Pencarian

Dracula 8

Dracula Karya Bram Stoker Bagian 8


dengan gembira. Rasanya sudah lama sekali ia tidak begitu. Waktu kami masuk,
kami heran melihat ia sudah menaburkan gulanya seperti biasa lagi, sedangkan
lalat-lalat yang tampak malas dalam musim gugur ini mulai mengaung-aung masuk ke
kamar. 152 Kami mencoba menyuruhnya berbicara mengenai pokok pembicaraan tadi, tapi ia tak
mau. Ia terus saja menyanyi, seolah-olah kami tak ada di situ. Ia memegang
secarik kertas yang dilipat-lipat dan dimasukkannya ke dalam sebuah buku
catatan. Kami terpaksa pergi lagi, dalam keadaan tak tahu apa-apa seperti waktu
kami masuk. Ia memang kasus yang aneh. Kami harus mengawasinya malam ini.
SURAT DARI MITCHELL, SONS & CANDY, KEPADA LORD GODALMING
Tuan yth, 1 Oktober. Kami selalu senang memenuhi keinginan-keinginan Anda. Sesuai dengan keinginan
Anda yang disampaikan oleh Mr. Harker atas nama Anda, kami ingin memberikan
informasi mengenai jual-beli rumah di Piccadilly No. 347. Penjual aslinya adalah
pelaksana dari almarhum Mr. Archibald Winter-Suf-field. Pembelinya adalah
seorang bangsawan asing, Count de Ville, yang telah mengurus pembelian itu
sendiri, dan membayar harga pembeliannya dengan uang tunai. Kecuali itu, kami
tak tahu apa-apa lagi mengenai dirinya.
Salam takzim dari kami, Mitchell, Sons & Candy.
CATATAN HARIAN DR. SEWARD
2 Oktober. Semalam kulugaskan seseorang untuk berjaga di lorong rumah, dan ?kusuruh ia mem -
153 buat catatan cermat mengenai setiap bunyi yang mungkin didengarnya dari kamar
Renfield. Kuberikan pula instruksi bahwa bila ada sesuatu yang aneh, ia harus
memanggilku. Setelah makan malam, waktu kami berkumpul mengelilingi perapian di dalam ruang
kerja-^-Mrs. Harker sudah pergi tidur kami membahas usaha-usaha dan penemuan
?masing-masing dalam sehari itu. Harker-lah satu-satunya yang berhasil, dan kami
berharap agar petunjuk yang diperolehnya itu penting.
Sebelum pergi tidur, aku pergi dulu berkeliling ke kamar-kamar pasienku. Aku
mengintip kamar Renfield lewat kaca peninjau. Tampak ia sedang tidur nyenyak,
dadanya turun naik dengan napas teratur.
Tadi pagi, petugas melaporkan bahwa sejenak setelah tengah malam, ia gelisah dan
terus-menerus mengucapkan doa dengan nyaring. Kutanyakan apakah hanya itu yang
bisa dilaporkannya. Katanya hanya itulah yang didengarnya. Tapi sikapnya
demikian mencurigakan, hingga kuserang ia dengan bertanya apakah ia tertidur. Ia
membantah bahwa ia tidur, tapi ia mengaku bahwa ia sempat terlena sebentar.
Sayang, orang-orang sering tak bisa dipercaya kalau tak diawasi.
Hari ini Harker pergi lagi untuk menelusuri petunjuknya, sedangkan Art dan
Quincey mengurus kuda-kuda. Menurut Godalming, sebaiknya kuda-kuda selalu
disiapsiagakan, sebab begitu kami mendapatkan informasi yang kami cari, kami
154 tak boleh membuang waktu. Kami harus mensterilkan semua tanah yang dibawa dari
luar negeri itu antara matahari terbit sampai matahari terbenam, supaya Count
tertangkap dalam keadaan yang paling lemah, dan tak ada lagi tempat pelariannya.
Van Helsing pergi ke British Museum untuk mencari keterangan-keterangan mengenai
obat-obat kuno. Para dokter zaman dahulu menangani hal-hal yang tak diterima
oleh para pengikut di zaman sekarang. Sekarang Profesor mencari pengobatan-
pengobatan untuk melawan sihir dan setan, yang mungkin akan berguna bagi kami
kelak. Kadang-kadang kupikir kami semua sudah gila, dan suatu saat nanti kami akan
terbangun dan waras kembali dengan mengenakan pakaian pasien yang ketat.
Kemudian. Kami bertemu lagi. Akhirnya kami merasa sudah menemukan jejaknya.
?Pekerjaan kami besok mungkin akan merupakan awal dari berakhirnya urusan ini.
Aku ingin tahu apakah ketenangan Renfield ada hubungannya dengan ini. Suasana
hati Renfield selalu sesuai benar dengan kegiatan-kegiatan Count, hingga rencana
penghancuran monster itu mungkin tersalur pula padanya secara halus. Kalau saja
kami bisa mendapat petunjuk mengenai apa yang terjadi dalam otaknya, selama
jangka waktu antara perdebatanku dengan dia tadi dan saat dimulainya lagi
penangkapan lalat itu, kami akan bisa mendapatkan suatu petunjuk berharga. Kini
kelihatannya ia tenang sekali.... Tapi benarkah be-155
gitu" Jeritan mengerikan itu agaknya berasal dari kamarnya....
Petugas masuk menyerbu ke kamarku, dan melaporkan bahwa Renfield mendapat
kecelakaan. Mula-mula ia mendengar orang gila itu berteriak, dan waktu
didatanginya, ia sudah terbaring tertelungkup di lantai, berlumuran darah. Aku
harus segera ke sana.... 156 Bab 21 CATATAN HARIAN DR. SEWARD
3 Oktober. Aku ingin menuliskan dengan tepat semua yang terjadi sejak catatan ?terakhirku, sebatas yang kuingat Tak ada yang boleh terlupakan, walau hal
terkecil sekalipun. Jadi aku harus
bekerja dengan tenang sekali.
?Waktu aku tiba di kamar Renfield, kutemukan ia terbaring di lantai pada sisi
kirinya, dalam genangan darah berkilat. Waktu aku mendekatinya untuk
memindahkannya, segera tampak bahwa ia luka parah. Waktu wajahnya nampak,
kulihat wajah itu memar hebat, seolah-olah bekas dihantamkan ke lantai. Dan
memang dari luka pada wajah itulah darah berasal. Setelah kami balikkan tubuh
t nya, petugas yang berlutut di sisinya berkata,
"Saya rasa punggungnya patah, Dok. Lihatlah, kaki, tangan, dan seluruh sisi
wajahnya lumpuh." Petugas itu sama sekali tak mengerti bagaimana hal itu sampai
bisa terjadi. Ia nampak amat bingung, dan alisnya seolah akan bertemu waktu ia
berkata, "Dua hal yang saya tak mengerti. Dia bisa saja merusak wajahnya begitu dengan
menghantamkan kepalanya sendiri ke lantai. Saya pernah melihat seorang wanita
muda berbuat begitu di Sanatorium Eversfield, sebelum ada orang yang sempat
mencegahnya. Dan lehernya bisa saja patah karena jatuh dari tempat tidur, waktu
dia sedang berada dalam keadaan tak sadar. Tapi saya sama sekali tak mengerti
bagaimana kedua hal itu bisa terjadi sekaligus. Bila punggungnya yang patah, dia
takkan bisa memukul kepalanya, dan bila keadaan wajahnya sudah seperti itu
sebelum dia jatuh dari tempat tidur, pasti ada tanda-tandanya." Aku hanya
berkata, "Cari Profesor Van Helsing, dan minta supaya dia segera datang kemari. Aku
memerlukannya dengan segera."
Petugas itu pergi berlari dan beberapa menit kemudian Profesor muncul, masih
mengenakan pakaian tidur dan sandal kamar. Waktu dilihatnya Renfield terbaring
di lantai, diamatinya orang itu dengan tajam sebentar, lalu ia berpaling padaku.
Kurasa ia bisa membaca apa yang tersirat di mataku, lalu katanya dengan tenang,
supaya terdengar oleh petugas itu,
"Wah, kecelakaan yang menyedihkan! Dia membutuhkan penjagaan yang amat cermat,
juga perhatian sepenuhnya. Aku sendiri akan menemanimu, tapi aku harus
berpakaian dulu. Kau di sini saja. Beberapa menit lagi, aku akan menemanimu."
Napas pasien itu kini mendengkur, dan jelas
158 kelihatan keadaannya parah. Tak lama kemudian, Van Helsing kembali, dengan
membawa tas alat-alat bedah. Rupanya ia sudah berpikir, dan kini sudah mengambil
keputusan. Tanpa melihat dulu pada pasienku, ia berbisik,
"Suruh petugas itu pergi. Dia hanya boleh melihat kita berdua bila sudah siuman
nanti, setelah menjalani operasi." Maka aku pun berkata,
"Sudahlah, Simmons. Kita sudah melakukan segalanya yang bisa dilakukan.
Sebaiknya kau pergi berkeliling lagi. Prof. Van Helsing yang akan mengurusnya.
Beritahu aku segera bila ada sesuatu yang luar biasa di mana pun."
Orang itu pergi, dan kami mulai memeriksa pasien itu dengan teliti. Luka di
wajahnya tidak " parah. Yang parah adalah keretakan pada tengkoraknya, akibat
suatu tekanan, yang meluas ke sisi sebelah kanan dan mengenai saraf-saraf
penggeraknya. Profesor berpikir sebentar, lalu berkata,
"Kita harus mengurangi tekanan itu dan mengembalikannya pada keadaan normal sebatas kemampuan kita. Cepatnya penyebaran menunjukkan parahnya luka
itu. Kelihatannya seluruh saraf penggeraknya kena penyebaran luka di otaknya
yang akan berkembang dengan cepat, jadi kita harus sege . mengadakan pengeboran.
Kalau tidak, akan terlambat". Sedang ia berbicara, kami mendengar suara ketukan
halus di pintu. Aku pergi membukanya, dan di lorong, di luar pintu, ada Arthur
dan Quincey yang masih mengenakan
159 piama dan sandal. Arthur yang mula-mula berbicara,
"Kudengar anak buahmu memanggil Profesor Van Helsing untuk memberitahukan
tentang kecelakaan itu padanya, jadi kubangunkan Quincey, atau tepatnya
kupanggil dia, karena dia sudah bangun. Semuanya berjalan terlalu cepat dan
terlalu aneh, hingga agaknya tak ada di antara kita yang bisa tidur nyenyak
akhir-akhir ini. Kupikir besok malam segala-galanya akan berubah lagi. Kita
harus menoleh ke belakang dan melihat lebih banyak ke depan daripada yang sudah?kita lakukan selama ini. Bolehkah kami masuk?" Aku mengangguk dan membukakan
pintu, dan mereka berdua masuk.
Pintu kututup kembali. Waktu Quincey melihat sikap dan keadaan pasien itu, serta
genangan darah yang mengerikan di lantai, ia berkata dengan berbisik,
"Ya, Tuhan, apa yang telah terjadi atas dirinya" Kasihan sekali!" Kuceritakan
dengan singkat apa yang telah terjadi, dan kutambahkan bahwa kami berharap ia
akan siuman setelah dioperasi. Operasi itu tentu akan makan waktu. Quincey
langsung pergi duduk di tempat tidur, dan Godalming duduk di sampingnya. Kami
semua memperhatikan Renfield dengan sabar.
"Kita tunggu saja," kata Van Helsing. "Memang cukup lama untuk menentukan bagian
mana yang terbaik untuk dibor. Dengan demikian, kita bisa
160 membuang darah beku dengan sempurna, karena perdarahan jelas bertambah."
Menit-menit saat kami harus menunggu terasa amat lama. Aku merasa putus asa, dan
dari wajah Van Helsing tampak bahwa ia khawatir menghadapi apa yang terjadi. Aku
ngeri membayangkan kata-kata yang akan diucapkan Renfield. Aku benar-benar takut
berpikir, tapi aku sudah yakin benar apa yang akan terjadi. Aku sudah sering
membaca tentang orang-orang yang sudah tahu saat kematiannya. Napas orang malang
itu tersengal-sengal dan tak teratur. Kelihatannya setiap saat ia seperti akan
membuka mata dan berbicara, tapi kemudian ia mendengkur lagi berkepanjangan,
lalu kembali ke dalam keadaan tak sadar. Meskipun aku sudah biasa mendampingi
orang sakit dan sekarat, aku merasa makin lama makin tegang menghadapi keadaan
ini. Rasanya aku bisa mendengar degup jantungku sendiri, dan darah yang mengalir
di urat nadi di pelipisku terasa seperti pukulan-pukulan palu. Akhirnya
keheningan itu jadi menyiksa. Aku memandangi teman-temanku satu demi satu, dan
dari wajah dan dahi mereka yang berkeringat, aku tahu bahwa mereka pun merasakan
siksaan yang sama. Kami semua tegang, seolah di atas kepala kami sebuah lonceng
kematian akan berdentang nyaris setiap saat.
Akhirnya tiba saatnya keadaan pasien kami memburuk dengan cepat Ia bisa
meninggal setiap saat Aku menatap sang Profesor. Ternyata ia juga
161 sedang memandangiku. Wajahnya kaku dan keras waktu ia berbicara,
"Kita tak boleh membuang waktu. Kata-katanya bisa menyelamatkan nyawa banyak
orang. Itulah yang kupikirkan selama berdiri di sini. Bahkan mungkin sekarang
pun ada nyawa lain yang sedang terancam! Kita akan melubangi sebelah atas
telinganya sedikit."
Tanpa berkata apa-apa lagi, dimulainya pengeboran itu. Beberapa saat napas
Renfield masih terus mendengkur. Lalu tiba-tiba ia menarik napas sedemikian
panjang hingga dadanya seolah-olah akan meledak. Tiba-tiba matanya terbuka, dan
ia memandang dengan tatapan liar tak berdaya. Keadaan itu berlangsung beberapa
lama. Lalu pandangannya melembut, dan ia kelihatan terkejut bercampur senang,
dan dari bibirnya keluar desah kelegaan. Ia bergerak dengan kaku, sambil
berkata, "Saya tidak akan bergerak, Dok. Suruh mereka menanggalkan pakaian pasien ini.
