Pencarian

Hati Yang Terberkahi 9

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara Bagian 9


kamu tiba di kota ini." Aku menarik nafas dalam-dalam, mungkin semua data diriku ada di dalam
pad-nya. "Dan kamu mendaftarkan diri sebagai alinergi." Tubuhku bergetar dan Nadia sedang
melihat ke arahku, Lawrence juga menatapku dengan tajam. Tidak ada yang dapat kulakukan
selain menggangguk lemah. "Menurut catatan di sini kamu bisa terbang ... mencatatkan
diri sebagai penerbang." Aku menarik nafas dan berbisik lemah, "Iya." Nadia kelihatan sedikit terguncang
dan menatapku dengan sebuah tatapan yang mungkin dapat membunuhku, tatapan yang
seolah- olah ingin mengeluarkan seluruh isi tubuhku.
"Tapi namamu masuk ke dalam buku hitam hingga saat ini karena ternyata menipu,"
lanjut Lawrence tersenyum senang. Aku menggigit gigiku dan mengeraskan rahangku,
seluruh otot- otot tubuhku menegang. Aku bisa tebang!! "Menipu?" Bisik Nadia lirih mencoba melihat pada Lawrence. Aku merasa kakiku
goyah dan segera mencari sebuah tempat untuk duduk. Lawrence mengangkat bahunya, "Mungkin
tepatnya bermimpi, berhalusinasi dan terpaksa diseret keluar dari ruangan karena
melakukan hal yang kurang sopan," detik berikutnya Lawrence memperlihatkan sebuah video
dalam pad elektroniknya pada Nadia. "Ini rekaman yang terekam oleh kamera pengawas pada
saat itu." Aku tidak ingin melihatnya bahkan mengingatnya pun aku tidak mau, namun dari pad
elektronik itu terdengar suara,
"Aku bisa terbang..!!! Aku bisa terbang..!!!" Suara-suara, teriakan-teriakan
saat aku begitu lemah dulu. Aku menutup mataku merasa suara-suara itu telah membuka semua hal
yang sangat tidak ingin kuingat lagi.
Semua itu menyayat-nyayat harga diriku. Kotak paling kelam dalam diriku terbuka
lagi. Kini dengan ditunjukannya semua itu di depan Nadia, aku mendadak merasa tubuhku,
diriku menjadi begitu kecil. Aku menutup wajahku dengan kedua tanganku yang basah
karena keringat dan menarik nafas dalam-dalam. Aku seorang pecundang dan kini Nadia
sudah melihat semua sisi jelekku, isi tabunganku, mimpiku yang hancur, aku benar-benar
telanjang. Aku menarik nafas dalam-dalam dan mendadak dalam sekejap seluruh energiku
mengalir ~ 346 ~ - B L E S S E D H E A R T -
keluar dari tubuhku dan menyelinap memenuhi seluruh rumah. Di sela-sela jariku
aku membuka mata dan menatap pada Lawrence.
Aku akan membunuhnya. Tidak seharusnya dia dengan semua kekuasaan dan apa yang dimilikinya untuk
menginjak- injakku, tidak seharusnya ia menyentuh harga diriku. Bagaimanapun juga aku
adalah seorang manusia dan seorang lelaki. Aku mengerahkan energi terbangku untuk menyelimuti
Nadia, karena aku ingin dirinya menyingkir menjauh terlebih dahulu sebelum aku akan
menyerang Lawrence. Energiku sudah menyelimuti tubuh Nadia dan mulai melakukan
sinkronisasi padanya. *** Nadia terkejut, ia mendadak merasakan suasana dalam ruangan berubah dan sebelum
ia mengetahui apa pun juga, mendadak sebuah energi menyelimutinya dan mulai
mendominasinya. "Sensasi ini," batin Nadia dan langsung melihat pada Lawrence
yang terlihat sedang tertawa melihat pada pad nya, seperti tidak merasakan apa pun
juga. "Bukan dia," batin Nadia dan kemudian melihat pada Jaime yang sedang duduk di depan
mereka. Jaime menutup wajahnya namun dari sela jari-jarinya terlihat mata tajam yang
menatap pada Lawrence, hal yang mengidikkan Nadia, karena seluruh tubuh Jaime memancarkan
hawa mengintimidasi, tidak seperti biasanya Jaime yang tertawa dan tersenyum.
Mendadak Nadia dapat merasakan lebih jauh energi tersebut membuatnya merasa melayang.
*** "Jaime, Jangan lakukan itu!!!"
Mendadak sebuah suara terdengar dalam kepalaku. Apakah suaraku atau seseorang
sedang berbicara dalam kepalaku. Aku tidak tahu tapi suara itu begitu nyaring. Seketika
itu juga dalam pikiranku aku mulai protes. "Dia menghinaku di depan orang yang kucintai,
tidak seharusnya ia menginjak-injak harga diriku."
"Jaime ingatlah jika kamu melakukannya bukan saja kamu akan menjadi buronan tapi
kamu akan menjadi rabbit."
"Aku tidak perduli ."
"Tapi apakah kamu mau melihat Lily masuk ke dalam penjara rabbit lagi, tidakkah
kamu menyadari betapa bahagia dia di sini. Apa kamu mau mengorbankan nyawa dan masa
depannya hanya karena perasaanmu semata?"
"Kak Jaime..." ~ 347 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Suara Lily terdengar dalam kepalaku. Aku terdiam dan mataku menutup, aku merasa
hatiku begitu sakit sekali. Aku masih dapat mendengar bagaimana Lawrence tertawa
terbahak-bahak mendengar suaraku berteriak-teriak yang keluar dari pad elektronik itu.
Seakan-akan semuanya begitu lucu.
Kupikir mataku basah. Aku tidak boleh mencelakakan siapa pun yang tidak ada
hubungannya dengan masalah ini. Hutang piutangku pada Lawrence dapat dihitung kapan saja.
Sesaat itu juga aku melepaskan semua energiku dan menarik nafas dalam-dalam, aku tidak
boleh membahayakan Lily. Aku akan melepaskannya untuk saat ini.
*** Nadia mendadak merasa seluruh energi dari tubuhnya dan di sekelilingnya lenyap
begitu saja. Lawrence masih tertawa dan Jaime sudah menutup mata sepenuhnya. Nadia terlihat
bingung, tidak begitu mengerti apa yang sudah terjadi.
*** Lawrence terlihat sangat puas dengan semua yang dilakukannya dan menyandarkan
dirinya, "Aku ingin tahu apakah LXX dan buku-buku referensi khusus BtP untuk alinergi itu
adalah milikmu?" Ia menunjuk pada meja tempat LXX-ku berada dan rak bukuku. Wajahnya
terlihat sangat meremehkan. Aku menelan ludah. Apakah sekarang aku akan dicurigai sebagai pencuri" Karena
jelas sebagai seorang pelayan bar aku tidak boleh memiliki buku referensi khusus BtP
yang berbaris rapi di rak bukuku dan juga tidak akan pernah sanggup membeli LXX yang
harganya selangit. Hanya dengan mencurikah aku mungkin memiliki benda-benda itu"
Aku tidak tahu pasti harus menjawab apa. "Bukan milikku, Sir."
"Oh ya, kalau begitu milik siapa," tanya Lawrence sedikit tersenyum, ia merasa
sudah menggenggam ekorku tapi tidak tahu ke mana semua itu akan menuju.
"Michelle, keponakan Master. S ir," kataku ragu-ragu dan berharap semoga aku
tidak memberikan masalah pada Michelle. Nadia menatapku dengan sejuta pertanyaan,
Lawrence tampaknya tidak puas dengan jawaban itu.
"Kamu mencuri darinya?" tanya Lawrence mengejek.
~ 348 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Emosiku membara begitu tinggi dan sambil merapatkan gigiku aku mengeram, "Semua
ini miliknya, Sir." "Apakah maksudmu Michelle The Mimikri dari Divisi Intelijen?" tanya Lawrence
penasaran. "Benar, Sir." "Bukankah Sir berteman baik dengan Michelle?" sahut Nadia mendadak.
Lawrence terkejut mendengar hal itu dan kemudian sedikit tergagap menambahkan,
"Sekedar teman lama." Ia menyembunyikan sesuatu, aku yakin itu.
"Apakah kamu keberatan jika aku menghubungi Michelle untuk mengonfirmasinya?"
"Tentu tidak," jawabku membiarkan Lawrence mengeluarkan telepon genggamnya dan
menghubungi Michelle. Aku berdoa dalam hati agar Michelle sedang bertugas dan
teleponnya dalam keadaan tidak aktif atau mungkin jika ia menerima telepon itu
cukup mengonfirmasikannya saja. Semoga semua ini tidak merepotkannya.
"Michelle," panggil Lawrence di ujung telepon dan mulai berbicara. "Apakah kamu
mengenal Jaime?" Jantungku berdebar. "Kami berada di tempatnya saat ini," hening sejenak, "Kami mencurigainya
memiliki beberapa benda yang tidak seharusnya ada padanya." Emosiku terbakar. "Mencuri,
mungkin," kata Lawrence sambil tertawa.
Cukup sudah. Sekali lagi energi terbangku meledak menyusup ke sekeliling rumah.
Cukup sudah, semua penghinaan ini.
"Jaime, hentikan!" Sebuah teriakan muncul dalam pikiranku.
Tidak, dia sudah keterlaluan, setelah ini semua selesai aku akan membawa Lily
dan Xian langsung terbang ke mana pun yang mereka inginkan. Setidaknya bagi mereka
semakin jauh dari tempat ini pasti akan semakin bagus.
*** Nadia sedikit merasa tidak enak mendengar bagaimana Lawrence menuduh Jaime, tapi
karena ia tidak mengetahui kebenarannya, ia hanya dapat diam. Lagipula saat ini
Lawrence ~ 349 ~ - B L E S S E D H E A R T -
adalah atasannya. Mendadak sebuah ledakan energi terjadi lagi di sekeliling
ruangan, kali ini energinya terasa begitu pekat dan panas. Nadia melihat pada Lawrence yang sedang
berbicara pada telepon genggamnya seolah-olah tidak terjadi apa pun juga. "Apa dia tidak
menyadarinya atau dialah yang mengeluarkan energi itu," pikir Nadia.
Ia melihat pada Jaime dan terasa jelas kemarahan mengalir dari setiap pori-
porinya. "Jaime,"
panggil Nadia tanpa sadar, tiada respon, yang membuat Nadia merasa bergidik
sedikit ketakutan, "Jaime.." Terlihat aura gelap di sekeliling Jaime.
Ada apa dengannya. Nadia segera menggerakkan tubuhnya dan meletakkan tangannya untuk menyentuh
tangan Jaime. "Jaime," panggilnya sekali lagi.
*** Aku tidak tahu apa yang terjadi, begitu kemarahan sudah mengambil kontrol
seluruh diriku, tubuh dan sel-selku, aku seolah-olah tidak lagi perduli pada apa pun juga. Saat
itu sebuah tangan lembut menyelinap dan menyentuh tanganku.
"Jaime?" Sebuah suara memanggilku menembus semua awan gelap pikiran dan diikuti
dengan kelembutan tangan yang mengenyahkan semua kemarahan dalam diriku. Aku
menolehkan mataku dari Lawrence dan melihat Nadia di dekatku dengan wajah penuh
kekhawatiran. Tiba-tiba saja semua gejolak emosi dalam diriku menghilang,
sekeliling menjadi terang seperti matahari menembus badai gelap. Membuatku kebingungan
sesaat. "Kamu tidak apa-apa?" tanya Nadia, "Kamu terlihat pucat."
"Aku..aku..." seperti baru terbangun, aku menjadi linglung, "Aku baik-baik saja.
Aku tidak tahu." "Baiklah kami akan menunggu," Lawrence menutup telepon genggamnya dan menatapku,
"Michelle akan segera tiba di sini dalam beberapa menit."
"Baiklah," kataku dan bergerak menuju ke kulkas untuk mengeluarkan beberapa
minuman kaleng dan menyodorkannya pada mereka. Membiarkan Lawrence dan Nadia berbicara
panjang lebar berdua dan aku segera membersihkan meja serta membawa semua sampah
ke dapur untuk dibuang. Aku menarik nafas dalam-dalam, entah apa yang sudah terjadi
padaku hingga semudah itu kehilangan kontrol diri. Mungkin sedikit banyak karena sisa
kemarahan kemarin, di mana Lawrence telah mencuri semua yang sudah kubangun.
Semua yang kubangun dari dasar kebohongan.
~ 350 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Kembali aku menarik nafas dalam-dalam, tidak seharusnya aku kehilangan emosi
secepat ini dan membahayakan Lily dan Xian. Teringat hal itu dengan cepat aku membiarkan
energiku mengalir dan menyelinap ke lantai dua, mencoba mencari keberadaan Xian dan Lily.
Tidak ada hasil. Mereka kelihatannya menghilang atau aku tidak dapat mendeteksi mereka
sama sekali. Memikirkan sampai di sana aku teringat dengan semua perlengkapan Lily
dan Xian di lantai dua, semua barang itu akan ketahuan jika Lawrence melihatnya.
Aku harus melakukan sesuatu atau ... tak lama kemudian aku mendengar ban mobil


Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdecit keras di depan jalanan rumah, suara pintu mobil yang dibanting dengan kasar dan
suara kaki melangkah dengan cepat. Di ujung pintu muncul seorang wanita yang sangat cantik
sekali dengan rambut yang dikucir ekor kuda. Michelle pastinya, terlihat dari gaya
berjalan dan melihatku, dengan wajah yang tidak kukenal. Aku berjalan ke depan pintu untuk
menyambutnya dan sebelum aku sempat menyapanya, Michelle langsung menuju ke
arahku, menarik kerah bajuku sambil menariknya untuk mendekatkan wajahnya pada wajahku.
"Kamu mencuri sesuatu" Bukankah sudah kukatakan kamu boleh mengambil semua
barang di apartemenku mengapa kamu harus mengambil barang orang lain?" tanya Michelle
protes, "Apa barang-barangku tidak berarti bagimu?"
Aku menelan ludah tidak mengerti bagaimana wanita gila ini sampai pada
kesimpulan itu namun aku juga tahu, Michelle bukanlah tipe wanita lembut, ia jenis orang
emosian yang mudah jatuh cinta dan mudah mengamuk. "Michelle," kataku lembut mencoba
menenangkan dirinya, aku melihat matanya sedikit berkilat basah.
"Jaime, katakan padaku," Michelle menatapku dalam-dalam, "Apa kamu begitu
membenciku hingga kamu lebih baik mencuri barang orang lain daripada menerima barangku."
Baiklah aku menyerah tidak tahu harus berbuat apa lagi.
"Michelle, Aku tidak pernah membencimu, aku menyukaimu," kataku lembut
menatapnya dalam-dalam. Mata Michelle menatapku begitu dalam dan dekat, aku bahkan dapat
merasakan hangatnya nafasnya.
