Inferno 4
Inferno Karya Dan Brown Bagian 4
bunyikan banyak sakit hati di masa lalu, dan dia merasakan pe?
nyesalan yang sangat dalam karena telah melibatkan Sienna dalam
isi INFERNO [SC].indd 210
211 Infern o situasi yang berbahaya ini. Langdon mengingatkan dirinya sendiri
bahwa kini tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali maju terus.
Terus berenang melewati terowongan ... dan berdoa memohon
cahaya. Ketika mereka mendekati beranda-bertiang, Langdon lega
bahwa ingatannya berfungsi dengan baik. Sebuah plakat kecil,
dengan anak panah yang menunjuk belokan ke dalam lorong,
bertuliskan: IL SALONE DEI CINQUECENTO. Hall of the Five
Hundred, pikir Langdon, bertanya-tanya jawaban apa yang me?
nanti di dalamnya. Kebenaran hanya bisa dilihat melalui mata ke?ma?
tian. Apa kemungkinan artinya"
"Ruangannya mungkin masih terkunci," kata Langdon mem?
peringatkan ketika mereka mendekati belokan itu. Walaupun
Hall of the Five Hundred adalah objek wisata populer, palazzo
itu tampaknya belum dibuka untuk turis pagi ini.
"Kau dengar itu?" tanya Sienna, yang langsung berhenti
ber??jalan. Langdon mendengarnya. Suara mendengung keras yang
berasal dari dekat situ. Semoga pesawat pengintai itu bukan pesa?wat
dalam-ruangan. Dengan hati-hati, Langdon mengintip ke dekat
belokan beranda-bertiang itu. Tiga puluh meter jauhnya, ber?diri?
lah pintu kayu yang mengejutkan sederhananya, Pintu Hall of
the Five Hundred. Sayangnya, persis di antara mereka dan pintu
itu, berdirilah seorang penjaga gemuk yang sedang mendorong
mesin penggosok-lantai listrik.
Penjaga gerbang. Perhatian Langdon beralih pada tiga simbol di papan plastik
di luar pintu. Tiga ikon universal ini, yang bisa dipecahkan oleh
simbolog paling tidak berpengalaman sekalipun, adalah: kamera
video yang dicoret dengan tanda X; gelas minum yang dicoret
de?ngan tanda X; dan sepasang gambar manusia, satu perempuan,
satu laki-laki. Langdon mengambil alih, berjalan cepat menuju penjaga itu,
dan berlari-lari kecil ketika dia semakin dekat. Sienna bergegas
mengejar di belakangnya. isi INFERNO [SC].indd 211
212 D an B rown Penjaga itu mendongak, tampak terkejut. "Signori"!" Dia
meng??angkat kedua lengannya agar Langdon dan Sienna ber?
henti. Langdon tersenyum menahan sakit"lebih menyerupai
seringai"kepada lelaki itu, dan menunjuk ke arah simbol-simbol
di dekat pintu, mengisyaratkan permintaan maaf. "Toilette," kata?
nya dengan suara tertekan. Itu bukan pertanyaan.
Sejenak penjaga itu bimbang, tampak siap menolak permin?
taan mereka, dan akhirnya, ketika melihat Langdon beringsut
tidak nyaman di depannya, mengangguk bersimpati dan meng?
isyaratkan agar mereka lewat.
Ketika mereka mencapai pintu, sekilas Langdon mengedipkan
mata kepada Sienna. "Rasa iba adalah bahasa yang universal."[]
isi INFERNO [SC].indd 212
BAB ada suatu masa, Hall of the Five Hundred pernah menjadi
ruangan terbesar di dunia. Ruangan itu dibangun pada
1494 untuk menyediakan ruang pertemuan bagi seluruh
Consiglio Maggiore"Majelis Agung republik yang berang?gota?
kan persis lima ratus orang"dari sanalah ruangan itu menda?
pat?kan namanya. Beberapa tahun kemudian, atas permintaan
Cosimo I, ruangan itu direnovasi dan jauh diperbesar. Cosimo I,
lelaki paling berkuasa di Italia, memilih Giorgio Vasari sebagai
pengawas dan arsitek proyek.
Dalam pencapaian teknik yang luar biasa, Vasari menaikkan
atap aslinya cukup tinggi, memungkinkan cahaya alami mengalir
masuk lewat jendela-jendela tinggi pada dinding di keempat
sisi ruangan, menghasilkan ruang pamer elegan bagi beberapa
arsitektur, patung, dan lukisan terbaik Florence.
Bagi Langdon, lantai ruangan inilah yang pertama kali mena?
rik perhatiannya dan langsung menunjukkan bahwa ini bukanlah
ruangan biasa. Lempeng batu merah tuanya dilapisi garis kotakkotak hitam, memberikan aura kekukuhan, keseriusan, dan ke?
seim?bangan pada bentangan seluas seribu seratus meter persegi
itu. Perlahan-lahan Langdon mendongak ke sisi jauh ruangan,
tempat enam patung dinamis"The Labors of Hercules"mendereti
dinding seperti jajaran tentara. Dengan sengaja Langdon meng?
abaikan patung Hercules and Diomedes yang bereputasi buruk"
tubuh telanjang keduanya bertautan dalam pertandingan gulat
yang tampak ganjil, termasuk "cengkeraman phallus" yang selalu
membuat Langdon meringis.
isi INFERNO [SC].indd 213
214 D an B rown Yang jauh lebih enak dilihat adalah Genius of Victory karya
Michelangelo yang menakjubkan, berada di sebelah kanan,
mendominasi ceruk tengah di dinding selatan. Patung ini, yang
berukuran hampir tiga meter, dimaksudkan untuk makam
Paus Julius II yang ultrakonservatif"Il Papa Terribile. Pesanan
yang selalu dianggap Langdon ironis mengingat sikap Vatikan
me?ngenai homoseksualitas. Patung itu menggambarkan Tom?
maso dei Cavalieri, pemuda yang dicintai Michelangelo hampir
sepanjang hidupnya; Michelangelo menulis lebih dari tiga ratus
soneta untuk pemuda ini. "Aku tidak percaya kalau aku tidak pernah kemari," bisik
Sienna di samping Langdon, suaranya mendadak pelan dan hor?
mat. "Ini ... indah."
Langdon mengangguk, mengingat kunjungan pertamanya
ke ruangan ini, menyaksikan konser musik klasik spektakuler
yang menampilkan pianis terkenal di dunia, Mariele Keymel.
Wa?laupun ruangan megah ini awalnya dimaksudkan untuk per?
temuan politik dan audiensi dengan Grand Duke, pada masa kini
Hall of the Five Hundred lebih sering menampilkan pemusik
populer, penceramah, dan perjamuan makan malam"mulai
dari se?jarahwan seni Maurizio Seracini hingga pembukaan resmi
Museum Gucci yang bertabur bintang. Terkadang Langdon ber?
tanya-tanya bagaimana perasaan Cosimo I mengenai pema?kaian
ruangan megahnya oleh para CEO dan peragawati.
Langdon mendongak memandang mural-mural besar yang
menghiasi dinding. Mural-mural yang memiliki sejarah panjang
dan agak ganjil, termasuk teknik pelukisan eksperimental yang
gagal oleh Leonardo da Vinci yang menghasilkan "mahakarya
me?leleh". Juga ada "pertarungan" artistik yang dipelopori oleh
Piero Soderini dan Machiavelli, menandingkan dua raksasa Re?
naisans"Michelangelo dan Leonardo. Kedua seniman besar itu
diminta menciptakan mural pada dinding yang berlawanan di
ruangan yang sama. Namun, hari ini Langdon lebih tertarik pada salah satu ke?
ganjilan bersejarah lain di ruangan itu.
isi INFERNO [SC].indd 214
215 Infern o Cerca trova. "Yang mana karya Vasari?" tanya Sienna.
"Hampir semuanya," jawab Langdon. Sebagai bagian dari
renovasi ruangan, Vasari dan para asistennya telah melukis-ulang
hampir semua yang ada di dalamnya, mulai dari mural-mural
dinding orisinal hingga ketiga puluh sembilan panel yang meng?
hiasi langit-langit "gantung" terkenalnya.
"Tapi mural yang di sana itu," kata Langdon sambil menunjuk
mural yang berada jauh di sebelah kanan, "adalah mural yang
hendak kita lihat"Battle of Marciano-nya Vasari."
Lukisan konfrontasi militer itu jelas sangat besar"panjang
tujuh belas meter dengan tinggi lebih dari tiga tingkat. Mural itu
dilukis dengan warna-warna kemerahan cokelat dan hijau"pano?
rama kekejian perang, tentara, kuda, tombak, dan panji-panji yang
bertempur mati-matian di sebuah lereng bukit pedesaan.
"Vasari, Vasari," bisik Sienna. "Dan pesan rahasianya tersem?
bunyi di suatu tempat di sini?"
Langdon mengangguk sambil menyipitkan mata memandang
bagian atas mural besar itu, berupaya mencari panji-panji perang
hijau yang dilukisi pesan misterius"CERCA TROVA"oleh
Vasari. "Nyaris mustahil untuk dilihat dari bawah sini tanpa bino?
kular," kata Langdon sambil menunjuk, "tapi di bagian tengah
atas, jika kau melihat persis di bawah dua rumah pertanian di
lereng bukit, terdapat panji-panji hijau miring kecil dan?"
"Aku melihatnya!" kata Sienna sambil menunjuk bagian ka?
nan atas mural, tepat di tempat yang benar.
Langdon berharap seandainya matanya masih setajam Sienna.
Usia memang kejam. Keduanya berjalan mendekati mural menjulang itu, dan Lang?
don mendongak memandang kemegahannya. Akhirnya, mereka
berada di sini. Kini satu-satunya masalah adalah: Langdon tidak
yakin mengapa mereka berada di sini. Dia berdiri diam selama
be?berapa saat yang panjang, mendongak menatap detail-detail
ma?ha?karya Vasari. Jika aku gagal ... semuanya mati.
isi INFERNO [SC].indd 215
216 D an B rown Sebuah pintu berderit terbuka di belakang mereka, dan pen?
jaga mengintip ke dalam, tampak bimbang. Sienna melam?bai?
kan tangan ramah. Penjaga itu mengamati mereka sejenak, lalu
menutup pintu. "Kita tidak punya banyak waktu, Robert," desak Sienna.
"Kau harus berpikir. Apakah lukisan itu mengingatkanmu pada
se?suatu" Ingatan apa pun?"
Langdon meneliti adegan pertempuran kacau di atas mereka
itu. Kebenaran hanya bisa dilihat melalui mata kematian.
Tadinya Langdon mengira mural itu mungkin menyertakan
sesosok mayat yang mata kosongnya menatap ke petunjuk lain
dalam lukisan ... atau mungkin bahkan ke tempat lain dalam ru?
angan. Sayangnya, Langdon kini melihat adanya lusinan mayat
dalam mural; tidak ada satu pun mayat yang patut diperhatikan
dan tidak ada yang matanya mengarah ke tempat tertentu.
Kebenaran hanya bisa dilihat melalui mata kematian"
Langdon berupaya membayangkan garis-garis yang berhu?
bungan dari satu mayat ke mayat lain, bertanya-tanya apakah
mung?kin sebuah bentuk akan muncul, tapi dia tidak melihat
apa-apa. Kepala Langdon kembali berdenyut-denyut ketika dengan
panik dia menjelajahi kedalaman ingatannya. Di suatu tempat di
bawah sana, suara perempuan berambut perak itu terus berbisik:
Carilah, maka akan kau temukan.
"Temukan apa"!" Langdon ingin berteriak.
Dia memaksakan diri untuk memejamkan mata dan meng?
em?buskan napas perlahan-lahan. Dia memutar bahu beberapa
kali dan berupaya membebaskan diri dari semua pikiran sadar,
berharap bisa mengakses naluri pikiran bawah sadarnya.
Very sorry. Vasari. Cerca trova. Kebenaran hanya bisa dilihat melalui mata kematian.
isi INFERNO [SC].indd 216
217 Infern o Nalurinya menyatakan, dengan pasti, bahwa dia berdiri di
lokasi yang benar. Dan, walaupun masih belum yakin mengapa,
Langdon punya firasat bahwa sebentar lagi dia akan menemukan
apa yang dicarinya. ______ Agen Br?der menatap kosong semua pantalon dan tunik beledu
merah di kotak etalase di depannya, dan mengumpat pelan. Tim
SRS-nya telah menggeledah seluruh galeri kostum, tapi Langdon
dan Sienna Brooks tidak ditemukan di mana pun.
Surveillance and Response Support, pikirnya berang. Sejak kapan
seorang profesor universitas mengecoh SRS" Ke mana gerangan mereka
pergi! "Semua pintu-keluar tertutup," salah seorang anak buahnya
berkeras. "Satu-satunya kemungkinan adalah mereka masih
berada di kebun." Walaupun ini tampak logis, Br?der punya perasaan tak enak
bahwa Langdon dan Sienna Brooks telah menemukan jalan keluar
lain. "Terbangkan kembali pesawatnya," bentak Br?der. "Dan beri
tahu pihak berwenang lokal untuk memperlebar area pencarian
keluar tembok." Sialan!
Ketika semua anak buahnya melesat pergi, Br?der meraih
ponsel dan menghubungi pemimpinnya. "Ini Br?der," katanya.
"Saya rasa kami mendapat masalah serius. Sesungguhnya malah
sejumlah masalah."[]
isi INFERNO [SC].indd 217
BAB
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ebenaran hanya bisa dilihat melalui mata kematian.
Sienna mengulangi kalimat itu dalam hati sambil
terus meneliti setiap inci dari mural pertempuran brutal
Vasari, mengharapkan adanya sesuatu yang mencolok.
Dia melihat mata kematian di mana-mana.
Yang mana yang kami cari"!
Dia bertanya-tanya apakah mungkin mata kematian itu meng?
acu pada semua mayat membusuk yang tersebar di seluruh Eropa
karena Kematian Hitam. Setidaknya itu akan menjelaskan topeng wabahnya ....
Mendadak syair sebuah lagu kanak-kanak melompat ke da?
lam benak Sienna: Ring around the rosie. A pocketful of posies. Ashes,
ashes. We all fall down. Dulu dia gemar mengucapkan lirik itu semasa bersekolah di
Inggris, hingga dia mendengar bahwa lirik itu berasal dari Wabah
Besar London pada 1665. Konon, ring around the rosie (lingkaran
di sekeliling warna merah dadu) merujuk pada bintil merah dadu
di kulit dengan lingkaran di sekelilingnya yang menunjukkan
bahwa orang itu terinfeksi. Para penderita akan membawa a
pocketful of posies (sekantong penuh bunga) untuk menyamarkan
bau tubuh membusuk mereka sendiri dan bau busuk kota, tem?
pat ratusan korban wabah jatuh tewas setiap hari. Mayat-ma?yat
itu lalu dikremasi. Ashes, ashes. We all fall down (Abu, abu. Kita
semua berjatuhan). "For the love of God," celetuk Langdon mendadak, sambil ber?
putar menuju dinding yang berlawanan.
Sienna menoleh memandangnya. "Ada apa?"
isi INFERNO [SC].indd 218
219 Infern o ______ "Itulah nama karya seni yang pernah dipajang di sini. For the
Love of God." Sienna terpana menyaksikan Langdon bergegas melintasi
ruangan menuju pintu kaca kecil dan berusaha membukanya.
Pintu itu terkunci. Langdon menempelkan wajah di kaca, me?
nangkupkan tangan dan mengintip ke dalam.
Apa pun yang dicari oleh Langdon, Sienna berharap dia
segera menemukannya; penjaga tadi baru saja muncul kembali,
kini dengan pandangan yang semakin curiga ketika melihat
Langdon mengintip pintu terkunci.
Sienna melambaikan tangan dengan ceria kepada penjaga
itu, tapi lelaki itu hanya memelototinya dengan dingin, lalu
menghilang. Lo Studiolo. Di balik pintu kaca, persis di seberang kata-kata tersembunyi
cerca trova dalam Hall of the Five Hundred, terdapat sebuah bilik
mungil tak berjendela. Dirancang oleh Vasari sebagai kamar kerja
rahasia untuk Francesco I, Studiolo persegi itu menjulang ke la?
ngit-langit berkubah yang membulat panjang, sehingga orangorang yang berada di dalamnya mendapat kesan sedang berada
di dalam sebuah peti harta raksasa.
Bagian dalam bilik itu juga berkilau oleh benda-benda
indah. Lebih dari tiga puluh lukisan langka menghiasi dinding
dan langit-langitnya, dipasang begitu berdekatan satu sama lain
hing?ga nyaris tidak meninggalkan ruang kosong. The Fall of Icarus
... An Allegory of Human Life ... Nature Presenting Prometheus with
Spectacular Gems .... Ketika Langdon mengintip lewat kaca ke dalam ruangan
me?nak?jubkan di baliknya itu, dia berbisik sendiri, "Mata kema?
tian." Langdon berada di dalam Lo Studiolo untuk pertama kalinya
saat mengikuti tur lorong rahasia palazzo beberapa tahun lalu,
isi INFERNO [SC].indd 219
220 D an B rown dan dia terpukau ketika mengetahui adanya begitu banyak pintu,
tangga, dan lorong tersembunyi di palazzo. Bagaikan sarang lebah
dengan begitu banyak ruang, Lo Studiolo juga menyembunyikan
beberapa pintu rahasia di balik beberapa lukisannya.
Namun, yang baru saja memicu minat Langdon bukanlah
lorong rahasia. Dia malah teringat pada sebuah karya seni mo?
dern yang pernah dilihatnya dipajang di sana"For the Love of
God"karya kontroversial Damien Hirst yang menimbulkan
kegemparan ketika dipamerkan dalam Studiolo Vasari.
Karya itu berupa cetakan tengkorak manusia ukuran-asli dari
platinum padat, permukaannya ditutupi lebih dari delapan ribu
berlian berkilau. Efeknya luar biasa. Rongga mata kosong teng?
korak itu berkilau oleh cahaya dan kehidupan, pendampingan
yang menggelisahkan antara dua simbol yang berlawanan"
kehidupan dan kematian ... keindahan dan kengerian. Walaupun
tengkorak berlian Hirst sudah lama dipindahkan dari Lo Studiolo,
ingatan Langdon mengenainya telah memunculkan sebuah ga?
gasan. Mata kematian, pikirnya. Tengkorak jelas memenuhi syarat,
bukan" Tengkorak sering muncul dalam Inferno Dante, dan yang
paling terkenal adalah hukuman brutal bagi Count Ugolino dalam
lingkaran terbawah neraka"dihukum untuk sepanjang masa
meng?gerogoti tengkorak seorang Uskup Agung jahat.
Apakah kami mencari tengkorak"
Langdon tahu, Studiolo yang misterius itu dibangun meng?
ikuti tradisi "lemari benda-benda aneh". Hampir semua lukisannya
diberi engsel rahasia sehingga bisa dibuka untuk mengungkapkan
lemari tersembunyi"tempat duke menyimpan benda-benda aneh
yang menarik baginya: sampel mineral langka, bulu indah, fosil
sempurna cangkang kerang, dan konon bahkan tulang kering
se?orang biarawan yang dihiasi perak buatan-tangan.
Sayangnya, Langdon curiga semua isi lemari itu telah lama
dipindahkan, dan dia tidak pernah mendengar adanya tengkorak
yang dipamerkan di sini selain karya Hirst.
isi INFERNO [SC].indd 220
221 Infern o Pikirannya langsung disela oleh bantingan keras pintu di
sisi jauh lorong. Suara langkah kaki cepat terdengar mendekat
me?lin?tasi ruangan. "Signore!" teriak sebuah suara marah. "Il salone non ? aperto!"
Ruangan ini belum dibuka!"
Langdon berbalik dan melihat seorang pegawai perempuan
berjalan menghampirinya. Perempuan itu bertubuh kecil dengan
rambut cokelat pendek. Dia juga sedang hamil tua. Perempuan itu
bergerak cepat mendekati mereka sambil mengetuk-ngetuk arloji
dan meneriakkan sesuatu mengenai ruangan yang belum dibuka.
Ketika semakin dekat, dia memandang Langdon dan langsung
berhenti berjalan, lalu menutup mulut dengan terkejut.
"Profesor Langdon!" teriaknya, tampak malu. "Saya minta
maaf! Saya tidak tahu Anda berada di sini. Selamat datang kem?
bali!" Langdon terpaku. Dia yakin sekali belum pernah melihat perempuan ini sebe?
lum?nya dalam hidupnya.[]
isi INFERNO [SC].indd 221
BAB "S aya hampir tidak mengenali Anda, Profesor!" kata
perem?puan itu dalam bahasa Inggris beraksen sambil
mendekati Langdon. "Karena pakaian Anda." Dia
tersenyum hangat dan mengangguk kagum memandang baju
setelan Brioni Langdon. "Sangat gaya. Anda tampak nyaris seperti
orang Italia." Langdon langsung kehilangan kata-kata, tapi berhasil meng?
ulaskan senyum sopan ketika perempuan itu bergabung bersa?
manya. "Selamat ... pagi," sapanya tergagap. "Apa kabar?"
Perempuan itu tertawa sambil memegangi perutnya. "Lelah.
Si kecil Catalina menendang-nendang semalaman." Perempuan
itu memandang ke sekeliling ruangan, tampak kebingungan. "Il
Duomino tidak mengatakan Anda akan kembali hari ini. Beliau
datang bersama Anda?"
Il Duomino" Langdon sama sekali tidak tahu siapa yang dibi?
carakan oleh perempuan ini.
Perempuan itu tampaknya melihat kebingungan Langdon dan
tergelak. "Tidak apa-apa, semua orang di Florence memanggilnya
dengan julukan itu. Beliau tak keberatan." Dia memandang ke
sekeliling. "Apakah beliau yang mengizinkan Anda masuk?"
"Ya," jawab Sienna, yang tiba dari seberang ruangan, "tapi
beliau harus menghadiri pertemuan sarapan. Beliau bilang, Anda
tidak keberatan jika kami tetap tinggal untuk melihat-lihat."
Dengan antusias, Sienna menjulurkan tangan. "Saya Sienna. Adik
Robert." isi INFERNO [SC].indd 222
223 Infern o Perempuan itu menjabat tangan Sienna dengan sangat resmi.
"Saya Marta Alvarez. Bukankah Anda beruntung"memiliki Pro?
fesor Langdon sebagai pemandu pribadi?"
"Ya," jawab Sienna. "Dia pintar sekali!"
Muncul keheningan canggung ketika perempuan itu meng?
amati Sienna. "Aneh," katanya. "Saya sama sekali tidak melihat
ke?miripan keluarga apa pun. Kecuali mungkin tinggi tubuh
Anda." Langdon merasakan munculnya bencana. Sekarang atau tidak
sama sekali. "Marta," sela Langdon, berharap dia menyebut nama perem?
puan itu dengan benar. "Maaf merepotkan Anda, tapi, yah ... saya
rasa Anda mungkin bisa membayangkan mengapa saya berada
di sini." "Sesungguhnya tidak," jawab perempuan itu sambil menyi?
pitkan mata. "Saya benar-benar tidak bisa membayangkan apa
yang Anda lakukan di sini."
Jantung Langdon nyaris berhenti berdetak, dan dalam kehe?
ningan canggung, disadarinya bahwa pertaruhannya akan gagal
total. Mendadak Marta menyunggingkan senyum lebar dan
tertawa keras. "Profesor, saya bergurau! Tentu saja saya bisa menebak
meng?apa Anda kembali. Sejujurnya, saya tidak tahu mengapa
Anda menganggap benda itu begitu menakjubkan. Tapi, karena
se?ma?lam Anda dan il Duomino menghabiskan waktu selama
ham?pir satu jam di atas sana, saya rasa Anda kembali untuk me?
nun?jukkannya kepada adik Anda?"
"Benar ...," jawab Langdon. "Tepat sekali. Saya ingin sekali
me?nunjukkannya kepada Sienna, jika itu tidak ... merepotkan?"
Marta mendongak memandang balkon lantai dua dan meng?
angkat bahu. "Tidak masalah. Mumpung saya juga menuju ke
sana sekarang." Jantung Langdon berdentam-dentam ketika mendongak
memandang balkon lantai dua di bagian belakang ruangan. Aku di
atas sana semalam" Dia tidak ingat apa pun. Balkon lantai dua selain
isi INFERNO [SC].indd 223
224 D an B rown memiliki ketinggian yang persis sama dengan kata-kata cerca trova,
juga berfungsi sebagai jalan masuk menuju museum palazzo, yang
dikunjungi Langdon setiap kali dia berada di sini.
Marta mulai berjalan, tapi kemudian dia berhenti, seakan
mendapat pikiran lain. "Sesungguhnya, Profesor, apakah Anda
yakin kita tidak bisa menemukan sesuatu yang lebih ceria untuk
ditunjukkan kepada adik tercinta Anda?"
Langdon sama sekali tidak tahu harus menjawab apa.
"Kita akan melihat sesuatu yang muram?" tanya Sienna. "Apa
itu" Dia belum menceritakannya kepada saya."
Marta tersenyum licik dan melirik Langdon. "Profesor, Anda
ingin saya menceritakannya kepada adik Anda, atau Anda lebih
suka melakukannya sendiri?"
Langdon langsung menyambut peluang itu. "Silakan,
Marta." Marta berpaling kembali kepada Sienna, dan kini bicara de?
ngan sangat perlahan-lahan. "Saya tidak tahu apa yang telah di?
ceritakan oleh kakak Anda, tapi kita akan naik ke museum untuk
melihat topeng yang sangat tak biasa."
Mata Sienna sedikit terbelalak. "Topeng apa" Salah satu to?
peng wabah jelek yang dikenakan orang di Carnevale?"
"Tebakan yang bagus," jawab Marta, "tapi tidak, itu bukan
topeng wabah. Itu jenis topeng yang jauh berbeda. Namanya to?
peng kematian." Helaan napas terkejut Langdon jelas terdengar, dan Marta
memberengut memandangnya, tampaknya mengira Langdon ber?
sikap terlalu dramatis dalam upaya menakut-nakuti adiknya.
"Jangan dengarkan kakak Anda," kata perempuan itu.
"Topeng kematian adalah praktik yang sangat umum pada ta?
hun 1500-an. Pada dasarnya, itu hanyalah cetakan plester wajah
se?seorang, diambil beberapa saat setelah orang itu meninggal."
Topeng kematian. Langdon merasakan momen pemahaman
pertama semenjak terjaga di Florence. Inferno Dante ... cerca trova
.... Melihat melalui mata kematian. Topeng itu!
isi INFERNO [SC].indd 224
225 Infern o Sienna bertanya, "Wajah siapa yang dicetak untuk membuat
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
topeng itu?" Langdon meletakkan sebelah tangannya di bahu Sienna dan
menjawab setenang mungkin. "Seorang penyair Italia terkenal.
Namanya Dante Alighieri."[]
isi INFERNO [SC].indd 225
BAB atahari Mediterania bersinar terang di atas dek-dek
The Mendacium yang bergoyang-goyang diterpa
gelombang Laut Adriatik. Provos, yang merasa lelah,
menghabiskan gelas Scotch keduanya dan memandang kosong
ke balik jendela kantornya.
Berita dari Florence tidak baik.
Mungkin karena merasakan alkohol untuk pertama kalinya
setelah waktu yang lama, Provos merasa kebingungan dan tidak
berdaya ... seakan kapalnya kehilangan daya mesin dan meng?
apung-apung tanpa tujuan.
Itu sensasi yang asing bagi Provos. Di dunianya, selalu ada
kompas"protokol"yang bisa diandalkan dan tak pernah gagal
menunjukkan jalan. Protokol memungkinkan Provos mengambil
keputusan sulit tanpa pernah menengok ke belakang.
Protokol mengharuskan pemutusan Vayentha, dan Provos
telah melaksanakan tindakan itu tanpa ragu. Aku akan menangani?
nya setelah krisis ini berlalu.
Protokol juga mengharuskan Provos untuk sesedikit mungkin
mengetahui tentang para kliennya. Sejak dulu, dia sudah me?mu?
tuskan bahwa Konsorsium tak punya tanggung jawab etika untuk
menilai mereka. Berikan pelayanan. Percayai klien. Jangan bertanya. Seperti direktur dari sebagian besar perusahaan, Provos
hanya menawarkan pelayanan dengan asumsi semua pelayanan
itu akan dilaksanakan dalam kerangka hukum. Bagaimanapun,
isi INFERNO [SC].indd 226
227 Infern o pabrik mobil Volvo tidak bertanggung jawab untuk memastikan
agar para ibu tidak mengebut melewati zona sekolah, begitu juga
Dell tidak akan bertanggung jawab jika seseorang menggunakan
kom?puter mereka untuk meretas akun bank.
