Pencarian

Rare Beast 1

Rare Beast Edgar And Ellen Karya Charles Ogden Bagian 1


Si Kembar Nakal Kenakalan Hdgar dan HJlen sudah terkenal di kota Nod's Limbs. Kali ini, si
kembar nakal itu mulai bosan dengari kenakalan yang "biasa-biasa saja". Mereka
ingin membuat sesuatu yang luar biasa, namun itu butuh biaya.
"layangan acara televisi memberi mereka ide untuk membuka toko hewan langka agar
bisa mendapat banyak uang. Berhasilkah si kembar; menjalankan aksi mereka
Simak rencana gila mereka untuk mendapatkan hewan paling langka di dunia!
Text & illustrations copyright"2DD3 by Star Farm Production, inc All rights
reserved Hak terjemahan ada pada Penerbit Matahati Diterbitkan oleh Penerbit
Matahati email: info@penerbitmatahati.com website: www.penerbitmatahati.com
Penerjemah: Febry E.S. Penyunting: Eka Tata letak: CaderaDesign Cetakan pertama: Maret 2DD7 Cetakan
kedua: Mei 2007 Cetakan ketiga: Juli 2007 Cetakan keempat: Maret 2008 Judul
asli: EDGAR & ELLEN: Rare Beast by Charles Ogden
BUKU INI KUPERSEMBAHKAN ?kepada Rick, untuk pohon-pohon yang kau
tanam tiga tahun lalu (yang sudah aku tebang untuk kayu bakar),
kepada Sara, atas kiriman pakaian hangat yang bisa kupakai di musim dingin,
kepada Kat, atas senandungmu,
kepada Trish, yang selalu memaksaku sarapan
Maaf atas segala kebisingan.
CHARLES ?YO petualangan goKil menanti
Awalnya ... 9 1. Selamat Datang di Nod's Limbs, Kawan ... 11
2. Bagian yang Tidak Baik ... 15
3. Si Kembar ... 19 4. Petak-Umpat ... 23 5. Perlu Sesuatu yang Baru ... 27
6. Berbagai Kemungkinan ... 31
7. Pet ... 33 8. Siaran Hari Ini ... 37
9. Aha! ... 41 ID. Heimertz ... 45 11. Mengendap-endap dan Menyelinap ... 49
12. Di Ruang Bawah Tanah ... 57
13. Sedikit Musik Malam Hari ... 61
14. Toko Hwan Eksotis ... 65
15. Hilang ! ... 69 16. Berjualan ... 71 17. Pindah ... 79 18. Tukang Susu ... 83 19. Berkeliling ... 89 2D. Hati-Hati! ... 93
21. Si Ahli Binatang Langka ... 99
22. Mesin Keberuntungan Nomor 7 ... 109
23. Kelompok Pencari ... 113
24. Biang Keladi ... 119 25. Berkelahi ... 121 26. Ular Tetaplah Ular ... 123
27. Penarik Perhatian ... 127
28. Mandi ... 129 29. Tidak Lagi Berjualan ... 133
30. Akhir Siaran ... 137 Awalnya Udara malam yang hangat terasa lembab dan menggantung di atas kota seperti
selembar lap basah. Malam sudah sangat larut, sudah lewat tengah malam, dan
satu-satunya suara yang terdengar adalah suara jangkrik diselingi suara burung
hantu. Di tepi sungai, dua sosok bayangan manusia seolah menari di atas atap jembatan.
Tangan dan kaki mereka bergerak-gerak menjaga keseimbangan tubuh di atas
bubungan yang tinggi. Mereka membentuk bayangan yang berputar-putar dengan latar
belakang langit malam. "Awas, Ellen, kamu mengenai aku!"
"Kalau saja kamu tidak lupa bawa senter, aku pasti bisa melihat apa yang sedang
aku kerjakan." "Ah, kamu bisa melihat dengan jelas seperti aku. Tapi kamu memang sengaja."
"Uups!" kata Ellen sambil menyapukan kuasnya ke wajah Edgar.
"Kamu akan menyesal melakukannya," gumam Edgar sementara cat berwarna merah
menetes dari ujung dagunya. "Hus, aku sudah hampir selesai."
Ellen menyelesaikan huruf terakhirnya dan berdiri untuk memastikan bahwa dia
sudah menulis dengan ejaan yang benar.
"Kamu lupa tanda serunya!" kata Edgar sambil menuangkan sisa cat ke atas kepala
kakaknya. Edgar dan Ellen saling menjegal hingga jatuh terguling dari atap dan tercebur ke
sungai yang ada di bawahnya. Mereka berdiri di tengah sungai yang dalamnya
sepinggang, sekujur tubuh basah dan cat merah yang membuat mereka seperti
terluka parah, kedua anak kembar itu mengagumi hasil pekerjaan mereka.
"Aku suka itu."
"Memang sekarang kelihatan jauh lebih bagus."
Setelah itu mereka merangkak pulang sambil berbicara di tengah-tengah suara
jangkrik dan burung hantu.
l. Selamat Datang di Nod's Limbs, Kawan
Hampir seluruh bagian Nod's Limbs merupakan daerah yang menyenangkan untuk
ditinggali. Kota ini tidak besar, tapi juga tidak kecil. Sesungguhnya, daerah
ini merupakan kumpulan tempat bersejarah dan pusat perbelanjaan yang menarik.
Running River yang mengalir membelah pusat kota, sebenarnya lebih tepat bila
disebut Walking Stream atau Crawling Trickle karena sungai ini tidak besar dan
arusnya juga tidak deras. Tujuh jembatan beratap memudahkan masyarakat dan
kendaraan untuk menyeberangi sungai itu. Penduduk kota sangat bangga dengan
jembatan beratap mereka. Sekarang ini jarang sekali kita bisa menemukan kota
yang memiliki satu jembatan beratap, sementara di Nod's Limbs ada tujuh.
Jembatan-jembatan itu kelihatan seperti kandang besar berwarna merah yang
membentang di atas sungai. Bentuk mereka sama, kecuali warna atapnya.
Di setiap jembatan memiliki kata-kata yang ditulis dengan huruf cetak besar
berwarna putih. Pada masing-masing sisi ada satu kata. Bila kamu melakukan
perjalanan sepanjang Florence Boulevard, maka pada setiap jembatan ada sebuah
pesan. Pesan-pesan yang ada pada satu jembatan berbeda dengan jembatan yang
lain, tergantung tujuanmu. Bila kamu berjalan dari timur ke barat, maka tulisan
di atap jembatan adalah "selamat datang di nod's limbs teman, tinggalah
sebentar." Pesan yang ada dari arah barat ke timur adalah "datanglah lagi teman
dan berhati-hati di jalan." Tapi, karena kamu juga dapat masuk ke Nod's Limbs
dari barat sama mudahnya dengan dari timur, dan juga sebaliknya, pesan-pesannya
menjadi tidak masuk akal. Meskipun kamu mungkin akan menerima ucapan "selamat
datang" pada waktu pergi, dan disambut dengan "datanglah lagi" ketika tiba,
penduduk Nod's Limbs tidak terlalu peduli karena menurut mereka pesan-pesan itu
kelihatan menarik. Tapi, betapa pun pun terhormatnya suatu kota, bila kota itu cukup besar biasanya
akan menimbulkan apa yang orang sebut "bagian kota yang baik" dan "bagian kota
yang tidak baik." "Bagian kota yang baik" adalah tempat tinggal penduduk yang jujur dan bekerja
keras. Jalan-jalannya bersih, taman-tamannya terawat rapi, dan masyarakat lalu-
lalang dengan senyum di wajah mereka sambil menyapa ramah pada tetangga mereka.
Sedangkan di "bagian kota yang tidak baik", tidak ada orang yang menatap mata
orang lain ketika berpapasan di jalan. Bagian kota ini merupakan tempat tinggal masyarakat
yang tidak terhormat, yaitu mereka yang tidak ragu-ragu merusak milik orang lain
- mereka adalah orang-orang yang akan mengubah ucapan ramah kota mereka dengan
kata-kata kasar seperti "selamat datang di nod's limbs yang bau teman, jangan
memberi makan kepada binatang" dan "jangan pernah datang lagi." Jalan-jalan di
bagian kota ini dipenuhi sampah dan kotoran, rumah-rumahnya gelap, rusak, dan
kotor. Nod's Limbs sebenarnya cukup luas sehingga memiliki "bagian kota yang baik" dan
"bagian kota yang tidak baik," dan kamu mungkin berpikir bahwa kedua "bagian"
itu sama luasnya. Tidak demikian di Nod's Limbs.
"Pekerjaan yang jujur untuk upah yang halal" adalah paham yang dianut sebagian
besar penduduk kota, dan karena dedikasi inilah maka hampir sebagian besar
wilayah Nod's Limbs bisa dianggap sebagai "bagian yang baik."
Hampir seluruhnya, kecuali satu bagian kecil yang terletak di ujung kota.
2. Bagian Yang Tidak Baik
Kalau kamu berjalan ke arah selatan melewati Nod's Limbs, melalui taman-taman
dan pepohonan serta deratan rumah yang terawat rapi, kemudian lewat kebun
binatang, SMU dan rumah sakit, dan akhirnya perbukitan hijau di mana terletak
pemakaman Nod's Limbs, maka kamu akan tiba di Ricketts Road.
Ricketts Road membentang di sepanjang tepi hutan suaka alam Black Tree mulai
dari ujung timur kota hingga ke arah barat. Jalan ini memiliki dua jalur yang
indah. Departemen Pemeliharaan Nod's Limbs telah melakukan tugas yang luar biasa
dalam menjaga kebersihan jalan serta keindahan tanaman yang ada di tepi jalan.
Namun, setelah melewati daerah pertemuan antara bagian belakang pemakaman dan
Ricketts Road ada persimpangan jalan sempit yang tidak tersentuh oleh Departemen
Pemeliharaan. Jalan itu tidak mempunyai nama atau pun petunjuk jalan dan
keadaannya benar-benar rusak. Begitu rusaknya sehingga jarang sekali dilalui
orang karena sangat berbahaya bagi pejalan kaki maupun kendaraan.
Jalan itu berakhir di depan sebuah rumah yang sangat tinggi dan kecil. Begitu
tingginya hingga kamu bisa jatuh ke belakang ketika berusaha memandang puncak
rumah itu. Dua buah jendela lengkung yang terdapat di atas rumah itu memberi
kesan seolah-olah bangunan seperti memandangmu.
Di atas kedua jendela itu ada kubah berwarna gelap di mana pada puncaknya
terpancang tiang-tiang besi tempa dan sebuah jendela bundar kecil tepat di
tengah kubah yang kelihatannya seperti mata yang ketiga.
Dan warnanya! Terus terang saja, kurang menarik! Hanya ada satu kata untuk rumah
ini, yaitu kelabu. Setiap bagian dari rumah ini berwarna abu-abu. Mulai dari
batu yang terletak paling bawah hingga ke ujung tiang-tiang yang ada di atapnya.
Warna abu-abu pada bingkai pintu dan jendelanya yang sudah tua begitu gelap
sehingga kelihatan seperti hitam. Atapnya yang terbuat dari sirap tampak seperti
bagian dalam tungku yang tidak terawat. Beberapa daun jendelanya yang rusak
menggantung pada engselnya, bergerak-gerak tertiup angin yang senantiasa
berhembus di sekitar bangunan tinggi itu.
Dan bila kamu mendekati rumah itu hingga ke tangga terasnya, maka kamu akan
membaca satu kata aneh yang terukir pada sebilah batu yang diletakkan tepat di
atas pintu. Tulisan itu dipahat dengan huruf yang rapi seperti yang biasa
terdapat pada batu nisan, bunyinya:
Sebuah kata yang kedengarannya lucu tapi memiliki arti yang sama sekali tidak
lucu. Schadenfreude berarti "kenikmatan datang dari penderitaan orang lain."
Semboyan yang memang pas untuk penghuni rumah ini.
Dan, mungkin, kata itu juga merupakan peringatan bagi siapa pun yang lewat di
depan rumah itu yang memiliki rasa ingin tahu.
3. Si Kembar Menjulang dan memantulkan bayangan yang panjang, rumah ini hampir tidak pernah
menarik perhatian orang untuk mendekat dan membaca tulisan yang terdapat di atas
pintu. Rumah itu penuh dengan hiasan dan tampak begitu menyolok sehingga pasti
akan terlihat indah seandainya ada orang lain yang tinggal di sana. Seandainya
saja orang lain tinggal di sana, pasti rumah itu akan tampak cerah, menyenangkan
dan menjadi rumah paling terkenal di kota dengan catnya yang berwarna segar
serta pagar tanaman disekeliling halamannya.
Sayangnya, yang tinggal di sana bukanlah orang lain. Dua orang lain tinggal di
sana: Edgar dan kakaknya Ellen. Mereka berdua bukan hanya kakak beradik - tetapi
mereka adalah saudara kembar. Dan kalau satu saja sudah merupakan masalah, maka
berdua berarti masalah besar. Dan memang, satu saja sudah benar-benar
merepotkan. "Bunga mawarnya sudah tinggi, Ellen." "Sudah waktunya kita cabut, Edgar."
Sosok kedua kembar ini tinggi, kurus dan berambut hitam. Rambut Ellen dikuncir
menggantung melampaui dagunya yang lancip, sementara Edgar memiliki rambut
pendek kecuali sedikit rambut di belakang yang dibiarkan agak panjang. Kulit
keduanya berwarna pucat, sedangkan wajah mereka kaku dan lebar dengan mata yang
besar. Mereka memakai piyama panjang terusan dengan garis berwarna serasi. Piyama ini
memiliki bukaan di belakang untuk memudahkan mereka bila ingin kekamar kecil.
Piyama yang sudah lama dan kusam ini sangat nyaman dan kedua kembar ini selalu
mengenakannya setiap waktu. Dulu warnanya merah dengan garis putih, tetapi
sekarang sudah berubah menjadi abu-abu dan coklat dengan noda dimana-mana.
Keahlian mereka dalam hal kenakalan sungguh sangat menakjubkan dan sudah
diketahui sejak lama. Diawali duabelas tahun yang lalu saat mereka masih berada
dalam kandungan. Walaupun mereka kembar, tetapi sebenarnya Ellen lebih tua dua
menit tigabelas detik. Oh, perkelahian diantara mereka adalah untuk menentukan siapa yang harus lahir
lebih dulu kedunia.! Ibu mereka menderita sakit selama berjam-jam di ruang kelahiran di rumah sakit
sementera mereka saling memukul dan menendang di dalam perutnya. Ellen pastilah
berhasil mengalahkan Edgar karena akhirnya dia lahir lebih dulu sambil
mengacungkan tinjunya tinggi-tinggi sebagai tanda kemenangan. Edgar muncul
kemudian, dan ketika para perawat mengangkat kedua bayi kembar itu berdampingan
agar dapat dilihat oleh ayah dan ibu mereka, Edgar mengangkat jari mungilnya dan
menculukkannya ke mata Ellen.
4-Petak-Umpat Suatu hari menjelang berakhirnya musim panas, Ellen memperhatikan tamannya
melalui jendela yang sangat kotor dan melihat bahwa tanamannya menjadi layu
dalam udara yang panas dan lembab disiang hari. Sudah berminggu-minggu dia tidak
menyirami tanaman-tanaman itu atau memberi pupuk pada anggrek taringnya,
sehingga daun-daunnya terkulai seolah-olah hendak menyentuh tanah dan berusaha
merayap untuk memperoleh makanan dan tempat berlindung. Ellen sama sekali tidak
perlu keluar, sebagaimana yang sudah dia rencanakan, untuk memangkas pohon-pohon
cemara. Jadi, ketika sebagian besar anak-anak muda di Nod's Limbs berenang di
kolam renagn atau bermain-main di sungai, Edgar dan Ellen tinggal di dalam rumah
mereka yang gelap untuk bermain petak-umpat.
Rumah mereka terdiri dari beberapa lantai termasuk sebuah ruang semi-bawah
tanah, ruang bawah tanah, loteng dan loteng-di atas-loteng. Meskipun rumah itu
sangat sempit sehingga masing-masing lantai hanya terdiri dari dua atau tiga
ruangan, sebenarnya ada banyak sekali ruangan di rumah ini. Setiap ruang
dipenuhi dengan lemari, sofa serta tirai, dan ruang-ruang kecil yang kotor yang
bisa digunakan sebagai tempat persembunyian dalam permainan petak-umpat
sepanjang musim panas. Orang tua Edgar dan Ellen sudah lama pergi untuk melakukan perjalanan "keliling
dunia" yang panjang. Paling tidak begitulah yang dikatakan dalam surat pendek
yang mereka tinggalkan. Tanpa seorang pun yang membersihkan, rumah yang luas itu
semakin dipenuhi sarang laba-laba dan gulungan debu, menjadikannya tempat yang
sempurna bagi permainan mereka setelah ditambah dengan simpul-simpul yang unik
buatan mereka berdua. Dalam permainan petak-umpat biasa, permainan selesai begitu salah satu pemain
menemukan temannya yang sedang bersembunyi. Nah, menurut cara Edgar dan Ellen,
permainan tidak hanya berakhir setelah mereka menemukan teman yang bersembunyi.
