Pencarian

Hujan Punya Cerita 3

Hujan Punya Cerita Tentang Kita Karya Yoana Dianika Bagian 3


Krisan terdiam. 'Mencari 1000 kawan itu mudah, tp mencari seorang yg bisa mengerti itu susah',
batinnya kesal. ** Esoknya, mereka menghabiskan waktu untuk mengelilingi kraton Yogyakarta. Letak Kraton
Yogyakarta dekat dgn alun2. Bnyak hal yg bisa dilakukan disana. Mengamati relief perjuangan
pangeran Mangkubumi yg ada disalah satu bagian Kraton. Menapakkan kaki ke Bangsal
Mangunturtangkil. Mengamati replika gamelan2 tua yg masih terawat. Mempelajari
perkembangan kereta tak bermesin diwilayah Kraton, jg melihat pagelaran seni yg disuguhkan di
Bangsal Siti Hinggil. Melelahkan menyusuri are kraton sangat luas, sekaliagus menyenangkan karna bnyak hal baru
yg bisa mereka dpatkan. Walupun orang Yogya, Rangga tdk pernah bosan mengambil gambar di
wilayah kraton dgm kameranya. Dia slalu bisa mengambil angle yg pas, termasuk saat memotret
relief perjuangan Sri Sultan Hamengkubuwono.
Setelah puas mengelilingi kompleks kraton, mereka mencari becak untuk menuju ke Malioboro.
" Kita turun didpn Bank BNI!" usul Adin.
Rangga berpikir sejenak. Sepasang matanya menatap kelima teman lainnya, " Aku sih oke2 aja,
temen2 gmana?" " Ini kesempatan langka untuk bisa melihat bangunan tua itu dari dekat!"
Krisan mendecak jengkel, " Jarak dari Bank BNI ke Malioboro lumayan menguras nafas. Aku
nggak setuju!" " Yg lain gmana?" Adin nggak mau kalah. Tiap kali berkumpul dan menemukan masalah, voting
adalah cara terbaik untuk memberi solusi.
Tiara mengangguk. Yuli juga, Azar dan Kie jg setuju.
" Tuh. Berarti km aja yg nggak setuju." Adin mengerling menang.
Krisan lemas seketika. Mau tak mau dia harus ikut keputusan teman2nya.
Sbelum sampai di Malioboro, becak berhenti didpn bank BNI. Sesuai permintaan Adin. Adin tdk
mau ketinggalan momen. Dia memasang pose seceria mungkin didpn gedung putih bergaya
Belanda itu. " Ayo Ngga, fotoin. Mumpung ada photographer disini," pinta Tiara semau sendiri.
Rangga mengernyit. Pasalnya, dia baru saja mengarahkan lensa pada wajah Kie yg terlihat cerah
saat tiba2 Tiara mengganggunya. Siluet senyum diwajah Kie, dipadukan dgn bangunan warna
putih bertuliskan BNI merupakang gabungan yg sempurna. Rambut Kie bergerak natural, tertiup
angin sejuk yg berembus disana.
Namun, dgn senang hati, dia tetap menuruti permintaan Tiara. Membidik beberapa pose dgn
background gedung tua BNI.
Berjalan sambil menikmati keramain Yogya yg tenang, mereka memutuskan untuk berhenti di
Benteng Vredeburg. Benteng putih itu berdiri kokoh dan menggambarkan keangkuhan
kolonialisme Belanda. Memasuki Benteng seperti memasuki kompleks perumahan Belanda, dgn unit2 bangunannya.
Temboknya kukuh berwarna putih. Dgn jendela tinggi bercat biru yg terhalang terali besi.
Pintunya pun dua kali lebih lebar daripada ukuran pintu biasa.
Didekat pintu masuk benteng itu, ada jg penyewaan sepeda. Para pengunjung menggunakan
sepeda itu untuk mengelilingi kompleks benteng. Adin yg pertama antusias untuk menyewa
sepeda yg paling tinggi. Sepeda yg tertinggi itu usianya jg paling tua.
" Kalau mengunjungi tempat bersejarah seperti ini, nasionalismeku tiba2 membuncah." Adin
tampak serius. Jemarinya mengelus2 bendera merah putih kecil yg dipasang stang sepeda. " Ini
benteng tua yg dibangun dari cucuran peluh dan pengorbanan darah rakyat indonesia. Walaupun
benteng ini sudah dibangun sejak tahun 1765, tp masih kukuh sampai sekarang. Ini situs sejarah
teman2! Situs....." Hening. Saat Adin menengok kekanan dan kekiri, teman2nya sudah membubarkan diri. Hanya
Adin yg ada ditempa penyewaan sepeda, bersama pria paruh baya yg menjaga sepeda2 itu.
Adin tersenyum kecut pd penjaga sepeda. 'sialan meraka'. Rutuknya kesal.
** " Nggak papa kita misahin diri dari teman2?" Kie menoleh kebelakang.
Rangga menggeleng. " Aku sudah hafal tempat ini. Ini kan kampungku."
Rangga menggamit lengan Kie begitu saja saat Adin berorasi ditempat parkir sepeda dgn suara
menggebu-gebu. Adin terlihat seperti aktivis yg salah sasarn. Tdk seharusnya dia berorasi didpn
sepeda2 itu. Tanpa pikir panjang, Rangga menyeret Kie keluar dari benteng. Menyusuri parkiran luas didpn
benteng. Mereka smakin dekat dgn Malioboro.
Rangga melongok arlojinya. Sudah sore, langit Yogya mulai berubah warna. Menghitam dgn
semburat biru tua dan kemerahan. Sebentar lg matahari tenggelam, membiaskan sinar jingga
bercampur kemerahan dgn cahaya redup.
" Aku pernah berjanji sama kamu kan?" Rangga mempercepat langkah. kie menyesuaikannya. "
Menunjukan senja jingga di Malioboro."
Hiruk pikuk sore hari di Malioboro mulai terasa. Turis2 asing lalu lalang dijalanan Malioboro yg
sempit dan tenang. Penjaja delman yg mengenakan belangkon menawarkan jajaannya dgn
ramah. Rangga menghentikan langkah beberapa meter dari palang hijau bertuliskan Jl. Malioboro.
Didpnnya, tampaklah gedung putih bertuliskan Inna Garuda, bersebelahan dgn gedumg tua BRI
yg hanya beberapa meter dari perempatan tugu. Dari jauh, terdengar sayup2 bunyi mesin kereta.
Rangga menuding ketas. Ke ufuk barat, saat matahari mulai kembali keperaduannya. Warna
lembut senja seolah2 membelah perempatan tugu di jalan itu.
" Bagus kan?" Rangga membidik beberapa dibalik senja jingga dgn latar perempatan tugu.
Sebuah gumaman yg tdk bisa dijabarkan dgn kata2. Bukan hanya senja jingga itu yg indah.
Namun, juga siluet gadis berambut panjang yg saat ini berada di sisinya sambil tersenyum damai.
Detik2 terakhir, Rangga mengalungkan kamerannya ke leher. Dia tdk ingin kehilangan momen2
indah ini. Saat hanya ada dia dan Kie dibawah langit Yogya yg bersenja.
" Aku ingin kita seperti ini terus, Kie." Rangga melingkarkan lengannya ke pinggang Kie. Selalu
ada rasa sejuk yg menyelinap dihatinya setiap ada Kie disampingnya.
" Senja itu seperti rasa cinta, Ngga. Ada bnyak warna yg tersimpan didlmnya." Kie
menyandarkan kepalanya dibahu Rangga.
** Hari terakhir di Yogya dihabiskan di Pantai Parangtritis, pantai yg terkenal dgn ombak besarnya,
jg mitos Ratu Kidulnya. Walaupun seharian gerimis, mereka tdk mengurungkan niat untuk
mengunjungi pantai. Adin yg paling antusias. Dia slalu memiliki alasan untuk melakukan sesuatu
yg baru, berkunjung kepantai saat hujan.
Kie nyaris menolak mentah2. Awan hitam yg menggantung dilangit Yogya bkn pertanda bagus
bagi fobianya. Kalau saja Rangga tdk meyakinkan Kie bahwa smua akn baik2 saja, mungkin dia
tdk ikut pergi kepantai. " Tdk akn ada hujan yg lebat hari ini. Yakin deh." Rangga pembaca cuaca yg andal. Kie tahu itu.
Akhirnya, disinilah Kie berada. Berada diantara teman2nya, menikmati pantai dlm suasana
mendung. Adin terlihat paling antusias. Dia menyeret Tiara dan Yuli untuk basah2an menyambut ombak.
Mereka berkejaran diantara gulungan ombak yg menepi. Cuaca hari ini sejuk. Sinar matahari yg
menyorot kebumi terhadang gumpalan awan hitam yg menggantung diatas laut.
Azar, Yuli dan Tiara mencoba mobil ATV. Mereka tertantamg untuk menaiki ATV yg dijajakan
ditepi pantai. Mencoba medan berupa pasir berlekuk2 sambil mengendalikan kemudi.
Krisan dicegat beberapa orang yg pernah membaca profilnya dimajalah, anak2 usia SMA.
Mereka bergantian foto bersama Krisan. Berlatar tebing curam diujung pantai, serta ombak besar
yg bergulung2 ketepian. Cara Krisan menghadapi fans, kalau bisa dikatakan begitu, memang luar biasa. Walaupun
kadang gadis itu sering uring2an tiap menghadapi hal sepele, dia bisa terus tersenyum saat
menghadapi fansnya. Dari satu segi, Krisan memamg profesional.
" Cuma kita yg penggangguran." Kie duduk berselonjor diatas pasir. Dia tdk peduli kalau
bajunya nanti kotor. Mengamati pantai dlm suasana redup ternyata bisa membuatnya tenang,
terlebih ada Rangga yg jg duduk disampingnya.
" Siapa bilang kita pengangguran?" sahut Rangga. " Kita kan lg kencan." sambung Rangga kesal.
Kie menoleh, melirik Rangga dgn tatapan pura2 sebal. Sampai kapanpun, laki2 satu itu tdk
pernah bisa serius. Hari ini dia berpenampilan santai seperti biasa. Disertai kamera Nikon
kesayangannya yg tergantung dileher.
Kie menatap Rangga dlm diam. Fitur2 yg ada diwajah Rangga selalu terlihat menarik dimatanya.
Tegas, tp teduh. Terlebih saat Rangga membidik objek dgn angle pilihannya. Dia terlihat hdup,
lebih tepatnya cool. Aura Rangga bisa membuat jantung Kie berdebar cepat.
" Something wrong?" suara Rangga mengusik lamunan Kie.
Kie mengerjap. Dia baru sadar telah mengamati Rangga selama itu. Ada bnyak hal yg membuat
Kie jatuh cinta kpada laki2 berkulit eksotis itu.
" Rangga, knapa kamu suka hujan?" tanya Kie polos.
Rangga menoleh, menjatuhkan tatapan matanya pada sepasang mata Kie. Sejenak, dia
tersemyum dgn penuh pengertian. Dia tahu kie benci hujan karna hujan slalu disertai petir. Petir
slalu membuat Kie ketakutan.
" Coba ikuti apa yg kulakukan." Rangga memberi kode. Dia mengambil napas sdalam mungkin.
Menghirup tiap udara segar yg ada disekelilingnya. Aroma laut yg khas, aroma rintik hujan yg
menyentuh pasir dan tanah, aroma dedaunan yg basah karna terguyur rintik hujan, semua
bercampur menjadi satu. Menimbulkam aroma khas yg tdk tergambarkan. Aroma khas yg hanya
ada saat hari hujan. " Kamu bisa merasakannya?" tanya Rangga akhirnya. " Bau khas ini, yg hanya ada saat hujan
turun. Kie mengangguk. " Aku jg bau tanah sehabis hujan. Tp, cuma itukah alasanmu menyukai
hujan?" Rangga menggeleng pelan. Alasannya menyukai hujan bkn itu saja. Ada hal lain yg membuatnya
slalu menyukai hujan. " Ada yg percaya bahwa didlm hujan terdapat lagu yg hanya bisa didengar oleh mereka yg rindu
sesuatu. Senandung lagu yg bisa meresonasi ingatan masa lalu. Aku percaya dgn hal itu. Tiap
kali hujan turun, aku slalu teringat almrhum ibu. Bgaimana ibu slalu mendongeng saat aku kecil
dulu." ujar Rangga seperti bergumam pada dirinya sendiri.
Kie menerawang jauh. Apa yg dirasakan Rangga sama seperti apa yg dirasakannya saat ini. Slalu
ada rasa rindu yg ingin disampaikan pada mendiang papa tiap kali hujan menyapa bumi.
Mungkin, inilah yg dimaksud dgn lagu hujan, seperth kata orang2 itu. Menyisakan kerinduan
mendalam didlm jiwa seseorang.
" Ma, lihat ada pelangi!..." terdengar teriakan ceria dari sisi kiri Kie.
Kie dan Rangga menoleh bersamaan. Beberapa meter dari tempat mereka duduk, ada anak kecil
yg sdang menuding kearah laut. Wajahnya terlihat ceria, menggambarkan ekspresi antusias yg
teramat sangat. Bola mata Rangga dan Kie bergerak mengikuti arah yg ditunjukan anak kecil itu. Ada pelangi
diujung sana. Melengkung, seolah menaungi lautan. Ini sungguh pemandangan langka, pelangi
diatas laut. Rangga tersenyum. Begitu pula Kie. Mengamati tiap lengkung warna yg bertumpuk dipelangi
tersebut. " Saat ada pelangi, kemungkinan posisi matahari ada dibelakang kita, dan posisi hujan ada didpn
kita. Jadi, busur pelangi tepat berada diseberang sana." jelas Rangga.
Rangga tdk mau menyia2kan momen begitu saja. Kameranya on. Dia mulai membidik pelangi
tersebut dgn gerak tangkas. " foto berdua yuk kie, dgn latar pelangi itu." ajaknya kpada Kie.
