Hati Yang Terberkahi 11
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara Bagian 11
"Letakkan kursi itu dan keluar!" Aku melihat Senior sedang mengarahkan sebuah
senapan laras panjang tepat mengarah pada punker cepak, jelas aku tidak melihat kapan
senjata itu muncul di tangannya. "Sekarang juga," teriak Senior itu tegas membuat wajah
punker cepak memucat. Dengan ragu akhirnya dia meletakkan kursi dan mengangkat temannya yang
kepalanya mengalirkan darah serta memapahnya keluar dengan susah payah.
"Apa kamu mengenalnya?" tanya senior itu menatapku sambil menurunkan senjatanya
dan melirik pada Gris. Aku tersenyum kecut," Dia pelanggan Kafe Eve."
Senior itu menatap Gris dan kemudian melihat ke arah lengan Gris yang tidak
memakai tanda apa pun. Senior itu mendekatiku dan mencoba berbisik, "Apa dia dari BtP?"
Mataku menatap Gris yang sedang melihat kedua orang punker keluar sambil
mengarahkan jari tengahnya pada mereka. "Dia alinergi dan anggota BtP," jawabku.
"Sialan!" Aku dapat mendengar umpatan Senior dan pada saat yang sama ia kembali
berbisik, "Jaime bantu aku membawanya keluar sekarang. Aku tidak mau Bar-ku ditutup karena
seorang BtP terluka di sini dan besok akan ada puluhan alinergi yang mengamuk di
sini, aku berhutang padamu." Tanganku menggaruk kepalaku, jelas aku paham betapa penting Bar itu untuknya dan
aku tidak akan membiarkannya hancur di tangan gadis gila ini. "Gris, kita keluar
sekarang," kataku. "Sekarang" Tapi aku baru juga mau minum," balas Gris. Senior itu menatapku dan
memberikan tatapan memohon. "Ayolah Gris aku akan mengajakmu ke tempat yang
bagus untuk minum," janjiku.
Gris terdiam menatapku, otaknya kelihatan memikirkan sesuatu tapi pada akhirnya
terlihat sebuah senyum timbul di wajahnya. "Baiklah," jawabnya.
Wajah Senior langsung terlihat penuh terima kasih, aku mengedipkan sebelah mata
padanya tanda permisi dan pergi membawa Gris. Dia terlihat membawa sebuah tas gitar
dengannya, ~ 438 ~ - B L E S S E D H E A R T -
kami berjalan menerobos beberapa kerumunan dan mendorong pintu bar yang cukup
berat untuk meninggalkan teriakan-teriakan lagu rock di dalam serta menyambut bunyi
bising mobil di jalanan. "Bangsat," makiku langsung saat melihat tujuh orang punker kelihatan sedang
menunggu kami di jalanan depan bar. Dua di antaranya adalah botak bertato dan rambut
cepak, bersama kelima temannya, mereka terlihat berjalan setengah berlari menuju ke arah kami
secepat mereka melihat kami. Sejenak aku berpikir ada baiknya jika kami kembali ke dalam
bar sekarang, setidaknya Senior akan memaklumi kami. Sayangnya aku tidak melihat
Gris membuka tas gitarnya dan mengeluarkan gitar listriknya. Sebelum aku dapat
mengeluarkan kata apa pun Gris sudah berlari melesat ke depan menyambut tujuh orang punker
itu dengan gitarnya yang terayun sembarang sambil berteriak keras.
"Cewek ini gila," makiku untuk yang kedua kalinya. Aku melihatnya sudah berada
di tengah kerumunan dan Gris berhasil menyelamatkan dirinya dengan mengayunkan gitar itu
karena hampir semuanya tidak berani mendekat, berusaha menghindar. Mau tidak mau aku
segera berjalan ke arahnya dan melihat dirinya memutar-mutar gitarnya sampai seorang di
antara mereka mulai mendekati punggung belakang Gris yang membuatku segera menangkap
tangan pria itu. "Seorang lelaki tidak boleh memukul wanita, apalagi dari
belakang," kataku. P unker itu menatapku dengan sedikit ketakutan yang membuatku merasa geli dan
saat itu juga seorang punker lain memanfaatkan kesempatan itu untuk mendaratkan sebuah
tinjunya pada pipiku. Tinju itu berhasil membangkitkan amarahku tapi demi menatap wajah
punker yang memukulku, tawaku segera pecah. Sekiranya dari awal tadi aku berniat
menggunakan kekuatanku untuk melindungi Gris dan diriku, akan tetapi melihat semua orang ini
aku menjadi merasa geli dan tertawa keras hingga mengejutkan Gris dan lainnya.
Di daerahku, aku memang mempelajari beberapa bela diri secara serampangan dan
meski demikian aku jelas sering bertukar pukulan dan tendangan dengan banyak orang. P
unker yang memukulku, membuatku tertawa keras karena aku dapat melihat wajahnya yang
pucat meringis kesakitan juga ketakutan. Padahal dirinyalah yang memukulku namun
dirinya juga yang meringis. Aku dapat merasakan pukulan mereka hanyalah setengah hati jadi
dapat dikatakan mereka tidaklah benar-benar memukul. Pukulan mereka hanya terasa
seperti pukulan akrab dari seorang sahabat atau mungkin ini adalah pertama kalinya
mereka memukuli seseorang sehingga secara tanpa sadar, pukulan mereka dibatasi oleh
rasa kebaikan dalam diri mereka. Dan mereka merasa ketakutan sendiri setelah memukul
seseorang, seperti mereka ikut merasakan sakit akibat pukulan mereka. Mereka sungguh bayi yang baru
belajar memukul. ~ 439 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku tertawa terbahak-bahak, berpikir selama ini jika menuruti wajah seram
mereka, setidaknya mereka adalah orang-orang ganas yang haus akan kekerasan. Akan tetapi
jelas hanya wajah luarnya yang kelihatan buas dan seram, ternyata di dalamnya masih
terdapat kebaikan dan kelembutan. Membuatku teringat setidaknya para punker adalah
pecinta musik dan tidak ada pecinta musik yang sungguh-sungguh dapat menjadi jahat. Menatap
itu semua, aku tidak dapat melihat hal ini sebagai perkelahian yang berniat melukai hingga
membunuh. Ini tepatnya hanya bersenang-senang. Aku tertawa dan dengan semangat membalas
pukulan serta tendangan mereka, jelas tidak dengan sepenuh hati, aku hanya ingin
merasakan semangat bermain-main itu kembali. Beberapa punker yang menyerangku terpukul
mundur, tepatnya kudorong mundur dan mengenai beberapa rocker lainnya yang sedang duduk
menonton keramaian di jalanan dan rocker itu entah bagaimana memukuli punker
yang menubruknya. Seketika beberapa rocker dan punker malah berteriak senang dan ikut
terjun ke dalam pertempuran. Teriakan demi teriakan semakin terdengar keras, aku bahkan
dapat melihat mereka menggunakan tendangan terbang, yang jelas tidak begitu efektif,
menjambak rambut lawan mereka yang berdiri tegak dan bahkan ada yang menarik tindik
lawannya. Rasanya pasti sakit sekali.
Dalam sekejap tempat ini menjadi arena saling pukul memukul antar puluhan orang
punker maupun rocker. A ku terus menghindari pukulan yang datang dan memfokuskan diri
memperhatikan Gris yang kini jatuh terduduk didorong seseorang dan tangannya
tertarik hendak memukul Gris, membuatku langsung melesak maju untuk melindunginya.
Pukulan orang tersebut tidak sempat mengenai Gris karena tinjuku lebih dulu memasuki
pipinya, Gris menatapku sambil tertawa dan berdiri melihat sekeliling untuk kemudian melompat
ke dalam kerumunan, kembali mencari seseorang yang dapat dipukuli dengan tangan
kosongnya. Aku menggelengkan kepala menatapnya.
Suasana di sini benar-benar menyenangkan karena para punker ini seperti
sekumpulan anak- anak yang baru pertama kali belajar berkelahi dengan lainnya. Mereka merasakan
terjangan adrenalin yang membuat jantung mereka berdebar-debar dan merasa bebas. Mencoba
bertindak gila-gilaan namun tidak ada niat untuk benar-benar ingin menghancurkan
lawan. Mereka hanya terlalu bersemangat karena mereka terlibat dalam perkelahian.
Orang yang baru pertama kali berbuat jahat.
Sedangkan Gris, dia gadis gila yang sibuk berkeliaran memukuli orang dan aku
terpaksa sibuk melindungi dirinya karena ia seorang wanita. Pastinya karena dia pencari
masalah yang tak kenal takut. Tapi bagaimanapun juga hal ini menyenangkan.
~ 440 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tak lama kemudian suara-suara lagu rock yang keras membanjiri jalanan, ternyata
beberapa rocker memasang pengeras suara mereka di luar dan mulai memetik gitar listrik
mereka. Sudah semakin banyak punker dan rocker yang berkumpul di tempat ini dan beberapa
sudah seru saling merobek pakaian. Aku segera menarik tangan Gris dari belakang dan
tangannya yang lain segera melayang meninju arahku tepat mengenai pipiku.
"Oppsss... Maaf," kata Gris terkejut dan meringis.
"Gris, kupikir sebaiknya kita meninggalkan tempat ini sekarang," kataku sambil
memegang tangan kecilnya. Gris segera menarik tangannya kembali, namun aku tidak mau melepaskannya. "Aku
masih ingin bermain," balasnya.
"Gris, sekarang juga kita keluar, saat ini memang masih menyenangkan tapi kamu
tidak akan ingin di sini saat salah satu dari mereka mulai melempar batu atau menghancurkan
mobil?" "Tentu itu lebih seru!" teriak Gris yang masih ingin lari sehingga aku terpaksa
menyeretnya dan aku harus mengakui cewek ini memang pembuat onar, karena sambil diseret
olehku pun ia masih menyempatkan diri menghadiahkan beberapa tendangan dan pukulan pada
punker terdekat. P unker itu langsung berniat meninjunya yang membuatku terpaksa
melindunginya. Jika begini terus bakal tidak ada habisnya.
Menarik nafas dalam-dalam aku terpaksa segera mendekati Gris memegang bahunya
dan menahan agar dapat berhadapan denganku. "Gris," panggilku.
"Jangan ganggu aku!" balas Gris. Tapi aku sudah menunduk ke arah tubuhnya dan
mengangkutnya dengan cara pemadam kebakaran membopong orang keluar dari tempat
kebakaran atau seperti seorang kuli memanggul beras dan membiarkannya berteriak
sambil masih memukul punggung dan sekelilingku. Aku segera membawanya mendekati truk
Kafe Eve. "Berhenti!!" Di belakangku terdengar suara teriakan yang jelas diarahkan padaku atau Gris dan
aku dapat merasakan seluruh tubuh Gris menjadi tegang tidak bergerak lagi atau kaku
tepatnya. Aku membalikkan diri dan melihat punker botak mengarahkan sebuah senjata api jenis
revolver. "Wow...teman," kataku mengangkat kedua tanganku, "Itu senjata api?"
"Letakkan gadis itu!!" teriaknya.
~ 441 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku membungkuk sedikit dan membiarkan kaki Gris menyentuh tanah, "Tenang teman,
tidak perlu sampai seperti ini."
"Aku mau memukuli cewek sialan itu terlebih dahulu!" teriaknya.
Gris mundur selangkah di belakangku dan punker botak sudah maju ingin mendekati
Gris, saat itu juga terdengar suara "Klik!!!" Sebuah besi dingin, tepat melekat di
dahi punker botak itu. Senjata api Magnum Desert Eagle yang baru saja ditarik keluar dari belakang
punggungku melekat pada dahi punker botak itu. "Teman, kalau hendak bermain-main
seharusnya kamu mencari seorang yang mengimbangimu." kataku dengan sebelah
tanganku telah menggenggam senjata api revolvernya. Yang jelas sebelumnya sudah
kugerakkan pin pengamannya untuk mengunci terlebih dahulu dengan kekuatanku.
Selalu berhati-hati. Wajah Punker botak itu terlihat menyedihkan terutama dengan beberapa bekas luka
di kepalanya yang masih mengalirkan darah. "Dan teman jangan pernah mukuli seorang
wanita," kataku hendak meninggalkannya.
Aku merasa kasihan padanya.
Gris mendadak berjalan ke depan dengan cepat dan menendang tepat ke tengah
antara kedua paha Punker botak itu yang membuatnya langsung terjatuh dengan wajah meringis
kesakitan. "Rasakan!!" teriak Gris bahagia.
"Oouucchhhh..."aku segera meringis bersama dengan pria-pria lain. Pria ini sudah
terkena dua kali, apakah ia akan kehilangan kesempatan menjadi seorang ayah"
Menghembuskan
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nafas aku segera menyimpan kedua senjata api itu dan menarik Gris masuk ke dalam
truk. Lebih jauh dari tempat ini, tentu lebih jauh dari masalah.
*** "Kamu gadis gila!" makiku di apartemen Gris.
"Oh, yah" Katakan alasannya?" kata Gris menatapku lurus, menantang.
Aku mendengus, "Kenapa kamu memulai pertengkaran dan menampari pria itu?"
"Dia dengan kurang ajar menyentuh dadaku, apa aku tidak boleh menamparnya?"
balas Gris. Jelas aku tidak melihat bagian itu dan tanpa sadar aku melihat pada dadanya
Gris. Yang rata seperti papan. "Plak!!" ~ 442 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apa!" tanyaku karena dia menamparku meski tidak begitu keras.
"Kamu melihat dadaku dan meringis!"
Benarkah" "Dada rata juga dada!!!" protes Gris kelihatan tersinggung.
"Baiklah," kataku sambil tersenyum kecut, "Aku meminta maaf."
"Sudah seharusnya," sembur Gris membuang mukanya.
Aku menghela nafas, jari-jariku bergerak menyentuh dagu Gris dan menggerakkannya
untuk dapat memeriksa luka di wajahnya. Terlihat luka di sudut bibirnya, merah pada
pipinya dan lecet-lecet di tangannya, kelihatannya aku tidak dapat melindunginya sebaik yang
kukira. "Apa kamu yakin tidak mempunyai kotak P3K di sini atau obat luka lainnya?" Aku
melihat sekeliling tempat ini, yang merupakan apartemen mewah milik keluarga Gris. Dia
menyuruhku mengemudikan truk ke tempat ini karena lebih dekat dari lokasi Bar
dan mengingat pakaianku yang sudah robek di sana-sini, aku menerima tawarannya.
Juga akan sangat mubazir jika harus ke rumah sakit untuk luka-luka kecil.
"Tidak ada," jawab Gris sambil tersenyum, "Ini apartemen milikku. Aku tahu
dengan jelas apa yang kumiliki dan tidak." Aku membiarkan jari-jariku dengan kain yang
dibasahi air panas membersihkan bekas darah di bawah bibirnya dan beberapa luka lecet yang
kotor. Kupikir dia terlihat menikmati diperhatikan seperti ini. "Aku sudah memesan obat
mujarab. Sebentar lagi juga tiba," Gris menambahkan.
Obat mujarab" Layanan antar obat" Baiklah, tidak perlu keluar membeli lagi,
zaman sekarang, selama ada uang apa pun bisa diantar hingga ke depan pintu.
"Aku tidak menyangka kamu akan senekat itu memukul mereka, apa kamu sudah sering
melakukannya?" tatapku padanya.
"Ini yang pertama kali," kata Gris menatapku sambil tersenyum nakal.
Alisku berkerut seketika, "Kalau saja aku tidak ada di sana bagaimana kamu akan
menghadapi mereka sendirian?"
"Aku tidak akan melakukannya kalau sendirian," sahut Gris terlihat senang.
"Jadi mengapa kamu melakukannya tadi?" protesku.
"Karena kamu di sana!"
~ 443 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Aku?" tanyaku bingung.
"Aku tahu kamu pasti menolongku keluar dari masalah," kata Gris melihatku
sungguh- sungguh dan tersenyum jahil.
Mulutku ternganga ingin mengatakan sesuatu, namun akhirnya kubatalkan, "Kupikir
dengan berada di sampingmu saja sudah membuatku bertambah dosa, karena meningkatkan
tingkat kenakalan dan kegilaanmu." Gris terkikik. Aku menghela nafas melihat sekeliling
ruangan yang cukup luas dan terasa kosong. "Apartemen yang bagus, mengapa kamu tidak
tinggal di sini saja daripada di asrama?" tanyaku.
Mata Gris menjadi kosong dan menatap sekeliling, "Tidak ada asyiknya jika
tinggal di sini sendirian." Baiklah, aku merasakan kesedihan dalam bola matanya dan membuatnya menghela
nafas, "Jika begitu mengapa kau membeli apartemen yang tidak pernah kamu gunakan?"
"Papa yang buru-buru membelinya untukku saat tahu aku akan masuk di BtP
Graceland," Gris mencibir, "Tanpa sepengetahuanku."
Dapat membeli apartemen sesuka hati, orang sekaya apa itu"
Tanpa sadar mataku menatap Gris, pastinya seorang Tuan Putri pikirku. Aku
sendiri tidak akan pernah sanggup membeli apartemen semewah ini seumur hidupku. Apartemen
mewah di gedung teratas bertingkat 12. Gris menatapku "Apa?" tanyanya sambil
menunjukkan dua bola matanya yang besar. Aku tersenyum meringis, "Aku hanya berpikir tentunya kamu seorang putri orang
kaya, menikahimu dapat memberi keuntungan besar. Tapi mengingat kelakukanmu kupikir
tidak perduli seberapa banyak uang maharmu pasti banyak pria yang lari." Gris
mengayunkan kakinya dan menendang tulang keringku. "Auch, Gris!"
"Seingatku bukankah kamu cowok mata duitan?" protes Gris.
Aku segera tertawa, "Benar, makanya berhati-hatilah padaku!" Gris mengarahkan
kedua matanya menatapku tidak dapat berbicara. Aku mendesah dan mengusap kepala Gris
sambil berkata lembut, "Lain kali jangan menjadi cewek gila. Kamu mungkin akan
kehilangan pengantin priamu atau terluka ...." Aku melihat luka memerah dipipinya dan
hatiku menjadi sakit. Tidak seharusnya seorang wanita terluka.
Gris terlihat menikmati sentuhan kepalanya yang diusap tapi matanya terlihat
memandang tajam ke arahku sambil mencemberutkan bibirnya, "Bagian mananya yang disebut
gila?" ~ 444 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Menampar orang, memukulkan botol ke kepala orang, melayangkan gitar sembarangan
dan berkelahi, semua itu bukan hal yang dilakukan cewek waras...Aucchhh." Gris sudah
melayangkan sebuah pukulan ke arah perutku. "Sialan Gris," sahutku dan kedua
tanganku memegang perutku. "Memukul juga tidak boleh."
Gris tertawa keras, "Aku juga tidak pernah berpikir aku cukup waras kok dan
lagian mereka duluan yang memulai."
Aku menatapnya sungguh-sungguh. "Tapi kamu itu cewek Gris."
"Oh yah?" kata Gris menaikan alisnya, berdiri dan mendekatiku, sangat dekat
hingga aku harus berdiri untuk mundur sedikit menjauhinya. Tapi dia terus maju hingga
punggungku menyentuh dinding tembok tidak dapat mundur lagi.
"Baiklah," kataku ketakutan, "Kamu bukan cewek Gris! Jelas-jelas bukan."
Gris segera tertawa kelihatannya dia senang, usai tertawa ia mendekat padaku dan
menyentuhkan sebelah tangannya pada dadaku. "Terima kasih karena sudah
membantuku." Aku hendak protes terutama setelah perutku dipukuli, tapi melihat Gris yang
bersungguh- sungguh membuatku lebih memilih diam saja.
Sebelum ada pukulan atau tendangan lagi.
Tubuhnya sedikit merapat dan aku sudah tidak dapat mundur ke belakang lagi, aku
bahkan dapat merasakan hembusan nafasnya, keadaan kami begitu berbahaya karena tubuhku
mulai memanas dan merasakan sebuah ketertarikan pada dirinya.
Meski dadanya rata. "Kamu terluka karenaku," kata Gris sambil membiarkan tangannya menyentuh lembut
pipiku. Aku melihat mata Gris yang menatap ke arahku dan sesuatu yang sedikit berkabut
dan berbahaya ada di dalamnya.
Aku menginginkannya dan aku tahu dia menginginkanku.
Lelaki adalah binatang buas yang akan menerkam apa saja di depannya, tidak
terkecuali diriku yang baik dan bijaksana ini. Mendadak aku merasa sekujur tubuhku menjadi
dingin, aku di sini tidak untuk hal ini dan segera mendorong tubuhnya menjauh, sambil
melangkah ke samping, "Kupikir aku akan mandi setelah melihat kamar mandimu yang indah,"
kataku sambil memberikan senyuman termanisku. Meski kami berdua sama-sama mengetahui
sebuah suasana bagus yang mengalir baru saja terputus dengan cara itu.
Sialan, sejak kapan buaya menolak bangkai.
~ 445 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apa kamu punya baju kaos?" tanyaku yang melihat bajuku kini compang-camping,
"Para punker itu tidak hanya meninju tapi juga menjambak dan mencakar." Gris dapat
melihat pakaianku yang robek serta bekas cakaran di tubuhku dan tertawa kecil. Ia segera
memasuki sebuah kamar dan keluar dengan sebuah kaos oblong yang cukup besar jenis yang
dapat dipakai pria dan wanita, beserta sebuah handuk bersih. Aku menuju ke arahnya dan
menyambut pakaian serta handuk itu tapi saat aku hendak mengambilnya Ia menarik
kedua benda itu menjauh. "Gris?"
Ia tertawa dan kemudian wajahnya menjadi serius dan lembut, "Jaime, apakah kamu
mau membuka pakaianmu?" "Untuk apa?" tanyaku dengan wajah yang berkerut dan jantung berdebar.
Teman, janganlah memancing singa tidur.
Gris memasang muka manis yang terlihat sedih, "Kamu tahu, akulah yang
menyebabkan keributan tadi dan kamu terluka karena melindungiku. Aku hanya ingin melihat
apakah kamu terluka parah ditubuhmu?"
"Gris, tidak ada yang fatal, hanya ...." Aku melihat pakaianku yang koyak di
berbagai tempat dan darah dari luka-luka lecet saja, tidak ada yang parah, "Pakaian ini yang
rusak." "Tidak, aku akan bermimpi buruk jika aku tidak melihatnya dengan kedua mataku."
GRRAAAOOOO!!!! Waktunya untuk bangun.
Sambil menghela nafas aku membuka pakaian, memperlihatkan tubuhku yang memang
terlihat bercak merah dan biru di beberapa tempat serta luka lecet di tempat
lain. Gris berjalan mengelilingku seperti seorang dokter ahli sedang memeriksa pasiennya, entah
melihat luka ditubuhku atau mengagumi tubuhku yang kokoh dan berotot ini. Setidaknya aku
cukup rajin berolah raga. Naik sepeda 20 km setiap hari pulang pergi tempat kerja, mengangkut air dari
penampungan menuju ke bak kamar mandi setiap hari. Terpaksa.
Tepat di depanku Gris kembali meletakkan jari-jarinya yang lembut pada salah
satu luka memar di dadaku. Serr... sebuah sensasi menyenangkan menembus jantungku melalui
usapan lembut jarinya di kulitku. Aku menatapnya dan seketika mata kami
terkunci. Saat ini semuanya terasa begitu menyatu ibarat dua musik berbeda yang bertemu dan membuat
sebuah irama baru, hubungan kami menjadi terjalin kuat dan utuh. Kembali mata
Gris seperti berkabut menginginkanku dan bibirnya semakin mendekati bibirku.
Aku akan menelan gadis ini. Sumpah!
~ 446 ~ - B L E S S E D H E A R T -
*** Sensasi itu begitu intens dan Gris merasa ia benar-benar menginginkan Jaime.
Setelah kejadian menegangkan dan gila-gilaan tadi, rasanya ia berani berbuat hal segila
apa pun juga termasuk menggoda Jaime. Ia harus mengakui Jaime cukup menarik. Bibir mereka berdua terus saling
mendekat. Gris menginginkannya dan tentu Jaime juga. Saat itu mata Gris semakin tertutup dan
bibirnya menyentuh sesuatu yang lembut berdaging, dalam sepersekian detik ia tahu itu
bukan bibir Jaime. Ia membuka matanya dan melihat Jaime menahan bibirnya dengan dua jari
sambil menatapnya dalam-dalam, tidak sampai di sana wajah Jaime semakin dekat yang kini
mengarah pada telinganya dan berbisik, "Gris..." Suara Jaime berbisik merdu di
telinga Gris memberikan sensasi yang luar biasa menggoda hingga Gris terpaksa menggigit bibir
bawahnya, "Jika kau memberikan bibirmu padaku, apa kamu mau bertanggung jawab
dengan apa yang akan terjadi setelahnya" Aku bukan tipe pria yang puas dengan sebuah
ciuman saja. Aku akan menerkammu habis-habisan."
Jantung Gris berdetak keras dan hampir terlontar oleh suara seksi itu, seketika
setelah kata- kata itu dapat menerobos otaknya dan ia dapat mencerna artinya. Wajah Gris
langsung memerah, jantungnya berdebar lebih keras lagi, campuran dari keinginan,
ketakutan dan rasa malu. Seluruh tubuhnya seperti menjerit-jerit. Hasratnya mengila.
*** Aku dapat melihat semua itu di wajah Gris yang membuatku hampir tertawa keras.
Gris tidak menjawab, namun sebagai gantinya kepalanya merunduk pada bahuku dan tangannya
membelai dadaku memberikan sensasi mengetarkan di sepanjang tubuhku.
"Gris, jika kamu melakukannya lagi. Aku akan menelanmu bulat-bulat," kataku
mengancam dengan berbisik di telinganya.
Dan dia melakukannya lagi. "Kalau begitu mari kita lakukan di ranjangmu,"
bisikku. Tubuh Gris terlihat menegang dan kaku.
"Ta..tapi..." bisik Gris ketakutan.
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Terlambat sudah," kataku dan sudah menunduk, menyelinapkan tanganku di punggung
dan belakang lututnya. Mengangkat tubuhnya dengan kedua tanganku di depan dada dan
membawanya masuk ke dalam sebuah kamar.
"Ta..tapi," kata Gris yang menurutku mulutnya protes tapi tubuhnya dan kedua
tangannya masih menyentuh lembut dadaku sambil merasa malu-malu.
~ 447 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Wanita. Memasuki kamar yang terlihat serba indah itu, aku berhenti tepat di depan sebuah
ranjang yang berukuran queen. Aku menatap Gris yang wajahnya sudah merah bahkan hingga
ke ujung telinganya. Jantung Gris terdengar berdebar begitu keras. "Jaime...,"
katanya yang entah mau menambahkan kata jangan atau silakan tetapi yang jelas kata-kata itu
tenggelam dalam gumaman yg tak jelas dan deru nafas yg kian cepat.
"Pertama kalinya untukmu?" tanyaku.
Gris menggangguk malu. "Aku akan bersikap lembut sekali," janjiku. Dia terdiam menunduk tidak menjawab
lagi, jelas tidak menolak. Aku menarik nafas lagi, tidak ada buaya bijaksana yang
menolak daging. Apalagi daging yang berjalan ke dalam mulut buaya sendiri. Tinggal dikunyah.
Menarik nafas dalam-dalam aku mengangkat kedua tanganku tinggi-tinggi dan "HOP" aku
melemparkan Gris ke atas ranjangnya.
Aku memang bukan buaya bijaksana.
Kupikir aku melemparkannya dengan kasar karena sekarang aku melihat semua
sensasi dan gairah yang tadi terbangun sempurna di dalam dirinya langsung hilang diserang
keterkejutan. "Jaime, apa yang kamu..." Gris langsung duduk di atas ranjang hendak protes tapi
saat itu juga tubuhku datang mendekat dan menaiki ranjang. Kedua tanganku menyentuh kedua
bahunya dengan lembut, mendorongnya tertidur kembali. Aku merebahkannya dan
membiarkan tubuhku menekan tubuhnya.
"Gris," bisikku, "Kamu cantik...," tanganku bergerak membelai rambutnya yang
terjatuh pada dahinya. "Aku tidak mau bertanggung jawab akan hal yang akan terjadi
setelah ini," kataku yang kini menatap lembut langsung pada matanya dan jari-jariku menyentuh
lembut pipinya. Aku dapat merasa tubuhnya begitu panas dan dengan malu ia membuang wajahnya ke
arah lain. "Aku...aku..." bisiknya begitu lirih hingga suara itu tenggelam sama sekali.
Aku membiarkan jari-jariku menyentuh dagunya dan mengarahkan agar wajahnya
menatap ke arahku. "Sungguh kamu memiliki mata yang begitu mempesona," kataku menatap
matanya yang kecoklatan. Ibu jariku mengelus bibirnya, mengelusnya dengan lembut
berkali- kali hingga memberikan sensasi manis dan lembut pada Gris. Tubuh Gris terasa
bergetar sedikit. Wajahku mendekatinya dan dia menutup mata. Sebelah tanganku bergerak
menarik keluar sudut selimut dan menutupi tubuhnya, perlahan-lahan, kemudian aku
mendorong ~ 448 ~ - B L E S S E D H E A R T -
tubuhnya dan menggulungnya bersama dengan selimut dengan cepat dan sedikit
kasar. Mungkin sedikit mengejutkannya.
