Bourne Supremacy 9
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum Bagian 9
kiri tubuhnya, pulih dengan cepat dan menggeleng; senjata telah disodokkan ke
tulang rusuknya. la akan mematuhi perintah, atau ia akan tewas di Lapangan Tian
An Men. Tidak ada kompromi.
Bourne berbalik, berjongkok, dan mengikat tali sepatu yang telah sempurna,
meminta maaf pada orang-orang di belakangnya. Pembunuh bayaran itu memeriksa
belakangnya; tindakan penghindaran diperlukan. Jason berdiri. Di mana orang itu"
Di mana peniru itu" Di sana! Bourne kebingungan; Commando itu telah melepaskan
si prajurit!Kenapa" Perwira angkatan darat tersebut tiba-tiba berlari menerobos
keramaian, menjerit-jerit, tangannya bergerak-gerak , lalu dalam kepanikan
jatah, dan orang-orang mengerumuni tubuhnya yang tak sadarkan diri.
Pengalih perhatian! Awasi orang itu. Jason berlari, merasa waktunya sudah tepat.
Bukan pistol yang tadi digunakan, tapi jarum tidak disodokkan, tapi ditusukkan
?ke pinggang si prajurit. Pembunuh bayaran itu sudah menyingkirkan seorang
pelindung; ia akan mencari pelindung yang lain, dan mungkin yang lain lagi
setelah itu. Skenario yang telah diperkirakan Bourne tengah dimainkan. Dan
sementara konsentrasi pembunuh itu terpaku untuk mencari korban berikutnya,
waktunya tiba! Sekarang! Jason tahu ia bisa melumpuhkan siapa pun dengan pukulan
ke ginjal, terutama orang yang sedang tidak memperhatikan serangan terhadap
dirinya karena buruannya sedang menyerang dan konsentrasinya mutlak. Bourne
?menutup jarak di antara dirinya dan peniru itu. Lima belas meter, dua belas,
sebelas, sepuluh... ia memisahkan diri dari satu kelompok ke kelompok yang lam...
"pendeta" bersetelan hitam itu berada dalam jangkauan. Ia bisa menangkapnya!
Marie! Seorang prajurit. Prajurit lain! Tapi sekarang, bukannya si pembunuh menyerang,
mereka justru berkomunikasi. Orang angkatan darat itu mengangguk dan memberi
isyarat ke sebelah kirinya. Jason memandang ke sana, kebingungan. Seorang pria
Cina pendek berpakaian sipil dan membawa koper resmi berdiri di kaki tangga batu
lebar yang menuju pintu masuk bangunan besar dengan pilar-pilar granit untuk
mendukung atap pagoda kembar yang miring. Bangunan itu berada tepat di belakang
Monumen Kepahlawanan, ukiran kaligrafi di atas pintu-pintu raksasa menyatakan
bangunan itu adalah Gedung Memorial Ketua Mao. Dua antrean sedang menaiki
tangga, para penjaga memisahkan setiap kelompok. Orang sipil itu berada di
antara dua antrean, kopernya menjadi simbol kekuasaan; ia tidak diusik. Tiba-
tiba, tanpa indikasi apa pun, pembunuh bayaran yang jangkung itu mencengkeram
lengan si prajurit, mendorong orang angkatan darat yang lebih kecil itu di
depannya. Punggung petugas itu melengkung, bahunya tersentak ke atas; ada
senjata yang disodokkan ke tulang punggung, perintahnya spesifik.
Sementara keributan meningkat dan orang-orang serta para polisi berlarian
mendekati prajurit pertama yang tak sadarkan diri, pembunuh bayaran dan
tawanannya berjalan mantap ke orang sipil di tangga Gedung Mao. Pria itu takut
bergerak, dan sekali lagi Bourne mengerti. Pembunuhnya mengenal orang-orang ini;
mereka anggota inti kelompok kecil yang menghubungkan klien si pembunuh bayaran,
dan klien itu berada di dekat mereka. Mereka bukan sekadar antek; begitu mereka
muncul, figur-figur yang lebih rendah melaksanakan tugas yang lebih tidak
penting, karena orang-orang ini jarang menampilkan diri. Pengalih perhatiannya,
yang sekarang berkurang menjadi keributan kecil saat polisi dengan sigap
mengendalikan orang-orang dan membawa pergi mayatnya, memberi waktu beberapa
detik kepada peniru itu untuk mengendalikan rantai yang membawa pada kliennya.
Prajurit' dalam cengkeramannya akan man' kalau tidak patuh, dan dengan satu
tembakan, penembak jitu yang kompeten bisa membunuh orang di tangga. Pertemuan
itu berlangsung dalam dua tahap, dan selama si pembunuh bayaran. mengendalikan
tahap kedua ia bersedia sepenuhnya untuk melanjutkan. Kliennya jelas berada di
suatu tempat di dalam mausoleum luas itu dan tidak mungkin mengetahui apa yang
terjadi di luar, dan antek biasa tidak akan berani mengikuti atasannya ke tempat
pertemuan. Tidak ada waktu untuk menganalisis, Jason tahu itu. Ia harus bertindak. Cepat.
Ia harus masuk ke dalam monumen Mao Zedong dan mengawasi, menunggu pertemuan itu
selesai dengan satu atau lain cara dan kemungkinan menjijikkan ia harus ?melindungi si pembunuh melintas dalam benaknya. Sekalipun begitu, hal itu
bukannya tidak mungkin dan safu-satunya nilai tambah baginya adalah, peniru
tersebut telah mengikuti skenario yang mungkin diciptakannya sendiri. Kalau
pertemuan berjalan 358 damai, masalahnya hanya tinggal mengikuti si pembunuh, yang pada saat itu pasti
tengah melambung karena keberhasilan taktiknya, juga apa pun yang diberikan oleh
kliennya dan tidak menduga ada pihak lain di Lapangan Tian An Men.
?Bourne berbalik, mencari-cari d'Anjou. Si orang Prancis berada di tepi kelompok
wisatawan; ia mengangguk, seakan-akan mampu membaca pikiran Delta. Ia menunjuk
tanah di bawahnya, lalu menggambar lingkaran dengan jari telunjuknya. Itu
isyarat rahasia dari hari-hari mereka di Medusa. Isyarat itu berarti ia akan
tetap berada di tempatnya, tapi kalau harus bergerak ia akan tetap terlihat dari
lokasi spesifik itu. Isyarat tersebut sudah cukup. Jason menyeberang di belakang
si pembunuh bayaran dan tawanannya, dan berjalan melewati kerumunan, dengan
cepat mengisi ruang terbuka dalam antrean di paro kanan tangga, dan mendekati
penjaga. Ia berbicara dengan nada memohon dalam Bahasa Mandarin yang sopan,
"Perwira Tinggi, aku benar-benar malu! Aku begitu terpesona oleh kaligrafi di
Monumen Rakyat hingga tertinggal kelompokku, yang melewati tempat ini beberapa
menit yang lalu." "Anda menguasai bahasa kami dengan baik," kata penjaga yang kaget itu, tampaknya
terbiasa dengan aksen asing yang tak diketahui maupun dipedulikannya. "Anda
sangat sopan." "Aku hanya guru bergaji rendah dari Barat yang sangat menyukai negara Anda yang
besar ini, Perwira Tinggi."
Penjaga itu tertawa. "Aku tidak setinggi itu, tapi negara kami memang hebat.
Putriku mengenakan blue jeans di jalan-jalan."
"Maaf." "Tak apa-apa. Mana identifikasi kelompok wisata Anda?" "Apa?"
"Pelat nama yang harus dikenakan di luar pakaian."
"Benda itu jatuh terus," kata Bourne sambil menggeleng tak berdaya. 'Tidak mau
menempel. Aku pasti sudah menghilangkannya tanpa sengaja."
"Kalau kau berhasil mengejar kelompok Anda nanti, temui pemandu Anda dan minta
pelat nama yang lain. Pergilah. Kembalilah ke ujung antrean di tangga. Ada yang
terjadi. Kelompok berikut mungkin terpaksa menunggu. Anda akan tertinggal tur."
"Oh" Apa ada masalah?"
"Aku tidak tahu. Pejabat yang membawa koper resmi itu yang memberi perintah. Aku
yakin ia menghitung yuan yang bisa dihasilkan di sini, mengira tempat suci ini
seharusnya sama seperti kereta bawah tanah Beijing."
"Anda baik sekali."
"Cepatlah, Sir."
Bourne bergegas menaiki tangga, membungkuk di belakang keramaian, sekali lagi
mengikat tali sepatu yang telah erat, kepalanya miring untuk mengawasi pembunuh
bayaran itu. Peniru tersebut tengah bercakap -
359 cakap dengan suara pelan pada si pejabat sipil sementara prajuritnya masih dalam
cengkeramannya tapi ada yang aneh. Pria Cina pendek bersetelan itu mengangguk, ?tapi pandangannya tak terarah pada si peniru; pandangannya terpaku ke
belakangnya. Atau tidak" Sudut pandang Jason tidak' menguntungkan. Tidak pen
ting, skenarionya sedang dilaksanakan, kliennya telah menyetujui persyaratan
pembunuh itu. Ia berjalan melewati pintu ke dalam keremangan, seperti semua orang di depannya,
terpesona oleh kemunculan tiba-tiba patung manner putih raksasa yang
menggambarkan Mao tengah duduk, menjulang begitu tinggi dan begitu anggun
sehingga orang hampir tersentak oleh kehadirannya. Dramatisasi pun tak
terlewatkan. Berkas-berkas cahaya yang bermain-main di patung manner yang tampak
transparan tersebut menciptakan efek berkabut yang mengisolir sosok raksasa itu
dari tirai beludru di belakangnya dan keremangan yang mengelilinginya. Patung
raksasa dengan mata yang bagai mencari-cari itu tampak hidup dan waspada.
Jason mengalihkan pandangan dan mencari-cari pintu serta lorong. Tidak ada.
Tempat ini memang mausoleum, aula yang diabdikan untuk nabi negara. Tapi 'ada
pilar-pilar, tiang marmer lebar yang tinggi dan menyediakan area-area terpencil. Bisa jadi tempat pertemuan itu berada di balik salah
satu bidang gelap itu. Ia akan menunggu. Ia akan tinggal diam di bidang gelap
yang Iain dan mengawasi. Kelompok tumya memasuki aula agung kedua, dan rasanya lebih menggetarkan
daripada yang pertama. Mereka berhadapan dengan peti mati kaca berisi jenazah
Ketua Mao Zedong, terbungkus bendera nasional, mayat bagai liiin yang terbaring
damai tapi matanya yang tertutup bisa terbuka setiap saat dan membelalak tak ?menyetujui. Ada bunga-bunga di sekitar sarkofagus di atas panggung itu, dan dua
deret pohon pinus hijau tua dalam pot-pot keramik berjajar di dinding yang
berseberangan. Sekali lagi berkas cahaya matahari memainkan simfoni wama yang
dramatis, kantong-kantong kegelapan yang terbelah berkas-berkas cahaya yang
saling menyilang dan menyirami bedeng-bedeng bunga kuning, merah, dan biru.
Keributan di suatu tempat di aula pertama sejenak mengusik kebisuan orang-orang
yang terpesona, tapi keributan itu segera berhenti, secepat kemunculannya.
Sebagai wisatawan terakhir dalam antrean, Bourne memisahkan diri tanpa menarik
perhatian yang lain. Ia menyelinap ke balik salah satu pilar, tersembunyi dalam
bayang-bayang, dan mengintip dari pilar putih mengilap-do.
Yang dilihatnya melumpuhkan dirinya sementara banyak pikiran saling beradu dalam
kepalanya di atas semua itu, satu kata: jebakanl-Tidak ada kelompok di belakang
?kelompoknya tadi! Kelompoknya yang terakhir yang diizinkan masuk ia orang
?terakhir yang diizinkan masuk sebelum pintu-pintu berat ditutup. Itulah suara
?yang tadi didengamya tertutupnya
?pintu-pintu dao erangan kecewa orang-orang di luar yang menunggu diizinkan
masuk. Ada yang sedang terjadi.... Kelompok berikut mungkin terpaksa menunggu.... Penjaga
yang ramah di tangga. Ya Tuhan, sejak awal ini merupakan jebakanl Setiap langkah, setiap penampilan
telah diperhitungkan! Sejak awal! Informasi yang dibayar di pulau yang basah
kuyup disiram hujan, tiket pesawat yang hampir tak bisa diperoleh, pembunuh
bayaran di bandara pembunuh profesional yang mampu melakukan penyamaran yang
?jauh lebih baik, rambutnya terlalu mencolok, pakaiannya tidak cukup
menyembunyikan postumya. Lalu kesalahpahaman dengan pria tua itu, pensiunan
brigadir dari Teknisi Kerajaan begitu logis dengan cara yang tak logis! Begitu
?tepat, bau penipuan yang begitu akurat, begitu sulit dilepaskan begitu saja!
Prajurit di jendela truk, bukan mencari dirinya tapi mencari mereka! Setelan
hitam pendeta suar hitam dalam cahaya matahari, begitu mudah diikuti. Ya Tuhan,
?sejak awal! Akhirnya skenario yang dijalankan di lapangan luas, skenario yang
bisa jadi ditulis oleh Bourne sendiri sekali lagi tak mungkin dilewatkan para
?pemburu. Jebakan yang dibalik: Tangkap si pemburu saat ia mengintai buruannya!
Dengan panik Jason memandang sekitamya. Di kejauhan di depannya terdapat
seberkas cahaya matahari yang kuat. Pintu keluar berada di ujung seberang
mausoleum; pintu-pintu itu pasti diawasi, setiap wisatawan diamati saat keluar.
Suara langkah kaki. Di balik bahu kanannya. Bourne berputar ke kiri, sambil
mencabut pisau pembuka surat kuningan dari sabuknya. Seseorang berpakaian
setelan Mao, potongannya militer, dengan hati-hati melewati pilar lebar dalam
keremangan panjang pepohonan pinus. Ia tidak lebih dari dua meter jauhnya. Ia
membawa sepucuk pistol, silinder menggembung di larasnya menjamin letusan
teredam yang tak lebih dari letupan pelan. Jason menyusun perhitungan mematikan
dengan cara yang tak akan pemah bisa dipahami David Webb. Mata pisaunya haras
di-tikamkan sebegitu rupa sehingga menimbulkan kematian seketika. Tak boleh ada
suara dari mulut musuhnya ketika mayatnyar diseret kembali ke dalam kegelapan.
Bourne menerjang, jemari kirinya yang kaku menjepit bagai tang wajah pria itu
sementara ia menghunjamkan pisau pembuka surat ke leher si prajurit, mata
pisaunya merusak pita suara yang pipih dan rapuh. Dengan satu gerakan, Bourne
menjatuhkan tangan kirinya, mencengkeram pistol besar yang masih dalam genggaman
musuhnya, dan mengayunkan mayat itu, menjatuhkannya ke balik cabang-cabang pohon
pinus rendah yang 'berjajar di dinding sebelah kanan. ia mendorongnya ke dalam
kegelapan di antara dua pot keramik besar berisi akar pohon hingga tidak
terlihat. Ia merangkak di atas mayat, senjata di depan wajahnya,
dan kembali menempel ke dinding aula pertama, tempat ia bisa melihat tanpa
terlihat Orang berseragam kedua melintasi berkas cahaya yang menerangi kegelapan pintu
masuk aula kedua. Ia berdiri di depan peti mati kristal Mao, disirami cahaya
yang terasa menakutkan, dan memandang sekitamya. Ia mengangkat radio genggam ke
depan wajahnya dan berbicara, mendengarkan; lima detik kemudian ekspresinya
berubah prihatin. Ia melangkah tergesa-gesa ke sebelah kanan, menyusuri jalur
yang sudah ditetapkan bagi orang pertama. Jason bergegas merangkak mundur ke
arah mayat tadi, tangan dan lutut menyentuh lantai manner tanpa suara, dan
bergerak ke tepi cabang-cabang yang menggantung rendah.
Prajurit itu mendekat, berjalan lebih lambat, mempelajari orang-orang terakhir
di antrean di depan. Sekarang! Bourne menerjang saat orang itu melintas,
mengunci lehernya untuk menghalangi suara apa pun, sambil menyeretnya ke bawah
cabang-cabang, pistol ditekankan sekuat mungkin ke perut prajurit itu. Ia
menarik picunya; letupan teredam terdengar bagai semburan udara, tidak lebih.
Pria itu mendenguskan napas terakhir dan terkulai.
Ia harus keluar! Kalau ia terjebak dan -terbunuh dalam kesunyian memesona dalam
mausoleum ini, pembunuh bayaran itu akan bebas berkeliaran dan Marie akan mati.
Musuh-musuhnya tengah merapatkan jebakan terbalik itu. Ia harus membalik
kebalikan itu dan entah bagaimana bertahan hidup! Pelarian paling bersih
dilakukan secara bertahap, menggunakan kebmgungan apa pun yang ada atau yang
bisa diciptakan. Tahap Pertama dan Kedua telah diselesaikannya. Kebingungan tertentu telah muncul
kalau ada orang lain yang berbisik-bisik ke radio. Yang harus ditimbulkan adalah
titik fokus kekacauan yang begitu brutal dan tak terduga, sehingga mereka yang
memburunya dalam kegelapan akan menjadi sasaran pencarian histeris yang
mendadak. Hanya ada satu jalan dan Jason tidak merasakan sensasi heroik aku-mungkin-tewas-
dalam-usahaku. Ia harus melakukannya! Ia hams membuatnya berhasil. Bertahan
hidup adalah segalanya, untuk alasan yang melebihi dirinya sendiri.
Profesionalismenya tengah mencapai puncak, tenang dan penuh perhitungan.
Bourne bangkit dan berjalan menerobos cabang-cabang, menyeberangi ruang terbuka
ke pilar di depannya. Ia lalu berlari ke pilar di belakangnya, lalu pilar di
belakangnya lagi, pilar pertama di aula kedua, sepuluh meter dari peti mati yang
diberi penerangan dramatis. Ia menggeser tubuh mengitari manner dan menunggu,
pandangannya terarah ke pintu masuk.
Kejadian-kejadian itu berlangsung. Petugas yang tadinya menjadi "tawanan" si
pembunuh bayaran muncul bersama orang sipil pendek yang membawa koper dinas.
Prajurit itu membawa radio di sisinya; ia
362 mengangkatnya, berbicara dan mendengarkan, lalu menggeleng, memasukkan radio ke
saku kanan dan mencabut pistol dari sarung. Orang sipil itu mengangguk sekali,
meraih ke balik jas dan mencabut revolver laras pendek. Masing-masing berjalan
ke peti mati kaca Mao Zedong, lalu bertukar pandang dan mulai berpencar, satu ke
kiri, yang lain ke kanan.
Sekarang! Jason mengangkat senjata, membidik dengan cepat dan menembak. Sekali!
Geser sedikit ke kanan. Dua kali! Letupan itu terdengar seperti bunyi batuk dari
bayang-bayang sementara kedua pria itu jatuh ke sarkofagus. Menggunakan ujung
mantelnya, Bourne mencengkeram peredam pistol yang panas dan membukanya. Masih
tersisa lima peluru. Ia menekan picu dengan cepat. Letusan terdengar di
mausoleum, menggema pada dinding-dinding manner, menghancurkan kaca kristal peti
mati, peluru-peluru menancap di jenazah Mao Zedong yang tersentak-sentak,
sebutir peluru menembus kening yang tak berdarah, peluru lain menghancurkan
sebutir mata. Sirene meraung-raung; genta berdentang-dentang membelah udara dan memekakkan
telinga, sementara para prajurit muncul seketika dari mana-mana, berlari-lari
panik ke lokasi kejadian menghebohkan itu. Dua baris antrean wisatawan yang
merasa terjebak dalam cahaya menakutkan rumah kematian itu berubah histeris,
berbondong-bondong menghambur ke pintu dan cahaya matahari, menginjak-injak
siapa saja yang menghalangi. Jason Bourne bergabung, menerobos ke tengah-tengah
keramaian. Begitu tiba di cahaya terang benderang Lapangan Tian An Men, ia
melesat menuruni tangga. D'Anjou! Jason berlari ke sebelah kanan, mengitari sudut batu, dan menyusuri
samping bangunan berpilar hingga tiba di depan. Para penjaga berusaha sebaik-
baiknya menenangkan orang-orang yang panik, sambil berusaha mengetahui apa yang
telah terjadi. Kerusuhan dimulai.
Bourne meneliti tempat ia terakhir kali melihat d'Anjou, lalu mengalihkan
pandangan ke areal tempat si orang Prancis mungkin terlihat. Tidak ada, tidak
ada seorang pun yang bahkan mirip dengannya.
Tiba-tiba, terdengar decitan ban di kejauhan, di jalan utama di sebelah kiri
Jason. Ia berbalik dan memandang ke sana. Sebuah van dengan jendela gelap
mengitari aspal yang dibatasi pagar tali dan melesat ke gerbang selatan Lapangan
Tian An Men. Mereka menangkap d'Anjou. Echo hilang.
24
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
QUEST-ce qu 'il y a" " "Des coups de feu! Les gardes sont paniques!" Bourne
mendengar teriakan-teriakan itu dan, sambil berlari-lari, bergabung dengan
sekelompok wisatawan Prancis yang dipimpin pemandu wisata yang. konsentrasinya
teralih ke kekacauan yang berlangsung di tangga mausoleum. Ia mengancingkan jas,
menyembunyikan pistol di sabuk. dan menyelipkan silinder. berlubang-lubang ke
dalam sakunya. Sambil memandang sekilas ke sekitarnya, ia bergerak cepat
menerobos kerumunan, ke samping pria yang lebih jangkung daripada dirinya, pria
berpakaian bagus yang wajahnya memancarkan ekspresi jijik. Jason bersyukur
karena ada beberapa orang yang hampir sama tingginya di depan mereka; kalau
mujur dan dalam kekacauan ia mungkin bisa tetap tersembunyi. Di atas, di puncak
tangga mausoleum, pintu-pintu terbuka sebagian. Orang-orang berseragam berlarian
di sepanjang tangga. Jelas sekali kepemimpinan mereka kacau, dan Bourne tahu
alasannya. Pemimpin mereka telah melarikan diri, menghilang begitu saja, tidak
ingin menjadi bagian dari kejadian-kejadian mengerikan ini. Sekarang perhatian
Jason hanya tertuju pada pembunuh bayaran itu. Apakah ia akan keluar" Ataukah ia
sudah menemukan d'Anjou, menangkap penciptanya sendiri, lalu pergi bersama Echo
dengan van itu, yakin Jason Bourne yang asli telah terjebak menjadi mayat kedua
dalam mausoleum yang telah ternoda itu"
"Qu'est-ce que c'est?" tanya Jason pada pria Prancis jangkung berpakaian rapi di
sampingnya. 'Tak ragu lagi, penundaan lain yang benar-benar menjengkelkan," jawab pria itu
dengan aksen Paris yang agak kewamtaan. 'Tempat ini gjla, dan tolerahsiku sudah
habis! Aku akan kembali ke hotel."
"Kau bisa berbuat begitu?" Bourne meningkatkan bahasa Prancis-nya dari kalangan
menengah ke university yang layak. Hal itu sangat berarti bagi si orang Prancis.
"Maksudku, apa kita diizinkan meninggalkan rombongan tur kita" Katanya kita hams
tetap berkumpul." 364 "Aku pengusaha, bukan wisatawan. 'Tur' ini, seperti istilahmu, tidak masuk
agendaku. Sejujumya saja, aku punya waktu luang siang ini orang-orang ini ?sangat lama dalam mengambil keputusan dan kuptkir sebaiknya aku melihat-lihat
?sedikit, tapi tidak tersedia sopir yang menguasai bahasa Prancis. Concierge
mendaftarkan aku maaf, menugaskan aku ke kelompok ini. Pemandunya, kau tahu,
? ?mahasiswa Sastra Prancis dan berbicara seakan-akan ia dilahirkan di abad ketujuh
belas. Aku sama sekali tidak mengerti mengenai apa wisata ini."
"Ini tur lima jam," Jason menjelaskan dengan akurat, membaca tulisan Cina yang
tercetak di kartu pengenal di kelepak pria itu. "Sesudah Lapangan Tian An Men,
kita akan tnengunjungi makam Ming, lalu pergj menyaksikan matahari terbenam dari
Tembok Besar." "Astaga, aku sudah melihat Tembok Besar! Ya Tuhan, itu tempat pertama aku dibawa
oleh dua belas birokrat dari Komisi Perdagangan, sambil mengoceh tanpa henti
melalui penerjemah bahwa tempat itu merupakan tanda keabadian mereka. Sialan!
Kalau tenaga buruhnya tidak semurah itu dan labanya sebesar itu "
?"Aku juga pengusaha, tapi selama beberapa hari ini juga wisatawan. Aku bergerak
di bidang impor rotan. Kau, kalau boleh kutanya?"
"Kain, apa lagi" Kecuali kau mempertimbangkan barang elektronik, atau minyak,
atau batu bara, atau parfum bahkan rotan." Pengusaha itu melontarkan senyum
?yang menyatakan dirinya lebih unggul dan lebih tahu. "Kuberitahu, orang-orang
ini menduduki kekayaan dunia dan mereka sama sekali tidak tahu hams b&buat apa
dengan kekayaan itu."
Bourne mengamati pria Prancis jangkung tersebut. Ia teringat Echo dari Medusa
dan pepatah Galia yang menyatakan semakin banyak sesuatu berubah, semakin
tetaplah dia. Kesempatan akan datang sendiri. Kenali, bertindaklah berdasarkan
kesempatan itu. "Seperti yang lcukatakan tadi," lanjut Jason sambil mengawasi
keributan di tangga. "Aku juga pengusaha yang sedang berlibur sebentar berkat
?insentif pajak pemerintah kita. bagi orang-orang yang membajak ladang
asing tapi aku sudah banyak bepergian di Cina dan belajar cukup banyak bahasa
?mereka." "Rotan sudah mendunia," kata orang Paris itu sinis.
"Produk berknalitas kami berlambang enamel putih Cote d'Azur, juga tempat-tempat
lain di utara dan selatan. Keluarga Grimaldi sudah menjadi klien kami selama
bertahun-tahun." Bourne tetap memandangi tangga.
"Aku tetap bertahan pada pendapatku, sobat bisnisku... di ladang asing." Untuk
pertama kalinya, orang Prancis itu benar-benar memandang Jason.
"Dan aku bisa memberitahumu sekarang," kata Bourne, "bahwa tidak ada pengunjuhg
lain yang diizinkan memasuki makam Mao, dan bahwa semua orang dalam rombongan
tur di tempat ini akan dikepung dan mungkin ditahan."
"Ya Tuhan, kenapa"'"
'Tampaknya ada kejadian mengerikan di dalam dan para penjaga berteriak-teriak
mengenai gangster asing.... Kau tadi mengatakan ditempatkan di wisata ini, tapi
tidak benar-benar masuk rombongan?"
"Pada intinya begitu."
"Cukup menjadi dasar untuk spekulasi, bukan" Penahanan, hampir pasti."
"Sulit dipercayal" "Inilah Cina "
?'Tidak bisa begitu! Berjuta-juta franc sedang dipertaruhkan! Aku kemari
mengikuti tur menjijikkan ini hanya karena "
? "Kusarankan kau pergi, sobat bisnisku. Katakan saja kau sedang jalan-jalan.
Berikan pelat namamu dan akan kubuangkan untukmu "?"Itu masalahnya?"
"Negara asal dan nomor paspormu ada di sana. Begitulah cara mereka mengontrol
langkah-langkahmu sementara kau berada dalam tur berpemandu."
"Aku berutang budi padamu selamanyaf" seru pengusaha itu sambil mencabik pelat
nama plastik dari kelepaknya. "Kalau kau mengunjungi Paris "
?"Aku menghabiskan hampir sepanjang waktu bersama Pangeran dan keluarganya di "
?"Tentu saja! Sekali lagi, trims!" Orang Prancis itu, begitu berbeda sekaligus
begitu mirip Echo, cepat-cepat pergi, sosoknya yang terbungkus pakaian rapi
tampak mencolok dalam cahaya matahari kelabu kekuningan saat menuju Gerbang
Surgawi sama mencoloknya seperti umpan palsu yang membimbing si pemburu ke
?dalam jebakan. Bourne menjepitkan pelat nama plastik itu di kelepaknya sendiri dan sekarang
menjadi bagian dari tur resmi; itulah jalan keluar baginya ke gerbang-gerbang
Lapangan Tian An Men. Sesudah kelompok itu dengan tergesa-gesa dialihkan dari
mausoleum ke Aula Agung, bus melaju melewati gerbang utara, dan dari balik
jendela Jason melihat pengusaha Prancis yang marah itu memohon-mohon agar polisi
Beijing mengizinkannya keluar. Potongan-potongan laporan mengenai huru-hara itu
telah disusun. Beritanya menyebar. Seorang asing berkulit putih telah menghina
peti mati dan merusak jenazah Ketua Mao. Terons kulit putih dalam kelompok tur
tanpa identifikasi yang seharusnya. Penjaga di tangga sudah melaporkan melihat
pria seperti itu. "Aku memang masih ingat," kata pemandu wisata itu dengan bahasa Prancis yang
sudah tak digunakan lagi. Wanita itu herdiri di dekat patung singa marah di
Avenue of Animals yang luar biasa, patung-patung batu raksasa yang menggambarkan
kucing besar, kuda, gajah, dan makhluk mistis buas beijajar di jalan, menjaga
jalan terakhir menuju pemakaman Dinasti Ming. "Tapi ingatanku tidak bekerja
karena kemampuan Anda menggunakan bahasa kami menyita pemikiranku seketika itu
juga. Dan aku merasa yakin tanpa perlu memikirkannya lagi bahwa Anda bam. saja
melakukan kemewahan itu."
Mahasiswi Sastra Prancis dan berbicara seakan-akan ia berada di abad ketujuh
belas... pengusaha keras kepala yang sekarang tak ragu lagi lebih keras kepala.
"Aku tidak menggunakan bahasa Anda sebelumnya," jawab Bourne dalam bahasa
Mandarin, "karena Anda sedang bersama orang lain dan aku tidak ingin tampil
mencolok. Tapi sebaiknya kita gunakan bahasa Anda sekarang.";
"Anda menguasainya dengan sangat baik."
"Terima kasih. Kalau begitu Anda pasti ingat aku ditambahkan ke dalam kelompok
tur ini pada saat-saat terakhir?"
"Manajer Beijing Hotel berbicara dengan atasanku, tapi, ya, aku ingat." Wanita
itu tersenyum dan mengangkat bahu. "Sejujurnya, kelompok ini besar, aku hanya
ingat telah memberikan tanda pengenal kelompok tur pada seorang pria jangkung,
dan tanda pengenal itu sekarang ada di depan wajahku. Anda hams membayar
tambahan yuan pada tagihan hotel Anda. Maaf, tapi Anda ,tidak termasuk dalam
program wisata ini."
"Memang bukan, karena aku pengusaha yang sedang bemegosiasi dengan pemerintah
Anda." "Semoga berhasil baik," kata pemandu itu sambil tersenyum. "Beberapa begitu,
lainnya tidak." "Maksudku, aku mungkin tidak bisa melakukan apa-apa," kata Jason, balas
tersenyum. "Kemampuanku berbicara bahasa Cina jauh lebih baik daripada membaca
huruf Cina. Beberapa menit yang lalu kusadari aku harus berada di Beijing Hotel
sekitar setengah jam dari sekarang untuk menghadiri pertemuan. Bagaimana aku
hams melakukannya?" "Hanya masalah menemukan transportasi. Akan kutuliskan apa yang Anda butuhkan
dan Anda bisa memberikannya pada penjaga di Dahongmen "?"Gerbang Merah Agung?" sela Bourne. "Yang ada lengkungannya itu?"