Kie mengambil posisi saat Rangga memasang tripod dan menyetel selftimer dikameranya. Stelah
siap, Rangga segera berlari menyongsong Kie, memeluk Kie dari belakang, dan keduanya
tersenyum lebar menatap lensa kamera.
" Bagus banget," komentar Kie, saat Rangga menunjukan hasil foto padanya.
" Eh, tahu nggak akronim warna pelanginya orang2 barat?"
Kie menggeleng. Dia penasaran pada cerita Rangga selnjutnya. Rangga tahu bnyak hal tentang
fenomena alam. Sangat cocok dgn hobi fotografi dan backpacking yg digandrunginya.
" Mereka menyebutnya Roy.G.Biv."
" Kok kayak nama, hmm, gay ya." Kie terkikik geli.
" Red, Orange, Yellow, Green, Blue, Indigo, Violet!" tambah Rangga sambil menarik pipi Kie.
Kie mengaduh, membuat Rangga smakin gemas untuk meremat pipinya.
" Satu hal yg kutahu dari mama tentang pelangi, pelangi katanya memiliki energi positif yg bisa
membuat perasaan jadi tenang. Katanya, itu berdasarkan ilmu feng shui."
" Ngomong-omong," ucap Rangga, " tanpa melihat pelangi pun, jika yg ada disisiku adalah
kamu, hatiku sudah tenang Kie." Rangga menggenggam jemari Kie dgn lembut.
Sampai pelangi itu mengahilang, jemari mereka masih tertaut satu sama lain.
BAB 18 Malam terakhir di Yogya dihabiskan dgn pesta bakar janggung. Beruntung hujan bertambah
desar saat mereka sudah sampai dirumah Rangga, kalau tdk, bisa2 Kie tdk mau bkn telinga
selema perjalanan. Walaupun cuma hujan tiba2 dan singkat tanpa petir dan guntur, hujan tetap
menakutkan bagi Kie. Tanpa disangka, ternyata Yuli jago menghabiskan jagung bakar. Dia punya tenaga ekstra untuk
mengipasi bara yg membakar jagung. Adin sampai terheran2 melihat tenaga ekstra Yuli.
" Ehem..." Adin berdeham.
Rangga menoleh padanya, lalu tersenyum malu2. Dia tahu Adin sdang menggodanya. Sejak tadi,
dia asyik sendiri dgn Kie. Mengupas kulit jagung berdua, tertawa berdua, mengoles margarin
berdua, makan dan ngobrol ngalor-ngidul berdua.
" Aku, Yuli, dan Tiara serasa menjadi obat nyamuk." mulut Adin dipenuhi jagung bakar.
Saat itu, Kie baru sadar bahwa Azar dan Krisan sudah tdk ada disitu. Mereka berdua sudah
membubarkan diri, mungkin masuk kedlm rumah karna udara diteras belakang mendingin.
" Din, aku tinggalin jagung2 ini buatmu ya," ujar Rangga menyeringai sambil mengulurkan
tangan ke Kie. " Kita kemana?" tanya Kie.
Rangga menunjuk kursi yg ada diteras belakang. Gitar Rangga teronggok disalah satu kursi.
Beberapa menit kemudian, Kie dan Rangga duduk berhadapan diatas kursi kayu tersebut. Ketiga
temannya masih asyik membakar jagung. Rangga mengangkat gitarnya, menyetem senar, lalu
memetik senar gitar satu persatu. Menghasilkan harmonisasi melonkolis yg begitu syahdu.
Kie mendengarkan dgn sungguh2. Dia blm pernah mendengarkan musik sehalus itu sbelumnya.
" Anoman melumpat sampun."
Sekarang, kie yakin bahwa Rangga sdang menggabungkan lirik dlm bahasa jawa dgn permainan
gitar. " Prapteng witing nagasari. Mulat mangandhap katingal. Wanodyayu kuru aking. Gelung rusak
wor lan kisma. Ingkang iga-iga keksi." Dentingan gitar berakhir.
Kie tdk tahu sama sekali arti dari lagu itu. Tapi, rasanya lagu yg dinyanyikan Rangga terdengar
farmilier ditelinganya. Walaupun lagu itu berbahasa jawa halus, Rangga sukses membuatnya
menyatu dgn permainan gitar. Rangkaian tiap potong kalimat yg dinyanyikan Rangga bisa
bersanding seirama dgn petikan gitarnya. Permainan gitar akustik berpadu tembang berbahasa
jawa. " Bagus kan ya?" Rangga meletakan gitarnya.
" Aku bahkan nggak tahu kamu nyanyi apa."
Alis Rangga berjengit heran. " Bercanda?"
Kie menggeleng. Ini sungguh tdk lucu. Kie bahkan tdk tahu jenis lagu yg baru saja dinyanyikannya. " Namanya
Kinanthi....." " That's my name, Ngga," Sela Kie tdk kalah heran.
" Kinanthi. Artinya bergandengan, teman, dan masih banyak lagi. Lagu tadi biasa dinyanyikan
dlm suasana senang untuk mengungkapkan kemesraan. Itulah arti namamu, Kie. Arti namanu
bagus." Kie tertegun. Dia tdk pernah tahu tentang hal ini. Tdk pernah menyadari makna yg ada dibalik
namanya. Yg dia tahu, dia mendapatkan nama ini dari mendiang papanya dan tak pernah punya
kesempatan juga menanyakannya kpada Mama.
" Kinanthi salah satu dari 11 tembang macapat."
" Bgaimana kamu bisa tahu hal2 seperti itu?"
" Aku tinggal di Yogya. Aku jg belajar tembang2 itu sejak kecil."
" Jujur, aku baru tahu tentang hal itu sekarang." Kie menunjukan ekspresi polos.
Rangga maklum. Beberapa aset budaya jawa memang bnyak yg luntur, tdk diperhatikan.
Ironisnya, orang2 luarlah yg merawat dan melestarikannya. Bahkan, arsip2 asli tentamg jawa ada
dinegeri Belanda. Tdk ada yg salah dalam hal ini. Orang slalu memandang bahwa rumput tetangga selalu lebih
hijau. Rangga menengok kedlm. Jarum panjang dan jarum pendek jam dinding tepat berada diangka 12
belas. Tanpa berkata sepatah katapun kpada Kie, Rangga beranjak masuk.
Dalam hitungan detik, Rangga kembali lg menemui Kie, " Kamu jg nggak tahu kalau sekarang
ultahmu?" Kie mengerjapkan mata berkali2. Mengulum bibir kebingungan. Tiga teman lain yg lain yg sejak
tadi membakar jagung masuk kedlm rumah untuk mengambil sesuatu. Mereka kembali dgn roti
tar, pisau, dan lilin. " Happy birthday, sweetheart," ucap Rangga sbelum yg lain mendahului mengucapkan.
" Tiup lilinnya. Kie." Adin mendekatkan roti tart kepada Kie.
Kie mengucapkan beberapa harapan sbelum meniup lilin.
_pfuhhh_ Lilin mati. Mereka berlima saling menempelkan hiasan kue kepipi.
Mendengar keramaian dari teras belakang saat tengah malam, Azar keluar kamar. Penasaran,
matanya mengerjap dgn berat, stengah terpejam. Gara2 ATV superberat dipantai tadi siang,
badannya jadi pegal semua. Akhirnya, dia tdk bisa ikut pesta jagung bakar karna tertidur
kelelahan. Lalu, sekarang dia harus ketinggalan momen berharga ini. Ultah salah seorang
temannya. " Ini siapa yg ulang tahun?" tanya Azar. Reaksinya begitu telat.
" Aduh, Zar. Kemana aja?" Adin protes. Namun, stelah melihat ada yg nggak beres dgn kesehatn
Azar, dia memilih diam. " Hari ini ultah Kinanthi," jelasnya.
Azar sadar sepenuhnya saat tahu bahwa hari ini adalah hari lahir Kinanthi. Dia nyaris lupa,
padahal sempat mengingat- ingatnya beberapa waktu lalu.
" Kie..., aku punya sesuatu." Rangga menyerahkan sebungkus kado kpada Kie.
Kie tersenyum dan mengucapkan terima kasih. " Aku buka sekarang ya," ucapnya, Rangga
mengangguk. Sebuah mozaik. Disatukan seperti parcel oleh Rangga. Tiket bioskop saat kencan pertama


Hujan Punya Cerita Tentang Kita Karya Yoana Dianika di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka. Ucapan2 dari post it yg bertuliskan puisi dan biasa diselipkan Rangga dibukunya. Foto2
mereka berdua, bahkan bungkus cokelat yg mereka beli saat menyusuri jalan Malioboro.
Terakhir, ada album foto hasil jepretan Rangga tentang momen mereka berdua. Rangga memang
punya hobi unik sejak dulu, mungkin karna dia jg sering ikut klub seni rupa.
Kie terdiam. Menatap hadiah itu tanpa bisa berkata apa2. Surprise yg diberikan kepadanya
malam ini sungguh berharga.
"Rangga terima kasih ya..." ucap Kie lg, menghambur kepelukan Rangga.
Adin berdeham lg, " Rangga doang yg diucapin terima kasih."
Kie tertawa nyaring. Azar kalah cepat lg, kalau saja dia tahu bahwa hari ini adalah ultah Kie, pasti dia akn
menyiapkan sesuatu yg sangat istimewa buat gadis itu. Walaupun Azar berusaha keras
memungkiri tentang rasa sukanya pada Kie, hati nuraninya ternyata tdk bisa mengelak. Sosok kie
sangat susah dihapus dari benaknya. Gadis bersenyum simpul itu terlalu bnyak mengisi celah2
kosong dihatinya. Sangat menyakitkan mengetahui kie sudah menjadi kekasih Rangga.
Terkadang, patag hati memang indikasi nyati masih mencintai orang yg bersangkutan.
Krisan jg terbangun saat mendengar keramaian. Dia menguap lebar untuk mencari tahu sumber
keributan dari teras belakang.
Kie ulang tahun, dan teman2 memberh kejutan untuk gadis itu.
Kie dan Rangga. Mereka berdua seperti perfect couple yg tdk bisa dipisahkan.
Jemari Krisan terkepal disamping baju. Kinanthi, gadis itu benar2 merebut Rangga. Hati krisan
sesak... ** Perjalanan pulang ke Surabaya. Atas usul Krisan, akhirnya mereka memilih untuk naik kereta
eksekutif walaupun harganya berkali lipat lebih mahal daripada harga kereta ekonomi. Adin
terpaksa menuruti Krisan. Kalau tdk, gadis itu mungkin akn menelannya hdup2 saat itu juga.
Rangga duduk dgn kie, Azar dgn Adin, Yuli dgn Tiara, Krisan sendirian.
Kie duduk didekat jendela kereta. Kie tersenyum. Tanpa diminta pun, Rangga slalu
memperhatikan hal2 sepele yg membuatny merasa istimewa.
Langit Yogyakarta cerah. Tdk ada tanda2 awan gelap yg menandakan akan turun hujan. Kie
memasukan ipod kedlm saku. Telinganya terbuka. Dia menikmati perjalanan hari ini. Menyusuri
rel kereta api yg membelah persawahan hijau dijawa tengah. Melintasi jembatan yg
mengambang diatas sungai luas, menyusuri pepohonan jati saat kereta memasuki wilayah jawa
timur. Rangga tersenyum, menikmati tiap lekuk wajah Kie yg terlihat cerah. Refleks, kameranya
tersorot kewajah Kie. Membidiknya dgn siluet jendela kereta yg menggambarkan gumpalan
awan putih. Kie menoleh saat mendengar lensa kamera Rangga berbunyi.
Rangga menunjukan hasil photonya pd kie. Senyum Kie melebar saat melihat hasil photo
dikamera Rangga. Bentuk awan putih diluar jendela kereta unik. Bentuknya menyerupai bentuk
hati. Entah memang berbentuk seperti itu, atau itu hanya perasaan Kie saja.
" wah, pareidolia." Rangga menunjuk awan putih berbentuk hati yg ada didlm photo.
" Apa ya?" sahut Kie. Rangga sering mengucapkan istilah2 aneh yg berhubungan dgn alam.
"Fenomena psikologis yg membuat kita seolah melihat bentukan2 yg dianggap penting pd
sesuatu. Awan ini terlihat berbentuk hati, kan?" Rangga memastikan, diikuti anggukan Kie. "
Mungkin berbentuk seperti itu karna suasana hati kita sdang cerah." Cengirnya lebar.
" Memangnya ada yg kayak gitu?" tanya Kie.
Rangga mengangguk, meyakinkan kie. " Ada lg fenomena alam dilangit selain refleksi bentuk2
awan yg menarik. Pernah melihat ada bayangan dilangit" Kadang menyerupai sosok mengerikan
atau sesuatu yg lain?"
Kie mengangguk. Stiap kali menjelang hujan, pasti dia melihat sosok bayangan gelap
mengerikan dilangit. " sering terutama sangat langit gelap."
" Sebenarnya, fenomena sepert? itu bisa dijelaskan secara ilmiah kok." sahut Rangga cepat. " Itu
bkn halusinasi dan kesalahan mata kita. Bentuk bayangan seperti itu terjadi karna ada awan
comulonimbus diketinggian 35.000 sampai 40.000 ribu kaki. Nah, dibawah awan comulonimbus
itu ada awan cirrus. Tumpukan itulah yg membentuk bayangan dibelakangnya."
" Ada yg kayak gitu?" Lg2 Kie seakan meragukan cerita Rangga.
Rangga mencebik jengkel. " Tapi, aku percaya kok." Kata Kie akhirnya. Dia nyaris tertawa melihat ekspresi jengkel yg
tergambar diwajah Rangga. " Ngomong2,knpa kamu tdk memilih kuliah yg ada hubungannya
dgn alam" Sain misalnya. Knpa memilih jurusan sejarah?"
" Eh?" " Minatmu luar biasa. Kamu mengetahui hal2 yg blm diketahui orang awam."
