Expected One 3
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan Bagian 3
"Dan apa artinya?" Peter jauh lebih tertarik dengan jawaban.
Tammy mengangkat kedua tangannya, syarat bahwa ia tak bisa menjelaskan. "Kami
rasa ada hubungannya dengan susunan planetarium. Selain itu, kami benarbenar tidak tahu."
Maureen terus memandangi gambar itu. Ia tengah membayangkan lukisan fresco
Sandro di Louvre dan berusaha memastikan apakah lukisan itu ada kaitannya dengan
kalajengking. Maureen ingin tahu, kira-kira apakah
manfaat jam matahari yang aneh ini, jika pun ada. "Apakah ini seperti ungkapan
'ketika bulan berada di rumah ketujuh dan Yupiter sejajar dengan Mars'?"
"Jika kalian berdua akan menyanyikan 'The Age of Aquarius', aku pergi saja,"
ujar Peter. Mereka semua tertawa. Tammy kemudian menjelaskan, "Tapi dia benar. Barangkali
ada kaitannya dengan susunan planetarium tertentu. Dan karena gambar itu
ditempatkan di sini, di depan rumah utama, bisa diasumsikan gambar itu penting
untuk diketahui seluruh penghuni desa."
Tammy memimpin mereka menjauhi jam matahari itu dan mengakhiri tur. Mereka
menuju vila nun di atas. "Sentra desa ini adalah museum dan wilayah vila.
Letaknya di atas, persis di hadapan kita."
Di ujung jalan sempit di depan mereka, berdiri sebuah bangunan rumah, sebuah
vila yang tersusun dari bebatuan artistik. Menara batu yang bentuknya aneh
mencuat di suatu bagian di belakangnya, menyatu dengan lereng gunung.
"Misteri desa ini terpusat pada kisah yang sangat aneh tentang seorang pendeta
terkenal atau bahkan legendaris yang tinggal di sini pada akhir abad 18. Abbe
Berenger Sauniere." "Berenger" Bukankah itu nama depan Sinclair?" tanya Peter.
Tammy mengangguk. "Ya, dan itu bukan kebetulan. Kakek Sinclair berharap jika
cucunya diberi nama yang sama, barangkali ia akan mewarisi sifat-sifat nama yang
disandangnya. Sauniere menjaga sejarah dan misteri lokal tanpa kenal takut.
Dan ia sangat berbakti pada warisan Maria Magdalena.
"Omong-omong, ada berbagai legenda yang menceritakan penemuan Abbe di sini,
ketika ia akan merestorasi gereja.
Sebagian orang percaya bahwa ia menemukan harta terpendam Rumah Tuhan (Temple)
Yerusalem yang hilang. Karena chateau di sebelahnya terkait dengan Ksatria
Templar maka tidak mustahil mereka menggunakan permukiman terpencil ini untuk
menyembunyikan barang rampasan dari Tanah Suci. Siapa yang akan mencari barang
berharga di sini" Dan sebagian orang mengatakan bahwa Sauniere menemukan
dokumendokumen yang luar biasa berharga. Apa pun itu membuatnya sangat kaya,
secara mendadak secara misterius. Sepanjang hidupnya, ia menghabiskan banyak
uang padahal gajinya sebagai pendeta lokal hanya sekitar dua puluh lima dolar
setahun. Lalu, dari mana ia mendapatkan uang"
"Dulu, di tahun 1980-an, trio peneliti Inggris menulis buku tentang Sauniere dan
harta kekayaannya yang misterius. Buku itu laris. Di AS judulnya Holy Blood,
Holy Grail, dan dianggap klasik oleh kalangan esoteris. Sayangnya, buku itu
menimbulkan semangat berburu harta karun ke daerah ini.
Sumber daya alam dieksploitasi, dan sejumlah landmark dirusak oleh fanatikus
agama dan pemburu harta. Sinclair bahkan menempatkan penjaga bersenjata di
tanahnya untuk melindungi kuburan itu."
"Kuburan Poussin?" tanya Maureen.
Tammy mengangguk. "Tentu saja. Itulah bagian inti keseluruhan misteri, berkat
Para Gembala dari Arcadia."
"Kami ke kuburan kemarin. Aku tidak melihat seorang penjaga pun," ujar Peter.
Tammy tertawa terkekeh-kekeh. "Itu karena kedatangan kalian diterima.
Percayalah, jika kalian datang ke sana, dia tahu.
Dan jika kedatangan kalian tidak ia inginkan, kalian yang akan tahu."
Mereka sampai di sebuah bangunan besar yang mendominasi desa. Pada papan
penunjuk, tertera tulisan "Villa Bethania Kediaman Berenger Sauniere".
Begitu mereka melewati pintu museum, Tammy tersenyum dan mengangguk pada wanita
di meja depan yang melambaikan tangan, menyuruh mereka masuk.
"Bukankah kita harus membeli karcis?" tanya Maureen ketika mereka melewati papan
yang menunjukkan harga karcis.
Tammy menggeleng. "Tidak, mereka sudah mengenalku. Aku memanfaatkan museum ini
sebagai latar dokumentasi sejarah alkemi."
Ia memimpin mereka melewati kotak kaca yang memajang jubah kependetaan yang
dikenakan Abbe Sauniere pada abad 19. Peter berhenti untuk melihat-lihat pakaian
ini sementara Tammy terus berjalan ke ujung lorong. Ia berhenti di depan pilar
batu kuno yang berukir salib.
"Namanya Pilar Ksatria dan diyakini diukir oleh Visigoth pada abad 18. Dulu,
pilar ini ditempatkan di altar gereja lama.
Ketika Abbe Sauniere memindahkan pilar ini saat restorasi vila, ia menemukan
perkamen yang berisi sandi-sandi misterius, atau begitulah yang mereka katakan."
Tempat pemajangan perkamen telah diperluas oleh kurator museum agar kodenya
terlihat lebih jelas. Surat-surat bertinta tebal berserakan, tapi jika dilihat
lebih seksama, penempatannya tidaklah acak. Maureen menunjuk tulisan ET IN
ARCADIA EGO dalam huruf kapital hitam.
"Tulisan itu lagi," kata Maureen pada Peter. Ia beralih ke Tammy. "Lalu apa
artinya" Apakah itu sebuah kode?"
"Setidaknya ada lima puluh teori yang pernah kudengar yang menyebutkan makna
frasa itu. Bahkan hal ini memicu industri pondokan yang muncul nyaris dengan
sendirinya." "Peter menemukan teori menarik ketika di kereta dalam perjalanan ke sini," sela
Maureen. "Ia pikir ada kaitannya dengan desa Arques. 'Di Arques, desa Tuhan, aku
berada'." Kelihatannya Tammy terkesan. "Dugaan yang bagus, Padre.
Kepercayaan yang paling umum adalah penjelasan anagram Latin. Jika kita mengubah
posisi huruf-hurufnya, maka kalimat itu berbunyi 'I tego arcana Dei'."
"Aku menyembunyikan rahasia-rahasia Tuhan," Peter menerjemahkan.
"Ya. Tidak banyak membantu, bukan?" Tammy tertawa.
"Ayolah, aku ingin mengajak kalian melihat bangunan ini dari luar."
Peter masih memikirkan kuburan Poussin. "Tunggu sebentar. Tidakkah itu artinya
ada sesuatu yang disembunyikan di dalam kuburan" Jika kalimat-kalimat itu
disatukan maka hasilnya 'Di Arques, desa Tuhan, aku menyembunyikan rahasia'."
Maureen dan Peter menunggu tanggapan Tammy. Yang ditunggu termenung sejenak.
"Teori itu sama bagusnya dengan teori lain yang pernah kudengar. Sayangnya,
kuburan itu telah berkali-kali dibuka dan diteliti. Kakek Sinclair mengeksvakasi
tiap inci properti itu hingga seluas satu mil persegi sekitar kuburan. Dan
Berenger telah menggunakan segala macam teknologi untuk mencari harta k a ru n
-ultrasound, radar, dan lain-lain."
"Dan mereka tidak menemukan apa-apa?" tanya Maureen.
"Tidak sama sekali."
"Barangkali ada orang lain yang lebih dulu mengambilnya," Peter menduga.
"Bagaimana dengan pendeta Sauniere"
Mungkinkah itu yang membuatnya sangat kaya" Harta karun yang ia temukan?"
"Banyak orang menduga begitu. Tapi anehnya, hingga kini tak seorang pun tahu
rahasia Sauniere. Padahal telah dilakukan riset selama beberapa dasawarsa baik oleh pria maupun
wanita yang begitu gigih." Tammy memimpin mereka melewati pekarangan indah yang
didominasi air mancur berdinding batu dan marmer.
"Terlalu mencolok untuk suatu lingkungan jemaat sederhana di abad 19?" Peter
berkomentar. "Begitu, ya. Dan anehnya lagi, meski telah mengeluarkan banyak uang untuk
membangun tempat ini, Abbe Sauniere tak pernah tinggal di sini. Bahkan
sebenarnya ia enggan menetap di sini. Akhirnya, ia menyerahkan kediaman ini ke...
pelayannya.11 "Kau berhenti sebelum menyebut 'pelayannya'," kata Peter jeli.
"Yah, banyak orang percaya wanita itu lebih dari sekadar pelayan. Bahwa ia
pasangan Sauniere." "Tapi bukankah ia pendeta Katolik?" "Jangan menghakimi, Padre. Itulah moto yang
selalu kupegang." Maureen tidak mendengarkan pembicaraan mereka, perhatiannya tertuju pada sebuah
patung yang telah lapuk termakan cuaca. "Patung siapa ini?" "Joan of Arc," jawab
Tammy. Peter mendekat agar bisa melihat patung itu lebih jelas. "Oh ya, benar. Itu
pedang dan benderanya. Tapi, patung ini seperti tidak pada tempatnya," Peter berkomentar.
"Mengapa?" tanya Maureen.
"Dia terkesan...sangat tradisional. Simbol klasik Katolikisme Prancis. Namun di
sini tampaknya tak ada yang lain yang agak konvensional."
"Joanie" Konvensional?" tawa Tammy meledak kembali.
"Tidak dalam bagian ini. Tapi ada pelajaran besar yang bisa diambil dari
sejarah, nanti saja kita bicarakan. Kau ingin melihat sesuatu yang benarbenar
tidak ortodoks" Kau mesti melihat gereja."
f Bahkan dalam kehangatan dan cahaya matahari pertengahan musim panas, Rennesle-
Chateau adalah tempat keanehan dan keremangan. Maureen merasa ada sesuatu yang
mengikutinya. Suatu siluet yang membuntutinya di setiap belokan kebun. Ini membuat
konsentrasinya buyar. Beberapa kali ia membalikkan badan dengan cepat, namun tak ada seorang pun di
belakangnya. Desa ini membuatnya mudah kaget. Di tempat aneh ini, arlojinya tidak mau bekerja
dan ia terus merasa diikuti
seseorang. Meski sangat terpesona, Maureen merasa gembira jika bisa keluar dari
sini, lebih cepat lebih baik.
Tammy membawa mereka meninggalkan kebun, menuju sekeliling rumah. Ketika
melewati pekarangan lain, mereka melihat jalan masuk ke gereja tua yang tersusun dari
batubatuan. "Inilah wilayah kependetaan desa RLC. Ada sebuah gereja berusia ribuan tahun
yang dipersembahkan bagi Maria Magdalena di sini. Sauniere merenovasinya sekitar
tahun 1891, diduga bertepatan dengan saat ia menemukan dokumen misterius. Ia
membawa dokumendokumen itu ke Paris, lalu tibatiba saja ia menjadi miliuner. Ia
menggunakan uangnya untuk membuat sejumlah tambahan yang sangat tidak lazim ke
gereja itu." Ketika mereka berjalan menuju gereja, Peter berhenti untuk membaca prasasti
berbahasa Latin pada sebuah palang di atas pintu. "Terribilis est locus iste".
"Terribilis?" tanya Maureen.
"Tempat ini buruk (terrible)," jelas Peter.
"Mengerti maknanya, Padre?" tanya Tammy.
Peter mengangguk. "Tentu saja." Jika Tammy bermaksud menguji pengetahuannya
tentang Alkitab, ia mesti berusaha lebih keras lagi. "Kitab Kejadian, bab dua
puluh delapan. Yakub mengemukakannya setelah ia memimpikan tangga menuju surga."
"Mengapa seorang pendeta memilih prasasti semacam itu untuk diletakkan di atas
gerejanya?" tanya Maureen. Ia memandang Peter dan Tammy untuk memperoleh
jawaban. "Barangkali kau mesti melihat bagian dalam gereja sebelum berusaha menjawab
pertanyaan itu." Ini saran Tammy. Peter menerima saran itu, ia masuk.
"Agak gelap di sini," Peter memanggil mereka.
"Oh, tunggu sebentar," kata Tammy sambil merogoh tasnya, mencari koin. Lampu di
sana dinyalakan dengan koin."
Ia memasukkan koin euro ke dalam kotak dekat pitu, dan lampulampu neon menyala.
"Pertama kali datang ke sini, aku berusaha memandang gereja dalam kegelapan.
Saat kunjungan kedua, aku membawa lampu senter. Ketika itulah seorang pengurus
bangunan menunjukkan kotak koin itu.
Dengan begitu para turis bisa menyumbangkan sesuatu untuk gereja. Lampulampu
akan menyala sekitar dua puluh menit."
"Apa itu?" pekik Peter. Ketika Tammy tengah menjelaskan pengoperasian lampu,
Peter menoleh ke patung setan yang menyeramkan, yang berjongkok di ambang
gereja. "Oh, itu Rex. Hai, Rex," canda Tammy ke arah wajah patung itu. "Ia seperti
maskot resmi Rennesle-Chateau.
Sebagaimana segala yang lain di sini, ada segudang teori yang menjelaskan patung
ini. Sebagian mengatakan bahwa ia iblis Asmodeus, penjaga rahasia dan harta
karun tersembunyi. Lainnya mengatakan ia adalah Rex Mundi dalam tradisi Cathar.
Aku memilih penjelasan terakhir."
"Rex Mundi. Raja Dunia?" Peter menerjemahkan.
Tammy mengangguk dan menjelaskan ke Maureen. "Cathar mendominasi wilayah ini
pada Abad Pertengahan. Ingatlah, di sini ada gereja yang berdiri sejak 1059, ketika
Catharisme mencapai puncaknya. Mereka percaya makhluk yang lebih rendah adalah
penjaga planet bumi, yakni iblis yang mereka namakan Rex Mundi Raja Dunia.
Jiwa kita senantiasa berjuang untuk mengalahkan Rex dan merebut kerajaan Tuhan,
ranah roh. Rex mencerminkan godaan duniawi dan fisik."
"Tapi, apa yang ia lakukan di gereja Katolik yang kudus?" tanya Peter.
"Ia dikalahkan para malaikat, tentu saja. Lihatlah di atasnya." Patung empat
malaikat yang membuat tanda salib, menjulang di atas punggung iblis. Keempatnya
berdiri pada wadah air suci yang bentuknya seperti cangkang kerang raksasa.
Peter membaca prasasti itu keraskeras kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa
Inggris. "Par ce signe tu le vaincrais. Dengan tanda ini, aku menaklukkannya."
"Kebaikan mengalahkan kejahatan. Roh menundukkan materi. Malaikat mengungguli
setan. Tidak ortodoks memang, tapi itulah Sauniere." Tammy mengusap leher patung
iblis itu. "Lihat ini" Beberapa tahun lalu, seseorang menerobos gereja dan memenggal kepala
Rex. Kepala ini dibuat untuk menggantikannya. Tidak ada yang tahu apakah mereka
pemburu harta atau penganut Katolik yang marah dan mengarahkannya ke simbol
dualis di wilayah suci. Sepengetahuanku, ia satusatunya patung iblis dalam
gereja Katolik. Bukankah demikian, Padre?"
Peter mengangguk. "Harus kukatakan, aku tidak melihat patung ini di gereja
Katolik Roma. Pada dasarnya, ini adalah penistaan agama."
"Cathar adalah sekte dualis. Mereka percaya pada dua kekuatan ilahiah yang
berlawanan. Yang satu bekerja demi kebaikan dan berusaha menyucikan esensi roh,
sementara yang satunya lagi bekerja demi kejahatan dan
berjuang mengotori dunia materi," jelas Tammy. "Lihatlah lantai ini."
Ia mengalihkan perhatian mereka ke ubin yang menyusun lantai gereja. Ubin hitam
dan putih cemerlang membentang seperti papan catur. "Satu lagi konsesi Sauniere
terhadap dualitas hitam dan putih, baik dan buruk. Sentuhan desain yang
eksentrik. Tapi kupikir Sauniere gila seperti serigala. Ia dilahirkan hanya
beberapa mil saja dari sini dan ia memahami pandangan masyarakat setempat. Ia
sadar, jemaatnya keturunan Cathar dan mereka memiliki alasan untuk tidak
memercayai Roma, meski berabadabad kemudian. Harap jangan tersinggung, Padre."
"Tidak apa-apa," jawab Peter. Ia mulai terbiasa dengan guyonan Tammy. Sepertinya
gadis itu berhati baik, dan Peter benarbenar tidak terganggu. Bahkan sebenarnya,
karakter Tammy mulai mendapat tempat di hatinya. "Persinggungan Gereja dengan
ajaran Cathar terjadi lewat peristiwa memilukan.
Aku bisa paham, mengapa masyarakat lokal masih merasa tersinggung."
Tammy beralih ke Maureen. "Satusatunya Perang Salib resmi sepanjang sejarah yang
merupakan ajang pertarungan sesama umat Kristen. Pasukan Paus melumpuhkan
pasukan Cathar. Tak seorang pun di sini yang melupakan peristiwa itu.
Jadi, dengan menambahkan unsur Cathar dan Gnostik yang kental ke gereja ini,
Sauniere berhasil menciptakan lingkungan yang membuat jemaatnya merasa nyaman.
Karena itulah, kepatuhan dan kesetiaan terhadap gereja ini meningkat.
Usahanya berhasil. Masyarakat setempat mencintainya, bahkan hampir-hampir
menuhankannya." Peter menelusuri gereja, tak ada yang ia lewati. Tiap unsur dekorasi sungguh
mengagumkan. Benarbenar cerah, semarak, dan tentunya tidak konvensional. Ada sebuah patung
gips yang dicat, menampilkan tokohtokoh yang bukan orang suci.
Contohnya Santo Roche yang tidak banyak dikenal, sedang mengangkat baju
panjangnya untuk menunjukkan kakinya yang terluka. Atau Santo Germaine yang
ditampilkan sebagai gembala muda sedang menggendong anak domba. Setiap karya
seni dalam gereja itu memiliki sesuatu yang ganjil atau tidak lazim.
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yang paling menonjol adalah patung pembaptisan Yesus yang berukuran hampir sama
seperti aslinya. Patung itu menunjukkan Yohanes yang berdiri tegak di hadapan Yesus, berpakaian
ala Romawi, lengkap dengan baju panjang dan jubah, yang tidak pantas untuknya.
"Mengapa Yohanes Pembaptis ditampilkan dengan pakaian orang Romawi?" tanya
Peter. Selintas wajah Tammy tampak muram, tapi ia tidak menjawab. Ia justru terus
memberi komentar sambil memimpin mereka menuju altar.
"Menurut legenda lokal, Sauniere sendirilah yang mengecat patung-patung itu.
Kami yakin, dia pula yang mengerjakan karya seni di bagian belakang dan atas
altar, setidaknya sebagian. Ia terobsesi dengan Mariamu itu." Maureen mengikuti
Tammy ke relief, tempat Maria Magdalena menjadi bagian inti altar.
Terlihat ikon-ikon yang biasa ada di sekitarnya tengkorak di kakinya, kitab di
sampingnya. Maureen memerhatikan salib yang kelihatannya terbuat dari pohon
hidup. Peter khusyuk memandangi lempengan relief yang
melukiskan Posisi-posisi Salib. Seperti halnya patung-patung tadi, tiap bagian
seni memiliki detail yang aneh atau keganjilan yang bertentangan dengan tradisi
Gereja. Mereka memerhatikan unsur-unsur yang menakjubkan dalam gereja itu. Masing-
masingnya merupakan bagian baru dari misteri besar yang mengelilingi mereka.
Tanpa aba-aba, bunyi klik terdengar dalam gereja dan mereka terperangkap dalam
gelap gulita. Maureen merasa panik dalam kegelapan pekat. Bayangan bayangan yang mengikutinya,
bahkan di tengah siang benderang, membuatnya merasa tercekik sekarang.
Ia menjerit memanggil Peter.
"Aku di sini," teriak Peter. "Kau di mana?" Akustik dalam gereja menyebabkan
bunyi bergaung dalam gedung sehingga sulit melacak keberadaan seseorang.
"Aku di dekat altar," teriak Maureen.
"Tidak apa-apa," teriak Tammy. "Jangan panik. Waktu lampu menyala telah habis,
itu saja." Tammy bergegas ke pintu agar cahaya matahari bisa masuk sehingga Peter dan
Maureen bisa saling menemukan. Maureen mencengkeram Peter dan berlari ke pintu
depan gereja. Ia sengaja memandang ke sebelah kiri agar tidak melihat patung
iblis itu lagi. "Aku tahu, itu hanya masalah mekanis saja, tapi benarbenar menyeramkan.
Keseluruhan gereja ini sungguh...aneh.11
Maureen gemetar di bawah matahari Languedoc yang bersinar terang di siang hari
itu. Desa magis yang telah dilupakan waktu ini sungguh mengganggu, benarbenar di
luar ranah pengalaman yang pernah ia rasakan. Ada semacam kesan kekacauan yang
tersembunyi di sini. Meski desa itu sendiri nyaris ditinggalkan, namun di balik
keheningannya, ada sesuatu yang menulikan telinga. Maureen melirik pergelangan
tangannya dan teringat bahwa arlojinya tidak bekerja sejak ia tiba di tempat
ini. Fakta ini memaksanya merasa tidak nyaman.
Ada pertanyaan yang ingin diajukan Peter kepada Tammy saat wanita ini memimpin
mereka melewati kebun dan mengelilingi Vila Bethania. "Tak bisa kubayangkan
Sauniere mengerjakan semua ini tanpa mendapat kesulitan dari Gereja."
"Oh, ia memang sering mendapat kesulitan," jelas Tammy.
"Mereka bahkan pernah mencoba mencopot jabatannya dan menggantinya dengan
pendeta lain, namun gagal. Masyarakat di sini tidak mau menerima siapa pun
selain Sauniere, karena ia menyatu dengan mereka. Ia telah berusaha keras
mengambil posisi ini, berlawanan dengan yang ditulis di kebanyakan buku.
Jadi sungguh lucu, pihak berwenang di RLC menyebut kedatangan Sauniere ke sini
sebagai suatu kebetulan saja.
Percayalah, tak ada satu kejadian pun di sini yang kebetulan.
Banyak sekali kekuatan besar yang berlangsung di
sini." "Maksudmu kekuatan besar manusia atau kekuatan besar supranatural?"
"Dua-duanya." Tammy memberi isyarat agar mereka mengikutinya. Ia berjalan menuju
menara batu di ujung sebelah barat bangunan, menjulang di sudut tebing.
"Ayolah, kalian mesti melihat piece de resistance. Tur Magdala."
"Tur Magdala?" Maureen tergelitik mendengar nama
itu. "Menara Magdalena. Dulu, bangunan itu menjadi perpustakaan pribadi Sauniere.
Tapi, pemandangan dari sana sungguh menakjubkan."
Mereka membuntuti Tammy melewati interior menara kecil, melihat sekilas beberapa
barang pribadi Sauniere yang tersimpan dalam kotak kaca, sebelum menapaki dua
puluh dua anak tangga menuju dek menara itu. Pemandangan Languedoc dari atas
sungguh menakjubkan. Tammy menunjuk ke arah suatu bukit di kejauhan. "Kalian
lihat di sana itu" Itulah Arques. Dan lembah di seberangnya adalah desa
Coustaussa yang legendaris. Di sana, seorang pendeta bernama Antoine Gelis,
teman Sauniere, dibunuh secara keji di rumahnya. Kediamannya digeledah, dan
masyarakat percaya bahwa orang yang membunuh lelaki tua itu menginginkan sesuatu
yang lebih besar dibandingakan uang.
Mereka tidak menyentuh koin emas yang tergeletak di atas meja, tapi mereka
mencuri semua yang terlihat seperti dokumen. Lelaki yang malang ia terbunuh di
usia tujuh puluhan, bersimbah darah akibat hantaman kapak dan penjepit kayu
bakar." "Mengerikan." Maureen menggigil mendengar cerita Tammy, tetapi juga karena
suasana dalam bangunan itu. Meski sangat terpesona, ia juga merasa ingin
menjauhi tempat itu. "Orangorang bersedia membunuh demi misteri ini," ungkap Peter sederhana.
"Yah, itu terjadi seratus tahun lalu. Aku lebih suka berpikir bahwa sekarang ini
kita menyikapinya dengan lebih beradab."
"Apa yang terjadi dengan Sauniere?" Maureen mengembalikan fokus ke kisah pendeta
aneh itu dan hartanya yang misterius. "Keadaannya semakin aneh. Setelah memesan peti mati untuk dirinya sendiri, ia
terserang stroke. Legenda daerah ini menyebutkan bahwa seorang pendeta yang tidak dikenal oleh
penduduk setempat dipanggil untuk memimpin ritus terakhir.
Namun, ia menolak tugas ini setelah mendengar pengakuan terakhir Sauniere.
Akhirnya lelaki malang itu meninggalkan Rennesle-Chateau dalam keadaan depresi
berat. Orangorang mengatakan bahwa semenjak itu, ia tak pernah tersenyum lagi."
"Wow, apa yang diucapkan Sauniere pada pendeta
itu?" "Tidak ada yang tahu persis. Kecuali barangkali pelayan rumah, Marie Denarnaud.
Sauniere menyerahkan seluruh kekayaannya, juga rahasia-rahasianya, kepada wanita
ini. Namun ia sendiri meninggal secara misterius beberapa tahun kemudian. Di hari-
hari terakhirnya, ia tak bisa bicara sehingga tak ada seorang pun yang akan tahu
apa rahasia itu. "Itulah sebabnya desa ini melahirkan industri. Seratus ribu turis berkunjung ke
desa mungil yang muram ini setiap tahunnya.
Sebagian didorong rasa ingin tahu, sebagian lagi karena ingin menemukan harta
karun Sauniere." Tammy berjalan ke ujung dek menara kecil itu dan memandang ke arah lembah yang
terhampar luas di bawah mereka. "Kita tidak tahu pasti mengapa Sauniere
membangun menara ini. Tapi ia pasti mencari sesuatu. Bagaimana menurutmu,
Padre?" Tammy mengedipkan mata pada Peter kemudian berbalik menuju tangga ke
bawah f Saat mereka bertiga berjalan menuju mobil, Maureen menagih janji Tammy untuk
menjelaskan Menara Alkemi. Menara kecil itu dulu berjaya di Chateau Hautpol,
tapi kini telah porak poranda.
Tammy termenung sesaat, tak tahu harus mulai dari mana. Banyak buku yang
menggambarkan wilayah ini. Ia sendiri telah melakukan riset bertahuntahun, jadi menemukan
penjelasan yang paling ringkas tidaklah mudah.
"Ada sesuatu di wilayah ini yang menarik perhatian orang sejak ribuan tahun
lalu," Tammy memulai.
"Sesuatu itu pastilah khas dan terdapat di wilayah itu sendiri. Bagaimana tidak,
karena faktanya pesona wilayah ini telah dikenal luas, melintasi dua ribu tahun
sejarah dan berbagai keyakinan agama"
"Seperti hal-hal lain di sini, ada segudang teori yang menjelaskannya. Dan
selalu menyenangkan jika kita memulai dengan teori yang benarbenar gila. Ada
sejumlah orang yang berani bersumpah bahwa semua ini berkaitan dengan makhluk
luar angkasa dan monster laut."
"Monster laut?" Peter tertawa berbarengan dengan Maureen. "Aku hampir bisa
menduga bahwa makhluk luar angkasa akan disebut, tapi monster laut?" tanya
Maureen. "Aku tidak bercanda. Monster laut selalu muncul dalam misteri lokal. Cukup aneh
memang, mengingat wilayah ini tidak berbatasan dengan laut. Tapi teori ini hampir sama
gilanya dengan yang berkaitan dengan UFO. Ada sesuatu tentang wilayah ini yang
menjadikan orang nyaris benarbenar gila.
"Kemudian ada faktor waktu. Apakah arlojimu masih tidak berfungsi?"
Maureen sudah tahu jawabannya, tapi ia melihat juga sekadar untuk memastikan.
Arloji itu menunjukkan jam 9:33 selama lebih dari satu jam. Maureen mengangguk.
"Setelah kita turun dari gunung ini, barangkali arlojimu akan berfungsi
kembali," kata Tammy melanjutkan. "Ada sesuatu di sini yang memengaruhi jam dan
arloji, juga barangbarang elektronik.
Bisa jadi, itulah salah satu alasan mengapa begitu banyak penghuni desa ini yang
masih menggunakan jam matahari, bahkan di abad 21. Fenomena itu tidak menimpa
setiap orang, tapi aku sendiri mengalami banyak sekali kejadian aneh."
Tammy mulai menceritakan salah satu dari sekian banyak kisahnya tentang faktor
waktu yang sulit dipahami di wilayah Rennesle-Chateau ini.
"Waktu itu aku sedang mengendarai mobil ke sini bersama temanteman. Aku
memeriksa jam mobil ketika berada di kaki bukit. Sesampainya di puncak, jam itu
menunjukkan bahwa kami telah melewati waktu setengah jam hanya untuk sampai ke
puncak bukit. Sekarang, kau baru mengendarai mobil ke sini.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan, meski kita berjalan pelan seperti tadi" Lima
menit?" Tammy bertanya pada Peter, yang kemudian mengangguk mengiakan. "Sekitar itulah."
"Jaraknya tidak terlalu jauh, barangkali hanya dua mil.
Jadi kami pikir jam mobil itu rusak lalu kami melihat arloji.
Ternyata sama saja. Waktu telah berlalu setengah jam. Sekarang kita sudah tahu,
waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sini tidak selama itu, tapi entah bagai
mana jam bergeser tiga puluh menit. Apakah aku bisa menjelaskan hal ini" Tidak.
Seakanakan waktu tidak berjalan seperti biasanya. Sejak peristiwa itu, aku sudah
berbicara dengan sejumlah orang yang memiliki pengalaman serupa. Penduduk
setempat bahkan tidak ambil pusing karena sudah terbiasa.
Tanya saja kepada mereka, paling-paling mereka hanya mengangkat bahu. Seolah
kejadian itu adalah fenomena paling normal di seluruh dunia.
"Pengalaman sama juga terjadi di sekitar Piramida Besar, selain sejumlah situs
sakral di Inggris dan Irlandia. Lalu, apa sebenarnya yang terjadi" Apakah ini
semacam kekuatan magnetis" Ataukah sesuatu di luar jangkauan kita sehingga
mustahil dipahami otak kita yang terbatas?"
