Pencarian

Gadis Misterius 6

Gadis Misterius Karya Sherls Astrella Bagian 6


Seperti ruangan sebelumnya, ruangan itu terus memanjang hingga ke
serambi. Antara serambi dan ruangan itu juga terpisah oleh jendela
panjang yang bertirai putih tipis.
Tepat di tengah ruangan itu ada sebuah tempat tidur antik yang besar
yang bertiang emas. Tirai-tirai putih yang menutupi tempat tidur itu
menyentuh permadani hijau cerah yang menutupi lantai di sekitar tempat
tidur. Di setiap kaki tiang-tiang emas itu terletak sebuah pot bunga yang
berisi berbagai macam bunga. Tidak hanya di kaki tiang itu saja yang
dihiasi bunga tetapi hampir di setiap sudut kamar itu. Sebuah meja rias
yang juga terlihat indah dalam keantikkannya terletak tidak jauh dari
tempat tidur. Di sampingnya berdiri sebuah almari besar. Selain bendabenda itu
dan pot-pot yang penuh berisi bunga, di ruangan itu tidak ada
apa-apa lagi sehingga ruangan itu tampak lebih luas dari yang
sebenarnya. Mrs. Wve dan Mrs. Vye mendekati tempat tidur yang terletak tepat di
tengah ruangan itu. Mrs. Wve menyingkap tirai itu.
Mrs. Vye terkejut melihat seorang gadis yang hampir tidak dapat
dikenalinya sebagai Maria yang telah tinggal bersamanya selama lebih
dari tiga bulan di Obbeyville, tengah terbaring di sana.
Wajah Princess Minerva tampak pucat sekali, jauh lebih pucat dari saat
Mrs. Vye menemukannya. Rambutnya yang panjang berserakan di
sekeliling kepalanya. Selimut putih yang lembut dan hangat menutupi
sekujur tubuhnya yang telah mengenakan gaun tidur yang indah. Mata
gadis itu terpejam erat. Napasnya tersengal-sengal. Keringat dingin yang
bermunculan di dahinya membasahi rambut di sekitar dahinya.
Mrs. Wve menyadari kekhawatiran yang muncul di benak Mrs. Vye. Ia
berkata, "Jangan khawatir, Mrs. Vye. Princess memang selalu begini
setiap kali ia pingsan."
"Tetapi napasnya terputus-putus seperti orang yang berada di ambang
maut," kata Mrs. Vye cemas.
"Jangan khawatir, Mrs. Vye. Princess memang selalu seperti ini setiap kali
ia kedinginan. Kami sedang berusaha menghangatkan ruangan ini agar
Princess tidak kedinginan lagi," kata Mrs. Wve.
Mrs. Vye dan Mrs. Wve memperhatikan wajah Princess Minerva yang
tampak terus memucat. Tiba-tiba Mrs. Wve berkata, "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan
bila Princess tidak kembali. Aku sangat menyayanginya."
"Aku juga sangat menyayangi Maria," sahut Mrs. Vye.
"Maria?" tanya Mrs. Wve tak mengerti.
"Itu nama yang kuberikan padanya ketika aku menemukannya," kata
Mrs. Vye menjelaskan. Mrs. Wve memandang tak mengerti kepada Mrs. Vye.
"Saya ingin bertanya banyak kepada Anda tetapi lebih baik sekarang kita
segera menemui Pangeran. Di sana Anda dapat menceritakan semua
yang telah terjadi tanpa perlu mengulanginya berkali-kali," kata Mrs. Wve
sambil menutup kembali tirai yang mengelilingi tempat tidur Princess
Minerva. "Sebenarnya apa yang terjadi sehingga kecelakaan itu terjadi?"
Mrs. Wve menarik tangan Mrs. Vye meninggalkan kamar itu, "Aku akan
menceritakannya nanti. Sekarang kita lebih baik membiarkan Princess
beristirahat. Kita masih harus menemui Pangeran."
"Apakah baik bila kita meninggalkan Princess sendirian dalam keadaan
seperti ini?" "Kita tidak akan meninggalkan Princess sendirian. Di luar pasti ada
seseorang." Apa yang dikatakan Mrs. Wve memang benar.
Di Ruang Duduk mereka melihat seorang pelayan pria sedang
memasukkan beberapa batang kayu ke dalam perapian yang menyala
terang. "Tolong panggilkan seseorang untuk menemani Princess," kata Mrs. Wve
pada pelayan itu. "Anda hendak ke mana, Mrs. Wve?" tanya pelayan itu.
"Pangeran memintaku mengantar Mrs. Vye menemuinya di Ruang Tahta,"
jawab Mrs. Wve. "Baik, Mrs. Wve. Saya akan segera meminta seseorang untuk menemani
Princess. Anda tidak perlu khawatir."
"Tolong segera engkau carikan. Kami tidak akan lama."
"Baik, Mrs. Wve."
"Mari, Mrs. Vye," kata Mrs. Wve sambil membuka pintu.
Mrs. Vye berjalan di samping Mrs. Wve yang tidak berbicara apa-apa
selama perjalanan. Mrs. Wve mengerti Mrs. Vye mengagumi Istana. Dan ia memberi
kesempatan kepada wanita itu untuk mengamati setiap bagian Istana
yang mereka lalui. Walaupun banyak pertanyaan yang ingin diajukannya
tetapi Mrs. Wve tetap tidak berbicara apa-apa, ia hanya berjalan pelanpelan di
samping Mrs. Vye yang sibuk mengamati setiap bagian Istana
yang mereka lalui. Setelah melakukan perjalanan yang cukup lama dari kamar Princess
Minerva yang terletak di lantai empat menuju Ruang Tahta yang terletak
di lantai dasar, akhirnya mereka tiba juga di Ruang Tahta.
Prajurit yang melaporkan kedatangan mereka berdua kepada Raja,
muncul tak lama kemudian. Prajurit itu membukakan pintu Ruang Tahta
bagi mereka dan menutupnya kembali setelah kedua wanita itu
memasuki Ruang Tahta. Pangeran Alcon serta Raja dan Ratu sedang bercakap-cakap dengan Eido
ketika mereka memasuki ruangan itu.
Mereka segera menghentikan percakapan mereka ketika melihat Mrs.
Wve dan Mrs. Vye datang mendekat.
"Kami mengucapkan terima kasih pada Anda yang telah membawa
putriku pulang kembali," kata Raja.
"Saya tidak membawanya kembali, Paduka. Princess sendiri yang
membawa dirinya kembali ke Xoechbee, saya hanya mengikutinya," kata
Mrs. Vye. "Tidak apa-apa. Kami tetap mengucapkan terima kasih kepada Anda yang
telah menjaga Minerva selama perjalanan."
"Sudah merupakan kewajiban saya untuk menjaga Princess yang saya
sayangi bahkan sebelum saya mengetahui ia adalah putri yang hilang
itu." "Sekarang kami ingin mengetahui apa yang telah terjadi pada Minerva
selama ia berada di sisi Anda," kata Pangeran, "Teman Anda, Eido, tidak
dapat memberi banyak keterangan pada kami. Kata Eido, Andalah yang
telah menemukan Minerva dan merawatnya selama ini."
Mrs. Vye menganggukkan kepala, "Benar. Saya menemukan Princess
tergeletak pingsan di tepi Sungai Alleghei ketika saya sedang berjalanjalan di
sepanjang sungai itu."
"Sungai Alleghei!?" seru Pangeran Alcon terkejut.
"Ya, saya menemukan Princess di Sungai Alleghei," ulang Mrs. Vye.
"Ya, Tuhan. Itu tidak mungkin. Sungai itu jauh sekali dari kaki Death
Rocks. Tidak mungkin Minerva terlempar dari tebing itu hingga mencapai
Sungai Alleghei yang mengalir jauh di bawahnya," kata Pangeran.
"Itu mungkin saja, Pangeran. Angin bertiup sangat keras ketika Princess
tiba-tiba terlempar keluar dari kereta. Mungkin angin itulah yang
menerbangkan tubuh Princess ke Sungai Alleghei yang mengalir jauh dari
kaki Death Rocks," kata Mrs. Wve.
"Pantas saja kita tidak dapat menemukan Minerva walaupun kita telah
mencari di sekitar tebing itu bahkan dalam jarak sekitar lima mil dari
tebing itu," kata Raja, "Tidak kuduga ternyata Minerva terlempar ke
Sungai Alleghei yang jaraknya kurang lebih sepuluh mil dari kaki tebing
itu." "Kita harus bersyukur berkat itulah Minerva kembali tanpa kehilangan
suatu apapun. Kita benar-benar harus berterima kasih pada Tuhan yang
telah melindungi Minerva hingga kini. Dan sekarang kita harus berusaha
agar Minerva segera sadar kembali," kata Ratu.
"Jangan khawatir, Paduka Ratu. Saya telah mengutus orang untuk
memanggil Dokter Donter," kata Menteri Dalam Negeri.
"Baiklah, itu mungkin saja. Teruskan cerita Anda, Mrs. Vye," kata
Pangeran. "Princess tidak sadarkan diri selama beberapa hari dan ketika ia sadar
kembali ia tidak dapat mengingat masa lalunya juga namanya," kata Mrs.
Vye melanjutkan ceritanya.
Kembali Pangeran Alcon memutus cerita Mrs. Vye. "Minerva hilang
ingatan!?" "Jadi itu sebabnya Minerva tidak segera kembali bahkan setelah berita itu
muncul," timpal Raja ikut memutuskan cerita Mrs. Vye.
"Jangan memutus cerita Mrs. Vye!" tegur Ratu, "Kalian memang selalu
begini setiap kali ada masalah yang menyangkut Minerva."
"Mama telah mengerti sifat kami bila mengatasi masalah yang
berhubungan dengan Minerva, karena itu Mama harus mengerti bila kami
sering memutus cerita Mrs. Vye," kata Pangeran Alcon sambil
memberikan senyuman yang manis tetapi nakal kepada Ratu.
"Engkau tidak pernah berubah bila menyangkut adikmu, Alcon," kata
Ratu. "Maafkan kami, Mrs. Vye. Silakan melanjutkan cerita Anda," kata Raja.
Mrs. Vye kembali melanjutkan ceritanya. "Baroness Lora, majikan saya
sangat marah ketika ia mengetahui saya menemukan seorang gadis. Ia
ingin sekali saya segera mengusir Princess Minerva tetapi saya
memaksanya membiarkan Princess tinggal hingga ia sadar kembali.
Baroness Lora tetap ingin mengeluarkan Princess Minerva walaupun ia
tahu Princess kehilangan ingatannya."
"Sungguh keterlaluan Baroness Lora. Bagaimana ia bisa berbuat setega
itu pada seorang gadis yang hilang ingatan?" kata Ratu.
Pangeran Alcon tersenyum pada Ratu yang tanpa sadar telah memotong
cerita Mrs. Vye. "Baroness Lora memang sangat keterlaluan. Bagaimana
ia bisa berbuat seperti itu?"
"Saya juga tidak mengerti mengapa ia berbuat seperti itu. Ia berkata
Princess hanya akan menambah pengeluarannya, tetapi sebenarnya dia
sendirilah yang membuat pengeluaran keluarga Sidewinder membengkak
dan hampir hilang semuanya terutama sejak kematian Baron Marx
Sidewinder," kata Mrs. Vye.
"Saya tahu sepak terjang Baroness Lora. Ia memang bukan wanita yang
baik," kata Menteri Dalam Negeri, "Saya tidak menyukainya. Dan saya
percaya wanita itu tega melakukan hal yang sangat keji pada seorang
gadis yang tak berdaya."
"Baroness Lora memaksa saya untuk mengeluarkan Princess, tetapi saya
tetap bersikeras mempertahankan Princess. Baroness Lora sangat marah
dan berjanji akan melakukan segala cara untuk mengeluarkan Princess.
Saya sangat ketakutan waktu itu, saya tidak tega membayangkan
Princess yang hilang ingatan harus pergi tanpa arah."
"Walaupun Baroness Lora tidak dapat memecat saya, tetapi saya tahu ia
bisa membuat Princess meninggalkan Obbeyville. Tetapi untunglah putri
Baroness Lora, Lady Debora tidak menginginkan Princess meninggalkan
tempat itu," kata Mrs. Vye melanjutkan ceritanya.
"Apakah Baroness Lora menyetujui permintaan putrinya itu?" tanya Mrs.
Wve. "Tentu saja Baroness Lora menyetujuinya. Baroness Lora sangat
menyayangi Lady Debora. Tetapi baik Lady Debora maupun Baroness
Lora tidak begitu saja menerima kehadiran Princess."
Mrs. Vye ragu-ragu untuk melanjutkan ceritanya.
"Teruskan cerita Anda, Mrs. Vye," kata Raja.
"Lady Debora meminta Princess menjadi pelayannya," kata Mrs. Vye.
Semua orang tercengang mendengar kalimat terakhir Mrs. Vye.
Akhirnya kesunyian itu terpecahkan oleh seruan kemarahan Pangeran
Alcon, "Wanita keji! Bagaimana ia bisa melakukan itu?"
"Baroness Lora bisa melakukan apa saja. Ia bahkan mengambil gaun
yang dikenakan Princess sewaktu saya menemukannya. Saya telah
mencoba mempertahankan gaun itu tetapi mereka tetap mengambilnya.
Untunglah mereka tidak mengetahui Princess mengenakan kalung yang
indah saat saya menemukannya. Setelah mengambil gaun itu, Baroness
Lora masih menjelek-jelekan Princess, ia mengatakan Princess bukan
gadis baik-baik." "Wanita kejam, aku tidak akan memaafkannya. Bagaimana ia bisa
berkata seperti itu padahal ia belum tahu siapa sebenarnya Minerva itu"
Apakah ia tidak mempunyai perasaan" Bagaimana ia bisa mengambil
barang yang bukan miliknya dan setelah itu menjelek-jelekkan orang
itu?" kata Pangeran Alcon geram.
"Alcon! Jangan marah seperti itu," tegur Ratu.
"Maafkan aku, Mama. Tetapi aku benar-benar marah sekali kepada kedua
wanita itu," kata Pangeran Alcon tanpa mengurangi nada kemarahannya.
Ratu menggelengkan kepalanya dan berkata, "Teruskan cerita Anda, Mrs.
Vye." "Princess menerima syarat yang diajukan Lady Debora dengan senang
hati. Princess sama sekali tidak pernah mengeluh apa-apa ketika ia
bekerja untuk Lady Debora."
"Princess Minerva memang bukan orang yang suka mengeluh. Princess
pasti melakukan pekerjaannya dengan sangat baik," kata Mrs. Wve.
"Ya, ia mengerjakan segala sesuatunya dengan sangat baik. Bahkan ia
telah membuat saya tercengang dengan kepandaiannya mengurus rumah
dan kepandaian memasaknya. Tetapi lebih dari itu Princess telah
membuat saya dan pelayan-pelayan lainnya yang masih bekerja di
Sidewinder House tercengang akan kebijaksanaannya."
Pangeran Alcon tersenyum, "Pasti Minerva telah membuat penduduk
Obbeyville menjadi gempar."
Mrs. Vye tersenyum, "Ya, ia membuat penduduk Obbeyville menjadi
gempar sejak saya menemukannya di Sungai Alleghei yang kami anggap
keramat. Kami menganggapnya sebagai seorang bidadari yang dikirim
para dewa kepada kami melalui Sungai Alleghei. Tidak ada di antara kami
yang meragukan hal itu apalagi setelah mendengar segala yang diketahui
Princess mengenai mitos itu."
Semua tercengang mendengar perkataan Mrs. Vye.
"Luar biasa!" seru Pangeran Alcon kagum, "Minerva pasti telah membuat
semua yang tidak mungkin menjadi mungkin."
