Pencarian

Caesar And Cleopatra 1

Caesar And Cleopatra Karya G. Bernard Shaw Bagian 1


a G. Bernard Shaw eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
nurulkariem@yahoo.com MR. Collection's Caesar and Cleopatra G. Bernard Shaw Penerjemah " Manda Milawati Atmojo
Editor " La Ode Arham
Desain Cover " Ijonk
Pracetak " Mardang Cetakan I " Nopember 2000
Cetakan II " Agustus 2001
Cetakan III " April 2002
Cetakan IV " Januari 2003
Penerbit " Avyrouz " Jl. Pakelmulyo UH V/411 Golo
Umbulharjo Yogyakarta Telp. (0274) 377034 " e-mail " navila@indosat.net.id
ISBN " 979 9486 03 3
Pengantar CLEOPATRA adalah saudara perempuan raja
Syria, Antiochus III yang dinikahkan dengan raja
Mesir, Ptolemy V tahun 193 SM, sebagai upaya damai
dan koalisi antara kerajaan Syria dan Mesir untuk
menghadang ekspansi Romawi. la pun menjadi ratu
Mesir, t a h u n 193-176 SM. Tahun 180 SM ia
m e m e g a n g t a m p u k p e m e r i n t a h a n Mesir,
menggantikan putranya yang masih kecil, Ptolemy VI.
Selama berkuasa, ia tergolong sukses dan berhasil
menghadang upaya Romawi menjajah Mesir.
Cleopatra yang diceritakan dalam novel ini,
adalah Ratu Mesir VII, lahir tahun 69 SM dan wafat
tahun 30 SM. Nama aslinya Thea Philopator. Ia ikut
"bermain politik" di usianya yang masih remaja,
bersaing dengan saudaranya Ptolemy XIII, setelah
kematian ayahnya Ptolemy XII, tahun 51 SM. Selama
4 tahun ia memimpin Mesir bersama Ptolemy XIII
tersebut, hingga kemudian ia disingkirkan adiknya
yang masih kecil, Ptolemy XIII, karena ambisi politik
beberapa pejabat tinggi istana, yakni Pothinus,
v Achillas dan Theodotus. Tahun 48 SM, ia dibuang di
salah satu wilayah Syria, tempatnya ia bertemu Julius
Caesar pertama kali. Penyingkiran Cleopatra VII ini
menggambarkan konflik internal dynasti Ptolemy
Mesir, sekaligus.melemahkan kekuatan militer dan
politik Mesir, hingga kemudian untuk pertama kalinya
Romawi berhasil menaklukan Mesir.
* * * Cleopatra, nama ratu Mesir Kuno ini sudah
demikian melegenda. Ia terkenal dalam sejarah
sebagai wanita yang cantik dan ambisius. Dengan
kecantikannya, ia pikat dan tundukkan semua lelaki
untuk tunduk, mengabdi dan m e n u r u t i ambisi
kekuasaannya. Julius Caesar, penguasa Roma yang
gagah perkasa, adalah salah satu 'korban' dari ke-
cantikan Cleopatra. Dia rela meninggalkan tahta
hanya untuk C l e o p a t r a . Demikian juga M a r k
Anthony, pahlawan perang dan pengawal pribadi
Caesar, bagai kerbau yang dicocok hidungnya, mau
menuruti kehendak wanita yang dipujanya. Walau
untuk itu ia harus membenturkan diri pada tembok
yang kokoh, yang di luar kekuatannya untuk melawan.
Dengan ambisinya, ia tega meninggalkan dan
menyingkirkan saudara kandungnya. Ia hanya menge-
nal mahkota dan jubah kekuasaan melekat di tubuh-
nya, untuk mewujudkan ambisi itu ia tempuh dengan
berbagai cara, menyingkirkan keluarga dan orang-
vi orang yang tidak setia, mengorbankan diri dan harkat
kewanitaannya. Tapi dalam diri Cleopatra kita juga menemukan
suri-teladan. Rasa nasionalismenya begitu kuat, dan
sebagai wanita ia tidak mau dihina dan ditundukkan
di bawah kaki lelaki. Memang lantas muncul pertanyaan, apakah
perilakunya yang ambisius dan mau mengorbankan
diri untuk kepuasan lelaki, merupakan tindakan yang
tercela" Atau apakah semua tindakannya itu meru-
pakan bukti jiwa kesatria yang mengalir dalam dirinya
untuk membela negara dan tradisi leluhur" Alangkah
hebatnya orang yang berani dan mau mengorbankan
apapun yang ia miliki hanya untuk membela tradisi
leluhur dan kejayaan bangsanya. Atau, apakah bagi
manusia kekuasaan dan kejayaan begitu agung
sifatnya, hingga manusia bisa berbuat apa saja, dan
berani mengorbankan apa saja"
Novel Caesar dan Cleopatra yang ada di tangan
anda ini, adalah saduran dari drama karya Bernard
Shaw dengan judul yang sama. Naskah itu sendiri
ditulis tahun 1899. Artinya, sudah cukup lama naskah
itu dibuat, namun hingga sekarang orang masih
menyebut nama Cleopatra. Sebuah legenda tidak
hanya berhenti pada cerita, tapi bisa memberi
pelajaran, sekaligus bahan perenungan. Dengan
membaca novel ini, anda punya kesempatan untuk
merenung tentang hakekat kekuasaan.
vii Dan novel ini menjadi "jejak" kisah romantik
seorang ratu Mesir dengan kaisar Romawi yang agung,
Alexander Julis Caesar, the Great Alexander.
Kedatangan Caesar disambut Cleopatra dengan cinta,
kehangatan, segala kecerdasan dan ambisinya untuk
menguasai dunia bersama kaisar Romawi ini.
Kisah mereka inilah yang menjadi catatan pen-
ting bagi kaum perempuan di seluruh dunia, seorang
Cleopatra mempunyai cita-cita yang lebih luas dan
misterius di balik kedekatan dan cintanya pada Cae-
sar. Tapi Caesar tak menginginkan itu terjadi, ia
m e n d a m a i k a n konflik C l e o p a t r a dan P t o l e m y
memimpin Mesir bersama-sama, sambil meletakkan
Mesir di bawah imperium Romawi, melalui guber-
nurnya, Rufio. Dan Cleopatra tetap menjadi ratu, baik
pada masa adiknya Ptolemy XIII (47-44 SM) hingga
anaknya Caesarion, Ptolemy XIV (44-30 SM).
* * * "Biarkan wanita berbicara, kamu akan belajar
sesuatu darinya. Kamu harus melihat matanya saat ia
bicara, niscaya kamu akan tersanjung dan melayang."
Demikian nasehat Julius Caesar kepada kaum pria.
Wanita, memang bagian terpenting dari sejarah
laki-laki besar, dan semua tokoh penting yang pernah
hadir dalam panggung sejarah. Betul, kalau wanita
selalu berada pada posisi lemah dan tidak berdaya di
bawah kultur dan budaya patriakhisme. Tapi tidak
jarang, wanita muncul sebagai sosok yang lebih
viii perkasa dan mampu mengendalikan sang pria. Dan
Cleopatra memang memiliki kekuatan yang brilian:
perasaan yang sensitive, nada bicara yang dramatik,
m a t a n y a bersinar tajam dengan tatapan yang
menghunjam langsung ke jiwa orang-orang yang
menatapnya. la juga terlihat lugu, polos, manja tapi
berpikir dengan matang. Di balik cinta dan kemanjaannya pada Caesar,
ia belajar banyak tentang arti hidup dan kekuasaan.
Di balik setiap tindakannya, ia membayangkan suatu
imperium Mesir yang dapat menandingi Romawi. Dan
itulah cita-citanya, mengendalikan Mesir dan
mengantarnya ke puncak kejayaan. Untuk mewujudkan
impiannya itu, ia membangun aliansi dengan Mark
Anthony, seorang Jenderal Romawi pada masa Cesar
dan Octavian, pria yang sangat diidam-idamkan sejak
remaja, yang kemudian menjadi suaminya. Ia berha-
rap, perkawinannya itu, dan melalui tangan Anthony,
ia akan menggeregoti kekuasaan Romawi dari dalam.
Dan bersama suaminya ini pula, ia mengumum-
kan putranya (hasil hubungan cintanya dengan Julius
Caesar) Caesarion, sebagai pelanjut Dynasti Ptolemy,
Ptolemy XIV dan melantiknya menjadi king of the
king, raja diraja yang akan menguasai seluruh dunia,
melanjutkan wibawa ayahnya Julius Caesar.
Praktis, Octavian, kaisar Romawi pengganti
Caesar, menjadi murka dan berniat menghancurkan
cita-cita Cleopatra. Lalu ia menyerbu Mesir tahun 30 SM,
dan berusaha menangkap Cleopatra. Tapi Cleopatra
tak mau menyerah dan memilih mati daripada
ix hidup di bawah imperium Romawi. la pun bunuh diri,
di dalam sebuah kuil bersama suami tercintanya Mark
Anthony. Kisah cinta dan perjuangan Cleopatra bersama
Mark Anthony ini, juga sempat diabadikan William
Shakespeare dalam naskah dramanya, Anthony and
Cleopatra, yang ditulis dengan bahasa yang nikmat,
imajinatif dan penuh semangat.
Penerbit x BAGIAN 1 SUATU MALAM, Oktober 48 SM, menjelang
akhir dinasti ke-33 kerajaan Mesir. Romawi telah me-
naklukkan negeri Fir'aun itu, persis pada tahun ke-
706 dari kebesaran purbanya. Tampak sebuah ling-
karan besar, membentuk cahaya keperakan, di langit
semburat cahaya bulan terbit dari timur. Bintang
bertebaran di angkasa yang masih perawan dan langit
jernih tak berawan. Di bawah bintang dan langit, diapit laut
mediterania dan gurun sahara, tersimpan dua kisah
yang menggambarkan latar belakang peradaban:
sebuah istana dan para prajurit. Istana itu tampak tua
dan lelah, bekas bangunan gaya Syiria yang memudar
karena lumpur. Sudut halamannya berbentuk segjtiga,
dengan pintu gerbang di bagian depan, dan di dinding
lain terdapat jalan tembus. Di setiap jalan tembus
ini, tampak tumpukan batu yang cukup tinggi untuk
penjaga istana melakukan pengintaian dan mengawasi
segala sesuatu di balik dinding istana. Dan halaman
serta seluruh sudut pusat kerajaan ini diterangi cahaya
Cleopatra 1 api dari obor yang menggantung di dinding.
Prajurit terbagi dalam dua kelompok: satu ke-
lompok di depan istana, dekat gerbang, sedang serius
berjudi dengan pemimpin mereka, Kapten Belzanor,
seorang perwira berumur limapuluh tahun. Tombak-
nya tergeletak di tanah, di samping lututnya, ia sedang
membungkuk melemparkan dadu. Seorang pemuda
Persia melirik dengan cerdik penantangnya. Belzanor
adalah tipe orang tua yang selalu ingin menggurui dan
penuh ambisi, tangkas, mahir dan terampil memaksa
orang dengan kejam untuk melayani. Tak mau mem-
bantu dan sombong ketika tidak memerlukan orang
lain. Mantan sersan yang cekatan, jenderal yang ber-
kuasa, dan diktator yang ambisius. Matanya tajam,
menyimpan sejuta misteri, tapi semua akan memudar
jika diiming-imingi emas-permata. Belzanor bekerja
dengan kemampuan yang luar biasa, bertumpu pada
kekuatan utamanya: kemenangan yang gemilang.
