Pencarian

Pertemuan Maut Di Kutub 1

Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean Bagian 1


Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ice Station Zebra #Pertemuan Maut Di Kutub Utara#
Karya : Alistair Maclean Gubahan : Sutanto Sumber DJVU : BBSC Convert, edit teks : Dewi KZ
Ebook pdf oleh : Dewi KZ Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ http://dewi-kz.info/
http://cerita-silat.co.cc/ http://kang-zusi.info
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ALISTAIR MACLEAN PERTEMUAN MAUT Di KUTUB UTARA Gubahan SUTANTO Judul asli : "ICE STATION ZEBRA"
By. Alistair MacLean Gubahan : Sutanto Penerbit : Indah jaya - Bandung
Cetakan pertama Maret 1980
Cover design Rio Purbaya Dilarang mengutip tanpa seizin penerbit Isi di luar
tanggung jawab percetakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
BAGIAN I Walaupun kabut sudah mulai turun dan,agak mengganggu penglihatan saya, tapi saya yakin bahwa yang
sedang mendatangi saya itu adalah Letnan Kolonel James
D. Swanson dari Angkatan Laut Amerika Serikat. Dialah
komandan dan sebuah kapal selam yang paling mutahir dan
paling hebat. Dari garis-garis yang tampak di sekitar mata
dan mulutnya, saya mendapat kesan bahwa dia adalah
seorang pria yang menyenangkan, tapi saya rasa bukan sifat
itu saja yang memungkinkan ia menduduki jabatannya yang
sekarang. Matanya itulah. Dia memiliki sepasang mata
yang berwarna keabu-abuan. Mata yang paling jernih dan
yang paling dingin, yang pernah saya temui. Ketika dia
berhenti di' hadapan saya, ditelitinya wajah saya dan
kemudian matanya menatap sehelai kertas yang dipegangnya. Dari matanya itu saya yakin bahwa dia sudah
menarik sebuah kesimpulan.
"Maaf, Dr. Carpenter," katanya dengan suara tenang
dan ramah, tapi saya tak mendengar adanya rasa sesal
dalam permintaan maafnya itu. Dilipatnya kertas tilgram
itu dan dimasukkannya kembali dalam sampulnya. "Maaf
saya tak bisa menerima tilgram ini sebagai suatu perintah
resmi ataupun menerima anda sebagai penumpang di kapal
ini. Saya harap anda tidak salah faham, karena saya rasa
andapun mengerti bahwa saya harus mentaati peraturan
yang berlaku." "Perintah resmi?" Saya keluarkan lagi tilgram itu dan
saya perlihatkan tanda tangan yang tertera di sana. "Apa
anda kira ini tanda tangan seorang kacung di Markas Besar
Angkatan Laut Inggris?"
Ini memang tidak lucu. Kami bertatapan lagi, rupanya
saya telah salah mengartikan garis-garis yang nampak di
wajahnya itu, dan dengan tegas dia berkata lagi,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Laksamana Nelson adalah komandan Nato bagian Timur.
Ketika saya bertugas pada Nato, saya memang bertanggung
jawab padanya. Tapi sekarang, saya hanya bertanggung
jawab pada Washington saja. Jadi, sekali lagi, maaf Dr.
Carpenter Dan mengenai tilgram itu, kalau boleh saya
jelaskan, anda bisa saja menyuruh seseorang untuk
mengirim tilgram yang demikian dari London. Bahkan
sandi angkatan lautnyapun tak ada sama sekali."
Dia memang tak salah, itu bisa saja terjadi, tapi
curiganya itu sudah keterlaluan. "Kalau anda tak percaya,
anda boleh menceknya melalui pesawat radio anda,
Komandan." Boleh juga," katanya menyetujui usul saya tersebut.
"Tapi tak akan ada bedanya. Hanya warga- negara Amerika
tertentu saja yang diijinkan naik kapal ini, dan
perintahnyapun harus langsung dari Washington."
"Dari Panglima Tertinggi Angkatan Laut atau dari
Laksamana Laut Atlantik?" Dia mengangguk, perlahan-
lahan, berspekulasi, dan saya melanjutkannya: "Silahkan
hubungi mereka melalu pesawat penghubung anda, dan
mintalah agar mereka menghubungi Laksamana Hewson.
Waktunya sudah mendesak sekali. Komandan." Seharusnya saya menambahkan bahwa salju sudah mulai
turun dan saya sudah mulai kedinginan, tetapi saya
membatalkannya. Dia berpikir sejenak, mengangguk-angguk, lalu berbalik
dan melangkah menuju pesawat tilpon di sudut dok.
Pesawat tilpon itu dihubungkan melalui kabel ke kapal
selam di bawah kami. Sesaat dia berbicara dengan suara
yang tetap rendah, lalu diletakkannya tilpon itu kembali.
Tak beberapa lama, muncullah tiga orang perwira menuju
kami. Komandan mendekati perwira yang bertubuh paling
tinggi, kemudian dia memperkenalkannya pada saya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Letnan Hansen, pembantu eksekutif saya. Dia akan
menemani anda sampai saya kembali." Komandan ini
benar-benar pandai berbicara
"Saya tak perlu ditemani," kata saya tenang. "Selain
saya sudah dewasa, saya juga tidak merasa kesepian "
"Saya akan kembali secepatnya, Dr. Carpenter," kata
Swanson. Lalu dia bergegas, dan saya menatapnya dengan
rasa syukur. Pikiran bahwa Panglima Tertinggi Angkatan
Laut Amerika Serikat telah memilih orang sembarangan
saya buang jauh-jauh. Komandan Swanson ternyata orang
cerdik. Dia tidak mau kehilangan orang yang telah
memaksa ikut menumpang kapalnya tanpa mengetahui apa
sebab- sebabnya, selagi dia menghubungi atasannya. Dan
menurut perkiraan saya, Hansen dan kedua temannya itu
pastilah orang-orangnya yang paling tangguh.
Saya perhatikan kapal selam yang berada di bawah saya
itu. Baru kali inilah saya melihat sebuah kapal selam
bermesin nuklir, dan "Dolphin" ini tidak sama dengan
kapal-kapal selam lain yang pernah saya lihat. Panjangnya
hampir sama dengan kapal selam yang terpanjang pada PD
II. tetapi bentuknya telah banyak disempurnakan. Garis
tengahnya paling tidak dua kali dari garis tengah kapal
selam biasa, selain itu bentuknyapun lebih menjurus pada
bentuk silinder. Saya ingin memperhatikannya lebih jauh,
tetapi salju makin lebat saja, sehingga sayapun kehilangan
minat untuk memperhatikannya lebih jauh. Yang saya
kenakan hanyalah sebuah jas hujan tipis serta pakaian biasa
saja. Angin musim dingin mulai menusuk tulang.
"Kita toh tak perlu bunuh diri dengan berhujan- hujan
salju begini," kataku pada Hansen, "Di sana ada kantin,
apakah atasanmu melarang kau menerima secangkir kopi
dari Dr.'Carpenter, sang agen spionase yang termashur?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Seringai Hansen mendahului kata-katanya. "Dalam hal
kopi, saya tak memiliki prinsip-prinsip tertentu, apalagi
pada malam seperti ini. Seharusnya kami di- beritahu
bagaimana menggigitnya musim dingin di sini." Ternyata
bukan tampangnya saja yang seperti seorang koboi, tetapi
caranya berbicara juga seperti seorang koboi Rawlings,
beritahukanlah pada kapten bahwa kita akan berteduh di
sana." Sementara Rawlings menilpon untuk mengabarkan niat
kami, kami bertiga menuju kantin yang berpenerangan
lampu neon itu. Di sana saya duduk diapit Letnan Hansen
dan pria ketiga yang berwajah beruang kutub. Kami duduk
di meja yang terletak di sudut kantin itu, saya di tengah
mereka berdua. Ketika Rawlings datang, dia mengambil
tempat di hadapan saya. "Kalian memang perwira yang rapi dalam menjalankan
tugas, tentunya kalianpun menaruh curiga padaku, bukan?"
"Jangan salah menilai kami, kami hanyalah tiga sekawan
yang sedang menjalankan tugas saja. Yang curiga pada
anda adalah Komandan Swanson, bukan begitu, Rawlings?" tanya Hanson.
"Tepat sekali, Letnan," jawab Rawlings hati-hati.
"Memang sudah begitu sifat kapten kita."
"Rupanya kalianpun kurang menyukai tugas macam
begini, maksudku kalian harus sudah bersiap- siap dua jam
sebelum berlayar," saya memancing reaksi mereka lagi.
"Teruskan saja pendapatmu, Dok," kata Hanson
memberi hati, tetapi dari matanya yang biru itu saya tahu
bahwa dia sebenarnya tak memberi hati sedikit- pun. "Aku
adalah pendengar yang baik," lanjut Hansen.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sambil memikirkan apa yang harus kalian lakukan
dengan bongkah es itu, bukan?" pancing saya lagi.
Rupanya mereka memang benar-benar terlatih untuk
selalu siap-siaga, karena mereka tak bergeming sedikitpun,
bahkan sering menoleh saja tidak. Secara serentak mereka
makin mendekati saya. tapi tanpa mengambil tindakan
lebih lanjut. Hansen menunggu sambil tersenyum santai
sampai sang pelayan selesai menyuguhkan empat cangkir
kopi di meja kami, lalu dia berkata dengan nada yang tidak
berubah: "Kami tak ingin informasi ini dibicarakan di
kantin, apalagi ini adalah top secret. Tapi darimana anda
mengetahui tujuan kami tersebut?"
Hansen menggenggam pergelangan tangan kanan saya.
"Kami tidak curiga atau apapun namanya," katanya
menyesal. Yang membuat kami sebagai para perwira kapal
selam menjadi nervoits hanyalah mara bahaya yang selalu
mengancam kehidupan kami. Selain itu kami sudah paham
apa yang hendak dilaksanakan seseorang jika ia
memasukkan tangannya di balik jaket, karena dia itu tak
bermaksud untuk memeriksa dompetnya masih ada atau
tidak. Apalagi dalam 'Dolphin' seperti ini."
Saya lepaskan genggaman tangannya dengan tangan kiri
saya yang terbebas dari cekalan, tapi tindakan itu ternyata
tidaklah terlalu mudah dilaksanakan, karena saya tahu para
perwira Angkatan Laut Amerika Serikat selalu memperoleh
makanan yang tinggi kadar proteinnya. Akhirnya saya bisa
juga membebaskan tangan kanan saya tersebut. Saya
keluarkan lipatan surat kabar yang sejak tadi bersarang di
balik jas hujan saya. "Kalau kalian ingin tahu darimana aku
bisa mengetahuinya, ialah karena aku bisa membaca. Itulah
sebabnya. Nah, ini adalah edisi sore surat kabar Glasgow
yang aku beli setengah jam yang lalu di Airport Renfrew."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hansen menggosok-gosok pergelangan tangannya yang
saya lepaskan tadi dan menyeringai, Rupanya gelar doktor
yang anda peroleh itu dalam bidang angkat besi. Hmm,
mengenai surat kabar ini, dengan cara bagaimana anda bisa
tiba dari Renfrew dalam waktu setengah jam?"
"Dengan sebuah pesawat heli."
"Pantas tadi saya mendengar suaranya, tapi itu kan
pesawat kami." "Betul," kata saya menjelaskan, "Dan sepanjang
perjalanan kemari, pilotnya hanya mengunyah permen
karet dan menggerutu ingin cepat-cepat kembali ke
California." "Apakah anda juga membicarakan hal ini dengan sang
pilot?" tanya Hansen menyelidik.
"Memberi kesempatan untuk berbicara juga dia tidak."
"Rupanya dia sedang banyak pikiran," komentar Hansen
sambil membuka surat kabar itu dan mencari berita yang
dimaksudkan. Dia tak perlu bersusah payah, karena berita
itu terpampang di halaman pertama dengan headline yang
sudah menarik perhatian. "Well, lihat saja ini," kata Hansen tanpa berusaha
menutupi apa yang ia rasakan. "Inilah sulitnya, kita harus
merahasiakan hal-hal seperti ini, tapi surat-surat kabar
membahasnya dengan sejelasnya, bahkan sebagai berita
halaman pertama pula."
"Jangan main-main, Let," kata si pria yang wajahnya
mirip beruang kutub. Suaranya berat.
"Aku tidak main-main, Zabrinski," ucap Hansen dengan
nada dingin, "seperti sudah seringkah kunasi- hatkan
padamu, banyak-banyaklah membaca, karena hobby yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
satu ini akan sangat banyak manfaatnya. Lihatlah, 'Kapal
selam nuklir akan menyelamatkannya', Tuhan tolonglah
Kutub Utara ini. Dan lihatlah foto Dolphin itu sendiri, sang
pilotnya dan bahkan gambarkupun dimuatnya."
Rawlings meraih surat kabar itu untuk memperhatikan
gambarnya dengan lebih jelas, "Wah rupanya sang
potografernya cerdik juga. Let."
Betul, cuma dia melupakan prinsip dasar dan fotografi


Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

saja," kata Hansen agak sinis. "Nah, dengarkan saja
beritanya: 'Pernyataan berikut ini dikeluarkan oleh
Washington dan London beberapa menit sebelum tengah
hari waktu GMT, "Karena makin kritisnya keadaan para
korban Ice Station Zebra dan karena tidak bisanya mereka
dihubungi dengan cara yang lazim, maka telah disetujui
bahwa Angkatan Laut Amerika akan mengirimkan kapal
selam nuklirnya yang bernama Dolphin untuk menyelamatkan para korban secepat mungkin.
