Pencarian

Llano Estacado 4

Llano Estacado Karya Dr. Karl May Bagian 4


"Mudah sekali. Hanya saya memerlukan tempat yang lapang, makin lapang makin
baik. Tetapi janganlah kita terlalu banyak berbicara! Kaam Kulano ini harus kita
tinggalkan sejauh-jauhnya. Saya akan berjalan di muka, agar kuda ini tidak
menjadi gugup karena dekat pada orang kulit putih."
Dalam pada itu saya menyusul Bob. Orang Negro itu segera berkata:
"Mengapa Masser Bob tidak boleh berjalan di samping Massa Shatterhand" Masser
Bob hendak mengucapkan terimakasih!"
"Tidak perlu, Bob."
"Dan ia hendak menceriterakan bagaimana orang-orang Indian itu dapat menangkap
Masser Bob." "Kemudian saja. Sekarang belum saatnya untuk banyak berbicara. Jagalah agar Anda
tidak terbelakang." "Oh... oh... kuda Anda baik sekali dan Bob sudah pandai menunggang kuda. Hatatitla
dan Bob adalah sahabat baik dan berdua kami berjalan cepat sekali."
Ya, kini Bob sudah jauh lebih pandai naik kuda daripada ketika ia untuk pertama
kali duduk di atas pelana. Ketika itu ia berpegang erat-erat pada tengkuk kuda
dan badannya selalu meluncur ke belakang sehingga acapkali ia jatuh di belakang
ekor kudanya. Karena itu maka ia mendapat sebutan Sliding-Bob, artinya Bob yang
meluncur. Akhirnya ia mendapat guru yang ahli, yakni Bloody Fox. Kini ia tidak
pernah terbelakang lagi. Sejak kami meninggalkan Kaam-Kulano, kami tidak usah merasa khawatir kalau-kalau
akan disusul oleh orang Comanche. Kuda kami semuanya bagus dan kencang larinya.
Setelah beberapa jam kami berjalan tanpa berhenti, maka akhirnya kami berhenti
juga oleh karena dari tempat itu ke Nargoletch Tsil, di mana kami akan menjumpai
orang-orang Apache, kami masih harus berjalan sehari penuh.
Kuda kami kami tambatkan dengan lasso yang panjang sekali agar mereka dapat
makan rumput dengan leluasa. Kuda saya saya tambatkan agak jauh dari kuda-kuda
yang lain, karena ia belum biasa kepada kuda-kuda itu.
Demi kami sudah berkumpul, maka Bob bertanya:
"Bolehkah sekarang Masser Bob menceritakan bagaimana ia ditangkap oleh orang
Indian?" "Ya, silahkan," jawab saya, sebab saya tahu bahwa Bob tidak akan merasa puas
sebelum ia diberi kesempatan untuk berceritera. "Saya heran mengapa Anda
ditinggalkan oleh Bloody Fox."
"Saya sama sekali tidak heran."
"Itu saya tidak mengerti. Bukankah Anda pergi berburu?"
"Ya, berburu." "Jadi Anda selalu bersama-sama dengan Bloody Fox."
"Ya, bersama-sama," jawabnya dengan mengangguk.
"Anda tertawan dan Bloody Fox dapat meloloskan diri?"
"Ya." "Berapa banyak orang kulit merah yang menyerang Anda?"
"Sepuluh, ditambah sepuluh, ditambah sepuluh lagi. Barangkali lebih banyak
daripada itu. Bob tidak sempat menghitung dengan saksama."
"Jadi kira-kira tigapuluh orang. Sepanjang pengetahuan saya Bloody Fox tidak
takut mengejar tigapuluh orang kulit merah. Bukankah ia tahu bahwa Anda telah
tertangkap?" "Barangkali Massa Fox tidak mengetahuinya."
"Tidak" Tidakkah ia melihat?"
"Tidak." "Akan tetapi Anda bersama-sama!"
"Ketika orang Indian itu datang, Massa Fox tidak ada di tempat Masser Bob."
"O, jadi Anda berpisah?"
"Ya. Lama sekali kami mencari binatang perburuan, sampai jauh dari rumah, sampai
ke Gunung Hujan, akan tetapi tidak bersua dengan seekor binatang pun."
"Sampai ke Nargoletch Tsil" Justru tempat itulah tujuan kita sekarang."
"Ya, betul, Nargoletch Tsil."
"Anda berburu di sana?"
"Ya, akhirnya kami menembak dua ekor bison. Kami potong-potong dagingnya dan
kami iris menjadi lembaran daging yang nantinya akan kami masak menjadi dendeng.
Lagi pula kami ada membawa kuda beban untuk mengangkat daging itu. Setelah
daging itu kami jemur, maka kami mencari jejak bison lagi: Massa Fox pergi ke
kiri, Masser Bob pergi ke kanan."
"Itu tidak bijaksana. Seharusnya Anda harus pergi bersama-sama atau salah
seorang harus tinggal menjaga kuda dan daging."
"Ya, begitulah hendaknya. Massa Shatterhand selalu lebih mengetahui apa yang
baik daripada Bloody Fox dan Masser Bob. Saya berjalan jauh sekali, akan tetapi
tidak mendapatkan jejak bison. Akhirnya saya berbalik oleh karena hujan mulai
turun. Sekonyong-konyong datang orang-orang Comanche dan saya sudah terkepung.
Saya hendak melawan akan tetapi saya dapat ditangkapnya. Mereka bertanya apa
maksud saya datang ke tempat itu, akan tetapi saya tidak mau memberi jawab. Saya
dipukuli, akan tetapi mulut saya tetap terbungkam. Kemudian orang-orang Comanche
itu menyuruh beberapa orang penyelidik mengikuti jejak saya. Kemudian mereka
kembali, maka bersama-sama mereka pergi ke Gunung Hujan. Saya dibawanya serta.
Segera saya mendengar tembakan. Sampai ke tempat di mana kami meninggalkan
daging kami, saya melihat beberapa orang Indian terhampar di tanah, semuanya
mati tertembak oleh Massa Fox; tetapi Massa Fox tidak ada di situ."
"Jadi rupa-rupanya ia lebih dahulu balik ke tempat daging itu dan di sana ia
diserang oleh orang-orang Comanche. Ia telah menembak beberapa orang, lalu
melarikan diri." "Ya, ia sudah menghilang. Beberapa orang mengejar dia, akan tetapi kemudian
kembali tanpa dapat menemukan Massa Fox."
"Kemudian, apa yang diperbuat oleh orang-orang Indian itu?"
"Masser Bob dikatakan pada kuda, daging itu diangkutnya, lalu kami pergi."
"Ke mana?" "Kami berjalan hampir dua hari lamanya. Akhirnya Bob ditawan dalam sebuah kemah.
Mereka mengatakan kepada saya bahwa mereka hendak mengambil Bloody Fox. Nanti
Massa Fox dan saya akan mati pada tiang siksaan."
"Hm! Lebatkah hujan itu?"
"Lebat sekali. Baju saya basah kuyup."
"Pukul berapa kira-kira semuanya itu terjadi?"
"Ketika saya dan orang-orang Indian itu sampai ke Gunung Hujan, hari sudah mulai
gelap." "Saya yakin bahwa Fox balik kembali untuk membebaskan Anda. Akan tetapi oleh
karena hari sudah gelap maka ia tak dapat melihat jejak orang-orang Indian itu.
Keesokan harinya jejak itu sudah hilang, sebab rumput yang terinjak oleh kaki
kuda itu telah tegak kembali oleh hujan. Ia tidak mengetahui bahwa Anda telah
berjumpa dengan orang-orang Indian dan telah ditangkapnya. Barangkali ia mengira
bahwa Anda sesat. Ia mencari Anda, tetapi sia-sia. Sehari lamanya ia menunggu
Anda balik kembali. Akan tetapi oleh karena Anda tidak datang, maka ia menduga
bahwa Anda sudah lari karena dikejar orang kulit merah."
"Ya, barangkali ia mengira begitu."
"Anda disangka telah hilang."
"Ya, pulang ke Ibu Sanna!"
"Karena itu maka Bloody Fox pun pulang juga."
"Akan tetapi demi Massa Fox melihat bahwa Bob tidak ada di rumah, apa yang akan
dikerjakannya?" "Barangkali ia pergi lagi untuk mencari Anda. Siapa tahu di mana dan sampai
berapa lama ia mencari Anda."
"Akan tetapi nanti kami akan bertemu lagi. Bukankah Massa Shatterhand akan
membawa Bob ke rumah Massa Fox?"
"Ya, sebab orang-orang kulit merah hendak menyerang rumah Fox."
"Mereka tidak akan berani! Mereka akan dibunuh dan ditembak oleh Masser Bob,
semuanya!" Ia menggeretakkan giginya. Kemudian ia berkata lagi:
"Ia, semuanya akan saya bunuh, sebab mereka telah memukul saya dan tidak memberi
saya makan. Saya lapar sekali, akan tetapi apabila saya minta makan, maka saya
ditertawakannya saja."
"Nah, ambillah daging dari tas pelana saya. Makanlah sepuas-puasnya."
"Ya, terimakasih, Bob lapar sekali."
Ia makan dengan lobanya. Seluruh daging yang ada di tas pelana saya
dihabiskannya. Kemudian ia menceriterakan panjang lebar apa yang dialaminya
sebagai tawanan. Ceriteranya itu sama sekali tidak penting bagi kami.
Setelah matahari terbit maka bangkitkan kami untuk menaiki kuda.
"Kini ingin sekali saya mengetahui bagaimana sikap kuda Anda sekarang," kata Old
Wabble. "Anda tentu tidak akan menyamar lagi, bukan?"
"Ya, lemparkan ke mari."
"Tidak sekarang, nanti kalau saya sudah duduk di atas punggungnya. Selimut itu
nanti akan saya lemparkan kepada Anda."
Kini saya mendekati kuda itu untuk membelai-belainya.
Saya melihat bahwa binatang itu kini menaruh curiga dan menjadi gelisah. Ia
menggeleng-gelengkan kepalanya, mendengus-dengus lalu menarik-narik lasso. Bau
tumbuh-tumbuhan itu sudah hilang, tetapi ia masih tertipu oleh selimut Indian
yang saya pakai. Saya lepaskan ikatannya lalu saya naik. Lasso itu saya gulung-gulungkan pada
leher kuda. Teman-teman saya mengamat-amati perbuatan saya dengan berdebar-
debar, tetapi mereka menyingkir jauh-jauh, takut kalau-kalau akan diterjang oleh
kuda itu apabila ia lari. Binatang itu mulai menggigil, itu adalah tanda bahwa
ia akan memberi perlawanan. Dalam sekejap mata saja saya cabut selimut saya
serta saya lemparkan ke arah Old Wabble. Dengan cepat sekali lasso saya belitkan
pada punggung. Dengan tangan yang satu saya memegang tali kekang dan dengan
tangan yang lain saya cabut topi saya dari bawah baju saya, lalu saya letakkan
di atas kepala saya. Pada saat itu kuda itu memalingkan kepalanya dan demi ia
melihat saya maka ia meringkih-ringkih lalu berdiri pada kaki belakangnya. Tali
kekang saya tarik kuat-kuat, paha saya saya tekankan pada perutnya. Ia berdiri
tegak pada kaki belakangnya. Kuda itu hampir saja jatuh terbalik. Saya dorong
dia ke depan; dalam pada itu saya tarik ia ke sisi, sehingga hampir ia berputar.
Kemudian ia hendak mengangkat kaki belakangnya: sia-sia belaka.
Kini ia melompat-lompat, membungkukkan punggungnya, melompat ke atas dengan
keempat kakinya. Kemudian ia berdiri dengan diam untuk menipu saya. Setelah itu
dengan tiba-tiba ia melompat ke sisi untuk melemparkan saya; sia-sia juga!
Kemudian dicobanya segala akal untuk melemparkan saya.
Saya tetap duduk dengan tenang.
"Bagus, bagus sekali, Sir!" seru Old Wabble. "Baik sekali duduk Anda. Kuda itu
banyak sekali tingkahnya, rupa-rupanya ia sudah kemasukan setan."
"O, ini baru permainan saja," jawab saya. "Nantilah sebentar, tingkahnya akan
lebih hebat lagi!" Seakan-akan kuda itu dapat memahami perkataan saya, maka iapun berbaring dan
menggulung-gulungkan badannya. Dalam pada itu keempat kakinya digerak-
gerakkannya di udara. Tetapi saya tetap waspada. Ketika ia berbaring, maka saya
melompat dengan kedua kaki saya di tanah, akan tetapi badan kuda itu masih di
antara dua kaki saya. Ia berguling ke kiri, lalu berguling ke kanan, akan tetapi
badannya selalu ada di antara kaki saya. Saya harus melihat dengan tajam dan
harus mengindahkan segala gerak kuda itu. Dalam pada itu saya harus menjaga agar
tidak dapat disepak dengan kakinya. Saya harus menerka apa yang akan diperbuat
oleh kuda itu pada saat berikutnya. Begitulah beberapa lamanya kami mencoba
tipu-menipu. Saya sudah mulai lelah.
Kini binatang itu bangkit kembali dan saya terangkat ke atas, tetapi dalam pada
itu tali kekang saya pegang erat-erat.
"Bagus, bagus sekali," seru cowboy tua itu. "Thunderstorm, kuda itu sudah
menjadi seperti setan. Anda cekatan sekali, Mr. Shatterhand, hanya Old Wabble
saja dapat meniru perbuatan Anda."
"Itu belum seberapa, Sir," seru saya. "Mula-mula saya biarkan dia berlelah-
lelah, akan tetapi perhatikanlah, kini dia akan berlari. Naiklah Anda semuanya
untuk mengikuti saya."
Sedang saya berkata, kuda itu berulang-ulang melompat-lompat dan untuk kedua
kalinya berguling-guling, kemudian bangkit lagi.
Sampai kini kuda itu mencoba melawan dengan akal dan kecerdikan, akan tetapi
saya yakin bahwa sebentar lagi ia akan memberi perlawanan dengan kekuatan
badannya. Saya tarik lebih keras lagi tali kekangnya, lalu saya maju ke depan
dan saya tekan perutnya dengan kedua paha saya. Kuda itu berdiri dengan diam.
Saya memasang telinga saya. Saya menunggu sampai saya mendengar bunyi yang saya
harapkan. Ya, saya mendengar bunyi itu. Ia mengerang-ngerang dan kedengaran oleh
saya bunyi napasnya mulai terengah-engah; itulah tanda bahwa saya pasti akan
menang apabila kekuatan saya tidak berkurang.
Kuda itu hendak berdiri pada kaki belakangnya, hendak melompat dengan keempat
kakinya, akan tetapi ia saya tekan perutnya lebih keras lagi, sehingga ia tidak
dapat berbuat apa yang dikehendakinya. Ia mengerang lebih keras lagi, napasnya
menjadi lebih terengah-engah. Lima menit lamanya kami berjuang secara itu.
Kemudian mulutnya sudah berbuih.
"Bagus, bagus!" seru Old Wabble dengan kagum. "Belum pernah saya melihat orang
menguasai kuda seperti Anda!"
Ya, mudah sekali mengatakannya, akan tetapi lain halnya apabila ia duduk di
tempat saya. Paru-paru saya sudah mulai sesak, saya bersimbah peluh, akan tetapi
saya tetap bertahan. Kini kuda itu hendak berguling lagi, akan tetapi tiada
dapat. Sekarang saya beri tekanan lebih keras lagi dan... kekuatan manusia telah
dapat mengalahkan kekuatan kuda. Kuda itu rebah.
"Kagum, kagum saya!" seru Old Wabble. "Saya tidak akan dapat meniru Anda. Kini
saya tahu. Sir, bahwa Anda jauh lebih pandai menunggangi kuda daripada saya."
Old Surehand berdiam diri; akan tetapi matanya bersinar-sinar.