Kini, dengan segala yang terungkap, diam-diam Provos me?
ngutuk kontak yang menyarankan klien ini pada Konsor?sium.
"Dia akan mudah ditangani dan menguntungkan," kata kon?
tak itu meyakinkan Provos. "Lelaki ini sangat cerdas, bintang
dalam bidangnya, dan luar biasa kaya. Dia hanya perlu meng?
hilang selama satu atau dua tahun. Dia ingin membeli waktu tanpa
ter?lacak untuk mengerjakan sebuah proyek penting."
Provos setuju tanpa berpikir panjang. Relokasi jangka pan?
jang selalu menguntungkan, dan Provos memercayai insting
kon?taknya. Seperti yang diharapkan, pekerjaan itu sangat menguntung?
kan. Hingga minggu lalu. Kini, setelah kekacauan yang diciptakan oleh sang klien,
Provos mendapati dirinya mondar-mandir mengelilingi sebotol
Scotch dan menghitung hari hingga tanggung jawabnya terhadap
klien ini selesai. Telepon di mejanya berdering. Dari call ID, telepon itu berasal
dari Knowlton, salah seorang fasilitator topnya, yang menelepon
dari lantai bawah. "Ya," jawab Provos.
"Pak," kata Knowlton memulai, dengan nada tidak nyaman
dalam suaranya. "Saya benci mengganggu Anda dengan masalah
ini, tapi seperti yang mungkin Anda ketahui, kita mendapat tugas
untuk mengunggah sebuah video ke media besok."
"Ya," jawab Provos. "Sudah disiapkan?"
"Sudah, tapi saya rasa Anda mungkin ingin melihatnya sebe?
lum diunggah." Provos terdiam, merasa bingung dengan jawaban itu. "Apa?
kah video itu menyebut nama kita atau membahayakan kita de?
ngan cara tertentu?"
isi INFERNO [SC].indd 227
228 D an B rown "Tidak, Pak, tapi isinya sangat meresahkan. Klien itu muncul
di layar dan mengatakan?"
"Stop sampai di situ," perintah Provos, yang merasa terkejut
karena seorang fasilitator senior berani menyarankan pelanggaran
protokol yang mencolok. "Isi-nya tidak penting. Apa pun isinya,
video itu akan dirilis dengan atau tanpa kita. Klien bisa saja dengan
mudah merilis video ini secara elektronik, tapi dia mempekerjakan
kita. Dia membayar kita. Dia memercayai kita."
"Ya, Pak." "Kau tidak dipekerjakan untuk menjadi pengkritik film,"
tegur Provos. "Kau dipekerjakan untuk memenuhi janji. Lakukan
pekerjaanmu." ______ Di Ponte Vecchio, Vayentha menunggu, mata tajamnya meneliti
ratusan wajah di atas jembatan. Dia bersikap waspada dan merasa
yakin Langdon belum lewat, tapi dengung pesawat pengintai su?
dah tidak terdengar lagi, tampaknya tidak lagi diperlukan untuk
melacak. Agaknya Br?der sudah menangkap Langdon.
Dengan enggan, dia mulai merenungkan prospek muram pe?
nyelidikan Konsorsium atas dirinya. Atau yang lebih buruk lagi.
Sekali lagi Vayentha membayangkan kedua agen yang telah
diputus ... kabar mereka tidak pernah terdengar lagi. Mereka ha?
nya pindah ke pekerjaan lain, pikirnya meyakinkan diri sendiri. Na?
mun, kini Vayentha bertanya-tanya apakah dia harus bermotor
memasuki perbukitan Tuscany, menghilang, dan menggunakan
keahliannya untuk mencari kehidupan baru.
Tapi, berapa lama aku bisa bersembunyi dari mereka"
Tidak terhitung banyaknya sasaran yang sudah mengetahui
ketika Konsorsium menetapkan untuk menyasarmu, maka kau
tak akan punya privasi lagi. Ini hanya masalah waktu.
Apakah karierku benar-benar berakhir seperti ini" pikir Vayentha
bertanya-tanya, masih tak bisa menerima pekerjaannya selama
isi INFERNO [SC].indd 228
229 Infern o dua belas tahun di Konsorsium berakhir gara-gara serangkaian
ke?sialan. Setahun dia telah mengurus dengan cermat semua
ke?per?luan klien bermata hijau itu. Bukan salahku jika dia me?
lom?pat menyongsong kematian ... akan tetapi aku seakan terjatuh
bersamanya. Satu-satunya peluang penebusannya adalah mengalahkan
Br?der ... tapi sedari awal Vayentha tahu kemungkinannya sangat
kecil. Aku mendapat kesempatan semalam dan gagal.
Ketika dengan enggan Vayentha berbalik kembali menuju
sepeda motornya, mendadak dia menyadari adanya suara di
kejauhan ... dengung nyaring yang sudah tidak asing lagi.
Dengan kebingungan, dia mendongak. Yang mengejutkan,
pesawat pengintai itu baru saja naik kembali, kali ini di dekat
ujung terjauh Pitti Palace. Vayentha mengamati ketika pesawat
mu?ngil itu mulai terbang berputar-putar dengan putus asa di
atas istana. Pengerahan pesawat hanya bisa berarti satu hal.
Mereka masih belum menemukan Langdon!
Di mana gerangan dia"
______ Dengung menusuk telinga di atas kepala kembali membangkitkan
kesa?daran Dr. Elizabeth Sinskey. Pesawat itu naik lagi" Tapi kupikir
.... Dia beringsut di kursi belakang van, tempat agen muda yang
sama masih duduk di sampingnya. Kembali dia memejamkan
mata, melawan rasa nyeri dan mual. Namun, yang terutama, dia
me?la?wan rasa takutnya. Waktu hampir habis! Walaupun musuhnya telah melompat menyongsong kema?
tian, Elizabeth masih melihat siluet lelaki itu dalam mimpinya,
menceramahinya dalam kegelapan Council on Foreign Rela?
tions. isi INFERNO [SC].indd 229
230 D an B rown Seseorang harus melakukan tindakan yang berani, kata lelaki
itu. Mata hijaunya berkilat-kilat. Jika bukan kita, siapa" Jika bukan
sekarang, kapan" Elizabeth tahu, seharusnya dia langsung menghentikan lelaki
itu selagi masih ada kesempatan. Dia tidak akan pernah lupa
dirinya bergegas meninggalkan pertemuan itu dan merasa berang
di kursi belakang limosin, ketika melintasi Manhattan menuju
Bandara Internasional JFK. Karena ingin tahu siapa gerangan
orang gila itu, dia mengeluarkan ponsel untuk melihat foto wajah
yang diambilnya. Ketika melihat foto itu, dia terkesiap. Dr. Elizabeth Sinskey
tahu persis siapa lelaki itu. Berita baiknya, lelaki itu akan sangat
mudah untuk dilacak. Berita buruknya, lelaki itu genius dalam
bi?dangnya"orang yang sangat berbahaya, seandainya dia memu?
tuskan untuk menjadi ancaman.
Tidak ada yang lebih kreatif ... lebih destruktif ... daripada orang
cerdas yang terfokus pada sebuah tujuan.
Saat tiba di bandara tiga puluh menit kemudian, Elizabeth
menelepon timnya dan memasukkan lelaki ini ke dalam daftar
pengawasan bioterorisme milik semua agen yang relevan di selu?
ruh dunia"CIA, CDC, ECDC, dan semua organisasi di bawah
me?reka. Hanya itu yang bisa kulakukan hingga aku kembali ke Jenewa,
pikirnya. Dengan lelah, Elizabeth membawa tas bepergiannya ke gerai
check-in, lalu menyerahkan paspor dan tiketnya kepada pegawai
di sana. "Oh, Dr. Sinskey," kata pegawai itu sambil tersenyum. "Se?
orang lelaki yang sangat ramah baru saja meninggalkan pesan
untuk Anda." "Maaf?" Elizabeth tidak mengenal siapa pun yang punya
ak?ses terhadap informasi penerbangannya.
"Tubuhnya sangat jangkung?" kata pegawai itu. "Dengan
mata hijau?" isi INFERNO [SC].indd 230
231 Infern o Elizabeth benar-benar menjatuhkan tasnya. Dia di sini" Ba?
gaimana mungkin"! Dia berbalik, memandang wajah-wajah di
belakangnya. "Beliau sudah pergi," kata pegawai itu, "tapi ingin agar kami
memberikan ini kepada Anda." Dia menyerahkan secarik kertas
terlipat kepada Elizabeth.
Dengan gemetar, Elizabeth membuka lipatan kertas itu dan
membaca pesan tulisan-tangan di sana. Itu kutipan terkenal yang
diambil dari karya Dante Alighieri.
Tempat tergelap di neraka
dicadangkan bagi mereka yang tetap bersikap netral
di saat krisis moral.[] isi INFERNO [SC].indd 231
BAB arta Alvarez dengan lelah menatap tangga curam yang
menanjak dari Hall of the Five Hundred menuju mu?
seum di lantai dua. Posso farcela, katanya kepada diri sendiri. Aku bisa melaku?kan?
nya. Sebagai administrator seni dan kebudayaan di Palazzo
Vecchio, tak terhitung berapa kali Marta telah menaiki tangga
ini. Namun belakangan, karena sudah hamil lebih dari delapan
bulan, dia merasa pendakian itu jauh lebih berat.
"Marta, Anda yakin tidak mau naik lift?" Robert Langdon
tampak khawatir dan menunjuk lift pelayanan kecil di dekat situ,
yang dipasang oleh palazzo untuk para pengunjung berkebutuhan
khusus. Marta tersenyum berterima kasih, tapi menggeleng. "Seperti
yang saya bilang semalam, dokter mengatakan olahraga baik
un?tuk bayinya. Lagi pula, Profesor, saya tahu Anda punya klaus?
tro?fobia." Anehnya, Langdon seakan terkejut mendengar komentarnya.
"Oh, benar. Saya lupa kemarin menyebut hal itu."
Lupa" Marta bingung. Itu kurang dari dua belas jam yang lalu, dan
kami membahas panjang lebar peristiwa masa kecil yang menyebabkan
ketakutan itu. Semalam, ketika rekan Langdon yang luar biasa gemuk, il
Duo?mino, naik menggunakan lift, Langdon menemani Marta
dengan berjalan kaki. Selama perjalanan, Langdon menceritakan
dengan gamblang kejatuhannya semasa kecil ke dalam sumur
isi INFERNO [SC].indd 232
233 Infern o
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telantar, sehingga memunculkan ketakutannya terhadap ruang
sempit. Kini, ketika adik Langdon berjalan mendahului dengan
rambut pirang gaya ekor kuda berayun-ayun di belakangnya,
Langdon dan Marta naik secara perlahan-lahan, berhenti beberapa
kali agar Marta bisa mengatur napas. "Saya heran Anda ingin
melihat topeng itu kembali," kata perempuan itu. "Mengingat
semua karya seni di Flo?rence, topeng itu tampaknya termasuk
yang paling tidak me?narik."
Langdon mengangkat bahu. "Saya kembali terutama agar
Sienna bisa melihatnya. Omong-omong, terima kasih telah
mengizinkan kami masuk kembali."
"Tentu saja." Semalam reputasi Langdon saja sudah cukup untuk mem?
bujuk Marta agar membukakan galeri untuknya, tapi ke?nya?taan
bahwa Langdon ditemani oleh il Duomino tidak mem?beri?nya
pilihan lain. Ignazio Busoni"lelaki yang dikenal sebagai il Duomino"
ada?lah semacam selebriti dalam dunia kebudayaan Florence.
Lama menjabat sebagai Direktur Museo dell"Opera del Duomo,
Ignazio mengawasi semua aspek dari tempat bersejarah yang
paling terkenal di Florence. Il Duomo, katedral besar berkubahmerah yang mendominasi sejarah dan garis-langit Florence.
Kecintaannya terhadap bangunan itu, dikombinasikan dengan
bobot tubuh yang nyaris dua ratus kilogram dan wajah yang selalu
merah, memunculkan julukan il Duomino?"kubah kecil".
Marta sama sekali tidak tahu bagaimana Langdon bisa me?
ngenal il Duomino, tapi lelaki berpengaruh itu meneleponnya
semalam dan mengatakan ingin membawa tamu untuk melihat
topeng kematian Dante secara pribadi. Ketika tamu misterius
itu ternyata simbolog dan sejarahwan seni Amerika terkenal,
Robert Langdon, Marta merasa sedikit gugup mendapat kesem?
patan mengantarkan kedua lelaki terkenal ini ke dalam galeri
palazzo. isi INFERNO [SC].indd 233
234 D an B rown Kini, ketika mereka mencapai puncak tangga, Marta berkacak
pinggang, menghela napas dalam-dalam. Sienna sudah berada
di pagar balkon, menunduk memandangi Hall of the Five Hun?
dred. "Tempat favorit saya untuk memandang ruangan itu," kata
Marta terengah-engah. "Anda akan mendapat perspektif yang
benar-benar berbeda mengenai mural-muralnya. Saya rasa, kakak
Anda menceritakan pesan misterius yang tersembunyi di dalam
mural di sana?" Dia menunjuk.
Sienna mengangguk antusias. "Cerca trova."
Ketika Langdon memandang ke arah ruangan itu, Marta
meng?amatinya. Dalam cahaya dari jendela-jendela mezanin, mau
tak mau perempuan itu memperhatikan bahwa Langdon tidak
semenawan semalam. Dia menyukai baju setelan baru Langdon,
tapi lelaki itu perlu bercukur, dan wajahnya seakan pucat dan
le?lah. Juga rambutnya, yang semalam tebal dan rapi, tampak
acak-acakan pagi ini, seakan dia belum mandi.
Marta beralih kembali pada mural itu sebelum Langdon
memergokinya sedang menatap. "Kita berdiri dengan ketinggian
yang hampir sama dengan cerca trova," jelas Marta. "Anda nyaris
bisa melihat kata-kata itu dengan mata telanjang."
Adik Langdon seakan tidak mengacuhkan mural itu. "Ceri?
takan mengenai topeng kematian Dante. Mengapa benda itu
berada di sini, di Palazzo Vecchio?"
Kakak adik sama saja, pikir Marta sambil diam-diam mengerang,
masih merasa kebingungan mengapa topeng itu begitu memukau
mereka. Namun, topeng kematian Dante memang punya sejarah
yang ganjil, terutama belakangan ini, dan Langdon bukan orang
pertama yang menunjukkan ketakjuban nyaris maniak terhadap
benda itu. "Wah, katakan, apa yang Anda ketahui mengenai
Dante?" Perempuan muda cantik berambut pirang itu mengangkat
bahu. "Hanya apa yang dipelajari oleh semua orang di sekolah.
Dante adalah penyair Italia yang paling dikenal karena menulis
isi INFERNO [SC].indd 234
235 Infern o The Divine Comedy, yang menjelaskan perjalanan khayalannya
melewati neraka." "Hampir benar," jawab Marta. "Dalam puisinya, Dante pada
akhirnya lolos dari neraka, melanjutkan perjalanan mele?wati
penebusan, dan akhirnya tiba di surga. Jika Anda pernah mem?
baca The Divine Comedy, Anda akan melihat bahwa perjalanannya
terbagi menjadi tiga bagian"Inferno, Purgatorio, dan Paradiso."
Marta mengisyaratkan mereka agar mengikutinya di sepanjang
balkon menuju pintu masuk museum. "Namun, alasan mengapa
topeng itu berada di sini, di Palazzo Vecchio, sama sekali tidak
berhubungan dengan The Divine Comedy, tetapi berhubungan
dengan sejarah yang nyata. Dante tinggal di Florence, dan dia
sangat mencintai kota ini. Dia adalah penduduk Florence yang
sangat terkenal dan berkuasa, namun akibat pergeseran kekuatan
politik dan Dante mendukung pihak yang keliru, dia dikucilkan"
di?buang ke balik tembok kota dan tidak pernah boleh kembali."
Marta terdiam, berusaha mengatur napas ketika mereka
men??dekati pintu masuk museum. Sambil kembali berkacak ping?
gang, dia melanjutkan perkataannya. "Beberapa orang me?nya?
ta?kan bahwa pengucilan Dante menjadi alasan mengapa topeng
kematiannya tampak begitu sedih, tapi saya punya teori lain. Saya
sedikit ro?mantis, dan saya rasa wajah sedih itu lebih berhubungan
dengan seorang perempuan bernama Beatrice. Anda tahu, seumur
hi?dupnya, Dante jatuh cinta setengah mati kepada seorang pe?
rem?puan muda bernama Beatrice Portinari. Tapi, sayangnya,
Beatrice menikah dengan lelaki lain, dan ini berarti Dante tidak
hanya harus hidup tanpa Florence tercintanya, tapi juga tanpa
perempuan yang sangat dicintainya. Cintanya kepada Beatrice
menjadi tema utama dalam The Divine Comedy."
"Menarik," kata Sienna, dengan nada yang menyatakan bah?
wa dia tidak mendengar sepatah kata pun. "Akan tetapi, saya
masih belum jelas mengapa topeng kematian itu disimpan di sini,
di dalam palazzo?" Marta merasa kengototan perempuan muda itu aneh dan nya?
ris kurang ajar. "Yah," lanjutnya, "ketika Dante meninggal, dia
isi INFERNO [SC].indd 235
236 D an B rown masih dilarang memasuki Florence, dan jenazahnya dimakamkan
di Ravenna. Tapi karena cinta sejatinya, Beatrice, dimakamkan di
Florence, dan karena Dante begitu mencintai Florence, membawa
topeng kematiannya kemari rasanya adalah penghormatan yang
pantas terhadap lelaki itu."
"Saya mengerti," kata Sienna. "Dan pemilihan gedung ini
se?cara khusus?" "Palazzo Vecchio adalah simbol tertua Florence dan, di masa
Dante, merupakan jantung kota. Sesungguhnya, ada lukisan
terkenal di katedral yang menunjukkan Dante berdiri di luar
tembok kota, dikucilkan, sementara di latar belakang tampak
menara palazzo yang dicintainya. Dalam banyak hal, dengan
menyimpan topeng kematiannya di sini, kami merasa seakan
Dante akhirnya diizinkan untuk pulang."
"Sungguh menarik," kata Sienna, akhirnya tampak puas.
"Terima kasih."
Marta tiba di pintu museum dan mengetuk tiga kali. "Sono io,
Marta! Buongiorno!"Ini aku, Marta! Selamat pagi!"
Terdengar kunci berderak di dalam, lalu pintu terbuka. Se?
orang penjaga tua tersenyum lelah kepada Marta dan menengok
ar?loji. "? un po" presto," katanya sambil tersenyum. Sedikit kepa?
gi?an. Sebagai penjelasan, Marta menunjuk Langdon, dan penjaga
itu langsung berubah ceria. "Signore! Bentornato!" Selamat datang
kembali! "Grazie," jawab Langdon ramah ketika penjaga itu menyilakan
mereka semua untuk masuk.
Mereka berjalan melewati foyer kecil. Di sana, penjaga itu
mem?buka sistem pengaman, lalu membuka kunci pintu kedua
yang lebih tebal. Ketika pintu mengayun terbuka, dia melangkah
masuk sambil mengayunkan sebelah lengannya dengan gaya.
"Ecco il museo!"Inilah museumnya!"
Marta tersenyum berterima kasih dan menuntun tamutamunya masuk.
isi INFERNO [SC].indd 236
237 Infern o Ruangan yang ditempati museum ini awalnya dirancang
sebagai kantor-kantor pemerintah, akibatnya alih-alih ruang galeri
terbuka dan membentang luas, museum berupa labirin lorong dan
bilik ukuran sedang yang mengitari setengah gedung.
"Topeng kematian Dante ada di dekat situ," kata Marta ke?
pada Sienna. "Dipamerkan di ruang sempit yang disebut l"andito,
sebuah lorong di antara dua ruangan yang lebih besar. Topengnya
disimpan dalam lemari antik yang menempel di dinding, sehingga
baru akan terlihat saat Anda berada di dekatnya. Karena itulah,
banyak tamu berjalan langsung melewati topeng itu tanpa mem?
perhatikan!" Kini Langdon berjalan lebih cepat dengan mata tertuju ke
depan, seakan topeng itu punya semacam kekuatan ganjil yang
menguasainya. Marta menyikut Sienna dan berbisik, "Jelas kakak
Anda tidak tertarik dengan semua karya seni lainnya. Tapi, mum?
pung berada di sini, Anda tidak boleh melewatkan patung-dada
Machiavelli atau bola Mappa Mundi di Hall of Maps."
Sienna mengangguk sopan dan terus berjalan, matanya juga
mengarah lurus ke depan. Marta kesulitan mengikuti langkah
mereka berdua. Ketika mereka mencapai ruangan ketiga, dia se?
dikit ketinggalan dan akhirnya berhenti berjalan.
"Profesor?" panggilnya sambil terengah-engah. "Mungkin
Anda ... ingin menunjukkan beberapa koleksi galeri ... kepada
adik Anda ... sebelum kita melihat topeng itu?"
Langdon menoleh, tampak terkejut, seakan baru tersadar di
mana dia berada. "Maaf?"
Terengah-engah Marta menunjuk kotak etalase di dekat situ.
"Salah satu edisi The Divine Comedy yang paling awal?"
Ketika akhirnya Langdon melihat Marta menepuk-nepuk
dahi dan berupaya mengatur napas, dia tampak malu. "Marta,
maaf?kan saya! Tentu saja, ya, akan menyenangkan untuk sekilas
me?lihat teks itu." Langdon bergegas kembali, menyilakan Marta untuk menun?
tun mereka menuju sebuah kotak antik. Di dalamnya terdapat
isi INFERNO [SC].indd 237
238 D an B rown buku tua bersampul kulit, terbuka pada halaman-judul yang ber?
hiasan rumit: La Divina Commedia: Dante Alighieri.
"Luar biasa," kata Langdon, kedengaran terkejut. "Saya me?
ngenali gambar depannya. Saya tidak tahu Anda memiliki salah
satu edisi Numeister asli."
Tentu saja kau tahu, pikir Marta kebingungan. Semalam buku
ini kuperlihatkan kepadamu!
"Pada pertengahan 1400-an," kata Langdon cepat-cepat kepa?
da Sienna, "Johann Numeister menciptakan edisi-cetak pertama
karya ini. Beberapa ratus buku dicetak, tapi hanya sekitar selusin
yang masih bertahan. Buku-buku itu sangat langka."
Kini bagi Marta tampaknya Langdon berpura-pura tolol agar
bisa pamer kepada adiknya. Ini seakan keangkuhan yang sedikit
tidak pantas bagi seorang profesor yang terkenal rendah hati da?
lam bidang akademis. "Buku ini pinjaman dari Laurentian Library," jelas Marta. "Jika
Anda dan Robert belum berkunjung ke sana, datangilah. Mereka
punya tangga spektakuler yang dirancang oleh Michelangelo,
yang menuntun ke ruang-baca umum pertama di dunia. Bukubuku di sana dirantai pada kursi-kursi agar tidak bisa dibawa
keluar oleh siapa pun. Tentu saja, karena kebanyakan bukunya
me?ru?pakan edisi satu-satunya di dunia."
"Menakjubkan," kata Sienna sambil menengok lebih jauh ke
dalam museum. "Dan topeng itu lewat sini?"
Mengapa terburu-buru" Marta perlu satu menit lagi untuk
me?mu?lihkan napas. "Ya, tapi mungkin Anda tertarik mendengar
ini." Dia menunjuk ke seberang sebuah ceruk, ke arah tangga kecil
yang menghilang ke langit-langit. "Tangga itu menuju platform
di kasau. Di sana, Anda bisa benar-benar menunduk memandang
langit-langit gantung Vasari yang terkenal itu. Dengan senang
hati, saya akan menunggu di sini jika Anda ingin?"
"Ayolah, Marta," sela Sienna. "Saya ingin sekali melihat to?
peng itu. Kami sedikit diburu waktu."
Marta menatap perempuan muda cantik itu dengan kebi?
ngung?an. Dia sangat tidak menyukai cara baru orang asing yang
isi INFERNO [SC].indd 238
239 Infern o memanggil satu sama lain dengan nama depan mereka. Aku Signora
Alvarez, tegurnya dalam hati. Dan aku sedang membantumu.
"Oke, Sienna," kata Marta singkat. "Lewat sini untuk langsung
melihat topeng itu."
Marta tidak menyia-nyiakan waktu lagi untuk menawarkan
ko?mentar informatif kepada Langdon dan adiknya, ketika mereka
berjalan melewati kamar-kamar galeri yang berkelok-kelok menuju
topeng itu. Semalam Langdon dan il Duomino menghabiskan waktu
hampir setengah jam di dalam andito sempit untuk melihat topeng
itu. Marta, yang penasaran dengan ketertarikan mereka terhadap
topeng itu, bertanya apakah ketakjuban mereka, entah bagaimana,
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berhubungan dengan serangkaian kejadian ganjil menyangkut
topeng itu setahun belakangan ini. Langdon dan il Duomino
mengelak, tidak memberikan jawaban yang sebenarnya.
Kini, ketika mereka mendekati andito, Langdon mulai men?
jelaskan kepada adiknya mengenai proses sederhana yang di?
gu?nakan untuk menciptakan topeng kematian. Marta senang
mendengar penjelasan Langdon yang sangat akurat, tidak seperti
pengakuan palsu lelaki itu bahwa dia belum pernah melihat buku
langka The Divine Comedy milik museum.
"Tidak lama setelah meninggal," jelas Langdon, "mendiang
dibaringkan dan wajahnya dilapisi minyak zaitun. Lalu, selapis
plester basah dilumurkan ke kulit, menutupi semuanya"mulut,
hidung, kelopak mata"mulai dari garis-rambut hingga leher.
Sete?lah mengeras, plester itu bisa diangkat dengan mudah dan
dijadikan cetakan untuk dituangi plester baru. Plester ini me?
nge?ras membentuk replika mendetail dari wajah mendiang.
Prak?tik ini ter?utama menyebar luas untuk mengenang orang
ter?kenal dan orang genius"Dante, Shakespeare, Voltaire, Tasso,
Keats"semuanya pu?nya topeng kematian."
"Dan di sinilah kita akhirnya berada," kata Marta ketika
me??reka bertiga tiba di depan andito. Dia melangkah minggir
dan mengisyaratkan agar adik Langdon masuk terlebih dahulu.
"Topeng itu berada di dalam kotak etalase yang menempel di
isi INFERNO [SC].indd 239
240 D an B rown din??ding di sebelah kiri Anda. Kami minta agar Anda tetap berada
di luar tiang pembatas."
"Terima kasih." Sienna memasuki koridor sempit itu, berjalan
menuju kotak etalase, dan mengintip ke dalam. Matanya langsung
terbelalak, dan dia menoleh memandang kakaknya dengan eks?
presi ngeri. Marta sudah melihat reaksi itu ribuan kali; para pengunjung
sering kali terlompat dan merasa jijik ketika pertama kali melihat
topeng itu"wajah keriput mengerikan, hidung membengkok,
dan mata terpejam Dante. Langdon berjalan persis di belakang Sienna, tiba di sampingnya
dan melongok kotak etalase. Dia langsung melangkah mundur,
wajahnya juga menunjukkan keterkejutan.
Marta mengerang. Che esagerato?"Berlebihan banget. Dia meng?
ikuti mereka masuk. Namun, ketika memandang ke dalam lemari,
dia juga menghela napas dengan suara keras. Oh mio Dio!"Ya
Tuhanku! Tadinya Marta Alvarez berharap melihat wajah mati Dante
membalas tatapannya, tapi yang dilihatnya hanyalah kain satin
me?rah di bagian dalam lemari dan penjepit yang menjadi gan?
tungan topeng itu. Tangan Marta menangkup di mulutnya. Dia menatap kotak
etalase kosong itu dengan ngeri. Napasnya berubah cepat dan
dia meraih salah satu tiang pagar untuk mendapatkan sandaran.
Akhirnya, dia mengalihkan mata dari lemari kosong itu dan ber?
putar ke arah para penjaga malam di pintu utama.
"La maschera di Dante?!"Topeng Dante!" teriaknya seperti
pe?rem?puan gila. "La maschera di Dante ? sparita!"Topeng Dante
hilang!"[] isi INFERNO [SC].indd 240
BAB arta Alvarez gemetar di depan lemari etalase kosong
itu. Dia berharap ketegangan yang menyebar ke selu?
ruh perutnya adalah kepanikan, dan bukan rasa nyeri
melahirkan. Topeng kematian Dante hilang!
Kedua penjaga keamanan itu kini waspada setelah menyadari
apa yang terjadi dan langsung bertindak. Yang satu bergegas
me?nuju ruang kontrol video untuk mengakses rekaman kamerake?amanan semalam, sementara yang satu lagi baru saja selesai
melaporkan pencurian itu kepada polisi.
