Pencarian

Gadis Misterius 7

Gadis Misterius Karya Sherls Astrella Bagian 7


"Itulah yang kukhawatirkan. Aku khawatir engkau mulai melakukan segala
macam kegiatanmu selama engkau berada di Istana. Aku tidak ingin engkau
berkeliaran di Istana selama engkau masih lemah."
"Jangan khawatir, Al. Di sini masih ada Mrs. Wve dan Mrs. Vye yang akan
menjagaku," kata Princess Minerva, "Sekarang aku mempunyai dua orang
pengasuh yang selalu menjagaku."
"Aku tahu mereka akan mampu menjagamu dengan baik," kata Pangeran,
"Tetapi aku lebih mempercayai diriku sendiri daripada orang lain."
Princess Minerva tersenyum, "Al, aku tahu engkau mengkhawatirkan aku tetapi
jangan kaulupakan janjimu. Engkau tahu aku paling tidak senang melihat
seseorang melanggar janjinya."
Pangeran memandang sedih pada Princess Minerva yang masih berada di
pelukannya. "Aku tahu itu. Aku ingin sekali membatalkan janji yang kubuat
tahun lalu itu." "Engkau telah berjanji pada mereka tahun lalu untuk menghadiri pesta musim
dingin mereka," kata Princess Minerva mengingatkan, "Dan jangan lupa pada
kedudukanmu, Al. Engkau putra mahkota Kerajaan Zirva."
"Karena itu pula aku merasa bingung, Minerva," kata Pangeran Alcon.
Princess Minerva tersenyum melihat kebingungan kakaknya. Ia mengangkat
tangannya dan memegang wajah Pangeran Alcon.
Pangeran Alcon menggenggam tangan dingin Princess Minerva yang menyentuh
wajahnya sambil terus memandang wajah adiknya yang sedang tersenyum.
"Al, seorang Pangeran tidak boleh melanggar janjinya. Engkau akan disegani
penduduk bila engkau selalu menepati janjimu tetapi bila engkau selalu
melanggar janjimu, masyarakat tidak akan mempercayaimu."
Pangeran terus memandang wajah Princess Minerva.
"Engkau harus belajar menjadi raja yang baik bagi masyarakat dari hal-hal yang
kecil," kata Princess Minerva, "Memang janjimu kepada Raja Pyre tidak dapat
dikatakan kecil tetapi engkau tahu engkau harus menepatinya."
Pangeran Alcon mengangguk, "Aku tahu itu, Minerva."
"Aku senang engkau mengetahuinya. Aku berjanji tidak akan melakukan
tindakan apa pun yang akan membuat aku menjadi sakit selama engkau pergi.
Aku akan menuruti segala perkataan kedua pengasuhku," kata Princess Minerva
sambil tersenyum manis. Pangeran membalas senyuman Princess Minerva dengan senyum nakal yang
kekanak-kanakan, "Aku tahu engkau memang pandai membujuk orang, Princess
Minerva. Engkau selalu membujuk orang dengan senyumanmu yang manis itu
dan membuat semua orang sulit menghindari bujukanmu."
Kata-kata Pangeran Alcon membuat Princess Minerva menyadari suatu hal yang
selama ini tidak pernah dipikirkannya.
Kata-kata Alexander tiba-tiba terbayang kembali di ingatannya, "Cukup sudah
aku engkau bodohi dengan wajah cantikmu. Semua wanita sama saja, berwajah
cantik tetapi berhati iblis."
Princess Minerva sadar mungkin karena senyumannya itu yang membuat
Alexander merasa ia adalah wanita perayu yang ulung. Karena dengan
senyumannya yang manis itu, ia mampu membuat siapa saja menurutinya.
Princess Minerva segera menyembunyikan kesedihan hatinya di balik
senyumannya secepat Princess Minerva menyadari hal itu.
"Apakah itu berarti engkau akan pergi menepati janjimu?"
Pangeran Alcon cemberut, "Rupanya engkau sangat bersemangat menyuruhku
meninggalkanmu." "Bukan, Al. Aku juga tidak ingin engkau meninggalkanku tetapi aku ingin engkau
menepati kata-katamu."
Pangeran Alcon tersenyum dan memeluk Princess Minerva lagi, "Aku akan pergi
menepati janjiku sesuai kehendakmu, Tuan Puteri, tetapi aku akan segera
kembali. Aku janji aku akan segera kembali setelah pesta itu selesai."
Princess Minerva tersenyum mendengar kata-kata Pangeran Alcon.
Seperti yang telah dikatakan Pangeran pada Princess, Raja dan Ratu juga ikut
pergi ke kerajaan tetangga mereka. Beberapa hari menjelang keberangkatan
mereka, semua orang di Istana sibuk menyiapkan keberangkatan itu. Menjelang
keberangkatan itu, Pangeran Alcon menjadi semakin sering berada di kamar
adiknya. Pangeran Alcon benar-benar tampak enggan meninggalkan adiknya.
Namun sejak Princess Minerva berhasil membujuk Pangeran, Pangeran tidak
pernah mengeluh atau merasa bingung lagi.
Satu-satunya yang dirasakan Pangeran ketika hari keberangkatannya semakin
dekat adalah rasa sedih harus berpisah dengan Princess Minerva yang baru saja
kembali setelah tak tentu rimbanya selama tiga bulan lebih. Bahkan hampir
setengah tahun bila ditambah dengan saat Princess Minerva tak sadarkan diri.
Walaupun Pangeran tidak mengatakan apa-apa tentang kesedihannya itu tetapi
Princess mengetahuinya. Setiap hari Princess Minerva menghibur kakaknya juga
kedua orang tuanya yang juga enggan berpisah dengannya. Raja dan Ratu
memang tampak sedih karena harus meninggalkan Princess Minerva yang tidak
begitu sehat tetapi Pangeran Alcon lebih sedih lagi.
Tidak dapat disangkal lagi Princess Minerva lebih akrab dengan kakaknya
daripada kedua orang tuanya. Walaupun demikian Princess Minerva tetap
menyayangi kedua orang tuanya sebesar rasa sayangnya pada kakaknya. Raja
dan Ratu juga mengerti melihat Pangeran Alcon lebih akrab dengan Princess
Minerva daripada dengan mereka.
Sejak kejadian yang menimpa Princess saat Princess berusia empat tahun,
Pangeran Alcon berubah total. Pangeran yang semula tidak menyukai adiknya
menjadi sangat menyayanginya bahkan lebih menyayangi adiknya daripada
nyawanya sendiri. BAB 18 Princess Minerva memandang hujan salju dari jendela Ruang Duduk kamarnya.
Rasa kesepian yang merambati hatinya membuat Princess termenung melihat
hujan salju yang indah di halaman Istana.
Pangeran Alcon baru saja meninggalkan Istana dua hari yang lalu tetapi bagi
Princess Minerva rasanya setahun yang lalu Pangeran pergi dan hingga kini
belum kembali. Princess terkenang kembali saat hari keberangkatan kedua orang tuanya
bersama kakaknya. Sejak pagi seluruh penghuni Istana disibukkan persiapan keberangkat mereka.
Pangeran Alcon yang biasanya selalu berada di kamar Princess hari itu tidak
nampak di kamar Princess Minerva. Baru saat mereka akan berangkat, Pangeran
Alcon ke kamar Princess Minerva bersama Raja dan Ratu.
"Jagalah dirimu, Minerva, selama kami tidak ada," pesan Ratu.
Princess Minerva mengangguk, "Ya, Mama. Aku berjanji akan selalu menjaga
kesehatanku." Raja menatap Mrs. Wve dan Mrs. Vye yang berdiri tak jauh dari Princess
Minerva. "Jagalah Minerva selama kami pergi."
"Kami berjanji akan menjaga Princess sebaik mungkin," kata Mrs. Wve dan Mrs.
Vye bersamaan. "Awasi dia. Jangan biarkan Minerva berkeliling Istana dengan tubuh lemah
seperti ini dan perhatikan ia saat ia minum obat. Pastikan ia selalu meminum
obatnya," kata Pangeran.
Sekali lagi Mrs. Wve dan Mrs. Vye menjawab serempak, "Kami berjanji,
Pangeran." Princess Minerva tersenyum, "Engkau telah mendengarnya, Al. Jangan khawatir
lagi, mereka akan menjagaku dengan baik. Nikmatilah pesta itu."
"Aku masih kurang mempercayaimu, Minerva. Engkau paling sulit disuruh diam."
Princess Minerva tersenyum lagi, "Sekarang aku mau tidak mau harus menuruti
pengasuhku, Al. Sekarang pengasuhku ada dua. Mereka sama-sama keras
terhadapku. Aku tidak akan dapat menghindari peraturan mereka."
"Tentu saja Anda tidak boleh, Princess. Sekarang saya mempunyai teman yang
akan membuat Anda semakin kesulitan melanggar peraturan saya," kata Mrs.
Wve, "Kalau dulu saya kewalahan menghadapi Anda maka sekarang Andalah
yang kewalahan menghadapi saya."
Perkataan Mrs. Wve disambut tawa Raja dan Pangeran Alcon.
"Seperti yang Minerva katakan, kalian memang cocok," kata Pangeran.
"Aku percaya kalian berdua akan mampu membuat Minerva menuruti segala
peraturan kalian," kata Raja, "Dan aku berharap kalian juga mampu membuat
Minerva duduk diam seharian."
Ratu menggelengkan kepalanya. "Aku tidak yakin. Minerva terlalu sulit disuruh
diam walau sedetik. Selalu ada saja yang dilakukan Minerva. Ia hanya diam bila
ia tidur." "Saat ia menjadi putri tidur yang cantik, aku justru ingin melihatnya bergerak,"
kata Pangeran Alcon. "Tidak hanya engkau saja, Alcon. Kami semua juga ingin melihat Minerva
bergerak saat ia menjadi putri tidur," kata Raja.
Ratu mendekati Princess. "Turutilah kata-kata pengasuhmu, Minerva."
Princess Minerva mengangguk. "Aku janji, Mama."
"Baiklah, sekarang kita harus berangkat," kata Raja.
Princess Minerva tidak mengantar mereka hingga ke depan Istana walaupun ia
sebenarnya ingin melakukannya. Pangeran Alcon melarang Princess
meninggalkan kamarnya walaupun hanya untuk mengantar mereka.
"Tetaplah di sini, Minerva. Aku tidak ingin engkau berkeliaran di Istana dengan
badan yang lemah seperti ini," kata Pangeran, "Aku janji akan pulang seminggu
sebelum pesta itu." Walaupun merasa berat hati tetapi Princess menuruti larangan Pangeran Alcon.
Ia tidak mengantar mereka hingga di depan Istana. Tetapi ia tetap mengantar
mereka dengan pandangan matanya yang tak pernah lepas dari kereta yang
terus bergerak menjauhi Istana.
Princess menatap jalan setapak di halaman Istana yang luas. Melalui jalan itulah
kereta yang membawa kedua orang tua serta kakaknya meninggalkan Istana.
Dari balik jendela, pandangan Princess terus mengikuti kereta itu hingga kereta
itu menghilang. Princess Minerva merasa kesepian. Ia merasa sangat hampa. Ia tidak dapat
melihat wajah kakaknya, melihat sikap dan cara tersenyum kakaknya yang mirip
sekali dengan pria yang dicintainya.
Selama Pangeran Alcon ada di dekatnya, Princess selalu merasa ia seperti
berada di dekat Alexander. Memang hal itu membuatnya merasa sedih dan
sering membuatnya enggan melihat wajah kakaknya yang tersenyum dengan
cara yang sama dengan Alexander. Terutama bila ia teringat kenangannya
bersama pria itu di Obbeyville.
Setiap kali Princess bersama kakaknya, ia selalu berharap dapat mengusir
kenangan Alexander yang selalu muncul setiap kali ia memandang kakaknya.
Dan kini setelah Pangeran Alcon pergi, Princess merasa jauh lebih kesepian. Ia
tidak dapat lagi melihat wajah Alexander di wajah kakaknya. Dan ia juga tidak
dapat lagi bertemu dengan Alexander juga tidak dapat mendengarkan suaranya
yang penuh wibawa walaupun ia dapat pergi ke Blueberry.
Princess Minerva sadar Alexander pasti lebih suka menjauh darinya daripada
bertemu, daripada melihat wajahnya.
Princess Minerva tahu ia dapat pergi ke Blueberry maupun ke Obbeyville tetapi
itu tidak akan ada artinya bila ia tidak dapat bertemu dengan Alexander.
Walaupun ia ke Blueberry atau ke Obbeyville berulang kali tetapi ia tidak akan
dapat bertemu dengan Alexander, Princess menyadari itu.
Kesedihan dan kesepian yang memenuhi dadanya membuat Princess tidak
menyadari kedatangan Mrs. Wve.
"Mengapa Anda berdiri di situ, Princess?"
Princess Minerva terkejut. Ia menyembunyikan kesedihannya sebelum ia
membalikkan badannya. "Sekarang aku mengerti, Mrs. Wve."
"Mengerti apa, Princess?" tanya Mrs. Wve tak mengerti.
"Aku mengerti bagaimana rasa kesepian Al saat aku tidak ada di sini. Sekarang
aku merasa kesepian di Istana sebesar ini tanpa Al."
"Anda telah lama berpisah dengan Pangeran, Princess. Karena itu Anda merasa
kesepian," kata Mrs. Wve mencoba menghibur Princess Minerva.
"Tidak, Mrs. Wve," Princess menggelengkan kepalanya, "Aku sering berpisah
dengan Al dalam waktu yang lama. Dalam setahun aku hanya bersama Al
selama tiga bulan, engkau tahu itu."
Mrs. Wve mengangguk. "Selama itu aku tidak pernah merasa kesepian, walaupun aku berada jauh dari
Al baik itu di Foentza maupun di Clayment."
Mrs. Wve memandang sedih pada Princess Minerva. "Saya mengerti perasaan
Anda, Princess Minerva. Tetapi jangan biarkan rasa kesepian itu membuat Anda
terus berdiri di sini. Anda harus beristirahat."
Princess Minerva tersenyum, "Aku mengerti, Mrs. Wve. Engkau hendak
menyuruhku beristirahat, bukan?"
Mrs. Wve tersenyum. Ia membimbing Princess Minerva ke kamarnya.
Princess Minerva menyandarkan punggungnya pada bantal yang telah ditatanya.
"Anda harus beristirahat, Princess. Jangan membaca buku," kata Mrs. Wve saat
melihat Princess mulai membuka buku.
Princess Minerva tersenyum. "Engkau tahu aku merasa bosan diam seharian,
Mrs. Wve. Biarkanlah aku membaca."
"Tetapi Anda harus beristirahat, Princess."
Princess Minerva tersenyum. "Baiklah, Mrs. Wve. Aku telah berjanji pada Mama
untuk menuruti segala perkataanmu."
Mrs. Wve tersenyum puas. Ia mendekati Princess Minerva dan mengambil buku
itu dari tangannya. Saat Mrs. Wve menuju meja rias, Mrs. Vye muncul.
"Ada apa, Mrs. Vye?" tanya Mrs. Wve.
"Kepala Pengawal Istana ingin bertemu Anda, Princess," kata Mrs. Vye.
"Biarkan ia masuk, Mrs. Vye," kata Princess cepat-cepat sebelum Mrs. Wve
mengatakan sesuatu. Mrs. Vye menghilang di balik pintu. Tak lama kemudian ia muncul kembali
bersama seorang pria yang berbaju putih kebiru-biruan, baju khas pasukan
pengawal Istana Plesaides.