"Jaime," katanya mendadak lembut.
"Iya, Michelle."
"Kamu harus berjanji padaku untuk meminta padaku jika ada barang yang kamu
inginkan, kamu tidak perlu mencurinya dan aku akan membelikannya padamu sepuluh kali lebih
baik, mengerti?" Aku meringis, tapi tidak dapat membencinya karena niatnya yang tulus dan baik.
"Michelle," kataku mencoba menjelaskan akar permasalahan padanya.
~ 351 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Tidak, katakan terlebih dahulu kamu akan memintanya dariku."
Aku menghembuskan nafas, cewek yang satu ini terlalu dalam memasuki dunianya
sendiri dan dengan putus asa aku menatap dalam-dalam ke arahnya, kedua tanganku
menyentuh lembut pundak Michelle dan dengan sungguh-sungguh berkata, "Michelle, aku
mengerti dan aku akan menghubungimu jika aku memerlukan apa pun karena kamu..." kata-kataku
menggantung, aku tidak mungkin merayu Michelle di depan kedua orang ini, tapi
masalahnya Michelle jika tidak diperlakukan demikian ia tidak akan berhenti.
"Karena aku..?" tanya Michelle yang menatap padaku dengan bola matanya yang
terbuka lebar penuh harap. Aku pasrah saja dengan cepat mendekatkan bibirku ke telinganya, "Karena kamu,
ATM berjalanku..." Wajah Michelle yang tadi setengah terpesona langsung berubah galak
dan "HOEKKK!!!!" Dia meninju tepat di perutku dan membuatku langsung membungkuk.
"Baguslah asal kamu mengerti saja," kata Michelle tersenyum jahil dan menatap ke
arah Lawrence dan Nadia. "Kak Michelle," Nadia menyapanya.
"Oh, Nadia," jawab Michelle penuh minat dan kemudian melihat pada Lawrence, "Dan
Lawrence apa yang terjadi pada Jaime."
Lawrence menunjukkan LXX di atas meja itu pada Michelle, "Kupikir orang seperti
dia tidak akan sanggup memiliki barang seperti itu?" Aku menarik nafas dan menatap ke arah
Lawrence seakan-akan bertanya jadi barang apa yang pantas bagiku.
Kemiskinan dan penderitaan"
"Itu punyanya, aku yang memberikannya," kata Michelle tegas.
"Dan buku buku referensi BtP untuk Divisi Intelijen yang ada dirak-rak buku
itu?" tunjuk Lawrence. Michelle tertawa dan menuju ke arah rak buku itu dan secara sembarangan menarik
sebuah buku serta melemparkannya pada Lawrence. "Apakah kamu melihat nama yang tertera
di dalam buku itu?" Lawrence dapat membaca nama di dalamnya tertulis nama Michelle, "Michelle, kamu
tahu peraturan Divisi Intelijen untuk tidak membiarkan orang lain memakai bukunya
secara sembarangan?" ~ 352 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Michelle tertawa. "Lawrence, Lawrence kelihatannya otakmu sudah mulai tumpul,"
kata Michelle tertawa, ia menunjukkan padaku, "Kamu tahu jika ia memiliki pakaian dan
juga celana dalam di apartemenku?" Lawrence diam dan Nadia jelas terlihat terkejut
karena langsung melotot ke arahku.
"Michelle," protesku meringis.
"Apa aku berbohong?" tanya Michelle balik dan aku tidak dapat berkata apa pun
juga karena aku memang memiliki beberapa pakaian gantiku di sana yang biasanya kugunakan
saat aku mengantar Michelle pulang dalam keadaan mabuk, tapi aku sama sekali tidak
memiliki maksud apa pun. Sialan Michelle. Michelle melirik ke arah Lawrence, "Apa aku memakai celana dalam dia atau
pakaiannya?" "Tidak," jawabnya.
"Kalau begitu mengapa pakaian itu ada di apartemenku dan siapa yang akan
memakainya?" Lawrence tidak dapat membantah hal itu, jelas jawabannya Jaime akan memakainya
jika sedang berada di sana. "Jadi kamu mau mengatakan jika kamu sering datang ke sini
dan menggunakannya?" "Itu bukuku, di sana tertulis namaku apalagi yang kamu inginkan?"
Aku menatap Michelle, buku-buku Michelle yang ada padaku adalah sebagian yang
kupinjam darinya dan sebagian lainnya untuk membantu menyelesaikan laporan-laporan
Michelle dan jelas hal itu salah. Tapi aku harus mengakui, Michelle adalah orang yang cerdas
apalagi dalam kemampuan berkata-kata, ia luar biasa pintar kecuali jika ia sedang jatuh
cinta atau mabuk kedua hal itu membuatnya bodoh, membuat otaknya menjadi jelly.
"Apa kamu tinggal di sini?" tanya Lawrence.
"Aku punya kunci rumah ini dan juga beberapa rumah di dalam kota apa aku tinggal
di semua tempat?" balas Michelle ketus.
Lawrence kelihatan kesal dan mencoba menghidupkan LXX-ku secara langsung.
Michelle terlihat pucat dan hendak protes pada Lawrence karena mungkin saja ia takut
Lawrence akan menemukan laporannya di dalam sana, aku langsung menyentuh tangannya.
"Biarkan saja," kataku yang sambil tersenyum penuh kemenangan.
Lawrence terlihat terkejut melihat isi LXX karena isinya hanyalah game anak-anak
semua. "Apakah isinya hanya game?" tanya Lawrence padaku tidak percaya.
~ 353 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku sengaja membuat wajah yang tersipu malu-malu dan mengakui, "Sir, kamu tahu
asalku dari desa pedalaman, tidak pernah sebelumnya aku melihat komputer apalagi laptop
semahal itu dan aku hanya bisa menggunakannya untuk bermain game, itu pun setelah
diajari Michelle." Lawrence kelihatan dongkol karena ke mana pun ia membuka semua isinya hanyalah
game- game ringan yang biasanya dimainkan oleh orang tua uzur, anak-anak umur lima
sampai sepuluh tahun, atau para ibu rumah tangga yang gagap teknologi. Sebenarnya aku
sudah menggunakan sistem keamanan LXX hingga maksimal yang mana data-dataku hanya bisa
diakses jika aku membukanya dengan sidik jariku, sedangkan tanpa sidik jariku
laptop itu hanya akan membuka file umum yang selama ini digunakan Lily.
Tentu saja Lily mengisinya dengan semua game yang dia sukai.
"Baiklah," Lawrence menyerah ia menatapku dan kemudian pada Michelle, "Jadi apa
hubungan kalian sebenarnya?"
Langsung ke topik pembicaraan.
"Pelayan huukkk!!!" kataku langsung mencoba jujur tapi saat itu juga sebuah siku
dari Michelle melayang masuk ke dalam perutku.
Pelayan dan majikan. "Kupikir dari apa yang kamu lihat sudah cukup jelas," tambah Michelle pada
Lawrence, "Apa kau merasa kami perlu menunjukkan keintiman kami di depan kalian?" Aku
tersenyum kecut. Tapi segera Michelle menarik diriku dan menciumku tepat di depan mereka,
dengan mesra dan lama. Di depan Nadia!!! "Apa kamu ingin melihat lebih?" tanya Michelle setelah selesai menciumku. Aku
hampir menangis melihat Nadia yang membuang mukanya dariku.
Cukup sudah semua siksaan ini.
Lawrence berdiri, "Cukup, aku ingin memeriksa lantai dua. Apakah kamu bisa
mengantarkan kami ke sana?" Lantai dua adalah tempat tidur Kakek Xian dan Lily, jika mereka menemukan
pakaian anak- anak dan boneka Lily tentu akan menjadi curiga dan Michelle tidak mungkin akan
dapat membantuku untuk hal ini. Aku menegak ludah dan terpaksa mengantarkan mereka
hingga di ujung bawah tangga dan berkata "Sir, lantai dua cuma ada sebuah kamar, kalian
akan dapat langsung menemukannya begitu menaiki tangga. Aku tidak akan mengantar."
~ 354 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Baiklah," kata Lawrence.
Aku berdiri di ujung bawah tangga berpikir keras, aku sudah mengerahkan
kekuatanku dan tidak dapat merasakan keberadaan Xian dan Lily di dalam kamar, tidak tahu apa
yang sudah terjadi, mungkin saja mereka telah pergi. Jika ada alasan aku tidak mau menemani
Lawrence naik ke atas adalah jika terjadi sesuatu mungkin aku dapat melarikan diri
secepat mungkin, sesaat sesudah ia melihat isi kamar itu mungkin aku akan ikut menjadi buronan,
lebih baik berdiri di tempat yang mudah untuk melarikan diri.
"Bruk!!!" Sebuah suara benda terjatuh keras terdengar dari lantai dua. Lawrence
segera menatap ke arahku dan dia mengeluarkan senjata apinya.
"Kamu tidak perlu ikut," kata Lawrence pada Nadia, "Jaga mereka." Nadia ikut
mengeluarkan senjata apinya menatap kami dan mengawasi Lawrence menaiki tangga.
Aku mengerahkan energiku lagi ke tingkat dua dan tidak merasakan energi apa pun
juga. Sialan. Michelle mendadak mendekatiku dan membiarkan bahunya menyentuh bahuku
membiarkanku menghirup aroma manis parfum tubuhnya, "Aku baru pulang dari tugas
berat dan harus membantumu, apakah kamu tidak akan mengucapkan apa pun untukku?"
Aku tersenyum tapi tidak akan membiarkan Lawrence lepas dari pandanganku,
"Selamat datang kembali, aku sudah menantikanmu."
Michelle tertawa lembut. "Apa kamu bisa mengambil cuti hari ini?"
"Kurasa tidak?" karena aku tidak tahu apa yang akan terjadi dalam satu menit ke
depan. "Kamu sudah janji akan kencan," kata Michelle manja.
*** Nadia dapat mendengar hal itu meski Jaime dan Michelle berbicara dengan suara
kecil. Perasaannya menjadi galau, ia dapat melihat Michelle dan Jaime akrab tapi tidak
tahu hubungan mereka. Mungkinkah kekasih" Memikir hingga ke sana membuat perasaannya
semakin kacau dipenuhi perasaan tidak suka dan tidak tenang. Apalagi setelah
Michelle menciumnya dan janji kencan! Nadia merasa marah.
Mungkin aku merasa bersedih untuk Angelina, kata Nadia dalam hati, atau mungkin
karena jauh di dalam hatinya ia merasa selama ini Jaime selalu menyukainya.
Nadia mendesah tidak mengerti.
*** ~ 355 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tangan Lawrence siap untuk membuka pintu lantai dua dan aku terkesiap, tubuhku
tegang melihatnya. Aku sedang memikirkan apakah jika aku melayang terbang melarikan
diri, Nadia akan menggunakan senjata di tangannya" Yah, dia akan mengetahui aku bisa
terbang, menembakku, menyerahkanku sebagai rabbit pada BtP dan aku akan membencinya.
Ramalan sialan itu berputar-putar dalam kepalaku.
Lawrence membuka pintu dan menerjang masuk. Aku mengerahkan tenaga terbang hanya
pada seluruh diriku dan detak jantungku melompat-lompat, Nadia terlihat tegang.


Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tak lama kemudian Lawrence keluar sambil membiarkan pintu lantai terbuka, ia menuruni
tangga. "Bagaimana?" tanya Nadia.
"Hanya ruangan kosong berdebu dan seekor musang mungkin sudah membuat sarang di
sana," jawabnya, "Sebaiknya kamu membersihkan lantai duamu agar tidak dijadikan sarang
oleh musang." Mataku terbuka lebar menatapnya apakah aku harus mempercayai perkataan
itu atau dia sengaja membuatku lengah dan diam-diam saat berada di sampingku akan
menyergapku, takut aku akan melarikan diri. Aku akan melayaninya, jika ada
gelagat kurang baik sedikit saja, aku akan mengerahkan kekuatan radius untuk menahan mereka
semua dan melarikan diri. "Baik, Sir aku akan membersihkannya," kataku.
Setelah aku membereskanmu.
Tanganku terkepal saat Lawrence melewatiku, aku sudah siap dengan semua skenario
dan serangan mendadaknya. Akan tetapi ia dan Nadia terus berlalu begitu saja hingga
keluar pintu depan dan di sana aku terkejut melihat empat orang anggota BtP lainnya
bermunculan dari sisi belakang dan samping rumah. "Sir, tidak ada jejak kaki atau bekas siapa pun
pernah berada di sekitar sini," lapor mereka.
Aku menarik nafas merasa bersyukur mendengar laporan itu dan juga sama sekali
tidak menyadari bahwa Lawrence mencoba mengulur waktu saat kami sedang berbincang-
bincang di dalam seluruh rumah sedangkan di luar halaman dan sekelilingnya sedang
digeledah dengan seksama, Bangsat ini bukan orang biasa.
Lawrence dan Nadia langsung meninggalkan tempatku. Nadia sempat bertukar sapa
pada Michelle untuk permisi dan mengucapkan selamat tinggal dan aku jelas melihat
sesuatu yang lain di dalam mata Nadia, sebuah kesan yang jelas berbeda dengan kemarin. Bukan
tatapan yang bersahabat, sesuatu yang mirip dengan perasaan jijik atau tidak percaya,
tidak mungkin perasaan tersakiti. Setelah semua ini aku sudah bisa menerima apa pun juga,
seluruh diriku ~ 356 ~ - B L E S S E D H E A R T -
sudah telanjang habis-habisan. Kemiskinanku, diriku sebagai penipu dan tindakan
memalukanku, jika dia membenciku maka aku hanya bisa mengatakan, inilah diriku
apa adanya dan aku menerima penilaiannya.
Aku tidak memiliki sisi baik apa pun yang berharga untuk ditawarkan padanya,
untuk dapat mencintainya. Aku menyelinapkan tanganku pada saku celanaku dan menyentuh sebuah logam dingin,
aku harus melakukannya, hatiku terasa begitu sakit. Aku sudah melihat mata itu tidak
mungkin lagi aku membutuhkan benda ini. "Nadia," panggilku dan saat dia berbalik. Aku
melemparkan sebuah kalung yang kemarin malam dia berikan padaku.
Aku percaya dia pasti menyesal telah memberikannya pada orang sepertiku.
Ia menangkap rantai itu dengan terkejut.
"Barangmu yang tertinggal di Kafe Eve kemarin, aku lupa mengembalikannya
padamu." Dia memegang rantai itu menatapku dengan bola mata yang mengungkapkan begitu
banyak hal dan pergolakan. Kemudian ia mengganggukkan kepala dan berbalik mengikuti
Lawrence. Aku menatap mereka berdua berjalan bersisi-sisian, pasangan yang serasi.
Dan kini... perjalananku sudah berakhir. "Selamat tinggal..." bisikku lirih dan
berbalik ke dalam rumah. *** Sesaat di dalam mobil, Lawrence melajukan mobilnya, "Kamu mengenal Michelle?"
tanyanya. Nadia menatap pada Lawrence, berpikir bukankah dirinya yang mengenalkan mereka.
