Pencarian

Domba Domba Telah Membisu 3

Domba Domba Telah Membisu The Silence Of The Lambs Karya Thomas Haris Bagian 3


"Lepaskanlah Catherine dalam keadaan selamat."
"Wah, cerdik sekali," ujar Starling. Ia gemetaran bagaikan anjing terrier.
"Benar-benar cerdik."
"Apa, soal Star Wars itu?" tanya Mapp.
"Kalau makhluk luar angkasa berusaha mengendalikan pikiran Buffalo Bill dari
planet lain, maka Senator Martin bisa melindunginya - itu maksudnya?" Starling
mengangguk. "Banyak paranoid schizophrenics yang mengalami halusinasi ini - pengendalian oleh
makhluk luar angkasa. Kalau memang itu masalah Bill, barangkali pendekatan ini
bisa memancingnya keluar dari tempat persembunyiannya. Paling tidak, Catherine
mendapat tambahan waktu beberapa hari. Dan kita punya waktu untuk menyelidiki
Bill. Tapi mungkin juga tidak; Crawford berpendapat selang waktu Bill beraksi
semakin singkat. Tapi tak ada salahnya dicoba."
"Aku pasti mau mencoba apa saja seandainya anggota keluargaku yang disekap.
Kenapa dia terus berkata 'Catherine'"
Kenapa dia terus mengulangi nama itu?" "Dia berusaha agar Buffalo Bill memandang
Catherine sebagai manusia. Banyak pembunuh berantai memberi keterangan di
penjara bahwa mereka harus melihat korban sebagai benda sebelum bisa
menyembelihnya. Mereka bilang mereka serasa berhadapan dengan boneka."
"Mungkinkah pernyataan Senator Martin ini didalangi oleh Crawford?"
"Mungkin, mungkin juga oleh Dr. Bloom - itu dia," ujar Starling.
Mapp menoleh ke layar TV dan melihat wawancara dengan Dr. Alan Bloom dari
University of Chicago mengenai pembunuh berantai, yang direkam beberapa minggu
sebelumnya. Dr. Bloom tidak mau membandingkan Buffalo Bill dengan Francis Dolarhyde atau
Garrett Hobbs, atau para pembunuh berantai lain yang tercatat dalam sejarah. Ia
juga tidak mau menggunakan istilah
"Buffalo Bill". Sesungguhnya ia tidak banyak bicara, namun ia dikenal sebagai
pakar terkemuka dalam bidang ini dan pihak jaringan TV ingin menampilkan
wajahnya. Ucapan penutupnya digunakan sebagai "gong" di akhir laporan,
"Segala sesuatu yang mungkin kita gunakan untuk mengancamnya masih kalah
mengerikan dibandingkan apa yang harus dia hadapi setiap hari. Yang bisa kita
lakukan adalah mengimbau agar dia mendatangi kita. Kita bisa menjanjikan
perlakuan baik dan bantuan, dan kita bisa menjanjikannya dengan hati tulus."
"Hah, omong'kosong. Kata-kata manis tanpa makna. Dia tidak menceritakan apa-apa,
tapi di pihak lain, dia juga tidak membuat Bill gelisah."
"Aku tidak bisa melupakan gadis di West Virginia itu," ujar Starling. "Dia
selalu terbayang-bayang di depan mata."
Pada waktu makan malam, Mapp menghibur Starling dengan komentar-komentarnya yang
Jenaka, dan membuat orang-orang yang menguping percakapan mereka terkagum-kagum
mendengarnya menciptakan plesetan dari karya-karya Stevie Wonder dan Emily
Dickinson. Ketika mereka kembali ke kamar, Starling memeriksa kotak suratnya dan menemukan
pesan berikut: Harap hubungi Albert Roden, ditambah nomor telepon.
"Ini satu bukti lagi bahwa teoriku benar," katanya kepada Mapp ketika mereka
menjatuhkan diri di tempat tidur masing-masing.
"Teori apa?" "Kalau kita ketemu dua laki-laki, bisa dipastikan yang menelepon bukan orang
yang diharapkan." "Itu sih aku sudah tahu." Pesawat telepon berdering.
Mapp menempelkan ujung pensil ke hidungnya. "Kalau itu Hot Bobby Lowrance,
tolong beritahu dia aku lagi di perpustakaan, oke?"
ujar Mapp. "Bilang saja aku akan menelepon dia besok."
Peneleponnya ternyata Crawford. Ia menelepon dari pesawat terbang dan suaranya
berkeresek. "Starling, berkemaslah untuk dua malam dan temui aku satu jam lagi."
Starling menyangka Crawford sudah memutuskan hubungan, sebab ia hanya mendengar
bunyi mendengung, namun sekonyong-konyong suara atasannya terdengar lagi " - tidak
perlu bawa perlengkapan, pakaian saja."
"Di mana aku harus menemui Anda?"
"Di Smithsonian." Crawford mulai bicara dengan orang lain sebelum mematikan
pesawat teleponnya. "Jack Crawford," kata Starling sambil menaikkan tas pakaiannya ke atas tempat
tidur. Mapp mengintip dari balik Federal Code of Criminal Procedure yang tengah
dibacanya. Ia memperhatikan Starling berkemas sambil mengerutkan kening. "Aku
bukannya mau menambah pikiranmu," ujarnya.
"Sudahlah, jangan banyak basa-basi," sahut Starling- Ia sudah tahu apa yang akan
dikatakan rekannya itu. Mapp berhasil masuk Law Review di University of Maryland, meskipun bekerja
sambil kuliah. Peringkat akademisnya di Academy adalah nomor dua di kelas
mereka, dan kalau sudah menghadapi buku, ia selalu siap berjibaku. "Seharusnya
kau ikut ujian Criminal Code besok dan tes PE dua hari lagi. Pastikan Supremo
Crawford tahu kau bisa disuruh mengulang dari awal kalau dia tidak hati-hati.
Begitu dia berkata, 'Terima kasih atas bantuanmu. Siswa Starling,' kau jangan
cuma bilang, 'Sama-sama.' Tatap wajahnya dan tegaskan,
'Saya minta Anda memastikan secara pribadi bahwa saya tidak disuruh mengulang
karena tidak mengikuti ujian.' Mengerti'.'"
"Aku bisa ikut ujian susulan," ujar Starling sambil membuka jepitan rambut
dengan giginya. "Yeah, dan kalau kau gagal karena tidak sempat belajar, kaupikir
kau takkan disuruh mengulang" Yang benar saja! Kau akan dicampakkan sebelum
sempat berkedip. Rasa terima kasih tidak bertahan lama Clarice. Paksa dia
memberi jaminan bahwa kau tak perlu mengulang apa pun. Nilai-nilaimu bagus suruh
dia mengatakan itu. Aku tak mau kehilangan teman sekamar yang bisa menyetrika
secepat kau dalam keadaan kepepet."
Starling menjalankan Pinto tuanya dengan kecepatan tetap di jalan raya berjalur
empat, satu mil per jam di bawah kecepatan yang biasa membuat kemudinya
bergetar. Bau apak bercampur bau oli panas, suara kertak-kertak dari bawah,
serta desing transmisi membuatnya teringat pada pickup ayahnya. Ia pun terkenang
bagaimana ia duduk di samping ayahnya sementara saudara-saudaranya terus membuat
gaduh. Kini ia yang pegang kemudi, menyetir menembus kegelapan malam.
Pikirannya menerawang. Rasa takut seakan-akan mencengkeram tengkuknya; berbagai kenangan dari kejadian yang belum lama lewat
mendesak-desaknya dari samping.
Starling kuatir mayat Catherine Baker Martin telah ditemukan.
Buffalo Bill mungkin panik ketika mengetahui siapa korbannya.
Mungkin saja ia telah menghabisi Catherine dan membuangnya dengan kepompong
tersangkut di tenggorokan.
Barangkali kepompong itu dibawa Crawford untuk diidentifikasi.
Kalau bukan karena itu kenapa ia minta Starling datang ke Smithsonian" Tapi
urusan sepele seperti itu tak perlu ditangani Crawford; kurir FBI pun sanggup
melakukannya. Dan Crawford telah menyuruhnya berkemas untuk dua hari. Starling
mengerti kenapa Crawford tidak memberikan penjelasan melalui saluran radio yang
tidak diamankan, namun ia tetap saja penasaran.
Ia menemukan stasiun radio khusus berita dan menunggu sampai penyiarnya selesai
membacakan laporan cuaca. Tapi berita yang menyusul ternyata tidak membantu.
Berita dari Memphis itu sekadar mengulangi berita pukul tujuh tadi. Putri
Senator Martin dilaporkan hilang. Blusnya ditemukan dalam keadaan tersayat di
punggung, ciri khas Buffalo Bill. Tak ada saksi mata. Sementara itu korban yang
ditemukan di West Virginia tetap belum berhasil diidentifikasi.
West Virginia. Di antara hal-hal yang diingat Clarice Starling mengenai Potter
Funeral Home terdapat sesuatu yang amat berguna.
Sesuatu yang abadi, bersinar-sinar di tengah kesuraman. Sesuatu yang patut
disimpan. Starling sengaja mengingat-ingatnya sekarang, dan ia menyadari ia bisa
menggenggamnya bagaikan jimat. Di Potter Funeral Home, saat berdiri di tempat
cuci tangan, ia memperoleh kekuatan dari sumber yang membuatnya terkejut
sekaligus senang - kenangan mengenai ibunya.
Ia memarkir Pinto-nya di bawah markas besar FBI di persimpangan Tenth dan
Pennsylvania. Dua kru TV telah memasang peralatan mereka di trotoar; para
reporter tampak terlalu rapi di bawah sorot lampu-lampu. Mereka sedang
memberikan laporan dengan J. Edgar Hoover Building sebagai latar belakang.
Starling menghindari lampu-lampu itu dan berjalan kaki Sejauh dua blok ke
Smithsonian's National Museum Natural History.
Ia melihat beberapa jendela terang di gedung tua itu. Sebuah van bertanda
Baltimore County P0i1Ce tampak berhenti di jalan masuk yang berbentuk setengah
lingkaran. Pengemudi Crawford, Jeff, menunggu di balik kemudi van pengintai di
belakangnya. Ketika melihat Starling mendekat, ia mengatakan sesuatu melalui
radio komunikasi yang digenggamnya
Bab Delapan Belas Penjaga pintu Smithsonian's mengantar Clarice Starling ke tingkat dua di atas
gajah besar. Pintu lift membuka dan mereka melangkah Starling ke tingkat dua di
atas gajah besar. Pintu lift membuka dan mereka melangkah ke ruangan yang luas
dan remang-remang. Crawford sudah menunggu dengan tangan terselip dalam kantong jas hujan.
"Malam, Starling."
"Halo." Crawford menoleh kepada penjaga. "Kami sudah tahu jalannya, Officer, terima
kasih." Crawford dan Starling berdampingan menyusuri koridor yang diapit
tumpukan peti dan kotak berisi spesimen-spesimen antropologi. Beberapa lampu di
langit-langit menyala, tapi tidak banyak. Starling berjalan sambil menundukkan
kepala dan merenung, seperti yang biasa dilakukan orang saat melintasi kampus,
dan tiba-tiba ia menyadari bahwa Crawford hendak meletakkan tangan pada
pundaknya, dan Crawford akan melakukannya kalau saja hubungan mereka
memungkinkannya. Ia menunggu Crawford angkat bicara.
Akhirnya ia herhenti dan menyelipkan tangan ke dalam kantong.
Mereka saling berhadapan di tengah koridor yang sunyi.
Crawford menyandarkan kepala pada tumpukan peti dan menarik napas panjang.
"Kemungkinan besar Catherine Martin masih hidup,"
katanya. Starling mengangguk-angguk, lalu menundukkan kepala.
Barangkali Crawford lebih mudah bicara kalau tidak ditatap langsung.
Roman mukanya tampak biasa, namun sepertinya ada sesuatu yang membuatnya
tertekan. Sepintas lalu Starling menyangka istrinya meninggal. Namun mungkin
juga Crawford menjadi murung karena menghabiskan satu hari bersama ibu Catherine
yang tengah tertimpa musibah.
"Tak banyak yang kuperoleh di Memphis," kata Crawford.
"Tampaknya korban diculik di pelataran parkir. Tak ada yang melihat kejadiannya.
Dia masuk ke apartemennya dan entah kenapa kemudian keluar lagi. Sepertinya dia
tidak bermaksud berlama-lama - pintu apartemennya dibiarkan terbuka dengan
memasang pengaman deadlock agar jangan sampai terkunci secara tidak sengaja.
Kunci pintunya ditemukan di atas pesawat TV. Tak ada yang diotak-atik.
Kelihatannya dia hanya sebentar di dalam. Dia tidak sempat memeriksa mesin
penjawab telepon di kamar tidur. Lampunya masih menyala ketika pacarnya akhirnya
memanggil polisi. "Catherine ada di tangannya sekarang, Starling. Jaringan-jaringan TV setuju
untuk tidak mengadakan countdown pada siaran berita malam - Dr. Bloom kuatir itu
akan memicu Bill untuk bertindak.
Tapi beberapa tabloid mungkin tak bisa dicegah."
Pada salah satu kasus penculikan sebelumnya, polisi menemukan baju yang tersayat
di punggung dan berbasi mengidentifikasi korban sementara ia masih ditawan.
Starling masih ingat countdown bertepi hitam yang terpampang pada halaman depan
koran-koran kuning. Countdown itu mencapai hitungan kedelapan belas sebelum
korban ditemukan mengambang di sungai.
"Jadi, Catherine Baker Martin sedang menanti nasib di tempat tetirah Bill, dan
kita punya waktu sekitar satu minggu. Itu batas maksimal - Bloom berpendapat
selang waktu Bill beraksi semakin singkat." Tidak biasanya Crawford bicara
panjang-lebar seperti itu.
Dan istilah "tempat tetirah" terasa dibuat-buat. Starling tak sabar menunggu
Crawford menjelaskan maksud sesungguhnya, dan ia tak perlu menunggu lama-lama.
"Tapi kali ini. Starling, kali ini kita mungkin agak beruntung."
Starling menatapnya sambil mengerutkan kening, penuh harapan namun sekaligus
waspada. "Kita menemukan serangga lagi.
Kawan-kawanmu, Pilcher dan... yang satu lagi."
"Roden." "Mereka sedang menelitinya."
"Di mana Anda mendapatkannya - Kentucky" - gadis di kamar pendingin itu?"
"Bukan. Mari, biar kutunjukkan. Aku ingin tahu pendapatmu mengenai ini."
"Bagian Entomologi ada di sebelah sana, Mr.Crawford."
"Aku tahu," jawab Crawford.
Mereka membelok ke pintu Antropologi. Cahaya dan suara-suara menembus pintu
berkaca susu itu Starling melangkah masuk.
Tiga pria dengan jas lab bekerja pada meja di tengah ruangan, di bawah lampu
yang terang-benderang. Dari tempat Starling berdiri, tidak terlihat apa yang
sedang mereka lakukan. Jerry Burroughs dari seksi Ilmu Perilaku mengamati
tindak-tanduk mereka sambil membuat catatan pada clipboard. Starling mencium bau
yang terasa sudah dikenalnya.