"La polizia arriver? tra venti minuti!"Polisi akan datang dua pu?
luh menit lagi!" kata penjaga itu kepada Marta, setelah meng?akhiri
pembicaraan dengan polisi.
"Venti minuti"!" desak Marta. Dua puluh menit"! "Kita meng?
alami pencurian karya seni besar!"
Penjaga itu menjelaskan bahwa dia diberi tahu kalau saat ini
sebagian besar polisi kota sedang menangani krisis yang jauh
lebih serius, dan mereka berupaya mencari agen yang bisa datang
untuk mencatat laporan. "Che cosa potrebbe esserci di pi? grave"!" gerutu Marta. Apa yang
bisa lebih serius daripada ini"!
Langdon dan Sienna saling berpandangan khawatir, dan
Marta merasakan bahwa kedua tamunya syok menghadapi semua
ini. Tidak mengherankan. Niat mereka adalah mampir untuk sekilas
me?mandang topeng itu, kini mereka menyaksikan akibat dari
pen?curian sebuah karya seni besar. Semalam, entah bagaimana,
isi INFERNO [SC].indd 241
242 D an B rown seseorang berhasil masuk ke galeri dan mencuri topeng kematian
Dante. Marta tahu, ada banyak karya seni yang jauh lebih berharga di
museum dan bisa dicuri, jadi dia berupaya untuk tetap bersyukur.
Namun, ini pencurian pertama dalam sejarah museum ini. Aku
bahkan tidak tahu protokolnya!
Mendadak Marta merasa lemah, dan sekali lagi dia menjangkau
salah satu tiang pagar untuk mendapatkan sokongan.
Kedua penjaga galeri muncul dengan kebingungan ketika
men?ceritakan tindakan-tindakan mereka secara akurat dan keja?
dian-kejadian semalam kepada Marta: Sekitar pukul sepuluh
malam, Marta masuk bersama il Duomino dan Langdon. Tak
lama kemudian, ketiganya keluar bersama-sama. Kedua penjaga
itu kembali mengunci pintu-pintu, memasang alarm, dan sejauh
se?pe?ngetahuan mereka, tak seorang pun masuk atau keluar dari
galeri semenjak saat itu.
"Mustahil!" tegur Marta dalam bahasa Italia. "Topeng itu
ber?ada di dalam lemari ketika kami bertiga keluar semalam, jadi
jelas seseorang berada di dalam galeri setelah itu!"
Kedua penjaga mengangkat kedua tangannya, tampak kebi?
ngungan. "Noi non abbiamo visto nessuno?!"Kami tak melihat satu
orang pun!" Kini, dengan polisi yang sedang dalam perjalanan, Marta ber?
jalan secepat yang dimungkinkan oleh tubuh hamilnya ke arah
ruang kontrol keamanan. Langdon dan Sienna mengikuti dengan
gugup di belakangnya. Video keamanan, pikir Marta. Itu akan memperlihatkan siapa yang
berada di sini semalam! ______ Tiga blok jauhnya, di Ponte Vecchio, Vayentha menyelinap ke
dalam bayang-bayang ketika sepasang petugas kepolisian me?
nem?bus ke?ru?munan orang, menyisir area itu dengan membawa
foto Langdon. isi INFERNO [SC].indd 242
243 Infern o Ketika kedua petugas itu mendekati Vayentha, salah satu ra?
dio mereka membahana"laporan rutin mengenai segala-hal dari
bagian penugasan. Pengumumannya singkat dan dalam bahasa
Italia, tapi Vayentha menangkap intinya: Petugas mana pun yang
ada di area Palazzo Vecchio harus melapor untuk mencatat la?por?
an pencurian di museum palazzo.
Kedua petugas itu nyaris tidak bereaksi, tapi telinga Vayentha
langsung tegak. Il Museo di Palazzo Vecchio"
Kegagalan semalam"kekacauan yang menghancurkan karier
Vayentha"terjadi di gang yang berada persis di luar Palazzo
Vecchio. Laporan polisi itu berlanjut, dalam bahasa Italia penuh
suara statis sehingga sebagian besar isinya tidak bisa dimengerti
Vayentha, kecuali dua kata yang terdengar jelas: nama Dante
Alighieri. Tubuh Vayentha langsung menegang. Dante Alighieri"! Jelas
sekali ini bukan kebetulan. Dia berbalik ke arah Palazzo Vecchio
dan melihat menara bertembok bentengnya mengintip di atas
pun?cak-atap gedung-gedung di dekatnya.
Apa sebenarnya yang terjadi di museum" pikirnya bertanyatanya. Dan kapan"!
Dengan mengesampingkan detail-detailnya, Vayentha telah
menjadi analis-lapangan cukup lama untuk mengetahui bahwa
kebetulan jauh lebih jarang terjadi daripada yang dibayangkan
oleh sebagian besar orang. Museum Palazzo Vecchio ... DAN Dante"
Ini pasti berhubungan dengan Langdon.
Vayentha sudah lama curiga bahwa Langdon akan kembali
ke kota tua. Itu masuk akal"semalam Langdon berada di kota
tua ketika segalanya mulai kacau.
Kini, di siang hari, Vayentha bertanya-tanya mungkinkah
Lang?don kembali ke area di sekitar Palazzo Vecchio untuk mene?
mukan apa pun yang sedang dicarinya" Dia yakin Langdon tidak
menyeberangi jembatan ini untuk memasuki kota tua. Ada banyak
isi INFERNO [SC].indd 243
244 D an B rown jembatan lain, tapi mustahil jauhnya untuk ditempuh dengan
ber?jalan kaki dari Boboli Gardens.
Di bawahnya, Vayentha memperhatikan kapal dengan kru
em?pat orang sedang melintasi air dan lewat di bawah jembatan.
Lam?b ung kapal itu bertuliskan SOCIET? CANOTTIERI
FIRENZE/FLORENCE ROWING CLUB. Dayung-dayung merahdan-putih mencolok kapal itu naik turun dengan kekompakan
yang sempurna. Mungkinkah Langdon menyeberang dengan kapal" Tampaknya
mustahil, tetapi entah kenapa Vayentha merasa yakin bahwa la?
poran polisi mengenai Palazzo Vecchio itu adalah petunjuk yang
perlu diperhatikan olehnya.
"Silakan keluarkan kamera, per favore!" teriak seorang perem?
puan dalam bahasa Inggris beraksen.
Vayentha menoleh dan melihat sebuah pom-pom oranye ber?
jumbai melambai-lambai di atas sebuah tongkat, ketika seorang
pemandu wisata perempuan berupaya menggiring sekawanan
turisnya menyeberangi Ponte Vecchio.
"Di atas Anda terdapat mahakarya terbesar Vasari!" teriak
pe?mandu itu dengan keantusiasan terlatih, sambil mengangkat
pom-pomnya ke udara dan mengarahkan pandangan semua
orang ke atas. Sebelumnya Vayentha tidak memperhatikan, tapi tampaknya
ada bangunan lantai-dua yang memanjang di atas puncak tokotoko, seperti apartemen sempit.
"Koridor Vasari," kata pemandu itu. "Hampir satu kilometer
panjangnya dan memberikan pelintasan yang aman antara Pitti
Palace dan Palazzo Vecchio kepada keluarga Medici."
Mata Vayentha terbelalak ketika dia mengamati struktur
mi??rip terowongan di atasnya. Dia pernah mendengar mengenai
ko?ridor itu, tapi hanya tahu sedikit sekali.
Koridor itu memanjang sampai Palazzo Vecchio"
"Bagi beberapa orang dengan koneksi VIP," lanjut pemandu
itu, "mereka bisa mengakses koridor itu. Sebuah galeri seni spek?
isi INFERNO [SC].indd 244
245 Infern o takuler yang memanjang dari Palazzo Vecchio ke pojok timur
laut Boboli Gardens."
Apa pun yang dikatakan oleh pemandu itu selanjutnya, Va?
yentha tidak mendengarnya.
Dia sudah melesat menuju sepeda motornya.[]
isi INFERNO [SC].indd 245
BAB ahitan di kulit kepala Langdon kembali berdenyut-denyut
ketika dia dan Sienna menjejalkan diri ke dalam ruang kontrol
video bersama Marta dan kedua penjaga tadi. Ruangan
sempit itu tidak lebih dari sekadar bilik pakaian yang diubah,
dilengkapi serangkaian hard drive mendesing dan monitor-monitor
komputer. Udara di dalam panas menyesakkan dan berbau asap
rokok basi. Langdon langsung merasa dinding-dinding mengepung?
nya. Marta duduk di depan monitor video, yang sudah disetel
un??tuk memutar-ulang dan memperlihatkan gambar andito hitamdan-putih berbintik-bintik, direkam dari atas pintu. Penandawaktu di layar menunjukkan bahwa rekaman itu disetel pada
saat ke???ma???rin menjelang siang"tepat dua puluh empat jam yang
lalu"tam?paknya persis sebelum museum dibuka dan lama sebe?
lum ke?da?tangan Langdon dan il Duomino yang misterius malam
itu. Penjaga mempercepat video, dan Langdon menyaksikan
ke?tika gelombang turis mengalir cepat ke dalam andito, berjalan
ma?suk dengan gerakan cepat tersentak-sentak. Topeng Dante sen?
diri tidak terlihat dari perspektif ini, tapi jelas masih ada dalam
kotak etalase, karena turis-turis selalu berhenti untuk mengintip
ke dalam atau mengambil foto sebelum kembali berjalan.
Lebih cepat, tolong, pikir Langdon, karena tahu polisi sedang
da?lam perjalanan. Dia bertanya-tanya apakah dia dan Sienna ha?
rus berpamitan saja dan kabur, tapi mereka perlu melihat video
isi INFERNO [SC].indd 246
247 Infern o
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ini: apa pun yang ada dalam rekaman ini akan bisa men?jawab ba?
nyak pertanyaan mengenai apa gerangan yang sedang ter?jadi.
Pemutaran-ulang video itu berlanjut, kini lebih cepat, dan
ba?yang-bayang siang mulai bergerak melintasi ruangan. Turisturis masuk dan keluar hingga akhirnya kerumunan orang mulai
menipis, lalu dengan cepat menghilang seluruhnya. Ketika pe?
nanda-waktu melesat melewati pukul 17.00, lampu-lampu mu?
seum padam, dan semuanya sepi.
Pukul lima sore. Jam tutup.
"Aumenti la velocit?"Lebih cepat," perintah Marta, sambil men?
condongkan tubuh ke depan dan menatap layar.
Penjaga membiarkan video terus berputar, penanda-waktu
maju dengan cepatnya hingga mendadak, sekitar pukul 10 malam,
lampu-lampu di dalam museum berpendar menyala kembali.
Penjaga memperlambat rekaman itu hingga kecepatan nor?
mal. Sejenak kemudian, bentuk tubuh hamil Marta Alvarez yang
sudah tidak asing lagi muncul dalam pandangan. Dia langsung
diikuti oleh Langdon, yang masuk dengan mengenakan jaket
Camberley Harris Tweed, celana panjang katun rapi, dan sepatu
kulit santai yang sudah tidak asing lagi. Langdon bahkan melihat
kilau arloji Mickey Mouse mengintip dari balik lengan baju ketika
dia berjalan. Di sanalah aku berada ... sebelum tertembak.
Langdon merasa sangat resah ketika menyaksikan dirinya
me?la?kukan hal-hal yang sama sekali tidak diingatnya itu. Aku
berada di sini semalam ... melihat topeng kematian" Entah bagaimana,
antara waktu itu dan sekarang, dia berhasil kehilangan pakaian,
arloji Mickey Mouse, dan dua hari dalam hidupnya.
Ketika video itu berlanjut, dia dan Sienna berdesakan persis
di belakang Marta dan para penjaga agar bisa melihat lebih jelas.
Rekaman bisu itu berlanjut, memperlihatkan Langdon dan Marta
tiba di kotak etalase dan mengagumi topeng itu. Saat me?reka
sedang memandang topeng, sebuah bayang-bayang besar meng?
gelapkan ambang pintu di belakang Langdon, dan seorang lelaki
isi INFERNO [SC].indd 247
248 D an B rown yang sangat gemuk beringsut ke dalam pandangan. Dia me?nge?
nakan baju setelan warna kulit, membawa tas kerja, dan tubuhnya
nyaris tidak bisa melewati pintu. Perut membuncitnya bahkan
mem?buat Marta yang sedang hamil tampak ramping.
Langdon langsung mengenali lelaki itu. Ignazio"!
"Itu Ignazio Busoni," bisik Langdon di telinga Sienna. "Di?
rektur Museo dell"Opera del Duomo. Sudah beberapa tahun aku
mengenalnya. Aku hanya tidak pernah mendengarnya disebut
il Duomino." "Julukan yang pas," jawab Sienna pelan.
Beberapa tahun belakangan, Langdon berkonsultasi kepada
Ignazio mengenai artefak dan sejarah yang berhubungan dengan
Il Duomo"basilika yang menjadi tanggung jawab Ignazio"tapi
kunjungan ke Palazzo Vecchio tampaknya berada di luar ke?kua?
saan lelaki itu. Namun, bagaimanapun, Ignazio Busoni, selain
so?sok yang berpengaruh dalam dunia seni Florence, juga peng?
gemar dan pakar Dante. Sumber informasi yang logis mengenai topeng kematian Dante.
Ketika mengarahkan kembali perhatiannya pada video itu,
Langdon kini bisa melihat Marta yang menunggu dengan sabar
di dinding belakang andito, sementara Langdon dan Ignazio men?
condongkan tubuh melewati tiang-tiang pembatas untuk melihat
topeng itu sedekat mungkin. Ketika kedua lelaki itu melanjutkan
pengamatan dan diskusi mereka, menit-menit berlalu, dan Marta
terlihat menengok arloji secara diam-diam di belakang punggung
mereka. Langdon berharap rekaman video keamanan itu menyertakan
audio. Apa yang dibicarakan olehku dan Ignazio" Apa yang kami
cari"! Lalu, di layar, Langdon melangkah melewati tiang pembatas
dan membungkuk persis di depan lemari, wajahnya hanya bebe?
rapa inci dari kaca. Marta langsung menengahi, tampaknya me?
ne?gur Langdon, dan Langdon mundur sambil meminta maaf.
"Maaf, saya begitu keras," kata Marta kini, sambil menoleh
ke belakang memandang Langdon. "Tapi, seperti yang saya bi?
isi INFERNO [SC].indd 248
249 Infern o lang, kotak etalasenya antik dan sangat rapuh. Pemilik topeng
ber?sikeras agar kami menahan semua orang di belakang tiangtiang pembatas. Dia bahkan tidak mengizinkan staf kami untuk
mem?buka kotak itu tanpa kehadirannya."
Perlu beberapa saat untuk memahami kata-kata Marta. Pemilik
topeng" Tadinya Langdon berasumsi topeng itu milik museum.
Sienna juga tampak sama terkejutnya dan langsung bertanya.
"Topeng itu bukan milik museum?"
Marta menggeleng, kini matanya kembali ke layar. "Seorang
penyandang dana kaya menawarkan diri untuk membeli topeng
kematian Dante dari koleksi kami, tapi meninggalkannya di sini
untuk dipamerkan secara permanen. Dia menawarkan banyak
uang, dan dengan gembira kami menerimanya."
"Tunggu," kata Sienna. "Dia membayar untuk topeng itu ...
dan membiarkan Anda menyimpan-nya?"
"Cara yang umum," kata Langdon. "Akuisisi filan?tropis"cara
donor memberikan dana besar kepada museum tanpa men?
daftarkan sumbangan itu sebagai amal."
"Donornya adalah lelaki yang luar biasa," kata Marta. "Pakar
Dante sejati, tapi sedikit ... bagaimana kalian mengatakannya ...
fanatico?" "Siapa dia?" tanya Sienna, nada suara santainya sedikit men?
desak. "Siapa?" Marta mengernyit, masih menatap layar. "Wah,
mung?kin baru-baru ini Anda membaca tentang beliau dalam be?
rita"miliuner Swiss bernama Bertrand Zobrist?"
Bagi Langdon, nama itu hanya samar-samar dikenalnya, tapi
Sienna mencengkeram lengan Langdon dan meremasnya keras,
tampak seakan baru melihat hantu.
"Oh, ya ...," kata Sienna tergagap dengan wajah memucat.
"Bertrand Zobrist. Ahli biokimia terkenal. Mendapat kekayaan
dari paten-paten biologi di usia muda." Dia terdiam, terpana. Dia
men?con?dongkan tubuh ke depan dan berbisik kepada Langdon.
"Pa?da dasarnya, Zobrist-lah yang menemukan bidang ilmu mani?
pulasi germ-line (garis-benih)."
isi INFERNO [SC].indd 249
250 D an B rown Langdon sama sekali tidak tahu apa yang dimaksudkan de?
ngan manipulasi germ-line, tapi istilah itu ke?de?ngaran mengancam,
terutama sehubungan dengan serentetan gambar yang melibatkan
wabah dan kematian belakangan ini. Dia bertanya-tanya apakah
Sienna tahu begitu banyak mengenai Zobrist karena banyak
membaca mengenai bidang kedokteran ... atau mungkin karena
mereka berdua sama-sama anak genius. Apa?kah orang-orang genius
saling mencermati karya mereka satu sama lain"
"Aku mendengar mengenai Zobrist untuk pertama kalinya
beberapa tahun silam," jelas Sienna, "ketika dia membuat bebe?
rapa pernyataan yang sangat provokatif di media mengenai
per??tum?buhan penduduk." Dia terdiam dengan wajah muram.
"Zobrist adalah pendukung Population Apocalypse Equation."
"Maaf?" "Pada dasarnya, itu adalah pengakuan berdasarkan per?
hi?tung?an matematis bahwa popu?lasi bumi meningkat, orangorang hidup lebih lama, dan sumber-daya alam kita menipis.
Persamaan itu memprediksi bahwa tren yang saat ini berlangsung
tidak punya akibat lain, kecuali kia?mat??nya masyarakat. Zobrist
memprediksi secara terbuka bahwa umat manusia tidak akan
bertahan satu abad lagi ... kecuali jika kita mengalami semacam
peristiwa kepunahan massal." Sienna meng?hela napas panjang
dan memandang Langdon. "Se?sung?guh?nya, Zobrist pernah
dikutip mengatakan bahwa "hal terbaik yang pernah terjadi di
Eropa adalah wabah Kematian Hitam.?"
Langdon menatap Sienna terkejut. Bulu kuduknya meremang
ketika, sekali lagi, gambar topeng wabah berkelebat dalam be?
nak?nya. Sepanjang pagi dia berupaya menolak gagasan bahwa
di?le?manya saat ini berhubungan dengan wabah mematikan ... tapi
ga?gasan itu semakin lama semakin sulit untuk disangkal.
Pendapat Bertrand Zobrist bahwa Kematian Hitam adalah hal
terbaik yang pernah terjadi di Eropa, jelas mengerikan. Namun,
Langdon tahu, banyak sejarahwan mencatat manfaat sosial-eko?
nomi jangka-panjang dari kepunahan massal yang terjadi di
Eropa pada 1300-an itu. Sebelum terjadinya wabah, overpopulasi,
isi INFERNO [SC].indd 250
251 Infern o kela?paran, dan kesulitan ekonomi menjadi ciri utama Zaman
Kegelapan. Kedatangan mendadak Kematian Hitam, walaupun
mengerikan, secara efektif telah "menipiskan jumlah manusia",
menciptakan berlimpahnya makanan dan kesempatan yang,
me?nurut banyak sejarahwan, merupakan katalis utama untuk
me?wu?judkan Renaisans. Ketika Langdon membayangkan simbol biohazard di tabung
yang berisikan peta modifikasi inferno Dante, pikiran mengerikan
merasukinya: proyektor kecil mengerikan itu diciptakan oleh se?
seorang ... dan Bertrand Zobrist"ahli biokimia yang fanatik ter?
hadap Dante"kini seakan menjadi kandidat yang logis.
Bapak bidang manipulasi garis-benih genetik. Langdon merasakan
potongan-potongan teka-teki itu kini terpasang pada tem?pat?nya.
Sayangnya, gambaran yang kini semakin jelas itu terasa semakin
mengerikan. "Percepat melewati bagian ini," perintah Marta kepada
penjaga, kedengaran tidak sabar untuk melewatkan putaran-ulang
rekaman Langdon dan Ignazio Busoni yang sedang mengamati
topeng, sehingga dia bisa mengetahui siapa yang telah membobol
museum dan mencuri topeng itu.
Penjaga menekan tombol putar-cepat, dan penanda-waktu
ber?jalan semakin cepat. Tiga menit ... enam menit ... delapan menit.
Di layar, Marta terlihat berdiri di belakang kedua lelaki itu,
se?ma?kin sering memindahkan bobot tubuhnya dan berkali-kali
me?nengok arloji. "Maaf, kami bicara begitu lama," kata Langdon. "Anda tam?
pak tidak nyaman." "Salah saya sendiri," jawab Marta. "Anda berdua bersikeras
agar saya pulang dan para penjaga bisa mengantar kalian keluar,
tapi saya merasa itu tidak sopan."
Mendadak, di layar, Marta menghilang. Penjaga memper?
lambat video hingga kecepatan normal.
"Tidak apa-apa," kata Marta. "Saya ingat pergi ke kamar
ke?cil." isi INFERNO [SC].indd 251
252 D an B rown Penjaga mengangguk dan kembali menjulurkan tangan ke
arah tombol putar-cepat. Namun, sebelum dia menekan tombol
itu, Marta meraih lengannya. "Aspetti!"Tunggu!"
Marta memiringkan kepala dan menatap monitor dengan
kebingungan. Langdon juga melihatnya. Apa gerangan"!
Di layar, Langdon baru saja merogoh saku jaket tweed-nya dan
mengeluarkan sarung-tangan operasi, yang kini dikenakannya.
Pada saat yang sama, il Duomino menempatkan diri di bela?
kang Langdon, mengintip lorong tempat Marta berjalan pergi ke
kamar kecil beberapa saat sebelumnya. Setelah beberapa saat,
le?laki ge?muk itu mengangguk kepada Langdon dengan cara yang
seakan berarti semuanya aman.
Apa gerangan yang kami lakukan"!
Langdon menyaksikan dirinya sendiri di video menjulurkan
tangan bersarungnya dan memegang pinggiran pintu lemari ...
lalu, dengan sangat berhati-hati, menarik pintu itu hingga engsel
antiknya bergeser dan pintu mengayun terbuka secara perlahanlahan ... menyingkapkan topeng kematian Dante.
Marta Alvarez menghela napas ketakutan dan mengangkat
ke?dua tangannya ke wajah.
Langdon, yang juga merasakan kengerian Marta, menyaksikan
dengan sangat tidak percaya ketika dia tampak menjulurkan ta?
ngan ke dalam kotak, dengan hati-hati mencengkeram topeng
ke?ma?tian Dante dengan dua tangan, lalu mengeluarkannya.
"Dio mi salvi!"Ya Tuhan!" teriak Marta sambil bangkit ber?diri
dan berputar menghadap Langdon. "Cos"ha fatto?"Apa yang Anda
lakukan" Perch??"Mengapa?"
Sebelum Langdon bisa menjawab, salah seorang penjaga
me?nge?luarkan pistol Beretta hitam dan mengarahkannya tepat
ke dada Langdon. Astaga! Robert Langdon menunduk menatap moncong pistol pen?
jaga dan merasakan ruangan mungil itu mengepungnya. Kini
Marta Alvarez bangkit berdiri, memelototinya dengan ekspresi
isi INFERNO [SC].indd 252
253 Infern o ter?khia?nati dan tidak percaya di wajahnya. Di monitor keamanan
di belakangnya, Langdon kini tampak mengangkat topeng itu ke
dalam cahaya dan mengamatinya.
"Saya hanya mengeluarkannya sebentar," desak Langdon,
sam?bil berdoa agar ini benar. "Ignazio meyakinkan saya bahwa
Anda tidak akan keberatan!"
Marta tidak menjawab. Dia tampak terpana, jelas berupaya
mem?bayangkan mengapa Langdon berbohong kepadanya ...
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tapi memang, bagaimana mungkin Langdon bisa berdiri dengan
te?nang dan membiarkan rekaman itu diputar jika dia tahu apa
yang akan terungkap. Aku sama sekali tidak tahu kalau aku membuka kotak itu!
"Robert," bisik Sienna. "Lihat! Kau menemukan sesuatu!"
Sienna tetap terpaku pada rekaman itu, memusatkan diri untuk
men?dapat jawaban, tanpa memedulikan kesulitan mereka.
Di layar, Langdon kini mengangkat topeng itu dan memi?ring?
kannya ke arah cahaya, tampaknya perhatiannya terarah pada
se?suatu yang menarik di bagian belakang artefak itu.
Dari sudut pengambilan kamera, sekejap topeng terangkat itu
menutupi wajah Langdon sebagian, dengan cara yang sedemikian
rupa sehingga mata mati Dante sejajar dengan mata Langdon.
Lang?don teringat pada pernyataan itu"kebenaran hanya bisa dilihat
melalui mata kematian"dan merinding.
Langdon sama sekali tidak tahu apa yang ditelitinya di bagian
belakang topeng. Namun, pada saat itu di dalam video, ketika
dia menceritakan penemuannya kepada Ignazio, lelaki gemuk
itu tersentak, langsung mencari kacamata dan melihat sekali lagi
... dan sekali lagi. Dia mulai menggeleng kuat-kuat dan mondarman?dir dengan gelisah di dalam andito.
Mendadak kedua lelaki itu mendongak, jelas mendengar
sesuatu di lorong"kemungkinan besar Marta yang kembali da?
ri kamar kecil. Dengan cepat, Langdon mengeluarkan kantong
Ziploc besar dari saku, memasukkan topeng kematian itu ke
da??lam?nya, lalu memberikannya kepada Ignazio, yang tampak
me??ma??sukkannya dengan enggan ke dalam tas kerjanya. Dengan
isi INFERNO [SC].indd 253
254 D an B rown cepat, Langdon menutup kaca pintu antik kotak etalase yang kini
kosong, lalu kedua lelaki itu berjalan cepat ke lorong menemui
Marta, sebelum perempuan itu bisa memergoki pencurian me?
reka. Kedua penjaga keamanan kini mengarahkan pistol kepada
Langdon. Marta berdiri goyah, meraih meja untuk mendapat sokongan.
"Saya tidak mengerti!" katanya tergagap. "Anda dan Ignazio
Busoni mencuri topeng kematian Dante"!"
"Tidak!" jawab Langdon bersikeras, berbohong sebisa mung?
kin. "Kami mendapat izin dari pemiliknya untuk mengeluarkan
topeng itu dari gedung semalaman."
"Izin dari pemiliknya?" tanya Marta. "Dari Bertrand Zo?
brist!?" "Ya! Mr. Zobrist setuju untuk mengizinkan kami memeriksa
beberapa tanda di bagian belakang topeng! Kami bertemu dengan?
nya kemarin siang!" Mata Marta menusuk setajam pedang. "Profesor, saya yakin
se?kali Anda tidak bertemu dengan Bertrand Zobrist kemarin
siang." "Jelas kami bertemu?"
Sienna meletakkan tangannya di lengan Langdon. "Robert
...." Dia mendesah muram. "Enam hari lalu, Bertrand Zobrist
terjun dari puncak menara Badia yang jauhnya hanya beberapa
blok dari sini."[] isi INFERNO [SC].indd 254
BAB ayentha meninggalkan sepeda motornya di utara Palazzo
Vecchio, dan menuju bangunan itu dengan berjalan kaki
di sepanjang perbatasan Piazza della Signoria. Ke?tika
berjalan berkelok-kelok melewati patung-patung di luar ruang?
an di Loggia dei Lanzi, mau tak mau dia memperhatikan bahwa
semua sosok itu seakan memperagakan variasi dari satu tema
tunggal: pertunjukan keji dominasi kaum lelaki terhadap kaum
perempuan. The Rape of the Sabines. Pemerkosaan perempuan-perempuan
Sabine. The Rape of Polyxena. Pemerkosaan Polyxena.
Perseus Holding the Severed Head of Medusa. Perseus Memegang
Kepala Medusa yang Terpenggal.
Menyenangkan, pikir Vayentha, menarik topinya lebih rendah
dan berjalan menembus kerumunan orang menuju pintu masuk
is?tana, yang baru saja menerima turis-turis pertama hari itu.
Da?ri apa yang tampak, semuanya biasa saja di sini, di Palazzo
Vecchio. Tidak ada polisi, pikir Vayentha. Setidaknya belum ada.
Dia menarik ritsleting jaketnya hingga tinggi ke leher, me?mas?
tikan senjatanya tersembunyi, lalu berjalan menuju pintu masuk.
Dia mengikuti semua papan tanda menuju Il Museo di Palazzo,
melewati dua atrium berhiasan rumit, lalu menaiki tangga besar
menuju lantai kedua. Ketika naik, dia mengingat-ingat kembali laporan polisi itu.