Rangga tersenyum. " Bagiku, sejarah itu menarik dan tetap berhubungan dgn alam jg. Perubahan
yg melingkupi peradaban manusia tdk mungkin bisa dibaca kalau nggak ada sejarah, kan"
Bagiku, manusia perlu belajar sejarah loh. Bkn untuk meratapi masa lalu sih, lebih tepatnya
untuk mengoreksi masa lalu, agar bisa berjalan lebih baik ke depannya." tutur Rangga panjang
lebar. Kie menyimak. Argumen Rangga luar biasa. Ternyata, stiap studi yg diambil memang memiliki
kelebihan masing2, dan itu menciptakan keunikan tersendiri.
" Dan smua yg ada dialam adalah temanku. Aku berjalan beriringan dgn hal2 yg ada dibumi ini,"
lanjut Rangga sambil tersenyum senang.
" Kalian..., ada yg mau ini?" tiba2 Azar menyeruak dari bangku belakang. Dia menawarkan
sekantong snack kentang kpada Rangga dan Kie.
Kie mengangguk sambil menerima uluran snack dari Azar. " makasih, Zar.
Sapaan suara Kie berhenti ditelinga Azar. Ada yg salah dgn diri Azar sampai saat ini. Dia masih
menyukai Kie, walaupun Kie sudah menjadi pacar Rangga. Smua tdk bisa dihilangkan begitu
saja. Rasa senang saat berbicara dgn Kie, detak jantung yg bertambah cepat saat menatap Kie,
dan juga pesona2 Kie yg telah memikat hatinya. Melupakan seseorang, terlebih seseorang yg
disayangi memang membutuhkan proses, dan itu sangat susah. Namun,ketimbang melupakan
seseorang yg sampai skarang masih dicintai, Azar lebih memilih untuk meneruskan perasaannya
terhadap Kie. Walaupun itu hanya perasaan sepihak, yg berupa cinta rahasia untuk Kie.
" Kayaknya mau hujan, ya." Rangga mengamati langit.
Kie melakukan hal yg sama, menatap langit dgn cemas. Dia slalu percaya prediksi cuaca dari
Rangga. Tanpa bnyak bicara, Kie mengeluarkan ipod dari saku. Memutar musik dgn volume
kencang sambil menyumbat telinganya.
" Tidur gih," Rangga menunjuk bahunya. " Dgn tidur, setidaknya, kamu bisa melewatkan hal2 yg
tdk ingin kamu tahu."
Kie menurut. Dia menaikan pembatas kursi, lalu menyenderkan kepala kebahu Rangga. Rangga
menggenggam jemari Kie. Saat itu, hanya ketenangan yg dirasakan kie. Rasa takut akan
datangnya hujan dan gemuruh petir telah lenyap.
'Kalau saja yg duduk disitu aku, Kie'. Krisan menyesap teh botol less sugar dgn tatapan kosong.
Masih ada bnyak cara untuk bisa mendapatkan Rangga. Agar Rangga tetap mau berada disisinya.
BAB 19 Kie menguap. Perjalanan panjang dari Yogya. Melelahkan, tp juga menyenangkan. Lingkungan
perumahan Kie siang itu tdk begitu terik. Awan hitam menggantung, membuat udara sedikit
gerah. Saat melangkah masuk, Kie terenyak dgn pemandangan didpnnya. Tumben sang mama sudah
ada dirumah, padahal baru tengah hari. Biasanya, mama masih dikantor, mengawasi pekerjaan
karyawannya, atau mencari inovasi baru untuk perusahannya.
Rasa penasaran Kie terjawab sudah saat ada seorang lelaki yg keluar dari rumahnya. Wajah
lelaki itu tdk begitu terlihat. Namun, Kie dpt menaksir usia laki2 itu. Mungkin, seumuran dgn
mamanya, mungkin jg lebih itu. Laki2 itu bersahaja, terlihat dari penampilannya yg sederhana.
Kemeja batik berwarna cokelat, celana pipa warna hitam, serta sepatu kulit yg jg berwarna
hitam. Dia menenteng tas tangan warna hitam sbelum masuk kesedan putihnya.
Kie mencoba berpikir positif. Mungkin itu partner mamanya. Ada proyek baru yg dikerjakan
laki2 itu bersama mamahnya. Namun, walaupun mencoba berpikir Kie. Tiba2, perut Kie terasa
bergejolak dan mulas. Hal yg paling ditakutkannya saat ini adalah memiliki papa baru.
Berkomunikasi dgn orang biasa yg blum dikenal saja sangat susah bagi Kie, terlebih punya papa
baru yg semuanya memerlukan adaptasi lg.
" Kinan sudah pulang?" suara mama membuyarkan lamunan Kie.
Kie mengerjap sejenak. Tatapan matanya masih terpaku dihalaman, tempat sedan putih itu
terpakir sampai menghilang dari pelupuk matanya.
" Mama sudah pulang?" Kie balik bertanya.
Mama kie tersenyum simpul. Wajahnya terlihat cerah siang ini. Ada rona merah dipipinya saat
Kie bertanya balik. Rona merah alami, bkn karna blus-on yg sengaja disapukan dipipinya.
" Ada proyek baru yg mama kerjakan. Berhubungan dgn desain pola kain."
" Dgn laki2 tadi?" Selidik Kie langsung. Dia berharap mama menjawab 'iya', dan tdk ada
hubungan lebih dgn laki2 itu.
Mama Kie mengangguk, respons yg sesuai seperti harapan Kie. Selanjutnya, " Dia laki2 baik
Kie. Inovasi untuk desain tekstil luar biasa," jelas mama Kie dgn nada ceria. " Tipe laki2
bertanggung jawab....,sabar."
Beberapa kalimat terakhir adalah kalimat yg tdk diharapkan Kie. Jelas ada sesuatu antara Mama
dan laki2 itu. Dan, inilah yg ditakutkan Kie.
Kie menghela napas panjang, sbelum akhirnya mengangguk lesu sambil tersenyum terpaksa
hanya untuk membuat mamanya senang.
** Tdk ada yg mencolok dari Kie, begitu menurut Krisan. Kie mahasiswa biasa, standar. Tdk terlalu
pintar dan tdk terlalu bodoh. Gadis yg slalu asyik sendiri dgn ipodnya. Hanya bicara bila perlu.
Jarang mengawali percakapn dgn orang lain. Pendiam. Namun, Kie memang brilian dibeberapa
bagian akuntansi. Selebihnya, tdk ada yg lebih dari Kie, titik.
Menjelang KKN dulu, Krisan yg mendekati Kie, meruntuhkan dinding pertahanan Kie dan
mengajaknya ngobrol. Ada hal yg Krisan sesali dari itu semua, tentang kebodohannya yg sudah
mengenalkan Kie pada Rangga. Lalu, skarang Kie dan Rangga menjadi sepasang kekasih paling
bahagia yg pernah dilihatnya. Kie hadir mengisi kehdupan Rangga saat Krisan mengaharapkan
hubungan lebih dari Rangga. Ini semacam perjalanan yg tdk adil bagi Krisan.
Kie duduk dibangku belakang, itu sudah menjadi rutinitasnya tiap kali menghadapi mata kuliah
yg tdk disukainya. Dia terlihat asyik membaca buku. Bkn buku ekonomi seperti yg sering
dibacanya, melainkan buku yg identik dgn Rangga. Ya..., buku tentang sejarai.
Krisan memperhatikan sejenak. Hanya melihat covernya saja Krisan tahu isi buku itu tentang
sejarah Indonesia abad ke 16-17. Itu buku yg disukai Rangga, Krisan tahu itu. Kie tdk pernah
menyentuh bidang sejarah sbelum ini. Ini pasti effect yg ditularkan Rangga kepada Kie.
" Hai, Kie." Krisan mengambil tempat duduk kosong disamping Kie. Bkn karna ingin, tp karna
terpaksa. Tempat duduk lain sudah terisi mahasiswa lain.
Kie menghentikan aktivitasnya sejenak. Dia menoleh, seutas senyum terlintas saat Krisan
mengambil tempat duduk disampingnya.
" Kamu baca apa?" Krisan basa basi.
Kie mengangkat buku yg dibacanya, menunjukan tulisan besar dicover. " Ternyata, mempelajari
sejarah Indonesia masa lampau susah. Bukti2 yg ada sangat terbatas. "
Krisan nyaris mendengus kalau saja komting kelas tdk teriak2 didpn kelas.
"Perhatian!" teriak gadis berkacamata dan berambut pendek lantang. " Barusan aku dapat SMS
dari Bu Dwi. Beliau nggak masuk karna harus kerumah sakit ngantar lahiran adiknya. Tp, ada
tugas yg harus dikerjakan dan dikumpulkan hari ini." Selanjutnya, gadis bernama Nophie itu
memberitahukan tugas2 dari Bu Dwi. Dia menyalin SMS Bu Dwi ke whiteboard didpn kelas.
Stelah selesai mencatat, " Paling lambat, dikumpulin pukul 3. Lebih dari itu, Bu Dwi nggak mau
nerima tugas kalian."
Seisi kelas mengeluh. Berharap tugas2 itu bisa dibawa pulang untuk dikerjakan dirumah.
Nyatanya, mereka harus mengerjakan tugas2 itu disini, dgn batas waktu sampai pukul 3 sore.
Kelas sepi setelahnya. Para mahasiswa memilih untuk mengerjakan dikantin fakultas.
" Nggak keluar, Kie?" tanya Krisan sambil beranjak berdiri. Melirik Kie yg langsung
mengeluarkan buku2 panduan. Ini kali pertama Krisan bertanya basa basi kepada Kie.
Kie menggeleng. Dia tdk pernah suka keramaian. Keramaian hanya membuat konsentrasinya
pecah. Bagi Kie, mengerjakan tugas dikelas sepi lebih baik. Akan membuat tugasnya cepat
selesai. Krisan tercenung sesaat. Dia urung meninggalkan kelas itu. Dgn sikap anggunnya, Krisan
akhirnya mengisi lg tempat duduk kosong disamping Kie.
Kie tertoleh sesaat, " Nggak jadi ngerjain dikantin?"
Krisan menggeleng. " Ada sesuatu yg ingin kubicarakan. Aku boleh curhat ke kamu, kan?"
Kie menegakkan sikap duduknya. Meninggalkan sejenak tugas2 yg akan dikerjakannya. Tumben
Krisan bicara serius itu. Sbelum ini, Kie blm pernah melihat Krisan bicara seformal ini hanya
untuk meminta curhat. Walaupun Kie tdk suka berbicara bnyak, tp dia bisa jadi pendengar yg
baik untuk Krisan. Krisan mengangguk, " sure..."
Krisan menghela napas panjang. Napasnya terdengar berat. Seperti ada sesuatu yg ingin
dikeluarkannya, tp terlalu susah. Sesaat, dia memandang sepasang mata Kie yg terlihat sayu.
" Kamu beruntung, Kie," desahnya lirih.
Kie menautkan sepasang alisnya. Rasanya lucu mendemgar Krisan berbicara seperti itu padanya,
dan hal itu membuatnya tertawa.
Krisanti. Seorang model itu berkata bahwa Kie beruntung" Kie ingin sekali bertanya, apakah itu
hanya lelucon atau apa. Apa yg bisa dianggap beruntung dari dirinya" Pendiam dan astraphobia
akut. Kie tdk punya kelebihan menonjol selain senyumnya dan rambutnya, itupun kata orang lain
yg menilai dirinya. Sementara Krisanti" Dia populer. Mudah berkomunikasi dgn orang lain. Aktif dlm bnyak
kegiatan sosial. Model yg sdang naik daun. Bentuk fisik yg diinginkan para wanita untuk
dihargai laki2 ada pada Krisanti. Walaupun belakang Kie baru tahu kalau sifat Krisan ternyata
sedikit, hmm, bossy, sering mengeluhkan masalah2 sepele, tp itu tdk bisa menenggelamkan aura
positif yg ada pada Krisan. Dibalik itu semua, Krisan perfect.
" Kamu bercanda, kan?" Kie mencebik.
Krisan kukuh menggeleng, " Sampai sekarang, aku merisaukan sesuatu, Kie."
" Merisaukan bnyak hal dlm kehdupan hanya akn memperlambat satu langkah untuk maja ke
dpn, Krisan." " itu kalau masalahnya sepele, Kie. Tp, dlm hdup ada masalah yg bisa dgn mudah kita handle, tp
ada jg yg solving nya susah."
" Contohnya?" Kejar Kie. Dia tdk tahu arah pembicaraan ini akn dibawa Krisan kemana. " Kalau
bisa berlari, knpa harus berjalan" Saat kamu berjalan, kamu ketinggalan seperdetik hari hal yg
bisa dikerjakan dgn berlari."
" Ada hal2 yg ingin kuraih, tp sepertinya terlalu tinggi karna ada hal yg menjegal langkahku."
Kie smakin bingung. Sekarang, dia mulai risih dgn pembicaraan Krisan yg terkesan berputar2. "
Hmmm, mungkin, belajar untuk bersyukur Krisan. Apa yg kamu inginkan dan blm kamu dpat
blm tentu baik untukmu."
Krisan mendengus. Kie smaking bingung dibuatnya. Ada sebersit emosi yg tergambar diwajah
Kie. Entah karna apa. 'aku berharap aku tdk salah bicara', Kie memainkan bibirnya.
" Kie," Krisan menurunkan volume suaranya. " Aku..., aku sudah nggak virgin.., setelah kamu,
cuma satu orang ya tahu."
Kinanthi terenyak. Namun, dia berhasil menahan suaranya yg tercekat dan nyaris keluar.
" Sejak SMA....." lanjut Krisan tanpa memberi kesempatan pada Kie untuk bertanya. Lalu, pelan
dia berucap, " Aku ingin Rangga, Kie." Lirih tp tegas, seperti sifat Krisan yg keluar akhir2 ini,
apapun yg diinginkan harus berhasil digenggamnya.