"Yah, aku pertama kali bertemu dengannya di pesta topeng."
Lawrence menekan gas, "Dia terkenal dengan kecantikannya dan juga dalam merayu
pria. Banyak pria yang tidak dapat menolak pesonanya, tentu saja pelayan kafe itu juga
salah satunya." "..." "Apa menurutmu hubungan mereka berdua?" tanya Lawrence.
Nadia duduk menyandarkan diri pada tempat duduk dan menatap ke jalanan,
sebenarnya masalah itu sudah mengganggu pikirannya sedari tadi, tapi entah mengapa ia
mencoba untuk tidak untuk memberikan jawaban. "Aku tidak tahu.." Kata Nadia dan tangannya
memegang erat kalung rantai yang dikembalikan Jaime.
~ 357 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Apa maksud Jaime" Lawrence menghela nafas, "Tak disangka ternyata Michelle menyimpan seorang
lelaki simpanan untuk dirinya."
"..." "Dasar pelayan miskin yang beruntung. Dia dapat memikat Michelle dengan latar
belakangnya yang hanyalah seorang pelayan dan tidak memiliki kepintaran apa pun,
heh... hanya game di dalam LXX-nya, laptop terbaru dan tercanggih abad ini. Benar-benar
mubazir. Aku memesan sebuah LXX juga tapi karena barang sedang kosong sehingga disuruh
menunggu," sahut Lawrence. Suasana hening dan Lawrence tidak berhenti sampai di
sana, "Kupikir cara Jaime memikat para gadis pastilah luar biasa sehingga Michelle mau
menyimpannya dan membelikan apa saja buatnya, mungkin dia hebat di atas
ranjang," mencoba menambahkan apa saja versinya. Lawrence menarik nafas, perasaannya
terasa tidak menyenangkan setelah melihat Jaime dan menatap Michelle di sana.
Nadia begitu ingin menutupi telinganya, ia masih dapat membayangkan bagaimana
selama ini Jaime begitu lembut padanya dan dekat padanya. Jika mengakui lebih dalam
kemarin malam segalanya terasa berbeda, ia mungkin telah jatuh cinta padanya.
Apa yang terjadi pada diriku!!!!
Nadia menggenggam rantai itu dan mendekatkannya ke dada.
Aku tidak tahu. Tapi pastinya ia merasa sedikit jijik, marah, kesal pada Jaime. Cara Jaime
memikat wanita, merayu orang, bersikap lembut, caranya menatap dirinya, caranya memperlakukan
dirinya, kejutan-kejutannya dan dirinya yang seorang lelaki simpanan. Entah bagaimana
Nadia merasa dirinya dikhianati, perasaannya sakit tanpa alasan, baru kemarin malam ia
begitu mempercayai Jaime di sisinya, bahkan ia sampai rela memberikan kalung
kesayangannya pada Jaime tapi entah mengapa sekarang ia merasa begitu sakit. Kalung itu sudah
kembali pada tangannya dan mendadak ia begitu membenci Jaime dan setiap senyumnya.
"Apakah ada sesuatu?" tanya Lawrence yang melihat Nadia terdiam.
"Tidak," kata Nadia, "Aku hanya merasa capek," ia menutup mata dan merasa
matanya basah. "Maaf, aku sudah memintamu sebagai pendukungku dalam kasus ini secara mendadak,"
kata Lawrence, "Tapi kupikir itu akan bagus untuk referensimu nanti."
"Iya," hanya itu jawaban Nadia.
~ 358 ~ - B L E S S E D H E A R T -
*** "Apa kamu mengenalnya?" tanyaku pada Michelle sambil mengantarnya menuju pada
kendaraannya dan membukakan pintu mobil untuknya.
"Siapa?" balas Michelle memasuki kendaraannya, ia harus kembali ke kantornya.
"Lawrence," kataku menutup pintu mobil dan membiarkannya membuka kaca jendela
mobil. Michelle menatapku lekat-lekat, "Apakah dia sekarang berhubungan dengan Tuan
Putri kecilmu itu?" "Bukan tuan putriku ..." kataku dengan hati yang sakit, "Yah, mereka
berhubungan." "Kupikir dia berganti selera sekarang," balas Michelle sambil menggerakkan kaca
mobilnya untuk bercermin. "Maksudnya?" "Dari dulu dia hanya senang dengan yang memiliki paras cantik."
"Nadia cukup cantik menurutku?"
Paling cantik sedunia. Michelle tertawa, "Tidak, menurutku temannya yang pendiam itu lebih cantik dan
mempesona. Kalau Lawrence ingin bergerak mungkin ia akan lebih memilih temannya
itu." "Angelina?" Tanyaku yang memang jika dibandingkan dengan Nadia, mungkin Angelina
terlihat lebih menarik namun hanya Nadia yang sanggup membuat perasaanku
bergejolak hebat, "Kamu mengenal mereka?"
"Tidak, tapi ke mana pun mereka pergi selalu bertiga," Michelle menatapku, "Dan
Lawrence dia mantan pacarku yang ke 5."
"Owww," kataku meringis.
"Jaime, kapan kamu bisa mengambil cuti?" tanya Michelle penuh harap.
"Mungkin minggu depan," jawabku.
Michelle mengeryitkan wajahnya, "Mungkin aku akan menghubungi Master dan
membuatnya hari ini," katanya sambil tersenyum.
"Oh Michelle. Ayolah, nanti pamanmu kewalahan di malam hari."
~ 359 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Michelle menghidupkan mesin dan dengan wajah yang menggoda ia menatapku,
"Mungkin setelah kamu pulang kerja aku bisa menjemputmu."
"Hah," tanyaku, "Mau kencan ke mana jam sepuluh malam?"
Mata Michelle menjadi nakal dan membasahi bibirnya menggoda, "Mungkin kamu bisa
tidur bersamaku malam ini, maksudku benar-benar tidur."
Aku tertawa, "Mich, kapan terakhir kali aku benar-benar tidur denganmu?"
Mungkin aku akan melakukannya setelah semua ini.
Michelle tertawa, "Tidak pernah, makanya kita jadikan malam ini yang pertama
kalinya." Aku tertawa dan mencubit ringan pipinya, "Jadikan itu selamanya TIDAK PERNAH."
Hatiku sakit tapi aku harus mengakui, aku masih mencintai Nadia.
Michelle memasang wajah penuh nafsu di depanku dan dengan menggunakan jari
telunjukku, aku menekan pipi Michelle mendorongnya menghadap ke arah lain, "Hentikan membuat
muka seperti itu dan cari lelaki lain selain aku untuk hal itu."
"Jaime jahat," kata Michelle bersikap manis.
Aku tertawa sambil menyentuh lembut pipinya, "Kamu tahu, aku selalu menyukaimu
Mich. Sekarang pergilah sebelum kamu terlambat."
Tiba-tiba Michelle seperti teringat sesuatu dan menatapku sambil tersenyum.
"Jaime, kamu tahu kalau aku yang mencampakkan Lawrence?"
"Oh ya?" tanyaku penasaran karena tidak biasanya Michelle memutuskan lelaki.
Michelle menunjukkan senyum dengan gigi-gigi putihnya tampak bangga karena
pernah mencampakkan seorang pria, "Dia payah di atas ranjang," tambahnya sambil
tersenyum nakal. "Kamu cewek jahat," kataku tertawa melepasnya pergi.
Kembali ke dalam rumah aku langsung mengunci pintu dan segera menuju ke lantai
dua. Sebenarnya apa yang di lihat oleh Lawrence dan apa maksudnya tentang musang. Aku
melihat pintu kamar masih terbuka dan melangkah ke dalam.
Ruangan kosong" Tidak mungkin, tapi inilah yang kulihat, sebuah ruangan kosong dan di sudut
kamar terlihat seekor musang yang siap untuk melompat keluar jendela.
~ 360 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tidak mungkin. Ke mana semua lemari, tempat tidur dan semua barang-barang. Melihat sekeliling
aku merasakan sesuatu, sebuah energi yang sangat lembut ternyata sedang meliputiku
dan menyelimutiku secara keseluruhan.
Dominan" Aku menarik nafas dalam-dalam dan membiarkan energiku mengalir lembut keluar
untuk menekan energi yang menyelimutiku agar aku dapat terbebas dari dominan energi
tersebut. Begitu energi dari tengah dadaku mencapai seluruh tubuh dan kepalaku, bayangan
yang kulihat akan ruangan lantai duaku langsung berubah. Aku dapat melihat kembali
lemari, tempat tidur, semua barang-barang, juga dan Xian serta Lily yang sedang duduk di
atas tempat tidur dan menatapku. "Trick yang bagus," kataku tersenyum pada mereka,
"Anggota BtP sudah pulang sebentar lagi kalian dapat turun untuk makan siang, aku akan
segera memasaknya." Lily tersenyum padaku dan Xian hanya menggangguk. Aku pun turun, tidak
bersemangat bertanya tentang apa yang mereka lakukan, pikiranku terlalu kacau untuk saat
ini. Mungkin yang kubutuhkan adalah makanan dan sedikit istirahat sebelum berangkat kerja.
Menerima kenyataan bahwa aku harus segera berhenti memikirkannya atau rasa sakit ini
tidak akan

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pernah hilang. Melupakannya...
Mungkin. .. S uatu saat nanti.
~ 361 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 21 LOVE ME LOVE ME NOT "Seperti biasa aku berada di balik meja bar, mengeringkan dan menyusun gelas-
gelas. Malam ini tiada satu pun tamu yang terlihat, aku menatap kursi-kursi bar yang
kosong. Meja- meja yang kesepian tanpa seorang pun yang menyentuhnya. tiga tahun lebih aku
sudah di tempat ini, batinku menatap lampu redup dan suara lantunan lagu yang sudah
sangat kukenal. Aku mengenal setiap goresan-goresan di dinding tempat ini, setiap bekas goresan
yang ada di atas meja kayu yang kubersihkan setiap hari. Pada akhirnya aku hanya akan terus
berada di sini, karena di sinilah tempatku berteman kesendirianku.
"Suasana yang sepi," kata Master mendadak muncul dari belakang dapur dengan
pakaian biasa. "Begitulah," balasku tidak menemukan kata lain untuk menghibur lagi,
"Kelihatannya semua orang sedang pergi menggeledah seluruh kota."
"Hari yang sibuk untuk semua orang," kata Master sambil membungkuk dan mencoba
mengeluarkan sebuah minuman mahal dari lemari rahasianya, "Jaime, apa kamu baik-
baik saja?" "Seperti biasanya," sahutku acuh.
~ 362 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Master tersenyum, "Kupikir hari ini kamu akan meminta cuti ternyata kamu mampu
melewatinya dengan baik."
Aku menatap ke arah Master yang sedang sibuk membaca dan memeriksa label botol
minumannya. "Tidak ada hal yang perlu kukhawatirkan, kecuali Michelle yang
berusaha agar aku mengambil cuti hari ini," kataku sambil tersenyum, "Dan memang penggeledahan
tadi pagi cukup merepotkan."
Master tertawa, "Jaime, pergilah berganti pakaian."
Aku menaikkan alis dan melihat jam yang belum mendekati waktu tutup, "Apa aku
boleh pulang lebih cepat hari ini?"
"Terserah kamu," jawab Master membuka botol anggur itu dan mencium aromanya
serta menunjukkan wajah puas, "Kamu boleh memilih lebih cepat pulang atau duduk
sebagai tamu Bar Eve dan aku akan mentraktirmu minuman ini."
Aku menatap botol anggur itu dan menebak paling tidak sudah berumur di atas 50
tahun, apalagi minuman itu berasal dari label ternama. "Aku tidak akan menolak minuman
mahal," kataku segera merapikan gelas dan menuju ke belakang untuk berganti pakaian.
Melewati dapur yang kosong membuatku berhenti dan teringat kejadian kemarin.
Menahan rasa sakit di hati aku memaksakan diri terus memasuki sebuah ruangan di mana
loker kerjaku berada tepat di samping kamar mandi untuk berganti pakaian. Sewaktu aku keluar
Master telah meletakkan segelas minuman yang mengeluarkan aroma yang begitu memabukkan,
aku duduk di atas kursi bar dan menyentuh minuman itu. Menjadi seorang tamu rasanya
begitu berbeda, meja bar terlihat lebih lebar dan terasa lebih nyaman. Aku menyesap
minuman itu dan dalam sekejap segera menutup mata menikmati minuman yang sedang meluncur
turun melewati tenggorokanku, rasanya begitu manis, dengan sensasi pahit yang menggoda
juga harum, lembut mengelitik leher, begitu nikmat. Untuk sesaat aku merasa semua
masalah dan bebanku menguap. Hanya sesaat. "Kamu menyukainya?" tanya Master.
Aku tersenyum senang, "Sangat," balasku.
Master tersenyum menatapku penuh pengertian dan kemudian ia mulai mencampur
beberapa minuman ke dalam secangkir gelas. "Jaime, kadang aku berpikir kalau kamu itu
lebih cocok dengan mereka." "Mereka?" tanyaku penasaran.
~ 363 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Para alinergi, kamu memiliki aroma yang sama dengan mereka."
Aku menarik nafas dalam-dalam dan kembali menyesap minuman itu.
Aku alinergi. "Mungkin ..." bisikku lemah dan mengingat bahwa aku tidak akan pernah menjadi
anggota BtP. "Apakah kamu masih menyukainya?" tanya Master yang melihat ke arahku.
"Siapa?" "Nadia." Jantungku berdetak kencang, "Bagaimana Master mengetahuinya?"
"Mata ini mungkin sudah tua tapi ia sudah melihat begitu banyak orang. Dari
caramu menatapnya mungkin kamu bisa membohonginya dan orang lain tapi tidak untuk aku
yang sudah banyak makan asam garam ini. Aku tahu kamu mencintainya. Lagipula kamu
hampir saja menghajar Lawrence karena menciumnya," kata Master tertawa.
"Maafkan aku," kataku sungguh-sungguh dan menunduk malu.
"Tidak masalah. Aku juga pernah muda," tawa Master semakin keras.
Aku menyesap anggur itu lebih banyak lagi, membiarkan tegukan demi tegukan itu
meringankan sesak di dadaku, "Sekarang semua itu sudah tidak penting lagi."
"...." "Dia sudah mendapatkan pasangannya dan aku," kata-kataku tertahan melihat
minuman dalam gelas berwarna merah gelap yang terlihat begitu cantik menggoda bak
permata. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.
"Aku sebaiknya segera melupakannya," kata-kata itu keluar dengan mudah dari
mulut akan tetapi rasa sakit yang muncul di dada tahu aku berbohong. Tidak akan semudah itu
bagiku untuk dapat melupakannya. Mataku menjadi basah.
Aku hanyalah bajingan penipu yang tidak tahu malu.
Master hanya tersenyum, "Jaime masa depan itu tidak ada yang bisa mengetahuinya.
