Mematikan TRANSLTR secara manual dalam keadaan darurat adalah sebuah tindakan
logis jika petugas Sys-Sec tersebut berpikir bahwa komputer itu terseranguirus.
Malangnya, hal itu juga berarti Crypto akan dipenuhi oleh petugas Sys-Sec
sepuluh menit lagi. Segala tindakan darurat akan memberikan tanda peringatan
pada switchboard utama. Hale tidak bisa membiarkan Sys-Sec menyelidiki Crypto.
Dia meninggalkan Node 3 dan berjalan menuju pintu kolong itu. Chartrukian harus
dihentikan. *** 51 JABBA MIRIP seekor kecebong raksasa. Seperti tokoh film darimana nama
panggilannya berasal, dia adalah seorang pria bulat tak berambut. Sebagai
malaikat penjaga sistem komputer di NSA, Jabba berge rak dari satu departemen ke
departemen lainnya sambil bekerja dan menegaskan kembali keyakinannya bahwa
mencegah lebih baik daripada mengobati. Tidak ada komputer di NSA yang
terinfeksi selama masa kekuasaan Jabba; dan dia berniat mempertahankan keadaan
itu. Pangkalan utama Jabba adalah sebuah ruang kerja yang agak tinggi dan menghadap
ke ruang bawah tanah NSA yang berisi bank data maharahasia. Di sanalah virus
akan mengakibatkan kehancuran terbesar sehingga Jabba menghabiskan sebagian
besar waktunya di situ. Tetapi pada saat itu, Jabba sedang beristirahat dan
menikmati calzone, sejenis pai Italia, yang berisi daging asap pepperoni di
kantin NSA yang buka sepanjang malam. Dia baru saja akan melahap porsi ketiganya
ketika telepon selulernya berdering.
"Bicaralah," katanya sambil terbatuk karena berusaha menelan apa yang ada di
dalam mulutnya. "Jabba," kata sebuah suara wanita. "Ini Midge."
"Ratu data!" seru pria besar itu. Dia selalu suka pada Midge Milken. Wanita itu
cerdas, dan dia juga satu-satunya wanita yang mau bercumbu-rayu dengan Jabba.
"Apa kabarmu?" "Baik." Jabba mengelap mulutnya. "Kau ada di kantor?" "Ya."
"Mau makan calzone bersamaku?"
"Mau sih, Jabba, tetapi aku sedang diet."
"Benarkah?" Dia mencibir. "Aku boleh ikut?"
"Kau nakal." "Kau tidak tahu "Senang bisa menemukanmu," kata Midge. "Aku butuh nasihat." Jabba menenggak
minuman Dr Pepper. "Ceritakan."
"Mungkin tidak berarti apa-apa," kata Midge, "tetapi statistik Cryptoku
menunjukkan sesuatu yang ganjil. Kuharap kau bisa menjelaskan beberapa hal."
"Apa yang kaumihki?"
"Aku memiliki sebuah laporan yang menunjukkan bahwa TRANSLTR telah memproses
sebuah berkas selama delapan belas jam dan belum berhasil memecahkannya.
Minuman Dr Pepper dalam mulut Jabba tersembur ke atas calzone-nya. "Kau bilang
apa?" "Ada ide?" Jabba mengelap calzone-nya dengan serbet. "Laporan apa itu?"
"Laporan produksi. Analisis biaya dasar." Midge dengan cepat menjelaskan apa
yang dia dan Brinkerhoff temukan.
"Sudahkah kau menghubungi Strathmore?"
"Ya. Dia bilang segalanya baik-baik saja di Crypto. TRANSLTR bekerja dengan
kecepatan penuh. Katanya data kami yang salah."
Jabba mengerutkan keningnya yang bundar. "Jadi, apa masalahnya" Laporanmu
keliru." Midge tidak menjawab. Jabba menangkap jalan pikirannya. Dia mengernyit.
"Kau tidak berpikir laporanmu keliru?"
"Betul." "Jadi, kau pikir Strathmore berbohong."
"Bukan begitu," kata Midge secara diplomatis karena sadar dia berada di posisi
yang sulit. "Masalahnya statistikku tidak pernah salah sebelumnya. Aku ingin
pendapat kedua." "Yah," kata Jabba, "Aku tidak suka mengatakan ini, tetapi datamu salah." "Kau
pikir begitu?" "Pekerjaanku taruhannya." Jabba menggigit calzone-nya yang basah dan berbicara
dengan mulut penuh. "Waktu terlama sebuah berkas pernah berada di dalam TRANSLTR
adalah tiga jam. Itu sudah termasuk diagnostik, uji batas, segalanya. Satu-
satunya yang bisa membuatnya bekerja selama delapan belas jam adalah virus.
Tidak ada lagi yang bisa melakukannya."
"Virus?" "Ya, sejenis putaran yang berulang. Sesuatu masuk ke dalam prosesor, menciptakan
sebuah perputaran, dan mengacaukan segalanya."
"Ya," kata Midge, "Strathmore telah berada di dalam Crypto selama 36 jam
berturut-turut. Ada kemungkinan dia sedang melawan virus itu?"
Jabba tertawa. "Strathmore telah berada di dalamnya selama 36 jam" Malang
sekali. Mungkin istrinya melarangnya pulang. Kudengar istrinya marah."
Midge berpikir sesaat. Dia juga pernah mendengar tentang hal itu. Midge berpikir
jangan-jangan dirinya terlalu paranoid.
"Midge." Jabba mendesah dan menenggak minumannya lagi. "Jika mainan Strathmore
bervirus, dia akan menghubungiku. Strathmore cerdas, tetapi dia tidak tahu apa-
apa tentang virus. TRANSLTR adalah segalanya bagi dia. Jika ada masalah, dia
pasti sudah menekan tombol panik - dan di tempat ini, tombol itu adalah aku."
Jabba mengisap sehelai panjang serat keju mozzarella. "Lagi pula, tidak mungkin
TRANSLTR bervirus. Gauntlet adalah serangkaian paket penyaring terbaik yang
pernah kubuat. Tidak ada yang bisa menembusnya."
Setelah terdiam lama, Midge mendesah. "Ada kemungkinan lain?"
"Ya. Datamu salah."
"Kau sudah mengatakannya tadi."
"Tepat sekali."
Midge mengernyit. "Maksudmu kau tidak mendengar apa-apa" Sama sekali?"
Jabba tertawa parau. "Midge ... dengarkan. Skipjack payah. Strathmore
mengacaukannya. Tetapi lupakan yang dulu. Itu sudah berlalu." Mereka terdiam
lama, dan Jabba sadar dia telah melampaui batas. "Maaf, Midge. Aku tahu kau yang
kena getahnya waktu itu. Strathmore salah. Aku tahu bagaimana perasaanmu
padanya." "Ini tidak ada hubungannya dengan Skipjack," kata Midge dengan tegas.
Ya, tentu saja, pikir Jabba. "Dengar, Midge. Aku tidak mempunyai perasaan apa
pun terhadap Strathmore. Maksudku, pria itu seorang knptografer. Pada dasarnya, mereka semua adalah
cecunguk yang egois. Mereka membutuhkan data mereka. Bagi mereka setiap berkas
dapat menyelamatkan dunia." "Apa maksudmu?"
Jabba mendesah. "Maksudku, Strathmore adalah seorang pengidap sakit jiwa seperti
yang lainnya. Tetapi aku juga ingin mengatakan, cintanya pada TRANSLTR lebih
besar daripada cintanya pada istrinya. Jika memang ada masalah, Strathmore pasti
sudah menghubungiku."
Midge terdiam lama. Akhirnya dia mendesah pelan. "Jadi, kau menganggap dataku
yang salah?" Jabba terkekeh. "Apakah ada gaung di sini?"
Midge tertawa. "Dengar, Midge. Beri aku sebuah perintah kerja. Aku akan naik memeriksa mesinmu
pada hari Senin. Sementara itu, keluarlah dan sini. Ini malam Minggu. Carilah
teman tidur atau apalah."
Midge mendesah. "Aku sedang berusaha, Jabba. Percayalah, aku sedang berusaha."
*** 52 KLUB EMBRUJO - yang berarti penyihir pria - terletak di luar kota di akhir rute bus
nomor 27. Rupa tempat itu lebih mirip sebuah benteng pertahanan daripada sebuah
klub dansa. Tempat itu dikelilingi oleh dinding berplester semen bertabur
potongan botol bir - sebuah sistem keamanan sederhana untuk mencegah para penyusup
masuk tanpa meninggalkan potongan dagingnya.
Selama perjalanan, Becker telah mengakui kegagalannya. Sudah saatnya mengabari
Strathmore tentang berita buruk ini. Pencariannya sia-sia. Dia telah melakukan
yang terbaik. Sekarang saatnya untuk pulang.
Tetapi sekarang, begitu melihat rombongan pelanggan saling mendorong di pintu
masuk, Becker tidak yakin hati nuraninya akan mengizinkannya untuk menyerah. Dia
sedang menyaksikan kumpulan punk terbesar yang pernah dilihatnya. Dia melihat
rambut merah, biru, dan putih di mana-mana.
Becker mendesah, mempertimbangkan pilihannya. Dia melihat kerumunan itu dan
mengangkat bahunya. Di mana lagi perempuan itu mungkin berada pada malam Minggu"
Sambil mengutuki nasibnya, Becker turun dan bus.
Jalan masuk Klub Embrujo adalah sebuah lorong batu sempit. Saat masuk, Becker
mendapati dirinya terjebak di antara pelanggan yang sangat bersemangat untuk
masuk. "Minggir, banci!" Seseorang yang tampak seperti bantalan jarum menyeruak masuk
dan menyikut Becker. "Dasi yang bagus." Seseorang menarik dasi Becker.
"Mau seks?" tanya seorang gadis remaja yang tampak seperti makhluk dalam film
Dawn of the Dead. Lorong yang gelap itu berujung di sebuah ruang semen berbau alkohol dan badan
manusia. Pemandangan tempat itu bergaya surealis - sebuah gua di dalam gunung yang
dipenuhi oleh ratusan manusia yang bergerak menjadi satu. Mereka meloncat naik
turun dengan kedua tangan di sisi badan dan kepala yang mengangguk-angguk
seperti sebuah bola tak bernyawa di ujung tulang yang kaku. Jiwa-jiwa kerasukan
meloncat dan panggung dan mendarat di atas lautan manusia. Badan-badan manusia
dioper ke sana-sini seperti bola voli pantai. Di bagian atas, lampu-lampu disko
yang berkedip membuat segalanya tampak seperti sebuah film bisu yang kuno.
Pada sisi dinding yang jauh, beberapa pengeras suara sebesar mobil minivan
bergetar keras sehingga para penari yang paling terlatih pun tidak bisa mendekat
lebih dan tiga puluh kaki di depan woofer yang menghentak-hentak.
Becker menutup telinganya dan mencari-cari di antara kerumunan itu. Ke mana pun
dia memandang, pasti yang tampak adalah kepala berambut merah, putih, dan biru.
Badan mereka berhimpitan begitu dekat sehingga Becker tidak bisa melihat apa
yang mereka pakai. Dia tidak melihat ada tanda-tanda bendera Inggris di mana
pun. Sudah jelas, dia tidak bisa memasuki kerumunan itu tanpa terinjak-injak.
Kemudian, seseorang di dekatnya muntah.
Bagus. Becker mengerang. Dia bergerak mendekati sebuah lorong yang bercat
semprot. Lorong itu berubah menjadi sebuah terowongan sempit bercermin, yang kemudian
berakhir di sebuah teras terbuka dengan meja dan kursi yang tersebar di mana-
mana. Teras itu dipenuhi oleh para punk rocker, tetapi bagi Becker teras itu


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bagaikan pintu masuk ke Shangn-La - di atasnya terbentang langit musim panas dan
suara musik melemah. Sambil mengabaikan beberapa tatapan heran, Becker berjalan ke arah kerumunan di
sana. Dia melonggarkan dasinya dan duduk di sebuah kursi di meja terdekat.
Rasanya sudah lama sekali sejak dia terbangun tadi pagi.
Setelah menyingkirkan botol-botol bir kosong dan atas meja, Becker membenamkan
kepalanya di dalam tangannya. Hanya untuk beberapa menit, pikirnya.
Lima mil dan sana, seorang pria dengan kacamata berbingkai kawat duduk di tempat
duduk belakang sebuah taksi Fiat yang meluncur sepanjang jalan pedesaan.
"Embrujo," dia bergumam untuk mengingatkan sopir taksi itu ke mana tujuan
mereka. Sopir itu mengangguk sambil melihat pria itu dengan heran lewat cermin di
depannya. "Embrujo," gumamnya sendiri, "kerumunan orang yang makin bertambah
aneh tiap malamnya."
