Cinta Cewek Pengintai 2
Cinta Cewek Pengintai Karya Rani Bagian 2
"sialan lo, memangnya sms." kata rara sewot.
"maksudnya, gambarnya aja gue kirim lewat mms."
"gk lucu deh mil,,, awas, pasti gue bles."
"ngomong-ngomong ada perlu apa lo telpon gue.?"
"mil, hari ini gue ngintai sam ditaman."
"terus." "pas gue lg asyik, tau-tau sam udah ada dibelakang gue."
"sam tau lo lg ngintai dia!?" seru mila sedikit berteriak.
"gue gk tau, tapi..."
"tapi apaan"!"
"dari cara dia ngomong sepertinya dia udah tau deh."
"memang dia ngomong apaan?" "dia bilang gue kreatif boong karena alasan gue gk masuk akal
gtu." "memang alasan lo apaan?"
"gue bilang lg motret burung merpati."
"ra, sampai kpn sih lo sembunyi terus?"
"target gue sebelum gue, sebelum sam lulus gue harus bisa jd pacarnya."
"jdi lo sekarang harus perang terbuka sama cewek-cewek yg mengejar sam."
"ha...ha...ha. ada-ada aja lo perang terbuka."
"jgn ketawa, lo harus bener-bener jalanin nasihat gue."
"thansks mil atas nasihatnya, have a nice day yah."
klik.. Bab 10 Kelas Baru, Semangat Baru
Upacara bendera baru dimulai. senin ini giliran kelas sam yg bertugas sbg petugas upacara. feby,
sita dan dewi sbg pembawa bendera. tino sbg pembaca UUD dan fikri sbg pembaca janji siswa.
rara tampak di barisan kelas 9-6, dia memerhatikan sam yg memimpin upacara dgn suaranya yg
lantang. tidak ada satu menitpun yg rara lewatkan untuk mengintai sam, walaupun tanpa teropong
dan kamera. sam memang terlihat keren dgn seragam upacara putih bersih, wajahnya yg
blasteran tampak jelas dgn balutan seragam upacara. tak berapa lama upacara selesai, sam
membubarkan para murid. "seluruh peserta upacara bubar jalan!" seru sam dgn lantang untuk
mengakhiri upacara. para murid masuk kedalam kelas masing-masing. sementara sam
membereskan perlengkapan upacara bersama teman-temannya yg lain. dikelas rara kebetulan
sekelas lg dgn mila, bayu, dan ucok. rara duduk sebangku dgn mila dibarisan depan.
dibelakangnya duduk bayu dan ucok. hari ini mereka sudah resmi menjadi murid SMA Anak
Bangsa. didepan kelas mereka telah ada guru yg akan menjadi wali kelas mereka. Guru itu
memakai kacamata tebal dgn kumis yg tipis, kemejanya krem dgn celana bahan berwarna hitam,
nama guru sukirno. para siswa biasa memanggilnya pak kirno. logat jawanya medok ditambah
tubuh yg kurus mengingatkan pada seorang pelawak terkenal. pak kirno memiliki kebiasaan
berdehem. Para murid tampak senyam-senyum melihat tingkah pak kirno yg modar-mandir
didepan kelas. "ehm,,,selamat pagi anak-anak!" ucap pak kirno. "pagii pak!" jawab para murid
serempak. "bapak mengucapkan selamat datang kepada kalian semua di SMA Anak Bangsa,
nama bpk sukirno, kalian boleh panggi bpak dgn pak kirno atau pak no." "pak no apa pano pak.?"
ledek bayu. "ha,,,ha,,,ha,,." tawa seluruh kelas. "memang bpk penyakit kulit" jadi panggil pak kirno
saja biar gk salah tanggap." rara dan mila senang dgn sikap wali kelasnya itu, mereka merasa pak
kirno sama dgn pak togar, wali kelas mereka saat di SMP. bel tanda istirahat berbunyi, para murid
langsung berlarian keluar kelas, termasuk rara dan mila. "cok, cepetan rara udah keluar tuh." "iya,
lo duluan aja, entar gue nyusul." "jgn pake lama." ucap bayu sambil berlari mengejar rara. belum
sempat menyusul rara, dia malah menabrak sam yg baru keluar dari kelasnya. "sori sam."
"kenapa bay?" "gk, gue lagi ngejar teman gue." "siapa?" bayu menunjuk rara akan belok kearah
toilet cewek. "oh, gue kenal sama cewek itu, lo suka sama dia bay.?" "iya tapi dia gk suka sama
gue, kelihatannya ada cowok yg dia suka." sam memerhatikan bayu. "memang siapa yg dia
suka.?" "namanya arya, dia sering jemput rara." "oh yg itu, gue tau." samudra terlihat masih
penasaran. "tapi memang benar dia suka sama arya?" tanya sam menyelidik. "gk tau deh sam."
"....." "gue jga bingung, gue pengen ngelupain dia, tapi dia udah ada disini." kata bayu sambil
memegang dadanya. "gimana kalo lo ubah haluan lo ke feby. diakan cantik jga." kata sam
memberi saran "...." "mau gk?" "ehm,,boleh." sam mengeluarkan ponsel. "nih lo catet no ponsel
sama no telpon rumahnya." bayu mencatat no yg diberikan sam. "thanks yah sam." "iya, tapi jgn
lupa lo telpon." ucap sam berlalu. *** Di toilet cewek ada feby dan ganknya, rara dan mila masuk
dgn senyum yg ramah, kebetulan toilet cewek tampak sepi. "kenapa lo berdua" senyam-senyum
aja, ada yg lucu?" kata feby marah. "gk kok kak, kita hanya mau bersikap sopan sama senior."
jawab rara. "sopan boleh, tpi jgn sampai nganggap kita badut yg pantas diketawain." dewi
menimpali. "bukan begitu maksudnya, maaf deh kak kalo kita salah." jawab mila. "hei sini lo"!"
bentak sita pd rara. "kenapa kak?" "arya itu siapa lo?" "dia temen saya kak." "kalo gitu, bisa gk lo
comblangin gue sama dia.?" "bisa aja, tapi kalo dia gk suka, gimana?" "wah sit, sialan bgt nih
cewek, ngerendahin lo!a" seru feby sambil mendorong rara keaqah sita. sita terlihat panas
dikomporin feby, cewek itu lansung mendorong rara dgn keras, tapi rara tidak tinggal diam sama
sekali. "gue diem bukan berarti gue gk berani sama lo, gue hargain lo semua, tapi sepertinya lo
semua gk nyadar yah."!" bentak rara dgn menunjuk feby, sita dan dewi. "eh sialan lo, pengen gue
tampar ya!" bentak sita dgn melayangkan tangannya kearah muka rara. rara menangkap tangan
sita yg hampir mengenai wajahnya. "berani tampar gue,, gue bakal bilang kepala sekolah, kita
disini sekolah bukan ngurusin senior egois seperti kalian.!" bentak rara lagi, mereka akhirnya
berhenti bertengkar karena banyak murid yg jga ingin masuk ke toilet. "urusan kita belum selesai
ra." sita menunjuk rara sambil pergi meninggalkan rara dan mila. ***
Pulang sekolah, mobil sedan sport warna biru kerunyaan arya telah terparkir di depan SMA Anak
Bangsa. rara yg melihat mobil arya buru-buru mengambil ponsel dan mematikannya. arya tampak
sedang ngobrol dgn sita dgn dewi. sita yg melihat rara mencoba memalingkan wajah arya.
sementara itu. sam tampak bersama tino, feby dan fikri dibawah pohon dekat dgn parkiran. mila
melambaikan tangannya kepada tino, sam tersenyum melihat rara yg sdng asyik mendengarkan
walkman. "ra, itu sam." kata mila sambil melepas headset dari telinga rara. "ada arya jga, dia lg
ngobrol sama sita." "gue udah liat, mending kita langsung pulang aja deh." rar
a lalu mematikan walkman dan menaruhnya di tas. "memang lo gk janjian sama arya.?" "gk, lagi pula mang dirman
jga jemput." "ra, kpn lo mau lepas dari mang dirman?" "gue gk akan lepas dari dia, kecuali dia yg
minta." "gue bangga punya temen kayak lo ra." ucap mila sambil memeluk pundak rara. "udah deh
jgn bikin gue geer." ketika mereka sampai didepan sam dan kawn-kawan, tino memanggil mila.
"mil, sini nongkrong dulu!" "iya gampang." mila menengok ke arah rara. "ra, mau gk nongkrong
dulu" lagian kakak gue masih lama datengnya, mang dirman jga belum keliatan." rara
menganggukkan kepala. "jgn lama-lama ya mil." rara dan mila menghampiri mereka. feby dan
sam duduk bersebelahan, sedangkan rara duduk disebelah fikri, satu-satunya teman sam yg
memakai kacamata. mila duduk disebelah tino, cowok hitam manis pujaan mila, teman-teman sam
termasuk cowok" yg di gandrungi banyak cewek disekolah karena penampilan mereka yg modis,
wajah yg ok, dan tubuh yg atletis. "pulang sama siapa ra?" tanya fikri. "gue dijemput tukang ojek
langganan gue." "tukang ojek" ha,,ha,,ha" ledek feby. "apa-apaan lo feb" gk bgus ngeledek org
kayak gtu.!" bela sam. "hari gini masih ngojek, itu bukannya lucu sam?" feby menimpali. sam
diam, dia tampaknya malas ngomong sama org seegois feby, feby pun pergi mendekati sita dan
dewi. "jgn ambil hati ra, dia memang begitu orgnya." sambung tino. "udah berapa lama langganan
ojek?" tanya sam. "yg pasti dari gue SD" "lama jga ya." fikri menimpali. "temen gue ini orgnya
paling baik, padahal dia bisa nyuruh sopir bokapnya untuk anter jemput." "bohong, jgn dengerin.
mila itu bawel pokoknya ada aja hal yg dia komentarin." "iya bener, tapi gue suka kebawelannya."
"tino apaan sih!" "wah sam kayaknya bakal ada yg jadian nih." "jgn lupa traktirannya yah."
"curang, masa waktu lo jadian sama irna kita semua gk ditraktir." ucap tino tanpa basa-basi rara
terkejut mendengar omongan tino yg tanpa. wajah sam pun tampak merah, mila yakin temannya
pasti sedih bgt mendengar kenyataan itu, tapi kali ini mila salah, rara kelihatan tegar. tidak
sedikitpun kekecewaan tersirat di wajahnya. "berarti double date dong traktirannya, dari tino dan
samudra." ucap rara. "pasti ra." fikri menimpali. "jadi kapan nih sam kita traktir mereka"!"
"memang lo udah yakin mau jadian sama mila"." tanya sam tanpa ekspresia. wajah mila langsung
memerah mendengar pertanyaan sam. tapi tino hanya senyam-senyum aja memerhatikan mila.
"Ok. sekarang gue akan nembak mila didepan kalian." tino pun memegang tangan mila. "mil, lo
mau gk jadi cewek gue?" "gila lo, no!" ucap fikri berteriak. "udah jawab mil," rara menyikut tangan
mila. mila menengok ke arah rara. dia tampak bingung karena gk sangka kalo tino suka sama dia.
'jawab mil, lo tuh beruntung bisa jadian sama cowok yg lo sayang tanpa susah-susah seperti gue.'
rara tersenyum simpul kepada mila. "ehm, , gue mau jadi cewek lo, tapi lo harus janji gk
ngebatesin pertemuan gue sama rara." "pastilah, rarakan sahabat lo, berarti dia jga sahabat gue."
mereka tertawa, sam dan rara tampak tidak menikmati suasana. mereka saling pandang, tapi
tidak mengerti arti pandangan mereka masing-masing. Tak lama kemudian mang dirman dan
motor bebeknya berhenti tepat dihadapan rara, kedatangan mang dirman menjadi penolong yg
akan membawa rara jauh dari penderitaan. "gue duluan yah semuanya." rara lalu mengeluarkan
walkman dan memasang headset ketelinganya. tak lama kemudian rara pergi menjauh
meninggalkan mila dan teman-temannya. "temen lo hebat mil." "maksud lo apaan?" "suatu saat lo
pasti ngerti." kata sam sambil berlalu pergi. ***
Arya yg sejak tadi menanti rara mulai terlihat kesal. apalagi dia jga tidak bisa menghubungi ponsel
rara. akhirnya dia menghubungi mila melalui ponselnya. terdengar lagu J-lo I'm Glad dari ponsel
milik mila. "lagi dimana mil?" "lo nengok arah pukul satu, pasti lo liat gue." arya menengok kearah
yg dikatakan mila, begitu mata arya sampai pada arah yg dituju, mila melambaikan tangannya.
"rara gk sekolah" kok ponselnya gk aktif?" tanya arya. "dia sekolah, tapi udah pulang, ponselnya
emang sengaja dimatiin biar lo gk bisa hubungin dia." "loh kok gitu" memang gue salah.?" "lo gk
salah, cuman orang" sekitar lo itu yg bermasalah sama rara." kata mila. "maksud lo mereka?" "iya,
lo tanya aja sendiri kerara." "thanks mil." klikk. tino rupanya memerhatikan mila. "siapa mil.?"
"arya, dia naksir rara. tadi dia niat jemput rara, tapi rara gk berani nyamperin karena ada sita."
"memang kenapa?" "sita naksir sama arya, jd rara gk mau ribut lagi gara-gara dia." "ribut lg"
memang pernah ribut!?" "tadi pagi ditoilet" "sita memang begitu, kasian rara. dia jadi punya
banyak musuh. feby, sita ditambah lagi dewi." "dia udah jadian sama arya?" " belum." jawa mila.
"gue yakin cewek kayak dia banyak yg suka, hanya aja mungkin dia belum mau punya pacar." fikri
berkomentar. "mil, pulangnya bareng gue yah." ajak tino pada mila. "boleh, tapi biasanya gue
dijemput kak sari." "telpon aja, bilang gk usah jemput." "iya mil, jgn nolak ajakan pertama dari
cowok yg baru jadian sama lo." kata fikri. "iya deh." mila pun laku mendial no ponsel kak sari.
Bab 11 Pilihan Sulit Motor mang dirman berhenti di depan rumah rara. Rara mengeluarkan uang 20 ribuan. kali ini
mang dirman agak gelisah menatap rara, seperti ada yg ingin dia sampaikan. "mang dirman,
kenapa" ada yg mau diomongin sama rara?" "ehm,,," mang dirman menunduk. "ngomong aja
mang, gk apa-apa kok." "neng, dua hari lagi mamang mau pulang kampung, sekarang mamang
mau tinggal disana." "mang dirman gk balik lagi?" "iya neng, mamang mau usaha disana aja.
besok motor ini udah ada yg mau bayarin, jd hari ini mamang terakhir jemput neng, maaf ya
neng." "mamang kok gk bilang?" rara menatap iba. "mamang gk enak nyusahin neng rara
sekeluarga. waktu istri mamang sakit, ibu dan bpk darmawan udah bantu, terus saat budi anak
mamang masuk sekolah sama ibu dibeliin perlengkapan sekolah."
"mamang udah izin sama bunda dan ayah?" "kalau minta izin sama ibu, mamang takut ntar
dibawain bekal, gk enak neng..." "jgn segan mang, mang dirma udah dianggap sodara sama rara
sekeluarga kok." "salam aja neng, mang dirman mau pamit." "masuk dulu mang, sebentar aja.
ayah belum pulang kok jadi, mamang izin aja sama bunda." "...." "mang!" rara memegang pundak
mang dirman. "baik neng," mang dirman membawa mtrnya memasuki halaman, kebetulan saat itu
bunda berada diterada rumah dan sedang merangkai bunga-bunga kering. "siang buk!" "siang
mang, silakan duduk." "iya buk makasih." "mau minum apa mang?" "gk usah repot-repot buk, saya
sebentar saja." "mang dirman mau pamit bun." rara menimpali. "mang dirman mau kemana?"
"saya mau pulang kampung, mau usaha disana. jadi, saya gk bisa lagi antar jemput neng rara."
"mamang mau usaha apa disana?" "dagang dipasar buk." "mamang perlu modal tambahan" biar
ibu yg tambahin." "gk usah buk, udah cukup hasil jual motor saya." "motor gk usah dijual mang,
biar bisa dijadikan kendaraan buat kepasar, ibu udah menganggap mang dirman keluarga, jadi gk
perlu segan. sebentar yah." bunda segera masuk kedalam. tidak beberapa lama bunda keluar dgn
amplop cokelat kecil ditangan. "terima yah mang." "...." "ibu pasti marah kalau ini gk diterima."
"makasih buk." mang dirman menjabat tangan bunda. "iya." "motornya jd gk usah dijual mang,
besok mamang gk usah jemput rara, istirahat aja buat persiapan pulang kampung." ucap rara. "iya
neng...mamang pamit dulu. salam buat bapak yah buk." kata mang dirman sambil beranjak pergi.
saat motor mang dirman beranjak keluar dari rumah rara, mobil arya masuk. melihat itu, rara
langsung masuk kedalam. "ra, mau kemana?" "bilang aja, rara lg tidur siang." "gk boleh ra, gk
sopan." rara pun duduk malas-malasan. "iya deh bun." arya langsung menghampiri rara dan
duduk disebelahnya. sementara bunda masuk kedalam rumah. "ra, td pulang sama siapa?" "sama
mang dirman, ojek langganan gue." jawab rara pelan. "setiap hari?" "besok udah gk. soalnya dia
mau pulang kampung." "berarti besok arya boleh jemput?" "gk usah, gue gk mau ribut lg garagara lo." ujar rara kesal. "jgn ngambek gtu, cerita dong biar arya tau masalahnya." "....." "ra, jgn
diam. gue jd bingung nih." "ar, sita itu suka sama lo. mending lo sama dia aja biar gue tenang
disekolah." "hah! dia ngomong apa?" "...." "ra?" "pokoknya lo ngejauh aja dari gue. gue lg bnyak
masalah." ucap rara ketus.
arya terdiam. dia sadar kalo rara sedang bete. 'sejujurnya, gue pengen lo jd org yg bisa
melupakan samudra. tapi gimana" gue malas kalo punya musuh...' "ra, gue suka sama lo." ucap
arya sambil menatap rara. rara terdiam. "gue jga bingung kenapa suka sama lo" setiap gue cari
tahu, gue semakin sadar kalo gue benar-benar jatuh cinta sama lo." rara masih terdiam. arya
menarik nafas. "cinta gk perlu alasan ra untuk bisa tumbuh dihati. gue berharap hati lo bisa jd
tanah untuk bunga cinta gue." rara terhanyut dgn kata-kata arya, mata arya yg begitu tenang
membuat rara semakin bersalah. 'wah gimana nih.' "sekarang terserah lo. hari ini gue resmi
nembak lo. kalo lo nerima gue sbg pacar... tepat pukul 12 malam lo harus telpon gun, jgn telpon,
dan berarti gue akan ngejauh dari lo." ucap rara dgn harus menatap mata rara. "....." "tpi jangan
paksa gue untuk suka sama sita." ucap arya beranjak pergi meninggalkan rara yg kebingungan.
*** rara terlihat gelisah, sesekali dia mondar-mandir dikamarnya. dia duduk dipinggir ranjangnya.
poster Johny Deep seakan menenangkan hatinya. jam dinding Goofy menunjukkan pukul 23.35.
