Pencarian

Hati Yang Terberkahi 10

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara Bagian 10


penting sekarang letakkan terlebih dahulu semua peralatan ini."
"Methamphetamine?" tanyaku tidak percaya, "Obat terlarang itu?"
Mata merahnya menatap padaku dan terlihat tanda-tanda pecandu berat disekitar
wajahnya, "Apa lagi!" katanya.
Aku salah memasuki tempat. Jelas terlihat tempat ini jauh dari 3rd, ini mungkin
saja kelompok alinergi penjahat, mafia atau pengedar dan pembuat obat bius.
Sialan, mengapa aku tidak berpikir sampai sana. Dia bahkan memiliki senjata api.
"Baiklah semua ini akan kuhancurkan," kataku. Aku memang bukan seorang baik tapi
jika memiliki kesempatan, kupikir aku akan menghancurkan benda ini sebelum mencelakai
orang. "Tunggu... tunggu..tunggu..." katanya ketakutan, "Aku bisa membantumu menemukannya
kalau dia sungguh alinergi bukan BtP."
"Oh ya?" "Dua hari lagi akan ada pertemuan para alinergi, aku mendapatkan undangannya.
Pastinya kamu bisa bertemu banyak alinergi di sana," katanya sungguh-sungguh.
~ 392 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Pertemuan para alinergi, itu akan memudahkan tugasku.
"Bagus, serahkan undangannya sekarang dan akan aku akan pergi tanpa
menghancurkan apa pun juga." "Sekarang?" tanyanya.
"Apa kamu mau menunggu sampai aku menghancurkan ini semuanya terlebih dahulu?"
Dia langsung berbalik dan mengumpat, "Aku akan mengambilnya, toh aku juga tidak
mau ke tempat itu." Aku melihatnya menuruni sebuah tangga menuju ke lantai bawah.
Kupikir dia tidak akan berani macam-macam, karena obatnya sedang kusandera dan jika ada hal
gila apa pun yang berani ia lakukan aku tinggal terbang ke atas. Mataku menatap senjata
api di tanganku, benda keras dingin dan berukiran bunga berwarna emas, oh betapa aku
menyukainya. Mungkin tidak ada salahnya jika aku mengambilnya dari seorang
pecandu dan penjahat kota. Pastinya senjata ini lebih berbahaya di tangannya daripada di
tanganku, aku menutup kembali pin pengaman senjata apinya dan memasukkannya ke dalam sakuku.
Mungkin saja aku akan membutuhkannya kelak.
Pembuat obat bius itu kembali ke atas dan memberikan sebuah kartu undangan
pernikahan berwarna merah. "Apa-apaan ini?" tanyaku, "Aku tidak mau ke tempat
pernikahanmu!" "Itu undangan khusus yang hanya bisa di baca para alinergi, orang biasa hanya
akan melihatnya sebagai undangan pernikahan biasa."
"Apa pun itu," kataku sambil menyimpan kartu undangan tersebut, "Jika kamu
ketahuan menipuku, aku akan kembali ke sini dan menghancurkan tempat ini." Aku membiarkan
semua gelas-gelas itu kembali pada posisinya dan langsung terbang menuju lantai
atas yang diikuti umpatannya. Aku sedang tebang satu meter dari atas lantai dan melaju ke atas tangga saat ...
"Brukk....." aku tidak tahu apa yang terjadi, sepertinya sebuah pukulan bersarang di pipiku
yang membuat pandanganku menjadi gelap seketika. Tubuhku terlontar jatuh kembali ke lantai
bawah. Aku mengerang kesakitan merasakan pipiku berdenyut keras dan punggungku yang sakit
karena terjatuh membentur anak tangga, "Apa itu?" Sebelum aku dapat berkata-kata lagi
aku merasakan sebuah tendangan pada perutku.
"Huukk..." Rasanya sangat sakit. Aku tidak melihat apa pun juga tapi aku dapat merasa
seseorang sedang memukuliku dan menendangku, dengan cepat aku terbang menjauhi tempatku berada.
Tubuhku langsung terbang melewati laboratorium tadi dan menuju ke tangga
mengarah ke ~ 393 ~ - B L E S S E D H E A R T -
lantai bawah di mana aku tadinya melihat pembuat meth itu turun. Jika jalan ke
atas tertutup untukku, seharusnya ada lift atau tangga menuju ke arah bawah. Tidak mungkin
mereka semuanya terbang ke atas. Sampai pada ujung bawah tangga, sebelum aku dapat
melihat ke arah kiri dan kanan, sebuah tangan langsung muncul dan mencengkeram
pergelanganku, keras sekali hingga kupikir tulang tanganku akan remuk. Ia menarikku dan
melontarkan tubuhku ke dinding sebuah ruangan yang membuat punggungku menghajar keras
dinding dan membuat tulang serta paru-paruku seolah-olah meledak. Aku terjatuh dan menatap
seorang pria memakai jaket kulit berwarna hitam sedang menatapku. Ia segera melayangkan
sebuah tendangan pada wajahku yang dengan cepat aku berhasil mengelak. Kakinya segera
menghantam dinding dan sekaligus menjebol dinding tersebut membuat batu dan
pasir berserakan, mataku melotot menatap ke arah kakinya yang amblas ke dinding, jika
tendangan itu mengenai wajahku tentu kepalaku akan hancur berantakan.
Dia seorang alinergi juga. Alinergi perkasa.
Rasa panik dan ingin melarikan diriku meningkat berlipat-lipat. Aku segera
mengerahkan kekuatan terbangku untuk terbang ke atas dan kabur secepat mungkin, aku tidak
mau mati konyol di sini. Kembali tangannya bergerak dan berhasil menangkap pergelangan
tanganku, menarik dan melontarkan tubuhku sekali lagi untuk menabrak serta menghancurkan
pintu sebuah ruangan. Tubuhku terasa sakit sekali saat menabrak pintu kayu dan
kepalaku sudah berkunang-kunang, tangannya kembali menarik pergelanganku keras sekali untuk
diangkat dan dihajarkan ke dinding ruangan. Aku mulai merasa seperti layang-layang yang
berputar- putar di tangannya. Terpaksa aku segera melakukan dominan padanya. Energiku
menyusup masuk pada dirinya untuk menghilangkan kekuatan alinerginya dan sekaligus
membawa tubuh kami berdua melayang, hanya untuk menghindari dia terus menerus
menerjangkan tubuhku pada dinding lagi. Namun perkiraanku salah, kedua tangannya masih bebas
bergerak dan dia langsung menarik sebelah tanganku untuk mendekat dan dengan tangan
lainnya memukuli wajahku bertubi-tubi. Aku mencoba bertahan dengan tanganku yang lain
tapi tetap saja aku merasa pusing setelah dipukul beberapa kali. Kupikir bibirku atau
dahiku mulai berdarah karena wajahku kesakitan dan aku melihat percikan merah membasahi
tangannya. Posisiku benar-benar sedang terjepit dan sebelah tanganku berusaha menahan
pukulan demi pukulan tanpa daya. Jika aku tidak melepas kekuatan terbangku aku bisa terus
dipukuli dan jika aku melepaskannya ia akan menjadi monster perkasa yang cukup dengan satu
pukulan akan menghabisiku langsung. Tangannya yang bebas berhenti memukulku dan
menangkap tanganku yang juga bebas, segera mencengkeramnya serta menarik tubuhku mendekat
untuk menghantamkan dahinya pada dahiku.
"Akhh!!!!" teriakku terasa seisi otakku bergetar keras. Kekuatan terbangku
langsung lenyap, kaki-kaki kami menyentuh lantai dan dia langsung tersenyum, aku dapat merasakan
~ 394 ~ - B L E S S E D H E A R T -
tangannya yang mencengkeramku semakin keras hampir meremukan tanganku, kekuatan
alinerginya kembali. Ia menggerakkan kepalanya ke belakang mengambil ancang-
ancang hendak menubrukkan lagi dahinya pada kepalaku.
Aku akan mati. Kepalanya datang dan menghajar kepalaku dengan telak. "BRUK!!!!" Kali ini aku
merasa ... kuat. Kepalaku hanya merasakan sedikit sakit dan aku tersenyum menatapnya yang
kebingungan. Aku menarik kepalaku ke belakang dan kali ini akulah yang
memanfaatkan kesempatan di saat ia masih bingung untuk menubruk hidungnya dengan dahiku, aku
sengaja memilih posisi lemahnya. Dalam sekejap dia terbalik mundur dan melepas kedua
belah tanganku. Dari belakang tubuhnya terlihat beberapa orang yang sedari tadi sudah
mengarahkan senjatanya padaku namun tidak menembak karena kami saling bergelut.
Kini setelah aku sendirian, mereka mulai menembakiku. Aku segera melompat ke dalam
sebuah ruangan yang pintu kayunya sudah hancur. Di dalam ruang terlihat obat terlarang
dan uang yang berserakan di atas meja kaca, aku langsung menyelinap di balik sofa sambil
ditembaki. *** Kini pria itu datang mendekat sambil memegang kaki meja yang terbuat dari besi.
Hidungku mengalirkan darah dan kepalaku terasa pusing. Peluru demi peluru sudah berhenti
menerjang karena pria itu berada tepat di depanku. Aku tersenyum mencoba bersusah payah
berdiri membelakangi kaca jendela dan pria itu melihatku sambil tersenyum mengerikan
dengan hidungnya yang juga mengeluarkan darah. Aku menatapnya dan meludahi wajahnya.
"Bajingan," seketika dia berteriak marah dan mengamuk mengayunkan kaki meja dari
besi ke arahku. Dengan cepat aku melayang terbang ke atas menghindar terjangan kaki meja
yang segera menabrak kaca di belakangku, langsung menghancurkannya.
"Bodoh," teriakku padanya dan melesat terbang keluar melalui jendela yang pecah.
Mengeluarkan senjata api desert eagle dari belakang pinggangku, membuka pin
pengaman dan mengarahkannya pada pria kuat itu.
"Selamat tinggal," kataku tersenyum menatapnya erat-erat dan menembak tepat ke
arah dahinya namun pria perkasa itu berhasil menggerakkan telapak tangannya untuk
melindungi dahinya yang juga menangkap terjangan peluru dariku dengan tangannya, sambil
menatapku penuh kebencian. Dasar alinergi!! Peluru kembali berhamburan keluar dari ruang menuju ke arahku dan terpaksa aku
segera terbang menjauhi gedung itu menuju ke atas gedung lain untuk bersembunyi. Aku
juga tidak ~ 395 ~ - B L E S S E D H E A R T -
boleh terbang terlalu lama atau akan terlihat banyak orang. Kedua kakiku segera
mendarat di atas sebuah gedung lain, dengan kesusahan aku memasukkan kembali senjata apiku
dan berjalan menuju ke pintu di atas gedung ini. Tidak lagi merasa segan, aku
langsung menggunakan kekuatanku untuk menghancurkan pintunya beserta seluruh pegangannya.
Dengan bersusah payah aku menuruni tangga dan mencari sebuah kamar mandi di
lantai itu, tidak perduli pada orang-orang yang sedang melihatku terkejut atau berteriak
kecil karena tubuhku yang berlumuran darah. Tiba di dalam kamar mandi, seorang berpakaian
kantoran melihatku dan buru-buru keluar, aku melihat pada cermin dan mendapati wajahku
membengkak akibat banyaknya pukulan yang kuterima, pelipis mataku robek, bibirku
pecah dan wajah serta bajuku penuh darah. Aku mencoba mencucinya namun tetap saja
wajahku terlihat bengkak dengan luka membuka. Kedua tanganku gemetaran dan saat kulihat
kedua pergelangan tanganku terlihat jejak warna membiru yang sangat jelas.
Sialan. Aku tidak akan bisa kerja dalam keadaan seperti ini. Dengan cepat aku menuruni
gedung ini, tidak lagi memperdulikan bagaimana beberapa orang melirik wajahku serta
pakaianku yang basah dan berlumuran darah, sambil mencoba pura-pura tidak melihat. Dua orang
wanita berpakaian kerja bahkan langsung menghindar saat melihatku dan beberapa orang
tidak jadi menaiki lift yang sama denganku. Aku berhasil keluar dari gedung ini dan segera
menaiki taksi yang menunggu di depannya, meski aku tidak terlalu suka akan hal ini,
karena biaya taksi pasti sangat besar untuk tiba di Graceland. Akan tetapi ini pilihan yang
jauh lebih baik daripada mendapati diriku menunggu bus di halte dan ditembaki oleh beberapa
kriminal itu. Setelah memberikan alamatku pada supir, aku duduk menarik nafas dalam-dalam.
Taksi pun melaju dan tepat saat melewati gedung tempat pembuatan meth, aku
melihat beberapa orang yang tadinya menembakiku sedang berpencar di luar gedung,
kelihatannya sedang mencariku. Aku segera menunduk di dalam taksi dan baru dapat bernafas
lega setelah kendaraan ini keluar dari wilayah tersebut.
Dengan wajahku yang membengkak dan tulang-tulangku yang mungkin saja patah,
mengingat saat ini rusukku terasa begitu sakit akibat ditendang alinergi tak
terlihat juga punggungku yang dihajar ke dinding berkali-kali. Mungkin aku akan libur


Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seminggu. Pastinya, aku tidak akan dapat masuk kerja hari ini.
Aku mengeluarkan telepon genggamku dan menelepon Master.
"Kafe Eve di sini," suara Susan menjawab.
"Susan, ini Jaime apakah Master ada?" suaraku terdengar sedikit gemetar.
~ 396 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Jaime?" kata suara di seberang, "Master sedang berada di kota, untuk
mengunjungi dokter."
Aku lupa setiap beberapa bulan sekali Master memiliki janji temu dengan dokter
giginya atau dokter lainnya untuk check up kesehatan. Untuk saat seperti itu aku tidak akan
bisa mengambil cuti. Master sudah mengingatkanku jauh hari.
Sialan!!! Waktu yang sangat tidak tepat. Bagaimana aku dapat bekerja dengan wajah babak
belur begini. Apa yang harus kulakukan"
"Jaime." "Iya." "Seorang anggota BtP menitipkan sebungkus kado untukmu, katanya cd game."
"Michelle?" tanyaku karena hanya dialah yang kukenal sebagai anggota BtP dan
memiliki kemungkinan mengirimiku kado.
"Bukan, kalau tidak salah namanya Angelina."
"Angelina?" kataku mengingat.
Si penyembuh" Teringat ia mengobati luka bekas terkena pecahan kaca kemarin dan aku juga masih
mengingat betapa luka yang mengalir kemarin dengan cepat disembuhkan olehnya.
Aku membutuhkan bantuannya.