Kemudian salah satu pria berbaju putih memindahkan sesuatu ke tempat cuci tangan
dan Starling segera mengenalinya.
Pada nampan baja tahan karat di meja ia melihat "Klaus," kepala yang
ditemukannya di Split City Mini-Storage.
"Serangga yang kuceritakan tadi berasal dari tenggorokan Klaus," ujar Crawford.
"Tunggu sebentar, Starling. Jerry, kau sedang bicara dengan ruang operator?"
Burroughs sedang membacakan catatan pada clipboard sambil menjepit gagang
telepon. Dengan sebelah tangan ia menutup pesawat. "Yeah, Jack, gambar rekaan
Klaus sedang dikeringkan."
Crawford mengambil alih telepon. "Bobby, jangan tunggu sambungan Interpol. Buka
saluran gambar dan kirim foto-fotonya sekarang juga, berikut laporan medis.
Negara-negara Skandinavia, Jerman Barat, Belanda. Jangan lupa sebutkan bahwa
Klaus mungkin awak kapal dagang yang kabur dari kapalnya. Dan tambahkan bahwa
Asuransi Kesehatan Nasional mereka mungkin punya klaim untuk tulang pipi yang
retak. Apa itu namanya, zygomatic arch. Sekalian kirimkan kedua bagan gigi,
universal dan Federation pentaire. Memang sudah kedaluwarsa, tapi lumayan untuk
perkiraan kasar." Ia mengembalikan telepon kepada Burroughs. "Mana barang-
barangmu, Starling'"
"Di ruang penjaga di bawah."
"Johns Hopkins yang menemukan serangga itu," Crawford berkata ketika mereka
menunggu lift. "Mereka memeriksa kepalanya untuk kepolisian Baltimore County.
Serangga itu tersangkut di tenggorokan, persis seperti pada gadis di West
Virginia." "Seperti di West Virginia."
"'Sepertinya kau ragu. Johns Hopkins menemukan serangga itu pukul tujuh malam
tadi. Aku dihubungi Kejaksaan Baltimore di pesawat. Mereka mengirimnya ke sini.
berikut Klaus, supaya kita bisa melihatnya in situ. Mereka juga minta pendapat
Dr. Angel mengenai usia Klaus dan berapa usianya ketika tulang pipinya retak.
Mereka biasa berkonsultasi dengan Smithsonian, sama seperti kita."
"Tunggu sebentar. Ini harus kucerna dulu. Maksud Anda. Buffalo Bill mungkin
membunuh Klaus" Bertahun-tahun lalu?"
"Apakah dugaan ini terlalu mengada-ada, terlalu serba kebetulan?"
"Begitulah kesanku saat ini."
"Pikirkanlah beberapa waktu."
"Dr. Lecter memberitahuku di mana Klaus bisa temukan." ujar Starling.
"Memang." "Dr. Lecter juga memberitahukan bahwa pasiennya, Menjamin Raspail, mengaku
membunuh Klaus. Tapi Lecter cenderung menganggap Klaus mati tercekik tanpa
disengaja saat berhubungan intim."
"Itu kata dia."
"Anda menduga Lecter tahu persis bagaimana Klaus tewas, dan bukan karena
Raspail, bukan pula karena dicekik?"
"Di tenggorokan Klaus ada serangga, di tenggorokan gadis dari West Virginia ada
serangga. Aku belum pernah melihat itu di tempat lain. Aku belum pernah membaca
soal itu, dan belum pernah mendengarnya. Bagaimana menurutmu?"
"Anda menyuruhku berkemas untuk dua hari. Anda ingin aku bertanya langsung
kepada Lecter, bukan?"
"Kaulah satu-satunya yang bisa mengajaknya bicara, Starling."
Starring mengangguk.

Domba Domba Telah Membisu The Silence Of The Lambs Karya Thomas Haris di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kita bicara sambil menuju rumah sakit jiwa," Crawford menambahkan.
Bab Sembilan Belas Dr. lecter bertahun-tahun menjalankan praktek psikiatri yang sukses sebelum kita
menangkapnya karena pembunuhan," Crawford menjelaskan. "Berulang kali dia
membuat evaluasi psikiatris untuk pengadilan Maryland dan Virginia dan sejumlah
pengadilan lain di sepanjang Pantai Timur. Dia sering menangani pelaku kejahatan
yang tidak waras. Itu salah satu penjelasan bagaimana dia tahu. Kecuali itu, dia mengenal Raspail secara pribadi dan Raspail pun menceritakan berbagai hal
saat mengikuti terapi. Barangkali Raspail yang memberitahunya siapa yang
membunuh Klaus." Crawford dan Starling duduk berhadapan di kursi putar di bagian
belakang van pengintaian.
Mereka sedang menuju ke utara pada jalan raya U.S. 95, ke Baltimore yang
berjarak enam puluh kilometer. Jeff, yang memegang kemudi, tampaknya telah
diperintahkan untuk tancap gas.
"Lecter sempat menawarkan bantuan, tapi aku menolak mentah-mentah. Aku sudah
pernah menerima bantuannya. Dia tidak memberikan sesuatu yang berguna dan malah
menusuk wajah Will Graham dengan pisau. Sebagai hiburan."
"Tapi serangga di tenggorokan Klaus, serangga di tenggorokan gadis di West
Virginia, itu tidak bisa diabaikan. Alan Bloom belum pernah mendengar tentang
ini, begitu juga aku. Kau pernah menemui kasus seperti ini, Starling" Kau lebih
banyak membaca buku dan laporan dibandingkan aku."
"Belum. Benda-benda lain, ya, tapi serangga belum pernah."
"Ada dua hal yang perlu kauingat. Pertama, kita berpegang pada anggapan bahwa
Dr. Lecter memang mengetahui sesuatu yang konkret. Kedua, Lecter selalu mencari
kesenangan. Jangan pernah lupa. Dia sendiri harus menginginkan Buffalo Bill
ditangkap sementara Catherine Martin masih hidup. Segala kesenangan dan
keuntungan harus diarahkan ke situ. Kita tidak punya apa-apa untuk mengancamnya -
toilet dan buku-bukunya sudah diambil."
"Bagaimana kalau kita menceritakan situasi apa adanya dan menawarkan sesuatu - sel
dengan pemandangan, misalnya. Itu yang dimintanya ketika dia menawarkan
bantuan." "Dia menawarkan bantuan, Starling. Dia tidak bilang dia mau membocorkan rahasia
orang lain. Dengan berterus terang, dia tidak punya kesempatan untuk memamerkan
kepandaiannya. Kau ragu. Kau ingin percaya dia. Begini, Lecter tidak terburu-
buru. Dia mengikuti kasus ini seperti menonton pertandingan baseball. Kalau dia
kita minta berterus terang, dia akan menunggu. Dia takkan langsung buka mulut."
"Biarpun dengan iming-iming imbalan" Sesuatu yang takkan diperolehnya jika
Catherine Martin tewas?"
"Andaikata kita katakan padanya kita tahu dia punya informasi dan kita minta dia
membeberkannya. Dia akan mendapatkan kesenangan maksimal dengan menunggu dan
berlagak mengingat-ingat, minggu demi minggu. Dia akan membangkitkan harapan
Senator Martin dan membiarkan Catherine mati, lalu menyiksa ibu berikut dan yang
berikut, selalu membangkitkan harapan, selalu berlagak mengingat-ingat - bagi dia
itu lebih baik daripada pemandangan. Itulah yang menghidupinya."
"Aku tidak tahu apakah kita semakin bijak dengan bertambahnya usia, Starling,
tapi lambat laun kita "belajar untuk menghindari situasi yang tidak
menguntungkan. Dan situasi ini patut dihindari."
"Jadi, Dr. Lecter harus menganggap kita mendatanginya semata-mata untuk teori
dan pendapatnya," ujar Starling.
"Tepat." "Kenapa aku diberitahu" Kenapa aku tidak disuruh saja ke sana untuk
menanyakannya sesuai keinginan Anda?"
"Aku lebih suka membuka kartu. Kau akan melakukan hal yang sama pada waktu
kaupegang komando nanti. Cara-cara lain takkan berhasil dalam jangka panjang."
"Berarti serangga di tenggorokan Klaus tidak boleh disinggung-singgung, begitu
juga keterkaitan antara Klaus dan Buffalo Bill."
"Jangan. Kau kembali mendatangi Lecter karena kau terkesal dia bisa meramalkan
Buffalo Bill akan mulai mengambil kulit kepala korbannya. Aku sudah resmi
menolak tawaran Lecter untuk membantu, begitu pula Alan Bloom. Tapi kau bisa
coba-coba. Kau membawa tawaran untuk berbagai fasilitas khusus hal-hal yang
hanya bisa diupayakan oleh seseorang dengan kekuasaan seperti Senator Martin.
Lecter harus percaya bahwa dia perlu bertindak cepat, sebab tawaran itu batal
jika Catherine tewas. Jika itu terjadi Lecter takkan dipedulikan lagi oleh
Senator Martin. Dan kalau dia sampai gagal, itu karena dia tidak sepandai dan
sehebat yang digembar-gemborkannya selama ini - bukan karena dia sengaja tutup
mulut untuk mengejek kita."
"Betulkah Lecter takkan dipedulikan lagi?"
"Lebih baik kau bisa menjawab di bawah sumpah bahwa kau tak pernah mengetahui
jawaban terhadap pertanyaan itu."
"Hmm, aku mengerti." Berarti Senator Martin belum diberitahu.
Langkah itu menuntut keberanian. Tampaknya Crawford kuatir mengenai campur
tangan pihak luar; tampaknya ia kuatir Senator Martin akan melakukan kesalahan
dengan mengimbau langsung kepada Dr. Lecter. "Kau betul-betul sudah mengerti?"
"Ya. Tapi bagaimana dia bisa memberikan petunjuk yang cukup jelas untuk
mengarahkan kita kepada Buffalo Bill, tanpa memperlihatkan bahwa dia menyimpan
informasi khusus" Bagaimana dia bisa melakukannya dengan mengandalkan teori dan
pemikirannya sendiri?"
"Entahlah, Starling. Dia punya waktu cukup lama untuk memikirkannya. Dia
menunggu sampai ada enam korban."
Pesawat telepon di dalam van berdengung dan berkerlap-kerlip, menandakan
percakapan pertama dari serangkaian telepon yang disambungkan melalui operator
FBI atas permintaan Crawford sudah siap dimulai.
Selama dua puluh menit berikut, ia bicara dengan petugas-petugas kenalannya di
Dutch State Police dan Royal Marechausee, seorang Overstelojtnant di Swedish
Technical Police yang pernah belajar di Quantico, dan seorang kenalan pribadi
yang bertugas sebagai asisten Rigspolitichef kepolisian pemerintah Denmark.
Kemudian ia mengejutkan Starling dengan berbicara dalam bahasa Prancis dengan
petugas piket malam di Belgian Police Criminelle.
Setiap kali ia menekankan bahwa Klaus harus diidentifikasi secepat mungkin.
Sebenarnya masing-masing wilayah hukum itu sudah menerima permintaan bantuan
melalui teleks Interpol, tapi berkat jaringan pribadi Crawford, permintaan
tersebut akan ditanggapi lebih cepat, Starling menyadari Crawford memilih van
itu karena peralatan komunikasinya - van tersebut dilengkapi sistem Voice Privacy
yang baru - namun sesungguhnya urusan ini lebih mudah ditangani dari ruang
kerjanya. Di sini Crawford terpaksa buka-tutup buku-buku notesnya pada meja
sempit dalam cahaya redup, dan setiap kali kendaraan mereka terguncang, buku-
bukunya ikut bergeser. Pengalaman lapangan Starling belum banyak, tapi ia tahu tidak biasanya seorang
kepala seksi turun tangan untuk urusan sepele seperti ini. Crawford sebenarnya
bisa saja memberikan pengarahan melalui telepon radio. Starling bersyukur
atasannya itu memilih alternatif lain. Starling mendapat kesan bahwa ketenangan
di dalam van serta waktu yang diberikan agar misi ini dapat berjalan secara
terencana telah dibayar dengan harga tinggi. Percakapan Crawford melalui telepon
membenarkan dugaannya. Crawford sedang berbicara dengan Direktur FBI "Tidak, Sir.
Apakah mereka setuju" Berapa lama" Tidak, Sir. Tidak. Tidak ada alat penyadap.
Tommy itu rekomendasi saya. Saya tidak mau dia memakai alat penyadap. Dr. Bloom
sependapat. Dia tertahan kabut di O'Hare.
Dia akan datang begitu pesawatnya bisa lepas landas. Oke."
Crawford lalu menelepon juru rawat di rumahnya. Setelah menyelesaikan percakapan
yang tak dipahami oleh Starling, ia melepaskan kacamatanya dan memandang ke luar
jendela van selama satu menit. Kemudian kacamatanya dipasang kembali, dan ia
berpaling kepada Starling.
"Kita punya waktu tiga hari untuk Lecter. Kalau tidak ada hasil, kepolisian
Baltimore akan mencoba memaksanya bicara, sampai mereka diperintahkan berhenti
oleh pengadilan." "Lecter tidak bisa dipaksa. Seharusnya mereka sudah tahu dari pengalaman."
"Apa yang dia berikan pada mereka waktu itu" Burung-burungan kertas?"
"Ya, burung-burungan." Burung origami yang telah kusut itu masih tersimpan di
tas Starling. Ia melicinkannya pada meja kecil dan membuatnya mematuk-matuk.
"Aku tidak menyalahkan polisi Baltimore. Lecter tahanan mereka. Kalau Catherine
sampai tewas, mereka harus bisa mengatakan kepada Senator Martin bahwa mereka
telah mencoba segala cara." "Bagaimana keadaan Senator Martin?"
"Tabah tapi cemas. Dia wanita yang cerdas, keras dan berakal sehat, Starling.
Kau pasti menyukainya."
"Apakah Johns Hopkins dan seksi pembunuhan Baltimore County akan tutup mulut
mengenai serangga di tenggorokan Klaus" Apakah kita bisa merahasiakannya dari
pihak pers?" "Paling tidak selama tiga hari."
"Itu bukan pekerjaan mudah."
"Kita tidak bisa mempercayai Frederick Chilton, atau siapa pun di rumah sakit
jiwa itu," ujar Crawford. "Kalau Chilton tahu, seluruh dunia tahu. Chilton pasti
akan mengetahui kedatanganmu, tapi kau sekadar membantu Baltimore Homicide dalam
menuntaskan kasus Klaus - tak ada sangkut pautnya dengan Buffalo Bill."
"Dan itu kulakukan malam-malam begini?"
"Katakan saja aku tidak mengizinkanmu menggunakan waktu lain. Oh ya, soal
serangga di West Virginia akan disebutkan di koran-koran
pagi. Kantor pemeriksa mayat Cincinnati yang membocorkannya, jadi ini bukan rahasia lagi. Ini detail kecil yang bisa
kauberikan pada Lecter, dan sebenarnya tak ada pengaruhnya, asal dia jangan
sampai tahu kita juga menemukan serangga di tenggorokan Klaus."
"Apa yang bisa kita tawarkan sebagai imbalan?"
"Soal itu sedang kuusahakan," sahut Crawford, lalu kembali mengangkat gagang
telepon. BAB DUA PULUH Kamar mandi luas, dengan keramik putih, sky light, dan fixture impor dari Italia
yang menempel pada dinding bata yang tidak diplester.
