The Devils Dna 4
The Devil's Dna Karya Peter Blauner Bagian 4
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Kau bilang aku mesti datang pagi-pagi, bukan?"
"Tanto majo." Angel melemparkan kunci padanya. "Kau yang
buka gerbang hari ini. Melihat cara kerjamu, mungkin tak lama lagi
toko ini akan menjadi milikmu."
Ooo)DW(ooO Hampir pukul sepuluh, Francis parkir di seberang toko swalayan
dan menaruh plat kuning polisi di dashboard. Ia memutuskan untuk
tak membuat dirinya terlalu mencolok, berpura-pura hanya ingin
mengikuti perkembangan kasus Allison. Tanpa perlu menyebut
Christine Rogers sama sekali. Ia mengunci pintu mobil dan
mematikan ponsel, tak ingin mendengar suara para bos saat ini.
Semua orang tahu bagaimana melakukan investigasi zaman
sekarang, dari patroli jalan raya rendahan sampai asisten khusus
walikota yang bertugas mengoordinasikan kegiatan.
Ia menyeberang jalan, menoleh ke kanan dan kiri dengan hati-
hati, menyadari kini ia butuh waktu sedikit lebih lama untuk melihat
mobil yang datang dari samping.
Ooo)DW(ooO Hentak atau sayat. Angel tak menyebutkan dengan jelas, yang
penting kardusnya rata. Kotak-kotak yang tebal dan di lem rapat
harus dipotong sisi-sisinya. Tapi yang lebih tipis cukup dihentak-
hentak dengan kaki yang juga berguna untuk melampiaskan
kekesalan. Hoolian selalu senang bekerja di basement, karena dekat
ke mesin pemanas gedung, ia seperti insinyur rahasia yang
memastikan semua sistem berjalan lancar. Ia ingat masa-masa
bermain petak umpet di sekitar gudang dan ruang pemanas bersama
Nestor. Mereka berdua saling mengejar di sekitar lorong sempit yang
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
suram, tong-tong sampah, dan bak-bak cuci kotor di lubang kelinci
mereka saat si portir tua sedang tak bekerja di ruang pembakaran
sampah atau mengerjakan sesuatu di lift servis.
Hoolian selesai meratakan kardus dan memasukkannya satu
persatu ke dalam mesin kempa, menikmati kerja fisik murni yang tak
memerlukan otak selama beberapa menit. Ia menarik tuas dan besi
lebar rata dengan dudukan rendah di piston, mengempa kardus
dengan rentetan bunyi 'pop' yang menyenangkan. Yang tersisa
tinggal gundukan cokelat padat, seperti anak kecil yang memadatkan
adonan roti menjadi sebuah kubus. Ia lalu pergi ke kumparan raksasa
di sudut dan mengambil benang sepanjang satu meter untuk
mengikat gundukan itu agar lebih mudah diangkut.
Francis berdiri di pintu, menunggu matanya menyesuaikan diri.
Dinding, rak, dan lantai ruang penyimpanan dicat abu-abu, sehingga
benda-benda muncul perlahan- lahan sekali dari kegelapan, seperti
sosok-sosok dalam foto yang sedang dicuci. Di sana berdiri Hoolian,
mengguntingi benang dan mengikat gundukan kardus-kardus
kempaan. Perlahan- lahan Francis melihat gerakan otot-otot di bawah
celemek toko yang cantik saat Hoolian melemparkan lempengan-
lempengan itu ke lantai, seperti mayat- mayat dilempar ke dalam peti.
Tanpa setelan sidang melekat di tubuhnya, ia tampak lebih jelas
sebagai mantan narapidana.
"Wah," kata Francis. "Rupanya ada yang rajin memakan sereal
para juara." Ooo)DW(ooO Detektif itu tampak lebih tua dan entah bagaimana lebih kecil,
berdiri di sana dengan mantel panjang kulit tiga perempat dengan
bendera Amerika di kelepaknya. Dalam ingatan Hoolian, Loughlin
selalu merupakan sosok papan menjulang yang siap tumbang di
atasnya. Kini ia hanya lelaki setengah baya yang mulai membotak
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
hingga orang bisa melihat kulit merah muda pucat keningnya dan
ujung alis yang kejam. "Apa yang terjadi pada tanganmu?"
Hoolian mundur sedikit, teringat terakhir kali ia sedekat ini
dengan Loughlin adalah saat berada di lorong penjara.
"Terhimpit pintu kereta bawah tanah."
"Benarkah" Di pintu kereta" Aku tak bisa membayangkan.
Bukankah dilapisi karet di mana- mana."
"Aku sedang menyandarkan tangan di sana saat pintunya
membuka tiba-tiba dan tanganku terjepit. Karetnya pasti sudah
usang." "Aku belum pernah mendengar hal seperti itu."
Hoolian menahan desakan untuk menyembunyikan tangannya di
balik punggung. "Apa yang kau lakukan di sini, Bung" Bagaimana
kau menemukanku?" "Kau keluar dengan jaminan, bukan" Pengacaramu harus selalu
menginformasikan keberadaanmu setiap saat, kalau-kalau kau tak
datang pada tanggal persidangan."
"Omong kosong."
Loughlin terus melihat balutan itu, seolah ia bisa melihat darah
merembes dari kain itu. "Pasti sakit sekali. Ke mana kau pergi
berobat?" "Ruang gawat darurat, St. Vincent's. Memangnya kenapa?"
"Kukira kau mungkin mampir ke RS Mount Sinai atau
Metropolitan. Lebih dekat, bukan?"
"Aku pergi dengan kereta." Hoolian melenturkan jari-jarinya,
berusaha terlihat acuh tak acuh. "Dengar, kurasa kau tak semestinya
berada di sini. Kalau kau punya sesuatu untuk dikatakan padaku,
sampaikan saja lewat pengacaraku. Kalau tidak, itu artinya ex parte."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ex parte?" Loughlin menjulurkan lidah, berpura-pura terkesan.
"Kau pasti benar-benar menghabiskan waktu di perpustakaan hukum
saat berada di penjara."
"Tidak sepatutnya kau bicara padaku di luar pengadilan."
"Oh, aku mengerti. Tetapi investigasi ini masih berjalan. Jadi aku
masih punya hak." "Yeah. Jadi, apa maumu?" Hoolian melemaskan bahu kembali dan
menggosok-gosok tangannya. "Kau ingin menyelesaikan urusan kita
yang belum selesai dulu itu?"
"Ah, aku bersedia melupakan hal itu." Loughlin merogoh saku
jaket dan mengeluarkan kapas dalam bungkus plastik bersih. "K ita
tak bisa terus-terusan menjilati luka lama."
"Itu apa?" "Ini batang seka untuk DN A."
"Bung, keluarlah dari sini dengan benda brengsek itu." Hoolian
mengibaskan udara d i antara mereka. "Kau bisa menghubungi kantor
pengacaraku dan kita bisa membuat perjanjian di laboratorium untuk
memberimu sampel." Loughlin mengangkat bahu. "Dengar, aku tak tahu bagaimana
mereka mengurus spesimen di sana. Orang mencoba segala sesuatu.
Aku pernah melihat orang melekatkan kantung di bawah penis
mereka hingga mereka bisa menaruh kencing orang lain dalam uji
penyalahgunaan obat. Tapi jika dalam pengawasanku, aku akan
memastikan semua dilakukan menurut aturan."
"Ya, aku tak akan melakukan apapun hingga aku menghubungi
pengacara." "Hey, Bung, kupikir kau menginginkan hal ini. Apa yang kau
takutkan?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tak takut apapun. Aku hanya tak percaya padamu. Kau,
bajingan yang menjebakku sejak awal. Kenapa mereka tak mengirim
detektif lain saja?"
Ia pergi menuju ruang sebelah yang gelap untuk mengambil
kardus-kardus lagi dan menyadari Loughlin tersandung saat
mengikutinya. "Ini masih kasusku," ujar Loughlin.
"Mereka pasti tak memberimu pekerjaan lain, sepanjang waktu
hanya kau habiskan untuk menyusahkanku."
Anehnya, Loughlin tampak teralihkan sesaat, seolah ia mencuri
dengar percakapan di ruang sebelah.
"Biar kutanyakan satu hal padamu, Hoolian."
"Namaku Julian. Panggil dengan benar."
"Oke, Joo-lian." Bibirnya ia buat melingkar mengejek. "Hakim
mengabulkan mosi empat-empat puluh yang kau ajukan karena
pengacaramu diduga tak pernah memberitahumu bahwa kau punya
hak untuk membela diri."
"Ya. Aku dulu masih ingusan. Bagaimana aku tahu?"
"Aku hanya ingin tahu. Apa yang akan kau katakan seandainya
kau bisa bersaksi?" Hoolian menaruh sebuah kardus di lantai dan mengempa, tahu
mestinya ia tak boleh membiarkan polisi ini membuatnya naik darah.
"Aku tak akan membicarakan hal itu denganmu. Untuk itulah aku
menyewa pengacara." "Ayolah, amigo. Sekarang hanya kau dan aku, tidak direkam."
Loughlin hampir terjerembab kantung daur ulang yang penuh
botol air kemasan kosong. Hoolian bertanya-tanya apakah polisi ini
baru saja minum- minum. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Persetan kau. Aku bukan anak kecil lagi." Hoolian mengempa
kardus lain, urat kepalanya mulai memerah. "Kau tak bisa
mempermainkan aku lagi kali ini."
"Siapa mempermainkan siapa" Aku bicara tentang kesaksian
publik tersumpah yang mungkin kau katakan. Jika kau ingin
mengucapkannya di persidangan, mengapa harus main rahasia?"
"Kau ingin tahu apa yang akan kukatakan?"
Ia mendengar bunyi peluit di telinganya saat menengok ke bawah
dan melihat kardus yang tak rubuh dengan benar.
"Ya." "Kau benar-benar ingin tahu?" ia mengambil pisaunya dan mulai
menyobek di kedua sisi kardus. "Aku tak sabar lagi."
"Aku akan mengatakan pada semua orang betapa buruk kau telah
menipuku, Keparat." Ooo)DW(ooO Ruang ini bahkan lebih suram lagi. Francis berusaha tetap terbiasa
dan waspada pada perubahan suara Hoolian yang berpindah-pindah
di mangan itu, yang datang padanya dari berbagai sudut.
"Kau masih memakai cerita itu?" ia menggoyang-goyangkan alis
dengan riang. "K ita berdua tahu apa yang kau lakukan."
Francis melihat kilatan perak dalam gelap dan menyadari Hoolian
tengah memegang sebuah pisau.
"Memangnya aku menaruh sidik jarimu di senjata pembunuh?"
ujarnya dingin. "Apakah aku memukulimu agar mengaku bahwa kau
memakai kuncimu untuk masuk dan keluar dari apartemennya saat
gadis itu tak ada?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Kau menyekapku di kotak itu sepanjang hari dan menghalangi
ayahku menemuiku. Aku meminta pengacara."
"Jadi, itu yang akan menjadi kesaksianmu" Bahwa aku
menjebakmu?" Francis tersenyum seolah-olah seekor anjing baru
menjilati wajahnya. "Menurutmu siapa yang lebih kredibel di mata
para juri Manhattan" Aku yang telah bertugas selama lebih dari dua
puluh lima tahun di kepolisian dengan setengah lusin penghargaan,
atau kau yang dikurung dua puluh tahun di penjara?"
"Kenapa kau tersenyum, Bangsat" Kau pikir itu lucu?" Logam
berkilauan kurang dari setengah meter dari mata Francis.
"Aku sungguh berpikir kau mungkin ingin lebih berhati- hati
dengan pisau itu," katanya, berusaha mengikuti gerakannya lewat
cahaya kelabu. "Hah?" Hoolian memegang pisau di depan wajahnya. "O h, kau
takut pada benda ini" Kau menyebutnya senjata mematikan?"
"Tidak seperti loofah bagiku."
"Loo...apa?" Hoolian tampak bingung. "Jadi, apa, kau akan
menembakku karena aku sedang memotong- motong kardus?"
Francis berusaha menaksir jarak di antara mereka. "Kau tak ingin
terlihat tengah mengancam polisi."
"O h, yeah, seakan-akan aku sedang mengancammu." K ilauan
pisau itu membutakan Francis untuk sesaat.
Disentaknya sisi jaketnya agar ia dapat meraih pistol dengan
mudah. "Kau membuatku sedikit gelisah, Hoolian. Jangan melantur.
Aku dengar tentang kelakuanmu di Attica."
"Yeah, apa yang kau tahu tentang itu, Brengsek?" Hoolian
menyayat cepat dalam kegelapan.
"Aku tahu Fat Raymond kehilangan ginjalnya gara-gara pisau
yang kau tancapkan padanya," kata Francis, menolak terintimidasi.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Karena hijo de gran puta itu tak mau menghentikan pacarnya
yang meniupkan asap rokok ke wajah ayahku di ruang kunjungan.
Dan gara-gara itu ayahku harus diberi satu tangki oksigen untuk
emfisemanya." "Berapa lama mereka menyekapmu di ruang isolasi?"
"Sebulan. Aku melewatkan pemakaman ayahku."
"Hoolian yang malang. Selalu menjadi korban."
"Ia meninggal sendirian, Bung. Aku tak pernah berkesempatan
mengucapkan selamat tinggal padanya."
"Dan seharusnya itu menjadi kesalahan siapa?"
"Sejauh peduliku, itu kesalahanmu." Pisau itu bergetar di tangan
Hoolian. "Perlakukan seseorang seperti binatang cukup lama, dan ia
akan menjadi binatang sungguhan."
"K ubilang turunkan pisau itu, Hoolian. Aku mengawasimu."
Ooo)DW(ooO "Aku juga mengawasimu." Hoolian memaksa dirinya menutup
pisau sebelum ia melakukan sesuatu yang bodoh. "Oh ya, mengapa
begitu?" "Aku juga mengerjakan pekerjaan rumahku." Hoolian menusukkan jarinya, bunyi peluit itu masih berdenging di telinga.
"Aku tahu segalanya tentangmu."
"Masak?" Loughlin menyeringai lagi, memprovokasi.
"Aku tahu kau pernah dihukum atas tuduhan indisipliner pada
1981." "Maaf?" "Tercantum dalam berkas kasusmu, Bajingan."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Apa yang kau bicarakan?" Loughlin mengedip. "Berkas kasus.
Mereka tak hanya menaruh berkasku di sana, tapi kasusmu juga."
"Oooh." "Itu benar. Kalau tidak bagaimana aku bisa tahu?" Suara di kepala
Hoolian memperingatkannya agar ia berhenti, bahwa ia tak
membantu dirinya sendiri, namun suara itu ia abaikan. "Pengacaraku
membalasmu untuk melihat apa lagi yang bisa kami peroleh. Ia
beranggapan kau dijatuhi hukuman karena berbohong."
"Terserah." Loughlin mengangkat bahu. "Bukan aku masalahnya
di sini." Tapi Hoolian bertekad menyerangnya. Ia pernah menghabiskan
The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
waktunya di kampus kengerian - penjara Elmira, Auburn, Attica,
Clinton - dan telah belajar pada para dedengkot. Ia telah
mempelajari bahasa dan kebiasaan, lambang dan tanda-tanda. Ia b isa
mengetahui perbedaan di antara salakan dan geram berbahaya, dan
kini ia tahu bahwa ia telah membuat lelaki ini ketakutan.
"Dan pengacaraku itu akan tahu bahwa kau muncul di sini dengan
kapas seka itu," katanya, bunyi siulan di telinganya mulai
mengaburkan suara peringatan yang tenang itu. "Itu keliru, Bung. Itu
artinya pelecehan, murni dan sederhana."
"Begitu menurutmu?" tanya Loughlin. "Ak u hanya melihat semua
ini sebagai seorang polisi yang melakukan tugas. Kalau kau tak ingin
memberiku sampel DNA dan membersihkan namamu, terserah.
Kami akan terus menyeretmu ke pengadilan."
"Kau ingin DNA-ku?"
"Untuk itulah aku datang."
Hanya melihat lelaki itu di sana, masih berusaha menggertak dan
berpura-pura tak merasa ngeri, membuat empedu mengumpul di
belakang mulut Hoolian. "Kau benar-benar hanya menginginkan sampel?" tanyanya,
merasa dirinya hampir meledak.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Persis." Loughlin memutar-mutar kapas seka itu. "Kapan pun
kau siap." "Ya, baik kalau begitu...."
Jangan lakukan itu, Bung. Kau hanya melukai dirimu sendiri.
Hoolian mengabaikan suara-suara itu, mengisap ludah, dan
menyemburkan gumpalan ludah terkental dan terasam yang bisa ia
kumpulkan tepat ke tengah-tengah wajah si detektif.
"Tuh...Cukup untuk kau kerjakan?"
Ooo)DW(ooO "Sekarang aku ingat kenapa kami dulu memanggilmu Brengsek
A." Francis menyeberangi jalan menuju mobilnya, masih menyeka
wajahnya dengan sapu tangan dan bicara di ponsel.
"Dan kabarmu sendiri bagaimana, Francis?" suara Debbie A.
sayup di saluran telepon. "Aku terkejut mendengar suaramu. Di luar
persidangan." "K lienmu bilang kau membongkar-bongkar berkasku. Apa-apaan
itu?" "Tolong bicara jelas, Francis. Aku sedang ada klien di sini."
"Acara dengar pendapat brengsek di departemenku tahun 1981."
Ia berteriak agar terdengar di antara kebisingan lalu lintas. "Benar-
benar omong kosong, Deb. Hilang semua rasa hormatku padamu."
"Jangan salahkan aku. Surat itu terdapat dalam berkas kasus di
kantor Jaksa Wilayah. Tentu saja, sobatmu Paul Raedo pasti
menaruhnya di situ."
"Untuk apa dia melakukan hal seperti itu?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Mungkin ia mengira pengacara Julian akan tahu tentang hal itu.
Ia mungkin berpikir ia harus membawanya ke hadapan hakim
sebelum sidang dan berusaha menyingkirkan masalah itu sebagai
bahasan." "Tak mungkin," Francis bersikeras. "Kau punya orang dalam
yang membantumu dengan imbalan."
"Kalau kau ingin mengelabui dirimu sendiri, Francis, silakan,"
ujar Debbie, suaranya naik meski sinyal telepon melemah. "Tapi
katakan sesuatu padaku. Apa yang kau lakukan pada klienku" Aku
tak ingin kau berada dekat-dekat dia - "
Francis menekan tombol off tepat saat sebuah minivan muncul
dari bintik butanya, klakson mendecit, kisi-kisi logam depannya
yang berkilauan melaju melewatinya.
Ooo)DW(ooO Di akhir shift, Angel memanggil Hoolian ke kantornya dan
mengangkat kartu yang ditinggalkan Loughlin, kata-kata "Unit
Pembunuhan Manhattan Utara" tercetak dalam tinta tebal hitam
dengan latar berwarna cangkang telur.
"Que hubo" Bisa kaujelaskan padaku?"
Hoolian merasa mulutnya mengering, seolah ia menghabiskan
semua ludahnya untuk si detektif. "Lo siento, Bung. Aku minta maaf.
Kukira kau sudah tahu."
"Bagaimana aku akan tahu jika kau tak menceritakannya?"
"Ada di surat kabar sebelum kau mempekerjakanku," ujar
Hoolian lemah, tahu ia hanya membuat keadaan semakin buruk.
"Dan itu membenarkanmu untuk berbohong" Karena kau tahu
yang kubaca hanya bagian olahraga dan bisnis?" Angel memukul
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
meja dengan surat kabar Post berusia tiga minggu yang tentunya
juga ditinggalkan Loughlin. "Aku benci omong kosong tabloid ini."
"Kau bertanya apakah aku 'dihukum.' Kujawab tidak. Tidak lagi."
"Pembelaanmu lemah, companero. Kau tahu itu masih
berlangsung. Pertanyaan itu berbunyi 'apakah kau pernah dihukum"'"
Hoolian menundukkan kepala, malu, menyadari, tentu saja,
bahwa suara Papi yang ia abaikan tepat sebelum meludahi wajah
Loughlin. "Aku berniat memberitahumu tentang hal ini. Aku hanya terlebih
dulu ingin menunjukkan padamu bahwa aku bisa mengerjakan
tugasku..." "Kau membuat tanganku terikat, hermanol Aku memberimu
kesempatan bekerja. Dan begini caramu berterima kasih" Polisi itu
baru saja bilang ia bermaksud meminta perintah pengadilan untuk
meminta kartu absenmu dan tanda terima gedung-gedung tempat kau
melakukan pengiriman barang. Bisa kau jelaskan padaku?"
"Sama sekali tidak." Hoolian berusaha menelan ludah.
"Mierda." Angel mengusap mata dengan telapak tangannya. "Kau
tahu apa yang akan dikatakan perusahaan jika mereka tahu hal ini?"
Hoolian menatap layar komputer di belakang bahu Angel. Screen
saver-nya memperlihatkan dinding bata merah yang kian mendekat
dan mendekat, seakan yang melihatnya berada di dalam mobil yang
akan menabraknya. "Aku tahu aku berbuat kesalahan. Tolong biarkan aku
memperbaikinya." "Bagaimana?" tanya Angel. "Apa yang akan kau berikan padaku"
Kata-katamu?" Hoolian menatap screen saver yang menabrak dinding yang sama
terus-menerus. Berapa kali" Kapan ia akan berhenti menabrak
dinding yang sama itu"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Begini. Aku membayarmu hingga akhir minggu." Angel menarik
laci meja paling atas dan mengeluarkan cek untuknya. "Tak usah
khawatir dengan hari Jumat dan Sabtu yang kau lewatkan. Aku dapat
menemukan penggantimu untuk hari- hari itu."
Hoolian menatap cek itu dengan muram, melihat bahwa Angel
menambahkan seratus dolar ekstra di luar bayaran dua hari itu.
"Aku merasa tak enak, Bung," ujarnya. "Ini semua kekeliruan
besar. Tidak seperti yang kau kira."
Screen saver itu kembali menabrak dinding dan jaring-jaring
virtual kaca pecah menyebar di monitor.
"Claro gue si," kata Angel. "Sekarang jelaskan padaku."
BAGI AN IV AKU MENDENGAR IA MEMANGGIL NAMAKU
24 TIGA HARI setelah menyeka semburan DNA Julian di wajahnya,
Francis kembali ke Bellevue, tempat yang selalu membuatnya
gentar, tak hanya karena Allison Wallis pernah bekerja di ruang
gawat darurat di sana, tapi karena ia sendiri pernah berada di sana
sebagai pasien. Sekali saat sebutir peluru menyerempet samping
kepalanya di satu razia narkotika - Patti muncul dengan wajah pucat,
tiga bulan setelah bulan madu mereka. Lalu, dua belas tahun
kemudian, ketika pneumonia memaksanya berada di sana dengan
tabung oksigen, dan Francis Jr. di ambang pintu memohon, "Tolong
jangan mati, Ayah." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Kini ia punya urusan di lantai sembilan, tempat kantor forensik
memiliki laboratorium untuk memproses bukti TKP dari perkosaan
dan pembunuhan. Pintu lift terbuka dan David Abramowitz
melangkah masuk menyalaminya. "Hey, Francis, ada kabar baik
apa?" "Dokter Dave, kau kini sering berolahraga, ya?" Francis menekan
otot bisep dokter forensik itu dari jas laboratoriumnya dan terkejut
meraba otot yang seukuran bola softball di balik lengan baju.
"Aku bertambah sering pergi ke gym. Dan kawanmu Paul
mengajakku main paintball beberapa kali musim panas ini."
Betapa banyak yang berubah. Saat pertama kali bertemu
Abramowitz beberapa tahun lalu dalam tiga kasus pembunuhan di
Inwood, ia menganggap lelaki itu tipikal tikus laboratorium: mata
seperti serangga, tangan panjang, tenggorokan kurus, bungkus otak
yang tampak bengkak di bawah rambut hitam keriting yang
menerbitkan rasa kasihan. Tapi sejak peristiwa 9/11 dan musibah
maskapai Queens beberapa bulan setelahnya - ketika kantor
forensik telah maju dan mengembangkan teknik revolusioner untuk
memproses lebih dari tiga ribu jenazah sekaligus - ilmu pengetahuan
kian menarik. Dr. Dave, Ph.D., menjadi Orang Hebat. Ia menjalani
operasi LASIK dan membuang kacamata bingkai kunonya; ia
melatih bahu hingga seperti kuda dan leher sebesar paha; ia
memelihara janggut kecil trendi yang entah bagaimana cocok
untuknya; ia belajar cara berjalan yang anggun dan mengemukakan
pendapat ketika diminta dalam sebuah kasus. Aku tak peduli jika
wanita itu berkata ia hanya berhubungan intim dengan satu pria
malam itu, Detektif. Ia berbohong....
"Dengar, aku ingin kau bersiap-siap untuk sesuatu." Ia
merendahkan suaranya menjadi gumaman macho sambil memandu
Francis menuju laboratorium. "Hasil yang kami dapat tak seperti
yang kau harapkan." "Apa maksudmu?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Dr. Dave menaruh jari di bibir, memperingatkannya, saat mereka
melewati teknisi muda berpenampilan modern di bawah kap bahan
berbahaya, putaran alat sentrifugal, dan alat pipet seukuran obeng
besar. Jadi seperti inilah pekerjaan laboratorium masa kini. Bahkan
mesinnya pun tampak siap berdansa rock 'n roll, berputar dan
bergoyang saat ia melewatinya. Sampel-sampel DNA bersinar dalam
warna merah, biru, dan kuning pada lapisan gel hitam, bagaikan
karya seni modern yang menyolok mata. Setiap permukaan
memancarkan cahaya, mengingatkan Francis pada betapa kuno dan
muramnya kebanyakan wilayah jika dibandingkan di sini.
Ia mengikuti Dr. Dave ke dalam kantornya dan menutup pintu,
sedikit terganggu oleh perabot kayu pirang dan foto-foto petugas
pemadam kebakaran di dinding dengan tangan merangkul Dave,
berterima kasih atas pekerjaannya yang memuaskan dalam menolong
mengistirahatkan jenazah saudara-saudara mereka.
"Sesuatu yang sangat aneh telah terjadi." Dave duduk di belakang
meja. "Dan kita harus membicarakannya."
"Silakan." "Aku ingin menjelaskan rangkaian peristiwa yang terjadi di sini."
Dave mengambil setumpuk kertas. "Agar tak ada kesalahpahaman."
Francis merasa mabuk, seakan-akan baru mendengar pilot
pesawat mengumumkan peringatan PAKAI SABUK PENGAMAN ANDA
telah dinyalakan. "Ya?" "Senin pagi, kami mengambil sampel otopsi dari korban terbaru
bernama Christine Rogers, termasuk sekaan dari bawah kuku dan
serat rambut yang ia cengkeram di tangannya."
"Benar." "Besoknya, kau menyerahkan sampel air ludah untuk dianalisis
milik Julian Vega dan memintaku membandingkannya. Aku punya
fotokopinya di sini."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ya, aku ingat." Dengan gelisah, Francis duduk dan mengambil
fotokopi yang disodorkan Dave. "Kau mau menjebakku atau apa?"
"Aku hanya berusaha memperjelas rantai bukti yang ada, karena
itu sangat penting dalam kasus ini." Dave mengguncang- guncang
kertasnya, menghindari pelototan Francis. "Dua hari kemudian,
Detektif Ali dari Seksi 19 datang membawa goresan kuku dan
carikan sarung bantal berdarah yang entah hilang atau keliru
disimpan di gudang barang bukti sampai ia menemukannya. Kedua
barang itu dilabeli sebagai sampel dari korban tahun 1983 bernama
Allison Wallis. Kau ingin melihat salinan voucher itu?"
"Tidak, tidak perlu," ujar Francis. "Aku tahu ia melakukan itu."
Saat itu, ia begitu gembira hingga menawarkan Rashid ke
Coogan's di Broadway dan menyebut Rashid dengan "anak hebat ini
punya sedikit titisan dariku" di depan separo skuad. Tapi Rashid
meminta maaf tak bisa menerimanya karena ia belajar untuk kuliah
malam, dan sekarang Francis bertanya-tanya apakah keadaan sudah
begitu buruk di gudang barang bukti.
"Jadi ketika kau memintaku melakukan perbandingan lagi, antara
darah yang ditemukan di bawah kuku korbanmu, Alfson Wallis,
pada tahun 1983, dan apa yang ditemukan di bawah kuku korbanmu,
Christine Rogers, pada tahun 2003. Teorimu, tentu saja, kami akan
menemukan sepasang DNA Julian Vega pada kedua wanita ini.
Karena mereka berdua sepertinya melukai si penyerang."
Francis menaruh fotokopi yang disodorkan padanya menangkup
di atas meja. "David, rasanya kau menembok dinding padaku, bata
demi bata. Katakan saja apa yang terjadi."
"Aku tahu kau senang bekerja secara metodologis dalam suatu
kasus." Dave menarik janggutnya, menolak terburu-buru. "Dan itu
yang kulakukan di sini."
"Kenapa" Akukah yang tengah didakwa di sini?"
"Tidak, tapi kau tak akan senang pada yang kukatakan ini: DNA
yang diperoleh dari bawah kuku Christine Rogers tidak cocok
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
dengan DNA Julian Vega. Kenyataannya, tak ada kromosom Y sama
sekali." "Sialan." Kekecewaan yang ia rasakan bagaikan kram nyeri di bawah iga.
