Robinson Crusoe 3
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe Bagian 3
mukanya: ini pasti menubruk batu-batu karang keras sekali,
sebab baik tiang-tiang mau pun tiang muka patah sama sekali.
Akan tetapi cucurnya masih utuh, begitu juga linggi muka dan
haluannya. Ketika aku tiba dekatnya muncullah seekor anjing,
yang setelah melihatku mulai menyalak dan menggonggong
dengan nyaring. Tapi setelah kupanggil dia, ia melompat ke
laut dan berenang kepadaku. Kutarik dia ke dalam perahu,
kulihat dia hampir mati kelaparan dan kehausan. Kuberi dia
sepotong roti, dimakannya roti itu seperti laku serigala yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelaparan. Lalu kuberi binatang yang malang itu sedikit air
segar, sebab bila kubiarkan tentu ia akan mati lemas.
Kunaiki kapal itu. Yang pertama kulihat ialah mayat dua
orang yang mati dalam dapur, sambil berpelukan. Kecuali
anjing tak ada makhluk hidup lainnya di kapal. Begitu pula tak
ada barang-barang yang tidak rusak kena air laut. Memang
ada beberapa bejana berisi minuman keras, tapi apakah itu
anggur atau arak, entahlah. Bejana-bejana itu letaknya lebih
masuk ke dalam ruang, dan terlalu berat untuk diangkut ke
luar. Kulihat berbagai peti pelaut, yang kukira kepunyaan kelasi-
kelasi. Dan dari padanya kuangkat ke dalam perahuku, tanpa
diselidiki dulu apa isinya. Andaikata linggi belakang masih ada
dan sebaliknya linggi muka yang terlepas, perjalananku tentu
berhasil baik. Mengingat yang kutemukan dalam kedua peti
pelaut tadi, aku dapat menduga, muatan kapal itu banyak dan
berharga. Bila dugaanku benar, kapal itu berlayar dari Buenos
Aires atau Rio de la Plata (di Amerika Selatan) sepanjang
pantai Brasilia ke Havana di Teluk Meksiko.
Kecuali kedua peti, kutemukan sebuah bejana kecil sopi
manis, isinya dua puluh galon, kuangkat dengan susah payah
ke dalam perahuku. Dalam kurung kapal ada berbagai bedil
setinggar dengan mesiu di dalam sebuah tanduk besar, kira-
kira empat pon mesiu isinya. Bedil-bedil setinggar tak dapat
dipakai lagi, jadi kuambil saja mesiunya.
Aku masih menemukan sebuah sekop api dan beberapa
bejana, yang memang kuperlukan, juga dua cerek tembaga
kecil sebuah cerek lagi yang merah warnanya untuk memasak
coklat dan sebuah penggorengan besi. Dan dengan segala
barang-barang ini, juga dengan anjing yang tadi, berlayarlah
aku kembali waktu air sedang pasang. Dan pada malamnya,
sejam kira-kira setelah matahari terbenam, sampailah aku di
pulau, dengan sangat payah dan lelah. Aku bermalam di situ
dan baru pada pagi harinya barang-barang perolehanku itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kubawa ke gua yang baru kutemui itu. Setelah aku merasa
agak segar, kulihat-lihat dengan penuh kegembiraan, barang-
barang yang sudah menjadi milikku itu. Ada tong minuman
keras berisi sejenis rum, tapi bukan semacam yang biasa
dipunyai oleh orang-orang di Brasilia. Pendeknya bukan
sejenis rum yang enak rasanya. Tapi ketika aku membuka
peti-peti, terdapatlah di dalamnya barang-barang yang betul-
betul berharga. Mula-mula kudapati dalam salah satu peti
minuman yang sungguh enak rasanya. Tiap botol berisi kira-
kira delapan belas desiliter dan ditutup dengan perak.
Selanjutnya kudapati dua periuk berisi kulit jeruk yang
dikeringkan, yang juga bagian atasnya tertutup sangat rapat
hingga air laut tak dapat merembes ke dalamnya. Aku
menemukan pula beberapa helai kemeja yang baik-baik
kualitasnya, satu Setengah lusin sapu tangan dari kain putih
dan juga beberapa kain leher berwarna. Yang terakhir inilah
yang betul-betul menggirangkan hatiku, karena dengan kain-
kain ini aku dapat mengeringkan keringat tubuhku pada hari-
hari yang sangat panas. Lain daripada itu aku mendapati
dalam peti di bawah sekali tiga kantung besar berisi uang,
semuanya kira-kira seribu seratus keping, dan dalam salah
satu kantung, dengan dibungkus kertas masih terdapat pula
emas enam bungkus dan beberapa bongkah kecil yang
menurut perkiraanku tidak kurang dari satu pon beratnya.
Dalam peti lain terdapat perhiasan-perhiasan, tak berapa
banyak, rupanya peti ini kepunyaan seorang opsir rendahan,
meskipun terdapat dalamnya sedikit penabur bedil pemburu,
tapi kecuali itu tak ada terdapat obat bedil.
Diambil kesimpulan, aku tak banyak mendapat barang-
barang yang ada gunanya, sebab uang, pasti tak kubutuhkan.
Uang bagiku sama saja dengan lumpur di telapak kaki, dan
aku ingin menukarnya saja dengan tiga atau empat pasang
sepatu Inggris dengan kausnya. Tapi aku kini sudah
mempunyai sepatu bekas kedua mayat yang kudapati dalam
kapal yang mendapat kecelakaan itu, dan di samping itu telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kudapati pula dua pasang dalam peti, kiranya tak begitu perlu
lagi. Dan tentang sepatu Inggris, sebenarnya masih jauh untuk
dinamakan demikian, tapi meskipun begitu kegembiraanku tak
berkurang karenanya. Kudapati lagi dalam peti itu sebanyak
lima puluh keping mata uang tapi bukan uang emas, hingga
aku dapat mengira bahwa yang punya peti itu hanya seorang
kelasi yang miskin saja, sedangkan yang mempunyai peti yang
pertama boleh jadi seorang opsir.
Karena barang-barang itu telah kubawa ke darat dan akan
kusimpan dalam rumah, kunaiki lagi perahuku lalu aku
berlayar menyusur pantai, menuju kembali ke tempat yang
kusinggahi dahulu, dalam perjalanan memintas waktu pulang,
yang semuanya masih dalam keadaan baik.
Kembali aku menjalani kehidupan selama dua tahun seperti
orang berumah tangga (meskipun pikiran selalu diganggu oleh
khayal-khayal yang mengerikan), aku akan mengabdikan diri
kepada kesibukan sehari-hari. Benar, sekarang aku telah
mempunyai uang banyak, tapi ini tidak membuatku menjadi
lebih kaya, sebab mempunyai uang seperti ini sama halnya
dengan orang-orang Indian dan Peru mempunyainya, sebelum
orang-orang Sepanyol datang ke negerinya.
21 Ada kira-kira satu setengah tahun kemudian, waktu aku
tiba-tiba melihat sejumlah perahu, lima buah, semuanya di
tepi pantai, yang kudiami; jumlahnya yang besar inilah yang
mengejutkanku, sebab biasanya hanya lima atau enam orang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kini pasti akan berjumlah sebanyak dua puluh atau tiga puluh
orang. Inilah yang lebih-lebih mengejutkan hatiku.
Beberapa saat dalam kebingungan, akhirnya aku mendaki
bukit, menuju tempat peninjauan yang biasa, sangat berhati-
hati, kubaringkan diri hingga kepala, berusaha sedapat
mungkin supaya tidak dapat terlihat oleh mereka. Dengan
pertolongan teropong segera dapat kulihat dan kuketahui
bahwa jumlah mereka tak akan kurang dari tiga puluh orang,
mereka beramai-ramai menyalakan api, bersiap-siap hendak
memasak daging. Bagaimana cara-caranya atau daging apa
yang akan dimasaknya, tentu aku tak dapat melihat dengan
jelas, hanya yang tampak olehku, mereka semua menari-nari
mengelilingi api, sambil membuat lingkaran-lingkaran dan liuk-
liukan tubuh yang ajaib. Setelah beberapa saat aku menatap demikian dengan
teropong, tiba-tiba aku melihat dua orang diseret dari dalam
perahu, yang rupanya sudah diikat, dan kini akan disiapkan
untuk disembelih. Salah seorang dari dua orang itu jatuh,
kiraku karena dipukul dengan pukulan kayu, salah satu alat
pukul yang biasa digunakan oleh umumnya orang-orang liar.
Dua atau tiga orang liar menerjangnya, menyembelihnya
lalu membakarnya. Korban lainnya, yang masih hidup berdiri
di dekatnya, menantikan gilirannya. Pada saat itu juga,
mungkin karena merasa bebas lagi gerakan-gerakannya, si
malang itu sekonyong-konyong menyerang, didorong semangat keras untuk menyelamatkan jiwanya. Ia melompat
dan lari secepat kilat menyusur pantai, menuju ke arah
rumahku. Aku sangat terperanjat melihat dia berlari ke arah
itu, aku berpikir bahwa seluruh gerombolan akan mengejarnya. Aku segera bersiap-siap, tapi ketakutanku
berkurang setelah me lihat bahwa hanya tiga orang saja yang
mengejarnya dan yang dikejar sudah jauh sekali di muka.
Kukira bila ia dapat bertahan setengah jam lamanya, tentu
bebaslah dia. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Antara mereka dan rumahku ada sebuah sungai, yang
sering kusebut pada permulaan ceritaku ini. Mau tidak mau, si
malang harus menyeberanginya, bila ia tak mau tertangkap
kembali. Dan meskipun air sedang pasang, rupanya tak
menjadi rintangan baginya, dalam sekejap mata ia sudah
terjun ke dalam air dan dengan tiga puluh kibas saja ia sudah
mencapai tepi lainnya, lalu ia lari sama cepatnya seperti tadi.
Ketika ketiga orang pengejarnya sampai pada sungai itu,
ternyata hanya dua orang saja yang pandai berenangg. Yang
ketiga segera kembali, sedangkan kedua orang lainnya
memaksakan diri untuk terus menyusul, meskipun dengan
susah payah dan memerlukan waktu dua kali lipat daripada
yang dikejarnya. Tiba-tiba datanglah pikiran padaku, bahwa saat itulah aku
bisa mendapat teman. Segera aku lari, turun dari bukit untuk
mengambil kedua pucuk bedilku yang kutaruh pada kaki
tangga kemahku. Lalu dengan kecepatan yang sama aku lari
lagi mendaki bukit. Dan karena waktu turun dari bukit dapat
memotong jalan, aku berhasil dapat berada antara yang
dikejar dan yang mengejar. Dengan memanggil-manggil aku
dapat menarik perhatian yang pertama. Mula-mula ia lebih
takut padaku daripada kepada yang mengejarnya, tapi dengan
isyarat tangan, aku memberitahukan padanya agar ia
mengikutiku dari belakang, sedang aku dengan hati-hati
mendekati pengejar-pengejarnya.
Dengan sigap dan tiba-tiba aku melompat kepada pengejar
yang paling muka dan dengan siku bedilku kurobohkan dia
dengan sekali pukul. Aku tidak berani memasang bedil, aku
takut kalau-kalau letusannya terdengar dan asapnya terlihat
orang. Sesudah kurobohkan yang pertama, kudekati yang
kedua, yang mula-mula tampaknya akan melarikan diri. Tapi
ketika aku lebih mendekati, kulihat ia bersenjatakan panah
dengan busurnya dan bersiap untuk memanahku. Terpaksalah
aku menggunakan bedil. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun pelarian malang itu telah me lihat kedua orang
pengejarnya roboh, ia sangat terkejut melihat api dari bedilku,
ia terpaku di tempatnya, tak berani bergerak ke muka maupun
ke belakang, meskipun rupanya ia ingin benar lari sejauh-
jauhnya. Kupanggil dia, dengan isyarat kusuruh ia mendekat,
untung dia segera mengerti maksudku.
Ia mendekat tapi kemudian tiba-tiba berhenti, lalu
melangkah lagi berhenti lagi dan kulihat tiba-tiba ia gemetar,
rupanya takut akan ditangkap dan dibunuh seperti yang lain.
Sekali lagi kuberi isyarat supaya mendekat, dan berbagai
isyarat pula kucoba menenteramkan hatinya. Sekarang ia
lebih-mendekat, dan setelah melangkah sepuluh atau dua
belas langkah, ia berlutut seakan-akan mohon diberi hidup.
Aku tersenyum ramah padanya dan kuberi lagi isyarat supaya
lebih dekat lagi, sehingga ia berdiri dekat sekali. Tiba-tiba ia
berlutut lagi dan mencium tanah tempatku berpijak.
Keningnya ditekankan keras-keras ke tanah, kakiku diangkatnya lalu diletakkan di atas kepalanya. Ini menandakan
sumpahnya akan menjadi pesuruhku yang setia.
Akhirnya kusuruh dia berdiri dan aku mencoba
membesarkan hatinya dengan isyarat-isyarat. Tapi sekarang
terjadilah suatu peristiwa, yang minta perhatianku. Kulihat
orang liar yang kurobohkan dengan siku bedilku tidak mati,
melainkan hanya pingsan saja. Kutunjukkan kepada orang liar
yang sudah menjadi temanku itu bahwa musuhnya tidak mati.
Ia mengucapkan beberapa patah kata kepadaku yang tak
dapat kupahami. Meskipun begitu kata-katanya enak benar
didengar telinga, sebab itulah suara manusia pertama yang
kudengar setelah dua puluh lima tahun lamanya.
Tapi sekarang bukan waktunya untuk merentang-rentang
pikiran demikian, sebab orang liar itu sudah sadar, dan ia
sudah dapat duduk tegak. Aku mengetahui orang liarku mulai ketakutan. Ketika aku
melihat ini, kutawarkan kepadanya sebuah dari bedilku, tapi ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberi isyarat akan meminjam pedangku saja, yang
akhirnya kuberikan juga. Baru saja ia menerimanya, segera ia lari memburu
musuhnya dan dengan sekali pancung telah berpisahlah
kepala musuhnya itu dari tubuhnya. Setelah ia melakukan
perbuatan tersebut, dengan tawa kemenangan ia pun kembali
mendapatkan dan dengan berbagai tanda isyarat, yang tak
dapat kupahami, ia meletakkan pedangku di muka kakiku
beserta kepala musuhnya itu. T api rupanya ia tak habis pikir,
bagaimana aku membunuh orang liar yang lainnya itu, yang
dapat kulakukan dari jarak jauh. Maka kuajak dia kembali
mengikutiku. Dan makin bertambah keheranannya, setelah
membolak-balik mayat dan melihat lukanya bekas tembusan
peluru pada dadanya, yang hanya mengeluarkan darah sedikit
saja, karena memang pendarahan hanya terjadi di dalam.
Kemudian dengan isyarat pula ia menyatakan akan mengubur
kedua mayat itu, lalu ia menggali-gali dengan tangannya di
atas pasir, lalu diletakkannya mayat yang pertama,
ditimbuninya dengan pasir. Demikian juga ia berbuat dengan
mayat yang kedua dan aku tak dapat mengira bahwa upacara
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
penguburan itu dapat berlangsung tidak lebih dari seperempat
jam saja. Selesa i ini kupanggil dia kembali, kubawa dia pergi lagi,
bukan ke rumah, melainkan ke dalam gua yang di hutan itu.
Di sini kuberi dia roti sedikit dan serangkai kism is, juga sedikit
air minum, untuk penawar hausnya setelah ia berlari-lari
dengan kencangnya. Setelah ia kenyang makan minum,
kusuruh dia dengan isyarat pula supaya tidur, kuunjukkan
kepadanya jerami sedikit untuk membaringkan tubuhnya,
sambil kuberi juga selimut dari wol. Ia berbuat apa yang
kuisyaratkan dan segera saja ia tertidur dengan nyenyaknya.
Ia seorang yang tampan dan cerdas rupanya, badannya
tegap, sedang tangan dan kakinya bagus pula bentuknya, dan
kukuh, tidak terlalu panjang, tapi seperti telah kukatakan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat indah potongannya dan kukira ia baru berumur dua
puluh satu tahun. Juga ia mempunyai roman muka yang
menarik, sekali kali tidak kasar atau bengis, tapi garis-garis
mukanya menunjukkan seorang laki-laki yang gagah, dan
sampai pada saat itupun, ketika ia tidur, roman mukanya itu
tampak halus dan manis, mengesankan roman muka seorang
bangsa Eropah. Rambutnyapun panjang dan hitam, jidatnya
melengkung dan matanya bersinar bening.
Warna kulitnya tidak hitam-legam, tapi lebih berwarna
coklat, atau lebih baik kiranya kusebut sawo matang,
pendeknya jauh daripada rupa buruk. Mukanya bulat,
hidungnya kecil tapi tidak pesek seperti umurnya hidung orang
Negro. Selanjutnya tentang mulutnya ini, pun termasuk
keratan indah dengan bibir tipis berhiaskan gigi putih seperti
gading. Setelah tidur kira-kira satu jam setengah, ia bangun dan ke
luar dari gua, lalu menghampiriku. Selama ia tidur aku
memerah kambingku yang di padang rumput yang tidak jauh
letaknya dari tempat itu. Ketika ia menampakku, segera ia
menuju aku, lalu bersujud lagi di muka kakiku dan mencoba
dengan berbagai gerak dan isyarat menyatakan tanda terima
kasihnya. Aku segera mengerti dan giliranku kini mempergunakan tanda-tanda dan
isyarat itu, untuk meyakinkan bahwa aku pun merasa sangat berbahagia
mendapat dia sebagai teman.
Dalam waktu pendek saja aku sudah dapat memulai
berbicara dengan dia dan mengajar dia berbahasa Inggris.
Mula-mula aku mengatakan kepadanya, bahwa nama dia
seterusnya akan kusebut "Jumat" karena nama itu adalah
nama hari, pada waktu aku dapat melepaskan dia dari bahaya
maut. Sambil kuajarkan kepadanya supaya ia memanggilku
'tuan", kuajari dia mengucapkan kata-kata "ya" dan "tidak".
Kemudian dia kuberi susu sedikit dalam cambung tanah dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuperlihatkan cara meminumnya dan cara merendam roti
dalamnya supaya lunak. Lalu kuberi juga sekerat roti dan
kusuruh dia supaya rotinya itu dimasukkan ke dalam air susu
itu, dan semua ini dapat segera dipahaminya. Dan dengan
isyarat pula ia menyatakan bahwa roti dan susu itu sangat
enak. Aku tinggal di tempat itu sehari-harian dengan dia. Pada
keesokan harinya dia kuberi isyarat supaya mau turut lagi
dengan daku. Kukatakan dengan gerak-gerak tangan, bahwa
dia akan kuberi pakaian. Ini sangat menggirangkan hatinya
benar, ia betul-betul telanjang bulat.
Ketika kami sampai di tempat ke dua mayat itu dikubur, ia
hendak menggerakkan hatiku supaya memberi izin menggali
ke dua mayat itu dan memakannya. Tapi aku marah
kepadanya. Kuperlihatkan kemarahanku dengan muka bengis,
bahwa perbuatan itu tidak kusetujui dan segera kuperintahkan
supaya ia lekas-lekas mengikuti aku (tentu saja dengan gerak-
gerak tangan lagi) dan untunglah ia menurut dengan segala
kerendahan hati. Kami kembali mendaki bukit, untuk melihat apakah musuh-
musuh itu sudah pergi. Dan dengan teropong aku dapat
melihat, mereka sudah tidak ada lagi. Jadi, orang-orang liar itu
membiarkannya saja kedua temannya itu akan nasibnya
masing-masing. Tapi aku belum puas dengan penemuan ini. Sambil
memberikan pedangku kepada si Jum'at yang ketika itu sudah
menyandang anak panah beserta busurnya kepunyaan
musuhnya yang sudah mati itu, kami lalu menuruni bukit
menuju ke tempat bekas orang-orang liar kemarin itu. Sebab
aku ingin benar mengetahui serba cukup bekas-bekas mereka.
Ketika kami datang di tempat yang dituju, sesaat lamanya
darahku seolah-olah beku. Apa yang kulihat amat
menyeramkan. Bagiku kataku, sebab bagi si Jum'at tampaknya
tidak begitu halnya. Tulang-tulang manusia berserakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedangkan tanah sekitarnya merah disirami darah dan di
mana-mana terdapat potongan-potongan daging besar yang
separuh habis dimakan separuh puntung, separuh lagi hangus.
Pendeknya, semua jelas tanda-tanda bekas pesta terkutuk itu.
Seluruhnya ada tiga tengkorak, lima tangan dan banyak benar
tulang belulang manusia lainnya. Dengan isyarat si Jum'at
memberitahukan kepadaku, bahwa untuk pesta ini mereka
membawa lima orang tawanan, termasuk ia sendiri. Telah
terjadi pertempuran sengit antara mereka dan calon rajanya,
yang ia sendiri agaknya termasuk salah seorang pengikutnya.
Diceritakan pula oleh si Jum'at, bahwa banyak sekali yang
ditawan, yang sekalian-nya diangkut ke berbagai tempat, akan
dimakan. Kuperintahkan si Jum'at mengumpulkan semua tengkorak
tulang-tulang dan potongan daging, dan setelah semua itu
tertimbun, kubakar dan kunantikan sampai semuanya menjadi
abu, sebab si Jumat tampaknya hampir tak dapat menahan air
liurnya. Itulah saja yang menimbulkan amarahku, kuancam
akan kubunuh dia bila berani menjamahnya.
Setelah semuanya habis terbakar, aku pulang dengan si
Jum'at dan segeralah aku berbuat sesuatu untuknya. Pertama
kuberikan padanya salah satu celana lena yang kudapati
dalam peti tempo hari, setelah dirobah sedikit serasi benar
baginya. Dari kulit kambing kubuatkan sebuah kemeja dan
dari kulit terwelu sebuah pici. Jadi untuk sementara ia sudah
mempunyai pakaian lengkap dan ia sendiri tampaknya merasa
amat senang berpakaian seperti itu.
Keesokan harinya aku berpikir di mana ia seterusnya harus
tidur. Agar ia agak bebas, aku mengambil keputusan
memasang kemah buat tidur baginya di antara kedua pagar.
Tapi segera ternyata, bahwa hal itu tidaklah perlu, karena si
Jum'at adalah pembantu yang paling baik dan paling setia.
Aku suka benar padanya dan lambat-laun aku berusaha
memberi segala macam pelajaran, terutama mengajar dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbicara dan mengerti maksud ku. Ia sendiri seorang murid
yang paling rajin dan bila ia dapat mengerti aku atau ia dapat
menjelaskan maksudnya, bukan main girangnya.
22 Sesudah ia tinggal denganku kira-kira tiga hari lamanya,
aku mencari akal bagaimana caranya agar ia suka makan
daging lainnya. Pada suatu hari kubawa dia ke hutan. Aku
bermaksud menembak seekor kambing dari kawanan
kambing-kambingku untuk dimasak dagingnya di rumah buat
si Jum'at dan bagiku sendiri. Waktu berkelana dalam hutan,
kulihat seekor kambing tua dengan dua kambing muda di
sampingnya. Kupegang tangan si Jumat dan berkata,
"Berhenti," dan dengan isyarat kuperintahkan ia jangan
bergerak. Kemudian kutembak salah satu kambing muda itu.
Si Jum'at yang pernah melihat aku membunuh seorang liar
dalam jarak jauh, tapi sama sekali tidak mengerti bagaimana
caranya, sangatlah terkejut. Ia gemetar dan sangat
tercengang, hingga aku mengira ia akan terjatuh. Ia tidak
melihat kambing itu dan tidak juga tahu bahwa aku telah
membunuhnya, tapi segera ia membuka kemejanya untuk
melihat apakah ia sendiri terluka ataukah tidak. Mengertilah
aku, bahwa ia mengira aku akan membunuh dia, sebab
dengan sekonyong-konyong ia berlutut, merangkul kedua
lututku sambil mengucapkan bunyi-bunyi yang sama sekali tak
dapat kupahami. Tapi aku mengerti, bahwa ia memohon
padaku agar jangan dibunuh. Kutenangkan kuyakinkan dia,
bahwa aku tidak berniat jahat padanya. Dan sambil
memegang tangannya, aku tertawa sambil menunjukkan
kambing kepadanya. Kuperintahkan dia mengambil kambing
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu dan ketika ia melihat-lihat binatang itu dengan takjubnya,
kuisi lagi bedilku. Kulihat seekor burung besar di atas pohon, sejenis burung
elang. Dan supaya si Jum'at bersedia-sedia kupanggil dia dan
kutunjukkan padanya burung itu, yang sekarang ternyata
seekor burung kakaktua. Kutunjukkan berturut-turut, mula-mula burung, lalu
senapanku, lalu tempat kakaktua itu. Kubidik burung itu,
sambil kuperintahkan kepadanya melihat baik-baik, dan
diturutnya pula dengan patuh, dan sete lah letusan berbunyi
segera dilihatnya bahwa burung itu jatuh.
Ia masih sangat terkejut juga, walaupun telah kuunjukkan
padanya lebih dulu. Segera kuketahui bahwa yang lebih-lebih
mengejutkannya, karena ia tidak melihat bahwa aku
memasukkan sesuatu ke dalam lubang senapan itu dan ia
mengira bahwa dalam senapan itu ada sesuatu benda ajaib,
yang kalau dikehendaki dapat begitu saja membunuh manusia
atau binatang. Tentang senapan itu sendiri mula-mula tak
hendak banyak tahu, tapi kemudian ia mulai bertanya-tanya
dengan sangat hormatnya, berkata dan memohon supaya aku
tidak membunuh dia. Setelah kejutnya agak reda, kusuruh dia mengambil burung
itu dan ia pun pergilah mengambilnya, meskipun tidak segera,
karena kakaktua itu tidak seketika mati kena tembak, masih
menggelepar-gelepar. Tapi akhirnya ia membawanya juga
burung itu kepadaku, dan di muka matanya kuisi lagi
senapanku, untuk memperlihatkan kepadanya, bagaimana
duduknya perkara. T api tak ada lagi yang akan kami tembak,
dan akhirnya kami hanya membawa kambing yang masih
muda itu saja pulang ke rumah. Pada malam itu juga kukuliti
kambing itu, aku ambil sebagian, kumasukkan ke dalam
periuk, aku membuat sup yang enak.
Setelah aku sendiri makan sedikit, kuberi pula si Jum'at,
tampaknya pemberian ini berkenan benar. Tapi yang lagi-lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengherankan baginya, ialah bahwa aku memasukkan garam
ke dalam sup itu ia tidak tahu-menahu tentang garam. Baru
setelah beberapa lama kemudian ia mau juga menaruh garam
pada daging dan sup, tapi juga sangat sedikit. Setelah aku
memberi makan Jum'at dengan daging dan sup, keesokan
harinya dia kuberi daging panggang. Kujepitkan daging sisa itu
pada pacak yang kubuat dari dua buah penyapit, kutaruh di
atas api seperti yang biasa kulihat di Inggris, dan kini aku
hanya menjaga supaya daging itu jangan gosong. Sejak mulai
persiapan Jum'at sudah sangat gembira tampaknya. Dan
setelah ia mencicipi bagaimana lezatnya daging panggang
rupanya ia tak dapat mengatakan dengan tepat perasaannya.
Sejak itu ia menyatakan tegas sekali tidak akan makan daging
manusia lagi. Pada keesokan harinya kusuruh dia bekerja, mula-mula ia
mengirik gandum lalu menapisnya, dan setelah aku memberi
contoh, dapatlah ia meniru jejakku dengan baik sekali, ia
belajar membakar roti, pekerjaan ini dapat segera kuserahkan
seluruhnya kepadanya. Karena ternyata kini ada dua mulut yang harus diisi, terasa
sangat perlu pula lebih banyak menanam gandum. Segera
kusiapkan sebidang tanah yang luas, seperti yang terdahulu,
harus kupagari sekelilingnya, Jum'at lah yang banyak
menolongku. Ini adalah tahun yang sangat menggembirakan selama aku
menjadi penghuni pulau tersebut. Jum'at sudah mulai lancar
berbicara dan mengerti bahasa Inggris, lidahku pun terbawa
lancar pula, yang selama ini tak pernah kupergunakan. Di
samping kesukaan yang kudapati dalam berbicara dengan dia,
mulai pula terasa semacam kekariban alam kanak-kanak, yang
bersahaja antara kami, dan aku mengira dia dari pihaknya
mulai terasa tumbuh rasa kasih terhadapku dengan cara
seolah-olah ia tak pernah mempunyai perasaan kasih
semacam itu kepada yang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Segera pula timbul perasaan ingin menyelidiki lebih lanjut
dalam pikiran, bagaimana rasa cinta terhadap tanah airnya
dan setelah ia lebih banyak mengerti bahasa Inggris, kutanya
dia, "Mengapa bangsamu tak pernah menang dalam
perkelahian." Mendengar ini ia tersenyum dan berkata, "Ya, ya kami
berkelahi selalu baik," ia hendak mengatakan: kami selalu jadi
pemenang. Lalu terjadilah percakapan antara kami berdua.
Aku, "Kalian berkelahi selalu baik, katamu, tapi apa
sebabnya engkau jadi tawanan?"
Jum'at, "Rakyatku menang semua."
Aku, "Menang katamu" Kalau rakyatmu menang, mengapa
engkau ditawan?" Jum'at, "Lebih banyak dari rakyatku yang ada pada kami.
Mereka mengambil satu, dua, tiga, dan aku. Rakyatku
mengalahkan mereka di tempat lain, yang aku tak ada. Di
sana rakyatku mengambil mereka satu, dua, tiga, seribu."
Aku, "Ke mana mereka membawa lari tawanannya?"
Jum'at; "Rakyatku membawanya ke tempat yang mereka
anggap baik." Aku, "Kemari juga"'"
Jum'at, "Ya, ya mereka kemari. Tapi tempat lain."
Aku, "Pernah juga engkau kemari?"
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jum'at, "Ya, ya saya kemari pernah." (ia menunjukkan arah
Barat Laut). Dari percakapan ini dapatlah aku menarik kesimpulan,
bahwa sahabatku si Jum'at tergolong kepada orang-orang liar,
yang biasa datang di pulauku, agak jauh dari kediamanku.
Beberapa waktu, kemudian, ketika kubawa dia ke tempat itu,
ia mengatakan padaku, bahwa ia pun pernah datang ke sana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan turut memakan dua puluh orang laki-laki, dua orang
perempuan dan seorang anak-anak. Ia tak dapat menghitung
sampai dua puluh, tapi jumlah itu dinyatakan dengan
menjajarkan dua puluh buah batu di atas tanah.
Kuceritakan ini semua, karena merupakan pendahuluan apa
yang akan kuceritakan berikutnya. Sesudah percakapan kami
itu, kutanyakan padanya berapa jauhnya jarak antara pulauku
dengan pantai pulaunya dan apakah sebabnya perahu-perahu
tidak sering mendapat kecelakaan. Ia menceritakan padaku,
tidak ada bahaya dan belum pernah ada perahu mendapat
kecelakaan, karena bila orang sudah agak jauh masuk laut
akan menemukan arus dan angin, yahg pada pagi hari
bersamaan arahnya dan pada malam hari sama-sama berbalik
arah. Mula-mulanya aku mengira bahwa yang dimaksudkannya ialah pasang naik pasang surut. Tapi
kemudian aku mengerti, bahwa itu bersamaan dengan arus
Sungai Orinoco, sedangkan pulauku berada di daerah
muaranya. Dan daratan yang kulihat di sebelah barat dan
barat laut ternyata pulau besar Trinidad, sebelah utara sungai.