Pria itu membungkuk hormat pada Princess Minerva.
"Ada apa, Jacques?" tanya Princess Minerva, "Apakah terjadi sesuatu di luar
Istana?" "Tidak terjadi apa-apa baik di dalam maupun di luar Istana, Princess," jawab
Jacques. "Apa yang hendak kaulaporkan kepadaku?"
Pria itu ragu-ragu untuk sesaat tetapi ia tetap menjawab pertanyaan yang
diajukan Princess Minerva. "Duke of Blueberry beserta keluarganya ingin
bertemu Anda, Princess."
Princess Minerva terkejut mendengar nama itu. Jantungnya serasa berhenti
berdetak saat ia mendengar Jacques menyebut nama itu.
Dengan cepat ia menguasai perasaannya kemudian dengan suara yang tenang
ia berkata, "Katakan maafku kepada mereka, Jacques. Aku tidak dapat menemui
mereka hari ini." Princess Minerva tersenyum memandang Mrs. Wve yang menatap was-was
kepadanya, "Seperti yang engkau lihat, Mrs. Wve mulai marah. Ia tidak akan
mengijinkan siapapun membatalkan istirahat siangku."
"Tentu saja tidak. Princess membutuhkan banyak istirahat. Walaupun suhu
kamar ini cukup hangat tetapi wajah Princess masih tetap pucat," kata Mrs. Wve
menegaskan sikapnya. "Saya mengerti, Princess," kata Jacques.
Princess Minerva tersenyum lagi, "Katakan permintaan maafku kepada mereka,
Jacques. Hari ini aku tidak dapat menemui mereka karena itu mintalah mereka
untuk tinggal di Istana. Aku berjanji akan menemui mereka esok pagi."
Jacques mengangguk, "Akan saya sampaikan permohonan maaf Anda pada
mereka, Princess." "Mrs. Wve, tolong kauatur kamar untuk tamu-tamu kita. Aku yakin mereka akan
mau tinggal di sini," kata Princess Minerva pada Mrs. Wve.
Kemudian Princess menatap Jacques yang masih menanti perintah selanjutnya,
"Setelah engkau mengatakan permintaan maafku, antarkan mereka ke kamar
yang telah diatur oleh Mrs. Wve."
"Saya mengerti, Princess Minerva."
Princess Minerva mengangguk.
Setelah menerima tugas-tugas yang harus dilakukannya, baik Mrs. Wve , Mrs.
Vye maupun Jacques segera membungkukkan badannya kemudian
meninggalkan Princess Minerva sendirian di Ruang Tidurnya yang besar.
Mrs. Wve meninggalkan kamar Princess Minerva dengan perasaan bingung.
"Wajah Princess berubah ketika ia mendengar Jacques menyebutkan nama Duke
of Blueberry," kata Mrs. Wve.
Mrs. Vye menatap heran pada Mrs. Wve, "Aku tidak merasa wajah Princess
berubah setelah mendengar nama itu."
"Engkau memang kurang peka bila menyangkut perasaan seseorang."
Mrs. Vye mengangguk, "Ya, kuakui aku memang kurang pandai membaca


Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perasaan orang yang tergambar di wajahnya."
"Kudengar Blueberry dekat dari Obbeyville."
Sekali lagi Mrs. Vye mengangguk.
"Apakah Princess bertemu dengan keluarga Duke of Blueberry terutama
putranya yang kata Pangeran sulit didekati, selama ia berada di Obbeyville?"
tanya Mrs. Wve. "Ya. Selama Princess Minerva berada di Obbeyville, ia sering bertemu Tuan
Muda Alexander." "Bagaimana hubungan mereka?" tanya Mrs. Wve penuh harap.
Mrs. Vye berkata tenang, "Mereka baik-baik saja. Aku tidak melihat yang lain."
Mrs. Wve mengeluh. "Engkau memang kurang peka bila menyangkut masalah
perasaan. Tidak ada gunanya bertanya lebih jauh padamu."
Mrs. Vye menatap bingung pada Mrs. Wve tetapi ia segera melupakan
kebingungannya. Princess Minerva mendengar suara percakapan kedua wanita itu samar-samar.
Ia tidak berusaha menangkap pembicaraan kedua wanita itu. Ia sibuk dengan
pikirannya sendiri. Sejak mendengar Jacques menyebut nama keluarga Duke of
Blueberry, hati Princess menjadi tidak tenang. Jantung Princess yang semula
terasa berhenti berdetak ketika ia mendengar nama itu kini menjadi berdebar
lebih kencang. Princess Minerva bertanya-tanya apakah yang membuat Duke of Blueberry ingin
menemuinya. "Tidak mungkin Duke of Blueberry tahu aku adalah sang putri yang hilang itu,"
kata Princess sambil memandang langit-langit kamarnya.
Dugaan itu membuat Princess teringat pengumuman yang disebarkan Pangeran
Alcon sehari sebelum ia meninggalkan Kerajaan Zirva.
Sehari sebelum Pangeran Alcon meninggalkan Istana, Pangeran menjawab
pertanyaan masyarakat. Pengumuman hari pesta itu serta undangannya
disebarkan pada pagi hari itu. Pada saat Pangeran mengumumkan hal itu,
semua terasa berjalan dengan teratur.
Menteri Dalam Negeri mengumumkan di depan Istana kepada semua penduduk
Xoechbee. Undangan-undangan disebarkan sebelum Menteri Dalam Negeri
mengumumkannya. Dan penduduk di luar Xoechbee mengetahuinya dari koran
yang memuat berita tetang pesta itu pada hari yang sama.
Semuanya berjalan teratur dan serempak pada hari yang sama.
Saat itu pula Princess Minerva merasa kagum pada kakaknya yang pandai
mengatur segala sesuatunya sehingga tugas yang tidak mudah itu dapat
dijalankan dengan rapi dan teratur.
Memang setelah Pangeran Alcon mengumumkan pesta perkenalan itu tidak ada
reaksi yang jelas dari masyarakat selain penduduk Xoechbee. Tidak ada orang
yang merasa keberatan dengan pesta yang diadakan dua kali itu dalam waktu
yang hanya berselisih sepuluh hari.
Hanya reaksi penduduk Xoechbee saja yang diketahui baik Pangeran Alcon
maupun keluarga Raja lainnya. Penduduk Xoechbee merasa senang dengan
dibukanya kesempatan bagi mereka untuk semakin mengenal putri mereka.
Pada pesta itu Pangeran Alcon mempersilakan kepada siapa saja yang ingin
hadir. Selain bangsawan yang khusus mendapatkan undangan, masyarakat
umum yang ingin mengenal Princess Minerva dapat hadir juga.
Walaupun Pangeran Alcon tidak mengatakan apa-apa tetapi Princess tahu
kakaknya sangat berharap dapat bertemu dengan Baroness Lora serta putrinya,
Lady Debora dalam pesta itu. Princess Minerva juga tahu Baroness Lora maupun
Lady Debora tidak akan melewatkan pesta ini. Terutama Lady Debora yang
berniat menjadi Ratu Kerajaan Zirva.
Kadang bila memikirkan Lady Debora, Princess Minerva merasa kasihan. Wanita
itu sangat ingin hidup selalu bergelimang kemewahan dan rela melakukan apa
saja demi tercapainya keinginannya itu.
Princess Minerva saja yang hidup dalam kemewahan selalu ingin hidup sebagai
gadis biasa. Karena itulah ia menolak tinggal di rumah yang mewah di
Clayment. Semula keinginan Princess Minerva untuk tinggal di Small Cottage
dilarang orang tuanya terutama kakaknya. Tetapi Princess tidak berhenti
berusaha, Princess Minerva selalu membujuk mereka. Dan akhirnya mereka
mengijinkan Princess tinggal di cottage kecil pilihannya sendiri.
Princess sangat menyukai hidup di Small Cottage yang berada di atas pulau kecil
yang masih berupa pedesaan dengan hutan yang lebat.
Sebenarnya Princess Minerva juga ingin tinggal di rumah yang kecil bila ia
berada di Foentza tetapi karena di sana telah ada Castil Yonga yang megah,
maka Princess Minerva menerima tempat itu menjadi Castil musim panasnya
yang sejuk. Princess Minerva sering berpikir apa enaknya hidup dengan kekayaan yang
melimpah tetapi tanpa cinta. Tetapi Princess Minerva mempunyai keduanya.
Semua orang mencintai Princess Minerva baik karena wajahnya yang cantik
maupun karena kebaikan hatinya. Semua orang sangat mengagumi Princess,
berkebalikan dengan Lady Debora yang ingin selalu hidup dalam kemewahan.
Lady Debora memang telah memiliki rumah yang besar tetapi ia selalu merasa
kurang. Lady Debora selalu menginginkan kekayaan yang lebih besar dan lebih
banyak dari yang dimilikinya. Keinginan wanita itu untuk selalu hidup
bergelimang kekayaan sangat kuat sehingga ia rela melakukan apa saja untuk
mendapatkannya. Tetapi Lady Debora tidak memiliki orang yang benar-benar
mencintainya dengan cinta yang tulus. Memang banyak orang yang memuji
kecantikan Lady Debora tetapi mereka hanya terpesona pada kecantikannya
saja. Mereka hanya mencintai kecantikan Lady Debora. Lady Debora tampaknya
tidak menyadari itu. Ia selalu tampil penuh percaya diri pada kecantikannya. Ia
mengira kecantikannya tidak tertandingi.
Baru saat Princess Minerva muncul sebagai Maria, gadis yang hilang ingatan
pada pesta yang sama dengannya, di pesta dansa keluarga Blueberry, Lady
Debora merasa kehilangan percaya dirinya. Lady Debora mulai merasa dirinya
mempunyai saingan. Tetapi perasaan itu segera hilang setelah Alexander yang
selalu berada di sisi gadis yang membuatnya merasa rendah, sering
mengajaknya pergi. Sejak saat itu pula Princess Minerva merasa Alexander
benar-benar mencintai Lady Debora. Tetapi keinginan Lady Debora tidak dapat
ditebak. Ia telah mendapatkan cinta Alexander yang selama ini menjadi
sasarannya tetapi ia mengkhianati cinta itu.
Hingga kini Princess Minerva tidak mengerti mengapa Lady Debora tega
mengkhianati cinta pria yang benar-benar mencintainya demi kekayaan. Demi
kekayaan pula Lady Debora berhenti mengincar kedudukan sebagai Duchess of
Blueberry dan beralih ingin menjadi Ratu Kerajaan Zirva setelah membaca berita
hilangnya Princess Minerva di koran.
Dari Lady Debora sendiri Princess Minerva mengetahui keinginan wanita itu
menjadi istri kakaknya, Pangeran Alcon. Namun sayang sekali ia tidak akan
pernah dapat mewujudkan keinginannya itu karena Pangeran Alcon tidak
menyukainya bahkan sebelum mereka bertemu.
Princess Minerva tidak dapat membayangkan betapa kecewanya Lady Debora
bila ia mengetahui ia telah dibenci Pangeran bahkan sebelum mereka bertemu.
Dengan datangnya undangan itu, Princess dapat membayangkan Lady Debora
merasa senang sekali karena baginya ini merupakan kesempatan yang baik
untuk mendekati Pangeran Alcon. Tetapi Lady Debora tidak tahu pesta ini
diadakan juga karena Pangeran Alcon ingin melihat wajah wanita yang telah
menghina adiknya, Princess Minerva ketika adiknya hilang ingatan.
Princess Minerva tidak dapat membayangkan seperti apa pesta itu akan
berlangsung dan bagaimana ia harus menghadapi Alexander di pesta itu.
Pertemuannya dengan Alexander, putra Duke of Blueberry di pesta itu memang
tidak dapat dielakkan lagi walaupun Princess Minerva tidak menginginkannya.
Tetapi Princess Minerva ingin sekali bertemu dengan Alexander walaupun ia tahu
pria itu tidak akan mau bertemu dengannya.
Dan ia sama sekali tidak menduga pertemuannya dengan Alexander akan lebih
cepat dari yang semula dibayangkannya. Ia tidak tahu apa yang harus
dilakukannya besok untuk menghadapi Alexander yang tidak ingin bertemu
dengannya. Sebenarnya Princess Minerva sendiri berharap tidak bertemu dengan Alexander
walaupun ia sangat ingin bertemu dengannya. Ia tidak ingin membuat Alexander
menjadi semakin membeci dirinya setiap kali mereka bertemu. Benar-benar
sebuah dilemma... Bagi Princess Minerva lebih baik ia memendam rasa rindunya daripada membuat
pria itu lebih membencinya setiap kali mereka bertemu.
Dalam pesta itu Alexander tidak akan dapat menghindarinya dan Princess
Minerva sendiri juga tidak dapat menghindari pertemuannya dengan Alexander
di pesta itu. Princess Minerva tahu bila ia menghindari Alexander, itu akan
membuat banyak orang menjadi curiga.
Princess Minerva telah memikirkan resikonya dengan menemui Alexander di
pesta itu tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia tahu ia harus bertemu dengan
Alexander di pesta itu sekalipun itu berarti kebencian Alexander terhadapnya
akan bertambah besar. Princess Minerva mencoba untuk tidur tetapi ia sama sekali tidak dapat berhenti
berpikir. Keberadaan Alexander di Istana yang sama dengannya benar-benar
membuatnya merasa bingung dan cemas. Karena ia tidak dapat juga
memejamkan matanya, Princess Minerva akhirnya meninggalkan tempat
tidurnya. Tidak ada suara di Ruang Duduk. Itu berarti Mrs. Wve dan Mrs. Vye belum
kembali. Princess Minerva berjalan ke Ruang Duduk yang hangat. Ia menatap kosong
sekelilingnya seolah-olah tidak ada apapun di ruangan itu selain dirinya sendiri
dan kehampaan hatinya. Kaki Princess Minerva terus berjalan ke arah jendela
besar yang menghubungkan ruangan itu dengan serambi. Princess menatap
ranting-ranting pepohonan di halaman Istana yang ditutupi salju putih. Halaman
Istana yang luas tampak putih karena salju. Halaman itu tampak sepi tanpa
tanaman-tanaman yang tumbuh di sana.
Hanya ranting-ranting tanaman saja yang masih kelihatan di halaman itu selain
tumbuh-tumbuhan musim dingin seperti cemara yang tumbuh tak jauh dari sisi
Istana di mana kamar Princess Minerva berada.
Tumpukan salju di pohon cemara itu menarik perhatian Princess Minerva tetapi
hal itu tidak membuat Princess Minerva berhenti berpikir dengan gelisah.
Princess Minerva tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Ia tidak dapat
menghindari pertemuannya dengan Alexander yang lebih awal dari yang
diduganya dan ia tahu Alexander tidak ingin bertemu dengannya.
"Maafkan aku, Al. Aku tahu engkau tidak ingin bertemu denganku tetapi ini telah
menjadi tugasku. Besok aku harus menemuimu," kata Princess Minerva sedih.