Kelompok lain, di sebelah dalam istana, seorang
penjaga baru saja menceritakan kisah jenaka pada
sepasukan prajurit yang berjumlah kira-kira satu lusin,
kalau dihitung. Mereka tertawa terbahak-bahak men-
dengar kisah konyol yang diceritakan. Semua prajurit
muda Mesir -- yang terdidik menjadi kaum bangsawan
dan gagah, apalagi dilengkapi dengan senjata dan baju
besi - tertarik pada permainan dan cerita lucu tadi.
Permainan dan tertawa merupakan hal yang paling
menyenangkan dalam hidup mereka. Tombak ter-
sandar di dinding, atau tergeletak di tanah, di dekat
tangan mereka. 2 G. Bernard Shaw Perilaku seperti itu sungguh memprihatinkan,
karena Julius Caesar, sang diktator Romawi sedang
menyerang negaranya. Belzanor masih tenggelam dalam permainan
judi yang mengasyikkan dengan si orang asing asal
Persia, dan seperti kebiasaannya, dia sangat yakin
mampu mengalahkan pemuda itu, hingga mem-
buatnya kehilangan sikap waspada.
Tawa sekelompok prajurit yang terbuai dengan
cerita-cerita jenaka itu sudah reda, sedang orang Per-
sia berlutut karena gembira setelah memenangkan
lemparan dadu terakhir. Pemuda itu mencabut tong-
gak dari tanah, matanya bersinar kegirangan, seolah
memenangkan sebuah pertempuran yang dahsyat.
Belzanor pun menyerah, dan berusaha me-
nyembunyikan kekecewaannya. "Demi Apisl, para
dewa berpihak padamu, wahai orang Persia," ujarnya
lirih. Pemuda Persia itu tersenyum, mencoba me-
mancing ambisi kemenangan yang selalu terpancar
dari semangat hidup Belzanor. "Coba lagi, Kapten!
Dua kali saja, baru setelah itu kita berhenti!"
"Tidak! Aku sudah tidak bersemangat lagi,"


Caesar And Cleopatra Karya G. Bernard Shaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jawab Belzanor, suaranya berat, menahan kemarahan
yang berkecamuk di dada. Baru kali ini ia mengalami
1 Dew a kesubura n yan g memelihar a gandum , tanam -
tanaman, t u m b u h a n d a n hewan ternak. Dia dewa u t a m a di
d a e r a h M e m p h i s . M e n u r u t k e p e r c a y a a n Mesir k u n o ,
i a diturunkan oleh sebuah sinar yang berasal dari surga. Dewa
ini dilambangkan dengan sapi jantan.
Cleopatra 3 kekalahan telak yang takpernah terbayangkan dalam
hidupnya. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh teriakan keras
seorang pengawal. Belzanor mencengkeram tombak-
nya dan berjalan penuh waspada di sekitar dinding.
Semua prajurit yang berjaga di dekat gerbang itu
berusaha menyelidik sumber suara aneh, yang muncul
dari kegelapan. Seorang prajurit berteriak lantang, "Siapa di
sana?" "Bayangan setan telah tiba!" Hanya sepenggal
suara pendek dan melengking yang terdengar. Sedang
sang pemilik suara masih tersembunyi d a l a m
kegelapan malam. Semua diliputi rasa was-was dan bersikap was-
pada. Belzanor, sang pemimpin berpikir sejenak, lalu
memanggil salah seorang penjaga. "Biarkan pemilik
suara itu mendekat!" ujarnya memerintah. Dan mem-
beri isyarat agar semua prajurit siap siaga.
Setelah menjatuhkan tombaknya, seorang pen-
jaga berseru, "Muncullah lebih dekat, wahai Bayangan
Setan." Sedang Belzanor, setelah mengantongi dadu,
segera mendekati salah seorang penjaga. "Ayo kita
sambut orang ini dengan hormat," ujar Belzanor
ringan, seperti sudah mengerti siapa sosok di balik
kegelapan itu. Kemudian, para penjaga mengambil tombak
dan melangkah tegak dengan segudang kcberanian
ke pintu gerbang, melepas palang dan membuka pintu
yangkokoh dan tebal. Dan jalan utama istana itu pun
4 G. Bernard Shaw terbuka lebar, untuk dilalui sekelompok orang yang
dipimpin oleh Sang Bayangan Setan.
Penjudi asal Persia tak raau ketinggalan. Segera
ia bangkit dari berlutut lalu berseloroh. "Apakah setan
telah datang" Terus, bagaimana cara taruhannya?"
Mendengar pertanyaan menjengkelkan ini,
Belzanor langsung naik pitam. "Hai orang Persia
bodoh, diam saja kamu!"
Nampaknya pimpinan rombongan adalah orang
penting. Tiba-tiba saja para penjaga membungkukkan
kcpala, memberi penghormatan layaknya menyambut
pcjabat penting istana, dan mempersilahkan mereka
masuk. Orang yang disebut Bayangan Setan tadi me-
makai pakaian yang berbeda dengan para penjaga
istana. Ia kelihatan lebih gagah, tegas, dan rambut
tercukur rapih. Tak heran, ia disebut sebagai pemim-
pin pasukan berani mati. Tapi tampak, lengan baju
kinnya sobek, sikunya terluka, dibalut. Tangan kanan-
nya memegang sebilah pedang Romawi. Sambil me-
langkah sombong ke halaman istana, ia memberi
pel mtah kepada para penjaga, "Pergilah lumuri tom-
bakmu dengan lemak babi hutan!" Kemudian ia
menatap lurus ke arah Belzanor. "Sebelum pagi
Orang-orang Romawi akan memakan kalian dengan
rakus," katanya memperingatkan.
Belzanor sudah mengapitnya di samping kiri,
sedang si Persia berjalan di sebelah kanannya. Sesaat
mereka cuma terdiam dan memegang kesombongan
diri, sebagai sesama perwira.
Cleopatra 5 Kemudian Belzanor membuka suara, bertanya,
"Siapakah engkau sebenarnya, Kapten?"
"Saya Bel Affris, keturunan para dewa!"
Langsung saja Belzanor memberi hormat dan
berseru, "Selamat datang, Bel Affris!" Kemudian
disusul sambutan semua orang kecuali si Persia.
la malah mengeluarkan perkataan yang tidak
lazim. "Semua prajurit ratu adalah keturunan dewa."
Lalu dengan seenaknya ia berseru pada Bel Affris,
"Hai orang asing, selamatkan aku. Aku orang Persia,
keturunan raja-raja!"
Tanpa menghiraukan seruan si Persia, Bel Affris
menjawab penghormatan Belzanor dan pasukannya.
Sejurus kemudian ia menatap tajam si Persia, dan ber-
teriak yang mengandung kutukan, "Hidup Kemati-
an!" Langsung saja Belzanor berbicara pada Bel
Affris. "Kamu selamat dari pertempuran Bel Affris,
padahal kamu hanyalah seorang prajurit." Lalu ia ber-
tanya, 'Apakah kamu akan membiarkan ratu menjadi
korban kekalahanmu?"
"Saya tidak akan membiarkan itu terjadi. Leher
kita akan segera terpenggal, tidak peduli prajurit atau
kaum perempuan, semuanya akan dipenggal," jawab
Bel Affris. Si Persia menyela, sambil menatap Belzanor,
"Aku sudah mengingatkanmu."
"Aduh, celaka!" pekik seorang penjaga, seperti
disergap ketakutan. Bel Affris menatapnya dan berkata penuh yakin,
6 G. Bernard Shaw "Tenang, tenang, wahai orang Ethiopia malang." Lalu
la memandang wajah Belzanor penuh selidik. "Apa
yang dikatakan orang mati itu kepadamu," tanyanya
lambil menunjuk orang Persia.
"Dia mengatakan, penguasa Romawi Julius
Caesar dan pasukannya yang berjumlah besar, sudah
mendarat di tanah kita dan akan menjadi pemimpin
Mesir. Orang Persia ini takut pada pasukan Romawi,"
jawab Belzanor. Kemudian, ia berteriak lantang, sam-
bil menghadap ke halaman istana yang luas, "Wahai
kaum petani, bangkitlah untuk menyuburkan tanah
dan bawalah bajak! Wahai tukang besi, penggiling pa-
di, penyamak kulit, marilah bekerja sama dengan ke-
turunan para dewa! Kita pertahankan negeri ini dari
kekejaman Romawi." Para prajurit menyambut seruan Belzanor de-
ngan pekikan menggema, "Hidup petani! Hidup tu-
kang besi! H i d u p penyamak! Hidup k e t u r u n a n
Dewa!" "Belzanor, para dewa tidak selalu beruntung,"
sela si Persia dengan suara keras.
Seketika wajah Belzanor merah padam, lalu
menatap marah ke orang Persia. "Sebagai sesama ma-
nusia, apakah kita tidak lebih buruk daripada budak-
budak kaisar?" Kemudian ia mendekati Bell Affris dan berkata
tegas, "Dengarlah! Kami orang Mesir tak akan gentar.
Kami seperti para dewa yang disembah Romawi."
Para prajurit bersorak ramai, menggemuruh ke
seluruh halaman istana. "Benar...benar...!"
Cleopatra 7 "Tapi Caesar tidak menjebak rakyatmu untuk
melawan keturunan dewa. Dia Cuma ingin melempar
seorang prajurit ke mukamu, dan menghinamu seba-
gai orang yang paling lemah, seperti dia melempar
batu dengan ketapel. Aku telah melawan mereka, dan
aku tahu itu!" ujar Bell Affris memperingatkan.
Dengan nada mengejek Belzanor bertanya,
"Apakah kamu takut?" Langsung saja para prajurit
tertawa, senang dengan kecerdikan Belzanor, kapten
mereka. "Tidak wahai saudaraku!" jawab Bell Affris,
"Tapi pasukanku berhasil dipukul mundur," lanjutnya.
Sejenak ia terhenti, seperti berpikir dan dengan agak
ragu ia kembali berkata, "Sebenarnya pasukan Cae-
sar sudah takut, tapi mereka memporak-porandakan
kami seperti mengejek."
Para prajurit istana terdiam lama, mereka me-
nanti apa yang akan dikatakan Belzanor. Mata me-
reka memandang kesal dan dengan penuh penghinaan
pada Bell Affris. " K e n a p a kamu tidak mati s a j a " " tanya
Belzanor. "Tidak!" jawab Bell Affris. "Saya tetap ingin
dilihat sebagai keturunan para dewa. Sudah tak ada
waktu lagi bagi kita untuk memperdebatkan hal ini.
Semua sudah terjadi, saat ini kita m e n g h a d a p i
pasukan penyerang yang akan menghancurkan Mesir
dari segala penjuru."
"Sebenarnya orang Romawi pengecut," kata
Belzanor, ingin memberi semangat baru pada para
8 G. Bernard Shaw prajurit. Bell Affris membantah, dan meminta Belzanor
agar waspada dan hati-hati. "Mereka tidak peduli
disebut pengecut, orang-orang Romawi bertempur
lianya untuk menang. Kebanggaan dan hadiah perang
lidak berarti apa-apa dibanding kemenangan itu."