Permainan baru berakhir setelah teman yang sedang bersembunyi itu dapat
ditaklukkan. Artinya, si pencari harus terlebih dahulu menemukan tempat
persembunyian dan kemudian harus bergulat untuk menaklukkan teman yang
bersembunyi itu. Usaha penaklukan ini bisa menjadi perjuangan yang suit karena
kedua saudara kembar ini sudah saling mengetahui gerakan gulat masing-masing,
dan biasanya permainan ini berakhir dengan mengikat tangan dan kaki si pencari
atau teman yang bersembunyi dengan tali yang selalu mereka bawa.
Tentu saja, begitu salah satu dari si kembar ini terikat, maka berarti dia sudah
kalah dan berada dalam kekuasaan pemenang. Biasanya pemenang hanya akan
menunjukkan sedikit sekali belas kasihan sebelum dia mulai mencari tempat
persembunyian yang baru dan membiarkan si kalah berjuang
sendiri untuk melepaskan ikatannya.
Ellen amat mahir dalam menggunakan gigi serta kukunya yang tajam untuk memotong
ikatan, sementara Edgar telah mempraktekkan cara yang tenang yang digunakan oleh
seniman terkenal dalam bidang meloloskan diri. Namun demikian, biasanya keduanya
membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk melepaskan diri dari ikatan mereka.
Dan satu jam adalah waktu yang cukup lama untuk menemukan tempat persembunyian


Rare Beast Edgar And Ellen Karya Charles Ogden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lain yang baik. 5-Perlu Sesuatu Yang Baru
Ellen sedang berada di perpustakaan, bersembunyi dalam ruang sempit yang
terdapat di belakang sebuah lukisan cat minyak yang jelek -lukisan cabai yang
mulai membusuk dan beberapa telur. Dia sudah merasa kaku dan gelisah berada
dalam ruangan sempit itu.
"Kenapa Edgar lama sekali?" pikirnya, sambil bertanya dalam hati mengapa dia
tidak memilih tempat persembunyian yang lebih besar. "Terkutuklah saudaraku yang
lamban itu. Selalu memeriksa setiap tempat yang mungkin digunakan disetiap
lantai, bahkan tempat-tempat yang sudah pernah dipakai!"
Tiba-tiba dia mendengar nada sumbang dari organ pipa yang terdapat di ruang tamu
di lantai tujuh. Edgar sedang memainkan mars tentara.
"Ah! Jangan lagi!" teriak Ellen sambil menutup telinganya.
Tapi kekesalan Ellen berganti dengan senyuman ketika dia menyapukan jari-
jemarinya pada benda aneh yang dibawanya. Suatu kejutan yang dia yakin pasti
akan dihargai oleh adiknya.
Akhirnya, suara bising itu berhenti dan sedikit hembusan udara dingin membuat
bulu ditengkuk Ellen berdiri. Dia tahu Edgar sudah masuk ke dalam perpustakaan.
Dia melacak Ellen keruangan ini setelah mencari selama dua jam, walaupun
seharusnya dia bisa sampai disini lebih cepat kalau saja tidak terjebak oleh perangkap yang
dipasang Ellen. Edgar berhasil menghindar dari minyak licin yang terdapat di
lantai dua, tetapi dia membutuhkan waktu lama untuk melepaskan kawat-kawat yang
terpasang dari lantai empat sampai lantai lima. Disamping itu, ember yang
diletakkan atas pintu dapur juga nyaris menghantam kepalanya.
Ellen memperhatikan melalui celah diantara bingkai lukisan dan tembok ketika
kembarannya sedang mencari dibalik tirai dan di bawah kursi. Pada saat Edgar
berbalik untuk memeriksa meja mahogany yang besar, dengan hati-hati Ellen
menyingkirkan lukisan di depannya, lalu turun ke karpet dan melangkah di
belakang Edgar. "Terlalu lama Edgar, TERLALU LAMA!" teriaknya sambil menyerang.
Edgar tidak siap menghadapi serangan Ellen dan sebelum dia mampu mempertahankan
diri, Ellen sudah membuatnya jatuh terlentang di atas meja. Dengan cepat Ellen
mengikat Edgar dan, sementara Edgar berusaha melawan Ellen naik keatas meja.
Ketika Ellen berdiri di atasnya, Edgar dapat melihat dengan jelas benda apa yang
digenggam oleh kakaknya. Sebilah pedang tajam berbentuk setengah lingkaran tergantung pada salah satu
ujung tali emas yang panjang. Edgar tahu benda itu; dia sendirilah yang
merancang alat itu untuk memotong bendera-bendera politik selama masa pemilihan
umum di Nod's Limbs. Ellen memegang tali pedang di atas adiknya dan mulai mengayunnya perlahan-lahan.
Besi tajam berbentuk bulan sabit itu berayun dengan teratur. Ellen tersenyum
sambil sedikit demi sedikit mengulurkan tali melalui jari-jemarinya, membuat
pedang itu turun beberapa inci.
Edgar mengawasi pedang yang semakin mendekati dirinya, lengkungannya kelihatan
semakin lebar dan bergerak semakin cepat dalam setiap ayunai Seperti pendulum
jam besar. "Tik tok," kata Ellen sambil menguap. "Tik tok."
"Yah, tik tok tik tok," gumam Edgar sambil berusaha melepaskan ikatannya.
Dengan sabar Ellen kembali menu-' runkan pedang itu, bunyinya mendesis tepat di
atas adiknya. Edgar terus memeriksa tali yang mengikatnya tanpa sedikit pun
memperlihatkan rasa panik.
"Tik tok, Edgarkata Ellen sementara perhatiannya mengembara entah kemana.
Pergelangan tangannya mulai terasa sakit.
"Ya, ya, jawab Edgar. Tidak lama, Edgar berhasil mengendurkan ikatannya hingga
dia dapat menggerakkan pergelangan tangannya, akan tetapi pikirannya juga
melayang. Sudah berapa kali dia berhasil melepaskan diri dari tali-tali
ini" Sementara pedang bulan sabit itu semakin mendekati dada Edgar, dia dapat
merasakan hembusan angin pada wajahnya. Begitu dekatnya hingga tali yang
mengikatnya mulai terkoyak ketika pedang itu menyentuhnya. Mata kedua saudara
kembar itu saling memandang dengan tajam.
Ellen menatap kearah Edgar, dan Edgar pun membalas tatapan Ellen. Setelah selama
musim panas yang panjang mereka bersembunyi, mencari, menaklukkan, bergulat, dan
memasang jebakan, keduanya mengatakan,
"Aku bosan." 6. Berbagai Kemungkinan "Kita bisa menyumbat terowongan saluran air dengan bantal-bantal besar," usul
Edgar, ketika akhirnya dia berhasil melepaskan diri dari ikatannya. "Kalau
hujan, jalan-jalan akan banjir dan kita bisa berperahu keliling kota. Pasti
menyenangkan!" "Terlalu repot." Kata Ellen. "Bagaimana caranya kita membuat bantal-bantal itu"
Kita tidak punya uang untuk membeli bulu dan kain, dan kita juga tidak bisa
menjahit, tolol." Ellen menarik-narik kuncirnya sambil berpikir. "Hmmm, bagaimana dengan sesuatu
yang lebih mudah" Kita bisa memasukkan berkantong-kantong merica putih ke dalam
adonan di Buffy's Muffin!"
Edgar membelalakan matanya. "Walaupun aku juga senang membayangkan orang kota
yang baik-baik itu bersin-bersin tapi dari mana kita bisa mendapatkan merica,
bodoh?" Edgar menggaruk-garukkan ujung dagunya yang lancip.
"Hmmm ... kita juga bisa mencuri jemuran Bu Haggardly dan membawanya ke
Laundromat. Kita keringkan pakaian-pakaian itu dalam pengering industri beberapa
kali, maka ukurannya akan menyusut sampai setengahnya! Kemudian kita gantung
kembali pakaian-pakaian itu ditempatnya dan, ketika dia melihat jemurannya, dia
pasti tidak tahu harus berbuat apa1."
"Aduh Edgar,'1 bentak Ellen. "Apa kamu punya uang untuk menggunakan alat
pengering itu berulang-kali" Tidak, kamu tidak punya dan aku juga tidak. Lagi
pula, sebelumnya kita sudah pernah melakukan cara itu terhadap Bu Haggardly, dan
dia bahkan sama sekali tidak memperhatikan. Apa asyiknya?"
Kedua saudara kembar itu berdiri ditengah perpustakaan. Bahu mereka membungkuk
sementara mereka berusaha mencari ide lain.
"Kita perlu uang, Ellen," kata Edgar. "Apa yang bisa kita lakukan untuk
bersenang-senang kalau kita tidak punya uang?"
Setelah berpikir keras beberapa saat, sebuah senyuman muncul diwajah Ellen dan
dia menjawab dengan satu kata:
"Pet!" 7. Pet Setiap kali kedua anak itu sudah bosan saling mengganggu atau menggoda satu sama
lain dan tidak punya rencana jahat atau korban baru yang tidak curiga, pasti ada
sesuatu yang lain di rumah yang bisa mereka permainkan. Dan sesuatu yang lain
itu adalah Pet. Biasanya, Pet akan menghindar sejauh mungkin dari hadapan Edgar dan Ellen, dia
lebih memilih berada sendirian dalam ketakutan daripada diganggu terus-menerus
oleh majikannya yang sama sekali tidak berperasaan. Akan tetapi, sekarang haris
Selasa dan sudah menjelang siang. Berarti sudah waktunya untuk Keliling Dunia
dengan Profesor Paul, acava alam yang menjadi kegemaran Pet.
Tahu bahwa Pet suka sekali dengan Profesor Paul, kedua anak kembar ini berhasil
menemukan dia diruang kerja sedang bertengger di atas kursi kulit berwarna gelap
dengan diterangi cahaya dari televisi hitam-putih yang besar.
Pet tidak tampak seperti binatang-binatang lain yang pernah kamu lihat. Dia
tidak terlalu besar. Tidak punya sisik atau bulu. Badannya hanya terdiri dari
gulungan rambut panjang berwarna gelap, sama seperti rambut palsu yang sudah
lama dan kotor. Pet juga tidak punya telinga atau hidung atau mulut yang bisa
kita lihat, begitu juga dengan kaki dan tangan, dan sekarang dia sedang duduk
dengan tenangnya dikursi hingga kita bisa salah mengira bahwa itu adalah
segulung besar kain tiras. Kecuali karena mata-satunya yang berwarna kuning yang
terdapat di atas tumpukan rambut kusut.
Pet sudah tinggal dirumah ini dengan Edgar dan Ellen sejak lama sekali. Si
kembar menemukan Pet untuk pertama kalinya di belakang peti kayu besar tempat
menyimpan anggur di gudang bawah tanah. Karena kelihatannya Pet tidak banyak
makan atau mengeluarkan suara - sebenarnya, mereka belum pernah melihat Pet
melakukan apa-apa - maka mereka pun memutuskan untuk memeliharanya.
Betapa beruntungnya Pet. 8. Acara Hari Ini Begitulah, setelah Edgar selesai mengikat badan Pet yang berbulu ketongkat kayu
panjang dan ketika Ellen baru saja hendak mengumpulkan sarang laba-laba dari
langit-langit ruang kerja dengan sapu Pet yang baru mereka buat, Profesor Paul
mengumumkan sesuatu di TV yang langsung menarik perhatian dua bersaudara itu:
"Hari ini kita akan menjelajahi dunia binatang-binatang yang eksotis. Binatang
yang paling langka dari yang angka, paling unik dari yang unik, dan yang terbaik
dari semuanya. Makhluk-makhluk yang luar biasa ini pantas disamakan dengan emas.
Mereka adaah binatang paling berharga di Dunia f
"Bergabunglah bersama saya, Profesor Paul, saat kita menemui kolektor-kolektor
kaya dari seluruh dunia yang sangat ingin memiliki binatang-binatang ini dan
bersedia membayar mahal untuk dapat memiliki salah satu dari mereka. Bagi orang-
orang yang sangat kaya ini, uang bukanlah masalah, dan binatang yang eksotis
merupakan peliharaan yang lebih bergaya daripada anjing dan kucing..."
Edgar dan Ellen berhenti mendengarkan. Sebuah rencana segera terbentuk.
"Seandainya saja kita punya hewan eksotis untuk dijual," kata Edgar, "kita akan
menghasilkan cukup uang untuk membuat bantal raksasa dan untuk membeli merica
putih. Kita akan punya cukup uang untuk melaksanakan semua rencana-rencana
kita!" "Berpikirlah DEWASA, Edgar! Kalau kita kaya, kaya, kaya, bayangkan apa yang bisa
kita lakukan," kata Ellen. "Kita tidak perlu berhenti pada ide-ide kecil yang
pernah kita miliki."
"Kalau kita beli sebuah paralayang dan tanki besar berisi fizzy cola, kita bisa
terbang dari atap rumah kita lalu menyemprot seluruh lapangan sepak bola dari
atas. Kita buat lapangan itu berbusa dan lengket!" katanya sambil memilin-milin
kuncirnya. "Kita juga bisa mendirikan kincir angin raksasa, beli berton-ton pupuk dan
menyebarkan baunya keseluruh kota." Edgar meledak oleh semangat yang besar. "P-
U, tidak ada seorang pun yang akan keluar rumah selama berhari-hari karena bau!
Kita bisa menguasai toko-toko mainan, toko permen dan es krim untuk kita
sendiri!" "Kita bisa membeli sebuah karnaval lengkap dan mendirikan tenda ditengah-tengah
kota," kata Ellen. "Dan kita bisa menyalakan lampu warna-warni dan musik sepanjang hari dan malam,
dan tidak boleh ada seorang pun yang menikmati permainan di sana!" tambah Edgar.
Mereka tersenyum satu sama lain sambil melemparkan ide-ide baru mereka yang
nakal dan jahat. 9. Aha! Edgar dan Ellen menapaki anak-anak tangga menuju ke lantai sembilan. Lantai ini
merupakan satu ruangan terbuka yang luas dan kedua kembar biasanya menggunakan
ruangan ini sebagai ruang dansa bila mereka sedang ingin berada dalam suasana
pesta. Dua buah jendela besar yang terdapat pada dinding depan (yang dari luar
kelihatan seperti sepasang mata yang waspada) memberikan cukup sinar pada siang
hari, sehingga tidak sesuram ruang-ruang lain dirumah itu.
Si kembar menari sambil melompatlompat menyeberangi ruangan, dan berceloteh:
Sebuah rencana, sebuah tindakan, adalah yang kami perlukan
Untuk membiayai permainan dan pesta kami.
Kecerdikan kami adalah jaminan
Untuk melakukan perbuatan yang cemerlang.
Tidak ada rencana yang tidak bisa kami
wujudkan, Otak kami penuh dengan berbagai rencana,
Dan anak-anak di lingkungan ini
Selalu takut dengan kemampuan kami.
Awas, awas! Karena kami datang
Untuk melaksanakan rencana-rencana kami
demi kesenangan,' Edgar dan Ellen berhenti tepat ditengah ruang dansa. Di langit-langit tergantung
sebuah cincin besar terbuat dari besi yang dipasang pada sebuah pintu rahasia.
Ellen naik ke bahu Edgar dan menarik cincin itu. Pintu rahasia itu terbuka
kearah bawah dengan suara "krekt" yang keras dan muncullah sebaris anak tangga
dari kayu. Kemudian mereka berdua pun naik ke loteng.
Kedua saudara kembar ini selalu menyusun rencana-rencana mereka yang paling
mengasyikkan di loteng, dan mudah sekali untuk mengetahui mengapa. Peti-peti dan
peralatan serta kandang burung yang berdebu, kopor besi yang sudah berjamur, dan
kandelar yang sudah rusak, patung-patung manekin tanpa kepala, pakaian perang
dari besi yang sudah peot, sepasang tempat tidur besi yang sudah berkarat -
loteng ini penuh dengan harta-karun. Memeriksa barang-barang itu biasanya
membantu Edgar dan Ellen untuk membuat sesuatu yang nakal.
Mereka menenggelamkan diri dalam tumpukan barang rongsokan, melempar berbagai
benda ke-sana-kemari sementara mereka mencari ilham.
"Ini dia!" kata Ellen sambil mengacungkan sebuah tabung yang sudah peot.
"Ya ampun, Ellen, bisa kita gunakan untuk apa benda itu?" ejek Edgar. Dia muncul
dari bawah tenda tua sambil menunjukkan satu set tabung dan gelas kimia yang
kotor. "Lihat apa yang aku temukan! Mungkin kita bisa melakukan beberapa
percobaan." Sebelum Ellen mengatakan bahwa mereka tidak punya apa pun untuk dicoba, tanpa
sengaja dia melihat keluar melalui jendela bundar yang ada di loteng.