Segera saja ia merasa pikirannya meraba-raba mencari penjelasan.
Hoolian jauh lebih berhati-hati kali ini. Ia punya dua puluh tahun
untuk mengevaluasi kesalahan. Mungkin ia memakai sarung tangan
dan kondom pada Minggu malam. Mungkin ia menghapus sidik jari
dari tempat itu dan membuang apapun yang mungkin terkena
ludahnya. "Tetapi pasti kau menemukan pasangan DNA Julian di bawah
kuku Allison dari tahun 1983," katanya berharap.
"Tidak." "Apa?" pandangannya mendadak menyempit dan darah
menyembur naik ke kepalanya. "Kami telah membuktikan bahwa
golongan darahnya yang ditemukan di kukunya. Dan, ia memiliki
luka parut di wajahnya."
"Penggolongan ABO sekarang sudah dianggap ketinggalan
zaman," jelas Dave. "Lebih dari sepertiga orang memiliki golongan
darah O, dan itulah yang mereka temukan. Mereka dengan mudah
The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat mencocokkan kau atau aku pada TKP asli. Dengan DNA,
peluang untuk menemukan donor lain dengan profil yang cocok
adalah satu berbanding satu triliun, kecuali ada kembar identik."
Francis mendadak merasa jatuh dari ketinggian.
"Jadi darah siapa yang ada di bawah kuku Allison?" tanyanya
setenang mungkin. "Ya, itu pertanyaan sangat bagus," ujar Dave, mengangguk.
"Karena sekali lagi, kuteliti dan tak ada kromosom Y yang terlibat."
"Kau bercanda. Itu bahkan bukan darah seorang pria?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Nah, sekarang kita memasuki hal paling aneh." Dave mengaduk-
aduk kertas-kertasnya. "Aku tadi menyebut kawanmu, Detektif Ali,
yang juga membawa bagian sarung bantal yang dilabeli memiliki
darah korban." "Benar." "Kemudian untuk memastikan semua hal disimpan dengan baik
dalam sistem arsip kami, aku membandingkan sampel dari bawah
kuku Allison dengan sampel di sarung bantal, berasumsi yang satu
pasti dari si penyerang dan yang lain dari korban."
"Dan?" "Ternyata keduanya sama."
"Apa?" "Keduanya identik. Itu belum hal yang paling aneh. Sepertinya
TKP dulu cukup berantakan saat itu. Darah ada di mana- mana.
Mungkin sekali Allison menyentuh lukanya sendiri dan darah masuk
ke kutikulanya. Aku sering melihat hal itu terjadi."
"Tapi?" Francis menyadari dirinya bersiap menghadapi teka-teki ilmu
pengetahuan. "Tetapi kemudian aku menyadari ada sesuatu yang familier
mengenai elektroferogram yang kulihat."
"Elektro..." Dave menyodorkan tumpukan tiga grafik yang dijepit. Francis
membalik halaman, melihat puncak-puncak grafik mencuat di sana-
sini seperti stalagmit. "Dok, aku sama sekali tak mengerti apa yang tengah kulihat ini,"
akunya, menatap serangkaian kotak-kotak kecil di bawah tiap
puncak dengan angka-angka di dalamnya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"O h, dasar penguasa ilmu pengetahuan umum." Dave tersenyum
singkat sambil menggapai menyeberangi meja dengan pulpen.
"Oke, nilai biologiku C di Regis. Kuakui."
Tapi aku ingin sekali melihatmu berkeliaran di West Harlem
pukul empat pagi, mencari-cari bajingan psikopat yang baru
menggorok istrinya dan menembak tiga polisi, pikir Francis.
"Ini adalah laporan yang mengubah DNA menjadi angka-angka
dalam grafik. Dalam mencari suatu profil, kami mencari variasi di
tiga belas lokasi berbeda pada dua belas kromosom berbeda. Pada
dasarnya, seseorang mendapatkan seperangkat gen dari ibu dan
seperangkat dari ayah. Angka-angka yang kau lihat pada grafik
menunjukkan berapa kali segmen DNA yang diulang pada lokasi
yang sama. Dan semua Variasi kecil itu membantu menghitung
kenyataan bahwa aku tidak duduk di sini untuk membicarakan
salinan karbon ayahmu."
Mereka bilang itu evolusi" Francis bertanya-tanya angka mana
pada grafik itu yang membuatnya buta.
"Kemudian kami mencari sesuatu yang disebut lokus amelogenin,
yang memberi tahu kita tentang perbedaan gender." Dave membuat
lingkaran pada sebuah grafik dengan pulpen. "Ketika kau melihat
sebuah puncak tanggal seperti ini, itu artinya ia seorang wanita." Ia
membuat lingkaran kedua pada grafik lain. "Jika kau melihat dua
puncak, itu artinya ia seorang pria."
"Oke." Francis mulai membolak-balik ketiga halaman itu. Halaman
pertama, dinamai jelas "Christine Rogers, 2003," tampak sebuah
grafik dengan puncak tunggal di dekat bagian atas kertas dan angka
103.01 di bawahnya. Ia membalik halaman berikut, bertanda
"Allison Wallis, 1983," dan melihat grafik dengan puncak yang
identik dan angka 103.01 yang sama di bawahnya. Halaman ketiga
tepat sama dengan yang sebelumnya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tak mengerti," ujarnya. "Aku tak melihat perbedaan apapun
di antara semuanya."
"Tepat sekali."
Dave kembali bersandar, merasa puas pekerjaannya telah selesai.
"Kau menunjukkan padaku bahwa kedua korban yang terpisah
jarak dua puluh tahun ini memiliki DNA wanita yang sama di bawah
kukunya?" "Dan juga cocok dengan DN A pada darah yang ditemukan di
sarung bantal Allison."
Francis menatap grafik terakhir, puncak stalagmit itu berubah
menjadi tonjolan panjang bergerigi yang menekan puncak kepalanya.
"Kau ngawur." "Aku tidak ngawur." Dave memajukan badannya. "Kami bekerja
dengan hati-hati di sini. Ini salah satu kantor paling maju di dunia.
Aku sendiri yang mengecek sampel-sampel ini saat kau
membawanya. Yang dari Christine Rogers hampir masih basah saat
disentuh. Dua dari tahun 1983 kering dan pecah-pecah. Tak ada
kesalahan di sini. Bukti tak pernah berbohong."
"Jadi kau sungguh-sungguh mengatakan bahwa kau menemukan
darah Allison Wallis di bawah kuku Christine Rogers?" Francis
menoleh ke kiri dan ke kanan, seolah-olah ada orang lain berdiri di
dekatnya yang dapat menjelaskan semua itu pada mereka berdua.
"Aku bisa bilang apa?" Dave mengangkat telapak tangannya ke
atas, Francis menyadari betapa halus dan putih tangan itu berkat
terbungkus sarung tangan sepanjang hari. "Kau memintaku mencari
kecocokan dan kau mendapatkannya. Ternyata ia wanita. Selain itu,
aku tak tahu...." "Tapi mengapa kau tak bisa memastikan jika ini darah Allison
Wallis atau bukan" Mestinya itu mudah sekali."
"Memang, jika Detektif Ali- mu membawakan sampel yang lebih
banyak untuk kukerjakan." David mengangkat bahu. "Tapi yang ia
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
miliki hanya garukan kuku itu dan sarung bantal bertuliskan
namanya dari tahun 1983. Ia tak bisa menemukan pembalut berdarah
itu, yang mestinya terdapat dalam berkas kasus asli, karena itu aku
tak punya apa-apa lagi untuk dibandingkan."
Aliran deras adrenalin membuat pandangan Francis menyempit
beberapa tingkat. Bertambah buruk saja di sini. Ia membayangkan
batang katun kecil berdarah itu yang berdesakan bersama barang-
barang milik mayat lain dalam sebuah tong di rak tinggi, cairan
menetes keluar dalam udara panas dan saling mencemari.
"Brengsek." Ia memutar leher. "Bagaimana dengan rambut yang
kami temukan di tangannya?"
"Tak ada akarnya. Jadi kami tak bisa memperoleh DNA inti dari
sana, dan tak cukup panjang untuk melakukan uji mitokondria. Kami
harus memakai uji pembiakan. Artinya kami memerlukan izin dari
jaksa dan pengacara, atau tak akan ada bukti lagi yang tersisa."
"Keparat." Belut-belut bergejolak dalam perutnya. Ia pernah menyaksikan
hal- hal aneh dalam dua puluh lima tahun pekerjaannya sebagai
polisi. Ia pernah melihat bandit seberat 160 kilogram mengeluarkan
potongan daging babi dari sakunya di tengah-tengah persidangan; ia
pernah melihat seekor Chihuahua digantung pada tiang tirai shower
di kamar mandi rumah kumuh seolah-olah bunuh diri; ia pernah
melihat seorang pecandu menyayat muka sendiri dan menyodorkannya pada anjing German Sheperd-nya; ia pernah
melihat seorang lelaki jatuh dari lantai dua puluh lima dan mendarat
di punggung sebuah mobil, dan entah bagaimana langit- langit
mulutnya berada di bawah pantatnya. Tapi ia tak pernah menemukan
pembunuh yang menyimpan DNA korban selama dipenjara agar ia
bisa meninggalkannya di tempat kejahatan berikutnya.
Tapi apa lagi pilihan lainnya" Belut-belut itu hancur dan puncak-
puncak bergerigi di kepalanya makin menajam. Bahwa Allison
Wallis masih hidup, sebagaimana anggapan ibunya, dan berkeliaran
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
membunuhi gadis lain" Bahwa ia mempunyai kembar identik yang
tak pernah disebutkan siapa pun" Setiap skenario semakin
menggelikan, tetapi benang merah dari semuanya adalah bahwa
Francis menjebloskan orang tak berdosa ke dalam penjara selama
dua puluh tahun. Tetapi itu tak mungkin. Itu seperti benua Antartika, dunia putih,
sebuah tempat yang tak mungkin orang dapat kembali. Itu seperti
matahari menyurut dan lautan membeku. Ia membayangkan dirinya
berdiri di tepi ngarai, retakan celah es menderu di kaki. Keping-
keping es berputar menuruni ruang kosong tak bertepi. Tak ada tali
yang bisa menjangkau. Dinding akan menutup dan memerangkap
selamanya. "Jadi apa yang kita lakukan sekarang?" ujarnya.
"Kita?" Janggut trendi itu menukik turun.
"Ya, 'kita'. Kau harus bersaksi tentang apa yang terjadi dalam
kasus ini juga." "Ya..." Dave memutar-mutar pulpen dengan jari. "Tentu saja, kau
mungkin mesti mulai mencari tersangka wanita..."
"Aku masih tak percaya," kata Francis. "Pasti ada kesalahan."
"Kalau begitu, hal lain yang bisa kita lakukan, jika kau sangat
yakin telah terjadi kekeliruan, adalah mengeliminasi Allison Wallis
sebagai korban di tahun 1983 yang darahnya kita temukan di bawah
kuku Christine Rogers."
"Dan bagaimana kita melakukan hal itu?"
"Kecuali akan menggali kuburnya kembali, kusarankan kau
mencari DNA dari anggota keluarganya sebagai perbandingan. Ada
yang masih hidup?" "Seorang ibu dan kakak lelaki," kata Francis.
Ia ingat acara dengar pendapat pada 1984 ketika seorang ayah
terjatuh akibat sakit jantung di usia lima puluh tujuh, yang masih
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
mencoba bermain sepakbola bersama putrinya yang berusia sebelas
tahun dari pernikahan kedua. Satu lagi pria paruh baya di Paris
ditemani wanita muda dan minuman.
"Milik ibu akan lebih baik." Dave membuat lingkaran di
grafiknya. "Dengan itu kau bisa melihat angka pada profil genetik
yang datang langsung dari sang ibu."
"Aku takut kau akan berkata begitu."
"Mengapa, ada masalah?"
"Ibunya sedikit kurang stabil bila menyangkut hal- hal yang
berkaitan dengan realitas," kata Francis. "Ia mengira Allison masih
hidup." "Itu menarik. Apakah ada kemungkinan itu?"
"Ya Tuhan, Dave, aku melihat jenazahnya langsung."
Ia memijit mata, menyadari betapa lembut dan peka matanya
mpada sentuhan. "Aku tak yakin bagaimana aku akan memperoleh
sampel darinya." "Lebih baik lakukan segera," Dave memperingatkannya. "Aku
mendapat telepon dari Deb A. pagi ini menanyakan hasil tes DNA
kliennya. Aku memintanya menunggu, tapi kau tahu hasil ini mau
tak mau akan muncul dalam berkas kasus."
"Ya, aku tahu."
Francis berpikir, bertanya-tanya bagaimana ia akan memulai
penjelasannya. Tentu, ini biasa terjadi. Kita sela meminta keluarga
korban untuk memberi sampel dua puluh tahun setelah kasusnya
ditutup. Tak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Aku hanya bertanya pada diriku sendiri." Ia menutup mata dan
melihat bayangan benda-benda. "Apa yang akan terjadi jika ternyata
memang DNA Allison yang ada di bawah kuku Christine Rogers?"
"Maka mungkin kita harus melupakan analisis genetik," ujar
Dave. "Dan menggantungkan harapan pada papan O uija."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
25 MENGGAMBAR DIRINYA. Gadis di kereta itu tengah menggambar
dirinya. Hoolian merasa sesuatu menarik perhatiannya saat kereta 1:56
melaju dari Syosset, Minggu pagi itu, tepat setelah ia menyelesaikan
kerja malam pertamanya mencuci piring di West Side Jewish Center.
Tetapi perhatiannya lalu beralih, mencari-cari potongan tiket. Sang
kondektur, seorang lelaki berseragam biru dengan perawakan seperti
tabung, gemuk dan lembab di tempat-tempat yang tak tepat,
melubangi tiketnya selagi kereta bergoyang ke depan dan menoleh
ke seberang lorong, tempat gadis itu duduk.
"Kau tak boleh menaikkan kaki seperti itu di kursi," katanya.
Tanpa mengindahkan, buku sketsa itu tetap berada di atas
lututnya yang terlipat, menghalangi pandangan Hoolian dari
wajahnya. Suara tajam corat-coret pulpen di atas kertas menegaskan
tengah berlangsungnya kesibukan artistik yang menyita perhatian.
"No na?" Kondektur itu membungkuk dengan perhatian.
Gadis itu mengabaikannya dengan mengeluarkan desis tidak
sabar. Makin banyak garis yang ia gambar, sudut bergeser, kaki kecil
berkaus kaki merah sportif itu meregang dengan tak sopan dan tetap
bertahan pada posisinya. Hanya setelah memuaskan diri selama
beberapa saat ia menyodorkan tiketnya.
"Terima kasih." Ko ndektur itu mengangguk dan meneruskan
berjalan, merasa kalah. Tetapi gadis itu telah siap menggambar kembali, bahunya
menegang oleh konsentrasi penuh, desis tertahan yang kadang-
kadang terdengar dari balik buku berujung lakan itu mengatakan
pada Hoolian bahwa satu garis melengkung panjang tengah dibuat.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian mulai kembali ke Neuromancer, setelah putus asa dengan
Les Miserables dua minggu yang lalu. Pulpen itu berhenti. Ia melirik
dan sepasang mata cokelat berkedip di atas buku sketsa itu tetapi
menghilang lagi. Seorang polisi. Mungkin ia bekerja pada kepolisian sebagai
seniman pembuat sketsa yang tengah menyamar. Membuntuti dan
berusaha menangkapnya langsung saat beraksi. Ko ndektur itu telah
pergi, topi birunya miring aneh, dan menutup pintu di belakangnya,
meninggalkan mereka berdua.
Konsentrasi perempuan itu seperti udara yang menekan. Dengan
gugup Hoolian menghadap ke depan, mendengarkan bunyi decit dan
putaran pulpennya. Ia tak semestinya ditinggalkan sendirian bersama seorang wanita.
Ia ingat dari peta yang ia pelajari bahwa jarak masih jauh dari satu
stasiun ke stasiun lain di jalur ini. Dan, pemeriksa tiket itu tak akan
The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kembali dalam waktu dekat.
Bunyi kasar roda kereta di rel kian bising. Ia mulai
mengumpulkan barang-barangnya di tas. Gadis ini masalah baginya;
ia dapat merasakan. Ia bahkan tak perlu melakukan kekeliruan kali
ini. Gadis itu cukup menunjuk dan menjerit dan mereka akan
memborgolnya di pemberhentian berikut.
Namun, kemudian buku sketsa itu miring ke belakang dan
dilihatnya gadis itu menggigiti pulpen dengan cara yang dikenalnya,
menaruh di sudut mulut seperti rokok. Pelayan dari pesta bat
mitzvah. Ia mengenalinya ketika gadis itu berdiri di ambang pintu dapur
beberapa jam tadi, mengagumi megahnya pesta. Seratus lima puluh
tamu dengan gaun malam mengelilingi meja beruap yang dipenuhi
daging dada sapi, ayam rebus, dan kentang-kentang panggang
berukuran besar. Ia beruntung berada di sana. Setelah dipecat dari
toko, Nona A. berhasil memberinya pekerjaan di perusahaan
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
katering; kawan sepupunya setuju memberikan kesempatan pada si
anak malang, asal Hoolian tetap diam-diam.
DJ pesta memutar Fiddler on the Roof bagi para kakek-nenek dan
lagu hit bagi anak-anak - "It's gettin 'hot in herrre, so toke off all
your clothes" - sementara teman-teman dari putri Rebecca Epstein
yang berusia tiga belas tahun berputar-putar seperti Lolita kecil
dengan pakaian berkelap-kelip, menggoyang- goyangkan pinggul dan
menggetar-getarkan pantat mereka dengan tak sopan seakan ada
hewan lincah terjebak di balik gaun mereka. Sebaliknya, anak-anak
lelaki bergerak-gerak seolah mereka terbuat dari suku cadang, para
Frankenstein muda yang canggung dengan jas kekecilan, hampir
terendam dalam lautan gelegak hormon.
Orang tua mereka duduk di meja pesta berlapis kain linen,
menyibukkan diri dengan minuman, lupa pada para remaja mabuk di
belakang mereka. Hoolian membuka pintu lebih lebar lagi, memperhatikan ayah si
gadis yang merayakan bat mitzvah, seorang pengembang properti,
pendek dan angkuh, dengan dada tegap dan alis menonjol yang
memperlihatkan kekuasaan nyata dari semakin mundurnya garis
rambut, memeluk kerabat, bersulang, dan menerima amplop-amplop
putih yang tampaknya berisi uang tunai dan cek untuk putrinya. Sang
ibu, wanita kecil sintal mengenakan kain merah muda menyala,
mengoleksi tas tiruan Macy's dan Gucci.
Kemudian setelah terlalu lama berpidato, mereka berdua menuju
lantai dansa, mengambil risiko kejang otot dan sendi tergelincir kala
sang DJ memutar lagu "I Want You Back." Sang ayah menyampirkan
jaket di belakang kursi, dengan amplop berisi uang di saku, hanya
sekitar lima meter dari tempat Hoolian berdiri.
Lengan jaket yang menjuntai tampak ikut berayun dengan irama
musik. Oh, baby, give me one more chance. Apakah Tuhan tengah
mencoba menyampaikan sesuatu padanya" Berkata, Dengar,
Hoolian. Jangan katakan padaku tentang sakit hatimu. Jangan
katakan padaku tentang luka yang kau derita. Aku menjagamu.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hanya yang kuat yang bertahan. Jadi ambil barang-barang mereka.
Itulah alasanku menaruh mereka di depanmu.
Tetapi kemudian wanita itu mendekat dan berdiri di samping
kursi. Gadis dengan mata besar dan rambut sehitam batu bara. Ia
melihatnya langsung, seolah-olah tahu apa yang ada dalam
pikirannya, mengambil secuil jiwanya tepat sebelum ia terburu-buru
pergi membawakan Diet Coke untuk istri rabbi.
"Bagaimana hidangan panasnya?" tanya gadis itu di balik buku
sketsanya. "Maaf?" "Kudengar Marco marah- marah tentang hidangan panas itu."
"Oh, ya." Ia mengerjap, teringat musibah sebelum makan malam itu; kepala
kru, memaki- maki di tengah dapur tentang tiga ratus piring untuk
resepsi pernikahan Ortodoks di dalam selama dua jam, dengan nama
hiasan bunga utamanya diambil dari nama-nama tempat di Gaza.
Piring-piring itu harus keluar panas!
"Jadi, apa yang kau lakukan?"
"Tidak ada cukup ruang di alat cuci piring. Jadi aku harus
melakukan sisanya dengan tangan." Ia meregangkan tangan kirinya,
menyadari balutan itu ikut basah meski ia memakai sarung tangan
karet. "Jadi aku menumpuknya di kereta baja dan membungkus
semuanya dengan kira-kira sepuluh meter plastik supaya tetap
panas." "Cerdas sekali."
Ia mengangguk. Jika dua belas tahun terkurung di dapur penjara
di antara para psikopat dan pisau tajam tak membuahkan apa-apa,
maka yang lain pun tak akan bisa.
Rem kereta berdecit letih dan kereta miring sedikit.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Zana." Ia memajukan badan menyeberang lorong untuk menjabat
tangannya, hampir keluar dari duduknya.
"Christopher," jawab Hoolian, memakai nama tengahnya.
Hoolian menjabat tangannya dengan lembut, seolah tengah
memegang burung kecil nan lemah, kemudian segera melepaskannya, tak yakin apakah waktunya tepat.
"Apa yang kau gambar?" ia berusaha melihat buku gadis itu.
"Hanya wajahmu."
"Yang benar?" Gadis itu memiliki aksen Eropa yang sulit ditebak: kadang datar
dan rendah, sehingga orang tak bisa benar-benar yakin apakah ia
tengah mempermainkanmu atau tidak.
"Tak ada yang pernah memintamu menjadi model sebelumnya?"
Ia menoleh, yakin bahwa gadis ini memang mempermainkannya.
Namun, sesaat kemudian, ia mendengar pulpennya meluncur dan
berputar, mengeluarkan bunyi tajam.
"Tegakkan terus kepalamu," kata Zana mengarahkan. "Akan lebih
baik jika kau pura-pura tak tahu apa yang sedang kuperbuat."
"Kau benar-benar sedang menggambarku?"
"Jangan berpose. Sikapmu jadi tidak wajar."
"Aku tidak berpose."
"Tidak?" Suara gadis itu kembali turun, seolah-olah ia tengah
meraba-raba di balik kemeja Hoolian dan menggelitiknya.
"Tidak, memang beginilah wajahku."
"Aku tak percaya. Itu wajah aligator. Itu bukan kau."
"Dari mana kau tahu" Mungkin aku memang buaya yang cukup
tahu untuk menutup mulut."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Gadis itu mengangkat bahu, matanya menyelidiki sosoknya
seperti anak-anak di tiang panjat. "Itu dua hal berbeda - buaya,
aligator." "Dua-duanya berdarah dingin."
"Hidung buaya lebih panjang."
"O mong-omong, kenapa kau menggambarku" Kau tak ada
pekerjaan lain untuk dilakukan?"
"Wajahmu menarik."
Hoolian menggosok ujung hidungnya dan berpaling, berpikir
gadis ini bisa saja mengenalinya dari salah satu foto lama itu. No na
A. telah memperingatkannya agar selalu menunduk dan menaikkan
kerah jika ada fotografer di dekatnya agar tak terlalu banyak foto-
foto baru yang memperlihatkan penampilan terbaru. Tetapi
seseorang dengan perasaan visual yang tajam dapat dengan mudah
menyingkirkan sedikit rambut dan menambahkan janggut pada salah
satu foto tua itu. "Apa kau semacam seniman?"
"Parsons School of Design." Ia menaruh bukunya di sisi dan
menatapnya datar. "Jika sedang tak jadi pelayan di bar mitzvah"
Dengan standar apa pun, ia tak bisa dianggap cantik. Ia terlalu
pucat dengan pipi cekung - hampir terlihat seperti orang sakit.
Lehernya terlalu kurus untuk menjaga kepalanya tetap tegak, mata
cokelat itu terlalu besar untuk wajahnya. Tetapi ada sesuatu
tentangnya yang tak bisa orang abaikan. Semacam fatalisme
sederhana yang membuatnya hampir terlihat glamor. Kau bisa
membayangkan dirinya menyalakan rokok dan dengan tenang
meniup padam korek api saat kau mengantarnya berkendara dari
tebing. "Aku hanya heran kau memakai pulpen. Kukira kebanyakan
seniman memakai pensil dulu agar mereka bisa menghapus garis
yang salah." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Kenapa aku harus menghapus garis yang salah?" matanya
kembali ke buku. "Dalam hidup, kau tak menghapus kesalahan."
"Tapi bagaimana jika gambarmu benar-benar kacau?"
Ia mengangkat bahu. "Kau timpa saja. Atau gambar lagi, seperti
disengaja. Kadang gambarnya akan terlihat lebih bagus jika seperti
itu." "Di atas kertas apa pun?" Hoolian menaruh telapak tangan di
dagunya, menutupi parut. "Ya," akunya. "Kadang lebih baik jika di kertas."
"O mong-omong, apa yang kau sukai?"
Bibir gadis itu menciut menjad i huruf O kecil yang hampir samar,
seakan-akan ia memintanya menanggalkan pakaian.
"Maksudku, kau menyukai komik atau apa?" kata Hoolian,
mengerti sendiri. "Tentu saja," jawab gadis itu, menaruh pulpennya dengan serius.
"Seperti apa?" "Art Spiegelman. Jenius."
Ia mengangguk, tak yakin siapa orang itu.
"R. Crumb. Jenius. Joe Sacco. Safe Area Gorazde. Benar-benar
jenius." "A-ha." Ia menyebutkan nama- nama lain dengan suara datar bosan seperti
pelayan restoran seafood mengantar tamu yang datang terlambat.
"Jaiem Hernandez dan Gilbert Hernandez. Love & Rockets. Jenius.
Eric Drooker. Flood! Jenius. Eyeball Kid. Jenius..."
Ia benar-benar bingung, tak kenal satu pun tokoh yang disebut
gadis itu. Entah apakah orang-orang itu menerbitkan karya-karyanya
ketika ia dipenjara atau komiknya terlalu dewasa untuk ia baca
sebelum dirinya ditahan. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Bagaimana dengan komik Marvel dan DC?" tanyanya, berusaha
kembali ke percakapan yang ia ketahui.
"O h ya. Frank Miller, The Dark Knight. Jenius. Stan Lee dan Jack
Kirby. Luar biasa jeniusnya. Aku mau mengandung anak-anak
mereka hanya agar mereka punya bibit jenius."
"Sungguh?" "Menurutmu, bagaimana?" ia membiarkan pundaknya melorot
yang membuat Hoolian sama sekali heran.
"Aku hanya belum pernah bertemu cukup banyak gadis yang
menyukai hal- hal yang kusukai juga."
"Oh" Kau dari mana?"
Hoolian mencabuti bulu bawah dagunya. "Kau tahulah. Dari
sebuah tempat. Suatu waktu."
"Hmm, sangat misterius."
Tiap kali ia menganggap gadis itu sedang bercanda, tekanan nada
suara gadis itu berubah sedikit.
"Kau juga menggambar?" tanya Zana, hampir jatuh dari
duduknya saat kereta berbelok.
"Aku?" ujar Hoolian, siap meladeni. "Tidak, tidak seperti itu. Aku
hanya penggemar. Mengerti maksudku" Meski kadang kupikir aku
punya ide cerita. Ide gila saja. Tak pernah ada yang kutulis."
"Coba ceritakan."
"Tidak, aku malu. Kau akan mengira aku orang idiot."
"Teruskan," pintanya, seperti birokrat tak sabaran. "Aku tak
menilaimu." Gampang saja baginya bicara. Tampaknya ia berusia dua puluh
empat tahun. Apa yang ia tahu tentang kehilangan kebebasan,
tentang menghilangkan kebosanan dan keputus-asaan, tentang
membuat cerita saat kau tak bisa tidur karena orang di atas tempat
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
tidurmu tak berhenti berteriak-teriak tentang bau tembok basah dan
diare, tentang kengerian dan kecemasan yang menyebar dari satu sel
ke sel lain seiring berembusnya kabar bahwa seseorang gantung diri
atau menyayat dirinya sendiri"
"Oke..." ia mendehem. "Nah, begini, dalam cerita ini umat
manusia telah menyembuhkan semua penyakit utama. Tak ada lagi
kanker, AIDS, diabetes. Tak ada apa-apa. Orang-orang tak lagi
membotak. Yang tersisa hanya ketakutan."
"Hmm." "Karena itu mereka mencoba menciptakan vaksin untuk melawan
hal itu. Semacam vaksin polio kuno, ketika mereka memberikan
sedikit dari apapun yang paling kau takuti tetapi setelah itu kau tak
pernah lagi mengalami ketakutan itu. Yang ada hanyalah, vaksin itu
berbalik menyerang, mengawali epidemi. Semua orang menjadi gila
akibat paranoid dan mulai saling membunuh."
Gadis itu mendesah. "Dari tempat asalku, itu adalah kenyataan."
Hoolian berhenti, berusaha mengira-ngira maksudnya. Tetapi
mata tamborin gadis itu bergidik di atas pipi cekungnya, tak
memberi petunjuk sama sekali.