Tetaplah berjalan ke depan karena kita tidak akan pernah tahu ke mana hidup akan
membawa kita." ~ 364 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Untuk saat ini aku tidak tahu ke mana aku harus melangkah lagi, aku terlalu
lelah untuk terus melangkah. Semua jalan seolah-olah tidak diperuntukkan bagiku.
Aku capek, lelah dan letih.
Tanganku mengangkat gelas anggur dan menegak habis minuman itu. Master segera
menggantikannya dengan sebuah minuman bernama Eve Sunlight, yang mengeluarkan
aroma kental dan keras. Minuman ini adalah asli buatan Master yang berhasil
memenangkan kejuaraan bartender Viginia dua puluhan tahun lalu. Minuman yang akan memberikan
kejutan menyegarkan pada tubuh dan membuat semua masalah terasa ringan.
"Semua akan indah pada waktunya," kata Master, "Dan untuk beberapa kali kamu
mungkin akan merasa letih dan lelah setelah menghadapi pertempuran yang tidak pernah
kamu menangkan. Untuk saat-saat seperti itu tidak ada salahnya kamu beristirahat
sebelum memulai langkahmu lagi."
Mungkin sebaiknya aku juga beristirahat terlebih dahulu. Melupakan semuanya
untuk sementara waktu. Eve Sunlight melompat memasuki tenggorokanku dan membakarnya sedikit, memberikan
aroma khas yang kubutuhkan. Malam itu aku dan Master berbincang-bincang dalam
banyak hal dan terus minum hingga aku tertidur di sofa Bar Eve. Saat ini aku merasa
sebaiknya diriku beristirahat untuk sejenak, hidup bukanlah seperti medan perang yang
harus ditaklukan terus menerus, terkadang mungkin sebaiknya aku mengikuti hidup, bersantai,
menikmatinya dan sekedar menjalaninya saja.
Mengumpulkan kekuatan untuk maju kembali pada saatnya.
Pagi harinya aku terbangun dan langsung melanjutkan shift pagiku hingga pukul
tiga siang hari serta mengendarai sepeda untuk pulang setelahnya. Di dalam rumah aku
menemukan Lily sedang tertidur di atas sofa dan Xian tidak terlihat di mana pun, aku
mendekati Lily yang sedang tidur di atas sofa, sejujurnya aku juga merasa mengantuk dan ingin
merebahkan diri. Mungkin sebaiknya aku membawa Lily ke atas tempat tidurnya sehingga aku dapat
berbaring di sofa. Mulutku menguap dan meletakkan tanganku pada jari-jari kecilnya,
mengalirkan energi terbang padanya dan kami pun terbang untuk segera menuju ke kamar di
lantai atas. Tanpa masalah aku berhasil meletakkannya di atas tempat tidur tanpa
membangunkannya dan saat aku hendak melepas tanganku darinya, Lily mendadak menggenggam erat
tanganku. "Kak Jaime ...."
~ 365 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku melihat ke arahnya, matanya masih tertutup, ia hanya mengigau. Aku menguap
sekali lagi. Tempat tidur ini rasanya begitu hangat dan empuk. Aku pun merebahkan diri
di sampingnya dan tertidur. ... Saat aku terbangun aku melihat ruangan kamar sudah menjadi gelap, sore sudah
menjelang mungkin sudah malam, aku pun terbangun dan hendak turun untuk membuat makan
malam. "Kak Jaime?" Aku menatap ke arah Lily, tampaknya ia terbangun olehku.
"Lily, kembalilah tidur kalau kamu mau." Tangan Lily mengusap matanya dan
setelah dapat memfokuskan matanya menatapku ia langsung melompat, menerjangku dan memelukku
erat- erat. "Heh Lily, ada apa?" Aku menyentuh punggungnya yang hangat, "Apa kamu
bermimpi buruk?" "...." "Lily," aku merasakan tubuhnya bergetar dan kemudian memelukku sangat keras
sekali, terdengar isak tangis Lily dengan cairan hangat yang menyentuh bahuku. Jelas aku
terkejut karena tidak pernah Lily seperti ini sebelumnya. Aku hanya dapat mencoba
mengelus rambut pirangnya yang lembut dan mencoba menenangkannya, "Hanya mimpi buruk, hanya
mimpi buruk. Tidak apa-apa. Tidak apa-apa." Lily terus menangis dan aku terus berusaha
menenangkannya. Tak lama kemudian Xian pun muncul di depan pintu dan menatap
kami. "Kupikir dia mendapat mimpi buruk," jelasku. Xian mengatakan sesuatu tapi aku
tetap saja tidak memahami bahasanya dan terpaksa tersenyum saja.
Seketika sebuah suara terdengar di dalam kepalaku "Lily, menangis dari kemarin
malam, dia mengira kamu tidak lagi pulang ke tempat sini karena kejadian kemarin pagi dan
kamu memutuskan untuk meninggalkan dirinya." Aku menatap Xian sambil mengeryitkan
alisku. "Aku akan menyiapkan makan malam," katanya di dalam kepalaku dan meninggalkan
kami. Aku jelas cukup terkejut karena suara itu langsung memasuki pikiranku dan hanya
bisa mendesah bagaimanapun juga mereka berdua adalah alinergi. Aku memeluk Lily
dengan lembut dan berkata, "Lily, aku tidak akan meninggalkanmu," kataku berbisik
lembut, "Aku tidak akan meninggalkanmu," kataku lagi dan aku merasa hatiku menjadi hangat,
sebuah perasaan yang nyaman dan kebahagiaan karena dicintai.
Ck... Coba kalau umurnya sepuluh tahun lebih tua pasti kebahagiaan ini akan
berlipat ganda. ~ 366 ~ - B L E S S E D H E A R T -
*** "Tidak," kata Lily mendadak cemberut saat sedang menikmati makan malam bersama
aku dan Xian. Xian hanya memandang lembut ke arah Lily dan aku sama sekali tidak
mengerti apa yang sedang mereka berdua bicarakan, itupun jika mereka sedang berbicara.
Tepatnya mereka tidak berbicara dan Lily tiba-tiba saja menjawab tidak. Aku melihat ke
arah Lily yang sedang menatap ke arah Xian cemberut, menurutku wajah itu cukup menarik untuk
dilihat. Entah bagaimana akhirnya Lily berpaling dari arah Xian dan menunduk menatap
piringnya sambil memainkan sendok di atas makan siangnya. Terlihat jelas Lily kalah dalam
debat. "Jaime," panggil Xian dalam kepalaku.
"Ya?" tanyaku sambil memasukkan potongan daging ke dalam mulut.


Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jelas suara di dalam pikiranku kemarin pagi saat pengeledahan Lawrence adalah
suara Xian. "Apakah kamu tidak mau bertanya apa kekuatan kami?"
Aku terdiam, memikirkan sesuatu dan tanganku memegang sebuah gelas serta meneguk
air beberapa kali. Lily menatap ke arahku dan terlihat sedikit ketakutan. "Yah, kalau diingatkan
begitu sih aku juga penasaran," meski aku tetap tidak perduli.
"Xian punya kemampuan telepati," tebakku dan aku menatap Lily sambil tersenyum,
"Dan Lily punya kemampuan untuk menjadi setan kecil," teringat pertama kali aku
bertemu dengannya. Tapi kelihatannya Lily tidak beraksi pada candaan itu, sebaliknya
Lily diam dan menundukkan kepalanya, membuatku bingung. "Apa aku salah?" tanyaku menatap Xian.
Xian menggelengkan kepalanya, "Aku dapat dikatakan sebagai copier dan Lily,"
Mata Xian menatap Lily yang kelihatannya hampir menangis, "Dia bisa membaca pikiran"
"Hm, copier dan mindreader," kataku sambil hendak memasukkan sesendok daging ke
dalam mulut. Tiba-tiba otakku memikirkan sesuatu, sendok itu kembali keluar dari mulut
dengan daging yang masih utuh dan kembali ke atas piring. Mataku bergerak menatap Lily
yang sedang menatap ke arahku. "Jadi kamu selama ini membaca pikiranku?" tanyaku
menatap Lily sambil memasang wajah marah. Bagaimanapun juga aku tidak suka dengan orang
yang mengetahui pikiranku secara sembarangan, ibarat seseorang memasuki kamar paling
privasiku dan melihat apa pun yang kusembunyikan. Lily terdiam dan aku melihat
air matanya hampir mengalir keluar.
Tampaknya ia biasa dibenci orang begitu mengetahui dirinya adalah seorang
pembaca pikiran. ~ 367 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Wajahku kini berubah benar-benar marah dan berdiri, "Jangan coba-coba membaca
pikiranku! Jadi kamu bukan setan kecil tapi setan pengintip," Aku menggerakkan
tubuhku mendekatinya, tubuh Lily hampir gemetar dan air matanya mulai mengalir. "Aku ...
aku ...." Aku menaikkan kedua tanganku dan menggerakkan semua jari-jariku mengancamnya.
"Aku akan mengelitikmu hingga kamu jadi setan ketawa," kataku sambil menerkamnya dan
mengelitik pinggang Lily membuatnya berteriak, "Kyaaa," melompat turun dari
kursi dan berlari yang segera kukejar. Maka terjadilah kejar-kejaran hingga akhirnya aku
berhasil menangkapnya dan memeluknya untuk dikembalikan pada meja makan.
"Kak Jaime, tidak takut?" tanya Lily menatapku saat aku sedang memeluknya.
Aku tersenyum dan mencubit hidungnya, "Mengapa harus marah kalau cuma Lily yang
membacanya?" Lily terdiam, "Bukan cuma Lily, Kakek Xian juga bisa."
Mataku menatap Xian dan menyadari kalau dia adalah copier. Aku tidak mengetahui
apa pun tentang copier kecuali dia bisa meniru kemampuan alinergi lain, hanya jika
alinergi lain bersedia mengajarinya. "Haih, tidak masalah," balasku, toh aku terbiasa bersikap apa yang ada di dalam
hatiku itu juga yang keluar, setidaknya aku cukup lulus menjadi orang. Aku melihat pada
Lily, "Tidak ada pikiran kakak yang burukkan?" tanyaku sambil mencoba mengingat apakah ada
pikiran yang mungkin membuat kedua tamu ini takut.
Lily terdiam, kedua bola matanya ke atas mencoba mengingat sesuatu dengan keras,
"Ada," teriak Lily gembira. Jantungku hampir berhenti apakah aku pernah memiliki
pikiran buruk yang dapat merusak anak kecil ini. "Kak Jaime terlalu sering memikirkan Kak
Nadia," katanya sambil tertawa senang,
"Dasar setan kecil," Aku mulai mengelitik Lily kembali dan membuatnya tertawa
terbahak- bahak. Mataku menatap Xian sambil mengembalikan Lily ke atas kursinya, "Kupikir
itu bukan masalah," kataku sambil mencoba tersenyum pada Xian, mengatakan hal itu
bukanlah masalah bagiku dan tidak akan ada perubahan apa pun setelah mengetahui kalau
mereka berdua dapat membaca pikiran.
Xian sendiri tersenyum karena sedari awal mungkin ia sudah tahu hal itu tidak
akan menjadi masalah bagiku, "Dan aku juga seorang finder," tambah Xian.
"Wow!" Aku terkejut, aku tidak menyangka dua kekuatan paling utama yang paling
dicari seluruh dunia ada di depanku. Mindreader dan finder. "Wow", kataku sekali lagi,
karena aku tidak tahu harus menyambung kata apa pun setelah kata wow.
~ 368 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Setidaknya mereka adalah manusia juga.
"..." "Aku seorang ... penerbang," kataku menambahkan, "Jika kemampuanku diurutkan
secara kelas mungkin aku ada di kelas tiga. Kelas satu dipegang oleh mindreader dan
finder, kelas kedua biasanya dipegang oleh alinergi tipe penyerang dan kelas ketiga adalah
alinergi tipe pertahanan atau pendukung sepertiku."
Seorang penerbang sepertiku hanya berakhir sebagai pengantar orang, bodyguard
atau tukang pos. Xian tertawa, "Jaime apakah kamu pernah mendengar 3rd?"
"Belum," kataku sambil meletakkan beberapa sayuran pada piring Lily, membuatnya
cemberut tapi aku langsung menatapnya galak. Dengan terpaksa Lily menurut dan
mengunyah sayuran itu juga. Persis seperti adik-adikku. "Apakah itu penting?"
tanyaku. Xian menghela nafas, "Sebenarnya aku memiliki saudara dan saudari yang membentuk
kelompok itu. Aku datang ke tempat ini untuk mencarinya, memenuhi sebuah
perjanjian." "Oh ya, di manakah alamatnya" Aku akan bantu mencarikannya."
Xian menghela nafas dan menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu." Tenggorokanku
menelan hasil kunyahan dan pikiranku berputar, jika Xian memiliki sebuah nama
mungkin aku bisa menelusuri internet atau buku telepon atau juga menanyakan pada siapa
saja. "Tidak bisa," jawab Xian. Aku baru mengingat Xian bisa membaca pikiran "Mengapa?"
"Karena mereka sudah mengubah namanya."
"Hah?" "Mereka semua alinergi," jelas Xian.
"Semua alinergi?" Aku menatapnya tidak percaya.
"Benar," tambah Xian.
Aku terdiam sebentar, "Apa yang kelompok itu lakukan dengan semua alinergi di
dalamnya" Apakah mereka kelompok yang menjadi pencuri ulung, menyewakan jasa pribadi atau
seperti yang kemarin yang disebut sebagai Kelompok Pembebas, yah, sejenisnya kelompok
yang berhadapan dengan BtP."
~ 369 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Tidak," kata Xian, "Mereka kumpulan dari alinergi yang saling melindungi diri
mereka dari kelompok BtP dan kelompok mana pun juga. Mereka tidak menggunakan kekuatan
mereka untuk tujuan-tujuan tak terpuji, mereka hanya ingin hidup seperti orang biasa."
Aku menggaruk kepala, tidak pernah berpikir akan ada orang-orang sebodoh itu karena
jika mereka mendaftarkan diri pada BtP mereka bisa mendapatkan gaji tinggi dan jika
mendaftar pada kelompok penjahat mereka juga bisa mendapat uang banyak. Apa yang akan
mereka dapatkan dari melindungi diri sendiri dari kedua kelompok dan menyia-nyiakan
kemampuan mereka. Aku menatap Xian meminta penjelasan karena aku yakin Xian dapat membaca
pikiranku. "Kebebasan," jawab Xian.
Sebuah jawabankah itu" Aku paham menjadi kelompok penjahat maupun BtP, kedua-
duanya memiliki peraturan dan harus melaksanakan perintah dari atasan mereka. Terkadang
mungkin harus melakukan hal yang tidak sesuai dengan hati mereka. Bisa dikatakan mereka
tidak lagi bebas tapi bukankah segala sesuatu memiliki nilai tukar dan pengorbanannya.