"Edgar! Kamu lihat tidak?" teriaknya sambil menjatuhkan tabung itu.
Edgar datang untuk melihat melalui jendela. "Ellen, apakah kau juga memikirkan
hal yang sama dengan yang aku pikirkan?" Tanya Edgar. "Ayo, kita lihat lebih
dekat lagi!" Mereka merayap naik satu tangga terakhir yang terdapat di sudut belakang.
Berjalan di depan, Ellen mendorong langit-langit dengan bahunya sampai sebuah
pintu rahasia lain terbuka dan mereka berdua pun masuk ke ruang yang paling
tinggi di rumah itu. Karena loteng-di atas-loteng memberikan pemandangan yang luar biasa keseluruh
daerah di sekitarnya, Edgar dan Ellen biasanya menggunakan ruang itu sebagai
sebuah obsevatorium. Ruangan ini
hanya berisi sebuah teleskop yang diarahkan melalui sebuah lubang di atap.
Setelah mengarahkan lensa teleskop ke barisan rumah-rumah yang rapi serta
lapangan yang terawat di bawah, mereka melihat berbagai jenis anjing yang sedang
beristirahat di depan kandang mereka sambil tiduran atau mengunyah tulang.
Mereka juga melihat kucing-kucing yang sedang berjalan dipagar dan sedang
memanjat pohon. Mereka melihat kelinci-kelinci di dalam kandang sedang minum
lewat botol, dan burung-burung yang bertengger sambil berjemur di bawah
matahari. "Lihatlah semua binatang-binatang itu," bisik
Ellen. "Persis di luar pintu kita," jawab Edgar.
Sambil berpikir keras, mereka berdua turun ke loteng lalu berjalan melintasi
ruangan dengan meninggalkan jejak kaki dalam debu.
Akhirnya mereka tiba di sudut paling kotor dari ruangan itu. Edgar dan Ellen
membongkar kotak kardus besar yang berdebu yang berisi banyak sekali hiasan
natal yang telah mereka kumpulkan selama bertahun-tahun, biasanya diambil dari
pintu-depan rumah tetangga mereka atau dari hiasan natal di pusat kota.
"Untaian hiasan dan yang berkilap, Edgar," Ellen mengingatkan.
"Lampu terang dan pencelup aneka warna, Ellen," tambah Edgar.
"Sungguh luar biasa!" mereka mengagumi barang-barang itu sambil mengangkat alis
mereka. Dan begitulah, sebuah rencana mulai disusun.
10. Heimertz Edgar dan Ellen tertawa dan berteriak-teriak dengan gembira. Rencana baru mereka
sederhana tapi juga menakjubkan.
"Edgar, aku menemukan sesuatu yang hebat," kata Ellen sambil membuka sebuah
kotak yang terletak di dekat kotak perlengkapan dekorasi. Edgar membantunya
menarik tutup kayu dan bergumam "Oh!" ketika dia mengambil seikat lembaran kulit
dan keranjang-keranjang kecil terbuat dari kawat. Lalu mereka berdua meletakkan
tali serta berangus itu ke dalam kotak hiasan natal dan mendorongnya menuju
ruang bawah tanah beserta perlengkapan lain seperti pencelup, lem, spidol dan
cat. Ellen membawa gulungan tali di bahu kirinya, sementara di bahu kanannya dia
membawa sebuah karung goni besar berisi karung-karung kecil yang kosong. Edgar
mengambil tas khususnya yang terbuat dari kanvas berwarna gelap yang selalu
berisi aneka macam barang. Garpu, tempat garam, topi bonnet, benang - bagi orang
lain, barang-barang yang ada dalam tas kanvas Edgar adalah biasa, tetapi
ditangannya barang-barang itu bisa menjadi sesuatu yang ... jangan. Dia juga


Rare Beast Edgar And Ellen Karya Charles Ogden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menambahkan berangus ke dalam isi tasnya. Diperlengkapi dengan peralatan yang
diperlukan, kedua saudara kembar ini meninggalkan rumah mereka dan menyelinap
melintasi taman yang tidak terawat, sambil dengan cemas memperhatikan tanda-
tanda keberadaan Heimertz.
Heimertz adalah pengurus rumah yang bertugas memelihara rumah dan taman, dan
sudah bekerja di sana selama yang dapat diingat oleh kedua kembar. Dia selalu
bergerak dengan lamban, nyaris seolah-olah tidak menggerakkan kakinya ketika
berjalan, tetapi memiliki kemampuan luar biasa untuk muncul secara tiba-tiba
tanpa bersuara dari kegelapan rumah. Hal itu sangat mengganggu kedua saudara
kembar ini, yaitu bahwa pada satu saat mereka dapat bermain sendiri, dan disaat
yang lain Heimerts dan senyumnya hampa membayangi mereka. Tidak banyak hal yang
dapat membuat Edgar dan Ellen merasa terganggu, tetapi Heimertz adalah salah
satunya. Apakah Heimertz benar-benar melakukan tugasnya sebagai pengurus rumah, memang
tidak jelas karena rumah itu selalu gelap dan kotor dan pengap, begitu juga
dengan halaman yang penuh rumput liar dan akar serta semak-semak yang sudah
kering. Namun demikian, walaupun dia membuat mereka merasa tidak nyaman, Edgar
dan Ellen mengakui hasil pekerjaannya - atau yang tidak dikerjakannya.
Heimertz tinggal dalam sebuah gudang yang gelap di sudut halaman yang rendah dan
berawa. Lumpur rawa dan alang-alang tumbuh tinggi hingga setinggi dinding yang
sudah tua, membuat gudang itu seolah-olah tenggelam ditelan bumi. Gudang itu
hanya memiliki satu jendela dengan kaca yang sudah retak. Bahkan salah satu
kacanya sudah tidak ada. Karena ingin tahu, si kembar pernah satu kali mengintip
ke dalam gudang. Gudang itu hanya terdiri dari satu kamar dan hanya dilengkapi satu tempat tidur
lipat, beberapa lilin, sebuah akordeon tua, serta se-v perangkat peralatan tanpa
satu pun barang milik pribadi yang bisa memberi petunjuk mengenai latar belakang
si pengurus rumah. Heimertz jarang sekali kelihatan berada di halaman rumah kedua anak kembar itu.
Kadang-kadang penduduk Nod's Limbs yang sudah tua berbisik bahwa dahulu sekali,
Heimertz adalah pemain sirkus Bavaria yang melarikan diri dari keluarganya yang
merupakan pemain akrobat dan badut. Edgar dan Ellen tidak pernah dapat
membenarkan maupun menolak cerita ini. Mereka berpendapat bahwa si pengurus
rumah ini terlalu menakutkan untuk ditanya, dan bahkan seandainya mereka harus
mengumpulkan keberanian untuk berbicara kepadanya, mereka tidak yakin bahwa dia
akan menjawab. Selama ini, Heimertz tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun
kepada mereka. 11. Tersembunyi dan Terselip
Betapa leganya mereka karena disiang hari yang panas itu, mereka berhasil
membuat Heirmetz berada jauh dibagian lain dari halaman mereka. Dia sedang sibuk
membersihkan dahan-dahan dari beberapa pohon yang membusuk, jadi Edgar dan Ellen
pun merangkak dengan diam-diam melalui halaman belakang dan menyelinap keluar.
Mereka harus sangat berhati-hati karena Edgar dan Ellen sudah terkenal diseluruh
kota. Pada suatu waktu, hampir semua anak di Nod's Limbs pernah menjadi korban
salah satu rencana jahat anak kembar ini. Belum lama berselang, mereka berdua
meninggalkan Artie Anderson yang berumur sembilan tahun di atas pohon paling
tinggi yang ada di daerah itu, dengan menjanjikan bahwa dia bisa masuk ke rumah
pohon yang paling menakjubkan. Tidak lama setelah itu, mereka membujuk Sara
Bergstaff untuk menggali emas di halamannya hingga memecahkan septic-tank
keluarganya. Jadi, dengan sangat hati-hati sekali, Edgar dan Ellen menyelinap dalam bayangan.
Satu per satu, mereka mendatangi setiap rumah yang ada di lingkungan mereka. Dan
satu per satu juga mereka menangkapi semua hewan peliharaan.
Beberapa binatang memang mudah ditangkap karena tak seorang pun yang menjaga
mereka. Pemilik mereka sedang sibuk melakukan berbagai
kegiatan seperti membeli buku komik atau bermain sepak bola. Edgar mengambil
anjing milik Ronnie Wringwoods dari luar kandangnya, dan Ellen mengulurkan
tangannya melalui jendela yang terbuka untuk mengambil burung parkit milik
Heather Redder dari kandang dengan hanya meninggalkan beberapa helai bulu.
Binatang yang lain lebih memerlukan ketenangan, dan kedua kembar ini menyadari
bahwa mereka harus menciptakan sesuatu untuk mengalihkan perhatian. Edgar
mengeluarkan popcorn dari dalam tas kanvasnya dan menaburkannya disepanjang
jalan keluar kediaman keluarga Bogginer. Sementara perhatian Donald Bogginer
yang sedang kelaparan terpusat pada kejutan cemilan sore hari, Ellen berhasil
mengambil anak kucingnya, Chauncey. Dua rumah dari ujung jalan, Ellen
membunyikan bel pintu rumah Franny Finkle lalu bersembunyi di belakang mobil
keluarga. Ketika Franny berlari untuk membuka pintu ("Sebentar pak Crapple! Kamu
pasti mengantarkan surat untuk SAYA! Surat untuk SAYA!" teriaknya), Edgar pun
lari ke pintu belakang untuk mengambil hamsternya.
Dari satu jalan ke jalan lain, kedua saudara kembar itu berhasil menambah
koleksi hewan peliharaan mereka. Mereka memberangus binatang-binatang yang
terkejut itu agar tidak menggonggong atau mengeong atau mengeluarkan suara-suara
ribut, dan memasukan mereka ke dalam karung-karung goni. Dalam waktu singkat,
koleksi mereka bertambah cukup banyak sehingga berat bagi Edgar
dan Ellen untuk membawanya. Maka mereka pun berhenti untuk beristirahat.
"Binatang-binatang ini berat sekali, Edgar. Gerakan-gerakan mereka juga sama
sekali tidak membantu."
"Tanganku juga sudah mulai terasa sakit. Tapi jangan kuatir, Ellen, aku sudah
punya rencana untuk mengangkut mereka besok. Tunggu saja!"
"Yah, aku tidak akan ... hei kamu! Diam!" Ellen berbisik ketika terdengar bunyi
lolongan kecil dari dalam salah satu karung. Beberapa dari binatang-binatang itu
mulai merintih dan menggeram, sehingga kedua anak itu pun mendorong karung-
karung itu dengan jari mereka agar binatang-binatang itu diam.
"Berisik sekali," guman Edgar. "Kalau tidak hati-hati, mereka akan bisa membuka
rahasia kita. Lebih baik kita bawa mereka pulang supaya tidak ada yang mendengar
suara mereka, setelah itu kita bisa kembali lagi untuk menangkap yang lain!"
Kemudian mereka berdua membawa karung-karung itu kembali ke halaman mereka serta
menumpuknya di belakang rumput liar. Mereka kembali melanjutkan tugas mereka di
sepanjang blok, Ellen yang mencuri hewan peliharaan dan Edgar yang membawa
binatang curian itu ke tempat persembunyian mereka.
Mereka tiba disebuah rumah berwarna kuning terang yang terletak di sudut jalan.
Kotak posnya yang dicat indah dihiasi dengan lebah, kupu-kupu, dan nama keluarga
itu, Pickens. Ditengah-tengah
halaman belakang rumah itu, terdapat sebuah kandang yang sangat besar, dan tepat
ditengah kandang, terdapat seekor ular sedang tidur melingkar. Itu adalah ular
terbesar yang pernah dilihat oleh si kembar. Edgar dan Ellen harus berhenti
sejenak untuk mengagumi besarnya ukuran ular itu, yang melingkar membentuk
sebuah piramid yang sedang mendengkur.
Ular itu tidak terbangun ketika Ellen membuka pintu kandang dan bergerak
kebelakangnya. Edgar membuka karung terbesar yang mereka miliki sementara Ellen
menggeram ketika dia mendorong reptil raksasa itu melewati pintu kandang dan
memasukkannya ke dalam kantong. Ular itu bergerak sebentar dan setengah membuka
salah satu matanya, tetapi Edgar mengangkat ekor ular dengan tangannya dan
menggoyangkannya perlahan sampai ular itu mengeluarkan suara mendengkur dan
kembali tidur. "Berat sekali," kata Ellen. "Kamu bawa ular ini ke rumah sementara aku mencari
binatang lain." Edgar menyeret karung itu ke rumah dengan terengah-engah karena
berat ular itu. Dia mendorong pintu gerbang belakang dengan kakinya dan berjalan
terhuyung-huyung ke halaman. Ketika pintu gerbang tertutup di belakangnya, tiba-
tiba Edgar berhenti, dia tidak bisa bernafas.
Semua karung-karung masih berserakan, dari dalamnya terdengar suara-suara kecil.
Dan berdiri diantara karung-karung yang berserakan itu, Heimertz sedang
membungkukkan badannya untuk
memperhatikan dari dekat. Pengurus rumah yang bertubuh pendek gemuk itu berlutut
di atas kedua tangan dan kakinya dan menciumi karung-karung itu.
Edgar tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Tidak lama lagi, pengurus rumah
bisa menemukan binatang-binatang curian mereka. Hanya diperlukan satu injakan
pada tali pengikat salah satu karung saja. Edgar berusaha untuk berdiri dengan
diam, tetapi ular yang berat itu membuat tangannya sakit.
Heimertz berlutut di atas pahanya sementara binatang-binatang itu, yang
terkurung dalam karung goni yang gelap, gemetaran dan mendengking. Rasanya lama
sekali sebelum akhirnya Heimertz berdiri lalu membersihkan tangannya pada
pakaian kerjanya yang kotor.
Edgar merasakan angin dingin ketika Heimertz berbalik dan memandang kearah
karung besar yang dibawanya. Dia menarik nafas panjang, seolah-olah ingin
menghilangkan bau yang dibawa Edgar dan barang bawaannya dari halaman.
Edgar menelan ludah. Tanpa Ellen, dia merasa tidak mampu berbuat apa-apa.
Senyum diwajah pengurus rumah itu bergerak-gerak, lubang hidungnya mengembang.
Dia berdiri diam selama beberapa saat yang menegangkan, tanpa menunjukkan tanda-
tanda apa yang akan dilakukannya.
Mungkin karena mendengar jantung Edgar yang berdetak keras, atau karena
merasakan kehadiran Heimertz yang menakutkan, atau mungkin hanya sekedar mimpi
buruk, tetapi ular itu kembali bergerak didadanya. Edgar, yang tidak lagi merasa
takut dengan pengurus rumah itu, mengeluarkan suara "Iiiiii-ih!" sambil melompat
dan menjatuhkan karung yang dibawanya ke tanah.
Dengan cepat Heimertz memeriksa bagian halaman yang lain sebelum membalikkan
tubuhnya yang gemuk dengan kaki kirinya dan berjalan kearah gudang.
Edgar pun langsung berlari meninggalkan halaman itu.
Ular yang ada dalam karung goni itu bergerak lagi dan melanjutkan tidur siangnya
sambil tetap mendengkur. Edgar bertemu dengan Ellen ditempat yang jauh dari lingkungan mereka. Dia sedang
berlindung di bawah bayangan pagar tanaman yang tinggi.
"Heimertz, Ellen! Dia memergoki aku dengan binatang-binatang curian kita!" kata
Edgar sambil terengah-engah. "Dia langsung jalan lagi, tapi aku benar-benar
tidak tahu apa yang harus aku lakukan!"
"Ssst, Edgar! Ssst! Aku sedang berusaha untuk hati-hati!"
Ellen menggerakkan kepalanya kearah taman di dalam pagar tanaman itu, dan Edgar
mencoba melihat ke dalam.
Leanne Casey dan temannya, Bruno, sedang berlarian mengejar anjing dachshundnya
yang mungil direrumputan sambil tertawa-tawa karena anjingnya terus berlari
dalam lingkaran yang makin lama makin besar. Dengan gonggongannya yang
riang, anjing dachshund itu berlari memutari halaman dan pada saat dia mendekati
pagar tanaman, Ellen menurunkan karungnya yang sudah terbuka sehingga anjing itu
pun masuk ke dalam karung.