"Tetapi kemudian ada seorang anak yang tak pernah memperoleh
vaksin itu, karena mereka mengira ia akan mati ketika bayi - "
"K ukira mereka telah menyembuhkan semua penyakit."
"Aku tak tahu, mungkin ia lahir dengan jantung lemah atau
apalah," katanya, sedikit kesal oleh interupsi itu. "Apa pun. Ia tetap
hidup ketika semua orang menggila dan saling membunuh di jalanan.
Seharian itu, ia mengembara mencari makanan dan malam hari,
ketika semua zombie keluar, ia bersembunyi di Museum
Metropolitan, dengan semua perisai dan pedang samurai untuk
melindungi diri..." "Lalu apa yang terjadi?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tak yakin." Hoolian menyentuh wajahnya. "Aku tak pernah
bisa menyelesaikan bagian cerita itu."
"Mungkin ia bertemu seorang gadis," tukasnya.
"Bagaimana caranya" Semua orang menjadi zombie."
"Mungkin gadis itu bersembunyi di bagian lain museum,
mengawasinya sepanjang waktu.... Mungkin mereka saling jatuh
cinta dan mencoba memulai kembali kehidupan ras manusia."
Hoolian menyelidiki wajah itu. Lewat curahan cahaya dari
jendela, ia menyadari wajah gadis itu sedikit berubah.
"Aku belum memikirkan cerita itu sebagai kisah cinta."
"Siapa bilang ini kisah cinta" Mungkin akhirnya mereka semua
mati."
The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wow." Ia hampir tertawa. "Itu dalam sekali. Bukan begitu?"
"Bagiku, itu yang paling masuk akal." Ia mengangkat bahu lagi.
"Tapi aku berasal dari Phristine."
Ia tahu gadis itu mengatakan sesuatu yang penting. Tetapi ada
perubahan halus pada intonasi, suaranya yang naik sedikit saat
menyebutkan nama tempat asalnya. Masalahnya, ia sama sekali tak
tahu apa yang ia maksud. Ia tak tahu letak Phristine itu.
"K ukira pasti sulit sekali di sana," gumamnya.
"Saat aku kembali ke rumah ayahku tahun lalu, yang tersisa hanya
lebah-lebah di halaman belakang, berdengung di tempat dulu tempat
kami menaruh sarang mereka."
Ia mengangguk, berpura-pura mengerti. Terakhir kali ia membaca
koran secara teratur adalah dua puluh tahun lalu. Lama sekali ia
hanya mengungkung diri dan bersikap seakan dunia luar tak nyata,
sehingga ia bisa fokus bertahan hidup di penjara. Ia berhasil
menjauhi AIDS dan narkotika, melewatkan lima kali pemilihan
presiden, hanya samar-samar tahu tentang ambrolnya Tembok
Berlin. Mungkinkah ada Perang Dunia III ketika ia dipenjara"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Tumpukan beban kabar yang ia tak ketahui mulai menggantunginya
seperti orang utan. "Jadi, seperti apa gambarmu?" Hoolian bertanya, merasa malu,
berusaha mengalihkan perhatian dari dirinya sendiri.
Tanpa basa-basi, gadis itu menyodorkan buku sketsanya melintasi
lorong. "Wow, coba lihat itu."
Zana menggambar sedikit lebih muda dari usia sesungguhnya,
dengan rambut lebih panjang, bulu mata tak tercukur, seolah gadis
itu secara naluriah tahu penampilannya dulu. Janggutnya dibuat lebih
kecil yang mestinya memperlihatkan parut dan hidung yang tidak
patah - itu semua membuatnya tersenyum tipis, sadar wajah aslinya
mungkin tidak cukup baik.
Tapi apa yang paling menarik perhatiannya adalah beberapa detail
yang lebih halus. Kusut keningnya, lipatan di leher, bentuk segitiga
hidung dan mulutnya. Gadis itu pasti telah memperhatikannya jauh
lebih lama ketimbang yang ia sadari, mengamati dengan saksama.
Mungkin ia harus minta nomor teleponnya. Mungkin mestinya ia
tak berbuat apa-apa. Mungkin ia harus bertanya di mana gadis itu
turun. Mungkin ia harus pindah ke gerbong lain sebelum hal buruk
terjadi. "Hey, apa ini?" tanyanya, melihat sejumlah lengkung dan garis
pendek yang digambar Zana di sekitar kepalanya seperti retakan-
retakan akibat ledakan. "Tepi." "Tepi apa?" "Dari tempat kau mungkin bermula dan berakhir, tapi aku juga tak
yakin. Kau tak pernah tahu kapan kau pertama kali bertemu
seseorang. Seorang besar ternyata kecil, seorang lemah ternyata
kuat." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tetapi apakah kau akan meninggalkan tanda-tanda itu begitu
saja" Atau kau akan memperbaikinya nanti?"
"Aku meninggalkannya begitu saja, agar aku ingat. Karena itu
adalah yang terbaik, saat tak ada apa-apa untuk dipastikan. Semua
gemerlap. Seandainya bisa seperti itu terus."
Peluit kereta menghasilkan bunyi keras, memberi tahu pekerja
tengah malam untuk turun.
"Kau cukup aneh," ujar Hoolian, mengembalikan buku. "Kau
menyadari?" "Dan, kau tidak aneh?"
"Aku tak tahu siapa aku ini," ujarnya. "Kau mau makan sesuatu
setiba kita di kota?"
26 SENIN PA GI, Francis berdiri di ambang pintu kantor Satuan Tugas
Pembunuhan North Manhattan, memperhatikan petugas lokal
berangkat ke utara Broadway dari jendela. Gema dari rel kereta
terkadang membuatnya berpikir tentang jiwa-jiwa orang yang
dibunuh yang berlalu melewati kantor, melirik sepintas kalau-kalau
ada orang yang mengerjakan kasusnya.
Tempat itu sendiri tidak istimewa. Ruangan hijau pucat berlantai
licin, sembilan meja berjejer, sepasang foto dibubuhi tanda tangan
para pemeran seri NYPD Blue, papan gabus bertempelkan carikan-
carikan kecil kertas dan para deputi yang memandang seperangkat
balok-balok kayu Art and Crafts yang memajang nama jajaran
detektif paling elit di kota itu, dan otomatis, di dunia. Setiap
pembunuhan yang terjadi antara 59th Street dan tepi pulau itu -
entah di penthouse Fifth Avenue atau tempat latihan menembak
Washington Heights - semua berada di bawah wewenangnya, dan
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
bahkan setelah sepuluh tahun, Francis masih mendapat diskon tiket
untuk menonton sirkus di barisan depan setiap hari.
Di sinilah tempat sejatinya. Tuhan tahu, ia akan merasa kesulitan
menyesuaikan diri di tempat lain. Bagaimana lagi ia akan
menemukan tempat yang cocok baginya, orang-orang yang bicara
dalam bahasa yang sama" K isah dan lelucon di sini tak pernah
dialihbahasakan. Bagi orang normal, lelucon mereka tak lucu, seperti
tentang seorang sinting yang berkoar-koar tentang seseorang yang
hampir memotong urat "gigolo"- nya dalam sebuah perkelahian atau
si pandir yang memukul seorang lelaki dengan kentang Idaho untuk
membungkamnya. Ia memperhatikan gerbong kereta perak berubah
menjadi tetesan merkuri dalam cahaya matahari, sebuah momen
refleksi suram yang hanya diganggu ketika ia memalingkan mata dan
melihat seorang detektif muda bernama Steve Barbaro tengah
mengais- ngais kotak catatan telepon di mejanya.
"Kau sedang apa, Yunior?" katanya, memindahkan mug Rolling
Stones bergambar bibir dan lidah miliknya ke tempat aman.
"Skumpy menyuruhku memastikan bahwa kau belum menghubungi nomor-nomor telepon ini," kata Yunior sambil
mengangguk ke arah seorang detektif lain, dua meja jauhnya.
Francis menoleh pada empat detektif lain yang datang lebih dini
untuk mengerjakan kasus Christine Rogers, bertanya-tanya mengapa
tak satu pun dari mereka yang mau repot-repot membelanya.
"Tak bisakah kau meminta saja?"
Anak itu mengangkat bahu. Ia mungkin akan menjadi detektif
hebat suatu hari nanti, tapi ia perlu sedikit dipoles. Pria Italia kurus
yang kuliah di Dartmouth dan mengira dirinya harus membuktikan
bahwa ia bisa menyalak dan menggigit seperti anjing besar.
"Ini yang komandan juga inginkan," kata Yunior.
"Sejak kapan?" "Tanyakan saja sendiri."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Yunior memberi isyarat ke arah kantor letnan dengan jempolnya,
tempat Jeny Cronin, kini kepala detektif Manhattan, bekerja dan
mulai menelepon. Francis sadar ia pasti melewatkan orang itu dari
sudut matanya ketika masuk ke ruangan.
"Apa yang terjadi, JC?" ia bergegas masuk ke ruangan itu tanpa
mengetuk. "Sudah dulu, ya." Kepala detektif itu menutup telepon dan
menengadah. "Selamat pagi, Detektif."
"Apakah aku terlihat tak penting di matamu?"
JC melirik tajam. Waktu membuatnya makin kecil dan liat.
Rambutnya berubah menjadi cakram tipis di puncak kepala, dan
kulitnya tampak terbakar, membuatnya jelas terlihat sebagai kandidat
pasien tekanan darah tinggi. Sepertinya ia menghabiskan hampir
sepanjang hidup untuk mengomel tentang suasana hati komisaris
yang naik turun, mimpi untuk memimpin sidang di sebuah sudut di
bar dengan Frank Sinatra mengirim sebotol Hennessy's.
"Kami pikir kasus Christine sebaiknya ditangani orang baru,"
ujarnya. Francis menutup pintu di belakangnya, sadar semua orang di
ruang skuad tengah memperhatikan mereka berdua lewat kaca.
"Ada masalah, JC?"
"Tentang laporan yang kau dapat dari kantor forensik." Jeny
menggelengkan kepala. "Pasangan DNA dari wanita yang sama?"
"Itu pasti suatu kekeliruan." Francis berpaling dan melihat Rashid
Ali berjalan menuju ruangan membawa sekotak baru catatan medis.
"Ketiga sampel itu tampaknya berasal dari Allison Wallis, dan kita
semua tahu itu tidak benar. Segera setelah aku berhasil memperoleh
sampel bandingan dari ibunya, semua akan beres. Aku sudah
meneleponnya." "Eh..." Kepala Detektif itu mengerucutkan bibirnya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Apa?" "Aku mendapat telepon dari Judy Mandel dari Trib pagi ini. Ia
ingin tahu mengapa kita mempekerjakan orang yang sama untuk dua
kasus tersebut." "Aku tak bilang padanya," kata Francis. "Ia yang merecoki Dick
Noonan dari bagian Enam-0 tentang masalah guru dan bom di bus
sekolah..." "Kami kira mungkin kau ingin mundur selangkah."
"Mundur selangkah?"
"Sejumlah orang merasa khawatir dengan perkembangan kasus
ini," kata JC. "Mereka pikir kau agak terlalu menganggap pribadi
kasus ini." "Ini pendapatmu, Jerry, atau atasanmu?"
"Kau detektifnya. Kira-kira sajalah. Mereka hanya ingin
memastikan tak ada yang akan menuduh mereka berpandangan
sempit." "Maaf, tolong ulangi?" Francis menaruh tangan di belakang
telinganya. "Mereka tak ingin ini terlihat seolah-olah upaya balas dendam.
Terlihat agak aneh. Dakwaan Hoolian dicabut, dan bum, segera saja
kau mencarinya untuk pembunuhan lain."
"Maaf, Jerry, bukan aku yang membentangkan benang
merahnya." Francis menaruh tangan di jantungnya. "Kawan
Christine di rumah sakit berkata ia 'terobsesi' dengan Hoolian. Itu
kata-katanya, bukan aku. Adakah yang berpikir aku memasang
guntingan-guntingan berita koran itu di lacinya" Demi Tuhan, tim
TKP menemukan sebuah video di VCR tentang kisah Hoolian dari
berita lokal yang direkam di dalamnya. Rashid hanya memperlihatkan foto Polaroid pada pengelola apartemennya dan ia
berkata melihat Hoolian di sekitar situ beberapa minggu sebelumnya.
Jadi jangan katakan aku menutup mata."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ya, jika DNA menyatakan bahwa pembunuhnya wanita,
mengapa kita tak mulai mencarinya?"
"Kami memang mencari wanita." Francis bersikeras, sedikit
melengking. "Kami melakukan referensi silang daftar staf di kedua
rumah sakit, untuk melihat jika ada wanita yang bekerja bersama
Christine maupun Allison. Kami kembali melacak catatan telepon,
melukis ulang kedua gedung apartemen secara terpisah, mewawancara ulang kedua keluarga korban untuk mengecek kalau-
kalau para korban memiliki masalah dengan seorang wanita."
Ia menoleh kembali ke ruangan dan merasa tohokan di ulu
hatinya ketika melihat si Yunior masih berdiri di mejanya.
"Aku hanya ingin mengatakan sedikit pemisahan tak akan terlalu
mengganggu," kata JC.
"Jadi, begitu saja" Kau menyisihkanku" Jeny, aku sudah
mengenalmu dua puluh dua tahun."
"Jadi kita bisa saling jujur satu sama lain." Lelaki itu
merendahkan suaranya. "Jika kau terbukti ngawur dalam kasus 1983,
ingat-ingat saja, kau tak akan menjadi nomor satu dalam daftar untuk
memperoleh promosi jabatan April nanti."
Francis memalingkan kepala lagi, yakin hingga seperempat detik
yang lewat seluruh penghuni ruangan menonton mereka berdua. Tak
peduli jika penglihatannya sedikit berkurang. Jika lima detektif
terbaik kota itu berkumpul bersama dalam sebuah ruangan dan tak
seorang pun melihat langsung padamu, bisa dipastikan kau tengah
dicurigai. "Oh, kau benar-benar punya nyali," katanya.
"Ayolah..." "Tidak, kau yang ayolah. Kau pikir kau akan punya dana pensiun
jika aku tidak melakukan investigasi dan memperoleh pernyataan
dari Julian Vega?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Hey, siapa pula yang memintamu ikut investigasi sejak awal?"
telinga JC memerah. "Seingatku, si Turki ingin kau keluar dan
menulis surat panggilan lalu lintas di Staten Island setelah tugas
kecilmu di Farm. Aku yang memberimu kesempatan. Jadi jangan
bicara padaku tentang balas budi."
"Baiklah. Kalau begitu kita harus bersama-sama menyelesaikan
kasus ini. Jadi jangan coba-coba menyingkirkanku, Keparat."
Dari balik Kepala Detektif, Francis melihat sehelai kertas lilin
terbang saat kereta lewat dan mendarat dengan malas di lengkung
West Side Highway, menghilang dari pandangan sedetik sebelum
waktunya. "Kau tahu, kau lebih baik tidak memanggil asisten kepala dengan
'keparat,'" ujar JC, tenang.
"Baiklah, aku salah omong. Kau keparat tak tahu terima kasih."
JC melipat tangannya. "Jimmy Ryan kembali ke satuan tugas
untuk kasus ini. Ia akan memimpin kasus Rogers dan Steve Barbaro
akan membantunya. Dan tak ada yang bisa mengubah keputusan
itu." "K ukira Oz telah bicara kalau begitu." Francis mengambil napas
dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan beban. "Tapi kau harus
mengizinkanku mengikuti perkembangan dengan Eileen Wallis."
"Kenapa begitu?"
"Bunuh dua burung dengan satu batu. K ita perlu menanyainya
apakah ada wanita yang bermasalah dengan Allison, dan kita harus
mendapatkan sampel DNA darinya untuk mengeliminasi Allison
sebagai donor. Akulah yang punya hubungan dengan keluarga itu.
Jika kau mengirim Ryan dan Yunior, ia akan melompat ketakutan
The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari jendela. Dan, kau akan memperoleh berita buruk."
"Kau sudah menelepon?"
"Aku baru mau pergi, jika kau ingin ikut."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Brengsek. Kau seperti salah satu dari pengembang properti,
meminjam begitu banyak uang dari bank sehingga pihak bank tak
tega membiarkannya bangkrut. Kenapa aku begitu terikat
denganmu?" "Kukira sudah tertulis nasibmu dalam zodiakmu, Sobat."
Kereta ke arah selatan melintas, mengempaskan debu rel ke mobil
para detektif yang di parkir tepat bawahnya.
"Tolong, buka terus pikiranmu," kata JC.
"Aku selalu terbuka. Aku melihat kanvas kosong. Aku menerima
semua panjang gelombang. Aku hidup dalam pita tujuh puluh
milimeter IMAX Dolby Surround Sound. Aku menerima apa saja."
"Ya, bagus." JC kembali duduk, merasa puas untuk sesaat.
"Tapi, aku berpendapat," ujar Francis. "Orang yang sama telah
membunuh kedua gadis ini."
27 "BA GAIMANA KEMARIN malam di katering?"
Hoolian menengok pada No na A yang menghampiri saat makan
siang dan menemukannya di ruang konferensi kecil berpanel kayu
berantakan yang ia tempati bersama dengan para pengacara imigrasi
di bawah, dikelilingi kotak-kotak kardus transkrip pengadilan dan
catatan telepon New York tahun 1983 yang berhasil ia peroleh dari
kantor Jaksa Wilayah. "Lumayan," katanya. "Aku ketemu seorang wanita."
"O h-oh." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tak apa. Cukup menyenangkan. Ia menjadi pelayan di bar
mitzvah. Kami bercakap-cakap di kereta cukup lama kemudian pergi
makan di Sbarro di 34th Street."
"Kau menceritakan kisahmu?" Wanita itu duduk di tepi meja
rapat. "Tidak. Menurutmu haruskah?"
"Aku tidak tahu," dalihnya, si ahli kencan dengan setelan ruang
pengadilan garis- garis. "Situasimu sulit."
"Memang. Tidak gampang berkata 'aku baru saja keluar setelah
dipenjara selama dua puluh tahun dan aku masih didakwa, lalu mau
kencan denganku"'"
"Kalau aku, lebih baik menunda dulu sementara waktu." Kaki
kanannya mengayun ringan.
Hoolian merasa penampilan Debbie tampak lebih baik hari ini. Ia
tidak hanya memakai setelan garis-garis dan sepatu pengadilan serta
rok yang naik di atas lutut saat menyilangkan kaki, tapi ia juga
memakai rias wajah lebih banyak dan maskara. Ia mengenakan blus
sutera putih dengan satu kancing teratas membuka, memperlihatkan
kalung perak pada tulang selangka yang telanjang. Rambut
kuningnya sedikit lebih terang. Mengapa ia tak terlihat seelok ini
ketika berada memperjuangkan kasusnya di pengadilan"
"Jadi, menurutmu, apa yang harus kulakukan" Haruskah aku
memberitahunya?" "Ya, Tuhan, Julian, aku tidak tahu. Jika kau langsung
memberitahunya bahwa kau dipenjara karena membunuh seorang
wanita, pasti kau akan membuatnya cemas. Tapi jika menunggu,
seakan-akan kau menyembunyikan sesuatu."
"Yeah. Aku juga berpikir begitu."
"K urasa aku harus memikirkannya baik-baik. Aku tak menduga
itu bakalan terjadi begitu cepat."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia mengenakan sepasang kaca mata dan melihat Hoolian tengah
mencatat di kertas. "Nah, kau ada urusan apa?"
"Kau bilang aku harus ikut membantu sedikit. Jadi aku akan
mencoba beberapa nomor telepon lama yang dihubungi Allison
setelah aku meninggalkan apartemennya malam itu."
Kaca mata itu adalah sepasang mata kedua, Hoolian tersadar.
Sekali waktu, wanita itu melihat padanya bukan hanya sebagai
pengacara tapi juga sebagai seorang wanita, berusaha mencari tahu
apa yang orang lain lihat dari dirinya.
"Oh, mestinya aku memberitahumu agar tak perlu repot-repot,"
kata wanita itu. "Kebanyakan nomor itu sudah diputus.
Aku sudah memeriksanya. Sudah dua puluh tahun berlalu.
Hampir semua orang berdiam hanya di satu tempat."
Apakah Debbie sedang mencoba mengatakan bahwa ia yang diam
di tempat" Kelepasan bicaranya terasa menyengat sedikit, hingga ia
menyadari bahwa Brooklyn bahkan belum memiliki kode pos sendiri
ketika dirinya ditahan. "Ya, tentu, sudah kuduga. Aku hanya berpikir tak ada salahnya
mencoba..." Ia membalik-balik halaman, menghindari mata wanita
itu sesaat. "Apakah kau menyadari Allison terus-menerus
menghubungi dua nomor yang sama setelah aku meninggalkan
apartemennya malam itu?"
"Ya, aku juga menyadarinya." No na A.
mengangguk. "Seharusnya kukatakan padamu. Ia menghubungi kakaknya di
Manhattan dua kali dan ibunya di Sag Harbor dua kali."
Hoolian menaruh catatannya, sedikit bingung. "Tapi itu bagus.
Ya, kan" Membuktikan bahwa ia masih hidup ketika aku pergi."
"Itu juga menunjukkan bahwa ia mungkin cukup marah tentang
sesuatu yang terjadi ketika kau di sana dan mungkin ingin bicara
pada seseorang mengenai hal itu."
"Oh." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian menyandarkan badan, dengan rasa sakit tak nyaman di
lehernya. "Dakwaannya bisa saja tetap menyatakan bahwa kau pergi ke
bawah, mengambil kunci, dan kembali masuk setelah ia tidur,"
katanya. "Sama ketika kau masuk diam-diam untuk mencuri album
fotonya." "Apa hubungannya itu dengan semua ini" Mereka tak
memenjarakanku dua puluh tahun karena mengambil sebuah album
foto." "Hey, aku ada di pihakmu." Wanita itu menepuk lengannya.
"Ingat?" Hoolian menengadah padanya tak yakin. Pengacaraku. Orang
yang mengeluarkanku dari sel. Kau tak akan ada di sini jika bukan
berkat dia, Sayang. Di lain pihak, ia pernah menjadi jaksa penuntut.
Dan, dalam pikirannya, itu seperti menjadi vampir atau terlibat
Mafia. Kau bisa bertingkah seakan kau berubah, tapi kau tak pernah
berhenti mencari darah untuk diisap.
"Ada hal lain yang mesti kita fokuskan," katanya, memulai tugas
baru. "Apa itu?"
"Tentang siapa yang memiliki kemungkinan melakukan pembunuhan ini. Pengacara pertamamu berusaha melontarkan
wacana itu, tetapi ia tak pernah memperoleh alternatif lain yang bisa
dikemukakan kepada panel juri."
"Karena ia pemabuk tua penipu yang tak pernah peduli padaku."
"Mungkin saja. Tapi jika kasus ini kembali ke persidangan, kau
lebih baik punya jawaban lain." Ia menatap Hoolian dengan tatapan
tak mengenakkan. "Ayolah. Kau punya waktu dua puluh tahun untuk
memikirkan hal itu."
"Itu bukan tugasku." Hoolian menyeringai singkat, berusaha
membuat Debbie terkesan dengan gaya latinnya.
Wajah Debbie melorot turun seperti gaun tak disetrika.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Dengar, mengapa aku mesti melakukan tugas polisi untuk
mereka?" ujar Hoolian. "Aku telah dipenjara sejak 1984. Dari mana
aku tahu siapa saja yang ia temui atau orang yang ia ajak bicara?"
"Ya, siapa lagi yang punya kunci ke apartemennya?"
"Di dalam gedung" Aku sudah mengatakannya ratusan kali.
Hanya pengelola dan penjaga pintu."
"Apakah mereka menanyai ayahmu tentang di mana ia berada
malam itu?" Pertanyaan itu nyaris menohoknya dari kedua sisi.
"Kenapa kau ingin bicara tentang hal itu?" tanyanya, terluka.
"Detektif itu punya catatan bahwa ayahmu bilang ia sedang
kencan dengan seorang wanita bernama Susan Armenio. Kau pernah
bertemu dengannya?" "Tidak." Hoolian melipat dan membuka lagi kedua tangannya.
"K ukira ia tak pergi dengannya lagi. Ia tak pernah bersama siapa pun
kecuali ibuku." "Jam berapa ia pulang malam itu" Menurut pengakuannya pada
polisi, ia baru pulang sekitar pukul empat tiga puluh pagi. Benarkah
itu?" "Jika ia bilang begitu, maka begitulah. Ia tak pernah berbohong
tentang apa pun." Ia melihat sosok Debbie, membuatnya tak lagi seperti boneka
porselen tapi lebih seperti elang. "Tapi, apakah kau melihat atau
mendengar ia pulang?"
"Apa yang ingin kau katakan?" Hoolian merasakan jari-jarinya
menggulung menjadi kepalan.
"Aku hanya bertanya. Ia pasti sering keluar-masuk apartemen
penyewa setiap waktu dengan kuncinya."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tidak." Ia menggeleng, seperti anak kecil menolak sendok obat
yang disodorkan padanya. "Jangan bicara seperti itu."
"Kenapa tidak?"
"Ia tak punya, kaitan sama sekali dengan gadis itu."
"Dari mana kau tahu?" Debbie menggelengkan kepala ke satu sisi
dengan curiga. "Apakah ia pernah membicarakan apa yang ia
lakukan malam itu dengan rinci padamu?"
"Ia tak perlu membicarakan hal itu denganku, oke?" kepalannya
makin kuat, kukunya menghujam pada bantalan telapak tangan. "Ia
benar-benar malaikat. Selalu memastikan aku punya uang dalam
tabungan. Naik bus Columbus Circle tiap dua minggu sekali untuk
menjengukku di penjara, dengan wanita-wanita jalang yang selalu
merokok itu. Jadi, jangan berkata buruk tentangnya."
"Oke, tenanglah." No na A menepuk udara, berusaha menenangkannya. "Aku hanya mencoba melihat dari sudut berbeda
yang mungkin tak kau pertimbangkan."
"Sekarang kau membuatku mempertimbangkannya. Dan tak ada
apa-apa di sana. Tutup kecurigaanmu. Kecuali kau ingin aku mencari
pengacara lain." "Ya, kalau begitu kau tak banyak memberi petunjuk untuk kita
kerjakan." Bahunya melorot. "K ita tak bisa menemukan portir itu.
Bukti DNA masih belum kembali. Dan, kau masih belum punya
saksi lain untuk alibimu. K uberi tahu, aku mulai sedikit gelisah. K ita
menempatkan diri terlalu jauh dalam cabang, menolak membuat
kesepakatan ketika punya kesempatan. Tak akan mudah untuk
kembali lagi sekarang."
Mendengarnya kembali pada kebiasaan berbicara terlalu cepat
membuat Hoolian mencangkung sedikit. "Jadi, dapat kabar apa dari
kantor Jaksa Wilayah?"
"Tak banyak hari- hari ini. tapi mereka mungkin tengah sibuk
dengan pembunuhan lain yang sedang hangat di surat kabar."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tak tahu tentang itu."
Ia menatapnya aneh. "Gadis dari Mount Sinai." Ia berhenti,
menunggu kerlip ingatan. "Aku tak mengerti bagaimana kau bisa
tidak tahu. Belakangan beritanya muncul tiap hari di koran."
"Aku bisa ngomong apa?" Ia menutup kuap dengan kepalan.
"Aku sibuk, mengerjakan kasus dan mencari sedikit uang."
"Begitu." Matanya terhenti menatap kepalannya, mengamati
balutan di sana. "Kau pernah berpikir untuk menuntut supermarket-
nya!" "Ha?" "Kau bilang tanganmu tersayat ketika bekerja di gudang
penyimpanan. Kami berpikir untuk melayangkan tuntutan terhadap
mereka." "Ah, itu tak perlu." Ia menurunkan kepalannya ke samping. "Aku
sudah memikirkan hal itu. Manajer memberiku pekerjaan dan aku
tidak terus terang padanya. Aku memperoleh ganjaran yang sudah
sepatutnya." Mata Debbie melirik balutan itu, bagaikan lipstik pada kerah baju.
Hoolian menyadari semua percakapan ini bak kencan kedua. Wanita
itu masih menyelidiki, menguji, dan mencoba memutuskan apakah ia
dapat dipercaya. Wanita itu tahu ada hal- hal yang belum ia ceritakan
dan akan tiba waktunya ketika ia tak lagi bisa mengabaikan.
"Kau tahu, aku telah berpikir tentang yang kau katakan
sebelumnya." Debbie mencopot kaca matanya. "Kupikir ini mungkin
terlalu cepat bagimu untuk terlibat dengan seseorang."
"Mengapa?" "Kau masih diliputi berbagai masalah. K ita masih punya banyak
pekerjaan yang mesti dilakukan untuk kasus ini, dan banyak sisi
hidupmu yang belum kokoh. Ini bukan waktu yang tepat."
"Lalu menurutmu berapa lama aku harus menunggu?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tak tahu." Ia menaikkan dagunya, berpikir. "Mungkin
hingga dakwaannya dicabut."
"Yang bisa makan waktu berbulan-bulan atau mungkin bahkan
tak pernah. Begitu, kan?" Ia merendahkan suara. "No na Aaron, aku
boleh bicara sesuatu" Aku tak pernah memiliki hubungan nyata
dengan seorang wanita. Apa Anda tahu?"
"Tidak. Tentu tidak."