*** 53 TOKUGEN NUMATAKA berbaring telanjang di atas meja pijat di dalam ruang kantornya
di griya tawang. Tukang pijat pribadinya berusaha menghilangkan kepenatan di
lehernya. Wanita itu menekan sambil memutar telapak tangannya di sekitar ceruk
berdaging pada tulang belikat Numataka. Dia terus memijat turun ke arah bagian
bokong yang tertutup handuk. Wanita itu menyelipkan tangannya lebih ke bawah
lagi... ke bawah handuk. Numataka hampir tidak memerhatikannya. Pikirannya
sedang berada di tempat lain. Dari tadi dia menunggu saluran telepon pribadinya
berdering. Tetapi ternyata belum juga.
Ada ketukan di pintu. "Masuk," Numataka menggerutu.
Tukang pijat itu segera menarik tangannya dari bawah handuk.
Operator switchboard masuk dan membungkuk. "Ketua yang terhormat?"
"Bicara." Operator itu membungkuk untuk kedua kali. "Saya telah berbicara dengan
perusahaan telepon. Telepon itu memiliki kode negara 1 - Amerika Serikat."
Numataka mengangguk. Ini berita baik. Telepon itu berasal dan Amerika. Numataka
tersenyum. Ini tidak main-main.
"Di bagian Amerika mana?" tanya Numataka. "Mereka sedang mencari tahu, Pak."
"Bagus. Beri tahu aku jika kau dapat informasi lagi." Operator itu membungkuk
lagi dan pergi. Numataka merasa otot-ototnya menjadi lebih lemas. Kode negara 1.
Benar-benar berita baik. *** 54 SUSAN FLETCHER berjalan mondar-mandir dengan tidak sabar di dalam kamar kecil
Crypto sambil berhitung perlahan sampai lima puluh. Kepalanya berdenyut-denyut.
Tinggal sebentar lagi, dia berujar sendiri. Hale adalah North Dakotai
Dia menduga-duga apa rencana Hale. Apakah Hale akan mengumumkan kunci sandi itu"
Akankah Hale menjadi serakah dan berusaha menjual alogaritma itu" Su-san tidak
bisa menunggu lebih lama lagi. Dia harus memberi tahu Strathmore.
Dengan hati-hati Susan membuka pintu dan mengintip keluar ke arah dinding Crypto
yang memantul di kejauhan. Tidak mungkin Hale masih mengawasinya. Susan harus
bergerak lebih cepat ke tempat Strathmore. Jangan terlalu cepat, tentunya - dia
tidak boleh membuat Hale curiga kalau dirinya sedang mengadukannya. Susan meraih
pintu dan hendak membukanya ketika dia mendengar sesuatu. Suara-suara. Suara-
suara pria. Suara-suara itu datang dari lubang angin kamar kecil di dekat lantai. Susan
melepas pegangannya pada pintu dan bergerak ke arah lubang angin itu. Suara-
suara tersebut tenggelam dalam dengungan mesin pembangkit tenaga di bawah.
Percakapan itu kedengarannya berasal dan jalan sempit di lantai bawah tanah.
Sebuah suara terdengar melengking marah. Kedengarannya seperti Phil Chartrukian.
"Anda tidak memercayaiku?"
Perdebatan itu terdengar lebih hebat.
"Kita memiliki virus!"
Kemudian, terdengar suara kasaf berteriak. "Kita harus menghubungi Jabba."
Kemudian terdengar suara gaduh seperti orang sedang bergulat.
"Lepaskan aku."
Keributan yang menyusul hampir tidak terdengar seperti suara manusia. Bunyi itu
adalah jeritan panjang penuh kengerian, seperti seekor binatang tersiksa yang
akan mati. Susan diam tak bergerak di samping lubang angin itu. Tiba-tiba
keributan itu mereda seperti saat mulainya. Kemudian semuanya menjadi sunyi.
Segera setelah itu, bagaikan sudah diatur untuk pertunjukan film horor tengah
malam, lampu-lampu di ka-mar kecil meredup, kemudian berkedip dan padam. Susan
berdiri dalam kegelapan. *** 55 "KAU DUDUK di tempatku, brengsek!"
Becker mengangkat kepalanya dari tangannya. Tidak adakah yang berbahasa dengan
benar di negara terkutuk ini"
Seorang pemuda pendek, berkepala botak, dan berjerawat sedang menatapnya.
Separuh dari kulit kepalanya berwarna merah dan yang separuhnya lagi berwarna
ungu. Pemuda itu tampak seperti sebutir telur Paskah. "Kubilang kau duduk di
tempatku, brengsek."
"Aku sudah dengar tadi," kata Becker sambil berdiri. Dia sedang tidak ingin
bertengkar. Sudah saatnya pergi.
"Di mana kauletakkan botol-botolku?" geram si pemuda yang memasangkan sebuah
peniti pada bagian hidungnya.
Becker menunjuk pada botol-botol bir yang diletakkannya di lantai. "Botol-botol
itu sudah kosong." "Itu botol-botol kosong-ku!"
"Maaf," kata Becker dan beranjak pergi.
Remaja punk itu menghalangi jalannya. "Angkat botol-botol itu!"
Becker mengejapkan matanya dan merasa hal itu tidak lucu. "Kau bercanda, kan?"
Dia lebih tinggi satu kaki dan lebih berat kira-kira lirna puluh pon daripada
remaja itu. "Apa aku tampak sedang bercanda?"
Becker tidak berkata apa-apa.
"Angkat botol-botol itu!" bentak remaja itu.
Becker berusaha rnernutarinya, tetapi remaja itu menghalangi jalannya. "Aku
bilang, angkat botol-botol itu!"
Para punk yang mabuk di dekat meja itu mulai memerhatikan keributan itu.
"Kau tidak ingin melakukan hal ini, Nak," kata Becker dengan tenang.
"Kupenngatkan kau!" Remaja itu mendidih marah. "Ini mejaku! Aku kemari setiap
malam. Sekarang angkat botol-botol itu!"
Kesabaran Becker habis. Bukankah seharusnya dia berada di Smokys bersama dengan
Susan" Kenapa dia berada di Spanyol dan berdebat dengan seorang remaja sakit
jiwa" Tanpa peringatan, Becker meraih remaja itu di bagian ketiaknya, mengangkatnya,
dan membanting bokongnya ke atas meja. "Dengar, bocah tengik ingusan. Kau tidak
usah menggertak atau aku akan menarik peniti itu dan hidungmu dan memasangnya di
mulutmu agar diam!" Wajah remaja itu menjadi pucat.
Becker mencengkeramnya untuk beberapa saat sebelum kemudian melepas pegangannya.
Tanpa melepaskan pandangannya dan remaja yang ketakutan itu, Becker membungkuk
untuk mengangkat botol-botol itu, dan meletakkannya kembali ke atas meja.
"Bilang apa?" tanya Becker.
Remaja itu tidak berkata apa-apa.
"Terima kasih kembali," bentak Becker. Anak mi benarbenar sebuah iklan berjalan
untuk program keluarga berencana.
"Pergi ke neraka!" teriak remaja itu. Dia sadar teman-temannya sedang
menertawainya. "Dasar lap pantat!"
Becker bergeming. Tiba-tiba dia menangkap sesuatu yang dikatakan remaja itu. Aku
kemari setiap malam. Dia bertanyatanya apakah mungkin remaja ini bisa
membantunya. "Maaf," kata Becker, "siapa namamu?"
"Two-Tone," desis pemuda itu, seolah-olah dirinya baru menjatuhkan hukuman mati.
"Two-Tone (Dua warna)?" ulang Becker sambil berpikir. "Coba kutebak ... karena
rambutmu?" "Tidak salah, Sherlock."
"Nama yang menarik. Kau yang ciptakan sendiri?" "Benar sekali," jawabnya bangga.
"Aku akan mematenkannya."
Becker mengerutkan dahinya. "Maksudmu, mendaftarkan merek dagangnya?"
Remaja itu kelihatan bingung.
"Untuk sebuah nama, kau membutuhkan merek dagang," kata Becker. "Bukan hak
paten." "Terserah," teriak remaja punk itu dengan putus asa.
Di meja-meja sekitarnya, sekumpulan muda-mudi yang mabuk dan di bawah pengaruh
obat bius tertawa histeris. Two-Tone berdiri dan mencemooh Becker. "Apa yang
kauinginkan danku?" Becker berpikir sesaat. Aku ingin kau mencuci rambutmu, membersihkan bahasa yang
kaupekai, dan mencari pekerjaan. Mereka baru pertama kali bertemu, jadi Becker
merasa permintaan itu berlebihan. "Aku membutuhkan informasi," katanya.
"Persetan." "Aku sedang mencari seseorang." "Aku tidak melihatnya."
"Belum melihatnya," koreksi Becker sambil melambai pada seorang pramusaji yang
lewat. Dia membeli dua bir Aguila dan menyodorkan satu untuk Two-Tone. Anak
laki-laki itu tampak terkejut. Dia menenggak bir itu dan menatap Becker dengan
curiga. "Kau sedang mencoba merayuku, Tuan?"
Becker tersenyum. "Aku sedang mencari seorang gadis."
Two-Tone tertawa melengking. "Dengan pakaian seperti itu, yang pasti kau tidak
akan mendapatkan kesenangan apaapa."
Becker mengernyit. "Aku tidak sedang mencari kesenangan. Aku hanya ingin
berbicara padanya. Mungkin kau bisa membantuku menemukannya."
Two-Tone meletakkan birnya. "Kau polisi?" Becker menggeleng. Mata remaja itu
mengecil. "Kau kelihatan seperti polisi."
"Nak, aku berasal dan Maryland. Jika aku polisi, aku sedang berada di luar
wilayah kewenanganku, benar tidak?"
Pertanyaan itu tampaknya membuatnya terpana.
"Namaku Dauid Becker." Becker tersenyum dan mengulurkan tangannya ke seberang
meja. Remaja punk itu mundur dengan perasaan jijik. "Mundur, banci."
Becker menarik tangannya kembali.
Remaja itu mencemoohnya. "Aku akan membantumu, tetapi kau harus bayar."
Becker mengikuti permainannya. "Berapa?"
"Seratus dolar."
Becker mengernyit. "Aku hanya punya peseta."
"Terserah! Seratus peseta pun jadi."
Tampaknya nilai tukar valuta asing bukanlah salah satu kekuatan Two-Tone;
seratus peseta nilainya hanya sekitar S7 sen. "Sepakat," kata Becker sambil
mengetuk-ngetukkan botol birnya ke atas meja.
Remaja itu tersenyum untuk pertama kalinya. "Sepakat."
"Baiklah." Becker melanjutkan dengan suara pelan. "Kurasa gadis yang sedang aku
cari mungkin sering kemari. Dia berambut merah, putih, dan biru."
Two-Tone mendengus. "Sekarang adalah acara peringatan untuk Judas Taboo. Setiap
orang ber-" "Dia juga mengenakan kaus bergambar bendera Inggris dan sebuah tengkorak di
telinganya." Wajah Two-Tone menunjukkan seolah-olah dirinya mengenali gadis yang dimaksud.
Becker melihatnya dan merasa mempunyai secercah harapan. Tetapi tidak lama
kemudian, ekspresi Two-Tone berubah menjadi kaku. Dia membanting botol birnya
dan merenggut kemeja Becker.
"Dia milik Eduardo, dasar bajingan kau! Aku akan mengawasinya! Jika kau sentuh
gadis itu, Eduardo akan membunuhmu!"
*** 56 MIDGE MILKEN berjalan dengan marah ke arah ruang konferensi yang berada di
seberang ruang kantornya. Selain ada sebuah meja mahogani sepanjang 32 kaki
dengan lambang NSA berwarna ceri hitam dan walnut pada bagian permukaan, ruang
konferensi itu juga berisi tiga lukisan cat air karya Marion Pike, sebatang
tanaman pakis Boston, sebuah meja bar dari marmer, dan tentu saja sebuah
pendingin air Sparkletts yang selalu harus ada. Midge minum segelas air dengan
harapan hal itu bisa menenangkan syarafnya.