Pada saat Leanne dan Bruno mengelilingi semak-semak, mereka tidak dapat
menemukan apa pun. Mereka berdiri dengan bingung ditepi jalan yang sepi,
berusaha mendengar suara gonggongan tapi sia-sia. Tapi yang terdengar hanyalah
kesunyian Dan begitulah, mereka berdua lalu mengendap-endap dalam lingkungan itu, muncul
dari balik bayang-bayang dan dengan cepat mengambil seekor hewan peliharaan
sebelum kembali menghilang. Dalam waktu singkat mereka berhasil menangkap banyak
sekali hewan peliharaan. Masing-masing binatang disimpan dalam satu karung goni.
Sebelum sebagian besar anak-anak dilingkungan itu sadar bahwa binatang
kesayangan mereka hilang, Edgar dan Ellen sudah membawa binatang-binatang yang
berharga itu pulang. 12. Di Ruang Bawah Tanah Pet berlindung disalah satu sudut ruangan yang gelap diantara gulungan debu dan
sarang laba-laba, jauh dari Edgar dan Ellen, sementara ia memperhatikan mereka
mengangkat barang rampasan mereka lewat ruang depan yang berdebu dan menumpuk
karung-karung itu di depan pintu ruang bawah tanah.
Ellen membuka pintu ruang bawah. "Kamu dulu, Edgar."
"Nggak, Ellen, kamu dulu!" Edgar mendorong Ellen masuk ke dalam ruang tangga.
Dengan gerakan yang sudah terlatih, ketika terdorong, Ellen langsung meraih
leher baju Edgar. Mereke pun berguling-gulingan menuruni anak tangga dan
mendarat dengan keras di lantai. Udara dingin berhembus dari sebuah pintu besi
yang terletak di lantai semen.
"Anggun sekali, Ellen."
"Oh, kamu pengecut."
Satu per satu, kedua anak kembar itu menurunkan karung-karung itu dari ruang
depan, dengan saling mengawasi satu sama lain ketika mereka melewati tangga.
Setelah pekerjaan mereka selesai, Edgar dan Ellen duduk di ruang bawah tanah
yang lembab dengan karung-karung yang isinya menggeliat-geliat di bawah kaki
mereka. Ellen kemudian membuka sehelai seprei putih yang dia ambil dari halaman
Ibu Haggardly untuk menutupi meja kerja yang panjang. Edgar mengeluarkan hiasan-
hiasan dari kotak karton dan, seperti seorang ahli bedah menyusun peralatannya
di ruang operasi, dengan rapi dia meletakkan semua pita dan perhiasan dalam
susunan yang teratur. "Siapa yang ada di dalam karung ini?" Edgar memilih salah satu karung dan
mengeluarkan isinya. Seekor anak kucing jatuh tepat di atas meja.
"Oh, sekarang kamu memang anak kucing yang biasa-biasa saja," katanya sambil
melepaskan berangusnya, "tapi jangan sedih! Sebentar lagi kamu akan jadi bahan
pembicaraan di kota!"
Edgar menggunakan cat untuk mengubah bulu kucing itu dari warna coklat menjadi
beberapa lapisan warna biru dan ungu. Dengan hati-hati dia memasang dua ranting
kecil dikepala kucing itu dan menggantungkan satu buah hiasan bundar berwarna
merah dihidungnya. Kucing itu sekarang kelihatan seperti seekor rusa mini yang
berkilauan. "Hello, Hamble kecil!" teriak Edgar sambil mengangkatnya sehingga dia bisa
melihat matanya yang tidak sesuai. "Tidak ada binatang lain seperti kamu
diseluruh dunia. Luar biasa eksotis! Benar-benar pantas dihargai dengan mahal!"
Si Hamble mengeong dan menggeliat karena tanduk yang terbuat dari ranting.
"Hamble-mu itu tidak seeksotis Uggpron-ku atau Snifflepops ini," kata Ellen.
Edgar menoleh kearah Ellen, dan ternyata, ketika dia sibuk merubah seekor
binatang, kakaknya telah menghias leher seekor anjing pudel dengan kalung rumput
dan mewarnai seluruh tubuhnya dengan warna merah, sehingga tampak seperti singa
kecil berwarna merah, sementara dua ekor kelinci, yang tadinya berwarna putih,
kini sudah berubah menjadi penuh bulu dan gemerlapan.
"Kita akan mendapat keuntungan!" keduanya bersorak sambil mengeluarkan binatang-
binatang lain dari dalam karung-karung, kemudian mengikatnya pada sebuah pipa
air yang kokoh sehingga binatang-binatang yang kebingungan itu tidak bisa lari.
Cat dan lem dan pernak-pernik yang gemerlapan berserakan diseluruh ruang bawah
tanah. Dengan sangat gembira kedua kembar ini menghias semua binatang seolah-
olah mereka adalah telur Paskah, sambil menyanyikan sebuah lagu.
Kami memiliki hewan peliharaan /angka,
Jadi berikan/ah penawaranmu
Berapa harga untuk setiap mereka
Banyak orang akan datang dengan pesawat
pribadi Menghubungi akuntan mereka, menyewa dokter hewan baru
Jadi, tambahkan hiasannya, gunakan lebih banyak lem
Gunakan warna ungu, oranye, biru Sebentar, mereka akan siap untuk tampil Dan
kita akan mendapat keuntungan,'
Anak-anak anjing dan kucing. Kelinci dan burung-burung. Hamster, jerbil, kadal,
dan seekor ayam. Banyak sekali binatang-hewan peliharaan yang dipisahkan dari
majikan yang menyayangi mereka dan terjebak di ruang bawah tanah yang lembab,
masing-masing mengalami perubahan yang unik dan parah.
Oh, menyeramkan! 13. Sedikit Musik Malam Hari
Malam sudah sangat larut ketika Edgar dan Ellen menyelesaikan koleksi binatang
mereka yang eksotis. Kalau saja mereka tidak terlalu lelah setelah sepanjang
hari menyusun rencana dan mencuri dan melakukan perubahan, mereka pasti sudah
menari-nari dan melompatlompat untuk merayakan keberhasilan mereka.
Mereka mengencangkan ikatan binatang-binatang itu dan menebarkan Koran Nod's
Limbs Gazette dilantai agar tidak berantakan pada malam hari. Kemudian mereka
mematikan lampu ruang bawah tanah dan meninggalkan binatang-binatang itu di
sana. Setelah itu mereka menaiki anak tangga menuju kamar tidur mereka yang
berada di loteng. "Awas Edgar, jangan mendengkur dan bersuara malam ini," kata Ellen sambil
menyeret kakinya menuju ke kamar.
"Selamat mimpi indah juga, Ellen," ejek Edgar, ketika dia menghampiri tempat
tidur dan bantalnya yang kotor.
Pada saat mereka akan naik ke tempat tidur, mereka mendengar rintihan yang
berasal dari luar. Maka keduanya pun naik keatas, ke ruang observatorium mereka
di loteng-di atas-loteng dan melihat melalui teleskop ke lingkungan di bawah
mereka. Ada keributan. Di bawah lampu jalan, terdapat sekumpulan anak-anak kecil yang
sedang menangis, menjerit dan meratapi hewan peliharaan mereka yang hilang. Orang tua mereka,
yang tidak dapat menikmati malam yang tenang dirumah, sibuk mencari binatang-
binatang yang hilang sambil berteriak memanggil nama mereka dan marah-marah yang


Rare Beast Edgar And Ellen Karya Charles Ogden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuat anak-anak itu menangis semakin keras. Tangis kesedihan dan keputus-asaan
ini, lagu sedih mengenai sakit hati dan kepedihan ini berlangsung sepanjang
malam. Jerit tangis yang menggema mengantar Edgar dan Ellen tidur dengan pulasnya.
Besok adalah hari besar untuk mereka.
14-Toko Hewan Eksotis Sementara tetangga-tetangganya bangun dengan rasa putus asa dan sedih, suatu
keadaan yang belum pernah terjadi di Nod's Limbs, Edgar dan Ellen lompat dari
tempat tidur mereka. Hari ini mereka akan kaya-raya.
Mereka tidak melakukan kebiasaan mereka setiap pagi, yaitu mencari Pet dan
mengacak-acak rambutnya hingga kusut dengan menggunakan sikat gigi mereka, malah
dengan cepat mereka meluncur menuruni tangga demi tangga sambil berceloteh
hingga mencapai pintu belakang dan akhirnya menuju ke taman. Suara musik
akordeon terdengar dari arah gudang tempat tinggal Heimertz, dan mereka merasa
bersyukur karena pengurus rumah itu sedang sibuk.
Kedua anak kembar itu membutuhkan alat untuk mengangkut hewan peliharaan mereka
yang menakjubkan keliling kota. Edgar mengajak kakaknya ketengah taman di mana
mereka membersihkan rumput dan belukar yang menutupi sebuah kereta tua yang
sudah berkarat. Tanaman kering yang tumbuh di sekitar roda dengan jelas
menunjukkan bahwa sudah lama Heimertz tidak menggunakan kereta ini, kalau pun
pernah, maka perlu usaha untuk menarik dan mendorong kereta panjang itu sampai
ke tanah yang datar. Edgar dan Ellen kembali ke loteng dan mengambil beberapa lembar karton besar
serta cat. Mereka juga menurunkan sebuah panggung teater boneka yang sudah tua
yang mereka curi tahun lalu dari sekolah taman kanak-kanak Ibu Pringle waktu jam
istirahat siang. Boneka-bonekanya sudah rusak dimakan tikus dan ngengat,
sehingga hanya tersisa kotak kayu besar yang dilengkapi tirai beludru warna
merah tua yang menutupi panggungnya.
Di luar, mereka mengangkat panggung itu ke-atas kereta. Kemudian Edgar membawa
beberapa karton dan membuat sebuah papan nama ber-tuliskan "Toko Hewan Eksotis,"
dan di bawahnya tertulis "Dijual - Hewan Langka." Setelah itu, Ellen memasang
papan nama itu di atas panggung kecil.
Binatang-binatang yang kemarin malam mereka sembunyikan di ruang bawah tanah
yang dingin ternyata masih ada, mereka pun lalu membawa binatang-binatang yang
meronta-ronta itu keatas kereta. Terikat di dalam teater boneka, yang kecil
diletakkan di depan, sedangkan yang besar di belakang. Mereka membentuk pameran
yang menarik. Edgar dan Ellen membuat papan untuk masing-masing binatang yang mencantumkan
jenis, habitat, harga serta penjelasan mengenai asal-usul mereka:
Crackermacker Dari pegunungan Dronkle Hanya $1,000! Diselamatkan dari Tempat Penampungan
Binatang Kota Dronkle Freeplewink Berasal dari daerah gurun di Brifftevo Sangat murah, hanya $2,500! Diperoleh
dari seorang pedagang hewan eksotis.
Mondopillar Terra-aquatic, dari wilayah Samudra Uwentic $5,000! Dua kali lebih murah dari
harga sebenarnya! Ditangkap dalam musim perburuan di Mondopillar tahun lalu
Ellen bahkan memberi semangat kepada binatang-binatang itu: "Kalian semua
sekarang kelihatan jauh lebih menarik daripada kemarin. Kini kalian adalah
makhluk luar biasa yang bernilai ribuan dollar. Dan, meskipun kalian sekarang
merasa kurang nyaman, tetapi kalau dibandingkan dengan keindahan dan ketenaran"
Lagipula, semua ini tidaklah sejelek baju hangat yang memalukan itu, yang mereka
buatkan untuk kalian musim dingin yang lalu, atau dibandingkan saat kalian
dipaksa hadir dalam pesta-pesta minum teh."
"Aku tidak tahu kenapa kamu repot begitu, Ellen."
"Yah, kamu memang selalu agak lamban. Nanti kalau binatang-binatang yang
kelihatan lebih gembira bisa terjual lebih mahal dari harga yang kita minta, baru kamu
mengerti." Ketika binatang-binatang itu disembunyikan dibalik tirai panggung yang tertutup,
toko berjalan mereka kelihatan seperti pertunjukan obat-obatan keliling jaman
dahulu. "Siap untuk menjadi kaya, Edgar?" Ellen memegang handel kereta yang di depan.
"Nod's Limbs pasti kagum, Ellen," jawab Edgar sambil mengambil tempat di
belakang kereta. Dengan didorong Edgar dan ditarik serta dikendalikan oleh Ellen, kereta itu pun
bergerak maju dengan perlahan menuruni jalan tanpa nama menuju Ricketts Road.
15. Hilang! Saat mendorong kereta ke arah barat, Edgar dan Ellen melewati beberapa selebaran
yang ditempelkan di tiang telepon dan lampu. Andai mereka membaca selebaran yang
ditulis tangan dan dihiasi tetesan air mata itu, maka mereka akan membaca
tulisan: HILANG! Bain Bean Anak anjing Shepherd saya Segera hubungi Ritchie! 555-8328
TOLONG! Saya kehilangan Hodgekiss! Apakah ada yang lihat kelinci coklat saya" - Kyle,
555-9896 HILANG! KUCING SAYA Bila dipanggil Blumpers dia akan menjawab Bulu hitam, kaki putih, &
hidung merah muda Hubungi Annie di rumah, 555-1722
Banyak poster aneka warna yang semuanya mencari peliharaan mereka yang hilang.
Setiap poster dilengkapi gambar atau foto. Edgar dan Ellen berjalan dengan gaduh melewati
selebaran demi selebaran tanpa dihiraukan, termasuk satu poster yang berbunyi
seperti ini: Ular Pyt&ou Lejas 1! tflar n\%ui kaul iepas D BATi-BATl!! 'i': i'.:' "..i'Cr.'i-,!
g Mat c muai 16. Berjualan Edgar dan Ellen menghentikan kereta kira-kira seratus meter dari Jalan Ricketts,
di mana bersim-pangan dengan Jalan Cairo, satu dari beberapa jalan di kota kecil
itu yang diberi nama sesuai nama kota terkenal.
Jalan Cairo mengarah ke daerah perda-gangan Nod's Limbs. Orang yang hendak
berangkat kerja pasti melewati persimpangan ini.
"Bagaimana menurutmu tempat ini, Ellen?" tanya Edgar.
"Bagus," jawabnya. "Para pengusaha punya banyak uang! Aku nggak sabar untuk
mendapat tumpukan besar uang itu!"
Mereka angkat tirai panggung untuk mempertontonkan binatang di dalamnya.
Pajangan itu mirip tempat penjualan limun musim panas, kecuali satu hal:
bukannya memajang botol limun segar, tapi justru makhluk yang mengerikan. Mereka
berdiri di depan kereta dan berteriak sambil melambaikan ta-ngan.
"Mari! Datang dan saksikan indahnya kera-jaan hewan!"
"Datang dan lihatlah!" teriak Ellen, "Lihatlah apa yang belum pernah ada!"
Mobil lalu-lalang di persimpangan itu, tapi tak satu pun yang mendekat atau
berhenti. Ketika ada kendaraan yang beriringan, demi kesenangannya,
Ellen mendorong adiknya ke tengah jalan
Beberapa kendaraan mengerem mendadak di depan bocah bertampang pucat menakutkan
yang memakai piyama. Dibandingkan Edgar, para pengemudi itu lebih cemas akan
kemungkinan menabrak dia. Tapi setelah melihat kalau dia tidak apa-apa, mereka
mulai memerhatikan kereta yang ada di pinggir jalan.
Beberapa pria dan wanita keluar dari kendaraan masing-masing, semuanya
berpakaian kerja yang sangat rapi. Mereka berjalan ke arah kereta dan mulai
melihat-lihat barang yang diperdagangkan. Seekor anjing pudel dengan hiasan
kertas perak mengenali tuannya di antara kerumunan orang itu dan mulai menyalak
serta menggaruk-garuk panggung, tapi tak ada yang memerhatikan.
Pengendara mobil pertama, seorang laki-laki bertubuh pendek dengan kepala botak
yang memakai jas bergaris serta kacamata hitam, melangkah maju.
"Hei, apakah kalian pemilik makhluk aneh ini atau hanya perantara?"
Ketika keduanya tidak langsung menjawab, dia menghentakkan kaki dengan tidak
sabar. "Cepat jawab, aku tidak punya banyak waktu," katanya.
"Pemilik, Pak!" jawab Ellen dengan cepat. "Semua makhluk yang luar biasa ini
adalah koleksi kami!"
"Bagus kalau begitu! Bagus, bagus, bagus!" kata pria botak itu. "Hebat! Kita
tidak perlu perantara kalau bisa berhadapan langsung dengan pemiliknya! Izinkan
saya memperkenalkan diri."
Pria itu merogoh jas, lalu mengeluarkan sehelai kartu berwarna putih dan
menyerahkannya kepada Ellen. Edgar melihat melalui bahu Ellen dan keduanya
membaca tulisan di kartu itu:
MARVIN MATTERHORN Eksekutif Bisnis
Ketika mereka mengangkat wajah, setiap orang dewasa di sana telah mengeluarkan
kartu nama dan dengan tidak sabar memberi-kannya kepada si kembar. Edgar dan
Ellen mengumpulkan semua kartu nama itu, pada setiap kartu tercetak nama serta
jabatan orang itu "Eksekutif Bisnis" atau "Asisten Eksekutif Bisnis" atau
"Eksekutif Bisnis Yunior."
