Pencarian

Kamar Gas 12

Kamar Gas The Chamber Karya John Grisham Bagian 12


telepon diadakan pada pukul 15.00. Hez Kerry dan Gamer Goodman bergegas
www.ac-zzz.tk ke kantor Roxburgh di seberang gedung kapital negara bagian. Sang Jaksa
Agung punya sistem telepon yang cukup canggih untuk secara bersamaan
menghubungkan dirinya, Goodman, Kerry, Adam, dan Lucas Mann di Parchmanr
Hakim Agung Robichaux di Lake Charles, Hakim Agung Judy di New Orleans, dan
Hakim Agung McNeely di Amarillo, Texas. Panel tiga hakim itu memperkenankan Adam dan Roxburgh mengemukakan argumentasi mereka,
lalu rapat itu dibubarkan. Pukul 16.00, pnitera pengadilan itu menelepon
semua p". IWngabarkan penolakan, danjfc Kerry dan Goodman cepat-cepat ?
kah banding ke Mahkamah Ag?*. ^ Sam sedang dalam proses men,
saan fisik terakhir ketika Adam menyelesaikan percakapan pendeknya
dengan panitera itu. Ia pelan-pelan meletakkan telepon. Sam menatap tajam
dokter muda yang " dengan takut-takut mengukur tekanan darahnya. Packer
dan Tiny berdiri di dekatnya, atas permintaan dokter tersebut. Dengan
kehadiran lima orang, kantor depan itu jadi sesak.
"Fifth Circuit baru saja menolak," kata Adam murung. "Kita dalam
perjalanan ke Mahkamah Agung."
"Sama sekali bukan tanah perjanjian," kata Sam, masih menatap si dokter.
"Aku optimis," kata Adam setengah hati, karena kehadiran Packer.
Si dokter cepat-cepat memasukkan peralatannya ke dalam tas. "Selesai,"
katanya seraya beranjak ke pintu.
"Jadi, aku cukup sehat untuk mati?" tanya Sam. Dokter itu membuka pintu
dan berlalu, diikuti Packer dan Tiny. Sam berdiri dan meregangkan punggung,
lalu mulai mondar-mandir perlahan-lahan melintasi mangan itu. Tumitnya
terasa licin dalam sepatu itu, sehingga mempengaruhi langkahnya. "Apa kau
cemas?" ia bertanya dengan senyum nakal.
Tentu saja. Dan kurasa kau tidak." "Kematian itu tak mungkin lebih buruk
daripada saat menunggunya. Persetan, aku sudah siap. Aku ingin menyudahi
semua ini," Adam nyaris mengucapkan hal usang tentang
luang mereka di Mahkamah Agung, tapi tak Jrselera menerima umpatan.
Sam mondar-mandir www.ac-zzz.tk L, merokok, tidak berminat bicara. Adam, seperti kjasa, sibuk dengan
telepon. Ia menelepon Good-.jun dan Kerry, tapi percakapan mereka pendek
Tak banyak yang dibicarakan, dan tak ada 0ptimisme apa pun.
Kolonel Nugent berdiri di teras Balai Pengunjung n meminta mereka tenang.
Di lapangan rumput depannya berkumpul pasukan kecil reporter dan wartawan,
semuanya resah menunggu undian. Di sampingnya ada meja dengan ember
kaleng. Setiap ta pers memakai lencana oranye bernomor yang dibagikan
pengurus penjara sebagai tanda pengenal. Kerumunan orang banyak itu luar
biasa tenang. Menurut peraturan penjara, ada delapan tempat duduk untuk jatah anggota
pers," Nugent menerangkan perlahan-lahan, kata-katanya bergema sampai
hampir ke gerbang depan. Ia menikmati sorotan perhatian. "Satu tempat duduk
dijatahkan untuk AP, satu untuk UPI, dan saru untuk Missis-i Network. Berarti
tersisa lima yang harus dipilih secara acak. Saya akan mencabut lima nomor
dari ember ini, dan bila salah satu cocok jan nomor pengenal Anda, hari ini
adalah hari keberuntungan Anda. Ada pertanyaan?" Beberapa lusin reporter
sekonyong-konyong kehabisan pertanyaan. Banyak di antara mereka
mengambil lencana oranyenya untuk memeriksa nomor mereka. Gelombang
ketegangan menyapu kelompok itu. Dengan dramatis Nugent merogoh ke dalam
ember dan mencabut secarik kertas. "Nomor 4843."
"Di sini," seorang laki-laki muda dengan tegang berseru membalas,
mencabut lencana keberuntungannya.
"Nama Anda?" Nugent berseru. "Edwin King, dari Arkansas Gazzette."
Seorang wakil kepala penjara di samping Nugent menuliskan nama orang itu
serta surat kabarnya. Edwin King dikagumi rekan-rekan sekerjanya.
Nugent dengan cepat memanggil empat angka Jain dan menyelesaikan
undian itu. Gelombang kekecewaan dengan jelas bergulung menimpa kelompok
itu ketika nomor terakhir diserukan. Mereka yang kalah sangat kecewa. "Pukul
11.00 tepat, dua van akan berhenti di sana." Nugent menunjuk jalan masuk
utama. "Kedelapan saksi harus hadir dan siap. Kalian akan dibawa ke Maximum
Security Unit untuk menyaksikan eksekusi. Tanpa kamera atau alat perekam
www.ac-zzz.tk apa pun. Kalian akan digeledah begitu tiba di sana. Sekitar pukul 12.30, kalian
akan naik kembali ke van dan kembali ke sini. Sesudah itu jumpa pers akan
diadakan di aula utama gedung administrasi yang baru, yang akan dibuka pukul
21.00 untuk kenyamanan Anda. Ada pertanyaan?"
Berapa orang yang akan menyaksikan eksepsi?" seseorang bertanya.
"Akan ada sekitar tiga belas atau empat belas B(ilDg dalam ruang saksi. Dan
di dalam Kamar algojo, pengacara penjara, dan dua
"Apakah keluarga korban akan menyaksikan eksekusi ini?"
"Ya. Mr. Elliot Kramer, sang kakek, direncanakan akan menjadi saksi."
"Bagaimana dengan Gubernur?"
"Menurut peraturan, Gubernur punya hak atas dua tempat duduk dalam
ruang saksi. Salah satu I (empat duduk itu akan diberikan kepada Mr. Kramer.
Saya belum diberitahu apakah Gubernur akan berada di sini."
"Bagaimana dengan keluarga Mr. Cayhali?"
Tidak. Tak satu pun sanaknya akan menyaksikan eksekusi."
Nugent telah membuka sekaleng umpan. Pertanyaan-pertanyaan bermunculan di mana-mana, dan ia punya urusan yang harus dikerjakan. "Tidak
ada pertanyaan lain. Terima kasih," katanya, lalu beranjak meninggalkan teras.
Donnie Cayhali tiba untuk kunjungan terakhir beberapa menit menjelang
pukul 18.00. Ia langsung dibawa ke kantor depan, dan mendapati saudara914
915 nya yang berpakaian rapi tertawa-tawa bersama Adam Hall. Sam
memperkenalkan mereka berdua.
Selama ini Adam dengan hati-hati menghindari adik Sam. sampai sekarang.
Donnie ternyata bersih dan rapi. terurus dan berpakaian pantas. Ia pun mirip
Sam, setelah Sam bercukur, memangkas rambut, dan menanggalkan pakaian
terusan merah itu. Tinggi mereka sama, dan meskipun Donnie tidak
kegemukan, Sam jauh lebih kurus.
www.ac-zzz.tk Donnie jelas bukan orang udik seperti yang ditakutkan Adam. Ia benar-benar
senang bertemu Adam dan bangga dengan fakta bahwa ia pengacara. Ia lakilaki yang
menyenangkan dengan senyum ramah dan gigi bagus, tapi matanya
sangat sedih saat ini. "Bagaimana keadaannya?" ia bertanya sesudah beberapa
menit percakapan ringan. Yang ia maksudkan pengajuan banding itu.
"Semuanya ada di Mahkamah Agung." "Jadi, masih ada harapan?" Sam
mendengus mendengar gagasan ini. ;j "Sedikit," kata Adam, berserah pada
nasib, Mereka terdiam lama ketika Adam dan Donnie mencari bahan
pembicaraan yang tidak begitu sensitif. Sam sama sekali tak peduli. Ia duduk
tenang di kursi, kaki disilangkan, dan mengepul-ngepul-kan rokok. Pikirannya
dipenuhi berbagai hal yang tak dapat mereka bayangkan.
"Aku mampir ke Albert hari ini," kata Donnie. Sam masih menatap lantai.
"Bagaimana prostatnya?"
I -Entahlah. Dia menyangka kau sudah mati."
"Itulah kakakku." [ "Aku juga menemui Bibi Finnic"
"Kupikir dia sudah mati," kata Sam sambil tersenyum.
"Hampir. Dia 91 tahun. Benar-benar terguncang dengan apa yang terjadi
padamu. Katanya sejak dulu kau kemenakan favoritnya."
"Dia tak pernah menyukaiku, dan aku tak menyukainya. Persetan, lima
tahun sebelum aku sampai ke sini, aku tak pernah menemuinya."
"Ah, dia benar-benar terguncang dengan kejadian ini."
"Dia akan pulih."
Wajah Sam tiba-tiba menyunggingkan senyum lebar, dan ia mulai tertawa.
"Ingat saat kita melihatnya pergi ke kakus di belakang rumah Nenek, lalu
melemparinya dengan batu" Dia keluar sambil menjerit-jerit dan menangis."
Donnie tiba-tiba teringat, dan mulai tertawa terbahak-bahak. "Yeah, atap
kakus itu dari seng," katanya di sela-sela napas, "dan setiap batu kedengaran
seperti ledakan bom."
"Yeah, waktu itu kita bertiga - aku, kau, dan Albert. Kau pasti belum lagi
empat tahun." I, "Tapi aku ingat."
www.ac-zzz.tk Cerita itu berkembang dan tawa mereka menular. Adam mendapati dirinya
terkekeh menyaksikan dua orang tua ini tertawa seperti anak kecil. Cerita
tentang Bibi Finnic dan kakus beralih ke
tas keji wa mereka berlanjut. Santapan terakhir adalah penghinaan yang disengaja terhadap koki-koki tak
berjati di dapur dan ransum membosankan yang telah menyiksanya selama
sembilan setengah tahun, la minta sesuatu yang rinsan. makanan dari karton,
dan bisa didapatkan dengan mudah. Ia kerap kali kagum pada para
pendahulunya yang memesan santapan dengan tujuh macam makanan - steak,
lobster, dan cheesecake. Suster Mo*, melahap dua lusin kerang mentah, lalu
salad ala Yunani, lalu sepotong daging iga dan beberapa masakan lain h tak
mengerti bagaimana mereka biaa mengerahkan selera seperti itu cuma
beberapa j tm menjelang ajal Sedikit pun ia tidak merasa lapar ketika Nugent
mengetuk pintu pada pukul 19 30 Di belakangnya berdiri Packer, dan di
belakang Packer ada narapidana pembawa nampan Di lengah nampan itu ada
mangkuk besar dengan f iga Eskimo Pie di dalamnya, dan di sebelahnya ada
satu termos kecil berisi kopi French Market, favorit Sam. Nampan di meja.
malam yang sangat sederhana. Sam."
"Bisakah aku menikmatinya dengan tenang, atau kau akan berdiri di sana
dan menggangguku dengan omongan idiotmu?"
Nugent terenyak kaku dan menatap Sam berapiI ?pi. "Kami tikan kembali satu jam
lagi. Saat itu umumu hams pergi, dan
kami akan mengenv tulikanmu ke Sel Observasi. Oke'" "Enyahlah saja." kata Sam. duduk di
bangku. Begitu mereka menghilang, Donnie berkata.
"Sialan. Sam. mengapa kau tidak memesan sesuatu
yang bisa kita nikmati" Santapan terakhir macam
apa ini?" "Ini santapan terakhirku. Bila saatmu tiba. pesanlah apa saja yang
kauinginkan." Ia mengambil
www.ac-zzz.tk garpu dan dengan hati-hati mengerik es krim vanili dan balutan cokelatnya
dan batang la melahap satu gigitan besar, lalu perlahan lahan menuang kopi ke
dalam cangkir. Kopi itu hitam dan kental, dengan aroma sedap
Donnie dan Adam duduk di kursi sepanjang dinding, mengawasi punggung
Sam sementara ia menikmati santapan terakhirnya.