"Bagaimana Minerva bisa mengingat kembali masa lalunya, Mrs. Vye?"
"Saya kurang tahu apa yang terjadi hari itu. Saya hanya melihat Lady
Debora sedang memarahi Princess dari ujung tangga dan tiba-tiba ia
mendorong Princess. Ketika Lady Debora mendorong Princess Minerva
hingga terjatuh di tangga, Princess pingsan. Dan setelah ia sadar,
Baroness Lora muncul dan memarahinya."
"Kasihan Princess," kata Mrs. Wve, "Mengapa Lady Debora tega
melakukan itu?" "Mereka pasti tega, Mrs. Wve. Aku tahu mereka akan selalu tega
menyakiti orang lain untuk kepentingan mereka sendiri," kata Pangeran
Alcon geram. "Tetapi mungkin berkat itu ingatan Minerva kembali," kata Raja.
Ratu yang sejak tadi hanya membiarkan mereka menyela cerita Mrs. Vye
akhirnya berkata, "Lanjutkan cerita Anda, Mrs. Vye."
Mrs. Vye melanjutkan ceritanya, "Princess tidak mengatakan apa-apa, ia
hanya meminta saya untuk memanggilkan kereta untuknya. Semula ia
tidak setuju saya ikut dengannya tetapi saya berhasil memaksa ikut dan
akhirnya Princess tidak berkata apa-apa untuk melarang saya."
"Selama di perjalanan Princess jatuh sakit dan kami terpaksa berhenti
selama beberapa hari di penginapan yang kami temui. Selain itu hujan
lebat juga sering menghalangi perjalanan kami. Karena itulah perjalanan
ini lebih lama dibandingkan yang seharusnya," kata Mrs. Vye mengakhiri
ceritanya. "Benar-benar luar biasa!" seru Pangeran, "Benar-benar petualangan yang
panjang. Apakah selama itu Minerva terus berada di Obbeyville?"
"Tidak, beberapa kali Tuan Muda Alexander mengajaknya ke Blueberry.
Tetapi Tuan Muda tidak hanya membawanya tetapi juga mengajak Lady


Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Debora," kata Mrs. Vye.
"Siapakah Alexander itu?" tanya Ratu.
"Ia putra Duke of Blueberry," jawab Mrs. Vye.
"Aku tahu Alexander. Aku pernah mendengar namanya. Kudengar ia
seorang pria yang sulit didekati wanita. Bila ia mengajak pergi Minerva
dan Lady Debora maka ada dua kemungkinan ia menyukai Minerva atau
menyukai Lady Debora. Tetapi bila mengingat kedinginan sikap Alexander
bila menghadapi wanita, maka sangat besar kemungkinan ia menyukai
Minerva," kata Pangeran Alcon.
"Aku ingin bertemu dengannya," kata Raja.
"Apakah kita harus mengumumkan kepada masyarakat mengenai
kembalinya Princess?" tanya Menteri Dalam Negeri.
"Tentu saja. Kita harus mencegah penduduk terus mencemaskan keadaan
Minerva," kata Raja.
"Tetapi, Papa, bila kita mengumumkannya sekarang pasti banyak
penduduk yang ingin bertemu dengan Minerva. Sedangkan Minerva
sendiri masih belum sadar," kata Pangeran.
"Jangan khawatir, Pangeran. Saya hanya akan mengumumkan penduduk
tidak perlu lagi mengkhawatirkan keadaan Princess," kata Menteri Dalam
Negeri. "Apakah mereka akan menerima berita itu?" tanya Ratu.
Kendsley terdiam. "Menurut saya, kita harus menambahkan bahwa
Princess sedang sakit dan meminta mereka tidak menganggu Princess
hingga ia sembuh," katanya.
"Itu juga sulit, Kendsley. Penduduk pasti ingin mengunjungi Minerva,"
kata Raja, "Dan kita tidak tahu apakah Minerva masih berada di sini
setelah ia sadar." "Bagaimana bila kita mengadakan pesta untuk itu" Kita tetap
mengumumkan kepada semua penduduk bahwa Minerva telah kita
temukan dan berjanji akan memperlihatkan Minerva kepada penduduk
dalam pesta itu. Dengan demikian semua masalah akan selesai," kata
Pangeran. "Tetapi, Pangeran, Princess Minerva tidak suka menjadi pusat perhatian,"
kata Mrs. Wve. "Jangan khawatir, Mrs. Wve. Minerva pasti mengerti bila aku
menerangkan segala sesuatunya dan kali ini ia tidak dapat kabur lagi dari
pesta yang akan kuselenggarakan," kata Pangeran.
"Sebenarnya masih banyak yang tidak saya mengerti," kata Mrs. Vye,
"Saya tidak mengerti mengapa Princess Minerva pandai memasak"
Mengapa Princess Minerva jarang berada di Istana?"
Sebelum ada yang menjawab pertanyaan Mrs. Vye, seorang prajurit
muncul bersama seorang pelayan.
"Ada apa?" tanya Pangeran.
"Sebaiknya Anda segera menemui Princess, Pangeran. Princess
memanggil-manggil nama Anda dalam tidurnya sejak tadi," kata pelayan
itu. "Terima kasih, aku akan segera ke sana," kata Pangeran.
Kemudian Pangeran berpaling kepada Mrs. Vye dan berkata, "Mengenai
pertanyaan Anda tadi, Mrs. Vye. Saya rasa Mrs. Wve akan menjawabnya
dengan senang hati. Anda dapat bertanya segala hal yang tidak Anda
mengerti kepadanya."
Pangeran terdiam kemudian berkata, "Apakah Anda berdua berkenan
tinggal di sini setidaknya hingga Minerva sadar kembali. Aku yakin
Minerva akan mencari Anda bila ia sadar."
"Engkau jangan lupa, Alcon, Mrs. Vye dan Eido masih mempunyai
keluarga di Obbeyville. Di samping itu keluarga Sidewinder pasti mencari
Mrs. Vye," tegur Raja.
"Paduka tidak perlu khawatir mengenai itu, saya tidak mempunyai
keluarga lagi. Jadi tidak ada masalah bila saya tinggal di sini hingga
Princess sadar," kata Eido.
"Saya juga tidak berkeberatan bila harus tinggal di sini. Keluarga
Sidewinder tidak akan mencari saya. Mereka pasti senang saya telah
meninggalkan rumah itu. Sejak dulu Baroness Lora memang tidak
menyukai saya, ia terus berharap dapat mengeluarkan saya dari
rumahnya tetapi ia tidak dapat melakukannya bahkan setelah suaminya
meninggal," kata Mrs. Vye.
"Baiklah kini semua masalah telah selesai kecuali satu, sadarnya
Minerva," kata Pangeran Alcon, "Sekarang aku permisi dulu. Aku ingin
menemui Minerva." BAB 16 Pangeran memasuki kamar Princess Minerva dengan hati-hati. Ia berusaha
untuk tidak menimbulkan suara.
Udara di ruangan itu telah menjadi lebih hangat dari saat Pangeran memasuki
meninggalkan kamar itu. Tetapi seorang pelayan tetap memasukkan beberapa
batang kayu ke perapian yang telah menyala terang.
Pelayan itu segera bangkit ketika mendengar langkah Pangeran.
"Tolong kau terus hangatkan ruangan ini. Kamar ini harus benar-benar hangat
agar Minerva tidak kedinginan," kata Pangeran Alcon sebelum pelayan itu
menyapanya. "Baik, Pangeran," kata pelayan itu.
Pangeran Alcon melanjutkan perjalanannya ke kamar Princess Minerva.
Sebelum ia membuka pintu yang tidak tertutup rapat itu, seorang pelayan telah
membukanya lebih dulu. Pelayan itu mengangguk hormat kepada Pangeran dan berkata, "Cepatlah,
Pangeran. Keadaan Princess semakin memburuk dan ia terus memanggil nama
Anda." Pelayan itu menepi untuk memberi jalan kepada Pangeran yang segera
memasuki Ruang Tidur adiknya.
Pangeran mendekati tempat tidur adiknya yang tertutup tirai putih.
Perlahan-lahan Pangeran Alcon membuka tirai putih itu dan melihat adiknya
yang terbaring di ranjang yang besar itu.
Pangeran menatap sedih pada Princess Minerva yang terbaring lemah di sana.
Princess Minerva tampak sangat kecil di ranjang yang besar itu. Seuntai kalung
tampak menghiasi lehernya yang putih. Di balik napasnya yang terputus-putus,
Princess Minerva berkata-kata lirih.
Pangeran duduk di tepi tempat tidur yang besar itu dan mendekatkan wajahnya
sambil berusaha mendengar bisikan Princess Minerva.
"Al..., jangan... pergi.... Ja... ngan... pergi.... Al... Al..."
Pangeran Alcon menggenggam erat tangan Princess Minerva dan berbisik di
telinga Princess Minerva, "Jangan khawatir, sayang, aku akan selalu di sini. Aku
akan selalu berada di sisimu."
"Al..., jangan... pergi.... Jangan ting... galkan... aku..., Al."
Kedua tangan Pangeran menggenggam tangan Princess Minerva semakin erat.
Pangeran meletakkan tangan yang dingin itu ke mulutnya dan berkata, "Aku
tidak akan pergi, Minerva. Aku janji aku akan selalu di sisimu."
Pangeran Alcon menggosokkan tangan Princess Minerva ke pipinya sambil terus
meyakinkan Princess Minerva seakan-akan dengan demikian Princess Minerva
akan mengerti. Tangan Pangeran yang satu menggenggam erat tangan Princess
Minerva dan tangannya yang lain mengusap dahi Princess Minerva yang dipenuhi
keringat dingin. Pangeran terus memandangi wajah Princess Minerva yang masih memucat
hingga ia mendengar suara yang mendekat.
Mrs. Wve dan Mrs. Vye tersenyum ketika melihat Pangeran Alcon yang duduk di
tepi adiknya sambil menggenggam tangan Princess Minerva.
"Anda sudah mengerti semuanya, Mrs. Vye?" tanya Pangeran.
"Belum. Mrs. Wve belum menjawab pertanyaan saya."
Pangeran ganti menatap Mrs. Wve, "Mengapa engkau belum menjawab
pertanyaan Mrs. Vye, Mrs. Wve?"
"Saya tidak tahu harus menjawab apa. Anda tidak memberi tahu saya
bagaimana saya harus menjawabnya. Apakah saya harus mengatakan
semuanya ataukah hanya bagian-bagian yang penting saja," kata Mrs. Wve.
"Engkau dapat menjawab sesuai dengan yang sebenarnya."
"Saya juga ingin melakukan itu, tetapi biasanya Anda selalu memutuskan segala
sesuatu mengenai Princess dan saya tidak tahu harus berbuat apa," kata Mrs.
Wve. "Aku telah memberi wewenang kepadamu untuk menjawab pertanyaan Mrs.
Vye," kata Pangeran sambil tersenyum.
Mrs. Wve membalas senyuman itu dan berkata, "Saya mengerti, Pangeran.
Tetapi saya pikir lebih baik bila Anda sendiri yang menjawab pertanyaan Mrs.
Vye." "Baiklah, Mrs. Wve, aku tidak akan berdebat denganmu lagi. Minerva pasti tidak
senang melihat kita berdebat."
Mrs. Wve tersenyum, "Princess Minerva memang tidak pernah menyukai
perdebatan kita. Menurut Princess kita bukan berdebat tetapi bertengkar."
"Tetapi tidak ada yang dapat disalahkan, Mrs. Wve, kita memang selalu berbeda
pendapat mengenai Minerva," kata Pangeran.
"Ya, saya juga mengakui itu. Pendapat Anda dan saya bila menyangkut Princess
memang selalu berbeda, Pangeran."
"Kukira, Mrs. Wve, kita membuat Mrs. Vye semakin tidak mengerti apa yang kita
bicarakan," kata Pangeran, "Saya akan menjelaskan semua yang tidak Anda
mengerti, Mrs. Vye."
"Sebelum Anda mulai menjawab semua pertanyaan saya, saya ingin Anda
berhenti bersikap sopan kepada saya, jika Anda tidak keberatan. Anda selalu
bersikap sopan kepada saya seperti Maria yang selalu bersikap sopan kepada
semua orang di Obbeyville," kata Mrs. Vye.
"Maria?" tanya Pangeran tak mengerti.
Mrs. Vye menjawab ragu-ragu, "Itu nama yang saya berikan pada Princess
ketika ia masih belum dapat mengingat masa lalunya."
"Nama yang indah. Minerva pasti menyukai nama itu," kata Pangeran.
"Ya, Princess sangat menyukai nama itu seperti putri saya."
"Di manakah putri Anda, Mrs. Vye?" tanya Mrs. Wve.
"Ia sudah meninggal."
"Aku turut menyesal, Mrs. Vye."
"Terima kasih, Mrs. Wve. Aku telah menerima hal itu. Memang berat rasanya
ketika aku kehilangan dia," kata Mrs. Vye sedih.
"Aku mengerti perasaanmu, Mrs. Vye. Aku juga merasa sangat sedih ketika
Princess menghilang. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan bila Princess
tidak kembali. Aku merasa bersalah telah menyebabkan peristiwa itu terjadi,"
kata Mrs. Wve. "Aku merasa seperti orang gila ketika Princess masih belum ditemukan
walaupun kecelakaan itu telah berlalu selama lebih dari satu bulan dan aku
merasa benar-benar menjadi orang gila ketika Princess tak ditemukan juga
hingga hari ini Anda membawanya kembali ke Istana."
Mrs. Wve menghela napas lega dan tersenyum bahagia,
"Sekarang aku merasa Tuhan telah mengabulkan doa yang selalu kupanjatkan
kepadanya setiap malam dan aku benar-benar bersyukur karenanya. Setiap
malam aku terus berdoa dan mengenang peristiwa naas yang tidak dapat
kulupakan itu. Aku terus mengingat senyuman Princess yang terakhir kali
sebelum ia menghilang. Saat itu Princess tersenyum manis yang pasrah seperti
orang yang pasrah terhadap apa yang akan menimpanya."
"Mengapa engkau bisa selamat, Mrs. Wve, sedangkan Princess terdampar di
Sungai Alleghei?" tanya Mrs. Vye ingin tahu.
"Aku sendiri tidak mengerti mengapa aku dan Durant bisa selamat sedangkan
Princess bisa terjatuh dari Death Rocks. Hanya satu yang kuingat saat
kecelakaan itu terjadi. Saat itu kereta tiba-tiba miring dan pintu kereta di
samping Princess membuka. Princess yang tidak siap menghadapi itu terlempar
keluar." "Aku berusaha menangkap Princess tetapi jarak kami terlalu jauh. Saat itulah
aku melihat Princess tersenyum pasrah. Setelah itu aku tidak melihat Princess
lagi karena tiba-tiba kereta kami yang jatuh dari Death Rocks."
Mrs. Wve menghela napasnya lagi seperti orang yang bersyukur akan nasibnya,
"Kami masih beruntung dahan pohon yang cukup kuat menahan jatuhnya kereta
kami sehingga kami tidak mengalami luka fatal. Durant dan aku sendiri hanya
luka memar. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari keadaan kami selain
terlemparnya Princess dari kereta."
"Apakah kalian tidak berusaha mencari Princess setelah kecelakaan itu?"
Pangeran Alcon yang sejak tadi hanya menjadi pendengar dari pembicaraan
kedua wanita tua itu menjawab,
"Setelah peristiwa kecelakaan itu terjadi, kami secara diam-diam mencari
Minerva di sekitar Death Rocks hingga jarak lima mil dari kaki tebing itu. Tidak
seorangpun dari kami yang menduga Minerva jatuh ke Sungai Alleghei kemudian
terdampar di Obbeyville sebagai gadis yang hilang ingatan."
