Pencarian

Pertemuan Maut Di Kutub 2

Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean Bagian 2


Swanson menoleh padaku. "Balon-balon yang kau katakan sebelumnya itu, Apakah
balon-balon itu terlepas atau terikat?"
"Kedua-duanya."
"Bagaimana cara kerja yang terikatnya?"
"Balon tersebut dikendalikan dengan gulungan benang
nylon yang memiliki tanda pada kepanjangan ratusan
sampai ribuan feet."
"Kita akan meminta mereka untuk melayangkan balon
tersebut sampai ketinggian lima ribu feet," ujar Swanson.
"Dengan tembakannya juga. Jika jarak mereka terhadap
kita sekitar tiga sampai empat-puluh mil. kita bisa melihat
balon tersebut, dan dari sudut elevasinya serta kecepatan
angin rata-rata. kita bisa memperkirakan beberapa jarak
antara kita dan mereka ........ Bagaimana Brown?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tanyanya pada awak kapal yang dipanggil Kribo oleh
Zabrinski. "Mereka mengirimkan berita lagi." kata si Kribo.
"Terputus-putus dan sangat lemah sekali. Demi Tuhan,
cepat." katanya, dua kali berturut-turut. 'Demi Tuhan,
cepatlah.! "Sampaikan berita mi." kata Swanson yang kemudian
mendiktekan berita singkat mengenai permintaan pelayanan
balon itu. "Dan kirimkanlah perlahan-lahan agar mereka
bisa menerimanya dengan baik."
Kribo mengangguk dan mulai mentransmitkan berita itu.
Raeburn berlari kembali ke ruang di mana kami berada.
"Bulan masih belum sirna sekarang." katanya dengan
cepat pada Swanson. "Masih satu atau dua derajat di atas
garis horison. Aku menaikkan sekstan ke atas dan melihat
bulan itu. Mintalah pada mereka untuk melakukan hal yang
serupa, sehingga kita bisa membandingkan perbedaannya,
dan jika mereka berada pada kedudukan nol-empat-lima
dari kita. maka kita bisa menghampiri mereka sampai jarak
di antara kita hanya sekitar satu mil."
"Tak ada salahnya mencoba, bukan?" kata Swanson. Dia
mendiktekan pesan yang kedua pada Brown. Brown
mengirimkannya dengan segera setelah pesan pertama ia
sampaikan. Kami menunggu jawabnya.
Selama sepuluh menit kami menantikannya dengan
penuh harap. Pandanganku menyapu orang-orang yang
berada di ruang itu. pandangan mereka semua kabur
seakan-akan pikiran mereka sedang berada beratus-ratus mil
jauhnya dari tempat ini. Rupanya mereka "juga sama
seperti aku sendiri, menerawangkan pikiran di mana kira-
kira stasiun terapung itu kir berada.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Brown mulai menulis lagi. tapi hanya sesaat saja
Suaranya masih tetap meyakinkan, tetapi bagi telinga yang
terlatih, suaranya itu nampak menutupi kelesuan ny a
sendiri. " "Semua balon terbakar. Bulan tidak nampak.' "
"Bulan tak nampak." Raeburn tidak mampu menyembunyikan kelesuannya, kekecewaan terbayang di
wajahnya. "Sialan! Pasti cuaca di sana berkabut tebal sekali.
Atau mungkin ada badai salju."
"Bukan." kataku. "Di kutub cuaca selalu sama di mana-
mana. Kondisinya sama saja di atas 5.000 mil persegi.
Bulan sudah tenggelam. Maksudku, bagi mereka bulan
sudah tenggelam. Perkiraan posisi mereka yang terakhir
benar-benar tebakan yang tepat. Pasti mereka berada sekitar
seratus mil lebih jauh di timur-laut daripada apa yang telah
kita perkirakan." Tanyakanlah kepada mereka, apakah mereka masih
memiliki roket?" pinta Swanson pada Brown.
"Bisa dicoba." kataku. "Tapi hanya akan mein-buang-
buang waktu saja. Jika mereka sejauh apa yang kuduga,
roket merekapun tak akan kelihatan dari horison. Roket itu
tak akan pernah mencapai titik penglihatan kita."
"Tapi ini adalah salah satu kesempatan itu bukan?"
Tanya Swanson. "Hubungan mulai terputus lagi, pak." lapor Brown.
"Mereka baru saja mau mengatakan tentang makanan,
tetapi kemudian lenyap begitu saja."
"Katakan pada mereka jika mereka memiliki roket yang
bisa diterbangkan, terbangkanlah," kata Swanson. "Ayo.
sekarang juga, sebelum hubungan itu benar-benar terputus."
Setelah pesan itu disampaikan empat kali, Brown baru
menerima jawabnya. Lalu katanya, "Pesan mereka ialah:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
'Dua menit.' Itulah yang dikatakan olehnya, hanya 'Dua
menit' saja." Swanson mengangguk tanpa komentar. lalu dia
meninggalkan ruangan itu. Aku mengikutinya. Kami
berdua mengenakan jas kami dan membawa teropong ke
anjungan. Swanson mulai menyetel kompasnya, lalu
mengatakan apa yang harus dikerjakan oleh dua orang yang
sedang mendapat giliran jaga itu.
Satu menit, dua menit, lima menit berlalu sudah. Mataku
sudah mulai terasa pedih karena terlalu lama menatap
kegelapan padang es. Bagian wajahku yang terbuka terasa
kaku dan aku tahu bahwa ketika aku melepaskan teropong
itu berarti aku mcncabik sebagian kecil dari kulit wajahku.
Tilpon berdering. Swanson menurunkan teropongnya. Di
wajahnya nampak dua berkas cincin berdarah yang
mengelilingi matanya - rupanya dia tak merasakannya,
memang rasa sakit itu tak akan terasa saat itu juga - - dan
mengangkat pesawat tilpon itu. Dia mendengarkannya
sesaat, lalu meletakkan pesawat itu ke tangkainya.
"Dari ruangan radio," katanya. "Ayo kita turun ke
bawah, semuanya. Roket itu diluncurkan tiga menit yang
lalu." Kami turun ke bawah. Swanson melihat wajahnya
sendiri ketika dia melintasi sebuah cermin, dan dia
menggelengkan kepalanya. "Pasti mereka masih memiliki
pondok untuk berlindung," katanya tenang. "Pasti.
Beberapa pondok masih tersisa. Kalau tidak mereka sudah
tiada sejak kemarin-kemarin." Dia melangkah memasuki
ruang radio. "Bagaimana, masih berhubungan?"
"Ya," jawab Zabrinski. "Timbul tenggelam. Aneh sekali.
Biasanya jika hubungan seperti ini terputus, tak pernali
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersambung lagi. Tapi yang satu ini kok masih bisa
tersambung. Aneh, benar-benar aneh."
"Mungkin baterenya sudah lemah dan mereka sudah tak
memiliki persediaan lagi," kataku. "Mungkin mereka
menggunakan generator yang dijalankan oleh tangan, dan
tak seorangpun kuat menahan generator itu agar tetap
hidup." "Mungkin juga." ujar Zabrinski. "Katakan pada Kapten
tentang pesan terakhir itu, Kribo."
"Meieka mengatakan 'tak mampu bertahan beberapa jam
lagi' Aku tak tahu apa artinya."
Swanson langsung menatapku sesaat, lalu dia menoleh
ke arah lainnya. Aku belum pernah mengatakan pada orang
lain kecuali Swanson. bahwa di stasiun itu ada juga
abangku, dan aku yakin Swanson juga tidak menceritakan
hal ini pada awak kapal lainnya. Dia berkata pada Brown
"Berikan mereka time-check. Mintalah mereka agar
memberikan kode setiap jam. Katakan pada mereka bahwa
paling tidak kita akan menghubungi mereka enam jam lagi,
kalau mungkin dalam empat jam lagipun kita sudah akan
bisa menghubungi mereka kembali. Zabrinski. bagaimana
kedudukan mereka tadi?"
NloI-empat-Iiina. pak. tak bisa ditawar-tawar lagi. saya
sudah menceknya berkali-kali."
Swanson melangkah keluar menuju ruang pengendalian '
Stasiun Terapung itu tak dapat melihat bulan. Jika kita
setuju dengan perkataan Dr. Carpenter bahwa di kutub ini
tak ada perbedaan cuaca, maka sebab satu-satunya
mengapa mereka tak melihatnya ialah karena bulan itu
berada di bawah titik pandang mereka." Dengan sudut
elevasi bulan tadi terhadap kita. dan perkiraan kedudukan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang mereka berikan, berapakah kira-kira jarak minimum
antara Zebra dengan kita?"
"Seratus mil, seperti apa yang dikatakan oleh Dr.
Carpenter." jawab Raeburn pasti setelah dia mengkalkulasikannya. "Paling tidak begitu."
"Jadi kita tinggalkan saja tempat ini dan menuju
kedudukan nol-empat-nol. Sehingga jarak kita tid^k terlalu
jauh dari mereka, walaupun ini bukan tugas yang mudah
bagi kita. Kita akan melaju seratus mil tepat dan mencari
polynya lain. Panggil petugas eksekutif, kita akan
menyelam lagi." Dia tersenyum padaku. "Dengan dua titik
potong kedudukan, dan perkiraan kedudukan yang tepat,
kita bisa mendekati mereka sampai jarak antara kita dan
mereka tinggal seratus yard saja."
"Bagaimana kau bisa mengukur jarak 100 mil di bawah
permukaan es" Dengan tepat, maksudku?"
"Komputer inertianavigation kitalah yang akan mengerjakan semua itu. Ukurannya tepat sekali, kaupun
mungkin tidak percaya. Tapi itu adalah kenyataannya, aku
sudah mencobanya berkali-kali."
Semua sudah disiapkan dan lima menit kemudian sang
Dolphin sudah menenggelamkan diri lagi dari lubang salju
itu. Kami mulai mengarungi bawah permukaan es lagi.
Dari menit, ke menit" dari jam kejam dan selama delapan
puluh mil yang telah kami lalui, grafik itu hanya sekali saja
menunjukkan adanya lapisan es tipis yang benar-benar
pendek. Sepagi itu aku tak pernah beranjak dan ruang
kontrol............. Tepat sebelum tengah hari getaran lambung berhenti
sama sekali, ketika Swanson memerintahkan awak
kapalnya untuk menurunkan kecepatan. Dia berkata pada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Benson yang sedang menghadapi mesin-es-nya. "bagaimana
hasilnya, bung dokter?"
"Mengerikan. Lapisan es yang tebal ada di mana-mana."
"Well, sudah tentu kita tidak bisa langsung mendapatkan
polynya yang kita cari-cari itu begitu saja. Tapi aku yakin'
sebentar lagi kita akan menemukannya. Kita bisa bergerak
silang, kalau perlu. Lima mil ke timur, lima mil ke barat,
dan diseling seperempat mil ke utara."
Pencarian itu mulai dilakoni. Satu jam, dua jam, lalu tiga
jam. Jam empat sore hari telah tiba, hasilnya belum nampak
jua. Suara Benson masih tetap sama, "Lapisan tebal, masih
lapisan tebal," dan makin lama makin lesp dan tidak
bersemangat. Jam lima sore. Para awak kapal sudah mulai hening dan
tidak saling tatap satu sama lain. Kekalahan, harapan yang
makin pudar" meronai ruangan itu. Bahkan Swansonpun
sudah tak tersenyum lagi. Bagaimana dengan orang-orang
di stasiun terapung itu" Kurasa orang yang paling tangguh
dan paling kuat-pun akhirnya tak akan mampu bertahan
sejauh ini. Harapan sudah tak ada, tinggal gema kematian
saja yang mereka tunggu. Mungkin dia juga telah tiada.
Lapisan tebal, masih saja tebal.
Pukul setengah enam, Swanson melangkah mendekati
mesin-es dan mengintai mesin itu dari balik bahu Benson
"Berapa ketebalan es di atas kita?"
"Duabelas sampai limabelas kaki," jawab Benson.
Suaranya makin kecil dan parau, "sekitar lima-belasan."
Swanson mengangkat tilpon. "Letnan Mills, di sini
Kapten. Sudah berapa torpedokah yang bisa diluncurkan"
....... Empat" ....... Sudah siap" ........ Bagus. Bersiaplah
untuk melaksanakannya. Aku akan mencari tigapuluh
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menit lagi, setelah itu terserah padamu. Ya, itu betul. Kita
harus membuat lubang di lapisan es." Lalu diletakkannya
tilpon itu. Hansen berkata hati-hati: Apakah anda pikir, kita bisa
menembus lapisan es yang tebalnya lima belas kaki dengan
torpedo itu" Ingat Kapten, bahwa 90 persen dari hentakan
terhadap es itu akan dikembalikan ke bawah."
"Aku tak memiliki cara lain lagi," kata Swanson
mengakuinya. "Bagaimana kita bisa tahu reaksinya kalau
kita tak pernah mencobanya?"
"Jadi belum pernah ada yang mencobanya?"
"Belum, Angkatan Laut kita belum pernah mencobanya.
Mungkin Russia sudah pernah mencobanya, akupun tak
tahu pasti. Mungkin mereka juga belum pernah."
"Apakah shock di bawah air akan bisa merusak
Dolphin?" tanyaku. Aku tak mau peduli cara mana yang
akan ditempuhnya, dan itu adalah kenyataan.
"Lapisan tebal, sangat tebal," suara Benson berkumandang lagi. "Tigapuluh kaki,

Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

limapuluh. Lapisannya sangat tebal sekali."
"Jadi percuma saja torpedo itu," kataku. "Mencabik
lapisan yang terbawahpun masih perlu diragu-kan
hasilnya." "Percayalah hal seperti itu tak akan terjadi. Kita akan
mencari dulu lapisan yang sesuai dengan kekuatan torpedo
itu, yah yang sekitar begitulah."