Mereka berdatangan sejak pukul 17.00. Mereka dalang dan segala penjuru
negara bagian itu, semuanya mengemudi sendirian, semuanya memakai mobil
besar empat pintu bermacam warna dengan simbol, emblem, dan tanda-tanda
rumit pada pintu dan spat bor Beberapa di antaranya memakai rak untuk lampu
darurat di atapnya. Beberapa mt? majang senapan pada kisi-kisi di atas jok
depan. Semuanya memakai antena tinggi yang b$nym-ayun diterpa angin.
Mereka adalah para sheriff, masing-masing #
I P.l.h county mereka untuk menjaga keten w tam masyarakat. Sebagian
besarkuT* W tohun mengabdi dan sudah ambil ba^' ritual jamuan eksekusi yang tak
tercatat^ ^ Seorang koki bernama Miss Mazola menv;a . jamuan itu, dan menunya tak
pernah ber2" menggoreng ayam besar dengan minyak hewan i memasak kacang
black eyed dengan babi as Dan ia membuat biskuit buttermilk seukuran phi"
kecil. Dapurnya terletak di belakang kafetaria kecil, dekat gedung administrasi.
Makanan selalu dihidangkan pukul 19.00, tak peduli berapa sheriff yang hadir.
Kerumunan orang malam itu adalah yang terbesar sejak Teddy Doyle Meeks
diantar ke tempat istirahat terakhir pada tahun 1982. Miss Mazola sudah
bersiap akan hal ini, sebab ia membaca koran dan setiap orang tahu tentang
Sam Cayhali. Ia memperkirakan sedikitnya akan ada lima puluh
^M^reka dipersilakan lewat dengan lambaian takir sembarangan di sepU ! noan
buncit dan selera makan besar. Mei telah perjalanan panjang mereka ringan-
www.ac-zzz.tk w serpihan ayam dan gigi dan meng?re*akar, Miss Mazola. Mereka
irakan dio berkuak-kuak, seolah-olah ka-rlCa" Cayhatt akan disiarkan setiap
saat. ??""kernanan ------ - - V bicara tentang eksekusi dan kejahatan keji ^di ter"Pat asal mereka> dan
tentang orang-lokal di The Row. Kamar gas terkutuk itu
'J cukup sering dipakai. " Mereka memandang tercengang pada ratusan
demonstrator di dekat jalan raya di depan mereka. Mereka mengorek gigi lagi,
lalu kembali ke dalam menikmati kue cokelat. ntuk mem ' Saat itu huku"1malam yang
luar biasa bagi penegakan
EMPAT PULUH SEMBILAN Kegelapan membawa kebeningan mencekam di jalan raya di depan
Parchman. Orang-orang Klan - tak satu pun mempertimbangkan meninggalkan
tempat itu setelah Sam memintanya - duduk di kursi lipat dan rumput yang
telah terinjak-injak, dan menunggu. Para skinhead dan kelompok-kelompok
semacamnya yang telah terpanggang di bawah matahari bulan Agustus duduk
dalam kelompok-kelompok kecil dan minum air es. Para biarawati dan aktivis
lain disusul rombongan Amnesty International. Mereka menyalakan lilin,
memanjatkan doa, menyenandungkan lagu-lagu. Mereka mencoba menjaga
jarak dari kelompok-kelompok pembenci. Pilih hari lain, eksekusi lain,
narapidana lain, dan para pembenci yang sama akan berteriak-teriak menuntut
darah. Ketenangan itu terputus sejenak ketika satu pickup penuh remaja
mengurangi kecepatan di gerbang depan. Mereka mendadak mulai berteriak
keras bersama-sama, "Gas dia! Gas dia! Gas dia!"
om www.ac-zzz.tk m, truk itu menetek dan melaju pergi. Beberapa ^gota Klan melompat
berdiri, siap bertempur, ppi bocah-bocah itu sudah menghilang, tak pernah
kembali lagi. Kehadiran mencolok polisi patroli jalan raya membuat situasi terkendali.
Pasukan itu berdiri berkelompok-kelompok, mengawasi lalu lintas, mengawasi
dengan ketat para anggota Klan dan kaum skinhead. Sebuah helikopter
berputar-putar di atas. Goodman akhirnya memerintahkan kegiatan analisis pasar dihentikan.
Selama lima hari yang panjang, mereka membukukan dua ribu telepon. Ia
membayar para mahasiswa itu, menyingkirkan telepon genggam, dan berkalikali
mengucapkan terima kasih kepada mereka. Tak seorang pun di antara
mereka rasanya bersedia menyerah, maka mereka berjalan bersamanya ke
gedung kapitol, tempat demonstrasi menyalakan lilin sedang berlangsung di
tangga depan. Gubernur masih berada di kantornya di lantai dua.
Salah satu mahasiswa itu menawarkan diri untuk membawakan telepon pada
John Bryan Glass yang sedang berada di Mahkamah Agung Mississippi di


Kamar Gas The Chamber Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seberang jalan. Goodman meneleponnya, lalu menelepon Kerry, lalu menelepon Joshua Caldwell, seorang sahabat lama yang setuju menunggu di
meja kerja Death Clerk di Washington. Goodman sudah menempatkan setiap
orang pada posisi. Semua telepon bekerja. Ia menelepon Adam. Sam sedang menghabiskan santapan terakhirnya, kata Adam. dan ia tak ingin bicara dengan
Goodman. Namun ia ingin mengucapkan terima kasih atas segalanya.
Ketika kopi dan es krim itu habis, Sam berdiri dan meregangkan kaki.
Donnie lama terdiam. Ia menderita dan siap pergi. Nugent akan segera datang,
Donnie ingin mengucapkan selamat tinggal sekarang
Ada noda es krim pada kemeja Sam, Donnie mencoba menghapusnya dengan
serbet. "Itu tidak penting." kata Sam. menyaksikan adiknya.
Donnie terus menangis. "Yeah, kau benar. Lebih baik aku pergi sekarang.
Sam. Mereka akan ke sini sebentar lagi "
www.ac-zzz.tk Dua laki-laki itu berpelukan lama. saling menepuk lembut punggung masingmasing.
"Aku menyesal, Sam," kata Donnie, suaranya bergetar. "Aku sungguh
menyesal" Mereka memisahkan diri, masih saling memegang pundak, mata kedua lakilaki itu
berkaca-kaca, tapi tidak meneteskan air mata. Mereka tak sampai hati
menangis di hadapan satu sama lain. "Jaga dirimu." kata .Sam "Kau juga
Panjatkan doa, Sam. okc7" "Ya. Terima kasih atas segalanya. Kau satu-satunya
yang peduli." Donnie menggigit bibir dan menyembunyikan
' dari tatapan Sam. la berjabatan dengan ttan tapi wk sanggup mengucapkan
sepatah kata la berjalan di belakang Sam sampai kc pintu.
jju meninggalkan mereka. Tak ada kabar dari Mahkamah Agung?" tanya Sam tak terduga, seolah-olah
mendadak percaya masih ada peluang.
"Tidak." kata Adam sedih.
"Di Cina. mereka menyelinap di belakangmu dan menembakkan sebutir
peluru ke kepalamu. Tak ada mangkuk nasi terakhir. Tak ada selamat tinggal.
Tak ada saat menunggu. Bukan gagasan buruk.* ,
Adam melihat jam tangan untuk kesejuta kali dalam satu jam terakhir ini.
Sejak sore terasa kesenjangan-kesenjangan saat jam seakan-akan lenyap, lalu
mendadak waktu berhenti. Waktu terbang, lalu merangkak. Seseorang
mengetuk pintu. "Masuk," kata Sam samar-samar.
Pendeta Ralph Griffin masuk dan menutup pintu, la sudah dua kali menemui
Sam siang tadi, dan jelas terguncang berat. Ini eksekusinya yang pertama, dan
ia sudah memutuskan ini akan jadi yang terakhir baginya. Sepupunya di senat
negara bagian harus mencarikan pekerjaan lain untuknya, h mengangguk pada
Adam dan duduk di samping Sam di bangku. Saat ttu hampir pukul 21.00.
"Kolonel Nugent ada di luar sana, Sam Katanya dia sedang menunggu Anda."
"Nih, kalau- begitu, kita jangan keluar. Kita
duduk di sini saja."
www.ac-zzz.tk sempit itu dan melangkah ke Kamar Gas, tempat sedang diadakannya
persiapan terakhir. Sang algojo sedang sibuk dan sangat terkendali.
? Ia seorang laki-laki pendek kuras bernama Bill
? Monday. Ia benari sembilan dan akan mendapatkan lima ratus dolar untuk
jasanya bila eksekusi benar-benar berlangsung. Menurut undang-undang, ia
dipilih Gubernur. Ia ada dalam bilik sempit yang dikenal sebagai Ruang Kimia,
kurang dari saru setengah meter dari Kamar Gas. Ia sedang mengamati
checklist pada. clipboard. Di hadapannya, di atas counter, ada kaleng berisi
satu pon pellet sodium sianida, botol sembilan pon asam sulfat, kaleng satu pon
asam kaustik, botol besi berisi lima puluh pon amonia, dan satu botol berisi
lima galon air suling. Di sampingnya, di atas counter lain yang lebih kecil, ada
tiga masker gas, tiga pasang sarung tangan karet, sebuah corong, sabun,
handuk tangan, dan lap pel. Di antara dua counter itu ada pot pencampur
asam, ditempatkan di atas pipa bergaris tengah lima senti yang terjulur ke
dalam lantai, ke bawah dinding, dan muncul lagi ke permukaan di samping
Kamar Gas dekat tuas-tuas.
Monday punya tiga checklist. Satu berisi instruksi untuk mencampurkan
bahan-bahan kimia itu: asam sulfat dan air suling dicampur sampai mencapai
konsentrasi sekitar 41 persen, larutan soda kaustik dibuat dengan melarutkan
satu pon asam kaustik dalam dua setengah galon air, dan ada beberapa
098 bahan lain yang harus dicampurkan untuk membersihkan Kamar Gas setelah
eksekusi selesai. Sam 0tar berisi segala bahan kimia dan perlengkapan yang
diperlukan. Daftar ketiga adalah prosedur yang hams diikuti pada eksekusi
sebenarnya. Nugent bicara dengan Monday; segalanya berjalan seperti yang direncanakan. Salah satu asisten Monday mengoleskan gemuk di tepian jendela
Kamar Gas. Seorang anggota tim eksekusi berpakaian preman memeriksa sabuk
dan pengikat pada kursi kayu. Dokter sedang mengotak-atik monitor EKG. Pintu
terbuka ke luar, tempat sebuah ambulans sudah terparkir.
www.ac-zzz.tk Nugent melihat checklist itu sekali lagi, meskipun sudah lama menghafalnya. Bahkan ia sebenarnya sudah menulis satu checklist lagi, suatu
bagan yang disarankannya untuk mencatat eksekusi tersebut. Bagan itu akan
dipakai oleh Nugent, Monday, dan asisten Monday. Bagan itu berisi daftar
kronologis bernomor tentang peristiwa-peristiwa dalam eksekusi itu: air dan
asam dicampur, tahanan memasuki kamar gas, pintu kamar gas di-[ kunci,
sodium sianida dimasukkan dalam asam, gas menimpa wajah tahanan, tahanan
terlihat jelas tak sadarkan diri, tahanan pasti tak sadarkan diri,
gerakangerakan tubuh tahanan, gerakan terakhir yang terlihat, jantung berhenti,
pemapasan berhenti, katup ventilasi dibuka, katup pembersih dibuka, katup
udara dibuka, pintu kamar gas dibuka, tahanan dikeluarkan dari Kamar Gas,
tahanan di929 nyatakan mati. Di samping masing-masing catatan itu ada garis kosong
untuk mencatat waktu antara peristiwa sebelumnya.
Dan ada satu daftar eksekusi, bagan berisi 29 langkah untuk memulai dan
menyelesaikan tugas itu. Tentu saja daftar eksekusi itu punya lampiran, daftar
tentang lima belas hal yang harus dilakukan setelah eksekusi terlaksana - yang
terakhir adalah membawa narapidana itu ke dalam ambulans.