Il Museo di Palazzo Vecchio ... Dante Alighieri.
Langdon pasti berada di sini.
isi INFERNO [SC].indd 255
256 D an B rown Semua papan tanda menuju museum itu menuntun Vayentha
ke dalam galeri besar yang dihias secara spektakuler"Hall of
the Five Hundred"tempat beberapa turis berbaur, mengagumi
mural-mural kolosal di dinding. Vayentha sama sekali tidak ter?
tarik untuk mengamati karya seni di sini, dan cepat-cepat mencari
papan tanda lain di pojok kanan jauh ruangan, yang me?nunjuk
ke sebuah tangga. Ketika berjalan melintasi ruangan, dia memperhatikan seke?
lompok mahasiswa yang berkumpul mengelilingi sebuah patung,
tertawa dan memotret. Plakatnya bertuliskan: Hercules and Diomedes.
Vayentha memandang patung-patung itu dan mengerang.
Patung itu menggambarkan dua pahlawan mitologi Yunani"
keduanya telanjang bulat"bergumul dalam pertandingan gulat.
Hercules memegangi Diomedes dalam posisi terbalik, bersiap
me???lem??parkannya, sementara Diomedes mencengkeram penis
Hercules erat-erat, seakan berkata, "Kau yakin hendak melem?
par?kanku?" Vayentha meringis. Benar-benar menggambarkan "memegang
kelemahan lawan". Dia mengalihkan pandangan dari patung ganjil itu dan cepatcepat menaiki tangga menuju museum.
Vayentha tiba di balkon tinggi yang menghadap Hall of the
Five Hundred. Kira-kira selusin turis sedang menunggu di luar
pintu masuk museum. "Penundaan waktu buka," kata seorang turis yang ceria, sam?
bil mengintip dari balik kamera videonya.
"Kenapa?" tanya Vayentha.
"Tidak tahu, tapi pemandangannya indah sementara kita me?
nung?gu!" Lelaki itu mengayunkan sebelah lengannya, menunjuk
ben?tangan Hall of the Five Hundred di bawah sana.
Vayentha berjalan ke pinggir dan mengintip ruangan luas di
bawah mereka. Di lantai bawah, seorang petugas kepolisian baru
saja tiba, dan hanya menarik sedikit sekali perhatian ketika dia
isi INFERNO [SC].indd 256
257 Infern o ber?jalan, tanpa terlihat terburu-buru, melintasi ruangan menuju
tangga. Dia datang untuk mencatat laporan, pikir Vayentha. Langkah
eng?gan lelaki itu menaiki tangga menunjukkan bahwa ini kun?
jungan-respons rutin"sama sekali tidak seperti pencarian heboh
atas Langdon di Porta Romana.
Jika Langdon berada di sini, mengapa mereka tidak mengepung
gedung" Entah Vayentha telah berasumsi secara keliru bahwa Lang?don
berada di sini, atau polisi lokal dan Br?der belum bisa menyim?
pul?kan. Ketika petugas itu mencapai puncak tangga dan berjalan me?
nuju pintu masuk museum, dengan santai Vayentha mengalihkan
pandangan dan berpura-pura memandang ke luar jendela. Meng?
ingat prosedur pemutusannya dan jangkauan pengaruh Provos
yang luas, dia tidak mau mengambil risiko dikenali.
"Aspetta!"Tunggu!" teriak sebuah suara di suatu tempat.
Jantung Vayentha terlonjak ketika petugas itu berhenti persis
di belakangnya. Suara itu, disadarinya, berasal dari walkie-talkie
petugas itu. "Attendi i rinforzi!" ulang suara itu.
Tunggu bantuan" Vayentha merasakan bahwa sesuatu baru
saja berubah. Persis pada saat itu, di luar jendela, Vayentha memperhatikan
kemunculan benda hitam yang semakin membesar di langit yang
jauh. Benda itu terbang menuju Palazzo Vecchio dari arah Boboli
Gardens. Pesawat pengintai, pikir Vayentha menyadari. Br?der tahu. Dan
dia menuju kemari. ______ Fasilitator Konsorsium Laurence Knowlton masih menyesali diri
karena menelepon Provos. Dia seharusnya bersikap lebih bijak,
isi INFERNO [SC].indd 257
258 D an B rown dengan tidak menyarankan Provos untuk melihat video klien
sebelum diunggah ke media besok.
Isinya tidak penting. Protokol adalah raja. Knowlton masih mengingat mantra yang diajarkan kepada
para fasilitator muda ketika mereka mulai menangani tugas-tugas
untuk organisasi itu. Jangan bertanya. Lakukan saja.
Dengan enggan, dia meletakkan memory stick merah kecil itu
ke dalam antrean untuk besok pagi, sambil bertanya-tanya apa
in?terpretasi media terhadap pesan ganjil itu. Akankah mereka
memutarnya" Tentu saja. Pesan itu dari Bertrand Zobrist.
Zobrist bukan hanya sosok yang sangat sukses dalam dunia
biomedis, tapi dia sudah ada dalam berita karena peristiwa bunuh
dirinya minggu lalu. Video sembilan menit ini akan berfungsi
se?perti pesan dari kubur, dan isinya yang mengerikan dan meng?
ancam itu akan membuatnya nyaris mustahil diabaikan oleh
se?mua orang. Video ini akan langsung menghebohkan dalam hitungan menit
setelah penayangannya.[] isi INFERNO [SC].indd 258
BAB arta Alvarez yang murka melangkah keluar dari ruang
video yang sesak itu, meninggalkan Langdon dan
adiknya dalam todongan senjata para penjaga. Dia
berjalan me?nuju sebuah jendela dan menunduk mengintip Piazza
della Signoria, dan merasa lega ketika melihat sebuah mobil polisi
diparkir di depan. Akhirnya. Marta masih tidak bisa mengerti mengapa seorang lelaki yang
begitu terhormat seperti Robert Langdon menipunya secara be?
gitu terang-terangan, memanfaatkan kesopanan profesional yang
ditawarkannya, dan mencuri artefak berharga.
Dan Ignazio Busoni membantunya!" Tidak terbayangkan!
Marta, yang ingin mengungkapkan perasaannya kepada Igna?
zio, mengeluarkan ponsel dan menekan nomor telepon kantor il
Duomino di Museo dell"Opera del Duomo yang berjarak beberapa
blok. Telepon itu hanya berdering sekali.
"Ufficio di Ignazio Busoni"Kantor Ignazio Busoni," jawab suara
perempuan yang tak asing lagi.
Marta mengenal sekretaris Ignazio, tapi sedang tidak ingin
ber?basa-basi. "Eugenia, sono Marta. Devo parlare con Ignazio"Euge?
nia, ini Marta. Aku ingin bicara dengan Ignazio."
Muncul keheningan ganjil di telepon, lalu mendadak sekre?
taris itu tersedu-sedu histeris.
"Cosa succede?" desak Marta. Ada apa!"
Sambil menangis, Eugenia menceritakan kepada Marta bah?
wa dia baru saja tiba di kantor dan mendengar bahwa Ignazio
isi INFERNO [SC].indd 259
260 D an B rown mendapat serangan jantung hebat semalam di gang dekat Duomo.
Ignazio menelepon ambulans sekitar tengah malam, tapi petugas
medis tidak datang tepat waktu. Busoni sudah tewas.
Kaki Marta nyaris lunglai di bawah tubuhnya. Pagi tadi dia
men?dengar berita mengenai meninggalnya seorang pejabat kota
yang tidak disebut namanya, tapi dia tidak pernah membayangkan
bahwa orang itu adalah Ignazio.
"Eugenia, ascoltami"Eugenia, dengar," desak Marta, berupaya
tetap tenang, sambil dengan cepat menjelaskan apa yang baru
saja disaksikannya di kamera video palazzo"topeng kematian
Dante dicuri oleh Ignazio dan Robert Langdon, yang kini berada
dalam todongan senjata. Marta sama sekali tidak tahu respons apa yang diharapkannya
dari Eugenia, tapi jelas sekali bukan seperti yang didengarnya
se?ka?rang. "Roberto Langdon!?" desak Eugenia. "Sei con Langdon ora"!"
Anda bersama Langdon sekarang"!
Eugenia seakan tak menyadari apa yang baru saja diceritakan
Marta. Ya, tapi topeng itu"
"Devo parlare con lui!" teriak Eugenia. Saya harus bicara de?
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ngan?nya! ______ Di dalam ruang keamanan, kepala Langdon terus berdenyutdenyut ketika kedua penjaga menodongkan senjata mereka
tepat ke arahnya. Mendadak pintu terbuka, dan Marta Alvarez
muncul. Lewat pintu yang terbuka, Langdon mendengar dengung
jauh pesawat di suatu tempat di luar, dengung mengancamnya
di?iringi raungan sirene-sirene yang mendekat. Mereka tahu di
mana kami berada. "? arrivata la polizia"Polisi sudah datang," kata Marta kepada
kedua penjaga itu, lalu mengutus salah seorang dari mereka untuk
menemui pihak berwenang dan mengantar mereka ke dalam
isi INFERNO [SC].indd 260
261 Infern o mu?seum. Yang satu tetap tinggal, dengan moncong pistol masih
ter?arah kepada Langdon. Yang mengejutkan Langdon, Marta menyorongkan ponsel
kepadanya. "Seseorang ingin bicara dengan Anda," katanya, ke?
de?ngaran bingung. "Anda harus keluar dari sini untuk mendapat
koneksi." Kelompok itu berpindah dari ruang kontrol pengap ke da?
lam ruang galeri yang berada persis di luarnya. Di sana, cahaya
ma?ta?hari menyorot masuk lewat jendela-jendela besar, mena?war?
kan pemandangan spektakuler Piazza della Signoria di bawah.
Wa?laupun masih dalam todongan pistol, Langdon merasa lega
karena bisa keluar dari ruang tertutup.
Marta mengisyaratkannya untuk pergi ke dekat jendela dan
menyerahkan ponsel. Langdon menerimanya, bimbang, dan mengangkatnya ke
te?linga. "Ya" Ini Robert Langdon."
"Signore," kata perempuan itu dalam bahasa Inggris beraksen
yang terpatah-patah. "Saya Eugenia Antonucci, sekretaris Ignazio
Busoni. Anda dan saya, kita bertemu kemarin malam ketika Anda
tiba di kantor ini."
Langdon sama sekali tidak ingat. "Ya?"
"Saya sangat menyesal mengabarkan berita ini, tapi Ignazio
meninggal karena serangan jantung kemarin malam."
Cengkeraman Langdon pada ponsel semakin erat. Ignazio
Busoni meninggal"! Kini perempuan itu menangis, suaranya dipenuhi kesedihan.
"Ignazio menelepon saya sebelum meninggal. Beliau meninggalkan
pesan untuk saya dan menyuruh saya memastikan agar Anda
men?dengarnya. Akan saya putar untuk Anda."
Langdon mendengar suara gemeresik dan, beberapa saat
kemudian, rekaman suara Ignazio Busoni yang lirih dan tersengalsengal mencapai telinganya.
"Eugenia," kata lelaki itu tersengal-sengal, jelas kesakitan.
"Harap pastikan Robert Langdon mendengar pesan ini. Aku
men?dapat masalah. Rasanya aku tidak akan berhasil kembali ke
isi INFERNO [SC].indd 261
262 D an B rown kan?tor." Ignazio mengerang, lalu muncul keheningan panjang.
Ke?tika dia mulai bicara lagi, suaranya lebih lemah. "Robert, ku?
ha?rap kau berhasil lolos. Mereka masih mengejarku ... dan aku
... aku kurang sehat. Aku berupaya menghubungi dokter, tapi
...." Muncul keheningan panjang lagi, seakan il Duomino sedang
meng?himpun sisa energi terakhirnya, lalu ..., "Robert, dengarkan
baik-baik. Yang kau cari tersembunyi dengan aman. Gerbang-ger?
bang terbuka untukmu, tapi kau harus cepat. Surga (Paradise) Dua
puluh lima." Dia terdiam untuk waktu yang lama, lalu berbisik,
"Semoga berhasil."
Lalu pesan itu berakhir. Jantung Langdon berdegup kencang, dan dia tahu bahwa
dirinya baru saja mendengar kata-kata terakhir orang yang sedang
sekarat. Kata-kata itu ditujukan kepadanya, dan ini sama sekali
tidak meredakan kekhawatirannya. Paradise 25" Gerbang-gerbang
ter?buka untukku" Langdon merenungkannya. Gerbang-gerbang
apa yang dimaksudkannya"! Satu-satunya hal yang masuk akal
ada?lah perkataan Ignazio bahwa topeng itu tersembunyi dengan
aman. Suara Eugenia kembali terdengar di ponsel. "Profesor, Anda
memahami pesan ini?"
"Ya, sebagian."
"Adakah sesuatu yang bisa saya lakukan?"
Langdon mempertimbangkan pertanyaan ini untuk waktu
yang lama. "Pastikan tak seorang pun mendengar pesan ini."
"Bahkan polisi" Seorang detektif sebentar lagi tiba untuk
men?catat laporan saya."
Langdon mengejang. Dia memandang penjaga yang sedang
menodongkan pistol ke arahnya. Dengan cepat, Langdon berbalik
ke arah jendela dan merendahkan suara, berbisik cepat, "Eugenia
... ini pasti kedengaran ganjil, tapi demi Ignazio, aku ingin kau
meng?hapus pesan itu dan tidak memberi tahu polisi bahwa kau
bicara denganku. Jelas" Situasinya sangat rumit dan?"
isi INFERNO [SC].indd 262
263 Infern o Langdon merasakan moncong pistol menekan pinggangnya.
Dia berbalik dan melihat penjaga menjulurkan tangannya yang
bebas, me?nuntut ponsel Marta.
Muncul keheningan panjang di ponsel, lalu akhirnya Eugenia
berkata, "Mr. Langdon, bos saya memercayai Anda ... jadi saya
juga akan percaya." Lalu telepon berakhir. Langdon menyerahkan kembali ponsel itu kepada pen?
jaga. "Ignazio Busoni meninggal," katanya kepada Sienna. "Dia
meninggal karena serangan jantung semalam, setelah me?ning?gal?
kan museum ini." Langdon terdiam. "Topengnya aman. Ignazio
menyembunyikannya sebelum dia meninggal. Dan kurasa dia
meninggalkan petunjuk mengenai lokasinya." Paradise 25.
Harapan berkilau di mata Sienna, tapi ketika Langdon berpa?
ling kembali kepada Marta, perempuan itu tampak skeptis.
"Marta," kata Langdon. "Saya bisa mengembalikan topeng
Dante untuk Anda, tapi Anda harus membiarkan kami pergi.
De?ngan segera." Marta tertawa keras-keras. "Saya tidak akan melakukan hal
semacam itu! Andalah yang mencuri topeng itu! Polisi tiba?"
"Signora Alvarez," sela Sienna dengan suara keras. "Mi dispiace,
ma non le abbiamo detto la verit?."
Langdon terkejut. Sienna mau apa"! Dia memahami kata-kata
perempuan itu. Mrs. Alvarez, maaf, tapi kami tidak jujur terha?dap?
mu. Marta juga tampak terkejut mendengar kata-kata Sienna,
walaupun tampaknya sebagian besar keterkejutannya berasal dari
kenyataan bahwa secara mendadak Sienna bicara dalam bahasa
Italia dengan lancar dan tanpa aksen.
"Innanzitutto, non sono la sorella di Robert Langdon," jelas Sienna
dengan nada meminta maaf. Per?tama-tama, saya bukan adik Robert
Langdon.[] isi INFERNO [SC].indd 263
BAB arta Alvarez mundur satu langkah dengan goyah. Dia
bersedekap dan mengamati perempuan berambut pi?
rang di hadapannya. "Mi dispiace," lanjut Sienna, yang masih bicara dalam bahasa
Italia lancar. "Le abbiamo mentito su molte cose." Kami telah berbohong
kepada Anda mengenai banyak hal.
Penjaga itu juga tampak sama kebingungannya seperti Marta,
walaupun tetap mempertahankan posisinya.
Kini Sienna bicara cepat, masih dalam bahasa Italia, menga?
ta?kan kepada Marta bahwa dia bekerja di sebuah rumah sakit di
Florence, tempat Langdon tiba semalam dengan luka tembak di
kepala. Dia menjelaskan bahwa Langdon sama sekali tidak ingat
semua kejadian yang membawanya ke sana, dan dia sama ter?ke?
jut?nya dengan Marta ketika melihat video keamanan itu.
"Tunjukkan lukamu," perintah Sienna kepada Langdon.
Ketika Marta melihat jahitan-jahitan di balik rambut kusut
Lang?don, dia duduk di birai jendela dan menutupi wajah dengan
kedua tangannya selama beberapa detik.
Selama sepuluh menit terakhir, Marta tidak hanya harus
meng?hadapi fakta bah?wa topeng kematian Dante telah dicuri
saat berada dalam peng?awasannya, tapi kedua pencurinya juga
se?orang profesor Ame?rika dan kolega terpercayanya di Florence,
yang kini sudah me?ninggal. Selain itu, Sienna Brooks muda, yang
di?ba?yangkan Marta sebagai adik Amerika Robert Langdon yang
polos, ternyata seorang dokter, mengaku berbohong ... dan dalam
bahasa Italia yang lancar.
isi INFERNO [SC].indd 264
265 Infern o "Marta," kata Langdon dengan suara rendah penuh simpati.
"Saya tahu, pasti sulit bagi Anda untuk percaya, tapi saya benarbenar tidak ingat kejadian semalam. Saya sama sekali tidak tahu
mengapa saya dan Ignazio mengambil topeng itu."
Marta merasa, berdasarkan sorot mata Langdon, bahwa lelaki
itu bicara jujur. "Saya akan mengembalikan topeng itu kepada Anda," kata
Langdon. "Anda bisa memegang kata-kata saya. Tapi saya tidak
bisa mengembalikannya, kecuali jika Anda membiarkan kami
pergi. Situasinya rumit. Anda harus membiarkan kami pergi,
se?ka?rang juga." Walaupun ingin topeng berharga itu dikembalikan, Marta
sama sekali tidak ingin membiarkan siapa pun pergi. Mana
po?lisi"! Dia menunduk memandang satu-satunya mobil polisi
di Piazza della Signoria. Aneh, mengapa para petugas belum
men?ca?pai museum" Marta juga mendengar suara mendengung
di ke?jauh?an"kedengarannya seperti seseorang yang sedang
meng?gu?nakan gergaji listrik. Tetapi, suara itu semakin keras dan
se?ma?kin dekat. Apa itu" Nada Langdon kini penuh permohonan. "Marta, Anda
mengenal Ignazio. Dia tidak akan pernah memindahkan topeng
itu tanpa alasan yang kuat. Ada kisah yang lebih besar di sini.
Pe??milik topeng, Bertrand Zobrist, adalah lelaki yang sangat kacau
pikirannya. Kami menduga dia terlibat dalam sesuatu yang me?
nge?rikan. Saya tidak punya waktu untuk menjelaskan se?mua?nya,
tapi saya mohon agar Anda memercayai kami."
Marta hanya terpaku. Tak satu pun dari semua ini yang masuk
akal baginya. "Mrs. Alvarez," kata Sienna sambil memandang Marta de?
ngan ekspresi dingin. "Jika Anda peduli terhadap masa depan
Anda dan masa depan bayi Anda, Anda harus membiarkan kami
pergi, sekarang juga."
isi INFERNO [SC].indd 265
266 D an B rown Marta bersedekap, melindungi perutnya, sama sekali tidak
senang dengan ancaman terselubung terhadap anaknya yang
belum lahir. Dengung nyaring di luar jelas terdengar semakin keras, dan
ketika Marta mengintip dari jendela, dia tidak bisa melihat sumber
kebisingan itu, tapi melihat sesuatu yang lain.
Penjaga tadi juga melihatnya, dan matanya membelalak.
Di bawah sana, di Piazza della Signoria, kerumunan orang me??
nyi?bak untuk memberi jalan barisan panjang mobil polisi yang tiba
tanpa sirene, dipimpin oleh dua van hitam yang kini men?dadak
berhenti di luar pintu-pintu istana. Tentara-tentara ber?se?ragam
hitam melompat keluar, membawa senjata api ukuran besar, dan
ber?lari memasuki istana.
Marta merasakan gelombang ketakutan. Siapa gerangan me?
reka"! Penjaga juga tampak khawatir.
Suara mendengung nyaring itu mendadak semakin menusuk
telinga, dan Marta mundur dengan khawatir ketika melihat se?
buah helikopter kecil muncul, persis di luar jendela.
Helikopter itu melayang-layang tidak lebih dari sepuluh me?
ter jauhnya, seakan sedang menatap orang-orang yang berada
di dalam ruangan. Itu pesawat kecil, mungkin panjangnya satu
me?ter, dengan silinder hitam panjang yang terpasang di bagian
de?pan. Silinder itu mengarah langsung kepada mereka.
"Helikopter itu hendak menembak!" teriak Sienna. "Sta per
sparare!"Dia akan menembak! Semuanya menunduk! Tutti a terra!"
Dia berlutut di bawah birai jendela, dan Marta secara naluriah
meng?ikuti, kengerian melandanya. Penjaga tadi juga berlutut,
se?cara refleks mengarahkan pistol pada helikopter kecil itu.
Marta, yang berlutut dengan canggung di bawah birai jendela,
melihat Langdon masih berdiri menatap Sienna dengan heran,
jelas tidak memercayai adanya bahaya apa pun. Hanya seke?jap
Sienna berada di lantai. Dia melompat berdiri, meraih per?ge?
lang?an tangan Langdon, dan menariknya ke arah lorong. Se?kejap
isi INFERNO [SC].indd 266
267 Infern o kemudian, mereka berlari bersama-sama menuju pintu masuk
utama gedung. Penjaga berbalik sambil berlutut dan berjongkok seperti
penembak jitu"mengangkat senjata ke lorong, ke arah dua orang
yang kabur itu. "Non spari!" perintah Marta kepadanya. "Non possono scap?
pare." Jangan menembak! Mustahil mereka bisa lolos!
Langdon dan Sienna menghilang di belokan. Marta tahu,
beberapa detik lagi keduanya akan bertabrakan langsung dengan
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
polisi yang masuk dari arah sebaliknya.
______ "Lebih cepat!" desak Sienna, yang berlari bersama Langdon ke
arah kedatangan mereka tadi. Dia berharap mereka bisa tiba di
pin?tu masuk utama sebelum berhadap-hadapan dengan polisi,
tapi kini disadarinya bahwa peluang itu mendekati nol.
Tampaknya Langdon punya keraguan yang sama. Mendadak
dia berhenti berlari di persimpangan. "Kita tidak akan pernah
lo?los lewat sini." "Ayolah!" Sienna mengisyaratkan Langdon untuk meng?ikuti?
nya. "Robert, kita tidak bisa berdiri saja di sini!"
Langdon seakan teralihkan perhatiannya, memandang ke
kiri, ke arah koridor pendek yang tampaknya berakhir dalam
se?buah bilik kecil berpenerangan suram. Dinding ruangan itu
dilapisi peta-peta antik, dan di tengah ruangan terdapat sebuah
bola-dunia besi besar. Langdon memandang bulatan logam besar
itu dan mulai mengangguk perlahan-lahan, lalu dengan lebih
ber?se?mangat. "Lewat sini," katanya, sambil melesat ke arah bola-dunia
itu. Robert! Sienna mengikuti, walaupun itu bertentangan dengan
akal sehatnya. Koridor itu jelas menuntun lebih jauh ke dalam
mu?seum, menjauhi pintu keluar.
isi INFERNO [SC].indd 267
268 D an B rown "Robert?" tanyanya terengah-engah, akhirnya berhasil me?
nyu?sul Langdon. "Ke mana kau membawa kita?"
"Melalui Armenia," jawab Langdon.
"Apa"!" "Armenia," ulang Langdon, matanya lurus ke depan. "Per?
cayalah kepadaku." ______ Satu tingkat di bawah mereka, tersembunyi di antara turis-turis
yang ketakutan di balkon Hall of the Five Hundred, Vayentha
terus menunduk ketika tim SRS Br?der melewatinya dan me?
ma?suki museum. Di lantai bawah, suara pintu-pintu yang di?
ban?ting menutup menggema di seluruh ruangan ketika polisi
meng?amankan area. Seandainya Langdon benar-benar berada di sini, dia terpe?rang?
kap. Sayangnya, Vayentha juga.[]
isi INFERNO [SC].indd 268
BAB engan dinding berlis kayu ek hangat dan langit-langit
kayu berpanel, Hall of Geographical Maps terasa begitu
jauh dari interior batu dan plester dingin Palazzo Vecchio.
Ruangan megah ini, yang semula adalah ruang-mantel gedung,
berisikan lusinan lemari yang pernah digunakan untuk me??nyim??
pan aset-aset bergerak Grand Duke. Saat ini, dindingnya di?hiasi
peta-peta"lima puluh tiga lukisan-tangan di atas kulit"yang
menggambarkan dunia sebagaimana dikenal pada 1550-an.
Koleksi dramatis peta di dalam ruangan itu didominasi oleh
kehadiran sebuah bola-dunia besar yang terletak di tengah ruang?
an. Dikenal sebagai Mappa Mundi, bulatan setinggi seratus delapan
puluh sentimeter itu adalah bola-dunia berputar yang terbesar di
zamannya, dan konon bisa berputar sangat lancar hanya dengan
sentuhan telunjuk. Saat ini bola-dunia itu lebih berfungsi sebagai
perhentian terakhir bagi turis-turis yang telah berjalan berkelokkelok melewati serangkaian panjang ruangan galeri dan tiba di
jalan buntu. Di sana, mereka berjalan mengitari bola-dunia itu
dan menuju ke arah mereka masuk tadi.
Langdon dan Sienna tiba dengan terengah-engah di Hall of
Maps. Di depan mereka, Mappa Mundi menjulang megah, tapi
Lang?don bahkan tidak meliriknya, matanya malah bergerak ke
din?ding sekeliling ruangan.
"Kita harus menemukan Armenia!" kata Langdon. "Peta
Armenia!" Sienna, yang mulai terbiasa dengan permintaan Langdon
yang aneh-aneh, bergegas menuju dinding kanan ruangan, men?
cari peta Armenia. isi INFERNO [SC].indd 269
270 D an B rown Langdon langsung memulai pencarian yang sama di sepanjang
dinding kiri, menelusuri dinding ruangan.
Arab, Spanyol, Yunani ....
Setiap negara digambarkan secara begitu mendetail, meng?
ingat gambar-gambar itu dibuat lebih dari lima ratus tahun yang
lalu, di masa ketika sebagian besar dunia belum dipetakan atau
dijelajahi. Mana Armenia" Dibandingkan dengan ingatan eidetiknya yang biasanya be?
gitu jelas, ingatan Langdon mengenai "tur lorong rahasia" di sini
beberapa tahun silam terasa berkabut, sebagian besar disebabkan
oleh dua gelas Gaja Nebbiolo yang dinikmatinya saat makan siang
sebelum tur dimulai. Cocok, karena nebbiolo berarti "kabut kecil".
Walaupun begitu, kini Langdon jelas mengingat satu peta yang
ditunjukkan kepadanya dalam ruangan ini"Armenia"peta yang
menyimpan keunikan. Aku tahu peta itu ada di sini, pikir Langdon, sambil terus mene?
liti deretan peta yang seakan tak ada habisnya.
"Armenia!" teriak Sienna. "Sebelah sini!"
Langdon berbalik ke arah Sienna yang sedang berdiri jauh di
pojok kanan ruangan. Dia bergegas mendekat, dan Sienna me?
nunjuk peta Armenia dengan ekspresi yang seakan menga?takan,
"Kita menemukan Armenia"terus apa?"
Langdon tahu, tidak ada waktu untuk penjelasan. Dia hanya
menjulurkan tangan, meraih kerangka kayu besar peta itu, lalu
me?nariknya. Seluruh peta mengayun ke dalam ruangan, ber?samasama dengan bagian dinding dan panel yang besar, meng?ung?
kapkan sebuah lorong tersembunyi.
"Oke," kata Sienna, kedengaran terkesan. "Armenia."
Tanpa ragu, Sienna bergegas masuk, melangkah dengan be?
ra?ni ke dalam ruangan suram di balik peta Armenia. Langdon
meng?ikutinya, lalu dengan cepat menarik dinding agar menutup
di belakang mereka. Walaupun ingatannya mengenai tur lorong rahasia itu ber?
kabut, Langdon mengingat lorong ini dengan jelas. Dia dan Sienna
isi INFERNO [SC].indd 270
271 Infern o seakan baru saja menembus cermin untuk memasuki Palazzo
yang Tak Terlihat"dunia tersembunyi yang terdapat di balik
din??ding-dinding Palazzo Vecchio. Wilayah rahasia yang hanya
bisa diakses oleh duke yang saat itu berkuasa dan mereka yang
dekat de?ngannya. Langdon berhenti sejenak di balik ambang pintu dan meresapi
keadaan sekeliling mereka"lorong batu pucat yang hanya dite?
rangi oleh cahaya alami lemah yang menembus serangkaian
jendela berjeruji timah kotak-kotak. Lorong itu menurun sekitar
lima puluh meter ke sebuah pintu kayu.