Tapi rela mengorbankan uang sebanyak itu... mereka tetaplah orang-orang bodoh.
"Jadi bagaimana cara aku menemukan mereka?" tanyaku bingung.
Xian menatapku dengan matanya yang bijak, menarik nafas sejenak dan melanjutkan
dengan suara yang mengalir lembut, "Kamu harus menjadi seorang finder."
Terdiam, aku menatap Xian dan kemudian menatap ke arah Lily, bertanya dalam
pikiranku apakah Xian tipe orang yang senang bercanda karena selama ini aku belum pernah
mendengar lelucon yang keluar dari Xian.
Lily menatapku bingung dan bertanya, "Apa?"
"Loh kamu tidak bisa membaca pikiranku?" balasku.
Lily mendesah nafas dan memasang wajah berlagak dewasa yang seakan-akan dipaksa
melakukan hal sepele yang merepotkan dan dia menyentuh tanganku kemudian
menggelengkan kepalanya sambil mengunyah makanannya, "Kakek Xian tidak sedang
bercanda." Aku melihat pada Xian.
"Lily tidak dapat membaca pikiran tanpa menyentuh seseorang itu, biasanya para
mindreader terbagi dua tahap, yang dapat membaca tanpa melalui perantara atau yang hanya
dapat membaca melalui perantara," jawab Xian.
Jadi Lily tidak bisa membaca pikiranku jika tidak menyentuhku.
~ 370 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apakah aku seorang copier?" tanyaku penuh harap pada Xian. Siapa tahu ternyata
diriku adalah seorang copier yang dapat mempelajari banyak kemampuan-kemampuan luar
biasa lainnya, seperti teleport asi atau menjadi manusia berkekuatan super, karena
Xian menyuruhku menjadi finder.
Xian menggelengkan kepalanya, "Bukan kamu bukan copier."
Semangatku jatuh, "Kalau begitu lupakan saja, aku tidak akan pernah menjadi
seorang finder," sambil mulai membersihkan meja makan karena semua orang sudah selesai bersantap.
"Belum," Xian tertawa terbahak-bahak, "Aku akan segera membuatmu menjadi seorang
finder." "Caranya?" tanyaku bingung.
"Aku akan memberikan attunement padamu untuk ke tahap selanjutnya."
Aku tidak mengerti apa arti dari kata attunement itu dan juga kata "tahap
selanjutnya". Xian tersenyum memperlihatkan giginya yang ompong, "Singkatnya attunement adalah
penyelarasan energi. Intinya aku akan menyelaraskan energimu untuk sesuai dengan
kondisi di mana kamu akan dapat berubah menjadi seorang finder." Aku tidak tahu jika
energi seseorang itu bisa diselaraskan. Xian tertawa kembali, "Hanya bisa dilakukan
oleh orang- orang tertentu dengan seijin Sang Pencipta dan kamu sudah pernah bertemu
saudariku, bahkan di- attunement olehnya tanpa sepengetahuanmu."
Aku membawa piring-piring ke tempat pencucian dan kembali duduk. "Apakah memang
benar aku sudah pernah bertemu dengan saudari Xian juga di- attune olehnya" Jika
permasalahannya begitu, bukankah hal ini lebih mudah diselesaikan daripada yang
kuduga, karena aku mengenal orang itu."
"Tidak, kamu sudah pernah bertemu dengannya tapi tampaknya dia membuatmu
melupakannya." "Caranya?" tanyaku.
"Semua mindreader punya kemampuan untuk membaca pikiran dan ada beberapa di
antaranya yang dapat memanipulasi ingatan, membuatmu lupa atau menambahkan
ingatan yang sebenarnya tidak ada."
Aku terdiam, bertanya-tanya apakah aku pernah mengalami hal itu" Tapi aku sama
sekali tidak menemukan jejak apa pun dalam pikiranku. Kecuali saat aku mengambil
Macallan 1946, mungkinkah saat itu" "Apakah kamu bisa mengembalikan ingatan itu?" tanyaku
bersemangat, ~ 371 ~ - B L E S S E D H E A R T -
bukankah semua itu akan menjadi mudah karena Xian juga seorang mindreader dan
aku bisa ingat di mana aku bertemu dengannya.
Xian menggelengkan kepalanya sedikit, "Maaf, aku takut tidak bisa, setiap
mindreader punya caranya sendiri dalam menutup, menghilangkan ingatan ataupun menambahkannya. Aku
mungkin bisa mencoba tapi biasanya akan membuatmu kesakitan, merusak pikiranmu
dan bahkan jatuh koma jika salah melakukannya."
"Kalau begitu sebaiknya jangan mencoba sama sekali," kataku langsung.
"Tapi kamu akan dapat menemukan mereka," kata Xian menyakinkan.
"Bagaimana kamu bisa yakin?"
"Karena Almaria si pemarah itu memberimu attunement. Dia tipe orang yang hanya
memberikan attunement orang yang disukainya dan kamu," kata Xian menatapku,
"Termasuk orang yang disukainya..."
Aku tidak mengerti tentang itu sama sekali karena aku tidak mengingatnya. "Mari
berharap," kataku. *** Nadia tenggelam dalam pikirannya, ia tidak menyukai apa yang didengarnya kemarin
saat

Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bersama Lawrence menggeledah tempat Jaime bahkan setelah meninggalkan tempat
itupun pikirannya masih terus memikirkan Jaime. Ia jelas merasakan ada sesuatu yang
salah pada dirinya. Ia membenci, tidak menyukai dan mungkin sedikit memikirkan Jaime lebih
dari yang diinginkannya. Beberapa hari ini hanya Jaime yang ada di dalam pikirannya meski
Lawrence tetap ada di sampingnya. Mungkin ia hanya mencoba untuk menjaga agar Angelina
yang menyukai Jaime tidak jatuh dalam pelukan pria bajingan itu. Jelas hanya itu
alasannya, ia tidak memiliki pikiran atau perasaan apa pun selain hal itu pada Jaime.
Nadia melihat kalung yang dikembalikan padanya, membuat perasaannya gundah tanpa
alasan, mengenakannya kembali atau menyimpannya mungkin cuma itu pilihannya,
tapi ada bagian lain dari dirinya yang ingin Jaime memilikinya.
"Nad, apa kamu bisa menghentikan wajah lesumu itu?" tanya Gris menatapnya,
"Sangat menjengkelkan sekali."
"Hah?" "Wajahmu itu loh. Kamu baru kemarin berkencan dengan pangeranmu dan sekarang
memasang wajah seakan-akan kehilangan kekasihmu?" protes Gris.
~ 372 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Nadia sedang duduk untuk makan malam di kantin asrama mereka bersama Gris dan
Angelina. "Apa aku seperti itu?" tanyanya pada Gris seperti baru tersadar.
"Tentu saja!" jawab Gris. Mata Nadia menatap pada Angelina melihatnya yang
sedang tersenyum dan membuatnya teringat pada Jaime kembali. "Nah kamu memasang wajah
itu lagi," kata Gris tiba-tiba, "Sebaiknya kamu mengatakan pada kami apa yang
terjadi, apa kekasihmu mencampakkanmu?"
"Tidak," protes Nadia langsung, dia tidak dicampakkan oleh Jaime.
"Kalau begitu apa yang terjadi kemarin saat kamu bersamanya?"
Nadia terdiam dan membatin, bodoh, bukan Jaime yang ditanya Gris tapi Lawrence.
Kemarin Lawrence menemui kepala divisinya untuk meminta dirinya ditugaskan
sebagai unit pendukung bersama Lawrence. Sejak dia adalah ketua regu pencari, kepala
divisinya hanya bisa meluluskan permintaan itu dan dengan kesal menggantikan jadwal Nadia. Nadia
masih teringat kata-kata Lawrence saat itu, "Aku ingin kita lebih saling mengenal satu
sama lain." Nadia menghela nafasnya, ia menyukai saat Lawence berbuat sesuatu untuk hubungan
mereka akan tetapi meski pikirannya senang, perasaannya selalu merasakan ada
sesuatu yang kurang atau sesuatu yang salah dalam hubungan mereka. Ia merasa Lawrence berbeda
dengan orang yang dicarinya. Sesuatu yang berbeda secara perasaan.
Mungkin aku hanya belum mengenalnya lebih dekat dan itulah dirinya yang
sebenarnya. Mungkin selama ini ia sudah terjebak dalam ilusi dan bayangan pria yang sama
sekali berbeda dengan aslinya. Nadia menghela nafasnya, beberapa kali perasaannya mendapati Jaime lebih
memiliki kesamaan dengan pria yang dicarinya akan tetapi bagaimanapun juga hal itu secara
logika mustahil. Jaime hanyalah seorang pelayan bar, bukan anggota BtP. Dan kini
setelah saat Lawrence muncul mengakui dialah pria yang dicarinya, Ia merasa ada sesuatu yang
salah tapi ia tidak mengerti sama sekali di mana kesalahan itu. "Apa yang terjadi
denganku," ia malah lebih banyak memikirkan Jaime daripada Lawrence yang ada di sampingnya. Gris dan
Angelina menatap Nadia yang masuk ke dalam dunianya sendiri dan hanya dapat
menghela nafas, mereka tidak dapat melakukan apa pun kecuali menunggu Nadia
menceritakannya jika Nadia sudah seperti itu. "Nanti malam datanglah ke tempatku, aku akan menceritakan sesuatu," kata Nadia
meminta diri dan langsung keluar dari kantin. Dia belum memutuskan apakah ia akan
menceritakan semua tentang Jaime pada mereka atau tidak.
*** ~ 373 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Malam semakin larut, Lily sudah masuk kamarnya di lantai atas dan begitu juga
Xian. Aku sedang tidur di atas sofa menatap langit-langit rumah yang dari kayu sambil
berpikir tentang apa yang kami bicarakan dengan Xian. Bertanya pada diriku sendiri apakah aku
akan melakukannya, maksudku menjadi seorang finder" Hal itu mungkinkan adalah hal
yang sangat luar biasa tapi entah bagaimana aku tidak merasa ingin melakukannya.
Melihat kembali dari awal, tujuanku saat meninggalkan desa sangatlah sederhana. Aku
hanya ingin mendaftar pada BtP, memiliki gaji yang cukup untuk masa depanku, membeli rumah
dan jika beruntung aku dapat menikah dan berkeluarga dengan jaminan hingga masa tuaku.
Keinginanku sungguh sangat sederhana.
Mungkin harapan berkeluarga dengan Nadia kini sudah punah akan tetapi
bagaimanapun juga aku tetap harus menikah dengan seseorang. Aku memiliki masa depanku sendiri
untuk dijaga dan tidak mau terseret ke arah mana pun. Hal yang terjadi kemarin pagi sudah
cukup untuk membuatku hampir menjadi rabbit yang akan merusak masa depanku. Aku menghela
nafas dan membiarkan tanganku menyentuh wajah dan menutup mataku, aku mungkin akan
bertindak nekat apabila sesuatu terjadi pada Xian dan Lily. Tapi saat ini, di
mana pikiranku masih tenang dan dapat berpikir sehat aku harus mengambil langkah tegas. Aku
tidak ingin terlibat lebih jauh, apalagi melawan BtP, aku tidak menginginkan masalah apa
pun. Aku punya pilihan untuk masa depan yang lebih baik, yang jelas bukan berhubungan
dengan kelompok alinergi yang berada di luar BtP. Setidaknya aku tidak ingin mencampuri
urusan ini lebih dalam, karena bisa saja aku akan menjadi rabbit tanpaku sadari.
Aku mengerti diriku lebih baik dari siapa pun. Aku ingin yang terbaik untuk
mereka semua tapi pastinya tanpa membuat masa depanku hancur.
Selain itu aku juga tidak tahu apakah perkataan Xian tentang Almaria yang
memberiku attunement itu benar atau tidak. Yang pastinya aku mendapatkan kekuatanku
kembali saat aku hampir mati terjatuh di jurang dan aku sudah bisa terbang jauh sebelum aku
tiba di tempat ini, jadi kekuatanku adalah murni milikku. Jika ada tempatku berhutang
maka itu adalah pada Tuhan. Bukan Almaria dan aku tidak berhutang apa pun pada Xian dan
Lily. Tidak seperti katanya, yang di mana memberikan attunement atau menyelaraskan
energi itu dapat membuka cakra-cakra atau roda-roda energi dalam tubuh dan membuat tubuh
memiliki lebih banyak energi, lebih peka dan lebih sensitif pada energi. Meski aku harus
mengakui pada saat sesudah kehilangan ingatan aku memang merasakan hal itu, tapi sejak
aku tidak mengingat apa pun, aku tidak akan tahu kebenaran yang ada.
Pikiranku terasa ruwet, aku membiarkan mereka berdua tinggal di tempat ini dan
aku akan melindungi mereka sejauh yang mereka inginkan dan semampuku tapi aku tidak ingin
terlibat lebih jauh dengan mereka, apalagi kelompok 3rd yang katanya berisi semua
alinergi. Untuk ~ 374 ~ - B L E S S E D H E A R T -
saat ini aku begitu kelelahan, aku hanya ingin sedikit istirahat dan kembali
pada rutinitasku sehari-hari, pada waktunya aku akan menemukan masa depanku tapi pastinya tidak
bergabung dengan kelompok apa pun di luar BtP. Aku membuka mata dan melayang ke
lantai dua, setelah aku mengambil keputusan, maka aku harus langsung
mengerjakannya sebelum aku berubah pikiran lagi. Tepat saat aku hendak mengetok pintu kamar
lantai atas, Xian sudah membuka pintu dan menatapku.
"Ayo kita keluar," katanya dalam pikiranku.
Aku menggangguk, tepat seperti keinginanku. Kami keluar dan aku membawanya
terbang ke atas atap belakang rumah terlindung dari pandangan depan jalan raya dan
sekeliling. "Kuharap Xian dapat memaklumi kesulitanku," kataku setelah menjelaskan kondisi
dan keadaanku. "Aku tidak berkeberatan sama sekali jika kalian berdua ingin tinggal
di sini selamanya, tapi untuk membantu mencari 3rd atau kelompok alinergi itu, aku tidak
akan mau menjerumuskan diri, aku mohon maaf."
Berkeliaran mencari kelompok itu" Memikirkannya saja aku sudah merasa itu begitu
merepotkan. Aku tidak ingin dikaitkan dengan kelompok itu dan menodai namaku
yang sudah ternoda. Xian tertawa, "Tidak, tidak, sebenarnya aku yang merasa telah merepotkanmu
begitu banyak. Kami sudah berutang tempat tinggal dan perlindungan padamu, akulah yang salah
karena memaksamu untuk melakukan lebih tanpa mengenal kondisimu."
Kata-kata Xian ada benarnya membuatku hanya dapat mengatakan, "Terima kasih,
sudah memahamiku." Aku tersenyum, bersyukur padanya karena dapat memaklumi kesulitanku
akan tetapi aku butuh sesuatu yang lain, "Xian, aku takut Lily tidak dapat
memahami hal ini, bukan aku tidak mau membantunya tapi aku memiliki masalah dan keadaanku
sendiri," kataku yang takut Lily akan membenciku, "Apakah ada cara agar Lily tidak dapat
membaca pikiranku saat dia menyentuhku?"