Tammy menguraikan berbagai teori hasil eksplorasi penduduk lokal dan tim riset
internasional. Ia menyebutkan sederet kemungkinan: padang rumput, pusaran air,
rongga tanah, gerbang bintang.
"Salvador Dali mengatakan bahwa stasiun kereta api di Perpignan adalah pusat
jagat raya karena di sanalah lokasi pertemuan kekuatan-kekuatan magnetis."
"Berapa jarak Perpignan dari sini?" Pertanyaan ini keluar dari mulut Maureen.
"Sekitar empat puluh mil. Cukup dekat untuk membuat teori itu menarik.
Seandainya saja aku memiliki jawaban yang pasti. Tapi tak seorang pun yang
memilikinya. Itulah sebabnya aku kecanduan dengan tempat ini dan terus kembali
ke sini. Masih ingat garis meridian yang ditunjukkan Sinclair padamu ketika di gereja
Saint-Sulpice, Paris?"
Maureen mengangguk, berusaha terus mengikuti. "Garis Magdalena".
"Persis. Garis itu melewati Paris dan terus ke wilayah
ini. Mengapa" Karena ada sesuatu di sini yang melampaui waktu dan ruang. Kupikir,
itulah sebabnya para alkemis dari seluruh Eropa tertarik dengan wilayah ini
entah sejak kapan." "Aku ingin tahu, kapan kita kembali ke persoalan alkemi," Peter mengingatkan.
"Maaf, Padre. Aku memang cenderung berbelit-belit. Selain itu, tak ada satu
penjelasan pun yang sederhana. Menara di atas sana, disebut Menara Alkemi,
sepertinya dibangun di atas titik kekuatan Magdalena yang legendaris. Titik itu
dilewati garis. Dan menara ini dijadikan tempat eksperimen alkemi yang tak terhitung jumlahnya."
"Jadi, ketika kau mengatakan alkemi, yang kau maksud adalah sistem keyakinan di
abad pertengahan bahwa belerang bisa diubah menjadi emas?" Ini pertanyaan
Maureen. "Dalam sebagian kasus, ya. Tapi, apakah itu definisi alkemi yang sebenarnya"
Jika ingin memicu perang besar, ajukanlah pertanyaan itu di depan seminar para
pemikir esoteris. Maka ruangan itu akan runtuh sebelum diperoleh jawaban yang
pasti." Lalu Tammy berceloteh tentang berbagai jenis alkemi. "Ada alkemis ilmiah, yaitu
orang yang secara fisik berusaha mengubah materi dasar menjadi emas. Sebagian
alkemis ilmiah datang ke sini dengan keyakinan bahwa keajaiban yang terdapat
dalam wilayah ini sendiri merupakan faktor x yang sedang mereka cari guna
menyempurnakan eksperimen mereka. Kemudian ada filsuf yang percaya bahwa alkemi
adalah suatu transformasi
spiritual. Maksudnya, alkemi menyangkut perubahan unsur dasar dalam roh manusia menjadi
suatu diri yang cemerlang. Ada lagi kelompok esoteris dengan ide bahwa proses
alkemis bisa digunakan untuk mencapai keabadian dan entah bagaimana, memengaruhi
karakter waktu. Lalu ada alkemis seksual yang percaya bahwa energi seksual
menimbulkan suatu transformasi ketika dua tubuh menyatu menggunakan semacam
kombinasi metode fisik dan metafisik tertentu."
Maureen mendengarkan dengan seksama. Ia ingin lebih mengetahui perspektif
pribadi Tammy. "Dan teori mana yang menjadi favoritmu?"
"Aku pribadi mendukung alkemi seksual. Tapi setelah kupikir-pikir, semuanya
benar. Sungguh. Kupikir, alkemi adalah istilah aktual untuk serangkaian prinsip paling kuno di
bumi ini. Menurutku, aturan-aturan itu dipahami oleh masyarakat kuno, misalnya
para arsitek Piramida Besar di Giza."
Pertanyaan berikut datang dari Peter. "Lalu, apa hubungan semua ini dengan Maria
Magdalena?" "Yah, sebagai langkah awal, kita percaya bahwa ia menetap di sini, atau
setidaknya pernah tinggal di sini. Maka muncul pertanyaan: mengapa di sini"
Wilayah ini sangat terpencil, bahkan dengan transportasi modern sekarang ini.
Bisakah kau bayangkan, bagaimana rasanya berusaha melewati pegunungan ini pada
abad pertama" Wilayah ini sangat tidak bersahabat. Lalu, mengapa ia memilih tempat ini"
Mengapa banyak orang memilih tempat ini" Karena ada sesuatu yang istimewa.
"Oh, aku lupa menyebutkan satu jenis alkemi lagi yang
berlangsung di sini. Aku baru menemukan istilahnya belakangan ini, alkemi
Gnostik." "Seperti nama agama baru saja," komentar Maureen.
"Atau agama lama. Tapi ada kepercayaan di sini yang meluas hingga ke Cathar,
barangkali melewatinya. Suatu kepercayaan bahwa wilayah ini adalah pusat dualitas: bahwa
Raja Dunia, Rex Mundi sendiri, hidup di sini. Keseimbangan duniawi antara terang
dan gelap, baik dan buruk, berlangsung di desa kecil yang aneh dan lingkungan
sekitarnya. Dan hingga batas tertentu, terjadi pertarungan sepanjang masa antara
kedua unsur itu, tepat di sini, di bawah kaki kita. Kalian merasa seram berada
di sini pada siang hari" Jika ada yang mau membayarku untuk berjalan malammalam
di sini, aku tak mau. Ada sesuatu yang sangat penting menyangkut tempat ini, dan
tidak semuanya baik."
Maureen mengangguk pada Tammy. "Aku pun merasa begitu. Jadi, barangkali
pernyataan Dali menjangkau hingga sekitar empat puluh mil. Barangkali Rennesle Chateau
benarbenar pusat jagat raya?"
Peter turut bicara, dengan nada yang lebih serius.
"Pernyataan bahwa tempat ini dulu adalah pusat semesta barangkali masuk akal
bagi masyarakat Prancis abad pertengahan. Tapi apakah orang masih memercayainya
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekarang?" "Aku hanya bisa mengatakan bahwa ada sejumlah kejadian aneh di sini yang tak
bisa dijelaskan siapa pun. Dan kejadian itu terus berlangsung. Di sini, di
Arques, dan di wilayah sekitar tempat dibangunnya chateau. Sebagian orang
mengatakan bahwa pengikut Cathar membangun puripuri ini sebagai benteng
pertahanan dari energi kegelapan.
Mereka memilih membangun di puncak pusaran angin atau titik-titik kekuatan. Di
sana, mereka bisa menjalankan upacara kudus untuk mengendalikan atau mengalahkan
kekuatan kegelapan. Semua chateau di sini dilengkapi menara, bagian ini sangat
signifikan." Peter mendengarkan dengan seksama. "Tapi, tidakkah menara-menara itu strategis,
dibangun untuk tujuan pertahanan?"
"Tentu," Tammy mengangguk serius. "Tapi itu tidak menjelaskan mengapa
masingmasing chateau memiliki legenda menyangkut alkemi yang berlangsung di
dalam menara" Menara-menara itu dikenal karena menjadi tempat berlangsungnya suatu keajaiban
atau transformasi. Bangunan ini terkait langsung dengan moto alkemi 'Sebagai mana di atas, demikian
pula di bawah'. Menara mencerminkan bumi karena menghunjam ke tanah. Tapi menara juga
mencerminkan langit karena menjulang ke angkasa. Itulah sebabnya, menara
merupakan tempat yang cocok untuk
melakukan eksperimen alkemi. Dan seperti menara Sauniere, menara-menara yang
lain memiliki dua puluh dua anak tangga."
"Mengapa dua puluh dua?" tanya Maureen tertarik.
"Dua puluh dua adalah angka utama, dan angka ada-ah faktor penting dalam alkemi.
Angkaangka utama terdiri dari sebelas, dua puluh dua, dan tiga puluh tiga. Tapi,
dua puluh dua menjadi pola yang akan banyak kita saksikan di wilayah ini karena
angka ini berhubungan dengan energi sakral wanita.
Kalian bisa melihat bahwa menurut kalender gereja, hari puasa Maria Magdalena
jatuh pada..." "Tanggal dua puluh dua Juli," sela Peter dan Maureen
berbarengan. "Tepat. Jadi, untuk akhirnya menjawab pertanyaanmu, barangkali itulah sebabnya
mengapa Maria Magdalena datang ke sini. Karena ia mengetahui faktor kekuatan
alamiah atau memahami sesuatu tentang pertarungan terang dan gelap seperti yang
terjadi di sini. Kalian tahu, masyarakat Palestina mengenal wilayah ini. Bahkan
ada tradisi yang mengatakan bahwa ibunda Maria Magdalena berasal dari Languedoc.
Jadi kedatangan Maria Magdalena ke sini bisa diartikan kepulangannya."
Tammy menengadah ke menara Chateau Hautpol yang sudah rusak. "Apa yang tak akan
kuserahkan agar bisa menjadi lalat abadi yang hinggap di dinding bangunan itu."
Languedoc 23 Juni 2005 Mereka menurunkan Tammy di Couiza. Di sana, ia bertemu temantemannya untuk makan
siang yang sudah terlambat.
Maureen merasa kecewa karena Tammy tidak bersama mereka lebih lama lagi. Ia
gugup memikirkan akan ke rumah Sinclair tanpa teman yang juga dikenal sang tuan
rumah sehingga ia tidak terlalu canggung. Selain itu, Maureen bisa merasakan
ketegangan Peter. Pria ini berusaha keras menutupinya, tapi tangannya yang
mencengkeram kuat kemudi menunjukkan perasaannya. Barangkali, menetap di
kediaman Sinclair adalah kekeliruan.
Tapi mereka sudah berjanji. Tidak sopan dan akan membuat tuan rumah tersinggung
jika mereka mengubah pikiran sekarang.
Maureen tidak mau mengambil risiko itu. Sinclair adalah bagian yang terlalu
penting dalam rangkaian puzzienya.
Peter memperlambat laju mobil sewaan itu dan melewati gerbang besi yang luar
biasa besar. Ketika mobil melewatinya, Maureen memerhatikan bahwa gerbang itu
dihiasi fieur-deiis besar berwarna keemasan yang jalin-menjalin dengan tanaman
anggur atau mungkin apel biru. Jalur masuk kendaraan itu dilengkapi atap yang
melengkung hingga ke bangunan megah dan mewah bernama Chateau des Pommes Bleues.
Mereka berhenti di depan chateau, samasama terdiam sejenak menyaksikan kemegahan
dan kemewahan properti itu. Suatu kastil yang dibangun pada abad ke-16 dan telah direstorasi dengan
sempurna. Begitu Peter dan Maureen menjejakkan kaki keluar dari mobil, pelayan
utama Sinclair, Roland yang bertubuh besar, muncul dari pintu depan. Dua pelayan
berseragam bergegas mendekati mobil untuk mengangkut tas atau menjalankan
perintah Roland. "Bonjour, Madamoiselle Paschal, Abbe Healy. Bienvenue." Mendadak Roland
tersenyum dan ini membuat ekspresi wajahnya melembut. Peter dan Maureen
mengembuskan napas lega. "Selamat
datang di Chateau des Pommes Bleues. Monsieur Sinclair sangat senang Anda
datang!" f Roland pergi memanggil tuannya, meninggalkan Maureen dan Peter yang menunggu di
lorong masuk yang sangat menawan.
Mereka sama sekali tidak merasa bosan ruangan itu dipenuhi karya seni dan barang
antik yang tak ternilai harganya, seperti yang terdapat di museum Prancis.
Maureen berhenti di depan kotak kaca yang berfungsi sebagai bagian sentral
ruangan itu. Peter mengikutinya. Sebuah trofi besar bertatahkan perak menempati
kotak itu, dan sebuah tengkorak manusia bersandar di tempat terhormat dalam
kotak pajang benda pusaka itu. Warna tengkorak itu telah pudar termakan waktu,
namun ada retakan yang cukup jelas terlihat di tulang kranial itu. Sejumput
rambut kusam, namun masih menunjukkan pigmen merah ditempatkan di samping
tengkorak bersamasama dengan trofi.
"Masyarakat zaman dulu percaya bahwa rambut merah memiliki kekuatan magis."
Berenger Sinclair berdiri di belakang mereka. Maureen terlonjak mendengar suara
tibatiba itu, kemudian menanggapinya. "Masyarakat kuno tak pernah mengikuti sekolah umum di Lousiana."
Sinclair tertawa dengan suara khas Celtic, dan menyentuhkan jarinya ke rambut
Maureen dengan maksud menggodanya. "Apakah tak ada anak laki-laki di sekolahmu?"
Maureen tersenyum, namun ia cepatcepat mengembalikan perhatiannya ke benda
pusaka dalam kotak kaca sebelum Sinclair melihat wajahnya bersemu merah. Ia
membaca keraskeras tulisan yang tertera di plakat.
"Tengkorak Raja Dagobert Kedua."
"Salah seorang leluhurku yang pemberani," jawab Sinclair.
Peter merasa terpesona dan sedikit sangsi. "Santo Dagobert Kedua" Raja
Merovingian terakhir" Kau keturunannya?"
"Ya. Dan pengetahuan sejarahmu sama baiknya dengan bahasa Latinmu. Luar biasa,
Bapa." "Ingatkan aku." Maureen terlihat memelas. "Maaf, tapi pengetahuanku tentang
sejarah Prancis dimulai dari Louis Quartorze. Merovingian itu siapa?"
Peter menjawab, "Dinasti raja-raja awal di wilayah yang sekarang bernama Prancis
dan Jerman. Mereka berkuasa sejak abad ke-S hingga abad ke-8. Dinasti ini terputus sejak
kematian Dagobert." Maureen menunjuk retakan di tengkorak. "Barangkali kematiannya tidak wajar."
Sinclair menjawab. "Benar. Putra baptisnya menancapkan lembing ke pelupuk mata
hingga menembus otak ketika ia tidur."
"Anggota keluarga yang tidak setia," jawab Maureen.
"Sedihnya, ia lebih memilih tugas keagamaan dibandingkan kesetiaan pada
keluarga. Dilema yang sejak dulu membuat banyak orang sengsara. Bukankah begitu,
Bapa Healy?" Peter mengerutkan kening dengan arah pembicaaan itu. "Maksudmu?"
Dengan berwibawa, Sinclair mengarahkan perhatian mereka ke sebuah perisai yang
tergantung di dinding. Pada perisai itu terdapat lambang salib yang dikelilingi
bunga mawar, di tengah-tengahnya tertera tulisan Latin ELIGE MAGISTRUM
"Moto keluarga saya. Elige magistrum."
Maureen menatap Peter untuk memperoleh penjelasan. Ada sesuatu yang terjadi
antara kedua lelaki ini yang mulai membuatnya gugup. "Apa artinya?"
"Pilihlah seorang pemimpin," Peter menerjemahkan.
Sinclair menjelaskan lebih rinci. "Raja Dagobert dibunuh atas perintah Roma
karena Paus merasa kurang berkenan dengan versi Kristiani yang ia bawa. Putra
baptis Dagobert ditantang untuk memilih pemimpin. Ia memilih Roma, maka ia
menjadi seorang pembunuh atas perintah Gereja."
"Mengapa ajaran Kristen Dagobert begitu mengganggu?" tanya Maureen.
"Ia percaya bahwa Maria Magdalena adalah seorang ratu dan istri sah Yesus
Kristus, dan bahwa ia adalah keturunan mereka berdua. Dengan demikian, ia
memegang hak suci sebagai seorang raja dengan kekuatan yang mengalahkan segala
kekuatan duniawi. Paus merasa bahwa raja yang memiliki keyakinan seperti itu
akan sangat mengancam."
Maureen meringis dan berusaha membuat pembicaraan menjadi lebih ringan. Ia
menyikut Peter. "Janji, ya, jangan menancapkan lembing ke mataku saat aku tidur?"
Peter menatapnya sekilas. "Aku khawatir, aku tidak bisa berjanji. Elige
magistrum dan segala macam."
Maureen membelalakkan mata ketakutan lalu ia kembali memerhatikan benda pusaka
perak tadi yang dihias dengan pola fleurde-lis yang rumit.
"Meski bukan orang Prancis, Anda sangat menyukai simbol itu."
"Fleurde-lis" Tentu saja. Jangan lupa, bangsa Skotlandia bersekutu dengan
Prancis selama ratusan tahun. Tapi alasan saya memilihnya berbeda. Bunga itu
simbol..." "Trinitas," kata Peter melengkapi ucapan Sinclair. Lelaki itu tersenyum kepada
mereka berdua. "Ya, ya, benar. Tapi saya tidak tahu, Bapa Healy, apakah itu
simbol trinitas Anda...atau trinitas saya?"
Sebelum Maureen atau Peter sempat meminta penjelasan atas pernyataan itu, Roland
masuk dan berbicara cepat dengan Sinclair dalam bahasa yang menyerupai kombinasi
antara bahasa Prancis dengan aksen Mediterania yang kental. Sinclair beralih ke
kedua tamunya. "Roland akan menunjukkan kamar agar kalian bisa beristirahat dan menyegarkan
diri sebelum makan malam."
Sinclair menunduk dengan anggunnya, mengedip sekilas ke arah Maureen, lalu
meninggalkan ruangan itu.
f Maureen memasuki kamar tidurnya, mulutnya menganga saking terpesona. Ruangan itu
sangat mengagumkan. Sebuah ranjang besar dengan kanopi yang ditunjang empat tiang dan
dibalut tirai bordir berwarna merah keunguan dengan rangkaian fleurdelis
keemasan seperti yang banyak
ditemukan di rumah ini, mendominasi ruangan. Perabot lainnya sangat antik,
semuanya bersepuh emas. Sebuah potret bertuliskan Maria Magdalena di Gurun, karya pelukis kenamaan
Spanyol, Ribera, menutup salah satu dinding kamar. Mata Maria Magdalena
memandang ke langit. Vas kristal Baccarat dengan bunga mawar merah dan lili putih tersebar di seluruh
ruangan. Serupa dengan rangkaian bunga yang dikirimkan Sinclair ke rumah Maureen
di Los Angeles. "Seorang gadis harus terbiasa mendapat perlakuan istimewa," katanya pada dirinya
sendiri. Beberapa orang pelayan mengetuk pintu untuk mengeluarkan isi tasnya
f Kamar Peter lebih kecil dari kamar Maureen, namun tetap indah dan menunjukkan
kebangsawanan. Koper Peter belum diantarkan, namun ia membawa tas jinjing berisi barangbarang
yang ia perlukan sekarang. Peter mengeluarkan Alkitab bersampul kulit dan rosari
bermanik kristal dari tas hitamnya.
Digenggamnya rosari itu kemudian ia merebahkan diri ke ranjang, Peter merasa
lelah sebagian karena perjalanan, juga keletihan fisik dan spiritual karena
tanggung jawabnya atas keselamatan Maureen.
Kini ia berada di wilayah yang tak dikenal. Pengalaman ini membuatnya gugup.
Peter tidak memercayai Sinclair. Yang lebih parah, ia tidak percaya pada reaksi
sepupunya terhadap Sinclair.
Uang dan penampilan fisik lelaki itu jelas menimbulkan suatu mistik yang membuat
wanita terpikat. Paling tidak ia tahu, Maureen bukanlah orang yang mudah luluh. Bahkan sebenarnya
Peter tahu, gadis ini tidak banyak menjalin hubungan dengan lelaki. Pandangan
Maureen akan romantisme terkoyak oleh kebencian ibunya kepada sang ayah.
Perkawinan pahit itu berakhir dengan tragedi. Itulah sebabnya, Maureen
menjauhkan diri dari segala ikatan hubungan.
Walau bagaimanapun, ia wanita dan manusia biasa.
Maureen sangat rapuh jika menyangkut visinya. Peter merasa adalah kepentingannya
untuk memastikan bahwa Sinclair tidak memanfaatkan kerapuhan Maureen untuk
menipu gadis ini. Peter belum pasti, seberapa banyak yang telah diketahui Sinclair.
Atau bagaimana ia mengetahuinya. Tapi ia bertekad memperoleh jawabannya secepat
mungkin. Peter memejamkan mata dan berdoa agar dilindungi.
Namun doanya yang tak bersuara terganggu oleh bunyi dengungan yang tidak mau
berhenti. Pada awalnya ia berusaha mengabaikan saja bunyi getaran itu, namun
akhirnya ia menyerah. Ia berjalan ke arah sisi lain kamar itu, tempat tas
bepergiannya berada. Peter merogoh tasnya lalu menjawab telepon genggamnya.
f Untungnya kamar Peter tepat di bawah kamar Maureen. Kalau tidak, mereka mungkin
tidak akan pernah bertemu di kediaman Sinclair yang teramat luas itu. Maureen
merasa terhanyut dengan rumah ini. Ia menyerap setiap detail seni dan
arsitekturnya ketika mereka berjalan dari satu bagian rumah ke bagian lain.
Mereka sedang mengamati eksterior chateau itu karena masih ada waktu beberapa
jam sebelum makan malam. Keduanya terlalu kagum hingga tak ingin melewatkan segala yang ada di
sekeliling. Mereka memasuki lorong masuk yang sangat luas, berkilau dengan
cahaya alamiah dari jendela kristal utama.
Sebuah lukisan dinding yang sangat besar dan aneh, menggambarkan pemandangan
penyaliban yang agak abstrak membuat ruangan itu sangat memukau.
Maureen berhenti untuk mengagumi karya seni itu. Di
sebelah Kristus yang disalib, ada seorang perempuan berselubung merah yang
mengangkat tiga jari sementara setetes air mata membasahi wajahnya. Wanita itu
berdiri di samping genangan air ataukah sungai" Tiga ekor ikan kecil, satu merah
dan dua biru, melompat ke dalam air. Pola ketiga ikan dan jari yang diangkat
wanita itu sama sama menyerupai pola fleurde-lis, namun secara abstrak.
Detail karya seni yang rumit dan terkesan modern pun tak terhitung. Maureen
yakin, semuanya simbolik. Namun butuh waktu berjamjam untuk memerhatikan tiap
detail, dan barangkali butuh bertahuntahun untuk memahami semuanya.
Peter mundur untuk melihat lukisan penyaliban yang indah dalam kesederhanaannya.
Langit di atas salib menggelap karena sesuatu yang kelihatannya adalah matahari
hitam. Kilatan petir memecah langit.
"Lukisan ini mirip dengan gaya Picasso, bukan?" tanya Peter.
Sang tuan rumah muncul di ujung lorong. "Itu karya Jean Cocteau, seniman Prancis
paling kreatif dan salah seorang pahlawanku. Ia membuat lukisan itu ketika
menjadi tamu kakekku."
Maureen terperangah. "Cocteau menginap di sini" Wow. Rumah ini pasti pusaka
nasional bagi Prancis. Semua karya seni di sini fenomenal. Lukisan di kamar
saya..." "Ribera" Itulah potret Magdalena kesukaan saya. Lukisan itu merekam keindahan
dan keanggunan suci, lebih dibandingkan lukisan lain. Luar biasa."
Peter merasa sangsi. "Tapi Anda tidak mengatakan lukisan itu asli, bukan" Saya
pernah melihatnya di Prado."
"Oh, lukisan itu asli. Ribera membuatnya atas permintaan raja Aragon. Sebenarnya
ia membuat dua. Kau benar, salah satu yang berukuran lebih kecil berada di Prado. Raja Spanyol
memberikan lukisan itu ke salah satu leluhurku, seorang anggota keluarga Stuart,
sebagai tawaran perdamaian. Seperti yang akan kalian lihat, adiseni berkaitan
erat dengan Maria. Akan aku tunjukkan contoh-contoh lain setelah makan malam.
Tapi, jika boleh bertanya, kalian akan pergi ke mana?"
"Kami ingin berjalan-jalan sebelum makan malam. Aku melihat reruntuhan di atas
bukit saat kami berkendara. Sekarang, aku ingin melihat lebih dekat," jawab
Maureen. "Ya, tentu saja. Tapi adalah kehormatan bagiku jika boleh mejadi pengantar
perjalanan kalian. Itu pun jika Bapa Healy berkenan?"
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tentu saja," Peter tersenyum, tapi Maureen melihat sudut mulutnya menegang
ketika Sinclair menggandeng tangannya.
Roma 23 Juni 2005 Matahari bersinar lebih cerah di Roma dibandingkan tempattempat lain di seluruh
dunia. Setidaknya, itulah yang dirasakan Uskup O'Connor ketika menyeberangi
bebatuan sakral di Basilika Santo Petrus dengan langkah panjang-panjang. Dadanya
sesak dengan perasaan tersanjung karena diperbolehkan memasuki kapel pribadi
itu. Begitu menginjakkan kaki di lantai yang suci, dengan memegang kunci gereja, ia
berdiri di depan patung Petrus yang terbuat dari marmer, kemudian mencium kaki
telanjang sang santo. Lalu ia berjalan pelan ke depan
gereja dan duduk di salah satu bangku. Ia menghaturkan rasa syukur kepada Tuhan
karena memberinya kesempatan berkunjung ke tempat suci ini. Ia berdoa untuk dirinya
sendiri, ia berdoa untuk keuskupannya, dan ia berdoa untuk masa depan Gereja
Bunda Suci. Setelah selesai melakukan kebaktian, Magnus O'Connor masuk ke kantor Tomas
Cardinal DeCaro sambil membawa map-map merah berisi sejumlah file yang menjadi
tiket masuknya ke Vatikan.
"Semuanya ada di sini, Yang Mulia." Kardinal mengucapkan terima kasih kepadanya.
Seandainya O'Connor berharap mendapat undangan untuk bercakap-cakap lebih lama
dengan Kardinal, ia akan sangat kecewa. Cardinal DeCaro memberi isyarat agar ia
keluar dengan satu anggukan kaku, dan tidak mengucapkan apa-apa lagi.
DeCaro tidak sabar untuk melihat isi map-map itu. Tapi ia memilih melihatnya
pertama kali sendirian. Ia membuka map pertama. Semua file di dalamnya diberi label EDOUARD PAUL PASCHAL
dengan tinta hitam tebal. .. .Aku belum menulis tentang Bunda Agung. Maria Agung. Sudali lama aku menunggu
dengan perasaan ragu. apakah kata-kataku mampu melukiskan kebaikannya, kearifannya, dan
kekuatannya. Dalam kehidupan setiap perempuan, selalu ada pengaruh dan ajaran petmpuan bin
yang lebih tinggi. Bagiku, dia adalah Maria Agung, ibunda Easa, dan hanya dia.
Ibuku sendiri meninggal ketika aku masih sangat beh'a. Aku tidak menginga tnya.
Dan meski Martha selalu mengurusi aku dan memerhatikan kebutuhan duniawiku
sebagai seorang saudari, namun ibunda kasalah y^ang memberikan ajaran spiritual
kepadaku, la mengasuhjiwaku dan mengajarkan aku berbagaipelap ran tentang kasih
sayang elan pengampunan, la menunjukkan aku bagainana
menjadiseorang ratu dan mendidikkuagarmemilikiperilaku yang pantas bagi seorang
perempuan dengan takdir seperti kami.
Jika tiba waktunya bagiku untuk mengenakan selubung merah dan menjadi Maria yang
sesungguhnya, aku sudah siap. Berkat dia. dan segala yang ia berikan padaku.
Maria Agung-adalah teladan ketaatan. Namun ketaatannya hanya kepada Tuhan
semata. Ia mendengar pesan-pesan Tuhan dengan jelas. Putranya pun memiliki
kemampuan ini. Dan itu/ah sebabnya mereka berbeda dari orang lainyangjuga
berdarali mulia. Ya. Easa adalah putra Singa, penerus tahta Daud. dan ibundanya
keturunan kasta Harun yang saleh Ia terlahir sebagai ratu dan Easa sebagairaja.
Tapi bukan dara h semata yang membuat terhadap berbeda dari yang lain. Semangat
dan kekuatan iman mereka kepada pesan Tuhan kepada kamilah yang membuat mereka
berbeda. Seandainya akuhanya betjalaii di'bawah bayangannya untuk selamanya, aku sudah
merasa satgat diberka ti.
Maria Agung adalah perempuan pertama dalam ingatanku yang begitu
diberkati'denganpengetahuan jernili akan Dahi bidah tantangan bagi para imam
besaryang tidak mengerti bagaimana menerima seorang perempuan dengan kekuatan
sedemikian tuiggi. Namun mereka pun tidak bisa mengutuknya.
Darah keturunan yang mengaur dalam diri Maria Agung suiigguh tak bernoda. Hati
dan jiwanya pun tak terjangkau. Reputasinya yang tak bercela dikenal di segala
penjuru bumi. Para penguasa takut kepadanya, karena nrreka tak mampu imiundukkannya. Perempuan
ini hanya menjawab kepada Tuhan.
INJIL ARQUES MARIA MAGDALENA KITAB PARA MURID
Delapan Chateau des Pommes Bleues 23 Juni 2005
Sinclair membawa Maureen dan Peter keluar dari rumah megah itu, melewati jalan
berkerikil. Bebatuan merah terhampar di kaki bukit itu, dan timbunan puing-puing kastil yang
sudah rapuh menjadi mahkotanya.
Maureen hanyut dalam pemandangan yang memukau.
"Tempat ini sungguh menakjubkan. Sarat dengan kesan mistis."
"Kita berada di jantung negara Cathar. Dulu, seluruh wilayah ini dikuasai bangsa
Cathar. Sang Murni."
"Bagaimana mereka mendapat julukan itu?"
"Ajaran mereka bersumber dari jalur yang murni dan tak terputus kepada Yesus
Kristus. Melalui Maria Magdalena. Dialah pendiri Catharisme."
Peter terlihat sangat skeptis, tapi Maureenlah yang mengekspresikan keraguan
itu. "Mengapa aku tidak pernah membaca penjelasan semacam ini?"
Berenger Sinclair cuma tertawa. Tak sedikit pun ia merasa cemas apakah mereka
memercayai penjelasannya atau tidak. Ia lelaki yang sangat nyaman dengan
keyakinannya dan begitu percaya diri hingga opini orang
lain tidak menggoyahkannya.
"Tidak, dan kau juga tak akan menemukannya. Sejarah asli bangsa Cathar tidak
dimuat dalam bukubuku sejarah. Kau pun tidak bisa menemukan sesuatu yang otentik
tentang hal itu selain di sini.
Fakta tentang masyarakat Cathar hanya bisa ditemukan di bebatuan merah
Languedoc, bukan di tempat lain."
"Aku ingin sekali membaca riwayat mereka," kata Maureen. "Bisakah kau
merekomendasikan buku yang menurutmu otentik?"
Sinclair mengangkat bahu lalu menggelengkan kepala.