Aku mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada si Jum'at
tentang negeri itu, tentang penduduknya, tentang daerah
pantai, dan sebagainya, dan ia menceritakan segala-galanya
dengan terus terang. Aku juga menanyakan nama-nama dari berbagai suku, di
antaranya sukunya sendiri tergolong suku apa, tapi ia tidak
mengetahui selain nama suku Carib. Aku tahu, bahwa yang
dimaksudkannya ialah Caraib. Yang pada peta-peta dinyatakan
mendiami bagian-bagian Amerika, yang meluas dari Sungai
Orinoco sampai Guyana. Selanjutnya ia menceritakan, bahwa
lebih jauh lagi arah ke bulan (maksudnya negeri yang terletak
di sebelah barat tanah airnya) diam manusia-manusia yang
berjanggut putih, seperti aku. Diceritakannya pula mereka
telah membunuh banyak manusia (demikianlah katanya) yang
kesimpulannya bahwa yang dimaksudkannya adalah orang-
orang Spanyol, yang kekejamannya terkenal di seluruh benua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan yang diceritakan turun-temurun dari bapak ke anak. Aku
juga bertanya kepadanya, bagaimana caranya aku meninggalkan pulau ini untuk bisa datang pada orang-orang
putih itu katanya, "Ya, ya, tuan mesti berlayar dengan dua
perahu." Mula-mulanya aku tidak mengerti, apa yang dimaksudkan
dengan dua perahu, akhirnya dengan susah payah baru aku
mengerti, bahwa maksudnya ialah sebuah perahu, yang
besarnya sama dengan dua perahu. Percakapan dengan si
Jum'at ini lama sekali berkesan padaku, dan secara berangsur-
angsur aku mulai percaya akan kemungkinan pada satu
waktu, aku dapat meninggalkan pulau ini dengan bantuan si
Jum'at. Dalam sekian lamanya si Jum'at diam padaku, sudah sering
kukemukakan soal-soal agama. Pernah kutanyakan padanya,
siapakah menurut pikirannya yang membuat dia. T api ia tidak
mengerti dan mengira bahwa aku menanyakan siapakah
bapaknya. Sekarang kuajukan pertanyaanku dengan cara lain.
Kutanyakan padanya, siapakah menurut pendapatnya yang
membuat laut, bumi, bukit-bukit, rimba-rimba, dan sebagainya. Ia berkata yang membuatnya ialah Benamuckee,
yang berada di atas segala-galanya. Tapi ia tidak dapat
menceritakan lebih lanjut tentang makhluk yang luhur tadi,
selain ia amat tua, lebih daripada laut, bumi, bulan, dan
bintang-bintang. Lalu aku bertanya, mengapa tidak semua
benda memuja dia, meskipun dialah yang membuat segala-
galanya. Ia tampaknya amat bersungguh-sungguh akhirnya
menjawab, "Segala benda memuja kepadanya."
Aku bertanya pula, apakah orang-orang yang mati pergi ke
suatu tempat. Jawabnya, "Ya, mereka pergi ke Benamuckee,
begitu pula orang-orang yang sudah dimakan."
Ketika aku telah mendengar segala itu dari padanya, aku
mulai mengajar dia tentang ketunggalan Tuhan yang
sesungguhnya. Kuceritakan padanya bahwa yang membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segala-galanya bertahta di langit; bahwa ia memelihara
seluruh dunia dengan daya kebijaksanaan yang sama ketika ia
menciptakan dunia, dan bahwa ia adalah Tuhan Yang Maha
Kuasa yang dapat memberi dan mengambil sekaligus segala
sesuatu dan kita dan dengan demikian lambat laun terbukalah
matanya. Pada suatu waktu pernah ia berkata bahwa bila
Tuhan dapat mendengar kita di atas Matahari. Ia tentu lebih
besar daripada Benamuckee, yang hanya diam tak berapa
jauh dari mereka dan bahkan di atas gunung-gunung tempat
ia berkenalan untuk berkata-kata padanya, tak dapat
mendengar keluh kesahnya. Kutanyakan padanya, apakah ia
pernah pergi ke gunung, tapi ia menjawab, "Tidak, orang
muda tak pernah pergi ke sana. Hanya orang-orang tua saja."
(Oowahakee, kata si Jum'at). Dari sini dapatlah aku menarik
kesimpulan, bahwa manusia alam ini pun mengenal semacam
kasta pendeta yang dipuja-puja seperti halnya di gereja-
gereja. Tidak begitu mudah untuk menjelaskan padanya
pengertian-pengertian tentang kebaikan dan keburukan.
Jum'at pun sewaktu-waktu mengajukan pula pertanyaan-
pertanyaan itu. Kadang-kadang aku tak dapat menjawabnya
sama sekali. Sebab meskipun aku sudah agak tua, baru
pertama kali itulah aku bertindak sebagai guru agama.
Keyakinanku adalah lebih besar daripada pengetahuanku
tentang agama, tetapi karena aku berusaha keras untuk
menjelaskan berbagai-bagai soal padanya, banyak pula hal-hal
yang menjadi lebih terang bagiku. Sekarang lebih banyak soal-
soal yang kurenungkan daripada dahulu, sehingga hidupku
bersama-sama orang liar ini membawa hal-hal yang baik
bagiku. Karenanya atas kedatangannya padaku, tak putus-
putusnya aku berterima kasih kepada Tuhan. Dengan
demikian maka kulalui hidupku dengan rasa terima kasih dan
percakapan-percakapan antara si Jum'at dan aku selama tiga
tahun itu membuat waktu itu tenteram dan bahagia bagi kami
berdua. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
23 Ketika si Jum'at dan aku saling mengenal lebih baik dan ia
telah mengerti segalanya apa yang kukatakan dan ia sendiri
sudah mulai lancar berbicara Inggris meskipun masih selalu
terputus-putus, mulailah kuceritakan padanya riwayatku
sedikit demi sedikit. Begitu banyak kuceritakan padanya,
sehingga menjadi jelas baginya, bagaimana aku datang ke
pulau itu. Kuceritakan bagaimana hidupku sejak semula,
berapa lama aku sudah tinggal di sana dan banyak lainnya
lagi. Tentang cara membuat peluru dan obat bedil, tidak
kujelaskan, tapi dia kuajar memasang senapan. Kuberi dia
sebilah pisau, ia terima dengan senang hati. Kubuatkan
baginya sebuah ikat pinggang berlubang untuk kampaknya.
Kampak itu tidak selamanya bisa digunakan sebagai senjata,
tapi toh amat berguna baginya.
Kuceritakan bagaimana kami hidup di sana, memuja Tuhan
bergaul dengan sesama manusia dan bagaimana kami
mengirimkan kapal-kapal ke semua bagian dunia. Selanjutnya
kuterangkan padanya kejadian yang dialami oleh kapal karani
dan kutunjukkan padanya bekas tempat terdamparnya.
Sekarang sedikit pun sudah tak ada bekas-bekasnya lagi.
Kuperlihatkan pula s isa-sisa sampan kami yang dulu tak dapat
kupindahkan dan yang sekarang sudah hampir lapuk.
Ketika si Jum'at melihat sampan itu, ia lama berdiri
merenung-renung tidak berkata sepatah pun. Kutanya
mengapa, bersungguh-sungguh ia berkata, "Sampan serupa
dengan sampan yang pernah datang ke negeriku." Mula-
mulanya aku tidak mengerti, tapi ketika ia sekali lagi
memperhatikan sampan tadi, aku bisa menarik kesimpulan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa sampan semacam itu dulu pernah datang di daerah
pantai tempat kediamannya, atau lebih tepat lagi katanya,
terbawa arus ke sana. Sekarang si Jum'at mulai menceritakan dengan teliti
sampan itu, dan tiba-tiba dengan bangga ia berkata, "Dan
kami telah menolong semua orang kulit putih."
Segera kutanyakan, berapa orang kulit putih.
"Sesampan penuh," jawabnya sambil mengacungkan jari-
jarinya, ia menyuruh aku menghitung sampai tujuh belas.
"Bagaimana mereka seterusnya, Jum'at?" tanyaku.
"Mereka hidup dan tinggal dengan rakyatku," balasnya.
Ia membuat aku berpikir dan sekonyong-konyong aku
teringat, bahwa mereka mungkin anak kapal yang terdampar
dulu di pulauku. Ketika kapal terdampar pada karang dan
mereka tahu, bahwa kapal itu tak dapat tertolong lagi, mereka
tentu naik sampan dan dengan demikian sampai di pantai
yang didiami orang-orang liar itu.
Kuminta padanya supaya menceritakan dengan teliti, apa
yang telah terjadi dengan orang-orang Eropah itu. Jum'at
berkata, bahwa mereka masih hidup, sampai di sana empat
tahun yang lalu dan dibiarkan saja oleh orang-orang liar,
bahkan diberi makan juga.
"Tapi mengapa mereka tidak membunuh dan memakannya,
Jum'at?" "Tidak, mereka menganggapnya sebagai saudara," kata
Jum'at, "sebab mereka tidak pernah makan manusia, kecuali
dalam perang." Dengan ini ia mau mengatakan, bahwa
mereka tidak pernah makan manusia lain, kecuali tawanan
perang saja. Beberapa lama setelah peristiwa itu terjadi, pada suatu
ketika Jum'at berdiri di atas sebuah bukit, yang letaknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelah timur pulau tempat aku dahulu pada suatu hari cerah
melihat pantai daratan Amerika. T iba-tiba ia mulai menari-nari
sambil melompat-lompat, menandakan ia dalam kegirangan
yang sangat. "Ada apa Jum'at?" kataku kepadanya.
"O, gembiraku, o, senangku," katanya, "di sanalah tanah
airku dan bangsaku!" Sebenarnya, aku melihat bagaimana
berserinya muka Jum'at karena bahagia, matanya bersinar-
sinar. Peristiwa ini, aku terus terang saja, pada mulanya tak
menyenangkan perasaanku, dan aku telah memastikan dalam
pikiran; ia akan kembali ke kampung halamannya sekiranya
ada kesempatan, dan dengan demikian apa-apa yang pernah
kuajarkan kepadanya akan sia-sia saja. Barangkali dem ikianlah
prasangkaku, ia akan menceritakan kepada bangsanya,
tempat tinggal dan tempat persembunyianku: di sini dan
dengan sebanyak dua ratus orang, mereka akan datang
menyerangku, dan kalau mereka sekali sudah dapat
menangkapku, mereka akan pesta-pesta makan dan mereka
akan merencah badanku dengan segala kesenangan dan
kegembiraannya. Tapi aku telah berbuat tidak adil menyangka dia yang
begitu jujur dengan pikiran yang bukan-bukan. Lama-lama aku
pun menyesal, sebab pada suatu hari ketika kami bersama-
sama pula berada di atas bukit,
tapi kini tak dapat melihat daratan yang pernah kami lihat
itu, karena udara diliputi kabut tebal, aku bertanya kepadanya,
"Jum'at, inginkah engkau kembali ke tanah airmu, kepada
bangsamu?" "Ya," katanya, "saya akan senang dengan bangsaku."
"Apa yang engkau akan perbuat di sana?" kataku lagi,
"engkau akan kembali menjadi liar dan akan kembali makan
daging manusia seperti dulu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia memandangku dengan sayu dan akhirnya menggeleng-
gelengkan kepalanya, sambil berkata, "Tidak, tidak, Jum'at
akan," kata dia, "hidup baik, supaya belajar sembah Tuhan
dan makan roti, susu dan daging kambing dan tidak lagi
makan daging manusia."
"Tapi Jum'at, mereka akan membunuh engkau," kataku.
Ia melihat sungguh-sungguh kepadaku, lalu menjawab,
"Tidak, dia, aku tidak akan bunuh, dia akan belajar kasih."
Kemudian ia bercerita bagaimana orang-orang berjenggot
yang datang dengan perahu telah banyak mempelajari
bangsanya. "Dan" kataku, "adakah keinginanmu untuk
kembali?" Ia menjawab tak punya perahu dan tak dapat
berenang begitu jauh. . Kuceritakan kepadanya aku akan membuatkan dia sebuah
sampan, tapi ia berkata bahwa ia tak akan pergi, atau aku
harus turut. "Aku turut?" kataku, "tapi mereka akan memakanku."
"Tidak, tidak," katanya, "saya akan buat dia tidak makan
Tuan, saya akan kata, saya kasih pada Tuan."
Lalu ia bercerita dengan caranya sendiri bagaimana baik
bangsanya itu terhadap orang kulit putih, atau orang-orang
yang berjenggot panjang - demikian ia menyebutnya - yang
datang dengan keadaan yang menyedihkan sekali.
Aku harus mengakui bahwa semenjak itu aku mempunyai
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maksud akan berlayar ke sana dan mengadakan hubungan
dengan orang-orang yang berjenggot itu, pasti orang Spanyol
atau Portugis, yang menambah keyakinanku: bahwa dengan
jumlah delapan belas orang dapatlah kami merencanakan niat
akan membebaskan diri, terlepas dari mereka.
Beberapa hari kemudian aku berkata kepada Jum'at bahwa
aku bersedia memberikan kepadanya sebuah perahu, yang
dapat digunakan olehnya untuk pergi kepada bangsanya. Lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kubawa dia melihat sampan, di sebelah sana pulau, dan
setelah airnya kubuang (sebab sampan itu sengaja
kurendamkan dalam air) kami berdua lalu duduk di atasnya.
Aku dapat mengetahui, bahwa Jum'at sangat tangkas
mengemudikan perahu, lalu aku berkata kepadanya, "Nah,
Jum'at bagaimana kalau kita sekarang pergi mendapatkan
bangsamu?" Tapi ia kembali melihatku dengan sayu, ketika aku berkata
demikian itu. Menimbulkan dugaanku, ia berpendapat sampan
itu terlalu kecil. Karena itu segera aku mengatakan masih
mempunyai yang lebih besar, pergilah kami pada keesokan
harinya ke tempat aku dulu membuat perahu untuk pertama
kalinya, yang ketika itu tak berhasil membawanya ke laut. Ia
mengatakan perahu itu cukup besar, tapi karena terlalu lama
dibiarkan, hingga melewati masa kira-kira dua puluh tiga
tahun, perahu itu sudah mulai lapuk. Jum'at berkata kalau
sebesar itu kiranya cukup untuk menelan muatan minuman
dan roti - demikian ia mengatakannya dengan perbendaharaan
kata-kata yang masih sedikit itu.
Karena keinginanku untuk mencapai daratan bertambah
besar, aku berkata kepadanya barangkali baik kalau berdua
bersama-sama membuat perahu besar untuk dipakai berlayar
ke tempat tumpah darahnya itu. Atas pernyataan ini ia tidak
menjawab, ia memandangku sunggun-sungguh dengan air
muka sedih, hingga aku bertanya apa sebabnya.
"Mengapa Tuan marah kepada Jum'at, apa yang ia salah
buat?" katanya. "Apa maksud, Jum'at?" tanyaku. "Aku sama sekali tidak
marah kepadamu." "Tidak marah?" katanya, berulang-ulang kata-kata ini
diucapkan olehnya, "dan mengapa Tuan menyuruh kembali
Jum'at kepada bangsanya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa?" tanyaku, "Tapi Jum'at, bukankah kau sendiri
telah berkata, bahwa kau ingin sekali kembali ke rakyatmu?"
"Ya, ya tapi saya mau berdua ke sana. Bukan Jum'at saja
dan bukan Tuan saja!"
"Aku ke sana, Jum'at?" kataku. "Buat apa aku ke sana?"
Sekonyong-konyong dengan cepat ia menoleh kepadaku.
"Kau bisa banyak berbuat baik," katanya," kaukatakan kepada
orang-orang liar, bahwa mereka mesti berbuat baik, tenteram
dan aman. Kau mesti menceritakan kepada mereka tentang
Tuhan, mengajar mereka bersembahyang dan mengajarkan
mereka hidup baru." "Ah, Jum'at," kataku, "kau tak tahu apa yang kaukatakan.
Aku sendiri orang bodoh dan berdosa."
"Ya, ya tapi Tuan telah mengajar kebaikan kepada Jum'at,
jadi T uan dapat mengajar mereka kebaikan juga."
"Ah, Jum'at," kataku, "kau saja pergi tanpa aku. Biarlah aku
hidup di sini seperti dulu."
Mendengar kata-kata ini mula-mula tampaknya tercengang
sekali. Tapi kemudian ia berlari menuju salah satu kampak,
diambilnya lalu diberikannya kepadaku. "Apa yang harus
kukerjakan dengan kampak itu, Jum'at?" tanyaku.
"Ya, bunuh sajalah Jum'at," katanya.
"Mengapa aku mesti membunuhmu?" tanyaku lagi.
Sekonyong-konyong ia langsung menatap mukaku. "Mengapa Tuan menyuruh Jum'at pergi" Bunuhlah Jum'at, tapi
janganlah mengusir Jum'at." Ia mengucapkan kata-kata itu
demikian sungguh-sungguhnya, sedang air matanya berlinang-linang, sehingga dengan singkat aku berjanji tidak
akan mengusirnya bila tidak ia sendiri yang ingin pergi.
Aku melihat, dalam segala percakapannya, ia menunjukkan
kasih yang besar padaku. Dari itu aku menarik kesimpulan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa tak ada sesuatu yang akan dapat memisahkan dia dari
aku, dan keinginannya pulang ke tanah kelahiran serta
rakyatnya terutama hanya disebabkan oleh harapan, supaya
dengan bantuanku, rakyatnya hidup lebih baik dan lebih layak
sebagai manusia. Tapi keinginanku untuk bertemu dengan ke tujuh belas
orang berjanggut itu menjadi makin keras, tanpa diundur-
undur lagi aku dengan si Jum'at pergi mencari sebuah pohon
besar yang kuat yang bisa dibuat perahu besar, cukup untuk
berlayar ke daratan. Di pulau itu banyak sekali pohon-pohon
yang baik, asal kita mau saja, kita dapat membuat armada
kecil, yang terdiri dari kapal-kapal yang agak besar. Tapi yang
terpenting ialah menemukan pohon dekat air, sehingga kalau
sudah selesai, dengan gampang dapat diluncurkan ke sungai.
Dengan begitu tidak akan terulang lagi kesalahan pertama.
Akhirnya Jum'at memilih sebuah pohon yang serasi. Sebab
aku segera melihat, bahwa ia lebih mengetahui dari aku, jenis
kayu apakah yang paling baik. Sampai sekarang aku tak dapat
mengatakan apa nama pohon yang kami tebang. Hanya
agaknya ia menyerupai pohon kayu kuning jenis pohon
Nicaragua, karena warna dan bau kayunya.
Jum'at hendak melubanginya dengan jalan membakarnya
saja, tapi kutunjukkan padanya betapa lebih gampangnya
dengan memakai alat-alat. Sesudah kuberi contoh beberapa
kali, seterusnya ia cekatan benar. Setelah kami bekerja keras
sebulan lamanya, perahu itu selesa ilah, empat belas hari
lamanya dengan menggunakan roda-roda, barulah ia dapat
diluncurkan ke sungai. Tapi sesudah itu, ia dengan mudah
dapat menyeberangkan dua puluh orang.
Dengan heran aku melihat betapa cekatannya Jum'at
mengemudikan perahu. Ketika aku bertanya, apakah bisa
mencapai daratan dengan perahu itu, ia berkata, "Ya, kita bisa
gampang menyeberang sekalipun berhembus angin besar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi tentang membuat tiang dan layar, ia tidak tahu apa-
apa, begitu pula tentang memakai jangkar dan tali kabel.
Tiang gampang sekali didapat, kutebang saja salah satu
pohon aras yang lurus, yang banyak sekali terdapat di pulau
itu dan kusuruh Jum'at untuk menyelesaikannya.
Layar kukerjakan sendiri. Aku tahu, bahwa aku masih
mempunyai layar, atau lebih tepat potongan-potongan layar
tua. Tapi karena dalam tempo dua puluh enam tahun kubiaran
saja, aku tidak mengira pada suatu waktu akan terpakai lagi,
aku yakin, semua layar yang kumaksudkan tentu sudah lapuk.
Dan ternyata benar. Tapi kutemukan potongan-potongan yang
masih baik, dan itulah yang kukerjakan. Setelah bersusah
payah berhasil kubuat sebuah layar segitiga yang di Inggris
dinamakan "layar terbut". Karena kapal yang dulu kupakai
berlayar sepanjang pantai Barbaria juga mempunyai layar
seperti itu, aku tak canggung lagi memakainya.
Menyelesaikan dan memasangnya sekali, tiang dan layar
kapal memakan waktu sampai kira-kira dua bulan, sebab aku
menghendaki segala-galanya baik dan rapi. Di samping itu aku
membuat pula kemudi di buritan. Meskipun aku hanya
peromet saja dalam hal membuat kapal, karena mengingat
kepentingannya harus mempunyai kemudi, kulakukan juga
pekerjaan dengan sepenuh hatiku, akhirnya dapat juga
diselesaikan dengan baik.
Setelah selesai semua, kujelaskan kepada si Jum'at
bagaimana menggunakan tiang kapal, layar, dan sebagainya
itu, dan apa pula gunanya. Sebab meskipun ia pandai sekali
menggunakan sampan ternyata ia sama sekali tak tahu-
menahu tentang cara menggunakan layar atau kemudi. Ia pun
sangat tercengang ketika diketahuinya bagaimana aku dapat
menjalankan perahu itu hanya dengan pertolongan kemudi
saja, dan bagaimana pula ia terengah-engah melihat layar
kembung mengembang ditiup angin menurut arah ke mana
kita tujukan, dalam saat-saat belum mempunyai arah yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu. Hanya dalam waktu pendek semua ini telah
dipahaminya dan ia pun jadilah pelaut yang tangkas. Satu
perkara saja yang belum diketahuinya ialah bagaimana
menggunakan pedoman. Tapi karena di sini jarang turun
angin ribut, dan kabut tebal pun jarang-jarang tampak, kami
tak perlu sering-sering melihat pedoman. Pada malam hari
bintang-bintang di langit dan siang hari pantai laut yang
memanjang - kecuali musim penghujan - dapatlah menunjukkan jalan kepada kita.
Aku kini sudah memasuki tahun kedua puluh tujuh
menghuni pulau, tapi tiga tahun terakhir semenjak Jum'at
tinggal padaku dapat dipakai pengurangi waktu tersebut,
karena semenjak itu boleh dikatakan cara hidupku sudah
berlainan. Aku memperingati hari ulang tahun pendaratanku di
pulau seperti biasa. Toh pada kali ini aku merasa lain dari hari
yang sudah-sudah, seolah-olah ada suatu bisikan gaib di
telingaku, bahwa pada tahun-tahun berikutnya aku sudah tak
akan ada di sana lagi. Tapi aku bekerja terus, menanam,
menggali, dan membuat pagar. Selanjutnya mengumpulkan
dan menjemur sekali buah anggur yang telah masak dan
mengerjakan pelbagai macam apa saja yang menurut
hematku ada gunanya. Karena musim hujan telah mulai lagi, sering kami tingal di
rumah saja. Perahu kami yang baru, kami jaga baik-baik. Kami
bawa ke anak air, tempat aku dulu sering mendarat dengan
rakit. Kusuruh si Jum'at menggali tanah yang cukup besar
untuk menempatkan perahu kami, dalamnya juga cukup untuk
diisi air, supaya perahu itu dapat pula terapung-apung.
Setelah air pasang kembali surut, kami membuat bendungan
dari tepi anak air sampai ke limbung yang kami buat itu dan
dengan demikian perahu akan tetap kering pada tiap-tiap kali
pada air pasang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan untuk menghindarkan air hujan, kami taruh di atas
perahu itu ranting-ranting kayu besar, kami buat seolah-olah
sengkuap. Kemudian kami nantikanlah bulan-bulan November dan
Desember; dalam bulan-bulan itu kami akan melaksanakan
maksud kami. Ketika waktu yang kami nanti-nantikan itu tiba, keinginan
akan mencari pengalaman itu hangat kembali, dan mulai
pulalah kami bersedia-sedia akan membuat perjalanan yang
kami angan-angan itu. Sebab apa yang kini menjadi kewajiban
terutama, ialah mengurus sendiri perbekalan-perbekalan yang
diperlukan. Aku kini kepala gudang. Kami sepakat menanti
sampai dua minggu akan membuat bendungan dan
menurunkan perahu ke air.
Pada suatu pagi - kami masih dalam kesibukan - aku
memanggil Jum'at dan menyuruh pergi ke pantai melihat-lihat
kalau-kalau ia dapat menemukan seekor penyu. Pekerjaan ini
sebenarnya pekerjaan mingguan baginya. Seperti telah sering
kukatakan, di samping makan yang lain-lain, kami pun makan
pula daging atau telur penyu dengan tetap. Jum'at belum
lama berangkat, ketika ia tiba-tiba datang lagi dengan, bukan
saja memanjat pagar, tapi boleh dikatakan melompatinya. Ia
berseru-seru, "O, Tuan. O, Tuan. Celaka. Menyedihkan."
"Ada apa Jum'at?" kataku.
"O di sana,," katanya lagi, "satu, dua, tiga perahu; satu, dua, tiga."
Dengan tekanan suara: satu, dua, tiga, kukira ia akan
melanjutkannya sampai bilangan enam, untung ia bermaksud
hanya tiga buah perahu saja.
"Ya, Jum'at!" kataku mencoba meredakan, "jangan takut."
Tapi aku me lihat dia benar-benar sangat ketakutan. Rupanya
tidak dapat menghilangkan pikiran bahwa mereka datang ke
pulau itu semata-mata akan membunuh dia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan anak malang ini sudah gemetar tidak keruan
memikirkan orang-orang itu akan datang, memotong-motong
tubuhnya lalu memakan habis-habis dagingnya, hingga aku
tak tahu bagaimana cara meredakannya. Kucoba sedapat-
dapat membujuk dia dengan memastikan bahwa bahaya itu
bukan hanya untuk dia saja, aku sendiri pun seperti dia pasti
akan dimakannya. "Tapi," kataku, "Jum'at, kita harus melawan mereka.
Dapatkah engkau berkelahi, Jum'at?"
"Aku tembak," katanya, "tapi dia banyak teman."
"Itu tak mengapa," kataku lagi, "senapan-senapan kita
akan mengejutkan mereka, hingga kita tak perlu menembak
orangnya." Kemudian kunyatakan lagi, kalau aku berjanji kepadanya
akan mempertahankan dia, ia harus pula menolongku. Ia
menjawab, "Saya mati kalau Tuan kata mati."
Lalu masuklah aku ke rumah dan kuberi dia minum rum.
Aku sangat hemat dengan rum, karena itu aku masih
mempunyai setengahnya dari jumlah semuanya.
Setelah ia minum, kusuruh dia ambil bedil pemburu, yang
selalu kami bawa, dan kuisi dengan penabur banyak sekali,
hampir sebesar peluru pistol. Kemudian kuambil empat pucuk
bedil setinggar dan masing-masing kuisi dengan peluru-peluru
baud dan lima peluru yang lebih kecil; pistol-pistolku kuisi juga
dengan beberapa peluru. Seterusnya sebagaimana biasa
kusandangkan pedangku yang besar, kepada Jum'at kuberikan
kampaknya. Sesudah bersiap-siap begitu, kuambil teropongku dan
kudaki bukit dari samping, untuk mengetahui apakah masih
dapat kulihat sesuatu. Segera tampak dua puluh satu orang
liar, tiga orang tawanan dan tiga buah perahu. Agaknya
mereka sedang asyik benar menyiapkan pesta besar, dan
ketiga orang tawanan itulah yang merupakan hidangan
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
istimewa. Memang suatu pesta biadab, tapi tidak lebih biadab
daripada biasa. Kulihat juga bahwa mereka tidak mendarat di
tempat mana mereka dulu akan memakan Jum'at, tapi lebih
dekat sungai kecil yang pantainya rendah dekat hutan lebat
yang menjorok sampai ke laut. Ini saja sudah menimbulkan
amarahku, hingga aku kembali kepada Jum'at dan
memberitahukan padanya, bahwa aku berniat mengejar dan
membunuh mereka semua, sambil minta padanya supaya
membantu aku. Sekarang takutnya sudah agak teratasi dan karena
semangatnya amat bertambah oleh rum yang kuberikan
padanya, ia sekarang menjadi berani sekali dan mengulangi
lagi, bahwa ia bahkan bersedia bunuh diri, bila kuperingatkan
padanya. Saat ini kupergunakan untuk membagikan senjata
antara kami berdua. Kuberi Jum'at sepucuk pistol untuk
diselipkan pada ikat pinggangnya dan seterusnya tiga pucuk
bedil dan sepucuk pistol lagi, dan dengan bersenjata demikian,
kami berangkatlah. Selanjutnya kumasukkan sebotol rum ke
dalam sakuku dan kuberi Jum'at sekantong besar obat bedil
dan peluru-peluru. Sementara, kuperintahkan dia berjalan
dekat-dekat di belakangku, tidak boleh berteriak atau
menembak, sebelum kuminta padanya, tapi terutama sekali
jangan berbicara. Mula-mula kami berbelok ke kanan mengambil jalan
berputar kira-kira satu mil, untuk dapat melintasi sungai kecil,
maupun untuk mencapai hutan, sehingga dengan begitu aku
dapat mendekati mereka pada jarak tembak, tanpa
diketahuinya. Sambil kami berjalan, pikiran-pikiran yang dulu muncul
kembali: rencanaku akan kuubah. Tapi janganlah mengira,
jumlah mereka menakutkan. Mereka orang-orang liar
telanjang yang tidak bersenjata. Keadaan Jum'at dan aku jauh
lebih menguntungkan. Aku mulai bertanya kepada diriku
sendiri, alasan apakah sebenarnya untuk menyerang sesuatu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bangsa, yang sampai sekarang belum pernah berbuat tidak
senonoh terhadapku, tidak melakukan kejahatan kepadaku,
sedangkan kebiasaan biadab mereka hanyalah merugikan
dirinya sendiri. Setelah aku mencapai hutan, aku berjalan terus diikuti
dekat-dekat oleh Jum'at, sampai aku mendekati tepi hutan,
dan kini hanya suatu tempat sunyi membatasi aku dan orang-
orang liar. Kupanggil Jum'at dengan suara perlahan-lahan
sambil menunjukkan sebuah pohon besar. Kuperintahkan dia
naik ke atasnya untuk melihat apa yang dikerjakan mereka.
Apa yang kuperintahkan dikerjakannya dan segera ia turun
lagi. Kepadaku ia berkata, bahwa dari pohon tadi ia dapat
melihat segala-galanya. Mereka sedang duduk mengelilingi api
besar, lagi makan daging salah seorang orang liar, sedangkan
tawanan lainnya berbaring terikat di tanah, menantikan
sampai mereka mulai memakan dia. Seterusnya Jum'at
berkata, bahwa tawanan itu tidak tergolong rakyatnya, tapi
ada salah seorang yang berjanggut yang dulu pernah ia
ceritakan padaku. Ketika ia bercerita, perasaan ngeri dan
terkejut menghinggapi-ku. Aku sendiri naik ke atas pohon, dan
dengan pertolongan teropongku kulihat memang ada seorang
kulit putih yang terikat tangan kakinya, berpakaian lengkap,
terbaring di pantai dekat laut.
Pada jarak kira-kira lima puluh meter, ada lagi sebatang
pohon di sampingnya ada semak-semak rendah, tapi karena
untuk sampai ke sana ada suatu tempat terbuka, aku takut
diketahui mereka. Karena itu aku berjalan dua puluh langkah
ke belakang, kemudian pergi menuju pohon tadi lewat jalan
lain, sambil bersembunyi di belakang belukar. Dari sini aku
merangkak ke suatu bukit kecil. Dari sana aku mendapat
pemandangan bebas dalam jarak kira-kira delapan puluh
meter sekitarku. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
24 Kini aku tak boleh membuang waktu, masih ada sembilan
belas orang lagi dari mereka yang sedang duduk mengelilingi
api, sedangkan yang dua orang lagi pergi mengambil orang
Kristen itu untuk disembelihnya.
Aku segera berbalik kepada si Jum'at dan berkata,
"Sekarang, Jum'at, kerjakanlah apa yang kukatakan." Ia
mengangguk. "Lihat, Jum'at," kataku, "kerjakanlah persis seperti apa
yang kubuat, dan awas, jangan lalai sedikit pun."
Lalu kuletakkan kini sebuah bedil setinggarku dan kedua-
duanya bedil pemburu di atas tanah. Ini diikuti oleh si Jum'at,
lalu kubidikkan bedil setinggarku yang satu lagi kepada orang-
orang liar itu. Kusuruh Jum'at berbuat seperti ini, kemudian
kutanya apakah ia telah siap. "Ya," katanya. "Nah!