"Benar-benar keajaiban Tuhan, Princess Minerva tidak kehilangan apapun
setelah jatuh dari tebing yang curam itu. Aku benar-benar bersyukur pada
Tuhan yang telah melindungi Princess," kata Mrs. Wve penuh syukur pada
Tuhan. "Sebelum bertemu kembali dengan Princess, aku tidak sanggup membayangkan
apa yang terjadi pada Princess tetapi saat ini aku membayangkan Princess
mengalami suatu petualangan yang menarik bagi Princess sendiri di Obbeyville."
"Minerva memang mengalami petualangan yang sangat menarik di Obbeyville,"
kata Pangeran. "Saya tidak mengerti mengapa Princess sangat pandai mengurus rumah
sedangkan di sini ia mempunyai banyak pelayan yang selalu siap melayaninya?"
kata Mrs. Vye. "Sebelum Anda mengerti semuanya, Mrs. Vye. Lebih baik kami memberi tahu
Anda mengapa Minerva jarang berada di Istana dan di mana saja ia berada bila
ia tidak berada di Istana," kata Pangeran.
Pangeran memandang Princess Minerva yang masih tertidur nyenyak.
"Lebih baik kita pindah ke Ruang Duduk agar tidak menganggu Minerva," usul
Pangeran. Pangeran Alcon bangkit dan menutup kembali tirai putih yang mengelilingi
tempat tidur Princess Minerva. Pangeran mendahului kedua wanita itu menuju
Ruang Duduk. Mrs. Wve yang berjalan paling akhir membiarkan pintu kamar Princess Minerva
terbuka agar udara hangat terus mengalir ke dalam kamar itu.
Pangeran mempersilakan Mrs. Vye duduk dengan tangannya kemudian ia duduk
di depan perapian. Tidak ada orang lain di Ruang Duduk itu selain mereka bertiga. Pelayan yang
semula menambah kayu di perapian kini telah pergi meninggalkan perapian
yang menyala terang. Cahaya api dari perapian yang besar itu menerangi
seluruh Ruang Duduk. Bahkan sinarnya mencapai Ruang Tidur Princess Minerva
yang terbuka. Setelah mereka duduk dengan posisi yang mereka anggap nyaman, Pangeran
memulai ceritanya, "Minerva tidak tahan udara dingin. Ia juga tidak dapat bertahan di cuaca yang
sangat panas. Dan bila ia memaksakan diri berada di cuaca yang terlalu dingin
maupun terlalu panas, ia akan pingsan dan selama ia pingsan suhu tubuhnya
akan terus berubah."
"Apakah itu tidak berbahaya?" tanya Mrs. Vye.
"Tidak, Mrs. Vye. Kata Dokter Donter, suhu tubuh Minerva yang terus berubah
itu karena tubuhnya sedang menyesuaikan diri dengan udara di sekitarnya,"
kata Pangeran, "Sungguh aneh memang, Minerva lahir di Istana ini pada musim
semi dan hanya pada musim semi saja ia berada di Istana Plesaides."
"Di manakah Princess berada bila ia tidak berada di Istana Plesaides?" tanya
Mrs. Vye lagi. "Di musim panas, ia berada di Castil Yonga yang terletak di balik Death Rocks.
Di musim gugur dan musim dingin, ia berada di Small Cottage yang berada di
pulau Clayment di laut barat yang tetap hangat walaupun di musim dingin."
Mrs. Vye memikirkan sesuatu yang mengganjal di hatinya. Setelah tidak dapat
menemukan jawabannya, ia bertanya, "Bagaimana dengan pendidikan
Princess?" "Minerva hanya mendapat pendidikan khusus saat ia berada di Istana. Tetapi
Minerva selalu belajar setiap hari walaupun ia jauh dari Istana. Karena di
manapun Minerva berada, ia selalu mempunyai guru."
"Menarik sekali!" kata Mrs. Vye kagum, "Seakan-akan keberuntungan selalu
menyertai Princess."
"Ya, aku kadang merasa seperti itu. Princess selalu mempunyai guru yang baik
di manapun ia berada," kata Mrs. Wve.
"Di Castil Yonga, Princess mempunyai Quiya yang mengajarinya mengenai
sejarah Kerajaan Zirva dan bahasa Boudibt serta mitos-mitos Kerajaan Zirva. Di


Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Clayment, Princess mempunyai Granny yang selalu mengajarinya filsafat dan
kebijaksanaan serta segala sesuatu yang berhubungan urusan rumah."
"Karena itulah Minerva menjadi seorang gadis yang sangat menarik. Ia tidak
hanya mengerti mengenai sejarah Kerajaan Zirva tetapi juga mitos-mitosnya, ia
juga menjadi seorang gadis yang bijaksana dan kata-katanya sering
mengejutkan," kata Pangeran mengakhiri cerita Mrs. Wve.
"Princess Minerva juga menjadi seorang gadis yang terampil dalam urusan
menata rumah walaupun sebenarnya ia seorang putri raja," tambah Mrs. Vye.
"Ya, tetapi menurutku Minerva memang mempunyai bakat itu. Semua orang
yang mengajari Minerva baik itu Quiya maupun Granny hanya mengembangkan
bakat itu dan membuat bakat itu nampak," kata Pangeran, "Minerva seorang
gadis yang bijaksana seperti arti namanya, kebijaksanaan."
"Ia mewarisi bakat-bakat itu dari raja dan ratu sebelumnya, seperti bakat
menata rumahnya yang diwarisinya dari nenek kami. Mrs. Vye. Nenek kami,
Ratu Gorie, juga pandai menata rumah.
"Ialah yang membuat Istana ini menjadi menarik seperti saat ini. Tetapi
menurutku Minerva memiliki bakat sendiri. Minerva lebih berbakat dari Ratu
Gorie, ia telah membuktikan itu. Minerva tidak hanya pandai menata rumah, ia
juga pandai memasak," kata Pangeran.
"Hanya itu yang dapat saya katakan. Sisanya Mrs. Wve yang lebih
mengetahuinya daripada saya," kata Pangeran mengakhiri cerita panjangnya.
"Saya tahu Princess memang pandai memasak. Sejak kedatangannya yang tidak
terduga, ia selalu membantu saya memasak makanan bagi Baroness Lora.
Walaupun Baroness Lora maupun Lady Debora tidak mengatakan apa-apa tetapi
saya tahu mereka menyukai masakan yang dibuat Princess," kata Mrs. Vye,
"Saya ingin sekali bertemu dengan Granny."
"Anda akan dapat menemuinya, Mrs. Vye bila Anda ikut Minerva pergi ke
Clayment. Aku tidak tahu apakah tahun ini Minerva pergi ke sana atau tidak.
Saat ini ia belum sadar dan kita tidak tahu kapan ia akan sadar bila melihat
keadaannya yang jauh lebih parah dari yang sudah-sudah," kata Pangeran.
"Apakah Anda yakin Princess baik-baik saja?" tanya Mrs. Vye, "Napas Princess
tersenggal-senggal."
"Aku percaya pada apa yang dikatakan Dokter Donter. Keadaan Minerva yang
seperti ini karena ia sedang menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu
lingkungannya. Tanpa Dokter Donter, tentu Minerva tidak akan menjadi seperti
yang sekarang. Dokter Donterlah yang mengusulkan agar Minerva selalu
menghindari cuaca yang dapat menyebabkannya jatuh sakit," kata Pangeran.
"Hingga kapan Princess Minerva tidak sadarkan diri?" tanya Mrs. Vye.
"Entahlah, Mrs. Vye. Biasanya Minerva pingsan bisa sampai berhari-hari dan bila
melihat kondisinya yang seperti ini tampaknya Minerva akan terus dalam
keadaan seperti ini hingga musim mendatang," kata Pangeran.
Mrs. Vye memekik tertahan, "Lama sekali! Saya pasti akan merindukan senyum
dan suara Princess bila harus menunggu selama itu."
"Aku selalu merindukan Princess sejak menghilangnya Princess dan aku semakin
merasa rindu sejak aku bertemu kembali dengan Princess. Aku sama sekali tidak
menduga Princess akan kembali dalam keadaan seperti ini," kata Mrs. Wve.
"Ada satu lagi yang belum saya mengerti. Mengapa pada musim semi tahun ini
Princess tidak berada di Istana Plesaides seperti biasanya?" tanya Mrs. Vye.
Pangeran tersenyum. "Pertanyaan yang selalu diucapkan oleh semua orang yang
mengetahui mengapa Minerva jarang berada di Istana yang kemudian
mengakibatkan ia jarang muncul di depan masyarakat," gumamnya.
"Saya juga tidak mengerti tentang itu. Mengapa hanya penduduk Xoechbee dan
penghuni penjara bawah tanah Xoechbee saja yang mengetahui Princess?"
Pangeran tersenyum lagi, "Tahun ini Minerva tidak berada di Istana
sebagaimana seharusnya karena ia berusaha menghindari pesta ulang tahunnya
yang kuselenggarakan secara diam-diam untuknya."
Mrs. Wve ikut bercerita, "Sebulan sebelum ulang tahunnya yang kedelapan
belas..." "Delapan belas!?" sela Mrs. Vye.
"Ya, tahun ini Princess Minerva berumur delapan belas," ulang Mrs. Wve.
"Aku tidak percaya. Selama ini aku selalu mengira Maria telah berusia lebih dari
dua puluh," kata Mrs. Vye.
Pangeran dan Mrs. Wve tertawa.
"Minerva selalu tampak lebih dewasa dari wajahnya. Ia selalu membuat semua
orang mengira ia lebih tua dari usianya yang sebenarnya," kata Pangeran.
"Aku tidak percaya. Maria selama ini selalu tampak seperti gadis yang telah
dewasa tetapi ternyata ia belum genap dua puluh tahun. Bahkan baru saja
menginjak usia dewasa," kata Mrs. Vye.
Pangeran mengangguk. "Ya, karena ini ulang tahun yang sangat penting bagi
Minerva, aku merencanakan membuat suatu pesta besar tanpa sepengetahuan
Minerva." "Sebulan sebelum Princess kembali ke Istana, ia telah mengirimkan surat yang
menyatakan ia tidak ingin diadakan pesta apapun untuk menyambut ulang
tahunnya," kata Mrs. Wve meneruskan kalimatnya yang terpotong oleh seru
terkejut Mrs. Vye. "Sebelumnya aku tahu Minerva pasti tidak ingin aku membuat pesta ini tetapi
aku tetap menjalankan rencana yang telah kubuat selama bertahun-tahun.
Bahkan ketika surat itu datang," kata Pangeran.
"Entah bagaimana Minerva mengetahuinya sehingga tahun ini ia tidak menuju
ke Istana Plesaides dari Clayment tetapi menuju Foentza. Dari Foentza, Minerva
kembali mengirim surat. Kali ini surat Minerva menyatakan ia tidak pulang ke
Istana Plesaides tahun ini."
"Kemudian apa yang terjadi?" tanya Mrs. Vye ingin tahu.
"Pangeran tidak membatalkan pesta itu bahkan Pangeran menyusul Princess di
Foentza. Bersama-sama dengan Raja, Ratu dan beberapa orang yang diundang
Pangeran, kami mengadakan pesta ulang tahun Princess di Castil Yonga," jawab
Mrs. Wve. Pangeran mengeluh sedih. "Sebenarnya aku mengharapkan orang yang hadir di
pesta ulang tahun Minerva lebih banyak dari yang datang itu. Tetapi satusatunya
jalan terdekat menuju Foentza sangat berbahaya dan hari ulang tahun
Minerva semakin dekat, maka aku dengan terpaksa membatasi jumlah orang
yang kuundang." Pangeran melanjutkan ceritanya, "Setelah pesta itu, para undangan segera
kembali ke Xoechbee. Sedangkan kami masih tetap berada di Foentza untuk
menemani Minerva." "Mengapa Princess tidak kembali ke Istana setelah pesta itu?" tanya Mrs. Vye
ingin tahu. "Karena ini pertama kalinya Princess melewatkan musim seminya di Foentza.
Princess ingin menikmati keindahan Foentza pada musim semi," jawab Mrs.
Wve. "Andai aku tidak bersikeras mengadakan pesta itu, tentu Minerva tidak akan
mengalami kejadian ini," keluh Pangeran.
"Anda jangan berkata seperti itu, Pangeran. Saat itu kita semua tidak tahu apa
yang akan terjadi," kata Mrs. Wve.
Pangeran Alcon mengeluh lagi. "Andai saja waktu itu aku pulang bersama
Minerva, aku yakin peristiwa ini tidak akan terjadi."
"Saat kecelakaan itu terjadi Anda berada di mana" Bukankah seharusnya Anda
pulang bersama-sama Princess?" tanya Mrs. Vye.
"Saat itu aku sudah berada di sini. Minerva berencana menghabiskan musim
semi tahun ini di Castil dan akan segera berangkat ke Clayment setelah musim
panas berakhir. Tetapi aku membujuknya agar pulang ke Istana setelah musim
semi berakhir," kata Pangeran.
"Apakah Princess menyetujuinya?" tanya Mrs. Vye ingin tahu.
Pangeran mengangguk. "Minerva memang menyetujuinya tetapi ia tidak setuju ketika aku memutuskan
untuk kembali ke Istana bersamanya. Ia mengingatkan kami akan tugas-tugas
yang menanti kami di Istana Plesaides maka aku dan Papa serta Mama kembali
dulu. Baru setelah musim semi berakhir, Minerva menyusul kembali ke Istana."
"Setiap tahun Princess selalu melakukan perjalanan, apakah ia tidak merasa
bosan atau lelah?" gumam Mrs. Vye.
"Princess tidak pernah mengeluh. Ia selalu menikmati perjalanan kami,
walaupun kami harus selalu berpindah setiap pergantian kami," kata Mrs. Wve.
"Apakah engkau selalu ikut bersama Princess dalam setiap perjalanannya?"
tanya Mrs. Vye. "Ya, aku selalu bersamanya. Selain aku, Durant juga selalu mengikuti perjalanan
kami," jawab Mrs. Wve.
Mrs. Vye memandang tak mengerti pada Mrs. Wve. Sejak tadi ia sering
mendengar Mrs. Wve menyebut-nyebut nama Durant tetapi ia tak menjelaskan
siapa orang itu. Karena rasa keingintahuannya yang besar, Mrs. Vye bertanya,
"Siapakah Durant itu?"
"Ia kusir kuda yang selalu mengantar kami ke manapun kami pergi," jawab Mrs.
Wve. Mrs. Vye termenung. "Kasihan Princess, ia selalu terpisah dari keluarganya dan
hanya pada musim semi ia dapat berkumpul kembali dengan keluarganya," kata
Mrs. Vye. "Ya, musim semi adalah musim cerianya Istana Plesaides," kata Pangeran.
Mrs. Vye memandang tak mengerti pada Pangeran.
"Di manapun Princess berada, ia selalu membawa keceriaan dengan senyumnya
yang menawan hati," kata Mrs. Wve.
"Senyum Princess memang menawan hati. Aku senang sekali melihat Princess
tersenyum," kata Mrs. Vye, "Selama di Obbeyville, wajah Princess selalu dihiasi
dengan senyumannya itu."
"Princess selalu tersenyum. Granny mengatakan Princess memiliki senyum yang
paling manis yang pernah dilihatnya."
Pangeran Alcon yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan Mrs. Wve dan Mrs.
Vye mulai merasa bosan. Baginya pembicaraan kedua orang itu tidak akan
pernah berakhir. Ia bangkit dari kursi dan berkata, "Silakan kalian melanjutkan
pembicaraan kalian. Aku akan menjaga Minerva."
Pangeran segera menghilang ke dalam Ruang Tidur Princess Minerva sebelum
kedua wanita itu sempat berkata apa-apa.