"Ayo, kita tidak punya banyak waktu. Kita selesaikan ini bersama-sama," kata Pak
Matterhorn. "Sangat efisien, bersama-sama!"
Orang-orang di belakangnya juga bergumam setuju, "Benar, sangat efisien!"
Pak Matterhorn melepas kacamata hitamnya dan mengeluarkan sehelai sapu tangan
dengan tulisan MM dari dalam saku. Sambil membersihkan kacamata, dia
melanjutkan: "Kami membutuhkan hewan peliharaan untuk anak-anak kami yang terus menangis.
Semalaman kami tidak tidur karena mencari hewan peliharaan itu ke mana-mana.
Kami berusaha menemukan kucing dan anjing yang kabur kemarin. Dan kami tidak
bisa tidur pulas. Apakah kalian tahu kalau kurang tidur sangat memengaruhi
kerja?" "Benar, sangat memengaruhi kerja!" kata yang lainnya sambil mengangguk-angguk.
"Nah, seperti yang sudah aku bilang, kami perlu hewan peliharaan dan tampaknya
kalian punya apa yang kami perlukan," kata Pak Matterhorn sambil memerhatikan.
"Meskipun makhluk-makhluk ini kelihatan agak aneh."
"Ini hewan eksotis, Pak," kata Ellen. "Nggak banyak yang seperti mereka di dunia
ini!" "Eksotis" Betulkah?" jawab Pak Matterhorn. "Yah, aku tahu bahwa memiliki sesuatu
yang 'lain dari biasa' memang sedang popular, tapi aku lebih memilih yang biasa-
biasa saja. Lebih gampang diurus. Bila terjadi sesuatu, ganti saja dengan yang
mirip, dan segalanya akan tetap berjalan lancar! Sangat efisien!"
"Benar, sangat efisien!" gumam yang lain. Mereka mulai mengamati dan
memerhatikan makhluk-makhluk kecil yang aneh itu.
Pak Matterhorn mengangguk. "Bisa kita langsung ke pokok persoalan dan membuat
kesepakatan" Makhluk kecil ini kelihatannya bisa membuat putriku, Mandy,
melupakan kelincinya yang hilang," katanya sambil memerhatikan Boingabonga.
"Meskipun, kelinci tidak punya moncong panjang dan antena seperti makhluk ini.
Berapa harganya?" "Lihat saja di tanda yang kami pasang," kata Ellen. "Harga Boingabonga itu
seribu lima ratus dolar."
"Seribu lima ratus dolar! Apa itu tidak terlalu mahal?" kata Pak Matterhorn
terkejut. "Seribu lima ratus dolar sudah harga yang murah! Ini hewan eksotis dan menurut
para ahli, hewan eksotis adalah hewan yang sangat berharga," jawab Ellen.
"Lagipula, mereka koleksi pribadi kami," katanya sambil berusaha menunjukkan
perhatian. "Sebenarnya kami berat berpisah dengan hewan yang sangat berharga
ini, tapi kami terpaksa karena sedang kesulitan uang."
Pak Matterhorn membetulkan letak kacamata hitamnya. "Saya turut prihatin. Tapi,
berurusan dengan hal-hal seperti ini memang perlu sedikit negosiasi, Nona Muda.
Kalian tak bisa mengharapkan kami menyerahkan uang sebanyak itu hanya untuk
seekor binatang peliharaan! Kami hanya ingin anak-anak kami diam. Bagaimana
kalau sepuluh dolar?"
"Sepuluh dolar?" ulang Ellen. "Menurutku sepuluh dolar tidak berarti dibanding
seribu lima ratus dolar!"
"Baiklah, dua puluh dolar." Ellen menggelengkan kepala dan menatap Pak
Matterhorn. "Kau membuat penawaran yang sulit, Nona. Kau harus belajar cara bernegosiasi!"
kata orang itu, butiran keringat mulai mengucur di kepalanya yang botak. "Kau
takkan berhasil dalam dunia usaha bila tak mau bernegosiasi! Lima puluh dolar,
itu penawaran terakhirku!"
Ellen menatap orang-orang yang berkumpul, berusaha agar kelihatan lebih tinggi.
"Aku dan adikku ke sini bukan untuk bernegosiasi, kami ke sini untuk berdagang.
Ini hewan eksotis dan sangat
berharga! Dan jika nggak mau bayar dengan harga yang pantas, sebaiknya Bapak
pergi!" Pak Matterhorn kelihatan jengkel. "Terus terang, kami tidak mau membayar
sebanyak itu untuk makhluk kecil yang mengerikan ini. Saya yakin kalian takkan
bisa menjual satu pun dari binatang ini."
"Lagipula, ini tempat yang tidak umum untuk berjualan, 'kan" Orang yang lewat
jalan ini hendak berangkat kerja! Dan pekerja keras seperti kami bekerja untuk
mendapatkan uang, bukan menghabiskan uang. Jangan lupa tiga aturan dalam
berdagang: Lokasi! Lokasi! Lokasi !"
"Itu 'kan cuma satu aturan," kata Edgar, "yang diulang tiga kali!"
"Itu karena lokasi sangatlah penting, Anak Muda! Kalian beruntung kami semua
berada di sini!" ujar Pak Matterhorn sambil menarik napas panjang.
Ellen tersenyum. "Bapak belum sadar keru-gian apa yang Bapak alami. Bayangkan,
meng-abaikan hewan-hewan yang indah ini!"
Bibir Pak Matterhorn terkatup rapat. "Oh, kami pasti menang dalam tawar-menawar
ini - kami selalu menang. Saya akan perhatikan kalian dalam perjalanan pulang
nanti sore. Saya yakin pada saat itu kalian sudah menurunkan harga yang tidak
masuk akal itu!" "Ya, tidak masuk akal!" yang lain setuju.
Pak Matterhorn diam beberapa detik, se-olah memberi Ellen kesempatan untuk
mengubah pikiran. Lalu, dengan bersuara "huhh!" yang keras, dia kembali ke mobil
sambil menghentakkan kaki.
Pengusaha yang lain pun mengikutinya, berkata "huhh!" ketika melangkah ke mobil.
Pintu-pintu mobil dibanting dengan keras dan kendaraan-kendaraan itu pun pergi.
Ellen menatap marah ketika mereka semua telah pergi. Setelah itu dia melihat
Edgar yang sedang berdiri sambil menyeringai.
"Kenapa senyum?" kata Ellen marah. "Kau nggak bantu aku menjual, dan sekarang
kita kehilangan semua calon pembeli itu!"
"Ah, sudahlah, jangan mengeluh!" jawab Edgar. "Mereka itu cuma sekumpulan orang
bodoh." "Mereka nggak perhatian pada anak-anak mereka sendiri, jadi menurutku, kenapa
mereka harus memerhatikan aku" Waktu kau sibuk dengan mereka, aku menyelinap dan
memasang paku di depan ban mobil mereka!"
"Mereka akan terlambat berjam-jam!"
Sambil memegang rambut kuncirnya, Ellen berkata, "Ya, betul sekali!"
Pak Marvin Matterhorn Memandang kami dengan mencemooh
Tak peduli kalau anaknya sedang bersedih...
Sungguh, ayah yang egois!
Kami tahu bagaimana rasanya Disia-siakan
karena nakal Tunggu sampai anak-anak itu lihat Binatang peliharaan yang seharusnya bisa
mereka miliki! 17. Pindah Edgar menunjuk ke mobil-mobil yang melewati mereka. "Kelihatannya orang-orang di
sekitar sini hanya peduli pada tujuan mereka saj a."
Ellen mengangguk setuju. "Kalau nggak ada yang memerhatikan kita di sini,
sebaiknya kita pindah."
Mereka pun melanjutkan perjalanan. Ellen berusaha mengarahkan kereta yang sudah
berkarat itu untuk berputar ke Jalan Rio.
"Ya ampun Edgar, kenapa tadi kau nggak beri minyak roda-roda ini?"
"Kenapa bukan kau?" mereka saling menatap dengan kesal. Biasanya mereka akan
bertengkar selama berjam-jam, tapi saat ini ada urusan yang lebih penting.
Mereka lalu memusatkan perhatian untuk menjalankan kereta jelek itu. Tak jauh
dari jalan itu, mereka berhenti tempat di tepi taman yang kecil. Ketika sedang
menyiapkan toko, mereka melihat ada yang bergerak di jalan Sydney, kira-kira
satu blok jauhnya. Dua bocah yang kira-kira beberapa tahun lebih muda dari
mereka sedang merangkak keluar dari saluran air di bawah jalan. Pipa besi
bermulut lebar itu ber-fungsi untuk mengalirkan air setelah hujan agar jalan


Rare Beast Edgar And Ellen Karya Charles Ogden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak tergenang air, dan daerah di sekitar saluran air itu biasanya becek.
Kedua bocah itu penuh lumpur dan sampah. Kelihatannya mereka sudah lama
merangkak di dalam saluran air itu. Lapisan lumpur yang tebal di
rambut serta pakaian membuat mereka sulit dikenali. Tapi, Edgar dan Ellen
mengenal mata yang merah dan air mata yang mengalir di pipi kedua bocah.
"Edgar, itu kan anak-anak Pak Turkle" Burl dan Seth" Aku nggak tahan dengan
rengekan mereka!" Edgar mengerjapkan mata, sekarang dia bisa mengenali kedua anak yang kotor itu.
"Iya, itu memang mereka. Aku rasa mereka nggak berhasil menemukan anjing mereka.
Bagaimana kalau kita ganggu mereka?"
Si kembar mengamati anak-anak itu membalikkan batu-batu, mencari ke balik semak-
semak, dan mengeruk-eruk sampah yang bertebaran di sana. Setelah memeriksa ke
dalam saluran air lagi, kedua anak itu akhirnya menyerah dan dengan lemas
berjalan ke Jalan Sydney sebelum menghilang ke dalam pipa pembuangan lain.
Selama beberapa saat Edgar terdiam melihat kedua anak itu dengan iri. Dia
menghela napas panjang dan mengembuskannya sambil mengeluh.
"Lumpur,1 Rasanya sudah lama kita nggak bermain lumpur, Ellen."
Ellen menyikut pinggang Edgar.
"Kau tahu Edgar, lumpur itu takkan ke mana-mana. Sekarang ada tugas yang harus
diselesaikan." Edgar mengusap-usap pinggangnya sambil mengeluh dan kembali ke kereta.
"Binatang langka dijual murah!" teriaknya.
i8. Penjual Susu Hari masih pagi ketika sebuah truk berhenti di depan Toko Hewan Eksotis dengan
menyemburkan asap hitam. Di bagian samping truk itu ada stiker bergambar seekor
sapi sedang tersenyum sambil makan sepotong keju, dan di atas gambar itu ada
tulisan "Perusahaan Susu Nod's Limbs".
Seorang perempuan yang tinggi dan tam-pak kuat turun dari truk lalu
memperhatikan kendaraannya yang berkarat. Asap tebal keluar dari mesin depan dan
dari belakang. "Ah, payah," katanya.
Si kembar memerhatikan wanita itu berjalan ke telepon umum di sudut taman. Dia
memakai seragam putih bersih dengan dasi kupu-kupu hitam dan topi putih. Dengan
kepala tegak dan dada tegap, dia kelihatan seperti sedang berbaris dalam parade
militer. Mungkin karena orang yang dia hubungi tak menjawab, atau teleponnya rusak, dia
tiba-tiba membanting gagang telepon. Dia melihat lagi ke truknya dan
menggumamkan sesuatu yang tidak terdengar oleh Edgar dan Ellen.
Ellen berdehem keras. "Ehem." Elsie Miller menoleh dan tampak terkejut melihat dua anak dan kereta besar yang
penuh binatang. "Selamat pagi, anak-anak! Hari yang indah untuk bermain di luar!"
"Dan coba lihat, bukankah ini binatang terlucu yang pernah kau lihat!" katanya
sambil mendekati Lollimop yang wujudnya sangat menakutkan. Dia mengangkat dan
menggerak-gerakkan kepala Lollimop yang hijau bermotif bola-bola.
"Tapi, kalian berdua - " katanya sambil membungkuk ke arah si kembar dan
mencubit pipi mereka yang kelabu. 11 - kalian kelihatan pucat. Kalian harus
banyak minum susu!" Dicubit oleh salah satu dari mereka saja Edgar dan Ellen tidak suka, apalagi
dicubit orang lain. Ellen sudah siap hendak membalas Elsie Miller dengan
cubitannya yang keras ketika Edgar menginjak kakinya dan berbisik, "Awas! Jangan
sampai pelanggan ini pergi!"
Dengan penuh perhatian tukang susu itu memerhatikan semua binatang dari atas
sam-pai ke bawah. "Apakah binatang-binatang ini bisa menghasilkan susu?"
Ellen menggaruk-garuk dahinya dan berkata, "Susu" Tentu saja. Beberapa dari
mereka amemang menghasilkan susu. Malah, binatang-binatang ini dalah penghasil
susu paling lezat. Itu sebabnya mereka sangat berharga!"
"Tante lihat Mildewilder itu" Mmmmm! Harganya hanya tiga ribu dolar. Coba
bayangkan berapa banyak susu eksotis dari Mildewilder yang bisa Tante jual!
Modal Tante akan kembali dalam waktu singkat."
"Aku ingin mencoba dulu susu eksotisnya Mildewilder! Aku takkan menjadi ahli
susu bila tidak mencoba dulu, kan" Tapi, terus terang, Perusahaan Susu Nod's
Limbs takkan sanggup membayar tiga ribu dolar. Kalau Perusahaan Susu punya uang
sebanyak itu, pasti aku akan minta mereka memperbaiki trukku lebih dulu! Coba
lihat barang rongsokan itu."
Elsie Miller melihat ke mobilnya yang mengeluarkan asap itu sambil menggelengkan
kepala. "Adakah binatang lain yang tidak terlalu mahal tapi bisa menghasilkan susu?"
"Mungkin Mildewilder terlalu mahal buat Tante," ujar Edgar agak mencemooh.
"Tapi, nggak apa-apa, aku yakin kami bisa menjualnya ke perusahaan susu /ain
yang dapat menghargai kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari susu
Mildewilder." Dia menunjuk makhluk kecil yang berbulu merah jambu yang berdiri di ujung
barisan. "Bagaimana kalau Grobble" Susunya tidak sebaik Mildewilder, tapi
harganya lebih terjangkau. Hanya dua ribu lima ratus dolar!"
Pengemudi truk itu melepas topinya lalu mengusap-usap kepala. "Lebih terjangkau"
Apa kau sungguh-sungguh" Apakah ada yang harganya lima puluh dolar?" "
Edgar mengangkat bahu, sadar kalau Perusahaan Susu Nod's Limbs atau pun Elsie
tak akan bisa membuat mereka kaya.
"Binatang kami yang termurah harganya seribu dolar, tidak kurang. Dan binatang
yang bisa menghasilkan susu harganya tidak kurang dari dua ribu dolar! Jadi,
kalau Tante nggak berniat beli, tolong singkirkan truk rusak itu dari depan toko
kami. Asap knalpotnya bikin pelanggan yang lain nggak mau datang, juga
mengganggu binatang-binatang kami."
Elsie beranjak pergi ketika Ellen muncul dengan membawa segelas cairan berwarna
keruh. "Sebelum pergi, cobalah sedikit susu Milde-
-wilder, gratis!" katanya dengan sopan.
"Wah," kata Elsie sambil mengambil gelas itu, "kau baik sekali."
Dia meniup cairan itu, menciumnya, kemudian mengarahkannya ke sinar matahari.
"Warnanya tidak putih bersih, tapi aku ingin mencobanya!" lalu dia meminum
cairan itu dalam satu tegukan.
"Hmmmmm," katanya sambil mengecap dengan lidah. "Terlalu encer, rasanya juga
kurang enak. Lagipula, perusahaan susu dan aku memang tak sanggup membeli
binatang-binatang ini."
Setelah itu, Elsie Miller masuk ke truknya yang berkarat. Asap hitam keluar dari
knalpot lalu truk itu menghilang ke arah perbukitan.
"Ya ampun, sebentar lagi bukan hanya truk tua itu yang akan mengeluarkan asap!"
kata Ellen sambil tertawa.
"Apanya yang lucu?" tanya Edgar. "Kita baru saja kehilangan pelanggan dan kita
masih belum dapat uang sepeser pun! Nggak ada uang berarti nggak ada rencana!
Ini nggak pantas ditertawakan! Lagipula, dari mana kau dapat susu itu?"