"Apakah kamu melakukan meditasi?" tanya Xian.
"Sedikit," jawabku.
"Jika begitu lakukanlah meditasi berjalan, hal itu akan memastikan pikiranmu
terkendali sehingga tidak ada mindreader yang dapat membaca pikiranmu. Beberapa mindreader
hanya dapat menangkap gelombang pikiran yang kamu pancarkan selagi berpikir."
Aku baru menyadari ternyata mindreader hanyalah orang yang dapat menangkap
pikiran yang sedang dipikirkan oleh orang lain dan orang itu tidak akan sanggup menarik
ingatan yang lain. "Tidak, Tidak," kata Xian, "Untuk Lily dan mindreader kelas bawah hal
itu benar, ~ 375 ~ - B L E S S E D H E A R T -
akan tetapi bagi segelintir mindreader kelas tinggi mereka dapat menarik ingatan
apa pun, memanipulasinya dan melakukan sesuka mereka pada pikiranmu. Untuk mereka ini
kamu harus membuat energimu melingkupi seluruh tubuhmu untuk membuat pelindung energi
sehingga tidak dapat ditembus oleh beberapa pembaca pikiran tingkat tinggi ini."
Aku mendesah, selama Lily tidak membaca pikiranku, aku sudah merasa cukup sama
sekali tidak ada rencana berkenalan dengan mindreader kelas atas, "Jadi apa yang akan
kalian lakukan?" "Aku tetap akan mengajarimu tentang kemampuan finder," kata Xian. Wajahku
meringis, tidak ingin berhutang budi pada siapa pun karena hal itu akan dapat menarikku ke
tempat yang tidak kuinginkan "Tidak," kata Xian, "Aku tidak akan memintamu melakukan
apa pun untuk hal itu karena kita akan melakukan pertukaran langsung."
"Apa itu?" tanyaku, "Jika aku dapat melakukannya ..."
"Kamu akan mengajariku terbang, karena aku butuh kemampuanmu ini untuk melarikan
diri kelak. Selain itu mengajarimu teknik finder juga untuk melindungi kami agar lain
waktu kami dapat melarikan diri lebih cepat sebelum para BtP itu berada di depan rumah."
Aku memahami hal itu, "Apakah Xian tidak dapat menggunakan kemampuan finder
untuk mendeteksi para BtP yang ingin mendekati rumah?"
Xian menghela nafas, "Aku dapat melakukannya sebelum aku ditangkap oleh mereka,
tapi entah apa yang mereka lakukan pada tubuhku saat tertangkap. Kini aku tidak dapat
mendeteksi para alinergi di luar dari jarak dua meter dariku. Kupikir kamu dapat
melakukannya lebih baik."
"Aku tidak yakin akan dapat mempelajari hal itu."
"Aku akan memberimu attunement"
Aku tertawa, "Sungguh aku juga tidak ingin berhutang apa pun."
"Kalau begitu anggap saja sebagai balasan karena kami sudah tinggal di tempatmu
dan mungkin masih akan merepotkanmu untuk sementara waktu."
Aku berpikir sejenak sambil merasakan udara dingin yang bertiup di bajuku dan
kulitku, "Jika berarti kita tidak saling berhutang apa pun maka aku akan dengan senang
hati menerimanya." "Kamu harus menerimanya," kata Xian tertawa kembali memperlihatkan giginya yang
ompong. "Jika tidak, si tua inilah yang akan berhutang padamu."
~ 376 ~ - B L E S S E D H E A R T -
*** "Apakah yang kamu katakan itu benar?" tanya Gris masih sambil menikmati makanan


Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ringan kentang gorengnya. Nadia memeluk bantalnya dan duduk di atas tempat tidurnya sambil menatap kedua
orang itu "Setidaknya itu yang terjadi saat penggeledahan," sambil melihat ke arah
Angelina. Nadia tahu Angelina menyukai Jaime tapi belum tahu sejauh manakah arti suka itu.
Apakah hal itu sudah melukai perasaannya" Tapi Angelina hanya diam dan kelihatannya tenggelam
dengan pemikirannya sendiri. "Ayolah, rekening bank yang kosong, LXX yang hanya berisi game, asalnya dari
desa terpencil, gaji sebulan yang cuma setara gaji sehari kita," kata Gris tertawa,
"Dia miskin banget!!!" Nadia menatap Gris dengan galak, bukan itu yang ingin di beritahukan
pada mereka. "Jadi ceritanya ternyata Jaime itu simpanannya Kak Michelle?" tanya Gris mencoba
serius setelah ditegur tatapan Nadia.
"Entahlah," kata Nadia yang belum juga mendapatkan kepastian, "Tapi mungkin
begitu, mengingat benda-benda Kak Michelle ada di tempatnya juga ... Kak Michelle juga
menciumnya di depan kami."
"Mungkin lebih dari itu," kata Gris tertawa, "Bagaimanapun juga Jaime itu cukup
seksi dan ... pandai merayu, tapi bukankah Kak Michelle memang terkenal punya segudang
pasangan" Mungkin Jaime salah satunya."
Nadia menatap Angelina yang masih tenggelam dalam pikirannya. "Menurutmu
bagaimana, Gel?" tanya Nadia. "Hah?" Angelina kelihatannya baru sadar diperhatikan oleh kedua temannya "Apa?"
"Tentang Jaime, bagaimana menurutmu?"
"Jaime?" balas Angelina.
"Hm..." Nadia benar-benar ingin mengetahui perasaan Angelina setelah mendengar hal
itu. "Nad tadi katamu Jaime punya game apa saja?" tanya Angelina balik. Nadia tidak
menyangka Angelina tertarik pada hal itu. Ia mencoba mengingat cd game yang
tergeletak di bawah televisi Jaime dan menyebutkan beberapa nama-nama game itu bersama nama
game dalam LXX Jaime yang dia ingat. Beberapa game itu sempat dimainkannya di saat
kecil dulu. ~ 377 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Menggelikan, punya LXX keren tapi isinya game dan lagipula semua game itukan
game anak-anak, tak kusangka Jaime punya hobbi seperti itu," kata Gris tertawa, "Atau
sebodoh itu." "Gel?" tanya Nadia yang belum mendapatkan pendapat Angelina, "Bagaimana
menurutmu?" "Siapa?" tanya Angelina kembali kelihatannya pikirannya entah ke mana sehingga
tidak fokus. "Jaime, Gel!" kata Gris sambil tertawa "Apa sih yang kamu pikirkan?"
"Ah," kata Angelina malu-malu, "Aku ingat punya banyak cd game sejenis itu tapi
sudah disimpan ke mana." "Hah?" tanya Nadia.
Angelina tersenyum menatap Nadia, "Apa Jaime akan menyukainya jika aku
meminjamkannya" Mungkin aku dapat menelepon rumah agar cd gameku dikirimkan
besok." "Hah?" balas Nadia sekali lagi, merasa tidak percaya akan pendengaran itu.
Gris sebaliknya tertawa terbahak-bahak, "Angelina kamu jadi lemot banget deh!!"
"Griss!!!" protes Angelina, "Aku kan hanya bertanya apa salah?"
Gris segera mendekati Angelina "Masalahnya bukan di sana Gel, tapi Jaime itu
mungkin cowok simpanan, kamu tahu apa artinya?"
"Cowok yang disimpan," balas Angelina tidak mau kalah.
Gris tertawa "Itu artinya Jaime tipe cowok yang mendekati perempuan karena uang
dan mau mengikuti siapa saja." Nadia menggangguk setuju sambil menatap Angelina rapat-
rapat. Angelina kembali tenggelam dalam pikirannya membuat Gris dan Nadia penasaran
apakah Angelina memahami arti hal itu. Angelina kelihatannya menyerah ia menatap Gris
dan Nadia, "Papa mau membelikanku mobil untuk hadiah ulang tahunku minggu depan apa kalian
tahu mobil yang bagus?" "Hah?" tanya Gris dan Nadia bersamaan, mereka tahu Angelina akan ulang tahun
beberapa minggu lagi dan bahkan mereka sudah menyiapkan beberapa hadiah untuknya tapi
tidak mengerti maksud Angelina. Apakah ia ingin lari dari pembicaraan.
Angelina tersipu malu-malu, "Mungkin kita bisa mengendarainya ke kota atau ke
Bar Eve nantinya." ~ 378 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Untuk dilihat Jaime?" Gris kini memegang perutnya dan terbahak-bahak, "Gel,
cinta ternyata bisa membuat otakmu menjadi agar-agar. Hahaha ...."
Angelina menatapnya marah dan menimpuknya dengan bantal. Nadia menghembuskan
nafasnya melihat Angelina yang memprotes Gris dengan wajahnya yang merah karena
malu. A ndai aku bisa berpikir seperti itu pikir Nadia yang melihat sisi manisnya
Angelina di mana ia melihat hal itu sebagai kesempatan sedangkan dirinya memandang dengan cara
yang berbeda. Aku benar-benar tidak tahu.
~ 379 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 22 Finder "Doorrr!!! Dorrrr!!!!Dorr!!!! "
"Jangan biarkan dia kabur!"
Sialan... Mati aku. Apa yang sebenarnya telah kulakukan hingga terjebak dalam ruangan kecil ini,
bersembunyi di balik sofa dan meja serta dihujani tembakan demi tembakan. Suara-suara
ledakan senjata api terdengar memekakkan telinga diikuti suara-suara peluru yang menembus sofa
dan berdesing menghajar lantai serta dinding di belakangku, seolah-olah tidak pernah
berhenti mengejar diriku, membuat nyaliku semakin menciut. Setiap inchi tubuhku mengerut
ingin menyelamatkan diri, tidak seharusnya aku berada di sini, tapi untuk saat ini di
sinilah aku berada, di sebuah ruangan di atas gedung pencakar langit dengan obat-obatan
terlarang dan uang kertas yang berhamburan dari atas meja yang pecah akibat terkena terjangan
peluru. Bau mesiu di mana-mana juga pecahan-pecahan kaca berserakan di atas lantai dan
dua buah meja kaca serta bingkai kaki dari besi hancur terkena terjangan peluru.
Mengapa aku begitu bodoh.
Aku mencoba menyusupkan diri lebih kecil lagi di belakang sofa. Berharap sofa
ini dapat melindungiku. Sialan. ~ 380 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Bruak!!!!" Suara dinding ruangan hancur dan seorang berpakaian jaket kulit
berwarna hitam muncul di depan sambil memegang kursi besar. Alinergi perkasa itu datang
kembali, sebaiknya aku lari atau seluruh tulangku tidak hanya akan patah tapi remuk
menjadi debu. Aku melihat kedua pergelangan tanganku yang sudah membiru berbekas tangan dan
terasa ngilu. Cukup trauma hingga membuatku ingin segera melompat keluar dari
persembunyianku, mendadak sebuah kursi besar dari kayu terbang melayang ke arah persembunyianku.
Kursi itu menabrak sofa dan aku tergesa-gesa melompat keluar meuju ke arah dinding
kaca ruangan. Aku akan mencoba menerjang kaca itu, menghancurkannya dan melompat keluar dari
ruangan ini untuk menyambut kebebasanku di luar. Terjun bebas dari lantai 26
gedung. Tanganku melindungi wajah dan kakiku dengan sekuat mungkin menerjangkan tubuhku
ke arah kaca. "Bruk...!!!!!!!!"
Siku tanganku menabrak dinding kaca yang keras dan tidak pecah itu, tanganku tak
pelak lagi menghantam hidungku. Seketika itu juga aku merasa hidungku sakit sekali, sesak
dan berdarah. Badanku juga membentur dinding kaca, rasanya seperti menabrak tembok
dinding batu yang membuat tubuhku langsung terjatuh ke lantai, tidak berhasil
menerobosnya, hanya berhasil menyiksa diri saja.
"Kali ini kamu tidak akan dapat lari lagi," kata pria itu dan mengangkat kaki
meja yang terbuat dari besi dengan sebelah tangannya bersiap-siap untuk menghajarku dengan
benda tersebut. Matilah aku kali ini. *** Tiga hari yang lalu... "Apa yang harus kulakukan?" tanyaku pada Xian yang katanya akan segera
memberikan attunement pada diriku. Yang masih menurutnya, untuk menuju ke tahap selanjutnya
yang sama sekali tidak kumengerti. Sebelumnya aku telah diperintahkan untuk melakukan
meditasi rutinku terlebih dahulu dan setelah itu ia akan melakukan sesuatu. Kami sedang
berada di belakang rumah dengan diriku yang duduk di atas kursi begitu juga Xian, sambil
mendengar kicauan burung. Xian tersenyum menjawab, "Tidak ada."
"Hah" Kamu sedang bercanda?"
"Tidak, maksudku sudah selesai," kata Xian melalui pikirannya pada pikiranku.
Aku mencoba melihat lebih jelas ke arahnya dan tidak mendapati wajahnya sedang
bercanda. ~ 381 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Berikutnya Xian memberi penjelasan beberapa teori tentang dominan, receive,
tyrant, dan sinkronisasi. "Aku sudah mengetahuinya," kataku. Xian menggangguk dan kemudian mengajari
tentang menyalurkan energi secara radius ke sekeliling ruangan hingga ke tahap maksimal.
"Aku sudah bisa melakukannya," kataku dan saat aku mencoba melakukannya sesuatu yang
berbeda terjadi. Energi yang mengalir dari tubuhku, tepatnya dari tengah dada
terasa lebih lembut dari biasanya, energi sekarang terasa lebih padat namun sekaligus lembut.
Jangkauan yang dapat dicapai energiku begitu menakjubkan hampir mencapai puluhan meter.
Hal yang luar biasa adalah aku sama sekali tidak merasakan tekanan yang memberatkan
tubuhku, terasa energiku semakin bertambah berkali-kali lipat dan tingkat sensitifitasku
pada energi menjadi setingkat lebih tinggi. "Apa yang terjadi" Apa Attunement itu
sebenarnya?" tanyaku
yang kini benar-benar terkejut karena energiku kini seolah-olah meledak tanpa
batas. Xian tersenyum dan berkata dengan sabar, "Attunement berarti penyelarasan, pada
attunement-ku ini, energi tubuhmu diselaraskan dengan gelombang energi alam
semesta sehingga kamu dapat merasakan dan menggunakan energi dari alam semesta. Yang
pada biasanya baru bisa dimiliki oleh seorang yang sudah bertapa dan berpuasa hingga
puluhan tahun atau seumur hidupnya."
Mataku setengah melotot tidak percaya, "Jadi bagaimana aku bisa menguasainya
secepat ini?" "Anggap saja seorang guru besar yang sudah memiliki energi tinggi, memasukkan
sebagian dari energi simpanannya yang bernilai puluhan tahun ke dalam tubuhmu."