"Maka katakan apa yang mesti kulakukan." Ia meraih lengan baju
wanita itu dengan tangannya yang terbalut.
Dengan refleks, Debbie menarik tangannya. Lalu, tersenyum
meminta maaf atas reaksinya tersebut.
"Tenanglah, Julian. Kau mungkin bisa menceritakan hal itu
padanya perlahan- lahan. Seorang gadis mungkin punya masalahnya
sendiri." 28 "SANG PUTRI! Sang putri! O h, cakarku tersayang! Oh, bulu dan
kumisku! Ia akan membunuhku, seperti musang-musang!"
Anak enam tahun itu melarikan diri dari Eileen, menjerit-jerit
riang, si kecil lincah berambut merah yang merangkak di balik
kelinci perunggu besar dengan ikat pinggang dan jam tangan saku.
'"Penggal kepalanya!' kata sang Ratu." Eileen merayap mendekati.
"Penggal kepalanya!"
The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Adiknya, berusia tiga tahun, juga bocah berambut merah dengan
kulit seputih pualam, tertatih-tatih mengejar Eileen, menyentak-
nyentak belakang blusnya.
"A-ha!" Eileen berputar. "Potong leher Dormouse itu!
Kembalikan ia ke pengadilan! Tindas dia! Cubit! Cabut kumisnya!"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Mungkinkah ini wanita yang sama dengan wanita yang
terhuyung-huyung masuk ruang pengadilan kurang dari sebulan lalu
dalam keadaan linglung sambil dipapah putranya" Francis berdiri di
belakang pagar tanaman yang baru dipangkas, mengamati Eileen
saat melompati anak-anak yang menjerit-jerit mengelilingi patung
Alice in Wonderland di Central Park.
"Kasihanilah!" Dengan terkikik, anak enam tahun itu berlari di
bawah tudung jamur perunggu yang mengubah warna sepatunya
yang tergores-gores di bawah sinar matahari siang hari.
"Tidak, tidak!" kata sang Ratu. Eileen menggertakkan gigi dan
mencakar ke arah anak itu. "Tak ada kasihan! Hukum lebih dulu!
Vonis belakangan!" Anak itu menyembur keluar melewati patung Mad Hatter,
neneknya melonjak- lonjak mengejar dengan sepatu tenis, sambil si
kecil menggantung di ujung blusnya, dan berhenti mendadak ketika
dilihatnya Francis melangkah keluar dari balik bangku.
"Kau kelihatan cukup gesit, Eileen."
Perlahan- lahan ia berdiri dan menyuruh anak-anak kembali pada
pengasuh mereka, seorang gadis kekar yang memakai kaus
"Legalkan Itu" yang tengah ngobrol dengan para pengasuh lain.
"Kadang-kadang aku sehat, namun di hari lain tidak," katanya
hati-hati. "Hari ini mestinya cukup baik."
"K ini tidak lagi?"
"Aku selalu gembira menemuimu, Francis, tapi kau tak selalu
memiliki kabar baik."
Suaranya masih serak dan kering, khas wanita tua yang membuat
orang mudah membayangkan dirinya mengisi perut di bar di Farrell's
bersama sejumlah petugas pemadam kebakaran atau menyeret seekor
cerpelai di sepanjang lantai marmer pada pembukaan sebuah
pertunjukan Broadway. "Apakah kau membuntutiku ke sini, Francis?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ya," akunya. "Tapi hanya karena kau tak balas menghubungiku."
"Ya, sayang memang. Perilaku depresi maniak memang yang
terburuk, bukan begitu?"
Francis menengok ke samping, terkejut mendengar Eileen
mendamprat diri sendiri. Mendengar cerita Tom tentang betapa
lemah kendalinya pada kenyataan, ia sebetulnya tak berharap banyak
hari ini. "Kopi?" Francis meraih kantung untuk mengambil gelas ekstra
yang ia bawa serta. "Aku ingat, kau suka kopi pahit, sepertiku."
"Tidak, terima kasih." Eileen menoleh pada anak-anak itu. "Aku
tak butuh apa-apa lagi untuk membuatku terus terjaga di malam
hari." "Masih belum normal tidurmu?"
"Mereka bilang itu efek samping beberapa obat antidepresi ini.
Mulut kering, sembelit, hilang nafsu seksual, mikrografia,
halusinasi...seolah-olah semua hal itu tak akan membuatmu
bertambah depresi. Tapi, tidak, kurasa aku tak pernah menikmati
tidur enak dalam, mungkin, dua puluh tahun."
Mereka memperhatikan para bocah merangkak ke puncak jamur
dan berbaring menuju pangkuan Alice. Patung itu memiliki ekspresi
teduh dengan mata separo tertutup, seolah modelnya baru saja
memutuskan beristirahat sejenak di ujung masa remaja.
"Kau tahu, dulu aku selalu membawa Allison ke sini." Ia
mengamati cahaya matahari yang menerpa perahu motor di danau
dekat sana. "Semua terjadi begitu cepat."
"Memang begitu." Francis mulai menghirup kopinya. "Aku punya
satu putra di ketentaraan dan satu lagi sedang kuliah tahun kedua di
Smith yang selalu memintaku membacakan Alice in Wonderland
sebelum tidur." "Kayleigh, benar, kan?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Francis meminum kopi terlalu tergesa dan langit- langit mulutnya
serasa terbakar. "Aku kaget kau masih mengingatnya."
Patti baru saja hamil ketika kasus ini dimulai. Ia merasa tak enak
mengabarkan bahwa mereka tengah menanti kehadiran jabang bayi
pada seorang ibu yang baru kehilangan anaknya.
"Ah." Eileen menepuk samping kepalanya. "Masih ada yang
berfungsi di sini. Tak semuanya berkarat."
Francis menyentuhkan ujung lidah pada langit-langit mulutnya
yang terbakar tadi, mencermati bebek berlayar melintasi kolam. Ia
menghitung detik demi detik hingga tak lagi dapat ia teruskan.
Bagaimana mungkin wanita ini masih mengingat nama yang tak
pernah ia dengar lagi dalam dua puluh tahun, namun bercerita pada
semua orang bahwa putrinya masih hidup"
"Masa itu adalah masa-masa spesial, ketika hanya ada Allison dan
aku," katanya. "Memberi makan bebek di taman. Pergi melihat mumi
di museum. Kau tak pernah ingin mereka tumbuh dewasa."
"Tom di mana?" "O h, itu masa ketika ia sedang di sekolah asrama atau melewatkan
musim panas bersama ayahnya. Menyedihkan apa yang terjadi pada
anak lelaki jika keluarganya berantakan."
"Ya." Francis mengangguk, teringat keluhan ayahnya tentang
beban yang ia tanggung setelah ibunya meninggal.
"Kami dulu suka bermain petak umpet di sekitar patung ini."
Eileen memperhatikan cucu-cucunya meluncur dan merangkak di
bawah jamur itu, menunggu untuk memulai pengejaran lagi. "Itu
kesukaannya. Bahkan ketika kami tinggal di apartemen sederhana
tanpa lift di Broadway dan 98th, butuh dua puluh menit bagiku untuk
menemukannya. Dan, ia kemudian ternyata berada di keranjang
pakaian. Atau di belakang tirai atau di bawah ranjang. Tempat-
tempat yang aku yakin sudah kuperiksa. Ia seperti bisa menghilang
lalu muncul lagi, seperti kucing Cheshire tanpa senyum."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Bulu di pergelangan tangan Francis terasa menegang. "Eileen?"
"Ia adalah segalanya untukku, Francis. Segalanya. Kami begitu
dekat hingga sering ngobrol tiga kali dalam sehari di telepon. Kami
bahkan memakai pakaian yang sama. Tapi ia lebih baik dariku.
Maksudku, benar-benar lebih baik. Kadang aku merasa iri. Menjadi
seorang penulis sungguh tak berharga dibanding menjadi seorang
dokter. Setelah ia meninggal, kau tahu berapa banyak orang yang
mengirim surat?" "Tak tahu." "Hampir seratus. Padahal dia baru setahun setengah di Bellevue.
Surat-surat itu datang berbondong-bondong, tentang betapa ia telah
menyelamatkan nyawa seseorang atau pekerjaan mereka. Tapi kau
tahu apa yang menyedihkan?"
"Apa?" "Bahwa aku agak membenci orang-orang ini. Maksudku, aku iri
pada mereka. Karena tiap menit yang mereka jalani bersamanya
adalah setiap menit yang tak kumiliki." Ia berusaha tersenyum, tetapi
bibirnya enggan bergerak. "Aku tahu betapa gila kedengarannya."
"Itu bukan masalah," ujar lelaki itu, menghiburnya. "Kau masih
menyimpan surat-surat itu?"
"Tidak. Kenapa?"
"Ah, bukan apa-apa. Kami hanya berusaha menyatukan beberapa
mata rantai yang terpisah."
"Bisa kau jelaskan lebih lanjut"
"Pernahkah Allison bercerita dirinya mengalami masalah dengan
wanita rekan kerjanya?"
"Ada masalah ya, dalam kasusnya?"
Mata Eileen mendadak bersinar begitu kuat seakan-akan Francis
dapat melihat langit di belakang kepala wanita itu.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tidak, bukan masalah besar. Kami hanya mencari beberapa
inkonsistensi..." "Karena ia tidak mati," kata Eileen. "Itulah yang kukatakan sejak
lama..." "O h Tuhan." Francis memperbaiki sabuknya, sudah mengira akan
mendengar ucapan itu. "Eileen, aku tahu betapa kau begitu
menginginkan situasi itu."
"Tak seorang pun mau mendengarku." Ia menusukkan jarinya
pada lelaki itu. "Tapi ia masih di sana. Aku tahu itu..."
Tom benar. Eileen benar-benar telah tergelincir dalam khayalan.
Mungkin bakal sulit membujuknya untuk datang ke pemberian
kesaksian resmi atau memberi sampel DNA.
"Maksudku, saat kudengar ia telah pergi, aku kehilangan
pegangan." Kata-kata itu meluncur deras. "Aku pergi ke
apartemennya dan tidur di ranjangnya. Kukenakan piyamanya, hanya
agar aku bisa mencium baunya. Aku mengalami seluruh tahapan
itu - penyangkalan, kemarahan, memohon, depresi, dan penerimaan - lalu aku mengulangi lagi semuanya. Duka itu benar-
benar menghancurkan. Sungguh. Harus selalu mengenakan topeng
'kenormalan' sepanjang waktu. Sungguh melelahkan. Kau harus
berhenti dan berpikir bagaimana menjawab tiap kali seseorang
bertanya berapa putra yang kumiliki. Satu-satunya saat dalam sehari
yang kutunggu-tunggu adalah saat sendirian di kamar mandi. Agar
aku bisa berteriak seiring bunyi air mengalir."
Francis mengangguk. Topeng kenormalan. Konsep yang sangat
dimengerti seorang anak yang kehilangan ibunya pada usia sembilan
tahun atau seorang lelaki yang kehilangan penglihatannya.
"Kau tahu, apa yang aneh, Francis?"
"Apa?" "Kecemasan itu. Selama bertahun-tahun, aku sering mendapat
serangan rasa panik kapan pun aku melewati kafe atau bioskop
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
tempat aku pernah bersamanya. Tapi mengapa" Hal terburuk yang
bisa terjadi telah berlalu. Benar, kan" Aku mengubur anakku sendiri.
Setelah itu, apa lagi?"
Francis membisu. "Dan tentu saja, pada akhirnya, adalah rasa bersalah itu."
"Rasa bersalah?"
"Kau terus bertanya pada dirimu sendiri, apa yang demikian
buruk yang telah kulakukan" Mengapa kau menghukumku" Itu pasti
akibat perbuatanku."
"Aku yakin tak seperti itu duduk perkaranya."
"Jangan berkata begitu, Francis." Wanita itu menatap tajam. "Kau
tak bisa membodohiku. Aku ingat bagaimana kau mengatakan
sendiri tentang apa yang terjadi pada ibumu..."
"Aku menceritakan hal itu padamu?" Francis mengernyit.
Pikirannya saat itu pasti sudah ngawur, menghiburnya terlalu jauh
bersama sebotol anggur. Ia menganggap tak mungkin dirinya sampai
sejauh itu dengan seseorang, kecuali mungkin di kepolisian.
"Kau sangat baik," ujar wanita itu. "Aku tidak lupa. Tapi
kebanyakan orang melanjutkan hidup, bukan?"
"Kurasa demikian."
Ia memperhatikan seorang perempuan tua dengan mantel usang
dan kereta belanja mondar-mandir, membawa setumpukan kaleng
dan roti baguette panjang yang tampak basi.
"Ya, aku tidak begitu," kata Eileen. "Aku terus terjaga setelah tengah hari
dengan makin banyak botol di sekelilingku. Kukira aku
sudah gila. Di satu waktu, aku memutuskan untuk bunuh diri, tetapi
lalu kusadari aku harus ke Bellevue dulu. Tepat di dekat tempat
Allison dulu bekerja."
"Bisa kumengerti betapa hal itu mengganggumu."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Jadi, tak kuminum pil-pil itu dan masuk ruang gawat darurat."
Wanita bermantel itu mulai menyobek-nyobek rotinya dan
melemparkan serpihan-serpihan itu pada burung-burung merpati
warna gelap yang bergerombol di sekitar tangga.
"Ya Tuhan, Eileen, aku belum pernah mendengar hal itu," kata
Francis. "Tak bisakah kau mengangkat telepon dan menghubungi
seseorang?" "Dan mengatakan apa pada mereka" Bahwa aku bermaksud
overdosis Valium dan anggur murah untuk ketiga atau keempat
kalinya?" Ia tersenyum, letih oleh drama hidup. "Tom selalu
menemukan dan menyeretku dari satu rumah sakit ke rumah sakit
lain untuk memompa perutku. Aku bercanda bahwa karena itulah ia
tertarik menjual peralatan medis."
Burung-burung berdesakan mencari remah-remah seperti sekelompok pecandu berkelahi demi sejumput ganja.
"Lalu suatu sore aku tengah berada di Fairway dan aku
mendengarnya." "Ia bicara padamu?"
"Aku tepat di depan pohon delima dan ia berkata, 'Tak apa, Bu.' Ia
pasti berada tepat di belakangku. Tapi ketika aku berbalik, ia tak
ada." Francis mulai menggeleng-gelengkan kepala. "Eileen, ayolah..."
"Itu Allison, Francis. Seterang aku berdiri di sini, bicara padamu."
Francis merasa tengkoraknya mulai mengembang.
"Kemudian hal itu terjadi lagi, sekitar sebulan setelannya. Ketika
aku baru keluar dari Apotek Apthorp di Broadway. Waktu itu, dia
mengawasiku dari halte bus di seberang jalan. Saat itu hujan. Ketika
aku tiba di halte itu, bus telah berangkat. Ia meninggalkanku berdiri
di sana, basah kuyup, menatap dari balik jendela gelap."
"Dan kau yakin itu Allison?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ya, aku tak punya putri lain, setahuku," ujarnya bersahaja,
seolah ia yang berpikiran sehat dalam percakapan ini.
Francis menahan diri untuk berkomentar. Satu hal yang ia pelajari
dari menjadi detektif adalah menutup mulut namun pikiran tetap
terbuka. Kau bisa menghabiskan tujuh jam di dalam kotak,
mendengarkan seorang sinting nyerocos tentang gelombang mikro
dari Uranus dan Jennifer Lopez melahirkan anak berkepala dua dari
benihnya lalu dengan biasa-biasa berkata ia melemparkan senjata
yang ia pakai untuk membunuh sepupunya di Jembatan Willis
Avenue. Di lain pihak, ini adalah wanita yang ia pedulikan. Seseorang
yang mengingatkannya pada apa yang tak ia miliki dalam hidupnya
sendiri. Mendengarnya berceloteh seperti ini, ia membayangkan
wanita itu berubah menjadi seseorang seperti wanita tua dengan roti
baguette-nya itu dan barang-barang menyembul dari jaket.
"Di hari yang lain, aku melihatnya di taksi. Ia kadang
meneleponku juga. Untuk mendengar suaraku... Tetapi ia tak pernah
mengatakan apa-apa - "
The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu, Eileen," dengan lembut,
ia menyela. "Jika Allison benar-benar masih hidup, mengapa ia
berpura-pura mati?" Eileen terlihat terkejut, seolah-olah pertanyaan itu tak pernah
terpikir olehnya. "Ada masalah di antara kami," katanya pendek.
"Maksudnya?" "Kau punya anak, Francis" Tak pernahkah mereka ingin menjauh
darimu?" Francis berpikir tentang Francis Jr. yang separo dunia jauhnya, di
markas tentara di Korea Selatan. Mendaftar empat bulan setelah
peristiwa 9/11 dan tak pernah mengatakan apapun pada sang ayah
hingga tiba waktunya berangkat.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"K ita bicara tentang Allison," ia memperingatkan.
"Ada hal- hal dalam hidupnya yang ia tahu tak kusetujui."
"Apa yang sedang kita bicarakan ini?" tanya Francis. "Pacar"
Narkotika?" "Maaf, Francis." Matanya mulai mengabut. "Aku tak bisa bicara
padamu tentang ini. Kau tak mungkin mengerti."
"O h, jangan khawatirkan aku. Aku sudah pernah mendengar
segala macam hal." Kabut itu mulai meleleh dan menetes dari mata Eileen. "Mereka
punya rahasia." "Siapa?" "Anak-anak." Air mata mengalir di kedua pipinya. "Ketika kecil,
mereka tampak begitu terbuka padamu. Tetapi mereka selalu
menyembunyikan beberapa bagian dari dirinya sendiri."
"Eileen." Francis mengeluarkan saputangan dari saku dan
menyodorkan padanya. "Harus kubilang, apa yang kau ucapkan tak
masuk akal. Allison telah meninggal. K ita tak punya pilihan kecuali
menerimanya. Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah memastikan
bahwa apa yang terjadi padanya tak akan terjadi pada orang lain."
Wanita tua itu hening sesaat untuk merenung, meniup hidung, dan
memperhatikan cucu-cucunya yang tengah meluncur dari jamur.
Keduanya lelah menunggu neneknya mulai mengejar kembali.
"Itu tak akan terjadi lagi," ucapnya mendadak.
"Apa?" "K ubilang, kau benar. Aku tak akan membiarkan hal itu terjadi
lagi." " Eileen?" Awan nimbus bertiup melintasi biru langit itu. Tak berguna, pikir
Francis. Perempuan ini mungkin sudah tak dapat diharapkan lagi
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
bantuannya. Burung-burung merpati itu beterbangan, meninggalkan
trotoar yang bersih dari remah roti. Hal terbaik yang bisa ia lakukan
hari ini adalah memperoleh sampel DNA- nya tanpa memaksa, agar
setidaknya mereka bisa menghilangkan kebingungan di laboratorium. "Kadang kau harus bertindak." Rahangnya terkunci. "Sesuatu tak
berhenti hanya karena kau berpura-pura menganggapnya tak terjadi."
"Karena apa yang tak terjadi" Kau membuatku bingung, Eileen."
Eileen melirik, awan itu menjernih sesaat, kembali pada akal
sehatnya. "Maaf, Francis, tapi aku sudah mengabaikan anak-anak." Ia
menggeleng, memberikan senyum tipis, dan melipat sapu tangan.
"Apa yang kau ingin aku perbuat dengan kenyataan ini?"
29 SUARA DENGUNGAN di kepala Hoolian yang sudah muncul sejak
separo percakapannya dengan Nona A baru mulai mereda ketika ia
menoleh dari gerai Starbucks dan melihat gadis keriting waktu itu
bersama Les Miserables-nya, duduk di meja tengah dengan kedua
kaki menyilang, seperti gerakan balet, melingkari kaki kursi.
Ia mengambil jarak jauh-jauh dari gadis itu selagi kembali menuju
Zana di sebelah jendela, sambil menjaga dua cangkir latte dan
sepotong caramel cheesecake di atas baki agar tidak jatuh.
"Ah, Lelaki Misterius-ku kembali." Zana menaruh buku sketsa.
"Kau mau mengubahku menjadi gadis gendut."
"Mudah- mudahan kau sedang ingin yang manis-manis."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia menoleh kembali ke arah gadis berambut keriting itu, berubah
pikiran dan setengah berharap ia menyadari bahwa hari ini dirinya
hadir di sini bersama wanita lain.
"Nene bakal membunuhku jika ia tahu aku makan ini. Ia akan
berkata, 'Zana, ndale! Ndale! Di Amerika, semua orang ingin
menjadi sekurus supermodel.' Tapi kuceritakan padanya apa yang
dikatakan penyanyi rap tentang wanita montok."
Hoolian menatapnya, bingung.
like big butts and I cannot lie.:..,'" Zana bernyanyi.
Hoolian tersenyum, pura-pura mengetahui lagu yang dimaksud. Ia
melewatkan musik pop selama dua puluh tahun, kecuali sepotong-
sepotong yang ia dengar dari sel narapidana lain. Semua tren datang
dan pergi tanpa meninggalkan bekas satu pun dan ia masih berusaha
menyesuaikan diri pada kenyataan bahwa kaset tak lagi dijual.
"Kalau begitu, makanlah. Aku suka wanita yang sedikit
berdaging." Zana menaruh garpu di samping dan tatapannya menyapu wajah
Hoolian kembali. "Jadi, tolong, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Tentu." "Mengapa kau tak memberi nomor teleponmu?"
"Aku tak tahu." Ia menggerakkan bahu. "Bukankah biasanya
lelaki yang menelepon?"
Ia sudah dapat menduga apa yang akan terjadi jika Zana
menelepon ke tempat penampungan dan mendapati Cow atau salah
satu para kriminal itu di saluran telepon.
"Aku ingin tahu, apakah ada seseorang yang sebaiknya tak
berbicara denganku?"
"Ya, teman sekamarku. Ia tak suka menulis pesan."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Mata gadis itu tampak membesar, sementara bagian lain wajahnya
mengecil. "Aku tak tahu dirimu."
"Apa yang tak kau tahu?" ujarnya, berusaha membuat nada main-
main yang pernah ia dengar dari lelaki lain pada teman wanitanya.
"Bagaimana mungkin pria seusiamu masih punya teman sekamar
dan belum menikah?" "K ukira aku belum bertemu wanita yang tepat."
Gadis itu memanyurikan bibir dan mendongkol. "Kau yakin kau
bukan pembohong besar dengan seorang istri dan tujuh anak entah di
mana?" "Tak ada orang lain sejauh yang kutahu. Kau lihat cincin di
jariku?" Ia mengangkat tangannya yang tak terbalut dan berusaha terlihat
tanpa dosa. Tapi ia sangat tahu, jika bukan karena masih baru di kota
ini, gadis itu akan menanyakan pertanyaan itu lebih awal.
"Tapi di mana kau selama ini sampai tak punya pekerjaan normal
atau teman wanita spesial?" tanyanya, mengulang beberapa
percakapan mereka sebelumnya. "Kenapa kau belum pernah
menonton Nightmare On Elm Street, yang pertama, kedua, ketiga,
keempat, kelima, atau keenam?"
"Sudah kukatakan. Ayahku meninggal dan aku ke luar kota
belajar ilmu hukum," jawab Hoolian, berpegang teguh pada fakta.
"Aku jarang menonton film."
"Masih ada yang belum kau ceritakan padaku." Zana
mengarahkan garpunya. "Aku merasakannya dalam zemer- ku."
Hoolian menaruh satu tangan di atas tangan yang lain, menutupi
balutan yang mulai terasa lembab sejak ia bicara dengan Nona A.
"Ya, bagaimana denganmu?" tanyanya, berusaha membalikkan
pertanyaan. "Kau selalu menanyaiku. Mengapa kau tak punya
kekasih?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"O h, jangan mulai denganku, tolong," ujarnya. "Aku magnet
lelaki yang buruk." "Hmm, aku, bagaimana?"
"Aku tak tahu." Ia mencubit bibir bawahnya. "Itu masih harus
diperiksa." "Kau tak meninggalkan seseorang di, eh..."
"Kosovo." Zana memutar matanya.
"Ya, apa yang terjadi di sana memangnya?"
"Uh, dasar orang Amerika. Belahan dunia lain tak penting bagi
kalian kecuali sebuah pesawat menabrak salah satu gedung kalian."
"Baiklah, aku idiot. Ceritakan padaku."
"Tak seorang pun yang tak ada di sana yang dapat mengerti," ujar
Zana. Hoolian memijit parut di bawah janggutnya, memikirkan hal yang
sama saat di penjara sekitar 150 ribu kali. "Coba saja."
"Kau pernah mendengar tentang 'pembersihan etnis', bukan?"
"O h, ya, tentu saja." Sekali lagi, ia menyadari dirinya tengah
berusaha berdiri di atas lumpur kebodohannya sendiri.
"Kau tak akan percaya manusia sanggup melakukan tindakan
semacam ini, kecuali dalam buku sejarah. Kami pulang ke rumah
suatu hari dan menemukan tetangga kami di dalam, mencuri
perhiasan ibu. Mereka membunuh kucing kami dan menyebarkan
darahnya di dinding untuk mengusir kami. Itu betul-betul perbuatan
binatang." "K ita semua binatang," ia berkata, menurunkan lengan yang
terbalut ke samping dengan gugup.
"Yeah, tentu. Oke. Tentu saja. Ini hanya kebodohan biasa. Tapi
berbeda antara tahu dan mengalaminya sendiri."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian suka cara gadis itu bicara padanya, mata berbinar dan
bersemangat, seakan mereka berdua adalah mahasiswa universitas
elit. "O h, aku pernah melihatnya." Ia mengangkat cangkir latte. "Dari
waktu ke waktu." "Kok bisa" Apakah kau orang Kosovo juga?"
"Bukan, tapi aku pernah....pergi-pergi." Ia menyeruput kopinya.
"Kau tahulah." Ia menyelidiki wajah pria itu dari pinggiran cangkir, memeriksa
setiap gerak, untuk melihat apakah ia melewatkan sesuatu saat
pertama kali mereka bertemu.
"Kukira orang mampu berbuat apa saja." Hoolian mengusap
mulut dengan tisu. "Pada situasi tertentu."
"Tidak, kukira tidak begitu."
"Mengapa?" tanyanya. "Kau tak berpikir seseorang yang pada
dasarnya normal dapat terpojok ke satu sudut dan melakukan sesuatu
yang pada keadaan normal tak akan mereka lakukan?"
Mata gadis itu berpindah beberapa sentimeter, seolah ia baru
menyadari sesuatu di belakangnya.
"Kadang," ia sependapat. "Tetapi ada hal- hal yang semestinya
membuat seseorang tak lagi dianggap manusia."
"Seperti apa?" Hoolian menyadari dirinya tengah sedikit menguji gadis itu,
berusaha mencari batas-batasnya. Waktu tak bertepi itu mulai
berakhir. Batas-batas tegas terbentuk.
"Para tentara yang melakukan perbuatan ini pada sepupuku,"
ujarnya. "Mereka bukan manusia."
"Mengapa, apa yang mereka lakukan?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Sesuatu pada suaranya yang kecil dan bergetar membuat
tubuhnya sedikit menegak, seperti seekor anjing yang mendengar
kata tulang. "Mereka menghentikan mobil dan membawa sepupuku, Edona, ke
dalam kandang dan dua dari mereka memerkosanya. Menampar
wajahnya dan saling bertanya satu sama lain, 'Mengapa kau
memperlakukan sundal ini begitu baik"' Lalu mereka keluar dan
menembak adik lelaki Edona di kepala, agar tak tumbuh dewasa dan
membalas dendam." "Sungguh biadab. Bajingan."
"Seseorang yang melakukan perbuatan ini benar-benar bukan
manusia," ujarnya, wajahnya memucat bahkan meski ia membuatnya
seolah hanya sedang bicara tentang seorang pemain sepak bola yang
terkena kartu merah. "Hewan bahkan tak seperti ini."
Hoolian merasa dirinya sedang mengarah pada salah satu batas-
batas itu. "Kau pernah mengalami kejadian macam itu?" tanyanya.
"Tidak, tentu tidak." Zana menggelengkan kepala terlalu kuat.
"Mereka hanya membakar rumah kami dan memaksa kami berjalan
lima hari dalam hujan ke perbatasan. Kami cukup beruntung."
"Kau sebut itu beruntung?"
"Wanita di tenda sebelah mati dan meninggalkan tiga anak,"
ujarnya. "Kami hanya kehilangan rumah. Itu tak begitu buruk. Kalau
dibandingkan." Ia tak mempercayai pendengarannya. Ia hampir bisa mengendus
hal lain yang belum gadis itu ceritakan padanya.
Itu mengambang di udara bagai ozon setelah lontaran halilintar.
"Tapi keluargamu yang lain baik-baik saja?"
"Ya. Semua masih utuh. Kenapa kau bertanya?"
"Aku tak tahu. Hanya kedengarannya suaramu berubah."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian masih menyimpan perasaan itu, naluri penjaranya. Sekali
kau disakiti, kau akan mampu melihat luka-luka orang lain. Ia mulai
membuka diri tanpa sadar. Sebuah inti telah separo terbuka, sesuatu
yang hangat dan rapuh yang dapat diremukkan lelaki itu dengan
Jejak Di Balik Kabut 3 Pendekar Hina Kelana 7 Majikan Gagak Hitam Matahari Esok Pagi 17
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Kau bilang aku mesti datang pagi-pagi, bukan?"