Tembakan!" kataku, dan pada saat yang sama aku pun
menembakkan bedilku. Jum'at memilih tujuan lebih baik daripadaku. Ia berhasil
menewaskan dua orang dan melukai tiga orang. Aku sendiri
hanya dapat membunuh seorang dan melukai dua orang. Dan
seperti dapat kita pahami mereka yang kami hujani dengan
peluru itu kalang kabut: mereka yang belum luka, berlarian,
tapi sambil tak tahu rupanya ke arah mana harus pergi, ke
mana harus melihat, mereka pun tak tahu dari mana bencana
itu datang. Jum'at terus saja memandangku, karena tak boleh
lalai dari perhatian apa yang kuperbuat.
Dan segera setelah aku melepaskan lelahku sejenak,
pertama kulemparkan bedil setinggar ke samping, lalu kuambil
sebuah dari bedil pemburu, demikian pula si Jum'at. Ia melihat
jariku memegang pemetik, lalu membidik dan si Jum'at
menurutinya. "Selesai Jum'at?" tanyaku. "Ya," katanya.
"Usirlah mereka." "Dengan nama Allah," teriakku, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kutembakkan bedilku untuk kedua kalinya kepada orang-orang
liar yang sedang kalang kabut ketakutan. Demikian juga si
Jum'at, ia menembakkan bedilnya sesaat dengan waktu aku
menembak. Tapi karena bedil-bedil pemburu itu hanya diisi
penabur, kami hanya membunuh dua orang. Meskipun
sebagian besar telah kena tembak mereka berlompatan lari ke
sana kemari, sambil menjerit-jerit seperti kemasukan setan,
tubuhnya berdarah. Kebanyakan dari mereka terluka parah,
dan beberapa menit kemudian ada lagi tiga orang yang rubuh.
"Nah, Jum'at," kataku sambil mengambil bedil setinggar
yang kini telah diisi lagi, 'Ikut aku," kemudian aku lari masuk
hutan diikuti oleh si Jum'at, akan memperlihatkan diri kepada
mereka. Dan segera aku mengetahui, bahwa baru saja mereka
dapat melihat aku, aku pun segera berteriak sekuat tenaga
menyuruh Jum'at supaya ia pun berbuat demikian dan lari
secepat-cepatnya dengan berpakaian lengkap seperti aku.
Kami tak dapat cepat-cepat lari karena berat oleh pakaian
yang serba berat itu. Tapi dapat juga mendekati si kurban
yang sedang berada antara mereka dan laut. Kedua
pembunuh yang telah siap akan memulai pekerjaannya, ketika
mendengar letusan pertama, lari lintang pukang ke pantai, lalu
seperti temannya yang tiga orang lagi, bersembunyi dalam
sampan. Karena itu aku memberi isyarat kepada si Jum'at
untuk menembakkan lagi bedilnya. Ia segera mengerti akan
kehendakku dan menembaklah ia sambil mendekati orang-
orang liar yang telah naik perahu itu, pada jarak kira-kira
empat puluh ela. Mula-mula aku mengira bahwa ia dapat
membunuh semuanya rubuh ke dalam perahu. T api kemudian
tampak lagi yang dua orang, lalu ditembakinya pula kedua
orang tersebut, sedangkan yang ketiga rupanya kena luka
lagi, ia rebah ke dalam perahu.
Selama Jum'at menembaki mereka, aku mengerati tali-tali
yang dipakai mengikat si kurban dengan pisau dan sete lah
mereka terlepas kuangkat dia dan kutanya dalam bahasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Portegis siapa dia. Ia menjawab dalam bahasa Latin,
mengatakan bahwa ia orang Kristen tapi ia sangat lemah dan
lemas, hampir-hampir tak dapat berdiri atau bercakap. Karena
itu aku mengambil bekalku dari saku, dan sambil mengulurkan
kepadanya, kuberi isyarat supaya ia minum. Iapun melakukan
apa yang kuperintahkan. Kemudian kuberi sekerat roti, dan ia
memakannya sampai habis. Ketika aku bertanya kepadanya,
dari mana asal, ia menjawab bahwa ia bangsa Spanyol. Ketika
ia sudah agak kuat, ia menyatakan terima kasih dengan
isyarat sedapat-dapatnya bahwa ia telah ditolong.
"Signor," kataku, sebisa-bisa saja dalam bahasa Spanyol,
"kelak kita bicara panjang, tapi kini kita harus berkelahi. Kalau
Tuan masih kuat, ambillah pistol dan kelewang ini." Ia
mengambilnya dengan rasa terima kasih, dan baru saja ia
merasa senjata-senjata itu ada dalam tangannya, lalu ia pun
melompat seperti kemasukan setan, menyerang yang telah
menyakitinya dan membunuhnya sekali dalam sekejap saja.
Bedilku masih kupegang. T idak kutembakkan, tapi aku s iap
untuk melakukannya, sebab pistolku dan kelewangku telah
kuberikan kepada orang Spanyol itu. Karena itu pula aku
segera menyuruh si Jum'at supaya senjata-senjata yang tadi
diletakkan di bawah pohon segera diambilnya. Iapun lekas-
lekas menjalankan perintahku.
Pada saat aku mengisi bedil pemburu itu kembali, orang
Spanyol itu sedang sibuk menangkis serangan-serangan. Ia
menyerang dengan salah satu kelewang kayunya, yaitu
kelewang yang hendak dipakai membunuh mangsanya. Orang
Spanyol, yang agak nakal tapi berani, - sayangnya tampaknya
lemah - berkelahi mati-matian me lawan penduduk asli itu,
yang tampaknya berani juga dan kuat. Dan beruntung ia
rupanya dapat membantingkan orang Spanyol itu ke tanah
dan mencoba merebut kelewangku dari tangan orang Spanyol
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan orang Spanyol itu membiarkannya saja diambil
kelewangnya, tapi ia segera mencabut pistol dari ikat
pinggangnya, dan menembakan tepat pada kepala sang
korban, hingga ia jatuh dan mati, sebelum aku datang
memberikan pertolongan. Jum'at, yang sekarang tidak perlu lagi menantikan
perintah-perintahku, masih mengejar orang-orang liar, dengan
hanya bersenjatakan kampaknya. Dengan kampak ini ia
membunuh ketiga orang yang terluka dan rubuh pada
permulaan pertempuran, dan seterusnya sekalian orang yang
bisa dicapainya. Dan ketika orang Spanyol datang padaku
minta bedil pemburu, agar dia pun dapat mengejar orang
orang liar, kuberikan padanya sepucuk. Ia bisa melukai dua
orang liar lagi. Tapi oleh sebab ia tidak berhasil mengejarnya,
karena kedua-duanya lari ke dalam hutan, Jum'atlah yang
menggantikan. Ia berhasil membunuh seorang, sedangkan
yang lainnya rupanya lebih cepat daripada Jum'at. Meskipun ia
terluka ia me lompat juga ke dalam laut, kemudian dengan
sekuat tenaga berenang kepada kedua orang temannya, yang
melarikan diri dengan perahu. Dengan ke dua orang dalam
perahu, yang seorang di antaranya terluka juga, (apakah ia
sudah mati, tak tahulah kami), maka ia adalah satu-satunya
dari ke dua puluh satu orang yang bisa terlepas.
Perhitungan kami adalah seperti berikut.
Pada tembakan pertama, yang dilepaskan dari bawah
pohon, tiga orang terbunuh.
Dua orang mati oleh tembakan berikutnya.
Dua orang dibunuh dalam perahu oleh Jum'at.
Tiga orang dibunuh oleh orang Spanyol.
Empat orang mati karena luka-lukanya dan empat orang
lari ke dalam perahu, di antaranya seorang luka-luka berat.
Jadi, jumlah semuanya 21 orang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka yang berada dalam perahu, mengayuh sekuat
tenaga agar jangan tercapai senapan, dan meskipun Jum'at
masih melepaskan dua tiga tembakan lagi, kukira ia tak
mengenai seorang pun. Jum'at mencoba mengejar mereka dengan salah satu
perahu yang ditinggalkannya. Dan memang aku pun amat
takut kalau-kalau mereka bisa terlepas, sebab bila begitu
mereka nanti menceritakan segala-galanya kepada bangsanya,
barangkali dalam tempo singkat akan kembali dengan dua
atau tiga ratus orang. Untuk mengejarnya di laut, sambil lari
ke salah satu perahu, kupanggil Jum'at supaya ikut. Tapi
ketika aku mau melompat ke dalam perahu, tercenganglah
aku, melihat ada orang liar yang berbaring di dalamnya,
seperti orang Spanyol terikat tangan dan kakinya, siap untuk
disembelih. Orang malang itu hampir saja mati karena
takutnya, sebab ia tidak bisa mengetahui sama sekali, apa
yang telah terjadi. Ia tak dapat melihat lewat pinggir perahu,
karena terlalu erat diikat kepada lantai perahu dan lagi pula
hampir pingsan disebabkan terlalu lama berbaring terikat.
Tentu saja segera kukerat tali-talinya, kucoba membangkitkan dia. Tapi ia tak dapat berdiri maupun
berbicara; ia hanya mengerang sekeras-kerasnya. Ia tentu
mengira, bahwa orang-orang liar melepaskannya untuk
membunuhnya. Oleh karena itu, kuminta pada Jum'at, supaya
berbicara dengan dia dan memberitahukan padanya, bahwa ia
telah bebas. Kemudian kuambil botolku, kusuruh dia minum beberapa
teguk. Bahwa ia bebas, mengembalikan semangatnya, ia
dapat berdiri tegak dalam perahu.
Tapi ketika mendengar dia bicara dan dapat melihat
mukanya lebih dekat, sekonyong-konyong ia mencium dan
memeluknya. Kukira hati dari batu pun akan menjadi lentuk,
bila melihat bagaimana ia kemudian, ketawa, berteriak-teriak,
menari, dan sebagainya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lama benar sebelum ia dapat mengucapkan sepatah kata
pun, tapi ketika ia akhirnya agak tenang, ia berkata, bahwa
orang itu adalah bapaknya.
Tidak mudah bagiku untuk menjelaskan kepada pembaca,
betapa terharu aku, ketika melihat bagaimana dalamnya cinta
seorang manusia liar pun terhadap ayahnya. Juga tak mungkin
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagiku untuk menggambarkan segala pernyataan cinta dan
kasih, sebab Jum'at masuk ke dalam perahu kemudian keluar
lagi. Dan ketika ia masuk lagi ke dalam perahu, ia duduk di
samping bapaknya dan memberinya makan dan minum,
sambil melekapkan kepalanya di atas dadanya, kadang-
kadang sampai setengah jam lamanya. Ia mengangkat dengan
hati-hati tangan dan kaki ayahnya dan dengan tangannya
menggosok-gosok sendi-sendinya yang kaku. Dan ketika
kulihat, bahwa gosok-gosokan itu berfaedah juga, kuberikan
kepada Jum'at botol rum, agar ia dapat menggunakan rum
untuk menggosoknya. Ternyata, bahwa ini besar pertolongannya. Oleh peristiwa ini maksud kami akan mengejar orang-orang
liar itu jadi terhalang. Mereka kini sudah hampir tak kelihatan
lagi. Tapi bahwa kami tidak sempat mengejarnya ternyata
menguntungkan, sebab dua jam kemudian turunlah angin
ribut dengan tiba-tiba, makin lama makin dahsyat, hingga aku
mendapat keyakinan, bahwa orang-orang liar itu tak akan
mungkin dapat mencapai daratan.
Tapi mari kita kembali kepada si Jum'at. Ia sangat sibuk
menolong bapaknya, hingga aku tak sampai hati untuk segera
memanggilnya. Tapi ketika kuketahui ada saatnya yang agak
tak begitu sibuk, dan dapat meninggalkan ayahnya sebentar,
kupanggil dia dan ia datang sambil menari-nari dan bernyanyi-
nyanyi. "Sudah kauberi roti ayahmu, Jum'at?" tanyaku. Ia
menggeleng-gelengkan kepala dan berkata, "Tidak, saya
anjing kudis dari pesampahan, sudah memakannya sendiri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku mengambil sekerat roti dari kantung kecil yang selalu
kubawa untuk keperluan seperti itu. Kuberikan juga botol
minuman, kusuruh dia minum seteguk. Mula-mula ia tak mau
mengambil botol itu, tapi si Jum'at menyuruhnya sekali lagi.
Dalam kantung kecil tadi aku masih punya tiga rangkai
anggur, kuberikan serangkai kepada si Jum'at untuk ayahnya.
Tak lama setelah ia memberikan anggur serangkai itu, ia
melompat cepat-cepat dari perahu, lalu lari seperti dibawa
angin saja layaknya, sebab ia adalah orang paling kencang
larinya yang pernah kujumpai. Aku berkata bahwa ia lari
demikian cepatnya, hingga sekejap mata saja sudah tak
tampak dari pandangan mata. Aku tak berhasil memanggil dia
baik menyerukan namanya, maupun dengan apa saja yang
dapat mengurungkan dia terus berlari. Tapi dalam seperempat
jam aku melihat dia telah kembali, masih terus lari, meskipun
tidak sekencang semula. Ketika ia sudah agak dekat, aku
dapat mengetahui bahwa ia membawa guci air yang berisi air
tawar untuk ayahnya. Ia membawa pula dua buah kue besar,
kue gandum. Roti ia berikan kepadaku, tapi air diberikannya
kepada ayahnya. Tapi karena aku sendiri merasa sangat haus,
aku mengambil dulu beberapa teguk. Air rupanya bagi
ayahnya lebih membawa kebaikan dan kesegaran daripada
rum yang kuberikan: orang yang malang itu minum dengan
lahapnya. Kita semua maklum ia sangat dahaga.
Ketika ayahnya telah kenyang minum, aku menyuruh
Jum'at supaya menyisakan sedikit dan membawanya kepada
orang Spanyol itu, yang tentu tak kurang memerlukan dari
ayahnya. Kuberikan pula kepada Jum'at kue gandum yang
sebuah lagi, untuk disampaikan kepada orang itu, yang tentu
perlu juga, melihat keadaannya yang tampak lemah; ia
berbaring saja di bawah bayangan sebuah pohon.
Ketika aku mengetahui bagaimana ia dahaganya, aku
sendiri memberikan segenggam buah anggur. Ia melihatku
dan dapat kubaca pada air mukanya, ia sangat berterima
kasih. Tapi ia sangat lemah hingga meskipun ia baru saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperlihatkan ketangkasannya sebagai pahlawan, kini ia
hampir-hampir tak dapat berdiri. Ia mencoba sampai tiga kali,
tapi pergelangan kakinya begitu bengkak, hingga tak
memungkinkan untuk dapat berdiri hanya semenit saja pun.
Aku minta supaya ia duduk saja, dan menyuruh Jum'at
agar mengurut pergelangan kakinya, yang bengkak itu dengan
rum, seperti diperbuat terhadap ayahnya.
Si Jum'at berbalik, me lihat dulu ayahnya, apakah ia masih
duduk di tempat semula. Dan ketika ia tidak melihat ayahnya
duduk, segera ia lari dengan tak berkata dulu barang sepatah
pun, tapi setelah datang di sana melihat bahwa ayahnya
hanya membaringkan diri saja untuk melemaskan anggota-
anggotanya dan melepaskan lelah. Melihat ini Jum'at pun
kembali kepada orang Spanyol itu.
Aku bertanya setelah kakinya diurut, apakah ia tak dapat
dengan pertolongan Jum'at berjalan ke perahu, untuk
memudahkan membawa dia ke rumah supaya aku dapat
merawatnya sebaik-baiknya. Tapi Jum'at tak mau tahu
tentang ini, percaya akan kekuatannya, ia menggendong
orang Spanyol itu ke atas punggungnya dan dibawanya ke
perahu. Ia meletakkan dia dengan sangat hati-hati di pinggir,
melangkahkan kakinya ke dalam perahu, lalu mengangkatnya
lagi perlahan-lahan dan kemudian membaringkannya di
samp'ng ayahnya. Lalu ia melompat dari dalam perahu,
melepaskan tali penambatnya, dan ia pun mendayunglah
secepat-cepatnya, hingga aku tak mungkin dapat mengikutinya. Ia membawa kedua muatannya itu menyusur
pantai menuju ke anak air, dan meninggalkannya di sana. Ia
pergi mengambil yang sebuah lagi (perahu kami itu). Ketika ia
lalu di mukaku, kutanya mau pergi ke mana. "Hendak
mengambil perahu lebih banyak," katanya, dan ia pun lari
kencang-kencang. Aku yakin tak ada seorang penunggang
kuda yang cakap sekalipun dengan mengendarai kudanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat menyusul dia. Dengan sampan di atas air sama
cepatnya ia dapat sampai di anak sungai dengan aku berjalan
kaki. Lalu ia menyuruh aku masuk ke perahu, demikian juga
tamu-tamu kami yang baru itu. Tapi karena ke dua tamu itu
tak dapat berjalan, tak tahulah Jum'at, apa yang baik dibuat
dengan mereka. Tapi setelah aku berpikir, akhirnya aku mendapat jalan. Aku
berseru kepada Jum'at untuk membaringkan mereka di tepi
sungai, kemudian dengan cepat-cepat kubikin usungan, cukup
besar buat berbaring dua orang. Sesudah selesai, Jum'at dan
aku mengangkatnya bersama-sama.
Tapi ketika kami tiba pada pagar yang pertama, ada lagi
kesukaran, ternyata tidak mungkin mengangkat mereka lewat
pagar. Jadi, sekali lagi Jum'at dan aku bekerja, dan dalam
tempo kurang dari dua jam di antara pagar dan tanaman
hutan mudaku, berdirilah sebuah kemah bagus dan luas,
ditutupi kain layar tua. Dalam kemah ini kami buat tempat
tidur dari jerami dan selimut-selimut wol dan kedua orang
sakit itu kami baringkan di atasnya.
Pulauku kini sudah ada penghuninya, dan aku mempunyai
tidak kurang dari tiga orang warga negara. Betapa penting
rasanya aku dalam kedudukanku sebagai raja pulau di waktu
itu. Dan mengapa tidak. Pertama: seluruh pulau milik
pribadiku, dan keduanya: warga negaraku tunduk sama sekali
padaku dan bersedia mengorbankan jiwanya bagiku bila saja.
Lagi pula yang menarik perhatian ialah, bahwa aku
mempunyai tiga orang warga negara yang semuanya berlain-
lainan agama. Jum'at boleh dianggap seorang Protestan,
bapaknya memeluk fetisyisme dan seorang liar, sedangkan
orang Spanyol beragama Katolik Roma. Dan aku memberikan
kebebasan tentang agama ini, tapi tentang ini lain kali saja.
Ketika tamu-tamu kami yang sakit akhirnya mempunyai
tempat untuk bernaung dan beristirahat, di mana mereka
dapat merentangkan anggota-anggota badannya yang lelah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku mulai berpikir membuat makanan bagi mereka. Yang
pertama kulakukan ialah memerintahkan
Jum'at menyembelih kambing yang berumur setahun (ini
adalah peralihan antara anak kambing dan kambing dewasa).
Sesudah itu, kupotong bagian belakangnya dan dagingnya
kukerat-kerat menjadi potongan-potongan kecil. Jum'at
kusuruh memasak, dan setelah kububuhi jelai dan beras,
jadilah sop nyaman dan beberapa piring daging yang enak.
Karena makanan itu kubuat di luar, setelah siap kubawa
masuk ke dalam kemah, setelah sebelumnya kutaruh sebuah
meja di sana. Mulailah kini kami makan. Dalam percakapan-
percakapan dengan bapaknya, maupun dengan orang
Spanyol, Jum'at berlaku sebagai juru bahasa, sebab orang
Spanyol itu faham benar bahasa orang-orang liar.
Ketika makan selesai, kusuruh Jum'at dengan salah satu
perahu mengambil bedil-bedil setinggar dan pemburu, yang
karena tergesa-gesa kami tinggalkan di tempat pertempuran.
Dan keesokan harinya kusuruh lagi dia ke sana untuk
membakar mayat orang-orang liar yang sudah mati, sebab
mayat-mayat yang sudah menjadi busuk lebih baik dibakar
daripada dikubur. Juga kusuruh dia menghilangkan sisa-sisa
pesta biadab itu karena aku sendiri, disebabkan rasa benci dan
ngeri merasa tak sanggup.
Sekembalinya Jum'at, aku mulai bercakap-cakap dengan
kedua tamuku. Mula-mula kusuruh Jum'at bertanya kepada
bapaknya, apakah pendapatnya tentang larinya orang liar
dalam perahu dan apakah ada kemungkinan mereka datang
kembali dalam jumlah dua atau tiga ratus orang. Kesannya
yang pertama ialah bahwa orang-orang liar itu tidak akan
tahan terhadap angin taufan yang bertiup semalam terus;
mereka pasti mati atau mendarat di daerah-daerah pantai
sebelah selatan, di mana mereka tentu dimakan oleh
penduduknya. Lagi pula ia berpendapat, bahwa orang-orang
liar itu demikian terperanjatnya oleh letusan dan tembakan-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tembakan bedil, sehingga menurut anggapannya, andai kata
mereka sampai ke tempat kediamannya, mereka tentu akan
menceritakan kepada teman-temannya bahwa teman-
temannya dibunuh oleh guruh dan kilat, bukannya oleh tangan
manusia. Dan selanjutnya, bahwa Jum'at dan aku adalah dua
ruh dewa, yang turun dari langit hanya untuk membinasakan
mereka. Ini pernah didengarnya dari mulut orang-orang liar itu yang
diserukannya dalam bahasanya sendiri. Dan mereka juga tak
mungkin percaya, bahwa seorang manusia bisa menimbulkan
kilat dan dapat bicara dalam guruh kepada mereka. Dan
kemudian memang ternyata, bahwa pendapat orang liar tua
itu benar, sebab kemudian aku mendengar dari berbagai
sumber, bahwa orang-orang liar sejak itu menghindari
pulauku. Mereka rupanya demikian takutnya mendengar cerita
keempat orang liar (rupanya mereka dapat menyelamatkan
diri), sehingga mereka percaya, bahwa api para dewa akan
menghancurbinasakan mereka, bila mereka datang lagi ke
pulauku. Ketika itu aku belum tahu soalnya, karena itu segera aku
bersedia-sedia dan tak membiarkan mataku lalai dari
memperhatikan apa saja yang ada sekelilingku.
Karena setelah beberapa lama tak menampak lagi perahu
datang, ketakutanku mulai berkurang, malah timbullah
keinginan meneruskan niatku berlayar ke daratan. Lebih-lebih
karena ayah si Jum'at, juga si Jum'at sendiri memastikan
dengan sungguh bahwa dari pihak rakyat di sana aku akan
mendapat penerimaan yang baik.
Tapi keinginanku yang berkobar-kobar itu lama-lama dingin
kembali, setelah aku mempercakapkannya pada suatu ketika
dengan orang Spanyol itu. Ia mengatakan bahwa ia waktu
mendarat itu bersama-sama dengan orang-orang Spanyol dan
Portugis, berjumlah tujuh belas orang. Orang-orang itu dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga hidup damai dengan penduduk asli, tapi hampir tak
mempunyai makanan, untuk dapat hidup lanjut dengan baik.
Aku menanyakan beberapa keterangan mengenai pengembaraannya dan aku dapat mendengar bahwa kapal
yang mereka tumpangi (kapal Spanyol) berlayar dari Rio de la
Plata ke Havana, maksudnya dari sana akan mengantarkan
muatan, yang terdiri dari sebagian besar dari kulit dan perak
dan akan mengambil muatan barang-barang buatan Eropah.
Seterusnya ia menceritakan tentang tambahnya muatan di
jalan, lima orang Portugis yang kapalnya karam. Diterangkannya juga bahwa lima orang lagi dari mereka telah
tenggelam dan sisanya, yang telah sangat payah dan lelah
terdampar ke tepi pantai yang didiami oleh orang-orang
pemakan sesama manusia, yang sewaktu-waktu bukan tak
mungkin menjadi mangsa kebuasannya.
Juga ia menceritakan bahwa mereka mempunyai senjata,
tapi meskipun demikian tak dapat menggunakannya karena
tak mempunyai mesiu ataupun peluru. Peluru dan obat bedil
yang ada sedikit telah dipergunakannya pada hari pertama
untuk mencari makanan. Aku menanyakan bagaimana pendapatnya tentang kawan-
kawan setanah airnya, dan apakah mereka tidak mempunyai
maksud untuk lari. Ia berkata bahwa mereka memang sering
bermupakat, tapi karena tak mempunyai perahu, atau pun
perkakas untuk membuatnya, juga tak mempunyai bekal,
segala rundingan itu hanya diakhiri dengan air mata dan putus
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
asa. Lalu aku bertanya bagaimana pendapatnya, kalau aku yang
mengusulkan kepada mereka tentang pembebasan ini kira-kira
akan diterima" Aku berkata terus terang kepadanya bahwa
yang kukhawatirkan kalau nanti mereka mengira bahwa aku
akan menipunya. Kunyatakan kepadanya berat bagiku, mula-
mula dapat membebaskan mereka, tapi kemudian aku sendiri
jadi tawanan untuk dibawa ke Spanyol Baru, di mana orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Inggris dengan segera atau lambat-laun dibunuhnya. Bagiku
lebih baik dimakan oleh orang-orang liar daripada jatuh di
tangan para pendeta bengis, yang pasti akan menyeretku ke
muka pengadilan gereja. Tapi kukatakan pula, bahwa aku
yakin kalau mereka ada di sini, kami sekalian akan lebih
mudah membuat sebuah kapal yang cukup besar, untuk
dipakai berlayar ke pantai selatan Brasilia atau ke pantai utara
Spanyol. Selesa i aku berkata, ia menyatakan dengan terang dan
jelas sekali bahwa keadaan kawan-kawan sebangsanya itu
sangat buruk, hingga ia dapat memastikan bahwa
purbasangkaku, tiada akan percaya kepada siapa yang akan
memberikan pertolongan, tak akan ada pada mereka, dan
kalau aku setuju, ia dengan orang liar yang tua itu akan pergi
dulu menemui mereka dan setelah memaparkan apa yang
dikandung dalam maksud dengan sejelas-jelasnya, ia akan
kembali menyampaikan putusan mereka. Ia akan minta
keterangan tertulis dari mereka, yang menyatakan bahwa
mereka menyetujui dan akan menurut saja kepada
kehendakku; ke tanah mana saja mereka akan dibawa.
Selanjutnya keterangan ini akan diresmikan dengan upacara
penyumpahan, di mana aku harus hadir pada waktunya. Lalu
ia menceritakan pula bahwa mereka itu sebenarnya orang-
orang sopan dan jujur, yang mendapat malapetaka, padahal
mereka tak mempunyai pakaian maupun makanan, karena itu
mereka menyerahkan saja kepada kerelaan penduduk asli.
Setelah aku mendengar semuanya, mulailah aku menguatkan niatku untuk melaksanakan cita-citaku itu.
Langkah pertama aku harus secepat mungkin menyuruh orang
Spanyol dan orang liar tua itu kembali kepada bangsanya.
Tapi ketika kami mempercakapkan kembali hal-hal yang kecil-
kecil, tiba-tiba orang Spanyol itu memajukan suatu pendapat
yang berharga sekali, demikian bagusnya hingga aku tak
hendak menolaknya, dan menyetujuinya saja, meskipun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena pendapatnya ini, kepergian-nya harus ditangguhkan
sekurang-kurangnya selama setengah tahun.
Soalnya begini: Ia sekarang sudah kira-kira sebulan tinggal padaku. Selama
itu ia mendapat kesempatan cukup untuk mengetahui,
bagaimana aku memenuhi kebutuhan hidupku. Ketika ia
melihat aku panen, diketahuinya, bahwa persediaan yang
mula-mulanya diperuntukkan bagi si Jum'at dan aku, buat
empat orang amat kurang, apalagi buat memelihara hidup
empat belas orang lagi, tentu takkan mencukupi. Karena itu ia
menasihatkan agar ia dan kedua orang lainnya disuruh
mencangkul tanah lebih banyak untuk ditanami, kemudian
menantikan panen berikutnya, agar bila orang-orang lainnya
kelak tiba, sudah cukup persediaan beras dan jelai, sehingga
kami dapat bersiap-siap buat pelayaran.
Nasihat ini tepat sekali, aku tak berniat mengabaikannya.
Segeralah kami berempat mencangkul-cangkul, dan sebulan
kemudian ketika waktu menyebar bibit tiba, sudah cukup
tersedia tanah, dan kami dapat menaburkan dua ratus dua
puluh liter benih jelai dan enam belas periuk butir beras.
Karena persenjataan kami berempat sekarang sudah
sangat baik, aku tidak merasa kuatir lagi akan kemungkinan
serangan orang-orang liar. Dengan ditemani orang-orang
lainnya, aku acapkali menjelajah beberapa bagian pulau.
Dalam perjalanan-perjalanan ini kami memilih pohon-pohon,
yang kayunya patut dibuat kapal. Beberapa hari kemudian, di
bawah pengawasan orang Spanyol, kusuruh si Jum'at dan
ayahnya menebangnya, setelah kutunjukkan padanya,
bagaimana cara membuat papan yang panjangnya tiga puluh
lima kaki, lebarnya dua kaki dan tebalnya empat dim.
Bersamaan dengan itu, aku berusaha sedapat-dapatnya
menambah kawanan kambing-kambing yang jinak. Pada suatu
hari kusuruh si Jum'at dengan orang Spanyol menangkap
kambing-kambing muda, sedangkan aku sendiri keesokan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harinya pergi dengan si Jum'at, kami pergi bergiliran. Kami
mendapat dua puluh ekor kambing muda, kambing-kambing
tua kami tembak mati. Kali ini kukumpulkan lebih banyak buah
anggur daripada biasa. Sesudah dijemur di bawah matahari,
aku mendapat antara enam puluh dan delapan puluh bejana
kismis. Musim panen tiba lagi, dengan amat gembira kami lihat,
bahwa bulir-bulir berisi penuh. Seperti sudah kukatakan, kami
telah menabur dua ratus dua puluh liter benih jelai sedangkan
hasil panen kira-kira dua ribu dua ratus liter, dan demikian
pulalah bertambahnya persediaan beras kami. Dengan
demikian, dengan hati yang lapang kami dapat menantikan
kedatangan orang-orang Spanyol, dan orang Spanyol kuberi
izin untuk menyeberang ke benua buat mengambil orang-
orang setanah airnya yang ditinggalkan di sana. Tapi kuberi
perintah tegas padanya, bahwa ia tidak boleh mengambil yang
tidak bersumpah dulu di hadapan dia dan orang liar tua itu,
bahwa mereka akan tunduk kepada perintah-perintahku dan
mengakui aku sebagai pemimpinnya.
Setelah mendapat perintah, orang Spanyol dan orang liar
tua itu bertolaklah dengan salah satu perahu rampasan, dan
mereka masing-masing kuberi dulu sepucuk bedil setinggar
dan obat bedil serta peluru buat delapan kali pasang. Kuminta
padanya dengan sungguh-sungguh, supaya menghemat
sedapat mungkin. Kemudian mereka kuberi perbekalan bahan
makanan dan kismis banyak-banyak, cukup bagi mereka dan
orang-orang Spanyol buat beberapa hari lamanya dan
kuucapkan selamat jalan padanya. Kami mengadakan
perjanjian, bahwa bila mereka kembali, mereka akan
memberitahukan kedatangannya
dengan suatu isyarat tertentu, yang dapat dilihat dari jarak jauh oleh si Jum'at dan
aku. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka berlayar dengan angin lemah dan bulan penuh,
sehingga lama benar kami dapat memandang sebelum mereka
hilang dari penglihatan. Kira-kira delapan hari sete lah keberangkatannya, terjadilah
suatu peristiwa ganjil dengan sekonyong-konyong. Pada suatu
pagi, ketika aku masih tidur nyenyak, si Jum'at dengan tiba-
tiba berlari ke dalam gubukku, sambil berteriak-teriak, "Tuan,
Tuan, mereka datang, mereka datang, mereka datang." Tentu
saja aku segera melompat dari ayunan-ku, dan tanpa
memikirkan sesuatu bahaya, segera kukenakan pakaianku dan
berlari ke tempat peninjauanku yang biasa. Dengan tegas
kukatakan, tanpa memikirkan sesuatu bahaya, sebab sekarang
aku berbuat sesuatu, yang biasanya tak kulakukan, yaitu
meninggalkan senjata-senjataku.