Sambil menyesap air itu, Midge melihat keluar jendela. Cahaya bulan masuk dari
antara kerai jendela Venesia dan menyinari urat kayu pada meja. Midge selalu
berpikir bahwa ruangan ini akan menjadi ruang direktur yang lebih baik
dibandingkan dengan ruang yang sekarang ditempati Fontaine di bagian depan
gedung ini. Daripada menghadap lapangan parkir, ruang konferensi ini menghadap
jejeran gedung-gedung lain yang menakjubkan milik NSA - termasuk kubah Crypto,
sebuah pulau berteknologi tinggi yang mengapung terpisah dan bangunan utama di
atas lahan berhutan seluas tiga hektar. Sengaja dibangun di belakang
perlindungan alami pepohonan maple, Crypto sulit terlihat dan hampir semua
jendela di NSA, tetapi pemandangan dan bagian direksi sungguh sempurna. Bagi
Midge, ruang konferensi adalah tempat yang paling strategis bagi seorang raja
untuk mengawasi daerah kekuasaannya. Midge telah mengusulkan pada Fontaine untuk
pindah ruangan, tetapi sang direktur hanya menjawab, "Jangan di bagian
belakang." Fontaine bukanlah tipe pria yang biasa ditemukan di bagian belakang
apa saja. Midge membuka kerai jendela. Dia menatap ke arah perbukitan. Sambil mendesah
sedih, dia membiarkan matanya berkelana ke arah tempat Crypto berdiri. Dia
selalu merasa terhibur dengan pemandangan kubah Crypto - sebuah mercusuar yang
menyala tanpa henti. Tetapi malam ini, ketika dia melihat keluar, dia tidak
merasa terhibur. Midge menatap ke arah yang kosong. Sambil menekan wajahnya ke
atas kaca, dia diliputi oleh perasaan panik kekanakan yang liar. Di bagian bawah
tidak terdapat apa-apa selain kegelapan. Crypto telah lenyap!
*** 57 KAMAR KECIL di Crypto tidak berjendela, dan kegelapan yang menyelimuti Susan
Fletcher benar-benar pekat. Susan berdiri diam sejenak sambil berusaha mereka-
reka keadaan di sekelilingnya. Dia sadar akan rasa panik yang menyerang dirinya.
Jeritan mengerikan dari lubang angin tadi seperti berputar-putar di sekitarnya.
Walaupun dia berusaha mengatasi rasa takut yang semakin meningkat, kengerian
merayapi sekujur tubuhnya dan menguasai dirinya.
Dengan gerakan-gerakan yang tidak terkendali, Susan meraba-raba pintu bilik dan
wastafel. Dengan perasaan bingung, dia berputar di dalam kegelapan dengan tangan
terjulur ke depan dan berusaha mengenali ruangan sekitarnya. Dia membalikkan
sebuah tempat sampah dan menabrak dinding berubin. Sambil menelusuri dinding itu
dengan tangannya, Susan berjuang mencari jalan keluar dan menemukan pegangan
pintunya. Dia menarik pintu itu sampai terbuka dan terhuyung keluar ke atas
lantai Crypto. Dia tidak bergerak untuk beberapa saat.
Lantai Crypto tidak terlihat seperti beberapa saat sebelumnya. TRANSLTR
merupakan sebuah bayangan kelabu di bawah sinar senja temaram yang masuk melalui
kubah. Semua lampu di bagian atas padam. Bahkan tombol-tombol elektronik pada
pintu juga padam. Saat mata Susan sudah terbiasa pada kegelapan, dia melihat satu-satunya sinar
yang ada di dalam Crypto berasal dan pintu kolong yang menganga terbuka - sebuah
kilauan merah yang lemah dan ruang perawatan di bawah. Sambil bergerak ke arah
itu, Susan mencium bau ozon yang tipis di udara.
Ketika mencapai pintu kolong itu, Susan mengintip ke dalam lubang yang menganga
itu. Saluran-saluran freon masih terus mengeluarkan kabut yang berputar-putar di
dalam cahaya kemerahan, dan dan suara dengungan melengking pembangkit tenaga
listrik, Susan tahu bahwa Crypto masih berfungsi dengan tenaga cadangan. Di
antara kabut, dia bisa melihat Strathmore sedang berdiri di landasan bawah.
Strathmore sedang bersandar pada pagar pembatas dan menatap ke kedalaman, ke
arah badan TRANSLTR yang bergemuruh.
"Komandan!" Tidak ada jawaban. Susan menuruni tangga. Udara panas dan bawah berembus ke dalam roknya. Pijakan
tangganya licin karena kondensasi. Dia kemudian berpijak pada permukaan landasan
yang kasar. "Komandan?" Strathmore tidak berpaling. Dia terus menatap ke bawah dengan tatapan kaget yang
kosong, seolah-olah kerasukan. Susan mengikuti arah pandangannya ke bawah. Untuk
sejenak dia tidak melihat apa-apa kecuali gumpalan uap. Kemudian, secara tiba-
tiba, dia melihatnya. Sesosok tubuh. Enam lantai di bawahnya. Tubuh itu terlihat
sekilas di balik gumpalan uap yang membubung. Kemudian, terlihat lagi. Sembilan
puluh kaki di bawah mereka tergeletak seonggok tubuh yang terpelintir. Phil


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Chartrukian tergeletak di atas sirip-sirip besi pembangkit tenaga listrik utama.
Tubuhnya kelam dan hangus. Chartrukian terjatuh ke sana sehingga mengganggu
cadangan listrik utama Crypto.
Tetapi pemandangan yang paling mengerikan bukanlah Chartrukian, melainkan orang
lain. Sesosok badan lain yang berdiri di tengah tangga, sedang membungkuk dan
bersembunyi di dalam bayangan. Badan yang kekar itu tidak mungkin milik orang
lain. Itu adalah Greg Hale.
*** 58 REMAJA PUNK itu berteriak kepada Becker.
"Megan milik temanku, Eduardo! Menjauhlah darinya!"
"Di mana dia?" jantung Becker berpacu tidak terkendali.
"Persetan denganmu!"
"Ini darurat!" bentak Becker. Dia mencengkeram lengan baju remaja itu. "Dia
menyimpan cincin milikku. Aku akan membayarnya! Dengan jumlah besar!"
Two-Tone terdiam dan tertawa histeris. "Maksudmu, benda emas jelek itu milikmu?"
Mata Becker membelalak. "Kau pernah melihatnya?"
Two-Tone mengangguk tersipu.
"Di mana cincin itu?" Tanya Becker. "Tidak tahu." Two-Tone terkekeh. "Megan
pernah berusaha menjualnya di sini."
"Dia berusaha menjualnya?"
"Jangan khawatir, Pak, dia tidak berhasil. Seleramu dalam perhiasan buruk
sekali." "Kau yakin tidak ada yang membelinya?" "Kau bercanda" Seharga empat ratus dolar"
Kubilang pada Megan untuk melepasnya seharga lirna puluh, tetapi dia
menginginkan lebih. Dia mau membeli tiket pesawat."
Becker merasa darah mengalir turun dan wajahnya. "Ke mana?"
"Connecticut," bentak Two-Tone. "Eddie ingin ikut." "Connecticut?"
"Benar. Pulang ke rumah Mami dan Papi di pinggiran kota. Dia membenci keluarga
tempatnya tinggal selama berada di Spanyol. Ketiga anak laki-laki keluarga itu
selalu berusaha mendekatinya. Dan tidak ada air panas."
Becker merasa tercekat. "Kapan dia akan pulang?"
Two-Tone menatapnya. "Kapan?" Dia tertawa. "Dia sudah pergi jauh sekarang. Dia
ke bandara beberapa jam yang lalu. Tempat terbaik untuk menjual cincin itu -
banyak wisatawan kaya dan sebagainya. Begitu dia mendapatkan uang tunai, dia
akan terbang keluar."
Becker merasa mual. Ini pasti lelucon yang buruk, bukan" Dia berdiri diam untuk
beberapa lama. "Siapa nama belakangnya?"
Two-Tone memikirkan pertanyaan itu sesaat dan mengangkat bahunya.
"Dia terbang dengan pesawat apa?"
"Dia pernah menyebut-nyebut tentang Roach Coach."
"Roach Coach?" "Ya. Pesawat malam di akhir pekan - Seuilla, Madrid, La Guardia. Begitulah mereka
menyebutnya. Para mahasiswa memakai penerbangan itu karena murah. Mungkin mereka
bisa duduk di dalamnya sambil mengisap mariyuana."
Bagus. Becker mengerang dan menyisir rambutnya dengan jemarinya. "Jam berapa
terbangnya?" "Jam dua pagi tepat, setiap hari Minggu. Dia sudah berada di atas Atlantis
sekarang." Becker memeriksa jam tangannya. Pukul 1:45 pagi. Dia berpaling pada Two-Tone,
bingung. "Kau bilang penerbangan itu jam dua pagi?"
Remaja punk itu mengangguk sambil tertawa. "Sepertinya kau sedang apes, Pak
Tua." Becker menunjuk ke arah jamnya dengan marah. "Tetapi sekarang baru jam dua
kurang seperempat!" Two-Tone melihat ke arah jam itu dengan bingung. "Wah, aneh sekali." Dia
tertawa. "Saya biasanya tidak semabuk ini sebelum jam empat pagi!"
"Apa cara tercepat untuk pergi ke bandara?" tany Becker.
"Dengan taksi."
Becker mengambil lembaran uang seribu peseta dan menjejalkannya ke dalam tangan
Two-Tone. "Hei, Pak, terima kasih!" teriak remaja punk itu. "Jika kau bertemu Megan,
sampaikan salamku!" Tetapi Becker telah pergi.
Two-Tone mendesah dan terhuyung kembali ke arah lantai dansa. Dia terlalu mabuk
untuk memerhatikan seorang pria dengan kacamata berbingkai kawat yang
mengikutinya. Di luar, Becker mencari taksi di lapangan parkir. Dia tidak menemukan satu pun.
Dia berlari ke arah tukang pukul klab yang bertubuh gempal itu. "Taksi!"
Tukang pukul itu menggeleng. "Demasiado temprano. Terlalu pagi."
Terlalu pagi" Becker bersumpah serapah. Sekarang sudah jam dua pagi!
"P dame uno! Panggilkan satu untukku!"
Pria itu mengeluarkan sebuah walkie-talkie. Dia mengucapkan beberapa patah kata
dan memutuskan hubungan. "Viente minutos," katanya.
"Dua puluh menit"!" tanya Becker. "V el autobus?"
Tukang pukul itu mengangkat bahunya. "45 minutos."
Becker mengangkat tangannya. Sempurna!
Suara sebuah kendaraan kecil membuat Becker memalingkan kepalanya. Suaranya
seperti sebuah gergaji listrik. Seorang remaja besar dan teman kencannya yang
memakai banyak hiasan dan rantai sedang memasuki lapangan parkir. Mereka duduk
di atas sebuah motor Vespa 250 tua. Rok gadis itu tertiup tinggi hingga ke
bagian paha. Kelihatannya gadis itu cuek aja. Becker berlari mendekati mereka.
Aku tidak percaya aku melakukan hal ini, pikirnya. Aku membenci sepeda motor.
Dia berteriak pada pengendaranya. "Aku akan membayarmu sepuluh ribu peseta untuk
mengantarku ke bandara."
Remaja itu mengabaikannya dan mematikan mesin kendaraannya.
"Dua puluh ribu!" teriak Becker. "Aku harus pergi ke bandara."
Anak itu menatapnya. "Scusi?" Dia orang Italia. "Aeroporto! Per fauore. Sulla
Vespa! Venti mille pesete!"
Orang Italia itu melihat ke arah temannya, motor kecilnya, dan tertawa. "Venti
mille pesete" La Vespa?"
"Cinquanta mille! Lima puluh ribu!" tawar Becker. Jumlah itu nilainya kira-kira
empat ratus dolar. Orang itu tertawa ragu-ragu. "Dou'e la plata" Mana uangnya?"
Becker mengeluarkan lima lembar uang kertas 10.000 peseta dan kantongnya dan
mengulurkannya. Orang Italia itu melihat uang tersebut dan kemudian ke arah
pacarnya. Gadis itu menyambar uang itu dan memasukkannya ke dalam blusnya.
"Grazie!" orang Italia itu tersipu. Dia melemparkan kunci Vespanya kepada
Becker. Kemudian, dia meraih tangan pacarnya, dan mereka berlari ke arah
bangunan itu sambil tertawa.
"Aspetta!" teriak Becker. "Tunggu! Vang aku inginkan adalah tumpangan!"
*** 59 SUSAN MERAIH tangan Strathmore saat sang komandan membantunya menaiki tangga ke
atas lantai Crypto. Bayangan Phil Chartrukian yang tergeletak hancur di atas
mesin pembangkit tenaga terpatri di dalam ingatannya. Ingatan akan Hale yang
bersembunyi di dalam perut Crypto telah membuatnya pusing. Kenyataan ini sungguh
tidak dapat dipungkiri - Hale telah mendorong Chartrukian.
Susan bergerak melalui bayang-bayang TRANSLTR menuju pintu keluar utama Crypto -
pintu yang dilaluinya beberapa jam yang lalu. Dia menekan tombol yang padam pada
pintu itu dengan panik, tetapi pintu itu tidak bergerak. Dia terperangkap.
Crypto adalah sebuah penjara. Kubahnya menjulang bagaikan sebuah satelit, 109
yard dari bangunan utama NSA, dan hanya bisa dicapai melalui gerbang utama.