"Lapisan tipis!!!" suara Benson benar-benar teriakan
gembira. "Lapisan tipis. Ya Tuhan, serasa tak mungkin, air
jernih! Air jernih! Benar-benar cantik! Jernih sekali!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Reaksiku ialah bahwa Benson mulai penat dan mulai
berfatamorgana. Tapi petugas di depan panil selam itu tak
ragu lagi melambatkan kecepatan. Swanson melihat plot,
berbicara dengan tenang dan baling-baling kapal mulai
berputar balik, sehingga Dolpliin mulai berhenti.
"Bagaimana sekarang, Dok?" teriak Swanson.
"Air jernih, jernih sekali," kata Benson mantap. "Aku
melihatnya dengan jelas sekali. Tidak terlalu luas, tetapi
cukup luas untuk kapal kita ini. Bentuknya seperti kaki
anjing, yang membentuk sudut empatpuluh lima derajat
sesuai dengan tujuan kita."
"150 kaki," ucap Swanson, dan pompa mulai bergaung
lagi. Naik, naik. Lalu Dolphin berhenti, tak bergerak sama
sekali. "Naikkan periskop," kata Swanson.
Periskop naik perlahan-lahan. Setelah mantap pada
kedudukannya, segera saja Swanson melihat lubang
pengamat periskop itu, dan memanggilku. "Lihatlah,"
katanya mempersilahkan. "Pemandangan yang paling
indah yang pernah kau lihat'
Aku menghampiri dan melihatnya. Yang nampak ialah
kekelaman yang dibatasi garis hijau tipis. Hijaunya rimba
salju dalam kegelapan. Tiga menit kemudian kami sudah muncul di atas
permukaan Laut Utara, -duaratus limapuluh mil dari kutub
utara. (Oo-dwkz-oO) "Apakah kita berdua sudah gila" Ayo kita turun ke
bawah." teriak Swanson di telingaku. Tapi suaranya masih
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kalah oleh deru angin kutub di atas anjungan ini. Keping-
keping salju yang tajam terbang terbawa angin melukai
sebagian wajah kami yang tak berpenutup apa-apa, tapi
kami tak merasakannya karena bagian itupun rasanya tedah
terbius oleh dinginnya udara di sekitar kami.
Kami segera turun, dan suasana yang gemuruh karena
badai tadi langsung berubah hening ketika kami mulai
masuk ke dalam dan menutupkan pintu kedap air di atas
kami. Swanson segera membuka tutup kepalanya dan
menarik selendang pelindung yang melilit di sekitar hidung
dan mulut serta lehernya, lalu dilepaskannya kacamata
penahan salju yang dikenakannya. Dia menatapku sambil
menggelengkan kepalanya. "Aku heran, masih saja ada orang yang mengatakan
tentang tenangnya dan putihnya Laut Utara. Padahal, fui,
jauh benar bedanya." Digelengkannya kepalanya sekali lagi.
"Tahun lalu kami juga kemari beberapa kali, tetapi hanya di
bawah permukaan saja. Baru sekali ini aku mengalami dan
mendengar badai salju seperti tadi. Di musim dingin lagi
Dingin, huh, dinginnya bukan buatan, jangankah berjalan
atau bermain-main, diam saja sudah tidak tahan. Dulu aku
heran mengapa para perintis seperti Amundsen dan Scott
bisa tertahan oleh badai salju selama berhari-hari bahkan
berminggu-minggu, tapi sekarang " aku mengerti karena aku
mengalaminya sendiri."
"Memang membosankan," aku mengakui itu. "Tapi
sampai berapa lamakah kita akan aman di sini,
Komandan?" "Tidak bisa ditentukan dengan setepatnya, berapa
lamanya celah seperti ini akan tetap bertahan adalah
tergantung pada konfigurasi esnya sendiri, tapi poly- t nya
seperti ini bisa membeku setiap saat, dan lambung kapal ini
tak mampu menahan tekanan yang berjuta-juta ton
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
beratnya. Mungkin kita masih bisa bertahan dalam
beberapa jam, mungkin juga hanya beberapa menit saja.
Sekarang jarak antara puncak kapal dan ujung celah salju
polynya lainnya ialah sekitar lima puluh kaki, kami sudah
mengambil kep.utusan atau menurut ketentuannya kami
harus segera menyelam kembali jika batas itu sudah
mengecil sampai sepuluh kaki. Tentunya kaupun bisa
membayangkan apa jadinya jika sebuah kapal terperangkap
dalam es yang tiba-tiba saja membeku, bukan?"
"Ya, kapal tersebut akan terbungkus es, terapung-apung
di puncah dunia selama bertahun-tahun, untuk kemudian
tenggelam sampai ke dasar lautan. Tentunya Pemerintah
Amerika Serikat tidak akan menyukai hal seperti ini."
"Prospek promosi bagi Letkol. Swanson di hari
kemudianpun akan menjadi jalan yang penuh duri," lanjut
Swanson. "Kurasa - "
"HeiM" Teriakan itu berasal dari ruang radio. "Hei,
kemari." "Zabrinski pasti memerlukanku," gumam Swanson. Dan
diapun segera melangkah dalam ketergesaan yang biasa,
aku mengikutinya menuju ruang radio. Swanson segera
menerima earphone yang disodorkan Zabrinski padanya,
mendengarkannya dan mengangguk-angguk.
"DSY," katanya perlahan. "DSY, Dr. Carpenter. Kita
berhasil menghubunginya lagi. Sudah tahu kedudukannya"
Bagus." Lalu dia berbalik dan melangkah menuju pintu
masuk dan memanggil seorang awak kapal yang ada di
sana, "Ellis, tolong panggilkan petugas navigasi sekarang
juga." "Mefeka benar-benar tangguh, Kapten Mereka masih
sanggup bertahan." Lalu dia tersenyum, si wajah merah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Zabrinski itu, dan ternyata senyumnya tidaklah selebar
matanya. "Sangat tangguh, memang," kata Swanson menimpalinya. "Apakah hubungan ini hubungan dua
arah?" Zabrinski menggeleng, senyumnya terhenti. Raeburn tiba
di kamar itu dengan sehelai kertas di tangannya dan segera
menuju meja plott ngnya. Kam berdua mendekatinya.
Setelah satu dua menit memperhatikan, ' dia berkata,
"Sekarang mereka sudah terdengar jauh lebih jelas."
"Dekat sekali?"
"Sangat dekat. Lima mil ke sebelah timur, penyimpangannya paling banyak sekitar setengah mil sa a
Hebat sekali bukan?"
"Kebetulan saja kita sedang beruntung," ujar Swanson.
Dia kembali ke pemancar radio tersebut. "Sudah berbicara
dengan mereka?" "Begitu tersambung begitu terputus "
"Tak tersambung lagi?"
"Kami hanya bisa menghubunginya satu menit saja tadi.
Cuma semenit. Lalu mereka mulai sirna, makin lemah dan
melemah terus. Kukira pendapat Dr. Carpenter itu ada
benarnya, mereka rupanya menggunakan
generator tangan." Swanson memandangku, tetapi dia segera mengalihkan
pandangannya dariku tanpa mengatakan sesuatu. Aku
mengikutinya menuju tepmat kemudi.
"Zabrinski benar....... Aku tak tahu kapan badai ini akan
reda?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Masih lama Aku memiliki kotak medis di kabinku,
alkohol medis sebanyak satu fles yang berisi limapuluh-
ounces, dan pakaian salju. Bisakah kau melengkapi aku
dengan kemasan darurat seberat tigapuluh pr-'nd, yang
terdiri dari konsentrasi protein serta kalori tinggi, kurasa
Benson mengetahui apa yang kuperlukan itu."
Ada apa lagi ini?" tanya Hansen yang baru saja datang.
"Dr. Carpenter minta seransel persediaan makanan yang
akan ia panggul di punggungnya, lalu ia akan berjalan kaki
menuju Stasiun Zebra."
"Apakah kau sudah benar-benar mengetahui di mana
letaknya?" "Sabar dulu. Mereka itu sudah ada di depan hidung kita.
Lima mil lagi kata Raeburn."
"Ya Tuhan! Lima mil. Hanya lima mil!" Lalu suaranya
berubah dari formil menjadi seperti suaranya tatkala
memperbincangkan persoalan pribadi.
Dalam cuaca seperti ini. Lima mil bisa saja menjadi lima
ratus mil. Amundsen yang perintis juga tak mampu
bergerak sejauh sepuluh yard dalam keadaan yang begini."
"Tapi rupanya Dr Carpenter merasa dirinya lebih mahir
daripada Amundsen sendiri," ^kata Swanson gersang. "Dia
ingin beijalan kaki ke sana."
Hansen memandangku menyelidik, lalu dia menoleh
kembali pada Swanson "Rupanya Dr Carpenter ini terlalu
menganggap remeh segala sesuatunya "
"Kupikir juga begitu," kata Swanson.
"Dengar," kataku, "Di stasiun itu ada manusia. Mungkin
tidak banyak lagi sekarang ini, tapi pasti ada Mungkin juga
cuma tinggal seorang saja Dan orang atau orang-orang itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat membutuhkan per-tolongan, mereka berada dalam
keadaan antara hidup dan mati. Ap
Swanson menatapi lantai di bawahnya. Aku tak tahu apa
yang sedang ia pikirkan. Cara yang terbaik untuk menahan
diriku, perintah Washington itu, atau fakta bahwa dialah
satu-satunya orang di kapal ini yang mengetahui bawah
komandan stasiun itu adalah abangku sendiri. Dan tak
mengatakan apa-apa. "Anda harus menahannya, Kapten," kata Hansen
dengan tegas. "Jika anda menghentikan orang yang
mengarahkan pistol ke kepalanya sendiri ataupun orang
yang berniat menggorok, lehernya sendiri dengan pisau. Ini
adalah persoalan yang serupa. Pikirannya sudah tak beres,
dia ingin buhun diri." Diusap-usapnya tangkai kemudi yang
ada di sampingnya. "Dok, kaupun telah tahu apa kerja
sonar di kapal ini bukan" Sonar itu selalu diawasi oleh
petugasnya karena sonar itulah yang bisa memberitahukan
berapa lama lagi es di sekitar kita ini akan membeku Dan
karena tidak diijinkannya orang berada di atas anjungan
selama lebih dari setengah menit dalam badai seperti ini.
Saya bisa menjamin, kalau anda terlalu lama di atas sana
itu anda bisa berubah pikiran."
"Kami baru saja turun dari anjungan," kata Swanson
menjelaskan. "Dan dia masih juga ingin berangkat" Tepat seperti apa
kataku, dia memang sudah sinting."
"Kita masih bisa menyelam sekarang," kata Swanson.
"Kita telah mendapatkan posisi mereka. Mungkin dalam
jarak semil lagi kita bisa menemukan sebuah polynya lain,
yang jaraknya hanya setengah mil dari Zebra."
"Mungkin kau memang mampu mencari sebatang jarum
di atas jerami yang terhampar," kataku. "Untuk mencarinya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
anda paling tidak membutuhkan waktu enam jam. Dan
janganlah membujukku dengan torpedo-torpedo itu. Aku
kira aku sudah bisa mencapai mereka dalam waktu dua
atau tiga jam." "Tentunya jika kau tak mati kedinginan dan mati beku
dalam seratus langkah yang pertama," kata Hansen. "Jika
kau tak terjatuh dan mematahkan kakimu. Jika kau tak
menjadi buta dalam beberapa menit saja. Jika kau tak
terjatuh dalam sebuah polynya yang tak kelihatan Kau
benar-benar sinting kalau kau masih bemiat menjelajahi
padang salju itu." "Bisa saja aku patah kaki atau mati beku," kataku
menjelaskan, "Tapi keputusanku sudah bulat Kurasa
pejralanan pergi dan kembali ke stasiun itu tidaklah sesulit
yang kalian bayangkan. Pemancar radio kalian sudah*
terarah kesana, yang kalian tinggal sediakan ialah sebuah
pemancar mini yang bisa menerima dan mengirim berita
bagiku, kaiau kalian mau membantu aku. Mudah sekali
bukan?" "Ya, kedengarannya memang mudah," kata Hansen,
"kecuali untuk satu hal, kami tak memiliki pesawat mini
semacam itu." "Aku membawa walkie-talkie dalam koporku," aku
katakan padanya. "Kebetulan, kebetulan," gumam Hansen. "Dan kurasa
kau memang sudah mempersiapkan itu semua sejak
keberangkatanmu dulu. Kurasa di dalam kopormu itu
masih terdapat benda-benda aneh lainnya, bukankah
demikian, Dok?" "Apa yang ada dalam kopor Dr. Carpenter bukan urusan
kita sama sekali," kata Swanson seakan

Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hendak menyadarkan Hansen. Tapi dalam hatinya dia merasa agak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terkecoh. "Yang penting bagi kita ialah maksudnya untuk
melacak stasiun itu sendiri Niatmu ini benar-benar tak
masuk akal, Dok." "Aku tidak minta pertimbanganmu, Kapten," kataku
"Yang aku butuhkan ialah persediaan makanan itu. Jika
anda tak bersedia memberikannya, akupun tak berkeberatan
pergi tanpa itu." Aku segera berbalik dan melangkah ke kabinku,
maksudku kabin Hansen yang aku tinggali itu. Segera saja
aku membuka koporku dan mengambil pakaian khusus
untuk di kutub dan segera mengenakannya, setelah semua
pakaian sehari-hariku kubuka. Pakaian khusus itu tebal
sekali karena terbuat dari bahan woll rangkap tiga yang
dilapisi oleh sutera asli, lengkap dengan saku-sakunya.