Tanpa disadarinya, air matanya kembali menitik saat ia teringat betapa dulu
saat ia berada di Obbeyville, ia sangat mengharapkan dapat bertemu dengan
Alexander. Saat itu ia selalu merasa senang bila dapat bertemu dengan Alexander tetapi
kini yang dirasakannya hanyalah kesedihan dan takut. Sedih karena ia tidak
akan melihat wajah ramah pria itu dan takut karena ia tidak dapat mengabulkan
keinginan pria itu untuk tidak berjumpa dengannya. Princess Minerva sadar ia
sebenarnya takut melihat kemarahan dan kebencian di wajah Alexander saat
menatap dirinya. Princess Minerva juga mengerti Alexander berhak untuk marah kepadanya. Ia
telah membiarkan bahkan membantu wanita yang dicintai Alexander
mengkhianati cintanya. Andai dulu ia tidak membiarkan Lady Debora bertemu dengan Marcel tentu pria
itu tidak akan membenci dan menyalahkannya atas kejadian itu. Ia tetap dapat
menjadi teman pria itu walaupun cintanya tak terbalas.
Tetapi sekarang semuanya telah terlambat. Tidak ada yang dapat
mengembalikan waktu. Tidak ada yang dapat membuat kejadian itu berubah.
Kejadian itu telah terjadi dan Alexander menyalahkan serta membenci Princess
Minerva karena telah membiarkan semua itu terjadi.
Dulu saat menyadari perasaannya, Princess Minerva merasa sedih karena pria
yang dicintainya mencintai wanita lain. Saat itu Princess Minerva tidak
mengharapkan ia mendapatkan cinta pria itu juga. Ia lebih mengharapkan
kebahagiaan pria yang dicintainya sekalipun itu berarti akan membuatnya
merasa tersiksa. Tetapi kini bukan hanya kesedihan itu saja yang melanda hatinya tetapi juga
kesedihan yang lain, kesedihan yang lebih membuat hati Princess Minerva
merasa tersayat. Mengetahui pria yang dicintainya mencintai wanita lain saja sudah membuat
Princess Minerva merasa sedih apalagi saat mengetahui Alexander membenci
dirinya. Sebesar apapun kesedihan yang harus dialaminya karena rasa cintanya pada
Alexander, Princess Minerva sama sekali tidak dapat membuat dirinya
melupakan pria itu walau sedetik. Bayangan pria itu selalu muncul baik di wajah
kakaknya maupun di mimpi-mimpinya.
Princess Minerva menatap hampa pemandangan di depannya. Tanpa disadarinya
ia teringat kembali saat ia mencoba membayangkan Sidewinder House di musim
dingin dan tanpa disadarinya pula air matanya telah membasahi pipinya yang
pucat. Kenangan di Obbeyville tidak membuat Princess Minerva merasa senang. Setiap
kali kenangan itu muncul hanya kepedihan yang muncul di hati Princess Minerva
terutama saat Princess Minerva terkenang keramahan Alexander pada dirinya.
Sekarang ia mengerti mengapa ia merasa Alexander berbeda dari orang lain.
Alexander memang berbeda dari orang-orang yang dikenal Princess Minerva.
Pria itu benar-benar menganggapnya sebagai seorang gadis biasa dengan segala
kelebihan dan kekurangannya bukan sebagai putri raja ataupun sebagai bidadari
yang hanya mempunyai kelebihan. Saat ia menunjukkan kekurangannya di
hadapan Alexander, pria itu tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat
salah. Sedangkan orang-orang yang dikenal Princess Minerva umumnya
menganggap kekurangannya adalah sesuatu yang sangat salah sesuatu yang
tidak seharusnya ada pada dirinya. Orang-orang itu menginginkan Princess
Minerva benar-benar sempurna sedangkan Alexander ingin Princess Minerva
yang seadanya dengan segala kelebihannya maupun kekurangan. Itulah
perbedaan terbesar yang dijumpai Princess Minerva pada diri Alexander.
Dan karena itu pula Princess Minerva jatuh cinta pada pria itu.
Sesuatu yang berwarna hitam yang tiba-tiba meluncur dari ranting pohon
cemara yang tampak dari serambi kamar, membuat Princess merasa tertarik.
Princess Minerva membuka jendela panjang itu dan melangkah ke serambi.
Udara yang dingin terasa menusuk tulangnya. Princess Minerva memeluk dirinya
sendiri dan terus melangkah hingga ia sampai ke pagar besi yang mengelilingi
serambi kamarnya. Princess menatap ke bawah ke tempat pohon cemara itu tumbuh. Di sana
Princess melihat sesuatu yang berwarna hitam tampak seperti noda di antara
putihnya salju yang menyelimuti halaman Istana.
Princess Minerva tertarik kepada noda hitam itu. Ia segera meninggalkan
serambi dan menutup jendela besar itu sebelum ia beranjak ke Ruang Tidurnya.
Princess Minerva mengambil sehelai mantel panjang yang tebal dari lemari besar
yang antik yang berdiri kokoh di samping meja rias. Setelah mengenakan
mantel panjang itu di atas gaun tidurnya yang tebal, Princess Minerva
meninggalkan kamarnya. Princess Minerva tidak menemui siapapun saat ia menelusuri lorong panjang di
depan kamar tidurnya. Demikian pula saat Princess Minerva berjalan di lantai
tiga hingga ke lantai dasar. Tidak ada seorangpun yang tampak oleh Princess
Minerva. Suasana Istana terasa sangat sunyi tanpa suara yang biasanya
meramaikan Istana dan pelayan-pelayan yang selalu berkeliaran di dalam
Istana. Tetapi Princess Minerva tidak mempedulikan itu, ia terus berjalan ke
halaman Istana. Ketika ia sampai di halaman Istana yang luas, ia segera menuju pohon cemara
yang tampak dari kamarnya. Princess Minerva mencoba menemukan sesuatu
yang berwarna hitam itu di antara ranting-ranting yang tumbuh di sekitar pohon
cemara itu. Salju yang dingin dan udara yang dingin menusuk tulang tidak membuat
Princess menghentikan pencariannya. Princess Minerva terus membungkuk di
bawah pohon cemara itu dan tangannya terus membersihkan salju dingin yang
menyelimuti ranting-ranting. Akhirnya pencarian Princess Minerva berhasil.
Princess melihat benda berwarna hitam yang tadi menarik perhatiannya itu di
sela-sela ranting yang tajam.
Princess Minerva memasukan tangannya ke sela-sela ranting itu. Tanpa
mempedulikan rasa sakit saat ranting itu menggores kulitnya yang halus, ia
terus berusaha meraih benda itu.
Princess Minerva terkejut saat jari-jarinya merasakan benda itu terasa lembut
dan hangat. Princess mengangkat benda itu dari sela-sela ranting dengan kedua
tangannya dan ia terpana melihat seekor burung di tangannya. Ternyata benda
hitam yang menarik perhatian Princess Minerva adalah seekor burung hitam
yang jatuh dari pohon cemara.


Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Princess Minerva berdiri dan mengamati burung itu. "Kasihan sekali engkau,
burung kecil. Engkau kedinginan," katanya.
Suara seseorang yang berdesis di belakangnya membuat Princess Minerva
terkejut. Princess Minerva menduga orang itu adalah Mrs. Wve atau Mrs. Vye yang
terkejut melihatnya berada di halaman. Princess tersenyum dan memalingkan
kepalanya. Senyum yang menghiasi wajah Princess Minerva menghilang saat ia memandang
wajah orang yang berdiri di belakangnya.
"Apa yang kaulakukan di sini, Maria?" tanya Alexander tajam, "Apakah sekarang
engkau bermaksud merayu Pangeran Alcon?"
Princess Minerva terpaku di tempatnya. Ia tidak dapat bergerak juga tidak dapat
berbicara apa-apa. "Mengapa, Maria" Apakah yang kukatakan tepat sehingga engkau tidak dapat
berbicara apa-apa?" kata Alexander.
Suara Alexander yang sangat tajam dan memancarkan kebenciannya membuat
Princess Minerva merasa sedih. Hampir saja Princess Minerva menitikkan air
matanya saat tiba-tiba terdengar suara lain dari Hall Istana yang menghadap ke
halaman Istana. "Princess!" seru Mrs. Wve terkejut, "Apa yang Anda lakukan di sana?"
Princess Minerva memalingkan kepalanya ke arah Mrs. Wve yang memandang
marah padanya. Princess Minerva tersenyum dan meninggalkan Alexander.
"Mengapa Anda berada di halaman" Bagaimana bila Anda jatuh sakit lagi?"
tanya Mrs. Wve marah karena cemas.
"Maafkan aku, Mrs. Wve. Aku melihat burung ini jatuh dari pohon dan aku
merasa terpanggil untuk menolongnya," kata Princess Minerva sambil
tersenyum. "Tetapi, Princess, di luar sangat dingin sekali."
"Lihatlah, Mrs. Wve. Burung ini kasihan sekali. Ia kedinginan," kata Princess
Minerva sambil menunjukkan burung di pelukannya, "Anda tidak perlu khawatir,
aku hanya keluar sebentar untuk menolong burung malang ini. Lagipula aku
telah mengenakan mantel yang tebal."
"Saya tahu Anda telah mengenakan mantel yang tebal tetapi lihatlah wajah
Anda menjadi pucat kembali," kata Mrs. Wve menuduh.
Princess Minerva tersenyum manis, "Ayolah, Mrs. Wve, jangan marah. Sekarang
dapatkah engkau membantuku merawat burung ini. Ia tidak hanya kedinginan
tetapi juga terluka akibat ranting-ranting yang tajam."
Mrs. Wve terpekik terkejut. "Bagaimana dengan tangan Anda, Princess. Apakah
tangan Anda juga terluka?" tanyanya sambil menyentuh tangan Princess yang
masih memeluk burung itu.
Princess Minerva tersenyum lagi, "Aku tidak terluka, Mrs. Wve. Burung inilah
yang terluka. Sekarang katakan apa yang harus kulakukan terhadap burung
malang ini. Aku tidak tahu bagaimana cara mengobati luka burung ini."
Mrs. Wve memandang burung di tangan Princess Minerva kemudian menggeleng
sedih, "Maafkan saya, Princess. Saya juga tidak tahu."
Saat itu mata Princess Minerva menangkap sosok seseorang yang menutup
pintu Ruang Besar. "Tidak apa-apa, Mrs. Wve. Aku akan bertanya pada Jacques," kata Princess
Minerva sambil mendekati Jacques.
Jacques terpaku di tempatnya saat ia melihat Princess Minerva berjalan
menghampirinya. Princess Minerva tersenyum dan berkata, "Dapatkah engkau membantuku
merawat burung malang ini?"
Jacques memandang burung yang berada di pelukan Princess Minerva.
Princess Minerva tersenyum melihat kebingungan pria itu. "Aku baru saja
menemukan burung ini kedinginan di halaman Istana. Ia terluka karena
rantingranting itu."
Jacques menggelengkan kepalanya. "Maafkan saya, Princess. Saya tidak tahu
bagaimana caranya mengobati luka burung ini."
Princess Minerva tersenyum. "Tidak apa-apa, Jacques. Apakah mungkin keluar
Istana di cuaca semacam ini?"
Jacques memandang wajah Princess Minerva dengan pandangan tak mengerti.
"Saya rasa kita dapat keluar Istana bila salju tidak terus turun seperti saat
ini. Apakah Anda ingin ke Xoechbee, Princess Minerva?"
Princess Minerva tersenyum. "Tidak, Jacques. Engkau tidak perlu khawatir aku
akan meninggalkan Istana. Engkau tahu aku tidak tahan dengan udara dingin
selain itu aku telah berjanji pada Al untuk tidak meninggalkan Istana hingga
musim ini berakhir."
Jacques semakin tidak mengerti dengan ucapan Princess Minerva.
"Aku ingin engkau memanggilkan seorang dokter hewan untuk membantuku
merawat burung malang ini."
Jacques mengangguk. "Baik, Princess. Saya akan segera memanggilnya."
Princess Minerva memandang keluar dan melihat salju mulai turun dari langit.
"Engkau tidak perlu memanggilnya saat ini juga, Jacques. Salju mulai turun
lagi." Jacques juga memandang hujan salju di halaman Istana. "Baik, Princess."
"Apakah engkau mengetahui pelayan yang dapat membantuku?"
"Maafkan saya, Princess Minerva. Saya tidak mengetahuinya tetapi jangan
khawatir. saya berjanji akan mencari orang itu di Istana secepat mungkin."
Princess Minerva menggelengkan kepalanya. "Tidak, Jacques. Aku tidak ingin
merepotkan seluruh Istana. Panggilkan saja dokter bila hujan salju telah
berhenti." "Tetapi Princess...," kata Jacques.
Princess Minerva segera memotong perkataan Jacques. "Lakukan saja apa yang
kukatakan, Jacques. Aku yakin aku dapat merawat burung ini hingga engkau
memanggilkan seorang dokter hewan untukku."
"Baik, Princess Minerva."
Princess Minerva tersenyum dan membalikkan badannya.
Mrs. Wve masih berdiri di tempatnya semula. Wajah wanita tua itu masih
menampakkan kemarahan yang dipendamnya. Tetapi kemarahan itu segera
hilang ketika ia melihat senyuman Princess Minerva.
"Mari kita merawat burung malang ini," kata Princess Minerva.
Mrs. Wve tersenyum. Wanita itu masih tetap tersenyum saat mendekati Princess
Minerva yang menantinya. "Kami akan merawat burung ini, Jacques," kata Princess Minerva, "Tolong
gantikan tugasku menjadi tuan rumah bagi Duke of Blueberry. Esok pagi aku
akan menemui mereka."
"Baik, Princess Minerva," kata Jacques sambil membungkuk hormat.
Princess Minerva tersenyum kemudian ia pergi meninggalkan tempat itu
bersama Mrs. Wve. Sepanjang jalan Princess Minerva berusaha keras
mengalihkan perhatiannya dengan memperhatikan burung yang terkapar di
lengannya. Sayap burung layang-layang itu terluka dan darah beku mengotori
sayang hitam burung itu. "Apakah engkau tahu apa yang harus kulakukan pada luka burung ini, Mrs.
Vye?" tanya Princess Minerva pada Mrs. Vye yang tengah kebingungan di Ruang
Duduk kamarnya. Mrs. Vye terkejut melihat Princess Minerva berdiri di samping Mrs. Wve dengan
menggenakan mantel hijau cerah. Di tangannya, ia memeluk seekor burung.
Mrs. Vye mengambil burung itu dari lengan Princess Minerva. "Saya tidak tahu,
Princess." "Tolong kaucarikan sehelai kain yang cukup tebal untuk burung ini, Mrs. Wve."
"Baik, Princess." Mrs. Wve segera meninggalkan ruangan itu untuk mencari kain
seperti yang diminta Princess Minerva.
Setelah kepergian Mrs. Wve, Princess Minerva melepaskan mantelnya kemudian
ia meraih burung itu dari tangan Mrs. Vye. Diselimutinya burung itu dengan
mantel tebalnya kemudian ia duduk di depan perapian.
Mata burung itu yang semula terpejam mulai membuka kembali saat merasakan
kehangatan dari perapian.
Princess Minerva tersenyum melihat itu. "Kasihan engkau, burung kecil. Engkau
tidak hanya terluka tetapi juga kedinginan. Tetapi jangan khawatir aku akan
merawatmu agar engkau sembuh."
Mrs. Vye tersenyum mendengar kata-kata itu.
"Saya akan membantu Anda merawat burung ini, Princess Minerva," kata Mrs.
Vye. "Terima kasih, Mrs. Vye. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk
mengobati luka burung ini," kata Princess Minerva sambil tersenyum.
Princess Minerva kembali memperhatikan burung di tangannya. Tetapi tak lama
kemudian ia kembali mengangkat kepalanya saat mendengar suara Mrs. Wve.