Rara minum air putih yg diletakkan diatas meja komputernya. tak lama kemudian dia beranjak
untuk mengambil ponselnya. mata rara kelihatan berkaca-kaca. sambil memeluk boneka Goofy
besar dgn satu kotak tisu disampingnya, matanya mulai basah. 'gue cinta sama lo sam... lo suka
gk sih sama gue" sakit bgt saat tau lo jadian sama irna, kenapa sih hidup ini penuh dilemag saat
gue mengharapkan sam untuk jatuh cinta, malah arya yg nembak gue. arya baik bgt, tapi gimana"
rasa cinta gue hanya milik sam. gue binggung!!! kalau boleh milih, lebih baik samudra gk pernah
ada. Bab 12 Ditembak arya Rara melihat jam dinding yg sudah beranjak ke pukul 23.45. rara meraih ponselnya. dia
menghubungi mila. "mil, ini rara." "ra, kenapa" lo abis nangis?" "mil, gue bingung." "kenapa ra?"
"gue cinta sama samudra." rara gk bisa lg menahan air mata yg dari td memenuhi kelopaknya.
"iya gue tau ra." "lo dengerkan mil kalo dia udah jadian sama irna..." tangis rara bertambah keras.
"ra, lo tuh cewek yg kuat, jangan nangis dong." "sekarang gte lg bingung mil, lo tau arya kan.?"
"iya gue tau." "dia nembak gue mil, kata-katanya td siang nyentuh gue bgt." rara mengelap air
matanya dgn tisu. "......" "gue sayang sama arya, tapi gue masih berharap sam bisa jadi pacar
gue." ucap rara sedikit tenang. "ra, lo tau gk kalo di dunia ini harapan terkadang datang dalam
bentuk lain?" "maksud lo?" "mungkin aja tuhan memberikan lo harapan yg hasilnya sama dgn
harapan lo sebenernya. hanya saja bukan dlm sosok sam, tapi arya. lo ngertikan maksud gue?"
ujar mila bijak. "iya, gue ngerti." rara lalu melihat jam didindingnya. "thanks mil, udah mau jd
pendengar sekaligus penasihat gue." "met tidur ya ra, jgn sedih lg, gk lucukan teman gue yg
cantik harus brkt sekolah dgn mata lebam seperti digebukin org karena nyolong ayam he,,, he,,,
he,,,." ledek mila. rara tersenyum. "bisa aja lo, met tidur jga. sebelum tidur gue mau nelpon arya
dulu untuk kasih kepastian." "moga sukses yah." KLIK. Jam dinding menunjukan pukul 23.57 rara
mengelap air matanya. dgn tekat yg bulat, rara akhirnya menghubungi arya. "halo, halo...ra!" ucap
arya cemas. "sori ar, gue bingung mau ngomong apa." "gk usah ngomong apa-apa ra, lo hanya
harus jawab satu hal." "apa ar?" "kita udah jadian kan ra." selidik arya. "ehm... udah." ucap rara
belum yakin. "yakin ra?" "yakin." "terima kasih, ra." "gue hanya minta satu hal. lo harus bisa
ngertiin gue. lo harus sabar... jujur aja, saat ini dihati gue hanya ada rasa sayang buat lo. jadi lo
harus sabar untuk memupuk tanah ini buat bunga cinta lo." kata rara sambil memegang dada yg
diibaratkan tanah oleh arya. "pasti ra, gue udah bersyukur karena lo mau jd pacar gue." "met tidur
yah, ar." "met tidur jga. usahain biar gue ada dimimpi lo, besok gue jemput ya?" "iya." Klik.
rara telah rapi dengan seragamnya. Matanya tampak sembab akibat nangis tadi malam. Dia
memakai tas biru serta gelang dengan warna yang sama. Dia memang suka dengan warna itu.
Rambutnya dikuncir kuda. Dia kemudian membuka tasnya untuk mengambil handycam, teropong,
serta kamera digital dan meletakkannya di atas meja. 'Mulai hari ini gue harur lupain sam.' Rara
lalu menaruh semua perlengkapan pengintaiannya. Saat membuka gorden kamarnya, dia terkejut
karena mobil sam berada tepat di depan rumahnya. Sam yang berada di dalam mobilnya tampak
tersenyum kepadanya. 'Ngapain sam ada didepan rumah gue"' Sam menyuruh rara untuk turun
dengan lambaian tangannya. 'Gila, dia nyuruh gue turun. Padahal bentar lagi arya mau jemput
gue.' Rara terlihat panik sekaligus senang. Dengan cepat dia meraih tasnya dan berlari keluar
kamar. Di ruang makan bunda dan ayah sedang menunggunya untuk sarapan. "bun, rara
berankat dulu." rara mencium pipi serta tangan bundanya. Dia lalu beranjak ke tempat ayahnya
duduk. "ayah, rara berangkat dulu." "ra, ambil rotinya. Jangan sampai nggak makan," ucap bunda
karena melihat rara yang terburu-buru. Ayah dan bunda bingung melihat tingkah rara pagi itu.
Rara meraih roti berlapiskan keju yang telah tersedia di meja makan serta susu coklat. Di depan
rumah, samudra telah menunggu dengan senyum manis yang selalu diimpi-impikan rara. Meraka
saling berpandangan. Sinar mata keduanya mengalahkan sinar matahari yang menyinari pagi itu.
Sam mendekati rara yang terdiam mematung. "ehm..." sam memandang rara. "ra, mau berangkat
bareng gue nggak!?" "..." "sori, gue nggak bilang dulu." 'sam lo nggak perlu bilang. Soalnya itu
yang gue harapin selama ini.' "nggak apa-apa kok sam!" "nggak ada yang jemputkan, ra?"
"ng..g....gak" ucap rara gugup. "berangkatnya sekarang yah." 'kenapa sih sam disaat gue mau
ngejauhin lo, rasanya lo makin deket sama gue!!!' "ra..!" sam memanggil rara yang terdiam.
"terima kasih sam. Lo udah mau jemput gue." "nggak perlu. Gue memang berniat untuk jemput lo
kok." sam lalu menarik rara masuk ke dalam mobil. Saat ini perasaan rara menjadi tidak menentu.
Disatu sisi dia merasa bahagia dengan perubahan sikap sam. Tapi di lain sisi, dia merasah
bersalah terhadap arya. Baru berselang beberapa menit rara pergi, mobil arya tampak memasuki
halaman rumah. Rara melihat ke datangan arya dari kaca spion. Sam rupanya juga memerhatikan
kaca spion. "itu mobil siapa yang masuk rumah lo?" tanya sam. Rara berpura-pura tidak
melihatnya. "nggak tahu, gue nggak liat." 'maafin gue ar. Gue nggak bisa nepatin janji pertama
gue.' Ponsel rara berdering. Di displaynya tertulis nama arya. Rara kebingungan. "kenapa nggak
diangkat ra?" rara menengok melihat ekspresi sam. "paling mila ngajak bareng," jawab rara
Cinta Cewek Pengintai Karya Rani di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan bertunduk. "kalau gitu kita ke rumah mila. Gimana?" "nggak usah. Dia biasanya diantar
kakaknya." sekali lagi rara menjawab sambil merunduk. Dia takut terlihat berbohong. "janganjangan yang tadi mobil kakaknya mila." "bisa jadi." ponsel rara berbunya lagi. Tapi kali ini yang
terdengar seperti bunyi kokokan ayam jago. Itu menandakan bahwa dia mendapa sms. Ternyata
dari arya. 'Ra, lo marah" Kok ponsel lo nggak diangkat. Sori semalem gue nggak bisa tidur. Jadi
kesiangan jemput lo deh.' Rara menjawab sms itu hanya dengan satu kata: 'NGGAK.' "lucu juga
bunyi nada sms lo." "kemarin gue dikirimin mila." "boleh tuh kirim keponsel gue pakai bluetooth.
Eh iya, gue juga belum punya nomor ponsel lo. Boleh tahu?" "boleh." klik.
Bab 13 Rahasia Bunda mobil jeep sam memasuki halaman parkir sekolah anak bangsa. Feby terlihat keluar dari mobil
BMW hitamnya, dia memandang sinis kearah mobil sam, kepala rara menunduk untuk
menghindari tatapan feby yg sinis. Feby kemudian menarik sam, "sam, lo kok mau bareng sama
dia?" sam terlihat kesal. "maksud lo apaan?" rara yg gk mau terlibat konflik pergi meninggalkan
feby dan sam, "lo memang gk tau kalo kemaren ada cowok yg bela-belain jemput dia!?" "gue gk
tau!" jawab sam sewot sambil berjalan menjauh dari feby. "sam, tunggu gue blm selesai." febypun
terus mengejar sam. rara kini sudah masuk kedalam kelas. mila terlihat membaca majalah remaja
terbitan perusahaan ayah rara. "gimana semalem ra?" tanya mila ketika rara sudah duduk
dibangkunya. rara menatap mila. "gue udah jadian sama arya." "terus?" "gue bingung." "bingung
kenapa?" "td pagi gue janjian sama arya berangkat breng kesekolah. tp td pagi sam jemput gue."
"kerumah lo! kok bisa?" "makanya gue bingung, gue merasa bersalah sama arya." "kira-kira arya
tau gk lo dijemput sam"!" "gk tau, menurut lo kenapa sam jemput gue.?" "ehm....lo gk tanya sama
dia?" "nah itu dia, gue gk sempat tanya sama sam." "ra, lo percaya gk?" "percaya apaan?" "sam
sebenernya udah tau kalo lo ngintai dia." mila menatap rara yg kebingungan. "dia pasti tau kolo lo
suka sama dia." "kok lo bisa ngomong gtu mil?" tanya rara penasaran. "gue liat dari cara sam
ngomong dan dari cerita lo soal yg ditaman itu, gue yakin bgt kalo sebenernya dia udah tau." "iya
jga sih gue jga udah curiga" Rara terdiam. "tp kenapa dia gk ngomong kalo udah tau." "nah itu yg
gue gk ngerti." "jd gimana nih" gue udah terlanjur jadian sama arya, gue gk akan bisa nyakitin org
yg udah baik sama gue." "Iya jalanin aja dulu." "iya deh, tapi lo jgn ngomong-ngomong kalo gue
udah jadian sama arya, teruma sama tino." "beres, tapi janji. lo harus bilang kebokap lo bahwa
gue bisa berlangganan majalah ini selama 3 bulan." ucap mila sambil memegang majalah terbitan
ayah rara. "OK, jata, gue selama tiga bulan buat lo." "bener nih ra!?" "iya, asal jgn minta gudm untuk jadiin lo
cover majalah." rara melirik mila. mila mencubit pinggang rara. "rese deh, masih inget aja lo
kejadian di kolam renang." "ya inget lah, itu Kan jejadian yg paling bikin gue malu, he...he...he"
ledek rara. *** Rara melintasi lapangan basket untuk menuju toilet. Kebetulan kelas sam sedang mendapat
pelajaran olahraga. feby dan ganknya main basket dgn murid cewek, sementara sam beqada
dipinggir lapangan bersama tino, fikri dan murid cowok lainnya. sam yg melihat rara langsung
memberi senyum kpd gadis itu. feby dgn ganknya yg jga melihat rara melintas dilapangan basket
merencanakan sesuatu. mereka berbisik-bisik ditengah lapangan. Ketika rara tepat berada
dilapangan basket, feby melemparkan bola basket dgn kencang kearah rara, rara tidak sempat
menghindar, bola itu tepat berada mengenai badannya dn seketika itu jga dia jatuh pingsan
dipinggir lapangan. Dari pelipis kanannya darah segar mengalir. Sam yg melihat kejadian itu
langsung berlari, dgn sigap dia mencoba menyadarkan rara. "ra, bangun." ucap sam sambil
memangku rara. feby jga ikut melihat rara dan berpura-pura sedih. "sam, gue gk sengaja." "jgn
bohong, kita liat lo sengaja melempar bola kearah dia." ucap tino sewot. "no,lo jgn nuduh temen
gue dong!" seru sita membela feby. Sam lalu menatap feby dan ganknya. "No lo bantu gue angkat
rara, fik lo lapor sama guru BP, terus masuk kelas rara dan panggil mila. minta dia keruang UKS."
pinta sam. dgn dibantu tino dan murid-murid yg lain, sam kemudian mengankat rara. bu widia,
guru BP masuk keruang UKS bersama tino dan mila, mila langsung menghampiri rara yg terbaring
diranjang. "rara udah sadar belum sam?" tanya mila dgn mata yg berkaca-kaca. "belum mil, jgn
nangis dong. lebih baik lo telepon keluarganya." kata sam. "udah, bundanya mau kesini setengah
jam lg." bu widia kemudian melihat luka rara. "coba ambilkan kotak putih" kata bu widia kepada
tino. "ini buk." "gimana ceritanya bisa seperti ini sam" hari inikan giliran kelas km yg dapat
pelajaran olahraga?" tanya bu widia sambil menciumkan alkohol ke hidung rara.
"gk tau bu,td giliran cewek yg main bola basket." "feby dan ganknya yg sengaja melempar bola ke
arah rara, bu." mila tiba-tiba ikut bicara. "km liat?" "saya yakin bu, gk mungkin kalo tidak sengaja,
rara jaraknya lumayan jauh dari lapangan." "iya bu, saya liat." fikri ikut menimpali. "nanti ibu akan
panggil mereka, akhir-akhir ini memang bnyak pengaduan dari junior mengenai mereka." rara
mulai sadar. matanya terbuka dan menatap sekelilingnya. "bu liat." mila menunjuk rara. "udah
istirahat aja kalau sudah kuat berjalan, ibu antar ke rumah sakit." rara menganggukan kepala.
setengah jam kemudian bunda datang untuk menengok rara, dia memakai bju kerja warna coklat
dan tas tangan kecil dgn warna yg sama pula. bunda melihat pelipis rara, "km kenapa sayang." bu
widia kemudian menyodorkan tangan. "maaf, anda ibunya rara?" "Iya, saya ratih bundanya rara."
ucap bunda membalas sodoran tangan bu widia. "maaf bu karena rara bisa seperti ini." "gk apaapa bu, semua kejadian di dunia ini sudah ada jalannya." ucap bunda dgn nasihat psikologinya.
bunda kemudian memegang tangan rara. "bu, rara boleh pulang?" tanya bunda pada bu widia.
"boleh, biar saya antar kerumah sakit." "gk perlu repot. ibu masih banyak tugas untuk menjaga
murid-murid yg lain."
"makasih bu, bru kali ini saya tidak disalahkan org tua murid." kta bu widia tersenyum. "samasama." "saya keluar dulu, ingin lapor ke kepala sekolah, mari bu." "silakan." fikri memerhatikan
bunda. bunda tampak tersenyum fikri kemudian berbisik pada tino. "pantas rara cantik, nyokapnya
aja cantik." tino menyikut tangan fikri. "diam,, jgn berisik gk enak sama yg lain." sam menghampiri
bunda yg sedang menutup luka rara. "tante ratih." sam menyodorkan tangan. "masih kenal sama
sam kan" anaknya peter sasongko." "masih"bunda membalas sodoran tangan sam. "waktu
perayaan perkawinan ayah km, tante kan sudah dikenalin." "waktu itu rara gk ikut yah tante." "iya,
dia lg di yokyakarta bareng kakaknya." "kak dicky maksud tante?" "iya, km dpt salam dari dicky."
"pengen jga sih ketemu kak dicky lg, oh iya terima kasih ya tante atas telpon-telponannya. bru
ketemu lngsung lg nih." "iya." bunda kemudian melirik rara, bunda sudah mengira kalau rara
bingung atas sikapnya yg asyik mengobrol dgn sam. 'ajunda kok akrab bgt sama sam, terus
kenapa kak dicky gk cerita kalo dia kenal sam" sam kok bilang makasih ke bunda" jadi heran...'
"bunda kok malah sibuk ngobrol, rara dicuekin nih." ujar bunda manja. bunda kemudian membelai
rambut rara. "mila, antar bunda kerumah sakit yah, mau kan?" "mau bun, td jga udah dikasih izin
bu widia," ucap mila. rara menatap sam yg dari td perhatian bgt sama dia "makasih yah sam."
ucap rara pelan. "iya ra." Sam memegang tangan rara.
Bab 14 Antara Kebahagiaan dan Kesedihan. Rara tampak duduk diruang tamu disofa berwarna cokelat.
Di dinding ruang tamu itu terpampang foto keluarga berukuran besar. disalah satu sudut dinding
itu ada lukisan wajah rara dari cat minyak. lukisan itu dipesan rara didaerah pasar baru. Pelipis
kanan rara masih dibalut perban dia sedang menonton tv sambil menikmati buah mangga
bersama mbok karti di sebelahnya. Tibaa-tiba bel rumah berbunyi, mbok karti beranjak untuk
membuka pintu. "neng rara, ada temennya dateng!" "siapa mbok?" "tetangga depan." rara melihat
ke arah sam yg telah berdiri dihadapannya dgn membawa bingkisan buah apel. "sore ra." "hei
sam, duduk." sam pun duduk disebelah rara. "gimana td kerumah sakit?" "gk apa-apa kata
dokternya lecet aja." "ini ra." sam memberikan bingkisan yg dibawanya. "makasih sam." "ra gue
mau tanya sesuatu ke lo." "apa?" sam mengeluarkan foto yg pernah hilang dari album rara. rara
terkejut melihat foto itu ada pada sam. "itu foto milik lo kan?" "gue dapet ini dari kak dicky. dia
sekarang tinggal dijepang kan! dirumah masih ada satu, foto itu dari lo jga kan?" 'pantas aja waktu
libur semester kak dicky berlama-lama di kamar gue, maksud kak dicky apaan sih ngasih foto
diam-diam" terus kak dicky cerita apa aja ke sam"' rara tersenyum. "iya." "lo punya bakat fotografi
jga yah," "makasih." ucp rara sambil mematikan tv. "kak dicky cerita banyak tentang lo." sam
menatap rara dgn pandangan penuh arti. rara membalas tatapan ram. 'dari dulu gue berharap
bisa menatap mata lo dari dekat sam. rasanya udah gk ada lg hal membahagiakan yg patut gue
rasakan lg kalo gue udah liat mata lo, aishiteru sam, ich liebe dich sam, i love you sam, ana
uhibuka sam, wo ai ni sam, gue cinta lo sam...' "bukan karena cerita kak dicky kalo saat ini gue
cinta sama lo ra, sejak pertama liat foto lo yg dikirim kak dicky, gue jatuh cinta sama lo." mbok
karti datang membawa dua gelas jus jeruk. rara dan sam sesaat terdiam. "terima kasih mbok!"
ucap sam. mbok karti tersenyum dan berlalu sambil membawa bingkisan apel dari sam. "diminum
sam." "iya." kata sam sambil meneguk jus jeruknya. "kak dicky bilang kalo gue harus berpura-pura
gk tau keberadaan lo. tapi hati dan bibir ini rasanya pengen bilang secepatnya, makanya kadang
gue mancing lo untuk ngomong."