Alangkah tercengang aku, ketika aku datang di suatu
tempat, kulihat dalam jarak kira-kira satu setengah mil di laut
ada sebuah sampan yang memakai layar segitiga, menuju ke
arah pulauku. Juga segera kulihat, bahwa sampan itu tidak
datang dari jurusan, yang kuharapkan yaitu dari mana orang
Spanyol dengan orang-orang setanah airnya akan datang,
melainkan lewat ujung selatan pulau.
Kupanggil si Jum'at, kuminta supaya ia menghampiriku,
kusampaikan dengan beberapa patah kata, bahwa orang-
orang itu bukan mereka yang kami nantikan. Kukatakan pula
bahwa aku belum dapat memastikan apakah mereka kawan
atau lawan. Lalu kuambil teropong dari rumah dan setelah aku
menaruh lagi di tempatnya, lalu aku mendaki bukit. Seperti
sering kukatakan, aku dapat dari tempat ini melayangkan
pandangan yang jelas sekitarnya, dengan tak usah khawatir
akan ketahuan oleh yang diintai.
Baru saja aku mendaki bukit yang kumaksudkan itu,
mataku telah melihat sebuah kapal yang jauhnya dari pantai
kira-kira satu setengah mil, jadi dari tempat aku berdiri, lebih
kurang dua setengah mil, arah tenggara, yang rupanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang melabuhkan jangkar. Setelah kuamat-amati dengan
seksama memakai teropong, dapat kuketahui kini, bahwa
kapal itu berlayar di bawah naungan bendera Inggris dan
sekocinya pun adalah sekoci model Inggris.
Sungguh sukar untuk melukiskan kebingungan yang
bercampur dengan kegembiraan sekaligus, yang ketika itu
menguasaiku. Aku melihat, bahwa kapal itu, menurut dugaan-
dugaan yang cukup mempunyai alasan, dikemudikan oleh
sesama bangsaku sendiri, lebih dari itu, mungkin teman-
temanku sendiri. Tapi seolah-olah ada suara gaib yang
mengingatkan supaya aku berhati-hati dan waspada. Pertama
timbul pertanyaan dalam diriku, apa maksudnya sebuah kapal
Inggris berlayar menuju tempat terpencil dari dunia ramai,
sebab, seperti yang aku tahu pasti, tidak pernah ada
hubungan dagang tukar-menukar antara orang Inggris dengan
penduduk asli daerah pantai pulau ini. Juga mereka tidak
disebabkan karena diserang badai, dan bukan pula mendapat
kecelakaan lain-lainya. Jadi kesimpulan pikiranku: kalau
mereka toh betul-betul orang Inggris, tentu datangnya ke mari
bukan dengan maksud baik. Dan karena itu bagiku, lebih baik
menghabiskan umurku di sini saja daripada jatuh di tangan
pembunuh-pembunuh dan bandit-bandit.
25 Aku belum lama bersiap-siap di puncak bukit itu, tiba-tiba
aku melihat bagaimana kapal itu makin lama makin dekat ke
darat. Aku mengira mereka mencari muara salah satu anak air
atau mencari tempat, yang kira-kiranya baik untuk mendarat.
Tapi karena mereka tidak terus menyusur pantai, anak air
yang biasa kupergunakan untuk menurunkan rakitku dahulu
rupanya tidak kelihatan. Lalu dilabuhkan saja jangkar kapal itu
di tempat yang jauhnya kira-kira setengah mil dari tempatku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ini bagiku sangat kebetulan, sebab kalau tidak begitu, mereka
akan dapat langsung naik ke darat presis di muka pintu
rumahku dan aku mau tak mau akan dapat kehormatan
dengan kunjungan mereka di rumah.
Ketika mereka telah di darat, aku dapat mengetahui bahwa
mereka sebagian besar adalah orang-orang Inggris. Dua di
antaranya kukira mula-mula orang Belanda, tapi ternyata
kemudian bukan. Mereka berjumlah 11 orang, tiga di
antaranya menurut dugaanku tidak bersenjata dan mereka
diikat. Seorang dari tiga itu memohon, ini tampak dari gerak-
geriknya, seperti minta dikasihani, dibiarkan hidup, tapi yang
dua lagi, meskipun ada pula mereka membuat gerak-gerak
permintaan, tapi tidak seperti yang pertama. Ini semua sangat
mengharubirukan pikiranku, lebih-lebih karena aku tak tahu
sebabnya. Ketika si Jum'at melihat ini, ia berseru-seru sebisa-bisanya
dalam bahasa Inggris, "O, T uan, Tuan melihat orang laki-laki
Inggris itu hendak memakan tawanannya seperti juga orang-
orang liar." "Mengapa Jum'at?" kataku, "engkau mengira akan
memakan tawanannya?"
"Ya," kata Jum'at
"Tidak, tidak," kataku. "Jum'at, aku sesungguhnya hanya
khawatir kalau-kalau mereka hendak membunuhnya. Tapi
engkau harus tahu pasti, bahwa mereka tidak akan memakan
dagingnya." Dalam pada itu aku terus melihat pertunjukan ngeri itu. Aku
melihat bagaimana salah seorang bandit itu mengangkat
tangannya yang memegang pedang sangat besar, lalu
ditetakkannya kepada salah seorang mangsanya yang malang
itu. Aku menanti tiap-tiap saat, bahwa orang ini akan segera
rubuh, dan denyut jantungku rasa terhenti karenanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu, aku berharap-harap dalam hati, supaya
orang Spanyol dan orang liar tua yang ikut dengan dia, segera
kembali. Atau akulah dapat menghampiri ketiga orang yang
tidak bersenjata itu, dengan tidak diketahui orang.
Aku masih berpikir-pikir, ketika tiba-tiba ada suatu kejadian
lain. Setelah aku menjadi saksi dari penganiayaan seorang
kelasi yang tak mempunyai perikemanusiaan itu terhadap tiga
orang kurbannya aku melihat kelasi itu tiba-tiba sibuk
bercakap-cakap tentang keadaan pulau, sambil menjauhi
tempat semula, seperti bermaksud hendak memeriksanya
lebih jauh. Aku melihat bahwa ketiga orang itu kini bebas,
boleh pergi semaunya. Tapi ketiga orang itu bukan pergi,
malah ber-jongkoklah di tanah, dengan memperlihatkan
roman yang sangat susah dan sedih, seperti orang yang betul-
betul sudah putus harapan.
Aku teringat kepada saat, ketika buat pertama kalinya aku
menginjakkan kakiku di sini dan karena putus asa menoleh ke
kiri ke kanan. Betapa ngeri persangkaanku; betapa kuanggap
diriku sudah tak dapat tertolong lagi dan betapa takutnya aku
memandang sekelilingku. Dan betapakah pada malam
pertama itu aku tidur di atas pohon karena takut akan
binatang-binatang buas! Air pasang sedang setinggi-tingginya, ketika orang-orang
itu mendarat; tapi karena mereka terlalu banyak memboroskan waktu pemeriksa keadaan pulau, mereka telah
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lalai membiarkan pasang berlalu, sehingga sampannya
sekarang, karena air amat surut, tersangkut dalam pasir.
Mereka hanya meninggalkan dua orang dalam sampan, yang
kecuali itu sebagaimana kulihat kemudian, terlalu banyak
minum berendi, sehingga mereka tertidur nyenyak. Tapi ketika
salah seorang terbangun dan melihat, bahwa sampan
demikian eratnya tersangkut dalam pasir, sehingga ia sendiri
takkan mungkin dapat melepaskannya, mulailah ia memanggil-manggil orang-orang lainnya yang berkelana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekitarnya. Atas panggilan ini mereka semua datang
menghampiri sampan, tapi meskipun mereka mengerahkan
tenaga sekuat-kuatnya mereka toh tak dapat melepaskannya,
sebab sampan itu amat berat dan daerah pantai sebelah pulau
terdiri dari tanah pasir paya-paya, yang amat menyerupai
pasir apung. Meskipun karena itu mereka berada dalam keadaan yang
jauh dari menyenangkan, mereka segera membiarkan saja
sampan itu kepada nasibnya sendiri, seperti pelaut-pelaut
teledor, yang tak pernah memikirkan hari kemudian dan lalu
melimbang lagi di pantai. Dalam pada itu aku mendengar
salah seorang dari mereka berkata dalam bahasa Inggris, "Ah,
biarkan saja. Jack. Mengapa kau bersusah-susah" Kalau air
pasang juga ia akan terapung lagi!" Dengan demikian maka
keyakinanku, bahwa mereka orang-orang senegeriku, dibenarkan. Ketika semua itu terjadi, aku tersembunyi dengan
aman di dalam persembunyianku, dan aku merasa bersyukur
ketika teringat betapa terlindung letak rumahku.
Aku tahu, bahwa tidak kurang dari sepuluh jam harus
berlalu, sebelum sampan bisa terapung lagi dan karena
sebelum itu hari akan menjadi gelap gulita, aku mendapat
kesempatan baik sekali untuk melihat-lihat segala pekerjaan
dan mendengarkan percakapan-percakapannya, andaikata
mereka bercakap cakap. Dalam pada itu aku bersiap-siap
untuk bertempur, sebagaimana halnya ketika akan datang
orang-orang liar, meskipun sekarang aku berbuat lebih
berhati-hati, karena tahu benar, bahwa musuh ini tidak dapat
disamakan dengan musuh yang dulu. Kuperintahkan s i Jum'at,
yang selama tahun-tahun belakangan ini telah kubuat seorang
penembak ulung untuk menyiapkan segala sesuatu baginya
sendiri. Aku sering mengambil dua bedil pemburu, sedangkan
dia kuberi tiga pucuk bedil setinggar.
Tampangku memang layak untuk mengejutkan orang. Di
atas kepala kupasang kupiah raksasa, yang dulu kubuat dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kulit kambing yang di belakangnya berkatup besar yang
tergantung rendah sampai tengkukku. Dalam ikat pinggangku
terselip dua pucuk pistol, pada sisiku tergantung sebilah
pedang besar dan di atas tiap pundakku sepucuk bedil.
Seperti sudah kukatakan, aku tidak bermaksud berbuat
sesuatu sebelum gelap-gulita. Tapi ketika menjelang jam dua
siang, jadi waktu hari sedang panas-panasnya, kulihat mereka
masuk ke dalam hutan, aku mengerti, bahwa mereka tidur
siang di sana. Ketiga orang malang yang ditinggalkan yang
sudah barang tentu tersiksa oleh pikiran akan nasib yang akan
menimpanya, tidak tidur, tapi dalam jarak kira-kira
seperempat mil duduk di bawah teduh pohon, dan sangkaku
tak tampak oleh orang-orang lainnya. Ketika hal itu kuketahui
aku memutuskan memperkenalkan diri padanya dan dengan
begitu dapat mendengar tentang keadaannya.
Jadi segeralah aku berangkat dengan si Jum'at yang seperti
aku juga bersenjatakan lengkap, tapi tidak memberi kesan
sebagai hantu seperti aku; ia berjalan di belakangku dalam
jarak yang agak jauh. Aku mendekati mereka tanpa
diketahuinya sedekat dan sekonyong-konyong tanpa dilihat
oleh salah seorang dari ketiga orang itu, dalam bahasa
Spanyol, kusapa mereka, "Siapakah Tuan?" Ketika mendengar
suaraku, mereka berdiri dengan terkejut, dan seterusnya
melihat aku dalam pakaian yang asing baginya, mereka
sepuluh kali lebih terkejut lagi. Tidak seorang pun yang
menjawab dan kukira, mereka semua sudah siap untuk lari;
jadi kusapa mereka dalam bahasa Inggris.
"Tuan-tuan, jangan takut pada saya. Barangkali saya
segera menjadi sahabat Tuan-tuan!"
"Rupanya Tuan diturunkan dari langit untuk menolong
kami," kata seorang dari mereka dengan sungguh-sungguh
kepadaku, sambil membuka topinya.
"Saya orang Inggris," kataku, "dan bersedia akan menolong
Tuan. Seperti T uan dapat melihatnya saya mempunyai senjata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serta mesiu cukup banyak. Katakanlah kepada kami, siapa
Tuan dan dapatkah kami menolong Tuan" Apa sebenarnya
yang telah terjadi atas diri T uan-tuan?"
"Apa yang telah terjadi, tak dapat saya menceritakannya
dengan sepatah dua kata saja," katanya, "sebab akan
memakan waktu banyak, sedangkan pembunuh pembunuh
kami ini berada tidak jauh dari s ini. Tapi singkatnya saja Tuan,
saya adalah komandan kapal, kapal yang Tuan lihat di
kejauhan itu. Anak buah saya berhasil memberontak. Mereka
memutuskan tidak akan membunuh kami, tapi akan
meninggalkan kami. Saya dengan juru mudi dan seorang
penumpang di pulau ini, yang dalam sangkaan mereka kami
akan mati juga karena kelaparan. Mereka mengira pulau ini
tidak ada penduduknya."
"Di mana mereka, penipu-penipu musuh Tuan itu?"
tanyaku. "Tidakkah T uan tahu ke mana mereka pergi?"
"Mereka ada di belakang Tuan," katanya sambil
menunjukkan jarinya ke arah semak-semak. "Tapi saya sudah
gemetar mengingat kalau-kalau mereka ada melihat kami,
atau mendengar percakapan kita, sebab kalau hal ini terjadi,
mereka akan membunuh kami dengan tak mengenal ampun
lagi." "Adakah mereka mempunyai senjata?"
"Hanya dua buah bedil," katanya, "satu di antaranya
ditinggalkan dalam sampan."
"Sekarang," kataku. "Biarlah, seterusnya atas tanggung
jawab sayalah! Saya berani mengatakan bahwa mereka kini
sedang tidur, jadi sangat mudah untuk membunuh mereka,
atau barangkali T uan ingin menangkapnya hidup-hidup?"
Atas pertanyaan ini ia menceritakan bahwa di antara yang
banyak itu hanya dua oranglah yang berbahaya, yang tak
perlu diberi ampun lagi, dan kalau yang dua ini sudah tak
berdaya, ia mengira bahwa yang lain-lain akan berbalik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku bertanya siapa kedua orang itu, tapi ia menyatakan tak
dapat membedakan dalam keadaan seperti itu, tapi ia akan
menurut saja apa yang akan kuperintahkan kepadanya.
"Ya," kataku, "kalau begitu, pertama-tama kita harus
berusaha supaya jauh dari mereka, jauh dari penglihatan dan
pendengaran mereka, supaya dapat berunding."
Mereka menurutkan daku, dengan tak berkata apa-apa lagi.
Lalu berjalanlah kami, dan sampailah di sebuah hutan yang
kira-kira aman bagi kami. "Begini Tuan," kataku, "kalau saya mengambil tugas
membebaskan Tuan dari cengkeraman
mereka seluruhnya, dapatkah Tuan kelak menyetujui dua
macam permintaan yang akan saya ajukan?"
Ia menjawab, seandainya kapal itu dapat dimilikinya
kembali ia akan menyerahkan pimpinan kepadaku selama
dalam perjalanan. Tapi kalau kapal itu tak dapat kembali,
relalah ia katanya mengikutiku hidup atau mati bersama-sama.
Kedua orang yang lain sama-sama setuju atas usulnya ini.
"Ya," kataku lagi, "dan usul-usul saya ini ialah, pertama:
selama tuan ada di daratan pulau ini, harus tunduk kepada
perintah-perintah saya dan kalau saya memberikan senjata
kepada Tuan, Tuan bersedia mengembalikannya sewaktu-
waktu dan Tuan sekali-kali tidak akan membelakangi saya.
Kedua: kalau saja saya beruntung dapat merampas kembali
kapal itu, Tuan hendaklah memberikan kesempatan kepada
kami berdua dengan orang itu, ikut berlayar ke Inggris dengan
tak usah membayar." Ia meyakinkan bahwa ia sangat setuju dan berpendapat
bahwa permintaanku itu sangat pada tempatnya dan selalu ia
mengatakan bahwa ia akan setia selama hidupnya dan
bersedia menyatakan bahwa ia sungguh-sungguh telah
berhutang budi kepadaku. "Baiklah," kataku, "ini tiga buah bedil setinggar untuk kalian
bertiga, beserta obat dan pelurunya. Coba Tuan katakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang, apa pikiran Tuan, mana yang sekiranya baik kita
lakukan pada saat ini."
Tapi mereka mengatakan, bahwa itu semuanya terserah
kepadaku. Aku menyatakan kepada mereka, bahwa meskipun
hal ini sangat berbahaya untuk dilakukan, tapi bagiku ini
adalah yang sebaik-baiknya, yaitu menyerang mereka dengan
tiba-tiba pada saat mereka sedang berbaring-baring di sana.
Dan kalau sete lah penyerangan pertama masih ada yang
hidup, serta menerangkan bahwa mereka akan menyerang,
boleh mereka diberi ampun kalau sekiranya disetujui oleh
sekalian. Kapitan itu menjawab bahwa ia tak mempunyai maksud
untuk membunuh semuanya, siapa yang masih dapat ditolong,
baiklah ditolong. Tapi karena kedua orang, biang keladi,
pemimpin pemberontak yang tak mau saja mengubah
sikapnya, dan kecuali itu, kalau saja mereka dapat meloloskan
diri pasti akan membawa anak buahnya kembali menyerang.
Kapitan dengan kawan kawan dan kami tentu akan dapat
dikalahkan, maka bagi kedua biang keladinya baiklah diambil
tindakan keras. "Ya," kataku lagi, "tapi hal yang lebih utama, yang saya
pikirkan, ialah mencari jalan untuk menolong nyawa kita
sendiri." Tapi ketika aku melihat bagaimana pandangannya tentang
pertumpahan darah yang tak diingininya itu, aku membujuk
dengan menyatakan bahwa mereka akan segera menyerah
kalau melihat bahwa senjata kami dan amunisi lebih kuat
daripada mereka. Pada saat kami masih sibuk bercakap-cakap, tiba-tiba kami
mengetahui mereka bangun. Segera pula kami melihat mereka
bangkit dan melompat. "Inikah ke dua biang keladi pemberondak itu?" tanyaku
dengan membenci. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan," katanya.
"Nah, biarlah dulu. Tuhan rupanya memberi ingat mereka
tepat pada waktunya. Tapi kalau yang lain-lain itu lari, itu
akan menimpa kepala Tuan nanti," kataku kepada kapitan itu.
Kapitan itu rupanya sadar, ia mengambil bedil setinggar
dan dengan tak ragu-ragu lagi sambil memasukkan pistol ke
dalam pinggangnya, ia tampil ke muka. Kedua orang lainnya
menuruti saja apa yang dilakukan oleh kapitan itu.
Tapi oleh karena salah satu dari kedua orang itu agak
membuat gaduh, salah seorang kelasi yang dalam pada itu
sudah bangun, menoleh. Dan ketika dilihatnya mereka datang,
ia berteriak-teriak sekeras-kerasnya membangunkan orang-
orang lainnya. Tapi teriakannya tidak berguna lagi, sebab
pada saat ia mulai berteriak, ke dua tadi melepaskan dua
tembakan, (kapitan secara bijaksana menyimpan pelurunya
buat kedua orang seterusnya), dan mereka demikian tepat
membidiknya, sehingga yang satu segera mati di tempat itu
juga, sedangkan yang lainnya terluka parah. Tapi karena ia
masih belum mati sama sekali, ia mencoba bangkit dengan
tenaga penghabisannya, ia berseru minta tolong kepada
orang-orang lainnya. Pada waktu itu kapitan menghampirinya,
dan berkata, bahwa pertolongan manusia sekarang tidaklah
berguna lagi, tinggal minta diampuni Tuhan saja untuk
perbuatan jahatnya. Kemudian dengan siku bedil dipukulnya
orang itu sehingga roboh tak bangun lagi buat selama-
lamanya. Sekarang tinggal tiga orang lagi, satu di antaranya
terluka ringan. Pada saat itu aku menampakkan diri, dan ketika mereka
melihat daku sadarlah mereka, bahwa perlawanan tiada
artinya lagi, dan karenanya ia minta diampuni. Kapitan berkata
padanya bahwa ia tidak akan membunuhnya, asal saja mereka
mau bersumpah setia dan takluk padanya, dan berjanji akan
menolongnya untuk membawa kembali kapal dengan aman ke
Yamaica, tempat asal kapal itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hal itu mereka janjikan dan kapitan memberikan mereka
hidup, hal mana tidak menjadi keberatan bagiku. Hanya aku
minta supaya selama mereka berada di pulauku, kaki dan
tangannya diikat erat. Ketika ini sedang dilakukan, kusuruh si Jum'at dengan
mualim ke kapal, dan kuperintahkan padanya untuk
mengambil dayung-dayung serta layar-layarnya, hal mana
cepat dikerjakan olehnya. Lambat-laun ketiga orang lainnya
yang (untung baginya) telah memisahkan diri dari teman-
temannya mulai muncul, dan ketika dilihatnya, bahwa kapitan
yang tadinya menjadi tawanannya, sekarang berbalik
menguasai keadaan, mereka pun takluk kepadanya, dan
membiarkan dirinya diikat. Dan dengan demikian, kami
mendapat kemenangan sepenuhnya.
Barulah kapitan dan aku mendapat kesempatan untuk
saling mengenal lebih baik dan mengetahui pengalaman serta
keadaannya masing-masing. Akulah yang mulai menceritakan
seluruh riwayatku berturut-turut yang ia dengarkan dengan
penuh perhatian serta keheranan. Dan oleh karena riwayat
hidupku memang merupakan rangkaian pengalaman-
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pengalaman ganjil serta kejadian-kejadian yang ajaib, ceritaku
memberi kesan yang dalam padanya.
Ketika keterangan-keterangan pertama selesai, kuajak dia
dan kedua orang lainnya ke rumahku, di mana kuhidangkan
apa yang ku-punyai dan kemudian memperlihatkan segala
sesuatu yang kubuat selama aku berdiam di tempat itu yang
sekian lamanya. Segala yang kuceritakan dan kuperlihatkan padanya
tampaknya sama saja mencengangkan hatinya. Tapi terutama
sekali kapitan amat memuji kubu pertahananku dan betapa
berhasilnya aku menyembunyikan rumahku bagi setiap orang
dengan memakai sebuah hutan kecil, yang kutanam di sana
kira-kira dua puluh tahun yang lalu. Kukatakan padanya,
bahwa rumah itu adalah puri dan tempat kediamanku, tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti para raja juga, aku masih mempunyai tempat tinggal
untuk di musim panas, yang dapat kutinggali kapan saja aku
mau dan membawa tempat itu pada suatu hari akan
kuperlihatkan padanya. Pada saat ini soalnya ialah merundingkan, bagaimana
caranya dapat menguasai kapal lagi. Ini pun dipahami oleh
kapitan, tapi dengan terus terang ia katakan padaku bahwa ia
tidak mempunyai harapan akan berhasil. Sebab di atas kapal
itu masih ada dua puluh enam orang, yang semuanya telah
ikut memberontak. Berdasarkan hukum mereka telah
kehilangan hidupnya, dan sekarang mereka berada dalam
keadaan masa bodoh dan tidak memperdulikan lagi apa-apa.
Sebabnya ialah karena mereka tahu, bahwa bila mereka
dikalahkan dan dikembalikan ke Inggris atau ke salah satu
jajahan Inggirs, mereka akan dihukum gantung, dan karena
itu bila kami harus menyerangnya selama jumlahnya masih
banyak, maka tipis atau sama sekali tidak ada harapan bagi
kami. Lama aku berpikir tentang apa yang dikatakannya, dan
akhirnya aku yakin, bahwa ia benar. Jadi aku memutuskan,
pertama untuk mengambil tindakan-tindakan cepat dan kedua,
kami harus mengadang anak buah kapal itu untuk mencegah
mereka mendarat di pulauku.
Masih dalam memikirkan perkara ini, tiba-tiba terpikir
olehku bahwa penumpang-penumpang kapal itu, tentu akan
bertanya bagaimana halnya dengan teman teman dan
perahunya, dan akan segera datang dengan perahu yang lain,
dan mereka itu akan datang bersenjata. Jika ini terjadi
celakalah kami semua. Karena itu aku memberitahukan hal ini kepada kapitan,
bahwa yang pertama-tama, yang baik kami lakukan, ialah
perahu yang ada di pantai itu harus dirusakkan, hingga
(setelah kami mengeluarkan isinya) mereka tak akan dapat
menggunakannya lagi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jadi segeralah kami bersama-sama menuju ke perahu itu.
Mula-mula kami ambil senjatanya, yang ditinggalkan oleh
kelasi-kelasi itu, dan seterusnya apa saja yang ada di
dalamnya, seperti: sebotol berendi, sebotol rum, beberapa
bungkus biskuit, tanduk mesiu, sebungkah besar gula,
dibungkus dengan secarik kain layar, kira-kira seberat lima
atau enam kilo. Ini semua tentu sangat menggirangkan hatiku,
lebih-lebih berendi dan gula, yang sudah bertahun-tahun tak
pernah kucicipi rasanya. Setelah semua barang ini kami bawa
(pendayung, kain layar, tiang dan kemudi sudah lebih dulu
kami selamatkan), lalu kami lubangi alas perahu itu, hingga,
seandainya mereka berhasil mendarat, mereka tak akan dapat
membawa perahu itu kembali. Sekalipun kemungkinan akan
dapat merebut kembali kapal itu tipis sekali, tapi aku
mempunyai harapan, jika anak buah kapal itu dengan se lamat
dapat pergi dengan kapalnya, meninggalkan kami, perahu itu
taK akan dibawanya. Mudah-mudahan dapatlah kami
menggunakannya, sehingga dapatlah kami meninggalkan
pulau itu dan dapatlah kami hendaknya dalam perjalanan,
berjumpa dengan orang-orang Spanyol, yang pada saat itu tak
pula hilang-hilangnya dari ingatanku.
Sambil bersiap-siap, pertama-tama dengan kekuatan
bersama, kami angkat perahu itu ke tempat yang lebih tinggi,
supaya sekalipun ada air pasang perahu itu tak dapt dicapai
air. Setelah membuat lubang di dasarnya sebesar kira-kira
mudah menutupnya kembali kelak, dan setelah kami letakkan
sambil berpikir-pikir apa yang akan kami kerjakan selanjutnya,
tiba-tiba kami mendengar letusan senapan dari kapal dan
melihat pula suatu isyarat diberikan dengan lambaian bendera.
Itu tak boleh tidak berarti, bahwa perahu harus segera
kembali meskipun mereka berkali-kali me lepaskan tembakan
dan berkali-kali memberi tanda. Dan ketika mereka mengira,
bahwa tanda-tanda yang mereka berikan, dan tembakan
dengan bedil tak ada gunanya, sebab tak ada perahu turun ke
air, akhirnya kami mengetahui dengan pertolongan teropong,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaimana mereka menurunkan lagi sebuah perahu, dan ini
dilayarkan menuju pantai. Dan ketika mereka telah dekat,
kami melihat, bahwa mereka tidak kurang dari sepuluh orang
jumlahnya, yang semuanya menyandang bedil.
Karena kapal itu hanya terletak pada jarak lebih kurang dua
mil saja dan pantai, kami sudah dapat melihat dari jauh dan
dapat pula membedakan muka mereka yang bermacam-
macam itu. Dan karena dorongan arus yang menuju ke
sebelah timur, maka mereka selanjutnya mendayung
sepanjang pantai, dan sampailah mereka ke tempat, di mana
perahu yang pertama-tama mendarat. Perahu itu pun masih
terletak di tempatnya semula. Dan kini kami dapat lebih teliti
memperhatikan mereka, dan kapitan pun lebih-lebih lagi
memperhatikan dengan seksamanya. Ia dapat memberi
penjelasan padaku, bahwa di antara mereka ada tiga orang
yang baik-baik, yang ikut memberontak hanya karena dipaksa
oleh yang lain. T api bahwa yang lain-lain itu terutama seorang
anak kapal, yang menjadi biang keladinya, sungguh kejam dan
tamak, seperti yang banyak itulah bengis dan ganas, hingga ia
sangat khawatir, mereka akan datang serentak dan
membinasakan kami. Aku sendiri mentertawakan dia, dan
berkata, bahwa laki-laki seperti kita ini, tak sepatutnya jadi
penakut. Sebelumnya memang kami sudah menempatkan tawanan
kami di suatu tempat yang berpisah-pisah. Dua di antara
mereka yang tidak diketahui betul oleh kapitan, saya suruh
Jum'at bersama-sama dengan seorang yang lain membawa ke
istanaku. Mereka cukup jauh untuk tidak mendengar sesuatu
apabila terjadi apa-apa, dan dari tempat ini seandainya
mereka akan mencoba lari, tak akan dapat mencapai daerah
pantai. Kami tinggalkan mereka dengan tangan terikat, tapi
kami sediakan makanan yang perlu secukupnya. Dan kami
janjikan kepada mereka, apabila mereka tinggal tenang dan
tidak ribut-ribut selama dua hari, akan kami bebaskan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya apabila mereka hendak mencoba lari, tak akan
diberi ampun lagi, mereka akan ditembak mati.
Mereka berjanji akan sabar dalam tawanan, dan ma lah
berterima kasih atas perlakuan kami sudah menyediakan
makanan begitu cukup, dan lebih lagi karena mereka diberi
pula penerangan. Si Jum'at memberikan lilin kepada mereka,
yang kami buat sendiri. Juga dalam dugaan mereka Jum'at
tentu akan mengawal di jalan masuk ke tempat mereka
ditawan. Tawanan yang lain dapat perlakuan lebih baik. Benar
mereka diikat juga, sebab kapitan memberi alasan supaya
mereka jangan terlalu dipercayai, tetapi dua di antaranya atas
permintaan dia sendiri tidak diikat sama sekali, setelah mereka
berjanji akan sehidup semati dengan kami. Jadi kami kini
mempunyai kekuatan berjumlah tujuh orang, hingga aku tak
merasa bimbang lagi, tak akan gentar berhadapan dengan
mereka yang berjumlah sepuluh orang itu, yang kini masih
dalam perahu, lebih-lebih lagi, karena Kapitan telah
mengatakan bahwa di antara jumlah yang sekian itu, masih
ada tiga atau empat orang yang masih baik-baik pekertinya.
Segera sesudah merapat pantai, mereka melompat dari
sampannya dan menghelanya beramai-ramai ke tepi. Ini
menyenangkan hatiku, sebab aku sudah takut kalau-kalau
mereka akan berlabuh agak, jauh dari pantai, di bawah
pengawasan beberapa orang yang akan ditinggalkan,
sehingga tak mungkin bagi kami untuk memperoleh sampan
itu. Setelah berada di pantai, yang pertama-tama mereka
lakukan ialah berjalan menuju sampan yang kami rusakkan
itu. Mudah dimengerti, betapa tercengangnya mereka, ketika
dilihatnya, bahwa sampan itu sudah kosong sama sekali, lagi
pula berlubang alasnya. Setelah mereka lama merundingkannya bersama-sama, mereka dengan suara keras
tiba-tiba memanggil-manggil orang-orang lainnya sampai dua
tiga kali, tapi tentu saja tidak terjawab. Kemudian sesudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat suatu lingkaran, dengan maksud yang sama mereka
melepaskan tembakan bersama yang dengan jelas dapat kami
dengar terutama oleh gema dalam hutan yang bergaung
beberapa kali. Sebab kami tahu dengan pasti, bahwa mereka
yang ditutup dalam gua tidak akan mendengarnya, dan orang-
orang lainnya, meskipun dapat mendengarnya, takkan berani
Dewa Pengasih 1 Pendekar Mabuk 08 Istana Berdarah Bara Diatas Singgasana 4
mukanya: ini pasti menubruk batu-batu karang keras sekali,
sebab baik tiang-tiang mau pun tiang muka patah sama sekali.