Cahaya api dari perapian yang menerobos masuk ke dalam Ruang Tidur Princess
Minerva membuat ruang itu menjadi terang. Tirai-tirai putih yang menutupi
tempat tidur Princess Minerva memantulkan bayang-bayang Princess Minerva
yang sedang tertidur. Pangeran Alcon bersandar di dinding dekat pintu dan tersenyum melihat
bayang-bayang tubuh adiknya muncul di tirai itu. Pangeran berpikir saat itu
Princess Minerva benar-benar tampak seperti seorang putri tidur yang menanti
kecupan sang Pangeran agar dapat bangun kembali dari tidur panjangnya.
Suara perlahan yang seperti bisikan yang berasal dari tempat tidur besar itu
membuat Pangeran segera mendekat.
"Al..., aku kedinginan.... Al..., di sini dingin sekali...."
Pangeran segera memeluk Princess Minerva yang terbaring lemah.
"Jangan khawatir, Minerva. Aku akan memelukmu sehingga engkau tidak
kedinginan," kata Pangeran, "Tidurlah yang nyenyak. Aku akan terus menjaga
agar engkau merasa hangat."
Setelah merasa Princess Minerva agak tenang, Pangeran Alcon meletakkan
tubuh Princess Minerva dengan hati-hati.
Saat Pangeran meletakkan kepala Princess Minerva di atas bantal, Princess
Minerva kembali berkata, "Al..., jangan pergi.... Al..., jangan... tinggalkan aku."
Pangeran memeluk Princess Minerva lagi sambil berusaha menenangkannya.
Setelah merasa adiknya benar-benar tenang, Pangeran Alcon kembali
meletakkan tubuh Princess Minerva ke tempat tidur yang menantinya.
Kali ini Princess Minerva benar-benar tenang. Ia kembali tertidur dengan tenang
walau napasnya masih terputus-putus.
Pangeran meletakkan tangannya di dahi adiknya dan merasakan suhu tubuh
Princess Minerva sangat panas seperti panasnya api yang membara di perapian.
Pangeran menarik kursi meja rias ke samping tempat tidur Princess Minerva dan
duduk di sana sambil terus mengawasi Princess Minerva yang tetap terbaring
lemah. "Selamat malam, Pangeran."
Pangeran terkejut mendengar sapaan itu. Ia segera memalingkan kepalanya dan
melihat Dokter Donter tengah tersenyum padanya. Pangeran bangkit dari
kursinya, "Selamat malam, Dokter Donter. Kami menanti Anda sejak tadi."
"Princess tampaknya sangat menderita," kata Dokter Donter sambil melihat ke
Princess Minerva yang tetap terbaring sambil bernapas terputus-putus.
"Ya, sejak tadi ia begini."
"Apakah wanita tua di luar itu yang membawa Princess kembali?" tanya Dokter
Donter. "Ya dan tidak."
Jawaban yang diberikan Pangeran Alcon membuat Dokter Donter menjadi
bingung. "Apa maksud Anda?" tanya Dokter Donter kebingungan.
"Wanita itu mengatakan Minerva pulang atas kehendaknya sendiri dan ia hanya
mengikuti Minerva," kata Pangeran memberikan penjelasan.
"Ya, saya mulai mengerti. Untung sekali wanita itu mau mengantar Princess.
Entah apa yang akan terjadi bila wanita itu tidak mengikuti Princess selama
perjalanan," kata Dokter Donter.
"Sebaiknya Anda segera memeriksa Minerva, Dokter Donter. Pasien yang Anda
tinggalkan pasti tidak sabar menanti Anda," kata Ratu yang muncul dari balik
pintu. Dokter Donter tersenyum, "Ia pasti mengerti bila saya menjelaskan saya sedang
merawat Princess Minerva yang telah kembali setelah menghilang selama satu
musim lebih." "Baiklah, Dokter Donter, saya tidak akan menganggu Anda. Silakan Anda
memeriksa Minerva," kata Pangeran.
Pangeran segera meninggalkan ruangan itu.
Setelah melihat Pangeran muncul dari Ruang Tidur Princess Minerva, Mrs. Wve
dan Mrs. Vye memasuki kamar itu.
Pangeran Alcon menanti dengan cemas di Ruang Duduk. Ia berjalan mondarmandir di
depan pintu kamar Princess Minerva sambil berusaha menangkap
suara yang terdengar dari kamar Princess Minerva.
Setelah beberapa saat akhirnya Dokter Donter muncul.
Pangeran menyambutnya dengan setumpuk pertanyaan.
"Bagaimana keadaan Minerva, Dokter Donter?"
Dokter Donter tersenyum melihat kecemasan yang muncul di wajah tampan
Pangeran. Kadang-kadang Dokter Donter berpikir apakah rasa sayang Pangeran
kepada Princess Minerva melebihi rasa sayang Pangeran kepada kedua orang
tuanya. Tetapi tidak ada yang dapat disalahkan bila itu memang benar.
Pangeran Alcon memang selalu terlihat lebih mencemaskan keadaan Princess
Minerva dibandingkan yang lain.
"Duduklah dulu, Pangeran. Kita akan berbicara dengan santai," kata Dokter
Donter. Pangeran mengangguk. Dengan isyarat tangannya ia meminta Dokter Donter
duduk di depannya. Tanpa membuang-buang waktu, Pangeran segera bertanya, "Bagaimana
keadaan Minerva?" "Seperti biasanya Princess akan terus begini hingga suhu tubuhnya turun."
"Kapankah saat itu tiba?" tanya Pangeran tidak sabar.
Dokter Donter menyandarkan punggungnya di sofa dengan pasrah.
"Saya tidak tahu, Pangeran. Baru kali ini keadaan Princess separah ini. Ia
benarbenar telah berjuang keras agar dapat sampai di sini," kata Dokter Donter.
"Minerva telah berusaha sampai di sini walau udara sangat dingin," kata
Pangeran. Dokter Donter menggelengkan kepalanya, "Bukan itu yang hendak saya
katakan, Pangeran." Pangeran Alcon bertanya tak mengerti, "Lalu apa yang hendak Anda katakan?"
"Dari wanita tua itu, saya ketahui bahwa selama perjalanan ke Istana,
perjalanan mereka sering dihambat oleh hujan deras. Hal ini membuat Princess
menjadi demam dan semakin lemah setiap harinya tetapi Princess tetap
bertahan agar tidak pingsan hingga ia tiba di Istana," kata Dokter Donter.
"Minerva telah berjuang keras melawan sakitnya agar ia tiba di sini dan
sekarang ia tidak sadarkan diri," kata Pangeran mengulangi perkataan Dokter
Donter. "Itulah yang saya hendak saya katakan, Pangeran. Princess telah menghabiskan
seluruh tenaganya untuk melawan sakitnya dan kini kita tidak tahu kapan ia
akan sadar. Saya khawatir ia tidak akan sadar hingga musim ini berakhir."
"Saya juga menduga hal itu. Tetapi saya tidak berharap dugaan itu menjadi
kenyataan. Saya merindukan Minerva selama ia menghilang."
"Saya juga merindukan Princess. Selama ia menghilang, kita benar-benar telah
dibuatnya khawatir dan setelah ia muncul kembali, kita tetap


Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengkhawatirkannya," kata Dokter Donter.
"Setidak-tidaknya sekarang kita tidak perlu khawatir akan keberadaan Minerva.
Kita hanya perlu mengkhawatirkan kesehatannya."
Dokter Donter mengangguk, "Menghilangnya Princess menjadi suatu misteri.
Saya tidak percaya ia bisa sampai ke Obbeyville."
"Demikian pula saya, Dokter Donter. Saya tidak percaya ia bisa jatuh di Sungai
Alleghei kemudian terdampar di Obbeyville. Sungguh tidak dapat dipercaya ia
dapat jatuh di sungai itu dari Death Rocks yang tinggi tanpa kehilangan
apapun." Dokter Donter menatap lekat-lekat wajah Pangeran yang menampakkan
kelegaan sekaligus rasa tak percayanya. "Tuhan telah melindungi Princess
sehingga ia tetap selamat walaupun terlempar dari Death Rocks," katanya.
Pangeran mengangguk. "Saya benar-benar bersyukur pada Tuhan. Saya tidak
tahu apa yang harus kulakukan bila Minerva benar-benar tidak kembali. Ia
sangat berharga bagiku bahkan lebih berharga dari nyawaku sendiri."
"Princess Minerva berharga bagi kita semua, Pangeran. Semua penduduk
Kerjaan Zirva terutama penduduk Xoechbee mencintai Princess," kata Dokter
Donter. "Saya tahu, Dokter Donter. Mereka telah menunjukkan besarnya rasa cinta
mereka pada Minerva ketika berita hilangnya Minerva dimuat di koran," kata
Pangeran, "Saya tidak akan pernah lupa saat penduduk berbondong-bndong ke
Istana untuk menanyakan keadaan Minerva."
"Apakah Anda telah memutuskan untuk memberitahukan berita kembalinya
Princess?" tanya Dokter Donter.
Pangeran menatap pintu kamar Princess Minerva yang terbuka. "Aku tidak tahu.
Saat ini Minerva masih belum sadar. Saya memang telah memutuskan untuk
mengumumkan hal ini tetapi tanpa membuat penduduk menjadi khawatir."
"Apakah Anda bermaksud hanya mengatakan kepada penduduk bahwa Princess
telah kembali?" "Itulah yang hendak kulakukan tetapi itu sulit. Penduduk pasti ingin bertemu
Minerva sedangkan Minerva masih tidak sadarkan diri. Saya juga tidak dapat
mengatakan Minerva sedang tidak sadarkan diri karena itu akan membuat
penduduk mejadi khawatir. Tetapi saat ini saya telah memikirkan satu jalan
pemecahannya," kata Pangeran.
"Pemecahan yang bagaimanakan yang Anda maksudkan, Pangeran?" tanya
Dokter Donter ingin tahu.
"Saya berencana mengadakan pesta untuk memperkenalkan Minerva kepada
penduduk. Tetapi saya tidak tahu kapan saya dapat mengadakannya bila melihat
keadaan Minerva yang seperti itu," kata Pangeran, "Mungkin setelah Minerva
sadar saya baru dapat memutuskan kapan pesta itu akan saya selenggarakan."
"Apakah Princess tidak akan menghindari pesta itu, Pangeran?" tanya Dokter
Donter. "Minerva pasti mengerti bila aku menjelaskannya. Selain itu hal ini untuk
mencegah terulangnya peristiwa ini. Aku tidak ingin kehilangan Minerva lagi.
Dan juga aku ingin melihat wajah wanita yang telah menghina Minerva."
Dokter Donter terkejut mendengar kemarahan dalam suara Pangeran. Wajah
Pangeran tampak penuh kemarahan. Matanya menatap dingin dan tajam ke
depan seakan-akan ingin membunuh siapa saja yang dilihatnya.
Dokter Donter berdiri. "Saya tidak dapat berlama-lama lagi, Pangeran. Masih
ada pasien yang harus saya tangani," katanya.
Pangeran juga berdiri. "Maafkan kami, Dokter Donter. Kami pasti telah membuat
Anda merasa cemas dan pasien Anda merasa jengkel karena harus menanti
Anda yang terburu-buru berangkat ke Istana."
Dokter Donter tersenyum, "Tidak apa-apa, Pangeran. Pasien saya pasti rela bila
saya mengatakan saya terpaksa meninggalkannya karena saya harus
memeriksa Princess. Tetapi Anda benar saat ini ia pasti merasa jengkel. Karena
terburu-buru, saya tidak sempat menjelaskan hal ini. Atau mungkin karena saya
terlalu senang mendengar kembalinya Princess sehingga saya lupa
menerangkan hal ini kepadanya."
"Seperti halnya Anda, Dokter Donter, semua orang pasti akan senang bila
mengetahui Minerva telah kembali," kata Pangeran.
"Saya ingin tahu bagaimana reaksi masyarakat bila mendengar Princess telah
kembali. Apakah mereka akan kembali menjadi gempar seperti ketika berita
menghilangnya Princess menyebar," kata Dokter Donter sambil tersenyum.
"Mungkin mereka akan menjadi gempar. Kembalinya Minerva di Istana ini saja
telah membuat seluruh Istana menjadi gempar apalagi masyarakat."
Pangeran mengantarkan Dokter Donter hanya sampai depan kamar Princess
Minerva. "Maafkan kami, Dokter Donter. Karena Minerva Anda harus terburu-buru kemari
dan berjalan jauh agar sampai di kamar ini," kata Pangeran.
"Tidak apa-apa, Pangeran. Saya senang dapat melakukannya. Bila dihitunghitung,
berjalan dari lantai dasar Istana hingga ke kamar Princess yang terletak
di lantai teratas Istana ini merupakan olahraga yang cukup baik terutama bagi
saya yang sudah tua ini," kata Dokter Donter.
Pangeran menatap lorong depan kamar Minerva yang sepi.
"Minerva menyukai ketenangan karena itu ia menyukai kamar ini. Selain itu
kamar ini satu-satunya kamar yang memiliki perapian yang besar."
Dokter Donter tersenyum, "Saya tidak dapat tinggal lebih lama lagi. Tolong
katakan kepada saya bila Princess sudah sadar. Saya merindukan kuenya."
Pangeran berusaha keras menahan tawanya. "Saya juga merindukan kuenya.
Kurasa semua orang di Istana ini juga merindukan kuenya."
"Dan permainan pianonya," tambah Dokter Donter.
Pangeran menatap piano putih di pojok Ruang Duduk yang tampak kesepian.
"Ya, permainan pianonya juga. Kita merindukan segala sesuatunya tentang
Minerva." Sebelum Dokter Donter pergi, ia berkata, "Di setiap obat yang saya berikan
untuk Princess, saya memberinya obat tidur."
Sekali lagi Pangeran berusaha keras menahan tawanya. "Tindakan Anda sangat
tepat, Dokter Donter. Minerva sangat sulit disuruh diam. Sedetikpun ia tidak
mau diam terbaring di atas tempat tidurnya. Hanya obat tidur saja yang mampu
membuatnya terbaring diam."
Setelah Dokter Donter menghilang di lorong panjang itu, Pangeran kembali ke
tempat adiknya terbaring.
Tiga wanita yang mengelilingi tempat tidur Princess Minerva sibuk bercakapcakap
sehingga mereka tidak memperhatikan kedatangan Pangeran. Entah apa
yang dibicarakan mereka. Mereka tampak menikmati pembicaraan mereka
sehingga rasanya pembicaraan mereka tidak akan berakhir.
Pangeran yang semula hendak menjaga adiknya segera membatalkan
keinginannya. Perlahan-lahan ia meninggalkan kamar Princess Minerva dan segera mencari
Menteri Dalam Negeri untuk menyelesaikan urusan pengumuman kembalinya
Princess Minerva di Istana.
Menteri Dalam Negeri sedang bercakap-cakap bersama Raja di Ruang Tahta
ketika Pangeran tiba di sana.
Seakan-akan tahu apa yang akan dikatakan Pangeran, Menteri itu segera
mendekati Pangeran. Pangeran menjelaskan singkat keinginannya.
Setelah mendengar penjelasan itu, Menteri Dalam Negeri mengangguk dan
berkata, "Saya mengerti, Pangeran. Besok saya akan mengumumkan
kembalinya Princess tanpa menerangkan yang lain."
"Umumkan itu besok pagi. Agar di siang hari aku dapat mengetahui
bagaimanakah reaksi masyarakat," kata Pangeran tegas.
"Baik, Pangeran."