'jd waktu itu lo gk asal ngomong sam. berarti gue bodoh bgt karena gk sadar kalo sebenernya lo
udah tau. berarti waktu lo senyum dilapangan basket rumah lo itu bukan imajinasi gue aja sam"'
"gue berharap lo ngomong suka sama gue sampai-sampai gue pura-pura jadian sama irna.." "Jd
selama ini lo gk jadian sama irna?" tanya rara terkejut. "gk, dia tau kok tentang kita." sam
meminum jusnya lg. "memang pertamanya dia suka sama gue. tpi irna itu orgnya dewasa, dia
mau ngertiin gue dan akhirnya bantuin gue." rara masih terlihat bingung. "masa sih, irna jago jga
aktingnya." "waktu ketemu di studio foto box, itu memang kebetulan, tp saat discore itu rencana
gue sama bunda." "bunda"!" rara berteriak. "iya bunda, bunda nelpon gue kalau lo pergi ke score
akhirnya gue kesana jga." '
'makasih bun akhirnya sam bisa ngomong seperti sekarang.' "ra, mau gk lo jd cewek gue," selalu
ada pada setiap samudra yg gue lewatin dalam hidup." ucap sam mencoba mengibaratkan
perjalanan hidup adalah samudra yg harus dilewati. rara baru saja ingin menjawab pertanyaan
sam. tetapi bel rumah berbunyi, rara beranjak membuka pintu. dihadapan rara arya berdiri masih
mengenakan seragam sekolah, dia tampak khawatir. "arya!!" pekik rara. "td gue nelpon ke ponsel
lo, tp gk diangkat. akhirnya gue nelpon mila, dia bilang lo sakit karena kena bola basket." arya
memegang pelipis rara. "gimana lukanya." "gk apa-apa." ucap rara dan dia tidak berani menatap
mata arya. "maaf ya gue gk bwa apa-apa. soalnya td les tambahan." "....." "ra gue sayang lo."
"kalau ada apa-apa telepon dong! jgn sampai gue tau dari org lain." "makasih ar," sam
menghampiri rara yg saat itu rambutnya sedang dibelai lembut oleh arya. sam terlihat cemburu.
"hei!"Arya melambaikan tangannya. sam cuek dgn lambaian tangan arya. "ra, gue pulang dulu."
ujar sam sambil keluar dari rumah. "sam kenapa?" "....." "ra.?" "ng,,, gk tau." 'oh god, kenapa jarak
kebahagiaan itu sangat tipis dgn kesedihan, kenapa jga kau ciptakan dua pasang mata yg begitu
indah milik mereka, dua mata yg membuat gue gk bisa lepas dari pandangannya.' arya menatap
rara dgn curiga. tapi dia tidau berani bertanya, selama beberapa menit mereka duduk, semuannya
hening. rara berusaha menahan air mata yg mendobrak keluar karena rasa bersalah terhadap
keduanya. di meja tamu masih terdapat foto sam dan jus jeruknya. mbok karti datang membawa
minuman yg sama dgn yg dia berikan kepada sam. "makasih, mbok." ucap arya. mbok karti
membereskan gelas minuman dan membiarkan foto sam tetap berada diatas meja. "diminum ar."
arya minum sambil meraih foto yg mengganggu pikirannya. "ini bukannya foto sam?" "iya," rara
mengambil foto itu. "mungkin lupa dibawa sam." arya memandang rara. "ra jgn mengalihkan
pandangan gitu." rara sesaat memandang arya. "...." 'gue gk bisa liat mata lo, gue bingung ar.'
rara menatap arya yg memerhatikan lukisan di dinding. 'sebenernya gue lebih jahat kalo gk
ngomong jujur sama lo. tapi gue gk bisa kalau gue liat mata lo yg mirip bgt dgn mata sam.' "bgus
yah ra" persis bgt dgn aslinya, siapa yg ngelukis." "pelukis jalanan. rara pesen didaerah pasar
baru, pelukis di sana sebenernya bnyak yg bermutu, hanya aja mereka gk punya galeri." "kapankapan antar arya kesana yah," "boleh." "bsok pagi sekolah ra?" "sekolah." "arya jemput boleh"
arya.?" arya memerhatikan ekspresi rara. "gue janji gk telat lg." "boleh." arya beranjak dari tempat
duduk dan mendekat ke rara. "arya balik dulu yah ra." "iya." ucap rara dgn menatap arya. "salam
buat bunda ya." tambah arya sambil terus menatap rara.
Bab 15 Rara terlihat tidak bisa tidur. berkali-kali tubuhnya tidak bisa diam. dia terbangun dan mulai
mondar-mandir dikamarnya. berkali-kali jga dia melepaskan pandangannya ke langit-langit
kamarnya. waktu menunjukan pukul 01.15 rara beranjak menyalakn lampu. dia duduk di depan
komputer dan mulai browsing internet. 'gue harus bisa chating dgn seseorang malam ini agar bisa
sedikit melegakan hati gue.' rara menggigit bibirnya. 'malam-malam gini mila pasti udah tidur.'
setelah beberapa lama, room chat mulai loading, rara memakai nama R42 dalam ID chat nya.
selang beberapa menit banyak nama yg mulai masuk ke room chat rara, ada yg bernama blacky
sweet boy, gemini boy, cut3 boy, scorpio cool, dan broken hearted boy. rara lebih memilih yg
terakhir, sedangkan yg lain ia keluarkan dari room chatnya.
"ASL, please " "16 female JKT Indonesia. How about you?"
"ngomong indonesia aja, gue org indonesia jga kok "
'enak jga nih buat ngobrol, gk perlu repot-repot pakai bahasa inggris.'
"lo blm jwb pertanyaan gue."
"18 male JKT jg, gue bru liat nama lo di room chat ini, simple bgt R42."
"iya, gue jarang chatting, gue chatting kalo lg bete aja."
"memang sekarang lo lg bete.?"
"iya." "wah,,, sepertinya lo dpt teman chat yg tepat untuk dengerin cerita lo."
"memang kenapa?"
"karena gue jga lg bete."
"kenapa?" "cewek gue ngebingungin. padahal gue bru jadian sama dia."
"terus..." "udah, lo aja yg cerita, ladies first!"
"lo aja dulu, gk selamanya ladies first."
"udah lo aja duluan."
"sebelum cerita, gue mau tanya kenapa sih lo pakai nama broken hearted boy.?"
"biar keliatan jomblo " rara tersenyum mendengar jawabannya.
" dasar cowok." 'playboy jga nih cowok."
"jgn salah, gue setia loh."
"selingkuh tiada akhir kali, he... he... "
"iya deh, jd kapan mulai curhatnya?"
"oh, iya. sampe lupa. gue sekarang punya cowok namanya arya."
"arya.... " "kenapa?" "gk, namanya mirip sama temen gueg."
"oh,, nama arya kan bnyak.!"
"R42 apaan sih?"
"itu nama gue. Rara. 4 itu A sdngkan 2 itu 2 kali."
?" "maksud lo apaan?"
"lo sekolah dimana?"
"SMA Anak Bangsa, kenapa?"
" " "maksud lo apaan?"
"gimana kelanjutannya" "
"gue sayang sama arya."
"terus... " "ehm...." "terus... "
"tp rasa cinta gue untuk sam, dilema bgt kan?"
"sam..."!"
"samudra nama aslinya, gue udah dua tahun mengintai sam ke mana pun dia pergi, di taman, di
tempat boxing, di kolam renang sampai-sampai sekarang gue satu sekolah sama dia."
"....." "maksud lo apaan dgn titik-titik?"
"kelanjutannya gimana?"
"gue gk tau kalau diam-diam kakak gue udah cerita bnyak tentang gue ke dia, malah foto sam
hasil jepretan gue dikirim jga, foto gue jga."
"sekarang gimana dgn ARYA?"
"nah itu dia gue bingung, td siang sam kerumah gue, dia blng kalo selama ini dia tau keberadaan
gue. dia nembak gue td siang."
"nembak lo?" "iya, sebelum gue jawab, arya keburu dtng!"
"gimana kalo waktu itu arya gk dtng?"
"gue gk tau." "kenapa sih lo jadian sama arya pdhal lo cinta sama sam.?"
"waktu itu gue kira sam udah jadian sama irna."
"jd arya lo buat pelarian"!!!"
"iya jga sih, tp waktu jadian sama arya gue udah janji untuk bisa melupakan sam."
"....." "hanya saja pagi harinya sam mendadak jemput gue sekolah."
"jemput lo?" "iya, makanya dilema bgt" menurut lo gimana?"
"sekarang gue tanya sama lo, sebenernya perbandingan CINTA lo ke sam dan arya berapa sih.?"
"....." "jawab dong?" "kelihatannya lo penasaran bgt sama cerita gue?"
"iya gtu deh, jawb dong, please...."
`kenapa nih org penasaran bgt sama jwban gue. memang dia siapa"`
"sebenernya gue lbh ingin jd pacar sam."
"!?" "tapi ketika gue liat mata arya, gue gk bisa ngomong apapun karena pandangannya begitu
tenang." "`....."
"jwbnya kok bgtu" gue gk ngerti."
"!?"" "please"."
"!?"" "lo blm curhatkan?"
"see you semoga lo bhagia."
"hei! jgn pergi dulu, gue blm tanya nama asli lo?"
"!!?" rara memerhatikan komputernya. matanya menerawang ke langit-langit.
`semoga lo bahagia, mana bisa. apalagi kalau lg bnyak masalah begini, aneh ini org.` rara
memegang dadanya. 'kenapa hati gue jd merasa gk enak chatting sama dia, siapa sih dia"' rara beranjak ke tempat
tidur. 'sial gue masih aja kepikiran sam dan arya.' rara tampak gelisah di tempat tidur, waktu sudah
menunjukan pukul 03.20 kamarnya bgtu hening. hanya ada suara tiktok jam. rara terbangun
karena bermimpi ane. "nggaaak!" napas rara memburu, keringatnya bercucuran membasahi bju tidurnya yg bermotif
garis-garis putih. `apa maksud mimpi itu"' rara beranjak ke kamar mandi. dia membasuh mukanya dgn air,
Cinta Cewek Pengintai Karya Rani di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
wajahnya tampak pucat. 'kenapa gue mimpi samudra dan arya secara bersamaan" kenapa hanya sam yg bisa lepas dari
gelombang angin itu"`
Bab 16 Ketika Takdir berasal dari Kesalahan Matahari pagi sudah beranjak naik.
Rara melihat jam dinding, waktu menunjukan pukul 06.30. tidak biasanya dia bngun kesiangan.
biasanya dia bngun pukul 05.00 untuk solat subuh terlebih dahulu dan berolahraga sebentar. rara
pun segera beranjak ke kamar mandi. selang 10 menit rara telah rapi dgn seragamnya, pelipis
kanannya masih dibalut. dia masih memikirkan cowok yg chatting dgnnya semalam, mimpi yg
aneh dan kejadian kemarin. rara menyisir rambutnya. 'kenapa bnyak bgt hal yg membuat
perasaan gue gk enak.!' Rara menguncir rambutnya. 'semoga tatapan arya bisa membuat sedikit
ketenangan di hati gue, mungkin sekarang dia udah sampai...' rara melihat keluar jendela. tak satu
pun cowok pujaannya ada Didepan rumahnya. rara lalu duduk diteras rumah. berkali-kali di
melihat jam tangannya. waktu menunjukkan pukul 06.55 menit. rara menghubungi ponsel arya.
terdengar suara operator yg menyebutkan bahwa nomor ponsel itu tidak aktif. 'kemana nih arya"
perasaan gue jd gk enak, gk biasanya ponselnya gk aktif, coaa gue telepon sam. mudahmudahan dia kesiangan jga, jd bisa berangkat bareng.' rara pun menghubungi ponsel sam. 'kok
gk aktif jga kemana mereka berdua" apa mungkin ....'
rara tampak bingung memikirkan segala kemungkinan yg ada. dia masuk ke dalam rumah dan
berbicara dgn bunda. beberapa menit kemudian dia keluar, dari garasi mobilnya jga keluar sedan
BMW keluaran terbaru, lengkap dgn sopirnya, dlm sejarah perjalanan rara kesekolah bru kali ini
dia mau diantar pakai mobil. "terima kasih, mang ujang."
"tumben neng mau naik mobil kesekolah." "iya, mang dirman udah pulang kampung." "tiap hari
mamang jga mau antar neng rara." "boleh." selama perjalanan kesekolah, wajah cantik rara masih
terlihat seperti orang kebingungan. sesekali dia mengambil napas untuk menenangkan
perasaannya yg sedang galau. tak berapa lama mobil rara memasuki halaman parkir sekolahnya.
begitu turun, dia langsung berjalan kekoridor sekolah, suasana tampak ramai, para senior tampak
diluar kelas, terutama kelas samudra, saat itu semua mata tertuju pada rara. mila berdiri di depan
kelas, menunggu rara dgn cemas, "ra!" "kenapa mil?" "....." "ngomong dong?" rara semakin panik.
"lebih baik kita sekarang ke RS Harapana!" rara menatap mila, "ada apa nih mil.?" "Gue gk bisa
cerita.!" "....." mila langsung menarik tangan rara. "cepet ra! gk ada waktu lg." "kita gk izin dulu
sama guru piket?" "gue udah izin." mereka lalu memberhentikan taksi warna hitam untuk menuju
RH Harapan. 'kenapa mila terburu-buru begini" kenapa semua org juga menatap gue" kenapa
jantung gue jd deg-degan gini, jgan-jgan....ah, gue gk mau berpikiran yg aneh-aneh....' rara
menarik napas. taksi warna hitam yg membawa rara dan mila memasuki lapangan parkir rumah
sakit. mila membayar taksi dan segera masuk ke ruang gawat darurat. sekilas rara melihat mobil
feby telah terparkir. 'kenapa hati gue semakin sakit" ritmik jantung gue jd gk beraturan begini, ada
apa sih.' "mil, kita mau kemana sih?" "liat aja dulu." rara terkejut karena dia melihat sita sedang
menangis di pangkuan feby, dewi terlihat berdiri disampingnya. disitu masih ada tino yg berdiri
didekat tembok rumah sakit dan seseorang ibu muda yg jga menangis bersama suaminya. gadis
kecik berumur 6 tahun yg membawa boneka barbie tampak bingung. sita menatap rara dgn sinis.
"mil, kenapa mereka disini" siapa ibu itu mil." "lo harus tegar ra, dia ibunya arya." "arya!!!" pekik
rara tertahan. sita berlari menghampiri rara. "ini semua gara-gara lo, dasar cewek brengsek.!"
teriak sita sambil terus menangis. "gara-gara gue?" jawab rara bingung. "sit, udah cewek
brengsek kek dia gk akan sadar kalo melakukan kesalahan." feby menenangkan sita yg kalut. sita
melepaskan pegangan feby, "lo gk sadar kalo kemarin malam lo chatting sama arya.?" "kemarin
malam?" 'jadi broken hearted itu arya.' "iya." sita kemudian menunjuk ruang operasi. "sekarang
arya dibalik pintu itu sedang melawan maut karena lo!!!" teriak sita. raut muka rara berubah. dia
mulai tak kuasa menahan air matanya mendengar pejelasan sita. "arya nelepon gue semalem, dia
cerita semua tentang lo dan sam. lo sadar gk sih kalo dia mengendarai mobil dalam keadaan
mabuk karena lo" karena lo dia tabrakan!!" pekik sita. 'ar, maafin gue, maafin gue,,, gue gk ada
maksud nyakitin lo. gue gk tau kalo gue chatting sama lo, gue bodoh karena gk sadar kalo itu lo.'
rara berlari menuju kamar tempat arya dirawat, dari balik pintu kaca itu tubuh arya terlihat penuh
dgn selang infus. disekelilingnya ada dokter dan suster yg mencoba memperjuangkan hidupnya.
rara menangis melihat keadaan itu. dia blm tau apa yg menimpa arya. dia hanya sadar kalau ini
semua karenanya. "ra, yg sabar yah!" "mil, sebenernya arya kenapa?" tanya rara dgn terus meneteskan air mata.
"entar jga lo tau" "ini salah gue ya mil" gue gk tau kalo kemarin malem gue chating sama arya."
rara mencoba mengingat mimpi yg membangunkan tidurnya. "mungkin ra, takdir kadang memang
ada sebabnya, bisa jd sebab itu berasal dari kesalahan kita sendiri." "lo tau mil, semalem gue
mimpi tentang sam dan arya." "mimpi apa ra?" "mereka terbawa gelombang angin. gue berusaha
mengejar gelombang itu. tapi yg gue dengar hanya suara angin yg begitu kencang. ketika gue
mulai lelah mengejar, yg ada hanya sam dibelakang gue, dia memanggil nama gue dgn rasa
bersalah karena gk bisa menyelamatkan arya. gue takut mil kalo mimpi gue akan sama..." rara
semakin kuat menangis. "memang udah jd kenyataan ra!" "maksud lo?" "ehm...." pintu ruang
operasi terbuka. suster keluar dari balik pintu yg selalu membuat jantung semua org berdetak dgn
kencang. "keluarga arya kusuma jati dan temannya yg bernama rara di persilahkan masuk."
"gimana keadaan anak saya sus?" tanya ibunya arya. "silahkan masuk bu, nanti ibu bisa lihat
sendiri." mereka pun masuk. diluar tino terlihat berbicara dgn mila, sita terlihat makin cemas. dia
hanya bisa melihat keadaan arya dari balik kaca. feby dan dewi duduk melihat sita. muka arya
terlihat pucat, hampir sama dgn baju operasi putih yg dipakainya. bagian kepalanya masih terbalut
perban, alat bantu pernapasan jga masih menempel dihidungnya, tetesan infus terus mengalir.
disamping tempat tidur terlihat alat bantu untuk mengetahui perkembangan detak jantung. dokter
dan suster masih terus memerhatikan perkembangan arya. ibu arya terus menangis, hanya
ayahnya yg kelhatan tegar, rara tidak berani mendekat dia hanya mematung melihat keadaan
arya. arya tersenyum ketika adiknya memberikan boneka barbie. "ini buat nemenin kak arya, biar
kak arya cepet sembuh." "makasih ya, kalau kakak udah sembuh, kita main kemana?" silva
meloncat. "main kekebun binatang!" teriak silva. "silva gk boleh berisik, kak arya lg sakit yah
sayang." "iya mami," ucap silva polos. arya menatar rara yg berdiri mematung. "ra sini!" rara
mencoba tersenyum. keluarga arya menengok kearah rara. rara mendekati arya dan duduk
disebelah adik arya. "mami papi kenalin ini rara yg arya ceritain kemarin." ucap arya berusaha
tidak terlihat kesakitan. mami arya menjabat tangan rara begitu jga papinya. mereka tersenyum
dan terlihat begitu ramah.
"cantik kan, mam," "iya, tapi kamu jgn bicara terus." arya terlihat makin pucat, pandangannya
kabur, rara hanya terdiam melihat mata arya yg semakin melemah, arya memegang kepalanya
dan berteriak kesakitan, mereka semua yg diruang itu terlihat panik. "mam,..!" teriak arya dgn
memegang kepalanya. "dok, anak saya kenapa?" "kami akan berusaha bu, walaupun kecil
harapannya, waktu tertabrak, kepalanya terbentur sangat keras." "mam..!" rara terus menatap
arya yg kesakitan. 'ya allah bantu arya karena ini kesalahan rara, biarkan rara yang menggantikan
rasa sakit yg dideritanya....' rara terdiam. hanya air matanya yg terus mengalir dari kelopaknya,
orang tua arya terlihat pasrah, mereka hanya bisa menatap kosong, adik arya jga hanya
kebingungan melihat keadaan itu. detak jantung arya semakin melemah, tak berapa lama arya
langsung tak sadarkan diri, dokterpun berusaha memberikan kejutan pada jantungnya dgn alat
pacu jantung. berkali-kali dokter menempelkan alat itu pada dada arya, tapi tidak ada reaksi,
dokter pun memeriksa urat nadi arya. "maaf bu, kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi." ucap dokter
itu sambil berlalu. mami arya langsung menangis disamping tubuh arya yg telah ditutup kain putih oleh suster,
sementara papinya hanya menatap kosong, rara terlihat pucat berlari keluar ruangan dgn air mata
yg terus mengalir dari kedua matanya yg indah. rara terus berlari melewati lorong-lorong rumah
sakit, melewati mila, feby, dewi, tino dan sita. dia baru berhenti ketika kakinya menginjak ditaman
dibelakang rumah sakit. disitu dia menangis sepuas-puasnya, 'gue emang cewek brengsek,!
maafin gue ar. gue gk akan maafin diri gue dan gue jga gk bisa maafin org yg udah nabrak lo...'
rara mengelap air matanya. 'kenapa mila bilang mimpi gue jadi kenyataan."