Langdon berbelok ke kiri. Di sana terdapat sebuah tangga
me?nurun sempit yang diblokir oleh seutas rantai kendur. Papan
tanda di atas tangga memperingatkan: USCITA VIETATA.
Langdon menuju tangga. "Tidak!" kata Sienna memperingatkan. "Tulisannya "No
Exit"." "Terima kasih," kata Langdon datar. "Aku bisa membaca
ba?hasa Italia." Dia melepas rantai itu, membawanya kembali ke pintu rahasia
tadi, dan dengan cepat menggunakannya untuk mengamankan
dinding yang bisa berputar itu"mengikatkan rantai pada pe?
gang?an pintu dan mengelilingkannya pada tonjolan di dekat situ,
sehingga pin?tunya tidak bisa dibuka dari sisi sebaliknya.
"Oh," kata Sienna tersipu-sipu. "Pemikiran cerdas."
"Ini tidak akan menahan mereka untuk waktu yang lama,"
kata Langdon. "Tapi kita tidak perlu waktu lama. Ikuti aku."
______ Ketika peta Armenia itu akhirnya bisa dibuka paksa, Agen Br?der
dan beberapa anak buahnya berlari mengejar menyusuri lorong
sempit, menuju pintu kayu di ujung yang jauh. Ketika mereka
men?dobraknya, Br?der merasakan embusan udara dingin yang
langsung menerpanya, dan sejenak dibutakan oleh cahaya ma?
tahari. isi INFERNO [SC].indd 271
272 D an B rown Dia tiba di langkan, yang mirip jalan setapak berkelok-kelok
di sepanjang puncak atap palazzo. Matanya menelusuri jalan itu,
yang langsung menuju pintu lain, sekitar lima puluh meter jauh?
nya, dan kembali memasuki gedung.
Br?der memandang ke sebelah kiri, atap kubah tinggi Hall
of the Five Hundred menjulang seperti gunung. Mustahil dilewati.
Kini Br?der menoleh ke kanan. Di sana, jalan itu dibatasi oleh te?
bing curam yang langsung berakhir dengan lubang yang dalam.
Ke?matian seketika. Matanya kembali terpusat lurus ke depan. "Lewat sini!"
Br?der dan semua anak buahnya melesat di sepanjang langkan
menuju pintu kedua, sementara pesawat pengintai berputar-putar
seperti burung bangkai di atas kepala.
Ketika Br?der dan semua anak buahnya menerobos ambang
pintu, mereka langsung berhenti, nyaris jatuh saling ber?tum?puk?
an. Mereka berdiri di sebuah bilik batu mungil tanpa pintu keluar,
kecuali pintu yang baru saja mereka lewati. Sebuah meja kayu
me?nempel di dinding. Di atas kepala, sosok-sosok mengerikan
yang digambarkan dalam lukisan-dinding di langit-langit bilik
itu seakan menunduk menatap mereka penuh ejekan.
Jalan buntu. Salah seorang anak buah Br?der bergegas mendekat dan me?
neliti plakat informasi di dinding. "Tunggu sebentar," katanya.
"Di sini dikatakan ada finestra di dalam sini"semacam jendela
ra?hasia?" Br?der melihat ke sekeliling, tapi tidak melihat adanya jendela
rahasia. Dia berjalan mendekat dan membaca sendiri plakat itu.
Tampaknya, tempat ini pernah menjadi kamar kerja rahasia
Duchess Bianca Cappello dan memiliki sebuah jendela rahasia"
una finestra segrata. Melalui jendela itu, secara diam-diam Bianca
bisa menyaksikan suaminya menyampaikan pidato-pidato di
bawah sana di Hall of the Five Hundred.
isi INFERNO [SC].indd 272
273 Infern o ______ Mata Br?der kembali meneliti ruangan, dan kini melihat lu?
bang kecil yang ditutupi kisi-kisi dan tersembunyi secara ti?dak
mencolok di dinding samping. Apakah mereka lolos lewat sana"
Dia berjalan mendekat dan meneliti lubang itu, yang tam?
pak?nya terlalu kecil bagi seseorang seukuran Langdon untuk
lewat. Br?der menekankan wajahnya ke kisi-kisi dan mengintip
ke dalam, menegaskan dengan pasti bahwa tak seorang pun lolos
lewat situ; di balik kisi-kisi terdapat ruang kosong hingga beberapa
lan?tai ke bawah, menuju lantai Hall of the Five Hundred.
Jadi, ke mana gerangan mereka pergi"!
Ketika Br?der berpaling kembali ke bilik batu mungil itu, dia
tidak bisa menahan semua rasa frustrasi yang hari itu menumpuk
dalam diri?nya. Dalam momen langka emosi tak terkendali, Agen
Br?der men?dongak dan mengeluarkan teriakan kemarahan.
Suaranya memekakkan telinga dalam ruangan mungil itu.
Jauh di bawah, di Hall of the Five Hundred, para turis dan
pe?tu?gas kepolisian berbalik dan mendongak menatap lubang ber?
kisi-kisi tinggi di dinding. Menilik suara itu, kamar kerja rahasia
duchess agaknya kini digunakan sebagai kandang hewan liar.
Sienna Brooks dan Robert Langdon berdiri dalam kegelapan to?
tal. Beberapa menit sebelumnya, Sienna menyaksikan Langdon
dengan cerdik menggunakan rantai untuk mengunci peta-ber?
putar Armenia, lalu berbalik dan lari.
Namun, yang mengejutkannya, alih-alih turun menyusuri
ko?ridor, Langdon malah menaiki tangga curam yang ditandai
USCITA VIETATA. "Robert!" bisik Sienna kebingungan. "Papan tandanya me?
nga?takan "No Exit"! Lagi pula, kupikir kita hendak ke bawah!"
"Memang," jawab Langdon sambil menoleh ke belakang.
"Tapi terkadang kau harus naik ... untuk turun." Dia mengedipkan
sebelah mata untuk menyemangati Sienna. "Ingat pusar iblis?"
isi INFERNO [SC].indd 273
274 D an B rown Dia bicara apa" Sienna berlari menyusul, merasa kebingung?
an. "Kau pernah membaca Inferno?" tanya Langdon.
Ya ... tapi saat itu usiaku tujuh tahun.
Sejenak kemudian, Sienna mengerti. "Oh, pusar iblis!" kata?
nya. "Aku ingat."
Perlu sejenak, tapi kini Sienna menyadari bahwa Langdon
me?ngacu pada akhir dari Inferno Dante. Dalam canto-canto akhir,
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk lolos dari neraka, Dante harus menuruni perut-berbulu
iblis yang besar, dan ketika dia mencapai pusar"konon pusat
bumi"gravitasi mendadak berubah arah sehingga Dante, untuk
terus turun menuju penebusan ... mendadak harus memanjat
naik. Sienna hanya ingat sedikit Inferno. Dia hanya ingat kecewa
mem?baca aksi gravitasi yang absurd di pusat bumi; tampaknya
ke?ge?niusan Dante tidak menyertakan pemahaman fisika gaya
vektor. Mereka mencapai puncak tangga, dan Langdon membuka
satu-satunya pintu yang mereka temukan di sana; di pintu itu
ter?tulis: SALA DEI MODELLI DI ARCHITETTURA"Aula modelmodel arsitektur.
Langdon menggiring Sienna masuk, lalu menutup dan
menggerendel pintu di belakangnya.
Ruangan itu kecil dan sederhana, berisikan serangkaian kotak
yang memamerkan model-model kayu rancangan-arsitektural
Vasari untuk interior palazzo. Sienna nyaris tidak memperhatikan
model-model itu. Namun, dia memperhatikan kalau ruangan itu
tidak punya pintu, tidak punya jendela, dan, seperti yang dise?
butkan tanda di depan tangga tadi ... tidak punya pintu keluar.
"Pada pertengahan 1300-an," bisik Langdon, "Duke of Athens
memegang kekuasaan di istana dan membangun rute pelarian
rahasia ini, kalau-kalau dia diserang. Ini disebut Duke of Athens
Stairway, tang?ga yang turun ke sebuah lubang pelarian mungil
di sebuah jalan kecil. Jika kita bisa pergi ke sana, tak seorang pun
isi INFERNO [SC].indd 274
275 Infern o akan me?lihat kita keluar." Dia menunjuk salah satu model. "Lihat.
Kau lihat di samping sana?"
Dia membawaku kemari untuk menunjukkan model-model"
Sienna melirik miniatur itu dengan khawatir dan melihat
tang?ga rahasia yang turun dari puncak istana hingga ke permu?
kaan jalan, tersembunyi secara tidak mencolok di antara dinding
dalam dan dinding luar gedung.
"Aku bisa melihat tangganya, Robert," kata Sienna jengkel,
"tapi letaknya benar-benar di sisi berlawanan istana. Kita tidak
akan pernah bisa ke sana!"
"Yakinlah sedikit," jawab Langdon sambil menyeringai.
Suara berdebum yang mendadak terdengar dari lantai bawah
mengatakan kepada mereka bahwa peta Armenia baru saja di?
bongkar. Sienna dan Langdon berdiri tidak bergerak ketika men?
dengarkan suara langkah kaki tentara-tentara yang menyusuri
koridor; tak seorang pun dari tentara-tentara itu pernah berpikir
bahwa buruan mereka akan naik lebih tinggi lagi ... terutama
menaiki tangga mungil yang bertuliskan NO EXIT.
Ketika suara-suara di bawah sudah menghilang, Langdon
ber?jalan dengan penuh percaya diri melintasi ruang pamer itu,
ber?kelok-kelok melewati etalase-etalase, langsung menuju se?
suatu yang tampaknya seperti lemari besar di dinding. Lemari itu
berukuran sekitar satu meter persegi dan diposisikan satu meter
dari lantai. Tanpa ragu, Langdon meraih pegangannya dan me?
narik pintunya hingga terbuka.
Sienna mundur dengan terkejut.
Ruangan di dalamnya tampak seperti gua yang besar ... seakan
pintu lemari itu adalah portal menuju dunia lain. Di baliknya ha?
nya ada kegelapan. "Ikuti aku," kata Langdon.
Dia meraih satu-satunya senter yang tergantung di dinding
di samping lubang. Lalu, dengan kelincahan dan kekuatan yang
me?ngejutkan, profesor itu mengangkat tubuh melewati lubang
dan menghilang ke dalam lubang kelinci di balik lemari.[]
isi INFERNO [SC].indd 275
BAB a soffitta, pikir Langdon. Loteng paling dramatis di dunia.
Udara di dalam lubang itu berbau apak dan kuno,
se?akan debu plester selama berabad-abad telah menjadi
begitu halus dan ringan, sehingga menolak untuk jatuh dan
malah me??la??yang-layang di atmosfer. Ruangan luas itu berderit
dan menge?rang, membuat Langdon merasa dirinya baru saja
me??manjat masuk ke dalam perut hewan buas.
Begitu menemukan pijakan mantap pada sebatang kasau
ho?rizontal lebar, dia mengangkat senter, membiarkan cahayanya
menembus kegelapan. Di hadapan Langdon membentang terowongan yang seakan
tak berujung, disilang-silangi oleh jejaring kayu berbentuk segi
tiga dan segi empat. Bentuk-bentuk ini tercipta oleh persilangan
tiang-tiang, balok-balok, kasau-kasau, dan elemen-elemen struk?
tural lain yang menyusun ke?rangka tak terlihat Hall of the Five
Hundred. Ruangan loteng luas inilah yang dilihat Langdon pada saat
tur lorong rahasia berkabut-Nebbiolo-nya beberapa tahun silam.
Jendela-intip yang menyerupai lemari itu dibuat di dinding ruang
model-arsitektural, sehingga para pengunjung bisa mengamati
model-model susunan kasau, lalu mengintip lewat lubang dengan
senter untuk melihat susunan kasau aslinya.
Kini setelah Langdon benar-benar berada di dalam loteng,
dia terkejut melihat betapa miripnya arsitektur kasau itu dengan
arsi?tektur kasau kandang New England lama"susunan tiang
utama dan penyangga tradisional dengan koneksi-koneksi "titik
panah Yupiter". isi INFERNO [SC].indd 276
277 Infern o Sienna yang juga memanjat ke dalam lubang dan kini me?
Bende Mataram 15 Pendekar Rajawali Sakti 188 Warisan Terkutuk Mestika Golok Naga 2
bunyikan banyak sakit hati di masa lalu, dan dia merasakan pe?
nyesalan yang sangat dalam karena telah melibatkan Sienna dalam
isi INFERNO [SC].indd 210
211 Infern o situasi yang berbahaya ini. Langdon mengingatkan dirinya sendiri
bahwa kini tidak ada yang bisa dilakukan, kecuali maju terus.
Terus berenang melewati terowongan ... dan berdoa memohon
cahaya. Ketika mereka mendekati beranda-bertiang, Langdon lega
bahwa ingatannya berfungsi dengan baik. Sebuah plakat kecil,
dengan anak panah yang menunjuk belokan ke dalam lorong,
bertuliskan: IL SALONE DEI CINQUECENTO. Hall of the Five
Hundred, pikir Langdon, bertanya-tanya jawaban apa yang me?
nanti di dalamnya. Kebenaran hanya bisa dilihat melalui mata ke?ma?
tian. Apa kemungkinan artinya"
"Ruangannya mungkin masih terkunci," kata Langdon mem?
peringatkan ketika mereka mendekati belokan itu. Walaupun
Hall of the Five Hundred adalah objek wisata populer, palazzo
itu tampaknya belum dibuka untuk turis pagi ini.
"Kau dengar itu?" tanya Sienna, yang langsung berhenti
ber??jalan. Langdon mendengarnya. Suara mendengung keras yang
berasal dari dekat situ. Semoga pesawat pengintai itu bukan pesa?wat
dalam-ruangan. Dengan hati-hati, Langdon mengintip ke dekat
belokan beranda-bertiang itu. Tiga puluh meter jauhnya, ber?diri?
lah pintu kayu yang mengejutkan sederhananya, Pintu Hall of
the Five Hundred. Sayangnya, persis di antara mereka dan pintu
itu, berdirilah seorang penjaga gemuk yang sedang mendorong
mesin penggosok-lantai listrik.
Penjaga gerbang. Perhatian Langdon beralih pada tiga simbol di papan plastik
di luar pintu. Tiga ikon universal ini, yang bisa dipecahkan oleh
simbolog paling tidak berpengalaman sekalipun, adalah: kamera
video yang dicoret dengan tanda X; gelas minum yang dicoret
de?ngan tanda X; dan sepasang gambar manusia, satu perempuan,
satu laki-laki. Langdon mengambil alih, berjalan cepat menuju penjaga itu,
dan berlari-lari kecil ketika dia semakin dekat. Sienna bergegas
mengejar di belakangnya. isi INFERNO [SC].indd 211
212 D an B rown Penjaga itu mendongak, tampak terkejut. "Signori"!" Dia
meng??angkat kedua lengannya agar Langdon dan Sienna ber?
henti. Langdon tersenyum menahan sakit"lebih menyerupai
seringai"kepada lelaki itu, dan menunjuk ke arah simbol-simbol
di dekat pintu, mengisyaratkan permintaan maaf. "Toilette," kata?
nya dengan suara tertekan. Itu bukan pertanyaan.
Sejenak penjaga itu bimbang, tampak siap menolak permin?
taan mereka, dan akhirnya, ketika melihat Langdon beringsut
tidak nyaman di depannya, mengangguk bersimpati dan meng?
isyaratkan agar mereka lewat.
Ketika mereka mencapai pintu, sekilas Langdon mengedipkan
mata kepada Sienna. "Rasa iba adalah bahasa yang universal."[]
isi INFERNO [SC].indd 212
BAB ada suatu masa, Hall of the Five Hundred pernah menjadi
ruangan terbesar di dunia. Ruangan itu dibangun pada
1494 untuk menyediakan ruang pertemuan bagi seluruh
Consiglio Maggiore"Majelis Agung republik yang berang?gota?
kan persis lima ratus orang"dari sanalah ruangan itu menda?
pat?kan namanya. Beberapa tahun kemudian, atas permintaan
Cosimo I, ruangan itu direnovasi dan jauh diperbesar. Cosimo I,
lelaki paling berkuasa di Italia, memilih Giorgio Vasari sebagai
pengawas dan arsitek proyek.
Dalam pencapaian teknik yang luar biasa, Vasari menaikkan
atap aslinya cukup tinggi, memungkinkan cahaya alami mengalir
masuk lewat jendela-jendela tinggi pada dinding di keempat
sisi ruangan, menghasilkan ruang pamer elegan bagi beberapa
arsitektur, patung, dan lukisan terbaik Florence.
Bagi Langdon, lantai ruangan inilah yang pertama kali mena?
rik perhatiannya dan langsung menunjukkan bahwa ini bukanlah
ruangan biasa. Lempeng batu merah tuanya dilapisi garis kotakkotak hitam, memberikan aura kekukuhan, keseriusan, dan ke?
seim?bangan pada bentangan seluas seribu seratus meter persegi
itu. Perlahan-lahan Langdon mendongak ke sisi jauh ruangan,
tempat enam patung dinamis"The Labors of Hercules"mendereti
dinding seperti jajaran tentara. Dengan sengaja Langdon meng?
abaikan patung Hercules and Diomedes yang bereputasi buruk"
tubuh telanjang keduanya bertautan dalam pertandingan gulat
yang tampak ganjil, termasuk "cengkeraman phallus" yang selalu
membuat Langdon meringis.
isi INFERNO [SC].indd 213
214 D an B rown Yang jauh lebih enak dilihat adalah Genius of Victory karya
Michelangelo yang menakjubkan, berada di sebelah kanan,
mendominasi ceruk tengah di dinding selatan. Patung ini, yang
berukuran hampir tiga meter, dimaksudkan untuk makam
Paus Julius II yang ultrakonservatif"Il Papa Terribile. Pesanan
yang selalu dianggap Langdon ironis mengingat sikap Vatikan
me?ngenai homoseksualitas. Patung itu menggambarkan Tom?
maso dei Cavalieri, pemuda yang dicintai Michelangelo hampir
sepanjang hidupnya; Michelangelo menulis lebih dari tiga ratus
soneta untuk pemuda ini. "Aku tidak percaya kalau aku tidak pernah kemari," bisik
Sienna di samping Langdon, suaranya mendadak pelan dan hor?
mat. "Ini ... indah."
Langdon mengangguk, mengingat kunjungan pertamanya
ke ruangan ini, menyaksikan konser musik klasik spektakuler
yang menampilkan pianis terkenal di dunia, Mariele Keymel.
Wa?laupun ruangan megah ini awalnya dimaksudkan untuk per?
temuan politik dan audiensi dengan Grand Duke, pada masa kini
Hall of the Five Hundred lebih sering menampilkan pemusik
populer, penceramah, dan perjamuan makan malam"mulai
dari se?jarahwan seni Maurizio Seracini hingga pembukaan resmi
Museum Gucci yang bertabur bintang. Terkadang Langdon ber?
tanya-tanya bagaimana perasaan Cosimo I mengenai pema?kaian
ruangan megahnya oleh para CEO dan peragawati.
Langdon mendongak memandang mural-mural besar yang
menghiasi dinding. Mural-mural yang memiliki sejarah panjang
dan agak ganjil, termasuk teknik pelukisan eksperimental yang
gagal oleh Leonardo da Vinci yang menghasilkan "mahakarya
me?leleh". Juga ada "pertarungan" artistik yang dipelopori oleh
Piero Soderini dan Machiavelli, menandingkan dua raksasa Re?
naisans"Michelangelo dan Leonardo. Kedua seniman besar itu
diminta menciptakan mural pada dinding yang berlawanan di
ruangan yang sama. Namun, hari ini Langdon lebih tertarik pada salah satu ke?
ganjilan bersejarah lain di ruangan itu.
isi INFERNO [SC].indd 214
215 Infern o Cerca trova. "Yang mana karya Vasari?" tanya Sienna.
"Hampir semuanya," jawab Langdon. Sebagai bagian dari
renovasi ruangan, Vasari dan para asistennya telah melukis-ulang
hampir semua yang ada di dalamnya, mulai dari mural-mural
dinding orisinal hingga ketiga puluh sembilan panel yang meng?
hiasi langit-langit "gantung" terkenalnya.
"Tapi mural yang di sana itu," kata Langdon sambil menunjuk
mural yang berada jauh di sebelah kanan, "adalah mural yang
hendak kita lihat"Battle of Marciano-nya Vasari."
Lukisan konfrontasi militer itu jelas sangat besar"panjang
tujuh belas meter dengan tinggi lebih dari tiga tingkat. Mural itu
dilukis dengan warna-warna kemerahan cokelat dan hijau"pano?
rama kekejian perang, tentara, kuda, tombak, dan panji-panji yang
bertempur mati-matian di sebuah lereng bukit pedesaan.
"Vasari, Vasari," bisik Sienna. "Dan pesan rahasianya tersem?
bunyi di suatu tempat di sini?"
Langdon mengangguk sambil menyipitkan mata memandang
bagian atas mural besar itu, berupaya mencari panji-panji perang
hijau yang dilukisi pesan misterius"CERCA TROVA"oleh
Vasari. "Nyaris mustahil untuk dilihat dari bawah sini tanpa bino?
kular," kata Langdon sambil menunjuk, "tapi di bagian tengah
atas, jika kau melihat persis di bawah dua rumah pertanian di
lereng bukit, terdapat panji-panji hijau miring kecil dan?"
"Aku melihatnya!" kata Sienna sambil menunjuk bagian ka?
nan atas mural, tepat di tempat yang benar.
Langdon berharap seandainya matanya masih setajam Sienna.
Usia memang kejam. Keduanya berjalan mendekati mural menjulang itu, dan Lang?
don mendongak memandang kemegahannya. Akhirnya, mereka
berada di sini. Kini satu-satunya masalah adalah: Langdon tidak
yakin mengapa mereka berada di sini. Dia berdiri diam selama
be?berapa saat yang panjang, mendongak menatap detail-detail
ma?ha?karya Vasari. Jika aku gagal ... semuanya mati.
isi INFERNO [SC].indd 215
216 D an B rown Sebuah pintu berderit terbuka di belakang mereka, dan pen?
jaga mengintip ke dalam, tampak bimbang. Sienna melam?bai?
kan tangan ramah. Penjaga itu mengamati mereka sejenak, lalu
menutup pintu. "Kita tidak punya banyak waktu, Robert," desak Sienna.
"Kau harus berpikir. Apakah lukisan itu mengingatkanmu pada
se?suatu" Ingatan apa pun?"
Langdon meneliti adegan pertempuran kacau di atas mereka
itu. Kebenaran hanya bisa dilihat melalui mata kematian.
Tadinya Langdon mengira mural itu mungkin menyertakan
sesosok mayat yang mata kosongnya menatap ke petunjuk lain
dalam lukisan ... atau mungkin bahkan ke tempat lain dalam ru?
angan. Sayangnya, Langdon kini melihat adanya lusinan mayat
dalam mural; tidak ada satu pun mayat yang patut diperhatikan
dan tidak ada yang matanya mengarah ke tempat tertentu.
Kebenaran hanya bisa dilihat melalui mata kematian"
Langdon berupaya membayangkan garis-garis yang berhu?
bungan dari satu mayat ke mayat lain, bertanya-tanya apakah
mung?kin sebuah bentuk akan muncul, tapi dia tidak melihat
apa-apa. Kepala Langdon kembali berdenyut-denyut ketika dengan
panik dia menjelajahi kedalaman ingatannya. Di suatu tempat di
bawah sana, suara perempuan berambut perak itu terus berbisik:
Carilah, maka akan kau temukan.
"Temukan apa"!" Langdon ingin berteriak.
Dia memaksakan diri untuk memejamkan mata dan meng?
em?buskan napas perlahan-lahan. Dia memutar bahu beberapa
kali dan berupaya membebaskan diri dari semua pikiran sadar,
berharap bisa mengakses naluri pikiran bawah sadarnya.
Very sorry. Vasari. Cerca trova. Kebenaran hanya bisa dilihat melalui mata kematian.
isi INFERNO [SC].indd 216
217 Infern o Nalurinya menyatakan, dengan pasti, bahwa dia berdiri di
lokasi yang benar. Dan, walaupun masih belum yakin mengapa,
Langdon punya firasat bahwa sebentar lagi dia akan menemukan
apa yang dicarinya. ______ Agen Br?der menatap kosong semua pantalon dan tunik beledu
merah di kotak etalase di depannya, dan mengumpat pelan. Tim
SRS-nya telah menggeledah seluruh galeri kostum, tapi Langdon
dan Sienna Brooks tidak ditemukan di mana pun.
Surveillance and Response Support, pikirnya berang. Sejak kapan
seorang profesor universitas mengecoh SRS" Ke mana gerangan mereka
pergi! "Semua pintu-keluar tertutup," salah seorang anak buahnya
berkeras. "Satu-satunya kemungkinan adalah mereka masih
berada di kebun." Walaupun ini tampak logis, Br?der punya perasaan tak enak
bahwa Langdon dan Sienna Brooks telah menemukan jalan keluar
lain. "Terbangkan kembali pesawatnya," bentak Br?der. "Dan beri
tahu pihak berwenang lokal untuk memperlebar area pencarian
keluar tembok." Sialan!
Ketika semua anak buahnya melesat pergi, Br?der meraih
ponsel dan menghubungi pemimpinnya. "Ini Br?der," katanya.
"Saya rasa kami mendapat masalah serius. Sesungguhnya malah
sejumlah masalah."[]
isi INFERNO [SC].indd 217
BAB
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ebenaran hanya bisa dilihat melalui mata kematian.
Sienna mengulangi kalimat itu dalam hati sambil
terus meneliti setiap inci dari mural pertempuran brutal
Vasari, mengharapkan adanya sesuatu yang mencolok.
Dia melihat mata kematian di mana-mana.
Yang mana yang kami cari"!
Dia bertanya-tanya apakah mungkin mata kematian itu meng?
acu pada semua mayat membusuk yang tersebar di seluruh Eropa
karena Kematian Hitam. Setidaknya itu akan menjelaskan topeng wabahnya ....
Mendadak syair sebuah lagu kanak-kanak melompat ke da?
lam benak Sienna: Ring around the rosie. A pocketful of posies. Ashes,
ashes. We all fall down. Dulu dia gemar mengucapkan lirik itu semasa bersekolah di
Inggris, hingga dia mendengar bahwa lirik itu berasal dari Wabah
Besar London pada 1665. Konon, ring around the rosie (lingkaran
di sekeliling warna merah dadu) merujuk pada bintil merah dadu
di kulit dengan lingkaran di sekelilingnya yang menunjukkan
bahwa orang itu terinfeksi. Para penderita akan membawa a
pocketful of posies (sekantong penuh bunga) untuk menyamarkan
bau tubuh membusuk mereka sendiri dan bau busuk kota, tem?
pat ratusan korban wabah jatuh tewas setiap hari. Mayat-ma?yat
itu lalu dikremasi. Ashes, ashes. We all fall down (Abu, abu. Kita
semua berjatuhan). "For the love of God," celetuk Langdon mendadak, sambil ber?
putar menuju dinding yang berlawanan.
Sienna menoleh memandangnya. "Ada apa?"
isi INFERNO [SC].indd 218
219 Infern o ______ "Itulah nama karya seni yang pernah dipajang di sini. For the
Love of God." Sienna terpana menyaksikan Langdon bergegas melintasi
ruangan menuju pintu kaca kecil dan berusaha membukanya.
Pintu itu terkunci. Langdon menempelkan wajah di kaca, me?
nangkupkan tangan dan mengintip ke dalam.
Apa pun yang dicari oleh Langdon, Sienna berharap dia
segera menemukannya; penjaga tadi baru saja muncul kembali,
kini dengan pandangan yang semakin curiga ketika melihat
Langdon mengintip pintu terkunci.
Sienna melambaikan tangan dengan ceria kepada penjaga
itu, tapi lelaki itu hanya memelototinya dengan dingin, lalu
menghilang. Lo Studiolo. Di balik pintu kaca, persis di seberang kata-kata tersembunyi
cerca trova dalam Hall of the Five Hundred, terdapat sebuah bilik
mungil tak berjendela. Dirancang oleh Vasari sebagai kamar kerja
rahasia untuk Francesco I, Studiolo persegi itu menjulang ke la?
ngit-langit berkubah yang membulat panjang, sehingga orangorang yang berada di dalamnya mendapat kesan sedang berada
di dalam sebuah peti harta raksasa.