"Oh, itu bukan susu ashif jawab Ellen setelah berhasil berhenti tertawa. "Waktu
kau sibuk dengan Nyonya Tukang Susu, aku ambil beberapa obat urus-urus - yang
kau curi dari Heimertz - dari tasmu dan mencampurnya dengan segelas air. Obat
itu membuat air keruh seperti susu, dan cukup untuk membuat dia bolak-balik ke
kamar mandi! Hah!" Edgar tertawa dan mereka pun bersenandung, Elsie ingin susu yang bersih Tapi dia
mengendarai truk rusak Asap tebal - benar-benar menjengkelkan Dia harus
memperbaiki truknya! Kami tidak berhasil menjual
Tapi di tempat kerja dia harus menjelaskan Sakit perut yang dirasakannya Karena
bermain-main dengan kami!
19. Berkeliling Begitu selesai bersenandung, mereka lalu menjatuhkan diri saling menimpa sambil
tertawa terbahak-bahak. Masih sambil tertawa, Ellen melihat sekeliling.
"Tempat ini kurang bagus, Edgar."
"Setuju, ayo kita pindah lagi." Edgar mulai mendorong kereta.
Mereka menarik dan mendorong kereta di Jalan Rio, menyusuri sisi Padang Golf
Green Gables Community, melewati tiang-tiang yang ditempeli selebaran
"kehilangan" binatang peliharaan. Akhirnya, mereka berhenti di depan tempat
parkir SMA Nod's Limbs untuk beristirahat.
Sekolah sedang libur musim panas, tapi ada beberapa mobil yang parkir di sana karena letaknya berdekatan dengan pusat perbelanjaan.
Ellen berdiri di depan kereta dan berteriak "BINATANG LANGKA dengan harga
murah!" sementara Edgar berjuang memperbaiki roda kereta yang macet.
Tiba-tiba, Ellen merasa ada yang menarik-narik lengannya.
Penny Pickens yang mungil, begitu mungilnya hingga tingginya tidak sampai
sepinggang Ellen. Gadis kecil itu berusia lima tahun. "Maaf, tapi apakah kau lihat Mr. Poo
Poo?" Ellen melihat ke arah Penny sebentar. "Mr. Poo Poo itu apa?"
Penny tampak kaget. "Kau tidak lihat selebaran
yang dibuat kakakku" Oh, kalian harus hati-hati.'"
Si kembar menjadi tertarik. Kata "hati-hati" selalu menarik perhatian mereka,
karena sesuatu yang tidak menyenangkan biasanya akan terjadi.
"Apa maksudmu, Gadis Kecil?" tanya Edgar.
"Mr. Poo Poo hilang! Dia ular kami dan dia lepas dari kandang! Ular besar bisa
sangat berbahaya bila terlepas. Mr. Poo Poo takkan melakukan apa-apa padaku dan
Peter - dia benar-benar baik dan bersahabat - tetapi, banyak orang tidak tahu
harus berbuat apa bila berdekatan dengan ular!"
Edgar dan Ellen tersenyum nakal dan saling menyikut.
"Oh wow, kau juga harus lihat bagaimana dia makan! Mr. Poo Poo bisa membuka
mulut lebar sekali dan bisa menelan apa saja bahkan yang lebih besar dari
kepalanya Benar-benar menakjubkan,' Dan, karena Mr. Poo Poo begitu besar, dia
juga bisa makan apa saja yang besari
"Dia jarang makan, tapi kalau dia lapar kau harus segera memberinya makan.
Setelah ma-kan, karena dia akan segera tidur lagi. Tapi, kalau kau tidak
memberinya makan..."
Penny mengeluh dan menunjuk ke tempat sampah di dekat sekolah - dua anak sedang
mengobrak-abrik tempat itu. Mereka melempar kertas dan kaleng bekas ke mana-
mana. "Binatang peliharaan anak-anak lain juga hilang kemarin malam! Kasihan
sekali binatang-binatang itu! Kalau Mr. Poo Poo menemukan mereka, mungkin dia
sudah memakannya!" Edgar dan Ellen merasa sangat bersemangat. Ellen menggigit lidahnya agar tidak
tersenyum ter/aiu lebar. "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan! Kami sudah memasang selebaran di semua
tempat. Peter dan aku juga sudah ke dinas pemadam kebakaran karena mereka dapat
menyelamatkan kucing dari atas pohon. Mereka bilang akan mencari Mr. Poo Poo.
Pokok-nya mereka harus menemukan dia!"
Penny Pickens masih menangis tersedu-sedu ketika dia akhirnya melihat kereta
itu, yang binatang-binatangnya masih tersembunyi di balik tirai.
"Apa itu" Apa maksud tulisan itu?"
Ellen membungkuk dan berkata, "Arti tulisan itu adalah 'Penjara Khusus untuk
Anak Perempuan'. Sekarang, cepat pergi sebelum kami masukkan kau ke sana!"
Sambil menangis, Penny mundur sambil melihat ke arah Ellen, lalu Edgar, dan
akhirnya dia lari pergi. Peringatannya yang terakhir soal "Hati-hati dengan Mr. Poo Poo" mengapung di
udara musim panas yang hangat.
"Senangnya kita bisa usir dia," kata Ellen. "Siapa yang takut pada ular itu"
Kerjanya cuma tidur, lagipula dia juga terikat. Dasar anak bodoh."
20. Hati-Hati! Edgar dan Ellen menyempatkan diri untuk makan siang. Makanan sederhana yang
terdiri atas biskuit kering dengan selai buah zaitun dan kismis. Hewan-hewan
eksotis itu memerhatikan dengan tatapan lapar. Si kembar baru saja selesai makan
ketika Pak Crapple, tukang pos, datang.
Saat mendekati binatang-binatang peliharaan milik Edgar dan Ellen, dia
menjatuhkan tas surat ke tanah. Dia berkacak pinggang lalu memutar punggung ke
kiri dan kanan hingga terdengar bunyi "krek!" yang keras.
"Rasanya lebih enak," gumam Pak Crapple. "Sakit sekali punggungku. Aku harus
minta istriku menginjak-injak punggungku lagi nanti malam."
Dia lalu melihat tulisan yang terpasang pada kereta itu.
"Hewan langka?"
Pak Crapple telah bekerja sebagai petugas pos untuk Zona 13 Kantor Pos Nod's
Limbs selama bertahun-tahun.
"Kuharap kalian tidak berniat mengirim makhluk-makhluk ini lewat pos," kata Pak
Crapple. "Harus ada izin khusus untuk mengirim binatang hidup. Dan kalian juga
harus membawanya langsung ke kantor pos. Aku tidak punya izin untuk itu."
"Kami nggak bermaksud mengirim binatang-binatang ini lewat pos," kata Edgar.
"Kami hanya ingin menjual mereka. Ini binatang eksotis koleksi kami."
"Eksotis?" kata Pak Crapple. "Apa yang kalian tahu tentang eksotis" Kalian anak-
anak nakal, kalian mengira tahu banyak hal. Aku malah tidak yakin kalian pernah
keluar dari Nod's Limbs! Memang tidak ada salahnya tinggal di Nod's Limbs, tapi
ingat, ini sama sekali bukan tempat yang eksotis!"
Petugas pos itu memandang ke arah mereka. "Kalian pikir kalian tahu apa itu
eksotis" Aku tahu apa itu eksotis! Aku sudah bekerja di Kantor Pos selama empat
puluh tahun dan aku sudah melihat barang yang dikirim dari berbagai tempat. Aku
mengirim peti dari Kalimantan dan paket dari Paraguay! Menyampaikan surat dari
Latvia dan bungkusan dari Kongo! Aku membawa kotak karton dari Kanada dan kartu
pos dari Pago Pago - benar-benar memegang barang-barang itu! Jangan bilang aku
tidak tahu apa itu eksotis!"
Dengan susah payah Pak Crapple mendekati
kereta dan memerhatikan setiap binatang. Dia membaca dengan tak yakin tulisan di
papan keterangan harga. "Banyak sekali binatang aneh yang kalian miliki, Anak Muda," kata Pak Crapple
sambil mendekati Edgar dan Ellen di ujung kereta. "Sangat tidak biasa. Tapi,
eksotis" Aku tidak yakin soal itu."
"Apakah ada yang berasal dari luar negeri" Itulah tanda sesungguhnya kalau
sesuatu itu eksotis -yaitu bila dikirim lewat pos dengan prangko berwarna warni.
Apakah mereka berasal dari luar negeri?"
Sebelum Ellen dapat menjawab, petugas pos itu berkata, "Pasti mereka tidak
dikirim lewat pos! Kalau ya, pasti aku tahu!"
"Hei, apa yang dilakukan temanmu yang aneh di sana?" Pak Crapple menunjuk ke
arah Edgar yang sedang mengumpulkan batu-batu dari pinggir jalan.
"Oh, jangan pedulikan dia," kata Ellen sambil melirik. "Dia memang agak aneh.
Nah, maukah Bapak beli salah satu hewan yang menarik ini?"
"Multipeeder milik kami ini dianggap sebagai pembawa keajaiban di Plutavia. Dia
punya banyak kaki." Ellen mengangkat makhluk warna coklat dan kuning itu, yang
sebenarnya adalah seekor hamster dengan beberapa kaki boneka yang ditempel ke
badannya. Edgar kembali ke kereta dan menambahkan, "Binatang langka ini punya sejarah yang
sangat menakjubkan. Sebenarnya dia ditangkap di padang rumput Rimpledop di
selatan Frinquay. Kami mendapatkan dia dari seorang pemusik keliling - seorang
pemain harmonika yang punya harmonika terbesar di dunia. Dia juga punya masalah
punggung karena selalu membawa harmonika yang berat itu keliling dunia. Coba
bayangkan kalau makhluk yang lucu ini menginjak-injak punggung Bapak! Kakinya
lebih banyak daripada Bu Crapple!"
Pak Crapple tertawa hambar. "Dengar Nak, kaki istriku memang keras dan bau,
namun makhluk yang kau gendong itu lebih mirip laba-laba raksasa! Takkan
kubiarkan makhluk seperti itu menyentuh tubuhku!"
Ellen menunjukkan wajah tidak senang.
"Ah, aku sudah membuang-buang banyak waktu," kata petugas pos itu tanpa
memerhatikan Ellen, "Aku hanya perlu melemaskan punggung sebelum melanjutkan
tugas. Oh, aku berbicara dengan kalian padahal kalian tidak punya surat untuk
dikirim!" "Maaf Pak, tapi sebenarnya ada sesuatu untuk dikirim," teriak Edgar dari ujung
kereta. Dia menunjuk ke satu paket besar yang tergeletak di tanah.
"Dari mana datangnya barang itu" Vah, sudahlah, tidak apa-apa. Masukkan saja ke
dalam tas suratku di sana," kata Pak Crapple.
Edgar masukkan paket itu ke dalam tas surat.
Pak Crapple memanggul tas itu, matanya membesar dan lututnya gemetar karena
berat. "Wah, kenapa tas ini jadi berat sekali?" gumam Pak Crapple sambil berjalan
terhuyung-huyung. Edgar merenggut salah satu kuncir Ellen untuk menarik perhatiannya. "Pasti akan
jadi tontonan yang mengasyikkan - Aku mengeluarkan salah satu kotaknya dan
mengisinya dengan batu!"
Si kembar memerhatikan Pak Crapple yang berjalan sambil menjaga keseimbangan,
dan kakinya bergetar karena berat. Petugas pos itu berjalan dengan goyah ke kiri
dan ke kanan. Seraya tulang punggungnya berkeretak tiap kali bergerak, Pak
Crapple akhirnya hilang dari pandangan.


Rare Beast Edgar And Ellen Karya Charles Ogden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tawa Edgar dan Ellen pun meledak ketika mereka mulai menyanyi.
Tukang pos itu bawa banyak beban Dia kira dia tahu semuanya
Tapi kini tas suratnya berat sekali Dia melakukan kesalahan besar. Multipeeder
yang dia perlukan Untuk mengurangi rasa sakitnya tapi dia menolak
Sekarang punggungnya sakit sekali!
21. Si Ahli Binatang Langka
"Kita benar-benar NGGAK beruntung," kata Ellen, "Aku heran kenapa kau selalu
pilih tempat yang jelek!"
"Aku yang pilih" Kau yang bawa kereta rongsokan ini!"
Tanpa memerhatikan ucapan adiknya, Ellen mengambil alih kendali kereta.
"Ayo Edgar, sekarang belum terlalu siang. Mungkin di dekat sungai ada orang yang
bisa ditipu, maksudku pembeli."
Maka mereka pun mendorong kereta melewati pompa bensin Greasy Billy, lalu
berbelok ke Jalan Florence dan berhenti di dekat perpustakaan umum. Dari tempat
itu mereka bisa melihat satu dari tujuh jembatan beratap di kota, yaitu jembatan
yang ada tulisan "HATI-HATI" di salah satu sisi atapnya, dan "TEMAN" di sisi
yang lain. Tak lama kemudian seorang pria berjas putih muncul dari arah jalan. Kacamata
bulat besar bertengger di hidungnya, jas laboratoriumnya melambai saat bergerak,
mirip sayap angsa. Dia melihat ke berbagai arah. Jelas sekali kalau dia sedang
mencari sesuatu. Orang ini benar-benar mencari ke segala arah kecuali ke arah
jalan hingga hampir menabrak Toko Hewan Eksotis.
"HEI!" teriak Edgar dan Ellen.
Pria itu kaget dan berhenti.
"Oh, maaf!" katanya, "Kalian lihat hal yang aneh hari ini" Gerakan yang
mencurigakan di tanah" Aku sedang mencari seekor ular piton yang kabur. Pemadam
kebakaran menghubungiku karena aku ahli binatang. Petugas pemadam kebakaran
mungkin jago menyelamatkan kucing dari atas pohon, tapi melacak ular piton
bukanlah keahlian mereka! Tapi jangan takut, aku akan temukan ular itu."
Dia berhenti sebentar saat melihat ke arah kereta yang ada di belakang si
kembar, dan memerhatikan tulisan "Binatang Langka" serta panggung panjang yang
penuh makhluk aneh. "Wow!" Dia langsung menghampiri makhluk yang berdiri di dekatnya, seekor Jollypoddle
berwarna hijau dan oranye, dan segera memerhatikan makhluk itu.
"Ya Tuhan!" Matanya segera mengarah ke hewan eksotis berikutnya, yaitu Windelstump, yang
ber-badan besar, berbulu, dan gigi yang panjang dan jarang.
"Ya, ampun!" katanya sekali lagi, mata di balik kacamata yang tebal itu melotot.
Pria yang lucu ini melangkah di sepanjang kereta sambil mengamati setiap
binatang yang dilewatinya. Dan setiap kali menemukan sesuatu, dia mengangkat
kedua tangannya ke udara atau menendang atau melompat sambil tertawa.
"Ya AMPUN!" Edgar dan Ellen berdiri tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun karena kaget
melihat kegembiraan orang itu. Dia segera menghampiri, berdiri begitu dekat
hingga mereka dapat membaca tanda pengenal yang ada di j as laboratoriumnya:
DR. FELIX VON BARLOW Ahli Ilmu Hewan Senior Kebun Binatang Nod's Limbs
Di sudut kanannya ada pas foto Dr. Von Barlow dengan mulut terbuka dan mata
melotot. Ellen berusaha keras menahan tawanya.
Edgar berkata "Ahli Binatang?"
"Bukan, Anak Muda, 'Ahli Ilmu Hewan'. Tak ada yang namanya Ahli Binatang. Orang
sering salah menyebut pekerjaanku. Dan aku Ahli Ilmu Hewan senior yang
bertanggung jawab atas seluruh hewan di Kebun Binatang Nod's Limbs. Tak satu pun
yang dilakukan di sana tanpa persetujuanku," kata Dr. Von Barlow. "Kalian pernah
ke sana" Anak kecil biasanya suka sekali kebun binatang."
Sebenarnya Edgar dan Ellen pernah ke kebun binatang, yaitu ketika mereka
"meminjam" beberapa ekor ikan piranha dari akuarium untuk dimasukkan ke kolam
renang. Binatang lain yang ada di sana tidak menarik perhatian mereka.
Sebenarnya, kebun binatang itu adalah tempat pengembangbiakkan yang isinya hanya
binatang biasa seperti sapi, kelinci, dan kambing. Pernah juga ada rusa yang
didatangkan khusus selama liburan sekolah, tapi itu sudah dulu sekali. Satu-
satunya kesenangan yang pernah mereka berdua nikmati di kebun binatang adalah
saat mereka menakut-nakuti sekumpulan
sigung agar me-nyemprotkan bau busuk ke keluarga Gribble. Kejadian itu benar-
benar mengubah kehidupan sosial keluarga Gribble.
"Kami nggak suka kebun binatang," kata Ellen. "Nggak ada yang menarik di sana."
Suasana hati Dr. Von Barlow yang sedang senang langsung hilang, dan dia menghela
napas panjang. "Ya. Kau benar," katanya. "Aku sudah menghabiskan seluruh hidupku untuk
mempelajari dan mengamati hewan! Aku memaksa, memaksa, dan memaksa diriku
bekerja setiap hari, menghabiskan waktuku untuk memastikan kalau ekor babi tetap
melingkar dan sapi-sapi tidak sakit."