Setelah mengenakan itu semua aku segera membuka bagian
bawah koporku dan mengambil tiga perlengkapan senjataku
yang masih utuh. Yang pertama ialah Mannlicher-
Schoenauer otomatis kaliber sembilan mili, yang pas
dengan saku lengan kiriku, yang memang sudah
dipersiapkan untuk menyandangnya. Peralatan yang
lainnya ialah klip-klip persediaan yang kususun dengan
rapih pada saku kananku. Perlengkapan yang selanjutnya lebih mudah untuk
dikenakan. Kaus-kaki, sepatu, sarung tangan, syal,
kacamata khusus, topeng dan persediaan obat-obatan itu.
Setelah semuanya siap aku segera meninggalkan kabin
Hansen tetap tak terkunci.
Swanson masih saja terpaku di tempatnya tadi.
Demikian pula dengan Hansen. Demikian juga dua orang
lainnya yang belum berada disana ketika aku meninggalkan
Swanson dan Hansen, siapa lagi kalau bukan Rawlings dan
Zabrinski. Hansen, Rawlings dan Zabrinski, merupakan trio
yang paling kuat di kapal itu. Dan sekarang ini mereka
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nampak lebih tangguh lagi daripada ketika aku berjumpa
dengan mereka di Holy Loch dulu.
"Bagaimana dengan perlengkapan itu?" tanyaku pada
Swanson. "Sekali lagi kubuat pernyataan yang formil," jawab
Swanson. Mungkin ketika ia melihatku memasuki ruangan
ini barusan saja, dia menduga ada seekor beruang kutub
yang tersesat, tetapi karena aku memperhatikannya sejak
tadi, dia tak memberikan reaksi sama sekali, berkedipun
tidak. "Untuk diketahui saja. Niatanmu ini adalah suatu
cara lain dari bunuh diri, kesempatan yang kau ajukan
padaku itu tak ada dasarnya sama sekali. Aku tak bisa
memberikan persetujuanku."
Baik, pernyataanmu itu sudah kupahami, disaksikan oleh
para saksi dan sah. Bagaimana dengan persediaan makanan
itu?" "Aku tak bisa memutuskannya karena ada perkembangan baru yang membahayakan yang baru saja
kami terima. Salah seorang tehnisi elektronik kami sedang
melakukan test kalibrasi rutin pada mesin-es untuk
mengganti salah satu coilnya. Motor elektiknya terbakar.
Tidak ada gantinya. Kaupun tahu apa artinya bagimu
bukan?" Aku tak dapat menyalahkan dia kalau dia berusaha
mencegahku, tapi aku agak kecewa padanya, sebenarnya
dia masih memiliki kesempatan yang cukup untuk
memikirkan minatku ini. "Bagaimana Kapten, persediaan
makanan yang kuminta itu?"
"Rupanya kau tak mau mendengar saranku dan
bersikeras untuk pergi juga bukan?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Demi Tuhan, tanpa bahan makanan itupun aku akan
tetap pergi." "Petugas eksekutifku, Torpedoman Rawlings dan
Radioman Zabrinski tidak suka akan tindakan semacam
ini," ujar Swanson. "Aku tak mengetahui apa yang mereka sukai apa yang
tak mereka sukai." "Mereka tak bisa membiarkanmu pergi begitu saja,"
katanya bersikeras. Badan mereka tiba-tiba nampak lebih besar di mataku.
Mereka benar-benar tangguh. Aku memang membawa
pistol di balik bajuku yang tebal ini. Unituk mempergunakan senjata ini aku harus membuka bajuku
terlebih dulu. Hansen sendiri telah memperlihatkan
bagaimana cepat reaksi yang dimilikinya ketika aku
bergerak sedikit saja di kantin Holy Loch. Selain itu ketiga
pria ini tak memiliki rasa takut, apa lagi jika orang itu
sedang melaksanakan tugasnya.
"Mereka tak akan membiarkanmu pergi sendiri,' lanjut
Swanson, "kecuali jika kau mengijinkan mereka turut
bersamamu, dan mereka akan ikut denganmu secara
sukarela." "Sukarela," dengus Rawlings. "Kau, kau dan kau."
"Aku tak memerlukan mereka," kataku.
"Coba sombong tidak dia?" tanya Rawlings. "Seharusnya kau berterima kasih. Dok."
"Anda melibatkan nyawa anak-anak buah anda Let, dan
itu tak sesuai dengan perintah dan Washington."
"Ya, aku juga memahami bahwa pengembaraan di
Kutub Utara ini sama halnya dengan pendakian gunung
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ataupun perintisan daerah baru, satu rombongan akan
selalu lebih baik daripada seorang diri saja. Saya juga
mengerti bahwa berita yang menggelikan akan segera
tersebar luas sementara kami membiarkan seorang dokter
sipil mengembara di kutub sementara kami sendiri merasa
takut dan hanya berlindung dikehangatan kapal selam kami
saja. Dan kalau berita semacam ini tersiar, nama Angkatan
Laut Amerika Serikat tentunyapun akan terkena getahnya."
"Apakah ikutnya orang-orangmu ini untuk menjaga
nama baik angkatan laut tersebut?"
"Dokter, dokter, bukankah kau mendengar dan mengerti
apa yang dikatakan oleh kapten kami tadi?" tanya
Rawlings. "Kami melakukannya dengan sukarela. Lihatlah
Zabrinski, setiap orang, bisa melihat bahwa dia adalah
seorang yang berjiwa pahlawan."
"Apakah kalian sudah memikirkan kemungkinan-
kemungkinan apa yang bisa terjadi?" tanyaku, "misalnya
jika es membeku ketika kita melakukan perjalanan ini dan
sang kapten terpaksa menyelam?"
"Jangan bicarakan soal itu lagi," cegah Zabrinski. "Aku
tidaklah sepahlawan yang kau duga."
Aku menyerah. Aku tak memiliki pilihan lain kecuali
menyerah. Selain itu, seperti apa kata Zebrinski, akupun tak
sepahlawan seorang pahlawan sejati, dan tiba-tiba saja aku
menyadari bahwa aku akan merasa lebih tenang kalau
ketiga orang itu mau menemani aku
(Oo-dwkz-oO) BAGIAN V Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Letnan Hansenlah yang pertama kali menyerah. Atau
mungkin kata 'menyerah.' disini kurang cocok baginya,
karena apa artinya kata tersebut tak ada dalam kamus
hidupnya, yang lebih tepat ialah dialah yang pertama
kalinya memperlihatkan akal sehatnya pada kami bertiga.
Diraihnya lenganku, didekatkan-nya kepalanya padaku,
sambil membuka penutup wajahnya dia berteriak, "Berhenti
dulu dok. Kita istirahat saja dulu."
"Di bukit salju berikutnya saja," teriakku kembali. Aku
tak tahu dia mendengarkannya atau tidak karena begitu dia
selesai berteriak, dia segera merapatkan kembali penutup
kepala dan wajahnya. Badai salju masih terus meraung-
raung. Selama dua setengah jam perjalanan yang telah kami
lalui, aku, Hansen dan Rawlings telah bergantian untuk
berjalan dipaling depan sambil memegang tali yang paling
depan. Ketiga orang lainnya memegang tali di belakang
orang yang paling depan dengan jarak masing-masing
sepuluh yard, dengan harapan mereka bisa saling
melindungi satu sama lain. Dan rupanya perlindungan ini
sudah mulai dibutuhkan sekarang juga. Hansen-lah yang
membutuhkan pertolongan itu pertama kali. Saat itu
Hansen-lah yang berjalan di paling depan, dan dia tiba-tiba
saja tergelincir pada salah satu lereng bukit salju yang tebal.
Dia terlempar ke dalam kegelapan dan masuk pada sebuah
celah salju yang baru saja terbentuk. Hampir selama dua
menit dia terpaksa berenang di dalam celah itu sebelum
kami sempat mengulurkan tali penolong baginya. Namun
ahirnya tali itu berhasil menolong dirinya dari kebekuan
juga, hanya akibatnya tangan aku dan Rawling-lah yang
paling menderita, karena kami berdualah yang menarik
dirinya dari celah salju itu. Bajunya yang basah karena
berenang dicelah salju itu berubah menjadi es yang
membeku tatkala ia berhasil keluar dari celah itu. Entah
bagaimana rasanya, yang pasti Hansen nampak seperti
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang yang tengah sakarat saja. Bisa dibayangkan memang,
selain kedinginan karena badai yang menggebu-gebu ini,
permukaan tubuhnya juga mengalami perubahan suhu yang
tiba-tiba karena membekunya air dari celah yang sempat
direnanginya tadi. Sekarang aku bergantian dan berjalan di depan, kali ini
aku harus lebih berhati-hati, aku tak mau kalau apa yang
dialami Hansen itu juga aku alami sendiri. Makm berhati-
hati aku berjalan, makin sering aku terjatuh dan makin
sering badai menerjang dengan tiba-tiba, sehingga
keseimbanganku menjadi sangat terganggu, bila sudah
demikian aku melanjutkan perjalananku itu dengan
merangkak, karena rupanya dengan merangkak demikian
segala sesuatunya nampak lebih mudah. Dan kami ahirnya
sampai pada sebuah bukit yang berdinding cukup tebal
sambil meraba-raba, karena badai masih saja melanda.
Setibanya di balik bukit yang cukup tebal dan cukup
tebal dan cukup tinggi itu aku segera memeriksa Hansen
terlebih dulu. Seluruh tubuhnya kini dilapisi es, dari helm
salju sampai ujung kakinya. Dan ketika kunyalakan
senterku, seluruh permukaan tubuhnya itu mengkilat karena
es yang melapisinya itu,, hanya di bagian kaki dan tangan
dimana sering digerakannya sajalah yang tidak terlapis oleh
es. Di kepala, bahu dan sikunya nampak semacam sayap
yang terbuat dari es, karena melekatnya butir-butir salju
yang dihempas badai Di balik bukit itu kami duduk saling merapatkan diri.
Empat kaki di atas kami badai salju itu nampak seperti
sebuah sungai yang berwarna putih keabu- abuan dan juga
mengkilat. Rawlings membuka helm saljunya dan melihat
kepingan es yang terbentuk di bahunya, lalu dia berusaha
untuk mencopot kepingan es itu dari tubuhnya. Segera saja
aku meraih tangannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Biarkan saja," kataku.
"Dibiarkan saja?" tanyanya disela-sela gemertuk giginya.
"Kepingan sialan ini bisa-bisa bertambah sampai satu ton,
dan aku bukan dilatih dalam bidang angkat besi bung
dokter." "Biarkan saja. Jika bukan karena keping es itu, kau
mungkin sudah mati beku karena kedinginan. Keping itu
gunanya untuk memisahkan dirimu dari angin dan badai
salju. Coba kulihat wajah dan lenganmu."
Aku memeriksanya untuk mencari ada tidaknya
sengatan es disana. Lalu kuperiksa kedua orang lainnya.
Kami masih beruntung. Tak ada seorangpun di antara kami
yang telah terkena sengatan-salju Mantel bulu yang mereka
kenakan mungkin tidak semahal dan seindah yang kumiliki,
tetapi rupanya mantel merekapun sudah memenuhi syarat
untuk perjalanan di kutub. Memang kapal selam nuklir
selalu memiliki perlengkapan yang paling sempurna, dan
mantel kutubnyapun tentu tak terkecuali. Walaupun
mereka tidak nampak menderita sekali karena kedinginan
ini, tapi dari sinar wajah mereka, aku tahu bahwa mereka
sudah lelah. Selain beban yang mereka bawa, badai dan es
yang melekat di badan kami masing-masingpun menambah
beratnya perjalanan kami ini. Berapa beratnya salju yang
menempel di mantel kami, hanya Tuhanlah yang
mengetahuinya, tetapi paling tidak adalah beberapa kilo
Peijalanan di dalam badai ini memang tidak menyenangkan
sama sekali, apalagi dalam kegelapan seperti ini, rasanya
benar-benar bagaikan sebuah mimpi buruk.
"Sudah sampai titik maksimum, kurasa," kata Hansen
dengan nafasnya yang memburu, sama seperti Rawlings,
yang lebih tepat disebut terengah-engah "Kami sudah tak
sanggup melanjutkannya lagi, Dek."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian memang seharusnya mendengarkan kuliah Dr,
Benson dengan sebaik-baiknya, terutama soal diet yang
diberikannya itu. Memang benar apa yang dikatakannya


Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. es krim dan apple-pie serta permen-permen itu bukanlah
cara diet yang baik." kataku menyenangkan hati mereka.
"Ya, habis?" katanya sambil memandangku, "Anda
sendiri bagaimana?" "Ya, Ialah juga sedikit," kataku mengakui. "Tak lebih
tak kurang." Tak lebih tak kurang, kakiku rasanya bagaikan
terlepas dari persendiannya, tapi memang disini membual
ada gunanya untuk membesarkan hati mereka. Kuraih
ranselku dan kukeluarkan sebotol alkohol medis dari
dalamnya. "Kita istirahat dulu seperempat jam. Lebih dari
itu, kita akan beku sama sekali. Dan sementara kita
beristirahat, seteguk minuman ini akan membantu
melancarkan peredaran darah kalian agar jangan sampai
membeku." "Tapi, bukankah menurut ilmu kedokteran penggunaan
alkohol dalam suhu yang rendah itu dilarang?" tanya
Hansen-ragu-ragu. "Kalian tak salah karena akan terbukanya pori-pori tubuh kita."
"Sebutkan saja kegiatan manusia yang manapun juga,"
kataku, "dan akan kuberikan beberapa contoh dokter yang
pasti melarang kegiatan itu dilakukan. Selain itu yang
kubawa ini juga bukan alkohol, yang kubawa ini ialah
Scotch whisky yang terbaik."
"Seharusnya anda menyebutkannya dari tadi. Ayolah
kemarikan. Tapi Rawlings dan Zabrinski hanya boleh
meneguknya sedikit saja, mereka tidak biasa minum-
minuman seperti ini Betul -bukan Zabrinski?"