"Susan, apakah dia meninggalkan pesan atau nomor yang dapat dihubungi di dalam
bungkusan kadonya?" "Sebentar aku lihat, hm ......" terdengar suara kantongan kertas dibuka, "Sayangnya
ia tidak meninggalkan pesan apa pun sejenis itu."
Aku mendesah pasrah, aku tidak memiliki nomornya dan begitu juga tidak dapat
menghubunginya. "Yah, terima kasih Susan," kataku hendak menutup pembicaraan.
Tidak ada yang dapat kulakukan lagi.
"Sebentar, Jaime."
"Ya?" tanyaku. "Apa kamu mau menyampaikan pesan padanya?"
~ 397 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Siapa?" "Angelinamu" Alisku mengerut, "Bagaimana caranya?"
"Dia sedang makan siang di sini," jawab Susan.
*** Angelina, Gris dan Nadia sedang menikmati makan siang mereka saat Susan
menitipkan secarik memo padanya, "Dari Jaime," bisik Susan. Angelina mengambil kertas itu
dan menggangguk. "Dari siapa?" tanya Gris.
"Jaime," kata Angelina tersenyum dan menekan sesuatu pada telepon genggamnya
setelah membaca memo yang ada. *** "Trittt...triittt..."
Aku membuka telepon genggamku dan mendapat pesan teks dari nomor yang tidak
kukenal dan isi teksnya, "Aku masih akan berada di sini dalam 20 menit ke depan. Aku
akan menunggumu." Dan aku segera membalas, "Terima Kasih."
20 menit kemudian aku membayar taksi dan menyuruhnya untuk memasuki tempat
parkir Kafe Eve yang paling mendekati pintu dapur belakang di mana tidak banyak
terlihat oleh orang. Tanpa masalah aku memasuki dapur belakang dan melihat Madame sedang
memasak. "Madame..." sapaku lembut tidak mau mengejutkannya, tapi tetap saja saat ia
menolehkan muka melihatku ia berteriak.
"Apa yang terjadi padamu!!!" Madame terlihat cemas.
"Panjang ceritanya," kataku mencoba menenangkannya, "Madame, apa aku boleh
membawa seseorang ke dapur belakang?"
"Siapa?" "Orang yang lebih jago dari dokter, seorang alinergi penyembuh."
Madame menggelengkan kepalanya, "Mana ada yang lebih jago dari dokter, silakan
saja kalau ada." Aku segera menuju ke sebuah jendela kecil yang biasa digunakan untuk
~ 398 ~ - B L E S S E D H E A R T -
meletakkan makanan dari dapur untuk di antarkan ke pelanggan. Di sana terdapat
sebuah lonceng kecil, aku membunyikannya dari dalam dapur agar Susan datang.
"Jaime!!! Apa yang terjadi padamu?" kata Susan terkejut sambil memasuki dapur
dan melihat kondisiku. "Panjang ceritanya," kataku, "Apa kamu bisa membawa Angelina ke dalam dapur"
Katakan padanya aku ingin meminta bantuannya." Alis mata Susan naik sebelah. "Aku
berhutang padamu Susan," kataku cepat.
Dia pun tersenyum tak lama kemudian aku melihat Susan mendekati meja yang berisi
tiga orang gadis muda, berbisik-bisik dan akhirnya membawa Angelina serta. "Jaime!!
Apa yang terjadi padamu!" kata Angelina saat memasuki dapur dan melihatku. Wajahnya
terlihat pucat. Sambil meringis aku menjelaskan, "Pagi ini aku mencoba mendaftarkan diri pada
sasana tinju dan sebelum aku berhasil belajar beberapa cara meninju, mereka sudah meninju
wajahku beberapa kali," kataku.
"Apa yang dalam pikiranmu," kata Susan dan Madame hampir bersamaan, "Sudah
merasa hebat hingga mau belajar meninju orang?"
Sayangnya akulah yang ditinju.
Aku hanya bisa tersenyum, alasan ini jauh lebih baik daripada aku mengatakan
kalau aku berkelahi atau tepatnya dipukuli alinergi dan juga dihujani peluru oleh kawanan
pembuat obat bius. Angelina segera menyentuh kedua tanganku, "Aku akan menyembuhkanmu." Kami
berdua mengambil tempat duduk di dekat pintu dapur yang biasa dipakai oleh Susan
dan Madame bergosip. Angelina menyentuh kedua tanganku dengan lembut dan mulai
mengalirkan energinya pada diriku. Ia menatap kedua pergelangan tanganku dan
berkata lirih,"Tanganmu membiru."
Aku hanya tersenyum membiarkan energinya memasuki tubuhku. Energi itu terasa
lembut dan menyegarkan seperti air segar memasuki tubuhku. Aku kemudian membiarkannya
memenuhi seluruh tubuhku dan membuat aliran segar itu menyatu dengan energi dari
tengah dadaku. Aliran energinya di dalam tubuhku yang sudah bercampur dengan energiku
terasa mengalir semakin kuat, hingga akhirnya aku terpaksa mengalirkannya kembali pada
dirinya. Saat itu juga terjadi sinkronisasi penuh antar kami berdua. Tidak pernah
sebelumnya aku merasa dalam tubuhku mengalir energi yang terus menerus bertambah deras dan
kualitasnya terasa begitu tinggi, hampir terasa seperti bercahaya. Seluruh otot dan kulit
tubuhku bergerak- gerak serasa dialiri getaran listrik yang merayap-rayap ke seluruh saraf,
terutama pada kedua pergelangan tanganku yang membiru. Seketika seluruh tubuhku merinding dan
menjadi segar, aku dapat merasakan sakit di wajah dan rusukku berkurang, lukaku menutup,
bengkakku ~ 399 ~ - B L E S S E D H E A R T -
menyusut dan tulang-tulangku menjadi terasa nyaman setelah terasa sakit tadinya.
Tidak ada lagi rasa sakit apa pun dan kemudian tubuhku serta tubuhnya tiba-tiba menjadi
seperti bercahaya sekejap dan akhirnya lenyap total. Saat aku membuka mata aku melihat
Madame dan Susan menatap ke arahku begitu dekat. "Apa?" tanyaku terkejut karena mereka
begitu dekat. "Bagaimana itu mungkin terjadi?" kata Madame terlihat terkejut.
"Apa?" "Semua bengkak di wajah dan lukamu lenyap seketika, kamu bahkan terlihat lebih
tampan," kata Susan. Aku memang merasa lebih segar di seluruh tubuhku, tapi lebih tampan" Jelas aku
tidak tahu karena memang biasanya aku sudah tampan kecuali saat baru ditonjok, "Tanyalah
pada Angelina, dia yang menyembuhkanku."
Angelina terlihat menatapku masih dalam keadaan terpesona setengah terkejut.
Madame menatap ke arah Angelina, ia menyentuh pundak Angelina dengan lembut, "Apa kamu
bisa menyembuhkan rematikku?"
"A..aku.." kata Angelina.
Dan saat itu aku merasakan energi yang sudah tersinkronisasikan dari diriku dan
Angelina langsung bocor memasuki tubuh Madame melalui sentuhan tangannya dengan pundak
Angelina, yang membuat Madame berteriak terkejut, "Ada listrik yang merayap,"
katanya. Sesaat itu mendadak seluruh tubuhku terasa bercahaya begitu ringan dan kemudian
energinya mereda. "Madame," kata Susan terkejut, "Kamu terlihat lebih muda, kulitmu jadi halus."
Madame sendiri masih berdiri terdiam dan berkata, "Uu ... auuu... u...."
Saat itu Susan langsung menyentuh pundak Angelina yang satu lagi dan proses
tersebut terjadi lagi, energi mengalir ke tubuh Susan dan cahaya terang muncul sekali
lagi. Mungkin hanya perasaanku. *** Nadia dan Gris duduk di meja makan siang sambil melihat selembar kertas memo
yang tertinggal di atas meja. Angelina, aku membutuhkan bantuanmu, jika kamu berkenan menunggu di Kafe Eve
dalam 20 menit aku akan tiba di sana. Nomor teleponku XXX -XXXX -XXXX
~ 400 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Kirim pesan aku jika engkau tidak dapat menunggu
Maaf jika aku merepotkanmu dan terima kasih atas cdnya.
"Apa yang mereka lakukan di belakangan sana?" tanya Gris. Nadia memegang kertas
itu dan tidak dapat menjawab apa pun juga.
*** Pada saat semua ini berakhir Madame memeluk Angelina dan berbisik, "Akan selalu
ada puding tambahan untukmu, sayang," dan ia bahkan berteriak senang menggerak-
gerakkan pinggulnya, "Rematikku tidak terasa sakit lagi."
Susan terlihat sedang di balik meja kasir membuka cermin kecilnya mengagumi
wajahnya. "Kamu luar biasa," kataku langsung pada Angelina.
Dia sendiri terlihat seperti kebingungan. "A ... Aku ... tidak tahu, ini pertama
kali aku merasakan energiku setinggi itu."
Aku tersenyum padanya dan berkata, "Terima kasih sudah mengobatiku dan terima
kasih juga atas cd gamenya."
Angelina tersipu dan tersenyum, "Itu cd game lama yang sudah tidak kumainkan
lagi, semoga kamu menyukainya."
Mengingat Lily pasti menyukainya aku segera berkata, "Aku pasti akan sangat
menyukainya." Sebelah tanganku meraih ke dalam sakuku dan mengeluarkan sebatang coklat yang
tadinya kudapat dengan memberhentikan taksi di sebuah toko untuk membelinya.
"Sedikit tanda terima kasihku," kataku memegang tangannya lembut dan meletakkan
sebatang coklat di atas tangannya, "Kuharap kamu tidak menolaknya." Angelina
tertunduk dan tersenyum. "Dan Jaime, kamu boleh mengambil mawar dari kebun mawar kita sebanyak yang kamu
mau untuknya," kata Madame tertawa.
Aku mencoba memikirkan ide itu.
~ 401 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 23 PERTEMUAN ALINERGI Malam menjelang dan di atas meja makan aku meletakkan undangan yang kudapatkan
dengan taruhan nyawaku. "Apa kamu mengerti undangan pernikahan ini?" tanyaku
pada Xian sambil melihat kartu undangan ini dari segala sisi, tetap saja hanya
terlihat seperti sebuah kartu undangan pernikahan biasa. Xian mencoba membalik kartu itu beberapa
kali dan tersenyum menatap ke arahku, mendadak sebuah aliran energi yang terasa
ringan dan tajam memasuki tubuhku. "Aku menyinkronkan energi membaca pikiran untukmu, peganglah undangan itu dan
bacalah." Kata Xian pada pikiranku. Tanganku menyentuh undangan tersebut dan
dalam sekejap gambaran-gambaran serta informasi berlomba-lomba memasuki otakku.
Pertemuan alinergi, tertanggal besok jam delapan malam di sebuah gedung hotel terkenal di


Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Viginia, lantai teratas dengan semua alinergi mengenakan topeng dan membawa serta
undangan. Satu undangan untuk satu orang.
Dan pembuat meth itu membohongiku dengan mengatakan dua hari lagi.
"Apakah itu benar?" tanyaku tidak percaya. Xian tersenyum dan melepaskan energi
sinkronisasinya. Dalam sekejap aku merasa kosong dan kini, meski aku menyentuh
undangan ini tapi tidak ada bayangan apa pun juga yang muncul. A pakah Xian baru saja
membuatku menjadi seorang pembaca pikiran melalui sinkronisasi"
~ 402 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Mendadak aku teringatkanku pada sesuatu. "Xian," panggilku, "Tadi siang seorang
alinergi memegang kedua tanganku dan dalam putus asa aku mengerahkan receive padanya,
meski aku yakin dia tidak menyalurkan energinya padaku, tapi aku berhasil membuatnya
mengsinkronisasikan energinya padaku," kataku mengingat bagaimana aku menahan
sundulan dahinya dengan menarik kekuatannya dan mengerahkan kekuatannya sebagai
kekuatanku, "Apakah itu memungkinkan?"
Xian melihatku dan tertawa terbahak-bahak. "Kamu akan mengetahuinya pada
saatnya," jawabnya dan dia naik ke lantai dua untuk tidur. Meninggalkanku yang masih
bingung. Dasar orang pelit. "Lily, sudah waktunya tidur," aku melihatnya yang masih asyik bermain game.
"Tidak mau," kata Lily.
Aku sudah memperkirakan jawaban itu dan mengeluarkan sebuah cd game pembelian
Angelina lagi, "Kamu mau main game ini?" tanyaku sengaja membiarkan cd game
tersebut terbang berputar-putar di hadapannya agar terlihat olehnya.
Kepala Lily bergerak mengikuti arah cd itu dan berteriak, "Mau!!" sambil
berusaha menangkapnya dengan kedua tangannya. Aku melayangkan disk itu ke atas dan begitu
juga tubuhnya ikut melayang. "Tidurlah sekarang dan besok pagi kamu boleh bermain game ini," aku
menerbangkannya ke atas kamarnya sambil membuatnya tertawa cekikikan. Untunglah aku memberikan cd
game Angelina padanya satu per satu karena jika aku memberikan semuanya sekaligus,
jelas aku akan kesusahan menidurkannya.
*** Pesan singkat pada Angelina
"Terima kasih atas game nya, benar-benar sangat menyenangkan sekali."
Balasan pesan singkat pada Jaime
"Aku senang kamu menyukainya, tanyakan padaku jika kamu menghadapi kesusahan
dalam permainan. Aku akan senang menjawabnya."