Bab 17 Kenapa Harus Sam Tepat jumat sore, dipemakaman dekat daerah jakarta selatan, jasad arya dikebumikan. org tua
arya masih terlihat shock, terutama maminya.
org tua rara jga ikut hadir disampingnya berdiri rara yg berkerudung hitam dan menggandeng
tangan adik adik arya. dia menatap sekeliling dia tidak menemukan sosok sam disana.
mila bersama tino dan fikri, didekat mereka berdiri feby, dewi dan sita. teman-teman arya banyak
yg hadir ada rudi teman akrab arya yg berkenalan dgn rara dan mila ditoko kaset serta guru-guru
dari sekolah arya. sebuah mobil penjara tampak memasuki area pemakaman, terlihat dua org polisi turun dari mobil
itu serta seorang pemuda yg berumur sama dgn arya, dia berpakaian hitam dgn topi yg menutupi
seluruh wajahnya. rara melihat pemuda itu dgn kebencian, mila, tino dan fikri melihat wajah rara. org tua arya terlihat
pasrah dan tidak memedulikan pemuda itu, semua yg hadir ditempat itu saling berbisik.
prosesi pemakaman telah selesai, saat pemuda yg dikawal polisi itu akan kembali naik kemobil,
rara berusaha mendekatinya. mila mengikuti rara.
"pak tunggu sebentar!"
"iya." ucap salah satu polisi.
"boleh saya bicara dgn org ini."
"silakan." kata kedua polisi itu.
"gue gk tau siapa lo," yg gue tau, lo adalah org yg udah melengkapi kesalahan gue. kenapa mobil
arya yg harus lo tabrak, kenapa lo hanya luka memar aja"!" mata rara semakin basah.
"....." "ngomong dong!!" teriak rara.
"lo bisa ngomongkan"!" seru rara sambil menarik topi yg menutupi wajah pemuda itu. rara terkejut
ketika melihat wajah dibalik topi itu.
"sam!!!" pekik rara.
"gue memang pelengkap kesalahan lo ra." kata sam pelan.
"maafin gue ra." kata sam sambil berlalu meninggalkan rara. rara tediam, matanya menatap sam
dan gundukan tanah tempat tubuh arya terbaring, mila yg ada disampingnya memegang tangan
rara yg seakan-akan menjadi penyangga untuk tubuh rara yg berdiri lemah. fikri dan tino mengejar
sam. *** HARI ini sepekan sudah kematian arya, rara msih jga shock dia merasa bersalah. hal itu masih
ditambah kenyataan bahwa samudra lah yg menabrak arya, dalam pikirannya hanya ada rasa
sedih, bingung dan kesal. rara dia tak bergerak dikamarnya yg gelap.
hanya cahaya lilin yg membantu penglihatannya untuk menatap foto box bersama arya yg kini
telah dicetak ukuran besar dan foto sam dipinggir danau. matanya tak sekalipun berkedip melihat
foto itu. 'kenapa harus sam yg jadi pelengkap kesalahan gue dan bukan org lain" kenapa" gue benci lo
sam. lebih-lebih gue benci diri gue sendiri sampai-sampai gue gk bisa menatap diri gue di
cermin.' ponsel rara berdering, dilayar telihat nama mila.
"iya mil." "ra, lo sakit" udah dua hari lo gk masuk sekolah."
"gk mil, gue lagi menenangkan diri gue."
"besok sam bebas, keluarga arya gk menuntut sam jga gk terbukti bersalah. gue tino, fikri dan
keluarga sam mau jemput dia dipolsek. lo mau ikut ra?" tanya mila semangat.
"lo kedengarannya seneng ya mil?" jawab rara ketus.
"kok gtu ra," gue senenglah karena sahabat pacar gue bebas."
"lo bisa gtu, tapi gue gk bisa mil. walaupun sam gk bersalah, tetap aja dia yg menjadi pelengkap
kesalahan gue. gue gk akan bisa maafin sam dan diri gue karena udah jadi sebab meninggalnya
arya." "lo gk salah, hanya saja lo dan arya jadi sebab perantara dari takdir yg udah dibuat tuhan." ucap
mila bijak. "udah deh mil, jgn sok nasehatin gue, ngomong itu gampang tapi prakteknya gk semua org bisa
melakukan apa yg pernah diucap." jawab rara ketus sambil menutup ponselnya.
tut....tut....tut.... *** Rara berdiri didepan gerbang sekolah menunggu sopirnya. sejak kematian arya rara tidak pernah
berhubungan dgn mila dan sam. rara tampak gelisah, berkali-kali dia melihat jam tangannya hari
ini mang ujang telat menjemput rara. sam tampak menghampiri rara. tapi wajah gadis itu terlihat
tidak suka dgn kedatangan sam.
"ra..." "....." "mau...pulang bareng ra?"
"gk perlu, gue gk mau ada org yg bernasib sama dgn arya akibat lo ngebut dijalan." ucap rara
ketus. "lo masih marah sama gue?"
"....." "gue mau dipenjara selama bertahun-tahun asal lo gk marah sama gue." sam menatap rara.
"gk perlu. gue hanya mau lo bisa pergi dari gue sekarang!!!" bentak rara.
"gue akan pergi dari sini sekarang, tapi gue yakin lo gk akan bisa mengusir gue dari hati lo." ucap
sam menjauh dari rara. 'gue memang gk akan bisa mengusir lo dari hati gue, tp dgn menjauh dari lo, gue bisa mengurangi
rasa sakit hati gue dan jga rasa bersalah yg terus membayangi gue.'
kebun binatang tampak ramai bnyak pengunjung yg datang karena hari ini ada atraksi gajah dan
harimau disana. rara dan silva adik arya terlihat dikerumunan pengunjung. mereka sedang. mereka sedang
menikmati pertunjukan yg memang jd primadona ditempat wisata itu.
rara menatap silva yg tertawa melihat tingkah gajah yg bisa duduk dan berdiri. silva membawa
boneka barbie dan tas kecil bergambar donald duck.
'gue akan nerusin tugas lo ar untuk jd kakak buat silva'
"lucu yah kak atraksi td, iva seneng bgt apalagi kalau kak arya bisa ikut." rara terdiam mendengar
celotehan silva. "temannya kak arya baik bgt kak! kemarin iva dibawain cokelat, ice cream sama boneka donald
duck." "kak rudi maksud silva?"
"bukan kata mami sama papi, iva gk boleh ngomong nama kakak itu."
'siapa sih temennya arya" kenapa harus dirahasiain...'
"kata mami kakak itu pengganti kak arya, soalnya kak arya udah ada disurga, setiap hari iva
berdoa biar bisa ketemu kak arya disurga." ucap silva sambil menatap langit.
"silva mau ice cream?" tanya rara begitu mereka melintas didepan penjual ice cream yg biasa
mangkal ditempat itu. "ehm,, rasa cokelat." ucap silva meloncat kegirangan.
"habis beli ice cream kita pulang yah kasian mami sendirian dirumah." silva menganggukkan
kepala. "iva jga udah capek."
Bab 18 Kenangan Terindah Rara dan silva turun dari taksi, silva langsung berlari masuk ke dalam rumah. saat itu mami dan
papi arya sedang berada diruang tamu, rara duduk disebelah mami arya sementara silva
dipangkuan papinya. "mami, tadi iva diajak kak rara kekebun binatang."
"terus?" tanya mami.
"ada gajah, harimau, monyet, beruang, burung beo, terus....ada...." silva terdiam dia berusaha
berpikir. "ada jerapah." kata rara menimpali.
"iya, iva liat panjaaaaang banget lehernya..."
"iva mandi dulu yah sama bi ima."
"iya mami." ucap silva sambil mencium pipi mami dan papi. mami dan papi menatap rara, sudah
hampir sebulan ini rara sering main ke rumah arya.
"tadi sam baru kesini." kata mami arya pada rara.
"sam....?" "iya." jawab papi.
"dia minta maaf ke mami dan papi mami senang atas sikapnya yg berani meminta maaf."
"......." "kalau dipikir-pikir anak om yg salah, arya memang labil papi yakin dia pergi ketempat temannya
dan disana dia diajak minum alkohol, padahal dia belum pernah minum."
"bukan anak om yg salah, rara yg salah. arya anak yg baik gk mungkin dia minum alkohol tanpa
sebab." ucap rara pelan.
"rara gk salah, arya gk salah, sam jga gk salah. kejadian didunia gk ada yg bisa menafsirkan. itu
kuasa tuhan, jadi kita harus terima dgn ikhlas." ucap mami.
"......" "makanya rara harus bisa memaafkan sam." kata papi. rara terkejut mendengar omongan papi.
"mami sama papi udah tau mengenai sam dan rara. arya jga pasti senang kalau rara bisa baik lg
sama sam." "rara bingung." ucap rara menahan air mata. mami memeluk rara.
"mami sama papi sudah menganggap rara sbg anak sendiri, jd kalau rara bahagia, mami sama
papi jga bahagia." "terima kasih tante."
"nah, mulai hari ini panggil tante dgn sebutan mami dan om dgn sebutan papi. rara jga harus janji
akan maafin sam." ujar papi. mami mengambil organizer warna hitam kepunyaan arya.
"ra, ini organizer punya arya." kata mami sambil memberikan buku itu.
"kenapa mam?" tanya rara bingung,
"arya menulis sesuatu yg penting sebelum kejadian itu."
"sekarang buku itu jdi milik rara." kata papi.
"terima kasih rara akan jaga buku ini.."
RARA duduk didepan komputer ditemani lampu baca. dia mengeluarkan buku organizer milik arya
dan membukanya. didalam buku itu terdapat foto box arya dan rara serta foto-foto arya semasa
kecil, rara tampak tersenyum melihat foto itu.
Didalam buku itu banyak kata-kata arya tentang rara. cerita tentang pertemuan mereka ditoko
kaset serta saat pertama kali arya '`nembak'`. rara tersenyum melihat kata-kata dalam buku itu.
rara membalik halaman yg berisi tentang perasaan arya saat sebelum kejadian naas itu.
31 AGUSTUS 2004 R42 'Malam ini gue chatting sama cewek gue sendiri, awalnya gue bahagia bgt tapi akhirnya gue sedih
karena rara ternyata nerima gue hanya untuk pelarian. dia gk tau sedang chatting sama gue! gue
yakin dia gk akan nyakitin gue kalau dia tau itu gue.
Cinta Cewek Pengintai Karya Rani di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
R42... gue gk tau kenapa gue bisa jatuh cinta sama lo" yg gue tau besok gue gk akan bisa
nikmatin hidup gue lagi karena tau kenyataan itu, kalau dia jujur tentang sam, gue gk bakal bantu
dia untuk jadi pacarnya, kebahagian dia sepenuhnya adalah tanggung jawab gue. pada dasarnya
gue pengen membuat dia bahagia, walaupun kebahagian itu bukan berasal dari diri gue. gue janji
besok pagi ketika mentari pagi menjemput gue, sebelum itu jga gue harus bisa menyatukan sam
dan rara, itu adalah janji dari pecinta sejati. Met tidur R42.' rara mengangis membaca tulisan
terakhir arya. 'terima kasih ar karena udah pernah jadi bagian dalam hidup gue. gue akan maafin sam demi lo,
gue jga akan bantu menepati janji terakhir lo.'
*** Hari ini rara terlihat semangat untuk pergi sekolah, ini berbeda dgn hari-hari sebelumnya.
biasanya hampir tidak pernah terlihat senyum dilesung pipinya. di sekolah dia menghindar dari
semua org bahkan rara gk pernah keluar kelas dia hanya sibuk berkunjung kerumah keluarga
arya. hubungannya dgn sam dan mila pun renggang.
rara merapikan bajunya didepan cermin. rara bergegas keruang makan, bunda dan ayah
memerhatikan tingkah rara mereka tampak senang dgn perubahan rara.
"bunda seneng bgt kalau hari ini rara yg dulu udah balik lagi." ucap bunda sambil meminum
segelas susu. "balik lagi" memang rara habis kemana?" tanya rara sambil menikmati sepotong roti yg hari itu
terasa begitu nikmat. "habis menjajaki samudra kehidupan." ledek ayah.
"ayah bisa aja." ucap rara tersenyum.
"gimana kekebun binatang sama silva?" tanya bunda.
"rara senang bgt udah bisa merasa jd kakak buat silva bun."
"bunda jga udah beliin boneka barbie buat silva, nanti km bawa kalo mau kerumahnya." rara
menganggukkan kepala. "rara berangkat dulu yah bun." rara mencium pipi bunda.
"rara berangkat dulu ya yah." rara mencium pipi ayah.
sesampai disekolah, rara melihat mila yg jga turun dari mobilnya rara mengejar mila, sahabatnya
yg selama sebulan ini hanya sekedar teman sekelas saja.
"mil...mil...!!"
"......" rara menepuk pundak mila.
"mil!" "kenapa ra?" tanya mila acuh tak acuh.
"maafin gue, gue udah ngomong yg gk enak sama lo, selama sebulan ini gue jga hanya anggap lo
teman sekelas, gue sadar kalo semua omongan lo bener, maafin gue mil!" ucap rara pelan.
"gk perlu ra, lg pula gue hanya temen yg sok tau."
"gue suka mil dgn sikap sok tau lo itu, maafin gue please!" rara mengulurkan tangannya.
"......" mila tersenyum.
"bukan hanya lo ra yg harus minta maaf, gue jga salah gue seharusnya bisa lebih ngertiin lo. "
ucap mila sambil mengulurkan tangannya.
"ra, ngomong-ngomong lo tau gk kalo bayu cowok lo udah jadian sama feby." tanya mila
meledek. "resek deh, memang bayu cowok gue" tapi ngomong-ngomong kenapa mereka bisa jadian?"
"cieee ada yg penasaran nih.!" ledek mila.
"jgn resek deh!"
"denger-denger sih feby capek ditolak sam, terus bayu capek jga ditolak lo."
"ha....ha....ha....," tawa mila dan rara bersamaan.
"sam gimana kbrnya mil?"
"dia baik." "gue mau minta maaf karena waktu itu gue kasar bgt sama dia."
"dia cerita semua tentang itu kok."
"terus....?" "lo tau gk ra" sam merasa bersalah bgt, sampai-sampai tanpa sepengetahuan lo dia mencoba jg
untuk menjadi kakak buat silva dan pengganti anak buat mami papinya arya."
"gue gk pernah liat dia dirumah arya" mami, papi dan silva jga gk cerita tentang sam."
"sam bilang ke mereka kalo lo gk boleh tau tentang hal itu, sam kerumah arya kalo lo udah
pulang." "pantas saja gue gk gk pernah liat."
'berarti org yg dimaksud teman arya oleh silva itu samudra... so sweet.'
tino dan fikri terlihat berlari ke arah rara dan mila.
"ra, sekarang lo harus secepatnya pergi ke bandara!" ucap tino.
"kenapa?" tanya rara dan mila.
"sam mau pergi selamanya keprancis, mungkin dia gk balik kesini."
"lo tau dari siapa?" tanya rara lagi.
"tadi dia nelpon dari bandara, dua jam lg pesawatnya take off." jwb fikri.
"ya udah, ra kita kesana." kata mila memberi semangat.
"kita izin dulu gk keguru piket." tanya rara polos.
"gk perlu, saat ini yg lebih penting sam, dia merasa bersalah sama lo dan arya makanya dia
memilih untuk jauh dari lo." yakin tino.
"tunggu apa lagi ra, ayo cepat." seru mila menimpali.
"pakai mobil gue aja." kata fikri.
mobil sedan warna kuning meluncur kebandara, saat itu jalan tol menuju bandara macet. mila, tino
dan fikri terdiam melihat wajah rara yg tampak cemas. mereka sampai sana setelah lebih dari dua
jam bertarung dgn kemacetan jakarta. rara, mila dan tino bergegas turun dari mobil, fikri pun dgn
sigap mencari parkiran. "kita udah telat belum nih?" tanya rara pelan.
"gk tau ra, lo berdoa ja biar sempat ketemu sam." jawab mila.
"udah jgn ngomong lg kita tanya aja ke information center." usul tino.
ketika sedang menuju information center mereka terkejut melihat irna.
"itu irna, lebih baik tanya dia aja." kata tino.
"ehm,,, ya udah." jawab rara.
mereka menghampiri irna yg hari itu tampak anggun dgn celana jeans 7/8, baby doll pink dan tas
putih. "na,,," "hai,,,no kok baru dateng"!!"
"sam mana?" "dia udah naik pesawat, org tuanya baru pulang." ucap irna menunjuk pintu keluar.
'kenapa bisa begini sih" saat gue mau deket sama lo, selalu ada aja halangannya kenapa lo bisa
secepat itu mengambil keputusan untuk ngejauh dari gue, padahal masih banyak hal yg belum
gue omongin sama lo"'
"pukul berapa tadi take offnya." tanya mila.
"pukul 08.45 sori ya ra, tadi gue udah nyuruh sam nelfon lo tapi dia takut lo gk mau jawab."
"gk apa-apa, gue balik dulu yah semua." ucap rara menahan air mata.
"ra, gue ikut. kita naik taksi aja." kata mila sambil berjalan mengikuti rara.
ketika rara membalikan bdan dan berjalan kepintu keluar, sam berlari kearah rara, sam tampak
tampan dgn T-Shirt hitam, celana jeans dan sepatu kets putih.
"ra,,, rara...! tunggu!" rara membalikan badannya.
"sam!" sam menatap wajah rara.
"gue gk akan bisa ninggalin lo setelah bnyak kejadian yg menguji cinta kita."
"lo belum berangkat sam?"
"gue memang gk akan pernah brkt ke prancis!"
"maksud lo?" "gue mau brkt ke jepang, itu jga sama lo." kata sam meyakinkan rara yg terlihat bingung.
"sama gue?" "iya karena kak dicky udah ngirim tiket untuk kita." kata sam sambil memegang tangan rara.
"kak dicky?" rara mengingat kembali janji om anton soal tiket JAL.
"syaratnya kita harus ajak pacar kak dicky."
"pacar kak dicky, siapa?" rara memerhatikan semua org.
"irna." "irna"!" rara terkejut.
"iya, sekarang gue siap untuk dipanggil kakak sama lo." ucap irna.
"double honey moon dong nih." ledek tino.
"triple honey moon deh sama tino dan mila." tambah fikri.
"Ha...Ha...Ha..." mereka semua tertawa.
'kebahagian ini semua buat lo ar, lo adalah org yg patut untuk itu. semua kenangan bersama lo
akan ada dilorong-lorong pikiran gue dan itu akan membimbing gue untuk selalu menjadikan hati
ini tanah yg sabur bagi yg namanya CINTA.'
*END* Datuk Pulau Ular 2 Pendekar Rajawali Sakti 100 Kemelut Hutan Dandaka Tarian Cinta 3
"sialan lo, memangnya sms." kata rara sewot.