Nugent tahu setiap langkah dalam setiap daftar. Ia tahu bagaimana
mencampur bahan-bahan kimia, bagaimana membuka katup, berapa lama harus
membiarkannya terbuka, dan bagaimana menutupnya. Ia tahu semuanya.
Ia melangkah ke luar untuk bicara dengan sopir ambulans dan mencari
udara, lalu berjalan kembali melewati Ruang Isolasi, menuju Tier A. Seperti
yang lainnya, ia sedang menunggu Mahkamah Agung terkutuk itu memutuskan
eksekusi jadi dilaksanakan atau tidak.
Ia mengirimkan dua penjaga bertubuh paling tinggi ke tier untuk menutup
jendela-jendela di atas dinding luar. Seperti bangunan itu sendiri,
jendelajendela itu sudah berumur 36 tahun dan tidak dapat ditutup dengan tenang.
Penjaga-penjaga itu mendorongnya sampai terbanting dengan suara keras, tiap
kali bergema di tier itu. Semuanya ada 35 jendela, setiap narapidana tahu
www.ac-zzz.tk jumlahnya dengan tepat, dan setiap kali satu jendela tertutup, tier itu jadi
lebih gelap dan sunyi. 930 Dua penjaga itu akhirnya selesai dan berlalu. The Row sekarang terkunci
rapat - setiap narapidana ada di dalam sel, semua pintu terkunci,
puma jendela tertutup. Sam mulai gemetar bersama tertutupnya jendela. Kepalanya tertunduk
makin rendah. Adam melingkarkan lengan pada'pundaknya yang rapuh.
"Aku selalu menyukai jendela-jendela itu," kata Sam, suaranya rendah dan
parau. Satu regu penjaga berdiri tak sampai empat setengah meter dari sana,
mengintip lewat pintu tier seperti anak-anak di kebun binatang, dan Sam tak
ingin ucapannya terdengar. Sulit membayangkan Sam menyukai apa pun di
tempat ini. "Dulu, bila hujan lebat turun, airnya akan bepercikan ke jendela,
sebagian akan masuk dan menetes ke lantai. Aku suka hujan.
" Dan rembulan. Kadang-kadang, bila tak ada awan, aku bisa berdiri di selku
dan sepintas memandang bulan melalui jendela-jendela itu. Aku selalu ber'?
tanya-tanya dalam hati, mengapa mereka tidak memasang lebih banyak
jendela di sini. Maksudku, aduh, maaf, Pak Pendeta, bila mereka bertekad
mengurungku dalam sel sepanjang hari, mengapa
laku tak boleh melihat ke luar" Aku tak pernah mengerti. Kurasa aku tak
pernah mengerti banyak hal." Suaranya mengecil, lalu lenyap, dan beberapa
[ lama ia tidak bicara lagi.
Dari kegelapan bergaung suara tenor sendu si
tPreacher Boy menyanyikan Just a Closer Walk with Thee. Nyanyian itu
cukup merdu. 931 "Just a closer walk with Thee, Grant it, Jesus, is my plea, Daily walking
close to Thee..." "Diam!" seorang penjaga berseru. "Biarkan dia!" Sam balas berseru,
membuat Adam dan Ralph terkejut. "Nyanyikanlah, Randy," kata Sam, cukup
www.ac-zzz.tk keras untuk didengar di sebelah. Preacher Boy berhenti beberapa saat,
perasaannya jelas terluka, lalu mulai lagi.
Sebuah pintu terempas entah di mana, dan Sam melonjak. Adam menekan
pundaknya dan ia tenang kembali. Matanya menerawang dalam kegelapan
lantai. ?"Kurasa Lee takkan datang," katanya, ucapannya datar.
Adam berpikir sejenak, dan memutuskan untuk menceritakan yang
sebenarnya. "Aku tak tahu di mana dia. Sudah sepuluh hari aku tidak bicara
dengannya." "Kupikir dia ada di klinik rehabilitasi."
"Kupikir begitu, tapi aku tidak tahu di mana. Maaf. Sudah kucoba segala
cara untuk menemukannya.".
"Aku banyak memikirkannya hari-hari terakhir ini. Tolong katakan padanya."
"Baiklah." Bila Adam bertemu lagi dengan Lee, ingin rasanya ia mencekik
bibinya itu. "Dan aku banyak memikirkan Eddie."
"Dengar, Sam, kita tak punya banyak waktu.
Mari kita bicara tentang hal-hal yang menyenang-Ican, oke?"
"Aku ingin kau memaafkan apa yang kuperbuat
terhadap Eddie." "Aku sudah memaafkanmu, Sam. Itu sudah selesai. Aku dan Carmen
memaafkanmu." Ralph menundukkan kepala di samping kepala Sam dan berkata, "Mungkin
ada beberapa orang lain yang harus kita pikirkan juga, Sam."
"Mungkin nanti," kata Sam.
Pintu tier terbuka di ujung gang, dan terdengar suara langkah bergegas ke
arah mereka. Lucas Mann, dengan seorang penjaga di belakangnya, berhenti di
sel terakhir dan melihat tiga sosok samar-samar berkerumun rapat di ranjang.
"Adam, ada telepon untukmu," katanya cemas. "Di kantor depan."
Tiga sosok bayangan itu menegak bersamaan. Adam melompat berdiri dan
tanpa sepatah kata pun melangkah keluar dari sel ketika pintu dibuka.
www.ac-zzz.tk Perutnya bergolak hebat ketika ia setengah berlari melintasi tier itu. "Kalahkan
mereka, Adam," kata J.B. Gullit ketika ia lewat dengan terburu-buru.
"Dari siapa?" tanya Adam pada Lucas Mann yang ada di sebelahnya,
mengikuti setiap langkah.
"Garner Goodman."
Mereka berkelok-kelok di tengah MSU dan tergopoh-gopoh ke kantor depan.
Telepon tergeletak di meja. Adam meraihnya dan duduk di bangku.
"Garner, ini Adam."
"Aku ada di gedung kapitol, Adam, di rotunda di luar kantor Gubernur.,
Mahkamah Agung baru saja menolak semua petisi permohonan peninjauan u
Jang kita. Tak ada lagi yang tersisa di sana."
Adam memejamkan mata dan terdiam. "Ah, kurasa inilah akhirnya,"
katanya, memandang Lucas Mann. Lucas mengernyit dan menjatuhkan kepala.
"Tetaplah di sana. Gubernur akan memberikan pengumuman. Aku akan
meneleponmu lima menit lagi." Goodman menghilang.
Adam meletakkan telepon dan menatapnya. "Mahkamah Agung menolak
segalanya," ia melapor kepada Mann. "Gubernur akan memberikan pernyataan.
Sebentar lagi dia akan menelepon kembali."
Mann duduk. "Aku ikut sedih, Adam. Sangat sedih. Bagaimana perasaan
Sam?" "Kurasa Sam jauh lebih tabah menghadapi hal ini daripadaku."
"Aneh, kan" Ini eksekusiku yang kelima, dan aku selalu tercengang melihat
betapa tenangnya mereka pergi. Mereka menyerah ketika cuaca jadi gelap.
Mereka menikmati santapan terakhir, mengucapkan selamat tinggal kepada
keluarga, dan jadi tenang menghadapi segalanya. Kalau aku, mungkin aku akan
menendang-nendang, menjerit, menangis. Akan butuh dua puluh orang untuk
menyeretku keluar dari Sel Observasi."
Adam berhasil melontarkan senyum sepintas, lalu melihat kotak sepatu
dalam keadaan terbuka www.ac-zzz.tk di meja. Kotak itu dilapisi aluminium foil dan ada beberapa potong remah
kue di dasarnya Benda itu tak ada di sana ketika mereka berlalu satu jam yang
lalu. "Apa itu?" ia bertanya, tidak benar-benar ingin tahu.
"Itu kue eksekusi."
"Kue eksekusi?"
"Yeah, wanita kecil yang tinggal di ujung jalan
itu membuatnya tiap kali ada eksekusi." >
"Kenapa?" "Entahlah. Aku sama sekali tidak tahu."
"Siapa yang memakannya?" tanya Adam, melihat kue dan remah-remah yang
tersisa seolah-olah melihat racun.
"Para penjaga dan narapidana pekerja"
Adam menggelengkan kepala. Terlalu banyak urusan dalam otaknya untuk
menganalisis maksud di balik sajian kue eksekusi tersebut.
Untuk peristiwa itu, David McAllister berganti memakai setelan jas biru tua,
kemeja putih yang bani disetrika, dan dasi merah anggur. Ia menyisir dan
menyemprot rambut, menggosok gigi, lalu berjalan ke dalam kantornya dari
pintu samping. Mona Stark sedang meneliti angka-angka.
"Telepon-telepon itu akhirnya berhenti," katanya lega.
"Aku tak ingin mendengarnya," kata McAllister, memeriksa dasi dan giginya
di cermin. "Mari berangkat."
Ia membuka pintu dan melangkah ke serambi; dua pengawal pribadi
menemuinya. Mereka mengapitnya sewaktu ia berjalan ke rotunda tempat


Kamar Gas The Chamber Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

lampu-lampu terang sedang menanti. Serombongan reporter dan kamera
mendesak ke depan untuk mendengarkan pengumuman. Ia melangkah ke
podium sementara, dengan selusin mikrofon tergabung jadi satu. Ia meringis
terkena sinar lampu-lampu itu, menunggu mereka tenang, lalu^ bicara.
"Mahkamah Agung Amerika Serikat baru saja menolak pengajuan peninjauan
kembali vonis terhadap Sam Cayhali," katanya dramatis, seolah-olah para
reporter itu belum mendengar hal tersebut. Ia berhenti lagi, sementara kamera
berdetakan dan mikrofon menunggu. "Dengan demikian, setelah tiga sidang di
www.ac-zzz.tk hadapan juri, setelah sembilan tahun upaya banding melalui setiap pengadilan
yang ada di bawah konstitusi kita, setelah kasus ini diperiksa kembali oleh tak
kurang dari 47 hakim, akhirnya keadilan tiba bagi Sam Cayhali. Kejahatannya
dilakukan 23 tahun yang lalu. Keadilan mungkin berjalan lamban, tapi tetap
bekerja. Saya menerima banyak telepon yang meminta saya mengampuni Mr.
Cayhali, tapi saya tak dapat melakukannya. Saya tak dapat mengabaikan
kebijaksanaan juri yang memvonisnya, dan saya tak bisa pula memaksakan
pertimbangan saya sendiri atas keputusan yang telah diambil oleh berbagai
pengadilan kita. Saya pun tidak bersedia menentang keinginan keluarga
Kramer, sahabat-sahabat saya." Berhenti lagi.
Ia bicara tanpa catatan, dan langsung terlihat bahwa ia sudah lama
mempersiapkan komentar ini. "Besar harapan saya bahwa eksekusi terhadap
Sam Cayhali akan membantu menghapuskan bab menyedihkan dalam sejarah
negara bagian kita. Saya menghimbau semua warga Mississippi untuk bersatu
sejak malam yang menyedihkan ini, dan mengupayakan persamaan. Semoga
Tuhan mengampuni jiwanya."
Ia mundur sementara pertanyaan-pertanyaan beterbangan. Pengawal
pribadi membuka pintu samping dan ia pun menghilang. Mereka menuruni
tangga dan keluar dari pintu utara, tempat sebuah mobil sudah menunggu. Satu
mil dari sana, sebuah helikopter juga sedang menunggu.
Goodman berjalan keluar dan berdiri di samping meriam tua, yang entah
mengapa dibidikkan ke gedung-gedung tinggi di tengah kota. Di bawahnya, di
kaki tangga depan, sekelompok besar pemrotes memegang lilin. Ia menelepon
Adam dengan berita itu, lalu berjalan menerobos orang banyak yang
memegangi lilin itu, dan meninggalkan gedung kapitol. Sebuah lagu pujian
mulai dinyanyikan ketika ia menyeberangi jalan, dan setelah dua blok nyanyian
itu perlahan-lahan menghilang. Ia berkeliaran sebentar, lalu berjalan ke arah
kantor Irlez Kerry. LIMA PULUH www.ac-zzz.tk Perjalanan kembali ke Sel Observasi jauh lebih panjang dari sebelumnya.
Adam seorang diri menyusuri tempat itu, yang sekarang terasa begitu biasa.
Lucas Mann menghilang entah di mana dalam labirin The Row.