Kembali semua terdiam, dan semangat prajurit
istana Mesir itu pun disapu ketakutan. Mental perang
mereka hilang, bagai gurun tak berbadai. Terbayang
di wajah mereka kekuatan dahsyat pasukan Romawi,
menyerbu dan meluluh-lantakkan istana Mesir,
seperti meniup lilin dengan mudahnya.
Tiba-tiba si penjudi Persia memecah suasana.
"Ceritakan kepada kami kisah pertempuranmu, Bell
Affris. Mengapa kamu bisa kalah?"
Para prajurit pun langsung mengelilingi Bell
Affris dan ingin mendengarkan cerita kekalahannya
menghambat pasukan Caesar.
Setelah menghela napas Bel Affris mulai ber-
cerita. "Ketahuilah, sebenarnya saya hanya seorang
pelayan kuil Dewa Rha1 di Memphis, melayani tidak
lianya Cleopatra, tapi juga adiknya Ptolemy. Suatu
saat kami pergi menyelidiki mengapa Ptolemy
mengusir Cleopatra ke Syiria. Di samping ingin tahu
1 Rha , Ra, Phra , ata u Re adala h dewa tertinggi dala m
kepercayaan Mesir kuno. Rha menguasai ular setan Apopis.
Biasa dilambangkan dengan Rajawali dan menyatu dengan
H o r u s . D i a d i a n g g a p sebagai d e w a p e n c i p t a d a n d e w a
matahari. Dia selalu mengelilingi langit sampai malam hari,
agar bisa terlahir lagi pada hari berikutnya.
Cleopatra 9 bangsa Mesir harus membuat perjanjian dengan
Pompey, raja Romawi lama. Ketika itu pasukan Mesir
baru saja menderita kekalahan di Pharsalia, dengan
Romawi baru, pimpinan Julius Caesar."
"Apa yang kalian pikirkan, apakah kita tidak
belajar" Pada saat itu Julius Caesar datang juga untuk
mengejar Ptolemy yang telah membunuh Pompey. la
menawarkan hadiah bagi orang yang membawa
potongan kepala Ptolemy."
Seketika para prajurit terkejut dan makin ter-
tarik, ingin tahu kelanjutannya. M e r e k a saling
memandang dan bertanya-tanya satu sama lain.
"Jangan berisik!" tegur Bell Affris, sang pelayan
kuil. Kemudian ia melanjutkan ceritanya, "Kami tahu
kalau Julius Caesar sudah datang. Tetapi saat kami
pulang, di tengah perjalanan, ketika melewati sebuah
perkampungan rakyat jelata, ternyata pasukannya
bersembunyi di situ untuk membangun pertahanan..."
"Dan kalian, pelayan kuil, tidak m e n a h a n
pasukan itu?" potong Belzanor.
"Apa bisa dilakukan orang lain, juga bisa kami
lakukan," jawab Bell Affris. "Tapi tiba-tiba muncul
bunyi terompet, suaranya seperti letusan gunung ber-
api. Lalu kami melihat sebuah tembok yang bergerak
muncul di depan. Kamu tahu bagaimana sulitnya
menyerang sebuah benteng pertahanan" Tapi bagai-
mana jika dinding pertahanan itu menyerang kamu?"
ujarnya geram. Si Persia langsung bersorak. "Bukankah aku
telah mengatakan ini kepada kalian?"
10 G. Bernard Shaw "Ketika benteng itu semakin mendekat, tiba-
tiba ia berubah menjadi barisan pasukan yang sangat
hanyak, dengan topi baja, baju kulit, dan pelindung
dada dari besi. Setiap tentara menghunuskan tombak.
Ada seorang tentara berlari, langsung melompati
pundakku dan mengarahkan tombaknya ke lengan-
ku," lanjut sang pelayan kuil sambil memperlihatkan
bautan luka di lengan kirinya. "Kemudian ia ingjn
menusuk leherku, kalau aku tidak membungkuk pasti
aku sudah mati." "Sejurus kemudian muncul barisan kedua
dengan sangat cepatnya, dan telah berdiri di depan
kami dengan pedang terhunusyang siap menghunjam.
Pedang mereka lebih panjang, sehingga kita tidak bisa
berbuat apa-apa." "Apa yang kamu lakukan?" tanya si Persia.
Bel Affris menjawab sambil tersenyum. "Aku


Caesar And Cleopatra Karya G. Bernard Shaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

langsung mengepalkan kedua tanganku dan menya-
rangkan pukulan ke rahang salah seorang tentara
Romawi. Dia langsung goyah dan ambruk di tanah,
lalu aku mengambil pedangnya dan menusuk prajurit
itu. Lihat! Sebuah pedang Romawi dengan darah
orang Romawi," ceritanya bangga.
"Bagus!" Serentak prajurit memuji Bell Affris
dan melihatnya penuh kebanggaan. Lalu mereka
mengambil pedang itu, mengamatinya dengan rasa
ingin tahu. Si Persia bertanya lagi, "Dan orang-orang
kamu?" "Semua lari, berhamburan seperti domba."
Cleopatra 11 "Budak-budak pengecut! Meninggalkan ketu-
runan para dewa untuk disembelih!" ujar Belzanor
geram. Sambil menunjukkan raut muka sinis dan beku,
Bell Affris membela diri. "Keturunan para dewa tidak
tinggal untuk dibunuh. Pertempuran bukanlah untuk
menunjukkan siapa yang tidak kuat, tapi hanyalah
perlombaan, adu strategi. Orang Romawi tidak punya
kereta perang untuk mengejar, dan membunuh lebih
banyak prajurit kita."
Lalu katanya melanjutkan cerita, "Kemudian
pendeta tetua kami dan selusin keturunan dewa
mengajak kami untuk berperang sampai mati. Tapi
aku berkata pada diriku sendiri, lebih aman menyerah
daripada ditikam dari belakang dan kehilangan napas.
Maka aku pun mengikuti pasukan Romawi, dan ter-
nyata mereka memperlakukan kami dengan hormat.
Terus aku kabur dan berhasil menyelamatkan diri."
Sesaat cerita Bell Affris terhenti. Kemudian ia
berkata dengan nada yang serius, "Aku datang untuk
memberitahu, kalian harus membuka gerbang untuk
kaisar Romawi. Pasukan perintis mereka hanya ber-
jarak satu jam di belakangku. Sementara kita tidak
punya pasukan yang kuat untuk menghadang Julius
Caesar." Semua tersentak kaget. "Aduh, celaka!" teriak
salah seorang penjaga. Kemudian ia menjatuhkan
tombaknya dan berlari ke dalam istana.
Langsung saja Belzanor memberi perintah
kepada penjaga lainnya, "Ikuti dia sampai di pintu,
12 G. Bernard Shaw cepat! Sekarang berita itu akan tersebar ke istana,
seperti api yang membakar kandang kuda."
"Apa yang harus kami lakukan untuk menye-
lamatkan para wanita dari orang Romawi?" tanya
sang pelayan kuil, Bell Affris
"Kita bunuh saja!" jawab Belzanor
"Tapi kita harus menjadikan darah mereka
sebagai bayaran. Jadi lebih baik membiarkan orang-
orang Romawi membunuh mereka, itu lebih murah,"
bantah si Persia. "Dasar Ular! Dasar licik!" maki Belzanor
geram. "Tapi bagaimana dengan ratu kalian?" tanya
Bell Affris "Benar. Kita harus membawa Cleopatra!"
jawab Belzanor. "Apakah kalian tidak menunggu perintahnya?"
tanya Bell Affris lagi. Belzanor menatap tajam Bell Affris, "Perintah
seorang gadis berumur enam belas tahun" Tidak!"
jawabnya dengan nada sinis. "Di Memphis kalian me-
mujanya sebagai ratu, di sini dia tidak lebih baik dari
kita. Saya akan menaikkannya ke punggung kuda.
Ketika para prajurit kami telah membawanya jauh
dari jangkauan Julius Caesar, pendeta dan para pera-
watnya tidak bisa menganggapnya sebagai ratu, dan
tidak boleh tunduk pada perintahnya lagi."
"Dengarkan saya, Belzanor," pinta orang Per-
sia, nadanya ingin memberi saran.
"Bicaralah, wahai orang licik!"
Cleopatra 13 "Adik Cleopatra, Ptolemy sedang berperang
dengan Romawi. Kita jual saja Cleopatra pada Cae-
sar," ujar si Persia dengan enteng.
"Wah, licik sekali, dasar Ular!" seru para
prajurit. "Kami tidak berani," jawab Belzanor. "Kami
keturunan dewa, sedangkan Cleopatra keturunan
sungai Nil. Tanah nenek moyang kami tidak akan
subur jika sungai Nil tidak mengairinya. Tanpa
kesuburan tanah, kami akan hidup seperti anjing,"
urainya memberi alasan. "Itu benar!" kata si Persia. "Prajurit ratu tidak
boleh hidup dari bayaran seperti itu. Tapi dengarkan
saya, wahai pengikut Osiris3!"
Para prajurit berpandangan satu sama lain,
kemudian salah seorang mempersilahkannya, "Bica-
ralah, hai orang licik! Dengarkan ular mendesis!"
Setelah menghela napas pendek, sejenak ia
berpikir kemudian bertanya, "Kalau aku berkata
tentang Julius Caesar, apakah kalian berpikir bahwa
aku mengejek kalian?"
"Benar! Benar!" sahut dua orang prajurit
hampir bersamaan. Belzanor pun mulai tertarik dengan penjelasan
3 Dew a terpentin g dala m kepercayaa n Mesi r k u n o ,
suami dewi Isis. Osiris mempunyai dua p e r a n penting, y a i t u
sebagai dewa kesuburan d a n sebagai penjelmaan dari t u b u h
seorang raja yang telah wafat. Rakyat Mesir kuno meyakini
bahwa raja adalah Tuhan. Bila seorang raja wafat m a k a dia
menjadi Osiris. 14 G. Bernard Shaw si Persia, ia mengerenyitkan kening, tanda setuju. "Ya,
seperti ketika saya mendengarkan cerita Bel Affris,"
katanya datar. Orang Persia itu melanjutkan perkataannya,
"Dengarkan cerita tentang Julius Caesar. Dia adalah
seorang penakluk wanita yang hebat. Dia menjadikan
wanita sebagai teman dan penasehatnya."
"Itu tidak boleh, harus dilawan," sergah Bel-
zanor. "Nasehat seorang wanita akan menghancurkan
kerajaan Mesir," tambahnya mantap. Dalam pikiran
Belzanor, keterlibatan wanita dalam urusan kerajaan
tak lebih dari ular berbahaya, yang akan membunuh
keberanian dan semangat laki-laki.
Si Persia mengangguk setuju, tapi dari wajahnya
terbersit suatu maksud yang aneh. Lalu ia berkata,
"Biarkan itu menghancurkan Romawi! Kaisar se-
makin tua sekarang. Usianya lebih dari lima puluh
tahun, terlalu banyak bekerja dan berperang. Dia ter-
lalu tua untuk wanita-wanita muda, dan para wanita
tua terlalu dewasa untuk memujanya."
Bel Affris termangu-mangu, matanya menatap
sebuah obor yang dikibas-kibaskan angin. Seperti
tersontak, ia berkata mengingatkan si Persia, "Hati-
hati! Kaisar sampai saat ini masih bertelinga tajam."