Bagian dalam bilik itu juga berkilau oleh benda-benda
indah. Lebih dari tiga puluh lukisan langka menghiasi dinding
dan langit-langitnya, dipasang begitu berdekatan satu sama lain
hing?ga nyaris tidak meninggalkan ruang kosong. The Fall of Icarus
... An Allegory of Human Life ... Nature Presenting Prometheus with
Spectacular Gems .... Ketika Langdon mengintip lewat kaca ke dalam ruangan
me?nak?jubkan di baliknya itu, dia berbisik sendiri, "Mata kema?
tian." Langdon berada di dalam Lo Studiolo untuk pertama kalinya
saat mengikuti tur lorong rahasia palazzo beberapa tahun lalu,
isi INFERNO [SC].indd 219
220 D an B rown dan dia terpukau ketika mengetahui adanya begitu banyak pintu,
tangga, dan lorong tersembunyi di palazzo. Bagaikan sarang lebah
dengan begitu banyak ruang, Lo Studiolo juga menyembunyikan
beberapa pintu rahasia di balik beberapa lukisannya.
Namun, yang baru saja memicu minat Langdon bukanlah
lorong rahasia. Dia malah teringat pada sebuah karya seni mo?
dern yang pernah dilihatnya dipajang di sana"For the Love of
God"karya kontroversial Damien Hirst yang menimbulkan
kegemparan ketika dipamerkan dalam Studiolo Vasari.
Karya itu berupa cetakan tengkorak manusia ukuran-asli dari
platinum padat, permukaannya ditutupi lebih dari delapan ribu
berlian berkilau. Efeknya luar biasa. Rongga mata kosong teng?
korak itu berkilau oleh cahaya dan kehidupan, pendampingan
yang menggelisahkan antara dua simbol yang berlawanan"
kehidupan dan kematian ... keindahan dan kengerian. Walaupun
tengkorak berlian Hirst sudah lama dipindahkan dari Lo Studiolo,
ingatan Langdon mengenainya telah memunculkan sebuah ga?
gasan. Mata kematian, pikirnya. Tengkorak jelas memenuhi syarat,
bukan" Tengkorak sering muncul dalam Inferno Dante, dan yang
paling terkenal adalah hukuman brutal bagi Count Ugolino dalam
lingkaran terbawah neraka"dihukum untuk sepanjang masa
meng?gerogoti tengkorak seorang Uskup Agung jahat.
Apakah kami mencari tengkorak"
Langdon tahu, Studiolo yang misterius itu dibangun meng?
ikuti tradisi "lemari benda-benda aneh". Hampir semua lukisannya
diberi engsel rahasia sehingga bisa dibuka untuk mengungkapkan
lemari tersembunyi"tempat duke menyimpan benda-benda aneh
yang menarik baginya: sampel mineral langka, bulu indah, fosil
sempurna cangkang kerang, dan konon bahkan tulang kering
se?orang biarawan yang dihiasi perak buatan-tangan.
Sayangnya, Langdon curiga semua isi lemari itu telah lama
dipindahkan, dan dia tidak pernah mendengar adanya tengkorak
yang dipamerkan di sini selain karya Hirst.
isi INFERNO [SC].indd 220
221 Infern o Pikirannya langsung disela oleh bantingan keras pintu di
sisi jauh lorong. Suara langkah kaki cepat terdengar mendekat
me?lin?tasi ruangan. "Signore!" teriak sebuah suara marah. "Il salone non ? aperto!"
Ruangan ini belum dibuka!"
Langdon berbalik dan melihat seorang pegawai perempuan
berjalan menghampirinya. Perempuan itu bertubuh kecil dengan
rambut cokelat pendek. Dia juga sedang hamil tua. Perempuan itu
bergerak cepat mendekati mereka sambil mengetuk-ngetuk arloji
dan meneriakkan sesuatu mengenai ruangan yang belum dibuka.
Ketika semakin dekat, dia memandang Langdon dan langsung
berhenti berjalan, lalu menutup mulut dengan terkejut.
"Profesor Langdon!" teriaknya, tampak malu. "Saya minta
maaf! Saya tidak tahu Anda berada di sini. Selamat datang kem?
bali!" Langdon terpaku. Dia yakin sekali belum pernah melihat perempuan ini sebe?
lum?nya dalam hidupnya.[]
isi INFERNO [SC].indd 221
BAB "S aya hampir tidak mengenali Anda, Profesor!" kata
perem?puan itu dalam bahasa Inggris beraksen sambil
mendekati Langdon. "Karena pakaian Anda." Dia
tersenyum hangat dan mengangguk kagum memandang baju
setelan Brioni Langdon. "Sangat gaya. Anda tampak nyaris seperti
orang Italia." Langdon langsung kehilangan kata-kata, tapi berhasil meng?
ulaskan senyum sopan ketika perempuan itu bergabung bersa?
manya. "Selamat ... pagi," sapanya tergagap. "Apa kabar?"
Perempuan itu tertawa sambil memegangi perutnya. "Lelah.
Si kecil Catalina menendang-nendang semalaman." Perempuan
itu memandang ke sekeliling ruangan, tampak kebingungan. "Il
Duomino tidak mengatakan Anda akan kembali hari ini. Beliau
datang bersama Anda?"
Il Duomino" Langdon sama sekali tidak tahu siapa yang dibi?
carakan oleh perempuan ini.
Perempuan itu tampaknya melihat kebingungan Langdon dan
tergelak. "Tidak apa-apa, semua orang di Florence memanggilnya
dengan julukan itu. Beliau tak keberatan." Dia memandang ke
sekeliling. "Apakah beliau yang mengizinkan Anda masuk?"
"Ya," jawab Sienna, yang tiba dari seberang ruangan, "tapi
beliau harus menghadiri pertemuan sarapan. Beliau bilang, Anda
tidak keberatan jika kami tetap tinggal untuk melihat-lihat."
Dengan antusias, Sienna menjulurkan tangan. "Saya Sienna. Adik
Robert." isi INFERNO [SC].indd 222
223 Infern o Perempuan itu menjabat tangan Sienna dengan sangat resmi.
"Saya Marta Alvarez. Bukankah Anda beruntung"memiliki Pro?
fesor Langdon sebagai pemandu pribadi?"
"Ya," jawab Sienna. "Dia pintar sekali!"
Muncul keheningan canggung ketika perempuan itu meng?
amati Sienna. "Aneh," katanya. "Saya sama sekali tidak melihat
ke?miripan keluarga apa pun. Kecuali mungkin tinggi tubuh
Anda." Langdon merasakan munculnya bencana. Sekarang atau tidak
sama sekali. "Marta," sela Langdon, berharap dia menyebut nama perem?
puan itu dengan benar. "Maaf merepotkan Anda, tapi, yah ... saya
rasa Anda mungkin bisa membayangkan mengapa saya berada
di sini." "Sesungguhnya tidak," jawab perempuan itu sambil menyi?
pitkan mata. "Saya benar-benar tidak bisa membayangkan apa
yang Anda lakukan di sini."
Jantung Langdon nyaris berhenti berdetak, dan dalam kehe?
ningan canggung, disadarinya bahwa pertaruhannya akan gagal
total. Mendadak Marta menyunggingkan senyum lebar dan
tertawa keras. "Profesor, saya bergurau! Tentu saja saya bisa menebak
meng?apa Anda kembali. Sejujurnya, saya tidak tahu mengapa
Anda menganggap benda itu begitu menakjubkan. Tapi, karena
se?ma?lam Anda dan il Duomino menghabiskan waktu selama
ham?pir satu jam di atas sana, saya rasa Anda kembali untuk me?
nun?jukkannya kepada adik Anda?"
"Benar ...," jawab Langdon. "Tepat sekali. Saya ingin sekali
me?nunjukkannya kepada Sienna, jika itu tidak ... merepotkan?"
Marta mendongak memandang balkon lantai dua dan meng?
angkat bahu. "Tidak masalah. Mumpung saya juga menuju ke
sana sekarang." Jantung Langdon berdentam-dentam ketika mendongak
memandang balkon lantai dua di bagian belakang ruangan. Aku di
atas sana semalam" Dia tidak ingat apa pun. Balkon lantai dua selain
isi INFERNO [SC].indd 223
224 D an B rown memiliki ketinggian yang persis sama dengan kata-kata cerca trova,
juga berfungsi sebagai jalan masuk menuju museum palazzo, yang
dikunjungi Langdon setiap kali dia berada di sini.
Marta mulai berjalan, tapi kemudian dia berhenti, seakan
mendapat pikiran lain. "Sesungguhnya, Profesor, apakah Anda
yakin kita tidak bisa menemukan sesuatu yang lebih ceria untuk
ditunjukkan kepada adik tercinta Anda?"
Langdon sama sekali tidak tahu harus menjawab apa.
"Kita akan melihat sesuatu yang muram?" tanya Sienna. "Apa
itu" Dia belum menceritakannya kepada saya."
Marta tersenyum licik dan melirik Langdon. "Profesor, Anda
ingin saya menceritakannya kepada adik Anda, atau Anda lebih
suka melakukannya sendiri?"
Langdon langsung menyambut peluang itu. "Silakan,
Marta." Marta berpaling kembali kepada Sienna, dan kini bicara de?
ngan sangat perlahan-lahan. "Saya tidak tahu apa yang telah di?
ceritakan oleh kakak Anda, tapi kita akan naik ke museum untuk
melihat topeng yang sangat tak biasa."
Mata Sienna sedikit terbelalak. "Topeng apa" Salah satu to?
peng wabah jelek yang dikenakan orang di Carnevale?"
"Tebakan yang bagus," jawab Marta, "tapi tidak, itu bukan
topeng wabah. Itu jenis topeng yang jauh berbeda. Namanya to?
peng kematian." Helaan napas terkejut Langdon jelas terdengar, dan Marta
memberengut memandangnya, tampaknya mengira Langdon ber?
sikap terlalu dramatis dalam upaya menakut-nakuti adiknya.
"Jangan dengarkan kakak Anda," kata perempuan itu.
"Topeng kematian adalah praktik yang sangat umum pada ta?
hun 1500-an. Pada dasarnya, itu hanyalah cetakan plester wajah
se?seorang, diambil beberapa saat setelah orang itu meninggal."
Topeng kematian. Langdon merasakan momen pemahaman
pertama semenjak terjaga di Florence. Inferno Dante ... cerca trova
.... Melihat melalui mata kematian. Topeng itu!
isi INFERNO [SC].indd 224
225 Infern o Sienna bertanya, "Wajah siapa yang dicetak untuk membuat
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
topeng itu?" Langdon meletakkan sebelah tangannya di bahu Sienna dan
menjawab setenang mungkin. "Seorang penyair Italia terkenal.
Namanya Dante Alighieri."[]
isi INFERNO [SC].indd 225
BAB atahari Mediterania bersinar terang di atas dek-dek
The Mendacium yang bergoyang-goyang diterpa
gelombang Laut Adriatik. Provos, yang merasa lelah,
menghabiskan gelas Scotch keduanya dan memandang kosong
ke balik jendela kantornya.
Berita dari Florence tidak baik.
Mungkin karena merasakan alkohol untuk pertama kalinya
setelah waktu yang lama, Provos merasa kebingungan dan tidak
berdaya ... seakan kapalnya kehilangan daya mesin dan meng?
apung-apung tanpa tujuan.
Itu sensasi yang asing bagi Provos. Di dunianya, selalu ada
kompas"protokol"yang bisa diandalkan dan tak pernah gagal
menunjukkan jalan. Protokol memungkinkan Provos mengambil
keputusan sulit tanpa pernah menengok ke belakang.
Protokol mengharuskan pemutusan Vayentha, dan Provos
telah melaksanakan tindakan itu tanpa ragu. Aku akan menangani?
nya setelah krisis ini berlalu.
Protokol juga mengharuskan Provos untuk sesedikit mungkin
mengetahui tentang para kliennya. Sejak dulu, dia sudah me?mu?
tuskan bahwa Konsorsium tak punya tanggung jawab etika untuk
menilai mereka. Berikan pelayanan. Percayai klien. Jangan bertanya. Seperti direktur dari sebagian besar perusahaan, Provos
hanya menawarkan pelayanan dengan asumsi semua pelayanan
itu akan dilaksanakan dalam kerangka hukum. Bagaimanapun,
isi INFERNO [SC].indd 226
227 Infern o pabrik mobil Volvo tidak bertanggung jawab untuk memastikan
agar para ibu tidak mengebut melewati zona sekolah, begitu juga
Dell tidak akan bertanggung jawab jika seseorang menggunakan
kom?puter mereka untuk meretas akun bank.
Kini, dengan segala yang terungkap, diam-diam Provos me?
ngutuk kontak yang menyarankan klien ini pada Konsor?sium.
"Dia akan mudah ditangani dan menguntungkan," kata kon?
tak itu meyakinkan Provos. "Lelaki ini sangat cerdas, bintang
dalam bidangnya, dan luar biasa kaya. Dia hanya perlu meng?
hilang selama satu atau dua tahun. Dia ingin membeli waktu tanpa
ter?lacak untuk mengerjakan sebuah proyek penting."
Provos setuju tanpa berpikir panjang. Relokasi jangka pan?
jang selalu menguntungkan, dan Provos memercayai insting
kon?taknya. Seperti yang diharapkan, pekerjaan itu sangat menguntung?
kan. Hingga minggu lalu. Kini, setelah kekacauan yang diciptakan oleh sang klien,
Provos mendapati dirinya mondar-mandir mengelilingi sebotol
Scotch dan menghitung hari hingga tanggung jawabnya terhadap
klien ini selesai. Telepon di mejanya berdering. Dari call ID, telepon itu berasal
dari Knowlton, salah seorang fasilitator topnya, yang menelepon
dari lantai bawah. "Ya," jawab Provos.
"Pak," kata Knowlton memulai, dengan nada tidak nyaman
dalam suaranya. "Saya benci mengganggu Anda dengan masalah
ini, tapi seperti yang mungkin Anda ketahui, kita mendapat tugas
untuk mengunggah sebuah video ke media besok."
"Ya," jawab Provos. "Sudah disiapkan?"
"Sudah, tapi saya rasa Anda mungkin ingin melihatnya sebe?
lum diunggah." Provos terdiam, merasa bingung dengan jawaban itu. "Apa?
kah video itu menyebut nama kita atau membahayakan kita de?
ngan cara tertentu?"
isi INFERNO [SC].indd 227
228 D an B rown "Tidak, Pak, tapi isinya sangat meresahkan. Klien itu muncul
di layar dan mengatakan?"
"Stop sampai di situ," perintah Provos, yang merasa terkejut
karena seorang fasilitator senior berani menyarankan pelanggaran
protokol yang mencolok. "Isi-nya tidak penting. Apa pun isinya,
video itu akan dirilis dengan atau tanpa kita. Klien bisa saja dengan
mudah merilis video ini secara elektronik, tapi dia mempekerjakan
kita. Dia membayar kita. Dia memercayai kita."
"Ya, Pak." "Kau tidak dipekerjakan untuk menjadi pengkritik film,"
tegur Provos. "Kau dipekerjakan untuk memenuhi janji. Lakukan
pekerjaanmu." ______ Di Ponte Vecchio, Vayentha menunggu, mata tajamnya meneliti
ratusan wajah di atas jembatan. Dia bersikap waspada dan merasa
yakin Langdon belum lewat, tapi dengung pesawat pengintai su?
dah tidak terdengar lagi, tampaknya tidak lagi diperlukan untuk
melacak. Agaknya Br?der sudah menangkap Langdon.
Dengan enggan, dia mulai merenungkan prospek muram pe?
nyelidikan Konsorsium atas dirinya. Atau yang lebih buruk lagi.
Sekali lagi Vayentha membayangkan kedua agen yang telah
diputus ... kabar mereka tidak pernah terdengar lagi. Mereka ha?
nya pindah ke pekerjaan lain, pikirnya meyakinkan diri sendiri. Na?
mun, kini Vayentha bertanya-tanya apakah dia harus bermotor
memasuki perbukitan Tuscany, menghilang, dan menggunakan
keahliannya untuk mencari kehidupan baru.
Tapi, berapa lama aku bisa bersembunyi dari mereka"
Tidak terhitung banyaknya sasaran yang sudah mengetahui
ketika Konsorsium menetapkan untuk menyasarmu, maka kau
tak akan punya privasi lagi. Ini hanya masalah waktu.
Apakah karierku benar-benar berakhir seperti ini" pikir Vayentha
bertanya-tanya, masih tak bisa menerima pekerjaannya selama
isi INFERNO [SC].indd 228
229 Infern o dua belas tahun di Konsorsium berakhir gara-gara serangkaian
ke?sialan. Setahun dia telah mengurus dengan cermat semua
ke?per?luan klien bermata hijau itu. Bukan salahku jika dia me?
lom?pat menyongsong kematian ... akan tetapi aku seakan terjatuh
bersamanya. Satu-satunya peluang penebusannya adalah mengalahkan
Br?der ... tapi sedari awal Vayentha tahu kemungkinannya sangat
kecil. Aku mendapat kesempatan semalam dan gagal.
Ketika dengan enggan Vayentha berbalik kembali menuju
sepeda motornya, mendadak dia menyadari adanya suara di
kejauhan ... dengung nyaring yang sudah tidak asing lagi.
Dengan kebingungan, dia mendongak. Yang mengejutkan,
pesawat pengintai itu baru saja naik kembali, kali ini di dekat
ujung terjauh Pitti Palace. Vayentha mengamati ketika pesawat
mu?ngil itu mulai terbang berputar-putar dengan putus asa di
atas istana. Pengerahan pesawat hanya bisa berarti satu hal.
Mereka masih belum menemukan Langdon!
Di mana gerangan dia"
______ Dengung menusuk telinga di atas kepala kembali membangkitkan
kesa?daran Dr. Elizabeth Sinskey. Pesawat itu naik lagi" Tapi kupikir
.... Dia beringsut di kursi belakang van, tempat agen muda yang
sama masih duduk di sampingnya. Kembali dia memejamkan
mata, melawan rasa nyeri dan mual. Namun, yang terutama, dia
me?la?wan rasa takutnya. Waktu hampir habis! Walaupun musuhnya telah melompat menyongsong kema?
tian, Elizabeth masih melihat siluet lelaki itu dalam mimpinya,
menceramahinya dalam kegelapan Council on Foreign Rela?
tions. isi INFERNO [SC].indd 229
230 D an B rown Seseorang harus melakukan tindakan yang berani, kata lelaki
itu. Mata hijaunya berkilat-kilat. Jika bukan kita, siapa" Jika bukan
sekarang, kapan" Elizabeth tahu, seharusnya dia langsung menghentikan lelaki
itu selagi masih ada kesempatan. Dia tidak akan pernah lupa
dirinya bergegas meninggalkan pertemuan itu dan merasa berang
di kursi belakang limosin, ketika melintasi Manhattan menuju
Bandara Internasional JFK. Karena ingin tahu siapa gerangan
orang gila itu, dia mengeluarkan ponsel untuk melihat foto wajah
yang diambilnya. Ketika melihat foto itu, dia terkesiap. Dr. Elizabeth Sinskey
tahu persis siapa lelaki itu. Berita baiknya, lelaki itu akan sangat
mudah untuk dilacak. Berita buruknya, lelaki itu genius dalam
bi?dangnya"orang yang sangat berbahaya, seandainya dia memu?
tuskan untuk menjadi ancaman.
Tidak ada yang lebih kreatif ... lebih destruktif ... daripada orang
cerdas yang terfokus pada sebuah tujuan.
Saat tiba di bandara tiga puluh menit kemudian, Elizabeth
menelepon timnya dan memasukkan lelaki ini ke dalam daftar
pengawasan bioterorisme milik semua agen yang relevan di selu?
ruh dunia"CIA, CDC, ECDC, dan semua organisasi di bawah
me?reka. Hanya itu yang bisa kulakukan hingga aku kembali ke Jenewa,
pikirnya. Dengan lelah, Elizabeth membawa tas bepergiannya ke gerai
check-in, lalu menyerahkan paspor dan tiketnya kepada pegawai
di sana. "Oh, Dr. Sinskey," kata pegawai itu sambil tersenyum. "Se?
orang lelaki yang sangat ramah baru saja meninggalkan pesan
untuk Anda." "Maaf?" Elizabeth tidak mengenal siapa pun yang punya
ak?ses terhadap informasi penerbangannya.
"Tubuhnya sangat jangkung?" kata pegawai itu. "Dengan
mata hijau?" isi INFERNO [SC].indd 230
231 Infern o Elizabeth benar-benar menjatuhkan tasnya. Dia di sini" Ba?
gaimana mungkin"! Dia berbalik, memandang wajah-wajah di
belakangnya. "Beliau sudah pergi," kata pegawai itu, "tapi ingin agar kami
memberikan ini kepada Anda." Dia menyerahkan secarik kertas
terlipat kepada Elizabeth.
Dengan gemetar, Elizabeth membuka lipatan kertas itu dan
membaca pesan tulisan-tangan di sana. Itu kutipan terkenal yang
diambil dari karya Dante Alighieri.
Tempat tergelap di neraka
dicadangkan bagi mereka yang tetap bersikap netral
di saat krisis moral.[] isi INFERNO [SC].indd 231
BAB arta Alvarez dengan lelah menatap tangga curam yang
menanjak dari Hall of the Five Hundred menuju mu?
seum di lantai dua. Posso farcela, katanya kepada diri sendiri. Aku bisa melaku?kan?
nya. Sebagai administrator seni dan kebudayaan di Palazzo
Vecchio, tak terhitung berapa kali Marta telah menaiki tangga
ini. Namun belakangan, karena sudah hamil lebih dari delapan
bulan, dia merasa pendakian itu jauh lebih berat.
"Marta, Anda yakin tidak mau naik lift?" Robert Langdon
tampak khawatir dan menunjuk lift pelayanan kecil di dekat situ,
yang dipasang oleh palazzo untuk para pengunjung berkebutuhan
khusus. Marta tersenyum berterima kasih, tapi menggeleng. "Seperti
yang saya bilang semalam, dokter mengatakan olahraga baik
un?tuk bayinya. Lagi pula, Profesor, saya tahu Anda punya klaus?
tro?fobia." Anehnya, Langdon seakan terkejut mendengar komentarnya.
"Oh, benar. Saya lupa kemarin menyebut hal itu."
Lupa" Marta bingung. Itu kurang dari dua belas jam yang lalu, dan
kami membahas panjang lebar peristiwa masa kecil yang menyebabkan
ketakutan itu. Semalam, ketika rekan Langdon yang luar biasa gemuk, il
Duo?mino, naik menggunakan lift, Langdon menemani Marta
dengan berjalan kaki. Selama perjalanan, Langdon menceritakan
dengan gamblang kejatuhannya semasa kecil ke dalam sumur
isi INFERNO [SC].indd 232
233 Infern o
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telantar, sehingga memunculkan ketakutannya terhadap ruang
sempit. Kini, ketika adik Langdon berjalan mendahului dengan
rambut pirang gaya ekor kuda berayun-ayun di belakangnya,
Langdon dan Marta naik secara perlahan-lahan, berhenti beberapa
kali agar Marta bisa mengatur napas. "Saya heran Anda ingin
melihat topeng itu kembali," kata perempuan itu. "Mengingat
semua karya seni di Flo?rence, topeng itu tampaknya termasuk
yang paling tidak me?narik."
Langdon mengangkat bahu. "Saya kembali terutama agar
Sienna bisa melihatnya. Omong-omong, terima kasih telah
mengizinkan kami masuk kembali."
"Tentu saja." Semalam reputasi Langdon saja sudah cukup untuk mem?
bujuk Marta agar membukakan galeri untuknya, tapi ke?nya?taan
bahwa Langdon ditemani oleh il Duomino tidak mem?beri?nya
pilihan lain. Ignazio Busoni"lelaki yang dikenal sebagai il Duomino"
ada?lah semacam selebriti dalam dunia kebudayaan Florence.
Lama menjabat sebagai Direktur Museo dell"Opera del Duomo,
Ignazio mengawasi semua aspek dari tempat bersejarah yang
paling terkenal di Florence. Il Duomo, katedral besar berkubahmerah yang mendominasi sejarah dan garis-langit Florence.
Kecintaannya terhadap bangunan itu, dikombinasikan dengan
bobot tubuh yang nyaris dua ratus kilogram dan wajah yang selalu
merah, memunculkan julukan il Duomino?"kubah kecil".
Marta sama sekali tidak tahu bagaimana Langdon bisa me?
ngenal il Duomino, tapi lelaki berpengaruh itu meneleponnya
semalam dan mengatakan ingin membawa tamu untuk melihat
topeng kematian Dante secara pribadi. Ketika tamu misterius
itu ternyata simbolog dan sejarahwan seni Amerika terkenal,
Robert Langdon, Marta merasa sedikit gugup mendapat kesem?
patan mengantarkan kedua lelaki terkenal ini ke dalam galeri
palazzo. isi INFERNO [SC].indd 233
234 D an B rown Kini, ketika mereka mencapai puncak tangga, Marta berkacak
pinggang, menghela napas dalam-dalam. Sienna sudah berada
di pagar balkon, menunduk memandangi Hall of the Five Hun?
dred. "Tempat favorit saya untuk memandang ruangan itu," kata
Marta terengah-engah. "Anda akan mendapat perspektif yang
benar-benar berbeda mengenai mural-muralnya. Saya rasa, kakak
Anda menceritakan pesan misterius yang tersembunyi di dalam
mural di sana?" Dia menunjuk.
Sienna mengangguk antusias. "Cerca trova."
Ketika Langdon memandang ke arah ruangan itu, Marta
meng?amatinya. Dalam cahaya dari jendela-jendela mezanin, mau
tak mau perempuan itu memperhatikan bahwa Langdon tidak
semenawan semalam. Dia menyukai baju setelan baru Langdon,
tapi lelaki itu perlu bercukur, dan wajahnya seakan pucat dan
le?lah. Juga rambutnya, yang semalam tebal dan rapi, tampak
acak-acakan pagi ini, seakan dia belum mandi.
Marta beralih kembali pada mural itu sebelum Langdon
memergokinya sedang menatap. "Kita berdiri dengan ketinggian
yang hampir sama dengan cerca trova," jelas Marta. "Anda nyaris
bisa melihat kata-kata itu dengan mata telanjang."
Adik Langdon seakan tidak mengacuhkan mural itu. "Ceri?
takan mengenai topeng kematian Dante. Mengapa benda itu
berada di sini, di Palazzo Vecchio?"
Kakak adik sama saja, pikir Marta sambil diam-diam mengerang,
masih merasa kebingungan mengapa topeng itu begitu memukau
mereka. Namun, topeng kematian Dante memang punya sejarah
yang ganjil, terutama belakangan ini, dan Langdon bukan orang
pertama yang menunjukkan ketakjuban nyaris maniak terhadap
benda itu. "Wah, katakan, apa yang Anda ketahui mengenai
Dante?" Perempuan muda cantik berambut pirang itu mengangkat
bahu. "Hanya apa yang dipelajari oleh semua orang di sekolah.
Dante adalah penyair Italia yang paling dikenal karena menulis
isi INFERNO [SC].indd 234
235 Infern o The Divine Comedy, yang menjelaskan perjalanan khayalannya
melewati neraka." "Hampir benar," jawab Marta. "Dalam puisinya, Dante pada
akhirnya lolos dari neraka, melanjutkan perjalanan mele?wati
penebusan, dan akhirnya tiba di surga. Jika Anda pernah mem?
baca The Divine Comedy, Anda akan melihat bahwa perjalanannya
terbagi menjadi tiga bagian"Inferno, Purgatorio, dan Paradiso."
Marta mengisyaratkan mereka agar mengikutinya di sepanjang
balkon menuju pintu masuk museum. "Namun, alasan mengapa
topeng itu berada di sini, di Palazzo Vecchio, sama sekali tidak
berhubungan dengan The Divine Comedy, tetapi berhubungan
dengan sejarah yang nyata. Dante tinggal di Florence, dan dia
sangat mencintai kota ini. Dia adalah penduduk Florence yang
sangat terkenal dan berkuasa, namun akibat pergeseran kekuatan
politik dan Dante mendukung pihak yang keliru, dia dikucilkan"
di?buang ke balik tembok kota dan tidak pernah boleh kembali."