"Ya. Ada kendaraan-bus yang akan membawa Anda kembali ke Beijing. Anda mungkin
terlambat, tapi itu sudah biasa, mengemiah, karena orang-orang pemerintah juga
terlambat." Ia mengeluarkan buku catatan dari saku jas Mao-nya, juga bolpoin.
"Aku tidak akan dihalangi?"
"Kalau ada yang menghalangi Anda, suruh saja orang yang menghalangi Anda
menghubungi orang-orang pemerintah," kata pemandu wisata itu
sambil menuliskan instruksi dalam bahasa Cina dan merobek fembaran itu.
"Ini bukan kelompok wisatamu!" salak operator bus dalam bahasa Mandarin kelas
bawah, sambil menggeleng dan menyodok kelepak jas Jason dengan telunjuknya. Pria
itu jelas menduga kata-katanya tidak berpengaruh pada wisatwan ini, jadi ia
mengkompensasinya dengan gerak-gerik yang dilebih-lebihkan dan suara bernada
tinggi. Selain itu jelas ia berharap salah seorang atasannya di bawah lengkungan Gerbang
Merah Agung akan menyadari keributan ini. Memang. "Ada masalah apa?" tanya
prajurit yang berbicara sopan, sambil berjalan
cepat ke pintu bus, menerobos wisatawan-wisatawan di belakang Bourne. Kesempatan
akan da tang sendiri.... "Tidak ada masalah," kata Jason tegas, bahkan sombong,. dalam bahasa Cina,
sambil mencabut surat dari si pemandu wisata, menyodor-kannya ke tangan petugas
muda itu. "Kecuali kau ingin bertanggung jawab atas ketidakhadiranku dalam rapat
penting dengan delegasi dari Komisi Perdagangan, yang wakil militernya dikepalai
jenderal bernama Liang-Entah-Siapa."
"Anda berbicara dalam bahasa Cina." Terkejut, prajurit itu mengalihkan pandangan
dari surat. "Menurutku itu sudah jelas. Begitu juga Jenderal Liang."
"Aku tidak mengerti kemarahanmu."
"Mungkin kau akan mengerti kemarahan Jenderal Liang," sela Bourne. "Aku tidak
kenal Jenderal Liang, Sir, tapi ada begitu banyak jenderal. Anda jengkel dengan
tur ini?" "Aku jengkel dengan orang-orang bodoh yang memberitahuku bahwa ini tur tiga jam
padahal sebenamya lima jam! Kalau aku tidak menghadiri pertemuan karena
ketidakkompetenan ini, akan ada beberapa komisaris yang sangat jengkel, termasuk
seorang jenderal berkuasa dari Angkatan Darat Rakyat yang sangat ingin
mehyelesaikan pembelian barang tertentu dari Prancis." Jason diam sejenak,
mengacungkan tangan, lalu melanjutkan dengan cepat menggunakan suara yang lebih
lembut. "Tapi, kalau aku bisa tiba di sana tepat pada waktunya, aku akan membuat
komentar dengan menyebutkan nama siapa pun yang sudah membantuku."
? ?"Aku akan membantu Anda, Sir.'" kata perwira muda itu, matanya berkilau-kilau
dengan dedikasi. "Ikan paus sekarat yang disebut bus ini bisa membutuhkan waktu
lebih dari satu jam untuk membawa Anda, dan itu kalau sopimya yang payah
berhasil mempertahankannya tetap di jalan. Aku punya kendaraan yang jauh lebih
cepat dan sopir baik yang akan mendampingi Anda. Aku bersedia melakukannya
sendiri, tapi tidak baik meninggalkan posku."
1"Q "Aku juga akan menyinggung komitmenmu terhadap tugas kepada Jenderal."
"Itu naluri alamiku, Sir. Namaku "?"Ya, beritahukan namamu. Tuliskan di kertas itu."
Bourne duduk di bangsal timur lobi Beijing Hotel yang ramai, koran setengah
terlipat menutupi wajahnya, tepi kirinya agak ke tengah sehingga ia bisa melihat
jajaran pintu masuk hotel, la tengah menunggu, mengawasi tanda-tanda kemunculan
Jean-Louis Ardisson dari Paris. Tidak sulit bagi Jason Bourne untuk mengetahui
namanya. Dua puluh menit yang lalu ia mendekati meja tur berpemandu dan berkata
pada petugas wanita di sana dalam bahasa Mandarin terbaiknya, "Maaf mengganggu,
aku penerjemah pertama bagi seluruh delegasi Prancis yang mengadakan bisnis
dengan pemerintah, dan aku khawatir aku telah kehilangan salah satu dombaku yang
kebingungan." "Anda pasti penerjemah yang baik. Anda berbicara bahasa Cina dengan sangat baik.
Apa yang terjadi pada... domba Anda yang kebingungan?" Wanita itu tertawa kecil
karena istilah tersebut. "Aku tidak yakin. Kami sedang minum kopi di kantin, hendak membahas jadwal,
sewaktu ia melihat arloji dan mengatakan akan meneleponku nanti. Ia mengikuti
wisata lima jam dan tampaknya terlambat. Ini tidak menyenangkan bagiku, tapi aku
tahu apa yang terjadi pada tamu yang mengunjungi Peking untuk pertama kali.
Mereka terpesona." "Aku yakin begitu," petugas itu menyetujui. "Ada yang bisa kubantu?"
"Aku perlu mengetahui ejaan namanya yang benar, dan apakah ia memiliki nama
tengah atau yang disebut nama baptis data spesifik yang hams kucantumkan dalam
?dokumen resmi yang sedang kuisikan baginya."
'Tapi bagaimana cara kami membantu?"
"Ia meninggalkan ini di kantin." Jason mengacungkan tanda pengenal pengusaha
Prancis itu. "Aku tidak tahu bagaimana ia bahkan bisa mengikuti tumya."
Wanita itu tertawa santai sambil meraih ke bawah meja untuk mengambil buku besar
wisata hari ini. "Ia diberitabu tempat pemberangkatan-nya, dan pemandunya
mengerti; setiap pemandu membawa daftar. Benda itu selalu jatuh, dan pemandunya
tidak ragu lagi pasti memberinya tiket sementara." Petugas itu mengambil tanda
pengenal dan mulai membalik-balik halaman sambil melanjutkan bicara,
"Kuberitahu, para idiot yang membuat benda ini tidak layak mendapatkan sedikit
yuan yang mereka terima. Kami memiliki peraturan yang tepat, peraturan yang
ketat, tapi pada mulanya dipaksa tampak bodoh. Siapa yang siapa?" Wanita itu
berhenti, jarinya menunjuk entri pada buku besar. "Oh, nasib siaL" katanya
pelan, sambil menengadah memandang Bourne. "Aku tidak tahu
369 apakah domba Anda kebingungan, tapi aku bisa mengatakan bahwa ia banyak
mengeluh. Percaya dirinya sangat hebat dan ia sangat tidak menyenangkan. Sewaktu
diberitahu tidak ada sopir yang bisa berbahasa Prancis, ia menganggap hal itu
sebagai penghinaan terhadap kehormatan negaranya dan kehormatannya sendiri yang
?lebih penting baginya. Ini, silakan baca sendiri namanya. Aku tidak bisa
mengucapkannya." "Terima kasih banyak," kata Jason, lalu membacanya. Kemudian ia
pergi ke telepon umum bertanda "Bahasa Inggris" dan meminta operator
menyambungkannya ke kamar Mr. Ardisson.
"Anda bisa menghubunginya langsung, Sir," kata operator pria itu dengan nada
kemenangan dalam suaranya r-ini teknologi tinggi. "Kamar satu-tujuh-empat-tiga.?Akomodasi yang sangat bagus. Pemandangan Kota Terlarang yang sangat indah."
'Terima kasih." Bourne memutar nomornya. Tidak ada jawaban. Monsieur Ardisson
belum kembali, dan mengingat situasi yang dihadapinya, ia tidak akan kembali
dalam waktu dekat. Sekalipun begitu, domba yang dikenal banyak mengeluh tidak
akan diam saja kalau kehormatannya disinggung atau bisnisnya terancam. Jason
memutuskan untuk menunggu. Garis besar rencana mulai terfokus. Strategi itu
merupakan strategi putus asa yang didasarkan pada probabilitas, tapi hanya itu
yang dimilikinya. Ia membeli majalah Prancis terbitan sebulan lalu di kios, lalu
duduk, tiba-tiba merasa kehabisan tenaga dan tak berdaya.
Wajah Marie menerobos Iayar dalam benak David Webb, lalu suaranya memenuhi udara
di sekitarnya, menggema dalam telinganya, menahan pikiran dan menciptakan nyeri
yang hebat di tengah-tengah keningnya. Jason Bourne menyingkirkan gangguan itu
dengan kekuatan palu godam. Layar berabah gelap, cahaya yang masih berkelap-
kelip dipadamkan dengan perintah kasar yang diucapkan dengan kewenangan sedingin
es: Hentikan! Tidak ada waktu. Pusatkan perhatian pada apa yang harus lata
pikirkan. Bukan yang lainya!
Pandangan Jason berulang kali melayang, terarah ke pintu masuk. Para klien di
bangsal timur lobi merupakan kelompok internasional, dari berbagai bahasa,
pakaian dari Fifth dan Madison Avenue, Savile Row, St Honore, dan Via Condotti,
juga pakaian yang lebih suram dari negara-negara Jerman dan Skandinavia. Para
tamu keluar-masuk toko-toko yang terang benderang, geli dan penasaran melihat
apotek yang hanya menjual obat-obatan Cina, dan mengerumuni toko cendera mata di
samping peta relief besar dunia di dinding. Sesekali seseorang bersama rombongan
masuk melalui pintu; juga para penerjemah yang membungkuk dan menerjemahkan para
pejabat pemerintah berseragam yang berusaha tampak santai dan eksekutif
keielahan dari seberang dunia yang pandangannya nanar akibat jet lag dan ingin
segera tidur, yang mungkin akan didului dengan wiski. Ini memang Cina Merah,
tapi karena negosiasi berusia jauh lebih tua daripada kapitalisme, para kapitalis yang menyadari
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keielahan mereka tidak akan mendiskusikan bisnis sebelum bisa berpikir jemih.
Bravo untuk Adam Smith dan David Hume.
Itu dia! Jean-Louis Ardisson tengah dikawal melewati pintu oleh tidak kurang
dari empat birokrat Cina, semua berusaha sebaik mungkin menenangkan dia. Salah
satunya bergegas menuju toko minuman di lobi sementara yang lain menahannya di
lift, berceloteh terus melalui penerjemah. Birokrat yang pergi ke toko minuman
kembali membawa kantong plastik, bagian bawahnya terentang kencang dan melesak
akibat berat beberapa botol. Mereka tersenyum dan membungkuk sewaktu pintu lift
terbuka. Jean-Louis Ardisson menerima jarahannya dan melangkah masuk, mengangguk
sekali saat pintu menutup.
Bourne tetap duduk mengawasi lampu-lampu ketika lift baik. Lima belas, enam
belas, tujuh belas. Lift itu sudah tiba di lantai teratas, lantai Ardisson.
Jason bangkit dan berjalan menuju deretan telepon. Ia memandang jarum detik
arlojinya; ia hanya bisa menebak-nebak, tapi orang yang sedang jengkel tidak
akan berjalan pelan ke kamarnya begitu meninggalkan lift. Kamar menandakan
kedamaian, bahkan kelegaan karena ditinggal seorang diri setelah beberapa jam
penuh ketegangan dan kepanikan. Ditahan dan ditanyai polisi di negara asing
merupakan kejadian yang menakutkan bagi siapa pun, tapi kejadian itu menjadi
lebih mengerikan karena bahasa yang tak dimengerti dan wajah-wajah yang amat
berbeda, ditambah pengetahuan bahwa ia berada di negara tempat orang-orang
sering menghilang tanpa penjelasan. Sesudah cobaan seperti itu, orang akan
memasuki kamarnya dan merebahkan diri, gemetar ketakutan dan keielahan, menyulut
rokok sebatang demi sebatang; menenggak beberapa gelas minuman, meneguknya
secepat mungkin agar lebih cepat pengaruhnya; dan meraih telepon untuk
menceritakan pengalamannya yang me-, nakutkan, tanpa sadar berharap meminimalkan
pengaruh lanjutan teror itu dengan menceritakannya. Bourne bisa membiarkan
Ardisson merebahkan diri, menenggak anggur atau minuman keras sebanyak yang
mampu ditenggaknya, tapi ia tidak bisa membiarkannya melakukan panggilan
telepon. Tidak boleh ada kegiatan bercerita, tidak boleh ada pengurangan dampak
teror. Teror Ardisson justru hams diperkuat, diperkeras hingga titik ia akan
lumpuh, mencemaskan keselamatannya sendiri kalau meninggalkan kamar itu. Empat
puluh tujuh detik telah berlalu; tiba waktunya menelepon.
"Alio?" Suaranya tegang, tercekat.
"Aku akan berbicara cepat," kata Jason pelan dalam bahasa Prancis. 'Tetap di
tempatmu dan jangan menggunakan telepon. Tepat delapan menit lagi aku akan
mengetuk pintu kamarmu, dua kali dengan cepat, lalu sekali. Bukakan pintu
untukku, tapi jangan untuk siapa pun sebelum aku. Terutama pelayan kamar."
371 "Siapa kau?" "Teman senegara yang harus berbicara denganmu. Demi keselamatanmu sendiri.
Delapan menit" Bourne menutup telepon dan kembali ke kursi, menghitung menit-
menit berlalu dan memperhitungkan waktu yang diperlukan untuk menggunakan lift
dengan orang-orang yang berhenti di satu lantai ke lantai lain seperti biasa.
Begitu tiba di lantai tertentu, tiga puluh detik cukup untuk mencapai kamar mana
pun. Enam menit berlalu, dan Jason berjalan ke lift yang angkanya menunjukkan
lift itulah yang segera tiba di lobi. Delapan menit waktu yang ideal untuk
menyiapkan subjek; lima terlalu sedikit, tidak cukup lama untuk ketegangan pada
tingkat yang diharapkan. Enam lebih baik tapi berlalu terlalu cepat. Delapan
menit, sekalipun termasuk jangka waktu mendesak, memberikan saat-saat
kegelisahan tambahan yang menguras pertahanan subjek. Rencana ini belum jelas
benar dalam benak Bourne. Tapi tujuannya sudah nyata, mutlak. Hanya itu yang
tersisa baginya, dan setiap insting dalam tubuh Medusa-nya menyuruhnya mengejar
tujuan itu. Delta One mengetahui cara berpikir Oriental. Di satu segi hal itu
tidak berubah banyak selama berabad-abad. Kerahasiaan setara harganya dengan
sepuluh ribu harimau, kalau bukan satu kerajaan.
Ia berdiri di luar pintu kamar 1743, memandang arlojinya. Delapan menit tepat la
mengetuk dua kali, berhenti sejenak, lalu mengetuk sekali lagi. Pintu terbuka
dan Ardisson yang shock menatapnya.
"C'est vous!" jerit pengusaha itu sambil mengangkat tangan ke muJutnya.
"Soyez tranquille," kata Jason sambil masuk dan menutup pintu. "Kita harus
bkara," lanjufnya dalam bahasa Prancis. "Aku hams mengetahui apa yang terjadi"
"Kau! Kau yang berdiri di sampingku di tempat yang menakutkan itu. Kita
berbicara. Kan mengambil tanda pengenalku! Kau yang menyebabkan segalanyar
"Apa kau menyinggung-nyinggung diriku?"
"Aku tidak berani. Dengan begitu tampaknya aku melakukan kegiatan
ilegal memberikan kartu izinku pada orang lain. Siapa kau" Kenapa kau berada di?sini" Kau sudah memberiku cukup masalah untuk satu faari! Menurutku sebaiknya
kau pergi, Monsieur."
Tidak sebelum kaucerilakan apa yang sudah terjadi setepatnya." Bourne melangkah
ke seberang kamar dan duduk di samping meja berpelitur merah. "Mendesak sekali
bagiku untuk mengetahuinya."
'Well, tidak cukup mendesak untuk kuberitahukan padamu. Kau tidak berhak masuk
kemari, membuat dirimu merasa nyaman, dan memerintahku." "Aku khawatir aku
berhak melakukannya. Kelompok tur kami adalah kelompok tertutup dan kau
menyusup." "Aku ditempatkan di tur sialan itu!" "Atas perintah siapa?"
"Concierge, atau apa pun panggilanmu untuk idiot di lantai bawah itu."
"Bukan dia. Di atasnya. Siapa yang memberi perintah?" "Dari mana aku tahu" Aku
sama sekali tidak mengerti apa yang kaumaksud." "Kau pergi."
"Ya Tuhan, kau yang menyumhku pergi!" "Aku hanya mengujimu." "Menguji..." Ini
tidak bisa dipercaya!"
"Percayalah," kata Jason. "Kalau kau mengatakan yang sebenarnya, kau tidak akan
celaka." "Celaka?"
"Kami tidak membunuh orang yang tidak bersalah, hanya musuh." "Membunuh... musuh?"
Bourne memasukkan tangan ke balik jas, mencabut pistol dari sabuknya, dan
meletakkannya di meja. "Sekarang, yakinkan aku bahwa kau bukan musuh. Apa yang
terjadi sesudah kau meninggalkan kami?"
Dengan tertegun, Ardisson terhuyung-huyung mundur ke dinding, matanya yang
membelalak ketakutan terpaku pada senjata itu. "Aku bersumpah demi semua nabi,
kau bicara dengan orang yang keliru," bisiknya.
"Yakinkan aku."
"Tentang apa?" "Ketidakbersalahanmu. Apa yang terjadi?"
"Aku... Di lapangan," pengusaha yang ketakutan itu mulai, "aku memikirkan yang
menyatakan, tentang kejadian mengerikan di dalam makam Mao, dan para penjaga
Cina berteriak-teriak tentang gangster asing, dan bagaimana orang-orang akan
dikepung dan ditahan terutama orang seperti aku yang bukan benar-benar bagian ?dari kelompok tur.... Jadi aku lari ya Tuhan, aku tidak boleh berada dalam
?situasi seperti itu! Berjuta-juta franc terlibat, separo biaya Singapura, laba
mencapai tingkat yang belum pemah didengar dalam industri high-fashionl Aku
bukan sekadar negosiator, aku mewakili konsorsiumP'
"Jadi kau kabur dan mereka menghentikanmu," sela Jason, ingin menyingkirkan hal-
hal yang tidak penting. "Ya! Mereka berbicara begitu cepat, aku tidak mengerti sepatah kata pun yang
mereka katakan, dan bam satu jam kemudian mereka menemukan petugas yang bisa
berbahasa Prancis!" "Kenapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya" Bahwa kau bersama wisata kami."
"Karena aku sedang melarikan diri dari wisata sialan itu dan aku
sudah memberikan tanda pengenalku padamul Bagaimana hal itu memirut pandangan
para biadab yang melihat penjahat fasis di setiap wajah berkulit putih?"
"Orang-orang Cina bukan orang biadab, Monsieur," kata Bourne lembut. Lalu tiba-
tiba ia berteriak, "Hanya falsafah politik pemerintah mereka yang biadab! Tanpa
kebesaran Tuhan, hanya menyembah SetanF'
"Maaf?" "Nanti, mungkin," jawab Jason, suaranya tiba-tiba kembali tenang. "Baik, pejabat
yang menguasai bahasa Prancis tiba. Apa yang terjadi sesudah itu?"
"Kuceritakan bahwa aku sedang berjalan-jalan sesuai saranmu, Monsieur. Dan
?tiba-tiba aku teringat sedang menunggu telepon dari Paris dan bergegas kembali
ke hotel, itulah alasanku berlari."
"Cukup masuk akal."
"Tidak bagi pejabat itu, Monsieur. Ia mulai melecehkanku, melontarkan komentar-
komentar paling menghina dan mengisyaratkan hal-hal paling menakutkan. Aku ingin
tahu, demi Tuhan, apa yang terjadi di makam itu?"
"Hasil karya yang indah, Monsieur," jawab Bourne, matanya membelalak "Maaf?"
"Mungkin nanti. Jadi pejabat ini bersikap melecehkan?"
"Sepenuhnya! Tapi ia keterlaluan sewaktu menyerang mode Paris sebagai industri
borjuis yang korup! Maksudku, bagaimanapun juga, kami membayar uang untuk kain
sialan mereka mereka tidak perlu tahu marginnya, tentu saja."?"Lalu apa yang kaulakukan?"
"Aku membawa daftar nama orang-orang yang kuajak negosiasi beberapa cukup pen
?ting kalau aku tidak salah memang hams begitu, mengingat jumlah uangnya. Aku
?berkeras agar orang itu menghubungi mereka, dan aku menolak benar-benar
?menolak menjawab pertanyaan apa pun lagi sampai sedikitnya beberapa orang dalam
?daftar itu tiba. Well, dua jam kemudian mereka tiba, dan kuberitahu, itu
mengubah situasi! Aku dibawa kembali kemari dengan limusin versi Cina terlalu
?sesak untuk orang seukuran aku dan dikawal empat orang. Yang lebih buruk lagi,
?mereka memberitahuku bahwa konferensi final kami ditunda lagi. Konferensi itu
tidak akan berlangsung besok pagi, tapi besok malam. Bagaimana orang bisa
berbisnis pada waktu seperti itu?" Ardisson menjauhi dinding, bernapas dengan
berat, matanya sekarang tnemohon. "Hanya itu yang bisa kuceritakan padamu,
Monsieur. Kau menemukan orang yang kelim. Aku tidak terlibat dengan apa pun di
sini kecuali konsorsiumku."
"Seharusnya begitu!" teriak Jason dengan nada menuduh, kembali
meninggikan suaranya. "Berbisnis dengan orang yang tidak ber-Tuhan sama saja
dengan menghina pekerjaan Tuhan!" "Maaf?"
"Kau sudah memuaskanku," kata si bunglon. "Kau hanya kesalahan." "Apa?"
"Akan kuberitahu apa yang telah terjadi di dalam makam Mao Zedong. Kami berhasil
melakukannya. Kami menembak peti mati kristal itu, juga mayat ateis yang
terkenal itu!" "Kau apa?" "Dan kami akan terus menghancurkan musuh-musuh Kristus di mana pun kami
menemukan mereka! Kami akan membawa pesan kasihNya ke dunia sekalipun untuk itu
kami hams membunuh setiap hewan berpenyakit yang punya pendapat berbeda! Bumi
ini akan menjadi bumi Kristen atau tidak sama sekali!"
"Pasti ada tempat untuk negosiasi. Pikirkan uangnya, sumbangannya"
'Tidak dari setan!" Bourne beranjak dari kursi, meraih pistol dan menjejalkannya
ke sabuk, lalu mengancingkan jasnya dan menarik tepi jasnya seakan-akan tunik
militer. la mendekati pengusaha yang kebingungan itu. "Kau bukan musuh, tapi
nyaris menjadi musuh, Monsieur. Dompetmu, please, dan dokumen perdaganganmu,
termasuk nama-nama orang yang kauajak bemegosiasi."
"Uang...?" "Kami'tidak menerima sumbangan. Kami tidak membutuhkan sumbangan."
"Lalu kenapa?" "Untuk perlindunganmu, sebagaimana juga perlindungan kami. Sel-sel kami di sini
hams memeriksa individu-individu untuk memastikan apakah kau dipanfaatkan tanpa
sadar. Ada bukti bahwa kami mungkin sudah disusupi. Semuanya akan dikembalikan
padamu besok." "Aku hams memprotes "?"Jangan," sela si bunglon sambil meraih ke balik jasnya, tangannya tetap berada
di sana. "Kau tadi bertanya siapa aku, bukan" Cukuplah bila kukatakan bahwa
musuh-musuh kami menggunakan layanan seperti PLO dan Tentara Merah, kelompok
fanatik Ayatollah dan Baader-Meinhof, kami mengumpulkan brigade kami sendiri.
Kami tidak mencari dan menawarkan sepetak pun. Ini perjuangan hingga mati."
"Ya Tuhan!" "Kami bertempur dalam namaNya. Jangan tinggalkan kamar ini. Pesan makananmu dari
layanan kamar. Jangan menelepon kolegamu atau rekan bisnismu dari Beijing ini.
Dengan kata lain, bersembunyilah dan berdoalah demi yang terbaik. Sejujurnya,
harus kuberitahukan bahwa aku sendiri diikuti dan kalau aku diketahui memasuki
kamarmu, kau akan menghilang begitu saja."
'"Tidak bisa dipercaya...!" Pandangan Ardisson tiba-tiba tak terfokus. Seluruh
tubuhnya gemetaran. "Dompet dan surat-suratmu, please."
Dengan menunjukkan dokumen Ardisson selengkapnya, termasuk daftar negosiator
pemerintah milik orang Prancis itu, Jason menyewa mobil atas nama konsorsium
Ardisson. Ia menjelaskan pada pembagi tugas di Layanan Perjalanan Internasiona
Cina di Chaoyangmen Street bahwa ia mampu membaca dan menulis Mandarin, dan
karena mobil sewaan itu akan dikemudikan salah satu pejabat Cina, sopir tidak
diperlukan. Pembagi tugas itu memberitahu bahwa mobil akan tiba di hotel pukul
19.00. Kalau segalanya berjalan lancar, ia punya waktu 24 jam untuk berkeliaran
sebebas orang Barat mana pun di Beijing. Sepuluh jam pertama akan memberitahunya
apakah strategi yang ia susun dalam keputusasaan itu akan membawanya keluar'dari
kegelapan atau melontarkan Marie dan David Webb ke dalam jurang. Tapi Delta One
mengenai cara berpikir Oriental. Selama berabad-abad boleh dibilang hal itu
tidak berubah. Kerahasiaan sama niiainya dengan sepuluh ribu harimau, kalau
bukan satu kerajaan. Bourne berjalan kembali ke hotel, mampir di distrik perbelanjaan yang ramai,
Wang Fu Jing, di balik tikungan sayap timur hotel. Di nomor 255 terdapat Toserba
Utama, tempat ia membeli pakaian dan peralatan yang diperlukan. Di nomor 261 ia
menemukan toko bernama Tuzhang Menshibu, yang berarti Toko Segel Ukiran, tempat
ia memilih peralatan kantor paling resmi ymg bisa ditemukannya. (Yang membuatnya
gembira, daftar Ardisson bukan hanya menyertakan satu tapi dua jenderal, dan
kenapa tidak" Prancis memproduksi Exocet, dan sekalipun tidak termasuk high-
fashion, Exocet berada di tempat yang tinggi dalam daftar teknologi tinggi
miftter.) Akhirnya, di Toko Seni, nomor 265 di Wang Fu Jing, ia membeli pena
kaligrafi serta peta Beijing dan sekitaraya, juga peta kedua yang menunjukkan
jalan-jalan dari Beijing ke kota-kota di selatan.
Sambil membawa barang-barang yang dibelinya ke hotel, ia pergi ke meja di lobi
dan memulai persiapan. Mula-mula, ia menulis surat dalam bahasa Cina yang
membebaskan sopir mobil sewaan dari semua tanggung jawab karena menyerahkan
mobil ke orang asing. Surat itu ditandatangani seorang jenderal dan bams
dilaksanakan. Kedua, ia membentangkan peta dan melingkari kawasan hijau kecil di
tepi kota di sebelah barat daya Beijing. Suaka Burung Jing Shan.
Kerahasiaan sama niiainya dengan sepuluh ribu harimau, kalau bukan satu
kerajaan. 376 25 Marie melompat bangkit dari kursi ketika mendengar dering telepon yang
mengejutkan. Ia berlari, tertatih-tatih dan mengernyit, menyeberangi kamar, dan
meraih telepon. "Ya?" "Kurasa ini Mrs. Austin."
"Mo"... Mo Panov! Syukurlah." Marie memejamkan mata dengan penuh syukur dan rasa
lega. Sudah hampir tiga puluh jam sejak ia berbicara dengan Alexander Conklin,
dan penantian serta ketegangannya di atas semua itu, rasa tak berdaya telah ? ?mendorongnya ke tepi jurang kepanikan. "Kata Alex, ia akan mengajakmu. Ia pikir,
kau akan bersedia." "Pikir" Apakah ada keragu-raguan" Bagaimana perasaanmu, Marie" Dan aku tidak
mengharapkan jawaban ngawur." .
"Nyaris gila, Mo. Aku sudah berusaha mencegahnya, tapi aku nyaris gilaF'
"Selama kau belum menyelesaikan perjalanan, menurutku kau luar biasa, dan fakta
bahwa kau memperjuangkan setiap langkah membuktikan hal itu lebih lagi. Tapi kau
tidak perlu psikologi semacam ini dariku. Aku hanya mencari alasan untuk
mendengar suaramu lagi." "Untuk mencari tahu apakah aku sudah hancur berantakan
dan berceloteh tidak keruan," kata Marie lembut.
"Kita sudah mengalami banyak hal bersama-sama untuk omong kosong murahan seperti
itu aku tidak pemah bisa menipumu. Yang memang tidak kulakukan."
?"Di mana Alex?"
"Berbicara ke telepon umum di sampingku; ia memintaku menelepon-inu. Tampaknya
ia ingin bicara denganmu sementara siapa pun yang diteleponnya masih
tersambung.... Tunggu sebentar. Ia mengangguk. Suara berikutnya yang kaudengar,
dan sebagainya, dan sebagainya."
"Marie?" "Alex" Terima kasih. Terima kasih mau datang " "Seperti yang akan dikatakan
?suamimu, Tidak ada waktu untuk itu.' Apa yang kaukenakan sewaktu terakhir kali
mereka meuhatmu?" : "Kenakan?" "Sewaktu kau melarikan diri dari mereka."
"Aku melarikan diri dua kali. Kedua kalinya di Tuen Mun."
"Bukan yang itu," sela Conklin. "Kontingen di sana kecil dan ada banyak
kebingungan kalau aku tidak salah ingat ceritamu. Dua Marinir benar-benar
?melihatmu tapi yang lainnya tidak. Di sini. Di Hong Kong ini. Itu deskripsi awal
mereka, deskripsi yang akan terukir dalam benak mereka. Apa yang kaukenakan pada
waktu itu?" "Coba kupikir. Di rumah sakit "
?"Sesudahnya," sela Alex. "Kau bilang kau membeli pakaian tanpa pilih-pilih dan
beberapa barang lainnya. Konsulat Kanada, apartemen Staples. Kau bisa
mengingatnya?" "Astaga, bagaimana kau bisa mengingatnya?"
'Tidak ada yang ajaib, aku mencatatnya. Salah satu produk sampingan alkohol.
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cepat, Marie. Garis besamya saja, apa yang kaukenakan?"
"Rok kotak-kotak ya, rok kotak-kotak kelabu, itu dia. Dan blus kebiruan dengan
?kerah tinggi " ?"Kau mungkin menggantinya."
"Apa?" 'Tidak apa-apa. Apa lagi?"
"Oh, topi, topi berlidah cukup lebar untuk menutupi wajahku." "Bagus!"
"Dan tas tangan Gucci palsu yang kubeli di jalan. Oh, sandal agar aku tampak
lebih pendek." "Aku ingin kau tetap tinggi. Kita gunakan hak tinggi. Itu cukup. Hanya itu yang
kubutuhkan." "Untuk apa, Alex" Apa yang akan kaulakukan?"