Mrs. Wve segera menyerahkan sehelai kain pada Princess Minerva. "Hanya ini
yang saya temukan, Princess."
"Tidak apa-apa, Mrs. Wve. Kain ini sudah cukup menghangatkan tubuh burung
ini," kata Princess Minerva sambil menggantikan mantelnya yang semula
menyelimuti tubuh burung di pangkuannya dengan kain yang dibawa Mrs. Wve.
"Engkau tampak lucu dengan kain putih ini, burung kecil," kata Princess Minerva
sambil mengamati burung yang telah diselimutinya dengan kain putih yang
dibawa Mrs. Wve, "Tetapi sayang sekali aku tidak tahu apa yang harus
kulakukan untuk merawat lukamu."
"Sayang sekali saya juga tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Andai saya
tahu saya tentu akan membantu Anda, Princess."
"Aku mengerti, Mrs. Wve. Jangan engkau pikirkan hal ini. Jacques telah berjanji
untuk memanggilkan dokter hewan untuk merawat burung ini," kata Princess.
Suara ketukan pintu membuat Princess Minerva berhenti memperhatikan burung
yang berada di pangkuannya.
Mrs. Vye membuka pintu itu dan mempersilakan orang itu masuk.
"Maafkan saya mengganggu Anda, Princess. Kata Jacques Anda mencari
seseorang yang dapat merawat luka burung," kata seorang pelayan wanita yang
telah berdiri di tengah Ruang Duduk.
"Apakah engkau tahu bagaimana mengobati luka burung ini?" tanya Princess
Minerva penuh harap. Pelayan itu mengangguk. "Saya bisa melakukannya, Princess. Bolehkan saya
melihat burung itu?"
Princess Minerva mendekati pelayan itu dan menunjukkan burung di tangannya.
"Burung ini terluka dan kedinginan," katanya pada pelayan itu.
Pelayan itu mengambil burung itu dan berkata, "Saya akan merawatnya,
Princess. Serahkan saja burung malang ini pada saya, Anda tidak perlu
khawatir." Princess Minerva tersenyum. "Terima kasih. Aku senang engkau mau merawat
burung ini." "Anda terlalu membesar-besarkan, Princess Minerva. Saya hanya membantu
Anda semampu saya," kata pelayan itu sambil membalas senyuman Princess
Minerva. "Princess, Anda sudah tidak perlu mengkhawatirkan keadaan burung malang itu
lagi," kata Mrs. Wve, "Sekarang Anda harus memperhatikan keadaan Anda
sendiri. Anda tampak pucat dan Anda harus beristirahat."
Pelayan itu menatap wajah Princess Minerva dan berkata, "Jangan
mengkhawatirkan keadaan burung ini, Princess Minerva. Mrs. Wve benar, wajah
Anda tampak pucat. Sebaiknya Anda beristirahat."
"Princess Minerva, berisitrahatlah. Anda tampak pucat," kata Mrs. Vye ikut
membujuk Princess Minerva.
Princess Minerva tersenyum mendengar ketiga wanita itu membujuknya. "Kalian
ini lucu. Aku belum mengatakan apa-apa tetapi kalian telah berusaha
membujukku." Mrs. Wve tersenyum. "Biasanya Anda sangat sulit bila disuruh beristirahat
dengan tenang tanpa memikirkan apa-apa," katanya menuduh.
"Jangan khawatir, Mrs. Wve. Kali ini aku akan menuruti kata-katamu," kata
Princess Minerva, "Hari ini aku merasa sangat lelah."
Ketiga wanita itu tersenyum puas mendengar kata-kata Princess Minerva. Mrs.
Wve segera mengiringi Princess Minerva ke kamarnya sementara Mrs. Vye
membantu pelayan tadi merawat burung yang ditemukan Princess Minerva.
Seperti biasanya Mrs. Wve menyuruh Princess Minerva meminum obatnya
sebelum tidur. Dan setelah menurunkan tirai putih yang mengelilingi tempat
tidur Princess Minerva, Mrs. Wve meninggalkan kamar itu.
Princess Minerva tidak dapat memejamkan matanya walaupun ia telah
meminum obatnya yang mengandung obat tidur. Biasanya Princess Minerva
selalu cepat tertidur setelah meminum obatnya walaupun ia selalu memikirkan
Alexander tetapi kali ini obat itu tidak berhasil membawa Princess Minerva ke
alam mimpi dan berhenti memikirkan Alexander.
Kenangan akan kejadian yang baru saja terjadi membuat Princess Minerva
menangis. Alexander tetap seperti yang dikenangnya. Pria itu sama sekali tidak berubah
namun Princess Minerva merasa pria itu lebih tampan dan lebih tinggi dari yang
diingatnya. Satu-satunya yang berubah pada pria itu adalah sorot matanya.
Kemarahan dan kebencian yang tampak di mata Alexander lebih besar dari yang
dilihat Princess Minerva di Obbeyville. Kata-kata pria itu juga menjadi semakin
tajam dan dingin. Rasa marah, curiga dan juga kebencian yang terkandung di
suaranya membuat Princess Minerva semakin sedih.
Air mata Princess Minerva telah merebak di matanya saat ia mendengar katakata
tajam pria yang dicintainya namun ia teringat akan kata-kata Alexander,
"Percuma saja menangis! Aku tidak akan terpengaruh."
Princess Minerva menahan air matanya yang hampir membasahi wajahnya yang
semakin memucat ketika melihat Alexander berdiri di depannya dengan sorot
mata yang menakutkan. Tubuhnya yang tinggi seakan-akan ingin melumat
Princess Minerva juga matanya yang menatap tajam.
Tidak hanya air matanya saja yang ditahan ketika Princess terpaku di hadapan
pria itu. Princess Minerva juga menahan tubuhnya yang menggigil. Saat itu
Princess Minerva tahu tubuhnya menggigil bukan karena dinginnya udara tetapi
karena rasa takutnya melihat Alexander.
Saat Mrs. Wve memanggilnya, Princess Minerva merasa ia tidak mampu lagi
menahan air matanya yang siap membasahi pipinya. Panggilan Mrs. Wve benarbenar
menyelamatkan Princess Minerva dari hadapan pria itu.
Dengan susah payah, Princess Minerva berusaha tersenyum saat ia menghampiri
wanita itu dan dengan susah payah pula ia terus menahan air matanya.
Princess Minerva tidak ingin seorangpun tahu apa yang dirasakannya. Ia juga
tidak ingin membuat siapapun menjadi curiga sebab ia tidak tahu harus
menjawab apa pada pertanyaan yang akan ditujukan padanya bila mereka
merasa curiga. Princess Minerva juga tidak tahu bagaimana menceritakan semua
yang telah dialaminya bersama Alexander tanpa mengatakan perasaannya yang
sebenarnya. Bukan perasaan cintanya pada Alexander yang membuat Princess enggan
mengatakan hal itu tetapi lebih karena perasaan sakitnya karena cinta itu.
Princess Minerva tahu apa yang dirasakannya akan mempengaruhi orang-orang
di sekitarnya. Bila ia merasa gembira, orang-orang di sekitarnya juga merasa
gembira sebaliknya bila ia merasa sedih semua orang juga merasa sedih. Karena
itulah Princess Minerva selalu menjaga perasaannya. Ia selalu tersenyum
walaupun ia merasa sedih. Tetapi kali ini ia merasa kesulitan menutupi
kesedihannya dengan senyumnya. Hanya kebiasaannya menutupi kesedihannya
dengan senyuman yang membuatnya berhasil mengelabuhi orang-orang.
Di depan Mrs. Wve maupun di hadapan semua orang yang dijumpainya setelah
pertemuannya dengan Alexander yang tak terduga di halaman Istana, Princess
Minerva tersenyum dengan wajar.
Kini setelah ia sendirian di kamarnya, kesedihan yang terus ditahannya tidak
terbendung lagi. Air mata Princess Minerva terus mengalir membasahi
wajahnya. Princess menyembunyikan isakannya di balik bantalnya. Ia tidak ingin
wanita-wanita yang berada di Ruang Duduk mendengar isakannya. Princess
Minerva tidak ingin membuat orang lain juga merasa sedih.
Setelah bertemu kembali dengan Alexander setelah perjumpaan terakhir mereka
yang buruk di Obbeyville, Princess Minerva kini merasa yakin dugaannya tepat.
Alexander semakin membencinya ketika mereka bertemu.
Mengenai janjinya untuk bertemu dengan Duke of Blueberry esok hari, telah
dipikirkan masak-masak oleh Princess Minerva. Princess Minerva memutuskan
untuk melakukan tugasnya walaupun itu berarti ia menambah kebencian
Alexander padanya. Princess Minerva telah memutuskan untuk mengambil
resiko itu dan ia siap melihat kebencian di mata Alexander bertambah besar.
Air mata Princess Minerva mengalir semakin deras ketika ia teringat kebencian
di mata Alexander. "Maafkan aku, Al. Aku tahu engkau tidak ingin bertemu denganku," kata
Princess Minerva, "Tetapi jangan khawatir. Aku tidak akan sering menemuimu.
Mungkin besok pagi adalah pertemuan kita yang terakhir dan setelah itu engkau
tidak perlu khawatir lagi akan bertemu denganku. Aku akan menghilang dari


Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hadapanmu seperti yang engkau inginkan."
Membayangkan kembali kenyataan ia tidak akan dapat bertemu dengan
Alexander walaupun ia sangat menginginkannya, membuat Princess Minerva
merasa semakin sedih dan semakin banyak menitikkan air mata.
Princess Minerva mencoba berhenti memikirkan Alexander dengan mengalihkan
pikirannya ke burung layang-layang yang ditemukannya. Tetapi hal itu tidak
dapat membuat Princess Minerva berhenti merasa sedih. Bahkan Princess
Minerva menjadi semakin sedih ketika ia menyadari kesamaan dirinya dengan
burung layang-layang itu.
Burung layang-layang itu bukan hanya kedinginan tetapi juga terluka. Persis
seperti Princess Minerva yang juga merasa kedinginan dalam kesepian yang
menyelimuti dirinya dan terluka karena perasaan cintanya pada Alexander.
Dan seperti halnya dirinya, burung itu juga merasa kesepian. Burung layanglayang
itu telah ditinggal temannya tetapi ia dapat berkumpul kembali dengan
teman-temannya setelah musim semi tiba.
Sedangkan Princess Minerva akan selalu merasa kesepian. Tidak ada yang dapat
menggantikan kedudukan Alexander di hatinya. Princess Minerva tahu ia akan
selalu merasa kesepian dan hampa tanpa pria itu di sisinya walaupun ia berada
di keramaian. Tidak ada yang dapat disalahkan Princess Minerva selain dirinya sendiri yang
telah menyulut api kemarahan yang penuh kebencian pada diri pria itu. Ia telah
bersalah pada pria itu dan ia harus berani menerima resiko dari perbuatannya
sendiri yang membiarkan wanita yang dicintai Alexander mengkhianati cintanya.
BAB 19 Princess Minerva membuka matanya dan ia merasakan sinar matahari yang
menyilaukan membutakan matanya untuk sesaat.
Mrs. Wve tersenyum pada Princess Minerva saat menyadari gadis itu telah
bangun. Princess Minerva terkejut melihat sinar matahari itu mulai memasuki kamarnya.
Ia ingat kemarin siang ia menangis. Princess semakin terkejut menyadari dirinya
terus tertidur hingga pagi.
"Mengapa engkau tidak membangunkan aku?" tanya Princess Minerva.
"Kemarin Anda tampak sangat pucat. Saya pikir memang seharusnya Anda
beristirahat sepanjang hari," kata Mrs. Wve.
Princess Minerva bangkit dari tempat tidurnya.
Mrs. Vye yang berdiri tak jauh dari tempat tidur, segera mencegah Princess
Minerva saat ia melihat gadis itu hendak meninggalkan tempat tidurnya.
"Sebaiknya Anda berbaring lagi, Princess," kata Mrs. Vye, "Sekarang masih pagi.
Mungkin baru pukul setengah tujuh."
Princess Minerva menggelengkan kepalanya. "Tidak, Mrs. Vye. Aku harus
bangun. Aku telah berjanji untuk menemui mereka pagi ini."
"Tetapi Anda masih terlihat pucat dan lemah, Princess," kata Mrs. Wve terkejut.
Princess Minerva tersenyum. "Tidak apa-apa, Mrs. Wve."
Princess Minerva telah meninggalkan tempat tidurnya saat Mrs. Wve kembali
berkata, "Di mana Anda akan menemui mereka, Princess?"
Suara Mrs. Wve yang mengandung kecurigaan itu membuat Princess Minerva
kembali tersenyum. "Seperti yang Anda tebak, Mrs. Wve."
Jawaban itu membuat Mrs. Wve terpekik terkejut. "Tidak, Princess. Saya tidak
akan mengijinkan Anda menemui mereka di Ruang Pertemuan."
"Anda akan menemui mereka di Ruang Pertemuan?" kata Mrs. Vye tak kalah
terkejutnya dengan Mrs. Wve, "Bagaimana Anda akan ke lantai dasar dengan
tubuh lemah seperti itu?"
"Jangan khawatir. Aku yakin aku dapat ke sana."
Princess Minerva melihat Mrs. Wve akan melarangnya lagi, maka ia segera
berkata, "Di mana burung kecilku?"
Mrs. Vye yang selalu mudah terpengaruh kata-kata Princess Minerva segera
menjawab pertanyaan itu. "Kami meletakkan burung itu di dekat perapian,
Princess." Tanpa memberi kesempatan kepada Mrs. Wve untuk mencegahnya Princess
Minerva menuju Ruang Duduk.
Princess Minerva tersenyum pada burung yang kini tertidur di dalam sangkar
besi yang berwarna keemasan. "Bagaimana kabarmu, burung kecilku?" tanya
Princess Minerva saat melihat burung itu telah membuka matanya.
Mrs. Vye mendekati Princess Minerva yang sibuk memperhatikan burung itu.
"Princess, Anda harus bersiap-siap bila Anda ingin menemui mereka."
"Tidak, Mrs. Vye. Aku tidak mengijinkan Princess ke Ruang Pertemuan. Ruangan
itu terlalu jauh dari sini. Aku tidak setuju," kata Mrs. Wve.
"Jangan khawatir, Mrs. Wve. Aku akan baik-baik saja," kata Princess Minerva
sambil tersenyum. Senyuman Princess Minerva berhasil mempengaruhi perasaan Mrs. Wve. Wanita
itu mulai merasa bingung. "Tetapi, Princess...."
Sebelum wanita itu menyelesaikan kalimatnya, Princess Minerva segera berkata,
"Aku telah berjanji pada mereka dan aku tidak suka bila aku harus mengingkari
janjiku. Engkau tahu itu, Mrs. Wve."
"Anda dapat membatalkan janji Anda bila keadaan memang tidak mengijinkan,
Princess," kata Mrs. Wve membujuk.
Princess Minerva menggelengkan kepalanya, "Mungkin saja Duke of Blueberry
mempunyai keperluan yang penting dan aku tidak dapat membuatnya menunda
keperluannya." "Anda dapat menemui mereka di ruang ini, Princess. Saya dapat menyediakan
makan pagi di sini," kata Mrs. Wve.
Sekali lagi Princess Minerva menggelengkan kepalanya.
"Tidak, Mrs. Wve. Aku tidak ingin merepotkanmu maupun Duke. Saat ini aku
adalah tuan rumah mereka dan sebagai tuan rumah yang baik, aku tidak dapat
bersikap sekehendakku," kata Princess Minerva tegas.