Marta terdiam, berusaha mengatur napas ketika mereka
men??dekati pintu masuk museum. Sambil kembali berkacak ping?
gang, dia melanjutkan perkataannya. "Beberapa orang me?nya?
ta?kan bahwa pengucilan Dante menjadi alasan mengapa topeng
kematiannya tampak begitu sedih, tapi saya punya teori lain. Saya
sedikit ro?mantis, dan saya rasa wajah sedih itu lebih berhubungan
dengan seorang perempuan bernama Beatrice. Anda tahu, seumur
hi?dupnya, Dante jatuh cinta setengah mati kepada seorang pe?
rem?puan muda bernama Beatrice Portinari. Tapi, sayangnya,
Beatrice menikah dengan lelaki lain, dan ini berarti Dante tidak
hanya harus hidup tanpa Florence tercintanya, tapi juga tanpa
perempuan yang sangat dicintainya. Cintanya kepada Beatrice
menjadi tema utama dalam The Divine Comedy."
"Menarik," kata Sienna, dengan nada yang menyatakan bah?
wa dia tidak mendengar sepatah kata pun. "Akan tetapi, saya
masih belum jelas mengapa topeng kematian itu disimpan di sini,
di dalam palazzo?" Marta merasa kengototan perempuan muda itu aneh dan nya?
ris kurang ajar. "Yah," lanjutnya, "ketika Dante meninggal, dia
isi INFERNO [SC].indd 235
236 D an B rown masih dilarang memasuki Florence, dan jenazahnya dimakamkan
di Ravenna. Tapi karena cinta sejatinya, Beatrice, dimakamkan di
Florence, dan karena Dante begitu mencintai Florence, membawa
topeng kematiannya kemari rasanya adalah penghormatan yang
pantas terhadap lelaki itu."
"Saya mengerti," kata Sienna. "Dan pemilihan gedung ini
se?cara khusus?" "Palazzo Vecchio adalah simbol tertua Florence dan, di masa
Dante, merupakan jantung kota. Sesungguhnya, ada lukisan
terkenal di katedral yang menunjukkan Dante berdiri di luar
tembok kota, dikucilkan, sementara di latar belakang tampak
menara palazzo yang dicintainya. Dalam banyak hal, dengan
menyimpan topeng kematiannya di sini, kami merasa seakan
Dante akhirnya diizinkan untuk pulang."
"Sungguh menarik," kata Sienna, akhirnya tampak puas.
"Terima kasih."
Marta tiba di pintu museum dan mengetuk tiga kali. "Sono io,
Marta! Buongiorno!"Ini aku, Marta! Selamat pagi!"
Terdengar kunci berderak di dalam, lalu pintu terbuka. Se?
orang penjaga tua tersenyum lelah kepada Marta dan menengok
ar?loji. "? un po" presto," katanya sambil tersenyum. Sedikit kepa?
gi?an. Sebagai penjelasan, Marta menunjuk Langdon, dan penjaga
itu langsung berubah ceria. "Signore! Bentornato!" Selamat datang
kembali! "Grazie," jawab Langdon ramah ketika penjaga itu menyilakan
mereka semua untuk masuk.
Mereka berjalan melewati foyer kecil. Di sana, penjaga itu
mem?buka sistem pengaman, lalu membuka kunci pintu kedua
yang lebih tebal. Ketika pintu mengayun terbuka, dia melangkah
masuk sambil mengayunkan sebelah lengannya dengan gaya.
"Ecco il museo!"Inilah museumnya!"
Marta tersenyum berterima kasih dan menuntun tamutamunya masuk.
isi INFERNO [SC].indd 236
237 Infern o Ruangan yang ditempati museum ini awalnya dirancang
sebagai kantor-kantor pemerintah, akibatnya alih-alih ruang galeri
terbuka dan membentang luas, museum berupa labirin lorong dan
bilik ukuran sedang yang mengitari setengah gedung.
"Topeng kematian Dante ada di dekat situ," kata Marta ke?
pada Sienna. "Dipamerkan di ruang sempit yang disebut l"andito,
sebuah lorong di antara dua ruangan yang lebih besar. Topengnya
disimpan dalam lemari antik yang menempel di dinding, sehingga
baru akan terlihat saat Anda berada di dekatnya. Karena itulah,
banyak tamu berjalan langsung melewati topeng itu tanpa mem?
perhatikan!" Kini Langdon berjalan lebih cepat dengan mata tertuju ke
depan, seakan topeng itu punya semacam kekuatan ganjil yang
menguasainya. Marta menyikut Sienna dan berbisik, "Jelas kakak
Anda tidak tertarik dengan semua karya seni lainnya. Tapi, mum?
pung berada di sini, Anda tidak boleh melewatkan patung-dada
Machiavelli atau bola Mappa Mundi di Hall of Maps."
Sienna mengangguk sopan dan terus berjalan, matanya juga
mengarah lurus ke depan. Marta kesulitan mengikuti langkah
mereka berdua. Ketika mereka mencapai ruangan ketiga, dia se?
dikit ketinggalan dan akhirnya berhenti berjalan.
"Profesor?" panggilnya sambil terengah-engah. "Mungkin
Anda ... ingin menunjukkan beberapa koleksi galeri ... kepada
adik Anda ... sebelum kita melihat topeng itu?"
Langdon menoleh, tampak terkejut, seakan baru tersadar di
mana dia berada. "Maaf?"
Terengah-engah Marta menunjuk kotak etalase di dekat situ.
"Salah satu edisi The Divine Comedy yang paling awal?"
Ketika akhirnya Langdon melihat Marta menepuk-nepuk
dahi dan berupaya mengatur napas, dia tampak malu. "Marta,
maaf?kan saya! Tentu saja, ya, akan menyenangkan untuk sekilas
me?lihat teks itu." Langdon bergegas kembali, menyilakan Marta untuk menun?
tun mereka menuju sebuah kotak antik. Di dalamnya terdapat
isi INFERNO [SC].indd 237
238 D an B rown buku tua bersampul kulit, terbuka pada halaman-judul yang ber?
hiasan rumit: La Divina Commedia: Dante Alighieri.
"Luar biasa," kata Langdon, kedengaran terkejut. "Saya me?
ngenali gambar depannya. Saya tidak tahu Anda memiliki salah
satu edisi Numeister asli."
Tentu saja kau tahu, pikir Marta kebingungan. Semalam buku
ini kuperlihatkan kepadamu!
"Pada pertengahan 1400-an," kata Langdon cepat-cepat kepa?
da Sienna, "Johann Numeister menciptakan edisi-cetak pertama
karya ini. Beberapa ratus buku dicetak, tapi hanya sekitar selusin
yang masih bertahan. Buku-buku itu sangat langka."
Kini bagi Marta tampaknya Langdon berpura-pura tolol agar
bisa pamer kepada adiknya. Ini seakan keangkuhan yang sedikit
tidak pantas bagi seorang profesor yang terkenal rendah hati da?
lam bidang akademis. "Buku ini pinjaman dari Laurentian Library," jelas Marta. "Jika
Anda dan Robert belum berkunjung ke sana, datangilah. Mereka
punya tangga spektakuler yang dirancang oleh Michelangelo,
yang menuntun ke ruang-baca umum pertama di dunia. Bukubuku di sana dirantai pada kursi-kursi agar tidak bisa dibawa
keluar oleh siapa pun. Tentu saja, karena kebanyakan bukunya
me?ru?pakan edisi satu-satunya di dunia."
"Menakjubkan," kata Sienna sambil menengok lebih jauh ke
dalam museum. "Dan topeng itu lewat sini?"
Mengapa terburu-buru" Marta perlu satu menit lagi untuk
me?mu?lihkan napas. "Ya, tapi mungkin Anda tertarik mendengar
ini." Dia menunjuk ke seberang sebuah ceruk, ke arah tangga kecil
yang menghilang ke langit-langit. "Tangga itu menuju platform
di kasau. Di sana, Anda bisa benar-benar menunduk memandang
langit-langit gantung Vasari yang terkenal itu. Dengan senang
hati, saya akan menunggu di sini jika Anda ingin?"
"Ayolah, Marta," sela Sienna. "Saya ingin sekali melihat to?
peng itu. Kami sedikit diburu waktu."
Marta menatap perempuan muda cantik itu dengan kebi?
ngung?an. Dia sangat tidak menyukai cara baru orang asing yang
isi INFERNO [SC].indd 238
239 Infern o memanggil satu sama lain dengan nama depan mereka. Aku Signora
Alvarez, tegurnya dalam hati. Dan aku sedang membantumu.
"Oke, Sienna," kata Marta singkat. "Lewat sini untuk langsung
melihat topeng itu."
Marta tidak menyia-nyiakan waktu lagi untuk menawarkan
ko?mentar informatif kepada Langdon dan adiknya, ketika mereka
berjalan melewati kamar-kamar galeri yang berkelok-kelok menuju
topeng itu. Semalam Langdon dan il Duomino menghabiskan waktu
hampir setengah jam di dalam andito sempit untuk melihat topeng
itu. Marta, yang penasaran dengan ketertarikan mereka terhadap
topeng itu, bertanya apakah ketakjuban mereka, entah bagaimana,
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berhubungan dengan serangkaian kejadian ganjil menyangkut
topeng itu setahun belakangan ini. Langdon dan il Duomino
mengelak, tidak memberikan jawaban yang sebenarnya.
Kini, ketika mereka mendekati andito, Langdon mulai men?
jelaskan kepada adiknya mengenai proses sederhana yang di?
gu?nakan untuk menciptakan topeng kematian. Marta senang
mendengar penjelasan Langdon yang sangat akurat, tidak seperti
pengakuan palsu lelaki itu bahwa dia belum pernah melihat buku
langka The Divine Comedy milik museum.
"Tidak lama setelah meninggal," jelas Langdon, "mendiang
dibaringkan dan wajahnya dilapisi minyak zaitun. Lalu, selapis
plester basah dilumurkan ke kulit, menutupi semuanya"mulut,
hidung, kelopak mata"mulai dari garis-rambut hingga leher.
Sete?lah mengeras, plester itu bisa diangkat dengan mudah dan
dijadikan cetakan untuk dituangi plester baru. Plester ini me?
nge?ras membentuk replika mendetail dari wajah mendiang.
Prak?tik ini ter?utama menyebar luas untuk mengenang orang
ter?kenal dan orang genius"Dante, Shakespeare, Voltaire, Tasso,
Keats"semuanya pu?nya topeng kematian."
"Dan di sinilah kita akhirnya berada," kata Marta ketika
me??reka bertiga tiba di depan andito. Dia melangkah minggir
dan mengisyaratkan agar adik Langdon masuk terlebih dahulu.
"Topeng itu berada di dalam kotak etalase yang menempel di
isi INFERNO [SC].indd 239
240 D an B rown din??ding di sebelah kiri Anda. Kami minta agar Anda tetap berada
di luar tiang pembatas."
"Terima kasih." Sienna memasuki koridor sempit itu, berjalan
menuju kotak etalase, dan mengintip ke dalam. Matanya langsung
terbelalak, dan dia menoleh memandang kakaknya dengan eks?
presi ngeri. Marta sudah melihat reaksi itu ribuan kali; para pengunjung
sering kali terlompat dan merasa jijik ketika pertama kali melihat
topeng itu"wajah keriput mengerikan, hidung membengkok,
dan mata terpejam Dante. Langdon berjalan persis di belakang Sienna, tiba di sampingnya
dan melongok kotak etalase. Dia langsung melangkah mundur,
wajahnya juga menunjukkan keterkejutan.
Marta mengerang. Che esagerato?"Berlebihan banget. Dia meng?
ikuti mereka masuk. Namun, ketika memandang ke dalam lemari,
dia juga menghela napas dengan suara keras. Oh mio Dio!"Ya
Tuhanku! Tadinya Marta Alvarez berharap melihat wajah mati Dante
membalas tatapannya, tapi yang dilihatnya hanyalah kain satin
me?rah di bagian dalam lemari dan penjepit yang menjadi gan?
tungan topeng itu. Tangan Marta menangkup di mulutnya. Dia menatap kotak
etalase kosong itu dengan ngeri. Napasnya berubah cepat dan
dia meraih salah satu tiang pagar untuk mendapatkan sandaran.
Akhirnya, dia mengalihkan mata dari lemari kosong itu dan ber?
putar ke arah para penjaga malam di pintu utama.
"La maschera di Dante?!"Topeng Dante!" teriaknya seperti
pe?rem?puan gila. "La maschera di Dante ? sparita!"Topeng Dante
hilang!"[] isi INFERNO [SC].indd 240
BAB arta Alvarez gemetar di depan lemari etalase kosong
itu. Dia berharap ketegangan yang menyebar ke selu?
ruh perutnya adalah kepanikan, dan bukan rasa nyeri
melahirkan. Topeng kematian Dante hilang!
Kedua penjaga keamanan itu kini waspada setelah menyadari
apa yang terjadi dan langsung bertindak. Yang satu bergegas
me?nuju ruang kontrol video untuk mengakses rekaman kamerake?amanan semalam, sementara yang satu lagi baru saja selesai
melaporkan pencurian itu kepada polisi.
"La polizia arriver? tra venti minuti!"Polisi akan datang dua pu?
luh menit lagi!" kata penjaga itu kepada Marta, setelah meng?akhiri
pembicaraan dengan polisi.
"Venti minuti"!" desak Marta. Dua puluh menit"! "Kita meng?
alami pencurian karya seni besar!"
Penjaga itu menjelaskan bahwa dia diberi tahu kalau saat ini
sebagian besar polisi kota sedang menangani krisis yang jauh
lebih serius, dan mereka berupaya mencari agen yang bisa datang
untuk mencatat laporan. "Che cosa potrebbe esserci di pi? grave"!" gerutu Marta. Apa yang
bisa lebih serius daripada ini"!
Langdon dan Sienna saling berpandangan khawatir, dan
Marta merasakan bahwa kedua tamunya syok menghadapi semua
ini. Tidak mengherankan. Niat mereka adalah mampir untuk sekilas
me?mandang topeng itu, kini mereka menyaksikan akibat dari
pen?curian sebuah karya seni besar. Semalam, entah bagaimana,
isi INFERNO [SC].indd 241
242 D an B rown seseorang berhasil masuk ke galeri dan mencuri topeng kematian
Dante. Marta tahu, ada banyak karya seni yang jauh lebih berharga di
museum dan bisa dicuri, jadi dia berupaya untuk tetap bersyukur.
Namun, ini pencurian pertama dalam sejarah museum ini. Aku
bahkan tidak tahu protokolnya!
Mendadak Marta merasa lemah, dan sekali lagi dia menjangkau
salah satu tiang pagar untuk mendapatkan sokongan.
Kedua penjaga galeri muncul dengan kebingungan ketika
men?ceritakan tindakan-tindakan mereka secara akurat dan keja?
dian-kejadian semalam kepada Marta: Sekitar pukul sepuluh
malam, Marta masuk bersama il Duomino dan Langdon. Tak
lama kemudian, ketiganya keluar bersama-sama. Kedua penjaga
itu kembali mengunci pintu-pintu, memasang alarm, dan sejauh
se?pe?ngetahuan mereka, tak seorang pun masuk atau keluar dari
galeri semenjak saat itu.
"Mustahil!" tegur Marta dalam bahasa Italia. "Topeng itu
ber?ada di dalam lemari ketika kami bertiga keluar semalam, jadi
jelas seseorang berada di dalam galeri setelah itu!"
Kedua penjaga mengangkat kedua tangannya, tampak kebi?
ngungan. "Noi non abbiamo visto nessuno?!"Kami tak melihat satu
orang pun!" Kini, dengan polisi yang sedang dalam perjalanan, Marta ber?
jalan secepat yang dimungkinkan oleh tubuh hamilnya ke arah
ruang kontrol keamanan. Langdon dan Sienna mengikuti dengan
gugup di belakangnya. Video keamanan, pikir Marta. Itu akan memperlihatkan siapa yang
berada di sini semalam! ______ Tiga blok jauhnya, di Ponte Vecchio, Vayentha menyelinap ke
dalam bayang-bayang ketika sepasang petugas kepolisian me?
nem?bus ke?ru?munan orang, menyisir area itu dengan membawa
foto Langdon. isi INFERNO [SC].indd 242
243 Infern o Ketika kedua petugas itu mendekati Vayentha, salah satu ra?
dio mereka membahana"laporan rutin mengenai segala-hal dari
bagian penugasan. Pengumumannya singkat dan dalam bahasa
Italia, tapi Vayentha menangkap intinya: Petugas mana pun yang
ada di area Palazzo Vecchio harus melapor untuk mencatat la?por?
an pencurian di museum palazzo.
Kedua petugas itu nyaris tidak bereaksi, tapi telinga Vayentha
langsung tegak. Il Museo di Palazzo Vecchio"
Kegagalan semalam"kekacauan yang menghancurkan karier
Vayentha"terjadi di gang yang berada persis di luar Palazzo
Vecchio. Laporan polisi itu berlanjut, dalam bahasa Italia penuh
suara statis sehingga sebagian besar isinya tidak bisa dimengerti
Vayentha, kecuali dua kata yang terdengar jelas: nama Dante
Alighieri. Tubuh Vayentha langsung menegang. Dante Alighieri"! Jelas
sekali ini bukan kebetulan. Dia berbalik ke arah Palazzo Vecchio
dan melihat menara bertembok bentengnya mengintip di atas
pun?cak-atap gedung-gedung di dekatnya.
Apa sebenarnya yang terjadi di museum" pikirnya bertanyatanya. Dan kapan"!
Dengan mengesampingkan detail-detailnya, Vayentha telah
menjadi analis-lapangan cukup lama untuk mengetahui bahwa
kebetulan jauh lebih jarang terjadi daripada yang dibayangkan
oleh sebagian besar orang. Museum Palazzo Vecchio ... DAN Dante"
Ini pasti berhubungan dengan Langdon.
Vayentha sudah lama curiga bahwa Langdon akan kembali
ke kota tua. Itu masuk akal"semalam Langdon berada di kota
tua ketika segalanya mulai kacau.
Kini, di siang hari, Vayentha bertanya-tanya mungkinkah
Lang?don kembali ke area di sekitar Palazzo Vecchio untuk mene?
mukan apa pun yang sedang dicarinya" Dia yakin Langdon tidak
menyeberangi jembatan ini untuk memasuki kota tua. Ada banyak
isi INFERNO [SC].indd 243
244 D an B rown jembatan lain, tapi mustahil jauhnya untuk ditempuh dengan
ber?jalan kaki dari Boboli Gardens.
Di bawahnya, Vayentha memperhatikan kapal dengan kru
em?pat orang sedang melintasi air dan lewat di bawah jembatan.
Lam?b ung kapal itu bertuliskan SOCIET? CANOTTIERI
FIRENZE/FLORENCE ROWING CLUB. Dayung-dayung merahdan-putih mencolok kapal itu naik turun dengan kekompakan
yang sempurna. Mungkinkah Langdon menyeberang dengan kapal" Tampaknya
mustahil, tetapi entah kenapa Vayentha merasa yakin bahwa la?
poran polisi mengenai Palazzo Vecchio itu adalah petunjuk yang
perlu diperhatikan olehnya.
"Silakan keluarkan kamera, per favore!" teriak seorang perem?
puan dalam bahasa Inggris beraksen.
Vayentha menoleh dan melihat sebuah pom-pom oranye ber?
jumbai melambai-lambai di atas sebuah tongkat, ketika seorang
pemandu wisata perempuan berupaya menggiring sekawanan
turisnya menyeberangi Ponte Vecchio.
"Di atas Anda terdapat mahakarya terbesar Vasari!" teriak
pe?mandu itu dengan keantusiasan terlatih, sambil mengangkat
pom-pomnya ke udara dan mengarahkan pandangan semua
orang ke atas. Sebelumnya Vayentha tidak memperhatikan, tapi tampaknya
ada bangunan lantai-dua yang memanjang di atas puncak tokotoko, seperti apartemen sempit.
"Koridor Vasari," kata pemandu itu. "Hampir satu kilometer
panjangnya dan memberikan pelintasan yang aman antara Pitti
Palace dan Palazzo Vecchio kepada keluarga Medici."
Mata Vayentha terbelalak ketika dia mengamati struktur
mi??rip terowongan di atasnya. Dia pernah mendengar mengenai
ko?ridor itu, tapi hanya tahu sedikit sekali.
Koridor itu memanjang sampai Palazzo Vecchio"
"Bagi beberapa orang dengan koneksi VIP," lanjut pemandu
itu, "mereka bisa mengakses koridor itu. Sebuah galeri seni spek?
isi INFERNO [SC].indd 244
245 Infern o takuler yang memanjang dari Palazzo Vecchio ke pojok timur
laut Boboli Gardens."
Apa pun yang dikatakan oleh pemandu itu selanjutnya, Va?
yentha tidak mendengarnya.
Dia sudah melesat menuju sepeda motornya.[]
isi INFERNO [SC].indd 245
BAB ahitan di kulit kepala Langdon kembali berdenyut-denyut
ketika dia dan Sienna menjejalkan diri ke dalam ruang kontrol
video bersama Marta dan kedua penjaga tadi. Ruangan
sempit itu tidak lebih dari sekadar bilik pakaian yang diubah,
dilengkapi serangkaian hard drive mendesing dan monitor-monitor
komputer. Udara di dalam panas menyesakkan dan berbau asap
rokok basi. Langdon langsung merasa dinding-dinding mengepung?
nya. Marta duduk di depan monitor video, yang sudah disetel
un??tuk memutar-ulang dan memperlihatkan gambar andito hitamdan-putih berbintik-bintik, direkam dari atas pintu. Penandawaktu di layar menunjukkan bahwa rekaman itu disetel pada
saat ke???ma???rin menjelang siang"tepat dua puluh empat jam yang
lalu"tam?paknya persis sebelum museum dibuka dan lama sebe?
lum ke?da?tangan Langdon dan il Duomino yang misterius malam
itu. Penjaga mempercepat video, dan Langdon menyaksikan
ke?tika gelombang turis mengalir cepat ke dalam andito, berjalan
ma?suk dengan gerakan cepat tersentak-sentak. Topeng Dante sen?
diri tidak terlihat dari perspektif ini, tapi jelas masih ada dalam
kotak etalase, karena turis-turis selalu berhenti untuk mengintip
ke dalam atau mengambil foto sebelum kembali berjalan.
Lebih cepat, tolong, pikir Langdon, karena tahu polisi sedang
da?lam perjalanan. Dia bertanya-tanya apakah dia dan Sienna ha?
rus berpamitan saja dan kabur, tapi mereka perlu melihat video
isi INFERNO [SC].indd 246
247 Infern o
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ini: apa pun yang ada dalam rekaman ini akan bisa men?jawab ba?
nyak pertanyaan mengenai apa gerangan yang sedang ter?jadi.
Pemutaran-ulang video itu berlanjut, kini lebih cepat, dan
ba?yang-bayang siang mulai bergerak melintasi ruangan. Turisturis masuk dan keluar hingga akhirnya kerumunan orang mulai
menipis, lalu dengan cepat menghilang seluruhnya. Ketika pe?
nanda-waktu melesat melewati pukul 17.00, lampu-lampu mu?
seum padam, dan semuanya sepi.
Pukul lima sore. Jam tutup.
"Aumenti la velocit?"Lebih cepat," perintah Marta, sambil men?
condongkan tubuh ke depan dan menatap layar.
Penjaga membiarkan video terus berputar, penanda-waktu
maju dengan cepatnya hingga mendadak, sekitar pukul 10 malam,
lampu-lampu di dalam museum berpendar menyala kembali.
Penjaga memperlambat rekaman itu hingga kecepatan nor?
mal. Sejenak kemudian, bentuk tubuh hamil Marta Alvarez yang
sudah tidak asing lagi muncul dalam pandangan. Dia langsung
diikuti oleh Langdon, yang masuk dengan mengenakan jaket
Camberley Harris Tweed, celana panjang katun rapi, dan sepatu
kulit santai yang sudah tidak asing lagi. Langdon bahkan melihat
kilau arloji Mickey Mouse mengintip dari balik lengan baju ketika
dia berjalan. Di sanalah aku berada ... sebelum tertembak.
Langdon merasa sangat resah ketika menyaksikan dirinya
me?la?kukan hal-hal yang sama sekali tidak diingatnya itu. Aku
berada di sini semalam ... melihat topeng kematian" Entah bagaimana,
antara waktu itu dan sekarang, dia berhasil kehilangan pakaian,
arloji Mickey Mouse, dan dua hari dalam hidupnya.
Ketika video itu berlanjut, dia dan Sienna berdesakan persis
di belakang Marta dan para penjaga agar bisa melihat lebih jelas.
Rekaman bisu itu berlanjut, memperlihatkan Langdon dan Marta
tiba di kotak etalase dan mengagumi topeng itu. Saat me?reka
sedang memandang topeng, sebuah bayang-bayang besar meng?
gelapkan ambang pintu di belakang Langdon, dan seorang lelaki
isi INFERNO [SC].indd 247
248 D an B rown yang sangat gemuk beringsut ke dalam pandangan. Dia me?nge?
nakan baju setelan warna kulit, membawa tas kerja, dan tubuhnya
nyaris tidak bisa melewati pintu. Perut membuncitnya bahkan
mem?buat Marta yang sedang hamil tampak ramping.
Langdon langsung mengenali lelaki itu. Ignazio"!
"Itu Ignazio Busoni," bisik Langdon di telinga Sienna. "Di?
rektur Museo dell"Opera del Duomo. Sudah beberapa tahun aku
mengenalnya. Aku hanya tidak pernah mendengarnya disebut
il Duomino." "Julukan yang pas," jawab Sienna pelan.
Beberapa tahun belakangan, Langdon berkonsultasi kepada
Ignazio mengenai artefak dan sejarah yang berhubungan dengan
Il Duomo"basilika yang menjadi tanggung jawab Ignazio"tapi
kunjungan ke Palazzo Vecchio tampaknya berada di luar ke?kua?
saan lelaki itu. Namun, bagaimanapun, Ignazio Busoni, selain
so?sok yang berpengaruh dalam dunia seni Florence, juga peng?
gemar dan pakar Dante. Sumber informasi yang logis mengenai topeng kematian Dante.
Ketika mengarahkan kembali perhatiannya pada video itu,
Langdon kini bisa melihat Marta yang menunggu dengan sabar
di dinding belakang andito, sementara Langdon dan Ignazio men?
condongkan tubuh melewati tiang-tiang pembatas untuk melihat
topeng itu sedekat mungkin. Ketika kedua lelaki itu melanjutkan
pengamatan dan diskusi mereka, menit-menit berlalu, dan Marta
terlihat menengok arloji secara diam-diam di belakang punggung
mereka. Langdon berharap rekaman video keamanan itu menyertakan
audio. Apa yang dibicarakan olehku dan Ignazio" Apa yang kami
cari"! Lalu, di layar, Langdon melangkah melewati tiang pembatas
dan membungkuk persis di depan lemari, wajahnya hanya bebe?
rapa inci dari kaca. Marta langsung menengahi, tampaknya me?
ne?gur Langdon, dan Langdon mundur sambil meminta maaf.
"Maaf, saya begitu keras," kata Marta kini, sambil menoleh
ke belakang memandang Langdon. "Tapi, seperti yang saya bi?
isi INFERNO [SC].indd 248
249 Infern o lang, kotak etalasenya antik dan sangat rapuh. Pemilik topeng
ber?sikeras agar kami menahan semua orang di belakang tiangtiang pembatas. Dia bahkan tidak mengizinkan staf kami untuk
mem?buka kotak itu tanpa kehadirannya."
Perlu beberapa saat untuk memahami kata-kata Marta. Pemilik
topeng" Tadinya Langdon berasumsi topeng itu milik museum.
Sienna juga tampak sama terkejutnya dan langsung bertanya.
"Topeng itu bukan milik museum?"
Marta menggeleng, kini matanya kembali ke layar. "Seorang
penyandang dana kaya menawarkan diri untuk membeli topeng
kematian Dante dari koleksi kami, tapi meninggalkannya di sini
untuk dipamerkan secara permanen. Dia menawarkan banyak
uang, dan dengan gembira kami menerimanya."
"Tunggu," kata Sienna. "Dia membayar untuk topeng itu ...
dan membiarkan Anda menyimpan-nya?"
"Cara yang umum," kata Langdon. "Akuisisi filan?tropis"cara
donor memberikan dana besar kepada museum tanpa men?
daftarkan sumbangan itu sebagai amal."
"Donornya adalah lelaki yang luar biasa," kata Marta. "Pakar
Dante sejati, tapi sedikit ... bagaimana kalian mengatakannya ...
fanatico?" "Siapa dia?" tanya Sienna, nada suara santainya sedikit men?
desak. "Siapa?" Marta mengernyit, masih menatap layar. "Wah,
mung?kin baru-baru ini Anda membaca tentang beliau dalam be?
rita"miliuner Swiss bernama Bertrand Zobrist?"
Bagi Langdon, nama itu hanya samar-samar dikenalnya, tapi
Sienna mencengkeram lengan Langdon dan meremasnya keras,
tampak seakan baru melihat hantu.