Meja rias besar yang diapit tanaman pot, penuh kosmetika, dengan cermin berembun
karena uap dari shower. Terdengar orang bersenandung dari shower dengan nada
terlalu tinggi untuk suaranya.
Lagu yang didendangkan adalah Cash for Your Trash ciptaan Fats Waller, dari
musikal Ain't Misbehavin'. Sesekali suara itu menyanyikan liriknya:
"Save up all your old newsPA-PERS.
Save and pile 'em like a high skySCRAPER
DAH DAHDAHDAH DAH DAH DATiDAH D AH DAH..."
Setiap kali terdengar kata-kata, seekor anjing kecil menggaruk-garuk pintu kamar
mandi. Orang yang sedang mandi itu adalah Jame Gumb, pria kulit putih, tiga puluh empat
tahun, dua meter lebih, 102 kg, rambut cokelat, mata biru, tanpa tanda-tanda
khusus. Ia mengucapkan nama depannya seperti James tanpa s. Dan ia berkeras agar
semua orang melakukan hal yang sama.
Setelah membilas tubuhnya, Gumb mengoleskan Friction des Bains dan
menggosokkannya dengan tangan ke dada dan pantat.
Untuk bagian-bagian tubuh yang enggan disentuhnya, ia menggunakan lap piring. Bulu kakinya sudah agak panjang, tapi untuk sementara ia
membiarkannya. Gumb mengeringkan tubuhnya, lalu mengoleskan pelembap kulit. Cerminnya yang
memperlihatkan seluruh badan tertutup tirai plastik di bagian bawah.
Gumb memakai lap piring untuk menjepitkan penis dan buah zakarnya di antara
kedua paha. Ia menyingkirkan tirai plastik dan berpose di depan cermin, meskipun
gerakan itu membuatnya tidak nyaman di daerah selangkangan.
"Lakukan sesuatu untukku, Sayang. Lakukan sesuatu SEGERA."
Suaranya yang berat dipaksa bernada tinggi, dan hasilnya ia anggap cukup baik.
Hormon-hormon yang pernah diminumnya - Premarin untuk beberapa waktu, lalu
diethylstilbestrol - tak dapat mengubah suaranya, tapi bulu-bulu pada dadanya yang
agak menonjol memang telah menipis. Gumb juga telah menghilangkan janggutnya
dengan proses elektrolisis dan membentuk garis rambut agar menyerupai huruf V,
namun ia tidak mirip wanita. Ia tampak seperti pria yang siap berkelahi dengan
menggunakan kuku maupun tangan dan kaki.
"Apa yang akan kaulakukan untukkuuu " "
Anjing di luar kembali menggaruk-garuk pintu. Gumb mengenakan kimono dan
membiarkan anjing itu masuk. Ia mengangkat anjing pudel berbulu putih
kekuningan. BAB DUA PULUH SATU Clarice starling tiba di Baltimore State Hospital for the Criminally Insane
beberapa menit setelah pukul sepuluh malam. Ia sendirian.
Starling berharap Dr. Frederick Chilton tidak ada di tempat, tapi ternyata orang
itu telah menunggu di ruang kerjanya. Chilton mengenakan jas santai bermotif
kotak-kotak dengan potongan Inggris.
Moga-moga dia tidak bermaksud mengajakku berkencan, ujar Starling dalam hati.
Di depan meja Chilton tidak ada apa-apa selain kursi bersandaran lurus yang
disekrup ke lantai. Starling berdiri di samping kursi dan menyapa pimpinan rumah
sakit itu. Dr. Chilton berpaling dari rak berisi koleksi lokomotif Franklin Mint
kebanggaannya. "Mau minum kopi?"
"Tidak, terima kasih. Maaf saya mengganggu acara Anda malam ini."
"Anda masih juga berusaha mengorek keterangan mengenai kepala itu," kata Dr.
Chilton. "Ya. Saya diberitahu kejaksaan Baltimore bahwa mereka sudah menghubungi Anda,
Dokter." "Oh ya, kerja sama kami sangat erat, Miss Starling. Omong-omong. Anda sedang
menyusun artikel atau tesis?"
"Tidak." "Karya tulis Anda sudah pernah dimuat dalam jurnal-jurnal profesi?"
"Belum. Saya diminta membantu Baltimore County Homicide oleh kantor U.S.
Attorney. Kami sekadar merangkum petunjuk-petunjuk lepas untuk mempermudah
penyidikan selanjutnya." Starling bersyukur ia tidak menyukai Chilton, sehingga
membohonginya pun terasa lebih mudah.
"Anda memakai alat penyadap untuk merekam ucapan Dr.
Lecter. Miss Starling?"
"Tidak." Dr. Chilton mengeluarkan alat perekam berukuran kecil dari laci mejanya dan
memasukkan sebuah kaset. "Kalau begitu, bawalah ini.
Sekretaris saya akan membuat transkrip, dan salinannya akan dikirim pada Anda.
Barangkali berguna sebagai pelengkap catatan Anda."
"Maaf, Dr. Chilton, tapi saya tidak bisa melakukannya."
"Kenapa tidak" Pihak berwajib Baltimore menginginkan analisis saya mengenai
segala sesuatu yang dikatakan Lecter sehubungan kasus Klaus ini."
Bujuklah Chilton agar mau bekerja sama, Crawford sempat berpesan. Kita bisa saja
memaksanya dengan membawa surat perintah pengadilan, tapi Lecter pasti segera
tahu. Dia seolah bisa membaca Pikiran Chilton.
"U.S. Attorney menyarankan kami memakai pendekatan informal dulu. Seandainya
saya merekam ucapan Dr. Lecter tanpa sepengetahuannya, dan kemudian dia
mengetahuinya, seluruh suasana kerja sama yang telah terbina akan mentah
kembali. Anda tentu sependapat."
"Bagaimana mungkin dia tahu?"
Dia bakal membacanya di koran, berikut segala hal lain yang kauketahui,
brengsek. Starling tidak menyahut. "Jika pertemuan saya dengan Lecter ada kelanjutannya
dan dia harus memberi kesaksian, Andalah yang pertama melihat bahan-bahan yang
terkumpul. Dan saya yakin Anda juga akan diundang sebagai saksi ahli. Saat ini
kami sekadar berusaha memperoleh petunjuk dari dia."
"Apakah Anda tahu kenapa dia mau bicara dengan Anda, Miss Starling?"
"Tidak, Dr. Chilton."
Chilton menatap deretan ijazah yang terpajang di dinding di belakang meja
kerjanya. Kemudian ia kembali berpaling kepada Starling. "Anda yakin Anda tahu
apa yang Anda lakukan?"
"Tentu." Kaki Starling gemetaran akibat berlatih terlalu berat. Ia tidak ingin
bertengkar dengan Chilton. Ia perlu menyimpan tenaga untuk menghadapi Lecter.
"Anda datang ke rumah sakit saya untuk wawancara dan menolak berbagi informasi
dengan saya."

Domba Domba Telah Membisu The Silence Of The Lambs Karya Thomas Haris di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Saya hanya menjalankan perintah, Dr. Chilton. Saya membawa nomor telepon U.S.
Attorney. Silakan Anda bicarakan masalah ini dengan dia, atau biarkan saya
melaksanakan tugas."
"Saya bukan juru kunci di sini, Miss Starling-Saya tidak perlu datang kemari
malam-malam untuk kubiarkan orang keluar-masuk.
Saya sudah beli satu karcis pertunjukan Holiday on Ice."
Chilton sadar ia mengatakan satu karcis. Saat itu juga seluruh hidupnya terbeber
di hadapan Starling, dan Chilton pun menyadarinya.
Lemari esnya yang kosong terbayang di depan mata Starling, begitu pula sisa
masakan instan yang dimakannya seorang diri, serta barang-barang yang dibiarkan
menumpuk selama berbulan-bulan, sampai akhirnya dipindahkan. Starling langsung
tahu ia tidak boleh memberi ampun, tidak boleh angkat bicara atau memalingkan
wajah. Ia menatap wajah Chilton sambil menelengkan kepala dan memicingkan mata,
dan ia tahu Chilton takkan sanggup melanjutkan percakapan.
Chilton memanggil petugas bernama Alonzo untuk mengantarnya.
BAB DUA PULUH DUA Ketika menuju ke sayap pengamanan maksimum bersama Alonzo, Starling berusaha
mengabaikan suara benturan dan teriakan yang seakan-akan menyelubunginya.
Kehadiran orang-orang gila - kesadaran bahwa Catherine Martin sedang sendirian,
terikat, bersama salah satu dari mereka - menyiapkan Starling untuk tugasnya.
Namun ia membutuhkan lebih dari sekadar tekad. Ia harus tenang, teliti, penuh
perhitungan. Ia harus menggunakan kesabaran dalam keadaan terdesak waktu. Jika
Dr. Lecter mengetahui jawabannya, Starling harus meraba-rabanya secara hati-
hati. Starling teringat rekaman mengenai Catherine Baker Martin semasa kanak-kanak
yang ditayangkan dalam siaran berita, gadis cilik di atas perahu layar. Alonzo
menekan tombol pada pintu kokoh terakhir.
"Bimbinglah kami untuk peduli dan tidak peduli, bimbinglah kami untuk diam."
"Maaf?" ujar Alonzo, dan Starling menyadari ia bicara sendiri.
Alonzo meninggalkannya bersama penjaga berbadan besar yang membuka pintu. Ketika
Alonzo berbalik, Starling melihatnya membuat tanda salib.
"Selamat datang kembali," kata si penjaga, lalu menggerendel pintu di belakang
mereka. "Halo, Barney."
Barney sedang memegang buku Sense and Sensibility karya Jane Austen; semua indra
Starling dalam keadaan siaga penuh, dan tak ada yang luput dari perhatiannya.
"Lampunya mau diatur bagaimana?" tanya Barney.
Koridor di antara deretan sel tampak remang-remang. Di ujung ia melihat cahaya
dari sel terakhir menerangi lantai koridor.
"Dr. Lecter belum tidur."
"Dia selalu bangun kalau malam - biarpun lampunya tidak menyala."
"Biarkan saja seperti sekarang."
"Jalan di tengah koridor, jangan pegang terali, oke?"
"Saya mau mematikan TV." Pesawat TV telah digeser ke ujung, menghadap ke bagian
tengah koridor. Beberapa penghuni sel bisa melihatnya dengan menempelkan kepala
ke terali. "Oke. silakan matikan suaranya. Tapi gambarnya biarkan saja.
Beberapa orang di sini suka nonton. Saya sudah menyiapkan kursi untuk Anda,
kalau Anda membutuhkannya."
Seorang diri Starling menyusuri koridor remang-remang itu. Ia tidak menoleh ke
sel-sel di kedua sisi. Suara langkahnya berkesan keras baginya. Kecuali itu
hanya ada suara mendengkur dari satu atau dua Sel, serta tawa terkekeh-kekeh
dari sel lain. Bekas sel Miggs sudah diisi penghuni baru. Starling melihat sepasang kaki yang
panjang terjulur di lantai, serta bagian belakang kepala yang bersandar pada
terali. Ia menoleh sejenak. Seorang pria duduk di lantai sel, di tengah sobekan-
sobekan kertas karton Wajahnya tanpa ekspresi. Pesawat TV tercermin di matanya.
Air liur mengalir dari sudut mulut.
Starling enggan memandang ke sel Dr. Lecter sebelum yakin kedatangannya
diketahui. Ia melewati sel itu, menghampiri TV, dan mematikan suaranya. Ia
merinding. Dr. Lecter mengenakan seragam putih rumah sakit jiwa di selnya yang berwarna
sama. Kecuali rambut, mata, dan mulutnya yang merah, segala sesuatu di sel itu
berwarna putih. Wajahnya sudah begitu lama tidak terkena sinar matahari,
sehingga seakan-akan menyatu dengan warna putih yang mengelilinginya; sepintas
lalu timbul kesan wajahnya melayang di atas kerah bajunya. Lecter duduk di meja
di balik jaring nilon yang menghalanginya dari terali. Ia sedang membuat sketsa
pada kertas roti dengan memakai tangannya sebagai model. Sementara Starling
menonton, Lecter membalikkan tangan dan, sambil meregangkan jari-jemari,
menggambar sisi dalam lengannya. Dengan jari kelingking ia menggosok-gosok salah
satu garis yang dibuatnya dengan arang. Starling mendekati terali, dan Lecter
menoleh. "Selamat malam, Dr. Lecter."
Ujung lidah Lecter yang merah muncul di antara kedua bibir yang tak kalah
merahnya. Sejenak lidahnya menyentuh bibir atas, tepat di tengah, lalu
menghilang kembali. "Clarice." Starling mendengar suaranya yang parau, dan dalam hati ia bertanya, sudah berapa
lama sejak pria itu terakhir angkat bicara.
Keheningan seakan berdenyut-denyut
"Besok bukan hari libur, tapi malam-malam begini kau masih jalan-jalan," ujar
Lecter. "Ini sekolah malam," balas Starling. Ia menyayangkan suaranya tidak bernada
lebih tegas. "Aku dari West Virginia kemarin... "
"Kau terluka?" "Tidak. Aku... "
"Kau memakai Band-Aid baru, Clarice."
Kemudian Starling teringat. "Kakiku tergores pinggiran kolam renang tadi." Band-
Aid itu tidak kelihatan, tersembunyi di balik celana panjang. Rupanya Lecter
bisa menciumnya. "Aku dari West Virginia kemarin. Polisi setempat menemukan
mayat di sana, korban terakhir Buffalo Bill."
"Bukan yang terakhir, Clarice."
"Terakhir sebelum yang sekarang."
"Ya." "Kulit kepalanya diambil. Persis seperti yang Anda naikan."
"Kau keberatan kalau aku terus menggambar sambil mengobrol?"
"Tidak, silakan."
"Kau melihat jenazahnya?"
"Ya." "Kau sempat melihat para korban sebelumnya?"
"Tidak secara langsung. Hanya dari foto."
"Bagaimana perasaanmu waktu itu?"
"Prihatin, kemudian aku sibuk."
"Dan setelah itu?"
"Terpukul." "Kau tetap bisa bertugas dengan baik?" Dr. Lecter menggosok-gosokkan arang pada
tepi kertas untuk meruncingkannya.
"Ya, aku tetap bekerja seperti biasa."
"Untuk Jack Crawford" Atau dia ikut juga?"
"Dia ikut." "Sebentar, Clarice. Tolong tundukkan kepala sedikit, seperti kalau kau tertidur.
Sedikit lagi. Terima kasih, sudah cukup. Duduklah.
Kau sempat menceritakan ucapanku pada Jack Crawford sebelum korban ditemukan?"
"Ya. Dia tak percaya."
"Dan setelah dia melihat korban di West Virginia?"
"Dia bicara dengan seorang pakar dari University of... "
"Alan Bloom." "Betul. Dr. Bloom menjelaskan bahwa Buffalo Bill sekadar menanggapi sosok yang
diciptakan pers. Dia bilang semua orang bisa meramalkan bahwa hal itu akan
terjadi." "Dr. Bloom sudah tahu sebelumnya?"
"Dia bilang begitu."
"Dia sudah tahu, tapi tidak mengatakan apa-apa. Hmm, begitu.