Kama Kie berusaha mencerna maksud dari kalimat Krisan yg bertubi2. Tentang Krisan yg tiba2
meminta waktu untuk curhat. Tentang pengharapan krisan yg sampai skarang masih ingin
diraihnya. Tentang rahasia yg diungkapkan langsung oleh Krisan kepadanya, bahwa dia sudah
tdk Virgin. Lalu, tentang pengakuan terakhir krisan padanya, 'aku ingin Rangga, Kie'.
Pengharapan terbesar Krisan adalah Rangga. Dan, Kie lah yg sudah menjadi penjegal bagi
Krisan untuk mendapatkan keinginannya, Rangga.
Ada hal tdk tampak antara hubungan krisan dan Rangga. Kie tahu itu sejak awal walaupun
hatinya sempat memungkiri.
Pikiran Kie berputar cepat. Menyadari satu hal yg sampai sekarang sudah dgn bodoh
dilupakannya. Malam reuni itu, Rangga tiba2 membatalkan janji dan memilih untuk pergi
bersama Krisan. Inilah alasan Rangga yg tdk bisa dijelaskan pada Kie, tentang Krisan. Krisan mencintai Rangga
stengah mati. Hubungan mereka sudah lama, Krisan sudah tdk Virgin sejak SMA. Mungkin
itulah yg ingin dipertahankan Krisan dari Rangga.
Kie beranjak dari kursinya, perasaannya kacau. Pikirannya kalut. Mengetahui fakta tentang
krisanti dan Rangga hanya membuat dadanya sesak. Sepasang mata Kie terasa panas, ada butir
cair yg mengenang disana.
Kie berjalan dgn cepat ke toilet, meninggalkan krisan yg tercenung didlm kelas. Dia bahkan tdk
peduli dgn kehadiran Rangga yg tersenyum ceria dari ambang pintu kelasnya. Dia tdk peduli
pada Rangga yg sudah merelakan waktunya untuk datang ke fakultasnya.
Krisan menginginkan Rangga, tdk ada yg boleh mendapatkan Rangga selain krisan. Apapun
caranya, Krisan akn melakukannya untuk bisa mendapatkan Rangga.
** Azar membaca pesan singkat yg masuk keponselnya.
'Kinanthi"' Gadis itu memintanya untuk datang menjemput didpn fakultas ekonomi.
" Don't tell Rangga."
Isi pesan terakhir yg dikirim Kie untuk Rangga.
Ada hal tak beres yg terjadi antara kie dan Rangga. Sesuatu yg bkn urusan Azar, tp begitu
mengusik rasa ingin tahu dihatinya. Permintaan dari Kie membuatnya serba salah. Jujur, dia
masih menyukai gadis itu. Namun, menjemput seorang gadis yg tengah bermasalah dgn
kekasihnya bknlah ide bagus. Ini hanya memperkeruh suasana. Azar tdk mau Rangga
menuduhnya sbagai pihak ketiga yg merusak hubungannya dgn kie.
" Mau jemput ga?"
tdk ada pilihan lain. Lima belas menit kemudian, Azar menghampiri Kie dgn honda jazz merahnya. Kie menunggu
dgn ekspresi tak terbaca. Berdiri dibawah pohon hias yg ada didpn fakultas. Mata Kie terlihat
beda. Tdk ada sinar cerah dibola matanya yg hitam. Hanya ada sorot keruh, jg sebaris bekas air
mata yg membuat matany a membengkak merah. Stelah membukakan pintu, Azar mempersilahkan Kie masuk kemobilnya.
Sedan merah itu melaju mulus dijalanan Surabaya yg padat.


Hujan Punya Cerita Tentang Kita Karya Yoana Dianika di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

" Aku nggak tahu apa yg terjadi antara kamu dan Rangga. Aku nggak memaksamu cerita. Tp,
tenangkan dulu pikiranmu. Kamu nggak mau terlihat seperti itu didpn mamamu, kan?" Azar
memasang safety belt. Dlm kondisi seperti apapun, dia slalu bisa berfikir jernih. Logika Azar
lebih baik daripada emosinya.
" Krisan dan Rangga....." ucap Kie terbata2. Tdk perlu kalimat panjang untuk mengerti apa yg
terjadi pada hubungan Kie dan Rangga, tdk perlu menunggu Kie untuk menceritakan smuanya.
Azar tau bahwa Kie tdk suka mengeluarkan bnyak kata2. Yg bisa dilakukan Azar untuk Kie saat
ini adalah memberikan rasa nyaman pada gadis itu.
" Mungkin mudah bersimpati untuk kesedihan orang lain. Tp, ikut merasakan kesedihan orang
lain tdk semudah itu. Terlebih, jika menyangkut perasaan hati." Azar mengusap kepala Kie dgn
lembut. Menumpahkan rasa sayang dan keinginan untuk melindungi yg slalu dia simpan selama
ini. Kie diam tanpa berkomentar apa2. Usapan kecil Azar dipuncak kepalanya bisa membuatnya
tenang. 'seseorang yg mengerti kamu bisa merasakan isi hatimu, Kie. Walaupun kamu terbungkam diam
seperti itu'. Azar melirik Kie.
Azar tahu suatu saat hal ini pasti akan terjadi. Antara kie, Rangga dan krisan.
** Kie sudah pergi bersama Azar. Itu yg dilihat Rangga dgn sepasang matanya.
Tangan Rangga terkepal. Menendang apapun yg ada didpnnya. Pasti ada sesuatu yg membuat
Kie seperti itu. Kie tdk pernah tampak sepanik itu sbelumnya. Walaupun lebih sering diam, kie
tdk pernah membohongi perasaannya sendiri.
Kie berbeda hari itu, itu yg ditangkap Rangga. Dia sengaja menonaktifkan ponselnya. Sengaja
tdk mendengarkan panggilan dan teriakannya. Bahkan, tdk menggubris kehadirannya yg dgn
susah payah mengejar mobil Azar.
Ada apa dgn Kie" Rangga kembali kekelas. Krisan blm beranjak dari tempat duduknya sejak
beberapa jam lalu. Dia duduk termenung dibangkunya. Menyangga dagu, sambil menerawang
kejendela kelas. Melihat kedatangan Rangga, krisan tertoleh. Dia melemparkan senyum semanis mungkin untuk
Rangga. " Kinanthi." Rangga memberikan penekanan pada suaranya. " Ada apa dgn dia" Apa yg kamu
bicarakan dgn Kie" Aku meliahatmu berbicara dgn dia. Dikelas ini, hanya berdua." Rangga
mengatur napasnya. Dadanya naik turun. Ada bermacam2 rasa yg berkecdambuk dibenaknya.
Rasa ingin tahu. Rasa kesal. Rasa jengkel. Semuanya.....
Krisan menggelengkan kepala. Wajahnya datar. Dia slalu seperti itu jika ingin meyakinkan orang
lain dgn ceritanya. " Please Krisanti. Tell me the truht."
Hening. " Krisanti!" " Aku hanya tdk ingin kamu terluka, Ngga." Suara halus Krisan bergema diruangan itu. "
Lupakan Kinanthi, dia sudah menduakanmu dgn seseorang."
" Azar?" tebak Rangga singkat tanpa berpikir panjang. Hanya sosok laki2 itu yg terlintas
dikepalanya saat ini. Bnyak bukti yg mengarah kesana. Saat Kie pergi dgn Azar stengah jam yg
lalu, saat Kie tak mengacuhkan teriakannya.
Cerita kie tentang Azar sbelum ini berkelebat dikepala Rangga. Azar, salah satu putra sahabat
mama kie. Tdk menutup kemungkinan, ada bnyak hal tentang Kie dan Azar yg tdk diketahui
Rangga. Krisan terdiam, itu berarti indikasi adanya jawaban 'iya' memang benar.
" Aku harus membuat masalah ini clear!" Rangga bergegas.
Krisan sontak. " Tp, Rangga. Tunggu!"
Percuma. Rangga sudah hilang dari jarak pandang mata Krisan.
Krisan tercengang. Dia terperosok ke dlm permainannya sendiri.
BAB 20 " Kita kemana, zar?" Kie mengerutkan kening.
" Nanti jg tahu sendiri," jawab Azar seperlunya. Pada saat santai sekalipun, Azar tetap terlihat
rapi.kemeja gelap panjang yg lengannya diekuk hingga siku, dipadukan dgn celana khaki warna
krem cerah, juga sepasang sneakers hitam kotak2 putih.
Kie bertanya2 saat mobil yg dikendarai Azar berhenti disalah satu mal di Surabaya. Walaupun
penasaran Kie memilih diam.
Azar membelokan kaki kekedai starbucks yg ada disitu. Sepasang matanya jelalatan mencari cari
seseorang. " Kamu ada janji dgn seseorang?" Kie nyemas.
Azar mengangguk. " itu dia." Azar tertoleh pada sosok jangkung berkaos biru donker. Laki2 itu
memakai skinny jeans warna hitam, lengkap dgn sneakers bergaris hijau. Laki2 casual itu duduk
dipojok kedai kopi dgn secangkir capuccino dihadapannya.
Jantung Kie berdetak setiap kali memandang sosok laki2 itu. Laki2 yg slalu mengisi ruang
kosong dihatinya, walaupun dlm keadaan rumit seperti saat ini. Jauh dilubuk hati Kie, dia masih
mengharapkan laki2 itu walaupun Kie tahu ada rahasia besar yg tdk diceritakan laki2 itu
padanya. Rangga. " Maaf lama." Azar menarik satu kursi untuk Kinanthi, lalu duduk berhadapan dgn Rangga.
Rangga nyaris menyemprotkan smua isi kepalanya kalau saja...., tdk ada Kie disana.
Oh. Rangga sungguh salut dgn tak-tik Azar. Mengajak Kie ketempat ini agar terselamatkan dari
semprotannya. Beberapa jam yg lalu, Rangga meminta Azar untuk menemuinya distarbuck. Sendirian. Tdk
boleh ada siapapun. Untuk membicarakan masalah itu, masalah kedekatannya dgn Kie.
Namun, ternyata" Azar memang tdk kurang akal. Ini murni bkn masalah Azar. Azarpun tdk tahu
apa yg terjadi antara Kie, Rangga, dan Krisan. Barangkali, dgn membawa Kie ikut serta, masalah
bisa selesai malam ini. Tatapan Rangga berhenti pada Kie. Tertegun. Dia selalu merindukan gadis bersenyum simpul
itu. Sedetikpun, dia tdk pernah lupa memikirkan gadis berambut panjang itu.
Kie duduk ragu2. Tdk berani menatap Rangga. Knit lace shoulder warna kuning dan double flar
skirts hitam yg dipakainya malam ini seharusnya bisa membuat relaks. Nyatanya, tdk. Dia
terperangkap kedlm suasana suram yg ditimbulkan Rangga dan Azar.
" Knpa kamu mengajak Kinanthi?" Rangga langsung, nyaris kasar.
Azar tetap tenang. Emosinya slalu tertata bagus. Dia memesan dua cangkir capuccino dgn
pikiran jernih. " Ini masalah kalian berdua. Seharusnya, aku nggak terseret kedlm masalah
kalian." Rangga mengepalkan jemarinya, " Kamu...., beraninya membela diri stelah....."
Tdk ada yg bisa dilakukan Kie selain mengamati Azar dan Rangga. Azar dgn segala sifatnya yg
tenang, emosinya tertata rapi. Rangga dgn sifatnya yg ekspresif dan menggebu-gebu.
" Pelankan suaramu, Rangga." Azar tenang.
Rangga terdiam. Dia sadar bahwa mereka berada ditempat umum. Bnyak pengunjung ditempat
itu, yg mulai menatap mereka bertiga dgn rasa ingin tahu.
Stelah hening, Azar angkat bicara. " Aku nggak tahu masalah apa yg sdang terjadi diantara
kalian. Tp, yg jelas, aku nggak ambil bagian apa2 dari sini."
Rangga mendelik. Rasanya, ingin sekali menyiramkan secangkir kopi itu diatas kepala Azar. "
Kamu merebut Kie dariku." desisnya pelan. Dia menahan sgala emosinya yg ingin
ditumpahkannya kpada Azar.
Azar memicingkan mata. Ini sesuai dugaannya, dia tertuduh sbagai pihak ketiga. Azar tdk terima
dikatai seperti itu. " Jaga omonganmu, Ngga." sanggah Azar datar. Dia merasa direndahkan malam itu. "
Seharusnya, tanya pada Krisan. Dia yg lebih tahu soal masalah kalian." Azar menggeser tempat
duduknya. Ungkapan nada dari mulutnya memang tenang, tp ada sejimpit emosi disepasang mata
sipitnya. " Kie, aku pulang dulu. Jelaskan semuanya kpada Rangga. Aku nggak ada hubungannya dgn
masalah kalian." tanpa bnyak bicara, Azar segera meninggalkan kedai kopi itu. Dia tdk peduli
saat para pengunjung menatapnya dgn pandangan menghujam. Setidaknya, ini adalah langkah
tepat untuk semuanya. Bahwa dia tdk terkait dgn masalah Kie dan Rangga.
Sepeninggalan Azar, suasana dimeja hening. Rangga hanya mengaduk-aduk capuccino. Kie
hanya menyesap capuccino dgn wajah tertunduk.
" Jelaskan." Rangga sebal menunggu. Kalau saling diam seperti itu, bisa2 mereka masih ada
disitu sampai tempat itu tutup. Hanya menyelami pikiran dan masalah masing2 tanpa ada yg
berniat mengawili menjelaskan.
" Apa?" " Tentang kamu dan Azar."
Kie menggeleng, menepis smua tuduhan Rangga yg ditunjukan untuk Azar. Namun, dia bingung
harus memulai semua dari mana.
" Nggak ada apa2." Hanya itu yg sanggup diucapkan Kie.