*** Keesokan harinya pada pukul 19:40 malam, aku sudah mengenakan kembali topeng
hitamku dan memakai kembali pakaian yang kemarin kugunakan pada pesta topeng bersama
Michelle. Sejak cuma ini pakaian mewah yang kumiliki. Demi menghemat biaya perjalanan dan
tidak ~ 403 ~ - B L E S S E D H E A R T -
mungkin menaiki sepeda dengan pakaian sebagus ini, aku langsung terbang dari
rumah. Berharap pakaian gelapku cukup menyembunyikanku dalam kegelapan malam. Tubuhku
melesat terbang menembus udara dingin dan memberikan rasa kebebasan yang selalu
membuatku tiada henti memuja dan mencintai langit. Tanpa terlihat mencolok aku
terbang ke atas gedung di mana rencanyanya para alinergi itu akan berkumpul, mungkin akan
menghancurkan pintu atas gedung lagi. Tepat saat aku mendekati gedung tersebut
dan melihat dua orang berpakaian jas lengkap berjaga di pintu masuk menuju ke dalam
gedung, perasaanku menjadi ragu. Mereka melihat ke arahku dan tetap diam, tidak
menunjukan tanda apa pun juga. Perlahan-lahan aku mendarat pada lantai atas gedung tersebut
sambil menjaga jarak dari mereka dan mengerahkan kekuatanku untuk mengetahui apakah keduanya
orang normal atau alinergi. Baiklah, tidak ada masalah mereka melihatku terbang karena kami ini sesama
alinergi tanpa logo BtP. Setidaknya, lihatlah sisi positifnya, aku tidak perlu menghancurkan
pintu. Dengan tenang aku berjalan ke tempat mereka dan menyerahkan undangan. Mereka
menerimanya dan mendekatkannya pada sebuah alat hingga alat itu menyala hijau
dan aku dipersilakan masuk. Terdengar suara deru mesin helikopter dan hembusan angin
deras, aku melihat ke belakang, sebuah pesawat helikopter baru saja mendarat dengan dua
orang berpakaian jas putih dan biru dengan mengenakan topeng Hercules dan dewa Zeus
turun darinya yang segera diikuti dua atau tiga orang berpakaian hitam di belakang
mereka, tampaknya para bodyguard. Tidak melihat lebih lanjut aku langsung turun ke bawah
untuk bergabung dengan para tamu lainnya. Benar-benar jamuan yang mewah melihat gelas
dan dekorasi ruangan yang ada, jelas tidak kalah dengan pesta topeng BtP meski yang
ini terkesan lebih formal, dewasa dan elegant. Aku menatap jumlah para tamu yang mencapai
ratusan orang dan tidak ada satu pun dari mereka yang memakai ikat lengan BtP. Tapi dari
energi yang kurasakan, jelas semua orang di sini adalah alinergi, kecuali para pelayan
hotel tentunya. S ekumpulan manusia goblok yang memilih untuk menjadi buronan dan calon rabbit.
Menguatkan diriku, aku mengambil sebuah minuman dari pelayan dan bergerak ke
sudut ruangan untuk memperhatikan semua orang.
"Almaria adalah seorang nenek tua berusia 60-65 tahun, pemimpin dari 3rd" Aku
mencoba mengingat kata-kata Xian yang menolak untuk mengunjungi tempat ini, "Jika
Almaria melihatmu dan menatapmu, ia akan tahu bahwa aku ada di sini,"
Aku jelas meragukan hal itu. Apakah ada seorang sehebat itu"
Kembali menatap sekeliling ruangan, tetap saja tidak terlihat seorang wanita
berkulit keriput dan membungkuk di sini, meski mereka semua memakai topeng. "Cobalah untuk
~ 404 ~ - B L E S S E D H E A R T -
mendominasi mereka satu persatu, Almarialah adalah salah satu orang yang tidak
dapat kamu dominasi," pesan Xian.
Menarik nafas dalam-dalam dan menenangkan diri, aku mulai membiarkan energiku
mengalir satu per satu menerobos satu per satu orang di tempat ini, sambil
membuka mataku sedikit demi sedikit saat melakukannya. Mereka mungkin hanya akan merasakan
sebuah hembusan angin ringan, itu pun bagi mereka yang peka pada energi, karena ada
yang sama sekali tidak memahami tentang energi dan jelas mereka tidak merasakan apa pun
juga. Satu persatu... Energiku bergerak di antara para tamu dan mendominasi mereka
kemudian langsung berganti ke tamu lain. Satu persatu...
"Dessing," aku merasa energiku terbentur sebuah energi dan saat mataku melihat
ke arahnya terlihat seorang pria berpakaian putih dengan topeng Hercules. Pria itu terlihat
masih muda jelas bukan Almaria. Aku hanya menggangguk tersenyum dan pura-pura melihat ke
arah lain. Dengan cepat aku melanjutkan dominasiku pada beberapa orang lainnya. Satu
persatu... Satu persatu... "Blubbb...." Kali ini aku merasa energiku tenggelam. Energiku yang mencoba
mendominasinya seolah-olah jatuh pada lautan luas. Aku mendapati perasaan bahwa
energi yang dimilikinya jauh lebih tinggi daripada energiku sehingga membuat energiku
tertelan. Selain itu aku merasa bahwa energi kami memiliki corak dan jenis yang sama namun
dia dengan tingkatan yang lebih tinggi. Dan wanita itu sedang melihat ke arahku.
Seorang wanita tinggi berambut pirang cantik dengan topeng tembus pandang yang indah
menyembunyikan wajahnya dengan kilau warna-warni. Suatu hal yang sangat menggangguku karena
dengan perasaanku, aku merasa energi yang terpancar dari dirinya adalah seorang wanita
pendek dan sedikit membungkuk. Bukan seorang wanita tinggi seperti yang terlihat oleh
mataku. Target masih banyak kataku dalam hati dengan cepat aku menoleh ke tempat lain
dan mulai lagi mendominasi satu persatu. Satu persatu... Satu persatu...
"SIAPA ITU!" teriak sebuah suara lelaki mendadak di tengah pesta mengejutkan
semua orang dengan gema suaranya. "SIAPA YANG BERANI MENDOMINASIKU DIAM-
DIAM!!!!" teriak pria pemarah itu membuatku sedikit melompat dan segera menarik
energiku kembali. Kelihatannya ia sanggup merasakan energi yang mendominasinya
tanpa tahu arahnya dari mana, tidak seperti dua orang sebelumnya yang kelihatan
sanggup mengetahui sumbernya. Aku menatap sekeliling tamu yang mulai was-was dan dengan
cepat aku mengerahkan seluruh energiku untuk meliputi ke sekeliling ruangan dan
melakukan dominasi ke semuanya sekaligus
Dominasi tyrant. ~ 405 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Energiku segera memasuki dan melewati tubuh mereka semua, secepat itu juga aku
menarik nafas mengurung kembali semua energiku karena seluruh tamu sudah mulai berhati-
hati. Sesuai dugaan hanya ada dua orang yang tidak mampu ditembus oleh energiku.
Seorang pria dengan topeng Hercules dan wanita berambut pirang. Salah satu dari mereka adalah
Almaria. Sebuah suara lelaki tiba-tiba muncul di dalam kepalaku, "Seharusnya kamu tidak
main-main di sini, teman." Aku merasakan sebuah hubungan energi dari pria berpakaian putih
itu terhubung padaku, sama seperti saat Xian berbicara dengan pikirannya padaku.
"Maaf, hanya bercanda," kataku dan segera mengerahkan energi untuk mengelilingi
diriku dan membuat pelindungan di sekeliling tubuh. Aku dapat merasa energi pria
berpakaian putih itu masih mencoba beberapa kali menembus pada dinding energiku namun gagal dan
akhirnya membuang wajahnya dariku.
"Siapa kamu!" sebuah suara wanita muncul dalam pikiranku, aku merasakan sebuah
energi yang sama dengan energiku namun lebih pekat, bercahaya dan ringan menembusku
dari arah wanita berambut pirang yang sedang berjalan ke arahku. Dia diikuti oleh dua
orang pria berpakaian hitam dan seorang berpakaian warna biru menyolok. Aku menarik nafas
dalam- dalam mencoba mengerahkan energi pelindungku agar tidak ditembus olehnya namun
tetap saja tidak ada gunanya sama sekali. Ia masih dengan bebas memasuki pelindungku
dengan energinya. Saat wanita itu sudah berada dua langkah di hadapanku ia berhenti dan terus
menatapku cukup lama, membuat pikiranku seolah-olah dibanjiri oleh energinya yang lebih
tinggi dan membuat kepalaku menjadi kacau. Kemudian Ia langsung berbalik pergi, seorang
pria di sampingnya mendekatiku dan memberikan sebuah kartu nama tanpa berbicara serta
pergi begitu saja. "Jika ada waktu kunjungilah, Maria akan senang menemukanmu," suara wanita itu
dalam pikiranku. Aku menatap kartu nama itu, tertulis Kafe Shangri-la. Dengan alamat
yang tertulis di bawahnya mengingatkanku akan tempat di mana aku mengambil topeng dengan
Michelle. Alamat kafe ini terletak di dekat daerah sana.
Apa pun itu. Aku memasukkan kartu nama itu pada saku bajuku dan tak lama kemudian seseorang
tua berpakaian pelayan mengangkat gelas serta mendentingkannya, meminta perhatian.
Mempersilakan kami semua untuk memasuki ke ruangan sebelah yang lebih besar, di
mana terdapat meja-meja makan dan sebuah panggung. Dengan senang hati aku mengikuti
mereka bersama perutku yang melompat bahagia. Setelah mengambil tempat duduk di meja
makan, maka piring demi piringan makanan pun mengalir satu persatu. Demi Tuhan,
semuanya ~ 406 ~ - B L E S S E D H E A R T -
masakan-masakan mewah. Air liurku segera mengalir dan saat itu juga ada beberapa
orang di atas panggung mulai berbicara panjang lebar tentang situasi yang sedang terjadi
di kota ini. Telingaku menjadi siaga mencoba menyimak bagian-bagian yang penting sedangkan
tanganku sudah bersekongkol dengan mulutku untuk menyimak makanan yang
dihidangkan. Semuanya adalah makanan-makanan yang sangat lezat dan mungkin harga sepiringnya


Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sama dengan gajiku seminggu. Rasanya luar biasa enak.
Bersyukurlah lidahku. Kesempatan seperti ini mungkin hanya akan datang sekali
seumur hidup. Maafkanlah dompetku yang selama ini terlalu miskin untuk menyenangkanmu.
Pada akhirnya setelah selesai bersantap aku berhasil merangkumkan beberapa hal
dari banyaknya pembicara yang sudah naik dan turun panggung. P ertama, kelompok yang
berkumpul di sini terdiri dari beberapa kelompok yang dapat dikategorikan
sebagai Kelompok Themis atau Kelompok Pembebas, kelompok para mafia dan pengedar obat
bius, kelompok penyedia jasa atau mungkin pembunuh bayaran, kelompok para bankir dan
orang kaya yang memanfaatkan kemampuan mereka untuk berbisnis dan juga kelompok netral
yang mungkin kelompok 3rd. Yang pastinya semuanya hanya membicarakan hal-hal yang penting saja. Tentunya
yang dimaksud penting di sini adalah hal-hal yang menyangkut kepentingan mereka
sendiri atau kelompok mereka masing-masing. Mereka semua adalah alinergi yang menggunakan
kekuatan mereka untuk mendapatkan keuntungan dan mengumpulkan kekayaan dari
berbaur dengan orang-orang biasa dan mengelabui hukum yang ada. Tentunya sangat mudah
bagi mereka untuk menipu orang biasa dengan kekuatan mereka. Dan terlihat mereka akan
menghalakan cara lakukan apa pun untuk melindungi surga mereka di bumi ini.
Kedua, adapun alasan utama hari ini mereka berkumpul adalah mengenai tindakan
Kelompok Pembebas pada bank Viginia kemarin yang telah menyebabkan banyaknya
permasalahan. Mengakibatkan semakin ketatnya pengawasan BtP pada kota Viginia dan hal ini
menurut mereka benar-benar buruk untuk bisnis bagi berbagai kelompok. Mereka mengatakan
dengan halus jika Kelompok Pembebas masih melakukan aksi-aksi seperti itu lagi, mereka
tidak akan dapat membantunya lagi. Secara kasar maksud mereka adalah mereka akan
menyerahkan atau menghancurkan Kelompok Pembebas itu sendiri sebelum membahayakan semua
pihak, yang berarti diri mereka sendiri. Cukup masuk akal menurutku.
Mereka punya surga masing-masing untuk dijaga.
Seorang perwakilan Kelompok Pembebas berdiri di atas pentas memohon perhatian,
"Saya hanya ingin mengingatkan sekali lagi, kami ini bukanlah Kelompok Pembebas, kami
adalah kelompok Themis pembela keadilan."
~ 407 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tetap saja mereka adalah Kelompok Pembebas, orang-orang yang meledakan mobil
pengangkutan tahanan di depan Markas Besar BtP dan Kafe Eve .
"Kelompok yang berkumpul untuk meminta keadilan atas kematian anggota keluarga
kami dan orang-orang yang kami cintai di tangan anggota-anggota BtP, jauh sebelum
mereka menjadi anggota BtP. Mereka telah melecehkan dan membunuh begitu banyak orang
yang kami cintai dan sanak keluarga kami. Sekarang mereka berlindung di balik
keanggotaan mereka sebagai BtP dan mendapatkan pengampunan dari pemerintah atas dosa
kejahatan mereka. Semua ini tidak adil, meski sesama alinergi kami tidak ingin bergabung
satu tempat dengan mereka, kami ingin keadilan atas kejahatan mereka." Terlihat pembicara
itu berbicara semakin berapi-api, "Kami adalah kelompok Themis, kelompok yang berkumpul untuk
menagih keadilan atas kejahatan mereka di masa lalu. Kami bukan kelompok
teroris, kami kelompok yang memperjuangkan keadilan. Di mana hati saudara-saudara sekalian dan
di mana keadilan jika membiarkan kelompok BtP bebas dari kejahatan yang pernah
mereka lakukan ...." Kupikir pembicara dari Kelompok Pembebas ini mengemukakan alasannya dengan
sangat baik. Tapi merekalah yang punya ganjaran dendam pada BtP, sebagian besar dari
alinergi di sini tidak memiliki ganjaran apa pun dengan BtP. Yang mereka inginkan di sini
hanyalah kedamaian, tidak ingin terseret pada kedua pihak. Pada akhirnya pembicara itu
hanya diberi sambutan dari kelompoknya sendiri, tidak mendapat sambutan dari sebagian besar
alinergi dan terpaksa duduk dengan mendongkol.
Pembawa acara kembali melanjutkan acaranya, agenda berikutnya adalah mengenai
Xian. Dengan pelarian Xian dan Lily, seluruh anggota BtP telah membanjiri Kota
Viginia, berpatroli lebih panjang dari waktu biasanya dan mengawasi jauh lebih ketat.
Juga para mata- mata BtP Internasional mulai bergerak menyelidiki di dalam kota Viginia yang
selain akan membahayakan mereka, juga akan sangat buruk untuk bisnis beberapa kelompok di
sini. Mereka mulai merundingkan untuk mencari cara agar menyelesaikan masalah ini
secepat mungkin, masing-masing kelompok memberikan pendapat mereka seperti menyuruh
beberapa orang menggunakan alinergi mimikri atau peniru untuk mengambil bentuk
Xian dan Lily. Kemudian membiarkan mereka terlihat di luar kota atau luar negeri sehingga
penjagaan di tempat ini berkurang. Ada juga yang menyarankan agar menggunakan kekuatan
politik untuk menekan agar waktu penggeledahan dipercepat dan sebagainya. Kelihatannya
beberapa orang di tempat ini memiliki kekuasaan yang tidak kecil untuk mempengaruhi
perangkat kota seperti petugas keamanan, kepala pemerintahan atau pejabat politik dalam kota.