Zabrinski sedang sibuk dengan walkie-talkienya. Walkie-
talkie itu kuberikan padanya sebelum kami meninggalkan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dolphin, dan karena dia yang bertugas untuk menjaga
hubungan kami dengan Dolphin itulah, maka kami tak
memintanya untuk bergantian berjalan di depan pula
"Sialan," kata Zabrinski. "Radionya sih beres, tapi badai
ini benar-benar sangat mengganggunya - tapi, tidak,
tunggu, tunggu." Didekatkannya walkie-talkie itu ke mulutnya dengan
menghalangi deru badai dengan kedua belah tangannya
"Zabrinski disini .... Zabrinski. Ya, kami sudah mulai putus
harapan, tapi sang Dok masih saja yakin kalau kami akan
berhasil mencapai mereka ... tunggu, aku akan tanyakan
dulu padanya." Dia menoleh padaku. "Menurut perkiraan anda, sudah
berapa jauh kami ini berjalan tadi" Mereka ingin
mengetahuinya." "Empat mil," kataku tergagap. "Tiga setengah, empat
setengah. Sekitar segitulah.'
Zabrinski berkata kata lagi, pandangannya seperti kurang
yakin dipandanginya aku dan Hansen secara bergantian,
dan ketika kami berdua menggeleng, dia memutuskan
hubungan itu. Lalu, "Kata sang navigator, kita menyimpang sekitar empat sampai Uma derajat terlalu ke
utara dari arah yang sebenarnya kita tuju, jadi katanya kita
harus memotong ke arah selatan kalau kita tak mau sampai
di Zebra dengan jarak yang lebih panjang beratus-ratus
yard." "Wah, bisa lebih payah lagi," katanya. "Bisa-bisa kita
hanya melingkar dalam lingkaran perjalanan yang itu-itu
juga atau kita akan mati kedinginan karenanya. Tapi
nampaknya segala sesuatunya sudah lebih baik. Bukankah
anda yakin bahwa kita akan sampai di tempat tujuan kita,
Dok?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya, dengan sedikit nasib baik, kita akan tiba disana.
Apakah beban yangkita bawa ini terlalu berat bagi kalian"
Apakah kita perlu meninggalkan sebagian barang-barang itu
disini" Yang aku nginkan hanyalah membantu mereka yang
terkena bencana itu saja, tapi kalau kalian berkeberatan
membawanya, ya ditinggal disini sebagian juga tak apa-
apalah " "Kita tak perlu meninggalkan apa-apapun juga disini,"
kata Hansen. Entah apa yang telah membuatnya jadi segar
kembali, entah whisky itu sewaktu istirahat yang telah kami
ambil ini, suaranya jadi lebih nyaring, sedangkan gemertuk
giginya hampir ta'k terdengar sama sekali.
"Dan lupakanlah dulu pikiran untuk mati di padang salju
ini," tambah Zabrinski. Zabrinski. Ketika kujumpa dia 'di
Scotland pertama kali, tubuhnya mengingatkan aku pada
beruang kutub, apalagi sekarang, dengan butir-butir salju
yang memenuhi mantelnya, dia tak jauh berbeda dari
beruang kutub yang sebenarnya. Tapi kondisinyapun adalah
kondisi yang paling tangguh di antara kami berempat.
"Beban yang di punggungku ini telah kuanggap sebagai kaki
jelek sobatku saja. Berat, tetapi aku tak mau kehilangannya." "Maksudmu?" tanyaku tak mengerti.
"Aku sedang melatih tubuhku," kata Rawlings menjelaskan. "Karena rupanya nanti kita akan ke bagian
untuk memondong Zabrinski."
Kami segera bersiap-siap untuk berjalan memotong ke
selatan agar kami bisa kembali pada jalan yang benar.
Setelah beijalan sekitar empat ratus yard, badai menggila
lagi, langkah-langkah kakiku terasa berat sekali. Langkah-
langkahku bagaikan berjalan di atas bara yang menyengat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
nyeri dari telapak kaki ke ujung pahaku. Kami terus
berusaha agar keseimbangan tubuh kami tetap terjaga.
Mil yang berikutnya dapat kami jalani dalam waktu
kurang dari setengah jam. Peijalanan yang selanjutnya lebih
mudah daripada semula walaupun kami harus berhati-hati
terhadap adanya keping- keping es yang tajam dan celah-
celah es kecil. Tapi kali ini Zabrinski lebih banyak
terhempas oleh badai yang menerjang kami dia lebih
seringkali jatuh. Telapak kakiku masih saja menalarkan rasa
nyeri sampai ke ujung pahaku setiap kali aku melangkah.
Tapi semua itu tak kurasakan, dan tak akan terasa sampai
aku berhasil pada tujuanku. Mayor Halliwell, abangku,
abang tunggalku. Mati ataupun hidup.
Kepada dia sajalah aku merasa berhutang budi yang tak
mungkin terbayar lagi, dialah yang telah berhasil
mendidikku sampai menjadi begini dan mungkin akan lebih
maju lagi. Kalau aku terpaksa merangkak, biarlah aku
merangkak sampai ke Stasiun Zebras itu. Aku harus
menjumpainya. Apa yang terjadi pada abangku adalah
keinginan tahuku satu-satunya, melebihi rasa ingin tahu
masyarakat dunia akan apa yang telah terjadi pada sang
komandan stasiun terapung itu.
Nafas Rawlings dan Hansen sudah mulai memburu lagi.
Nafaskupun tak jauh berbeda sebenarnya, tapi karena
niatku yang sudah bulat itu, aku selalu berusaha untuk
mengendalikan nafasku sebisa mungkin. Aku juga jadi ragu
sendiri, mungkin perkataan Hansen tadi benar, alkohol
tidak baik dalam situasi semacam ini. Tetapi rasanya ya
sama saja. Zabrinski mulai mencoba mengadakan hubungan dengan
Dolphin lagi. Setelah sekitar satu menit dia berkata: "Kita
ini beruntung atau berhasil atau kedua-duanya. Dolphin
mengabarkan bahwa kita sudah berada di route yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
benar." Dikosongkannya gelas whisky yang kuberikan
padanya, lalu ditarik nafas yang panjang pertanda puas.
"Well, itulah berita baiknya. Sekarang tinggal berita
buruknya. Polynya itu sudah mulai merapat lagi, tapi baru
di ujung yang lainnya. Perapatan itu cepat sekali jalannya.
Menurut perkiraan kapten, mereka harus sudah menyelam
dua jam lagi. Paling lama dua jam lagi." Kemudian dia
berhenti sesaat \untuk menyelesaikan berita itu: "Dan
mesin es di kapal belum juga bisa diperbaiki sampai
sekarang." "Mesin es," kataku seperti orang tolol. Ya, memang aku
merasa tolol, entah bagaimana pendengaran mereka akan
kata-kataku barusan "Apakah?"
"Tentu, bung," kata Zabrinski, rupanya dia lelah. "Tapi
kau tak percaya pada sang nakhoda bukan" Anda terlalu
cerdik rupanya." "Yah, setidaknya cara seperti itu akan menolonglah,"
kata Hansen berat. "Cara ini akan membuat segala
sesuatunya nampak lancar. Dolphin menyelam, celah itu
tertutup, dan disinilah kita menetap, Dolphin di bawah, kita
di atas mereka, dan seluruh kutub ini jadi milik kita
berempat. Sudah bisa dipastikan mereka tak akan berusaha
mencari kita lagi, walaupun mesin es mereka itu sudah
diperbaiki dan berfungsi lagi. Manakah yang lebih baik,
berbaring sekarang sambil menunggu kematian kita, atau
berjalan-jalan dulu beberapa jam lalu berbaring dan mati?"
"Tragis sekali," kata Rawlings dengan nada duka.
"Maksudku bukan mengenai pribadi kita masing- masing,
tapi mengenai kerugian Angkatan Laut Amerika Serikat.
Kurasa kita bisalah disebut tiga perwira teladan, Let. Well,
kau dan aku. Kurasa Zabrinski sudah mencapai batas
kemampuannya. Dia sudah merasakannya lebih dulu dari
kita." Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Semua ini dikatakan Rawlings di antara gemertuk
giginya dan desahan nafasnya yang saling memburu. Orang
yang seperti. Rawlings inilah yang kubutuhkan kalau aku
sedang merasakan keputus asaan, dia atau Zabrinski, yang
kedua-duanya merupakan humoris kelas berat di kapal
Dolphin yang telah membawa kami kemari itu
"Sudah dua jam sekarang," kataku. "Dengan memunggungi arah badai, kita bisa kembali ke Dolphin
dalam waktu satu jam. Secara praktisnya kita akan
terdorong oleh badai ini kesana."
"Dan orang-orang di Stasiun Terapung Zebra itu?" tanya
Zabrinski. "Kita telah berusaha untuk itu bukan?"
"Kita cuma merasa shock saja, Dok." kata Rawlings,
suaranya yang dibuat-buat untuk membesarkan hati itu
makin ketara saja. 'Tapi yang dimaksudkan oleh Dr Carpenter tentunya kita
saja yang boleh kembali ke kapal, sedangkan dia sendiri
akan tetap menuju stasiun itu, Dr. Carpenter tak akan
pernah kembali ke kapal sebelum dia menemukan stasiun
itu." Dia memaksakan dirinya untuk melangkah lagi.
"Paling-paling cuma setengah mil lagi Ayo kita jalan lagi."
Zabrinski dan Rawlings saling bertatapan, tapi kemudian
mereka mengikuti kami berdua, dan kami berempat segera
melanjutkan perjalanan kami.
Tiga menit kemudian pergelangan kaki Zabrinski terluka
parah Dia terjatuh karena ketidak seimbangan tubuhnya ketika
kami sgmpai di sebuah bukit salju yang tingginya sekitar
sepuluh kaki. Karena ketidak seimbangannya dia tergelincir
dan terguling kelereng di depan kami, kakinya tertumbuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pada keping es yang meruncing tepat pada pergelangannya.
Sambil menahan rasa sakit dan menyangga tubuhnya
dengan siku tangannya, dia mengerang dan menyumpah-
nyumpah. Pergelangan kakinya terkilir, sehingga membentuk sudut yang tak normal bagi telapak kakinya.
Kami membantu mendudukannya, kukeluarkan alat-alat
yang diperlukan dari peti medisku. "Apakah terasa nyeri?"
"Tak terasa apa-apa, seperti kebal saja." katanya sambil
menyumpah serapah. "Alangkah bodohnya aku bisa sampai
tergelincir seperti itu."
"Nah, apa kataku?" kata Rawlings dengan asam.
Digelengkannya kepalanya, "Bukankah sudah kukatakan
tadi bahwa kita ahirnya harus menggotong dia" Kita harus
menggotong gorilla ini juga ahirnya."
Dengan segera kukembalikan keterkiliran kakinya
dengan dua kali hentakkan tak peduli bagaimana sakitnya
yang dirasakan Zabrinski. Tapi usaha hanyalah tinggal
usaha saja, dan nampaknya tak banyak hasilnya.
Zabrinskipun rupanya menyadari keadaan yang dialaminya
itu. "Lebih baik kalian tinggalkan aku saja. Let," katanya
pada Hansen. Giginya gemertuk karena shock dan
kedinginan. "Rasanya stasiun itu sudah dekat sekali. Kalian
bisa menolongku nanti dalam peijalanan pulang."
"Jangan sembarangan," kata Hansen singkat. "Kaupun


Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahu bahwa pada saat itu kami sudah tak bisa
menemukanmu lagi." "Benar sekali," kata Rawlings, giginya juga gemertuk
seperti Zabrinski. Dia berlutut untuk menyangga tubuh
Zabrinski. "Orang yang sok jago, tak akan pernah
mendapatkan medali. Itu pepatah di kapal bukan."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tapi kalian tak akan bisa tiba di stasiun itu," protes
Zabrinski. "Jika kalian harus memayangku".
"Dengarkan aku," kata Hansen memotong kalimatnya.
"Kami tak akan meninggalkanmu disini."
"Letnan memang benar," kata Rawlings setuju. "Kau
bukan tipe pahlawan Zabrinski. Wajahmu saja sudah tidak
cocok untuk itu. Sekarang peganglah aku dan cobalah
untuk berdiri sementara aku masih kuat memayangmu."
Aku selesai membalut kakinya, dan segera mengembalikan alat-alat yang kuperlukan tadi ke kotak
obatku. Lalu kami berjalan kembali dengan Zabrinski
dipayang oleh Rawlings. Dan rupanya nasib baik sudah datang bagi kami. Di
hadapan kami terhampar padang yang benar-benar bersih
dari keping-keping es tajam, datar namun tak licing,
sehingga Zabrinski bukanlah beban yang berat bagi kami.
Kami bergantian beijalan di depan dan memayang
Zabrinski yang tak pernah mengeluh di antara loncatan-
loncatannya Setelah menempuh sekitar tiga ratus yard,
Hansen yang kebetulan sedang memimpin, tiba-tiba saja
menghentikan langkahnya, dan tanpa dapat diduga sama
sekali kami bertabrakan dengannya.
"Kita sudah sampai!" teriaknya mengatasi desau angin.
"Kita berhasil. Kita sudah sampai! Tak terciumkah baunya
oleh kalian"!" "Bau apa?" "Bahan bakar yang terbakar. Karet yang terbakar. Tak
terciumkah?" Kulepaskan topeng saljuku, aku mencoba mencium apa
yang dikatakannya padaku. Satu helaan nafas saja sudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
cukup. Segera kupakai lagi topeng pelindung saljuku.
Kueratkan peganganku pada Zabrinski, lalu kami ikuti
langkah Hansen. Dataran es itu berahir beberapa kaki lagi, dan kami lalu
menuruninya dan tiba di sebuah dataran yang benar-benar
rata Bau itu makin kuat menerpa hidung kami, aku sampai
mengernyitkan hidungku ketika bau itu makin menyengat
seiring dengan langkah- langkah kami.