"Dolphin baru saja kembali ke pangkalannya di Holy
Loch, Scotland, pagi ini, setelah menjalankan latihan-
latihan ekstensifnya di bawah Nato di Samudra Atlantik.
Dolphin yang dikomandani Letnan Kolonel Jemes D.
Savvanson, diharapkan sudah bisa memulai tugasnya pukul
7.00 petang ini juga. Pernyataan bersama ini cukup
membahayakan dan dianggap sebagai suatu keputusan yang
nekat bagi komunike yang tadinya tidak pernah seiring
sejalan dalam sejarah bahari maupun dalam sejarah Laut
Utara. Enam puluh jam setelah ..... "
" 'Nekat dan membahayakan"', Let" Rupanya sang
kapten sedang mencari tenaga tambahan, ya?" tanya
Rawlings tanpa sadar. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tidak perlu. Telah kukatakan padanya bahwa akupun
sudah siap dengan kedelapanpuluh anak- buahku sendiri
dan mereka sudah menyetujui hal ini."
"Tapi anda tak pernah minta pendapatku."
"Kurasa itupun tidaklah terlalu penting. Sekarang
dengarkan saja, eksekutifmu akan melanjutkan berita ini.
'Enampuluh jam setelah dunia mengetahui malapetaka
yang menimpa Ice Station Zebra, yang merupakan satu-
satunya stasiun meteorologi Inggris di Laut Utara, seorang
penyiar radio Inggris di Bodo, Norwegia menerima tanda
S.O.S. yang sangat lemah dari puncak dunia tersebut.
" 'Berita selanjutnya diperoleh dari kapal penghancur es
Inggris yang bernama Moning Star, sekitar dua puluh jam
yang lalu ketika mereka berada di Laut Barents. Posisi Ice
Station Zebra itu tidak bisa mereka tangkap dengan jelas,
tetapi mereka mengabarkan bahwa malapetaka itu sudah
melanda hampir semua bagian dari lce Station Zebra sejak
Selasa dinihari, Persediaan bahan bakar dibongkah es itu
telah memperhebat terjadinya kebakaran disana dan
persediaan makanan mereka sudah habis terbakar
karenanya. Yang sangat dikhawatirkan ialah kesanggupan
mereka bertalian dalam suhu dua puluh derajat di bawah
nol di daerah itu. "Tentang berita terbakarnya keseluruhan pondok itu
belum didapat keterangan yang pasti.
" 'Stasiun Meterogloi Zebra ini baru saja didirikan pada
akhir musim panas tahun ini dalam posisi 85?40' Lintang
Utara dan 21?30' Bujur Timur, atau hanya sekitar tiga ratus
mil dari Kutub Utara. Diinana posisinya sekarang, tidak
diketahui dengan pnsti, karena bongkah es itu akan terus
berputar searah jarum jam. -
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
" 'Tigapuluh jam yang lalu pesawat-pesawat bomber
supersonik milik Amerika, Inggris dan Russia telah
mengelilingi daerah tersebut untuk mencari Station Zebra.
Tetapi karena kedudukan terakhirnya tidak diketahui dan
kegelapan sedang melanda Laut Utara pada masa kini dan
juga karena buruknya cuaca, mereka tak berhasil
menemukan lokasi stasiun tersebut." "
"Mereka tak perlu melokasikannya." selu Ravvlings.
"karena dengan peralatan pesawat bomber masa kini
mereka sudah bisa membimbing pesawat lain yang laraknya
sekitar seratus mil. Sang operator radio di stasiun cuaca itu
tinggal mengirimkan tanda-tandanya terus menerus saja."
"Mungkin operatornya sudah mati," kata Hansen
dengan berat. "Mungkin pula pesawatnya hancur oleh
karena kebakaran itu. Semuanya tergantung pada sumber
tenaga yang ia gunakan."
"Generator diesel-electric." selaku. "Dia memiliki
persediaan batere Nife-cells untuk menghadapi k,eadaan
darurat. Lalu, disana juga ada generator yang diusahakan
dengan tangan, tetapi yang ini daya jangkaunya sangat
terbatas." "Bagaimana anda bisa mengetahuinya?" tanya Hanson
tenang. "Tentang sumber tenaga yang mereka gunakan
itu?" "Saya pernah membacanya."
"Ya, anda pernah membacanya," katanya sambil
menatapku, lalu dibacanya surat kabar itu lagi. " 'Sebuah
laporan dari Moskow menjelaskan bahwa kapal penghancur
es bertenaga atom yang bernama Dvina dan yang paling
kuat di dunia berlayar dari Munnansk sekitar duapuluhjam
yang lalu dan dengan kecepatan penuh menuju bongkah-
bongkah es di Laut Utara. Para ahli belum bisa memberi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kepastian akan keberhasilan kapal penghancur es ini karena
lapisan es sudah makin menebal dalam beberapa waktu
terakhir ini, selain itu mereka juga masih menyangsikan
apakah Dvina akan sampai ke tempat ujuan atau tidak.
" 'Diberangkatkannya Dolphin juga masih merupakan
harapan yang sangat tipis sekaji bagi para korban di Ice
Station Zebra. Dan kalau mereka berhasil dalam
melaksanakan tugasnya, mereka ini benar- benar bisa
dianggap sebagai sesuatu yang luar biasa Bukan saja karena
Dolphin harus menyelam beberapa ratus mil secara terus-
menerus di bawah" permukaan es, tetapi kemungkinan
untuk muncul menembus lapisan es diatasnyapun sangat
sedikit sekali. Tapi tak perlu diragukan lagi jika ada kapal
yang sanggup melakukan itu semua, maka yang sanggup itu
hanyalah bolphin saja, yang merupakan kebanggaan
Angkatan Laut Amerika."
Hansen berhenti membaca dan sekarang dia membaca
kelanjutan berita itu dalam hati saja. Lalu dia berkata:
"Yah, itulah semuanya. Sebuah berita yang membeberkan
semua perincian tentang Dolphin kita ini. Dan rupanya
daftar nama awak kapal Dolphin ini telah menjadi pokok
pembicaraan dan kebanggaan Angkatan Laut Amerika
pula." Rawlings nampak lesu Zabrinski, siwajah beruang kutub
menyeringai, mengeluarkan sebungkus rokok dan menawarkannya pada mereka. Lalu dia menjadi serius lagi
dan bertanya; "Omong-omong, memangnya sedang
mengapa orang-orang sinting itu di puncak dunia?"
"Lembaga Meteorologi, pandir," Rawlings menjelaskan
padanya. "Apakah kau tak mendengarkan apa yang
dibicarakan oleh Letnan tadi" Itu sangat besar sekali
artinya, bung," lanjutnya dengan bangga. "Tapi rupanya
kau masih saja belum mengerti maksudnya. Mungkin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagimu lebih jelas kalau itu disebut stasiun penyelidikan
cuaca, Zabrinski." Tapi aku masih menganggap bahwa
mereka itu sinting," gerutu Zabrinski. "Mengapa mereka
melakukan itu semua, Let?"
"Lebih baik kau tanyakan saja pada Dr.Carpenter," kata
Hansen kering. Ditatapnya hujan salju yang makin lebat
dari balik jendela kantin, dia membayangkan bagaimana
orang-orang yang tertimpa malapetaka itu berusaha untuk
menyelamatkan diri mereka. "Kurasa dia lebih mengetahui
segala sesuatunya daripada aku sendiri."
"Hanya sedikit saja," kata saya mengakui. "Tidak ada
kemisteriusan ataupun kesinisan daripada apa yang
kuketahui. Para ahli meteorologi sekarang menganggap
bahwa Laut Utara dan Samudra Antartika sebagai dua
sumber yang mempengaruhi cuaca di dunia ini, kedua
daerah itu sangat besar pengaruhnya kepada bagian dunia
lainnya. Kita semua sudah mengetahui banyak hal tentang
Samudra Antartika, tetapi tidak demikian halnya dengan
Laut Utara. Jadi kita memilih sebuah bongkah es yang tepat
untuk menyelidiki keadaan disana dengan lebih teliti. Di
atas bongkah es itu kami mendirikan pondok-pondok yang
berisi para tehnisi dan segala macam peralatan yang
lengkap dan membiarkan mereka terapung-apung di laut
puncak dunia itu untuk sekitar enam bulanan. Bangsa
kalian juga telah membuat dua atau tiga stasiun semacam
itu. Sedangkan Russia sudah memiliki sekitar sepuluh
stasiun kalau aku tak salah, dan kebanyakannya dilokasikan
di sebelah timur Laut Siberia."
"Bagaimana cara mereka membangun kemah-kemah
semacam itu. Dok?" tanya Ravvlings.
"Caranya macam-macam. Bangsa kalian lebih suka
membangunnya di musim dingin, di saat bongkah itu cukup
bekunya bagi landasan pesawat udara. Biasanya seseorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
diterbangkan ke Point Barrow di Alaska dan mencari-cari
bongkah es kutub yang paling cocok untuk maksud mereka
- karena mereka memahami juga bagian mana dari
bongkah es itu yang akan tetap cukup luas kalau bongkah
itu terpisah dari bongkah-bongkah lainnya, lalu pembangunan stasiunpun bisa dimulai dengan segera.
Semua bahan-bahan bangunan mereka terbangkan dengan
pesawat udara, demikian juga dengan peralatan, perlengkapan dan orang-orangnya. Akhirnya terbentuklah
apa yang mereka perlukan itu.
"Orang-orang Russia lebih suka menggunakan sebuah
kapal laut di musim panas. Biasanya mereka menggunakan
Lenin, sebuah kapal penghancur es yang bermesin nuklir.
Kapal ini membentuk daratan es buatan dan segera
membangun stasiunnya sebelum badai salju turun. Kami
menggunakan sebuah tehnik serupa itu ketika kami
membangun Apungan Ice Station Zebra, satu-satunya
stasiun kutub yang kami miliki. Russia meminjamkan
Lenin-nya pada kami, karena seluruh dunia merasakan
manfaat dari stasiun ini. Kapal itu membawa kami ke utaTa
daratan Franz Josef. Zebra memang sudah bergeser dari
tempatnya semula, tetapi hanya sedikit saja. Hal ini terjadi
karena adanya perputaran bumi, dan pada saat ini posisi
Zebra itu kira-kira empat ratus mil di utara Spitzbergen."
"Sinting juga," cetus Zabrinski, "pasti anda dari
angkatan laut Inggris kalau begitu, betul kan?"
"Maafkan sikap Zabrinski yang agak kurang sopan itu,
Dok. Dia itu dilahirkan di Bronx, jadi ya begitulah
sikapnya," kata Rawlings menjelaskan.
"Tak apalah, memang aku ada hubungannya dengan
angkatan laut Inggris, aku adalah spesialis di bidang
penyakit yang berhubungan dengan kebekuan karena
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terserang dinginnya salju dan yang menyebabkan gangguan
pada susunan saraf juga."
Hansen mengalihkan pandangannya dari jendela yang
kelabu itu, lalu dia menatap saya membenarkan, "Memang
kita membutuhkan orang seperti dia kalau kita berniat
untuk menyelamatkan para korban malapetaka di Ice
Station Zebra itu." Saya belum pernah melihat. keakraban antara atasan dan
bawahan yang seperti ini. Unik memang. Rawlings dan
Zebrinski berhenti menanyai saya. Setelah hening sejenak,
dari balik jendela nampak sebuah jeep melintas dilebatnyahujan salju Rawlings" melompat ketika melihat
sorot jeep itu melintas, tetapi ia segera duduk lagi di
kursinya. "Kau melihat siapa yang datang itu?" tanya Hansen.
"Ya, pasti Andy Bandy, tak salah lagi."
"Ulangi sekali lagi, Rawlings," kata Hansen dingin.
'Wakil Laksmana John Barvie dari Angkatan Laut
Amerika, pak." Andy Bandy, heh?" kata Hansen sambil merenung. Dia
menyeringai padaku. "Laksamana Garvie, Komandan Nato
ada disini. Kurasa segala sesuatunya akan menjadi lebih
menarik. Apa yang akan dia kerjakan disini, heh?"
"Perang Dunia ke III baru saja meletus," Rawlings
menjelaskan. "Tapi dia tidak ikut bersama anda dalam heli itu bukan?"
ucap Hansen memotong percakapan Rawlings.
"Tidak." "Apakah anda mengenalnya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mendengar namanya juga baru sekarang."
"Makin lama kok makin aneh, ya," gumam Hansen.
Beberapa menit kemudian keheningan melanda. Masing-
masing sibuk dengan pikiran apa yang akan dilakukan
Laksamana Garvie disini. Salju terus turun, dan tiba-tiba
kami merasakan angin yang dingin ketika seorang petugas


Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berseragam biru memasuki kantin, dan menuju meja kami.
"Pak kapten meminta anda untuk membawa Dr.
Carpenter ke kabinnya. Let."
Hansen mengangguk, bangkit dari duduknya dan
memimpinku keluar dari kantin tersebut. Lapisan salju
sudah mulai terbentuk dan cuaca sudah menjadi gelap,
angin dari utara terasa menggigit tulang. Hansen melangkah
menuju sebuah gang kecil, berhenti sesaat ketika dia melihat
beberapa nelayan dan pekerja dok, yang sedang membantu
mengangkut sebuah torpedo. Dia membiarkan mereka
berjalan lebih dulu. Setelah gang itu selesai kami lalui, kami
menuruni anak-anak tangga. "Hati-hati Dok, karena anak-
anak tangga ini agak licin."
Kedinginan di luar sekarang berganti dengan kehangatan
ruang mesin yang bersih. Semua mesin di ruang mesin itu
dicat abu-abu, demikian juga dengan panil-panil perlengkapannya. Di setiap sudut diterangi oleh lampu
neon. "Tidak menutup mata saya, Let?"