Hal yang menarik adalah tidak satu pun yang mengusulkan untuk menangkap Xian dan Lily
untuk diserahkan pada anggota BtP.
~ 408 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Kelihatannya mereka mencemaskan Xian dan Lily, mungkin hanya perasaanku saja.
Seornag pembicara kemudian naik ke atas panggung untuk membawa agenda berikutnya
yang dinyatakan sebagai agenda utama pertemuan hari ini.
"Seperti yang kalian ketahui," kata pembicara itu yang kelihatannya adalah orang
yang sangat berpengaruh melihat cara para tamu memperhatikannya. "Kita semua menyukai
kebebasan dan membenci apa pun yang dapat mengikat kebebasan kita. Dan kita
bersumpah akan melakukan semua cara untuk mempertahankan kebebasan kita."
Beberapa orang bertepuk tangan.
Pembicara itu dengan tegas berkata, "Finder dan mindreader adalah alat yang
tidak akan pernah boleh dimiliki oleh BtP atau semua kebebasan kita akan terenggut."
Suara tepuk tangan berkumandang.
"Mereka yang memiliki kemampuan itu jika tidak memihak kepada kita maka harus
segera kita hancurkan dengan segala cara."
"Clik," lampu ruangan menjadi redup dan sebagai gantinya sebuah sinar proyektor
menampilkan sebuah foto pada sebuah layar di atas panggung.
"Ini adalah calon finder atau mindreader BtP kota ini yang harus segera kita
perhatikan." Saat foto ditampilkan, tanganku segera berhenti makan dan aku berdiri dengan
terkejut. Seluruh tubuhku terasa membentur dinding keras.
Tidak mungkin! "Nama lengkapnya adalah Nadia F. Cheney dengan julukan Nadia The perfect copier.
S eorang copier yang akan segera dilatih menjadi finder atau mindreader untuk
kota ini, seluruh data lengkap dirinya akan kalian dapatkan dalam gadget
elektronik kalian." Sedetik kemudian seluruh telepon genggam dan beberapa alat elektronik pada tiap
pengunjung mulai berbunyi di dalam ruangan, tanda telah menerima data, begitu
juga telepon genggamku yang bergetar serta bunyi entah bagaimana caranya. Saat aku
membukanya, nafasku hampir berhenti. Pada layar teleponku terlihat foto Nadia beserta
seluruh data dirinya, nama-nama keluarganya, alamat rumah, nomor telepon, catatan kehidupannya dan
lain sebagainya. Ini kemungkinan adalah data dirinya yang dimiliki oleh database BtP.
Aku tidak mengerti. Bagaimana mungkin data seperti ini bisa keluar hingga ke
tempat seperti ini. Bukankah BtP memiliki alinergi jenius yang menjaga keamanan database
mereka. ~ 409 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Perintah penugasan dirinya untuk belajar menjadi seorang finder pada BtP
internasional dalam beberapa bulan ke depan telah diberikan. Jika ia berhasil menjalani proses
tersebut, ia akan segera menjadi finder untuk kota ini dan mungkin juga akan menjadi seorang
mindreader," kata pembicara itu terlihat serius dan menyentuh bibirnya. "Kami
sudah mengumpulkan uang hadiah bagi yang dapat menyelesaikan dirinya."
Aku melihat sejumlah uang hadiah pada layar di atas panggung. Jumlah uang yang
sangat besar, dengan jumlah uang sebanyak itu membeli beberapa rumah sangat mewah di
tengah kota bukanlah mustahil. Ini sama saja mengatakan silakan buru dia beramai-ramai.
"Wow!!!" terdengar beberapa orang berteriak senang melihat jumlah itu. Aku
melihat dengan marah pada meja di sebelah kanan depanku. Tempat beberapa alinergi yang tadinya
memperkenalkan diri sebagai kelompok penyedia jasa, para pemburu hadiah,
pembunuh bayaran atau penyelesai masalah dan kelihatannya mereka sangat tertarik untuk
memburu Nadia. Aku tidak bisa membiarkannya.
Aku berdiri dan membuka suaraku, "Bukankah dia saat ini hanya sebagai anggota
junior BtP dan belum tentu dapat menjadi seorang finder. Seandainya pun ia menjadi seorang
finder, mungkin saja ia akan tetap berada di BtP Internasional atau dipindah tugaskan ke
negara lain dan tidak akan kembali ke tempat ini." Aku dapat merasakan semua orang di sana
sedang menatap ke arahku. Aku tidak perduli . "Apakah kita tidak terlalu buru-buru menyimpulkannya?" tanyaku lagi di hadapan
semua orang yang sedang melihatku.
Pikir!!! Otakku sedang berpikir keras mencari sebuah alasan yang dapat menyakinkan mereka
untuk menghentikan perburuan ini. Alasan ini saja tidak cukup kuat. "Aku hanya tidak
ingin kota ini menambah masalah lagi," kataku, "Jelas jika BtP kehilangan seorang anggota
mereka di saat seperti ini. Kita mungkin saja akan menambah dua kali lipat jumlah anggota
BtP yang sekarang berada di kota ini dan membahayakan diri kita semua. Memburu anggota
BtP sama saja dengan mengusik sarang harimau dan membiarkan anggota BtP Internasional
memenuhi tempat ini." Aku dapat merasakan beberapa orang setuju akan hal itu.
Pembicara di atas panggung menatap tajam ke arahku dan bertanya, "Siapa kamu."
Tanganku langsung berubah dingin. Aku tidak akan membuka diriku sendiri di tempat
berbahaya ini. "Dari kelompok mana kamu?" tanya pembicara itu lagi.
~ 410 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Kini semua orang melihatku dan aku tidak memiliki jawaban apa pun juga, mereka
dapat saja menyangka aku sebagai seorang musuh jika tidak dapat menjawabnya. Aku menggigit
rahang keras-keras dan mulai membiarkan energiku melindungi diriku sendiri. Aku harus
terbang keluar dari tempat ini secepat mungkin. Melawan ratusan alinergi di sini sama
saja dengan bunuh diri. "Dia dari kelompokku," terdengar sebuah suara menyahut. Aku melihat ke arah
wanita berambut pirang dengan dua orang bodyguard-nya. Pembicara itu menatap ke arahnya
dan kemudian menatap ke arahku.
"Dari informasi dalam BtP yang kami dapatkan, dapat dipastikan ia akan menjadi
finder dengan mudah mengingat kemampuannya diakui sebagai "perfect copier" dan
mengingat kota ini adalah termasuk salah satu target operasional dari BtP internasional.
Maka kemungkinan ia akan menjadi finder di kota ini adalah sangat besar."
Aku mendengar beberapa orang mulai berbisik-bisik dan aku tidak dapat melakukan
apa pun lagi kecuali kembali duduk. Pria bertopeng Hercules terlihat berdiri dan
berbicara, "Aku setuju dengannya untuk tidak membuat keributan dengan menyelesaikan calon finder
itu secara terang-terangan, akan sangat buruk bagi kita untuk dicurigai mendalangi
kejahatan pada seorang anggota BtP. Jadi kupikir ada baiknya jika dapat menyelesaikannya
tanpa ada tanda-tanda kejahatan. Membuatnya terkesan alamiah atau kecelakaan yang mungkin
terjadi

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada siapa pun adalah lebih baik." Terdengar desahan setuju dari sana sini.
"Tidak," teriak seseorang yang kelihatannya berasal dari Kelompok Pembebas,
"Kita harus menggunakan semua cara untuk mengamankan calon finder itu atau kita semua akan
dideteksi olehnya dan tertangkap sebagai rabbit." Beberapa orang berteriak
menyetujui dan setelah beberapa saat kemudian pembicara tersebut segera menghentikan semua
suara dan melanjutkan pembicaraan. "Karena hal ini menyangkut keamanan bersama ada baiknya jika kita dapat
mengumpulkan suara bersama." Hening sejenak, "Saya mohon agar mereka yang merasa setuju untuk
menyelesaikan calon finder itu hanya dengan cara alamiah tanpa ada tembakan atau
ledakan diharapkan untuk mengangkat tangan." Cukup banyak orang yang mengangkat
tangannya mengingat mereka semua adalah orang-orang yang ingin jauh dari masalah dan tidak
senang menambah jumlah BtP yang berkeliaran di halaman rumah mereka.
"Terima kasih, tangan boleh turun. Bagi mereka yang merasa harus menyelesaikan
calon finder itu dengan segala cara dan secepat mungkin. Mohon mengangkat tangannya."
Aku melihat beberapa orang dari Kelompok Pembebas dan penyedia jasa mengangkat
tangan mereka yang merupakan sebagian kecil dibandingkan keseluruhannya. Aku dapat
memaklumi jika Kelompok Pembebas ingin menyeret semua alinergi di sini untuk
berperang ~ 411 ~ - B L E S S E D H E A R T -
melawan BtP dan pada sebagian penyedia jasa mereka mungkin merasa cara tersebut
adalah yang paling cepat untuk mendapatkan uang hadiah. Melirik pada kelompok mafia
atau juga kelompok penjual obat-obatan terlarang, mereka kelihatannya tidak menyetujui
tindakan Kelompok Pembebas dan tidak ingin memperkeruh suasana supaya mereka dapat tetap
berdagang tanpa masalah. Meski aku yakin mereka semua tidak menginginkan seorang
finder atau mindreader pun di kota ini.
Nadia tetap dalam bahaya.
"Baiklah," kata pembicara itu, "Kita akan menangani calon finder tersebut dengan
cara yang telah kita sepakati, alami, seperti kecelakaan dan tidak ada pembunuhan langsung
yang akan memperkeruh suasana." Setelah itu mereka mulai berbicara mengenai beberapa hal
yang menurutku tidak ada hubungannya denganku hingga saat mendekati pukul 22:00.
Wanita berambut pirang itu maju sendirian ke atas panggung.
"Aku akan mengadakan pertunjukan akhir dari acara kita seperti biasanya," suara
wanita itu terdengar berwibawa, "Namun sebelum itu aku ingin mengabarkan pada saudara-
saudari sekalian bahwa kelompok kami sudah menemukan dan memiliki Xian dan Lily
kembali." Mataku melotot memandangnya. T idak Mungkin! Bagaimana dia memilikinya sedangkan
Xian dan Lily ada di rumahku.
"Mereka dalam keadaan baik dan sedang berada di tempatku. Kini kita dapat
melanjutkan rencana kita untuk menarik keluar anggota BtP yang ditugaskan mencari mereka
untuk pindah ke luar negeri dengan memberikan informasi palsu."
Dia menipu, jelas-jelas menipu.
"Dan untuk hari ini, kita memiliki seekor tikus penyusup yang akan segera
kuperkenalkan pada kalian semua," lanjut wanita itu.
Tiga orang berpakaian hitam dan bertampang sangar segera mendekati kursiku dari
belakang dan menyentuh pundakku. "Sebaiknya anda tidak bergerak, Sir," kata seorang pria
itu. Dari jauh aku dapat melihat pria bertopeng Hercules menatap ke arahku dan sepertinya
memberi perintah pada tiga orang di belakangku untuk membawaku ke atas panggung. Mereka
bertiga memegang bahu serta kedua tanganku, menahanku dan mengiringku ke depan. Aku
sedang berpikir apakah aku akan mencoba melarikan diri di hadapan seluruh alinergi ini
atau sebaiknya melihat apa yang akan mereka lakukan padaku.
Menelan ludah, aku memilih pilihan kedua, lagipula pilihan pertama terlihat
sangat tidak menjanjikan di depan ratusan orang ini. Aku dipaksa berjalan menuju ke atas
panggung diikuti tatapan seluruh tamu. Jantungku berdetak cepat.
~ 412 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apa yang kamu lakukan?" tanya wanita berambut pirang memandang ke arah pria
bertopeng Hercules yang sedang berjalan ke arah kami.
"Membantumu menemukan tikus penyusup," kata pria itu sambil berdiri di atas
panggung mendekati diriku, "Dia jelas seorang penyusup."
"Dia dari kelompok 3rd," kata wanita itu tersenyum.
"Dia bukan milik kelompokmu."
"Bagaimana kamu tahu?"
"Sederhana," pria itu tertawa senang dan telapak tangannya segera berubah warna
menjadi putih. Tak lama terlihat uap yang mengempul membentuk bola dari tangannya yang
dengan cepat dilemparkannya pada salah seorang bodyguard wanita berambut pirang yang
berada di bawah panggung. Bola uap itu seperti membentur sebuah dinding tidak terlihat
disekeliling tubuh bodyguard tersebut dan buyar membentuk sebuah lambang yang bergambar
seperti seekor merpati sedang bertengger.
"Itu lambangmu dan lambang anggota 3rd," kata pria itu dan segera melemparkan
uap energi berwarna putih di tangannya padaku. Uap itu menabrak dinding energi sekeliling
tubuhku dan langsung lenyap. "Lihat, dia tidak memiliki lambangmu," kata pria itu.
Wanita berambut pirang tertawa, "Seseorang menghapus lambangku darinya."
"Tidak mungkin ada yang dapat menghapus..." kata-kata pria itu menggantung di
tengah udara dan seketika menoleh ke bawah panggung pada seorang yang kelihatannya
lebih tua berpakaian biru dengan topeng Zeus.
"Kamu tidak akan pernah bisa melihat lambangnya, belum menjadi tingkatanmu,"
kata wanita berambut pirang itu merasa sangat senang mengejeknya.
Pria berpakaian biru yang sedang duduk di bawah panggung mendadak mengulurkan
tangannya dan melontarkan uap putih yang kebiruan ke arahku. Tidak seperti uap
putih yang langsung menghilang, uap kali ini seolah-olah menabrak dinding energiku dan
kemudian melekat di antara energiku. Aku merasa sesak seperti disusupi energi yang berat
dan mencengkeram tubuhku yang memberikanku sebuah perasaan tenggelam dalam lumpur.
Aku merasa sulit bernafas dan mendadak dari tengah dadaku meledak sebuah energi yang
segera membuyarkan seluruh energi tersebut. Terdengar bunyi percikan listrik
berloncatan di sekeliling uap yang terlontar tadi dan kini di depanku terlihat sebuah lambang
elang yang sedang terbang. "Xian," kata pria berpakaian biru di bawah sambil berdiri.
~ 413 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Yang segera diikuti suara saling berbisik oleh semua tamu, "Xian, memiliki
murid," "Dia memiliki murid," dan seterusnya. Tak lama kemudian seorang berdiri menghadap
pada pria bertopeng Zeus dan bertanya langsung, "Apakah ini berarti Xian sudah ada
penerusnya?" "Tidak," teriak pria bertopeng Hercules tampak marah dan jari-jarinya segera
mencengkeram topeng hitamku, "Siapa kamu sebenarnya! Mengapa Xian memberimu attunement?"