"Tanto majo." Angel melemparkan kunci padanya. "Kau yang
buka gerbang hari ini. Melihat cara kerjamu, mungkin tak lama lagi
toko ini akan menjadi milikmu."
Ooo)DW(ooO Hampir pukul sepuluh, Francis parkir di seberang toko swalayan
dan menaruh plat kuning polisi di dashboard. Ia memutuskan untuk
tak membuat dirinya terlalu mencolok, berpura-pura hanya ingin
mengikuti perkembangan kasus Allison. Tanpa perlu menyebut
Christine Rogers sama sekali. Ia mengunci pintu mobil dan
mematikan ponsel, tak ingin mendengar suara para bos saat ini.
Semua orang tahu bagaimana melakukan investigasi zaman
sekarang, dari patroli jalan raya rendahan sampai asisten khusus
walikota yang bertugas mengoordinasikan kegiatan.
Ia menyeberang jalan, menoleh ke kanan dan kiri dengan hati-
hati, menyadari kini ia butuh waktu sedikit lebih lama untuk melihat
mobil yang datang dari samping.
Ooo)DW(ooO Hentak atau sayat. Angel tak menyebutkan dengan jelas, yang
penting kardusnya rata. Kotak-kotak yang tebal dan di lem rapat
harus dipotong sisi-sisinya. Tapi yang lebih tipis cukup dihentak-
hentak dengan kaki yang juga berguna untuk melampiaskan
kekesalan. Hoolian selalu senang bekerja di basement, karena dekat
ke mesin pemanas gedung, ia seperti insinyur rahasia yang
memastikan semua sistem berjalan lancar. Ia ingat masa-masa
bermain petak umpet di sekitar gudang dan ruang pemanas bersama
Nestor. Mereka berdua saling mengejar di sekitar lorong sempit yang
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
suram, tong-tong sampah, dan bak-bak cuci kotor di lubang kelinci
mereka saat si portir tua sedang tak bekerja di ruang pembakaran
sampah atau mengerjakan sesuatu di lift servis.
Hoolian selesai meratakan kardus dan memasukkannya satu
persatu ke dalam mesin kempa, menikmati kerja fisik murni yang tak
memerlukan otak selama beberapa menit. Ia menarik tuas dan besi
lebar rata dengan dudukan rendah di piston, mengempa kardus
dengan rentetan bunyi 'pop' yang menyenangkan. Yang tersisa
tinggal gundukan cokelat padat, seperti anak kecil yang memadatkan
adonan roti menjadi sebuah kubus. Ia lalu pergi ke kumparan raksasa
di sudut dan mengambil benang sepanjang satu meter untuk
mengikat gundukan itu agar lebih mudah diangkut.
Francis berdiri di pintu, menunggu matanya menyesuaikan diri.
Dinding, rak, dan lantai ruang penyimpanan dicat abu-abu, sehingga
benda-benda muncul perlahan- lahan sekali dari kegelapan, seperti
sosok-sosok dalam foto yang sedang dicuci. Di sana berdiri Hoolian,
mengguntingi benang dan mengikat gundukan kardus-kardus
kempaan. Perlahan- lahan Francis melihat gerakan otot-otot di bawah
celemek toko yang cantik saat Hoolian melemparkan lempengan-
lempengan itu ke lantai, seperti mayat- mayat dilempar ke dalam peti.
Tanpa setelan sidang melekat di tubuhnya, ia tampak lebih jelas
sebagai mantan narapidana.
"Wah," kata Francis. "Rupanya ada yang rajin memakan sereal
para juara." Ooo)DW(ooO Detektif itu tampak lebih tua dan entah bagaimana lebih kecil,
berdiri di sana dengan mantel panjang kulit tiga perempat dengan
bendera Amerika di kelepaknya. Dalam ingatan Hoolian, Loughlin
selalu merupakan sosok papan menjulang yang siap tumbang di
atasnya. Kini ia hanya lelaki setengah baya yang mulai membotak
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
hingga orang bisa melihat kulit merah muda pucat keningnya dan
ujung alis yang kejam. "Apa yang terjadi pada tanganmu?"
Hoolian mundur sedikit, teringat terakhir kali ia sedekat ini
dengan Loughlin adalah saat berada di lorong penjara.
"Terhimpit pintu kereta bawah tanah."
"Benarkah" Di pintu kereta" Aku tak bisa membayangkan.
Bukankah dilapisi karet di mana- mana."
"Aku sedang menyandarkan tangan di sana saat pintunya
membuka tiba-tiba dan tanganku terjepit. Karetnya pasti sudah
usang." "Aku belum pernah mendengar hal seperti itu."
Hoolian menahan desakan untuk menyembunyikan tangannya di
balik punggung. "Apa yang kau lakukan di sini, Bung" Bagaimana
kau menemukanku?" "Kau keluar dengan jaminan, bukan" Pengacaramu harus selalu
menginformasikan keberadaanmu setiap saat, kalau-kalau kau tak
datang pada tanggal persidangan."
"Omong kosong."
Loughlin terus melihat balutan itu, seolah ia bisa melihat darah
merembes dari kain itu. "Pasti sakit sekali. Ke mana kau pergi
berobat?" "Ruang gawat darurat, St. Vincent's. Memangnya kenapa?"
"Kukira kau mungkin mampir ke RS Mount Sinai atau
Metropolitan. Lebih dekat, bukan?"
"Aku pergi dengan kereta." Hoolian melenturkan jari-jarinya,
berusaha terlihat acuh tak acuh. "Dengar, kurasa kau tak semestinya
berada di sini. Kalau kau punya sesuatu untuk dikatakan padaku,
sampaikan saja lewat pengacaraku. Kalau tidak, itu artinya ex parte."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ex parte?" Loughlin menjulurkan lidah, berpura-pura terkesan.
"Kau pasti benar-benar menghabiskan waktu di perpustakaan hukum
saat berada di penjara."
"Tidak sepatutnya kau bicara padaku di luar pengadilan."
"Oh, aku mengerti. Tetapi investigasi ini masih berjalan. Jadi aku
masih punya hak." "Yeah. Jadi, apa maumu?" Hoolian melemaskan bahu kembali dan
menggosok-gosok tangannya. "Kau ingin menyelesaikan urusan kita
yang belum selesai dulu itu?"
"Ah, aku bersedia melupakan hal itu." Loughlin merogoh saku
jaket dan mengeluarkan kapas dalam bungkus plastik bersih. "K ita
tak bisa terus-terusan menjilati luka lama."
"Itu apa?" "Ini batang seka untuk DN A."
"Bung, keluarlah dari sini dengan benda brengsek itu." Hoolian
mengibaskan udara d i antara mereka. "Kau bisa menghubungi kantor
pengacaraku dan kita bisa membuat perjanjian di laboratorium untuk
memberimu sampel." Loughlin mengangkat bahu. "Dengar, aku tak tahu bagaimana
mereka mengurus spesimen di sana. Orang mencoba segala sesuatu.
Aku pernah melihat orang melekatkan kantung di bawah penis
mereka hingga mereka bisa menaruh kencing orang lain dalam uji
penyalahgunaan obat. Tapi jika dalam pengawasanku, aku akan
memastikan semua dilakukan menurut aturan."
"Ya, aku tak akan melakukan apapun hingga aku menghubungi
pengacara." "Hey, Bung, kupikir kau menginginkan hal ini. Apa yang kau
takutkan?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tak takut apapun. Aku hanya tak percaya padamu. Kau,
bajingan yang menjebakku sejak awal. Kenapa mereka tak mengirim
detektif lain saja?"
Ia pergi menuju ruang sebelah yang gelap untuk mengambil
kardus-kardus lagi dan menyadari Loughlin tersandung saat
mengikutinya. "Ini masih kasusku," ujar Loughlin.
"Mereka pasti tak memberimu pekerjaan lain, sepanjang waktu
hanya kau habiskan untuk menyusahkanku."
Anehnya, Loughlin tampak teralihkan sesaat, seolah ia mencuri
dengar percakapan di ruang sebelah.
"Biar kutanyakan satu hal padamu, Hoolian."
"Namaku Julian. Panggil dengan benar."
"Oke, Joo-lian." Bibirnya ia buat melingkar mengejek. "Hakim
mengabulkan mosi empat-empat puluh yang kau ajukan karena
pengacaramu diduga tak pernah memberitahumu bahwa kau punya
hak untuk membela diri."
"Ya. Aku dulu masih ingusan. Bagaimana aku tahu?"
"Aku hanya ingin tahu. Apa yang akan kau katakan seandainya
kau bisa bersaksi?" Hoolian menaruh sebuah kardus di lantai dan mengempa, tahu
mestinya ia tak boleh membiarkan polisi ini membuatnya naik darah.
"Aku tak akan membicarakan hal itu denganmu. Untuk itulah aku
menyewa pengacara." "Ayolah, amigo. Sekarang hanya kau dan aku, tidak direkam."
Loughlin hampir terjerembab kantung daur ulang yang penuh
botol air kemasan kosong. Hoolian bertanya-tanya apakah polisi ini
baru saja minum- minum. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Persetan kau. Aku bukan anak kecil lagi." Hoolian mengempa
kardus lain, urat kepalanya mulai memerah. "Kau tak bisa
mempermainkan aku lagi kali ini."
"Siapa mempermainkan siapa" Aku bicara tentang kesaksian
publik tersumpah yang mungkin kau katakan. Jika kau ingin
mengucapkannya di persidangan, mengapa harus main rahasia?"
"Kau ingin tahu apa yang akan kukatakan?"
Ia mendengar bunyi peluit di telinganya saat menengok ke bawah
dan melihat kardus yang tak rubuh dengan benar.
"Ya." "Kau benar-benar ingin tahu?" ia mengambil pisaunya dan mulai
menyobek di kedua sisi kardus. "Aku tak sabar lagi."
"Aku akan mengatakan pada semua orang betapa buruk kau telah
menipuku, Keparat." Ooo)DW(ooO Ruang ini bahkan lebih suram lagi. Francis berusaha tetap terbiasa
dan waspada pada perubahan suara Hoolian yang berpindah-pindah
di mangan itu, yang datang padanya dari berbagai sudut.
"Kau masih memakai cerita itu?" ia menggoyang-goyangkan alis
dengan riang. "K ita berdua tahu apa yang kau lakukan."
Francis melihat kilatan perak dalam gelap dan menyadari Hoolian
tengah memegang sebuah pisau.
"Memangnya aku menaruh sidik jarimu di senjata pembunuh?"
ujarnya dingin. "Apakah aku memukulimu agar mengaku bahwa kau
memakai kuncimu untuk masuk dan keluar dari apartemennya saat
gadis itu tak ada?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Kau menyekapku di kotak itu sepanjang hari dan menghalangi
ayahku menemuiku. Aku meminta pengacara."
"Jadi, itu yang akan menjadi kesaksianmu" Bahwa aku
menjebakmu?" Francis tersenyum seolah-olah seekor anjing baru
menjilati wajahnya. "Menurutmu siapa yang lebih kredibel di mata
para juri Manhattan" Aku yang telah bertugas selama lebih dari dua
puluh lima tahun di kepolisian dengan setengah lusin penghargaan,
atau kau yang dikurung dua puluh tahun di penjara?"
"Kenapa kau tersenyum, Bangsat" Kau pikir itu lucu?" Logam
berkilauan kurang dari setengah meter dari mata Francis.
"Aku sungguh berpikir kau mungkin ingin lebih berhati- hati
dengan pisau itu," katanya, berusaha mengikuti gerakannya lewat
cahaya kelabu. "Hah?" Hoolian memegang pisau di depan wajahnya. "O h, kau
takut pada benda ini" Kau menyebutnya senjata mematikan?"
"Tidak seperti loofah bagiku."
"Loo...apa?" Hoolian tampak bingung. "Jadi, apa, kau akan
menembakku karena aku sedang memotong- motong kardus?"
Francis berusaha menaksir jarak di antara mereka. "Kau tak ingin
terlihat tengah mengancam polisi."
"O h, yeah, seakan-akan aku sedang mengancammu." K ilauan
pisau itu membutakan Francis untuk sesaat.
Disentaknya sisi jaketnya agar ia dapat meraih pistol dengan
mudah. "Kau membuatku sedikit gelisah, Hoolian. Jangan melantur.
Aku dengar tentang kelakuanmu di Attica."
"Yeah, apa yang kau tahu tentang itu, Brengsek?" Hoolian
menyayat cepat dalam kegelapan.
"Aku tahu Fat Raymond kehilangan ginjalnya gara-gara pisau
yang kau tancapkan padanya," kata Francis, menolak terintimidasi.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Karena hijo de gran puta itu tak mau menghentikan pacarnya
yang meniupkan asap rokok ke wajah ayahku di ruang kunjungan.
Dan gara-gara itu ayahku harus diberi satu tangki oksigen untuk
emfisemanya." "Berapa lama mereka menyekapmu di ruang isolasi?"
"Sebulan. Aku melewatkan pemakaman ayahku."
"Hoolian yang malang. Selalu menjadi korban."
"Ia meninggal sendirian, Bung. Aku tak pernah berkesempatan
mengucapkan selamat tinggal padanya."
"Dan seharusnya itu menjadi kesalahan siapa?"
"Sejauh peduliku, itu kesalahanmu." Pisau itu bergetar di tangan
Hoolian. "Perlakukan seseorang seperti binatang cukup lama, dan ia
akan menjadi binatang sungguhan."
"K ubilang turunkan pisau itu, Hoolian. Aku mengawasimu."
Ooo)DW(ooO "Aku juga mengawasimu." Hoolian memaksa dirinya menutup
pisau sebelum ia melakukan sesuatu yang bodoh. "Oh ya, mengapa
begitu?" "Aku juga mengerjakan pekerjaan rumahku." Hoolian menusukkan jarinya, bunyi peluit itu masih berdenging di telinga.
"Aku tahu segalanya tentangmu."
"Masak?" Loughlin menyeringai lagi, memprovokasi.
"Aku tahu kau pernah dihukum atas tuduhan indisipliner pada
1981." "Maaf?" "Tercantum dalam berkas kasusmu, Bajingan."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Apa yang kau bicarakan?" Loughlin mengedip. "Berkas kasus.
Mereka tak hanya menaruh berkasku di sana, tapi kasusmu juga."
"Oooh." "Itu benar. Kalau tidak bagaimana aku bisa tahu?" Suara di kepala
Hoolian memperingatkannya agar ia berhenti, bahwa ia tak
membantu dirinya sendiri, namun suara itu ia abaikan. "Pengacaraku
membalasmu untuk melihat apa lagi yang bisa kami peroleh. Ia
beranggapan kau dijatuhi hukuman karena berbohong."
"Terserah." Loughlin mengangkat bahu. "Bukan aku masalahnya
di sini." Tapi Hoolian bertekad menyerangnya. Ia pernah menghabiskan
The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
waktunya di kampus kengerian - penjara Elmira, Auburn, Attica,
Clinton - dan telah belajar pada para dedengkot. Ia telah
mempelajari bahasa dan kebiasaan, lambang dan tanda-tanda. Ia b isa
mengetahui perbedaan di antara salakan dan geram berbahaya, dan
kini ia tahu bahwa ia telah membuat lelaki ini ketakutan.
"Dan pengacaraku itu akan tahu bahwa kau muncul di sini dengan
kapas seka itu," katanya, bunyi siulan di telinganya mulai
mengaburkan suara peringatan yang tenang itu. "Itu keliru, Bung. Itu
artinya pelecehan, murni dan sederhana."
"Begitu menurutmu?" tanya Loughlin. "Ak u hanya melihat semua
ini sebagai seorang polisi yang melakukan tugas. Kalau kau tak ingin
memberiku sampel DNA dan membersihkan namamu, terserah.
Kami akan terus menyeretmu ke pengadilan."
"Kau ingin DNA-ku?"
"Untuk itulah aku datang."
Hanya melihat lelaki itu di sana, masih berusaha menggertak dan
berpura-pura tak merasa ngeri, membuat empedu mengumpul di
belakang mulut Hoolian. "Kau benar-benar hanya menginginkan sampel?" tanyanya,
merasa dirinya hampir meledak.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Persis." Loughlin memutar-mutar kapas seka itu. "Kapan pun
kau siap." "Ya, baik kalau begitu...."
Jangan lakukan itu, Bung. Kau hanya melukai dirimu sendiri.
Hoolian mengabaikan suara-suara itu, mengisap ludah, dan
menyemburkan gumpalan ludah terkental dan terasam yang bisa ia
kumpulkan tepat ke tengah-tengah wajah si detektif.
"Tuh...Cukup untuk kau kerjakan?"
Ooo)DW(ooO "Sekarang aku ingat kenapa kami dulu memanggilmu Brengsek
A." Francis menyeberangi jalan menuju mobilnya, masih menyeka
wajahnya dengan sapu tangan dan bicara di ponsel.
"Dan kabarmu sendiri bagaimana, Francis?" suara Debbie A.
sayup di saluran telepon. "Aku terkejut mendengar suaramu. Di luar
persidangan." "K lienmu bilang kau membongkar-bongkar berkasku. Apa-apaan
itu?" "Tolong bicara jelas, Francis. Aku sedang ada klien di sini."
"Acara dengar pendapat brengsek di departemenku tahun 1981."
Ia berteriak agar terdengar di antara kebisingan lalu lintas. "Benar-
benar omong kosong, Deb. Hilang semua rasa hormatku padamu."
"Jangan salahkan aku. Surat itu terdapat dalam berkas kasus di
kantor Jaksa Wilayah. Tentu saja, sobatmu Paul Raedo pasti
menaruhnya di situ."
"Untuk apa dia melakukan hal seperti itu?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Mungkin ia mengira pengacara Julian akan tahu tentang hal itu.
Ia mungkin berpikir ia harus membawanya ke hadapan hakim
sebelum sidang dan berusaha menyingkirkan masalah itu sebagai
bahasan." "Tak mungkin," Francis bersikeras. "Kau punya orang dalam
yang membantumu dengan imbalan."
"Kalau kau ingin mengelabui dirimu sendiri, Francis, silakan,"
ujar Debbie, suaranya naik meski sinyal telepon melemah. "Tapi
katakan sesuatu padaku. Apa yang kau lakukan pada klienku" Aku
tak ingin kau berada dekat-dekat dia - "
Francis menekan tombol off tepat saat sebuah minivan muncul
dari bintik butanya, klakson mendecit, kisi-kisi logam depannya
yang berkilauan melaju melewatinya.
Ooo)DW(ooO Di akhir shift, Angel memanggil Hoolian ke kantornya dan
mengangkat kartu yang ditinggalkan Loughlin, kata-kata "Unit
Pembunuhan Manhattan Utara" tercetak dalam tinta tebal hitam
dengan latar berwarna cangkang telur.
"Que hubo" Bisa kaujelaskan padaku?"
Hoolian merasa mulutnya mengering, seolah ia menghabiskan
semua ludahnya untuk si detektif. "Lo siento, Bung. Aku minta maaf.
Kukira kau sudah tahu."
"Bagaimana aku akan tahu jika kau tak menceritakannya?"
"Ada di surat kabar sebelum kau mempekerjakanku," ujar
Hoolian lemah, tahu ia hanya membuat keadaan semakin buruk.
"Dan itu membenarkanmu untuk berbohong" Karena kau tahu
yang kubaca hanya bagian olahraga dan bisnis?" Angel memukul
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
meja dengan surat kabar Post berusia tiga minggu yang tentunya
juga ditinggalkan Loughlin. "Aku benci omong kosong tabloid ini."
"Kau bertanya apakah aku 'dihukum.' Kujawab tidak. Tidak lagi."
"Pembelaanmu lemah, companero. Kau tahu itu masih
berlangsung. Pertanyaan itu berbunyi 'apakah kau pernah dihukum"'"
Hoolian menundukkan kepala, malu, menyadari, tentu saja,
bahwa suara Papi yang ia abaikan tepat sebelum meludahi wajah
Loughlin. "Aku berniat memberitahumu tentang hal ini. Aku hanya terlebih
dulu ingin menunjukkan padamu bahwa aku bisa mengerjakan
tugasku..." "Kau membuat tanganku terikat, hermanol Aku memberimu
kesempatan bekerja. Dan begini caramu berterima kasih" Polisi itu
baru saja bilang ia bermaksud meminta perintah pengadilan untuk
meminta kartu absenmu dan tanda terima gedung-gedung tempat kau
melakukan pengiriman barang. Bisa kau jelaskan padaku?"
"Sama sekali tidak." Hoolian berusaha menelan ludah.
"Mierda." Angel mengusap mata dengan telapak tangannya. "Kau
tahu apa yang akan dikatakan perusahaan jika mereka tahu hal ini?"
Hoolian menatap layar komputer di belakang bahu Angel. Screen
saver-nya memperlihatkan dinding bata merah yang kian mendekat
dan mendekat, seakan yang melihatnya berada di dalam mobil yang
akan menabraknya. "Aku tahu aku berbuat kesalahan. Tolong biarkan aku
memperbaikinya." "Bagaimana?" tanya Angel. "Apa yang akan kau berikan padaku"
Kata-katamu?" Hoolian menatap screen saver yang menabrak dinding yang sama
terus-menerus. Berapa kali" Kapan ia akan berhenti menabrak
dinding yang sama itu"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Begini. Aku membayarmu hingga akhir minggu." Angel menarik
laci meja paling atas dan mengeluarkan cek untuknya. "Tak usah
khawatir dengan hari Jumat dan Sabtu yang kau lewatkan. Aku dapat
menemukan penggantimu untuk hari- hari itu."
Hoolian menatap cek itu dengan muram, melihat bahwa Angel
menambahkan seratus dolar ekstra di luar bayaran dua hari itu.
"Aku merasa tak enak, Bung," ujarnya. "Ini semua kekeliruan
besar. Tidak seperti yang kau kira."
Screen saver itu kembali menabrak dinding dan jaring-jaring
virtual kaca pecah menyebar di monitor.
"Claro gue si," kata Angel. "Sekarang jelaskan padaku."
BAGI AN IV AKU MENDENGAR IA MEMANGGIL NAMAKU
24 TIGA HARI setelah menyeka semburan DNA Julian di wajahnya,
Francis kembali ke Bellevue, tempat yang selalu membuatnya
gentar, tak hanya karena Allison Wallis pernah bekerja di ruang
gawat darurat di sana, tapi karena ia sendiri pernah berada di sana
sebagai pasien. Sekali saat sebutir peluru menyerempet samping
kepalanya di satu razia narkotika - Patti muncul dengan wajah pucat,
tiga bulan setelah bulan madu mereka. Lalu, dua belas tahun
kemudian, ketika pneumonia memaksanya berada di sana dengan
tabung oksigen, dan Francis Jr. di ambang pintu memohon, "Tolong
jangan mati, Ayah." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Kini ia punya urusan di lantai sembilan, tempat kantor forensik
memiliki laboratorium untuk memproses bukti TKP dari perkosaan
dan pembunuhan. Pintu lift terbuka dan David Abramowitz
melangkah masuk menyalaminya. "Hey, Francis, ada kabar baik
apa?" "Dokter Dave, kau kini sering berolahraga, ya?" Francis menekan
otot bisep dokter forensik itu dari jas laboratoriumnya dan terkejut
meraba otot yang seukuran bola softball di balik lengan baju.
"Aku bertambah sering pergi ke gym. Dan kawanmu Paul
mengajakku main paintball beberapa kali musim panas ini."
Betapa banyak yang berubah. Saat pertama kali bertemu
Abramowitz beberapa tahun lalu dalam tiga kasus pembunuhan di
Inwood, ia menganggap lelaki itu tipikal tikus laboratorium: mata
seperti serangga, tangan panjang, tenggorokan kurus, bungkus otak
yang tampak bengkak di bawah rambut hitam keriting yang
menerbitkan rasa kasihan. Tapi sejak peristiwa 9/11 dan musibah
maskapai Queens beberapa bulan setelahnya - ketika kantor
forensik telah maju dan mengembangkan teknik revolusioner untuk
memproses lebih dari tiga ribu jenazah sekaligus - ilmu pengetahuan
kian menarik. Dr. Dave, Ph.D., menjadi Orang Hebat. Ia menjalani
operasi LASIK dan membuang kacamata bingkai kunonya; ia
melatih bahu hingga seperti kuda dan leher sebesar paha; ia
memelihara janggut kecil trendi yang entah bagaimana cocok
untuknya; ia belajar cara berjalan yang anggun dan mengemukakan
pendapat ketika diminta dalam sebuah kasus. Aku tak peduli jika
wanita itu berkata ia hanya berhubungan intim dengan satu pria
malam itu, Detektif. Ia berbohong....
"Dengar, aku ingin kau bersiap-siap untuk sesuatu." Ia
merendahkan suaranya menjadi gumaman macho sambil memandu
Francis menuju laboratorium. "Hasil yang kami dapat tak seperti
yang kau harapkan." "Apa maksudmu?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Dr. Dave menaruh jari di bibir, memperingatkannya, saat mereka
melewati teknisi muda berpenampilan modern di bawah kap bahan
berbahaya, putaran alat sentrifugal, dan alat pipet seukuran obeng
besar. Jadi seperti inilah pekerjaan laboratorium masa kini. Bahkan
mesinnya pun tampak siap berdansa rock 'n roll, berputar dan
bergoyang saat ia melewatinya. Sampel-sampel DNA bersinar dalam
warna merah, biru, dan kuning pada lapisan gel hitam, bagaikan
karya seni modern yang menyolok mata. Setiap permukaan
memancarkan cahaya, mengingatkan Francis pada betapa kuno dan
muramnya kebanyakan wilayah jika dibandingkan di sini.
Ia mengikuti Dr. Dave ke dalam kantornya dan menutup pintu,
sedikit terganggu oleh perabot kayu pirang dan foto-foto petugas
pemadam kebakaran di dinding dengan tangan merangkul Dave,
berterima kasih atas pekerjaannya yang memuaskan dalam menolong
mengistirahatkan jenazah saudara-saudara mereka.
"Sesuatu yang sangat aneh telah terjadi." Dave duduk di belakang
meja. "Dan kita harus membicarakannya."
"Silakan." "Aku ingin menjelaskan rangkaian peristiwa yang terjadi di sini."
Dave mengambil setumpuk kertas. "Agar tak ada kesalahpahaman."
Francis merasa mabuk, seakan-akan baru mendengar pilot
pesawat mengumumkan peringatan PAKAI SABUK PENGAMAN ANDA
telah dinyalakan. "Ya?" "Senin pagi, kami mengambil sampel otopsi dari korban terbaru
bernama Christine Rogers, termasuk sekaan dari bawah kuku dan
serat rambut yang ia cengkeram di tangannya."
"Benar." "Besoknya, kau menyerahkan sampel air ludah untuk dianalisis
milik Julian Vega dan memintaku membandingkannya. Aku punya
fotokopinya di sini."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ya, aku ingat." Dengan gelisah, Francis duduk dan mengambil
fotokopi yang disodorkan Dave. "Kau mau menjebakku atau apa?"
"Aku hanya berusaha memperjelas rantai bukti yang ada, karena
itu sangat penting dalam kasus ini." Dave mengguncang- guncang
kertasnya, menghindari pelototan Francis. "Dua hari kemudian,
Detektif Ali dari Seksi 19 datang membawa goresan kuku dan
carikan sarung bantal berdarah yang entah hilang atau keliru
disimpan di gudang barang bukti sampai ia menemukannya. Kedua
barang itu dilabeli sebagai sampel dari korban tahun 1983 bernama
Allison Wallis. Kau ingin melihat salinan voucher itu?"
"Tidak, tidak perlu," ujar Francis. "Aku tahu ia melakukan itu."
Saat itu, ia begitu gembira hingga menawarkan Rashid ke
Coogan's di Broadway dan menyebut Rashid dengan "anak hebat ini
punya sedikit titisan dariku" di depan separo skuad. Tapi Rashid
meminta maaf tak bisa menerimanya karena ia belajar untuk kuliah
malam, dan sekarang Francis bertanya-tanya apakah keadaan sudah
begitu buruk di gudang barang bukti.
"Jadi ketika kau memintaku melakukan perbandingan lagi, antara
darah yang ditemukan di bawah kuku korbanmu, Alfson Wallis,
pada tahun 1983, dan apa yang ditemukan di bawah kuku korbanmu,
Christine Rogers, pada tahun 2003. Teorimu, tentu saja, kami akan
menemukan sepasang DNA Julian Vega pada kedua wanita ini.
Karena mereka berdua sepertinya melukai si penyerang."
Francis menaruh fotokopi yang disodorkan padanya menangkup
di atas meja. "David, rasanya kau menembok dinding padaku, bata
demi bata. Katakan saja apa yang terjadi."
"Aku tahu kau senang bekerja secara metodologis dalam suatu
kasus." Dave menarik janggutnya, menolak terburu-buru. "Dan itu
yang kulakukan di sini."
"Kenapa" Akukah yang tengah didakwa di sini?"
"Tidak, tapi kau tak akan senang pada yang kukatakan ini: DNA
yang diperoleh dari bawah kuku Christine Rogers tidak cocok
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
dengan DNA Julian Vega. Kenyataannya, tak ada kromosom Y sama
sekali." "Sialan." Kekecewaan yang ia rasakan bagaikan kram nyeri di bawah iga.
Segera saja ia merasa pikirannya meraba-raba mencari penjelasan.