"Tidak perlu," seringainya. "Jika anda orang penting,
cara seperti itu tidak perlu dilakukan. Jika anda bukan
orang pentingpun, hal seperti itu tak perlu dilakukan,
karena anda tak akan mendapat kesempatan untuk
menceritakan apa yang telah anda lihat pada seorang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lainpun, karena selama beberapa tahijn mendatang anda
hanya bisa merenung di balik terali-terali besi saja."
Saya mengerti maksudnya. Saya terus mengikuti
langkahnya. Kami melewati seperangkat mesin yang dari
bentuknya saja sudah bisa saya tebak bahwa mesin tersebut
adalah generator pembangkit tenaga listrik. Setelah
melewati beberapa mesin lagi, kami memasuki sebuah pintu
yang menuju sebuah lorong yang tidak begitu lebar
sepanjang tigapuluh kaki. Ketika kami melintasi lorong
tersebut, dari langkah- langkah saya, saya merasakan
dengungan mesin yang cukup kuat, mungkin di bawah
kami itulah terletak reaktor nuklir kapal ini.
Di ujung lorong ini, terdapat sebuah pintu batas lagi yang
menuju ke pusat pengontrolan kapal selam ini. Disitu
terdapat dua pasang periskop, meja peta yang cukup besar
dan ruang radio di sebelah kirinya. Ruang pengendalian ini
besarnya sekitar dua kali dari ruang pengendalian kapal
selam yang umum. Berseberangan dengan ruang pengendalian, di sisi lorong
yang lain, ada sebuah ruangan tertutup yang lainnya. Di
pintunya tidak terdapat petunjuk apapun Sayapun tak diberi
kesempatan untuk memikirkannya lebih jauh karena
Hansen berjalan dengan bergegas di sepanjang lorong
tersebut sebelum dia berhenti pada pintu pertama di sebelah
kirinya. Dia mengetuknya dan pintu dibuka Oleh Letnan
Kolonel Swanson. "Aha, rupanya kalian. Maaf kalau saya telah
membiarkan anda menunggu, Dr. Carpenter." Lalu dia
menoleh pada Hansen, "Kita akan berangkat pada pukul
enam tigapuluh, John," katanya, "kurasa, kau sudah siap
juga, bukan?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tergantung pada berapa lamanya pemuatan torpedo
itu, pak." "Kita hanya akan membawa enam saja."
Hansen mengerutkan dahinya tapi tak memberikan
komentar, dia malah bertanya. "Apakah akan dimasukkan
dalam tabung?" "Tidak perlu, dirak saja. Masih harus dikerjakan lagi,
Let." "Tanpa cadangan?"
"Tanpa cadangan."
Hansen mengangguk dan berlalu. Swanson membawa
saya masuk ke dalam kabinnya setelah dia menutup pintu
masuk ke ruangan itu. Kabin Letkol. Swanson lebih besar daripada sebuah box
tilpon umum, tetapi tidak cukup luas untuk berteriak
sekeras mungkin. Ruangan itu dipenuhi oleh peralatan-
peralatan yang diperlukannya.
"Dr. Carpenter, perkenalkan, ini Laksamana Garvie dari
U.S. Nato, bagian laut."
Laksamana Garvie meletakkan kaca mata yang tadi
dipegangnya kemeja, dan bangkit dari satu- satunya kursi
yang ada di ruangan itu. Ketika dia berdiri, tampaklah
tubuhnya yang tinggi, jadi pantaslah kalau tadi dia itu
dijuluki "Andy Bandy", sama seperti Hansen, diapun pasti
berasal dari daerah peternakan di pedalaman.
Apa kabar Dr. Carpenter. Maaf kalau - hm - sambutan
yang anda terima ternayta kurang hangat. Tapi tindakan
Letkol. Swanson itu memang ada baiknya. Orang-orangnya
telah menjaga anda bukan?"
"Ya, kami baru saja minum kopi di kantin."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia tersenyum. "Manusia-manusia nuklir itu benar-benar
oportunis sejati. Saya rasa nama baik keramah-tamahan
bangsa Amerika sudah mulai menurun. Whisky, Dr.
Carpenter?" "Saya kira kapal-kapal selam Amerika tak menyediakan
minuman seperti itu, pak."
"Memang begitu bung, kecuali untuk persediaan alkohol
medis, dan tentunya simpanan pribadi saya sendiri." Dia
menuangkan minuman tersebut pada sloki-sloki kecil.
"Sebelum saya melangkah lebih jauh, perkenankanlah saya
meminta maaf atas keterlambatan saya ini. Kemarin saya
berjumpa dengan Laksamana Hewson di London, dan saya
menjanjikannya bahwa saya sudah akan berada disini pagi-
pagi, agar Letkol. Swanson mengerti apa yang harus dia
laksanakan. Tapi saya terlambat."
"Karena harus membujuk beberapa orang terlebih dulu,
betul?" "Tepat sekali," katanya mengeluh. "Para kapten kapal
selam mudah tersinggung dan juga merupakan orang-orang
yang sulit diajak bicara." Diangkatnya gelasnya. "Semoga
kalian berdua berhasil dalam menemukan pai'a korban
malapetaka tersebut. Tetapi kurasa kalian tak akan berhasil
menjumpai mereka itu."
"Saya rasa kami mampu mencari mereka, pak.
Bukankah begitu Letkol. Swanson?"
"Apa yang membuat anda begitu yakin?" tambahnya
lagi. "Firasat?"
"Yah, bisa dikatakan begitulah."
Diletakkannya kembali gelasnya di meja dan- matanya
kini berhenti berkedip-kedip. "Laksamana Hewson sangat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membanggakan anda. Siapa dan apa pekerjaan anda yang
sebenarnya, Dr. Carpenter?"
"Pasti dia juga sudah mengatakannya pada anda, hanya
seorang dokter yang ditugaskan pada angkatan laut untuk "
'Dokter angkatan laut?"
Well, semacam itulah. Saya ".
"Orang sipil, begitu?"
Saya mengangguk dan sang laksmana serta Swanson
saling bertukar pandang, kemudian Garvie melanjutkannya;
"Lalu?" "Ya, hanya itu saja. Seperti dokter-dokter lainnya saja,
hanya saya mendalami ilmu yang ".
"Ada hubungannya dengan persoalan di bawah laut?"
potong Garvie. "Apakah anda pernah ikut dengan sebuah
kapal selain yang sesungguhnya, Dok?"
"Ya, karena tabung oksigen bukanlah ditujukan untuk
mensubstitusi kapal selam."
Sang laksamana dan Swanson nampak lebih bingung
lagi. Orang asing saja sudah memusingkan mereka, apalagi
ini orang asing sipil saja. Tapi, yang satu ini malah orang
asing sipil yang memahami hal-hal di bawah permukaan
laut, membahayakan. Jadi, sayapun harus berhati-hati
dalam menjalankan peran ini.dengan sebaik-baiknya.
"Apa yang menarik bagi anda dari Apungan Ice Station
Zebra itu, Dok?" tanya Garvie sumbang.
"Tugaslah yang meminta saya kesana, pak."
"Aku mengerti - aku mengerti," kata Garvie masih
kurang puas, "Tapi kenapa mesti kau?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pengetahuanku tentang Laut Utara cukup lumayan,
pak. Selain itu saya dianggap cukup mampu untuk
membantu para korban yang terserang kedinginan kutub
ataupun kedinginan yang menyebabkan terganggunya
ganlion otak. Saya mungkin akan bisa menyelamatkan
nyawa ataupun hidup yang tak mampu dilakukan oleh team
dokter di kapal ini."
"Saya bisa saja menilpon mereka untuk datang kemari
dalam beberapa jam mendatang," kata Garvie tak mau
kalah. "Kurasa penjelasanmu belum juga lengkap,
Carpenter." Nah, sekarang sudah mulai sulit, saya harus lebih
berhati-hati sekarang: "Saya mengetahui stasiun udara itu
cukup baik, karena saya turut membantu menyeleksi
tempatnya, dan juga membantu mendirikan stasiun
tersebut. Sang komandannya. Mayor Halliwell adalah
teman dekat saya," yang terakhir ini hanya setengah benar,
tetapi saya tahu bahwa bukan waktunya sekarang ini untuk
membeberkan segala sesuatunya dengan sejelas mungkin.
"Well. well, dan anda masih bersikeras untuk
menyatakan bahwa anda hanyalah dokter umum saja
bukan?" sela Gravie lagi.
"Tugas saya sangat fleksibel, pak."
"Baiklah, tapi inilah jawaban Washington atas pertanyaan mengenai anda. Jawaban ini baru saja datang."
Diulurkannya kertas pesanan itu padaku.
Disana tertulis: "Kemampuan Dr. Neil Carpenter tidak
perlu ditanyakan lagi. Dia bisa dipercaya, ulangi, bisa
dipercaya dengan penuh. Berikan semua fasilitas yang
diperlukan demi keselamatan kapal selam kalian dan hidup
para awak kapal." Pesan itu ditanda tangani oleh Pimpinan
Komando Operasi Angkatan Laut.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kurasa pesan ini sudah akan memuaskan kalian
berdua," kataku sambil mengembalikan pesan itu.
"Tapi aku belum," selam Garvie. "Tanggung jawab
utama dari keselamatan Dolphin ada di tanganku. Pesan ini
terlalu membebaskan anda untuk melakukan apa saja, dan
malah bisa saja menentang pendapat dari Swanson, yang
mungkin lebih masuk akal. Saya tak bisa menerima syarat
seperti ini." "Apakah ini mengganggu atau anda tak bisa menerimanya" Bukankah perintah itu 'untuk anda"
Mengapa anda tak menurutinya?"
Untunglah dia tak memukulku, dia cuma membeberkan
bahwa dia masih tidak puas akan keputusan tersebut.
Kutatap kedua pria tersebut, setelah saya berpikir cukup
lama, saya melanjutkannya dengan suara selunak mungkin:
"Apakah pintu ini kedap suara?"
"Ya, kurang lebih begitulah." kata Swanson yang juga
merendahkan nada suaranya, untuk mengimbangi suara
saya. "Karena Laksamana Gravie ingin mengetahui apa yang
terjadi sebenarnya sebelum anda menerima saya di kapal ini
saya terpaksa harus mengungkapkan apa yang sebenarnya
sedang terjadi," kata saya tenang.
"Anda tak akan dituntut karena hal ini," kata Gravie.
"Bagaimana anda tahu kalau saya tak akan dituntut"
Tapi biarlah saya tak akan mempedulikan- nya. Well, tuan-
tuan, sebenarnya demikian, Apungan Ice Station Zebra bisa
diklasifikasikan sebagai stasiun meteorologi Departemen
Angkatan Udara. Yah, stasiun ini memang milik
departemen itu Tapi karena kurangnya ahli meteorologi di
departemen itu, dan dalam kenyataannya memang hanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dua orang saja, maka disana itu kita akan menemukan para
ahli radar, radio, sinar infra-rex dan komputer- komputer
elektronik, yang mengoperasikan peralatan yang paling
mutahir dalam bidang mereka masing- masing. Dari tempat
ini kita bisa mengetahui peluncuran peluru kendali Russia
yang manapun juga sejak persiapan pengudaraannya. Di
Zebra terdapat sebuah alat untuk mengetahui saat
peluncuran itu dimulai. Kemudian radar yang berdaya
jangkau kuat dan sinar infra-red-nya mulai bekerja sekitar
tiga menit setelah peluncuran peluru kendali tersebut,
tentunya ini dibantu oleh kerja komputer juga. Di antara
Alaska dan Greenland terdapat stasiun peti peluru kendali
tersebut. Semenit kemudian sinar infra red itu sudah akan
meluncur dan menghancurkan peluru kendali tersebut di
udara, sementara sang peluru kendali itu masih melesat di
angkasa di atas Laut Utara. Jika anda- melihat pada peta
dimana Ice Station Zebra berada, maka anda akan melihat
bahwa letaknya itu pas di depan pintu peluncuran kendali
Russia itu. Dan inilah yang akan menunda hari kiamat
dunia. Itulah apa yang bisa saya jelaskan."
"Karena aku hanya'bekerja di kantor," kata Garvie
perlahan, "maka aku belum pernah mendengar berita


Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tentang ini sekalipun."
Saya tidak heran. Saya juga belum pernah mendengar
kabar semacam ini, setidaknya sebelum saya mengarangnya
sendiri, beberapa saat yang lalu. Reaksi yang diberikan oleh
Swanson ialah tertariknya dia pada masalah Ice Station
Zebra ini. Tapi saya akan menjelaskan semua itu lebih
lanjut, yang penting sekarang ialah agar saya bisa sampai
disana dulu. "Selain para petugas yang bekerja disana, saya rasa
orang-orang yang mengetahur apa yang dilakukan di
stasiun itu tidaklah lebih dari dua belas orang saja. Mungkin
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anda berdua sekarang bisa mengerti, mengapa begitu
pentingnya stasiun ini bagi dunia. Dan jika ada sesuatu
yang terjadi disana. kami ingin segera mengetahui apa yang
tidak beres, sehingga kita akan menjalankan tugas stasiun
itu kembali." "Aku masih berpendapat bahwa anda bukanlah dokter
biasa," kata Gravie tersenyum. "Letkol Swanson, kapan
kita berangkat?" "Setelah pengangkutan torpedo itu, lalu bergerak
sepanjang Hunley, mengangkut persediaan makanan dan
baju khusus untuk iklim kutub, cuma itu saja yang masih
perlu diselesaikan."
"Hanya itu saja" Katanya anda mau mencoba kapal
selam ini sebelum anda menuju Laut Utara."