"Aku menghabiskan waktu bertahun-tahun di bangku kuliah, mengambil berbagai
gelar yang bisa membuatku menjadi ahli ilmu hewan bertaraf internasional,
berkeliling dunia, berpidato dalam berbagai kesempatan. Seharusnya aku, bukannya
Profesor Paul yang bisa membuat acara televisi Dunia Binatang."
"Aku sudah menyampaikan pada pimpinan kebun binatang, 'Mari kita beli anjing
laut,' atau 'Bagaimana bila kita beli singa"' atau 'Anak-anak suka panda'. Dan
dia menjawab: 'Kenapa bukan tupai saja"' dan 'Domba juga menarik'. Satu-satunya
binatang paling menarik yang kami miliki saat ini adalah semut api! Sebenarnya,
aku sedang melakukan penelitian ketika pemadam kebakaran menelepon, jadi aku
terpaksa bawa contoh semut api itu."
Ahli ilmu hewan itu lalu mengeluarkan botol yang tertutup rapat dari balik jas
dan meletakkannya di samping kereta. Si kembar melihat dari dekat makhluk kecil
berwarna merah yang bergerak dalam botol.
Von Barlow berhenti sejenak, melamun. Edgar juga sibuk dengan pikirannya
sendiri, terpesona oleh semut itu.
"Ellen, mari kita adakan pembicaraan antar pemilik," Edgar berbisik sambil
menarik Ellen ke pinggir, "Aku ingin punya semut-semut itu. Mungkin bisa ditukar
dengan koleksi kita!"
Ellen menjewer telinga Edgar. "Ah, aku mengenalmu Edgar. Kau pasti punya banyak
ide soal apa yang bisa kita lakukan dengan semut yang ganas itu. Tapi, yang
pertama akan kau lakukan pasti menaruhnya di bawah selimutku! Nggak, aku nggak
mau." Setelah menjewer sekali lagi, Ellen melepas telinga adiknya dan kembali menemui
Dr. Von Barlow. "Mungkin kami memiliki apa yang Doktor cari."
Wajahnya bersinar. "Oh iya, mungkin kau punya! Semua binatang yang kau miliki
ini sangat luar biasa. Benar-benar sulit dipercaya. Hari ini adalah hari
terindah dalam karierku!"
Edgar dan Ellen menyeringai dan saling menendang.
"Jadi, apakah Doktor tertarik pada makhluk eksotis yang langka ini?" tanya
Ellen. "Tertarik?" jawabnya. "Aku terpesona pada Coba lihat mereka! Aku sudah melihat
banyak binatang, tapi belum pernah, aku ulangi lagi, belum pernah aku melihat
yang seperti ini! Semuanya jenis yang baru! Benar-benar belum pernah aku lihat!
Bagaimana kalian mendapatkan mereka" Oh, tidak penting bagaimana kalian
mendapatkannya! Mereka luar biasa!"
"Benar?" tanya Edgar.
"Tentu saja! Binatang-binatang ini akan membuatku terkenal! Pimpinan pasti
langsung membangun gedung baru di kebun binatang! Pameran Hewan Langka dan
Eksotis Milik Von Barlow! Ahli ilmu hewan dari berbagai penjuru dunia akan
datang, dan mereka pasti akan berkata 'Von Barlow memang ahli ilmu hewan terbaik
di dunia!1 Von Barlow Pahlawan Kami, itulah judul yang akan tertera surat kabar!
Lalu aku akan diangkat menjadi Ketua Pengurus Kebun Binatang, dianugerahi gelar
kehormatan dan..." Dia hampir tak bisa menahan diri: tertawa, menari dan melompatlompat di depan
kereta. "Nah, Dr. Von Barlow, jenis mana yang paling kau sukai?" tanya Ellen, yang ingin
segera melakukan penjualan yang pertama.
"Yang mana?" ulang ahli ilmu hewan itu. "Yang mana" Aku tidak mau satu, aku mau
semua!" "Anda mau... semuanya?" si kembar mengulang ucapannya.
"Semua!" kata Von Barlow sambil mengangkat Fuddleflinger dan memeluknya dengan
erat. Tapi, ketika mengayun-ayunkan Fuddleflinger, berangus yang di moncongnya
terlepas. Mereka semua terdiam ketika binatang itu menggonggong lemah.
"Oh!" kata si ahli ilmu hewan, "Suaranya... mirip
Edgar dan Ellen saling pandang. Kerja keras mereka akan sia-sia bila Dr. Von
Barlow tahu kalau Fuddleflinger cuma anak anjing beagle.
Ahli hewan itu terbata-bata, "...seperti... seperti... Troeuilompe! Ya, benar! Aku
ingin tahu apakah Fuddleflinger memiliki hubungan dengan Troeuilompe."
Dia tertawa dan ikut menggonggong bersama
binatang itu. Merasa lega, Edgar menampakkan raut se-nang. Ternyata semuanya berjalan lancar.
Ellen berjalan di samping kereta sambil menjelaskan tentang setiap hewan yang
ada. "Nah, Dr. Von Barlow," katanya, "kami punya banyak binatang langka, dan Bapak
pasti tahu kalau langka berarti berharga. Tapi, karena Bapak bersedia memelihara
semua binatang ini, aku yakin kami bisa memberi beberapa kemudahan."
Ellen mengusap-usap dagu, menarik-narik kuncir, dan kerap mengucapkan "hmmmm"
sambil berpikir. "Harga untuk semua makhluk yang luar biasa ini dua puluh lima ribu dolar. Aku
rasa ini harga yang pantas."
Fuddleflinger menyalak ketika Dr. Von Barlow menjatuhkannya ke tanah.
"Dijual" Dua puluh lima ribu dolar" Ya, ampun! Tidak, tidak, tidak,' Kurasa
kalian tidak paham! Kebun Binatang Nod's Limbs adalah kebun binatang untuk umum
dan kalian tidak menjual binatang ke kebun binatang, kalian menyumbangkannya!"
"Menyumbangkan"!" teriak Edgar. "Maksudnya, kami serahkan semua binatang eksotis
ini tanpa menerima uang sepeser pun" Kenapa kami harus melakukan hal seperti itu
itu?" "Kenapa?" kata Von Barlow. "Yah, kalian akan menerima piagam yang akan ditempel
di tembok di kebun binatang!"
"Nama kami akan tercantum di piagam"!" kata
Ellen. "Maksudnya, kami berikan semua binatang ini dengan cuma-cuma, lalu Bapak
akan terkenal, nama Bapak akan ditulis di koran-koran, sebuah gedung akan
didirikan atas nama Bapak, dan yang akan kami terima hanyalah sebuah piagam?"
"Ya!" kata ahli ilmu hewan itu. "Kalian harus lihat piagam-piagam yang sudah
ada. Benar-benar cantik. Diukir dengan sangat indah!"
Dr. Von Barlow mengangkat Fuddleflinger dan memperbaiki berangusnya. Sementara
wajah pucat Edgar berubah merah karena marah membayangkan mereka kembali gagal
melakukan penjualan, Ellen mengambil pen-tungan dari tas dan mengangkatnya.
Mereka berdua berhadap-hadapan, Ellen mengayun-ayunkan palu itu, lalu mereka
berjalan perlahan. Samar-samar Dr. Von Barlow mendengar lagu yang disenandungkan
sambil berbisik: Von Barlow pikir dia tahu banyak Kami di sini untuk melawan dia Binatang-
binatang ini cukup langka Dan bisa membuat dia terkena/. Tapi, kami takkan
berikan kepadanya Jika ingin terkenal, dia harus bayar Cukup sudah orang kikir
yang kami hadapi hari ini
Sekarang saatnya membalas!
Ahli ilmu hewan itu beruntung, karena ketika Ellen hendak mengayunkan palu,
mobil pemadam kebakaran warna merah dengan angka "7" besar tertulis dengan warna
emas di pintunya berhenti tepat di
depan kereta mereka. 22. Mesin Keberuntungan Nomor 7
"Apa ini?" teriak seorang petugas pemadam kebakaran yang berdiri di belakang
truk. "Oh, ini koleksi binatang langka yang luar biasa," kata Dr. Von Barlow sambil
menatap mereka, "Benar-benar menakjubkan..."
"Nah, Doktor, apakah Anda sudah temukan ular pitonnya?" tanya si pengemudi truk.
"Oh ya, ular piton," kata si ahli ilmu hewan. "Aku lupa tentang itu..."
Para petugas pemadam kebakaran turun dari truk. Salah satu dari mereka memutar
helmnya ke belakang dan berkata, "Kami juga tidak berhasil menemukan ular itu.
Mesin Keberuntungan Nomor 7 kali ini kurang beruntung."
"Mengerikan," gumam Dr. Von Barlow. "Yah, Dok, kami juga mulai cemas. Hilangnya
ular itu benar-benar mengerikan. Anak-anak kecil yang malang itu, Anda juga
kasihan pada mereka, kan" Peliharaan mereka dimakan ular itu."
Edgar dan Ellen mendengarkan dengan penuh perhatian.
"Semuanya bisa menjadi sangat sulit. Media massa sudah tahu tentang hilangnya
ular ini, dan Anda tahu bagaimana reaksi wartawan pada berita semacam ini! Pasti
besok akan menjadi berita utama di berbagai surat kabar. Kita harus siap
menghadapi kepanikan orang banyak!"
Si kembar saling berbisik.
"Kau dengar, Edgar" Kepanikan! Itu berarti orang-orang akan berlarian dan
berteriak-teriak di jalan, kan?"
"Seluruh kota, Ellen! Seluruh kota akan panik! Kurasa ini akan menjadi prestasi
terbesar kita!" Di saat itulah Sparkplug, anjing Dalmatian yang menjadi maskot Mesin
Keberuntungan Nomor 7, melompat dari truk dan berlari mendekati kereta. Edgar
dan Ellen melihat dengan takut ketika anjing milik pemadam kebakaran itu
mengendus dagangan mereka. Merasa terganggu, binatang-binatang itu pun mulai
menarik-narik tali pengikat mereka.
"Jangan!" teriak mereka berdua sambil melompat ke arah Sparkplug.
Ellen menangkap tali pengikat leher anjing itu sambil berusaha menarik
kepalanya. Edgar memeluk tubuh anjing itu untuk menariknya mundur. Tapi,
Sparkplug sangat besar dan kuat sehingga usaha si kembar tidak berhasil.
Untunglah hidung anjing itu terkena serbuk pengilap yang membuatnya terus
menerus bersin. "Sparkplug!"
Seorang petugas pemadam kebakaran me - manggil anjing itu, yang kemudian menunduk
dan kembali ke truk sambil terus bersin.
Edgar menghembuskan napas lega.
Ketika Ellen hendak meyakinkan pihak pemadam kebakaran agar membeli maskot yang
lebih eksotis, serombongan pengendara sepeda muncul, melaju ke Jalan Florence.
23-Kelompok Pencari Tiba-tiba saja daerah di sekitar Toko Hewan Eksotis menjadi ramai karena
munculnya serombongan anak.
Dengan mata merah dan bengkak karena menangis semalaman, dua lusinan anak
menatap penuh harap pada petugas pemadam kebakaran dan si ahli ilmu hewan.
Kadang-kadang isak tangis masih terdengar dari bagian belakang rombongan anak
itu. "Apakah binatang peliharaan kami telah ditemukan?" tanya Willa Malloy, yang
sepeda hijaunya tampak di barisan terdepan dari rombongan itu.
Anni Krump yang mungil menutupi wajah dengan tangan dan menangis. Willa menoleh
ke arahnya penuh rasa iba.
"Maaf, Nak," kata seorang petugas pemadam kebakaran, "kami belum menemukan jejak
semua binatang itu. Mungkin kita harus bersiap menerima keadaan yang terburuk."
"Tidak! Kami tidak yakin binatang kesayangan kami dimakan ular! Tidak semuanya,
tidak mungkin semuanya dimakan!"
"Sebentar anak-anak, aku tahu sulit bagi kalian...," kata petugas itu.
"Apakah Anda semua berhasil menemukan ularnya" Apakah perut ular itu besar?"
tanya Willa. "Uh, belum, kami belum menemukan ular itu," Von Barlow menambahkan, "tapi pasti
akan segera kami temukan!"
Willa menunduk di antara kedua stang sepedanya selama beberapa saat, kemudian
menengadah kembali. "Anda semua berharap kami percaya kalau semua peliharaan
kami dimakan ular itu" Tidak mungkin!"
Para petugas pemadam kebakaran dan Dr. Von Barlow membuang muka. Mereka tidak
tahu bagaimana menghibur anak-anak itu.
Edgar dan Ellen memikirkan sesuatu untuk disampaikan.
"Kami turut bersedih, tapi kalian mungkin ingin peliharaan baru yang lucu agar
bisa melupakan binatang yang hilang itu," kata Edgar.
"Kebetulan kami menjual beberapa hewan eksotis di sini," kata Ellen.
Si kembar tersenyum, berusaha menunjukkan rasa simpati. Willa menjatuhkan
sepedanya. Dia menatap si kembar sambil menudingkan jari telunjuknya, "Apa yang
membuat kalian berpikir kami ingin peliharaan baru" Dan kenapa kami harus
membelinya dari kau berdua" Kami masih ingat kenakalan yang kalian lakukan pada
kami!" "Ya!" teriak beberapa dari mereka.
"Binatang kesayangan kami ada di luar sana, berusaha kembali pada kami, aku tahu


Rare Beast Edgar And Ellen Karya Charles Ogden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu! Kami sudah mencari seharian, dan kami takkan berhenti!" Willa menunjuk ke
gadis kecil yang badannya penuh bintik merah, "Heather mencari peliharaannya di
tepi hutan Black Forrest, dan yang dia dapati di sana malah nyamuk yang luar
biasa banyaknya." "Seth dan Burl Turkle mencari di saluran-saluran
pipa yang kotor sepanjang pagi - 11
Edgar dan Ellen mengenali kedua anak yang mereka jumpai pagi tadi, tubuh mereka
penuh lumpur dari ujung kepala sampai ujung kaki.
11 - bau mereka sangat tidak enak, kami suruh mereka ikut dari belakang."
"Amy, Frannie, dan Ronnie tak menemukan apa pun di gang kecil di belakang
sekolah - kecuali beberapa ekor tikus, tapi siapa yang suka tikus?"
Begitu mendengar kata tikus, Edgar mengang-guk ke arah kakaknya. Mereka pernah
mengalami saat yang menyenangkan bersama tikus.
"Leanne dan Bruno juga tidak menemukan apa-apa di tempat bangunan, dan Sondra
mencari di kolong setiap mobil dan truk yang ada di kota."
Willa mengembuskan napas panjang. Dia merasa putus asa. Anak-anak yang berdiri
di belakangnya juga menangis terisak-isak.
Gadis tinggi itu lalu membungkuk ke arah Edgar dan Ellen lalu menudingkan jari
ke hidung mereka. "Kami tak ingin ditipu lagi."
"Menipu kalian?" kata Ellen dengan manis-nya. "Tentu saja kami takkan berbuat
begitu! Kenapa nggak lihat dulu apa yang kami punya. Tentu saja, nggak ada
keharusan untuk membeli..." Dia mundur sedikit untuk mem-erlihatkan dagangan
mereka. Willa diam sebentar, tapi rasa ingin tahu mengalahkannya. Dengan enggan dia
mendekati kereta itu. Anak-anak yang lain lalu memarkir sepeda dan mengikutinya.
Dengan mulut diberangus, binatang langka itu
bersuara dan mengerang putus asa, tapi tuan mereka tak mengenali. Binatang-
binatang yang terikat itu melompatlompat di tempat, semua, kecuali Mondopillar
yang kelihatan lemas, yang tidur di bagian belakang.
"Hei, lihat ini," teriak Carolyn South ketika menekan hidung bulat si kuning
Guttleburg. "Seram!"
Calvin Hucklebee mengangkat Shump yang berekor lancip dan berteriak.
"Mengerikan!" f Willa mencengkeram kepala Hootlet yang keras dan bercahaya, dan benda yang
terbuat dari besi itu membuatnya berpikir, "Tengkoraknya terbuat dari apa ya?"
"JANGAN dipegang! Mereka perlu istirahat -beberapa di antaranya masih lelah dan
harus beristirahat setelah perj alanan j auh." Ellen mendorong anak-anak yang
sedang mengganggu hewan yang
berharga itu. "Bila kalian beli satu makhluk eksotis yang langka ini," tambahnya, "kalian
pasti akan segera melupakan hilangnya peliharaan kalian yang biasa-biasa saja.
Kalian akan bangga bisa memiliki binatang yang paling unik di dunia!"
"Tapi, kami tidak mau melupakan peliharaan kami!" teriak Annie sambil menangis.