"Bagus, bagus!" seru Bob. "Saya sudah sering sekali melihat Masser Shatterhand
berbuat begitu, akan tetapi selalu dengan kuda liar."
"Saya belum selesai," jawab saya. "Lihatlah kini ia tentu akan berlari."
Saya berdiri dengan kedua kaki saya terlangkahkan di atas badan kuda, sambil
membungkukkan badan saya dan memegang tali kekang di tangan saya. Kuda itu sadar
kembali lalu bangkit dan saya terangkat ke atas pula. Beberapa saat lamanya ia
berdiri dengan tiada bergerak. Dengan tiba-tiba ia melompat, lalu lari secepat-
cepatnya. Saya tetap duduk dengan kokoh dan saya biarkan kuda itu berlari,
asalkan ia tidak menyimpang dari arah yang kami tuju. Ketiga orang teman saya
mengikuti saya dari belakang. Kemudian kuda itu mencoba sekali lagi untuk
melemparkan saya, akan tetapi saya kuasai lagi seperti tadi sampai ia rebah
lagi. Kini saya tahu bahwa ia tidak akan memberi perlawanan lagi. Saya menunggu
sampai ketiga orang teman saya menyusul saya. Mereka menghentikan kudanya dan
Old Wabble bertanya: "Hai, Anda melepaskan tali kekang dan kuda itu Anda biarkan berbaring begitu
saja! Bagaimana apabila ia lari lagi?"
"Ia tidak akan lari lagi, ia sudah saya kalahkan," jawab saya.
"Jangan Anda sembrono. Sayang apabila sesudah segala susah payah itu ia akan
lolos juga!" "Ia tidak akan lari lagi. Perhatikanlah! Saya tahu latihan orang Indian."
Saya pegang kuda itu pada kepalanya sambil berkata:
"Naba, naba - bangkitlah, bangkitlah!"
Kuda itu bangkit. Perlahan-lahan saya mendekatinya seraya memberi perintah:
"Eta, eta - ke mari, ke marilah!"
Ia mengikuti saya, ke kanan, lalu ke kiri sampai saya berhenti. Maka iapun
berhenti juga. "Luar biasa," seru Old Wabble. "Jikalau orang tidak menyaksikannya sendiri maka
ia tak akan mau percaya!"
"Nah, kini Anda mengakui bahwa kuda ini sudah saya jinakkan?"
"Ya, ya!" "Dan kaki serta tangan saya tidak patah!"
"Sudahlah! Saya tidak dapat menduga bahwa Anda telah dapat melebihi Old Wabble!"
"Rupa-rupanya Anda mengira bahwa Anda penunggang kuda yang paling ulung di dunia
ini! Ya, saya berani mengatakan bahwa saya melebihi Anda, akan tetapi bukan
karena saya congkak, sebab saya mengakui juga bahwa ada penunggang kuda yang
lebih cakap lagi daripada saya."
"Astaga! Saya ingin bertemu dengan orang yang lebih pandai naik kuda daripada
Anda!" "Saya sudah pernah menunggangi kuda yang harganya limapuluh ribu dollar atau
lebih, itupun sekiranya kuda itu boleh dibeli orang. Anda boleh mencoba menaiki
kuda Kirgis yang sudah terlatih, atau kuda Kurdis atau kuda Parsi yang dilatih
menurut cara Partha kuno. Menurut pengertian orang di sini Anda adalah
penunggang kuda yang ulung; akan tetapi di sana Anda akan ditertawakan orang."
"Kirgis... Kurdis... Partha kuno..." Kata-kata apa itu" Anda sudah pernah menunggangi
kuda-kuda itu?" "Ya, dan saya tidak pernah menjumpai kesulitan."
"Hm, hm!" demikian orang tua itu menggerutu. "Saya selalu menyangka bahwa saya
seorang penunggang kuda yang ulung dan kini ternyata tidak benar."
"Bukan itu maksud saya, Mr. Cutter. Anda memang seorang penunggang kuda yang


Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ulung, akan tetapi secara cowboy. Orang kulit merah lain pula cara menunggang
kuda, bukankah begitu?"
"Ya." "Oleh karena saya mengenal baik cara orang Indian menunggangi kuda, maka kuda
ini dapat saya kalahkan, tidak lain. Jangan Anda lupakan bahwa di dunia ini
masih banyak sekali bangsa penunggang kuda: orang Arab, orang Badui, orang
Tuareg, orang Parsi, orang Turki, orang Kirgis, orang Mongol dan seterusnya dan
setiap bangsa itu mempunyai cara masing-masing. Dapatkah seseorang yang pandai
naik kuda menurut cara saja menyebut dirinya penunggang kuda yang paling ulung
dan patutkah ia berkata: orang itu melebihi saya?"
"Ya, saya mengerti, Sir! Tetapi saya mengerti juga bahwa maksud Anda ialah
hendak mengatakan: jangan berlagak, Old Wabble!"
"Bukan karena saya mengira bahwa saya lebih pandai daripada Anda, akan tetapi
maksud saya hanyalah supaya Anda memperoleh pandangan yang lebih luas. Di Kaam
Kulano tadi Anda hendak memberi pelajaran kepada saya, pada saat dan tempat yang
tidak serasi." "Itu benar, Mr. Shatterhand!" jawabnya dengan terus terang. "Ya, saya selalu
keras kepala, karena saya belum pernah bersua dengan orang yang lebih pandai
daripada saya. Anda sudah menegur saya, bukan saja dengan kata-kata melainkan
lebih-lebih dengan perbuatan dan teguran. Itu akan saya perhatikan benar."
"Marilah kita meneruskan perjalanan kita."
"Kita akan kembali ke Altschese Tschi?" tanya Old Wabble.
"Tidak, kita tidak akan kembali ke Hutan Kecil?"
"Ingatlah akan para penyelidik orang Comanche yang telah terbunuh di sana.
Mereka tidak kembali ke perkemahan Vupa Umugi. Saya yakin bahwa ketua suku itu
akan mengirimkan prajurit-prajuritnya untuk menyelidiki di mana mereka itu.
Bolehkah mereka menjumpai jejak kita?"
"Tidak, sebab dengan demikian maka mereka dapat mengikuti kita ke Gunung Hujan.
Tetapi bagaimana halnya dengan Parker, Hawley dan Pisau Panjang" Bukankah mereka
membuat jejak juga yang menuju ke Gunung Hujan?"
"Itu kemarin; jejaknya tidak akan kelihatan lagi."
"Jadi kita harus berjalan mengeliling; ke mana" Bukankah kita harus mengambil
jalan antara Hutan Kecil dan Air Biru" Dengan demikian maka orang-orang Comanche
akan lebih lekas lagi menjumpai jejak kita."
"Kita harus membelok lebih ke kanan lagi."
"Jadi kita harus menyeberangi Rio Pecos lagi! Jalan itu panjang sekali."
Kini Old Surehand berkata sambil menggeleng-gelengkan kepalanya:
"Anda ini benar-benar tidak dapat memungut pelajaran dari pengalaman, Old
Wabble! Rupa-rupanya Anda selalu hendak menyanggah saja!"
"Tidak, saya tidak akan membuka mulut saya lagi!"
"Saya sependapat dengan Mr. Shatterhand. Jauh atau tidak, kita harus mengambil
jalan yang mengeliling itu. Tidakkah Anda mengerti bahwa dengan demikian Old
Shatterhand mendapat dua keuntungan sekaligus?"
"Dua keuntungan bagaimana?"
"Pertama, jejak kita tidak akan dijumpai orang."
"Yang kedua?" "Nale Masiuv." "Nale Masiuv" Bagaimana?"
"Hari ini hari yang ketiga."
"Ya, dihitung dari hari kita ada di Air Biru maka hari ini ialah hari yang
ketiga dan pada hari ini Nale Masiuv akan datang dengan membawa seratus orang
prajurit. Jadi kita akan mencari jejak mereka?"
"Ya," jawab saya. "Kita harus mengetahui sudah adakah ia di sana atau belum.
Saya yakin bahwa setelah Nale Masiuv datang ke Air Biru, maka sekalian orang
kulit merah itu akan berangkat ke Llano Estacado. Itu penting sekali bagi kita.
Sejak saat ini kita harus membelok ke kanan. Marilah, Tuan-tuan!"
"Saya tidak mempunyai bedil untuk menembak orang-orang Indian itu," seru Bob.
"Anda akan saya beri bedil. Di Hutan Kecil kami telah merampas beberapa buah
bedil; nanti Anda boleh memilih. Dan apa yang masih Anda perlukan lagi, pisau
dan sebagainya, akan saya beri juga."
Ketika saya membelai-belai kuda Comanche saya maka kuda itu tidak memberi
perlawanan sama sekali. Saya periksai kukunya dan dia membiarkan saya berbuat
begitu. Ketika saya naik ke atas punggungnya, maka ia berdiri dengan tenang.
Pendek kata, kuda itu sudah mengakui saya sebagai tuannya. Old Wabble
menggeleng-gelengkan kepalanya karena kagum, akan tetapi tidak berkata apa-apa.
Kuda itu kini tidak takut lagi kepada kuda-kuda yang lain, sehingga kini saya
dapat berjalan bersama-sama dengan teman-teman saya. Maka kami berganti-ganti
berceritera. Old Surehand pun menceriterakan beberapa pengalamannya. Akan tetapi
apa yang diceriterakannya itu lebih merupakan berita daripada kisah. Old Wabble
mendapat kesempatan menyampaikan pelbagai pertanyaan yang cerdik, yang akan
membuat orang biasa terpaksa menceriterakan asal-usulnya, akan tetapi Old
Surehand selalu dapat menghindarinya dan saya mengetahui bahwa sedikitpun ia
tidak menyinggung riwayat dirinya sendiri. Saya tidak mau memajukan pertanyaan
yang dapat menimbulkan persangkaan bahwa saya ingin benar mengetahui rahasianya.
Menjelang malam sampailah kami pada suatu tempat di tepi Rio Pecos yang jauhnya
kira-kira satu mil Inggeris dari tempat di mana sungai itu bermuara di Air Biru.
PERTEMUAN PEMBURU-PEMBURU PRAIRI YANG ULUNG DI PADANG PASIR
Kami menyeberangi Rio Pecos dengan berenang, sebab hanya dengan demikian kami
dapat menjauhi Air Biru, Tiba di seberang segera kami menjumpai jejak.
"Ha," seru Old Wabble, "kini kita melihat tanda, bahwa Nale Masiuv sudah tiba di
sini dengan prajurit-prajuritnya!"
Old Surehand melayangkan pandangannya ke arah jejak itu lalu berkata:
"Bukan Nale Masiuv."
"Mengapa bukan?"
"Berapa orang kulit merah yang akan dibawanya?"
"Seratus." "Adakah ini jejak seratus orang berkuda?"
"Ya, itu benar. Mungkinkah itu jejak pelopornya?"
"Barangkali." "Kalau begitu sisa pasukannya masih akan datang dan jejak kita akan dilihatnya.
Apa yang akan kita perbuat" Mereka tidak boleh tahu bahwa kita ada di sini."
"Apa yang akan kita perbuat, itu harus ditetapkan oleh Mr. Shatterhand."
Saya membungkukkan badan saya untuk mengamati jejak itu dengan lebih seksama,
lalu berkata: "Ini jejak kira-kira duapuluh orang berkuda yang rupa-rupanya merasa aman, sebab
mereka tidak berjalan berurutan. Jejak ini usianya paling sedikit empat jam.
Barangsiapa datang ke mari sesudah kita, akan dapat membedakan jejak kita
daripada jejak penunggang-penunggang kuda ini. Akan tetapi malam hari sudah
dekat. Dan dalam gelap gulita mereka tidak akan dapat membedakannya. Jangan kita
khawatir, marilah kita ikuti jejak ini."
Tidak lama kemudian sampailah kami pada tempat di mana penunggang-penunggang
kuda itu berhenti. Tempat itu dikelilingi oleh semak belukar pada pihak yang
berlawanan dengan tepi sungai. Semak belukar itu tidak berapa lebat.
"Kita hanya mengetahui bahwa jumlah mereka kira-kira duapuluh orang," kata saya,
"selanjutnya tidak kita ketahui apa-apa lagi."
"Jadi mereka itu adalah pasukan pelopor?" tanya Old Wabble.
"Itu sangat saya sangsikan. Untuk apa Nale Masiuv membagi pasukannya dan
mengirimkan pelopor" Itu hanya dilakukan orang kalau hendak mendekati musuh.
Tidak demikianlah halnya di sini. Jadi saya kira mereka itu bukan pelopor,
melainkan pasukan yang berdiri sendiri. Boleh jadi ini kelompok Schiba Bigk,
ketua suku yang masih muda, yang harus pergi ke Air Biru jikalau ia hendak
menyertai Vupa Umugi ke Llano Estacado."
"Itu mungkin, Sir! Akan kita ikuti jejak ini?"
"Itu tidak ada gunanya, bahkan akan membahayakan."
"Tetapi bukankah kita harus berjalan ke hulu untuk menyeberang lagi."
"Ya, akan tetapi tidak menyusur tepi sungai ini, supaya jangan ada kemungkinan
kita akan berjumpa dengan orang kulit merah. Kita akan berjalan mengelilingi
sedikit, sehingga baru kita sampai ke tempat penyeberangan apabila hari sudah
gelap, jadi tidak akan dapat dilihat orang."
"Itu baik sekali, akan tetapi berbahaya juga. Sebab apabila sebelum gelap ada
orang Indian datang ke mari maka mereka akan melihat di mana kita meninggalkan
jejak ini. Mereka akan mengikuti kita."
"Kita tidak akan berbuat sebodoh itu. Kita baru menyimpang di tempat, di mana
kita tidak akan membuat jejak. Dan tempat itu ialah ini. Adakah Anda melihat
sela-sela di semak belukar itu?"
"Apa gunanya, mereka akan melihat jejak kita juga."
"Tidak. Kita tidak akan berjalan dengan perlahan-lahan, melainkan kita akan
melompat. Kalau kuda kita bertumpu di sini, maka itu tidak akan dilihat orang,
sebab tempat ini penuh dengan jejak dan rumput ini sudah terinjak-injak sama
sekali. Kuda kita akan menjejak tanah lagi di balik sela itu. Bekas kaki kuda
itu tidak akan dapat dilihat dari sini, oleh karena sela itu sangat sempit. Akan
tetapi kita harus melompat tinggi supaya jangan kita mematahkan ranting atau
daun." "Siapa yang akan melompat lebih dahulu?"
"Saya! Ikutilah saya dan berbuatlah seperti saya!"
Saya melompatkan kuda saya jauh ke atas semak-semak itu. Sampai di seberang saya
tidak menunggu, melainkan berjalan terus untuk memberi tempat bagi teman-teman
saya. Mereka semuanya melompat dengan selamat. Kemudian kami menyilang hutan
belukar itu sampai kami tiba pada sebuah padang terbuka. Dari sana kami berjalan
lurus-lurus ke arah tempat penyeberangan sungai. Kami harus hati-hati sekali,
sebab dalam pada itu hari sudah menjadi gelap. Tempat itu tidak seberapa aman.
Oleh karena Vupa Umugi mengharapkan kedatangan pasukan Nale Masiuv, maka di
dekat tempat penyeberangan itu mungkin sekali kami akan menjumpai orang kulit
merah. Karena itu kami turun, lalu meneruskan perjalanan kami dengan berjalan kaki
sambil membimbing kuda kami pada tali kekangnya.
Segera ternyatalah bahwa apa yang kami khawatirkan itu beralasan juga. Sebelum
kami sampai ke tempat penyeberangan itu maka kami mencium bau api. Kami
berhenti. Perlu kami selidiki dahulu, siapa yang membuat api itu. Itu akan saya kerjakan
dengan Old Surehand. Kuda dan bedil kami kami serahkan kepada Old Wabble dan
Bob. Bau api itu makin dekat dan dekat pada tempat penyeberangan itu api itu
sudah kelihatan oleh kami. Siapa yang duduk pada api itu tiada dapat kami lihat,
oleh karena tertutupi oleh semak-semak. Kami bersembunyi di belakang semak-semak
dan dari sana melihat dua orang Indian duduk berhadapan. Mereka itu ialah orang
Comanche. Untuk apa mereka duduk di sini" Apa maksud mereka membakar api itu"
Jawabnya tidak sukar, Old Surehand sependapat dengan saya. Ia berbisik:
"Nale Masiuv belum ada di sini. Jadi dugaan Anda benar, Sir."