Hoolian jauh lebih berhati-hati kali ini. Ia punya dua puluh tahun
untuk mengevaluasi kesalahan. Mungkin ia memakai sarung tangan
dan kondom pada Minggu malam. Mungkin ia menghapus sidik jari
dari tempat itu dan membuang apapun yang mungkin terkena
ludahnya. "Tetapi pasti kau menemukan pasangan DNA Julian di bawah
kuku Allison dari tahun 1983," katanya berharap.
"Tidak." "Apa?" pandangannya mendadak menyempit dan darah
menyembur naik ke kepalanya. "Kami telah membuktikan bahwa
golongan darahnya yang ditemukan di kukunya. Dan, ia memiliki
luka parut di wajahnya."
"Penggolongan ABO sekarang sudah dianggap ketinggalan
zaman," jelas Dave. "Lebih dari sepertiga orang memiliki golongan
darah O, dan itulah yang mereka temukan. Mereka dengan mudah
The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dapat mencocokkan kau atau aku pada TKP asli. Dengan DNA,
peluang untuk menemukan donor lain dengan profil yang cocok
adalah satu berbanding satu triliun, kecuali ada kembar identik."
Francis mendadak merasa jatuh dari ketinggian.
"Jadi darah siapa yang ada di bawah kuku Allison?" tanyanya
setenang mungkin. "Ya, itu pertanyaan sangat bagus," ujar Dave, mengangguk.
"Karena sekali lagi, kuteliti dan tak ada kromosom Y yang terlibat."
"Kau bercanda. Itu bahkan bukan darah seorang pria?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Nah, sekarang kita memasuki hal paling aneh." Dave mengaduk-
aduk kertas-kertasnya. "Aku tadi menyebut kawanmu, Detektif Ali,
yang juga membawa bagian sarung bantal yang dilabeli memiliki
darah korban." "Benar." "Kemudian untuk memastikan semua hal disimpan dengan baik
dalam sistem arsip kami, aku membandingkan sampel dari bawah
kuku Allison dengan sampel di sarung bantal, berasumsi yang satu
pasti dari si penyerang dan yang lain dari korban."
"Dan?" "Ternyata keduanya sama."
"Apa?" "Keduanya identik. Itu belum hal yang paling aneh. Sepertinya
TKP dulu cukup berantakan saat itu. Darah ada di mana- mana.
Mungkin sekali Allison menyentuh lukanya sendiri dan darah masuk
ke kutikulanya. Aku sering melihat hal itu terjadi."
"Tapi?" Francis menyadari dirinya bersiap menghadapi teka-teki ilmu
pengetahuan. "Tetapi kemudian aku menyadari ada sesuatu yang familier
mengenai elektroferogram yang kulihat."
"Elektro..." Dave menyodorkan tumpukan tiga grafik yang dijepit. Francis
membalik halaman, melihat puncak-puncak grafik mencuat di sana-
sini seperti stalagmit. "Dok, aku sama sekali tak mengerti apa yang tengah kulihat ini,"
akunya, menatap serangkaian kotak-kotak kecil di bawah tiap
puncak dengan angka-angka di dalamnya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"O h, dasar penguasa ilmu pengetahuan umum." Dave tersenyum
singkat sambil menggapai menyeberangi meja dengan pulpen.
"Oke, nilai biologiku C di Regis. Kuakui."
Tapi aku ingin sekali melihatmu berkeliaran di West Harlem
pukul empat pagi, mencari-cari bajingan psikopat yang baru
menggorok istrinya dan menembak tiga polisi, pikir Francis.
"Ini adalah laporan yang mengubah DNA menjadi angka-angka
dalam grafik. Dalam mencari suatu profil, kami mencari variasi di
tiga belas lokasi berbeda pada dua belas kromosom berbeda. Pada
dasarnya, seseorang mendapatkan seperangkat gen dari ibu dan
seperangkat dari ayah. Angka-angka yang kau lihat pada grafik
menunjukkan berapa kali segmen DNA yang diulang pada lokasi
yang sama. Dan semua Variasi kecil itu membantu menghitung
kenyataan bahwa aku tidak duduk di sini untuk membicarakan
salinan karbon ayahmu."
Mereka bilang itu evolusi" Francis bertanya-tanya angka mana
pada grafik itu yang membuatnya buta.
"Kemudian kami mencari sesuatu yang disebut lokus amelogenin,
yang memberi tahu kita tentang perbedaan gender." Dave membuat
lingkaran pada sebuah grafik dengan pulpen. "Ketika kau melihat
sebuah puncak tanggal seperti ini, itu artinya ia seorang wanita." Ia
membuat lingkaran kedua pada grafik lain. "Jika kau melihat dua
puncak, itu artinya ia seorang pria."
"Oke." Francis mulai membolak-balik ketiga halaman itu. Halaman
pertama, dinamai jelas "Christine Rogers, 2003," tampak sebuah
grafik dengan puncak tunggal di dekat bagian atas kertas dan angka
103.01 di bawahnya. Ia membalik halaman berikut, bertanda
"Allison Wallis, 1983," dan melihat grafik dengan puncak yang
identik dan angka 103.01 yang sama di bawahnya. Halaman ketiga
tepat sama dengan yang sebelumnya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tak mengerti," ujarnya. "Aku tak melihat perbedaan apapun
di antara semuanya."
"Tepat sekali."
Dave kembali bersandar, merasa puas pekerjaannya telah selesai.
"Kau menunjukkan padaku bahwa kedua korban yang terpisah
jarak dua puluh tahun ini memiliki DNA wanita yang sama di bawah
kukunya?" "Dan juga cocok dengan DN A pada darah yang ditemukan di
sarung bantal Allison."
Francis menatap grafik terakhir, puncak stalagmit itu berubah
menjadi tonjolan panjang bergerigi yang menekan puncak kepalanya.
"Kau ngawur." "Aku tidak ngawur." Dave memajukan badannya. "Kami bekerja
dengan hati-hati di sini. Ini salah satu kantor paling maju di dunia.
Aku sendiri yang mengecek sampel-sampel ini saat kau
membawanya. Yang dari Christine Rogers hampir masih basah saat
disentuh. Dua dari tahun 1983 kering dan pecah-pecah. Tak ada
kesalahan di sini. Bukti tak pernah berbohong."
"Jadi kau sungguh-sungguh mengatakan bahwa kau menemukan
darah Allison Wallis di bawah kuku Christine Rogers?" Francis
menoleh ke kiri dan ke kanan, seolah-olah ada orang lain berdiri di
dekatnya yang dapat menjelaskan semua itu pada mereka berdua.
"Aku bisa bilang apa?" Dave mengangkat telapak tangannya ke
atas, Francis menyadari betapa halus dan putih tangan itu berkat
terbungkus sarung tangan sepanjang hari. "Kau memintaku mencari
kecocokan dan kau mendapatkannya. Ternyata ia wanita. Selain itu,
aku tak tahu...." "Tapi mengapa kau tak bisa memastikan jika ini darah Allison
Wallis atau bukan" Mestinya itu mudah sekali."
"Memang, jika Detektif Ali- mu membawakan sampel yang lebih
banyak untuk kukerjakan." David mengangkat bahu. "Tapi yang ia
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
miliki hanya garukan kuku itu dan sarung bantal bertuliskan
namanya dari tahun 1983. Ia tak bisa menemukan pembalut berdarah
itu, yang mestinya terdapat dalam berkas kasus asli, karena itu aku
tak punya apa-apa lagi untuk dibandingkan."
Aliran deras adrenalin membuat pandangan Francis menyempit
beberapa tingkat. Bertambah buruk saja di sini. Ia membayangkan
batang katun kecil berdarah itu yang berdesakan bersama barang-
barang milik mayat lain dalam sebuah tong di rak tinggi, cairan
menetes keluar dalam udara panas dan saling mencemari.
"Brengsek." Ia memutar leher. "Bagaimana dengan rambut yang
kami temukan di tangannya?"
"Tak ada akarnya. Jadi kami tak bisa memperoleh DNA inti dari
sana, dan tak cukup panjang untuk melakukan uji mitokondria. Kami
harus memakai uji pembiakan. Artinya kami memerlukan izin dari
jaksa dan pengacara, atau tak akan ada bukti lagi yang tersisa."
"Keparat." Belut-belut bergejolak dalam perutnya. Ia pernah menyaksikan
hal- hal aneh dalam dua puluh lima tahun pekerjaannya sebagai
polisi. Ia pernah melihat bandit seberat 160 kilogram mengeluarkan
potongan daging babi dari sakunya di tengah-tengah persidangan; ia
pernah melihat seekor Chihuahua digantung pada tiang tirai shower
di kamar mandi rumah kumuh seolah-olah bunuh diri; ia pernah
melihat seorang pecandu menyayat muka sendiri dan menyodorkannya pada anjing German Sheperd-nya; ia pernah
melihat seorang lelaki jatuh dari lantai dua puluh lima dan mendarat
di punggung sebuah mobil, dan entah bagaimana langit- langit
mulutnya berada di bawah pantatnya. Tapi ia tak pernah menemukan
pembunuh yang menyimpan DNA korban selama dipenjara agar ia
bisa meninggalkannya di tempat kejahatan berikutnya.
Tapi apa lagi pilihan lainnya" Belut-belut itu hancur dan puncak-
puncak bergerigi di kepalanya makin menajam. Bahwa Allison
Wallis masih hidup, sebagaimana anggapan ibunya, dan berkeliaran
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
membunuhi gadis lain" Bahwa ia mempunyai kembar identik yang
tak pernah disebutkan siapa pun" Setiap skenario semakin
menggelikan, tetapi benang merah dari semuanya adalah bahwa
Francis menjebloskan orang tak berdosa ke dalam penjara selama
dua puluh tahun. Tetapi itu tak mungkin. Itu seperti benua Antartika, dunia putih,
sebuah tempat yang tak mungkin orang dapat kembali. Itu seperti
matahari menyurut dan lautan membeku. Ia membayangkan dirinya
berdiri di tepi ngarai, retakan celah es menderu di kaki. Keping-
keping es berputar menuruni ruang kosong tak bertepi. Tak ada tali
yang bisa menjangkau. Dinding akan menutup dan memerangkap
selamanya. "Jadi apa yang kita lakukan sekarang?" ujarnya.
"Kita?" Janggut trendi itu menukik turun.
"Ya, 'kita'. Kau harus bersaksi tentang apa yang terjadi dalam
kasus ini juga." "Ya..." Dave memutar-mutar pulpen dengan jari. "Tentu saja, kau
mungkin mesti mulai mencari tersangka wanita..."
"Aku masih tak percaya," kata Francis. "Pasti ada kesalahan."
"Kalau begitu, hal lain yang bisa kita lakukan, jika kau sangat
yakin telah terjadi kekeliruan, adalah mengeliminasi Allison Wallis
sebagai korban di tahun 1983 yang darahnya kita temukan di bawah
kuku Christine Rogers."
"Dan bagaimana kita melakukan hal itu?"
"Kecuali akan menggali kuburnya kembali, kusarankan kau
mencari DNA dari anggota keluarganya sebagai perbandingan. Ada
yang masih hidup?" "Seorang ibu dan kakak lelaki," kata Francis.
Ia ingat acara dengar pendapat pada 1984 ketika seorang ayah
terjatuh akibat sakit jantung di usia lima puluh tujuh, yang masih
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
mencoba bermain sepakbola bersama putrinya yang berusia sebelas
tahun dari pernikahan kedua. Satu lagi pria paruh baya di Paris
ditemani wanita muda dan minuman.
"Milik ibu akan lebih baik." Dave membuat lingkaran di
grafiknya. "Dengan itu kau bisa melihat angka pada profil genetik
yang datang langsung dari sang ibu."
"Aku takut kau akan berkata begitu."
"Mengapa, ada masalah?"
"Ibunya sedikit kurang stabil bila menyangkut hal- hal yang
berkaitan dengan realitas," kata Francis. "Ia mengira Allison masih
hidup." "Itu menarik. Apakah ada kemungkinan itu?"
"Ya Tuhan, Dave, aku melihat jenazahnya langsung."
Ia memijit mata, menyadari betapa lembut dan peka matanya
mpada sentuhan. "Aku tak yakin bagaimana aku akan memperoleh
sampel darinya." "Lebih baik lakukan segera," Dave memperingatkannya. "Aku
mendapat telepon dari Deb A. pagi ini menanyakan hasil tes DNA
kliennya. Aku memintanya menunggu, tapi kau tahu hasil ini mau
tak mau akan muncul dalam berkas kasus."
"Ya, aku tahu."
Francis berpikir, bertanya-tanya bagaimana ia akan memulai
penjelasannya. Tentu, ini biasa terjadi. Kita sela meminta keluarga
korban untuk memberi sampel dua puluh tahun setelah kasusnya
ditutup. Tak ada yang perlu dikhawatirkan.
"Aku hanya bertanya pada diriku sendiri." Ia menutup mata dan
melihat bayangan benda-benda. "Apa yang akan terjadi jika ternyata
memang DNA Allison yang ada di bawah kuku Christine Rogers?"
"Maka mungkin kita harus melupakan analisis genetik," ujar
Dave. "Dan menggantungkan harapan pada papan O uija."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
25 MENGGAMBAR DIRINYA. Gadis di kereta itu tengah menggambar
dirinya. Hoolian merasa sesuatu menarik perhatiannya saat kereta 1:56
melaju dari Syosset, Minggu pagi itu, tepat setelah ia menyelesaikan
kerja malam pertamanya mencuci piring di West Side Jewish Center.
Tetapi perhatiannya lalu beralih, mencari-cari potongan tiket. Sang
kondektur, seorang lelaki berseragam biru dengan perawakan seperti
tabung, gemuk dan lembab di tempat-tempat yang tak tepat,
melubangi tiketnya selagi kereta bergoyang ke depan dan menoleh
ke seberang lorong, tempat gadis itu duduk.
"Kau tak boleh menaikkan kaki seperti itu di kursi," katanya.
Tanpa mengindahkan, buku sketsa itu tetap berada di atas
lututnya yang terlipat, menghalangi pandangan Hoolian dari
wajahnya. Suara tajam corat-coret pulpen di atas kertas menegaskan
tengah berlangsungnya kesibukan artistik yang menyita perhatian.
"No na?" Kondektur itu membungkuk dengan perhatian.
Gadis itu mengabaikannya dengan mengeluarkan desis tidak
sabar. Makin banyak garis yang ia gambar, sudut bergeser, kaki kecil
berkaus kaki merah sportif itu meregang dengan tak sopan dan tetap
bertahan pada posisinya. Hanya setelah memuaskan diri selama
beberapa saat ia menyodorkan tiketnya.
"Terima kasih." Ko ndektur itu mengangguk dan meneruskan
berjalan, merasa kalah. Tetapi gadis itu telah siap menggambar kembali, bahunya
menegang oleh konsentrasi penuh, desis tertahan yang kadang-
kadang terdengar dari balik buku berujung lakan itu mengatakan
pada Hoolian bahwa satu garis melengkung panjang tengah dibuat.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian mulai kembali ke Neuromancer, setelah putus asa dengan
Les Miserables dua minggu yang lalu. Pulpen itu berhenti. Ia melirik
dan sepasang mata cokelat berkedip di atas buku sketsa itu tetapi
menghilang lagi. Seorang polisi. Mungkin ia bekerja pada kepolisian sebagai
seniman pembuat sketsa yang tengah menyamar. Membuntuti dan
berusaha menangkapnya langsung saat beraksi. Ko ndektur itu telah
pergi, topi birunya miring aneh, dan menutup pintu di belakangnya,
meninggalkan mereka berdua.
Konsentrasi perempuan itu seperti udara yang menekan. Dengan
gugup Hoolian menghadap ke depan, mendengarkan bunyi decit dan
putaran pulpennya. Ia tak semestinya ditinggalkan sendirian bersama seorang wanita.
Ia ingat dari peta yang ia pelajari bahwa jarak masih jauh dari satu
stasiun ke stasiun lain di jalur ini. Dan, pemeriksa tiket itu tak akan
The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kembali dalam waktu dekat.
Bunyi kasar roda kereta di rel kian bising. Ia mulai
mengumpulkan barang-barangnya di tas. Gadis ini masalah baginya;
ia dapat merasakan. Ia bahkan tak perlu melakukan kekeliruan kali
ini. Gadis itu cukup menunjuk dan menjerit dan mereka akan
memborgolnya di pemberhentian berikut.
Namun, kemudian buku sketsa itu miring ke belakang dan
dilihatnya gadis itu menggigiti pulpen dengan cara yang dikenalnya,
menaruh di sudut mulut seperti rokok. Pelayan dari pesta bat
mitzvah. Ia mengenalinya ketika gadis itu berdiri di ambang pintu dapur
beberapa jam tadi, mengagumi megahnya pesta. Seratus lima puluh
tamu dengan gaun malam mengelilingi meja beruap yang dipenuhi
daging dada sapi, ayam rebus, dan kentang-kentang panggang
berukuran besar. Ia beruntung berada di sana. Setelah dipecat dari
toko, Nona A. berhasil memberinya pekerjaan di perusahaan
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
katering; kawan sepupunya setuju memberikan kesempatan pada si
anak malang, asal Hoolian tetap diam-diam.
DJ pesta memutar Fiddler on the Roof bagi para kakek-nenek dan
lagu hit bagi anak-anak - "It's gettin 'hot in herrre, so toke off all
your clothes" - sementara teman-teman dari putri Rebecca Epstein
yang berusia tiga belas tahun berputar-putar seperti Lolita kecil
dengan pakaian berkelap-kelip, menggoyang- goyangkan pinggul dan
menggetar-getarkan pantat mereka dengan tak sopan seakan ada
hewan lincah terjebak di balik gaun mereka. Sebaliknya, anak-anak
lelaki bergerak-gerak seolah mereka terbuat dari suku cadang, para
Frankenstein muda yang canggung dengan jas kekecilan, hampir
terendam dalam lautan gelegak hormon.
Orang tua mereka duduk di meja pesta berlapis kain linen,
menyibukkan diri dengan minuman, lupa pada para remaja mabuk di
belakang mereka. Hoolian membuka pintu lebih lebar lagi, memperhatikan ayah si
gadis yang merayakan bat mitzvah, seorang pengembang properti,
pendek dan angkuh, dengan dada tegap dan alis menonjol yang
memperlihatkan kekuasaan nyata dari semakin mundurnya garis
rambut, memeluk kerabat, bersulang, dan menerima amplop-amplop
putih yang tampaknya berisi uang tunai dan cek untuk putrinya. Sang
ibu, wanita kecil sintal mengenakan kain merah muda menyala,
mengoleksi tas tiruan Macy's dan Gucci.
Kemudian setelah terlalu lama berpidato, mereka berdua menuju
lantai dansa, mengambil risiko kejang otot dan sendi tergelincir kala
sang DJ memutar lagu "I Want You Back." Sang ayah menyampirkan
jaket di belakang kursi, dengan amplop berisi uang di saku, hanya
sekitar lima meter dari tempat Hoolian berdiri.
Lengan jaket yang menjuntai tampak ikut berayun dengan irama
musik. Oh, baby, give me one more chance. Apakah Tuhan tengah
mencoba menyampaikan sesuatu padanya" Berkata, Dengar,
Hoolian. Jangan katakan padaku tentang sakit hatimu. Jangan
katakan padaku tentang luka yang kau derita. Aku menjagamu.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hanya yang kuat yang bertahan. Jadi ambil barang-barang mereka.
Itulah alasanku menaruh mereka di depanmu.
Tetapi kemudian wanita itu mendekat dan berdiri di samping
kursi. Gadis dengan mata besar dan rambut sehitam batu bara. Ia
melihatnya langsung, seolah-olah tahu apa yang ada dalam
pikirannya, mengambil secuil jiwanya tepat sebelum ia terburu-buru
pergi membawakan Diet Coke untuk istri rabbi.
"Bagaimana hidangan panasnya?" tanya gadis itu di balik buku
sketsanya. "Maaf?" "Kudengar Marco marah- marah tentang hidangan panas itu."
"Oh, ya." Ia mengerjap, teringat musibah sebelum makan malam itu; kepala
kru, memaki- maki di tengah dapur tentang tiga ratus piring untuk
resepsi pernikahan Ortodoks di dalam selama dua jam, dengan nama
hiasan bunga utamanya diambil dari nama-nama tempat di Gaza.
Piring-piring itu harus keluar panas!
"Jadi, apa yang kau lakukan?"
"Tidak ada cukup ruang di alat cuci piring. Jadi aku harus
melakukan sisanya dengan tangan." Ia meregangkan tangan kirinya,
menyadari balutan itu ikut basah meski ia memakai sarung tangan
karet. "Jadi aku menumpuknya di kereta baja dan membungkus
semuanya dengan kira-kira sepuluh meter plastik supaya tetap
panas." "Cerdas sekali."
Ia mengangguk. Jika dua belas tahun terkurung di dapur penjara
di antara para psikopat dan pisau tajam tak membuahkan apa-apa,
maka yang lain pun tak akan bisa.
Rem kereta berdecit letih dan kereta miring sedikit.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Zana." Ia memajukan badan menyeberang lorong untuk menjabat
tangannya, hampir keluar dari duduknya.
"Christopher," jawab Hoolian, memakai nama tengahnya.
Hoolian menjabat tangannya dengan lembut, seolah tengah
memegang burung kecil nan lemah, kemudian segera melepaskannya, tak yakin apakah waktunya tepat.
"Apa yang kau gambar?" ia berusaha melihat buku gadis itu.
"Hanya wajahmu."
"Yang benar?" Gadis itu memiliki aksen Eropa yang sulit ditebak: kadang datar
dan rendah, sehingga orang tak bisa benar-benar yakin apakah ia
tengah mempermainkanmu atau tidak.
"Tak ada yang pernah memintamu menjadi model sebelumnya?"
Ia menoleh, yakin bahwa gadis ini memang mempermainkannya.
Namun, sesaat kemudian, ia mendengar pulpennya meluncur dan
berputar, mengeluarkan bunyi tajam.
"Tegakkan terus kepalamu," kata Zana mengarahkan. "Akan lebih
baik jika kau pura-pura tak tahu apa yang sedang kuperbuat."
"Kau benar-benar sedang menggambarku?"
"Jangan berpose. Sikapmu jadi tidak wajar."
"Aku tidak berpose."
"Tidak?" Suara gadis itu kembali turun, seolah-olah ia tengah
meraba-raba di balik kemeja Hoolian dan menggelitiknya.
"Tidak, memang beginilah wajahku."
"Aku tak percaya. Itu wajah aligator. Itu bukan kau."
"Dari mana kau tahu" Mungkin aku memang buaya yang cukup
tahu untuk menutup mulut."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Gadis itu mengangkat bahu, matanya menyelidiki sosoknya
seperti anak-anak di tiang panjat. "Itu dua hal berbeda - buaya,
aligator." "Dua-duanya berdarah dingin."
"Hidung buaya lebih panjang."
"O mong-omong, kenapa kau menggambarku" Kau tak ada
pekerjaan lain untuk dilakukan?"
"Wajahmu menarik."
Hoolian menggosok ujung hidungnya dan berpaling, berpikir
gadis ini bisa saja mengenalinya dari salah satu foto lama itu. No na
A. telah memperingatkannya agar selalu menunduk dan menaikkan
kerah jika ada fotografer di dekatnya agar tak terlalu banyak foto-
foto baru yang memperlihatkan penampilan terbaru. Tetapi
seseorang dengan perasaan visual yang tajam dapat dengan mudah
menyingkirkan sedikit rambut dan menambahkan janggut pada salah
satu foto tua itu. "Apa kau semacam seniman?"
"Parsons School of Design." Ia menaruh bukunya di sisi dan
menatapnya datar. "Jika sedang tak jadi pelayan di bar mitzvah"
Dengan standar apa pun, ia tak bisa dianggap cantik. Ia terlalu
pucat dengan pipi cekung - hampir terlihat seperti orang sakit.
Lehernya terlalu kurus untuk menjaga kepalanya tetap tegak, mata
cokelat itu terlalu besar untuk wajahnya. Tetapi ada sesuatu
tentangnya yang tak bisa orang abaikan. Semacam fatalisme
sederhana yang membuatnya hampir terlihat glamor. Kau bisa
membayangkan dirinya menyalakan rokok dan dengan tenang
meniup padam korek api saat kau mengantarnya berkendara dari
tebing. "Aku hanya heran kau memakai pulpen. Kukira kebanyakan
seniman memakai pensil dulu agar mereka bisa menghapus garis
yang salah." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Kenapa aku harus menghapus garis yang salah?" matanya
kembali ke buku. "Dalam hidup, kau tak menghapus kesalahan."
"Tapi bagaimana jika gambarmu benar-benar kacau?"
Ia mengangkat bahu. "Kau timpa saja. Atau gambar lagi, seperti
disengaja. Kadang gambarnya akan terlihat lebih bagus jika seperti
itu." "Di atas kertas apa pun?" Hoolian menaruh telapak tangan di
dagunya, menutupi parut. "Ya," akunya. "Kadang lebih baik jika di kertas."
"O mong-omong, apa yang kau sukai?"
Bibir gadis itu menciut menjad i huruf O kecil yang hampir samar,
seakan-akan ia memintanya menanggalkan pakaian.
"Maksudku, kau menyukai komik atau apa?" kata Hoolian,
mengerti sendiri. "Tentu saja," jawab gadis itu, menaruh pulpennya dengan serius.
"Seperti apa?" "Art Spiegelman. Jenius."
Ia mengangguk, tak yakin siapa orang itu.
"R. Crumb. Jenius. Joe Sacco. Safe Area Gorazde. Benar-benar
jenius." "A-ha." Ia menyebutkan nama- nama lain dengan suara datar bosan seperti
pelayan restoran seafood mengantar tamu yang datang terlambat.
"Jaiem Hernandez dan Gilbert Hernandez. Love & Rockets. Jenius.
Eric Drooker. Flood! Jenius. Eyeball Kid. Jenius..."
Ia benar-benar bingung, tak kenal satu pun tokoh yang disebut
gadis itu. Entah apakah orang-orang itu menerbitkan karya-karyanya
ketika ia dipenjara atau komiknya terlalu dewasa untuk ia baca
sebelum dirinya ditahan. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Bagaimana dengan komik Marvel dan DC?" tanyanya, berusaha
kembali ke percakapan yang ia ketahui.
"O h ya. Frank Miller, The Dark Knight. Jenius. Stan Lee dan Jack
Kirby. Luar biasa jeniusnya. Aku mau mengandung anak-anak
mereka hanya agar mereka punya bibit jenius."
"Sungguh?" "Menurutmu, bagaimana?" ia membiarkan pundaknya melorot
yang membuat Hoolian sama sekali heran.
"Aku hanya belum pernah bertemu cukup banyak gadis yang
menyukai hal- hal yang kusukai juga."
"Oh" Kau dari mana?"
Hoolian mencabuti bulu bawah dagunya. "Kau tahulah. Dari
sebuah tempat. Suatu waktu."
"Hmm, sangat misterius."
Tiap kali ia menganggap gadis itu sedang bercanda, tekanan nada
suara gadis itu berubah sedikit.
"Kau juga menggambar?" tanya Zana, hampir jatuh dari
duduknya saat kereta berbelok.
"Aku?" ujar Hoolian, siap meladeni. "Tidak, tidak seperti itu. Aku
hanya penggemar. Mengerti maksudku" Meski kadang kupikir aku
punya ide cerita. Ide gila saja. Tak pernah ada yang kutulis."
"Coba ceritakan."
"Tidak, aku malu. Kau akan mengira aku orang idiot."
"Teruskan," pintanya, seperti birokrat tak sabaran. "Aku tak
menilaimu." Gampang saja baginya bicara. Tampaknya ia berusia dua puluh
empat tahun. Apa yang ia tahu tentang kehilangan kebebasan,
tentang menghilangkan kebosanan dan keputus-asaan, tentang
membuat cerita saat kau tak bisa tidur karena orang di atas tempat
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
tidurmu tak berhenti berteriak-teriak tentang bau tembok basah dan
diare, tentang kengerian dan kecemasan yang menyebar dari satu sel
ke sel lain seiring berembusnya kabar bahwa seseorang gantung diri
atau menyayat dirinya sendiri"
"Oke..." ia mendehem. "Nah, begini, dalam cerita ini umat
manusia telah menyembuhkan semua penyakit utama. Tak ada lagi
kanker, AIDS, diabetes. Tak ada apa-apa. Orang-orang tak lagi
membotak. Yang tersisa hanya ketakutan."
"Hmm." "Karena itu mereka mencoba menciptakan vaksin untuk melawan
hal itu. Semacam vaksin polio kuno, ketika mereka memberikan
sedikit dari apapun yang paling kau takuti tetapi setelah itu kau tak
pernah lagi mengalami ketakutan itu. Yang ada hanyalah, vaksin itu
berbalik menyerang, mengawali epidemi. Semua orang menjadi gila
akibat paranoid dan mulai saling membunuh."
Gadis itu mendesah. "Dari tempat asalku, itu adalah kenyataan."
Hoolian berhenti, berusaha mengira-ngira maksudnya. Tetapi
mata tamborin gadis itu bergidik di atas pipi cekungnya, tak
memberi petunjuk sama sekali.