"Sangat sedikit, dan tampaknya tak ada buku yang kuanggap terpercaya, yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Mayoritas buku tentang sejarah Cathar ditulis berdasarkan pengakuan di bawah
siksaan. Hampir semua uraian tentang masyarakat Cathar dari abad pertengahan
ditulis oleh musuh mereka. Apakah menurutmu tulisan semacam itu akurat"
Maureen, aku berekspektasi kau paham bahwa kajian ulang kita sendiri terhadap
sejarah itulah yang menjadi prinsip dasar.
Tak ada keterangan otentik bahwa bangsa Cathar menulis.
Tradisi mereka diturunkan oleh keluarga-keluarga di wilayah ini selama dua ribu
tahun. Tapi itu semua dilakukan lewat tradisi lisan."
"Bukankah Tammy mengatakan bahwa terjadi Perang Salib resmi melawan mereka?"
Maureen bertanya sementara mereka terus melewati jalan berliku menuju bukit-bukit merah.
Sinclair mengangguk. "Tindakan pembunuhan yang
brutal. Lebih dari sejuta orang terbunuh akibat perang, yang ironisnya
dijalankan oleh seseorang yang dijuluki Paus Tak Berdosa III. Pernahkah kau
mendengar kalimat 'Bunuh mereka semua dan biarkan Tuhan menyingkirkan mereka'?"
Maureen meringis. "Ya, tentu saja. Itu sentimen bar-bar."
"Kalimat itu pertama kali diucapkan pada abad ke-13, oleh pasukan Paus yang
menjagal masyarakat Cathar di Beziers.
Ucapan persisnya, 'Neca eos omnes. Deus suos agnoset', artinya 'Bunuh mereka
semua. Tuhan tahu siapa hambaNya.'"
Tibatiba Sinclair beralih ke Peter. "Pernah dengar kalimat itu?"
Peter menggelengkan kepala, tidak yakin ke mana arah pertanyaan Sinclair, tapi
ia tidak bersedia jatuh ke dalam perangkap intelektual.
"Kalimat itu dipinjam dari Santo Paulusmu. Dari Timotius Kedua, bab dua, ayat
sembilan belas. 'Tuhan tahu siapa saja di antara mereka yang adalah hambaNya'."
Peter mengangkat tangan untuk menghentikan ucapan Sinclair. "Kau tidak bisa
menyalahkan Paulus lantaran ucapannya diselewengkan."
"Benarkah" Aku pikir, aku baru saja melakukannya. Paulus seperti ganjalan di
tenggorokanku. Dan bukan kebetulan bahwa musuh-musuh kami menggunakan ucapannya
untuk melawan kami sejak berabadabad lalu. Itu hanya permulaan."
Maureen berusaha mencairkan ketegangan di antara kedua lelaki itu. Ia
mengembalikan topik pembicaraan Sinclair ke sejarah lokal.
"Apa yang terjadi di Bezier?"
"Neca eos omnes. Bunuh mereka semua," ulang Sinclair.
"Itulah persisnya yang dilakukan pasukan Perang Salib di kota indah kami,
Bezier. Mereka menancapkan pedang ke tiap jiwa mulai dari yang paling tua hingga
bayi yang paling belia. Tak ada seorang pun yang dikasihani para penjagal itu.
Barangkali tak kurang dari seratus orang terbunuh dalam satu serangan itu saja.
Legenda mengatakan bahwa bukit-bukit kami merah hingga sekarang sebagai tanda
berkabung atas peristiwa pembantaian terhadap orangorang tak berdosa."
Mereka berjalan tanpa berkata-kata, sebagai penghormatan bagi jiwa-jiwa yang
melayang di tanah kuno ini. Meski bencana itu terjadi hampir delapan abad silam,
namun roh-roh orang yang terbunuh terasa masih berkeliaran. Kehadiran mereka
terasa dalam tiap angin yang berembus melewati kaki bukit Pyrenees. Wilayah ini
telah dan selamanya menjadi negara Cathar.
Sinclair memungkaskan ceramahnya. "Tentu saja, ada sejumlah warga Cathar yang
berhasil melarikan diri. Mereka berlindung di Spanyol, Jerman, dan Italia.
Rahasia dan ajaran Cathar tetap mereka pertahankan. Namun tak ada yang tahu, apa
sesungguhnya harta karun terbesar mereka."
"Apa harta karun mereka?" tanya Peter.
Sinclair memandang sekelilingnya. Hubungannya yang kuat dengan daratan ini
terlihat lewat ekspresinya. Tempat ini dan sejarahnya telah terukir dalam
jiwanya. Betapapun sering ia
menyampaikan kisahkisah semacam ini, gairah yang menggebugebu selalu terlihat
setiap kali ia bercerita.
"Banyak legenda besar yang menceritakan apa sesungguhnya harta bangsa Cathar.
Sebagian mengatakan Holy Grail (Cawan Suci), sebagian lagi mengatakan kafan sejati
Kristus atau mahkota durinya. Namun harta sejati itu adalah satu di antara dua
kitab paling sakral yang pernah ditulis.
Bangsa Cathar adalah penjaga Kitab Cinta, suatu dan satusatunya injil sejati."
Ia sengaja memotong kalimat itu, sebelum menambahkan poin utamanya.
"Kitab Cinta adalah injil sejati karena ditulis sepenuhnya dengan tangan Yesus
Kristus sendiri." Peter mati kutu mendengar pernyataan ini. Ia menatap Sinclair.
"Ada apa, Bapa Healy" Apakah kau tidak pernah mendengar tentang Kitab Cinta di
seminari?" Maureen terlihat sama sangsinya. "Apakah menurutmu hal semacam itu benarbenar
ada?" "Ya. Buku itu dibawa dari Tanah Suci oleh Maria Magdalena dan diturunkan dengan
sangat hatihati kepada keturunan-keturunannya. Sangat mungkin, Kitab Cintalah
yang menjadi tujuan sejati di balik Perang Salib terhadap Cathar. Para pejabat
Gereja tidak sabar ingin memiliki kitab itu. Tapi bukan untuk melindungi dan
merawatnya, aku bisa memastikannya."
"Gereja tidak akan merusak benda yang begitu sakral dan tak ternilai harganya,"
kata Peter gusar. "Tidak" Lalu bagaimana jika dokumen semacam itu diabsahkan" Dan bagaimana jika
dokumen yang telah diabsahkan itu mempersoalkan tidak hanya berbagai dogma,
tetapi wewenang Gereja itu sendiri"
Dengan firman Kristus"
Bagaimana, Bapa?" "Itu hanya spekulasi."
"Kau berhak mengeluarkan opini, aku pun berhak. Namun, opiniku dilandasi
pengetahuan tentang fakta-fakta yang dijaga ketat. Tapi, melanjutkan...spekulasi
saya, usaha Gereja berhasil hingga batas tertentu. Setelah pembunuhan terang-
terangan atas bangsa Cathar, mereka tertindas dan Kitab Cinta menghilang
selamanya. Bahkan sekarang, sedikit sekali orang yang sadar bahwa kitab itu ada.
Benarbenar tugas yang dahsyat, menghapus suatu bagian sejarah yang teramat
kuat." Peter menyimak penuh ucapan Sinclair. Setelah merenung beberapa saat, ia
berkata, "Kau mengatakan harta sejati itu adalah satu di antara dua kitab paling
sakral yang pernah ditulis.
Seandainya salah satunya adalah injil yang ditulis dengan tangan Yesus sendiri,
lalu mana yang satu lagi?"
Berenger Sinclair diam dan memejamkan mata. Angin musim panas, serupa dengan
angin kering di ujung timur Provence, berembus, membuat rambutnya jatuh ke
wajahnya. Sinclair menghela napas panjang, kemudian membuka mata, dan menatap lurus ke
wajah Maureen saat ia menjawab.
"Satunya lagi adalah Injil Maria Magdalena. Uraian yang murni dan sempurna
tentang kehidupannya bersama Yesus Kristus."
Maureen menjadi kelu. Ia membalas tatapan Sinclair, terperangkap dalam ekspresi
gairah lelaki itu. Peter mencairkan suasana. "Bukankah penduduk Cathar mengklaim bahwa mereka juga
memilikinya?" Sesaat kemudian, Sinclair mengalihkan tatapannya
dari wajah Maureen. Ia menggelengkan kepalanya ketika menjawab pertanyaan Peter.
"Tidak. Berbeda dengan Kitab Cinta, yang memiliki saksi sejarah, tak seorang pun
pernah melihat injil Magdalena.
Barangkali karena naskah itu tidak pernah ditemukan. Ada kepercayaan bahwa
naskah itu disimpan di dekat desa Rennesle-Chateau yang telah kalian kunjungi.
Apakah Tammy sudah menunjukkan Menara Alkemi?"
Maureen mengangguk. Peter terlalu sibuk berusaha mencari tahu bagaimana Sinclair
tahu banyak tentang kegiatan mereka.
Namun Maureen tidak memikirkan hal itu. Ia terlalu hanyut dalam sejarah hidup
dan dalam gairah Sinclair yang tak ditutup-tutupi. "Ya, Tammy sudah menunjukkan.
Tapi aku masih belum paham, mengapa bangunan itu begitu penting."
"Ada banyak alasan. Tapi yang sesuai dengan tujuan kita di sini dan sekarang ini
adalah bahwa sebagian orang percaya Maria Magdalena hidup dan menulis injilnya
di lokasi tempat berdirinya menara itu. Ia membungkus dan menyembunyikan
dokumendokumen itu di suatu gua. Naskah itu akan tetap berada di sana hingga
tiba waktu yang tepat untuk mengungkapkannya."
Sinclair menunjuk ke sejumlah lubang besar menyerupai liang di pegunungan
sekitar mereka. "Lihat liangliang di gunung itu" Semuanya akibat penggalian para
pencari harta sejak seabad lalu."
"Mereka mencari injil?"
Sinclair tertawa dengan suara pelan dan sinis. "Ironisnya, kebanyakan mereka
bahkan tidak tahu apa yang mereka cari.
Mereka tidak memiliki bayangan sama sekali. Memang, mereka mengetahui legenda
tentang pusaka Cathar, atau pernah membaca buku tentang Sauniere dan kekayaan
misteriusnya. Tapi kebanyakan di antara mereka tidak tahu apa kekayaan itu. Sebagian menduga
Cawan Suci atau Tabut Perjanjian.
Sebagian lagi yakin itu adalah harta rampasan dari Rumah Tuhan di Yerusalem atau
timbunan emas Visigoth yang tersembunyi dalam suatu kuburan.
"Begitu mendengar kata 'harta karun', manusia yang tadinya rasional pun segera
menjadi biadab. Orang dari segala penjuru dunia berdatangan ke tempat ini selama berabadabad
demi memecahkan misteri Languedoc. Percayalah, aku sudah menyaksikannya berulang
kali. Para pemburu harta karun menggunakan dinamit yang mengakibatkan timbulnya
lubanglubang. Dan tanpa izin dariku, kalau boleh menambahkan."
Sinclair menunjuk ke lubanglubang yang lebih parah di lereng gunung, kemudian
melanjutkan penjelasannya.
"Melindungi lingkungan harta karun menjadi sama pentingnya dengan harta itu
sendiri bagi bangsa Cathar. Itulah sebabnya, kebanyakan masyarakat modern bahkan
tak tahu bahwa kedua injil ini ada.
Lihatlah kehancuran akibat tindakan yang hanya dilandasi spekulasi. Bisa kalian
bayangkan, bagaimana kondisi wilayah kami jika orangorang tahu bahwa harta karun
itu sangat sakral dan tak ternilai harganya."
f Sinclair terus menyuguhi mereka dengan legenda harta karun, juga kisah para
pemburu harta yang dengan
lancangnya merusak sumber daya alam di sana. Ia menceritakan bahwa selama
perang, Nazi mengirim beberapa tim dalam rangka menguak artefak pemujaan yang
mereka percaya dikubur di wilayah ini.
Seperti yang diketahui, pasukan Hitler tidak berhasil menemukan harta yang
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka cari dan pulang dengan tangan hampa ditambah kekalahan perang tak lama
kemudian. Peter begitu khusyuk dan tenang mendengarkan sehingga informasi yang tak
tanggung-tanggung jumlahnya itu masuk ke benaknya. Nanti, ia akan menyortir
semua penjelasan dan menentukan berapa banyak yang berpotensi benar dan berapa
banyak yang sekadar romantisme Sinclair terhadap Languedoc.
Tempat yang alamiah dan mistis ini membuat orang mudah terhanyut dalam legenda
Grail dan hilangnya manuskrip suci.
Namun, bahkan Peter sekalipun merasa jantungnya berdebar cepat jika memikirkan
gagasan bahwa artefak semacam itu benarbenar ada.
Maureen berjalan di samping Sinclair, sambil menyimak dengan seksama. Peter
tidak yakin apakah Maureen yang bersamanya ini adalah Maureen sang jurnalis dan
penulis, ataukah Maureen si wanita lajang yang mengamini setiap kata Sinclair.
Tapi wanita ini begitu terhanyut, begitu terfokus pada pria Skotlan yang
karismatik ini. Ketika mereka mengitari sudut di puncak bukit kecil, terlihat sebuah menara batu
yang mirip dengan menara kastil, menjulang di lereng bukit. Bangunan setinggi
beberapa tingkat itu berdiri sendirian dan terlihat ganjil di tengah bentang
alam yang berbatu. "Bangunan itu seperti menara Sauniere!" pekik Maureen.
"Kami menyebutnya menara Folly. Dibangun oleh kakek saya. Dan ya, bentuknya
mencontoh menara Sauniere.
Pemandangan dari bangunan itu tidak sedramatis pemandangan seperti dari menara
yang berada di Rennesle-Chateau karena tempatnya lebih rendah. Tapi tetap indah.
Mau ke sana?" Maureen menatap Peter yang sedang termenung, untuk mengetahui apakah ia ingin
mengamati menara itu. Peter menggelengkan kepala. "Aku di sini saja. Kau
naiklah." Sinclair mengeluarkan kunci dari sakunya kemudian membuka pintu menara. Ia masuk
lebih dulu dan memimpin Maureen menaiki tangga yang melingkar. Setelah membuka
pintu menuju geladak di lantai atap, ia mempersilakan Maureen untuk masuk lebih
dulu. Pemandangan negara Cathar berikut puing-puing dan puripuri kuno di kejauhan
sungguh luar biasa. Maureen menikmati sajian itu sejenak sebelum bertanya pada Sinclair, "Mengapa ia
membangun menara ini?"
"Sama dengan alasan Sauniere membangun menaranya. Pemandangan dari mata burung.
Mereka percaya, kita bisa menyibakkan banyak rahasia dari atas."
Maureen bersandar ke pagar sambil mengeluh dengan rasa frustrasi. "Mengapa
semuanya penuh teka-teki" Kau berjanji akan memberi jawaban, tapi sejauh ini kau
malah menimbulkan semakin banyak tanda tanya."
"Mengapa kau tidak bertanya pada suarasuara di kepalamu" Atau, yang juga lebih
baik, pada perempuan yang hadir dalam visimu" Dialah yang membuatmu ke sini." Maureen tercengang.
"Dari mana kautahu tentang dia?" Sinclair tersenyum penuh arti, tapi tidak arogan.
"Kau wanita dari darah Paschal. Pengalaman itu sudah bisa diduga. Apakah kautahu
asal-usul nama keluargamu?"
"Paschal" Ayahku lahir di Lousiana dari keturunan Prancis, seperti warga lainnya
di daerah rawa itu."
"Cajun?" Maureen mengangguk. "Itu yang kuketahui. Ia meninggal saat aku masih kecil. Tak
banyak yang kuingat tentang dia."
"Kautahu dari mana asal kata 'Cajun1" 'Arcadian'. O-rang Prancis yang tinggal di
Lousiana disebut Arcadian. Akibat dialek lokal, kata itu berubah menjadi
'Acadian', kemudian 'Cajun'.
Apakah kau pernah melihat arti kata 'paschal' di kamus bahasa Inggris?"
Sekarang Maureen mengawasi lelaki ini, penuh rasa ingin tahu tapi semakin
waspada. "Tidak. Aku tak pernah melakukannya."
"Sungguh mengherankan. Seorang dengan kemampuan riset seperti dirimu tidak
banyak tahu tentang nama keluarganya sendiri."
Maureen mengalihkan tatapannya ketika mengisahkan masa lalunya. "Ketika ayahku
meninggal, ibu memboyongku untuk tinggal bersama kerabatnya di Irlandia. Setelah
itu aku tidak ada kontak dengan keluarga ayahku."
"Tetap saja, salah satu dari orangtuamu pasti memiliki firasat bagaimana
nasibmu." "Mengapa kau berkata begitu?"
"Namamu. Maureen. Kau tidak tahu apa artinya?"
Angin yang hangat berembus kembali, menerpa rambut merah Maureen. "Tentu saja.
Itu kata Irlandia untuk 'Maria kecil'. Peter selalu memanggilku dengan nama
itu." Sinclair mengangkat bahu seolah pertanyaannya terjawab, tatapannya menerawang ke
pemandangan Languedoc. Maureen mengikuti arah tatapannya, yakni ke serangkaian
bebatuan besar yang tersebar di dataran rumput yang luas.
Matahari musim panas membakar sesuatu di kejauhan. Pantulannya membuat Maureen
terkejap-kejap, seolah ia melihat sesuatu di ujung sana.
Sinclair terlihat sangat berminat dengan arah visi Maureen.
"Ada apa?" "Bukan apa-apa." Maureen menggeleng. "Hanya... matahari menerpa mataku."
Sinclair belum mau menyerah. "Apakah kauyakin?"
Untuk sekian lama, Maureen merasa ragu. Pandangannya tertuju ke padang rumput
itu lagi. Ia meng angguk, sebelum mengajukan pertanyaan yang memberati
kepalanya. "Kau hanya membicarakan
nama keluargaku saja. Kapan kau akan menunjukkan surat dari ayahku?"
"Kurasa, kau akan tahu lebih banyak setelah senja
ini." Maureen kembali ke kamarnya yang mewah di chateau itu untuk mandi dan berganti
pakaian sebelum makan malam.
Begitu ia keluar dari kamar mandi, terlihat sesuatu yang tidak ia temukan ketika
pertama kali masuk ke ruang an itu. Di atas tempat tidurnya, tergeletak sebuah
buku besar bersampul tebal kamus bahasa Inggris yang terbuka
pada halaman yang menunjukkan huruf "p".
Kata "Paschal" dilingkari dengan pulpen merah. Maureen membaca definisinya.
"Paschal Suatu representasi simbolis Kristus. Domba Paschal adalah simbol
Kristus dan simbol Paskah."
... Berkalikah sudah klaki bernama Paulus ini memberitahv aku. Ia telah
mengakibatkan kericuhan hebat di antara umat terpilih
Sebagianorangjaulhjauhdatangdari Roma sebagaimana juga dari Efestis, untuk
berkonsuhasi denganku tentang klaki ini dan kata -
Bukannya aku menghakimi, dan aku pun tidak bisa mengatakan apa isi hadnya karena
aku belum berjumpa langsung dan belum menatap matanya. Namun bisa kukatakan
dengan pasti bahwa lelaki ini belum pernah bersua dengan Easa. Sehingga
membuatku sangat risau saat nvndengar bahwa ia berbicara atas nama Easa dan
segala ajarannya tentang cahaya dan kebaikan yang adalah JalanNya.
Banyak halhal menyangkut lelaki ini yang kupikir berba/aya. Ia pernah bersekutu
dengan pengikut terkeras Yohanes. Orangorang yang sangat membenci Easa. Mereka
menentang ajaranajaran JalanNya sebagaimana yang disampaikan kepatla kami Aku
mendapat kabar bahwa daliulu ia dikenal sebagai Saulus dari Tarsus. Dan bahwa
dahulu dialah orang yang memerangi umat terpdih. Dia berdiri tanpa melakukan apa
pun sementara seoraty* pengikut muda Easa, seorang pemuda tampan bernama
Stepanus yang hatinya dipenuhi kasih, dirajam dengan batu. Sebagian orang
mengatakan bahwa Saulus ini/ah yang mengusulkan hukuman itu. Pemuda tadi adalah
pengikut yang meninggal pertama kali setelah Easa. demi keimanan pada JalanNya. Namun ia
bukanlah yang terakhir. Akibat lelaki seperti Saulus dari Tarsus.
Kami mesti sangat waspada.
INJIL ARQUES MARIA MAGDALENA KITAB PARA MURID
Sembilan Chateau des Pommes Bleues 23 Juni 2005
Ruang makan yang dipilih untuk senja itu adalah ruang makan pribadi Sinclair
yang tidak terlalu formal dibandingkan ruang makan utama chateau yang sangat
besar. Ruangan itu memukau dengan berbagai replika indah lukisan-lukisan
Botticelli yang paling terkenal. Dua versi masterpiece yang berjudul Ratapan
nyaris menutupi salah satu dinding. Lukisan itu menunjukkan Yesus yang disalib
berada dalam posisi Pieta di atas pangkuan ibundanya. Dalam versi pertama, Maria
Magdalena menangis sambil memeluk kepala Yesus. Versi kedua menunjukkan Maria
Magdalena sedang memeluk kaki Yesus. Ada pula tiga lukisan madonnai dari era Renaisans, Madonna
dengan Buah Delima, Madonna dengan Alkitab, dan Madonna Nyanyian Maria,
tergantung dengan bingkai bersepuh emas yang sangat mahal di dua dinding
lainnya. Perhatian Maria dan Peter kepada karya seni itu tergangguvketika mereka melihat
sajian tradisional 1 Gambar Maria dengan anak Yesus dipangku.
Languedoc dihidangkan. Semangkuk besar buncis dan sosis babi panggang yang masih mengepul dan tumis
kacang dengan daging bebek yang lezat disajikan oleh beberapa orang pelayan
wanita. Ada juga roti renyah yang ditempatkan dalam keranjang dan anggur merah
pekat dari Corbieres yang menanti untuk dituangkan.
"Selamat datang di ruangan Botticelli," salam Sinclair begitu masuk. "Aku tahu,
belakangan ini kalian sangat terkesan dengan Sandro."
Maureen dan Peter menatapnya.
"Apakah kau membuntuti kami?" tanya Peter.
"Tentu saja," jawab Sinclair tanpa tedeng aling-aling. "Dan aku sangat senang
telah melakukannya karena aku sangat terkesan mengetahui perhatian kalian
berakhir pada lukisan fresco pernikahan.
Sandro luar biasa berbakti pada Magdalena.
Sikap ini terlihat jelas dalam karya-karya terkenalnya. Contohnya yang satu
ini." Sinclair menunjuk sebuah replika Kelahiran Venus karya Botticelli. Lukisan yang
kini menjadi ikon itu menggambarkan dewi telanjang muncul dari balik gelombang,
berdiri di atas cangkang kerang.
Gambar itu mencerminkan kedatangan Maria Magdalena di pantai Prancis. Ia sering
ditampilkan sebagai Dewi Cinta dalam lukisan Renaisans dan berkaitan erat dengan
planet Venus." "Aku sudah melihat lukisan itu setidaknya seratus kali," komentar Maureen. "Tapi
aku tak tahu kalau itu lukisan Maria Magdalena."
"Sangat sedikit orang yang tahu. Sandro kami ini terlibat aktif dalam organisasi
Tuscan yang bertujuan melestarikan nama dan kenangan terhadap Maria Magdalena. Persaudaraan Maria
Magdalena, demikian nama organisasi itu. Apakah kalian mengetahui makna simbolsimbol dalam
lukisan fresco yang kalian lihat di Louvre?"
Maureen agak ragu-ragu. "Aku tidak yakin." "Bagaimana perkiraanmu?"
"Aku pikir berhubungan dengan astrologi, atau setidaknya astronomi. Kalajengking
mewakili gugusan Scorpio, dan busur pemanah melambangkan Sagitarius."
"Bravo. Aku yakin perkiraanmu benar. Pernah dengar tentang Zodiak Languedoc?"
"Belum, tapi aku pernah mendengar tentang Zodiak Glastonbury di Inggris. Apakah
sama?" "Ya. Jika kita menumpukkan peta gugusan bintang di atas peta wilayah itu, maka
kita akan melihat bahwa kota-kota tersebar mengikuti gugusan tertentu. Demikian
pula dengan Zodiak Glastonbury."
Peter mengekspresikan rasa bingungnya. "Maaf, aku tidak paham."
Maureen menjelaskan padanya. "Tema semacam ini cukup umum di kalangan masyarakat
kuno, dimulai dari bangsa Mesir.
Mereka membangun lokasi-lokasi suci mengikuti konstelasi langit. Umpamanya,
piramid Giza mengikuti gugusan Orion.
Kota-kota di sana direncanakan sedemikian rupa a-gar serasi dengan pola
bintangbintang. Hal ini sesuai dengan filsafat alkemis 'Sebagaimana di atas,
demikian pula di bawah'."
"Lukisan fresco yang menggambarkan pernikahan itu adalah peta. Sandro bermaksud
memberitahu ke mana kita melihat," Sinclair ikut menjelaskan.
"Tunggu sebentar. Jadi menurutmu, pelukis terhebat sepanjang sejarah itu pun
terlibat dalam teori konspirasi Magdalena?" Peter sudah kelelahan dan sebagai
akibatnya ia tak lagi berbasa-basi.
"Sebenarnya, Bapa Healy, menurutku banyak pelukis terhebat sepanjang sejarah
yang turut ambil andil dalam konspirasi ini. Seyogianyalah kita berterima kasih
pada Magdalena karena banyak hal. Di antaranya pusaka seni dari para seniman
besar." "Seperti Leonardo da Vinci?" tanya Maureen.
Wajah Sinclair mendadak merah padam sehingga Maureen kaget.
"Tidak! Leonardo da Vinci tidak termasuk karena alasan kuat."
"Tapi ia menampilkan Maria Magdalena dalam lukisan fresconya, Perjamuan Malam
Terakhir. Dan ada spekulasi yang telah diketahui banyak orang bahwa ia pemimpin
sebuah kumpulan rahasia yang menghormati Maria Magdalena dan sang wanita suci."
Leonardo adalah seniman yang berulangkah Maureen temukan ketika melakukan riset
tentang Maria Magdalena. Ia merasa kaget sekaligus bingung melihat kebencian
Sinclair terhadap topik ini, yang sama sekali tidak terduga.
Sinclair meneguk anggurnya, meletakkan gelas dengan sangat perlahan. Ketika ia
bicara, suaranya tajam. "Sayangku, kita tidak akan merusak malam ini dengan
membicarakan lelaki itu atau karyanya.
Kau tidak akan menemukan sesuatu yang terkait dengan Leonardo da Vinci di
rumahku, tidak pula di rumah-rumah lainnya di wilayah ini. Untuk saat ini,
demikianlah penjelasanku." Ia tersenyum untuk sedikit mencairkan suasana.
"Lagi pula, banyak seniman hebat lain yang bisa kita pilih. Misalnya Sandro,
Poussin, Ribera, El Greco, Moreau, Cocteau, Dali..."
"Tapi mengapa?" tanya Peter. "Mengapa seniman-seniman ini terlibat dalam sesuatu
yang pada dasarnya sesat?"
"Sesat tergantung orang yang melihatnya. Tapi menjawab pertanyaanmu, seniman-
seniman besar ini melukis untuk tokohtokoh
kaya yang mendukung mereka dan karya mereka.
Kebanyakan di antara mereka masih berkerabat dan merupakan keturunan Maria
Magdalena. Contohnya lukisan fresco pernikahan karya Botticelli ini. Sang mempelai pria,
Lorenzo Tornabuoni, memiliki pertalian darah yang suci. Mempelai wanitanya,
Giovanna Albizzi, bahkan berasal dari keturunan yang lebih mulia. Kita bisa
lihat, dalam lukisan ini ia mengenakan gaun merah. Warna ini menyimbolkan
hubungannya dengan garis Magdalena. Pernikahan itu sangat penting karena
menyatukan dua dinasti keluarga yang sangat kuat, yang sejak dulu bertikai."
Baik Maureen maupun Peter diam, menunggu penjelasan apa lagi yang dipilih
Sinclair untuk disampaikan.
"Bahkan ada spekulasi bahwa semua seniman ini berasal dari garis darah itu dan
bahwa bakat hebat mereka menurun dari genetika yang suci. Pendapat ini mungkin
saja benar, misalnya dalam kasus Sandro. Dan kami yakin begitu juga dengan
sejumlah tokoh Prancis, contohnya Georges de la Tour, yang berulang kali
melukiskan pembimbing dan leluhurnya."
Maureen senang karena ia memiliki pengetahuan tentang topik ini. "Aku melihat
salah satu lukisan de la Tour saat melakukan riset. Lukisan Pertobatan Magdalena
berada di Los Angeles." Maureen sangat tergugah dengan cahaya dan bayangan dalam
lukisan indah itu. Maria Magdalena, tangannya di atas tengkorak pertobatan,
menatap pantulan cahaya lilin yang redup di cermin.
"Itu salah satu lukisan Pertobatan Magdalena. Ia membuat banyak lukisan berjudul
sama, yang masingmasing memiliki perbedaan halus. Beberapa di antaranya hilang.
Salah satunya dicuri dari museum pada zaman kakekku."
"Bagaimana kautahu bahwa Georges de la Tour berasal dari garis darah itu?"
"Namanya saja sudah menjadi petunjuk awal. De la Tour berarti 'dari menara'.
Memang, agak melibatkan permainan kata. Nama Magdala berasal dari kata 'migdal',
yang berarti menara. Jadi, secara harfiah ia adalah Maria dari tempat menara.
Seperti yang sudah kau ketahui, sebagian orang berpendapat bahwa Magdalena
adalah julukan, artinya Maria sang menara, atau pemimpin sukunya.
"Ketika terjadi pembantaian, orangorang Cathar yang selamat terpaksa mengubah
nama untuk menyembunyikan identitas mereka karena nama-nama Cathar sudah sangat
dikenal. Mereka juga menyembunyikan pusaka di tempat terbuka sembari menggunakan
nama-nama seperti de la Tour dan..." Sinclair diam sejenak untuk memberi efek
dramatis "de Paschal."
Maureen terbelalak. "De Paschal?"
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tentu saja. Nama Paschal digunakan untuk menutupi salah satu keluarga Cathar
yang paling terhormat. Lagilagi, di tempat terbuka. Di Prancis mereka
menggunakan nama de Paschal sedangkan di Italia, Pasquale. Anakanak domba
paschal." Sinclair melanjutkan. "Selain itu, aku tahu bahwa Georges de la Tour berasal
dari garis darah itu karena ia adalah Pemimpin Utama organisasi yang diabdikan
untuk melestarikan tradisi Kristiani murni seperti yang dibawa Maria Magdalena
ke Eropa." Sekarang, giliran Peter bertanya. "Apa nama organisasi itu?"
Sinclair mengisyaratkan mereka untuk melihat ke sekeliling.