Saya bermimpi buruk sekali, saya jadi lemah dan tak bisa bergerak. Kenapa wajah
saya" Rasanya bengkak semua dan sakitnya bukan main." Ia mencoba memalingkan
kepalanya, tapi matanya jadi berkaca-kaca kesakitan. Kuperbaiki letak kepalanya
perlahan-lahan. Lalu Van Helsing berkata dengan tenang tapi serius,
"Ceritakan mimpi Anda itu, Mr. Renfield." Mendengar suara itu, wajah Renfield
yang kesakitan menjadi cerah, dan ia berkata,
"Profesor Van Helsing" Baik sekali Anda mau
162 kemari. Tolong beri saya air, bibir saya kering. Nanti saya ceritakan." Ia
berhenti dan kelihatannya pingsan. Dengan berbisik kupanggil Quincey,
"Ambil brendi di kamar kerjaku, cepat!" Ia berlari, dan kembali dengan membawa
sebuah gelas berisi brendi, dan sebuah lagi berisi air. Kami basahi bibir yang
kering itu, dan pasien itu pun siuman. Tapi agaknya otaknya yang rusak tetap
bekerja saat ia dalam keadaan pingsan, karena waktu ,dia sudah sadar benar, dia
memandangiku dengari tajam dan dengan rasa bingung yang menyiksa. Aku takkan
lupa pandangannya itu. Ia berkata,
"Saya tak boleh menyiksa diri saya sendiri. Itu bukan mimpi, melainkan suatu
kenyataan." Lalu matanya berputar ke sekeliling kamar, dan waktu melihat dua
tokoh yang duduk dengan sabar di tepi tempat tidurnya, ia berkata lagi,
"Sekiranya saya belum yakin, saya akan mengetahuinya dari mereka." Matanya
tertutup sebentar, bukan karena kesakitan atau mengantuk, tapi terkatup dengan
sendirinya, seolah-olah ia sedang mengumpulkan seluruh kekuatannya untuk
bertahan. Waktu ia membuka mata kembali, ia berkata cepat-cepat, dengan kekuatan
yang lebih besar daripada semula,
"Cepat, Dok, cepat. Saya sudah akan mati! Saya rasa saya hanya punya waktu lebih
beberapa menit saja lagi, dan sesudahnya saya harus kembali ke kematian atau ke?keadaan yang lebih buruk lagi! Tolong basahi bibir saya dengan brendi lagi. Ada
163 sesuatu yang harus saya katakan sebelum saya mati. Terima kasih! Kejadiannya
malam itu, setelah Anda meninggalkan saya, setelah saya mohon agar Anda
melepaskan saya. Waktu itu saya tak bisa berbicara, karena saya merasa lidah
saya terikat. Lama setelah Anda pergi, saya tersiksa. Lalu tiba-tiba saya
merasakan kedamaian. Otak saya menjadi sejuk kembali, dan saya menyadari di mana
saya berada. Saya dengar anjing-anjing menyalak di belakang rumah kita, padahal
di situ tak ada anjing!"
Sementara Renfield berbicara, mata Van Helsing tak berkedip, tapi tangannya
diulurkan menggapai lenganku dan mencengkeramnya kuat-kuat. Namun ia tak lengah.
Ia mengangguk sedikit dan berkata dengan suara rendah, "Lanjutkan." Renfield
berkata lagi, "Dia datang ke jendela dalam kabut, sebagaimana saya sering melihatnya
sebelumnya. Tapi waktu itu dia dalam keadaan utuh, tidak berupa hantu. Matanya
kejam, seperti mata manusia yang sedang marah. Dia tertawa dengan mulutnya yang
merah, giginya yang putih bersinar ditimpa sinar bulan. Lalu dia menoleh ke
belakang, ke sekelompok pohon, di tempat anjing-anjing itu menyalak. Mula-mula
saya tak mau mengajaknya masuk ke rumah, meskipun saya tahu dia ingin. Dia
memang selalu ingin masuk. Lalu dia mulai menjanjikan macam-macam. Bukan dengan
kata-kata, melainkan dengan perbuatannya."
164 "Dengan cara bagaimana?" tanya Profesor, memotong kata-kata Renfield.
"Umpamanya dengan mengirim lalat bila matahari sedang bersinar. Lalat-lalat
besar dan gemuk, dengan sayap berbintik-bintik seperti baja dan batu safir, dan
pada malam hari dia mengirim ngengat-ngengat besar dengan tulang silang di
punggungnya." Van Helsing mengangguk, dan tanpa disadarinya benar berbisik, "Ngengat Berkepala
Kematian yang bernama Acherontia Aitetropos of the Sphinges."
Pasien itu berkata lagi, "Lalu dia mulai berbisik, 'Ada beratus-ratus, beribu-ribu, bahkan berjuta-juta
tikus, semuanya hidup, lalu ada anjing-anjing untuk memakannya, juga kucing-
kucing, semuanya hidup. Semuanya berdarah merah. Jadi bukan hanya lalat yang
mendengung-dengung!' Saya menertawakannya, karena saya ingin melihat apa yang
bisa dilakukannya. Lalu anjing-anjing melolong di antara pohon-pohon gelap di
belakang rumah ini. Dia mengangkat tangannya, seolah-olah memanggil tanpa
menggunakan kata-kata. Suatu gerombolan hitam terbentang di rumput, mendekat
seperti nyala api yang menjalar. Lalu disibakkannya kabut ke kiri dan ke kanan,
dan saya lihat ada beribu-ribu tikus yang matanya merah menyala seperti ?matanya, hanya saja lebih kecil. Dia mengangkat tangannya lagi, dan tikus itu
semua berhenti. Dan dia seperti berkata, 'Semua benda hidup ini akan kuberikan
165 padamu, ya, bahkan lebih banyak dan lebih besar, selama bertahun-tahun, bila kau
mau menyerah dan memujaku!' Lalu ada awan merah seperti darah, menyelubungi mata
saya. Dan sebelum saya sadar benar apa yang saya lakukan, saya membuka jendela
dan berkata kepadanya, 'Silakan masuk, pangeran dan majikanku!' Tikus-tikus tadi
sudah hilang semua, dan dia menyelinap masuk ke kamar melalui jendela, meskipun
hanya terbuka dua setengah sentimeter sama benar dengan sinar bulan yang sering
?masuk melalui celah terkecil sekalipun. Lalu dia berdiri di depan saya dengan
segala kebesaran dan keccmerlang nnya
Suaranya menjadi makin lemah, dan aku membasahi bibirnya dengan brendi lagi,


Dracula Karya Bram Stoker di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lalu ia melanjutkan kisahnya. Tapi agaknya sementara itu pikirannya bekerja
terus, hingga kisahnya melompat terlalu jauh. Aku baru saja akan mengingatkannya
kembali, tapi Van Helsing berbisik, "Biarkan dia melanjutkannya. Jangan memotong
ceritanya, ingatannya tak bisa kembali lagi, dan mungkin tak pula bisa
melanjutkan sama sekali bila suatu saat dia kehilangan benang ingatannya."
Renfield bercerita terus,
"Sepanjang hari saya menunggunya, tapi dia tidak mengirim apa-apa pada saya,
bahkan seekor lalat hijau pun tidak. Dan waktu bulan terbit, saya sudah marah
sekali padanya. Waktu dia menyelinap masuk lewat jendela, meskipun jendela itu
tertutup, dan dia bahkan mengetuk, saya makin marah padanya. Dia mengejek saya,
tampak wajahnya yang putih menembus kabut dengan mata
merah bersinar-sinar, dan dia berbuat seenaknya saja, seolah-olah dialah yang
memiliki tempat ini dan saya ini bukan siapa-siapa. Bau tubuhnya bahkan tidak
sama lagi waktu dia melewati saya. Saya tak bisa menyentuhnya, dan entah
mengapa, saya pikir Mrs. Harker-lah yang telah masuk ke kamar saya."
Kedua pria yang duduk di tempat itu bangkit serentak, dan berdiri di belakang
Renfield hingga ia tak bisa melibat mereka, tapi mereka bisa mendengarnya dengan
lebih baik. Keduanya membisu, tapi Profesor nampak terkejut sekali, tubuhnya
gemetar, sedangkan pandangannya menjadi lebih keras dan lebih murung. Renfield
tidak menyadari keadaan itu. Ia bercerita terus,
"Waktu Mrs. Harker mendatangi saya tadi sore, dia nampak lain. Seperti teh yang
diminum setelah poci tehnya dikuras." Mendengar itu, kami semua bergerak, tapi
tetap tak berkata apa-apa. Renfield meneruskan,
"Saya tak tahu bahwa Mrs. Harker ada di sini, sampai dia berbicara.
Penampilannya lain sekali. Saya tak suka melihat orang pucat, saya suka melihat
orang dengan banyak darah. Sedangkan Mrs. Harker seperti orang yang kehabisan
darah. Pada saat itu saya tidak menyadarinya, tapi setelah dia pergi, saya baru
terpikir, dan saya jadi marah sekali karena makhluk itu telah mengisap darah
Mrs. Harker pula." Kurasa semua temanku gemetar seperti aku juga, tapi kami
masih tetap diam. "Jadi waktu setan itu datang malam ini, saya su-167
166 dah siap menghadapinya. Saya lihat kabut masuk perlahan-lahan, dan saya
cengkeram kabut itu kuat-kuat. Saya pernah mendengar bahwa orang gila memiliki
kekuatan yang luar biasa, dan karena saya tahu bahwa saya gila, meskipun hanya
sekali-sekali, saya bertekad untuk menggunakan seluruh tenaga saya. Ya, dia
merasakannya, dan dia harus keluar dari kabut itu untuk berjuang melawan saya.
Saya terus bertahan dengan kuat, dan saya pikir saya akan menang, karena saya
sudah bertekad bahwa dia tak boleh lagi mengambil darah Mrs. Harker. Tapi
kemudian saya lihat matanya. Mata itu menghunjam, serasa membakar diri saya di
dalam, dan tenaga saya pun serasa mencair. Dia menyelinap keluar dari
cengkeraman saya. Waktu saya mencoba bertopang padanya karena merasa lemah,
diangkatnya saya dan diempaskan ke lantai. Terlihat awan merah di depan mata
saya, dan terdengar bunyi seperti halilintar, lalu kabut itu menyelinap keluar
lewat bawah pintu." Suaranya jadi makin lemah, dan napasnya jadi lebih mendengkur. Van Helsing
segera bangkit "Sudah kita dengar kisah yang terburuk," katanya. "Monster itu ada di sini, dan
kita sudah tahu tujuannya. Mungkin masih belum terlambat. Mari kita
mempersenjatai diri kita seperti malam kemarin, tapi harus cepat. Waktu kita
sangat mendesak." Tak perlu dilukiskan rasa takut dan tekad yang ada pada
semuanya. Kami semua pergi ke kamar kami masing-masing dengan tergesa-gesa, dan
mengambil barang-barang seperti yang kami
bawa ketika kami memasuki rumah Count beberapa waktu yang lalu. Profesor juga
sudah siap dengan peralatannya. Waktu kami menemuinya di lorong rumah,
diperlihatkannya barang-barang itu sambil berkata,
"Barang-barang ini tak pernah terpisah dariku, dan takkan pernah, sampai urusan
yang menyedihkan ini berlalu. Waspadalah, Teman-teman. Bukan musuh biasa yang
kita hadapi ini. Ya, jangan sampai Madam Mina kita menderita!" Ia terhenti,
suaranya terputus. Aku sendiri tak tahu, entah kemarahan entah rasa takut yang
lebih menguasai hatiku saat itu.
Kami berhenti di depan pintu kamar suami-istri Harker. Art dan Quincey berkata,
"Haruskah kita mengganggu mereka?" -i "Harus!" kata Van Helsing dengan tegas.
"Kalaupun pintunya terkunci, aku akan mendobraknya."
"Tidakkah itu akan membuat mereka ketakutan" Tak wajar mendobrak pintu kamar
seorang wanita!" Dengan murung Van Helsing berkata, "Kau memang benar. Tapi ini persoalan hidup
dan mati. Bagi seorang dokter, semua kamar sama saja, dan meskipun tak sama,
bagiku malam ini semuanya -gama. John, bila kuputar gagang pintu ini dan
ternyata tak bergerak, gunakan bahumu dan dorong. Kalian juga ikut. Nah, kita
lihat!" Diputarnya gagang pintu itu, tapi pintu itu tak bergerak. Kami menghantamkan
tubuh ke pintu itu, dan pintu itu terbuka dengan berderak, sedang
169 kan kami hampir tersungkur ke dalam. Profesor benar-benar jatuh. Aku cepat-cepat
mendatanginya untuk membantunya bangun. Aku ngeri waktu melihat pemandangan di
hadapan kami. Bulu roma terasa berdiri di tengkukku, dan jantungku seperti
berhenti berdetak. Cahaya bulan sedemikian terangnya, menembus tirai tebal yang berwarna kuning.
Keadaan di dalam kamar cukup terang, hingga kami bisa meliha?" semuanya.
Di tempat tidur, di samping jendela, terbaring Jonathan Harker. Wajahnya merah
dan napasnya berat, seperti dalam keadaan terbius. Di dekatnya, di tepi tempat
tidur, tampak sosok tubuh istrinya yang berpakaian serba putih sedang berlutut
dan menghadap ke luar. Di sampingnya berdiri seorang laki-laki bertubuh kurus
dan tinggi, pakaiannya serba hitam. Wajahnya membelakangi kami, tapi begitu
melihatnya, kami semua langsung mengenali Count jelas sekali, sampai pada bekas?luka di dahinya. Dengan tangan kirinya ia memegang tangan Mrs. Harker yang kedua
belah lengannya terulur ke atas hingga lurus. Tangan kanannya mencengkeram
tengkuk wanita itu, dan memaksakan wajah wanita itu menunduk sampai ke dadanya.
Pakaian tidur Mrs. Harker yang putih bej^ lumuran darah, dan darah itu mengalir
ke dada telanjang Count, yang kemejanya terbuka. Keadaan mereka berdua tak
ubahnya seperti seorang anak kecil yang memaksa seekor anak kucing minum susu di
tatakan. Waktu kami menyerbu ke dalam
170 kamar, Count menoleh, wajahnya memancarkan pandangan setan yang pernah kudengar
dilukiskan orang. Hidungnya bengkok dan putih. Cuping hidungnya yang besar
terbuka lebar, dan tepinya bergetar. Sedangkan giginya yang putih dan tajam di
balik bibir tebalnya yang berteteskan darah terkatup rapat seperti pada binatang
buas. Ia tersen- -tak, hingga korbannya terlempar kembali ke tempat tidur, seolah tercampak dari
ketinggian. Lalu ia berbalik dan melompat ke arah kami. Tapi saat itu Profesor
sudah bangkit dan mengacungkan ke arahnya amplop berisi Hosti. Count tiba-tiba
berhenti, seperti Lucy di luar tempat penyimpanan peti mati, dan ia mundur...
makin lama makin jauh, sedangkan kami maju terus sambil mengangkat salib-salib
kami. Tiba-tiba sinar bulan me-
-^mudar, tertutup sekelompok besar awan gelap. Quincey menyalakan korek api
gasnya, dan kami tak melihat apa-apa lagi kecuali uap tipis. Tampak uap itu
berjalan ke bawah pintu yang telah tertutup kembali. Van Helsing, Arthur, dan
aku mendekati Mrs. Harker yang pada saat itu tampak menahan napasnya. Lalu ia
menjerit nyaring sekali, hingga memekakkan telinga. Jeritan itu merupakan
jeritan putus asa, hingga rasanya sampai
-sntati pun jeritan itu akan terus mengiang di telingaku. Beberapa saat lamanya
ia tetap terbaring dalam keadaan tak berdaya dan kacau. Wajahnya mengerikan, dan
pucatnya makin jelas karena adanya darah yang berlumuran di bibir, pipi, dan
dagunya. Dari lehernya mengalir pula darah, dan
171 matanya liar karena ketakutan. Ditutupinya wajahnya dengan tangan lemah dan
tampak remuk, yang karena pucatnya masih menampakkan bekas cengkeraman kuat
Count Bekas itu berwarna merah. Dan dari balik tangan itu terdengar ratapan
rendah yang menyusul jeritan nyaring tadi, menyatakan kesedihan yang luar biasa.