"maksudnya, gambarnya aja gue kirim lewat mms."
"gk lucu deh mil,,, awas, pasti gue bles."
"ngomong-ngomong ada perlu apa lo telpon gue.?"
"mil, hari ini gue ngintai sam ditaman."
"terus." "pas gue lg asyik, tau-tau sam udah ada dibelakang gue."
"sam tau lo lg ngintai dia!?" seru mila sedikit berteriak.
"gue gk tau, tapi..."
"tapi apaan"!"
"dari cara dia ngomong sepertinya dia udah tau deh."
"memang dia ngomong apaan?" "dia bilang gue kreatif boong karena alasan gue gk masuk akal
gtu." "memang alasan lo apaan?"
"gue bilang lg motret burung merpati."
"ra, sampai kpn sih lo sembunyi terus?"
"target gue sebelum gue, sebelum sam lulus gue harus bisa jd pacarnya."
"jdi lo sekarang harus perang terbuka sama cewek-cewek yg mengejar sam."
"ha...ha...ha. ada-ada aja lo perang terbuka."
"jgn ketawa, lo harus bener-bener jalanin nasihat gue."
"thansks mil atas nasihatnya, have a nice day yah."
klik.. Bab 10 Kelas Baru, Semangat Baru
Upacara bendera baru dimulai. senin ini giliran kelas sam yg bertugas sbg petugas upacara. feby,
sita dan dewi sbg pembawa bendera. tino sbg pembaca UUD dan fikri sbg pembaca janji siswa.
rara tampak di barisan kelas 9-6, dia memerhatikan sam yg memimpin upacara dgn suaranya yg
lantang. tidak ada satu menitpun yg rara lewatkan untuk mengintai sam, walaupun tanpa teropong
dan kamera. sam memang terlihat keren dgn seragam upacara putih bersih, wajahnya yg
blasteran tampak jelas dgn balutan seragam upacara. tak berapa lama upacara selesai, sam
membubarkan para murid. "seluruh peserta upacara bubar jalan!" seru sam dgn lantang untuk
mengakhiri upacara. para murid masuk kedalam kelas masing-masing. sementara sam
membereskan perlengkapan upacara bersama teman-temannya yg lain. dikelas rara kebetulan
sekelas lg dgn mila, bayu, dan ucok. rara duduk sebangku dgn mila dibarisan depan.
dibelakangnya duduk bayu dan ucok. hari ini mereka sudah resmi menjadi murid SMA Anak
Bangsa. didepan kelas mereka telah ada guru yg akan menjadi wali kelas mereka. Guru itu
memakai kacamata tebal dgn kumis yg tipis, kemejanya krem dgn celana bahan berwarna hitam,
nama guru sukirno. para siswa biasa memanggilnya pak kirno. logat jawanya medok ditambah
tubuh yg kurus mengingatkan pada seorang pelawak terkenal. pak kirno memiliki kebiasaan
berdehem. Para murid tampak senyam-senyum melihat tingkah pak kirno yg modar-mandir
didepan kelas. "ehm,,,selamat pagi anak-anak!" ucap pak kirno. "pagii pak!" jawab para murid
serempak. "bapak mengucapkan selamat datang kepada kalian semua di SMA Anak Bangsa,
nama bpk sukirno, kalian boleh panggi bpak dgn pak kirno atau pak no." "pak no apa pano pak.?"
ledek bayu. "ha,,,ha,,,ha,,." tawa seluruh kelas. "memang bpk penyakit kulit" jadi panggil pak kirno
saja biar gk salah tanggap." rara dan mila senang dgn sikap wali kelasnya itu, mereka merasa pak
kirno sama dgn pak togar, wali kelas mereka saat di SMP. bel tanda istirahat berbunyi, para murid
langsung berlarian keluar kelas, termasuk rara dan mila. "cok, cepetan rara udah keluar tuh." "iya,
lo duluan aja, entar gue nyusul." "jgn pake lama." ucap bayu sambil berlari mengejar rara. belum
sempat menyusul rara, dia malah menabrak sam yg baru keluar dari kelasnya. "sori sam."
"kenapa bay?" "gk, gue lagi ngejar teman gue." "siapa?" bayu menunjuk rara akan belok kearah
toilet cewek. "oh, gue kenal sama cewek itu, lo suka sama dia bay.?" "iya tapi dia gk suka sama
gue, kelihatannya ada cowok yg dia suka." sam memerhatikan bayu. "memang siapa yg dia
suka.?" "namanya arya, dia sering jemput rara." "oh yg itu, gue tau." samudra terlihat masih
penasaran. "tapi memang benar dia suka sama arya?" tanya sam menyelidik. "gk tau deh sam."
"....." "gue jga bingung, gue pengen ngelupain dia, tapi dia udah ada disini." kata bayu sambil
memegang dadanya. "gimana kalo lo ubah haluan lo ke feby. diakan cantik jga." kata sam
memberi saran "...." "mau gk?" "ehm,,boleh." sam mengeluarkan ponsel. "nih lo catet no ponsel
sama no telpon rumahnya." bayu mencatat no yg diberikan sam. "thanks yah sam." "iya, tapi jgn
lupa lo telpon." ucap sam berlalu. *** Di toilet cewek ada feby dan ganknya, rara dan mila masuk
dgn senyum yg ramah, kebetulan toilet cewek tampak sepi. "kenapa lo berdua" senyam-senyum
aja, ada yg lucu?" kata feby marah. "gk kok kak, kita hanya mau bersikap sopan sama senior."
jawab rara. "sopan boleh, tpi jgn sampai nganggap kita badut yg pantas diketawain." dewi
menimpali. "bukan begitu maksudnya, maaf deh kak kalo kita salah." jawab mila. "hei sini lo"!"
bentak sita pd rara. "kenapa kak?" "arya itu siapa lo?" "dia temen saya kak." "kalo gitu, bisa gk lo
comblangin gue sama dia.?" "bisa aja, tapi kalo dia gk suka, gimana?" "wah sit, sialan bgt nih
cewek, ngerendahin lo!a" seru feby sambil mendorong rara keaqah sita. sita terlihat panas
dikomporin feby, cewek itu lansung mendorong rara dgn keras, tapi rara tidak tinggal diam sama
sekali. "gue diem bukan berarti gue gk berani sama lo, gue hargain lo semua, tapi sepertinya lo
semua gk nyadar yah."!" bentak rara dgn menunjuk feby, sita dan dewi. "eh sialan lo, pengen gue
tampar ya!" bentak sita dgn melayangkan tangannya kearah muka rara. rara menangkap tangan
sita yg hampir mengenai wajahnya. "berani tampar gue,, gue bakal bilang kepala sekolah, kita
disini sekolah bukan ngurusin senior egois seperti kalian.!" bentak rara lagi, mereka akhirnya
berhenti bertengkar karena banyak murid yg jga ingin masuk ke toilet. "urusan kita belum selesai
ra." sita menunjuk rara sambil pergi meninggalkan rara dan mila. ***
Pulang sekolah, mobil sedan sport warna biru kerunyaan arya telah terparkir di depan SMA Anak
Bangsa. rara yg melihat mobil arya buru-buru mengambil ponsel dan mematikannya. arya tampak
sedang ngobrol dgn sita dgn dewi. sita yg melihat rara mencoba memalingkan wajah arya.
sementara itu. sam tampak bersama tino, feby dan fikri dibawah pohon dekat dgn parkiran. mila
melambaikan tangannya kepada tino, sam tersenyum melihat rara yg sdng asyik mendengarkan
walkman. "ra, itu sam." kata mila sambil melepas headset dari telinga rara. "ada arya jga, dia lg
ngobrol sama sita." "gue udah liat, mending kita langsung pulang aja deh." rar
a lalu mematikan walkman dan menaruhnya di tas. "memang lo gk janjian sama arya.?" "gk, lagi pula mang dirman
jga jemput." "ra, kpn lo mau lepas dari mang dirman?" "gue gk akan lepas dari dia, kecuali dia yg
minta." "gue bangga punya temen kayak lo ra." ucap mila sambil memeluk pundak rara. "udah deh
jgn bikin gue geer." ketika mereka sampai didepan sam dan kawn-kawan, tino memanggil mila.
"mil, sini nongkrong dulu!" "iya gampang." mila menengok ke arah rara. "ra, mau gk nongkrong
dulu" lagian kakak gue masih lama datengnya, mang dirman jga belum keliatan." rara
menganggukkan kepala. "jgn lama-lama ya mil." rara dan mila menghampiri mereka. feby dan
sam duduk bersebelahan, sedangkan rara duduk disebelah fikri, satu-satunya teman sam yg
memakai kacamata. mila duduk disebelah tino, cowok hitam manis pujaan mila, teman-teman sam
termasuk cowok" yg di gandrungi banyak cewek disekolah karena penampilan mereka yg modis,
wajah yg ok, dan tubuh yg atletis. "pulang sama siapa ra?" tanya fikri. "gue dijemput tukang ojek
langganan gue." "tukang ojek" ha,,ha,,ha" ledek feby. "apa-apaan lo feb" gk bgus ngeledek org
kayak gtu.!" bela sam. "hari gini masih ngojek, itu bukannya lucu sam?" feby menimpali. sam
diam, dia tampaknya malas ngomong sama org seegois feby, feby pun pergi mendekati sita dan
dewi. "jgn ambil hati ra, dia memang begitu orgnya." sambung tino. "udah berapa lama langganan
ojek?" tanya sam. "yg pasti dari gue SD" "lama jga ya." fikri menimpali. "temen gue ini orgnya
paling baik, padahal dia bisa nyuruh sopir bokapnya untuk anter jemput." "bohong, jgn dengerin.
mila itu bawel pokoknya ada aja hal yg dia komentarin." "iya bener, tapi gue suka kebawelannya."
"tino apaan sih!" "wah sam kayaknya bakal ada yg jadian nih." "jgn lupa traktirannya yah."
"curang, masa waktu lo jadian sama irna kita semua gk ditraktir." ucap tino tanpa basa-basi rara
terkejut mendengar omongan tino yg tanpa. wajah sam pun tampak merah, mila yakin temannya
pasti sedih bgt mendengar kenyataan itu, tapi kali ini mila salah, rara kelihatan tegar. tidak
sedikitpun kekecewaan tersirat di wajahnya. "berarti double date dong traktirannya, dari tino dan
samudra." ucap rara. "pasti ra." fikri menimpali. "jadi kapan nih sam kita traktir mereka"!"
"memang lo udah yakin mau jadian sama mila"." tanya sam tanpa ekspresia. wajah mila langsung
memerah mendengar pertanyaan sam. tapi tino hanya senyam-senyum aja memerhatikan mila.
"Ok. sekarang gue akan nembak mila didepan kalian." tino pun memegang tangan mila. "mil, lo
mau gk jadi cewek gue?" "gila lo, no!" ucap fikri berteriak. "udah jawab mil," rara menyikut tangan
mila. mila menengok ke arah rara. dia tampak bingung karena gk sangka kalo tino suka sama dia.
'jawab mil, lo tuh beruntung bisa jadian sama cowok yg lo sayang tanpa susah-susah seperti gue.'
rara tersenyum simpul kepada mila. "ehm, , gue mau jadi cewek lo, tapi lo harus janji gk
ngebatesin pertemuan gue sama rara." "pastilah, rarakan sahabat lo, berarti dia jga sahabat gue."
mereka tertawa, sam dan rara tampak tidak menikmati suasana. mereka saling pandang, tapi
tidak mengerti arti pandangan mereka masing-masing. Tak lama kemudian mang dirman dan
motor bebeknya berhenti tepat dihadapan rara, kedatangan mang dirman menjadi penolong yg
akan membawa rara jauh dari penderitaan. "gue duluan yah semuanya." rara lalu mengeluarkan
walkman dan memasang headset ketelinganya. tak lama kemudian rara pergi menjauh
meninggalkan mila dan teman-temannya. "temen lo hebat mil." "maksud lo apaan?" "suatu saat lo
pasti ngerti." kata sam sambil berlalu pergi. ***
Arya yg sejak tadi menanti rara mulai terlihat kesal. apalagi dia jga tidak bisa menghubungi ponsel
rara. akhirnya dia menghubungi mila melalui ponselnya. terdengar lagu J-lo I'm Glad dari ponsel
milik mila. "lagi dimana mil?" "lo nengok arah pukul satu, pasti lo liat gue." arya menengok kearah
yg dikatakan mila, begitu mata arya sampai pada arah yg dituju, mila melambaikan tangannya.
"rara gk sekolah" kok ponselnya gk aktif?" tanya arya. "dia sekolah, tapi udah pulang, ponselnya
emang sengaja dimatiin biar lo gk bisa hubungin dia." "loh kok gitu" memang gue salah.?" "lo gk
salah, cuman orang" sekitar lo itu yg bermasalah sama rara." kata mila. "maksud lo mereka?" "iya,
lo tanya aja sendiri kerara." "thanks mil." klikk. tino rupanya memerhatikan mila. "siapa mil.?"
"arya, dia naksir rara. tadi dia niat jemput rara, tapi rara gk berani nyamperin karena ada sita."
"memang kenapa?" "sita naksir sama arya, jd rara gk mau ribut lagi gara-gara dia." "ribut lg"
memang pernah ribut!?" "tadi pagi ditoilet" "sita memang begitu, kasian rara. dia jadi punya
banyak musuh. feby, sita ditambah lagi dewi." "dia udah jadian sama arya?" " belum." jawa mila.
"gue yakin cewek kayak dia banyak yg suka, hanya aja mungkin dia belum mau punya pacar." fikri
berkomentar. "mil, pulangnya bareng gue yah." ajak tino pada mila. "boleh, tapi biasanya gue
dijemput kak sari." "telpon aja, bilang gk usah jemput." "iya mil, jgn nolak ajakan pertama dari
cowok yg baru jadian sama lo." kata fikri. "iya deh." mila pun laku mendial no ponsel kak sari.
Bab 11 Pilihan Sulit Motor mang dirman berhenti di depan rumah rara. Rara mengeluarkan uang 20 ribuan. kali ini
mang dirman agak gelisah menatap rara, seperti ada yg ingin dia sampaikan. "mang dirman,
kenapa" ada yg mau diomongin sama rara?" "ehm,,," mang dirman menunduk. "ngomong aja
mang, gk apa-apa kok." "neng, dua hari lagi mamang mau pulang kampung, sekarang mamang
mau tinggal disana." "mang dirman gk balik lagi?" "iya neng, mamang mau usaha disana aja.
besok motor ini udah ada yg mau bayarin, jd hari ini mamang terakhir jemput neng, maaf ya
neng." "mamang kok gk bilang?" rara menatap iba. "mamang gk enak nyusahin neng rara
sekeluarga. waktu istri mamang sakit, ibu dan bpk darmawan udah bantu, terus saat budi anak
mamang masuk sekolah sama ibu dibeliin perlengkapan sekolah."
"mamang udah izin sama bunda dan ayah?" "kalau minta izin sama ibu, mamang takut ntar
dibawain bekal, gk enak neng..." "jgn segan mang, mang dirma udah dianggap sodara sama rara
sekeluarga kok." "salam aja neng, mang dirman mau pamit." "masuk dulu mang, sebentar aja.
ayah belum pulang kok jadi, mamang izin aja sama bunda." "...." "mang!" rara memegang pundak
mang dirman. "baik neng," mang dirman membawa mtrnya memasuki halaman, kebetulan saat itu
bunda berada diterada rumah dan sedang merangkai bunga-bunga kering. "siang buk!" "siang
mang, silakan duduk." "iya buk makasih." "mau minum apa mang?" "gk usah repot-repot buk, saya
sebentar saja." "mang dirman mau pamit bun." rara menimpali. "mang dirman mau kemana?"
"saya mau pulang kampung, mau usaha disana. jadi, saya gk bisa lagi antar jemput neng rara."
"mamang mau usaha apa disana?" "dagang dipasar buk." "mamang perlu modal tambahan" biar
ibu yg tambahin." "gk usah buk, udah cukup hasil jual motor saya." "motor gk usah dijual mang,
biar bisa dijadikan kendaraan buat kepasar, ibu udah menganggap mang dirman keluarga, jadi gk
perlu segan. sebentar yah." bunda segera masuk kedalam. tidak beberapa lama bunda keluar dgn
amplop cokelat kecil ditangan. "terima yah mang." "...." "ibu pasti marah kalau ini gk diterima."
"makasih buk." mang dirman menjabat tangan bunda. "iya." "motornya jd gk usah dijual mang,
besok mamang gk usah jemput rara, istirahat aja buat persiapan pulang kampung." ucap rara. "iya
neng...mamang pamit dulu. salam buat bapak yah buk." kata mang dirman sambil beranjak pergi.
saat motor mang dirman beranjak keluar dari rumah rara, mobil arya masuk. melihat itu, rara
langsung masuk kedalam. "ra, mau kemana?" "bilang aja, rara lg tidur siang." "gk boleh ra, gk
sopan." rara pun duduk malas-malasan. "iya deh bun." arya langsung menghampiri rara dan
duduk disebelahnya. sementara bunda masuk kedalam rumah. "ra, td pulang sama siapa?" "sama
mang dirman, ojek langganan gue." jawab rara pelan. "setiap hari?" "besok udah gk. soalnya dia
mau pulang kampung." "berarti besok arya boleh jemput?" "gk usah, gue gk mau ribut lg garagara lo." ujar rara kesal. "jgn ngambek gtu, cerita dong biar arya tau masalahnya." "....." "ra, jgn
diam. gue jd bingung nih." "ar, sita itu suka sama lo. mending lo sama dia aja biar gue tenang
disekolah." "hah! dia ngomong apa?" "...." "ra?" "pokoknya lo ngejauh aja dari gue. gue lg bnyak
masalah." ucap rara ketus.
arya terdiam. dia sadar kalo rara sedang bete. 'sejujurnya, gue pengen lo jd org yg bisa
melupakan samudra. tapi gimana" gue malas kalo punya musuh...' "ra, gue suka sama lo." ucap
arya sambil menatap rara. rara terdiam. "gue jga bingung kenapa suka sama lo" setiap gue cari
tahu, gue semakin sadar kalo gue benar-benar jatuh cinta sama lo." rara masih terdiam. arya
menarik nafas. "cinta gk perlu alasan ra untuk bisa tumbuh dihati. gue berharap hati lo bisa jd
tanah untuk bunga cinta gue." rara terhanyut dgn kata-kata arya, mata arya yg begitu tenang
membuat rara semakin bersalah. 'wah gimana nih.' "sekarang terserah lo. hari ini gue resmi
nembak lo. kalo lo nerima gue sbg pacar... tepat pukul 12 malam lo harus telpon gun, jgn telpon,
dan berarti gue akan ngejauh dari lo." ucap rara dgn harus menatap mata rara. "....." "tpi jangan
paksa gue untuk suka sama sita." ucap arya beranjak pergi meninggalkan rara yg kebingungan.
*** rara terlihat gelisah, sesekali dia mondar-mandir dikamarnya. dia duduk dipinggir ranjangnya.
poster Johny Deep seakan menenangkan hatinya. jam dinding Goofy menunjukkan pukul 23.35.