Akan tetapi cucurnya masih utuh, begitu juga linggi muka dan
haluannya. Ketika aku tiba dekatnya muncullah seekor anjing,
yang setelah melihatku mulai menyalak dan menggonggong
dengan nyaring. Tapi setelah kupanggil dia, ia melompat ke
laut dan berenang kepadaku. Kutarik dia ke dalam perahu,
kulihat dia hampir mati kelaparan dan kehausan. Kuberi dia
sepotong roti, dimakannya roti itu seperti laku serigala yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kelaparan. Lalu kuberi binatang yang malang itu sedikit air
segar, sebab bila kubiarkan tentu ia akan mati lemas.
Kunaiki kapal itu. Yang pertama kulihat ialah mayat dua
orang yang mati dalam dapur, sambil berpelukan. Kecuali
anjing tak ada makhluk hidup lainnya di kapal. Begitu pula tak
ada barang-barang yang tidak rusak kena air laut. Memang
ada beberapa bejana berisi minuman keras, tapi apakah itu
anggur atau arak, entahlah. Bejana-bejana itu letaknya lebih
masuk ke dalam ruang, dan terlalu berat untuk diangkut ke
luar. Kulihat berbagai peti pelaut, yang kukira kepunyaan kelasi-
kelasi. Dan dari padanya kuangkat ke dalam perahuku, tanpa
diselidiki dulu apa isinya. Andaikata linggi belakang masih ada
dan sebaliknya linggi muka yang terlepas, perjalananku tentu
berhasil baik. Mengingat yang kutemukan dalam kedua peti
pelaut tadi, aku dapat menduga, muatan kapal itu banyak dan
berharga. Bila dugaanku benar, kapal itu berlayar dari Buenos
Aires atau Rio de la Plata (di Amerika Selatan) sepanjang
pantai Brasilia ke Havana di Teluk Meksiko.
Kecuali kedua peti, kutemukan sebuah bejana kecil sopi
manis, isinya dua puluh galon, kuangkat dengan susah payah
ke dalam perahuku. Dalam kurung kapal ada berbagai bedil
setinggar dengan mesiu di dalam sebuah tanduk besar, kira-
kira empat pon mesiu isinya. Bedil-bedil setinggar tak dapat
dipakai lagi, jadi kuambil saja mesiunya.
Aku masih menemukan sebuah sekop api dan beberapa
bejana, yang memang kuperlukan, juga dua cerek tembaga
kecil sebuah cerek lagi yang merah warnanya untuk memasak
coklat dan sebuah penggorengan besi. Dan dengan segala
barang-barang ini, juga dengan anjing yang tadi, berlayarlah
aku kembali waktu air sedang pasang. Dan pada malamnya,
sejam kira-kira setelah matahari terbenam, sampailah aku di
pulau, dengan sangat payah dan lelah. Aku bermalam di situ
dan baru pada pagi harinya barang-barang perolehanku itu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kubawa ke gua yang baru kutemui itu. Setelah aku merasa
agak segar, kulihat-lihat dengan penuh kegembiraan, barang-
barang yang sudah menjadi milikku itu. Ada tong minuman
keras berisi sejenis rum, tapi bukan semacam yang biasa
dipunyai oleh orang-orang di Brasilia. Pendeknya bukan
sejenis rum yang enak rasanya. Tapi ketika aku membuka
peti-peti, terdapatlah di dalamnya barang-barang yang betul-
betul berharga. Mula-mula kudapati dalam salah satu peti
minuman yang sungguh enak rasanya. Tiap botol berisi kira-
kira delapan belas desiliter dan ditutup dengan perak.
Selanjutnya kudapati dua periuk berisi kulit jeruk yang
dikeringkan, yang juga bagian atasnya tertutup sangat rapat
hingga air laut tak dapat merembes ke dalamnya. Aku
menemukan pula beberapa helai kemeja yang baik-baik
kualitasnya, satu Setengah lusin sapu tangan dari kain putih
dan juga beberapa kain leher berwarna. Yang terakhir inilah
yang betul-betul menggirangkan hatiku, karena dengan kain-
kain ini aku dapat mengeringkan keringat tubuhku pada hari-
hari yang sangat panas. Lain daripada itu aku mendapati
dalam peti di bawah sekali tiga kantung besar berisi uang,
semuanya kira-kira seribu seratus keping, dan dalam salah
satu kantung, dengan dibungkus kertas masih terdapat pula
emas enam bungkus dan beberapa bongkah kecil yang
menurut perkiraanku tidak kurang dari satu pon beratnya.
Dalam peti lain terdapat perhiasan-perhiasan, tak berapa
banyak, rupanya peti ini kepunyaan seorang opsir rendahan,
meskipun terdapat dalamnya sedikit penabur bedil pemburu,
tapi kecuali itu tak ada terdapat obat bedil.
Diambil kesimpulan, aku tak banyak mendapat barang-
barang yang ada gunanya, sebab uang, pasti tak kubutuhkan.
Uang bagiku sama saja dengan lumpur di telapak kaki, dan
aku ingin menukarnya saja dengan tiga atau empat pasang
sepatu Inggris dengan kausnya. Tapi aku kini sudah
mempunyai sepatu bekas kedua mayat yang kudapati dalam
kapal yang mendapat kecelakaan itu, dan di samping itu telah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kudapati pula dua pasang dalam peti, kiranya tak begitu perlu
lagi. Dan tentang sepatu Inggris, sebenarnya masih jauh untuk
dinamakan demikian, tapi meskipun begitu kegembiraanku tak
berkurang karenanya. Kudapati lagi dalam peti itu sebanyak
lima puluh keping mata uang tapi bukan uang emas, hingga
aku dapat mengira bahwa yang punya peti itu hanya seorang
kelasi yang miskin saja, sedangkan yang mempunyai peti yang
pertama boleh jadi seorang opsir.
Karena barang-barang itu telah kubawa ke darat dan akan
kusimpan dalam rumah, kunaiki lagi perahuku lalu aku
berlayar menyusur pantai, menuju kembali ke tempat yang
kusinggahi dahulu, dalam perjalanan memintas waktu pulang,
yang semuanya masih dalam keadaan baik.
Kembali aku menjalani kehidupan selama dua tahun seperti
orang berumah tangga (meskipun pikiran selalu diganggu oleh
khayal-khayal yang mengerikan), aku akan mengabdikan diri
kepada kesibukan sehari-hari. Benar, sekarang aku telah
mempunyai uang banyak, tapi ini tidak membuatku menjadi
lebih kaya, sebab mempunyai uang seperti ini sama halnya
dengan orang-orang Indian dan Peru mempunyainya, sebelum
orang-orang Sepanyol datang ke negerinya.
21 Ada kira-kira satu setengah tahun kemudian, waktu aku
tiba-tiba melihat sejumlah perahu, lima buah, semuanya di
tepi pantai, yang kudiami; jumlahnya yang besar inilah yang
mengejutkanku, sebab biasanya hanya lima atau enam orang,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kini pasti akan berjumlah sebanyak dua puluh atau tiga puluh
orang. Inilah yang lebih-lebih mengejutkan hatiku.
Beberapa saat dalam kebingungan, akhirnya aku mendaki
bukit, menuju tempat peninjauan yang biasa, sangat berhati-
hati, kubaringkan diri hingga kepala, berusaha sedapat
mungkin supaya tidak dapat terlihat oleh mereka. Dengan
pertolongan teropong segera dapat kulihat dan kuketahui
bahwa jumlah mereka tak akan kurang dari tiga puluh orang,
mereka beramai-ramai menyalakan api, bersiap-siap hendak
memasak daging. Bagaimana cara-caranya atau daging apa
yang akan dimasaknya, tentu aku tak dapat melihat dengan
jelas, hanya yang tampak olehku, mereka semua menari-nari
mengelilingi api, sambil membuat lingkaran-lingkaran dan liuk-
liukan tubuh yang ajaib. Setelah beberapa saat aku menatap demikian dengan
teropong, tiba-tiba aku melihat dua orang diseret dari dalam
perahu, yang rupanya sudah diikat, dan kini akan disiapkan
untuk disembelih. Salah seorang dari dua orang itu jatuh,
kiraku karena dipukul dengan pukulan kayu, salah satu alat
pukul yang biasa digunakan oleh umumnya orang-orang liar.
Dua atau tiga orang liar menerjangnya, menyembelihnya
lalu membakarnya. Korban lainnya, yang masih hidup berdiri
di dekatnya, menantikan gilirannya. Pada saat itu juga,
mungkin karena merasa bebas lagi gerakan-gerakannya, si
malang itu sekonyong-konyong menyerang, didorong semangat keras untuk menyelamatkan jiwanya. Ia melompat
dan lari secepat kilat menyusur pantai, menuju ke arah
rumahku. Aku sangat terperanjat melihat dia berlari ke arah
itu, aku berpikir bahwa seluruh gerombolan akan mengejarnya. Aku segera bersiap-siap, tapi ketakutanku
berkurang setelah me lihat bahwa hanya tiga orang saja yang
mengejarnya dan yang dikejar sudah jauh sekali di muka.
Kukira bila ia dapat bertahan setengah jam lamanya, tentu
bebaslah dia. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Antara mereka dan rumahku ada sebuah sungai, yang
sering kusebut pada permulaan ceritaku ini. Mau tidak mau, si
malang harus menyeberanginya, bila ia tak mau tertangkap
kembali. Dan meskipun air sedang pasang, rupanya tak
menjadi rintangan baginya, dalam sekejap mata ia sudah
terjun ke dalam air dan dengan tiga puluh kibas saja ia sudah
mencapai tepi lainnya, lalu ia lari sama cepatnya seperti tadi.
Ketika ketiga orang pengejarnya sampai pada sungai itu,
ternyata hanya dua orang saja yang pandai berenangg. Yang
ketiga segera kembali, sedangkan kedua orang lainnya
memaksakan diri untuk terus menyusul, meskipun dengan
susah payah dan memerlukan waktu dua kali lipat daripada
yang dikejarnya. Tiba-tiba datanglah pikiran padaku, bahwa saat itulah aku
bisa mendapat teman. Segera aku lari, turun dari bukit untuk
mengambil kedua pucuk bedilku yang kutaruh pada kaki
tangga kemahku. Lalu dengan kecepatan yang sama aku lari
lagi mendaki bukit. Dan karena waktu turun dari bukit dapat
memotong jalan, aku berhasil dapat berada antara yang
dikejar dan yang mengejar. Dengan memanggil-manggil aku
dapat menarik perhatian yang pertama. Mula-mula ia lebih
takut padaku daripada kepada yang mengejarnya, tapi dengan
isyarat tangan, aku memberitahukan padanya agar ia
mengikutiku dari belakang, sedang aku dengan hati-hati
mendekati pengejar-pengejarnya.
Dengan sigap dan tiba-tiba aku melompat kepada pengejar
yang paling muka dan dengan siku bedilku kurobohkan dia
dengan sekali pukul. Aku tidak berani memasang bedil, aku
takut kalau-kalau letusannya terdengar dan asapnya terlihat
orang. Sesudah kurobohkan yang pertama, kudekati yang
kedua, yang mula-mula tampaknya akan melarikan diri. Tapi
ketika aku lebih mendekati, kulihat ia bersenjatakan panah
dengan busurnya dan bersiap untuk memanahku. Terpaksalah
aku menggunakan bedil. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Meskipun pelarian malang itu telah me lihat kedua orang
pengejarnya roboh, ia sangat terkejut melihat api dari bedilku,
ia terpaku di tempatnya, tak berani bergerak ke muka maupun
ke belakang, meskipun rupanya ia ingin benar lari sejauh-
jauhnya. Kupanggil dia, dengan isyarat kusuruh ia mendekat,
untung dia segera mengerti maksudku.
Ia mendekat tapi kemudian tiba-tiba berhenti, lalu
melangkah lagi berhenti lagi dan kulihat tiba-tiba ia gemetar,
rupanya takut akan ditangkap dan dibunuh seperti yang lain.
Sekali lagi kuberi isyarat supaya mendekat, dan berbagai
isyarat pula kucoba menenteramkan hatinya. Sekarang ia
lebih-mendekat, dan setelah melangkah sepuluh atau dua
belas langkah, ia berlutut seakan-akan mohon diberi hidup.
Aku tersenyum ramah padanya dan kuberi lagi isyarat supaya
lebih dekat lagi, sehingga ia berdiri dekat sekali. Tiba-tiba ia
berlutut lagi dan mencium tanah tempatku berpijak.
Keningnya ditekankan keras-keras ke tanah, kakiku diangkatnya lalu diletakkan di atas kepalanya. Ini menandakan
sumpahnya akan menjadi pesuruhku yang setia.
Akhirnya kusuruh dia berdiri dan aku mencoba
membesarkan hatinya dengan isyarat-isyarat. Tapi sekarang
terjadilah suatu peristiwa, yang minta perhatianku. Kulihat
orang liar yang kurobohkan dengan siku bedilku tidak mati,
melainkan hanya pingsan saja. Kutunjukkan kepada orang liar
yang sudah menjadi temanku itu bahwa musuhnya tidak mati.
Ia mengucapkan beberapa patah kata kepadaku yang tak
dapat kupahami. Meskipun begitu kata-katanya enak benar
didengar telinga, sebab itulah suara manusia pertama yang
kudengar setelah dua puluh lima tahun lamanya.
Tapi sekarang bukan waktunya untuk merentang-rentang
pikiran demikian, sebab orang liar itu sudah sadar, dan ia
sudah dapat duduk tegak. Aku mengetahui orang liarku mulai ketakutan. Ketika aku
melihat ini, kutawarkan kepadanya sebuah dari bedilku, tapi ia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memberi isyarat akan meminjam pedangku saja, yang
akhirnya kuberikan juga. Baru saja ia menerimanya, segera ia lari memburu
musuhnya dan dengan sekali pancung telah berpisahlah
kepala musuhnya itu dari tubuhnya. Setelah ia melakukan
perbuatan tersebut, dengan tawa kemenangan ia pun kembali
mendapatkan dan dengan berbagai tanda isyarat, yang tak
dapat kupahami, ia meletakkan pedangku di muka kakiku
beserta kepala musuhnya itu. T api rupanya ia tak habis pikir,
bagaimana aku membunuh orang liar yang lainnya itu, yang
dapat kulakukan dari jarak jauh. Maka kuajak dia kembali
mengikutiku. Dan makin bertambah keheranannya, setelah
membolak-balik mayat dan melihat lukanya bekas tembusan
peluru pada dadanya, yang hanya mengeluarkan darah sedikit
saja, karena memang pendarahan hanya terjadi di dalam.
Kemudian dengan isyarat pula ia menyatakan akan mengubur
kedua mayat itu, lalu ia menggali-gali dengan tangannya di
atas pasir, lalu diletakkannya mayat yang pertama,
ditimbuninya dengan pasir. Demikian juga ia berbuat dengan
mayat yang kedua dan aku tak dapat mengira bahwa upacara
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
penguburan itu dapat berlangsung tidak lebih dari seperempat
jam saja. Selesa i ini kupanggil dia kembali, kubawa dia pergi lagi,
bukan ke rumah, melainkan ke dalam gua yang di hutan itu.
Di sini kuberi dia roti sedikit dan serangkai kism is, juga sedikit
air minum, untuk penawar hausnya setelah ia berlari-lari
dengan kencangnya. Setelah ia kenyang makan minum,
kusuruh dia dengan isyarat pula supaya tidur, kuunjukkan
kepadanya jerami sedikit untuk membaringkan tubuhnya,
sambil kuberi juga selimut dari wol. Ia berbuat apa yang
kuisyaratkan dan segera saja ia tertidur dengan nyenyaknya.
Ia seorang yang tampan dan cerdas rupanya, badannya
tegap, sedang tangan dan kakinya bagus pula bentuknya, dan
kukuh, tidak terlalu panjang, tapi seperti telah kukatakan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sangat indah potongannya dan kukira ia baru berumur dua
puluh satu tahun. Juga ia mempunyai roman muka yang
menarik, sekali kali tidak kasar atau bengis, tapi garis-garis
mukanya menunjukkan seorang laki-laki yang gagah, dan
sampai pada saat itupun, ketika ia tidur, roman mukanya itu
tampak halus dan manis, mengesankan roman muka seorang
bangsa Eropah. Rambutnyapun panjang dan hitam, jidatnya
melengkung dan matanya bersinar bening.
Warna kulitnya tidak hitam-legam, tapi lebih berwarna
coklat, atau lebih baik kiranya kusebut sawo matang,
pendeknya jauh daripada rupa buruk. Mukanya bulat,
hidungnya kecil tapi tidak pesek seperti umurnya hidung orang
Negro. Selanjutnya tentang mulutnya ini, pun termasuk
keratan indah dengan bibir tipis berhiaskan gigi putih seperti
gading. Setelah tidur kira-kira satu jam setengah, ia bangun dan ke
luar dari gua, lalu menghampiriku. Selama ia tidur aku
memerah kambingku yang di padang rumput yang tidak jauh
letaknya dari tempat itu. Ketika ia menampakku, segera ia
menuju aku, lalu bersujud lagi di muka kakiku dan mencoba
dengan berbagai gerak dan isyarat menyatakan tanda terima
kasihnya. Aku segera mengerti dan giliranku kini mempergunakan tanda-tanda dan
isyarat itu, untuk meyakinkan bahwa aku pun merasa sangat berbahagia
mendapat dia sebagai teman.
Dalam waktu pendek saja aku sudah dapat memulai
berbicara dengan dia dan mengajar dia berbahasa Inggris.
Mula-mula aku mengatakan kepadanya, bahwa nama dia
seterusnya akan kusebut "Jumat" karena nama itu adalah
nama hari, pada waktu aku dapat melepaskan dia dari bahaya
maut. Sambil kuajarkan kepadanya supaya ia memanggilku
'tuan", kuajari dia mengucapkan kata-kata "ya" dan "tidak".
Kemudian dia kuberi susu sedikit dalam cambung tanah dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kuperlihatkan cara meminumnya dan cara merendam roti
dalamnya supaya lunak. Lalu kuberi juga sekerat roti dan
kusuruh dia supaya rotinya itu dimasukkan ke dalam air susu
itu, dan semua ini dapat segera dipahaminya. Dan dengan
isyarat pula ia menyatakan bahwa roti dan susu itu sangat
enak. Aku tinggal di tempat itu sehari-harian dengan dia. Pada
keesokan harinya dia kuberi isyarat supaya mau turut lagi
dengan daku. Kukatakan dengan gerak-gerak tangan, bahwa
dia akan kuberi pakaian. Ini sangat menggirangkan hatinya
benar, ia betul-betul telanjang bulat.
Ketika kami sampai di tempat ke dua mayat itu dikubur, ia
hendak menggerakkan hatiku supaya memberi izin menggali
ke dua mayat itu dan memakannya. Tapi aku marah
kepadanya. Kuperlihatkan kemarahanku dengan muka bengis,
bahwa perbuatan itu tidak kusetujui dan segera kuperintahkan
supaya ia lekas-lekas mengikuti aku (tentu saja dengan gerak-
gerak tangan lagi) dan untunglah ia menurut dengan segala
kerendahan hati. Kami kembali mendaki bukit, untuk melihat apakah musuh-
musuh itu sudah pergi. Dan dengan teropong aku dapat
melihat, mereka sudah tidak ada lagi. Jadi, orang-orang liar itu
membiarkannya saja kedua temannya itu akan nasibnya
masing-masing. Tapi aku belum puas dengan penemuan ini. Sambil
memberikan pedangku kepada si Jum'at yang ketika itu sudah
menyandang anak panah beserta busurnya kepunyaan
musuhnya yang sudah mati itu, kami lalu menuruni bukit
menuju ke tempat bekas orang-orang liar kemarin itu. Sebab
aku ingin benar mengetahui serba cukup bekas-bekas mereka.
Ketika kami datang di tempat yang dituju, sesaat lamanya
darahku seolah-olah beku. Apa yang kulihat amat
menyeramkan. Bagiku kataku, sebab bagi si Jum'at tampaknya
tidak begitu halnya. Tulang-tulang manusia berserakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedangkan tanah sekitarnya merah disirami darah dan di
mana-mana terdapat potongan-potongan daging besar yang
separuh habis dimakan separuh puntung, separuh lagi hangus.
Pendeknya, semua jelas tanda-tanda bekas pesta terkutuk itu.
Seluruhnya ada tiga tengkorak, lima tangan dan banyak benar
tulang belulang manusia lainnya. Dengan isyarat si Jum'at
memberitahukan kepadaku, bahwa untuk pesta ini mereka
membawa lima orang tawanan, termasuk ia sendiri. Telah
terjadi pertempuran sengit antara mereka dan calon rajanya,
yang ia sendiri agaknya termasuk salah seorang pengikutnya.
Diceritakan pula oleh si Jum'at, bahwa banyak sekali yang
ditawan, yang sekalian-nya diangkut ke berbagai tempat, akan
dimakan. Kuperintahkan si Jum'at mengumpulkan semua tengkorak
tulang-tulang dan potongan daging, dan setelah semua itu
tertimbun, kubakar dan kunantikan sampai semuanya menjadi
abu, sebab si Jumat tampaknya hampir tak dapat menahan air
liurnya. Itulah saja yang menimbulkan amarahku, kuancam
akan kubunuh dia bila berani menjamahnya.
Setelah semuanya habis terbakar, aku pulang dengan si
Jum'at dan segeralah aku berbuat sesuatu untuknya. Pertama
kuberikan padanya salah satu celana lena yang kudapati
dalam peti tempo hari, setelah dirobah sedikit serasi benar
baginya. Dari kulit kambing kubuatkan sebuah kemeja dan
dari kulit terwelu sebuah pici. Jadi untuk sementara ia sudah
mempunyai pakaian lengkap dan ia sendiri tampaknya merasa
amat senang berpakaian seperti itu.
Keesokan harinya aku berpikir di mana ia seterusnya harus
tidur. Agar ia agak bebas, aku mengambil keputusan
memasang kemah buat tidur baginya di antara kedua pagar.
Tapi segera ternyata, bahwa hal itu tidaklah perlu, karena si
Jum'at adalah pembantu yang paling baik dan paling setia.
Aku suka benar padanya dan lambat-laun aku berusaha
memberi segala macam pelajaran, terutama mengajar dia
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbicara dan mengerti maksud ku. Ia sendiri seorang murid
yang paling rajin dan bila ia dapat mengerti aku atau ia dapat
menjelaskan maksudnya, bukan main girangnya.
22 Sesudah ia tinggal denganku kira-kira tiga hari lamanya,
aku mencari akal bagaimana caranya agar ia suka makan
daging lainnya. Pada suatu hari kubawa dia ke hutan. Aku
bermaksud menembak seekor kambing dari kawanan
kambing-kambingku untuk dimasak dagingnya di rumah buat
si Jum'at dan bagiku sendiri. Waktu berkelana dalam hutan,
kulihat seekor kambing tua dengan dua kambing muda di
sampingnya. Kupegang tangan si Jumat dan berkata,
"Berhenti," dan dengan isyarat kuperintahkan ia jangan
bergerak. Kemudian kutembak salah satu kambing muda itu.
Si Jum'at yang pernah melihat aku membunuh seorang liar
dalam jarak jauh, tapi sama sekali tidak mengerti bagaimana
caranya, sangatlah terkejut. Ia gemetar dan sangat
tercengang, hingga aku mengira ia akan terjatuh. Ia tidak
melihat kambing itu dan tidak juga tahu bahwa aku telah
membunuhnya, tapi segera ia membuka kemejanya untuk
melihat apakah ia sendiri terluka ataukah tidak. Mengertilah
aku, bahwa ia mengira aku akan membunuh dia, sebab
dengan sekonyong-konyong ia berlutut, merangkul kedua
lututku sambil mengucapkan bunyi-bunyi yang sama sekali tak
dapat kupahami. Tapi aku mengerti, bahwa ia memohon
padaku agar jangan dibunuh. Kutenangkan kuyakinkan dia,
bahwa aku tidak berniat jahat padanya. Dan sambil
memegang tangannya, aku tertawa sambil menunjukkan
kambing kepadanya. Kuperintahkan dia mengambil kambing
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
itu dan ketika ia melihat-lihat binatang itu dengan takjubnya,
kuisi lagi bedilku. Kulihat seekor burung besar di atas pohon, sejenis burung
elang. Dan supaya si Jum'at bersedia-sedia kupanggil dia dan
kutunjukkan padanya burung itu, yang sekarang ternyata
seekor burung kakaktua. Kutunjukkan berturut-turut, mula-mula burung, lalu
senapanku, lalu tempat kakaktua itu. Kubidik burung itu,
sambil kuperintahkan kepadanya melihat baik-baik, dan
diturutnya pula dengan patuh, dan sete lah letusan berbunyi
segera dilihatnya bahwa burung itu jatuh.
Ia masih sangat terkejut juga, walaupun telah kuunjukkan
padanya lebih dulu. Segera kuketahui bahwa yang lebih-lebih
mengejutkannya, karena ia tidak melihat bahwa aku
memasukkan sesuatu ke dalam lubang senapan itu dan ia
mengira bahwa dalam senapan itu ada sesuatu benda ajaib,
yang kalau dikehendaki dapat begitu saja membunuh manusia
atau binatang. Tentang senapan itu sendiri mula-mula tak
hendak banyak tahu, tapi kemudian ia mulai bertanya-tanya
dengan sangat hormatnya, berkata dan memohon supaya aku
tidak membunuh dia. Setelah kejutnya agak reda, kusuruh dia mengambil burung
itu dan ia pun pergilah mengambilnya, meskipun tidak segera,
karena kakaktua itu tidak seketika mati kena tembak, masih
menggelepar-gelepar. Tapi akhirnya ia membawanya juga
burung itu kepadaku, dan di muka matanya kuisi lagi
senapanku, untuk memperlihatkan kepadanya, bagaimana
duduknya perkara. T api tak ada lagi yang akan kami tembak,
dan akhirnya kami hanya membawa kambing yang masih
muda itu saja pulang ke rumah. Pada malam itu juga kukuliti
kambing itu, aku ambil sebagian, kumasukkan ke dalam
periuk, aku membuat sup yang enak.
Setelah aku sendiri makan sedikit, kuberi pula si Jum'at,
tampaknya pemberian ini berkenan benar. Tapi yang lagi-lagi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mengherankan baginya, ialah bahwa aku memasukkan garam
ke dalam sup itu ia tidak tahu-menahu tentang garam. Baru
setelah beberapa lama kemudian ia mau juga menaruh garam
pada daging dan sup, tapi juga sangat sedikit. Setelah aku
memberi makan Jum'at dengan daging dan sup, keesokan
harinya dia kuberi daging panggang. Kujepitkan daging sisa itu
pada pacak yang kubuat dari dua buah penyapit, kutaruh di
atas api seperti yang biasa kulihat di Inggris, dan kini aku
hanya menjaga supaya daging itu jangan gosong. Sejak mulai
persiapan Jum'at sudah sangat gembira tampaknya. Dan
setelah ia mencicipi bagaimana lezatnya daging panggang
rupanya ia tak dapat mengatakan dengan tepat perasaannya.
Sejak itu ia menyatakan tegas sekali tidak akan makan daging
manusia lagi. Pada keesokan harinya kusuruh dia bekerja, mula-mula ia
mengirik gandum lalu menapisnya, dan setelah aku memberi
contoh, dapatlah ia meniru jejakku dengan baik sekali, ia
belajar membakar roti, pekerjaan ini dapat segera kuserahkan
seluruhnya kepadanya. Karena ternyata kini ada dua mulut yang harus diisi, terasa
sangat perlu pula lebih banyak menanam gandum. Segera
kusiapkan sebidang tanah yang luas, seperti yang terdahulu,
harus kupagari sekelilingnya, Jum'at lah yang banyak
menolongku. Ini adalah tahun yang sangat menggembirakan selama aku
menjadi penghuni pulau tersebut. Jum'at sudah mulai lancar
berbicara dan mengerti bahasa Inggris, lidahku pun terbawa
lancar pula, yang selama ini tak pernah kupergunakan. Di
samping kesukaan yang kudapati dalam berbicara dengan dia,
mulai pula terasa semacam kekariban alam kanak-kanak, yang
bersahaja antara kami, dan aku mengira dia dari pihaknya
mulai terasa tumbuh rasa kasih terhadapku dengan cara
seolah-olah ia tak pernah mempunyai perasaan kasih
semacam itu kepada yang lain.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Segera pula timbul perasaan ingin menyelidiki lebih lanjut
dalam pikiran, bagaimana rasa cinta terhadap tanah airnya
dan setelah ia lebih banyak mengerti bahasa Inggris, kutanya
dia, "Mengapa bangsamu tak pernah menang dalam
perkelahian." Mendengar ini ia tersenyum dan berkata, "Ya, ya kami
berkelahi selalu baik," ia hendak mengatakan: kami selalu jadi
pemenang. Lalu terjadilah percakapan antara kami berdua.
Aku, "Kalian berkelahi selalu baik, katamu, tapi apa
sebabnya engkau jadi tawanan?"
Jum'at, "Rakyatku menang semua."
Aku, "Menang katamu" Kalau rakyatmu menang, mengapa
engkau ditawan?" Jum'at, "Lebih banyak dari rakyatku yang ada pada kami.
Mereka mengambil satu, dua, tiga, dan aku. Rakyatku
mengalahkan mereka di tempat lain, yang aku tak ada. Di
sana rakyatku mengambil mereka satu, dua, tiga, seribu."
Aku, "Ke mana mereka membawa lari tawanannya?"
Jum'at; "Rakyatku membawanya ke tempat yang mereka
anggap baik." Aku, "Kemari juga"'"
Jum'at, "Ya, ya mereka kemari. Tapi tempat lain."
Aku, "Pernah juga engkau kemari?"
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jum'at, "Ya, ya saya kemari pernah." (ia menunjukkan arah
Barat Laut). Dari percakapan ini dapatlah aku menarik kesimpulan,
bahwa sahabatku si Jum'at tergolong kepada orang-orang liar,
yang biasa datang di pulauku, agak jauh dari kediamanku.
Beberapa waktu, kemudian, ketika kubawa dia ke tempat itu,
ia mengatakan padaku, bahwa ia pun pernah datang ke sana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan turut memakan dua puluh orang laki-laki, dua orang
perempuan dan seorang anak-anak. Ia tak dapat menghitung
sampai dua puluh, tapi jumlah itu dinyatakan dengan
menjajarkan dua puluh buah batu di atas tanah.
Kuceritakan ini semua, karena merupakan pendahuluan apa
yang akan kuceritakan berikutnya. Sesudah percakapan kami
itu, kutanyakan padanya berapa jauhnya jarak antara pulauku
dengan pantai pulaunya dan apakah sebabnya perahu-perahu
tidak sering mendapat kecelakaan. Ia menceritakan padaku,
tidak ada bahaya dan belum pernah ada perahu mendapat
kecelakaan, karena bila orang sudah agak jauh masuk laut
akan menemukan arus dan angin, yahg pada pagi hari
bersamaan arahnya dan pada malam hari sama-sama berbalik
arah. Mula-mulanya aku mengira bahwa yang dimaksudkannya ialah pasang naik pasang surut. Tapi
kemudian aku mengerti, bahwa itu bersamaan dengan arus
Sungai Orinoco, sedangkan pulauku berada di daerah
muaranya. Dan daratan yang kulihat di sebelah barat dan
barat laut ternyata pulau besar Trinidad, sebelah utara sungai.