"Bermain Simon Says. Aku tahu benar komputer paspor Kementerian Luar Negeri bisa
menemukanku, dan dengan langkahku yang halus dan atletis bahkan babi-babi hutan
di Kementerian Luar Negeri bisa menemukanku di pabean. Mereka tidak akan tahu
apa-apa, tapi ada yang memerintah mereka dan aku ingin tabu siapa lagi yang
muncul." "Kurasa aku tidak mengerti."
"Akan kujelaskan nanti. Tetap di tempatmu. Kami akan tiba di sana begitu bisa
melarikan diri dengan bersih. Tapi harus sangat bersih bahkan steril jadi ? ?mungkin makan waktu sekitar satu jam."
"Bagaimana dengan Mo?"
'la hams tetap bersamaku. Kalau kami berpisah sekarang, sedikitnya mereka akan
mengikutinya, paling buruk menangkapnya." "Bagaimana denganmu?"
"Mereka tidak akan menyentuhku selain melakukan pengintaian ketat." "Kau yakin
sekali." "Aku marah. Mereka tidak mungkin tahu apa yang kutinggalkan atau
dengan siapa atau apa instruksiku seandainya ada hasil dalam panggilan-panggilan
telepon yang sudah diatur sebelumnya. Bagi mereka, sekarang ini aku adalah bom
berjalan tertatih-tatih yang bisa meledakkan seluruh operasi mereka, apa pun
? ?itu." "Aku tahu kau mengatakan tidak ada waktu lagi, Alex, tapi ada yang hams
kuberitahukan padamu. Aku tidak yakin kenapa, tapi hams. Kupikir salah satu hal
mengenai dirimu yang begitu menyakitkan dan menimbulkan kemarahan David adalah
fakta bahwa menurutnya kau yang terbaik dalam bidangmu. Sesekali, sewaktu ia
minum-minum atau melamun yang membuka satu atau dua pintu baginya ia
? ?menggeleng sedih atau menghantamkan tinjunya dengan murka dan bertanya sendiri,
Kenapa" 'Kenapa"' katanya, Ta lebih baik dari itu... ia yang terbaik.'"
"Aku tidak sebanding dengan Delta. Tidak ada yang sebanding. Sampai kapan pun."
"Kau kedengaran sangat sehat menurutku."
"Karena aku tidak sedang dalam situasiku dulu, aku sudah keluar. Dengan alasan
yang lebih baik daripada yang pemah kumiliki seumur hidup."
"Hati-hati, Alex." .
"Beritahu mereka agar berhati-hati." Conklin menutup telepon, dan Marie
merasakan air mata perlahan-lahan bergulir tumn di pipinya.
Morris Panov dan Alex meninggalkan toko cendera mata di stasiun kereta Kowloon
dan menuju tangga berjalan ke tingkat bawah, Jalur 5 dan 6. Mo, si teman,
bersedia sepenuhnya mematuhi instruksi mantan pasiennya. Tapi Panov, si
psikiater, tidak mampu menahan diri untuk mengutarakan pendapat profesionalnya.
'Tidak heran kalian semua kacau-balau," katanya sambil mengepit boneka panda di
ketiaknya dan majalah warna-warni di tangannya. "Kuperjelas dulu masalahnya.
Sesudah kita tiba di bawah, aku berjalan ke kanan, Jalur Enam, lalu belok ke
kiri ke bagian belakang kereta, yang kita anggap akan tiba dalam beberapa menit
lagi. Benar, sejauh ini?"
"Benar," jawab Conklin, butir-butir keringat muncul di keningnya saat ia
tertatih-tatih di samping dokter itu.
"Lalu aku menunggu di dekat pilar terakhir, membawa boneka empuk berbau busuk
ini di ketiakku sambil membalik-balik halaman majalah yang sangat pomo ini,
sampai seorang wanita mendekatiku."
"Benar lagi," kata Alex saat mereka melangkah ke tangga berjalan. "Panda itu
hadiah yang sangat normal; kesukaan orang Barat. Anggap saja boneka itu hadiah
untuk anak-anaknya. Majalah pomo sekadar pelengkap isyarat pengenalan. Panda dan
gambar pomo wanita telanjang
"Sebaliknya, kombinasi itu bisa sangat Freud." "Satu poin untuk rumah sakit
jiwa. Lakukan saja apa yang kukatakan." "Katakan" Kau tidak pemah memberitahuku
apa yang harus kukatakan pada wanita itu."
"Cobalah Senang bertemu denganmu.' atau 'Bagaimana anak-anak"' Tidak penting.
Berikan pandanya dan kembalilah ke tangga berjalan ini secepat mungkin tanpa
berlari." Mereka tiba di peron bawah, dan Conklin memegang siku Panov,
mengarahkan dokter itu ke kanan. "Kau akan baik-baik saja, Pelatih. Lakukan saja
apa yang kukatakan dan kembalilah kemari. Segalanya akan baik-baik saja." "Itu
lebih mudah dikatakan kalau aku dalam posisi sebagai dokter." Panov berjalan ke
ujung peron sementara kereta dari Lo Wu menggemuruh masuk ke stasiun. Ia berdiri
di dekat pilar terakhir, dan saat ratusan penumpang berhamburan keluar dari
pintu, dokter itu dengan Mkuk mengepit panda hitam-putih di ketiaknya dan
mengacungkan majalah di depan wajahnya. Lalu terjadilah, dan ia hampir pingsan
karenanya. "Kau pasti Haroldf" seru seseorang dengan suara dibuat-buat sambil menepuk bahu
Panov. Orang itu bertubuh jangkung, dengan riasan tebal di bawah topi lunak
berlidah lebar, dan mengenakan rok kotak-kotak .kelabu. "Aku bisa mengenaiimu di
mana saja, Sayang!" "Senang bertemu denganmu. Bagaimana anak-anak?" Morris hampir tidak bisa bicara.
/ "Bagaimana Alex?" balas wanita yang tiba-tiba bersuara bas pria dengan pelan.
"Aku berutang budi padanya dan sekarang membayarnya, tapi ini gila! Apakah ia
masih waras?" "Aku tidak yakin apakah kalian berdua masih waras," kata psikiater yang tertegun
itu. "Cepat," kata orang asing itu. "Mereka mendekat. Berikan pandanya padaku,
dan saat aku mulai berlari, menghilanglah ke dalam keramaian dan pergi dari
sini! Berikan pandanya!"
Panov memenuhi permintaannya, menyadari ada beberapa pria yang tengah berjuang
menerobos para penumpang dan mendekati mereka. Tiba-tiba, pria berpakaian wanita
dengan riasan tebal itu berlari ke balik pilar tebal dan muncul di sisi
seberangnya. Ia menendang sepatu hak tingginya, mengitari pilar sekali lagi, dan
seperti pemain rugby melesat ke keramaian yang paling dekat dengan kereta,
melewati orang Cina yang berusaha menangkapnya, menghindari tubuh-tubuh yang
saling bertabrakan dan wajah-wajah yang terkejut. Di belakangnya orang-orang
lain mengejar, terhambai para penumpang yang semakin galak dan mulai menggunakan
koper serta ransel untuk menyingkirkan serangan yang membingungkan itu. Entah
dengan cara bagaimana, dalam keributan yang nyaris rusuh, panda itu berpindah
tangan ke seorang wanita Barat jangkung yang juga tengah memegang jadwal kereta.
Wanita itu ditangkap dua orang Cina berpakaian rapi; wanita itu menjerit mereka memandangnya, saling
berteriak, dan melanjutkan pengejaran.
Morris Panov sekali lagi bertindak sesuai instruksi yang telah diterimanya: ia
bergegas membaur dengan orang-orang yang keluar dari kereta di sisi seberang
peron dan berjalan tergesa-gesa di sepanjang tepi Jalur 5 menuju tangga
berjalan, tempat antrean telah terbentuk. Ada antrean, tapi Alex Conklin tidak
ada! Dengan menekan kepanikannya, Mo memperlambat langkah tapi terus berjalan,
sambil memandang sekitamya, mengamati keramaian, juga orang-orang yang sedang
naik tangga berjalan. Apa yang terjadi" Di mana orang CIA itu"
"Mo!" Panov berputar ke kiri,teriakan singkat itu merupakan kelegaan sekaligus
peringatan. Conklin telah bergeser hampir ke balik pilar sepuluh meter di atas
tangga berjalan. Dari isyarat cepat dan berulang-ulang yang dilakukannya, jelas
Conklin harus. tetap berada di tempatnya, dan Mo harus ke sana, tapi perlahan-
lahan, hati-hati. Panov pura-pura jengkel mengantre, orang yang bersedia
menunggu hingga keramaian mereda sebelum mencoba naik ke tangga berjalan. Ia
berharap punya rokok atau sedikitnya tadi tidak membuang majalah pomonya ke rel;
dengan begitu ada yang bisa dilakukannya. Sebaliknya, ia menangkupkan tangan di
belakang punggung dan berjalan santai menyusuri peron yang sepi, memandang
sekitamya sekilas dua kali, mengerutkan kening ke arah antrean. Ia tiba di
pilar, menyelinap ke baliknya, dan tersentak.
Di kakf Conklin tergeletak seorang pria paro baya bermantel hujan, kaki palsu
Conklin menekan tengah-tengah punggungnya. "Perkenalkan Matthew Richards,
Dokter. Matt petugas Timur Jauh sejak hari-hari... pertama Saigon ketika kami
berkenalan pertama kali. Tentu saja, ia jauh lebih muda dan lebih lincah waktu
itu. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, kita semua juga begitu."
"Demi Tuhan, Alex, biarkan aku berdiri!" pinta orang bemama Richards itu,
menggeleng sebisa mungkin dalam posisinya yang terjepit. "Kepalaku sakit
setengah mati! Kau memukulku dengan apa, linggis?"
"Bukan, Matt. Sepatu kakiku yang sudah tidak ada. Berat, bukan" Tapi sepatu itu
memang hams mampu menahan beban. Kalau menyangkut mengizinkanmu berdiri, kau
tahu aku tidak bisa berbuat begitu sebelum kau menjawab pertanyaanku."
'Terkutuk, aku sudah menjawabnya! Aku hanya petugas kasus biasa, bukan kepala
stasiun. Kami mengawasimu berdasarkan perintah D.C. yang menyuruh kami
mengintaimu. Lalu Kementerian Luar Negeri melibatkan diri dengan 'perintah' lain
yang belum pemah kulihat!"
"Sudah kubilang, nienumtku itu sulit dipercaya. Unitmu cukup ketat di sini;.
semua orang melihat segalanya. Yang benar saja, Matt, kita sudah lama saling
mengenai. Apa isi perintah Kementerian Luar Negeri?"
381 "Aku tidak tahu. Kodenya eyes-only untuk SC!" "Artinya station chief, Dokter,"
kata Conklin sambil memandang Panov. "Itu dalih yang selalu kami gunakan
sepanjang waktu kalau berselisih dengan lembaga pemerintah lainnya. 'Aku tahu
apa" Tanya saja pada SC.' Dengan begitu kami lolos karena tidak ada yang ingin
can perkara dengan kepala stasiun. SC memiliki hubungan langsung ke Langley, dan
tergantung pada Oval Yo-Yo, Langley memiliki jalur langsung ke White House.
Sangat dipolitisir, kuberitahu, dan hanya sedikit hubungannya dengan pengumpulan
intelijen." "Informasi yang sangat mencerahkan," kata Panov sambil menatap orang yang tak
bergerak itu, tidak tahu harus berkomentar apa, bersyukur peron sekarang boleh
dikata sudah kosong, dan pilar di bagian belakang itu berada dalam keremangan.
"Ini bukan dalih!" teriak Richards, menggeliat-geliat di bawah berat sepatu
Conklin. "Astaga, aku mengatakan yang sebenarnya! Aku keluar bulan Februari yang
akan datang! Kenapa aku ingin mendapat masalah dari dirimu atau siapa pun
lainnya di markas besar?"
"Oh, Matt, Matt yang malang, kau tidak pernah jadi yang terbaik atau yang
terpandai. Kau baru saja menjawab pertanyaanmu sendiri. Kau bisa merasakan
pensiun itu seperti juga aku, dan kau tidak ingin ada kericuhan. Dalam daftar,
aku harus diawasi, diintai ketat, dan kau tidak ingin mengacaukan perintah yang
berkaitan dengan dirimu. Oke, pal, akan kukirim-kan laporan evaluasi yang akan
membuatmu dipindah ke bagian penghancuran Amerika Tengah sampai waktumu
habis kalau kau bisa bertahan selama itu." "Hentikan"?"Bayangkan, ditangkap di balik pilar stasiun kereta yang ramai, oleh orang
cacat. Mereka mungkin akan membiarkanmu memasang ranjau di beberapa pelabuhan
seorang diri." "Aku tidak tahu apa-apa!"
"Siapa orang Cina itu?"
"Aku tidak " ?"Mereka bukan polisi, jadi siapa mereka" "Pemerintah."
"Cabang apa" Mereka harus mengatakannya padamu SC harus memberitahumu. Ia tidak
?mungkin mengharapkan kau mau bekerja tanpa tahu apa-apa."
"Justru itu, kami memang bekerja tanpa tahu apa-apa! Satu-satunya yang
diberitahukan kepada kami adalah mereka sudah mendapat izin dari D.C. di lantai
paling atas. Ia bersumpah hanya itu yang diketahuinya! Apa yang harus kami
lakukan" Meminta mereka memperlihatkan SIM?" "Jadi tak seorang pun bertanggung
jawab karena tidak ada yang tahu
apa-apa. Pasti bagus hasilnya kalau mereka temyata Cina-Komunis yang hendak
menjemput pembelot, bukan?"
"SC yang bertanggung jawab. Kami menimpakan semua padanya."
"Oh, moralitas yang lebih tinggi.Kami hanya mengikuti perintah, Herr General.'"
Conklin menekankan pengucapan G Jerman yang kuat. "Dan, sudah sewajarnya, Herr
General juga tidak tahu apa-apa karena ia hanya mengikuti perintah yang
diterimanya." Alex diam sejenak, menyipitkan mata. "Ada satu orang, pria besar
yang tampak seperti Paul Bunyan versi Cina." Conklin diam. Kepala Richards tiba-
tiba tersentak, tubuhnya juga. "Siapa dia, Matt?"
"Aku tidak tahu... tepatnya."
"Siapa?" "Aku pemah melihatnya, itu saja. Ia tidak mudah terlewatkan."
"Bukan hanya itu. Karena ia sulit terlewatkan dan mengingat tempat-tempat kau
melihatnya, kau pasti bertanya-tanya. Apa yang kauketahui?"
"Ayolah, Alex! Itu hanya gosip, tidak ada yang pasti."
"Aku senang gosip. Buka mulut, Matt, atau benda buruk dan berat di kakiku ini
mungkin terpaksa menghajar wajahmu. Kau mengerti, aku tidak bisa
mengendalikannya; benda ini memiliki pikiran sendiri dan tidak menyukaimu. Benda
bisa sangat bermusuhan, bahkan terhadapku." Dengan susah payah, Conklin tiba-
tiba mengangkat kaki palsunya dan mengempaskannya ke sela tulang belikat
Richards. "Astaga! Kau mematahkan punggungku!"
"Tidak, kupikir sepatuku ingin menghancurkan wajahmu. Siapa orang itu, Matt?"
Sekali lagi, sambil mengemyit, Conklin mengangkat kaki palsunya dan sekarang
menurunkannya di pangkal tengkorak orang CIA itu.
"Baiklah! Seperti yang sudah kukatakan, ini tidak pasti, tapi kudengar ia
berkedudukan cukup tinggi dalam CI Kerajaan."
"CI Kerajaan," Conklin menjelaskan pada Morris Panov, "berarti Kontra Intelijen
Inggris di Hong Kong ini, yang berarti cabang Mi-Six, yang berarti mereka
menerima perintah dari London."
"Sangat mencerahkan," kata psikiater itu, kebingungan sekaligus ngeri.
"Sangat,". Alex menyetujui. "Boleh kuminta dasimu, Dokter?" tanya Conklin sambil
mulai menanggalkan dasinya sendiri. "Akan kuganti dengan dana darurat karena
kita sekarang mendapat perkembangan bam. Secara resmi aku sedang bekerja.
Langley tampaknya sedang mendanai me lalu i gaji dan waktu Matthew sesuatu ? ?yang melibatkan operas i Intelijen sekutu. Sebagai abdi negara di bawah
klasifikasi serupa, aku hams mencari tahu. Aku juga membutuhkan dasimu, Matt."
Dua menit kemudian, Case Officer Richards tergeletak di belakang pilar, kaki,
tangan, dan mulutnya terikat erat dengan tiga lembar dasi.
"Kita aman," kata Alex sambil mempelajari apa yang tetsisa dari kehebohan di
balik pilar. "Mereka semua sudah pergi memburu umpan kita, yang mungkin sudah
dalam perjalanan ke Malaysia sekarang."
"Siapa wanita itu pria itu" Maksudku, ia jelas bukan wanita."
?"Bukannya bermaksud seksis, tapi seorang wanita mungkin tidak akan berhasil
keluar dari tempat ini. Tapi ia berhasil; membawa yang lain
bersamanya mengejarnya. Ia melompati pagar tangga berjalan dan terns naik. Ayo
?pergi. Kita sudah aman."
'Tapi siapa dia?" desak Panov saat mereka berjalan mengitari pilar menuju tangga
berjalan dan beberapa orang yang membentuk antrean pendek.
"Kami sesekali menggunakannya di sini, terutama sebagai pengamat untuk instalasi
di luar perbatasan, yang cukup dikenalnya, karena ia hams melewatinya dengan
membawa barang dagangan."
"Narkotika?" "Ia tidak mau menyentuh barang itu; ia atlet papan atas. Ia menyelundupkan emas
dan perhiasan curian, beroperasi di Hong Kong, Macao, dan Singapura. Kupikir ada
hubungannya dengan kejadian yang me-nimpanya beberapa tahun yang lalu. Mereka
merampas medali-medalinya karena tindakan tak senonoh. Ia berpose untuk foto-
foto yang berani sewaktu di college karena butuh uang. Kemudian, melalui kantor
sok suci petugas humas licik, foto-foto itu muncul dan ia dipermalukan, hancur."
"Majalah yang kubawa!" sem Mo saat mereka berdua melangkah ke tangga berjalan.
"Kurang-lebih begitu." HoS
"Medali apa?" "Olimpiade 1976. Atletik. Lompat galah adalah spesialisasinya."
Tak bisa bicara, Panov menatap Alexander Conklin sementara mereka naik dengan
tangga berjalan, mendekati pintu masuk terminal. Sepasukan tukang sapu yang
membawa sapu lebar di bahu muncul di mulut tangga berjalan yang turun ke peron.
Alex mengedikkan kepala ke arah mereka, menjentikkan jemari kanannya, dan dengan
ibu jari, menuding arah pintu keluar terminal di atas. Pesannya jelas. Beberapa
saat lagi seorang agen CIA yang terikat akan ditemukan di balik pilar.
"Itu pasti orang yang mereka panggil mayor," kata Marie, duduk di knrsi di
seberang Conklin sementara Morris Panov berlutut di sampingnya, memeriksa kaki
kirinya. "Aauh!" jentnya, sambil menarik kakinya yang disilangkan. "Maaf, Mo."
"Jangan," kata dokter itu. "Lukamu cukup parah, mencapai metatarsal kedua dan
ketiga. Kau pasti mengucurkan cukup banyak darah."
384 "Lumayan juga. Kau tahu tentang kaki?"
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sekarang ini aku merasa lebih aman dengan bidang kaki daripada psikiatri.
Kalian tinggal di dunia yang membuat profesiku kembali ke Abad
Pertengahan bukannya sebagian besar dari kita sudah meninggalkan zaman itu; ?hanya saja kata-kata itu terdengar manis." Panov menengadah memandang Marie,
pandangannya terarah pada rambut kelabu yang ditata kaku. "Kau mendapat
perawatan medis yang bagus, mantan-rambut-merah. Kecuali rambumya. Mengerikan
sekali." "Malah bagus," Conklin memperbaiki pendapat Mo, "Kau tahu apa" Kau dulu
pasienku." Mo kembali memeriksa kaki Marie. "Keduanya pulih dengan baik luka
?dan lepuhannya, maksudku lepuhannya akan makan waktu lebih lama. Nanti
?kubelikan obat dan kuganti perbannya." Panov berdiri dan menarik kursi
bersandaran tegak menjauhi meja tulis kecil. "Kau menginap di sini, kalau
begitu?" tanya Marie, "Di lorong ini juga," kata Alex. "Aku tidak bisa
mendapatkan dua kamar di samping kamarmu." "Bagaimana caramu melakukannya?"
"Uang. Ini Hong Kong, dan pemesanan kamar selalu hilang akibat orang yang sedang
tidak ada di tempat.... Kembali ke mayor itu." ,
"Namanya Lin Wenzu. Catherine Staples memberitahuku ia anggota Intelijen
Inggris, berbicara bahasa Inggris dengan aksen Inggris."
"Ia yakin?" ' "Sangat. Katanya, Lin dianggap petugas Intelijen terbaik di Hong Kong, dan itu
termasuk semua orang dari KGB hingga CIA."
'Tidak sulit dipahami. Namanya Wenzu, bukan Ivanovitch atau Joe Smith. Penduduk
asli berbakat yang dikjrim ke Inggris, dididik dan dilatih, dan dibawa kembali
untuk menduduki posisi dengan tanggung jawab dalam pemerintahan. Kebijakan
standar kolonial, terutama dalam bidang penegakan hukum dan keamanan wikyah."
"Jelas dari sudut pandang psikologis," tambah Panov sambil duduk "Dengan begitu
antipati bisa diredam, dan terbentuk jembatan lain menuju masyarakat yang masih
asing." "Aku mengerti," kata Alex sambil mengangguk, "tapi ada yang hilang; potongan-
potongannya tidak cocok. London bisa jadi memberi izin bagi operasi penyamaran
D.C. segala sesuatu yang sudah kita ketahui membuktikan hal itu, hanya saja
?lebih aneh lagi tapi Mi-Six meminjamkan pada kita orang-orang setempat di
?koloni yang masih dikelola Inggris, itu masalah lain."
"Kenapa?" tanya Panov.
"Beberapa alasan. Pertama-tama, mereka tidak mempercayai kita oh, bukannya
?mereka tidak mempercayai mat kita, hanya otak kita. Dalam beberapa hal mereka
benar, dalam hal-hal lain mereka salah total. Tapi
itu penilaian mereka. Kedua, kenapa mengambil risiko mengungkap personel mereka
demi keputusan yang dibuat birokrat Amerika yang tidak memiliki keahlian dalam
administrasi penyamaran-dalam langsung-di-lokasi" Itu aspek yang mencolok, dan
London semestinya menolaknya mentah-mentah." "Kuanggap yang kaumaksud adalah
McAllister," kata Marie. "Hingga sapi-sapi pulang dari padang baru." Conklin
menggeleng sambil mengembuskan napas. "Aku sudah melakukan risetku sendiri, dan
bisa mengatakan bisa jadi ia faktor terkuat atau terlemah dalam seluruh skenario
terkutuk ini. Kurasa yang terakhir. Ia murni, otaknya dingin, seperti McNamara
sebelum mulai ragu-ragu."
"Hentikan omong kosongnya," kata Mo Panov. "Apa maksudmu dengan bahasa sehari-
hari, bukan yang muluk-muluk" Serahkan penggunaan bahasa itu padaku."
"Maksudku, Dokter, Edward Newington McAllister itu kelinci. Telinganya menegak
begitu ada tanda-tanda pertama konflik atau penyimpangan, dan ia kabur. Ia
seorang analis dan salah satu yang terbaik, tapi tidak memenuhi syarat untuk
menjadi petugas kasus, apalagi kepala stasiun, dan jangan mempertimbangkannya
sebagai pakar strategi di balik operasi rahasia besar. Ia akan ditertawakan di
lokasi, percayalah." "Ia sangat meyakinkan ketika bertemu David dan aku," sela
Marie. "Ia diberi skenarionya. 'Siapkan subjek,' kata seseorang kepadanya.
Bertahanlah pada narasi membingungkan yang secara bertahap akan menjadi lebih
jelas bagi subjek begitu ia mengambil tindakan pertama, yang harus diambilnya
karena kau hilang." "Siapa yang menciptakan skenario itu?" tanya Panov.
"Seandainya aku tahu. Tak seorang pun yang kuhubungi di Washington
mengetahuinya, dan itu termasuk sejumlah orang yang seharusnya tahu. Mereka
tidak bohong; sesudah bertahun-tahun aku bisa mengenali perubahan nada suara.
Operasi ini begitu dalam dan penuh kontradiksi sehingga menjadikan Treadstone
Seventy-one. tampak seperti usaha amatiran padahal tidak"?"Ada sesuatu yang dikatakan Catherine padaku," sela Marie. "Aku tidak tahu
apakah ini membantu, tapi kata-katanya menancap dalam benakku. Ia mengatakan ada
seseorang yang datang ke Hong Kong, 'negarawan, katanya, yang 'lebih dari
sekadar diplomat, atau semacam itu. Ia merasa hal itu mungkin ada kaitannya
dengan segala sesuatu yang terjadi." "Siapa namanya?"
"Ia tidak pemah mengatakannya. Kemudian, sewaktu kulihat McAllister di jalan
bersamanya, kuanggap McAllister yang dia maksud. Tapi mungkin bukan. Analis yang
bam saja kaujabarkan dan orang gugup yang berbicara dengan David dan aku, sama
sekali tidak bisa disebut diplomat, apalagi negarawan. Pasti orang lain lagi."
386 "Kapan Catherine Staples mengatakan hal ini padamu?" tanya Conklin. 'Tiga hari
yang lalu, sewaktu ia menyembunyikanku di apartemennya di Hong Kong."
"Sebelum ia membawamu ke Tuen Mun?" Alex mencondongkan tubuh ke depan di
kursinya. "Ya."
"Ia tidak pernah menyinggung tentang orang ini lagi?"
'Tidak, dan sewaktu kutanyakan, ia bilang tak ada gunanya bagi kami untuk
berharap banyak. Ia masih hams menggali lagi, itulah yang dikatakannya."
"Kau puas dengan itu?"
"Ya, karena pada waktu itu kupikir aku mengerti. Aku tidak punya alasan
meragukannya.. Ia mengambil risiko pribadi dan profesional untuk
menolongku mempercayai kata-kataku tanpa meminta nasihat Konsulat, yang mungkin
?akan dilakukan orang semata-mata untuk melindungi diri mereka sendiri. Kau
menyinggung kata 'aneh', Alex. Well, jujur saja, yang kuceritakan padanya begitu
aneh sampai nyaris konyol termasuk kebohongan yang dirancang Kementerian Luar
?Negeri AS, para pengawal Central Intelligence Agency yang menghilang, kecurigaan
yang mengarah ke tingkat yang lebih tinggi dalam pemerintahanmu. Orang yang
lebih rendah mungkin akan mundur dan cari aman sendiri."
Tanpa mengabaikan ucapan terima kasih," kata Conklin lembut, "ia sebetulnya
menyembunyikan informasi yang berhak kauketahui. Astaga, sesudah segala sesuatu
yang kau dan David alami "
?"Kau keliru, Alex," sela Marie pelan. "Sudah kukatakan bahwa kukira aku
memahaminya, tapi aku belum selesai. Tindakan terjahat yang bisa kaulakukan pada
seseorang yang menjalani setiap detik dalam kepanikan adalah menawarinya harapan
yang ternyata palsu. Sewaktu kenyataan menghantam, rasanya tak tertahankan.
Percayalah, aku sudah menghabiskan waktu lebih dari setahun bersama orang yang
mati-matian mencari jawaban. Ia menemukan beberapa, tapi jawaban yang
ditelusurinya ternyata keliru, dan itu menghancurkan dirinya. Harapan yang
kandas tidak tampak lucu bagi orang yang berharap."
"Ia benar," kata Panov sambil mengangguk dan memandang Conklin. "Dan kupikir kau
tahu. Ya, kan?" "Hal seperti itu pemah terjadi," jawab Alex sambil mengangkat bahu dan memandang
arlojinya. "Pokoknya, sudah waktunya untuk Catherine Staples."
"Ia akan diawasi, dijaga!" Marie yang sekarang mencondongkan tubuh ke depan,
ekspresinya prihatin, pandangannya bertanya-tanya. "Mereka akan menganggap
kalian berdua datang kemari karena aku, bahwa kalian berhasil menghubungiku dan
aku sudah menceritakan tentang dirinya pada kalian. Mereka akan menduga kalian
memburunya. Mereka 387 akan menunggu kalian. Kalau mereka bisa melakukan apa yang sudah mereka lakukan
sejaub ini, mereka bisa membunuh kalian!"
"Tidak, mereka tidak bisa," kata Conklin sambil beranjak dan tertatih-tatih ke
telepon di samping ranjang. "Mereka tidak cukup bagus," tambahnya dengan nada
biasa. "Kau benar-benar sudah suiting!" bisik Matthew Richards dari belakang kemudi
mobil kecil yang diparkir di seberang apartemen Catherine Staples.
"Kau bukan orang yang tahu terima kasih, Matt," kata Alex, duduk dalam
keremangan di samping orang CIA itu. "Bukan saja aku tidak mengirimkan laporan
evaluasi itu, tapi aku juga membiarkan kau kembali mengintaiku. Berterima
kasihlah padaku, jangan menghinaku."
"Sialan!" "Apa yang kaukatakan pada mereka di kantor?" "Apa lagi" Aku dirampok, demi
Tuhan." "Oleh berapa banyak orang?" "Sedikitaya lima berandalan remaja. Zhongguo
ren" "Dan kalau kau melawan, menimbulkan keributan besar, aku mungkin akan
melihatmu." "Begitulah rancangan ceritanya," Richards menyetujui dengan suara pelan. .
"Dan sewaktu aku meneleponmu, sudah sewajamya telepon itu dari salah satu orang
jalanan yang kaukembangkan, melaporkan ia melihat pria kulit putih timpang."
"Bingo." "Kau mungkin bahkan dapat promosi."
"Aku hanya ingin keluar."
"Pasti bisa." 'Tidak dengan cara ini."
"Jadi Havilland sendiri yang muncul di kota."
"Kau tidak mendengarnya dariku! Itu ada di koran-koran."
"Rumah persembunyian di Victoria Peak tidak ada di koran, Matt."
"Hei, ayolah, itu namanya seimbang! Kau bersikap baik padaku, aku bersikap baik
padamu. Tidak ada laporan mengenai diriku dihantam dengan sepatu tanpa kaki di
dalamnya dan kau. dapat alamat. Pokoknya, aku akan mengingkarinya. Kau dapat
dari Garden Road. Berita itu sudah menyebar di seluruh Konsulat,' berkat seorang
Marinir yang marah."
"Havilland," kata Alex sambil berpikir. "Cocok. Ia sangat akrab dengan Inggris,
bahkan berbicara seperti mereka.... Ya Tuhan, aku seharusnya mengenali suaranya!"
"Suaranya?" tanya Richards kebingungan.
388 "Di telepon. Halaman lain dalam skenario itu. Orang itu Havilland! Ia tidak akan
mengizinkan orang lain melakukannya! 'Kami kehilangan dirinya.' Oh Tuhan, aku
langsung makan umpannya!"
"Lalu?" "Lupakan." ."Dengan senang hati."
Sebuah mobil mengurangi kecepatan dan berhenti di seberang jalan, di depan
gedung apartemen Staples. Seorang wanita turun dari pintu belakang, dan begitu
melihatnya dalam cahaya lampu jalan, Conklin tahu siapa wanita itu. Catherine
Staples. Wanita itu mengangguk pada sopimya, berbalik, dan berjalan menyeberangi
trotoar, menuju panel-panel kaca tebal pintu masuk gedung.