Bagaimana menurutmu, Clarice?"
"Entahlah." "Kau mempunyai latar belakang psikologi, dan sedikit forensik.
Kau mengail di tempat keduanya bertemu, bukan" Sudah ada yang tertangkap,
Clarice." "Sejauh ini hasilnya belum seperti yang diharapkan."
"Berdasarkan kedua disiplin ilmu itu, apa yang dapat kaukatakan mengenai Buffalo
Bill?" "Menurut buku, dia bisa digolongkan sebagai pelaku sadisme."
"Hidup ini terlalu rumit untuk mengandalkan buku, Clarice; kemarahan tampak
seperti gairah, TBC kulit menyerupai ruam biasa."
Dr. Lecter selesai menggambar tangan kiri dengan tangan kanan. Ia berganti
tangan, lalu mulai menggambar tangan kanan dengan tangan kiri.
"Maksudmu, buku Dr. Bloom?"
"Ya." "Kau mencari keterangan mengenai aku di situ, bukan?"
"Ya-" "Bagaimana dia menggambarkanku?"
"Sebagai sosiopat sejati."
"Kau menganggap Dr. Bloom selalu benar?"
"Aku masih menunggu bukti sebaliknya."
Senyum Dr. Lecter memperlihatkan giginya yang lecil dan putih.
"Pakar ada di mana-mana, Clarice. Dr. Chilton menggolongkan Sammie, di
belakangmu sebagai hebephrenic schizoid yang tak bisa disembuhkan. Dia
menempatkan Sammie di bekas sel Biggs, karena menganggap Sammie sudah berpamitan
pada dunia. Kau tahu bagaimana hidup orang hebemrenic biasanya berakhir" Jangan
kuatir, dia takkan mendengarmu."
"Mereka yang paling sukar dirawat," sahut Sterling. "Pada umumnya, mereka
sepenuhnya menutup diri dari lingkungan dan mengalami disintegrasi kepribadian."
Dr. Lecter mengambil sesuatu yang terselip di antara lembaran-lembaran kertas
roti dan menaruhnya pada baki. Starling menariknya keluar.
"Baru kemarin Sammie mengirimkan ini bersama makan malamku," katanya. Starling
meraih potongan kertas karton bertulisan krayon itu. Tulisan itu berbunyi:
I WAN TOO GO TO JESA I WAN TOO GO WIV CRIEZ I CAN GO WIV JESA EF I AC RELL NIZE
SAMMIE Starling menoleh ke belakang. Sammie masih duduk di dinding sel dengan kepala
tersandar pada terali. Wajahnya tetap tanpa ekspresi.
"Coba ucapkan keras-keras. Dia takkan mendengarmu."
Starling mulai membaca. " I want to go to Jesus, I want to go with Christ, I can
go with Jesus if I act real nice.'"
"Bukan, bukan begitu. Lebih tegas. Seperti 'Pease porridge hot.'
Iramanya berbeda, tapi intensitasnya sama." Lecter bertepuk-tepuk pelan, "Pease
porridge in the pot nine days old. Bersemangat.
Sungguh-sungguh. I wan to go to Jesa, I wan to go wiv Criez-'"
"Aku mengerti," ujar Starling sambil mengembalikan kertas itu ke baki.
"Tidak, kau sama sekali belum mengerti." Dr. Lecter mendadak bangkit, lalu
jongkok. Tubuhnya yang kecil tampak janggal ketika ia berayun-ayun sambil
bertepuk tangan. Suaranya menggema, "I wan to go to Jesa..."
Sekonyong-konyong suara Sammie menggelegar di belakang Starling. Sammie berdiri
dan merapatkan wajah ke terali. Urat-urat lehernya tampak tegang:
l WAN TOO GO TO JESA I WAN TOO GO WIV CRIEZ CAN GO WIV JESA EF I AC RELL
NIIIZE." Hening. Tanpa sadar Starling telah berdiri dan kursi lipatnya terbalik ke
belakang. Kertas-kertas di pangkuannya berserakan di lantai.
"Mari," Dr. Lecter berkata. Sikapnya tegak dan anggun bagaikan penari, ketika ia
mempersilakan Starling duduk kembali. Ia sendiri mengambil tempat lagi di
kursinya dan duduk sambil bertopang dagu.
"Kau sama sekali belum mengerti," katanya sekali lagi.
''Sammie sangat religius. Hanya saja dia kecewa karena Yesus belum datang juga.
Boleh aku memberitahu Clarice kenapa kau ada di sini, Sammie?" Sammie menutup
mulut dengan sebelah tangan.
"Bolehkah?" ujar Dr. Lecter.
"Eaaah." Sammie berkata melalui sela-sela jari.
"Sammie menaruh kepala ibunya pada baki kolekte di Highway Baptist Church di
Trune. Mereka bernyanyi Give of Your Best to the Master, dan itulah miliknya
yang paling berharga." Lecter menatap ke belkang Starling.
"Terima kasih. Sammie. Dan tenang saja. Silakan nonton TV."
Pria jangkung itu merosot ke lantai dengan kepala tersandar pada terali seperti
sebelumnya. Gambar dari TV tercermin di matanya, dan wajahnya kini tercoreng
tiga garis mengilap, air mata dan ludah.
"Nah. Cobalah menerapkan pengetahuanmu pada kasus dia, dan barangkali aku bisa
menerapkan pengetahuanku pada kasusmu. Quid pro quo. Dia tidak mendengarkan
kita." Starling harus berusaha keras.
"Sajaknya berubah dari 'go to Jesus' ke 'go with Christ,'"
katanya. "Urut-urutan itu berdasarkan nalar: pergi ke, tiba di pergi dengan."
"Ya, progresi linear. Yang membuatku gembira, dia tahu 'Jesa'
sama dengan 'Criez.' Itu menunjukkan kemajuan. Gagasan Tuhan tunggal sebagai
Tritunggal sulit diterima, terutama bagi Sammie, yang tidak tahu pasti berapa
orang yang ada dalam dirinya. Eldridge Cleaver menyebutkan parabel 3-in-One Oil,
dan itu bisa membantu."
"Sammie melihat hubungan sebab-akibat antara tindakan dan tujuannya; itu
menandakan pemikiran terstruktur," ujar Starling.
"Sama halnya dengan kemampuan menyusun sajak. Perasaannya tidak tumpul - dia menangis. Menurut Anda, dia termasuk catatonic
schizoid"' "Ya. Kau mencium keringatnya" Bau yang mirip bau kambing itu adalah trans-3-
methyl-2 hexenoic acid. Ingat itu, itu bau schizophrenia."
"Dan Anda percaya dia bisa menjalani perawatan?"
"Terutama sekarang, pada waktu dia keluar dari fase apatis.
Lihat, pipinya bersinar-sinar!"
"Dr. Lecter, kenapa Anda berkata Buffalo Bill bukan pelaku sadisme?"
"Karena koran-koran melaporkan luka bekas tali pada pergelangan tangan, tapi
bukan pada pergelangan Kaki. Kau menemukan luka bekas tali pada pergelangan kaki
korban di West Virginia?"
"Tidak." "Clarice, orang yang menguliti korbannya demi kesenangan, selalu melakukannya
dengan korban dalam posisi terbalik, agar tekanan darah lebih lama terjaga di
kepala dan dada, dan korban tetap sadar. Kau tidak tahu itu?"
"Tidak." "Setelah pulang ke Washington, pergilah ke National Gallery dan perhatikanlah
Flaying of Marsyas karya Titian sebelum dikembalikan ke Cekoslowakia. Detail-
detailnya begitu hidup - perhatikanlah Pan yang begitu rajin membawakan ember
berisi air." "Dr. Lecter, kita sedang menghadapi keadaan luar Biasa, dan sejumlah kesempatan
yang tidak lazim." "Bagi siapa?" '"Bagi Anda, kalau korban yang ini bisa diselamatkan. Anda melihat Senator
Martin di TV?" "Ya, aku menonton siaran berita."
"Bagaimana pendapat Anda mengenai pernyataannya?"
"Salah arah, tapi tidak berbahaya. Dia bertindak berdasarkan nasihat yang
keliru." "Senator Martin sangat berkuasa. Dan bersedia melakukan apa saja."
"Lalu?" "Menurutku, pengetahuan Anda dalam hal ini melebihi pengetahuan orang lain.
Senator Martin telah memberi indikasi bahwa jika Anda membantu kami
menyelamatkan Catherine Baker Martin, dia akan mengusahakan kepindahan Anda ke
institusi federal dan kalau memang ada pemandangan, Anda bisa menikmatinya. Anda
mungkin juga akan diminta meninjau laporan-laporan evaluasi psikiatri dari
pasien-pasien baru - dengan kata lain, Anda akan mendapat pekerjaan. Pengamanan


Domba Domba Telah Membisu The Silence Of The Lambs Karya Thomas Haris di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tetap seperti semula."
"Aku tidak percaya, Clarice."
"Sebaiknya Anda percaya."
"Oh, aku percaya kau berkata jujur. Tapi selain cara menguliti orang dengan
benar, masih banyak hal yang tidak kauketahui mengenai perilaku manusia.
Bukankah aneh, seorang senator Amerika Serikat memilihmu sebagai kurir?"
"Anda yang memilihku, Dr. Lecter. Anda yang ingin bicara denganku. Anda lebih
suka bicara dengan orang lain sekarang" Atau barangkali Anda merasa tidak
sanggup membantu?" "Ini lancang sekaligus tidak benar, Clarice. Aku tidak percaya Jack Crawford
rela aku menerima kompensasi apa pun. Mungkin ada satu hal yang bisa
kausampaikan pada Senator Martin, tapi harus ada imbalan bagiku. Bagaimana kalau
kita bertukar informasi, informasiku dengan informasi mengenai dirimu" Ya atau
tidak?" "Tergantung apa yang ingin Anda tanyakan."
"Ya atau tidak" Catherine sedang menunggu, bukan" Sambil mendengarkan suara batu
asah" Kira-kira apa yang dia harapkan darimu?"
"Baiklah, apa yang ingin Anda ketahui?"
"Apa kenangan terburuk masa kecilmu?" Starling menarik napas panjang.
"Jangan lama-lama," ujar Lecter. "Aku tidak berminat mendengarkan karanganmu
yang paling mengerikan."
"Kematian ayahku," Starling menyahut.
"Ceritakanlah."
"Ayahku seorang town marshall. Suatu malam dia memergoki dua pencuri, pecandu
obat bius, keluar dari pintu belakang sebuah toko. Ketika dia turun dari pickup,
pengokang senapannya macet dan dia ditembak."
"Macet?" "Pengokangnya tidak ditarik sampai habis. Senapannya senapan lama, Remington
870, dan pelurunya tersangkut di antara magasin dan laras. Kalau itu terjadi,
senapannya tidak bisa ditembakkan sebelum dibongkar. Rupanya pengokangnya
terbentur pintu mobil waktu dia turun."
"Dia langsung tewas?"
"Tidak. Dia kuat. Dia bertahan satu bulan."
"Kau mengunjunginya di rumah sakit?"
"Dr. Lecter - ya."
"Ceritakan salah satu detail dari rumah sakit yang kauingat."
Starling memejamkan mata. "Tetangga kami berkunjung, seorang janda tua, dan dia
membacakan bagian akhir dari Thanatopsis untuk ayahku. Mungkin hanya itu yang
dia tahu. Oke, sekian saja."
"Baiklah. Kau sangat terus terang, Clarice. Aku Pasti tahu apakah orang berkata
jujur atau tidak. Aku jadi ingin tahu, bagaimana seandainya kita sempat
berkenalan secara pribadi."
"Sekarang giliran Anda. Quid pro quo."
"Menurutmu, apakah gadis di West Virginia itu bisa disebut menarik secara fisik
waktu dia masih hidup?"
"Dia pandai merawat diri."
"Jangan sia-siakan waktuku dengan eufemisme."
"Dia gemuk." "Besar?" "Ya." "Ditembak di dada."
"Ya." "Payudaranya kecil, bukan?"
"Untuk ukuran dia, ya."
"Tapi besar di daerah pinggang."
"Ya, benar." "Apa lagi?" "Kami menemukan serangga yang sengaja dimasukkan ke tenggorokannya - hal ini tidak
diumumkan." "Seekor kupu-kupu?"
Starling menahan napas. Ia berharap Lecter tidak menyadarinya.
"Seekor ngengat," katanya.
"Tolong jelaskan bagaimana Anda mengantisipasi ini."
"Clarice, aku akan memberitahumu kenapa Buffalo Bill menculik Catherine Baker
Martin, dan setelah itu selamat malam. Untuk sementara, ini petunjuk terakhir
dariku. Senator Martin boleh mengajukan tawaran yang lebih menarik... atau dia
boleh menunggu sampai Catherine ditemukan mengambang dan ucapanku terbukti
benar." "Kenapa dia diculik, Dr. Lecter?"
"Bill menginginkan rompi dengan puting susu," sahut Dr. Lecter.
Bab Dua Puluh Tiga Catherine baker martin tergeletak lima meter lebih di bawah lantai basement.
Kegelapan yang menyelubunginya dikuasai suara napasnya, detak jantungnya.
Kadang-kadang rasa ngeri menekan dadanya, bagaikan pemburu yang menginjak rubah
untuk membunuhnya. Kadang-kadang ia sanggup berpikir jernih: ia sadar ia
diculik, namun ia tidak tahu oleh siapa. Ia sadar ia tidak bermimpi; dalam
kegelapan yang pekat, ia bisa mendengar bunyi pelan yang timbul setiap kali ia
mengedipkan mata. Keadaannya sudah lebih baik dibandingkan ketika ia baru
siuman. Rasa pening yang sempat dialaminya sudah mereda, dan ia tahu ia tidak
kekurangan udara. Ia bisa membedakan bawah dan atas, dan ia pun bisa mengira-
ngira posisi tubuhnya. Pundak, pinggang, dan lututnya pegal karena menindih lantai semen tempat ia
tergeletak. Itu sisi bawah. Sisi atas adalah kasur gulung yang digunakannya
untuk menutupi seluruh tubuh ketika ia terakhir disorot cahaya terang-benderang
yang menyilaukan. Kepalanya tak lagi berdenyut-denyut, dan yang masih terasa nyeri hanyalah jari-
jemari tangan kirinya. Ia tahu jari manisnya patah. Ia mengenakan semacam jump
suit yang terbuat dari potongan-potongan kain. Baju itu bersih dan masih berbau
pewangi pakaian. Lantai pun bersih hanya dikotori tulang-tulang ayam dan sayuran sisa yang
dilemparkan orang yang menyekapnya. Benda lain di sekelilingnya hanya kasur
gulung tadi serta ember plastik dengan tali tipis terikat pada gagangnya. Tali
itu menuju kegelapan di atas, sejauh jangkauan tangannya.
Catherine Martin bebas bergerak, namun ia tidak bisa ke mana-mana. Lantai tempat
ia tergeletak berbentuk bulat telur, kira-kira dua setengah kali tiga meter,
dengan lubang saluran pembuangan yang kecil di tengah-tengah. Lantai itu
merupakan dasar sumur yang dalam.
Kini terdengar suara dari atas, ataukah itu hanya suara detak jantungnya" Bukan,
memang suara dari atas. Jelas-jelas dari atas.