Alisku merengut sedikit, memikirkan hal ini persis seperti dongeng-dongeng yang
diceritakan oleh kata kakek pendongeng, tentang di masa lalu saat seorang guru besar memilih
murid pemimpinnya, maka guru itu akan mentransfer semua ilmu rahasianya pada murid
tersebut, "Apakah itu mungkin?"
Xian hanya tertawa memperlihatkan gigi ompongnya, "Untuk sederhananya kamu bisa
memakai perumpamaan seperti itu, penjelasan cukup rumit. Yang perlu kamu ketahui
adalah attunement dari Almaria merupakan awal dan dasar. Di mana energimu menjadi lebih
besar karena beberapa roda-roda atau cakra energi dalam tubuhmu sudah dibuka dan
diselaraskan dengan energi alam semesta. Sebenarnya masih ada beberapa tahap selanjutnya
hingga mencapai tahap sepertimu untuk menerima attunement sepenuhnya dariku, tapi untuk
saat ini aku hanya bisa mengatakan kundalinimu telah diaktifkan pada attunement tadi."
Kundalini" Aku sudah pernah mendengarnya sebagai sumber kekuatan tanpa batas


Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang dimiliki setiap manusia dan terletak pada ujung tulang ekor, yang dapat membuat
seorang petapa duduk di atas es dengan sehelai kain dan mencairkan seluruh es di
sekelilingnya. ~ 382 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Membuat petarung menghancurkan batu dengan tangan kosong dan sebagainya.
Sejujurnya aku merasakan hawa panas dalam tubuhku yang mengalir terus menerus sedari tadi.
Xian langsung memberi beberapa pengarahan untuk melatih tubuh dan energiku selama
meditasi agar membiarkan energi mengaliri tubuhku dan membuat perubahan yang dibutuhkan
agar dapat terbiasa dengan tingkat energi yang lebih tinggi ini. Kemudian ia mulai
memberi petunjuk agar aku membiarkan energiku menyebar ke sekelilingku dan menajamkan
indraku untuk merasakan siapa saja di dalam lingkup energiku. Seorang alinergi akan
memiliki energi yang lebih tinggi daripada manusia biasa.
Dalam dua hari berikutnya aku berlatih di saat kerja dan berhasil merasakan
energi setiap orang yang berada dalam lingkup energiku, sebenarnya perasaankulah yang
merasakan keberadaan setiap orang itu. Rasanya seperti merasakan hembusan angin lembut di
kulit tangan namun kali ini tanganku atau diriku rasanya begitu luas mengikuti jarak
energiku dan aku merasa tahu jenis energi serta di mana posisi dari setiap mereka yang berada
dalam lingkup energiku. Sedangkan Xian mempelajari cara terbangku hanya dalam ... tidak akan ada yang
percaya karena copier terhebat pun membutuhkan waktu minimal 4-6 bulan untuk mempelajari
sebuah kemampuan dan dia, Xian, mempelajarinya hanya dalam hitungan ... detik!!!
Mulutku mengangga melihatnya terbang di belakang rumah memasuki hutan dan
berputar- putar lembut, bahkan bisa dikatakan dia melakukannya lebih baik dariku. Pada
awalnya ia menyuruhku menyalurkan energi terbangku ke dalam tubuhnya dan dia menerimanya,
terjadi sinkronisasi sesaat kemudian dia melepaskan tanganku dan dia sudah dapat terbang
dengan sendirinya. "Bagaimana itu bisa terjadi?" tanyaku penasaran menatapnya terbang menuju ke
arahku dan kemudian mendarat dengan lembut.
Xian tertawa, "Jaime, copier biasa akan mencoba mempelajari kemampuan alinergi
lain, dengan cara meniru pola pikir atau seluruh informasi tubuh alinergi yang akan
dipelajarinya mulai dari cara memandang, cara berpikir, cara bernafas, cara mendengar,
perasaan dan berbagai hal lainnya. Dengan demikian copier itu dapat menjadi seperti alinergi
tersebut dan memiliki kekuatannya, intinya meniru seluruhnya. Tapi bagi beberapa copier yang
dapat merasakan energi dan perasaan sepenuhnya dari alinergi tersebut, meniru kekuatan
alinergi tersebut sangatlah mudah, karena di dalam energi dan perasaan itu tercatat
seluruh cetak biru untuk menguasai kekuatan alinergi tersebut."
"Apakah ada orang seperti itu?" tanyaku.
~ 383 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Xian tersenyum menatapku penuh arti, "Mereka dipanggil sebagai Guru atau
beberapa sebagai Master." "Guru atau Master?" tanyaku sambil berpikir, jelas berbeda dengan sebutan guru
sekolah atau Master untuk pemilik kafe.
Xian menarik nafas dalam-dalam dan memandang ke langit biru, membiarkan suasana
hening terbentuk di antara kami, mendadak sebuah ketenangan yang terasa sakral melanda
perasaanku. Mata Xian terlihat bercahaya, "Ada segelintir orang di dunia ini
yang berhasil menguak kebenaran dari misteri dunia dan kehidupan ini, mereka memiliki julukan
Guru. Mereka merupakan guru sejati kehidupan dan pemilik dari segala kekuatan
alinergi. Menguasai finder, mindreader dan kemampuan apa pun juga yang mereka hendaki,"
kata Xian penuh hormat. Aku hanya dapat melihat Xian dengan pandangan tidak mengerti.
"Jaime dengarlah kata-kata ini," kata Xian menerangkan "Aku akan mencoba memakai
kata- kata yang mudah kamu pahami. Keberadaan dunia fisik ini dan seluruh isinya dapat
dikatakan berada pada dimensi yang ke 3. Pada hujan energi bertahun-tahun lalu
telah menyebabkan beberapa manusia sebagai makhluk dimensi ke tiga mulai berevolusi
menuju ke makhluk dimensi ke 4. Mereka yang disebut sebagai alinergi memiliki energi
yang jauh lebih tinggi dibanding manusia biasa dan kemampuan pikiran mereka dapat
membentuk energi tubuh mereka menjadi getaran atau benda yang mereka inginkan."
"Apakah maksudmu, energi menjadi benda?" tanyaku tidak paham.
Dengan sabar Xian menatapku, "Jaime, seluruh kehidupan ini pada awalnya
terbentuk dari satu energi. Itulah energi Sang Pencipta yang kemudian terbagi-bagi menjadi awal
dari begitu banyak dimensi dengan energi yang berbeda-beda. Energi pada dimensi ke empat
memiliki kekuatan dan getaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan energi dimensi ke 3.
Jika kamu telusuri lebih jauh, maka benda yang kita lihat dan rasakan di sini sebenarnya
adalah getaran energi yang sedang bergetar pada tingkatan tertentu."
Tangan telanjang Xian memancarkan sebuah api yang langsung berkobar dikulit
telanjangnya, "Api terbuat dari energi, kita hanya perlu mengubah energi tubuh kita melalui
kekuatan pikiran untuk membentuk api atau..." Api di tangan Xian menghilang dan kini
menghasilkan dorongan angin yang berputar menerjangku dan mengoyangkan dedaunan di atas pohon
sekitar kami. Kemudian tangannya kembali berubah mengeras menjadi baja yang
berkilat, "Apa pun yang engkau inginkan. Semua ini hanyalah manipulasi pikiran dan jika
kamu memahami cara perubahan energi itu maka kamu dapat melakukan apa pun yang kamu
inginkan." ~ 384 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Mulutku terbuka mengangga menatap Xian yang begitu perkasa, kini ia terlihat
bercahaya di mataku. Xian mungkin mengetahui aku tidak dapat mencerna kata-katanya ke dalam
logikaku sehingga melanjutkan lagi, " Jaime, mungkin kamu mengingat rumus sederhana
pembuatan energi nuklir, E=MC2, E adalah energi, M adalah Massa atau benda dan C2 adalah
kecepatan cahaya yang dikuadratkan."
Aku mempelajari sainsku dengan baik, "Itu berarti benda yang bergerak dengan
kecepatan tinggi akan menghasilkan energi."
"Jika kamu membalikkan rumusan sederhana itu maka kamu akan mendapatkan M=E/C2,"
kata Xian dan mulai menggerakkan tangannya, "Tubuh manusia itu sempurna sejak
pertama kali diciptakan oleh sang Pencipta dan bahkan menyimpan kekuatan yang sangat
menggagumkan. Kecepatan cahaya dikuadratkan dapat kamu miliki dari kecepatan
pikiran, karena kecepatan pikiran hampir tidak memiliki batasannya. Pikiranmu dapat
mengirimkan getaran dan gelombang energimu ke tempat mana pun yang kamu inginkan dalam
sekejap. Energi bisa kamu dapatkan dari energi tubuhmu atau energi semesta, menggabungkan
energi tubuhmu dan kecepatan pikiranmu, maka kamu dapat menciptakan...," tangan Xian
bergerak ke tempat kosong dan mengeluarkan sebuah batu kecil untuk diletakkan di atas
tanganku, "Benda." Mataku melotot dan mulutku mengangga semakin lebar, jika di desaku dia akan
segera menjadi orang suci yang disembah dan dipuja banyak orang.
Xian tertawa membaca pikiranku, "Dari zaman dulu kala semua ini sudah terjadi,
orang suci yang membuat mukjizat, petapa pengelana padang pasir yang tidak berbekal
menciptakan makanan, mereka yang berjalan di atas air atau api dan lain sebagainya."
Tangan Xian berubah bentuk dengan cepat mengeluarkan api, menjadi baja,
mengeluarkan udara dan listrik, "Jaime, semua ini adalah permainan pikiran dan perubahan
energi. Para alinergi memiliki kekuatan berbeda-beda karena pikiran mereka mewujudkan
keinginan mereka yang paling dalam dan paling cocok untuk mereka, namun inilah inti dari
segala kekuatan alinergi dan perubahannya di dunia ini adalah energi."
Kedua mataku masih melotot ke arahnya tanpa tahu harus berkata apa, aku menarik
nafas dalam-dalam. Xian menambahkan, "Keseluruhan kehidupan ini sendiri terbentuk oleh
energi Sang Pencipta, kamu bisa mengatakan seluruh hidup ini adalah ilusi atau mimpi
tapi energi adalah intinya. Jika kamu bisa menguasai energi maka kamu akan mengetahui semua
yang kamu butuhkan serta menguak rahasia kehidupan ini sendiri."
Aku segera berlutut menyembah pada Xian dengan lagak menyembah seorang raja. "Oh
Guru besar yang gagah perkasa, ampuni hambamu ini. Aku sama sekali tidak
mengerti apa ~ 385 ~ - B L E S S E D H E A R T -
yang sedang kita bicarakan," kataku sambil bercanda dan kembali berdiri menatap
Xian. "Kupikir aku tidak perlu memikirkan sejauh itu hingga membuat kepalaku sakit."
kataku mendesahkan nafas, "Menjadi seorang penerbang saja sudah cukup bagiku dan aku
sudah sangat bersyukur akan hal itu. Jelasnya aku tidak perduli pada finder,
mindreader, Guru, Master atau apalah, selama aku dapat menjadi anggota BtP meski menjadi anggota
BtP kelas tiga sekalipun aku sudah akan memiliki surga duniaku dalam hidup ini." Mukaku
meringis memintanya mengampuniku, "Kupikir aku tidak membutuhkan semua kerumitan ini."
Xian tertawa riang, "Kamu orang yang menarik."
"Aku hanya malas berpikir," balasku dan kami berdua tertawa.
*** Pagi ini aku menumpang truk Barth, si tukang sayur menuju ke kota untuk membeli
beberapa barang kebutuhan sehari-hari. Persediaan makanan berkurang lebih cepat daripada
yang kurencanakan. Pada pukul 10:20 seluruh bahan keperluan sudah berhasil kubeli dan
entah setan apa yang memasuki pikiranku, mendadak aku ingin menolong Xian.
Aku merasa berhutang budi padanya atau mungkin karena biaya makannya yang cukup
besar sehingga aku berusaha menendangnya keluar secepat mungkin. apa pun
itu .... Jika ia hanya dapat mengerahkan kekuatan finder- nya sejauh dua meter, tentu
saja hal itu akan sangat merepotkannya untuk menemukan saudarinya. Aku mendesah, mungkin aku
bisa membantunya sedikit dengan mulai mencari mereka di waktu senggang. Aku masih
punya waktu hingga pukul 13:00 dan pulang untuk kerja pada jam 15:00. Memikirkan
hingga ke sana aku menitipkan semua barang belanjaanku pada istri Barth di toko tukang
sayur agar Barth mengantarkannya ke depan rumahku saat besok ia mengantar sayur ke Kafe
Eve. Keluar dari toko sayuran, Aku berjalan tidak sambil menatap keramaian orang yang
sibuk berbelanja, memikirkan cara terbaik dan tercepat untuk mendeteksi para alinergi
yang bukan BtP. Yang pastinya aku juga tidak dapat berjalan sambil mendeteksi para alinergi,
perasaanku belum secanggih itu. Aku harus diam dan menutup mata memfokuskan diri untuk
dapat melakukannya. Di tengah pasar tradisional, aku menyandarkan diri pada sebuah dinding toko,
menutup mata dan merasakan energi orang yang berlalu-lalang, semuanya orang normal. Aku pun
mulai berkeliling dari berpindah dari tempat ke tempat di dalam kawasan pasar dan
tidak menemukan seorang alinergi pun. Tak berapa lama aku melihat beberapa kendaraan
yang ~ 386 ~ - B L E S S E D H E A R T -
lewat di tengah jalan, mendadak aku menemukan sebuah cara lain. Kakiku melangkah
menuju halte bus terdekat yang kebetulan bus tersebut sedang melaju di
sampingku, sehingga kakiku segera bergerak berlari mengejarnya.
Sekarang atau harus menunggu 15 menit lagi.
Tepat saat pintu bus hampir menutup aku berhasil melompat masuk dan mengambil
tempat duduk di pojok belakang, mengacuhkan tatapan tidak senang dari supirnya.


Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Merasakan keringat yang sedikit bercucuran, aku menarik nafas menenangkan diri dan mulai
mengerahkan seluruh energiku seluas mungkin. Busnya mulai bergerak mengelilingi
kota, berhenti beberapa kali di halte dengan beberapa orang bergerak di sekitarku,
turun dan naik. Aku dapat merasakan energiku meliputi seluruh wilayah dalam jarak beberapa puluh
meter dan merasakan beberapa orang yang memiliki energi lebih besar dibandingkan
lainnya, saat aku membuka mata melihat mereka, aku menemukan beberapa anggota BtP yang sedang
patroli. Sejak kasus pelarian Xian dan Lily, kota Viginia semakin dipenuhi oleh
anggota BtP yang sedang berjaga maupun mencari mereka. Satu jam lamanya aku ikut berputar-
putar dengan bus di dalam kota tanpa hasil. Paling tidak untuk jalanan rute bus ini
sudah ditelusuri dan memang tidak ada hasil, mungkin besok atau di lain kesempatan aku akan
mencoba rute bus lain. Bus kemudian berhenti di salah satu sudut kota yang memiliki reputasi
kurang baik, mau tidak mau aku harus turun. Tidak punya pilihan lain karena bus ini akan
segera melanjutkan perjalanan menuju ke kota kecil yang jauh dari kota sedangkan aku
harus kembali ke Graceland yang berlainan arah.