Seperti yang diminta Pangeran, Menteri Dalam Negeri mengumumkan hal itu
keesokan paginya. Reaksi masyarakat ketika mendengar berita kembalinya Princess Princess
Minerva ke Istana Plesaides tidak meleset dari dugaan Pangeran Alcon. Mulamula
masyarakat khususnya penduduk Xoechbee senang tetapi tak lama
kemudian mereka berbondong-bondong ingin bertemu Princess Minerva yang
masih belum sadar. Sejak pagi Pangeran Alcon berada di kamar Princess Minerva. Dari situ pula ia
melihat kerumunan penduduk yang ingin melihat adiknya yang terus terbaring
lemah di atas tempat tidurnya. Pangeran bersandar di jendela kaca sambil
menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya dan mengawasi Princess
Minerva. Tirai-tirai yang semalam menutup tempat tidur Princess Minerva telah
disibakkan oleh Mrs. Wve. Sinar matahari pagi yang hangat menyinari wajah
Princess Minerva. Pangeran tersenyum melihat wajah Princess Minerva yang tampak semakin
cantik di bawah siraman sinar matahari pagi. Pangeran percaya wajah Princess
Minerva yang tersenyum di bawah sinar matahari pagi akan membuat gadis itu
tampak semakin cantik. Suara Mrs. Wve dan Mrs. Vye yang sedang bercakap-cakap di Ruang Duduk
terdengar di ruangan itu. Suara kedua wanita itu terhenti oleh suara ketukan di
pintu. Pangeran tetap tidak bergerak. Ia terus bersandar di jendela sambil mengawasi
Princess Minerva. Sesaat kemudian Menteri Dalam Negeri muncul.
"Engkau hendak melaporkan itu?" tanya Pangeran sambil memalingkan
kepalanya ke arah kerumunan orang di depan Istana.
Menteri Dalam Negeri mengangguk. "Apa yang harus saya lakukan terhadap
mereka?" Pangeran menatap Princess Minerva.
Menteri Dalam Negeri juga menatap Princess Minerva yang terus terbaring tanpa
mempedulikan keadaan di sekitarnya yang mengkhawatirkan dirinya.
"Saya mengerti Princess Minerva belum sadar, tetapi apa yang harus saya
katakan kepada mereka?" tanya Menteri Dalam Negeri.
"Katakan kepada mereka, untuk saat ini Minerva masih belum dapat menemui
mereka. Minerva akan menemui mereka dalam pesta yang akan
diselenggarakan pada musim dingin nanti. Dan bila mereka bertanya kapan saat
itu tiba, katakan mengenai itu akan diumumkan bila saatnya hampir tiba."
"Apakah itu berarti musim dingin tahun ini Princess tidak akan ke Clayment?"
tanya Menteri Dalam Negeri.
"Untuk tahun ini, aku tidak yakin Minerva cukup kuat untuk berpergian ke
Clayment. Kurasa sebaiknya tahun ini ia melewatkan musim dinginnya di sini,"
kata Pangeran. "Apakah itu tidak berbahaya bagi kesehatan Princess?"
"Tidak, Kendsley, selama kita berusaha membuat ia terus merasa hangat," kata
Pangeran, "Sekarang temuilah orang-orang itu dan umumkan kata-kataku yang
baru saja kusampaikan kepadamu."
"Baik, Pangeran."
Menteri Dalam Negeri membungkuk hormat kemudian meninggalkan Pangeran
yang terus bersandar di jendela sambil mengawasi Princess Minerva.
Pangeran mendekati Princess Minerva yang masih tertidur.
"Engkau putri yang nakal, Minerva. Semua orang mengkhawatirkanmu tetapi
engkau tetap tidur dengan tenang," kata Pangeran Alcon sambil menatap lekatlekat
wajah Princess Minerva yang masih pucat, "Engkau terus menjadi putri
tidur yang cantik tanpa mempedulikan sekelilingmu yang menjadi gempar
karena dirimu." Setelah mendengar pengumuman kedua itu penduduk mulai merasa tenang.
Mereka tidak lagi bersikeras ingin berjumpa dengan Princess Minerva. Walaupun
begitu masih ada beberapa orang yang tetap bersikeras berjumpa dengan
Princess Minerva. Tetapi semua itu berhasil ditangani oleh Menteri Dalam Negeri
tanpa membocorkan keadaan Princess Minerva yang sebenarnya.
Pangeran Alcon terus berada di kamar Princess Minerva sepanjang hari.
Sejak Princess Minerva kembali dalam keadaan tidak sadarkan diri, Pangeran
menghabiskan waktunya di kamar Princess Minerva. Hanya tugas-tugas
kenegaraan saja yang mampu membuat Pangeran Alcon meninggalkan kamar
adiknya. Keadaan Princess Minerva sejak ia kembali di Istana Plesaides tidak kunjung
membaik. Suhu tubuhnya tetap tinggi dan ia tetap tidak sadarkan diri. Semua
orang di Istana benar-benar mengkhawatirkan keadaannya yang tetap tidak
berubah walaupun hari telah berganti minggu. Beberapa saat menjelang
berakhirnya musim gugur, seluruh Istana dapat mulai merasa lega dan semakin
berharap Princess Minerva segera sadar. Saat itu suhu tubuh Princess Minerva
telah turun tetapi ia masih belum sadar. Ia tetap terbaring lemah di atas tempat
tidurnya yang besar. "Suhu tubuh Princess telah turun," kata Mrs. Vye mengumumkan.
"Ya, aku senang sekali mendengarnya. Aku yakin tak lama lagi Minerva akan
sadar," kata Pangeran penuh keyakinan.
"Tetapi hingga kapan Anda akan terus memeluk Princess," kata Mrs. Wve sambil
menyipitkan matanya. Pangeran Alcon tersenyum nakal. "Hingga besok pagi," katanya.
"Biarkan Princess tidur dengan nyenyak dan Anda harus segera kembali ke
kamar Anda," kata Mrs. Wve, "Hari semakin larut malam."
"Aku tahu, Mrs. Wve. Tetapi engkau harus mengerti bila aku ingin terus di sini
sampai pagi," kata Pangeran, "Siapa tahu besok pagi Minerva sadar. Aku ingin
menjadi orang pertama yang dilihatnya."
"Saya mengerti, Pangeran. Tetapi apakah Anda ingin tetap seperti itu hingga
pagi?" tanya Mrs. Wve.
Pangeran Alcon tersenyum. Ia tahu apa yang dimaksud Mrs. Wve, tetapi ia tidak
meletakkan kembali tubuh Princess Minerva. Pangeran menyandarkan tubuhnya
pada tiang besi tempat tidur kemudian membelai-belai kepala Princess Minerva
yang terkulai tak berdaya di pundaknya dengan satu tangannya. Tangannya
yang lain memeluk tubuh Princess Minerva.
"Ya," jawab Pangeran dengan senyum nakal, "Kalau bisa aku ingin terus seperti
ini. Tetapi engkau tidak akan mengijinkanku, bukan?"
"Tentu tidak!" jawab Mrs. Wve dan Mrs. Vye bersamaan.
Pangeran meletakkan jari telunjuknya di mulutnya. "Jangan berteriak seperti itu.
Minerva akan terganggu."
"Kembalilah ke kamar Anda, Pangeran. Anda harus beristirahat," kata Mrs. Wve.
Pangeran cemberut. "Mengapa engkau tidak membiarkan aku memeluk adikku
sampai pagi?" tanya Pangeran.
"Karena kalian telah dewasa," jawab Mrs. Wve.
"Ketika dulu Minerva masih kecil, mengapa engkau mengijinkan aku
memeluknya sampai pagi?" tanya Pangeran.
Mrs. Wve tersenyum melihat tingkah Pangeran Alcon yang biasanya selalu
penuh wibawa kini menjadi kekanak-kanakan. Tetapi ia mengerti Pangeran
menjadi kekanak-kanakan karena tidak sabar menanti saat Princess Minerva
sadar. Bukan hanya Pangeran saja yang berubah bila menyangkut Princess Minerva.
Semua orang berubah karena mengkhawatirkan Princess Minerva. Ini terbukti
ketika Princess Minerva belum juga ditemukan walau kecelakaan itu telah berlalu
selama lebih dari satu bulan. Semua orang menjadi gila memikirkan Princess
Minerva yang tidak diketahui keberadaannya. Suasana di Istana Plesaides
menjadi sunyi karenanya. Istana Plesaides yang biasanya dipenuhi orang yang
lalu lalang saat itu menjadi sepi seakan-akan setiap orang enggan ke Istana.
Setelah Princess kembali, semua orang yang semula membisu karena sibuk
memikirkan keadaan Princess Minerva seakan-akan bangkit dari kebisuannya.
Semua sangat senang Princess telah kembali dan kini mereka menanti saat
Princess tersadar dari tidur panjangnya.
"Karena saat itu Princess yang memintanya," kata Mrs. Wve tenang.
"Kini Minerva juga yang memintanya. Tidakkah engkau mendengar Minerva
memintaku tak meninggalkannya. Ia juga sering berkata ia kedinginan," kata
Pangeran Alcon merujuk. "Pangeran, kalian telah dewasa. Kalau dulu saya mengijinkan Princess tidur
dengan Anda itu karena Princess masih kecil dan saya tahu kemungkinan besar
Anda akan menolaknya," kata Mrs. Wve.
"Ya, aku menyesal dulu aku sering menolak bila ia meminta aku menemaninya.
Tetapi sejak kejadian itu aku merasa menyesal dan berusaha memberikan yang
terbaik bagi Minerva."
"Karena itu, Pangeran, kini berikan pula yang terbaik bagi Princess. Kembalilah
ke kamar Anda dan biarkan Princess tidur nyenyak," kata Mrs. Wve membujuk
Pangeran Alcon. "Bagaimana bila ia mencariku lagi?" tanya Pangeran Alcon merujuk lagi.
Tiba-tiba Mrs. Vye yang sejak tadi hanya menjadi pendengar berkata, "Anda
dapat menggunakan kamar yang saya tempati."
Pangeran Alcon menggelengkan kepalanya. "Dulu kamar itu memang untukku
bila aku ingin tidur di sini. Tetapi sekarang kamar itu adalah kamar Anda, Mrs.
Vye."

Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tidak apa-apa, Pangeran. Saya dapat tidur di kamar Mrs. Wve. Tempat tidur
Mrs. Wve cukup besar untuk kami berdua."
Pangeran Alcon menggeleng lagi. "Tidak, Mrs. Vye. Mrs. Wve benar, aku dan
Minerva sudah dewasa. Aku akan kembali ke kamarku."
Pangeran Alcon meletakkan tubuh Princess Minerva dengan hati-hati.
"Hanya suami Minerva saja yang dapat terus bersamanya sepanjang hari. Tetapi
kapan Minerva menemukannya" Minerva jarang berbicara dengan laki-laki."
Setelah mengucapkan itu Pangeran berlalu dari hadapan Mrs. Wve dan Mrs. Vye
yang saling berpandangan tak mengerti.
Mrs. Wve sadar apa yang dikatakan Pangeran Alcon memang benar. Sejak kecil
Princess Minerva selalu berpindah-pindah tempat setiap pergantian musim
sehingga Princess jarang berbicara dengan laki-laki. Walaupun Castil Yonga
cukup besar dan suasana di sekitarnya ramai, tetapi Princess Minerva lebih
sering berada di Castil daripada bepergian ke Foentza. Princess lebih suka
mendengarkan Quiya daripada berjalan-jalan.
Di Clayment pun juga demikian. Di sana Princess Minerva menghabiskan
waktunya di cottage kecil mereka yang Princess namai Small Cottage. Princess
Minerva hanya meninggalkan Small Cottage untuk ke rumah Granny yang dekat
dari Small Cottage. Ketika Princess Minerva berada di Istana Plesaides, ia juga jarang bertemu
dengan laki-laki. Princess lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar
dan memasak di dapur Istana.
Aneh memang. Princess Minerva memiliki wajah cantik yang akan membuat
siapa saja merasa tertarik tetapi ia tidak memiliki banyak kawan. Bahkan teman
teman perempuan yang sebaya.
Teman Princess Minerva hanyalah anak-anak kecil di sekitar Small Cottage yang
senang mendengarkan cerita Princess Minerva sambil menikmati kue buatannya.
Selain itu Princess Minerva jarang diketahui sebagai putri raja. Lebih banyak
orang yang mengenalnya sebagai gadis yang menarik daripada sebagai putri
raja. Hanya penduduk Xoechbee saja yang mengenalnya sebagai putri. Itupun hanya
orang-orang yang pernah ke Istana selama musim semi atau mereka yang
bertemu dengan Princess Minerva saat gadis itu berjalan di sekitar Istana
bersama Pangeran. Setiap kali Princess berada di Istana, Pangeran selalu
meluangkan waktu untuk menemani Princess berjalan-jalan di sekitar Istana.
Setiap orang yang melihat Princess dan Pangeran berjalan bersama dengan
dikawal beberapa prajurit, mula-mula merasa bingung. Mereka menduga
Princess adalah kekasih Pangeran. Tetapi ketika mereka melihat kemiripan
Princess dan Pangeran, barulah mereka mengerti.
Kadang-kadang Pangeran Alcon juga membawa Princess ke penjara bawah
tanah Xoechbee dalam setiap kunjungan rutinnya. Karena itu cukup banyak pula
tahanan yang menyayangi Princess Minerva bukan saja karena kecantikan
Princess tetapi juga karena kebaikan hati Princess.
Pria-pria yang mengagumi Princess Minerva sadar Princess Minerva terlalu
anggun untuk mereka. Princess dikagumi dan dipuji banyak orang tetapi tidak
seorangpun dari mereka yang dekat dengan Princess seolah-olah Princess
adalah gadis sombong yang enggan berkenalan dengan siapapun padahal bukan
demikian halnya. Mereka yang mengagumi Princess merasa segan pada
keanggunan Princess. Mereka merasa diri mereka tidak cocok untuk menjadi
teman Princess yang dalam pandangan mereka sangat mulia dan anggun.
Mereka merasa diri mereka kecil di hadapan Princess yang selalu memancarkan
kharisma. Granny pernah berkata kepada Mrs. Wve, "Minerva mempunyai kharisma
seorang putri sejati yang membuat ia disegani banyak orang." Saat Granny
mengatakan itu, ia sama sekali tidak tahu Princess Minerva memang seorang
putri raja. Di samping kharismanya yang menonjol itu, Princess memiliki senyum manis
pada wajah bidadarinya yang akan membuat siapa saja tidak dapat melepaskan
pandangan mata mereka dari wajah Princess Minerva.
Tutur kata Princess Minerva yang lemah lembut mampu membuat setiap orang
mendengarkannya dengan penuh perhatian walaupun apa yang dikatakannya
membosankan. Tetapi itu tidak akan pernah terjadi. Setiap orang senang
berbicara dengan Princess Minerva. Setiap orang senang mendengarkan katakatanya
yang bijaksana dan tak jarang mengejutkan. Tingkah laku Princess
Minerva yang selalu tenang membuat setiap orang semakin mengagumi dan
menyayanginya. Namun di antara semua itu, banyak orang yang mengagumi
mata Princess Minerva yang berwarna ungu jernih. Sekilas mata Princess
memang tampak biru keungu-unguan tetapi semakin dipandang, mata itu
semakin tempak berwarna ungu jernih. Kejernihan mata itu sebening suara
Princess Minerva yang lemah lembut tetapi mampu membuat siapa saja
mendengarkannya. "Suara Minerva yang bening itu mampu mempengaruhi siapa saja," demikian
pendapat Pangeran. Mungkin karena itulah Pangeran sering meminta bantuan Princess setiap kali ia
menghadapi masalah yang sulit terutama bila berhubungan dengan masalah
kerajaan. Dengan kebijaksanaan yang dimilikinya, Princess membantu
memecahkan setiap persoalan betapapun sulitnya persoalan itu. seakan-akan
persoalan seberat apapun menjati tidak ada artinya bila Princess yang
mengatasinya. Sedikit banya berkat Princess Minervalah Raja Croi I disegani dan disayang
penduduk Kerajaan Zirva karena memperhatikan kehidupan rakyatnya. Princess
yang jarang berada di Istana dan hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai
gadis biasa bukan sebagai putri raja, selalu kembali ke Istana Plesaides dengan
setumpuk pesoalan yang menyangkut rakyat. Secara tidak langsung Raja
mengetahui keadaan rakyatnya secara lebih terperinci daripada yang dilaporkan
menteri-menteri. Princess Minerva juga banyak memberikan bantuannya dalam setiap persoalan
yang Princess bawa saat ia kembali ke Istana.