"Ya, mereka menunggu dia di sini."
"Perlukah itu?"
"Ya, Nale Masiuv adalah dari marga yang lain dan daerah perburuannya jauh
letaknya dari sini. Karena ia tidak mengenal tempat penyeberangan ini. Kedua
orang ini ada di sini untuk menunjukkan tempat ini kepadanya."
"Untung kita datang kemari pada malam hari!"
"Ya, pada siang hari mereka tentu akan melihat kita, sebab mereka niscaya sudah
lama ada di sini." "Ya, mujur benar mereka tidak melihat kita. Walaupun mereka tidak akan dapat
menangkap kita, akan tetapi mereka akan mengetahui bahwa kita masih ada di sini,
padahal mereka selalu menduga bahwa kita telah meninggalkan tempat ini."
Api ini adalah bukti bahwa mereka yakin bahwa kita sudah ada di pegunungan.
Sekiranya mereka mengira bahwa kita masih ada di daerah ini, maka niscaya mereka
tidak akan membuat api. Bodoh benar orang-orang ini, mereka tidak dapat
mempergunakan otaknya. "Kita akan tinggal di sini?"
"Saya kira begitu."
"Itu pendapat saya juga. Mereka selama ini berdiam diri saja, akan tetapi ada
pula kemungkinan bahwa mereka nanti akan bercakap-cakap juga."
"Ya, barangkali kita akan mendengar sesuatu yang penting. Yang duduk di sebelah
kanan itu seorang prajurit yang saya kenal. Ketika saya mendengarkan percakapan
Vupa Umugi di Air Biru, ia duduk di sebelah ketua suku. Sekiranya mereka nanti
berbicara, maka barangkali mereka akan mempercakapkan rencana mereka. Nah,
dengarlah!" Orang Indian yang kami maksud tadi sudah mengatakan sesuatu, akan tetapi singkat
sekali, lagi pula perlahan-lahan sehingga tidak dapat kami dengar dengan jelas,
Orang kulit merah yang lain menjawab, akan tetapi tidak dapat kami dengar juga.
Demikianlah mereka bercakap-cakap sebentar tanpa dapat kami ketahui apa yang
dipercakapkannya. Kini kami meletakkan telinga kami pada tanah untuk dapat mendengar lebih jelas.
Baru saja kami berbuat begitu maka Old Surehand sudah menyentuh lengan saya.
Segera saya mengetahui apa maksudnya, sebab sayapun telah mendengar bunyi yang
didengarnya. Bunyi itu ialah bunyi depak kuda.
"Kuda kitakah itu?" tanya Old Surehand.
"Bukan, bunyi itu asalnya dari sebelah hulu."
"Kalau begitu mereka itu orang Comanche, sebab mereka sama sekali tidak berusaha
untuk berjalan dengan hati-hati."
"Ya, mereka ialah orang Comanche, akan tetapi mereka tidak tahu bahwa di sini
ada orang kulit merah."
"Tiadakah mereka melihat api ini?"
"Tidak, bunyi ini datangnya dari jarak kira-kira delapanpuluh langkah dari sini
dan di sebelah hulu ada semak-semak yang lebat yang menghalang-halangi cahaya
api ini." "Akan tetapi mereka harus mencium bau api ini!"
"Tidak dapat, angin datangnya dari arah mereka. Segera setelah mereka melihat
api ini, maka mereka akan berhenti dan merangkak ke mari. Marilah kita tunggu
dengan sabar. Kita pasti akan mendengar sesuatu."
Tidak lama kemudian kami mendengar bunyi ranting bergerak di semak-semak di muka
kami, lalu kami mendengar pekik hiiiiiih.... Kedua orang kulit merah itu bangkit
dengan terkejut. Mereka sudah hendak lari ke semak-semak di mana kami
bersembunyi. Kami segera bangkit untuk mencari tempat persembunyian yang lain,
akan tetapi segera kami mendengar orang berseru:
"Vupa, Vupa?" Mendengar suara itu kedua orang kulit merah berhenti dan salah seorang dari
mereka menjawab: "Umugi, Umugi!"
Mereka kembali lagi ke tempatnya, lalu duduk. Kini mereka yakin bahwa yang
datang itu bukanlah musuh. Vupa... Umugi, itulah kata pengenal mereka. Orang kulit
merahpun telah meniru kebiasaan orang kulit putih mempergunakan kata pengenal.
Sesudah itu kami tidak mendengar atau melihat apa-apa. Mereka yang datang itu
rupa-rupanya meninggalkan kuda mereka dan sebentar kemudian tampillah mereka
dengan membawa kuda mereka. Kami berbaring lagi. Yang datang itu hanya dua orang
Indian. Mereka duduk di sebelah orang Comanche yang menjaga di tempat itu dan
seketika lamanya mereka berdiam diri. Itu kebiasaan orang Indian. Setelah kira-kira lima menit maka
orang Comanche yang sudah saya kenal itu berkata:
"Saudara-saudara saya sudah kami nanti-nantikan. Vupa Umugi sudah hampir tidak
sabar lagi menunggu Anda."
"Seorang prajurit tidak boleh kehilangan kesabaran, bukankah begitu," tanya
salah seorang yang baru datang itu.
"Boleh, asalkan dia tidak memperlihatkannya. Kami sudah hampir setengah hari
lamanya ada di sini. Anda datang sebagai pelopor" Apabila Nale Masiuv akan
datang?" "Ia akan menyusul hari ini juga. Kami tidak datang sebagai pelopor, melainkan
sebagai utusan. Bawalah kami ke Vupa Umugi, kami hendak berbicara dengan dia."
"Sabarlah dahulu. Saudara-saudara tahu, bahwa ketua suku kami mempercayai saya
sepenuhnya. Agar Vupa Umugi tidak akan marah, sebaiknya pesan itu Anda sampaikan
kepada saya, supaya dapat saya teruskan kepada ketua suku kami."
Kedua utusan itu berpandang-pandangan. Kemudian pembicara tadi menyambung:
"Ya, kami tahu bahwa Anda adalah mulut dan telinga ketua suku Vupa Umugi. Karena
itu Anda boleh mendengar apa yang sesungguhnya hanya boleh kami sampaikan kepada
ketua suku Anda. Nale Masiuv tidak dapat datang dengan seratus orang
prajuritnya." "Uf! Mengapa tidak?"
"Oleh karena di jalan ia terbentur pada pasukan orang kulit putih, sehingga ia
harus berperang." "Ada orang kulit putih di dekat sini?"
"Tidak di dekat tempat ini, melainkan di seberang Mistake Canyon. Di sana kami
menjumpai serdadu-serdadu kulit putih yang menyerang kami. Jumlah mereka
sedemikian banyaknya sehingga kami harus lari. Banyak prajurit kami kena luka,
bahkan banyak pula yang mati. Kami di kejar oleh serdadu-serdadu kulit putih


Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu, sehingga terpaksa kami memencar. Pada malam hari dari pasukan kami hanya
tinggal limapuluh orang prajurit belaka."
"Uf, uf, uf! Bukan kabar baik untuk Vupa Umugi! Barangkali ia terpaksa menunda
perjalanannya ke Llano Estacado; boleh jadi ia akan pergi ke Mistake Canyon
untuk membalas." "Justru itu jangan hendaknya diperbuat! Itulah pesan Nale Masiuv yang harus saya
sampaikan kepada Vupa Umugi. Pasukan kulit putih itu bukan penjelajah hutan,
melainkan tentara. Sekiranya kita dapat mengalahkan mereka dan ada satu orang
saja dari mereka dapat meloloskan diri serta pulang ke bentengnya, maka tentara
orang kulit putih akan mengirimkan beratus-ratus serdadu baru untuk menghukum
kita. Ya, kami pun insaf bahwa kami harus membalas, akan tetapi harus sedemikian
sehingga tak seorang serdadupun akan balik ke pangkalannya, melainkan mereka
harus mati semuanya."
"Jadi Nale Masiuv sudah mempunyai rencana?"
"Ya, rencana itu harus saya sampaikan kepada Vupa Umugi."
"Bolehkah saya mendengarnya?"
"Anda sekalian boleh mendengarnya. Serdadu-serdadu orang kulit putih itu harus
dipikat mengikuti kita ke Llano Estacado supaya di sana mati kehausan."
"Uf, uf! Itu suatu rencana yang tentu akan disetujui oleh ketua suku kami.
Anjing-anjing kulit putih ini harus binasa semuanya. Tidak seorangpun boleh
balik ke bentengnya untuk menceriterakan apa yang terjadi."
"Pendapat saudaraku itu benar. Karena itu perjalanan ke Llano Estacado tidak
boleh ditangguhkan, melainkan harus kita mulai dengan segera. Jikalau kita
hendak membawa orang-orang kulit putih itu ke padang pasir yang kering, maka
kita sendiri tidak boleh kehausan, kita memerlukan air dan air itu akan kita
dapati di rumah Bloody Fox. Tempat tinggal Fox yang mengandung air itu harus
kita rebut sebelum serdadu-serdadu orang kulit putih itu kita bawa ke Llano
Estacado." "Bagaimana caranya memikat mereka sampai ke padang pasir itu?"
"Schiba Bigk sudah sampai ke mari?"
"Petang tadi ia datang dengan duapuluh orang prajurit."
"Itu bagus. Ia tahu jalan ke tempat air di padang pasir itu. Vupa Umugi harus
memberikan kepadanya sejumlah prajurit yang diperlukan untuk merebut tempat air
itu dan menangkap Bloody Fox. Sementara itu Vupa Umugi harus menunggu di sini
sampai Nale Masiuv datang untuk menggabungkan diri dengan dia. Nale Masiuv telah
mengirimkan dua orang utusan ke kampungnya yang harus mengambil seratus orang
prajurit lagi. Pasukan baru itu harus mengikuti tentara kulit putih dari
belakang, tetapi tidak boleh menampakkan diri sampai orang-orang kulit putih itu
sudah ada di padang pasir. Kini ia sudah mengumpulkan sisa prajurit-prajuritnya
yang terpencar dan segera ia akan menyerang tentara orang kulit putih itu. Akan
tetapi ia akan menghindari peperangan yang sebenarnya; tujuannya ialah akan
berangsur-angsur mengundurkan diri sampai ke Air Biru dan apabila sudah sampai
ke sana maka ia akan berjalan mengeliling serta menggabungkan diri dengan bala-
bantuannya yang seratus orang itu. Itu tidak sukar, sebab kita berhadapan dengan
serdadu, bukan dengan penjelajah hutan. Orang-orang kulit putih itu akan mengira
bahwa pasukan Vupa Umugi adalah pasukan yang dikejarnya dan mereka akan tetap
mengira bahwa yang dikejarnya itu ialah Nale Masiuv dengan prajurit-prajuritnya.
Pasukan Anda harus mengundurkan diri juga, akan tetapi orang-orang kulit putih
itu harus selalu dapat melihat Anda. Akan tetapi jikalau mereka datang menyerang
maka, Anda menyingkir sampai anjing-anjing kulit putih itu dapat Anda bawa ke
gurun. Vupa Umugi harus berjalan terus, Nale Masiuv mengikuti pasukan orang
kulit putih itu dari belakang; dengan demikian maka tentara orang kulit putih
itu terjepit antara dua pasukan kulit merah. Vupa Umugi harus terus-menerus
mengundurkan diri; ia tak perlu merasa khawatir, karena kita mempunyai air;
orang kulit putih itu tidak. Mereka semuanya akan mati kehausan, tetapi kedua
suku kita tidak akan kehilangan seorangpun. Bagaimana pikiran saudara, maukah
kiranya Vupa Umugi menyetujui rencana ini?"
"Pasti. Dan sekiranya ia menaruh keberatan, maka saya yakin bahwa ia akan
dipaksa oleh rapat kaum tua."
"Kalau begitu marilah kita segera pergi ke Air Biru, agar saya dapat berbicara
dengan ketua suku Anda Saya tergesa-gesa sekali, oleh karena Nale Masiuv
menunggu jawab Vupa Umugi."
"Saudara saya harus menaruh sabar sebentar. Rencana itu baik sekali. Pasukan
orang kulit putih itu tak dapat tidak tentu akan binasa, akan tetapi masih ada
kesulitan yang harus kita selesaikan. Schiba Bigk akan berangkat lebih dahulu
untuk merebut waha di padang pasir. Akan tetapi saya belum mengerti bagaimana
kita akan mendapatkan tempat air itu?"
"Schiba Bigk akan kembali untuk menunjukkan jalan itu kepada kita."
"Dapatkah ia berbuat begitu" Bagaimana kalau ia menjumpai halangan?"
"Itu sudah dipikirkan juga oleh Nale Masiuv. Di sebuah bukit yang akan kita
lalui sebelum kita masuk ke Llano, ada sebuah kolam yang bernama Suksma Lestavi.
Di antara prajurit-prajurit Comanche Anda tentu ada yang mengetahui tempat itu."
"Suksma Lestavi" Saya tahu tempat itu, sebab sudah beberapa kali saya
mengunjunginya." "Nah, tugas Schiba Bigk yang pertama ialah membuat persiapan yang kita perlukan
agar dari sana kita nanti dapat mencari jalan ke tempat air itu. Di sana banyak
semak belukar dan pohon-pohonan; Schiba Bigk dan prajurit-prajuritnya akan
memotong sejumlah tonggak yang nanti akan dipancangkan di pasir dengan maksud
untuk menunjukkan kepada Vupa Umugi jalan yang menuju ke rumah Bloody Fox."
"Uf! Jadi dengan cara penjahat-penjahat kulit putih menyesatkan musafir di
padang pasir!" "Ya, tepat! Jadi kalau kita sampai ke Suksma Lestavi maka kita akan mendapati
tonggak-tonggak yang akan menunjukkan jalan."
"Serdadu-serdadu kulit putih akan mengikuti kita dari belakang dan dengan
demikian mereka akan sampai pula ke tempat air."
"Tidak! Tadi saudara saya telah menyebut cara penyamun-penyamun kulit putih
menyesatkan musafir yang hendak menyeberangi Llano Estacado. Tentu ia tahu pula
bagaimana mereka menyesatkan musafir-musafir itu!"
"Ya, tonggak-tonggak itu dicabutnya dan dipancangkannya kembali di tempat lain."
"Nah, kita harus meniru cara orang kulit putih itu. Saya ulang sekali lagi
siasat kita: kita pergi ke waha Bloody Fox, minum sepuas-puasnya serta mengisi
kantong air kita dan memberi kuda kita kesempatan untuk minum, lalu kita balik
kembali sampai beberapa jauh. Di sana kita mencabut tonggak Schiba Bigk, lalu
kita pancangkan kembali ke arah yang berlainan, yakni ke arah di mana serdadu-
serdadu itu tidak akan mendapatkan air. Kalau Vupa Umugi mau menyetujui rencana
menjadi milik orang Comanche untuk selama-lamanya, melainkan kita akan menangkap
Bloody Fox dan membinasakan sekalian serdadu kulit putih itu."
"Percayalah, bahwa Vupa Umugi akan menyetujui rencana Nale Masiuv. Howgh!"
"Marilah kita segera berangkat ke Air Biru, sebab kami harus lekas-lekas kembali
ke tempat di mana Nale Masiuv menunggu kami."
"Ya, tetapi api ini harus kita padamkan dahulu. Kalau prajurit-prajurit Anda
tidak akan datang hari ini, maka tak ada gunanya kami menunggu di sini. Anda
akan kami antarkan menyeberangi sungai."