Aku ingin protes tapi kedua tanganku sedang dicengkeram oleh ketiga orang di
belakangku. Ia berusaha keras menarik topeng itu dari wajahku yang jelas tidak berhasil sama
sekali, karena topeng itu melekat pada wajahku dan sebagai gantinya leherkulah yang
tertarik. "Topeng Jushin," kata pria itu akhirnya menyerah dan melepaskan tangannya,
berbalik menuruni panggung. "Lepaskan dia," kata wanita berambut pirang pada tiga orang di belakangku.
Saat mereka melepaskanku ia berkata dalam pikiranku, "Tugasmu sudah selesai,
kamu dapat kembali sekarang." Aku menggangguk dan turun dari atas panggung diikuti banyak pandangan mata. Aku
tidak mengerti apa yang telah terjadi tapi setidaknya aku lolos dari tempat ini dan
sebaiknya aku pulang selagi masih ada kesempatan. Saat aku mendekati pintu keluar aku melihat
kedua bodyguard wanita berambut pirang itu membawa seorang wanita ke atas panggung
tepatnya mencengkeram kedua tangan wanita itu. Dari sampingku aku mendengar seorang pria
berbisik senang pada teman wanitanya, "Hanya orang bodoh yang mengira bisa
menyusupkan mata-mata ke tempat kita tanpa mengetahui kita memiliki dua orang
mindreader yang menyeleksi setiap orang di setiap pertemuan."
Aku pun keluar dari tempat itu dan terus menuju berjalan ke lantai paling atas
untuk terbang pulang. BtP tidak akan pernah sanggup menyusupkan mata-matanya ke tempat ini,
namun menurutku mereka, kelompok alinergi bukan BtP ini, dapat menyusupkan mata-mata
mereka kapan saja ke dalam BtP. Kelompok yang mengerikan. Pantas mereka akan melakukan apa pun juga untuk
mencegah agar tidak ada mindreader di dalam tubuh BtP.
~ 414 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 24 KELOMPOK 3RD Saat tiba di rumah, aku tidak melihat seorang pun. Mungkin mereka sudah tidur di
lantai dua, mengingat waktu sudah cukup larut. Aku langsung menuju ke sofa untuk tidur,
tidak ingin membangunkan mereka dan memutuskan untuk memberitahu Xian akan hasil
pertemuan itu besok pagi.
Keesokan harinya aku mengoreng telur, daging ham dan tidak menemukan satu pun
dari mereka yang turun dari kamar. "Lily!!!" teriakku kembali setelah berkali-kali
tanpa jawaban. Dengan penasaran aku menuju lantai dua, mengetok pintu beberapa kali tanpa
jawaban. "Aku masuk," sahutku sambil membuka pintu dan menemukan tempat tidur mereka yang
kosong. Pada ranjang tidak terlihat ada tanda-tanda bekas ditiduri, besar kemungkinan
mereka pergi kemarin malam. "Kami memiliki Xian dan Lily."
Wanita berambut pirang itu" Apa mungkin dia yang membawa mereka tapi bagaimana
dia mengetahui Xian dan Lily"
"Dia akan mengetahuiku saat melihatmu."
Mindreader" Aku melihat jam tanganku, masih ada waktu jika aku benar-benar ingin
mengetahui keberadaan Xian dan Lily, tapi bukankah mereka sudah menemukan tempat
untuk kembali. Tidakkah sebaiknya aku membiarkan mereka saja" Bagaimana kalau
mereka ~ 415 ~ - B L E S S E D H E A R T -
berdua ditangkap oleh orang lain dan bukan Almaria" Wanita rambut pirang itu
sama sekali tidak mirip wanita tua. Aku segera turun ke lantai bawah untuk menelepon ke Kafe
Eve. "Master tolong pesankan pada Barth bahwa aku akan menumpangnya kembali ke kota."
*** Aku melihat kartu nama di tanganku beberapa kali tapi ke mana pun aku melihat
tidak juga menemukan letak Kafe Shangri-la yang dimaksud. Kakiku sudah berputar-putar
beberapa kali di tengah keramaian pasar, di jalanan yang sama dan tetap saja tidak
menemukan sebuah kafe pada blok C dengan nomor 41, nomor yang tertera pada kartu namanya.
Alamat palsukah" Nafasku mendesah dan kembali aku melihat ke sebuah toko sayur-sayuran dan buah-
buahan yang bernomor 40 dan sebelahnya adalah sebuah toko roti yang bernomor 42. Tidak
ada yang bernomor 41 di antara kedua tempat ini. Dari ujung deretan toko blok CC, aku
dapat melihat setiap rumah memiliki nomor berurut dari 37, 38, 39, 40, 42, 43 dan 44. Hanya
nomor 41 yang hilang dari barisan pertokoan ini. "Kecuali ..." kataku melihat di antara
kedua rumah bernomor 40 dan 42 itu terdapat sebuah lorong kecil yang hanya berukuran satu
setengah dengan sebuah pintu pagar besi yang menutupinya. Apakah lorong kecil itu
bernomor 41 karena secara sekilas orang akan mengira jika itu mungkin adalah jalan belakang
daripada rumah bernomor 40 atau 42.
Tidak ada pilihan selain mencobanya.
Aku mendekati tempat itu dan mendorong gerbang besi yang langsung terbuka dengan
suara

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berderit. Tampak jalanan kecil dan di kiri kanannya terlihat tembok batu bata
yang menjulang tinggi, di sepanjang lorong juga terdapat pot-pot tanaman yang berbaris rapi.
Tidak ada waktu untuk ragu.
Berjalan hingga 30 langkah aku masih belum dapat melihat ujung tempat tersebut
tapi aku menemukan sebuah pintu di sebelah kananku, sebuah pintu masuk berwarna coklat
kayu tua yang umumnya digunakan sebagai pintu masuk bar. Aku melihat ukiran tulisan Kafe
Shangri-la dari kayu di depan pintu ini dan sebuah gantungan petunjuk bertanda
"Buka". Melirik ke arah kiri dan kanan aku tidak menemukan sebuah jendela pun. Hanya
sebuah pintu yang kelihatan berat dan dinding batu bata lama yang sudah berlumut serta
menjulang tinggi, tampaknya merupakan rumah bertingkat 3. Tanganku mendorong pintu berat itu dan
melihat sebuah tangga yang menurun seperti memasuki ruangan bawah tanah. Lorong tangga
itu cukup terang dengan lampu yang menggantung di atas. Beberapa poster menu makanan
terlihat menempel di samping dindingnya. Menuruni sekitar dua puluhan anak
tangga, aku melihat sebuah pintu lagi yang lebih ramah dan menarik dengan warna biru tua dan
segera ~ 416 ~ - B L E S S E D H E A R T -
membukanya. Udara dingin dari dalam langsung menyambutku dan aku melihat sebuah
kafe yang nyaman. Sebuah ruangan dengan meja-meja yang indah, aquarium besar di sisi
lainnya, langit-langit yang tinggi dan secara keseluruhan memancarkan suasana yang
hangat. Tapi tidak terlihat seorang tamu pun di dalam sini.
"Selamat datang," sambut sebuah suara manis. Aku menatap ke arah suara, seorang
gadis muda yang kelihatan cukup menarik, tipeku. "Jaime..." katanya dan melihatku
terkejut. Apakah aku mengenalnya"
Aku menatapnya lebih jelas lagi, rambut hitam, mata besar, hidung mungil, kulit
putih. Aku yakin tidak mengenalnya. 100% yakin karena gadis ini cantik, pasti aku
mengingatnya jika pernah melihatnya. Apa yang harus kulakukan" Berkata "Oh hai, aku tidak mengenalmu?" atau "Apa
kabarmu." "Oh, hai," kataku dan segera mengambil meja untuk empat orang dan menarik kursi
untuk duduk. "Lama tidak jumpa, bagaimana kabarmu?" tanyaku meski di dalam ingatanku
tidak pernah aku mengingatnya sama sekali. Lebih baik sok kenal sok dekat dulu,
lagipula jelas tidak rugi mengenal seorang gadis cantik seperti dirinya.
"Aku" Baik ..." katanya.
"...." terdiam aku tidak tahu harus menyambung apa lagi.
Dia kelihatan sedikit terkejut kembali dan bertanya, "Apakah kamu mengenalku?"
Sialan bukannya dia tadi yang duluan memanggil namaku.
Mencoba memutar otak, aku menyibukkan diri melihat pada menu makanan dan memesan
sepiring spaghetti serta jus dingin. "Tentu saja aku mengenalmu," sahutku
memberikannya sebuah senyuman paling memikat, "Bukankah namamu ... hmmm.... Maria?"
Dia tersenyum dan pergi untuk mengambil pesananku. H ampir saja batinku, tentu
saja aku mengenal namanya. Bukankah itu nama yang tertulis di badge nama pada seragam
kerjanya. Maria kembali meletakkan minumanku di atas meja dan aku hanya tersenyum
sekedarnya, "Spagettinya akan segera datang," sahutnya. Minuman itu langsung melewati
tenggorokanku mengingat aku sudah kehausan setelah berputar-putar tidak jelas selama setengah
jam. Sekeliling tempat ini terlihat bagus. Tapi terus terang aku merasakan sesuatu
yang aneh sejak aku memasuki ruangan ini. Sesuatu yang lebih mirip sedang dalam lingkup energi,
dengan perlahan aku membiarkan energiku sendiri yang bersumber dari tengah dada untuk
menyebar ke sekeliling tubuhku dan membuat sebuah energi pelindung di sekitar tubuhku.
Mendadak sesuatu terjadi, aku mendengar suara-suara berisik di sekitar dan tiba-tiba saja
aku melihat ~ 417 ~ - B L E S S E D H E A R T -
ada banyak tamu di dalam kafe ini dan yang lebih mengejutkan lagi aku melihat
dua orang wanita sedang duduk di depan dan samping mejaku.
Mataku membelalak menatap mereka dan mereka terlihat tidak memperdulikanku,
tetap berbicara seakan-akan aku tidak ada. Aku menarik nafasku dalam-dalam. Semua ini
benar- benar aneh, sebelah kakiku bergerak keluar siap untuk meninggalkan tempat ini.
Sesaat tempat ini kosong, sekarang ada begitu banyak orang di sini, tentu saja
seseorang telah memanipulasi panca inderaku.
Teringat Xian dan Lily, aku pun segera mengerahkan kekuatan energiku ke semua
arah, untuk mendeteksi keberadaan daripada Xian dan Lily. Energiku memancar ke segala
arah dan merasakan bahwa semua orang di sini adalah alinergi.
Semuanya adalah alinergi tanpa ikat lengan BtP!
Pada beberapa tingkat di lantai atas aku mendeteksi beberapa alinergi lagi tapi
sama sekali tidak menemukan energi Lily mau pun Xian. Jika mereka tidak berada di sini,
tidak ada artinya aku berlama-lama. Berkumpul dengan sesama alinergi yang tidak satu pun
dari mereka memakai benda dengan berlambang BtP adalah ide paling buruk yang dapat
kupikirkan. Aku tidak tahu apakah mereka orang baik atau buruk, mengingat
terakhir kali aku bertemu dengan mereka aku telah mendapatkan kenangan buruk. Pesanan spaghettiku
datang dan aku sama sekali sudah kehilangan minat untuk menghabiskannya di sini, juga
merasa sayang jika aku membuangnya mengingat aku tidak pernah menjadi orang kaya
sekarang maupun sebelumnya. "Maria, maukah kamu membungkuskannya" Aku teringat satu urusan dan harus segera
pergi," mohonku pada Maria sambil memberikan beberapa lembar uang yang aku yakin akan
memiliki kembaliannya. Aku tidak menyukai suasana di sini dan juga energi yang
ada. Melihat minuman yang masih bersisa aku segera menyeruputnya hingga habis membuat
dua orang wanita di depanku melihatku sambil meringis.
"Maaf, aku sedang terburu-buru," kataku pada mereka dan meninggalkan mereka yang
melihatku dengan terkejut. Firasatku menjadi tidak enak. Tanpa perduli aku
segera ke meja kasir dan mengambil kembalian serta bungkusan spaghettiku.
Seorang pria yang tidak kukenal dengan tindik ditelinganya berjalan menuju ke
arahku dan menghalangi jalanku menuju ke arah pintu keluar. Aku tidak berminat untuk tahu
apakah ia sengaja melakukannya atau hanya sekedar tidak sadar. Aku segera mengelak darinya
untuk menuju ke arah pintu keluar, akan tetapi ia sepertinya sengaja menyenggolku,
membuatku terhuyung mendekati sebuah meja tamu dan menyenggol sebuah gelas yang diletakkan
tamu tepat di ujung meja. Gelas beserta isinya melayang jatuh dan tanpa sadar aku
sudah ~ 418 ~ - B L E S S E D H E A R T -
mengarahkan tanganku, menyalurkan energiku pada gelas dan minuman jus berwarna
kuning itu agar tidak terjatuh. Gelas dan cairan di dalamnya terlihat mengambang di
tengah-tengah udara yang disaksikan banyak orang. Aku segera menaikkan gelas dan cairan isinya
kembali ke atas meja, "Maaf...," kataku dan segera pergi meninggalkan mereka yang sedang
menatapku, termasuk gadis pelayan bernama Maria.
Dia juga alinergi, aku harus segera keluar dari tempat ini!
Aku tidak akan memperdulikan mereka yang telah melihat kekuatanku karena mereka
semua adalah alinergi juga. Dua langkah dari pintu keluar aku menabrak sebuah dinding
tidak terlihat. Sialan, mereka sudah mulai bergerak.
Aku menatap pintu yang hanya berjarak dua langkah, jika aku dapat melewati pintu
itu maka aku akan aman. Tidak ada gunanya berputar atau berbalik melihat mereka karena
mereka semua berjumlah lebih dari dua puluhan. Aku hanya akan mencelakakan diriku saja.
Mengisi udara ke dalam paru-paruku, aku mengerahkan seluruh kekuatanku untuk mengaliri
energi ke semua orang di tempat ini dan seketika itu juga aku memaksa agar men dominasi
mereka semua sekaligus. TYRANT!! Seketika itu juga aku dapat merasakan dinding di depanku menghilang. Siapa pun
alinergi yang sudah mengerahkan kekuatan itu sudah dalam kendaliku. Aku melangkah maju
dan membuka pintu untuk keluar.
Selamat tinggal, aku tidak akan menginjakkan kakiku ke tempat ini lagi.
Selamanya. Seorang pria berkacamata terlihat berdiri di balik pintu ujung tangga sedang
menatapku, tatapan yang mengintimidasi dan aku sama sekali tidak menyukainya. Mengerahkan
kekuatanku untuk mengalir ke arahnya, aku segera hendak mendominasinya, tapi
sebelum kekuatanku mencapainya, tangannya telah menyentuh dahiku.