Mrs. Wve terkejut mendengar ketegasan dalam suara Princess Minerva. Sebagai
pengasuh yang selalu menyertai Princess Minerva ke manapun gadis itu pergi, ia
telah mengenal baik Princess Minerva. Selama ini kata-kata Princess selalu
lemah lembut tidak pernah terdengar ketegasan di sana. Tetapi semua orang
yang mendengarkan permintaan Princess akan selalu melakukannya dengan
sebaik-baiknya. Demikian pula Mrs. Vye. Selama ia mengenal Princess Minerva, ia selalu
mendengarkan suaranya yang lemah lembut. Walaupun Princess memberikan
perintah, ia selalu mengatakannya dengan penuh kelembutan. Dengan itu saja
semua orang selalu melakukan semua yang dikatakan Princess dengan sebaikbaiknya
apalagi bila Princess berkata dengan tegas.
Tidak mengherankan apabila Mrs. Wve yang semula bersikeras melarang
Princess Minerva menemui Duke di Ruang Pertemuan yang terletak di lantai
dasar Istana, akhirnya berubah pikiran.
"Pangeran Alcon benar, kata-kata Anda memang selalu dapat mempengaruhi
siapa saja, Princess," kata Mrs. Wve sambil tersenyum.
"Terima kasih, Mrs. Wve. Aku tahu engkau tidak akan melarangku."
"Karena saya telah mengijinkan Anda, maka sebaiknya Anda segera
meninggalkan burung itu. Kami akan mempersiapkan Anda, Princess. Kami akan
membuat Anda tampil dengan penuh keanggunan dan kecantikkan," kata Mrs.
Wve. "Walaupun kita tidak mendandaninya, Princess Minerva telah terlihat anggun
dan cantik," kata Mrs. Vye.
Mrs. Wve mengangguk. "Aku sependapat denganmu, Mrs. Vye."
Princess Minerva tersenyum tanpa mengatakan apa-apa. Ia meninggalkan
burung itu sendirian di sangkarnya dan mendekati kedua pengasuhnya.
Kedua pengasuh Princess segera membawa Princess Minerva kembali ke Ruang
Tidurnya dan segera mendandani Princess. Keduanya bekerja dengan penuh
semangat seakan-akan Princess Minerva akan pergi ke pesta yang sangat
penting. Princess Minerva hanya tersenyum melihat kedua wanita itu berunding dan
kadang-kadang berdebat untuk mempersiapkan dirinya.
Pikiran Princess Minerva tidak tertuju pada penampilannya. Ia lebih memikirkan
bagaimana ia menghadapi Alexander. Ia tidak khawatir menghadapi Duke dan
Duchess of Blueberry. Ia jauh lebih khawatir akan pertemuannya dengan pria
yang tidak ingin bertemu dengannya. Princess Minerva tahu tentu akan terasa
sangat menyebalkan bila harus bertemu dengan orang yang ingin kita hindari.
Walaupun Princess Minerva tidak pernah ingin menghindari seseorang tetapi ia
dapat mengerti bagaimana perasaan Alexander bila berjumpa dengannya.
Kadang kala Princess Minerva merasa dirinya sangat aneh. Bagaimana ia ingin
bertemu dengan pria yang justru tidak ingin menemuinya. Tetapi Princess
Minerva juga tahu itu semua karena ia mencintai pria itu. Karena cintanya
kepada pria itu pula, ia memilih kebahagiaan pria itu di atas kebahagiannya
sendiri. Princess Minerva sadar dirinya telah bersalah besar pada Alexander dan ia harus
menanggung resikonya seperti yang akan dihadapinya. Ia harus berani
menanggung kebencian Alexander kepada dirinya yang akan bertambah setelah
mereka bertemu. Pikiran yang memenuhi benak Princess Minerva membuat dirinya tidak
menyadari lamanya waktu yang dihabiskan kedua pengasuhnya untuk
membuatnya tampil secantik mungkin. Princess Minerva kembali menyadari
tempatnya berada saat ia mendengar desah puas dari kedua wanita itu.
"Lihatlah diri Anda, Princess. Anda tampak cantik sekali dan semakin bersinar,"
kata Mrs. Wve dan Mrs. Vye bersamaan.
Untuk menyenangkan hati mereka, Princess Minerva menatap bayangan dirinya
di cermin. Tetapi apa yang muncul di cermin itu tidak menarik perhatiannya.
Princess Minerva sekilas melihat rambutnya diikat tinggi-tinggi dan dihiasi
dengan rangkaian bunga yang semula berada di pot yang berada di atas meja
rias. Gaunnya yang berwarna kuning terang seakan-akan menambah pesona
rambutnya yang bersinar keemasan.
Seuntai kalung pemberian Pangeran Alcon saat ulang tahun Princess Minerva
yang kedelapan belas melingkar di leher Princess yang tertutup leher gaun yang
tinggi. Kalung itu tampak semakin berseri.
"Sekarang kita hanya perlu menunggu waktunya makan pagi," kata Mrs. Wve
pada Mrs. Vye. Princess Minerva tersenyum manis, "Tidak, Mrs. Wve. Aku ingin pergi ke Ruang
Pertemuan sekarang."
"Tetapi saat ini belum waktunya makan pagi, Princess," kata Mrs. Vye.
"Kurasa Princess Minerva benar, Mrs. Vye. Ia masih lemah dan itu akan
menghambat jalannya menuju Ruang Pertemuan," kata Mrs. Wve, "Lebih baik
kita berjalan perlahan-lahan ke sana."
Mrs. Wve memegang lengan Princess Minerva dan membantunya berdiri.
Kemudian ia merapikan gaun Princess Minerva yang terlipat ketika ia duduk.
Princess Minerva tersenyum pada Mrs. Wve. "Anda mempersiapkan saya
seakan-akan saya akan menghadiri suatu pertemuan yang sangat penting."
Mrs. Wve mengangguk. "Bagi saya, Anda harus selalu tampil cemerlang,"
katanya sambil menggandeng Princess Minerva meninggalkan kamarnya.
Mereka berjalan perlahan-lahan menyusuri lorong depan kamar Princess Minerva
sambil bercakap-cakap. Hingga mereka tiba di lantai tiga, tidak ada seorangpun yang mereka temui.
Baru pada lantai tiga itulah mereka bertemu dengan seorang pelayan yang
segera menyapa Princess Minerva ketika melihatnya.
"Selamat pagi, Princess Minerva."
Princess Minerva tersenyum. "Selamat pagi."
Pelayan itu melihat Mrs. Wve dan Mrs. Vye yang berjalan di belakang Princess
Minerva. "Apakah tidak apa-apa Anda meninggalkan kamar Anda?"
"Jangan khawatir. Kedua pengasuhku akan mengawalku dan memastikan aku
baik-baik saja," kata Princess Minerva, "Aku sudah lama tidak keluar kamar."
Pelayan itu mengangguk. "Benar, Princess. Sejak Anda kembali, Anda belum
pernah meninggalkan kamar Anda. Baru hari inilah saya melihat Anda. Kami
semua merindukan Anda."
"Al telah mengurungku terlalu lama di sana. Sekarang aku merasa bosan dan
aku ingin berjalan-jalan di dalam Istana walaupun Al melarang aku berkeliaran
di dalam Istana." Pelayan itu tersenyum, "Saya merasa Anda semakin cantik dari yang saya ingat,
Princess Minerva. Saya percaya semua orang juga merasa begitu."
"Engkau terlalu melebih-lebihkan. Kita semua selalu merasa seseorang menjadi
lebih cantik atau lebih lama setelah kita lama tak berjumpa. Akupun merasa
engkau semakin cantik dari perjumpaan kita yang terakhir kali sekitar setahun
yang lalu." Pelayan yang lebih tua beberapa tahun dari Princess Minerva itu memerah.
"Anda membuat saya merasa tersanjung, Princess Minerva."
Princess Minerva tersenyum. "Engkau tidak perlu merendahkan diri karena
engkau memang cantik. Semua orang di Istana ini juga berkata seperti itu."
"Itu karena saya yang paling muda di sini, Princess."
Princess Minerva menggelengkan kepala. "Tidak. Aku lebih muda darimu."
Melihat pelayan itu semakin tersipu, Princess Minerva tersenyum dan berkata,
"Kami akan segera ke Ruang Pertemuan sekarang."
Pelayan itu membungkuk saat Princess Minerva melewatinya.
Semakin banyak orang yang mereka jumpai dalam perjalanan ke Ruang
Pertemuan selanjutnya. Orang-orang itu selalu menyapa Princess Minerva dan
membungkuk hormat ketika Princess melewatinya.
Suasana di dalam Istana yang semula terasa sepi kini menjadi semakin ramai.
Kemunculan Princess yang tidak terduga ini seakan-akan membawa kehidupan
di dalam Istana. Mrs. Wve tersenyum melihat hal itu sedangkan Mrs. Vye terbelalak karena
kagum. Mrs. Vye tidak pernah menduga sedemikian besar pengaruh Princess Minerva di
Istana. Hanya dengan kemunculannya, Princess Minerva mampu mengubah
suasana Istana Plesaides yang semula sepi walaupun banyak orang yang berlalu
lalang, kini menjadi terasa hidup. Orang-orang yang berlalu lalang tidak hanya
berjalan dengan diam. Mereka berjalan sambil bercakap-cakap dan
membungkuk hormat setiap kali Princess Minerva melewati mereka. Senyum
manis yang menghiasi wajah Princess Minerva membuat orang-orang itu
membalas senyuman itu. Tidak sedikit orang yang terkejut melihat Princess
Minerva keluar dari kamarnya dengan dikawal kedua pengasuhnya, Mrs. Wve
dan Mrs. Vye. Demikian pula prajurit yang menjaga pintu Ruang Pertemuan. Prajurit itu sangat
terkejut melihat Princess Minerva berjalan menghampirinya dengan kedua
pengasuhnya hingga tidak dapat berkata apa-apa.
"Selamat pagi, Princess Minerva," kata prajurit itu pada akhirnya.
Princess Minerva tersenyum. "Selamat pagi. Tolong bukakan pintu itu."
Prajurit itu membuka pintu itu.
"Tidak perlu," kata Princess Minerva saat melihat prajurit itu hendak
mengumumkan kedatangannya.
Princess melangkah ke dalam ruangan itu sambil mempersiapkan dirinya
menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.
Suasana di dalam Ruang Pertemuan menjadi sunyi ketika Princess Minerva
muncul dengan tak terduga bersama kedua pengasuhnya.
Princess Minerva tersenyum pada semua orang di dalam ruangan itu. Princess
Minerva melihat wajah Duke dan Duchess of Blueberry juga Kepala Pengawal
Istana yang terkejut dengan kemunculannya yang tidak terduga ini. Tetapi
Princess Minerva tidak berani melihat wajah Alexander.
Kepala Pengawal Istana segera berdiri dan menyambut kedatangan Princess
Minerva. "Selamat pagi, Princess Minerva," kata Jacques sambil mencium
tangannya. "Selamat pagi, Jacques," kata Princess Minerva sambil memandang ke sekeliling
ruangan itu, "Aku tidak terlambat, bukan?"
"Tidak, Anda tidak terlambat, Princess. Kami baru saja berkumpul di ruangan
ini," kata Jacques, "Mengapa Anda tidak memberi tahu saya bahwa Anda akan
menghadiri acara makan pagi di ruangan ini, Princess?"
"Kemarin aku telah mengatakannya kepadamu, Jacques. Aku mengatakan aku
akan menemui Duke pagi ini," kata Princess Minerva lembut.
"Maafkan saya, Princess. Saya kurang memperhatikan perkataan Anda sehingga
saya tidak menyambut kedatangan Anda sebagaimana seharusnya."
Princess Minerva tersenyum, "Tidak apa-apa, Jacques. Kemarin aku tidak
menjelaskan kapan aku akan menemui Duke."
Jacques segera menarik kursi untuk Princess Minerva yang tersenyum padanya
saat ia duduk di kursi itu.
Mrs. Wve dan Mrs. Vye berdiri tak jauh di belakang Princess Minerva.
Princess melihat wajah Duke dan Duchess yang terkejut dan bingung. "Maafkan
saya, saya baru dapat menemui Anda hari ini."
"Tidak apa-apa, Princess," kata Duke kikuk.
Princess Minerva tersenyum berkata, "Apakah Anda dapat beristirahat dengan
baik?"

Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya, Princess. Semua orang di sini menerima kami dengan baik sehingga kami
tidak mungkin tidak tidur dengan nyenyak," kata Duke mencoba menghilangkan
kekikukan dalam kata-katanya.
"Saya berharap Anda juga memimpikan para peri Istana," canda Princess
Minerva mencoba mencairkan rasa kikuk yang muncul di ruangan itu.
Duke tersenyum mendengar perkataan itu. "Istana ini sangat indah tidak
mungkin saya tidak pergi ke dunia dongeng. Walaupun mereka tidak muncul,
saya akan mencari mereka."
Jacques tertawa mendengar kata-kata Duke yang menanggapi canda Princess
Minerva. Princess Minerva yang memulai suasana gembira itu tersenyum.
"Engkau kembali menjadi anak-anak dalam mimpi?" kata Jacques.
Princess Minerva berhasil mencairkan suasana kikuk itu. Duke sudah tidak
tampak terlalu kikuk dan Duchess yang sejak tadi terbelalak mulai dapat
tersenyum juga. Duke mengangguk. "Aku bahkan berharap dapat menjadi anak kecil dalam dunia
nyata ini agar aku dapat bermain dengan bebas di Istana. Aku ingin sekali
menjadi anak kecil yang terbuai di Istana dongeng."
"Dengan putrinya yang cantik," tambah Duchess sambil tersenyum penuh arti
melihat Princess Minerva.
"Tampaknya segala sesuatu di Istana ini telah lengkap untuk menjadi Istana
negeri dongeng kecuali cerita dongengnya," kata Duke.
Princess Minerva benar-benar berhasil mengubah suasana Ruang Pertemuan
yang semula terasa kikuk menjadi ceria seperti ia menceriakan Istana.
"Sebaiknya Anda berhenti tertawa atau Anda tidak akan dapat merasakan
hidangan yang menarik selera ini," kata Princess sambil tersenyum melihat
beberapa pelayan masuk sambil membawa hidangan di tangannya.
Pelayan-pelayan itu juga terkejut melihat Princess Minerva duduk di Ruang
Pertemuan yang selalu menjadi tempat Raja menjamu tamu-tamunya. Sebelum
meletakkan hidangan yang mereka bawa di meja, mereka menyapa Princess
Minerva sambil membungkuk hormat. Princess yang disapa hanya tersenyum
tanpa berkata apa-apa. Keceriaan yang berhasil ditimbulkan Princess Minerva tidak menghilang ketika
mereka memulai acara makan pagi mereka.
Princess Minerva terus tersenyum sambil memperhatikan wajah Duke dan
Duchess yang tersenyum mendengar lelucon Jacques yang terkenal paling
pandai melucu di Istana Plesaides.
Princess Minerva tidak berani melihat wajah Alexander walaupun ia sangat ingin
melihat wajah pria itu. Ia tidak berani melihat kebencian dan kemarahan di mata
itu. Memikirkan saat ini kebencian Alexander kepadanya sedang bertambah
membuat Princess Minerva semakin merasa tidak enak.
Mrs. Wve mendekati Princess Minerva dan berbisik, "Sebaiknya Anda segera
kembali kamar Anda, Princess. Suhu ruangan ini lebih dingin dari kamar Anda
dan itu membuat Anda tampak semakin pucat."