Sewaktu menunggu di depan pintu berat berjeruji di tengah bangunan itu,
Adam mendadak tersadar akan dua hal. Pertama, banyak orang berlalu lalang
sekarang - lebih banyak penjaga, lebih banyak orang tak dikenal dengan lencana
plastik dan pistol di pinggang, lebih banyak laki-laki berwajah keras dengan
kemeja lengan pendek dan dasi poliester. Ini suatu fenomena besar, peristiwa
oti terlalu menegangkan untuk dilewatkan. Adam memperkirakan setiap
pegawai penjara yang punya cukup kekuasaan dan pengaruh tentu akan berada
di The Row saat vonis mati Sam dilaksanakan.
Hal kedua yang ia sadari adalah kemejanya telah basah kuyup dan kerahnya
menempel ke leher. Ia mengendurkan dasi ketika pintu berdetak
teras, lalu bergeser terbuka diiringi dengung motor listrik tersembunyi.
Seorang penjaga di suatu tempat di "tengah simpang siurnya dinding beton,
jendela, dan jeruji sedang mengawasi dan menekan tombol yang tepat. Ia
melangkah lewat, masih sambil mengendurkan ikatan dasi dan kancing di
bawahnya, dan berjalan ke penghalang berikutnya, sebuah dinding jeruji
menuju Tier A. Ia menyeka kening, tapi tak ada keringat di sana. Ia mengisi
paru-paru dengan udara panas dan lembap.
Karena semua jendela tertutup, tier itu sekarang terasa mencekik.
Terdengar suara klik keras lagi, dengung motor listrik lain, dan ia melangkah ke
gang sempit yang kata Sam lebarnya dua meter lebih. Tiga lampu neon kusam
melontarkan sinar redup ke langit-langit dan lantai. Ia mendorong kakinya yang
berat melewati sel-sel gelap, semua terisi dengan pembunuh brutal yang
sekarang berdoa atau merenung, beberapa bahkan menangis.
"Kabar baik. Adam?" J.B. Gullit bertanya dari kegelapan
Adam tak menjawab. Masih terus berjalan, ia menengadah memandangi
jendela-jendela dengan berbagai warna cat tertempel pada daunnya yang
kuno, dan ia tersentak oleh pertanyaan berapa banyak pengacara sebelum
dirinya yang pernah melakukan perjalanan terakhir dari kantor depan ke Sel
www.ac-zzz.tk Observasi untuk memberitahu orang yang sedang sekarat bahwa helaian tipis
harapan terakhir sekarang sudah lenyap. Tempat itu punya sejarah
eksekusi yang sangat kaya, jadi ia menyimpulkan sudah ada banyak orang
lain yang menderita di sepanjang jalan ini. Gamer Goodman sendiri pernah
membawakan berita terakhir itu untuk Maynard Tole, dan ini memberi Adam
sedikit kekuatan yang sangat ia butuhkan.
Ia tak menghiraukan tatapan ingin tahu sekelompok orang yang berdiri dan
mengawasinya di ujung tier. Ia berhenti di sel terakhir, menunggu, dan pintu
itu dengan patuh membuka. Sam dan sang Pendeta masih duduk di ranjang, .
berbisik-bisik, kepala mereka hampir bersentuhan dalam kegelapan. Mereka
mengangkat muka memandang Adam yang duduk di samping Sam dan
melingkarkan lengan pada pundaknya, pundak yang sekarang serasa lebih rapuh
lagi. "Mahkamah Agung baru saja menolak segalanya," katanya sangat pelan,
suaranya di ambang tangis. Sang Pendeta mengembuskan rintihan pedih. Sam
mengangguk, seolah-olah ini memang sudah terduga. "Dan Gubernur baru saja
menolak memberikan pengampunan."
Sam mencoba mengangkat pundak dengan berani, tapi tak ada cukup
tenaga. Ia terpuruk makin rendah lagi.
"Semoga Tuhan mengampuni," kata Ralph Griffin.
"Kalau begitu, semuanya selesai," kata Sam. "Tak ada apa pun yang tersisa,"
bisik Adam. Gumam tegang dapat terdengar dari pasukan
pelaksana hukuman mati yang berjejalan di ujung
tier. Akhirnya ini terjadi juga. Pintu terbanting entah di mana di belakang
mereka, dari arah Kamar Gas, dan lutut Sam terentak.
Ia diam beberapa saat - satu atau lima belas menit, Adam tak tahu. Waktu
masih melesat tiba-tiba, dan berhenti.
"Kurasa kita hams berdoa sekarang, Pak Pendeta," kata Sam.
"Kurasa begitu. Kita sudah cukup lama menunggu."
"Bagaimana Anda akan melakukannya?"
"Ah, Sam, tepatnya apa yang ingin Anda doaykan?"
www.ac-zzz.tk Sam merenungkannya sejenak, lalu berkata, "Saya ingin memastikan Tuhan
tidak marah pada saya saat saya mati." "Gagasan bagus. Dan mengapa Anda berpikir
Tuhan mungkin marah pada Anda?" "Cukup jelas, bukan?"
Ralph menggosokkan kedua belah tangan. "Saya rasa cara terbaik adalah
mengakui dosa-dosa Anda, dan memohon agar Tuhan mengampuni Anda."
"Semuanya?" "Anda tak perlu mendaftar semuanya, minta saja
agar Tuhan mengampuni segalanya." "Semacam pertobatan total?" vfifl
"Yeah, begitulah. Dan itu akan berhasil, bila
Anda serius." t "Saya sangat serius mati."
"Apakah Anda percaya akan neraka, Sam?" "Saya percaya."
"Apakah Anda percaya akan surga. Sam?" "Saya percaya"
"Apakah Anda percaya semua orang Kristen masuk ke surga?"
Sam memikirkan hal ini lama-lama, lalu mengangguk sedikit sebelum
bertanya. "Anda percaya?" "Ya. Sam. Saya percaya." "Kalau begitu, saya percaya
apa kata Anda" "Bagus. Percayalah pada saya tentang hal ini,
"Rasanya terlalu mudah. Anda tahu. Saya memanjatkan doa pendek, dan
segalanya diampuni." "Mengapa itu meresahkan Anda?" "Sebab saya telah
melakukan beberapa perbuatan buruk. Pak Pendeta."
"Kira semua pernah melakukan perbuatan buruk. Tuhan kita adalah Tuhan
dengan kasih tak ter-bmgga
"Anda tak pernah melakukan apa yang saya
"Apakah Anda akan merasa lebih lega bila membicarakannya ?"
"Yeah. rasanya tidak enak kecuali saya mengatakannya." "Saya ada di sini,
Sam." "Apakah aku harus pergi dulu?" tanya Adam. am mencengkam iutut.
Tidak. "Kita tak punya banyak waktu. Sam," kata Ralph, sambil melihai sepintas ke
balik jeruji. www.ac-zzz.tk Sam menghela napas dalam, lalu bicara dengan suara rendah yang monoton,
berhati-hati supaya hanya Adam dan Ralph yang bisa mendengar. "Saya
membunuh Joe Lincoln dengan darah dingin. Saya sudah mengatakan saya
menyesal." Ralph menggumamkan sesuatu pada diri sendiri sambil mendengarkan. Ia
sudah tenggelam dalam doa.
"Dan saya membantu saudara-saudara saya membunuh dua orang yang
membunuh ayah kami. Terus terang, saya tak pernah menyesali hal itu sampai
sekarang. Hidup manusia rasanya jauh lebih berharga hari-hari ini. Saya keliru.
Dan saya ambil bagian dalam penghukuman semena-mena sampai mati ketika
saya berumur lima belas atau enam belas tahun. Saya cuma bagian dari
gerombolan itu, dan mungkin saya lakkan mampu menghentikannya seandainya
mencoba. Tapi saya tak mencobanya, dan saya merasa bersalah akan hal itu."
Sam berhenti. Adam menahan napas dan berharap pengakuan itu sudah
selesai. Ralph menunggu dan menunggu, dan akhirnya bertanya, Ttu saja.
Sam?" "Tidak. Masih ada satu lagi." Adam memejamkan mata dan bersiaga
mendengarnya. Matanya berkunang-kunang dan ia ingm muntah.
"Ada pembunuhan tanpa peradilan lainnya. Seorang bocah bernama Cetus.
Saya tak ingat nama keluarganya. Pembunuhan oleh Klan. Saya berumur
delapan belas tahun. Itu saja yang bisa saya katakan. "
Mimpi buruk ini takkan pernah berakhir, pikir Adam.
Sam menarik napas daiam dan terdiam beberapa menit. Ralph berdoa keras.
Adam cuma menunggu. "Saya tidak membunuh anak-anak Kramer itu," kata Sam, suaranya bergetar.
"Saya tak ada urusan berada di sana, dan saya salah telah terlibat dalam
kekacauan itu. Bertahun-tahun saya menyesalinya, semuanya. Keliru bergabung
dengan Klan, ntem-bencj semua orang, dan memasang bom. Tapi saya tidak
membunuh anak-anak itu. Tak ada niat mencelakakan siapa pun. Bom itu
seharusnya meledak tengah malam, ketika tak ada siapa pun di dekat tempat
itu. Itulah yang benar-benar saya yakini. Samun bom itu dirakit orang lain,
bukan saya. Saya cuma mata-mata, sopir, pesuruh. Orang lain m) menyetel
www.ac-zzz.tk bom itu agar meledak jauh lebih lama dari yang saya sangka. Saya tak pernah
tahu pasti apakah dia berniat membunuh seseorang, tapi saya curiga dia
memang punya niat itu."
Adam mendengarkan kata-kata itu, menerimanya, menyerapnya, tapi
terlalu tercengang untuk bergerak.
"Tapi saya seharusnya bisa menghentikannya. Dan itu membuat saya merasa
bersalah. Anak-anak kecil itu akan hidup seandainya saya bertindak lain setelah bom itu
dipasang. Darah mereka ada di
tangan saya, dan bertahun-tahun saya menyesali hal ini."
Ralph dengan lembut meletakkan satu tangan di f belakang kepala Sam.
"Berdoalah bersama saya, Sam." Sam menutup mata dengan dua belah tangan
dan menumpukan siku pada lutut.
"Apakah Anda percaya bahwa Yesus Kristus adalah putra Allah; bahwa Dia
datang ke bumi ini, dilahirkan dari seorang perawan, hidup tanpa dosa,
dihukum, dan wafat di salib sehingga kita bisa mendapatkan keselamatan
abadi" Apakah Anda percaya ini, Sam?" "Ya," bisiknya.
"Dan bahwa Dia bangkit dari kubur dan naik ke
surga?" "Ya." I "Dan bahwa melalui diri-Nya segala dosa Anda j diampuni" Segala hal
mengerikan yang membe-I bani hati Anda sekarang diampuni. Apakah Anda I
percaya ini, Sam?" f "Ya, ya."
Ralph melepaskan kepala Sam dan menyeka air mata. Sam tak bergerak,
cuma pundaknya bergun-1 cang. Adam merapatkan tubuh makin erat.
Randy Dupree mulai menyiutkan bait lain dari \Just a Closer Walk with
Thee. Nadanya jernih dan tepat, dan nyanyian itu bergema merdu di sepanjang
tier. "Pak Pendeta," kata Sam dengan punggung menegak, "apakah anak-anak
Kramer itu ada di surga?"
"Ya." www.ac-zzz.tk "Tapi mereka Yahudi."
"Semua anak masuk ke surga, Sam."
"Apakah saya akan bertemu mereka di sana?"
"Saya tidak tahu. Banyak hal tentang surga yang tidak kita ketahui. Tapi Injil
menjanjikan bahwa takkan ada penderitaan saat kita sampai di sana."
"Bagusi Kalau begitu, saya berharap bisa bertemu dengan mereka."
Suara Kolonel Nugent yang tak mungkin salah didengar memecahkan
ketenangan itu. Pintu tier berdentang, berderak, dan membuka. Ia berjalan
satu setengah meter ke pintu Sel Observasi. Enam penjaga berdiri di
belakangnya. "Sam, sudah saatnya pindah ke Ruang Isolasi," katanya. "Sekarang
pukul 23.00." Tiga laki-laki ku berdiri berdampingan. Pintu sel terbuka, dan Sam
melangkah ke luar. Ia tersenyum pada Nugent, lalu berbalik dan memeluk sang
Pendeta. "Terima kasih," katanya.