"Itu karena tadi saya belum mendengar apa yang
diceritakan Dr. Carpenter. Sekarang saya ingin tiba disana
secepat mungkin. Percobaan akan ditangguhkan atau
dibatalkan jika segala sesuatunya berjalan lancar, pak."
"Ya, kapal ini ada di bawah kekuasaanmu " kata Garvie
mengerti, "Tapi dimana kau akan menyiapkan akomodasi
bagi Dr. Carpenter?"
"Antara Ruang eksekutif dan kabin ahli mesin ada satu
ruangan kosong, saya sudah menempatkan kopor-kopornya
disana." Katanya sambil tersenyum pada saya.
"Apakah anda mendapatkan kesulitan dengan kunci-
kunci ya?" tanyaku. Wajahnya bersemu merah sedikit. "Ya, baru pertama
kali saya melihat kombinasi yang begitu rumit," katanya
mengakui. "Begitu rumitnya, sehingga kami tak mampu
membukanya, dan karena sebab inilah maka kami berdua
menjadi curiga pada anda Nah, silahkan beristirahat di
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kamar anda, Dok. Kami berdua masih akan membicarakan
beberapa hal lagi. Sampai jumpa pada waktu makan malam
nanti, pukul delapan."
"Saya rasa, saya tidak perlu makan malam," kataku
takut mabuk laut. "Bila naik Dolphin ini. tak ada seorangpun yang pernah
mengalami mabuk laut, anda boleh percaya pada saya,"
kata Swanson tersenyum. "Saya berterima kasih atas tawaran anda untuk tidur ini.
karena hampir tiga hari terakhir ini saya tak sempat tidur
sama sekali. Selain itu selama limapuluh jam terakhir ini,
saya bepergian kian kemari tiada henti. Saya benar-benar
lelah." "Benar-benar perjalanan panjang." Swanson tersenyum.
Nampaknya dia senang sekali tersenyum, dan saya berpikir
bahwa pastilah beberapa orang telah pernah terkecoh oleh
senyumnya ini. "Dimana- kah anda limapuluh jam yang
lalu, Dok?" "Di Samudra Antartika."
Laksmana Garviepun mengerutkan keningnya pada
saya, tapi dia rupanya sudah puas.
(Oo-dwkz-oO) BAGIAN II Ketika saya terbangun, arloji di tangan menunjukkan
pukul setengah sepuluh Ini berarti saya telah tertidur selama
limabelas jam. Segera saja saya mencuci muka dan berganti
pakaian untuk sarapan. Di ruang makan saya bertemu
dengan Benson. sang dokter kapal ini dan juga Henry sang
pelayan. Kemudian Benson mengajak saya berkeliling kapal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelum saya menjumpai Swanson. Dia banyak bercerita
mengenai pengalaman-pengalamannya selama ia bertugas
di kapal ini. Akhirnya kami berdua menuju ruang
pengendalian dimana Swanson berada. Sang kapten
rupanya telah menunggu-nunggu saya.
"Pagi Dok. Bagaimana dengan tidur anda?"
"Limabelas jam, hebat juga bukan" Sarapannyapun
memuaskan. Ada kabar apa, Kapten?" Ya, pasti ada
sesuatu yang terjadi, karena senyum Swanson tak nampak
kali ini. "Pesan mengenai Station Zebra sedang diterima. Pesan
ini sedang diproses dulu, tidak lama, cuma beberapa menit
saja." Diproses atau tidak, nampaknya Swanson sudah bisa
menduga, apa isi pesan itu.
"Kapan kita muncul di permukaan?" saya bertanya,
karena sebuah kapal selam akan kehilangan hubungan
radionya begitu kapal itu menyelam di bawah permukaan
laut. "Belum pernah sejak dari Clyde. Sekarang kita berada
sekitar tigaratus kaki di bawah permukaan laut."
"Dan pesan itu disalurkan melalui radio?"
"Habis bagaimana" Waktu terus berjalan, bung. Memang
untuk mentransmitasikan berita kita harus muncul di
permukaan, tetapi kita bisa menerima berita di bawah
permukaan dan dalam kedalaman maksimum. Di
Connecticut ada sebuah transmitter yang menggunakan
gelombang pendek yang ekstrim dan yang memungkinkan
kita untuk menerima berita yang dikirimkannya sebaik jika
berita itu dikirimkan ke kapal biasa. Sementara kita
menunggu, mari kuperkenalkan anda pada para nahoda
kapal ini." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia memperkenalkan saya pada beberapa awak kapal
yang bertugas di pusat pengendalian, dan akhirnya tibalah
kami pada seseorang petugas yang sedang berdiri
memperhatikan periskop di hadapannya, dia masih muda
usia, dan nampaknya masih seperti seorang' mahasiswa
saja. "Will Raeburn," kata Swanson memperkenalkannya,
"biasanya kita tidak terlalu memperhatikannya, tetapi
karena kita harus menyelam di bawah permukaan es, dia
menjadi orang penting di kapal ini. Dialah nahoda kita,
Bagaimana Will, apakah kita tersesat?"
"Kita ada disini, Kapten." Dia menunjuk sebuah titik
yang bercahaya di atas peta kaca, titik itu berada di Laut
Norwegia. Seorang awak kapal datang membawa kertas
berita dan menyerahkannya pada Swanson. Lalu dia
membacanya perlahan-lahan untuk memahami isi berita
itu. Kepalanya menggeleng- geleng dan segera dia
melangkah menuju salah satu ujung di ruang pengendalian
itu dan saya mengikutinya Senyumnya masih saja belum
nampak. "Maaf," katanya. "Mayor Halliwell, komandan stasiun
terapung itu, kata anda dia adalah sahabat kental anda
bukan?" Mulut saya terasa kering. Saya mengangguk, dan
menerima kertas berita itu darinya. "Berita radio yang
selanjutnya sangat buruk penangkapannya dan sangat sulit
untuk dicernakan. Berita ini diterima pada pukul 0945
waktu Greenwich dari Stasiun Es Terapung Zebra oleh
kapal pemukat Inggris yang bernama Morning Star. Berita
itu menjelaskan bahwa Mayor Halliwell, sang komandan,
dan tiga orang lain yang tidak jelas namanya mengalami
luka parah atau meninggal, siapa saja yang sudah
meninggal juga tidak diketahui dengan pasti. Sedangkan
yang lainnya, menderita luka-luka bakar dan kedinginan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
jumlahnya juga tidak diketahui. Beberapa berita mengenai
persediaan makanan dan bahan bakar, kondisi cuaca dan
kelemahan transmisi semuanya tidak jelas. Yang bisa
dimengerti ialah semua korban berada dalam satu pondok
dan terkurung oleh cuaca disana. Kata 'badai salju' bisa
ditangkap dengan jelas. Tapi perincian kecepatan dan
suhunya tidak jelas. "Sudah beberapa kali Morning Star mengirim benta pada
stasiun tersebut, tetapi tidak ada perkembangan lebih lanjut.
"Atas permintaan Kementrian Inggris, Morning Star
telah meninggalkan daerah perikanan dan bergerak untuk
mendekati Barrier, untuk bertindak sebagai pos pendengar.
Titik." Kertas itu saya lipat dan saya kembalikan pada Swanson.
Dia berkata lagi, "Maaf, Carpenter." '
"Luka parah atau mati," kataku "Di sebuah stasiun yang
terbakar di atas bongkah es yang terapung, tak ada bedanya
sama sekali." Kata-kata yang saya ucapkan itu terdengar
bagai diucapkan oleh orang lain, nadanya begitu datar dan
tak ada gairah hidupnya sama sekali, tanpa emosi. "Johnny
Halliwell dan tiga anak buahnya. Johnny Halliwell. Sangat
jarang sekali orang yang seperti dia, jarang sekali. Dia
meninggalkan sekolah pada usia lima belas tahun ketika
orang tuanya meninggal untuk memelihara dan membesarkan adiknya yang delapan tahun lebih muda
darinya. Dia bekerja, berusaha, beijuang dan mengorbankan hari-hari mudanya untuk memberikan
segala sesuatunya bagi sang adik, sampai sang adik tamat
dari Universitas. Sampai saat itu dia tak pernah memikirkan
dirinya sendiri, sampai menikahpun dia lupa Baru setelah
adiknya lulus dia menikah. Sekarang tinggallah istri dan
ketiga anaknya yang hebat. Dua kemenakan perempuan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan seorang kemenakan lelaki yang belum mencapai usia
enam bulan." "Dua kemenakan perempuan" Dia memotong ucapannya sendiri dan menatap saya. "Demi Tuhan, jadi
dia itu abangmu" Abangmukah?" Tanyanya seolah kurang
percaya karena nama keluarga kami berdua berbeda.
Saya mengangguk. Letnan muda Raebum mendekati
kami, wajahnya nampak keheranan dan kecemasan, tapi
segera dia dihalau oleh lambaian tangan Swanson. Dia
menggeleng dan masih menggeleng juga ketika saya
mengucapkan: "Dia benar- benar tangguh. Mungkin dialah
satu-satunya orang yang bisa bertahan. Mungkin dia masih
hidup. Kita harus mengetahui dimana posisi Stasiun
Terapung itu sekarang. Harus."
"Mungkin merekapun belum mengetahui posisi mereka
sendiri," ucap Swanson. Anda harus ingat bahwa stasiun itu
adalah stasiun terapung. Cuaca yang buruk akan
menambah kesulitan mereka dalam menentukan posisinya,
apalagi kalau perlengkapan itu sudah musnah oleh api."
"Tapi mereka pasti masih mengingat posisi terahir
mereka, walaupun posisi itu adalah posisi mereka seminggu
yang lalu. Pasti mereka mengetahui kecepatan dan arah
apungan mereka sendiri. Mereka bisa memberikan data
yang tepat. The Morning Star harus tetap diminta untuk
berhubungan terus dengan mereka dan menanyakan posisi
terahir ini. Jika sekarang kit ke permukaan, dapatkah kita
menghubungi Morning Star?"
"Belum tentu. Kapal pemukat itu pasti berada sekitar
seribu mil di sebelah utara kita. Alat penerimanya tidak
akan memadai untuk menerima berita yang kita kirimkan
atau dengan perkataan lain pemancar kita terlalu kecil
untuk hal itu." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"B.B.C. memiliki cukup banyak transmitter seperti itu.
Jadi hubungi saja Kementrian Mintalah salah satu dari
mereka untuk menghubungi Morning Star untuk mencari
tahu dimana posisi Zebra yang terahir."
"Saya rasa mereka juga melakukan hal seperti itu."
"Memang, tapi mereka tak dapat mendengar apa
jawabnya. Morning Star bisa mendengarnya kalau ada
jawaban. Selain itu, Morning Star uga makin lama makin
mendekati stasiun itu."
"Kita akan ke permukaan sekarang," kata Swanson
mengangguk. Dia meninggalkan meja peta dimana kami
berdiri tadi, dan melangkah menuju pengukur kedalaman.
Ketika dia melewati meja plotting, dia berbicara dengan
sang nakhoda: "Apa yang ingin kau katakan tadi Will"7"
Letnan Raeburn segera memunggungi saya dan
mengecilkan volume suaranya, tetapi pendengaran saya ini
selalu tajam untuk menangkapnya. Dia berbisik, "Kapten,
apakah anda tadi melihat wajahnya" Saya kira dia 'akan
menyerang anda." "Tadi saya kirapun akan demikian," gumam Swanson.
"Tapi sesaat kemudian saya berpikir bahwa itu hanyalah
karena ketegangan yang dialaminya saja."
Saya segera kembali ke kabin dan berbaring di atas
velbed (Oo-dwkz-oO) BAGIAN III "Nah, itulah Barrier," ujar Swanson.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dolphin terus melaju ke arah utara dengan kecepatan
kurang dan tiga knot. Tigapuluh kaki di bawah permukaan


Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

laut yang membeku, alat sonar yang terbaik di dunia itu
tenis menerus menyelidiki air laut di sekitar kita. Swanson
terus memperhatikan kerja alat tersebut, dia tak mau
mengambil resiko tertabrak apungan es, walaupun dia tahu
bahwa alat itu bekerja dengan sempurna. Termometer di
anjungan menunjukkan suhu air laut yangkini mencapai 28
F, sedangkan suhu udara di dalam ruang itu - 16?F
Keadaan di sekitar kapal itu gelap dan menambah
dinginnya suasana di dalam anjungan kapal. .
Gemeretak gigi Swanson terdengar jelas sementara saya
memperhatikan apa yang sedang dikerjakannya sambil
menggigil tak terkendalikan, padahal saya telah memakai
baju yang cukup tebal. Kurang dari dua mil di hadapan
kami terbentang sebuah garis putih keabuan yang
nampaknya halus dan teratur, seakan-akan batas kaki langit
utara. Pemandangan seperti ini sudah pernah saya lihat
sebelumnya, karena apa yang saya lihat itu adalah awal dari
kutub utara yang diselaputi es abadi. Dan kesanalah kita
menuju, di bawah permukaan daratan salju. Untuk mencari
orang-orang yang terkena musibah beratus-ratus mil lagi
masih harus kita tempuh, padahal mungkin orang-orang itu
sudah meninggal semua atau mungkin juga dalam keadaan
yang paling parah. Dan mereka itu harus kita cari dengan
perkiraan-perkiraan dan bantuan Tuhan, karena kami tak
mengetahui dengan pasti dimana sebenarnya mereka
berada. Berita radio yang terahir ialah yang kami terima
empatpuluh sembilan jam yang lalu. Setelah itu tak pernah
ada berita lain lagi. Pukat Morning Star yang telah
mengirimkan berita selama dua hari terus menerus,
berusaha untuk menemukan kedudukan Stasiun Terapung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Zebra. Tapi usaha mereka itu tak mendapat jawaban yang
pasti dari padang salju di utara mereka. Tiada kata-kata,
tiada pertanda, bahkan bisikan yang paling lemahpun tak
pernah mereka terima lagi dari padang tersebut.