Aku mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada si Jum'at
tentang negeri itu, tentang penduduknya, tentang daerah
pantai, dan sebagainya, dan ia menceritakan segala-galanya
dengan terus terang. Aku juga menanyakan nama-nama dari berbagai suku, di
antaranya sukunya sendiri tergolong suku apa, tapi ia tidak
mengetahui selain nama suku Carib. Aku tahu, bahwa yang
dimaksudkannya ialah Caraib. Yang pada peta-peta dinyatakan
mendiami bagian-bagian Amerika, yang meluas dari Sungai
Orinoco sampai Guyana. Selanjutnya ia menceritakan, bahwa
lebih jauh lagi arah ke bulan (maksudnya negeri yang terletak
di sebelah barat tanah airnya) diam manusia-manusia yang
berjanggut putih, seperti aku. Diceritakannya pula mereka
telah membunuh banyak manusia (demikianlah katanya) yang
kesimpulannya bahwa yang dimaksudkannya adalah orang-
orang Spanyol, yang kekejamannya terkenal di seluruh benua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dan yang diceritakan turun-temurun dari bapak ke anak. Aku
juga bertanya kepadanya, bagaimana caranya aku meninggalkan pulau ini untuk bisa datang pada orang-orang
putih itu katanya, "Ya, ya, tuan mesti berlayar dengan dua
perahu." Mula-mulanya aku tidak mengerti, apa yang dimaksudkan
dengan dua perahu, akhirnya dengan susah payah baru aku
mengerti, bahwa maksudnya ialah sebuah perahu, yang
besarnya sama dengan dua perahu. Percakapan dengan si
Jum'at ini lama sekali berkesan padaku, dan secara berangsur-
angsur aku mulai percaya akan kemungkinan pada satu
waktu, aku dapat meninggalkan pulau ini dengan bantuan si
Jum'at. Dalam sekian lamanya si Jum'at diam padaku, sudah sering
kukemukakan soal-soal agama. Pernah kutanyakan padanya,
siapakah menurut pikirannya yang membuat dia. T api ia tidak
mengerti dan mengira bahwa aku menanyakan siapakah
bapaknya. Sekarang kuajukan pertanyaanku dengan cara lain.
Kutanyakan padanya, siapakah menurut pendapatnya yang
membuat laut, bumi, bukit-bukit, rimba-rimba, dan sebagainya. Ia berkata yang membuatnya ialah Benamuckee,
yang berada di atas segala-galanya. Tapi ia tidak dapat
menceritakan lebih lanjut tentang makhluk yang luhur tadi,
selain ia amat tua, lebih daripada laut, bumi, bulan, dan
bintang-bintang. Lalu aku bertanya, mengapa tidak semua
benda memuja dia, meskipun dialah yang membuat segala-
galanya. Ia tampaknya amat bersungguh-sungguh akhirnya
menjawab, "Segala benda memuja kepadanya."
Aku bertanya pula, apakah orang-orang yang mati pergi ke
suatu tempat. Jawabnya, "Ya, mereka pergi ke Benamuckee,
begitu pula orang-orang yang sudah dimakan."
Ketika aku telah mendengar segala itu dari padanya, aku
mulai mengajar dia tentang ketunggalan Tuhan yang
sesungguhnya. Kuceritakan padanya bahwa yang membuat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
segala-galanya bertahta di langit; bahwa ia memelihara
seluruh dunia dengan daya kebijaksanaan yang sama ketika ia
menciptakan dunia, dan bahwa ia adalah Tuhan Yang Maha
Kuasa yang dapat memberi dan mengambil sekaligus segala
sesuatu dan kita dan dengan demikian lambat laun terbukalah
matanya. Pada suatu waktu pernah ia berkata bahwa bila
Tuhan dapat mendengar kita di atas Matahari. Ia tentu lebih
besar daripada Benamuckee, yang hanya diam tak berapa
jauh dari mereka dan bahkan di atas gunung-gunung tempat
ia berkenalan untuk berkata-kata padanya, tak dapat
mendengar keluh kesahnya. Kutanyakan padanya, apakah ia
pernah pergi ke gunung, tapi ia menjawab, "Tidak, orang
muda tak pernah pergi ke sana. Hanya orang-orang tua saja."
(Oowahakee, kata si Jum'at). Dari sini dapatlah aku menarik
kesimpulan, bahwa manusia alam ini pun mengenal semacam
kasta pendeta yang dipuja-puja seperti halnya di gereja-
gereja. Tidak begitu mudah untuk menjelaskan padanya
pengertian-pengertian tentang kebaikan dan keburukan.
Jum'at pun sewaktu-waktu mengajukan pula pertanyaan-
pertanyaan itu. Kadang-kadang aku tak dapat menjawabnya
sama sekali. Sebab meskipun aku sudah agak tua, baru
pertama kali itulah aku bertindak sebagai guru agama.
Keyakinanku adalah lebih besar daripada pengetahuanku
tentang agama, tetapi karena aku berusaha keras untuk
menjelaskan berbagai-bagai soal padanya, banyak pula hal-hal
yang menjadi lebih terang bagiku. Sekarang lebih banyak soal-
soal yang kurenungkan daripada dahulu, sehingga hidupku
bersama-sama orang liar ini membawa hal-hal yang baik
bagiku. Karenanya atas kedatangannya padaku, tak putus-
putusnya aku berterima kasih kepada Tuhan. Dengan
demikian maka kulalui hidupku dengan rasa terima kasih dan
percakapan-percakapan antara si Jum'at dan aku selama tiga
tahun itu membuat waktu itu tenteram dan bahagia bagi kami
berdua. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
23 Ketika si Jum'at dan aku saling mengenal lebih baik dan ia
telah mengerti segalanya apa yang kukatakan dan ia sendiri
sudah mulai lancar berbicara Inggris meskipun masih selalu
terputus-putus, mulailah kuceritakan padanya riwayatku
sedikit demi sedikit. Begitu banyak kuceritakan padanya,
sehingga menjadi jelas baginya, bagaimana aku datang ke
pulau itu. Kuceritakan bagaimana hidupku sejak semula,
berapa lama aku sudah tinggal di sana dan banyak lainnya
lagi. Tentang cara membuat peluru dan obat bedil, tidak
kujelaskan, tapi dia kuajar memasang senapan. Kuberi dia
sebilah pisau, ia terima dengan senang hati. Kubuatkan
baginya sebuah ikat pinggang berlubang untuk kampaknya.
Kampak itu tidak selamanya bisa digunakan sebagai senjata,
tapi toh amat berguna baginya.
Kuceritakan bagaimana kami hidup di sana, memuja Tuhan
bergaul dengan sesama manusia dan bagaimana kami
mengirimkan kapal-kapal ke semua bagian dunia. Selanjutnya
kuterangkan padanya kejadian yang dialami oleh kapal karani
dan kutunjukkan padanya bekas tempat terdamparnya.
Sekarang sedikit pun sudah tak ada bekas-bekasnya lagi.
Kuperlihatkan pula s isa-sisa sampan kami yang dulu tak dapat
kupindahkan dan yang sekarang sudah hampir lapuk.
Ketika si Jum'at melihat sampan itu, ia lama berdiri
merenung-renung tidak berkata sepatah pun. Kutanya
mengapa, bersungguh-sungguh ia berkata, "Sampan serupa
dengan sampan yang pernah datang ke negeriku." Mula-
mulanya aku tidak mengerti, tapi ketika ia sekali lagi
memperhatikan sampan tadi, aku bisa menarik kesimpulan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa sampan semacam itu dulu pernah datang di daerah
pantai tempat kediamannya, atau lebih tepat lagi katanya,
terbawa arus ke sana. Sekarang si Jum'at mulai menceritakan dengan teliti
sampan itu, dan tiba-tiba dengan bangga ia berkata, "Dan
kami telah menolong semua orang kulit putih."
Segera kutanyakan, berapa orang kulit putih.
"Sesampan penuh," jawabnya sambil mengacungkan jari-
jarinya, ia menyuruh aku menghitung sampai tujuh belas.
"Bagaimana mereka seterusnya, Jum'at?" tanyaku.
"Mereka hidup dan tinggal dengan rakyatku," balasnya.
Ia membuat aku berpikir dan sekonyong-konyong aku
teringat, bahwa mereka mungkin anak kapal yang terdampar
dulu di pulauku. Ketika kapal terdampar pada karang dan
mereka tahu, bahwa kapal itu tak dapat tertolong lagi, mereka
tentu naik sampan dan dengan demikian sampai di pantai
yang didiami orang-orang liar itu.
Kuminta padanya supaya menceritakan dengan teliti, apa
yang telah terjadi dengan orang-orang Eropah itu. Jum'at
berkata, bahwa mereka masih hidup, sampai di sana empat
tahun yang lalu dan dibiarkan saja oleh orang-orang liar,
bahkan diberi makan juga.
"Tapi mengapa mereka tidak membunuh dan memakannya,
Jum'at?" "Tidak, mereka menganggapnya sebagai saudara," kata
Jum'at, "sebab mereka tidak pernah makan manusia, kecuali
dalam perang." Dengan ini ia mau mengatakan, bahwa
mereka tidak pernah makan manusia lain, kecuali tawanan
perang saja. Beberapa lama setelah peristiwa itu terjadi, pada suatu
ketika Jum'at berdiri di atas sebuah bukit, yang letaknya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebelah timur pulau tempat aku dahulu pada suatu hari cerah
melihat pantai daratan Amerika. T iba-tiba ia mulai menari-nari
sambil melompat-lompat, menandakan ia dalam kegirangan
yang sangat. "Ada apa Jum'at?" kataku kepadanya.
"O, gembiraku, o, senangku," katanya, "di sanalah tanah
airku dan bangsaku!" Sebenarnya, aku melihat bagaimana
berserinya muka Jum'at karena bahagia, matanya bersinar-
sinar. Peristiwa ini, aku terus terang saja, pada mulanya tak
menyenangkan perasaanku, dan aku telah memastikan dalam
pikiran; ia akan kembali ke kampung halamannya sekiranya
ada kesempatan, dan dengan demikian apa-apa yang pernah
kuajarkan kepadanya akan sia-sia saja. Barangkali dem ikianlah
prasangkaku, ia akan menceritakan kepada bangsanya,
tempat tinggal dan tempat persembunyianku: di sini dan
dengan sebanyak dua ratus orang, mereka akan datang
menyerangku, dan kalau mereka sekali sudah dapat
menangkapku, mereka akan pesta-pesta makan dan mereka
akan merencah badanku dengan segala kesenangan dan
kegembiraannya. Tapi aku telah berbuat tidak adil menyangka dia yang
begitu jujur dengan pikiran yang bukan-bukan. Lama-lama aku
pun menyesal, sebab pada suatu hari ketika kami bersama-
sama pula berada di atas bukit,
tapi kini tak dapat melihat daratan yang pernah kami lihat
itu, karena udara diliputi kabut tebal, aku bertanya kepadanya,
"Jum'at, inginkah engkau kembali ke tanah airmu, kepada
bangsamu?" "Ya," katanya, "saya akan senang dengan bangsaku."
"Apa yang engkau akan perbuat di sana?" kataku lagi,
"engkau akan kembali menjadi liar dan akan kembali makan
daging manusia seperti dulu."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ia memandangku dengan sayu dan akhirnya menggeleng-
gelengkan kepalanya, sambil berkata, "Tidak, tidak, Jum'at
akan," kata dia, "hidup baik, supaya belajar sembah Tuhan
dan makan roti, susu dan daging kambing dan tidak lagi
makan daging manusia."
"Tapi Jum'at, mereka akan membunuh engkau," kataku.
Ia melihat sungguh-sungguh kepadaku, lalu menjawab,
"Tidak, dia, aku tidak akan bunuh, dia akan belajar kasih."
Kemudian ia bercerita bagaimana orang-orang berjenggot
yang datang dengan perahu telah banyak mempelajari
bangsanya. "Dan" kataku, "adakah keinginanmu untuk
kembali?" Ia menjawab tak punya perahu dan tak dapat
berenang begitu jauh. . Kuceritakan kepadanya aku akan membuatkan dia sebuah
sampan, tapi ia berkata bahwa ia tak akan pergi, atau aku
harus turut. "Aku turut?" kataku, "tapi mereka akan memakanku."
"Tidak, tidak," katanya, "saya akan buat dia tidak makan
Tuan, saya akan kata, saya kasih pada Tuan."
Lalu ia bercerita dengan caranya sendiri bagaimana baik
bangsanya itu terhadap orang kulit putih, atau orang-orang
yang berjenggot panjang - demikian ia menyebutnya - yang
datang dengan keadaan yang menyedihkan sekali.
Aku harus mengakui bahwa semenjak itu aku mempunyai
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
maksud akan berlayar ke sana dan mengadakan hubungan
dengan orang-orang yang berjenggot itu, pasti orang Spanyol
atau Portugis, yang menambah keyakinanku: bahwa dengan
jumlah delapan belas orang dapatlah kami merencanakan niat
akan membebaskan diri, terlepas dari mereka.
Beberapa hari kemudian aku berkata kepada Jum'at bahwa
aku bersedia memberikan kepadanya sebuah perahu, yang
dapat digunakan olehnya untuk pergi kepada bangsanya. Lalu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kubawa dia melihat sampan, di sebelah sana pulau, dan
setelah airnya kubuang (sebab sampan itu sengaja
kurendamkan dalam air) kami berdua lalu duduk di atasnya.
Aku dapat mengetahui, bahwa Jum'at sangat tangkas
mengemudikan perahu, lalu aku berkata kepadanya, "Nah,
Jum'at bagaimana kalau kita sekarang pergi mendapatkan
bangsamu?" Tapi ia kembali melihatku dengan sayu, ketika aku berkata
demikian itu. Menimbulkan dugaanku, ia berpendapat sampan
itu terlalu kecil. Karena itu segera aku mengatakan masih
mempunyai yang lebih besar, pergilah kami pada keesokan
harinya ke tempat aku dulu membuat perahu untuk pertama
kalinya, yang ketika itu tak berhasil membawanya ke laut. Ia
mengatakan perahu itu cukup besar, tapi karena terlalu lama
dibiarkan, hingga melewati masa kira-kira dua puluh tiga
tahun, perahu itu sudah mulai lapuk. Jum'at berkata kalau
sebesar itu kiranya cukup untuk menelan muatan minuman
dan roti - demikian ia mengatakannya dengan perbendaharaan
kata-kata yang masih sedikit itu.
Karena keinginanku untuk mencapai daratan bertambah
besar, aku berkata kepadanya barangkali baik kalau berdua
bersama-sama membuat perahu besar untuk dipakai berlayar
ke tempat tumpah darahnya itu. Atas pernyataan ini ia tidak
menjawab, ia memandangku sunggun-sungguh dengan air
muka sedih, hingga aku bertanya apa sebabnya.
"Mengapa Tuan marah kepada Jum'at, apa yang ia salah
buat?" katanya. "Apa maksud, Jum'at?" tanyaku. "Aku sama sekali tidak
marah kepadamu." "Tidak marah?" katanya, berulang-ulang kata-kata ini
diucapkan olehnya, "dan mengapa Tuan menyuruh kembali
Jum'at kepada bangsanya?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa?" tanyaku, "Tapi Jum'at, bukankah kau sendiri
telah berkata, bahwa kau ingin sekali kembali ke rakyatmu?"
"Ya, ya tapi saya mau berdua ke sana. Bukan Jum'at saja
dan bukan Tuan saja!"
"Aku ke sana, Jum'at?" kataku. "Buat apa aku ke sana?"
Sekonyong-konyong dengan cepat ia menoleh kepadaku.
"Kau bisa banyak berbuat baik," katanya," kaukatakan kepada
orang-orang liar, bahwa mereka mesti berbuat baik, tenteram
dan aman. Kau mesti menceritakan kepada mereka tentang
Tuhan, mengajar mereka bersembahyang dan mengajarkan
mereka hidup baru." "Ah, Jum'at," kataku, "kau tak tahu apa yang kaukatakan.
Aku sendiri orang bodoh dan berdosa."
"Ya, ya tapi Tuan telah mengajar kebaikan kepada Jum'at,
jadi T uan dapat mengajar mereka kebaikan juga."
"Ah, Jum'at," kataku, "kau saja pergi tanpa aku. Biarlah aku
hidup di sini seperti dulu."
Mendengar kata-kata ini mula-mula tampaknya tercengang
sekali. Tapi kemudian ia berlari menuju salah satu kampak,
diambilnya lalu diberikannya kepadaku. "Apa yang harus
kukerjakan dengan kampak itu, Jum'at?" tanyaku.
"Ya, bunuh sajalah Jum'at," katanya.
"Mengapa aku mesti membunuhmu?" tanyaku lagi.
Sekonyong-konyong ia langsung menatap mukaku. "Mengapa Tuan menyuruh Jum'at pergi" Bunuhlah Jum'at, tapi
janganlah mengusir Jum'at." Ia mengucapkan kata-kata itu
demikian sungguh-sungguhnya, sedang air matanya berlinang-linang, sehingga dengan singkat aku berjanji tidak
akan mengusirnya bila tidak ia sendiri yang ingin pergi.
Aku melihat, dalam segala percakapannya, ia menunjukkan
kasih yang besar padaku. Dari itu aku menarik kesimpulan,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bahwa tak ada sesuatu yang akan dapat memisahkan dia dari
aku, dan keinginannya pulang ke tanah kelahiran serta
rakyatnya terutama hanya disebabkan oleh harapan, supaya
dengan bantuanku, rakyatnya hidup lebih baik dan lebih layak
sebagai manusia. Tapi keinginanku untuk bertemu dengan ke tujuh belas
orang berjanggut itu menjadi makin keras, tanpa diundur-
undur lagi aku dengan si Jum'at pergi mencari sebuah pohon
besar yang kuat yang bisa dibuat perahu besar, cukup untuk
berlayar ke daratan. Di pulau itu banyak sekali pohon-pohon
yang baik, asal kita mau saja, kita dapat membuat armada
kecil, yang terdiri dari kapal-kapal yang agak besar. Tapi yang
terpenting ialah menemukan pohon dekat air, sehingga kalau
sudah selesai, dengan gampang dapat diluncurkan ke sungai.
Dengan begitu tidak akan terulang lagi kesalahan pertama.
Akhirnya Jum'at memilih sebuah pohon yang serasi. Sebab
aku segera melihat, bahwa ia lebih mengetahui dari aku, jenis
kayu apakah yang paling baik. Sampai sekarang aku tak dapat
mengatakan apa nama pohon yang kami tebang. Hanya
agaknya ia menyerupai pohon kayu kuning jenis pohon
Nicaragua, karena warna dan bau kayunya.
Jum'at hendak melubanginya dengan jalan membakarnya
saja, tapi kutunjukkan padanya betapa lebih gampangnya
dengan memakai alat-alat. Sesudah kuberi contoh beberapa
kali, seterusnya ia cekatan benar. Setelah kami bekerja keras
sebulan lamanya, perahu itu selesa ilah, empat belas hari
lamanya dengan menggunakan roda-roda, barulah ia dapat
diluncurkan ke sungai. Tapi sesudah itu, ia dengan mudah
dapat menyeberangkan dua puluh orang.
Dengan heran aku melihat betapa cekatannya Jum'at
mengemudikan perahu. Ketika aku bertanya, apakah bisa
mencapai daratan dengan perahu itu, ia berkata, "Ya, kita bisa
gampang menyeberang sekalipun berhembus angin besar."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tapi tentang membuat tiang dan layar, ia tidak tahu apa-
apa, begitu pula tentang memakai jangkar dan tali kabel.
Tiang gampang sekali didapat, kutebang saja salah satu
pohon aras yang lurus, yang banyak sekali terdapat di pulau
itu dan kusuruh Jum'at untuk menyelesaikannya.
Layar kukerjakan sendiri. Aku tahu, bahwa aku masih
mempunyai layar, atau lebih tepat potongan-potongan layar
tua. Tapi karena dalam tempo dua puluh enam tahun kubiaran
saja, aku tidak mengira pada suatu waktu akan terpakai lagi,
aku yakin, semua layar yang kumaksudkan tentu sudah lapuk.
Dan ternyata benar. Tapi kutemukan potongan-potongan yang
masih baik, dan itulah yang kukerjakan. Setelah bersusah
payah berhasil kubuat sebuah layar segitiga yang di Inggris
dinamakan "layar terbut". Karena kapal yang dulu kupakai
berlayar sepanjang pantai Barbaria juga mempunyai layar
seperti itu, aku tak canggung lagi memakainya.
Menyelesaikan dan memasangnya sekali, tiang dan layar
kapal memakan waktu sampai kira-kira dua bulan, sebab aku
menghendaki segala-galanya baik dan rapi. Di samping itu aku
membuat pula kemudi di buritan. Meskipun aku hanya
peromet saja dalam hal membuat kapal, karena mengingat
kepentingannya harus mempunyai kemudi, kulakukan juga
pekerjaan dengan sepenuh hatiku, akhirnya dapat juga
diselesaikan dengan baik.
Setelah selesai semua, kujelaskan kepada si Jum'at
bagaimana menggunakan tiang kapal, layar, dan sebagainya
itu, dan apa pula gunanya. Sebab meskipun ia pandai sekali
menggunakan sampan ternyata ia sama sekali tak tahu-
menahu tentang cara menggunakan layar atau kemudi. Ia pun
sangat tercengang ketika diketahuinya bagaimana aku dapat
menjalankan perahu itu hanya dengan pertolongan kemudi
saja, dan bagaimana pula ia terengah-engah melihat layar
kembung mengembang ditiup angin menurut arah ke mana
kita tujukan, dalam saat-saat belum mempunyai arah yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tentu. Hanya dalam waktu pendek semua ini telah
dipahaminya dan ia pun jadilah pelaut yang tangkas. Satu
perkara saja yang belum diketahuinya ialah bagaimana
menggunakan pedoman. Tapi karena di sini jarang turun
angin ribut, dan kabut tebal pun jarang-jarang tampak, kami
tak perlu sering-sering melihat pedoman. Pada malam hari
bintang-bintang di langit dan siang hari pantai laut yang
memanjang - kecuali musim penghujan - dapatlah menunjukkan jalan kepada kita.
Aku kini sudah memasuki tahun kedua puluh tujuh
menghuni pulau, tapi tiga tahun terakhir semenjak Jum'at
tinggal padaku dapat dipakai pengurangi waktu tersebut,
karena semenjak itu boleh dikatakan cara hidupku sudah
berlainan. Aku memperingati hari ulang tahun pendaratanku di
pulau seperti biasa. Toh pada kali ini aku merasa lain dari hari
yang sudah-sudah, seolah-olah ada suatu bisikan gaib di
telingaku, bahwa pada tahun-tahun berikutnya aku sudah tak
akan ada di sana lagi. Tapi aku bekerja terus, menanam,
menggali, dan membuat pagar. Selanjutnya mengumpulkan
dan menjemur sekali buah anggur yang telah masak dan
mengerjakan pelbagai macam apa saja yang menurut
hematku ada gunanya. Karena musim hujan telah mulai lagi, sering kami tingal di
rumah saja. Perahu kami yang baru, kami jaga baik-baik. Kami
bawa ke anak air, tempat aku dulu sering mendarat dengan
rakit. Kusuruh si Jum'at menggali tanah yang cukup besar
untuk menempatkan perahu kami, dalamnya juga cukup untuk
diisi air, supaya perahu itu dapat pula terapung-apung.
Setelah air pasang kembali surut, kami membuat bendungan
dari tepi anak air sampai ke limbung yang kami buat itu dan
dengan demikian perahu akan tetap kering pada tiap-tiap kali
pada air pasang. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan untuk menghindarkan air hujan, kami taruh di atas
perahu itu ranting-ranting kayu besar, kami buat seolah-olah
sengkuap. Kemudian kami nantikanlah bulan-bulan November dan
Desember; dalam bulan-bulan itu kami akan melaksanakan
maksud kami. Ketika waktu yang kami nanti-nantikan itu tiba, keinginan
akan mencari pengalaman itu hangat kembali, dan mulai
pulalah kami bersedia-sedia akan membuat perjalanan yang
kami angan-angan itu. Sebab apa yang kini menjadi kewajiban
terutama, ialah mengurus sendiri perbekalan-perbekalan yang
diperlukan. Aku kini kepala gudang. Kami sepakat menanti
sampai dua minggu akan membuat bendungan dan
menurunkan perahu ke air.
Pada suatu pagi - kami masih dalam kesibukan - aku
memanggil Jum'at dan menyuruh pergi ke pantai melihat-lihat
kalau-kalau ia dapat menemukan seekor penyu. Pekerjaan ini
sebenarnya pekerjaan mingguan baginya. Seperti telah sering
kukatakan, di samping makan yang lain-lain, kami pun makan
pula daging atau telur penyu dengan tetap. Jum'at belum
lama berangkat, ketika ia tiba-tiba datang lagi dengan, bukan
saja memanjat pagar, tapi boleh dikatakan melompatinya. Ia
berseru-seru, "O, Tuan. O, Tuan. Celaka. Menyedihkan."
"Ada apa Jum'at?" kataku.
"O di sana,," katanya lagi, "satu, dua, tiga perahu; satu, dua, tiga."
Dengan tekanan suara: satu, dua, tiga, kukira ia akan
melanjutkannya sampai bilangan enam, untung ia bermaksud
hanya tiga buah perahu saja.
"Ya, Jum'at!" kataku mencoba meredakan, "jangan takut."
Tapi aku me lihat dia benar-benar sangat ketakutan. Rupanya
tidak dapat menghilangkan pikiran bahwa mereka datang ke
pulau itu semata-mata akan membunuh dia.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan anak malang ini sudah gemetar tidak keruan
memikirkan orang-orang itu akan datang, memotong-motong
tubuhnya lalu memakan habis-habis dagingnya, hingga aku
tak tahu bagaimana cara meredakannya. Kucoba sedapat-
dapat membujuk dia dengan memastikan bahwa bahaya itu
bukan hanya untuk dia saja, aku sendiri pun seperti dia pasti
akan dimakannya. "Tapi," kataku, "Jum'at, kita harus melawan mereka.
Dapatkah engkau berkelahi, Jum'at?"
"Aku tembak," katanya, "tapi dia banyak teman."
"Itu tak mengapa," kataku lagi, "senapan-senapan kita
akan mengejutkan mereka, hingga kita tak perlu menembak
orangnya." Kemudian kunyatakan lagi, kalau aku berjanji kepadanya
akan mempertahankan dia, ia harus pula menolongku. Ia
menjawab, "Saya mati kalau Tuan kata mati."
Lalu masuklah aku ke rumah dan kuberi dia minum rum.
Aku sangat hemat dengan rum, karena itu aku masih
mempunyai setengahnya dari jumlah semuanya.
Setelah ia minum, kusuruh dia ambil bedil pemburu, yang
selalu kami bawa, dan kuisi dengan penabur banyak sekali,
hampir sebesar peluru pistol. Kemudian kuambil empat pucuk
bedil setinggar dan masing-masing kuisi dengan peluru-peluru
baud dan lima peluru yang lebih kecil; pistol-pistolku kuisi juga
dengan beberapa peluru. Seterusnya sebagaimana biasa
kusandangkan pedangku yang besar, kepada Jum'at kuberikan
kampaknya. Sesudah bersiap-siap begitu, kuambil teropongku dan
kudaki bukit dari samping, untuk mengetahui apakah masih
dapat kulihat sesuatu. Segera tampak dua puluh satu orang
liar, tiga orang tawanan dan tiga buah perahu. Agaknya
mereka sedang asyik benar menyiapkan pesta besar, dan
ketiga orang tawanan itulah yang merupakan hidangan
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
istimewa. Memang suatu pesta biadab, tapi tidak lebih biadab
daripada biasa. Kulihat juga bahwa mereka tidak mendarat di
tempat mana mereka dulu akan memakan Jum'at, tapi lebih
dekat sungai kecil yang pantainya rendah dekat hutan lebat
yang menjorok sampai ke laut. Ini saja sudah menimbulkan
amarahku, hingga aku kembali kepada Jum'at dan
memberitahukan padanya, bahwa aku berniat mengejar dan
membunuh mereka semua, sambil minta padanya supaya
membantu aku. Sekarang takutnya sudah agak teratasi dan karena
semangatnya amat bertambah oleh rum yang kuberikan
padanya, ia sekarang menjadi berani sekali dan mengulangi
lagi, bahwa ia bahkan bersedia bunuh diri, bila kuperingatkan
padanya. Saat ini kupergunakan untuk membagikan senjata
antara kami berdua. Kuberi Jum'at sepucuk pistol untuk
diselipkan pada ikat pinggangnya dan seterusnya tiga pucuk
bedil dan sepucuk pistol lagi, dan dengan bersenjata demikian,
kami berangkatlah. Selanjutnya kumasukkan sebotol rum ke
dalam sakuku dan kuberi Jum'at sekantong besar obat bedil
dan peluru-peluru. Sementara, kuperintahkan dia berjalan
dekat-dekat di belakangku, tidak boleh berteriak atau
menembak, sebelum kuminta padanya, tapi terutama sekali
jangan berbicara. Mula-mula kami berbelok ke kanan mengambil jalan
berputar kira-kira satu mil, untuk dapat melintasi sungai kecil,
maupun untuk mencapai hutan, sehingga dengan begitu aku
dapat mendekati mereka pada jarak tembak, tanpa
diketahuinya. Sambil kami berjalan, pikiran-pikiran yang dulu muncul
kembali: rencanaku akan kuubah. Tapi janganlah mengira,
jumlah mereka menakutkan. Mereka orang-orang liar
telanjang yang tidak bersenjata. Keadaan Jum'at dan aku jauh
lebih menguntungkan. Aku mulai bertanya kepada diriku
sendiri, alasan apakah sebenarnya untuk menyerang sesuatu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bangsa, yang sampai sekarang belum pernah berbuat tidak
senonoh terhadapku, tidak melakukan kejahatan kepadaku,
sedangkan kebiasaan biadab mereka hanyalah merugikan
dirinya sendiri. Setelah aku mencapai hutan, aku berjalan terus diikuti
dekat-dekat oleh Jum'at, sampai aku mendekati tepi hutan,
dan kini hanya suatu tempat sunyi membatasi aku dan orang-
orang liar. Kupanggil Jum'at dengan suara perlahan-lahan
sambil menunjukkan sebuah pohon besar. Kuperintahkan dia
naik ke atasnya untuk melihat apa yang dikerjakan mereka.
Apa yang kuperintahkan dikerjakannya dan segera ia turun
lagi. Kepadaku ia berkata, bahwa dari pohon tadi ia dapat
melihat segala-galanya. Mereka sedang duduk mengelilingi api
besar, lagi makan daging salah seorang orang liar, sedangkan
tawanan lainnya berbaring terikat di tanah, menantikan
sampai mereka mulai memakan dia. Seterusnya Jum'at
berkata, bahwa tawanan itu tidak tergolong rakyatnya, tapi
ada salah seorang yang berjanggut yang dulu pernah ia
ceritakan padaku. Ketika ia bercerita, perasaan ngeri dan
terkejut menghinggapi-ku. Aku sendiri naik ke atas pohon, dan
dengan pertolongan teropongku kulihat memang ada seorang
kulit putih yang terikat tangan kakinya, berpakaian lengkap,
terbaring di pantai dekat laut.
Pada jarak kira-kira lima puluh meter, ada lagi sebatang
pohon di sampingnya ada semak-semak rendah, tapi karena
untuk sampai ke sana ada suatu tempat terbuka, aku takut
diketahui mereka. Karena itu aku berjalan dua puluh langkah
ke belakang, kemudian pergi menuju pohon tadi lewat jalan
lain, sambil bersembunyi di belakang belukar. Dari sini aku
merangkak ke suatu bukit kecil. Dari sana aku mendapat
pemandangan bebas dalam jarak kira-kira delapan puluh
meter sekitarku. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
24 Kini aku tak boleh membuang waktu, masih ada sembilan
belas orang lagi dari mereka yang sedang duduk mengelilingi
api, sedangkan yang dua orang lagi pergi mengambil orang
Kristen itu untuk disembelihnya.
Aku segera berbalik kepada si Jum'at dan berkata,
"Sekarang, Jum'at, kerjakanlah apa yang kukatakan." Ia
mengangguk. "Lihat, Jum'at," kataku, "kerjakanlah persis seperti apa
yang kubuat, dan awas, jangan lalai sedikit pun."
Lalu kuletakkan kini sebuah bedil setinggarku dan kedua-
duanya bedil pemburu di atas tanah. Ini diikuti oleh si Jum'at,
lalu kubidikkan bedil setinggarku yang satu lagi kepada orang-
orang liar itu. Kusuruh Jum'at berbuat seperti ini, kemudian
kutanya apakah ia telah siap. "Ya," katanya. "Nah!