Ia menyentuh kepalaku dan detik berikutnya aku segera merasakan ia ingin
melakukan sesuatu padaku, dan karena kekuatan dominasiku tidak berfungsi padanya, aku
segera melakukan hal sebaliknya, mengerahkan kekuatan receive untuk menerima
kekuatannya. Seharusnya jika dia berusaha mengerahkan kekuatannya untuk menghancurkan atau
membakar diriku atau apa pun itu, ia tidak akan berhasil karena kini aku
memiliki kekuatan yang sama dengannya. ~ 419 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Mendadak setelah kekuatannya menyentuh diriku, aku merasa sebagian kecil dari
otakku mendadak terbuka dan sejenak sebuah bayangan menyelinap masuk dalam kesadaranku.
Aku merasa berpindah ke satu tempat yang lain.
~ 420 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 25 INGATAN YANG HILANG Macallan 1946... Aku ingat tertidur di lorong jalanan dalam keadaan terluka dan
terdengar sebuah suara. "Hei, apa kamu baik-baik saja?" tanya seorang pria terdengar jelas di depanku,
"Maria apa dia orangnya?" terdengar seseorang lain yang berlari ke tempatku.
"Biggs, kita harus membawanya ke rumah sakit sekarang."
Aku mencoba dengan kekuatan terakhirku untuk membuka mata dan melihatnya,
seorang wanita. Dan aku mengenal gadis ini, gadis yang menabrakku dan mendorong
Macallanku hingga terjatuh. Kini ia memegang kotak Macallanku. "Jangan ke rumah sakit...,"
kataku mencoba memberitahu mereka sekuat tenaga.
Seorang pria di dekatku berteriak, "Tidak, kamu harus ke rumah sakit, kamu
terluka cukup parah. Aku akan menghubungi ambulans sekarang." Pria itu terlihat mengangkat
telepon genggamnya dan mulai menghubungi ambulans.
"Aku tidak mau ke rumah sakit," sahutku lemah, kemudian aku berusaha memaksa
agar kakiku bergerak untuk bangkit berdiri.
Aku tidak mau ke rumah sakit, apa pun yang terjadi aku tidak akan pergi ke sana.
~ 421 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku harus meninggalkan orang-orang ini yang akan menghubungi apa pun yang akan
mengangkatku ke rumah sakit. Dengan susah payah aku segera bangkit berdiri,
tubuhku terasa begitu sakit. Hanya luka kecil, kataku menyakinkan diriku.
Perlahan-lahan aku berdiri terseok-seok dan menjauh dari mereka. Hanya beberapa
langkah saja aku merasa seluruh kesadaranku menjadi gelap dan tubuhku terjatuh kembali.
Tulang- tulangku terasa menjerit setiap kali aku berusaha untuk kembali bergerak,
kepalaku pusing dan panas terik matahari menyengat kulitku. Aku merapatkan diriku pada tembok
untuk menenangkan diriku. Menarik nafas perlahan-lahan mengumpulkan kekuatan dan fokus
diriku yang rasanya begitu susah untuk di pusatkan.
"Duduklah, kamu tidak akan menuju ke rumah sakit," terdengar suara gadis itu.
Aku ingin mempercayainya akan tetapi berikutnya aku mendengar, "Ambulans, di
sini ada orang terluka...." Mendengar itu mendadak aku menjadi begitu marah, aku juga susah untuk lari.
Sehingga aku membalikkan diri dan mengarahkan senjata api di tanganku tepat pada dahinya. Aku
dapat

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melihat mata pria itu yang membelalak menatapku. "Matikan teleponmu," kataku
lirih. "Jack, matikan telepon genggammu!" teriak gadis tersebut mencoba menengahi.
"... di jalan...," kata pria yang dipanggil Jack masih melanjutkan pembicaraan.
Aku menarik nafas mengumpulkan kekuatan dan menembakkan peluru senjata api
tersebut pada telepon genggamnya. Seketika telepon genggam yang menempel pada telinganya
meledak. Gadis itu berteriak terkejut dan seorang pria lainnya segera mundur
dariku. Aku menatap mata pria yang dipanggil Jack dan melihat ketakutan di dalamnya, ia
tidak akan berani bermain gila lagi. Mataku menatap sebuah kotak yang dipegang oleh gadis
itu. "Kemarikan Macallan itu," kataku sambil menggerakkan tanganku untuk meraihnya,
mendadak aku terjatuh karena kakiku yang tidak mampu menahan tubuhku, aku
terbatuk dan meludahi seonggok darah. "Sialan," makiku . Tubuhku terasa limbung, kembali aku berusaha bangkit berdiri
dan setelahnya meraih kotak Macallan itu. Tanganku menyentuh kotak yang masih bagus
tersebut, memeluknya dan berbalik untuk keluar dari gang ini, untuk mencari taksi di depan
jalanan yang akan membawaku langsung pulang ke rumah.
Pulang ke rumah dan beristirahat.
~ 422 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Selangkah demi selangkah sambil menyeret tubuhku dan bersandar pada dinding aku
terus maju. "Hubungi Rei, Biggs," teriak Maria kalap, air matanya sudah mengalir.
"Kita tidak bisa melakukan hal itu Maria," giliran Jack yang gelisah.
"Persetan dengan semua itu Jack! Aku harus melakukannya," jawab Maria tegas, ia
segera mengeluarkan telepon genggamnya dan setelah beberapa saat terdengar suaranya,
"Rei, kondisi darurat kami membutuhkanmu di sini...."
Aku berjalan dan merayap, seperti di antara sadar dan tidak, nafasku semakin
berat tubuhku terasa seperti batu berat. Kepalaku terasa ringan, kesadaranku seakan-akan
semakin melemah. Tapi aku berhasil berjalan hingga ke ujung lorong dan akhirnya jatuh terduduk,
aku butuh istirahat sebentar. Aku akan beristirahat sebentar, kataku menyakinkan diriku. Hanya sebentar.
Medadak semuanya menjadi gelap dan saat tersadar aku merasakan tubuhku sedang
diangkat oleh beberapa tangan namun rasanya masih seperti berada di atas awan dan
kesadaranku tidak mampu terfokuskan. "Maria, dia jelas patah tulang di beberapa bagian tubuhnya dan kepalanya
membutuhkan jahitan, kita harus membawanya ke rumah sakit."
Aku berusaha bergerak, memberontak. "Tidak mau rumah sakit," kataku lirih dan
mencoba menggerakkan tangan serta kakiku yang terasa sakit untuk memberontak dan
membuatku terjatuh ke permukaan aspal yang panas.
Terdengar sebuah suara tangisan dan berteriak, "Demi Tuhan, dia tidak mau ke
rumah sakit bisakah kalian berhenti memaksanya!" Aku mendengarnya menangis terisak beberapa
kali membuat semua orang terdiam dan aku mengambil kesempatan itu untuk bergerak
menjauh dari mereka. Aku merayap menjauh dari mereka dan gadis itu berlari ke arahku dan
memelukku. "Rei, dia tidak mau ke rumah sakit, kamu bantulah menyembuhkan dia."
"Tapi dia manusia biasa, Mar!" Pria itu jelas menjawab dengan gelisah.
"Rei, aku berhutang padamu," bisik gadis itu, "Tolong lakukan saja. Max akan
menyelesaikan sisanya." Gadis itu memelukku, menangis dan berteriak. Aku tidak
tau apa pun lagi, aku hanya merasa darah di sekitar kulitku terasa lengket. Aku kembali
kehilangan kesadaran. ~ 423 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Saat tersadar aku sedang terjatuh ke dalam tempat di mana api menyala-nyala
membakarku. Tubuhku terasa begitu panas membara, terbakar oleh jilatan-jilatan api yang
terus memanggang di seluruh tulang dan daging pada tubuhku.
Seketika setelahnya aku merasa seluruh tubuhku menjadi begitu ringan dan
diterjang oleh sekumpulan hawa ringan yang membuatku serasa melayang. Aku merasa begitu segar
dan nyaman, tubuhku terdorong ke atas menembus kabut awan gelap untuk menyambut
cahaya terang. "Bagaimana keadaannya?"
"Kurasa ia sempurna."
Aku mendengar suara-suara berisik dan mencoba menggerakkan mataku menatap sebuah
ruangan yang tidak kukenal.
"Kelihatannya ia sudah bangun," sahut sebuah suara.
"Maria, tinggalkan kami."
"Tapi, nek...," protes sebuah suara gadis.
"Keluar sekarang juga, kamu sudah membahayakan kita semua."
"Tapi... aku tidak tahu kalau dia... dia..."
"Maria, kami tidak akan membahayakan dirinya. Kamu keluarlah," sahut sebuah
suara yang terdengar tenang. Aku mencoba menoleh ke arahnya dan menemukan seorang pria yang
kelihatan berumur 40-50 tahunan dengan kacamata bulat dan rambut berwarna perak.
Seorang gadis bernama Maria itu sempat menatap ke arahku sejenak sebelum keluar
sambil menutup pintu rapat-rapat. Aku baru menyadari diriku berada di sebuah ruangan
yang tampaknya kamar tidur seorang wanita.
"Apa kamu sudah sehat?"
Mataku menatap seorang yang berbicara kepadaku, seorang nenek yang berumur
setidaknya 60 tahunan. Ditanya demikian, aku mencoba menggerakkan jari-jari dan tanganku
yang tergeletak di atas ranjang. Tanganku bergerak tanpa masalah dan aku mencoba
untuk duduk di atas kasur. Merasa tidak ada masalah apa pun juga, aku meraba kepalaku dan juga dadaku,
tiada luka apa pun dan semuanya terasa begitu segar. Hanya sedikit pusing. Aku menarik nafas
dalam- dalam dan tidak ada sedikit masalah pun pada paru-paruku, aku mencoba mengingat
lebih jelas lagi bahwa aku baru saja berkelahi dengan beberapa orang. Mereka jelas
memukul ~ 424 ~ - B L E S S E D H E A R T -
kepalaku berkali-kali. Aku menyentuh kepalaku dan tidak menemukan satu luka pun,
cukup mengejutkan. Mendadak aku teringat sesuatu dan mataku menjadi liar mencari pada
sekeliling ruangan dengan gelisah.
"Kotak minumanmu ada di atas meja sana." Seorang pria menunjuk ke arah meja
sebuah belajar di belakangku. Tanpa menghiraukan apa pun, aku bergerak turun dari
ranjang dan menuju ke meja, mengangkat kotak itu untuk memeriksa semua sudutnya yang
kelihatan tiada cacat sedikit pun. Seketika aku merasa pusing dan segera memegang meja.
"Sebaiknya kamu tetap di atas tempat tidur."
Saran yang baik, aku bergerak perlahan untuk mudur dan kembali duduk di atas
tempat tidur. Aku melihat seorang nenek dan dua orang pria yang tidak kukenal sedang
menatapku. "Aku Max, jika kamu bertanya," kata pria separuh baya yang berkacamata.
"Aku Rei," tambah pria yang terlihat masih muda sekitar usia 30an.
"Jaime," sahutku masih memegang kepalaku, aku merasakan sensasi pusing dan
berkunang- kunang seperti orang yang setelah jongkok untuk waktu lama dan tiba-tiba saja
berdiri karena terkejut, darah terasa tidak mengalir dengan baik.
"Kamu kehilangan cukup banyak darah," tambah Rei, "Kami tidak bisa membantu
untuk yang itu." Yah itu menjawab pusingku tapi tidak luka-lukaku yang sekarang sembuh bagaikan
kabut yang menghilang di pagi hari.
"Anak muda." Aku mencoba menatap ke arah seorang nenek yang duduk di depanku, tepatnya di
tengah- tengah antara Max dan Rei namun seketika pusingku kumat.
"Apa kamu salah seorang anggota BtP?" tanya nenek itu menatap serius padaku.
Mataku memicing menatap ke arahnya, tidak mengerti mengapa aku ditanya demikian.
"Tidak," jawabku singkat.
Nenek itu menatap pria di sampingnya yang segera mengganggukkan kepalanya. "Kamu
bekerja pada kelompok alinergi mana?"
Aku tidak memahami pertanyaan itu dan dari mana pola pikir nenek itu
menganggapku demikian, tapi aku terlalu pusing untuk semua itu, lebih mudah membuka mulut dan
menjawab, "Tidak ada."
~ 425 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Max mengganggukkan kepalanya. Nenek itu menatapku erat-erat, "Apa kemampuanmu
anak muda?" "Aku bartender," jawabku langsung.
Max mengganggukkan kepalanya lagi, tapi kini nenek itu terlihat sedikit kesal
dan marah, "Aku bukan bertanya tentang pekerjaanmu, aku bertanya tentang kemampuan
alinergimu." "Hah?" tanyaku tidak mempercayai apa yang kudengar.
"Kemampuan alinergimu anak muda," ulang nenek itu.
Aku terdiam, tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan itu, sedang menebak-
nebak apakah nenek itu sudah gila. Tapi demi melihat wajah serius nenek itu dan kedua
orang di sampingnya aku harus menjawab meski pusingku masih juga menggerogoti setiap sel
pikiranku. "Aku tidak memiliki kemampuan apa pun," jawabku lemah.
Max menggangguk dan kali ini Rei yang ganti bertanya, "Mengapa kamu berkeras
tidak mau ke rumah sakit, apa kamu sembunyikan" Biasanya hanya orang-orang yang telah
memiliki catatan hitam atau menjadi buronan di kepolisan saja yang melakukannya." Rei
menatapku sungguh-sungguh padaku dan begitu juga nenek itu. Aku terdiam sejenak, tidak
begitu mengingat jika aku begitu memaksakan diri untuk tidak masuk ke rumah sakit. Tapi
jika adapun alasan mengapa aku tidak mau ke rumah sakit saat itu maka aku hanya
mempunyai satu jawaban. Aku tidak punya uang! Jelas sekali hanya itu jawabannya karena aku tidak punya uang sama sekali untuk
ke rumah sakit dan pergi ke rumah sakit tanpa memiliki uang adalah sama juga dengan pergi
menandatangani surat hutang dan mungkin saja aku akan menginap di sana lima hari
untuk menemukan aku harus bekerja lima bulan untuk melunasinya. Biasanya beberapa luka
akan dapat sembuh dengan sendirinya setelah beristirahat di rumah tanpa ke rumah
sakit. Mungkin. Aku menatap Rei yang kini menunggu jawabanku. Aku merasa ragu juga malu jika aku
harus menjawabnya, "..."