"Jaime," protes Gris dan saat ia sadar dirinya sudah berada di sudut ranjang
dengan keadaan tergulung dalam sebuah selimut yang membungkus rapat tubuhnya. "Apa yang kamu
lakukan!" Aku mendekatinya dan menjentikan jari pada dahi Gris, "Kamu terlalu cepat dewasa
cewek gila," kataku sambil tertawa bangga dan hatiku menangis.
Mengapa aku begitu bodoh tidak menelannya saja.
"Jaime..." Wajah Gris memerah dan mungkin jelas marah merasa dipermalukan. "Sialan
kamu... sialan, Jaime aku akan membalasmu."
Aku hanya tertawa dan kedua tanganku kini mencubit dan menarik kedua pipi Gris,
"Aku ingin mandi dan langsung pulang, kamu tetaplah di sini."
"Aku akan membalasmu!" katanya dengan sorot mata penuh amarah. Merasa tertantang
aku mendekatkan wajahku padanya hingga kedua ujung hidung kami saling bersentuhan.
"Demi, Tuhan Gris, aku ini lelaki bukan dewa, jika kamu terus menantangku. Kamu
pasti akan merasakan akibatnya."
"Oh, ya?" tanya Gris dengan mata menantang. "Kupikir kamu itu pengecut.
Pengecut, pecundang, impoten."
Aku menyeringai. "Tidak ada yang pernah memanggilku pengecut." Aku segera
mengecup bibirnya, liar dan penuh dengan dahaga yang sudah tertahan dari tadi.
Mengecupnya penuh rasa lapar, aku dapat merasakan dirinya mengeliat di dalam selimut. Tubuh kami
menjadi panas dan aku terus melumat bibirnya hingga ia mendesah dan terlihat mabuk
dengan wajah yang memerah. "Jaime...," bisiknya dan aku terus mengecupnya.
"Jaime...," katanya lagi sambil mendesah.
Aku melepaskan bibirku dan menggigit ringan daun telinganya.
"Kamu tidak akan mendapatkan lebih daripada ini," bisikku. Hasrat dalam diriku
sudah hampir meledak, sedikit dorongan lagi nafsu akan menguasai keseluruhan diriku.
Dan sembilan bulan lagi aku akan memiliki Jaime kecil. Tidak!
"Kenapa?" tanyanya dengan suara parau.
~ 449 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku mengadah dan menatap matanya. "Karena kamu masih kecil," kataku tertawa.
Gris menatapku memohon belas kasihan dan berkata, "Jaime, aku akan membayarmu..."
"Oh, ya?" Aku tertarik dan tidak tahu dari mana datangnya ide cewek gila ini
untuk membayariku. "Berapa?"
Gris terlihat malu dan menyebutkan sejumlah angka. Terus terang jumlah itu
sangat besar bagiku, setara dengan beberapa bulan gajiku tapi mungkin untuk anggota BtP itu
adalah jumlah yang kecil. Aku menggerakkan tanganku mengelus wajahnya dengan lembut,
menatap wajahnya yang indah dan menarik, matanya yang lentik dan dagunya yang
tajam. Mengelusnya dengan lembut.
"Gris, sungguh kamu sangat cantik." Aku mencium pipinya, dahinya, dagunya,
mengecup ujung hidungnya dan kemudian mengecup lembut bibirnya dengan sepenuh hati. "Kamu
benar-benar menawan," bisikku dapat merasakan tubuhnya bergetar dan menjadi
begitu lembut seketika. Aku menatap langsung matanya dan menyentuh dahinya, "Gris,
sungguh aku dapat melakukan semua ini, aku menginginkannya dan tiada kerugian bagiku,"
kataku mengecup bibirnya lembut. "Tapi tidak dengan cara ini. Kamu akan menyesalinya
kelak jika kamu melakukannya tanpa cinta," kataku lagi dan menatapnya. "Melangkahlah
perlahan- lahan, tunggulah sampai saat kamu jatuh cinta terlebih dahulu." Aku mengecup
matanya dan mengelus keningnya, "Kita dapat menjadi teman baik, tapi tiada cinta di antara
kita." Aku kembali mengecup ringan bibirnya, "Setidaknya tunggulah hingga kita dapat saling
jatuh cinta." Menatap matanya yang indah, kembali aku mengelus rambutnya dan menyentuh
lehernya. "Dan...," kataku. "Kamu masih bocah ingusan meski umurmu sudah di atas
18 tahun," kataku tertawa dan bangkit dari ranjang meninggalkan Gris dalam selimut
yang tergulung, hendak keluar secepat mungkin.
Gris terdiam sejenak dan mendadak menjadi marah berteriak, "Aku bukan bocah
kecil," dan aku melihat air mata di sudut matanya hampir keluar, mungkin Ia merasa terhina.
Aku hanya memberinya sebuah senyuman manis.
"Kamu sialan, bangsat!!!" maki Gris kelihatan ingin menangis, "Pengecut,
bajingan, bangsat hina." Aku menjulurkan lidahku, "Terserah," kataku dan pergi.
"Kembali kamu bangsat!"
Aku tertawa. Tak berapa lama aku segera memasuki kamar mandi yang memiliki
bathtub dengan air hangat itu. Oh air hangat, rasanya aku akan segera mencapai surga
hanya dengan ~ 450 ~ - B L E S S E D H E A R T -
hal itu. Aku mencelupkan tubuhku dan rasa hangatnya terasa begitu sempurna.
Kemudian kedua tanganku memukul kepalaku berkali-kali dan berteriak dalam kebisuan.
ARGHHHHH kenapa aku melepasnya. Sialan! Sialan! Sialan!
Aih, mengapa penyesalan selalu datang terlambat.
Aku tidak tahu sudah berapa lama aku berendam, aku hanya merasa mungkin tertidur
sebentar dan sudah saatnya aku pulang. Akupun keluar dari bathtub untuk
mengeringkan tubuh dan melihat luka-luka memar di depan cermin sambil mendesah.
Tidak terlalu buruk. Aku segera mengenakan pakaian dan keluar, "Gris, pakaianmu akan kukemba..."
suaraku terhenti karena terkejut menemukan kelompok lengkap mereka, Gris, Angelina dan
Nadia yang juga kelihatannya sama terkejutnya melihat diriku. Aku dapat melihat
Angelina sedang mengobati luka-luka Gris yang membuatku segera paham arti "obat mujarab". Dari
wajah Angelina dan Nadia yang menatapku, aku menebak bahwa Gris belum mengatakan
keberadaanku di sini. Aku menatap Gris memintanya menjelaskan dan ia balas
menatapku, sesaat bibirnya terbuka hendak mengatakan sesuatu akan tetapi tiba-tiba ia
menutupnya kembali dan sebagai gantinya ia mengeluarkan senyum nakal sambil mengedipkan
matanya padaku. Aku merasakan firasat buruk dari kedipan itu.
Sangat buruk. Angelina terlihat sudah hendak membuka mulut bertanya akan keberadaanku.
"Dia hendak memperkosaku," kata Gris cepat sambil menundukkan kepalanya sedih.
Mulutku ternganga. "Hah?" kini kami semua menatap serius pada Gris. Jantungku hampir berhenti,
segera aku menatap Nadia dan jelas kelihatan wajahnya pucat pasi menatap Gris. Aku tidak
ingin Nadia menafsirkan salah atau mungkin sudah terlambat, air mata Gris mengalir.
Sungguh itu air mata" Batinku dalam hati dan aku jelas melihat air mata Gris
mengalir. "Dia, dia hendak memperkosaku..." kata Gris terisak, "Saat aku menolaknya, dia ...
dia memukuliku hingga luka-luka," Gris kemudian memeluk Angelina. Aku hendak protes
tapi mata menuduh dari Angelina sudah menyerangku terlebih dahulu.
Seolah-olah berkata, "Tak kusangka kamu sebejat itu."
Aku juga tak menyangka aku sebejat itu.
~ 451 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Terdiam aku mundur selangkah, langsung melihat ke arah Nadia, aku tidak ingin
ada salah paham apa pun dengan Nadia akan tetapi aku tidak melihat dirinya di sana.
"Hukk..." desah nafas tertahan keluar dari bibirku, aku merasakan sebuah tendangan
keras pada selangkang tengahku. Rasanya begitu menyakitkan dan menghancurkan seluruh
bagian diriku, tubuhku langsung tertekuk dan membungkuk.
Sakit sekali!!!! Kemudian, "PLAK!!!!" Sebuah tamparan keras melayang di pipiku dan sosok Nadia
muncul di depanku. Wajahku meringis kesakitan dan menatapnya, wajah penuh amarah Nadia.
Angelina dan bahkan Gris terkejut melihat kejadian itu.
"Keluar," kata Nadia perlahan dengan suaranya yang bergetar.
Aku hendak mengatakan sesuatu akan tetapi seluruh tubuhku terasa begitu sakit
hingga bibirku sulit berkata-kata. Aku dapat melihat di sudut matanya mengalir air
mata, tiba-tiba aku merasa tidak akan sanggup menjelaskan apa pun juga. Aku mencoba mengisi
paru- paruku dengan udara dan hanya dapat memaksakan keluar satu kata, "Maaf."
Dan aku sedikit merayap menyeret kakiku untuk meninggalkan Nadia dengan hati
yang hancur. Angelina dan Gris masih terdiam menghadapi situasi itu hingga saat aku
berhasil mencapai pintu keluar dengan susah payah.
"Tunggu Jaime, aku hanya bermaksud...," panggil Gris.
Aku tidak memperdulikan semua itu lagi dan keluar.
*** Gris berdiri, berlari ke depan pintu dan langsung membukanya berniat mencegah
atau menahan Jaime. Akan tetapi saat itu ia tidak melihat sesosok bayangan apa pun di
depan apartemennya lagi. *** Di dalam truk, aku duduk masih merasakan sakit di bagian bawah tubuhku, sakit
dan panas di pipiku dan sakit di hatiku. Akulah yang bodoh mau mencium cewek gila itu.
Aku juga tolol. Sekarang aku tidak ada harapan lagi dengan dirinya. Kedua tanganku memegang
setir mobil dan mengantukkan dahiku padanya.
Sialan. Apakah semua wanita BtP dilatih untuk menendang selangkang Pria!
~ 452 ~
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
- B L E S S E D H E A R T -
Sialan sekali lagi!!! Aku memukul setir mobil. Sejak awal aku memang tidak ada harapan sama sekali
dengan Nadia. Setelah Nadia dengan Lawrence, harapanku bahkan menjadi minus, sebesar
kemungkinanku berjalan-jalan ke bulan. apalagi setelah tamparan ini. Kembali aku
memukul setir mobil, kesal pada diriku.
Aku menarik nafas dan mencoba menenangkan diriku, mataku menjadi basah.
Apakah aku benar-benar tidak memiliki harapan lagi dengan dia. Mengapa rasanya
begitu susah melepas dirinya, mengapa begitu sakit. Mengapa aku tidak dapat
melupakannya saja dan memulai hidup baru. Cukup lama aku terdiam dalam mobil hingga akhirnya aku menyadari, tidak ada
gunanya terus-terusan di sini meratapi nasib. Mungkin kembali ke rumah dengan beberapa
minuman akan membantu. Tanganku segera menyalakan mobil dan melihat ke belakang untuk
memundurkan mobil, mendadak aku merasakan sesuatu yang bergerak di belakangku.
Seseorang" Aku segera menjadi waspada dan membiarkan energiku mengalir ke sekeliling, agar
diriku dapat merasakan siapa di sekitarku. Energiku mengalir keluar dan mulai membaca.
"Tidak mungkin," bisikku tidak percaya membuka mataku. Kira-kira sembilan orang
alinergi ada di dalam radius lima puluh meter mengelilingi gedung apartemen Gris.
Siapa dan mengapa" Mendadak hawa dingin meyengatku dan membuatku mengigil.
Nadia! Aku membuka pintu truk mobil dan kembali memaki, kelompok alinergi ternyata
sudah bergerak mengincarnya. *** "Nad, Aku hanya bercanda!" kata Gris menatap Nadia yang terlihat marah serta
mengalirkan air mata. Gris tidak mengerti mengapa Nadia menangis.
"Bercanda?" tanya Angelina dan seketika air mata Nadia berhenti dan menatap ke
arah Gris. Gris menggaruk kepalanya dan membuang wajahnya ke tempat lain, "Aku hanya
mencoba bercanda, sedikit membalas dendam padanya, tapi tidak menyangka akan seserius
ini." Angelina menatap Gris, "Dari mana lukamu jika bukan dari dirinya?"
~ 453 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Kami terlibat perkelahian di sebuah Bar," kata Gris tersenyum pahit.
"Perkelahian?" tanya Nadia tidak percaya.
"Iya, perkelahian, botol pecah, tinjuan dan tendangan."
"Apa Jaime juga terluka?" tanya Angelina cemas.
Gris menghembuskan semua nafas di dadanya dan berjalan menuju kembali ke sofanya
"Pertanyaan bagus dan jawabannya, dia terluka memar dan lecet hampir di seluruh
tubuhnya," kata Gris menyesal ia telah bercanda keterlaluan seperti itu.
Angelina menundukkan kepalanya sedikit kecewa karena tidak dapat sempat
mengobati Jaime, "Nad, kamu harus minta maaf padanya?"
Nadia menatap Angelina yang melihatnya dengan mata memohon atau juga mungkin
menuduh. "Mengapa aku harus minta maaf?" protes Nadia. Ia tidak merasa bersalah
karena sudah membela temannya. Ia duduk di ujung sofa mencoba menekan rasa bersalahnya,
kini telapak tangannya yang menampar Jaime terasa panas. Suasana menjadi hening di
antara ketiga orang itu, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka. "Lagipula
mengapa dia mau mengajak Gris terlibat perkelahian," tambah Nadia lagi.
Gris tersenyum malu-malu, "Sebenarnya aku yang memulai perkelahian itu, dia
hanya mencoba melindungiku" Ageline dan Nadia menatap Gris tidak percaya tapi juga
sedikit yakin akan kebenaran kata-kata itu. Karena mereka tahu kadang Gris bisa kumat
dan mulai melakukan hal-hal gila. Beberapa waktu yang lalu saat masih sekolah dia pernah
mengajak lelaki tak dikenal untuk berkelahi, hanya karena lelaki itu memandanginya.
"Gris, kamu juga harus minta maaf pada Jaime karena sudah bercanda sejauh itu,"
kata Angelina sambil memegang tangan Gris dan mengobati luka memar di kepalan
tangannya. Pikiran Gris langsung ruwet, otaknya kacau dan wajahnya cemberut akhirnya dengan
kasar Ia menggunakan tangan yang lain mengacak rambutnya. "Baiklah," kata Gris akhirnya.
"Dan kamu juga Nad," kata Angelina menatap Nadia yang sedang membuang wajahnya
ke arah lain. "Aku?" balas Nadia melihat Angelina.
Angelina menghela nafas, "Karena sudah menendangnya dan juga menamparnya, tidak
seharusnya kamu buru-buru seperti itu apa lagi..." berpikir sesaat, "Jaime hanya
manusia biasa dan kamu tadi bahkan menggunakan kekuatanmu."
~ 454 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Nadia hanya dapat menarik nafas dan memikirkan apa yang harus ia lakukan
selanjutnya. Telepon genggam Angelina berbunyi dan telihat nama Jaime di layar telepon
genggamnya. Dia melihat pada Gris dan Nadia, "Jaime" bisiknya lirih pada mereka dan menjawab
panggilan itu,"Angelina di sini. Jaime kami ingin ...."
"Keluar dari sana sekarang juga!" sahut suara dari telepon genggamnya.
"Apa?" tanya Angelina tidak mengerti.
"Angelina dengarkan aku baik-baik. Kamu, Gris dan Nadia segera turun ke bawah
tempat parkir sekarang juga. Aku sedang menunggu kalian."
"Hah..?" "Katakan pada Nadia untuk menghilang mengikuti kalian."
Angelina terdiam, "Jaime. Apa ini lelucon?"
"Angelina, ini sama sekali bukan lelucon. Kumohon sekarang juga, turunlah. Aku
menunggu kalian dan ingat suruh Nadia untuk menggunakan kekuatannya menghilang! Klik."
"Ada apa?" tanya Gris yang kelihatannya penasaran menatap wajah khawatir
Angelina. "Jaime, dia kedengaran gelisah dan menyuruh kita turun ke bawah sekarang juga.
Dia sedang menunggu dan..." Angelina menatap pada Nadia. "Dia menyuruhmu menghilang dan
mengikuti kami ke bawah."
"Hah?" tanya Nadia. "Apa dia bercanda."
Angelina mengangkat bahunya, "Katanya tidak."
Gris yang duluan berdiri, "Baiklah dia menunggu di bawah setidaknya aku bisa
meminta maaf secepatnya." "Aku juga bisa mengobatinya," kata Angelina ikut berdiri.
Nadia masih duduk melihat mereka berdua berdiri, "Apa aku juga harus menghilang
mengikuti kalian turun?" Angelina dan Gris menatap Nadia dengan tatapan yang
segera membuat Nadia mengangkat tangan menyerah dan berdiri. "Baiklah, baiklah aku
bersalah, aku akan melakukannya."
Girs dan Angelina pun tersenyum dan keluar dari ruangan apartemen mereka,
melewati beberapa pintu apartemen lainnya hingga menuju ke sebuah lift yang kebetulan
sedang menunggu di lantai atas. Angelina menekan tombol turun dan pintu lift terbuka,
kemudian ~ 455 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Angelina dan Gris masuk. Gris tertawa bercanda, "Nadia apa kamu sudah masuk"
Kami tidak melihatmu." "Auchh ...." Mendadak Gris merasakan pinggangnya dicubit.
Saat mereka sedang tertawa pintu lift hendak menutup keseluruhan dan "DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Sebuah ledakan besar terjadi di ruangan apartemen Gris. Mereka masih dapat
melihat di sela- sela sebelum pintu lift menutup, pintu depan apartemen Gris hancur terlempar ke
depan dan lidah api menjilat-jilat keluar. Hawa panas masih sempat menerobos masuk bersama
ledakan udara ke dalam lift yang sedang menutup, ketiganya terdiam terkejut.
"A..apa yang terjadi?" tanya Gris berdiri kaku.
Mendadak lampu lift yang mereka tumpangi berkedap-kedip dan suara gemuruh keras
berbunyi di atas lift, seketika mereka langsung merasakan sebuah sensasi
terjatuh ke bawah dengan amat cepat. Mereka bertiga berteriak dengan sangat keras sekali. Angelina
langsung berjongkok meringkuk, Nadia sudah menunjukkan dirinya dan Gris memeluk mereka
semua. Mereka terjatuh dan lampu lift, yang menunjukan tingkatan di mana mereka berada,
menurun dengan sangat cepat menuju ke lantai dasar.
Mereka sedang jatuh bebas.
~ 456 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 27 PERTEMPURAN DI KOTA Aku dapat merasakan dengan energiku bahwa seorang alinergi sudah menyelinap ke
dalam apartemen Gris dan dengan cepat aku segera menelepon Angelina. Menyuruh mereka
turun secepatnya karena jelas aku tidak ingin tahu apa yang akan terjadi jika mereka
tetap dalam ruangan dengan seorang alinergi yang tidak mereka kenal.
Membawa mereka keluar dari tempat ini dan menuju ke Markas Besar BtP secepatnya
adalah jalan terbaik yang dapat kupikirkan, segera aku memeriksa dashboard mobil dan
menemukan sebuah topi yang biasanya digunakan Master untuk menahan cahaya matahari saat
sedang mengemudi. Lebih baik menggunakannya daripada tidak sama sekali, aku kemudian
mengenakan sebuah jaket kulit yang tadinya kutinggalkan di dalam mobil dan
membiarkan kerahnya naik menutupi sebagian wajahku. Aku tidak ingin para alinergi itu
mengenaliku, karena hal ini bisa menjadi bencana bagiku. Mobil pick-up ku yang berada di
lantai dasar tempat parkir mulai bergerak mundur mendekati pintu lift agar memudahkan mereka
segera menaikinya dan segera kabur dari tempat ini.
DUARR!!!!!!!!!!!!! Terdengar sebuah ledakan terjadi di atas yang getarannya terasa hingga ke lantai
dasar dan membuat lampu di tempat parkir berkedap kedip. Seluruh tubuhku langsung menjadi
sigap dan keluar dari mobil membiarkan pintunya tetap terbuka untuk berlari ke depan
lift. Aku mengerahkan energiku untuk menyebar dan mendeteksi keberadaan Nadia dan lainnya,
~ 457 ~ - B L E S S E D H E A R T -
berharap mereka tidak terkena ledakan. Dalam sekejap energiku mengalir dan
menyebar naik hingga ke lantai paling atas dan segera mendeteksi keberadaan tiga orang
alinergi di dalam lift yang sedang meluncur ke bawah dengan cepat. Aku melihat ke arah lampu lift
di atas yang terus bergerak turun dan angka lift sudah mencapai dua menuju ke satu yang
akan segera mencapai lantai dasar menuju ke ground level. Kalang kabut aku
menyentuhkan tanganku pada pintu lift dan mengerahkan seluruh kekuatanku untuk mengalir ke
atas. *** Nadia, Gris dan Angelina saling berpelukan di dalam lift yang terus meluncur
turun tidak terkendali. Tepat pada saat lift mendekati ground level seketika lift tersebut
dan mereka semua yang berada di dalamnya mengambang sejenak di udara. Seolah-olah
kehilangan gravitasi dan kemudian perlahan-lahan terjatuh ke lantai lift. Dari depan pintu
lift terdengar suara, "Trinngg.... Grek... Grek...." Pintu lift berbunyi kasar seolah-olah sedang
dibuka dengan cara paksa. "Kalian semua tidak apa-apa?"
Gris yang pertama kali melihat keluar pintu lift. "Jaime?" tanya Gris karena
tidak begitu yakin karena Jaime kelihatan memakai topi dan sebagian kerah jaket naik menutupi
wajahnya. *** Aku segera melemparkan kunci mobil pick-up pada Gris. "Gris kemudikan mobilnya,
kalian harus kembali ke markas BtP sekarang juga." Dengan kasar aku menarik tangan
Angelina untuk bangkit dan juga langsung mencengkeram tangan Nadia, "Kamu, sekarang juga
menghilang," bentakku padanya dan matanya terlihat kebingungan serta ketiganya
masih saja tetap terdiam di tempat masing-masing.
"Ayolah kalian mau mati konyol di sini?" tanyaku tidak percaya.
Dari arah belakang aku merasakan adanya seorang alinergi berlari datang mendekat
diikuti beberapa alinergi lainnya yang masih jauh di belakang, semuanya sedang menuju ke
arah
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kami. Aku tidak tahu apa kekuatan mereka dan aku sama sekali tidak ingin
mengetahuinya. Mereka kemungkinan adalah alinergi dari Kelompok Pembebas atau alinergi dari
kelompok para penjual jasa, memikir hingga ke sana aku benar-benar tidak ingin siapa pun
mendekati kami, mereka adalah pembunuh profesional. Melihat ketiga gadis ini yang tidak
juga hendak bergerak, senjata api magnumku segera kutarik keluar dari belakang punggungku
dan mengincar arah datangnya alinergi, tidak perlu menunggu hingga aku melihatnya
karena aku tahu ia ada di depanku dan semakin mendekat. Segera aku menembak ke arah
tersebut membuat Gris, Angelina dan Nadia menjerit terkejut menutup telinga mereka
mendengar suara ledakan senjata api dan kembali merapatkan diri ke dalam lift.
~ 458 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Jangan jongkok di sana," mohonku "Cepatlah masuk ke dalam truk."
"Dor, Tringg, Dor, Dor, Tringg... Tringg..." tembakan balasan segera mengenai pintu
dan ruangan dalam lift, ketiga orang itu yang baru hendak bangkit kembali berjongkok
ketakutan. "Sialan," makiku kasar. Mereka tidak mau bergerak dan aku terjebak di sini,
beberapa alinergi semakin mendekat. Keadaanku semakin terdesak, menggigit rahang keras-
keras dan menyembunyikan senjataku. Aku segera menarik tangan Nadia dan Angelina sambil
berteriak pada Gris, "Gris, masuk dari pintu kemudi!" Tanpa perduli lagi aku
segera menarik mereka berdua keluar dari lift menuju ke arah mobil yang berjarak sekitar
sepuluh langkah, "Nadia, menghilang sekarang juga."
Aku tidak ingin mereka melihat Nadia dan mengincarnya, dengan menarik paksa
mereka berdua aku berjalan sambil mengerahkan kekuatan terbangku ke sekeliling mereka
bertiga. Aku belum mengetahui apakah energiku akan dapat menahan peluru yang meluncur
cepat atau tidak, jelas aku sama sekali tidak mau mencobanya, tapi untuk saat ini aku
tidak punya pilihan. Tanganku dengan kasar menyeret mereka dan memaksa mereka masuk ke dalam
mobil dan Gris kelihatannya mengikuti kami, hal yang bagus. Gris terlihat gugup
saat melompat masuk dalam truk dan berusaha memasukkan kunci mobil, Angelina duduk di
tengah dengan Nadia di sampingnya dalam keadaan menghilang. Aku sendiri langsung
melompat ke belakang pick-up mobil dan berdiri untuk menghadapi para alinergi,
menarik nafas dalam-dalam, aku membiarkan energiku menyelimuti seluruh mobil. Saat mobil
menyala, aku segera berteriak, "Gris, tancap gas keluar."
Segera saja mobil tersebut melesat ke depan dan berdecit saat meninggalkan
ruangan parkir. Aku melihat seorang berpakaian hitam sedang menembaki mobil dari depan dengan
kedua senjata api di tangannya dan aku terus mengerahkan energi terbangku untuk
menahan tembakannya. Terdengar teriakan ketakutan Angelina dan Gris dari dalam saat
mobil kami menghindarinya dan melesat melewati alinergi itu dari samping sedangkan dia
terus menembak berkali-kali, namun tidak satu pun dari peluru yang ditembakkannya
dalam jarak dua langkah kaki itu berhasil melubangi pintu mobil atau kaca mobil. Dengan
kesal dia terus menembak secara membabi-buta hanya untuk mendapatkan pelurunya tertahan oleh
kekuatanku di tengah udara dan jatuh ke lantai parkir dengan suara berdenting.
Saat mobil kami berhasil melewati dirinya tanpa terluka sedikit pun, alinergi itu
melemparkan kedua senjata apinya ke lantai dan berlari mengejar kami yang terlihat hendak melompat
ke belakang mobil. Aku segera mengeluarkan dan mengarahkan senjata api magnumku ke
arahnya, tepat ke wajahnya. "Tidak ada penumpang gelap!" sahutku dan menembak.
Pistol di tanganku meletus dan tubuhnya segera terpelanting ke belakang, tidak beberapa
saat kemudian aku sudah melihatnya kembali bangkit berdiri hendak mengejar.
~ 459 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Sialan, alinergi. Ditembak juga tidak mempan.
Mobil kami sudah mendekati pintu keluar tempat parkir dan terlihat seorang pria
botak berbadan tinggi besar bak binaragawan berdiri menghadang di pintu depan. Dia
membuka kedua lengannya yang berotot lebar-lebar ingin menahan mobil sendirian.
"Jaime!! Ada orang di depan!!!" teriak Gris dari dalam mobil.
"Tancap gasnya dan tabrak saja," kataku sambil mengarahkan senjata apiku pada
orang itu. Jarak kami dengannya semakin mendekat, tinggal puluhan meter. Berpikir sejenak
aku batal menembak, segera mengalirkan energiku untuk menerjang ke depan hingga
menyelubungi pria itu dan mendominasinya.
Mobil sudah berjarak lima langkah kaki darinya.
Dengan keras aku mengayunkan tanganku ke samping dan tubuh pria itu segera
tercampak ke samping, membiarkan mobil kami tetap melaju keluar.
"Yihaaa!!!!!!!!" Gris berteriak senang. Mobil pick-up itu melompat sedikit
setelah kami berhasil keluar dari pintu tempat parkir dan menabrak polisi tidur. Di samping
kami muncul empat orang alinergi yang mengerahkan kekuatan mereka, setelah melihat mobil
kami menjauhi mereka. Jelas aku tidak tahu apa yang mereka lakukan karena aku hanya
melihat sebuah mobil terbang, percikan listrik dan sebuah gelombang bercahaya yang
langsung menerjang ke mobil kami. Kekuatanku segera terfokuskan untuk menahan semua serangan itu dan sejenak
semuanya berhenti di udara untuk kemudian meledak ditengah-tengahnya. Dorongannya
membuatku terbanting menuju ke belakang mobil dan jatuh terduduk. Gris mengendarai mobil
dengan cepat menjauhi tempat itu dan aku dapat melihat empat orang alinergi terdiam di
sana menatapku tidak berdaya bersama sisa api ledakan. Bibirku tersenyum dan
mengacungkan jari tengah pada mereka. Semuanya sudah selesai dan kini kami tinggal kembali ke markas BtP.