Tiba-tiba, terdengar mesin meraung di jalan sunyi di samping taman itu. Sedan
hitam panjang meliuk keluar dari tempat parkir di suatu tempat di belakang
mereka dan berdecit-decit berhenti di samping mobil Staples. Rentetan tembakan menggemuruh dari kendaraan kedua. Kaca pecah
berantakan di jalan dan di trotoar saat jendela-jendela mobil yang diparkir
pecah berantakan, bersama kepala si sopir, dan pintu-pintu gedung apartemen itu
hancur dalam kepingan-kepingan berlumuran darah, saat tubuh Catherine Staples
menancap di ambang pintu oleh hujan peluru.
Roda-roda berputar cepat, sedan hitam itu melesat pergi di jalan yang gelap,
meninggalkan kengerian di belakangnya, darah dan dagirjg yang tercabik di mana-
mana. "Ya Tuhan!" jerit orang CIA itu.
"Pergi dari sini," perintah Conklin.
"Ke mana" Demi Tuhan, ke mana?"
"Victoria Peak."
"Apa kau sudah gila?"
'Tidak, tapi ada orang lain yang sudah gila. Satu haram jadah berdarah bim telah
ditipu. Ia tertipu. Dan ia akan mendengarnya pertama kali dariku. Ayo!
389 26 Bourne menghentikan sedan Shanghai hitam itu di jalan yang gelap, diapit
pepohonan, dan kosong. Menurut peta; ia sudah melewati Gerbang Timur Istana
Musim Panas sebenarnya dulu merupakan sederet vila kerajaan yang didirikan di ?pedalaman yang indah dan didominasi danau yang dikenal dengan nama Kunming. Ia
telah mengikuti garis pantai utara hingga cahaya berwarna-warni taman ria Kaisar
yang luas memudar di belakangnya, digantikan kegelapan jalan pedalaman. Ia
memadamkan lampu mobil, turun, dan membawa barang-barang yang telah dibelinya,
sekarang berada dalam ransel kedap air, ke deretan pepohonan yang mengapit
jalan, dan menjejakkan tumitnya ke tanah. Tanahnya lunak, mempermudah tugasnya,
karena kemungkinan besar mobil sewaannya akan digeledah. Ia merogoh ke dalam
ransel, mengeluarkan sarung tangan pekerja dan sebilah pisau berburu dengan mata
panjang. Ia berlutut dan menggali lubang cukup dalam untuk menyembunyikan
ranselnya; dibiarkannya bagian atasnya tetap terbuka, lalu ia mengambil pisau
dan mencungkil ceruk pada batang pohon terdekat hingga terlihat kayunya yang
putih di balik kulit. Ia mengembalikan pisau dan sarung tangan ke dalam ransel,
menekannya dalam-dalam, dan menguruknya dengan tanah. Ia kembali ke mobil,
memeriksa odometer, dan menghidupkan mesin. Kalau petanya sama akuratnya dalam
jarak seperti dalam merinci areal-areal di dalam dan di sekitar Beijing yang
terlarang dikunjungi, pintu masuk Suaka Jing Shan tidak lebih dari tiga perempat
mil jauhnya di batik tikungan panjang di depan.
Rupanya peta itu akurat. Dua lampu sorot terdapat di atas gerbang besi hijau
tinggi di bawah panel raksasa yang menggambarkan burung-burung dengan warna-
warna cerah; gerbang itu tertutup. Di dalam bangunan kaca kecil di sebelah
kanannya duduk seorang penjaga. Begitu melihat sorot lampu depan mobil Jason
mendekat, ia melompat bangkit dan berlari keluar. Sulit mengatakan apakah jaket
dan celana orang itu seragam; tidak terlihat adanya senjata. Bourne melajukan
sedan sampai ke dekat gerbang, turun, lalu mendekati
orang Cina di balik gerbang itu, terkejut melihat pria tersebut berusia akhir
lima puluhan atau awal enam puluhan.
"Bei tong, bei tong!" kata Jason sebelum penjaga itu sempat bicara, minta maaf
karena sudah mengganggu. "Aku menemui kesulitan," lanjutnya cepat sambil
mencabut daftar negosiator si pengusaha Prancis dari saku dalamnya. "Aku
seharusnya tiba di sini tiga setengah jam yang lalu, tapi mobilnya tidak datang
dan aku tidak bisa menghubungi Menteri " ia memilih nama menteri tekstil dalam
? daftar, " Wang Xu, dan aku yakin ia sama jengkelnya seperti diriku!"?"Kau bicara bahasa kami," kata penjaga yang kebingungan itu. "Kau membawa mobil
tanpa sopir." "Menteri sudah mengizinkannya. Aku sudah sering ke Beijing. Kami akan makan
malam bersama." "Kami tutup, dan di sini tidak ada restoran."
"Mungkinkah ia meninggalkan pesan untukku?"
'Tidak ada yang meninggalkan apa pun kecuali barang yang hilang. Aku punya
teropong Jepang yang sangat bagus dan bisa kujual murah padamu."
Kemudian terjadilah. Di balik gerbang, sekitar tiga puluh meter di jalan tanah,
Bourne melihat seseorang dalam keremangan pohon tinggi. Pria itu mengenakan
tunik panjang empat kancing perwira. Di sekeliling pinggangnya terdapat sabuk
? ?sarung pistol yang tebal. Senjata.
"Maaf, aku tidak membutuhkan teropong."
"Sebagai hadiah, mungkin?"
"Aku hanya memiliki sedikit teman dan anak-anakku pencuri."
"Kau orang yang menyedihkan. Tidak punya apa-apa kecuali anak-anak dan teman-
teman dan roh, tentu saja."
?"Nah, sekarang aku hanya ingin menemui Menteri. Kami sedang mendiskusikan
renminbi dalam jumlah jutaan!"
"Teropongnya hanya beberapa yuan."
"Baiklah! Berapa?"
"Lima puluh." "Ambilkan," kata si bunglon tidak sabar, meraih ke dalam sakunya, tatapannya
sepintas melayang ke balik pagar hijau sementara penjaga itu bergegas kembali ke
posnya. Perwira Cina itu telah mundur semakin jauh ke dalam kegelapan, tapi
tetap mengawasi gerbang. Dentuman di dada Jason terasa seperti tabuh seperti
?yang sering dialaminya di hari-hari Medusa. Ia telah membalik tipuan, mengungkap
strategi. Delta mengenai cara pikir Oriental. Kerahasiaan. Sosok tunggal itu,
tentu saja, tidak mengkonfiirmasinya, tapi juga tidak mengingkarinya.
"Lihat betapa hebathya teropong ini!" sem penjaga itu, berlari kembali ke
gerbang dan mengulurkan teropongnya. "Seratus yuan."
"Katamu tadi lima puluh!"
"Aku tidak memperhatikan lensanya. Jauh lebih unggul. Berikan uangnya dan akan
kulemparkan teropong melewati gerbang."
"Baildah," kata Bourne, hendak mendorong uang melalui celah-celah gerbang. "Tapi
dengan satu syarat, pencuri. Kalau kebetulan kau ditanyai mengenai diriku, aku
lebih suka tidak dipermalukan."
"Ditanyai" Bodoh. Tidak ada seorang pun di sini kecuali aku."
Delta benar. 'Tapi kalau seandainya kau ditanyai, kuharap kau mengatakan yang sebenarnya! Aku
pengusaha Prancis yang mati-matian mencari menteri tekstil ini karena mobilku
tertunda tanpa bisa dimaafkan. Aku tidak mau dipermalukan!"
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Terserah. Kemarikan uangnya."
Jason menjejalkan Iembaran-lembaran yuan ke balik pagar; penjaga itu
menyambarnya dan melemparkan teropong melewati gerbang. Bourne menangkapnya dan
menatap orang Cina itu dengan pandangan memohon. "Kau tahu di mana Menteri
berada malam ini?" "Aku tahu, dan memang hendak memberitahumu tanpa biaya tambahan. Orang sebebat
kau dan dia pasti pergi ke rumah makan bernama Ting Li Guan. Itu tempat kesukaan
orang asing kaya dan orang pemerintahan kami yang berkuasa." "Di mana itu?"
"Di Istana Musim Panas. Kau melewatinya dalam perjalanan kemari. Pergilah
kembali lima belas sampai dua puluh kilometer, dan kau akan melihat gerbang
besar Dong An Men. Masuklah ke sana, dan pemandunya akan mengarahkanmu, tapi
tunjukkan surat-suratmu, Sir. Kau bepergian dengan cara yang sangat tidak
biasa." Terima kasih!" teriak Jason sambil berlari ke mobilnya. "Vive la France!"
"Indah sekali," kata penjaga itu sambil mengangkat bahu, kembali ke posnya dan
menghitung uangnya. Perwira itu berjalan tanpa suara ke pos jaga dan mengetuk kaca jendela.
Terkejut, penjaga malam itu melompat bangkit dari kursinya dan membuka pintu.
"Oh, Sir, Anda membuat saya terkejut! Anda terkunci di dalam rupanya. Mungkin
Anda tertidur di salah satu tempat istirahat kami yang indah. Sial sekali. Akan
saya bukakan gerbangnya sekarang juga!"
"Siapa orang itu tadi?" tanya perwira itu dengan tenang.
"Orang asing Sir. Pengusaha Prancis yang mengalami kesialan. Kalau saya tidak
salah memahaminya, ia seharusnya bertemu Menteri Tekstil di
sini berjam-jam yang lalu dan melanjutkan perjalanan untuk makan malam, tapi
mobilnya tertunda. Ia sangat jengkel. Ia tidak ingin dipermalukan."
"Menteri tekstil yang mana?"
"Menteri Wang Xu, kalau saya tidak salah dengar."
'Tunggu di luar." 'Tentu saja, Sir. Gerbangnya?"
"Sebentar lagi." Prajurit itu meraih telepon di meja kecil dan memutar nomor.
Beberapa detik kemudian ia kembali berbicara. "Berapa nomor menteri tekstil
bernama Wang Xu"... Terima kasih." Perwira itu menekan tombol telepon,
melepaskannya, dan memutar nomornya lagi. "Menteri Wang Xu?"
"Ini aku," kata orang dengan nada agak jengkel di ujung seberang sambungan.
"Siapa ini?" "Seorang staf di Kantor Dewan Perdagangan, Sir. Kami sedang melakukan
pemeriksaan rutin mengenai seorang pengusaha Prancis yang memasukkan nama Anda
sebagai referensi "?"Demi Tuhan orang Kristen, bukan si idiot Ardisson itu lagi, kan! Apa lagi yang
dilakukannya sekarang?"
"Anda mengenalnya, Sir?"
"Kuharap tidak! Maunya yang istimewa saja! Ia mengira kalau buang air besar, bau
bunga lilac akan memenuhi kamar kecil."
"Apakah Anda punya rencana makan malam dengannya malam ini, Sir?"
"Makan malam" Bisa jadi aku telah mengatakan apa saja agar ia tenang sore ini!
Tentu saja, ia hanya mendengar apa yang ingin didengarnya dan bahasa Cina-nya
payah. Di sisi lain, kemungkinan besar ia menggunakan namaku untuk mendapatkan
tempat padahal ia tidak memesan tempat. Sudah kukatakan, orang itu maunya yang
istimewa saja! Berikan apa pun yang diinginkannya. Ia sinting tapi tidak
berbahaya. Kita akan mengirimnya kembali ke Paris dengan pesawat berikut kalau
saja orang-orang bodoh yang diwakilinya tidak membayar begitu mahal untuk bahan-
bahan kelas tiga. Ia mendapat izin untuk pelacur ilegal terbaik di Beijing!
Hanya saja jangan ganggu aku lagi. Aku sedang menjamu tamu." Menteri langsung
menutup telepon. Setelah pikirannya tenang, perwira itu meletakkan telepon dan melangkah keluar
menemui si penjaga malam. "Kau benar," katanya.
"Orang asing itu sangat jengkel, Sir. Dan sangat kebingungan."
"Kudengar kedua kondisi itu normal baginya." Orang angkatan darat itu diam
sejenak, lalu menambahkan, "Kau boleh membuka gerbang sekarang."
Tentu saja, Sir." Penjaga itu memasukkan tangan ke saku dan mengeluarkan seikat
anak kunci. Ia berhenti, berpaling memandang perwira
393 itu. "Saya tidak melihat ada mobil, Sir. Transportasi terdekat beberapa
kilometer jauhnya. Istana Musim Panas yang pertama "?"Saya sudah menelepon memanggil mobil. Seharusnya tiba di sini sepuluh atau lima
belas menit lagi." "Aku khawatir saya sudah tidak di sini pada saat itu, Sir. Saya bisa melihat
lampu sepeda petugas pengganti saya di jalan sekarang. Tugas saya selesai lima
menit lagi." "Aku akan menunggu di sini," kata perwira itu, mengabaikan kata-
kata si penjaga. "Ada awan dari utara. Kalau hujan, aku bisa menggunakan posmu
untuk berteduh sampai mobilku tiba." "Saya tidak melihat ada awan, Sir." "Matamu
tidak sebaik dulu lagi."
"Benar sekali." Bel sepeda yang berdering-dering memecah kesunyian di luar.
Penjaga pengganti mendekati pagar sementara rekannya membuka gerbang. "Anak-anak
muda ini mengumumkan kehadirannya seakan-akan mereka roh yang turun dari
langit." "Ada yang ingin kukatakan padamu," kata perwira itu tajam, menghentikan gerakan
si penjaga. "Seperti orang asing tadi, aku juga tidak ingin dipermalukan karena
mencuri-curi tidur yang sangat dibutuhkan di tempat istirahat yang indah. Kau
menyukai pekerjaanmu?"
"Sangat, Sir." "Dan kesempatan untuk menjual benda-benda seperti teropong Jepang yang diberikan
padamu untuk disimpan?" "Sir?"
"Pendengaranku tajam dan suaramu keras." "Sir?"
"Jangan mengatakan apa-apa tentang diriku dan aku tidak akan mengatakan apa-apa
mengenai kegiatanmu yang tidak etis, yang tak ragu lagi akan menyebabkan kau
dikirim ke padang dengan sepucuk pistol ditodongkan ke kepalamu. Tindakanmu
tidak bisa ditolerir."
"Saya tidak pemah bertemu Anda, Sir! Saya bersumpah demi roh-roh dalam jiwa
saya!" "Kami di Partai menolak pemikiran seperti itu."
"Kalau begitu, demi apa pun yang Anda suka
"Buka gerbangnya dan pergi dari sini."
"Saya ambil sepeda saya dulu, Sir!" Penjaga itu lari ke pagar seberang,
mengeluarkan sepeda, dan membuka kunci gerbang. Ia mendorong gerbang mengangguk
lega saat melemparkan serenceng anak kunci kepada penjaga bam. Setelah menaiki
sepedanya, ia melesat ke jalan.
Penjaga kedua berjalan dengan saritai melewati gerbang sambil menuntun
sepedanya. "Bisa kaubayangkan?" katanya pada perwira itu. "Putra seorang
panglima perang Kuomintang mengambil posisi petani bodoh yang seharusnya
melayani kita di dapur."
Bourne menemukan titik putih di batang pohon itu dan mengemudikan sedannya
keluar dari jalan di sela dua pohon pinus. Ia memadamkan lampu dan turun. Dengan
cepat ia mematahkan beberapa cabang untuk menyembunyikan mobil dalam kegelapan.
Secara instingtif, ia bekerja cepat dalam kondisi apa pun ia begitu tapi yang ? ?mengejutkan, beberapa detik sesudah ia selesai menyembunyikan sedan, sorot lampu
depan mobil muncul di jalan menuju Beijing. Ia membungkuk, betlutut dalam
sesemakan, dan mengawasi mobil itu melintas, tertegun melihat sepeda yang
terikat di atapnya, lalu prihatin sewaktu beberapa saat kemudian suara mesinnya
tiba-tiba menghilang; mobil itu berhenti di balik tikungan di depan. Cemas
memikirkan sebagian mobilnya terlihat oleh orang lapangan berpengalaman yang
kemudian memarkir kendaraan tanpa terlihat dan kembali dengan berjalan kaki,
Jason melesat menyeberangi jalan, menuju sesemakan rapat di balik pepohonan. Ia
berlari ke kanan, dari satu pohon pinus ke pohon pinus yang lain, ke titik
tengah tikungan tempat ia sekali lagi berlutut dalam keremangan sesemakan,
menunggu, mempelajari setiap jengkal tepi jalan, mendengarkan bunyi apa pun yang
bukan berasal dari dengung jalan pedalaman yang sepi.
Tidak ada apa-apa. Lalu akhirnya ada sesuatu, dan sewaktu ia melihatnya, rasanya
tidak masuk akal. Atau sebaliknya" Pria yang mengendarai sepeda berlampu suram
itu melaju seakan-akan keselamatannya tergantung pada kecepatan yang tak mungkin
bisa dicapainya. Saat ia semakin dekat, Bourne melihat orang itu seorang
penjaga... bersepeda... dan ada sepeda yang tadi terikat di atap mobil yang berhenti
di balik tikungan. Apakah sepeda itu dibawa untuk penjaga ini" Tentu saja tidak,
mobil itu pasti terns melaju sampai gerbang.... Sepeda kedua" Penjaga kedua tiba
?dengan sepeda" Tentu.saja. Kalau yang dipercayainya benar, penjaga di gerbang
akan diganti, konspirator ditempatkan di sana menggantikan penjaga pertama.
Jason menunggu hingga cahaya lampu penjaga itu tinggal titik dalam kegelapan di
kejauhan, lalu berlari kembali ke mobilnya dan ke pohon dengan tanda putih di
batangnya. Ia sekarang menggali ransel dan mulai mengeluarkan berbagai benda
yang dibutuhkan. Ia menanggalkan jas dan kemeja putihnya, lalu mengenakan sweter
hitam berleher tinggi; ia mengikatkan sarung pisau berburu di sabuk celana
panjang hitam dan menjejalkan pistol otomatis berisi sebutir peluru di sisi yang
lain. Ia meraih dua gulungan yang dihubungkan dengan kawat tipis sepanjang satu
meter, dan menganggap instrumen mematikan itu jauh lebih baik daripada yang
dibuatnya di Hong Kong. Kenapa tidak" Ia jauh lebih dekat dengan tujuan, kalau
apa-pun yang telah dipelajarinya dari Medusa memang berguna. Ia menggulung kawat
sama banyak di kedua gulungan,
dan dengan hati-hati menyelipkannya ke saku kanan belakang celana panjang, lalu
mengambil senter sekecil bolpoin dan menjepitkannya di tepi saku kanan depan. Ia
memasukkan dua untai petasan panjang Cina yang terlalu besar, dilipat dan diikat
dengan karet, di saku kiri depan bersama tiga kotak korek dan sepotong lilin
kecil. Benda yang paling kikuk adalah pemotong kawat berukuran sedang, kurang-
lebih sama besarnya dengan tang. Ia menyelipkan alat itu kepala terlebih dulu ke
saku kiri belakang, lalu membuka penahannya hingga kedua tangkainya yang pendek
tertekan ke kain, dengan begitu mengunci alat itu di sakunya. Akhirnya, ia
mengambil tumpukan kain yang digulung begitu erat hingga besarnya tak lebih dari
sebatang penjepit. Ia menempatkannya di tengah-tengah punggung, menarik karetnya
mengitari pinggang, lalu mengaitkan penjepitnya. Ia mungkin tidak akan
menggunakan kain itu, tapi ia tidak bisa mengambil risiko apa pun ia sudah ?dekat!
Akan kuringkus dia, Marie! Sumpah, akan kutangkap dia dan kita akan mendapatkan
kehidupan kita lagi. Ini David dan aku sangat mencintaimu! Aku sangat
membutuhkanmu! Hentikan! Tidak ada manusia, hanya tujuan. Tidak ada emosi, hanya sasaran,
pembunuhan, dan orang-orang yang harus disingkirkan karena menghalangi. Kau
tidak berguna bagiku, Webb. Kau lembek dan aku membencimu. Dengarkan
Delta dengarkan Jason Bourne!
?Pembunuh yang terpaksa menjadi pembunuh itu mengubur ransel berisi kemeja putih
dan jaket kotak-kotak, lalu berdiri di sela-sela pepohonan pinus. Paru-parunya
terasa bengkak karena memikirkan apa yang ada di hadapannya, sebagian dirinya
merasa takut dan tidak pasti, yang lainnya murka, sedingin es.
Jason melangkah menuju utara di tikungan, bergerak dari pohon ke pohon seperti
sebehimnya. Ia tiba di mobil yang melewatinya dengan sepeda terikat di atap;
diparkir di tepi jalan, ada pengumuman besar yang ditempelkan di bawah jendela
depan. Ia merayap mendekat dan membaca tulisan Cina itu, tersenyum sendiri:
Ini kendaraan resmi pemerintah yang rusak. Mengutak-atik bagian mana pun dari
mekanismenya adalah kejahatan serius. Pelaku pencurian kendaraan ini akan
dieksekusi seketika. Di sudut kiri bawah ada tulisan lain yang dicetak kecil:
Percetakan Rakyat Nomor 72. Shanghai. Bourne bertanya-tanya berapa ratus ribu
pengumuman seperti ini yang
sudah dibuat Percetakan Nomor 72. Mungkin pengumuman ini menggantikan fungsi
garansi, dua untuk setiap kendaraan.
Ia mundur kembali ke kegelapan dan melanjutkan perjalanan melewati tikungan,
hingga tiba di tempat terbuka di depan gerbang yang terang benderang.
Pandangannya mengikuti bentangan pagar hijau itu. Di sisi kirinya pagar itu
menghilang ke dalam kegelapan hutan. Di sisi kanan pagar itu membentang hingga
sekitar enam puluh meter setelah pos jaga, sepanjang areal parkir dengan bagian-
bagian bernomor untuk bus wisata dan taksi, di mana pagar itu berbelok tajam ke
selatan. Sebagaimana yang telah diduganya, suaka burung di Cina merupakan tempat
tertutup, untuk mencegah pemburu gelap. Seperti istilah d'Anjou, "Cina memuja
burung-bumng selama berabad-abad. Burung dianggap hidangan bagi mata dan perut."
Echo. Echo hilang. Ia bertanya-tanya apakah d'Anjou menderita.... Tidak ada waktu.
Suara-suara! Bourne menyentakkan kepala kembali ke arah gerbang sambil
menyelinap ke sesemakan terdekat. Perwira angkatan darat Cina dan satpam bam
yang jauh lebih muda itu tidak, sekarang dia pasti bertindak sebagai
?penjaga berjalan keluar dari balik pos. Penjaga itu menuntun sepeda sementara
?si perwira menempelkan radio kecil ke telinga.
"Mereka akan tiba tidak lama selewat pukul sembilan," kata orang angkatan darat
itu, sambil menurunkan radio dan memasukkan antenanya: 'Tujuh kendaraan masing-
masing terpisah tiga menit."
'Truknya?" "Yang terakhir."
Penjaga itu memandang arlojinya. "Mungkin sebaiknya kau ambil mobil, kalau
begitu. Kalau ada pemeriksaan telepon, aku tahu rutinitasnya."
"Gagasan bagus," perwira itu menyetujui, sambil menjepitkan radio ke sabuknya
dan mengambil alih sepeda. "Aku tidak sabar menghadapi para birokrat wanita yang
menyalak seperti anjing."
'Tapi hams," kata penjaga itu sambil tertawa. "Dan kau hams membujuk mereka yang
kesepian, yang tampangnya jelek, dan berusaha sebaik mungkin di sela kaki
mereka. Kalau kau mendapat laporan buruk" Kau bisa kehilangan pekerjaan yang
hebat ini." "Maksudmu petani bodoh yang kaugantikan "?'Tidak, tidak," sela penjaga itu, sambil melepaskan sepeda. "Mereka mencari yang
muda, yang tampan, seperti aku. Dari foto-foto kita, tentu saja. Ia berbeda ia
membayar mereka dengan yuan yang diperolehnya dari menjual barang-barang yang
hilang. Aku terkadang penasaran apakah ia mendapat laba."
"Aku sulit memahami orang sipil seperti kalian."
"Koreksi, kalau boleh, Colonel. Di Cina sejati, aku ini kapten pasukan
Kuomintang." Jason tertegun mendengar komentar pemuda itu. Yang didengaraya amat luar biasa!
Di Cina sejati, aku ini hapten pasukan Kuomintang. Cina sejatfl Taiwan" apa
telah dimulai" Perang antara dua Cina" Apakah orang-orang ini ada kaitannya
dengan hal itu" Gila! Perabantaian massal! Timur Jauh akan hancur berantakan! Ya
Tuhan! Ketika membuni pembunuh bayaran, apakah tanpa sengaja ia menemukan
sesuatu yang tak terbayangkan"
Informasi itu terlalu banyak untuk dicerna, terlalu menakutkan, terlalu
mengerikan akibatnya. Ia harus. bergerak cepat, menahan semua pikiran,
memusatkan perhatian hanya pada gerakan. Ia memandang jarum radium arlojinya.
Saat itu pukul 20.54, dan ia cuma memiliki sedikit waktu untuk melakukan apa
yang harus dilakukannya. Ia menunggu hingga perwira angkatan darat itu berlalu
dengan sepedanya, lalu dengan hati-hati maju, diam-diam menerobos sesemakan
hingga melihat pagar. Ia mendekatinya sambil mengeluarkan senter kecil dari
saku, menyalakannya dua kali untuk menilai dimensi pagar itu. Pagar itu luar
biasa. Tingginya tidak kurang dari 35 meter, dan bagian atasnya miring keluar
seperti barikade pagar penjara, dengan gulungan kawat berduri membentang
sepanjang batang-batang baja paralei. Ia mengulurkan tangan ke saku belakang,
menyatukan gagang pemotong kawat, dan mencabutnya. Dengan tangan kiri ia meraba-
raba dalam kegelapan, dan sewaktu menemukan kawat bersilangan yang paling dekat
dengan tanah, ia menempelkan kepala pemotong kawat pada kawat paling bawah.
Seandainya David Webb tidak putus asa dan Jason Bourne tidak murka, pekerjaan
itu tidak mungkin bisa diselesaikan. Pagar itu bukan pagar biasa. Batang
kawatnya jauh lebih kuat daripada barikade yang mengurung para penjahat paling
buas di dunia. Perlu segenap kekuatan Jason saat ia menggoyang-goyangkan
pemotong kawat itu hingga masing-masing kawatnya putus. Satu demi satu putus,
tapi menghabiskan menit-menit yang berharga.
Sekali lagi Bourne memandang jarum arlojinya yang bercahaya. 21.06. Dengan kaki
menancap ke tanah, bahunya melipat ke dalam kotak vertikal yang tingginya hanya
setengah meter. Ia merayap masuk, keringat membasahi seluruh tubuhnya, dan ia
berbaring di tanah dengan terengah-engah. Tidak ada waktu lagi. 21.08.
Ia berlutut dengan goyah, menggeleng untuk menjernihkan kepalanya dan muiai
bergeser ke kanan, memegangi pagar untuk dukungan hingga tiba di tikungan yang
menghadap areal parkir. Gerbang yang terang benderang berada enam puluh meter di
sebelah kirinya. Tiba-tiba, kendaraan pertama tiba. Kendaraan itu limusin Zia buatan Rusia,
mahakarya akhir tahun enam puluhan. Kendaraan itu berputar ke areal parkir dan
menempati posisi pertama di sebelah kanan pos jaga. Enam pria turun dan berjalan
serempak menuju sesuatu yang tampak
398 seperti jalan setapak utama di suaka burung itu. Mereka menghilang ke dalam
kegelapan, berkas cahaya senter menerangi jalan. Jason mengawasi dengan teliti;
ia akan menggunakan jalan itu.
Tiga menit kemudian, tepat sesuai jadwal, mobil kedua melaju melewati gerbang
dan diparkir di samping Zia pertama. Tiga pria turun dari kursi belakang
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sementara sopir dan penumpang kursi depan bercakap-cakap. Beberapa menit
kemudian keduanya turun, dan Bourne harus berjuang keras menahan diri sewaktu ia
melihat penumpangnya, penumpang jangkung dan ramping yang bergerak seperti
kucing saat berjalan ke bagian belakang mobil untuk bergabung dengan sopir.
Pembunuh bayaran itu! Kekacauan di Bandara Kai-tak telah menuntut jebakan yang
rumit di Beijing. Siapa pun yang memburu pembunuh bayaran ini harus ditangkap
dan ditutup mulutnya secepat mungkin. Informasi harus dibocorkan sampai
terdengar di telinga si pencipta pembunuh bayaran ini karena siapa lagi yang ?tahu taktik si pembunuh bayaran lebih baik daripada orang yang sudah mengajarkan
taktik-taktik itu padanya" Siapa lagi yang lebih menginginkan pembalasan dendam
selain orang Prancis itu" Siapa lagi yang mampu memunculkan Jason Bourne yang
lain" D'Anjou-lah kuncinya, dan klien si peniru itu mengetahuinya. - Dan insting
Jason Bourne lahir dari ingatannya akan Medusa yang muncul secara bertahap dan
?menyakitkan akurat. Sewaktu jebakan itu berantakan menjadi bencana di makam
?Mao, menjadi penghinaan yang akan mengguncang republik ini, kelompok elite
konspirator harus berkumpul kembali dengan cepat, diam-diam, lepas dari
pengawasan rekan-rekan mereka. Krisis yang tak terbayangkan tengah menghadang
mereka; tidak boleh ada waktu yang disia-siakan dalam menentukan larfgkah
selanjutnya. Tapi yang paling utama adalah kerahasiaan. Di mana pun mereka bertemu,
kerahasiaan merupakan senjata mereka yang paling penting. Di Cina sejati, aku
ini kapten pasukan Kuomintang. Ya Tuhan! Apakah itu mungkin"
Kerahasiaan. Untuk kerajaan yang hilang" Di mana lagi bisa ditemukan tempat yang
lebih baik daripada suaka burung yang luas dan mas ill liar, taman resmi yang
dikendalikan pengkhianat-pengkhianat berkuasa pembela Kuomintang di Taiwan"
Strategi yang timbul dari keputusasaan telah membawa Bourne pada inti
pengungkapan yang luar biasa ini. Tidak ada waktu lagi! Itu bukan urusanmu!
Hanya orang itu! Delapan belas menit kemudian keenam mobil itu sudah berada di tempatnya, para
penumpangnya keluar, bergabung dengan kolega-kolega mereka di suatu tempat di
dalam hutan gelap suaka itu. Akhimya, 21 menit setelah kedatangan limusin Rusia
tadi, sebuah truk beratap kanvas merayap melewati gerbang, berputar dan diparkir
di samping mobil yang masuk terakhir, tidak lebih dari sepuluh meter jauhnya
dari tempat 399 Jason. Dengan terkejut, ia meiigawasi para pria dan wanita yang terikat
tangan dan mulutnya, didorong keluar dari truk itu; tanpa kecuali mereka jatuh,
berguling-guling di tanah, mengerang memprotes dan kesakitan. Di dekatnya,
seorang pria meronta-ronta, memuntir-muntir tubuhnya yang pendek kurus dan
menendang-nendang kedua penjaga, yang menahannya dan akhirnya melemparkannya ke
area! parkir berlapis kerikil. Pria kulit putih.... Bourne membeku. D'Anjou! Dalam
siraman cahaya lampu sorot di kejauhan ia bisa melihat wajah Echo babak belur,
matanya bengkak. Sewaktu si orang Prancis bangkit berdiri, kaki kirinya terus
Naga Beracun 8 Walet Emas 07 Pendekar Kipas Akar Wangi Satria Pedang Asmara 1
kiri tubuhnya, pulih dengan cepat dan menggeleng; senjata telah disodokkan ke
tulang rusuknya. la akan mematuhi perintah, atau ia akan tewas di Lapangan Tian
An Men. Tidak ada kompromi.