Sejak Crypto memiliki pembangkit tenaga listrik sendiri, mungkin operator
telepon di depan bahkan tidak tahu kalau mereka sedang ada masalah.
"Pembangkit tenaga utamanya mati," kata Strathmore di belakangnya. "Kita memakai
tenaga cadangan." Persediaan tenaga cadangan di dalarn Crypto dirancang agar TRANSLTR dan sistem
pendinginannya lebih diutamakan daripada sistem-sistem lainnya, termasuk
penerangan dan jalan masuk. Dengan cara seperti ini, gangguan listrik seperti
apa pun tidak akan mengganggu proses kerja TRANSLTR yang penting. Hal ini juga
berarti, TRANSLTR tidak akan beroperasi tanpa sistem pendinginan. Tanpa
pendinginan, panas yang dihasilkan oleh tiga juta prosesornya akan mencapai
tingkat yang berbahaya - mungkin bahkan bisa membakar cip-cip silikon dan
membuatnya meleleh. Tidak ada seorang pun yang menginginkan hal itu terjadi.
Susan berjuang untuk mengenali keadaan sekelilingnya. Pikirannya dipenuhi oleh
bayangan petugas Sys-Sec itu di atas mesin pembangkit tenaga. Susan menekan
tombol pada pintu lagi. Tetap tidak ada hasil. "Gugurkan perintahnya!" pinta
Susan. Memerintahkan TRANSLTR untuk menggugurkan proses pencarian kunci sandi
Benteng Digital akan memutuskan sirkuitnya dan menyediakan cukup tenaga untuk
membuat pintu-pintu berfungsi kembali.
"Tenang, Susan," kata Strathmore sambil memegang pundak Susan untuk
menenangkannya. Sentuhan sang komandan yang meyakinkan membuat Susan tersadar dan perasaan
bingungnya. Tiba-tiba dia ingat alasan dirinya mencari Strathmore. Dia berputar,
"Komandan! Greg Hale adalah North Dakota!"
Sepertinya kesunyian meliputi kegelapan untuk selamanya. Akhirnya Strathmore
menjawab. Suaranya terdengar lebih seperti orang yang sedang bingung daripada
kaget. "Apa maksudmu?"
"Hale Susan berbisik. "Dia adalah North Dakota."
Mereka terdiam lagi saat Strathmore mencerna kata-kata Susan. "Pelacak itu?"
Strathmore kedengarannya bingung. "Pelacak itu menunjuk pada Hale?"
"Pelacak itu belum kembali. Hale menggugurkannya!"
Susan menjelaskan bagaimana Hale menghentikan pelacaknya dan bagaimana dia
menemukan email dan Tankado di dalam account Hale. Kemudian mereka terdiam lagi.
Strathmore menggeleng dengan rasa tidak percaya.
"Tidak mungkin Greg Hale adalah jaminan Tankado! Itu konyol! Tankado tidak akan
memercayai Hale." "Komandan," kata Susan, "Hale pernah menenggelamkan kita sebelumnya - Skipjack.
Tankado memercayainya."
Tampaknya Strathmore tidak bisa berkata apa-apa. "Gugurkan TRANSLTR," Susan
memohon padanya. "Kita sudah mendapatkan North Dakota. Panggilkan petugas
keamanan gedung. Mari keluar dan tempat ini."
Strathmore mengangkat tangannya sebagai tanda meminta waktu untuk berpikir.
Susan menatap dengan gugup ke arah pintu kolong. Lubang di lantai itu
tersembunyi di balik TRANSLTR, tetapi cahaya kemerahan memancar ke atas ubin
hitam seperti bara di atas es. Ayolah, panggilkan petugas keamanan, Komandan!
Gugurkan TRANSLTR! Ayo keluar dari tempat mi!
Tiba-tiba Strathmore terloncat. "Ikuti aku," katanya. Dia berjalan ke arah pintu
kolong tersebut. "Komandan! Hale berbahaya! Dia-"
Tetapi Strathmore telah hilang dalam kegelapan. Susan bergegas mengikuti
bayangannya. Sang komandan mengitari TRANSLTR dan tiba di lubang di atas lantai
itu. Strathmore mengintip ke dalam lubang dengan asap yang berputar itu. Dengan
perlahan dia melihat ke sekeliling lantai Crypto yang gelap itu. Kemudian, dia
membungkuk dan mengangkat daun pintu kolong itu. Pintu itu berayun membentuk
lengkungan yang rendah. Ketika Strathmore melepaskannya, daun pintu itu
terbanting menutup dengan suara keras. Crypto kemudian menjadi gua gelap yang
sunyi senyap lagi. Kelihatannya North Dakota telah terperangkap.
Strathmore berlutut. Dia mengembalikan kaitan berbentuk kupu-kupu ke tempatnya.
Lantai bawah tanah telah tersegel.
Baik dia maupun Susan tidak mendengar langkah-langkah pelan menuju Node 3.
*** 60 TWO-TONE MENUJU lorong bercermin yang menghubungkan teras di luar dengan lantai
dansa. Saat dia berbalik untuk memeriksa peniti pada bayangan dirinya di cermin,
dia merasakan ada yang berdiri di belakangnya. Dia berputar, tetapi terlambat.
Sepasang tangan sekeras batu menekan badan dan wajahnya ke cermin.
Remaja punk itu berusaha berbalik. "Eduardo" Hei, friend, kaukah itu?" Two-Tone
merasa sebuah tangan menggerayangi dompetnya sebelum sosok itu menyenderkan
badannya dengan kuat pada punggungnya. "Eddie!" remaja punk itu berteriak.
"Jangan main-main! Ada pria yang sedang mencari Megan."
Sosok itu memegang erat badannya.
"Hei, Eddie, friend, hentikan!" Tetapi ketika Two-Tone melihat ke arah cermin,
dia melihat sosok yang menghimpitnya itu bukanlah temannya.
Wajah itu bopeng dan penuh dengan luka parut. Dua mata tak bernyawa menatap
bagaikan arang dari balik kacamata berbingkai kawat. Pria itu mencondongkan
badannya ke depan sambil mendekatkan mulutnya ke telinga Two-Tone. Sebuah suara
aneh seperti tercekik bertanya, "Adonde fue" Ke mana perginya pria itu?" Kata-
katanya terdengar tidak jelas.
Remaja pria itu diam tidak bergerak, lumpuh karena takut.
"Adonde fue?" ulang suara itu. "El Amencano." "Ke ... bandara. Aeropuerto," Two-
Tone tergagap. "Aeropuerto?" ulang pria itu. Matanya yang gelap mengawasi bayangan bibir Two-
Tone di cermin. Remaja punk itu mengangguk.
"Tenia el anillo" Apakah pria tadi mendapatkan cincin itu?"
Dengan takut Two-Tone menggeleng. "Tidak."
"Viste el anillo" Kau melihat cincin itu?"
Two-Tone terdiam. Apa kiranya jawaban yang tepat"
"Viste el anillo?" tanya suara yang tidak jelas itu.
Two-Tone mengangguk mengiyakan sambil berharap kejujuran bisa menyelamatkannya.
Tetapi ternyata tidak. Beberapa detik kemudian, dia merosot ke atas lantai
dengan leher yang patah. *** 61 JABBA TERLENTANG dan menjulurkan separuh badannya ke bawah mesin komputer yang
terbongkar. Di mulutnya terdapat sebuah lampu berbentuk pen. Di tangannya
terdapat sebuah alat patri besi. Di atas perutnya terhampar sebuah cetak biru
petunjuk tentang mesin komputer itu. Dia baru saja memasang beberapa alat pada
sebuah motherboard yang bermasalah ketika telepon selulernya berbunyi.
"Sial," kutuknya sambil mencari teleponnya di antara tumpukan kabel. "Jabba di
sini." "Jabba. Ini Midge."
Jabba menjadi cerah. "Dua kali dalam semalam" Orang-orang akan mulai
bergunjing." "Crypto sedang dalam masalah." Suara Midge terdengar tegang.
Jabba mengernyit. "Kita sudah pernah membahas masalah ini. Ingat?"
"Ini masalah tenaga listriknya."
"Saya bukan ahli listrik. Hubungi bagian teknik listrik."
"Kubah itu gelap."
"Kau melihat yang tidak-tidak. Pulanglah." Jabba berpaling kembali ke kertas
petunjuknya. "Gelap gulita!" teriak Midge.
Jabba mendesah dan meletakkan pen lampunya. "Midge, pertama-tama, kita memiliki
tenaga listrik cadangan di sana. Tidak mungkin gelap gulita. Kedua, Strathmore
bisa mengawasi Crypto lebih baik daripada aku sekarang. Kenapa kau tidak
menghubunginya?" "Karena ini ada hubungannya dengan dia. Dia sedang menyembunyikan sesuatu."
Jabba memutar bola matanya. "Midge, Manis, aku sedang terkubur oleh sambungan
kabel di sini. Jika kau membutuhkan seorang teman kencan, aku akan ke sana. Jika
tidak, hubungi teknisi listrik."
"Jabba, ini serius. Aku bisa merasakannya."
Dia bisa merasakannya" Tidak diragukan lagi, pikir Jabba, Midge sedang
bertingkah. "Jika Strathmore tidak khawatir, aku juga tidak akan khawatir."
"Crypto gelap gulita, sialan!"
"Mungkin Strathmore sedang menyaksikan bintang."
"Jabba! Aku sedang tidak bercanda!"
"Baiklah, baiklah," gerutu Jabba sambil berusaha bangkit dengan bantuan
sikutnya. "Mungkin sebuah pembangkit tenaga listrik terganggu. Jika aku sudah
selesai di sini, secepatnya aku akan mampir ke Crypto dan-"
"Bagaimana dengan tenaga listrik cadangan?" tanya Midge. "Jika sebuah pembangkit
tenaga rusak, kenapa tidak ada tenaga listrik cadangan?"
"Aku tidak tahu. Mungkin Strathmore membiarkan TRANSLTR tetap bekerja sehingga
seluruh tenaga listrik cadangan terpakai."
"Lalu kenapa dia tidak menggugurkan TRANSLTR" Mungkin ini karena sebuah virus.
Kau tadi menyebutnyebut soal virus."
"Sialan, Midge!" Jabba meledak. "Sudah kuberi tahu kau bahwa tidak ada virus di
dalam Crypto! Berhentilah bertingkah seperti orang paranoid!"
Sambungan telepon itu terdiam.
"Maafkan aku, Midge," kata Jabba. "Biar aku jelaskan." Suaranya tegang.
"Pertama-tama, kita memiliki Gauntlet - tidak ada virus yang bisa menembusnya.


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kedua, jika ada kegagalan dalam sistem penyediaan tenaga listrik, hal itu
terkait dengan peranti kerasnya-vtrus tidak bisa memutuskan aliran listrik.
Mereka hanya menyerang peranti lunak dan data. Apa pun yang terjadi di dalam
Crypto bukan karena virus."
Sunyi. "Midge" Kau masih di sana?"
Jawaban Midge sedingin es. "Jabba. Aku memiliki tugas yang harus kukerjakan. Aku
tidak ingin dibentak-bentak hanya karena aku berusaha menjalankan tugasku.
Ketika aku menelepon untuk bertanya kenapa sebuah fasilitas seharga jutaan dolar
menjadi gelap, aku mengharapkan sebuah jawaban yang profesional."
"Ya, Bu." "Sebuah jawaban ya atau tidak sudah cukup. Apakah mungkin masalah di dalam
Crypto terkait dengan virus?"
"Midge ... aku sudah memberitahumu-"
"Ya atau tidak. Mungkinkah TRANSLTR terserang virus?"
Jabba mendesah. "Tidak, Midge. Itu sama sekali tidak mungkin."
"Terima kasih."
Jabba memaksakan sebuah tawa kecil dan berusaha mencairkan suasana. "Kecuali
jika kau berpikir Strathmore menciptakan virus itu sendiri dan memotong jalan
penya-nngku." Mereka terdiam sejenak. Ketika Midge berbicara, suaranya terdengar ngeri.
"Strathmore bisa memotong jalan Gauntlet?"
Jabba mendesah. "Itu hanya lelucon, Midge." Tetapi dia sadar sudah terlambat.
*** 62 SANG KOMANDAN dan Susan berdiri di samping pintu kolong yang tertutup. Mereka
berdebat tentang langkah berikutnya.
"Di bawah ada mayat Chartrukian," kata Strathmore. "Jika kita meminta bantuan,
Crypto akan berubah menjadi sebuah sirkus."
"Jadi, menurut Anda apa yang harus kita lakukan?" tanya Susan. Dia hanya ingin
pergi dari situ. Strathmore berpikir sejenak. "Jangan tanyakan bagaimana ini
bisa terjadi," kata Strathmore sambil memandang pintu kolong yang terkunci itu,
"tetapi kelihatannya kita secara tidak sengaja telah menemukan dan melumpuhkan
North Dakota." Dia menggelengkan kepalanya tanda tidak percaya. "Benar-benar
suatu keberuntungan, jika kau tetap bertanya."