Rara minum air putih yg diletakkan diatas meja komputernya. tak lama kemudian dia beranjak
untuk mengambil ponselnya. mata rara kelihatan berkaca-kaca. sambil memeluk boneka Goofy
besar dgn satu kotak tisu disampingnya, matanya mulai basah. 'gue cinta sama lo sam... lo suka
gk sih sama gue" sakit bgt saat tau lo jadian sama irna, kenapa sih hidup ini penuh dilemag saat
gue mengharapkan sam untuk jatuh cinta, malah arya yg nembak gue. arya baik bgt, tapi gimana"
rasa cinta gue hanya milik sam. gue binggung!!! kalau boleh milih, lebih baik samudra gk pernah
ada. Bab 12 Ditembak arya Rara melihat jam dinding yg sudah beranjak ke pukul 23.45. rara meraih ponselnya. dia
menghubungi mila. "mil, ini rara." "ra, kenapa" lo abis nangis?" "mil, gue bingung." "kenapa ra?"
"gue cinta sama samudra." rara gk bisa lg menahan air mata yg dari td memenuhi kelopaknya.
"iya gue tau ra." "lo dengerkan mil kalo dia udah jadian sama irna..." tangis rara bertambah keras.
"ra, lo tuh cewek yg kuat, jangan nangis dong." "sekarang gte lg bingung mil, lo tau arya kan.?"
"iya gue tau." "dia nembak gue mil, kata-katanya td siang nyentuh gue bgt." rara mengelap air
matanya dgn tisu. "......" "gue sayang sama arya, tapi gue masih berharap sam bisa jadi pacar
gue." ucap rara sedikit tenang. "ra, lo tau gk kalo di dunia ini harapan terkadang datang dalam
bentuk lain?" "maksud lo?" "mungkin aja tuhan memberikan lo harapan yg hasilnya sama dgn
harapan lo sebenernya. hanya saja bukan dlm sosok sam, tapi arya. lo ngertikan maksud gue?"
ujar mila bijak. "iya, gue ngerti." rara lalu melihat jam didindingnya. "thanks mil, udah mau jd
pendengar sekaligus penasihat gue." "met tidur ya ra, jgn sedih lg, gk lucukan teman gue yg
cantik harus brkt sekolah dgn mata lebam seperti digebukin org karena nyolong ayam he,,, he,,,
he,,,." ledek mila. rara tersenyum. "bisa aja lo, met tidur jga. sebelum tidur gue mau nelpon arya
dulu untuk kasih kepastian." "moga sukses yah." KLIK. Jam dinding menunjukan pukul 23.57 rara
mengelap air matanya. dgn tekat yg bulat, rara akhirnya menghubungi arya. "halo, halo...ra!" ucap
arya cemas. "sori ar, gue bingung mau ngomong apa." "gk usah ngomong apa-apa ra, lo hanya
harus jawab satu hal." "apa ar?" "kita udah jadian kan ra." selidik arya. "ehm... udah." ucap rara
belum yakin. "yakin ra?" "yakin." "terima kasih, ra." "gue hanya minta satu hal. lo harus bisa
ngertiin gue. lo harus sabar... jujur aja, saat ini dihati gue hanya ada rasa sayang buat lo. jadi lo
harus sabar untuk memupuk tanah ini buat bunga cinta lo." kata rara sambil memegang dada yg
diibaratkan tanah oleh arya. "pasti ra, gue udah bersyukur karena lo mau jd pacar gue." "met tidur
yah, ar." "met tidur jga. usahain biar gue ada dimimpi lo, besok gue jemput ya?" "iya." Klik.
rara telah rapi dengan seragamnya. Matanya tampak sembab akibat nangis tadi malam. Dia
memakai tas biru serta gelang dengan warna yang sama. Dia memang suka dengan warna itu.
Rambutnya dikuncir kuda. Dia kemudian membuka tasnya untuk mengambil handycam, teropong,
serta kamera digital dan meletakkannya di atas meja. 'Mulai hari ini gue harur lupain sam.' Rara
lalu menaruh semua perlengkapan pengintaiannya. Saat membuka gorden kamarnya, dia terkejut
karena mobil sam berada tepat di depan rumahnya. Sam yang berada di dalam mobilnya tampak
tersenyum kepadanya. 'Ngapain sam ada didepan rumah gue"' Sam menyuruh rara untuk turun
dengan lambaian tangannya. 'Gila, dia nyuruh gue turun. Padahal bentar lagi arya mau jemput
gue.' Rara terlihat panik sekaligus senang. Dengan cepat dia meraih tasnya dan berlari keluar
kamar. Di ruang makan bunda dan ayah sedang menunggunya untuk sarapan. "bun, rara
berankat dulu." rara mencium pipi serta tangan bundanya. Dia lalu beranjak ke tempat ayahnya
duduk. "ayah, rara berangkat dulu." "ra, ambil rotinya. Jangan sampai nggak makan," ucap bunda
karena melihat rara yang terburu-buru. Ayah dan bunda bingung melihat tingkah rara pagi itu.
Rara meraih roti berlapiskan keju yang telah tersedia di meja makan serta susu coklat. Di depan
rumah, samudra telah menunggu dengan senyum manis yang selalu diimpi-impikan rara. Meraka
saling berpandangan. Sinar mata keduanya mengalahkan sinar matahari yang menyinari pagi itu.
Sam mendekati rara yang terdiam mematung. "ehm..." sam memandang rara. "ra, mau berangkat
bareng gue nggak!?" "..." "sori, gue nggak bilang dulu." 'sam lo nggak perlu bilang. Soalnya itu
yang gue harapin selama ini.' "nggak apa-apa kok sam!" "nggak ada yang jemputkan, ra?"
"ng..g....gak" ucap rara gugup. "berangkatnya sekarang yah." 'kenapa sih sam disaat gue mau
ngejauhin lo, rasanya lo makin deket sama gue!!!' "ra..!" sam memanggil rara yang terdiam.
"terima kasih sam. Lo udah mau jemput gue." "nggak perlu. Gue memang berniat untuk jemput lo
kok." sam lalu menarik rara masuk ke dalam mobil. Saat ini perasaan rara menjadi tidak menentu.
Disatu sisi dia merasa bahagia dengan perubahan sikap sam. Tapi di lain sisi, dia merasah
bersalah terhadap arya. Baru berselang beberapa menit rara pergi, mobil arya tampak memasuki
halaman rumah. Rara melihat ke datangan arya dari kaca spion. Sam rupanya juga memerhatikan
kaca spion. "itu mobil siapa yang masuk rumah lo?" tanya sam. Rara berpura-pura tidak
melihatnya. "nggak tahu, gue nggak liat." 'maafin gue ar. Gue nggak bisa nepatin janji pertama
gue.' Ponsel rara berdering. Di displaynya tertulis nama arya. Rara kebingungan. "kenapa nggak
diangkat ra?" rara menengok melihat ekspresi sam. "paling mila ngajak bareng," jawab rara
Cinta Cewek Pengintai Karya Rani di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dengan bertunduk. "kalau gitu kita ke rumah mila. Gimana?" "nggak usah. Dia biasanya diantar
kakaknya." sekali lagi rara menjawab sambil merunduk. Dia takut terlihat berbohong. "janganjangan yang tadi mobil kakaknya mila." "bisa jadi." ponsel rara berbunya lagi. Tapi kali ini yang
terdengar seperti bunyi kokokan ayam jago. Itu menandakan bahwa dia mendapa sms. Ternyata
dari arya. 'Ra, lo marah" Kok ponsel lo nggak diangkat. Sori semalem gue nggak bisa tidur. Jadi
kesiangan jemput lo deh.' Rara menjawab sms itu hanya dengan satu kata: 'NGGAK.' "lucu juga
bunyi nada sms lo." "kemarin gue dikirimin mila." "boleh tuh kirim keponsel gue pakai bluetooth.
Eh iya, gue juga belum punya nomor ponsel lo. Boleh tahu?" "boleh." klik.
Bab 13 Rahasia Bunda mobil jeep sam memasuki halaman parkir sekolah anak bangsa. Feby terlihat keluar dari mobil
BMW hitamnya, dia memandang sinis kearah mobil sam, kepala rara menunduk untuk
menghindari tatapan feby yg sinis. Feby kemudian menarik sam, "sam, lo kok mau bareng sama
dia?" sam terlihat kesal. "maksud lo apaan?" rara yg gk mau terlibat konflik pergi meninggalkan
feby dan sam, "lo memang gk tau kalo kemaren ada cowok yg bela-belain jemput dia!?" "gue gk
tau!" jawab sam sewot sambil berjalan menjauh dari feby. "sam, tunggu gue blm selesai." febypun
terus mengejar sam. rara kini sudah masuk kedalam kelas. mila terlihat membaca majalah remaja
terbitan perusahaan ayah rara. "gimana semalem ra?" tanya mila ketika rara sudah duduk
dibangkunya. rara menatap mila. "gue udah jadian sama arya." "terus?" "gue bingung." "bingung
kenapa?" "td pagi gue janjian sama arya berangkat breng kesekolah. tp td pagi sam jemput gue."
"kerumah lo! kok bisa?" "makanya gue bingung, gue merasa bersalah sama arya." "kira-kira arya
tau gk lo dijemput sam"!" "gk tau, menurut lo kenapa sam jemput gue.?" "ehm....lo gk tanya sama
dia?" "nah itu dia, gue gk sempat tanya sama sam." "ra, lo percaya gk?" "percaya apaan?" "sam
sebenernya udah tau kalo lo ngintai dia." mila menatap rara yg kebingungan. "dia pasti tau kolo lo
suka sama dia." "kok lo bisa ngomong gtu mil?" tanya rara penasaran. "gue liat dari cara sam
ngomong dan dari cerita lo soal yg ditaman itu, gue yakin bgt kalo sebenernya dia udah tau." "iya
jga sih gue jga udah curiga" Rara terdiam. "tp kenapa dia gk ngomong kalo udah tau." "nah itu yg
gue gk ngerti." "jd gimana nih" gue udah terlanjur jadian sama arya, gue gk akan bisa nyakitin org
yg udah baik sama gue." "Iya jalanin aja dulu." "iya deh, tapi lo jgn ngomong-ngomong kalo gue
udah jadian sama arya, teruma sama tino." "beres, tapi janji. lo harus bilang kebokap lo bahwa
gue bisa berlangganan majalah ini selama 3 bulan." ucap mila sambil memegang majalah terbitan
ayah rara. "OK, jata, gue selama tiga bulan buat lo." "bener nih ra!?" "iya, asal jgn minta gudm untuk jadiin lo
cover majalah." rara melirik mila. mila mencubit pinggang rara. "rese deh, masih inget aja lo
kejadian di kolam renang." "ya inget lah, itu Kan jejadian yg paling bikin gue malu, he...he...he"
ledek rara. *** Rara melintasi lapangan basket untuk menuju toilet. Kebetulan kelas sam sedang mendapat
pelajaran olahraga. feby dan ganknya main basket dgn murid cewek, sementara sam beqada
dipinggir lapangan bersama tino, fikri dan murid cowok lainnya. sam yg melihat rara langsung
memberi senyum kpd gadis itu. feby dgn ganknya yg jga melihat rara melintas dilapangan basket
merencanakan sesuatu. mereka berbisik-bisik ditengah lapangan. Ketika rara tepat berada
dilapangan basket, feby melemparkan bola basket dgn kencang kearah rara, rara tidak sempat
menghindar, bola itu tepat berada mengenai badannya dn seketika itu jga dia jatuh pingsan
dipinggir lapangan. Dari pelipis kanannya darah segar mengalir. Sam yg melihat kejadian itu
langsung berlari, dgn sigap dia mencoba menyadarkan rara. "ra, bangun." ucap sam sambil
memangku rara. feby jga ikut melihat rara dan berpura-pura sedih. "sam, gue gk sengaja." "jgn
bohong, kita liat lo sengaja melempar bola kearah dia." ucap tino sewot. "no,lo jgn nuduh temen
gue dong!" seru sita membela feby. Sam lalu menatap feby dan ganknya. "No lo bantu gue angkat
rara, fik lo lapor sama guru BP, terus masuk kelas rara dan panggil mila. minta dia keruang UKS."
pinta sam. dgn dibantu tino dan murid-murid yg lain, sam kemudian mengankat rara. bu widia,
guru BP masuk keruang UKS bersama tino dan mila, mila langsung menghampiri rara yg terbaring
diranjang. "rara udah sadar belum sam?" tanya mila dgn mata yg berkaca-kaca. "belum mil, jgn
nangis dong. lebih baik lo telepon keluarganya." kata sam. "udah, bundanya mau kesini setengah
jam lg." bu widia kemudian melihat luka rara. "coba ambilkan kotak putih" kata bu widia kepada
tino. "ini buk." "gimana ceritanya bisa seperti ini sam" hari inikan giliran kelas km yg dapat
pelajaran olahraga?" tanya bu widia sambil menciumkan alkohol ke hidung rara.
"gk tau bu,td giliran cewek yg main bola basket." "feby dan ganknya yg sengaja melempar bola ke
arah rara, bu." mila tiba-tiba ikut bicara. "km liat?" "saya yakin bu, gk mungkin kalo tidak sengaja,
rara jaraknya lumayan jauh dari lapangan." "iya bu, saya liat." fikri ikut menimpali. "nanti ibu akan
panggil mereka, akhir-akhir ini memang bnyak pengaduan dari junior mengenai mereka." rara
mulai sadar. matanya terbuka dan menatap sekelilingnya. "bu liat." mila menunjuk rara. "udah
istirahat aja kalau sudah kuat berjalan, ibu antar ke rumah sakit." rara menganggukan kepala.
setengah jam kemudian bunda datang untuk menengok rara, dia memakai bju kerja warna coklat
dan tas tangan kecil dgn warna yg sama pula. bunda melihat pelipis rara, "km kenapa sayang." bu
widia kemudian menyodorkan tangan. "maaf, anda ibunya rara?" "Iya, saya ratih bundanya rara."
ucap bunda membalas sodoran tangan bu widia. "maaf bu karena rara bisa seperti ini." "gk apaapa bu, semua kejadian di dunia ini sudah ada jalannya." ucap bunda dgn nasihat psikologinya.
bunda kemudian memegang tangan rara. "bu, rara boleh pulang?" tanya bunda pada bu widia.
"boleh, biar saya antar kerumah sakit." "gk perlu repot. ibu masih banyak tugas untuk menjaga
murid-murid yg lain."
"makasih bu, bru kali ini saya tidak disalahkan org tua murid." kta bu widia tersenyum. "samasama." "saya keluar dulu, ingin lapor ke kepala sekolah, mari bu." "silakan." fikri memerhatikan
bunda. bunda tampak tersenyum fikri kemudian berbisik pada tino. "pantas rara cantik, nyokapnya
aja cantik." tino menyikut tangan fikri. "diam,, jgn berisik gk enak sama yg lain." sam menghampiri
bunda yg sedang menutup luka rara. "tante ratih." sam menyodorkan tangan. "masih kenal sama
sam kan" anaknya peter sasongko." "masih"bunda membalas sodoran tangan sam. "waktu
perayaan perkawinan ayah km, tante kan sudah dikenalin." "waktu itu rara gk ikut yah tante." "iya,
dia lg di yokyakarta bareng kakaknya." "kak dicky maksud tante?" "iya, km dpt salam dari dicky."
"pengen jga sih ketemu kak dicky lg, oh iya terima kasih ya tante atas telpon-telponannya. bru
ketemu lngsung lg nih." "iya." bunda kemudian melirik rara, bunda sudah mengira kalau rara
bingung atas sikapnya yg asyik mengobrol dgn sam. 'ajunda kok akrab bgt sama sam, terus
kenapa kak dicky gk cerita kalo dia kenal sam" sam kok bilang makasih ke bunda" jadi heran...'
"bunda kok malah sibuk ngobrol, rara dicuekin nih." ujar bunda manja. bunda kemudian membelai
rambut rara. "mila, antar bunda kerumah sakit yah, mau kan?" "mau bun, td jga udah dikasih izin
bu widia," ucap mila. rara menatap sam yg dari td perhatian bgt sama dia "makasih yah sam."
ucap rara pelan. "iya ra." Sam memegang tangan rara.
Bab 14 Antara Kebahagiaan dan Kesedihan. Rara tampak duduk diruang tamu disofa berwarna cokelat.
Di dinding ruang tamu itu terpampang foto keluarga berukuran besar. disalah satu sudut dinding
itu ada lukisan wajah rara dari cat minyak. lukisan itu dipesan rara didaerah pasar baru. Pelipis
kanan rara masih dibalut perban dia sedang menonton tv sambil menikmati buah mangga
bersama mbok karti di sebelahnya. Tibaa-tiba bel rumah berbunyi, mbok karti beranjak untuk
membuka pintu. "neng rara, ada temennya dateng!" "siapa mbok?" "tetangga depan." rara melihat
ke arah sam yg telah berdiri dihadapannya dgn membawa bingkisan buah apel. "sore ra." "hei
sam, duduk." sam pun duduk disebelah rara. "gimana td kerumah sakit?" "gk apa-apa kata
dokternya lecet aja." "ini ra." sam memberikan bingkisan yg dibawanya. "makasih sam." "ra gue
mau tanya sesuatu ke lo." "apa?" sam mengeluarkan foto yg pernah hilang dari album rara. rara
terkejut melihat foto itu ada pada sam. "itu foto milik lo kan?" "gue dapet ini dari kak dicky. dia
sekarang tinggal dijepang kan! dirumah masih ada satu, foto itu dari lo jga kan?" 'pantas aja waktu
libur semester kak dicky berlama-lama di kamar gue, maksud kak dicky apaan sih ngasih foto
diam-diam" terus kak dicky cerita apa aja ke sam"' rara tersenyum. "iya." "lo punya bakat fotografi
jga yah," "makasih." ucp rara sambil mematikan tv. "kak dicky cerita banyak tentang lo." sam
menatap rara dgn pandangan penuh arti. rara membalas tatapan ram. 'dari dulu gue berharap
bisa menatap mata lo dari dekat sam. rasanya udah gk ada lg hal membahagiakan yg patut gue
rasakan lg kalo gue udah liat mata lo, aishiteru sam, ich liebe dich sam, i love you sam, ana
uhibuka sam, wo ai ni sam, gue cinta lo sam...' "bukan karena cerita kak dicky kalo saat ini gue
cinta sama lo ra, sejak pertama liat foto lo yg dikirim kak dicky, gue jatuh cinta sama lo." mbok
karti datang membawa dua gelas jus jeruk. rara dan sam sesaat terdiam. "terima kasih mbok!"
ucap sam. mbok karti tersenyum dan berlalu sambil membawa bingkisan apel dari sam. "diminum
sam." "iya." kata sam sambil meneguk jus jeruknya. "kak dicky bilang kalo gue harus berpura-pura
gk tau keberadaan lo. tapi hati dan bibir ini rasanya pengen bilang secepatnya, makanya kadang
gue mancing lo untuk ngomong."