Aku baru saja berniat untuk beristirahat saat mendengar dua buah sepeda motor
meraung- raung mengejar di belakang kami. "Gris, tetap tancap gas saja ke BtP!!!"
teriakku berdiri sambil memukul mobil. Waktu sudah cukup larut dan sepanjang jalanan kota
terlihat sepi sehingga mobil kami dapat melaju kencang. Dari belakang mobil aku mengambil
ancang- ancang dan membidikkan senjata apiku pada ban depan sepeda motor yang meraung-
raung semakin mendekat. "Dorrr!!!" Senjata api di tanganku meledak dan sebuah sepeda
motor di depanku langsung terlihat oleng hingga akhirnya terjatuh di atas aspal yang
segera ditabrak sebuah mobil yang sedang melaju di belakangnya. Mengeluarkan suara yang
mengerikan dan ~ 460 ~ - B L E S S E D H E A R T -
membuat bulu roma berdiri, campuran antara suara decit ban dengan aspal dan
suara benturan keras, suara besi menghantam besi. Untuk sesaat aku lengah sehingga sebuah
sepeda motor telah melaju mendekati mobil kami, seorang penumpang di belakang sepeda motor
itu segera mengarahkan senjata apinya padaku dan menembak beberapa kali dalam jarak yang
sangat dekat sekali. Aku dapat melihat ledakan api dari senjata api itu dan bahkan
melihat peluru- peluru yang ditembakkan ke arahku butir demi butir berhenti di udara dan
melayang sekitar 30 sentimeter dari wajahku tertahan oleh energi terbangku. Sepeda motor itu
terus melaju di samping mobil hendak mendahului mobil. Dengan penuh amarah aku mengarahkan
senjata apiku pada tangki depan sepeda motor mereka, menembaknya dua kali yang segera
meledak dan melemparkan hawa panas padaku. Membuatku terdorong jatuh di belakang mobil
akibat tekanan udara panas. Rasanya sedikit menyesakkan. Sepeda motor dan juga
pengendaranya terpelanting ke belakang dan keluar dari jalan, menabrak beberapa mobil yang
sedang diparkir. Tubuh mereka masih terlihat mengeluarkan api akibat percikan bahan
bakar yang membasahi pakaian mereka.
"Jaime!!!!" teriak Gris.
"Aku tidak apa-apa," balasku mencoba bangkit. Mobil kami sudah mendekati sebuah
persimpangan dan lampu hijau sudah berkedap kedip hendak menjadi merah.
"Dessing, dessing.." tembakan peluru melesat dari atas menembus bak belakang
mobil karena untuk sesaat aku lupa membangun energi pelindung. Saat aku melihat ke atas, aku
melihat dua orang sedang terbang mengejar mobil kami dari atas. Dari belakang juga
kembali terdengar dua buah mobil hitam jenis 4WD mengejar dan yang membuat lebih parah
lagi adalah terlihat dua atau tiga buah mobil patroli kepolisian yang ikut mengejar
dengan sorot lampu berwarna merah dan birunya berputar-putar di belakang mobil hitam.
Matilah aku kali ini. Jika tertangkap kepolisian aku akan menjadi rabbit, jika tertangkap alinergi
bukan BtP itu, aku jelas akan di bunuh. "Gris!!!!"
"Apa!!!" teriak Gris.
"Terobos lampu merah!!!!"
"Kamu mau mati"!!"
"Tidak ada pilihan Gris, jalan lain juga mati semua!!!" kataku sambil
membidikkan senjataku ke atas membidik dua orang penerbang yang bergerak lincah. Aku menembak beberapa
kali ke atas dan mereka mengelak dengan gesit yang membuatku semakin kesal karena aku
tidakmemiliki peluru cadangan sama sekali. Kedua tanganku mengarah ke atas dan
mengalirkan ~ 461 ~ - B L E S S E D H E A R T -
kekuatanku menerjang jauh ke atas untuk menyelubungi mereka dan mendominasi
mereka. Setelah aku mendapatkan posisi mereka, dengan kasar aku menggerakkan tanganku ke
bawah dan menggunakan energiku untuk menjatuhkan mereka langsung ke jalan raya.
Seketika itu juga mereka terjatuh dari langit dan berguling di atas jalanan diikuti dengan
decit suara rem oleh mobil di belakang mereka.
"Jaimee!!!!!!!!"
Teriak Gris dan aku juga dapat mendengar teriakan Angelina dan Nadia. Segera aku
berputar melihat ke depan dan hampir ikut menjerit. Mobil kami memasuki jalanan besar di
mana mobil sedang melaju dari arah kanan dengan cepat dan tiga meter lagi, kami
mungkin akan ditabrak. Dengan kekuatan penuh aku melindungi seluruh mobil pick-up kami dan
tanganku bergerak mengarah pada sebuah mobil yang sudah melesat maju ke samping mobil
kami untuk memaksa arah kepalanya berputar dan membuat mobil itu berdecit berputar
setengah lingkaran serta berhenti yang seketika juga membuat sisi samping lain mobil
tersebut ditabrak oleh dua mobil di belakangnya dan terdengar juga suara tabrakan dan rem beruntun
jauh di belakangnya. Mobil kami segera melaju terus ke depan dan dari sebelah kiri sebuah mobil truk
Tronton besar menekan klaksonnya dengan keras tepat di hadapanku. Aku mendengar Gris,
Angelina dan Nadia berteriak keras, sedangkan aku berdiri di belakang melihat mobil
Tronton itu sudah hanya tertinggal dua meter di depanku dan sedang melaju dengan cepat.
Suara klaksonnya berbunyi begitu keras.
"DUARRR.. .!!!!!!!!!!!!!!! CITTTTTTT....!!!!"
Mobil besar itu menabrak mobil kami dan terus melaju ke depan mendorong samping
mobil kami dengan suara mengerikan.
*** "Ketua, apa yang harus kita lakukan?"
Almaria duduk di Kafe Shangri-la dan beberapa anggota kelompok 3rd sedang berada
di sampingnya menatap pada sebuah layar laptop di mana terlihat kekacauan di jalan
raya utama Viginia. "Anggota BtP akan segera menuju ke sana," kata seorang alinergi yang sedang
sibuk mendengarkan radio khusus saluran BtP. "Mereka sudah disuruh untuk berkumpul ke
sana." "Kelompok Pembebas dan kelompok pemburu itu selalu saja membuat keributan.
Menyelesaikan calon finder itu juga tidak seharusnya semeriah ini dan siapa
alinergi yang
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berada di belakang mobil pick-up itu?" maki Almaria.
~ 462 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Kupikir aku tahu siapa itu," kata sebuah suara yang bergema di dalam kepala
semua orang. Almaria melihat ke belakang dan bertanya, "Xian, kamu mengenalnya?"
"Begitulah, aku akan meminjam kekuatan Rick," balas Xian.
"Untuk membantu pria itu lolos dari kejaran BtP dan Kelompok Pembebas?"
Xian tertawa, "Mereka tidak akan pernah sanggup menangkapnya. Aku hanya
menawarkan bantuan lain jika ia menginginkannya."
*** Tabrakan keras langsung terjadi menggetarkan kami semua tapi sama sekali tidak
mencelakai kami. Tronton itu menabrak dinding energi yang hanya berjarak empat sentimeter
dari badan mobil dan mendorong mobil kami. Terdengar suara ban yang berdecit pada aspal
dari mobil besar itu. Aku terus menahannya dengan kekuatanku hingga saat mobil kami dan
juga truk tronton besar tersebut berhenti sepenuhnya dengan suara mesin besarnya yang
berhenti sempurna, dari belakangnya terdengar suara tabrakan beruntun menabrak ekor truk
tronton tersebut. Supir mobil besar itu berteriak mengamuk dan turun dari mobilnya. Aku
segera bergerak ke depan mobil dan memukul atap mobil.
"Gris, tancap gas maju...."
Hening... Dan aku terus memukul atap mobil.
"Tancap gas, Gris!! Apalagi yang kamu tunggu."
Seketika kegelapan menyelimuti kami semua, karena lampu di seluruh kota mendadak
mati. Aku melihat sekeliling yang gelap gulita hanya menyisahkan lampu-lampu dari
mobil-mobil di jalanan dan kupikir ini sudah saatnya karena mengingat tadinya dua orang
alinergi sedang terbang di atas langit yang mungkin saja terekam kamera atau terlihat siapa pun
juga. Kini mereka mematikan semua aliran listrik dan mungkin juga sekaligus sudah menghapus
rekaman dari kamera jalanan yang ada. Dua pasang lampu mobil terlihat sudah
mengejar dari belakangku dan di kejauhan juga terlihat lampu merah dan biru yang terus
berputar-putar dengan suara sirene yang besar.
"Gris!!!!" teriakku.
"Iya!" balasnya dan seketika itu mobil pick-up kami langsung melaju ke depan
dengan kecepatan tinggi. "Tessss ...." Aku mendengar sebuah suara yang membuatku merinding karena pernah
mendengar suara ini sebelumnya. Suara yang membuatku terus bermimpi buruk.
Secepat ~ 463 ~ - B L E S S E D H E A R T -
mungkin aku melihat ke depan dan melihat seorang yang berada di jalanan sedang
menembakkan sebuah roket peluncur ke arah mobil kami. Tepat seperti yang
kubayangkan. Kelompok Pembebas! Bajingan, apakah mereka ikut dalam perburuan ini murni karena
tidak ingin Nadia menjadi finder atau hanya sekedar ingin mendapatkan hadiah uang bagi
kelompok mereka" Tapi bagaimana mereka bisa selangkah di depan kami"
"Nadia matikan telepon genggammu dan cabut baterainya keluar sekarang juga!!"
Mereka mungkin saja menyadap telepon genggam Nadia. Semua alinergi sudah memiliki
nomornya, menyadapnya adalah hal yang sangat mudah.
Apa pun itu tentu saja mereka telah melanggar perjanjian untuk tidak tampil
menyolok! Roket yang meluncur dari depan sudah hampir mendekati mobil pick-up kami yang
sedang melaju, aku melihat roket itu dengan jelas. Mengerahkan kekuatanku padanya untuk
mengangkatnya dan membuatnya melewati mobil kami serta terus meluncur pada dua
mobil yang sedang mengikuti kami dari belakang. "DUARRRRR!!!" Ledakan terjadi di
belakang kami dan aku melihat sebuah mobil yang meledak dan terbang terbalik hingga
memperlihatkan mesin bawahnya yang diikuti suara decit rem mobil di belakangnya,
di sertai bunyi kaca pecah, besi menghantam aspal dan ledakan tanki bahan bakar mereka.
Dari atas langit hitam terdengar bunyi baling-baling sebuah helikopter yang
sedang membelah udara dan terbang mengikuti mobil kami dari atas. Helikopter BtP,
itulah yang terlihat saat aku menatap ke atas, Helikopter itu menyalakan lampu sorot
terangnya untuk menerangi mobil pick-up kami dan menyinariku yang berada di belakang pick-up.
Keringatku mengalir turun sedikit pucat karena memikirkan jika mereka di atas heli itu
sedang merekam diriku, maka rekaman itu akan masuk ke dalam pusat data BtP dan aku akan segera
menjadi buronan mereka dalam hitungan detik. Lampu itu begitu terang menerangi kami dan
sesaat aku melihat seekor makhluk seperti burung besar dengan cakar besarnya menerjang
helikopter tersebut dari samping. Langsung saja helikopter dan makhluk itu
terbang berputar di udara hingga akhirnya heli tersebut tercampak jauh menghantam sebuah gedung
dan meledak menerangi sekeliling tempat. Membuat pecahan kaca dan batu menghujani
diriku. Monster seperti burung atau kalelawar besar itu terlihat senang dengan aksinya
dan langsung terbang menyerang ke arah kami. Senjata apiku menembak beberapa kali namun luput
hingga akhirnya terdengar suara kilk, klik.
Peluruku habis. Aku menatap monster itu yang sedang meluncur ke arahku dan sekeliling yang
gelap, kemungkinan sangat kecil jika Nadia maupun Angelina dapat melihatku. Dengan
menggerakkan kakiku, aku melompat terbang secepat mungkin menyambut makhluk itu,
~ 464 ~ - B L E S S E D H E A R T -
mengejutkannya dan tangan kananku segera menghajar wajahnya yang membuat
tanganku terasa sakit karena wajah makhluk seperti kelelawar itu begitu keras dan dia
memiliki taring di giginya. Menarik nafas dalam-dalam, aku memaksa melayangkan lagi tinju
padanya beberapa kali dan dia mencoba menendangku berkali-kali dengan kakinya yang penuh
cakar tajam. Sebuah cakarnya menyerempet perutku dan membuat robek jaket dan baju
kaosku. Kami terus terbang sambil menyerang dan berkelit hingga akhirnya tubuhku
akhirnya berhasil menyelinap di belakangnya. Kedua tanganku bergerak menangkap kedua
sayapnya dari belakang yang terasa kasar dan keras serta mendorongkan kedua kakiku untuk
menempel pada punggungnya. Tubuhnya langsung oleng dan jatuh setelah sayapnya terjepit,
aku mengerahkan semua kekuatanku untuk terbang melaju ke bawah dengan kepala dan
badannya di bawah. Angin berhembus deras saat kami sedang terjatuh di udara dan
kebetulan aku melihat sebuah mobil lain berwarna hitam yang masih mengejar pick-up kami
sehingga mengarahkan tubuh makhluk pada atap mobil tersebut.
"Duarrr!!!!!" Makhluk itu terjatuh menghancurkan mobil yang sedang melaju dengan mengeluarkan
suara lengkingan tinggi, suara pecahan kaca, suara teriakan orang di dalam mobil dan
suara besi yang remuk. Aku segera melompat untuk terbang mengejar mobil kami dan kembali
pada bak belakangnya. Semua ini sudah sangat kacau saat aku melihat kobaran api di mana-
mana. Aku ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh seluruh kelompok para alinergi
bukan BtP pada Kelompok Pembebas dan kelompok pemburu saat mengetahui semua keributan
meriah ini. Tentu saja anggota BtP akan membanjiri Viginia dan menambah kacau semuanya.
"Jaime!!!!" "Apa!!" teriakku.
"Depan!!!!" Aku yang sedang menatap ke arah belakang mobil untuk berjaga-jaga akan adanya
pengejar, segera menatap ke depan dan melihat beberapa mobil sedang menghadang melintang
di tengah jalanan. Tampak empat orang sedang memegang senjata otomatis
menodongkannya ke arah kami. Saat itu dalam kegelapan malam terlihat tiga atau empat bayangan
melompat ke balik para penghadang untuk menambah jumlah mereka menghadang kami. Semuanya
adalah alinergi. Mobil truk kami terpaksa berhenti dengan sendirinya, karena tidak mampu
menerobosnya lagi. Tujuh orang alinergi, beberapa mobil di depan dan sirene mobil polisi
mungkin BtP sudah mendekat dari belakang. Kami terjepit di antara kedua kelompok ini dan aku
tidak punya pilihan lagi. Aku pun bergerak turun perlahan-lahan di bawah todongan
senjata-senjata ~ 465 ~ - B L E S S E D H E A R T -
api di depan, turun di samping mobil di mana Nadia masih menghilang. Aku dapat
merasakan energinya dan membuka pintu perlahan-lahan. Beberapa Alinergi dari Kelompok
Pembebas mulai mencoba mendekat perlahan-lahan. Aku menatap mereka dan membiarkan saja,
siap untuk apa pun juga sedangkan tanganku terulur ke dalam tempat kosong antara
Angelina dan tempatku berada. "Nadia," panggilku lembut. Aku dapat merasakan energinya dan aku mengulurkan
tangan ke belakang tubuhnya, merasakan punggungnya serta mengangkatnya keluar dari mobil
dengan lembut. Aku dapat merasakan hangat tubuhnya yang sedikit gemetar meski tidak
terlihat. "Jangan takut," bisikku lembut, "Alirkan kekuatanmu padaku." Aku dapat merasakan
tubuh kami semakin merapat dan dia bahkan sudah menyentuhkan kedua tangannya pada
dadaku. "Jaime...," katanya mendadak dan aku segera merasakan aliran kekuatannya
memasukiku, dengan cepat aku menyinkronisasikannya dan membuatnya melebur dengan energi
diriku. Aku akan mencoba cara ini dan mudah-mudahan berhasil. Aku mengalirkan kekuatan
sinkornisasi itu pada mobil truk, Angelina dan Gris tanpa menyentuh mereka. Tak
lama kemudian kami semua menghilang, yang kemudian energi terbangku membawa kami
semua melesat ke atas dengan cepat tanpa suara dan tanpa terlihat oleh mereka,
semuanya terjadi hanya dalam sekejap. Kelompok Pembebas yang terkejut melihat kami menghilang
segera menembakkan senjatanya ke depan tempat kami menghilang, tidak pernah
membayangkan jika kami telah terbang ke atas. Tembakan mereka tepat langsung mengarah pada
beberapa mobil patroli BtP yang sedang melaju ke arah mereka dan beberapa anggota BtP
langsung melompat turun dari mobil, membalas mereka dengan tembakan maupun kekuatan
mereka. Pertempuran pun kembali berlanjut.
Aku dan Nadia beserta semuanya terbang dalam hening melewati dua buah helikopter
BtP yang sedang patroli di udara sambil menembak ke bawah. Kami terus melayang
menembus langit malam. Setelah hening panjang Nadia terdengar terisak di dalam pelukanku,
aku menggerakkan kedua tanganku memeluknya dan sebuah tanganku mengelus kepalanya.
"Maafkan aku," bisikku. Dia menangis dan membiarkan kedua tangannya memelukku
erat- erat. "Aku bukan anggota BtP dan hanyalah seorang pelayan biasa, mungkin tidak
sesuai dengan bayanganmu," bisikku. Nadia menangis semakin keras, merasa sesuatu yang
sudah lama tertahan dalam dirinya mulai mengalir keluar dan kini semuanya tidak dapat
dibendung lagi. Ia terus menangis memelukku semakin erat.
"Aku hanyalah kebohongan," kataku. Aku tidak tahu bagaimana menurutnya setelah
menemukanku dalam keadaan begini. "Tapi aku benar-benar mencintaimu dengan
segenap jiwaku." Kami pun terbang menembus dinginnya angin malam dan meninggalkan
keributan demi keributan, kebisingan lalu lintas kota serta menuju ke tempatku. Tidak tahu
bagaimana ~ 466 ~ - B L E S S E D H E A R T -
aku akan menghadapi dirinya saat dia tenang nanti. Gris dan Angelina diam dalam
pikiran mereka masing-masing. Mobil pick-up terparkir di depan halaman rumahku. "Masuklah ke dalam aku akan
menjelaskan semuanya kepada kalian," kataku pada Angelina dan Gris. Mereka
mencoba menggangguk dan kami berempat berjalan mendekati pintu rumahku. Tiba-tiba
seseorang dari dalam rumah membuka pintu dan membiarkan cahaya dari dalam lampu menyinari
jalanan kami. "Xian!" panggilku sedikit terkejut akan kehadiran orang tua itu
dan tanpa sadar aku segera menghadang di depan Nadia.
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia hanya tertawa dan membiarkan pikirannya terbaca olehku, "Aku datang
sendirian dan sama sekali tidak berniat dengan calon finder itu." Aku menatap ke dalam
matanya, melihat kejernihan serta kelembutan di dalamnya dan memutuskan untuk percaya kepadanya.
"Orang yang dicari itu," bisik Gris.
"Dia tidak berbahaya," kataku dan terus berjalan ke depan memasuki rumah akan
tetapi sebelumnya aku telah membiarkan kekuatanku menyebar dan menyelidiki ke seluruh
rumah. Tidak menemukan siapa pun, kecuali Xian.
Saat mereka bertiga sudah duduk di sofa, Gris langsung saja bertanya, "Siapa
mereka dan apa hubungannya denganmu, mengapa mereka mengejarmu?"
"Mengejarku?" tanyaku bingung, "Mengapa kamu berpikiran demikian?"
"Kamu memiliki senjata api, jelas kamu berbahaya dan kamu juga memiliki kekuatan
alinergi tentu saja kamu buronan atau kamu..." Terdiam sesaat, "Apakah kamu mata-mata BtP?"
"Aku tidak punya hubungan apa pun dengan BtP."
"Jadi siapa yang mereka incar hingga meledakan apartemenku?"
"Mereka mengincar Nadia," kataku sambil mengeluarkan telepon genggamku dan
membuka data Nadia yang dikirimkan padaku untuk diperlihatkan pada mereka. Mereka
bertiga merapat membaca data diri Nadia di dalamnya sambil meringis terkejut.
"Kamu stalker Nadia, yah?" tanya Gris menatapku.
Aku hanya dapat mengangkat bahu, "Yah, termasuk orang-orang yang mengejar kita
tadi dan semua alinergi yang bukan BtP memiliki data Nadia. Beberapa dari mereka merasa
tertarik pada jumlah uang yang tertera di sana." Angelina terlihat menahan nafasnya
melihat jumlah yang ditawarkan untuk nyawa Nadia.
~ 467 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Tapi aku tidak melakukan apa pun juga, mengapa mereka mengejarku," tanya Nadia
dengan wajah memucat. "Karena kamu calon finder dan tidak satu pun dari mereka yang menyukai hal
itu ..." dan aku melanjutkan bercerita tentang apa yang kuketahui dan membuat mereka semua
terdiam hingga aku selesai berbicara. "Kamu benar-benar terkenal, sebelum berhasil
menjadi finder saja kamu sudah memilik fans fanatikmu, aku khawatir setelah kamu benar-benar
menjadi finder fansmu akan membludak," kataku menatapnya.
Gris menjatuhkan dirinya untuk menyandar pada sofa. "Tak pernah kusangka
ternyata ada begitu banyak alinergi selain BtP."
"Apa yang harus kulakukan?" tanya Nadia pada dirinya sendiri. Hening, tidak ada
yang tahu apa yang harus dilakukan olehnya termasuk diriku.
"Aku akan mengambil minuman," kataku meninggalkan mereka sambil menuju ke dapur
karena jelas aku tidak dapat membantu mereka. Di meja dapur aku dapat melihat
Xian, "Di mana kamu selama ini?" tanyaku yang tentunya dengan pikiran.
"Di atas Kafe Shangri-la tempat 3rd,," kata Xian tersenyum, "Aku sedang di sana
saat kamu datang." Aku segera menatapnya, "Tapi aku sama sekali tidak merasakan energimu."
"Seperti saat ini?" tantangnya. Dengan kekuatanku aku mencoba mendeteksinya tapi
kali ini sama sekali tidak merasakan apa pun juga, semuanya terasa kosong.
"Bagaimana kamu bisa..."
"Untuk beberapa orang mereka dapat menghilangkan jejak energi mereka sama
sekali..." Oh baiklah... aku juga tidak dapat mendeteksi pria tua berbaju biru dan bertopeng
Zeus di pertemuan alinergi kemarin. Dia benar-benar di luar radarku
Aku membuka kulkas untuk mengambil sebotol jus besar untuk dituangkan pada tiga
tamu di depan dan satu tamu di sini, "Jadi bagaimana kamu bisa berada di tempat mereka?"
Xian tersenyum dan detik berikutnya aku mendapatkan bayangan demi bayangan masuk
ke dalam pikiranku. Sebuah bayangan bagaimana seorang bertopeng yang kulihat
sebagai bodyguard wanita berambut pirang, saat menghadiri pertemuan alinergi, mendadak
muncul di tengah-tengah dapur. Menjelaskan bahwa dia bernama Rick, seorang teleporter dan
mendapat perintah dari Almaria untuk membawa Xian serta Lily untuk pindah ke sebuah kamar
di atas Kafe Shangri-la. ~ 468 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apakah wanita berambut pirang itu Almaria?" tanyaku mengingat Almaria yang
kukenal mungkin seorang nenek galak yang bahkan mungkin tidak dapat membaca pikiran
karena pada saat pertemuan pertama ia terus menerus bertanya pada Max.
"Dia Almaria, dia membiarkan energinya menipu indra penglihatan siapa pun yang
melihatnya. Dan dia dapat membaca pikiran siapa pun termasuk pikiranmu sehingga
dia mengetahui tempat ini namun terkadang ia cukup keras kepala untuk tidak bersedia
membaca pikiran para lelaki terutama yang masih muda."
Aku tersenyum, "Apa karena ia akan melihat 80% otak kami berisi hal tidak
senonoh?" "99%," kata Xian tertawa.
"Jaime.." Aku melihat Nadia berjalan ke arahku dan kelihatan ingin berbicara berdua, aku
melirik pada Xian dan dia segera mengambil botol minuman yang terletak di meja. "Aku akan
melayani kedua tamu di depan," katanya.
Nadia masih terlihat diam dan segan untuk berbicara sehingga aku menawarkan
diri, "Mau keluar ke belakang sejenak" Untuk mencari udara segar?" Dia menggangguk dan aku
membuka sebuah pintu belakang yang menuju ke hutan belakang rumah di mana aku
memiliki tempat duduk di sana dan tempat yang bagus untuk melihat langit
berbintang. Nadia mengikutiku keluar dan saat tiba di luar ia memeluk belakang punggungku rapat-
rapat. "Mengapa kamu berbohong padaku?"
Aku terdiam dan tanganku menyentuh kedua tangannya dengan lembut. "Nadia ...."
"Mengapa kamu berbohong padaku, hingga aku menyangka Lawrence adalah orangnya?"
"Nadia," kataku lembut dan kepalaku tertunduk. "Meski kita bertemu di pesta
topeng dan kejadian bersama ghost team, ketahuilah aku sama sekali bukan anggota BtP."
Nadia memelukku semakin erat, "Memangnya kenapa jika kamu bukan BtP."
Tubuhku menjadi tegang. "Nadia, aku tidak memiliki apa pun yang dapat kutawarkan
padamu, aku hanyalah seorang bartender biasa dan aku tidak dapat memasuki BtP
sama sekali setelah namaku pernah masuk dalam daftar hitam mereka."
"Apakah itu menjadi masalah?" bisiknya.
"Nadia..." Aku mendesah, ingin agar dia dapat memahami kegelisahanku.
~ 469 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apakah itu menjadi masalah jika aku adalah anggota BtP dan kamu bukan anggota
BtP?" tanya Nadia. "Bukan itu maksudku." Lidahku terasa kelu.
Masalahnya adalah aku tidak memiliki apa pun untuk ditawarkan untuk masa depan
kami. Nadia terisak masih memelukku. "Aku akan keluar dari BtP jika itu yang kamu
inginkan." Aku terkejut dan segera berbalik menatapnya, menyentuhkan jari-jariku lembut
pada pipinya, "Nadia, bukan itu maksudku." Matanya terlihat berair.
"Jadi mengapa kamu bersembunyi dariku" Padahal, padahal kita begitu dekat."
Apakah aku akan jujur padanya ....
Aku menarik nafas dalam-dalam dan berpikir inilah saatnya aku harus sungguh-
sungguh mengatakan padanya tentang perasaanku. "Nadia, aku akan jujur padamu," kataku.
"Tidak ada yang berharga sedikit pun dariku. Aku tidak memiliki apa pun yang dapat
kutawarkan padamu dan pekerjaanku cuma menghasilkan sedikit uang. Aku sama sekali tidak ada
nilainya bagimu, dibandingkan dengan Lawrence. Dia jauh..."
PLAKKK... Baiklah aku baru saja ditampar.
Terlihat air mata Nadia menggantung, "Kamu pikir aku ini apa" Apa aku pernah
mengatakan padamu bahwa aku hanya mencintai kekayaan" Apakah aku pernah menilai dirimu"
Apakah serendah itu kamu menganggap diriku?"
Baiklah dia benar-benar kelihatan marah.
"Serendah itukah aku di matamu ...?" Nadia menangis dan berbalik hendak masuk ke
dalam rumah. Aku segera menangkap tangannya. Tangan yang terasa kecil dalam
genggamanku dan hangat. Aku menahan dirinya dan perlahan-lahan menariknya ke dalam pelukanku,
serta- merta mempertemukan bibirnya dengan bibirku. Demi Tuhan, aku merasa begitu lapar
dan menginginkan dirinya, aku menciumnya dengan rasa lapar dan dahaga ratusan tahun.
Aku menginginkannya dan membutuhkannya, aku telah menahan diriku terlalu lama.
Karena kebodohanku. Tubuhnya terasa begitu pas dalam pelukanku. Dia diciptakan hanya untukku. Aku
tidak ingin kehilangan dirinya lagi. Tidak akan lagi pernah melepaskannya lagi setelah ini,
aku melepas bibirku dan memeluknya sambil membiarkanku berbisik di dekat telinganya, "Nadia,
maafkan aku ...." ~ 470 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Jaime, apakah kamu mencintaiku?" tanya Nadia dalam pelukanku settelah lama
terdiam. Tubuhku bergerak serta menatap ke dalam matanya. "Nadia," kataku sungguh-
sungguh, "Sejak pertama kali bertemu denganmu, seluruh hatiku telah kuserahkan padamu."
Nadia terlihat terharu dan aku memegang tangannya, berlutut dengan sebelah kaki
di depan dan sebelah lutut lain menyentuh tanah. "Nadia setiap jiwa dan ragaku sudah
menjadi milikmu sejak aku mengenalmu," bisikku menatap ke dalam matanya yang indah.
"Ketahuilah, aku sudah tergila-gila padamu Nadia. Lemah dan gelisah karena
selalu memikirkan dirimu," kataku dan jantungku berdebar begitu keras.
Aku bersedia mati untuk dirinya.
Pintu belakang rumah terbuka keras dan mendadak Xian muncul sambil melihatku,
"Jaime maafkan aku," katanya dan mendadak semuanya menjadi gelap.
Saat aku tersadar kembali, aku sedang tertidur di atas tanah halaman belakang,
sendirian dengan kabut dingin menyelimutiku. Butuh beberapa detik sebelum aku menyadari
semuanya dan segera menerjang ke dalam rumah, "Nadia!!" teriakku.
Tidak ada siapa pun di dalam rumah, akan tetapi aku dapat melihat gelas-gelas
terisi setengah penuh minuman di atas meja. Tidak mungkin Xian menangkap mereka semua.
Bagaimanapun juga Xian adalah anggota 3rd, jelas kumpulan Alinergi yang tidak
ingin BtP memiliki finder maupun mindreader.