"Tetapi kemudian ada seorang anak yang tak pernah memperoleh
vaksin itu, karena mereka mengira ia akan mati ketika bayi - "
"K ukira mereka telah menyembuhkan semua penyakit."
"Aku tak tahu, mungkin ia lahir dengan jantung lemah atau
apalah," katanya, sedikit kesal oleh interupsi itu. "Apa pun. Ia tetap
hidup ketika semua orang menggila dan saling membunuh di jalanan.
Seharian itu, ia mengembara mencari makanan dan malam hari,
ketika semua zombie keluar, ia bersembunyi di Museum
Metropolitan, dengan semua perisai dan pedang samurai untuk
melindungi diri..." "Lalu apa yang terjadi?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tak yakin." Hoolian menyentuh wajahnya. "Aku tak pernah
bisa menyelesaikan bagian cerita itu."
"Mungkin ia bertemu seorang gadis," tukasnya.
"Bagaimana caranya" Semua orang menjadi zombie."
"Mungkin gadis itu bersembunyi di bagian lain museum,
mengawasinya sepanjang waktu.... Mungkin mereka saling jatuh
cinta dan mencoba memulai kembali kehidupan ras manusia."
Hoolian menyelidiki wajah itu. Lewat curahan cahaya dari
jendela, ia menyadari wajah gadis itu sedikit berubah.
"Aku belum memikirkan cerita itu sebagai kisah cinta."
"Siapa bilang ini kisah cinta" Mungkin akhirnya mereka semua
mati."
The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wow." Ia hampir tertawa. "Itu dalam sekali. Bukan begitu?"
"Bagiku, itu yang paling masuk akal." Ia mengangkat bahu lagi.
"Tapi aku berasal dari Phristine."
Ia tahu gadis itu mengatakan sesuatu yang penting. Tetapi ada
perubahan halus pada intonasi, suaranya yang naik sedikit saat
menyebutkan nama tempat asalnya. Masalahnya, ia sama sekali tak
tahu apa yang ia maksud. Ia tak tahu letak Phristine itu.
"K ukira pasti sulit sekali di sana," gumamnya.
"Saat aku kembali ke rumah ayahku tahun lalu, yang tersisa hanya
lebah-lebah di halaman belakang, berdengung di tempat dulu tempat
kami menaruh sarang mereka."
Ia mengangguk, berpura-pura mengerti. Terakhir kali ia membaca
koran secara teratur adalah dua puluh tahun lalu. Lama sekali ia
hanya mengungkung diri dan bersikap seakan dunia luar tak nyata,
sehingga ia bisa fokus bertahan hidup di penjara. Ia berhasil
menjauhi AIDS dan narkotika, melewatkan lima kali pemilihan
presiden, hanya samar-samar tahu tentang ambrolnya Tembok
Berlin. Mungkinkah ada Perang Dunia III ketika ia dipenjara"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Tumpukan beban kabar yang ia tak ketahui mulai menggantunginya
seperti orang utan. "Jadi, seperti apa gambarmu?" Hoolian bertanya, merasa malu,
berusaha mengalihkan perhatian dari dirinya sendiri.
Tanpa basa-basi, gadis itu menyodorkan buku sketsanya melintasi
lorong. "Wow, coba lihat itu."
Zana menggambar sedikit lebih muda dari usia sesungguhnya,
dengan rambut lebih panjang, bulu mata tak tercukur, seolah gadis
itu secara naluriah tahu penampilannya dulu. Janggutnya dibuat lebih
kecil yang mestinya memperlihatkan parut dan hidung yang tidak
patah - itu semua membuatnya tersenyum tipis, sadar wajah aslinya
mungkin tidak cukup baik.
Tapi apa yang paling menarik perhatiannya adalah beberapa detail
yang lebih halus. Kusut keningnya, lipatan di leher, bentuk segitiga
hidung dan mulutnya. Gadis itu pasti telah memperhatikannya jauh
lebih lama ketimbang yang ia sadari, mengamati dengan saksama.
Mungkin ia harus minta nomor teleponnya. Mungkin mestinya ia
tak berbuat apa-apa. Mungkin ia harus bertanya di mana gadis itu
turun. Mungkin ia harus pindah ke gerbong lain sebelum hal buruk
terjadi. "Hey, apa ini?" tanyanya, melihat sejumlah lengkung dan garis
pendek yang digambar Zana di sekitar kepalanya seperti retakan-
retakan akibat ledakan. "Tepi." "Tepi apa?" "Dari tempat kau mungkin bermula dan berakhir, tapi aku juga tak
yakin. Kau tak pernah tahu kapan kau pertama kali bertemu
seseorang. Seorang besar ternyata kecil, seorang lemah ternyata
kuat." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tetapi apakah kau akan meninggalkan tanda-tanda itu begitu
saja" Atau kau akan memperbaikinya nanti?"
"Aku meninggalkannya begitu saja, agar aku ingat. Karena itu
adalah yang terbaik, saat tak ada apa-apa untuk dipastikan. Semua
gemerlap. Seandainya bisa seperti itu terus."
Peluit kereta menghasilkan bunyi keras, memberi tahu pekerja
tengah malam untuk turun.
"Kau cukup aneh," ujar Hoolian, mengembalikan buku. "Kau
menyadari?" "Dan, kau tidak aneh?"
"Aku tak tahu siapa aku ini," ujarnya. "Kau mau makan sesuatu
setiba kita di kota?"
26 SENIN PA GI, Francis berdiri di ambang pintu kantor Satuan Tugas
Pembunuhan North Manhattan, memperhatikan petugas lokal
berangkat ke utara Broadway dari jendela. Gema dari rel kereta
terkadang membuatnya berpikir tentang jiwa-jiwa orang yang
dibunuh yang berlalu melewati kantor, melirik sepintas kalau-kalau
ada orang yang mengerjakan kasusnya.
Tempat itu sendiri tidak istimewa. Ruangan hijau pucat berlantai
licin, sembilan meja berjejer, sepasang foto dibubuhi tanda tangan
para pemeran seri NYPD Blue, papan gabus bertempelkan carikan-
carikan kecil kertas dan para deputi yang memandang seperangkat
balok-balok kayu Art and Crafts yang memajang nama jajaran
detektif paling elit di kota itu, dan otomatis, di dunia. Setiap
pembunuhan yang terjadi antara 59th Street dan tepi pulau itu -
entah di penthouse Fifth Avenue atau tempat latihan menembak
Washington Heights - semua berada di bawah wewenangnya, dan
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
bahkan setelah sepuluh tahun, Francis masih mendapat diskon tiket
untuk menonton sirkus di barisan depan setiap hari.
Di sinilah tempat sejatinya. Tuhan tahu, ia akan merasa kesulitan
menyesuaikan diri di tempat lain. Bagaimana lagi ia akan
menemukan tempat yang cocok baginya, orang-orang yang bicara
dalam bahasa yang sama" K isah dan lelucon di sini tak pernah
dialihbahasakan. Bagi orang normal, lelucon mereka tak lucu, seperti
tentang seorang sinting yang berkoar-koar tentang seseorang yang
hampir memotong urat "gigolo"- nya dalam sebuah perkelahian atau
si pandir yang memukul seorang lelaki dengan kentang Idaho untuk
membungkamnya. Ia memperhatikan gerbong kereta perak berubah
menjadi tetesan merkuri dalam cahaya matahari, sebuah momen
refleksi suram yang hanya diganggu ketika ia memalingkan mata dan
melihat seorang detektif muda bernama Steve Barbaro tengah
mengais- ngais kotak catatan telepon di mejanya.
"Kau sedang apa, Yunior?" katanya, memindahkan mug Rolling
Stones bergambar bibir dan lidah miliknya ke tempat aman.
"Skumpy menyuruhku memastikan bahwa kau belum menghubungi nomor-nomor telepon ini," kata Yunior sambil
mengangguk ke arah seorang detektif lain, dua meja jauhnya.
Francis menoleh pada empat detektif lain yang datang lebih dini
untuk mengerjakan kasus Christine Rogers, bertanya-tanya mengapa
tak satu pun dari mereka yang mau repot-repot membelanya.
"Tak bisakah kau meminta saja?"
Anak itu mengangkat bahu. Ia mungkin akan menjadi detektif
hebat suatu hari nanti, tapi ia perlu sedikit dipoles. Pria Italia kurus
yang kuliah di Dartmouth dan mengira dirinya harus membuktikan
bahwa ia bisa menyalak dan menggigit seperti anjing besar.
"Ini yang komandan juga inginkan," kata Yunior.
"Sejak kapan?" "Tanyakan saja sendiri."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Yunior memberi isyarat ke arah kantor letnan dengan jempolnya,
tempat Jeny Cronin, kini kepala detektif Manhattan, bekerja dan
mulai menelepon. Francis sadar ia pasti melewatkan orang itu dari
sudut matanya ketika masuk ke ruangan.
"Apa yang terjadi, JC?" ia bergegas masuk ke ruangan itu tanpa
mengetuk. "Sudah dulu, ya." Kepala detektif itu menutup telepon dan
menengadah. "Selamat pagi, Detektif."
"Apakah aku terlihat tak penting di matamu?"
JC melirik tajam. Waktu membuatnya makin kecil dan liat.
Rambutnya berubah menjadi cakram tipis di puncak kepala, dan
kulitnya tampak terbakar, membuatnya jelas terlihat sebagai kandidat
pasien tekanan darah tinggi. Sepertinya ia menghabiskan hampir
sepanjang hidup untuk mengomel tentang suasana hati komisaris
yang naik turun, mimpi untuk memimpin sidang di sebuah sudut di
bar dengan Frank Sinatra mengirim sebotol Hennessy's.
"Kami pikir kasus Christine sebaiknya ditangani orang baru,"
ujarnya. Francis menutup pintu di belakangnya, sadar semua orang di
ruang skuad tengah memperhatikan mereka berdua lewat kaca.
"Ada masalah, JC?"
"Tentang laporan yang kau dapat dari kantor forensik." Jeny
menggelengkan kepala. "Pasangan DNA dari wanita yang sama?"
"Itu pasti suatu kekeliruan." Francis berpaling dan melihat Rashid
Ali berjalan menuju ruangan membawa sekotak baru catatan medis.
"Ketiga sampel itu tampaknya berasal dari Allison Wallis, dan kita
semua tahu itu tidak benar. Segera setelah aku berhasil memperoleh
sampel bandingan dari ibunya, semua akan beres. Aku sudah
meneleponnya." "Eh..." Kepala Detektif itu mengerucutkan bibirnya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Apa?" "Aku mendapat telepon dari Judy Mandel dari Trib pagi ini. Ia
ingin tahu mengapa kita mempekerjakan orang yang sama untuk dua
kasus tersebut." "Aku tak bilang padanya," kata Francis. "Ia yang merecoki Dick
Noonan dari bagian Enam-0 tentang masalah guru dan bom di bus
sekolah..." "Kami kira mungkin kau ingin mundur selangkah."
"Mundur selangkah?"
"Sejumlah orang merasa khawatir dengan perkembangan kasus
ini," kata JC. "Mereka pikir kau agak terlalu menganggap pribadi
kasus ini." "Ini pendapatmu, Jerry, atau atasanmu?"
"Kau detektifnya. Kira-kira sajalah. Mereka hanya ingin
memastikan tak ada yang akan menuduh mereka berpandangan
sempit." "Maaf, tolong ulangi?" Francis menaruh tangan di belakang
telinganya. "Mereka tak ingin ini terlihat seolah-olah upaya balas dendam.
Terlihat agak aneh. Dakwaan Hoolian dicabut, dan bum, segera saja
kau mencarinya untuk pembunuhan lain."
"Maaf, Jerry, bukan aku yang membentangkan benang
merahnya." Francis menaruh tangan di jantungnya. "Kawan
Christine di rumah sakit berkata ia 'terobsesi' dengan Hoolian. Itu
kata-katanya, bukan aku. Adakah yang berpikir aku memasang
guntingan-guntingan berita koran itu di lacinya" Demi Tuhan, tim
TKP menemukan sebuah video di VCR tentang kisah Hoolian dari
berita lokal yang direkam di dalamnya. Rashid hanya memperlihatkan foto Polaroid pada pengelola apartemennya dan ia
berkata melihat Hoolian di sekitar situ beberapa minggu sebelumnya.
Jadi jangan katakan aku menutup mata."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ya, jika DNA menyatakan bahwa pembunuhnya wanita,
mengapa kita tak mulai mencarinya?"
"Kami memang mencari wanita." Francis bersikeras, sedikit
melengking. "Kami melakukan referensi silang daftar staf di kedua
rumah sakit, untuk melihat jika ada wanita yang bekerja bersama
Christine maupun Allison. Kami kembali melacak catatan telepon,
melukis ulang kedua gedung apartemen secara terpisah, mewawancara ulang kedua keluarga korban untuk mengecek kalau-
kalau para korban memiliki masalah dengan seorang wanita."
Ia menoleh kembali ke ruangan dan merasa tohokan di ulu
hatinya ketika melihat si Yunior masih berdiri di mejanya.
"Aku hanya ingin mengatakan sedikit pemisahan tak akan terlalu
mengganggu," kata JC.
"Jadi, begitu saja" Kau menyisihkanku" Jeny, aku sudah
mengenalmu dua puluh dua tahun."
"Jadi kita bisa saling jujur satu sama lain." Lelaki itu
merendahkan suaranya. "Jika kau terbukti ngawur dalam kasus 1983,
ingat-ingat saja, kau tak akan menjadi nomor satu dalam daftar untuk
memperoleh promosi jabatan April nanti."
Francis memalingkan kepala lagi, yakin hingga seperempat detik
yang lewat seluruh penghuni ruangan menonton mereka berdua. Tak
peduli jika penglihatannya sedikit berkurang. Jika lima detektif
terbaik kota itu berkumpul bersama dalam sebuah ruangan dan tak
seorang pun melihat langsung padamu, bisa dipastikan kau tengah
dicurigai. "Oh, kau benar-benar punya nyali," katanya.
"Ayolah..." "Tidak, kau yang ayolah. Kau pikir kau akan punya dana pensiun
jika aku tidak melakukan investigasi dan memperoleh pernyataan
dari Julian Vega?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Hey, siapa pula yang memintamu ikut investigasi sejak awal?"
telinga JC memerah. "Seingatku, si Turki ingin kau keluar dan
menulis surat panggilan lalu lintas di Staten Island setelah tugas
kecilmu di Farm. Aku yang memberimu kesempatan. Jadi jangan
bicara padaku tentang balas budi."
"Baiklah. Kalau begitu kita harus bersama-sama menyelesaikan
kasus ini. Jadi jangan coba-coba menyingkirkanku, Keparat."
Dari balik Kepala Detektif, Francis melihat sehelai kertas lilin
terbang saat kereta lewat dan mendarat dengan malas di lengkung
West Side Highway, menghilang dari pandangan sedetik sebelum
waktunya. "Kau tahu, kau lebih baik tidak memanggil asisten kepala dengan
'keparat,'" ujar JC, tenang.
"Baiklah, aku salah omong. Kau keparat tak tahu terima kasih."
JC melipat tangannya. "Jimmy Ryan kembali ke satuan tugas
untuk kasus ini. Ia akan memimpin kasus Rogers dan Steve Barbaro
akan membantunya. Dan tak ada yang bisa mengubah keputusan
itu." "K ukira Oz telah bicara kalau begitu." Francis mengambil napas
dalam-dalam, mengisi paru-parunya dengan beban. "Tapi kau harus
mengizinkanku mengikuti perkembangan dengan Eileen Wallis."
"Kenapa begitu?"
"Bunuh dua burung dengan satu batu. K ita perlu menanyainya
apakah ada wanita yang bermasalah dengan Allison, dan kita harus
mendapatkan sampel DNA darinya untuk mengeliminasi Allison
sebagai donor. Akulah yang punya hubungan dengan keluarga itu.
Jika kau mengirim Ryan dan Yunior, ia akan melompat ketakutan
The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dari jendela. Dan, kau akan memperoleh berita buruk."
"Kau sudah menelepon?"
"Aku baru mau pergi, jika kau ingin ikut."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Brengsek. Kau seperti salah satu dari pengembang properti,
meminjam begitu banyak uang dari bank sehingga pihak bank tak
tega membiarkannya bangkrut. Kenapa aku begitu terikat
denganmu?" "Kukira sudah tertulis nasibmu dalam zodiakmu, Sobat."
Kereta ke arah selatan melintas, mengempaskan debu rel ke mobil
para detektif yang di parkir tepat bawahnya.
"Tolong, buka terus pikiranmu," kata JC.
"Aku selalu terbuka. Aku melihat kanvas kosong. Aku menerima
semua panjang gelombang. Aku hidup dalam pita tujuh puluh
milimeter IMAX Dolby Surround Sound. Aku menerima apa saja."
"Ya, bagus." JC kembali duduk, merasa puas untuk sesaat.
"Tapi, aku berpendapat," ujar Francis. "Orang yang sama telah
membunuh kedua gadis ini."
27 "BA GAIMANA KEMARIN malam di katering?"
Hoolian menengok pada No na A yang menghampiri saat makan
siang dan menemukannya di ruang konferensi kecil berpanel kayu
berantakan yang ia tempati bersama dengan para pengacara imigrasi
di bawah, dikelilingi kotak-kotak kardus transkrip pengadilan dan
catatan telepon New York tahun 1983 yang berhasil ia peroleh dari
kantor Jaksa Wilayah. "Lumayan," katanya. "Aku ketemu seorang wanita."
"O h-oh." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tak apa. Cukup menyenangkan. Ia menjadi pelayan di bar
mitzvah. Kami bercakap-cakap di kereta cukup lama kemudian pergi
makan di Sbarro di 34th Street."
"Kau menceritakan kisahmu?" Wanita itu duduk di tepi meja
rapat. "Tidak. Menurutmu haruskah?"
"Aku tidak tahu," dalihnya, si ahli kencan dengan setelan ruang
pengadilan garis- garis. "Situasimu sulit."
"Memang. Tidak gampang berkata 'aku baru saja keluar setelah
dipenjara selama dua puluh tahun dan aku masih didakwa, lalu mau
kencan denganku"'"
"Kalau aku, lebih baik menunda dulu sementara waktu." Kaki
kanannya mengayun ringan.
Hoolian merasa penampilan Debbie tampak lebih baik hari ini. Ia
tidak hanya memakai setelan garis-garis dan sepatu pengadilan serta
rok yang naik di atas lutut saat menyilangkan kaki, tapi ia juga
memakai rias wajah lebih banyak dan maskara. Ia mengenakan blus
sutera putih dengan satu kancing teratas membuka, memperlihatkan
kalung perak pada tulang selangka yang telanjang. Rambut
kuningnya sedikit lebih terang. Mengapa ia tak terlihat seelok ini
ketika berada memperjuangkan kasusnya di pengadilan"
"Jadi, menurutmu, apa yang harus kulakukan" Haruskah aku
memberitahunya?" "Ya, Tuhan, Julian, aku tidak tahu. Jika kau langsung
memberitahunya bahwa kau dipenjara karena membunuh seorang
wanita, pasti kau akan membuatnya cemas. Tapi jika menunggu,
seakan-akan kau menyembunyikan sesuatu."
"Yeah. Aku juga berpikir begitu."
"K urasa aku harus memikirkannya baik-baik. Aku tak menduga
itu bakalan terjadi begitu cepat."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia mengenakan sepasang kaca mata dan melihat Hoolian tengah
mencatat di kertas. "Nah, kau ada urusan apa?"
"Kau bilang aku harus ikut membantu sedikit. Jadi aku akan
mencoba beberapa nomor telepon lama yang dihubungi Allison
setelah aku meninggalkan apartemennya malam itu."
Kaca mata itu adalah sepasang mata kedua, Hoolian tersadar.
Sekali waktu, wanita itu melihat padanya bukan hanya sebagai
pengacara tapi juga sebagai seorang wanita, berusaha mencari tahu
apa yang orang lain lihat dari dirinya.
"Oh, mestinya aku memberitahumu agar tak perlu repot-repot,"
kata wanita itu. "Kebanyakan nomor itu sudah diputus.
Aku sudah memeriksanya. Sudah dua puluh tahun berlalu.
Hampir semua orang berdiam hanya di satu tempat."
Apakah Debbie sedang mencoba mengatakan bahwa ia yang diam
di tempat" Kelepasan bicaranya terasa menyengat sedikit, hingga ia
menyadari bahwa Brooklyn bahkan belum memiliki kode pos sendiri
ketika dirinya ditahan. "Ya, tentu, sudah kuduga. Aku hanya berpikir tak ada salahnya
mencoba..." Ia membalik-balik halaman, menghindari mata wanita
itu sesaat. "Apakah kau menyadari Allison terus-menerus
menghubungi dua nomor yang sama setelah aku meninggalkan
apartemennya malam itu?"
"Ya, aku juga menyadarinya." No na A.
mengangguk. "Seharusnya kukatakan padamu. Ia menghubungi kakaknya di
Manhattan dua kali dan ibunya di Sag Harbor dua kali."
Hoolian menaruh catatannya, sedikit bingung. "Tapi itu bagus.
Ya, kan" Membuktikan bahwa ia masih hidup ketika aku pergi."
"Itu juga menunjukkan bahwa ia mungkin cukup marah tentang
sesuatu yang terjadi ketika kau di sana dan mungkin ingin bicara
pada seseorang mengenai hal itu."
"Oh." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian menyandarkan badan, dengan rasa sakit tak nyaman di
lehernya. "Dakwaannya bisa saja tetap menyatakan bahwa kau pergi ke
bawah, mengambil kunci, dan kembali masuk setelah ia tidur,"
katanya. "Sama ketika kau masuk diam-diam untuk mencuri album
fotonya." "Apa hubungannya itu dengan semua ini" Mereka tak
memenjarakanku dua puluh tahun karena mengambil sebuah album
foto." "Hey, aku ada di pihakmu." Wanita itu menepuk lengannya.
"Ingat?" Hoolian menengadah padanya tak yakin. Pengacaraku. Orang
yang mengeluarkanku dari sel. Kau tak akan ada di sini jika bukan
berkat dia, Sayang. Di lain pihak, ia pernah menjadi jaksa penuntut.
Dan, dalam pikirannya, itu seperti menjadi vampir atau terlibat
Mafia. Kau bisa bertingkah seakan kau berubah, tapi kau tak pernah
berhenti mencari darah untuk diisap.
"Ada hal lain yang mesti kita fokuskan," katanya, memulai tugas
baru. "Apa itu?"
"Tentang siapa yang memiliki kemungkinan melakukan pembunuhan ini. Pengacara pertamamu berusaha melontarkan
wacana itu, tetapi ia tak pernah memperoleh alternatif lain yang bisa
dikemukakan kepada panel juri."
"Karena ia pemabuk tua penipu yang tak pernah peduli padaku."
"Mungkin saja. Tapi jika kasus ini kembali ke persidangan, kau
lebih baik punya jawaban lain." Ia menatap Hoolian dengan tatapan
tak mengenakkan. "Ayolah. Kau punya waktu dua puluh tahun untuk
memikirkan hal itu."
"Itu bukan tugasku." Hoolian menyeringai singkat, berusaha
membuat Debbie terkesan dengan gaya latinnya.
Wajah Debbie melorot turun seperti gaun tak disetrika.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Dengar, mengapa aku mesti melakukan tugas polisi untuk
mereka?" ujar Hoolian. "Aku telah dipenjara sejak 1984. Dari mana
aku tahu siapa saja yang ia temui atau orang yang ia ajak bicara?"
"Ya, siapa lagi yang punya kunci ke apartemennya?"
"Di dalam gedung" Aku sudah mengatakannya ratusan kali.
Hanya pengelola dan penjaga pintu."
"Apakah mereka menanyai ayahmu tentang di mana ia berada
malam itu?" Pertanyaan itu nyaris menohoknya dari kedua sisi.
"Kenapa kau ingin bicara tentang hal itu?" tanyanya, terluka.
"Detektif itu punya catatan bahwa ayahmu bilang ia sedang
kencan dengan seorang wanita bernama Susan Armenio. Kau pernah
bertemu dengannya?" "Tidak." Hoolian melipat dan membuka lagi kedua tangannya.
"K ukira ia tak pergi dengannya lagi. Ia tak pernah bersama siapa pun
kecuali ibuku." "Jam berapa ia pulang malam itu" Menurut pengakuannya pada
polisi, ia baru pulang sekitar pukul empat tiga puluh pagi. Benarkah
itu?" "Jika ia bilang begitu, maka begitulah. Ia tak pernah berbohong
tentang apa pun." Ia melihat sosok Debbie, membuatnya tak lagi seperti boneka
porselen tapi lebih seperti elang. "Tapi, apakah kau melihat atau
mendengar ia pulang?"
"Apa yang ingin kau katakan?" Hoolian merasakan jari-jarinya
menggulung menjadi kepalan.
"Aku hanya bertanya. Ia pasti sering keluar-masuk apartemen
penyewa setiap waktu dengan kuncinya."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tidak." Ia menggeleng, seperti anak kecil menolak sendok obat
yang disodorkan padanya. "Jangan bicara seperti itu."
"Kenapa tidak?"
"Ia tak punya, kaitan sama sekali dengan gadis itu."
"Dari mana kau tahu?" Debbie menggelengkan kepala ke satu sisi
dengan curiga. "Apakah ia pernah membicarakan apa yang ia
lakukan malam itu dengan rinci padamu?"
"Ia tak perlu membicarakan hal itu denganku, oke?" kepalannya
makin kuat, kukunya menghujam pada bantalan telapak tangan. "Ia
benar-benar malaikat. Selalu memastikan aku punya uang dalam
tabungan. Naik bus Columbus Circle tiap dua minggu sekali untuk
menjengukku di penjara, dengan wanita-wanita jalang yang selalu
merokok itu. Jadi, jangan berkata buruk tentangnya."
"Oke, tenanglah." No na A menepuk udara, berusaha menenangkannya. "Aku hanya mencoba melihat dari sudut berbeda
yang mungkin tak kau pertimbangkan."
"Sekarang kau membuatku mempertimbangkannya. Dan tak ada
apa-apa di sana. Tutup kecurigaanmu. Kecuali kau ingin aku mencari
pengacara lain." "Ya, kalau begitu kau tak banyak memberi petunjuk untuk kita
kerjakan." Bahunya melorot. "K ita tak bisa menemukan portir itu.
Bukti DNA masih belum kembali. Dan, kau masih belum punya
saksi lain untuk alibimu. K uberi tahu, aku mulai sedikit gelisah. K ita
menempatkan diri terlalu jauh dalam cabang, menolak membuat
kesepakatan ketika punya kesempatan. Tak akan mudah untuk
kembali lagi sekarang."
Mendengarnya kembali pada kebiasaan berbicara terlalu cepat
membuat Hoolian mencangkung sedikit. "Jadi, dapat kabar apa dari
kantor Jaksa Wilayah?"
"Tak banyak hari- hari ini. tapi mereka mungkin tengah sibuk
dengan pembunuhan lain yang sedang hangat di surat kabar."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tak tahu tentang itu."
Ia menatapnya aneh. "Gadis dari Mount Sinai." Ia berhenti,
menunggu kerlip ingatan. "Aku tak mengerti bagaimana kau bisa
tidak tahu. Belakangan beritanya muncul tiap hari di koran."
"Aku bisa ngomong apa?" Ia menutup kuap dengan kepalan.
"Aku sibuk, mengerjakan kasus dan mencari sedikit uang."
"Begitu." Matanya terhenti menatap kepalannya, mengamati
balutan di sana. "Kau pernah berpikir untuk menuntut supermarket-
nya!" "Ha?" "Kau bilang tanganmu tersayat ketika bekerja di gudang
penyimpanan. Kami berpikir untuk melayangkan tuntutan terhadap
mereka." "Ah, itu tak perlu." Ia menurunkan kepalannya ke samping. "Aku
sudah memikirkan hal itu. Manajer memberiku pekerjaan dan aku
tidak terus terang padanya. Aku memperoleh ganjaran yang sudah
sepatutnya." Mata Debbie melirik balutan itu, bagaikan lipstik pada kerah baju.
Hoolian menyadari semua percakapan ini bak kencan kedua. Wanita
itu masih menyelidiki, menguji, dan mencoba memutuskan apakah ia
dapat dipercaya. Wanita itu tahu ada hal- hal yang belum ia ceritakan
dan akan tiba waktunya ketika ia tak lagi bisa mengabaikan.
"Kau tahu, aku telah berpikir tentang yang kau katakan
sebelumnya." Debbie mencopot kaca matanya. "Kupikir ini mungkin
terlalu cepat bagimu untuk terlibat dengan seseorang."
"Mengapa?" "Kau masih diliputi berbagai masalah. K ita masih punya banyak
pekerjaan yang mesti dilakukan untuk kasus ini, dan banyak sisi
hidupmu yang belum kokoh. Ini bukan waktu yang tepat."
"Lalu menurutmu berapa lama aku harus menunggu?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tak tahu." Ia menaikkan dagunya, berpikir. "Mungkin
hingga dakwaannya dicabut."
"Yang bisa makan waktu berbulan-bulan atau mungkin bahkan
tak pernah. Begitu, kan?" Ia merendahkan suara. "No na Aaron, aku
boleh bicara sesuatu" Aku tak pernah memiliki hubungan nyata
dengan seorang wanita. Apa Anda tahu?"
"Tidak. Tentu tidak."