"Aku mengasih i mu, saudaraku!" Randy Dupree berteriak dari selnya, tak
sampai tiga meter dari sana.
Sam memandang Nugent dan bertanya, "Bisakah aku mengucapkan selamat
tinggal pada teman-temanku?"
Suatu penyimpangan. Panduan itu cuma mengatakan bahwa tahanan
langsung dibawa dari Sel Observasi ke Ruang Isolasi, tanpa menyebut-nyebut
salam perpisahan terakhir di tier itu. Nugent ter-enyak bingung, tapi setelah
beberapa detik pulih dengan baik. "Tentu, tapi lakukanlah dengan cepat."
Sam berjalan beberapa langkah dan memegang tangan Randy melalui jeruji.
Kemudian ia melangkah ke sel berikutnya dan bersalaman dengan Harry Ross
Scott. Ralph Griffin menyelinap melewati para penjaga dan meninggalkan tier. Ia
menemukan sudut gelap dan menangis bagaikan anak kecil. Ia takkan melihat
Sam lagi. Adam berdiri di pintu sel, dekat Nugent, dan bersama-sama mereka
menyaksikan Sam menyusuri gang, berhenti di setiap sel, membisikkan sesuatu
kepada masing-masing narapidana. Ia menghabiskan waktu paling lama
bersama JB. Gullit yang sedu sedannya bisa terdengar.
www.ac-zzz.tk Kemudian ia berbalik dan berjalan kembali dengan tegar ke arah mereka,
menghitung langkah sambil berjalan, tersenyum pada sahabat-sahabatnya
sepanjang jalan. Ia menggandeng tangan Adam. "Ayo berangkat," katanya pada
Nugent. Begitu banyak penjaga berdesakan di ujung tier, sehingga agak sulit mereka
melewatinya. Nugent berjalan lebih dulu, lalu Sam dan Adam. Kerumunan
manusia yang berjejalan itu menambah suhu udara beberapa derajat dan
beberapa lapis udara lengas. Show of forte itu tentu saja dibutuhkan untuk
menaklukkan tahanan yang bandel, atau mungkin untuk menakutnakutinya agar
menurut. Rasanya konyol luar biasa dengan orang tua kecil
seperti Sam Cay hall. Perjalanan dari satu ruang ke ruang lain hanya butuh beberapa detik,
jaraknya sejauh enam meter, tapi Adam meringis bersama setiap langkah
menyakitkan. Melewati lorong penjaga bersenjata, melewati pintu baja yang
berat, ke dalam ruangan sempit Pintu di dinding seberang tertutup. Pintu itu
menuju Kamar Gas. Kasur lipat lusuh itu dibawa masuk ke sana untuk peristiwa ini. Adam dan
Sam duduk di atasnya. Nugent menutup pintu dan berlutut di hadapan mereka.
Mereka bertiga sendirian. Adam kembali melingkarkan tangan pada pundak
Sara.

Kamar Gas The Chamber Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Nugent memperlihatkan ekspresi amat pedih. Ia meletakkan satu tangan
pada lutut Sam dan berkata, "Sam, kita menyelesaikan semua ini bersamasama.
Sekarang..." "Kau tolol," kata Adam tanpa pikir, tercengang atas komentar luar biasa ini.
"Dia tak bisa lain," kata Sam pada Adam. "Dia memang tolol. Dia bahkan tak
menyadarinya." . Nugent merasakan cacian tajam itu dan berusaha memikirkan
sesuatu yang pantas diucapkan. "Aku cuma berusaha menangani ini, oke?"
katanya pada Adam. "Mengapa kau tidak enyah saja?" kata Adam. "Kau tahu, Nugent?" tanya Sam.
"Aku sudah www.ac-zzz.tk membaca berton-ton buku hukum. Dan aku sudah membaca berhalamanhalaman peraturan
penjara, pan di mana pun tak pernah kubaca peraturan
yang mengharuskan aku melewatkan jam-jam terakhirku bersamamu. Tak
ada undang-undangnya, peraturannya, atau apa pun."
"Keluarlah saja dari sini," kata Adam, siap menyerang bila perlu.
Nugent melompat berdiri. "Dokter akan masuk melalui pintu itu pukul 23.40.
Dia akan menempelkan stetoskop ke dadamu, kemudian berlalu. Pukul 23.55,
aku akan masuk, juga lewat pintu itu. [ Saat itu kita akan; pergi ke Kamar Gas.
Ada pertanyaan?" "Tidak. Pergilah," kata Adam, mengibaskan tangan ke pintu. Nugent keluar
dengan cepat. Sekonyong-konyong mereka sendirian. Dengan t satu jam tersisa.
Dua mobil van penjara yang serupa menggelinding lalu berhenti di depan
Balai Pengunjung, diisi de-; lapan wartawan yang beruntung dan seorang
sheriff. Undang-undang mengizinkan, tapi tidak mengharuskan sheriff dari
county tempat kejahatan itu terjadi untuk menyaksikan eksekusi. L Orang yang
menjadi sheriff Washington County pada tahun 1967 sudah lima belas tahun
mati, (api meriff yang sekarang tentu tak mau melewatkan peristiwa ini. Hari
itu ia sudah memberitahu Lucas Mann bahwa ia sepenuhnya berniat
menunaikan apa yang disebutkan oleh undang-undang. Katanya ia merasa berutang pada
masyarakat Greenville dan Washington County.
Mr. Elliot Krammer tidak hadir di Parchman. Ia sudah merencanakannya
bertahun-tahun, tapi dokternya campur tangan pada detik terakhir. Jantungnya
lemah dan itu terlalu riskan. Ruth tak pernah secara serius berpikir untuk
menyaksikan eksekusi tersebut. Ia ada di rumahnya di Memphis, duduk bersama
teman-teman, menunggu hal itu berakhir.
Takkan ada anggota keluarga korban yang hadir untuk menyaksikan
pembunuhan Sam Cayhall. www.ac-zzz.tk Mobil-mobil van itu difoto berkali-kali dan direkam saat mereka berangkat
dan menghilang di jalan masuk utama. Lima menit kemudian, keduanya
berhenti di gerbang MSU. Setiap orang diminta keluar, lalu diperiksa apakah
membawa kamera atau alat perekam. Mereka kembali naik van dan
dipersilakan melewati gerbang. Dua van itu melaju melintasi rumput di
sepanjang bagian depan MSU, mengelilingi lapangan rekreasi di ujung barat,
lalu berhenti sangat dekat dengan ambulans.
Nugent sendiri sedang menunggu. Para wartawan itu turun dari van dan
secara naluriah mulai melihat nyalang ke sekeliling, mencoba menyerap semua
untuk direkam nanti. Mereka tepat berada di luar bangunan persegi dari bata
merah yang tertempel pada bangunan datar dan rendah, yaitu
MSU. Bangunan kecil itu punya dua pintu. Satu tertutup, satu lagi sedang
menunggu mereka. Nugent tidak berselera menghadapi wartawan-wartawan yang ingin tahu. Ia
bergegas membawa -mereka melewati pintu yang terbuka itu. Mereka
melangkah ke dalam ruangan sempit tempat dua deret kursi lipat sudah
menunggu, menghadap pa- " nel tirai hitam yang menyeramkan.
"Duduklah," katanya kasar. Ia menghitung delapan reporter, satu sheriff.
Tiga tempat duduk dalam keadaan kosong. "Sekarang pukul 23.10," katanya
dramatis. "Tahanan ada di Ruang Isolasi. Di depan kalian, di balik tirai-tirai
ini, adalah Kamar Gas. Dia akan dibawa masuk pukul 23.55, diikat, pintu dikunci.
Tirai akan dibuka tepat tengah malam, dan saat kalian melihat Kamar Gas,
sang tahanan sudah akan berada di dalam, tak .: sampai setengah meter dari
jendela. Kalian hanya akan melihat belakang kepalanya. Saya tidak merancang
ini, oke" Perlu sekitar sepuluh menit sebelum dia dinyatakan mati. Saat itu
tirai akan ditutup dan kalian kembali ke van. Kalian akan menunggu lama, dan maaf
kalau mangan ini tak ber-AC. Ketika tirai dibuka, segalanya akan berlangsung
cepat. Ada pertanyaan?"
"Apakah Anda sudah bicara dengan tahanan itu?"
fW I "Bagaimana sikapnya"
www.ac-zzz.tk "Saya tidak akan menjawab semua itu. Jumpa pers direncanakan pukul
01.00, dan saat itulah saya
llliilb J/k 951 jiigjji akan menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Saat ini saya sibuk." Nugent
meninggalkan ruang saksi dan mengempaskan pintu di belakangnya. Ia berjalan
di sekitar pojokan dan memasuki Kamar Gas.
"Kita punya waktu kurang dari satu jam. Apa " yang ingin kaubicarakan?"
tanya Sam. "Oh, banyak hal. Tapi kebanyakan tak menyenangkan."
"Rasanya sulit melakukan percakapan yang menyenangkan pada titik ini, kau
tahu." "Apa yang kaupikirkan saat ini, Sam" Apa yang terlintas dalam pikiranmu?"
"Segalanya." "Apa yang kautakuti?"
"Bau gas itu. Apakah itu menyakitkan atau tidak. Aku tak ingin menderita,
Adam. Aku berharap itu berlangsung cepat. Aku ingin menghirupnya banyakbanyak,
dan mungkin aku langsung melayang tak sadarkan diri. Aku tidak takut
pada kematian, Adam, tapi saat ini aku takut sekarat. Aku cuma berharap
semua ini selesai. Saat menunggu ini mengerikan." "Apakah kau siap?"
"Hati kecilku yang keras ini sudah damai. Aku telah melakukan berbagai
perbuatan buruk, Nak, tapi aku merasa Tuhan akan memaklumi. Tentu saja aku
tak layak menerimanya."
"Mengapa kau tidak menceritakan padaku tentang orang yang bersamamu?"
"Panjang ceritanya. Kita tak punya banyak
waktu." "Itu seharusnya bisa menyelamatkan nyawamu."
"Tidak, tak seorang pun akan percaya. Pikirkanlah. Dua puluh tiga tahun
kemudian aku mendadak mengubah cerita dan menimpakan semua kesalahan
kepada orang misterius. Janggal sekali."
"Mengapa kau bohong padaku?"
"Aku punya alasan."
www.ac-zzz.tk "Untuk melindungiku?"
"Itu salah satunya."
"Dia masih di luar sana, kan?"
"Ya. Dia ada di dekat sini. Bahkan saat ini dia mungkin ada di depan sana
bersama orang-orang gila lain. Cuma mengawasi. Tapi kau takkan pernah
melihatnya." "Dia membunuh Dogan dan istrinya?"
"Ya." "Dan putra Dogan?" "Ya."
"Dan Clovis Brazelton?"
"Mungkin. Dia pembunuh yang sangat cakap, Adam. Dia mematikan, dia
mengancam aku dan Dogan pada sidang pertama,"
"Apakah dia punya nama?" r "Tidak. Aku toh takkan mengatakannya padamu.
Kau takkan boleh mengucapkan sepatah kata pun tentang ini."
"Kau mati karena kejahatan orang lain."
"Tidak. Seharusnya aku bisa menyelamatkan
bocah-bocah itu. Dan Tuhan tahu aim sudah cukup banyak membunuh
orang. Aku pantas menerima ini, Adam."
"Tak seorang pun pantas menerima ini." "Ini jauh lebih baik daripada hidup.
Seandainya mereka membawaku kembali ke sel saat Tni juga dan mengatakan
padaku aku akan tinggal di sana sampai mati, tahukah kau apa yang akan
kulakukan?" "Apa?"
"Aku akan bunuh diri."
Setelah menghabiskan jam terakhir itu dalam sebuah sel, Adam tak dapat
mendebat ini. Ia bisa memahami kengerian hidup 23 jam sehari dalam sangkar
sempit. "Aku hipa rokokku," kata Sam, meraba saku kemeja. "Kurasa sekarang saat
yang tepat untuk berhenti."
"Apakah kau mencoba melucu?" "Yeah."
"Itu tak berhasil."
www.ac-zzz.tk "Apakah Lee pernah memperlihatkan padamu buku dengan foto pembunuhanku di dalamnya?"