"Perkumpulan Apel Biru. Kalian sedang makan malam di markas resmi organisasi
yang telah berdiri di tanah ini sejak seribu tahun lalu."
f Sinclair enggan membicarakan perkumpulan itu lebih lanjut.
Seperti seorang penipu ulung, ia mengalihkan pembicaraan dengan cekatan.
Sepanjang sisa jamuan makan itu mereka membicarakan pengalaman ketika
mengunjungi Rennesle-Chateau dan mengenal lebih jauh Berenger Sauniere, pendeta
yang penuh teka-teki. Sinclair sangat bangga dengan nama yang disandangnya. "Abbe membaptis kakekku di
gereja itu," jelasnya. "Tak heran Alistair tua begitu mengabdi pada tanah ini."
"Tentunya ia mewariskan pengabdian itu kepadamu," kata Maureen.
"Ya. Ketika ia menamaiku mengikuti nama Berenger Sauniere, kakekku memberi
pemberkatan khusus padaku.
Ayahku keberatan, tapi Alistair sekukuh baja. Tak ada orang yang bisa
menentangnya sejak dulu, apalagi ayahku."
Sinclair menolak menjelaskan lebih lanjut. Maureen dan Peter pun tidak mendesak
karena jelas topik ini bersifat pribadi dan sensitif. Setelah acara makan malam
usai, Sinclair membimbing Peter dan Maureen keluar dari ruang makan.
"Ayolah, aku ingin melanjutkan pembicaraan tentang Sandro dan penemuan kalian
yang luar biasa di Louvre. Ke sini."
Sinclair memimpin mereka memasuki ruangan modern yang tidak sesuai dengan
bangunan rumah. Ruang itu dipenuhi perabotan canggih home theater dan sejumlah komputer. Roland
menghadap ke salah satu monitor dan mengucapkan salam hangat begitu mereka
masuk. Pelayan Prancis itu menekan beberapa tuts pada kibor kemudian
menyorongkan tubuhnya untuk menekan sebuah tombol pada panel. Dan tergelarlah
layar proyeksi di dinding.
Sebuah peta wilayah lokal muncul pada layar di depan mereka. Sinclair menunjuk beberapa lokasi penting.
"Kalian bisa melihat desa-desa yang sudah kalian kenal: Rennesle-Chateau di
sebelah kanan sana, dan tentu saja, di sini Arques, tempat kita berada sekarang.
Kuburan Poussin yang kalian lihat kemarin di sebelah sini."
"Kuburan itu berada di tanahmu?" tanya Maureen. Sinclair mengangguk. "Kami
yakin, salah satu harta karun paling berharga sepanjang sejarah berada di
wilayah ini." Ia memberi isyarat pada Roland, dan terbukalah sebuah peta gugusan
bintang yang ditumpangtindihkan dengan peta tadi. Gugusan-gugusan itu telah
diberi nama. Scorpio tepat berada di atas desa Rennesle-Chateau. Arques berada
di antara Scorpio dan Sagitarius.
"Sandro telah membuatkan peta untuk kita. Itulah
hadiah pernikahan sesungguhnya kepada pasangan terhormat itu.
Bahkan, karyanya ini sedemikian akurat hingga harus segera dihancurkan.
Lukisanlukisan fresco itu tergantung di dinding yang adalah bagian properti
Tornabuoni. Itulah sebabnya mereka tidak bisa menghancurkannya. Mereka malah
mengecat lukisan itu dengan warna putih sehingga tidak terlihat.
Lukisanlukisan itu baru terlihat di akhir abad 18 karena suatu kejadian yang
tidak disengaja." Kesadaran muncul di benak Maureen. "Jadi, itu sebabnya kau tinggal di sini. Di
Arques. Menurutmu, Maria Magdalena mengubur injilnya di sini?"
"Aku yakin akan hal itu. Dan sekarang kautahu, Sandro pun menyadarinya.
Perhatikan lukisan fresco itu lagi. Roland, tolong."
Roland menekan tombol yang memunculkan lukisan lukisan fresco yang tersimpan di
Louvre. Sinclair menunjuk beberapa bagian. "Lihat, perempuan dengan kalajengking
ada di sini. Di sebelah kanannya, seorang perempuan yang tidak memegang simbol
apa pun. Di atas mereka, seorang perempuan duduk di atas singgasana memegang
busur. Lihatlah lebih dekat.
Perempuan ini dibalut kain merah, jubah Maria Magdalena. Dan ia memberi
permohonan berkat ke kepala perempuan yang duduk di antara dia dan perempuan
dengan kalajengking. Itulah X yang menandai lokasi itu di peta, antara Scorpio
dan Sagitarius. "Sandro Botticelli mengetahui lokasi tempat harta karun disimpan. Begitu juga
Nicolas Poussin. Dan mereka berbaik hati memberi petunjuk agar kita bisa
menemukannya." Bagi Peter, semua ini tidak masuk akal. "Mengapa
seniman seniman ini membuat peta yang menunjukkan lokasi harta yang tak bernilai
untuk dipertontonkan kepada publik?"
"Karena harta karun itu harus dicari. Harta itu tidak bisa ditemukan oleh
sembarang orang. Kita bisa saja setiap hari berdiri di lokasi tempat Magdalena
menyimpan pusakanya. Tapi kita tak akan menemukannya hingga ia memutuskan untuk
menunjukkannya pada kita. Harta itu seolah-olah
disembunyikan proses alkemi, suatu kunci yang hanya bisa dibuka dengan...kekuatan
yang memadai, barangkali itu istilahnya" Legenda mengatakan bahwa harta itu akan
tampak dengan sendirinya pada waktunya, ketika orang yang dipilih oleh Magdalena
sendiri datang untuk mengklaimnya. Sandro dan Poussin samasama berharap pusaka
itu terungkap pada masa hidup mereka. Keduanya berusaha membantu proses
kemunculan harta itu. "Dalam kasus Botticelli, Giovanna Albizzi adalah orang yang dipercaya berpotensi
menemukan harta itu. Berbagai pandangan menyebutnya sebagai perempuan berbudi
luhur dan saleh, juga cerdas dan berpendidikan. Potret perempuan ini, yang
diciptakan Ghirlandaio, menyertakan suatu epigram yang bertuliskan 'Sekiranya
seni bisa menuangkan karakter dan pikiran, tak akan ada lukisan yang lebih
indah'. Apakah kalian ingat lukisan fresco lainnya yang ada di Louvre" Lukisan
yang dinamakan Venus dan Tiga Dewi mempersembahkan hadiah kepada seorang
perempuan muda" Perempuan muda yang mengenakan gaun merah itu Giovanna Albizzi.
Kalian akan melihat, perempuan dalam lukisan Botticelli ini mengenakan kalung
yang menunjukkan garis darah yang sama dengan perempuan pada potret Ghirlandaio.
Perhiasan yang sangat berharga itu dipersembahkan baginya untuk merayakan
perdamaian antara kedua keluarga yang sangat kuat. Ada harapan besar yang
disandarkan pada Giovanna yang mulia.
"Sayangnya, harapan itu tidak terwujud. Giovanna yang malang meninggal saat
melahirkan, dua tahun setelah ia menikah."
Maureen menyerap semua yang dikisahkan Sinclair. Otaknya berusaha memproses
kisah Italia dengan kisah yang ia peroleh sebelumnya di Rennesle-Chateau.
Tibatiba, sebuah pikiran melintas.
"Apakah Anda berpikir Sauniere mungkin telah menemukan injil Magdalena" Itukah
yang membuatnya kaya raya?"
"Tidak. Tentu saja tidak." Sinclair sangat serius ketika mengatakannya. "Namun
jelas, Sauniere memang mencari pusaka itu. Penduduk setempat mengatakan bahwa ia
sering berjalan bermil-mil di wilayah itu, memeriksa batuan dan liangliang,
mencari petunjuk." "Bagaimana kau yakin bahwa ia tidak menemukannya?" Peter ingin tahu.
"Karena jika ia menemukannya, keluargaku pasti tahu. Lagi pula, harta itu hanya
bisa ditemukan oleh seorang perempuan.
Seorang perempuan yang berasal dari garis darah itu dan dipilih oleh Magdalena
sendiri." Peter tak sanggup menahan kecurigaannya. "Dan kau pikir, Maureenlah orangnya."
Sinclair tercenung sesaat. Kemudian ia menjawab terang-terangan, seperti
biasanya. "Aku mengagumi keterusteranganmu, Bapa. Dan jawabanku...Ya, aku memang
berpikir Maureenlah orang yang dipilih.
Belum ada seorang pun yang berhasil, padahal ribuan telah mencoba. Kita tahu, harta itu ada di
sini. Meski begitu, orang yang paling berani pun telah gagal menemukan harta
itu. Termasuk aku sendiri.
Saat beralih ke Maureen, ekspresi dan nada bicara Sinclair melembut. "Sayangku,
kuharap kau tidak takut. Aku tahu, semua ini rasanya aneh, bahkan mengejutkan.
Aku hanya berharap kau sudi mendengarkan. Kau tidak akan diminta melakukan apa
pun yang berlawanan dengan keinginanmu.
Kehadiranmu di sini adalah keinginanmu sendiri, dan kuharap kau memilih untuk
terus tinggal di sini."
Maureen mengangguk padanya, tapi tidak mengatakan apaapa.
Ia tak tahu apa yang mesti dikatakan atau bagaimana menanggapi pengungkapan itu.
Ia bahkan tidak tahu pasti, bagaimana perasaannya terhadap semua ini. Apakah ia
merasa mendapat suatu kehormatan" Suatu privilese" Ataukah ia merasa semua ini menakutkan belaka"
Barangkali ia tak lebih dari boneka seorang eksentrik dan kultusnya. Rasanya
semua yang ia dengar tidak hanya benar, tapi juga terkait dengan dirinya.
Tapi ada sesuatu dalam sikap Sinclair yang terasa benarbenar tulus bagi Maureen.
Dengan pendapat-pen-dapatnya yang ekstrem dan keeksentrikannya, Maureen merasa
lelaki ini bisa dipercaya.
Akhirnya, Maureen menjawab dengan ucapan pendek.
"Teruskanlah." Peter menekan agar memperoleh keterangan lebih
jauh. "Apa yang membuatmu berpikir Maureenlah orangnya?"
Sinclair mengangguk pada Roland. "Tolong tunjukkan Primavera."
Roland menekan tuts lain dan muncullah mahakarya Botticelli, Primavera, selayar
penuh, dengan warnawarni memukau.
"Karya lainnya dari Sandro kita. Kau sudah tahu, tentu saja."
"Ya." Jawaban Maureen nyaris tidak terdengar. Ia tidak tahu pasti ke mana arah
pembicaraan ini, tapi ia merasa ada simpul yang mengencang di perutnya.
Peter menjawab. "Tentu saja. Itu salah satu lukisan paling terkenal di dunia."
"Alegori Musim Semi. Hanya sedikit orang yang tahu makna lukisan ini yang
sebenarnya. Tapi sekali lagi Sandro mempersembahkan penghargaan kepada Maria
kami. Tokoh sentral dalam lukisan ini adalah Maria Magdalena yang tengah
mengandung perhatikanlah jubah merahnya. Apakah kalian tahu mengapa Magdalena
mencerminkan musim semi?"
Peter berusaha mengikuti pemikiran Sinclair sedekat mungkin. "Karena Paskah?"
"Karena Paskah pertama jatuh pada ekuinoks. Kristus disalib pada tanggal 20
Maret dan dibangkitkan pada 22 Maret.
Legenda esoteris di wilayah ini mengatakan bahwa Magdalena dilahirkan pada
tanggal 22 Maret juga. Hari pertama dalam zodiak pertama, Aries sang biri-biri jantan. Tanggal itu
menandai permulaan baru dan kebangkitan. Selain itu, angka dua puluh dua
dipandang memiliki makna spiritual sebagai angka sang perempuan suci. Dua puluh
dua Maret. Apakah angka itu berarti bagimu, Maureen?"
Peter sudah memahami hubungannya. Ia menoleh
untuk melihat reaksi Maureen terhadap pengungkapan ini. Cukup lama Maureen
terdiam. Ketika akhirnya menjawab, suaranya pelan bergetar.
"Itu tanggal ulang kelahiranku."
Sinclair menoleh ke Peter. "Dilahirkan pada tanggal kebangkitan, dilahirkan
dengan garis darah Perempuan Gembala. Dilahirkan di bawah lambang biri-biri
jantan pada hari pertama musim semi dan kelahiran kembali."
Sinclair menyampaikan kesimpulan akhir kepada Maureen.
"Sayangku, kaulah domba paschal."
f Maureen segera mohon diri untuk meninggalkan ruangan itu.
Ia butuh waktu untuk memikirkan dan memproses segala informasi dan pesan yang
tersirat dalam ucapan Sinclair.
Maureen merebahkan tubuhnya di ranjang dan memejamkan mata.
Ketukan di pintu sudah ia perkirakan, tapi datang lebih cepat. Maureen bersyukur
karena suara Peter yang terdengar dari balik pintu.
"Maureen, ini aku. Boleh aku masuk?"
Maureen beranjak dari tempat tidur dan menyeberangi ruangan untuk membuka pintu.
"Bagaimana perasaanmu?"
"Campur aduk. Masuklah."
Maureen mengisyaratkan Peter agar duduk di salah satu kursi besar berlapis kulit
merah di samping perapian. Peter menggelengkan kepala. Pikirannya terlalu kacau
hingga ia tidak bisa duduk tenang di kursi.
"Maureen, dengarkan aku. Aku ingin mengeluarkanmu dari sini sebelum persoalannya
bertambah aneh." Maureen menghela napas dan menempati kursi itu sendiri.
"Tapi aku baru mulai mendapat jawaban yang menjadi alasan kedatanganku ke sini.
Yang menjadi alasan kita."
"Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku sangat mengharapkan jawaban Sinclair. Dan
kupikir kau berada dalam bahaya besar."
"Dari Sinclair?"
"Ya." Maureen menatap Peter dengan kesal. "Yang benar saja. Mengapa ia ingin
mencelakakan aku jika ia memandangku sebagai jawaban yang selama ini ia tunggu?"
"Karena tujuannya hanya ilusi yang dibungkus dengan takhayul dan legenda berumur
ratusan tahun. Ini sangat berbahaya, Maureen. Yang kita bicarakan ini adalah kultus agama.
Kefanatikan. Aku khawatir ia akan melakukan sesuatu padamu begitu ia sadar bahwa
kau bukanlah dewi penyelamatnya." Maureen diam sesaat. Pertanyaan berikutnya terucap dengan ketenangan luar biasa.
"Mengapa kau berpikir bahwa aku bukan orang yang ia tunggu?"
Peter tercengang mendengar pertanyaan ini. "Kau percaya pada semua ini?"
"Lalu apakah kau bisa menjelaskan semua kebetulan ini, Pete" Suarasuara itu,
visivisi itu" Karena selain ucapan Sinclair, aku tidak bisa memberi penjelasan
lain." Suara Peter tegas, seolah sedang berbicara pada
seorang anak kecil. "Kita pergi dari sini besok pagi. Kita bisa mengambil
penerbangan dari Toulouse ke Paris. Bahkan kita bisa memilih penerbangan dari
Carcassonne ke London..."
Maureen mencengkeram pegangan kursi, sikapnya tidak bisa ditawar-tawar. "Aku
tetap di sini, Peter. Aku tidak akan pergi hingga aku mendapatkan jawaban yang kucari."
Kemarahan menguasai Peter. "Maureen, aku bersumpah pada ibumu sebelum ia
meninggal bahwa aku akan selalu menjagamu, bahwa aku tak akan membiarkan
peristiwa yang menimpa ayahmu..."
Maureen terlihat seperti baru ditampar. Peter cepat cepat mengembalikan
pembicaraan. "Aku minta maaf, Maureen, aku..."
Maureen memotong ucapan Peter dengan dingin. "Ayahku. Terima kasih karena telah
mengingatkanku pada satu alasan lagi mengapa aku harus tetap tinggal di sini.
Untuk mengorek keterangan tentang ayahku dari Sinclair. Nyaris sepanjang hidup,
aku bertanya-tanya tentang ayahku karena yang dikatakan ibuku hanyalah bahwa ia
tidak waras. Kurasa, itu juga yang ia katakan padamu. Tapi ingatanku pada
ayahku, meski remang sekalipun, membuatku yakin bahwa itu tidak benar. Jika ada
orang yang bisa memberiku penjelasan lebih banyak tentang ayahku, siapa pun dia,
akan kulakukan segala cara untuk menemuinya. Aku berutang pada ayahku. Dan
diriku sendiri." Peter akan mengatakan sesuatu, tapi ia berpikir u-lang. Alihalih, ia membalikkan
badan dan meninggalkan ruangan, dengan raut wajah terluka. Maureen mengawasinya
sejenak, perasaannya melunak, kemudian ia memanggil Peter.
"Bersabarlah denganku. Aku harus memecahkan persoalan ini. Bagaimana kita tahu
apakah visivisi ini memiliki makna atau tidak, jika kita berhenti di tengah
jalan" Bagaimana seandainya ucapan yang dikatakan Sinclair malam ini benar,
meski hanya sebagian kecil" Aku harus tahu jawabannya, Pete.
Jika aku pergi sekarang, aku akan menyesal seumur hidup. Dan aku tidak mau hidup
seperti itu. Sepanjang hidup, aku selalu lari. Aku lari dari segala persoalan. Saat masih
kecil, aku lari dari Lousiana sedemikian jauh dan cepat aku berlari hingga aku
bahkan tidak ingat apa pun. Setelah ibuku meninggal, aku lari dari Irlandia dan
kembali ke AS. Aku lari ke suatu kota tempat tak ada kenangan, tempat setiap
orang menjadi seseorang yang berbeda dari yang sesungguhnya. Los Angeles adalah
kota tempat setiap orang seperti aku, setiap orang berlari dari dirinya yang
dulu. Tapi aku tidak mau seperti itu lagi."
Maureen menghampiri Peter dan berdiri di hadapannya.
"Sekarang, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa seolah sedang berlari
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menuju sesuatu. Ya, ini memang menakutkan. Tapi aku tahu, aku tidak bisa berhenti. Dan aku tidak
ingin menghadapi semua ini tanpamu. Tapi aku sanggup dan akan kulakukan jika kau
memilih untuk pergi besok pagi."
Peter mendengarkan luapan perasaan Maureen dengan penuh perhatian. Setelah
Maureen selesai, ia mengangguk pada gadis itu lalu beranjak pergi. Ia diam
berdiri, tangannya memegang pintu. Sebentar kemudian, ia berbalik mendekati
Maureen. "Aku tidak akan pergi. Tapi tolong, jangan membuat
aku menyesali keputusan ini sepanjang hidupku. Atau hidupmu."
f Peter kembali ke kamarnya dan berdoa sepanjang sisa malam.
Tanpa diniatkan, ia berlama-lama merenungkan ajaran Ignatius Loyola, pendiri
ordo Yesuit. Satu kalimat yang ditulis orang suci itu pada tahun 1556 merasuk
pikirannya. Karena iblis sangat lihai menggoda manusia agar jatuh ke jurang kehancuran,
dibutuhkan keterampilan yang sama kuatnya untuk menyelamatkan manusia. Iblis mempelajari
karakter tiap manusia, masuk ke dalam jiwa mereka, menyesuaikan diri dengan
mereka, dan perlahan-lahan membisikkan bujuk rayu ke dalam keyakinan mangsanya
ia membisikkan semangat ambisius, hasrat kerakusan, kegemaran pada kesenangan,
dan me nunjukkan wajah kasih sayang palsu pada orang salehdan seorang pemenang
jiwa mesti bertindak dengan sama seksamanya dan sama lihainya.
Tidur menjadi sesuatu yang tidak terjangkau jika ucap an-ucapan pendiri ordonya
mengalir ke dalam hati dan pikirannya.
Roma 23 Juni 2005 Uskup Magnus O'Connor menghapus tetasan keringat di alisnya.
Ruangan Dewan Vatikan itu dilengkapi AC, tapi untuk
saat itu tidak menolong. Ia duduk di kursi yang terletak di tengah sebuah meja
besar berbentuk oval, dikeliling pejabat-pejabat Gereja.
Map-map merah yang telah ia serahkan kemarin, kini berada di tangan Kardinal
DeCaro yang tegang dan menyeramkan.
DeCaro bertindak sebagai interogator. "Dan dari mana kautahu bahwa foto-foto ini
otentik?" Sang Kardinal menaruh map-map itu di meja, tapi belum membukanya agar
orang lain mengetahui isinya.
"Aku hadir saat foto-foto itu diambil." Magnus berusaha keras mengalahkan rasa
gemetar akibat situasi yang penuh tekanan. "Benda itu diserahkan kepadaku oleh
pendeta jemaatnya." Kardinal DeCaro mengeluarkan serangkaian foto berukuran 8 x 10 dari map. Foto-
foto hitam putih itu telah menguning termakan usia, tapi kesan yang
ditimbulkannya tidak berkurang saat mereka bergantian melihatnya.
Foto pertama berlabel "Bukti I", menunjukkan lengan seorang pria yang luka
parah, diposisikan bersebelahan dengan telapak tangan terpuntir ke atas.
Terlihat luka menganga dan mengeluarkan darah pada pergelangan tangan.
"Bukti U" menunjukkan kaki pria, keduanya terluka sama parah dengan lengan, dan
ada lubang yang mengeluarkan darah.
Foto ketiga, "Bukti III", menunjukkan pria tanpa baju.
Sebuah luka retak yang tidak rata dan berdarah terlihat di sebelah dalam rusuk
kanan bawah. Kardinal menunggu foto-foto mengejutkan itu digilirkan ke pejabat-pejabat gereja
yang duduk mengelilingi meja, sebelum menyimpannya kembali ke dalam map lalu
berbicara kepada mereka. Wajahwajah di sekeliling meja itu pucat pasi saat
mendengar ucapan Kardinal, yang menguatkan opini mereka.
"Kita baru saja melihat stigmataz yang telah dinyatakan otentik. Seluruhnya lima
titik dan akurat, termasuk pergelangan tangan."
Chateau des Pommes Bleues 24 Juni 2005
Esok paginya, Sinclair entah berada di mana. Maureen dan Peter disambut oleh
Roland, yang mengantar mereka untuk sarapan. Peter tidak yakin apakah perhatian
besar yang mereka rasakan adalah pertanda keramahtamahan ataukah lebih
menyerupai perlakuan terhadap tahanan rumah. Sudah jelas, Sinclair sangat
hatihati untuk tidak membiarkan Maureen dan Peter tanpa pengawasan.
"Monsieur Sinclair meminta untuk memastikan Anda berdua memiliki kostum yang
bagus untuk pesta malam ini. Ia sibuk dengan persiapan akhir pesta, tapi ia
telah menyediakan seorang sopir sekiranya Anda ingin berkeliling hari ini. Ia
pikir barangkali Anda akan suka memandang kastil-kastil Cathar di wilayah ini.
Saya akan merasa terhormat jika diizinkan menjadi pemandu Anda."
Mereka tidak menolak, dan Roland si raksasa pun menemani perjalanan itu sembari
memberikan komentar komentar dengan sangat baik. Ia menunjukkan reruntuhan
benteng-benteng Cathar yang dulu berjaya sambil tak lupa menceritakan betapa
tokohtokoh kaya di Toulouse ketika itu bersaing dengan raja-raja Prancis dalam
hal 2 Tanda-tanda luka Yesus yang melalui pengalaman mistik menjadi tampak pada
tubuh orang percaya. kekuasaan dan privilese. Tokohtokoh Toulouse semuanya adalah keturunan warga
Cathar, atau setidaknya sangat bersimpati dengan citacita Cathar. Itulah salah
satu alasan mengapa Perang Salib yang membantai Golongan Murni disambut dengan
tangan terbuka oleh raja Prancis. Dengan begitu ia bisa merampas karta yang dulu
menjadi milik Toulouse, memperlebar wilayah kerajaan Prancisnya sendiri, dan
memperluas jaringan sembari menghilangkan pengaruh para musuhnya.
Dengan bangga, Roland menceritakan kampung halamannya dalam dialek penduduk
setempat, disebut Oc, yang menjadi nama wilayah itu. Langue (bahasa) Oc kemudian
lebih dikenal dengan Languedoc.
Saat berbincang-bincang, Peter menyebut Roland sebagai orang Prancis. Namun
lelaki ini langsung menukas seraya mengatakan bahwa ia bukan orang Prancis,
tetapi Occitan. Roland bercerita panjang lebar tentang berbagai kekerasan di abad ke-13 yang
melukai tanah maupun rekan-rekan sedaerahnya. Ia begitu memuja sejarah tanah
kelahirannya. "Kebanyakan orang di luar Prancis bahkan tidak tahu tentang Cathar. Atau, jika
mereka tahu, mereka berpikir bahwa itu adalah sekte kecil yang tidak penting,
yang muncul di pegunungan di sini. Mereka tidak sadar bahwa Cathar adalah ras
dan budaya yang dominan dalam sebuah wilayah Eropa yang luas dan sejahtera.
Kejadian yang menimpa wilayah ini tidak kurang dari genosida. Hampir sejuta
orang dibantai oleh pasukan Paus."
Ia menoleh ke Peter dengan tatapan simpatis. "Saya tidak merasa dendam dengan
kependetaan modern atas dosa-dosa yang dilakukan gereja pada abad pertengahan,
Abbe Healy. Anda menjadi pendeta karena mendapat
panggilan Tuhan, semua orang bisa melihatnya."
Roland memimpin mereka tanpa berkata-kata. Maureen dan Peter takjub melihat
kastil-kastil megah yang dibangun di puncak gunung yang bergelombang, nyaris
seribu tahun lalu. Benteng-benteng ini pada dasarnya tak tertembuskan, mengingat lokasinya di
pegunungan, sekaligus arsitektur yang tak tertandingi pula. Kedua pelancong itu
mengagumi sumber daya suatu kebudayaan yang mampu mendirikan bangunan pertahanan
hebat di lahan yang sulit dan tidak ramah tanpa bantuan teknologi modern.
Saat makan siang di desa Limoux, Maureen sudah merasa cukup nyaman dengan
kehadiran Roland hingga ia menanyakan hubungan lelaki ini dengan Sinclair.
Lokasi duduk mereka bersama di kafe itu menghadap ke Sungai Aude. Dari sinilah
nama wilayah itu berasal. Sang pelayan pria bertubuh besar itu ternyata ramah
dan menyenangkan, bahkan humoris, tidak tampak dari penampilannya yang membuat
orang gentar. "Aku dibesarkan di Chateau des Pommes Bleues, Mademoiselle,"
katanya menjelaskan. "Ibuku meninggal saat aku masih bayi. Ayahku mengabdi
kepada Monsieur Alistair dan Monsieur Berenger, kami tinggal di wilayah ini.
Setelah ayahku meninggal, aku bertekad meneruskan posisinya di chateau. Di
sanalah rumahku, dan keluarga Sinclair adalah keluargaku."
Sosok Roland tampak melembut ketika ia mengisahkan kematian kedua orangtuanya
dan kesetiaannya kepada keluarga Sinclair.
"Pasti berat bagimu, kehilangan kedua orang tua," kata Maureen simpatis.
Sikap Roland menjadi kaku, tulang belakangnya tegak ketika ia menjawab. "Ya,
Mademoiselle Paschal. Seperti yang telah aku katakan, ibuku meninggal akibat
suatu penyakit yang tidak bisa ditangani ketika aku masih bayi. Aku menerima
musibah ini sebagai kehendak Tuhan. Tapi kematian ayah berbeda...ayahku dibunuh
secara keji, beberapa tahun lalu."
Maureen terperangah. "Ya, Tuhan. Maafkan aku, Roland." Ia tak ingin memaksa
Roland bercerita panjang lebar.
Namun Peter merasa kebutuhannya untuk mengetahui lebih dalam mengalahkan
sikapnya yang biasanya sensitif. Ia bertanya, "Apa yang terjadi?"
Roland berdiri sebagai tanda mengakhiri acara makan dan pembicaraan itu. "Ada
permusuhan besar di daerah kami, Abbe Healy. Mereka kembali setelah sekian lama,
menerobos waktu dan tidak
memandang akal sehat. Tempat ini...dipenuhi cahayayang paling indah. Tapi kadang
cahaya itu mengundang kegelapan yang paling buruk. Kami memerangi kegelapan
sebisa mungkin. Tapi sebagaimana leluhur kami, kami tidak selalu menang.
"Namun, satu hal yang pasti, tak satu pun usaha genosida di sini yang berhasil.
Kami tetap dan selamanya menjadi bangsa Cathar. Mungkin saja kami menjalankan
keyakinan secara diamdiam dan sembunyi-sembunyi. Tapi keyakinan itu tetap kami
jaga hingga hari ini dan selamanya. Jangan biarkan buku sejarah atau seorang
cendekiawan mengatakan padamu yang sebaliknya."
f Saat Maureen kembali ke chateau sore harinya, salah
seorang wanita pelayan telah menunggu di kamarnya. "Perias akan segera datang,
Mademoiselle. Dan gaun Anda sudah diantarkan.
Jika ada sesuatu yang bisa saya lakukan untuk Anda..."
"Tidak, merci." Maureen berterima kasih kepadanya lalu menutup pintu. Ia ingin
beristirahat sebelum pesta. Hari itu sungguh indah, penuh dengan pemandangan
luar biasa yang belum pernah disaksikan Maureen selama bepergian. Tapi ia juga
merasa sangat lelah. Tambahan lagi, penjelasan Roland tentang pembunuhan ayahnya
yang misterius membuat Maureen agak resah.
Ia menatap kantong pakaian ekstra-besar, tergeletak di atas ranjang. Menduga isi
kantong itu adalah gaun pesta dansa untuknya, Maureen membuka kantong plastik
yang berat dan mengeluarkan gaun di dalamnya. Sejenak ia berpikir gaun apakah
itu. Setelah tersadar, Maureen terperangah.
Sambil mengangkat gaun itu ke lukisan Ribera, ia melihat gaun itu sama persis
dengan busana merah tua yang megah berlipit-lipit yang dikenakan Maria Magdalena
dalam lukisan seniman Spanyol itu.
f Peter tidak terlalu bersemangat dengan busana yang akan ia kenakan. Semula ia
tidak berencana datang ke pesta karena merasa tidak pantas hadir. Namun, dengan
intrik Sinclair yang memuncak dan reaksi Maureen terhadap semua ini ia
memutuskan untuk menjaga gadis itu tetap dalam
pengawasannya. Ini berarti ia mesti mengenakan tunik abad ke-13 yang ramai dan
celana kaus yang telah disiapkan.
"Menyebalkan," gerutu Peter saat mengeluarkan busana dari kantongnya dan
berusaha berpikir ke mana akalnya pergi.
f Peter mengetuk pintu kamar Maureen. Ia menyesuaikan pakaiannya dengan canggung
Kaki Tiga Menjangan 39 Wiro Sableng 138 Pernikahan Dengan Mayat Istana Sekar Jagat 1
"Dan apa artinya?" Peter jauh lebih tertarik dengan jawaban.