Bourne berbalik, berjongkok, dan mengikat tali sepatu yang telah sempurna,
meminta maaf pada orang-orang di belakangnya. Pembunuh bayaran itu memeriksa
belakangnya; tindakan penghindaran diperlukan. Jason berdiri. Di mana orang itu"
Di mana peniru itu" Di sana! Bourne kebingungan; Commando itu telah melepaskan
si prajurit!Kenapa" Perwira angkatan darat tersebut tiba-tiba berlari menerobos
keramaian, menjerit-jerit, tangannya bergerak-gerak , lalu dalam kepanikan
jatah, dan orang-orang mengerumuni tubuhnya yang tak sadarkan diri.
Pengalih perhatian! Awasi orang itu. Jason berlari, merasa waktunya sudah tepat.
Bukan pistol yang tadi digunakan, tapi jarum tidak disodokkan, tapi ditusukkan
?ke pinggang si prajurit. Pembunuh bayaran itu sudah menyingkirkan seorang
pelindung; ia akan mencari pelindung yang lain, dan mungkin yang lain lagi
setelah itu. Skenario yang telah diperkirakan Bourne tengah dimainkan. Dan
sementara konsentrasi pembunuh itu terpaku untuk mencari korban berikutnya,
waktunya tiba! Sekarang! Jason tahu ia bisa melumpuhkan siapa pun dengan pukulan
ke ginjal, terutama orang yang sedang tidak memperhatikan serangan terhadap
dirinya karena buruannya sedang menyerang dan konsentrasinya mutlak. Bourne
?menutup jarak di antara dirinya dan peniru itu. Lima belas meter, dua belas,
sebelas, sepuluh... ia memisahkan diri dari satu kelompok ke kelompok yang lam...
"pendeta" bersetelan hitam itu berada dalam jangkauan. Ia bisa menangkapnya!
Marie! Seorang prajurit. Prajurit lain! Tapi sekarang, bukannya si pembunuh menyerang,
mereka justru berkomunikasi. Orang angkatan darat itu mengangguk dan memberi
isyarat ke sebelah kirinya. Jason memandang ke sana, kebingungan. Seorang pria
Cina pendek berpakaian sipil dan membawa koper resmi berdiri di kaki tangga batu
lebar yang menuju pintu masuk bangunan besar dengan pilar-pilar granit untuk
mendukung atap pagoda kembar yang miring. Bangunan itu berada tepat di belakang
Monumen Kepahlawanan, ukiran kaligrafi di atas pintu-pintu raksasa menyatakan
bangunan itu adalah Gedung Memorial Ketua Mao. Dua antrean sedang menaiki
tangga, para penjaga memisahkan setiap kelompok. Orang sipil itu berada di
antara dua antrean, kopernya menjadi simbol kekuasaan; ia tidak diusik. Tiba-
tiba, tanpa indikasi apa pun, pembunuh bayaran yang jangkung itu mencengkeram
lengan si prajurit, mendorong orang angkatan darat yang lebih kecil itu di
depannya. Punggung petugas itu melengkung, bahunya tersentak ke atas; ada
senjata yang disodokkan ke tulang punggung, perintahnya spesifik.
Sementara keributan meningkat dan orang-orang serta para polisi berlarian
mendekati prajurit pertama yang tak sadarkan diri, pembunuh bayaran dan
tawanannya berjalan mantap ke orang sipil di tangga Gedung Mao. Pria itu takut
bergerak, dan sekali lagi Bourne mengerti. Pembunuhnya mengenal orang-orang ini;
mereka anggota inti kelompok kecil yang menghubungkan klien si pembunuh bayaran,
dan klien itu berada di dekat mereka. Mereka bukan sekadar antek; begitu mereka
muncul, figur-figur yang lebih rendah melaksanakan tugas yang lebih tidak
penting, karena orang-orang ini jarang menampilkan diri. Pengalih perhatiannya,
yang sekarang berkurang menjadi keributan kecil saat polisi dengan sigap
mengendalikan orang-orang dan membawa pergi mayatnya, memberi waktu beberapa
detik kepada peniru itu untuk mengendalikan rantai yang membawa pada kliennya.
Prajurit' dalam cengkeramannya akan man' kalau tidak patuh, dan dengan satu
tembakan, penembak jitu yang kompeten bisa membunuh orang di tangga. Pertemuan
itu berlangsung dalam dua tahap, dan selama si pembunuh bayaran. mengendalikan
tahap kedua ia bersedia sepenuhnya untuk melanjutkan. Kliennya jelas berada di
suatu tempat di dalam mausoleum luas itu dan tidak mungkin mengetahui apa yang
terjadi di luar, dan antek biasa tidak akan berani mengikuti atasannya ke tempat
pertemuan. Tidak ada waktu untuk menganalisis, Jason tahu itu. Ia harus bertindak. Cepat.
Ia harus masuk ke dalam monumen Mao Zedong dan mengawasi, menunggu pertemuan itu
selesai dengan satu atau lain cara dan kemungkinan menjijikkan ia harus ?melindungi si pembunuh melintas dalam benaknya. Sekalipun begitu, hal itu
bukannya tidak mungkin dan safu-satunya nilai tambah baginya adalah, peniru
tersebut telah mengikuti skenario yang mungkin diciptakannya sendiri. Kalau
pertemuan berjalan 358 damai, masalahnya hanya tinggal mengikuti si pembunuh, yang pada saat itu pasti
tengah melambung karena keberhasilan taktiknya, juga apa pun yang diberikan oleh
kliennya dan tidak menduga ada pihak lain di Lapangan Tian An Men.
?Bourne berbalik, mencari-cari d'Anjou. Si orang Prancis berada di tepi kelompok
wisatawan; ia mengangguk, seakan-akan mampu membaca pikiran Delta. Ia menunjuk
tanah di bawahnya, lalu menggambar lingkaran dengan jari telunjuknya. Itu
isyarat rahasia dari hari-hari mereka di Medusa. Isyarat itu berarti ia akan
tetap berada di tempatnya, tapi kalau harus bergerak ia akan tetap terlihat dari
lokasi spesifik itu. Isyarat tersebut sudah cukup. Jason menyeberang di belakang
si pembunuh bayaran dan tawanannya, dan berjalan melewati kerumunan, dengan
cepat mengisi ruang terbuka dalam antrean di paro kanan tangga, dan mendekati
penjaga. Ia berbicara dengan nada memohon dalam Bahasa Mandarin yang sopan,
"Perwira Tinggi, aku benar-benar malu! Aku begitu terpesona oleh kaligrafi di
Monumen Rakyat hingga tertinggal kelompokku, yang melewati tempat ini beberapa
menit yang lalu." "Anda menguasai bahasa kami dengan baik," kata penjaga yang kaget itu, tampaknya
terbiasa dengan aksen asing yang tak diketahui maupun dipedulikannya. "Anda
sangat sopan." "Aku hanya guru bergaji rendah dari Barat yang sangat menyukai negara Anda yang
besar ini, Perwira Tinggi."
Penjaga itu tertawa. "Aku tidak setinggi itu, tapi negara kami memang hebat.
Putriku mengenakan blue jeans di jalan-jalan."
"Maaf." "Tak apa-apa. Mana identifikasi kelompok wisata Anda?" "Apa?"
"Pelat nama yang harus dikenakan di luar pakaian."
"Benda itu jatuh terus," kata Bourne sambil menggeleng tak berdaya. 'Tidak mau
menempel. Aku pasti sudah menghilangkannya tanpa sengaja."
"Kalau kau berhasil mengejar kelompok Anda nanti, temui pemandu Anda dan minta
pelat nama yang lain. Pergilah. Kembalilah ke ujung antrean di tangga. Ada yang
terjadi. Kelompok berikut mungkin terpaksa menunggu. Anda akan tertinggal tur."
"Oh" Apa ada masalah?"
"Aku tidak tahu. Pejabat yang membawa koper resmi itu yang memberi perintah. Aku
yakin ia menghitung yuan yang bisa dihasilkan di sini, mengira tempat suci ini
seharusnya sama seperti kereta bawah tanah Beijing."
"Anda baik sekali."
"Cepatlah, Sir."
Bourne bergegas menaiki tangga, membungkuk di belakang keramaian, sekali lagi
mengikat tali sepatu yang telah erat, kepalanya miring untuk mengawasi pembunuh
bayaran itu. Peniru tersebut tengah bercakap -
359 cakap dengan suara pelan pada si pejabat sipil sementara prajuritnya masih dalam
cengkeramannya tapi ada yang aneh. Pria Cina pendek bersetelan itu mengangguk, ?tapi pandangannya tak terarah pada si peniru; pandangannya terpaku ke
belakangnya. Atau tidak" Sudut pandang Jason tidak' menguntungkan. Tidak pen
ting, skenarionya sedang dilaksanakan, kliennya telah menyetujui persyaratan
pembunuh itu. Ia berjalan melewati pintu ke dalam keremangan, seperti semua orang di depannya,
terpesona oleh kemunculan tiba-tiba patung manner putih raksasa yang
menggambarkan Mao tengah duduk, menjulang begitu tinggi dan begitu anggun
sehingga orang hampir tersentak oleh kehadirannya. Dramatisasi pun tak
terlewatkan. Berkas-berkas cahaya yang bermain-main di patung manner yang tampak
transparan tersebut menciptakan efek berkabut yang mengisolir sosok raksasa itu
dari tirai beludru di belakangnya dan keremangan yang mengelilinginya. Patung
raksasa dengan mata yang bagai mencari-cari itu tampak hidup dan waspada.
Jason mengalihkan pandangan dan mencari-cari pintu serta lorong. Tidak ada.
Tempat ini memang mausoleum, aula yang diabdikan untuk nabi negara. Tapi 'ada
pilar-pilar, tiang marmer lebar yang tinggi dan menyediakan area-area terpencil. Bisa jadi tempat pertemuan itu berada di balik salah
satu bidang gelap itu. Ia akan menunggu. Ia akan tinggal diam di bidang gelap
yang Iain dan mengawasi. Kelompok tumya memasuki aula agung kedua, dan rasanya lebih menggetarkan
daripada yang pertama. Mereka berhadapan dengan peti mati kaca berisi jenazah
Ketua Mao Zedong, terbungkus bendera nasional, mayat bagai liiin yang terbaring
damai tapi matanya yang tertutup bisa terbuka setiap saat dan membelalak tak ?menyetujui. Ada bunga-bunga di sekitar sarkofagus di atas panggung itu, dan dua
deret pohon pinus hijau tua dalam pot-pot keramik berjajar di dinding yang
berseberangan. Sekali lagi berkas cahaya matahari memainkan simfoni wama yang
dramatis, kantong-kantong kegelapan yang terbelah berkas-berkas cahaya yang
saling menyilang dan menyirami bedeng-bedeng bunga kuning, merah, dan biru.
Keributan di suatu tempat di aula pertama sejenak mengusik kebisuan orang-orang
yang terpesona, tapi keributan itu segera berhenti, secepat kemunculannya.
Sebagai wisatawan terakhir dalam antrean, Bourne memisahkan diri tanpa menarik
perhatian yang lain. Ia menyelinap ke balik salah satu pilar, tersembunyi dalam
bayang-bayang, dan mengintip dari pilar putih mengilap-do.
Yang dilihatnya melumpuhkan dirinya sementara banyak pikiran saling beradu dalam
kepalanya di atas semua itu, satu kata: jebakanl-Tidak ada kelompok di belakang
?kelompoknya tadi! Kelompoknya yang terakhir yang diizinkan masuk ia orang
?terakhir yang diizinkan masuk sebelum pintu-pintu berat ditutup. Itulah suara
?yang tadi didengamya tertutupnya
?pintu-pintu dao erangan kecewa orang-orang di luar yang menunggu diizinkan
masuk. Ada yang sedang terjadi.... Kelompok berikut mungkin terpaksa menunggu.... Penjaga
yang ramah di tangga. Ya Tuhan, sejak awal ini merupakan jebakanl Setiap langkah, setiap penampilan
telah diperhitungkan! Sejak awal! Informasi yang dibayar di pulau yang basah
kuyup disiram hujan, tiket pesawat yang hampir tak bisa diperoleh, pembunuh
bayaran di bandara pembunuh profesional yang mampu melakukan penyamaran yang
?jauh lebih baik, rambutnya terlalu mencolok, pakaiannya tidak cukup
menyembunyikan postumya. Lalu kesalahpahaman dengan pria tua itu, pensiunan
brigadir dari Teknisi Kerajaan begitu logis dengan cara yang tak logis! Begitu
?tepat, bau penipuan yang begitu akurat, begitu sulit dilepaskan begitu saja!
Prajurit di jendela truk, bukan mencari dirinya tapi mencari mereka! Setelan
hitam pendeta suar hitam dalam cahaya matahari, begitu mudah diikuti. Ya Tuhan,
?sejak awal! Akhirnya skenario yang dijalankan di lapangan luas, skenario yang
bisa jadi ditulis oleh Bourne sendiri sekali lagi tak mungkin dilewatkan para
?pemburu. Jebakan yang dibalik: Tangkap si pemburu saat ia mengintai buruannya!
Dengan panik Jason memandang sekitamya. Di kejauhan di depannya terdapat
seberkas cahaya matahari yang kuat. Pintu keluar berada di ujung seberang
mausoleum; pintu-pintu itu pasti diawasi, setiap wisatawan diamati saat keluar.
Suara langkah kaki. Di balik bahu kanannya. Bourne berputar ke kiri, sambil
mencabut pisau pembuka surat kuningan dari sabuknya. Seseorang berpakaian
setelan Mao, potongannya militer, dengan hati-hati melewati pilar lebar dalam
keremangan panjang pepohonan pinus. Ia tidak lebih dari dua meter jauhnya. Ia
membawa sepucuk pistol, silinder menggembung di larasnya menjamin letusan
teredam yang tak lebih dari letupan pelan. Jason menyusun perhitungan mematikan
dengan cara yang tak akan pemah bisa dipahami David Webb. Mata pisaunya haras
di-tikamkan sebegitu rupa sehingga menimbulkan kematian seketika. Tak boleh ada
suara dari mulut musuhnya ketika mayatnyar diseret kembali ke dalam kegelapan.
Bourne menerjang, jemari kirinya yang kaku menjepit bagai tang wajah pria itu
sementara ia menghunjamkan pisau pembuka surat ke leher si prajurit, mata
pisaunya merusak pita suara yang pipih dan rapuh. Dengan satu gerakan, Bourne
menjatuhkan tangan kirinya, mencengkeram pistol besar yang masih dalam genggaman
musuhnya, dan mengayunkan mayat itu, menjatuhkannya ke balik cabang-cabang pohon
pinus rendah yang 'berjajar di dinding sebelah kanan. ia mendorongnya ke dalam
kegelapan di antara dua pot keramik besar berisi akar pohon hingga tidak
terlihat. Ia merangkak di atas mayat, senjata di depan wajahnya,
dan kembali menempel ke dinding aula pertama, tempat ia bisa melihat tanpa
terlihat Orang berseragam kedua melintasi berkas cahaya yang menerangi kegelapan pintu
masuk aula kedua. Ia berdiri di depan peti mati kristal Mao, disirami cahaya
yang terasa menakutkan, dan memandang sekitamya. Ia mengangkat radio genggam ke
depan wajahnya dan berbicara, mendengarkan; lima detik kemudian ekspresinya
berubah prihatin. Ia melangkah tergesa-gesa ke sebelah kanan, menyusuri jalur
yang sudah ditetapkan bagi orang pertama. Jason bergegas merangkak mundur ke
arah mayat tadi, tangan dan lutut menyentuh lantai manner tanpa suara, dan
bergerak ke tepi cabang-cabang yang menggantung rendah.
Prajurit itu mendekat, berjalan lebih lambat, mempelajari orang-orang terakhir
di antrean di depan. Sekarang! Bourne menerjang saat orang itu melintas,
mengunci lehernya untuk menghalangi suara apa pun, sambil menyeretnya ke bawah
cabang-cabang, pistol ditekankan sekuat mungkin ke perut prajurit itu. Ia
menarik picunya; letupan teredam terdengar bagai semburan udara, tidak lebih.
Pria itu mendenguskan napas terakhir dan terkulai.
Ia harus keluar! Kalau ia terjebak dan -terbunuh dalam kesunyian memesona dalam
mausoleum ini, pembunuh bayaran itu akan bebas berkeliaran dan Marie akan mati.
Musuh-musuhnya tengah merapatkan jebakan terbalik itu. Ia harus membalik
kebalikan itu dan entah bagaimana bertahan hidup! Pelarian paling bersih
dilakukan secara bertahap, menggunakan kebmgungan apa pun yang ada atau yang
bisa diciptakan. Tahap Pertama dan Kedua telah diselesaikannya. Kebingungan tertentu telah muncul
kalau ada orang lain yang berbisik-bisik ke radio. Yang harus ditimbulkan adalah
titik fokus kekacauan yang begitu brutal dan tak terduga, sehingga mereka yang
memburunya dalam kegelapan akan menjadi sasaran pencarian histeris yang
mendadak. Hanya ada satu jalan dan Jason tidak merasakan sensasi heroik aku-mungkin-tewas-
dalam-usahaku. Ia harus melakukannya! Ia hams membuatnya berhasil. Bertahan
hidup adalah segalanya, untuk alasan yang melebihi dirinya sendiri.
Profesionalismenya tengah mencapai puncak, tenang dan penuh perhitungan.
Bourne bangkit dan berjalan menerobos cabang-cabang, menyeberangi ruang terbuka
ke pilar di depannya. Ia lalu berlari ke pilar di belakangnya, lalu pilar di
belakangnya lagi, pilar pertama di aula kedua, sepuluh meter dari peti mati yang
diberi penerangan dramatis. Ia menggeser tubuh mengitari manner dan menunggu,
pandangannya terarah ke pintu masuk.
Kejadian-kejadian itu berlangsung. Petugas yang tadinya menjadi "tawanan" si
pembunuh bayaran muncul bersama orang sipil pendek yang membawa koper dinas.
Prajurit itu membawa radio di sisinya; ia
362 mengangkatnya, berbicara dan mendengarkan, lalu menggeleng, memasukkan radio ke
saku kanan dan mencabut pistol dari sarung. Orang sipil itu mengangguk sekali,
meraih ke balik jas dan mencabut revolver laras pendek. Masing-masing berjalan
ke peti mati kaca Mao Zedong, lalu bertukar pandang dan mulai berpencar, satu ke
kiri, yang lain ke kanan.
Sekarang! Jason mengangkat senjata, membidik dengan cepat dan menembak. Sekali!
Geser sedikit ke kanan. Dua kali! Letupan itu terdengar seperti bunyi batuk dari
bayang-bayang sementara kedua pria itu jatuh ke sarkofagus. Menggunakan ujung
mantelnya, Bourne mencengkeram peredam pistol yang panas dan membukanya. Masih
tersisa lima peluru. Ia menekan picu dengan cepat. Letusan terdengar di
mausoleum, menggema pada dinding-dinding manner, menghancurkan kaca kristal peti
mati, peluru-peluru menancap di jenazah Mao Zedong yang tersentak-sentak,
sebutir peluru menembus kening yang tak berdarah, peluru lain menghancurkan
sebutir mata. Sirene meraung-raung; genta berdentang-dentang membelah udara dan memekakkan
telinga, sementara para prajurit muncul seketika dari mana-mana, berlari-lari
panik ke lokasi kejadian menghebohkan itu. Dua baris antrean wisatawan yang
merasa terjebak dalam cahaya menakutkan rumah kematian itu berubah histeris,
berbondong-bondong menghambur ke pintu dan cahaya matahari, menginjak-injak
siapa saja yang menghalangi. Jason Bourne bergabung, menerobos ke tengah-tengah
keramaian. Begitu tiba di cahaya terang benderang Lapangan Tian An Men, ia
melesat menuruni tangga. D'Anjou! Jason berlari ke sebelah kanan, mengitari sudut batu, dan menyusuri
samping bangunan berpilar hingga tiba di depan. Para penjaga berusaha sebaik-
baiknya menenangkan orang-orang yang panik, sambil berusaha mengetahui apa yang
telah terjadi. Kerusuhan dimulai.
Bourne meneliti tempat ia terakhir kali melihat d'Anjou, lalu mengalihkan
pandangan ke areal tempat si orang Prancis mungkin terlihat. Tidak ada, tidak
ada seorang pun yang bahkan mirip dengannya.
Tiba-tiba, terdengar decitan ban di kejauhan, di jalan utama di sebelah kiri
Jason. Ia berbalik dan memandang ke sana. Sebuah van dengan jendela gelap
mengitari aspal yang dibatasi pagar tali dan melesat ke gerbang selatan Lapangan
Tian An Men. Mereka menangkap d'Anjou. Echo hilang.
24
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
QUEST-ce qu 'il y a" " "Des coups de feu! Les gardes sont paniques!" Bourne
mendengar teriakan-teriakan itu dan, sambil berlari-lari, bergabung dengan
sekelompok wisatawan Prancis yang dipimpin pemandu wisata yang. konsentrasinya
teralih ke kekacauan yang berlangsung di tangga mausoleum. Ia mengancingkan jas,
menyembunyikan pistol di sabuk. dan menyelipkan silinder. berlubang-lubang ke
dalam sakunya. Sambil memandang sekilas ke sekitarnya, ia bergerak cepat
menerobos kerumunan, ke samping pria yang lebih jangkung daripada dirinya, pria
berpakaian bagus yang wajahnya memancarkan ekspresi jijik. Jason bersyukur
karena ada beberapa orang yang hampir sama tingginya di depan mereka; kalau
mujur dan dalam kekacauan ia mungkin bisa tetap tersembunyi. Di atas, di puncak
tangga mausoleum, pintu-pintu terbuka sebagian. Orang-orang berseragam berlarian
di sepanjang tangga. Jelas sekali kepemimpinan mereka kacau, dan Bourne tahu
alasannya. Pemimpin mereka telah melarikan diri, menghilang begitu saja, tidak
ingin menjadi bagian dari kejadian-kejadian mengerikan ini. Sekarang perhatian
Jason hanya tertuju pada pembunuh bayaran itu. Apakah ia akan keluar" Ataukah ia
sudah menemukan d'Anjou, menangkap penciptanya sendiri, lalu pergi bersama Echo
dengan van itu, yakin Jason Bourne yang asli telah terjebak menjadi mayat kedua
dalam mausoleum yang telah ternoda itu"
"Qu'est-ce que c'est?" tanya Jason pada pria Prancis jangkung berpakaian rapi di
sampingnya. 'Tak ragu lagi, penundaan lain yang benar-benar menjengkelkan," jawab pria itu
dengan aksen Paris yang agak kewamtaan. 'Tempat ini gjla, dan tolerahsiku sudah
habis! Aku akan kembali ke hotel."
"Kau bisa berbuat begitu?" Bourne meningkatkan bahasa Prancis-nya dari kalangan
menengah ke university yang layak. Hal itu sangat berarti bagi si orang Prancis.
"Maksudku, apa kita diizinkan meninggalkan rombongan tur kita" Katanya kita hams
tetap berkumpul." 364 "Aku pengusaha, bukan wisatawan. 'Tur' ini, seperti istilahmu, tidak masuk
agendaku. Sejujumya saja, aku punya waktu luang siang ini orang-orang ini ?sangat lama dalam mengambil keputusan dan kuptkir sebaiknya aku melihat-lihat
?sedikit, tapi tidak tersedia sopir yang menguasai bahasa Prancis. Concierge
mendaftarkan aku maaf, menugaskan aku ke kelompok ini. Pemandunya, kau tahu,
? ?mahasiswa Sastra Prancis dan berbicara seakan-akan ia dilahirkan di abad ketujuh
belas. Aku sama sekali tidak mengerti mengenai apa wisata ini."
"Ini tur lima jam," Jason menjelaskan dengan akurat, membaca tulisan Cina yang
tercetak di kartu pengenal di kelepak pria itu. "Sesudah Lapangan Tian An Men,
kita akan tnengunjungi makam Ming, lalu pergj menyaksikan matahari terbenam dari
Tembok Besar." "Astaga, aku sudah melihat Tembok Besar! Ya Tuhan, itu tempat pertama aku dibawa
oleh dua belas birokrat dari Komisi Perdagangan, sambil mengoceh tanpa henti
melalui penerjemah bahwa tempat itu merupakan tanda keabadian mereka. Sialan!
Kalau tenaga buruhnya tidak semurah itu dan labanya sebesar itu "
?"Aku juga pengusaha, tapi selama beberapa hari ini juga wisatawan. Aku bergerak
di bidang impor rotan. Kau, kalau boleh kutanya?"
"Kain, apa lagi" Kecuali kau mempertimbangkan barang elektronik, atau minyak,
atau batu bara, atau parfum bahkan rotan." Pengusaha itu melontarkan senyum
?yang menyatakan dirinya lebih unggul dan lebih tahu. "Kuberitahu, orang-orang
ini menduduki kekayaan dunia dan mereka sama sekali tidak tahu hams b&buat apa
dengan kekayaan itu."
Bourne mengamati pria Prancis jangkung tersebut. Ia teringat Echo dari Medusa
dan pepatah Galia yang menyatakan semakin banyak sesuatu berubah, semakin
tetaplah dia. Kesempatan akan datang sendiri. Kenali, bertindaklah berdasarkan
kesempatan itu. "Seperti yang lcukatakan tadi," lanjut Jason sambil mengawasi
keributan di tangga. "Aku juga pengusaha yang sedang berlibur sebentar berkat
?insentif pajak pemerintah kita. bagi orang-orang yang membajak ladang
asing tapi aku sudah banyak bepergian di Cina dan belajar cukup banyak bahasa
?mereka." "Rotan sudah mendunia," kata orang Paris itu sinis.
"Produk berknalitas kami berlambang enamel putih Cote d'Azur, juga tempat-tempat
lain di utara dan selatan. Keluarga Grimaldi sudah menjadi klien kami selama
bertahun-tahun." Bourne tetap memandangi tangga.
"Aku tetap bertahan pada pendapatku, sobat bisnisku... di ladang asing." Untuk
pertama kalinya, orang Prancis itu benar-benar memandang Jason.
"Dan aku bisa memberitahumu sekarang," kata Bourne, "bahwa tidak ada pengunjuhg
lain yang diizinkan memasuki makam Mao, dan bahwa semua orang dalam rombongan
tur di tempat ini akan dikepung dan mungkin ditahan."
"Ya Tuhan, kenapa"'"
'Tampaknya ada kejadian mengerikan di dalam dan para penjaga berteriak-teriak
mengenai gangster asing.... Kau tadi mengatakan ditempatkan di wisata ini, tapi
tidak benar-benar masuk rombongan?"
"Pada intinya begitu."
"Cukup menjadi dasar untuk spekulasi, bukan" Penahanan, hampir pasti."
"Sulit dipercayal" "Inilah Cina "
?'Tidak bisa begitu! Berjuta-juta franc sedang dipertaruhkan! Aku kemari
mengikuti tur menjijikkan ini hanya karena "
? "Kusarankan kau pergi, sobat bisnisku. Katakan saja kau sedang jalan-jalan.
Berikan pelat namamu dan akan kubuangkan untukmu "?"Itu masalahnya?"
"Negara asal dan nomor paspormu ada di sana. Begitulah cara mereka mengontrol
langkah-langkahmu sementara kau berada dalam tur berpemandu."
"Aku berutang budi padamu selamanyaf" seru pengusaha itu sambil mencabik pelat
nama plastik dari kelepaknya. "Kalau kau mengunjungi Paris "
?"Aku menghabiskan hampir sepanjang waktu bersama Pangeran dan keluarganya di "
?"Tentu saja! Sekali lagi, trims!" Orang Prancis itu, begitu berbeda sekaligus
begitu mirip Echo, cepat-cepat pergi, sosoknya yang terbungkus pakaian rapi
tampak mencolok dalam cahaya matahari kelabu kekuningan saat menuju Gerbang
Surgawi sama mencoloknya seperti umpan palsu yang membimbing si pemburu ke
?dalam jebakan. Bourne menjepitkan pelat nama plastik itu di kelepaknya sendiri dan sekarang
menjadi bagian dari tur resmi; itulah jalan keluar baginya ke gerbang-gerbang
Lapangan Tian An Men. Sesudah kelompok itu dengan tergesa-gesa dialihkan dari
mausoleum ke Aula Agung, bus melaju melewati gerbang utara, dan dari balik
jendela Jason melihat pengusaha Prancis yang marah itu memohon-mohon agar polisi
Beijing mengizinkannya keluar. Potongan-potongan laporan mengenai huru-hara itu
telah disusun. Beritanya menyebar. Seorang asing berkulit putih telah menghina
peti mati dan merusak jenazah Ketua Mao. Terons kulit putih dalam kelompok tur
tanpa identifikasi yang seharusnya. Penjaga di tangga sudah melaporkan melihat
pria seperti itu. "Aku memang masih ingat," kata pemandu wisata itu dengan bahasa Prancis yang
sudah tak digunakan lagi. Wanita itu herdiri di dekat patung singa marah di
Avenue of Animals yang luar biasa, patung-patung batu raksasa yang menggambarkan
kucing besar, kuda, gajah, dan makhluk mistis buas beijajar di jalan, menjaga
jalan terakhir menuju pemakaman Dinasti Ming. "Tapi ingatanku tidak bekerja
karena kemampuan Anda menggunakan bahasa kami menyita pemikiranku seketika itu
juga. Dan aku merasa yakin tanpa perlu memikirkannya lagi bahwa Anda bam. saja
melakukan kemewahan itu."
Mahasiswi Sastra Prancis dan berbicara seakan-akan ia berada di abad ketujuh
belas... pengusaha keras kepala yang sekarang tak ragu lagi lebih keras kepala.
"Aku tidak menggunakan bahasa Anda sebelumnya," jawab Bourne dalam bahasa
Mandarin, "karena Anda sedang bersama orang lain dan aku tidak ingin tampil
mencolok. Tapi sebaiknya kita gunakan bahasa Anda sekarang.";
"Anda menguasainya dengan sangat baik."
"Terima kasih. Kalau begitu Anda pasti ingat aku ditambahkan ke dalam kelompok
tur ini pada saat-saat terakhir?"
"Manajer Beijing Hotel berbicara dengan atasanku, tapi, ya, aku ingat." Wanita
itu tersenyum dan mengangkat bahu. "Sejujurnya, kelompok ini besar, aku hanya
ingat telah memberikan tanda pengenal kelompok tur pada seorang pria jangkung,
dan tanda pengenal itu sekarang ada di depan wajahku. Anda hams membayar
tambahan yuan pada tagihan hotel Anda. Maaf, tapi Anda ,tidak termasuk dalam
program wisata ini."
"Memang bukan, karena aku pengusaha yang sedang bemegosiasi dengan pemerintah
Anda." "Semoga berhasil baik," kata pemandu itu sambil tersenyum. "Beberapa begitu,
lainnya tidak." "Maksudku, aku mungkin tidak bisa melakukan apa-apa," kata Jason, balas
tersenyum. "Kemampuanku berbicara bahasa Cina jauh lebih baik daripada membaca
huruf Cina. Beberapa menit yang lalu kusadari aku harus berada di Beijing Hotel
sekitar setengah jam dari sekarang untuk menghadiri pertemuan. Bagaimana aku
hams melakukannya?" "Hanya masalah menemukan transportasi. Akan kutuliskan apa yang Anda butuhkan
dan Anda bisa memberikannya pada penjaga di Dahongmen "?"Gerbang Merah Agung?" sela Bourne. "Yang ada lengkungannya itu?"