Delapanbelas jam sebelumnya kapal Russia yang
bermesin-atom dan bernama Dvina itu telah sampai di
Barrier untuk menembus jantung kutub tersebut. Pada awal
musim dingin ini, bekuan es tidaklah terlalu tebal, dan tidak
terlalu keras seperti pada puncak musim dingin di bulan
Maret, dan Dvina ini sudah dikenal bisa.menembus
ketebalan es sedalam delapanbelas kaki, jadi sudah bisa
dipastikanlah bahwa Dvina ini bisa menembus Kutub
Utara. Tetapi kondisi rakitan salju itu ternyata tidak sebagai
mana mestinya dan usaha yang satu inipun tidaklah bisa
dianggap sebagai suatu harapan yang baik. Dvina telah
menembus jarak empatpuluh mil ketika kapal tersebut
terhenti oleh lapisan es setebal duapuluh kaki. Menurut
berita, sayap kapal Dvina ini mengalami kerusakan yang
cukup berat dan para awak-kapalnya masih berusaha untuk
memperbaiki kerusakan itu.
Bukan itu saja, pesawat bomber Russia yang radarnya
terkenal bisa menangkap adanya pondok bawah pesawat itu
dalam ketinggian sepuluh ribu kaki, ternyata gagal juga
dalam mencari pondok Stasiun Terapung Zebra. Para awak
pesawat ini menyimpulkan bahwa pondok stasiun itu sudah
tak berada disana lagi, bahwa mata radar mereka tak
mampu membedakan mana yang merupakan pondok
tertimbun salju dan mana yang merupakan timbunan salju
asli; dan bahwa mereka mungkin mencari di area yang
salah. Apapun alasan yang mereka ajukan, alasan yang
paling masuk akal ialah karena gelombang radar tersebut
terganggu oleh kabut salju yang meliputi daerah tersebut.
Apapun alasannya, Stasiun Es Terapung Zebra tetap
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membisu seakan-akan disana tidak ada kehidupan, dan
seakan-akan stasiun itu tidak pernah ada.
"Tak ada gunanya tetap berjaga disini, kita bisa mati
beku karenanya." Suara Swanson terdengar bagai teriakan,
rupanya dia ingin mendengar dan menyadarkan dirinya
sendiri. "Jika kita akan menuju dan melaju di bawah
permukaan es itu. lebih baik kita pergi sekarang juga." Dia
membalikkan badannya dan menatap ke arah barat dimana
sebuah kapal pukat besar sedang melaju tersendat-sendat
pada jarak kurang dari seperempat mil dari kami. The
Mprnmg Star! Kapal inilah yang selama dua hari terahir ini
telah berusahai untuk mendapatkan pertanda apapun dari
stasiun yang tertimpa bencana itu, tapi yang mereka
dapatkan hanyalah kegagalan. Mereka akan kembali ke
Hull, karena persediaan bahan bakarnya sudah mendekati
titik habis 'Berikan tanda," ujar Swanson pada awak kapal di
sebelahnya. " 'Kami akan segera menyelam dan melaju di
bawah permukaan es. Kami akan tetap berada di bawah
permukaan es setidak-tidaknya empat hari dengan batas
waktu maksimum empat belas hari.' " Lalu dia menoleh
padaku dan berkata, "Jika kita tak menemukan mereka
dalam batas waktu itu " Dia membiarkan kalimat itu tak
terselesaikan. Aku mengangguk, dan diapun melanjutkannya " 'Terima
kasih atas kerja sama ini. Semoga berhasil dan selamat
sampai di rumah.'" Ketika lampu sang pemberi pesan ini
mulai bekerja, dia menggumam: "Apakah para nelayan itu
tetap mencari ikan di Laut Utara sepanjang musim dingin?"
"Ya." "Sepanjang musim dingin. Kalau aku, lima belas menit
saja sudah akan mati kedinginan. Mereka benar-benar
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sinting." Sebuah lampu dari arah Morning Star berkedip-
kedip menjawab pesan kami dalam beberapa detik dan
Swanson bertanya: "Apa jawabnya?"
" 'Silahkan menyelam. Semoga berhasil dan selamat
berjuang.' " "Semuanya ke bawah." perintah Swanson. Aku turun
lebih dulu, kemudian Swanson diikuti oleh sang pemberi
isyarat, dan ahirnya Hansen yang menutup kedua pintu
kedap air yang tebal di atas kami; dan tibalah kami di ruang
kemudi. Swanson meraih sebuah mikrofon dan mengucapkan
kata-katanya dengan tenang, "Kapten disini. Kita akan
segera bergerak di bawah permukaan es. Kita menyelam
sekarang," dia berhenti sejenak dan kemudian melanjutkannya, "tiga ratus kaki."
Kepala tehnisi elektronika dengan tenang memperhatikan barisan cahaya yang menunjukkan pelaksanaan penyelaman itu. Cahaya piringan itu padam
dan tinggal sebaris cahaya yang sangat terang. Dia
memeriksanya sekali lagi lalu menoleh pada Swanson,
"Garis lurus tutup, pak." Swanson mengangguk. Udara
mendesis keluar dari tangki pemberat, dan selesailah. Kami
sudah memulai peijalanan ini.
Sepuluh menit kemudian Swanson mendekatiku. Selama
dua hari terakhir ini saya sudah mengenal Swanson dengan
baik, saya menyukai dan menghormatinya. Para awak
kapal sangat setia padanya. Mereka semua menaruh
kepercayaan penuh pada sang kapten, demikian pula
denganku. Dia benar-benar menguasai bidangnya dalam
kondisi yang bagaimanapun juga. Hanscn, sang perwira
eksekutifnya yang tidak pernah membanggakan orang-
orang lain, dengan tegas mengatakan bahwa Swanson
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
adalah perwira kapal selam yang terbaik. Aku ucapan
Hansen itu benar adanya, karena orang yang semacam
Swanson inilah yang kubutuhkan dalam saat-saat seperti
ini. "Sebentar lagi kami akan bergerak di bawah permukaan
es, Dr. Carpenter, bagaimana perasaan anda?" sapanya.
"Saya akan merasa lebih baik kalau saya dapat melihat
kemana arah kapal ini bertolak."
Kita bisa melihatnya," katanya. "Dolphin adalah kapal
yang paling lengkap dan paling hebat di dunia. Kita bisa
melihat ke bawah, ke sekeliling kita. ke depan dan juga ke
atas. Mata kapal yang memandang ke bawah adalah
fathometer atau echo-sounder yang menunjukkan pada kita
berapa jauhnya dasar laut dari kapal ini. Dan jika jarak
antara kita dengan dasar laut itu di atas limaribu kaki, maka
kegunaan dari alat ini hanyalah formalitas saja, seperti
sekarang ini misalnya. Walaupun hanya sebagai formalitas,
seorang nakhoda yang bertanggung jawab tidak akan
pernah memadamkan alat seperti ini. Untuk melihat ke
depan dan ke sekeliling kita, kami memiliki dua mata sonar,
yang satu bertugas untuk melihat keadaan di sekeliling
kapal dan satunya lagi membentuk sudut pandang
limabelas-derajat di depan kita. Mata sonar ini bertugas
untuk melihat dan mendengar segala sesuatu. Jika anda
menjatuhkan sebuah sendok di atas kapal perang dalam
jarak duapuluh mil dari kapal ini, kami akan mengetahui
semuanya. Semua mi adalah fakta. Dan sekali lagi, alat ini
nampaknya hanya sebagai formalitas saja. Alat sonar ini
menyelidiki ada tidaknya stalaktit es yang menghalangi
perjalanan kita di bawah permukaan laut ini. Tetapi selama
lima peijalanan yang lalu dan juga di bawah permukaan es
dan dua perjalanan ke Kutub Utara, saya belum pernah
menjumpai stalaktit-stalaktit ataupun punggung-punggung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bukit es yang lebih dalam daripada duaratus kaki, dan
sekarang kita berada tiga ratus kaki di bawah permukaan.
Tapi kita masih tetap memasang alat ini."
"Untuk mencegah tabrakan dengan ikan paus?" tanya
saya. "Kita bisa saja bertabrakan dengan kapal selam lainnya."
Dia tak tersenyum. "Kalau itu terjadi, maka berahirlah kita
berdua. Dengan majunya Russia di bawah permukaan laut
dan kapal-kapal selam nuklir milik kami sendiri yang selalu
sibuk di bawah permukaan laut, maka bagian bawah
permukaan es kutub ini makin serupa dengan apa yang
terjadi di Times Square sehari-harinya."
"Tapi tentunya kemungkinan itu - ".
"Apa artinya kemungkinan" Dua pesawat terbang saja
bisa bertabrakan di angkasa yang seluas sepuluh ribu mil
persegi. Memang di surat-surat kabar hal seperti ini tidak
pernah dibahas. Padahal tahun ini telah terjadi tiga
tabrakan yang semacam ini. Jadi, itulah sebabnya mengapa
kami tetap memasang alat sonar ini. Sedangkan mata yang
terpenting jika kita berada di bawah permukaan es ialah
mata yang melihat ke atas. Mari kita lihat cara kerjanya."
Dia mengajak saya memasuki ruangan kecil di sudut
ruang kemudi ini, dimana Dr. Benson dan seorang perwira
lainnya sedang bertugas, menghadapi sebuah mesin yang
tingginya sebatas mata. Mesin ini mengeluarkan pita kertas
dengan grafik tinta. Benson sedang sibuk mengatur
beberapa kendali kalibrasi.
"Fathometer permukaan," kata Swanson. "Dan biasanya
lebih dikenal dengan mesin-es. Sebenarnya ini bukan mesin
yang dijalankan oleh Dr. Benson. tetapi karena dia tak
sedang bertugas dalam bidangnya, maka kami memilih
jalan keluar yang paling mudah dengan membiarkannya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi pengawas mata atas." Benson menyeringai, tetapi
matanya tidak lepas dari jarum grafik yang sedang bergerak
di atas pita kertas tersebut.
"Prinsipnya hampir sama dengan mesin echo-sounding,
yaitu membalikkan gema yang dipantulkan dari es, jika kita
berada di bawah permukaan es tentunya. Garis hitam tipis
yang anda lihat itu berarti permukaan di atas kita masih
berupa air. Jika kita berada di bawah permukaan es maka
jarum grafik itu akan menambahnya dengan gerakan-
gerakan vertikal yang bukan saja menunjukkan adanya
permukaan es tetapi juga langsung mengukur tebalnya es di
atas kita tersebut."
"Hebat," komentarku.
"Lebih dari itu. Di bawah permukaan es alat ini bisa
berarti hidup atau mati bagi Dolphin. Alat ini jugalah yang
akan menentukan mati hidupnya Stasiun Terapung Zebra.
Jika kita bisa menemukan posisinya, kita tidak akan mampu
menolong mereka, kecuali jika kita telah menembus lapisan
es-nya, dan mesin inilah satu-satunya yang merupakan
petunjuk dimana lapisan es yang paling tipis."
"Apakah pada waktu ini tidak terdapat celah-celah air di
permukaan es tersebut" Maksudku apakah tak ada bagian
yang tidak membeku?"
"Kami menyebutnya polynyas, tidak ada. Ketahuilah
bahwa kantong-kantong es itu tidak pernah statis, bahkan di
musim dinginpun sama saja, dan perubahan-perubahan
tekanan permukaan seringkali bisa meretakkan es itu dan
membentuk air terbuka. Dalam suhu yang biasa anda
rasakan pada musim dingin, anda bisa menebak berapa
lama air tetap berada dalam keadaan cair. Dalam lima
menit sudah terbentuk selaput es di permukaannya, dalam
satu jam satu inci, dan dalam dua hari saja sudah setebal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
satu kaki. Jika kita muncul disalah satu polynyas dan di
sekeliling kita terhampar salju yang membeku, misalnya
saja selama tiga hari. maka kesempatan kita untuk
melepaskan diri dari bekuan itu adalah fifty-fifty."
"Menara komandonya, maksudmu?"


Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya Semua kapal selam nuklir telah memperkuat bagian
puncak ini untuk satu tujuan saja, yaitu untuk menembus es
di Laut Utara. Walaupun begitu, kami masih harus tetap
berhati-hati - karena benturan tersebut ditransmisikan
pada lambung tekanan."
Saya memikirkannya sesaaat lalu berkata, "Apa yang
akan terjadi dengan lambung tekanan itu jika kita bergerak
terlalu cepat - karena apa yang saya ketahui hal seperti ini
bisa terjadi karena perubahan kadar garam (salinitas) dan
suhu yang mendadak - dan anda terjebak dalam lapisan es
setebal sepuluh kaki di atas anda?"