Tammy mengangkat kedua tangannya, syarat bahwa ia tak bisa menjelaskan. "Kami
rasa ada hubungannya dengan susunan planetarium. Selain itu, kami benarbenar tidak tahu."
Maureen terus memandangi gambar itu. Ia tengah membayangkan lukisan fresco
Sandro di Louvre dan berusaha memastikan apakah lukisan itu ada kaitannya dengan
kalajengking. Maureen ingin tahu, kira-kira apakah
manfaat jam matahari yang aneh ini, jika pun ada. "Apakah ini seperti ungkapan
'ketika bulan berada di rumah ketujuh dan Yupiter sejajar dengan Mars'?"
"Jika kalian berdua akan menyanyikan 'The Age of Aquarius', aku pergi saja,"
ujar Peter. Mereka semua tertawa. Tammy kemudian menjelaskan, "Tapi dia benar. Barangkali
ada kaitannya dengan susunan planetarium tertentu. Dan karena gambar itu
ditempatkan di sini, di depan rumah utama, bisa diasumsikan gambar itu penting
untuk diketahui seluruh penghuni desa."
Tammy memimpin mereka menjauhi jam matahari itu dan mengakhiri tur. Mereka
menuju vila nun di atas. "Sentra desa ini adalah museum dan wilayah vila.
Letaknya di atas, persis di hadapan kita."
Di ujung jalan sempit di depan mereka, berdiri sebuah bangunan rumah, sebuah
vila yang tersusun dari bebatuan artistik. Menara batu yang bentuknya aneh
mencuat di suatu bagian di belakangnya, menyatu dengan lereng gunung.
"Misteri desa ini terpusat pada kisah yang sangat aneh tentang seorang pendeta
terkenal atau bahkan legendaris yang tinggal di sini pada akhir abad 18. Abbe
Berenger Sauniere." "Berenger" Bukankah itu nama depan Sinclair?" tanya Peter.
Tammy mengangguk. "Ya, dan itu bukan kebetulan. Kakek Sinclair berharap jika
cucunya diberi nama yang sama, barangkali ia akan mewarisi sifat-sifat nama yang
disandangnya. Sauniere menjaga sejarah dan misteri lokal tanpa kenal takut.
Dan ia sangat berbakti pada warisan Maria Magdalena.
"Omong-omong, ada berbagai legenda yang menceritakan penemuan Abbe di sini,
ketika ia akan merestorasi gereja.
Sebagian orang percaya bahwa ia menemukan harta terpendam Rumah Tuhan (Temple)
Yerusalem yang hilang. Karena chateau di sebelahnya terkait dengan Ksatria
Templar maka tidak mustahil mereka menggunakan permukiman terpencil ini untuk
menyembunyikan barang rampasan dari Tanah Suci. Siapa yang akan mencari barang
berharga di sini" Dan sebagian orang mengatakan bahwa Sauniere menemukan
dokumendokumen yang luar biasa berharga. Apa pun itu membuatnya sangat kaya,
secara mendadak secara misterius. Sepanjang hidupnya, ia menghabiskan banyak
uang padahal gajinya sebagai pendeta lokal hanya sekitar dua puluh lima dolar
setahun. Lalu, dari mana ia mendapatkan uang"
"Dulu, di tahun 1980-an, trio peneliti Inggris menulis buku tentang Sauniere dan
harta kekayaannya yang misterius. Buku itu laris. Di AS judulnya Holy Blood,
Holy Grail, dan dianggap klasik oleh kalangan esoteris. Sayangnya, buku itu
menimbulkan semangat berburu harta karun ke daerah ini.
Sumber daya alam dieksploitasi, dan sejumlah landmark dirusak oleh fanatikus
agama dan pemburu harta. Sinclair bahkan menempatkan penjaga bersenjata di
tanahnya untuk melindungi kuburan itu."
"Kuburan Poussin?" tanya Maureen.
Tammy mengangguk. "Tentu saja. Itulah bagian inti keseluruhan misteri, berkat
Para Gembala dari Arcadia."
"Kami ke kuburan kemarin. Aku tidak melihat seorang penjaga pun," ujar Peter.
Tammy tertawa terkekeh-kekeh. "Itu karena kedatangan kalian diterima.
Percayalah, jika kalian datang ke sana, dia tahu.
Dan jika kedatangan kalian tidak ia inginkan, kalian yang akan tahu."
Mereka sampai di sebuah bangunan besar yang mendominasi desa. Pada papan
penunjuk, tertera tulisan "Villa Bethania Kediaman Berenger Sauniere".
Begitu mereka melewati pintu museum, Tammy tersenyum dan mengangguk pada wanita
di meja depan yang melambaikan tangan, menyuruh mereka masuk.
"Bukankah kita harus membeli karcis?" tanya Maureen ketika mereka melewati papan
yang menunjukkan harga karcis.
Tammy menggeleng. "Tidak, mereka sudah mengenalku. Aku memanfaatkan museum ini
sebagai latar dokumentasi sejarah alkemi."
Ia memimpin mereka melewati kotak kaca yang memajang jubah kependetaan yang
dikenakan Abbe Sauniere pada abad 19. Peter berhenti untuk melihat-lihat pakaian
ini sementara Tammy terus berjalan ke ujung lorong. Ia berhenti di depan pilar
batu kuno yang berukir salib.
"Namanya Pilar Ksatria dan diyakini diukir oleh Visigoth pada abad 18. Dulu,
pilar ini ditempatkan di altar gereja lama.
Ketika Abbe Sauniere memindahkan pilar ini saat restorasi vila, ia menemukan
perkamen yang berisi sandi-sandi misterius, atau begitulah yang mereka katakan."
Tempat pemajangan perkamen telah diperluas oleh kurator museum agar kodenya
terlihat lebih jelas. Surat-surat bertinta tebal berserakan, tapi jika dilihat
lebih seksama, penempatannya tidaklah acak. Maureen menunjuk tulisan ET IN
ARCADIA EGO dalam huruf kapital hitam.
"Tulisan itu lagi," kata Maureen pada Peter. Ia beralih ke Tammy. "Lalu apa
artinya" Apakah itu sebuah kode?"
"Setidaknya ada lima puluh teori yang pernah kudengar yang menyebutkan makna
frasa itu. Bahkan hal ini memicu industri pondokan yang muncul nyaris dengan
sendirinya." "Peter menemukan teori menarik ketika di kereta dalam perjalanan ke sini," sela
Maureen. "Ia pikir ada kaitannya dengan desa Arques. 'Di Arques, desa Tuhan, aku
berada'." Kelihatannya Tammy terkesan. "Dugaan yang bagus, Padre.
Kepercayaan yang paling umum adalah penjelasan anagram Latin. Jika kita mengubah
posisi huruf-hurufnya, maka kalimat itu berbunyi 'I tego arcana Dei'."
"Aku menyembunyikan rahasia-rahasia Tuhan," Peter menerjemahkan.
"Ya. Tidak banyak membantu, bukan?" Tammy tertawa.
"Ayolah, aku ingin mengajak kalian melihat bangunan ini dari luar."
Peter masih memikirkan kuburan Poussin. "Tunggu sebentar. Tidakkah itu artinya
ada sesuatu yang disembunyikan di dalam kuburan" Jika kalimat-kalimat itu
disatukan maka hasilnya 'Di Arques, desa Tuhan, aku menyembunyikan rahasia'."
Maureen dan Peter menunggu tanggapan Tammy. Yang ditunggu termenung sejenak.
"Teori itu sama bagusnya dengan teori lain yang pernah kudengar. Sayangnya,
kuburan itu telah berkali-kali dibuka dan diteliti. Kakek Sinclair mengeksvakasi
tiap inci properti itu hingga seluas satu mil persegi sekitar kuburan. Dan
Berenger telah menggunakan segala macam teknologi untuk mencari harta k a ru n
-ultrasound, radar, dan lain-lain."
"Dan mereka tidak menemukan apa-apa?" tanya Maureen.
"Tidak sama sekali."
"Barangkali ada orang lain yang lebih dulu mengambilnya," Peter menduga.
"Bagaimana dengan pendeta Sauniere"
Mungkinkah itu yang membuatnya sangat kaya" Harta karun yang ia temukan?"
"Banyak orang menduga begitu. Tapi anehnya, hingga kini tak seorang pun tahu
rahasia Sauniere. Padahal telah dilakukan riset selama beberapa dasawarsa baik oleh pria maupun
wanita yang begitu gigih." Tammy memimpin mereka melewati pekarangan indah yang
didominasi air mancur berdinding batu dan marmer.
"Terlalu mencolok untuk suatu lingkungan jemaat sederhana di abad 19?" Peter
berkomentar. "Begitu, ya. Dan anehnya lagi, meski telah mengeluarkan banyak uang untuk
membangun tempat ini, Abbe Sauniere tak pernah tinggal di sini. Bahkan
sebenarnya ia enggan menetap di sini. Akhirnya, ia menyerahkan kediaman ini ke...
pelayannya.11 "Kau berhenti sebelum menyebut 'pelayannya'," kata Peter jeli.
"Yah, banyak orang percaya wanita itu lebih dari sekadar pelayan. Bahwa ia
pasangan Sauniere." "Tapi bukankah ia pendeta Katolik?" "Jangan menghakimi, Padre. Itulah moto yang
selalu kupegang." Maureen tidak mendengarkan pembicaraan mereka, perhatiannya tertuju pada sebuah
patung yang telah lapuk termakan cuaca. "Patung siapa ini?" "Joan of Arc," jawab
Tammy. Peter mendekat agar bisa melihat patung itu lebih jelas. "Oh ya, benar. Itu
pedang dan benderanya. Tapi, patung ini seperti tidak pada tempatnya," Peter berkomentar.
"Mengapa?" tanya Maureen.
"Dia terkesan...sangat tradisional. Simbol klasik Katolikisme Prancis. Namun di
sini tampaknya tak ada yang lain yang agak konvensional."
"Joanie" Konvensional?" tawa Tammy meledak kembali.
"Tidak dalam bagian ini. Tapi ada pelajaran besar yang bisa diambil dari
sejarah, nanti saja kita bicarakan. Kau ingin melihat sesuatu yang benarbenar
tidak ortodoks" Kau mesti melihat gereja."
f Bahkan dalam kehangatan dan cahaya matahari pertengahan musim panas, Rennesle-
Chateau adalah tempat keanehan dan keremangan. Maureen merasa ada sesuatu yang
mengikutinya. Suatu siluet yang membuntutinya di setiap belokan kebun. Ini membuat
konsentrasinya buyar. Beberapa kali ia membalikkan badan dengan cepat, namun tak ada seorang pun di
belakangnya. Desa ini membuatnya mudah kaget. Di tempat aneh ini, arlojinya tidak mau bekerja
dan ia terus merasa diikuti
seseorang. Meski sangat terpesona, Maureen merasa gembira jika bisa keluar dari
sini, lebih cepat lebih baik.
Tammy membawa mereka meninggalkan kebun, menuju sekeliling rumah. Ketika
melewati pekarangan lain, mereka melihat jalan masuk ke gereja tua yang tersusun dari
batubatuan. "Inilah wilayah kependetaan desa RLC. Ada sebuah gereja berusia ribuan tahun
yang dipersembahkan bagi Maria Magdalena di sini. Sauniere merenovasinya sekitar
tahun 1891, diduga bertepatan dengan saat ia menemukan dokumen misterius. Ia
membawa dokumendokumen itu ke Paris, lalu tibatiba saja ia menjadi miliuner. Ia
menggunakan uangnya untuk membuat sejumlah tambahan yang sangat tidak lazim ke
gereja itu." Ketika mereka berjalan menuju gereja, Peter berhenti untuk membaca prasasti
berbahasa Latin pada sebuah palang di atas pintu. "Terribilis est locus iste".
"Terribilis?" tanya Maureen.
"Tempat ini buruk (terrible)," jelas Peter.
"Mengerti maknanya, Padre?" tanya Tammy.
Peter mengangguk. "Tentu saja." Jika Tammy bermaksud menguji pengetahuannya
tentang Alkitab, ia mesti berusaha lebih keras lagi. "Kitab Kejadian, bab dua
puluh delapan. Yakub mengemukakannya setelah ia memimpikan tangga menuju surga."
"Mengapa seorang pendeta memilih prasasti semacam itu untuk diletakkan di atas
gerejanya?" tanya Maureen. Ia memandang Peter dan Tammy untuk memperoleh
jawaban. "Barangkali kau mesti melihat bagian dalam gereja sebelum berusaha menjawab
pertanyaan itu." Ini saran Tammy. Peter menerima saran itu, ia masuk.
"Agak gelap di sini," Peter memanggil mereka.
"Oh, tunggu sebentar," kata Tammy sambil merogoh tasnya, mencari koin. Lampu di
sana dinyalakan dengan koin."
Ia memasukkan koin euro ke dalam kotak dekat pitu, dan lampulampu neon menyala.
"Pertama kali datang ke sini, aku berusaha memandang gereja dalam kegelapan.
Saat kunjungan kedua, aku membawa lampu senter. Ketika itulah seorang pengurus
bangunan menunjukkan kotak koin itu.
Dengan begitu para turis bisa menyumbangkan sesuatu untuk gereja. Lampulampu
akan menyala sekitar dua puluh menit."
"Apa itu?" pekik Peter. Ketika Tammy tengah menjelaskan pengoperasian lampu,
Peter menoleh ke patung setan yang menyeramkan, yang berjongkok di ambang
gereja. "Oh, itu Rex. Hai, Rex," canda Tammy ke arah wajah patung itu. "Ia seperti
maskot resmi Rennesle-Chateau.
Sebagaimana segala yang lain di sini, ada segudang teori yang menjelaskan patung
ini. Sebagian mengatakan bahwa ia iblis Asmodeus, penjaga rahasia dan harta
karun tersembunyi. Lainnya mengatakan ia adalah Rex Mundi dalam tradisi Cathar.
Aku memilih penjelasan terakhir."
"Rex Mundi. Raja Dunia?" Peter menerjemahkan.
Tammy mengangguk dan menjelaskan ke Maureen. "Cathar mendominasi wilayah ini
pada Abad Pertengahan. Ingatlah, di sini ada gereja yang berdiri sejak 1059, ketika
Catharisme mencapai puncaknya. Mereka percaya makhluk yang lebih rendah adalah
penjaga planet bumi, yakni iblis yang mereka namakan Rex Mundi Raja Dunia.
Jiwa kita senantiasa berjuang untuk mengalahkan Rex dan merebut kerajaan Tuhan,
ranah roh. Rex mencerminkan godaan duniawi dan fisik."
"Tapi, apa yang ia lakukan di gereja Katolik yang kudus?" tanya Peter.
"Ia dikalahkan para malaikat, tentu saja. Lihatlah di atasnya." Patung empat
malaikat yang membuat tanda salib, menjulang di atas punggung iblis. Keempatnya
berdiri pada wadah air suci yang bentuknya seperti cangkang kerang raksasa.
Peter membaca prasasti itu keraskeras kemudian menerjemahkannya ke dalam bahasa
Inggris. "Par ce signe tu le vaincrais. Dengan tanda ini, aku menaklukkannya."
"Kebaikan mengalahkan kejahatan. Roh menundukkan materi. Malaikat mengungguli
setan. Tidak ortodoks memang, tapi itulah Sauniere." Tammy mengusap leher patung
iblis itu. "Lihat ini" Beberapa tahun lalu, seseorang menerobos gereja dan memenggal kepala
Rex. Kepala ini dibuat untuk menggantikannya. Tidak ada yang tahu apakah mereka
pemburu harta atau penganut Katolik yang marah dan mengarahkannya ke simbol
dualis di wilayah suci. Sepengetahuanku, ia satusatunya patung iblis dalam
gereja Katolik. Bukankah demikian, Padre?"
Peter mengangguk. "Harus kukatakan, aku tidak melihat patung ini di gereja
Katolik Roma. Pada dasarnya, ini adalah penistaan agama."
"Cathar adalah sekte dualis. Mereka percaya pada dua kekuatan ilahiah yang
berlawanan. Yang satu bekerja demi kebaikan dan berusaha menyucikan esensi roh,
sementara yang satunya lagi bekerja demi kejahatan dan
berjuang mengotori dunia materi," jelas Tammy. "Lihatlah lantai ini."
Ia mengalihkan perhatian mereka ke ubin yang menyusun lantai gereja. Ubin hitam
dan putih cemerlang membentang seperti papan catur. "Satu lagi konsesi Sauniere
terhadap dualitas hitam dan putih, baik dan buruk. Sentuhan desain yang
eksentrik. Tapi kupikir Sauniere gila seperti serigala. Ia dilahirkan hanya
beberapa mil saja dari sini dan ia memahami pandangan masyarakat setempat. Ia
sadar, jemaatnya keturunan Cathar dan mereka memiliki alasan untuk tidak
memercayai Roma, meski berabadabad kemudian. Harap jangan tersinggung, Padre."
"Tidak apa-apa," jawab Peter. Ia mulai terbiasa dengan guyonan Tammy. Sepertinya
gadis itu berhati baik, dan Peter benarbenar tidak terganggu. Bahkan sebenarnya,
karakter Tammy mulai mendapat tempat di hatinya. "Persinggungan Gereja dengan
ajaran Cathar terjadi lewat peristiwa memilukan.
Aku bisa paham, mengapa masyarakat lokal masih merasa tersinggung."
Tammy beralih ke Maureen. "Satusatunya Perang Salib resmi sepanjang sejarah yang
merupakan ajang pertarungan sesama umat Kristen. Pasukan Paus melumpuhkan
pasukan Cathar. Tak seorang pun di sini yang melupakan peristiwa itu.
Jadi, dengan menambahkan unsur Cathar dan Gnostik yang kental ke gereja ini,
Sauniere berhasil menciptakan lingkungan yang membuat jemaatnya merasa nyaman.
Karena itulah, kepatuhan dan kesetiaan terhadap gereja ini meningkat.
Usahanya berhasil. Masyarakat setempat mencintainya, bahkan hampir-hampir
menuhankannya." Peter menelusuri gereja, tak ada yang ia lewati. Tiap unsur dekorasi sungguh
mengagumkan. Benarbenar cerah, semarak, dan tentunya tidak konvensional. Ada sebuah patung
gips yang dicat, menampilkan tokohtokoh yang bukan orang suci.
Contohnya Santo Roche yang tidak banyak dikenal, sedang mengangkat baju
panjangnya untuk menunjukkan kakinya yang terluka. Atau Santo Germaine yang
ditampilkan sebagai gembala muda sedang menggendong anak domba. Setiap karya
seni dalam gereja itu memiliki sesuatu yang ganjil atau tidak lazim.
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Yang paling menonjol adalah patung pembaptisan Yesus yang berukuran hampir sama
seperti aslinya. Patung itu menunjukkan Yohanes yang berdiri tegak di hadapan Yesus, berpakaian
ala Romawi, lengkap dengan baju panjang dan jubah, yang tidak pantas untuknya.
"Mengapa Yohanes Pembaptis ditampilkan dengan pakaian orang Romawi?" tanya
Peter. Selintas wajah Tammy tampak muram, tapi ia tidak menjawab. Ia justru terus
memberi komentar sambil memimpin mereka menuju altar.
"Menurut legenda lokal, Sauniere sendirilah yang mengecat patung-patung itu.
Kami yakin, dia pula yang mengerjakan karya seni di bagian belakang dan atas
altar, setidaknya sebagian. Ia terobsesi dengan Mariamu itu." Maureen mengikuti
Tammy ke relief, tempat Maria Magdalena menjadi bagian inti altar.
Terlihat ikon-ikon yang biasa ada di sekitarnya tengkorak di kakinya, kitab di
sampingnya. Maureen memerhatikan salib yang kelihatannya terbuat dari pohon
hidup. Peter khusyuk memandangi lempengan relief yang
melukiskan Posisi-posisi Salib. Seperti halnya patung-patung tadi, tiap bagian
seni memiliki detail yang aneh atau keganjilan yang bertentangan dengan tradisi
Gereja. Mereka memerhatikan unsur-unsur yang menakjubkan dalam gereja itu. Masing-
masingnya merupakan bagian baru dari misteri besar yang mengelilingi mereka.
Tanpa aba-aba, bunyi klik terdengar dalam gereja dan mereka terperangkap dalam
gelap gulita. Maureen merasa panik dalam kegelapan pekat. Bayangan bayangan yang mengikutinya,
bahkan di tengah siang benderang, membuatnya merasa tercekik sekarang.
Ia menjerit memanggil Peter.
"Aku di sini," teriak Peter. "Kau di mana?" Akustik dalam gereja menyebabkan
bunyi bergaung dalam gedung sehingga sulit melacak keberadaan seseorang.
"Aku di dekat altar," teriak Maureen.
"Tidak apa-apa," teriak Tammy. "Jangan panik. Waktu lampu menyala telah habis,
itu saja." Tammy bergegas ke pintu agar cahaya matahari bisa masuk sehingga Peter dan
Maureen bisa saling menemukan. Maureen mencengkeram Peter dan berlari ke pintu
depan gereja. Ia sengaja memandang ke sebelah kiri agar tidak melihat patung
iblis itu lagi. "Aku tahu, itu hanya masalah mekanis saja, tapi benarbenar menyeramkan.
Keseluruhan gereja ini sungguh...aneh.11
Maureen gemetar di bawah matahari Languedoc yang bersinar terang di siang hari
itu. Desa magis yang telah dilupakan waktu ini sungguh mengganggu, benarbenar di
luar ranah pengalaman yang pernah ia rasakan. Ada semacam kesan kekacauan yang
tersembunyi di sini. Meski desa itu sendiri nyaris ditinggalkan, namun di balik
keheningannya, ada sesuatu yang menulikan telinga. Maureen melirik pergelangan
tangannya dan teringat bahwa arlojinya tidak bekerja sejak ia tiba di tempat
ini. Fakta ini memaksanya merasa tidak nyaman.
Ada pertanyaan yang ingin diajukan Peter kepada Tammy saat wanita ini memimpin
mereka melewati kebun dan mengelilingi Vila Bethania. "Tak bisa kubayangkan
Sauniere mengerjakan semua ini tanpa mendapat kesulitan dari Gereja."
"Oh, ia memang sering mendapat kesulitan," jelas Tammy.
"Mereka bahkan pernah mencoba mencopot jabatannya dan menggantinya dengan
pendeta lain, namun gagal. Masyarakat di sini tidak mau menerima siapa pun
selain Sauniere, karena ia menyatu dengan mereka. Ia telah berusaha keras
mengambil posisi ini, berlawanan dengan yang ditulis di kebanyakan buku.
Jadi sungguh lucu, pihak berwenang di RLC menyebut kedatangan Sauniere ke sini
sebagai suatu kebetulan saja.
Percayalah, tak ada satu kejadian pun di sini yang kebetulan.
Banyak sekali kekuatan besar yang berlangsung di
sini." "Maksudmu kekuatan besar manusia atau kekuatan besar supranatural?"
"Dua-duanya." Tammy memberi isyarat agar mereka mengikutinya. Ia berjalan menuju
menara batu di ujung sebelah barat bangunan, menjulang di sudut tebing.
"Ayolah, kalian mesti melihat piece de resistance. Tur Magdala."
"Tur Magdala?" Maureen tergelitik mendengar nama
itu. "Menara Magdalena. Dulu, bangunan itu menjadi perpustakaan pribadi Sauniere.
Tapi, pemandangan dari sana sungguh menakjubkan."
Mereka membuntuti Tammy melewati interior menara kecil, melihat sekilas beberapa
barang pribadi Sauniere yang tersimpan dalam kotak kaca, sebelum menapaki dua
puluh dua anak tangga menuju dek menara itu. Pemandangan Languedoc dari atas
sungguh menakjubkan. Tammy menunjuk ke arah suatu bukit di kejauhan. "Kalian
lihat di sana itu" Itulah Arques. Dan lembah di seberangnya adalah desa
Coustaussa yang legendaris. Di sana, seorang pendeta bernama Antoine Gelis,
teman Sauniere, dibunuh secara keji di rumahnya. Kediamannya digeledah, dan
masyarakat percaya bahwa orang yang membunuh lelaki tua itu menginginkan sesuatu
yang lebih besar dibandingakan uang.
Mereka tidak menyentuh koin emas yang tergeletak di atas meja, tapi mereka
mencuri semua yang terlihat seperti dokumen. Lelaki yang malang ia terbunuh di
usia tujuh puluhan, bersimbah darah akibat hantaman kapak dan penjepit kayu
bakar." "Mengerikan." Maureen menggigil mendengar cerita Tammy, tetapi juga karena
suasana dalam bangunan itu. Meski sangat terpesona, ia juga merasa ingin
menjauhi tempat itu. "Orangorang bersedia membunuh demi misteri ini," ungkap Peter sederhana.
"Yah, itu terjadi seratus tahun lalu. Aku lebih suka berpikir bahwa sekarang ini
kita menyikapinya dengan lebih beradab."
"Apa yang terjadi dengan Sauniere?" Maureen mengembalikan fokus ke kisah pendeta
aneh itu dan hartanya yang misterius. "Keadaannya semakin aneh. Setelah memesan peti mati untuk dirinya sendiri, ia
terserang stroke. Legenda daerah ini menyebutkan bahwa seorang pendeta yang tidak dikenal oleh
penduduk setempat dipanggil untuk memimpin ritus terakhir.
Namun, ia menolak tugas ini setelah mendengar pengakuan terakhir Sauniere.
Akhirnya lelaki malang itu meninggalkan Rennesle-Chateau dalam keadaan depresi
berat. Orangorang mengatakan bahwa semenjak itu, ia tak pernah tersenyum lagi."
"Wow, apa yang diucapkan Sauniere pada pendeta
itu?" "Tidak ada yang tahu persis. Kecuali barangkali pelayan rumah, Marie Denarnaud.
Sauniere menyerahkan seluruh kekayaannya, juga rahasia-rahasianya, kepada wanita
ini. Namun ia sendiri meninggal secara misterius beberapa tahun kemudian. Di hari-
hari terakhirnya, ia tak bisa bicara sehingga tak ada seorang pun yang akan tahu
apa rahasia itu. "Itulah sebabnya desa ini melahirkan industri. Seratus ribu turis berkunjung ke
desa mungil yang muram ini setiap tahunnya.
Sebagian didorong rasa ingin tahu, sebagian lagi karena ingin menemukan harta
karun Sauniere." Tammy berjalan ke ujung dek menara kecil itu dan memandang ke arah lembah yang
terhampar luas di bawah mereka. "Kita tidak tahu pasti mengapa Sauniere
membangun menara ini. Tapi ia pasti mencari sesuatu. Bagaimana menurutmu,
Padre?" Tammy mengedipkan mata pada Peter kemudian berbalik menuju tangga ke
bawah f Saat mereka bertiga berjalan menuju mobil, Maureen menagih janji Tammy untuk
menjelaskan Menara Alkemi. Menara kecil itu dulu berjaya di Chateau Hautpol,
tapi kini telah porak poranda.
Tammy termenung sesaat, tak tahu harus mulai dari mana. Banyak buku yang
menggambarkan wilayah ini. Ia sendiri telah melakukan riset bertahuntahun, jadi menemukan
penjelasan yang paling ringkas tidaklah mudah.
"Ada sesuatu di wilayah ini yang menarik perhatian orang sejak ribuan tahun
lalu," Tammy memulai.
"Sesuatu itu pastilah khas dan terdapat di wilayah itu sendiri. Bagaimana tidak,
karena faktanya pesona wilayah ini telah dikenal luas, melintasi dua ribu tahun
sejarah dan berbagai keyakinan agama"
"Seperti hal-hal lain di sini, ada segudang teori yang menjelaskannya. Dan
selalu menyenangkan jika kita memulai dengan teori yang benarbenar gila. Ada
sejumlah orang yang berani bersumpah bahwa semua ini berkaitan dengan makhluk
luar angkasa dan monster laut."
"Monster laut?" Peter tertawa berbarengan dengan Maureen. "Aku hampir bisa
menduga bahwa makhluk luar angkasa akan disebut, tapi monster laut?" tanya
Maureen. "Aku tidak bercanda. Monster laut selalu muncul dalam misteri lokal. Cukup aneh
memang, mengingat wilayah ini tidak berbatasan dengan laut. Tapi teori ini hampir sama
gilanya dengan yang berkaitan dengan UFO. Ada sesuatu tentang wilayah ini yang
menjadikan orang nyaris benarbenar gila.
"Kemudian ada faktor waktu. Apakah arlojimu masih tidak berfungsi?"
Maureen sudah tahu jawabannya, tapi ia melihat juga sekadar untuk memastikan.
Arloji itu menunjukkan jam 9:33 selama lebih dari satu jam. Maureen mengangguk.
"Setelah kita turun dari gunung ini, barangkali arlojimu akan berfungsi
kembali," kata Tammy melanjutkan. "Ada sesuatu di sini yang memengaruhi jam dan
arloji, juga barangbarang elektronik.
Bisa jadi, itulah salah satu alasan mengapa begitu banyak penghuni desa ini yang
masih menggunakan jam matahari, bahkan di abad 21. Fenomena itu tidak menimpa
setiap orang, tapi aku sendiri mengalami banyak sekali kejadian aneh."
Tammy mulai menceritakan salah satu dari sekian banyak kisahnya tentang faktor
waktu yang sulit dipahami di wilayah Rennesle-Chateau ini.
"Waktu itu aku sedang mengendarai mobil ke sini bersama temanteman. Aku
memeriksa jam mobil ketika berada di kaki bukit. Sesampainya di puncak, jam itu
menunjukkan bahwa kami telah melewati waktu setengah jam hanya untuk sampai ke
puncak bukit. Sekarang, kau baru mengendarai mobil ke sini.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan, meski kita berjalan pelan seperti tadi" Lima
menit?" Tammy bertanya pada Peter, yang kemudian mengangguk mengiakan. "Sekitar itulah."
"Jaraknya tidak terlalu jauh, barangkali hanya dua mil.
Jadi kami pikir jam mobil itu rusak lalu kami melihat arloji.
Ternyata sama saja. Waktu telah berlalu setengah jam. Sekarang kita sudah tahu,
waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sini tidak selama itu, tapi entah bagai
mana jam bergeser tiga puluh menit. Apakah aku bisa menjelaskan hal ini" Tidak.
Seakanakan waktu tidak berjalan seperti biasanya. Sejak peristiwa itu, aku sudah
berbicara dengan sejumlah orang yang memiliki pengalaman serupa. Penduduk
setempat bahkan tidak ambil pusing karena sudah terbiasa.
Tanya saja kepada mereka, paling-paling mereka hanya mengangkat bahu. Seolah
kejadian itu adalah fenomena paling normal di seluruh dunia.
"Pengalaman sama juga terjadi di sekitar Piramida Besar, selain sejumlah situs
sakral di Inggris dan Irlandia. Lalu, apa sebenarnya yang terjadi" Apakah ini
semacam kekuatan magnetis" Ataukah sesuatu di luar jangkauan kita sehingga
mustahil dipahami otak kita yang terbatas?"