Rangga menghela nafas. Sejauh ini, dia slalu percaya pada ucapan Kie. Kie memang tdk suka
berbicara dgn kalimat panjang. Namun, dari kalimat2 pendek yg diucapkannya, tersimpan
sebuah kesungguhan. Mendengar kata2 kie barusan, Rangga lega.
" Kamu..., knpa merahasiakannya dariku, Ngga?" kata Kie akhirnya.
Rangga mengerutkan kening. " Apa?"
" tentang krisan."
Hati Rangga mencelos. Apa yg harus dijelaskan Rangga pada kie tentang krisan. Dia dan Krisan
tdk ada hubungan apa2 selain teman akrab dari kecil.
" knpa dgn Krisan?" Rangga memverifikasi.
Kie kebingungan, apa yg ingin ditanyakannya pada Rangga membuatnya merasa sakit.
" Kie, katakan.... apa yg ingin kamu tanyakan?"
" Tentang Krisan," kie terbata2. " kamu dan Krisan..... Kalian sudah pernah..., pernah..., making
love?" Rangga terdiam. Pertanyaan Kie barusan membuatnya tertampar. Bibir Rangga terbungkam rapat
begitu mendengarkan tembakan Kie yg tanpa antisipasi itu.
" Krisan cerita, dia sudah nggak virgin. She wants you, Ngga." Genggaman jari kie digagang
cangkir semakin erat. Jemarinya bergetar disana. Mengatakan ini hanya membuat dadanya terasa
sesak. Mendengarkan suaranya sendiri bertanya langsung pada Rangga hanya membuatnya
semakin bingung. Rangga menghela napas panjang. " Kie, kamu percaya aku?" tanyanya halus. Benar2 halus. Beda
dgn karakter Rangga selama ini. Ada nada desperate yg tergambar dinada suara Rangga. " Aku
dan krisan nggak pernah melakukan apa2. Krisan nggak virgin itu benar. Tp, bkn aku yg
melakukannya, Kie." Kie tertegun. " Kie, ingat saat aku batalin janji untuk jemput kamu beberapa hari lalu" Itu karna Krisan tiba2
memintaku untuk berangkat bareng. Bkn berarti aku ada apa2 sama Krisan. Sampai saat ini, ada
perasaan bersalah yg membuatku teringat masa lalu Krisan."
Kie mendengarkan penjelasan Rangga yg bertubi2 dgn teliti.
" Tapi, sungguh Kie. Hanya kamu satu2nya yg sampai detik ini masih dihatiku. Yg bikin aku
nggak bisa tidur saat melihatmu pergi berdua dgn laki2 lain."
Hening. " Masalah Krisan, mulai sekarang aku akan tegas sama dia. Aku akan menyelesaikan masalah
ini. Karna gadisku itu kamu, bkn dia. Lalu tentang masa lalu krisan, aku nggak ingin
menceritakannya pada siapapun. Aku nggak mau membicarakan aib sahabatku sendiri. Aku
nggak mau mengungkit-ungkit kenangan gelap sahabatku. Satu hal...., aku sayang kamu, Kie."
Rangga menaikan jemarinya keatas meja. Merengkuh jemari Kie, lalu menggenggamnya dgn
erat. Ada kerinduan yg tergambar disetiap genggaman rangga. Tentang rasa kehilangan saat Kie
menonaktifkan ponselnya. Tentang rasa sepi yg menderunya saat Kie salah paham.
Kie mengangguk tanpa kata2. Dia percaya pada Rangga. Kie tahu Rangga lebih dari siapapun.
" Aku nggak mau kehilangan kamu Kie."
** Krisan keluar dari kamarnya dgn hanya mengenakan piyama tidur warna pink. Sisa kantuk yg
tertahan tergambar jelas dimatanya. Rasa kantuk diabaikannya saat teman kosnya memanggil.
Rangga menunggu diruang tamu.
Rangga mengunjunginya. Selarut ini. Dan itu membuat Krisan senang bkn main, mengingat
Rangga jarang berkunjung ketempat indekosnya.
" Maaf ganggu," kata Rangga basa-basi.
Krisan tersenyum. Dia menggeleng.
" Uhm, Krisan. Aku percepat saja ya," ucap Rangga tiba2.
Krisan menyimak. Ada perasaan tak enak yg menghampiri hatinya.
" Krisan, aku ingin menjagamu. Menjaga hubungan kita, sbagai sahabat lama yg saling
melindungi. Tp please, jangan ganggu Kie. Aku sayang dia, Krisan. Aku sayang kie lebih dari yg
kamu tahu." Rangga sudah tahu semuanya. Krisan tahu hal ini cepat lambat pasti akn terjadi.
" Tp, aku sayang kamu Rangga." suara Krisan seakan tertelan.
" Sama. Aku jg menyayangimu sbagai seorang sahabat yg nggak tergantikan. Aku slalu ingin
menjagamu, melindungimu. Sampai sekarang, aku masih menyesal atas masa lalumu." Rangga
tertelan emosinya. " Untuk kali ini, biarkan aku memilih langkahku. Kita sama2 punya langkah,
Krisan." " Tapi, Rangga..."
" masalah datang padamu bkn karna suatu alasan. Masalah2 itu datang untuk menjadikanmu
lebih bijak dan dewasa." Rangga beringsut dari tempat duduknya. Dia sudah berdiri. " Pemberani
adalah orang yg bisa menghadapi kenyataan, Krisan. Walaupun kenyataan itu menyakitkan
sekalipun." Lalu, Rangga berlalu bgitu saja dari hadapan Krisan. Dia tdk mau semuanya
bertambah rumit. Dia sayang Kie, tp jg tdk ingin persahabatannya dng Krisan mendingin. Sejak
kali pertama bertemu Kie, Rangga terpesona dgn apapun yg ada pada Kie.
'Rangga, aku tdk tahu, apakah masih ada laki2 yg mau menerimaku apa adanya jika mereka
mengerti masa laluku'. Krisan menelan rasa pahit didadanya, seiring berlalunya Rangga dari
pelupuk matanya. Saat punggung Rangga menjauh, krisan sadar bahwa cintanya pada Rangga
memang tak terbalas. ** Ponsel disaku Azar berdering. Nama kinanthi tertera dilayar.
Ragu, apakah telepon itu harus diangkat atau tdk. Namun,otak kiri yg mendominasi pikirannya
membuatnya berpikir jernih.
" Hallo, Kie?" Hening. Terdengar kasak-kusuk dari seberang.
" Kinanthi?" ulang Azar mengernyit.
Kie bicara pelan, dlm suara lirih yg membuat hati Azar bergetar. " Azar. Terima kasih untuk
semuanya." " Untuk apa?" " Untuk hari ini."
Tanpa penjelasan, Azar sudah tahu kalau hubungan Kie dan Rangga sudah membaik.
" Ya, sama-sama." balasnya singkat sbelum mengakhiri telepon.
Azar tersenyum singkat. Dia memang menyukai Kie. Ingin memiliki gadis itu sepenuhnya.
Walaupun harus menelan rasa pahit, tp Azar rela melihat kie bahagia bersama orang lain. Dia
rela melakukan apapun demi membuat gadis itu tetap tersenyum.
** Kie membenamkan kepala kedlm selimut tebalnya. Butiran hujan menghantam atap rumahnya.
Suaranya terdengar keras dari kamarnya dilantai dua. Walaupun tdk ada guruh dan petir, hujan
slalu membuat Kie cemas. Terlebih jika sendirian ditengah ruangan seperti ini.
" Kamu baik2 saja, kan?" suara Rangga tersambung lewat ponselnya.
Kie menggelengkan kepalanya walaupun tahu bahwa Rangga tdk bisa melihatnya dari sana.
" Sendirian?" tanya Rangga lg. Seolah2 tahu apa yg saat ini dikerjakan kie dirumahnya.
" Ya. Mama blm pulang. Akhir2 ini, mama selalu pulang telat. Ada desain yg harus dipikirkan
dan diselesaikannya." baru kali ini kie berbicara tanpa jeda dlm kalimat panjang. Kalau saja saat
ini Rangga ada didpannya, mungkin dia akan tertawa lepas.
" Lupakan rasa takutmu..."
" Bgaimana bisa?" sambar kie cepat.
" Dengarkan. Aku punya cerita menarik." Rangga nggak kalah cepat. " hari ini aku iseng
memasukan air hujan kekulkas."
" Kamu kurang kerjaan?" Kie mengernyit.
" Dengerin dulu." Rangga menginterupsi. " Bentuknya jd seperti kepingan kristal. Menurutku sih
indah. Mungkin, lain kali kita bisa lakuin bersama, membekukan air hujan."
Kie tak antusias, " Nggak menarik."
" Masa sih" Kan jarang2 orang kencan dgn menunggu air hujan beku didlm freezer."
Kie tergelak. Suasana hatinya berubah stelah mendengar lelucon Rangga.
" Oh iya, Kie. Aku baru saja baca artikel."
" Apa?" sahut Kie.
" Ternyata, ya, panas sambaran kilat itu lima 5 kali lebih panas daripada permukaan matahari
loh. Jadi, mungkin skitar 20.000 derajat celcius. Nah, saking panasnya, udara disekitarnya
memuai, dan jadilah.... BUM.... Petir!" Rangga menakut-nakuti.
Kie terpekik kaget. " Nggak lucu ah!" protesnya kesal. Dia menimpukan bantal ketempat tdur,
membayangkan Rangga ada didpnnya.
" Aku bercanda," sesal Rangga.
Tak lama kemudian, suara mobil mendarat dihalaman dpan. Kie mengintip dari jendela stelah
mengakhiri percakapannya dgn Rangga lewat telepon.
Mamanya pulang. Seperti biasa, ada seseorang yg mengantarnya. Seorang laki2. Kie tahu ini,
bahwa mamanya sdang dekat dgn seorang lelaki. Bahkan, tdk menutup kemungkinan kalau suatu
saat nanti laki2 ini akan menjadi papa baru buat Kie. Namun masalahnya, apakah Kie siap
menggantikan posisi papanya dirumah ini dgn papa baru"
Kie tdk siap. Kid tdk siap jika peran papa dirumah ini tergantikan oleh laki2 itu. Kie tdk rela jika kedudukam
papa disamping mama harus tergantikan dgn laki2 itu. Kie tdk siap ada papa baru dirumah ini....
" Have a nice dream, my kie..."
SMS dari Rangga stidaknya bisa menenangkan rasa kalut dipikirannya.
BAB 21 Gara2 acara mamanya yg mendadak, Kie harus membatalkan janji dgn Rangga. Beruntung
Rangga jg tdk bisa datang karna ada hal yg harus diselesaikannya.
Kie merengut terus sepanjang perjalanan. Bahkan, dia cuek saat mamanya bercerita banyak
tentang bisnisnya yg berkembang akhir2 ini. Paling2 mama hanya akn mengajaknya reuni lg,
mengenalkannya pada teman2 lama mama. Lalu. Ditempat berkumpul itu, kie hanya bisa


Hujan Punya Cerita Tentang Kita Karya Yoana Dianika di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

merengut. Mendengarkan obrolan para ibu2 yg tdk dimengertinya.
Mama memberhentikan mobil ditempat parkir, disbuah restoran mewah disekitar kompleks
Tanjungan Plaza. Restoran itu berpenerangan kuning, dgn kursi2 anggun yg tertata rapi.
Kie mengekor dari belakang dgn bibir tertutup. Aroma ruangan yg begitu khas menyeruak masuk
kelubang hidungnya saat pintu dibuka pelayan.
Ada sesuatu yg salah. Kie tdk menjumpai teman2 mama direstoran ini. Biasanya, kalau ada janji
seperti ini, satu dua teman Mama sudah ada yg menunggu ditempat janjian.
" Kita akan menemui siapa, Ma?" rasa ingin tahu Kie terusik. " Ini bkn reuni teman2 mama,
kan?" Mama Kie tersenyum. Wanita itu berpenampilan rapi malam ini. Kesan wanita karier yg sukses
tdk hilang dari dirinya. " Ada seseorang yg ingin mama kenalkan kepadamu, Kie."
Kie menelan ludah. Sepatah jawaban dari mamanya cukup membuat mulutnya terbungkam. Yg
akan ditemuinya malam ini bkn teman2 mamanya, melainkan seseorang. Seseorang yg sering
mengantar mama pulang akhir2 ini. Seseorang yg mungkin akan menjadi papa barunya. Kie
resah. Pantas saja mama meminta Kie berpakain rapi malam ini, lebih tepatnya berpakaian anggun.
Sebelum ini, kie tdk pernah memakai pakaian seformal sekarang. Mama jg berpesan agar Kie
mengikat rambutnya kebelakang, dirapikan.
" Mama ingin mengenalkanmu kpada Pak Prabowo, Kinanthi." jelas mama sumringah.
Langkah mereka nyaris sampai kemeja yg dipesan.
" Laki2 yg sering mengantar mama pulang?" kie meyakinkan. Mamanya mengangguk sambil
tersenyum. Lalu, saat mereka sudah sampai dimeja, mama segera memperkenalkan laki2 itu, " Ini pak
Prabowo, Kinanthi. Dan, ini putranya...."
Kie terpaku, bkn melihat laki2 yg diperkenalkan mama, melainkan karna putra laki2 itu....
" Kie...." Rangga tak percaya. Sapaannya menyadarkan Kie. Ternyata, ini bkn mimpi buruk.
Laki2 didpannya itu -anak Pak Prabowo yg saat ini adalah kekasih mamanya- adalah Rangga,
kekasih Kie. " Kalian sudah saling kenal rupanya." ungkap pak prabowo senang.
Baik Rangga maupun Kie tdk ada yg menimpali. Mereka berdua hanya bisa saling pandang, lalu
memandang orangtua masing2 dgn tatapan kosong.
Makan malam itu berlangsung hambar bagi Kie dan Rangga.