Melihat sekeliling tempat yang tidak kukenali, terpaksa aku bertanya pada supir
bus mengenai cara untuk kembali ke pusat kota. Supir itu dengan acuh menjawab agar
aku berjalan sekitar 200 meter menuju ke halte bus di sebuah persimpangan jalan
besar untuk menunggu bus yang dapat membawaku kembali ke pusat kota. Dan pintu bus tertutup
meninggalkanku di tempat yang jauh dari kata bersih ini. Sampah-sampah terlihat
berserakan di jalanan, bau amis tercium di mana-mana, beberapa orang terlihat bersembunyi
di kegelapan gang-gang kecil sambil melakukan transaksi apa pun secara sembunyi-
sembunyi. Pada halte tempatku menunggu bus selanjutnya terlihat tulisan grafiti tipe anak-
anak punk menghiasai setiap sudutnya. Seorang ibu yang bola matanya menghitam terlihat
sedang ikut menunggu di halte kotor ini. Aku berdiri di dekat sebuah tiang halte dan menutup
mata, mencoba mengerahkan energiku ke sekeliling, tidak ada energi alinergi yang
terdeteksi dan aku membiarkan energiku tetap mengalir sambil menunggu datangnya bus.
Udara cukup panas dan aroma minuman keras tercium dari tubuh ibu muda itu.
Seketika energi seorang alinergi melesat cepat melewatiku dan aku segera membuka mata,
seorang pengendara sepeda motor bermesin besar melewati depanku dan berbelok ke dalam
sebuah ~ 387 ~ - B L E S S E D H E A R T -
gedung tinggi, pengendara itu tidak memakai benda berlogo BtP di lengannya.
Tepat di depanku terdengar rem bus yang berbunyi menghentikan lajunya dan wanita di
sampingku telah bergerak mendekati bus. Aku mendengar suara pintu bus yang terbuka, untuk
sesaat aku melihat ke arah gedung tadi. Aku harus memilih...
Pulang atau memeriksa terlebih dahulu.
Pintu bus pun menutup dan aku berjalan menuju ke arah gedung di mana alinergi
itu masuk. Mungkin saudari Kakek Xian ada di dalam sana, jika aku berhasil menemukan
mereka, Xian tentu akan sangat senang begitu juga Lily. Menarik nafas dalam-dalam aku
menyakinkan diri bahwa aku hanya butuh melihat mereka atau mungkin merasakan beberapa alinergi
tanpa ikat lengan berkumpul di sana dan aku dapat memberitahu Xian.
Bahwa aku menemukan sekumpulan alinergi bodoh yang tidak mau memiliki uang
dengan gaji besar yang tetap dan lebih memilih menjadi buronan jika ketahuan. 3rd
kelompok orang bego. Di depan sebuah gerbang, aku melihat sebuah gedung yang menjulang tinggi dan
dengan nekat berjalan masuk melewati satpam yang berada di pos jaga yang juga kelihatan
acuh tak acuh. Memasuki gedung itu aku melihat nama-nama dari berbagai perusahaan yang
tertulis pada sebuah papan di depan gedung. Dapat dikatakan bahwa ini adalah sebuah
gedung perkantoran untuk umum dengan beberapa orang berpakaian kantoran berlalu lalang.
Aku mencoba mencari orang yang menggunakan jaket kulit hitam dan terus saja menuju
ke arah lift, menunggu di bawah lift yang sedang turun, menutup mata dan mencoba
mendeteksi sekelilingku. Tampaknya orang yang kucari tidak berada di lantai pertama.
Pintu lift terbuka, beberapa orang pekerja kantor keluar dan bersama beberapa
lainnya aku memasuki lift. Mencari tempat di sudut lift dan membiarkan energiku mengalir
sekali lagi untuk mendeteksi energi setiap orang pada tiap lantai. Lift berhenti beberapa
kali dan aku tidak merasakan energi alinergi mana pun hingga akhirnya tiga orang yang
memiliki energi alinergi terdeteksi berada sekitar dua lantai di atasku. Aku membuka mata
melihat pintu lift yang terbuka dan lampu di atasnya menunjukkan aku sedang berada di lantai 25.
Lantai tertinggi menurut lampu tanda lift. Tidak ada tanda apa pun yang menunjukan
tempat ini memiliki lantai 26 atau lantai 27. Terpaksa aku keluar dari lift yang akan
segera turun itu dan mencoba merasakan sekali lagi dengan energiku dan mendapatkan memang ada dua
tingkat lebih tinggi lagi dari lantai tempatku berada.
Lantai tersembunyikah"
Aku melihat beberapa ruangan kantor di lantai ini dan mulai berjalan
menelusurinya. Tiga orang pekerja kantor melewatiku, beberapa gadis cantik sebagai customer service
duduk di ~ 388 ~ - B L E S S E D H E A R T -
depan kantor mereka untuk menyambut tamu. Terus berjalan, aku mencoba mencari
tangga darurat yang seharusnya ada, tak berapa lama dengan mudah aku menemukan tanda
penunjuk lokasi tangga darurat yang tergantung di atas lorong dan mengikutinya. Setelah
melihat sebuah pintu berat berwarna merah dengan tanda pintu darurat itu dan membukanya,
aku harus kecewa, yang ada hanyalah tangga turun, tidak ada tangga naik. Jadi di
manakah tangga tersembunyi itu berada ataukah lift tadi membutuhkan sebuah kunci khusus untuk
dapat menuju ke lantai atas seperti yang banyak terlihat di televisi" Ataukah salah
satu kantor di lantai ini yang memiliki akses tangga ke atas" Aku melihat pada jam tanganku,
waktu terus berlalu aku harus segera memutuskan, meneruskan pencarian atau pergi sekarang
juga sebelum terlambat untuk masuk kerja ke Kafe Eve. Jika aku masih berniat
meneruskan pencarian maka aku harus melakukannya dengan cepat. Tidak boleh membuang waktu
lebih banyak. Aku menatap langit-langit di atasku, hanya ada satu cara tercepat jika
aku benar- benar mau menyelesaikan semua ini.
Terbang ke atas. Aku berbalik dan menuju ke sebuah sudut lorong di mana tadinya aku melihat
sebuah jendela kecil yang dapat dibuka. Jantungku berdebar-debar keras, andai kata aku
menerobos dari jendela ke luar dan dengan cepat terbang menuju ke lantai paling atas, dengan
catatan tidak terlihat orang, maka aku akan menemukan sebuah pintu di lantai paling atas yang
menurun ke lantai tersembunyi itu. Apakah aku bisa yakin tidak terlihat orang"
Aku menarik nafas lagi. Apa aku yakin di lantai paling atas akan ada pintu untuk
masuk" Jika tidak ada, bagaimana aku turun nanti. Berpikir sampai di sana aku berbalik dan
meniatkan diri untuk pulang, aku tidak mau melakukan hal bodoh.
Aku masih waras. Mendadak kakiku berhenti berjalan dan tubuhku berputar menuju ke jendela
tersebut. Membukanya yang langsung mengundang hembusan angin masuk, kemudian menerobos
keluar yang segera disambut oleh panas matahari. Setelah melayang di luar
gedung, tanpa membuang waktu lagi aku langsung terbang melesat ke lantai paling tinggi
membiarkan angin bertiup di wajahku.
Sialan, aku pasti akan menyesali apa yang sudah kulakukan.
Melayang tiba di lantai paling atas, aku segera mendarat serta berlari di atas
gedung untuk mencari pintu menuju ke lantai bawah dan menemukan sebuah pintu berwarna merah.
Tiba di depan pintu tanganku mencoba membukanya tanpa hasil. Pintu itu terkunci.
~ 389 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tentu saja terkunci. Bodoh!
Dengan kesal aku berdiri di bawah terik matahari dan sedikit berkeringat mencoba
berpikir langkah selanjutnya. Terbang turun memasuki jendela itu lagi" Apa yang terjadi jika ada orang
melihatku" Sialan makiku. Baru sekarang aku merasa menyesal telah nekat menerobos jendela
tadi. Aku melihat pintu tersebut yang tidak memiliki pegangan tangan dan tidak ada lubang
kunci, tipe yang hanya bisa dibuka dari balik pintu. Menarik nafas tenang aku mengerahkan
energiku untuk membiarkannya mengalir ke seluruh pintu dan menerobos ke belakang pintu.
Mencoba membuka pintu itu dengan cara menggerakkan energiku untuk menarik atau memutar
pegangan pintu di balik pintu. "Krak ... click." Segera wajahku tersenyum.
Wow, tampaknya aku bisa lulus jadi perampok nih.
Aku membuka pintu dan melihat di balik pintu, pegangan pintu dan kuncinya sudah
hancur. Sejak mendapatkan attunement dari Xian kekuatanku jelas menjadi lebih tinggi dan
semoga tidak ada orang menuntutku karena telah menghancurkan pintu ini. Udara dingin
dari dalam gedung menyelimutiku, dengan perlahan aku menuruni tangga, menarik nafas sekali
lagi dan membiarkan energiku mengalir ke sekeliling. Di lantai ini aku merasakan hanya
ada seorang alinergi dan dua alinergi lainnya, ada di lantai bawah bersama beberapa orang
manusia biasa. Aku pun meluncur terbang turun. Mencoba mengingat nama saudari Xian, Almaria
jika tidak salah. Setelah menanyai alinergi itu aku akan langsung pulang melapor pada Xian
dengan demikian semua tugasku selesai sudah.
Semudah itu. Sebuah laboratorium, itulah yang kulihat saat berada di lantai ini, meja-meja
panjang dengan tabung-tabung kimia berisi cairan-cairan kimia yang sedang mengepul. Aku melihat
seorang alinergi berpakaian putih seperti ilmuan terlihat sibuk mengerjakan sesuatu dan
dia memakai masker gas. Dia jelas bukan anggota BtP karena sama sekali tidak memiliki ikat
lengan dan seluruh tempat ini tidak mirip kantor BtP.
Apa yang sedang di kerjakannya dengan semua gelas-gelas kaca laboratotium, pipa
dan cairan-carian kimia yang mengepul itu" Sudah kepalang masuk ke sini pikirku. Aku
melayang ke sampingnya dan berdiri di belakangnya.
"Apa yang sedang kamu lakukan?" tanyaku.
Pria bermasker itu berhenti menuangkan beberapa cairan kimia dan menatapku
kemudian kembali bekerja. "Jangan ganggu aku."
~ 390 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apa kamu mengenal Almaria?" tanyaku di dekatnya. Aku sudah mengalirkan energiku
di sekelilingnya untuk bersiap-siap, apabila ia melakukan sesuatu padaku.
"...." "Apakah kamu anggota kelompok 3rd?"
"..." "Apakah kamu..." sebelum aku selesai bertanya, dirinya sudah terlihat kesal dan
mengembalikan tabung-tabung kimia dari tangannya ke atas meja untuk segera
meraih sesuatu dari belakang pinggangnya. Aku sudah melihat apa yang ingin diambilnya,
yang pasti bukan segepok uang untuk menyuruhku pergi dengan cepat. Tanganku bergerak
mengarahkan energiku pada benda di tangannya untuk terbang tinggi ke atas dan
menjatuhkannya ke tanganku. Sebuah senjata api berwarna perak, yang membuat
mataku membelalak senang. "Desert Eagle," kataku memegang senjata api tersebut dan
mengarahkannya tepat ke dahinya. Aku mengenal senjata ini karena senjata inilah
yang sangat ingin kumiliki sejak dulu. Dengan ukiran-ukirannya yang sangat indah pada


Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kedua sisi senjata api, jelas ini pesanan khusus. "Jangan bergerak," kataku, "Aku hanya
ingin bertanya sesuatu padamu dan setelah itu akan berlalu dari sini." Dia kelihatan ingin
bergerak, jadi aku menggerakkan ibu jariku mendorong sebuah pin pada senjata api dan memperlihatkan
bahwa aku sudah membuka pengaman senjata apinya.
"Aku tidak akan menjawab apa pun juga," teriaknya kesal. "Dan siapa kamu,
bagaimana kamu bisa masuk," dia membuka masker gasnya, seorang pria yang jelas masih muda
tapi wajahnya terlihat tua dengan kantong matanya yang terlihat hitam.
"Aku hanya ingin bertanya," kataku.
"Aku tidak akan menjawab apa pun juga meski kamu membunuhku!" katanya menatapku.
Matanya terlihat serius. "Kamu tidak akan menjawab?" ulangku.
"Tidak!" balasnya.
Setidaknya orang ini punya semangat. Aku tidak akan membunuh dan juga tidak akan
memukul orang yang tidak bersalah. Mungkin cara lain akan berhasil membuatnya
menjawab pertanyaanku. Aku tersenyum padanya dan mengerahkan energiku ke sekeliling untuk
membuat seluruh gelas-gelas kimia di atas meja laboratoriumnya terbang beberapa
sentimeter dari atas meja. B ingo, wajahnya menjadi pucat ketakutan. "Apakah menurutmu akan
ada ledakan jika aku mencampur semua cairan ini menjadi satu?" tanyaku menggodanya.
~ 391 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tepatnya mencoba menakutinya karena aku tidak akan mencoba melakukan itu.
Kupikir sesuatu akan terbakar atau meledak jika aku bermain-main dengan zat kimia ini.
"Akan kukatakan, akan kukatakan ..." katanya dengan mata ketakutan melihat
gelas-gelas kimianya. "Apa kamu mengenal Almaria?"
"Tidak," jawabnya cepat.
"Kamu terlalu cepat menjawab, teman, berusahalah mengingat sedikit lebih keras,"
kataku membuat gelas-gelas kimianya melayang lebih tinggi.
"Tunggu, aku benar-benar tidak tahu, siapa Almaria itu," wajahnya meringis.
"Alinergi," kataku, "Pendiri kelompok 3rd. Kelompok yang katanya tidak memihak
mana pun, kumpulan daripada alinergi tolol. Eh bukannya kamu juga anggota kelompok itu?"
"Aku tidak kenal dan aku juga tidak tahu 3rd," katanya memohon.
Apakah dia benar-benar tidak tahu" Aku berharap aku dapat membaca pikirannya.
"Apa yang sedang kamu kerjakan dengan alat-alat ini?"
"Membuat Meth," jawabnya cepat, "Yang terbaik. Kamu boleh mencobanya nanti, yang
Kuda Besi 6 Pendekar Rajawali Sakti 112 Dendam Datuk Geni Pertempuran Di Lembah Bunga Hay Tong 4
^