"Ia tidak memiliki uang untuk ke rumah sakit oleh karena itu ia menolak ke rumah
sakit," sahut Max mengambil posisiku menjawab. Aku terkejut menatap Max yang kini
mendorong kacamatanya ke atas dengan sebuah jari tangannya. "Tidak usah berterima kasih,"
tambahnya. Pria itu dapat membaca pikiran, hanya itu yang terbersit dalam pikiranku.
~ 426 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Rei dan Nenek itu tidak mempercayai jawaban itu dan menatap Max. "Itu benar,"
kata Max tersinggung merasa dirinya diragukan. Ketiganya terdiam, suasananya terasa berat
dan bagiku hanya kepalakulah yang berat.
"Katakan anak muda," suara nenek itu memecah keheningan. "Jika kamu memiliki
kemampuan alinergi, apa kamu mau bergabung dengan kami?"
Aku jelas mendengar kalimat itu dan sedari tadi kata-kata mengenai alinergi
telah membuatku merasa tidak nyaman dan kini kata "kami" membuatku lebih tertarik
untuk bertanya lebih jauh. Mereka mungkin sekumpulan orang gila yang sedang
berhalusiniasi. Baguslah, aku memiliki teman berhalusinasi sekarang.
"Siapa kalian...?"
Bagiku kini kata Alinergi hanyalah lelucon kejam dan aku sudah berhenti
memikirkan hal itu. Nenek itu menatap Max dan Max mengganggukkan kepalanya menjawab, "Kami adalah
kelompok yang terdiri dari para alinergi yang tidak memihak mana pun. Kami hidup
saling melindungi sesama alinergi dari pihak BtP juga dari kelompok kelompok alinergi
lain yang ingin menggunakan kekuatan kami semena-mena." .
"Kami 3rd," tambah Rei.
Otakku terasa semakin kacau tapi kali ini semuanya terasa menggelikan.
"Pertama-tama dia menganggap kita gila dan sekarang ia mengganggap kita
menggelikan," kata Max pada nenek itu dengan wajah tidak percaya.
"Dasar anak muda, kami bertanya kepadamu apakah kamu mau bergabung dengan kami
dengan baik-baik, kamu malah mengganggap kami ini menggelikan." Nenek itu
berang.

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Suara keras Nenek itu menerobos telingaku dan membuat kepalaku semakin sakit.
Aku tertawa, "Jika aku memiliki kemampuan alinergi, pertama kali yang akan kulakukan
adalah mendaftar ke BtP." Memikirkan sampai sana suasana hatiku menjadiburuk. "Terus
mendapatkan gaji yang tinggi dan hidup bahagia.... Hehehe... kalian pikir aku anak
berumur berapa yang masih percaya kebebasan, persahabatan, tolong-menolong...?"
Suasana menjadi hening, karena suaraku mendadak meninggi. "Jika ada yang
kupercayai, itu adalah uang, keamanan hidup dan masa depan yang pasti..." Bagaimanapun hatiku
terasa berat saat mengatakan hal itu, "Jadi ..." suaraku memelan, "Jangan katakan aku
ini alinergi karena aku bukan alinergi. Jadi berhentilah bertanya, Sialan!!!!!" teriakku
keras, kepalaku pusing dan ditambah dengan suasana hati yang buruk juga teringat kembali aku
harus menjual LXXku. ~ 427 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Sialan. Kini nenek itu terlihat marah dan menatapku, "Jadi untuk apa kamu mendekati
cucuku?" Aku bingung seketika. "Maksudnya Maria, "tambah Max.
"Apakah gadis tadi?"
"Benar," kata Rei.
"Mendekatinya ..." Kuharap aku tidak sesial itu untuk dapat mendekatinya."
Mengingat dialah penyebab masalahnya. Aku terdiam, mencoba menyusun kembali pikiranku.
Nenek itu memandang Max meminta penjelasan.
Max terdiam dan menatap sang nenek, menggerakkan tangannya dan mulai menjelaskan
"Maria menabraknya. Membuat kantongannya terjatuh dan menghancurkan minuman
bosnya yang harus ia ganti dengan menjual sebuah laptop kesayangannya. Selain itu, ia
juga terpaksa berhadapan dengan dua puluhan orang ...."
Aku takjub menatap Max, tapi dorongan untuk istirahat masih lebih besar sehingga
aku merebahkan diri. Nenek itu tidak terima, "Cih, cuma minuman seharga sebuah
laptopnya tidak seharusnya Maria merepotkan dirinya membawa anak tak tahu diri ini ke sini
hanya karena itu!" Emosiku sedikit terpancing hendak protes tapi kelihatannya aku tidak membutuhkan
hal itu. "Minuman yang harus diganti itu Macallan 1946, harganya kira-kira..." Max
menunjukkan sejumlah jari tangannya. Nenek itu mengucapkan sejumlah harga yang membuatku kesal dan Max segera
menggelengkan kepalanya memberikan tambahan tiga angka nol pada nilai uang yang
disebutkan nenek itu. Jelas terlihat seperti hantaman berat bagi jantung tuanya.
"Tapi apakah sebuah laptopnya bisa membayar uang sebesar itu?" protes nenek itu lagi.
"Laptopnya LXX yang jika dijual di pasaran harganya sekitar..." jawab Max yang
membuat nenek itu dan Rei membuka mulut mereka tidak percaya.
"Jadi dia orang kaya?" tanya Rei.
Max mengernyitkan alisnya. "Sayangnya tidak, dia bisa dibilang sangat miskin
dengan laptop yang merupakan pemberian seseorang."
"Apakah Maria harus mengganti minuman itu?" tanya Nenek tersebut tidak percaya.
~ 428 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Max menggelengkan kepalanya.
Aku tidak membutuhkan bayaran apa pun juga, karena toh bukan sepenuhnya
kesalahan Maria juga. Aku hanya ingin... istirahat lebih lama dan tepat saat aku menatap jam
dinding yang tergantung di kamar membuatku segera memaksakan diri untuk berdiri. "Jaime,
aku akan mengantarkanmu pulang dengan mobil istirahatlah sebentar lagi," kata Max.
Itulah perkataan terindah yang kudengarnya sepanjang hari ini. Aku mengucapkan
terima kasih dari dalam hati dengan sungguh-sungguh. Aku sadar untuk jam selarut ini
hampir dapat dipastikan akan susah mencari kendaraan untuk pulang dan aku tidak mungkin dapat
berjalan pulang. Apalagi aku harus bekerja besok dan mengantarkan Macallan ini untuk
pelanggan Master. Nenek itu masih ingin bertanya sesuatu lagi, tapi Max segera
menghentikannya. "Sebaiknya kita keluar dan tidak mengganggunya beristirahat," kata Max penuh
simpati. Dan harus kuakui, kembali aku sangat berterima kasih, karena saat ini hal yang
benar-benar kubutuhkan adalah beristirahat. Tubuhku terasa lemah, kepalaku berdenyut,
perasaan yang benar-benar buruk dan hari yang jauh dari menyenangkan. Aku hanya ingin menutup
mata sejenak dan melupakan semua itu untuk beberapa saat ini. Nenek tersebut terlihat
masih hendak protes tapi Max sudah menariknya keluar dan Rei mengikuti dari belakang.
*** Ketiganya segera menuruni tangga menuju ke ruangan Kafe Shangri-la di mana
terlihat tidak ada tamu selain Maria yang sedang duduk dalam gelisah dengan pikirannya sendiri
sambil menikmati minuman hangatnya dan di dekatnya terlihat Jack dan Biggs yang sedang
berbincang-bincang perlahan. Keduanya langsung terdiam saat melihat Rei dan Max
masuk diikuti Almaria, sang Nenek.
"Dia bukan alinergi," kata Almaria pada mereka semua. "Max akan membuatnya lupa
dan mengantarkannya pulang." Semua orang di sana diam menerima keputusan itu.
"Dia alinergi," kata sebuah suara dari ujung pintu masuk.
"Kakek," panggil Maria.
"Sensei," panggil Rei.
"Apa kamu sudah pikun, Jushin?" tanya Almaria, "Aku ini finder, bisa membedakan
energi seorang alinergi atau tidak. Dia memang memiliki energi sedikit lebih tinggi
daripada orang biasa, tapi tetap saja dia bukan alinergi."
~ 429 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Kakek tua itu mendekati meja mereka dan mengambil tempat duduk, "Aku sudah
membuatkan sebuah topeng alinergi untuk pemuda itu." Kini semua orang di sana
menatap pada dirinya. "Kamu membuatkannya sebuah topeng alinergi?" tanya Almaria tidak percaya.
"Begitulah, apa kamu tidak membaca seluruh pikirannya?"
Almaria terlihat marah, "Cih, kamu tahu aku tidak akan pernah mau membaca
pikiran lelaki, apalagi yang masih muda seperti dia, tidak ada yang benar!"
Jushin tertawa, "Almaria, dia alinergi. Tapi mungkin sama seperti pembuatan
topengnya, dirinya saat ini belum menyadari kekuatannya sendiri."
"Apa itu mungkin, Sensei?" tanya Rei.
"Pada awalnya saat aku membuat topeng untuk anak muda itu. Aku juga berpikir
tidak mungkin dapat membuatnya, topeng untuknya seharusnya dibakar dengan suhu api
standar yang biasa digunakan untuk membuat topeng manusia biasa, yang jauh lebih rendah
daripada suhu api untuk membuat topeng alinergi," Jushin mengenang kembali saat ia membuat
topeng untuk Jaime. "Tapi ternyata suhu itu juga tidak berhasil membuat topengnya dan saat aku
mencobanya dengan suhu api alinergi, topeng itu juga tetap tidak mau terbentuk." Jushin
mendesah, "Aku cuma dapat mengatakan bahwa setiap kali suhu apinya naik, struktur topeng itu
semakin keras. Hal ini adalah yang pertama kali kulihat selama aku menjadi pembuat
topeng dan saat aku menaikkan suhu apinya hingga dua kali lipat suhu alinergi, aku hampir yakin
struktur topeng itu akan hancur menjadi abu." Jushin diam dan berpikir panjang sejenak
menyesap teh hangat yang baru saja dihidangkan Maria untuknya.
"Lalu apa yang terjadi Sensei?" tanya Rei.
"Saat itu, dari struktur yang hampir hancur muncul struktur baru yang sangat
keras dan membentuk topengnya sendiri," jawab Jushin dengan mata bersinar.
"Tapi itu tidak mungkin," bisik Rei yang juga merupakan pengrajin topeng di
bawah asuhan Jushin langsung. "Dengan suhu dua kali lipat benda apa pun akan luber dan
musnah." Jushin tertawa bahagia dan senang, ia mencintai topeng seperti mencintai anaknya
sendiri. Dari setiap topeng yang ia buat, ia dapat mengetahui karakteristik dan kemampuan
seseorang yang memesannya. "Saat topeng itu hampir kehilangan keberadaannyalah, maka
kemampuan sejati darinya muncul," Jushin tersenyum mengingat hanya ada beberapa topeng
yang sanggup memberinya kesan kuat dan sulit untuk dilupakan.
~ 430 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apakah topengnya indah?" tanya Almaria, ia sudah menemani suaminya selama
puluhan tahun dan ia juga memahami setiap topeng meski tidak sebanyak suaminya.
"Hanya sebuah topeng hitam sederhana yang menutupi mata dan hidung saja," tambah
Jushin. "Oh ya jadi di mana keistimewaannya, kedengaran seperti topeng jelek?" tanya
Jack. "Topeng itu terlihat hitam, seperti arang, kokoh seperti baja tapi selembut
sutra ... ah mungkin tidak, topeng itu jika kamu menyentuhnya dengan lembut, maka akan terasa
sangat lembut. Akan tetapi saat kamu menekannya dengan keras maka ia akan berubah
menjadi sangat keras dengan sendirinya."
Rei terkejut memikirkan jika ada bahan topeng yang begitu hidup. "Sensei apakah
topeng itu bereaksi terhadap lingkungannya?"
"Begitulah," kata Jushin, "Tergantung dari cara kamu memperlakukannya maka ia
dapat menjadi lembut atau keras." Jushin merasa sudah ia berbicara terlalu banyak
"Max, apakah dia bukan anggota BtP?"
Entah kebiasaan atau memang untuk sekedar menambah ekspersi serius, Max
mendorong kacamatanya ke atas. "Tidak, ia bukan anggota BtP. Bahkan ia tidak memiliki
kemampuan alinergi sama sekali. Meski... aku merasa sedikit keanehan pada beberapa bagian
pikirannya, rasanya ada yang aneh..."
Almaria mendengus kesal, "Semua anak muda lelaki memiliki pikiran yang aneh."
Mata Biggs terbuka lebar, "Jadi benar, dia mengalahkan dua puluhan orang
berandalan itu tanpa menggunakan kekuatan alinergi sama sekali" Wow."
Maria tidak mengerti jalan pemikiran para lelaki. Ia sendiri sebenarnya menunggu
Jaime di luar pusat pembelanjaan untuk meminta maaf pada lelaki itu sekali lagi, setelah
melihat jumlah uang yang harus diganti, perasaannya menjadi tidak enak. Saat ia melihat
Jaime dikerumuni banyak berandalan, dalam keadaan panik ia segera menghubungi Biggs.
Dan Biggs menbawa Jack ikut serta mencoba menemukan Jaime.
"Ia hampir membunuh mereka semua," tambah Max. "Dan bisa dikatakan, Ia menang
mutlak meski di lain kesempatan ia tidak akan seberuntung itu lagi."
"Yah, dia hampir mati," tambah Jack tidak senang.
Jushin diam memperhatikan Maria, cucunya yang terlihat sedih memikirkan keadaan
Jaime. Ia ingat saat Rei menghubunginya untuk meminta bantuan penyembuhan, karena
keadaan pemuda itu sudah kritis dan Rei tidak dapat menyembuhkan lebih jauh. Tidak
nantinya Jushin akan membantu siapa pun juga jika bukan karena cucunya menangis meminta
pertolongan, ~ 431 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Maria, apa hubunganmu dengan anak muda itu?" tanya Jushin yang merasa sudah
saatnya ia diberitahu. Pertanyaan itu mengundang minat Jack dan juga Biggs.
Maria menundukkan kepalanya terlihat sedikit pucat, "Aku mencoba memisahkan
Diana yang sedang bertengkar dengan beberapa orang dan mereka mendorongku dengan keras
hingga mengenai dirinya dan..." mata Maria menatap ragu-ragu ke arah Jushin, "Dan
menghancurkan minuman yang dipegangnya."
"Diana" Kucing liar itu?" tanya Jushin dengan perasaan tidak suka.
"Iya." "Dia terlalu sering mencari masalah," kata Almaria mendesah nafas panjang yang
juga tidak pernah menyukai Diana. Max tertarik dan bertanya pada Maria, "Apakah kamu tahu berapa biaya yang harus
dikeluarkan pemuda itu untuk membayar ganti rugi minuman itu?"