Mungkin Nadia telah tertangkap. "Sialan!!!!" makiku dan gelombang panik
menyerang diriku. Tidak seharusnya aku selengah ini.
Tapi kekuatan Xian sama sekali tidak mampu kudeteksi dan langsung membuatku
tertidur. Aku harus menemukan mereka. Aku melihat jam yang menunjukkan pukul dua pagi.
"Trit ... trit..."
Telepon genggamku berbunyi karena ada pesan teks yang masuk. Aku membuka dan
membacanya. Pengumuman untuk semua Alinergi.
Nadia, calon finder telah berhasil diselesaikan, pencarian dihentikan.
~ 471 ~ - B L E S S E D H E A R T -
~ 472 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 28 TEMUKAN DIRIKU Udara terasa dingin dan sekeliling terlihat sunyi saat aku berdiri di depan
pintu Kafe Shangri-la di bawah sinar lampu kecilnya. Waktu menunjukkan pukul 02:35, aku
menarik nafas dalam-dalam dan mengerahkan energiku untuk melingkupi seluruh tempat itu,
mencoba mendeteksi setiap energi alinergi yang ada di dalam gedung kafe. Langsung
menerjang ke dalam adalah hal yang sangat kuinginkan akan tetapi dengan adanya Almaria dan
Xian tentu saja aku akan berakhir seperti anak kucing masuk ke kandang beruang. Nyawaku
cuma satu dan aku harus menggunakannya dengan baik, jangan sampai Nadia tak terselamatkan,
aku pun ikut mati. Tak lama kemudian, aku berhasil menemukan sebuah jejak energi
yang kukenal. Lily. Aku melihat ke atas dan terbang ke lantai tiga memasuki sebuah balkon dari
bangunan Kafe Shangri-la. Terlihat dua buah pintu geser kaca yang tertutup tirai dan aku dapat
merasakan dua buah energi dari dalam kamar tersebut, satunya Lily dan satunya lagi
alinergi dengan energi yang kurang lebih mirip denganku.
Almaria dan Xian memiliki energi yang kurang lebih mirip dengan energiku tapi
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam tingkatan yang lebih tinggi.
Tanganku menyentuh jendela kaca dan merasakan sebuah energi yang menyelimuti
pintu kaca itu. Setelah ditelusuri kiranya seluruh rumah ini dilindungi sebuah energi
yang tidak ~ 473 ~ - B L E S S E D H E A R T -
kukenal. Aku mendesah, sadar tidak akan pernah mudah bila berurusan dengan para
alinergi. Mereka selalu memiliki hal-hal yang harus diwaspadai.
Apakah jika aku memaksa membuka pintu dan menerobos ke dalam rumah maka semua
alinergi di dalam akan terbangun"
Aku tidak memiliki pilihan lain meski aku tidak menyukainya. Aku segera
mengerahkan kekuatanku untuk menyelinap masuk dan mendominasi serta menerbangkan seorang
alinergi yang ada di dalam kamar. Dengan berhati-hati layaknya seorang pemain boneka
menggerakkan boneka dengan tali, aku menerbangkan dirinya perlahan-lahan ke
dekat pintu, membuatnya berdiri dan menggerakkan tangannya untuk mendorong tirai pintu.
Aku sedikit terkejut karena menemukan Maria yang kiranya berada dalam dominasi
ku dan dia masih dalam kondisi tidur di belakang pintu kaca. Tidak ada pilihan lain,
aku tetap harus memakainya dan dengan perlahan aku menggerakkan jari-jarinya untuk menyentuh
kunci pintu, tapi kelihatannya aku belum mampu mengontrol energiku hingga ke detail
kecil sehingga jari-jarinya beberapa kali luput untuk membuka kunci pintu. Mendadak ia
mengusap matanya, terbangun setelah jari-jarinya menyentuh kunci jendela
beberapa kali. Apakah aku akan menerbangkannya kembali ke tempat tidur atau memaksanya membuka
jendela. Nyawa Nadia sedang menjadi taruhannya, tidak ada pilihan mudah.
"Siapa!!" Maria berteriak terkejut setelah melihatku dan segera aku menggunakan
kekuatanku untuk mencengkeram daerah dagu dan bibirnya, tidak mudah tapi itu
berhasil membuatnya terdiam. Mungkin aku harus memecahkan jendela ini dan mengambil
risiko ketahuan. "Kak Maria..." terdengar sebuah suara memanggil dari arah dalam dan dari samping
pintu kaca terlihat Lily terbangun mengusap matanya melihat ke arah kami. Ia melihat
kami berdua beberapa detik dan berikutnya ia segera meloncat turun dari tempat tidur. "Kak
Jaime!!" katanya sambil berlari ke arah jendela dan membukanya.
Semudah itu" Seharusnya dari tadi aku membangunkan Lily saja.
Aku sedikit membungkuk karena Lily melompat untuk memelukku.
"Apa kamu merindukan Lily" Seharusnya kamu lebih cepat mencari Lily," kata Lily
ceria. Aku tertawa, "Aku tidak tahu kamu di sini."
Aku menatap pada Maria dan membebaskannya sambil berjaga-jaga jika ia berteriak
lagi. "Aku ingin bertemu dengan Xian. Apa dia ada di sini?" tanyaku pada Maria.
~ 474 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Lily segera mencubit pipiku, "Kakek berada di kamar lantai dua. Apa kamu tidak
mencari Lily?" Aku memeluk Lily lebih erat merasakan tubuhnya yang hangat dan memasuki kamar
mereka, "Sekalian mencari Lily jika urusan dengan Xian sudah selesai. Apa Lily bisa
membantu?" Lily tersenyum, "Kita bisa ke lantai dua di bawah."
"Aku akan segera pulang setelah bertemu Xian," kataku pada Maria dan segera maju
menuju ke pintu kamar. Maria masih terdiam dan aku membuka pintu kamar untuk memasuki
sebuah lorong yang terlihat terdapat beberapa pintu kamar lain, tidak kelihatan satu
pun orang di luar dan tubuhku melayang di atas lantai agar tidak mengeluarkan bunyi apa pun juga.
"Kak Jaime?" panggil Lily berbisik.
"Apa?" "Apa Lily boleh meminjam video gamenya" Kata kakek aku tidak boleh mengambilnya
dan di sini mereka tidak memiliki video game."
Aku tersenyum, "Tidak bisa."
Wajah Lily langsung cemberut.
"Karena barang itu bukan punyaku, itu kan sudah diberikan pada Lily, jadi tidak
bisa meminjamkan barang yang bukan punyaku."
"Maksudnya?" tanya Lily bingung.
"Itu semua sudah menjadi milik Lily sejak awal, salah sendiri tidak membawanya
sekalian. Tapi kakakmu yang baik ini akan mengirimkannya ke sini besok pagi untuk Lily,"
kataku tersenyum memandangnya. "Hore ..." kata Lily dan memelukku lebih erat. Kami turun ke lantai dua melihat
sebuah ruangan tamu dan sebuah lorong yang memiliki beberapa pintu kamar. "Pintu kedua
milik Kakek," bisik Lily. Aku menggangguk, berbalik terbang naik ke lantai atas dan berhenti di depan
pintu kamar Lily. "Lily kembalilah tidur dan tunggu video gamemu besok." Aku tidak ingin
Lily melihat aku dan Xian bertempur jika keadaan berubah buruk.
"Tidak, Lily mau ikut," Lily merengek.
Aku melepasnya dan berkata, "Jika Lily tidak tidur sekarang, besok video gamenya
tidak akan dikirimkan." ~ 475 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Wajah Lily langsung cemberut dan merengek, "Kak Jaime jahat. Lily juga tidak
bisa lagi membaca pikiran Kak Jaime."
Aku tersenyum karena aku memang sengaja melindungi diriku dengan energiku
sehingga dia tidak akan melihat apa yang akan kulakukan. Lily kemudian menarik bajuku
sehingga aku sedikit menunduk dan dia mencium pipiku. Jelas aku terkejut tdak siap untuk itu,
karena keadaanku sedang dipenuhi kemarahan. Ciumannya sedikit banyak menyejukkan
hatiku. "Lily akan tidur, selamat malam Kak Jaime," kata Lily dan memasuki kamar
tidurnya. Aku tersenyum dan segera terbang ke lantai bawah. Menuju ke depan pintu yang
tadi ditunjuk oleh Lily, sebelum aku sempat menyentuh pintu kamar, pintu tersebut
sudah terbuka sendiri dan terlihat Xian sedang duduk bermeditasi di dalam ruangan.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Xian dengan sorot wajah lembut.
Dalam sekejap kontrol diriku hilang dan segera kekuatanku membuat diriku dan
dirinya mengapung, "Di mana Nadia?" tanyaku penuh amarah. Seketika Xian menghilang dari
pandanganku. "Kendalikan dirimu," terdengar suara Xian dalam pikiranku dan dia telah muncul
di belakangku memegang pundakku, "Ikutlah denganku."
Detik berikutnya aku merasa sedikit pusing dan ruangan di sekitarku mendadak
menghilang berganti dengan sebuah ruangan yang lebih besar dengan perabotan yang lebih
modern. Aku melihat sekeliling dan kemudian pada sebuah tempat tidur di depanku. "Nadia?"
batinku setelah melihat siapa yang sedang tidur di atas tempat tidur.
Aku menatap ke samping tempat tidur dan melihat meja belajar yang memiliki foto-
foto Nadia bersama teman-temannya dan juga keluarganya. "Kamarnya?" aku menoleh pada
Xian dan ia menggangguk. Aku terdiam sebentar, "Bagaimana bisa kita berada ditempat ini?"
"Rick, anggota Almaria yang memiliki kekuatan teleport membiarkan aku meminjam
kekuatannya," jawab Xian.
"Apakah dia juga bisa teleport ke tempat ini?" tanyaku jelas hal ini berbahaya.
"Tidak," Xian berjalan melihat sekeliling. "Para teleporter hanya bisa pergi ke
tempat yang sudah pernah mereka lihat dan dapat bayangkan. Dia belum pernah ke tempat ini,
jadi dia tidak akan dapat menuju ke tempat ini."
"Apakah kamu sudah pernah ke tempat ini?" tanyaku terkejut, karena jelas ia ada
di sini. ~ 476 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Xian tertawa memperlihatkan giginya. "Aku melihat ingatan mereka dan memakainya
untuk pindah ke tempat ini."
"Jadi Gris dan Angelina juga?"
Xian menatap sekeliling, "Kupikir, mereka berada di kamar mereka masing-masing."
Aku ingat menerima pesan singkat bahwa Nadia sudah mereka selesaikan.
Mendadak aku menjadi ragu. Xian dapat saja sedang menipuku atau saat ini aku
sedang dipengaruhi oleh Xian dengan kekuatan pikirannya. Dia adalah mindreader, dia
dapat saja menipu ingatan atau penglihatanku. Aku segera mengerahkan kekuatanku dan
menyelimuti seluruh tubuhku, namun tetap saja tidak ada perbedaan pada sekeliling. Untuk
membuktikan kebenaran, pilihanku hanya tertinggal satu. Kakiku bergerak mendekati sisi
ranjang, duduk dan menatap Nadia, kemudian menyentuh pipinya dan merasakan hangat dari pipinya.
Sungguh aku bersyukur untuk hal ini yang berarti dia nyata dan masih hidup,
beberapa kekhawatiran burukku segera lenyap. Tak lama kemudian kepala Nadia bergerak
perlahan, membuka matanya dengan lembut dan memandangku sambil tersenyum.
"Jaime," bisiknya begitu lembut.
Jantungku segera menghangat.
"Kamu baik-baik saja?" tanyaku sedikit mendekat ke arahnya.
Nadia mengganggukkan kepalanya sedikit. "Bagaimana denganmu?" balasnya.
Aku tersenyum, "Tidak ada masalah."
"Maafkan aku yang menendangmu yah," bisik Nadia lirih.
"Lupakan saja," kataku tersenyum geli karena aku sudah melupakan hal itu setelah
semua kejadian tadi. "..." Nadia menatapku terus dengan mata indahnya.
"Tidurlah," bisikku mengelus keningnya dan mengecup ringan bibirnya. "Kita akan
bertemu kembali besok pagi." Nadia menggangguk dan matanya kembali terpejam. Aku berdiri
dari kasurnya dan melihat sekeliling, tidak menemukan Xian.
Apakah ia meninggalkanku sendirian di sini" Bisa mati aku.
Aku mencoba memanggil dalam pikiranku beberapa kali dan tidak mendapatkan
jawaban apa pun juga. Bagaimana aku kembali jika dia tidak mengantarku. Apakah aku akan
melalui pintu keluar kamar dan membiarkan kamera-kamera BtP menangkap bayanganku"
~ 477 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Terpaksa kulakukan juga, jika dia tidak juga muncul. Sialan
"Jaime..." Aku menatap ke arah Nadia karena ia menatapku. "Ya?"
"Aku tidak sedang bermimpi?"
"Apa?" "Bagaimana kamu bisa di sini?" tanya Nadia dan aku melihat dia bergerak duduk di
atas kasur dan menatapku dengan waspada.
"Xian meneleportku," jawabku.
"Xian" Siapa" Mengapa kamu berada di sini?"
Aku mulai merasakan sesuatu yang tidak beres, "Aku sedikit mengkhawatirkanmu
karena mendadak menghilang dari tempatku malam tadi."
Nadia menatapku dalam-dalam, "Aku tidak ke tempatmu sama sekali, lagipula
mengapa aku ke tempatmu tadi malam?"
"...." Aku terdiam
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Nadia menatapku sungguh-sungguh.
"Aku ... aku ..."
Sialan Xian di mana kamu dan apa yang terjadi dengan Nadia.
"Katakan apa yang kamu lakukan atau aku akan berteriak memanggil penjaga," suara
Nadia terdengar mengancam dan sedikit ketakutan.
"Nadia," kataku sedikit terkejut, "Aku akan menjelaskannya padamu."
"Sebaiknya cepat sebelum aku kehabisan kesabaranku." kata Nadia menatap tajam
padaku. Baiklah. "Apakah kamu mengenal ini?" tanyaku dan segera mengerahkan energi terbangku di
sekeliling ruangan yang membuat Nadia langsung melayang serta menjerit terkejut.
"Kamu ... kamu, apa yang kamu lakukan?"
Aku juga ikut melayang dan membuatnya melayang mengarah ke arahku. Dengan lembut
aku menggenggam tangannya, "Apakah kamu masih mencariku?" Nadia menatapku dengan
~ 478 ~ - B L E S S E D H E A R T -
kedua bola matanya terpesona. "Nadia," bisikku lembut dan aku memeluk tubuhnya
yang hangat. "Aku merindukanmu."
"Jaime," bisik Nadia.
"Ya." "Hukk!!!" aku merasa sebuah tendangan lutut bersarang pada alat vitalku
membuatku segera meringis kesakitan dan kami berdua terjatuh, tepatnya dia terjatuh menimpaku.
"Lelucon apa ini," teriak Nadia sambil bangun menatapku yang sedang meringis
kesakitan, hari ini dua kali aku terkena tendangan di tempat yang sama.
Apakah aku sudah akan kehilangan kesempatan untuk menjadi seorang Ayah" Sakit
sekali, aku bahkan tidak dapat berbicara karena sakitnya.
"Apakah ini lelucon karena aku sudah menendangmu tadi malam di tempat Gris"
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Apakah Gris dan Angelina yang memasukkanmu kemari untuk membuatku meminta maaf?" protes
Nadia. "..." "Dan... Dan...." Nadia terdiam sebentar, "Apakah tadi kita terbang?" Dia terlihat
gelisah tidak percaya. "..." Dia melewatkan poin pentingnya.
"Mengapa kamu bisa terbang," tanya Nadia. Aku meringis kesakitan dan menatapnya,
melihat ke dalam matanya yang terkejut dan terus menatapku, "Apakah kamu...."
Sampai di sana ia langsung jatuh terduduk dan tertidur kembali, Xian muncul di belakangku
dan menatapku. "Apakah kamu coba memperkosanya dan dia menendangmu?" tanya Xian.
"Ke mana saja kamu?" tanyaku jengkel.
"Sedikit urusan, kebetulan aku sudah di sini," kata Xian ringan.
Aku menarik nafas dalam-dalam mengusahakan agar rasa sakit berkurang, kemudian
berdiri dan dengan kekuatanku membuat Nadia kembali terbang untuk tidur di atas
kasurnya. Dia terlihat cantik saat sedang tidur, aku segera menyelimutinya dan alat vitalku
masih terasa sangat sakit. Sialan. ~ 479 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Xian memegang pundakku dan terasa sebuah energi mengalir masuk. "Terima kekuatan
itu dan niatkan untuk melihat ke dalam pikiran Nadia." Mendadak aku merasa terhubung
pada pikiran Nadia, aku dapat melihat ke dalam pikirannya seperti melihat pikiranku
sendiri. Aku dapat mengatur pikirannya untuk mengingat ke masa lalu dan seterusnya. Xian
kemudian menambahkan, "Cari ingatan tadi dan niatkan untuk menghapusnya." Aku mengingat
kejadian tadi dan melihat gambaran dari sudut pandang Nadia, bagaimana awalnya
dia menemukanku dan menganggapku mimpi. Aku mengingat ia mengatakan tidak berada di
tempatku tadi malam dan aku mencoba melihat ingatan dalam dirinya saat dia ada
di tempatku. Sebuah kekosongan. Ingatannya tentang saat bersamaku sama sekali tidak ada dan sebagai gantinya
terasa sebuah ingatan pengganti yang masuk menggantikan ingatan kosong itu. Sebuah ingatan
tentang Nadia yang kembali dari apartemen Gris bersama dengan Angelina dan Gris dengan
menggunakan taksi, berikutnya ingatan asli mereka menunjukkan mereka bertiga
terbangun di dalam taksi di depan asrama BtP.
Seseorang menghapus ingatannya dan meletakkan ingatan palsu.
"Xian, apakah kamu menghapus ingatannya?"
Xian terdiam sejenak. "Xian." "Aku tidak menghapusnya tapi Almaria yang melakukannya untuk menjaga 3rd dan
juga menyelamatkan nyawanya."
"Maksudmu?" "Kita dapat berbicara di tempat lain, sekarang kamu mau menghapus ingatannya
atau tidak?" balas Xian. Aku berpikir sejenak dan mengurungkan niatku, "Tidak, biarkan saja begitu. Besok
aku sudah akan mengaku padanya."
Jika dia mau menerimaku apa adanya tadi, tentu besok dia akan menerimaku juga.
"Baiklah kalau begitu," kata Xian dan energi yang kuterima mendadak berubah,
"Pikirkan rumahmu dan niatkan untuk berada di sana."
Begitu aku melakukannya, mendadak terasa tubuhku terurai oleh sebuah energi
halus dan kemudian sekelilingku menjadi terang dan kami sudah berada di dalam rumahku.
"Wow," ~ 480 ~ - B L E S S E D H E A R T -
kataku mengagumi hal ini, jelas sangat keren sekali. Terbang meski cepat juga
terasa capek dan dihajar angin, yang satu ini jelas lebih hebat. Saat aku berbalik Xian sudah
memasukkan sebuah ingatan padaku tentang kejadian tadi malam. Aku melihat dari sudut
pandang Xian, di mana saat Almaria dan Rick sang teleporter muncul mendadak di dalam rumah tadi
malam dan membuat Angelina serta Gris tertidur.
"Kakak Xian, mengapa kamu membiarkan mereka anggota-anggota BtP ini melihatmu"
Aku harus membuat mereka melupakanmu," kata Almaria dan yang kemudian membujuk agar
Xian juga menidurkan aku dan Nadia.
Detik berikutnya Almaria terlihat sedang melakukan sesuatu pada mereka bertiga
dan terutama pada Nadia karena kelihatannya cukup lama. "Dengan begini nyawanya akan
selamat. Tidak ada yang akan mengejarnya lagi," kata Almaria dan tak lama
kemudian terlihat Max datang dari pintu masuk dan mengatakan taksi sudah menunggu di
depan. Baiklah semuanya selesai, Nadia, Angelina dan Gris dimasukkan ke dalam taksi dan
diantar pulang setelah ingatannya dihapus.
Aku tidak terlalu mengambil pusing jika semuanya berakhir baik-baik saja.
Sekarang Nadia sudah dihapus dari daftar perburuan tanpa kekurangan apa pun juga. Akhir yang
bagus. Aku hanya tinggal mengakui diriku pada Nadia dan jika hal yang ingin kukonfirmasikan
pada Michelle itu benar adanya, maka hidupku akan menjadi surga dengan masa depan
yang sangat indah. Aku akan dapat menjadi seorang anggota BtP.
"Akan tetapi Xian," tanyaku yang sedikit bingung, "Mengapa Almaria menyuruhmu
menidurkanku bukankah dia dapat menidurkanku kapan saja?"
Xian tergerak dan tertawa, "Ia tidak akan dapat melakukannya sejak akulah yang
memberimu attunement dan energiku yang ada dalam dirimu akan dengan sendirinya membuat
pelindung jika ia mencobanya."
"Pelindung" Maksudmu yang berwujud merpati dan elang itu" Dan tentunya elang itu
adalah lambangmu, karena saat seorang lelaki tak dikenal itu mencobaiku dia langsung
mengenalmu." "Begitulah," kata Xian tersenyum.
"Apa gunanya pelindung itu?"
"Kamu akan megetahuinya pada saatnya," kata Xian dan dia menghilang.
Aku melihat jam yang sudah mendekati pukul 04:00 pagi. Tampaknya aku masih
memiliki waktu beberapa jam untuk tidur sebelum memulai kerja.
~ 481 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 29 NADIA, BtP DAN KEKUATAN Lamat-lamat Nadia terbangun di atas tempat tidurnya. Ia melihat langit-langit
dindingnya, terdiam sesaat dan mendesah, kemudian bergelung kembali sambil menarik selimut
menutupi dirinya untuk mencoba mencari kehangatan lebih.
Baiklah aku sudah mulai gila, aku memimpikan Jaime, dia bisa terbang dan aku
menyangka dia adalah pangeranku. Nadia kembali mendesah tidak mampu mencerna apa yang terjadi, ia bermimpi hal
yang tidak pernah dipikirkannya atau mungkin juga hal yang sudah diimpikannya.
"Jaime," terdengar bisik lirih dari bibir Nadia.
Bahkan Jaime mengecup bibirku.
Tanpa terasa jari Nadia menyentuh bibirnya dan wajahnya menjadi panas.
Rasanya semuanya begitu nyata.
Nadia bergerak turun dari tempat tidur dan melihat pada pintu kamarnya. Pintu
kamar yang dilengkapi dengan kunci sensor sidik jari.
~ 482 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tidak mungkin. *** Aku datang ke tempat kerja sepagi mungkin karena harus menemui Bartholomeus, si
tukang sayur. Tepat saat aku tiba di sana dengan mobil pick-up Master, aku melihat truk
pick-up nya dan juga dirinya yang sedang menurunkan beberapa kotak sayuran. Mobil pick-up
Kafe Eve kuparkirkan tepat di sampingnya dan aku pun turun sambil mengangkat sebuah kotak
kardus besar. "Barth," panggilku.
"Jaime," balasnya dengan suaranya yang agak berat. Aku segera menitipkan sebuah
kotak kardus besar yang berisi video game dan televisi untuk diantarkan Bartholomeus
ke Kafe Shangri-la, tentunya dengan biaya antar untuknya, dan dia menerimanya dengan
senang hati. Satu lagi tugas yang sudah kuselesaikan. Jika ada tugas lain maka itu adalah
mengaku pada Nadia atau menelepon Michelle kembali. Mana pun yang lebih cepat, keduanya
adalah kabar baik yang menunggu. Roda nasibku akhirnya mulai berputar ke atas, aku memandang
pagi yang cerah dan tersenyum. Semuanya akan menjadi semakin baik.
Meski aku tidak tahu harus mengatakan apa pada Master saat menatap beberapa
lubang peluru pada mobil pick-up nya.
Pemotongan gaji... *** Nadia sedang berada di dalam kelas penyembuhan dan mempelajari beberapa teori
yang dibutuhkan olehnya sebagai copier. Adalah sebuah keharusan bagi semua copier
untuk mempelajari dua atau tiga kekuatan dan biasanya penyembuhan adalah salah satu
kekuatan yang paling umum diambil oleh para copier untuk digabungkan dengan kekuatan tipe
penyerang atau tipe lainnya. Tingkat penyembuhan sendiri dibagi menjadi beberapa
tingkatan, penyembuhan untuk pertolongan pertama, penyembuhan tingkat lanjutan untuk
pendarahan berat, penyembuhan untuk luka dalam dan penyembuhan jangka panjang. Selesai
mendengar teori yang sangat panjang dan membosankan, Nadia menutup catatannya dan mereka
mulai melakukan percobaan penyembuhan pada beberapa binatang sakit maupun yang
terluka. Semuanya diambil dari toko-toko hewan di kota Viginia yang membutuhkan
perawatan. Nadia melihat dirinya mendapatkan seekor kucing berbulu abu-abu yang sebelah
kakinya terluka cukup parah, sebelah mata kucing itu berwarna abu-abu, rabun dan
memandangnya dengan penuh ketakutan juga kemarahan.
Orang yang terluka cenderung pemarah atau juga orang pemarah cenderung mudah
terluka. ~ 483 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Seperti biasa ia segera memulai pernafasan, menyusun perasaannya, memfokuskan
diri untuk memulai penyembuhan. Penyembuhan adalah salah satu kemampuan alinergi yang
paling dikuasainya karena sering mendapat petunjuk dari Angelina. Ia meletakkan
tangannya dengan hati-hati menyentuh kucing di depannya untuk memulai penyembuhan.
Hampa. Ia tidak merasakan apa pun juga, seluruh energi atau perasaannya terasa kosong
dan tidak ada energi yang mengalir seperti biasanya. Nadia kembali memusatkan pikirannya dan
mencoba beberapa kali. Tetap saja tanpa hasil.
"Tenangkan dirimu," batin Nadia pada dirinya sendiri. Dua puluh menit berlalu,
seorang pengajar wanita yang juga penyembuh senior melihat kegelisahan Nadia dan
mendekatinya. "Ada masalah, Nadia?"
Nadia terdiam sebentar dan wajahnya terlihat pucat menatap pembimbingnya. "Aku
tidak bisa mengalirkan energi penyembuhan."
Beberapa orang di sekeliling Nadia mulai menatapnya penuh tanya. Guru itu
memelankan suaranya hingga berbisik hanya dapat didengar mereka berdua. "Apakah kamu sedang
mengalami menstruasi?"
Nadia menggelengkan kepalanya. Adalah wajar bagi alinergi wanita untuk mengalami
gangguan energi pada saat sedang mendapatkan siklus bulanan mereka yang
mengacaukan hormon di dalam tubuh. Terkadang membuat mereka sama sekali tidak mampu
mengalirkan energi dengan baik untuk beberapa hari ke depan.
"Mungkin sebaiknya kamu melakukan check-up pada Dokter. Kesehatan yang kurang
baik dan emosional yang tidak stabil dapat mempengaruhi kekuatan alinergi, terutama
wanita," kata Guru itu sambil mengetikkan jarinya dan masukkan data pada sebuah pad
elektronik di tangannya. "Aku sudah membuatkanmu izin untuk melakukan check-up."
"Terima kasih," sahut Nadia lesu.
Pengajar itu melihatnya. "Nadia nilaimu selalu sempurna, tidak akan ada salahnya
jika kamu
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beristirahat beberapa hari. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri," tambahnya
dan meninggalkan Nadia. *** Gris, Angelina serta Nadia duduk bertiga untuk makan siang di kantin BtP dan
Nadia hanya diam tidak melakukan apa pun juga selain menatap makanannya saja, sedangkan Gris
dan Angelina sibuk bercerita berdua mengenai apartemen Gris yang meledak karena
kebocoran ~ 484 ~ - B L E S S E D H E A R T -
gas. Lawrence berjalan mendatangi meja makan mereka dan berhenti di samping
Nadia. Ia menatap Nadia dalam-dalam.
"Hai Lawrence," panggil Gris akrab.
Lawrence menyinggungkan sebuah senyuman padanya dan berbalik menatap Nadia yang
hanya diam, "Benarkah kamu kehilangan kekuatanmu?"
Nadia menatap Lawrence sebentar dan menggangguk, kelihatannya rekan sekelasnya
sudah memberitahu semua orang. Perfect copier yang kehilangan kekuatannya sama saja
seperti burung yang kehilangan sayapnya. Lawrence mengulurkan tangannya memegang sebelah
telapak tangan Nadia dan terlihat sedang memeriksa sesuatu, setelah itu
meletakkan kembali tangan Nadia. "Apakah, kamu sudah memeriksakan diri pada dokter?"
"Mungkin setelah ini," balas Nadia lemah.
Lawrence menghelas nafas. "Baiklah aku permisi dulu. Gris, Angelina, Nadia,"
katanya dan pergi berlalu. "Nadia!!" teriak Gris, "Katakan apa yang terjadi."
Nadia menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu."
"Bukankah kemarin kamu masih bisa menendang Jaime sambil menghilang. Sejak kapan
kekuatanmu menghilang?"