Strathmore tampak masih merasa terkejut akan keterlibatan Hale di dalam rencana
Tankado. "Aku rasa Hale menyembunyikan kunci sandi itu di suatu tempat di dalam
komputernya - mungkin dia mempunyai salinannya di rumah. Bagaimanapun juga,
sekarang dia terperangkap."
"Lalu kenapa kita tidak memanggil petugas keamanan gedung dan membiarkan mereka
menggiringnya pergi?"
"Belum," kata Strathmore. "Jika para petugas Sys-Sec menemukan statistik tentang
TRANSLTR yang beroperasi tiada henti ini, kita akan menghadapi masalah baru. Aku
menginginkan semua jejak Benteng Digital dihapus sebelum kita membuka pintu
ini." Susan mengangguk dengan enggan. Itu rencana yang bagus. Ketika Bagian Keamanan
mengeluarkan Hale dan lantai bawah tanah dan menuntutnya atas kematian
Chartrukian, dia mungkin akan mengancam untuk membeberkan kepada publik tentang
Benteng Digital. Tetapi bukti-bukti akan dihapus - Strathmore bisa berlagak bodoh.
Operasi yang tiada henti" Sebuah alogaritma yang tidak bisa dipecahkan" Konyol.
Apakah Hale tidak, pernah mendengar tentang Prinsip Bergofsky"
"Ini yang harus kita kerjakan." Strathmore dengan tenang menguraikan garis besar
rencananya. "Kita menghapus semua korespondensi Hale dengan Tankado. Kita hapus
semua catatan tentang tindakanku memotong jalan Gauntlet, semua analisis Sys-Sec
Chartrukian, semua catatan Run-Monitor, segalanya. Benteng Digital lenyap. Tidak
pernah ada. Kita mengubur kunci sandi milik Hale dan berdoa pada Tuhan semoga
Dauid menemukan salinan Tankado."
Dauid, pikir Susan. Dia menyingkirkan pria itu dan pikirannya. Dia harus
memusatkan perhatiannya pada masalah yang dihadapinya sekarang.
"Aku akan menangani laboratorium Sys-Sec," kata Strathmore. "Statistik Run-
Monitor, statistik mutasi kegiatan, dan yang lainnya. Kau menangani Node 3.
Hapus semua email Hale. Setiap catatan korespondensi dengan Tankado dan segala
sesuatu yang berhubungan dengan Benteng Digital."
"Baik," balas Susan dengan penuh perhatian. "Aku akan menghapus seluruh dnve
Hale. Melakukan format ulang pada segalanya."
"Jangan!" respons Strathmore dengan tegas. "Jangan lakukan itu. Pasti Hale
memiliki sebuah salinan kunci sandi itu di dalamnya. Aku menginginkannya."
Susan menganga kaget. "Kau menginginkan kunci sandi itu" Kupikir kita bermaksud
menghancurkannya!" "Benar. Tetapi aku menginginkan sebuah salinan. Aku ingin membuka berkas itu dan
mencari tahu tentang program Tankado."
Susan juga merasakan keingintahuan yang sama, tetapi nalurinya mengatakan bahwa
membuka alogaritma Benteng Digital bukan tindakan yang bijaksana, walaupun hal
itu sangat menarik. Sekarang, program mematikan itu terkunci di dalam sebuah
ruang besi yang bersandi - sama sekali tidak berbahaya. Segera setelah Strathmore
memecahkannya ... "Komandan, bukankah lebih baik jika-"
"Aku menginginkan kunci sandi itu," balas Strathmore.
Susan harus mengakui, sejak mendengar tentang Benteng Digital, dirinya merasakan
keingintahuan akademis tentang bagaimana Tankado bisa berhasil menulisnya.
Keberadaan alogaritma itu sendiri bertentangan dengan aturan-aturan mendasar di
bidang knptografi. Susan melirik sang komandan. "Anda akan segera menghapus
alogaritma itu setelah kita melihatnya?"
"Tanpa bekas." Susan mengernyit. Dia tahu dia tidak akan dengan cepat menemukan kunci sandi
milik Hale. Menemukan sebuah kunci sandi yang tidak jelas di salah satu peranti
keras Node 3 mirip dengan mencari sebuah kaus kaki di dalam kamar tidur seluas
Texas. Pencarian dengan komputer hanya bisa berhasil jika Anda tahu apa yang
Anda cari; sedangkan kunci sandi ini tidak jelas. Walaupun begitu, untungnya,
Crypto selalu berurusan dengan banyak masalah yang tidak jelas. Susan dan
beberapa orang lainnya berhasil mengembangkan sebuah proses rumit yang dikenal
dengan "pencarian tidak beraturan." Pencarian itu pada dasarnya meminta komputer
untuk mempelajari rangkaian karakter pada peranti kerasnya, membandingkan setiap
rangkaian dengan sebuah kamus besar, dan menandai setiap rangkaian yang tidak
masuk akal atau tidak jelas. Terus-menerus memperbarui parameter adalah proses
yang sulit, tetapi hal itu mungkin dikerjakan.
Susan tahu bahwa dirinya adalah pilihan yang logis untuk menemukan kunci sandi
tersebut. Dia mendesah dan berharap tidak menyesal nanti. "Jika segalanya
berjalan baik, hal ini akan memakan waktu kira-kira setengah jam."
"Kalau begitu mari mulai bekerja," kata Strathmore sambil meletakkan tangannya
di atas pundak Susan dan membimbingnya dalam kegelapan menuju Node 3.
Di atas mereka, langit bertabur bintang membentang di seluruh kubah. Susan
bertanya-tanya apakah Dauid bisa melihat bintang-bintang yang sama di Seuilla.
Ketika mereka mendekati pintu kaca Node 3, Strathmore mengutuk perlahan. Tombol
pada pintu Node 3 tidak menyala, dan pintu itu tertutup.
"Sialan," katanya. "Tidak ada listrik. Aku lupa."
Strathmore mempelajari pintu geser tersebut. Dia meletakkan telapak tangannya di
atas pintu kaca itu. Kemudian dia mencondongkan badannya ke samping sambil berusaha membuka pintu
tersebut. Tangannya berkeringat dan licin. Dia mengeringkan kedua telapak
tangannya pada celananya dan mencoba lagi. Kali ini pintu itu bergeser dan
menganga sedikit. Karena merasa ada kemajuan, Susan berdiri di belakang Strathmore dan mereka
berdua mendorong bersama. Pintu itu menganga selebar satu inci. Mereka
menahannya selama beberapa saat, tetapi tekanannya terlalu besar. Pintu itu
menutup lagi. "Tunggu," kata Susan sambil berpindah posisi ke depan Strathmore. "Baik,
sekarang coba." Mereka mendorong. Kembali pintu itu terbuka hanya sekitar satu inci. Seberkas
sinar biru tipis muncul dan dalam. Komputer-komputer di dalam Node 3 masih
menyala. Komputer-komputer tersebut dianggap penting untuk TRANSLTR sehingga
menerima tenaga listrik cadangan.
Susan menancapkan jemari kakinya di dalam sepatu Ferragamonya ke lantai dan
mendorong lebih keras lagi. Pintu itu mulai bergerak. Strathmore bergerak untuk
mendapatkan posisi yang lebih baik. Sambil meletakkan kedua telapak tangannya ke
daun pintu sebelah km, Strathmore mendorong dengan keras. Susan mendorong daun
pintu sebelah kanan ke arah yang berlawanan. Secara perlahan dan dengan susah
payah, kedua daun pintu itu mulai terpisah. Lebarnya sekarang kira-kira satu
kaki. "Jangan lepaskan," kata Strathmore terengah sambil terus mendorong dengan keras.
"Sedikit lagi."
Susan berpindah posisi dengan menempatkan bahunya pada celah itu. Dia mendorong
lagi, kali ini dengan posisi yang tepat. Kedua belah daun pintu itu berusaha
menutup kembali. Sebelum Strathmore bisa menghentikan Susan, perempuan itu menyelipkan badannya
yang langsing ke dalam celah pintu itu. Strathmore memprotesnya, tetapi dia
bersikeras. Susan ingin keluar dan Crypto, dan dia mengenal Strathmore dengan
baik untuk tahu bahwa pria tersebut tidak akan ke manamana sebelum kunci sandi
milik Hale ditemukan. Badan Susan masuk sampai setengahnya ke dalam celah itu. Dia mendorong dengan
segenap kekuatannya. Daundaun pintu itu bergerak menutup. Tiba-tiba Susan
kehilangan pegangannya. Daun-daun pintu itu menjepitnya. Strathmore berjuang
untuk menahan pintu-pintu itu, tetapi pintu-pintu tersebut terlalu kuat. Tepat
saat pintu itu menutup, Susan mendesak masuk dan terjatuh di sisi dalam.
Sang komandan berjuang membuka pintu itu sedikit. Dia meletakkan wajahnya pada
celah sempit itu. "Demi Tuhan, Susan - apakah kau baik-baik saja?"
Susan berdiri dan merapikan dirinya. "Baik-baik saja."
Susan melihat ke sekelilingnya. Node 3 kosong dan hanya diterangi cahaya monitor
komputer. Bayang-bayang kebiruan membuat suasana tempat itu menjadi menyeramkan.
Dia berbahk pada Strathmore di celah pintu. Wajah sang komandan terlihat pucat
dan sakit dalam sinar berwarna biru.
"Susan," kata Strathmore. "Beri aku dua puluh menit untuk menghapus berkas-
berkas di Sys-Sec. Saat semua jejak hilang, aku akan pergi ke komputerku dan
menggugurkan TRANSLTR."
"Begitu lebih baik," kata Susan sambil melihat ke arah pintu kaca yang berat
itu. Susan sadar bahwa dirinya sekarang menjadi tahanan di dalam Node 3 sampai
TRANSLTR berhenti menyedot tenaga listrik cadangan.
Strathmore melepas daun-daun pintu itu yang kemudian segera menutup. Melalui
kaca pintu tersebut, Susan mengamati sang komandan menghilang di dalam gelapnya
Crypto. *** 63 SEPEDA MOTOR Vespa yang baru dibeli Becker berjuang di jalan menuju Aeropuerto
de Sevilla. Buku-buku jarinya menjadi putih sepanjang jalan. Jam tangannya
menunjukkan pukul 2:00 pagi waktu setempat.
Saat mendekati terminal utama, Becker mengarahkan motornya ke atas trotoar dan
meloncat turun dari motornya dengan mesin yang masih menyala. Motor itu roboh ke
atas trotoar dan mesinnya mati. Becker berlari dengan kaki yang gemetar melalui
pintu putar. Tidak akan pernah iagi, Becker bersumpah pada dirinya sendiri.
Terminal itu steril dan sangat terang. Selain seorang petugas pembersih yang
sedang memoles lantai, tempat itu kosong. Di sisi seberang ruangan luas itu,
seorang petugas tiket sedang menutup meja Iberia Airlines.
Becker menganggap hal itu sebagai pertanda buruk. Becker berlari mendekat. "El
vuelo a los Estados Unidos?"
Wanita Andalusia yang sangat menarik di belakang meja itu menatap Becker dan
tersenyum dengan gaya meminta maaf.
"Acaba de sahr. Anda terlambat." Kata-katanya menggantung di udara untuk
beberapa saat. Aku terlambat. Bahu Becker merosot turun. "Apakah ada tempat duduk cadangan di
pesawat itu?" "Banyak," wanita itu tersenyum. "Hampir kosong. Tetapi besok jam delapan pagi
juga ada - " "Saya harus mencari tahu apakah teman saya ada di dalam penerbangan tersebut.
Dia memesan tempat duduk cadangan."
Wanita itu mengernyit. "Maaf, Tuan. Malam ini ada beberapa penumpang cadangan,
tetapi peraturan privasi kami menyatakan-"
"Ini sangat penting," desak Becker. "Saya hanya perlu tahu apakah dia berada
dalam penerbangan itu. Hanya itu."
Wanita itu mengangguk dengan penuh simpati. "Pertengkaran sepasang kekasih?"
Becker berpikir sejenak. Kemudian dia tersenyum malu-malu pada wanita itu.
"Apakah hal itu sangat terlihat jelas?"
Wanita itu berkedip padanya. "Siapa namanya?"
"Megan," jawab Becker dengan sedih.
Wanita itu tersenyum. "Apakah teman wanita Anda memiliki nama belakang?"
Becker menghela napas perlahan. Va, tapi aku tidak tahu! "Sebenarnya, masalah
ini agak rumit. Anda tadi mengatakan pesawat itu hampir kosong. Mungkin Anda bisa-"
"Tanpa nama belakang, saya benar-benar tidak bisa-" "Sebenarnya," sela Becker
yang telah menemukan ide lain. "Apakah Anda bekerja semalaman?"