Bagi Mrs. Wve, Princess Minerva sangat berharga. Mrs. Wve sangat
menyayanginya, ia rela melakukan apa saja baginya. Dan seperti orang-orang
umumnya, ia merasa kecil di hadapan kharisma Princess Minerva sebagai
seorang putri. Tetapi Princess Minerva tetap saja seorang gadis yang masih polos yang perlu
diperhatikan, tidak peduli sebesar apapun kharisma Princess Minerva mampu
membuat orang lain merasa kecil di hadapannya.
Sejak Princess Minerva hilang semua orang di Istana mengkhawatirkan Princess
hingga kini. Tetapi setelah mengetahui suhu tubuh Princess Minerva mulai turun,
semua orang mulai tidak seberapa cemas dan mereka semakin berharap dan
menantikan saat Princess sadar.
Tetapi Princess Minerva sendiri masih terus terbaring diam.
Suasana seperti ini benar-benar seperti dongeng putri tidur di mana Princess
tertidur nyenyak dan semua orang menantikan saat Princess membuka matanya
kembali dan menceriakan Istana.
BAB 17 Princess Minerva memincingkan matanya. Sinar matahari yang menyilaukan
membuat ia sulit melihat tempat ia berada. Tanpa sadar ia menutupi arah
datangnya sinar menyilaukan itu dengan tangannya.
Tiba-tiba sesosok pria menutupi sinar yang menyilaukan itu. Pria itu berdiri
tepat di depan jendela menuju serambi yang memantulkan sinar matahari yang
menyilaukan itu. Mula-mula Princess Minerva melihat tubuh pria itu tampak hitam dengan sinar
matahari di sekelilingnya yang membuatnya silau. Princess Minerva berusaha
mengenali sosok itu dan ketika ia telah mengenalinya, ia tersenyum dan berkata
lemah, "Al...."
Perkataan Princess Minerva disambut dengan pelukan yang tiba-tiba.
"Minerva, aku khawatir sekali. Kukira engkau akan selamanya menjadi putri
tidur," kata Pangeran Alcon sambil mempererat pelukannya.
"Al...," sekali lagi Minerva memanggil Pangeran Alcon.
Pangeran Alcon semakin mempererat pelukannya seolah-olah tidak ingin
melepaskan Princess lagi.
Princess Minerva tersenyum di pelukan kakaknya. Ia meletakkan kepalanya di
pundak Pangeran Alcon dan menutup matanya. Princess Minerva tahu saat ia
terbaring, ia sering dipeluk kakaknya. Sering dalam mimpinya ia merasakan
hangatnya tubuh seseorang melindunginya dari udara dingin di sekelilingnya.
Pangeran Alcon kebingungan dengan kediaman Princess Minerva.
"Engkau baik-baik saja, Minerva?" tanya Pangeran cemas.
Princess Minerva mengangguk. "Aku baik-baik saja."
"Mengapa engkau diam saja?"
Princess Minerva tersenyum. "Aku merindukan segala sesuatu tentangmu, Al.
Aku rindu kaupeluk seperti ini."
Pangeran meletakkan kepalanya di atas kepala Princess Minerva. "Aku juga
sangat merindukanmu, Minerva," katanya sambil membelai rambut Princess
Minerva. Princess Minerva melihat sekeliling kamarnya dari pundak Pangeran Alcon.
Kamarnya sama sekali tidak berubah sejak ia meninggalkannya tahun lalu.
Tiraitirai putih masih menutupi jendela panjang menuju serambi. Demikian pula
tiraitirai yang menggantung pada tiang tempat tidurnya yang besar. Bunga-bunga
masih memenuhi ruangan itu, di dekat jendela, di pojok ruangan juga di atas
meja rias yang antik. Pangeran Alcon yang mengetahui adiknya tengah memperhatikan ruangna yang
telah lama ditinggalkannya, tersenyum sambil terus membelai Princess Minerva.
"Al," kata Princess Minerva tiba-tiba.
"Ada apa, Minerva?"
"Aku ingin ke serambi."
Pangeran terkejut mendengarnya. Ia menjauhkan tubuh Princess Minerva dari
pelukannya dan menatap lekat-lekat wajah Princess Minerva yang kebingungan.
"Tidak, Minerva," kata Pangeran Alcon sambil menggelengkan kepalanya.
"Tetapi, Al.... Aku ingin sekali melihat keadaan di luar. Rasanya sudah lama
sekali aku terus berada di sini," kata Princess Minerva.
"Benar. Engkau terus terbaring diam di sini lama sekali. Rasanya satu abad
engkau menjadi putri tidur."
"Satu abad?" tanya Princess Minerva sambil tersenyum, "Lama sekali."
"Benar. Sekarang engkau harus diam di sini."
"Ayolah, Al. Aku merasa seperti boneka bila engkau tidak mengijinkan aku ke
serambi," bujuk Princess Minerva, "Aku ingin sekali melihat cuaca di luar."
"Tidak, Minerva. Aku lebih senang engkau menjadi boneka yang manis daripada
menjadi putri tidur yang cantik," kata Pangeran Alcon, "Lagipula musim gugur
hampir berganti." "Lama sekali aku tertidur," kata Princess Minerva.
Pangeran Alcon tersenyum. "Anak nakal. Sejak tadi aku mengatakan engkau
telah menjadi putri tidur selama satu abad tetapi engkau tidak
mendengarkannya." "Ayolah, Al, ijinkan aku melihat keadaan luar. Bila engkau tidak mengijinkan aku
ke serambi biarlah aku melihat keadaan luar melalui jendela," kata Princess
Minerva. "Baiklah, Minerva. Aku mengijinkan engkau melihat keadaan luar melalui
serambi," kata Pangeran.
"Al, aku ingin berjalan sendiri," kata Princess Minerva ketika Pangeran Alcon
hendak mengangkat tubuhnya.
Pangeran menggelengkan kepalanya. "Tidak, Minerva. Engkau terbaring cukup
lama di tempat tidur ini, aku khawatir engkau tidak cukup kuat untuk berjalan.
Aku akan menggendongmu ke sana."
"Al, aku ingin berjalan sendiri. Aku dapat berjalan ke sana, Al."
"Bila engkau memaksa berjalan ke sana sendirian, Minerva, aku tidak akan
mengijinkanmu melihat keadaan luar sampai musim semi."
"Aku bosan berada di atas tempat tidur terus, Al. Aku ingin melihat keadaan di
luar," kata Princess Minerva.
Pangeran memeluk tubuh Princess Minerva dengan satu tangannya dan
tangannya yang lain menata bantal Princess Minerva. Setelah merasa tumpukan
bantal itu cukup nyaman, Pangeran meletakkan tubuh Princess Minerva dengan
hati-hati di atas bantal itu.
"Sekarang engkau akan merasa nyaman," kata Pangeran.
Princess Minerva memandang Pangeran sambil tersenyum. "Engkau jahat sekali,
Al. Engkau mengurungku di kamarku tanpa mengijinkan aku melihat keadaan di
luar. Engkau tahu aku selalu merindukan halaman Istana yang luas."
"Aku juga yakin engkau merindukan semua penghuni Istana," kata Pangeran.
Tiba-tiba Pangeran terdiam seakan-akan teringat sesuatu yang penting. "Sejak
tadi aku terus di sini tanpa memberi tahu mereka kalau engkau telah sadar. Aku
akan memberi tahu mereka, mereka pasti senang sekali," kata Pangeran.
Princess Minerva menahan Pangeran yang hendak meninggalkannya. "Jangan
pergi, Al." Pangeran Alcon memandang heran ke wajah adiknya.
"Mengapa engkau menahanku, Minerva" Biasanya engkau selalu mengingatkan
aku akan tugas-tugasku dan selalu memintaku mengerjakannya setiap kali aku
ingin menghabiskan waktu bersamamu tetapi sekarang engkau menahanku. Aku
merasa aneh. Apa yang sebenarnya telah terjadi, Minerva?"
Princess Minerva tersenyum sambil memiringkan kepalanya memandang wajah
kakaknya. Pangeran Alcon tersenyum melihat adiknya sambil berpikir siapa yang tidak
akan merasa tertarik bila melihat Princess Minerva dalam keadaan seperti ini,
tersenyum manis sambil memiringkan kepalanya.
Melihat senyuman itu, Princess Minerva semakin menyadari kemiripan kakaknya
dengan Alexander. Cara tersenyum mereka sama. Mereka juga memiliki senyum
nakal yang sama. Cara memandang mereka kepada Princess Minerva hampir
sama. Yang membuat pandangan kedua pria itu kepada Princess Minerva
berbeda adalah sinar yang terpancar di sana saat memandang Princess Minerva.
Pangeran Alcon memandang Princess Minerva penuh kasih sayang, demikian
pula Alexander tetapi mata pria itu lebih tampak tajam dan penuh tanda tanya
saat menatap Princess Minerva.
Ketika Princess Minerva memandang wajah kakaknya, ia merasa seperti
memandang wajah Alexander, Alexander yang telah mengatakan kata-kata
kasar yang tidak dapat dilupakannya hingga kini. Teringat kata-kata terakhir
Alexander yang didengarnya, Princess Minerva merasa sedih. Ia tahu ketika ia
meninggalkan Obbeyville itu adalah saat terakhir ia dapat berjumpa dan
mendengarkan suara Alexander yang sangat dicintainya.
Walaupun banyak kemiripan Alexander dengan kakaknya, Pangeran Alcon, tetapi
Princess Minerva menyadari ia mencintai Alexander bukan karena kemiripannya
tetapi karena Alexander adalah Alexander. Princess Minerva telah menyadari itu
pada saat-saat terakhir ia berada di Obbeyville.
Princess Minerva sadar apa yang dikatakan Alexander tidak akan diingkari pria
itu. Sejak mengenal Alexander, Princess Minerva telah mengenali watak pria itu
yang tidak ingin siapapun menghalangi keinginannya. Alexander tidak dapat
ditahan bila ia mempunyai keinginan. Dan keinginan terbesar Alexander yang
diketahui Princess Minerva adalah tidak melihat wajahnya lagi. Princess Minerva
menjadi semakin sedih memikirkan ia tidak akan pernah berjumpa lagi dengan
Alexander yang sangat dicintainya tetapi tidak menyukainya.
Saat ini Princess Minerva sadar, sejak pertama kali ia bertemu dengan
Alexander, ia telah mencintai pria itu tetapi ia tidak berani mengakuinya karena
ia takut. Ia takut hatinya tersakiti dan ia semakin enggan mengakuinya ketika
Alexander semakin akrab dengan Lady Debora.
Princess Minerva teringat kembali saat Alexander dan Lady Debora berdua.
Mereka tampak sangat mesra sekali.
"Mengapa engkau menangis, Minerva?" tanya Pangeran.
"Aku tidak menangis," kata Princess Minerva berdusta.
"Engkau menangis," kata Pangeran sambil menyeka air mata yang membasahi
mata Princess Minerva, "Lihatlah ini."
Princess Minerva berusaha tersenyum dalam kesedihan hatinya, "Aku menangis
karena aku sangat merindukanmu, Al. Aku senang sekali dapat berjumpa
kembali denganmu sehingga aku menangis."
Pangeran menatap wajah Princess Minerva. Ia tahu Princess Minerva tidak
mengatakan yang sebenarnya tetapi ia pura-pura percaya.
Princess Minerva tidak menyadari kakaknya terus melihat wajahnya yang
menjadi sayu ketika Princess Minerva mengenang kembali saat ia berada di
Obbeyville dan kenangannya bersama Alexander.
"Aku juga sangat merindukanmu, Minerva."
"Di mana Mrs. Vye?" tanya Princess Minerva, "Di mana Eido?"
Pangeran Alcon tersenyum, "Akhirnya engkau menanyakan hal itu. Aku baru
saja berpikir hingga kapan engkau tidak bertanya mengenai Mrs. Vye maupun
Eido."

Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Di mana mereka, Al" Apakah mereka telah kembali ke Obbeyville?" tanya
Princess Minerva cemas. "Tidak, Minerva. Mereka berada di sini. Bahkan Mrs. Vye terus menemanimu
selama engkau tidak sadar bersama Mrs. Wve."
"Di mana Mrs. Wve, Al" Aku rindu sekali padanya. Aku ingin segera berjumpa
semua orang yang selalu kurindukan ketika aku berada di Obbeyville."
"Engkau selalu merindukan kami?" tanya Pangeran Alcon tak percaya.
Princess Minerva tersenyum, "Walaupun aku tidak dapat mengingat masa laluku
tetapi aku selalu merindukan kalian, Al. Aku merindukan kalian walau aku tidak
ingat nama dan wajah kalian."
Pangeran Alcon tiba-tiba memeluk Princess Minerva. "Aku senang engkau selalu
merindukan aku, Minerva. Semula kukira hanya aku saja yang merindukanmu."
"Jangan seperti itu, Al. Aku menyayangi kalian. Aku pasti meridukan kalian
walaupun aku kehilangan ingatan. Sekarang jawablah di mana mereka, Al?"
"Mereka semua berada di Istana ini, Minerva. Saat ini Mrs. Vye dan Mrs. Wve
pasti sedang bercakap-cakap di Ruang Duduk," kata Pangeran Alcon, "Tunggulah
di sini. Aku akan memanggil mereka."
Pangeran menghilang ke pintu yang membatasi Ruang Duduk dengan ruang
tempat Princess Minerva berada.
Tak lama kemudian Pangeran Alcon kembali bersama dua orang wanita tua yang
membelalak terkejut dan senang melihat Princess Minerva.
Princess Minerva tersenyum menyambut mereka.
Setelah Mrs. Vye dan Mrs. Wve mengetahui Princess Minerva telah sadar
kembali, semua orang di Istana mengetahuinya juga. Semua orang merasa
sangat senang mendengarnya. Raja dan Ratu segera menghampiri Princess
Minerva yang terus berbaring di tempat tidurnya sambil bercanda dengan
Pangeran Alcon. Dengan bangkitnya sang putri tidur dari tidur panjangnya, seluruh Istana
kembali menjadi ceria. Keceriaan itu seakan-akan menjalari seluruh Istana
sehingga semua tumbuhan tampak lebih ceria.
Walau Princess Minerva sadar kambali, ia tetap berada di atas tempat tidurnya
dengan Pangeran Alcon yang selalu setia menemaninya dan Mrs. Wve serta Mrs.
Vye yang selalu berada di Ruang Duduk.
Suatu hari saat Pangeran Alcon menemani Princess Minerva, Pangeran berkata,
"Apakah engkau tidak bosan mendengarkan pembicaraan kedua wanita itu yang
seakan-akan tidak ada akhirnya itu?"
Princess Minerva tersenyum. Ia mendengarkan suara percakapan Mrs. Wve
dengan Mrs. Vye di Ruang Duduk yang telah menjadi bagian dari hidupnya
akhir-akhir ini. "Mereka memang cocok, ya, Al?"
Pangeran mengangguk. "Mereka memang cocok sekali. Bila mereka berkumpul,
mereka akan selalu berbicara hingga tidak ada habisnya."
Princess Minerva tersenyum mendengar keluhan kakaknya.