** Rangga duduk tercenung tanpa bisa berkata apa2. Dia tahu bahwa ayahnya memang dekat dgn
seorang wanita diluar sana. Rangga tahu, cepat atau lambat bahwa mendiang ibunya akn
tergantikan dgn wanita lain. Rangga tdk peduli dgn hal itu, asalkan ayahnya senang, dia rela
melakukan apapun. Rangga jg tahu bahwa ayahnya sdang dekat dgn seseorang yg jauh dari kotanya. Ayahnya dekat
dgn wanita yg notabene partner bisnisnya sendiri, yg membuat ayah Rangga sering keluar kota
untuk mengembangkan bisnis, sekaligus menseriusi hubungan dgn wanita itu.
Namun..., dia tdk pernah menyangka bahwa wanita itu adalah mama kie. Mama dari seorang
gadis yg dicintai stengah mati.
Sbelum ini Rangga blm pernah bertemu dgn mama Kie sekalipun. Tiap kali bermain kerumah
Kie, mama kie blm pulang.
Pertemuan pertama dgn mama kie yg tak terduga. Pertemun dgn mama kie sbagai kekasih
ayahnya. Pertemuan dgn mama kie yg akan menjadi bgian dari keluarganya, menggantikan
posisi ibunya. Rangga duduk bertelanjang dada diujung tempat tidur. Menyulut sbatang rokok dgn pikiran
kacau. " Aku sayang kamu, Kinanthi..."
sebuah pesan singkat dikirim kenomer yg sudah dihafalnya diluar kepala.
** Azar stengah berlari saat menaiki eskalator mal. JCo sudah didpn matanya. Kie menunggunya
disana dgn segelas green tea,duduk termangu disalah satu sofa kafe. Ekspresi diwajahnya terlihat
pias dan redup. Ada bnyak hal yg menggumpal dikepala Kie saat ini.
" Sudah lama?" tanya Azar.
Kie menggerakan bola matanya, mengikuti sosok Azar yg mengambil tempat duduk didpnnya.
Sbuah gelengan singkat. Hanya itu yg bisa diberikan Kie untuk menjawab pertanyaan Azar.
" Ada yg bisa kubantu, Kie?" tanya Azar serelaks mungkin. Ada segudang rasa cemas melanda
hatinya. Kie terlihat tak bernyawa. Tidak, lebiah parah dari itu, kie terlihat hancur dan tak
bernyawa. Beberapa menit yg lalu, Kie menelponnya. Memintanya untuk datang ke Jco yg ada di Delta
Plaza. Cara bicara Kie beberapa menit lalu pelan dan lembut. Suaranya lebih terkesan
bermasalah... Kie menyesap green tea nya. Ada semangat yg hilang dari gesture tubuhnya. Helaan napas
panjang terembus dari lubang hidung Kie.
Azar menunggu. Memberikan ruang nyaman pada Kie untuk siap menceritakan segalanya. Dia
tahu gadis ini sdang tdk baik2 saja. Ada beban berat yg membuatnya menjadi seperti itu. Entah
apa... " Rangga, zar." sepatah kata cukup bisa membuat Azar terenyak.
'Ada apa lg dgn Kie dan Rangga" Apakah mereka putus begitu saja"' batin Azar.
" mamaku.., mamaku akn menikah dgn papa Rangga." singkat. Kie tdk sanggup melanjutkan lg.
Keadaan smakin memburuk saat kalimat yg diucapkan Kie semakin tdk jelas. Kalimat kie
terbata2. Azar sigap. Dia segera membawa kie keluar dari kafe dan menuju mobilnya yg terpakir didpn
Plaza. " Calm down, Kie." Azar menepuk bahu kie.
Kie tdk bisa menahan tumpukan air mata yg sejak kemarin disimpannya. perasaan kalut dan
bingung atas keputusan yg diambil kedua orangtuanya. Serta luapan emosi yg sempat tertahan.
Semua tumpah bgitu saja didpn Azar.
Azar kebingungan. Tdk ada yg bisa dilakukannya selain menepuk kepala kie lembut.
Menenangkannya lalu, memeluknya dlm kebisuan didlm mobil. Memeluk kie erat2 saat langit
tiba2 mengguyurkan hujan deras.
Ini rumit. Ini bkn sekedar perselingkuhan atau apa. Akan ada yg tersakiti diantara mereka.
'Aku rela melakukan apapun untukmu kie, demi membuatmu bahagia'. Kata Azar dlm hati.
Kie pulang tanpa sepatah katapun, kecuali seuntai ucapan terimakasih dan senyum yg
dipaksakan. Mungkin ini bodoh, dan Azar merasa terlalu jauh terlibdat kedlm masalah kie. Namun dia harus
menanyakan semuanya pada Rangga. Dia harus memastikan bahwa kie sdang tdk mengigau atau
apa. ** " Kamu sudah tahu keadaan kie?" Azar mengekor dibelakang Rangga menuju kamarnya.
Kamar Rangga terbilang rapi untuk ukuran laki2. Disamping meja belajar, teronggok kamera
kesayangannya, disusun rapi dgn lensa2 koleksinya. Beberapa album foto berserkan. Sbgian
besar hasil candid Rangga pada pose2 Kinanthi. Disudut lain ada gitar kesayangan Rangga,
beberapa buku sastra jg poster besar inspiratif kesukaan Rangga.
" kenapa dia" Dia baik2 saja, kan?" emosi Rangga tersulut.
Azar bingung, antara menghela nafas panjang dgn menggeleng. " Dia terlihat.... hancur,"
ungkapnya ragu. " Aku nggak tahu apa yg terjadi dgn kalian. Bknnya aku ingin mencampuri
urusan kalian. Tapi, aku nggak tega melihat keadaan kie yg seperti itu."
Rangga duduk begitu saja didpn meja belajar. Mengusap-usap wajahnya berkali2. Masalah yg
mendera kali ini bgitu berat. Entah bisa dipecahkannya atau tdk.
" Jadi itu benar, Ngga?"
Rangga bergeming ditempat. Azar menggeleng.
" Kok kalian diam saja" Tdk menceritakan masalah ini padaku?"
" Bercerita padamu.., memangnya akn menyelesaikan masalah kami, Zar" Tdk ada yg bisa kmi
lakukan Zar. Tanggal pertunangan dan pernikahan sudah ditetapkan!"
" Apa?" " Begitulah faktanya, Zar. Bahkan, saat makan malam kemarin, ayahku dan mama kie sudah
menetapkan siapa yg jadi kakak dan jadi adik."
Azar menyimak tanpa interupsi. Siapa yg jd kakak dan jd adik. Tentu saja Rangga jadi kakak, dia
empat bulan lebih tua daripada Kie.
"kalaupun aku cerita padamu, apakah masalah ini bisa selesai" Kalaupun aku bilang pada
ayahku, apakah mereka akn membatalkan pernikahan mereka" Tidak, zar."
Azar mendekati Rangga. Menepuk bahu Rangga pelan. Rangga benar, masalahnya dan Kie tdk
bisa diselesaikan bgitu saja.
" Zar, aku mencintai Kie. Aku mencintai Kie dgn caraku sendiri, walaupun itu membuat sakit
sekaligus...." 'Sama, Ngga. Aku jg mencintai Kie. Aku jg mencintai kie dgn caraku sendiri, meski itu
menyakitkan'. Batin Azar.
** " Rangga pernikahan ayahmu...." krisan berbisik saat menghadiri pernikahan ayah Rangga dan
mama Kie. Rangga sengaja mengalihkan pemaicaraan. Dia memasang ekspresi seramah dan seceria
mungkin. Krisan nanar melihat itu semua. Rangga memang ceria seperti biasa, namun ada rasa
sedih yg terselip didlmnya. Tentang pernikahan ayahnya dgn mama kie, dan tentang kelanjutan
hubungannya dgn kie. " Ayo beri ucapan selamat ke ayahku." Rangga menepuk bahu krisan.
Rangga mengantarkan Krisan mendekati ayah dan mama baruny. Resepsi pernikahan diadakan
dirumah mama kie tanpa menyewa gedung. Area rumah bgitu luas, yg sudah cukup menampung
bnyak tamu. " Rangga, adikmu blm turun. Kamu nggak ingin menjemputnya?" tanya mama lembut.
Kinanthi. Walaupun status mereka sudah berubah, hatinya masih bergetar setiap kali mendengar
nama itu. Rangga mengangguk sambil tersenyum. Beberapa menit kemudian, dia sudah lenyap diantara
kerumunan para tamu, menjemput kie dikamarnya dilantai dua.
Sebuah ketukan pelan mendarat dikamar kie. Tdk ada sahutan. Rangga mengulang lg sampai tiga
kali, tetap tdk ada sahutan. Akhirnya, hanya itu yg bisa dilakukan Rangga, membuka pintu kamar
kie dan masuk begitu saja.
Kie terduduk didpn meja rias. Pakainnya sudah rapi. Rambutnya tertata indah, dgn polesan make
up warna soft yg cocok dikulit putihnya. Kinanthi terlihat semakin cantik dgn pembawaannya
hari ini. Cerah dan menawan, namun sayangnya, sepatang matanya terlihat kosong.
" Kie, ayo turun," ajak Rangga pelan stelah menutup pintu kamar. " Tamu sudah pada datang."
kie tetap duduk menghadap meja rias. Dia tdk ingin menggerakan badang barang sedetik pun.
" Ayo kie." Rangga mendekat. Menjulurkan tangannya untuk dijadikan tempat bersandar bagi
jemari Kie. Semuanya masih sama. Rasa cintanya pada kie tdk pernah berkurang.
" Jangan bertindak seolah2 nggak pernah terjadi apa2." Nada datar yg membuat Rangga
tercengang. Kie menoleh, menatap Rangga tanpa ekspresi.
" Jangan memperkeruh keadaan, kie," pinta Rangga sesak. " Ayo kita turun, setidaknya itulah yg
bisa kita lakukan saat ini."
Kie beringsut dari tempat duduknya, memunggungi Rangga lg. Dia bingung, sebenarnya untuk
siapa kemarahan itu tertuju" Rasa cintanya pada Rangga bgitu besar dan tdk terukur. Sekarang,
semuanya berbalik. Keadannya saat ini membuatnya merasa bodoh.
Rangga mendekatkan tubuhnya pada Kie. Tdk tahu lg apa yg harus dilakukannya saat ini.
Sebuah pelukan singkat dari belakang, lengan kukuhnya bersarang dileher kie dgn erat.
Membenamkan kepalanya dibahu kie. Rangga bisa merasakan bau parfum khas dari leher kie.
"Aku sudah pernah bilang belum, kie, aku akn slalu mencintaimu...."
BAB 22 Keluarga baru yg hangat. Begitulah mama Kie dan ayah Rangga menyebutnya keluarga baru mereka. Rangga dan ayahnya
resmi tinggal dirumah Kie. Rumah mereka di Yogya dijadikan rumah singgah jika ingin liburan.
" Biar adil, kamar Rangg jg dilantai dua ya. Disbelah kamar Kie," kata mama saat mkn malam.
Tidak ada yg menarik dlm percakapan ini.
" Aku sudah kenyang ma." kie beranjak kelantai dua.
" Tdk dihabiskan makanannya?"
Kie menggeleng simpul. " Oh iya, Kie. Dua minggu lg kamu dan Rangga wisuda kan ya?"
Kie mengangguk lesu tanpa berniat untuk menolehkan kepalanya. Dia melangkah gontai kelantai
dua. Air mata menetes satu2 tiap kali kie meniti anak tangga.
" Ada apa dgn kinanthi?" mama bertanya kpada Rangga.
Rangga masih memegang garpu dan sendok makannya. Dia mengendikkan bahu sambil terus
mengunyah. " Mungkin kurang enak badan," jawab Rangga sekenanya.
'Bukan itu. Hati kie saat ini hancur berkeping2'.
Rangga terus menelan makanannya sampai habis. Ada satu hal yg disadarinya saat itu, semua
makanan yg tersaji terasa hambar dilidahnya. Hati Rangga sama sakitnya dgn hati Kie.
** " Jangan melihatku seperti itu, lama2 kamu bisa suka aku loh." Rangga berkelakar didpn Azar.
Mereka bertemu di Gramedia sore itu.
Azar mendengus kesal. Laki2 didpnnya ini memang menyebalkan. Dia benar2 bodoh, berpura2
setegar itu, padahal hatinya sdang hancur lebur tdk keruan.
" Bgaimana kabar Kie" Kalian masih pacaran?" tembak Azar jengkel.
Kali ini Rangga mendengus keras. Sungguh, gurauan Azar barusan membuatnya terpojok dan
menciut. " Zar, kalau aku ngelanjutin kuliah S2 diluar negeri, smua berubah nggak?"
" Maksudmu?" " Mungkin nggak saat aku balik dari S2 nanti, Kie tiba2 bisa kunikahi?"
Azar melotot, " Kamu berharap kedua orangtuamu cerai?"
"Hei siapa yg bilang begitu?" Rangga terkekeh.
" Ngga, masalahmu ini nggak lucu. Sungguh, ini bkn lelucon untuk bahan tertawaan."
" Siapa yg bilang ini lelucon, Zar?" Ekspresi diwajah Rangga mendadak serius. " Cinta itu
berwarna ya, zar. Didlmnya ada air mata, rasa bahagia, kesedihan, rasa takut akan kehilangan,
dan rasa nyaman hanya dgn mendengar suara orang yg disukai."
" Sebab, slalu ada yg ditakdirkan untuk menjagamu saat kamu sedih dan kecewa, Ngga." Azar
menjawab diplomatif. " Ya, aku tahu." Rangga menerawang. " Aku menemukan itu smua pada Kinanthi." Rangga jujur.
" Kadang, kita memang membutuhkan orang lain untuk bisa memahami diri kita sendiri."
Azar menghela nafas panjang. " Kamu ingin menikahi adik kamu sendiri?"
Rangga diam tertegun tanpa bisa mengucapkan apa2.