Wanita itu mengangguk. "Dan jam tujuh sampai jam tujuh."
"Jadi, mungkin Anda telah melihatnya. Dia seorang gadis muda. Mungkin sekitar
lima belas atau enam belas tahun" Rambutnya-" Sebelum kata-kata tersebut
meluncur dan mulutnya, Becker menyadari kesalahannya.
Mata wanita itu mengecil. "Kekasih Anda berusia lima belas tahun?"
"Tidak!" Becker terengah. "Maksud saya Sialan. "Tolong bantu saya, ini sangat
penting." "Maaf," kata wanita itu dengan dingin.
"Ini tidak seperti yang terdengar. Jika saja Anda dapat-"
"Selamat malam, Tuan." Wanita itu menutup pagar besi dan menghilang ke dalam
ruang belakang. Becker mengerang dan mendongak ke atas langit. Bagus, Dauid. Bagus sekali. Dia
memerhatikan ruangan luas itu. Tidak ada seorang pun. Gadis itu pasti telah
menjual cincin tersebut dan naik ke pesawat itu. Becker berjalan menuju ke arah
petugas kebersihan itu. "Has uisto a una nina?" tanya
Becker sambil mencoba mengalahkan suara mesin poes lantai. "Apakah Anda tadi
melihat seorang gadis?"
Pria tua itu membungkuk dan mematikan mesinnya. "Hah?"
"Una nina?" ulang Becker. "Pelo rojo, azul, y blanco. Rambut merah, putih, dan
biru." Petugas pembersih itu tertawa. "Cjue fea. Kedengarannya seram." Dia menggeleng
dan kembali bekerja. DAVID BERDIRI di tengah-tengah ruangan luas di bandara itu dan bertanya-tanya
apa yang harus dilakukan berikutnya. Malam ini benar-benar merupakan sebuah
lelucon yang tidak lucu. Kata-kata Strathmore terus berkumandang di dalam kepalanya.
Jangan menghubungiku sampai kau mendapatkan cincin itu. Becker merasa teramat
lelah. Jika Megan telah menjual cincin tersebut dan ikut dalam penerbangan itu,
maka tidak ada yang tahu siapa yang memiliki cincin itu sekarang.
Becker menutup matanya dan mencoba untuk berkonsentrasi. Apa langkahku
berikutnya" Dia memutuskan untuk menunda memikirkan hal itu selama beberapa
saat. Pertamatama dia harus pergi ke kamar kecil dulu.
*** 64 SUSAN BERDIRI sendiri di dalam Node 3 yang sunyi dan remang-remang. Tugasnya
sederhana: Akses komputer Hale, temukan kunci sandi miliknya, kemudian hapus
semua komunikasinya dengan Tankado. Tidak akan ada lagi petunjuk tentang
keberadaan Benteng Digital di mana pun.
Ketakutan Susan mengenai masalah keamanan kunci sandi tersebut dan membuka
Benteng Digital yang dia rasakan sebelumnya muncul lagi. Selama ini mereka cukup
beruntung. North Dakota telah muncul di hadapan mereka bagai mukjizat dan
terperangkap. Pertanyaan yang tersisa hanyalah mengenai David. David harus
menemukan kunci sandi lainnya. Susan berharap sang kekasih mendapat kemajuan.
Saat melangkah lebih jauh ke dalam Node 3, Susan berusaha menjernihkan
pikirannya. Sungguh aneh, dirinya merasa tidak nyaman di tempat yang dikenalnya
dengan baik ini. Segala hal di dalam Node 3 tampak aneh di dalam kegelapan.
Tetapi ada hal lainnya. Untuk sesaat, Susan merasa ragu-ragu dan menatap ke arah
pintu yang tidak berfungsi itu. Tidak ada jalan untuk melarikan diri. Dua puluh
menit, pikirnya. Saat berjalan ke arah komputer Hale, Susan mencium sesuatu yang aneh, seperti
layaknya bau parfum pria - yang pasti bukan bau Node 3. Susan bertanya-tanya
apakah penyegar ruangan juga rusak. Bau itu tidak terlalu asing baginya dan
seketika itu juga dia merasa menggigil. Dia membayangkan Hale yang terkunci di


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bawah di dalam sel raksasa yang beruap. Apakah Hale telah membakar sesuatu"
Susan melihat ke arah lubang angin dan membaui udara. Tetapi bau itu sepertinya
berasal dan suatu tempat di dekat dirinya. Susan melihat ke arah pintu dapur
kecil yang berkisikisi. Dan segera dia mengenali bau itu. Itu bau kolonye ...
dan keringat. Secara naluriah Susan mundur. Dia tidak siap untuk apa yang dilihatnya. Dan
balik kisi-kisi di dapur kecil itu, sepasang mata menatapnya. Susan tidak
membutuhkan waktu lama untuk menyadari kenyataan itu. Greg Hale tidak terkunci
di lantai bawah tanah - Hale berada di dalam Node 3! Dia telah menyelinap ke atas
sebelum Strathmore mengunci pintu kolong itu. Hale cukup kuat untuk membuka
semua pintu itu sendiri. Susan pernah mendengar bahwa kengerian bisa melumpuhkan - sekarang dirinya tahu
bahwa hal itu hanya sebuah mitos. Saat otaknya sudah mencerna apa yang sedang
terjadi, dia segera bergerak - bergegas membalikkan badannya dengan satu pemikiran
di dalam benaknya: kabur.
Saat itu juga, Susan mendengar suara keras di belakangnya. Hale yang dan tadi
duduk dengan diam di atas kompor menghentakkan kakinya seperti sepasang alat
pelantak. Daundaun pintu tersentak lepas dan engselnya. Hale meluncur ke dalam
Node 3 dan mengejar Susan dengan langkah langkah yang kuat.
Susan menjatuhkan sebuah lampu di belakangnya untuk menghalangi langkah Hale.
Dia bisa merasakan Hale melompati lampu itu tanpa susah payah. Hale dengan cepat
mengejarnya. Ketika lengan kanan Hale melingkar pada pinggangnya dan arah belakang, Susan
merasa seolah telah menabrak sebatang besi. Dia terengah kesakitan dan kehabisan
napas. Otot-otot bisep Hale meremukkan tulang rusuknya.
Susan melawan dan mulai menggeliat dengan liar. Entah bagaimana, sikutnya
menghantam tulang rawan hidung Hale. Hale melepaskan cengkeramannya dan
memegangi hidungnya. Hale terjatuh di atas lututnya dengan kedua tangan menutup
wajahnya. "Kepar-" Hale menjerit kesakitan.
Susan berlari ke arah lempengan yang peka terhadap tekanan di dekat pintu sambil
berdoa agar Strathmore pada saat itu juga berhasil mengaktifkan tenaga listrik
dan pintupintu akan terbuka. Tetapi Susan hanya bisa memukul pintu kaca dengan
keras. Hale berjalan dengan susah payah ke arah Susan dengan hidung yang berdarah.
Dengan cepat, tangannya memeluk Susan lagi - satu tangannya mencengkeram erat
payudara km Susan dan yang satunya lagi berada di dekat bagian perut Susan. Hale
mengangkat Susan dan lantai. Perempuan itu menjerit. Tangannya meraih-raih di
udara untuk menghentikan Hale, tetapi sia-sia.
Hale menarik Susan mundur. Kepala ikat pinggang Hale menekan tulang belakang
Susan. Si perempuan tidak pernah membayangkan betapa kuatnya si lelaki. Hale
menarik Susan di atas karpet. Sepatu-sepatu Susan pun terlepas. Dengan sebuah
gerakan yang mudah, Hale mengangkat dan membanting knptografer kepala itu ke
atas lantai di dekat komputernya.
Tiba-tiba Susan berada dalam keadaan terlentang dengan rok yang terangkat tinggi
hingga ke bagian paha. Kancing atas blusnya terlepas, dan dadanya kembang-kempis
dalam cahaya kebiruan. Dia menatap ke atas dengan ngeri saat Hale duduk
mengangkang dan menekan dirinya ke bawah. Susan tidak bisa menebak arti tatapan
mata Hale. Kelihatannya seperti rasa takut. Atau mungkin rasa marah" Mata Hale
menembus badannya. Susan merasakan sebuah gelombang panik melanda dirinya.
Hale duduk dengan mantap di atas badan Susan sambil menatap wanita itu dengan
dingin. Segala hal tentang pertahanan diri yang pernah dipelajari Susan tiba-
tiba hilang dan ingatannya. Dia berusaha melawan, tetapi badannya tidak
bereaksi. Dia menjadi mati rasa. Dia menutup matanya.
Oh, tolong, Tuhan. Tidak!!!
*** 65 BRINKERHOFF BERGEGAS ke ruang kantor Midge. "Tidak ada yang memotong jalan
Gauntlet. Ini tidak mungkin!" "Salah," balas Midge. "Aku baru saja berbicara dengan Jabba. Dia mengatakan
bahwa dia baru saja memasang sebuah tombol pemotong jalan tahun lalu."
Pembantu pribadi itu terlihat ragu-ragu. "Aku tidak pernah mendengar tentang hal
itu." "Memang tidak ada yang pernah. Hal itu sangat rahasia."
"Midge," Brinkerhoff mencoba berdebat, "Jabba sangat terobsesi tentang masalah
keamanan! Dia tidak akan pernah memasang sebuah tombol untuk memotong jalan-"
"Strathmore memaksanya," sela Midge. Brinkerhoff hampir bisa mendengar otak
Midge berbunyi klik. "Masih ingat tahun lalu," tanya Midge, "ketika Strathmore menangani sebuah
ancaman telepon dari teroris antisemit di California?"
Brinkerhoff mengangguk. Itu menjadi prestasi Strathmore tahun lalu. Dengan
menggunakan TRANSLTR untuk memecahkan sebuah kode yang disadap, Strathmore berhasil
menyingkap sebuah rencana untuk meledakkan sebuah sekolah Vahudi di Los Angeles.
Strathmore berhasil memecahkan pesan dan teroris hanya dua puluh menit sebelu
bom itu meledak, dan dengan menggunakan sambungan telepon cepat, dia berhasil
menyelamatkan tiga ratus anak sekolah.
"Coba dengar," kata Midge sambil mengecilkan suaranya, yang sebenarnya tidak
perlu. "Jabba mengatakan bahwa Strathmore menyadap kode teroris itu enam jam
sebelum bom tersebut meledak."
Brinkerhoff menganga. "Tetapi ... lalu kenapa dia menunggu-"
"Karena dia tidak bisa memecahkan berkas itu dengan TRANSLTR. Dia telah
mencobanya, tetapi Gauntlet terus-menerus menolak berkas tersebut. Berkas itu
disandikan dengan sebuah alogaritma kunci publik yang baru. Jabba membutuhkan
hampir enam jam untuk menemukannya."
Brinkerhoff tampak terpana.
"Saat itu, Strahmore sangat marah. Dia memaksa Jabba memasang sebuah tombol
untuk memotong jalan di dalam Gauntlet, sekadar untuk berjaga-jaga jika hal yang
sama terjadi lagi." Oh, Tuhan," kata Brinkerhoff dengan perasaan khatir. "Aku tidak tahu." Kemudian,
matanya mengecil. "Jadi, apa maksudmu?"
"Kurasa Strathmore menggunakan tombol itu hari ini ... untuk mengolah sebuah
berkas yang telah ditolak Gauntlet." "Jadi" Memang itulah fungsi tombol itu,
bukan?" Midge menggeleng. "Tidak jika berkas tersebut memiliki virus."
Brinkerhoff terloncat. "Virus" Siapa yang bilang ada virus?"
"Hanya itulah satu-satunya penjelasan yang mungkin," kata Midge. "Jabba
mengatakan bahwa hanya viruslah satusatunya hal yang bisa membuat TRANSLTR
beroperasi selama ini, jadi-"
"Tunggu dulu!" Brinkerhoff memberi aba-aba dengan tangannya untuk berhenti.
"Strathmore tadi mengatakan segalanya berjalan baik!"
"Dia berbohong."
Brinkerhoff menjadi bingung. "Kau ingin mengatakan bahwa Strathmore dengan
sengaja telah memasukkan sebuah virus ke dalam TRANSLTR?"
"Tidak," kata Midge dengan ketus. "Aku kira Strathmore tidak sadar bahwa berkas
tersebut bervirus. Kurasa dia telah tertipu."
Brinkerhoff tidak berkata apa-apa. Midge Milken pasti keliru.
"Hal tersebut menjelaskan banyak persoalan," Midge bersikeras. "Hal itu
menjelaskan kenapa Strathmore berada di dalam sana sepanjang malam."
"Strathmore memasukkan sebuah virus ke dalam komputernya sendiri?"