Van Helsing melangkah mendekatinya, dan dengan halus me-fc nyelimuti tubuhnya,
sedangkan Arthur, sesudah melihat wajah Mrs. Harker sebentar dengan rasa putus
asa, berlari keluar dari kamar. Van Helsing berbisik kepadaku,
"Jonathan sedang dalam keadaan terbius akibat pengaruh vampir itu. Untuk
sementara kita belum bisa berbuat apa-apa terhadap Madam Mina yang malang ini,
sampai dia menjadi tenang sendiri. Aku harus membangunkan Jonathan!" Dicelupkan-
*, nya ujung sehelai handuk ke air dingin, dan di kibas-kibaskannya ke wajah
Jonathan. Sementara itu Mrs. Harker terisak-isak terus sambil menutupi wajahnya
dengan tangan. Serasa tertusuk hati mendengarnya. Kuangkat tirai, dan aku
melihat ke luar jendela. Bulan bersinar terang lagi. Tampak olehku Quincey
Morris berlari ke seberang jalan berumput dan bersembunyi di bayangan pohon yew
besar. Aku tak mengerti mengapa ia berbuat begitu, tapi* pada saat itu kudengar
Harker berseru satu kali, saat ia mulai sadar. Ia menoleh ke tempat tidur.
Wajahnya membayangkan kebingungan yang amat sangat Beberapa saat lamanya ia
nampak terheran-heran, lalu kesadarannya kembali dengan men-172
dadak, dan ia bangun dengan mendadak pula. Istrinya tersadar oleh gerakan
mendadak itu, dan berpaling padanya sambil merentangkan lengannya, seolah-olah
akan merangkulnya. Tapi cepat ia menarik lengannya kembali, lalu sambil
bertelekan pada sikunya, ditutupinya lagi wajahnya dengan tangan. Tubuhnya
menggigil, sampai tempat tidur-.~nya terguncang-guncang.
"Demi Tuhan, apa artinya semua ini?" seru Harker. "Dr. Seward, Profesor Van
Helsing, ada apa" Apa yang terjadi" Mina, Sayang, ada apa" Mengapa ada darah
itu" Ya, Tuhanku! Sampai sejauh inikah?" Lalu ia bangkit dan berlutut, kemudian
mengatupkan kedua telapak tangannya erat-erat. "Tuhan yang Mahabaik! Tolong
istriku! Oh, selamatkan dia!" Dengan gerak cepat ia melompat, lalu mulai
berpakaian. Kelaki-lakiannya langsung tergugah karena menyadari perlunya
tindakan secepatnya. "Apa yang telah terjadi" Ceritakanlah semua!" serunya
sambil terus berpakaian. "Profesor Van Helsing, saya tahu Anda menyayangi Mina.
Aduh, berbuatlah sesuatu untuk menyelamatkannya. Pasti belum terlambat.
Tolonglah dia, sementara saya mencari monster itu!" Istrinya yang sedang dalam
keadaan ngeri, takut, dan se - tdih, melihat bahaya besar yang mengancam suaminya.
Seketika itu juga ia lupa akan kesusahannya sendiri. Dicengkeramnya suaminya
sambil berseru, "Jangan! Jangan! Jonathan, kau tak boleh pergi, v Sudah cukup
aku menderita malam ini. Demi Tuhan, aku tak tahu bahwa kau pun diancamnya.
Kau harus tinggal denganku, tinggal bersama teman-temanmu ini. Mereka akan
menjaga kita!" Saat ia berbicara, air mukanya tampak kebingungan, ditariknya
lengan suaminya sampai terduduk di tempat tidur, dan ia berpegang kuat-kuat
padanya. Aku dan Van Helsing mencoba menenangkan mereka. Profesor mengangkat
salib emasnya yang kecil, lalu berkata, ^
"Jangan takut, anak manis. Kami ada di sini, dan selama benda ini ada di dekat
kita, tak ada kejahatan yang bisa mendekat. Malam ini kalian aman, tapi kita
harus tenang dan berunding." Mrs. Harker tampak bergidik dan tak berkata apa-
apa. Ia hanya menyandarkan kepala ke dada suaminya. Saat ia mengangkat kepala
lagi, pakaian tidur suaminya yang putih berbekas darah di bagian yang tersentuh
bibirnya, serta dari darah yang me - v netes dari luka kecil di lehernya. Begitu
Mrs. Harker melihat darah itu, ia mundur, lalu menangis lagi, dan di tengah-
tengah isak tangisnya ia berbisik,
"Aku kotor, tak suci lagi! Aku tak boleh menyentuh atau menciummu. Aduh, mengapa
justru aku yang sekarang harus menjadi musuh terjahat-mu, dan yang paling harus
kautakuti!" Suaminya menyahut dengan tegas,
"Omong kosong, Mina. Memalukan sekali mendengar kata-katamu itu. Aku tak mau
mendengar kata-kata seperti itu lagi, dan kau tak boleh mengucapkannya lagi.
Tuhan akan menyaksikan dan menghukumku dengan penderitaan yang amat berat,
174 bila ada perbuatan atau keinginanku yang akan memisahkan kita!" Direntangkannya
lengannya, lalu dirangkulnya istrinya ke dadanya. Beberapa saat lamanya wanita
itu tersandar saja sambil menangis. Dari atas kepala istrinya, Harker memandangi
kami dengan mata lembap dan berkaca-kaca, cuping hidungnya bergetar, mulutnya
tertutup rapat Beberapa -*Iama kemudian tangis istrinya berkurang, lalu Harker berkata padaku dengan
ketenangan yang dipaksakan, hingga aku yakin bahwa hal itu amat sangat
menyusahkannya, "Sekarang, Dr. Seward, tolong ceritakan semuanya. Saya sudah tahu fakta-
faktanya, tapi tolong ceritakan kejadiannya." Kuceritakan dengan sebenarnya apa
yang telah terjadi, dan ia mendengarkan dengan ketenangan yang dibuat-buat, tapi
cu- "ping hidungnya kembang kempis dan matanya berapi-api saat kuceritakan bagaimana
tangan kejam Count mencengkeram istrinya dengan posisi mengerikan dan pasti
menyakitkan itu, sementara mulutnya dipaksakan ke luka yang sudah terbuka di
dadanya. Aku terkesan melihat sikap Jonathan. Walaupun wajahnya keras dan putih
karena menahan amarah di atas kepala istrinya yang tertunduk, namun tangannya
membelai-belai rambut ^ang kusut itu dengan halus dan penuh kasih sayang. Begitu aku selesai
bercerita, Quincey dan Godalming mengetuk pintu. Setelah kami persilakan, mereka
masuk. Van Helsing melihat padaku dengan pandangan bertanya. Aku mengerti bahwa
pandangannya itu 175 berarti apakah kami harus memanfaatkan kedatangan mereka, kalau mungkin untuk
mengalihkan pikiran suami-istri yang sedang dirundung malang itu. Setelah aku
mengangguk, ia bertanya pada mereka apa yang telah mereka lihat atau dengar.
Lord Godalming menjawab, "Saya tak bisa menemukannya di lorong rumah atau di kamar mana pun juga. Kami
juga meme-* riksa kamar kerja, tapi meskipun dia masuk ke situ tadi, dia sudah
tak ada lagi. Tapi dia..." Tiba-tiba ia berhenti kala melihat sosok malang yang
lunglai di atas tempat tidur, tapi Van Helsing berkata dengan bersungguh-
sungguh, "Lanjutkan, Arthur. Kita tak boleh menyembunyikan apa pun juga. Harapan kita
sekarang adalah mengetahui semuanya. Ceritakanlah dengan bebas." Jadi Arthur
bercerita terus, "Ya, dia tadi masuk ke situ, dan meskipun hanya beberapa detik di dalam, dia
telah menga-caubalaukan segala-galanya di tempat itu. Semua naskah sudah
dibakar, dan api menyala tinggi. Tabung-tabung rekamanmu pun sudah
dilemparkannya ke api, dan laknya membuat api lebih besar lagi."
Di situ aku menyela, "Puji Tuhan, aku menyimpan salinannya di peti besi."
Wajah Arthur berseri sebentar, tapi menjadi sedih lagi waktu melanjutkan
ceritanya, "Lalu saya berlari turun, tapi sama sekali tak melihatnya lagi. Saya
melongok ke kamar Renfield. Di sana tak ada jejaknya, tapi..." Lagi-lagi ia
berhenti. 176 "Lanjutkan!" kata Harker dengan suara serak. Arthur menunduk, sambil membasahi
bibirnya dengan lidah, dia berkata lagi,
"Tapi laki-laki malang itu sudah meninggal."
Mrs. Harker mengangkat kepalanya, pandangannya lain dari biasanya, lalu ia
berkata dengan khidmat, "Kehendak Tuhanlah yang terjadi!"
Entah mengapa, aku merasa Arthur masih menyembunyikan sesuatu, tapi karena
kulihat bahwa itu sengaja dilakukannya, aku tak berkata apa-apa. Van Helsing
menoleh pada Morris dan bertanya,
"Dan kau, Quincey, adakah yang akan kau ceritakan?"
"Sedikit," sahutnya. "Tadi, itu mungkin berarti, tapi saat ini saya rasa tidak
lagi. Saya pikir, kalau bisa, sebaiknya saya tahu ke mana Count pergi setelah
meninggalkan rumah ini. Saya tidak melihatnya, tapi saya melihat seekor
kelelawar besar terbang keluar dari jendela kamar Renfield, dan terbang
mengepak-ngepak ke arah barat. Saya sangka dia akan kembali ke Carfax dalam
bentuk tertentu, tapi rupanya dia mencari tempat persembunyian lain. Dia tidak
akan kembali lagi malam ini, karena langit di sebelah timur sudah memerah, dan
fajar sudah akan menyingsing. Kita harus be* kerja besok!"
Kata-katanya yang terakhir itu diucapkannya dengan gigi terkatup. Selama
beberapa menit keadaan sepi, hingga rasanya kami bisa mendengar bunyi denyut
jantung masing-masing. Lalu, sambil
177 meletakkan tangannya ke atas kepala Mrs. Harker dengan lemah lembut, Van Helsing
berkata, "Nah, sekarang, Madam Mina, tolong ceritakan setepat-tepatnya apa yang telah
terjadi. Demi Tuhan, saya tak ingin Anda tersiksa, tapi kami perlu tahu
semuanya. Karena sekaranglah saatnya semua pekerjaan dilaksanakan dengan cepat
dan tepat, dan dengan sangat bersungguh-sungguh. Waktu sudah mendesak. Kita
harus mengakhiri segala-galanya, dan inilah saatnya."
Wanita manis yang malang itu menggigil, tampak urat sarafnya tegang waktu ia
merangkul suaminya lebih erat, dan menyusupkan kepalanya lebih rapat ke dada
suaminya itu. Lalu diangkatnya kepalanya dengan gagah, dan diulurkannya sebelah


Dracula Karya Bram Stoker di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangannya pada Van Helsing, yang langsung menggenggamnya. Setelah membungkuk
serta mengecup tangan itu dengan lembut, Van Helsing terus menggenggamnya erat-
erat. Tangan satunya digenggam oleh suaminya, yang merangkulk n sebelah
lengannya ke tubuhnya untuk melindunginya. Setelah berdiam diri sebentar,
kelihatannya seperti sedang menyusun pikirannya, Mrs. Harker berkata lagi,
"Saya minum obat tidur yang Anda berikan pada saya. Tapi lama obat itu baru
bekerja. Rasanya saya jadi makin mudah terbangun, dan otak saya dipenuhi oleh
banyak pikiran mengerikan semuanya berhubungan dengan kematian, vampir, darah,?serta rasa sakit dan kesulitan."
Tanpa sadar Jonathan mengerang. Mrs. Harker menoleh padanya dan berkata dengan
penuh kasih 178 sayang, "Jangan sakit hati, Sayang. Kau harus berani dan kuat, dan membantuku
melewati tugas mengerikan ini. Kalau saja kau tahu betapa beratnya bagiku
menceritakan semua hal menakutkan ini pada kalian, kau akan mengerti bahwa aku
sangat memerlukan bantuan kalian. Nah, saya menyadari bahwa hanya dengan kemauan
saya sen-^ dirilah obat itu bisa bekerja dan bermanfaat. Jadi saya bertekad
untuk tidur. Benar juga, saya pasti langsung tertidur, karena saya lalu tak
ingat apa-apa lagi. Jonathan masuk pun saya tak sadar. Tahu-tahu dia sudah
terbaring di sebelah saya. Di kamar ada kabut putih tipis yang sudah pernah saya
lihat. Saya pernah menuliskan hal itu dalam buku catatan saya. Saya merasakan
suatu ketakutan samar yang pernah saya alami, dan suatu kesadaran yang samar
pula akan adanya sesuatu. Saya berpaling akan membangunkan Jonathan, tapi saya
lihat dia tidur nyenyak sekali, seolah-olah dialah yang telah minum obat tidur,
bukan saya. Saya coba juga membangunkannya, tapi tak berhasil. Saya makin
ketakutan dan melihat ke sekeliling saya. Lalu jantung saya rasanya terhenti. Di
sisi tempat tidur berdiri seorang laki-laki kurus tinggi, berpakaian hitam
seluruhnya, seolah-olah t keluar dari kabut itu atau lebih ^epat lagi, seolah-?olah kabut itu sendirilah yang telah berubah menjadi sosoknya, karena kabut itu
lalu hilang sama sekali. Saya segera mengenalinya dari lukisan-lukisan yang
telah diberikan oleh yang lain. Wajahnya seperti terbuat dari lilin, dan
hidungnya 179 yang tinggi dan bengkok ditimpa seberkas cahaya putih, bibirnya merah, terbuka
hingga kelihatan gigi-gigi putihnya yang tajam, dan mata merahnya rasanya sudah
pernah saya lihat di jendela Gereja St. Mary di Whitby dulu, saat matahari
terbenam. Saya kenali pula bekas luka merah di dahinya, bekas dipukul Jonathan.
Beberapa saat lamanya jantung saya serasa terhenti. Ingin saya berteriak, tapi
tak mampu. Lalu dia berbicara dengan bisikan keras dan mengentak-entak, sambil
menghampiri Jonathan, 'Diam! Kalau kau bersuara, dia akan kuambil, dan
kupecahkan kepalanya di depan matamu sendiri.' Saya ketakutan dan terlalu
bingung, hingga tak bisa berbuat atau berkata apa-apa. Dengan senyum mengejek
dicengkeramnya bahu saya dengan sebelah tangannya, dan dengan tangan yang
sebelah lagi dibukanya kancing leher baju saya, sambil terus memegangi saya
erat-erat. Lalu katanya, 'Pertama-tama sedikit penyegaran sebagai imbalan atas
usahaku. Sebaiknya kau diam. Ini bukan yang pertama kali pembuluh darahmu
memuaskan hausku.' Saya kebingungan, dan anehnya tak ada keinginan untuk
menghalangi perbuatannya. Saya rasa itu merupakan sebagian dari kutukannya, bila
tangannya sudah menyentuh , korbannya. Lalu, oh, Tuhanku, Tuhanku, kasihanilah
aku! Lalu bibirnya yang berbau busuk itu ditempelkannya ke leher saya!"
Jonathan mengerang lagi. Mrs. Harker menggenggam tangan suaminya erat-erat dan
meman - 180 danginya dengan iba, seolah-olah suaminyalah yang disakiti. Lalu ia berkata
lagi, "Saya merasa kekuatan saya makin hilang, dan saya hanya setengah sadar. Saya tak
tahu berapa lama hal mengerikan itu berlangsung. Tapi rasanya lama sekali dia
baru mengangkat mulutnya yang busuk, mengerikan, dan mengejek. Saya lihat darah
segar berleleran dari mulutnya!"