Mrs. Wve dan Mrs. Vye memang sangat cocok. Keduanya juga memiliki rupa
yang sama. Setiap orang yang melihat mereka berdua pasti mengira mereka
bersaudara. Mrs. Wve memiliki tubuh yang sama gemuk dengan Mrs. Vye.
Wajah mereka juga tampak mirip. Dari semua kecocokan Mrs. Wve dan Mrs.
Vye, yang paling mencolok adalah kecocokan kedua wanita itu saat
berbincangbincang. Kedua wanita tua itu setiap hari menghabiskan waktunya dengan
berbicang-bincang. Perbincangan mereka tidak pernah berakhir. Selalu saja ada
yang dibicarakan mereka berdua. Bila hari ini mereka membicarakan masa lalu
mereka, maka esok mereka akan membicarakan hal yang lain.
"Sejak Mrs. Vye ada di sini, Mrs. Wve jarang memperhatikanmu," kata
Pangeran, "Aku akan memperingatkan Mrs. Wve."
Princess Minerva tersenyum, "Biarkanlah mereka, Al. Mereka memang cocok
sekali dan tidak dapat dipisahkan. Sejak dulu Mrs. Wve hanya mengawalku pergi
ke manapun. Ia tidak mempunyai teman berbicara sekarang ia mempunyai
teman yang cocok." "Ya," keluh Pangeran sambil meletakkan kepalanya di dekat tangan Princess
Minerva, "Tetapi mereka berbicara tidak ada akhirnya membuat aku merasa
bosan mendengarnya."
Princess Minerva meletakkan tangannya di atas kepala kakaknya, "Jangan
berkata seperti itu. Aku menyayangi mereka berdua."
"Apakah engkau tidak menyayangiku?" tanya Pangeran sambil melirik tajam
pada Princess Minerva. Tatapan tajam kakaknya membuat Princess Minerva kembali teringat mata
tajam Alexander saat terakhir kali ia melihat pria itu. Princess Minerva segera
menutup matanya. "Aku juga menyayangimu, Al. Tetapi engkau harus mengerti. Mrs. Wve pasti
merasa bosan dan kesepian karena harus selalu menemaniku ke manapun aku
pergi. Selama itu ia tidak mempunyai teman yang seusia dengannya. Ia tidak
mempunyai teman untuk berbagi cerita. Sekarang ia mendapatkannya dan
demikianlah jadinya."
"Karena itulah sampai sekarang engkau belum bertanya pada Mrs. Vye apakah
ia mau tinggal di Istana?" tanya Pangeran.
Princess Minerva menatap wajah kakaknya, "Aku tidak tahu, Al. Aku merasa
Mrs. Vye pasti setuju bila ia kuminta tinggal di sini tetapi ia juga memiliki
teman yang menyayanginya di Obbeyville. Aku tidak ingin membuatnya bingung."
"Sekarang waktunya kita memanfaatkan kepandaianmu menarik perhatian
orang dan kepandaianku memanfaatkan kesempatan," kata Pangeran.
"Apa yang kaumaksud, Al?"
"Engkau harus bertanya kepada Mrs. Vye, Minerva. Kau tahu itu. Dan sekarang
kita berdua yang akan bertanya pada Mrs. Vye. Tunggulah di sini."
Pangeran Alcon segera menghilang sebelum Princess Minerva sempat
menghalanginya. Sesaat kemudian Pangeran kembali dengan Mrs. Vye.
"Ada keperluan apa Anda memanggil saya, Princess?"
Princess Minerva tersenyum ,"Saya telah sering mengatakan kepada Anda, Mrs.
Vye. Jangan memanggil saya Princess Minerva. Saya tahu Anda belum terbiasa
dengan panggilan itu. Panggilah saya Maria seperti saat kita berada di
Obbeyville." Mrs. Vye hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa.
"Duduklah di kursi ini, Mrs. Vye," kata Pangeran sambil menunjuk kursi yang
terletak di samping tempat tidur Princess Minerva.
Pangeran duduk di tepi tempat tidur Princess Minerva dan memulai percakapan,
"Kami ingin bertanya bagaimana perasaan Anda selama berada di Istana?"
"Jawablah yang jujur, Mrs. Vye. Kami hanya ingin mengetahuinya," kata
Princess Minerva. "Saya merasa senang sekali dapat berada di Istana semegah ini tetapi kadang
saya juga merasa tempat ini terlalu mewah untuk saya," jawab Mrs. Vye.
"Jangan khawatir, Mrs. Vye. Itu karena Anda belum terbiasa dengan suasana
Istana. Anda telah lama tinggal di sini, Anda akan terbiasa dengan semua
kemewahan ini," kata Princess Minerva.
"Bagaimana pendapat Anda tentang Mrs. Wve?" tanya Pangeran tidak
membuang kesempatan. "Saya merasa Mrs. Wve teman bicara yang menyenangkan. Saya dan ia merasa
cocok satu sama lain," jawab Mrs. Vye jujur.
Princess Minerva tersenyum, "Kami juga merasa demikian, Mrs. Vye. Kami
merasa kalian cocok satu sama lain hingga rasanya tidak mungkin terpisahkan
lagi." "Kami ingin bertanya apakah Anda mau terus tinggal di Istana?" tanya
Pangeran. Mrs. Vye tampak bingung. Princess Minerva yang menyadari hal itu segera berkata, "Kami tidak memaksa
Anda, Mrs. Vye. Tetapi saya dan juga Mrs. Wve pasti merasa senang bila Anda
mau tinggal bersama kami. Dan bila tiba saatnya untuk saya pergi ke tempat
lain, Anda dapat memutuskan apakah Anda ikut dengan kami atau tidak."
"Bukan itu yang saya khawatirkan, Princess."
"Saya mengerti Anda mengkhawatirkan Mrs. Fat, Mr. Liesting dan Mrs. Dahrien.
Mengenai mereka saya juga telah memikirkannya tetapi saya masih belum
menemukan jalan keluar yang terbaik bagi mereka dan keluarga Sidewinder,"
kata Princess Minerva, "Dan mengenai semakin retaknya hubungan Anda
dengan keluarga Sidewinder saya juga merasa harus bertanggung jawab."
Mrs. Vye cepat-cepat berkata, "Jangan khawatirkan kami, Princess. Khawatirkan
saja kesehatan Anda. Mengenai hubungan saya yang tidak begitu baik dengan
Baroness Lora, Anda telah mengetahuinya. Anda sama sekali tidak bersalah
dalam hal ini. Saya sendiri yang memutuskan untuk meninggalkan keluarga itu."
Pangeran tertawa. "Jika engkau berhasil membuat Minerva diam, aku akan
mengucapkan selamat kepadamu. Selama ini Minerva sangat sulit disuruh diam,
tetapi sejak ia menghilang, ia menjadi lebih penurut. Sebenarnya apa yang
terjadi selama engkau berada di sana, Minerva?"
"Engkau telah mengetahuinya dari Mrs. Vye, bukan?"
Pangeran mengangguk, "Tetapi aku belum mengetahuinya darimu."
"Ceritanya akan sama saja, Al," kata Princess Minerva, "Sekarang kita sedang
bertanya pada Mrs. Vye."
Pangeran memalingkan pandangannya ke wajah Mrs. Vye yang masih diwarnai
kebigungannya. "Pikirkanlah hal ini, Mrs. Vye. Kami tidak memaksamu. Dan mengenai kawan
Anda, Eido, kami juga telah bertanya apakah ia mau tinggal di sini. Dan seperti
Anda, ia masih merasa bingung."
"Saya berjanji akan memikirkannya, Pangeran."
"Terima kasih, Mrs. Vye. Saya sangat senang sekali bila Anda mau tinggal
bersama saya. Mrs. Wve pasti merasa senang mempunyai teman yang dapat
diajaknya berbagi masa lalu," kata Princess Minerva sambil tersenyum.
Pertanyaan yang diajukan Princess Minerva dan kakaknya benar-benar telah
membuat Mrs. Vye merasa bingung. Setelah berpikir lama dan bercakap-cakap
dengan Eido, akhirnya mereka berdua membuat keputusan yang sama,
keputusan yang membuat Princess Minerva merasa senang sekali.
Tetapi Mrs. Wve lebih terlihat senang dengan keputusn Mrs. Vye daripada
Princess. Sepanjang hari Mrs. Wve bercakap-cakap dengan Mrs. Vye setelah
Mrs. Vye memutuskan untuk tinggal di Istana. Suara percakapan kedua wanita
itu terdengar hingga kamar Princess Minerva dan itu membuat Pangeran Alcon
menjadi bosan. Princess Minerva yang mengetahui itu hanya tersenyum. Ia tidak dapat berbuat
apa-apa. Pangeran sama sekali tidak mengijinkannya meninggalkan tempat
tidurnya walaupun ia telah cukup sehat.
Tetapi apa yang dikatakan Pangeran Alcon memang benar.
Princess Minerva bukanlah seorang gadis yang mau duduk diam sepanjang hari.
Memang pada mulanya ia mampu mengatasi kebosanannya tetapi lama
kelamaan ia benar-benar merasa bosan dan ingin segera meninggalkan tempat
tidur. Bagi Princess Minerva, semakin ia diam saja itu artinya ia semakin
memiliki banyak waktu untuk memikirkan Alexander.
Tetapi memikirkan Alexander bukanlah suatu hal yang membuatnya senang. Ia
selalu merasa sedih dan ingin menangis bila teringat pria itu. Ingatannya akan
kata-kata terakhir Alexander dan wajah Alexander sebelum ia meninggakan
tempat itu benar-benar telah melekat di hatinya sehingga setiap kali ia
memikirkan pria itu, yang muncul hanyalah saat yang menyakitkan hatinya itu.
Setiap Princess Minerva memejamkan matanya, yang terlihat hanyalah wajah
Alexander yang dingin dan penuh kemarahan.
Pada suatu hari Princess Minerva memanfaatkan kebosanan kakaknya.
"Aku benar-benar merasa jenuh mendengar percakapan mereka," keluh
Pangeran, "Mengapa engkau bisa tahan dengan semua ini?"
"Sabarlah, Al. Memang beginilah yang seharusnya terjadi. Selama ini aku selalu
melihat Mrs. Wve pendiam tetapi sejak kedatangan Mrs. Vye, ia menjadi lebih
banyak berbicara." "Engkau senang melihat aku jenuh?" tanya Pangeran.
"Aku tidak ingin engkau merasa jenuh, Al. Tetapi jangan khawatir, sekarang aku
punya pemecahannya."
"Apa itu?" tanya Pangeran ingin tahu.
"Ijinkan aku meninggalkan tempat tidurku," jawab Princess Minerva tenang.
Pangeran segera menggelengkan kepalanya mendengar jawaban itu. "Tidak,
Minerva. Aku tidak akan mengijinkanmu."
"Ayolah, Al, aku benar-benar merasa bosan duduk diam di sini sepanjang hari,"
bujuk Princess Minerva. Pangeran menatap wajah Princess Minerva yang penuh permohonan.
"Engkau memang pandai memohon," kata Pangeran.
Princess Minerva tersenyum penuh kemenangan mendengarnya.
"Baiklah, Minerva. Tetapi aku tidak akan mengijinkan engkau berjalan. Akulah
yang akan membawamu meninggalkan tempat tidurmu."
"Al, aku dapat berjalan sendiri."
"Aku tahu, Minerva. Tetapi aku tidak akan mengijinkanmu berjalan sampai aku
benar-benar yakin engkau cukup sehat."
"Al, engkau memperlakukanku seperti aku ini seorang bayi yang baru belajar
berjalan." Pangeran tersenyum nakal yang membuat Princess Minerva kembali teringat
pada Alexander. "Saat ini aku memang merasa engkau seorang bayi yang perlu dijaga agar tidak
nakal." Pangeran mengangkat tubuh Princess Minerva dan berkata, "Sekarang ke mana
kita akan pergi?" Princess Minerva tersenyum senang. Ia tahu ia tidak akan lagi memiliki banyak
waktu untuk memikirkan Alexander dan ia berharap dengan demikian ia dapat
sedikit demi sedikit melupakan Alexander dan kenangan pahitnya. Tetapi
Princess Minerva juga menyadari ia sulit melakukan itu. Princess Minerva
percaya ia tidak akan dapat melupakan Alexander walaupun pria itu telah
menyakitinya. Ia sangat mencintai pria itu bahkan terlalu mencintai pria itu
sehingga memikirkan saat di Obbeyville saja mampu membuat hatinya terasa
teriris. Kepercayaan Princess Minerva jauh lebih tepat dibandingkan harapannya.
Ia sama sekali tidak dapat melupakan Alexander. Pikirannya tentang pria itu
terus saja melekat di kepalanya. Alexander telah bersemayam tidak hanya di
hatinya tetapi juga di pikirannya.
Kebiasaan Princess Minerva yang selalu bersikap tenang membuat tidak
seorangpun menyadari itu. Ia tetap mampu bersikap tenang dan selalu
tersenyum walau hatinya sedang bersedih.
Sejak Pangeran Alcon mengijinkannya meninggalkan tempat tidurnya, Princess
Minerva benar-benar memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya. Sepanjang
hari ia duduk di depan pianonya sambil memainkan lagu-lagu kesukaan
kakaknya. Dengan permainan pianonya, Princess Minerva semakin menceriakan
suasana di Istana Plesaides. Permainannya yang penuh perasaan terdengar ke
seluruh penjuru Istana. Tidak seorang pun yang menyadari di balik semua itu Princess Minerva merasa
sangat sedih. Princess Minerva memang pandai menyembunyikan perasaan
hatinya yang sebenarnya. Dengan sikapnya yang selalu tenang dan penuh
senyuman, ia tetap terlihat ceria dan mempesona.
Princess Minerva menyadari hari-hari terus berlalu sejak ia meninggalkan
Obbeyville. Dan ia merasa telah lama sekali ia meninggalkan Obbeyville yang
mendapat tempat di hatinya. Rasanya baru kemarin ia berada di Obbeyville
padahal telah lebih dari empat bulan ia meninggalkan tempat itu.
Princess Minerva yang menurut setelah Pangeran Alcon memutuskan hanya
dirinyalah yang boleh membawa Princess Minerva meninggalkan tempat
tidurnya, akhirnya mulai merasa bosan. Princess Minerva mulai tidak senang
harus menanti kakaknya bila ia hendak meninggalkan tempat tidurnya. Ia
merasa dirinya telah memberi beban tambahan di pundak kakaknya. Princess
Minerva mengakui sejak ia sadar dari tidur panjangnya, ia selalu melihat
kakaknya di kamarnya. Setiap saat ia terbangun dari tidurnya, wajah kakaknya
selalu ada di kamarnya. Pangeran Alcon jua telah memindahkan ruang kerjanya
ke Ruang Duduk Princess Minerva. Princess Minerva tahu itu tetapi ia tidak dapat
mencegah kakaknya. Ia mengerti seperti halnya seluruh penghuni Istana,
Pangeran merasa rindu padanya dan ingin menghabiskan waktu sepanjang hari
bersamanya. Raja dan Ratu yang mengerti keadaan itu mengalah. Mereka lebih menyibukkan
diri mereka dengan urusan kerajaan. Mereka juga telah memberi banyak
kesempatan bagi kedua kakak beradik itu untuk selalu berdua. Tidak hanya Raja
dan Ratu saja yang mengerti. Semua orang di Istana mengerti itu. Mereka tidak
banyak menganggu ketika Pangeran Alcon sedang bersama Princess Minerva
yang mereka sayangi. Mrs. Wve dan Mrs. Vye juga mengerti masalah itu.
Mereka lebih banyak berbicara di luar kamar Princess Minerva daripada di dalam
kamar menganggu kakak beradik itu.