"Dia tidak memperlihatkannya padaku. Dia mengatakan tempat buku itu,
dan aku menemukannya."
"Kaulihat foto itu?" "Ya."
Testa biasa, kan?" "Menyedihkan."
"Apakah kau melihat foto lainnya, satu halaman sesudah itu?"
fpgTa. Dua anggota Klan." "Dengan jubah, kerudung, dan topeng?" "Ya, aku
rnelihatnya." "Itu aku dan Albert. Aku bersembunyi di balik
salah satu topeng itu."
Saraf Adam sudah melewati titik batas terguncang. Foto-foto mengerikan
itu berkelebat dalam pikiran, dan ia mencoba menyisihkannya. "Mengapa kau
menceritakan ini padaku, Sam?"
"Sebab rasanya melegakan. Sebelum ini aku tak pernah mengakuinya, dan
ada kelegaan dalam menghadapi kebenaran. Aku sudah merasa lebih baik."
"Aku tak ingin mendengar lebih banyak lagi." "Eddie tak pernah tahu. Dia
menemukan buku 1 itu di gudang atas, dan entah bagaimana menduga aku ada
di foto lainnya. Tapi dia tidak tahu aku salah satu dari dua orang Klan itu."
"Mari jangan bicara tentang Eddie, oke?"' "Gagasan bagus. Bagaimana dengan
Lee?" "Aku marah pada Lee. Dia lari dari kita." "Tentu menyenangkan
seandainya bisa bertemu dengannya, kau tahu. Itu menyakitkan. Tapi aku
begitu senang Carmen datang."
Akhirnya, pokok pembicaraan yang menyenangkan. "Dia orang yang
menyenangkan," kata Adam.
"Gadis hebat. Aku sangat bangga denganmu, Adam, dan dengan Carmen.
Kalian punya semua gen bagus dari ibumu. Aku sungguh beruntung punya dua
cucu yang hebat." Adam mendengarkan dan tidak berusaha menanggapi. Sesuatu
berdentang di sebelah, dan mereka berdua melonjak.
"Nugent pasti sedang main-main dengan peralatannya di sana," kata Sam,
pundaknya bergetar lagi. "Tahukah kau apa yang menyakitkan?" "Apa?"
www.ac-zzz.tk "Aku sudah berpikir banyak tentang ini, benar-benar memeras otak
beberapa hari terakhir ini. Aku melihatmu, dan melihat Carmen, dan aku
menyaksikan dua anak muda cemerlang dengan pikiran dan hati terbuka. Kalian
tidak membenci siapa pun. Kalian toleran dan berpikiran luas, berpendidikan
baik, ambisius, pergi ke mana-mana tanpa beban yang kubawa sejak lahir. Dan
aku melihatmu, cucuku, darah dagingku, dan aku bertanya pada diri sendiri.
Mengapa aku tidak menjadi sesuatu yang lain" Seperti kau dan Carmen" Sulit
untuk mempercayai kita benar-benar punya hubungan keluarga." "Sudahlah,
Sam. Jangan lakukan ini." "Aku tak tahan." "Sudahlah, Sam."
"Oke, oke. Sesuatu yang menyenangkan." Suaranya menghilang dan ia
membungkuk. Kepalanya tertunduk dalam dan bergantung nyaris di antara
kaki. Adam ingin percakapan mendalam tentang pelaku kejahatan yang misterius
itu. Ia ingin mengetahui semuanya, perincian sebenarnya dari pengeboman
tersebut, pelariannya, bagaimana dan me956
1 ngapa Sam tertangkap. Ia juga ingin tahu apa yang terjadi dengan orang ini,
terutama karena ia ada di bar sana, mengawasi dan menunggu. Namun
pertanyaan-pertanyaan ini takkan dijawab, jadi ia membiarkannya. Sam akan
membawa banyak rahasia ke kuburnya.
Kedatangan helikopter Gubernur menciptakan kegaduhan sepanjang pintu
depan Parchman. Heli-I kopter itu mendarat di sisi lain jalan raya, tempat
sebuah van penjara sudah menunggu. Dengan seorang pengawal di masingmasing siku
dan Mona Stark memburu di belakang, McAllister berlari tergesagesa ke dalam van.
"Itu Gubernur!" seseorang berseru. Suara nyanyian dan doa
terhenti sejenak. Kamera berpacu merekam van yang melewati gerbang depan
dan menghilang. Beberapa menit kemudian, kamera berhenti dekat ambulans di belakang
MSU. Para pengawal dan Miss Stark tetap berada dalam van. Nugent
menyambut Gubernur dan mengawalnya ke dalam mang saksi; ia duduk di
www.ac-zzz.tk deretan depan. Ia mengangguk kepada saksi-saksi lain, sekarang semuanya
sudah berkeringat dan basah kuyup. Ruangan itu panas seperti oven. Nyamuknyamuk
hitam beterbangan menumbuk dinding. Nugent bertanya apakah ada
sesuatu yang bisa ia ambilkan untuk Gubernur.
"Popcorn," McAllister melucu, tapi tak seorang pun tertawa. Nugent
mengernyit dan meninggalkan mangan.
957 "Mengapa Anda ada di sini?" seorang reporter bertanya.
"No comment," kata McAllister muram. Sepuluh orang itu duduk dalam
keheningan, menatap tirai hitam, dan dengan resah memeriksa jam tangan
mereka. Percakapan gelisah sudah berakhir. Mereka saling menghindari kontak
mata, seolah-olah malu menjadi partisipan dalam peristiwa mengerikan itu.
Nugent berhenti di pintu Kamar Gas dan memeriksa sebuah checklist. Saat
itu pukul 23.40. Ia memerintahkan dokter untuk masuk ke Ruang Isolasi, lalu
melangkah ke luar dan memberi tanda agar para penjaga turun dari empat
menara jaga sekitar MSU. Sangat kecil kemungkinan gas yang lolos sesudah
eksekusi bakal mencelakakan penjaga menara, tapi Nugent menyukai detail.
Ketukan pada pintu itu benar-benar sangat samar, tapi saat itu terdengar
bagaikan suara bor beton. Ketukan itu merobek keheningan, mengejutkan
Adam dan Sam. Pintu terbuka Dokter muda itu melangkah masuk, mencoba
tersenyum, menekuk satu lutut, dan meminta Sam membuka kancing kemeja.
Sebuah stetoskop bundar ditempelkan pada kulitnya yang pucat, dengan kabel
pendek dibiarkan tergantung sampai ke sabuk.
Tangan dokter itu gemetar. Ia tak mengucapkan apa-apa.
1 LIMA PULUH SATU Pukul 23.30, Hez Kerry, Gamer Goodman, John Bryan Glass, dan dua
mahasiswanya menghentikan percakapan ringan mereka dan bergandengan
tangan di sekitar meja yang sesak acak-acakan di dalam kantor Kerry.
Masingmasing memanjatkan doa hening bagi Sam Cayhall, lalu Hez memanjatkannya
dengan suara keras untuk kelompok tersebut. Mereka duduk di kursi mereka,
www.ac-zzz.tk tenggelam dalam pikiran, dalam keheningan, dan memanjatkan doa singkat
untuk Adam. Akhir peristiwa itu berlangsung cepat. Jam yang berdesis dan berjalan
lamban selama 24 jam terakhir ini mendadak melaju kencang.
Selama beberapa menit setelah dokter berlalu, mereka melakukan
percakapan ringan dan resah sementara Sam berjalan dua kali melintasi
mangan sempit itu, mengukurnya, lalu bersandar pada dinding di seberang
ranjang. Mereka bicara tentang (Chicago dan Kravitz & Bane. Sam tak dapat
membayangkan bagaimana tiga ratus pengacara hidup dalam gedung yang


Kamar Gas The Chamber Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sama. Satu-dua kali ada tawa gelisah, dan beberapa kali senyum tegang saat
mereka menunggu ketukan mengerikan berikutnya.
Ketukan itu terdengar tepat pukul 23.55, tiga ketukan tajam, lalu jeda
panjang. Sam menarik napas dalam dan merapatkan rahang. Ia menudingkan
satu jari pada Adam. "Dengar aku," katanya tegas. "Kau boleh berjalan ke
dalam sana bersamaku, tapi kau tak boleh tinggal." "Aku tahu. Aku tak ingin
tinggal, Sam." "Bagus." Jari bengkok itu turun, rahang mengendur, wajahnya
melayu. Sam mengulurkan tangan ke depan dan meraih pundak Adam. Adam
menariknya rapat dan memeluknya lembut.
"Katakan pada Lee aku mencintainya," kata Sam, suaranya serak. Ia
menjauh sedikit dan menatap mata Adam. "Katakan padanya aku memikirkannya sampai akhir. Dan aku tidak marah padanya karena tidak
datang. Aku pun tak ingin datang ke sini kalau tidak terpaksa."
Adam mengangguk cepat, dan ia berusaha keras menahan tangis. Apa saja,
Sam, apa saja. "Sampaikan salam untuk ibumu. Aku selalu menyukainya. Sampaikan
sayangku pada Carmen, dia anak yang hebat. Aku menyesal atas semua ini,
Adam. Ini warisan beban berat bagi kalian." "Kami akan baik-baik saja, Sam."
960 "Aku tahu. Aku akan mati sebagai orang yang sangat bangga, Nak, karena
kau." "Aku akan merindukanmu," kata Adam, air matanya bergulir ke pipi.
www.ac-zzz.tk Pintu terbuka dan sang Kolonel melangkah masuk. "Sudah saatnya, Sam,"
katanya sedih. Sam menghadapinya dengan senyum tegar. "Mari kita laksanakan!" katanya
mantap. Nugent berjalan lebih dulu, lalu Sam, lalu Adam. Mereka melangkah
ke dalam Kamar Gas yang sudah penuh orang. Setiap orang menatap Sam, lalu
langsung berpaling. Mereka malu, pikir Adam. Malu berada di sini, ambil bagian
dalam tindakan keji ini. Mereka tak mau memandang Adam.
Monday, sang algojo, dan asistennya ada di dekat dinding di samping Ruang
Kimia. Dua penjaga berseragam berdiri di samping mereka. Lucas Mann dan
seorang wakil kepala penjara ada di dekat pintu. Sang dokter sedang sibuk
di'sebelah kanannya, menyetel EKG dan berusaha kelihatan tenang.
Dan di tengah ruangan, sekarang dikelilingi berbagai partisipan, adalah
kamar gas itu, sebuah tabung berbentuk segi delapan dengan lapisan cat baru
keperakan. Pintunya terbuka, kursi kayu penentu nasib itu menunggu, sederet
jendela tertutup ada di belakangnya.
Pintu keluar ruangan itu terbuka, tapi tak ada angin masuk. Ruangan itu
bagaikan sauna, setiap orang basah kuyup oleh keringat. Dua penjaga
membawa Sam dan menggiringnya ke dalam Kamar Gas. Ia menghitung
langkah - cuma lima langkah dari pintu ke kamar gas itu - dan sekonyongkonyong ia
sudah berada di dalam, duduk, melihat sekeliling orang-orang itu,
mencari Adam. Tangan orang-orang itu bekerja cepat.
Adam berhenti tepat di dalam pintu. Ia bersandar pada dinding, mencari
kekuatan, lututnya lemas dan lemah. Ia memandang orang-orang dalam
ruangan itu, pada Kamar Gas, pada lantai, EKG. Semuanya begitu bersih!
Dinding-dinding yang baru dicat. Lantai beton yang mengilat. Dokter dengan
mesin-mesinnya. Kamar sempit yang bersih dan steril dengan kilauannya yang
cemerlang. Bau antiseptik dari Ruang Kimia. Segalanya tanpa noda dan
higienis. Seharusnya kamar ini dijadikan klinik tempat orang mendapatkan
pengobatan. Bagaimana kalau aku muntah di lantai, tepat di sini, di kaki dokter yang
baik ini, apa akibatnya terhadap ruangan sempit suci hama ini, Nugent"
www.ac-zzz.tk Bagaimana buku panduan menangani hal itu, Nugent, seandainya aku
memuntahkannya di sini di depan Kamar Gas" Adam mendekap perutnya.