Tembakan!" kataku, dan pada saat yang sama aku pun
menembakkan bedilku. Jum'at memilih tujuan lebih baik daripadaku. Ia berhasil
menewaskan dua orang dan melukai tiga orang. Aku sendiri
hanya dapat membunuh seorang dan melukai dua orang. Dan
seperti dapat kita pahami mereka yang kami hujani dengan
peluru itu kalang kabut: mereka yang belum luka, berlarian,
tapi sambil tak tahu rupanya ke arah mana harus pergi, ke
mana harus melihat, mereka pun tak tahu dari mana bencana
itu datang. Jum'at terus saja memandangku, karena tak boleh
lalai dari perhatian apa yang kuperbuat.
Dan segera setelah aku melepaskan lelahku sejenak,
pertama kulemparkan bedil setinggar ke samping, lalu kuambil
sebuah dari bedil pemburu, demikian pula si Jum'at. Ia melihat
jariku memegang pemetik, lalu membidik dan si Jum'at
menurutinya. "Selesai Jum'at?" tanyaku. "Ya," katanya.
"Usirlah mereka." "Dengan nama Allah," teriakku, dan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kutembakkan bedilku untuk kedua kalinya kepada orang-orang
liar yang sedang kalang kabut ketakutan. Demikian juga si
Jum'at, ia menembakkan bedilnya sesaat dengan waktu aku
menembak. Tapi karena bedil-bedil pemburu itu hanya diisi
penabur, kami hanya membunuh dua orang. Meskipun
sebagian besar telah kena tembak mereka berlompatan lari ke
sana kemari, sambil menjerit-jerit seperti kemasukan setan,
tubuhnya berdarah. Kebanyakan dari mereka terluka parah,
dan beberapa menit kemudian ada lagi tiga orang yang rubuh.
"Nah, Jum'at," kataku sambil mengambil bedil setinggar
yang kini telah diisi lagi, 'Ikut aku," kemudian aku lari masuk
hutan diikuti oleh si Jum'at, akan memperlihatkan diri kepada
mereka. Dan segera aku mengetahui, bahwa baru saja mereka
dapat melihat aku, aku pun segera berteriak sekuat tenaga
menyuruh Jum'at supaya ia pun berbuat demikian dan lari
secepat-cepatnya dengan berpakaian lengkap seperti aku.
Kami tak dapat cepat-cepat lari karena berat oleh pakaian
yang serba berat itu. Tapi dapat juga mendekati si kurban
yang sedang berada antara mereka dan laut. Kedua
pembunuh yang telah siap akan memulai pekerjaannya, ketika
mendengar letusan pertama, lari lintang pukang ke pantai, lalu
seperti temannya yang tiga orang lagi, bersembunyi dalam
sampan. Karena itu aku memberi isyarat kepada si Jum'at
untuk menembakkan lagi bedilnya. Ia segera mengerti akan
kehendakku dan menembaklah ia sambil mendekati orang-
orang liar yang telah naik perahu itu, pada jarak kira-kira
empat puluh ela. Mula-mula aku mengira bahwa ia dapat
membunuh semuanya rubuh ke dalam perahu. T api kemudian
tampak lagi yang dua orang, lalu ditembakinya pula kedua
orang tersebut, sedangkan yang ketiga rupanya kena luka
lagi, ia rebah ke dalam perahu.
Selama Jum'at menembaki mereka, aku mengerati tali-tali
yang dipakai mengikat si kurban dengan pisau dan sete lah
mereka terlepas kuangkat dia dan kutanya dalam bahasa
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Portegis siapa dia. Ia menjawab dalam bahasa Latin,
mengatakan bahwa ia orang Kristen tapi ia sangat lemah dan
lemas, hampir-hampir tak dapat berdiri atau bercakap. Karena
itu aku mengambil bekalku dari saku, dan sambil mengulurkan
kepadanya, kuberi isyarat supaya ia minum. Iapun melakukan
apa yang kuperintahkan. Kemudian kuberi sekerat roti, dan ia
memakannya sampai habis. Ketika aku bertanya kepadanya,
dari mana asal, ia menjawab bahwa ia bangsa Spanyol. Ketika
ia sudah agak kuat, ia menyatakan terima kasih dengan
isyarat sedapat-dapatnya bahwa ia telah ditolong.
"Signor," kataku, sebisa-bisa saja dalam bahasa Spanyol,
"kelak kita bicara panjang, tapi kini kita harus berkelahi. Kalau
Tuan masih kuat, ambillah pistol dan kelewang ini." Ia
mengambilnya dengan rasa terima kasih, dan baru saja ia
merasa senjata-senjata itu ada dalam tangannya, lalu ia pun
melompat seperti kemasukan setan, menyerang yang telah
menyakitinya dan membunuhnya sekali dalam sekejap saja.
Bedilku masih kupegang. T idak kutembakkan, tapi aku s iap
untuk melakukannya, sebab pistolku dan kelewangku telah
kuberikan kepada orang Spanyol itu. Karena itu pula aku
segera menyuruh si Jum'at supaya senjata-senjata yang tadi
diletakkan di bawah pohon segera diambilnya. Iapun lekas-
lekas menjalankan perintahku.
Pada saat aku mengisi bedil pemburu itu kembali, orang
Spanyol itu sedang sibuk menangkis serangan-serangan. Ia
menyerang dengan salah satu kelewang kayunya, yaitu
kelewang yang hendak dipakai membunuh mangsanya. Orang
Spanyol, yang agak nakal tapi berani, - sayangnya tampaknya
lemah - berkelahi mati-matian me lawan penduduk asli itu,
yang tampaknya berani juga dan kuat. Dan beruntung ia
rupanya dapat membantingkan orang Spanyol itu ke tanah
dan mencoba merebut kelewangku dari tangan orang Spanyol
itu. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan orang Spanyol itu membiarkannya saja diambil
kelewangnya, tapi ia segera mencabut pistol dari ikat
pinggangnya, dan menembakan tepat pada kepala sang
korban, hingga ia jatuh dan mati, sebelum aku datang
memberikan pertolongan. Jum'at, yang sekarang tidak perlu lagi menantikan
perintah-perintahku, masih mengejar orang-orang liar, dengan
hanya bersenjatakan kampaknya. Dengan kampak ini ia
membunuh ketiga orang yang terluka dan rubuh pada
permulaan pertempuran, dan seterusnya sekalian orang yang
bisa dicapainya. Dan ketika orang Spanyol datang padaku
minta bedil pemburu, agar dia pun dapat mengejar orang
orang liar, kuberikan padanya sepucuk. Ia bisa melukai dua
orang liar lagi. Tapi oleh sebab ia tidak berhasil mengejarnya,
karena kedua-duanya lari ke dalam hutan, Jum'atlah yang
menggantikan. Ia berhasil membunuh seorang, sedangkan
yang lainnya rupanya lebih cepat daripada Jum'at. Meskipun ia
terluka ia me lompat juga ke dalam laut, kemudian dengan
sekuat tenaga berenang kepada kedua orang temannya, yang
melarikan diri dengan perahu. Dengan ke dua orang dalam
perahu, yang seorang di antaranya terluka juga, (apakah ia
sudah mati, tak tahulah kami), maka ia adalah satu-satunya
dari ke dua puluh satu orang yang bisa terlepas.
Perhitungan kami adalah seperti berikut.
Pada tembakan pertama, yang dilepaskan dari bawah
pohon, tiga orang terbunuh.
Dua orang mati oleh tembakan berikutnya.
Dua orang dibunuh dalam perahu oleh Jum'at.
Tiga orang dibunuh oleh orang Spanyol.
Empat orang mati karena luka-lukanya dan empat orang
lari ke dalam perahu, di antaranya seorang luka-luka berat.
Jadi, jumlah semuanya 21 orang.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka yang berada dalam perahu, mengayuh sekuat
tenaga agar jangan tercapai senapan, dan meskipun Jum'at
masih melepaskan dua tiga tembakan lagi, kukira ia tak
mengenai seorang pun. Jum'at mencoba mengejar mereka dengan salah satu
perahu yang ditinggalkannya. Dan memang aku pun amat
takut kalau-kalau mereka bisa terlepas, sebab bila begitu
mereka nanti menceritakan segala-galanya kepada bangsanya,
barangkali dalam tempo singkat akan kembali dengan dua
atau tiga ratus orang. Untuk mengejarnya di laut, sambil lari
ke salah satu perahu, kupanggil Jum'at supaya ikut. Tapi
ketika aku mau melompat ke dalam perahu, tercenganglah
aku, melihat ada orang liar yang berbaring di dalamnya,
seperti orang Spanyol terikat tangan dan kakinya, siap untuk
disembelih. Orang malang itu hampir saja mati karena
takutnya, sebab ia tidak bisa mengetahui sama sekali, apa
yang telah terjadi. Ia tak dapat melihat lewat pinggir perahu,
karena terlalu erat diikat kepada lantai perahu dan lagi pula
hampir pingsan disebabkan terlalu lama berbaring terikat.
Tentu saja segera kukerat tali-talinya, kucoba membangkitkan dia. Tapi ia tak dapat berdiri maupun
berbicara; ia hanya mengerang sekeras-kerasnya. Ia tentu
mengira, bahwa orang-orang liar melepaskannya untuk
membunuhnya. Oleh karena itu, kuminta pada Jum'at, supaya
berbicara dengan dia dan memberitahukan padanya, bahwa ia
telah bebas. Kemudian kuambil botolku, kusuruh dia minum beberapa
teguk. Bahwa ia bebas, mengembalikan semangatnya, ia
dapat berdiri tegak dalam perahu.
Tapi ketika mendengar dia bicara dan dapat melihat
mukanya lebih dekat, sekonyong-konyong ia mencium dan
memeluknya. Kukira hati dari batu pun akan menjadi lentuk,
bila melihat bagaimana ia kemudian, ketawa, berteriak-teriak,
menari, dan sebagainya. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Lama benar sebelum ia dapat mengucapkan sepatah kata
pun, tapi ketika ia akhirnya agak tenang, ia berkata, bahwa
orang itu adalah bapaknya.
Tidak mudah bagiku untuk menjelaskan kepada pembaca,
betapa terharu aku, ketika melihat bagaimana dalamnya cinta
seorang manusia liar pun terhadap ayahnya. Juga tak mungkin
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bagiku untuk menggambarkan segala pernyataan cinta dan
kasih, sebab Jum'at masuk ke dalam perahu kemudian keluar
lagi. Dan ketika ia masuk lagi ke dalam perahu, ia duduk di
samping bapaknya dan memberinya makan dan minum,
sambil melekapkan kepalanya di atas dadanya, kadang-
kadang sampai setengah jam lamanya. Ia mengangkat dengan
hati-hati tangan dan kaki ayahnya dan dengan tangannya
menggosok-gosok sendi-sendinya yang kaku. Dan ketika
kulihat, bahwa gosok-gosokan itu berfaedah juga, kuberikan
kepada Jum'at botol rum, agar ia dapat menggunakan rum
untuk menggosoknya. Ternyata, bahwa ini besar pertolongannya. Oleh peristiwa ini maksud kami akan mengejar orang-orang
liar itu jadi terhalang. Mereka kini sudah hampir tak kelihatan
lagi. Tapi bahwa kami tidak sempat mengejarnya ternyata
menguntungkan, sebab dua jam kemudian turunlah angin
ribut dengan tiba-tiba, makin lama makin dahsyat, hingga aku
mendapat keyakinan, bahwa orang-orang liar itu tak akan
mungkin dapat mencapai daratan.
Tapi mari kita kembali kepada si Jum'at. Ia sangat sibuk
menolong bapaknya, hingga aku tak sampai hati untuk segera
memanggilnya. Tapi ketika kuketahui ada saatnya yang agak
tak begitu sibuk, dan dapat meninggalkan ayahnya sebentar,
kupanggil dia dan ia datang sambil menari-nari dan bernyanyi-
nyanyi. "Sudah kauberi roti ayahmu, Jum'at?" tanyaku. Ia
menggeleng-gelengkan kepala dan berkata, "Tidak, saya
anjing kudis dari pesampahan, sudah memakannya sendiri."
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku mengambil sekerat roti dari kantung kecil yang selalu
kubawa untuk keperluan seperti itu. Kuberikan juga botol
minuman, kusuruh dia minum seteguk. Mula-mula ia tak mau
mengambil botol itu, tapi si Jum'at menyuruhnya sekali lagi.
Dalam kantung kecil tadi aku masih punya tiga rangkai
anggur, kuberikan serangkai kepada si Jum'at untuk ayahnya.
Tak lama setelah ia memberikan anggur serangkai itu, ia
melompat cepat-cepat dari perahu, lalu lari seperti dibawa
angin saja layaknya, sebab ia adalah orang paling kencang
larinya yang pernah kujumpai. Aku berkata bahwa ia lari
demikian cepatnya, hingga sekejap mata saja sudah tak
tampak dari pandangan mata. Aku tak berhasil memanggil dia
baik menyerukan namanya, maupun dengan apa saja yang
dapat mengurungkan dia terus berlari. Tapi dalam seperempat
jam aku melihat dia telah kembali, masih terus lari, meskipun
tidak sekencang semula. Ketika ia sudah agak dekat, aku
dapat mengetahui bahwa ia membawa guci air yang berisi air
tawar untuk ayahnya. Ia membawa pula dua buah kue besar,
kue gandum. Roti ia berikan kepadaku, tapi air diberikannya
kepada ayahnya. Tapi karena aku sendiri merasa sangat haus,
aku mengambil dulu beberapa teguk. Air rupanya bagi
ayahnya lebih membawa kebaikan dan kesegaran daripada
rum yang kuberikan: orang yang malang itu minum dengan
lahapnya. Kita semua maklum ia sangat dahaga.
Ketika ayahnya telah kenyang minum, aku menyuruh
Jum'at supaya menyisakan sedikit dan membawanya kepada
orang Spanyol itu, yang tentu tak kurang memerlukan dari
ayahnya. Kuberikan pula kepada Jum'at kue gandum yang
sebuah lagi, untuk disampaikan kepada orang itu, yang tentu
perlu juga, melihat keadaannya yang tampak lemah; ia
berbaring saja di bawah bayangan sebuah pohon.
Ketika aku mengetahui bagaimana ia dahaganya, aku
sendiri memberikan segenggam buah anggur. Ia melihatku
dan dapat kubaca pada air mukanya, ia sangat berterima
kasih. Tapi ia sangat lemah hingga meskipun ia baru saja
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
memperlihatkan ketangkasannya sebagai pahlawan, kini ia
hampir-hampir tak dapat berdiri. Ia mencoba sampai tiga kali,
tapi pergelangan kakinya begitu bengkak, hingga tak
memungkinkan untuk dapat berdiri hanya semenit saja pun.
Aku minta supaya ia duduk saja, dan menyuruh Jum'at
agar mengurut pergelangan kakinya, yang bengkak itu dengan
rum, seperti diperbuat terhadap ayahnya.
Si Jum'at berbalik, me lihat dulu ayahnya, apakah ia masih
duduk di tempat semula. Dan ketika ia tidak melihat ayahnya
duduk, segera ia lari dengan tak berkata dulu barang sepatah
pun, tapi setelah datang di sana melihat bahwa ayahnya
hanya membaringkan diri saja untuk melemaskan anggota-
anggotanya dan melepaskan lelah. Melihat ini Jum'at pun
kembali kepada orang Spanyol itu.
Aku bertanya setelah kakinya diurut, apakah ia tak dapat
dengan pertolongan Jum'at berjalan ke perahu, untuk
memudahkan membawa dia ke rumah supaya aku dapat
merawatnya sebaik-baiknya. Tapi Jum'at tak mau tahu
tentang ini, percaya akan kekuatannya, ia menggendong
orang Spanyol itu ke atas punggungnya dan dibawanya ke
perahu. Ia meletakkan dia dengan sangat hati-hati di pinggir,
melangkahkan kakinya ke dalam perahu, lalu mengangkatnya
lagi perlahan-lahan dan kemudian membaringkannya di
samp'ng ayahnya. Lalu ia melompat dari dalam perahu,
melepaskan tali penambatnya, dan ia pun mendayunglah
secepat-cepatnya, hingga aku tak mungkin dapat mengikutinya. Ia membawa kedua muatannya itu menyusur
pantai menuju ke anak air, dan meninggalkannya di sana. Ia
pergi mengambil yang sebuah lagi (perahu kami itu). Ketika ia
lalu di mukaku, kutanya mau pergi ke mana. "Hendak
mengambil perahu lebih banyak," katanya, dan ia pun lari
kencang-kencang. Aku yakin tak ada seorang penunggang
kuda yang cakap sekalipun dengan mengendarai kudanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dapat menyusul dia. Dengan sampan di atas air sama
cepatnya ia dapat sampai di anak sungai dengan aku berjalan
kaki. Lalu ia menyuruh aku masuk ke perahu, demikian juga
tamu-tamu kami yang baru itu. Tapi karena ke dua tamu itu
tak dapat berjalan, tak tahulah Jum'at, apa yang baik dibuat
dengan mereka. Tapi setelah aku berpikir, akhirnya aku mendapat jalan. Aku
berseru kepada Jum'at untuk membaringkan mereka di tepi
sungai, kemudian dengan cepat-cepat kubikin usungan, cukup
besar buat berbaring dua orang. Sesudah selesai, Jum'at dan
aku mengangkatnya bersama-sama.
Tapi ketika kami tiba pada pagar yang pertama, ada lagi
kesukaran, ternyata tidak mungkin mengangkat mereka lewat
pagar. Jadi, sekali lagi Jum'at dan aku bekerja, dan dalam
tempo kurang dari dua jam di antara pagar dan tanaman
hutan mudaku, berdirilah sebuah kemah bagus dan luas,
ditutupi kain layar tua. Dalam kemah ini kami buat tempat
tidur dari jerami dan selimut-selimut wol dan kedua orang
sakit itu kami baringkan di atasnya.
Pulauku kini sudah ada penghuninya, dan aku mempunyai
tidak kurang dari tiga orang warga negara. Betapa penting
rasanya aku dalam kedudukanku sebagai raja pulau di waktu
itu. Dan mengapa tidak. Pertama: seluruh pulau milik
pribadiku, dan keduanya: warga negaraku tunduk sama sekali
padaku dan bersedia mengorbankan jiwanya bagiku bila saja.
Lagi pula yang menarik perhatian ialah, bahwa aku
mempunyai tiga orang warga negara yang semuanya berlain-
lainan agama. Jum'at boleh dianggap seorang Protestan,
bapaknya memeluk fetisyisme dan seorang liar, sedangkan
orang Spanyol beragama Katolik Roma. Dan aku memberikan
kebebasan tentang agama ini, tapi tentang ini lain kali saja.
Ketika tamu-tamu kami yang sakit akhirnya mempunyai
tempat untuk bernaung dan beristirahat, di mana mereka
dapat merentangkan anggota-anggota badannya yang lelah,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
aku mulai berpikir membuat makanan bagi mereka. Yang
pertama kulakukan ialah memerintahkan
Jum'at menyembelih kambing yang berumur setahun (ini
adalah peralihan antara anak kambing dan kambing dewasa).
Sesudah itu, kupotong bagian belakangnya dan dagingnya
kukerat-kerat menjadi potongan-potongan kecil. Jum'at
kusuruh memasak, dan setelah kububuhi jelai dan beras,
jadilah sop nyaman dan beberapa piring daging yang enak.
Karena makanan itu kubuat di luar, setelah siap kubawa
masuk ke dalam kemah, setelah sebelumnya kutaruh sebuah
meja di sana. Mulailah kini kami makan. Dalam percakapan-
percakapan dengan bapaknya, maupun dengan orang
Spanyol, Jum'at berlaku sebagai juru bahasa, sebab orang
Spanyol itu faham benar bahasa orang-orang liar.
Ketika makan selesai, kusuruh Jum'at dengan salah satu
perahu mengambil bedil-bedil setinggar dan pemburu, yang
karena tergesa-gesa kami tinggalkan di tempat pertempuran.
Dan keesokan harinya kusuruh lagi dia ke sana untuk
membakar mayat orang-orang liar yang sudah mati, sebab
mayat-mayat yang sudah menjadi busuk lebih baik dibakar
daripada dikubur. Juga kusuruh dia menghilangkan sisa-sisa
pesta biadab itu karena aku sendiri, disebabkan rasa benci dan
ngeri merasa tak sanggup.
Sekembalinya Jum'at, aku mulai bercakap-cakap dengan
kedua tamuku. Mula-mula kusuruh Jum'at bertanya kepada
bapaknya, apakah pendapatnya tentang larinya orang liar
dalam perahu dan apakah ada kemungkinan mereka datang
kembali dalam jumlah dua atau tiga ratus orang. Kesannya
yang pertama ialah bahwa orang-orang liar itu tidak akan
tahan terhadap angin taufan yang bertiup semalam terus;
mereka pasti mati atau mendarat di daerah-daerah pantai
sebelah selatan, di mana mereka tentu dimakan oleh
penduduknya. Lagi pula ia berpendapat, bahwa orang-orang
liar itu demikian terperanjatnya oleh letusan dan tembakan-
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
tembakan bedil, sehingga menurut anggapannya, andai kata
mereka sampai ke tempat kediamannya, mereka tentu akan
menceritakan kepada teman-temannya bahwa teman-
temannya dibunuh oleh guruh dan kilat, bukannya oleh tangan
manusia. Dan selanjutnya, bahwa Jum'at dan aku adalah dua
ruh dewa, yang turun dari langit hanya untuk membinasakan
mereka. Ini pernah didengarnya dari mulut orang-orang liar itu yang
diserukannya dalam bahasanya sendiri. Dan mereka juga tak
mungkin percaya, bahwa seorang manusia bisa menimbulkan
kilat dan dapat bicara dalam guruh kepada mereka. Dan
kemudian memang ternyata, bahwa pendapat orang liar tua
itu benar, sebab kemudian aku mendengar dari berbagai
sumber, bahwa orang-orang liar sejak itu menghindari
pulauku. Mereka rupanya demikian takutnya mendengar cerita
keempat orang liar (rupanya mereka dapat menyelamatkan
diri), sehingga mereka percaya, bahwa api para dewa akan
menghancurbinasakan mereka, bila mereka datang lagi ke
pulauku. Ketika itu aku belum tahu soalnya, karena itu segera aku
bersedia-sedia dan tak membiarkan mataku lalai dari
memperhatikan apa saja yang ada sekelilingku.
Karena setelah beberapa lama tak menampak lagi perahu
datang, ketakutanku mulai berkurang, malah timbullah
keinginan meneruskan niatku berlayar ke daratan. Lebih-lebih
karena ayah si Jum'at, juga si Jum'at sendiri memastikan
dengan sungguh bahwa dari pihak rakyat di sana aku akan
mendapat penerimaan yang baik.
Tapi keinginanku yang berkobar-kobar itu lama-lama dingin
kembali, setelah aku mempercakapkannya pada suatu ketika
dengan orang Spanyol itu. Ia mengatakan bahwa ia waktu
mendarat itu bersama-sama dengan orang-orang Spanyol dan
Portugis, berjumlah tujuh belas orang. Orang-orang itu dapat
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
juga hidup damai dengan penduduk asli, tapi hampir tak
mempunyai makanan, untuk dapat hidup lanjut dengan baik.
Aku menanyakan beberapa keterangan mengenai pengembaraannya dan aku dapat mendengar bahwa kapal
yang mereka tumpangi (kapal Spanyol) berlayar dari Rio de la
Plata ke Havana, maksudnya dari sana akan mengantarkan
muatan, yang terdiri dari sebagian besar dari kulit dan perak
dan akan mengambil muatan barang-barang buatan Eropah.
Seterusnya ia menceritakan tentang tambahnya muatan di
jalan, lima orang Portugis yang kapalnya karam. Diterangkannya juga bahwa lima orang lagi dari mereka telah
tenggelam dan sisanya, yang telah sangat payah dan lelah
terdampar ke tepi pantai yang didiami oleh orang-orang
pemakan sesama manusia, yang sewaktu-waktu bukan tak
mungkin menjadi mangsa kebuasannya.
Juga ia menceritakan bahwa mereka mempunyai senjata,
tapi meskipun demikian tak dapat menggunakannya karena
tak mempunyai mesiu ataupun peluru. Peluru dan obat bedil
yang ada sedikit telah dipergunakannya pada hari pertama
untuk mencari makanan. Aku menanyakan bagaimana pendapatnya tentang kawan-
kawan setanah airnya, dan apakah mereka tidak mempunyai
maksud untuk lari. Ia berkata bahwa mereka memang sering
bermupakat, tapi karena tak mempunyai perahu, atau pun
perkakas untuk membuatnya, juga tak mempunyai bekal,
segala rundingan itu hanya diakhiri dengan air mata dan putus
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
asa. Lalu aku bertanya bagaimana pendapatnya, kalau aku yang
mengusulkan kepada mereka tentang pembebasan ini kira-kira
akan diterima" Aku berkata terus terang kepadanya bahwa
yang kukhawatirkan kalau nanti mereka mengira bahwa aku
akan menipunya. Kunyatakan kepadanya berat bagiku, mula-
mula dapat membebaskan mereka, tapi kemudian aku sendiri
jadi tawanan untuk dibawa ke Spanyol Baru, di mana orang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Inggris dengan segera atau lambat-laun dibunuhnya. Bagiku
lebih baik dimakan oleh orang-orang liar daripada jatuh di
tangan para pendeta bengis, yang pasti akan menyeretku ke
muka pengadilan gereja. Tapi kukatakan pula, bahwa aku
yakin kalau mereka ada di sini, kami sekalian akan lebih
mudah membuat sebuah kapal yang cukup besar, untuk
dipakai berlayar ke pantai selatan Brasilia atau ke pantai utara
Spanyol. Selesa i aku berkata, ia menyatakan dengan terang dan
jelas sekali bahwa keadaan kawan-kawan sebangsanya itu
sangat buruk, hingga ia dapat memastikan bahwa
purbasangkaku, tiada akan percaya kepada siapa yang akan
memberikan pertolongan, tak akan ada pada mereka, dan
kalau aku setuju, ia dengan orang liar yang tua itu akan pergi
dulu menemui mereka dan setelah memaparkan apa yang
dikandung dalam maksud dengan sejelas-jelasnya, ia akan
kembali menyampaikan putusan mereka. Ia akan minta
keterangan tertulis dari mereka, yang menyatakan bahwa
mereka menyetujui dan akan menurut saja kepada
kehendakku; ke tanah mana saja mereka akan dibawa.
Selanjutnya keterangan ini akan diresmikan dengan upacara
penyumpahan, di mana aku harus hadir pada waktunya. Lalu
ia menceritakan pula bahwa mereka itu sebenarnya orang-
orang sopan dan jujur, yang mendapat malapetaka, padahal
mereka tak mempunyai pakaian maupun makanan, karena itu
mereka menyerahkan saja kepada kerelaan penduduk asli.
Setelah aku mendengar semuanya, mulailah aku menguatkan niatku untuk melaksanakan cita-citaku itu.
Langkah pertama aku harus secepat mungkin menyuruh orang
Spanyol dan orang liar tua itu kembali kepada bangsanya.
Tapi ketika kami mempercakapkan kembali hal-hal yang kecil-
kecil, tiba-tiba orang Spanyol itu memajukan suatu pendapat
yang berharga sekali, demikian bagusnya hingga aku tak
hendak menolaknya, dan menyetujuinya saja, meskipun
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
karena pendapatnya ini, kepergian-nya harus ditangguhkan
sekurang-kurangnya selama setengah tahun.
Soalnya begini: Ia sekarang sudah kira-kira sebulan tinggal padaku. Selama
itu ia mendapat kesempatan cukup untuk mengetahui,
bagaimana aku memenuhi kebutuhan hidupku. Ketika ia
melihat aku panen, diketahuinya, bahwa persediaan yang
mula-mulanya diperuntukkan bagi si Jum'at dan aku, buat
empat orang amat kurang, apalagi buat memelihara hidup
empat belas orang lagi, tentu takkan mencukupi. Karena itu ia
menasihatkan agar ia dan kedua orang lainnya disuruh
mencangkul tanah lebih banyak untuk ditanami, kemudian
menantikan panen berikutnya, agar bila orang-orang lainnya
kelak tiba, sudah cukup persediaan beras dan jelai, sehingga
kami dapat bersiap-siap buat pelayaran.
Nasihat ini tepat sekali, aku tak berniat mengabaikannya.
Segeralah kami berempat mencangkul-cangkul, dan sebulan
kemudian ketika waktu menyebar bibit tiba, sudah cukup
tersedia tanah, dan kami dapat menaburkan dua ratus dua
puluh liter benih jelai dan enam belas periuk butir beras.
Karena persenjataan kami berempat sekarang sudah
sangat baik, aku tidak merasa kuatir lagi akan kemungkinan
serangan orang-orang liar. Dengan ditemani orang-orang
lainnya, aku acapkali menjelajah beberapa bagian pulau.
Dalam perjalanan-perjalanan ini kami memilih pohon-pohon,
yang kayunya patut dibuat kapal. Beberapa hari kemudian, di
bawah pengawasan orang Spanyol, kusuruh si Jum'at dan
ayahnya menebangnya, setelah kutunjukkan padanya,
bagaimana cara membuat papan yang panjangnya tiga puluh
lima kaki, lebarnya dua kaki dan tebalnya empat dim.
Bersamaan dengan itu, aku berusaha sedapat-dapatnya
menambah kawanan kambing-kambing yang jinak. Pada suatu
hari kusuruh si Jum'at dengan orang Spanyol menangkap
kambing-kambing muda, sedangkan aku sendiri keesokan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
harinya pergi dengan si Jum'at, kami pergi bergiliran. Kami
mendapat dua puluh ekor kambing muda, kambing-kambing
tua kami tembak mati. Kali ini kukumpulkan lebih banyak buah
anggur daripada biasa. Sesudah dijemur di bawah matahari,
aku mendapat antara enam puluh dan delapan puluh bejana
kismis. Musim panen tiba lagi, dengan amat gembira kami lihat,
bahwa bulir-bulir berisi penuh. Seperti sudah kukatakan, kami
telah menabur dua ratus dua puluh liter benih jelai sedangkan
hasil panen kira-kira dua ribu dua ratus liter, dan demikian
pulalah bertambahnya persediaan beras kami. Dengan
demikian, dengan hati yang lapang kami dapat menantikan
kedatangan orang-orang Spanyol, dan orang Spanyol kuberi
izin untuk menyeberang ke benua buat mengambil orang-
orang setanah airnya yang ditinggalkan di sana. Tapi kuberi
perintah tegas padanya, bahwa ia tidak boleh mengambil yang
tidak bersumpah dulu di hadapan dia dan orang liar tua itu,
bahwa mereka akan tunduk kepada perintah-perintahku dan
mengakui aku sebagai pemimpinnya.
Setelah mendapat perintah, orang Spanyol dan orang liar
tua itu bertolaklah dengan salah satu perahu rampasan, dan
mereka masing-masing kuberi dulu sepucuk bedil setinggar
dan obat bedil serta peluru buat delapan kali pasang. Kuminta
padanya dengan sungguh-sungguh, supaya menghemat
sedapat mungkin. Kemudian mereka kuberi perbekalan bahan
makanan dan kismis banyak-banyak, cukup bagi mereka dan
orang-orang Spanyol buat beberapa hari lamanya dan
kuucapkan selamat jalan padanya. Kami mengadakan
perjanjian, bahwa bila mereka kembali, mereka akan
memberitahukan kedatangannya
dengan suatu isyarat tertentu, yang dapat dilihat dari jarak jauh oleh si Jum'at dan
aku. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mereka berlayar dengan angin lemah dan bulan penuh,
sehingga lama benar kami dapat memandang sebelum mereka
hilang dari penglihatan. Kira-kira delapan hari sete lah keberangkatannya, terjadilah
suatu peristiwa ganjil dengan sekonyong-konyong. Pada suatu
pagi, ketika aku masih tidur nyenyak, si Jum'at dengan tiba-
tiba berlari ke dalam gubukku, sambil berteriak-teriak, "Tuan,
Tuan, mereka datang, mereka datang, mereka datang." Tentu
saja aku segera melompat dari ayunan-ku, dan tanpa
memikirkan sesuatu bahaya, segera kukenakan pakaianku dan
berlari ke tempat peninjauanku yang biasa. Dengan tegas
kukatakan, tanpa memikirkan sesuatu bahaya, sebab sekarang
aku berbuat sesuatu, yang biasanya tak kulakukan, yaitu
meninggalkan senjata-senjataku.