"Cleopatra belum menjadi seorang wanita, dia
belum dewasa. Tapi dia bisa mengganggu kebijak-
sanaan lelaki," balas si Persia
"Betul!" ujar Belzanor, "Itu karena dia ketu-
runan sungai Nil dan kucing hitam. Dan kita dapat
mempersembahkan kucing suci berbulu putih sebagai
Cleopatra 15 korban." Habis berkata, Belzanor langsung bertanya,
"Lalu apa yang kita lakukan selanjutnya?"
Si Persia menjawab dengan pertanyaan balik.
"Untuk apa kita mengabdi pada Ptolemy?" Kemu-
dian, katanya memberi saran. "Lebih baik kita bekerja
pada Julius Caesar sebagai sukarelawan. berperang
melawan Ptolemy dan menolong ratu kita, keturunan
mulia dari sungai Nil."
"Dasar Ular!" potong seorang prajurit, ia tak
setuju dengan pandangan si licik Persia. Baginya, itu
sama dengan menjual harga diri Mesir.
Tapi orang Persia itu tak peduli. Ia makin yakin
dengan pandangannya, bagaimana menaklukan Cae-
sar dengan cara yang sangat halus, sehingga tidak akan
terlalu membahayakan diri ratu. Lalu ia berkata
penuh keyakinan, "Dia akan mendengarkan, jika kita
datang dengan lukisan ratu sebagai pancingan. Dia
akan berperang dan membunuh adiknya, lalu mengu-
asai Mesir dengan Cleopatra sebagai ratunya. Pasti,
kita menjadi pengawal."
"Oh, ini lebih licik dari semua ular. Menga-
gumkan dan bijaksana!" seru prajurit lainnya.
"Tapi, Julius Caesar akan datang sebelum kamu
selesai bicara, kalimatmu terlalu berputar-putar," ujar
Bel Affris mengingatkan. "Ya, itu benar!" tandas Belzanor.
Tiba-tiba mereka dikagetkan dengan teriakan
ketakutan yang terdengar dari dalam istana. Para
pelayan perempuan dan perawat berhamburan keluar.
Para penjaga menghadang mereka dengan ujung
16 G. Bernard Shaw tombak Langsung saja Belzanor memberi perintah,
"Cepat jaga pintu!" lalu ia menyuruh para perempuan
itu untuk kembali masuk ke istana.
"Bawa kemari Ftatateeta, kepala pelayan ratu,"
perintahnya lagi. Para wanita itu pun berteriak keras memanggil
Ftatateeta ke dalam Istana. "Ftatateeta, Ftatateeta.
Kemari. Kemarilah. Bicaralah pada Belzanor."
Sesaat kemudian, muncullah seorang wanita,
lari tergopoh-gopoh, dan dengan suara yang hampir
terputus-putus. "Oh aku ingin tetap di belakang,"
serunya. "Percayalah padaku demi ujung tombakyang
mengancamku," ucapnya lagi lebih keras, seperti
menghiba. Perempuan ini tubuhnya gendut penuh
lemak, wajahnya penuh dengan kerutan-kerutan tipis,
matanya yang besar menyiratkan ketuaan, dan bijak,
tangannya berotot, tubuh wanita itu tinggi dan kuat,
dengan mulut dan rahangnya bagai seekor anjing pem-
buru, yang muncul di pelataran. Dia berpakaian se-
perti orang yang selalu mematuhi aturan istana, dan
menghadapi prajurit dengan sikap menghina.
Ftatateeta berseru, "Beri jalan pada kepala
pelayan ratu!" Dengan sikap sombong dan angkuh, Belzanor
tak mau kalah, "Ftatateeta, Aku Belzanor, kapten
prajurit ratu, keturunan para dewa."
"Aku Ftatateeta, kepala pelayan ratu, dan pen-
ciptamu yang asli akan bangga melihatmu dilukis pada
dinding pyramida raja-raja yang dibuat ayahku," jawab
Cleopatra 17 kepala pelayan ratu itu tak mau kalah.
Mendengar kata-kata Ftatateeta, para wanita
lainnya langsung tertawa penuh kemenangan.
Merasa dirinya kalah, kapten Belzanor mulai
mengeluarkan kata-kata yang terasa lucu, tapi sebe-
narnya mengandung ancaman, agar orang-orang ista-
na yang disergap ketakutan itu tetap waspada.
"Ftatateeta, anak si lidah panjang, bermata
juling seperti bunglon, ketahuilah, prajurit Romawi
telah mendekati istana kita. Keturunan para dewa
tidak akan sanggup melawannya, karena masing-ma-
sing orang Romawi mempunyai tujuh tangan, meme-
gang tujuh buah tombak. Darah yang mengalir di urat
nadinya bisa mendidihkan air raksa, dan mengubah
bentuk kita menjadi debu, dan dapat menghancurkan
kita semua dalam seketika."
Mendengar ucapan Belzanor, semua wanita di-
hinggapi perasaan takut. Sebenarnya mereka ingin
segera melarikan diri dan meninggalkan istana, tapi
terlanjur dihalangi oleh tombak-tombak anak buah
Belzanor, pasukan penjaga istana. Ftatateeta, berusa-
ha menembus dan memaksakan jalannya agar mele-
wati pagar tombak itu. Tapi akhirnya gagal dan ia
hanya bisa menghina para prajurit itu.
"Pergilah dan selamatkan diri kalian, wahai
anak-anak pengecut dari kuku dewa termurah yang
dijual pada pembawa ikan. Biarkan kami menjaga diri
kami sendiri," ujarnya sambil menatap sinis Belzanor.
"Tidak, wahai setan yang menakutkan manu-
sia!" tolak Belzanor. Lalu katanya dengan suara me-
18 G. Bernard Shaw nekan, "Bawa keluar Ratu Cleopatra dan serahkan
pada kami! Setelah itu pergilah kemana engkau
suka!" Bukannya merasa tertekan, Ftatateeta malah
tertawa sinis dan mengejek. "Sekarang aku tahu
mengapa para dewa telah mengambilnya dari tangan
kami. Ketahuilah kalian prajurit bodoh, ratu telah
hilang satu jam setelah matahari terbenam."
Seketika prajurit istana terkejut, mata mereka
membelalak tak karuan. Belzanor tak percaya, ia menangkap kelicikan


Caesar And Cleopatra Karya G. Bernard Shaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang bersembunyi di balik perkataan pelayan ratu itu.
"Tidak mungkin, kamu pasti telah menyembunyi-
kanya untuk dijual kepada Julius Caesar atau Pto-
lemy," katanya dengan kemarahan yang meluap-luap.
Belzanor kemudian mencengkeram baju Ftata-
teeta, dengan dibantu beberapa orang prajurit wanita
itu diseret ke tengah halaman istana. Mereka menen-
dang lutut Ftatateeta, dan membentak dengan kasar.
Belzanor mencabut sebuah pisau, mencoba mem-
bunuhnya. "Di mana ratu?" tanyanya mengancam. Seperti
ingin segera menikam leher Ftatateeta, Belzanor
mencengekram kerah bajunya. "Di mana ratu?" tanya
sang kapten lebih keras lagi.
Ftatateeta berusaha melawan dan melepaskan
diri dari cengkeraman kepala pasukan penjaga istana
itu. "Sentuh kulitku, Anjing! Sungai Nil tidak akan
mengalir di tanah kalian selama tujuh tahun!"
"Aku akan berkorban," bantahnya enteng. Lalu
Cleopatra 19 Belzanor menoleh ke orang Persia. "Kamu, orang
cerdik, tanah ayahmu berada jauh dari sungai Nil.
Sembelih dia!" Segera si Persia mendekati Ftatateeta dengan
beringas dan mengancam dengan belati yang siap
menghunjam di leher, "Di mana Cleopatra?"
"Demi Dewa Osiris, aku tidak tahu," jawab pe-
layan itu lantang. Sambil menahan sakit, ia berkata
dengan suara yang menahan kemarahan, "Aku meng-
ancam dengan mendatangkan setan bila kucing yang
didekapnya akan di korbankan. Kukatakan padanya,
dia akan dicampakkan di sini sendirian saat orang Ro-
mawi datang, sebagai hukuman karena ketidakpatuh-
annya. Dan sekarang dia bersembunyi, entah di ma-
na. Aku berkata sebenarnya. Aku bersaksi demi
Osiris. "Dia berkata benar, Belzanor!" tandas perem-
puan lainnya bersamaan. "Kamu telah menakut-nakuti anak itu," ujar
Belzanor kesal. Lalu ia memerintahkan anak buahnya
mencari Cleopatra. "Cepat cari dia ke dalam istana,
cari di setiap sudut!" perintahnya pada prajurit istana.
Terbetik dalam hatinya akan mendapatkan hadiah
dan anugerah besar dari Julius Caesar atas jasa-jasa-
nya menyerahkan ratu Mesir, Cleopatra, seorang ga-
dis cantik dan masih perawan. Hebat juga sahabat
Persia ini! Segera para prajurit pimpinan Belzanor, mener-
jang setiap ruang dan tempat-tempat penting dalam
istana. Seperti musuh, mereka mengobrak-abrik seisi
20 G. Bernard Shaw istana. Memukul para pelayan yang mencoba meng-
halangi tindakan kasar mereka.
Ftatateeta berteriak, "Kalian melanggar atur-
an, tak boleh menginjak tempat suci! Kalian kejam,
berada dalam ruangan ratu! Pelangg...," teriakannya
langsung terhenti saat orang Persia menempelkan pi-
sau di leher. la pun hanya bisa pasrah dan tak berkutik.
Bel Affris datang dengan tangan hampa, wajah-
nya merah padam, karena mimpi untuk memperoleh
hadiah besar akan hilang, akibat ulah sang kepala
pelayan, Ftatateeta. Setelah mendengus kesal, ia
m e n a t a p F t a t a t e e t a p e n u h k e m a r a h a n , sambil
mencengkeram kasar bahu kirinya. "Nyonya, tuanmu
sedang tidur atau mungkin berburu. Kamu tahu,
pedang ini akan segera menebas lehermu. Tunjukan
kami, di mana ia bersembunyi dan kamu akan kami
biarkan hidup," ancam Bel Affris.
Setelah menatap Bel Affris penuh pertimbang-
an, akhirnya Ftatateeta mau memberitahu, "Pergilah
kalian ke gurun dan cari Cleopatra pada bayangan
Sphinx4. Kalian akan segera tahu, tidak ada sesuatu
4 Sebuah mitos yang diwujudkan dalam bentuk patung
b e r b a d a n singa d a n berkepala manusia. Ia p e n u h legenda
d a n memiliki nilai seni yang sanggat tinggi, peninggalan Mesir
d a n Yunani. M e n u r u t legenda, Sphinx adalah sosok yang
selalu mendatangi penduduk untuk memberi pertanyaan d a n
t e k a - t e k i tentang segala persoalan. Ia kemudian dianggap
sebagai the omniscient (mahatahu). Sphinxs tertua, sekarang
t e r l e t a k di Giza, Mesir, sudah ada sejak masa k e k u a s a a n raja
Khafre (2575-2465 SM), saat ini ia diberi nama A b u al
H a w l . Cleopatra 21 yang membahayakan ratu!" Lalu katanya mengjngat-
kan, "Dengarkan aku, kalian orang muda yang tidak
mengerti. Cleopatra hanya takut padaku, tapi dia
lebih takut kepada orang Romawi. Tidak ada kekuat-
an yang lebih besar yang pernah dia lihat selain kebe-
ranian pelayan ratu, kekejaman Caesar; dan juga
kekuatan Sphinx yang duduk di gurun menatap laut."