Pengikat terpasang pada lengan Sam, dua pada masing-masing lengan, lalu
dua lagi untuk kaki, di atas celana Dickies baru yang mengilat, lalu pengikat
kepala yang menyeramkan itu agar ia tidak melukai diri sendiri ketika gas
menyerang. Ini dia, semua sudah terpasang dan siap untuk gas itu, Semuanya
rapi, tanpa noda, dan suci hama, tak
ada darah yang tercecer. Tak ada apa pun yang mencemari pembunuhan
bermoral yang mulus tanpa cacat ini.
Para penjaga mundur keluar dari pintu sempit itu, bangga dengan pekerjaan
mereka. Adam memandangnya duduk di sana. Mata mereka bertemu dan seketika
Sam memejamkannya. Dokter itu yang berikutnya. Nugent mengatakan sesuatu kepadanya, tapi
Adam tak dapat mendengar kata-kata itu. la melangkah ke dalam dan
memasang kabel yang menyambung ke stetoskop. Ia melaksanakan pekerjaan
dengan cepat. Lucas Mann melangkah ke depan dengan sehelai kertas. Ia berdiri di pintu
Kamar Gas. "Sam, ini'surat Keputusan hukuman mati. Aku diwajibkan oleh
undang-undang untuk membacakannya kepadamu."
"Cepatlah," Sam mendengus tanpa membuka bibir.
Lucas mengangkat kertas itu dan membacanya. "Sesuai dengan vonis
bersalah dan vonis hukuman mati yang dijatuhkan padamu oleh Pengadilan
Circuit Washington County pada tanggal 14 Februari 1981, dengan ini kau
dihukum mati dengan gas mematikan dalam Kamar Gas Penjara Negara Bagian
Mississippi di Parchman. Semoga Tuhan mengampuni jiwamu." Lucas mundur,
lalu meraih telepon pertama di antar dua telepon yang tergantung pada
dinding. Ia menelepon kantornya untuk memeriksa apakah ada mukjizat
penundaan pada 963 www.ac-zzz.tk detik terakhir. Tak ada apa pun. Saluran telepon kedua disiapkan untuk
menghubungi kantor Jaksa Agung di Jackson. Sekali lagi semua sistem berjalan.
Sekarang tengah malam lewat tiga puluh
detik. Rabu, S Agustus. Tak ada penangguhan," katanya kepada Nugent.
Kata-kata itu berloncatan di sekeliling ruangan yang lengas itu dan menerpa
dari segala penjuru. Adam melirik kakeknya untuk terakhir kali. Tangan Sam
terkepal. Matanya terpejam rapat, seolah-olah ia tak bisa memandang Adam
lagi. Bibirnya bergerak, seolah-olah ia memanjatkan satu doa pendek lagi.
"Apakah ada alasan "eksekusi ini tidak bisa dilaksanakan?" Nugent bertanya
secara formal, mendadak mengharapkan nasihat hukum yang mantap.
Tidak ada," kata Lucas dengan penyesalan sungguh-sungguh.
Nugent berdiri di pintu Kamar Gas. "Ada pesan terakhir, Sam?" ia bertanya.
"Bukan untukmu. Sudah saatnya Adam berlalu." "Baiklah." Nugent perlahanlahan
menutup pintu, gasket karetnya yang tebal menahan suara. Tanpa suara,
Sam sekarang terkunci, dan terikat. Ia memejamkan mata rapat-rapat
Cepatlah. Adam bergeser ke belakang Nugent yang masih menghadap pintu Kamar
Gas. Lucas Mann membuka pintu keluar, dan mereka berdua cepat-cepat
keluar. Algojo meraih sebuah tuas. Asistennya beringsut ke samping untuk
mengintip. Dua penjaga tadi mencari posisi, agar bisa menyaksikan bangsat tua itu mati. Nugent,
wakil Kepala Penjara, dan dokter berkerumun di sepanjang dinding lain,
semuanya beringsut lebih dekat, kepala bermunculan dan tumpang tindih,
masing-masing takut melewatkan sesuatu.
Suhu 32 derajat di luar terasa jauh lebih sejuk. Adam berjalan ke ujung
ambulans dan sejenak bersandar di sana.
"Kau baik-baik saja?" tanya Lucas.
"Tidak." Tenanglah." "Kau tak menyaksikannya?"
www.ac-zzz.tk Tidak. Aku sudah melihat empat Bn cukup untukku. Yang ini betul-betul
sulit." Adam menatap pintu putih di tengah dinding bata. Tiga van diparkir di
dekatnya. Sekelompok penjaga merokok dan berbisik-bisik di samping van. "Aku
ingin pergi," katanya, takut ia akan muntah.
"Ayo." Lucas memegang sikunya dan membimbingnya ke van pertama. Ia
mengucapkan sesuatu kepada seorang penjaga yang melompat ke jok depan.
Adam dan Lucas duduk di bangku di tengahnya.
Adam tahu, pada saat ini kakeknya ada di tengah gas, terengah mencari
napas, paru-parunya hangus oleh racun yang membakar. Tepat di sana, dalam
bangunan bata merah kecil itu, saat ini, ia sedang mengisapnya, mencoba
menelan sebanyak mungkin, berharap langsung terapung menuju dunia yang lebih baik.
Ia mulai menangis. Van itu bergerak mengitari lapangan rekreasi dan
melintasi rumput di depan The Row. Ia menutupi mata dan menangis untuk
Sam, untuk penderitaannya saat ini, untuk cara mengerikan ia dipaksa mati. Ia
tampak begitu mengibakan, duduk di sana dengan pakaian bani, diikat seperti
binatang. Ia menangisi Sam dan sembilan setengah tahun terakhir yang ia
habiskan memandang lewat jeruji, mencoba menangkap pandangan sepintas
pada rembulan, bertanya-tanya dalam hati apakah ada seseorang di luar sana
yang peduli padanya. Ia menangis untuk seluruh keluarga Cayhall yang
menyedihkan dan sejarah mereka, yang mengerikan. Ia menangis untuk diri
sendiri, untuk penderitaannya saat ini, untuk hilangnya orang yang dicintai,
untuk kegagalannya menghentikan kegilaan ini.
Lucas menepuk-nepuk pundaknya dengan lembut. Van itu meluncur, lalu
berhenti, lalu menggelinding, dan berhenti lagi. "Aku ikut menyesal," katanya
lebih dari satu kali. "Ini mobilmu?" tanya Lucas ketika mereka berhenti di luar gerbang.
Lapangan parkir tanah itu terisi penuh. Adam menarik pegangan pintu dan
melangkah ke luar tanpa sepatah kata pun. Ia bisa mengucapkan terima kasih
nanti. www.ac-zzz.tk Ia memacu mobil di sepanjang jalan tanah, di antara deretan kapas, sampai
tiba ke jalan masuk utama. Ia melaju cepat ke gerbang depan, hanya sebentar mengurangi
kecepatan sewaktu berkelok melintasi barikade, lalu berhenti di gerbang
depan, supaya penjaga bisa memeriksa bagasinya. Di sebelah kirinya ada
segerombolan reporter. Mereka berdiri, resah menunggu kabar dari The Row.
Mini-cam mereka siap. Tak ada siapa pun dalam bagasinya, dan ia dipersilakan melintasi barikade
lain, nyaris menabrak seorang penjaga yang tidak cukup cepat bergerak. Ia
berhenti di jalan raya dan melihat acara menyalakan lilin yang sedang
berlangsung di sebelah kanannya. Lagu himne sedang dinyanyikan dari suatu
tempat. Ia memacu mobilnya, melewati polisi-polisi negara bagian yang lalu lalang,
menikmati istirahat mereka. Ia melewati mobil-mobil yang diparkir di bahu
jalan sejauh dua mil, dan tak lama Parchman sudah di belakangnya. Ia
menekan tombol turbo dan dengan segera mencapai sembilan puluh mil per
jam. Ia menuju utara karena suatu alasan, meskipun tak berniat pergi ke
Memphis. Kota-kota kecil seperti Tutwiler, Lambert, Marks, Sledge, dan
Crenshaw terbang lewat. Ia membuka jendela dan udara hangat bergulung di
sekitar tempat duduk. Kaca depan ditaburi kutu dan serangga besar, yang
^ketahuinya sebagai hama di wilayah Delta. I Ia cuma mengemudikan mobil,
tanpa tujuan ter-tentu. Perjalanan ini tak pernah direncanakan. Ia
967 tak pernah memikirkan ke mana akan pergi segera setelah Sam meninggal,
sebab ia tak pernah benar-benar percaya hal itu akan terjadi. Mungkin ia
akan berada di Jackson sekarang, minum dan merayakan kemenangan
bersama Garner Goodman dan Hez Kerry, mabuk berat karena mereka berbasil
mengeluarkan kelinci dari topi. Mungkin ia ada di The Row, masih menelepon
sana-sini, berusaha mendapatkan perincian penangguhan yang kelak akan jadi
permanen. Mungkin banyak hal.
www.ac-zzz.tk Ia tak berani pergi ke rumah Lee, sebab ia mungkin benar-benar ada di
sana. Pertemuan mereka berikutnya mungkin akan berat, dan ia lebih suka
menundanya. Ia memutuskan mencari motel yang layak. Melewatkan malam.
Mencoba tidur. Memikirkan segalanya besok setelah matahari Baik. Ia berpacu
melewati puluhan desa dan kota kecil yang tak 'satu pun punya kamar untuk
disewa. Ia mengurangi kecepatan. Satu highway beralih ke lainnya. Ia tersesat,
tapi tak peduli. Bagaimana bisa tersesat bila tak tahu ke mana akan menuju" Ia
mengenali kota-kota dari rambu-rambu jalan, berbelok ke sini, lalu ke sana.
Perhatiannya tertuju pada sebuah toko yang buka sepanjang malam di luar
Hernando, tak jauh dari Memphis. Tak ada mobil diparkir di depannya. Seorang
wa-nita setengah baya dengan rambut hitam pekat berdiri di belakang counter,
merokok, mengunyah permen karet, dan bicara di telepon. Adam meng968
hampiri pendingin bir dan mengambil satu bungkus isi enam kaleng.
"Maaf, Sayang, tidak bisa beli bir setelah jam dua belas."
"Apa?" Adam bertanya keras sambil merogoh saku.
Wanita itu tak suka bentakannya. Dengan hati-hati ia meletakkan telepon di
samping cash register. "Kami di sini tak bisa menjual bir setelah tengah malam.
Itu undang-undang." "Undang-undang?" st/Ya. Undang-undang."
"Dari Negara Bagian Mississippi?"
"Benar," katanya manis.
"Kau tahu apa yang kupikir saat ini tentang undang-undang negara bagian
ini?" "Tidak, Sayang. Dan teras terang aku tak peduli." Adam meletakkan
selembar pecahan sepuluh dolar di atas counter dan membawa bir itu ke mobil.
Wanita itu mengawasinya pergi, lalu menyisipkan uang ke dalam saku dan
kembali ke telepon. Mengapa harus merepotkan polisi karena enam kaleng bir"
Adam berangkat lagi, menuju selatan di jalan raya dua lajur, mematuhi
batas kecepatan dan meneguk bir pertama. Berangkat lagi mencari kamar
bersih dengan sarapan gratis, kolam renang, televisi kabel, HBO, tanpa anakanak.
www.ac-zzz.tk Lima belas menit untuk mati, lima belas menit untuk mengangini Kamar
Gas, sepuluh menit un969 tak bernyawa itu, mutt total, menurut dokter muda dan EKG-nyj. Nugent
menunjuk ke sana kemah -pakai masker gas, pakai sarung tangan, bawa re.
porter-reporter terkutuk itu ke van dan keluar dari
Adam bisa membayangkan Sam d) sana. kepala H rkulai ke satu sisi. masih
tenkat dengan pengikat kulit yang kokoh itu. Bagaimana waraa kulitnya
sekarang" Pasti bukan putih pucat seperti sembilan setengah tahun ini. Pasti
gas itu mengubah bibirnya jadi ungu dan dagingnya jadi merah muda. Kamar
gas itu sekarang benih, sama "nun Masuk kc Kamar Gas. kata Nugent, buka
ikatannya Ambil luar'.7 Apakah kandung kemihnya bocor" Im "cUki terjadi. Hati-hati. Ini. ini
tas pin tik Masukkan pakaiannya ke sini Semprot tubuh telanjang itu.
Adam bisa melihat pakaian hara itu - celana Mati k.iku. sepatu yang
kebesaran, kaus kati putih tanpa noda. Sam begitu bangga kembali memakai
pakaian siingguhan Sekarang pakaian itu ,
gombal dalam kantong sampah
hijau, ditacelana penjara biru dan kaus putih" Ambil Masuk ke Kamar Gas.