Maka keempat orang Indian itu pergilah; kedua orang prajurit Nale Masiuv
menunggangi kuda dan kedua prajurit Vupa Umugi berjalan kaki.
Old Surehand dan saya berpandang-pandangan, walaupun dalam gelap gulita itu kami
tak dapat melihat muka masing-masing. Apa yang telah kami dengar tadi adalah
sangat penting bagi kami.
"Sekiranya saya seorang Indian, maka saya berseru Uf, uf, uf!" kata Old
Surehand. "Nah, tidakkah sudah saya katakan tadi bahwa kita akan mendengar sesuatu yang
penting?" "Itu benar. Nale Masiuv bukan orang yang bodoh!"
"Saya sudah pernah bermalam di perkemahan tentara yang dimaksud tadi. Hm, jadi
mereka sudah menyerang Nale Masiuv! Komandan tentara itu tidak sangat simpatik;
ia seorang yang tinggi hati, yang patut mendapat pelajaran. Akan tetapi apa yang
direncanakan oleh Nale Masiuv itu tidak boleh kita biarkan."
"Jadi Anda sudah bertemu dan berbicara dengan dia?"
"Ya." "Adakah ia mengetahui juga siapa Anda?"
"Tidak." "Kalau begitu saya dapat mengerti mengapa ia bersikap congkak terhadap Anda,
sebab Anda pandai benar memperolok-olokkan orang. Bagaimana pendapat Anda
tentang rencana Nale Masiuv itu?"
"Tidak dapat saya katakan rencana yang lihai."
"Ya, penjelajah hutan tidak akan dapat terjebak dalam perangkap itu, akan tetapi
lain halnya dengan seorang opsir kavaleri. Pada hemat saya mungkin sekali ia
tertipu oleh orang-orang Comanche itu."
"Bukan hanya mungkin sekali, melainkan saya yakin bahwa mereka akan mengikuti
orang-orang Comanche itu ke padang pasir. Jikalau saya katakan bahwa rencana itu
bukan rencana yang lihai, maka maksud saya ialah bahwa rencana itu belum
sempurna. Sekiranya kita yang membuat rencana serupa itu, niscaya kita atur
lebih sempurna." "Bagaimana kalau Vupa Umugi tidak menyetujui rencana itu?"
"O, mustahil ia akan menolaknya."
"Sebenarnya kita harus pergi ke Air Biru untuk melihat atau kalau dapat,
mendengarkan apa yang akan diputuskan. Bagaimana pendapat Anda?"
"Itu sudah sewajarnya, akan tetapi ada dua sebab yang melarang kita berbuat
begitu." "Apakah sebab-sebab itu?"
"Pertama saya sudah yakin bahwa Vupa Umugi akan menyetujuinya, jadi kita tidak
usah bersusah-susah mendengarkan percakapan mereka. Kedua kita tidak boleh
membuang-buang waktu. Saya yakin bahwa Schiba Bigk besok pagi-pagi, bahkan
mungkin malam ini juga, akan berangkat ke Suksma Lestavi. Kita harus mendahului
dia. Kita harus cepat-cepat pergi ke Nargoletch Tsil untuk mengetahui adakah
orang-orang Apache sudah ada di sana. Sekiranya mereka sudah ada, maka kita akan
berhenti sebentar di sana sekedar untuk memberi kuda kita kesempatan melepaskan
lelahnya, akan tetapi sebelum fajar menyingsing kita harus meneruskan perjalanan
kita ke Llano Estacado."
"Anda tahu tempat yang oleh orang Comanche itu disebut Suksma Lestavi?"
"Lebih daripada itu. Jikalau saya pergi ke rumah Bloody Fox atau pulang dari
sana, maka saya selalu berhenti di situ. Dalam bahasa Apache tempat itu disebut
Gutesnonti Khai, artinya sama benar, yakni Pohon Seratus."
"Menilik namanya, di sana ada hutan!"
"Bukan hutan sebenarnya hutan. Jumlah pohon-pohonan tidak seberapa banyak,
kebanyakan pohon den, semacam cemara yang banyak bercabang. Ranting pohon itu
baik sekali untuk dipergunakan sebagai tongkat yang dapat dipancangkan ke dalam
pasir. Tetapi, marilah kita kembali ke tempat kita. Kita harus menyeberangi
sungai ini selama tempat penyeberangan itu tidak terjaga."
"Hampir setengah abad kami menunggu," demikian Old Wabble menyambut kami.
"Sekiranya kami harus menunggu lebih lama lagi, maka saya akan menyusul Anda."
"Untuk membahayakan kami?" jawab saya. "Justru itulah kebiasaan yang harus Anda
tinggalkan mulai dari saat ini. Itu suatu cacat yang akan dapat membinasakan
Anda!" "Tidak mungkin! Saya masih mempunyai akal sehat."
Ya, ia tidak insaf bahwa sikap yang sedemikian itu adalah suatu cacat. Walaupun
usianya sudah lanjut sekali, akan tetapi ia masih sangat tidak hati-hati,
seperti seorang cowboy yang masih muda.
Kami menyeberang, lalu berjalan dengan perlahan-lahan menyusur tepi sungai.
Bintang gemerlapan di langit sehingga kuda kami dengan mudah sekali dapat
mencari jalan yang baik. Lagi pula kami dapat berjalan dengan langsung ke Gunung
Hujan tanpa berjalan mengeliling. Menjelang tengah malam sampailah kami kepada
tempat yang terjadi daripada beberapa bukit yang sangat rendah. Kaki bukit itu
ditumbuhi dengan semak-semak. Demi kami memasuki semak-semak itu, maka kami
mendengar orang berseru dalam bahasa Apache;
"Tarku - siapa itu?"
"Old Shatterhand," jawab saya.
"Orvan ustah orkon da - kemarilah!"
Seorang Indian tampil ke muka untuk mengamat-amati saya.
"Ya, itu Old Shatterhand, pemimpin besar orang Apache," katanya. "Kami telah
memasang penjagaan pada beberapa tempat untuk menghadang Anda."
"Prajurit-prajurit Apache sudah ada semuanya?"
"Ya, semuanya tigaratus orang."
"Dengan membawa bekal perjalanan?"
"Daging dan tepung cukup untuk perjalanan beberapa minggu."
"Siapa pemimpin Anda."
"Entschar Ko, Api Besar, sahabat Winnetou. Saudara saya Old Shatterhand telah
mengenal dia." "Pisau Panjang dengan dua orang kulit putih sudah ada di tengah-tengah Anda?"
"Ya, mereka sudah datang dan sudah menceriterakan segala perbuatan Old
Shatterhand. Saudara-saudara saya boleh mengikuti saya."
Kami dibawanya memasuki sebuah lembah dan sebentar kemudian sampailah kami pada
perkemahan orang Apache. Entschar Ko bukan saja sahabat Winnetou, melainkan
sahabat saya juga. Kami berpeluk-pelukan, kemudian ia menerangkan bahwa seluruh
pasukan Apache itu diserahkannya kepada pimpinan saya. Kami ceriterakan dengan
singkat bagaimana kami berhasil membebaskan Bob. Karena lama sekali mereka
menunggu kedatangan kami, maka mereka merasa cemas; karena itu makin bertambah
besar kegirangan hati mereka sekarang.
Kami tidak usah berunding. Semuanya tahu bahwa kami harus pergi ke Llano
Estacado. Entschar Ko kami beritahu apa yang kami dengar dari keempat orang
Comanche tadi dan oleh karena kami harus lekas-lekas tidur, maka Entschar Ko
membuat persiapan sedemikian sehingga apabila kami bangun segera kami dapat
berangkat. Ketika keesokan harinya matahari terbit, kami sudah jauh dari Gunung Hujan dan
pasukan kami bergerak dengan kecepatan yang lebih daripada lumayan melalui
dataran ke puncak bukit dari mana kami menurun ke padang pasir. Di antara bukit-
bukit itu ada beberapa sungai kecil-kecil yang memuntahkan airnya ke dalam tanah
pasir: air itu seakan-akan merembes masuk ke tanah di bawah pasir yang timbul
lagi sebagai sebuah kolam di tempat kediaman Bloody Fox.
Old Surehand senang sekali bergaul dengan orang-orang Apache. Ia melihat bahwa
orang-orang Indian itu mendapat latihan secara militer. Ia merasa kagum melihat
orang-orang Apache mengatur pengangkutan dan perbekalan mereka secara efisien.
Sedang kami berjalan berdampingan, saya ceriterakan kepadanya betapa besar usaha
Winnetou untuk menjadikan pasukan Mescalero itu suatu pasukan pilihan yang
berdisiplin. Menjelang petang kami memanjati tanah bukit yang saya sebut di muka tadi.
Pasukan itu saya bawa ke sebuah lembah yang sudah saya kenal dari dahulu. Di
sana kami berhenti melepaskan lelah. Di lembah itu ada sebuah batang air kecil
yang airnya cukup banyak untuk mengisi kantong-kantong air kami. Lembah ini
letaknya hampir seperempat hari perjalanan di sebelah selatan Pohon Seratus,
yang nanti akan dipergunakan oleh orang-orang Comanche sebagai pangkalan dari
mana mereka hendak menyesatkan tentara kulit putih ke padang pasir. Kami segera
masuk ke Llano Estacado dan berjalan ke arah Utara.
Demi matahari terbenam, kami berhenti di tengah-tengah gurun. Sejauh mata
memandang hanya pasir belaka yang tampak sekeliling kami. Walaupun kami tak
perlu merasa khawatir akan diserang dengan tiba-tiba oleh musuh, namun kami
memasang penjagaan. Kemudian kami pergi tidur setelah kuda kami, kami beri minum
dan makan jagung dari perbekalan orang-orang Apache. Karena hawa pada malam hari
sejuk sekali, maka nyenyak benar kami tidur dan ketika keesokan harinya kami
bangun, maka badan kami sudah segar sekali.
Jalan yang kami tempuh ini melalui beberapa hutan kaktus. Kami harus berjalan
dengan hati-hati sekali agar kuda kami jangan menyentuh atau menginjak duri
kaktus. Akhirnya sampailah kami kepada sebuah hutan kaktus yang luas sekali.
Di sini kami terpaksa berhenti karena hutan kaktus itu memanjang seakan-akan
tidak ada hingganya. Barangsiapa terbentur pada hutan kaktus yang luas ini dan
tidak mengenal daerah padang pasir ini maka celakalah ia, karena ia tidak akan
dapat mencari jalan keluar lagi dan tidak akan mendapatkan air untuk melepaskan
dahaganya. Siang tadi matahari memancarkan sinarnya yang panas terik. Angin panas yang
mengandung butir-butir pasir, seakan-akan menyambuki muka kami. Tugas saya berat
sekali; saya adalah satu-satunya yang mengetahui jalan ke rumah Bloody Fox dan
saya merasa betapa besar tanggung jawab yang saya pikul. Hawa yang mengandung
butir-butir pasir itu sedemikian tebalnya sehingga kami tak dapat melihat lebih
daripada sepuluh langkah. Walaupun saya yakin bahwa saya selalu mengikuti arah
yang tepat, namun selalu ada faktor yang dapat membingungkan saya. Saya melihat
padang kaktus baru, yang dahulu tidak ada di tempat itu, sebaliknya ada pula
tempat yang sudah gundul di mana dahulu tumbuh pohon-pohonan kaktus. Betul Bob
dapat membantu saya, akan tetapi saya tahu bahwa Bob tidak pernah keluar rumah
seorang diri saja, melainkan selalu menemani Bloody Fox dan tidak pernah ia
mempergunakan pancainderanya, melainkan selalu percaya saja kepada tuannya.


Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan demikian saya insaf bahwa Bob tidak akan dapat memberi bantuan kepada
saya. Walaupun begitu terpaksalah saya berpaling kepada Bob dan menanyai dia.
Setelah mengadakan tanya-jawab yang berulang-ulang maka akhirnya dapatlah saya
mengetahui apa yang sebenarnya sudah tadi harus diberitahukan kepada saya.
Bloody Fox telah memperluas dan memperkuat pagar hutan kaktus yang
dipergunakannya untuk menyembunyikan dan melindungi tempat tinggalnya. Dengan
segala susah payah ia telah menanam pohon kaktus yang baru. Lagi pula tempat
masuk ke pekarangan Bloody Fox, sekarang sudah tertutup oleh pohon kaktus yang
baru. Jalan masuk ke pekarangan Bloody Fox itu dahulu ada dua, sebuah di sebelah
Barat dan yang sebuah lagi di sebelah Utara, akan tetapi kedua pintu itu
sekarang sudah ditutup rapat-rapat. Ia telah membuat jalan masuk yang baru di
sebelah Timur. Pintu itu terjadi daripada beberapa sela-sela di antara pohon-
pohon kaktus yang sedemikian sempitnya sehingga orang asing tidak akan mengira
bahwa sela-sela itu adalah pintu masuk ke tempat yang mengandung air.
Kini saya mengetahui di mana saya harus mencari jalan masuk itu. Orang-orang
Apache saya suruh menunggu di luar. Karena itu saya suruh mereka membuat tempat
berhenti. Teman-teman saya orang kulit putihpun saya minta tinggal di situ juga.
Hanya Bob seorang saja yang saya minta menemani saya.
Kuda kami pacu dan dengan cepat sekali kami mengelilingi hutan kaktus itu ke
arah Timur. Hutan itu sedemikian luasnya sehingga perjalanan mencari tempat
masuk itu memakan waktu kira-kira satu jam. Akhirnya kami mendapati celah-celah
yang harus kami masuki. Kami harus berjalan perlahan-lahan, kadang-kadang
membelok ke kanan, kemudian membelok ke kiri, lalu ke kanan lagi, sesudah itu ke
kiri lagi dan begitu seterusnya beberapa kali berulang-ulang. Akhirnya kami
melihat pohon-pohonan dan sebentar kemudian kami sudah sampai ke dekat rumah
Bloody Fox. Di depan rumah itu kami melihat seorang perempuan. Demi Bob melihat
perempuan itu maka ia memacu kudanya sambil berseru: "Ibu Sanna, ibu Sanna! Oh...
oh... oh! Ibu Sanna, ini Bob! Bob datang!"
Wanita itu menoleh dan demi ia melihat Bob, maka segera ia berlari-lari dengan
tangan terbuka. Bob menghentikan kudanya melompat ke tanah, lalu memeluk ibunya.
Teriak Bob itu kedengaran orang yang ada di dalam rumah. Pintu rumah dibuka
orang dan segera tampillah seseorang yang menyaksikan pertemuan ibu dan anak itu
tanpa bergerak sedikitpun. Orang itu berpakaian secara Indian, akan tetapi ia
tidak memakai bulu burung rajawali dan tidak memakai tanda-tanda kebesaran,
walaupun tampak dengan nyata bahwa ia seorang bangsawan Indian. Rambutnya yang
panjang tersanggulkan di atas kepalanya, akan tetapi rambut itu jatuh ke bawah
sampai ke punggungnya. Pada lehernya tergantung sebuah kantong jimat yang sangat
indah, sebuah pipa perdamaian dan tiga buah kalung daripada kuku dan gigi
beruang grizzly yang berasal dari beruang yang pernah dibunuhnya. Kulitnya
berwarna kuning coklat. Orang itu ialah Winnetou, ketua suku Apache. Namanya di kenal orang di mana-mana
dan sudah menjadi buah bibir di daerah Barat. Setiap orang mengenal sifat dan
perangainya; ia terkenal sebagai orang yang jujur yang setia, yang cerdik lagi
gagah berani. Ia adalah sahabat dan pelindung daripada setiap orang yang
memerlukan pertolongan, baik orang kulit putih maupun orang kulit merah.
Sebaliknya ia adalah musuh dan lawan daripada setiap orang yang berperangai
jahat dan bersikap tidak jujur. Setiap orang akan merasa berbahagia apabila ia
dapat menyebut orang ini sahabatnya!