'jd waktu itu lo gk asal ngomong sam. berarti gue bodoh bgt karena gk sadar kalo sebenernya lo
udah tau. berarti waktu lo senyum dilapangan basket rumah lo itu bukan imajinasi gue aja sam"'
"gue berharap lo ngomong suka sama gue sampai-sampai gue pura-pura jadian sama irna.." "Jd
selama ini lo gk jadian sama irna?" tanya rara terkejut. "gk, dia tau kok tentang kita." sam
meminum jusnya lg. "memang pertamanya dia suka sama gue. tpi irna itu orgnya dewasa, dia
mau ngertiin gue dan akhirnya bantuin gue." rara masih terlihat bingung. "masa sih, irna jago jga
aktingnya." "waktu ketemu di studio foto box, itu memang kebetulan, tp saat discore itu rencana
gue sama bunda." "bunda"!" rara berteriak. "iya bunda, bunda nelpon gue kalau lo pergi ke score
akhirnya gue kesana jga." '
'makasih bun akhirnya sam bisa ngomong seperti sekarang.' "ra, mau gk lo jd cewek gue," selalu
ada pada setiap samudra yg gue lewatin dalam hidup." ucap sam mencoba mengibaratkan
perjalanan hidup adalah samudra yg harus dilewati. rara baru saja ingin menjawab pertanyaan
sam. tetapi bel rumah berbunyi, rara beranjak membuka pintu. dihadapan rara arya berdiri masih
mengenakan seragam sekolah, dia tampak khawatir. "arya!!" pekik rara. "td gue nelpon ke ponsel
lo, tp gk diangkat. akhirnya gue nelpon mila, dia bilang lo sakit karena kena bola basket." arya
memegang pelipis rara. "gimana lukanya." "gk apa-apa." ucap rara dan dia tidak berani menatap
mata arya. "maaf ya gue gk bwa apa-apa. soalnya td les tambahan." "....." "ra gue sayang lo."
"kalau ada apa-apa telepon dong! jgn sampai gue tau dari org lain." "makasih ar," sam
menghampiri rara yg saat itu rambutnya sedang dibelai lembut oleh arya. sam terlihat cemburu.
"hei!"Arya melambaikan tangannya. sam cuek dgn lambaian tangan arya. "ra, gue pulang dulu."
ujar sam sambil keluar dari rumah. "sam kenapa?" "....." "ra.?" "ng,,, gk tau." 'oh god, kenapa jarak
kebahagiaan itu sangat tipis dgn kesedihan, kenapa jga kau ciptakan dua pasang mata yg begitu
indah milik mereka, dua mata yg membuat gue gk bisa lepas dari pandangannya.' arya menatap
rara dgn curiga. tapi dia tidau berani bertanya, selama beberapa menit mereka duduk, semuannya
hening. rara berusaha menahan air mata yg mendobrak keluar karena rasa bersalah terhadap
keduanya. di meja tamu masih terdapat foto sam dan jus jeruknya. mbok karti datang membawa
minuman yg sama dgn yg dia berikan kepada sam. "makasih, mbok." ucap arya. mbok karti
membereskan gelas minuman dan membiarkan foto sam tetap berada diatas meja. "diminum ar."
arya minum sambil meraih foto yg mengganggu pikirannya. "ini bukannya foto sam?" "iya," rara
mengambil foto itu. "mungkin lupa dibawa sam." arya memandang rara. "ra jgn mengalihkan
pandangan gitu." rara sesaat memandang arya. "...." 'gue gk bisa liat mata lo, gue bingung ar.'
rara menatap arya yg memerhatikan lukisan di dinding. 'sebenernya gue lebih jahat kalo gk
ngomong jujur sama lo. tapi gue gk bisa kalau gue liat mata lo yg mirip bgt dgn mata sam.' "bgus
yah ra" persis bgt dgn aslinya, siapa yg ngelukis." "pelukis jalanan. rara pesen didaerah pasar
baru, pelukis di sana sebenernya bnyak yg bermutu, hanya aja mereka gk punya galeri." "kapankapan antar arya kesana yah," "boleh." "bsok pagi sekolah ra?" "sekolah." "arya jemput boleh"
arya.?" arya memerhatikan ekspresi rara. "gue janji gk telat lg." "boleh." arya beranjak dari tempat
duduk dan mendekat ke rara. "arya balik dulu yah ra." "iya." ucap rara dgn menatap arya. "salam
buat bunda ya." tambah arya sambil terus menatap rara.
Bab 15 Rara terlihat tidak bisa tidur. berkali-kali tubuhnya tidak bisa diam. dia terbangun dan mulai
mondar-mandir dikamarnya. berkali-kali jga dia melepaskan pandangannya ke langit-langit
kamarnya. waktu menunjukan pukul 01.15 rara beranjak menyalakn lampu. dia duduk di depan
komputer dan mulai browsing internet. 'gue harus bisa chating dgn seseorang malam ini agar bisa
sedikit melegakan hati gue.' rara menggigit bibirnya. 'malam-malam gini mila pasti udah tidur.'
setelah beberapa lama, room chat mulai loading, rara memakai nama R42 dalam ID chat nya.
selang beberapa menit banyak nama yg mulai masuk ke room chat rara, ada yg bernama blacky
sweet boy, gemini boy, cut3 boy, scorpio cool, dan broken hearted boy. rara lebih memilih yg
terakhir, sedangkan yg lain ia keluarkan dari room chatnya.
"ASL, please " "16 female JKT Indonesia. How about you?"
"ngomong indonesia aja, gue org indonesia jga kok "
'enak jga nih buat ngobrol, gk perlu repot-repot pakai bahasa inggris.'
"lo blm jwb pertanyaan gue."
"18 male JKT jg, gue bru liat nama lo di room chat ini, simple bgt R42."
"iya, gue jarang chatting, gue chatting kalo lg bete aja."
"memang sekarang lo lg bete.?"
"iya." "wah,,, sepertinya lo dpt teman chat yg tepat untuk dengerin cerita lo."
"memang kenapa?"
"karena gue jga lg bete."
"kenapa?" "cewek gue ngebingungin. padahal gue bru jadian sama dia."
"terus..." "udah, lo aja yg cerita, ladies first!"
"lo aja dulu, gk selamanya ladies first."
"udah lo aja duluan."
"sebelum cerita, gue mau tanya kenapa sih lo pakai nama broken hearted boy.?"
"biar keliatan jomblo " rara tersenyum mendengar jawabannya.
" dasar cowok." 'playboy jga nih cowok."
"jgn salah, gue setia loh."
"selingkuh tiada akhir kali, he... he... "
"iya deh, jd kapan mulai curhatnya?"
"oh, iya. sampe lupa. gue sekarang punya cowok namanya arya."
"arya.... " "kenapa?" "gk, namanya mirip sama temen gueg."
"oh,, nama arya kan bnyak.!"
"R42 apaan sih?"
"itu nama gue. Rara. 4 itu A sdngkan 2 itu 2 kali."
?" "maksud lo apaan?"
"lo sekolah dimana?"
"SMA Anak Bangsa, kenapa?"
" " "maksud lo apaan?"
"gimana kelanjutannya" "
"gue sayang sama arya."
"terus... " "ehm...." "terus... "
"tp rasa cinta gue untuk sam, dilema bgt kan?"
"sam..."!"
"samudra nama aslinya, gue udah dua tahun mengintai sam ke mana pun dia pergi, di taman, di
tempat boxing, di kolam renang sampai-sampai sekarang gue satu sekolah sama dia."
"....." "maksud lo apaan dgn titik-titik?"
"kelanjutannya gimana?"
"gue gk tau kalau diam-diam kakak gue udah cerita bnyak tentang gue ke dia, malah foto sam
hasil jepretan gue dikirim jga, foto gue jga."
"sekarang gimana dgn ARYA?"
"nah itu dia gue bingung, td siang sam kerumah gue, dia blng kalo selama ini dia tau keberadaan
gue. dia nembak gue td siang."
"nembak lo?" "iya, sebelum gue jawab, arya keburu dtng!"
"gimana kalo waktu itu arya gk dtng?"
"gue gk tau." "kenapa sih lo jadian sama arya pdhal lo cinta sama sam.?"
"waktu itu gue kira sam udah jadian sama irna."
"jd arya lo buat pelarian"!!!"
"iya jga sih, tp waktu jadian sama arya gue udah janji untuk bisa melupakan sam."
"....." "hanya saja pagi harinya sam mendadak jemput gue sekolah."
"jemput lo?" "iya, makanya dilema bgt" menurut lo gimana?"
"sekarang gue tanya sama lo, sebenernya perbandingan CINTA lo ke sam dan arya berapa sih.?"
"....." "jawab dong?" "kelihatannya lo penasaran bgt sama cerita gue?"
"iya gtu deh, jawb dong, please...."
`kenapa nih org penasaran bgt sama jwban gue. memang dia siapa"`
"sebenernya gue lbh ingin jd pacar sam."
"!?" "tapi ketika gue liat mata arya, gue gk bisa ngomong apapun karena pandangannya begitu
tenang." "`....."
"jwbnya kok bgtu" gue gk ngerti."
"!?"" "please"."
"!?"" "lo blm curhatkan?"
"see you semoga lo bhagia."
"hei! jgn pergi dulu, gue blm tanya nama asli lo?"
"!!?" rara memerhatikan komputernya. matanya menerawang ke langit-langit.
`semoga lo bahagia, mana bisa. apalagi kalau lg bnyak masalah begini, aneh ini org.` rara
memegang dadanya. 'kenapa hati gue jd merasa gk enak chatting sama dia, siapa sih dia"' rara beranjak ke tempat
tidur. 'sial gue masih aja kepikiran sam dan arya.' rara tampak gelisah di tempat tidur, waktu sudah
menunjukan pukul 03.20 kamarnya bgtu hening. hanya ada suara tiktok jam. rara terbangun
karena bermimpi ane. "nggaaak!" napas rara memburu, keringatnya bercucuran membasahi bju tidurnya yg bermotif
garis-garis putih. `apa maksud mimpi itu"' rara beranjak ke kamar mandi. dia membasuh mukanya dgn air,
Cinta Cewek Pengintai Karya Rani di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
wajahnya tampak pucat. 'kenapa gue mimpi samudra dan arya secara bersamaan" kenapa hanya sam yg bisa lepas dari
gelombang angin itu"`
Bab 16 Ketika Takdir berasal dari Kesalahan Matahari pagi sudah beranjak naik.
Rara melihat jam dinding, waktu menunjukan pukul 06.30. tidak biasanya dia bngun kesiangan.
biasanya dia bngun pukul 05.00 untuk solat subuh terlebih dahulu dan berolahraga sebentar. rara
pun segera beranjak ke kamar mandi. selang 10 menit rara telah rapi dgn seragamnya, pelipis
kanannya masih dibalut. dia masih memikirkan cowok yg chatting dgnnya semalam, mimpi yg
aneh dan kejadian kemarin. rara menyisir rambutnya. 'kenapa bnyak bgt hal yg membuat
perasaan gue gk enak.!' Rara menguncir rambutnya. 'semoga tatapan arya bisa membuat sedikit
ketenangan di hati gue, mungkin sekarang dia udah sampai...' rara melihat keluar jendela. tak satu
pun cowok pujaannya ada Didepan rumahnya. rara lalu duduk diteras rumah. berkali-kali di
melihat jam tangannya. waktu menunjukkan pukul 06.55 menit. rara menghubungi ponsel arya.
terdengar suara operator yg menyebutkan bahwa nomor ponsel itu tidak aktif. 'kemana nih arya"
perasaan gue jd gk enak, gk biasanya ponselnya gk aktif, coaa gue telepon sam. mudahmudahan dia kesiangan jga, jd bisa berangkat bareng.' rara pun menghubungi ponsel sam. 'kok
gk aktif jga kemana mereka berdua" apa mungkin ....'
rara tampak bingung memikirkan segala kemungkinan yg ada. dia masuk ke dalam rumah dan
berbicara dgn bunda. beberapa menit kemudian dia keluar, dari garasi mobilnya jga keluar sedan
BMW keluaran terbaru, lengkap dgn sopirnya, dlm sejarah perjalanan rara kesekolah bru kali ini
dia mau diantar pakai mobil. "terima kasih, mang ujang."
"tumben neng mau naik mobil kesekolah." "iya, mang dirman udah pulang kampung." "tiap hari
mamang jga mau antar neng rara." "boleh." selama perjalanan kesekolah, wajah cantik rara masih
terlihat seperti orang kebingungan. sesekali dia mengambil napas untuk menenangkan
perasaannya yg sedang galau. tak berapa lama mobil rara memasuki halaman parkir sekolahnya.
begitu turun, dia langsung berjalan kekoridor sekolah, suasana tampak ramai, para senior tampak
diluar kelas, terutama kelas samudra, saat itu semua mata tertuju pada rara. mila berdiri di depan
kelas, menunggu rara dgn cemas, "ra!" "kenapa mil?" "....." "ngomong dong?" rara semakin panik.
"lebih baik kita sekarang ke RS Harapana!" rara menatap mila, "ada apa nih mil.?" "Gue gk bisa
cerita.!" "....." mila langsung menarik tangan rara. "cepet ra! gk ada waktu lg." "kita gk izin dulu
sama guru piket?" "gue udah izin." mereka lalu memberhentikan taksi warna hitam untuk menuju
RH Harapan. 'kenapa mila terburu-buru begini" kenapa semua org juga menatap gue" kenapa
jantung gue jd deg-degan gini, jgan-jgan....ah, gue gk mau berpikiran yg aneh-aneh....' rara
menarik napas. taksi warna hitam yg membawa rara dan mila memasuki lapangan parkir rumah
sakit. mila membayar taksi dan segera masuk ke ruang gawat darurat. sekilas rara melihat mobil
feby telah terparkir. 'kenapa hati gue semakin sakit" ritmik jantung gue jd gk beraturan begini, ada
apa sih.' "mil, kita mau kemana sih?" "liat aja dulu." rara terkejut karena dia melihat sita sedang
menangis di pangkuan feby, dewi terlihat berdiri disampingnya. disitu masih ada tino yg berdiri
didekat tembok rumah sakit dan seseorang ibu muda yg jga menangis bersama suaminya. gadis
kecik berumur 6 tahun yg membawa boneka barbie tampak bingung. sita menatap rara dgn sinis.
"mil, kenapa mereka disini" siapa ibu itu mil." "lo harus tegar ra, dia ibunya arya." "arya!!!" pekik
rara tertahan. sita berlari menghampiri rara. "ini semua gara-gara lo, dasar cewek brengsek.!"
teriak sita sambil terus menangis. "gara-gara gue?" jawab rara bingung. "sit, udah cewek
brengsek kek dia gk akan sadar kalo melakukan kesalahan." feby menenangkan sita yg kalut. sita
melepaskan pegangan feby, "lo gk sadar kalo kemarin malam lo chatting sama arya.?" "kemarin
malam?" 'jadi broken hearted itu arya.' "iya." sita kemudian menunjuk ruang operasi. "sekarang
arya dibalik pintu itu sedang melawan maut karena lo!!!" teriak sita. raut muka rara berubah. dia
mulai tak kuasa menahan air matanya mendengar pejelasan sita. "arya nelepon gue semalem, dia
cerita semua tentang lo dan sam. lo sadar gk sih kalo dia mengendarai mobil dalam keadaan
mabuk karena lo" karena lo dia tabrakan!!" pekik sita. 'ar, maafin gue, maafin gue,,, gue gk ada
maksud nyakitin lo. gue gk tau kalo gue chatting sama lo, gue bodoh karena gk sadar kalo itu lo.'
rara berlari menuju kamar tempat arya dirawat, dari balik pintu kaca itu tubuh arya terlihat penuh
dgn selang infus. disekelilingnya ada dokter dan suster yg mencoba memperjuangkan hidupnya.
rara menangis melihat keadaan itu. dia blm tau apa yg menimpa arya. dia hanya sadar kalau ini
semua karenanya. "ra, yg sabar yah!" "mil, sebenernya arya kenapa?" tanya rara dgn terus meneteskan air mata.
"entar jga lo tau" "ini salah gue ya mil" gue gk tau kalo kemarin malem gue chating sama arya."
rara mencoba mengingat mimpi yg membangunkan tidurnya. "mungkin ra, takdir kadang memang
ada sebabnya, bisa jd sebab itu berasal dari kesalahan kita sendiri." "lo tau mil, semalem gue
mimpi tentang sam dan arya." "mimpi apa ra?" "mereka terbawa gelombang angin. gue berusaha
mengejar gelombang itu. tapi yg gue dengar hanya suara angin yg begitu kencang. ketika gue
mulai lelah mengejar, yg ada hanya sam dibelakang gue, dia memanggil nama gue dgn rasa
bersalah karena gk bisa menyelamatkan arya. gue takut mil kalo mimpi gue akan sama..." rara
semakin kuat menangis. "memang udah jd kenyataan ra!" "maksud lo?" "ehm...." pintu ruang
operasi terbuka. suster keluar dari balik pintu yg selalu membuat jantung semua org berdetak dgn
kencang. "keluarga arya kusuma jati dan temannya yg bernama rara di persilahkan masuk."
"gimana keadaan anak saya sus?" tanya ibunya arya. "silahkan masuk bu, nanti ibu bisa lihat
sendiri." mereka pun masuk. diluar tino terlihat berbicara dgn mila, sita terlihat makin cemas. dia
hanya bisa melihat keadaan arya dari balik kaca. feby dan dewi duduk melihat sita. muka arya
terlihat pucat, hampir sama dgn baju operasi putih yg dipakainya. bagian kepalanya masih terbalut
perban, alat bantu pernapasan jga masih menempel dihidungnya, tetesan infus terus mengalir.
disamping tempat tidur terlihat alat bantu untuk mengetahui perkembangan detak jantung. dokter
dan suster masih terus memerhatikan perkembangan arya. ibu arya terus menangis, hanya
ayahnya yg kelhatan tegar, rara tidak berani mendekat dia hanya mematung melihat keadaan
arya. arya tersenyum ketika adiknya memberikan boneka barbie. "ini buat nemenin kak arya, biar
kak arya cepet sembuh." "makasih ya, kalau kakak udah sembuh, kita main kemana?" silva
meloncat. "main kekebun binatang!" teriak silva. "silva gk boleh berisik, kak arya lg sakit yah
sayang." "iya mami," ucap silva polos. arya menatar rara yg berdiri mematung. "ra sini!" rara
mencoba tersenyum. keluarga arya menengok kearah rara. rara mendekati arya dan duduk
disebelah adik arya. "mami papi kenalin ini rara yg arya ceritain kemarin." ucap arya berusaha
tidak terlihat kesakitan. mami arya menjabat tangan rara begitu jga papinya. mereka tersenyum
dan terlihat begitu ramah.
"cantik kan, mam," "iya, tapi kamu jgn bicara terus." arya terlihat makin pucat, pandangannya
kabur, rara hanya terdiam melihat mata arya yg semakin melemah, arya memegang kepalanya
dan berteriak kesakitan, mereka semua yg diruang itu terlihat panik. "mam,..!" teriak arya dgn
memegang kepalanya. "dok, anak saya kenapa?" "kami akan berusaha bu, walaupun kecil
harapannya, waktu tertabrak, kepalanya terbentur sangat keras." "mam..!" rara terus menatap
arya yg kesakitan. 'ya allah bantu arya karena ini kesalahan rara, biarkan rara yang menggantikan
rasa sakit yg dideritanya....' rara terdiam. hanya air matanya yg terus mengalir dari kelopaknya,
orang tua arya terlihat pasrah, mereka hanya bisa menatap kosong, adik arya jga hanya
kebingungan melihat keadaan itu. detak jantung arya semakin melemah, tak berapa lama arya
langsung tak sadarkan diri, dokterpun berusaha memberikan kejutan pada jantungnya dgn alat
pacu jantung. berkali-kali dokter menempelkan alat itu pada dada arya, tapi tidak ada reaksi,
dokter pun memeriksa urat nadi arya. "maaf bu, kami tidak bisa berbuat apa-apa lagi." ucap dokter
itu sambil berlalu. mami arya langsung menangis disamping tubuh arya yg telah ditutup kain putih oleh suster,
sementara papinya hanya menatap kosong, rara terlihat pucat berlari keluar ruangan dgn air mata
yg terus mengalir dari kedua matanya yg indah. rara terus berlari melewati lorong-lorong rumah
sakit, melewati mila, feby, dewi, tino dan sita. dia baru berhenti ketika kakinya menginjak ditaman
dibelakang rumah sakit. disitu dia menangis sepuas-puasnya, 'gue emang cewek brengsek,!
maafin gue ar. gue gk akan maafin diri gue dan gue jga gk bisa maafin org yg udah nabrak lo...'
rara mengelap air matanya. 'kenapa mila bilang mimpi gue jadi kenyataan."