Agaknya ingatannya akan hal itu telah membuatnya lemah sekali, hingga sekiranya
tak ada lengan suaminya yang menopangnya, ia pasti sudah roboh dengan lunglai.
Tapi berkat tekadnya yang kuat, ia memperoleh kembali tenaganya, dan bercerita
terus, "Lalu dia berkata lagi dengan mengejek, 'Rupanya, seperti yang lain-lain itu,
kau sedang memutar otak untuk melawanku, ya" Kaubantu para lelaki itu untuk
mengejarku dan menggagalkan semua rencanaku! Sekarang kau tahu, dan mereka pun
sudah mulai tahu, dan tak lama lagi akan tahu sepenuhnya, apa akibatnya
menghalangi langkahku. Sebaiknya mereka simpan energi mereka untuk hal-hal yang
lebih berhubungan dengan kepentingan mereka sendiri. Bila mereka mau melawan
aku melawan aku, yang menguasai bangsa-bangsa dan bersekongkol dengan mereka,
?serta berjuang untuk mereka selama beratus-ratus tahun sebelum mereka
dilahirkan aku akan berjuang pula melawan mereka. Sedang kau, yang paling
?mereka sayangi, sekarang adalah milikku, dagingmu adalah dagingku, darahmu
adalah darahku, kita 181 " sudah sedarah, dan kau merupakan sumber anggurku yang melimpah, dan kelak akan
menjadi mitraku dan pembantuku. Kelak kaulah yang akan menjadi sasaran
pembalasan dendam, tak ada lagi yang mau membantumu. Tapi sementara ini kau
harus dihukum atas perbuatanmu. Kau telah membantu orang-orang merintangiku.
Sekarang kau harus datang setiap kali kupanggil. Bila aku berkata, "Datang!"
padamu, akan kauseberangi daratan maupun lautan untuk memenuhi panggilanku. Dan
untuk itu, lakukan ini!' Lalu dibukanya kemejanya, dan dengan kukunya yang
panjang dan tajam dilukai-nya pembuluh darah di dadanya. Waktu darah mulai
memancar, dipegangnya kedua belah tangan saya erat-erat, lalu dengan tangan yang
sebelah lagi dicengkeramnya mulut saya ke luka itu. Mungkin saya tercekik, atau
tertelan sedikit.... Oh, Tuhanku! Tuhanku! Apa salah saya" Apa salah saya, sampai
harus bernasib begini" Padahal saya selalu berupaya menempuh jalan yang benar.
Tuhan, kasihanilah aku! Lihatlah jiwa malang yang berada dalam keadaan yang
lebih mengerikan daripada yang paling mengerikan ini, dan kasihanilah orang-
orang yang menyayangiku!" Lalu Mrs. Harker menggosok-gosok bibirnya, seolah
untuk membersihkannya. Sementara ia menceritakan kisahnya yang mengerikan itu, langit di sebelah timur
dengan cepat menjadi terang, dan segala-galanya makin lama makin jelas. Harker
diam tak bergerak, tapi saat kisah ngeri itu berlangsung, wajahnya menjadi ke -
182 labu dan makin lama makin gelap, hingga waktu berkas sinar matahari pertama yang
berwarna merah muncul di ufuk timur, mukanya jadi nampak merah kehitaman,
dihiasi rambut yang sudah memutih.
Kami atur supaya seorang di antara kami selalu tinggal di dekat pasangan yang
malang itu, sampai kami bisa mengadakan pertemuan dan mengatur tindakan.
Aku yakin akan satu hal. Hari ini matahari sudah terbit, dan sepanjang hari
takkan ada rumah yang ditimpa malapetaka.
Scanned book (sbook) ini hanya untuk koleksi pribadi. DILARANG MENGKOMERSLL.KAN
atau hidup anda mengalami ketidakbahagiaan dan ketidakberuntungan
BBSC 183 Bab 22 CATATAN HARIAN JONATHAN HARKER
3 Oktober. Aku harus mengerjakan sesuatu, kalau tidak aku bisa gila. Maka ?kutulis catatan harian ini. Sekarang jam enam, dan kami akan bertemu di ruang
kerja setengah jam lagi, untuk makan, karena Profesor Van Helsing dan Dr. Seward
sependapat bahwa bila tidak makan apa-apa, kami tak bisa bekerja dengan baik.
Padahal hari ini kami harus bekerja keras. Pada setiap kesempatan aku harus
menulis terus, karena aku tak berani berhenti dan berpikir. Semuanya, besar atau
kecil, harus kucatat Mungkin kelak hal-hal kecillah yang justru memberi petunjuk
paling banyak. Dasar-dasar, baik besar maupun kecil, takkan membawa kami pada
keadaan yang lebih buruk daripada hari ini. Tapi kami harus percaya dan
berharap. Tadi, dengan air mata membasahi pipinya, Mina berkata bahwa dalam
kesulitan dan cobaanlah iman kami teruji, bahwa kami harus percaya terus, dan
bahwa Tuhan akan membantu kami sampai akhir. Oh, Tuhan! Akhir dari apa" Bekerja!
Bekerja terus! 184 Setelah Profesor Van Helsing dan Dr. Seward kembali dari melihat Renfield yang
malang, kami mulai merundingkan dengan serius apa yang harus dilakukan. Mula-
mula Dr. Seward menceritakan bahwa waktu dia dan Profesor Van Helsing turun ke
kamarnya di bawah, mereka menemukan Renfield terbaring di lantai, terkapar.
Wajahnya babak belur dan remuk, dan tulang lehernya patah. "* Dr. Seward
bertanya pada petugas yang berjaga di lorong rumah, apakah ia mendengar sesuatu.
Katanya ia sedang duduk ia mengaku terlena sebentar sewaktu didengarnya suara-? ?suara nyaring di kamar, dan Renfield berulang kali berseru, "Tuhan! Tuhan!
Tuhan!" Setelah itu terdengar sesuatu terjatuh, dan waktu ia masuk, ditemukannya
Renfield terkapar di lantai dengan wajah tertelung-jsupf persis seperti yang
dilihat oleh kedua dokter itu. Van Helsing bertanya apakah ia mendengar suara-
suara atau suatu suara. Katanya ia tak yakin. Dikatakannya bahwa mula-mula ia
merasa mendengar suara dua orang. Tapi karena tak ada orang lain lagi di kamar
itu, maka pasti hanya Renfield seorang. Tapi ia berani bersumpah bila
diperlukan, bahwa perkataan "Tuhan!" itu diucapkan oleh pasien itu sendiri.
Waktu aku berduaan saja dengan .pr. Seward, ia berkata bahwa ia tak mau
menanyakan hal itu lebih jauh lagi. Ia tak ingin diadakan pemeriksaan kematian,
dan takkan ada gunanya mengemukakan keadaan sebenarnya, karena takkan ada yang
percaya. Ia bahkan berencana akan mengeluarkan surat keterangan kematian
185 secepatnya, berdasarkan pembuktian dari petugas bahwa kematian itu disebabkan
karena Renfield jatuh dari tempat tidur. Bila pemeriksa kematian menghendaki,
akan diadakan pemeriksaan mayat secara resmi, yang diusahakan supaya berakhir
dengan alasan sama. Waktu pembicaraan sampai pada soal langkah-langkah apa yang akan diambil, hal
pertama yang kami putuskan adalah bahwa Mina harus diikuts r takan dalam segala
hal, dan tak ada satu pun betapapun menyakitkannya persoalan itu yang boleh
? ?dirahasiakan dari dia. Mina sendiri mengakui kebaikan cara itu. Kasihan sekali
melihatnya begitu berani, padahal keadaannya begitu menyedihkan, dan ia sedang
sangat putus asa. "Tak boleh ada lagi yang disembunyikan," katanya. "Sudah
terlalu banyak penderitaan kita. Apalagi, tak ada lagi di dunia ini yang bisa
menyiksa saya lebih hebat daripada derita yang telah saya tanggung sekarang! Apa
pun yang akan terjadi, haruslah yang memberi harapan baru atau semangat baru
bagi saya!" Van Helsing memandangi Mina selama wanita itu berbicara, dan tiba-
tiba ia berkata dengan suara halus,
"Tapi, Madam Mina, apakah Anda tidak takut" Bukan demi diri Anda sendiri, tapi
bagi orang orang lain, setelah apa yang terjadi itu." Wajah Mina menjadi keras,
tapi matanya bersinar, memancarkan kerelaan seorang martir waktu ia menjawab,
"Ah, tidak! Tekad saya sudah bulat!"
186 "Untuk apa?" tanya Van Helsing dengan halus, sedangkan kami semua diam, karena
masing-masing sudah punya bayangan samar mengenai maksudnya. Jawaban yang
diberikan Mina sederhana sekali, seolah-olah ia hanya mengemukakan suatu fakta.
"Karena bila saya temukan pada diri saya tanda-_ tanda bahwa saya akan
mencelakakan orang orang lain yang saya cintai, saya akan mati dan saya akan
?memperhatikan hal itu dengan ketat sekali."
"Itu tidak berarti Anda akan bunuh diri, bukan?" tanya Van Helsing dengan suara
serak. "Bisa saja, bila tak ada di antara teman-teman yang saya sayangi ini mau
melakukan hal yang merupakan suatu keharusan itu untuk saya!" Ia menoleh pada
Profesor dengan pandangan penuh "^arti sewaktu berbicara. Ketika itu Profesor
sedang duduk, kini ia bangkit dan mendekati Mina, lalu meletakkan tangannya di
atas kepala wanita itu, sambil berkata dengan serius,
"Anakku, pasti ada yang mau membantu bila itu demi kebaikan. Aku sendiri berani
mempertanggungjawabkannya pada Tuhan, dan aku berani melakukannya, saat ini
sekalipun. Ya, demi keselamatan! Tapi, anakku..." Ia tersedak, dan di teng
jgorokannya terdengar suatu suara isak. Ditelannya ludah kuat-kuat, dan ia
berkata lagi, "Di sini ada beberapa orang yang akan menghalang-halangi kematian Anda. Anda tak
boleh mati. Anda tak boleh mati oleh tangan mana pun juga, lebih-lebih oleh
tangan Anda sendiri. Anda
187 tak boleh mati sebelum makhluk yang telah menodai hidup Anda yang manis itu
benar-benar mati. Karena bila dia masih berada bersama 'Yang Tak Mati', kematian
Anda sama saja dengan kematiannya. Tidak, Anda harus hidup! Anda harus berjuang
untuk hidup, meskipun kematian akan merupakan kesenangan tak terperikan. Anda
harus melawan kematian itu sendiri, baik buat dia yang ^ datang dalam sakit
maupun dalam senang, baik siang maupun malam, dalam keadaan damai maupun dalam
bahaya! Selama jiwa Anda masih hidup, Anda harus tetap hidup. Jangan berpikir
tentang kematian, sampai kejahatan dahsyat ini berlalu."
Kekasihku yang malang itu jadi sepucat orang mati, gemetar dan menggigil,
seperti pasir hangat yang bergetar yang pernah kulihat saat air pasangi naik.
Kami semua diam, tak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya Mina tenang juga. Ia
berpaling pada Van Helsing, dan berkata dengan manis sambil mengulurkan
tangannya. Aduh, betapa sedih aku melihatnya.
"Saya berjanji pada Anda, sahabat saya yang baik, bahwa bila Tuhan menginginkan
saya hidup, saya akan berusaha untuk bertahan, sampai tiba saatnya keadaan
mengerikan ini berlalu dari diri. saya."
Ia begitu baik dan berani, hingga kami merasa lebih kuat untuk bekerja dan
bertahan demi dia. Kami lalu mulai merundingkan apa yang akan kami lakukan.
Kusuruh ia menyimpan semua surat
188 di dalam peti besi, juga semua kertas atau catatan dan kaset-kaset yang mungkin
kami perlukan kelak. Ia juga harus mencatat semua kejadian seperti yang pernah
dilakukannya. Ia gembira karena ada yang harus dikerjakannya meskipun kata ?"gembira" rasanya tak sesuai dipakai sehubungan dengan suasana yang begitu
mengerikan. Seperti biasanya, Van Helsing sudah memikirkannya sebelum yang lain-lain, dan ia
sudah siap dengan pengaturan pekerjaan secara tepat
"Barangkali memang baik," katanya, "bahwa pada pertemuan kita dulu, setelah kita
mengunjungi tempat Count, kita memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa terhadap
peti-peti yang terdapat di sana. Sekiranya itu kita lakukan, Count pasti sudah
menduga niat kita, dan dia pasti mengambil langkah-langkah pendahuluan untuk
merintangi usaha itu. Tapi sekarang dia tak tahu niat kita. Ya, mungkin sekali
dia tak tahu bahwa kita memiliki kemampuan untuk mensterilkan tempat-tempat
persembunyiannya, supaya dia tak bisa menggunakannya seperti biasanya. Kita
sekarang sudah maju sekali dalam pengetahuan kita mengenai peti-peti, sehingga
bila kita memeriksa rumah di Piccadilly itu, mungkin kita dapat menemukan peti
?terakhir. Jadi hari ini kita bebas untuk bekerja, dan harapan kita tergantung
pada hasilnya kelak. Matahari yang terbit dari kesedihan kita pagi ini,
melindungi kita dalam peredarannya. Sampai matahari tenggelam nanti sore,
monster itu harus tetap dalam wujudnya sekarang. Dia berada di tempat
189 terbatas di persembunyiannya. Dia tak bisa berubah menjadi uap atau menghilang
lewat celah-celah atau sela-sela. Bila akan melalui pintu, dia harus membukanya
seperti orang hidup biasa. Jadi pekerjaan kita hari ini adalah memburu semua
tempat persembunyiannya dan mensterilkannya. Jadi, kalaupun kita belum bisa
menangkap dan memusnahkannya, kita akan mengusirnya, mendesaknya ke suatu
tempat, di mana kita pasti bisa menangkap dan memusnahkannya." Saat itu aku
tersentak, karena aku tak tahan mengingat saat-saat yang begitu berharga bagi
hidup dan kebahagiaan Mina terbuang sia-sia begitu saja, karena kami tidak
berbuat apa-apa, hanya berbicara terus. Tapi Van Helsing mengangkat tangannya,
memberi peringatan. "Tenang, Saudara Jonathan," katanya, "dalam soal ini kita harus memberlakukan
peribahasa Jalan untuk pulang adalah jalan terpanjang. Kita akan bertindak
secepatnya, bila saatnya tiba. Tapi ingat, besar kemungkinan kunci keadaan ini
adalah rumah di Piccadilly itu. Mungkin Count telah membeli banyak rumah, dan
pasti ada surat-surat jual beli, kunci-kunci, dan benda-benda lainnya. Mungkin
ada kertas-kertas bekasnya menulis, atau buku cek. Banyak barang yang
dimilikinya di suatu tempat Bila di tempat yang begitu luas dan ramai lalu
lintasnya tak ada yang kelihatan, mengapa tidak kita cari saja di tempat ini,
yang begitu terbatas dan tenang, di mana dia bisa datang dan pergi lewat pintu
depan maupun pintu 190 belakang setiap saat Kita pergi ke rumah itu, menggeledahnya, dan setelah tahu
apa isinya, baru kita kepung tempat itu dan kita serang buronan kita."