Princess Minerva baru menyadari hal itu. Sejak tadi ia hanya berusaha
mencegah dirinya melihat Alexander sambil terus menahan kesedihan di hatinya
di balik senyumannya. Walaupun perapian di ruang itu telah dinyalakan tetapi
suhu ruangan itu tetap lebih dingin dari kamar Princess Minerva. Gaun yang
dikenakan Princess tidak mampu menahan dingin itu menyentuh kulitnya
walaupun gaun itu adalah gaun musim dingin yang berlengan panjang dan tebal.
Princess baru menyadari tubuhnya sejak tadi merasa kedinginan dan wajahnya
kembali memucat. Princess Minerva mengangguk. "Baik, Mrs. Wve," katanya kemudian ia berkata
kepada semua orang di ruangan itu, "Maafkan saya, saya tidak dapat menemani
Anda lebih lama dari yang saya inginkan."
"Anda hendak kembali sekarang, Princess?" tanya Jacques.
Princess Minerva tersenyum sambil menatap wajah Mrs. Wve. "Kedua
pengasuhku menyuruhku untuk beristirahat lagi."
Jacques memandang wajah Princess Minerva yang memucat, "Mereka benar,
Princess. Wajah Anda kembali memucat. Anda harus segera beristirahat."
Mrs. Vye menghampiri Mrs. Wve kemudian mereka membantu Princess Minerva
berdiri. Mrs. Wve memegang lengan kanan Princess Minerva sedangkan Mrs. Vye
memegang lengan kirinya. Melihat hal itu, Jacques segera berdiri.
Princess Minerva mengetahui maksud Jacques. "Tidak perlu, Jacques.
Selesaikanlah makan pagimu bersama Duke, aku akan baik-baik saja. Kedua
pengasuhku akan menjagaku," kata Princess.
"Baik, Princess," kata Jacques tanpa berusaha membantah kata-kata Princess
Minerva. Princess Minerva tersenyum dan berkata, "Maafkan saya, saya harus kembali ke
kamar saya." Duke of Blueberry berdiri ketika melihat Princess Minerva hendak meninggalkan
ruangan itu. Tanpa berkata apa-apa, Princess Minerva segera meninggalkan Ruang
Pertemuan dengan kedua pengasuhnya.
Mrs. Wve dan Mrs. Vye masih memegang lengan Princess Minerva saat mereka
berjalan kembali ke kamar Princess Minerva.
Princess Minerva sama sekali tidak memperhatikan itu. Ia ingin segera tiba di
kamarnya dan menenangkan kembali perasaan sedihnya. Setibanya di
kamarnya, Princess Minerva segera mengganti gaunnya dengan gaun tidur yang
hangat kemudian naik ke tempat tidurnya.
Saat Princess Minerva memasuki kamarnya, ia baru sadar apa yang dikatakan
Mrs. Wve memang benar. Kamarnya lebih hangat dari Ruang Pertemuan. Hal itu
karena perapian besar di Ruang Duduk terus dibiarkan menyala terang dan
setiap saat ada pelayan yang selalu menambahkan kayu ke perapian itu.
Mrs. Wve menyelimuti tubuh Princess Minerva kemudian meninggalkan Princess
sendirian. Mrs. Vye menurunkan tirai putih yang mengelilingi tempat tidur
Princess Minerva kemudian mengikuti Mrs. Wve meninggalkan ruangan itu.
Kepergian kedua pengasuhnya memberikan ketenangan bagi Princess Minerva
untuk meredakan badai kesedihan dalam dirinya. Tetapi Princess Minerva tidak
dapat melakukannya bahkan ia semakin merasa sedih.
Ia tidak tahu bagaimana tatapan Alexander saat melihatnya tetapi ia yakin mata
pria itu dipenuhi kemarahan seperti saat ia bertemu dengannya kemarin siang di
halaman Istana. Selama Princess Minerva berada di Ruang Pertemuan, ia telah berusaha keras
untuk menahan keinginannya melihat wajah pria yang dirindukannya. Princess
Minerva juga berusaha keras menahan air matanya membayangkan sorot mata
Alexander menjadi semakin tajam pada dirinya.
Princess Minerva merasa beruntung tidak ada yang mencurigai sikapnya yang
berusaha menghindari tatapannya pada Alexander yang duduk di samping
Jacques. Walaupun Princess Minerva sering melihat ke Jacques tetapi ia tidak mau
melihat ke samping pria itu. Hanya Jacques saja yang dilihatnya. Sebaliknya bila
ia melihat ke arah Duke dan Duchess yang duduk di sisi kiri meja, ia tidak perlu
menghindari siapa pun. Princess Minerva masih ingat rasa terkejut dan bingung yang muncul di wajah
keduanya. Tetapi semuanya segera menghilang saat ia berhasil mencairkan
suasana kikuk di antara mereka yang tiba-tiba muncul karena kehadirannya
yang tak terduga. Air mata Princess Minerva mengalir lagi saat ia sadar setelah pagi ini berlalu,
ia tidak akan dapat berjumpa kembali dengan Alexander, pria yang sangat
dicintainya. Rasa sedih yang telah lama mengusik perasaannya membuat Princess Minerva
merasa lelah dan akhirnya tertidur. Princess Minerva tidak tahu berapa lama ia
tertidur. Yang ia ketahui hanyalah saat ia terbangun di luar sedang turun hujan
salju. Princess Minerva meninggalkan tempat tidurnya dan berjalan ke Ruang Duduk.
Di Ruang Duduk tidak ada siapa-siapa juga tidak terdengar suara Mrs. Wve
maupun Mrs. Vye. Burung layang-layang itu masih memejamkan matanya saat Princess
mendekatinya. Princess Minerva mengeluarkan burung layang-layang itu dari
sangkarnya. Princess Minerva duduk di dekat perapian dan meletakkan burung itu di
pangkuannya. Princess memperhatikan sayap burung itu yang telah bersih dari
noda darah. "Apakah engkau kedinginan?" tanya Princess saat ia melihat burung itu
membuka matanya. Seolah-olah mengerti apa yang ditanyakan Princess Minerva, burung itu
menggerakkan kepalanya. Princess Minerva tersenyum. "Engkau tidak kedinginan lagi, bukan" Aku telah
memelukmu dan api dari perapian juga telah menghangatkanmu."
"Jangan menggerakkan sayapmu yang terluka," kata Princess Minerva ketika
melihat burung itu berusaha menggerakkan sayapnya.
"Aku tahu engkau ingin segera berkumpul kembali bersama teman-temanmu.
Tetapi saat ini adalah musim dingin dan kawan-kawanmu berada jauh dari sini.
Mereka berada di daerah yang hangat. Tunggulah di sini bersamaku, aku akan
melepaskanmu kembali setelah musim semi tiba," kata Princess Minerva.
Princess Minerva mengelus bulu burung itu. Dan ia tersenyum saat merasakan
kehalusan bulu itu di jemarinya. Burung itu berusaha menggerakkan sayapnya
kembali tetapi Princess Minerva menahan gerakan burung itu. Princess menatap
sedih burung itu. "Engkau masih beruntung, engkau dapat berkumpul kembali
dengan teman-temanmu. Sedangkan aku tidak dapat lagi kembali ke sisi
Alexander bahkan menjadi temannya."
Air mata Princess Minerva kembali membasahi pipinya. Princess Minerva
mengabaikan air matanya dan terus mengelus tubuh burung itu.
"Teman-temanmu hanya meninggalkanmu sendirian di sini sedangkan Alexander
membenciku bahkan tidak ingin bertemu denganku. Aku memang selalu
dikelilingi banyak orang tetapi aku selalu merasa kesepian tanpa Alexander."
Seolah mengerti kesedihan Princess Minerva, burung itu menggerakkan
kepalanya. Princess Minerva tersenyum sedih.
"Saat ini engkau tidak memiliki teman tetapi engkau tidak perlu khawatir akan
merasa kesepian, aku akan menjadi temanmu sampai musim semi tiba," kata
Princess Minerva berjanji pada burung itu.
Princess Minerva tersenyum pada burung yang terus bergerak di pangkuannya.
Princess menyeka air matanya dan meraih kain yang semula digunakannya
untuk menyelimuti burung itu. Burung layang-layang yang terus bergerak di
pangkuannya, membuat Princess melupakan kesedihannya dan terus
memperhatikan burung itu.
"Anda sudah bangun, Princess," kata Mrs. Wve.
Princess Minerva terkejut melihat Mrs. Wve dan Mrs. Vye berjalan memasuki
kamarnya. Kedua wanita itu tersenyum melihatnya duduk di depan perapian
sambil memangku burung yang terluka.
"Kami menduga Anda belum bangun sehingga kami meninggalkan kamar Anda.
Tadi saya ingin bertemu dengan Duke of Blueberry untuk menanyakan keadaan
Obbeyville tetapi kami tidak dapat menemuinya. Mungkin Duke sedang
berisitirahat," kata Mrs. Vye.
Teringat akan Duke of Blueberry yang saat ini berada di Istana Plesaides karena
ingin bertemu dengannya, Princess Minerva berkata, "Apakah kalian bertemu
dengan Jacques?" Kedua wanita itu mengangguk.
"Tolong katakan kepada Jacques aku akan menemui Duke nanti siang pada saat
makan siang," kata Princess Minerva yang segera disambut seruan terkejut Mrs.
Wve. "Tidak, Princess. Kali ini saya tidak akan mengijinkan Anda meninggalkan kamar
Anda. Saya tidak tahu harus berbuat apa bila sampai terjadi sesuatu pada
Anda," kata Mrs. Wve.
Princess Minerva diam menantikan kata-kata Mrs. Wve selanjutnya.
"Tadi pagi Anda tampak sangat pucat seperti akan pingsan. Dan sekarang di
hujan salju selebat ini, jangan berharap saya akan mengijinkan Anda
meninggalkan kamar Anda yang hangat ini."
Princess Minerva tersenyum. Ia tahu apa yang dikatakan Mrs. Wve benar. Ia
tidak mungkin dapat bertahan di ruangan lain yang kurang hangat dibandingkan
kamarnya di saat salju turun. Berada di kamarnya yang telah hangat saja masih
membuat Princess Minerva merasa kedinginan apalagi bila berada di ruangan
yang kurang hangat. "Baiklah, Mrs. Wve. Aku akan merubah rencanaku," kata Princess Minerva,
"Tolong katakan kepada Jacques aku ingin Duke segera menemuiku di sini tetapi
bila Duke sedang beristirahat maka biarkanlah ia beristirahat dulu."
Mrs. Wve tersenyum puas mendengar jawaban itu.
"Baik, Princess."
Mrs. Wve segera meninggalkan kamar itu. Mrs. Vye yang selalu bersama Mrs.
Wve mengikuti wanita itu setelah Princess Minerva mengangguk sambil
tersenyum padanya sebagai tanda ia boleh meninggalkannya.
Princess Minerva kembali memperhatikan burung layang-layang yang masih
bergerak di pangkuannya. Gerakan-gerakan burung itu membuat Princess
Minerva merasa geli. Ia tersenyum pada burung itu sambil terus mengelus
bulunya yang halus. Gerakan burung itu benar-benar menenggelamkan Princess
ke dalam kesibukan yang membuatnya melupakan segala macam perasaannya
kecuali rasa sayangnya pada burung itu.
Tangan Princess Minerva masih bermain-main dengan sayap burung itu ketika
pintu kamarnya diketuk. Tanpa menanti jawabannya, orang itu membuka pintu itu.
Princess Minerva tersenyum. Ia tahu siapa yang mengetuk pintu itu.
Mrs. Wve selalu mengetuk pintu kamarnya bila wanita itu tahu ia berada di
dalam dan tidak tidur. Tetapi Mrs. Wve tidak pernah menanti jawabannya.
Setelah mengetuk pintu, wanita itu segera membuka pintu.
Princess Minerva tidak mengangkat kepalanya. Tangannya masih terus bermain
dengan burung itu ketika ia mendengar langkah kaki memasuki Ruang Duduk
kamarnya. "Seperti yang Anda minta, Princess Minerva, saya mengantar Duke of Blueberry
menemui Anda," kata Jacques.
Princess Minerva meletakkan burung itu di lengannya dan bangkit dari tempat
duduknya. Princess Minerva tersenyum pada Duke of Blueberry. Ia berusaha
mempertahankan senyumannya saat ia melihat Alexander juga berada di Ruang
Duduk. Begitu melihat pria itu berdiri di samping Duchess, Princess Minerva
segera mengalihkan perhatiannya sebelum matanya bertemu dengan mata
Alexander. "Maafkan saya yang telah merepotkan Anda," kata Princess Minerva, "Saya
bermaksud menemui Anda siang ini di waktu makan siang tetapi rupanya saya
membuat istirahat Anda terganggu."
"Tidak apa-apa, Princess," kata Duke, "Kami tidak sedang beristirahat. Ketika
kedua pengasuh Anda muncul, kami sedang bercakap-cakap."
Princess Minerva tersenyum, "Maafkan saya. Untuk menemui saya, Anda telah
melakukan perjalanan yang jauh dan melelahkan."
Duchess tersenyum, "Tidak apa-apa, Princess. Kami rela menempuh perjalanan
yang jauh untuk melihat kamar yang indah ini."
"Silakan duduk," kata Princess.
Mrs. Wve mendekati Princess Minerva. Tangannya terulur pada Princess Minerva
yang segera menyerahkan burung itu.
Princess Minerva memperhatikan Mrs. Wve memasukkan burung itu kembali ke
sangkarnya. "Maafkan saya, Princess. Saya belum memanggil dokter hewan untuk membantu
Anda merawat burung itu," kata Jacques.
Princess Minerva tersenyum. "Tidak apa-apa, Jacques. Aku tahu hujan salju
yang terus turun ini membuat engkau tidak dapat melakukan perintahku. Tetapi
aku harus memarahimu, Jacques, engkau telah melanggar laranganku. Telah
kukatakan kepadamu untuk tidak merepotkan seluruh Istana tetapi engkau
tetap melakukannya."
Kepala Pengawal Istana itu tersenyum mendengar suara Princess yang tegas
namun senyum yang manis menghiasi wajahnya.
"Aku berterima kasih padamu, Jacques. Bila engkau tidak mencari orang yang
dapat menolongku, aku tidak tahu bagaimana keadaan burung itu saat ini. Entah
apa yang diberikan pelayan itu pada burung malang itu sehingga hari ini burung
itu tampak lebih segar dari kemarin."
"Kata-kata Anda adalah perintah bagi kami, Princess. Dan kekhawatiran Anda
adalah kewajiban kami untuk menyelesaikannya," kata Jacques sembari
tersenyum. "Aku mengerti, Jacques."


Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Princess kembali duduk di dekat perapian. Kali ini Princess Minerva tidak duduk
dengan menghadap perapian itu tetapi membelakangi perapian itu. Api yang
menyala di belakang Princess Minerva membuat rambut Princess tampak
bersinar. Secerah wajah Princess Minerva yang dihiasi senyumnya yang manis.
Tetapi di balik itu semua, Princess Minerva merasa khawatir dan takut
menghadapi Alexander. "Apakah itu burung yang kemarin menjadi keributan di Istana?" tanya Duchess.
Princess Minerva tersenyum. "Bukan burungnya yang membuat keributan tetapi
sayalah yang menyebabkan keributan itu terjadi."