Tammy menguraikan berbagai teori hasil eksplorasi penduduk lokal dan tim riset
internasional. Ia menyebutkan sederet kemungkinan: padang rumput, pusaran air,
rongga tanah, gerbang bintang.
"Salvador Dali mengatakan bahwa stasiun kereta api di Perpignan adalah pusat
jagat raya karena di sanalah lokasi pertemuan kekuatan-kekuatan magnetis."
"Berapa jarak Perpignan dari sini?" Pertanyaan ini keluar dari mulut Maureen.
"Sekitar empat puluh mil. Cukup dekat untuk membuat teori itu menarik.
Seandainya saja aku memiliki jawaban yang pasti. Tapi tak seorang pun yang
memilikinya. Itulah sebabnya aku kecanduan dengan tempat ini dan terus kembali
ke sini. Masih ingat garis meridian yang ditunjukkan Sinclair padamu ketika di gereja
Saint-Sulpice, Paris?"
Maureen mengangguk, berusaha terus mengikuti. "Garis Magdalena".
"Persis. Garis itu melewati Paris dan terus ke wilayah
ini. Mengapa" Karena ada sesuatu di sini yang melampaui waktu dan ruang. Kupikir,
itulah sebabnya para alkemis dari seluruh Eropa tertarik dengan wilayah ini
entah sejak kapan." "Aku ingin tahu, kapan kita kembali ke persoalan alkemi," Peter mengingatkan.
"Maaf, Padre. Aku memang cenderung berbelit-belit. Selain itu, tak ada satu
penjelasan pun yang sederhana. Menara di atas sana, disebut Menara Alkemi,
sepertinya dibangun di atas titik kekuatan Magdalena yang legendaris. Titik itu
dilewati garis. Dan menara ini dijadikan tempat eksperimen alkemi yang tak terhitung jumlahnya."
"Jadi, ketika kau mengatakan alkemi, yang kau maksud adalah sistem keyakinan di
abad pertengahan bahwa belerang bisa diubah menjadi emas?" Ini pertanyaan
Maureen. "Dalam sebagian kasus, ya. Tapi, apakah itu definisi alkemi yang sebenarnya"
Jika ingin memicu perang besar, ajukanlah pertanyaan itu di depan seminar para
pemikir esoteris. Maka ruangan itu akan runtuh sebelum diperoleh jawaban yang
pasti." Lalu Tammy berceloteh tentang berbagai jenis alkemi. "Ada alkemis ilmiah, yaitu
orang yang secara fisik berusaha mengubah materi dasar menjadi emas. Sebagian
alkemis ilmiah datang ke sini dengan keyakinan bahwa keajaiban yang terdapat
dalam wilayah ini sendiri merupakan faktor x yang sedang mereka cari guna
menyempurnakan eksperimen mereka. Kemudian ada filsuf yang percaya bahwa alkemi
adalah suatu transformasi
spiritual. Maksudnya, alkemi menyangkut perubahan unsur dasar dalam roh manusia menjadi
suatu diri yang cemerlang. Ada lagi kelompok esoteris dengan ide bahwa proses
alkemis bisa digunakan untuk mencapai keabadian dan entah bagaimana, memengaruhi
karakter waktu. Lalu ada alkemis seksual yang percaya bahwa energi seksual
menimbulkan suatu transformasi ketika dua tubuh menyatu menggunakan semacam
kombinasi metode fisik dan metafisik tertentu."
Maureen mendengarkan dengan seksama. Ia ingin lebih mengetahui perspektif
pribadi Tammy. "Dan teori mana yang menjadi favoritmu?"
"Aku pribadi mendukung alkemi seksual. Tapi setelah kupikir-pikir, semuanya
benar. Sungguh. Kupikir, alkemi adalah istilah aktual untuk serangkaian prinsip paling kuno di
bumi ini. Menurutku, aturan-aturan itu dipahami oleh masyarakat kuno, misalnya
para arsitek Piramida Besar di Giza."
Pertanyaan berikut datang dari Peter. "Lalu, apa hubungan semua ini dengan Maria
Magdalena?" "Yah, sebagai langkah awal, kita percaya bahwa ia menetap di sini, atau
setidaknya pernah tinggal di sini. Maka muncul pertanyaan: mengapa di sini"
Wilayah ini sangat terpencil, bahkan dengan transportasi modern sekarang ini.
Bisakah kau bayangkan, bagaimana rasanya berusaha melewati pegunungan ini pada
abad pertama" Wilayah ini sangat tidak bersahabat. Lalu, mengapa ia memilih tempat ini"
Mengapa banyak orang memilih tempat ini" Karena ada sesuatu yang istimewa.
"Oh, aku lupa menyebutkan satu jenis alkemi lagi yang
berlangsung di sini. Aku baru menemukan istilahnya belakangan ini, alkemi
Gnostik." "Seperti nama agama baru saja," komentar Maureen.
"Atau agama lama. Tapi ada kepercayaan di sini yang meluas hingga ke Cathar,
barangkali melewatinya. Suatu kepercayaan bahwa wilayah ini adalah pusat dualitas: bahwa
Raja Dunia, Rex Mundi sendiri, hidup di sini. Keseimbangan duniawi antara terang
dan gelap, baik dan buruk, berlangsung di desa kecil yang aneh dan lingkungan
sekitarnya. Dan hingga batas tertentu, terjadi pertarungan sepanjang masa antara
kedua unsur itu, tepat di sini, di bawah kaki kita. Kalian merasa seram berada
di sini pada siang hari" Jika ada yang mau membayarku untuk berjalan malammalam
di sini, aku tak mau. Ada sesuatu yang sangat penting menyangkut tempat ini, dan
tidak semuanya baik."
Maureen mengangguk pada Tammy. "Aku pun merasa begitu. Jadi, barangkali
pernyataan Dali menjangkau hingga sekitar empat puluh mil. Barangkali Rennesle Chateau
benarbenar pusat jagat raya?"
Peter turut bicara, dengan nada yang lebih serius.
"Pernyataan bahwa tempat ini dulu adalah pusat semesta barangkali masuk akal
bagi masyarakat Prancis abad pertengahan. Tapi apakah orang masih memercayainya
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekarang?" "Aku hanya bisa mengatakan bahwa ada sejumlah kejadian aneh di sini yang tak
bisa dijelaskan siapa pun. Dan kejadian itu terus berlangsung. Di sini, di
Arques, dan di wilayah sekitar tempat dibangunnya chateau. Sebagian orang
mengatakan bahwa pengikut Cathar membangun puripuri ini sebagai benteng
pertahanan dari energi kegelapan.
Mereka memilih membangun di puncak pusaran angin atau titik-titik kekuatan. Di
sana, mereka bisa menjalankan upacara kudus untuk mengendalikan atau mengalahkan
kekuatan kegelapan. Semua chateau di sini dilengkapi menara, bagian ini sangat
signifikan." Peter mendengarkan dengan seksama. "Tapi, tidakkah menara-menara itu strategis,
dibangun untuk tujuan pertahanan?"
"Tentu," Tammy mengangguk serius. "Tapi itu tidak menjelaskan mengapa
masingmasing chateau memiliki legenda menyangkut alkemi yang berlangsung di
dalam menara" Menara-menara itu dikenal karena menjadi tempat berlangsungnya suatu keajaiban
atau transformasi. Bangunan ini terkait langsung dengan moto alkemi 'Sebagai mana di atas, demikian
pula di bawah'. Menara mencerminkan bumi karena menghunjam ke tanah. Tapi menara juga
mencerminkan langit karena menjulang ke angkasa. Itulah sebabnya, menara
merupakan tempat yang cocok untuk
melakukan eksperimen alkemi. Dan seperti menara Sauniere, menara-menara yang
lain memiliki dua puluh dua anak tangga."
"Mengapa dua puluh dua?" tanya Maureen tertarik.
"Dua puluh dua adalah angka utama, dan angka ada-ah faktor penting dalam alkemi.
Angkaangka utama terdiri dari sebelas, dua puluh dua, dan tiga puluh tiga. Tapi,
dua puluh dua menjadi pola yang akan banyak kita saksikan di wilayah ini karena
angka ini berhubungan dengan energi sakral wanita.
Kalian bisa melihat bahwa menurut kalender gereja, hari puasa Maria Magdalena
jatuh pada..." "Tanggal dua puluh dua Juli," sela Peter dan Maureen
berbarengan. "Tepat. Jadi, untuk akhirnya menjawab pertanyaanmu, barangkali itulah sebabnya
mengapa Maria Magdalena datang ke sini. Karena ia mengetahui faktor kekuatan
alamiah atau memahami sesuatu tentang pertarungan terang dan gelap seperti yang
terjadi di sini. Kalian tahu, masyarakat Palestina mengenal wilayah ini. Bahkan
ada tradisi yang mengatakan bahwa ibunda Maria Magdalena berasal dari Languedoc.
Jadi kedatangan Maria Magdalena ke sini bisa diartikan kepulangannya."
Tammy menengadah ke menara Chateau Hautpol yang sudah rusak. "Apa yang tak akan
kuserahkan agar bisa menjadi lalat abadi yang hinggap di dinding bangunan itu."
Languedoc 23 Juni 2005 Mereka menurunkan Tammy di Couiza. Di sana, ia bertemu temantemannya untuk makan
siang yang sudah terlambat.
Maureen merasa kecewa karena Tammy tidak bersama mereka lebih lama lagi. Ia
gugup memikirkan akan ke rumah Sinclair tanpa teman yang juga dikenal sang tuan
rumah sehingga ia tidak terlalu canggung. Selain itu, Maureen bisa merasakan
ketegangan Peter. Pria ini berusaha keras menutupinya, tapi tangannya yang
mencengkeram kuat kemudi menunjukkan perasaannya. Barangkali, menetap di
kediaman Sinclair adalah kekeliruan.
Tapi mereka sudah berjanji. Tidak sopan dan akan membuat tuan rumah tersinggung
jika mereka mengubah pikiran sekarang.
Maureen tidak mau mengambil risiko itu. Sinclair adalah bagian yang terlalu
penting dalam rangkaian puzzienya.
Peter memperlambat laju mobil sewaan itu dan melewati gerbang besi yang luar
biasa besar. Ketika mobil melewatinya, Maureen memerhatikan bahwa gerbang itu
dihiasi fieur-deiis besar berwarna keemasan yang jalin-menjalin dengan tanaman
anggur atau mungkin apel biru. Jalur masuk kendaraan itu dilengkapi atap yang
melengkung hingga ke bangunan megah dan mewah bernama Chateau des Pommes Bleues.
Mereka berhenti di depan chateau, samasama terdiam sejenak menyaksikan kemegahan
dan kemewahan properti itu. Suatu kastil yang dibangun pada abad ke-16 dan telah direstorasi dengan
sempurna. Begitu Peter dan Maureen menjejakkan kaki keluar dari mobil, pelayan
utama Sinclair, Roland yang bertubuh besar, muncul dari pintu depan. Dua pelayan
berseragam bergegas mendekati mobil untuk mengangkut tas atau menjalankan
perintah Roland. "Bonjour, Madamoiselle Paschal, Abbe Healy. Bienvenue." Mendadak Roland
tersenyum dan ini membuat ekspresi wajahnya melembut. Peter dan Maureen
mengembuskan napas lega. "Selamat
datang di Chateau des Pommes Bleues. Monsieur Sinclair sangat senang Anda
datang!" f Roland pergi memanggil tuannya, meninggalkan Maureen dan Peter yang menunggu di
lorong masuk yang sangat menawan.
Mereka sama sekali tidak merasa bosan ruangan itu dipenuhi karya seni dan barang
antik yang tak ternilai harganya, seperti yang terdapat di museum Prancis.
Maureen berhenti di depan kotak kaca yang berfungsi sebagai bagian sentral
ruangan itu. Peter mengikutinya. Sebuah trofi besar bertatahkan perak menempati
kotak itu, dan sebuah tengkorak manusia bersandar di tempat terhormat dalam
kotak pajang benda pusaka itu. Warna tengkorak itu telah pudar termakan waktu,
namun ada retakan yang cukup jelas terlihat di tulang kranial itu. Sejumput
rambut kusam, namun masih menunjukkan pigmen merah ditempatkan di samping
tengkorak bersamasama dengan trofi.
"Masyarakat zaman dulu percaya bahwa rambut merah memiliki kekuatan magis."
Berenger Sinclair berdiri di belakang mereka. Maureen terlonjak mendengar suara
tibatiba itu, kemudian menanggapinya. "Masyarakat kuno tak pernah mengikuti sekolah umum di Lousiana."
Sinclair tertawa dengan suara khas Celtic, dan menyentuhkan jarinya ke rambut
Maureen dengan maksud menggodanya. "Apakah tak ada anak laki-laki di sekolahmu?"
Maureen tersenyum, namun ia cepatcepat mengembalikan perhatiannya ke benda
pusaka dalam kotak kaca sebelum Sinclair melihat wajahnya bersemu merah. Ia
membaca keraskeras tulisan yang tertera di plakat.
"Tengkorak Raja Dagobert Kedua."
"Salah seorang leluhurku yang pemberani," jawab Sinclair.
Peter merasa terpesona dan sedikit sangsi. "Santo Dagobert Kedua" Raja
Merovingian terakhir" Kau keturunannya?"
"Ya. Dan pengetahuan sejarahmu sama baiknya dengan bahasa Latinmu. Luar biasa,
Bapa." "Ingatkan aku." Maureen terlihat memelas. "Maaf, tapi pengetahuanku tentang
sejarah Prancis dimulai dari Louis Quartorze. Merovingian itu siapa?"
Peter menjawab, "Dinasti raja-raja awal di wilayah yang sekarang bernama Prancis
dan Jerman. Mereka berkuasa sejak abad ke-S hingga abad ke-8. Dinasti ini terputus sejak
kematian Dagobert." Maureen menunjuk retakan di tengkorak. "Barangkali kematiannya tidak wajar."
Sinclair menjawab. "Benar. Putra baptisnya menancapkan lembing ke pelupuk mata
hingga menembus otak ketika ia tidur."
"Anggota keluarga yang tidak setia," jawab Maureen.
"Sedihnya, ia lebih memilih tugas keagamaan dibandingkan kesetiaan pada
keluarga. Dilema yang sejak dulu membuat banyak orang sengsara. Bukankah begitu,
Bapa Healy?" Peter mengerutkan kening dengan arah pembicaaan itu. "Maksudmu?"
Dengan berwibawa, Sinclair mengarahkan perhatian mereka ke sebuah perisai yang
tergantung di dinding. Pada perisai itu terdapat lambang salib yang dikelilingi
bunga mawar, di tengah-tengahnya tertera tulisan Latin ELIGE MAGISTRUM
"Moto keluarga saya. Elige magistrum."
Maureen menatap Peter untuk memperoleh penjelasan. Ada sesuatu yang terjadi
antara kedua lelaki ini yang mulai membuatnya gugup. "Apa artinya?"
"Pilihlah seorang pemimpin," Peter menerjemahkan.
Sinclair menjelaskan lebih rinci. "Raja Dagobert dibunuh atas perintah Roma
karena Paus merasa kurang berkenan dengan versi Kristiani yang ia bawa. Putra
baptis Dagobert ditantang untuk memilih pemimpin. Ia memilih Roma, maka ia
menjadi seorang pembunuh atas perintah Gereja."
"Mengapa ajaran Kristen Dagobert begitu mengganggu?" tanya Maureen.
"Ia percaya bahwa Maria Magdalena adalah seorang ratu dan istri sah Yesus
Kristus, dan bahwa ia adalah keturunan mereka berdua. Dengan demikian, ia
memegang hak suci sebagai seorang raja dengan kekuatan yang mengalahkan segala
kekuatan duniawi. Paus merasa bahwa raja yang memiliki keyakinan seperti itu
akan sangat mengancam."
Maureen meringis dan berusaha membuat pembicaraan menjadi lebih ringan. Ia
menyikut Peter. "Janji, ya, jangan menancapkan lembing ke mataku saat aku tidur?"
Peter menatapnya sekilas. "Aku khawatir, aku tidak bisa berjanji. Elige
magistrum dan segala macam."
Maureen membelalakkan mata ketakutan lalu ia kembali memerhatikan benda pusaka
perak tadi yang dihias dengan pola fleurde-lis yang rumit.
"Meski bukan orang Prancis, Anda sangat menyukai simbol itu."
"Fleurde-lis" Tentu saja. Jangan lupa, bangsa Skotlandia bersekutu dengan
Prancis selama ratusan tahun. Tapi alasan saya memilihnya berbeda. Bunga itu
simbol..." "Trinitas," kata Peter melengkapi ucapan Sinclair. Lelaki itu tersenyum kepada
mereka berdua. "Ya, ya, benar. Tapi saya tidak tahu, Bapa Healy, apakah itu
simbol trinitas Anda...atau trinitas saya?"
Sebelum Maureen atau Peter sempat meminta penjelasan atas pernyataan itu, Roland
masuk dan berbicara cepat dengan Sinclair dalam bahasa yang menyerupai kombinasi
antara bahasa Prancis dengan aksen Mediterania yang kental. Sinclair beralih ke
kedua tamunya. "Roland akan menunjukkan kamar agar kalian bisa beristirahat dan menyegarkan
diri sebelum makan malam."
Sinclair menunduk dengan anggunnya, mengedip sekilas ke arah Maureen, lalu
meninggalkan ruangan itu.
f Maureen memasuki kamar tidurnya, mulutnya menganga saking terpesona. Ruangan itu
sangat mengagumkan. Sebuah ranjang besar dengan kanopi yang ditunjang empat tiang dan
dibalut tirai bordir berwarna merah keunguan dengan rangkaian fleurdelis
keemasan seperti yang banyak
ditemukan di rumah ini, mendominasi ruangan. Perabot lainnya sangat antik,
semuanya bersepuh emas. Sebuah potret bertuliskan Maria Magdalena di Gurun, karya pelukis kenamaan
Spanyol, Ribera, menutup salah satu dinding kamar. Mata Maria Magdalena
memandang ke langit. Vas kristal Baccarat dengan bunga mawar merah dan lili putih tersebar di seluruh
ruangan. Serupa dengan rangkaian bunga yang dikirimkan Sinclair ke rumah Maureen
di Los Angeles. "Seorang gadis harus terbiasa mendapat perlakuan istimewa," katanya pada dirinya
sendiri. Beberapa orang pelayan mengetuk pintu untuk mengeluarkan isi tasnya
f Kamar Peter lebih kecil dari kamar Maureen, namun tetap indah dan menunjukkan
kebangsawanan. Koper Peter belum diantarkan, namun ia membawa tas jinjing berisi barangbarang
yang ia perlukan sekarang. Peter mengeluarkan Alkitab bersampul kulit dan rosari
bermanik kristal dari tas hitamnya.
Digenggamnya rosari itu kemudian ia merebahkan diri ke ranjang, Peter merasa
lelah sebagian karena perjalanan, juga keletihan fisik dan spiritual karena
tanggung jawabnya atas keselamatan Maureen.
Kini ia berada di wilayah yang tak dikenal. Pengalaman ini membuatnya gugup.
Peter tidak memercayai Sinclair. Yang lebih parah, ia tidak percaya pada reaksi
sepupunya terhadap Sinclair.
Uang dan penampilan fisik lelaki itu jelas menimbulkan suatu mistik yang membuat
wanita terpikat. Paling tidak ia tahu, Maureen bukanlah orang yang mudah luluh. Bahkan sebenarnya
Peter tahu, gadis ini tidak banyak menjalin hubungan dengan lelaki. Pandangan
Maureen akan romantisme terkoyak oleh kebencian ibunya kepada sang ayah.
Perkawinan pahit itu berakhir dengan tragedi. Itulah sebabnya, Maureen
menjauhkan diri dari segala ikatan hubungan.
Walau bagaimanapun, ia wanita dan manusia biasa.
Maureen sangat rapuh jika menyangkut visinya. Peter merasa adalah kepentingannya
untuk memastikan bahwa Sinclair tidak memanfaatkan kerapuhan Maureen untuk
menipu gadis ini. Peter belum pasti, seberapa banyak yang telah diketahui Sinclair.
Atau bagaimana ia mengetahuinya. Tapi ia bertekad memperoleh jawabannya secepat
mungkin. Peter memejamkan mata dan berdoa agar dilindungi.
Namun doanya yang tak bersuara terganggu oleh bunyi dengungan yang tidak mau
berhenti. Pada awalnya ia berusaha mengabaikan saja bunyi getaran itu, namun
akhirnya ia menyerah. Ia berjalan ke arah sisi lain kamar itu, tempat tas
bepergiannya berada. Peter merogoh tasnya lalu menjawab telepon genggamnya.
f Untungnya kamar Peter tepat di bawah kamar Maureen. Kalau tidak, mereka mungkin
tidak akan pernah bertemu di kediaman Sinclair yang teramat luas itu. Maureen
merasa terhanyut dengan rumah ini. Ia menyerap setiap detail seni dan
arsitekturnya ketika mereka berjalan dari satu bagian rumah ke bagian lain.
Mereka sedang mengamati eksterior chateau itu karena masih ada waktu beberapa
jam sebelum makan malam. Keduanya terlalu kagum hingga tak ingin melewatkan segala yang ada di
sekeliling. Mereka memasuki lorong masuk yang sangat luas, berkilau dengan
cahaya alamiah dari jendela kristal utama.
Sebuah lukisan dinding yang sangat besar dan aneh, menggambarkan pemandangan
penyaliban yang agak abstrak membuat ruangan itu sangat memukau.
Maureen berhenti untuk mengagumi karya seni itu. Di
sebelah Kristus yang disalib, ada seorang perempuan berselubung merah yang
mengangkat tiga jari sementara setetes air mata membasahi wajahnya. Wanita itu
berdiri di samping genangan air ataukah sungai" Tiga ekor ikan kecil, satu merah
dan dua biru, melompat ke dalam air. Pola ketiga ikan dan jari yang diangkat
wanita itu sama sama menyerupai pola fleurde-lis, namun secara abstrak.
Detail karya seni yang rumit dan terkesan modern pun tak terhitung. Maureen
yakin, semuanya simbolik. Namun butuh waktu berjamjam untuk memerhatikan tiap
detail, dan barangkali butuh bertahuntahun untuk memahami semuanya.
Peter mundur untuk melihat lukisan penyaliban yang indah dalam kesederhanaannya.
Langit di atas salib menggelap karena sesuatu yang kelihatannya adalah matahari
hitam. Kilatan petir memecah langit.
"Lukisan ini mirip dengan gaya Picasso, bukan?" tanya Peter.
Sang tuan rumah muncul di ujung lorong. "Itu karya Jean Cocteau, seniman Prancis
paling kreatif dan salah seorang pahlawanku. Ia membuat lukisan itu ketika
menjadi tamu kakekku."
Maureen terperangah. "Cocteau menginap di sini" Wow. Rumah ini pasti pusaka
nasional bagi Prancis. Semua karya seni di sini fenomenal. Lukisan di kamar
saya..." "Ribera" Itulah potret Magdalena kesukaan saya. Lukisan itu merekam keindahan
dan keanggunan suci, lebih dibandingkan lukisan lain. Luar biasa."
Peter merasa sangsi. "Tapi Anda tidak mengatakan lukisan itu asli, bukan" Saya
pernah melihatnya di Prado."
"Oh, lukisan itu asli. Ribera membuatnya atas permintaan raja Aragon. Sebenarnya
ia membuat dua. Kau benar, salah satu yang berukuran lebih kecil berada di Prado. Raja Spanyol
memberikan lukisan itu ke salah satu leluhurku, seorang anggota keluarga Stuart,
sebagai tawaran perdamaian. Seperti yang akan kalian lihat, adiseni berkaitan
erat dengan Maria. Akan aku tunjukkan contoh-contoh lain setelah makan malam.
Tapi, jika boleh bertanya, kalian akan pergi ke mana?"
"Kami ingin berjalan-jalan sebelum makan malam. Aku melihat reruntuhan di atas
bukit saat kami berkendara. Sekarang, aku ingin melihat lebih dekat," jawab
Maureen. "Ya, tentu saja. Tapi adalah kehormatan bagiku jika boleh mejadi pengantar
perjalanan kalian. Itu pun jika Bapa Healy berkenan?"
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tentu saja," Peter tersenyum, tapi Maureen melihat sudut mulutnya menegang
ketika Sinclair menggandeng tangannya.
Roma 23 Juni 2005 Matahari bersinar lebih cerah di Roma dibandingkan tempattempat lain di seluruh
dunia. Setidaknya, itulah yang dirasakan Uskup O'Connor ketika menyeberangi
bebatuan sakral di Basilika Santo Petrus dengan langkah panjang-panjang. Dadanya
sesak dengan perasaan tersanjung karena diperbolehkan memasuki kapel pribadi
itu. Begitu menginjakkan kaki di lantai yang suci, dengan memegang kunci gereja, ia
berdiri di depan patung Petrus yang terbuat dari marmer, kemudian mencium kaki
telanjang sang santo. Lalu ia berjalan pelan ke depan
gereja dan duduk di salah satu bangku. Ia menghaturkan rasa syukur kepada Tuhan
karena memberinya kesempatan berkunjung ke tempat suci ini. Ia berdoa untuk dirinya
sendiri, ia berdoa untuk keuskupannya, dan ia berdoa untuk masa depan Gereja
Bunda Suci. Setelah selesai melakukan kebaktian, Magnus O'Connor masuk ke kantor Tomas
Cardinal DeCaro sambil membawa map-map merah berisi sejumlah file yang menjadi
tiket masuknya ke Vatikan.
"Semuanya ada di sini, Yang Mulia." Kardinal mengucapkan terima kasih kepadanya.
Seandainya O'Connor berharap mendapat undangan untuk bercakap-cakap lebih lama
dengan Kardinal, ia akan sangat kecewa. Cardinal DeCaro memberi isyarat agar ia
keluar dengan satu anggukan kaku, dan tidak mengucapkan apa-apa lagi.
DeCaro tidak sabar untuk melihat isi map-map itu. Tapi ia memilih melihatnya
pertama kali sendirian. Ia membuka map pertama. Semua file di dalamnya diberi label EDOUARD PAUL PASCHAL
dengan tinta hitam tebal. .. .Aku belum menulis tentang Bunda Agung. Maria Agung. Sudali lama aku menunggu
dengan perasaan ragu. apakah kata-kataku mampu melukiskan kebaikannya, kearifannya, dan
kekuatannya. Dalam kehidupan setiap perempuan, selalu ada pengaruh dan ajaran petmpuan bin
yang lebih tinggi. Bagiku, dia adalah Maria Agung, ibunda Easa, dan hanya dia.
Ibuku sendiri meninggal ketika aku masih sangat beh'a. Aku tidak menginga tnya.
Dan meski Martha selalu mengurusi aku dan memerhatikan kebutuhan duniawiku
sebagai seorang saudari, namun ibunda kasalah y^ang memberikan ajaran spiritual
kepadaku, la mengasuhjiwaku dan mengajarkan aku berbagaipelap ran tentang kasih
sayang elan pengampunan, la menunjukkan aku bagainana
menjadiseorang ratu dan mendidikkuagarmemilikiperilaku yang pantas bagi seorang
perempuan dengan takdir seperti kami.
Jika tiba waktunya bagiku untuk mengenakan selubung merah dan menjadi Maria yang
sesungguhnya, aku sudah siap. Berkat dia. dan segala yang ia berikan padaku.
Maria Agung-adalah teladan ketaatan. Namun ketaatannya hanya kepada Tuhan
semata. Ia mendengar pesan-pesan Tuhan dengan jelas. Putranya pun memiliki
kemampuan ini. Dan itu/ah sebabnya mereka berbeda dari orang lainyangjuga
berdarali mulia. Ya. Easa adalah putra Singa, penerus tahta Daud. dan ibundanya
keturunan kasta Harun yang saleh Ia terlahir sebagai ratu dan Easa sebagairaja.
Tapi bukan dara h semata yang membuat terhadap berbeda dari yang lain. Semangat
dan kekuatan iman mereka kepada pesan Tuhan kepada kamilah yang membuat mereka
berbeda. Seandainya akuhanya betjalaii di'bawah bayangannya untuk selamanya, aku sudah
merasa satgat diberka ti.
Maria Agung adalah perempuan pertama dalam ingatanku yang begitu
diberkati'denganpengetahuan jernili akan Dahi bidah tantangan bagi para imam
besaryang tidak mengerti bagaimana menerima seorang perempuan dengan kekuatan
sedemikian tuiggi. Namun mereka pun tidak bisa mengutuknya.
Darah keturunan yang mengaur dalam diri Maria Agung suiigguh tak bernoda. Hati
dan jiwanya pun tak terjangkau. Reputasinya yang tak bercela dikenal di segala
penjuru bumi. Para penguasa takut kepadanya, karena nrreka tak mampu imiundukkannya. Perempuan
ini hanya menjawab kepada Tuhan.
INJIL ARQUES MARIA MAGDALENA KITAB PARA MURID
Delapan Chateau des Pommes Bleues 23 Juni 2005
Sinclair membawa Maureen dan Peter keluar dari rumah megah itu, melewati jalan
berkerikil. Bebatuan merah terhampar di kaki bukit itu, dan timbunan puing-puing kastil yang
sudah rapuh menjadi mahkotanya.
Maureen hanyut dalam pemandangan yang memukau.
"Tempat ini sungguh menakjubkan. Sarat dengan kesan mistis."
"Kita berada di jantung negara Cathar. Dulu, seluruh wilayah ini dikuasai bangsa
Cathar. Sang Murni."
"Bagaimana mereka mendapat julukan itu?"
"Ajaran mereka bersumber dari jalur yang murni dan tak terputus kepada Yesus
Kristus. Melalui Maria Magdalena. Dialah pendiri Catharisme."
Peter terlihat sangat skeptis, tapi Maureenlah yang mengekspresikan keraguan
itu. "Mengapa aku tidak pernah membaca penjelasan semacam ini?"
Berenger Sinclair cuma tertawa. Tak sedikit pun ia merasa cemas apakah mereka
memercayai penjelasannya atau tidak. Ia lelaki yang sangat nyaman dengan
keyakinannya dan begitu percaya diri hingga opini orang
lain tidak menggoyahkannya.
"Tidak, dan kau juga tak akan menemukannya. Sejarah asli bangsa Cathar tidak
dimuat dalam bukubuku sejarah. Kau pun tidak bisa menemukan sesuatu yang otentik
tentang hal itu selain di sini.
Fakta tentang masyarakat Cathar hanya bisa ditemukan di bebatuan merah
Languedoc, bukan di tempat lain."
"Aku ingin sekali membaca riwayat mereka," kata Maureen. "Bisakah kau
merekomendasikan buku yang menurutmu otentik?"
Sinclair mengangkat bahu lalu menggelengkan kepala.