Sementara itu saya mendekat dengan perlahan-lahan. Winnetou mendengar bunyi
depak kuda saya. Ia menoleh serta melihat saya. Wajahnya tidak berubah, badannya
tidak bergerak, akan tetapi matanya bersinar-sinar dan berseri-seri. Saya turun
dari kuda saya. Kami berpeluk-pelukan. Kemudian Winnetou memegang kedua belah
tangan saya, mundur selangkah serta melayangkan pandangnya ke seluruh tubuh saya
sambil berkata: "Saudara saya Shatterhand masih tetap sehat, segar dan kuat seperti sediakala.
Adakah Anda mendapatkan surat saya di Sierra Madre?"
Saya menjawab: "Saudara saya Winnetou sudah menyegarkan hati saya lagi. Sudah lebih daripada
empat bulan lamanya kita tidak berjumpa. Di Sierra saya telah mendapatkan surat
Anda pada batang pohon tahun. Surat itu sudah saya baca dan kini saya datang
kemari dengan tigaratus orang Apache, dipimpin oleh Pintschar Ko yang gagah
berani, yang sebentar lagi akan menyerahkan pimpinan itu kepada Anda. Bloody Fox
tidak ada di rumah?"
"Setiap hari ia keluar mengelilingi hutan kaktus untuk menyongsong Anda. Kini ia
sedang keluar dan... ha, lihatlah itu!"
Ia segera berhenti berbicara sambil menunjuk ke arah dari mana saya tadi datang.
Saya melihat beberapa orang menunggang kuda, di antaranya Old Surehand, Old
Wabble, Parker, Hawley dan Entschar Ko. Di depan mereka berjalan Bloody Fox,
berpakaian sebagai vaqueros Mexico. Ia tidak memakai ikat pinggang, melainkan
membelitkan sebuah selempang merah yang disimpulkannya di sebelah kiri. Pada
selempang itu saya melihat sebuah pisau bowie dan dua buah pistol yang
bertatahkan perak. Ia memakai topi sombrero dan di atas lututnya ia memegang
sebuah bedil Kentucky yang berlaras dua. Di sebelah kiri dan kanan pelananya ada
tergantung dua buah kelopak kulit yang melindungi kakinya terhadap tusukan
tombak dan panah. Walaupun ia bermisai, namun usianya belum lebih daripada
duapuluh tahun. Wajahnya menunjukkan bahwa ia adalah seorang muda yang baik
hati, yang berbudi sabar dan berperangai riang gembira. Sungguhpun begitu Bloody
Fox ini ialah anak muda yang di kenal orang di daerah padang prairi sebagai
Avenging Ghost, hantu pembalas, yang seluruh pelurunya selalu mengenai setiap
perampok padang pasir tepat di tengah-tengah dahinya.
Fox melompat dari atas punggung kudanya, lalu berlari-lari ke arah saya dengan
mengulurkan tangannya. Setelah ia berjabatan tangan dengan saya dan menyampaikan
ucapan selamat datang, maka ia berpaling kepada Winnetou:
"Sekali ini saya telah mendapatkan apa yang saya cari. Yang saya dapati bukan
saja prajurit-prajurit Apache, melainkan ada juga beberapa orang yang sangat
masyhur yang dibawa oleh saudara Shatterhand kemari. Dapatkah Winnetou menerka
siapa orang-orang itu?"
Ketua suku Apache itu menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian Fox
memperkenalkan teman-teman saya: "Ini Old Surehand, seorang daripada pemburu-
pemburu orang kulit putih yang paling masyhur. Ia datang ke daerah ini sengaja
untuk berkenalan dengan ketua suku Apache dan di tengah jalan secara kebetulan
sekali ia berjumpa dengan Old Shatterhand."
Kini kedua orang itu berhadapan muka. Mereka pandang-memandangi: kemudian
Winnetou mengulurkan tangannya yang segera dijabat oleh Old Surehand. Winnetou
berkata: "Barangsiapa dibawa oleh Shatterhand ke mari maka ia saya sambut dengan
segala senang hati. Nama Anda tidak asing lagi bagi saya; kini saya merasa
berbahagia dapat bertemu muka dengan Anda."
Old Surehand menjawab dengan beberapa perkataan saja. Saya melihat bahwa ia
memandang Winnetou dengan rasa hormat.
"Dan ini," demikian Bloody Fox melanjutkan perkataannya.
"Ini adalah Old Wabble, raja cowboy. Ia sudah menolong Old Shatterhand dan Old
Surehand membebaskan Bob."
Dengan tersenyum Winnetou mengulurkan tangannya sambil berkata:
"Nama Old Wabble pun tidak asing bagi ketua suku Apache. Old Wabble terkenal
sebagai orang yang sangat cerdik, sebagai pengendara kuda yang ulung dan sebagai
orang yang gemar sekali merokok sigaret."
Muka cowboy tua itu bersinar-sinar, akan tetapi baru saja ia mendengar perkataan
Winnetou yang paling akhir itu maka dahinya berkerut dan iapun berseru:
"Thunderstorm, itu benar sekali! Akan tetapi sudah berbulan-bulan lamanya bibir
saya tidak pernah menyentuh sigaret. Ya, siapa membawa sigaret ke daerah yang
terpencil ini?" Kemudian Bloody Fox memperkenalkan Parker dan Hawley yang kedua-duanya disambut
oleh Winnetou dengan ucapan selamat datang.
Bloody Fox baru saja menyelesaikan perjalanannya mengelilingi hutan kaktus untuk
menyongsong saya dan orang-orang Apache. Ketika saya dan Bob pergi ke sebelah
Timur maka Fox berjalan dari sebelah Utara ke Selatan melalui sebelah Barat. Di
sana ia menjumpai orang-orang Apache beserta teman-teman saya orang kulit putih.
Orang-orang kulit putih itu segera mengatakan nama mereka, lalu mereka
dipersilahkan oleh Bloody Fox untuk mengikuti dia ke rumahnya.
Banyak sekali yang hendak saya ceriterakan kepada Winnetou dan Fox; demikian
pula mereka berdua ingin sekali bercakap-cakap dengan saya. Akan tetapi kami
tidak sempat berbuat begitu, sebab kami harus segera menaruh perhatian kepada
soal orang Comanche. Bob dan Sanna membawa kuda kami ke kolam air untuk memberi
mereka minum. Kami hendak masuk ke rumah untuk berunding. Di ruang muka kami
melihat sebuah meja dan dua buah bangku, semuanya terbuat daripada papan kayu
yang kasar. Kami duduk di atas bangku itu.
Fox masuk ke rumahnya untuk menyiapkan hidangan.
Walaupun hidangan itu sangat lezat dan minuman yang diberikan kepada kami sangat
sejuk, namun perhatian teman-teman saya hanya tertarik oleh alam di luar rumah.
Mereka melihat dengan keheran-heranan betapa indahnya firdaus di tengah-tengah
gurun pasir itu! Di muka rumah itu ada sebuah kolam yang garis-tengahnya kira-
kira delapanpuluh langkah panjangnya. Kolam itu penuh berisi air yang bening dan
jernih. Di atas air itu beterbangan pelbagai jenis capung yang mengejar-ngejar
serangga. Di tepi kolam itu kuda kami sedang makan jenis rumput yang halus,
lunak dan segar. Dekat pada kolam itu kami melihat pelbagai jenis pohon-pohonan; ada pohon palma,
ada pohon buah-buahan seperti pohon amandel; pohon jeruk dan sebagainya. Di
sebelah kanan rumah itu ada sebuah padang jagung yang melurus sampai ke belakang
rumah. Beberapa ekor burung kakatua sedang bertengkar memperebutkan butir jagung.
Rumah Bloody Fox sebenarnya tidak seberapa besar, akan tetapi cukup besar untuk
keperluan Bloody Fox. Pekarangan rumah Fox ini cukup luasnya dan karena Fox
membuat saluran ke segala jurusan untuk mengalirkan air kolam itu ke
pekarangannya, maka dapatlah ia berkebun dan segala yang ditanamnya tumbuh
dengan subur, sehingga hasilnya lebih dari mencukupi untuk memenuhi segala
kebutuhan Bloody Fox dan dua orang temannya.
Old Surehand, Old Wabble, Parker dan Hawley telah mendengar dari mulut saya
betapa indahnya tempat ini, akan tetapi apa yang dilihatnya dengan mata kepala
sendiri melebihi dugaannya. Mereka memuji-muji Bloody Fox. Tuan rumah itu
akhirnya mempersilahkan mereka masuk ke dalam rumah untuk melihat isinya.
Pintu depan ditumbuhi dengan pelbagai tumbuh-tumbuhan yang merambat. Keempat
dinding kamar yang kami masuki itu terbuat daripada rumput kering yang diperkuat
dengan lumpur yang berasal dari kolam tadi. Atap rumah terjadi daripada anyaman
rumput juga. Lantai kamar itu ditutupi dengan kulit beruang. Pada sebuah dinding
tergantung pelbagai jenis senjata api. Beberapa buah peti dipergunakannya
sebagai lemari. Di sana kami melihat sebuah meja dengan beberapa buah kursi
semuanya buatan Fox sendiri.
Perhiasan yang paling indah ialah sebuah tengkorak bison putih yang sangat tebal
mulutnya. Inilah "pakaian" Avenging Ghost. Apabila Fox pergi ke padang pasir
untuk menghukum "stakemen" (yaitu penyamun dan perampok orang kulit putih, yang
menyesatkan dan membunuh musafir yang tidak bersalah), maka selalu ia mengenakan
pakaian itu. Karena itulah maka ia selalu dilukiskan orang sebagai hantu Llano Estacado yang
bertubuh bison putih! Sebelah-menyebelah tengkorak bison putih itu ada kami
lihat pisau dalam jumlah yang besar. Itulah senjata yang dirampasnya daripada
stakemen yang telah dibunuhnya dengan tembakan yang tepat mengenai tengah-tengah
dahi mereka. Di kamar itu ada pula tiga buah tempat tidur yang terjadi daripada
kulit beruang yang diikatkan pada tiang. Di bawah tempat tidur Bloody Fox ada
sebuah lubang di mana ia menyimpan peti yang berisi mesiu. Di tembok sebelah
utara ada tergantung beberapa kantong air. Kantong air itu selalu dibawanya
apabila ia pergi ke padang pasir untuk menyelamatkan musafir yang tersesat.
Demikianlah lukisan "pulau di padang pasir" dan rumah yang berdiri di tengah-
tengah pulau itu. Belum sempat kami berunding maka kami dipersilahkan makan di
luar. Makanan itu lezat sekali dan kamipun sangat lapar, akan tetapi walaupun
begitu kami makan dengan cepat agar segera dapat memulai perundingan. Sebelum
itu Bloody Fox masuk ke rumah dan segera kembali membawa sebuah kotak yang
terbuat daripada karton. Kotak itu diberikannya kepada Old Wabble sambil
berkata: "Mr. Cutter, ini untuk Anda, karena saya menghendaki agar tamu-tamu saya merasa
senang di rumah saya."
Old Wabble menerima kotak itu dan ditimbang-timbangnya di atas telapak
tangannya. Kemudian ia berkata:
"Bagaimana saya akan merasa senang dengan kotak ini" Apakah isinya?"
"Bukalah dan lihatlah isinya."
Old Wabble membuka tutup kotak itu lalu... memekik kegirangan.
"Astaga! Sigaret, sigaret! Tuan-tuan, ini sigaret! Banyak sekali, saya kira ada
limapuluh batang! Ini Anda berikan semuanya kepada saya, Mr. Fox?"
"Ya." "Semuanya" Limapuluh batang" Thunderstorm! Anda adalah anak muda yang sangat
dermawan, orang yang sangat mulia! Ke marilah, Anda akan saya peluk."
Benar-benar Bloody Fox dipeluknya. Kemudian ia mengambil sebatang sigaret yang
segera disununya (dinyalakan"). Asap sigaret itu dikepul-kepulkannya dengan
segala kesenangan. Sesungguhnya sudah sewajarnya ia mengedarkan kotak sigaret
itu untuk mengajak teman-temannya merokok juga; akan tetapi ia tidak berbuat
begitu, oleh karena sedemikian gemar ia mengisap rokok sehingga tak sampai hati
ia membagi-bagi rokok itu dengan teman-temannya.
Winnetou memandang saya dengan tersenyum; ia tidak dapat mengerti, bahwa ada
orang yang sebesar itu nafsunya sehingga ia melupakan kesopanan.
PERCAKAPAN DENGAN SCHIBA BIGK
Angin padang pasir yang panas itu sudah mulai reda.
Matahari sudah mengayun. Hari terang cuaca dan tidak lama kemudian kami dapat
melihat matahari terbenam sebagai bola merah. Apakah yang besok akan disinari
oleh matahari itu di daerah padang pasir ini" Semuanya itu memenuhi hati kami.
Kini kami mulai berunding. Lebih dahulu saya menceriterakan kepada Winnetou apa
yang telah saya alami sejak kedatangan saya di Sierra Madre. Oleh karena
ceritera saya itu meliputi pengalaman teman-teman saya juga, maka untuk
memperoleh gambaran yang jelas tak usahlah Winnetou menanyai teman-teman saya
lagi. Setelah saya selesai, maka ia berkata:
"Jadi Vupa Umugi ada membawa seratus limapuluh orang prajurit di Saskuan Kui."
"Semuanya ada seratus limapuluh empat orang. Jumlah itu harus dikurangi dengan
enam, sebab Pisau Panjang telah membunuh enam orang Comanche di Altschese
Tschi." "Nale Masiuv akan memperkuat mereka dengan seratus orang prajurit?"
"Dari jumlah itu banyak yang terbunuh atau kena luka. Akan tetapi ia telah
mengirimkan dua orang utusan untuk mengambil seratus orang prajurit lagi."
"Berapa orang prajurit yang dibawa oleh Schiba Bigk?"
"Duapuluh orang."
"Dengan demikian maka kita akan menghadapi kira-kira tigaratus orang musuh. Di
luar pekarangan ml kita telah menyediakan prajurit Apache yang kira-kira sama
besar jumlahnya. Dengan demikian maka kita sudah setanding dengan mereka."
"Bukan hanya setanding saja!" seru Old Wabble. "Bahkan kita lebih unggul
daripada mereka. Saya telah melihat prajurit-prajurit Apache: mereka bersenjata
lengkap dan mereka sudah terlatih baik sekali. Duaratus orang Apache dapat
mengalahkan tigaratus orang Comanche dengan mudah. Lagi pula pasukan Apache itu
masih diperkuat dengan beberapa orang kulit putih. Winnetou, Old Shatterhand dan
Old Surehand saja sudah dapat mengacau-balaukan sepasukan musuh. Fox, Parker,
Hawley dan saya tidak usah disebut-sebut lagi. Biarkanlah mereka datang! Mereka
akan kita tembak semuanya sehingga tak seorangpun akan dapat melihat kembali
wigwamnya." Winnetou menatap muka Old Wabble dengan pandang yang mengandung kesungguhan
serta menjawab: "Saya tahu, bahwa saudara saya orang kulit putih adalah musuh daripada sekalian
orang kulit merah. Ia memandang orang Indian sebagai pencuri, perampok dan
pembunuh. Ia lupa bahwa orang kulit merah itu hanya mengangkat senjatanya untuk
melindungi hak miliknya atau membalas segala kejahatan yang telah dilakukan
terhadapnya. Old Wabble belum pernah memberi ampun kepada orang kulit merah yang
jatuh ke tangannya. Ia sudah terkenal di daerah Barat ini sebagai pembunuh
Indian, akan tetapi apabila ia menggabungkan diri dengan Old Shatterhand dan
Winnetou, maka ia hendaknya mengubah perangainya. Kalau tidak, maka kami akan
terpaksa berpisah dengan dia. Kami adalah sahabat dari segala orang kulit merah
dan orang kulit putih dan apabila kami menghadapi musuh, maka kami tidak
memandang warna kulitnya. Seberapa dapat musuh itu akan kami kalahkan tanpa
menumpahkan darah. Old Wabble menyebut dirinya seorang Kristen, akan tetapi
mengapa ia gemar sekali menumpahkan darah. Adakah itu sesuai dengan ajaran agama
Kristen?" Orang Apache yang biasanya suka berdiam diri itu kini berpidato dengan panjang
lebar. Itu adalah bukti bahwa ia menaruh simpati kepada Old Wabble. Cowboy tua
itu menundukkan kepalanya. Akhirnya ia mengangkat kepalanya lagi lalu berkata:
"Orang kulit merah yang sampai kini saya jumpai adalah bajingan semuanya."


Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itu saya sangsikan. Dan sekiranya itu benar, maka siapakah yang membuat mereka
menjadi bajingan?" "Bukan saya." "Bukan Anda" Mereka itu menjadi bajingan karena tingkah laku orang kulit putih.
Bukankah Old Wabble orang kulit putih juga?"
"Ya, itu betul. Dan saya kira saya adalah orang kulit putih yang tidak usah
merasa malu memandang orang yang jujur!"
"Tetapi saya mengira, bahwa sebenarnya jauh lebih baik bagi orang kulit merah
sekiranya mereka tidak melihat Anda! Kata Anda, semua orang Comanche harus
ditembak mati. Saya berpendapat bahwa seberapa boleh jangan kita membunuh
seorangpun. Tiadakah saudara saya Old Shatterhand sependapat dengan saya?"
"Sama sekali," jawab saya. "Anda tahu, bahwa saya sependapat dengan Anda."
Old Wabble masih juga mencoba membela diri.
"Akan tetapi mereka hendak menyerang Bloody Fox dan kita harus menolong tuan
rumah kita. Bukankah itu hanya dapat kita jalankan apabila kita memberi
perlawanan?" "Kita dapat memberi perlawanan dengan pelbagai cara, Mr. Cutter," jawab saya.
"Biarkanlah Winnetou berbicara, maka Anda akan mendengar bahwa tanpa
mempergunakan kekerasan kita dapat menghalang-halangi rencana orang-orang
Comanche itu Saya tahu beberapa akal yang lain."
"Ya, Anda akan mempergunakan akal Anda, yaitu tipu muslihat Anda yang sudah
masyhur itu!" Jawabnya itu diucapkannya dengan lagak mengejek. Karena itu tidak dapat saya
setujui. Akan tetapi tak usah saya mengecam dia, karena pada saat itu Parker
menyela. "Saya kira lebih baik Anda berdiam diri saja, Old Wabble! Anda melihat bahwa
sayapun tidak membuka mulut saya. Jikalau Mr. Shatterhand dan Winnetou sedang
berbicara, saya kira tidak ada gunanya orang lain memperdengarkan pendapatnya
apabila pendapat itu tidak diminta. Anda sudah lebih daripada sepuluh kali
berjanji akan menurut kehendak Mr. Shatterhand. Apabila Anda tidak mau menepati
janji Anda, maka akan kita lakukan apa yang sudah seringkali kita katakan: kita
pergi dan Anda kita tinggalkan di sini!"
Istilah "kita tinggalkan" yang sudah pernah saya katakan sekali saja, kini rupa-
rupanya sudah menjadi pemeo.
Mendengar Parker mengucapkan perkataan itu maka Old Wabble menjadi marah sekali.
Ia berseru: "Tutup mulutmu! Pendapat Anda tidak diminta. Jikalau saya tidak boleh berbicara,
maka sudah pasti Anda harus berdiam diri! Saya belum pernah menerima seekor
kijang sebagai hadiah dan mengatakan bahwa saya telah menembaknya!"
"Dan saya belum pernah menggantang asap, tetapi sungguhpun begitu belum pernah
pula saya menjalankan perbuatan yang bodoh seperti yang Anda lakukan di Saskuan
Kui, di mana Anda...."
"Cukup," demikian saya menyela, "jangan kita bertengkar mulut tentang perkara-
perkara yang remeh. Masih banyak soal-soal yang lebih penting menantikan
keputusan kita. Perundingan kita tadi terputus. Kita telah mengetahui bahwa kita
mempunyai pasukan yang sama besarnya dengan pasukan orang Comanche. Kekuatan
kita setanding dengan kekuatan orang-orang Comanche. Old Wabble tidak salah
ketika ia mengatakan bahwa kita lebih unggul. Akan tetapi saya tidak setuju
bahwa kita adalah pahlawan yang tak terkalahkan oleh orang kulit merah. Kita
lebih unggul oleh karena kita dibantu oleh tigaratus orang prajurit Apache yang
semuanya berkumpul di sini, padahal orang Comanche telah memecah pasukan mereka
menjadi pasukan-pasukan kecil. Lagi pula musuh kita berhadapan juga dengan
tentara kavaleri orang kulit putih."
"Pendapat saudara saya selalu tepat," ujar Winnetou. "Schiba Bigk akan datang
lebih dahulu dengan pasukan kecil yang akan menyerang rumah ini beserta
penghuninya dan akan memancangkan tonggak di tanah pasir. Kemudian menyusul Vupa
Umugi untuk mengubah tempat tonggak itu dan membawa serdadu-serdadu kulit putih
ke tempat di mana mereka akan mati kehausan. Serdadu-serdadu kulit putih itu
akan diikuti dari belakang oleh pasukan Nale Masiuv, yang akan menghalang-
halangi mereka balik ke tempat asal mereka. Tugas kita yang pertama ialah
mengepung pasukan Schiba Bigk serta mengalahkan mereka tanpa menumpahkan darah.
Saya kira Old Shatterhand dapat menyetujui perkataan saya."
"Dengan segala kerelaan hati," jawab saya. "Saya kira jumlah pasukan Schiba Bigk
tidak lebih daripada limapuluh orang. Jikalau pasukan kecil itu dikepung oleh
tigaratus orang prajurit Apache, maka mereka akan insaf bahwa tidak ada gunanya
sama sekali mereka memberi perlawanan."
Walaupun Old Wabble telah beberapa kali menerima teguran, namun ia tak dapat
menutup mulutnya. Ia berkata:
"Betulkah jumlah pasukan itu hanya limapuluh orang?"
"Anda lupa bahwa orang-orang Comanche tidak tahu bahwa kita ada di sini. Mereka
menyangka hanya akan berhadapan dengan penghuni waha ini."
"Hm, ya, itu mungkin. Akan tetapi mengepung pasukan itu bukanlah pekerjaan yang
semudah Anda kira." "Pekerjaan itu mudah sekali. Mereka harus kita giring dan kita desak ke hutan
kaktus, di sana mereka akan terjepit sehingga tak akan dapat lolos. Tak perlu
kita membuat lingkaran bulat; setengah lingkaran saja sudah cukup. Jikalau
mereka tidak gila, maka mereka akan insaf bahwa mereka tak akan dapat memberi
perlawanan." "Bagaimana kalau mereka memberi perlawanan juga?"
"Dalam hal yang demikian saya akan berbicara dengan Schiba Bigk. Ia sudah
berhutang budi kepada saya. Ia pernah menjadi tamu Fox dan pada ketika itu ia
telah memberikan janjinya tidak akan membuka rahasia waha ini. Itu sudah cukup
untuk memaksa dia mendengarkan perkataan saya."
"Mudah-mudahan Anda tidak akan salah sangka. Anda mengetahui sendiri bagaimana
ia memegang janjinya. Ia berjanji tidak akan membuka rahasia waha ini, akan
tetapi ia hendak membawa tigaratus orang prajurit Comanche kemari! Mudah-mudahan
tak usah terlalu lama kita menunggu kedatangannya."
"Besok malam ia akan datang."
"Dan kita akan mengepung dia pada malam hari?"
"Barangkali mungkin juga pada siang hari. Makin lekas ia datang, makin lekas
juga kita dapat mengepung dia."
"Tetapi kita harus mengetahui dengan tepat bilamana ia datang. Jadi kita harus
mengirimkan mata-mata yang akan pergi mengintai."
"Itu kesalahan yang besar sekali, sebab jejak pengintai itu akan menimbulkan
kecurigaan mereka." "Hm. Tetapi bagaimana kita dapat mengetahui adakah mereka sudah datang dan
bilamana...." Di sini Winnetou memenggal perkataan Old Wabble.
"Saudara tua saya boleh percaya bahwa Old Shatterhand tahu apa yang dikatakannya
dan apa yang diperbuatnya. Schiba Bigk sudah pernah datang kemari. Dari sini ia
langsung pergi ke Gutesnonti Khai. Kini ia ada di tempat itu juga untuk membuat
tonggak yang akan dipancangkannya di tanah pasir. Ia akan mengambil jalan yang
ditempuhnya juga dahulu. Kita harus menyongsong dia, akan tetapi memilih jalan
menyisi yang sejajar dengan jalan itu. Dengan demikian kita akan melihat dia dan
tak dapat dilihatnya. Jikalau dia sudah lalu, maka kita berbalik dan akan kita
giring dia ke hutan kaktus yang tidak dapat dilintasinya. Di sana mereka akan
kita tangkap. Saya rasa bahwa itulah yang dimaksud oleh saudara Shatterhand."
"Ya. Itulah rencana saya," jawab saya.
Sampai sekian Bloody Fox berdiam diri saja. Kini ia mengangkat bicara:
"Saudara saya Winnetou mau kiranya memperkenankan saya memajukan pertanyaan.
Schiba Bigk akan bersikap hati-hati supaya tidak terlalu pagi kedatangannya
diketahui oleh penghuni rumah ini. Dan jikalau kita menyisi, lalu mengambil
jalan yang sejajar dengan jalan yang akan ditempuh oleh Schiba Bigk, maka kita
tak boleh terlalu mendekat supaya tidak akan dilihat oleh pasukan orang Comanche
itu. Tidak adakah kemungkinan bahwa mereka akan lalu dengan tiada kita lihat?"
"Tidak." "Akan tetapi di padang pasir ini tidak ada jalan yang dapat kita sebut sebenar
jalan. Yang dikatakan jalan itu sebenarnya tak lain daripada arah belaka. Oleh
karena padang pasir ini luas sekali, maka saya kira ada pula kemungkinan bahwa
orang akan menyimpang dari arah yang tepat. Tiadakah mungkin bahwa Schiba Bigk
akan menyimpang juga dan dengan demikian justru akan terbentur pada kita?"
"Tidak. Barangkali saudara saya Old Shatterhand mau menerangkan kepada saudara
saya Fox, apa sebabnya maka saya menjawab dengan tidak."
Fox berpaling kepada saya dengan pandang yang mengandung pertanyaan; teman-teman
saya yang lain berbuat begitu juga. Karena itu saya memberi keterangan:
"Orang kulit putih dapat menyimpang dari arah yang tepat, orang kulit merah
tidak. Orang kulit merah mempunyai bakat dan kecakapan untuk mengetahui arah
yang tepat. Dalam hal itu ii seperti burung yang dari jarak berpuluh-puluh,
bahkan beratus-ratus mil, dapat menemukan sarangnya. Dalam pada itu saudara saya
hendaknya jangan lupa bahwa pasukan pertama orang Comanche ini mempunyai tugas
yang lain pula, yaitu memancangkan tonggak di tanah pasir. Oleh pekerjaan itu
maka mereka akan lengah terhadap kemungkinan akan menjumpai musuh. Saya percaya
bahwa mereka akan jatuh ke tangan kita. Maka mereka tidak akan kita bawa ke
rumah ini, melainkan kita ikat di luar hutan kaktus dan di sana kita jaga baik-
baik sampai semuanya selesai."
"Dan akan kita apakan tonggak-tonggak itu" Dulu ada dikatakan bahwa tonggak-
tonggak itu akan kita ubah tempat dan arahnya."
"Itu akan kita lakukan juga supaya Vupa Umugi sesat."
"Ke mana?" "Hm, ke suatu tempat di mana dapat kita kepung dengan mudah. Hutan kaktus ini
letak dan bentuknya sudah sedemikian berubah sejak saya meninggalkannya paling
akhir, sehingga saya pada saat ini tidak dapat mengatakan di mana ada tempat
yang serasi bagi maksud kita itu."
"Bolehkah saya memajukan usul" Kira-kira satu hari perjalanan di sebelah
tenggara tempat ini ada sebuah hutan kaktus yang luas, di mana tanah pasir ini
menjorok ke dalam bentuk segitiga. Kalau orang berjalan dengan perlahan-lahan
maka untuk mencapai ujung tanah pasir yang menjorok itu orang memerlukan lebih
kurang dua jam.?" "Masih muda atau sudah tua pohon-pohon kaktus itu?"
"Bercampur; akan tetapi sangat lebat."
"Kalau begitu tak ada tempat yang lebih baik untuk maksud kita. Bagaimana
pendapat saudara saya Winnetou?"
Ketua suku Apache itu menganggukkan kepalanya, lalu menjawab dengan tenang:
"Orang-orang Comanche akan kita giring ke sana."
"Nah, kalau begitu untuk hari ini perundingan kita sudah selesai. Selanjutnya
kita harus menantikan perkembangan lebih lanjut. Matahari sudah sampai ke kaki
langit. Kita harus beristirahat supaya besok pagi segar kembali, demikian juga
kuda kita." Kami pergi memeriksa kuda kami dan memberi mereka apa yang mereka perlukan.
Winnetou pergi ke anak buahnya yang berkemah di luar hutan kaktus. Mereka
dibawanya masuk untuk memberi kuda mereka kesempatan minum dan makan. Kemudian
kami pergi tidur di atas kulit binatang yang sudah disediakan oleh Ibu Sanna.
Sebagian besar tidak dapat tidur dengan segera.
Saya berbaring di sebelah Winnetou dan mendengarkan kisahnya tentang
pengalamannya sejak kami berpisah. Saya mendengar Old Wabble dan Parker
melanjutkan pertengkaran mulut mereka dengan berbisik-bisik. Di luar kami
mendengar bunyi langkah orang Apache yang sedang memelihara kuda mereka.
Ketika keesokan harinya pagi-pagi saya bangun, Winnetou sedang mencuci badannya
di pinggir kolam. Sanna sibuk sekali menyiapkan sarapan kami. Teman-teman saya
yang lain masih tidur, akan tetapi sebentar kemudian mereka sudah bangun
semuanya. Prajurit-prajurit Apache datang lagi memberi kudanya minum serta
mengisi kantong air mereka.
Setelah kami selesai makan sarapan, maka kami keluar, pergi ke tempat perhentian
prajurit-prajurit Apache. Sementara itu mereka sudah selesai juga makan sarapan.
Kami sudah siap sedia. Sebagian dari pasukan Apache itu kami tinggalkan untuk
menjaga dan melindungi waha. Bloody Fox tinggal bersama-sama dengan pasukan
kecil itu. Maka kamipun berangkat.
Kemarin kami datang dari arah Barat-daya. Kini kami berjalan ke arah Barat,
sebab di sanalah letak Gutesnonti Khai. Kami sudah dapat menduga garis jalan
mana yang akan ditempuh oleh pasukan Schiba Bigk. Kami menyisih kira-kira
setengah mil Inggeris dari garis itu, lalu membelok mengambil jalan yang kira-
kira sejajar dengan garis jalan orang-orang Comanche. Karena hari terang cuaca,
maka jarak setengah mil itu masih kami pandang terlalu dekat. Maka kami menjauh
lagi kira-kira sampai jarak hampir satu mil. Dalam padang pasir yang terbuka itu
orang dapat melihat sangat jauh. Dalam pada itu kami mempunyai keuntungan
terhadap orang-orang Comanche, sebab Winnetou dan saya ada mempunyai teropong
untuk melihat jauh. Setelah lewat tengah hari maka pasukan kami kami suruh menjauh lagi, sedangkan
Winnetou, Old Surehand dan saya lebih mendekat. Dalam pada itu kami tidak
berdekat-dekatan, melainkan mengambil jarak, akan tetapi sedemikian sehingga
dengan berteriak kami dapat saling memanggil.