Lubang sumur tempat ia disekap berada di basement, tepat di bawah dapur. Ia
mendengar suara langkah pada lantai dapur, dan suara air mengalir. Bunyi cakar
anjing menggaruk-garuk linoleum. Lalu tidak terdengar apa-apa sampai lingkaran
cahaya kuning redup tampak pada lubang pintu kolong, pertanda lampu basement
dinyalakan. Kemudian ia kembali diterpa sinar terang-benderang, dan kali ini ia duduk tegak,
dengan kasur melintang pada kakinya yang bersilangan.
Ia mencoba mengintip lewat sela-sela jari, sementara menunggu matanya terbiasa
dengan cahaya menyilaukan itu.
Bayangannya bergerak-gerak, mengikuti ayunan lampu yang tergantung jauh di
atasnya. Ia berkedip ketika ember plastik di dekatnya terangkat sambil berayun
dan berputar pelan. Ia berusaha meredam rasa ngeri yang menghinggapi dirinya,
dan dengan susah payah ia bicara.
"Keluargaku akan membayar," katanya. "Tunai, ibuku akan membayar, tanpa bertanya
apa pun. Ini nomor - " la terperanjat ketika melihat bayangan gelap melayang ke
arahnya. Ternyata sebuah handuk, ini nomor telepon pribadinya. 202... "
"Bersihkan dirimu." Suara aneh yang sama, yang didengarnya berbicara dengan
anjing itu. Ember lain diturunkan dengan tali. Ia mencium air panas berbau
sabun. "Buka baju dan seka badanmu, atau kau kusiram pakai slang."
Suara itu terdengar menjauh sambil iberkata kepada anjing di sampingnya, "Dia
akan disiram, Sayang, dia akan disiram!" Catherine Martin mendengar suara
langkah dan bunyi cakar pada lantai di atas basement. Pandangannya tak lagi
kabur seperti ketika pertama kali lampu dinyalakan. Ia bisa melihat dengan
jelas. Seberapa tinggi tepi lubang sumur, seberapa tinggi lampu yang tergantung
pada kabel" Mungkinkah ia menjangkau lampu itu dengan pakaiannya" Lakukan sesuatu, persetan.
Jangan diam saja. Dinding sumur begitu licin.
Satu-satunya cacat yang terlihat pada dinding itu hanyalah retakan pada
plesteran, setengah meter di luar jangkauan tangannya.
Ia menggulung kasurnya serapat mungkin, lalu mengikatnya dengan handuk. Sambil
berdiri pada gulungan itu, ia menjangkau celah tadi dan berhasil mengaitkan kuku
untuk menjaga keseimbangan.
Kemudian ia mendongakkan kepala. Lampu yang menerangi lubang sumur tergantung
hampir tiga meter di atas tangannya yang terentang.
Suara langkah terdengar mendekat. Gulungan kasur tempat Catherine Martin
berpijak nyaris terbalik, dan ia mencengkeram celah di dinding untuk menjaga
keseimbangan, lalu melompat turun. Sebuah serpihan jatuh dan menyerempet
wajahnya. Sesuatu diturunkan melewati lampu, sebuah slang. Sejenak air dingin menyembur,
seakan-akan sebagai ancaman.
"Bersihkan dirimu. Semuanya."
Di dalam ember ada waslap, dan sebotol pelembap impor yang mahal mengambang di
permukaan air. Catherine Martin tidak membantah. Lengan dan kakinya merinding,
puting susunya mengerut sampai nyeri karena udara yang dingin. Ia jongkok di
samping ember air panas, sedekat mungkin ke dinding, dan menyeka seluruh tubuh.
"Sekarang keringkan badanmu dan gosokkan krimnya. Ke seluruh badan."
Krim itu terasa hangat karena air mandi. Kelembapannya membuat pakaian Catherine
melekat pada kulitnya. "Sekarang angkat semua sampah dan pel lantainya."
Itu pun dilakukannya tanpa membantah. Tulang-tulang ayam dan kacang polong yang
berserakan dimasukkannya ke dalam ember.
Kemudian ia membersihkan noda-noda minyak. Di dekat dinding ia menemukan
serpihan yang jatuh dari retakan di atas tadi. Ternyata kuku manusia, kuku yang
patah dan dilapisi cat kuku berkilau-kilau.
Ember ditarik ke atas. "Ibuku akan membayar," Catherine Martin kembali berkata.
"Tanpa banyak pertanyaan. Dia akan membuat kalian semua jadi kaya. Kalau ini
dalam rangka perjuangan, Iran atau Palestina, atau Black Liberation, dia akan
memberikan uang untuk itu. Kalian hanya perlu... " Lampu dipadamkan. Seketika ia
diselubungi kegelapan pekat.
Ia berkedip dan berseru, "Ohhh!" ketika ember plastik yang pertama turun di
sampingnya. Ia duduk di atas kasur dan berpikir keras. Kini ia yakin penculiknya
hanya satu orang - orang Amerika kulit putih. Ia berusaha memberi kesan tidak tahu
apa-apa mengenai diri orang itu, bahwa ingatannya mengenai kejadian di pelataran
parkir telah terhapus akibat pukulan-pukulan ke kepalanya. Ia berharap orang itu
percaya ia bisa membebaskan tawanannya tanpa risiko apa pun.
Otaknya bekerja keras, terlalu keras.
Kuku itu, sebelumnya ada orang lain di sini. Wanita, atau gadis.
Di mana dia sekarang" Apa yang terjadi dengannya"
Dalam keadaan normal, ia akan segera tahu. Tapi dalam keadaan sekarang, ia baru
sadar setelah teringat pelembap yang sempat ia oleskan. Pelembap kulit. Seketika
ia menyadari siapa yang menyekapnya. Kesadaran itu menghunjamnya bagaikan belati
dan ia menjerit, menjerit, di bawah kasur. Ia bangkit dan berusaha memanjat,
mencakar-cakar dinding, menjerit sampai terbatuk-batuk, dengan tangan menempel
di pipi. Kemudian ia mengempaskan diri ke kasur, badannya melengkung dari kepala
sampai ke tumit, sementara tangannya menjambak-jambak rambutnya sendiri.
Bab Dua Puluh Empat Keping uang Starling masuk ke celah telepon umum di ruang penjaga yang kusam. Ia
menelepon ke van. "Crawford."
"Aku ada di telepon umum, di luar sayap pengamanan maksimum," ujar Starling.
"Dr. Lecter menanyakan apakah serangga di West Virginia seekor kupu-kupu. Dia
tidak membahasnya lebih lanjut. Dia bilang Buffalo Bill menculik Catherine
Martin karena, aku mengutip, 'Dia menginginkan rompi dengan puting susu.' Dr.
Lecter ingin melakukan barter. Dia menginginkan tawaran yang lebih menarik dari
Senator Martin." "Dia memutuskan pembicaraan denganmu?"
"Ya." "Kira-kira kapan dia bisa diajak bicara lagi?"
"Sepertinya dia cenderung menunggu beberapa hari, tapi aku ingin mendesaknya
sekarang juga, kalau aku bisa membawa tawaran baru dari Senator Martin."
"Ini memang mendesak. Kita sudah mendapatkan identifikasi gadis di West
Virginia, Starling. Sekitar setengah jam lalu ada kiriman kartu sidik jari orang
hilang dari Detroit, dan ternyata cocok. Kimberly Jane Emberg, dua puluh dua
tahun, hilang di Detroit sejak tujuh Februari. Kita sedang menyisir daerah
sekitar rumahnya untuk mencari saksi mata. Petugas visum Charlottesville
menyatakan dia tewas paling lambat tanggal sebelas Februari, mungkin sehari
sebelumnya, tanggal sepuluh."
"Berarti hanya tiga hari dia disekap," kata Starling.
"Bill semakin singkat menyekap korban-korbannya. Tapi rasanya ini bukan
kejutan." Nada suara Crawford tetap datar.
"Catherine Martin sudah sekitar dua puluh enam jam di tangannya. Kalau Lecter
memang sanggup membantu, sebaiknya dia melakukannya pada pertemuan kalian yang
berikut. Aku ada di kantor perwakilan Baltimore sekarang, teleponmu disambungkan
dari van. Ada kamar untukmu di HoJo, dua blok dari rumah sakit, kalau-kalau kau perlu
tidur sebentar nanti."'
"Lecter curiga, Mr. Crawford. Dia tidak percaya Anda akan membiarkan dia
mendapat fasilitas khusus. Dia menukar informasinya mengenai Buffalo Bill dengan
informasi pribadi tentang diriku. Kukira pertanyaan-pertanyaannya tidak ada
sangkut-pautnya dengan kasus ini. Anda ingin tahu apa yang ditanyakannya?"
"Tidak." "Itu sebabnya Anda keberatan aku memakai alat penyadap, bukan" Anda pikir aku
lebih mudah membuka rahasia pribadi untuk menyenangkan dia kalau orang lain
tidak ikut mendengarnya."
"Atau begini: Bagaimana kalau aku percaya kau sanggup menangani dia, Starling"
Bagaimana kalau aku yakin kaulah yang paling cocok, dan aku tak ingin kau diusik
orang-orang yang sok tahu'" Maukah kau memakai alat penyadap kalau begitu?"
"Tidak, Sir!' Anda memang terkenal jago menangani agen, bukan begitu, Mr.
Crawford" " "Apa yang bisa kita tawarkan kepada Dr. Lecter?"
"Ada beberapa barang yang akan kukirim ke sana. Lima menit lagi aku sudah sampai
di sana, kecuali kalau kau ingin beristirahat dulu sejenak."
"Lebih baik langsung saja," sahut Starling. "Katakan pada pengantar barangnya
agar mencari Alonzo. Katakan pada Alonzo aku menunggunya di koridor di luar
Section 8." "Lima menit," ujar Crawford.
Starling mondar-mandir di lobi, jauh di bawah tanah. Ia satu-satunya sumber
kecerahan di ruangan itu.
Kita jarang memperoleh kesempatan mempersiapkan diri di lapangan rumput atau di
jalan setapak berbatu kerikil; kita melakukannya secara mendadak di tempat-
tempat tanpa jendela, di koridor-koridor rumah sakit, di ruangan-ruangan seperti
ruang penjaga ini, dengan sofa berjok plastik dan asbak yang sekaligus berfungsi
sebagai iklan, di mana tirai-tirai menutupi dinding beton. Di ruangan-ruangan
seperti inilah, dalam keadaan terdesak waktu, kita mempersiapkan tindak-tanduk
kita, kita hafalkan di luar kepala agar bisa menggunakannya saat kita
dicengkeram ketakutan. Starling sudah cukup matang untuk mengetahui hal
tersebut; ia tidak membiarkan dirinya terpengaruh ruangan itu. Starling berjalan
mondar-mandir. "Tahan, Nak," ia berkata keras-keras. Ia mengatakannya kepada
Catherine Martin dan kepada dirinya sendiri.
"Kita lebih baik dari ruangan ini. Kita lebih baik dari tempat keparat ini,"
katanya. "Kita lebih baik dari tempat kau disekap. Bantulah aku. Bantulah aku. Bantulah
aku." Sekilas ia teringat orangtuanya yang telah tiada.
Ia bertanya-tanya, apakah mereka akan kecewa jika mereka bisa melihatnya
sekarang - pertanyaan yang sering kita ajukan dalam hati.
Jawabannya tidak, mereka takkan kecewa. Ia membasuh muka dan keluar ke koridor.
Alonzo sudah menunggu dengan paket tersegel dari Crawford.
Paket itu berisi peta dan sejumlah instruksi. Starling segera mempelajari
instruksi-instruksi tersebut, lalu menekan bel agar Barney membukakan pintu
untuknya.

Domba Domba Telah Membisu The Silence Of The Lambs Karya Thomas Haris di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bab Dua Puluh Lima Dr. lecter duduk di meja, membaca surat-surat yang diterimanya.
Starling merasa lebih mudah menghampiri sel itu jika perhatian Lecter tidak
tertuju pada dirinya. "Dokter." Lecter mengangkat jari untuk menyuruhnya diam.
Selesai membaca surat, ia duduk termenung, dengan ibu jari tangannya yang
berjari enam di bawah dagu dan telunjuk di samping hidung. "Bagaimana pendapatmu
tentang ini?" tanyanya, lalu menaruh suratnya pada baki makanan. Pengirim surat itu adalah
U.S. Patent Office. "Ini menyangkut arloji penyalibanku," Dr. Lecter menjelaskan.
"Mereka menolak memberikan hak paten, tapi aku disarankan mengajukan permintaan
hak cipta untuk wajah arloji. Coba lihat ini."
Ia meletakkan gambar seukuran serbet kertas di baki makanan, dan Starling
menariknya keluar. "Kau mungkin pernah memperhatikan bahwa pada sebagian besar adegan penyaliban,
kedua tangan menunjukkan, katakanlah, pukul tiga kurang seperempat, atau-paling
tidak pukul dua kurang sepuluh, sementara kedua kaki menunjuk angka enam. Pada
arloji ini, Yesus berada di salib, I seperti kaulihat di sini, dan lengannya
berputar untuk menunjukkan waktu, seperti pada jam-jam Disney yang populer.
Kakinya tetap pada angka enam, sementara sebuah jarum kecil mengelilingi
lingkaran di atas kepala. Bagaimana pendapatmu"."
Mutu gambar anatomis itu sangat baik. Kepala yang tampak pada gambar itu adalah
kepala Starling. "Anda akan kehilangan banyak detail kalau gambarnya diperkecil
sampai seukuran arloji," ujar Starling. "Sayangnya itu benar, tapi bagaimana
dengan jam dinding" Apakah ini aman tanpa hak paten?"
"Anda tentu akan menggunakan penggerak quartz, bukan, dan mekanisme itu sudah
diberi hak paten. Aku tidak tahu pasti, tapi kukira hak paten melindungi alat
mekanis yang unik, sementara hak cipta melindungi desain."
"Tapi kau bukan pengacara, kan" Itu tidak lagi menjadi persyaratan untuk masuk
FBI." "Aku membawa proposal untuk Anda," Starling berkata sambil membuka tas kerjanya.
Barney datang. Starling menutup tasnya kembali. Ia iri melihat ketenangan Barney
yang seakan-akan tak terusik oleh apa pun. Sorot mata penjaga itu memperlihatkan
ia bebas dari pengaruh obat bius, sekaligus mengisyaratkan kecerdasannya.
"Maaf," ujar Barney. "Kalau Anda perlu tempat untuk menaruh kertas-kertas, di
gudang ada kursi bermeja, kursi sekolah, yang biasa dipakai para psikiater. Mau
saya ambilkan?" Citra sekolahan. Ya atau tidak"
"Kita bisa bicara sekarang, Dr. Lecter?"
Lecter mempersilakannya dengan isyarat tangan. "Ya, Barney.
Terima kasih." Tak lama kemudian Starling sudah duduk, dan Barney pun kembali ke
posnya. "Dr. Lecter, Senator Martin mempunyai tawaran luar biasa untuk Anda."
"Luar biasa atau tidak, itu aku yang memutuskan. Cepat sekali kau bicara dengan
dia?" - "Ya. Dia tidak mau membuang-buang waktu. Dia menawarkan segala sesuatu yang bisa
diberikannya, jadi ini bukan untuk dirundingkan lagi. Ini tawarannya yang
terakhir." Starling menoleh ke arah Lecter.