"Burung apa itu?" tanya Duke tertarik.
"Itu adalah burung layang-layang," jawab Princess Minerva.
Duke terkejut. "Bukankah burung layang-layang selalu berpindah tempat di
musim gugur untuk menghindari musim dingin?"
Princess Minerva menganggukkan kepalanya. "Burung layang-layang itu
tertinggal. Ia sama seperti saya yang terlambat menghindari musim dingin."
"Princess Minerva," kata Mrs. Wve sedih.
Princess Minerva tersenyum pada Mrs. Wve. "Aku baik-baik saja, Mrs. Wve.
Jangan khawatir. Kupikir hal ini tidak buruk. Sudah lama sekali aku tidak
melewatkan musim dingin di Istana."
Mrs. Wve mengangguk. "Ya, Anda melewatkan musim dingin di Istana untuk
yang terakhir kalinya adalah saat Anda berusia tiga tahun."
"Lama sekali?" kata Duchess terkejut.
Mrs. Wve tersenyum. "Sejak berusia empat tahun, Princess harus berpindah dari
satu tempat ke tempat lain setiap pergantian musim."
Merasa percakapan telah melenceng jauh dari yang direncanakannya, Princess
berkata, "Saya memanggil Anda kemari untuk menanyakan suatu hal penting
yang saya lupakan. Apakah tujuan Anda datang ke Istana Plesaides?"
Duke merasa ragu-ragu tetapi ia tetap menjawab pertanyaan itu. "Sebenarnya
kami kemari untuk meminta ijin pada Pangeran Alcon untuk tidak menghadiri
pesta itu." "Saya mengerti saya tidak dapat memaksa Anda menghadirinya walaupun saya
sangat mengharapkan kedatangan Anda di pesta itu," kata Princess Minerva,
"Tetapi mengenai pesta itu adalah urusan Alcon. Maafkan saya, saya tidak dapat
membantu Anda. Apakah urusan Anda sangat mendesak?"
"Sebenarnya kami tidak mempunyai urusan yang penting, Princess," jawab
Duke. "Apakah Anda dapat menunda hal itu. Al berjanji pada saya untuk segera tiba.
Saya yakin lusa ia akan tiba kembali di sini," kata Princess Minerva.
"Al?" tanya Duke terkejut.
Princess Minerva tersenyum. "Itu adalah panggilan yang saya berikan pada
kakak saya, Pangeran Alcon. Apakah Anda dapat menunda urusan Anda selama
dua atau tiga hari?"
"Saya tidak tahu, Princess. Sebenarnya istri saya ingin melewatkan hari Natal
tahun ini di...." Duke belum menyelesaikan kalimatnya ketika Duchess tiba-tiba berkata, "Kami
memutuskan untuk hadir di pesta itu, Princess."
"Chancy, mengapa engkau tiba-tiba berubah pikiran" Bukankah engkau selalu
menginginkan hal ini?" tanya Duke tak mengerti.
"Itu dulu, Shaw. Sekarang aku memutuskan untuk menghadiri pesta itu," kata
Duchess menegaskan kata-katanya.
"Chancy, aku tidak mengerti mengapa engkau tiba-tiba mengubah pikiranmu,"
kata Duke. Duches tersenyum menatap wajah Princess Minerva. "Aku ingin berkenalan
dengan Maria yang telah menjadi Princess Minerva. Aku sama sekali tidak
pernah menduga engkau adalah putri yang hilang itu."
"Chancy," bisik Duke pada istrinya yang berani berbuat lancang.
Princess Minerva tersenyum melihat hal itu.
Mrs. Vye juga tersenyum melihat hal itu. "Saya juga tidak pernah menduga
Maria adalah putri yang hilang itu, Duchess."
"Kurasa kita semua tidak pernah menduga ia adalah Princess Minerva," kata
Duchess, "Kita hanya menduga Maria adalah bidadari yang dikirim para dewa
dari Holly Mountain."
"Kemunculan saya yang tak terduga di Sungai Alleghei yang mempunyai cerita
tersediri memang membuat itu semua," kata Princess Minerva sambil mencoba
melupakan kekhawatirannya akan keberadaan Alexander di tempat itu.
Mrs. Vye tersenyum, "Bukan hanya itu saja yang membuat kami percaya Anda
adalah bidadari, Princess. Anda mengetahui banyak cerita-cerita dewa Holly
Mountain seakan-akan Anda berasal dari gunung itu sendiri."
Princess Minerva membalas senyuman Mrs. Vye. "Saya mengetahui semua cerita
itu dari Quiya di Foentza. Ia mengetahui lebih banyak dari saya."
"Quiya sangat menyukai Princess sehingga ia mau menceritakan semua yang
berhubungan dengan Holly Mountain kepada Princess walaupun itu adalah mitos
yang terlarang," tambah Mrs. Wve.
Princess Minerva tersenyum.
Perasaan serba salah membuat ia merasa tidak tahan terus berada di Ruang
Duduk tetapi ia juga tahu ia harus melakukan kewajibannya. Ia harus menjadi
tuan rumah bagi Duke of Blueberry.
Mendengarkan Mrs. Wve serta Mrs. Vye bergantian menceritakan kehidupannya
kepada Duke dan Duchess of Blueberry, membuat Princess Minerva merasa
semakin cemas. Princess Minerva khawatir pandangan Alexander kepada dirinya
akan semakin buruk. Ia tidak berharap pandangan Alexander kepada dirinya
semakin buruk tetapi bila memang itu yang terjadi, Princess Minerva tahu ia
hanya dapat menerimanya. Princess Minerva tahu usahanya untuk merubah pandangan Alexander terhadap
dirinya tidak akan pernah berhasil mengingat ia telah merusak hubungan pria itu
dengan wanita yang dicintainya. Tidak ada yang dapat dilakukannya selain
menerima kenyataan pahit itu.
Kecemasan yang melanda Princess Minerva membuat gadis itu merasa tidak
nyaman dan bingung. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Bila ia tidak
selalu tersenyum, Mrs. Wve, Mrs. Vye juga Jacques akan curiga. Tetapi bila ia
tersenyum, Alexander akan merasa tidak suka bahkan mungkin akan semakin
membenci dirinya. Segala macam perasaan yang berkecamuk di dadanya
membuat Princess Minerva merasa lelah. Ia lelah terus menerus berusaha tetap
terlihat tenang dan ceria sedangkan di balik semua itu ia merasa tertekan oleh
perasaan yang terus mendera batinnya.
Usaha Princess Minerva untuk menahan semua kesedihannya di balik sikapnya
yang tenang dan senyum manisnya benar-benar telah menguras semua
tenaganya. Princess Minerva tahu ia tidak akan mampu terus menerus bertahan
seperti ini. Ia tahu yang harus dilakukannya saat ini bukan mendengarkan
semua orang di hadapannya bercerita melainkan kembali ke Ruang Tidurnya.
Gerakan Princess Minerva membuat semua orang berpaling kepadanya. Princess
Minerva tersenyum, "Silakan kalian melanjutkan percakapan kalian. Saya minta
maaf karena saya tidak dapat menemani kalian terlalu lama, saya merasa lelah."
Mrs. Wve mengikuti gerakan Princess Minerva.
Melihat pengasuhnya meninggalkan tempat duduknya, Princess Minerva cepatcepat
berkata, "Tidak perlu, Mrs. Wve. Lanjutkan saja percakapanmu."
Mendengar kata-kata tegas gadis itu, Mrs. Wve mengangguk kemudian kembali
duduk. Princess Minerva tersenyum kemudian meninggalkan ruangan yang menyiksa
batinnya. Setelah menutup pintu Ruang Tidurnya, Princess Minerva tidak segera
menuju tempat tidurnya. Ia bersandar di balik pintu itu dan mendengarkan
percakapan orang-orang di Ruang Duduk.
"Bagaimana keadaan Obbeyville?"
Pertanyaan Mrs. Vye membuat Princess Minerva terpana.
Tiba-tiba saja Princess Minerva menyadari ia telah bersikap salah sebagai
seorang putri. Ia lebih mementingkan perasaannya daripada perasaan Mrs. Vye.
Selama ini ia terlalu terhanyut dalam perasaan sedih yang menyiksanya dan
melupakan perasaan Mrs. Vye yang telah lama meninggalkan tempat
kelahirannya. Princess Minerva merasa bersalah. Ia tahu apa yang harus dilakukannya.
Sekarang ia harus melupakan perasaan sedihnya dan hanya mengingat
kenangan bahagianya bersama Alexander serta memikirkan perasaan rindu Mrs.
Vye kepada Obbeyville. Tetapi Princess Minerva tetap saja tidak dapat melupakan perasaan sedihnya. Ia
semakin merasa tidak dapat lagi bertahan dalam keadaan seperti ini di mana ia
harus tampil tenang dan penuh senyum sedangkan hatinya merasa tersiksa.
Princess Minerva tidak perlu merasa cemas lebih lama lagi karena keesokan
harinya Pangeran Alcon datang.
Kedatangan kakaknya merupakan suatu kebahagiaan serta kesedihan tersendiri
bagi Princess Minerva. Dengan kedatangan Pangeran Alcon, Princess Minerva
tidak perlu lagi menemui keluarga Blueberry yang juga berarti membuat
Alexander merasa tenang karena tidak lagi bertemu dengannya. Bersamaan
dengan itu Princess Minerva juga merasa sedih karena ia tidak dapat bertemu
lagi dengan Alexander. Princess Minerva tersenyum sendiri menyadari semua itu. Ia merasa dirinya
aneh bagaimana ia bisa merasa sedih sekaligus bahagia dalam waktu yang
bersamaan. Sedih karena tidak dapat lagi berjumpa dengan pria yang
dicintainya dan bahagia karena telah mengabulkan keinginan pria itu untuk tidak
menemuinya. Walaupun Princess Minerva tidak pernah melihat wajah Alexander
bila mereka bertemu tetapi Princess Minerva merasa senang di samping semua
perasaan yang juga muncul bila ia menyadari keberadaan Alexander di
dekatnya. Dari jendela kamarnya, Princess Minerva melihat kereta yang membawa orang
tua serta kakaknya ke tempat yang jauh, telah kembali. Ketika ia melihat kereta
itu semakin mendekati Istana Plesaides, ia segera mengambil mantelnya dan
meninggalkan kamarnya beserta kedua pengasuhnya yang terkejut dengan
gerakannya yang cepat itu.
Mrs. Wve serta Mrs. Vye mengikuti Princess Minerva yang berlari ke lantai dasar.
Napas kedua wanita itu terengah-engah karenanya.
Princess berhenti di ujung lantai terakhir yang harus dilaluinya dan berjalan
penuh percaya diri ke Hall yang tepat berada di ujung terbawah tangga itu.
Ketika melalui Ruang Duduk, Princess mendengar suara kakaknya.
Princess Minerva berhenti di depan pintu Ruang Duduk dan berkata perlahan,
"Maafkan aku, Al. Tetapi aku berjanji ini adalah terakhir kalinya aku muncul di
hadapanmu." Setelah menyakinkan dirinya sendiri, Princess Minerva segera
membuka lebar-lebar pintu itu.
Semua orang yang ada di ruangan itu terkejut melihat ia berdiri di ambang pintu
tetapi Princess Minerva lebih terkejut lagi saat tanpa sengaja matanya bertemu
dengan mata yang selama ini dihindarinya. Princess Minerva cepat-cepat
mengalihkan pandangan matanya dari Alexander sebelum ia merasa khawatir
melihat kekejutan di sana berubah menjadi pandangan marah dan menghina.
Jantung Princess Minerva berdebar sangat kencang karena ketidak sengajaan
itu. Bersamaan dengan itu Princess Minerva merasa seluruh tubuhnya tiba-tiba
terasa lemas. "Al," kata Princess Minerva sambil berharap suaranya tidak terlalu bergetar.
Semua yang ada di ruangan itu menganggap suara Princess Minerva yang
bergetar itu karena ia merasa rindu pada kakaknya.
Pangeran Alcon segera mendekati adiknya yang berlari ke arahnya. Pangeran
menangkap adiknya dengan pelukan erat.
"Aku rindu sekali padamu," kata Pangeran Alcon.Mengapa engkau datang lebih cepat, Al?" tanya Princess Minerva sambil"memandang ke dalam mata Pangeran Alcon.
"Engkau tidak suka aku datang lebih cepat," kata Pangeran Alcon merajuk.
Princess Minerva menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku senang engkau datang
lebih cepat. Aku hanya tidak menyangka engkau datang lebih cepat."
Pangeran Alcon tersenyum. "Engkau memang anak nakal yang tidak pernah
mendengarkan kata-kataku."
"Engkau berkata akan kembali seminggu sebelum pesta itu," kata Princess
Minerva mengingatkan. Pangeran Alcon tersenyum lagi. "Raja Pyre mengerti kalau aku merindukan putri
kecilku yang baru saja menghilang dan ia mengijinkan kami pulang lebih awal."
Suara batuk yang dibuat Raja untuk menarik perhatian, membuat Princess
Minerva tersenyum pada orang tuanya yang berdiri di belakang kakaknya.
Pangeran Alcon tersenyum nakal kepada Raja. Ia menahan tubuh adiknya yang
hendak menghampiri orang tuanya tetapi Princess Minerva lebih cepat darinya.
Sekarang ganti Princess Minerva yang tersenyum nakal.
Melihat senyum nakal yang manis itu, Pangeran Alcon tersenyum sambil
berkata, "Engkau memang nakal."
Princess Minerva tersenyum dan berusaha menghindari Pangeran Alcon yang
hendak melarangnya menghampiri orang tuanya.
Pangeran Alcon mengejar Princess Minerva yang berlari di memutari ruangan
itu. Duke dan Duchess of Blueberry yang melihat hal itu terpana sedangkan Raja
tertawa dan Ratu tersenyum.
Mrs. Wve juga tersenyum melihat tingkah kedua putra Raja yang seperti anak
kecil itu. Mrs. Vye terpana seperti keluarga Blueberry dan ia semakin terpana ketika
Princess Minerva tertawa sambil terus berusaha menghindari kakaknya yang
terus mengejarnya di ruangan itu.
"Sudah. Kalian jangan bertingkah seperti anak kecil lagi," kata Ratu, "Untung
sekali ruangan ini luas."
Princess Minerva masih tertawa ketika ia menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan
ayahnya. "Al nakal, Mama," kata Princess Minerva sambil tersenyum kepada kakaknya.
Pangeran Alcon pura-pura marah melihat itu. "Begitu, ya. Sekarang aku yang
nakal." "Sejak dulu engkau memang nakal, Alcon. Engkau selalu merebut Minerva
dariku," kata Raja. Pangeran Alcon tersenyum nakal mendengar kata-kata itu. "Papa sudah punya
Mama dan aku hanya punya Minerva."
Princess Minerva menghampiri ibunya dan mencium kedua pipi ibunya.
"Sudah lama sekali engkau tidak tertawa," kata Ratu.
Princess Minerva melihat Pangeran Alcon. "Bagaimana aku bisa tertawa kalau
aku dikurung dalam kamarku?"
"Sekarang engkau sudah keluar dari kamarmu dan itu berarti engkau melanggar
janjimu," kata Pangeran Alcon.
Mendengar tuduhan itu, Princess Minerva tersenyum. "Engkau senang bila aku
tidak menyambutmu?" Pangeran Alcon mengeluh. "Engkau semakin pandai membuat aku kebingungan.