Sejurus kemudian Bel Affris memandang orang
Persia, "Bisakah kita percaya?" tanyanya gusar.
"Dari arah mana prajurit Romawi datang?"
"Mereka akan menyeberangi gurun dari arah
laut, dan pasti melewati Sphinx," jawab Bel Affris,
sang pelayan kuil. Si Persia menatap Ftatateeta lekat-lekat, ke-
marahannya telah memuncak. "Wahai lidah Aspic!
Kamu telah memberitahu kami, tapi kami mungkin
akan mati di ujung tombak orang Romawi di gurun
itu." Seketika ia menekan pisaunya ke leher sang
pelayan. Tapi Ftatateeta berusaha mencegahnya, "Tidak!
Jangan lakukan, Sayang!" Habis berkata, ia langsung
menendang betis si Persia, melepaskan cengkeraman-
nya, bangkit, lalu lari sekuat tenaga, dan menghilang
di balik dinding yang gelap.
Si Persia terjungkal, sedang Bel Affris malah
menertawakannya. Para penjaga berusaha mengejar,
tapi sia-sia. Sesaat kemudian Belzanor muncul.
Disusul anak buahnya yang datang penuh kekesalan.
Mereka prajurit yang gagal.
"Apakah kamu telah menemukan Cleopatra?"
22 G. Bernard Shaw tanya si Persia sambil membersihkan pakaiannya yang
berdebu. "Tidak!" jawab Belzanor datar, suaranya me-
mendam kekecewaan pahit. "Kami telah mencarinya
di setiap sudut," lanjutnya
Tiba-tiba muncul seorang penjaga dari arah
pintu istana. "Celaka! Aduh! Lari, lari!" teriaknya
penuh ketakutan. Napasnya terengah-engah seolah
tenaganya diperas ketakutan yang sangat.
"Apa yang terjadi?" tanya Belzanor.
Setelah merasa agak tenang, si penjaga men-
jawab, "Kucing putih yang akan dikorbankan telah
dicuri." Seketika semua orang yang ada di situ kaget.
Jantung mereka berdetak tak beraturan, diselimuti
kabut ketakutan yang hitam pekat. "Celaka! Celaka!"
pekik mereka hampir bersamaan. Seperti berada
dalam bayang-bayang maut mereka pun berlarian tak
tentu arah, meringis dan berusaha menyelamatkan
diri. Mereka adalah orang-orang rapuh dan takpunya
keberanian serta tanggung jawab untuk melindungi
istana sampai titik darah penghabisan. Obor yang
menerangi istana jatuh terlempar, dan membakar apa
saja yang terjilat oleh lidah panasnya.
Sesaat kemudian. istana, lambang kebesaran
sebuah peradaban itu pun hanyut dalam kesunyian
waktu, ditelan kegelapan malam, bagai hamparan
pusara. Cleopatra 23 BAGIAN 2 KEGELAPAN menyelimuti kuil dewa R h a .
Istana Syiria sudah hilang, terlipat dalam kesunyian.
Gurun pun gelisah. Perlahan-lahan kegelapan yang
tenang itu, pecah oleh munculnya kabut keperakan
dan suara aneh yang terdengar lembut. Dentingan
harpa mengalun indah dalam sapuan angin, dimain-
kan oleh dewa Memnon5. Bulan mulai merambat naik
menerangi gurun, sebuah horizon tajam mernbentuk
relief. Tampak bayangan besar bersembunyi cepat da-
lam jari-jari Sphinx, yang tertancap kuat di alas pasir.
5 Dala m mito s Yunani , M e m n o n adala h k c t u r u n a n
Tithonus yang dianugerahi keabadian oleh dewa Z e u s . D i a
mempunyai pengikut yang berubah menjadi burung M e m -
nonides. Sedang M e m n o n di Mesir ada hubungannya d e n g a n
candi peninggalan A m e n h o t e p III di dekat Thebes, s a m p a i
sekarang candi itu masih ada dua yang utuh. Menurut keper-
cayaan kuno, setiap pagi saat sinar matahari menyinari candi,
a k a n t e r d e n g a r suara musik seperti p e l i k a n h a r p a y a n g
dimainkan oleh M e m n o n , sebagai salam yang dikirim p a d a
ibunya, Eos. 24 G. Bernard Shaw Cahaya bulan makin terang. Sampai mata pa-
tung Sphinx terlihat berbeda, memandang jauh lurus
ke depan, melihat cakrawala tak bertepi, dengan sorot
yang penuh wibawa. Serangkai warna menghias di
antara kuku-kukunya, terlihat jelas bunga candu me-
rah dan seorang gadis terbaring tak sadar. Baju sute-
ranya bergerak naik turun secara teratur, seiring irama
napasnya dalam tidur tanpa mimpi, dan rambutnya
yang berpita, berkilauan terkena sinar rembulan,
seperti sayap burung. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar samar-samar
suara seram, mungkin gemuruh dewa Minatour6 yang
melemah. Lagu-lagu Memnon pun terhenti. Sunyi
kembali, hening di bawah sang rembulan. Lalu ter-
dengar sayup-sayup nada terompet yang meninggi.
D a n sunyi kembali. Tak lama kemudian muncul
seorang laki-laki dari arah selatan dengan langkah
yang tidak terdengar, disembunyikan oleh misteri
malam. la terperangah heran, berhenti dan terpaku
menatap Sphinx. Sesaat kemudian lelaki itu menyilangkan tangan
6 D a l a m mito s Yunani , M i n a t o u r a d a l a h s e b u a h m o n s t e
r mengerikan, berkepala sapi d a n bertubuh manusia.
A n a k n y a A n d r e g e o s d i b u n u h o l e h o r a n g A t h e n a . l
a m e n u n t u t ganti kematian Andregeos, dengan tujuh anak
m u d a A t h e n a d a n sepuluh o r a n g pelayan setiap sembilan
t a h u n sekali. Setelah berlangsung tiga kali persembahan,
seorang pahlawan Athena, Theseus dengan bantuan Ariadne,
a n a k h a s i l p e r k a w i n a n M i n o s d a n P a s h i p a e , b e r h
a s i l m e m b u n u h n y a .
Cleopatra 25 kanannya ke dada dan menjura pendek, sebagai
bentuk penghormatan. Lalu ia berseru lantang,
"Hidup Sphinx!"
" H o r m a t saya, Julius Caesar! Aku t e l a h
mengembara ke seluruh negeri, mencari daerah yang
hilang. Tapi dunia membuatku merasa asing, padahal
teman Sang Pencipta adalah diriku sendiri. Aku telah
bertemu orang-orang hebat dan perkasa, ratusan
pendeta, dan rakyat di seluruh kota, tapi tidak ada
Caesar lain. Tidak ada damai dan rasa persahabatan
denganku, tidak ada orang yang berbaik h a t i
kepadaku, tidak ada seorangpun bisa melakukan yang
biasa aku kerjakan sehari-hari, dan memikirkan apa
yang aku inginkan setiap malam." Pria itu berbicara
dengan nada yang mantap, kata-katanya tegas,
nadanya menghunjam tepat di sela-sela sisi Sphinx
yang tenang, kokoh dan berwibawa.
Kaisar Romawi itu menatap Sphinx lekat-lekat,
menghela napas p e n d e k lalu tersenyum sinis.
Kemudian ia berkata penuh kebanggaan, "Dalam
dunia kecil di sana, wahai Sphinx, kedudukanku sama
tingginya dengan kedudukanmu di gurun yang besar
ini. Hanya saja aku mengembara, sedang kamu tetap
duduk, aku menang, kamu bertahan, aku bekerja dan
mencari, kamu melihat dan menunggu!"
Sesaat Julius Caesar terdiam seperti memi-
kirkan kalimat yang tepat untuk dikatakan. Ke-
mudian, "Aku melihat ke atas dan silau, menengok
ke bawah dan tidak menemukan apa-apa, aku melihat
ke sekeliling dan bertanya-tanya, sementara matamu
26 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR. G. Bernard Shaw
tidak pernah berubah, hanya melihat keluar, ke
daerah yang hilang, dimana kami tersesat."
"Wahai, Sphinx! Engkau dan aku, sudah terlan-
jur terasing dari kehidupan manusia, sementara jiwa
kita t i d a k pernah berpisah satu sama lain, selalu
menyatu. Mengapa aku tidak menyadari keberadaan-
mu dan tinggal di sini saja sejak aku lahir?"
"Romawi adalah mimpi orang gila, sedangkan
Mesir, kenyataan hidup. Kehidupan yang terpancar
dari dirimu sudah aku lihat dari jauh. Kebesarannya
d a p a t kurasakan dari Ghaul, Inggris, Spanyol,
Thessaly, menyimpan rahasia besar kepada penjaga
abadi. Di mana tempatnya, tidak pernah bisa aku
temukan. Dan di sini, pada akhirnya engkau adalah
penjaga mereka, sebuah patung yang tetap dan bagian


Caesar And Cleopatra Karya G. Bernard Shaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

abadi dalam hidupku, sunyi, penuh dengan ajaran,
sendiri di gurun perak."
"Sphinx, Sphinx! Di malam hari, aku telah men-
daki gunung hanya untuk mendengar desiran angin
yang menyebabkan pasirmu menjadi daerah terlarang
untuk bermain anak kita. Wahai Sphinx, perjalananku
ke sini untuk mencapai tujuan. Karena aku orang
jenius, bagiku kamu hanyalah simbol. Ya... simbol
binatang, wanita, dan juga Tuhan, engkau bukan
lelaki. Apakah aku telah membaca teka-tekimu,
Sphinx?" Ucapan lantang Julius Caesar begitu meng-
gema, seperti meraung ke seluruh sisi gurun dan
menghentakkan telinga seorang gadis yang tidur di
sela-sela kuku Sphinx. Sejurus kemudian, dari tempat
Cleopatra 27 tersembunyi itu, ia mengintai sangat hati-hati siapa
yang berbicara. Ditatapnya Caesar lekat-lekat, lalu
bergumam dengan suara yang cukup keras, "Lelaki
tua yang bijak!" Caesar terbelalak kaget dan segera mencabut
pedang penuh waspada. "Ya Tuhan Abadi!"
"Orang tua bijak, jangan melarikan diri!" seru
si gadis. Caesar terpana dengan panggilan sang gadis.
"Orang tua bijak" Jangan melarikan diri"!" ujarnya
keheranan. Lalu katanya memperkenalkan diri, "Ini
Julius Caesar!" Sang gadis m e m p e r h a t i k a n dan k e m b a l i
menatap tajam Caesar, seperti sedang menyalurkan
suatu energi aneh. "Orang tua bijak!" serunya lagi
memuji. "Wahai Sphinx, Aku lebih muda dari engkau,
meskipun suaramu, suara seorang gadis!" sahut Cae-
sar sambil melempar senyumnya.