"Sangat sedikit, dan tampaknya tak ada buku yang kuanggap terpercaya, yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Mayoritas buku tentang sejarah Cathar ditulis berdasarkan pengakuan di bawah
siksaan. Hampir semua uraian tentang masyarakat Cathar dari abad pertengahan
ditulis oleh musuh mereka. Apakah menurutmu tulisan semacam itu akurat"
Maureen, aku berekspektasi kau paham bahwa kajian ulang kita sendiri terhadap
sejarah itulah yang menjadi prinsip dasar.
Tak ada keterangan otentik bahwa bangsa Cathar menulis.
Tradisi mereka diturunkan oleh keluarga-keluarga di wilayah ini selama dua ribu
tahun. Tapi itu semua dilakukan lewat tradisi lisan."
"Bukankah Tammy mengatakan bahwa terjadi Perang Salib resmi melawan mereka?"
Maureen bertanya sementara mereka terus melewati jalan berliku menuju bukit-bukit merah.
Sinclair mengangguk. "Tindakan pembunuhan yang
brutal. Lebih dari sejuta orang terbunuh akibat perang, yang ironisnya
dijalankan oleh seseorang yang dijuluki Paus Tak Berdosa III. Pernahkah kau
mendengar kalimat 'Bunuh mereka semua dan biarkan Tuhan menyingkirkan mereka'?"
Maureen meringis. "Ya, tentu saja. Itu sentimen bar-bar."
"Kalimat itu pertama kali diucapkan pada abad ke-13, oleh pasukan Paus yang
menjagal masyarakat Cathar di Beziers.
Ucapan persisnya, 'Neca eos omnes. Deus suos agnoset', artinya 'Bunuh mereka
semua. Tuhan tahu siapa hambaNya.'"
Tibatiba Sinclair beralih ke Peter. "Pernah dengar kalimat itu?"
Peter menggelengkan kepala, tidak yakin ke mana arah pertanyaan Sinclair, tapi
ia tidak bersedia jatuh ke dalam perangkap intelektual.
"Kalimat itu dipinjam dari Santo Paulusmu. Dari Timotius Kedua, bab dua, ayat
sembilan belas. 'Tuhan tahu siapa saja di antara mereka yang adalah hambaNya'."
Peter mengangkat tangan untuk menghentikan ucapan Sinclair. "Kau tidak bisa
menyalahkan Paulus lantaran ucapannya diselewengkan."
"Benarkah" Aku pikir, aku baru saja melakukannya. Paulus seperti ganjalan di
tenggorokanku. Dan bukan kebetulan bahwa musuh-musuh kami menggunakan ucapannya
untuk melawan kami sejak berabadabad lalu. Itu hanya permulaan."
Maureen berusaha mencairkan ketegangan di antara kedua lelaki itu. Ia
mengembalikan topik pembicaraan Sinclair ke sejarah lokal.
"Apa yang terjadi di Bezier?"
"Neca eos omnes. Bunuh mereka semua," ulang Sinclair.
"Itulah persisnya yang dilakukan pasukan Perang Salib di kota indah kami,
Bezier. Mereka menancapkan pedang ke tiap jiwa mulai dari yang paling tua hingga
bayi yang paling belia. Tak ada seorang pun yang dikasihani para penjagal itu.
Barangkali tak kurang dari seratus orang terbunuh dalam satu serangan itu saja.
Legenda mengatakan bahwa bukit-bukit kami merah hingga sekarang sebagai tanda
berkabung atas peristiwa pembantaian terhadap orangorang tak berdosa."
Mereka berjalan tanpa berkata-kata, sebagai penghormatan bagi jiwa-jiwa yang
melayang di tanah kuno ini. Meski bencana itu terjadi hampir delapan abad silam,
namun roh-roh orang yang terbunuh terasa masih berkeliaran. Kehadiran mereka
terasa dalam tiap angin yang berembus melewati kaki bukit Pyrenees. Wilayah ini
telah dan selamanya menjadi negara Cathar.
Sinclair memungkaskan ceramahnya. "Tentu saja, ada sejumlah warga Cathar yang
berhasil melarikan diri. Mereka berlindung di Spanyol, Jerman, dan Italia.
Rahasia dan ajaran Cathar tetap mereka pertahankan. Namun tak ada yang tahu, apa
sesungguhnya harta karun terbesar mereka."
"Apa harta karun mereka?" tanya Peter.
Sinclair memandang sekelilingnya. Hubungannya yang kuat dengan daratan ini
terlihat lewat ekspresinya. Tempat ini dan sejarahnya telah terukir dalam
jiwanya. Betapapun sering ia
menyampaikan kisahkisah semacam ini, gairah yang menggebugebu selalu terlihat
setiap kali ia bercerita.
"Banyak legenda besar yang menceritakan apa sesungguhnya harta bangsa Cathar.
Sebagian mengatakan Holy Grail (Cawan Suci), sebagian lagi mengatakan kafan sejati
Kristus atau mahkota durinya. Namun harta sejati itu adalah satu di antara dua
kitab paling sakral yang pernah ditulis.
Bangsa Cathar adalah penjaga Kitab Cinta, suatu dan satusatunya injil sejati."
Ia sengaja memotong kalimat itu, sebelum menambahkan poin utamanya.
"Kitab Cinta adalah injil sejati karena ditulis sepenuhnya dengan tangan Yesus
Kristus sendiri." Peter mati kutu mendengar pernyataan ini. Ia menatap Sinclair.
"Ada apa, Bapa Healy" Apakah kau tidak pernah mendengar tentang Kitab Cinta di
seminari?" Maureen terlihat sama sangsinya. "Apakah menurutmu hal semacam itu benarbenar
ada?" "Ya. Buku itu dibawa dari Tanah Suci oleh Maria Magdalena dan diturunkan dengan
sangat hatihati kepada keturunan-keturunannya. Sangat mungkin, Kitab Cintalah
yang menjadi tujuan sejati di balik Perang Salib terhadap Cathar. Para pejabat
Gereja tidak sabar ingin memiliki kitab itu. Tapi bukan untuk melindungi dan
merawatnya, aku bisa memastikannya."
"Gereja tidak akan merusak benda yang begitu sakral dan tak ternilai harganya,"
kata Peter gusar. "Tidak" Lalu bagaimana jika dokumen semacam itu diabsahkan" Dan bagaimana jika
dokumen yang telah diabsahkan itu mempersoalkan tidak hanya berbagai dogma,
tetapi wewenang Gereja itu sendiri"
Dengan firman Kristus"
Bagaimana, Bapa?" "Itu hanya spekulasi."
"Kau berhak mengeluarkan opini, aku pun berhak. Namun, opiniku dilandasi
pengetahuan tentang fakta-fakta yang dijaga ketat. Tapi, melanjutkan...spekulasi
saya, usaha Gereja berhasil hingga batas tertentu. Setelah pembunuhan terang-
terangan atas bangsa Cathar, mereka tertindas dan Kitab Cinta menghilang
selamanya. Bahkan sekarang, sedikit sekali orang yang sadar bahwa kitab itu ada.
Benarbenar tugas yang dahsyat, menghapus suatu bagian sejarah yang teramat
kuat." Peter menyimak penuh ucapan Sinclair. Setelah merenung beberapa saat, ia
berkata, "Kau mengatakan harta sejati itu adalah satu di antara dua kitab paling
sakral yang pernah ditulis.
Seandainya salah satunya adalah injil yang ditulis dengan tangan Yesus sendiri,
lalu mana yang satu lagi?"
Berenger Sinclair diam dan memejamkan mata. Angin musim panas, serupa dengan
angin kering di ujung timur Provence, berembus, membuat rambutnya jatuh ke
wajahnya. Sinclair menghela napas panjang, kemudian membuka mata, dan menatap lurus ke
wajah Maureen saat ia menjawab.
"Satunya lagi adalah Injil Maria Magdalena. Uraian yang murni dan sempurna
tentang kehidupannya bersama Yesus Kristus."
Maureen menjadi kelu. Ia membalas tatapan Sinclair, terperangkap dalam ekspresi
gairah lelaki itu. Peter mencairkan suasana. "Bukankah penduduk Cathar mengklaim bahwa mereka juga
memilikinya?" Sesaat kemudian, Sinclair mengalihkan tatapannya
dari wajah Maureen. Ia menggelengkan kepalanya ketika menjawab pertanyaan Peter.
"Tidak. Berbeda dengan Kitab Cinta, yang memiliki saksi sejarah, tak seorang pun
pernah melihat injil Magdalena.
Barangkali karena naskah itu tidak pernah ditemukan. Ada kepercayaan bahwa
naskah itu disimpan di dekat desa Rennesle-Chateau yang telah kalian kunjungi.
Apakah Tammy sudah menunjukkan Menara Alkemi?"
Maureen mengangguk. Peter terlalu sibuk berusaha mencari tahu bagaimana Sinclair
tahu banyak tentang kegiatan mereka.
Namun Maureen tidak memikirkan hal itu. Ia terlalu hanyut dalam sejarah hidup
dan dalam gairah Sinclair yang tak ditutup-tutupi. "Ya, Tammy sudah menunjukkan.
Tapi aku masih belum paham, mengapa bangunan itu begitu penting."
"Ada banyak alasan. Tapi yang sesuai dengan tujuan kita di sini dan sekarang ini
adalah bahwa sebagian orang percaya Maria Magdalena hidup dan menulis injilnya
di lokasi tempat berdirinya menara itu. Ia membungkus dan menyembunyikan
dokumendokumen itu di suatu gua. Naskah itu akan tetap berada di sana hingga
tiba waktu yang tepat untuk mengungkapkannya."
Sinclair menunjuk ke sejumlah lubang besar menyerupai liang di pegunungan
sekitar mereka. "Lihat liangliang di gunung itu" Semuanya akibat penggalian para
pencari harta sejak seabad lalu."
"Mereka mencari injil?"
Sinclair tertawa dengan suara pelan dan sinis. "Ironisnya, kebanyakan mereka
bahkan tidak tahu apa yang mereka cari.
Mereka tidak memiliki bayangan sama sekali. Memang, mereka mengetahui legenda
tentang pusaka Cathar, atau pernah membaca buku tentang Sauniere dan kekayaan
misteriusnya. Tapi kebanyakan di antara mereka tidak tahu apa kekayaan itu. Sebagian menduga
Cawan Suci atau Tabut Perjanjian.
Sebagian lagi yakin itu adalah harta rampasan dari Rumah Tuhan di Yerusalem atau
timbunan emas Visigoth yang tersembunyi dalam suatu kuburan.
"Begitu mendengar kata 'harta karun', manusia yang tadinya rasional pun segera
menjadi biadab. Orang dari segala penjuru dunia berdatangan ke tempat ini selama berabadabad
demi memecahkan misteri Languedoc. Percayalah, aku sudah menyaksikannya berulang
kali. Para pemburu harta karun menggunakan dinamit yang mengakibatkan timbulnya
lubanglubang. Dan tanpa izin dariku, kalau boleh menambahkan."
Sinclair menunjuk ke lubanglubang yang lebih parah di lereng gunung, kemudian
melanjutkan penjelasannya.
"Melindungi lingkungan harta karun menjadi sama pentingnya dengan harta itu
sendiri bagi bangsa Cathar. Itulah sebabnya, kebanyakan masyarakat modern bahkan
tak tahu bahwa kedua injil ini ada.
Lihatlah kehancuran akibat tindakan yang hanya dilandasi spekulasi. Bisa kalian
bayangkan, bagaimana kondisi wilayah kami jika orangorang tahu bahwa harta karun
itu sangat sakral dan tak ternilai harganya."
f Sinclair terus menyuguhi mereka dengan legenda harta karun, juga kisah para
pemburu harta yang dengan
lancangnya merusak sumber daya alam di sana. Ia menceritakan bahwa selama
perang, Nazi mengirim beberapa tim dalam rangka menguak artefak pemujaan yang
mereka percaya dikubur di wilayah ini.
Seperti yang diketahui, pasukan Hitler tidak berhasil menemukan harta yang
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mereka cari dan pulang dengan tangan hampa ditambah kekalahan perang tak lama
kemudian. Peter begitu khusyuk dan tenang mendengarkan sehingga informasi yang tak
tanggung-tanggung jumlahnya itu masuk ke benaknya. Nanti, ia akan menyortir
semua penjelasan dan menentukan berapa banyak yang berpotensi benar dan berapa
banyak yang sekadar romantisme Sinclair terhadap Languedoc.
Tempat yang alamiah dan mistis ini membuat orang mudah terhanyut dalam legenda
Grail dan hilangnya manuskrip suci.
Namun, bahkan Peter sekalipun merasa jantungnya berdebar cepat jika memikirkan
gagasan bahwa artefak semacam itu benarbenar ada.
Maureen berjalan di samping Sinclair, sambil menyimak dengan seksama. Peter
tidak yakin apakah Maureen yang bersamanya ini adalah Maureen sang jurnalis dan
penulis, ataukah Maureen si wanita lajang yang mengamini setiap kata Sinclair.
Tapi wanita ini begitu terhanyut, begitu terfokus pada pria Skotlan yang
karismatik ini. Ketika mereka mengitari sudut di puncak bukit kecil, terlihat sebuah menara batu
yang mirip dengan menara kastil, menjulang di lereng bukit. Bangunan setinggi
beberapa tingkat itu berdiri sendirian dan terlihat ganjil di tengah bentang
alam yang berbatu. "Bangunan itu seperti menara Sauniere!" pekik Maureen.
"Kami menyebutnya menara Folly. Dibangun oleh kakek saya. Dan ya, bentuknya
mencontoh menara Sauniere.
Pemandangan dari bangunan itu tidak sedramatis pemandangan seperti dari menara
yang berada di Rennesle-Chateau karena tempatnya lebih rendah. Tapi tetap indah.
Mau ke sana?" Maureen menatap Peter yang sedang termenung, untuk mengetahui apakah ia ingin
mengamati menara itu. Peter menggelengkan kepala. "Aku di sini saja. Kau
naiklah." Sinclair mengeluarkan kunci dari sakunya kemudian membuka pintu menara. Ia masuk
lebih dulu dan memimpin Maureen menaiki tangga yang melingkar. Setelah membuka
pintu menuju geladak di lantai atap, ia mempersilakan Maureen untuk masuk lebih
dulu. Pemandangan negara Cathar berikut puing-puing dan puripuri kuno di kejauhan
sungguh luar biasa. Maureen menikmati sajian itu sejenak sebelum bertanya pada Sinclair, "Mengapa ia
membangun menara ini?"
"Sama dengan alasan Sauniere membangun menaranya. Pemandangan dari mata burung.
Mereka percaya, kita bisa menyibakkan banyak rahasia dari atas."
Maureen bersandar ke pagar sambil mengeluh dengan rasa frustrasi. "Mengapa
semuanya penuh teka-teki" Kau berjanji akan memberi jawaban, tapi sejauh ini kau
malah menimbulkan semakin banyak tanda tanya."
"Mengapa kau tidak bertanya pada suarasuara di kepalamu" Atau, yang juga lebih
baik, pada perempuan yang hadir dalam visimu" Dialah yang membuatmu ke sini." Maureen tercengang.
"Dari mana kautahu tentang dia?" Sinclair tersenyum penuh arti, tapi tidak arogan.
"Kau wanita dari darah Paschal. Pengalaman itu sudah bisa diduga. Apakah kautahu
asal-usul nama keluargamu?"
"Paschal" Ayahku lahir di Lousiana dari keturunan Prancis, seperti warga lainnya
di daerah rawa itu."
"Cajun?" Maureen mengangguk. "Itu yang kuketahui. Ia meninggal saat aku masih kecil. Tak
banyak yang kuingat tentang dia."
"Kautahu dari mana asal kata 'Cajun1" 'Arcadian'. O-rang Prancis yang tinggal di
Lousiana disebut Arcadian. Akibat dialek lokal, kata itu berubah menjadi
'Acadian', kemudian 'Cajun'.
Apakah kau pernah melihat arti kata 'paschal' di kamus bahasa Inggris?"
Sekarang Maureen mengawasi lelaki ini, penuh rasa ingin tahu tapi semakin
waspada. "Tidak. Aku tak pernah melakukannya."
"Sungguh mengherankan. Seorang dengan kemampuan riset seperti dirimu tidak
banyak tahu tentang nama keluarganya sendiri."
Maureen mengalihkan tatapannya ketika mengisahkan masa lalunya. "Ketika ayahku
meninggal, ibu memboyongku untuk tinggal bersama kerabatnya di Irlandia. Setelah
itu aku tidak ada kontak dengan keluarga ayahku."
"Tetap saja, salah satu dari orangtuamu pasti memiliki firasat bagaimana
nasibmu." "Mengapa kau berkata begitu?"
"Namamu. Maureen. Kau tidak tahu apa artinya?"
Angin yang hangat berembus kembali, menerpa rambut merah Maureen. "Tentu saja.
Itu kata Irlandia untuk 'Maria kecil'. Peter selalu memanggilku dengan nama
itu." Sinclair mengangkat bahu seolah pertanyaannya terjawab, tatapannya menerawang ke
pemandangan Languedoc. Maureen mengikuti arah tatapannya, yakni ke serangkaian
bebatuan besar yang tersebar di dataran rumput yang luas.
Matahari musim panas membakar sesuatu di kejauhan. Pantulannya membuat Maureen
terkejap-kejap, seolah ia melihat sesuatu di ujung sana.
Sinclair terlihat sangat berminat dengan arah visi Maureen.
"Ada apa?" "Bukan apa-apa." Maureen menggeleng. "Hanya... matahari menerpa mataku."
Sinclair belum mau menyerah. "Apakah kauyakin?"
Untuk sekian lama, Maureen merasa ragu. Pandangannya tertuju ke padang rumput
itu lagi. Ia meng angguk, sebelum mengajukan pertanyaan yang memberati
kepalanya. "Kau hanya membicarakan
nama keluargaku saja. Kapan kau akan menunjukkan surat dari ayahku?"
"Kurasa, kau akan tahu lebih banyak setelah senja
ini." Maureen kembali ke kamarnya yang mewah di chateau itu untuk mandi dan berganti
pakaian sebelum makan malam.
Begitu ia keluar dari kamar mandi, terlihat sesuatu yang tidak ia temukan ketika
pertama kali masuk ke ruang an itu. Di atas tempat tidurnya, tergeletak sebuah
buku besar bersampul tebal kamus bahasa Inggris yang terbuka
pada halaman yang menunjukkan huruf "p".
Kata "Paschal" dilingkari dengan pulpen merah. Maureen membaca definisinya.
"Paschal Suatu representasi simbolis Kristus. Domba Paschal adalah simbol
Kristus dan simbol Paskah."
... Berkalikah sudah klaki bernama Paulus ini memberitahv aku. Ia telah
mengakibatkan kericuhan hebat di antara umat terpilih
Sebagianorangjaulhjauhdatangdari Roma sebagaimana juga dari Efestis, untuk
berkonsuhasi denganku tentang klaki ini dan kata -
Bukannya aku menghakimi, dan aku pun tidak bisa mengatakan apa isi hadnya karena
aku belum berjumpa langsung dan belum menatap matanya. Namun bisa kukatakan
dengan pasti bahwa lelaki ini belum pernah bersua dengan Easa. Sehingga
membuatku sangat risau saat nvndengar bahwa ia berbicara atas nama Easa dan
segala ajarannya tentang cahaya dan kebaikan yang adalah JalanNya.
Banyak halhal menyangkut lelaki ini yang kupikir berba/aya. Ia pernah bersekutu
dengan pengikut terkeras Yohanes. Orangorang yang sangat membenci Easa. Mereka
menentang ajaranajaran JalanNya sebagaimana yang disampaikan kepatla kami Aku
mendapat kabar bahwa daliulu ia dikenal sebagai Saulus dari Tarsus. Dan bahwa
dahulu dialah orang yang memerangi umat terpdih. Dia berdiri tanpa melakukan apa
pun sementara seoraty* pengikut muda Easa, seorang pemuda tampan bernama
Stepanus yang hatinya dipenuhi kasih, dirajam dengan batu. Sebagian orang
mengatakan bahwa Saulus ini/ah yang mengusulkan hukuman itu. Pemuda tadi adalah
pengikut yang meninggal pertama kali setelah Easa. demi keimanan pada JalanNya. Namun ia
bukanlah yang terakhir. Akibat lelaki seperti Saulus dari Tarsus.
Kami mesti sangat waspada.
INJIL ARQUES MARIA MAGDALENA KITAB PARA MURID
Sembilan Chateau des Pommes Bleues 23 Juni 2005
Ruang makan yang dipilih untuk senja itu adalah ruang makan pribadi Sinclair
yang tidak terlalu formal dibandingkan ruang makan utama chateau yang sangat
besar. Ruangan itu memukau dengan berbagai replika indah lukisan-lukisan
Botticelli yang paling terkenal. Dua versi masterpiece yang berjudul Ratapan
nyaris menutupi salah satu dinding. Lukisan itu menunjukkan Yesus yang disalib
berada dalam posisi Pieta di atas pangkuan ibundanya. Dalam versi pertama, Maria
Magdalena menangis sambil memeluk kepala Yesus. Versi kedua menunjukkan Maria
Magdalena sedang memeluk kaki Yesus. Ada pula tiga lukisan madonnai dari era Renaisans, Madonna
dengan Buah Delima, Madonna dengan Alkitab, dan Madonna Nyanyian Maria,
tergantung dengan bingkai bersepuh emas yang sangat mahal di dua dinding
lainnya. Perhatian Maria dan Peter kepada karya seni itu tergangguvketika mereka melihat
sajian tradisional 1 Gambar Maria dengan anak Yesus dipangku.
Languedoc dihidangkan. Semangkuk besar buncis dan sosis babi panggang yang masih mengepul dan tumis
kacang dengan daging bebek yang lezat disajikan oleh beberapa orang pelayan
wanita. Ada juga roti renyah yang ditempatkan dalam keranjang dan anggur merah
pekat dari Corbieres yang menanti untuk dituangkan.
"Selamat datang di ruangan Botticelli," salam Sinclair begitu masuk. "Aku tahu,
belakangan ini kalian sangat terkesan dengan Sandro."
Maureen dan Peter menatapnya.
"Apakah kau membuntuti kami?" tanya Peter.
"Tentu saja," jawab Sinclair tanpa tedeng aling-aling. "Dan aku sangat senang
telah melakukannya karena aku sangat terkesan mengetahui perhatian kalian
berakhir pada lukisan fresco pernikahan.
Sandro luar biasa berbakti pada Magdalena.
Sikap ini terlihat jelas dalam karya-karya terkenalnya. Contohnya yang satu
ini." Sinclair menunjuk sebuah replika Kelahiran Venus karya Botticelli. Lukisan yang
kini menjadi ikon itu menggambarkan dewi telanjang muncul dari balik gelombang,
berdiri di atas cangkang kerang.
Gambar itu mencerminkan kedatangan Maria Magdalena di pantai Prancis. Ia sering
ditampilkan sebagai Dewi Cinta dalam lukisan Renaisans dan berkaitan erat dengan
planet Venus." "Aku sudah melihat lukisan itu setidaknya seratus kali," komentar Maureen. "Tapi
aku tak tahu kalau itu lukisan Maria Magdalena."
"Sangat sedikit orang yang tahu. Sandro kami ini terlibat aktif dalam organisasi
Tuscan yang bertujuan melestarikan nama dan kenangan terhadap Maria Magdalena. Persaudaraan Maria
Magdalena, demikian nama organisasi itu. Apakah kalian mengetahui makna simbolsimbol dalam
lukisan fresco yang kalian lihat di Louvre?"
Maureen agak ragu-ragu. "Aku tidak yakin." "Bagaimana perkiraanmu?"
"Aku pikir berhubungan dengan astrologi, atau setidaknya astronomi. Kalajengking
mewakili gugusan Scorpio, dan busur pemanah melambangkan Sagitarius."
"Bravo. Aku yakin perkiraanmu benar. Pernah dengar tentang Zodiak Languedoc?"
"Belum, tapi aku pernah mendengar tentang Zodiak Glastonbury di Inggris. Apakah
sama?" "Ya. Jika kita menumpukkan peta gugusan bintang di atas peta wilayah itu, maka
kita akan melihat bahwa kota-kota tersebar mengikuti gugusan tertentu. Demikian
pula dengan Zodiak Glastonbury."
Peter mengekspresikan rasa bingungnya. "Maaf, aku tidak paham."
Maureen menjelaskan padanya. "Tema semacam ini cukup umum di kalangan masyarakat
kuno, dimulai dari bangsa Mesir.
Mereka membangun lokasi-lokasi suci mengikuti konstelasi langit. Umpamanya,
piramid Giza mengikuti gugusan Orion.
Kota-kota di sana direncanakan sedemikian rupa a-gar serasi dengan pola
bintangbintang. Hal ini sesuai dengan filsafat alkemis 'Sebagaimana di atas,
demikian pula di bawah'."
"Lukisan fresco yang menggambarkan pernikahan itu adalah peta. Sandro bermaksud
memberitahu ke mana kita melihat," Sinclair ikut menjelaskan.
"Tunggu sebentar. Jadi menurutmu, pelukis terhebat sepanjang sejarah itu pun
terlibat dalam teori konspirasi Magdalena?" Peter sudah kelelahan dan sebagai
akibatnya ia tak lagi berbasa-basi.
"Sebenarnya, Bapa Healy, menurutku banyak pelukis terhebat sepanjang sejarah
yang turut ambil andil dalam konspirasi ini. Seyogianyalah kita berterima kasih
pada Magdalena karena banyak hal. Di antaranya pusaka seni dari para seniman
besar." "Seperti Leonardo da Vinci?" tanya Maureen.
Wajah Sinclair mendadak merah padam sehingga Maureen kaget.
"Tidak! Leonardo da Vinci tidak termasuk karena alasan kuat."
"Tapi ia menampilkan Maria Magdalena dalam lukisan fresconya, Perjamuan Malam
Terakhir. Dan ada spekulasi yang telah diketahui banyak orang bahwa ia pemimpin
sebuah kumpulan rahasia yang menghormati Maria Magdalena dan sang wanita suci."
Leonardo adalah seniman yang berulangkah Maureen temukan ketika melakukan riset
tentang Maria Magdalena. Ia merasa kaget sekaligus bingung melihat kebencian
Sinclair terhadap topik ini, yang sama sekali tidak terduga.
Sinclair meneguk anggurnya, meletakkan gelas dengan sangat perlahan. Ketika ia
bicara, suaranya tajam. "Sayangku, kita tidak akan merusak malam ini dengan
membicarakan lelaki itu atau karyanya.
Kau tidak akan menemukan sesuatu yang terkait dengan Leonardo da Vinci di
rumahku, tidak pula di rumah-rumah lainnya di wilayah ini. Untuk saat ini,
demikianlah penjelasanku." Ia tersenyum untuk sedikit mencairkan suasana.
"Lagi pula, banyak seniman hebat lain yang bisa kita pilih. Misalnya Sandro,
Poussin, Ribera, El Greco, Moreau, Cocteau, Dali..."
"Tapi mengapa?" tanya Peter. "Mengapa seniman-seniman ini terlibat dalam sesuatu
yang pada dasarnya sesat?"
"Sesat tergantung orang yang melihatnya. Tapi menjawab pertanyaanmu, seniman-
seniman besar ini melukis untuk tokohtokoh
kaya yang mendukung mereka dan karya mereka.
Kebanyakan di antara mereka masih berkerabat dan merupakan keturunan Maria
Magdalena. Contohnya lukisan fresco pernikahan karya Botticelli ini. Sang mempelai pria,
Lorenzo Tornabuoni, memiliki pertalian darah yang suci. Mempelai wanitanya,
Giovanna Albizzi, bahkan berasal dari keturunan yang lebih mulia. Kita bisa
lihat, dalam lukisan ini ia mengenakan gaun merah. Warna ini menyimbolkan
hubungannya dengan garis Magdalena. Pernikahan itu sangat penting karena
menyatukan dua dinasti keluarga yang sangat kuat, yang sejak dulu bertikai."
Baik Maureen maupun Peter diam, menunggu penjelasan apa lagi yang dipilih
Sinclair untuk disampaikan.
"Bahkan ada spekulasi bahwa semua seniman ini berasal dari garis darah itu dan
bahwa bakat hebat mereka menurun dari genetika yang suci. Pendapat ini mungkin
saja benar, misalnya dalam kasus Sandro. Dan kami yakin begitu juga dengan
sejumlah tokoh Prancis, contohnya Georges de la Tour, yang berulang kali
melukiskan pembimbing dan leluhurnya."
Maureen senang karena ia memiliki pengetahuan tentang topik ini. "Aku melihat
salah satu lukisan de la Tour saat melakukan riset. Lukisan Pertobatan Magdalena
berada di Los Angeles." Maureen sangat tergugah dengan cahaya dan bayangan dalam
lukisan indah itu. Maria Magdalena, tangannya di atas tengkorak pertobatan,
menatap pantulan cahaya lilin yang redup di cermin.
"Itu salah satu lukisan Pertobatan Magdalena. Ia membuat banyak lukisan berjudul
sama, yang masingmasing memiliki perbedaan halus. Beberapa di antaranya hilang.
Salah satunya dicuri dari museum pada zaman kakekku."
"Bagaimana kautahu bahwa Georges de la Tour berasal dari garis darah itu?"
"Namanya saja sudah menjadi petunjuk awal. De la Tour berarti 'dari menara'.
Memang, agak melibatkan permainan kata. Nama Magdala berasal dari kata 'migdal',
yang berarti menara. Jadi, secara harfiah ia adalah Maria dari tempat menara.
Seperti yang sudah kau ketahui, sebagian orang berpendapat bahwa Magdalena
adalah julukan, artinya Maria sang menara, atau pemimpin sukunya.
"Ketika terjadi pembantaian, orangorang Cathar yang selamat terpaksa mengubah
nama untuk menyembunyikan identitas mereka karena nama-nama Cathar sudah sangat
dikenal. Mereka juga menyembunyikan pusaka di tempat terbuka sembari menggunakan
nama-nama seperti de la Tour dan..." Sinclair diam sejenak untuk memberi efek
dramatis "de Paschal."
Maureen terbelalak. "De Paschal?"
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tentu saja. Nama Paschal digunakan untuk menutupi salah satu keluarga Cathar
yang paling terhormat. Lagilagi, di tempat terbuka. Di Prancis mereka
menggunakan nama de Paschal sedangkan di Italia, Pasquale. Anakanak domba
paschal." Sinclair melanjutkan. "Selain itu, aku tahu bahwa Georges de la Tour berasal
dari garis darah itu karena ia adalah Pemimpin Utama organisasi yang diabdikan
untuk melestarikan tradisi Kristiani murni seperti yang dibawa Maria Magdalena
ke Eropa." Sekarang, giliran Peter bertanya. "Apa nama organisasi itu?"
Sinclair mengisyaratkan mereka untuk melihat ke sekeliling.