Benar aku tidak senang engkau tidak menyambutku tetapi aku lebih tidak
senang melihat engkau jatuh sakit. Lihatlah sekarang wajahmu memucat
kembali." Raja menatap wajah Princess Minerva dan terpekik terkejut. "Kembalilah ke
kamarmu, Minerva. Kakakmu benar wajahmu kembali memucat."
Pangeran Alcon tersenyum penuh kemenangan, "Sekarang giliranku."
Alexander terkejut melihat senyum kemenangan itu seperti senyum Maria saat
ia membujuk ayah Ityu agar mengijinkan putranya bermain ke pondok Mrs. Vye
di malam hari. Princess Minerva tersenyum mendengar kata-kata itu. Ia tahu apa yang
dimaksudkan kakaknya. Kakaknya akan merebut kembali dirinya dari ayahnya.
Raja mengeluh mendengar kata-kata kemenangan itu. "Senyum kemenangan
itu," kata Raja. Ratu tersenyum mendengarnya. "Senyum kemenangan khas keluarga Raja,"
kata Ratu pada semua orang.
Pangeran Alcon mendekati adiknya. Sambil tersenyum kemenangan kepada
Raja, ia mengangkat tubuh adiknya.
Ratu tersenyum melihat kedua putranya meninggalkan ruangan itu dan Raja
yang memandang iri. "Sejak dulu mereka selalu berebut Minerva," kata Ratu ketika menyadari
kebingungan tamu-tamunya serta Mrs. Vye.
"Dan selalu saja Alcon yang menang," kata Raja sedih.
"Sudahlah," hibur Ratu, "Mereka memang akrab sekali. Aku yakin semua orang
akan mengira mereka adalah kekasih bila mereka tidak mirip."
"Ya, mereka sangat akrab sehingga aku merasa mereka terlalu akrab."
Ratu tersenyum mendengar kata-kata Raja yang pura-pura cemburu terhadap
keakraban kedua putra mereka.
"Mari kita ke kamar Minerva," kata Ratu kepada semua orang yang ada di sana.
Mereka segera mengikuti Ratu ke kamar Princess Minerva untuk ikut dalam
kegembiraan Pangeran Alcon dan Princess Minerva.
Ketika mereka tiba di sana, Princess Minerva sedang bermain piano untuk
kakaknya yang berdiri di sampingnya. Walaupun Princess Minerva bermain
sambil bercanda tetapi permainannya tetap terdengar merdu.


Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keduanya sibuk dengan diri mereka sendiri hingga tidak mengetahui orangorang
yang mereka tinggalkan di Ruang Duduk kini telah berada di sana. Dan
tidak seorang pun yang ingin mengganggu kebahagiaan kakak beradik yang
telah lama berpisah itu. BAB 20 Pangeran Alcon yang sedang berbicara dengan Duke of Blueberry di Ruang
Perpustakaan terkejut ketika Mrs. Wve memasuki ruangan itu dengan tergesagesa.
"Ada apa, Mrs. Wve?" tanya Pangeran.
"Princess Minerva pingsan."
Pangeran terkejut mendengar jawaban yang diberikan Mrs. Wve. Ia segera
bangkit dari tempat duduknya. "Di mana ia pingsan?"
"Di dapur." Sekali lagi Pangeran Alcon terkejut mendengar jawaban Mrs. Wve. "Minerva
memang anak nakal. Sekali diberi ijin meninggalkan kamarnya, ia akan
menggunakannya sebaik-baiknya untuk memulai segala kegiatan rutinnya."
"Saya sudah berusaha melarang Princess tetapi ia tetap memaksa. Kata
Princess, ia tidak akan kedinginan bila berada di dapur. Ia justru akan merasa
kedinginan bila diam saja," kata Mrs. Wve.
"Minerva memang anak yang tidak dapat diam," kata Raja.
"Anak satu ini memang sangat sulit diminta diam walau hanya satu detik. Selalu
saja ada yang dilakukannya tetapi kali ini memang benar-benar keterlaluan.
Bagaimana ia bisa bermain di dapur yang terletak di bawah tanah?" kata
Pangeran. "Kita tidak dapat menyalahkan sifatnya yang sulit disuruh diam itu," kata Ratu
yang juga berada di ruang itu, "Sikapnya yang sulit diam itu justru membuat
Istana ini menjadi ceria."
"Musim semi tahun ini memang datang lebih cepat di Istana Plesaides tetapi
udara tetap saja terlalu dingin bagi Minerva untuk berkeliaran di dalam Istana
seperti kebiasaannya," kata Pangeran Alcon.
"Princess Minerva berkata ia tidak akan kedinginan di sana karena di sana
banyak orang," kata Mrs. Wve.
Pangeran Alcon tersenyum melihat Mrs. Wve berusaha terus menerus membela
Princess Minerva. "Aku mengerti, Mrs. Wve. Sekarang tunjukkan padaku di
mana anak nakal itu berada."
"Kami telah membaringkan Princess di Ruang Duduk," kata Mrs. Wve.
Pangeran segera meninggalkan ruangan itu dan bergegas menuju Ruang Duduk
yang dekat dengan tangga menuju dapur.
Mrs. Vye yang sedang memangku kepala Princess Minerva segera
membaringkan kepala Princess di sofa panjang itu dan menepi demikian pula
beberapa pelayan yang mengelilingi Princess Minerva ketika melihat Pangeran
Alcon. Pangeran mendekati Mrs. Vye. "Ia pucat sekali," kata Pangeran Alcon sambil
menyibakkan rambut yang menutupi wajah adiknya.
"Princess Minerva terlalu lelah, Pangeran," kata Mrs. Vye.
Pangeran Alcon tersenyum. Ia segera mengangkat tubuh Princess Minerva.
"Mintalah Durant segera memanggil Dokter Donter," kata Ratu pada Mrs. Wve.
Mrs. Wve mengangguk dan membungkuk sebelum meninggalkan Ruang Duduk.
Seperti kemarin Ratu beserta Raja dan keluarga Duke of Blueberry segera
mengikuti Pangeran Alcon yang membawa Princess Minerva ke kamarnya.
Bedanya kemarin mereka mengikuti Pangeran dan segera terhanyut dalam
keceriaan yang dibuat Pangeran Alcon bersama Princess Minerva, sekarang
mereka cemas akan keadaan Princess Minerva.
"Apakah Anda kuat membawa Princess Minerva ke kamarnya?" tanya Duke
ketika mengikuti Pangeran Alcon yang berjalan ke kamar Princess Minerva
sambil membopong adiknya.
Pangeran Alcon tersenyum. "Aku telah biasa melakukan ini lagipula Minerva
sangat ringan." Duke hanya termangu mendengar jawaban itu. Bagi Duke ini adalah pertama
kalinya ia melihat hubungan kakak beradik yang sangat akrab seperti Pangeran
Alcon dengan Princess Minerva.
Dokter Donter segera datang tak lama kemudian. Dokter itu tidak kalah
cemasnya dari orang-orang yang telah berkumpul di kamar Princess Minerva.
Setelah Dokter Donter memeriksa Princess Minerva, mereka segera
meninggalkan Princess sendirian di kamarnya.
"Bagaimana keadaan Minerva?" tanya Ratu.
"Ia baik-baik saja. Princess Minerva hanya terlalu lelah dan juga sedikit
kedinginan, saya rasa. Di manakah ia berada sebelum pingsan?"
"Anda dapat menebaknya, Dokter. Di mana Minerva biasa berada bila ia berada
di Istana selain di Ruang Perpustakaan?" kata Pangeran.
"Di dapur!" seru Dokter Donter terkejut, "Apa yang dilakukannya di sana?"
"Seperti biasanya, apa yang dilakukan Minerva di dapur," kata Pangeran.
"Princess Minerva tidak memasak, ia hanya memperhatikan kami," kata Mrs.
Wve membela Princess Minerva.
Pangeran Alcon tersenyum melihat usaha Mrs. Wve membela Princess Minerva.
"Aku mengerti, Mrs. Wve. Aku tidak menyalahkan siapa pun karena memang
Minerva tidak pernah dapat diam."
"Ia adalah satu-satunya Princess yang tidak pernah dapat diam," kata Dokter
Donter. "Untuk membuatnya diam, kita harus memberikan obat tidur kepadanya," kata
Pangeran sambil menatap penuh arti pada Dokter Donter.
Dokter Donter tersenyum. "Saya mengerti, Pangeran."
"Terima kasih, Dokter," kata Ratu, "Saya yakin cara ini akan mampu membuat
Minerva tetap berada di kamarnya."
Raja termangu seperti sedang berpikir. "Aku heran, Minerva memang mewarisi
hampir semua sifat ratu sebelumnya tetapi seingatku tidak ada nenek moyangku
yang tidak mau diam, seperti dia."
Duke yang tak mengerti akan perkataan Raja berkata, "Mewarisi sifat?"
Raja tersenyum mendengar pertanyaan tak mengerti itu.
"Minerva memang mewarisi hampir semua sifat Ratu sebelumnya.
Kepandaiannya menata ruangan berasal dari nenekku, Ratu Gorie. Kebaikan
hatinya berasal dari nenek Ratu Gorie. Dan masih banyak lagi yang diwarisi
Minerva dari Ratu sebelumnya," kata Raja menjelaskan.
"Kemahirannya bermain piano diwarisi Minerva dari Mama," tambah Pangeran
Alcon sambil tersenyum menatap ibunya.
"Minerva memang memiliki sifat tersendiri yang membuatnya tampak menarik di
samping semua sifat yang diwarisinya itu. Minerva memiliki kebijaksanaan yang
membuat kami semua merasa kagum selain itu ia memiliki mata ungu yang
indah," kata Ratu. "Saya mengagumi mata ungu Princess Minerva yang jernih. Ini pertama kalinya
saya melihat mata yang berwarna ungu," kata Duchess.
"Ini juga yang pertama kalinya bagi kami semua," kata Ratu.
Merasa semua orang akan mulai membicarakan adiknya, Pangeran tersenyum.
Ia juga ingin ikut membicarakan kelebihan adiknya yang membuatnya berbeda
dari gadis-gadis seusianya tetapi ia tahu ada suatu masalah penting yang harus
diselesaikannya. "Aku akan menjaga Minerva," kata Pangeran Alcon.
Raja dan Ratu mengangguk mendengar hal itu sedangkan Mrs. Wve berkata,
"Biarkan saya yang menjaga Princess Minerva."
"Tidak perlu, Mrs. Wve," kata Pangeran sambil menatap penuh arti kepada Mrs.
Wve. Mrs. Wve mengerti arti tatapan itu. Ia tersenyum pada Pangeran Alcon seakanakan
ia memberi dukungan kepada Pangeran.
Setelah mendapat ijin dari kedua orang tuanya, Pangeran Alcon berkata,
"Temani aku, Alexander."
Alexander segera mengikuti Pangeran Alcon meninggalkan Ruang Duduk sambil
bertanya-tanya mengapa Pangeran Alcon mengajaknya.
Selama perjalanan menuju kamar Princess Minerva, Pangeran hanya tersenyum
dan membuat Alexander semakin bertanya-tanya.
Api di perapian menyala terang menerangi seluruh Ruang Duduk kamar Princess
Minerva. Udara terasa sangat hangat di dalam ruangan itu.
Tanpa berkata apa-apa, Pangeran Alcon mendekati perapian itu dan
memasukkan beberapa batang kayu.
Alexander berdiri termangu. Ia sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya
direncanakan Pangeran Alcon. Ia sendiri juga tidak mengerti mengapa ia sangat
percaya Pangeran Alcon sedang merencanakan sesuatu.
"Berapa usiamu?" tanya Pangeran Alcon.
Alexander terkejut mendengar pertanyaan yang tiba-tiba itu dan tidak pernah
diduganya. "Dua puluh tujuh, Pangeran ," jawabnya.
Pangeran tersenyum. "Panggilah aku Alcon dan lupakan segala kesopanan itu.
Aku hanya satu tahun lebih tua darimu."
Pangeran duduk kemudian ia menunjuk kursi di hadapannya. "Duduklah. Aku
tidak bermaksud menghukummu, aku hanya ingin memberi sedikit pertanyaan."
Alexander duduk di kursi yang ditunjuk Pangeran.
Tanpa mengulur waktu, Pangeran Alcon bertanya, "Apakah sebelum ini engkau
mengenal Minerva" Maksudku waktu ia masih sebagai Maria di Obbeyville."
Alexander mengangguk membenarkan kata-kata Pangeran Alcon.
"Engkau tentunya telah mengetahui segala sesuatu tentang Minerva baik dari
Mrs. Wve, Mrs. Vye maupun semua orang di Istana ini. Sekarang aku ingin tahu
bagaimana Minerva menurut pandanganmu" Apakah ia menarik atau
bagaimana?" "Seperti orang-orang lainnya, aku menganggap ia sangat menarik," kata
Alexander. Pangeran Alcon tersenyum. "Ia memang seorang gadis yang sangat menarik.
Aku ingin tahu bagaimana perasaanmu terhadapnya?"
Alexander terdiam mendengar pertanyaan itu.
"Aku mengerti pertanyaanku ini sulit dijawab tetapi aku tidak dapat lagi
menahan rasa ingin tahuku."
Melihat Alexander masih belum menjawab pertanyaannya, Pangeran Alcon
berkata, "Aku tidak memaksamu menjawab pertanyaan itu. Aku hanya ingin
mengatakan kecurigaanku terhadap kalian berdua."
"Curiga?" tanya Alexander tak mengerti.
"Aku memang tidak tahu apa yang telah terjadi selama Minerva berada di
Obbeyville tetapi aku tahu telah terjadi sesuatu. Sejak aku tiba, aku melihat
sikap Minerva aneh. Ia seperti berusaha menghindarimu. Dan ketika Minerva
kembali dari Obbeyville, ia sering mengingau memanggil nama 'Al'. Memang itu
nama panggilan yang diberikan Minerva padaku tetapi aku tahu bukan aku yang
dicari Minerva. Sebenarnya apa yang telah terjadi?"
Alexander terdiam mendengar pertanyaan itu.
"Aku mengerti bila engkau juga tidak mau menceritakan hal itu kepadaku tetapi
aku yakin telah terjadi sesuatu. Minerva memang tidak akan pernah mau
menceritakan perasaannya kepada siapapun termasuk aku. Apakah ia pernah
mengatakan perasaannya atau pendapatnya mengenai sesuatu kepadamu?"
Alexander memandang bingung. "Ia pernah mengatakan perasaannya kepadaku
juga pendapatnya mengenai suatu masalah tetapi tidak terlalu sering."
Pangeran Alcon tersenyum. "Sudah kuduga."
Alexander benar-benar tidak mengerti dengan permainan yang sedang dilakukan
Pangeran Alcon. Pangeran Alcon sejak tadi hanya tersenyum dan matanya
bersinar aneh seperti sinar kemenangan.
Pangeran Alcon tahu Alexander tidak mengerti dengan semua pertanyaanpertanyaan
yang diajukannya. Untuk mengurangi perasaan tidak mengerti
Alexander itu, ia berkata, "Engkau telah mengetahui segala sesuatunya tentang
Minerva baik dari Mrs. Wve, Mrs. Vye maupun Jacques?"
Alexander mengangguk. "Apa yang dikatakan mereka memang benar, Minerva seorang gadis yang
menarik. Tetapi ada suatu hal yang hanya diketahui olehku," kata Pangeran
Pedang Ular Merah 4 Pendekar Rajawali Sakti 135 Peri Peminum Darah Kembang Kecubung 6
^