"Ya. Ada kendaraan-bus yang akan membawa Anda kembali ke Beijing. Anda mungkin
terlambat, tapi itu sudah biasa, mengemiah, karena orang-orang pemerintah juga
terlambat." Ia mengeluarkan buku catatan dari saku jas Mao-nya, juga bolpoin.
"Aku tidak akan dihalangi?"
"Kalau ada yang menghalangi Anda, suruh saja orang yang menghalangi Anda
menghubungi orang-orang pemerintah," kata pemandu wisata itu
sambil menuliskan instruksi dalam bahasa Cina dan merobek fembaran itu.
"Ini bukan kelompok wisatamu!" salak operator bus dalam bahasa Mandarin kelas
bawah, sambil menggeleng dan menyodok kelepak jas Jason dengan telunjuknya. Pria
itu jelas menduga kata-katanya tidak berpengaruh pada wisatwan ini, jadi ia
mengkompensasinya dengan gerak-gerik yang dilebih-lebihkan dan suara bernada
tinggi. Selain itu jelas ia berharap salah seorang atasannya di bawah lengkungan Gerbang
Merah Agung akan menyadari keributan ini. Memang. "Ada masalah apa?" tanya
prajurit yang berbicara sopan, sambil berjalan
cepat ke pintu bus, menerobos wisatawan-wisatawan di belakang Bourne. Kesempatan
akan da tang sendiri.... "Tidak ada masalah," kata Jason tegas, bahkan sombong,. dalam bahasa Cina,
sambil mencabut surat dari si pemandu wisata, menyodor-kannya ke tangan petugas
muda itu. "Kecuali kau ingin bertanggung jawab atas ketidakhadiranku dalam rapat
penting dengan delegasi dari Komisi Perdagangan, yang wakil militernya dikepalai
jenderal bernama Liang-Entah-Siapa."
"Anda berbicara dalam bahasa Cina." Terkejut, prajurit itu mengalihkan pandangan
dari surat. "Menurutku itu sudah jelas. Begitu juga Jenderal Liang."
"Aku tidak mengerti kemarahanmu."
"Mungkin kau akan mengerti kemarahan Jenderal Liang," sela Bourne. "Aku tidak
kenal Jenderal Liang, Sir, tapi ada begitu banyak jenderal. Anda jengkel dengan
tur ini?" "Aku jengkel dengan orang-orang bodoh yang memberitahuku bahwa ini tur tiga jam
padahal sebenamya lima jam! Kalau aku tidak menghadiri pertemuan karena
ketidakkompetenan ini, akan ada beberapa komisaris yang sangat jengkel, termasuk
seorang jenderal berkuasa dari Angkatan Darat Rakyat yang sangat ingin
mehyelesaikan pembelian barang tertentu dari Prancis." Jason diam sejenak,
mengacungkan tangan, lalu melanjutkan dengan cepat menggunakan suara yang lebih
lembut. "Tapi, kalau aku bisa tiba di sana tepat pada waktunya, aku akan membuat
komentar dengan menyebutkan nama siapa pun yang sudah membantuku."
? ?"Aku akan membantu Anda, Sir.'" kata perwira muda itu, matanya berkilau-kilau
dengan dedikasi. "Ikan paus sekarat yang disebut bus ini bisa membutuhkan waktu
lebih dari satu jam untuk membawa Anda, dan itu kalau sopimya yang payah
berhasil mempertahankannya tetap di jalan. Aku punya kendaraan yang jauh lebih
cepat dan sopir baik yang akan mendampingi Anda. Aku bersedia melakukannya
sendiri, tapi tidak baik meninggalkan posku."
1"Q "Aku juga akan menyinggung komitmenmu terhadap tugas kepada Jenderal."
"Itu naluri alamiku, Sir. Namaku "?"Ya, beritahukan namamu. Tuliskan di kertas itu."
Bourne duduk di bangsal timur lobi Beijing Hotel yang ramai, koran setengah
terlipat menutupi wajahnya, tepi kirinya agak ke tengah sehingga ia bisa melihat
jajaran pintu masuk hotel, la tengah menunggu, mengawasi tanda-tanda kemunculan
Jean-Louis Ardisson dari Paris. Tidak sulit bagi Jason Bourne untuk mengetahui
namanya. Dua puluh menit yang lalu ia mendekati meja tur berpemandu dan berkata
pada petugas wanita di sana dalam bahasa Mandarin terbaiknya, "Maaf mengganggu,
aku penerjemah pertama bagi seluruh delegasi Prancis yang mengadakan bisnis
dengan pemerintah, dan aku khawatir aku telah kehilangan salah satu dombaku yang
kebingungan." "Anda pasti penerjemah yang baik. Anda berbicara bahasa Cina dengan sangat baik.
Apa yang terjadi pada... domba Anda yang kebingungan?" Wanita itu tertawa kecil
karena istilah tersebut. "Aku tidak yakin. Kami sedang minum kopi di kantin, hendak membahas jadwal,
sewaktu ia melihat arloji dan mengatakan akan meneleponku nanti. Ia mengikuti
wisata lima jam dan tampaknya terlambat. Ini tidak menyenangkan bagiku, tapi aku
tahu apa yang terjadi pada tamu yang mengunjungi Peking untuk pertama kali.
Mereka terpesona." "Aku yakin begitu," petugas itu menyetujui. "Ada yang bisa kubantu?"
"Aku perlu mengetahui ejaan namanya yang benar, dan apakah ia memiliki nama
tengah atau yang disebut nama baptis data spesifik yang hams kucantumkan dalam
?dokumen resmi yang sedang kuisikan baginya."
'Tapi bagaimana cara kami membantu?"
"Ia meninggalkan ini di kantin." Jason mengacungkan tanda pengenal pengusaha
Prancis itu. "Aku tidak tahu bagaimana ia bahkan bisa mengikuti tumya."
Wanita itu tertawa santai sambil meraih ke bawah meja untuk mengambil buku besar
wisata hari ini. "Ia diberitabu tempat pemberangkatan-nya, dan pemandunya
mengerti; setiap pemandu membawa daftar. Benda itu selalu jatuh, dan pemandunya
tidak ragu lagi pasti memberinya tiket sementara." Petugas itu mengambil tanda
pengenal dan mulai membalik-balik halaman sambil melanjutkan bicara,
"Kuberitahu, para idiot yang membuat benda ini tidak layak mendapatkan sedikit
yuan yang mereka terima. Kami memiliki peraturan yang tepat, peraturan yang
ketat, tapi pada mulanya dipaksa tampak bodoh. Siapa yang siapa?" Wanita itu
berhenti, jarinya menunjuk entri pada buku besar. "Oh, nasib siaL" katanya
pelan, sambil menengadah memandang Bourne. "Aku tidak tahu
369 apakah domba Anda kebingungan, tapi aku bisa mengatakan bahwa ia banyak
mengeluh. Percaya dirinya sangat hebat dan ia sangat tidak menyenangkan. Sewaktu
diberitahu tidak ada sopir yang bisa berbahasa Prancis, ia menganggap hal itu
sebagai penghinaan terhadap kehormatan negaranya dan kehormatannya sendiri yang
?lebih penting baginya. Ini, silakan baca sendiri namanya. Aku tidak bisa
mengucapkannya." "Terima kasih banyak," kata Jason, lalu membacanya. Kemudian ia
pergi ke telepon umum bertanda "Bahasa Inggris" dan meminta operator
menyambungkannya ke kamar Mr. Ardisson.
"Anda bisa menghubunginya langsung, Sir," kata operator pria itu dengan nada
kemenangan dalam suaranya r-ini teknologi tinggi. "Kamar satu-tujuh-empat-tiga.?Akomodasi yang sangat bagus. Pemandangan Kota Terlarang yang sangat indah."
'Terima kasih." Bourne memutar nomornya. Tidak ada jawaban. Monsieur Ardisson
belum kembali, dan mengingat situasi yang dihadapinya, ia tidak akan kembali
dalam waktu dekat. Sekalipun begitu, domba yang dikenal banyak mengeluh tidak
akan diam saja kalau kehormatannya disinggung atau bisnisnya terancam. Jason
memutuskan untuk menunggu. Garis besar rencana mulai terfokus. Strategi itu
merupakan strategi putus asa yang didasarkan pada probabilitas, tapi hanya itu
yang dimilikinya. Ia membeli majalah Prancis terbitan sebulan lalu di kios, lalu
duduk, tiba-tiba merasa kehabisan tenaga dan tak berdaya.
Wajah Marie menerobos Iayar dalam benak David Webb, lalu suaranya memenuhi udara
di sekitarnya, menggema dalam telinganya, menahan pikiran dan menciptakan nyeri
yang hebat di tengah-tengah keningnya. Jason Bourne menyingkirkan gangguan itu
dengan kekuatan palu godam. Layar berabah gelap, cahaya yang masih berkelap-
kelip dipadamkan dengan perintah kasar yang diucapkan dengan kewenangan sedingin
es: Hentikan! Tidak ada waktu. Pusatkan perhatian pada apa yang harus lata
pikirkan. Bukan yang lainya!
Pandangan Jason berulang kali melayang, terarah ke pintu masuk. Para klien di
bangsal timur lobi merupakan kelompok internasional, dari berbagai bahasa,
pakaian dari Fifth dan Madison Avenue, Savile Row, St Honore, dan Via Condotti,
juga pakaian yang lebih suram dari negara-negara Jerman dan Skandinavia. Para
tamu keluar-masuk toko-toko yang terang benderang, geli dan penasaran melihat
apotek yang hanya menjual obat-obatan Cina, dan mengerumuni toko cendera mata di
samping peta relief besar dunia di dinding. Sesekali seseorang bersama rombongan
masuk melalui pintu; juga para penerjemah yang membungkuk dan menerjemahkan para
pejabat pemerintah berseragam yang berusaha tampak santai dan eksekutif
keielahan dari seberang dunia yang pandangannya nanar akibat jet lag dan ingin
segera tidur, yang mungkin akan didului dengan wiski. Ini memang Cina Merah,
tapi karena negosiasi berusia jauh lebih tua daripada kapitalisme, para kapitalis yang menyadari
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
keielahan mereka tidak akan mendiskusikan bisnis sebelum bisa berpikir jemih.
Bravo untuk Adam Smith dan David Hume.
Itu dia! Jean-Louis Ardisson tengah dikawal melewati pintu oleh tidak kurang
dari empat birokrat Cina, semua berusaha sebaik mungkin menenangkan dia. Salah
satunya bergegas menuju toko minuman di lobi sementara yang lain menahannya di
lift, berceloteh terus melalui penerjemah. Birokrat yang pergi ke toko minuman
kembali membawa kantong plastik, bagian bawahnya terentang kencang dan melesak
akibat berat beberapa botol. Mereka tersenyum dan membungkuk sewaktu pintu lift
terbuka. Jean-Louis Ardisson menerima jarahannya dan melangkah masuk, mengangguk
sekali saat pintu menutup.
Bourne tetap duduk mengawasi lampu-lampu ketika lift baik. Lima belas, enam
belas, tujuh belas. Lift itu sudah tiba di lantai teratas, lantai Ardisson.
Jason bangkit dan berjalan menuju deretan telepon. Ia memandang jarum detik
arlojinya; ia hanya bisa menebak-nebak, tapi orang yang sedang jengkel tidak
akan berjalan pelan ke kamarnya begitu meninggalkan lift. Kamar menandakan
kedamaian, bahkan kelegaan karena ditinggal seorang diri setelah beberapa jam
penuh ketegangan dan kepanikan. Ditahan dan ditanyai polisi di negara asing
merupakan kejadian yang menakutkan bagi siapa pun, tapi kejadian itu menjadi
lebih mengerikan karena bahasa yang tak dimengerti dan wajah-wajah yang amat
berbeda, ditambah pengetahuan bahwa ia berada di negara tempat orang-orang
sering menghilang tanpa penjelasan. Sesudah cobaan seperti itu, orang akan
memasuki kamarnya dan merebahkan diri, gemetar ketakutan dan keielahan, menyulut
rokok sebatang demi sebatang; menenggak beberapa gelas minuman, meneguknya
secepat mungkin agar lebih cepat pengaruhnya; dan meraih telepon untuk
menceritakan pengalamannya yang me-, nakutkan, tanpa sadar berharap meminimalkan
pengaruh lanjutan teror itu dengan menceritakannya. Bourne bisa membiarkan
Ardisson merebahkan diri, menenggak anggur atau minuman keras sebanyak yang
mampu ditenggaknya, tapi ia tidak bisa membiarkannya melakukan panggilan
telepon. Tidak boleh ada kegiatan bercerita, tidak boleh ada pengurangan dampak
teror. Teror Ardisson justru hams diperkuat, diperkeras hingga titik ia akan
lumpuh, mencemaskan keselamatannya sendiri kalau meninggalkan kamar itu. Empat
puluh tujuh detik telah berlalu; tiba waktunya menelepon.
"Alio?" Suaranya tegang, tercekat.
"Aku akan berbicara cepat," kata Jason pelan dalam bahasa Prancis. 'Tetap di
tempatmu dan jangan menggunakan telepon. Tepat delapan menit lagi aku akan
mengetuk pintu kamarmu, dua kali dengan cepat, lalu sekali. Bukakan pintu
untukku, tapi jangan untuk siapa pun sebelum aku. Terutama pelayan kamar."
371 "Siapa kau?" "Teman senegara yang harus berbicara denganmu. Demi keselamatanmu sendiri.
Delapan menit" Bourne menutup telepon dan kembali ke kursi, menghitung menit-
menit berlalu dan memperhitungkan waktu yang diperlukan untuk menggunakan lift
dengan orang-orang yang berhenti di satu lantai ke lantai lain seperti biasa.
Begitu tiba di lantai tertentu, tiga puluh detik cukup untuk mencapai kamar mana
pun. Enam menit berlalu, dan Jason berjalan ke lift yang angkanya menunjukkan
lift itulah yang segera tiba di lobi. Delapan menit waktu yang ideal untuk
menyiapkan subjek; lima terlalu sedikit, tidak cukup lama untuk ketegangan pada
tingkat yang diharapkan. Enam lebih baik tapi berlalu terlalu cepat. Delapan
menit, sekalipun termasuk jangka waktu mendesak, memberikan saat-saat
kegelisahan tambahan yang menguras pertahanan subjek. Rencana ini belum jelas
benar dalam benak Bourne. Tapi tujuannya sudah nyata, mutlak. Hanya itu yang
tersisa baginya, dan setiap insting dalam tubuh Medusa-nya menyuruhnya mengejar
tujuan itu. Delta One mengetahui cara berpikir Oriental. Di satu segi hal itu
tidak berubah banyak selama berabad-abad. Kerahasiaan setara harganya dengan
sepuluh ribu harimau, kalau bukan satu kerajaan.
Ia berdiri di luar pintu kamar 1743, memandang arlojinya. Delapan menit tepat la
mengetuk dua kali, berhenti sejenak, lalu mengetuk sekali lagi. Pintu terbuka
dan Ardisson yang shock menatapnya.
"C'est vous!" jerit pengusaha itu sambil mengangkat tangan ke muJutnya.
"Soyez tranquille," kata Jason sambil masuk dan menutup pintu. "Kita harus
bkara," lanjufnya dalam bahasa Prancis. "Aku hams mengetahui apa yang terjadi"
"Kau! Kau yang berdiri di sampingku di tempat yang menakutkan itu. Kita
berbicara. Kan mengambil tanda pengenalku! Kau yang menyebabkan segalanyar
"Apa kau menyinggung-nyinggung diriku?"
"Aku tidak berani. Dengan begitu tampaknya aku melakukan kegiatan
ilegal memberikan kartu izinku pada orang lain. Siapa kau" Kenapa kau berada di?sini" Kau sudah memberiku cukup masalah untuk satu faari! Menurutku sebaiknya
kau pergi, Monsieur."
Tidak sebelum kaucerilakan apa yang sudah terjadi setepatnya." Bourne melangkah
ke seberang kamar dan duduk di samping meja berpelitur merah. "Mendesak sekali
bagiku untuk mengetahuinya."
'Well, tidak cukup mendesak untuk kuberitahukan padamu. Kau tidak berhak masuk
kemari, membuat dirimu merasa nyaman, dan memerintahku." "Aku khawatir aku
berhak melakukannya. Kelompok tur kami adalah kelompok tertutup dan kau
menyusup." "Aku ditempatkan di tur sialan itu!" "Atas perintah siapa?"
"Concierge, atau apa pun panggilanmu untuk idiot di lantai bawah itu."
"Bukan dia. Di atasnya. Siapa yang memberi perintah?" "Dari mana aku tahu" Aku
sama sekali tidak mengerti apa yang kaumaksud." "Kau pergi."
"Ya Tuhan, kau yang menyumhku pergi!" "Aku hanya mengujimu." "Menguji..." Ini
tidak bisa dipercaya!"
"Percayalah," kata Jason. "Kalau kau mengatakan yang sebenarnya, kau tidak akan
celaka." "Celaka?"
"Kami tidak membunuh orang yang tidak bersalah, hanya musuh." "Membunuh... musuh?"
Bourne memasukkan tangan ke balik jas, mencabut pistol dari sabuknya, dan
meletakkannya di meja. "Sekarang, yakinkan aku bahwa kau bukan musuh. Apa yang
terjadi sesudah kau meninggalkan kami?"
Dengan tertegun, Ardisson terhuyung-huyung mundur ke dinding, matanya yang
membelalak ketakutan terpaku pada senjata itu. "Aku bersumpah demi semua nabi,
kau bicara dengan orang yang keliru," bisiknya.
"Yakinkan aku."
"Tentang apa?" "Ketidakbersalahanmu. Apa yang terjadi?"
"Aku... Di lapangan," pengusaha yang ketakutan itu mulai, "aku memikirkan yang
menyatakan, tentang kejadian mengerikan di dalam makam Mao, dan para penjaga
Cina berteriak-teriak tentang gangster asing, dan bagaimana orang-orang akan
dikepung dan ditahan terutama orang seperti aku yang bukan benar-benar bagian ?dari kelompok tur.... Jadi aku lari ya Tuhan, aku tidak boleh berada dalam
?situasi seperti itu! Berjuta-juta franc terlibat, separo biaya Singapura, laba
mencapai tingkat yang belum pemah didengar dalam industri high-fashionl Aku
bukan sekadar negosiator, aku mewakili konsorsiumP'
"Jadi kau kabur dan mereka menghentikanmu," sela Jason, ingin menyingkirkan hal-
hal yang tidak penting. "Ya! Mereka berbicara begitu cepat, aku tidak mengerti sepatah kata pun yang
mereka katakan, dan bam satu jam kemudian mereka menemukan petugas yang bisa
berbahasa Prancis!" "Kenapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya" Bahwa kau bersama wisata kami."
"Karena aku sedang melarikan diri dari wisata sialan itu dan aku
sudah memberikan tanda pengenalku padamul Bagaimana hal itu memirut pandangan
para biadab yang melihat penjahat fasis di setiap wajah berkulit putih?"
"Orang-orang Cina bukan orang biadab, Monsieur," kata Bourne lembut. Lalu tiba-
tiba ia berteriak, "Hanya falsafah politik pemerintah mereka yang biadab! Tanpa
kebesaran Tuhan, hanya menyembah SetanF'
"Maaf?" "Nanti, mungkin," jawab Jason, suaranya tiba-tiba kembali tenang. "Baik, pejabat
yang menguasai bahasa Prancis tiba. Apa yang terjadi sesudah itu?"
"Kuceritakan bahwa aku sedang berjalan-jalan sesuai saranmu, Monsieur. Dan
?tiba-tiba aku teringat sedang menunggu telepon dari Paris dan bergegas kembali
ke hotel, itulah alasanku berlari."
"Cukup masuk akal."
"Tidak bagi pejabat itu, Monsieur. Ia mulai melecehkanku, melontarkan komentar-
komentar paling menghina dan mengisyaratkan hal-hal paling menakutkan. Aku ingin
tahu, demi Tuhan, apa yang terjadi di makam itu?"
"Hasil karya yang indah, Monsieur," jawab Bourne, matanya membelalak "Maaf?"
"Mungkin nanti. Jadi pejabat ini bersikap melecehkan?"
"Sepenuhnya! Tapi ia keterlaluan sewaktu menyerang mode Paris sebagai industri
borjuis yang korup! Maksudku, bagaimanapun juga, kami membayar uang untuk kain
sialan mereka mereka tidak perlu tahu marginnya, tentu saja."?"Lalu apa yang kaulakukan?"
"Aku membawa daftar nama orang-orang yang kuajak negosiasi beberapa cukup pen
?ting kalau aku tidak salah memang hams begitu, mengingat jumlah uangnya. Aku
?berkeras agar orang itu menghubungi mereka, dan aku menolak benar-benar
?menolak menjawab pertanyaan apa pun lagi sampai sedikitnya beberapa orang dalam
?daftar itu tiba. Well, dua jam kemudian mereka tiba, dan kuberitahu, itu
mengubah situasi! Aku dibawa kembali kemari dengan limusin versi Cina terlalu
?sesak untuk orang seukuran aku dan dikawal empat orang. Yang lebih buruk lagi,
?mereka memberitahuku bahwa konferensi final kami ditunda lagi. Konferensi itu
tidak akan berlangsung besok pagi, tapi besok malam. Bagaimana orang bisa
berbisnis pada waktu seperti itu?" Ardisson menjauhi dinding, bernapas dengan
berat, matanya sekarang tnemohon. "Hanya itu yang bisa kuceritakan padamu,
Monsieur. Kau menemukan orang yang kelim. Aku tidak terlibat dengan apa pun di
sini kecuali konsorsiumku."
"Seharusnya begitu!" teriak Jason dengan nada menuduh, kembali
meninggikan suaranya. "Berbisnis dengan orang yang tidak ber-Tuhan sama saja
dengan menghina pekerjaan Tuhan!" "Maaf?"
"Kau sudah memuaskanku," kata si bunglon. "Kau hanya kesalahan." "Apa?"
"Akan kuberitahu apa yang telah terjadi di dalam makam Mao Zedong. Kami berhasil
melakukannya. Kami menembak peti mati kristal itu, juga mayat ateis yang
terkenal itu!" "Kau apa?" "Dan kami akan terus menghancurkan musuh-musuh Kristus di mana pun kami
menemukan mereka! Kami akan membawa pesan kasihNya ke dunia sekalipun untuk itu
kami hams membunuh setiap hewan berpenyakit yang punya pendapat berbeda! Bumi
ini akan menjadi bumi Kristen atau tidak sama sekali!"
"Pasti ada tempat untuk negosiasi. Pikirkan uangnya, sumbangannya"
'Tidak dari setan!" Bourne beranjak dari kursi, meraih pistol dan menjejalkannya
ke sabuk, lalu mengancingkan jasnya dan menarik tepi jasnya seakan-akan tunik
militer. la mendekati pengusaha yang kebingungan itu. "Kau bukan musuh, tapi
nyaris menjadi musuh, Monsieur. Dompetmu, please, dan dokumen perdaganganmu,
termasuk nama-nama orang yang kauajak bemegosiasi."
"Uang...?" "Kami'tidak menerima sumbangan. Kami tidak membutuhkan sumbangan."
"Lalu kenapa?" "Untuk perlindunganmu, sebagaimana juga perlindungan kami. Sel-sel kami di sini
hams memeriksa individu-individu untuk memastikan apakah kau dipanfaatkan tanpa
sadar. Ada bukti bahwa kami mungkin sudah disusupi. Semuanya akan dikembalikan
padamu besok." "Aku hams memprotes "?"Jangan," sela si bunglon sambil meraih ke balik jasnya, tangannya tetap berada
di sana. "Kau tadi bertanya siapa aku, bukan" Cukuplah bila kukatakan bahwa
musuh-musuh kami menggunakan layanan seperti PLO dan Tentara Merah, kelompok
fanatik Ayatollah dan Baader-Meinhof, kami mengumpulkan brigade kami sendiri.
Kami tidak mencari dan menawarkan sepetak pun. Ini perjuangan hingga mati."
"Ya Tuhan!" "Kami bertempur dalam namaNya. Jangan tinggalkan kamar ini. Pesan makananmu dari
layanan kamar. Jangan menelepon kolegamu atau rekan bisnismu dari Beijing ini.
Dengan kata lain, bersembunyilah dan berdoalah demi yang terbaik. Sejujurnya,
harus kuberitahukan bahwa aku sendiri diikuti dan kalau aku diketahui memasuki
kamarmu, kau akan menghilang begitu saja."
'"Tidak bisa dipercaya...!" Pandangan Ardisson tiba-tiba tak terfokus. Seluruh
tubuhnya gemetaran. "Dompet dan surat-suratmu, please."
Dengan menunjukkan dokumen Ardisson selengkapnya, termasuk daftar negosiator
pemerintah milik orang Prancis itu, Jason menyewa mobil atas nama konsorsium
Ardisson. Ia menjelaskan pada pembagi tugas di Layanan Perjalanan Internasiona
Cina di Chaoyangmen Street bahwa ia mampu membaca dan menulis Mandarin, dan
karena mobil sewaan itu akan dikemudikan salah satu pejabat Cina, sopir tidak
diperlukan. Pembagi tugas itu memberitahu bahwa mobil akan tiba di hotel pukul
19.00. Kalau segalanya berjalan lancar, ia punya waktu 24 jam untuk berkeliaran
sebebas orang Barat mana pun di Beijing. Sepuluh jam pertama akan memberitahunya
apakah strategi yang ia susun dalam keputusasaan itu akan membawanya keluar'dari
kegelapan atau melontarkan Marie dan David Webb ke dalam jurang. Tapi Delta One
mengenai cara berpikir Oriental. Selama berabad-abad boleh dibilang hal itu
tidak berubah. Kerahasiaan sama niiainya dengan sepuluh ribu harimau, kalau
bukan satu kerajaan. Bourne berjalan kembali ke hotel, mampir di distrik perbelanjaan yang ramai,
Wang Fu Jing, di balik tikungan sayap timur hotel. Di nomor 255 terdapat Toserba
Utama, tempat ia membeli pakaian dan peralatan yang diperlukan. Di nomor 261 ia
menemukan toko bernama Tuzhang Menshibu, yang berarti Toko Segel Ukiran, tempat
ia memilih peralatan kantor paling resmi ymg bisa ditemukannya. (Yang membuatnya
gembira, daftar Ardisson bukan hanya menyertakan satu tapi dua jenderal, dan
kenapa tidak" Prancis memproduksi Exocet, dan sekalipun tidak termasuk high-
fashion, Exocet berada di tempat yang tinggi dalam daftar teknologi tinggi
miftter.) Akhirnya, di Toko Seni, nomor 265 di Wang Fu Jing, ia membeli pena
kaligrafi serta peta Beijing dan sekitaraya, juga peta kedua yang menunjukkan
jalan-jalan dari Beijing ke kota-kota di selatan.
Sambil membawa barang-barang yang dibelinya ke hotel, ia pergi ke meja di lobi
dan memulai persiapan. Mula-mula, ia menulis surat dalam bahasa Cina yang
membebaskan sopir mobil sewaan dari semua tanggung jawab karena menyerahkan
mobil ke orang asing. Surat itu ditandatangani seorang jenderal dan bams
dilaksanakan. Kedua, ia membentangkan peta dan melingkari kawasan hijau kecil di
tepi kota di sebelah barat daya Beijing. Suaka Burung Jing Shan.
Kerahasiaan sama niiainya dengan sepuluh ribu harimau, kalau bukan satu
kerajaan. 376 25 Marie melompat bangkit dari kursi ketika mendengar dering telepon yang
mengejutkan. Ia berlari, tertatih-tatih dan mengernyit, menyeberangi kamar, dan
meraih telepon. "Ya?" "Kurasa ini Mrs. Austin."
"Mo"... Mo Panov! Syukurlah." Marie memejamkan mata dengan penuh syukur dan rasa
lega. Sudah hampir tiga puluh jam sejak ia berbicara dengan Alexander Conklin,
dan penantian serta ketegangannya di atas semua itu, rasa tak berdaya telah ? ?mendorongnya ke tepi jurang kepanikan. "Kata Alex, ia akan mengajakmu. Ia pikir,
kau akan bersedia." "Pikir" Apakah ada keragu-raguan" Bagaimana perasaanmu, Marie" Dan aku tidak
mengharapkan jawaban ngawur." .
"Nyaris gila, Mo. Aku sudah berusaha mencegahnya, tapi aku nyaris gilaF'
"Selama kau belum menyelesaikan perjalanan, menurutku kau luar biasa, dan fakta
bahwa kau memperjuangkan setiap langkah membuktikan hal itu lebih lagi. Tapi kau
tidak perlu psikologi semacam ini dariku. Aku hanya mencari alasan untuk
mendengar suaramu lagi." "Untuk mencari tahu apakah aku sudah hancur berantakan
dan berceloteh tidak keruan," kata Marie lembut.
"Kita sudah mengalami banyak hal bersama-sama untuk omong kosong murahan seperti
itu aku tidak pemah bisa menipumu. Yang memang tidak kulakukan."
?"Di mana Alex?"
"Berbicara ke telepon umum di sampingku; ia memintaku menelepon-inu. Tampaknya
ia ingin bicara denganmu sementara siapa pun yang diteleponnya masih
tersambung.... Tunggu sebentar. Ia mengangguk. Suara berikutnya yang kaudengar,
dan sebagainya, dan sebagainya."
"Marie?" "Alex" Terima kasih. Terima kasih mau datang " "Seperti yang akan dikatakan
?suamimu, Tidak ada waktu untuk itu.' Apa yang kaukenakan sewaktu terakhir kali
mereka meuhatmu?" : "Kenakan?" "Sewaktu kau melarikan diri dari mereka."
"Aku melarikan diri dua kali. Kedua kalinya di Tuen Mun."
"Bukan yang itu," sela Conklin. "Kontingen di sana kecil dan ada banyak
kebingungan kalau aku tidak salah ingat ceritamu. Dua Marinir benar-benar
?melihatmu tapi yang lainnya tidak. Di sini. Di Hong Kong ini. Itu deskripsi awal
mereka, deskripsi yang akan terukir dalam benak mereka. Apa yang kaukenakan pada
waktu itu?" "Coba kupikir. Di rumah sakit "
?"Sesudahnya," sela Alex. "Kau bilang kau membeli pakaian tanpa pilih-pilih dan
beberapa barang lainnya. Konsulat Kanada, apartemen Staples. Kau bisa
mengingatnya?" "Astaga, bagaimana kau bisa mengingatnya?"
'Tidak ada yang ajaib, aku mencatatnya. Salah satu produk sampingan alkohol.
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Cepat, Marie. Garis besamya saja, apa yang kaukenakan?"
"Rok kotak-kotak ya, rok kotak-kotak kelabu, itu dia. Dan blus kebiruan dengan
?kerah tinggi " ?"Kau mungkin menggantinya."
"Apa?" 'Tidak apa-apa. Apa lagi?"
"Oh, topi, topi berlidah cukup lebar untuk menutupi wajahku." "Bagus!"
"Dan tas tangan Gucci palsu yang kubeli di jalan. Oh, sandal agar aku tampak
lebih pendek." "Aku ingin kau tetap tinggi. Kita gunakan hak tinggi. Itu cukup. Hanya itu yang
kubutuhkan." "Untuk apa, Alex" Apa yang akan kaulakukan?"
"Bermain Simon Says. Aku tahu benar komputer paspor Kementerian Luar Negeri bisa
menemukanku, dan dengan langkahku yang halus dan atletis bahkan babi-babi hutan
di Kementerian Luar Negeri bisa menemukanku di pabean. Mereka tidak akan tahu
apa-apa, tapi ada yang memerintah mereka dan aku ingin tabu siapa lagi yang
muncul." "Kurasa aku tidak mengerti."