Alangkah tercengang aku, ketika aku datang di suatu
tempat, kulihat dalam jarak kira-kira satu setengah mil di laut
ada sebuah sampan yang memakai layar segitiga, menuju ke
arah pulauku. Juga segera kulihat, bahwa sampan itu tidak
datang dari jurusan, yang kuharapkan yaitu dari mana orang
Spanyol dengan orang-orang setanah airnya akan datang,
melainkan lewat ujung selatan pulau.
Kupanggil si Jum'at, kuminta supaya ia menghampiriku,
kusampaikan dengan beberapa patah kata, bahwa orang-
orang itu bukan mereka yang kami nantikan. Kukatakan pula
bahwa aku belum dapat memastikan apakah mereka kawan
atau lawan. Lalu kuambil teropong dari rumah dan setelah aku
menaruh lagi di tempatnya, lalu aku mendaki bukit. Seperti
sering kukatakan, aku dapat dari tempat ini melayangkan
pandangan yang jelas sekitarnya, dengan tak usah khawatir
akan ketahuan oleh yang diintai.
Baru saja aku mendaki bukit yang kumaksudkan itu,
mataku telah melihat sebuah kapal yang jauhnya dari pantai
kira-kira satu setengah mil, jadi dari tempat aku berdiri, lebih
kurang dua setengah mil, arah tenggara, yang rupanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang melabuhkan jangkar. Setelah kuamat-amati dengan
seksama memakai teropong, dapat kuketahui kini, bahwa
kapal itu berlayar di bawah naungan bendera Inggris dan
sekocinya pun adalah sekoci model Inggris.
Sungguh sukar untuk melukiskan kebingungan yang
bercampur dengan kegembiraan sekaligus, yang ketika itu
menguasaiku. Aku melihat, bahwa kapal itu, menurut dugaan-
dugaan yang cukup mempunyai alasan, dikemudikan oleh
sesama bangsaku sendiri, lebih dari itu, mungkin teman-
temanku sendiri. Tapi seolah-olah ada suara gaib yang
mengingatkan supaya aku berhati-hati dan waspada. Pertama
timbul pertanyaan dalam diriku, apa maksudnya sebuah kapal
Inggris berlayar menuju tempat terpencil dari dunia ramai,
sebab, seperti yang aku tahu pasti, tidak pernah ada
hubungan dagang tukar-menukar antara orang Inggris dengan
penduduk asli daerah pantai pulau ini. Juga mereka tidak
disebabkan karena diserang badai, dan bukan pula mendapat
kecelakaan lain-lainya. Jadi kesimpulan pikiranku: kalau
mereka toh betul-betul orang Inggris, tentu datangnya ke mari
bukan dengan maksud baik. Dan karena itu bagiku, lebih baik
menghabiskan umurku di sini saja daripada jatuh di tangan
pembunuh-pembunuh dan bandit-bandit.
25 Aku belum lama bersiap-siap di puncak bukit itu, tiba-tiba
aku melihat bagaimana kapal itu makin lama makin dekat ke
darat. Aku mengira mereka mencari muara salah satu anak air
atau mencari tempat, yang kira-kiranya baik untuk mendarat.
Tapi karena mereka tidak terus menyusur pantai, anak air
yang biasa kupergunakan untuk menurunkan rakitku dahulu
rupanya tidak kelihatan. Lalu dilabuhkan saja jangkar kapal itu
di tempat yang jauhnya kira-kira setengah mil dari tempatku.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Ini bagiku sangat kebetulan, sebab kalau tidak begitu, mereka
akan dapat langsung naik ke darat presis di muka pintu
rumahku dan aku mau tak mau akan dapat kehormatan
dengan kunjungan mereka di rumah.
Ketika mereka telah di darat, aku dapat mengetahui bahwa
mereka sebagian besar adalah orang-orang Inggris. Dua di
antaranya kukira mula-mula orang Belanda, tapi ternyata
kemudian bukan. Mereka berjumlah 11 orang, tiga di
antaranya menurut dugaanku tidak bersenjata dan mereka
diikat. Seorang dari tiga itu memohon, ini tampak dari gerak-
geriknya, seperti minta dikasihani, dibiarkan hidup, tapi yang
dua lagi, meskipun ada pula mereka membuat gerak-gerak
permintaan, tapi tidak seperti yang pertama. Ini semua sangat
mengharubirukan pikiranku, lebih-lebih karena aku tak tahu
sebabnya. Ketika si Jum'at melihat ini, ia berseru-seru sebisa-bisanya
dalam bahasa Inggris, "O, T uan, Tuan melihat orang laki-laki
Inggris itu hendak memakan tawanannya seperti juga orang-
orang liar." "Mengapa Jum'at?" kataku, "engkau mengira akan
memakan tawanannya?"
"Ya," kata Jum'at
"Tidak, tidak," kataku. "Jum'at, aku sesungguhnya hanya
khawatir kalau-kalau mereka hendak membunuhnya. Tapi
engkau harus tahu pasti, bahwa mereka tidak akan memakan
dagingnya." Dalam pada itu aku terus melihat pertunjukan ngeri itu. Aku
melihat bagaimana salah seorang bandit itu mengangkat
tangannya yang memegang pedang sangat besar, lalu
ditetakkannya kepada salah seorang mangsanya yang malang
itu. Aku menanti tiap-tiap saat, bahwa orang ini akan segera
rubuh, dan denyut jantungku rasa terhenti karenanya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pada saat itu, aku berharap-harap dalam hati, supaya
orang Spanyol dan orang liar tua yang ikut dengan dia, segera
kembali. Atau akulah dapat menghampiri ketiga orang yang
tidak bersenjata itu, dengan tidak diketahui orang.
Aku masih berpikir-pikir, ketika tiba-tiba ada suatu kejadian
lain. Setelah aku menjadi saksi dari penganiayaan seorang
kelasi yang tak mempunyai perikemanusiaan itu terhadap tiga
orang kurbannya aku melihat kelasi itu tiba-tiba sibuk
bercakap-cakap tentang keadaan pulau, sambil menjauhi
tempat semula, seperti bermaksud hendak memeriksanya
lebih jauh. Aku melihat bahwa ketiga orang itu kini bebas,
boleh pergi semaunya. Tapi ketiga orang itu bukan pergi,
malah ber-jongkoklah di tanah, dengan memperlihatkan
roman yang sangat susah dan sedih, seperti orang yang betul-
betul sudah putus harapan.
Aku teringat kepada saat, ketika buat pertama kalinya aku
menginjakkan kakiku di sini dan karena putus asa menoleh ke
kiri ke kanan. Betapa ngeri persangkaanku; betapa kuanggap
diriku sudah tak dapat tertolong lagi dan betapa takutnya aku
memandang sekelilingku. Dan betapakah pada malam
pertama itu aku tidur di atas pohon karena takut akan
binatang-binatang buas! Air pasang sedang setinggi-tingginya, ketika orang-orang
itu mendarat; tapi karena mereka terlalu banyak memboroskan waktu pemeriksa keadaan pulau, mereka telah
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
lalai membiarkan pasang berlalu, sehingga sampannya
sekarang, karena air amat surut, tersangkut dalam pasir.
Mereka hanya meninggalkan dua orang dalam sampan, yang
kecuali itu sebagaimana kulihat kemudian, terlalu banyak
minum berendi, sehingga mereka tertidur nyenyak. Tapi ketika
salah seorang terbangun dan melihat, bahwa sampan
demikian eratnya tersangkut dalam pasir, sehingga ia sendiri
takkan mungkin dapat melepaskannya, mulailah ia memanggil-manggil orang-orang lainnya yang berkelana
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekitarnya. Atas panggilan ini mereka semua datang
menghampiri sampan, tapi meskipun mereka mengerahkan
tenaga sekuat-kuatnya mereka toh tak dapat melepaskannya,
sebab sampan itu amat berat dan daerah pantai sebelah pulau
terdiri dari tanah pasir paya-paya, yang amat menyerupai
pasir apung. Meskipun karena itu mereka berada dalam keadaan yang
jauh dari menyenangkan, mereka segera membiarkan saja
sampan itu kepada nasibnya sendiri, seperti pelaut-pelaut
teledor, yang tak pernah memikirkan hari kemudian dan lalu
melimbang lagi di pantai. Dalam pada itu aku mendengar
salah seorang dari mereka berkata dalam bahasa Inggris, "Ah,
biarkan saja. Jack. Mengapa kau bersusah-susah" Kalau air
pasang juga ia akan terapung lagi!" Dengan demikian maka
keyakinanku, bahwa mereka orang-orang senegeriku, dibenarkan. Ketika semua itu terjadi, aku tersembunyi dengan
aman di dalam persembunyianku, dan aku merasa bersyukur
ketika teringat betapa terlindung letak rumahku.
Aku tahu, bahwa tidak kurang dari sepuluh jam harus
berlalu, sebelum sampan bisa terapung lagi dan karena
sebelum itu hari akan menjadi gelap gulita, aku mendapat
kesempatan baik sekali untuk melihat-lihat segala pekerjaan
dan mendengarkan percakapan-percakapannya, andaikata
mereka bercakap cakap. Dalam pada itu aku bersiap-siap
untuk bertempur, sebagaimana halnya ketika akan datang
orang-orang liar, meskipun sekarang aku berbuat lebih
berhati-hati, karena tahu benar, bahwa musuh ini tidak dapat
disamakan dengan musuh yang dulu. Kuperintahkan s i Jum'at,
yang selama tahun-tahun belakangan ini telah kubuat seorang
penembak ulung untuk menyiapkan segala sesuatu baginya
sendiri. Aku sering mengambil dua bedil pemburu, sedangkan
dia kuberi tiga pucuk bedil setinggar.
Tampangku memang layak untuk mengejutkan orang. Di
atas kepala kupasang kupiah raksasa, yang dulu kubuat dari
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kulit kambing yang di belakangnya berkatup besar yang
tergantung rendah sampai tengkukku. Dalam ikat pinggangku
terselip dua pucuk pistol, pada sisiku tergantung sebilah
pedang besar dan di atas tiap pundakku sepucuk bedil.
Seperti sudah kukatakan, aku tidak bermaksud berbuat
sesuatu sebelum gelap-gulita. Tapi ketika menjelang jam dua
siang, jadi waktu hari sedang panas-panasnya, kulihat mereka
masuk ke dalam hutan, aku mengerti, bahwa mereka tidur
siang di sana. Ketiga orang malang yang ditinggalkan yang
sudah barang tentu tersiksa oleh pikiran akan nasib yang akan
menimpanya, tidak tidur, tapi dalam jarak kira-kira
seperempat mil duduk di bawah teduh pohon, dan sangkaku
tak tampak oleh orang-orang lainnya. Ketika hal itu kuketahui
aku memutuskan memperkenalkan diri padanya dan dengan
begitu dapat mendengar tentang keadaannya.
Jadi segeralah aku berangkat dengan si Jum'at yang seperti
aku juga bersenjatakan lengkap, tapi tidak memberi kesan
sebagai hantu seperti aku; ia berjalan di belakangku dalam
jarak yang agak jauh. Aku mendekati mereka tanpa
diketahuinya sedekat dan sekonyong-konyong tanpa dilihat
oleh salah seorang dari ketiga orang itu, dalam bahasa
Spanyol, kusapa mereka, "Siapakah Tuan?" Ketika mendengar
suaraku, mereka berdiri dengan terkejut, dan seterusnya
melihat aku dalam pakaian yang asing baginya, mereka
sepuluh kali lebih terkejut lagi. Tidak seorang pun yang
menjawab dan kukira, mereka semua sudah siap untuk lari;
jadi kusapa mereka dalam bahasa Inggris.
"Tuan-tuan, jangan takut pada saya. Barangkali saya
segera menjadi sahabat Tuan-tuan!"
"Rupanya Tuan diturunkan dari langit untuk menolong
kami," kata seorang dari mereka dengan sungguh-sungguh
kepadaku, sambil membuka topinya.
"Saya orang Inggris," kataku, "dan bersedia akan menolong
Tuan. Seperti T uan dapat melihatnya saya mempunyai senjata
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
serta mesiu cukup banyak. Katakanlah kepada kami, siapa
Tuan dan dapatkah kami menolong Tuan" Apa sebenarnya
yang telah terjadi atas diri T uan-tuan?"
"Apa yang telah terjadi, tak dapat saya menceritakannya
dengan sepatah dua kata saja," katanya, "sebab akan
memakan waktu banyak, sedangkan pembunuh pembunuh
kami ini berada tidak jauh dari s ini. Tapi singkatnya saja Tuan,
saya adalah komandan kapal, kapal yang Tuan lihat di
kejauhan itu. Anak buah saya berhasil memberontak. Mereka
memutuskan tidak akan membunuh kami, tapi akan
meninggalkan kami. Saya dengan juru mudi dan seorang
penumpang di pulau ini, yang dalam sangkaan mereka kami
akan mati juga karena kelaparan. Mereka mengira pulau ini
tidak ada penduduknya."
"Di mana mereka, penipu-penipu musuh Tuan itu?"
tanyaku. "Tidakkah T uan tahu ke mana mereka pergi?"
"Mereka ada di belakang Tuan," katanya sambil
menunjukkan jarinya ke arah semak-semak. "Tapi saya sudah
gemetar mengingat kalau-kalau mereka ada melihat kami,
atau mendengar percakapan kita, sebab kalau hal ini terjadi,
mereka akan membunuh kami dengan tak mengenal ampun
lagi." "Adakah mereka mempunyai senjata?"
"Hanya dua buah bedil," katanya, "satu di antaranya
ditinggalkan dalam sampan."
"Sekarang," kataku. "Biarlah, seterusnya atas tanggung
jawab sayalah! Saya berani mengatakan bahwa mereka kini
sedang tidur, jadi sangat mudah untuk membunuh mereka,
atau barangkali T uan ingin menangkapnya hidup-hidup?"
Atas pertanyaan ini ia menceritakan bahwa di antara yang
banyak itu hanya dua oranglah yang berbahaya, yang tak
perlu diberi ampun lagi, dan kalau yang dua ini sudah tak
berdaya, ia mengira bahwa yang lain-lain akan berbalik.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Aku bertanya siapa kedua orang itu, tapi ia menyatakan tak
dapat membedakan dalam keadaan seperti itu, tapi ia akan
menurut saja apa yang akan kuperintahkan kepadanya.
"Ya," kataku, "kalau begitu, pertama-tama kita harus
berusaha supaya jauh dari mereka, jauh dari penglihatan dan
pendengaran mereka, supaya dapat berunding."
Mereka menurutkan daku, dengan tak berkata apa-apa lagi.
Lalu berjalanlah kami, dan sampailah di sebuah hutan yang
kira-kira aman bagi kami. "Begini Tuan," kataku, "kalau saya mengambil tugas
membebaskan Tuan dari cengkeraman
mereka seluruhnya, dapatkah Tuan kelak menyetujui dua
macam permintaan yang akan saya ajukan?"
Ia menjawab, seandainya kapal itu dapat dimilikinya
kembali ia akan menyerahkan pimpinan kepadaku selama
dalam perjalanan. Tapi kalau kapal itu tak dapat kembali,
relalah ia katanya mengikutiku hidup atau mati bersama-sama.
Kedua orang yang lain sama-sama setuju atas usulnya ini.
"Ya," kataku lagi, "dan usul-usul saya ini ialah, pertama:
selama tuan ada di daratan pulau ini, harus tunduk kepada
perintah-perintah saya dan kalau saya memberikan senjata
kepada Tuan, Tuan bersedia mengembalikannya sewaktu-
waktu dan Tuan sekali-kali tidak akan membelakangi saya.
Kedua: kalau saja saya beruntung dapat merampas kembali
kapal itu, Tuan hendaklah memberikan kesempatan kepada
kami berdua dengan orang itu, ikut berlayar ke Inggris dengan
tak usah membayar." Ia meyakinkan bahwa ia sangat setuju dan berpendapat
bahwa permintaanku itu sangat pada tempatnya dan selalu ia
mengatakan bahwa ia akan setia selama hidupnya dan
bersedia menyatakan bahwa ia sungguh-sungguh telah
berhutang budi kepadaku. "Baiklah," kataku, "ini tiga buah bedil setinggar untuk kalian
bertiga, beserta obat dan pelurunya. Coba Tuan katakan
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sekarang, apa pikiran Tuan, mana yang sekiranya baik kita
lakukan pada saat ini."
Tapi mereka mengatakan, bahwa itu semuanya terserah
kepadaku. Aku menyatakan kepada mereka, bahwa meskipun
hal ini sangat berbahaya untuk dilakukan, tapi bagiku ini
adalah yang sebaik-baiknya, yaitu menyerang mereka dengan
tiba-tiba pada saat mereka sedang berbaring-baring di sana.
Dan kalau sete lah penyerangan pertama masih ada yang
hidup, serta menerangkan bahwa mereka akan menyerang,
boleh mereka diberi ampun kalau sekiranya disetujui oleh
sekalian. Kapitan itu menjawab bahwa ia tak mempunyai maksud
untuk membunuh semuanya, siapa yang masih dapat ditolong,
baiklah ditolong. Tapi karena kedua orang, biang keladi,
pemimpin pemberontak yang tak mau saja mengubah
sikapnya, dan kecuali itu, kalau saja mereka dapat meloloskan
diri pasti akan membawa anak buahnya kembali menyerang.
Kapitan dengan kawan kawan dan kami tentu akan dapat
dikalahkan, maka bagi kedua biang keladinya baiklah diambil
tindakan keras. "Ya," kataku lagi, "tapi hal yang lebih utama, yang saya
pikirkan, ialah mencari jalan untuk menolong nyawa kita
sendiri." Tapi ketika aku melihat bagaimana pandangannya tentang
pertumpahan darah yang tak diingininya itu, aku membujuk
dengan menyatakan bahwa mereka akan segera menyerah
kalau melihat bahwa senjata kami dan amunisi lebih kuat
daripada mereka. Pada saat kami masih sibuk bercakap-cakap, tiba-tiba kami
mengetahui mereka bangun. Segera pula kami melihat mereka
bangkit dan melompat. "Inikah ke dua biang keladi pemberondak itu?" tanyaku
dengan membenci. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan," katanya.
"Nah, biarlah dulu. Tuhan rupanya memberi ingat mereka
tepat pada waktunya. Tapi kalau yang lain-lain itu lari, itu
akan menimpa kepala Tuan nanti," kataku kepada kapitan itu.
Kapitan itu rupanya sadar, ia mengambil bedil setinggar
dan dengan tak ragu-ragu lagi sambil memasukkan pistol ke
dalam pinggangnya, ia tampil ke muka. Kedua orang lainnya
menuruti saja apa yang dilakukan oleh kapitan itu.
Tapi oleh karena salah satu dari kedua orang itu agak
membuat gaduh, salah seorang kelasi yang dalam pada itu
sudah bangun, menoleh. Dan ketika dilihatnya mereka datang,
ia berteriak-teriak sekeras-kerasnya membangunkan orang-
orang lainnya. Tapi teriakannya tidak berguna lagi, sebab
pada saat ia mulai berteriak, ke dua tadi melepaskan dua
tembakan, (kapitan secara bijaksana menyimpan pelurunya
buat kedua orang seterusnya), dan mereka demikian tepat
membidiknya, sehingga yang satu segera mati di tempat itu
juga, sedangkan yang lainnya terluka parah. Tapi karena ia
masih belum mati sama sekali, ia mencoba bangkit dengan
tenaga penghabisannya, ia berseru minta tolong kepada
orang-orang lainnya. Pada waktu itu kapitan menghampirinya,
dan berkata, bahwa pertolongan manusia sekarang tidaklah
berguna lagi, tinggal minta diampuni Tuhan saja untuk
perbuatan jahatnya. Kemudian dengan siku bedil dipukulnya
orang itu sehingga roboh tak bangun lagi buat selama-
lamanya. Sekarang tinggal tiga orang lagi, satu di antaranya
terluka ringan. Pada saat itu aku menampakkan diri, dan ketika mereka
melihat daku sadarlah mereka, bahwa perlawanan tiada
artinya lagi, dan karenanya ia minta diampuni. Kapitan berkata
padanya bahwa ia tidak akan membunuhnya, asal saja mereka
mau bersumpah setia dan takluk padanya, dan berjanji akan
menolongnya untuk membawa kembali kapal dengan aman ke
Yamaica, tempat asal kapal itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hal itu mereka janjikan dan kapitan memberikan mereka
hidup, hal mana tidak menjadi keberatan bagiku. Hanya aku
minta supaya selama mereka berada di pulauku, kaki dan
tangannya diikat erat. Ketika ini sedang dilakukan, kusuruh si Jum'at dengan
mualim ke kapal, dan kuperintahkan padanya untuk
mengambil dayung-dayung serta layar-layarnya, hal mana
cepat dikerjakan olehnya. Lambat-laun ketiga orang lainnya
yang (untung baginya) telah memisahkan diri dari teman-
temannya mulai muncul, dan ketika dilihatnya, bahwa kapitan
yang tadinya menjadi tawanannya, sekarang berbalik
menguasai keadaan, mereka pun takluk kepadanya, dan
membiarkan dirinya diikat. Dan dengan demikian, kami
mendapat kemenangan sepenuhnya.
Barulah kapitan dan aku mendapat kesempatan untuk
saling mengenal lebih baik dan mengetahui pengalaman serta
keadaannya masing-masing. Akulah yang mulai menceritakan
seluruh riwayatku berturut-turut yang ia dengarkan dengan
penuh perhatian serta keheranan. Dan oleh karena riwayat
hidupku memang merupakan rangkaian pengalaman-
Robinson Crusoe Karya Daniel Defoe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pengalaman ganjil serta kejadian-kejadian yang ajaib, ceritaku
memberi kesan yang dalam padanya.
Ketika keterangan-keterangan pertama selesai, kuajak dia
dan kedua orang lainnya ke rumahku, di mana kuhidangkan
apa yang ku-punyai dan kemudian memperlihatkan segala
sesuatu yang kubuat selama aku berdiam di tempat itu yang
sekian lamanya. Segala yang kuceritakan dan kuperlihatkan padanya
tampaknya sama saja mencengangkan hatinya. Tapi terutama
sekali kapitan amat memuji kubu pertahananku dan betapa
berhasilnya aku menyembunyikan rumahku bagi setiap orang
dengan memakai sebuah hutan kecil, yang kutanam di sana
kira-kira dua puluh tahun yang lalu. Kukatakan padanya,
bahwa rumah itu adalah puri dan tempat kediamanku, tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seperti para raja juga, aku masih mempunyai tempat tinggal
untuk di musim panas, yang dapat kutinggali kapan saja aku
mau dan membawa tempat itu pada suatu hari akan
kuperlihatkan padanya. Pada saat ini soalnya ialah merundingkan, bagaimana
caranya dapat menguasai kapal lagi. Ini pun dipahami oleh
kapitan, tapi dengan terus terang ia katakan padaku bahwa ia
tidak mempunyai harapan akan berhasil. Sebab di atas kapal
itu masih ada dua puluh enam orang, yang semuanya telah
ikut memberontak. Berdasarkan hukum mereka telah
kehilangan hidupnya, dan sekarang mereka berada dalam
keadaan masa bodoh dan tidak memperdulikan lagi apa-apa.
Sebabnya ialah karena mereka tahu, bahwa bila mereka
dikalahkan dan dikembalikan ke Inggris atau ke salah satu
jajahan Inggirs, mereka akan dihukum gantung, dan karena
itu bila kami harus menyerangnya selama jumlahnya masih
banyak, maka tipis atau sama sekali tidak ada harapan bagi
kami. Lama aku berpikir tentang apa yang dikatakannya, dan
akhirnya aku yakin, bahwa ia benar. Jadi aku memutuskan,
pertama untuk mengambil tindakan-tindakan cepat dan kedua,
kami harus mengadang anak buah kapal itu untuk mencegah
mereka mendarat di pulauku.
Masih dalam memikirkan perkara ini, tiba-tiba terpikir
olehku bahwa penumpang-penumpang kapal itu, tentu akan
bertanya bagaimana halnya dengan teman teman dan
perahunya, dan akan segera datang dengan perahu yang lain,
dan mereka itu akan datang bersenjata. Jika ini terjadi
celakalah kami semua. Karena itu aku memberitahukan hal ini kepada kapitan,
bahwa yang pertama-tama, yang baik kami lakukan, ialah
perahu yang ada di pantai itu harus dirusakkan, hingga
(setelah kami mengeluarkan isinya) mereka tak akan dapat
menggunakannya lagi. Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jadi segeralah kami bersama-sama menuju ke perahu itu.
Mula-mula kami ambil senjatanya, yang ditinggalkan oleh
kelasi-kelasi itu, dan seterusnya apa saja yang ada di
dalamnya, seperti: sebotol berendi, sebotol rum, beberapa
bungkus biskuit, tanduk mesiu, sebungkah besar gula,
dibungkus dengan secarik kain layar, kira-kira seberat lima
atau enam kilo. Ini semua tentu sangat menggirangkan hatiku,
lebih-lebih berendi dan gula, yang sudah bertahun-tahun tak
pernah kucicipi rasanya. Setelah semua barang ini kami bawa
(pendayung, kain layar, tiang dan kemudi sudah lebih dulu
kami selamatkan), lalu kami lubangi alas perahu itu, hingga,
seandainya mereka berhasil mendarat, mereka tak akan dapat
membawa perahu itu kembali. Sekalipun kemungkinan akan
dapat merebut kembali kapal itu tipis sekali, tapi aku
mempunyai harapan, jika anak buah kapal itu dengan se lamat
dapat pergi dengan kapalnya, meninggalkan kami, perahu itu
taK akan dibawanya. Mudah-mudahan dapatlah kami
menggunakannya, sehingga dapatlah kami meninggalkan
pulau itu dan dapatlah kami hendaknya dalam perjalanan,
berjumpa dengan orang-orang Spanyol, yang pada saat itu tak
pula hilang-hilangnya dari ingatanku.
Sambil bersiap-siap, pertama-tama dengan kekuatan
bersama, kami angkat perahu itu ke tempat yang lebih tinggi,
supaya sekalipun ada air pasang perahu itu tak dapt dicapai
air. Setelah membuat lubang di dasarnya sebesar kira-kira
mudah menutupnya kembali kelak, dan setelah kami letakkan
sambil berpikir-pikir apa yang akan kami kerjakan selanjutnya,
tiba-tiba kami mendengar letusan senapan dari kapal dan
melihat pula suatu isyarat diberikan dengan lambaian bendera.
Itu tak boleh tidak berarti, bahwa perahu harus segera
kembali meskipun mereka berkali-kali me lepaskan tembakan
dan berkali-kali memberi tanda. Dan ketika mereka mengira,
bahwa tanda-tanda yang mereka berikan, dan tembakan
dengan bedil tak ada gunanya, sebab tak ada perahu turun ke
air, akhirnya kami mengetahui dengan pertolongan teropong,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
bagaimana mereka menurunkan lagi sebuah perahu, dan ini
dilayarkan menuju pantai. Dan ketika mereka telah dekat,
kami melihat, bahwa mereka tidak kurang dari sepuluh orang
jumlahnya, yang semuanya menyandang bedil.
Karena kapal itu hanya terletak pada jarak lebih kurang dua
mil saja dan pantai, kami sudah dapat melihat dari jauh dan
dapat pula membedakan muka mereka yang bermacam-
macam itu. Dan karena dorongan arus yang menuju ke
sebelah timur, maka mereka selanjutnya mendayung
sepanjang pantai, dan sampailah mereka ke tempat, di mana
perahu yang pertama-tama mendarat. Perahu itu pun masih
terletak di tempatnya semula. Dan kini kami dapat lebih teliti
memperhatikan mereka, dan kapitan pun lebih-lebih lagi
memperhatikan dengan seksamanya. Ia dapat memberi
penjelasan padaku, bahwa di antara mereka ada tiga orang
yang baik-baik, yang ikut memberontak hanya karena dipaksa
oleh yang lain. T api bahwa yang lain-lain itu terutama seorang
anak kapal, yang menjadi biang keladinya, sungguh kejam dan
tamak, seperti yang banyak itulah bengis dan ganas, hingga ia
sangat khawatir, mereka akan datang serentak dan
membinasakan kami. Aku sendiri mentertawakan dia, dan
berkata, bahwa laki-laki seperti kita ini, tak sepatutnya jadi
penakut. Sebelumnya memang kami sudah menempatkan tawanan
kami di suatu tempat yang berpisah-pisah. Dua di antara
mereka yang tidak diketahui betul oleh kapitan, saya suruh
Jum'at bersama-sama dengan seorang yang lain membawa ke
istanaku. Mereka cukup jauh untuk tidak mendengar sesuatu
apabila terjadi apa-apa, dan dari tempat ini seandainya
mereka akan mencoba lari, tak akan dapat mencapai daerah
pantai. Kami tinggalkan mereka dengan tangan terikat, tapi
kami sediakan makanan yang perlu secukupnya. Dan kami
janjikan kepada mereka, apabila mereka tinggal tenang dan
tidak ribut-ribut selama dua hari, akan kami bebaskan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sebaliknya apabila mereka hendak mencoba lari, tak akan
diberi ampun lagi, mereka akan ditembak mati.
Mereka berjanji akan sabar dalam tawanan, dan ma lah
berterima kasih atas perlakuan kami sudah menyediakan
makanan begitu cukup, dan lebih lagi karena mereka diberi
pula penerangan. Si Jum'at memberikan lilin kepada mereka,
yang kami buat sendiri. Juga dalam dugaan mereka Jum'at
tentu akan mengawal di jalan masuk ke tempat mereka
ditawan. Tawanan yang lain dapat perlakuan lebih baik. Benar
mereka diikat juga, sebab kapitan memberi alasan supaya
mereka jangan terlalu dipercayai, tetapi dua di antaranya atas
permintaan dia sendiri tidak diikat sama sekali, setelah mereka
berjanji akan sehidup semati dengan kami. Jadi kami kini
mempunyai kekuatan berjumlah tujuh orang, hingga aku tak
merasa bimbang lagi, tak akan gentar berhadapan dengan
mereka yang berjumlah sepuluh orang itu, yang kini masih
dalam perahu, lebih-lebih lagi, karena Kapitan telah
mengatakan bahwa di antara jumlah yang sekian itu, masih
ada tiga atau empat orang yang masih baik-baik pekertinya.
Segera sesudah merapat pantai, mereka melompat dari
sampannya dan menghelanya beramai-ramai ke tepi. Ini
menyenangkan hatiku, sebab aku sudah takut kalau-kalau
mereka akan berlabuh agak, jauh dari pantai, di bawah
pengawasan beberapa orang yang akan ditinggalkan,
sehingga tak mungkin bagi kami untuk memperoleh sampan
itu. Setelah berada di pantai, yang pertama-tama mereka
lakukan ialah berjalan menuju sampan yang kami rusakkan
itu. Mudah dimengerti, betapa tercengangnya mereka, ketika
dilihatnya, bahwa sampan itu sudah kosong sama sekali, lagi
pula berlubang alasnya. Setelah mereka lama merundingkannya bersama-sama, mereka dengan suara keras
tiba-tiba memanggil-manggil orang-orang lainnya sampai dua
tiga kali, tapi tentu saja tidak terjawab. Kemudian sesudah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membuat suatu lingkaran, dengan maksud yang sama mereka
melepaskan tembakan bersama yang dengan jelas dapat kami
dengar terutama oleh gema dalam hutan yang bergaung
beberapa kali. Sebab kami tahu dengan pasti, bahwa mereka
yang ditutup dalam gua tidak akan mendengarnya, dan orang-
orang lainnya, meskipun dapat mendengarnya, takkan berani
Dewa Pengasih 1 Pendekar Mabuk 08 Istana Berdarah Bara Diatas Singgasana 4