Kunyalakan senterku untuk melihat sekeli ingku, dan
sinar itu menimpa seberkas besi yang mengkilat di ujung
sana. Ahirnya, Stasiun Zebra itu kami temukan juga!
Stasiun itu terdiri dari delapan pondok yang terpisah.
Saling berhadapan dalam dua garis sejajar masing-masing
empat pondok. Sistim ini dipilih untuk menghindari
meluasnya kebakaran, kalau terjadi. Tapi rupanya badai tak
memandang bulu, dan kita tak bisa menyalahkan siapapun
juga karenanya. Beribu- ribu galon bahan bakar yang
terhambur dari tangki- tangki yang meledak menyebarkan
api kemana-mana, apalagi malam itu badai sedang
menggila. Dan sebab yang paling besar ialah karena tak
adanya air yang berbentuk cairan di padang es tersebut,
sedangkan memanaskan airpun sudah tidak mungkin lagi.
Yang kuherankan ialah mengapa pemadam-pemadam di
setiap pondok tak bekerja sama sekali Inilah yang paling
mengherankan. Delapan pondok, empat dalam setiap baris. Dua pondok
di baris depan musnah sama sekali, sisa dindingnyapun
sudah tak nampak lagi. Disalah satu pondok tersebut
nampak sebuah generator yang telah hitam karena hangus,
berlapis es disana sini. Empat pondok telah menjadi mangsa
api yang ganas, benar-benar mengerikan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pondok kelima - yang ketiga di sebelah kanan - benar-
benar rusak berat dan kamipun segera berlalu sambil
memayang Zabrinski, dan terlalu ngeri dan terlalu bau
untuk berbicara satu sama lain. Ketika Rawlings berteriak,
aku agak mengendurkan peganganku pada Zabrinski dan
membuka helmku sedikit. "Ada cahaya!" teriaknya. "Cahaya, Lihat, Dok
Disana!" Dan kulihat cahaya itu, cahaya itu berasal dari pondok di
seberang kami. Pondok itu masih utuh, walaupun
dindingnya sudah menghitam dan ada sedikit kerusakan
disana sini. Sinar itu datang dari sebuah pintunya. Dengan
segera kami melangkah memasuki pondok itu.
Di tengah pondok tersebut tergantung sebuah lampu
Coleman, yang cahaya diperkuat oleh atap alumunium.
Dalam radius tiga kaki dari lampu itu tak terdapat lapisan es
yang tebal namun bening, lapisan es menebal pa_da dinding
pondok dan lantai pondok yang terbuat dari kayu tersebut,
kecuali di bagian orang-orang yang bergeletakan berkerumun. Mungkin di bawah tubuh mereka juga
terdapat lapisan es, pastinya akupun tak tahu.
Pendapatku ialah kami datang terlambat, walaupun
badai di luar sana tidaklah langsung menembus ke dalam
pondok itu. Banyak orang mati yang telah kulihat,
semuanya nampak sama saja, tapi kini pengalamanku
bertambah dengan menghadapi kematian dalam jumlah
yang lebih besar lagi. Mereka sudah tak berbentuk,
bergelung dan tergeletak di lantai yang berselimut tak
keruan, mantel yang bergeletakan bagaikan timbunan
sampah. Aku sudah putus asa, tak ada kehidupan lagi disini
Mereka berbaring berdekatan dalam formasi setengah
lingkaran, tak bergerak sama sekali, nampaknya bagaikan
dalam suasana kebekuan yang abadi. Selain bunyi desis dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lampu pompa itu tak ada suara lain kecuali berbenturannya
keping-keping es yang diterbangkan oleh badai di sebelah
timur pondok ini. Zabrinski kami sandarkan dalam keadaan duduk pada
salah satu dinding, Rawlings menurunkan bebannya yang
paling berat itu dengan hati-hati sebelum dia mencari
bahan-bahan bakar yang tersisa. Hansen menurunkan
ranselnya yang berisi makanan- makanan kalengan ke
lantai. Bunyinya lampu tekan dan badai di luar menambah
suasana hening bagai di tengah kuburan, dan bunyi kaleng-
kaleng yang jatuh dengan tiba-tiba itu mengejutkan diriku.
Dan bunyi itu ternyata membangkitkan salah satu dari
orang-orang yang telah kami anggap mati itu. Orang yang
berada paling dekat denganku di dinding sebelah kiri itu
tiba-tiba bergerak, berguling dan duduk. Sorot matanya
yang memudar menunjukkan pandangan yang tak yakin
akan apa yang dilihatnya, wajahnya bagaikan terbakar
karena sengatan salju. Matanya tak mau berkedip dalam
beberapa detik. Dia menolak uluran tanganku untuk
bangkit. Diusahakannya agar dirinya bisa bangkit sendiri,
walaupun dari wajahnya nampak sekali bahwa usaha itu
membuatnya menderita. Lalu bibirnya yang terpecah-pecah
dan rapuh itu menyeringai.
"Kalian terlalu lama dan perjalanan." Suaranya gersang
dan lemah. "Aku Kinnaurd. Operator radio."
"Whisky?" aku menawarkannya.
Dia menyeringai lagi, mencoba untuk menjilat bibirnya
yang pecah-pecah sebelum mengangguk. Sesloki whisky
diteguknya sekali gus. Lalu dia terbungkuk dan terbatuk-
batuk sampai airmatanya mengalir dari sudut matanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi sesaat kemudian matanya sudah nampak bergiarah
kembali dan pipinyapun mulai merona lagi.
Lalu dia membungkuk dan menggoyangkan bahu
seorang pria yang tadi berbaring di sisinya. "Ayolah Jolly,
mana sikap gagahmu. Kita su&ah mendapatkan teman-
teman baru." Setelah beberapa hentakan, Jolly baru bangun dan
nampaknya dia kelihatan segar benar dan langsung berdiri
tegak. Tubuhnya pendek, wajahnya lucu dengan mata
cinanya yang berwarna biru. Sengatan salju nampak
dihidung dan sekitar mulutnya. Mata birunya yang sipit
terbuka lebar keheranan, kemudian dia menyeringai seakan
mengucapkan selamat datang
"Wah rupanya ada tamu heh" suaranya yang dalam itu
berlogat Irlandia. "Betapa bahagianya kami bertemu
dengan kalian juga. Beri hormat, Jeff."
"Kita belum saling berkenalan, aku Dr. Carpenter,"
kataku memperkenalkan diri.
"Pertemuan reguler Ikatan Dokter Inggris, bung," kata
Jolly. Setelah kuperhatikan dia ternyata selalu menyebut
'bung' setiap detik atau setiap tiga kalimat sekali, suatu sifat
yang aneh bila disejajarkan dengan aksen Irlandianya.
"Dr Jolly?" "Ya, petugas medis residen, bung."
"Ya, ini Letnan Hansen dari kapal selam Angkatan Laut
Amerika Dolphin " "Kapal selam?" Jolly dan Kinnard saling bertatapan,
kemudian mereka memandang kami. "Kau mengatakan
'kapal selam', bung besar?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Penjelasannya bisa kami berikan nanti. Rawlings, seksi
toipedo. Zabrinski, seksi radio." Kulirik orang-orang yang
bergelimpangan di lantai itu, beberapa di antaranya mulai
bergeliat mendengar suara kami, satu dua di antara mereka
sudah mulai bangun dan menyangga tubuh mereka dengan
sikunya. "Bagaimana kondisi mereka?"
"Dua atau tiga di antaranya terkena luka bakar yang
hebat," kata Jolly. "Dua atau tiga yang berikutnya
menderita pilek dan kelelahan karena makanan kami sudah
menipis serta hujan yang terus menerus selama beberapa
hari belakangan ini. Mereka kuperintahkan untuk saling
berdekapan demikian agar mereka tetap hangat."
Aku menghitung jumlah mereka. Semuanya ada dua
belas orang, termasuk Jolly dan Kinnaird. "Mana yang
lainnya?" tanyaku "Lainnya?" Kinnaird memandangku agak heran,
kemudian wajahnya berubah dingin dan hampa.
Dengan ibu jarinya dia menunjuk ke belakang. "Di
pondok yang berikutnya."
"Mengapa?" "Kenapa?" Dia menggaruk lengannya, "Ya karena kami
tak mau tidur tidur di ruangan yang penuh dengan
bangkai." "Karena kau tidak.... " Kuhentikan kata-kataku itu dan
kutatap orang-orang yang bergeletakkan di sekitar kakiku.
Tujuh di antaranya sudah bangkit, ketujuhnya memancarkan keliaran masing-masing. Tiga lainnya masih
tetap tertidur atau tak sadar, wajah ketiganya tertutup
selimut. "Jumlah .kalian semuanya ialah sembilan belas."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Memang, jumlah kami tadinya sembilan belas," kata
Kmnaird menjelaskan. "Yang lainnya, yah, bisa dikatakan
bernasib buruk." Aku terdiam. Kuperhatikan setiap wajah yang telah
sadarkan diri itu dengan harapan bisa menemukan seberkas
wajah yang sangat ingin kujumpai, dengan harapan aku tak
mengenalnya karena adanya engatan salju atau luka bakar
sehingga wajahnya yang tak nampak itu hanyalah
sementara saja. Kuperhatikan wajah mereka sebaik-baiknya
dan aku yakin bahwa wajah-wajah itu belum pernah
kukenal sebelumnya. Aku melangkah kesalah satu tubuh yang masih belum
sadarkan diri dan tertutup selimut itu dan mengangkat
selimut penutup wajahnya. Wajah yang asing bagiku
Kubiarkan selimut itu jatuh ke lantai.
Jolly bertanya keheranan. "Ada apa" Apa yang hendak
kau lakukan?" Aku tak menjawabnya. Yang lainnya menatapku
keheranan, tapi aku terus melangkah pada tubuh yang
tergeletak yang berikutnya, kubuka selimut yang menutupi
wajahnya, tetapi ternyata bukan dia. Mulutku terasa kering,
dadaku makin berguncang. Kemudian aku melangkah ke
tubuh yang terahir, dadaku makin berdebar, karena aku
sadar inilah yang kucari-cari itu; dengan segera aku berhenti
dan mengangkat penutup itu. Wajah lelaki itu tertutup
perban tebal. Hidungnya patah dengan janggut pirangnya.
Selimut itu kembali kutebarkan di atas tubuhnya,
kehampaan menyerang diriku. Kulihat Rawlings sudah
berhasil menyalakan perapian pondok itu.
"Perapian itu akan menaikkan suhu sampai nol derajat,"
kataku pada Dr. Jolly. "Kami membawa bahan bakar yang
cukup. Kami juga membawa alkohol, makanan dan kotak
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
perlengkapan obat yang lengkap Jika kau dan Kinnaird mau
mengerjakan sesuatu dengan b^nda-benda itu sekarang
juga, aku akan membantu kalian sebentar. Letnan, tempat
dimana kau terjatuh tadi itu apakah merupakan sebuah
polynya?" "Ya" kata Hansen sambil menatapku aneh, tatapan


Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

matanya itu bertanya-tanya apa maksudku dengan kalimat
itu. "Orang-orang ini tak akan mampu berjalan beberapa
ratus yard, apalagi untuk menempuh empat sampai lima
mil. Selain itu, sang nakhoda juga sudah memberitahukan
kita bahwa mereka akan menyelam tak lama lagi. Jadi, kita
berharap bahwa Dolphin harus kita hubungi dan kemudian
diminta muncul di pintu belakang, bukankah begitu
maksudmu, dok?" "Dapatkah dia menemukan polynya itu tanpa bantuan
mesin-es?" "Kurasa itu bukanlah pekerjaan yang mudah. Tapi aku
akan coba menghubungi mereka dengan radio Zabrinski itu,
agar mereka bisa muncul dipolynya tersebut Dengan tetap
berhubungan dengan mereka, kurasa mereka akan bisa
muncul di polynya tadi."
"Tapi kau juga harus memikirkan tebalnya lapisan es
disitu. Anda memiliki celah salju di sebelah barat dari kamp
ini pada beberapa waktu yang lalu, Dr. Jolly. Kapankah
itu?" "Sebulan. Mungkin lima minggu Aku tak tahu berapa
pastinya." "Berapa tebalnya lapisan es disana?" Kutanyakan pada
Hansen. "Lima atau enam kakian. Cukup tebal memang, tapi
kapten bisa memperbesarnya dengan torpedo- torpedo itu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ditolehnya Zabrinski. "Masih bisa bertugas dengan
radiomu itu atau tidak?"
Aku mengundurkan diri dari mereka. Kini abangku telah
tiada, tinggallah Mary istrinya dan tiga ajiak- anaknya yang
gagah dan cantik. Mereka tak mungkin berjumpa dengan
ayah mereka lagi. Tak ada seorang- pun yang akan pernah
melihat abangku tersebut. Kecuali aku. Aku harus
menjumpainya sekarang. Aku melangkah keluar setelah menutupkan pintu
pondok yang kutinggalkan itu. Kumasuki pondok terakhir
dari sebuah baris pondok tersebut.
Dulunya pondok ini digunakan untuk laboratorium,
sekarang fungsinya sudah berubah menjadi kamar mayat.
Di lantainya bergelimpangan tubuh-tubuh yang sudah tak
bernyawa lagi. Rupanya kelompok ini mati secara tak wajar, terkurung
oleh api tanpa ada jalan keluar Benar- benar mengerikan.
Salah satu tubuh yang tergeletak di dekatku menarik
perhatianku. Kuarahkan lampu senterku kesana. Cincin
kawinnya melingkar pada jari tengahnya, tapi tak lumer
karena terbakar Aku kenal benar dengan cincin itu, cincin
yang kubeli bersama-sama ipar perempuanku untuknya.