"Bukan," kata Midge dengan kesal. "Dia sedang berusaha menutupi kesalahannya!
Dan sekarang dia tidak bisa menggugurkan TRANSLTR dan mendapatkan tenaga listrik
cadangan kembali karena virus tersebut telah mengunci prosesornya!"
Brinkerhoff memutar matanya. Midge pernah bertindak
gila pada masa lalu, tetapi tidak pernah seperti ini. Brinkerhoff berusaha
menenangkannya. "Jabba kelihatannya tidak terlalu khawatir."
"Jabba itu bodoh," desis Midge.
Brinkerhoff tampak terkejut. Belum pernah ada yang menyebut Jabba 'bodoh'-'babf
mungkin pernah, tetapi tidak pernah 'bodoh'. "Kau lebih memercayai naluri
kewanitaanmu dibandingkan dengan kehebatan Jabba dalam program antiserangan
virus?" Midge menatap Brinkerhoff dengan marah. Brinkerhoff mengangkat tangan tanda
menyerah. "Lupakan. Aku tank lagi ucapanku." Dia tidak perlu diingatkan akan
kemampuan Midge yang hebat dalam mencium adanya bencana. "Midge," dia memohon,
"aku tahu kau membenci Strathmore, tetapi-"
"Ini tidak ada hubungannya dengan Strathmore!" kata Midge dengan tidak sabar.
"Hal pertama yang harus kita lakukan adalah memastikan bahwa Strathmore telah
memotong jalan Gauntlet. Kemudian, kita menghubungi Direktur."
"Bagus." Brinkerhoff mengerang. "Aku akan menghubungi Strathmore dan memintanya
untuk mengirimi kita sebuah pernyataan yang ditandatanganinya."
"Tidak," kata Midge sambil mengabaikan sikap sarkastis Brinkerhoff. "Strathmore
sudah berbohong kepada kita satu kali hari ini." Dia menatap ke dalam mata
Brinkerhoff. "Apakah kau memiliki kunci ruang kantor Fontaine?"
"Tentu saja. Aku pembantu pribadinya."
"Aku membutuhkannya."
Brinkerhoff menatap Midge dengan rasa tidak percaya. "Midge, aku tidak mungkin
membiarkanmu masuk ke ruang kantor Fontaine."
"Kau harus melakukannya!" pinta Midge. Midge berbahk dan mulai mengetik sesuatu
pada keyboard Big Brother. "Aku meminta daftar berkas antnan TRANSLTR. Jika
Strathmore memotong jalan Gauntlet secara manual, hal itu akan muncul dalam
hasil cetaknya." "Apa hubungannya hal itu dengan ruang kantor Fontaine?"
Midge berbahk dan menatap Brinkerhoff dengan marah. "Daftar tunggu itu hanya
tercetak pada mesin cetak Fontaine. Kau tahu itu!"
"Dan itu karena informasi tersebut tidak boleh dilihat sembarang orang, Midge!"
"Ini darurat. Aku harus melihat daftar itu."
Brinkerhoff meletakkan tangannya di atas pundak Midge. "Midge, cobalah untuk
tenang. Kau tahu aku tidak bisa-"
Midge menghela napas dengan keras dan berbahk ke arah keyboard-nya. "Aku akan
mencetak daftar tunggu itu. Aku akan masuk, mengambil hasil cetak itu, dan
keluar. Sekarang berikan kunci itu."
"Midge Midge selesai mengetik dan berbahk ke arah Brinkerhoff. "Chad, laporan itu
dicetak dalam tiga puluh detik. Begini kesepakatannya. Kau beri aku kunci itu.
Jika Strathmore memotong jalan Gauntlet, kita menghubungi bagian keamanan. Jika
aku salah, aku akan pergi, dan kau bisa mengoleskan selai jeruk pada sekujur
tubuh Garmen Huerta." Midge menatap Brinkerhoff dengan bengis dan mengulurkan
tangannya untuk meminta kunci ruang kantor Fontaine.
Brinkerhoff mengerang. Dia menyesal telah memanggil perempuan itu kembali untuk
memeriksa laporan Crypto.
Brinkerhoff menatap tangan Midge yang terjulur. "Kau membicarakan informasi
rahasia di dalam daerah pribadi Direktur. Kau tahu apa yang akan terjadi jika
kita tertangkap?" "Direktur sedang berada di Amerika Selatan."
"Maaf. Aku benar-benar tidak bisa." Brinkerhoff melipat tangannya dan berjalan
keluar. Midge menatap Brinkerhoff dan belakang. Mata wanita itu berkilat marah. "Oh ya,
kau bisa," bisik Midge. Kemudian, Midge berbahk ke arah Big Brother dan mencari
arsip rekaman video. MIDGE AKAN melupakan hal itu, kata Brinkerhoff pada dirinya sendiri saat dia
duduk kembali di kursinya dan mulai mengerjakan sisa laporannya. Dia tidak bisa
menyerahkan kunci ruang kantor Direktur setiap kali Midge menjadi paranoid.
Brinkerhoff baru saja selesai memeriksa rincian COMSEC ketika pikirannya
terganggu oleh suara-suara dan ruang sebelah. Dia meletakkan pekerjaannya dan
berjalan ke pintu. Ruang utama itu gelap - semuanya, kecuali seberkas cahaya lemah dan arah pintu
Midge yang setengah terbuka. Bennkerhoff mendengarkan. Suara-suara itu terus
terdengar. Kedengarannya suara-suara itu bersemangat. "Midge?"
Tidak ada jawaban. Brinkerhoff melangkah ke dalam kegelapan ke arah ruang kerja Midge. Suara-suara
itu terdengar tidak asing. Brinkerhoff mendorong pintu itu terbuka. Ruang itu
kosong. Kursi Midge juga kosong. Suara-suara itu datang dan sistem pengeras
suara di bagian atas. Brinkerhoff menatap monitor-monitor video dan mendadak
mual. Gambar yang sama terpampang pada kedua belas layar monitor yang ada -
seperti sebuah koreografi balet yang cabul. Brinkerhoff memegang sandaran kursi
Midge untuk memapah dirinya dan menatap dengan perasaan ngeri.
"Chad?" kata sebuah suara dan arah belakang.
Brinkerhoff berbahk dan memicingkan matanya ke dalam kegelapan. Midge sedang
berdiri di sebuah sudut di seberang daerah penerimaan tamu, di depan pintu
rangkap direktur. Telapak tangan wanita itu terjulur. "Kuncinya, Chad."
Brinkerhoff merona dan berbahk ke arah monitor-monitor itu. Brinkerhoff berusaha
menghalangi gambar-gambar yang ada di atas kepalanya, tetapi sia-sia. Gambar
dirinya yang sedang mengerang dalam kenikmatan dan meremas-remas payudara kecil
berlumur madu milik Garmen Huerta ada di mana-mana.
*** 66 BECKER MENYEBERANGI ruang luas bandara itu dan berjalan menuju ke kamar kecil.
Dia mendapati pintu kamar kecil yang bertanda CABALLEROS terhalang oleh sebuah
tonggak menara oranye dan sebuah kereta pembersih berisi deterjen dan alat-alat
pel. Dia melihat ke arah pintu lainnya. DAMA5. Dia melangkah ke sana dan
mengetuk dengan keras. "Hola?" panggil Becker sambil mendorong buka pintu kamar
kecil wanita itu selebar satu inci. "Con permiso?" Sunyi.
Becker masuk. Kamar kecil itu khas gedung-gedung pemerintahan Spanyol - persegi empat sempurna,
berubin putih, sebuah bola lampu pijar di bagian atas. Ada sebuah bilik dan
sebuah kakus. Apakah kakus benar-benar digunakan di dalam kamar kecil wanita
tidaklah penting - dengan menambahkan kakus maka para kontraktor tidak perlu
membuat sebuah bilik ekstra.
Becker mengintip ke dalam kamar kecil itu dengan jijik. Kotor sekali.
Wastafelnya penuh dengan air berwarna cokelat yang keruh. Kertas tisu kotor
bertebaran di rnana-rnana. Lantainya basah. Mesin pengenngtangan tua pada
dinding berlumuran bekas jari berwarna kehijauan.
Becker melangkah ke depan cermin dan mendesah. Matanya yang biasa menatap tajam
tidak begitu jernih malam ini. Sudah berapa lama aku berkeliaran di sini" Becker
bertanya-tanya. Dia sudah tidak bisa mengingat lagi. Bertentangan dengan
kebiasaan profesionalnya, Becker melonggarkan dasinya yang diikat dengan teknik
Windsor. Kemudian dia pergi ke arah kakus di belakangnya.
Ketika sedang berdiri di sana, Becker bertanya-tanya apakah Susan sudah berada
di rumah atau belum. Ke mana gerangan perginya" Ke Stone Manor tanpa diriku"
"Hei!" sebuah suara wanita berteriak dengan marah dan arah belakangnya.
Becker terloncat. "S-Saya Becker tergagap sambil berusaha menaikkan resleting
celananya. "Maaf ... saya...."
Becker berbahk menghadap gadis yang baru saja masuk. Dia seorang remaja keren
seperti yang ada pada halamanhalaman majalah Seuenteen. Gadis itu mengenakan
celana kotak-kotak yang konservatif dan sebuah blus putih tak berlengan. Dia
membawa sebuah tas jinjing merah merek L.L.Bean. Rambut pirangnya tertata
sempurna. "Maaf," kata Becker terburu-buru sambil mengaitkan kepala ikat pinggangnya.
"Kamar kecil pria sedang ... pokoknya ... aku pergi sekarang."
"Dasar bajingan aneh!"
Becker menatap gadis itu lagi. Umpatan itu terasa janggal keluar dan mulut gadis
seperti dia - bagai air kotor yang mengalir dan sebuah karaf anggur yang terpoles
halus. Tetapi ketika dia melihat gadis itu lebih lama, dia menyadari gadis
tersebut tidak sehalus yang dia kira sebelumnya. Mata gadis itu bengkak dan
merah. Bagian atas lengan kirinya juga bengkak. Selain lengannya yang merah
karena iritasi, terdapat memar kebiruan.
Tuhan, pikir Dauid. Penggunaan obat terlarang dengan jarum suntik. Siapa yang
akan mengira" "Keluar!" gadis itu berteriak. "Ayo keluar!"
Untuk sejenak Becker lupa tentang cincin itu, tentang NSA, tentang segalanya.
Dia merasa iba pada gadis itu. Mungkin orangtuanya telah mengirimnya kemari
untuk ikut sebuah program belajar sekolah dan disertai sebuah kartu VISA - dan
gadis itu akhirnya terdampar di sebuah kamar kecil pada tengah malam sambil
memakai obat bius. "Apakah kau baik-baik saja?" tanya Becker sambil mundur ke arah pintu.
"Aku baik-baik saja." Suaranya angkuh. "Kau bisa pergi sekarang!"
Becker berbalik untuk pergi. Dengan sedih dia melihat bagian atas lengan gadis
itu sekali lagi. Tidak ada yang bisa kaulakukan, Dauid. Tinggalkan saja.
"Sekarang!" jerit gadis itu.
Becker mengangguk. Saat dia akan pergi, dia tersenyum sedih. "Berhati-hatilah."


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

*** 67 "SUSAN?" HALE terengah. Wajahnya menempel pada wajah Susan.
Hale duduk mengangkangi Susan. Badannya menindih bagian tengah tubuh perempuan
itu. Tulang ekornya menembus bahan tipis rok Susan dan menyakiti daerah
selangkangannya. Hidungnya meneteskan darah ke atas wajah Susan. Susan merasa
seperti akan muntah. Tangan Hale berada di atas dada Susan.
Susan tidak merasakan apa-apa. Apakah dia sedang menyentuhku" Beberapa saat
kemudian Susan sadar bahwa Hale sedang memasang kembali kancing bagian atas
blusnya yang terbuka. "Susan." Hale terengah kehabisan napas. "Kau harus mengeluarkan aku dari sini."
Susan menjadi bingung. Tidak ada yang masuk akal.
"Susan, kau harus membantuku! Strathmore membunuh Chartrukian! Aku melihatnya!"
Perlu beberapa saat bagi Susan untuk memahami kata-kata tersebut. Strathmore
membunuh Chartrukian" Hale pasti tidak tahu kalau Susan melihat dirinya di bawah
sana tadi. "Strathmore tahu aku telah melihatnya!" sembur Hale. "Dia akan membunuhku juga."
Jika Susan tidak kehabisan napas karena takut, pasti dia sudah tertawa saat itu
juga. Susan mengenali taktik mengadu domba khas marinir ini. Ciptakan kebohongan
- adu lawanmu satu sama lain.
"Itu benar!" teriak Hale. "Kita harus meminta bantuan! Kurasa kita berdua berada
dalam bahaya!" Susan tidak memercayai sepatah kata pun uca- pan Hale.