Dr. Lecter, orang yang telah membunuh sembilan orang, merapatkan tangan di bawah
hidung dan menatap lawan bicaranya.
Matanya menyembunyikan kegelapan tak terperikan. "Jika Anda membantu kami
menemukan Buffalo Bill dan menyelamatkan Catherine Martin, Anda akan memperoleh
hal-hal berikut: transfer ke rumah sakit Veterans Administration di Oneida Park,
New York, ke sel dengan pemandangan hutan di sekeliling rumah sakit. Anda tetap
di bawah penjagaan maksimum. Anda akan diminta mengevaluasi tes psikologi
tertulis terhadap sejumlah narapidana federal, namun belum tentu penghuni
institusi yang sama. Evaluasi-evaluasi itu Anda lakukan tanpa mengetahui
identitas orang yang bersangkutan. Anda akan diberi kesempatan membaca buku."
Starling kembali menoleh.
"Yang paling menarik: setahun sekali Anda akan meninggalkan rumah sakit selama
satu minggu dan pergi ke sini." Ia meletakkan peta pada baki makanan. Dr. Lecter
tidak menariknya ke dalam.
"Plum Island," Starling melanjutkan. "Setiap sore selama satu minggu itu Anda
bebas berjalan-jalan di pantai atau berenang di laut dengan pengawasan dari
jarak jauh, paling dekat tujuh puluh lima meter, tapi pengawasan dilakukan oleh
unit SWAT. Itu tawarannya."
"Kalau aku menolak?"
"Barangkali Anda bisa menggantungkan tirai di dinding, supaya sel Anda lebih
cerah. Begini, Dr. Lecter, kami tidak mempunyai apa pun untuk mengancam Anda.
Yang kutawarkan adalah kesempatan untuk melihat cahaya matahari."
Starling tidak menatapnya. Ia tidak ingin beradu pandang.
Pertemuan ini bukan konfrontasi.
"Apakah Catherine Martin akan mengunjungiku dan berbicara denganku - semata-mata
mengenai penculiknya - jika aku memutuskan untuk menulis" Hanya denganku?"
"Ya. Itu bisa dipastikan."
"Bagaimana kau tahu" Dipastikan oleh siapa?"
"Aku sendiri yang akan mengantarnya."
"Kalau dia bersedia."
"Soal itu harus ditanyakan langsung padanya, bukan?" Lecter menarik baki makanan
ke dalam sel. "Plum Island."
"Di ujung Long Island, di semenanjung sebelah utara itu."
"Plum Island. 'Pusat Penyakit Hewan Plum Island. (Federal, penelitian penyakit
kuku dan mulut),' tertulis di sini. Kedengarannya menarik."
"Itu hanya sebagian dari pulau tersebut. Di sana ada pantai indah dan tempat
penginapan yang Burung laut bertelur di situ di musim semi."
"Burung laut." Dr. Lecter menghela napas. Kepala nya dimiringkan sedikit, dan
ujung lidahnya yang merah menjilat bibirnya yang berwarna sama, tepat di tengah-
tengah. "Jika kita bicara tentang ini, Clarice, maka aku harus memperoleh
sesuatu sebagai imbalan. Quid pro quo. Aku memberitahumu sesuatu, dan kemudian giliranmu bercerita."
"Silakan," ujar Starling.
Ia harus menunggu satu menit sebelum Lect berkata, "Ulat berubah menjadi pupa di
dalam kepompong. Setelah itu dia meninggalkan tempat ganti rahasianya sebagai
imago yang indah. Kau tahu apa itu imago, Clarice?"
"Serangga bersayap dewasa."
"Selain itu?" Starling menggelengkan kepala.
"Istilah psikoanalisis. Imago adalah gambaran mengenai orangtua yang tertanam di
bawah sadar sejak masa kanak-kanak dan sarat dengan kasih sayang kekanak-
kanakan. Kata itu berasal dari patung lilin leluhur yang dibawa orang Romawi
kuno dalam upacara pemakaman. Kukira Crawford pun seharusnya melihat makna
kepompong serangga itu."
"Tak ada yang bisa dilakukan selain membandingkan daftar nama langganan jurnal
entomologi dengan daftar pelaku kejahatan seks yang diketahui."
"Pertama-tama, kita singkirkan julukan Buffalo Bill. Julukan itu menyesatkan dan
tidak ada sangkut-pautnya dengan orang yang kau cari. Supaya lebih mudah, orang
itu kita panggil Billy saja. Sekarang aku akan memberikan rangkuman pendapatku.
Siap?" "Siap." "Makna kepompong itu adalah perubahan. Dari ulat menjadi kupu-kupu, atau
ngengat. Billy beranggapan dia ingin berubah. Dia sedang membuat baju wanita
dari wanita sungguhan untuk dirinya.
Karena itu korban-korbannya berbadan besar - baju itu harus muat di badannya.
Jumlah korban mengisyaratkan dia menganggapnya sebagai serangkaian pergantian
kulit. Dia melakukan aksinya di rumah berlantai dua; sudah tahu kenapa berlantai
dua?" "Selama beberapa waktu, dia menggantung korbannya di tangga."
"Tepat." "Dr. Lecter, setahuku tidak ada korelasi antara transseksualisme dan kekerasan -
kaum transseksual pada umumnya orang berperangai pasif."
"Itu benar, Clarice. Kadang-kadang ada kecenderungan untuk terus menjalani
pembedahan - secara kosmetis, kaum transseksual sukar terpuaskan - tapi tak lebih
dari itu. Billy bukan transseksual sejati. Kau sudah dekat, Clarice. Kau sudah
hampir menemukan cara untuk menangkapnya. Kausadari itu?"
"Tidak, Dr. Lecter."
"Bagus. Kalau begitu, kau tentu tidak keberatan untuk menceritakan apa yang
terjadi sesudah kematian ayahmu."
Starling menatap meja kecil di hadapannya.
"Kukira jawabannya takkan kautemukan pada kertas-kertasmu, Clarice."
"Ibuku menopang kehidupan kami selama lebih dari dua tahun."
"Bagaimana caranya?"
"Siang hari dia bekerja sebagai pelayan hotel malam hari dia memasak di sebuah
cafe." "Setelah itu?" "Aku dititipkan ke sepupu ibuku dan suaminya di Montana."
"Hanya kau?" "Aku yang tertua."
"Dewan Kota tidak membantu keluargamu?"
"Ada cek sebesar lima ratus dolar."
"Aneh, tidak ada asuransi. Clarice, kau bilang senapan ayahmu macet karena
terbentur pintu pickup."
"Ya." "Dia tidak naik mobil patroli?"
"Tidak." "Kejadiannya malam-malam."
"Ya." "Dia tidak punya pistol?"
"Tidak." "Clarice, ayahmu bertugas malam, dengan pickup, bersenjatakan senapan tua. Apakah dia memakai jam absen pada ikat pinggangnya"
Alat di mana ada kunci-kunci terpasang pada tiang-tiang di seluruh kota, dan
kita harus pergi ke sana memasukkan kunci ke dalam jam absensi" Supaya Dewan
Kota tahu kita tidak tidur.
Apakah ayahmu memakai alat seperti itu?"
"Ya." "Ayahmu penjaga malam, bukan" Dia bukan petugas polisi. Aku tahu kau bohong atau
tidak." "Dalam uraian tugasnya tertulis night marshal!"
"Di mana alatnya sekarang?"
"Alat apa?" "Jam absensi itu."
"Aku tidak ingat."
"Maukah kau menceritakannya kalau kau ingat lagi?"
"Ya. Tunggu - Wali Kota datang ke rumah sakit dan minta agar ibuku menyerahkan jam
itu serta lencana ayahku." Starling tidak sadar ia mengetahui hal tersebut.
"Quid pro quo, Dr. Lecter."
"Kau tidak mengarang, bukan" Tidak, nada suaramu takkan begitu pedih kalau
begitu. Kita bicara tentang orang transseksual. Kau mengatakan kekerasan dan
perilaku destruktif yang menyimpang tidak berkorelasi dengan transseksualisme.
Itu benar. Tapi kau masih ingat pembicaraan kita mengenai kemarahan yang tampak
sebagai gairah, dan TBC kulit yang menyerupai ruam biasa" Billy bukan
transseksual, Clarice, tapi dia menganggap dirinya begitu, dia berusaha menjadi
transseksual. Kukira dia sudah berusaha menjadi macam-macam."
"Anda bilang aku sudah hampir menemukan cara untuk menangkapnya."
"Ada tiga tempat utama untuk pembedahan transseksual: Johns Hopkins, University
of Minnesota, dan Columbus Medical Center. Aku takkan heran kalau dia sempat
mendaftarkan diri untuk penggantian kelamin di salah satu atau ketiga-tiganya,
namun ditolak." "Atas dasar apa dia ditolak" Apa alasan pihak rumah sakit?"
"Ah, rupanya kau langsung menangkap maksudku. Yang pertama adalah catatan
kriminal. Orang yang pernah melakukan kejahatan langsung ditolak, kecuali jika
kejahatannya relatif ringan dan berkaitan dengan masalah identitas kelamin.
Mengenakan pakaian lawan jenis di tempat umum, misalnya. Kalaupun seseorang
berhasil menutup-nutupi catatan kriminal serius, dia akan terjaring melalui tes
kepribadian." "Bagaimana caranya?"
"Kita harus tahu caranya sebelum bisa mempraktekkannya, bukan?"
"Ya." "Kenapa kau tidak bertanya kepada Dr. Bloom?"
"Aku lebih suka menanyakannya pada Anda."
"Apa yang akan kauperoleh dari sini, Clarice" Promosi dan kenaikan gaji" Apa
golonganmu, G-9" Apa saja yang kauperoleh sebagai petugas golongan G-9?"
"Kunci untuk pintu depan, antara lain. Seperti apa hasil tes orang semacam
Billy?" "Kau betah di Montana, Clarice?"
"Lumayan." "Kau menyukai suami sepupu ibumu?"
"Kami berbeda."
"Seperti apa mereka?"
"Letih karena bekerja keras."
"Apakah ada anak-anak lain?"
"Tidak." "Di mana kau tinggal?"
"Di peternakan."
"Peternakan domba?"
"Domba dan kuda."
"Berapa lama kau tinggal di situ?"
"Tujuh bulan." "Berapa usiamu waktu itu?"
"Sepuluh." "Dari sana, kau pindah ke...?"
"The Lutheran Home di Bozeman."
"Katakan yang sebenarnya."
"Aku tidak bohong."
"Kau menutup-nutupi cerita sebenarnya. Kalau kau lelah, kita bisa bicara lagi
menjelang akhir minggu. Aku sendiri sudah agak bosan. Atau kau ingin bicara
sekarang?" "Sekarang saja, Dr. Lecter."
"Baiklah. Anak kecil dipisahkan dari ibunya dan dikirim ke peternakan di
Montana. Peternakan domba dan kuda. Dia merindukan ibunya, tapi juga senang
karena dikelilingi binatang-binatang... " Dr.
Lecter memberi isyarat tangan untuk mempersilakan Starling melanjutkan
ceritanya. "Aku menikmatinya. Aku mendapat kamar sendiri dengan selimut Indian sebagai
karpet di lantai. Aku bisa naik kuda - kudanya digiring - penglihatannya sudah
jelek. Ada yang tidak beres dengan semua kuda di sana. Kalau tidak pincang, ya
sakit. Beberapa ekor dibesarkan di lingkungan anak-anak, dan mereka meringkik-
ringkik kalau aku berangkat sekolah."
"Tapi kemudian?"
"Aku menemukan sesuatu yang aneh di gudang jerami. Mula-mula kupikir benda itu
semacam helm. Waktu kuperiksa, aku menemukan cap 'W.W. Greener's Humane Horse
Killer'. Benda itu terbuat dari logam dan menyerupai bel, dan di bagian atasnya
ada tempat untuk memasang peluru. Sepertinya kaliber .32."
"Apakah kuda-kuda di sana dipelihara untuk dipotong, Clarice?"
"Ya." "Dan juga dibunuh di sana?"
"Kuda-kuda untuk lem pabrik dan pupuk, ya. Enam ekor kuda bisa ditumpuk dalam
satu truk, kalau sudah mati. Kuda-kuda untuk makanan anjing dibawa dalam keadaan
hidup." "Kuda yang suka kaunaiki?"


Domba Domba Telah Membisu The Silence Of The Lambs Karya Thomas Haris di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kami kabur bersama-sama."
"Seberapa jauh kau berhasil lari?"
"Sebelum Anda menjelaskan soal tes kepribadian itu, kukira cukup sampai di sini
dulu." "Kau tahu prosedur seleksi pendaftar pria yang ingin berganti kelamin?"
"Tidak." "Ada baiknya kalau kau membawa salinan tata cara seleksi dari salah satu rumah
sakit bersangkutan, tapi untuk permulaan: rangkaian tes biasanya meliputi
Wechsler Adult Intelligence Scale, House-Tree-Person, Rorschach, Drawing of
Self-Concept, Thematic Apperception, MMPI, tentu saja, dan sejumlah tes lain - tes
Jenkins, kalau aku tidak salah, yang dikembangkan oleh NYU. Kau butuh sesuatu
yang bisa memberi hasil dalam waktu singkat, bukan" Bukan begitu, Clarice?"
"Ya, itu paling baik."
"Hmm... hipotesis kita adalah kita mencari pria yang hasil tesnya berbeda dari
hasil tes transseksual sejati. Baiklah - pada House-Tree-Person, carilah orang
yang tidak menggambar sosok wanita lebih dulu.
Pria transseksual hampir selalu mulai dengan sosok wanita, dan pada umumnya
mereka sangat memperhatikan dandanan sosok yang mereka gambar. Sosok pria mereka
sekadar stereotip - sesekali memang ada yang menggambar Mr. Amerika - tapi itu
jarang terjadi." "Carilah gambar rumah yang tidak menyiratkan masa depan yang indah - tanpa kereta
bayi di. luar, tanpa tirai, tanpa bunga di pekarangan.
"Ada dua macam pohon yang biasanya digambar transseksual sejati - pohon yang
sangat subur dan yang terpotong-potong. Pohon yang terpotong pada tepi gambar
atau tepi kertas, yang memperlihatkan tema pengebirian, tampak sangat hidup pada
gambar yang dibuat oleh orang transseksual. Penuh bunga dan buah. Ini ciri khas
yang sangat penting. Pohon itu sangat berbeda dari pohon mati dan menakutkan
yang biasa digambar oleh orang yang mengalami kelainan mental. Ya, ini penting -
pohon Billy pasti menakutkan.
Apakah penjelasanku terlalu cepat?"
"Tidak, Dr. Lecter."
"Pada gambar diri, seorang transseksual hampir tak pernah menggambarkan dirinya
dalam keadaan telanjang. Jangan terkecoh oleh hal-hal yang berkesan paranoid
pada kartu-kartu TAT - ini sesuatu yang lazim di antara kaum transseksual yang
sering mengenakan pakaian lawan jenis; sering kali mereka mempunyai pengalaman
buruk dengan pihak berwajib. Perlu rangkuman?"
"Ya, itu akan sangat membantu."