Duka, sakit hati ataupun kecewa sudah tak bisa
menaklukanku lagi Tidak untuk saat itu, tetapi untuk saat-
saat selanjutnya. Tapi kurasa juga tidaklah akan demikian,
bukan inilah orang yang kucari-cari. Tubuh yang hancur di
depanku ini orang yang asing bagiku, bukan tubuh abangku
yang sangat kukasihi, aku kenal benar tubuh orang yang
menghutangkan budi yang tak terbalas olehku. Tubuh ini
sangat berbeda jauh daripada apa yang kukenal, tapi aku
masih kurang yakin, mungkin karena letih entah karena
sedih. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kutatapi tubuh itu baik-baik. Pintu berderit dan ketika
kulihat siapa yang datang, ternyata Letnan Hanson.
Dibukanya kerudung pelindung saljunya, lalu diangkatnya
kaca matanya. Pandangannya jatuh pada diriku. Lalu pada
orang yang terbujur di bawah dekat kakiku Di wajahnya
nampak ketegangan dan keterkejutan. Kemudian tatapannya kembali pada diriku.
"Akhirnya kau tak menemukannya juga, Dok,"
Suaranya yang lembut itu tertangkap samar-samar di antara
desauan badai. "Aku turut berduka cita."
"Apa maksudmu?"
"Abangmukah itu?" Katanya seraya menunjuk orang
yang terbaring di kakiku itu
"Swanson mengatakannya padamu?"
"Ya, sesaat sebelum kami berangkat. Oleh karena sebab
itulah kami bertiga menyertaimu." Tatapannya menyapu
lantai, dan tiba-tiba saja wajahnya berubah pucat. "Tunggu
Dok, tunggu, sebentar saja." Dia berbalik dan bergegas
keluar. Ke'tika dia kembali, dia nampak lebih baikan, tetapi
tidak banyak berbeda. Rupanya dia merasa mual.
"Komandan Swanson mengatakan bahwa oleh karena
sebab ini jugalah dia mengijinkan anda berangkat."
"Siapa lagi yang tahu akan hal ini?"
"Sang nakhoda dan aku sendiri. Tak ada lagi."
"Biarkan kita bertiga saja yang tahu, OK" Anggap s^ja
ini permintaanku padamu."
"Jika kau menginginkannya demikian, aku menurut saja,
Dok." Wajahnya kini diliputi tanda tanya dan teka-teki,
tapi yang paling nampak ialah rasa takutnya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Astagfirullah, apakah anda pernah melihat
yang semengerikan ini?" "Ayo kita kembali bergabung pada mereka," ajakku.
"Kalau kita terus-terusan disini juga tak baik akibatnya."
Dia mengangguk tanpa berkata-kata lagi. Kami
melangkah ke pondok yang kami tinggalkan sesaat. Selain
Dr. Jolly dan Kinnaird, tiga yang lainnya juga sudah bisa
berdiri sekarang. Mereka itu adalah Kapten Folsom, yang
bertubuh tinggi dengan wajah terbakar dan merupakan
pimpinan kedua dari stasiun itu; Hewson, sipengemudi
traktor dan ahli mesin yang bermata hitam, dialah yang
bertanggung jawab atas generator diesel, serta seorang pria
periang yang berasal dari Yorkshire yaitu Naseby, sang
koki. Jolly yang sudah membuka kotak obatku selesai
mengganti pembalut dari orang yang masih terbaring,
memperkenalkan ketiga orang itu, lalu meneruskan
pekeij&an- nya Nampaknya dia tak membutuhkan
pertolonganku. Kudengar Hansen berbicara dengan Zabrinski, "Bagaimana hubungan dengan Dolphin?"
"Belum ada," kata Zabrinski yang lalu menghentikan
panggilannya ke Dolphin, lalu mengangkat pergelangan
kakinya yang terkilir itu perlahan-lahan. "Aku dapat
mendengar mereka, mereka tak dapat mendengarku, aneh
sekali, Let. Mungkin pesawat ini rusak ketika aku terjatuh
tadi." "Well, tak dapatkah kau memperbaikinya?"
"Kukira tidak, Let."
"Masa, bukankah kau ahli dalam bidang radio?"
"Ya, begitulah, Tapi aku bukan tukang sulap, lho
Dengan sepasang tangan yang kaku kedinginan, tanpa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
peralatan, dan model kuno buatan Jepang ini yah,
Marconi juga bisa seharian sibuk dibuatnya."
"Tak dapatkah kau memperbaikinya?"
"Pesawat ini adalah pesawat transistor. Bisa sih bisa
diperbaiki, tapi akan memakan waktu.
"Nah, perbaikilah. Sesukamu, pokoknya aku tahu
beres." Zabrinski tak bisa berkata apa-apa. Disodorkannya
headphone pada Hansen yang tercengang, namun segera
diterimanya alat pendengar tu dan didekatkan- nya pada
telinganya. "Well, perbaikilah dulu." katanya sambil
menyerahkan headphone itu kembali padanya.
Hansen menatapku, "Rupanya sesaat lagi kita akan
termasuk dalam daftar orang-orang yang harus diselamatkan. Mereka mengirimkan berita yang sama terus
menerus 'Celah menutup dengan cepat, segeralah kembali'"
"Dari sejak semula aku sudah tak menyetujui tindakan
gila-gilaan ini," kata Rawlings sambil menatap lantai.
Ditatapnya sfekaleng sup yang sedang ia panaskan,
dikacaunya dengan sebatang garpu. "Niatnya sih niat yang
gallant, bung, tapi kegagalan membayangi akhirnya."
"Urus saja sup itu," kata Hansen dingin. Lalu dia
menghampiri Kinnaird "Bagaimana dengan generator
tanganmu itu" Kurasa sekarang sudah ada orang-orang
yang cukup kuat untuk menjalankannya tanpa terputus-
putus, dan ..... " "Maaf." Kinnaird tersenyum seperti iblis "Yang
kupergunakan bukanlah generator tangan, itu sudah
hancur. Yang kupergunakan ialah yang menggunakan
batere, dan baterenyapun sudah habis. Tak bersisa lagi.'
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Yang pakai batere, katamu9" Zabrinski menatapnya
heran. "Lalu apa yang menyebabkan semua fluktuasi itu
ketika kau mengirimkan berita?"
"Kita mengganti-gantinya dengan batere yang sudah tak
terpakai dan lemah Tapi sekarang sudah habis tenaganya
sama sekali. Tenaganya palingan cuma cukup untuk
menyalakan senter pinsil saja.'"
Zabrinski tidak berkata-kata lagi. Semuanya juga
terdiam. Para pembaca surat kabar tak akan ada yang
percaya bahwa Stasiun Zebra sudah berhasil diselamatkan
sepuluh menit yang lalu, tak akan. Semuanya tak ada yang
saling berpandangan, semuanya menatap lantai bagaikan
seorang profesor yang sedang menyelidiki seekor cacing
yang sedang bergerak aneh.
Setelah hening beberapa saat, kutoleh Hansen. 'Well,
harapan kita satu-satunya ialah salah seorang dari kita harus
kembali ke Dolphin sekarang juga. Aku bersedia pergi."
"Tidak!" teriak Hansen menentang, lalu suaranya lebih
lunak, "Sorry bung, sang nakhdda tak memberitahukan
padaku tentang diperbolehkannya acara bunuh diri. Kau
tetap disini." "Baiklah," kataku mengangguk. Kali ini bukan saatnya
untuk adu mulut dengannya, waktunya lebih tepat untuk
mengeluarkan Mannlicher-Schoenauerku itu. "Okey, kita
semua tinggal disini. Lalu kita mati disini juga. Tenanglah,
tak perlu bertengkar, tanpa adu mulut, berbaring sajalah
menanti ajal kita. Kukira inilah cara seorang pemimpin
yang -baik." Tidak jujur memang, tapi aku tak ingin
beijujur-jujur saat ini. "Tak ada seorangpun boleh pergi dari sini," kata Hansen.
"Aku bukanlah orang yang terlalu menyayangi abangku,
Dok, tapi demi semua itu aku tak akan membiarkan kau
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bunuh diri. Kondisimu tidaklah sesehat yang kauduga, tak
ada seorangpun dalam kondisi yang fit sekarang ini, apalagi
untuk kembali ke Dolphin. Tidak dok, apalagi kita baru saja
mengacau nasib pada waktu datang kesini. Yang kedua,
tanpa pesawat radio yang bisa ditangkap oleh Dolphin, kita
sudah tidak bisa berharap bahwa kita akan beijumpa
dengan Dvlphin lagi. Ketiga, kecepatan merapatnya celah
es itu mungkin saja akan memaksa Dolphin menyelam
terlebih dulu sementara seorang perantara masih di tengah
perjalanan menujunya. Dan yang terakhir, jika kita gagal
mencapai Dolphin, entah karena kita gagal menemukannya
ataupun karena dia telah menyelam terlalu cepat, kita tak
mungkin kembali kemari lagi; kita tak akan memiliki
kekuatan sebesar itu dan kitapun tak memiliki pedoman
untuk kembali kemanapun juga."
"Memang benar, tapi bagaimana jika mesin-es Dolphin
itu sudah bisa bekerja kembali?"
Hansen menggelengkan kepalanya dan tak mengatakan
apa-apa. Rawlings mulai mengaduk sup-nya lagi. Dia tak
mau melihat kata-kata orang yang aneh di sekitarnya seperti
aku. Tetapi dia melihat ketika Kapten Folsom memaksakan
dirinya sendiri untuk melepaskan diii dari sanggaan dinding
dan melangkah limbung ke arah kami. Kondisinya yang
buruk tersebut sudah bisa kami ketahui tanpa perlu
menggunakan stetoskop lagi.
"Kurasa kami tak mengerti," katanya dengan suara yang
tak jelas dan aneh. Wajahnya benar-benar rusak, entah
berapa kali operasi yang harus dijalaninya nanti sebelum
dia sempat muncul di muka umum dengan wajah
normalnya lagi. "Maukah kalian menerangkan, kesulitan
apa yang sedang kalian hadapi?"
"Sebenarnya sederhana saja," kataku. "Di Dolphin ada
Fathometer es, sebuah alat untuk mengukur ketebalan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lapisan es yang berada di atas tubuh kapal tersebut.
Biasanya, walaupun Letkol Swanson - sang kapten di
kapal itu - tidak bisa menangkap isarat kami, dia masih bisa
muncul untuk menolong kita semua. Dia sudah mengetahui
posisi ini dengan ketepatan yang hampir sempurna. Yang
harus ia kerjakan ialah menuju celah es yang paling dekat
dengan kita. Tapi mesin es itu rusak, sehingga kemungkinan
untuk mendapatkan celah yang tepat itu .tipis sekali. Oleh
sebab itu aku berniat kembali kesana sekarang juga.
Sebelum Swanson terpaksa menyelam karena merapatnya
celah es dimana mereka berada sekarang."
"Aku tak mengerti, bung besar," kata Jolly. "Bagaimana
cara itu bisa menolong kita" Apakah kau b'&a memperbaiki
mesin apa itu tadi?"


Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tak perlu memperbaikinya. Kapten Swanson tahu
jarak ke kamp ini dengan penyimpangan seratus yard saja.
Apa yang akan kulakukan ialah memintanya untuk menuju
jarak itu dengan penyimpangan seperempat mil dan
kemudian meluncurkan sebuah torpedonya. Itu akan "
"Torpedo?" tanya Jolly. "Torpedo" Untuk menghancurkan es dari bawah permukaan laut?"
"Tepat, walaupun cara ini belum pernah dicoba
sebelumnya." "Mereka akan mengirimkan pesawat udara, Dok. Kau
juga sudah tahu kukira," kata Zabrinski dengan tenang.
"Kita telah mengisaratkan pada mereka bahwa kita telah
menemukan Stasiun Zebra sebelum pesawat ini rusak sama
sekali. Jadi paling tidak mereka sudah mengetahui dimana
posisi kita sekarang ini. Dalam beberapa jam lagipun,
beberapa pesawat bomber akan berkeliaran di atas kita."
"Mau apa mereka?" tanyaku. "Mencari dalam kegelapan" Walaupun mereka mengetahui posisi kita yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tepat, mereka tak akan mampu melihat kita karena
kegelapan dan badai itu. Mungkin mereka bis" mencarinya
dengan radar, katakanlah mereka berhasil menemukannya.
Lalu apa yang akan mereka lakukan" Menjatuhkan
kebutuhan kita" Mungkin ya. Tetapi sudah pasti mereka tak
akan berani mendrop apa yang kita butuhkan karena
mereka takut mencederai atau membunuh kita dengan tidak
sengaja. Untuk mendaratpun mereka kesempatan mendarat
di kutub seperti ini adalah hal yang tidak mungkin
walaupun cuacanya sebaik apapun juga. Kau juga mengerti
hal itu bukan?" "Apa nama tengahmu. Dok?" Tanya Rawlings dengan
muram. "Jeremiah?"
"Benar, yang terbaik dari yang paling baik." kataku.
"Tapi rupanya kini terbalik semua, nampaknya tak ada
satupun yang benar ataupun lebih baik. Jika kita hanya
berdiam saja disini tanpa berusaha untuk menolong diri kita
sendiri dan mesin es itu tetap rusak, maka kita semua akan
mati. Kita semua, berenambelas. Jika aku berhasil tiba
disana, maka kitapun akan selamat. Bahkan jika aku tak
sampai kesanapun, mesin itu mungkin sudah benar lagi,
dan mereka hanya akan kehilangan satu orang saja. Kurasa
satu adalah lebih baik dari pada enambelas."
"Bagaimana kalau dijadikan dua saja?" tanya Hansen
sambil menghela nafas kewalahan seraya memasang kaus
tangannya. Aku benar-benar mendapat kejutan, mulanya
dia mengatakan bahwa 'kau' tak boleh pergi, lalu akhirnya
dia mengatakan 'kita' akan pergi bersama, benar-benar
orang yang bertanggung jawab dia.