Bab 17 Kenapa Harus Sam Tepat jumat sore, dipemakaman dekat daerah jakarta selatan, jasad arya dikebumikan. org tua
arya masih terlihat shock, terutama maminya.
org tua rara jga ikut hadir disampingnya berdiri rara yg berkerudung hitam dan menggandeng
tangan adik adik arya. dia menatap sekeliling dia tidak menemukan sosok sam disana.
mila bersama tino dan fikri, didekat mereka berdiri feby, dewi dan sita. teman-teman arya banyak
yg hadir ada rudi teman akrab arya yg berkenalan dgn rara dan mila ditoko kaset serta guru-guru
dari sekolah arya. sebuah mobil penjara tampak memasuki area pemakaman, terlihat dua org polisi turun dari mobil
itu serta seorang pemuda yg berumur sama dgn arya, dia berpakaian hitam dgn topi yg menutupi
seluruh wajahnya. rara melihat pemuda itu dgn kebencian, mila, tino dan fikri melihat wajah rara. org tua arya terlihat
pasrah dan tidak memedulikan pemuda itu, semua yg hadir ditempat itu saling berbisik.
prosesi pemakaman telah selesai, saat pemuda yg dikawal polisi itu akan kembali naik kemobil,
rara berusaha mendekatinya. mila mengikuti rara.
"pak tunggu sebentar!"
"iya." ucap salah satu polisi.
"boleh saya bicara dgn org ini."
"silakan." kata kedua polisi itu.
"gue gk tau siapa lo," yg gue tau, lo adalah org yg udah melengkapi kesalahan gue. kenapa mobil
arya yg harus lo tabrak, kenapa lo hanya luka memar aja"!" mata rara semakin basah.
"....." "ngomong dong!!" teriak rara.
"lo bisa ngomongkan"!" seru rara sambil menarik topi yg menutupi wajah pemuda itu. rara terkejut
ketika melihat wajah dibalik topi itu.
"sam!!!" pekik rara.
"gue memang pelengkap kesalahan lo ra." kata sam pelan.
"maafin gue ra." kata sam sambil berlalu meninggalkan rara. rara tediam, matanya menatap sam
dan gundukan tanah tempat tubuh arya terbaring, mila yg ada disampingnya memegang tangan
rara yg seakan-akan menjadi penyangga untuk tubuh rara yg berdiri lemah. fikri dan tino mengejar
sam. *** HARI ini sepekan sudah kematian arya, rara msih jga shock dia merasa bersalah. hal itu masih
ditambah kenyataan bahwa samudra lah yg menabrak arya, dalam pikirannya hanya ada rasa
sedih, bingung dan kesal. rara dia tak bergerak dikamarnya yg gelap.
hanya cahaya lilin yg membantu penglihatannya untuk menatap foto box bersama arya yg kini
telah dicetak ukuran besar dan foto sam dipinggir danau. matanya tak sekalipun berkedip melihat
foto itu. 'kenapa harus sam yg jadi pelengkap kesalahan gue dan bukan org lain" kenapa" gue benci lo
sam. lebih-lebih gue benci diri gue sendiri sampai-sampai gue gk bisa menatap diri gue di
cermin.' ponsel rara berdering, dilayar telihat nama mila.
"iya mil." "ra, lo sakit" udah dua hari lo gk masuk sekolah."
"gk mil, gue lagi menenangkan diri gue."
"besok sam bebas, keluarga arya gk menuntut sam jga gk terbukti bersalah. gue tino, fikri dan
keluarga sam mau jemput dia dipolsek. lo mau ikut ra?" tanya mila semangat.
"lo kedengarannya seneng ya mil?" jawab rara ketus.
"kok gtu ra," gue senenglah karena sahabat pacar gue bebas."
"lo bisa gtu, tapi gue gk bisa mil. walaupun sam gk bersalah, tetap aja dia yg menjadi pelengkap
kesalahan gue. gue gk akan bisa maafin sam dan diri gue karena udah jadi sebab meninggalnya
arya." "lo gk salah, hanya saja lo dan arya jadi sebab perantara dari takdir yg udah dibuat tuhan." ucap
mila bijak. "udah deh mil, jgn sok nasehatin gue, ngomong itu gampang tapi prakteknya gk semua org bisa
melakukan apa yg pernah diucap." jawab rara ketus sambil menutup ponselnya.
tut....tut....tut.... *** Rara berdiri didepan gerbang sekolah menunggu sopirnya. sejak kematian arya rara tidak pernah
berhubungan dgn mila dan sam. rara tampak gelisah, berkali-kali dia melihat jam tangannya hari
ini mang ujang telat menjemput rara. sam tampak menghampiri rara. tapi wajah gadis itu terlihat
tidak suka dgn kedatangan sam.
"ra..." "....." "mau...pulang bareng ra?"
"gk perlu, gue gk mau ada org yg bernasib sama dgn arya akibat lo ngebut dijalan." ucap rara
ketus. "lo masih marah sama gue?"
"....." "gue mau dipenjara selama bertahun-tahun asal lo gk marah sama gue." sam menatap rara.
"gk perlu. gue hanya mau lo bisa pergi dari gue sekarang!!!" bentak rara.
"gue akan pergi dari sini sekarang, tapi gue yakin lo gk akan bisa mengusir gue dari hati lo." ucap
sam menjauh dari rara. 'gue memang gk akan bisa mengusir lo dari hati gue, tp dgn menjauh dari lo, gue bisa mengurangi
rasa sakit hati gue dan jga rasa bersalah yg terus membayangi gue.'
kebun binatang tampak ramai bnyak pengunjung yg datang karena hari ini ada atraksi gajah dan
harimau disana. rara dan silva adik arya terlihat dikerumunan pengunjung. mereka sedang. mereka sedang
menikmati pertunjukan yg memang jd primadona ditempat wisata itu.
rara menatap silva yg tertawa melihat tingkah gajah yg bisa duduk dan berdiri. silva membawa
boneka barbie dan tas kecil bergambar donald duck.
'gue akan nerusin tugas lo ar untuk jd kakak buat silva'
"lucu yah kak atraksi td, iva seneng bgt apalagi kalau kak arya bisa ikut." rara terdiam mendengar
celotehan silva. "temannya kak arya baik bgt kak! kemarin iva dibawain cokelat, ice cream sama boneka donald
duck." "kak rudi maksud silva?"
"bukan kata mami sama papi, iva gk boleh ngomong nama kakak itu."
'siapa sih temennya arya" kenapa harus dirahasiain...'
"kata mami kakak itu pengganti kak arya, soalnya kak arya udah ada disurga, setiap hari iva
berdoa biar bisa ketemu kak arya disurga." ucap silva sambil menatap langit.
"silva mau ice cream?" tanya rara begitu mereka melintas didepan penjual ice cream yg biasa
mangkal ditempat itu. "ehm,, rasa cokelat." ucap silva meloncat kegirangan.
"habis beli ice cream kita pulang yah kasian mami sendirian dirumah." silva menganggukkan
kepala. "iva jga udah capek."
Bab 18 Kenangan Terindah Rara dan silva turun dari taksi, silva langsung berlari masuk ke dalam rumah. saat itu mami dan
papi arya sedang berada diruang tamu, rara duduk disebelah mami arya sementara silva
dipangkuan papinya. "mami, tadi iva diajak kak rara kekebun binatang."
"terus?" tanya mami.
"ada gajah, harimau, monyet, beruang, burung beo, terus....ada...." silva terdiam dia berusaha
berpikir. "ada jerapah." kata rara menimpali.
"iya, iva liat panjaaaaang banget lehernya..."
"iva mandi dulu yah sama bi ima."
"iya mami." ucap silva sambil mencium pipi mami dan papi. mami dan papi menatap rara, sudah
hampir sebulan ini rara sering main ke rumah arya.
"tadi sam baru kesini." kata mami arya pada rara.
"sam....?" "iya." jawab papi.
"dia minta maaf ke mami dan papi mami senang atas sikapnya yg berani meminta maaf."
"......." "kalau dipikir-pikir anak om yg salah, arya memang labil papi yakin dia pergi ketempat temannya
dan disana dia diajak minum alkohol, padahal dia belum pernah minum."
"bukan anak om yg salah, rara yg salah. arya anak yg baik gk mungkin dia minum alkohol tanpa
sebab." ucap rara pelan.
"rara gk salah, arya gk salah, sam jga gk salah. kejadian didunia gk ada yg bisa menafsirkan. itu
kuasa tuhan, jadi kita harus terima dgn ikhlas." ucap mami.
"......" "makanya rara harus bisa memaafkan sam." kata papi. rara terkejut mendengar omongan papi.
"mami sama papi udah tau mengenai sam dan rara. arya jga pasti senang kalau rara bisa baik lg
sama sam." "rara bingung." ucap rara menahan air mata. mami memeluk rara.
"mami sama papi sudah menganggap rara sbg anak sendiri, jd kalau rara bahagia, mami sama
papi jga bahagia." "terima kasih tante."
"nah, mulai hari ini panggil tante dgn sebutan mami dan om dgn sebutan papi. rara jga harus janji
akan maafin sam." ujar papi. mami mengambil organizer warna hitam kepunyaan arya.
"ra, ini organizer punya arya." kata mami sambil memberikan buku itu.
"kenapa mam?" tanya rara bingung,
"arya menulis sesuatu yg penting sebelum kejadian itu."
"sekarang buku itu jdi milik rara." kata papi.
"terima kasih rara akan jaga buku ini.."
RARA duduk didepan komputer ditemani lampu baca. dia mengeluarkan buku organizer milik arya
dan membukanya. didalam buku itu terdapat foto box arya dan rara serta foto-foto arya semasa
kecil, rara tampak tersenyum melihat foto itu.
Didalam buku itu banyak kata-kata arya tentang rara. cerita tentang pertemuan mereka ditoko
kaset serta saat pertama kali arya '`nembak'`. rara tersenyum melihat kata-kata dalam buku itu.
rara membalik halaman yg berisi tentang perasaan arya saat sebelum kejadian naas itu.
31 AGUSTUS 2004 R42 'Malam ini gue chatting sama cewek gue sendiri, awalnya gue bahagia bgt tapi akhirnya gue sedih
karena rara ternyata nerima gue hanya untuk pelarian. dia gk tau sedang chatting sama gue! gue
yakin dia gk akan nyakitin gue kalau dia tau itu gue.
Cinta Cewek Pengintai Karya Rani di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
R42... gue gk tau kenapa gue bisa jatuh cinta sama lo" yg gue tau besok gue gk akan bisa
nikmatin hidup gue lagi karena tau kenyataan itu, kalau dia jujur tentang sam, gue gk bakal bantu
dia untuk jadi pacarnya, kebahagian dia sepenuhnya adalah tanggung jawab gue. pada dasarnya
gue pengen membuat dia bahagia, walaupun kebahagian itu bukan berasal dari diri gue. gue janji
besok pagi ketika mentari pagi menjemput gue, sebelum itu jga gue harus bisa menyatukan sam
dan rara, itu adalah janji dari pecinta sejati. Met tidur R42.' rara mengangis membaca tulisan
terakhir arya. 'terima kasih ar karena udah pernah jadi bagian dalam hidup gue. gue akan maafin sam demi lo,
gue jga akan bantu menepati janji terakhir lo.'
*** Hari ini rara terlihat semangat untuk pergi sekolah, ini berbeda dgn hari-hari sebelumnya.
biasanya hampir tidak pernah terlihat senyum dilesung pipinya. di sekolah dia menghindar dari
semua org bahkan rara gk pernah keluar kelas dia hanya sibuk berkunjung kerumah keluarga
arya. hubungannya dgn sam dan mila pun renggang.
rara merapikan bajunya didepan cermin. rara bergegas keruang makan, bunda dan ayah
memerhatikan tingkah rara mereka tampak senang dgn perubahan rara.
"bunda seneng bgt kalau hari ini rara yg dulu udah balik lagi." ucap bunda sambil meminum
segelas susu. "balik lagi" memang rara habis kemana?" tanya rara sambil menikmati sepotong roti yg hari itu
terasa begitu nikmat. "habis menjajaki samudra kehidupan." ledek ayah.
"ayah bisa aja." ucap rara tersenyum.
"gimana kekebun binatang sama silva?" tanya bunda.
"rara senang bgt udah bisa merasa jd kakak buat silva bun."
"bunda jga udah beliin boneka barbie buat silva, nanti km bawa kalo mau kerumahnya." rara
menganggukkan kepala. "rara berangkat dulu yah bun." rara mencium pipi bunda.
"rara berangkat dulu ya yah." rara mencium pipi ayah.
sesampai disekolah, rara melihat mila yg jga turun dari mobilnya rara mengejar mila, sahabatnya
yg selama sebulan ini hanya sekedar teman sekelas saja.
"mil...mil...!!"
"......" rara menepuk pundak mila.
"mil!" "kenapa ra?" tanya mila acuh tak acuh.
"maafin gue, gue udah ngomong yg gk enak sama lo, selama sebulan ini gue jga hanya anggap lo
teman sekelas, gue sadar kalo semua omongan lo bener, maafin gue mil!" ucap rara pelan.
"gk perlu ra, lg pula gue hanya temen yg sok tau."
"gue suka mil dgn sikap sok tau lo itu, maafin gue please!" rara mengulurkan tangannya.
"......" mila tersenyum.
"bukan hanya lo ra yg harus minta maaf, gue jga salah gue seharusnya bisa lebih ngertiin lo. "
ucap mila sambil mengulurkan tangannya.
"ra, ngomong-ngomong lo tau gk kalo bayu cowok lo udah jadian sama feby." tanya mila
meledek. "resek deh, memang bayu cowok gue" tapi ngomong-ngomong kenapa mereka bisa jadian?"
"cieee ada yg penasaran nih.!" ledek mila.
"jgn resek deh!"
"denger-denger sih feby capek ditolak sam, terus bayu capek jga ditolak lo."
"ha....ha....ha....," tawa mila dan rara bersamaan.
"sam gimana kbrnya mil?"
"dia baik." "gue mau minta maaf karena waktu itu gue kasar bgt sama dia."
"dia cerita semua tentang itu kok."
"terus....?" "lo tau gk ra" sam merasa bersalah bgt, sampai-sampai tanpa sepengetahuan lo dia mencoba jg
untuk menjadi kakak buat silva dan pengganti anak buat mami papinya arya."
"gue gk pernah liat dia dirumah arya" mami, papi dan silva jga gk cerita tentang sam."
"sam bilang ke mereka kalo lo gk boleh tau tentang hal itu, sam kerumah arya kalo lo udah
pulang." "pantas saja gue gk gk pernah liat."
'berarti org yg dimaksud teman arya oleh silva itu samudra... so sweet.'
tino dan fikri terlihat berlari ke arah rara dan mila.
"ra, sekarang lo harus secepatnya pergi ke bandara!" ucap tino.
"kenapa?" tanya rara dan mila.
"sam mau pergi selamanya keprancis, mungkin dia gk balik kesini."
"lo tau dari siapa?" tanya rara lagi.
"tadi dia nelpon dari bandara, dua jam lg pesawatnya take off." jwb fikri.
"ya udah, ra kita kesana." kata mila memberi semangat.
"kita izin dulu gk keguru piket." tanya rara polos.
"gk perlu, saat ini yg lebih penting sam, dia merasa bersalah sama lo dan arya makanya dia
memilih untuk jauh dari lo." yakin tino.
"tunggu apa lagi ra, ayo cepat." seru mila menimpali.
"pakai mobil gue aja." kata fikri.
mobil sedan warna kuning meluncur kebandara, saat itu jalan tol menuju bandara macet. mila, tino
dan fikri terdiam melihat wajah rara yg tampak cemas. mereka sampai sana setelah lebih dari dua
jam bertarung dgn kemacetan jakarta. rara, mila dan tino bergegas turun dari mobil, fikri pun dgn
sigap mencari parkiran. "kita udah telat belum nih?" tanya rara pelan.
"gk tau ra, lo berdoa ja biar sempat ketemu sam." jawab mila.
"udah jgn ngomong lg kita tanya aja ke information center." usul tino.
ketika sedang menuju information center mereka terkejut melihat irna.
"itu irna, lebih baik tanya dia aja." kata tino.
"ehm,,, ya udah." jawab rara.
mereka menghampiri irna yg hari itu tampak anggun dgn celana jeans 7/8, baby doll pink dan tas
putih. "na,,," "hai,,,no kok baru dateng"!!"
"sam mana?" "dia udah naik pesawat, org tuanya baru pulang." ucap irna menunjuk pintu keluar.
'kenapa bisa begini sih" saat gue mau deket sama lo, selalu ada aja halangannya kenapa lo bisa
secepat itu mengambil keputusan untuk ngejauh dari gue, padahal masih banyak hal yg belum
gue omongin sama lo"'
"pukul berapa tadi take offnya." tanya mila.
"pukul 08.45 sori ya ra, tadi gue udah nyuruh sam nelfon lo tapi dia takut lo gk mau jawab."
"gk apa-apa, gue balik dulu yah semua." ucap rara menahan air mata.
"ra, gue ikut. kita naik taksi aja." kata mila sambil berjalan mengikuti rara.
ketika rara membalikan bdan dan berjalan kepintu keluar, sam berlari kearah rara, sam tampak
tampan dgn T-Shirt hitam, celana jeans dan sepatu kets putih.
"ra,,, rara...! tunggu!" rara membalikan badannya.
"sam!" sam menatap wajah rara.
"gue gk akan bisa ninggalin lo setelah bnyak kejadian yg menguji cinta kita."
"lo belum berangkat sam?"
"gue memang gk akan pernah brkt ke prancis!"
"maksud lo?" "gue mau brkt ke jepang, itu jga sama lo." kata sam meyakinkan rara yg terlihat bingung.
"sama gue?" "iya karena kak dicky udah ngirim tiket untuk kita." kata sam sambil memegang tangan rara.
"kak dicky?" rara mengingat kembali janji om anton soal tiket JAL.
"syaratnya kita harus ajak pacar kak dicky."
"pacar kak dicky, siapa?" rara memerhatikan semua org.
"irna." "irna"!" rara terkejut.
"iya, sekarang gue siap untuk dipanggil kakak sama lo." ucap irna.
"double honey moon dong nih." ledek tino.
"triple honey moon deh sama tino dan mila." tambah fikri.
"Ha...Ha...Ha..." mereka semua tertawa.
'kebahagian ini semua buat lo ar, lo adalah org yg patut untuk itu. semua kenangan bersama lo
akan ada dilorong-lorong pikiran gue dan itu akan membimbing gue untuk selalu menjadikan hati
ini tanah yg sabur bagi yg namanya CINTA.'
*END* Datuk Pulau Ular 2 Pendekar Rajawali Sakti 100 Kemelut Hutan Dandaka Tarian Cinta 3