Maria mengingat kuitansi yang disodorkan Jaime dan menyebutkan sejumlah harga
yang membuat Jack, Biggs dan Jushin terkejut tidak percaya. "Hanya untuk minuman
saja?" tanya Jack pada Maria. Maria hanya dapat mengganggukkan kepalanya. Suasana menjadi hening. "Apakah aku
harus ikut membayarnya?" tanya Maria berbisik lirih.
Max merasa Ia harus jujur menjawab sesuatu setelah membaca pikiran Jaime,


Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Menurutku pria itu tidak nantinya akan menerima uang ganti rugimu, karena..." Otak Max
mencari kata- kata tepat, "Ia sudah menganggap itu sebagai sebuah kesialan bagi dirinya. Ia
tidak menyalahkanmu... yah mungkin ada sediki. Menurutku dia tidak akan sampai memintamu
mengganti rugi." Max masih berusaha mencari kata yang tepat "Karena menurutnya
kamu tidak bisa disalahkan..."
"Cih, itu sama saja membuat cucuku berutang budi padanya," gerutu Almaria kesal.
"Jadi apa kamu akan membayarnya?" tanya Jushin penasaran karena ia tahu seberapa
pelit istrinya. Mata Almaria bergidik menatap sang kakek, "Dia sudah menganggap itu kesialannya
dan kesalahan berandalan yang mengganggu Maria, tidak nanti aku akan begitu bodoh
membayarnya." "Kalau begitu sama saja cucu kita sudah berhutang pada pemuda itu?" ejek Jushin.
~ 432 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Cucuku tidak berutang apa pun padanya," sahut Almaria, "Aku akan mengatur
supaya pemuda itu juga tidak perlu membayar uang ganti rugi itu."
Bagaimanapun juga Jushin senang mempermainkan istrinya, "Mungkin dia tidak perlu
membayar ganti rugi, tapi tidakkah kamu melihat jika dia juga terluka dan patah
tulang di beberapa tempat, hampir mati tepatnya karena cucu kita." Maria terlihat muram,
Almaria ikut terdiam dan menatap pada cucunya. "Max apa kamu menemukan keinginan dari pemuda
itu" Mungkin aku bisa membantunya sedikit, agar Maria tidak terlalu memikirkannya,"
kata Jushin. "Dia ingin menjadi alinergi," jawab Max langsung.
"Cih, aku akan memberinya ganti rugi untuk hal itu," kata Almaria sambil berdiri
dan berjalan menuju ke lantai atas dengan kesal.
Jushin tersenyum melihat kelakuan istrinya, "Jadi apa yang akan kau lakukan
padanya?" tanyanya pada Max "Menghapus beberapa ingatan dalam pikirannya," kata Max. "Mungkin juga mengganti
ingatan orang-orang yang terlibat dengan masalah minuman itu mengingat ketua
ingin kita membereskannya juga."
Jushin tidak meragukan kemampuan Max dalam hal itu, ia dapat menghilangkan
pikiran dan menanamkan beberapa pikiran palsu pada siapa pun. Meski istrinya, Almaria, yang
sebenarnya memiliki kemampuan membaca pikiran jauh lebih tinggi tingkatannya
dalam mencuri dan mengotak-atik pikiran seseorang. "Apakah kamu benar-benar yakin dia
bukan anggota BtP?" tanya Jushin pada Max sekali lagi, mengingat gadis bernama
Michelle yang datang bersamanya adalah anggota BtP tulen. Biggs, Jack, Rei dan Maria menatap
pada Max. "Tidak, sama sekali. Tapi aku yakin dia akan langsung menjadi anggota BtP jika
ia mengetahui dirinya adalah alinergi."
"Jadi dia bibit musuh kita," kata Jack yang sebenarnya masih menyimpan rasa
dendam pada Jaime, mungkin karena ia merasa Maria terlalu memperhatikannya.
Semua orang terdiam. "Aku akan membantu membereskan masalah ini," kata Jushin berjanji.
*** Aku tidak percaya aku melupakan semua itu, tangan kiriku segera menggenggam
pergelangan tangannya yang masih memegang dahiku. "Lama tidak jumpa, Max,"
sahutku. ~ 433 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Max dengan jari tangan lainnya mendorong kacamatanya dan menatapku tidak
percaya, "Bagaimana kamu bisa mengingat kami kembali, Jaime?"
Seketika tadi saat aku menyinkronkan kekuatan Max padaku mendadak aku dapat
membaca pikirannya Max dan mengetahui di dalam pikirannya bahwa dia pernah menutup
ingatanku. Dengan kekuatannya, aku dengan mudah dapat menemukan tempat Max menutup
ingatanku dan mengembalikan ingatan awalku. Kini kembali aku mendengar suara di dalam
pikiran Max. "Max, kamu tidak akan dapat membuatku lupa lagi," kataku karena aku sudah
membaca pikirannya. Max menaikkan alisnya dan tersenyum berusaha menggapaikan tangannya kembali pada
dahiku dan aku menahan tangannya sekuat mungkin. "Apakah kamu sudah bergabung
dengan BtP sekarang?" tanya Max.
Aku sadar tidak ada gunanya berbohong padanya mengingat dia bisa membaca
pikiran, "Sayang sekali Max, namaku sudah masuk ke dalam daftar buku hitam di BtP jadi
harapanku menjadi anggota BtP sudah habis dan aku juga tidak mau bergabung dengan kalian
..." Aku masih membaca pikiran Max dan sesuatu di sana membuat nafasku menjadi sesak,
"Apakah itu benar Max?" "Apanya?" Sebaiknya aku mengonfirmasikan kebenaran hal ini pada orang yang lebih memahami
saja. Aku tidak punya waktu bermain-main sekarang, jika hal itu benar maka aku akan
segera menjadi orang paling bahagia di muka bumi. Sekali lagi aku mengerahkan energiku
dan juga segera melakukan dominasi energi pada sekelilingku termasuk Max. Memaksanya
untuk mejauhkan tangannya dari jangkauanku dan segera melompat terbang di atas
kepalanya menuju ke pintu keluar di atas. Aku membuka pintunya serta menerjang keluar
sambil mengatakan, "Terima kasih Max, aku berutang padamu jika hal itu benar."
Sesampainya di luar aku berjalan cepat sambil mengeluarkan telepon genggamku untuk menghubungi
Michelle. "Tut... Tut...Telepon yang anda panggil sedang tidak aktif atau berada di luar
jangkauan." Aku hampir memaki dan segera mematikan teleponku berharap Michelle tidak sedang
bertugas hingga memakan waktu berbulan-bulan. Tidak dapat bersabar lagi, aku
langsung menuju ke apartemen Michelle yang terlihat kosong dan dengan kesal meninggalkan
sebuah memo di atas mejanya agar ia dapat menghubungiku saat ia sudah kembali. Jika hal
yang dikatakan Max itu benar maka peluangku untuk menjadi anggota BtP masih terbuka.
Sekecil apa pun peluang itu, aku harus mengusahakannya.
Menjadi anggota BtP. ~ 434 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 26 GRIS Aku tidak berhasil menghubungi Michelle dalam beberapa hari ini, kemungkinan
besar ia sedang di luar kota atau sedang dalam misi penyamaran. Aku juga sudah melakukan
pengecekan atas kebenaran informasi tersebut mengenai jalan belakang untuk dapat
menjadi anggota BtP. Dapat dikatakan aku masih memiliki kemungkinan untuk menjadi
anggota BtP meski namaku sudah tercatat dalam daftar, kini semuanya tergantung pada
Michelle. Dengan hati-hati aku menghentikan mobil truk pick-up Kafe Eve di pinggir jalanan dekat
sebuah bar. Waktu menunjukan pukul 20:25. Aku dapat melihat di depan bar terisi penuh dengan
para punker muda dan aku segera turun dari truk sambil membawa kotak kayu besar yang
berisi beberapa botol minuman mahal. Berjalan memasuki sebuah jalanan kecil yang menuju
ke pintu belakang bar. Memasuki pintu kecil itu aku langsung disambut dengan suara
keras musik yang memekakkan telinga, aku bahkan belum memasuki barnya.
"Jaime!!" seorang wanita muda dengan tindik di hidungnya, rambut berwarna pink
dan biru berteriak kepadaku dengan suara keras. Aku mendekatinya dan ia langsung
melanjutkan, "Bos menyuruh kamu mengantarkannya langsung ke meja bar, ia sudah menunggu
minumanmu." "Baiklah," balasku sambil berteriak padanya dan langsung berjalan menuju ke
sebuah lorong yang menghubungkan ruangan belakang dengan bar. Suara memekakkan telinga
langsung menerjangku dengan keras, teriakan-teriakan penyanyinya di atas panggung benar-
benar ~ 435 ~ - B L E S S E D H E A R T -
menggila. Aku melihat begitu banyak para punker yang sedang melompat-lompat
sambil tertawa dan berteriak-teriak memberi semangat.
Kupikir tempat ini bukan lagi bar.
Berapa kali pun aku memasuki tempat ini, aku tetap tidak terbiasa untuk memahami
pola pikir mereka dengan rambut yang dicat, pakaian berkilat keren ala rocker atau
punker dan berbagai tindik di seluruh wajah serta tubuh mereka. Mungkin suatu saat nanti
aku harus mencobanya sendiri untuk dapat memahami mereka. Aku mendesah dan mulai mendesak
beberapa orang ke kiri dan kanan untuk dapat menerobos kerumunan orang-orang
yang sedang melompat-lompat di lantai dansa dalam kepanasan. apa pun itu, aku hanya
perlu mengerjakan satu-satunya tugasku kemari, mengantarkan beberapa botol minuman
kepada pemilik bar "Angel Rock" ini. Pemilik bar ini adalah bartender didikan Master
sehingga pemiliknya selalu memesan beberapa minuman khusus melalui Master dan seperti
biasanya aku yang mengantarkannya.
Suara teriakan dan nada-nada tinggi mendadak melompat dan menerkam gendang
telingaku langsung tanpa ampun. Kembali sambil mendesak dan menggeser beberapa tubuh-tubuh
yang berlompatan dan berdesak-desakan serta mencium aroma parfum keras mereka, aku
mencoba menerobos kerumunan terakhir menuju meja bar. Hanya perlu menyerahkan minuman
dan mengambil sebuah slip bukit maka tugasku selesai malam ini juga.
"Yo, Jaime." "Senior," panggilku setelah melihat seorang bartender di balik meja bar
memanggil. Aku memanggilnya senior karena bagaimanapun juga dia belajar menjadi bartender lebih
duluan daripadaku. Senior itu langsung menyambut minuman yang kuserahkan, membuka salah
satu botolnya dan langsung menuangkan ke atas sebuah gelas untuk diberikan kepada
seorang pelanggannya yang sedang duduk di depan meja bar.
"Sudah terbiasa dengan tempat ini?" tanya senior itu sambil melemparkan
senyumannya dengan tangan yang sedang menuliskan sebuah slip penerimaan untukku.
"Kurasa aku tidak akan pernah terbiasa dengan kebisingan ini," jawabku jujur.
Senior itu tertawa sambil menyerahkan slip bukti penerimaan padaku, "Aku juga
belum terbiasa meski sudah bertahun-tahun, tapi di sinilah aku sedang mencari makan."
Dan ia memulai kesibukannya untuk menuangkan minuman pada para pendatang. Sesuatu di
sudut ujung bar menarik perhatianku, terlihat seorang gadis muda dengan pakaian ala
rocker dan make-up tebal sedang menatapku. Aku tidak mengenalnya tapi kedua bola mata itu
memperhatikanku dan sekarang tangannya melambai-lambai ke arahku meneriakkan
sesuatu yang langsung tenggelam oleh suara riuh tinggi musik rock.
~ 436 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Lambaian padaku" Apakah aku hendak membalas lambaian itu atau mendekatinya
langsung" Saat itu dua orang pria punker lewat dari belakangku dan menuju ke arah wanita
itu. Sialan ternyata ia melambai pada orang di belakangku, untung aku tidak membalas
lambaian tadi. Dua orang punker, yang satu berambut cepak dan lainnya botak dengan tattoo,
keduanya memiliki tindik yang memenuhi seluruh wajah mereka terlihat sedang berbicara
dengan gadis itu. Sedikit penasaran aku mencoba melirik ke arah ketiga orang itu dan terlihat
mereka mulai bertengkar mulut. Entah bagaimana gadis itu melayangkan tangannya dan menampar
punker botak. Wajahku seketika meringis.
Tentunya keras sekali karena punker botak langsung terjatuh ke bawah sambil
menyeret sebuah bangku Bar. Temannya punker cepak terlihat marah dan menggenggam kedua
tangan gadis itu yang detik berikutnya aku sudah melihat punker malang itu meringkukkan
tubuhnya dengan kedua tangan memegang bagian vital bawahnya.
Auchhh, pasti sakit sekali.
Gadis itu langsung melarikan diri dari kedua pria itu dan mendekatiku.
"Jaime!" teriaknya menembus suara-suara bising.
"Hah?" Aku masih tidak mengenal wanita itu tapi setelah ia mendekat aku dapat
melihat bentuk wajah dan mata yang tertutup dalam make tebal.


Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Gris?" tanyaku bingung sekedar menebak saja.
"Siapa lagi" Apa kamu berharap Angelina datang ke tempat ini?" tanya Gris sambil
tertawa cekikan. Di sudut lain aku kembali melihat dua orang punker itu sudah mendekat
ke arahku atau tepatnya ke arah Gris dan punker botak segera mengangkat kepalan tangannya
untuk melayangkan pukulan pada Gris. Aku tidak ingin terjadi sesuatu pada Gris
sehingga maju untuk menarik Gris ke arahku dan tanganku lainnya menangkap pukulan yang sedang
melayang itu di udara, berikutnya Gris berbalik melakukan sesuatu yang membuatku
tidak habis pikir. Sesuatu yang tidak akan pernah kubayangkan sekalipun.
Gris mengambil sebuah botol minuman di atas meja bar dan dengan cepat
memukulkannya tepat mengenai kepala punker botak itu membuat pecahan kaca berserakan dengan
percikan ~ 437 ~ - B L E S S E D H E A R T -
minuman membasahi diriku. P unker botak langsung rebah ke lantai. Mataku
memandang pada Gris. Cewek ini gila!! Aku belum pernah melihat perempuan seperti ini sebelumnya dan lebih-lebih lagi
Gris terlihat tidak ada rasa takut sama sekali, dia bahkan tersenyum jahil menikmati
ketegangan yang ada. Berikutnya punker cepak segera mengangkat sebuah kursi tinggi bar.
Dendam Bidadari Bercadar 3 Raja Naga 15 Pusara Keramat Pendekar Baju Putih 7
^