"Mereka sudah menjadi keluarga kami!" tangis
Seth. "Dan siapa yang mau hewan eksotis yang menakutkan, jelek, dan aneh?" tanya
Willa. "Bagaimana aku bisa tidur ditemani binatang ini?" lanjutnya, sambil
menunjuk ke arah Lompa. "Tanduknya pasti akan menusukku semalaman. Lagipula,
kami masih anak-anak! Sondra hanyalah tukang koran, Burl dan Seth pekerjaannya
memotong rumput. Sekali pun seluruh uang saku kami dikumpulkan masih belum cukup
untuk membeli salah satu binatang ini, itu pun bila kami memang sangat
menginginkan mereka. Harga yang kalian tawarkan terlalu tinggi."
Edgar dan Ellen saling pandang. Tangan mereka terkepal dengan kuat.
24-Biang Keladi Suara decit ban mobil membuat semua orang menoleh. Pintu-pintu mobil dibanting
dan Marvin Matterhorn serta teman-temannya berjalan ke arah petugas pemadam
kebakaran. "Apa arti semua ini?" bentaknya sambil memperlihatkan surat kabar dan menunjuk
ke halaman pertama. Koran itu adalah Nod's Limbs Gazette edisi khusus sore. Judul utamanya sungguh
mencekam: "Pertama, kami tidak bisa tidur semalaman karena harus membujuk anak-anak kami
yang menangis terus! Kemudian, hari ini waktu kami terbuang
karena harus mengganti ban mobil yang bocor! Dan sekarang, kalian menciptakan
kepanikan dengan mengatakan ada binatang yang bisa saja memakan anak-anak kami"
Ini benar-benar tidak bisa diterima!"
"Betul, sama sekali tidak bisa diterima!" para pengusaha lain setuju. Banyak di
antara mereka yang bajunya masih kotor.
Pak Matterhorn baru saja akan mengumpat tentang ketidakmampuan petugas pemadam
kebakaran ketika dia melihat Edgar dan Ellen.
"Oh, kalian lagi," katanya dengan marah. "Apa kalian sudah menurunkan harganya"
Uang sepuluh dolar itu masih ada di kantongku!" Dan kata-kata itu membuat si
kembar benar-benar tersudut.
25. Berkelahi "Nggak ada yang punya uang!" gerutu Edgar.
"Semua orang ingin kita serahkan binatang-binatang ini dengan cuma-cuma!" kata
Ellen. "Bagaimana kita bisa melakukan apa yang kita inginkan!" mereka saling memarahi.
"Ini saiah-MU!"
"Salah-KU?" "HUUH!" Edgar dan Ellen berdiri berhadapan. Semua orang terdiam melihat kedua anak tiba-
tiba marah. Orang dewasa sangat terkejut, sementara anak-anak tidak heran atas
kejadian itu. "Aku nggak percaya kita belum berhasil menjual seharian ini! Ke mana perginya
kekayaan kita" Di mana uang kita?" kata Edgar.
"Kekayaan kita" Uang kita" Lupakan kita! Mana uang-ku" Seharusnya aku dibayar
karena telah bekerjasama denganmu dan rencanamu yang bodoh!" Ellen balas teriak.
"Oh, kau selalu mementingkan diri sendiri!" Edgar mengejek sambil berjinjit.
"Selalu kau, kau, kau.1 Seandainya keahlianmu berjualan tidak terlalu hebat,
pasti kita sudah punya uang untuk melakukan apa yang kita inginkan!"
Ellen berdiri di depan Edgar sambil mengancam.
"Keahlian-/cu.' Dasar badut! Kau mengacaukan semuanya!" bentaknya, ludahnya
muncrat ke mana-mana. "O ya?" teriak Edgar sambil menginjak kaki Ellen. "Iyaf" balas Ellen sambil
mundur dan menendang tulang kering Edgar.
Anak-anak mengelilingi si kembar yang bertengkar itu, memerhatikan setiap kata-
kata yang mereka ucapkan, sambil berteriak, "Me-reka BERKELAHI!"
Si kembar, yang melompat kesana-kemari karena kesakitan, mulai saling menjambak.
"Berkelahi! Berkelahi! Berkelahi!" teriak anak-anak itu berulang-ulang,
sementara orang dewasa menjulurkan leher agar bisa melihat lebih jelas.
Ellen melayangkan tinju dan menghantam telinga adiknya. Edgar berteriak
kesakitan. "Berkelahi! Berkelahi! Berkelahi!"
Edgar balas memijit hidung kakaknya, lalu menendang perut dan kakinya.
"Berkelahi! Berkelahi! Berkelahi!"
Ellen mengejar Edgar, dan Edgar berlari menghampiri Ellen. Kemudian mereka
saling menjegal tepat di depan Toko Hewan Eksotis, dan berguling-gulingan di
tanah. "Berkelahi! Berkelahi,' Berkelahi!" orang-orang terus meneriakkan kata-kata itu,
tanpa bisa menghentikan perkelahian si kembar.
Hiruk-pikuk perkelahian dan sorak-sorai orang yang berkerumun semakin ramai,
sampai akhirnya, Mr. Poo Poo terbangun dari tidur siangnya. Dia lapar.
26-Ular Tetaplah Ular Kebanyakan orang menjadikan anak anjing dan anak kucing sebagai hewan peliharaan
dengan alasan yang sederhana. Karena lucu. Mereka memandangmu dengan mata mereka
yang manis, mereka juga setia dan selalu senang melihatmu. Mereka senang
menggosok-gosokkan badan ke kakimu dan bergelung di pangkuanmu, menjilati
tanganmu dan minta dielus. Tapi, tidak setiap orang ingin anak anjing dan anak
kucing sebagai peliharaan.
Beberapa orang, seperti Peter dan Penny Pickens, lebih suka memelihara ular
piton Burma. Panjang ular piton Burma bisa lebih dari enam meter dan sebesar batang pohon.
Ular juga takkan menatapmu dengan matanya yang manis, karena matanya tetaplah
mata ular dan mata ular selalu kelihatan seperti menyimpan misteri. Dan seekor
ular juga tidak memiliki bulu untuk dibelai, jadi kalau dia bergelung di
dekatmu, itu bisa berarti dia lapar dan menganggapmu sebagai makanan yang lezat.
Si kembar belum pernah memelihara ular piton Burma sehingga mereka tidak tahu
sifat-sifat ular itu. Mereka menangkap ular piton milik keluarga Pickens sama
seperti mereka menangkap binatang perliharaan lain lalu diubah menjadi
Mondopillar yang warna-warni: hewan eksotis dengan moncong lancip, antena
melingkar, dan bulu di sekujur badannya yang tidak memiliki kaki dan tangan.
Karena perhatian semua orang tertuju pada si kembar sehingga tak ada orang yang
memerhatikan kalau Mondopillar yang kelaparan itu mulai bergerak. Tubuhnya yang
lentur jelas sekali membuat dia bisa melepaskan diri dari belenggu. Perlahan,
hewan itu mulai melata di sepanjang kereta, mengendus bau melalui lidahnya.
Binatang lain masih terikat, dan dalam penglihatan Mondopillar, anak anjing,
anak kucing serta kelinci-kelinci itu memang telah disediakan untuknya. Ular itu
terus merayap maju, sementara binatang yang lain tetap berdiri di tempat masing-
masing tanpa sanggup berbuat apa-apa untuk menyelamatkan diri.
Pertama-tama Mondopillar mendekati Hamble Mini, anak kucing yang badannya dicat
warna ungu dengan hidung merah dan sepasang tanduk tajam. Mondopillar membuka
lebar rahangnya dan langsung menelan Hamble.
Kemudian, ketika ular raksasa itu hendak menelan hamster yang diberi nama
Duffle, tiba-tiba dia berhenti dan tidak bisa bergerak.
27-Penarik Perhatian Mondopillar rupanya tersedak tanduk Hamble. Hewan itu mengeluarkan suara keras,
dan batuk yang mengerikan karena tersedak dan tercekik.
Saat itu, Edgar dan Ellen masih berteriak keras sambil berkelahi, dan orang yang
berkerumun juga berteriak keras, tapi suara ular yang tercekik jauh lebih keras.
Setiap orang menoleh ke sumber suara yang menakutkan itu, dan sejenak
perkelahian pun terlupakan.
Saat orang-orang memerhatikan, Mondopillar menggulung tubuhnya dan mengangkat
ekornya tinggi-tinggi, lalu membanting-banting dirinya sendiri. Kepalanya
terayun-ayun ke kiri dan ke kanan, ke depan dan ke belakang. Tiba-tiba, dengan
satu hentakan keras "grrahhkk!", ular itu memuntahkan semua yang terjebak di
tenggorokannya. Sebongkah bulu berwarna ungu, sebuah bola bundar berwarna merah, serta serpihan
apa yang tadinya menjadi tanduk Hamble berhamburan keluar dari mulut ular
disusul oleh seekor anak kucing yang tampak bersyukur sekali bisa keluar dari
perut si ular. "Chauncey!" teriak Donald Bogginer ketika mengenali hewan kesayangannya. Donald
mengambil dan memeluk anak kucing itu dengan erat.
"Mereka bukan hewan eksotis yang berharga! Mereka binatang peliharaan kita!"
28. Mandi Anak-anak itu segera berlari ke arah Mesin Keberuntungan Nomor 7. Mereka
mengambil selang air dan menyemprot kereta beserta seluruh isinya dari atas
sampai bawah. Semua pewarna, cat, dan hiasan hilang tersapu air, dan mereka
bersorak gembira ketika binatang-binatang itu bisa kenali. Anak-anak itu sangat
gembira melihat peliharaan mereka, tapi binatang-binatang itu jauh lebih gembira
lagi ketika melihat tuan mereka!
Ketika sebagian anak berlarian ke arah ke-reta, yang lain tetap di dekat truk.
Mereka menambah kekuatan air dan mengarahkannya pada biang keladi dari semua
penderitaan mereka. Semprotan air itu membuat Edgar dan Ellen terjengkang.
"Giek!" teriak Edgar.
"Blup!" Ellen gelagapan.
Semburan air yang keras benar-benar membuat si kembar jatuh, dan tanah di
sekitar mereka becek. Satu demi satu anak-anak mengambil binatang kesayangan mereka dari tempat
pajangan sambil tertawa senang saat dijilati peliharaan mereka. Dan satu demi
satu pula, mereka menendang Edgar dan Ellen yang terjebak dalam kubangan tanah
becek. "Ini untuk Freckles!" kata Stanley Mulligan, sambil menunjuk hidung Edgar.
"Ini untuk Blumpers!" kata Annie Krump lalu menarik kuncir Ellen saat lewat di
dekatnya. "Dan ini untuk Mr. Poo Poo!" kata Peter Pickens sambil menyipratkan lumpur
ketika berjalan melewati si kembar sambil menyeret ekor ular peliharaannya.
Penny, yang menyeret bagian depan ular piton, berhenti sebentar seolah-olah
berpikir untuk memberi ularnya itu kesempatan untuk menelan kedua pencuri. Saat
anak-anak keluarga Pickens lewat membawa Mr. Poo Poo, ular itu menjulurkan lidah
yang panjang ke arah si kembar.
Dan keadaan makin buruk bagi Edgar dan Ellen ketika botol milik Dr. Von Barlow
yang berisi semut api pecah karena keributan yang terjadi sebelumnya. Semut-
semut api itu berlarian di genangan air dan di seluruh tubuh Edgar dan Ellen,
menggigiti mereka. "Auw!" Edgar menjerit setiap kali digigit.
"Kau dan semut apimu!" teriak Ellen sambil memukul-mukuli dirinya sendiri dengan
sia-sia untuk mengusir semut-semut itu. "Senang ya" Auw!"
Setiap anak akhirnya mendapatkan kembali peliharaan mereka. Dan sambil beranjak
pergi, anak-anak itu menendang si kembar yang terperangkap di lumpur becek,
beberapa di antaranya bersama orangtua mereka. Petugas pemadam kebakaran
menggulung kembali selang air lalu meninggalkan tempat itu. Dr. Felix Von Barlow
juga melangkah pergi. Sementara, Edgar dan Ellen dibiarkan di sana,
kedinginan, di tengah tanah becek dan semut
api. 29-Tidak Lagi Berjualan Dengan badan memar, penuh baret, dan juga kotoran serta hiasan yang sudah rusak,
Edgar dan Ellen berjalan kembali ke rumah, masuk lewat pintu depan tanpa
membersihkan kaki. Jejak kaki lumpur dan kotoran membekas di lantai.
"Kita benar-benar dapat pelajaran berharga hari ini," kata Ellen sambil menguap.
"Ya, betul," jawab Edgar. "Lain kali, kalau menyamarkan binatang curian, kita
jangan pakai cat air dan lem murah - barang-barang itu gampang luntur."
Kelelahan, Edgar dan Ellen langsung menuju ke lantai atas dengan lemas. Setengah
jalan ke lantai tiga, mereka mendapat firasat aneh. Mereka lalu membalikkan
badan dan di bawah sana, dalam naungan bayangan di mulut tangga, Heirmetz
berdiri sambil tersenyum. Giginya tampak mengkilap dalam kegelapan. Si kembar
pun cepat-cepat berlari naik ke atas.
Ketika hampir sampai di lantai atas, mereka melewati ruang di mana Pet sedang
duduk di atas kursi yang tinggi sambil melihat siaran ulang acara yang telah
memberi si kembar ide untuk membuat Toko Hewan Eksotis. Edgar dan Ellen meringis
lalu membuang muka saat melihat acara itu lagi.
"Ahh, binatang! Aku benci binatang!" gerutu Ellen. "Kita jangan berurusan dengan
anak anjing, anak kucing, kelinci, atau hamster lagi !"
"Dan jangan lupa, ular piton Burma raksasa," kata Edgar, "atau lupakan saja ular
piton Burma raksasa itu!"
Satu lagu terakhir kembali mereka bersandung seolah dalam suasana duka:
Rencana kami gagai Tak seorang pun membeli hewan eksotis Hari
yang sia-sia - kami tidak dapat
Uang sepeser pun untuk menjalankan rencana
selanjutnya. Tapi, semua hewan itu akan lebih merana Bila kami kembali dengan rencana yang
lebih kejam. Tunggu saja, tunggu saja, kami akan kembali Melakukan hal yang
lebih menyakitkan Sambil bersenandung, si kembar berjalan melewati ruang kerja, naik ke atas
melewati pintu rahasia dan langsung ke tempat tidur, meninggalkan jejak langkah
kaki yang kotor di belakang mereka.
30. Akhir Siaran Pet dibiarkan sendirian di ruang kerja, sinar dari pesawat televisi memantul di
ruang yang gelap itu dan menciptakan bayang-bayang. Sekali lagi, Edgar dan Ellen
keburu keluar ruangan itu sebelum Profesor Paul selesai menjelaskan tentang
hewan eksotis: "Makhluk aneh berikut ini mungkin binatang yang sangat langka di dunia. Binatang
ini jarang sekali terlihat. Tidak diketahui dengan pasti jumlah yang masih hidup
di hutan belantara, dan kelangkaan mereka ini menjadikan mereka hewan eksotis
paling berharga di muka bumi."
Di layar televisi terlihat kamera mengarah ke halaman buku ilmu hewan kuno yang
di dalamnya tergambar makhluk yang bentuknya seperti gumpalan rambut hitam,


Rare Beast Edgar And Ellen Karya Charles Ogden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tebal, dan berminyak dengan satu mata berwarna kuning.
Pet turun dari kursi. Badannya yang mirip gumpalan rambut hitam, tebal, dan
berminyak sudah menuntut untuk tidur. Matanya yang hanya satu dan berwarna
kuning sudah mulai redup ketika dia menghilang dan hanya menyisakan bayangan.
Sekarang adalah masa pemilihan umum di Nod's Limbs. Edgar dan Ellen punya banyak
rencana untuk meningkatkan perekonomian di daerah mereka. Status pusat kota dan
reputasi Walikota sangat tergantung pada keberhasilannya untuk menjadikan Nod's
Limbs sebagai pusat tujuan wisata. Edgar dan Ellen akan memastikan bahwa
Walikota dan seluruh penduduk kota mendapatkan perhatian sebagaimana seharusnya.
Ucapan terima kasih Atas terbitnya Edgar & Ellen, kami dari Penerbit Matahati mengucapkan terima
kasih kepada: * Untuk endorsment: Dimas Back; Raditya Dika, dan RCTI
* Untuk proof reader. Alaysia Soebandono; Trinzie; Mba Mini; Mas Rio; Bpk. Danie
Satrio * Untuk bantuan: John Suryana; Mas Dedy Nur; Ibu Aniek; Gayatri
* Seluruh Komunitas Matahati yang telah banyak membantu dan menyebarkan
informasi dari hadirnya buku Edgar & Ellen
Bergabung bersama Komunitas Matahati di Friendster melalui
info@penerbitmatahati.com
Kiamat Di Goa Sewu 1 Pendekar Rajawali Sakti 101 Rahasia Dara Iblis Kisah Cinta Abadi 2
^