"Akan kujelaskan nanti. Tetap di tempatmu. Kami akan tiba di sana begitu bisa
melarikan diri dengan bersih. Tapi harus sangat bersih bahkan steril jadi ? ?mungkin makan waktu sekitar satu jam."
"Bagaimana dengan Mo?"
'la hams tetap bersamaku. Kalau kami berpisah sekarang, sedikitnya mereka akan
mengikutinya, paling buruk menangkapnya." "Bagaimana denganmu?"
"Mereka tidak akan menyentuhku selain melakukan pengintaian ketat." "Kau yakin
sekali." "Aku marah. Mereka tidak mungkin tahu apa yang kutinggalkan atau
dengan siapa atau apa instruksiku seandainya ada hasil dalam panggilan-panggilan
telepon yang sudah diatur sebelumnya. Bagi mereka, sekarang ini aku adalah bom
berjalan tertatih-tatih yang bisa meledakkan seluruh operasi mereka, apa pun
? ?itu." "Aku tahu kau mengatakan tidak ada waktu lagi, Alex, tapi ada yang hams
kuberitahukan padamu. Aku tidak yakin kenapa, tapi hams. Kupikir salah satu hal
mengenai dirimu yang begitu menyakitkan dan menimbulkan kemarahan David adalah
fakta bahwa menurutnya kau yang terbaik dalam bidangmu. Sesekali, sewaktu ia
minum-minum atau melamun yang membuka satu atau dua pintu baginya ia
? ?menggeleng sedih atau menghantamkan tinjunya dengan murka dan bertanya sendiri,
Kenapa" 'Kenapa"' katanya, Ta lebih baik dari itu... ia yang terbaik.'"
"Aku tidak sebanding dengan Delta. Tidak ada yang sebanding. Sampai kapan pun."
"Kau kedengaran sangat sehat menurutku."
"Karena aku tidak sedang dalam situasiku dulu, aku sudah keluar. Dengan alasan
yang lebih baik daripada yang pemah kumiliki seumur hidup."
"Hati-hati, Alex." .
"Beritahu mereka agar berhati-hati." Conklin menutup telepon, dan Marie
merasakan air mata perlahan-lahan bergulir tumn di pipinya.
Morris Panov dan Alex meninggalkan toko cendera mata di stasiun kereta Kowloon
dan menuju tangga berjalan ke tingkat bawah, Jalur 5 dan 6. Mo, si teman,
bersedia sepenuhnya mematuhi instruksi mantan pasiennya. Tapi Panov, si
psikiater, tidak mampu menahan diri untuk mengutarakan pendapat profesionalnya.
'Tidak heran kalian semua kacau-balau," katanya sambil mengepit boneka panda di
ketiaknya dan majalah warna-warni di tangannya. "Kuperjelas dulu masalahnya.
Sesudah kita tiba di bawah, aku berjalan ke kanan, Jalur Enam, lalu belok ke
kiri ke bagian belakang kereta, yang kita anggap akan tiba dalam beberapa menit
lagi. Benar, sejauh ini?"
"Benar," jawab Conklin, butir-butir keringat muncul di keningnya saat ia
tertatih-tatih di samping dokter itu.
"Lalu aku menunggu di dekat pilar terakhir, membawa boneka empuk berbau busuk
ini di ketiakku sambil membalik-balik halaman majalah yang sangat pomo ini,
sampai seorang wanita mendekatiku."
"Benar lagi," kata Alex saat mereka melangkah ke tangga berjalan. "Panda itu
hadiah yang sangat normal; kesukaan orang Barat. Anggap saja boneka itu hadiah
untuk anak-anaknya. Majalah pomo sekadar pelengkap isyarat pengenalan. Panda dan
gambar pomo wanita telanjang
"Sebaliknya, kombinasi itu bisa sangat Freud." "Satu poin untuk rumah sakit
jiwa. Lakukan saja apa yang kukatakan." "Katakan" Kau tidak pemah memberitahuku
apa yang harus kukatakan pada wanita itu."
"Cobalah Senang bertemu denganmu.' atau 'Bagaimana anak-anak"' Tidak penting.
Berikan pandanya dan kembalilah ke tangga berjalan ini secepat mungkin tanpa
berlari." Mereka tiba di peron bawah, dan Conklin memegang siku Panov,
mengarahkan dokter itu ke kanan. "Kau akan baik-baik saja, Pelatih. Lakukan saja
apa yang kukatakan dan kembalilah kemari. Segalanya akan baik-baik saja." "Itu
lebih mudah dikatakan kalau aku dalam posisi sebagai dokter." Panov berjalan ke
ujung peron sementara kereta dari Lo Wu menggemuruh masuk ke stasiun. Ia berdiri
di dekat pilar terakhir, dan saat ratusan penumpang berhamburan keluar dari
pintu, dokter itu dengan Mkuk mengepit panda hitam-putih di ketiaknya dan
mengacungkan majalah di depan wajahnya. Lalu terjadilah, dan ia hampir pingsan
karenanya. "Kau pasti Haroldf" seru seseorang dengan suara dibuat-buat sambil menepuk bahu
Panov. Orang itu bertubuh jangkung, dengan riasan tebal di bawah topi lunak
berlidah lebar, dan mengenakan rok kotak-kotak .kelabu. "Aku bisa mengenaiimu di
mana saja, Sayang!" "Senang bertemu denganmu. Bagaimana anak-anak?" Morris hampir tidak bisa bicara.
/ "Bagaimana Alex?" balas wanita yang tiba-tiba bersuara bas pria dengan pelan.
"Aku berutang budi padanya dan sekarang membayarnya, tapi ini gila! Apakah ia
masih waras?" "Aku tidak yakin apakah kalian berdua masih waras," kata psikiater yang tertegun
itu. "Cepat," kata orang asing itu. "Mereka mendekat. Berikan pandanya padaku,
dan saat aku mulai berlari, menghilanglah ke dalam keramaian dan pergi dari
sini! Berikan pandanya!"
Panov memenuhi permintaannya, menyadari ada beberapa pria yang tengah berjuang
menerobos para penumpang dan mendekati mereka. Tiba-tiba, pria berpakaian wanita
dengan riasan tebal itu berlari ke balik pilar tebal dan muncul di sisi
seberangnya. Ia menendang sepatu hak tingginya, mengitari pilar sekali lagi, dan
seperti pemain rugby melesat ke keramaian yang paling dekat dengan kereta,
melewati orang Cina yang berusaha menangkapnya, menghindari tubuh-tubuh yang
saling bertabrakan dan wajah-wajah yang terkejut. Di belakangnya orang-orang
lain mengejar, terhambai para penumpang yang semakin galak dan mulai menggunakan
koper serta ransel untuk menyingkirkan serangan yang membingungkan itu. Entah
dengan cara bagaimana, dalam keributan yang nyaris rusuh, panda itu berpindah
tangan ke seorang wanita Barat jangkung yang juga tengah memegang jadwal kereta.
Wanita itu ditangkap dua orang Cina berpakaian rapi; wanita itu menjerit mereka memandangnya, saling
berteriak, dan melanjutkan pengejaran.
Morris Panov sekali lagi bertindak sesuai instruksi yang telah diterimanya: ia
bergegas membaur dengan orang-orang yang keluar dari kereta di sisi seberang
peron dan berjalan tergesa-gesa di sepanjang tepi Jalur 5 menuju tangga
berjalan, tempat antrean telah terbentuk. Ada antrean, tapi Alex Conklin tidak
ada! Dengan menekan kepanikannya, Mo memperlambat langkah tapi terus berjalan,
sambil memandang sekitamya, mengamati keramaian, juga orang-orang yang sedang
naik tangga berjalan. Apa yang terjadi" Di mana orang CIA itu"
"Mo!" Panov berputar ke kiri,teriakan singkat itu merupakan kelegaan sekaligus
peringatan. Conklin telah bergeser hampir ke balik pilar sepuluh meter di atas
tangga berjalan. Dari isyarat cepat dan berulang-ulang yang dilakukannya, jelas
Conklin harus. tetap berada di tempatnya, dan Mo harus ke sana, tapi perlahan-
lahan, hati-hati. Panov pura-pura jengkel mengantre, orang yang bersedia
menunggu hingga keramaian mereda sebelum mencoba naik ke tangga berjalan. Ia
berharap punya rokok atau sedikitnya tadi tidak membuang majalah pomonya ke rel;
dengan begitu ada yang bisa dilakukannya. Sebaliknya, ia menangkupkan tangan di
belakang punggung dan berjalan santai menyusuri peron yang sepi, memandang
sekitamya sekilas dua kali, mengerutkan kening ke arah antrean. Ia tiba di
pilar, menyelinap ke baliknya, dan tersentak.
Di kakf Conklin tergeletak seorang pria paro baya bermantel hujan, kaki palsu
Conklin menekan tengah-tengah punggungnya. "Perkenalkan Matthew Richards,
Dokter. Matt petugas Timur Jauh sejak hari-hari... pertama Saigon ketika kami
berkenalan pertama kali. Tentu saja, ia jauh lebih muda dan lebih lincah waktu
itu. Tapi, kalau dipikir-pikir lagi, kita semua juga begitu."
"Demi Tuhan, Alex, biarkan aku berdiri!" pinta orang bemama Richards itu,
menggeleng sebisa mungkin dalam posisinya yang terjepit. "Kepalaku sakit
setengah mati! Kau memukulku dengan apa, linggis?"
"Bukan, Matt. Sepatu kakiku yang sudah tidak ada. Berat, bukan" Tapi sepatu itu
memang hams mampu menahan beban. Kalau menyangkut mengizinkanmu berdiri, kau
tahu aku tidak bisa berbuat begitu sebelum kau menjawab pertanyaanku."
'Terkutuk, aku sudah menjawabnya! Aku hanya petugas kasus biasa, bukan kepala
stasiun. Kami mengawasimu berdasarkan perintah D.C. yang menyuruh kami
mengintaimu. Lalu Kementerian Luar Negeri melibatkan diri dengan 'perintah' lain
yang belum pemah kulihat!"
"Sudah kubilang, nienumtku itu sulit dipercaya. Unitmu cukup ketat di sini;.
semua orang melihat segalanya. Yang benar saja, Matt, kita sudah lama saling
mengenai. Apa isi perintah Kementerian Luar Negeri?"
381 "Aku tidak tahu. Kodenya eyes-only untuk SC!" "Artinya station chief, Dokter,"
kata Conklin sambil memandang Panov. "Itu dalih yang selalu kami gunakan
sepanjang waktu kalau berselisih dengan lembaga pemerintah lainnya. 'Aku tahu
apa" Tanya saja pada SC.' Dengan begitu kami lolos karena tidak ada yang ingin
can perkara dengan kepala stasiun. SC memiliki hubungan langsung ke Langley, dan
tergantung pada Oval Yo-Yo, Langley memiliki jalur langsung ke White House.
Sangat dipolitisir, kuberitahu, dan hanya sedikit hubungannya dengan pengumpulan
intelijen." "Informasi yang sangat mencerahkan," kata Panov sambil menatap orang yang tak
bergerak itu, tidak tahu harus berkomentar apa, bersyukur peron sekarang boleh
dikata sudah kosong, dan pilar di bagian belakang itu berada dalam keremangan.
"Ini bukan dalih!" teriak Richards, menggeliat-geliat di bawah berat sepatu
Conklin. "Astaga, aku mengatakan yang sebenarnya! Aku keluar bulan Februari yang
akan datang! Kenapa aku ingin mendapat masalah dari dirimu atau siapa pun
lainnya di markas besar?"
"Oh, Matt, Matt yang malang, kau tidak pernah jadi yang terbaik atau yang
terpandai. Kau baru saja menjawab pertanyaanmu sendiri. Kau bisa merasakan
pensiun itu seperti juga aku, dan kau tidak ingin ada kericuhan. Dalam daftar,
aku harus diawasi, diintai ketat, dan kau tidak ingin mengacaukan perintah yang
berkaitan dengan dirimu. Oke, pal, akan kukirim-kan laporan evaluasi yang akan
membuatmu dipindah ke bagian penghancuran Amerika Tengah sampai waktumu
habis kalau kau bisa bertahan selama itu." "Hentikan"?"Bayangkan, ditangkap di balik pilar stasiun kereta yang ramai, oleh orang
cacat. Mereka mungkin akan membiarkanmu memasang ranjau di beberapa pelabuhan
seorang diri." "Aku tidak tahu apa-apa!"
"Siapa orang Cina itu?"
"Aku tidak " ?"Mereka bukan polisi, jadi siapa mereka" "Pemerintah."
"Cabang apa" Mereka harus mengatakannya padamu SC harus memberitahumu. Ia tidak
?mungkin mengharapkan kau mau bekerja tanpa tahu apa-apa."
"Justru itu, kami memang bekerja tanpa tahu apa-apa! Satu-satunya yang
diberitahukan kepada kami adalah mereka sudah mendapat izin dari D.C. di lantai
paling atas. Ia bersumpah hanya itu yang diketahuinya! Apa yang harus kami
lakukan" Meminta mereka memperlihatkan SIM?" "Jadi tak seorang pun bertanggung
jawab karena tidak ada yang tahu
apa-apa. Pasti bagus hasilnya kalau mereka temyata Cina-Komunis yang hendak
menjemput pembelot, bukan?"
"SC yang bertanggung jawab. Kami menimpakan semua padanya."
"Oh, moralitas yang lebih tinggi.Kami hanya mengikuti perintah, Herr General.'"
Conklin menekankan pengucapan G Jerman yang kuat. "Dan, sudah sewajarnya, Herr
General juga tidak tahu apa-apa karena ia hanya mengikuti perintah yang
diterimanya." Alex diam sejenak, menyipitkan mata. "Ada satu orang, pria besar
yang tampak seperti Paul Bunyan versi Cina." Conklin diam. Kepala Richards tiba-
tiba tersentak, tubuhnya juga. "Siapa dia, Matt?"
"Aku tidak tahu... tepatnya."
"Siapa?" "Aku pemah melihatnya, itu saja. Ia tidak mudah terlewatkan."
"Bukan hanya itu. Karena ia sulit terlewatkan dan mengingat tempat-tempat kau
melihatnya, kau pasti bertanya-tanya. Apa yang kauketahui?"
"Ayolah, Alex! Itu hanya gosip, tidak ada yang pasti."
"Aku senang gosip. Buka mulut, Matt, atau benda buruk dan berat di kakiku ini
mungkin terpaksa menghajar wajahmu. Kau mengerti, aku tidak bisa
mengendalikannya; benda ini memiliki pikiran sendiri dan tidak menyukaimu. Benda
bisa sangat bermusuhan, bahkan terhadapku." Dengan susah payah, Conklin tiba-
tiba mengangkat kaki palsunya dan mengempaskannya ke sela tulang belikat
Richards. "Astaga! Kau mematahkan punggungku!"
"Tidak, kupikir sepatuku ingin menghancurkan wajahmu. Siapa orang itu, Matt?"
Sekali lagi, sambil mengemyit, Conklin mengangkat kaki palsunya dan sekarang
menurunkannya di pangkal tengkorak orang CIA itu.
"Baiklah! Seperti yang sudah kukatakan, ini tidak pasti, tapi kudengar ia
berkedudukan cukup tinggi dalam CI Kerajaan."
"CI Kerajaan," Conklin menjelaskan pada Morris Panov, "berarti Kontra Intelijen
Inggris di Hong Kong ini, yang berarti cabang Mi-Six, yang berarti mereka
menerima perintah dari London."
"Sangat mencerahkan," kata psikiater itu, kebingungan sekaligus ngeri.
"Sangat,". Alex menyetujui. "Boleh kuminta dasimu, Dokter?" tanya Conklin sambil
mulai menanggalkan dasinya sendiri. "Akan kuganti dengan dana darurat karena
kita sekarang mendapat perkembangan bam. Secara resmi aku sedang bekerja.
Langley tampaknya sedang mendanai me lalu i gaji dan waktu Matthew sesuatu ? ?yang melibatkan operas i Intelijen sekutu. Sebagai abdi negara di bawah
klasifikasi serupa, aku hams mencari tahu. Aku juga membutuhkan dasimu, Matt."
Dua menit kemudian, Case Officer Richards tergeletak di belakang pilar, kaki,
tangan, dan mulutnya terikat erat dengan tiga lembar dasi.
"Kita aman," kata Alex sambil mempelajari apa yang tetsisa dari kehebohan di
balik pilar. "Mereka semua sudah pergi memburu umpan kita, yang mungkin sudah
dalam perjalanan ke Malaysia sekarang."
"Siapa wanita itu pria itu" Maksudku, ia jelas bukan wanita."
?"Bukannya bermaksud seksis, tapi seorang wanita mungkin tidak akan berhasil
keluar dari tempat ini. Tapi ia berhasil; membawa yang lain
bersamanya mengejarnya. Ia melompati pagar tangga berjalan dan terns naik. Ayo
?pergi. Kita sudah aman."
'Tapi siapa dia?" desak Panov saat mereka berjalan mengitari pilar menuju tangga
berjalan dan beberapa orang yang membentuk antrean pendek.
"Kami sesekali menggunakannya di sini, terutama sebagai pengamat untuk instalasi
di luar perbatasan, yang cukup dikenalnya, karena ia hams melewatinya dengan
membawa barang dagangan."
"Narkotika?" "Ia tidak mau menyentuh barang itu; ia atlet papan atas. Ia menyelundupkan emas
dan perhiasan curian, beroperasi di Hong Kong, Macao, dan Singapura. Kupikir ada
hubungannya dengan kejadian yang me-nimpanya beberapa tahun yang lalu. Mereka
merampas medali-medalinya karena tindakan tak senonoh. Ia berpose untuk foto-
foto yang berani sewaktu di college karena butuh uang. Kemudian, melalui kantor
sok suci petugas humas licik, foto-foto itu muncul dan ia dipermalukan, hancur."
"Majalah yang kubawa!" sem Mo saat mereka berdua melangkah ke tangga berjalan.
"Kurang-lebih begitu." HoS
"Medali apa?" "Olimpiade 1976. Atletik. Lompat galah adalah spesialisasinya."
Tak bisa bicara, Panov menatap Alexander Conklin sementara mereka naik dengan
tangga berjalan, mendekati pintu masuk terminal. Sepasukan tukang sapu yang
membawa sapu lebar di bahu muncul di mulut tangga berjalan yang turun ke peron.
Alex mengedikkan kepala ke arah mereka, menjentikkan jemari kanannya, dan dengan
ibu jari, menuding arah pintu keluar terminal di atas. Pesannya jelas. Beberapa
saat lagi seorang agen CIA yang terikat akan ditemukan di balik pilar.
"Itu pasti orang yang mereka panggil mayor," kata Marie, duduk di knrsi di
seberang Conklin sementara Morris Panov berlutut di sampingnya, memeriksa kaki
kirinya. "Aauh!" jentnya, sambil menarik kakinya yang disilangkan. "Maaf, Mo."
"Jangan," kata dokter itu. "Lukamu cukup parah, mencapai metatarsal kedua dan
ketiga. Kau pasti mengucurkan cukup banyak darah."
384 "Lumayan juga. Kau tahu tentang kaki?"
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sekarang ini aku merasa lebih aman dengan bidang kaki daripada psikiatri.
Kalian tinggal di dunia yang membuat profesiku kembali ke Abad
Pertengahan bukannya sebagian besar dari kita sudah meninggalkan zaman itu; ?hanya saja kata-kata itu terdengar manis." Panov menengadah memandang Marie,
pandangannya terarah pada rambut kelabu yang ditata kaku. "Kau mendapat
perawatan medis yang bagus, mantan-rambut-merah. Kecuali rambumya. Mengerikan
sekali." "Malah bagus," Conklin memperbaiki pendapat Mo, "Kau tahu apa" Kau dulu
pasienku." Mo kembali memeriksa kaki Marie. "Keduanya pulih dengan baik luka
?dan lepuhannya, maksudku lepuhannya akan makan waktu lebih lama. Nanti
?kubelikan obat dan kuganti perbannya." Panov berdiri dan menarik kursi
bersandaran tegak menjauhi meja tulis kecil. "Kau menginap di sini, kalau
begitu?" tanya Marie, "Di lorong ini juga," kata Alex. "Aku tidak bisa
mendapatkan dua kamar di samping kamarmu." "Bagaimana caramu melakukannya?"
"Uang. Ini Hong Kong, dan pemesanan kamar selalu hilang akibat orang yang sedang
tidak ada di tempat.... Kembali ke mayor itu." ,
"Namanya Lin Wenzu. Catherine Staples memberitahuku ia anggota Intelijen
Inggris, berbicara bahasa Inggris dengan aksen Inggris."
"Ia yakin?" ' "Sangat. Katanya, Lin dianggap petugas Intelijen terbaik di Hong Kong, dan itu
termasuk semua orang dari KGB hingga CIA."
'Tidak sulit dipahami. Namanya Wenzu, bukan Ivanovitch atau Joe Smith. Penduduk
asli berbakat yang dikjrim ke Inggris, dididik dan dilatih, dan dibawa kembali
untuk menduduki posisi dengan tanggung jawab dalam pemerintahan. Kebijakan
standar kolonial, terutama dalam bidang penegakan hukum dan keamanan wikyah."
"Jelas dari sudut pandang psikologis," tambah Panov sambil duduk "Dengan begitu
antipati bisa diredam, dan terbentuk jembatan lain menuju masyarakat yang masih
asing." "Aku mengerti," kata Alex sambil mengangguk, "tapi ada yang hilang; potongan-
potongannya tidak cocok. London bisa jadi memberi izin bagi operasi penyamaran
D.C. segala sesuatu yang sudah kita ketahui membuktikan hal itu, hanya saja
?lebih aneh lagi tapi Mi-Six meminjamkan pada kita orang-orang setempat di
?koloni yang masih dikelola Inggris, itu masalah lain."
"Kenapa?" tanya Panov.
"Beberapa alasan. Pertama-tama, mereka tidak mempercayai kita oh, bukannya
?mereka tidak mempercayai mat kita, hanya otak kita. Dalam beberapa hal mereka
benar, dalam hal-hal lain mereka salah total. Tapi
itu penilaian mereka. Kedua, kenapa mengambil risiko mengungkap personel mereka
demi keputusan yang dibuat birokrat Amerika yang tidak memiliki keahlian dalam
administrasi penyamaran-dalam langsung-di-lokasi" Itu aspek yang mencolok, dan
London semestinya menolaknya mentah-mentah." "Kuanggap yang kaumaksud adalah
McAllister," kata Marie. "Hingga sapi-sapi pulang dari padang baru." Conklin
menggeleng sambil mengembuskan napas. "Aku sudah melakukan risetku sendiri, dan
bisa mengatakan bisa jadi ia faktor terkuat atau terlemah dalam seluruh skenario
terkutuk ini. Kurasa yang terakhir. Ia murni, otaknya dingin, seperti McNamara
sebelum mulai ragu-ragu."
"Hentikan omong kosongnya," kata Mo Panov. "Apa maksudmu dengan bahasa sehari-
hari, bukan yang muluk-muluk" Serahkan penggunaan bahasa itu padaku."
"Maksudku, Dokter, Edward Newington McAllister itu kelinci. Telinganya menegak
begitu ada tanda-tanda pertama konflik atau penyimpangan, dan ia kabur. Ia
seorang analis dan salah satu yang terbaik, tapi tidak memenuhi syarat untuk
menjadi petugas kasus, apalagi kepala stasiun, dan jangan mempertimbangkannya
sebagai pakar strategi di balik operasi rahasia besar. Ia akan ditertawakan di
lokasi, percayalah." "Ia sangat meyakinkan ketika bertemu David dan aku," sela
Marie. "Ia diberi skenarionya. 'Siapkan subjek,' kata seseorang kepadanya.
Bertahanlah pada narasi membingungkan yang secara bertahap akan menjadi lebih
jelas bagi subjek begitu ia mengambil tindakan pertama, yang harus diambilnya
karena kau hilang." "Siapa yang menciptakan skenario itu?" tanya Panov.
"Seandainya aku tahu. Tak seorang pun yang kuhubungi di Washington
mengetahuinya, dan itu termasuk sejumlah orang yang seharusnya tahu. Mereka
tidak bohong; sesudah bertahun-tahun aku bisa mengenali perubahan nada suara.
Operasi ini begitu dalam dan penuh kontradiksi sehingga menjadikan Treadstone
Seventy-one. tampak seperti usaha amatiran padahal tidak"?"Ada sesuatu yang dikatakan Catherine padaku," sela Marie. "Aku tidak tahu
apakah ini membantu, tapi kata-katanya menancap dalam benakku. Ia mengatakan ada
seseorang yang datang ke Hong Kong, 'negarawan, katanya, yang 'lebih dari
sekadar diplomat, atau semacam itu. Ia merasa hal itu mungkin ada kaitannya
dengan segala sesuatu yang terjadi." "Siapa namanya?"
"Ia tidak pemah mengatakannya. Kemudian, sewaktu kulihat McAllister di jalan
bersamanya, kuanggap McAllister yang dia maksud. Tapi mungkin bukan. Analis yang
bam saja kaujabarkan dan orang gugup yang berbicara dengan David dan aku, sama
sekali tidak bisa disebut diplomat, apalagi negarawan. Pasti orang lain lagi."
386 "Kapan Catherine Staples mengatakan hal ini padamu?" tanya Conklin. 'Tiga hari
yang lalu, sewaktu ia menyembunyikanku di apartemennya di Hong Kong."
"Sebelum ia membawamu ke Tuen Mun?" Alex mencondongkan tubuh ke depan di
kursinya. "Ya."
"Ia tidak pernah menyinggung tentang orang ini lagi?"
'Tidak, dan sewaktu kutanyakan, ia bilang tak ada gunanya bagi kami untuk
berharap banyak. Ia masih hams menggali lagi, itulah yang dikatakannya."
"Kau puas dengan itu?"
"Ya, karena pada waktu itu kupikir aku mengerti. Aku tidak punya alasan
meragukannya.. Ia mengambil risiko pribadi dan profesional untuk
menolongku mempercayai kata-kataku tanpa meminta nasihat Konsulat, yang mungkin
?akan dilakukan orang semata-mata untuk melindungi diri mereka sendiri. Kau
menyinggung kata 'aneh', Alex. Well, jujur saja, yang kuceritakan padanya begitu
aneh sampai nyaris konyol termasuk kebohongan yang dirancang Kementerian Luar
?Negeri AS, para pengawal Central Intelligence Agency yang menghilang, kecurigaan
yang mengarah ke tingkat yang lebih tinggi dalam pemerintahanmu. Orang yang
lebih rendah mungkin akan mundur dan cari aman sendiri."
Tanpa mengabaikan ucapan terima kasih," kata Conklin lembut, "ia sebetulnya
menyembunyikan informasi yang berhak kauketahui. Astaga, sesudah segala sesuatu
yang kau dan David alami "
?"Kau keliru, Alex," sela Marie pelan. "Sudah kukatakan bahwa kukira aku
memahaminya, tapi aku belum selesai. Tindakan terjahat yang bisa kaulakukan pada
seseorang yang menjalani setiap detik dalam kepanikan adalah menawarinya harapan
yang ternyata palsu. Sewaktu kenyataan menghantam, rasanya tak tertahankan.
Percayalah, aku sudah menghabiskan waktu lebih dari setahun bersama orang yang
mati-matian mencari jawaban. Ia menemukan beberapa, tapi jawaban yang
ditelusurinya ternyata keliru, dan itu menghancurkan dirinya. Harapan yang
kandas tidak tampak lucu bagi orang yang berharap."
"Ia benar," kata Panov sambil mengangguk dan memandang Conklin. "Dan kupikir kau
tahu. Ya, kan?" "Hal seperti itu pemah terjadi," jawab Alex sambil mengangkat bahu dan memandang
arlojinya. "Pokoknya, sudah waktunya untuk Catherine Staples."
"Ia akan diawasi, dijaga!" Marie yang sekarang mencondongkan tubuh ke depan,
ekspresinya prihatin, pandangannya bertanya-tanya. "Mereka akan menganggap
kalian berdua datang kemari karena aku, bahwa kalian berhasil menghubungiku dan
aku sudah menceritakan tentang dirinya pada kalian. Mereka akan menduga kalian
memburunya. Mereka 387 akan menunggu kalian. Kalau mereka bisa melakukan apa yang sudah mereka lakukan
sejaub ini, mereka bisa membunuh kalian!"
"Tidak, mereka tidak bisa," kata Conklin sambil beranjak dan tertatih-tatih ke
telepon di samping ranjang. "Mereka tidak cukup bagus," tambahnya dengan nada
biasa. "Kau benar-benar sudah suiting!" bisik Matthew Richards dari belakang kemudi
mobil kecil yang diparkir di seberang apartemen Catherine Staples.
"Kau bukan orang yang tahu terima kasih, Matt," kata Alex, duduk dalam
keremangan di samping orang CIA itu. "Bukan saja aku tidak mengirimkan laporan
evaluasi itu, tapi aku juga membiarkan kau kembali mengintaiku. Berterima
kasihlah padaku, jangan menghinaku."
"Sialan!" "Apa yang kaukatakan pada mereka di kantor?" "Apa lagi" Aku dirampok, demi
Tuhan." "Oleh berapa banyak orang?" "Sedikitaya lima berandalan remaja. Zhongguo
ren" "Dan kalau kau melawan, menimbulkan keributan besar, aku mungkin akan
melihatmu." "Begitulah rancangan ceritanya," Richards menyetujui dengan suara pelan. .
"Dan sewaktu aku meneleponmu, sudah sewajamya telepon itu dari salah satu orang
jalanan yang kaukembangkan, melaporkan ia melihat pria kulit putih timpang."
"Bingo." "Kau mungkin bahkan dapat promosi."
"Aku hanya ingin keluar."
"Pasti bisa." 'Tidak dengan cara ini."
"Jadi Havilland sendiri yang muncul di kota."
"Kau tidak mendengarnya dariku! Itu ada di koran-koran."
"Rumah persembunyian di Victoria Peak tidak ada di koran, Matt."
"Hei, ayolah, itu namanya seimbang! Kau bersikap baik padaku, aku bersikap baik
padamu. Tidak ada laporan mengenai diriku dihantam dengan sepatu tanpa kaki di
dalamnya dan kau. dapat alamat. Pokoknya, aku akan mengingkarinya. Kau dapat
dari Garden Road. Berita itu sudah menyebar di seluruh Konsulat,' berkat seorang
Marinir yang marah."
"Havilland," kata Alex sambil berpikir. "Cocok. Ia sangat akrab dengan Inggris,
bahkan berbicara seperti mereka.... Ya Tuhan, aku seharusnya mengenali suaranya!"
"Suaranya?" tanya Richards kebingungan.
388 "Di telepon. Halaman lain dalam skenario itu. Orang itu Havilland! Ia tidak akan
mengizinkan orang lain melakukannya! 'Kami kehilangan dirinya.' Oh Tuhan, aku
langsung makan umpannya!"
"Lalu?" "Lupakan." ."Dengan senang hati."
Sebuah mobil mengurangi kecepatan dan berhenti di seberang jalan, di depan
gedung apartemen Staples. Seorang wanita turun dari pintu belakang, dan begitu
melihatnya dalam cahaya lampu jalan, Conklin tahu siapa wanita itu. Catherine
Staples. Wanita itu mengangguk pada sopimya, berbalik, dan berjalan menyeberangi
trotoar, menuju panel-panel kaca tebal pintu masuk gedung.