** Langit Surabaya tiba2 gelap. Hujan turun begitu saja disertai petir. Rumah sdang sepi, tdk ada
tanda2 kehdupan. Papa-Mama blm pulang. Rangga berlari sekencang2nya kelantai dua. Hanya
terlintas satu hal dikepalanya. Kinanthi.
"Kie...!" teriak Rangga.
Hening, tdk ada sahutan. Pintu kamar kie tdk terkunci. Kie menggelung badannya dibawah
selimut, dgn tumpukan bantal dibawah telinganya.
Rangga sudah menduga itu. Tentang rasa takut kie saat petir tiba2 menggelegar.
"Ini cuma petir, Kie. Nggak ada yg perlu dicemaskan." Rangga duduk ditepi ranjang Kie.
Selimut begelak pelan. Kepala Kie menyembul dari balik selimut. Kie menggeleng lemah.
Wajahnya pucat pasi. " Aku tersiksa dgn semuanya, Ngga,"
Rangga meletakan buku2 yg baru dibelinya kelantai. 'Sama kie. Aku jg tersiksa dgn keadaan ini'.
" Aku berharap, masih ada seseorang yg menjanjikan rasa nyaman saat petir2 itu bergejolak."
Rangga mengangkat tangannya. Mengusap kepala Kie pelan. Dia tahu ini salah, namun rasa
cintanya pada kie mengalahkan logikanya.
" Apa kamu tdk merindukan sosoknya, Ngga.?"
Rangga menggeleng, " Aku tdk merindukan sosoknya Kie. Maksudku, rasa rindu itu tdk cukup
untuk menunjukan perasaanku kepadanya."
Kie tertegun. Semakin dia ingin melupakan Rangga, rasa sesak didadanya semakin menjadi2.
Semakin dia ingin menghapus sosok Rangga, keberadaan Rangga didlm pikirannya semakin
nyata. " Aku ingin memeluk orang itu...."
Rangga membungkam bibir Kie dgn bibirnya sbelum kie menyelesaikan kalimatnya. Mengulum
bibir kie lembut yg dibalas dgn balasan serup oleh kie. Perasaan bersalah dan juga rasa cintanya
pada kie melebur menjadi satu didlm ciuman itu. Ciuman panjang dihari hujan yg membuat
Rangga mengambil keputusan salah; dia tdk akan menghapus rasa cintanya kepada kie. Dia akan
membiarkan perasaannya terhadap kie. Dia tdk akan mengakhiri hubungannya dgn kie.
** Mereka dipertemukan diacara wisuda. Rangga, Kie, Krisan, Azar, dan Azar. Yg lebih
mengejutkan, Adin lulus dgn predikat cum laude, setara dgn Azar. Nilai akhir mereka hanya
selisih sdikit. " Kalau wisuda gini jd terlihat tua ya?" Adin merapikan toganya.
Azar mencibir, " Kamu itu Din. Sama sekali nggak terlihat seperti mahasiswa cum laude."
Yg lain sependapat dgn Azar. Adin melongos sambil meleletkan lidah.
Beberapa menit kemudian, Rangga dan kie datang bersamaan. Didampingi sepasang suami istri
pengantin baru yg tampak rapi hari itu.
Kie dan Rangga segera bergabung dgn teman2nya.
Azar dgn sigap segera mendekati mama kie. Mencium tangannya sambil tersenyum ramah, "
baru datang tante?" Begitu pula Krisan, diikuti Adin. Mereka dgn sigap bergerak mendekati ayah Rangga, " Baru
datang om?" Dlm hati, Adin mengerutkan kening melihat teman2nya itu. Ada yg disakiti dan tersakiti diantara
mereka berempat, Kie-Rangga-Azar-Krisan.
BAB 23 Makan malam dgn anggota keluarga baru sudah menjadi kebiasaan baru dirumah berlantai dua
itu. Kalau papa dan mama tdk pulang larut, mereka berempat makan bersama diruang makan.
Topik dimeja makan malam itu tentang wisuda juga nilai2 mereka. Nilai Rangga lebih tinggi
daripad Kie, walaupun keduanya tdk tergolong cum laude seperi Adin dan Azar. Mereka lulus
dgn nilai memuaskan. " Mama heran, apa makanan Azar?" Mama menerawang, ada rasa kagum disepasang matanya


Hujan Punya Cerita Tentang Kita Karya Yoana Dianika di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jika membicarakan Azar. " Nasi." sahut Rangga sekenanya.
Rangga mencoba terbiasa dgn keadaan itu. Mencoba serelaks mungkin untuk berada ditengah2
keluarga barunya. Menjadikan posisi Kie, gadis yg paling dicintainya, berperan sbagai adiknya.
Bagi Rangga, bkn masalah memanggil mama kie dgn sebutan 'Mama' dan bkn 'Tante'. Namun,
masalahnya, dia tdk sanggup memosisikan kie sbagai adik perempuannya.
" Uhm, Ma...." Ayah Rangga mengakhiri makan malamnya. " Tentang rencana kita malam itu,
bgaimana, Ma?" Mama mengerling penuh arti, memandang Kie dgn tatapan antusias. " Mama jg setuju sih, pa."
Kie memandang Mama dan Papa barunya secara bergantian. Baginya, ini sungguh adaptasi yg
membunuh langkahnya. Sejak awal, dia blm siap menerima kehadiran papa baru dirumah itu.
Ditambah dia harus menerima kenyataan bahwa ayah Ranggalah yg menjadi papa barunya, dan
Rangga -orang yg paling disayanginya- resmi menjadi kakak tirinya.
Suasana dimeja makan menjadi tenang. Bagi kie, ini menyerupai upacara pemakaman yg
khidmat ketimbang acara makan malam bersama. Kie tdk suka suasana seperti ini.
" Kemarin, kami dan mama Azar sempat saling cerita, Kie." Mama kie mengelap bibirnya dgn
tisu. Rangga tahu, akn dibawa kemana arah pembicaraan ini.
" Sepertinya, kamu dan Azar cocok. Yah, kalian ternyata dipertemukan waktu KKN, Saling
dekat sampai sekarang. Bahkan, Azar jg jadi sahabat Rangga."
Kie ingin menjerit. Rasanya, gerak peristaltik ditenggorokannya semakin pelan. Lenyap bersama
nafsu makannya yg tiba2 menguap.
" Kami sudah sepakat ingin menjodohkan kalian." Mama menjentikan jarinya. Layaknya ini ide
brilian yg patut dipuji. Rangga tersedak makanannya sendiri, seiring dgn segelas air putih yg tumpah membasahi
pahanya. " Rangga, kamu nggak papa?" tanya mama cemas.
Rangga mengibaskan tangannya pelan. " Enggak papa, ma..."
" itu kalau kamu bersedia, Kinanthi." papa melanjutkan dgn suara bijak.
Kie tetap tenang dgn gayanya sendiri. Memotong ayam dgn garpu, lalu menyuapkan kemulut
dgn gerakan pelan. Ada bnyak hal yg terlintas dipikirannya sekarang. Yg membuat hatinya terasa
seperti diiris2. Membuat air matanya beku, sampai tdk ada ekspresi yg tergambar diraut
wajahnya. " Benar. Itu kalau kamu setuju, Kie. Kami tdk memaksa...," lanjut mama masih dgn suaranya yg
khas dan lembut. Kie mengakhiri makan malamnya. Menenggak segelas air putih sampai habis, lalu mengelap
bibirnya dgn tisu. Setelah itu hanya ada satu jawaban yg terlintas dipikirannya.
" Kalau Azar jg mau, yg nggak papa, Ma." kata2 itu seperti bkn diucapkan Kie. Dia lelah
menjadi seperti ini terus. Menjadi seoramg pendiam, yg hanya bisa berkata 'iya', tanpa bisa
mengeluarkan isi hati yg sesungguhnya.
Sungguh, ini menyakitkan.
" Kalau begitu, kita tinggal menunggu jawaban Azar, pa."
Rangga meletakan peralatan makan dgn pelan. Tenaganya hilang mendengar kata persetujuan
kie. Sendi geraknya melemas begitu saja. Napasnya tercekat.
Kie terlihat asyik menikmati makanan pencuci mulut. Bahkan, dia tdk peduli dgn tatapan Rangga
yg sejak tadi menghujam ke arahnya.
'itu bukan kinanthi yg kukenal...'
** " Kamu sudah mendengarkan kabar itu kan?" Rangga menyulut roroknya. Mengisapnya dlm
diam sambil diam sambil menerawang kejalanan. Dia sengaja menemui Azar dirumahnya.
Azar, walaupun sudah lulus dgn predikat cum laude, tetap tdk pernah meninggalkan buku2
ilmiahnya. Dia harus mengambil profesi selama satu tahun, baru bisa melanjutkan ke S2.
" Tentang apa?"
" Perjodohanmu dgn Kie." Rangga tdk basa-basi lg. Dia mengembuskan segumpal asap dari
bibirnya. Azar menutup bukunya, menghembuskan napas pelan sbelum menjawab pertanyaan Rangga. "
Aku nggak berani mengambil keputusan untuk mangambil keputusan untuk masalah seperti ini."
" Kamu menolaknya?"
Azar menggeleng, " Aku menyerahkan keputusan kepada kie. Aku nggak ingin menjadi pihak
egois, menyetuji hal yg blm tentu disetujui kie."
Rangga meninggalkan puntung rokoknya. Menyesap secangkir teh yg disajikan Azar dimeja
ruang tamu. " Kamu mencintai dia kan" Kinanthi...."
Azar ragu. Antara menjawab 'iya' atau memilih diam. Mengakui bahwa perasaannya kepada kie
tdk pernah mati bkn waktu yg tepat. Terlebih dlm suasana sekeruh ini. Biar bgaimanapun,
sampai Rangga dan Kie masih tetap saling mencintai.
" Ya. Aku mencintai Kie," sahut Azar pendek.
Rangga beranjak dari tempat duduknya. Tanpa meninggalkan sepatah katapun. Pikirannya kalut.
" Rangga, meratapi masa lalu hanya membuatmu melewatkan momen indah yg akan lewat
sekarang..." Rangga menoleh tajam kepada Azar. " Kamu nggak akan pernah mengerti perasaanku, Zar."
Rangga berlalu tanpa menoleh sdikit pun.
Rangga ingin menyalahkan siapapun.., siapapun yg ada didpnnya. Namun, siapa" Dia tdk punya
hak untuk mencegah perjodohan kie, karna posisinya sekarang berbalik. Kie adalah adiknya, bkn
kekasihnya lg. 'Hanya ada sdikit orang yg benar2 menaruh simpati saat kita sedih dan sengsara'.
** " Setidaknya ketuk pintu dulu!" kie beringsut dari tempat tdurnya.
Rangga menyembul dari balik pintu. Bau tembakau dan asap rokok menguar dari napasnya.
" Kamu merokok lg?" Kie cemas. Rangga bkn tipe perokok berat. Dia selalu berusaha
menghindari barang bernama rokok itu, kecuali dlm keadaan stres berat.
" Ini bkn urusanmu," yampik Rangga datar.
Kie tersentak. Baru kali ini Rangga menggunakan volume suara sekeras itu padanya. Sakit...
" knapa kamu menyetujuinya kie?"
" tentang perjodohan itu?"
Pertanyaan retoris yg membuat Rangga semakin marah. Didlm kepalanya, berkecambuk
berbagai hal. Tentang cintanya kpad Kie yg tdk pernah main2. Juga tentang bayangan2 kie yg
akn bersanding dgn laki2 lain.
" Apa kamu punya pilihan lain kalau aku menolak perjodohan itu?" mata kie terpicing. Putus asa
tergambar dgn jelas diwajahnya. " Apa kamu menikahi ku?"
Menikah. Rangga benci kata2 itu sejak beberapa minggu yg lalu. Sejak terbentuk keluarga yg
baru yg mencekik cintanya terhadap kie.
" Nggak, Rangga. Nggak ada yg bisa kita lakukan. Saat semuanya sudah diatur seperti itu,
hubungan kita sudah berakhir..."
" Kie.., dengarkan..."
" Dengarkan aku, Rangga..." Mata kie berkaca2. " Mungkin mudah bagimu untuk menutupi
semua itu dgn tawa dan senyum cerahmu itu. Tp, nggak gampang buatku." suara kie terbata2. "
Ini terlalu menyakitkan untuk kujalani. Berpura2 menjadi adikmu, seolah tdk pernah terjadi apa2
diantara kita..." " Kie..." " Aku blm selesai." kie menginterupsi. Dia terisak sejadi2nya. Susah payah mengumpulkan
napas untuk berbicar disela isak tangisnya. " Sampai skarang pun, aku masih blm bisa
menghapus kehadiranmu, Ngga. Entah sampai kapan..."
Mendengar sbuah penuturan jujur yg terubap langsung dari bibir kie, jantung Rangga terasa
berhenti. Kepalan ditangannya meluruh seketika.
" Kita sama2 tersakiti, Kie..." Rangga mendekati kie yg masih terduduk ditempat tidur. "
Terpisahkan sesuatu yg seharusnya tdk memisahkan kita...."
" Biarkan aku memilih jalanku, Ngga. Setidaknya hanya itu yg bisa kulakukan untuk mengurangi
bayanganmu..." Rangga berdiri terpaku tanpa bisa berkata apa2. Kie benar, tdk ada yg bisa mereka lakukan. Tdk
ada yg bisa kie lakukan selain menerima perjodohannya dgn Azar.
** Pertunangan itu disiapkan dgn sungguh2. Mama dan papa sibuk mempersiapkan bnyak hal untuk
pertunangan besok. Mereka tdk menyangka hal ini akn terjadi, bincang iseng antara mereka dgn
mama Azar ternyata berakhir serius seperti ini. Tentu saja hal ini membuat mama dan papa
senang, pun dgn kedua orang tua Azar.
Ruang tamu dilantai satu dihias semenarik mungkin. Undangan ke kerabat terdekat jg sudah
disebarkan. Tinggal beberapa urusan yg harus dikerjakan sehingga menuntut mama dan papa
pulang larut seperti biasa.