"Usahakanlah untuk memperoleh daftar orang yang ditolak dari ketiga pusat
penggantian kelamin. Pertama-tama, periksa orang-orang yang ditolak karena
catatan kriminal - dan di antara mereka, pusatkan perhatianmu kepada para pencuri.
Di antara orang-orang yang berusaha menutup-nutupi catatan kriminal, carilah
mereka yang mengalami gangguan berat di masa kanak-kali seminggu, sekaligus
mencari benda-benda yang mungkin telah diselundupkan. " Para petugas kebersihan
selalu terburu-buru; tempat tinggal Dr. Lecter terasa menyeramkan bagi mereka.
Barney selalu melakukan pemeriksaan ulang setelah mereka selesai. Ia memeriksa
segala sesuatu dan tidak mengabaikan apa pun.
Hanya Barney yang dipercaya menangani Dr. Lecter, sebab Barney tak pernah lupa
apa yang dihadapinya. Kedua asistennya menonton rekaman pertandingan hoki di TV.
Dr. Lecter tidak menghiraukan kesibukan di belakangnya. Ia memiliki kapasitas
mental yang luar biasa dan sanggup menghibur diri sendiri selama bertahun-tahun.
Pikirannya tidak terikat rasa takut maupun kebajikan, sama. seperti pikiran
Milton tak terikat oleh hukum-hukum fisika. Dunia maya di dalam benaknya
mempunyai warna-warna dan bau-bauan kuat, namun tak banyak bunyi-bunyian.
Ia bahkan harus bersusah payah sedikit agar dapat mendengar suara almarhum
Benjamin Raspail. Dr. Lecter sedang memikirkan cara menyerahkan Jame Gumb kepada
Clarice Starling, dan untuk itu ada baiknya mengenang Raspail. Inilah pemain
flute gemuk itu pada hari terakhir hidupnya, terbaring di sofa terapi Lecter,
bercerita mengenai Jame Gumb:
"Jame mempunyai ruangan yang mendirikan bulu roma di rumahnya di San Francisco,
dengan dinding-dinding berwarna ungu dan corat-coret Day-Glo peninggalan zaman
hippie di sana-sini, semuanya serba tak terawat.
"Jame - namanya memang ditulis begitu pada akte kelahirannya; dari situlah asal-
usulnya dan kita harus mengucapkannya 'Jame'
seperti 'name', atau dia akan marah sekali, biarpun itu sekadar kesalahan di
rumah sakit dulu - waktu itu pun sudah dipakai tenaga-tenaga murah yang bahkan
tidak sanggup mengeja. Sekarang malah lebih parah lagi, dirawat di rumah sakit
berarti mempertaruhkan nyawa. Pokoknya, Jame sedang duduk bertopang dagu di
tempat tidur, di kamarnya yang mengerikan. Dia baru dipecat dari tempat kerjanya
di toko barang antik dan baru melakukan perbuatan jahat itu lagi.
"Saya berkata padanya bahwa saya tidak tahan dengan perilakunya, apalagi Klaus
juga baru muncul dalam hidup saya. Jame sebenarnya bukan gay, itu hanya pengaruh
kehidupannya di penjara. Dia sebenarnya bukan apa-apa, hanya semacam ruang hampa yang hendak diisinya,
dan begitu marah. Setiap ruangan selalu terasa sedikit lebih kosong kalau dia
muncul. Maksud saya, dia membunuh kakek dan neneknya waktu berumur dua belas,
dan orang seperti itu mestinya mempunyai karisma tertentu, bukan"
"Oke, dia kehilangan pekerjaan, dan dia kembali melakukan perbuatan jahat itu
terhadap tunawisma bernasib malang. Saya sedang pergi. Dia sempat mampir ke
kantor pos dan mengambil kiriman-kiriman untuk bekas majikannya. Dia berharap
ada sesuatu yang bisa.dia jual. Dan ternyata memang ada paket. Dari Malaysia,
kalau tidak salah. Dia langsung membukanya dan menemukan kotak berisi kupu-kupu
mati." "Bosnya biasa mengirim uang kepada kepala-kepala kantor pos di pulau-pulau itu,
dan mereka mengirim kotak demi kotak berisi kupu-kupu mati. Semua kupu-kupu itu
diset dalam plastik bening, dijadikan hiasan yang betul-betul kampungan dan dia
berani menyebutnya karya seni. Serangga-serangga itu tidak bernilai bagi Jame
dan dia mengaduk-aduk semuanya, karena menyangka ada perhiasan di bawahnya -
kadang-kadang ada kiriman gelang dari Bali - dan tangannya terkena bubuk kupu-
kupu. Tapi tak ada apa-apa. Dia duduk di tempat tidur sambil memegangi kepala,
dengan wajah dan tangan tercoreng warna-warni kupu-kupu. Dia benar-benar putus
asa - kita semua pernah mengalaminya - dan dia menangis. Lalu dia mendengar sesuatu.
Ternyata ada kupu-kupu hidup dalam kotak yang terbuka. Kupu-kupu itu sedang
berusaha keluar dari kepompong yang dimasukkan ke dalam kotak. Udaranya penuh
bubuk kupu-kupu dan matahari terhalang debu pada jendela - Anda tahu sendiri
betapa nyata gambaran yang diberikan oleh orang yang sedang teler karena obat
bius. Dia memperhatikannya mengembangkan sayap. Kupu-kupu itu besar sekali,
katanya. Hijau. Jame membuka jendela. Kupu-kupu itu terbang dan dia merasa
begitu ringan, katanya, dan dia langsung tahu apa yang harus dilakukannya. "Jame
menemukan rumah pantai yang didiami Klaus dan saya, dan waktu saya pulang
latihan, dia sudah ada di situ. Tapi saya tidak melihat Klaus. Klaus tidak ada.
Saya tanya di mana Klaus, dan dia bilang berenang. Saya tahu itu bohong, Klaus
tidak pernah berenang, ombak Samudra Pasifik terlalu besar.
Dan waktu saya membuka lemari es, ehm, Anda sudah tahu apa yang saya temukan.
Kepala Klaus menyembul dari balik jus jeruk. Jame juga telah membuat celemek,
dari Klaus. Dia mengenakannya dan bertanya apakah saya menyukainya. Saya yakin
Anda pasti heran bagaimana saya bisa sampai berhubungan dengan orang seperti
Jame - dia bahkan lebih labil lagi ketika Anda bertemu dengannya.
Saya kira dia terheran-heran kenapa Anda tidak takut padanya."
Kemudian, ucapan Raspail yang terakhir, "Saya tak habis pikir, kenapa orangtua
saya tidak membunuh saya sebelum saya cukup besar untuk mengelabui mereka."
Gagang belati itu berkedut-kedut ketika jantung Raspail yang tertikam berjuang
untuk terus berdenyut, dan Dr. Lecter berkata,
"Kelihatannya seperti jerami di lubang jangkrik, bukan?" Namun sudah terlambat
bagi Raspail untuk menjawab.
Dr. Lecter bisa mengingat setiap kata, dan lebih banyak lagi.
Pikiran-pikiran menyenangkan untuk mengisi waktu, sementara selnya dibersihkan.
Clarice Starling cerdas, katanya dalam hati. Starling mungkin sanggup meringkus
Jame Gumb dengan informasi yang telah diberikannya, tapi kemungkinannya kecil
sekali. Agar bisa menangkap Gumb sebelum terlambat, Starling butuh informasi
yang lebih mendetail. Dr. Lecter yakin ia akan menemukan petunjuk petunjuk saat
membaca berkas kasus tersebut - mungkin berkaitan dengan latihan keterampilan Gumb
di penjara anak-anak setelah ia membunuh kakek dan neneknya. Besok ia akan
menyerahkan Jame Gumb dan pemaparannya akan begitu jelas, sehingga Jack Crawford
pun tak mungkin tidak memahaminya. Besok semuanya akan selesai.
Dr. Lecter mendengar suara langkah di belakangnya dan pesawat TV dimatikan.
Kereta roda dua tempat ia terikat mendadak dimiringkan ke belakang. Inilah awal
proses panjang dan menjemukan untuk melepaskannya di dalam sel. Caranya selalu
sama. Pertama-tama Barney dan pembantu-pembantunya menelungkupkan Lecter di
tempat tidur. Sesudah itu Barney mengikat mata kakinya dengan handuk ke batang
besi di kaki tempat tidur, melepaskan pengikat kaki, lalu, dengan dilindungi
kedua pembantunya yang bersenjatakan Mace dan pentungan karet, ia membuka gesper
pada punggung jaket pengaman. Kemudian ia mundur keluar, mengunci jaring nilon
serta pintu terali, dan membiarkan Dr. Lecter membebaskan diri. Setelah itu
Lecter menukar semuanya dengan sarapannya. Prosedur ini diberlakukan sejak Dr.
Lecter menganiaya juru rawatnya, dan dianggap menguntungkan semua pihak.
Hari ini proses tersebut terganggu.
Bab Dua Puluh Tujuh Dr. lecter terguncang sedikit ketika kereta roda dua yang membawanya melewati
ambang pintu sel. Ternyata Dr. Chilton sudah menunggunya. Pimpinan rumah sakit
itu duduk di tempat tidur dan membaca surat-surat pribadi Dr. Lecter. Chilton
telah melepaskan jas dan dasi. Dr. Lecter melihat semacam medali tergantung di
lehernya. "Dirikan dia di samping toilet, Barney," Dr. Chilton berkata tanpa menoleh. "Kau
dan yang lain tunggu- di pos kalian."
Dr. Chilton membaca surat terakhir dari General Archives of Psychiatry sampai
habis, lalu melempar surat itu ke tempat tidur dan keluar dari sel. Sepintas
terlihat kilauan dari balik topeng hoki es ketika mata Dr. Lecter mengikutinya,
tapi kepala Lecter tidak bergerak sedikit pun. Chilton menghampiri kursi sekolah
di koridor dan, sambil membungkuk dengan kaku, melepaskan alat kecil dari bawah
dudukan. Ia melambai-lambaikannya di depan lubang mata pada topeng Dr. Lecter, kemudian
kembali duduk di tempat tidur.
"Aku curiga dia mencari-cari pelanggaran hak sipil pada kematian Miggs, jadi aku
menguping," ujar Chilton. "Sudah bertahun-tahun aku tidak mendengar suaramu -
kalau tidak salah, terakhir waktu kau memberikan jawaban-jawaban menyesatkan
ketika diwawancara, lalu mempermalukanku dalam artikel-artikel Journal yang
kautulis. Rasanya sukar dipercaya bahwa pendapat seorang narapidana bisa
memperoleh perhatian dari komunitas profesional, bukan" Tapi masih di sini.
Begitu juga kau." Dr. Lecter tidak menanggapinya.
"Bertahun-tahun kau tutup mulut, lalu Jack Craford mengutus perempuan itu dan
kau langsung luluh. Apa yang membuatmu bertekuk lutut" Kakinya yang indah" Atau
rambutnya yang berkilau"
Dia cantik sekali, bukan" Cantik dan tak terjangkau. Bagaikain matahari terbenam
di musim dingin. Aku tahu kau sudah lama tidak melihat matahari terbenam di
musim dingin, tapi percayalah, perumpamaan ini cukup mengena."
"Waktumu dengan dia tinggal satu hari. Setelah itu interogasi diambil alih
Baltimore Homicide. Merek sedang memasang kursi untukmu di ruang terapi kejutan
listrik. Kursi itu dilengkapi toilet untuk kenyamananmu, juga untuk memudahkan
mereka. Tentu saja aku tidak tahu-menahu tentang ini.
"Bagaimana, kau sudah mengerti" Mereka tahu, Hannibal. Mereka tahu bahwa kau
tahu persis siap" Buffalo Bill. Mereka malah menduga dia bekas pasienmu. Waktu
mendengar Miss Starling bertanya tentang Buffalo Bill, aku sempat terperanjat.
Lalu kutelepon teman di Baltimore Homicide. Ternyata mereka menemukan serangga
di tenggorokan Klaus, Hannibal. Mereka tahu Buffalo Bill yang membunuhnya.
Crawford sengaja membiarkan kau menganggap dirimu pintar.
Rasanya kau tidak sadar betapa Crawford membencimu karena kau membantai anak
didiknya. Dan sekarang kau ada dalam genggaman dia. Kau masih merasa pintar
sekarang?" Dr. Lecter memperhatikan mata Chilton mengamati tali pengikat topeng. Chilton
ingin melepaskan topeng itu agar bisa menatap wajah Lecter. Dalam hati Lecter
bertanya, apakah Chilton akan melakukannya dengan cara yang aman, dari belakang.
Jika melakukannya dari depan, ia harus meraih ke belakang kepala Dr.
Lecter, dengan sisi dalam lengannya dekat ke wajah Lecter. Mari, Dokter. Mari
mendekat. Ah, tidak jadi.
"Kau tetap berharap pergi ke tempat yang ada jendelanya"
Kaupikir kau akan berjalan di pantai dan melihat burung-burung"
Kukira tidak. Aku sudah menelepon Senator Martin, dan ternyata dia tidak tahu-
menahu soal perjanjian denganmu. Aku sampai harus menjelaskan siapa kau. Dia
juga belum pernah mendengar nama Clarice Starling. Semuanya hanya tipuan. Aku
yakin kau takkan heran kalau wanita berlaku sedikit tidak jujur, tapi ini betul-
betul mengejutkan, bukan" "Kalau kau sudah diperas habis, Hannibal, kau akan
didakwa lalai melaporkan tindak pidana. Tentu saja kau akan mengelak, tapi hakim
takkan senang. Kau membisu, sementara korban terus berjatuhan. Hakim takkan
berminat memikirkan kesejahteraanmu.
"Takkan ada jendela, Hannibal. Kau akan menghabiskan sisa hidupmu dengan duduk
di lantai suatu rumah sakit jiwa sambil memperhatikan kereta popok berlalu
lalang. Gigimu akan tanggal satu per satu dan kekuatanmu akan habis. Takkan ada
lagi yang takut padamu. Kau akan ditaruh di bangsal, di tempat seperti
Flendauer. Kau akan diperlakukan seenaknya oleh yang muda dan dipakai untuk seks kalau
mereka sedang berhasrat. Bacaanmu terbatas pada apa yang kautulis di tembok.
Kaupikir pengadilan akan peduli" Kau lihat sendiri bagaimana nasib yang tua.
Mereka menangis kalau tidak suka aprikot rebus yang dihidangkan.
"Jack Crawford dan daun mudanya. Mereka akan menjalin hubungan secara terbuka
setelah istrinya meninggal. Crawford bakal bergaya seperti anak muda dan mencari
olahraga yang bisa mereka nikmati bersama. Mereka intim sejak Bella Crawford
jatuh sakit, soal itu sudah jelas. Mereka sama-sama akan naik pangkat dan mereka
takkan pernah memikirkanmu, biarpun setahun sekali. Kemungkinan besar Crawford
akan datang berkunjung untuk menyampaikan secara pribadi bagaimana nasibmw
nanti. Riwayatmu bakal tamat. Aku yakin dia sudah mempersiapkan pidatonya.
"Hannibal, dia tidak mengenalmu seperti aku mengenalmu. Dia pikir kalau dia
minta informasi secara langsung, kau malah akan menyiksa ibu korban."