Nadia menarik nafas dalam-dalam dan menunduk. "Aku tidak tahu." Mereka bertiga
Tiga Naga Sakti 10 Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo Dendam Sepasang Gembel 1
"Letakkan kursi itu dan keluar!" Aku melihat Senior sedang mengarahkan sebuah
senapan laras panjang tepat mengarah pada punker cepak, jelas aku tidak melihat kapan
senjata itu muncul di tangannya. "Sekarang juga," teriak Senior itu tegas membuat wajah
punker cepak memucat. Dengan ragu akhirnya dia meletakkan kursi dan mengangkat temannya yang
kepalanya mengalirkan darah serta memapahnya keluar dengan susah payah.
"Apa kamu mengenalnya?" tanya senior itu menatapku sambil menurunkan senjatanya
dan melirik pada Gris. Aku tersenyum kecut," Dia pelanggan Kafe Eve."
Senior itu menatap Gris dan kemudian melihat ke arah lengan Gris yang tidak
memakai tanda apa pun. Senior itu mendekatiku dan mencoba berbisik, "Apa dia dari BtP?"
Mataku menatap Gris yang sedang melihat kedua orang punker keluar sambil
mengarahkan jari tengahnya pada mereka. "Dia alinergi dan anggota BtP," jawabku.
"Sialan!" Aku dapat mendengar umpatan Senior dan pada saat yang sama ia kembali
berbisik, "Jaime bantu aku membawanya keluar sekarang. Aku tidak mau Bar-ku ditutup karena
seorang BtP terluka di sini dan besok akan ada puluhan alinergi yang mengamuk di
sini, aku berhutang padamu." Tanganku menggaruk kepalaku, jelas aku paham betapa penting Bar itu untuknya dan
aku tidak akan membiarkannya hancur di tangan gadis gila ini. "Gris, kita keluar
sekarang," kataku. "Sekarang" Tapi aku baru juga mau minum," balas Gris. Senior itu menatapku dan
memberikan tatapan memohon. "Ayolah Gris aku akan mengajakmu ke tempat yang
bagus untuk minum," janjiku.
Gris terdiam menatapku, otaknya kelihatan memikirkan sesuatu tapi pada akhirnya
terlihat sebuah senyum timbul di wajahnya. "Baiklah," jawabnya.
Wajah Senior langsung terlihat penuh terima kasih, aku mengedipkan sebelah mata
padanya tanda permisi dan pergi membawa Gris. Dia terlihat membawa sebuah tas gitar
dengannya, ~ 438 ~ - B L E S S E D H E A R T -
kami berjalan menerobos beberapa kerumunan dan mendorong pintu bar yang cukup
berat untuk meninggalkan teriakan-teriakan lagu rock di dalam serta menyambut bunyi
bising mobil di jalanan. "Bangsat," makiku langsung saat melihat tujuh orang punker kelihatan sedang
menunggu kami di jalanan depan bar. Dua di antaranya adalah botak bertato dan rambut
cepak, bersama kelima temannya, mereka terlihat berjalan setengah berlari menuju ke arah kami
secepat mereka melihat kami. Sejenak aku berpikir ada baiknya jika kami kembali ke dalam
bar sekarang, setidaknya Senior akan memaklumi kami. Sayangnya aku tidak melihat
Gris membuka tas gitarnya dan mengeluarkan gitar listriknya. Sebelum aku dapat
mengeluarkan kata apa pun Gris sudah berlari melesat ke depan menyambut tujuh orang punker
itu dengan gitarnya yang terayun sembarang sambil berteriak keras.
"Cewek ini gila," makiku untuk yang kedua kalinya. Aku melihatnya sudah berada
di tengah kerumunan dan Gris berhasil menyelamatkan dirinya dengan mengayunkan gitar itu
karena hampir semuanya tidak berani mendekat, berusaha menghindar. Mau tidak mau aku
segera berjalan ke arahnya dan melihat dirinya memutar-mutar gitarnya sampai seorang di
antara mereka mulai mendekati punggung belakang Gris yang membuatku segera menangkap
tangan pria itu. "Seorang lelaki tidak boleh memukul wanita, apalagi dari
belakang," kataku. P unker itu menatapku dengan sedikit ketakutan yang membuatku merasa geli dan
saat itu juga seorang punker lain memanfaatkan kesempatan itu untuk mendaratkan sebuah
tinjunya pada pipiku. Tinju itu berhasil membangkitkan amarahku tapi demi menatap wajah
punker yang memukulku, tawaku segera pecah. Sekiranya dari awal tadi aku berniat
menggunakan kekuatanku untuk melindungi Gris dan diriku, akan tetapi melihat semua orang ini
aku menjadi merasa geli dan tertawa keras hingga mengejutkan Gris dan lainnya.
Di daerahku, aku memang mempelajari beberapa bela diri secara serampangan dan
meski demikian aku jelas sering bertukar pukulan dan tendangan dengan banyak orang. P
unker yang memukulku, membuatku tertawa keras karena aku dapat melihat wajahnya yang
pucat meringis kesakitan juga ketakutan. Padahal dirinyalah yang memukulku namun
dirinya juga yang meringis. Aku dapat merasakan pukulan mereka hanyalah setengah hati jadi
dapat dikatakan mereka tidaklah benar-benar memukul. Pukulan mereka hanya terasa
seperti pukulan akrab dari seorang sahabat atau mungkin ini adalah pertama kalinya
mereka memukuli seseorang sehingga secara tanpa sadar, pukulan mereka dibatasi oleh
rasa kebaikan dalam diri mereka. Dan mereka merasa ketakutan sendiri setelah memukul
seseorang, seperti mereka ikut merasakan sakit akibat pukulan mereka. Mereka sungguh bayi yang baru
belajar memukul. ~ 439 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku tertawa terbahak-bahak, berpikir selama ini jika menuruti wajah seram
mereka, setidaknya mereka adalah orang-orang ganas yang haus akan kekerasan. Akan tetapi
jelas hanya wajah luarnya yang kelihatan buas dan seram, ternyata di dalamnya masih
terdapat kebaikan dan kelembutan. Membuatku teringat setidaknya para punker adalah
pecinta musik dan tidak ada pecinta musik yang sungguh-sungguh dapat menjadi jahat. Menatap
itu semua, aku tidak dapat melihat hal ini sebagai perkelahian yang berniat melukai hingga
membunuh. Ini tepatnya hanya bersenang-senang. Aku tertawa dan dengan semangat membalas
pukulan serta tendangan mereka, jelas tidak dengan sepenuh hati, aku hanya ingin
merasakan semangat bermain-main itu kembali. Beberapa punker yang menyerangku terpukul
mundur, tepatnya kudorong mundur dan mengenai beberapa rocker lainnya yang sedang duduk
menonton keramaian di jalanan dan rocker itu entah bagaimana memukuli punker
yang menubruknya. Seketika beberapa rocker dan punker malah berteriak senang dan ikut
terjun ke dalam pertempuran. Teriakan demi teriakan semakin terdengar keras, aku bahkan
dapat melihat mereka menggunakan tendangan terbang, yang jelas tidak begitu efektif,
menjambak rambut lawan mereka yang berdiri tegak dan bahkan ada yang menarik tindik
lawannya. Rasanya pasti sakit sekali.
Dalam sekejap tempat ini menjadi arena saling pukul memukul antar puluhan orang
punker maupun rocker. A ku terus menghindari pukulan yang datang dan memfokuskan diri
memperhatikan Gris yang kini jatuh terduduk didorong seseorang dan tangannya
tertarik hendak memukul Gris, membuatku langsung melesak maju untuk melindunginya.
Pukulan orang tersebut tidak sempat mengenai Gris karena tinjuku lebih dulu memasuki
pipinya, Gris menatapku sambil tertawa dan berdiri melihat sekeliling untuk kemudian melompat
ke dalam kerumunan, kembali mencari seseorang yang dapat dipukuli dengan tangan
kosongnya. Aku menggelengkan kepala menatapnya.
Suasana di sini benar-benar menyenangkan karena para punker ini seperti
sekumpulan anak- anak yang baru pertama kali belajar berkelahi dengan lainnya. Mereka merasakan
terjangan adrenalin yang membuat jantung mereka berdebar-debar dan merasa bebas. Mencoba
bertindak gila-gilaan namun tidak ada niat untuk benar-benar ingin menghancurkan
lawan. Mereka hanya terlalu bersemangat karena mereka terlibat dalam perkelahian.
Orang yang baru pertama kali berbuat jahat.
Sedangkan Gris, dia gadis gila yang sibuk berkeliaran memukuli orang dan aku
terpaksa sibuk melindungi dirinya karena ia seorang wanita. Pastinya karena dia pencari
masalah yang tak kenal takut. Tapi bagaimanapun juga hal ini menyenangkan.
~ 440 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tak lama kemudian suara-suara lagu rock yang keras membanjiri jalanan, ternyata
beberapa rocker memasang pengeras suara mereka di luar dan mulai memetik gitar listrik
mereka. Sudah semakin banyak punker dan rocker yang berkumpul di tempat ini dan beberapa
sudah seru saling merobek pakaian. Aku segera menarik tangan Gris dari belakang dan
tangannya yang lain segera melayang meninju arahku tepat mengenai pipiku.
"Oppsss... Maaf," kata Gris terkejut dan meringis.
"Gris, kupikir sebaiknya kita meninggalkan tempat ini sekarang," kataku sambil
memegang tangan kecilnya. Gris segera menarik tangannya kembali, namun aku tidak mau melepaskannya. "Aku
masih ingin bermain," balasnya.
"Gris, sekarang juga kita keluar, saat ini memang masih menyenangkan tapi kamu
tidak akan ingin di sini saat salah satu dari mereka mulai melempar batu atau menghancurkan
mobil?" "Tentu itu lebih seru!" teriak Gris yang masih ingin lari sehingga aku terpaksa
menyeretnya dan aku harus mengakui cewek ini memang pembuat onar, karena sambil diseret
olehku pun ia masih menyempatkan diri menghadiahkan beberapa tendangan dan pukulan pada
punker terdekat. P unker itu langsung berniat meninjunya yang membuatku terpaksa
melindunginya. Jika begini terus bakal tidak ada habisnya.
Menarik nafas dalam-dalam aku terpaksa segera mendekati Gris memegang bahunya
dan menahan agar dapat berhadapan denganku. "Gris," panggilku.
"Jangan ganggu aku!" balas Gris. Tapi aku sudah menunduk ke arah tubuhnya dan
mengangkutnya dengan cara pemadam kebakaran membopong orang keluar dari tempat
kebakaran atau seperti seorang kuli memanggul beras dan membiarkannya berteriak
sambil masih memukul punggung dan sekelilingku. Aku segera membawanya mendekati truk
Kafe Eve. "Berhenti!!" Di belakangku terdengar suara teriakan yang jelas diarahkan padaku atau Gris dan
aku dapat merasakan seluruh tubuh Gris menjadi tegang tidak bergerak lagi atau kaku
tepatnya. Aku membalikkan diri dan melihat punker botak mengarahkan sebuah senjata api jenis
revolver. "Wow...teman," kataku mengangkat kedua tanganku, "Itu senjata api?"
"Letakkan gadis itu!!" teriaknya.
~ 441 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku membungkuk sedikit dan membiarkan kaki Gris menyentuh tanah, "Tenang teman,
tidak perlu sampai seperti ini."
"Aku mau memukuli cewek sialan itu terlebih dahulu!" teriaknya.
Gris mundur selangkah di belakangku dan punker botak sudah maju ingin mendekati
Gris, saat itu juga terdengar suara "Klik!!!" Sebuah besi dingin, tepat melekat di
dahi punker botak itu. Senjata api Magnum Desert Eagle yang baru saja ditarik keluar dari belakang
punggungku melekat pada dahi punker botak itu. "Teman, kalau hendak bermain-main
seharusnya kamu mencari seorang yang mengimbangimu." kataku dengan sebelah
tanganku telah menggenggam senjata api revolvernya. Yang jelas sebelumnya sudah
kugerakkan pin pengamannya untuk mengunci terlebih dahulu dengan kekuatanku.
Selalu berhati-hati. Wajah Punker botak itu terlihat menyedihkan terutama dengan beberapa bekas luka
di kepalanya yang masih mengalirkan darah. "Dan teman jangan pernah mukuli seorang
wanita," kataku hendak meninggalkannya.
Aku merasa kasihan padanya.
Gris mendadak berjalan ke depan dengan cepat dan menendang tepat ke tengah
antara kedua paha Punker botak itu yang membuatnya langsung terjatuh dengan wajah meringis
kesakitan. "Rasakan!!" teriak Gris bahagia.
"Oouucchhhh..."aku segera meringis bersama dengan pria-pria lain. Pria ini sudah
terkena dua kali, apakah ia akan kehilangan kesempatan menjadi seorang ayah"
Menghembuskan
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
nafas aku segera menyimpan kedua senjata api itu dan menarik Gris masuk ke dalam
truk. Lebih jauh dari tempat ini, tentu lebih jauh dari masalah.
*** "Kamu gadis gila!" makiku di apartemen Gris.
"Oh, yah" Katakan alasannya?" kata Gris menatapku lurus, menantang.
Aku mendengus, "Kenapa kamu memulai pertengkaran dan menampari pria itu?"
"Dia dengan kurang ajar menyentuh dadaku, apa aku tidak boleh menamparnya?"
balas Gris. Jelas aku tidak melihat bagian itu dan tanpa sadar aku melihat pada dadanya
Gris. Yang rata seperti papan. "Plak!!" ~ 442 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apa!" tanyaku karena dia menamparku meski tidak begitu keras.
"Kamu melihat dadaku dan meringis!"
Benarkah" "Dada rata juga dada!!!" protes Gris kelihatan tersinggung.
"Baiklah," kataku sambil tersenyum kecut, "Aku meminta maaf."
"Sudah seharusnya," sembur Gris membuang mukanya.
Aku menghela nafas, jari-jariku bergerak menyentuh dagu Gris dan menggerakkannya
untuk dapat memeriksa luka di wajahnya. Terlihat luka di sudut bibirnya, merah pada
pipinya dan lecet-lecet di tangannya, kelihatannya aku tidak dapat melindunginya sebaik yang
kukira. "Apa kamu yakin tidak mempunyai kotak P3K di sini atau obat luka lainnya?" Aku
melihat sekeliling tempat ini, yang merupakan apartemen mewah milik keluarga Gris. Dia
menyuruhku mengemudikan truk ke tempat ini karena lebih dekat dari lokasi Bar
dan mengingat pakaianku yang sudah robek di sana-sini, aku menerima tawarannya.
Juga akan sangat mubazir jika harus ke rumah sakit untuk luka-luka kecil.
"Tidak ada," jawab Gris sambil tersenyum, "Ini apartemen milikku. Aku tahu
dengan jelas apa yang kumiliki dan tidak." Aku membiarkan jari-jariku dengan kain yang
dibasahi air panas membersihkan bekas darah di bawah bibirnya dan beberapa luka lecet yang
kotor. Kupikir dia terlihat menikmati diperhatikan seperti ini. "Aku sudah memesan obat
mujarab. Sebentar lagi juga tiba," Gris menambahkan.
Obat mujarab" Layanan antar obat" Baiklah, tidak perlu keluar membeli lagi,
zaman sekarang, selama ada uang apa pun bisa diantar hingga ke depan pintu.
"Aku tidak menyangka kamu akan senekat itu memukul mereka, apa kamu sudah sering
melakukannya?" tatapku padanya.
"Ini yang pertama kali," kata Gris menatapku sambil tersenyum nakal.
Alisku berkerut seketika, "Kalau saja aku tidak ada di sana bagaimana kamu akan
menghadapi mereka sendirian?"
"Aku tidak akan melakukannya kalau sendirian," sahut Gris terlihat senang.
"Jadi mengapa kamu melakukannya tadi?" protesku.
"Karena kamu di sana!"
~ 443 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Aku?" tanyaku bingung.
"Aku tahu kamu pasti menolongku keluar dari masalah," kata Gris melihatku
sungguh- sungguh dan tersenyum jahil.
Mulutku ternganga ingin mengatakan sesuatu, namun akhirnya kubatalkan, "Kupikir
dengan berada di sampingmu saja sudah membuatku bertambah dosa, karena meningkatkan
tingkat kenakalan dan kegilaanmu." Gris terkikik. Aku menghela nafas melihat sekeliling
ruangan yang cukup luas dan terasa kosong. "Apartemen yang bagus, mengapa kamu tidak
tinggal di sini saja daripada di asrama?" tanyaku.
Mata Gris menjadi kosong dan menatap sekeliling, "Tidak ada asyiknya jika
tinggal di sini sendirian." Baiklah, aku merasakan kesedihan dalam bola matanya dan membuatnya menghela
nafas, "Jika begitu mengapa kau membeli apartemen yang tidak pernah kamu gunakan?"
"Papa yang buru-buru membelinya untukku saat tahu aku akan masuk di BtP
Graceland," Gris mencibir, "Tanpa sepengetahuanku."
Dapat membeli apartemen sesuka hati, orang sekaya apa itu"
Tanpa sadar mataku menatap Gris, pastinya seorang Tuan Putri pikirku. Aku
sendiri tidak akan pernah sanggup membeli apartemen semewah ini seumur hidupku. Apartemen
mewah di gedung teratas bertingkat 12. Gris menatapku "Apa?" tanyanya sambil
menunjukkan dua bola matanya yang besar. Aku tersenyum meringis, "Aku hanya berpikir tentunya kamu seorang putri orang
kaya, menikahimu dapat memberi keuntungan besar. Tapi mengingat kelakukanmu kupikir
tidak perduli seberapa banyak uang maharmu pasti banyak pria yang lari." Gris
mengayunkan kakinya dan menendang tulang keringku. "Auch, Gris!"
"Seingatku bukankah kamu cowok mata duitan?" protes Gris.
Aku segera tertawa, "Benar, makanya berhati-hatilah padaku!" Gris mengarahkan
kedua matanya menatapku tidak dapat berbicara. Aku mendesah dan mengusap kepala Gris
sambil berkata lembut, "Lain kali jangan menjadi cewek gila. Kamu mungkin akan
kehilangan pengantin priamu atau terluka ...." Aku melihat luka memerah dipipinya dan
hatiku menjadi sakit. Tidak seharusnya seorang wanita terluka.
Gris terlihat menikmati sentuhan kepalanya yang diusap tapi matanya terlihat
memandang tajam ke arahku sambil mencemberutkan bibirnya, "Bagian mananya yang disebut
gila?" ~ 444 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Menampar orang, memukulkan botol ke kepala orang, melayangkan gitar sembarangan
dan berkelahi, semua itu bukan hal yang dilakukan cewek waras...Aucchhh." Gris sudah
melayangkan sebuah pukulan ke arah perutku. "Sialan Gris," sahutku dan kedua
tanganku memegang perutku. "Memukul juga tidak boleh."
Gris tertawa keras, "Aku juga tidak pernah berpikir aku cukup waras kok dan
lagian mereka duluan yang memulai."
Aku menatapnya sungguh-sungguh. "Tapi kamu itu cewek Gris."
"Oh yah?" kata Gris menaikan alisnya, berdiri dan mendekatiku, sangat dekat
hingga aku harus berdiri untuk mundur sedikit menjauhinya. Tapi dia terus maju hingga
punggungku menyentuh dinding tembok tidak dapat mundur lagi.
"Baiklah," kataku ketakutan, "Kamu bukan cewek Gris! Jelas-jelas bukan."
Gris segera tertawa kelihatannya dia senang, usai tertawa ia mendekat padaku dan
menyentuhkan sebelah tangannya pada dadaku. "Terima kasih karena sudah
membantuku." Aku hendak protes terutama setelah perutku dipukuli, tapi melihat Gris yang
bersungguh- sungguh membuatku lebih memilih diam saja.
Sebelum ada pukulan atau tendangan lagi.
Tubuhnya sedikit merapat dan aku sudah tidak dapat mundur ke belakang lagi, aku
bahkan dapat merasakan hembusan nafasnya, keadaan kami begitu berbahaya karena tubuhku
mulai memanas dan merasakan sebuah ketertarikan pada dirinya.
Meski dadanya rata. "Kamu terluka karenaku," kata Gris sambil membiarkan tangannya menyentuh lembut
pipiku. Aku melihat mata Gris yang menatap ke arahku dan sesuatu yang sedikit berkabut
dan berbahaya ada di dalamnya.
Aku menginginkannya dan aku tahu dia menginginkanku.
Lelaki adalah binatang buas yang akan menerkam apa saja di depannya, tidak
terkecuali diriku yang baik dan bijaksana ini. Mendadak aku merasa sekujur tubuhku menjadi
dingin, aku di sini tidak untuk hal ini dan segera mendorong tubuhnya menjauh, sambil
melangkah ke samping, "Kupikir aku akan mandi setelah melihat kamar mandimu yang indah,"
kataku sambil memberikan senyuman termanisku. Meski kami berdua sama-sama mengetahui
sebuah suasana bagus yang mengalir baru saja terputus dengan cara itu.
Sialan, sejak kapan buaya menolak bangkai.
~ 445 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apa kamu punya baju kaos?" tanyaku yang melihat bajuku kini compang-camping,
"Para punker itu tidak hanya meninju tapi juga menjambak dan mencakar." Gris dapat
melihat pakaianku yang robek serta bekas cakaran di tubuhku dan tertawa kecil. Ia segera
memasuki sebuah kamar dan keluar dengan sebuah kaos oblong yang cukup besar jenis yang
dapat dipakai pria dan wanita, beserta sebuah handuk bersih. Aku menuju ke arahnya dan
menyambut pakaian serta handuk itu tapi saat aku hendak mengambilnya Ia menarik
kedua benda itu menjauh. "Gris?"
Ia tertawa dan kemudian wajahnya menjadi serius dan lembut, "Jaime, apakah kamu
mau membuka pakaianmu?" "Untuk apa?" tanyaku dengan wajah yang berkerut dan jantung berdebar.
Teman, janganlah memancing singa tidur.
Gris memasang muka manis yang terlihat sedih, "Kamu tahu, akulah yang
menyebabkan keributan tadi dan kamu terluka karena melindungiku. Aku hanya ingin melihat
apakah kamu terluka parah ditubuhmu?"
"Gris, tidak ada yang fatal, hanya ...." Aku melihat pakaianku yang koyak di
berbagai tempat dan darah dari luka-luka lecet saja, tidak ada yang parah, "Pakaian ini yang
rusak." "Tidak, aku akan bermimpi buruk jika aku tidak melihatnya dengan kedua mataku."
GRRAAAOOOO!!!! Waktunya untuk bangun.
Sambil menghela nafas aku membuka pakaian, memperlihatkan tubuhku yang memang
terlihat bercak merah dan biru di beberapa tempat serta luka lecet di tempat
lain. Gris berjalan mengelilingku seperti seorang dokter ahli sedang memeriksa pasiennya, entah
melihat luka ditubuhku atau mengagumi tubuhku yang kokoh dan berotot ini. Setidaknya aku
cukup rajin berolah raga. Naik sepeda 20 km setiap hari pulang pergi tempat kerja, mengangkut air dari
penampungan menuju ke bak kamar mandi setiap hari. Terpaksa.
Tepat di depanku Gris kembali meletakkan jari-jarinya yang lembut pada salah
satu luka memar di dadaku. Serr... sebuah sensasi menyenangkan menembus jantungku melalui
usapan lembut jarinya di kulitku. Aku menatapnya dan seketika mata kami
terkunci. Saat ini semuanya terasa begitu menyatu ibarat dua musik berbeda yang bertemu dan membuat
sebuah irama baru, hubungan kami menjadi terjalin kuat dan utuh. Kembali mata
Gris seperti berkabut menginginkanku dan bibirnya semakin mendekati bibirku.
Aku akan menelan gadis ini. Sumpah!
~ 446 ~ - B L E S S E D H E A R T -
*** Sensasi itu begitu intens dan Gris merasa ia benar-benar menginginkan Jaime.
Setelah kejadian menegangkan dan gila-gilaan tadi, rasanya ia berani berbuat hal segila
apa pun juga termasuk menggoda Jaime. Ia harus mengakui Jaime cukup menarik. Bibir mereka berdua terus saling
mendekat. Gris menginginkannya dan tentu Jaime juga. Saat itu mata Gris semakin tertutup dan
bibirnya menyentuh sesuatu yang lembut berdaging, dalam sepersekian detik ia tahu itu
bukan bibir Jaime. Ia membuka matanya dan melihat Jaime menahan bibirnya dengan dua jari
sambil menatapnya dalam-dalam, tidak sampai di sana wajah Jaime semakin dekat yang kini
mengarah pada telinganya dan berbisik, "Gris..." Suara Jaime berbisik merdu di
telinga Gris memberikan sensasi yang luar biasa menggoda hingga Gris terpaksa menggigit bibir
bawahnya, "Jika kau memberikan bibirmu padaku, apa kamu mau bertanggung jawab
dengan apa yang akan terjadi setelahnya" Aku bukan tipe pria yang puas dengan sebuah
ciuman saja. Aku akan menerkammu habis-habisan."
Jantung Gris berdetak keras dan hampir terlontar oleh suara seksi itu, seketika
setelah kata- kata itu dapat menerobos otaknya dan ia dapat mencerna artinya. Wajah Gris
langsung memerah, jantungnya berdebar lebih keras lagi, campuran dari keinginan,
ketakutan dan rasa malu. Seluruh tubuhnya seperti menjerit-jerit. Hasratnya mengila.
*** Aku dapat melihat semua itu di wajah Gris yang membuatku hampir tertawa keras.
Gris tidak menjawab, namun sebagai gantinya kepalanya merunduk pada bahuku dan tangannya
membelai dadaku memberikan sensasi mengetarkan di sepanjang tubuhku.
"Gris, jika kamu melakukannya lagi. Aku akan menelanmu bulat-bulat," kataku
mengancam dengan berbisik di telinganya.
Dan dia melakukannya lagi. "Kalau begitu mari kita lakukan di ranjangmu,"
bisikku. Tubuh Gris terlihat menegang dan kaku.
"Ta..tapi..." bisik Gris ketakutan.
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Terlambat sudah," kataku dan sudah menunduk, menyelinapkan tanganku di punggung
dan belakang lututnya. Mengangkat tubuhnya dengan kedua tanganku di depan dada dan
membawanya masuk ke dalam sebuah kamar.
"Ta..tapi," kata Gris yang menurutku mulutnya protes tapi tubuhnya dan kedua
tangannya masih menyentuh lembut dadaku sambil merasa malu-malu.
~ 447 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Wanita. Memasuki kamar yang terlihat serba indah itu, aku berhenti tepat di depan sebuah
ranjang yang berukuran queen. Aku menatap Gris yang wajahnya sudah merah bahkan hingga
ke ujung telinganya. Jantung Gris terdengar berdebar begitu keras. "Jaime...,"
katanya yang entah mau menambahkan kata jangan atau silakan tetapi yang jelas kata-kata itu
tenggelam dalam gumaman yg tak jelas dan deru nafas yg kian cepat.
"Pertama kalinya untukmu?" tanyaku.
Gris menggangguk malu. "Aku akan bersikap lembut sekali," janjiku. Dia terdiam menunduk tidak menjawab
lagi, jelas tidak menolak. Aku menarik nafas lagi, tidak ada buaya bijaksana yang
menolak daging. Apalagi daging yang berjalan ke dalam mulut buaya sendiri. Tinggal dikunyah.
Menarik nafas dalam-dalam aku mengangkat kedua tanganku tinggi-tinggi dan "HOP" aku
melemparkan Gris ke atas ranjangnya.
Aku memang bukan buaya bijaksana.
Kupikir aku melemparkannya dengan kasar karena sekarang aku melihat semua
sensasi dan gairah yang tadi terbangun sempurna di dalam dirinya langsung hilang diserang
keterkejutan. "Jaime, apa yang kamu..." Gris langsung duduk di atas ranjang hendak protes tapi
saat itu juga tubuhku datang mendekat dan menaiki ranjang. Kedua tanganku menyentuh kedua
bahunya dengan lembut, mendorongnya tertidur kembali. Aku merebahkannya dan
membiarkan tubuhku menekan tubuhnya.
"Gris," bisikku, "Kamu cantik...," tanganku bergerak membelai rambutnya yang
terjatuh pada dahinya. "Aku tidak mau bertanggung jawab akan hal yang akan terjadi
setelah ini," kataku yang kini menatap lembut langsung pada matanya dan jari-jariku menyentuh
lembut pipinya. Aku dapat merasa tubuhnya begitu panas dan dengan malu ia membuang wajahnya ke
arah lain. "Aku...aku..." bisiknya begitu lirih hingga suara itu tenggelam sama sekali.
Aku membiarkan jari-jariku menyentuh dagunya dan mengarahkan agar wajahnya
menatap ke arahku. "Sungguh kamu memiliki mata yang begitu mempesona," kataku menatap
matanya yang kecoklatan. Ibu jariku mengelus bibirnya, mengelusnya dengan lembut
berkali- kali hingga memberikan sensasi manis dan lembut pada Gris. Tubuh Gris terasa
bergetar sedikit. Wajahku mendekatinya dan dia menutup mata. Sebelah tanganku bergerak
menarik keluar sudut selimut dan menutupi tubuhnya, perlahan-lahan, kemudian aku
mendorong ~ 448 ~ - B L E S S E D H E A R T -
tubuhnya dan menggulungnya bersama dengan selimut dengan cepat dan sedikit
kasar. Mungkin sedikit mengejutkannya.
"Jaime," protes Gris dan saat ia sadar dirinya sudah berada di sudut ranjang
dengan keadaan tergulung dalam sebuah selimut yang membungkus rapat tubuhnya. "Apa yang kamu
lakukan!" Aku mendekatinya dan menjentikan jari pada dahi Gris, "Kamu terlalu cepat dewasa
cewek gila," kataku sambil tertawa bangga dan hatiku menangis.