"Kalau begitu, mari kita pergi sekarang," seruku. "Kita sudah terlalu banyak
membuang waktu!" Profesor belum juga bergerak, dan hanya berkata, * "Lalu dengan
cara bagaimana kita masuk ke rumah di Piccadilly itu?"
"Dengan cara apa saja," pekikku.
"Kalau perlu, kita masuk dengan paksa."
"Bagaimana dengan polisi kalian di sini" Apa kata mereka nanti, dan apa yang
akan mereka lakukan?"


Dracula Karya Bram Stoker di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku tertegun. Sebenarnya aku tahu bahwa kalaupun ia menunda suatu tindakan, itu
pasti karena ia punya alasan tertentu. Jadi aku berkata dengan tenang sekali,
"Tapi jangan menunggu lebih lama daripada yang diperlukan. Anda tentu maklum
bagaimana tersiksanya saya."
"Ah, anakku, tentu aku tahu. Dan sama sekali tak ada keinginanku untuk menambah
siksaan atas dirimu. Tapi ingatlah, apa yang bisa kita lakukan sebelum dunia
bangun dan bergerak" Setelah itukah saat kita baru tiba. Aku sudah banyak
berpikir, dan kurasa cara paling sederhanalah yang terbaik. Sekarang kita ingin
masuk ke rumah itu, tapi kita tak punya kuncinya. Begitu, kan?" Aku mengangguk.
"Nah, andaikan kau pemilik rumah itu, dan tak
191 LU KIK bisa masuk, tapi kau tak punya keinginan untuk masuk dengan paksa, apa yang akan
kaulakukan?" "Saya akan memanggil seorang pembuat kunci yang terdaftar, dan menyuruhnya
mencarikan saya kunci palsu untuk itu."
"Dan polisi kalian pasti akan campur tangan, bukan?"
"Tidak! Tidak, kalau mereka tahu bahwa Orang itu bekerja dengan sah."
"Jadi," dipandanginya aku dengan tajam, "jadi yang ragu-ragu adalah si pemesan
sendiri, dan keraguan polisi kalian mengenai apakah si pemesan itu punya niat
baik atau tidak. Polisi Anda pasti pekerja-pekerja yang tekun dan pandai oh, ?pandai sekali! -membaca hati manusia, dan mereka mau bersusah payah dalam hal
?itu. Tidak, tidak, sahabatku Jonathan, ambillah kunci dari seratus buah rumah
kosong di London ini, atau dari kota mana pun di dunia ini, dan bila kau
melakukannya karena hal semacam itu biasa dilakukan, tak ada seorang pun yang
akan mencam-purimu. Aku pernah membaca tentang seorang pria yang memiliki sebuah
rumah bagus di London. Pada suatu kali dia pergi berlibur musim panas ke Swiss
selama beberapa bulan. Rumahnya dikuncinya. Lalu pencuri datang, membongkar
jendela di^ belakang, dan masuk. Kemudian diangkatnya tirai-tirai di bagian
depan rumah, dan keluar dengan tenang lewat pintu depan, di hadapan mata polisi.
Lalu rumah itu dilelangnya. Dipasangnya iklan mengenai penjualan rumah itu, dan
ditaruhnya pa-192 pan pemberitahuan besar di rumah itu. Ketika tiba harinya, dijualnya semua
barang milik orang yang pergi berlibur itu, melalui seorang juru lelang
terkemuka. Lalu didatanginya seorang pengusaha pembuat rumah. Dijualnya rumah
itu padanya, dengan perjanjian bahwa dia harus membongkar rumah itu dan membawa
pergi semua bekasnya dalam jangka waktu tertentu. Polisi dan para pejabat kalian
membantunya dalam batas bidang mereka masing-masing. Lalu waktu pemilik rumah
itu kembali dari liburannya di Swiss, mereka hanya menemukan sebuah lubang
kosong di bekas rumahnya. Semua itu dilakukan menurut peraturan, dan kita juga
akan menuruti peraturan dalam mengerjakan pekerjaan kita. Kita tak boleh pergi
terlalu awal, supaya polisi yang belum berpraduga tidak menganggapnya aneh. Kita
akan pergi setelah jam sepuluh, di saat lalu lintas sudah, ramai, dan kita harus
berbuat seolah-olah kita adalah para pemilik sah rumah itu."
Kupikir gagasan itu baik sekali, dan rasa putus asa di wajah Mina pun sudah
hilang. Ia hanya merenung saja. Petunjuk yang baik memang memberikan harapan.
Van Helsing berkata lagi,
Bila di dalam rumah itu kita temukan lebih banyak petunjuk, beberapa orang di
antara kita harus tinggal di situ, sedangkan yang lain mencari tempat-tempat
yang ada peti-peti tanah lainnya di Bermondsey dan di Mile End umpamanya."
?"Saya bisa bertugas di tempat-tempat itu," kata Lord Godalming sambil bangkit
"Akan saya kirim 193 telegram pada anak buah saya, untuk menyiapkan beberapa kereta kuda supaya bisa
digunakan sewaktu-waktu."
"Dengar, sahabatku," kata Morris, "memang suatu gagasan yang baik sekali untuk
menyiapkan segala-galanya, jika sewaktu-waktu kita perlu pergi naik kereta kuda.
Tapi apa kaupikir kereta-keretamu yang laju, dengan hiasan-hiasannya yang
mencolok itu, tidak akan terlalu menarik perhatian di jalan simpang di Walworth
atau Mile End, sehingga tujuan kita tak tercapai" Kupikir sebaiknya kita naik
kereta sewaan saja kalau akan pergi ke selatan atau ke timur. Itu pun kita harus
turun di suatu tempat, jauh dari tempat yang kita tuju."
"Saudara Quincey benar!" kata Profesor. "Pikirannya panjang. Pekerjaan yang akan
kita kerjakan ini sulit, dan sebaiknya tak ada orang yang melihat kita
melakukannya." Mina menunjukkan minat yang makin lama makin besar terhadap semuanya, dan aku
senang melihat bahwa keadaan darurat ini telah membantunya melupakan untuk
sementara pengalaman-pengalamannya yang mengerikan semalam. Ia pucat
sekali cekung dan wajahnya demikian tirus, hingga mulutnya jadi kelihatan lebar?dan giginya menonjol. Hal itu tidak kukatakan padanya, karena aku takut ia
merasa sedih. Tapi aku ngeri sekali memikirkan apa yang telah terjadi atas diri
Lucy yang malang waktu Count mengisap darahnya. Untunglah sampai sekarang belum
kelihatan tanda 194 tanda gigi-gigi Mina menjadi lebih tajam, tapi itu bisa saja terjadi dan memang
perlu dikhawatirkan. Saat kami sedang memperbincangkan berbagai rencana, dan memperhitungkan
kekuatan-kekuatan kami, muncul lagi sumber-sumber kekhawatiran baru. Akhirnya
disepakati bahwa sebelum berangkat ke Piccadilly, kami harus memusnahkan tempat
persembunyian Count yang terdekat dulu. Sebelum rencana itu sampai tercium
olehnya, kami harus bergerak mendahuluinya agar ia masih berada dalam bentuk
aslinya dan dalam keadaannya yang paling lemah. Dengan cara itu, mungkin juga
kami bisa memperoleh petunjuk-petunjuk baru.
Mengenai pembagian kekuatan, Profesor mengusulkan supaya setelah mendatangi
Count di Carfax, kami semua masuk ke rumah di Piccadilly. Kedua orang dokter dan
aku sendiri tinggal di rumah itu, sedangkan Lord Godalming dan Quincey harus
mencari tempat-tempat persembunyian Count di Walworth dan Mile End, dan
memusnahkannya. Profesor menduga keras bahwa Count mungkin akan muncul di
Piccadilly siang hari, dan kalau memang begitu, kami bisa menanganinya di situ
pada saat itu juga. Pokoknya kami bisa menyusun kekuatan untuk mengejarnya. Aku
menolak keras rencana mengenai kepergianku itu, karena aku ingin tinggal dan
melindungi Mina. Tekadku sudah bulat. Tapi Mina menolak keberatanku itu. Katanya
mungkin ada soal-soal mengenai hukum di mana aku akan berguna. Di antara surat-
surat Count mungkin ada petunjuk-petunjuk yang bisa
195 kumengerti, berdasarkan pengalamanku di Transylvania. Dikatakannya pula bahwa
kami harus mengumpulkan seluruh kekuatan yang ada, untuk melawan Count yang luar
biasa kuatnya. Aku harus menyerah, karena tekad Mina sudah bulat Dikatakannya
bahwa apa pun yang terjadi, kami harus tetap bekerja sama.
"Mengenai diriku sendiri," katanya, "aku tidak takut Keadaan sudah begitu buruk,
dan apa pun yang mungkin terjadi, pasti ada unsur yang memberi harapan atau
hiburan. Pergilah, suamiku! Jika Tuha'n berkenan, Dia bisa menjagaku, baik aku
tinggal seorang diri maupun bersama orang lain." Lalu aku pun berseru,
"Kalau begitu, mari kita segera berangkat, karena kita sudah banyak membuang
waktu. Mungkin Count datang lebih awal daripada yang kita duga."
"Jangan begitu!" kata Van Helsing sambil mengangkat tangannya. "Mengapa?"
tanyaku. "Lupakah kau," tanyanya sambil tersenyum, "bahwa semalam dia baru habis pesta
besar" Jadi dia akan tidur sampai siang."
Mana mungkin aku melupakannya! Mana bisa takkan pernah! Adakah di antara kami
?yang bisa melupakan pemandangan mengerikan itu! Mina berjuang keras agar tetap
tampak tegar, tapi rasa sakit hati mengalahkannya. Ditutupinya wajahnya dengan
kedua belah tangannya, dan ia mengerang, sedangkan tubuhnya gemetar. Van Helsing
sebenarnya tak 196 ingin mengingatkan Mina akan pengalamannya yang mengerikan itu. Tapi rupanya ia
sama sekali lupa akan kehadiran Mina, dan lupa akan pengalaman Mina dalam
peristiwa itu. Waktu menyadari apa yang telah dikatakannya, ia ketakutan dan
menyesali keteledorannya, lalu mencoba menghibur Mina.
"Oh, Madam Mina," katanya, "kasihan sekali Anda, Madam Mina! Mengapa saya yang
begitu menyayangi dan menghormati Anda, sampai bisa mengungkapkan hal-hal itu!
Bodoh sekali bibir saya yang tua ini, juga kepala saya. Tapi Anda mau
melupakannya, bukan, meskipun saya tak pantas dimaafkan?" la membungkuk dalam-
dalam di samping Mina saat berbicara. Mina mengambil tangan orang tua itu, dan
sambil menatapnya dengan air mata tergenang, ia berkata dengan serak,
"Tidak, saya takkan melupakannya, karena memang sebaiknya hal itu saya ingat.
Supaya bersama dengan itu saya bisa mengenang Anda yang begitu manis, hingga
saya mau mengingatnya semua. Nah, kalian harus segera pergi. Sarapan sudah siap.
Kita semua harus makan supaya kuat"
Suasana sarapan itu terasa aneh. Kami semua berusaha untuk ceria, dan kami
saling membesarkan hati. Dan di antara kami, Mina-lah yang paling ceria dan
paling gembira. Setelah selesai, Van Helsing bangkit dan berkata,
"Nah, anak-anakku yang baik, mari kita laksanakan rencana kita Apakah kita semua
sudah memiliki senjata, seperti pada kunjungan kita yang pertama ke tempat
persembunyian musuh kita ma -
197 _ Iam itu" Kita harus mempersenjatai diri untuk melawan serangan setan maupun
serangan fisik." Kami semua meyakinkannya bahwa senjata kami sudah lengkap.
"Kalau begitu baiklah. Nah, Madam Mina, kau akan aman di sini, paling tidak
sampai matahari terbenam. Dan sebelum itu, kami akan kembali. Sekiranya... tidak,
kami pasti kembali! Tapi sebelum kami berangkat, sebaiknya saya persenjatai dulu
Anda terhadap kemungkinan serangan atas diri Anda. Sejak Anda datang, sudah saya
siapkan kamar untuk Anda, dengan menempatkan benda-benda yang seperti kita
ketahui takkan memungkinkan makhluk itu masuk. Sekarang saya sendiri yang akan
memberikan perlindungan pada Anda. Pada dahi Anda akan saya tempelkan sepotong
Hosti, atas nama Bapa dan Putra dan../'
Terdengar jeritan mengerikan yang terasa membekukan jantung kami yang
mendengarnya. Waktu Van Helsing menempelkan roti itu ke dahi Mina, dahi itu
hangus dagingnya terbakar seolah-olah roti itu adalah sepotong logam panas. ? ?Otak kekasihku yang malang mengakui kehebatan kenyataan itu, segera setelah
saraf-sarafnya menerima rasa sakit akibat sentuhan tersebut. Kedua hal itu
menguasai dirinya dengan hebat, hingga jiwanya yang sudah letih mengekspresikan
diri dalam bentuk jeritan mengerikan tadi. Tapi kesadarannya cepat pulih
kembali. Belum lagi gema pekiknya menghilang dari udara, ia sudah menunjukkan
reaksi. Ia berlutut di lantai, merendahkan diri dalam
198 kesedihannya. Sambil menutupkan rambutnya yang indah ke wajahnya, seperti yang
dilakukan oleh seorang penderita kusta terhadap cacatnya, ia meratap,
"Kotor! Najis! Bahkan Yang Mahakuasa pun mengutuk dagingku yang najis ini! Aku
harus menanggung tanda memalukan di dahiku ini sampai hari kiamat"
Kami semua terdiam. Aku ikut menjatuhkan diri di sampingnya dalam kesedihan yang
amat sangat. Kurangkul dia erat-erat. Beberapa menit lamanya hati kami yang
penuh duka bersatu dalam kesedihan, sedangkan teman-teman yang mengelilingi kami
mengalihkan pandangan mereka dengan air mata mengalir diam-diam. Lalu Van
Helsing berbalik, dan berkata dengan tegas demikian tegasnya, hingga mau tak
?mau aku mengira ia mungkin kemasukan. Dan ia menyatakan sesuatu tanpa
disadarinya, "Mungkin Anda harus menanggung tanda itu sampai Tuhan sendiri menganggapnya
cukup. Tapi Dia pasti akan menghapus semua keburukan dari bumi ini, dan dari
anak-anak-Nya yang telah ditempatkan Ny di situ. Dan, Madam Mina tersayang,
semoga kami yang menyayangi Anda, bisa menyaksikan tanda merah, tanda dari Tuhan
itu, hilang dan meninggalkan dahi Anda seputih hati Anda yang kami kenal. Karena
saya yakin bahwa bekas itu akan hilang bila Tuhan melihat bahwa beban berat itu
sebaiknya dihapus. Sampai saat itu kita tetap harus memikul salib itu,
sebagaimana 199 PutraNya memikulnya dengan penuh kepatuhan, atas kehendakNya. Mungkin kita
terpilih untuk memenuhi kesenangan-Nya, dan kita harus mematuhi pilih n-Nya,
sebagaimana yang lain-lain melakukannya pula melalui siksaan dan rasa malu,
melalui air mata dan darah, melalui rasa ragu dan rasa takut, dan semuanya yang
menunjukkan perbedaan antara manusia dan Tuhan." w
Kata-kata itu mengandung harapan dan hiburan, dan menimbulkan kesabaran. Aku dan
Mina merasakannya. Serentak kami mengambil tangan orang tua* itu, masing-masing
sebelah, lalu menciumnya. Kemudian, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, kami
semua berlutut dan berpegangan tangan, lalu bersumpah untuk saling setia. Kami
yang pria bersumpah untuk mengangkat selubung kesedihan dari kepala wanita yang
kami cintai, dengan cara * kami masing-masing. Dan kami berdoa meminta bantuan
dan bimbingan dalam tugas mengerikan yang kami hadapi.