"Itulah," katanya. "Seperti kata anda sendiri, kalau itu
terjadi, benar" Nah, janganlah memikirkan hal seperti itu,
jauhilah pembicaraan seperti ini, saya toh tidak bisa selalu
diburu oleh mimpi-mimpi buruk dalam pekerjaan semacam
ini." Kutatap dia dalam, dalam, tetapi' senyumnya tidak
nampak. Direndahkannya suaranya," Secara jujur bisa saya
katakan bahwa hanya ada seorang awak kapal saja yang
tidak pernah merasa takut sedikitpun ketika dia melaju di
bawah permukaan es, dan sepanjang yang saya ketahui
orang itu adalah saya sendiri. Saya selalu yakin bahwa
kapal ini adalah kapal terbaik di dunia, Dr. Carpenter, tapi
masih saja ada banyak hal yang bisa terjadi di luar dugaan,
dan jika hal-hal seperti itu terjadi pada reaktor atau turbin
uapnya ataupun generator listriknya - maka kita sudah
berada dalam peti mati kita masing-masing, yang tutupnya
sudah siap dipakukan. Kantong-kantong es di atas itulah
yang merupakan tutup peti matinya. Di laut terbuka, hal-hal
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti ini tidak menjadi soal sama sekali, kami hanya
tinggal muncul di permukaan dan menjalankan diesel yang
tersedia. Tapi untuk dieselpun anda memerlukan udara -
dan di bawah kantong-kantong es tidak ada udara sama
sekali. Jadi * apapun yang terjadi, kemungkinan untuk
menemukan polinya di saat-saat seperti ini hanyalah satu
dalam sepuluh ribu atau - ya, begitulah."
"Benar-benar tantangan," kataku.
"Ya," senyumnya mengembang lagi. "Hal seperti itu tak
akan terjadi, untuk apa Benson kerja disini kalau itu
terjadi." "Nah, ini dia," seru Benson. "Balok es apung pertama
baru saja kita lewati, nah satu lagi! Dan satu lagi! Mari,
Dok, lihatlah ini!" Aku mendekatinya dan melihat grafik yang terbentuk.
Garis yang dibentuk jarum itu sudah bergerak turun naik
dan bukan hanya horizontal saja, Garis mendatar yang
terbentuk hanyalah pendek-pendek saja,- jadi ini berarti
bahwa di atas kami sudah mulai banyak apungan es
daripada laut bebasnya, lama kelamaan garis mendatar itu
malah hilang sama sekali.
"Nah, mulailah kita," kata Swanson mengangguk.
"Kita akan menyelam lebih dalam lagi, buka semua
stops." Di pagi hari berikutnya saya terbangun oleh guncangan
tangan pada pundak saya. Ketika kubuka mataku,
tampaklah Letnan Hanson. "Maaf kalau aku mengganggu tidurmu," katanya dengan
ramah, "tapi saatnya telah tiba.
"Apa yang telah tiba?" kataku kurang senang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"83? LU, 21?20" BT yang diperkirakan sebagai posisi
terahir daripada Stasiun Zebra tersebut Ahirnya posisi
perkiraan terahir ini sesuai juga dengan apungan atau
perputaran kutubnya sendiri."
"Sudah tibakah kita" Tanyaku sambil menatap arloji di
tanganku, rasanya kok tidak mungkin sama sekali.
"Belum," kata Hansen dengan sopan, "tapi sesaat lagi
akan tiba disana, sang kapten memintamu untuk datang
kesana dan memperhatikan kerja kami."
"Tunggu sebentar, saya akan turut bersamamu." Jika
sang Dolphin ingin menembus es dan mulai mencoba salah
satu dari sekian kesempatan untuk menghubungi Stasiun
Zebra, aku harus ada disana.
Kami melangkah menuju ruang kemudi. Disana
Komandan Swanson yang diapit oleh sang nakhoda dan
seorang nria lain, sedang membungkuk di atas meja
plotting, sambil mencurahkan perhatian mereka kesana.
Sedangkan seseorang lain vang berada di sudut lainnya
sedang membacakan penyelidikan ketebalan es dalam suara
yang tenang tak beremosi. Komandan Swanson mengalihkan perhatiannya dari meja plotting.
"Selamat pagi, Dok. John, rupanya kita akan
menemukan sesuatu." Hansen memberi tanda silang pada plot tersebut dan
mencurahkan perhatian sepenuhnya. Di meja plot itu sudah
terapat .tiga buah tanda silang, dua di antaranya saling
berdekatan. Dan ketika Hansen mulai menelitinya sekali
lagi, sang awak kapal berseru, "Berikanlah tanda
berikutnya. Suara Dr. Benson tetap tenang sambil
memerintahkan untuk membuat tanda silang yang
berikutnya. Pinsil hitam yang di tangannya digantikan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan pinsil merah, dan dibentuklah tanda silang yang
keempat. "Nampaknya terlalu sempit, Kapten." komentar Hansen
akan pengamatannya. "Aku juga berpendapat begitu," ujar Swanson. "Tapi ini
adalah celah pertama di antara bongkah es yang pernah kita
jumpai dalam satii jam ini. Makin jauh kita ke utara, makin
sedikit kesempatan kita untuk menemukan celah seperti ini.
biarlah kita pilih yang ini saja. Kecepatan?"
"Satu knot," seru Raeburn.
"Kurangi sepertiganya," ucap Swanson. Perintah ini
diteruskan oleh awak kapal di sebelahnya pada ruang
mesin. "Kemudi kiri penuh."
Swanson membungkuk lagi untuk mencek plot,
diperhatikannya titik kecil yang terang dan mengira-ngira
titik pusat yang dibentuk oleh keempat tanda silang tersebut
dengan pinsilnya. "Hentikan semua," lanjutnya. "Kemudi
tengah." Berhenti sejenak, lalu "Naikkan satu pertiganya.
Cukup. Stop." "Kecepatan nol," kata Raeburn.
"120 kaki," kata Swanson pada petugas kemudi.
"Perlahan-lahan saja."
Sebuah bunyi dengung yang keras dan mantap
menggema di pusat pengendalian. Saya tanyakan hal ini
pada Hansen: "Melepas pemberat?"
Dia menggeleng. "Hanya memompa bahan-bahan
keluar, agar kecepatan naiknya lebih terkontrol dan kapal
ini lebih seimbang. Menaikkan kapal selam dengan
keseimbangan tetap adalah cara kerja para pemula, lain
halnya dengan kapal-kapal selam konvensionil."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pompa itu berhenti. Kemudian terdengar lagi air
memenuhi tangki setelah petugas penyelam memperlambat
kenaikannya. Suara itu melembut dan menghilang.
"Pengisian selesai," kata sang petugas penyelam. "Siap
pada 120 kaki." "Naikkan periskop," kata Swanson pada awak kapal di
sebelahnya. Sebuah pengungkit ditarik dan kami dapat
mendengar desisan oli tekanan tinggi seperti pisto hidraulis
mulai mengangkat periskop itu dari dudukannya. Tabung
yang mengkilat itu naik perlahan-lahan melawan tekanan
air di luar sampai akhirnya kaki periskop itu nampak
dengan jelas. Swanson membuka kemudi periskop itu dan
mengintai lubang pengamatnya.
"Apa yang ingin dilihatnya pada tengah malam di
kedalaman seperti ini?" tanya saya pada Hansen.
"Tak tahu juga. Tapi laut tidak pernah gelap samasekali
walaupun malam dan di bawah permukaan es Mungkin
bulan atau bintang saja, bahkan cahaya bintang inipun akan
mampu menembus lapisan es - tentunya kalau lapisan es
itu tidak terlalu tebal."
"Berapa tebal lapisan es di atas menurut segi empat yang
terbentuk dari keempat tanda merah ini?"
"Wah pertanyaan ini harganya cnampuluhempat ribu
dollar," kelakar Hanson. "dan jawabannya ialah kami tidak
tahu. Kami hanya bisa memperkirakannya saja, yaitu
antara empat sampai empatpuluh inci, karena skala yang
ditunjukkan grafik itu terlalu kecil untuk dibandingkan
dengan keadaan yang Sebenarnya." Dia berhenti sejenak
dan mengangguk pada Swanson. "Rupanya situasi kurang
begitu baik. Kemudi yang dicengkamnya itu untuk
menaikan lensa periskopnya ke atas dan tombol itu untuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengatur titik apinya. Rupanya dia sedang menemui
kesulitan untuk mencari-cari sesuatu."
Wajah Swanson nampak lesu. "Gelap sekali," katanya.
"Pasang lambung kapal dan naikkan lampu sorot."
Dia mengintai melalu lubang pengamat itu lagi. beberapa
detik saja. "Hanya kuning pekat. Tidak kelihatan apa-apa.
Bisakah kita menggunakan kamera?"
Aku menoleh pada Hansen. yang sedang mengangguk
pada seberkas layar putih yang baru saja dinaikkan dari
balik sekat pemisah. "Semuanya serba modern. Dok.
Closed circuit TV. Kameranya terpasang didek dengan
lensa khusus bawah air dan dapat dikendalikan ke segala
arah." "Sama saja dengan kamera masa kini, bukan?" Di layar
TV itu tak nampak apa-apa, hanya titik-titik hitam di atas
warna keabuan. tak membentuk apapun juga.
"Inilah apa yang bisa dibeli dengan uang," kata Hansen.
"Yang nampak itu adalah air. Pada kondisi suhu dan
salinitas tertentu, menjadi tak tembus cahaya bila disoroti
lampu sorot. Sama halnya seperti jika kita mengendarai
mobil di tengah kabut dengan lampu sorot terpasang."
"Lampu sorot, matikan." perintah Swanson. Layar itu
kosong sama sekali. "Lampu sorot, nyalakan." Warna
kabut keabuan yang sama seperti tadi lagi. Swanson
menghela nafas panjang dan menoleh pada Hansen. "Well.
bagaimana John?" "Kalau saja saya dibayar untuk membayangkan
sesuatu." kata Hansen dengan hati-hati. "Saya bisa saja
membayangkan diri saya sendiri sedang'melihat keadaan di
sekeliling puncak kapal. Suram sekali, kapten. Seperti orang
buta saja, bukan?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Seperti Russian roulette saja," Wajah Swanson sudah
tidak secemas tadi. "Apakah kita masih berada pada posisi
yang sama?" "Kurang tahu, pak. Sulit sekali untuk meyakinkannya,"
kata Raeburn. "Bagaimana Sanders?" tanyanya pada pria yang
berhadapan dengan mesin es itu.
"Lapisan tipis pak. Masih lapisan tipis."
"Laporan jangan dihentikan, bung. Turunkan periskop."
Dirapatkannya kembali kemudi periskop itu ke atas dan
kemudian dia menoleh pada petugas kemudi selam.
"Naikkan lagi dengan hati-hati sekali."
Suara pompa itu terdengar lagi. Saya melihat keadaan
sekeliling ruang pengendalian itu. Kecuali Swanson,
semuanya nampak tenang dengan mata terbuka lebar.
Wajah Raeburn dihiasi bintik-bintik keringat sedangkan
suara Sancers terlalu tenang dan tidak berwibawa ketika ia
mengulang kata-kata: "Lapisan tipis, lapisan tipis," dengan
suara monotonnya yang rendah. Tapi ketegangan di ruang'
itu bisa anda rasakan. "Nampaknya tidak ada seorang-pun
yang kelihatan bahagia, padahal jaraknya masih seratus
kaki lagi," kataku pada Hansen.
"Empatpuluh kaki," jawab Hansen singkat. "Pembacaan
laporan itu dilakukan pada pusat keseimbang an dan jarak
antara pusat keseimbangan ke puncak kapal adalah
enampuluh kaki. Empatpuluh feet dikurangi tebal lapisan es
itu - dan masih ada kemungkinan adanya stalaktit yang
setajam pengerat baja yang bisa menembus Dolphin ini
Mengertikah anda?" "Jadi sudah waktunyakah aku juga harus merasa risau?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hansen tersenyum, tetapi senyumnya itu terasa
dipaksakan. Akupun demikian jadinya.
"Sembilan puluh kaki," suara petugas kemudi itu
melayang. "Lapisan tipis, lapisan tipis " kata Sanders menimpali.
"Hentikan pengisian dek, biarkan menara penuh," kata
Swanson. "Dan biarkan kamera itu terus bergerak. Sonar?"
"Semua jelas," jawab sang operator sonar. "Semua jelas,
sekelilingnya juga." Laporan itu berhenti sejenak, lalu:
"Tahan, tahan! Hubungi bagian belakang!"
"Berapa jauh?" tanya Swanson seketika.
"Terlalu dekat. Dekat sekali."
"Dia melompat!" sang kemudi berteriak keras "80, 75."
Dolphin telah memasuki bagian air yang lebih dingin atau
salinitas yang lebih tinggi.
"Lapisan tebal, lapisan tebal!"
"Pelepasan beban darurat!" perintah Swanson - dan
kali ini benar-benar perintah.
Aku merasakan adanya tekanan udara yang mendadak
ketika sang pengemudi membuka tangki negatif dan berton-
ton air laut memenuhi tangki selam darurat, tetapi semua
itu terlambat. Dengan benturan hebat sang Dolphin telah
mengguncangkan kita karena badan kapalnya membentur
lapisan es di atas kami, gelas bergemerincingan, lampu
padam dan kapal selam ini mulai tenggelam seperti batu
yang dilehiparkan ke air.
"Buang isi negatif sampai batas maksimum!" teriak sang


Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengemudi. Tekanan udara yang sangat tinggi menembus
ke dalam tangki negatif - dengan kecepatan tenggelam
kapal ini kami akan terhimpit oleh- tekanan air laut sebelum
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pompa-pompa itu mulai melepaskan beban tambahan tadi.
Duaratus kaki, duaratus limapuluh dan kami masih terus
saja tenggelam. Tak ada seorangpun yang membuka
mulutnya, semuanya hanya berdiri atau duduk penuh
ketegangan sambil menatap bagian kemudi kapal.
"Tigaratus kaki," teriak sang pengemudi. "Tiga
limapuluh - dan sekarang geraknya sudah makin lambat!
Makin lambat." Tapi Dolphin ini masih tetap tenggelam, perlahan-lahan
mencapai kedalaman empatratus kaki lebih, ketika
Rawlings muncul di ruang pengendalian itu dengan
seperangkat peralatan dan lampu-lampu darurat.