Mengapa aku begitu bodoh tidak menelannya saja.
"Jaime..." Wajah Gris memerah dan mungkin jelas marah merasa dipermalukan. "Sialan
kamu... sialan, Jaime aku akan membalasmu."
Aku hanya tertawa dan kedua tanganku kini mencubit dan menarik kedua pipi Gris,
"Aku ingin mandi dan langsung pulang, kamu tetaplah di sini."
"Aku akan membalasmu!" katanya dengan sorot mata penuh amarah. Merasa tertantang
aku mendekatkan wajahku padanya hingga kedua ujung hidung kami saling bersentuhan.
"Demi, Tuhan Gris, aku ini lelaki bukan dewa, jika kamu terus menantangku. Kamu
pasti akan merasakan akibatnya."
"Oh, ya?" tanya Gris dengan mata menantang. "Kupikir kamu itu pengecut.
Pengecut, pecundang, impoten."
Aku menyeringai. "Tidak ada yang pernah memanggilku pengecut." Aku segera
mengecup bibirnya, liar dan penuh dengan dahaga yang sudah tertahan dari tadi.
Mengecupnya penuh rasa lapar, aku dapat merasakan dirinya mengeliat di dalam selimut. Tubuh kami
menjadi panas dan aku terus melumat bibirnya hingga ia mendesah dan terlihat mabuk
dengan wajah yang memerah. "Jaime...," bisiknya dan aku terus mengecupnya.
"Jaime...," katanya lagi sambil mendesah.
Aku melepaskan bibirku dan menggigit ringan daun telinganya.
"Kamu tidak akan mendapatkan lebih daripada ini," bisikku. Hasrat dalam diriku
sudah hampir meledak, sedikit dorongan lagi nafsu akan menguasai keseluruhan diriku.
Dan sembilan bulan lagi aku akan memiliki Jaime kecil. Tidak!
"Kenapa?" tanyanya dengan suara parau.
~ 449 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Aku mengadah dan menatap matanya. "Karena kamu masih kecil," kataku tertawa.
Gris menatapku memohon belas kasihan dan berkata, "Jaime, aku akan membayarmu..."
"Oh, ya?" Aku tertarik dan tidak tahu dari mana datangnya ide cewek gila ini
untuk membayariku. "Berapa?"
Gris terlihat malu dan menyebutkan sejumlah angka. Terus terang jumlah itu
sangat besar bagiku, setara dengan beberapa bulan gajiku tapi mungkin untuk anggota BtP itu
adalah jumlah yang kecil. Aku menggerakkan tanganku mengelus wajahnya dengan lembut,
menatap wajahnya yang indah dan menarik, matanya yang lentik dan dagunya yang
tajam. Mengelusnya dengan lembut.
"Gris, sungguh kamu sangat cantik." Aku mencium pipinya, dahinya, dagunya,
mengecup ujung hidungnya dan kemudian mengecup lembut bibirnya dengan sepenuh hati. "Kamu
benar-benar menawan," bisikku dapat merasakan tubuhnya bergetar dan menjadi
begitu lembut seketika. Aku menatap langsung matanya dan menyentuh dahinya, "Gris,
sungguh aku dapat melakukan semua ini, aku menginginkannya dan tiada kerugian bagiku,"
kataku mengecup bibirnya lembut. "Tapi tidak dengan cara ini. Kamu akan menyesalinya
kelak jika kamu melakukannya tanpa cinta," kataku lagi dan menatapnya. "Melangkahlah
perlahan- lahan, tunggulah sampai saat kamu jatuh cinta terlebih dahulu." Aku mengecup
matanya dan mengelus keningnya, "Kita dapat menjadi teman baik, tapi tiada cinta di antara
kita." Aku kembali mengecup ringan bibirnya, "Setidaknya tunggulah hingga kita dapat saling
jatuh cinta." Menatap matanya yang indah, kembali aku mengelus rambutnya dan menyentuh
lehernya. "Dan...," kataku. "Kamu masih bocah ingusan meski umurmu sudah di atas
18 tahun," kataku tertawa dan bangkit dari ranjang meninggalkan Gris dalam selimut
yang tergulung, hendak keluar secepat mungkin.
Gris terdiam sejenak dan mendadak menjadi marah berteriak, "Aku bukan bocah
kecil," dan aku melihat air mata di sudut matanya hampir keluar, mungkin Ia merasa terhina.
Aku hanya memberinya sebuah senyuman manis.
"Kamu sialan, bangsat!!!" maki Gris kelihatan ingin menangis, "Pengecut,
bajingan, bangsat hina." Aku menjulurkan lidahku, "Terserah," kataku dan pergi.
"Kembali kamu bangsat!"
Aku tertawa. Tak berapa lama aku segera memasuki kamar mandi yang memiliki
bathtub dengan air hangat itu. Oh air hangat, rasanya aku akan segera mencapai surga
hanya dengan ~ 450 ~ - B L E S S E D H E A R T -
hal itu. Aku mencelupkan tubuhku dan rasa hangatnya terasa begitu sempurna.
Kemudian kedua tanganku memukul kepalaku berkali-kali dan berteriak dalam kebisuan.
ARGHHHHH kenapa aku melepasnya. Sialan! Sialan! Sialan!
Aih, mengapa penyesalan selalu datang terlambat.
Aku tidak tahu sudah berapa lama aku berendam, aku hanya merasa mungkin tertidur
sebentar dan sudah saatnya aku pulang. Akupun keluar dari bathtub untuk
mengeringkan tubuh dan melihat luka-luka memar di depan cermin sambil mendesah.
Tidak terlalu buruk. Aku segera mengenakan pakaian dan keluar, "Gris, pakaianmu akan kukemba..."
suaraku terhenti karena terkejut menemukan kelompok lengkap mereka, Gris, Angelina dan
Nadia yang juga kelihatannya sama terkejutnya melihat diriku. Aku dapat melihat
Angelina sedang mengobati luka-luka Gris yang membuatku segera paham arti "obat mujarab". Dari
wajah Angelina dan Nadia yang menatapku, aku menebak bahwa Gris belum mengatakan
keberadaanku di sini. Aku menatap Gris memintanya menjelaskan dan ia balas
menatapku, sesaat bibirnya terbuka hendak mengatakan sesuatu akan tetapi tiba-tiba ia
menutupnya kembali dan sebagai gantinya ia mengeluarkan senyum nakal sambil mengedipkan
matanya padaku. Aku merasakan firasat buruk dari kedipan itu.
Sangat buruk. Angelina terlihat sudah hendak membuka mulut bertanya akan keberadaanku.
"Dia hendak memperkosaku," kata Gris cepat sambil menundukkan kepalanya sedih.
Mulutku ternganga. "Hah?" kini kami semua menatap serius pada Gris. Jantungku hampir berhenti,
segera aku menatap Nadia dan jelas kelihatan wajahnya pucat pasi menatap Gris. Aku tidak
ingin Nadia menafsirkan salah atau mungkin sudah terlambat, air mata Gris mengalir.
Sungguh itu air mata" Batinku dalam hati dan aku jelas melihat air mata Gris
mengalir. "Dia, dia hendak memperkosaku..." kata Gris terisak, "Saat aku menolaknya, dia ...
dia memukuliku hingga luka-luka," Gris kemudian memeluk Angelina. Aku hendak protes
tapi mata menuduh dari Angelina sudah menyerangku terlebih dahulu.
Seolah-olah berkata, "Tak kusangka kamu sebejat itu."
Aku juga tak menyangka aku sebejat itu.
~ 451 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Terdiam aku mundur selangkah, langsung melihat ke arah Nadia, aku tidak ingin
ada salah paham apa pun dengan Nadia akan tetapi aku tidak melihat dirinya di sana.
"Hukk..." desah nafas tertahan keluar dari bibirku, aku merasakan sebuah tendangan
keras pada selangkang tengahku. Rasanya begitu menyakitkan dan menghancurkan seluruh
bagian diriku, tubuhku langsung tertekuk dan membungkuk.
Sakit sekali!!!! Kemudian, "PLAK!!!!" Sebuah tamparan keras melayang di pipiku dan sosok Nadia
muncul di depanku. Wajahku meringis kesakitan dan menatapnya, wajah penuh amarah Nadia.
Angelina dan bahkan Gris terkejut melihat kejadian itu.
"Keluar," kata Nadia perlahan dengan suaranya yang bergetar.
Aku hendak mengatakan sesuatu akan tetapi seluruh tubuhku terasa begitu sakit
hingga bibirku sulit berkata-kata. Aku dapat melihat di sudut matanya mengalir air
mata, tiba-tiba aku merasa tidak akan sanggup menjelaskan apa pun juga. Aku mencoba mengisi
paru- paruku dengan udara dan hanya dapat memaksakan keluar satu kata, "Maaf."
Dan aku sedikit merayap menyeret kakiku untuk meninggalkan Nadia dengan hati
yang hancur. Angelina dan Gris masih terdiam menghadapi situasi itu hingga saat aku
berhasil mencapai pintu keluar dengan susah payah.
"Tunggu Jaime, aku hanya bermaksud...," panggil Gris.
Aku tidak memperdulikan semua itu lagi dan keluar.
*** Gris berdiri, berlari ke depan pintu dan langsung membukanya berniat mencegah
atau menahan Jaime. Akan tetapi saat itu ia tidak melihat sesosok bayangan apa pun di
depan apartemennya lagi. *** Di dalam truk, aku duduk masih merasakan sakit di bagian bawah tubuhku, sakit
dan panas di pipiku dan sakit di hatiku. Akulah yang bodoh mau mencium cewek gila itu.
Aku juga tolol. Sekarang aku tidak ada harapan lagi dengan dirinya. Kedua tanganku memegang
setir mobil dan mengantukkan dahiku padanya.
Sialan. Apakah semua wanita BtP dilatih untuk menendang selangkang Pria!
~ 452 ~
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
- B L E S S E D H E A R T -
Sialan sekali lagi!!! Aku memukul setir mobil. Sejak awal aku memang tidak ada harapan sama sekali
dengan Nadia. Setelah Nadia dengan Lawrence, harapanku bahkan menjadi minus, sebesar
kemungkinanku berjalan-jalan ke bulan. apalagi setelah tamparan ini. Kembali aku
memukul setir mobil, kesal pada diriku.
Aku menarik nafas dan mencoba menenangkan diriku, mataku menjadi basah.
Apakah aku benar-benar tidak memiliki harapan lagi dengan dia. Mengapa rasanya
begitu susah melepas dirinya, mengapa begitu sakit. Mengapa aku tidak dapat
melupakannya saja dan memulai hidup baru. Cukup lama aku terdiam dalam mobil hingga akhirnya aku menyadari, tidak ada
gunanya terus-terusan di sini meratapi nasib. Mungkin kembali ke rumah dengan beberapa
minuman akan membantu. Tanganku segera menyalakan mobil dan melihat ke belakang untuk
memundurkan mobil, mendadak aku merasakan sesuatu yang bergerak di belakangku.
Seseorang" Aku segera menjadi waspada dan membiarkan energiku mengalir ke sekeliling, agar
diriku dapat merasakan siapa di sekitarku. Energiku mengalir keluar dan mulai membaca.
"Tidak mungkin," bisikku tidak percaya membuka mataku. Kira-kira sembilan orang
alinergi ada di dalam radius lima puluh meter mengelilingi gedung apartemen Gris.
Siapa dan mengapa" Mendadak hawa dingin meyengatku dan membuatku mengigil.
Nadia! Aku membuka pintu truk mobil dan kembali memaki, kelompok alinergi ternyata
sudah bergerak mengincarnya. *** "Nad, Aku hanya bercanda!" kata Gris menatap Nadia yang terlihat marah serta
mengalirkan air mata. Gris tidak mengerti mengapa Nadia menangis.
"Bercanda?" tanya Angelina dan seketika air mata Nadia berhenti dan menatap ke
arah Gris. Gris menggaruk kepalanya dan membuang wajahnya ke tempat lain, "Aku hanya
mencoba bercanda, sedikit membalas dendam padanya, tapi tidak menyangka akan seserius
ini." Angelina menatap Gris, "Dari mana lukamu jika bukan dari dirinya?"
~ 453 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Kami terlibat perkelahian di sebuah Bar," kata Gris tersenyum pahit.
"Perkelahian?" tanya Nadia tidak percaya.
"Iya, perkelahian, botol pecah, tinjuan dan tendangan."
"Apa Jaime juga terluka?" tanya Angelina cemas.
Gris menghembuskan semua nafas di dadanya dan berjalan menuju kembali ke sofanya
"Pertanyaan bagus dan jawabannya, dia terluka memar dan lecet hampir di seluruh
tubuhnya," kata Gris menyesal ia telah bercanda keterlaluan seperti itu.
Angelina menundukkan kepalanya sedikit kecewa karena tidak dapat sempat
mengobati Jaime, "Nad, kamu harus minta maaf padanya?"
Nadia menatap Angelina yang melihatnya dengan mata memohon atau juga mungkin
menuduh. "Mengapa aku harus minta maaf?" protes Nadia. Ia tidak merasa bersalah
karena sudah membela temannya. Ia duduk di ujung sofa mencoba menekan rasa bersalahnya,
kini telapak tangannya yang menampar Jaime terasa panas. Suasana menjadi hening di
antara ketiga orang itu, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka. "Lagipula
mengapa dia mau mengajak Gris terlibat perkelahian," tambah Nadia lagi.
Gris tersenyum malu-malu, "Sebenarnya aku yang memulai perkelahian itu, dia
hanya mencoba melindungiku" Ageline dan Nadia menatap Gris tidak percaya tapi juga
sedikit yakin akan kebenaran kata-kata itu. Karena mereka tahu kadang Gris bisa kumat
dan mulai melakukan hal-hal gila. Beberapa waktu yang lalu saat masih sekolah dia pernah
mengajak lelaki tak dikenal untuk berkelahi, hanya karena lelaki itu memandanginya.
"Gris, kamu juga harus minta maaf pada Jaime karena sudah bercanda sejauh itu,"
kata Angelina sambil memegang tangan Gris dan mengobati luka memar di kepalan
tangannya. Pikiran Gris langsung ruwet, otaknya kacau dan wajahnya cemberut akhirnya dengan
kasar Ia menggunakan tangan yang lain mengacak rambutnya. "Baiklah," kata Gris akhirnya.
"Dan kamu juga Nad," kata Angelina menatap Nadia yang sedang membuang wajahnya
ke arah lain. "Aku?" balas Nadia melihat Angelina.
Angelina menghela nafas, "Karena sudah menendangnya dan juga menamparnya, tidak
seharusnya kamu buru-buru seperti itu apa lagi..." berpikir sesaat, "Jaime hanya
manusia biasa dan kamu tadi bahkan menggunakan kekuatanmu."
~ 454 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Nadia hanya dapat menarik nafas dan memikirkan apa yang harus ia lakukan
selanjutnya. Telepon genggam Angelina berbunyi dan telihat nama Jaime di layar telepon
genggamnya. Dia melihat pada Gris dan Nadia, "Jaime" bisiknya lirih pada mereka dan menjawab
panggilan itu,"Angelina di sini. Jaime kami ingin ...."
"Keluar dari sana sekarang juga!" sahut suara dari telepon genggamnya.
"Apa?" tanya Angelina tidak mengerti.
"Angelina dengarkan aku baik-baik. Kamu, Gris dan Nadia segera turun ke bawah
tempat parkir sekarang juga. Aku sedang menunggu kalian."
"Hah..?" "Katakan pada Nadia untuk menghilang mengikuti kalian."
Angelina terdiam, "Jaime. Apa ini lelucon?"
"Angelina, ini sama sekali bukan lelucon. Kumohon sekarang juga, turunlah. Aku
menunggu kalian dan ingat suruh Nadia untuk menggunakan kekuatannya menghilang! Klik."
"Ada apa?" tanya Gris yang kelihatannya penasaran menatap wajah khawatir
Angelina. "Jaime, dia kedengaran gelisah dan menyuruh kita turun ke bawah sekarang juga.
Dia sedang menunggu dan..." Angelina menatap pada Nadia. "Dia menyuruhmu menghilang dan
mengikuti kami ke bawah."
"Hah?" tanya Nadia. "Apa dia bercanda."
Angelina mengangkat bahunya, "Katanya tidak."
Gris yang duluan berdiri, "Baiklah dia menunggu di bawah setidaknya aku bisa
meminta maaf secepatnya." "Aku juga bisa mengobatinya," kata Angelina ikut berdiri.
Nadia masih duduk melihat mereka berdua berdiri, "Apa aku juga harus menghilang
mengikuti kalian turun?" Angelina dan Gris menatap Nadia dengan tatapan yang
segera membuat Nadia mengangkat tangan menyerah dan berdiri. "Baiklah, baiklah aku
bersalah, aku akan melakukannya."
Girs dan Angelina pun tersenyum dan keluar dari ruangan apartemen mereka,
melewati beberapa pintu apartemen lainnya hingga menuju ke sebuah lift yang kebetulan
sedang menunggu di lantai atas. Angelina menekan tombol turun dan pintu lift terbuka,
kemudian ~ 455 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Angelina dan Gris masuk. Gris tertawa bercanda, "Nadia apa kamu sudah masuk"
Kami tidak melihatmu." "Auchh ...." Mendadak Gris merasakan pinggangnya dicubit.
Saat mereka sedang tertawa pintu lift hendak menutup keseluruhan dan "DUARRRRRRRRRRRRRRRRRRRRRR!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"
Sebuah ledakan besar terjadi di ruangan apartemen Gris. Mereka masih dapat
melihat di sela- sela sebelum pintu lift menutup, pintu depan apartemen Gris hancur terlempar ke
depan dan lidah api menjilat-jilat keluar. Hawa panas masih sempat menerobos masuk bersama
ledakan udara ke dalam lift yang sedang menutup, ketiganya terdiam terkejut.
"A..apa yang terjadi?" tanya Gris berdiri kaku.
Mendadak lampu lift yang mereka tumpangi berkedap-kedip dan suara gemuruh keras
berbunyi di atas lift, seketika mereka langsung merasakan sebuah sensasi
terjatuh ke bawah dengan amat cepat. Mereka bertiga berteriak dengan sangat keras sekali. Angelina
langsung berjongkok meringkuk, Nadia sudah menunjukkan dirinya dan Gris memeluk mereka
semua. Mereka terjatuh dan lampu lift, yang menunjukan tingkatan di mana mereka berada,
menurun dengan sangat cepat menuju ke lantai dasar.
Mereka sedang jatuh bebas.
~ 456 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 27 PERTEMPURAN DI KOTA Aku dapat merasakan dengan energiku bahwa seorang alinergi sudah menyelinap ke
dalam apartemen Gris dan dengan cepat aku segera menelepon Angelina. Menyuruh mereka
turun secepatnya karena jelas aku tidak ingin tahu apa yang akan terjadi jika mereka
tetap dalam ruangan dengan seorang alinergi yang tidak mereka kenal.
Membawa mereka keluar dari tempat ini dan menuju ke Markas Besar BtP secepatnya
adalah jalan terbaik yang dapat kupikirkan, segera aku memeriksa dashboard mobil dan
menemukan sebuah topi yang biasanya digunakan Master untuk menahan cahaya matahari saat
sedang mengemudi. Lebih baik menggunakannya daripada tidak sama sekali, aku kemudian
mengenakan sebuah jaket kulit yang tadinya kutinggalkan di dalam mobil dan
membiarkan kerahnya naik menutupi sebagian wajahku. Aku tidak ingin para alinergi itu
mengenaliku, karena hal ini bisa menjadi bencana bagiku. Mobil pick-up ku yang berada di
lantai dasar tempat parkir mulai bergerak mundur mendekati pintu lift agar memudahkan mereka
segera menaikinya dan segera kabur dari tempat ini.
DUARR!!!!!!!!!!!!! Terdengar sebuah ledakan terjadi di atas yang getarannya terasa hingga ke lantai
dasar dan membuat lampu di tempat parkir berkedap kedip. Seluruh tubuhku langsung menjadi
sigap dan keluar dari mobil membiarkan pintunya tetap terbuka untuk berlari ke depan
lift. Aku mengerahkan energiku untuk menyebar dan mendeteksi keberadaan Nadia dan lainnya,
~ 457 ~ - B L E S S E D H E A R T -
berharap mereka tidak terkena ledakan. Dalam sekejap energiku mengalir dan
menyebar naik hingga ke lantai paling atas dan segera mendeteksi keberadaan tiga orang
alinergi di dalam lift yang sedang meluncur ke bawah dengan cepat. Aku melihat ke arah lampu lift
di atas yang terus bergerak turun dan angka lift sudah mencapai dua menuju ke satu yang
akan segera mencapai lantai dasar menuju ke ground level. Kalang kabut aku
menyentuhkan tanganku pada pintu lift dan mengerahkan seluruh kekuatanku untuk mengalir ke
atas. *** Nadia, Gris dan Angelina saling berpelukan di dalam lift yang terus meluncur
turun tidak terkendali. Tepat pada saat lift mendekati ground level seketika lift tersebut
dan mereka semua yang berada di dalamnya mengambang sejenak di udara. Seolah-olah
kehilangan gravitasi dan kemudian perlahan-lahan terjatuh ke lantai lift. Dari depan pintu
lift terdengar suara, "Trinngg.... Grek... Grek...." Pintu lift berbunyi kasar seolah-olah sedang
dibuka dengan cara paksa. "Kalian semua tidak apa-apa?"
Gris yang pertama kali melihat keluar pintu lift. "Jaime?" tanya Gris karena
tidak begitu yakin karena Jaime kelihatan memakai topi dan sebagian kerah jaket naik menutupi
wajahnya. *** Aku segera melemparkan kunci mobil pick-up pada Gris. "Gris kemudikan mobilnya,
kalian harus kembali ke markas BtP sekarang juga." Dengan kasar aku menarik tangan
Angelina untuk bangkit dan juga langsung mencengkeram tangan Nadia, "Kamu, sekarang juga
menghilang," bentakku padanya dan matanya terlihat kebingungan serta ketiganya
masih saja tetap terdiam di tempat masing-masing.
"Ayolah kalian mau mati konyol di sini?" tanyaku tidak percaya.
Dari arah belakang aku merasakan adanya seorang alinergi berlari datang mendekat
diikuti beberapa alinergi lainnya yang masih jauh di belakang, semuanya sedang menuju ke
arah
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kami. Aku tidak tahu apa kekuatan mereka dan aku sama sekali tidak ingin
mengetahuinya. Mereka kemungkinan adalah alinergi dari Kelompok Pembebas atau alinergi dari
kelompok para penjual jasa, memikir hingga ke sana aku benar-benar tidak ingin siapa pun
mendekati kami, mereka adalah pembunuh profesional. Melihat ketiga gadis ini yang tidak
juga hendak bergerak, senjata api magnumku segera kutarik keluar dari belakang punggungku
dan mengincar arah datangnya alinergi, tidak perlu menunggu hingga aku melihatnya
karena aku tahu ia ada di depanku dan semakin mendekat. Segera aku menembak ke arah
tersebut membuat Gris, Angelina dan Nadia menjerit terkejut menutup telinga mereka
mendengar suara ledakan senjata api dan kembali merapatkan diri ke dalam lift.
~ 458 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Jangan jongkok di sana," mohonku "Cepatlah masuk ke dalam truk."
"Dor, Tringg, Dor, Dor, Tringg... Tringg..." tembakan balasan segera mengenai pintu
dan ruangan dalam lift, ketiga orang itu yang baru hendak bangkit kembali berjongkok
ketakutan. "Sialan," makiku kasar. Mereka tidak mau bergerak dan aku terjebak di sini,
beberapa alinergi semakin mendekat. Keadaanku semakin terdesak, menggigit rahang keras-
keras dan menyembunyikan senjataku. Aku segera menarik tangan Nadia dan Angelina sambil
berteriak pada Gris, "Gris, masuk dari pintu kemudi!" Tanpa perduli lagi aku
segera menarik mereka berdua keluar dari lift menuju ke arah mobil yang berjarak sekitar
sepuluh langkah, "Nadia, menghilang sekarang juga."
Aku tidak ingin mereka melihat Nadia dan mengincarnya, dengan menarik paksa
mereka berdua aku berjalan sambil mengerahkan kekuatan terbangku ke sekeliling mereka
bertiga. Aku belum mengetahui apakah energiku akan dapat menahan peluru yang meluncur
cepat atau tidak, jelas aku sama sekali tidak mau mencobanya, tapi untuk saat ini aku
tidak punya pilihan. Tanganku dengan kasar menyeret mereka dan memaksa mereka masuk ke dalam
mobil dan Gris kelihatannya mengikuti kami, hal yang bagus. Gris terlihat gugup
saat melompat masuk dalam truk dan berusaha memasukkan kunci mobil, Angelina duduk di
tengah dengan Nadia di sampingnya dalam keadaan menghilang. Aku sendiri langsung
melompat ke belakang pick-up mobil dan berdiri untuk menghadapi para alinergi,
menarik nafas dalam-dalam, aku membiarkan energiku menyelimuti seluruh mobil. Saat mobil
menyala, aku segera berteriak, "Gris, tancap gas keluar."
Segera saja mobil tersebut melesat ke depan dan berdecit saat meninggalkan
ruangan parkir. Aku melihat seorang berpakaian hitam sedang menembaki mobil dari depan dengan
kedua senjata api di tangannya dan aku terus mengerahkan energi terbangku untuk
menahan tembakannya. Terdengar teriakan ketakutan Angelina dan Gris dari dalam saat
mobil kami menghindarinya dan melesat melewati alinergi itu dari samping sedangkan dia
terus menembak berkali-kali, namun tidak satu pun dari peluru yang ditembakkannya
dalam jarak dua langkah kaki itu berhasil melubangi pintu mobil atau kaca mobil. Dengan
kesal dia terus menembak secara membabi-buta hanya untuk mendapatkan pelurunya tertahan oleh
kekuatanku di tengah udara dan jatuh ke lantai parkir dengan suara berdenting.
Saat mobil kami berhasil melewati dirinya tanpa terluka sedikit pun, alinergi itu
melemparkan kedua senjata apinya ke lantai dan berlari mengejar kami yang terlihat hendak melompat
ke belakang mobil. Aku segera mengeluarkan dan mengarahkan senjata api magnumku ke
arahnya, tepat ke wajahnya. "Tidak ada penumpang gelap!" sahutku dan menembak.
Pistol di tanganku meletus dan tubuhnya segera terpelanting ke belakang, tidak beberapa
saat kemudian aku sudah melihatnya kembali bangkit berdiri hendak mengejar.
~ 459 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Sialan, alinergi. Ditembak juga tidak mempan.
Mobil kami sudah mendekati pintu keluar tempat parkir dan terlihat seorang pria
botak berbadan tinggi besar bak binaragawan berdiri menghadang di pintu depan. Dia
membuka kedua lengannya yang berotot lebar-lebar ingin menahan mobil sendirian.
"Jaime!! Ada orang di depan!!!" teriak Gris dari dalam mobil.
"Tancap gasnya dan tabrak saja," kataku sambil mengarahkan senjata apiku pada
orang itu. Jarak kami dengannya semakin mendekat, tinggal puluhan meter. Berpikir sejenak
aku batal menembak, segera mengalirkan energiku untuk menerjang ke depan hingga
menyelubungi pria itu dan mendominasinya.
Mobil sudah berjarak lima langkah kaki darinya.
Dengan keras aku mengayunkan tanganku ke samping dan tubuh pria itu segera
tercampak ke samping, membiarkan mobil kami tetap melaju keluar.
"Yihaaa!!!!!!!!" Gris berteriak senang. Mobil pick-up itu melompat sedikit
setelah kami berhasil keluar dari pintu tempat parkir dan menabrak polisi tidur. Di samping
kami muncul empat orang alinergi yang mengerahkan kekuatan mereka, setelah melihat mobil
kami menjauhi mereka. Jelas aku tidak tahu apa yang mereka lakukan karena aku hanya
melihat sebuah mobil terbang, percikan listrik dan sebuah gelombang bercahaya yang
langsung menerjang ke mobil kami. Kekuatanku segera terfokuskan untuk menahan semua serangan itu dan sejenak
semuanya berhenti di udara untuk kemudian meledak ditengah-tengahnya. Dorongannya
membuatku terbanting menuju ke belakang mobil dan jatuh terduduk. Gris mengendarai mobil
dengan cepat menjauhi tempat itu dan aku dapat melihat empat orang alinergi terdiam di
sana menatapku tidak berdaya bersama sisa api ledakan. Bibirku tersenyum dan
mengacungkan jari tengah pada mereka. Semuanya sudah selesai dan kini kami tinggal kembali ke markas BtP.