"Naiklah ke sini, cepat, atau orang Romawi itu
akan datang dan memakanmu!" teriak si gadis.
Seketika Caesar lari ke depan melewati bahu
Sphinx, dan melihat gadis itu. "Cuma seorang anak!
Anak yang suci!" gumamnya heran bercampur malu.
"Naiklah ke atas cepat. Kamu harus menempati
sisi yang ini agar aman," perintah si gadis sambil
menunjuk sebuah tempat di sela-sela jari Sphinx.
Masih diliputi keheranan, Caesar pun bertanya,
"Siapakah kamu?"
"Cleopatra, Ratu Mesir," jawabnya pendek.
28 G. Bernard Shaw "Ratu kaum Gypsi, maksudmu?"
"Kamu tidak boleh menyepelekan aku, atau
Sphinx akan membiarkan orang Romawi memakan-
mu. Naiklah ke atas. Di sini cukup aman!"
Keheranan Caesar mulai hilang, lalu katanya
dalam hati, mimpi apa aku! Mimpi yang menakjubkan
apa ini" Jangan biarkan aku terbangun, aku akan
berperang ke tujuh benua untuk membayar mimpiku
ini sampai akhir. Kemudian ia memanjat Sphinx, dan
berdiri pada landasan, lalu melangkah, berputar di
bahu kanan penguasa gurun itu.
"Hati-hati, bagus! Sekarang duduklah. Kamu
boleh duduk di kakinya yang lain," ujar Cleopatra.
Caesar pun langsung duduk dengan nyaman di
kaki kiri Sphinx. Cleopatra menyambutnya riang,
"Sphinx sangat kuat dan akan melindungi kita."
Kemudian ia mengeluh, katanya, "Tapi Sphinx tidak
memperhatikan atau menemaniku. Aku senang kamu
datang, aku sangat kesepian. Apakah kamu tadi
melihat seekor kucing putih?"
Kembali Caesar diliputi keheranan, lalu ber-
tanya dengan kening yang mengerut, "Apakah kamu
kehilangan binatang itu?"
"Ya. Persembahan kucing suci, apakah ini tidak
mengerikan" Aku membawanya ke sini untuk diper-
sembahkan kepada Sphinx. Tapi ketika kami sedang
dalam perjalanan pulang dari kota, seekor kucing hi-
tam memanggilnya, lalu dia melompat dari dekapanku
dan lari menuju kucing hitam tersebut. Apakah kamu
b e r p i k i r bahwa kucing itu mungkin n e n e k
Cleopatra 29 moyangku?" "Nenek moyangmu! Mungkin, mengapa tidak?"
sahut Caesar sambil menatap heran si gadis Cleopatra.
Sesaat Cleopatra terdiam seperti menyesali
bencana yang menimpanya itu. "Aku berpikir ini
mungkin. Nenek moyangku adalah seekor kucing
hitam dengan persembahan kucing suci. Sungai Nil
menjadikannya isteri yang ketujuh. Itu sebabnya ram-
butku bergelombang. Dan aku selalu ingin melakukan
apa yang aku ingin lakukan, sesuka hati. Tidak
masalah apakah itu keinginan dewa atau tidak. Ini
karena darahku berasal dari sungai Nil."
"Apa yang kamu lakukan malam-malam begini"
Apakah kamu tinggal di sini?" selidik Caesar.
"Tentu saja tidak!" Suaranya m a n t a p d a n
mengandung wibawa. Lalu katanya getir, "Aku se-
orang ratu, seharusnya aku tinggal di istana Alexan-
dria. Adikku telah mengeluarkanku dari sana." Sesaat
ia menatap gumpalan-gumpalan awan yang bergerak
di bawah sinar bulan. "Saat sudah cukup umur aku
akan melakukan apa yang aku inginkan. Membunuh
adikku, meracuni budak-budak dan pengawalnya
serta melihat mereka menggelepar, dan menakut-
nakuti Ftatateeta, dia akan dilempar ke dalam api
yang menyala-nyala," ujarnya penuh ambisi. Matanya
memancarkan kemarahan yang menyala, hingga
badannya terasa tegang dan napasnya naik turun tak
beraturan. "Hmm! Saat ini kenapa engkau tidak pulang ke
rumah dan tidur saja?"
30 G. Bernard Shaw "Sebab orang Romawi akan datang memakan
kami semua," jawab Cleopatra, lalu balik bertanya
kcheranan, "Kenapa kamu tidak pulang dan pergi
tidur juga?" Caesar menjawab dengan sangat yakin, "Aku
sedang tidur. Aku tinggal di tenda dan sekarang aku
di dalam tenda. Tertidur nyenyak dan bermimpi. Apa-
kah kamu menganggap bahwa aku percaya kamu itu
nyata" Kamu hanyalah seorang peri kecil dalam
mimpi!" Cleopatra tertawa, lalu menatap tajam Caesar,
orang yang baru dilihatnya itu. "Kamu orang tua bijak
yang lucu. Aku suka kamu."
"Ah kemanjaan itu hanya mimpi," jawab Cae-
sar, kata-kata gadis kecil itu membuatnya geli. "Meng-
apa kamu tidak bermimpi kalau aku masih muda?"
tanyanya sambil menahan tawa.
"Aku berharap kamu begitu," jawab Cleopatra.
Lalu katanya panjang dan polos, "Hanya aku berpikir
akan lebih takut lagi kepadamu. Aku menyukai laki-
laki, terutama laki-laki muda dengan lengan kekar,
tapi aku takut kepada mereka. Kamu tua, agak kurus
dan berotot, tapi kamu mempunyai suara yang bagus,
dan aku suka menemukan orang yang bisa diajak
bercakap-cakap, meskipun aku berpikir bahwa kamu
sedikit gila. Apakah rembulan itu yang membuatmu
berbicara kepada dirimu sendiri dengan cara yang
bodoh?" "Apa"! Apakah kamu mendengarnya?" tanya
Caesar kaget, "Aku menyampaikan penghormatanku
Cleopatra 31 kepada Sphinx yang Agung."
"Tapi ini bukan Sphinx yang Agung," sahut
Cleopatra enteng. Seketika Caesar terkejut dan tampak kecewa,
lalu melihat patung yang dikiranya Sphinx dan berseru
tak mengerti, "Apa"!"
"Ini hanyalah kucing kecil yang malang milik
Sphinx. Sphinx sangat besar sehingga mempunyai kuil
di antara kakinya," jawab Cleopatra. "Katakan pada-
ku, Apakah kamu tahu, orang Romawi mempunyai
tukang sihir yang bisa membawa kita pergj dari Sphinx
dengan kekuatan sihirnya?" tanyanya gusar sambil
menatap Caesar penuh harap, seperti mengharap
perlindungan. "Mengapa" Apakah kamu takut pada orang
Romawi?" "Hei, mereka akan memakan kita apabila kita
tertangkap," jawab Cleopatra serius. "Mereka orang
biadab. Pemimpin mereka bernama Julius Caesar.
Ayahnya harimau dan ibunya gunung meletus, hidung-
nya seperti hidung gajah." Caesar langsung menyen-
tuh hidung dan menggosoknya, tanpa sadar. Semen-
tara Cleopatra masih menjelaskan sosok orang Roma-
wi dengan suara yang dicekam ketakutan, "Mereka
semua mempunyai hidung panjang, bertaring gading,
berekor kecil, memiliki tujuh tangan dengan seratus
panah di setiap tangannya dan mereka memakan
orang hidup-hidup." "Maukah aku tunjukan orang Romawi yang
sesungguhnya?" 32 G. Bernard Shaw "Tidak! Kamu akan membuatku makin takut."
"Tidak apa-apa, ini hanya mimpi!"
Cleopatra langsung berdiri dan mendekati Cae-
sar, "Ini bukan mimpi, ini bukan mimpi," katanya
parau. "Lihat! Lihat!," ujarnya sambil mengambil jepit
dari rambutnya dan ditusukkannya berulang-ulang ke
lengan Caesar. "Ahh, hentikan!," pinta Caesar kegelian,
"Betapa beraninya kamu!"
Dengan wajah sedih dan penuh iba Cleopatra
m e n a t a p mata Caesar lekat-lekat. "Kenapa kamu
katakan ini mimpi?" Suaranya makin parau, ingin
menangis. Caesar tak tahan melihat wajah sedih sang gadis,
lalu ia berusaha membujuknya. "Sini, sini, jangan
menangis! Seorang ratu tidak boleh menangis." Kaisar
Romawi'ini mengelus-elus tangannya, heran dengan
kenyataan yang menggelikan. Apakah aku sadar",
tanyanya dalam hati. Tangannya meninju tubuh
Sphinx untuk mengecek kebenarannya. Ini seperti
kenyataan, sesaat dia mulai sadar, lalu berkata ragu-
ragu, "Ya, Aku, ah tidak, tidak mungkin!" Tiba-tiba
ia merasa panik dan berseru "Gila, gila!" Caesar
langsung beranjak pergi dan turun dari landasan
Sphixs sambil berkata, "Aku mau kembali ke tenda."
B a r u melangkah sekali, Cleopatra sudah
menyergapnya, memeluk erat Caesar karena sangat
ketakutan. "Tidak! Kamu tidak boleh meninggalkan
saya. Tidak, tidak, tidak, jangan pergi! Aku takut.
Takut pada orang Romawi."
Cleopatra 33 Caesar pun merasa yakin bahwa dirinya tidak
bermimpi dan berhadapan dengan ratu Mesir. "Cleo-
patra, apakah kamu benar-benar melihat mukaku?"
"Ya. Kelihatan putih terkena cahaya bulan."
'Apakah kamu yakin karena sinar bulan mukaku
terlihat lebih putih dari orang Mesir lainnya" Apakah
kamu melihat bahwa aku mempunyai hidung lebih
panjang?" Seketika Cleopatra kaget, seperti disengat petir,
jantungnya berdebar-debar tak menentu. la langsung
mundur ditekan keterkejutan yang sangat menakut-
kan. "Oh!," pekiknya dengan suara tertahan, seperti
tercekik. "Ini hidung orang Romawi, Cleopatra," kata
Caesar sambil menunjukan hidungnya dan tersenyum.
"Haa..." teriak Cleopatra. la pun langsung
melompat, memutari bahu kiri Sphinx, terjatuh ber-
gulingan di pasir, hingga lututnya terbentur, kesakitan.
Dan dengan galak ia berteriak memerintah, "Gigit
dia menjadi dua, Sphinx! Gigit dia menjadi dua! Aku
menganggapnya sebagai persembahan kucing suci."
Caesar, yang t e l a h m e l u n c u r t u r u n dari
landasan, memegang pundak Cleopatra, tapi Cleopa-
tra berusaha menyembunyikan kepala di k e d u a
tangannya, menunduk ketakutan.
"Cleopatra, haruskah aku mengajarkan kepada-
mu satu cara untuk mencegah Caesar agar tidak me-
makanmu?" tanya Caesar lembut, suaranya meman-
carkan kasih sayang s e o r a n g ayah yang ingin
melindungi anaknya. 34 G. Bernard Shaw Segera Cleopatra merangkul Caesar dengan
roman muka mengemis. "Oh lakukan, lakukan,
lakukan. Aku akan mencuri perhiasan Ftatateeta dan
memberikan semuanya kepadamu. Aku akan mem-
buat sungai Nil mengairi tanahmu dua kali setahun,"
pinta gadis itu. "Tenang! Tenang, Anakku! Tuhanmu takut
dengan orang Romawi, kamu lihat Sphinx tidak berani
menggigitku, tidak menjauhkanmu dari Julius Cae-


Caesar And Cleopatra Karya G. Bernard Shaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sar," ujar Caesar. "Kamu tidak akan, tidak akan. Kamu berkata
tidak akan memakanku, kan?"