Pakaikan padi mayat mi Tak perlu sepatu. Tak perlu kaus kakl peduli amat. dia cuma
akan pergi ke rumah Biarkan pihak keluarga yang
^?"irsungmi Baw. dia keluar Kc
Atl.un sampai " dekat sebuah danau entah di ^na. melewati jembatan,
melewati bawahnya ^, mendadak Icmbap dan sejuk. Tersesal lagi
LIMA PULUH DUA . Kilauan pertama matahari terbit itu berupa lingkaran merah muda di bukit
di atas Clanton. Cahayanya menerobos pepohonan, dan dengan cepat berubah
jadi kuning, lalu oranye. Tak ada awan, tak ada apa pun kecuali warna-warna
cerah di langit yang gelap.
www.ac-zzz.tk Dua kaleng bir yang belum terbuka bertengger di rumput. Tiga kaleng


Kamar Gas The Chamber Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kosong telah dilemparkan pada batu nisan di dekatnya. Kaleng kosong pertama
masih ada di mobil. Fajar merekah. Bayang-bayang jatuh ke arahnya dari deretan batu nisan.
Matahari segera menginapnya dari balik pepohonan.
Ia sudah dua jam berada di sana, meskipun sudah kehilangan jejak waktu.
Jackson, Hakim Slattery, dan sidang hari Senin terasa seperti sudah
bertahuntahun yang lalu. Sam meninggal beberapa menit yang lalu. Atau
meninggalkah dia" Apakah mereka sudah selesai melakukan tindakan kotor mereka" Waktu
masih bermain-main. 972 f . Ia tak menemukan motel, dan tidak pula mencari dengan sungguhsungguh.
Ternyata dirinya sampai di dekat Clanton, lalu tertarik ke sini, tempat
ia menemukan nisan Anna Gates Cayhall. Sekarang ia bersandar di sana. Ia
minum bir hangat dan melemparkan kalengnya pada monumen terbesar yang
ada dalam jangkauan. Bila polisi menemukannya di sini dan membawanya ke
penjara, ia tak peduli. Ia sudah pernah masuk sel. "Yeah, baru saja keluar dari
Parchman," ia akan berkata kepada rekan seselnya, partnernya. "Baru saja
keluar dari death row." Dan mereka akan membiarkannya sendiri.
Jelas polisi-polisi itu sibuk di tempat lain. Kuburan itu aman. Empat
bendera merah kecil ditan-- capkan di samping kubur neneknya. Adam
melihatnya ketika" matahari terbit di timur. Kuburan lain akan digali.
Terdengar pintu mobil ditutup di suatu tempat di belakangnya, tapi ia tak
mendengarnya. Satu sosok berjalan ke arahnya, namun ia tak mengetahuinya.
Sosok ? itu bergerak perlahan-lahan, memeriksa tempat pemakaman itu, hatihati
mencari sesuatu. Suara ranting patah mengejutkan Adam. Lee sedang berdiri di sampingnya,
tangannya ada pada nisan ibunya. Adam memandangnya, lalu berpaling. I "Apa
yang kaukerjakan di sini?" ia bertanya, terlalu kebas untuk terkejut. Lee
perlahan-lahan berlutut, lalu duduk sangat
973 www.ac-zzz.tk dekat dengan Adam, punggungnya menempel pada ukiran nama ibanya. Ia
melingkarkan lengan pada siku Adam. "Ke mana saja kau selama ini, Lee?"
"Menjalani pengobatan." "Kau mestinya bisa menelepon, sialan." "Jangan
marah, Adam, aku mohon. Aku butuh teman." Ia menyandarkan kepala pada
pundak Adam. "Aku tak yakin kalau aku temanmu, Lee. Apa yang kaulakukan sungguh
menyebalkan." "Dia ingin menemuiku, kan?" "Benar. Kau, tentu saja, sedang
tersesat dalam dunia kecilmu sendiri, tenggelam dalam persoalan sendiri,
seperti biasa. Tidak memikirkan orang lain."
"Sudahlah, Adam, aku menjalani perawatan. Kau tahu betapa lemah diriku.
Aku butuh pertolongan." "Kalau begitu, carilah."
Lee memperhatikan dua kaleng bir itu, dan Adam cepat-cepat membuangnya. "Aku tidak minum,1' kata Lee, mengundang iba. Suaranya sedih
dan kosong. Wajahnya yang cantik terlihat letih dan berkerut.
"Aku mencoba menemuinya," katanya.
"Kapan?" "Tadi malam. Aku pergi ke Parchman. Mereka tak mengizinkan ku masuk.
Katanya sudah terlambat"
Adam menundukkan kepala, hatinya melunak. Ia takkan mendapatkan apa
pun dengan mengumpat 974 Lee. Lee pecandu alkohol, bergulat mengatasi iblis yang ia harap tak pernah
Adam jumpai. Dan Lee adalah bibinya, Lee-nya tercinta. "Sampai akhir dia
menanyakan dirimu. Dia memintaku menyampaikan bahwa dia mencintaimu,
dan dia tidak marah karena kau tidak datang menjenguknya."
Lee mulai menangis pelan. Ia menyeka pipi dengan punggung tangan, dan
menangis lama. "Dia pergi dengan penuh keberanian dan martabat," kata Adam. "Dia sangat
tegar. Dia mengatakan hatinya bersama Tuhan, dan dia tak membenci siapa
pun. Dia sangat menyesal atas semua yang telah diperbuatnya. Dia orang
hebat, Lee, prajurit tua yang siap teras berjuang."
www.ac-zzz.tk "Tahukah kau ke mana aku selama ini?" Lee bertanya di sela-sela sedu
sedan, seolah-olah tak mendengar apa pun yang diucapkan Adam. "Tidak. Ke
mana?" "Aku berada di rumah lama itu. Tadi malam dari Parchman aku pergi ke
sana." "Untuk apa?"
"Sebab aku ingin membakarnya. Dan ramah itu terbakar dengan indah.
Rumah dan ilalang di sekitarnya. Api besar, semua habis jadi asap."
"Aduh, Lee." "Itu benar. Aku nyaris tertangkap, kurasa. Aku barangkali melewati sebuah
mobil sewaktu meninggalkannya. Tapi aku tidak khawatir. Kubeli tempat itu
minggu lalu. Kubayarkan 13.000 dolar
975 ke bank. Kalau kau memilikinya, kau bisa membakarnya, benar" Kau kan
pengacara." "Kau serius?"
"Pergilah, lihat sendiri. Aku parkir di depan gereja satu mil dari sana, untuk
menunggu mobil pemadam kebakaran. Mereka tak pernah datang. Rumah
terdekat jaraknya dua mil. Tak seorang pun melihat-kebakaran itu. Pergi dan
lihatlah. Tak ada yang tertinggal kecuali cerobong asap dan setumpuk abu."
"Bagaimana..." "Bensin. Ini, cium tanganku." Ia menyodorkannya ke bawah hidung Adam.
Kedua tangannya mengeluarkan bau bensin yang menusuk. Tapi kenapa?" ^28
"Seharusnya itu kulakukan bertahun-tahun yang lalu."
"Itu tak menjawab pertanyaannya. Kenapa?" "Banyak kejahatan terjadi di
sana. Tempat itu penuh iblis dan roh jahat. Sekarang mereka hilang." "Jadi,
mereka mati bersama Sam?" Tidak, mereka tidak mati. Mereka pergi
menghantui orang lain."
Adam cepat-cepat memutuskan takkan ada gunanya menuntaskan pembicaraan ini. Mereka harus pergi, maagkin kembali ke Memphis, tempat ia
bisa mengembalikan Lee agar pulih. Dan mungkin terapi. Ia akan tinggal
bersama Lee dan memastikan bibinya mendapatkan pertolongan. Sebuah truk
pickup kotor memasuki .pemakaman
www.ac-zzz.tk 976 ia, melalui gerbang besi di bagian lama, dan melaju perlahan-lahan di jalan
setapak beton, di an-lara monumen-monumen kuno. Truk itu berhenti di
gudang peralatan kecil di sudut pemakaman itu. Tiga laki-laki kulit hitam
perlahan-lahan keluar dan meregangkan punggung. "Itu Herman," kata Lee.
"Siapa?" "Herman. Aku tak tahu nama keluarganya. Sudah empat puluh tahun dia
menggali liang kubur at sini."
Mereka menyaksikan Herman dan dua orang lainnya melintasi lembah batu
nisan. Mereka bisa mendengar suara lamat-lamat ketika laki-laki itu bersiap.
Lee menghentikan sedu sedan dan tangisnya. Matahari tepat di atas pucuk
pepohonan, sinarnya menerpa langsung ke wajah mereka. Hawa sudah hangat.
"Aku senang kau datang," kata Lee. "Aku tahu itu sangat besar artinya baginya."
"Aku kalah, Lee. Aku mengecewakan klienku, dan sekarang dia mati."
"Kau sudah mencoba sebaik mungkin. Tak seorang pun bisa menyelamatkannya." "Mungkin."
"Jangan menghukum diri sendiri. Malam pertama di Memphis, kau
mengatakan padaku bahwa ke-mungkinannya amat kecil. Kau sudah hampir
berhasil. Kau bertarung dengan baik. Sekarang saatnya kembali ke Chicago dan
meneruskan sisa hktapmu."
977 "Aku takkan kembali ke Chicago." "Apa?"
"Aku ganti pekerjaan." "Tapi kau baru setahun jadi pengacara." "Aku masih
akan jadi pengacara. Cuma jenis prakteknya berbeda." "Mengerjakan apa?"
"Litigasi hukuman mati." "Kedengarannya mengerikan." "Ya, memang. Terutama
pada hidupku saat ini. Tapi aku akan terbiasa. Aku tidak cocok untuk biro
hukum besar." "Di mana kau akan praktek?" "Jackson. Aku akan menghabiskan
waktu lebih banyak lagi di Parchman."
Lee menggosok wajah dan menarik rambut ke belakang. "Kurasa kau tahu
apa yang kaukerjakan," katanya, tak mampu menyembunyikan keraguan.
"Jangan terlalu yakin."
www.ac-zzz.tk Herman berjalan mengitari sebuah mesin pengeruk tanah usang berwarna
kuning yang diparkir di bawah pohon peneduh di samping gudang. Ia
mengamatinya dengan penuh perhatian, sementara laki-laki lainnya meletakkan sekop ke dalam pe-ngeruknya. Mereka meregangkan tubuh lagi,
tertawa tentang sesuatu, dan menendang ban depan.
"Aku punya gagasan," katanya. "Ada sebuah kafe kecil di utara kota,
namanya Ralph's. Sam dulu membawaku ke sana..." "Ralph's?"
07"ottoys@yahoo.com "Yeah." "Pendeta Sam bernama Ralph. Dia bersama kami kemarin malam."
"Sam punya pendeta?"
"Ya. Pendeta yang baik."
"Omong-omong, Sam membawa aku dan Eddie ke sana pada hari ulang tahun
kami. Tempat itu sudah berdiri seratus tahun. Kami makan biskuit besar,
minum cokelat panas. Mari kita lihat apakah tempat itu masih buka."
"Sekarang?" "Yeah." Ia jadi bersemangat dan bangkit berdiri. "Ayolah. Aku lapar." Adam
meraih batu nisan dan menarik tubuhnya j berdiri. Ia tidak tidur sejak Senin
malam, dan kakinya terasa berat dan kaku. Bir itu membuatnya I pening.
Di kejauhan, sebuah mesin dihidupkan. Suaranya bergema tak teredam,
menembus tempat pemakaman itu. Adam diam membeku. Lee menoleh untuk
melihatnya. Herman sedang mengoperasikan mesin pengeruk tanah, asap biru
mendidih dari knalpot. Dua rekan kerjanya ada di pengeruknya dengan kaki
tergantung. Pengeruk tanah itu maju dengan gigi rendah, lalu beringsut di jalan
masuk, sangat perlahan, melewati deretan makam, lalu berhenti dan berputar.
Mesin itu mendatangi ke arah mereka.
sekian Pedang Keadilan 34 Pendekar Rajawali Sakti 172 Mister Tabib Siluman Ilmu Silat Pengejar Angin 5
^