Aku baru saja berniat untuk beristirahat saat mendengar dua buah sepeda motor
meraung- raung mengejar di belakang kami. "Gris, tetap tancap gas saja ke BtP!!!"
teriakku berdiri sambil memukul mobil. Waktu sudah cukup larut dan sepanjang jalanan kota
terlihat sepi sehingga mobil kami dapat melaju kencang. Dari belakang mobil aku mengambil
ancang- ancang dan membidikkan senjata apiku pada ban depan sepeda motor yang meraung-
raung semakin mendekat. "Dorrr!!!" Senjata api di tanganku meledak dan sebuah sepeda
motor di depanku langsung terlihat oleng hingga akhirnya terjatuh di atas aspal yang
segera ditabrak sebuah mobil yang sedang melaju di belakangnya. Mengeluarkan suara yang
mengerikan dan ~ 460 ~ - B L E S S E D H E A R T -
membuat bulu roma berdiri, campuran antara suara decit ban dengan aspal dan
suara benturan keras, suara besi menghantam besi. Untuk sesaat aku lengah sehingga sebuah
sepeda motor telah melaju mendekati mobil kami, seorang penumpang di belakang sepeda motor
itu segera mengarahkan senjata apinya padaku dan menembak beberapa kali dalam jarak yang
sangat dekat sekali. Aku dapat melihat ledakan api dari senjata api itu dan bahkan
melihat peluru- peluru yang ditembakkan ke arahku butir demi butir berhenti di udara dan
melayang sekitar 30 sentimeter dari wajahku tertahan oleh energi terbangku. Sepeda motor itu
terus melaju di samping mobil hendak mendahului mobil. Dengan penuh amarah aku mengarahkan
senjata apiku pada tangki depan sepeda motor mereka, menembaknya dua kali yang segera
meledak dan melemparkan hawa panas padaku. Membuatku terdorong jatuh di belakang mobil
akibat tekanan udara panas. Rasanya sedikit menyesakkan. Sepeda motor dan juga
pengendaranya terpelanting ke belakang dan keluar dari jalan, menabrak beberapa mobil yang
sedang diparkir. Tubuh mereka masih terlihat mengeluarkan api akibat percikan bahan
bakar yang membasahi pakaian mereka.
"Jaime!!!!" teriak Gris.
"Aku tidak apa-apa," balasku mencoba bangkit. Mobil kami sudah mendekati sebuah
persimpangan dan lampu hijau sudah berkedap kedip hendak menjadi merah.
"Dessing, dessing.." tembakan peluru melesat dari atas menembus bak belakang
mobil karena untuk sesaat aku lupa membangun energi pelindung. Saat aku melihat ke atas, aku
melihat dua orang sedang terbang mengejar mobil kami dari atas. Dari belakang juga
kembali terdengar dua buah mobil hitam jenis 4WD mengejar dan yang membuat lebih parah
lagi adalah terlihat dua atau tiga buah mobil patroli kepolisian yang ikut mengejar
dengan sorot lampu berwarna merah dan birunya berputar-putar di belakang mobil hitam.
Matilah aku kali ini. Jika tertangkap kepolisian aku akan menjadi rabbit, jika tertangkap alinergi
bukan BtP itu, aku jelas akan di bunuh. "Gris!!!!"
"Apa!!!" teriak Gris.
"Terobos lampu merah!!!!"
"Kamu mau mati"!!"
"Tidak ada pilihan Gris, jalan lain juga mati semua!!!" kataku sambil
membidikkan senjataku ke atas membidik dua orang penerbang yang bergerak lincah. Aku menembak beberapa
kali ke atas dan mereka mengelak dengan gesit yang membuatku semakin kesal karena aku
tidakmemiliki peluru cadangan sama sekali. Kedua tanganku mengarah ke atas dan
mengalirkan ~ 461 ~ - B L E S S E D H E A R T -
kekuatanku menerjang jauh ke atas untuk menyelubungi mereka dan mendominasi
mereka. Setelah aku mendapatkan posisi mereka, dengan kasar aku menggerakkan tanganku ke
bawah dan menggunakan energiku untuk menjatuhkan mereka langsung ke jalan raya.
Seketika itu juga mereka terjatuh dari langit dan berguling di atas jalanan diikuti dengan
decit suara rem oleh mobil di belakang mereka.
"Jaimee!!!!!!!!"
Teriak Gris dan aku juga dapat mendengar teriakan Angelina dan Nadia. Segera aku
berputar melihat ke depan dan hampir ikut menjerit. Mobil kami memasuki jalanan besar di
mana mobil sedang melaju dari arah kanan dengan cepat dan tiga meter lagi, kami
mungkin akan ditabrak. Dengan kekuatan penuh aku melindungi seluruh mobil pick-up kami dan
tanganku bergerak mengarah pada sebuah mobil yang sudah melesat maju ke samping mobil
kami untuk memaksa arah kepalanya berputar dan membuat mobil itu berdecit berputar
setengah lingkaran serta berhenti yang seketika juga membuat sisi samping lain mobil
tersebut ditabrak oleh dua mobil di belakangnya dan terdengar juga suara tabrakan dan rem beruntun
jauh di belakangnya. Mobil kami segera melaju terus ke depan dan dari sebelah kiri sebuah mobil truk
Tronton besar menekan klaksonnya dengan keras tepat di hadapanku. Aku mendengar Gris,
Angelina dan Nadia berteriak keras, sedangkan aku berdiri di belakang melihat mobil
Tronton itu sudah hanya tertinggal dua meter di depanku dan sedang melaju dengan cepat.
Suara klaksonnya berbunyi begitu keras.
"DUARRR.. .!!!!!!!!!!!!!!! CITTTTTTT....!!!!"
Mobil besar itu menabrak mobil kami dan terus melaju ke depan mendorong samping
mobil kami dengan suara mengerikan.
*** "Ketua, apa yang harus kita lakukan?"
Almaria duduk di Kafe Shangri-la dan beberapa anggota kelompok 3rd sedang berada
di sampingnya menatap pada sebuah layar laptop di mana terlihat kekacauan di jalan
raya utama Viginia. "Anggota BtP akan segera menuju ke sana," kata seorang alinergi yang sedang
sibuk mendengarkan radio khusus saluran BtP. "Mereka sudah disuruh untuk berkumpul ke
sana." "Kelompok Pembebas dan kelompok pemburu itu selalu saja membuat keributan.
Menyelesaikan calon finder itu juga tidak seharusnya semeriah ini dan siapa
alinergi yang
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berada di belakang mobil pick-up itu?" maki Almaria.
~ 462 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Kupikir aku tahu siapa itu," kata sebuah suara yang bergema di dalam kepala
semua orang. Almaria melihat ke belakang dan bertanya, "Xian, kamu mengenalnya?"
"Begitulah, aku akan meminjam kekuatan Rick," balas Xian.
"Untuk membantu pria itu lolos dari kejaran BtP dan Kelompok Pembebas?"
Xian tertawa, "Mereka tidak akan pernah sanggup menangkapnya. Aku hanya
menawarkan bantuan lain jika ia menginginkannya."
*** Tabrakan keras langsung terjadi menggetarkan kami semua tapi sama sekali tidak
mencelakai kami. Tronton itu menabrak dinding energi yang hanya berjarak empat sentimeter
dari badan mobil dan mendorong mobil kami. Terdengar suara ban yang berdecit pada aspal
dari mobil besar itu. Aku terus menahannya dengan kekuatanku hingga saat mobil kami dan
juga truk tronton besar tersebut berhenti sepenuhnya dengan suara mesin besarnya yang
berhenti sempurna, dari belakangnya terdengar suara tabrakan beruntun menabrak ekor truk
tronton tersebut. Supir mobil besar itu berteriak mengamuk dan turun dari mobilnya. Aku
segera bergerak ke depan mobil dan memukul atap mobil.
"Gris, tancap gas maju...."
Hening... Dan aku terus memukul atap mobil.
"Tancap gas, Gris!! Apalagi yang kamu tunggu."
Seketika kegelapan menyelimuti kami semua, karena lampu di seluruh kota mendadak
mati. Aku melihat sekeliling yang gelap gulita hanya menyisahkan lampu-lampu dari
mobil-mobil di jalanan dan kupikir ini sudah saatnya karena mengingat tadinya dua orang
alinergi sedang terbang di atas langit yang mungkin saja terekam kamera atau terlihat siapa pun
juga. Kini mereka mematikan semua aliran listrik dan mungkin juga sekaligus sudah menghapus
rekaman dari kamera jalanan yang ada. Dua pasang lampu mobil terlihat sudah
mengejar dari belakangku dan di kejauhan juga terlihat lampu merah dan biru yang terus
berputar-putar dengan suara sirene yang besar.
"Gris!!!!" teriakku.
"Iya!" balasnya dan seketika itu mobil pick-up kami langsung melaju ke depan
dengan kecepatan tinggi. "Tessss ...." Aku mendengar sebuah suara yang membuatku merinding karena pernah
mendengar suara ini sebelumnya. Suara yang membuatku terus bermimpi buruk.
Secepat ~ 463 ~ - B L E S S E D H E A R T -
mungkin aku melihat ke depan dan melihat seorang yang berada di jalanan sedang
menembakkan sebuah roket peluncur ke arah mobil kami. Tepat seperti yang
kubayangkan. Kelompok Pembebas! Bajingan, apakah mereka ikut dalam perburuan ini murni karena
tidak ingin Nadia menjadi finder atau hanya sekedar ingin mendapatkan hadiah uang bagi
kelompok mereka" Tapi bagaimana mereka bisa selangkah di depan kami"
"Nadia matikan telepon genggammu dan cabut baterainya keluar sekarang juga!!"
Mereka mungkin saja menyadap telepon genggam Nadia. Semua alinergi sudah memiliki
nomornya, menyadapnya adalah hal yang sangat mudah.
Apa pun itu tentu saja mereka telah melanggar perjanjian untuk tidak tampil
menyolok! Roket yang meluncur dari depan sudah hampir mendekati mobil pick-up kami yang
sedang melaju, aku melihat roket itu dengan jelas. Mengerahkan kekuatanku padanya untuk
mengangkatnya dan membuatnya melewati mobil kami serta terus meluncur pada dua
mobil yang sedang mengikuti kami dari belakang. "DUARRRRR!!!" Ledakan terjadi di
belakang kami dan aku melihat sebuah mobil yang meledak dan terbang terbalik hingga
memperlihatkan mesin bawahnya yang diikuti suara decit rem mobil di belakangnya,
di sertai bunyi kaca pecah, besi menghantam aspal dan ledakan tanki bahan bakar mereka.
Dari atas langit hitam terdengar bunyi baling-baling sebuah helikopter yang
sedang membelah udara dan terbang mengikuti mobil kami dari atas. Helikopter BtP,
itulah yang terlihat saat aku menatap ke atas, Helikopter itu menyalakan lampu sorot
terangnya untuk menerangi mobil pick-up kami dan menyinariku yang berada di belakang pick-up.
Keringatku mengalir turun sedikit pucat karena memikirkan jika mereka di atas heli itu
sedang merekam diriku, maka rekaman itu akan masuk ke dalam pusat data BtP dan aku akan segera
menjadi buronan mereka dalam hitungan detik. Lampu itu begitu terang menerangi kami dan
sesaat aku melihat seekor makhluk seperti burung besar dengan cakar besarnya menerjang
helikopter tersebut dari samping. Langsung saja helikopter dan makhluk itu
terbang berputar di udara hingga akhirnya heli tersebut tercampak jauh menghantam sebuah gedung
dan meledak menerangi sekeliling tempat. Membuat pecahan kaca dan batu menghujani
diriku. Monster seperti burung atau kalelawar besar itu terlihat senang dengan aksinya
dan langsung terbang menyerang ke arah kami. Senjata apiku menembak beberapa kali namun luput
hingga akhirnya terdengar suara kilk, klik.
Peluruku habis. Aku menatap monster itu yang sedang meluncur ke arahku dan sekeliling yang
gelap, kemungkinan sangat kecil jika Nadia maupun Angelina dapat melihatku. Dengan
menggerakkan kakiku, aku melompat terbang secepat mungkin menyambut makhluk itu,
~ 464 ~ - B L E S S E D H E A R T -
mengejutkannya dan tangan kananku segera menghajar wajahnya yang membuat
tanganku terasa sakit karena wajah makhluk seperti kelelawar itu begitu keras dan dia
memiliki taring di giginya. Menarik nafas dalam-dalam, aku memaksa melayangkan lagi tinju
padanya beberapa kali dan dia mencoba menendangku berkali-kali dengan kakinya yang penuh
cakar tajam. Sebuah cakarnya menyerempet perutku dan membuat robek jaket dan baju
kaosku. Kami terus terbang sambil menyerang dan berkelit hingga akhirnya tubuhku
akhirnya berhasil menyelinap di belakangnya. Kedua tanganku bergerak menangkap kedua
sayapnya dari belakang yang terasa kasar dan keras serta mendorongkan kedua kakiku untuk
menempel pada punggungnya. Tubuhnya langsung oleng dan jatuh setelah sayapnya terjepit,
aku mengerahkan semua kekuatanku untuk terbang melaju ke bawah dengan kepala dan
badannya di bawah. Angin berhembus deras saat kami sedang terjatuh di udara dan
kebetulan aku melihat sebuah mobil lain berwarna hitam yang masih mengejar pick-up kami
sehingga mengarahkan tubuh makhluk pada atap mobil tersebut.
"Duarrr!!!!!" Makhluk itu terjatuh menghancurkan mobil yang sedang melaju dengan mengeluarkan
suara lengkingan tinggi, suara pecahan kaca, suara teriakan orang di dalam mobil dan
suara besi yang remuk. Aku segera melompat untuk terbang mengejar mobil kami dan kembali
pada bak belakangnya. Semua ini sudah sangat kacau saat aku melihat kobaran api di mana-
mana. Aku ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh seluruh kelompok para alinergi
bukan BtP pada Kelompok Pembebas dan kelompok pemburu saat mengetahui semua keributan
meriah ini. Tentu saja anggota BtP akan membanjiri Viginia dan menambah kacau semuanya.
"Jaime!!!!" "Apa!!" teriakku.
"Depan!!!!" Aku yang sedang menatap ke arah belakang mobil untuk berjaga-jaga akan adanya
pengejar, segera menatap ke depan dan melihat beberapa mobil sedang menghadang melintang
di tengah jalanan. Tampak empat orang sedang memegang senjata otomatis
menodongkannya ke arah kami. Saat itu dalam kegelapan malam terlihat tiga atau empat bayangan
melompat ke balik para penghadang untuk menambah jumlah mereka menghadang kami. Semuanya
adalah alinergi. Mobil truk kami terpaksa berhenti dengan sendirinya, karena tidak mampu
menerobosnya lagi. Tujuh orang alinergi, beberapa mobil di depan dan sirene mobil polisi
mungkin BtP sudah mendekat dari belakang. Kami terjepit di antara kedua kelompok ini dan aku
tidak punya pilihan lagi. Aku pun bergerak turun perlahan-lahan di bawah todongan
senjata-senjata ~ 465 ~ - B L E S S E D H E A R T -
api di depan, turun di samping mobil di mana Nadia masih menghilang. Aku dapat
merasakan energinya dan membuka pintu perlahan-lahan. Beberapa Alinergi dari Kelompok
Pembebas mulai mencoba mendekat perlahan-lahan. Aku menatap mereka dan membiarkan saja,
siap untuk apa pun juga sedangkan tanganku terulur ke dalam tempat kosong antara
Angelina dan tempatku berada. "Nadia," panggilku lembut. Aku dapat merasakan energinya dan aku mengulurkan
tangan ke belakang tubuhnya, merasakan punggungnya serta mengangkatnya keluar dari mobil
dengan lembut. Aku dapat merasakan hangat tubuhnya yang sedikit gemetar meski tidak
terlihat. "Jangan takut," bisikku lembut, "Alirkan kekuatanmu padaku." Aku dapat merasakan
tubuh kami semakin merapat dan dia bahkan sudah menyentuhkan kedua tangannya pada
dadaku. "Jaime...," katanya mendadak dan aku segera merasakan aliran kekuatannya
memasukiku, dengan cepat aku menyinkronisasikannya dan membuatnya melebur dengan energi
diriku. Aku akan mencoba cara ini dan mudah-mudahan berhasil. Aku mengalirkan kekuatan
sinkornisasi itu pada mobil truk, Angelina dan Gris tanpa menyentuh mereka. Tak
lama kemudian kami semua menghilang, yang kemudian energi terbangku membawa kami
semua melesat ke atas dengan cepat tanpa suara dan tanpa terlihat oleh mereka,
semuanya terjadi hanya dalam sekejap. Kelompok Pembebas yang terkejut melihat kami menghilang
segera menembakkan senjatanya ke depan tempat kami menghilang, tidak pernah
membayangkan jika kami telah terbang ke atas. Tembakan mereka tepat langsung mengarah pada
beberapa mobil patroli BtP yang sedang melaju ke arah mereka dan beberapa anggota BtP
langsung melompat turun dari mobil, membalas mereka dengan tembakan maupun kekuatan
mereka. Pertempuran pun kembali berlanjut.
Aku dan Nadia beserta semuanya terbang dalam hening melewati dua buah helikopter
BtP yang sedang patroli di udara sambil menembak ke bawah. Kami terus melayang
menembus langit malam. Setelah hening panjang Nadia terdengar terisak di dalam pelukanku,
aku menggerakkan kedua tanganku memeluknya dan sebuah tanganku mengelus kepalanya.
"Maafkan aku," bisikku. Dia menangis dan membiarkan kedua tangannya memelukku
erat- erat. "Aku bukan anggota BtP dan hanyalah seorang pelayan biasa, mungkin tidak
sesuai dengan bayanganmu," bisikku. Nadia menangis semakin keras, merasa sesuatu yang
sudah lama tertahan dalam dirinya mulai mengalir keluar dan kini semuanya tidak dapat
dibendung lagi. Ia terus menangis memelukku semakin erat.
"Aku hanyalah kebohongan," kataku. Aku tidak tahu bagaimana menurutnya setelah
menemukanku dalam keadaan begini. "Tapi aku benar-benar mencintaimu dengan
segenap jiwaku." Kami pun terbang menembus dinginnya angin malam dan meninggalkan
keributan demi keributan, kebisingan lalu lintas kota serta menuju ke tempatku. Tidak tahu
bagaimana ~ 466 ~ - B L E S S E D H E A R T -
aku akan menghadapi dirinya saat dia tenang nanti. Gris dan Angelina diam dalam
pikiran mereka masing-masing. Mobil pick-up terparkir di depan halaman rumahku. "Masuklah ke dalam aku akan
menjelaskan semuanya kepada kalian," kataku pada Angelina dan Gris. Mereka
mencoba menggangguk dan kami berempat berjalan mendekati pintu rumahku. Tiba-tiba
seseorang dari dalam rumah membuka pintu dan membiarkan cahaya dari dalam lampu menyinari
jalanan kami. "Xian!" panggilku sedikit terkejut akan kehadiran orang tua itu
dan tanpa sadar aku segera menghadang di depan Nadia.
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia hanya tertawa dan membiarkan pikirannya terbaca olehku, "Aku datang
sendirian dan sama sekali tidak berniat dengan calon finder itu." Aku menatap ke dalam
matanya, melihat kejernihan serta kelembutan di dalamnya dan memutuskan untuk percaya kepadanya.
"Orang yang dicari itu," bisik Gris.
"Dia tidak berbahaya," kataku dan terus berjalan ke depan memasuki rumah akan
tetapi sebelumnya aku telah membiarkan kekuatanku menyebar dan menyelidiki ke seluruh
rumah. Tidak menemukan siapa pun, kecuali Xian.
Saat mereka bertiga sudah duduk di sofa, Gris langsung saja bertanya, "Siapa
mereka dan apa hubungannya denganmu, mengapa mereka mengejarmu?"
"Mengejarku?" tanyaku bingung, "Mengapa kamu berpikiran demikian?"
"Kamu memiliki senjata api, jelas kamu berbahaya dan kamu juga memiliki kekuatan
alinergi tentu saja kamu buronan atau kamu..." Terdiam sesaat, "Apakah kamu mata-mata BtP?"
"Aku tidak punya hubungan apa pun dengan BtP."
"Jadi siapa yang mereka incar hingga meledakan apartemenku?"
"Mereka mengincar Nadia," kataku sambil mengeluarkan telepon genggamku dan
membuka data Nadia yang dikirimkan padaku untuk diperlihatkan pada mereka. Mereka
bertiga merapat membaca data diri Nadia di dalamnya sambil meringis terkejut.
"Kamu stalker Nadia, yah?" tanya Gris menatapku.
Aku hanya dapat mengangkat bahu, "Yah, termasuk orang-orang yang mengejar kita
tadi dan semua alinergi yang bukan BtP memiliki data Nadia. Beberapa dari mereka merasa
tertarik pada jumlah uang yang tertera di sana." Angelina terlihat menahan nafasnya
melihat jumlah yang ditawarkan untuk nyawa Nadia.
~ 467 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Tapi aku tidak melakukan apa pun juga, mengapa mereka mengejarku," tanya Nadia
dengan wajah memucat. "Karena kamu calon finder dan tidak satu pun dari mereka yang menyukai hal
itu ..." dan aku melanjutkan bercerita tentang apa yang kuketahui dan membuat mereka semua
terdiam hingga aku selesai berbicara. "Kamu benar-benar terkenal, sebelum berhasil
menjadi finder saja kamu sudah memilik fans fanatikmu, aku khawatir setelah kamu benar-benar
menjadi finder fansmu akan membludak," kataku menatapnya.
Gris menjatuhkan dirinya untuk menyandar pada sofa. "Tak pernah kusangka
ternyata ada begitu banyak alinergi selain BtP."
"Apa yang harus kulakukan?" tanya Nadia pada dirinya sendiri. Hening, tidak ada
yang tahu apa yang harus dilakukan olehnya termasuk diriku.
"Aku akan mengambil minuman," kataku meninggalkan mereka sambil menuju ke dapur
karena jelas aku tidak dapat membantu mereka. Di meja dapur aku dapat melihat
Xian, "Di mana kamu selama ini?" tanyaku yang tentunya dengan pikiran.
"Di atas Kafe Shangri-la tempat 3rd,," kata Xian tersenyum, "Aku sedang di sana
saat kamu datang." Aku segera menatapnya, "Tapi aku sama sekali tidak merasakan energimu."
"Seperti saat ini?" tantangnya. Dengan kekuatanku aku mencoba mendeteksinya tapi
kali ini sama sekali tidak merasakan apa pun juga, semuanya terasa kosong.
"Bagaimana kamu bisa..."
"Untuk beberapa orang mereka dapat menghilangkan jejak energi mereka sama
sekali..." Oh baiklah... aku juga tidak dapat mendeteksi pria tua berbaju biru dan bertopeng
Zeus di pertemuan alinergi kemarin. Dia benar-benar di luar radarku
Aku membuka kulkas untuk mengambil sebotol jus besar untuk dituangkan pada tiga
tamu di depan dan satu tamu di sini, "Jadi bagaimana kamu bisa berada di tempat mereka?"
Xian tersenyum dan detik berikutnya aku mendapatkan bayangan demi bayangan masuk
ke dalam pikiranku. Sebuah bayangan bagaimana seorang bertopeng yang kulihat
sebagai bodyguard wanita berambut pirang, saat menghadiri pertemuan alinergi, mendadak
muncul di tengah-tengah dapur. Menjelaskan bahwa dia bernama Rick, seorang teleporter dan
mendapat perintah dari Almaria untuk membawa Xian serta Lily untuk pindah ke sebuah kamar
di atas Kafe Shangri-la. ~ 468 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apakah wanita berambut pirang itu Almaria?" tanyaku mengingat Almaria yang
kukenal mungkin seorang nenek galak yang bahkan mungkin tidak dapat membaca pikiran
karena pada saat pertemuan pertama ia terus menerus bertanya pada Max.
"Dia Almaria, dia membiarkan energinya menipu indra penglihatan siapa pun yang
melihatnya. Dan dia dapat membaca pikiran siapa pun termasuk pikiranmu sehingga
dia mengetahui tempat ini namun terkadang ia cukup keras kepala untuk tidak bersedia
membaca pikiran para lelaki terutama yang masih muda."
Aku tersenyum, "Apa karena ia akan melihat 80% otak kami berisi hal tidak
senonoh?" "99%," kata Xian tertawa.
"Jaime.." Aku melihat Nadia berjalan ke arahku dan kelihatan ingin berbicara berdua, aku
melirik pada Xian dan dia segera mengambil botol minuman yang terletak di meja. "Aku akan
melayani kedua tamu di depan," katanya.
Nadia masih terlihat diam dan segan untuk berbicara sehingga aku menawarkan
diri, "Mau keluar ke belakang sejenak" Untuk mencari udara segar?" Dia menggangguk dan aku
membuka sebuah pintu belakang yang menuju ke hutan belakang rumah di mana aku
memiliki tempat duduk di sana dan tempat yang bagus untuk melihat langit
berbintang. Nadia mengikutiku keluar dan saat tiba di luar ia memeluk belakang punggungku rapat-
rapat. "Mengapa kamu berbohong padaku?"
Aku terdiam dan tanganku menyentuh kedua tangannya dengan lembut. "Nadia ...."
"Mengapa kamu berbohong padaku, hingga aku menyangka Lawrence adalah orangnya?"
"Nadia," kataku lembut dan kepalaku tertunduk. "Meski kita bertemu di pesta
topeng dan kejadian bersama ghost team, ketahuilah aku sama sekali bukan anggota BtP."
Nadia memelukku semakin erat, "Memangnya kenapa jika kamu bukan BtP."
Tubuhku menjadi tegang. "Nadia, aku tidak memiliki apa pun yang dapat kutawarkan
padamu, aku hanyalah seorang bartender biasa dan aku tidak dapat memasuki BtP
sama sekali setelah namaku pernah masuk dalam daftar hitam mereka."
"Apakah itu menjadi masalah?" bisiknya.
"Nadia..." Aku mendesah, ingin agar dia dapat memahami kegelisahanku.
~ 469 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Apakah itu menjadi masalah jika aku adalah anggota BtP dan kamu bukan anggota
BtP?" tanya Nadia. "Bukan itu maksudku." Lidahku terasa kelu.
Masalahnya adalah aku tidak memiliki apa pun untuk ditawarkan untuk masa depan
kami. Nadia terisak masih memelukku. "Aku akan keluar dari BtP jika itu yang kamu
inginkan." Aku terkejut dan segera berbalik menatapnya, menyentuhkan jari-jariku lembut
pada pipinya, "Nadia, bukan itu maksudku." Matanya terlihat berair.
"Jadi mengapa kamu bersembunyi dariku" Padahal, padahal kita begitu dekat."
Apakah aku akan jujur padanya ....
Aku menarik nafas dalam-dalam dan berpikir inilah saatnya aku harus sungguh-
sungguh mengatakan padanya tentang perasaanku. "Nadia, aku akan jujur padamu," kataku.
"Tidak ada yang berharga sedikit pun dariku. Aku tidak memiliki apa pun yang dapat
kutawarkan padamu dan pekerjaanku cuma menghasilkan sedikit uang. Aku sama sekali tidak ada
nilainya bagimu, dibandingkan dengan Lawrence. Dia jauh..."
PLAKKK... Baiklah aku baru saja ditampar.
Terlihat air mata Nadia menggantung, "Kamu pikir aku ini apa" Apa aku pernah
mengatakan padamu bahwa aku hanya mencintai kekayaan" Apakah aku pernah menilai dirimu"
Apakah serendah itu kamu menganggap diriku?"
Baiklah dia benar-benar kelihatan marah.
"Serendah itukah aku di matamu ...?" Nadia menangis dan berbalik hendak masuk ke
dalam rumah. Aku segera menangkap tangannya. Tangan yang terasa kecil dalam
genggamanku dan hangat. Aku menahan dirinya dan perlahan-lahan menariknya ke dalam pelukanku,
serta- merta mempertemukan bibirnya dengan bibirku. Demi Tuhan, aku merasa begitu lapar
dan menginginkan dirinya, aku menciumnya dengan rasa lapar dan dahaga ratusan tahun.
Aku menginginkannya dan membutuhkannya, aku telah menahan diriku terlalu lama.
Karena kebodohanku. Tubuhnya terasa begitu pas dalam pelukanku. Dia diciptakan hanya untukku. Aku
tidak ingin kehilangan dirinya lagi. Tidak akan lagi pernah melepaskannya lagi setelah ini,
aku melepas bibirku dan memeluknya sambil membiarkanku berbisik di dekat telinganya, "Nadia,
maafkan aku ...." ~ 470 ~ - B L E S S E D H E A R T -
"Jaime, apakah kamu mencintaiku?" tanya Nadia dalam pelukanku settelah lama
terdiam. Tubuhku bergerak serta menatap ke dalam matanya. "Nadia," kataku sungguh-
sungguh, "Sejak pertama kali bertemu denganmu, seluruh hatiku telah kuserahkan padamu."
Nadia terlihat terharu dan aku memegang tangannya, berlutut dengan sebelah kaki
di depan dan sebelah lutut lain menyentuh tanah. "Nadia setiap jiwa dan ragaku sudah
menjadi milikmu sejak aku mengenalmu," bisikku menatap ke dalam matanya yang indah.
"Ketahuilah, aku sudah tergila-gila padamu Nadia. Lemah dan gelisah karena
selalu memikirkan dirimu," kataku dan jantungku berdebar begitu keras.
Aku bersedia mati untuk dirinya.
Pintu belakang rumah terbuka keras dan mendadak Xian muncul sambil melihatku,
"Jaime maafkan aku," katanya dan mendadak semuanya menjadi gelap.
Saat aku tersadar kembali, aku sedang tertidur di atas tanah halaman belakang,
sendirian dengan kabut dingin menyelimutiku. Butuh beberapa detik sebelum aku menyadari
semuanya dan segera menerjang ke dalam rumah, "Nadia!!" teriakku.
Tidak ada siapa pun di dalam rumah, akan tetapi aku dapat melihat gelas-gelas
terisi setengah penuh minuman di atas meja. Tidak mungkin Xian menangkap mereka semua.
Bagaimanapun juga Xian adalah anggota 3rd, jelas kumpulan Alinergi yang tidak
ingin BtP memiliki finder maupun mindreader.