" C a e s a r tidak p e r n a h m e m a k a n seorang
wanita," sahut si raja Romawi, sambil mengelus-ngelus
rambut bergelombang Cleopatra.
Cleopatra melepas rangkulannya dan bertanya
lagi dalam perasaan yang masih takut, "Apa"!"
"Tapi dia memakan gadis-gadis dan kucing,"
jawab Caesar dengan tekanan suara yang tegas. "Seka-
rang kamu adalah seorang gadis kecil yang bodoh dan
kamu adalah keturunan dari kucing hitam. Kamu
seorang gadis dan juga seekor kucing."
Cleopatra menjauh dua langkah, sekujur tubuh-
nya gemetaran. "Dan kamu akan memakanku?"
"Ya, kecuali kamu membuatku percaya bahwa
kamu seorang wanita," jawab Caesar.
"Oh, kamu pasti telah mendapatkan seorang
tukang sihir untuk menjadikan aku seorang wanita.
Apakah kamu seorang tukang sihir?"
"Mungkin. Tapi itu akan memakan waktu yang
Cleopatra 35 lama, dan ini sudah terlalu larut malam, kamu harus
bertatap muka, berhadapan dengan Caesar di istana
ayahmu." "Tidak, aku tidak berani!"
"Bagaimanapun ketakutan dalam jiwamu,
kamu harus menghadapinya sebagai seorang wanita
pemberani dan seorang ratu yang agung. Kamu tidak
boleh merasa takut ketika berjabatan tangan dan
jangan sampai suaramu bergetar. Tapi jika dia merasa
kamu telah mentaati perintahnya, dia akan mendu-
dukkan kamu di singgasana sebagai pendampingnya,
dan membuatmu menjadi penguasa tunggal Mesir."
Dengan nada putus asa Cleopatra berkata,
"Tidak! Dia akan memakan, dan menghancurkan
hidupku." "Dia mudah dipengaruhi oleh wanita. Mata
wanita membuatnya silau. Dia melihat tidak untuk
m e n d e k a t i m e r e k a , tapi dia b e r h a r a p w a n i t a
mendekatinya," ujar Caesar lirih, seperti membujuk.
Cleopatra menatap tajam mata Caesar. "Dan
kita akan menipunya. Aku akan mengambil gaun
Ftatateeta, hingga dia menyangka bahwa aku benar-
benar wanita tua," katanya penuh harap, ia pun mulai
merasa tenang. "Jika kamu melakukannya dia akan memakan-
mu sekali telan," ancam Caesar, sambil menahan geli.
"Gadis ini cerdik, tapi lucu," ujarnya dalam hati.
"Tapi aku akan memberinya kue yang sudah di
mantrai dengan batu opal dan tujuh lembar rambut
kucing putih di panggang di atasnya..."
36 G. Bernard Shaw "Ah.. Kamu sedikit bodoh," potong Caesar
kesal. "Dia akan memakan kue dan juga dirimu,"
lanjutnya. Mendadak, terdengar gaung Bucina, terompet
perang pasukan Romawi, begitu keras dan menggema
ke seluruh gurun, terasa memberondong jantung gadis
itu. la pun langsung lari sambil merampas tangan Cae-
sar, seluruh isi pikirannya berguncang, perasaannya
disergap ketakutan yang mengerikan, seperti melawan
maut. "Ayolah! Tolong aku! Aku akan melakukan
apapun yang kamu inginkan. Aku akan menurut. Aku
akan menjadi budakmu," pintanya dengan bibir
memelas, terucap sendu. Terdengar lagi suara suram Bucina, di seberang
gurun, yang semakin mendekat.
"Bunyi apakah itu?" tanya Cleopatra geme-
taran, sekujur tubuhnya basah oleh keringat dingin.
"Suara Caesar!"
"Ayo kita lari. Mereka datang. Oh, mereka
datang," teriak Cleopatra sambil menarik tangan Cae-
sar. "Kamu aman bersamaku sampai kamu berdiri
di singgasanamu untuk menyambut kaisar Romawi.
Sekarang temanilah aku di sini."
"Benarkah?" tanya Cleopatra kegirangan. "Aku
senang mendengarnya!"
Terompet perang Romawi terdengar lebih
menggema lagi. "Oh mereka datang, mereka datang,
mereka datang! Para dewa marah. Tidakkah kamu
merasakan bumi ini bergoncang?" teriaknya.
Cleopatra 37 "Itu adalah tanda-tanda prajurit kaisar," ujar
Caesar. Cleopatra menariknya lagi, kali ini lebih keras
dan langsung berlari menuju sebuah tempat. "Lewat
sini, cepat. Ayo kita mencari kucing suci sepanjang
jalan ini, dia akan menyelamatkan kita dari orang
Romawi." Seperti tidak berkutik, Caesar hanya bisa me-
nuruti langkah cepat gadis tersebut. Sementara suara
terompet terdengar lebih keras lagi. Sinar bulan se-
makin terang, cakrawala menggambarkan latar be-
lakang langit yang bertaburan bintang, membuat
sebuah bayangan, siluet indah dari Sphinx. Mereka
memasuki sebuah lorong gelap, sampai tampak dari
jauh obor jatuh dari pilar besar kerajaan Mesir yang
menyangga koridor utama. Dan pada akhir koridor
muncul seorang budak membawa obor, Caesar masih
dibimbing Cleopatra, mengikutinya. Sejurus kemu-
dian Caesar menebarkan pandangan, berkeliling
mengamati rancangan unik bangunan, dan bayangan
pilar, saat melewati obor. Hatinya terkagum-kagum
melihat patung laki-laki dengan sayap dan berkepala
rajawali, yang dihiasi mata kucing hitam, seperti
mengintai untuk menghadang serangan mendadak.
Tidak berapa lama, mereka sudah sampai di ujung
lorong besar tersebut. Sebuah singgasana tampak
begitu megah. Di setiap sisinya berdiri pilar kokoh
dengan obor yang menerangi sekujur ruangan. Pintu
kusut di belakangnya, terlihat samar-samar.
Masih diliputi kekaguman yang menjalar ke
38 G. Bernard Shaw seluruh urat saraf, Caesar pun bertanya, "Tempat
apakah ini?" "Ini adalah singgasana, tempat di mana aku
a k a n duduk saat diizinkan memakai jubah dan
m a h k o t a k u , " jawab Cleopatra dengan bangga.
Jiwanya melayang, membayangkan saat yang paling
indah dalam sejarah Mesir. Semua orang patuh di
bawah titahnya yang lembut, cepat, dan bergerak. Ber-
puluh-puluh pembantu melaksanakan perintahnya,
sambil berseru, "Hidup Ratu!"
Seorang budak mengangkat obornya untuk
memperlihatkan singgasana megah tersebut. Kha-
yalannya terus melambung, menerawang ke kawasan
yang paling dramatik, suatu ambisi yang harus dibayar
dengan kematian tragis. Tiba-tiba khayalannya buyar oleh suara Caesar
yang tegas. "Perintahkan budakmu untuk menyalakan
lampu," ujar Caesar.
"Apakah menurutmu aku boleh memerintah-
nya?" tanya Cleopatra gugup, menyimpan keraguan.
Dalam pikirannya, ia belum dapat melakukan printah,
terhadap budak sekalipun.
"Tentu saja. Kamu seorang ratu. Lakukanlah!"
Meski masih diliputi keraguan Cleopatra
memerintah sang budak, "Nyalakan semua lampu!"
Belum semua obor dinyalakan, tiba-tiba pintu
di belakang singgasana berderak keras. Ternyata
Ftatateeta muncul begitu cepat dan langsung ber-
teriak sangat lantang, "Hentikan!" Budak itu pun
menghentikan tugasnya. Ftatateeta melihat Cleopatra
Cleopatra 39 dengan tajam, matanya merah padam, siap menerkam
sang gadis dengan kata-kata kejamnya. Seketika
seluruh tubuh Cleopatra menjadi gemetar seperti
seorang anak nakal yang dimarahi orang tuanya.
"Ada apa ini" Betapa beraninya kamu memberi
perintah untuk menyalakan lampu tanpa meminta izin
padaku?" tanya Ftatateeta geram. Suaranya tajam
langsung menikam jantung Cleopatra. Dan gadis ini
pun hanya dapat membisu penuh ketakutan, seperti
menghadapi vonis mati. Caesar mendekati Cleopatra dan bertanya di
dekat telinganya, "Siapakah dia?"
"Ftatateeta!" Dengan sombong, Ftatateeta menyambungnya,
"Kepala pelayan!"
"Aku berbicara kepada ratu. Diamlah!" potong
Caesar sambil melihat Cleopatra. "Apakah pelayanmu
tahu bagaimana kedudukannya" Usir dia!" ujar Cae-
sar kesal. "Dan kamu," lanjut Caesar sambil menatap
tajam si budak, "Kerjakan apa yang diperintahkan
ratu!" Budak itu pun kembali menyalakan lampu,
sementara Cleopatra masih berdiri ragu-ragu, takut
kepada Ftatateeta. "Kamu seorang ratu, usirlah dia!"
Dengan nada membujuk, Cleopatra meminta
Ftatateeta pergi. "Kamu tidak menyuruhnya pergi, tapi memo-
hon. Kamu bukan seorang ratu. Kamu akan dimakan.
Selamat tinggal!" habis berkata Caesar langsung
40 G. Bernard Shaw berbalik hendak pergi. "Jangan, jangan. jangan. Jangan tinggalkan
aku!" pinta Cleopatra sambil menarik tangannya.
"Orang Romawi tidak akan bersama seorang
ratu yang takut pada budaknya."
"Aku tidak takut. Sungguh aku tidak takut.*'
Ftatateeta menyahut berani, seperti memberi
ancaman. "Kita akan lihat siapa yang takut di sini.
Cleopatra!" Tak tahan melihat kesombongan kepala pelayan
tersebut Caesar jadi jengkel juga. Dengan mata yang
melotot tajam ia memerintah. "Berlutut, Kamu!
Apakah aku juga seorang anak kecil yang berani kamu
sepelekan?" katanya sambil menunjuk lantai di bawah
kaki Cleopatra. F t a t a t e e t a jadi setengah takut, setengah
menantang, ragu-ragu. Caesar memanggil budak pen-
jaga, "Budak, bisakah kamu memenggal kepalanya?"
Penjaga itu mengangguk dan menyeringai seke-
tika, memperlihatkan semua giginya. Kaisar mencabut
pedang dari sarungnya, siap untuk diberikan kepada
penjaga, dan berbalik kepada Ftatateeta, mem-
peringatkannya, "Apakah kamu telah sadar, siapakah
dirimu, Nyonya?" Seluruh k e t a k u t a n m e n g h i m p u n di jiwa
F t a t a t e e t a , seolah maut telah datang dan akan
merampas nyawanya. Ia langsung menubruk, tiba-tiba
berlutut dan bersimpuh di kaki Cleopatra. Gadis ini
bingung, tidak percaya dengan apa yang dilihatnya
kini. Seorang pelayan yang selalu mengatur dan
Cleopatra 41 mengendalikannya, kini bersimpuh memohon ampun
agar diselamatkan dari ancaman Caesar.