Tiba-tiba, terdengar mesin meraung di jalan sunyi di samping taman itu. Sedan
hitam panjang meliuk keluar dari tempat parkir di suatu tempat di belakang
mereka dan berdecit-decit berhenti di samping mobil Staples. Rentetan tembakan menggemuruh dari kendaraan kedua. Kaca pecah
berantakan di jalan dan di trotoar saat jendela-jendela mobil yang diparkir
pecah berantakan, bersama kepala si sopir, dan pintu-pintu gedung apartemen itu
hancur dalam kepingan-kepingan berlumuran darah, saat tubuh Catherine Staples
menancap di ambang pintu oleh hujan peluru.
Roda-roda berputar cepat, sedan hitam itu melesat pergi di jalan yang gelap,
meninggalkan kengerian di belakangnya, darah dan dagirjg yang tercabik di mana-
mana. "Ya Tuhan!" jerit orang CIA itu.
"Pergi dari sini," perintah Conklin.
"Ke mana" Demi Tuhan, ke mana?"
"Victoria Peak."
"Apa kau sudah gila?"
'Tidak, tapi ada orang lain yang sudah gila. Satu haram jadah berdarah bim telah
ditipu. Ia tertipu. Dan ia akan mendengarnya pertama kali dariku. Ayo!
389 26 Bourne menghentikan sedan Shanghai hitam itu di jalan yang gelap, diapit
pepohonan, dan kosong. Menurut peta; ia sudah melewati Gerbang Timur Istana
Musim Panas sebenarnya dulu merupakan sederet vila kerajaan yang didirikan di ?pedalaman yang indah dan didominasi danau yang dikenal dengan nama Kunming. Ia
telah mengikuti garis pantai utara hingga cahaya berwarna-warni taman ria Kaisar
yang luas memudar di belakangnya, digantikan kegelapan jalan pedalaman. Ia
memadamkan lampu mobil, turun, dan membawa barang-barang yang telah dibelinya,
sekarang berada dalam ransel kedap air, ke deretan pepohonan yang mengapit
jalan, dan menjejakkan tumitnya ke tanah. Tanahnya lunak, mempermudah tugasnya,
karena kemungkinan besar mobil sewaannya akan digeledah. Ia merogoh ke dalam
ransel, mengeluarkan sarung tangan pekerja dan sebilah pisau berburu dengan mata
panjang. Ia berlutut dan menggali lubang cukup dalam untuk menyembunyikan
ranselnya; dibiarkannya bagian atasnya tetap terbuka, lalu ia mengambil pisau
dan mencungkil ceruk pada batang pohon terdekat hingga terlihat kayunya yang
putih di balik kulit. Ia mengembalikan pisau dan sarung tangan ke dalam ransel,
menekannya dalam-dalam, dan menguruknya dengan tanah. Ia kembali ke mobil,
memeriksa odometer, dan menghidupkan mesin. Kalau petanya sama akuratnya dalam
jarak seperti dalam merinci areal-areal di dalam dan di sekitar Beijing yang
terlarang dikunjungi, pintu masuk Suaka Jing Shan tidak lebih dari tiga perempat
mil jauhnya di batik tikungan panjang di depan.
Rupanya peta itu akurat. Dua lampu sorot terdapat di atas gerbang besi hijau
tinggi di bawah panel raksasa yang menggambarkan burung-burung dengan warna-
warna cerah; gerbang itu tertutup. Di dalam bangunan kaca kecil di sebelah
kanannya duduk seorang penjaga. Begitu melihat sorot lampu depan mobil Jason
mendekat, ia melompat bangkit dan berlari keluar. Sulit mengatakan apakah jaket
dan celana orang itu seragam; tidak terlihat adanya senjata. Bourne melajukan
sedan sampai ke dekat gerbang, turun, lalu mendekati
orang Cina di balik gerbang itu, terkejut melihat pria tersebut berusia akhir
lima puluhan atau awal enam puluhan.
"Bei tong, bei tong!" kata Jason sebelum penjaga itu sempat bicara, minta maaf
karena sudah mengganggu. "Aku menemui kesulitan," lanjutnya cepat sambil
mencabut daftar negosiator si pengusaha Prancis dari saku dalamnya. "Aku
seharusnya tiba di sini tiga setengah jam yang lalu, tapi mobilnya tidak datang
dan aku tidak bisa menghubungi Menteri " ia memilih nama menteri tekstil dalam
? daftar, " Wang Xu, dan aku yakin ia sama jengkelnya seperti diriku!"?"Kau bicara bahasa kami," kata penjaga yang kebingungan itu. "Kau membawa mobil
tanpa sopir." "Menteri sudah mengizinkannya. Aku sudah sering ke Beijing. Kami akan makan
malam bersama." "Kami tutup, dan di sini tidak ada restoran."
"Mungkinkah ia meninggalkan pesan untukku?"
'Tidak ada yang meninggalkan apa pun kecuali barang yang hilang. Aku punya
teropong Jepang yang sangat bagus dan bisa kujual murah padamu."
Kemudian terjadilah. Di balik gerbang, sekitar tiga puluh meter di jalan tanah,
Bourne melihat seseorang dalam keremangan pohon tinggi. Pria itu mengenakan
tunik panjang empat kancing perwira. Di sekeliling pinggangnya terdapat sabuk
? ?sarung pistol yang tebal. Senjata.
"Maaf, aku tidak membutuhkan teropong."
"Sebagai hadiah, mungkin?"
"Aku hanya memiliki sedikit teman dan anak-anakku pencuri."
"Kau orang yang menyedihkan. Tidak punya apa-apa kecuali anak-anak dan teman-
teman dan roh, tentu saja."
?"Nah, sekarang aku hanya ingin menemui Menteri. Kami sedang mendiskusikan
renminbi dalam jumlah jutaan!"
"Teropongnya hanya beberapa yuan."
"Baiklah! Berapa?"
"Lima puluh." "Ambilkan," kata si bunglon tidak sabar, meraih ke dalam sakunya, tatapannya
sepintas melayang ke balik pagar hijau sementara penjaga itu bergegas kembali ke
posnya. Perwira Cina itu telah mundur semakin jauh ke dalam kegelapan, tapi
tetap mengawasi gerbang. Dentuman di dada Jason terasa seperti tabuh seperti
?yang sering dialaminya di hari-hari Medusa. Ia telah membalik tipuan, mengungkap
strategi. Delta mengenai cara pikir Oriental. Kerahasiaan. Sosok tunggal itu,
tentu saja, tidak mengkonfiirmasinya, tapi juga tidak mengingkarinya.
"Lihat betapa hebathya teropong ini!" sem penjaga itu, berlari kembali ke
gerbang dan mengulurkan teropongnya. "Seratus yuan."
"Katamu tadi lima puluh!"
"Aku tidak memperhatikan lensanya. Jauh lebih unggul. Berikan uangnya dan akan
kulemparkan teropong melewati gerbang."
"Baildah," kata Bourne, hendak mendorong uang melalui celah-celah gerbang. "Tapi
dengan satu syarat, pencuri. Kalau kebetulan kau ditanyai mengenai diriku, aku
lebih suka tidak dipermalukan."
"Ditanyai" Bodoh. Tidak ada seorang pun di sini kecuali aku."
Delta benar. 'Tapi kalau seandainya kau ditanyai, kuharap kau mengatakan yang sebenarnya! Aku
pengusaha Prancis yang mati-matian mencari menteri tekstil ini karena mobilku
tertunda tanpa bisa dimaafkan. Aku tidak mau dipermalukan!"
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Terserah. Kemarikan uangnya."
Jason menjejalkan Iembaran-lembaran yuan ke balik pagar; penjaga itu
menyambarnya dan melemparkan teropong melewati gerbang. Bourne menangkapnya dan
menatap orang Cina itu dengan pandangan memohon. "Kau tahu di mana Menteri
berada malam ini?" "Aku tahu, dan memang hendak memberitahumu tanpa biaya tambahan. Orang sebebat
kau dan dia pasti pergi ke rumah makan bernama Ting Li Guan. Itu tempat kesukaan
orang asing kaya dan orang pemerintahan kami yang berkuasa." "Di mana itu?"
"Di Istana Musim Panas. Kau melewatinya dalam perjalanan kemari. Pergilah
kembali lima belas sampai dua puluh kilometer, dan kau akan melihat gerbang
besar Dong An Men. Masuklah ke sana, dan pemandunya akan mengarahkanmu, tapi
tunjukkan surat-suratmu, Sir. Kau bepergian dengan cara yang sangat tidak
biasa." Terima kasih!" teriak Jason sambil berlari ke mobilnya. "Vive la France!"
"Indah sekali," kata penjaga itu sambil mengangkat bahu, kembali ke posnya dan
menghitung uangnya. Perwira itu berjalan tanpa suara ke pos jaga dan mengetuk kaca jendela.
Terkejut, penjaga malam itu melompat bangkit dari kursinya dan membuka pintu.
"Oh, Sir, Anda membuat saya terkejut! Anda terkunci di dalam rupanya. Mungkin
Anda tertidur di salah satu tempat istirahat kami yang indah. Sial sekali. Akan
saya bukakan gerbangnya sekarang juga!"
"Siapa orang itu tadi?" tanya perwira itu dengan tenang.
"Orang asing Sir. Pengusaha Prancis yang mengalami kesialan. Kalau saya tidak
salah memahaminya, ia seharusnya bertemu Menteri Tekstil di
sini berjam-jam yang lalu dan melanjutkan perjalanan untuk makan malam, tapi
mobilnya tertunda. Ia sangat jengkel. Ia tidak ingin dipermalukan."
"Menteri tekstil yang mana?"
"Menteri Wang Xu, kalau saya tidak salah dengar."
'Tunggu di luar." 'Tentu saja, Sir. Gerbangnya?"
"Sebentar lagi." Prajurit itu meraih telepon di meja kecil dan memutar nomor.
Beberapa detik kemudian ia kembali berbicara. "Berapa nomor menteri tekstil
bernama Wang Xu"... Terima kasih." Perwira itu menekan tombol telepon,
melepaskannya, dan memutar nomornya lagi. "Menteri Wang Xu?"
"Ini aku," kata orang dengan nada agak jengkel di ujung seberang sambungan.
"Siapa ini?" "Seorang staf di Kantor Dewan Perdagangan, Sir. Kami sedang melakukan
pemeriksaan rutin mengenai seorang pengusaha Prancis yang memasukkan nama Anda
sebagai referensi "?"Demi Tuhan orang Kristen, bukan si idiot Ardisson itu lagi, kan! Apa lagi yang
dilakukannya sekarang?"
"Anda mengenalnya, Sir?"
"Kuharap tidak! Maunya yang istimewa saja! Ia mengira kalau buang air besar, bau
bunga lilac akan memenuhi kamar kecil."
"Apakah Anda punya rencana makan malam dengannya malam ini, Sir?"
"Makan malam" Bisa jadi aku telah mengatakan apa saja agar ia tenang sore ini!
Tentu saja, ia hanya mendengar apa yang ingin didengarnya dan bahasa Cina-nya
payah. Di sisi lain, kemungkinan besar ia menggunakan namaku untuk mendapatkan
tempat padahal ia tidak memesan tempat. Sudah kukatakan, orang itu maunya yang
istimewa saja! Berikan apa pun yang diinginkannya. Ia sinting tapi tidak
berbahaya. Kita akan mengirimnya kembali ke Paris dengan pesawat berikut kalau
saja orang-orang bodoh yang diwakilinya tidak membayar begitu mahal untuk bahan-
bahan kelas tiga. Ia mendapat izin untuk pelacur ilegal terbaik di Beijing!
Hanya saja jangan ganggu aku lagi. Aku sedang menjamu tamu." Menteri langsung
menutup telepon. Setelah pikirannya tenang, perwira itu meletakkan telepon dan melangkah keluar
menemui si penjaga malam. "Kau benar," katanya.
"Orang asing itu sangat jengkel, Sir. Dan sangat kebingungan."
"Kudengar kedua kondisi itu normal baginya." Orang angkatan darat itu diam
sejenak, lalu menambahkan, "Kau boleh membuka gerbang sekarang."
Tentu saja, Sir." Penjaga itu memasukkan tangan ke saku dan mengeluarkan seikat
anak kunci. Ia berhenti, berpaling memandang perwira
393 itu. "Saya tidak melihat ada mobil, Sir. Transportasi terdekat beberapa
kilometer jauhnya. Istana Musim Panas yang pertama "?"Saya sudah menelepon memanggil mobil. Seharusnya tiba di sini sepuluh atau lima
belas menit lagi." "Aku khawatir saya sudah tidak di sini pada saat itu, Sir. Saya bisa melihat
lampu sepeda petugas pengganti saya di jalan sekarang. Tugas saya selesai lima
menit lagi." "Aku akan menunggu di sini," kata perwira itu, mengabaikan kata-
kata si penjaga. "Ada awan dari utara. Kalau hujan, aku bisa menggunakan posmu
untuk berteduh sampai mobilku tiba." "Saya tidak melihat ada awan, Sir." "Matamu
tidak sebaik dulu lagi."
"Benar sekali." Bel sepeda yang berdering-dering memecah kesunyian di luar.
Penjaga pengganti mendekati pagar sementara rekannya membuka gerbang. "Anak-anak
muda ini mengumumkan kehadirannya seakan-akan mereka roh yang turun dari
langit." "Ada yang ingin kukatakan padamu," kata perwira itu tajam, menghentikan gerakan
si penjaga. "Seperti orang asing tadi, aku juga tidak ingin dipermalukan karena
mencuri-curi tidur yang sangat dibutuhkan di tempat istirahat yang indah. Kau
menyukai pekerjaanmu?"
"Sangat, Sir." "Dan kesempatan untuk menjual benda-benda seperti teropong Jepang yang diberikan
padamu untuk disimpan?" "Sir?"
"Pendengaranku tajam dan suaramu keras." "Sir?"
"Jangan mengatakan apa-apa tentang diriku dan aku tidak akan mengatakan apa-apa
mengenai kegiatanmu yang tidak etis, yang tak ragu lagi akan menyebabkan kau
dikirim ke padang dengan sepucuk pistol ditodongkan ke kepalamu. Tindakanmu
tidak bisa ditolerir."
"Saya tidak pemah bertemu Anda, Sir! Saya bersumpah demi roh-roh dalam jiwa
saya!" "Kami di Partai menolak pemikiran seperti itu."
"Kalau begitu, demi apa pun yang Anda suka
"Buka gerbangnya dan pergi dari sini."
"Saya ambil sepeda saya dulu, Sir!" Penjaga itu lari ke pagar seberang,
mengeluarkan sepeda, dan membuka kunci gerbang. Ia mendorong gerbang mengangguk
lega saat melemparkan serenceng anak kunci kepada penjaga bam. Setelah menaiki
sepedanya, ia melesat ke jalan.
Penjaga kedua berjalan dengan saritai melewati gerbang sambil menuntun
sepedanya. "Bisa kaubayangkan?" katanya pada perwira itu. "Putra seorang
panglima perang Kuomintang mengambil posisi petani bodoh yang seharusnya
melayani kita di dapur."
Bourne menemukan titik putih di batang pohon itu dan mengemudikan sedannya
keluar dari jalan di sela dua pohon pinus. Ia memadamkan lampu dan turun. Dengan
cepat ia mematahkan beberapa cabang untuk menyembunyikan mobil dalam kegelapan.
Secara instingtif, ia bekerja cepat dalam kondisi apa pun ia begitu tapi yang ? ?mengejutkan, beberapa detik sesudah ia selesai menyembunyikan sedan, sorot lampu
depan mobil muncul di jalan menuju Beijing. Ia membungkuk, betlutut dalam
sesemakan, dan mengawasi mobil itu melintas, tertegun melihat sepeda yang
terikat di atapnya, lalu prihatin sewaktu beberapa saat kemudian suara mesinnya
tiba-tiba menghilang; mobil itu berhenti di balik tikungan di depan. Cemas
memikirkan sebagian mobilnya terlihat oleh orang lapangan berpengalaman yang
kemudian memarkir kendaraan tanpa terlihat dan kembali dengan berjalan kaki,
Jason melesat menyeberangi jalan, menuju sesemakan rapat di balik pepohonan. Ia
berlari ke kanan, dari satu pohon pinus ke pohon pinus yang lain, ke titik
tengah tikungan tempat ia sekali lagi berlutut dalam keremangan sesemakan,
menunggu, mempelajari setiap jengkal tepi jalan, mendengarkan bunyi apa pun yang
bukan berasal dari dengung jalan pedalaman yang sepi.
Tidak ada apa-apa. Lalu akhirnya ada sesuatu, dan sewaktu ia melihatnya, rasanya
tidak masuk akal. Atau sebaliknya" Pria yang mengendarai sepeda berlampu suram
itu melaju seakan-akan keselamatannya tergantung pada kecepatan yang tak mungkin
bisa dicapainya. Saat ia semakin dekat, Bourne melihat orang itu seorang
penjaga... bersepeda... dan ada sepeda yang tadi terikat di atap mobil yang berhenti
di balik tikungan. Apakah sepeda itu dibawa untuk penjaga ini" Tentu saja tidak,
mobil itu pasti terns melaju sampai gerbang.... Sepeda kedua" Penjaga kedua tiba
?dengan sepeda" Tentu.saja. Kalau yang dipercayainya benar, penjaga di gerbang
akan diganti, konspirator ditempatkan di sana menggantikan penjaga pertama.
Jason menunggu hingga cahaya lampu penjaga itu tinggal titik dalam kegelapan di
kejauhan, lalu berlari kembali ke mobilnya dan ke pohon dengan tanda putih di
batangnya. Ia sekarang menggali ransel dan mulai mengeluarkan berbagai benda
yang dibutuhkan. Ia menanggalkan jas dan kemeja putihnya, lalu mengenakan sweter
hitam berleher tinggi; ia mengikatkan sarung pisau berburu di sabuk celana
panjang hitam dan menjejalkan pistol otomatis berisi sebutir peluru di sisi yang
lain. Ia meraih dua gulungan yang dihubungkan dengan kawat tipis sepanjang satu
meter, dan menganggap instrumen mematikan itu jauh lebih baik daripada yang
dibuatnya di Hong Kong. Kenapa tidak" Ia jauh lebih dekat dengan tujuan, kalau
apa-pun yang telah dipelajarinya dari Medusa memang berguna. Ia menggulung kawat
sama banyak di kedua gulungan,
dan dengan hati-hati menyelipkannya ke saku kanan belakang celana panjang, lalu
mengambil senter sekecil bolpoin dan menjepitkannya di tepi saku kanan depan. Ia
memasukkan dua untai petasan panjang Cina yang terlalu besar, dilipat dan diikat
dengan karet, di saku kiri depan bersama tiga kotak korek dan sepotong lilin
kecil. Benda yang paling kikuk adalah pemotong kawat berukuran sedang, kurang-
lebih sama besarnya dengan tang. Ia menyelipkan alat itu kepala terlebih dulu ke
saku kiri belakang, lalu membuka penahannya hingga kedua tangkainya yang pendek
tertekan ke kain, dengan begitu mengunci alat itu di sakunya. Akhirnya, ia
mengambil tumpukan kain yang digulung begitu erat hingga besarnya tak lebih dari
sebatang penjepit. Ia menempatkannya di tengah-tengah punggung, menarik karetnya
mengitari pinggang, lalu mengaitkan penjepitnya. Ia mungkin tidak akan
menggunakan kain itu, tapi ia tidak bisa mengambil risiko apa pun ia sudah ?dekat!
Akan kuringkus dia, Marie! Sumpah, akan kutangkap dia dan kita akan mendapatkan
kehidupan kita lagi. Ini David dan aku sangat mencintaimu! Aku sangat
membutuhkanmu! Hentikan! Tidak ada manusia, hanya tujuan. Tidak ada emosi, hanya sasaran,
pembunuhan, dan orang-orang yang harus disingkirkan karena menghalangi. Kau
tidak berguna bagiku, Webb. Kau lembek dan aku membencimu. Dengarkan
Delta dengarkan Jason Bourne!
?Pembunuh yang terpaksa menjadi pembunuh itu mengubur ransel berisi kemeja putih
dan jaket kotak-kotak, lalu berdiri di sela-sela pepohonan pinus. Paru-parunya
terasa bengkak karena memikirkan apa yang ada di hadapannya, sebagian dirinya
merasa takut dan tidak pasti, yang lainnya murka, sedingin es.
Jason melangkah menuju utara di tikungan, bergerak dari pohon ke pohon seperti
sebehimnya. Ia tiba di mobil yang melewatinya dengan sepeda terikat di atap;
diparkir di tepi jalan, ada pengumuman besar yang ditempelkan di bawah jendela
depan. Ia merayap mendekat dan membaca tulisan Cina itu, tersenyum sendiri:
Ini kendaraan resmi pemerintah yang rusak. Mengutak-atik bagian mana pun dari
mekanismenya adalah kejahatan serius. Pelaku pencurian kendaraan ini akan
dieksekusi seketika. Di sudut kiri bawah ada tulisan lain yang dicetak kecil:
Percetakan Rakyat Nomor 72. Shanghai. Bourne bertanya-tanya berapa ratus ribu
pengumuman seperti ini yang
sudah dibuat Percetakan Nomor 72. Mungkin pengumuman ini menggantikan fungsi
garansi, dua untuk setiap kendaraan.
Ia mundur kembali ke kegelapan dan melanjutkan perjalanan melewati tikungan,
hingga tiba di tempat terbuka di depan gerbang yang terang benderang.
Pandangannya mengikuti bentangan pagar hijau itu. Di sisi kirinya pagar itu
menghilang ke dalam kegelapan hutan. Di sisi kanan pagar itu membentang hingga
sekitar enam puluh meter setelah pos jaga, sepanjang areal parkir dengan bagian-
bagian bernomor untuk bus wisata dan taksi, di mana pagar itu berbelok tajam ke
selatan. Sebagaimana yang telah diduganya, suaka burung di Cina merupakan tempat
tertutup, untuk mencegah pemburu gelap. Seperti istilah d'Anjou, "Cina memuja
burung-bumng selama berabad-abad. Burung dianggap hidangan bagi mata dan perut."
Echo. Echo hilang. Ia bertanya-tanya apakah d'Anjou menderita.... Tidak ada waktu.
Suara-suara! Bourne menyentakkan kepala kembali ke arah gerbang sambil
menyelinap ke sesemakan terdekat. Perwira angkatan darat Cina dan satpam bam
yang jauh lebih muda itu tidak, sekarang dia pasti bertindak sebagai
?penjaga berjalan keluar dari balik pos. Penjaga itu menuntun sepeda sementara
?si perwira menempelkan radio kecil ke telinga.
"Mereka akan tiba tidak lama selewat pukul sembilan," kata orang angkatan darat
itu, sambil menurunkan radio dan memasukkan antenanya: 'Tujuh kendaraan masing-
masing terpisah tiga menit."
'Truknya?" "Yang terakhir."
Penjaga itu memandang arlojinya. "Mungkin sebaiknya kau ambil mobil, kalau
begitu. Kalau ada pemeriksaan telepon, aku tahu rutinitasnya."
"Gagasan bagus," perwira itu menyetujui, sambil menjepitkan radio ke sabuknya
dan mengambil alih sepeda. "Aku tidak sabar menghadapi para birokrat wanita yang
menyalak seperti anjing."
'Tapi hams," kata penjaga itu sambil tertawa. "Dan kau hams membujuk mereka yang
kesepian, yang tampangnya jelek, dan berusaha sebaik mungkin di sela kaki
mereka. Kalau kau mendapat laporan buruk" Kau bisa kehilangan pekerjaan yang
hebat ini." "Maksudmu petani bodoh yang kaugantikan "?'Tidak, tidak," sela penjaga itu, sambil melepaskan sepeda. "Mereka mencari yang
muda, yang tampan, seperti aku. Dari foto-foto kita, tentu saja. Ia berbeda ia
membayar mereka dengan yuan yang diperolehnya dari menjual barang-barang yang
hilang. Aku terkadang penasaran apakah ia mendapat laba."
"Aku sulit memahami orang sipil seperti kalian."
"Koreksi, kalau boleh, Colonel. Di Cina sejati, aku ini kapten pasukan
Kuomintang." Jason tertegun mendengar komentar pemuda itu. Yang didengaraya amat luar biasa!
Di Cina sejati, aku ini hapten pasukan Kuomintang. Cina sejatfl Taiwan" apa
telah dimulai" Perang antara dua Cina" Apakah orang-orang ini ada kaitannya
dengan hal itu" Gila! Perabantaian massal! Timur Jauh akan hancur berantakan! Ya
Tuhan! Ketika membuni pembunuh bayaran, apakah tanpa sengaja ia menemukan
sesuatu yang tak terbayangkan"
Informasi itu terlalu banyak untuk dicerna, terlalu menakutkan, terlalu
mengerikan akibatnya. Ia harus. bergerak cepat, menahan semua pikiran,
memusatkan perhatian hanya pada gerakan. Ia memandang jarum radium arlojinya.
Saat itu pukul 20.54, dan ia cuma memiliki sedikit waktu untuk melakukan apa
yang harus dilakukannya. Ia menunggu hingga perwira angkatan darat itu berlalu
dengan sepedanya, lalu dengan hati-hati maju, diam-diam menerobos sesemakan
hingga melihat pagar. Ia mendekatinya sambil mengeluarkan senter kecil dari
saku, menyalakannya dua kali untuk menilai dimensi pagar itu. Pagar itu luar
biasa. Tingginya tidak kurang dari 35 meter, dan bagian atasnya miring keluar
seperti barikade pagar penjara, dengan gulungan kawat berduri membentang
sepanjang batang-batang baja paralei. Ia mengulurkan tangan ke saku belakang,
menyatukan gagang pemotong kawat, dan mencabutnya. Dengan tangan kiri ia meraba-
raba dalam kegelapan, dan sewaktu menemukan kawat bersilangan yang paling dekat
dengan tanah, ia menempelkan kepala pemotong kawat pada kawat paling bawah.
Seandainya David Webb tidak putus asa dan Jason Bourne tidak murka, pekerjaan
itu tidak mungkin bisa diselesaikan. Pagar itu bukan pagar biasa. Batang
kawatnya jauh lebih kuat daripada barikade yang mengurung para penjahat paling
buas di dunia. Perlu segenap kekuatan Jason saat ia menggoyang-goyangkan
pemotong kawat itu hingga masing-masing kawatnya putus. Satu demi satu putus,
tapi menghabiskan menit-menit yang berharga.
Sekali lagi Bourne memandang jarum arlojinya yang bercahaya. 21.06. Dengan kaki
menancap ke tanah, bahunya melipat ke dalam kotak vertikal yang tingginya hanya
setengah meter. Ia merayap masuk, keringat membasahi seluruh tubuhnya, dan ia
berbaring di tanah dengan terengah-engah. Tidak ada waktu lagi. 21.08.
Ia berlutut dengan goyah, menggeleng untuk menjernihkan kepalanya dan muiai
bergeser ke kanan, memegangi pagar untuk dukungan hingga tiba di tikungan yang
menghadap areal parkir. Gerbang yang terang benderang berada enam puluh meter di
sebelah kirinya. Tiba-tiba, kendaraan pertama tiba. Kendaraan itu limusin Zia buatan Rusia,
mahakarya akhir tahun enam puluhan. Kendaraan itu berputar ke areal parkir dan
menempati posisi pertama di sebelah kanan pos jaga. Enam pria turun dan berjalan
serempak menuju sesuatu yang tampak
398 seperti jalan setapak utama di suaka burung itu. Mereka menghilang ke dalam
kegelapan, berkas cahaya senter menerangi jalan. Jason mengawasi dengan teliti;
ia akan menggunakan jalan itu.
Tiga menit kemudian, tepat sesuai jadwal, mobil kedua melaju melewati gerbang
dan diparkir di samping Zia pertama. Tiga pria turun dari kursi belakang
The Bourne Supremacy Karya Robert Ludlum di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sementara sopir dan penumpang kursi depan bercakap-cakap. Beberapa menit
kemudian keduanya turun, dan Bourne harus berjuang keras menahan diri sewaktu ia
melihat penumpangnya, penumpang jangkung dan ramping yang bergerak seperti
kucing saat berjalan ke bagian belakang mobil untuk bergabung dengan sopir.
Pembunuh bayaran itu! Kekacauan di Bandara Kai-tak telah menuntut jebakan yang
rumit di Beijing. Siapa pun yang memburu pembunuh bayaran ini harus ditangkap
dan ditutup mulutnya secepat mungkin. Informasi harus dibocorkan sampai
terdengar di telinga si pencipta pembunuh bayaran ini karena siapa lagi yang ?tahu taktik si pembunuh bayaran lebih baik daripada orang yang sudah mengajarkan
taktik-taktik itu padanya" Siapa lagi yang lebih menginginkan pembalasan dendam
selain orang Prancis itu" Siapa lagi yang mampu memunculkan Jason Bourne yang
lain" D'Anjou-lah kuncinya, dan klien si peniru itu mengetahuinya. - Dan insting
Jason Bourne lahir dari ingatannya akan Medusa yang muncul secara bertahap dan
?menyakitkan akurat. Sewaktu jebakan itu berantakan menjadi bencana di makam
?Mao, menjadi penghinaan yang akan mengguncang republik ini, kelompok elite
konspirator harus berkumpul kembali dengan cepat, diam-diam, lepas dari
pengawasan rekan-rekan mereka. Krisis yang tak terbayangkan tengah menghadang
mereka; tidak boleh ada waktu yang disia-siakan dalam menentukan larfgkah
selanjutnya. Tapi yang paling utama adalah kerahasiaan. Di mana pun mereka bertemu,
kerahasiaan merupakan senjata mereka yang paling penting. Di Cina sejati, aku
ini kapten pasukan Kuomintang. Ya Tuhan! Apakah itu mungkin"
Kerahasiaan. Untuk kerajaan yang hilang" Di mana lagi bisa ditemukan tempat yang
lebih baik daripada suaka burung yang luas dan mas ill liar, taman resmi yang
dikendalikan pengkhianat-pengkhianat berkuasa pembela Kuomintang di Taiwan"
Strategi yang timbul dari keputusasaan telah membawa Bourne pada inti
pengungkapan yang luar biasa ini. Tidak ada waktu lagi! Itu bukan urusanmu!
Hanya orang itu! Delapan belas menit kemudian keenam mobil itu sudah berada di tempatnya, para
penumpangnya keluar, bergabung dengan kolega-kolega mereka di suatu tempat di
dalam hutan gelap suaka itu. Akhimya, 21 menit setelah kedatangan limusin Rusia
tadi, sebuah truk beratap kanvas merayap melewati gerbang, berputar dan diparkir
di samping mobil yang masuk terakhir, tidak lebih dari sepuluh meter jauhnya
dari tempat 399 Jason. Dengan terkejut, ia meiigawasi para pria dan wanita yang terikat
tangan dan mulutnya, didorong keluar dari truk itu; tanpa kecuali mereka jatuh,
berguling-guling di tanah, mengerang memprotes dan kesakitan. Di dekatnya,
seorang pria meronta-ronta, memuntir-muntir tubuhnya yang pendek kurus dan
menendang-nendang kedua penjaga, yang menahannya dan akhirnya melemparkannya ke
area! parkir berlapis kerikil. Pria kulit putih.... Bourne membeku. D'Anjou! Dalam
siraman cahaya lampu sorot di kejauhan ia bisa melihat wajah Echo babak belur,
matanya bengkak. Sewaktu si orang Prancis bangkit berdiri, kaki kirinya terus
Naga Beracun 8 Walet Emas 07 Pendekar Kipas Akar Wangi Satria Pedang Asmara 1