Lalu tibalah saatnya kami mulai bertindak. Aku mengucapkan selamat tinggal pada
Mina, suatu perpisahan yang takkan kami lupakan sampai akhir hayat. Lalu kami
berangkat. Aku telah bertekad dalam satu hal. Bila kami mendapati Mina akan menjadi vampir,
ia takkan * sendirian mengembara di alam yang tak diketahui dan mengerikan itu.
Kurasa itulah sebabnya maka pada zaman dahulu kala, satu vampir selalu berarti
banyak, dan seperti halnya tubuh jahat mereka hanya bisa beristirahat di tanah
yang suci, maka 200 hanya cinta sucilah yang bisa merupakan penjaga bagi baunya yang busuk.
Kami memasuki rumah Count tanpa mengalami kesulitan. Kami temukan semuanya sama
seperti pada kesempatan pertama. Rasanya sulit mempercayai bahwa di tengah-
tengah benda-benda yang begitu biasa, yang disia-siakan dan penuh dengan debu
serta sudah rusak, terdapat tempat yang begitu mengerikan, yang pernah kami
temukan. Sekiranya tekad kami belum bulat, dan sekiranya tak ada kenangan
mengerikan yang memacu kami, pasti kami takkan melanjutkan pekerjaan ini. Kami
tidak menemukan secarik pun kertas, juga tak ada tanda-tanda bahwa rumah itu
pernah dipakai. Dan di kapel tua, peti-peti itu masih dalam keadaan seperti pada
saat terakhir kami melihatnya. Waktu kami berdiri di depan peti-peti itu, Van
Helsing berkata, "Nah, kawan-kawanku, ada tugas yang harus kita kerjakan di sini. Kita harus
mensterilkan semua tanah ini, yang menyimpan kenangan sangat suci namun
dibawanya dari tempat yang begitu jauh untuk digunakan dengan tujuan jahat. Dia
telah memiliki tanah ini, karena itu dianggapnya suci. Maka kita akan
mengalahkannya dengan senjata sendiri, karena kita akan menjadikannya lebih suci
lagi. Tanah itu telah disucikannya untuk digunakan oleh manusia seperti dia, dan
kita menyucikannya demi Tuhan." Sambil berbicara, dikeluarkannya dari tasnya
sebuah obeng dan tang. Dan sebentar saja tutup sebuah peti sudah terbuka. Ta-201
nahnya berbau apek dan pengap, tapi kami tak merasa apa-apa, sebab perhatian
kami terpusat pada Profesor. Diambilnya dari kotaknya sepotong Hosti,
diletakkannya di tanah itu dengan khidmat, ditutupkannya kembali tutup peti itu,
dan dipasangnya tiap-tiap sekrupnya. Kami membantunya mengerjakan semua
pekerjaan itu. Satu demi satu peti-peti besar itu kami buka dan kami sucikan seperti itu, lalu
kami tinggalkan seperti keadaannya semula, tapi di dalamnya masing-masing sudah
terdapat sepotong Hosti. Waktu kami menutup pintu rumah itu, Profesor berkata dengan serius,
* "Sebegitu jauh, pekerjaan kita sudah selesai. Bila dalam langkah-langkah
berikutnya kita juga bisa berhasil, pada saat matahari terbenam senja ini, dahi
Madam Mina sudah kembali putih seperti gading, tanpa noda."
Saat melewati pekarangan dalam perjalanan ke stasiun, kami melihat bagian depan
sanatorium. Aku memandang dengan penuh perhatian, dan di jendela kamarku sendiri
kulihat Mina. Aku melambai padanya, dan menganggukkan kepalaku, mengisyaratkan
bahwa pekerjaan kami di sana sudah berhasil dengan baik. Mina membalas dengan
anggukan kepala pula, menandakan bahwa ia mengerti. Terakhir aku melihatnya, ia
melambai sebagai tanda perpisahan. Dengan hati berat kami tiba di peron, tepat
saat kereta api memasuki stasiun.
Catatan ini kutulis di dalam kereta api.
202 Piccadilly, pukul 12.30. Tepat saat kami tiba di Fenchurch Street, Lord ?Godalming berkata padaku,
"Aku dan Quincey akan mencari seorang pembuat kunci. Sebaiknya kau tidak
ikut, .takut kalau-kalau ada kesulitan, karena dalam keadaan itu rasanya tidak
begitu salah bila kita masuk dengan paksa ke sebuah rumah kosong. Tapi kau
seorang penasihat hukum, dan Persatuan Ahli Hukum bisa-bisa berkata bahwa
seharusnya kau lebih tahu hal itu." Aku memprotes karena tak boleh ikut serta
?_ dalam bahaya, meski bahaya itu mengandung noda sekalipun. Tapi Lord Godalming
berkata lagi, "Apalagi, bila tidak terlalu ramai, kita takkan terlalu menarik
perhatian orang. Gelar kebangsawan-anku akan mempermudah urusan dengan pembuat
" kunci itu, juga urusan dengan polisi yang mungkin lewat. Sebaiknya kau pergi
?dengan Jack dan Profesor, dan tinggal di Green Park. Dari situ kalian bisa
melihat rumah itu, dan bila kalian lihat pintunya terbuka dan pembuat kunci itu
sudah pergi, kalian semua menyeberang. Kami akan melihat kalian, dan menyuruh
kalian masuk." "Itu usul yang baik," kata Van Helsing, jadi kami tak berkata apa-apa lagi.


Dracula Karya Bram Stoker di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Godalming dan ?" Morris cepat-cepat pergi naik kereta kuda, dan kami menyusul naik kereta
?sewaan lain. Di sudut i Arlington Street, rombongan kami turun lalu berjalan ke Green Park. Hatiku
berdebar melihat rumah tempat harapan kami tertumpah itu, menjulang dengan
murung dan diam. Rumah itu tam -
203 pak tak terurus di tengah-tengah rumah tetangga yang lebih hidup dan lebih rapi.
Kami duduk di fc sebuah bangku, dari mana kami bisa melihat ru- , mah itu dengan
baik, dan mengisap cerutu supaya" tidak menarik perhatian orang. Waktu rasanya
berlalu dengan amat lamban saat kami menunggu kedatangan teman-teman kami itu.
Akhirnya kami melihat sebuah kereta kuda men- ". dekat, dan Lord Godalming dan
Morris turun dengan santai. Dari tempat duduk di sebelah kusirnya turun pula
seorang pria gemuk yang membawa< keranjang peralatan. Morris membayar kusir
kereta, yang menerimanya dengan hormat, lalu pergi. Mereka berdua naik tangga.
Lord Godalming tampak memberitahukan apa yang harus dilakukan orang itu. Tukang
itu membuka mantelnya dengan santai, lalu menggantungnya pada salah*-satu paku
panjang di telusuran tangga, dan ia mengatakan sesuatu pada polisi yang lewat
dengan santai pula. Polisi itu mengangguk. Orang itu berlutut dan meletakkan
keranjangnya di sampingnya. Setelah mencari-cari di dalamnya, dikeluarkannya
sejumlah alat yang diletakkannya berderet-deref dalam urutan tertentu. Lalu ia
bangkit, melihat ke dalam lubang kunci, meniup-niup lubang itu, lalu menoleh
pada kedua temanku, dan mengatakan*-sesuatu. Lord Godalming tampak tersenyum.
Orang itu mengangkat segenggam kunci, dan memilih salah satu di antaranya. Lalu
ia mulai meraba-raba lubang dengan kunci itu, seolah mencari jalan supaya bisa
masuk. Setelah ternyata tidak
204 Vf t A V " ^^ftl berhasil, ia mencari lagi dan" mencoba kunci kedua, lalu yang ketiga. Tiba-tiba
pintu itu terbuka setelah didorongnya sedikit, dan ketiga orang itu pun masuk ke
ruang depan. Kami duduk tak bergerak, cerutuku membara dengan hebat, tapi
kepunyaan Van Helsing sudah padam dan dingin. Kami menunggu dengan sabar, dan
kami lihat pembuat kunci itu keluar lagi akan mengambil keranjangnya. Pintu
dibiarkannya terbuka sedikit dengan cara menahannya dengan lututnya, sementara
ia mencobakan sebuah kunci lagi ke lubangnya. Akhirnya diserahkannya kunci itu
pada Lord Godalming, yang lalu mengeluarkan dompetnya dan memberikan sesuatu
padanya. Laki-laki itu memberi hormat, mengambil keranjangnya, mengenakan
mantelnya, lalu pergi. Tak ada orang yang memperhatikan apa yang terjadi.
Begitu laki-laki itu pergi, kami bertiga menyeberangi jalan, lalu mengetuk
pintu. Pintu segera dibuka oleh Quincey Morris. Di sampingnya berdiri Lord
Godalming yang sedang menyalakan cerutu. , "Tempat ini berbau busuk," kata Lord
Godalming ketika kami masuk. Memang busuk baunya seperti di kapel tua di Carfax?itu dan berdasarkan pengalaman terdahulu, jelas bagi kami bahwa Count telah
?'menggunakan tempat itu dengan bebas. Kami mulai memeriksa seluruh rumah itu.
Kami selalu bersama-sama, berjaga-jaga kalau-kalau diserang, karena kami tahu
bahwa musuh yang kami hadapi kuat dan licik, dan sebegitu jauh kami tak tahu
apakah Count ada di dalam rumah itu. Di ruang makan yang
205 terletak di belakang ruang depan, kami temukan delapan buah peti berisi tanah.
Hanya ada delapan, padahal seharusnya sembilan. Pekerjaan kami takkan selesai,
takkan pernah, sebelum kami bisa menemukan peti yang hilang itu. Mula-mula kami
buka tirai-tirai jendela. Dari situ tampak sebidang pekarangan sempit beralas
ubin, yang menuju ke sebuah kandang kosong. Kandang itu kelihatan seperti bagian
depan sebuah rumah mini. Rumah itu tak banyak jendelanya, jadi kami tak takut
dilihat orang. Kami tidak membuang waktu, dan langsung memeriksa peti-peti itu.
Dengan alat-alat yang kami bawa, kami buka peti itu satu demi satu, dan peti-
peti itu kami perlakukan seperti peti-peti yang ada di kapel tua itu. Ternyata
Count sedang tak ada di rumah itu, dan kami terus menggeledah barang-barangnya
yang lain. Setelah melihat sekilas ke kamar-kamar lain, mulai dari ruang bawah tanah sampai
ke gudang di loteng, kami berkesimpulan bahwa barang-barang yang dimiliki Count
hanyalah yang ada di ruang makan itu, dan kami pun memeriksanya dengan teliti.
Barang-barang itu berserakan saja di atas meja makan besar. Ada surat-surat
jual-beli rumah di Piccadilly, yang diikat menjadi satu berkas, surat-surat
jual-beli dari rumah-rumah di Mile End dan di*-Bermondsey, dan ada pula kertas-
kertas surat, amplop, pena-pena, dan tinta. Semuanya ditutupi dengan sehelai
kertas pembungkus tipis supaya tidak kena debu. Ada pula sebuah sikat pakaian,
sikat rambut, sisir, sebuah kendi, dan sebuah waskom
206 berisi air kotor kemerah-merahan seolah-olah bercampur darah. Akhirnya terdapat
pula setumpuk kecil kunci dari bermacam-macam jenis dan ukuran, mungkin kunci-
kunci dari rumah-rumah lainnya. Setelah memeriksa penemuan kami yang terakhir
itu, Lord Godalming mencatat dengan cermat alamat-alamat dari rumah-rumah di
wilayah timur dan selatan. Mereka mengambil kumpulan kunci itu, lalu mulai
memusnahkan peti-peti di tempat itu. Kami yang lain dengan sabar menunggu mereka
kembali atau kedatangan Count.?207
Bab 23 CATATAN HARIAN DR. SEWARD
3 Oktober. Waktu terasa lama sekali ketika kami menunggu kedatangan Godalming
?dan Quincey Morris. Profesor berusaha menjaga agar pikiran kami tetap aktif,
dengan menggunakannya terus-menerus. Aku tahu apa maksudnya sebenarnya, , karena
kulihat ia mengerling sekali pada Harker. Kasihan rasanya melihat betapa
tersiksanya laki-laki malang itu. Kemarin malam ia adalah seorang pria berambut
coklat yang tampak ceria dan berbahagia, terbuka, berwajah muda dan kuat, dan
penuh semangat. Tapi hari ini ia seperti seorang tua yang pucat, bermata cekung
tapi nyalang, dan pada wajahnya tampak garis-garis kesedihan. Namun semangatnya
masih utuh, bahkan boleh dikatakan bagaikan nyala api yang hidup. Mungkin v
semangat itulah yang menyelamatkannya, karena bila semuanya berjalan dengan
baik, semangat itulah yang akan membantunya melalui masa-masa penuh keputusasaan
itu, dan ia akan bisa pula menghadapi kenyataan-kenyataan hidup. Kasihan
208 temanku itu. Kusangka kesulitanku sendiri sudah cukup hebat, padahal kesulitan
Harker...! Profesor tahu betul itu, oleh karenanya ia berusaha untuk tetap
mengaktifkan pikirannya. Semua yang diucapkannya menarik perhatian. Sepanjang
ingatanku, inilah kata-katanya,
"Sejak semua kertas yang berhubungan dengan monster itu ada padaku, aku telah
mempelajarinya berulang kali. Dan makin banyak aku mempelajarinya, makin terasa
betapa perlunya kita memusnahkan monster itu. Semuanya menunjukkan tanda-tanda
kemajuannya, bukan hanya kekuatannya, tapi juga hal-hal yang diketahuinya. Dari
hasil-hasil riset sahabatku Arminius di Budapest, kudengar bahwa semasa hidupnya
ia orang yang amat baik. Dia seorang prajurit, seorang negarawan, dan seorang
ahli kimia purba yang pada zamannya banyak mengembangkan ilmu pengetahuan.
?Otaknya hebat, kemampuan belajarnya tak ada bandingnya, dan hatinya tak mengenal
takut atau sesal. Dia bahkan berani mengikuti Scholomance, dan tak ada satu pun
cabang ilmu pengetahuan pada zamannya yang tak dikuasainya. Nah, kekuatan
otaknya itu tetap hidup saat jasmaninya sudah mati, meskipun ingatannya tidak
sepenuhnya lengkap. Dalam beberapa hal, kemampuan berpikirnya tak berarti apa-
apa. Tapi dia tumbuh terus, dan beberapa hal yang semula tampak kekanak-kanakan
kini sudah menyamai tingkat dewasa. Dia sudah bereksperimen, dan dia
melakukannya dengan baik. Dan sekiranya kita tidak menghalangi usahanya, dia
bisa menjadi 209 ayah atau penerus dari suatu kelompok makhluk baru, yang jalan hidupnya melalui
kematian, bukan lewat kehidupan."