"Oh Ratu, aku tidak lupa sebagai pelayanmu
pada had keagunganmu," kata Ftatateeta dengan
suara parau, memohon ampunan.
D e n g a n riang bercampur geli, C l e o p a t r a
menyuruh pelayan itu pergi. "Pergi, pergilah, pergilah
jauh!" Ftatateeta bangkit dengan kepala membung-
kuk, dan bergerak ke belakang, melangkah ke pintu.
Cleopatra melihat pemandangan itu dengan senang,
hampir bertepuk tangan, dengan agak gemetar. Tiba-
tiba dia menangis. "Berikan kepadaku sesuatu untuk
memukulnya." Dia menarik kulit ular dari singgasana
dan melemparkan kepada Ftatateeta, memutarnya di
udara. Kaisar melompat dan berusaha menangkapnya
dan memegangnya sampai Ftatateeta menghilang.
"Kamu ingin mencakarnya seperti kucing,
begitu?" tanya Caesar.
Cleopatra melepaskan diri dari tangan Caesar,
"Aku akan memukul seseorang. Aku akan memu-
kulnya," teriaknya meronta-ronta dan menyerang
para budak yang mulai takut. Budak-budak itu pun
lari menyelamatkan diri ke arah koridor dan hilang.
Cleopatra melempar kulit ular tadi, melompat ke
singgasana dengan pundak yang terguncang, menangis
karena kegirangan yang sama sekali tidak terduga.
"Aku menjadi ratu pada akhirnya, ini kenyataan, ratu
yang sebenarnya! Cleopatra sang ratu!"
Melihat tingkah si gadis Cleopatra, Sang Kaisar
Romawi menggeleng-gelengkan kepala. Perubahan
42 G. Bernard Shaw seperti itu menjawab suatu pertanyaan panjang, dari
sudut pandang kesejahteraan rakyat Mesir. Cleopatra
menoleh dan melihat Caesar dengan gembira. Kemu-


Caesar And Cleopatra Karya G. Bernard Shaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dian melompat turun dari tangga, berlari kepadanya,
melingkarkan lengan di lehernya, terpesona, lalu
menangis bahagia. "Aku mencintaimu karena telah
menjadikanku seorang ratu."
"Tapi ratu hanya mencintai seorang raja," balas
Caesar. "Aku akan membuat semua orang yang aku
cintai menjadi raja. Aku akan menjadikan kamu se-
orang raja. Aku akan mempunyai beberapa raja muda,
yang tegap, lengan yang kuat. Dan jika aku bosan
padanya aku akan menyihirnya agar mati. Tapi kamu
harus selalu menjadi rajaku, raja tuaku yang gagah,
baik hati, bijaksana dan baik."
"Oh, Pujaanku, pujaanku! Anak dambaan
hatiku! Kamu akan menjadi penakluk hati kaisar
Romawi yang paling berbahaya," kata Caesar.
Tiba-tiba Cleopatra merasa terkejut, lalu kata-
nya dengan suara terbata-bata, "Caesar! Aku melu-
pakan Caesar." Seketika ia diliputi rasa takut. "Kamu
akan mengatakan kepadanya bahwa aku ratu, bukan-
kah begitu" Ratu yang sesungguhya. Dengar! Ayo kita
pergi dan bersembunyi sampai Caesar pergi," bujuk-
nya pada pria tua yang telah menolongnya itu.
Tapi Caesar enggan dan menarik tangannya lalu
menatap mata Cleoptara dengan tajam, "Jika kamu
takut pada kaisar Romawi, kamu bukan ratu yang
sebenarnya, meskipun kamu telah bersembunyi di
Cleopatra 43 bawah piramida, dia akan langsung datang kepadamu
dan mengangkatmu dengan satu tangan, kemudian
memakanmu," ujar Caesar kesal sambil menunjukan
giginya yang seolah siap menerkam.
Cleopatra pun gemetaran. Tak kuasa lagi. "Oh
!" jeritnya putus asa.
"Jangan takut, tunjukan keberanianmu pada
Caesar!" Terompet Bucina terdengar lagi, makin dekat
dan membuat Cleopatra menggigil ketakutan. Cae-
sar senang melihatnya, dan berseru, "Aha! Kaisar
mendekati singgasana Cleopatra. Cepatlah duduk di
situ!" Caesar langsung menarik tangan Cleopatra dan
membimbingnya berjalan ke singgasana. Cleopatra
putus asa, tak dapat bicara sepatah kata pun. "Hei, di
mana F t a t a t e e t a . Bagaimana kamu memanggil
pelayanmu?" tanya Caesar.
"Bertepuk tanganlah!"
Cleopatra mulai agak tenang, dan dengan riang
dia membenamkan diri di kursi singgasana, sambil
mengguncangnya, seperti sedang bermain-main.
Dalam hatinya ia berkata, kalaupun Caesar datang,
ada pria tua ini yang akan menghadapinya. Ya, dia
benar, saya harus berani menghadapinya.
Julius Caesar pun bertepuk tangan, dan sejurus
kemudian Ftatateeta muncul, masih diliputi rasa
takut. "Ambil jubah sang ratu, juga mahkota dan tanda
kedewasaannya. Terus dandani dia!" perintah Cae-
sar. 44 G. Bernard Shaw Cleopatra berseru kegirangan, begitu semangat
dan berusaha menenangkan diri "Ya, mahkota, Ftata-
teeta, aku harus memakai mahkota," tandasnya cepat.
"Untuk siapa ratu harus memakai mahkota,
lambang kebesaran negara?" tanya Ftatateeta seperti
menggugat. " U n t u k penduduk Romawi. Raja diraja di
seluruh alam ini, Fttateeta," jawab Caesar.
Cleopatra menatap Ftatateeta galak, "Apa pe-
dulimu menanyakan hal itu" Pergi dan lakukan seperti
apa yang dia perintahkan!" Ftatateeta pun pergi
dengan senyum yang kecut. Cleopatra mendatangi
Julius Caesar dengan tidak sabar. 'Apakah dia akan
tahu bahwa aku seorang ratu saat dia melihat jubah
dan mahkotaku?" tanyanya polos.
"Tidak. Bagaimana dia akan tahu bahwa kamu
bukan budak, jika kamu tidak berdandan layaknya
seorang ratu?" "Kamu harus memberitahukan padanya!"
"Dia tidak akan bertanya kepadaku. Dia akan
tahu sendiri, siapa Cleopatra dengan keagungan,
kegagahan, kemuliaan, dan kecantikannya."
Cleopatra terlihat sangat bingung, 'Apakah
kamu takut?" Seketika pikirannya terguncang, merasa
ngeri dan dengan suara menyedihkan ia berseru,
"Tidak..aku..aku..oh tidak." Ia menggeleng-gelengkan
kepala, tak percaya pada apa yang terjadi kini, apakah
pria ini Julius Caesar", tanyanya dalam hati. Sejurus
kemudian, badannya terasa lemas, seperti melayang
ke alam hampa, membuatnya tak bertenaga dan
Cleopatra 45 kegembiraannya pun sirna.
Ftatateeta muncul disertai tiga pelayan, mem-
bawa perlengkapan kerajaan. "Semua adalah pelayan
ratu, hanya tiga yang tertinggal. Sedang lainnya sudah
melarikan diri." Dia pun mulai mendandani Cleo-
patra, yang tertekan, pucat, dan tak ada harapan.
"Bagus. Bagus. Tiga sudah cukup. Kaisar saja,
setiap hari harus memakai pakaiannya sendiri," ujar
Caesar. Ftatateeta menyahut penuh yakin, "Tapi ratu
Mesir bukan seperti orang Romawi yang kasar."
Kemudian ia berkata pada Cleopatra, "Beranilah,
wahai anak asuhku. Tunjukan kebesaranmu di depan
orang asing ini!" Julius Caesar mendekati Cleopatra, meman-
dangnya penuh kagum dan menaruh mahkota di ke-
palanya. "Apakah engkau kelihatan manis atau lebih
jelek sebagai seorang ratu, Cleopatra?" tanyanya
lembut. "Lebih jelek!" jawab Cleopatra. Raut mukanya
kelihatan sinis, mencoba untuk berani.
"Buanglah rasa takutmu, dan kamu akan mela-
wan kaisar. Tota, apakah orang Romawi sudah
dekat?" "Mereka sudah dekat, para penjaga melarikan
diri," jawab Ftatateeta.
Tiga pelayan kerajaan pun mulai merasa cemas.
Kematian membayang di wajah mereka. "Celakalah
kita!" Tiba-tiba terdengar langkah keras, berlarian.
Penjaga lari menuruni tangga ruangan dan berteriak
46 G. Bernard Shaw ketakutan, "Tentara Romawi ada di halaman istana."
Mereka langsung lari ke pintu belakang singgasana,
diikuti para pelayan yang merasa ngeri dan ketakutan.
Muka Ftatateeta mengisyaratkan kekejaman yang
menyerah, dia tidak bergerak, sambil menahan napas
k e m a r a h a n . Cleopatra terlihat tidak bisa mene-
nangkan diri, "Oh aku akan mati," jeritnya dalam hati..
Caesar memegang bahunya dan melihat dengan tegas,
memberi isyarat. Cleopatra berdiri seperti orang yang
menghadapi hukuman gantung.
"Ratu harus bertemu dengan kaisar sendirian,"
ujar Caesar. "Sekarang katakan, aku akan meng-
hadapinya!" Dengan wajah pucat pasi, Cleopatra berkata,
"Aku akan menghadapinya."
"Bagus!" puji Caesar, lalu melepaskan tangan-
nya dari bahu sang ratu Mesir.
Derap langkah orang bersenjata terdengar.
Ketakutan Cleopatra berlipat ganda. Sumber suara
Bucina sudah di depan mata, diikuti dengan tiupan
terompet yang mencekam. Ini terlalu mengerikan bagi
Cleopatra: dia menangis tanpa suara lalu melesat ke
arah pintu, tapi Ftatateeta menghentikannya cepat-
cepat. Ftatateeta berusaha menenangkan Cleopatra.
"Kamu adalah anak asuhku. Kamu telah mengatakan,
aku akan menghadapinya. Dan bila kamu mati karena
hal ini, kamu pasti meninggalkan nama baik sang
ratu." Habis berkata, Ftatateeta membawa Cleopatra
kepada Julius Caesar, disambut kembali Caesar, dan
Cleopatra 47 menuntunnya ke singgasana.
"Sekarang, jangan takut, Gadisku!," ujar Cae-
sar sambil duduk di kursi singgasana.
Cleopatra cuma berdiri di kaki singgasana, me-
matung, tanpa semangat, menunggu kematian. Lang-
kah prajurit Romawi semakin keras, melewati koridor,
dengan tutup kepala berlambang burung elang. Pe-
niup Bucina melangkah tegap dengan alat musik yang
Manusia Harimau Marah 1 Pendekar Mabuk 027 Keris Setan Kobra Pendekar Wanita Baju Merah 1
^