Aku tak mau menyia-nyiakan waktu untuk berargumentasi dengannya.
Rawlings segera bangkit. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sipengaduk sup dengan sukarela akan ikut," katanya
menjelaskan. "Kalian berdua saja tidak akan mempercepat
munculnya Dolphin disini. Mungkin aku akan mendapatkan medali karena hal ini. Kira-kira apa
penghargaannya, Letnan?"
"Seorang pengaduk sup tak akan pernah dapat medali,
Rawlings," kata Hansen. "jadi kau tetap tinggal disini dan
melaksanakan tugasmu itu. Kau tetap disini, mengerti?"
"Uh-uh," Rawlings menggelengkan kepalanya. "Bersiap-
siaplah untuk menghadapi pemberontak yang pertama, Let.
Aku ikut bersamamu. Karena torpedo itu adalah keahlianku
yang paling baik." Dia menyeringai. "Ok?"
Hansen menghampirinya. Lalu dia berkata perlahan-
lahan, "Kaii juga tahu bukan bahwa kesempatan untuk
berhasil kembali kesana itu lebih kecil daripada kesempatan
kita untuk tidak menemukannya. Jangan lupakan Zabrinski
yang membutuhkan perawatan, dan juga keduabelas orang
itu Mereka memerlukan seorang yang benar-benar fit untuk
mengarahkan mereka. Kaupun tak seegois itu bukan"
Jagalah mereka, anggaplah demi aku ok?"
Rawlings menatapnya sesaat, lalu dia kembali kepada
tugasnya, mengaduk sup. 'Demi aku sendiri, katakan saja begitu," katanya pahit.
"O.K.lah, aku tetap disini dan menjaga Zabrinski, siapa
tahu pergelangan kaki lainnya terkilir lagi " Diaduknya sup
itu dengan kesal. "Well, apalagi yang kalian tunggu" Sang
kapten bisa saja memutuskan untuk menyelam sesegera
mungkin." Tiga puluh detik kemudian kami sudah siap untuk
berangkat Hansen mendahuluiku menuju pintu. Sekali lagi
kutatap awak stasiun Zebra yang menderita itu. Folsom,
Jolly, Kinnaird, Hewson, Naseby dan ketujuh orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
lainnya. Semuanya duabelas orang. Tentunya tidak
semuanya mereka itu sekongkol, jadi mungkin saja salah
seorang di antara mereka, mungkin juga berdua, dan
bekerja sama. Aku tak tahu siapa yang harus kubunuh itu,
siapakah sebenarnya pembunuh abangku dan keenam orang
lainnya" " Kututup pintu pondok itu dan kuikuti langkah- langkah
Hansen yang melangkah dikegelapan malam yang
mengerikan. (Oo-dwkz-oO) BAGIAN VI Perjalanan kembali ke Dolphin cukup menggembirakan
karena kami berdua tidak perlu menentang angin badai
salju, tetapi cukup berat karena kami berdua telah terlalu
letih karena perjalanan menuju Stasiun Zebra tadi. Kami
tak mendapatkan kesulitan untuk melihat arah peijalanan
kami, tak perlu merasa takut terjatuh pada celah es ataupun
tersandung kepingan es yang tajam, karena kaca mata kami
kali ini bisa kami manfaatkan dengan sebaik-baiknya,
demikianjuga dengan senteryang kami bawa itu. Tapi kaki
kami yang lemah inilah yang paling menimbulkan rasa
takut bagi kami berdua, takut kalau Letkol Swanson sudah
menyelam sehingga kami akan terlunta-lunta di padang
salju, untuk menemui ajal kami.
Kami berusaha untuk berlari, tapi apa daya, kami tak
mampu berlari lebih cepat dengan kaki yang makin lama
makin lemah ini, sehingga kami seakan berjalan cepat saja.
Setelah setengah jam berlalu, aku mengusulkan Hansen
untuk beristirahat sejenak di balik sebuah bukit salju yang
cukup tinggi. Selama dua menit terakhi " yang baru saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kami lalui, Hansen sudah terjerembab dua kali tanpa ada
sebab sebab yang masuk akal, baik tersandung ataupun
tergelincir. Selain itu kakiku juga nampaknya sudah
mencapai batas kepanatannya, bahkan mungkin telah
melampaui batas itu sendiri.
"Bagaimana?" tanyaku.
"Lelah sekali," jawabnya, nafasnya memburu, "tapi kau
tak perlu mematahkan semangat kita ini, sudah berapa jauh
kita berjalan?" "Tiga mil, dan sementara kita beristirahat beberapa
menit, sebaiknya kita mencoba mendaki bukit ini, siapa
tahu dari sana kita bisa melihat suatu tanda yang bisa
membantu kita." "Melihat sesuatu tanda di atas kabut badai?" Aku
mengangguk, tetapi dia menggeleng. "Tak gunanya, Dok.
Kabut badai itu setidaknya setebal duapuluh kaki, dan
walaupun kau bisa mencapai puncaknya, kau tidak akan
mampu melihat Dolphin, karena puncak kapal itu hanya
menyembul sedikit saja di atas permukaan es."
"Kupikir kita telah terlalu jauh tersesat dalam
kegelisahan dan kerisauan sehingga kita melupakan Letkol
Swanson. Kurasa kita telah terlalu memandang rendah
padanya." "Aku juga berpendapat demikian. Dan yang paling
kurisaukan sekarang ini ialah Letnan Hansen alias diriku
sendiri. Bagaimana pendapatmu?"
"Begini. Kemungkinan bahwa Swanson tahu bahwa kita
sedang dalam perjalanan kembali ke Dolphin sebenarnya
lebih besar daripada fifty-fifty. Karena dia telah meminta
kita untuk kembali pada mereka, dan jika dia pikir kita tak
menerima pesannya itu tentu dia menyimpulkan bahwa ada
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sesuatu yang terjadi pada kita atau pesawat walkie talkie
itu, pastilah dia akan tetap menanti kedatangan kita."
"Belum tentu. Radio atau bukan, mungkin dikiranya kita
masih belum menemukan Stasiun Zebra."
"Tidak, tidak begitu. Dia akan berpendapat bahwa kita
ini cukup cerdik menurut pikirannya, dan cukup cerdik
untuk mengetahui apa yang dipikirkannya. Dia akan tahu
kalau radio kita rusak sebelum kita mencapai Stasiun Zebra
bahwa kita hanyalah akan bunuh diri kalau kita terus
mencari Zebra itu tanpa radib sama sekali - tapi kembali
ke Dolphin bukanlah suatu bunuh diri baginya, karena dia
akan memasang suatu tanda di puncak kapal, lampu
misalnya-, untuk menggiring domba-domba yang tersesat
kembali ke kandangnya."
"Ya Tuhan, Kau benar-benar hebat sekali, Dok!
Alangkah dungunya aku ini," lalu dia bangkit dan menatap
puncak bukit dimana kami berlindung.
Dengan saling tolong menolong, kami bisa juga
mencapai puncak bukit salju yang tingginya sekitar
duapuluh kaki itu. Apa yang kami lihat di bawah sana
tertutup kabut salju, hanya sekali-sekali saja suasana cerah
sesaat, tapi walaupun demikian kami tetap tak mampu
melihat apa-apa. "Pastilah kita akan menjumpai "bukit yang lebih tinggi,"
kataku berteriak di telinga Hansen. Dia mengangguk bisu.
Aku tak dapat melihat bagaimana ekspresi wajahnya, tapi
kurasa akupun tak perlu melihatnya. Di otak kami berdua
pastilah terdapat bayangan yang serupa: kita tak dapat
melihat apa-apa karena memang tak ada yang dapat kami
lihat. Letkol Swanson belum menaruh lampu itu di jendela
puncak kapalnya, karena jendela itu sudah tak ada lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
disana, rupanya sang Dolphin sudah terpaksa menyelam
untuk menghindarkan diri dari kehancurannya.
Dalam duapuluh menit berikutnya, lima kali kami
mendaki bukit-bukit yang kami lewati dan lima kali pula
kami menuruninya, dan setiap kali kami menuruni bukit
itu, makin berat beban yang menekan perasaan kami. makin
pudar harapan untuk bisa kembali ke kapal itu. Kami
berdua mulai melangkah memasuki mimpi buruk yang
menyakitkan hati. Langkah-langkah Hansen kini lebih
mirip langkah- langkah orang yang sedang mabuk. Sebagai
seorang dokter aku tahu bahwa manusia akan bisa bertahan
bila dirinya terancam, tetapi aku juga tahu bahwa apa yang
mengancam kami itu nampaknya harus berakhir dengan
tragis. Dan jika akhir itu tiba yang bisa kami lakukan
hanyalah berbaring berkasur padang salju sambil menunggu
ajal kami. Bukit yang keenampun sama saja, malah menambah
kekecewaan yang sudah bertumpuk ini saja. Kami pandangi
kaki langit di sekeliling kami itu sampai mata kami terasa
nyeri dan pedih. Hampa, tak ada apa-apa, hanya padang
luas yang tak berbatas. Dari ujung utara sampai ke ujung selatan, kami mencari
dimana permukaan sungai besar itu berada, dan masih saja
kita tak mampu menemukannya. Tak apapun juga. Aku
rnulai merasakan bahwa pembuluh darahku sudah mulai
dialiri kedinginan. Lalu kupandangi sekali lagi lintasan pandanganku itu,
dari utara ke selatan, dengan harapan barangkali saja aku
telah melewatkan sesuatu. Tapi tetap tak ada yang dapat
kulihat. Kupandangi sekali lagi, kali ini lintasan
pandanganku kebalikan dari pandangan tadi, mataku makin
pedih saja menentang raha badai ini. Kupandangi lagi ufuk
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
timur itu, berkali-kali, dan berulang-ulang kali. Kuraih
lengan Hansen. "Lihat," kataku. "Di timur laut itu. Mungkin hanya
tinggal tiga perempat mil, mungkin juga cuma setengah mil.
Tampakkah olehmu?" Hansen mengikuti arah yang kutunjukkan selama
beberapa detik, lalu dia menggeleng. "Aku tak melihat apa-
apa. Apa yang nampak olehmu?"
"Akupun tidak tahu. Aku tak yakin. Nampaknya ada
seberkas cahaya yang terpantul di permukaan es, mungkin
juga karena disana suasananya lebih cerah."
Hansen melihatnya sekali lagi, dipandanginya arah itu
sekitar satu menit "Tak kelihatan apa-apa. Apakah mataku
terlalu lelah karenanya" Aku tak melihat apapun juga."
"Tapi aku seperti melihat sinar yang terpantul tegak
lurus. Sebuah sinar yang tak dapat menembus kabut badai."
"Kau mempermainkan dirimu sendiri, Dok," kata
Hansen lesu. "Mungkin itu cuma khayalanmu saja,
mungkin pula itu berarti bahwa kita sudah melampaui


Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dolphin. Tapi rasanya tak mungkin juga, Dok."
"Bukan tidak mungkin, akupun merasakan hal itu ketika
aku mendaki bukit ini."
"Apakah kau masih melihatnya?" Suaranya makin lesu,
tak bergairah. Bahkan dia juga tak mempercayaiku.
"Mungkin mataku memang lelah juga," aku mengakuinya. "Tapi, sialan, aku sendiripun belum yakin
kalau aku salah lihat."
"Ayo Dok, kita teruskan lagi."
"Kemana?" Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Tak tahulah." Giginya gemertuk tak terkendali- kan
sehingga suaranya tidak jelas terdengar. "Kurasa kemanapun kita pergi sudah tak terlalu banyak lagi
gunanya" Nafas kami begitu sesak ketika pada arah yang
kutunjukkan padanya tadi dan dalam jarak tidak lebih dari
empat ratus yard, nampak sebuah roket meluncur menuju
langit yang cerah. Kami berdua menatapnya sampai
cahayanya lenyap di langit yang kelabu.
"Apakah kau masih akan mengatakan kemanapun kita
pergi sudah tidak terlalu banyak lagi gunanya?" tanyaku
pada Hansen. "Atau kau juga tak melihat benda yang
melintas tadi?" "Apa yang baru saja kulihat," katanya terbata-bata,
"adalah sebuah- pemandangan yang paling indah seumur
hidupku," Saking gembiranya dia menepuk- nepuk
punggungku dengan agak keras sehingga aku harus
memegangnya agar kami berdua tak kehilangan keseimbangan. "Hore, akhirnya berhasil juga Dok! Kita
berhasil! Dan tiba-tiba saja tenagaku pulih kembali. Kita
akan tiba disana lagi. Yihui!"
Sepuluh menit kemudian kami sudah berada di kapal itu
lagi. "Nikmaatnya!" desah Hansen. "Hangatnya suasana
disini, kupikir aku tak akan pernah tiba' disini lagi. Ketika
roket itu kami lihat, kami sedang mencari tempat yang
cocok bagi jenazah kami sendiri. Dan ini benar-benar,
Kapten, aku tidak main-main."
"Dan Dr Carpenter?" tanya Swanson tersenyum.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia benar-benar berhati baja," kata Hansen. "Dia tak
pernah mau menyerah, benar-benar menakjubkan, walaupun agak keras kepala."