"Perkumpulan Apel Biru. Kalian sedang makan malam di markas resmi organisasi
yang telah berdiri di tanah ini sejak seribu tahun lalu."
f Sinclair enggan membicarakan perkumpulan itu lebih lanjut.
Seperti seorang penipu ulung, ia mengalihkan pembicaraan dengan cekatan.
Sepanjang sisa jamuan makan itu mereka membicarakan pengalaman ketika
mengunjungi Rennesle-Chateau dan mengenal lebih jauh Berenger Sauniere, pendeta
yang penuh teka-teki. Sinclair sangat bangga dengan nama yang disandangnya. "Abbe membaptis kakekku di
gereja itu," jelasnya. "Tak heran Alistair tua begitu mengabdi pada tanah ini."
"Tentunya ia mewariskan pengabdian itu kepadamu," kata Maureen.
"Ya. Ketika ia menamaiku mengikuti nama Berenger Sauniere, kakekku memberi
pemberkatan khusus padaku.
Ayahku keberatan, tapi Alistair sekukuh baja. Tak ada orang yang bisa
menentangnya sejak dulu, apalagi ayahku."
Sinclair menolak menjelaskan lebih lanjut. Maureen dan Peter pun tidak mendesak
karena jelas topik ini bersifat pribadi dan sensitif. Setelah acara makan malam
usai, Sinclair membimbing Peter dan Maureen keluar dari ruang makan.
"Ayolah, aku ingin melanjutkan pembicaraan tentang Sandro dan penemuan kalian
yang luar biasa di Louvre. Ke sini."
Sinclair memimpin mereka memasuki ruangan modern yang tidak sesuai dengan
bangunan rumah. Ruang itu dipenuhi perabotan canggih home theater dan sejumlah komputer. Roland
menghadap ke salah satu monitor dan mengucapkan salam hangat begitu mereka
masuk. Pelayan Prancis itu menekan beberapa tuts pada kibor kemudian
menyorongkan tubuhnya untuk menekan sebuah tombol pada panel. Dan tergelarlah
layar proyeksi di dinding.
Sebuah peta wilayah lokal muncul pada layar di depan mereka. Sinclair menunjuk beberapa lokasi penting.
"Kalian bisa melihat desa-desa yang sudah kalian kenal: Rennesle-Chateau di
sebelah kanan sana, dan tentu saja, di sini Arques, tempat kita berada sekarang.
Kuburan Poussin yang kalian lihat kemarin di sebelah sini."
"Kuburan itu berada di tanahmu?" tanya Maureen. Sinclair mengangguk. "Kami
yakin, salah satu harta karun paling berharga sepanjang sejarah berada di
wilayah ini." Ia memberi isyarat pada Roland, dan terbukalah sebuah peta gugusan
bintang yang ditumpangtindihkan dengan peta tadi. Gugusan-gugusan itu telah
diberi nama. Scorpio tepat berada di atas desa Rennesle-Chateau. Arques berada
di antara Scorpio dan Sagitarius.
"Sandro telah membuatkan peta untuk kita. Itulah
hadiah pernikahan sesungguhnya kepada pasangan terhormat itu.
Bahkan, karyanya ini sedemikian akurat hingga harus segera dihancurkan.
Lukisanlukisan fresco itu tergantung di dinding yang adalah bagian properti
Tornabuoni. Itulah sebabnya mereka tidak bisa menghancurkannya. Mereka malah
mengecat lukisan itu dengan warna putih sehingga tidak terlihat.
Lukisanlukisan itu baru terlihat di akhir abad 18 karena suatu kejadian yang
tidak disengaja." Kesadaran muncul di benak Maureen. "Jadi, itu sebabnya kau tinggal di sini. Di
Arques. Menurutmu, Maria Magdalena mengubur injilnya di sini?"
"Aku yakin akan hal itu. Dan sekarang kautahu, Sandro pun menyadarinya.
Perhatikan lukisan fresco itu lagi. Roland, tolong."
Roland menekan tombol yang memunculkan lukisan lukisan fresco yang tersimpan di
Louvre. Sinclair menunjuk beberapa bagian. "Lihat, perempuan dengan kalajengking
ada di sini. Di sebelah kanannya, seorang perempuan yang tidak memegang simbol
apa pun. Di atas mereka, seorang perempuan duduk di atas singgasana memegang
busur. Lihatlah lebih dekat.
Perempuan ini dibalut kain merah, jubah Maria Magdalena. Dan ia memberi
permohonan berkat ke kepala perempuan yang duduk di antara dia dan perempuan
dengan kalajengking. Itulah X yang menandai lokasi itu di peta, antara Scorpio
dan Sagitarius. "Sandro Botticelli mengetahui lokasi tempat harta karun disimpan. Begitu juga
Nicolas Poussin. Dan mereka berbaik hati memberi petunjuk agar kita bisa
menemukannya." Bagi Peter, semua ini tidak masuk akal. "Mengapa
seniman seniman ini membuat peta yang menunjukkan lokasi harta yang tak bernilai
untuk dipertontonkan kepada publik?"
"Karena harta karun itu harus dicari. Harta itu tidak bisa ditemukan oleh
sembarang orang. Kita bisa saja setiap hari berdiri di lokasi tempat Magdalena
menyimpan pusakanya. Tapi kita tak akan menemukannya hingga ia memutuskan untuk
menunjukkannya pada kita. Harta itu seolah-olah
disembunyikan proses alkemi, suatu kunci yang hanya bisa dibuka dengan...kekuatan
yang memadai, barangkali itu istilahnya" Legenda mengatakan bahwa harta itu akan
tampak dengan sendirinya pada waktunya, ketika orang yang dipilih oleh Magdalena
sendiri datang untuk mengklaimnya. Sandro dan Poussin samasama berharap pusaka
itu terungkap pada masa hidup mereka. Keduanya berusaha membantu proses
kemunculan harta itu. "Dalam kasus Botticelli, Giovanna Albizzi adalah orang yang dipercaya berpotensi
menemukan harta itu. Berbagai pandangan menyebutnya sebagai perempuan berbudi
luhur dan saleh, juga cerdas dan berpendidikan. Potret perempuan ini, yang
diciptakan Ghirlandaio, menyertakan suatu epigram yang bertuliskan 'Sekiranya
seni bisa menuangkan karakter dan pikiran, tak akan ada lukisan yang lebih
indah'. Apakah kalian ingat lukisan fresco lainnya yang ada di Louvre" Lukisan
yang dinamakan Venus dan Tiga Dewi mempersembahkan hadiah kepada seorang
perempuan muda" Perempuan muda yang mengenakan gaun merah itu Giovanna Albizzi.
Kalian akan melihat, perempuan dalam lukisan Botticelli ini mengenakan kalung
yang menunjukkan garis darah yang sama dengan perempuan pada potret Ghirlandaio.
Perhiasan yang sangat berharga itu dipersembahkan baginya untuk merayakan
perdamaian antara kedua keluarga yang sangat kuat. Ada harapan besar yang
disandarkan pada Giovanna yang mulia.
"Sayangnya, harapan itu tidak terwujud. Giovanna yang malang meninggal saat
melahirkan, dua tahun setelah ia menikah."
Maureen menyerap semua yang dikisahkan Sinclair. Otaknya berusaha memproses
kisah Italia dengan kisah yang ia peroleh sebelumnya di Rennesle-Chateau.
Tibatiba, sebuah pikiran melintas.
"Apakah Anda berpikir Sauniere mungkin telah menemukan injil Magdalena" Itukah
yang membuatnya kaya raya?"
"Tidak. Tentu saja tidak." Sinclair sangat serius ketika mengatakannya. "Namun
jelas, Sauniere memang mencari pusaka itu. Penduduk setempat mengatakan bahwa ia
sering berjalan bermil-mil di wilayah itu, memeriksa batuan dan liangliang,
mencari petunjuk." "Bagaimana kau yakin bahwa ia tidak menemukannya?" Peter ingin tahu.
"Karena jika ia menemukannya, keluargaku pasti tahu. Lagi pula, harta itu hanya
bisa ditemukan oleh seorang perempuan.
Seorang perempuan yang berasal dari garis darah itu dan dipilih oleh Magdalena
sendiri." Peter tak sanggup menahan kecurigaannya. "Dan kau pikir, Maureenlah orangnya."
Sinclair tercenung sesaat. Kemudian ia menjawab terang-terangan, seperti
biasanya. "Aku mengagumi keterusteranganmu, Bapa. Dan jawabanku...Ya, aku memang
berpikir Maureenlah orang yang dipilih.
Belum ada seorang pun yang berhasil, padahal ribuan telah mencoba. Kita tahu, harta itu ada di
sini. Meski begitu, orang yang paling berani pun telah gagal menemukan harta
itu. Termasuk aku sendiri.
Saat beralih ke Maureen, ekspresi dan nada bicara Sinclair melembut. "Sayangku,
kuharap kau tidak takut. Aku tahu, semua ini rasanya aneh, bahkan mengejutkan.
Aku hanya berharap kau sudi mendengarkan. Kau tidak akan diminta melakukan apa
pun yang berlawanan dengan keinginanmu.
Kehadiranmu di sini adalah keinginanmu sendiri, dan kuharap kau memilih untuk
terus tinggal di sini."
Maureen mengangguk padanya, tapi tidak mengatakan apaapa.
Ia tak tahu apa yang mesti dikatakan atau bagaimana menanggapi pengungkapan itu.
Ia bahkan tidak tahu pasti, bagaimana perasaannya terhadap semua ini. Apakah ia
merasa mendapat suatu kehormatan" Suatu privilese" Ataukah ia merasa semua ini menakutkan belaka"
Barangkali ia tak lebih dari boneka seorang eksentrik dan kultusnya. Rasanya
semua yang ia dengar tidak hanya benar, tapi juga terkait dengan dirinya.
Tapi ada sesuatu dalam sikap Sinclair yang terasa benarbenar tulus bagi Maureen.
Dengan pendapat-pen-dapatnya yang ekstrem dan keeksentrikannya, Maureen merasa
lelaki ini bisa dipercaya.
Akhirnya, Maureen menjawab dengan ucapan pendek.
"Teruskanlah." Peter menekan agar memperoleh keterangan lebih
jauh. "Apa yang membuatmu berpikir Maureenlah orangnya?"
Sinclair mengangguk pada Roland. "Tolong tunjukkan Primavera."
Roland menekan tuts lain dan muncullah mahakarya Botticelli, Primavera, selayar
penuh, dengan warnawarni memukau.
"Karya lainnya dari Sandro kita. Kau sudah tahu, tentu saja."
"Ya." Jawaban Maureen nyaris tidak terdengar. Ia tidak tahu pasti ke mana arah
pembicaraan ini, tapi ia merasa ada simpul yang mengencang di perutnya.
Peter menjawab. "Tentu saja. Itu salah satu lukisan paling terkenal di dunia."
"Alegori Musim Semi. Hanya sedikit orang yang tahu makna lukisan ini yang
sebenarnya. Tapi sekali lagi Sandro mempersembahkan penghargaan kepada Maria
kami. Tokoh sentral dalam lukisan ini adalah Maria Magdalena yang tengah
mengandung perhatikanlah jubah merahnya. Apakah kalian tahu mengapa Magdalena
mencerminkan musim semi?"
Peter berusaha mengikuti pemikiran Sinclair sedekat mungkin. "Karena Paskah?"
"Karena Paskah pertama jatuh pada ekuinoks. Kristus disalib pada tanggal 20
Maret dan dibangkitkan pada 22 Maret.
Legenda esoteris di wilayah ini mengatakan bahwa Magdalena dilahirkan pada
tanggal 22 Maret juga. Hari pertama dalam zodiak pertama, Aries sang biri-biri jantan. Tanggal itu
menandai permulaan baru dan kebangkitan. Selain itu, angka dua puluh dua
dipandang memiliki makna spiritual sebagai angka sang perempuan suci. Dua puluh
dua Maret. Apakah angka itu berarti bagimu, Maureen?"
Peter sudah memahami hubungannya. Ia menoleh
untuk melihat reaksi Maureen terhadap pengungkapan ini. Cukup lama Maureen
terdiam. Ketika akhirnya menjawab, suaranya pelan bergetar.
"Itu tanggal ulang kelahiranku."
Sinclair menoleh ke Peter. "Dilahirkan pada tanggal kebangkitan, dilahirkan
dengan garis darah Perempuan Gembala. Dilahirkan di bawah lambang biri-biri
jantan pada hari pertama musim semi dan kelahiran kembali."
Sinclair menyampaikan kesimpulan akhir kepada Maureen.
"Sayangku, kaulah domba paschal."
f Maureen segera mohon diri untuk meninggalkan ruangan itu.
Ia butuh waktu untuk memikirkan dan memproses segala informasi dan pesan yang
tersirat dalam ucapan Sinclair.
Maureen merebahkan tubuhnya di ranjang dan memejamkan mata.
Ketukan di pintu sudah ia perkirakan, tapi datang lebih cepat. Maureen bersyukur
karena suara Peter yang terdengar dari balik pintu.
"Maureen, ini aku. Boleh aku masuk?"
Maureen beranjak dari tempat tidur dan menyeberangi ruangan untuk membuka pintu.
"Bagaimana perasaanmu?"
"Campur aduk. Masuklah."
Maureen mengisyaratkan Peter agar duduk di salah satu kursi besar berlapis kulit
merah di samping perapian. Peter menggelengkan kepala. Pikirannya terlalu kacau
hingga ia tidak bisa duduk tenang di kursi.
"Maureen, dengarkan aku. Aku ingin mengeluarkanmu dari sini sebelum persoalannya
bertambah aneh." Maureen menghela napas dan menempati kursi itu sendiri.
"Tapi aku baru mulai mendapat jawaban yang menjadi alasan kedatanganku ke sini.
Yang menjadi alasan kita."
"Aku tidak bisa mengatakan bahwa aku sangat mengharapkan jawaban Sinclair. Dan
kupikir kau berada dalam bahaya besar."
"Dari Sinclair?"
"Ya." Maureen menatap Peter dengan kesal. "Yang benar saja. Mengapa ia ingin
mencelakakan aku jika ia memandangku sebagai jawaban yang selama ini ia tunggu?"
"Karena tujuannya hanya ilusi yang dibungkus dengan takhayul dan legenda berumur
ratusan tahun. Ini sangat berbahaya, Maureen. Yang kita bicarakan ini adalah kultus agama.
Kefanatikan. Aku khawatir ia akan melakukan sesuatu padamu begitu ia sadar bahwa
kau bukanlah dewi penyelamatnya." Maureen diam sesaat. Pertanyaan berikutnya terucap dengan ketenangan luar biasa.
"Mengapa kau berpikir bahwa aku bukan orang yang ia tunggu?"
Peter tercengang mendengar pertanyaan ini. "Kau percaya pada semua ini?"
"Lalu apakah kau bisa menjelaskan semua kebetulan ini, Pete" Suarasuara itu,
visivisi itu" Karena selain ucapan Sinclair, aku tidak bisa memberi penjelasan
lain." Suara Peter tegas, seolah sedang berbicara pada
seorang anak kecil. "Kita pergi dari sini besok pagi. Kita bisa mengambil
penerbangan dari Toulouse ke Paris. Bahkan kita bisa memilih penerbangan dari
Carcassonne ke London..."
Maureen mencengkeram pegangan kursi, sikapnya tidak bisa ditawar-tawar. "Aku
tetap di sini, Peter. Aku tidak akan pergi hingga aku mendapatkan jawaban yang kucari."
Kemarahan menguasai Peter. "Maureen, aku bersumpah pada ibumu sebelum ia
meninggal bahwa aku akan selalu menjagamu, bahwa aku tak akan membiarkan
peristiwa yang menimpa ayahmu..."
Maureen terlihat seperti baru ditampar. Peter cepat cepat mengembalikan
pembicaraan. "Aku minta maaf, Maureen, aku..."
Maureen memotong ucapan Peter dengan dingin. "Ayahku. Terima kasih karena telah
mengingatkanku pada satu alasan lagi mengapa aku harus tetap tinggal di sini.
Untuk mengorek keterangan tentang ayahku dari Sinclair. Nyaris sepanjang hidup,
aku bertanya-tanya tentang ayahku karena yang dikatakan ibuku hanyalah bahwa ia
tidak waras. Kurasa, itu juga yang ia katakan padamu. Tapi ingatanku pada
ayahku, meski remang sekalipun, membuatku yakin bahwa itu tidak benar. Jika ada
orang yang bisa memberiku penjelasan lebih banyak tentang ayahku, siapa pun dia,
akan kulakukan segala cara untuk menemuinya. Aku berutang pada ayahku. Dan
diriku sendiri." Peter akan mengatakan sesuatu, tapi ia berpikir u-lang. Alihalih, ia membalikkan
badan dan meninggalkan ruangan, dengan raut wajah terluka. Maureen mengawasinya
sejenak, perasaannya melunak, kemudian ia memanggil Peter.
"Bersabarlah denganku. Aku harus memecahkan persoalan ini. Bagaimana kita tahu
apakah visivisi ini memiliki makna atau tidak, jika kita berhenti di tengah
jalan" Bagaimana seandainya ucapan yang dikatakan Sinclair malam ini benar,
meski hanya sebagian kecil" Aku harus tahu jawabannya, Pete.
Jika aku pergi sekarang, aku akan menyesal seumur hidup. Dan aku tidak mau hidup
seperti itu. Sepanjang hidup, aku selalu lari. Aku lari dari segala persoalan. Saat masih
kecil, aku lari dari Lousiana sedemikian jauh dan cepat aku berlari hingga aku
bahkan tidak ingat apa pun. Setelah ibuku meninggal, aku lari dari Irlandia dan
kembali ke AS. Aku lari ke suatu kota tempat tak ada kenangan, tempat setiap
orang menjadi seseorang yang berbeda dari yang sesungguhnya. Los Angeles adalah
kota tempat setiap orang seperti aku, setiap orang berlari dari dirinya yang
dulu. Tapi aku tidak mau seperti itu lagi."
Maureen menghampiri Peter dan berdiri di hadapannya.
"Sekarang, untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku merasa seolah sedang berlari
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menuju sesuatu. Ya, ini memang menakutkan. Tapi aku tahu, aku tidak bisa berhenti. Dan aku tidak
ingin menghadapi semua ini tanpamu. Tapi aku sanggup dan akan kulakukan jika kau
memilih untuk pergi besok pagi."
Peter mendengarkan luapan perasaan Maureen dengan penuh perhatian. Setelah
Maureen selesai, ia mengangguk pada gadis itu lalu beranjak pergi. Ia diam
berdiri, tangannya memegang pintu. Sebentar kemudian, ia berbalik mendekati
Maureen. "Aku tidak akan pergi. Tapi tolong, jangan membuat
aku menyesali keputusan ini sepanjang hidupku. Atau hidupmu."
f Peter kembali ke kamarnya dan berdoa sepanjang sisa malam.
Tanpa diniatkan, ia berlama-lama merenungkan ajaran Ignatius Loyola, pendiri
ordo Yesuit. Satu kalimat yang ditulis orang suci itu pada tahun 1556 merasuk
pikirannya. Karena iblis sangat lihai menggoda manusia agar jatuh ke jurang kehancuran,
dibutuhkan keterampilan yang sama kuatnya untuk menyelamatkan manusia. Iblis mempelajari
karakter tiap manusia, masuk ke dalam jiwa mereka, menyesuaikan diri dengan
mereka, dan perlahan-lahan membisikkan bujuk rayu ke dalam keyakinan mangsanya
ia membisikkan semangat ambisius, hasrat kerakusan, kegemaran pada kesenangan,
dan me nunjukkan wajah kasih sayang palsu pada orang salehdan seorang pemenang
jiwa mesti bertindak dengan sama seksamanya dan sama lihainya.
Tidur menjadi sesuatu yang tidak terjangkau jika ucap an-ucapan pendiri ordonya
mengalir ke dalam hati dan pikirannya.
Roma 23 Juni 2005 Uskup Magnus O'Connor menghapus tetasan keringat di alisnya.
Ruangan Dewan Vatikan itu dilengkapi AC, tapi untuk
saat itu tidak menolong. Ia duduk di kursi yang terletak di tengah sebuah meja
besar berbentuk oval, dikeliling pejabat-pejabat Gereja.
Map-map merah yang telah ia serahkan kemarin, kini berada di tangan Kardinal
DeCaro yang tegang dan menyeramkan.
DeCaro bertindak sebagai interogator. "Dan dari mana kautahu bahwa foto-foto ini
otentik?" Sang Kardinal menaruh map-map itu di meja, tapi belum membukanya agar
orang lain mengetahui isinya.
"Aku hadir saat foto-foto itu diambil." Magnus berusaha keras mengalahkan rasa
gemetar akibat situasi yang penuh tekanan. "Benda itu diserahkan kepadaku oleh
pendeta jemaatnya." Kardinal DeCaro mengeluarkan serangkaian foto berukuran 8 x 10 dari map. Foto-
foto hitam putih itu telah menguning termakan usia, tapi kesan yang
ditimbulkannya tidak berkurang saat mereka bergantian melihatnya.
Foto pertama berlabel "Bukti I", menunjukkan lengan seorang pria yang luka
parah, diposisikan bersebelahan dengan telapak tangan terpuntir ke atas.
Terlihat luka menganga dan mengeluarkan darah pada pergelangan tangan.
"Bukti U" menunjukkan kaki pria, keduanya terluka sama parah dengan lengan, dan
ada lubang yang mengeluarkan darah.
Foto ketiga, "Bukti III", menunjukkan pria tanpa baju.
Sebuah luka retak yang tidak rata dan berdarah terlihat di sebelah dalam rusuk
kanan bawah. Kardinal menunggu foto-foto mengejutkan itu digilirkan ke pejabat-pejabat gereja
yang duduk mengelilingi meja, sebelum menyimpannya kembali ke dalam map lalu
berbicara kepada mereka. Wajahwajah di sekeliling meja itu pucat pasi saat
mendengar ucapan Kardinal, yang menguatkan opini mereka.
"Kita baru saja melihat stigmataz yang telah dinyatakan otentik. Seluruhnya lima
titik dan akurat, termasuk pergelangan tangan."
Chateau des Pommes Bleues 24 Juni 2005
Esok paginya, Sinclair entah berada di mana. Maureen dan Peter disambut oleh
Roland, yang mengantar mereka untuk sarapan. Peter tidak yakin apakah perhatian
besar yang mereka rasakan adalah pertanda keramahtamahan ataukah lebih
menyerupai perlakuan terhadap tahanan rumah. Sudah jelas, Sinclair sangat
hatihati untuk tidak membiarkan Maureen dan Peter tanpa pengawasan.
"Monsieur Sinclair meminta untuk memastikan Anda berdua memiliki kostum yang
bagus untuk pesta malam ini. Ia sibuk dengan persiapan akhir pesta, tapi ia
telah menyediakan seorang sopir sekiranya Anda ingin berkeliling hari ini. Ia
pikir barangkali Anda akan suka memandang kastil-kastil Cathar di wilayah ini.
Saya akan merasa terhormat jika diizinkan menjadi pemandu Anda."
Mereka tidak menolak, dan Roland si raksasa pun menemani perjalanan itu sembari
memberikan komentar komentar dengan sangat baik. Ia menunjukkan reruntuhan
benteng-benteng Cathar yang dulu berjaya sambil tak lupa menceritakan betapa
tokohtokoh kaya di Toulouse ketika itu bersaing dengan raja-raja Prancis dalam
hal 2 Tanda-tanda luka Yesus yang melalui pengalaman mistik menjadi tampak pada
tubuh orang percaya. kekuasaan dan privilese. Tokohtokoh Toulouse semuanya adalah keturunan warga
Cathar, atau setidaknya sangat bersimpati dengan citacita Cathar. Itulah salah
satu alasan mengapa Perang Salib yang membantai Golongan Murni disambut dengan
tangan terbuka oleh raja Prancis. Dengan begitu ia bisa merampas karta yang dulu
menjadi milik Toulouse, memperlebar wilayah kerajaan Prancisnya sendiri, dan
memperluas jaringan sembari menghilangkan pengaruh para musuhnya.
Dengan bangga, Roland menceritakan kampung halamannya dalam dialek penduduk
setempat, disebut Oc, yang menjadi nama wilayah itu. Langue (bahasa) Oc kemudian
lebih dikenal dengan Languedoc.
Saat berbincang-bincang, Peter menyebut Roland sebagai orang Prancis. Namun
lelaki ini langsung menukas seraya mengatakan bahwa ia bukan orang Prancis,
tetapi Occitan. Roland bercerita panjang lebar tentang berbagai kekerasan di abad ke-13 yang
melukai tanah maupun rekan-rekan sedaerahnya. Ia begitu memuja sejarah tanah
kelahirannya. "Kebanyakan orang di luar Prancis bahkan tidak tahu tentang Cathar. Atau, jika
mereka tahu, mereka berpikir bahwa itu adalah sekte kecil yang tidak penting,
yang muncul di pegunungan di sini. Mereka tidak sadar bahwa Cathar adalah ras
dan budaya yang dominan dalam sebuah wilayah Eropa yang luas dan sejahtera.
Kejadian yang menimpa wilayah ini tidak kurang dari genosida. Hampir sejuta
orang dibantai oleh pasukan Paus."
Ia menoleh ke Peter dengan tatapan simpatis. "Saya tidak merasa dendam dengan
kependetaan modern atas dosa-dosa yang dilakukan gereja pada abad pertengahan,
Abbe Healy. Anda menjadi pendeta karena mendapat
panggilan Tuhan, semua orang bisa melihatnya."
Roland memimpin mereka tanpa berkata-kata. Maureen dan Peter takjub melihat
kastil-kastil megah yang dibangun di puncak gunung yang bergelombang, nyaris
seribu tahun lalu. Benteng-benteng ini pada dasarnya tak tertembuskan, mengingat lokasinya di
pegunungan, sekaligus arsitektur yang tak tertandingi pula. Kedua pelancong itu
mengagumi sumber daya suatu kebudayaan yang mampu mendirikan bangunan pertahanan
hebat di lahan yang sulit dan tidak ramah tanpa bantuan teknologi modern.
Saat makan siang di desa Limoux, Maureen sudah merasa cukup nyaman dengan
kehadiran Roland hingga ia menanyakan hubungan lelaki ini dengan Sinclair.
Lokasi duduk mereka bersama di kafe itu menghadap ke Sungai Aude. Dari sinilah
nama wilayah itu berasal. Sang pelayan pria bertubuh besar itu ternyata ramah
dan menyenangkan, bahkan humoris, tidak tampak dari penampilannya yang membuat
orang gentar. "Aku dibesarkan di Chateau des Pommes Bleues, Mademoiselle,"
katanya menjelaskan. "Ibuku meninggal saat aku masih bayi. Ayahku mengabdi
kepada Monsieur Alistair dan Monsieur Berenger, kami tinggal di wilayah ini.
Setelah ayahku meninggal, aku bertekad meneruskan posisinya di chateau. Di
sanalah rumahku, dan keluarga Sinclair adalah keluargaku."
Sosok Roland tampak melembut ketika ia mengisahkan kematian kedua orangtuanya
dan kesetiaannya kepada keluarga Sinclair.
"Pasti berat bagimu, kehilangan kedua orang tua," kata Maureen simpatis.
Sikap Roland menjadi kaku, tulang belakangnya tegak ketika ia menjawab. "Ya,
Mademoiselle Paschal. Seperti yang telah aku katakan, ibuku meninggal akibat
suatu penyakit yang tidak bisa ditangani ketika aku masih bayi. Aku menerima
musibah ini sebagai kehendak Tuhan. Tapi kematian ayah berbeda...ayahku dibunuh
secara keji, beberapa tahun lalu."
Maureen terperangah. "Ya, Tuhan. Maafkan aku, Roland." Ia tak ingin memaksa
Roland bercerita panjang lebar.
Namun Peter merasa kebutuhannya untuk mengetahui lebih dalam mengalahkan
sikapnya yang biasanya sensitif. Ia bertanya, "Apa yang terjadi?"
Roland berdiri sebagai tanda mengakhiri acara makan dan pembicaraan itu. "Ada
permusuhan besar di daerah kami, Abbe Healy. Mereka kembali setelah sekian lama,
menerobos waktu dan tidak
memandang akal sehat. Tempat ini...dipenuhi cahayayang paling indah. Tapi kadang
cahaya itu mengundang kegelapan yang paling buruk. Kami memerangi kegelapan
sebisa mungkin. Tapi sebagaimana leluhur kami, kami tidak selalu menang.
"Namun, satu hal yang pasti, tak satu pun usaha genosida di sini yang berhasil.
Kami tetap dan selamanya menjadi bangsa Cathar. Mungkin saja kami menjalankan
keyakinan secara diamdiam dan sembunyi-sembunyi. Tapi keyakinan itu tetap kami
jaga hingga hari ini dan selamanya. Jangan biarkan buku sejarah atau seorang
cendekiawan mengatakan padamu yang sebaliknya."
f Saat Maureen kembali ke chateau sore harinya, salah
seorang wanita pelayan telah menunggu di kamarnya. "Perias akan segera datang,
Mademoiselle. Dan gaun Anda sudah diantarkan.
Jika ada sesuatu yang bisa saya lakukan untuk Anda..."
"Tidak, merci." Maureen berterima kasih kepadanya lalu menutup pintu. Ia ingin
beristirahat sebelum pesta. Hari itu sungguh indah, penuh dengan pemandangan
luar biasa yang belum pernah disaksikan Maureen selama bepergian. Tapi ia juga
merasa sangat lelah. Tambahan lagi, penjelasan Roland tentang pembunuhan ayahnya
yang misterius membuat Maureen agak resah.
Ia menatap kantong pakaian ekstra-besar, tergeletak di atas ranjang. Menduga isi
kantong itu adalah gaun pesta dansa untuknya, Maureen membuka kantong plastik
yang berat dan mengeluarkan gaun di dalamnya. Sejenak ia berpikir gaun apakah
itu. Setelah tersadar, Maureen terperangah.
Sambil mengangkat gaun itu ke lukisan Ribera, ia melihat gaun itu sama persis
dengan busana merah tua yang megah berlipit-lipit yang dikenakan Maria Magdalena
dalam lukisan seniman Spanyol itu.
f Peter tidak terlalu bersemangat dengan busana yang akan ia kenakan. Semula ia
tidak berencana datang ke pesta karena merasa tidak pantas hadir. Namun, dengan
intrik Sinclair yang memuncak dan reaksi Maureen terhadap semua ini ia
memutuskan untuk menjaga gadis itu tetap dalam
pengawasannya. Ini berarti ia mesti mengenakan tunik abad ke-13 yang ramai dan
celana kaus yang telah disiapkan.
"Menyebalkan," gerutu Peter saat mengeluarkan busana dari kantongnya dan
berusaha berpikir ke mana akalnya pergi.
f Peter mengetuk pintu kamar Maureen. Ia menyesuaikan pakaiannya dengan canggung
Kaki Tiga Menjangan 39 Wiro Sableng 138 Pernikahan Dengan Mayat Istana Sekar Jagat 1