'Tidak wajar sekali." katanya menunjuk pada lampu
yang redup sekali di atas plot itu. Lalu dia mulai
memperbaikinya. "Berlawanan dengan hukum alam, yang
pernah kupelajari. Kemanusiaan sangat tak berarti
dikedalaman samudra. Lihat saja kata-kataku ini, penemuan-penemuan bani itu akan menjumpai nasib yang
sama." "Ya, kau juga termasuk di dalamnya kalau kau tak mau
diam," kata Swanson asam. Tapi wajahnya tidaklah seasam
kata-katanya itu, karena dia benar-benar menghargai
Rawlings yang membawa suasana segar ke ruangan yang
tegang tersebut. "Tahan?" lanjutnya pada sang pengemudi.
Sang pengemudi mengangkat satu telunjuknya dan
menyeringai. Swanson mengangguk dan meraih mikrofon
di hadapannya. "Kapten disini," ujarnya tenang. "Maafkan
benturan tadi Laporkan kerusakan yang terjadi."
Sebuah titik hijau menyala di panil sebuah kotak di
sampingnya. Swanson menyentuh sebuah tombol dan
pengeras suara di depan dek mulai berkerisik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Disini ruang penggerak. Benturan itu persis terjadi di
atas kami. Tapi kami masih memiliki satu atap di atas
kepala kami." "Terima kasih Letnan. Bisa mengatasinya?"
"Tentu." Swanson menekan tombol lain. "Buritan?"
"Apakah kami masih bersatu dengan induk-kapal?"
terdengar suara yang sangat cemas. Ruang buritan ini
letaknya di sebelah ruang penggerak.
"Ya, kau masih tetap utuh bersama kami," kata Swanson
meyakinkannya, "Ada yang perlu dilaporkan?"
Hanya kerusakan mesin cuci saja, tetapi ini berarti
bahwa kita akan kembali ke Scotland dengan sejumlah
besar pakaian kotor."
Swanson tersenyum dan memutuskan hubungan tersebut. Wajahnya sama sekali tidak kelihatan risau,
keringatpun tak nampak di wajahnya, mungkin dia
memiliki handuk otomatis dalam tubuhnya. Lalu dia
berkata pada Hansen, "Nasib buruk rupanya. Suatu
kombinasi arus yang tidak semestinya, penyimpangan suhu
yang mendadak dan tekanan yang tidak kita harapkan pula.
Apa yang kita perlukan sekarang ialah beberapa sirkuit
sampai kita mengetahui polynya ini dengan sepenyhnya.
Perhatikanlah sebaik-baiknya - jika kita telah sampai pada
kedalaman sembilanpuluh kaki."
"Siap, pak. Memang itulah yang kita perlukan. Tapi,
kapan kita akan melakukannya?"
"Sekarang juga, marilah kita coba sekali lagi. Ya, naik."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kapal ini mulai terangkat ke atas lagi, perlahan-lahan.
Lima belas menit kemudian sudah mencapai 200 kaki di
bawah permukaan laut. "Seratus duapuluh kaki," kata pengemudi itu melaporkan. Seratus sepuluh."
"Lapisan tebal," ucap Sanders, "masih lapisan tebal."
Perlahan-lahan Dolphin terus menaik. Aku telah berjanji
pada diriku sendiri, kalau ada kesempatan lain untuk berada
di ruang pengendalian serupa ini, tak akan kulupa untuk
membawa sehelai handuk mandi untuk mengusap
keringatku yang mulai bercucuran lagi. Swanson berkata
lagi. "Jika kita salah memperhitungkan kecepatan arus,
maka akan terjadi benturan lagi." Dia menoleh pada
Rawlings yang masih saja sibuk membetulkan lampu.
"Kalau aku jadi engkau, aku akan menghentikan dulu apa
yang sedang kau kerjakan itu, karena sebentar lagi kau akan
harus memperbaiki keseluruhannya sekali lagi dan selain itu
kita juga tidak bisa mengganti seluruhnya sekali lagi, sebab
kita tidak membawa persediaan sebanyak itu."
"Seratus kaki," suara sang pengemudi nampaknya lebih
riang daripada wajahnya sendiri.
"Airnya makin jernih," kata Hansen tiba-tiba. "Lihat."
Air semakin jernih, dan di layar TV kita sudah bisa
melihat puncak kapal yang paling ujung. Lalu, tiba-tiba saja
kita bisa melihat sesuatu yang lain, punggung bukit es yang
tebal yang jaraknya tidak lebih dari duabelas kaki di atas
puncak kapal. Air membanjiri tangki lagi. Sang pengemudi tak perlu
diperintah lagi untuk melakukan apa yang harus ia
kerjakan, kami makin naik seperti menggunakan lift kilat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ketika kami membentur selaput air yang lain dan sekali saja
sudah cukup bagi mati hidupnya sebuah kapal selam.
"Sembilan puluh kaki," lapor sang pengemudi, "masih
tetap naik." Makin banyak air yang membanjiri tangki-
tangki, lalu hening. Tertahan. Cukup pada kedalaman
sembilan puluh kaki saja."
"Tahan saja," kata Swanson sambil menatap layar TV.
Kita sudah melayang dan kita harap saja menuju salah satu
polynya." "Semogalah." kata Hansen, "karena jarak antara puncak
kapal dan lapisan gombal itu tidaklah lebih dari dua kaki."
"Tak mungkin lebih dekat lagi," kata Swanson
menjelaskan. "Sanders"'"
"Sebentar, pak." Grafik ini kelihatan sedikit aneh, hm,
tidak, cukup jelas sekarang." Rasa gembiranya tak
terbendung lagi. "Lapisan tipis!"
Kutatap layar TV, dia benar. Aku dapat melihat sisi lurus
dari dinding es bergerak perlahan di layar itu, menunjukkan
air yang jernih di atasnya.
"Petlahan-lahan saja, perlahan-lahan," kata Swanson.
"Dan jagalah agar kamera tetap terarah pada dinding es itu,
kemudian ke atas dan putar."
Pompa mulai bergerak lagi. Dinding es yang jaraknya
kurang dari sepuluh kaki itu mulai turun melayang perlahan
melewati kita. "Delapanpuluh lima kaki," lapor sang pengemudi.
"Delapan puluh."
"Jangan tergesa-gesa," kata Swanson. "Kita sudah
dilindungi dari arus itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tujuhpuluhlima." Pompa berhenti, dan air mulai
masuk ke tangki-tangki. "Tujuh puluh." Dolphin sudah
hampir berhenti sekarang. Melayang ke atas dengan sangat
lamban. Kamera diarahkan ke atas, dan kita dapat melihat
ujung dari puncak kapal dibatasi apungan es yang lembut,
yang makin lama makin turun. Jumlah air yang masuk
dalam tangki makin banyak, ujung kapal menyentuh es
dengan benturan yang hampir tak terdengar sama sekali,
dan sang ** Dolphinpun beristirahatlah.
"Cantik sekali," kata Swanson hangat pada sang
pengemudi. "Mari kita sentuh lapisan es itu. Apakah kita
sudah siap menembusnya?"
"Jagalah keseimbangan."
Swanson mengangguk. Pompa mulai mendengung lagi.
mengeluarkan air untuk meringankan berat kapal. Kapak
terangkat sedikit demi sedikit. Es itu masih tetap pada
kedudukannya semula. Air yang dipompa sudah makin
banyak tapi masih saja belum terjadi apa-apa. Waktu terus
berlalu. "Mengapa dia tak membuang pemberat utama?"
tanyaku pada Hansen. "Bukankah dengan demikian
bobotnya akan berkurang beberapa ratus ton dan bahkan
jika es itu tebalnya empat puluh inci, lapisan itu tak akan
dapat terus bertahan terhadap tekanan pada titik konsentrasi
ini, bukan?" "Ya dan tidak, ya, karena ucapanmu itu benar, tetapi
tidak karena kapal inipun tak akan sanggup bertahan dalam
titik konsentrasi itu. Jika kapal ini bisa menembusnya, maka
apa yang terjadi adalah seperti terbangnya sumbat botol
champagne kalau kita membukanya. Tekanan lambung
mungkin saja bisa menerimanya, tetapi itupun aku tidak
tahu pasti, yang pasti adalah ruang kemudi akan sepipih
buah apel yang tertimpa beban ratusan ton. Apakah kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berniat menggadaikan nyawamu dalam perjalanan ke kutub
ini?" Tentunya aku tidak mau Kuperhatikan Swanson yang
mendekati pengemudi, dia mengamati apa yang sedang-
dihadapi oleh sang pengemudi beberapa detik, dan sejak
saat ini kutarik kesimpulan bahwa Swanson adalah type
orang yang tidak mau menyerah begitu saja.
"Ternyata lapisan es ini lebih tebal dari dugaan kita,"
katanya pada sang pengemudi. Mungkin kita perlu memberi
kejutan sedikit. Coba turunkan sekitar delapan puluh kaki,
perlahan-lahan saja."
Siapa saja yang memasang sistim A.C. di kapal ini sudah
sepatutnya dipersalahkan, karena alat itu sudah tiada
manfaatnya sama sekali. Udara disitu menjadi panas dan
pengap, dan udara segar yang tersisa hanya sedikit sekali.
Kupandang keadaan di sekelilingku dengan heran, tapi
rupanya semua orang merasakan pula. apa yang sedang
kurasakan, semuanya, kecuali Swanson, yang nampaknya
seperti membawa tabung oksigen persediaan yang cukup
bagi dirinya sendiri. Aku berharap agar Swanson segera
sadar bahwa biaya pembuatan kapal selam semacam
Dolphin ini ialah seratus duapuluh juta dollar. Mata
Hansen menyipit menahan kerisauan yang ia rasakan,
bahkan Rawlings pun sudah mulai mengusap-usap dagunya
yang kebiruan. Dikeheningan yang menegangkan setelah
Swanson memberikan aba-aba, suara mesin itu terdengar
sangat gemuruh, dan lalu terdengar suara air yang
memasuki tangki-tangki kapal. Pompa mulai bekerja,
perlahan-lahan mengendalikan turunnya sang Dolphin. Di
layar. lapisan es itu makin lama terlihat makin kabur karena
tersorot lampu sorot dan karena kapal makin menunm,
sampai dimana kekaburan itu menjadi tetap tingkatnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tidak bergerak maupun tidak makin kabur. Kita telah
berhenti. "Ya, sekarang juga." kata Swanson, "Sebelum arus itu
mengganggu kita lagi. Lalu terdengarlah tekanan udara yang menekan ~
tangki-tangki itu untuk mengeluarkan air beban dan
kapalpun mulai melayang naik lagi dengan perlahan-lahan.
Di layar nampak bahwa lapisan es itu sudah nampak jelas
lagi. "Tambahkan udara," kata Swanson.
"Empatpuluh kaki, empat puluh kaki." Kita terus
menembus lapisan itu. "Inilah dia," kata Swanson perlahan. "Yang kita
butuhkan sekarang adalah sedikit keberanian." Hatiku
makin kecil mendengar ucapannya itu, dan aku heran
mengapa orang-orang seperti dia ini selalu tidak
memperhatikan bagaimana kekhawatiran orang lain. Kali
ini terpaksalah aku meliburkan gengsiku. Keringat yang dari
tadi saya biarkan meleleh karena gengsi, kini saya hapus
dengan sapun tangan. dan menegur Swanson: "Apakah
selalu begini kejadiannya setiap saat?"
"Untung saja tidak," katanya sambil tersenyum. Dia
menoleh kembali pada sang pengemudi. ' Nah. mulailah
dengan hati-hati," katanya.
Untuk beberapa detik masih terdengar tekanan udara
menekan tangki-tangki air itu. lalu sang pengemudi berkata,
"Sekarang sudah tidak mungkin terapung turun lagi. pak."
"Naikkan periskop."
Sekali lagi tabung periskop itu mendesis terangkat ke
atas. Tanpa membuka kemudi periskop itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Swanson langsung saja mengintai lubang pengamatannya. Wajahnya lesu lagi.
"Turunkan periskop."
"Dingin sekali rupanya di atas sana?" tanya Hansen.
Swanson mengangguk. "Air yang tergenang pada
lensanya sudah membeku, ketika menyentuh udara. Jadi
aku tak bisa melihat apa-apa." Dia kembali kepada sang
pengemudi. "Siap pada empat puluh?"
"Dijamin beres."
"Cukup baik." Swanson menoleh pada seorang perwira
yang sudah mulai mengenakan jas kulit domba yang tebal.


Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagianmu Fllis, biasa, udara segar."
"Siap, pak." Ellis mengancingkan jaketnya dan
menambahkan: "Mungkin akan memakan waktu sedikit."
"Kurasa tidak," kata Swanson. "Malah mungkin kau
akan menjumpai anjungan terhalang oleh keping-keping es,
tapi akupun masih meragukannya. Kukira es itu cukup tebal
dan harus dipecah-pecah lebih dulu."
Ketika pintu keanjungan itu dibuka, telingaku mengalami perubahan tekanan udara yang tiba-tiba.
Kemudian terdengar suara Ellis melalui tabung suara ketika
dia membuka pintu luar anjungan.
"Di atas semua beres."
"Naikkan antena," kata Swanson. "John., perintahkan
mereka untuk mulai mentransmisi dan tetaplah mentransmisi sampai jari-jari mereka lemas. Disinilah kita
akan menetap sampai kita menjumpai Stasiun Es Zebra
Terapung." "Jika masih ada yang hidup," kataku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tentu saja," kata Swanson Dia tak mau menatapku.
"Selalu begitu."