Hari-hari terakhir ini Princess Minerva merasa sikap Pangeran Alcon menjadi


Gadis Misterius Karya Sherls Astrella di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

aneh. Kakaknya sering terlihat termenung memikirkan sesuatu. Tetapi Pangeran
tidak mau berkata apa-apa walaupun Princess Minerva telah membujuknya.
Princess Minerva sedang bermain piano ketika terdengar suara ketukan di pintu
kamarnya. Mrs. Wve dan Mrs. Vye sedang berjalan-jalan di halaman Istana sehingga
Pangeran sendiri yang membuka pintu itu.
"Selamat siang, Princess Minerva. Bagaimana keadaan Anda?" tanya Kendsley.
Princess Minerva yang mendengar sapaan itu segera berjalan meninggalkan
piano dan mendekati Menteri Dalam Negeri yang tersenyum padanya.
Pangeran Alcon yang telah membiarkan Princess Minerva berjalan sendiri diam
saja. "Selamat siang, Kendsley. Lama kita tidak berjumpa," sapa Princess Minerva.
"Ya, Anda setiap hari berada di kamar Anda."
Princess Minerva memalingkan kepalanya kepada kakaknya yang tersenyum
nakal, "Ia mengurungku di sini sejak aku sadar. Dan untuk dapat berjalan
sendiri, aku benar-benar harus berusaha keras."
Pangeran Alcon tersenyum.
Pangeran Alcon ingat sekali saat ia dikejutkan oleh munculnya Princess Minerva
di Ruang Duduk. Saat itu Pangeran menduga Princess Minerva masih tertidur.
Tidak sedikitpun ia menduga adiknya tengah duduk di Ruang Duduk sambil
bercakap-cakap dengan Mrs. Wve dan Mrs. Vye.
Princess Minerva segera menghampiri Pangeran Alcon yang terpaku di pintu.
"Mengapa engkau meninggalkan tempat tidurmu?" tanya Pangeran.
"Karena aku mempunyai kaki untuk berjalan dan aku tidak membutuhkan
bantuan orang lain untuk sampai di sini," jawab Princess Minerva tenang, "Lama
kelamaan sang 'bayi' juga akan mampu berjalan sendiri tanpa bantuan orang
lain." Pangeran Alcon menyerah pada keinginan adiknya dan sejak saat itu ia tidak lagi
membopong adiknya ke tempat yang diinginkan adiknya. Ia telah membiarkan
'bayi'nya berjalan sendiri.
"Ada keperluan apa engkau mencariku, Kendsley?" tanya Pangeran.
"Sejak Anda mengumumkan berita kembalinya Princess, Anda belum memberi
penjelasan kapan Anda akan mengadakan pesta itu. Masyarakat
mempertanyakannya," kata Kendsley.
"Pesta apa?" tanya Princess Minerva tak mengerti.
Pangeran tersenyum pada Princess Minerva. "Aku mengerti, Kendsley. Aku akan
mengumumkannya dalam waktu dekat ini."
"Akan saya sampaikan perkataan Pangeran pada masyarakat," kata Kendsley.
Setelah Menteri Dalam Negeri meninggalkan tempat itu, Princess Minerva
mendekati Pangeran Alcon dan bertanya, "Pesta apa, Al?"
Pangeran Alcon memegang pundak adiknya. "Duduklah dulu."
Pangeran Alcon mendudukkannya tepat di depan perapian yang menyala terang.
Setelah itu ia duduk di hadapan Princess Minerva.
"Pesta itu kuadakan untuk membuat masyarakat mengenalmu," kata Pangeran,
"Dan engkau tidak dapat menghindari pesta ini. Tahun ini engkau tidak akan
pergi ke Clayment." Princess Minerva tersenyum, "Aku tahu, Al. Musim gugur telah berlalu dan
musim dingin telah berlalu hampir satu bulan. Tidak mungkin ladi bagiku untuk
ke Clayment. Bila aku memaksa ke sana, aku pasti jatuh sakit selama di
perjalanan." Pangeran Alcon tersenyum puas, "Bagus. Aku senang engkau mau mengerti."
"Tetapi, Al mengapa engkau harus mengadakan pesta untuk itu bila engkau
tidak ingin peristiwa ini terjadi lagi. Masih banyak cara lain agar penduduk
Kerajaan mengenalku," kata Princess Minerva.
"Memang masih banyak cara lain tetapi aku terlanjur berjanji pada masyarakat.
Engkau paling tidak suka melihat orang melanggar janjinya, bukan ?"
Princess Minerva membenarkan ucapan Pangeran Alcon.
"Karena itu engkau mau bukan hadir dalam pesta itu?"
"Kapan pesta itu akan kauadakan?"
"Aku belum tahu. Aku belum memutuskannya secara pasti. Tetapi dalam
beberapa hari ini aku telah berpikir untuk mengadakannya bertepatan dengan
hari Natal." Princess Minerva cepat-cepat berkata, "Tidak, Al. Engkau jangan
mengadakannya tepat pada hari Natal."
"Mengapa tidak, Minerva?" tanya Pangeran Alcon tak mengerti.
"Al, pada hari Natal orang-orang umumnya lebih suka merayakannya bersama
keluarganya. Lebih baik engkau mengadakannya sesudah atau sebelum hari
Natal itu." Pangeran tak mengerti. "Mengapa tidak, Minerva" Kurasa tidak ada salahnya
bila kita mengadakannya tepat pada hari Natal."
Princess Minerva tersenyum pengertian. "Memang tidak ada masalah. Tetapi kita
harus menghargai keinginan setiap orang yang ingin merayakan Natal bersama
keluarganya, Al. Adakan pesta itu sebelum atau sesudah hari Natal."
"Baiklah, Minerva. Bila itu yang kauhendaki. Aku tidak ingin engkau tiba-tiba
pergi seperti pesta ulang tahunmu itu," kata Pangeran, "Daripada aku
kehilangan engkau lagi lebih baik aku menuruti kehendakmu."
"Jadi, kapan engkau akan mengadakannya?"
Pangeran berpikir sambil menimbang untung ruginya bila pesta itu diadakan
sebelum atau sesudah hari Natal.
Setelah menemukan jawabannya, Pangeran tersenyum dan berkata, "Aku akan
mengadakannya pada kedua-duanya."
"Sebelum dan sesudah Natal?" tanya Princess Minerva tak percaya, "Mengapa
engkau mengadakannya dua kali, Al" Sekali saja sudah cukup."
"Bukan itu maksudku, Minerva sayang," kata Pangeran, "Aku akan
mengadakannya sebelum hari Natal dan tepat pada hari Natal. Dengan demikian
keinginanmu dan keinginanku sama-sama terkabul."
"Al, bagaimana dengan mereka yang ingin merayakan Natal bersama
keluarganya?" tanya Princess Minerva.
"Aku telah memikirkannya, Minerva. Bila mereka ingin merayakan Natal
bersama keluarganya, mereka cukup hadir pada pesta pertama tetapi bila
mereka mau merayakan Natal bersama kita, mereka boleh hadir lagi di pesta
kedua." "Kapan pesta pertama itu akan kauselenggarakan?" tanya Princess Minerva.
"Mungkin tanggal dua puluh."
Princess Minerva menggelengkan kepalanya, "Tidak, Al. Jangan mengadakannya
pada tanggal itu. Bagaimana dengan mereka yang ingin berkumpul dengan
keluarganya yang tempat tinggalnya sangat jauh dari sini?"
Pangeran terdiam. Princess Minerva memanfaatkan kesibukan berpikir Pangeran. "Paling tidak
adakanlah sepuluh hari sebelum Natal."
"Baiklah," kata Pangeran tiba-tiba, "Aku akan mengadakan pesta pertama pada
pertengahan Desember dan pesta kedua tepat pada hari Natal."
"Siapa yang akan kauundang, Al" Engkau belum memutuskannya," kata Princess
Minerva mengingatkan. "Engkau salah, Minerva sayang. Sebelum aku mengumumkan kemunculanmu
pada penduduk, aku telah mengetahui siapa saja yang akan kuundang. Aku
akan mengundang semua bangsawan yang ada di Kerajaan Zirva."
Princess Minerva terkejut. Ia sadar bila semua bangsawan diundang dalam pesta
itu, maka kemungkinan besar ia akan bertemu kembali dengan Alexander.
Tetapi Princess Minerva tahu Alexander pasti tidak senang bertemu dengannya.
Princess Minerva tahu pria itu akan mengeluarkan kata-kata yang tak pernah
dibayangkannya sebelumnya.
"Apakah itu tidak terlalu berlebihan, Al?"
"Tidak. Aku ingin sekali bertemu dengan Baroness Lora dan Lady Debora," kata
Pangeran geram. "Al, aku tidak mengijinkanmu bertemu dengan mereka hanya karena engkau
merasa marah pada perlakuan mereka terhadapku," kata Princess Minerva.
"Minerva, mereka telah memperlakukanmu dengan buruk. Aku ingin mengetahui
seperti apa wajah wanita yang menghinamu," kata Pangeran.
Princess Minerva menggelengkan kepalanya, "Tidak, Al. Walaupun mereka tidak
menyukaiku tetapi mereka masih mengijinkan aku tinggal di Obbeyville. Sekasar
apapun kata-kata mereka, mereka tetap berjasa kepadaku."
"Engkau memang terlalu baik hati, Minerva. Engkau bahkan tidak merasa marah
kepada mereka," kata Pangeran Alcon sambil tersenyum memandang wajah
adiknya. Pangeran Alcon senang sekali memandangi wajah cantik adiknya. Ia tidak
pernah merasa bosan melihat wajah cantik itu dengan senyumannya yang
manis. Setiap kali melihatnya, Pangeran Alcon berpikir siapakah yang tidak akan
tertarik melihat adiknya. Jawabannya adalah tidak ada. Semua orang tertarik
melihat wajah Princess Minerva yang cantik dengan senyumannya yang
menawan hati dan matanya yang ungu jernih. Demikian pula tutur katanya yang
lemah lembut akan membuat siapa saja semakin tertarik padanya.
"Berkat mereka aku dapat berada di sini kembali," kata Princess Minerva.
"Baiklah, Minerva. Aku mengerti berkat mereka engkau dapat berada di sini.
Dan karena mereka pula engkau masih dapat hidup hingga kini."
Princess Minerva tersenyum mendengar suara kakaknya yang dibuat setenang
mungkin tetapi tidak dapat menyembunyikan kegeraman yang muncul terutama
saat ia mengatakan 'mereka'. Princess Minerva tahu kakaknya pasti tidak
menyukai Baroness Lora dan Lady Debora setelah mendengar peristiwa yang
dialaminya selama berada di Obbeyville.
"Masalah itu telah selesai, Al. Sekarang maukah engkau menceritakan
masalahmu yang lain?"
"Masalah apa?" tanya Pangeran Alcon tak mengerti.
"Jangan berbohong kepadaku, Al," kata Princess Minerva, "Aku tahu engkau
sedang menghadapi suatu masalah yang sulit. Katakanlah kepadaku mungkin
aku dapat membantumu."
Pangeran tertawa, "Apakah engkau selalu dapat membaca pikiran orang,
Minerva?" "Aku tidak dapat membaca pikiran orang, Al, tetapi aku tahu engkau sedang
menghadapi masalah yang serius."
"Aku baru saja menyelesaikan satu-satunya masalah yang menjadi beban
pikiranku akhir-akhir ini."
Princess Minerva menggelengkan kepalanya, "Tidak, Al. Engkau masih
mempunyai masalah yang lain. Aku tahu itu."
"Rasanya aku tidak pandai menyembunyikan suatu masalah," gumam Pangeran.
Princess Minerva tersenyum, "Karena itu, Al, jangan berbohong lagi kepadaku.
Katakan apa masalahmu itu."
Pangeran terdiam. Pangeran memandang wajah Princess Minerva selama
beberapa saat kemudian ia menuju jendela yang selalu tertutup.
Princess Minerva melihat kakaknya tampak kebingungan. Ia mendekati
Pangeran Alcon yang sedang memandang keluar melalui jendela.
"Katakanlah kepadaku, Al. Aku pasti dapat membantumu," bujuk Princess
Minerva. Pangeran masih tetap diam. "Aku kebingungan, Minerva," katanya setelah
beberapa saat. "Apa yang membuatmu bingung seperti ini, Al. Aku tidak pernah melihat engkau
segelisah ini," kata Princess Minerva.
Pangeran Alcon membalikkan badannya dan memeluk Princess Minerva.
"Aku bingung, Minerva. Aku tidak ingin meninggalkanmu tetapi aku telah
berjanji pada mereka," kata Pangeran Alcon.
Princess Minerva menengadah memandang wajah Pangeran Alcon yang
kebingungan. "Engkau akan pergi, Al?"
Pangeran Alcon menatap wajah Princess Minerva dan mengangguk.
"Kapan engkau akan pergi?" tanya Princess Minerva.
"Menurut rencana akhir bulan ini aku harus pergi," jawab Pangeran Alcon,
"Tetapi aku tidak ingin meninggalkanmu. Tidak setelah semua ini terjadi. Aku
tidak ingin engkau menghilang lagi tanpa aku ketahui di mana engkau berada."
Princess Minerva menatap lekat-lekat wajah kakaknya yang kebingungan,
"Engkau telah berjanji pada mereka?"
"Ya, aku berjanji pada mereka tahun lalu. Saat itu aku tidak tahu ini semua akan
terjadi. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Rasanya tidak mungkin
membatalkan janji yang telah kubuat setahun yang lalu."
"Engkau tahu, Al, aku tidak senang seseorang melanggar janjinya," kata
Princess Minerva tanpa melepaskan pandangannya dari wajah Pangeran Alcon.
Pangeran Alcon tersenyum, "Aku tahu, Minerva sayang. Karena itu aku merasa
bingung." "Pergilah, Al. Jangan khawatirkan aku. Aku janji tidak akan ke mana-mana
selama engkau tidak berada di Istana. Papa, Mama, Mrs. Wve, Mrs. Vye dan
semua orang di Istana akan memastikan aku selalu berada di dalam Istana,"
kata Princess Minerva. "Engkau tidak mengerti, Minerva," kata Pangeran Alcon sambil menggelengkan
kepalanya, "Bila Papa dan Mama juga berada di sini, aku tidak akan bingung.
Tetapi mereka berdua juga telah berjanji pada kerajaan tetangga kita untuk
juga hadir dalam pesta musim dingin mereka."
"Papa dan Mama juga akan pergi?" tanya Princess Minerva meyakinkan dirinya
sendiri. "Engkau memang nakal, Minerva. Aku telah mengatakannya kepadamu tetapi
engkau tidak mendengarkannya," kata Pangeran Alcon sambil tersenyum,
"Sekarang dengarkan baik-baik. Papa dan Mama juga akan menghadiri pesta
musim dingin kerajaan tetangga kita."
Princess Minerva tersenyum, "Pergilah, Al. Aku berjanji tidak akan meninggalkan
Istana." "Aku tahu engkau tidak akan meninggalkan Istana tetapi aku khawatir engkau
menolak meminum obatmu," kata Pangeran sambil tersenyum nakal.
Princess Minerva tersenyum, "Engkau jahat, Al. Aku selalu meminum obatku
walaupun aku tidak suka obat itu membuatku mengantuk. Aku percaya engkau
meminta Dokter Donter memberi campuran obat tidur dalam tiap obat itu."
"Dokter Donter sendiri yang memberinya. Aku sama sekali tidak memintanya
melakukan itu tetapi ia telah mengerti kalau engkau paling sulit disuruh diam."
"Aku memang merasa bosan, Al. Aku paling tidak suka bila disuruh duduk diam
seharian," kata Princess Minerva membenarkan ucapan kakaknya.
Jodoh Si Mata Keranjang 12 Pendekar Mabuk 085 Perawan Sinting Bidadari Iblis 1
^