Harker menggeram, lalu berkata,
"Dan semua itu harus dihadapi oleh kekasihku! Lalu bagaimana dia bereksperimen"
Ilmu pengetahuan kita tentu bisa membantu kita untuk mengalahkannya!"
"Sejak datang, dia terus-menerus mencobakan kekuatannya. Otak kekanakannya
bekerja dengan lamban tapi mantap. Kita masih beruntung karena dia masih
memiliki otak yang kekanakan itu, sebab seandainya sejak semula dia berani
mengambil tindakan tertentu, sudah lama dia tak mungkin bisa dikalahkan. Tapi
dia memiliki tekad untuk berhasil, dan sebagai orang yang bisa hidup selama
berabad-abad, dia bisa menunggu dan berlambat-lambat Dia pasti memakai motto
Festina Lente." "Saya tak mengerti," kata Harker dengan murung. "Aduh, tolong jelaskan! Mungkin
otak saya sudah dilumpuhkan oleh semua kesedihan dan kesusahan ini."
Profesor meletakkan tangan dengan lembut ke pundaknya, lalu berkata,
"Baiklah, anakku, akan kujelaskan. Tidakkah kaulihat akhir-akhir ini monster itu
bereksperimen untuk mencari pengetahuan" Dia telah memanfaatkan pasien berjiwa
binatang itu untuk memasuki
"buubariah dalam beigegas
210 rumah John, karena vampir baru bisa masuk untuk pertama kali ke suatu tempat
bila dipersilakan masuk oleh seorang penghuni rumah itu. Setelah itu dia bisa
masuk dengan cara bagaimanapun dan kapan pun dikehendakinya. Tapi itu bukan
eksperimen terpentingnya. Bukankah telah kita lihat pula bahwa mula-mula peti-
peti besar itu dipindahkan oleh orang-orang lain" Karena waktu itu dia belum
tahu. Tapi sementara itu otak kekanakannya tumbuh terus, dan dia mulai berpikir
apakah dia tak bisa memindahkannya sendiri. Jadi dia mulai membantu para
pekerja, dan waktu dilihatnya bahwa itu tidak merugikannya, dia mencoba
memindahkannya sendiri. Begitulah, dia maju terus, dan peti-peti itu
diserakkannya. ke mana-mana, dan tak seorang pun, kecuali dia sendiri, tahu di
mana peti-peti itu disembunyikannya. Mungkin dia punya rencana untuk
menguburkannya dalam-dalam di tanah. Dan dia memanfaatkannya hanya pada malam
hari atau pada saat dia bisa mengubah bentuknya, dan tak seorang pun boleh tahu
bahwa itu adalah tempat-tempat persembunyiannya! Tapi jangan berputus asa,
anakku, pengetahuan itu terlambat didapatnya!
"Semua tempat persembunyiannya sudah kita sterilkan, kecuali satu. Dan sebelum
matahari terbenam hari ini, itu pun sudah akan kita tangani pula. Maka takkan
ada tempat lagi baginya untuk pindah dan bersembunyi. Tadi pagi aku menangguhkan
waktu, maksudku supaya kita tahu pasti dulu, sebab bukan hanya dia yang berada
dalam bahaya, kita juga 211 demikian. Jadi kita harus lebih berhati-hati daripada dia. Menurut arlojiku,
sekarang sudah satu jam berlalu, dan bila semuanya berjalan dengan baik, Arthur
dan Quincey sudah dalam perjalanan kemari. Hari inilah kesempatan kita, dan kita
harus melangkah dengan pasti, meskipun lambat. Kita tak boleh kehilangan
kesempatan. Lihatlah! Kita berlima bila mereka sudah kembali."
Saat ia berbicara, kami dikejutkan oleh suatu ketukan di pintu depan, yaitu
ketukan dua kali yang merupakan pertanda bahwa itu adalah pengantar telegram.
Kami serentak pergi ke ruang depan. Tapi Van Helsing mengangkat tangannya,
mengisyaratkan supaya kami tenang. Ia melangkah ke pintu, lalu membukanya. Seorang anak menyampaikan
sepucuk telegram. Profesor menutup pintu lagi, lalu membuka telegram itu dan
membacanya dengan nyaring.
Awas Dracula! Jam 12.45 dia baru saja keluar cepat-cepat dari Carfax dan
bergegas ke arah selatan. Agaknya dia sedang berjalan berkeliling; dan mungkin
ingin bertemu dengan kalian.
Mina. Keadaan sepi sebentar, dan kemudian dipecahkan oleh suara Jonathan Harker,
"Puji Tuhan, kita akan segera bertemu dengannya!" Van Helsing cepat-cepat
menoleh padanya dan berkata,
"Tuhan akan bertindak dengan cara dan waktu -
212 Nya sendiri. Jangan khawatir, tapi jangan pula' bersenang hati dulu, karena apa
yang kita inginkan sekarang ini mungkin bisa membawa kematian bagi kita."
"Saya tak peduli apa-apa lagi sekarang," kata Harker dengan berapi-api, "kecuali
menghapuskan setan itu dari muka bumi. Menjual nyawa pun saya mau untuk itu!"
"Hus, hus, anakku!" kata Van Helsing., "Tuhan tidak berjual-beli nyawa,
sedangkan setan yang mungkin mau membelinya tidak jujur. Tapi Tuhan Maha
Pengasih dan Mahaadil, dan Dia tahu penderitaanmu dan kasih sayangmu pada Madam
Mina. Ingat, betapa akan berlipat ganda kesedihannya bila didengarnya kata-
katamu yang sembrono itu. Jangan khawatirkan kami. Kita Semua bertekad bulat
dalam pekerjaan ini, dan hari ini kita akan mengakhirinya. Saat untuk bertindak
sudah tiba. Hari ini kekuatan vampir itu akan jadi terbatas pada kekuatan
manusia, dan keadaan itu tidak akan berubah sampai matahari terbenam. Masih ada
waktu sebelum dia tiba di sini. Lihat, sekarang jam satu lewat dua puluh jadi
masih ada waktu sebelum dia tiba di sini, sebab dia tak pernah bisa bergerak
terlalu cepat. Yang harus kita harapkan adalah agar Arthur dan Quincey tiba
lebih dulu." Satu setengah jam setelah kami menerima telegram Mrs. Harker, terdengar ketukan
keras di pintu depan. Ketukan itu bukan ketukan biasa sehari-hari, hingga
membuat jantungku dan jantung Profesor berdebar keras. Kami saling memandang,
dan ber - 213 sama-sama pergi ke ruang depan, siap menggunakan senjata masing-masing di ?tangan kiri senjata sakral, dan di kanan senjata yang mematikan. Van Helsing
menarik selot pintu, lalu sambil membukanya sedikit, ia mundur dan mempersiapkan
kedua belah tangannya untuk menyerang, kegembiraan hati kami pasti terbayang di
wajah ketika di tangga, di dekat pintu, kami melihat Lord Godalming dan Quincey
Morris. Mereka cepat-cepat masuk dan menutup pintu. Sambil berjalan di ruang
depan, Lord Godalming berkata,
"Sudah beres. Kami sudah menemukan kedua tempat itu. Di masing-masing tempat
kami temukan enam buah peti, dan sudah kami musnahkan semua!"
"Kalian musnahkan?" tanya Profesor. "Bagi dia!" Kami semua diam, lalu Quincey
berkata, "Tak ada lagi yang harus kita lakukan sekarang, kecuali menunggu. Tapi bila dia
tid&k muncul menjelang jam lima, kita harus pergi, sebab Mrs. Harker tak boleh
kita tinggalkan seorang diri setelah matahari terbenam."
"Tak lama lagi dia datang," kata Van Helsing yang membawa buku catatannya.
"Apalagi dalam telegram Madam Mina dikatakan bahwa dia pergi dari Carfax ke arah
selatan. Itu berarti dia harus menyeberangi sungai, dan itu hanya bisa
dilakukannya pada saat air surut, yaitu jam satu kurang sedikit. Bahwa dia
menuju ke arah selatan, itu punya arti tersendiri bagi kita. Sekarang ini dia
214 baru merasa curiga, jadi dari Carfax dia pergi dulu ke tempat yang diharapkan
gangguannya paling kecil. Pasti kalian berada di Bermondsey tadi, sesaat sebelum
dia datang. Bahwa sekarang dia belum berada di sini, membuktikan bahwa dari
Bermondsey dia pergi ke Mile End. Itu makan waktu cukup lama, sebab dia harus
menyeberangi -r sungai lagi. Percayalah, teman-temanku, kita takkan lama lagi
menunggu. Kita harus menyiapkan rencana serangan kita, supaya kita tidak
kehilang- an kesempatan. Ssst, sekarang tak ada waktu lagi. Siapkan senjata ?kalian semua! Siap!" Sambil berbicara, ia mengangkat tangannya, dan kami
mendengar suara kunci yang dimasukkan perlahan-lahan ke lubangnya di pintu ruang
depan. Mau tak mau aku merasa kagum, sebab pada "*saat seperti itu, orang dengan
semangat kuatlah yang selalu menonjol. Dalam semua kegiatan dan petualangan kami
berburu di beberapa bagian dunia, selalu Quincey Morris yang mengatur rencana
kegiatan kami, sedangkan aku dan Arthur sudah terbiasa mematuhinya tanpa
membantah. Kini agaknya kebiasaan lama itu terulang kembali. Setelah melihat
dengan cepat ke sekelilingnya, ia langsung mengatur serangan, dan tanpa
mengucapkan sepatah kata pun, hanya dengan isyarat saja, ditempatkannya kami
pada posisi masing-masing. Aku, Van Helsing, dan Harker harus berdiri tepat di
belakang pintu, sehingga bila pintu itu terbuka, Profesor yang menghadangnya,
sedangkan kami berdua harus berdiri di antara orang yang masuk
215 itu dengan pintu. Godalming di belakang dan Quincey di depan, berdiri di tempat
yang tak kelihatan, siap untuk menyerang di jendela. Kami menunggu dengan penuh
ketegangan, hingga detik-detik yang berlalu terasa amat lambat. Dengan langkah-
langkah lambat dan waspada, Count masuk ke ruang depan. Agaknya ia sudah siap
menghadapi suatu kejutan setidaknya ia nampak takut.
?Tiba-tiba ia melompat ke ruangan dengan satu lompatan, sebelum seorang di antara
kami sempat mengangkat tangan untuk mencegahnya. Gerakan itu mirip benar dengan
gerakan macan tutul sama sekali tidak manusiawi, hingga kami terkejut sekali.
?Yang pertama-tama bertindak adalah Harker, yang dengan gerak cepat melompat ke
pintu yang menuju kamar di bagian depan rumah. Waktu Count melihat kami,
wajahnya membayangkan senyum menyeringai yang menakutkan, dan tampak giginya
yang panjang-panjang dan tajam-tajam. Tapi senyum yang jelek itu cepat berubah
menjadi tatapan dingin seperti tatapan singa yang mengejek. Air mukanya berubah
lagi saat kami semua serentak maju menyerangnya. Sayang kami tak punya rencana
penyerangan yang lebih teratur, hingga pada saat itu saja aku bertanya-tanya apa
yang harus kami lakukan. Aku juga tak tahu apakah senjata kami yang mematikan
akan bermanfaat bagi kami. Ternyata Harker yang ingin mencoba hal itu.
Diangkatnya pisau Kukri-nya yang besar, lalu diayunkannya kuat-kuat dan dengan


Dracula Karya Bram Stoker di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mendadak ke arah Count. Serangannya kuat sekali, tapi de-216
ngan kecepatan setannya Count melompat mundur, dan ia lolos. Tusukan kedua
dilakukan dengan beringas, mata pisau itu ditusukkan ke arah jantungnya. Tapi
ternyata ujung pisau itu hanya merobek bahan mantelnya, dan membuat robekan
lebar. Dari robekan itu berhamburan keluar segumpal uang kertas dan emas. Air
muka Count demi-"* kian bengisnya, hingga sesaat aku mengkhawatirkan keselamatan
Harker. Tapi kulihat" ia mengangkat pisaunya tinggi-tinggi lagi untuk serangan
berikutnya. Naluriku mendorongku untuk maju dan melindunginya, sambil mengangkat
salib dan Hosti di tangan kiriku. Kurasakan suatu kekuatan yang amat besar
mengaliri lenganku, dan aku tak heran melihat monster itu mundur kala melihat
gerakan yang kami lakukan serentak. Sulit melukiskan ekspresi kebencian dan
dendam yang terbayang di wajah Count. Wajahnya yang pucat dan kaku seperti lilin
berubah jadi kuning kehijauan, sangat kontras dengan matanya yang berapi-api.
Bekas luka berwarna merah di dahinya memperlihatkan kulit yang pucat, seperti
luka yang berdenyut. Saat berikutnya, dengan merunduk rendah ia melesat di bawah
lengan Harker sebelum Harker sempat menjatuhkan pukulan. Lalu, sambil meraup
segenggam uang dari lantai, ia melesat melalui ruangan, dan menerpa jendela. Ia
jatuh di tengah-tengah bunyi pecahan dan kilatan kaca pecah, ke pekarangan
berubin di bawah. Di tengah-tengah bunyi kaca pecah itu kudengar pula denting
emas, karena ada uang emasnya yang jatuh ke ubin.
Kami mengejarnya dan melihatnya melompat berdiri tanpa luka sedikit pun. Ia
menyeberangi pekarangan berubin itu, menaiki tangga, dan membuka pintu kandang.
Lalu ia berbalik dan berkata pada kami,
"Kalian mencoba menggagalkan langkahku, ya, orang-orang berwajah pucat yang
berbaris seperti domba di pembantaian. Kalian akan menyesali perbuatan kalian
itu! Kalian pikir aku sudah tak punya tempat istirahat lagi, ya" Tapi aku punya
lebih banyak. Pembalasan dendamku baru saja kumulai! Sudah berabad-abad aku
menyebarnya, dan aku punya cukup waktu. Perempuan-perempuan yang kalian cintai
sudah kumiliki, dan melalui mereka, kalian dan orang-orang lain juga akan
menjadi milikku menjadi makhluk-makhlukku yang harus menjalankan semua ?perintahku, dan menjadi kaki tanganku bila aku ingin makan. Tunggu saja!"
Dengan menyeringai menjijikkan ia cepat-cepat melalui pintu, dan kami dengar
selot yang berkarat berderit waktu ia memasangnya. Terdengar sebuah pintu yang
terletak lebih jauh dibuka, lalu ditutup kembali. Kami kembali ke ruang depan,
karena menyadari bahwa kami tak mungkin menyusulnya ke kandang. Yang pertama-
tama berbicara di antara kami adalah Profesor.