Kie menutup tirai jendela. Kilat tampak menyambar diatas langit. Sejak beberapa menit yg lalu,
guruh tdk henti2nya bersahutan. Diiringi rintik hujan yg intensitasnya smakin bertambah besar.
Gesekan angin kencang menggema diluar sana.
Kie kembali ketempat tdurnya. Menyumbat telinganya dgn bantal, dan menenggelamkan
kepalanya dibawah selimut. Dia menengok layar ponsel. Sama, LED nya tetap gelap dan tdk
berkedip. Tdk ada SMS masuk. Dia merindukan SMS yg tdk pernah absen menghampirinya
stiap kali turun hujan. Ingatannya menerawang jauh. Beberapa bulan lalu,.., beberapa puluh minggu lalu..., beberapa
ratus hari lalu. Pertemuan tak sengaja dgn Rangga. Perkenalan dgn laki2 ceria bersenyum manis
itu. Rasa nyaman yg diberikan Rangga padanya. Kencan pertama. Ciuman panjang dibawah
hujan. Hingga mimpi buruk yg menghempaskannya untuk menyadari bahwa itu semua hanya
mimpi indah yg begitu singkat.
Namun, rasa sukanya terhadap Rangga tdk pernah meluntur sampai saat ini. Jantungnya selalu
berdetak dua kali lebih cepat tiap kali bertemu dgn laki2 berkulit eksotis itu. Napasnya slalu
tercekat tiap kali menatap sepasang mata tajam laki2 itu. Rangga bagi kie, seperti sesosok yg tdk
punya cela. Semuanya berubah saat matahari terbit besok. Dia akn bersanding disamping Azar. Memberikan
pilihan pada Azar untuk dijadikan sbgai pendamping hdup. Smua akn berubah. Dia bkn milik
Rangga lg. Kie menarik selimutnya. Gesekan air hujan masih menggema diatap rumah. Berjalan gontai dgn
langkah terseok-seok kekamar sbelah, sbuah kamar yg hanya berbatas dinding tipis tdk kedap
suara, yg slalu terdengar denting senar gitar melankonis tiap tengah malam. Yg pada malam2
tertentu selalu menguarkan bau asap rokok pekat. Kamar Rangga.
" Kie." Rangga duduk diujung tempat tdur. Dia membuang puntung rokoknya keasbak. Terkejut
akan kedatangan kie yg tiba2. Gitar akustik kesayangannya teronggok diatas tempat tdur.
De javu. Rangga seperti pernah mengalami hal ini; melihat kie dlm balutan baby doll. Tepat beberapa
bulan lalu saat KKN diBojonegoro.
" Petir..," ucap Kie singkat. Itu cukup membuat Rangga mengerti.
Rangga menyingkarkan gitar akustiknya. Membiarkan kie duduk disana sementara untuk
menghalau takutnya. " Besok hari pertunanganmu kan ya?" Rangga tersenyum.
Kie mengangguk. Ada sebersit rasa kecewa diwajahnya. Rangga masih saja menunjukan wajah
santainya. " Beberapa hari lg, aku akn berangkat kejepang. Meneruskan S2 disana." Rangga mencairkan
suasana canggung diantara mereka.
Lg2 kie mengangguk. Rangga serbasalah. Apapun yg diomongkannya slalu terkesan salah. Dan
dia tdk suka berada diposisi serba canggung seperti itu.
" Rangga...." " Hmm?" " Apa rencanamu beberapa tahun kedpan?"
Rangga menerawang. Rencana beberapa tahun kedpn" Sampai sekarang pikirannya masih blank.
Masalah yg datang bertubi2 itu menggerogoti semangat yg ada dihatinya. Kalau kie menanyakan
pertanyaan ini beberapa bulan lalu, mungkin dia bisa menjawabnya dgn mantap; ingin menikah
dgn kie. " Entahlah...."
Kie menggerakan jemarinya, menggenggam jemari Rangga yg terasa dingin. Dia merindukan
jemari itu. Jemari2 Rangga yg slalu menjanjikan perlindungan. Jemari Rangga yg penuh
kehamgatan. Rangga bergeming. Dia benci keadaan seperti ini.
" Aku mencintaimu, Ngga." Kie mencium bibir Rangga, mendadak dan tiba2.
Rangga terbeliak, kaget. Jantungnya berdetak kencang saat tiba2 Kie mengecup bibirnya.
Perasaannya terhadap kie tdk berubah, walaupun gadis itu akn menjadi milik laki2 lain. Rangga
bingung, tdk tahu harus bereaksi apa saat kie mendaratkan kecupan bertubi2 dibibirnya.
" Kie..." Kie tdk menggubris halauan Rangga.
Rangga menghela napas disela kecupan kie, " Kamu yakin dgn ini, kie?"
Kie mengangguk tanpa syarat. Sebutir air mata mengalir disudut matany. Dia membiarkan
Rangga memimpin permainan malam itu. Dibawah rinai hujan yg semakin deras dan melagukan
melodi alam, mereka membentuk sebuah cerita cinta.
Kie tdk pernah tahu bgaimana nasib hubungannya dgn Rangga stelah malam ini. Mungkin
perlahan2, dia akn bisa melupakan Rangga -menghapus dari benaknya. Atau, mungkin jg
cintanya pada Rangga akan smakin besar- tdk bisa terhapus dari celah paling dlm dihatinya. Tdk
ada yg tahu, bgaimana sang waktu menjawab hubungan mereka berdua. Namun hanya ada satu
kejelasan dipikiran kie saat ini. Dia tdk pernah menyesal saat terbangun stelah hujan mereda pagi
buta itu. Dia mengenang Rangga yg berada disisinya, memeluknya dgn hangat dan memandangnya dgn
penuh cinta. Mendekapnya tanpa pretensi dan syarat apapun untuk kali terakhir, tepat beberapa
menit sbelum kie bertunangan dgn Azar.
Suara Rangga menggumamkan sbuah kalimat lirih didaun telinga kie masih melekat. Suara yg
lebih menyerupai bisikan lirih yg hanya bisa didengar mereka berdua. Dgn suaranya yg serak, tp
bernada tegas, " Kie, aku tdk akn pernah bisa melupakanmu."
EPILOG Salju putih tertimbun dijalanan. Udara bulan Desember dijepang semakin meroket turun. Jendela
kaca apartemen yg menghadap kejalan raya sdikit berembun, terkondensasi salju yg mencair
perlahan. Rangga terdudua diujung tempat tdur. Membaca post card yg terkirim ke alamat apartemennya di
Hamamatsu. Musim dingin membuatnya malas melakukan apapun.
Di postcard, tergambar pantai kuta dgn panorama senjanya yg khas. Siluet ramping pohong
kelapa diantara magenta senja. Hal yg tdk bisa dijumpai dipantai jepang. Dibawah gambar,
terdapat tulisan dgn huruf kapital bold, 'INDONESIA'. Lalu dibawahnya, terdapat tulisan lebih
kecil 'BALI'. Rangga membalik postcard bergambar itu, ada pesan singkat dgn tulisan besar2 yg tdk rapi,
diakhir kata tertulis nama Kelvin.
Pasti mereka sdang menghabiskan waktu liburan diBali, Kinanthi, Azar, dan Kelvin.
Menghabiskan waktu diresort bersama papa dan mama.
Rangga merindukan masa2 itu. Kenangan demi kenangan perlahan melintas dipikirannya.
Tentang cintanya yg tdk pernah mati terhadap kie. Tentang masa lalunya bersama kie, jg tentang
keputusan bulatnya untuk meneruskan khdupan dijepang sampai sekarang.
Rangga tersenyum sejenak. Walaupun sudah lama tdk pulang ke Indonesia, dia tdk pernah absen
keep contact dgn Kelvin. Ada sesuatu dimata Kelvin yg slalu bisa membuat Rangga luluh.
Segaris sileut mata Kie ada dimata Kelvin.
" Paman Rangga, Ayo pulang ke Indonesia. Bawakan Kelvin mainan dari jepang."
Begitu tulis Kelvin singkat dgn tulisan cakar ayamnya.
Kelvin jglah yg berhasil membuatnya membulatkan tekat untuk pulang ke Surabaya. Walaupun
hanya dlm waktu beberapa hari. Menanggung resiko luka lamanya akn terbuka lg saat dia di
Surabaya nanti. Memendam perasaannya yg tdk pernah berubah terhadap kie. Dan tdk bisa
memungkiri, bahwa dia masih mengharapkan kie untuk berada disampingnya. Berharap bahwa
dirinyalah yg seharusnya mendampingi kie sbgai suami, bukan Azar.
Pintu apartemen Rangga berderit terbuka. Seorang gadis bermantel merah muncul dari balik
pintu, Krisanti. Matanya tertuju langsung keselembar postcard yg dipegang Rangga.
" Dari Kelvin lg?" tanya gadis itu halus.
Rangga mengangguk tenang.
Krisan menghela napas panjang. Ada rasa lelah yg tergambar dari desah napasnya. Dia mencintai
Rangga. Sampai kapanpun. Dialah yg bisa mengerti perasaan Rangga yg luluh lantah karena
mempertahankan cintanya pada kie.
Krisan rela mengejar Rangga ke Hamamatsu, dan membuang impiannya yg sudah tergenggam
sbagai model diindonesia. Menempuh kuliah ditempat yg sama, di Shizuoka University Of Art
and Culture. Tinggal bersebelahan diapartemen yg sama, jg melanjutkan karier ditempat yg
sama. Rangga sudah menjadi seperti bayangan bagi Krisan, yg harus dikejar dan diraih. Cintanya
kepada Rangga tdk main2. " Bukankah hdupmu jd sia2 jika hanya meratapi hal2 yg tdk berarti, Ngga?"
Rangga menyimpan postcard ke dlm laci mejanya. Smua postcard dari Kelvin tersimpan rapi
disana. Anak itu mulai gencar mengiriminya postcard sejak mulai bisa menulis. Walaupun
tulisannya kadang tdk terbaca.
" Aku nggak meratapi hal2 yg nggak berarti," bantah Rangga tegas.
" Tentang Kinanthi."
Rangga merasa tertembak. Krisan tdk salah, sampai skrang pun, kenangan2 tentang Kinanthi tdk
terhapus. " Katamu, orang yg benar2 berani adalah orang yg bisa menghadapi kenyataan, walaupun itu hal
menyakitkan sekalipun..."
" Itu dulu," bantah Rangga cepat.
" Ngga, dibutuhkan sbuah tujuan untuk menjalani hdup agar bisa proposional."
" Krisan, nggak semudah itu!" suara Rangga meninggi. " Aku nggak bisa benar2 melupakannya.
Aku hanya mencoba menghapus kenangan bersama kie dari benakku. Dan itu sulit, Krisan."
tangan Rangga terkepal. " Kata orang, mungkin cukup hanya melihat kekasih hatimu bahagia
disisi orang lain. Tapi, aku nggak munafik, krisan. Bagiku nggak cukup hanya melihat Kie
bahagia disisi orang lain. Aku ingin memiliki kie seutuhnya..."
Krisan tertegun cukup dlm. Apa yg diucapkan Rangga tdk sepenuhnya salah. Dia jg merasakan
hal sama seperti Rangga. Keinginan untuk memiliki Rangga seutuhnya, bkn sekedar melihat


Hujan Punya Cerita Tentang Kita Karya Yoana Dianika di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rangga bahagia dgn orang lain. Jatuh cinta memang seperti candu. Setelah mengenal, seterusnya
ingin memiliki sepenuhnya.
" Liburan musim panas nanti aku akn pulang ke indonesia. Menghabiskan waktu liburan disana."
Rangga memutuskan. " Kamu ikut?"
Setidaknya, ada keberanian yg terselip dihati Rangga. Keberanian untuk bisa menghadapi
semuanya walaupun menyakitkan. Menerima fakta tentang keluarga kecil kie yg bahagia.
Menerima fakta tentang Azar yg menjadi suami kie. Jg tentang alasan kenapa dia begitu
menyayangi Kelvin. " Lalu, saat smua sudah termakan waktu tanpa ampun dan tanpa menyisakan kenangan..., kita
baru tahu, betapa berharganya waktu yg ditinggalkan." Rangga bergumam pelan.
Rangga akn slalu menyimpan itu. Menyimpan sbgai rahasia terbesar. Tentang alasan2 kenapa dia
begitu menyayangi Kelvin.
Ranggalah yg seharusnya dipanggil Kelvin dgn sebutan 'Papa', bkn Azar. Menyakitkan memang
melihat anak kandung sendiri memanggil laki2 lain dgn sebutan 'Papa'.
Kelvin adalah ceritanya dgn Kinanthi, dibawah rinai hujan menjelang malam pertunangan kie
dgn Azar. Kelvin adalah rahasia antara Kie dan Rangga yg akan slalu tersimpan bersama cerita
hujan.. ** Bagiku, hujan menyimpan senandung liar yg membisikan 1001 kisah.
Tiap tetesnya yg merdu berbisik lembut, menyuarakan nyanyian alam yg membuatku rindu
mengendus bau tanah basah.
Bulir-bulir yg jatuh menapak diatas daun, mengalir lurus menyisakan sebaris air di dedaunan.
Sejuk, mirip embun. Hidup seperti ini. Aku bisa merasakan senja yg bercampur bau tanah basah sepeninggal hujan.
Seperti kanvas putih yg tersapu warna-warna homogen indah.
Dentingan sisa-sisa titik hujan diatas atap terasa seperti seruling alam yg bisa membuatku
memejamkan mata. Melodi hidup, aku menyebutnya seperti itu.
Saat semua ketenangan bisa kudapapkan tanpa harus memikirkan apapun.
-Ranggadipta TAMAT Sumber: https://www.facebook.com/pages/Kumpulan-cerbungcerpen-dan-novelremaja/398889196838615"fref=photo
Neraka Bumi 2 Lima Sekawan 20 Di Pulau Seram Dua Musuh Turunan 6
^