(Oo-dwkz-oO) BAGIAN IV Satu hal yang sudah bisa dipastikan ialah bahwa tak
seorangpun akan merasa hangat dimana aku dan Rawlings
berada kini.Sudah setengah jam kami berdua berdiri di atas
anjungan kapal selam Dolphin ini. Gigi kami sudah
bergemeretuk dari tadi, dan gemeretuknya gigi ini tak
pernah sedetikpun berhenti karena dinginnya. Tapi semua
ini memang ulahku juga. Setengah jam setelah ruangan
radio mulai mencoba mencari hubungan dengan gelombang
radio Stasiun Zebra dan tidak ada hasilnya walaupun
bisikan yang paling lemah, kuajukan usul pada Swanson
bahwa Zebra mungkin saja masih bisa mendengar kita
tetapi tak memiliki cukup tenaga untuk memberikan
jawaban. Kukatakan padanya bahwa Stasiun terapung
biasanya membawa roket - satu-satunya cara untuk
menuntun pulang para anggota stasiun tersebut jika
komunikasi radio terputus - dan radio - sondes dan
rockoons. Sondes adalah balon-balon pembawa pesawat
radio yang bisa diterbangkan sampai ketinggian duapuluh
mil untuk mencari keterangan mengenai cuaca; sedangkan
rockoons, ialah roket radio yang ditembakkan dan balon-
balon tersebut yang bisa terbang lebih tinggi. Pada malam
yang berbulan seperti ini. jika balon-balon itu dilepaskan,
akan nampak paling tidak dari jarak duapuluh mil terhadap
balon itu. sedangkan bila ditembakkan, maka jaraknya akan
dua kali lebih jauh. Swanson mengerti apa yang
kumaksudkan dan segera mencari siapa sukarelawan yang
mau pertama kali berjaga dan dalam keadaan seperti itu aku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tak punya pilihan lain. Rawlings menawarkan dirinya untuk
menemaniku. Setengah jam telah berlalu dengan gemeretak gi"i.
kedinginan tanpa suatu hasil apapun. Hanya pudang salju
yang luas membeku . yang nampak. Panca indra perasa
bagaikan mati. seluruh permukaan tubuh tak merasakan
apa-apa lagi. Aku dan Rawling melipat kedua tangan kami rapat-rapat
di dada. Suhu menurut termometer yang ada di anjungan
ialah - 21cF. atau 53? di bawah titik beku. Kami berdua
terus menatap cakrawala di atas padang salju yang
terhampar di sekeliling kami. sampai mata kami terasa
pedih dan nyeri. Disuluh satu bagian itu sudah pasti
terdapat sekelompok manusia yang menjelang ajal yang
kesempatan untuk diselamatkannya hanyalah seujung kuku
saja. Kami berdua yakin mereka ada di sekitar sini. tapi
kami tak melihat ada apapun juga. Hamparan es ini tetap
saja kosong dari tanda-tanda kehidupan. Hening.
Ketika giliran kami selesai dan kami turun dengan
kecepatan tinggi dalam kebekuan, saya segera menjumpai
Swanson yang sedang duduk di sebuah kursi kanvas di luar
ruang radio. Segera kutanggalkan pakaian luarku, penutup
wajah dan kepala, meraih secangkir kopi panas yang entah
datang darimana dan mencoba untuk tidak melompat-
lompat di sekeliling situ terlalu lama karena aliran darah
sudah mulai lancar kembali, pada kaki dan lenganku.
"Kenapa dahimu berdarah begitu?" tanya Swanson
heran. ' Sampai tergores setengah inci begitu?"
"Kepingan es yang terbawa angin." Aku merasa letih
dan tak bersemangat lagi. "Kita hanya menyia-nyiakan
waktu saja. Mentransinisi terus menerus. Jika orang-orang'
di stasiun itu sudah tak memiliki pondok, maka sudah pasti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka tak memiliki pesawatnya lagi. Tanpa makanan,
tanpa pondok untuk berlindung, tak akan ada seorangpun
yang akan mampu bertahan beberapa jam dalam keadaan
begitu. Kurasa aku dan Rawlings juga bukanlah orang-
orang yang terbiasa dimanja dalam rumah, tetapi setelah
setengah jam di atas sana kami hampir saja menjadi patung
es." "Aku tak tahu," kata Swanson menyesal. "Kupikir
kalian sama saja dengan Amundsen. Scott dan Pearry.
Mereka malah berjalan-jalan di kutub."
"Itu sih hasil persilangan yang lain. Kapten. Entah
karena itu entah karena matahari bersinar pada waktu itu.
Yang kuketahui ialah bahwa setengah jam di atas adalah
terlalu lama. Limabelas menit untuk setiap orang saja
kurasa sudah lebih dari cukup."
"Baiklah, lima belas menit saja." Dia memandangku,
wajahnya tak menampakkan ekspresi yang manapun juga.
"Kau putus asa?"
"Jika mereka sudah tak memiliki pondok untuk
berlindung, ya, aku sudah tak memiliki harapan lagi."
"Katanya mereka memiliki persediaan batere Nife-cells
darurat untuk menjalankan transmitter mereka," gumamnya. "Kau juga yang mengatakan bahwa kekuatan
batere itu akan bisa mencapai setahun lebih, tidak
terpengaruh cuaca di manapun mereka menyimpannya.
Pasti mereka sudah mulai memanfaatkan batere tersebut
beberapa hari yang lalu, ketika mereka mengirimkan S.O.S
mereka yang pertama. Dan tentunya batere itu belum habis
sekarang, bukan?" Pokok pembicaraannya sudah begitu pasti sehingga aku
tak perlu menjawabnya lagi. Memang baterenya belum
habis, tapi orang-orangnya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pendapatmu memang benar," katanya perlahan. "Kita
hanya membuang-buang waktu saja. Mungkin sebaiknya
kita pulang saja. Kalau kita tidak mendapatkan mereka, kita
tidak akan pernah bisa menolong mereka."
"Mungkin juga tidak. Rupanya kau telah lupa apa yang
diperintahkan Washington padamu Komandan."
"Apa maksudmu?"
"Ingat" Aku akan mendapatkan segala fasilitas dan
bantuan selama semua itu tidak membahayakan kapal ini
maupun keselamatan para awak kapalnya. Sampai saat ini
kita tak pernah melakukan kedua hal itu, bukj>n" Jika kita
gagal mendapatkan mereka, aku sudah siap untuk melacak
daerah ini dengan harapan akan menemukan lokasi mereka.
Jika usaha ini gagal juga, kita bisa mencari polynya yang
lain dan mengulangi pencarian itu lagi. Daerah pencarian
ini sebenarnya tidaklah begitu luas, masih ada kesempatan
untuk^menemukan lokasi stasiun itu dengan sebaik-
baiknya. Aku bersedia tinggal di sini selama musim dingin
sampai kita menemukan mereka."
"Apakah kau tak menganggap cara ini membahayakan
nyawa orang-orangku" Dengan memperpanjang masa
pencarian di kutub ini" Mana berjalan kaki, di tengah-
tengah musim dingin lagi?"
"Aku tak mengatakan bahwa cara ini akan membahayakan jiwa orang-orangmu."
"Maksudmu - maksudmu, kau akan pergi sendiri?""
Swanson menatap lantai dek dan menggeleng-gelengkan
kepalanya. "Aku tak tahu lagi apa yang mesti kupikirkan,
aku tak tahu apakah aku harus mengatakan kau sinting atau
apakah aku harus mengatakan bahwa aku mulai mengerti
mengapa mereka - siapapun mereka itu - memilihmu
untuk melakukan pekerjaan ini, Dr. Carpenter." Dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menghela nafas, kemudian melanjutkannya, "Tadi kau
mengatakan sudah tak ada harapan lagi, lalu katanya kau
sudah siap untuk mencari mereka sepanjang musim dingin
dengan berdiam di sini. Benar-benar tak masuk akal,
Dokter." "Soal harga dirilah yang kuperhitungkan," aku
menjelaskan. "Aku tak mau menyerah begitu saja pada
suatu pekerjaan sebelum aku memulai pekerjaan itu. Aku
tak tahu bagaimana prinsip Angkatan Laut Amerika
mengenai hal ini." Dia menatapku secara spekulatif lagi, aku tahu bahwa
dia percaya. Dia tersenyum, lalu berkata, "Angkatan laut
Amerika juga tak-akan mudah menyerah begitu saja, Dr
Carpenter. Kurasa sebaiknya kau tidur dahululah beberapa
jam sementara kau masih sempat. Kau membutuhkan
istirahat sebelum kau melacak Kutub Utara ini."
"Bagaimana dengan dirimu sendiri" Kaupun belum tidur
pada malam ini." "Rasanya lebih baik aku menunggu sebentaran lagi."
kemudian kepalanya menunjuk ke pintu ruang radio.
"Siapa tahu akan ada kemajuan."
"Apa yang sedang mereka kirimkan" Hanya panggilan-
panggilan saja?" "Plus permintaan posisi mereka serta sebuah roket, jika
mereka masih memilikinya. Aku akan memberi-tahukanmu
dengan segera begitu ada berita yang datang. Selamat
malam, Dr. Carpenter. Atau mungkin lebih tepat kalau
kukatakan selamat pagi saja."
Dengan berat aku bangkit dari dudukku dan melangkah
menuju kabin Hansen. (Oo-dwkz-oO) Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suasana di ruang makan itu kelihatan sibuk tetapi
hening. Kecuali petugas di dek dan letnan penjaga mesin,
semua awak kapa! Dolphin ada di sana. Semininya
membisu atau bercakap tanpa gairah. Bahkan Dr. Benson
yang biasanya banyak bicarapun kini kelihatan diam saja.
Hubungan dengan Stasiun Zebra masih belum juga ada.
padahal waktu telah berlalu selama lima jam. Tak ada
seorangpun yang makan sarapan mereka dengan tergesa-
gesa, tetapi satu persatu mereka mulai meninggalkan
ruangan itu. sampai kini tinggal Swanson, Raeburn dan aku
sendiri. Aku yakin kalau Swanson tidak tidur sesaatpun
pada malam tadi. Sang pelayan baru saja mengantarkan sepoci kopi yang
menyegarkan ketika kami mendengar langkah-langkah
berlari di lorong menuju ke tempat kami berada. Dia
bahkan tak mempedulikan pintu tertutup lagi atau tidak.
'Kita berhasil!" teriaknya untuk menyita seluruh
perhatian mereka yang ada di sana. "Kita mendapatkan
mereka. Kapten, kita mendapatkan mereka!"
"Apa?" tanya Swanson tidak mengerti, dan rupanya
Swanson mampu berlari dua kali lebih cepftt dari
perkiraanku. "Pesawat radio kita berhasil menghubungi Stasiun Zebra,
pak." kata Ellis menjelaskan.
Langsung saja komandan Swanson menuju ruang radio,
lalu saya dan Raeburnpun segera menyusulnya. Di ruang
itu terdengar suara lemah berulang-ulang menyebutkan
DYS, terus diulang lagi dan diulang lagi. Ini adalah kode
jawaban dari Stasiun Terapung Zebra. Sang penunggu
berita menoleh pada Swanson
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita telah mendapatkan mereka, Kapten, tak ada
pertanyaan. Tanda yang mereka berikan sangat lemah dan
berulang-ulang dalam jangka waktu tapi..."
"Jangan pusingkan kode itu!" teriak Raeburn melupakan
bahwa sang kapten juga ada di situ. Dia telah mencoba dan
gagal. "Di mana posisi mereka" Apakah kau sudah
mendapatkannya" Itulah yang paling penting."
Operator lainnya memutar dudukan kursinya, dan
ternyata operator itu adalah Zabrinski Matanya menatap
Raeburn dengan lesu. "Tentu saja kita mendapatkan kedudukan mereka, Let.
Itulah yang pertama kali kita lakukan Nol-empat-lima, atau
Timur Laut." "Terima kasih, Zabrinski." kata Swanson hampa. "Nol-
empat-lima adalah Timurlaut. Petugas navigasi dan aku
belum tahu. Posisinya?"
Zabrinski menoleh pada operator satunya lagi, seorang


Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pria yang berwajah merah dan berkening mengkilat. "Apa
katanya, Kribo?" "Tak ada sama sekali, tak ada." Si Kribo menatap
Swanson. "Sudah duapuluh kali aku menanyakan
posisinya. Tapi yang mereka jawab selalu saja kode
jawaban mereka itu. Rupanya mereka tak mendengarkan
apa yang kuminta dengan sepenuhnyerj atau mungkin dia
lupa menekan tombol penerimanya."
"Mungkin juga," kata Swanson.
"Orang itu," kata Zabrinski. "Sejak pertama tadi
Kribo dan aku berpendapat bahwa kodenya saja yang
lemah, lalu kami berpikir operatornyalah yang lemah atau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sakit, tapi ternyata kita salah, rupanya dia orang amatiran
saja." "Kau bisa membuktikannya?" tanya Swanson.
"Kau selalu bisa membuktikannya. Kau mampu - "
katanya terputus, tegang, lalu disentuhnya lengan temannya
itu. Kribo mengangguk. "Aku mendapatkannya," katanya
dengan yakin. "Orang itu mengatakan bahwa dia tak tahu
posisinya di mana." Semuanya membisu. Tidak pentinglah apakah mereka
itu bisa memberikan posisi mereka atau tidak, pokoknya
kita telah berhasil menghubungi mereka. Raeburn bferbalik
dan segera berlari ke ruang kendali: Aku bisa mendengar
dia berbicara dengan cepat pada tilpon di anjungan.
Lembah Tiga Malaikat 20 Jago Pedang Tak Bernama Bu Beng Kiam Hiap Karya Kho Ping Hoo Menuntut Balas 25
^