Mungkin Nadia telah tertangkap. "Sialan!!!!" makiku dan gelombang panik
menyerang diriku. Tidak seharusnya aku selengah ini.
Tapi kekuatan Xian sama sekali tidak mampu kudeteksi dan langsung membuatku
tertidur. Aku harus menemukan mereka. Aku melihat jam yang menunjukkan pukul dua pagi.
"Trit ... trit..."
Telepon genggamku berbunyi karena ada pesan teks yang masuk. Aku membuka dan
membacanya. Pengumuman untuk semua Alinergi.
Nadia, calon finder telah berhasil diselesaikan, pencarian dihentikan.
~ 471 ~ - B L E S S E D H E A R T -
~ 472 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 28 TEMUKAN DIRIKU Udara terasa dingin dan sekeliling terlihat sunyi saat aku berdiri di depan
pintu Kafe Shangri-la di bawah sinar lampu kecilnya. Waktu menunjukkan pukul 02:35, aku
menarik nafas dalam-dalam dan mengerahkan energiku untuk melingkupi seluruh tempat itu,
mencoba mendeteksi setiap energi alinergi yang ada di dalam gedung kafe. Langsung
menerjang ke dalam adalah hal yang sangat kuinginkan akan tetapi dengan adanya Almaria dan
Xian tentu saja aku akan berakhir seperti anak kucing masuk ke kandang beruang. Nyawaku
cuma satu dan aku harus menggunakannya dengan baik, jangan sampai Nadia tak terselamatkan,
aku pun ikut mati. Tak lama kemudian, aku berhasil menemukan sebuah jejak energi
yang kukenal. Lily. Aku melihat ke atas dan terbang ke lantai tiga memasuki sebuah balkon dari
bangunan Kafe Shangri-la. Terlihat dua buah pintu geser kaca yang tertutup tirai dan aku dapat
merasakan dua buah energi dari dalam kamar tersebut, satunya Lily dan satunya lagi
alinergi dengan energi yang kurang lebih mirip denganku.
Almaria dan Xian memiliki energi yang kurang lebih mirip dengan energiku tapi
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dalam tingkatan yang lebih tinggi.
Tanganku menyentuh jendela kaca dan merasakan sebuah energi yang menyelimuti
pintu kaca itu. Setelah ditelusuri kiranya seluruh rumah ini dilindungi sebuah energi
yang tidak ~ 473 ~ - B L E S S E D H E A R T -
kukenal. Aku mendesah, sadar tidak akan pernah mudah bila berurusan dengan para
alinergi. Mereka selalu memiliki hal-hal yang harus diwaspadai.
Apakah jika aku memaksa membuka pintu dan menerobos ke dalam rumah maka semua
alinergi di dalam akan terbangun"
Aku tidak memiliki pilihan lain meski aku tidak menyukainya. Aku segera
mengerahkan kekuatanku untuk menyelinap masuk dan mendominasi serta menerbangkan seorang
alinergi yang ada di dalam kamar. Dengan berhati-hati layaknya seorang pemain boneka
menggerakkan boneka dengan tali, aku menerbangkan dirinya perlahan-lahan ke
dekat pintu, membuatnya berdiri dan menggerakkan tangannya untuk mendorong tirai pintu.
Aku sedikit terkejut karena menemukan Maria yang kiranya berada dalam dominasi
ku dan dia masih dalam kondisi tidur di belakang pintu kaca. Tidak ada pilihan lain,
aku tetap harus memakainya dan dengan perlahan aku menggerakkan jari-jarinya untuk menyentuh
kunci pintu, tapi kelihatannya aku belum mampu mengontrol energiku hingga ke detail
kecil sehingga jari-jarinya beberapa kali luput untuk membuka kunci pintu. Mendadak ia
mengusap matanya, terbangun setelah jari-jarinya menyentuh kunci jendela
beberapa kali. Apakah aku akan menerbangkannya kembali ke tempat tidur atau memaksanya membuka
jendela. Nyawa Nadia sedang menjadi taruhannya, tidak ada pilihan mudah.
"Siapa!!" Maria berteriak terkejut setelah melihatku dan segera aku menggunakan
kekuatanku untuk mencengkeram daerah dagu dan bibirnya, tidak mudah tapi itu
berhasil membuatnya terdiam. Mungkin aku harus memecahkan jendela ini dan mengambil
risiko ketahuan. "Kak Maria..." terdengar sebuah suara memanggil dari arah dalam dan dari samping
pintu kaca terlihat Lily terbangun mengusap matanya melihat ke arah kami. Ia melihat
kami berdua beberapa detik dan berikutnya ia segera meloncat turun dari tempat tidur. "Kak
Jaime!!" katanya sambil berlari ke arah jendela dan membukanya.
Semudah itu" Seharusnya dari tadi aku membangunkan Lily saja.
Aku sedikit membungkuk karena Lily melompat untuk memelukku.
"Apa kamu merindukan Lily" Seharusnya kamu lebih cepat mencari Lily," kata Lily
ceria. Aku tertawa, "Aku tidak tahu kamu di sini."
Aku menatap pada Maria dan membebaskannya sambil berjaga-jaga jika ia berteriak
lagi. "Aku ingin bertemu dengan Xian. Apa dia ada di sini?" tanyaku pada Maria.
~ 474 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Lily segera mencubit pipiku, "Kakek berada di kamar lantai dua. Apa kamu tidak
mencari Lily?" Aku memeluk Lily lebih erat merasakan tubuhnya yang hangat dan memasuki kamar
mereka, "Sekalian mencari Lily jika urusan dengan Xian sudah selesai. Apa Lily bisa
membantu?" Lily tersenyum, "Kita bisa ke lantai dua di bawah."
"Aku akan segera pulang setelah bertemu Xian," kataku pada Maria dan segera maju
menuju ke pintu kamar. Maria masih terdiam dan aku membuka pintu kamar untuk memasuki
sebuah lorong yang terlihat terdapat beberapa pintu kamar lain, tidak kelihatan satu
pun orang di luar dan tubuhku melayang di atas lantai agar tidak mengeluarkan bunyi apa pun juga.
"Kak Jaime?" panggil Lily berbisik.
"Apa?" "Apa Lily boleh meminjam video gamenya" Kata kakek aku tidak boleh mengambilnya
dan di sini mereka tidak memiliki video game."
Aku tersenyum, "Tidak bisa."
Wajah Lily langsung cemberut.
"Karena barang itu bukan punyaku, itu kan sudah diberikan pada Lily, jadi tidak
bisa meminjamkan barang yang bukan punyaku."
"Maksudnya?" tanya Lily bingung.
"Itu semua sudah menjadi milik Lily sejak awal, salah sendiri tidak membawanya
sekalian. Tapi kakakmu yang baik ini akan mengirimkannya ke sini besok pagi untuk Lily,"
kataku tersenyum memandangnya. "Hore ..." kata Lily dan memelukku lebih erat. Kami turun ke lantai dua melihat
sebuah ruangan tamu dan sebuah lorong yang memiliki beberapa pintu kamar. "Pintu kedua
milik Kakek," bisik Lily. Aku menggangguk, berbalik terbang naik ke lantai atas dan berhenti di depan
pintu kamar Lily. "Lily kembalilah tidur dan tunggu video gamemu besok." Aku tidak ingin
Lily melihat aku dan Xian bertempur jika keadaan berubah buruk.
"Tidak, Lily mau ikut," Lily merengek.
Aku melepasnya dan berkata, "Jika Lily tidak tidur sekarang, besok video gamenya
tidak akan dikirimkan." ~ 475 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Wajah Lily langsung cemberut dan merengek, "Kak Jaime jahat. Lily juga tidak
bisa lagi membaca pikiran Kak Jaime."
Aku tersenyum karena aku memang sengaja melindungi diriku dengan energiku
sehingga dia tidak akan melihat apa yang akan kulakukan. Lily kemudian menarik bajuku
sehingga aku sedikit menunduk dan dia mencium pipiku. Jelas aku terkejut tdak siap untuk itu,
karena keadaanku sedang dipenuhi kemarahan. Ciumannya sedikit banyak menyejukkan
hatiku. "Lily akan tidur, selamat malam Kak Jaime," kata Lily dan memasuki kamar
tidurnya. Aku tersenyum dan segera terbang ke lantai bawah. Menuju ke depan pintu yang
tadi ditunjuk oleh Lily, sebelum aku sempat menyentuh pintu kamar, pintu tersebut
sudah terbuka sendiri dan terlihat Xian sedang duduk bermeditasi di dalam ruangan.
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Xian dengan sorot wajah lembut.
Dalam sekejap kontrol diriku hilang dan segera kekuatanku membuat diriku dan
dirinya mengapung, "Di mana Nadia?" tanyaku penuh amarah. Seketika Xian menghilang dari
pandanganku. "Kendalikan dirimu," terdengar suara Xian dalam pikiranku dan dia telah muncul
di belakangku memegang pundakku, "Ikutlah denganku."
Detik berikutnya aku merasa sedikit pusing dan ruangan di sekitarku mendadak
menghilang berganti dengan sebuah ruangan yang lebih besar dengan perabotan yang lebih
modern. Aku melihat sekeliling dan kemudian pada sebuah tempat tidur di depanku. "Nadia?"
batinku setelah melihat siapa yang sedang tidur di atas tempat tidur.
Aku menatap ke samping tempat tidur dan melihat meja belajar yang memiliki foto-
foto Nadia bersama teman-temannya dan juga keluarganya. "Kamarnya?" aku menoleh pada
Xian dan ia menggangguk. Aku terdiam sebentar, "Bagaimana bisa kita berada ditempat ini?"
"Rick, anggota Almaria yang memiliki kekuatan teleport membiarkan aku meminjam
kekuatannya," jawab Xian.
"Apakah dia juga bisa teleport ke tempat ini?" tanyaku jelas hal ini berbahaya.
"Tidak," Xian berjalan melihat sekeliling. "Para teleporter hanya bisa pergi ke
tempat yang sudah pernah mereka lihat dan dapat bayangkan. Dia belum pernah ke tempat ini,
jadi dia tidak akan dapat menuju ke tempat ini."
"Apakah kamu sudah pernah ke tempat ini?" tanyaku terkejut, karena jelas ia ada
di sini. ~ 476 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Xian tertawa memperlihatkan giginya. "Aku melihat ingatan mereka dan memakainya
untuk pindah ke tempat ini."
"Jadi Gris dan Angelina juga?"
Xian menatap sekeliling, "Kupikir, mereka berada di kamar mereka masing-masing."
Aku ingat menerima pesan singkat bahwa Nadia sudah mereka selesaikan.
Mendadak aku menjadi ragu. Xian dapat saja sedang menipuku atau saat ini aku
sedang dipengaruhi oleh Xian dengan kekuatan pikirannya. Dia adalah mindreader, dia
dapat saja menipu ingatan atau penglihatanku. Aku segera mengerahkan kekuatanku dan
menyelimuti seluruh tubuhku, namun tetap saja tidak ada perbedaan pada sekeliling. Untuk
membuktikan kebenaran, pilihanku hanya tertinggal satu. Kakiku bergerak mendekati sisi
ranjang, duduk dan menatap Nadia, kemudian menyentuh pipinya dan merasakan hangat dari pipinya.
Sungguh aku bersyukur untuk hal ini yang berarti dia nyata dan masih hidup,
beberapa kekhawatiran burukku segera lenyap. Tak lama kemudian kepala Nadia bergerak
perlahan, membuka matanya dengan lembut dan memandangku sambil tersenyum.
"Jaime," bisiknya begitu lembut.
Jantungku segera menghangat.
"Kamu baik-baik saja?" tanyaku sedikit mendekat ke arahnya.
Nadia mengganggukkan kepalanya sedikit. "Bagaimana denganmu?" balasnya.
Aku tersenyum, "Tidak ada masalah."
"Maafkan aku yang menendangmu yah," bisik Nadia lirih.
"Lupakan saja," kataku tersenyum geli karena aku sudah melupakan hal itu setelah
semua kejadian tadi. "..." Nadia menatapku terus dengan mata indahnya.
"Tidurlah," bisikku mengelus keningnya dan mengecup ringan bibirnya. "Kita akan
bertemu kembali besok pagi." Nadia menggangguk dan matanya kembali terpejam. Aku berdiri
dari kasurnya dan melihat sekeliling, tidak menemukan Xian.
Apakah ia meninggalkanku sendirian di sini" Bisa mati aku.
Aku mencoba memanggil dalam pikiranku beberapa kali dan tidak mendapatkan
jawaban apa pun juga. Bagaimana aku kembali jika dia tidak mengantarku. Apakah aku akan
melalui pintu keluar kamar dan membiarkan kamera-kamera BtP menangkap bayanganku"
~ 477 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Terpaksa kulakukan juga, jika dia tidak juga muncul. Sialan
"Jaime..." Aku menatap ke arah Nadia karena ia menatapku. "Ya?"
"Aku tidak sedang bermimpi?"
"Apa?" "Bagaimana kamu bisa di sini?" tanya Nadia dan aku melihat dia bergerak duduk di
atas kasur dan menatapku dengan waspada.
"Xian meneleportku," jawabku.
"Xian" Siapa" Mengapa kamu berada di sini?"
Aku mulai merasakan sesuatu yang tidak beres, "Aku sedikit mengkhawatirkanmu
karena mendadak menghilang dari tempatku malam tadi."
Nadia menatapku dalam-dalam, "Aku tidak ke tempatmu sama sekali, lagipula
mengapa aku ke tempatmu tadi malam?"
"...." Aku terdiam
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Nadia menatapku sungguh-sungguh.
"Aku ... aku ..."
Sialan Xian di mana kamu dan apa yang terjadi dengan Nadia.
"Katakan apa yang kamu lakukan atau aku akan berteriak memanggil penjaga," suara
Nadia terdengar mengancam dan sedikit ketakutan.
"Nadia," kataku sedikit terkejut, "Aku akan menjelaskannya padamu."
"Sebaiknya cepat sebelum aku kehabisan kesabaranku." kata Nadia menatap tajam
padaku. Baiklah. "Apakah kamu mengenal ini?" tanyaku dan segera mengerahkan energi terbangku di
sekeliling ruangan yang membuat Nadia langsung melayang serta menjerit terkejut.
"Kamu ... kamu, apa yang kamu lakukan?"
Aku juga ikut melayang dan membuatnya melayang mengarah ke arahku. Dengan lembut
aku menggenggam tangannya, "Apakah kamu masih mencariku?" Nadia menatapku dengan
~ 478 ~ - B L E S S E D H E A R T -
kedua bola matanya terpesona. "Nadia," bisikku lembut dan aku memeluk tubuhnya
yang hangat. "Aku merindukanmu."
"Jaime," bisik Nadia.
"Ya." "Hukk!!!" aku merasa sebuah tendangan lutut bersarang pada alat vitalku
membuatku segera meringis kesakitan dan kami berdua terjatuh, tepatnya dia terjatuh menimpaku.
"Lelucon apa ini," teriak Nadia sambil bangun menatapku yang sedang meringis
kesakitan, hari ini dua kali aku terkena tendangan di tempat yang sama.
Apakah aku sudah akan kehilangan kesempatan untuk menjadi seorang Ayah" Sakit
sekali, aku bahkan tidak dapat berbicara karena sakitnya.
"Apakah ini lelucon karena aku sudah menendangmu tadi malam di tempat Gris"
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Apakah Gris dan Angelina yang memasukkanmu kemari untuk membuatku meminta maaf?" protes
Nadia. "..." "Dan... Dan...." Nadia terdiam sebentar, "Apakah tadi kita terbang?" Dia terlihat
gelisah tidak percaya. "..." Dia melewatkan poin pentingnya.
"Mengapa kamu bisa terbang," tanya Nadia. Aku meringis kesakitan dan menatapnya,
melihat ke dalam matanya yang terkejut dan terus menatapku, "Apakah kamu...."
Sampai di sana ia langsung jatuh terduduk dan tertidur kembali, Xian muncul di belakangku
dan menatapku. "Apakah kamu coba memperkosanya dan dia menendangmu?" tanya Xian.
"Ke mana saja kamu?" tanyaku jengkel.
"Sedikit urusan, kebetulan aku sudah di sini," kata Xian ringan.
Aku menarik nafas dalam-dalam mengusahakan agar rasa sakit berkurang, kemudian
berdiri dan dengan kekuatanku membuat Nadia kembali terbang untuk tidur di atas
kasurnya. Dia terlihat cantik saat sedang tidur, aku segera menyelimutinya dan alat vitalku
masih terasa sangat sakit. Sialan. ~ 479 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Xian memegang pundakku dan terasa sebuah energi mengalir masuk. "Terima kekuatan
itu dan niatkan untuk melihat ke dalam pikiran Nadia." Mendadak aku merasa terhubung
pada pikiran Nadia, aku dapat melihat ke dalam pikirannya seperti melihat pikiranku
sendiri. Aku dapat mengatur pikirannya untuk mengingat ke masa lalu dan seterusnya. Xian
kemudian menambahkan, "Cari ingatan tadi dan niatkan untuk menghapusnya." Aku mengingat
kejadian tadi dan melihat gambaran dari sudut pandang Nadia, bagaimana awalnya
dia menemukanku dan menganggapku mimpi. Aku mengingat ia mengatakan tidak berada di
tempatku tadi malam dan aku mencoba melihat ingatan dalam dirinya saat dia ada
di tempatku. Sebuah kekosongan. Ingatannya tentang saat bersamaku sama sekali tidak ada dan sebagai gantinya
terasa sebuah ingatan pengganti yang masuk menggantikan ingatan kosong itu. Sebuah ingatan
tentang Nadia yang kembali dari apartemen Gris bersama dengan Angelina dan Gris dengan
menggunakan taksi, berikutnya ingatan asli mereka menunjukkan mereka bertiga
terbangun di dalam taksi di depan asrama BtP.
Seseorang menghapus ingatannya dan meletakkan ingatan palsu.
"Xian, apakah kamu menghapus ingatannya?"
Xian terdiam sejenak. "Xian." "Aku tidak menghapusnya tapi Almaria yang melakukannya untuk menjaga 3rd dan
juga menyelamatkan nyawanya."
"Maksudmu?" "Kita dapat berbicara di tempat lain, sekarang kamu mau menghapus ingatannya
atau tidak?" balas Xian. Aku berpikir sejenak dan mengurungkan niatku, "Tidak, biarkan saja begitu. Besok
aku sudah akan mengaku padanya."
Jika dia mau menerimaku apa adanya tadi, tentu besok dia akan menerimaku juga.
"Baiklah kalau begitu," kata Xian dan energi yang kuterima mendadak berubah,
"Pikirkan rumahmu dan niatkan untuk berada di sana."
Begitu aku melakukannya, mendadak terasa tubuhku terurai oleh sebuah energi
halus dan kemudian sekelilingku menjadi terang dan kami sudah berada di dalam rumahku.
"Wow," ~ 480 ~ - B L E S S E D H E A R T -
kataku mengagumi hal ini, jelas sangat keren sekali. Terbang meski cepat juga
terasa capek dan dihajar angin, yang satu ini jelas lebih hebat. Saat aku berbalik Xian sudah
memasukkan sebuah ingatan padaku tentang kejadian tadi malam. Aku melihat dari sudut
pandang Xian, di mana saat Almaria dan Rick sang teleporter muncul mendadak di dalam rumah tadi
malam dan membuat Angelina serta Gris tertidur.
"Kakak Xian, mengapa kamu membiarkan mereka anggota-anggota BtP ini melihatmu"
Aku harus membuat mereka melupakanmu," kata Almaria dan yang kemudian membujuk agar
Xian juga menidurkan aku dan Nadia.
Detik berikutnya Almaria terlihat sedang melakukan sesuatu pada mereka bertiga
dan terutama pada Nadia karena kelihatannya cukup lama. "Dengan begini nyawanya akan
selamat. Tidak ada yang akan mengejarnya lagi," kata Almaria dan tak lama
kemudian terlihat Max datang dari pintu masuk dan mengatakan taksi sudah menunggu di
depan. Baiklah semuanya selesai, Nadia, Angelina dan Gris dimasukkan ke dalam taksi dan
diantar pulang setelah ingatannya dihapus.
Aku tidak terlalu mengambil pusing jika semuanya berakhir baik-baik saja.
Sekarang Nadia sudah dihapus dari daftar perburuan tanpa kekurangan apa pun juga. Akhir yang
bagus. Aku hanya tinggal mengakui diriku pada Nadia dan jika hal yang ingin kukonfirmasikan
pada Michelle itu benar adanya, maka hidupku akan menjadi surga dengan masa depan
yang sangat indah. Aku akan dapat menjadi seorang anggota BtP.
"Akan tetapi Xian," tanyaku yang sedikit bingung, "Mengapa Almaria menyuruhmu
menidurkanku bukankah dia dapat menidurkanku kapan saja?"
Xian tergerak dan tertawa, "Ia tidak akan dapat melakukannya sejak akulah yang
memberimu attunement dan energiku yang ada dalam dirimu akan dengan sendirinya membuat
pelindung jika ia mencobanya."
"Pelindung" Maksudmu yang berwujud merpati dan elang itu" Dan tentunya elang itu
adalah lambangmu, karena saat seorang lelaki tak dikenal itu mencobaiku dia langsung
mengenalmu." "Begitulah," kata Xian tersenyum.
"Apa gunanya pelindung itu?"
"Kamu akan megetahuinya pada saatnya," kata Xian dan dia menghilang.
Aku melihat jam yang sudah mendekati pukul 04:00 pagi. Tampaknya aku masih
memiliki waktu beberapa jam untuk tidur sebelum memulai kerja.
~ 481 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Bab 29 NADIA, BtP DAN KEKUATAN Lamat-lamat Nadia terbangun di atas tempat tidurnya. Ia melihat langit-langit
dindingnya, terdiam sesaat dan mendesah, kemudian bergelung kembali sambil menarik selimut
menutupi dirinya untuk mencoba mencari kehangatan lebih.
Baiklah aku sudah mulai gila, aku memimpikan Jaime, dia bisa terbang dan aku
menyangka dia adalah pangeranku. Nadia kembali mendesah tidak mampu mencerna apa yang terjadi, ia bermimpi hal
yang tidak pernah dipikirkannya atau mungkin juga hal yang sudah diimpikannya.
"Jaime," terdengar bisik lirih dari bibir Nadia.
Bahkan Jaime mengecup bibirku.
Tanpa terasa jari Nadia menyentuh bibirnya dan wajahnya menjadi panas.
Rasanya semuanya begitu nyata.
Nadia bergerak turun dari tempat tidur dan melihat pada pintu kamarnya. Pintu
kamar yang dilengkapi dengan kunci sensor sidik jari.
~ 482 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Tidak mungkin. *** Aku datang ke tempat kerja sepagi mungkin karena harus menemui Bartholomeus, si
tukang sayur. Tepat saat aku tiba di sana dengan mobil pick-up Master, aku melihat truk
pick-up nya dan juga dirinya yang sedang menurunkan beberapa kotak sayuran. Mobil pick-up
Kafe Eve kuparkirkan tepat di sampingnya dan aku pun turun sambil mengangkat sebuah kotak
kardus besar. "Barth," panggilku.
"Jaime," balasnya dengan suaranya yang agak berat. Aku segera menitipkan sebuah
kotak kardus besar yang berisi video game dan televisi untuk diantarkan Bartholomeus
ke Kafe Shangri-la, tentunya dengan biaya antar untuknya, dan dia menerimanya dengan
senang hati. Satu lagi tugas yang sudah kuselesaikan. Jika ada tugas lain maka itu adalah
mengaku pada Nadia atau menelepon Michelle kembali. Mana pun yang lebih cepat, keduanya
adalah kabar baik yang menunggu. Roda nasibku akhirnya mulai berputar ke atas, aku memandang
pagi yang cerah dan tersenyum. Semuanya akan menjadi semakin baik.
Meski aku tidak tahu harus mengatakan apa pada Master saat menatap beberapa
lubang peluru pada mobil pick-up nya.
Pemotongan gaji... *** Nadia sedang berada di dalam kelas penyembuhan dan mempelajari beberapa teori
yang dibutuhkan olehnya sebagai copier. Adalah sebuah keharusan bagi semua copier
untuk mempelajari dua atau tiga kekuatan dan biasanya penyembuhan adalah salah satu
kekuatan yang paling umum diambil oleh para copier untuk digabungkan dengan kekuatan tipe
penyerang atau tipe lainnya. Tingkat penyembuhan sendiri dibagi menjadi beberapa
tingkatan, penyembuhan untuk pertolongan pertama, penyembuhan tingkat lanjutan untuk
pendarahan berat, penyembuhan untuk luka dalam dan penyembuhan jangka panjang. Selesai
mendengar teori yang sangat panjang dan membosankan, Nadia menutup catatannya dan mereka
mulai melakukan percobaan penyembuhan pada beberapa binatang sakit maupun yang
terluka. Semuanya diambil dari toko-toko hewan di kota Viginia yang membutuhkan
perawatan. Nadia melihat dirinya mendapatkan seekor kucing berbulu abu-abu yang sebelah
kakinya terluka cukup parah, sebelah mata kucing itu berwarna abu-abu, rabun dan
memandangnya dengan penuh ketakutan juga kemarahan.
Orang yang terluka cenderung pemarah atau juga orang pemarah cenderung mudah
terluka. ~ 483 ~ - B L E S S E D H E A R T -
Seperti biasa ia segera memulai pernafasan, menyusun perasaannya, memfokuskan
diri untuk memulai penyembuhan. Penyembuhan adalah salah satu kemampuan alinergi yang
paling dikuasainya karena sering mendapat petunjuk dari Angelina. Ia meletakkan
tangannya dengan hati-hati menyentuh kucing di depannya untuk memulai penyembuhan.
Hampa. Ia tidak merasakan apa pun juga, seluruh energi atau perasaannya terasa kosong
dan tidak ada energi yang mengalir seperti biasanya. Nadia kembali memusatkan pikirannya dan
mencoba beberapa kali. Tetap saja tanpa hasil.
"Tenangkan dirimu," batin Nadia pada dirinya sendiri. Dua puluh menit berlalu,
seorang pengajar wanita yang juga penyembuh senior melihat kegelisahan Nadia dan
mendekatinya. "Ada masalah, Nadia?"
Nadia terdiam sebentar dan wajahnya terlihat pucat menatap pembimbingnya. "Aku
tidak bisa mengalirkan energi penyembuhan."
Beberapa orang di sekeliling Nadia mulai menatapnya penuh tanya. Guru itu
memelankan suaranya hingga berbisik hanya dapat didengar mereka berdua. "Apakah kamu sedang
mengalami menstruasi?"
Nadia menggelengkan kepalanya. Adalah wajar bagi alinergi wanita untuk mengalami
gangguan energi pada saat sedang mendapatkan siklus bulanan mereka yang
mengacaukan hormon di dalam tubuh. Terkadang membuat mereka sama sekali tidak mampu
mengalirkan energi dengan baik untuk beberapa hari ke depan.
"Mungkin sebaiknya kamu melakukan check-up pada Dokter. Kesehatan yang kurang
baik dan emosional yang tidak stabil dapat mempengaruhi kekuatan alinergi, terutama
wanita," kata Guru itu sambil mengetikkan jarinya dan masukkan data pada sebuah pad
elektronik di tangannya. "Aku sudah membuatkanmu izin untuk melakukan check-up."
"Terima kasih," sahut Nadia lesu.
Pengajar itu melihatnya. "Nadia nilaimu selalu sempurna, tidak akan ada salahnya
jika kamu
Hati Yang Terberkahi Blessed Heart Karya Adam Aksara di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beristirahat beberapa hari. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri," tambahnya
dan meninggalkan Nadia. *** Gris, Angelina serta Nadia duduk bertiga untuk makan siang di kantin BtP dan
Nadia hanya diam tidak melakukan apa pun juga selain menatap makanannya saja, sedangkan Gris
dan Angelina sibuk bercerita berdua mengenai apartemen Gris yang meledak karena
kebocoran ~ 484 ~ - B L E S S E D H E A R T -
gas. Lawrence berjalan mendatangi meja makan mereka dan berhenti di samping
Nadia. Ia menatap Nadia dalam-dalam.
"Hai Lawrence," panggil Gris akrab.
Lawrence menyinggungkan sebuah senyuman padanya dan berbalik menatap Nadia yang
hanya diam, "Benarkah kamu kehilangan kekuatanmu?"
Nadia menatap Lawrence sebentar dan menggangguk, kelihatannya rekan sekelasnya
sudah memberitahu semua orang. Perfect copier yang kehilangan kekuatannya sama saja
seperti burung yang kehilangan sayapnya. Lawrence mengulurkan tangannya memegang sebelah
telapak tangan Nadia dan terlihat sedang memeriksa sesuatu, setelah itu
meletakkan kembali tangan Nadia. "Apakah, kamu sudah memeriksakan diri pada dokter?"
"Mungkin setelah ini," balas Nadia lemah.
Lawrence menghelas nafas. "Baiklah aku permisi dulu. Gris, Angelina, Nadia,"
katanya dan pergi berlalu. "Nadia!!" teriak Gris, "Katakan apa yang terjadi."
Nadia menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu."
"Bukankah kemarin kamu masih bisa menendang Jaime sambil menghilang. Sejak kapan
kekuatanmu menghilang?"
Nadia menarik nafas dalam-dalam dan menunduk. "Aku tidak tahu." Mereka bertiga
Tiga Naga Sakti 10 Dyah Ratnawulan Karya Kho Ping Hoo Dendam Sepasang Gembel 1