"Maka katakan apa yang mesti kulakukan." Ia meraih lengan baju
wanita itu dengan tangannya yang terbalut.
Dengan refleks, Debbie menarik tangannya. Lalu, tersenyum
meminta maaf atas reaksinya tersebut.
"Tenanglah, Julian. Kau mungkin bisa menceritakan hal itu
padanya perlahan- lahan. Seorang gadis mungkin punya masalahnya
sendiri." 28 "SANG PUTRI! Sang putri! O h, cakarku tersayang! Oh, bulu dan
kumisku! Ia akan membunuhku, seperti musang-musang!"
Anak enam tahun itu melarikan diri dari Eileen, menjerit-jerit
riang, si kecil lincah berambut merah yang merangkak di balik
kelinci perunggu besar dengan ikat pinggang dan jam tangan saku.
'"Penggal kepalanya!' kata sang Ratu." Eileen merayap mendekati.
"Penggal kepalanya!"
The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Adiknya, berusia tiga tahun, juga bocah berambut merah dengan
kulit seputih pualam, tertatih-tatih mengejar Eileen, menyentak-
nyentak belakang blusnya.
"A-ha!" Eileen berputar. "Potong leher Dormouse itu!
Kembalikan ia ke pengadilan! Tindas dia! Cubit! Cabut kumisnya!"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Mungkinkah ini wanita yang sama dengan wanita yang
terhuyung-huyung masuk ruang pengadilan kurang dari sebulan lalu
dalam keadaan linglung sambil dipapah putranya" Francis berdiri di
belakang pagar tanaman yang baru dipangkas, mengamati Eileen
saat melompati anak-anak yang menjerit-jerit mengelilingi patung
Alice in Wonderland di Central Park.
"Kasihanilah!" Dengan terkikik, anak enam tahun itu berlari di
bawah tudung jamur perunggu yang mengubah warna sepatunya
yang tergores-gores di bawah sinar matahari siang hari.
"Tidak, tidak!" kata sang Ratu. Eileen menggertakkan gigi dan
mencakar ke arah anak itu. "Tak ada kasihan! Hukum lebih dulu!
Vonis belakangan!" Anak itu menyembur keluar melewati patung Mad Hatter,
neneknya melonjak- lonjak mengejar dengan sepatu tenis, sambil si
kecil menggantung di ujung blusnya, dan berhenti mendadak ketika
dilihatnya Francis melangkah keluar dari balik bangku.
"Kau kelihatan cukup gesit, Eileen."
Perlahan- lahan ia berdiri dan menyuruh anak-anak kembali pada
pengasuh mereka, seorang gadis kekar yang memakai kaus
"Legalkan Itu" yang tengah ngobrol dengan para pengasuh lain.
"Kadang-kadang aku sehat, namun di hari lain tidak," katanya
hati-hati. "Hari ini mestinya cukup baik."
"K ini tidak lagi?"
"Aku selalu gembira menemuimu, Francis, tapi kau tak selalu
memiliki kabar baik."
Suaranya masih serak dan kering, khas wanita tua yang membuat
orang mudah membayangkan dirinya mengisi perut di bar di Farrell's
bersama sejumlah petugas pemadam kebakaran atau menyeret seekor
cerpelai di sepanjang lantai marmer pada pembukaan sebuah
pertunjukan Broadway. "Apakah kau membuntutiku ke sini, Francis?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ya," akunya. "Tapi hanya karena kau tak balas menghubungiku."
"Ya, sayang memang. Perilaku depresi maniak memang yang
terburuk, bukan begitu?"
Francis menengok ke samping, terkejut mendengar Eileen
mendamprat diri sendiri. Mendengar cerita Tom tentang betapa
lemah kendalinya pada kenyataan, ia sebetulnya tak berharap banyak
hari ini. "Kopi?" Francis meraih kantung untuk mengambil gelas ekstra
yang ia bawa serta. "Aku ingat, kau suka kopi pahit, sepertiku."
"Tidak, terima kasih." Eileen menoleh pada anak-anak itu. "Aku
tak butuh apa-apa lagi untuk membuatku terus terjaga di malam
hari." "Masih belum normal tidurmu?"
"Mereka bilang itu efek samping beberapa obat antidepresi ini.
Mulut kering, sembelit, hilang nafsu seksual, mikrografia,
halusinasi...seolah-olah semua hal itu tak akan membuatmu
bertambah depresi. Tapi, tidak, kurasa aku tak pernah menikmati
tidur enak dalam, mungkin, dua puluh tahun."
Mereka memperhatikan para bocah merangkak ke puncak jamur
dan berbaring menuju pangkuan Alice. Patung itu memiliki ekspresi
teduh dengan mata separo tertutup, seolah modelnya baru saja
memutuskan beristirahat sejenak di ujung masa remaja.
"Kau tahu, dulu aku selalu membawa Allison ke sini." Ia
mengamati cahaya matahari yang menerpa perahu motor di danau
dekat sana. "Semua terjadi begitu cepat."
"Memang begitu." Francis mulai menghirup kopinya. "Aku punya
satu putra di ketentaraan dan satu lagi sedang kuliah tahun kedua di
Smith yang selalu memintaku membacakan Alice in Wonderland
sebelum tidur." "Kayleigh, benar, kan?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Francis meminum kopi terlalu tergesa dan langit- langit mulutnya
serasa terbakar. "Aku kaget kau masih mengingatnya."
Patti baru saja hamil ketika kasus ini dimulai. Ia merasa tak enak
mengabarkan bahwa mereka tengah menanti kehadiran jabang bayi
pada seorang ibu yang baru kehilangan anaknya.
"Ah." Eileen menepuk samping kepalanya. "Masih ada yang
berfungsi di sini. Tak semuanya berkarat."
Francis menyentuhkan ujung lidah pada langit-langit mulutnya
yang terbakar tadi, mencermati bebek berlayar melintasi kolam. Ia
menghitung detik demi detik hingga tak lagi dapat ia teruskan.
Bagaimana mungkin wanita ini masih mengingat nama yang tak
pernah ia dengar lagi dalam dua puluh tahun, namun bercerita pada
semua orang bahwa putrinya masih hidup"
"Masa itu adalah masa-masa spesial, ketika hanya ada Allison dan
aku," katanya. "Memberi makan bebek di taman. Pergi melihat mumi
di museum. Kau tak pernah ingin mereka tumbuh dewasa."
"Tom di mana?" "O h, itu masa ketika ia sedang di sekolah asrama atau melewatkan
musim panas bersama ayahnya. Menyedihkan apa yang terjadi pada
anak lelaki jika keluarganya berantakan."
"Ya." Francis mengangguk, teringat keluhan ayahnya tentang
beban yang ia tanggung setelah ibunya meninggal.
"Kami dulu suka bermain petak umpet di sekitar patung ini."
Eileen memperhatikan cucu-cucunya meluncur dan merangkak di
bawah jamur itu, menunggu untuk memulai pengejaran lagi. "Itu
kesukaannya. Bahkan ketika kami tinggal di apartemen sederhana
tanpa lift di Broadway dan 98th, butuh dua puluh menit bagiku untuk
menemukannya. Dan, ia kemudian ternyata berada di keranjang
pakaian. Atau di belakang tirai atau di bawah ranjang. Tempat-
tempat yang aku yakin sudah kuperiksa. Ia seperti bisa menghilang
lalu muncul lagi, seperti kucing Cheshire tanpa senyum."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Bulu di pergelangan tangan Francis terasa menegang. "Eileen?"
"Ia adalah segalanya untukku, Francis. Segalanya. Kami begitu
dekat hingga sering ngobrol tiga kali dalam sehari di telepon. Kami
bahkan memakai pakaian yang sama. Tapi ia lebih baik dariku.
Maksudku, benar-benar lebih baik. Kadang aku merasa iri. Menjadi
seorang penulis sungguh tak berharga dibanding menjadi seorang
dokter. Setelah ia meninggal, kau tahu berapa banyak orang yang
mengirim surat?" "Tak tahu." "Hampir seratus. Padahal dia baru setahun setengah di Bellevue.
Surat-surat itu datang berbondong-bondong, tentang betapa ia telah
menyelamatkan nyawa seseorang atau pekerjaan mereka. Tapi kau
tahu apa yang menyedihkan?"
"Apa?" "Bahwa aku agak membenci orang-orang ini. Maksudku, aku iri
pada mereka. Karena tiap menit yang mereka jalani bersamanya
adalah setiap menit yang tak kumiliki." Ia berusaha tersenyum, tetapi
bibirnya enggan bergerak. "Aku tahu betapa gila kedengarannya."
"Itu bukan masalah," ujar lelaki itu, menghiburnya. "Kau masih
menyimpan surat-surat itu?"
"Tidak. Kenapa?"
"Ah, bukan apa-apa. Kami hanya berusaha menyatukan beberapa
mata rantai yang terpisah."
"Bisa kau jelaskan lebih lanjut"
"Pernahkah Allison bercerita dirinya mengalami masalah dengan
wanita rekan kerjanya?"
"Ada masalah ya, dalam kasusnya?"
Mata Eileen mendadak bersinar begitu kuat seakan-akan Francis
dapat melihat langit di belakang kepala wanita itu.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tidak, bukan masalah besar. Kami hanya mencari beberapa
inkonsistensi..." "Karena ia tidak mati," kata Eileen. "Itulah yang kukatakan sejak
lama..." "O h Tuhan." Francis memperbaiki sabuknya, sudah mengira akan
mendengar ucapan itu. "Eileen, aku tahu betapa kau begitu
menginginkan situasi itu."
"Tak seorang pun mau mendengarku." Ia menusukkan jarinya
pada lelaki itu. "Tapi ia masih di sana. Aku tahu itu..."
Tom benar. Eileen benar-benar telah tergelincir dalam khayalan.
Mungkin bakal sulit membujuknya untuk datang ke pemberian
kesaksian resmi atau memberi sampel DNA.
"Maksudku, saat kudengar ia telah pergi, aku kehilangan
pegangan." Kata-kata itu meluncur deras. "Aku pergi ke
apartemennya dan tidur di ranjangnya. Kukenakan piyamanya, hanya
agar aku bisa mencium baunya. Aku mengalami seluruh tahapan
itu - penyangkalan, kemarahan, memohon, depresi, dan penerimaan - lalu aku mengulangi lagi semuanya. Duka itu benar-
benar menghancurkan. Sungguh. Harus selalu mengenakan topeng
'kenormalan' sepanjang waktu. Sungguh melelahkan. Kau harus
berhenti dan berpikir bagaimana menjawab tiap kali seseorang
bertanya berapa putra yang kumiliki. Satu-satunya saat dalam sehari
yang kutunggu-tunggu adalah saat sendirian di kamar mandi. Agar
aku bisa berteriak seiring bunyi air mengalir."
Francis mengangguk. Topeng kenormalan. Konsep yang sangat
dimengerti seorang anak yang kehilangan ibunya pada usia sembilan
tahun atau seorang lelaki yang kehilangan penglihatannya.
"Kau tahu, apa yang aneh, Francis?"
"Apa?" "Kecemasan itu. Selama bertahun-tahun, aku sering mendapat
serangan rasa panik kapan pun aku melewati kafe atau bioskop
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
tempat aku pernah bersamanya. Tapi mengapa" Hal terburuk yang
bisa terjadi telah berlalu. Benar, kan" Aku mengubur anakku sendiri.
Setelah itu, apa lagi?"
Francis membisu. "Dan tentu saja, pada akhirnya, adalah rasa bersalah itu."
"Rasa bersalah?"
"Kau terus bertanya pada dirimu sendiri, apa yang demikian
buruk yang telah kulakukan" Mengapa kau menghukumku" Itu pasti
akibat perbuatanku."
"Aku yakin tak seperti itu duduk perkaranya."
"Jangan berkata begitu, Francis." Wanita itu menatap tajam. "Kau
tak bisa membodohiku. Aku ingat bagaimana kau mengatakan
sendiri tentang apa yang terjadi pada ibumu..."
"Aku menceritakan hal itu padamu?" Francis mengernyit.
Pikirannya saat itu pasti sudah ngawur, menghiburnya terlalu jauh
bersama sebotol anggur. Ia menganggap tak mungkin dirinya sampai
sejauh itu dengan seseorang, kecuali mungkin di kepolisian.
"Kau sangat baik," ujar wanita itu. "Aku tidak lupa. Tapi
kebanyakan orang melanjutkan hidup, bukan?"
"Kurasa demikian."
Ia memperhatikan seorang perempuan tua dengan mantel usang
dan kereta belanja mondar-mandir, membawa setumpukan kaleng
dan roti baguette panjang yang tampak basi.
"Ya, aku tidak begitu," kata Eileen. "Aku terus terjaga setelah tengah hari
dengan makin banyak botol di sekelilingku. Kukira aku
sudah gila. Di satu waktu, aku memutuskan untuk bunuh diri, tetapi
lalu kusadari aku harus ke Bellevue dulu. Tepat di dekat tempat
Allison dulu bekerja."
"Bisa kumengerti betapa hal itu mengganggumu."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Jadi, tak kuminum pil-pil itu dan masuk ruang gawat darurat."
Wanita bermantel itu mulai menyobek-nyobek rotinya dan
melemparkan serpihan-serpihan itu pada burung-burung merpati
warna gelap yang bergerombol di sekitar tangga.
"Ya Tuhan, Eileen, aku belum pernah mendengar hal itu," kata
Francis. "Tak bisakah kau mengangkat telepon dan menghubungi
seseorang?" "Dan mengatakan apa pada mereka" Bahwa aku bermaksud
overdosis Valium dan anggur murah untuk ketiga atau keempat
kalinya?" Ia tersenyum, letih oleh drama hidup. "Tom selalu
menemukan dan menyeretku dari satu rumah sakit ke rumah sakit
lain untuk memompa perutku. Aku bercanda bahwa karena itulah ia
tertarik menjual peralatan medis."
Burung-burung berdesakan mencari remah-remah seperti sekelompok pecandu berkelahi demi sejumput ganja.
"Lalu suatu sore aku tengah berada di Fairway dan aku
mendengarnya." "Ia bicara padamu?"
"Aku tepat di depan pohon delima dan ia berkata, 'Tak apa, Bu.' Ia
pasti berada tepat di belakangku. Tapi ketika aku berbalik, ia tak
ada." Francis mulai menggeleng-gelengkan kepala. "Eileen, ayolah..."
"Itu Allison, Francis. Seterang aku berdiri di sini, bicara padamu."
Francis merasa tengkoraknya mulai mengembang.
"Kemudian hal itu terjadi lagi, sekitar sebulan setelannya. Ketika
aku baru keluar dari Apotek Apthorp di Broadway. Waktu itu, dia
mengawasiku dari halte bus di seberang jalan. Saat itu hujan. Ketika
aku tiba di halte itu, bus telah berangkat. Ia meninggalkanku berdiri
di sana, basah kuyup, menatap dari balik jendela gelap."
"Dan kau yakin itu Allison?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ya, aku tak punya putri lain, setahuku," ujarnya bersahaja,
seolah ia yang berpikiran sehat dalam percakapan ini.
Francis menahan diri untuk berkomentar. Satu hal yang ia pelajari
dari menjadi detektif adalah menutup mulut namun pikiran tetap
terbuka. Kau bisa menghabiskan tujuh jam di dalam kotak,
mendengarkan seorang sinting nyerocos tentang gelombang mikro
dari Uranus dan Jennifer Lopez melahirkan anak berkepala dua dari
benihnya lalu dengan biasa-biasa berkata ia melemparkan senjata
yang ia pakai untuk membunuh sepupunya di Jembatan Willis
Avenue. Di lain pihak, ini adalah wanita yang ia pedulikan. Seseorang
yang mengingatkannya pada apa yang tak ia miliki dalam hidupnya
sendiri. Mendengarnya berceloteh seperti ini, ia membayangkan
wanita itu berubah menjadi seseorang seperti wanita tua dengan roti
baguette-nya itu dan barang-barang menyembul dari jaket.
"Di hari yang lain, aku melihatnya di taksi. Ia kadang
meneleponku juga. Untuk mendengar suaraku... Tetapi ia tak pernah
mengatakan apa-apa - "
The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Aku ingin menanyakan sesuatu padamu, Eileen," dengan lembut,
ia menyela. "Jika Allison benar-benar masih hidup, mengapa ia
berpura-pura mati?" Eileen terlihat terkejut, seolah-olah pertanyaan itu tak pernah
terpikir olehnya. "Ada masalah di antara kami," katanya pendek.
"Maksudnya?" "Kau punya anak, Francis" Tak pernahkah mereka ingin menjauh
darimu?" Francis berpikir tentang Francis Jr. yang separo dunia jauhnya, di
markas tentara di Korea Selatan. Mendaftar empat bulan setelah
peristiwa 9/11 dan tak pernah mengatakan apapun pada sang ayah
hingga tiba waktunya berangkat.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"K ita bicara tentang Allison," ia memperingatkan.
"Ada hal- hal dalam hidupnya yang ia tahu tak kusetujui."
"Apa yang sedang kita bicarakan ini?" tanya Francis. "Pacar"
Narkotika?" "Maaf, Francis." Matanya mulai mengabut. "Aku tak bisa bicara
padamu tentang ini. Kau tak mungkin mengerti."
"O h, jangan khawatirkan aku. Aku sudah pernah mendengar
segala macam hal." Kabut itu mulai meleleh dan menetes dari mata Eileen. "Mereka
punya rahasia." "Siapa?" "Anak-anak." Air mata mengalir di kedua pipinya. "Ketika kecil,
mereka tampak begitu terbuka padamu. Tetapi mereka selalu
menyembunyikan beberapa bagian dari dirinya sendiri."
"Eileen." Francis mengeluarkan saputangan dari saku dan
menyodorkan padanya. "Harus kubilang, apa yang kau ucapkan tak
masuk akal. Allison telah meninggal. K ita tak punya pilihan kecuali
menerimanya. Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah memastikan
bahwa apa yang terjadi padanya tak akan terjadi pada orang lain."
Wanita tua itu hening sesaat untuk merenung, meniup hidung, dan
memperhatikan cucu-cucunya yang tengah meluncur dari jamur.
Keduanya lelah menunggu neneknya mulai mengejar kembali.
"Itu tak akan terjadi lagi," ucapnya mendadak.
"Apa?" "K ubilang, kau benar. Aku tak akan membiarkan hal itu terjadi
lagi." " Eileen?" Awan nimbus bertiup melintasi biru langit itu. Tak berguna, pikir
Francis. Perempuan ini mungkin sudah tak dapat diharapkan lagi
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
bantuannya. Burung-burung merpati itu beterbangan, meninggalkan
trotoar yang bersih dari remah roti. Hal terbaik yang bisa ia lakukan
hari ini adalah memperoleh sampel DNA- nya tanpa memaksa, agar
setidaknya mereka bisa menghilangkan kebingungan di laboratorium. "Kadang kau harus bertindak." Rahangnya terkunci. "Sesuatu tak
berhenti hanya karena kau berpura-pura menganggapnya tak terjadi."
"Karena apa yang tak terjadi" Kau membuatku bingung, Eileen."
Eileen melirik, awan itu menjernih sesaat, kembali pada akal
sehatnya. "Maaf, Francis, tapi aku sudah mengabaikan anak-anak." Ia
menggeleng, memberikan senyum tipis, dan melipat sapu tangan.
"Apa yang kau ingin aku perbuat dengan kenyataan ini?"
29 SUARA DENGUNGAN di kepala Hoolian yang sudah muncul sejak
separo percakapannya dengan Nona A baru mulai mereda ketika ia
menoleh dari gerai Starbucks dan melihat gadis keriting waktu itu
bersama Les Miserables-nya, duduk di meja tengah dengan kedua
kaki menyilang, seperti gerakan balet, melingkari kaki kursi.
Ia mengambil jarak jauh-jauh dari gadis itu selagi kembali menuju
Zana di sebelah jendela, sambil menjaga dua cangkir latte dan
sepotong caramel cheesecake di atas baki agar tidak jatuh.
"Ah, Lelaki Misterius-ku kembali." Zana menaruh buku sketsa.
"Kau mau mengubahku menjadi gadis gendut."
"Mudah- mudahan kau sedang ingin yang manis-manis."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia menoleh kembali ke arah gadis berambut keriting itu, berubah
pikiran dan setengah berharap ia menyadari bahwa hari ini dirinya
hadir di sini bersama wanita lain.
"Nene bakal membunuhku jika ia tahu aku makan ini. Ia akan
berkata, 'Zana, ndale! Ndale! Di Amerika, semua orang ingin
menjadi sekurus supermodel.' Tapi kuceritakan padanya apa yang
dikatakan penyanyi rap tentang wanita montok."
Hoolian menatapnya, bingung.
like big butts and I cannot lie.:..,'" Zana bernyanyi.
Hoolian tersenyum, pura-pura mengetahui lagu yang dimaksud. Ia
melewatkan musik pop selama dua puluh tahun, kecuali sepotong-
sepotong yang ia dengar dari sel narapidana lain. Semua tren datang
dan pergi tanpa meninggalkan bekas satu pun dan ia masih berusaha
menyesuaikan diri pada kenyataan bahwa kaset tak lagi dijual.
"Kalau begitu, makanlah. Aku suka wanita yang sedikit
berdaging." Zana menaruh garpu di samping dan tatapannya menyapu wajah
Hoolian kembali. "Jadi, tolong, bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Tentu." "Mengapa kau tak memberi nomor teleponmu?"
"Aku tak tahu." Ia menggerakkan bahu. "Bukankah biasanya
lelaki yang menelepon?"
Ia sudah dapat menduga apa yang akan terjadi jika Zana
menelepon ke tempat penampungan dan mendapati Cow atau salah
satu para kriminal itu di saluran telepon.
"Aku ingin tahu, apakah ada seseorang yang sebaiknya tak
berbicara denganku?"
"Ya, teman sekamarku. Ia tak suka menulis pesan."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Mata gadis itu tampak membesar, sementara bagian lain wajahnya
mengecil. "Aku tak tahu dirimu."
"Apa yang tak kau tahu?" ujarnya, berusaha membuat nada main-
main yang pernah ia dengar dari lelaki lain pada teman wanitanya.
"Bagaimana mungkin pria seusiamu masih punya teman sekamar
dan belum menikah?" "K ukira aku belum bertemu wanita yang tepat."
Gadis itu memanyurikan bibir dan mendongkol. "Kau yakin kau
bukan pembohong besar dengan seorang istri dan tujuh anak entah di
mana?" "Tak ada orang lain sejauh yang kutahu. Kau lihat cincin di
jariku?" Ia mengangkat tangannya yang tak terbalut dan berusaha terlihat
tanpa dosa. Tapi ia sangat tahu, jika bukan karena masih baru di kota
ini, gadis itu akan menanyakan pertanyaan itu lebih awal.
"Tapi di mana kau selama ini sampai tak punya pekerjaan normal
atau teman wanita spesial?" tanyanya, mengulang beberapa
percakapan mereka sebelumnya. "Kenapa kau belum pernah
menonton Nightmare On Elm Street, yang pertama, kedua, ketiga,
keempat, kelima, atau keenam?"
"Sudah kukatakan. Ayahku meninggal dan aku ke luar kota
belajar ilmu hukum," jawab Hoolian, berpegang teguh pada fakta.
"Aku jarang menonton film."
"Masih ada yang belum kau ceritakan padaku." Zana
mengarahkan garpunya. "Aku merasakannya dalam zemer- ku."
Hoolian menaruh satu tangan di atas tangan yang lain, menutupi
balutan yang mulai terasa lembab sejak ia bicara dengan Nona A.
"Ya, bagaimana denganmu?" tanyanya, berusaha membalikkan
pertanyaan. "Kau selalu menanyaiku. Mengapa kau tak punya
kekasih?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"O h, jangan mulai denganku, tolong," ujarnya. "Aku magnet
lelaki yang buruk." "Hmm, aku, bagaimana?"
"Aku tak tahu." Ia mencubit bibir bawahnya. "Itu masih harus
diperiksa." "Kau tak meninggalkan seseorang di, eh..."
"Kosovo." Zana memutar matanya.
"Ya, apa yang terjadi di sana memangnya?"
"Uh, dasar orang Amerika. Belahan dunia lain tak penting bagi
kalian kecuali sebuah pesawat menabrak salah satu gedung kalian."
"Baiklah, aku idiot. Ceritakan padaku."
"Tak seorang pun yang tak ada di sana yang dapat mengerti," ujar
Zana. Hoolian memijit parut di bawah janggutnya, memikirkan hal yang
sama saat di penjara sekitar 150 ribu kali. "Coba saja."
"Kau pernah mendengar tentang 'pembersihan etnis', bukan?"
"O h, ya, tentu saja." Sekali lagi, ia menyadari dirinya tengah
berusaha berdiri di atas lumpur kebodohannya sendiri.
"Kau tak akan percaya manusia sanggup melakukan tindakan
semacam ini, kecuali dalam buku sejarah. Kami pulang ke rumah
suatu hari dan menemukan tetangga kami di dalam, mencuri
perhiasan ibu. Mereka membunuh kucing kami dan menyebarkan
darahnya di dinding untuk mengusir kami. Itu betul-betul perbuatan
binatang." "K ita semua binatang," ia berkata, menurunkan lengan yang
terbalut ke samping dengan gugup.
"Yeah, tentu. Oke. Tentu saja. Ini hanya kebodohan biasa. Tapi
berbeda antara tahu dan mengalaminya sendiri."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian suka cara gadis itu bicara padanya, mata berbinar dan
bersemangat, seakan mereka berdua adalah mahasiswa universitas
elit. "O h, aku pernah melihatnya." Ia mengangkat cangkir latte. "Dari
waktu ke waktu." "Kok bisa" Apakah kau orang Kosovo juga?"
"Bukan, tapi aku pernah....pergi-pergi." Ia menyeruput kopinya.
"Kau tahulah." Ia menyelidiki wajah pria itu dari pinggiran cangkir, memeriksa
setiap gerak, untuk melihat apakah ia melewatkan sesuatu saat
pertama kali mereka bertemu.
"Kukira orang mampu berbuat apa saja." Hoolian mengusap
mulut dengan tisu. "Pada situasi tertentu."
"Tidak, kukira tidak begitu."
"Mengapa?" tanyanya. "Kau tak berpikir seseorang yang pada
dasarnya normal dapat terpojok ke satu sudut dan melakukan sesuatu
yang pada keadaan normal tak akan mereka lakukan?"
Mata gadis itu berpindah beberapa sentimeter, seolah ia baru
menyadari sesuatu di belakangnya.
"Kadang," ia sependapat. "Tetapi ada hal- hal yang semestinya
membuat seseorang tak lagi dianggap manusia."
"Seperti apa?" Hoolian menyadari dirinya tengah sedikit menguji gadis itu,
berusaha mencari batas-batasnya. Waktu tak bertepi itu mulai
berakhir. Batas-batas tegas terbentuk.
"Para tentara yang melakukan perbuatan ini pada sepupuku,"
ujarnya. "Mereka bukan manusia."
"Mengapa, apa yang mereka lakukan?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Sesuatu pada suaranya yang kecil dan bergetar membuat
tubuhnya sedikit menegak, seperti seekor anjing yang mendengar
kata tulang. "Mereka menghentikan mobil dan membawa sepupuku, Edona, ke
dalam kandang dan dua dari mereka memerkosanya. Menampar
wajahnya dan saling bertanya satu sama lain, 'Mengapa kau
memperlakukan sundal ini begitu baik"' Lalu mereka keluar dan
menembak adik lelaki Edona di kepala, agar tak tumbuh dewasa dan
membalas dendam." "Sungguh biadab. Bajingan."
"Seseorang yang melakukan perbuatan ini benar-benar bukan
manusia," ujarnya, wajahnya memucat bahkan meski ia membuatnya
seolah hanya sedang bicara tentang seorang pemain sepak bola yang
terkena kartu merah. "Hewan bahkan tak seperti ini."
Hoolian merasa dirinya sedang mengarah pada salah satu batas-
batas itu. "Kau pernah mengalami kejadian macam itu?" tanyanya.
"Tidak, tentu tidak." Zana menggelengkan kepala terlalu kuat.
"Mereka hanya membakar rumah kami dan memaksa kami berjalan
lima hari dalam hujan ke perbatasan. Kami cukup beruntung."
"Kau sebut itu beruntung?"
"Wanita di tenda sebelah mati dan meninggalkan tiga anak,"
ujarnya. "Kami hanya kehilangan rumah. Itu tak begitu buruk. Kalau
dibandingkan." Ia tak mempercayai pendengarannya. Ia hampir bisa mengendus
hal lain yang belum gadis itu ceritakan padanya.
Itu mengambang di udara bagai ozon setelah lontaran halilintar.
"Tapi keluargamu yang lain baik-baik saja?"
"Ya. Semua masih utuh. Kenapa kau bertanya?"
"Aku tak tahu. Hanya kedengarannya suaramu berubah."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Hoolian masih menyimpan perasaan itu, naluri penjaranya. Sekali
kau disakiti, kau akan mampu melihat luka-luka orang lain. Ia mulai
membuka diri tanpa sadar. Sebuah inti telah separo terbuka, sesuatu
yang hangat dan rapuh yang dapat diremukkan lelaki itu dengan
Jejak Di Balik Kabut 3 Pendekar Hina Kelana 7 Majikan Gagak Hitam Matahari Esok Pagi 17