Dan itu ada benarnya, kata Dr. Lecter dalam hati. Jack cerdik sekali - roman
mukanya yang bodoh itu memang menyesatkan.
Wajahnya penuh bekas luka, kalau kita tahu cara memandangnya.
Hmm, rasanya masih ada tempat untuk menambah beberapa lagi.
"Aku tahu apa yang kautakutkan. Bukan rasa sakit atau kesendirian. Martabat yang
diinjak-injak, itu yang kau tidak tahan, Hannibal. Dalam hal ini kau seperti
kucing. Aku diberi kepercayaan mengawasimu, Hannibal, dan itulah yang kulakukan. Hubungan kita tak pernah diwarnai
pertimbangan pribadi dari pihakku. Dan akulah yang mengawasimu sekarang.
"Tak pernah ada perjanjian untukmu dari Senator Martin, tapi sekarang ada. Atau
sebenarnya bisa ada. Aku sampai berjam-jam menelepon untuk kepentinganmu dan
kepentingan gadis itu. Aku akan menjelaskan syarat pertama: kau bicara hanya
melalui aku. Hanya aku yang menerbitkan laporan tentang kasus ini, berdasarkan
wawancara denganmu. Kau tidak menulis apa pun. Aku mendapat hak eksklusif atas
semua bahan dari Catherine Martin, kalau dia bisa diselamatkan.
"Syarat itu tidak bisa ditawar. Silakan jawab sekarang. Syarat itu kauterima
atau tidak?" Dr. Lecter tersenyum sendiri.
"Sebaiknya kaujawab sekarang, atau kau bisa memberi jawaban kepada Baltimore
Homicide. Ini yang akan kauperoleh: Kalau kau mengidentifikasi Buffalo Bill dan
gadis itu masih sempat diselamatkan, Senator Martin - dan dia bersedia memberi
konfirmasi lewat telepon -
Senator Martin akan mengurus kepindahanmu ke Brushy Mountain State Prison di
Tennessee, di luar jangkauan pihak berwajib Maryland.
Kau akan berada di wilayah hukum dia, jauh dari Jack Crawford. Kau akan
ditempatkan di sel pengamanan maksimum dengan pemandangan ke hutan. Kau akan
diberi buku. Dan kesempatan berolahraga di luar. Detail-detailnya masih harus
dibicarakan, tapi Senator Martin bisa diajak berunding. Sebutkan nama asli
Buffalo Bill dan kau bisa berangkat sekarang juga. Senator Martin setuju kau
dijemput Tennessee State Police di lapangan terbang." Akhirnya Dr.
Chilton mengatakan sesuatu yang menarik, tanpa menyadarinya. Dr.
Lecter mengerutkan bibir di balik topeng hoki es. Dijemput polisi. Polisi tidak
seteliti Barney. Polisi terbiasa menangani penjahat. Mereka cenderung memborgol
tangan dan merantai kaki. Borgol dan rantai bisa dibuka dengan kunci borgol.
Seperti punyaku. "Nama depannya Billy," Dr. Lecter berkata. "Selebihnya akan kukatakan langsung
kepada Senator Martin. Di Tennessee."
Bab Dua Puluh Delapan Jack Crawford menolak tawaran kopi dari Dr. Danielson, namun mengambil gelas
plastik untuk mencampurkan Alka-Seltzer di tempat cuci tangan di belakang pos


Domba Domba Telah Membisu The Silence Of The Lambs Karya Thomas Haris di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

juru rawat. Segala sesuatu terbuat dari baja tahan karat: tempat gelas, counter,
tempat sampah, bingkai kacamata Dr. Danielson. Benda-benda logam itu
mengingatkan Crawford pada peralatan bedah, dan membuat jari manisnya terasa
tidak nyaman di balik cincin kawin.
Hanya ia dan Dr. Danielson yang berada di ruangan kecil itu.
"Tidak bisa kalau tanpa surat perintah dari pengadilan," Dr.
Danielson berkata sekali lagi. Ia bersikap ketus untuk mengimbangi keramahannya
saat menawarkan kopi. Danielson adalah kepala Gender Identity Clinic di Johns Hopkins, dan ia bersedia
menemui Crawford pagi-pagi sekali, sebelum berkeliling mengunjungi para pasien.
"Anda harus memperlihatkan surat perintah untuk setiap kasus, dan masing-masing
akan kami lawan. Tanggapan Columbus dan Minnesota sama seperti tanggapan saya,
bukan?" "Departemen Kehakiman sedang menghubungi mereka sekarang. Ini harus dilakukan secepat mungkin Dokter. Kalaupun gadis itu masih
hidup, dia akan segera dibunuh - malam ini atau besok. Setelah ini akan ada korban
berikut," ujar Crawford.
"Menyebut Buffalo Bill dalam satu tarikan napas dengan masalah-masalah yang kami
tangani di sini bukan saja bodoh dan tidak adil, tapi juga berbahaya, Mr.
Crawford. Saya ngeri membayangkan akibatnya. Kami membutuhkan waktu bertahun-
tahun - dan sampai sekarang pun belum selesai - untuk memperlihatkan kepada masyarakat umum bahwa kaum transseksual bukan orang gila
maupun orang aneh." "Saya sependapat dengan Anda..."
"Tunggu dulu. Kekerasan jauh lebih jarang ditemui di kalangan transseksual
dibandingkan di masyarakat umum. Mereka orang baik-baik yang mempunyai masalah
serius - masalah yang takkan hilang jika tidak ditangani. Mereka patut memperoleh
pertolongan, dan kami di sini sanggup memberikannya. Saya keberatan Anda
mengobrak-abrik tempat ini. Kami belum pernah melanggar kerahasiaan pasien, dan
kami takkan pernah melakukannya. Sebaiknya ini kita pakai sebagai titik tolak,
Mr. Crawford." Dalam kehidupan pribadinya, Crawford sudah terbiasa menghadapi para dokter dan
juru rawat untuk memperjuangkan keuntungan sekecil apa pun bagi istrinya. Ia
sudah muak menghadapi dokter. Tapi ini bukan kehidupan pribadinya. Ini Baltimore
dan ini tugas. Berusahalah untuk bersikap ramah.
"Kelihatannya maksud saya belum jelas bagi Anda, Dokter.
Salah saya - sekarang masih pagi, dan saya agak lamban di pagi hari.
Sebenarnya, pria yang kami cari justru bukan pasien Anda. Kami mencari seseorang
yang ditolak karena pihak Anda menyadari dia bukan transseksual. Kami tidak
sekadar mereka-reka. Saya akan memperlihatkan secara spesifik, bagaimana dia
menyimpang dari pola transseksual tipikal dalam tes-tes kepribadian Anda. Ini
daftar pendek berisi hal-hal yang bisa dicari staf Anda dalam catatan mengenai
orang-orang yang ditolak."
Dr. Danielson menggosok-gosok hidung sambil membaca.
Kemudian ia mengembalikan daftar itu. "Ini tidak lazim, Mr. Crawford.
Ini bahkan bisa dikatakan sangat janggal, dan itu termasuk kata yang tidak
terlalu sering saya gunakan. Boleh saya tahu siapa yang memberikan... kesimpulan
ini?" Rasanya lebih baik Anda tidak tahu, Dr. Danielson. "Staf Ilmu Perilaku," sahut
Crawford. "Bekerja sama dengan Dr. Alan Bloom dari University of Chicago."
"Alan Bloom menyetujui ini?"
"Dan kami juga tidak semata-mata mengandalkan hasil-hasil tes. Ada hal lain yang
bisa jadi membuat Buffalo Bill mencolok dalam catatan Anda - kemungkinan besar dia
berusaha menutup-nutupi catatan kriminal, atau memalsukan informasi latar
belakang lainnya. Tolong perlihatkan daftar orang-orang yang pernah ditolak oleh Anda, Dokter."
Danielson terus menggelengkan kepala.
"Hasil pemeriksaan dan wawancara tergolong rahasia."
"Dr. Danielson, bagaimana mungkin penipuan dan pemberian keterangan palsu
digolongkan sebagai rahasia" Bagaimana mungkin nama dan latar belakang asli
seorang penjahat termasuk dalam hubungan dokter-pasien, padahal dia tak pernah
memberitahukanny kepada Anda, dan Anda sendiri yang harus men carinya" Saya tahu
Johns Hopkins sangat teliti. Saya percaya Anda pernah mengalami kasus serupa.
Orang orang yang kecanduan dioperasi akan mendaftarkan diri di tempat mana pun
yang mungkin. Tapi ini bukan cerminan lembaga Anda maupun para pasien yang sah.
Anda kira FBI tak pernah menerima lamaran dari orang gila" Sering sekali. Minggu
lalu ada pria berambut palsu hendak mendaftarkan diri di St. Louis Dia membawa
bazoka, dua roket, dan pisau unt menguliti beruang di kantong tongkat golfnya."
"Dia diterima?"
"Bantulah saya, Dr. Danielson. Kami sudah terdesak waktu.
Sementara kita bicara di sini, Buffalo Bill mungkin sedang mengubah Catherine
Martin menjadi seperti ini." Crawford menaruh selembar foto ke atas meja yang
berkilau. "Jangan coba-coba," ujar Danielson. "Ini kekanak-kanakan. Saya bekas dokter
bedah militer, Mr. Crawford. Simpanlah foto Anda."
"Memang, ahli bedah biasa melihat tubuh yang terkoyak-koyak,"
Crawford berkata sambil meremas gelas plastiknya
"Tapi saya kira tak ada dokter yang tega melihat nyawa seseorang melayang sia-
sia." Ia membuang gelas plastiknya ke keranjang sampah.
"Ini tawaran terbaik yang bisa saya berikan: saya takkan meminta informasi
mengenai pasien Anda, hanya informasi pendaftaran yang Anda pilah berdasarkan
pedoman tadi. Anda dan dewan evaluasi psikiatri Anda jauh lebih cepat menangani
lamaran lamaran yang ditolak daripada saya. Jika Buffalo Bill berhasil kami
temukan berkat informasi Anda, hal tersebut akan saya rahasiakan.
Saya akan mencari penjelasan lain untuk disampaikan kepada pers."
"Mungkinkah Johns Hopkins diikutsertakan dalam program perlindungan saksi, Mr.
Crawford" Mungkinkah kami diberi identitas baru" Dipindahkah ke Bob Jones
College, misalnya" Terus terang, saya sangsi apakah FBI atau lembaga pemerintah
mana pun sanggup menjaga rahasia."
"Anda akan terkejut."
"Saya meragukannya. Berkelit dari dalih birokratis yang mencurigakan justru
lebih parah akibatnya daripada berkata terus terang. Tolong jangan sekali-sekali
Anda lindungi kami dengan cara itu, terima kasih."
"Justru saya yang harus berterima kasih kepada Anda, Dr.
Danielson, atas komentar-komentar Anda yang sangat menghibur.
Komentar-komentar Anda sangat membantu - tepatnya bagaimana, akan segera saya
jelaskan. Anda ingin bicara terus terang" Baiklah.
Orang ini menculik wanita-wanita muda dan menguliti mereka. Kulit korban-
korbannya lalu dipakai seperti baju. Kami tidak ingin dia berbuat begitu lagi.
Kalau Anda tidak segera membantu saya, inilah yang akan saya lakukan: pagi ini
juga Departemen Kehakiman secara terbuka akan meminta surat perintah pengadilan,
dengan alasan Anda menolak memberi bantuan. Permintaan itu akan diajukan dua
kali sehari, dan waktunya disesuaikan dengan jam siaran berita siang dan malam.
Setiap keterangan pers dari pihak departemen akan melaporkan upaya kami untuk
menjalin kerja sama dengan Dr.
Danielson di Johns Hopkins. Setiap kali ada perkembangan baru dalam kasus
Buffalo Bill - jika Catherine Martin ditemukan mengambang, jika korban berikut
ditemukan mengambang, lalu yang berikutnya - kami akan memberikan keterangan pers
mengenai upaya kami mengajak Dr. Danielson di-Johns Hopkins, lengkap dengan
komentar Anda mengenai Bob Jones College. Satu hal lagi, Dokter. Anda tahu
Health and Human Services bermarkas di sini, di Baltimore, bukan" Saya sedang
memikirkr Office of Eligibility Policy, dan saya kira pikir; Anda sudah lebih
dulu sampai di sana, bukan begitu" Bagaimana jika Senator Martin, beberapa waktu
setelah pemakaman putrinya, bertanya kepada orang-orang di Eligibility: Bukankah
operasi ganti kelamin yang Anda lakukan di sini sebenarnya termasuk bedah
plastik" Barangkali mereka akan garuk-garuk kepala dan memutuskan, 'Wah, Senator
Martin benar. Ya. Rasanya memang bedah plastik,' lalu program ini tak lagi
memenuhi syarat untuk memperoleh bantuan pemerintah federal."
"Anda menghina."
"Bukan, saya bicara apa adanya."
"Anda tidak bisa menggertak saya. Saya tidak takut..."
"Bagus, sebab memang bukan itu tujuan saya, Dokter. Saya sekadar berharap Anda
tahu saya serius. Bantulah saya, Dokter. Saya mohon."
"Anda menyinggung Alan Bloom tadi."
"Ya. University of Chicago..."
"Saya kenal Alan Bloom, dan saya ingin membahas persoalan ini dengan sesama
profesional. Beritahu dia saya akan menghubunginya pagi ini. Nanti siang Anda
akan memperoleh keputusan saya. Saya pun peduli pada wanita muda itu, Mr.
Crawford. Juga pada yang lainnya.
Tapi banyak yang dipertaruhkan di sini, dan saya kira tidak semua implikasinya
Anda pahami. Mr. Crawford, Anda sempat memeriksakan tekanan darah Anda
belakangan ini?" "Saya melakukannya sendiri."
"Dan Anda juga menulis resep untuk diri Anda sendiri?"
"Itu melanggar hukum, Dr. Danielson."
"Tapi Anda punya dokter."
"Ya." "Konsultasikanlah temuan Anda dengan dia, Mr. Crawford.
Betapa ruginya kita semua kalau Anda mati mendadak. Saya akan mengabari Anda
nanti." "Tepatnya kapan, Dokter" Bagaimana kalau satu jam lagi?"
"Satu jam." Pager Crawford berbunyi ketika ia keluar dari lift di lantai dasar.
Pengemudinya, Jeff, melambai-lambaikan tangan ketika ia menghampiri van. Dia mati dan mayatnya sudah ditemukan, pikir Crawford ketika
mengangkat gagang telepon. Beritanya tidak seburuk yang sempat diduganya, namun
tetap cukup buruk: Chilton turut campur dalam penyelidikan, dan kini Senator
Martin ikut turun tangan.
Jaksa Agung negara bagian Maryland, atas perintah Gubernur, mengizinkan
ekstradisi Dr. Hannibal Lecter ke Tennessee. Upaya untuk mencegah atau menunda
pemindahan itu menuntut segenap kekuatan Federal Court, District of Maryland.
Direktur FBI menunggu keputusan Crawford, sekarang juga.
"Tunggu sebentar," ujar Crawford. Ia menempelkan gagang telepon ke paha dan
Cinta Bernoda Darah 4 Pendekar Mabuk 075 Bencana Selaput Iblis Badai Selat Malaka 2
^