Kira-kira pukul satu saya mendengar Winnetou berteriak.
Ia melihat dengan teropongnya sambil melambai-lambaikan tangannya memanggil Old
Surehand dan saya. Demi kami ada di dekatnya maka Winnetou berkata:
"Di kaki langit sebelah sana ada seorang menunggang kuda yang tidak dapat kita
lihat dengan mata biasa."
"Orang Indian?" tanya Old Surehand.
"Itu belum dapat saya ketahui. Silahkan saudara saya melihat dengan teropong
saya." Old Surehand memasang teropongnya sambil mengikuti arah yang ditunjuk oleh
Winnetou, Saya mempergunakan teropong saya.
"Ya, itu seorang yang menunggang kuda," ujar Old Surehand, "akan tetapi saya
tidak pula dapat membedakan adakah ia orang kulit merah atau orang kulit putih."
"Orang kulit merah," kata saya.
"Kalau begitu teropong Anda jauh lebih baik daripada teropong Winnetou."
"Bukan begitu. Sayapun tidak dapat membedakannya dengan nyata. Tetapi saya
berani mengatakan bahwa ia adalah seorang Comanche, seorang prajurit dari
pasukan Schiba Bigk, barangkali Schiba Bigk sendiri."
"Uf! Uf! Mengapa saudara saya mengira begitu?"
"Ia tidak berjalan seorang diri. Saudara saya Winnetou boleh mengarahkan
teropongnya ke arah dari mana penunggang kuda itu datang, jadi agak ke arah kiri
sedikit. Di sana dapat Anda lihat lebih banyak penunggang kuda lagi. Dan di
seberang mereka ada titik-titik kecil yang bergerak kian kemari; itu orang yang
berjalan kaki. Tahukah saudara saya orang kulit merah mengapa titik-titik itu
bergerak kian-kemari?"
"Ya, berkat keterangan saudara Shatterhand tadi maka saya tahulah sebab itu.
Mereka ialah orang-orang yang memancangkan tonggak di tanah pasir. Untuk dapat
berbuat begitu mereka harus turun dari atas kudanya."
"Tepat! Old Surehand, Anda tahu bahwa di antara orang-orang Comanche itu hanya
ada seorang yang mengetahui jalan ke waha Bloody Fox."
"Ya, Schiba Bigk," jawab Old Surehand.
"Ia bukan saja pemimpin mereka, melainkan bertugas sebagai penunjuk jalan juga.
Karena itu maka saya tahu bahwa orang yang pertama kali kita lihat itu tadi dan
yang berjalan di depan sekali tak lain daripada Schiba Bigk. Ia memelopori
mereka, Sedang sekali-kali berhenti sampai ada tonggak terpancangkan. Lihatlah!
Winnetou boleh memasang teropongnya lagi; ia akan melihat bahwa mereka yang
berjalan kaki tadi kini sudah naik ke atas kudanya lagi. Mereka sudah selesai
memasang tonggak, maka kini melanjutkan perjalanannya. Mereka berjalan cepat
sekali; akhirnya tidak kelihatan lagi. Mereka menghilang ke arah sana."
"Dapatkah Anda menghitung jumlah mereka, Sir," tanya Old Surehand kepada saya.
"Tidak, akan tetapi saya kira jumlah mereka tidak lebih daripada limapuluh
orang." "Apa yang kita perbuat sekarang?"
"Kita berjalan terus sebentar; nanti kita membelok ke arah Utara sampai
menjumpai jejak mereka. Kemudian kita ikuti sampai kita memperoleh tempat yang
serasi untuk mengepung mereka."
Kami menggabungkan diri dengan pasukan kami. Setelah mereka kami beritahu apa
yang sudah kami lihat, maka kami melaksanakan rencana kami. Sepuluh menit
kemudian kami sudah melihat jejak orang-orang Comanche itu. Jejak itu terang
sekali: itu menandakan bahwa mereka merasa aman. Lain daripada jejak kuda kami
melihat juga jejak manusia dan ada kami lihat di pasir garis-garis panjang yang
ditimbulkan oleh tonggak yang diseretnya di belakang mereka.
Kuda kami kami larikan dengan kencang sampai kami dapat melihat orang-orang
Comanche dengan teropong kami. Kini kami memperlambat jalan kami. Jarak dari
tonggak yang satu sampai tonggak yang lain kira-kira ada satu kilometer dan
kalau orang-orang kulit merah itu melanjutkan pekerjaan itu dengan kecepatan dan
irama yang sama, maka sebelum malam kita akan sampai ke hutan kaktus. Pada
dugaan saya Schiba Bigk bermaksud menyerang penghuni waha itu pada malam hari.
Bahwa kini ia akan dapat tiba di tempat Bloody Fox pada siang hari itu rupa-
rupanya tidak mencemaskan ketua suku Comanche itu. Tentu ia mengira bahwa orang


Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kulit putih belaka tidak akan dapat melawan limapuluh orang kulit merah.
Saya berjalan antara Winnetou dan Old Surehand, mereka berdua berdiam diri. Di
belakang kami kami mendengar Old Wabble bercakap-cakap dengan suara yang keras
sekali dengan Parker dan Hawley, Cowboy tua itu rupa-rupanya tidak dapat menutup
mulutnya. Old Wabble membuat pelbagai perhitungan serta mengucapkan pelbagai
pendapat dan dugaan tentang apa yang akan terjadi nanti. Teman-temannya
menyangkal, akan tetapi cowboy tua itu menolak setiap sangkalan mereka.
"Saya berpendapat," demikian kata Old Wabble, "bahwa tak mungkin kita akan dapat
menangkap bedebah-bedebah itu, jikalau kita tidak berbuat lebih bijaksana
daripada sekarang. Sekiranya saya yang menjadi pemimpin pasukan ini dan
mempunyai hak memberi perintah, maka saya tahu apa yang harus saya kerjakan.
Saya tidak akan membuang waktu, melainkan akan memberi perintah mengejar mereka
dan menembak mereka sampai prajurit yang terakhir."
"Ah, bodoh sekali Anda. Old Wabble! Orang-orang Comanche itu akan mendengar kita
datang dan mereka akan lari berpencaran."
"Apa! Mereka akan kita susul dan kita tangkap."
"Bagaimana kita dapat menangkap semuanya, kalau mereka memencar. Jika ada
seorang saja yang lolos, maka segala rencana kita akan gagal. Bukankah begitu
Mr. Shatterhand?" Saya menoleh serta menjawab:
"Ya. Tetapi biarkanlah Mr. Cutter berbicara sampai puas. Ia tidak dapat memahami
maksud Winnetou. Karena itu tidak boleh ia kita kecam."
Cowboy tua itu memandang saya dengan pandang yang mengandung pertanyaan. Oleh
karena ia tidak berani mengucapkan pertanyaannya, maka saya berkata lagi:
"Winnetou tahu bahwa kira-kira satu jam perjalanan dari sini ada sebuah lembah
kecil yang terletak di jalan ke waha. Lembah itu agak panjang dan dalam,
sehingga barangsiapa ada di dalamnya tidak dapat melihat apa yang ada di pinggir
lembah. Orang-orang Comanche itu akan kita biarkan berjalan sampai mereka masuk
ke dalam lembah itu."
Kini Winnetou menyela: "Saudara saya memberi saya kehormatan yang tidak pada tempatnya, sebab rencana
itu adalah rencananya sendiri. Itu telah dikatakannya kepada saya kemarin malam
sebelum kami tertidur. Rencana itu saya setujui sepenuhnya. Orang-orang Comanche
akan kita tangkap di dalam lembah itu."
"Anda tidak akan memperkenankan salah seorang dari mereka berbicara lebih
dahulu?" Ketika saya mengucapkan pertanyaan itu, Winnetou berpaling kepada saya, lalu
bertanya: "Saudara saya hendak menanya Schiba Bigk?"
"Ya." "Anda menduga bahwa ia mau mengatakan apa yang hendak Anda ketahui" Schiba Bigk
masih muda, akan tetapi cerdik sekali. Saya tahu bahwa Old Shatterhand pandai
menyusun kata-katanya dan cerdik sekali dalam menanya orang. Schiba Bigk tahu
juga dan karena itu ia akan berdiam diri."
"Ia akan berbicara, sebab ia akan menyangka bahwa saya datang bukan sebagai
musuh, melainkan secara kebetulan saja saya bertemu dengan dia. Saya akan masuk
ke dalam lembah ini dari sebelah depan, supaya ia mengira bahwa saya baru datang
dari rumah Bloody Fox. Tentu ia akan menyangka juga bahwa saya tidak melihat
jejaknya dan tidak mengetahui apa maksudnya. Ia akan menduga bahwa ia dapat
menangkap saya dengan mudah. Karena itu ia akan lengah dan tidak terlalu
mengindahkan kata-kata yang diucapkannya. Dengan demikian maka ada kemungkinan
besar saya akan dapat mendengar apa yang hendak saya ketahui."
"Saya mengerti. Apa gunanya saudara mencari bahaya" Apa yang hendak didengarnya
sekarang dapat didengarnya juga besok tanpa mengambil risiko."
"Saya kira lebih besar manfaatnya apabila keterangan itu saya peroleh sekarang.
Dan soal bahaya, saudara saya Winnetou bukankah sudah tahu bahwa saya tidak
pernah memasuki sesuatu bahaya tanpa saya pikirkan masak-masak lebih dahulu."
"Sudahkah Anda pikirkan pula bahwa apabila orang-orang Comanche itu melihat
kami, maka mereka akan mempergunakan Anda sebagai sandera."
"Itu tidak saya lupakan; saya mempunyai perisai yang dapat saya pergunakan untuk
menangkis segala serangan. Perisai itu ialah Schiba Bigk."
"Uf, uf! Saya insaf bahwa saya tidak perlu memberi peringatan kepada saudara
saya orang kulit putih. Saya tidak merasa cemas."
"Saya akan merundingkan dengan Anda siasat yang harus kita jalankan. Lembah itu
memanjang dari Barat ke Timur. Anda melihat bahwa orang-orang Comanche itu sudah
masuk ke dalam lembah, maka pasukan kita ini hendaknya Anda bagi dalam empat
bagian yang segera berpisah. Bagian pertama berjalan cepat-cepat mengeliling ke
arah Timur. Di sana mereka harus menjaga ujung lembah itu. Old Surehand memimpin
bagian yang kedua; tugasnya ialah menjaga tepi Selatan. Entschar Ko membawa
bagiannya ke tepi sebelah Utara. Old Wabble memimpin bagian yang keempat, yang
akan menjaga tempat masuk lembah ini. Dengan demikian maka musuh kita sudah
terkepung dari segala pihak. Tentu saja hendaknya Anda jaga jangan sampai mereka
dapat melihat Anda. Sekiranya Anda mendengar letusan bedil-pembunuh-beruang
saya, maka hendaknya Anda sekalian menampakkan diri. Saya yakin bahwa tidak
seorangpun akan dapat lolos. Dapatkah saudara saya orang kulit merah menyetujui
rencana ini?" "Ya," jawabnya dengan singkat.
Old Surehand rupa-rupanya masih menaruh keberatan.
Ia berkata: "Maaf, Sir, bahwa saya memberanikan diri untuk menyela. Bukankah Anda mengambil
risiko yang terlalu besar" Apa daya Anda terhadap peluru musuh?"
"Saya akan mengelak."
"Sir, mudah sekali mengatakannya, akan tetapi menjalankannya..." Yakinlah bahwa
kepercayaan saya terhadap Anda tidak terhingga, akan tetapi demikian besar
sayang saya kepada Anda, sehingga..."
Winnetou segera menyela: "Winnetou tidak kurang sayangnya kepada Old Shatterhand, akan tetapi Winnetou
membiarkan dia menjalankan rencananya. Saudara saya Old Surehand hendaknya
jangan merasa khawatir; empat mata akan mengamat-amati dan melindungi Old
Shatterhand, yaitu mata Anda dan mata saya."
"Dan mata saya juga," seru Old Wabble dengan berlagak. Ia merasa bangga telah
saya beri tugas memimpin sebagian dari pasukan kami dan ia sudah membulatkan
hatinya untuk mematuhi segala perintah.
"Awas, bedebah-bedebah orang kulit merah itu, sekiranya berani menyentuh badan
Anda; peluru saya akan merebahkan mereka. It's clear!"
Pernyataan yang jantan itu perlu saya koreksi sedikit.
Saya berkata: "Ingat-ingat. Mr. Cutter! Jangan Anda berbuat terlalu gegabah atau terlalu
tergesa-gesa. Jikalau Anda sekarang saya beri tugas yang bertanggung-jawab, maka
itu mempunyai maksud yang tertentu, yakni untuk mengetahui adakah Anda sanggup
menjalankan sesuatu tugas sesuai penuh dengan perintah. Jikalau sekali ini Anda
mengecewakan saya lagi, maka yakinlah bahwa Anda selanjutnya tidak akan saya
beri tugas lagi." "Maksud Anda sudah cukup jelas bagi saya. Saya akan mematuhi segala perintah
Anda." "Itu baik. Sekarang saya akan minta diri, supaya dapat saya sampai ke ujung
lembah ini pada waktu yang tepat."
Saya membelok ke kanan, lalu memacu kuda saya sampai binatang itu berlari
sekuat-kuatnya. Demi saya mengira bahwa orang-orang Comanche itu tidak akan
dapat melihat saya maka saya membelok ke kiri dan berjalan cepat-cepat ke arah
ujung lembah. Kemudian ternyata bahwa perhitungan saya tepat sekali. Ketika saya kira-kira
sudah ada di tengah-tengah lembah, maka saya melihat orang-orang kulit merah itu
masuk. Mereka tidak memancangkan tonggak pada jalan masuk lembah; karena itu
maka mereka tak usah berhenti, melainkan berjalan cepat-cepat ke arah saya.
Betapa herannya demi mereka melihat saya! Saya menghentikan kuda saya dan
berbuat seakan-akan sayapun heran menjumpai orang-orang kulit merah itu. Saya
mengangkat bedil saya. Mereka pun mengangkat senjatanya dan dengan segera
mengepung saya. Kemudian saya turunkan bedil saya dan mengancam:
"Berhenti! Barangsiapa hendak menghalang-halangi saya, akan saya tembak!
Prajurit-prajurit Indian dari suku manakah...."
Saya tidak menyelesaikan perkataan saya, melainkan dengan tercengang-cengang
memandang muka ketua suku.
"Uf! Uf! Old Shatterhand!" katanya dengan heran sambil ia menghentikan kudanya.
"Hai, mungkinkah itu?" seru saya, "Schiba Bigk, ketua suku Comanche yang gagah
perwira." "Ya," jawabnya. "Adakah Old Shatterhand dibawa angin ke savanna ini" Prajurit-
prajurit orang Comanche mengira bahwa ia tidak ada di daerah ini."
Saya tak berhenti-henti memandang dia, sampai akhirnya ketua suku itu tidak tahu
dengan lagak apa semestinya ia menegur saya. Dahulu kami adalah sahabat. Saya
masih mempunyai hak penuh menuntut persahabatan dari dia. Tetapi kini terpaksa
menjadi musuh saya. "Siapa yang mengatakan kepada saudara saya orang kulit merah, bahwa saya tidak
ada di daerah ini?" jawab saya.
Ia membuka mulutnya, barangkali hendak mengatakan bahwa itu didengarnya dari
Vupa Umugi, akan tetapi sekonyong-konyong berubah pikirannya dan ia menjawab:
"Seorang pemburu kulit putih mengatakan kepada saya bahwa ia bertemu dengan Old
Shatterhand di daerah Barat yang jauh letaknya dari daerah ini."
Ia berdusta. Pandangan prajurit-prajuritnya terarahkan kepada saya dan pandangan
itu mengandung permusuhan.