"Ada satu hal yang kita pelajari ya, bahkan banyak! Meskipun dia mengucapkan
?kata-kata yang berani, dia sebenarnya takut pada kita. Dia takut ketinggalan
waktu, dia takut kehabisan persediaan! Kalau tidak, mengapa dia begitu terburu -
218 buru" Rasanya telingaku tidak menipuku, nada bicaranya menyatakan hal itu. Lalu
untuk apa pula dia membawa uang" Kalian kejarlah dia cepat-cepat. Kalian biasa
berburu binatang buas, dan tahu bagaimana cara-cara melakukannya. Aku sendiri
akan membereskan barang-barang di sini, supaya tak ada satu pun yang bisa
dimanfaatkannya bila dia kembali." Setelah berbicara, uang yang tertinggal
?dimasukkannya ke dalam sakunya, diambilnya bundel surat-surat jual-beli, lalu
sisanya dimasukkannya ke dalam perapian yang terbuka, di mana barang-barang itu
semua dibakarnya. Godalming dan Morris sudah berian ke pekarangan di luar, dan Harker turun dari
jendela mengikuti cara Count. Tapi monster itu sudah mengunci pintu kandang, dan
waktu mereka ber-*hasil membukanya dengan paksa, ia sudah tak ada lagi. Aku dan
Van Helsing mencoba mencari keterangan di belakang rumah, tapi kandang-kandang
di situ semuanya kosong, dan tak seorang pun melihatnya pergi.
Hari sudah senja, dan matahari sudah hampir terbenam. Kami terpaksa menghentikan
perburuan kami, dan dengan berat hati kami membenarkan Profesor waktu ia
berkata, "Mari kita kembali ke Madam Mina. Apa yang bisa kita lakukan sekarang, sudah
kita lakukan. Di sana sekurang-kurangnya kita bisa melindunginya. Tapi kita tak
perlu berputus asa. Tinggal satu peti pasir lagi, dan kita harus mencoba
menemukannya. Bila itu sudah kita lakukan, selesailah semuanya."
219 Kulihat ia berbicara dengan penuh semangat, untuk membesarkan hati Harker. Laki-
laki malang itu tampak patah hati. Sekali-sekali terdengar ia menggeram tak
tertahan saat teringat istrinya.
Dengan hati sedih kami kembali ke rumahku. Kami dapati Mrs. Harker sedang
menunggu kami. Ia nampak ceria, berkat keberanian dan sifatnya yang tidak
memikirkan diri sendiri. Waktu melihat* wajah-wajah kami, wajahnya sendiri
menjadi pucat. Beberapa detik lamanya dipejamkannya matanya, seolah-olah sedang
berdoa dalam hati. Lalu katanya dengan ceria,
"Tak terhingga terima kasih saya pada kalian semua. Oh, kasihan kau, sayangku!"
Sambil berbicara, diraihnya kepala suaminya yang berambut kelabu, lalu
diciumnya. "Letakkan kepalamu di sini dan istirahatkan. Semuanya akan beres, Sa-
* yang! Tuhan akan melindungi kita, bila Dia berkenan." Suaminya yang malang itu
menggeram. Tak ada kata-kata terucapkan dalam kesedihan yang teramat besar itu.
Kami semua makan asal-asalan saja, tapi kurasa itu membuat kami agak ceria.
Kurasa itulah pengaruh makanan hangat terhadap orang-orang lapar, sebab tak
seorang pun di antara kami yang makan, sejak sarapan tadi pagi atau mungkin ?juga karenflt kami beramai-ramai. Pokoknya rasa kesal kami sudah berkurang, dan
kami menanti hari esok tidak dengan putus asa. Kami memenuhi janji kami, kami
ceritakan semua yang telah terjadi pada Mrs. Harker. Ia mendengarkan dengan
tegar dan tenang, 220 YGG * \ A meskipun kadang-kadang wajahnya jadi pucat pasi, yaitu bila suaminya seperti
terancam bahaya, dan kadang-kadang menjadi merah bila suaminya membuktikan kasih
sayangnya padanya. Waktu kami tiba pada bagian Harker mengejar Count dengan
nekatnya, ia mencengkeram lengan suaminya kuat-kuat, seolah-olah dengan begitu
ia bisa melindungi suaminya dari setiap malapetaka yang mungkin menimpanya. Tapi
ia tak berkata apa-apa, sampai cerita kami selesai dan persoalan-persoal-annya
sudah kami kemukakan semua. Lalu, tanpa melepaskan lengan suaminya, ia berdiri
di tengah-tengah kami dan berbicara. Akh, kalau saja aku bisa menggambarkan apa
yang kami lihat saat itu, tentang wanita manis yang baik itu, yang seakan
^memancarkan kecantikan, keremajaan, dan keramahannya, yang ada bekas merah di
dahinya, yang disadarinya benar, dan yang kami saksikan dengan geram bila kami
?ingat dari mana dan bagaimana ia sampai memperoleh tanda itu. Kebaikan hatinya
meredakan kebencian kami yang hebat, keyakinannya yang lembut menghapus semua
rasa takut dan keragu-raguan kami. Tapi walaupun ia begitu baik, murni, dan
penuh keyakinan, ia toh telah terbuang
dan Tuhan. "Jonathan," katanya, dan nama itu terdengar bagaikan musik di bibirnya, karena
diucapkan dengan penuh cinta dan lemah lembut. "Jonathan tersayang, dan kalian
sahabat-sahabatku yang begitu setia, aku ingin kalian semua mengingat satu hal,
sepanjang masa yang mengerikan ini. Aku
221 tahu kalian harus berjuang, dan kalian harus memusnahkan dia, sebagaimana kalian
memusnahkan Lucy yang palsu, supaya Lucy yang sejati bisa hidup kekal. Tapi
jangan lakukan hal itu dengan rasa benci. Makhluk malang yang menjadi penyebab
dari semua malapetaka itu adalah yang paling menyedihkan keadaannya. Bayangkan,
betapa akan gembiranya dia bila bagian dirinya yang terburuk* juga dimusnahkan,
supaya bagian hidupnya yang lebih baik bisa mendapatkan kekekalan rohaniah.
Kalian harus kasihan padanya, tapi jangan sampai kalian terhalang untuk
memusnahkannya." Sementara ia berbicara, kulihat wajah suaminya menjadi gelap dan berkerut,
seolah-olah kemurkaannya telah mengisutkan seluruh tubuhnya. Cengkeramannya
terhadap tangan istrinya jadi lebih-erat, hingga buku-buku jarinya tampak putih.
Namun Mrs. Harker tidak meringis kesakitan, padahal aku tahu pasti ia kesakitan.
Ia hanya memandangi suaminya dengan pandangan memohon. Setelah istrinya berhenti
berbicara, Harker bangkit dengan melompat. Sambil merenggutkan tangannya dari
tangan istrinya, ia berkata,
"Semoga Tuhan menyerahkannya ke tanganku, supaya aku bisa memusnahkan nyawanya
yang menjadi sasaran kita itu. Bila selanjutnya aku bisa pula melemparkan rohnya
ke dalam neraka membara untuk selama-lamanya, aku akan melakukannya dengan
segala senang hati!"
"Aduuh, ssst, hus, atas nama Tuhan Yang Mahabaik, jangan mengatakan hal-hal
semacam itu, 222 Jonathan suamiku. Kau bisa menghancurkan dirimu karena ketakutan dan kengerian.
Ingatlah, Sayang, sepanjang hari ini aku memikirkannya mungkin pada suatu hari ?kelak... aku pun membutuhkan belas kasihan itu, dan orang-orang lain seperti
kalian, dengan kemarahan seperti kalian pula, akan menolak memberikan belas
kasihan itu! Oh, suamiku! Aku
" takkan mau mengemukakan pikiran semacam itu, kalau saja ada jalan lain. Aku
berdoa semoga Tuhan tidak menyimpan kata-katamu yang diucapkan tanpa pikir
panjang itu, dan mau menerimanya sebagai ratapan seorang suami yang penuh kasih
sayang, yang sedang tercekam rasa marah dan patah hati. Oh, Tuhan, jadikanlah
rambutnya yang sudah memutih ini bukti dari apa yang sudah dideritanya.
Sepanjang hidupnya ia tak pernah berbuat salah, dan ia telah mengalami begitu
banyak kesedihan." Kami semua benar-benar menangis. Kami tak dapat menahannya, dan kami menangis
terang-terangan. Ia juga ikut menangis melihat para penasihat yang menyayanginya
berurai air mata. Suaminya menjatuhkan diri, berlutut di sampingnya,
dirangkulnya tubuh istrinya, lalu disembunyikannya wajahnya ke dalam lipit-lipit
bajunya. Van ^lelsing memberi isyarat pada kami, dan diam-diam kami keluar dari kamar. Kami
tinggalkan dua hati yang sedang bercintaan itu bersama Tuhan mereka.
Sebelum mereka pergi tidur, Profesor mempersiapkan kamar mereka supaya tak bisa
didatangi vampir, kemudian diyakinkannya Mrs. Harker bah -
223 wa ia bisa beristirahat dengan tenang. Wanita itu memaksakan diri untuk percaya,
dan demi suaminya, dengan sengaja memperlihatkan bahwa ia seolah-olah puas. Itu
merupakan suatu perjuangan yang berani, dan aku yakin itu akan ada imbalannya.
Van Helsing juga menyiapkan lonceng yang harus dibunyikan oleh salah seorang di
antara me-' reka dalam keadaan darurat. Setelah mereka pergi tidur, aku,
Quincey, dan Godalming mengatur supaya ada di antara kami yang jaga malam
bergantian, untuk menjaga keselamatan wanita yang terancam itu. Giliran pertama
jatuh pada Quincey, jadi kami yang lain akan segera pergi tidur. Godalming sudah
pergi, sebab ia mendapat giliran kedua. Karena aku sudah selesai menjalankan
tugasku, aku pun akan tidur.
CATATAN HARIAN JONATHAN HARKER
3~4 Oktober, menjelang tengah malam. Hari kemarin serasa takkan pernah
?berakhir. Aku ingin sekali tidur. Aku punya keyakinan bahwa bila aku bangun, aku
akan menemukan perubahan, dan bahwa kini perubahannya adalah akan membaiknya
keadaan. Sebelum berpisah, kami perbincangkan apa langkah berikutnya, tapi belum
ada hasilnya. Kami hanya tahu masih ada satu peti tanah, dan Count sendiri yang
tahu di mana tempatnya. Bila ia memilih untuk tetap bersembunyi di dalam peti
itu, ia akan merintangi usaha kami selama bertahun-tahun, dan sementara itu...
terlalu ngeri membayangkannya. Sekarang pun aku tak berani
224 memikirkannya. Yang kuketahui dengan pasti adalah bahwa bila ada satu orang
wanita yang sempurna, dia adalah kekasihku yang malang, yang telah dijadikannya
korban. Aku jadi seribu kali lebih mencintainya atas belas kasihan yang begitu
manis, yang diperlihatkannya semalam. Belas kasihan itu telah mengubah
kebencianku terhadap monster itu, hingga menjadi rasa jijik. Pasti takkan ada
ruginya jika makhluk semacam itu dimusnahkan. Itulah harapanku. Kami sedang
hanyut ke arah batu karang, dan kepercayaan adalah satu-satunya jangkar kami.
Syukurlah! Mina sudah tidur, pulas tanpa mimpi. Aku takut ia mimpi mengerikan,
mengingat kenangan-kenangan yang merupakan dasar mimpi itu. Sepanjang
penglihatanku, ia tidak begitu tenang lagi sejak matahari terbenam. Lalu, tak
lama kemudian di wajahnya terbayang ketenangan, seperti ketenangan pada musim
semi setelah badai bulan Maret. Waktu itu kukira yang terbayang di wajahnya
adalah kelembutan cahaya matahari terbenam yang merah. Tapi kini kupikir itu
punya arti yang lebih dalam. Aku sendiri tidak mengantuk, meskipun aku merasa
lesu lesu sekali. Tapi aku harus mencoba tidur, sebab aku harus memikirkan hari?esok, dan aku takkan beristirahat sebelum...
Kemudian. Pasti aku tertidur, karena aku dibangunkan oleh Mina, yang duduk di
?tempat tidur dengan wajah terkejut. Itu tampak jelas, karena kamar tidak kami
gelapkan. Diletakkannya jarinya
225 ke bibirnya sebagai peringatan, dan ia berbisik di telingaku,
"Ssst, ada orang di lorong rumah!" Aku bangun perlahan-lahan, kuseberangi kamar,
lalu kubuka pintu perlahan-lahan.
Tepat di muka pintu, Mr. Morris terbujur di atas sebuah kasur. Ia sama sekali
tidak tidur. Diangkatnya tangannya supaya aku diam, lalu berbisik,
"Ssst! Pergilah tidur, tak ada apa-apa. Salah seorang di antara kami akan
berjaga di sini sepanjang malam. Kami tak mau kecolongan!"
Pandangan dan isyaratnya menunjukkan bahwa ia tak mau dibantah, jadi aku kembali
ke tempat tidur, dan kuceritakan hal itu pada Mina. Ia mendesah, di wajahnya
yang pucat jelas terbayang suatu senyuman saat ia memelukku dan berkata dengan
berbisik, "Oh, syukurlah ada orang-orang baik yang pemberani itu!" Dengan mendesah ia
berbaring lagi, lalu tidur. Kutulis catatan ini karena aku tidak mengantuk,
meskipun aku harus mencoba tidur lagi.
4 Oktober, pagi hari. Semalam, sekali lagi aku dibangunkan oleh Mina. Kali ini
?kami sudah puas tidur, sinar kelabu dari fajar yang hampir merekah membuat
jendela jadi kelihatan seperti suatu bentuk segi empat, dan nyala gas yang
sebenarnya merupakan sinar berbentuk piringan, hanya kelihatan seperti suatu
noktah. Mina berbicara dengan terburu-buru,
?226 "Cepat! Cepat panggilkan Profesor. Aku ingin berbicara dengannya segera."
"Mengapa?" tanyaku.
"Aku punya gagasan. Kurasa tengah malam tadi aku mendapatkannya, dan gagasan itu
makin matang tanpa kusadari. Profesor harus menghipnotisku sebelum fajar, supaya
aku bisa berbicara. Pergilah cepat, Sayang, waktu kita sempit"
Aku membuka pintu. Dr. Seward yang kali ini terbaring di kasur itu, melompat
bangkit waktu melihatku. "Ada yang tidak beres?" tanyanya ketakutan.
"Tidak," sahutku, "tapi Mina ingin segera berbicara dengan Profesor Van
Helsing." "Biar aku yang pergi memanggilnya," katanya, dan bergegas masuk ke kamar
Profesor. Dua atau tiga menit kemudian, Van Helsing sudah berada di kamar kami. Ia masih
memakai kimono. Sedangkan Mr. Morris dan Godalming berdiri di pintu, bertanya-
tanya. Profesor melihat pada Mina dengan tersenyum suatu senyuman yang jelas ?ingin menghapus rasa khawatir yang terbayang di wajah Mina. Ia menggosok-gosok
tangannya dan berkata, ."Wah, Madam Mina tersayang, ini benar-benar suatu perubahan. Lihat, Jonathan,
Madam Mina kita yang lama sudah kembali pada kita hari ini!" Lalu, sambil
menoleh pada Mina lagi, ia berkata dengan ceria,
"Apa yang harus saya lakukan untuk Anda"
227 Tentu ada alasannya saya dipanggil pada jam sekian."
"Saya minta Anda menghipnotis saya!" kata Mina. "Tolong lakukan itu sebelum
fajar, karena saya merasa dengan demikian saya akan bisa berbicara dengan bebas.
Tolong cepat, karena waktu kita singkat!" Tanpa berkata apa-apa, diisyaratkannya
supaya Mina duduk di tempat tidur. %
Sambil menatap Mina lekat-lekat, sang Profesor mulai menelusuri tubuh Mina,
Pesta Halloween 2 Pendekar Slebor 52 Pulau Seribu Setan Sumpah Palapa 9
^