Hansen bagaikan lupa daratan dan dia lupa akan
kelelahan yang baru saja dialaminya, lupa akan penderitaan-penderitaan yang dihadapinya dalam perjalanan yang sulit itu. Duapuluh menit telah berlalu dan
Hansen masih saja berceloteh kian kemari. Tetapi aku sadar
bahwa persoalannya belum selesai sampai dismi saja, masih
banyak lagi yang harus kami selesaikan dengan segera
Hansen benar-benar memiliki sifat yang sama seperti
abangku. Dia tak ingin aku membicarakan perihalnya, dan
akupun bisa memakluminya; bahkan diapun tak mau kalau
aku memikirkan dirinya; walaupun dia juga tahu bahwa hal
rtu adalah tak mungkin. Manusia yang baik hati memang
selalu demikian, keras hati dan tangguh dan sinis pada
penampilan di luarnya, manusia yang terlalu baik hati
memang. "Bagaimanapun juga," kata Swanson tersenyum, "kalian
berdua adalah dua orang yang masih hidup dan paling
beruntung. Roket yang kami luncurkan tadi ialah roket
yang ketiga dan yang terakhir yang ada di kapal ini, dan
bagaimana dengan Rawlings, Zabrinski dan para kru
stasiun Zebra itu" Apakah mereka selamat?"
"Untuk beberapa hari mendatang ini keadaan mereka tak
perlu dirisaukanlah," jawab Hansen mengangguk "Mereka
dalam keadaan baik-baik. Kedinginan dan setengahnya
membutuhkan perawatan yang lebih sempurna, tapi mereka
masih bisa bertahan."
"Kalau begitu kita tak perlu terburu-buru, kita masih bisa
menunggu sampai fathometer rtu sudah diperbaiki. Kalau
ketebalan esnya cuma empat atau lima kaki, kitapun
mampu membuat sebuah lubang dengan mudah."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Cara inipun baik," kata Hansen menyetujuinya. Lalu
direguknya bourbon yang mereka hidangkan khusus untuk
kami berdua. "Well, ada berapa torpedo yang bisa kita
manfaatkan?" "Empat, semuanya sudah dipers apkan."
"Kurasa lebih baik aku membantu Mills mempersiapkannya sekarang juga. OK, Kapten?"
"Sabar, bung," kata Swanson tenang, "aku bukannya
melarangmu bekerja, tetapi jika kau lihat wajahmu
dicermin, kau akan tahu apa sebabnya aku mengatakan
begitu. Kau masih terlalu lelah sekarang. Tidurlah dulu
beberapa jam, kemudian kita lihat perkembangan selanjutnya." Hansen tidak membantah. Tak seorangpun akan mampu
membantah sang Letkol. Dia melangkah menuju pintu.
"Ikut, Dok?" "Sebentar lagi. Tidurlah duluan."
"Ya. Thanks." Ditepuknya bahuku sambil tersenyum.
Matanya menunjukkan betapa lelahnya dia. "Thanks buat
semuanya. Selamat malam."
Setelah Hansen pergi, Swanson berkata, "Nampaknya
Hansen merasa sangat berhutang budi pada-mu."
"Kau beruntung mempunyai seorang eksekutif semacam
dia, Kapten." "Aku tahu." katanya ragu, "Aku berjanji tak akan
membicarakannya lagi, maaf Dok."
Aku memandangnya dan mengangguk, perlahan. Aku
tahu kalau dia menyesal akan pembicaraan tentang abangku
itu dengan Hansen, aku tahu dia harus menceritakan hal itu
padanya, dan untuk hal semacam ini kita tidak bisa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberi komentar lebih banyak. "Enam orang lain mati
bersamanya, Kapten."
Dia nampak ragu lagi. "Apakah - apakah kita petlu
membawa jenasah-jenasah itu juga kembali ke Inggris?"
"Bolehkah aku minta bourbon-nya lagi?" Dia mengangguk dan menuangkannya untukku. "Kita tak perlu
membawa jenasah-jenasah itu. Tubuh mereka sudah tak
dapat dikenali dan rusak sama sekali. Biarkan saja mereka
itu terkubur disana saja."
"Bagaimana dengan peralatan untuk meneliti dan
menghancurkan peluru-peluru kendali Russia itu" Hancur?"
"Aku belum memeriksanya." Saat ini aku tak peduli
sama sekali. Kurasa hal itu sudah tak penting lagi. Tiba-tiba
saja kurasakan kantuk menyerang diriku benar-benar
kantuk dan lelah, maka akupun pamit dan segera
melangkah ke kabin Hansen. Hansen sudah tertidur lelap
ketika aku tiba di kabinnya, mantelnya tergeletak begitu saja
di lantai. Kulepaskan seluruh pakaian kutubku dan
kukembalikan Mannlicher-Schoenauer-ku itu ke tempatnya
semula. Lalu aku berbaring untuk tidur, tapi mataku tak
mau terpejam juga. Yang kurasakan kelelahan yang amat
sangat, tapi aku belum pernah seperti ini, mataku tak mau
terpejam juga. Akhirnya aku berjalan-jalan ke ruang pengendalian dan
melihat para tehnisi yang sedang sibuk menerima ucapan
selamat akan keberhasilan Dolphin dalam menyelamatkan
Stasiun Es Zebra. Malam berlalu dan berganti pagi,
walaupun aku tak pernah memicingkan mata sedetikpun
juga, tapi aku merasa segar dan santai di pagi itu.
Di ruang makan, pembicaraan berkisar pada kepercayaan para awak kapal akan kemampuan Swanson
untuk menggunakan torpedo yang tersedia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kita akan menyelam sekarang dan mentest mesin es
yang mulai bekerja seperti sedia kala."
Duapuluh menit kemudian Dolphin sudah berada
kembali dalam ruang lingkupnya, yaitu 150 kaki di bawah
permukaan laut, atau lebih tepat kalau dikatakan di bawah
permukaan es. Komandan Swanson puas akan hasilnya.
"Nah bereslah sudah," katanya pada Hansen dan Mills
sang ahli torpedo. "Kalian bisa mulai sekarang juga. Dr.
Carpenter, apakah anda juga mau ikut atau sudah bosan
dengan pekerjaan semacam itu?"
"Melihatnyapun aku belum pernah," jawabku sebenarnya, "dan sekarang aku ingin mengetahui-nya."
Dan ketika kami bertiga sudah tiba di ruang torpedo.
"Lampu-lampu kecil itu menunjukkan keenam pintu yang
terbuka bagi tabung torpedo. Dan jika semuanya dalam
keadaan baik-baik saja lampunya berwarna hij^u, sedangkan jika keadaan sebaliknya, maka lampu itu akan
berubah merah" Bagaimana Mills?"
"Semuanya hijau." Lalu mills membuka pintunya untuk
menjelaskan kebenaran dan kelancaran pintu-pintu tersebut.
Tiga pintu telah diperiksa, semuanya bak-baik saja, tapi
dalam pintu yang keempat, terdapat air. Hansen
menanyakan hal itu pada Mills. "Apakah yang kau
temukan?" "Air." "Apakah cukup banyak" Coba kita lihat."
"Hanya sedikit saja." kata Hansen singkat. "Tapi jika
kita sudah mencapai kedalaman yang lebih dalam lagi, dan
katup ruangan itu tidak sempurna, maka air akan
menghambur dan tak akan ada kesempatan bagi orang yang
dihempaskannya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nomor empat?" tanyanya pada Mills.
"Masih berwarna hijau."
"Bagaimana perkembangannya?" tanya Hansen.
"Tidak terlalu banyak bedanya."
"Bukalah!" dan terlambatlah segala sesuatunya, air
menghambur masuk. Pintu itu terbuka, air terus / masuk
dengan derasnya. "Darurat, buang semua beban. Tabung nomor empat
terbuka. Air laut masuk dengan deras. Buang semua
beban!" Hansen segera berdiri menghindari air yang mulai
mengenai kakinya. "Ayo keluar dari sini!"
Seharusnya dia tidak menghamburkan energinya dengan
teriakan-teriakan itu, karena akupun sudah akan melangkah
pergi. Aku mencoba menolong Mills dengan menarik
tubuhnya. Hansen masih berada disana, menyumpah-
nyumpah tak keruan. Karena air yang masuk itu begitu
derasnya, maka keseimbangan Dolphin menjadi berat
sebelah. Kubaringkan Mills di tempat yang cukup tinggi.
Segera saja aku melompat dan menutup pintu ruangan
torpedo itu. Satu kali. Dua kali, dan gagal juga Air mulai
sampai pada kaki kami lagi. Pintu itu terbuka lagi. Tenaga
kami berdua sudah terkuras habis. "Ayo, Hansen
tahanlah!" teriakku. Dia mengangguk, kemudian dengan
injakkan tubuh kami berdua pintu itu tertutup juga. Untuk


Pertemuan Maut Di Kutub Utara Ice Station Zebra Karya Alistair Maclean di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sementara kami selamat. Pintu yang berikutnya segera terbuka dan Bowen
bersama orang-orangnya segera menolong kami bertiga.
Aku memayang Mills yang tak sadarkan diri. Dengan
segera ditariknya tubuh Mills ke atas. Segera aku dan
Hansen naik dengan bantuan mereka. Petty Officer Bowen
dan orang-orangnyalah yang menolong kami itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Demi Tuhan, ada apa?" tanyanya pada Hansen.
"Tabung nomor empat terbuka ke laut."
"Masyaallah!" "Segel pintu itu," perintah Hansen. Dia segera berlari
dikemiringan lantai kapal yang tak seimbang ini.
Kupandang sepintas Letnan Mills. Aku tidak berniat ikut
Hansen berlari, tak ada gunanya lari di saat-saat seperti ini.
Raungan tekanan udara memenuhi kapal, ruang beban
segera dikosongkan, tapi Dolphin masih saja tenggelam
miring menuju dasar Laut Utara. Aku berusaha terus naik
dengan memanjati pegangan di sepanjang lorong kapal ini,
melawan kemiringan yang disebabkan berjuta-juta ton air
yang masuk melalui "tabung torpedo nomor empat itu.
Swanson telali menggerakkan turbin besar itu .dengan
kecepatan maksimum, baling-baling kelabu itu berputar
bagaikan gila dalam usahanya untuk menjaga agar
ke;epatan tenggelamnya kapal ini bisa diperlambat.
Anda bisa merasakan kengerian yang hebat. Anda bisa
merasakannya dan melihatnya seperti aku pagi itu.
Semuanya diliputi ketegangan masing-masing, mata mereka
hanya tertuju pada satu arah saja, yaitu jarum pengukur
kedalaman laut. Jarum itu sudah melewati tanda enam ratus kaki. Enam
ratus kaki. Belum pernah aku mendengar ada sebuah kapal
selam yang mampu menyelam dalam kedalaman seperti ini.
Belum pernah aku mendengar ada kapal yang bisa selamat
jika sudah mencapai batas ini. Enam ratus limapuluh. Bisa
dibeberapa tekanan yang diderita kapal ini dalam
kedalaman seperti ini. Kegelisahan sudah mulai menyelimuti diriku. Bukan diriku saja rupanya, tapi pelaut
muda yang duduk di hadapan papan plotting selam juga
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
demikian adanya, wajahnya begitu tegang bagaikan sedang
menghadapi malaikat maut.
Tujuh ratus kaki. Tujuh ratus limapuluh. Delapan ratus.
Aku belum pernah mendengar ada kapal selam yang bisa
mencapai kedalaman ini, apalagi hidup. Tak pernah.
Namun Letkol Swanson masih nampak enang.
"Kaini baru mencapai rekor kedalaman yang paling
baru, saudara-saudara," katanya. Tenang dan santai. Tapi
suaranya itu adalah suara kecemasan juga. "Kecepatan?"
"Tak berubah." "Sesaat lagi akan berubah. Ruang torpedtfitu pasti sudah
penuh sekarang dan kantung udara sudah maksimum."
Ditatapnya jarum penunjuk itu, dia mulai menggigit ujung
kuku ibu jarinya,. histeris. "Buang tangki diesel; kosongkan
tangki-tangki air tawar." Gila, bermil-mil jauhnya dari
rumah, tanpa persediaai air tawar. Gila memang, tapi di
saat-saat seperti ini, nyawa dan kapal itu lebih berharga
"Tangki sudah dikosongkan," suara petugas selam yang
memberi laporan itu terdengar parau.
Swanson mengangguk tanpa kata. Hansen yang berdiri
di sebelahku berkeringat dan berkeringat. Tiba-tiba tilpon
berbunyi, lalu diangkat oleh Swanson dengan segera.
"Ruang mesin disini, kita harus mengurangi kecepatan.
Mesin utama mulai berasap, dan bisa meledak setiap saat "
"Teruskan saja dulu." perintah Swanson sambil
meletakkan tilpon tersebut. Pemuda pengawas kedalaman
selam itu mulai bergumam. "Ya Tuhan, lindungilah kami,"
berulang-ulang digumamkannya kata-kata itu juga.
"Sampai kapan kapal ini akan bertahan?" tanyaku pada
Swanson sebiasa mungkin. Aku sendiri mendengar suaraku
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tersendat-sendat bagaikan orang yang menderita sesak
nafas. "Kiranya kita akan memasuki dunia yang belum
dikenal," kata Swanson dengan tenang. "Seribu kaki lebih.
Jika jarum itu benar, kita sudah berada bahkan melewati
batas maksimum, dan seharusnya sudah meledak limapuluh
kaki yang lalu Tekanan yang diderita saat ini ialah satu juta
ton." Tenang sekali dia mengucapkan kalimat itu. Benar-
benar hebat. Jika ada orang yang tepat di tempat yang tepat
pada waktu yang tepat, orangnya tak lain dan tak bukan
adalah Letkol Swanson, yang kini berada dalam ruang
pengendalian sebuah kapal selam yang mulai tenggelam
melampaui batas-batas kedalaman maksimum.
"Mulai berkurang," bisik Hansen.
"Ya, kecepatannya mulai berkurang," kata Swanson
sambil mengangguk. Pada kedalaman yang sekarang, tekanan sudah
mencapai duapuluh ton setiap kaki perseginya. Tilpon
berdenng lagi dan dari kamar mesin lagi, "Kita harus
menghentikannya, kalau tidak akan meledak sekarang
Pedang Keadilan 34 Pendekar Rajawali Sakti 50 Gerhana Kembang Kedaton Suramnya Bayang Bayang 7
^