Saya berbuat pura-pura tidak mengetahuinya. Sayapun berbuat juga seakan-akan
saya tidak pernah melihat mereka di Air Biru.
Dengan tenang sekali saya turun dari atas kuda saya, lalu duduk serta berkata:
"Saya sudah pernah mengisap calumet persahabatan dengan Schiba Bigk, ketua suku
Comanche. Hati saya senang sekali berjumpa dengan dia setelah sekian lamanya
berpisah. Jikalau sahabat dan saudara bertemu muka, biasanya mereka bersalam-
salaman dengan ramah-tamah. Adat istiadat orang Indian tidak memperkenankan kita
menyimpang dari kebiasaan itu. Saudara saya orang kulit merah saya persilahkan
turun dan duduk di sebelah saya agar saya dapat bercakap-cakap."
Pandang orang-orang Comanche itu kini mengandung ancaman. Mereka bersiap-siap
untuk menyerang saya, akan tetapi Schiba Bigk memberi isyarat supaya mereka
mundur. Air mukanya menunjukkan bahwa ia bersedia menuruti undangan saya. Ia
bersedia berbicara dengan saya, dengan maksud untuk menanyai saya. Jadi ia
mempunyai maksud yang sama dengan saya.
"Kata-kata Old Shatterhand itu mengandung kebenaran," katanya. "Apabila dua
orang ketua suku yang bersahabat bertemu, mereka harus bersalam-salaman."
Ia lalu duduk berhadapan dengan saya. Demi prajurit-prajuritnya melihat
perbuatannya, maka merekapun turun, lalu duduk mengelilingi kami. Dalam pada itu
ada beberapa orang prajurit yang hendak duduk di belakang saya. Itu harus
dihalang-halangi. Karena itu saya berkata dengan suara keras sehingga semuanya
dapat mendengar: "Adakah di antara putera-putera Comanche yang bersifat pengecut sampai mereka
tidak berani melihat muka Old Shatterhand" Saya tidak percaya. Lagi pula saya
tidak suka bersikap tidak sopan dengan menghadapkan punggung saya kepada seorang
prajurit yang gagah berani."
Akal saya itu berhasil. Mereka duduk dalam setengah lingkaran; semuanya dapat
saya amat-amati. Mereka mengurungkan maksudnya untuk menyerang saya. Saya tidak
berteman dan mereka yakin bahwa saya sudah jatuh ke tangan mereka. Saya
mengambil pipa perdamaian saya dari kalung leher saya, lalu saya isi dengan
tembakau seraya berkata: "Saudara saya Schiba Bigk boleh mengisap calumet dengan saya, supaya saya dapat
mengetahui bahwa Old Shatterhand masih dipandangnya sebagai sahabat."
Ia mengangkat tangannya untuk menunjukkan bahwa ia menolak ajakan itu, lalu
menjawab: "Schiba Bigk pernah merasa bangga mempunyai saudara kulit putih yang masyhur,
akan tetapi ia ingin mengetahui adakah Old Shatterhand masih benar-benar
sahabatnya?" "Mengapa Anda sangsi?" tanya saya dengan heran.
"Karena saya mendengar bahwa Old Shatterhand menjadi musuh orang Comanche.
Bukankah Old Shatterhand telah mengunjungi Saskuan Kui" Apa maksud Anda datang
ke sana?" "Tidak mempunyai maksud apa-apa. Saya kebetulan saja lalu di sana. Saya
bermaksud hendak bermalam di sana untuk berjalan terus keesokan harinya."
"Jadi Anda tidak berbuat apa-apa di sana?"
"Ya, ada. Saya melihat bahwa orang-orang kulit merah yang berkemah di sana telah
menangkap seorang kulit putih. Orang kulit putih itu sudah saya bebaskan.
Kemudian saya mendengar dari orang kulit putih itu bahwa orang-orang Comanche
yang menawan dia itu adalah dari marga Naiini."
"Dengan kulit putih itu tidak berbuat apa-apa terhadap orang Comanche. Sekiranya
ia orang Comanche yang ditawan oleh orang kulit putih, padahal ia tidak berdosa,
maka ia akan saya bebaskan juga dari tangan orang kulit putih. Old Shatterhand
adalah sahabat dari sekalian orang baik-baik dan musuh dari semua yang jahat. Ia
tidak memandang warna kulit."
"Karena itu maka Anda sudah menjadi musuh orang Comanche!"
"Tidak, sebab keesokan harinya saya sudah berunding dengan Vupa Umugi, ketua
suku Comanche Naiini. Saya sudah mengikat tali persahabatan dengan dia. Ia
tawanan saya akan tetapi saya bebaskan."
"Tahukah Anda apa sebabnya orang-orang Comanche itu berkemah di Saskuan Kui?"
"Bagaimana saya dapat mengetahuinya" Saya tidak menanyakannya. Barangkali mereka
ada di sana untuk menangkap ikan."
"Tahukah Anda di mana orang-orang Comanche itu sekarang?"
"Saya hanya dapat menduga saja. Mereka tentu pergi ke arah Barat, melintasi
Mistake Canyon untuk membantu orang-orang Comanche yang terancam oleh tentara
kulit putih." "Uf!" serunya. Dalam pada itu ia tersenyum. Prajurit-prajuritnya melihat ke arah
saya dengan pandang yang mengatakan bahwa saya sudah bersikap bodoh. Kemudian
Schiba Bigk melanjutkan perkataannya:
"Anda ditemani oleh beberapa orang kulit putih?"
"Ya." "Ke mana mereka pergi?"
"Ke Barat." "Dan Anda kini ada di sebelah Timur Air Biru! Apakah sebabnya?"
"Saya mendengar bahwa serdadu-serdadu kulit putih yang ada di dekat Mistake
Canyon itu sedang bermusuhan dengan prajurit-prajurit Comanche Sebagai seorang
kulit putih sebenarnya saya harus membantu serdadu-serdadu itu. Akan tetapi oleh
karena saya sahabat orang kulit merah, maka saya ingin menjauhkan diri. Itulah
sebabnya maka saya berjalan ke arah Timur."
"Ke Air Biru lagi?"
Tentu saja ia ingin mengetahui adakah saya pergi ke Air Biru lagi. Saya
menjawab: "Untuk apa saya kembali ke Air Biru" Saya pergi ke Llano Estacado untuk
mengunjungi saudara saya Bloody Fox. Anda mengenal dia, sebab Anda sudah pernah
menjadi tamunya dan sudah pernah mengisap pipa perdamaian dan pipa persahabatan
dengan dia." "Anda membawa orang-orang kulit putih lain ke rumah Bloody Fox?"
"Mengapa Anda bertanya demikian, padahal Anda tahu bahwa kita telah berjanji
kepada Bloody Fox tidak akan membuka rahasia tempat tinggalnya" Dapatkah saya
membawa orang asing ke rumah Bloody Fox?"
"Di mana teman-teman Anda orang kulit putih itu sekarang?"
"Ketika saya berpisah, mereka hendak pergi ke El Paso."
"Anda menjumpai Bloody Fox di rumahnya?"
"Ya." "Di mana ia sekarang?"
"Di rumahnya." "Lekas benar Anda meninggalkan dia. Tidakkah ia meminta Anda tinggal lebih lama
lagi dengan dia?" "Ya. Tepat seperti dahulu ketika Anda dengan saya menjadi tamunya. Akan tetapi
saya sudah menjawab sekian banyak pertanyaan dan Anda mengetahui yang hendak
Anda ketahui. Marilah kita sekarang mengisap calumet."
"Tunggu sebentar!"
Saya berbuat sebagai anak yang dapat ditanyai tanpa menginsafinya. Bigk melihat
kepada teman-temannya dengan pandang yang mengandung kepuasan. Kini ia benar-
benar percaya bahwa ia sudah menjadi lebih cerdik daripada saya. Karena itu maka
ia mengucapkan perkataan "tunggu sebentar" dengan lagak memerintah. Kemudian ia
berkata lagi: "Sejak kita berpisah sudah lewat beberapa minggu dan beberapa bulan. Dalam waktu
yang selama itu pandangan manusia berubah. Anak kecil menjadi dewasa, menjadi
kuat dan bijaksana. Sebaliknya Old Shatterhand kini sudah menjadi anak kecil.
Anda membiarkan saya menanyai Anda seperti orang dewasa menanyai anak kecil yang
belum lagi berakal atau sebagai wanita tua yang otaknya sudah menjadi kering.


Llano Estacado Karya Dr. Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Mata Anda sudah menjadi kabur dan telinga Anda sudah menjadi tuli. Anda
sedikitpun tiada mengetahui siapa kami ini dan apa yang kami kehendaki."
"Uf! Demikian berbicara seorang anak muda dengan siapa saya dahulu telah pernah
mengisap pipa perdamaian?"
"Itu bahasa seorang anak muda yang sekarang sudah menjadi seorang prajurit yang
masyhur. Calumet sudah tidak berguna lagi, sebab Anda bukan sahabat saya lagi,
melainkan sudah menjadi musuh saya yang harus saya bunuh. Anda telah membebaskan
tawanan kami." "Tawanan Anda" Saya membebaskan orang kulit putih itu dari tangan orang-orang
Comanche Naiini. Anda termasuk marga lain."
"Orang Naiini adalah saudara kami: musuh mereka adalah musuh saya. Tidakkah Anda
mengenal prajurit-prajurit yang duduk di muka Anda ini?"
"Bukankah mereka itu prajurit dari marga Anda?"
"Hanya duapuluh orang dari mereka. Selebihnya ialah orang Naiini, yang Anda
lihat di Air Biru. Kami telah menggali kapak peperangan terhadap semua orang
kulit putih dan Anda adalah orang kulit putih juga. Tahukah Anda kini apa yang
dapat Anda harapkan?"
"Saya tahu. Saya akan naik ke atas kuda saya dan berjalan terus dengan tenang."
"Old Shatterhand benar-benar sudah menjadi anak kecil. Anda adalah tawanan saya
dan Anda akan mati pada tiang siksaan."
"Saya bukan tawanan Anda dan saya tidak akan mati oleh karena Anda
menghendakinya. Saya akan mati asalkan itu dikehendaki oleh Manitou."
Mereka tidak mengerti mengapa saya menjawab dengan segala ketenangan. Saya tidak
bergerak; saya tidak memberi mereka alasan untuk menduga bahwa saya akan lari
atau akan melawan. Karena itulah maka mereka tidak memegang senjata mereka.
Dalam pada itu mereka tidak mengetahui bahwa mereka semuanya saya intai dengan
mata saya yang tajam. Dengan tertawa kecil ketua suku itu bertanya:
"Adakah Anda mengira bahwa Anda dapat melawan" Tidakkah Anda melihat bahwa Anda
berhadapan dengan lima kali sepuluh orang prajurit yang gagah berani?"
"Adakah Old Shatterhand pernah menghitung jumlah musuhnya?"
"Jadi Anda mengandalkan bedil khasiat Anda?"
Dalam sekejap mata saja bedil Henry saya sudah ada di tangan saya. Saya
melompat, lalu berdiri di belakang kuda saya yang memberi perlindungan kepada
saya. Saya berseru: "Ya, itu yang saya andalkan. Barangsiapa menyentuh senjatanya, dengan segera akan saya tembak! Anda tahu bahwa dengan bedil ini saya dapat menembak terus-
menerus." Semuanya itu saya kerjakan dengan sedemikian cepatnya sehingga mereka masih
duduk dalam sikapnya semula waktu saya menyelesaikan percakapan saya. Saya
melihat seorang menggerakkan tangannya untuk memungut bedilnya. Tetapi demi ia
melihat bahwa bedil saya saya bidikkan kepadanya, ia menarik tangannya kembali.
Mereka ternyata masih sangat takut kepada bedil khasiat saya. Kini saya tahu apa
yang akan datang, yakni serangan, mula-mula dengan kata-kata saja. Itulah yang
saya harap-harapkan, oleh karena saya ingin mendengar apa yang hendak saya
ketahui. Tidak seorangpun berani mengulurkan tangannya ke arah senjatanya.
Karena itu dapat saya harapkan bahwa mereka akan berusaha dengan pelbagai
ancaman supaya saya dengan sukarela menyerah.
Pembaca hendaknya jangan mengira bahwa saya bertindak terlalu sembrono. Saya
mengenal benar-benar adat kebiasaan orang kulit merah dan saya tahu betapa besar
takut mereka kepada bedil saya. Lain daripada itu saya telah melihat ke arah
pinggir lembah di muka saya. Di sana tampak oleh saya Old Surehand dan Winnetou.
Dari tempat itu empatpuluh laras bedil mengancam orang-orang Comanche ini,
walaupun itu tidak diketahuinya. Mereka yang memegang bedil-bedil itu
bersembunyi di belakang pasir sehingga tidak dapat dilihat. Di atas dinding
lembah di belakang saya bersembunyi ialah pasukan Entschar Ko. Mereka sudah
siap. Dengan demikian saya tidak usah merasa khawatir.
Apa yang sudah saya duga benar-benar terjadi. Ketua suku itu mencoba membujuk-
bujuk saya supaya menyerah,
"Pshaw!" katanya dengan tertawa kecil. "Kami tahu bahwa bedil Anda dapat
ditembakkan terus-menerus, akan tetapi Anda tidak mungkin dapat melepaskan
limapuluh tembakan sekaligus. Anda dapat membunuh tiga atau empat orang prajurit
kami, akan tetapi akhirnya Anda akan kami tangkap juga."
"Pshaw!" demikian saya menjawab dengan tertawa. "Saya tidak takut akan limapuluh
orang prajurit Comanche. Ayo, kemarilah! Jikalau saya mundur maka setiap
prajurit Comanche yang mengikuti saya, akan saya tembak; tidak ada orang yang
berani menghalang-halangi saya."
"Tetapi Anda tidak akan dapat lolos. Kami hanya merupakan kelompok dari pasukan
yang besar." "Bohong!" "Bukan bohong, melainkan kebenaran!" demikian jawabnya. "Hendak ke mana Anda
lari?" "Ke Bloody Fox."
"Justru dia akan kami serang dan dengan demikian Anda akan jatuh ke tangan kami
juga." "Kalau begitu saya akan pergi ke arah Barat!"
"Ke arah sana hanya ada satu jalan saja. Dengan demikian maka Anda akan lari ke
arah Suksma Lestavi. Di sana Anda akan terbentur pada pasukan Vupa Umugi."
"Saya tahu. Akan tetapi ia baru akan datang tiga hari lagi."
"Anda tidak tahu! Besok malam ia sudah ada di sana."
"Pada malam hari tidak mungkin mereka dapat menangkap saya."
"Kalau Anda tidak tertangkap, maka Anda akan disergap oleh Nale Masiuv yang akan
menyusul setengah hari kemudian. Lagi pula di sebelah sana ada sebuah padang
yang luas, sehingga Anda akan lekas tampak. Ke mana Anda dapat menghindari
sekian banyak prajurit" Jikalau akal Anda masih belum hilang sama sekali, maka
Anda akan menyerah."
"Old Shatterhand akan menyerah"!! Pada siapa" Kepada seorang budak seperti Anda"
Adakah Anda seorang budak" Anda adalah seorang gadis kecil yang masih suka
menangis, yang sebenarnya masih patut didukung oleh ibunya. Anda tidak
selayaknya bergaul antara orang dewasa yang menyebut dirinya prajurit!"
Menyebut seorang Indian orang tua atau gadis kecil adalah suatu penghinaan yang
besar sekali, Schiba Bigk melompat dengan marah serta berteriak tanpa membuat
gerak untuk mencabut pisau atau bedilnya:
"Anjing, mau Anda saya bunuh" Sepatah kata saja maka lima puluh orang prajurit
akan menyerang Anda!"
"Satu tanda saja maka dalam dua menit Anda akan mati semuanya jikalau Anda tidak
Senopati Pamungkas I 8 Pendekar Kelana Sakti 4 Pemikat Nyi Sekar Dayang Kunti Rahasia Pengkhianatan Baladewa 3
^