Kaki-kaki Hale yang berotot itu menjadi kram sehingga dia melipatnya sambil
sedikit bergeser. Hale membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi dia tidak
mendapatkan kesempatan itu.
Saat tubuh pria itu naik, Susan merasa aliran darah mengalir turun ke bagian
kakinya. Sebelum dia sadar apa yang telah terjadi, secara refleks kaki kirinya
menendang keras ke arah selangkangan Hale. Dia merasakan lututnya menghantam
gundukan lembut di antara paha Hale.
Hale mengerang kesakitan, dan segera menjadi lemas. Dia berguling ke samping
sambil memegangi selangkangannya. Susan berjuang keluar dan bawah badan Hale
yang berat. Dia berjalan dengan susah payah ke arah pintu, walaupun dia sadar
dia tidak cukup kuat untuk keluar.
Setelah membuat keputusan yang cepat, Susan mengambil posisi di belakang meja
pertemuan panjang dan kayu rnapie dan menekan kakinya ke dalam karpet. Untunglah
meja tersebut beroda. Susan berjuang sekuat tenaga menuju dinding kaca yang
melengkung sambil mendorong meja di depannya. Roda-roda itu berfungsi dengan
baik dan meja itu bergerak dengan mudah. Di tengah-tengah Node 3, Susan mulai
berlari cepat. Lima kaki dan dinding kaca, Susan mengembuskan napas dan melepas meja itu. Dia
melompat ke samping dan menutup matanya. Dinding itu pecah berkeping-keping
diiringi oleh bunyi yang memekakkan telinga. Suara dan Crypto mengalir masuk ke
dalam Node 3 untuk pertama kalinya sejak tempat itu didirikan.
Susan menengadah. Melalui lubang yang bergerigi itu, dia bisa melihat meja tadi.
Meja itu masih terus bergerak, berputar lebar ke sekeliling lantai Crypto dan
akhirnya hilang dalam kegelapan.
Susan memakai kembali sepatu Ferragamonya yang telah menjadi lusuh, melihat
untuk terakhir kalinya ke arah Greg Hale yang masih menggeliat kesakitan, dan
berlari di atas hamparan pecahan kaca ke arah lantai Crypto.
*** 68 "NAH, GAMPANG bukan?" kata Midge sambil mencibir saat Brinkerhoff menyerahkan
kunci uang kantor Fontaine. Brinkerhoff terlihat kalah.
"Aku akan menghapusnya sebelum aku pergi," janji Midge. "Kecuali jika kau dan
istrimu menginginkannya sebagai koleksi pribadi."
"Ambil saja hasil cetakmu itu," bentak Brinkerhoff. "Dan kemudian keluar!"
"Sf, senor," kata Midge dengan aksen Puerto Rico yang kental sambil tertawa.
Midge berkedip dan pergi menuju pintu rangkap Fontaine.
Ruang kantor pribadi Leland Fontaine tidak tampak seperti ruang lainnya di
bagian direksi tu. Tidak ada lukisan, tidak ada kursi yang berlebihan, tidak ada
tanaman hias, tidak ada jam antik. Ruangan itu dibuat seefisien mungkin. Mejanya
yang berlapis kaca dan kursi kulit hitamnya berada tepat di depan jendela. Tiga
buah lemari arsip berdiri di bagian pojok, di samping sebuah meja kecil dengan
sebuah teko kopi Prancis. Bulan telah terbit tinggi di atas Fort Meade, dan
cahayanya yang lembut menembus masuk melalui jendela, memperjelas ruang Fontaine
yang sederhana. Apa yang sedang aku lakukan" Brinkerhoff bertanya tanya.
Midge melangkah ke arah mesin cetak dan meraih daftar tunggunya. Dia memicingkan
matanya dalam kegelapan. "Aku tidak bisa membaca datanya," Midge mengeluh.
"Nyalakan lampunya."
"Kau akan membacanya di luar. Ayo sekarang."
Tetapi tampaknya Midge sedang bersenang-senang. Dia mempermainkan Brinkerhoff.
Dia berjalan ke arah jendela dan mengangkat kertas itu agar dapat membaca lebih
baik. "Midge Dia terus membaca. Brinkerhoff bergerak gelisah di dekat pintu masuk. "Midge ... ayolah. Ini daerah
pribadi Direktur." "Ada di sekitar sini," gumam Midge sambil terus mempelajari hasil cetak itu.
"Strathmore telah memotong jalan Gauntlet. Aku tahu itu." Dia bergerak lebih
dekat ke arah jendela. Brinkerhoff mulai berkeringat. Midge terus membaca.
Setelah beberapa saat, Midge menganga terkejut. "Aku sudah menduganya!
Strathmore melakukannya! Dia benarbenar melakukannya! Dasar idiot!" Midge
mengangkat kertas itu dan menggoyang-goyangkannya. "Strathmore telah memotong
jalan Gauntlet! Coba lihat!"
Brinkerhoff menatap dengan terkejut untuk beberapa saat dan kemudian berlari
masuk ke ruangan itu. Dia berdiri di samping Midge di depan jendela. Midge
menunjukkan bagian terakhir dan hasil cetak tersebut.
Brinkerhoff membaca dengan rasa tidak percaya. "Apa yang ....
Hasil cetak itu berisi sebuah daftar yang rnernuat 36 berkas yang telah rnasuk
ke dalarn TRANSLTR. Di samping setiap berkas terdapat kode lolos Gauntlet yang
terdiri atas empat digit. Tetapi, berkas terakhir tidak memiliki kode lolos - di
sana hanya tertulis: PEMOTONGAN JALAN SECARA MANUAL.
Tuhan, pikir Brinkerhoff. Midge berhasil lagi.
"Si idiot itu!" sembur Midge dengan marah. "Lihat ini! Gauntlet telah menolak
berkas tersebut dua kali! Rangkaian-rangkaian mutasi! Dan Strathmore masih tetap
memotong jalannya! Apa yang dipikirkannya?"
Lutut Brinkerhoff terasa lemas. Dia bertanya-tanya kenapa Midge selalu benar.
Tidak ada yang memerhatikan sebuah bayangan pada jendela di samping mereka.
Sebuah sosok yang besar sedang berdiri dekat pintu Fontaine yang terbuka.
"Astaga!" Brinkerhoff tercekat. "Kau pikir kita terserang virus?"
Midge mendesah. "Tidak ada kemungkinan lain." "Mungkin bukan urusanmu!" sebuah
suara berat menggelegar dan arah belakang mereka.
Kepala Midge terantuk pada jendela. Brinkerhoff menjatuhkan kursi direktur dan
berputar ke arah datangnya suara itu. Dia segera mengenali bayangan itu.
"Direktur!" Brinkerhoff terengah. Dia melangkah mendekat dan mengulurkan
tangannya. "Selamat datang kembali, Pak."
Pria besar itu tidak mengacuhkannya.
"S-saya pikir," Brinkerhoff tergagap sambil menarik kembali tangannya, "Saya
pikir Anda masih berada di Amerika Selatan."
Leland Fontaine menatap pembantu pribadinya dengan sepasang mata bak peluru. "Ya
... dan sekarang aku telah kembali."
*** 69 "HEI, TUAN!" Becker sedang berjalan menyeberangi ruangan luas itu menuju telepon umum. Dia
berhenti dan berbalik. Gadis yang telah dikejutkannya di kamar kecil tadi
berjalan mendekat. Dia melambaikan tangannya untuk meminta Becker menunggunya.
"Tuan, tunggu!"
Sekarang apa lagi" Becker mengerang. Dia ingin menuntutku karena telah melanggar
hak privasinya " Gadis itu menarik tasnya. Ketika sampai di dekat Becker, dia tersenyum lebar.
"Maaf, aku telah berteriak padamu tadi. Kau benarbenar mengejutkanku."
"Tidak masalah," kata Becker meyakinkan, agak bingung. "Aku berada di tempat
yang salah." "Ini mungkin terdengar gila," kata gadis itu sambil mengedipkan matanya yang
merah, "tetapi apakah Anda bisa meminjamiku uang?"
Becker menatapnya dengan rasa tidak percaya. "Uang untuk apa?" tanya Becker. Aku
tidak akan mendanai kebiasaanmu memakai obatobatan terlarang kalau itu maksudmu.
"Aku ingin pulang," kata si pirang. "Bisakah kau membantu?"
"Ketinggalan pesawat?"
Gadis itu mengangguk. "Kehilangan tiket. Mereka tidak mengizinkan aku naik
pesawat. Perusahaan penerbangan bisa sangat menyebalkan. Aku tidak punya uang
tunai untuk membeli tiket lagi."
"Di mana orangtuamu?" Tanya Becker.
"Amerika." "Bisakah kau menghubungi mereka?"
"Tidak. Sudah coba. Kurasa mereka sedang berakhir pekan di atas perahu pesiar
seorang teman." Becker melihat pakaian mahal gadis itu. "Kau tidak memiliki kartu kredit?"
"Ya, tetapi ayahku telah memblokirnya. Dia pikir aku memakai obat-obat
terlarang." "Apakah kau memakai obat-obat terlarang?" tanya Becker dengan terus terang
sambil melihat lengan bagian atas gadis tersebut yang bengkak.
Gadis itu menatap marah. "Tentu saja tidak!" Dia melihat Becker dengan gaya
gusar yang polos tidak bersalah, dan tiba-tiba Becker merasa sedang dibohongi.
"Ayolah," kata gadis itu. "Kau tampak seperti pria kaya. Tidak bisakah kau
meminjami aku uang" Nanti aku akan mengirimkannya kembali."
Becker yakin, uang yang diberikannya pada gadis itu akan berakhir di tangan para
pengedar obat bius di daerah Tnana. "Pertama-tama," kata Becker, "aku bukan pria
kaya - aku seorang guru, tetapi aku akan memberitahumu apa yang akan kulakukan Aku
akan menantangmu. "Bagaimana kalau aku membelikan sebuah tiket untukmu?"
Gadis pirang itu menatap Becker dengan terkejut. "Apa?" dia tergagap. Matanya
membelalak penuh harapan. "Anda akan membelikan aku sebuah tiket pulang" Oh,
Tuhan, terima kasih!"
Becker terdiam. Dia telah salah perhitungan.
Gadis itu memeluknya. "Ini musim panas yang menyebalkan," katanya tercekat
hampir menangis. "Oh, terima kasih! Aku harus keluar dan sini!"
Becker membalas pelukannya dengan setengah hati. Gadis itu melepaskannya dan
Becker kembali menatap lengan atasnya.
Gadis itu mengikuti arah pandangan Becker ke memar kebiruan di lengannya.
"Menjijikkan, ya?"
Becker mengangguk. "Kupikir tadi kau mengaku tidak memakai obat-obat terlarang."
Gadis itu tertawa. "Ini Magic Marker, spidol ajaib! Kulitku hampir terkelupas
saat aku menghapusnya. Tintanya membekas."
Becker memerhatikan lebih dekat. Di bawah lampu neon, dia dapat melihat, di
bawah memar merah di lengannya, tulisan yang tidak jelas - kata-kata di atas
kulit. "Tetapi ... tetapi matamu," kata Becker dengan perasaan bodoh. "Matamu merah
semuanya." Gadis itu tertawa. "Aku tadi menangis. Sudah kukatakan aku ketinggalan pesawat."
Becker kembali melihat tulisan pada lengannya.
Gadis itu mengernyit dan merasa malu. "Ups, kau masih bisa membacanya, ya?"
Becker membungkuk lebih dekat. Dia memang bisa membacanya. Pesan itu sangat
jelas. Saat membaca keempat kata itu, ingatan Becker selama dua belas jam
terakhir berkelebat di depan matanya.
Dauid Becker melihat kembali dirinya saat berada di dalam kamar Alfonso XIII
tadi. Pria Jerman gendut itu sedang memegang lengannya bagian atas dan berbicara
dengan aksen yang buruk: Onyah sana dan mampuslah.
"Kau baik-baik saja?" tanya gadis itu sambil melihat Becker yang terpana.
Becker tidak berpaling dan lengannya. Dia merasa pusing. Keempat kata yang ada
di lengan gadis itu membawa sebuah pesan sederhana: ENYAH SANA DAN MAMPUSLAH.
Gadis pirang itu menatap lengannya dan merasa malu. "Temanku yang menulisnya ...
bodoh sekali, bukan?"
Becker tidak bisa berbicara. Onyah sana dan mampuslah. Dia tidak bisa
memercayainya. Orang Jerman itu tidak menyumpahinya. Pria itu berusaha membantu.
Becker melihat wajah gadis itu. Di bawah lampu neon, dia bisa melihat sisa warna
Panji Akbar Matahari Terbenam 4 Bendera Maut Sam Goan Leng Hun Hoan Karya Kwee Oen Keng Wanita Iblis 10
^