"Oh, ya ...," kata Sienna tergagap dengan wajah memucat.
"Bertrand Zobrist. Ahli biokimia terkenal. Mendapat kekayaan
dari paten-paten biologi di usia muda." Dia terdiam, terpana. Dia
men?con?dongkan tubuh ke depan dan berbisik kepada Langdon.
"Pa?da dasarnya, Zobrist-lah yang menemukan bidang ilmu mani?
pulasi germ-line (garis-benih)."
isi INFERNO [SC].indd 249
250 D an B rown Langdon sama sekali tidak tahu apa yang dimaksudkan de?
ngan manipulasi germ-line, tapi istilah itu ke?de?ngaran mengancam,
terutama sehubungan dengan serentetan gambar yang melibatkan
wabah dan kematian belakangan ini. Dia bertanya-tanya apakah
Sienna tahu begitu banyak mengenai Zobrist karena banyak
membaca mengenai bidang kedokteran ... atau mungkin karena
mereka berdua sama-sama anak genius. Apa?kah orang-orang genius
saling mencermati karya mereka satu sama lain"
"Aku mendengar mengenai Zobrist untuk pertama kalinya
beberapa tahun silam," jelas Sienna, "ketika dia membuat bebe?
rapa pernyataan yang sangat provokatif di media mengenai
per??tum?buhan penduduk." Dia terdiam dengan wajah muram.
"Zobrist adalah pendukung Population Apocalypse Equation."
"Maaf?" "Pada dasarnya, itu adalah pengakuan berdasarkan per?
hi?tung?an matematis bahwa popu?lasi bumi meningkat, orangorang hidup lebih lama, dan sumber-daya alam kita menipis.
Persamaan itu memprediksi bahwa tren yang saat ini berlangsung
tidak punya akibat lain, kecuali kia?mat??nya masyarakat. Zobrist
memprediksi secara terbuka bahwa umat manusia tidak akan
bertahan satu abad lagi ... kecuali jika kita mengalami semacam
peristiwa kepunahan massal." Sienna meng?hela napas panjang
dan memandang Langdon. "Se?sung?guh?nya, Zobrist pernah
dikutip mengatakan bahwa "hal terbaik yang pernah terjadi di
Eropa adalah wabah Kematian Hitam.?"
Langdon menatap Sienna terkejut. Bulu kuduknya meremang
ketika, sekali lagi, gambar topeng wabah berkelebat dalam be?
nak?nya. Sepanjang pagi dia berupaya menolak gagasan bahwa
di?le?manya saat ini berhubungan dengan wabah mematikan ... tapi
ga?gasan itu semakin lama semakin sulit untuk disangkal.
Pendapat Bertrand Zobrist bahwa Kematian Hitam adalah hal
terbaik yang pernah terjadi di Eropa, jelas mengerikan. Namun,
Langdon tahu, banyak sejarahwan mencatat manfaat sosial-eko?
nomi jangka-panjang dari kepunahan massal yang terjadi di
Eropa pada 1300-an itu. Sebelum terjadinya wabah, overpopulasi,
isi INFERNO [SC].indd 250
251 Infern o kela?paran, dan kesulitan ekonomi menjadi ciri utama Zaman
Kegelapan. Kedatangan mendadak Kematian Hitam, walaupun
mengerikan, secara efektif telah "menipiskan jumlah manusia",
menciptakan berlimpahnya makanan dan kesempatan yang,
me?nurut banyak sejarahwan, merupakan katalis utama untuk
me?wu?judkan Renaisans. Ketika Langdon membayangkan simbol biohazard di tabung
yang berisikan peta modifikasi inferno Dante, pikiran mengerikan
merasukinya: proyektor kecil mengerikan itu diciptakan oleh se?
seorang ... dan Bertrand Zobrist"ahli biokimia yang fanatik ter?
hadap Dante"kini seakan menjadi kandidat yang logis.
Bapak bidang manipulasi garis-benih genetik. Langdon merasakan
potongan-potongan teka-teki itu kini terpasang pada tem?pat?nya.
Sayangnya, gambaran yang kini semakin jelas itu terasa semakin
mengerikan. "Percepat melewati bagian ini," perintah Marta kepada
penjaga, kedengaran tidak sabar untuk melewatkan putaran-ulang
rekaman Langdon dan Ignazio Busoni yang sedang mengamati
topeng, sehingga dia bisa mengetahui siapa yang telah membobol
museum dan mencuri topeng itu.
Penjaga menekan tombol putar-cepat, dan penanda-waktu
ber?jalan semakin cepat. Tiga menit ... enam menit ... delapan menit.
Di layar, Marta terlihat berdiri di belakang kedua lelaki itu,
se?ma?kin sering memindahkan bobot tubuhnya dan berkali-kali
me?nengok arloji. "Maaf, kami bicara begitu lama," kata Langdon. "Anda tam?
pak tidak nyaman." "Salah saya sendiri," jawab Marta. "Anda berdua bersikeras
agar saya pulang dan para penjaga bisa mengantar kalian keluar,
tapi saya merasa itu tidak sopan."
Mendadak, di layar, Marta menghilang. Penjaga memper?
lambat video hingga kecepatan normal.
"Tidak apa-apa," kata Marta. "Saya ingat pergi ke kamar
ke?cil." isi INFERNO [SC].indd 251
252 D an B rown Penjaga mengangguk dan kembali menjulurkan tangan ke
arah tombol putar-cepat. Namun, sebelum dia menekan tombol
itu, Marta meraih lengannya. "Aspetti!"Tunggu!"
Marta memiringkan kepala dan menatap monitor dengan
kebingungan. Langdon juga melihatnya. Apa gerangan"!
Di layar, Langdon baru saja merogoh saku jaket tweed-nya dan
mengeluarkan sarung-tangan operasi, yang kini dikenakannya.
Pada saat yang sama, il Duomino menempatkan diri di bela?
kang Langdon, mengintip lorong tempat Marta berjalan pergi ke
kamar kecil beberapa saat sebelumnya. Setelah beberapa saat,
le?laki ge?muk itu mengangguk kepada Langdon dengan cara yang
seakan berarti semuanya aman.
Apa gerangan yang kami lakukan"!
Langdon menyaksikan dirinya sendiri di video menjulurkan
tangan bersarungnya dan memegang pinggiran pintu lemari ...
lalu, dengan sangat berhati-hati, menarik pintu itu hingga engsel
antiknya bergeser dan pintu mengayun terbuka secara perlahanlahan ... menyingkapkan topeng kematian Dante.
Marta Alvarez menghela napas ketakutan dan mengangkat
ke?dua tangannya ke wajah.
Langdon, yang juga merasakan kengerian Marta, menyaksikan
dengan sangat tidak percaya ketika dia tampak menjulurkan ta?
ngan ke dalam kotak, dengan hati-hati mencengkeram topeng
ke?ma?tian Dante dengan dua tangan, lalu mengeluarkannya.
"Dio mi salvi!"Ya Tuhan!" teriak Marta sambil bangkit ber?diri
dan berputar menghadap Langdon. "Cos"ha fatto?"Apa yang Anda
lakukan" Perch??"Mengapa?"
Sebelum Langdon bisa menjawab, salah seorang penjaga
me?nge?luarkan pistol Beretta hitam dan mengarahkannya tepat
ke dada Langdon. Astaga! Robert Langdon menunduk menatap moncong pistol pen?
jaga dan merasakan ruangan mungil itu mengepungnya. Kini
Marta Alvarez bangkit berdiri, memelototinya dengan ekspresi
isi INFERNO [SC].indd 252
253 Infern o ter?khia?nati dan tidak percaya di wajahnya. Di monitor keamanan
di belakangnya, Langdon kini tampak mengangkat topeng itu ke
dalam cahaya dan mengamatinya.
"Saya hanya mengeluarkannya sebentar," desak Langdon,
sam?bil berdoa agar ini benar. "Ignazio meyakinkan saya bahwa
Anda tidak akan keberatan!"
Marta tidak menjawab. Dia tampak terpana, jelas berupaya
mem?bayangkan mengapa Langdon berbohong kepadanya ...
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tapi memang, bagaimana mungkin Langdon bisa berdiri dengan
te?nang dan membiarkan rekaman itu diputar jika dia tahu apa
yang akan terungkap. Aku sama sekali tidak tahu kalau aku membuka kotak itu!
"Robert," bisik Sienna. "Lihat! Kau menemukan sesuatu!"
Sienna tetap terpaku pada rekaman itu, memusatkan diri untuk
men?dapat jawaban, tanpa memedulikan kesulitan mereka.
Di layar, Langdon kini mengangkat topeng itu dan memi?ring?
kannya ke arah cahaya, tampaknya perhatiannya terarah pada
se?suatu yang menarik di bagian belakang artefak itu.
Dari sudut pengambilan kamera, sekejap topeng terangkat itu
menutupi wajah Langdon sebagian, dengan cara yang sedemikian
rupa sehingga mata mati Dante sejajar dengan mata Langdon.
Lang?don teringat pada pernyataan itu"kebenaran hanya bisa dilihat
melalui mata kematian"dan merinding.
Langdon sama sekali tidak tahu apa yang ditelitinya di bagian
belakang topeng. Namun, pada saat itu di dalam video, ketika
dia menceritakan penemuannya kepada Ignazio, lelaki gemuk
itu tersentak, langsung mencari kacamata dan melihat sekali lagi
... dan sekali lagi. Dia mulai menggeleng kuat-kuat dan mondarman?dir dengan gelisah di dalam andito.
Mendadak kedua lelaki itu mendongak, jelas mendengar
sesuatu di lorong"kemungkinan besar Marta yang kembali da?
ri kamar kecil. Dengan cepat, Langdon mengeluarkan kantong
Ziploc besar dari saku, memasukkan topeng kematian itu ke
da??lam?nya, lalu memberikannya kepada Ignazio, yang tampak
me??ma??sukkannya dengan enggan ke dalam tas kerjanya. Dengan
isi INFERNO [SC].indd 253
254 D an B rown cepat, Langdon menutup kaca pintu antik kotak etalase yang kini
kosong, lalu kedua lelaki itu berjalan cepat ke lorong menemui
Marta, sebelum perempuan itu bisa memergoki pencurian me?
reka. Kedua penjaga keamanan kini mengarahkan pistol kepada
Langdon. Marta berdiri goyah, meraih meja untuk mendapat sokongan.
"Saya tidak mengerti!" katanya tergagap. "Anda dan Ignazio
Busoni mencuri topeng kematian Dante"!"
"Tidak!" jawab Langdon bersikeras, berbohong sebisa mung?
kin. "Kami mendapat izin dari pemiliknya untuk mengeluarkan
topeng itu dari gedung semalaman."
"Izin dari pemiliknya?" tanya Marta. "Dari Bertrand Zo?
brist!?" "Ya! Mr. Zobrist setuju untuk mengizinkan kami memeriksa
beberapa tanda di bagian belakang topeng! Kami bertemu dengan?
nya kemarin siang!" Mata Marta menusuk setajam pedang. "Profesor, saya yakin
se?kali Anda tidak bertemu dengan Bertrand Zobrist kemarin
siang." "Jelas kami bertemu?"
Sienna meletakkan tangannya di lengan Langdon. "Robert
...." Dia mendesah muram. "Enam hari lalu, Bertrand Zobrist
terjun dari puncak menara Badia yang jauhnya hanya beberapa
blok dari sini."[] isi INFERNO [SC].indd 254
BAB ayentha meninggalkan sepeda motornya di utara Palazzo
Vecchio, dan menuju bangunan itu dengan berjalan kaki
di sepanjang perbatasan Piazza della Signoria. Ke?tika
berjalan berkelok-kelok melewati patung-patung di luar ruang?
an di Loggia dei Lanzi, mau tak mau dia memperhatikan bahwa
semua sosok itu seakan memperagakan variasi dari satu tema
tunggal: pertunjukan keji dominasi kaum lelaki terhadap kaum
perempuan. The Rape of the Sabines. Pemerkosaan perempuan-perempuan
Sabine. The Rape of Polyxena. Pemerkosaan Polyxena.
Perseus Holding the Severed Head of Medusa. Perseus Memegang
Kepala Medusa yang Terpenggal.
Menyenangkan, pikir Vayentha, menarik topinya lebih rendah
dan berjalan menembus kerumunan orang menuju pintu masuk
is?tana, yang baru saja menerima turis-turis pertama hari itu.
Da?ri apa yang tampak, semuanya biasa saja di sini, di Palazzo
Vecchio. Tidak ada polisi, pikir Vayentha. Setidaknya belum ada.
Dia menarik ritsleting jaketnya hingga tinggi ke leher, me?mas?
tikan senjatanya tersembunyi, lalu berjalan menuju pintu masuk.
Dia mengikuti semua papan tanda menuju Il Museo di Palazzo,
melewati dua atrium berhiasan rumit, lalu menaiki tangga besar
menuju lantai kedua. Ketika naik, dia mengingat-ingat kembali laporan polisi itu.
Il Museo di Palazzo Vecchio ... Dante Alighieri.
Langdon pasti berada di sini.
isi INFERNO [SC].indd 255
256 D an B rown Semua papan tanda menuju museum itu menuntun Vayentha
ke dalam galeri besar yang dihias secara spektakuler"Hall of
the Five Hundred"tempat beberapa turis berbaur, mengagumi
mural-mural kolosal di dinding. Vayentha sama sekali tidak ter?
tarik untuk mengamati karya seni di sini, dan cepat-cepat mencari
papan tanda lain di pojok kanan jauh ruangan, yang me?nunjuk
ke sebuah tangga. Ketika berjalan melintasi ruangan, dia memperhatikan seke?
lompok mahasiswa yang berkumpul mengelilingi sebuah patung,
tertawa dan memotret. Plakatnya bertuliskan: Hercules and Diomedes.
Vayentha memandang patung-patung itu dan mengerang.
Patung itu menggambarkan dua pahlawan mitologi Yunani"
keduanya telanjang bulat"bergumul dalam pertandingan gulat.
Hercules memegangi Diomedes dalam posisi terbalik, bersiap
me???lem??parkannya, sementara Diomedes mencengkeram penis
Hercules erat-erat, seakan berkata, "Kau yakin hendak melem?
par?kanku?" Vayentha meringis. Benar-benar menggambarkan "memegang
kelemahan lawan". Dia mengalihkan pandangan dari patung ganjil itu dan cepatcepat menaiki tangga menuju museum.
Vayentha tiba di balkon tinggi yang menghadap Hall of the
Five Hundred. Kira-kira selusin turis sedang menunggu di luar
pintu masuk museum. "Penundaan waktu buka," kata seorang turis yang ceria, sam?
bil mengintip dari balik kamera videonya.
"Kenapa?" tanya Vayentha.
"Tidak tahu, tapi pemandangannya indah sementara kita me?
nung?gu!" Lelaki itu mengayunkan sebelah lengannya, menunjuk
ben?tangan Hall of the Five Hundred di bawah sana.
Vayentha berjalan ke pinggir dan mengintip ruangan luas di
bawah mereka. Di lantai bawah, seorang petugas kepolisian baru
saja tiba, dan hanya menarik sedikit sekali perhatian ketika dia
isi INFERNO [SC].indd 256
257 Infern o ber?jalan, tanpa terlihat terburu-buru, melintasi ruangan menuju
tangga. Dia datang untuk mencatat laporan, pikir Vayentha. Langkah
eng?gan lelaki itu menaiki tangga menunjukkan bahwa ini kun?
jungan-respons rutin"sama sekali tidak seperti pencarian heboh
atas Langdon di Porta Romana.
Jika Langdon berada di sini, mengapa mereka tidak mengepung
gedung" Entah Vayentha telah berasumsi secara keliru bahwa Lang?don
berada di sini, atau polisi lokal dan Br?der belum bisa menyim?
pul?kan. Ketika petugas itu mencapai puncak tangga dan berjalan me?
nuju pintu masuk museum, dengan santai Vayentha mengalihkan
pandangan dan berpura-pura memandang ke luar jendela. Meng?
ingat prosedur pemutusannya dan jangkauan pengaruh Provos
yang luas, dia tidak mau mengambil risiko dikenali.
"Aspetta!"Tunggu!" teriak sebuah suara di suatu tempat.
Jantung Vayentha terlonjak ketika petugas itu berhenti persis
di belakangnya. Suara itu, disadarinya, berasal dari walkie-talkie
petugas itu. "Attendi i rinforzi!" ulang suara itu.
Tunggu bantuan" Vayentha merasakan bahwa sesuatu baru
saja berubah. Persis pada saat itu, di luar jendela, Vayentha memperhatikan
kemunculan benda hitam yang semakin membesar di langit yang
jauh. Benda itu terbang menuju Palazzo Vecchio dari arah Boboli
Gardens. Pesawat pengintai, pikir Vayentha menyadari. Br?der tahu. Dan
dia menuju kemari. ______ Fasilitator Konsorsium Laurence Knowlton masih menyesali diri
karena menelepon Provos. Dia seharusnya bersikap lebih bijak,
isi INFERNO [SC].indd 257
258 D an B rown dengan tidak menyarankan Provos untuk melihat video klien
sebelum diunggah ke media besok.
Isinya tidak penting. Protokol adalah raja. Knowlton masih mengingat mantra yang diajarkan kepada
para fasilitator muda ketika mereka mulai menangani tugas-tugas
untuk organisasi itu. Jangan bertanya. Lakukan saja.
Dengan enggan, dia meletakkan memory stick merah kecil itu
ke dalam antrean untuk besok pagi, sambil bertanya-tanya apa
in?terpretasi media terhadap pesan ganjil itu. Akankah mereka
memutarnya" Tentu saja. Pesan itu dari Bertrand Zobrist.
Zobrist bukan hanya sosok yang sangat sukses dalam dunia
biomedis, tapi dia sudah ada dalam berita karena peristiwa bunuh
dirinya minggu lalu. Video sembilan menit ini akan berfungsi
se?perti pesan dari kubur, dan isinya yang mengerikan dan meng?
ancam itu akan membuatnya nyaris mustahil diabaikan oleh
se?mua orang. Video ini akan langsung menghebohkan dalam hitungan menit
setelah penayangannya.[] isi INFERNO [SC].indd 258
BAB arta Alvarez yang murka melangkah keluar dari ruang
video yang sesak itu, meninggalkan Langdon dan
adiknya dalam todongan senjata para penjaga. Dia
berjalan me?nuju sebuah jendela dan menunduk mengintip Piazza
della Signoria, dan merasa lega ketika melihat sebuah mobil polisi
diparkir di depan. Akhirnya. Marta masih tidak bisa mengerti mengapa seorang lelaki yang
begitu terhormat seperti Robert Langdon menipunya secara be?
gitu terang-terangan, memanfaatkan kesopanan profesional yang
ditawarkannya, dan mencuri artefak berharga.
Dan Ignazio Busoni membantunya!" Tidak terbayangkan!
Marta, yang ingin mengungkapkan perasaannya kepada Igna?
zio, mengeluarkan ponsel dan menekan nomor telepon kantor il
Duomino di Museo dell"Opera del Duomo yang berjarak beberapa
blok. Telepon itu hanya berdering sekali.
"Ufficio di Ignazio Busoni"Kantor Ignazio Busoni," jawab suara
perempuan yang tak asing lagi.
Marta mengenal sekretaris Ignazio, tapi sedang tidak ingin
ber?basa-basi. "Eugenia, sono Marta. Devo parlare con Ignazio"Euge?
nia, ini Marta. Aku ingin bicara dengan Ignazio."
Muncul keheningan ganjil di telepon, lalu mendadak sekre?
taris itu tersedu-sedu histeris.
"Cosa succede?" desak Marta. Ada apa!"
Sambil menangis, Eugenia menceritakan kepada Marta bah?
wa dia baru saja tiba di kantor dan mendengar bahwa Ignazio
isi INFERNO [SC].indd 259
260 D an B rown mendapat serangan jantung hebat semalam di gang dekat Duomo.
Ignazio menelepon ambulans sekitar tengah malam, tapi petugas
medis tidak datang tepat waktu. Busoni sudah tewas.
Kaki Marta nyaris lunglai di bawah tubuhnya. Pagi tadi dia
men?dengar berita mengenai meninggalnya seorang pejabat kota
yang tidak disebut namanya, tapi dia tidak pernah membayangkan
bahwa orang itu adalah Ignazio.
"Eugenia, ascoltami"Eugenia, dengar," desak Marta, berupaya
tetap tenang, sambil dengan cepat menjelaskan apa yang baru
saja disaksikannya di kamera video palazzo"topeng kematian
Dante dicuri oleh Ignazio dan Robert Langdon, yang kini berada
dalam todongan senjata. Marta sama sekali tidak tahu respons apa yang diharapkannya
dari Eugenia, tapi jelas sekali bukan seperti yang didengarnya
se?ka?rang. "Roberto Langdon!?" desak Eugenia. "Sei con Langdon ora"!"
Anda bersama Langdon sekarang"!
Eugenia seakan tak menyadari apa yang baru saja diceritakan
Marta. Ya, tapi topeng itu"
"Devo parlare con lui!" teriak Eugenia. Saya harus bicara de?
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ngan?nya! ______ Di dalam ruang keamanan, kepala Langdon terus berdenyutdenyut ketika kedua penjaga menodongkan senjata mereka
tepat ke arahnya. Mendadak pintu terbuka, dan Marta Alvarez
muncul. Lewat pintu yang terbuka, Langdon mendengar dengung
jauh pesawat di suatu tempat di luar, dengung mengancamnya
di?iringi raungan sirene-sirene yang mendekat. Mereka tahu di
mana kami berada. "? arrivata la polizia"Polisi sudah datang," kata Marta kepada
kedua penjaga itu, lalu mengutus salah seorang dari mereka untuk
menemui pihak berwenang dan mengantar mereka ke dalam
isi INFERNO [SC].indd 260
261 Infern o mu?seum. Yang satu tetap tinggal, dengan moncong pistol masih
ter?arah kepada Langdon. Yang mengejutkan Langdon, Marta menyorongkan ponsel
kepadanya. "Seseorang ingin bicara dengan Anda," katanya, ke?
de?ngaran bingung. "Anda harus keluar dari sini untuk mendapat
koneksi." Kelompok itu berpindah dari ruang kontrol pengap ke da?
lam ruang galeri yang berada persis di luarnya. Di sana, cahaya
ma?ta?hari menyorot masuk lewat jendela-jendela besar, mena?war?
kan pemandangan spektakuler Piazza della Signoria di bawah.
Wa?laupun masih dalam todongan pistol, Langdon merasa lega
karena bisa keluar dari ruang tertutup.
Marta mengisyaratkannya untuk pergi ke dekat jendela dan
menyerahkan ponsel. Langdon menerimanya, bimbang, dan mengangkatnya ke
te?linga. "Ya" Ini Robert Langdon."
"Signore," kata perempuan itu dalam bahasa Inggris beraksen
yang terpatah-patah. "Saya Eugenia Antonucci, sekretaris Ignazio
Busoni. Anda dan saya, kita bertemu kemarin malam ketika Anda
tiba di kantor ini."
Langdon sama sekali tidak ingat. "Ya?"
"Saya sangat menyesal mengabarkan berita ini, tapi Ignazio
meninggal karena serangan jantung kemarin malam."
Cengkeraman Langdon pada ponsel semakin erat. Ignazio
Busoni meninggal"! Kini perempuan itu menangis, suaranya dipenuhi kesedihan.
"Ignazio menelepon saya sebelum meninggal. Beliau meninggalkan
pesan untuk saya dan menyuruh saya memastikan agar Anda
men?dengarnya. Akan saya putar untuk Anda."
Langdon mendengar suara gemeresik dan, beberapa saat
kemudian, rekaman suara Ignazio Busoni yang lirih dan tersengalsengal mencapai telinganya.
"Eugenia," kata lelaki itu tersengal-sengal, jelas kesakitan.
"Harap pastikan Robert Langdon mendengar pesan ini. Aku
men?dapat masalah. Rasanya aku tidak akan berhasil kembali ke
isi INFERNO [SC].indd 261
262 D an B rown kan?tor." Ignazio mengerang, lalu muncul keheningan panjang.
Ke?tika dia mulai bicara lagi, suaranya lebih lemah. "Robert, ku?
ha?rap kau berhasil lolos. Mereka masih mengejarku ... dan aku
... aku kurang sehat. Aku berupaya menghubungi dokter, tapi
...." Muncul keheningan panjang lagi, seakan il Duomino sedang
meng?himpun sisa energi terakhirnya, lalu ..., "Robert, dengarkan
baik-baik. Yang kau cari tersembunyi dengan aman. Gerbang-ger?
bang terbuka untukmu, tapi kau harus cepat. Surga (Paradise) Dua
puluh lima." Dia terdiam untuk waktu yang lama, lalu berbisik,
"Semoga berhasil."
Lalu pesan itu berakhir. Jantung Langdon berdegup kencang, dan dia tahu bahwa
dirinya baru saja mendengar kata-kata terakhir orang yang sedang
sekarat. Kata-kata itu ditujukan kepadanya, dan ini sama sekali
tidak meredakan kekhawatirannya. Paradise 25" Gerbang-gerbang
ter?buka untukku" Langdon merenungkannya. Gerbang-gerbang
apa yang dimaksudkannya"! Satu-satunya hal yang masuk akal
ada?lah perkataan Ignazio bahwa topeng itu tersembunyi dengan
aman. Suara Eugenia kembali terdengar di ponsel. "Profesor, Anda
memahami pesan ini?"
"Ya, sebagian."
"Adakah sesuatu yang bisa saya lakukan?"
Langdon mempertimbangkan pertanyaan ini untuk waktu
yang lama. "Pastikan tak seorang pun mendengar pesan ini."
"Bahkan polisi" Seorang detektif sebentar lagi tiba untuk
men?catat laporan saya."
Langdon mengejang. Dia memandang penjaga yang sedang
menodongkan pistol ke arahnya. Dengan cepat, Langdon berbalik
ke arah jendela dan merendahkan suara, berbisik cepat, "Eugenia
... ini pasti kedengaran ganjil, tapi demi Ignazio, aku ingin kau
meng?hapus pesan itu dan tidak memberi tahu polisi bahwa kau
bicara denganku. Jelas" Situasinya sangat rumit dan?"
isi INFERNO [SC].indd 262
263 Infern o Langdon merasakan moncong pistol menekan pinggangnya.
Dia berbalik dan melihat penjaga menjulurkan tangannya yang
bebas, me?nuntut ponsel Marta.
Muncul keheningan panjang di ponsel, lalu akhirnya Eugenia
berkata, "Mr. Langdon, bos saya memercayai Anda ... jadi saya
juga akan percaya." Lalu telepon berakhir. Langdon menyerahkan kembali ponsel itu kepada pen?
jaga. "Ignazio Busoni meninggal," katanya kepada Sienna. "Dia
meninggal karena serangan jantung semalam, setelah me?ning?gal?
kan museum ini." Langdon terdiam. "Topengnya aman. Ignazio
menyembunyikannya sebelum dia meninggal. Dan kurasa dia
meninggalkan petunjuk mengenai lokasinya." Paradise 25.
Harapan berkilau di mata Sienna, tapi ketika Langdon berpa?
ling kembali kepada Marta, perempuan itu tampak skeptis.
"Marta," kata Langdon. "Saya bisa mengembalikan topeng
Dante untuk Anda, tapi Anda harus membiarkan kami pergi.
De?ngan segera." Marta tertawa keras-keras. "Saya tidak akan melakukan hal
semacam itu! Andalah yang mencuri topeng itu! Polisi tiba?"
"Signora Alvarez," sela Sienna dengan suara keras. "Mi dispiace,
ma non le abbiamo detto la verit?."
Langdon terkejut. Sienna mau apa"! Dia memahami kata-kata
perempuan itu. Mrs. Alvarez, maaf, tapi kami tidak jujur terha?dap?
mu. Marta juga tampak terkejut mendengar kata-kata Sienna,
walaupun tampaknya sebagian besar keterkejutannya berasal dari
kenyataan bahwa secara mendadak Sienna bicara dalam bahasa
Italia dengan lancar dan tanpa aksen.
"Innanzitutto, non sono la sorella di Robert Langdon," jelas Sienna
dengan nada meminta maaf. Per?tama-tama, saya bukan adik Robert
Langdon.[] isi INFERNO [SC].indd 263
BAB arta Alvarez mundur satu langkah dengan goyah. Dia
bersedekap dan mengamati perempuan berambut pi?
rang di hadapannya. "Mi dispiace," lanjut Sienna, yang masih bicara dalam bahasa
Italia lancar. "Le abbiamo mentito su molte cose." Kami telah berbohong
kepada Anda mengenai banyak hal.
Penjaga itu juga tampak sama kebingungannya seperti Marta,
walaupun tetap mempertahankan posisinya.
Kini Sienna bicara cepat, masih dalam bahasa Italia, menga?
ta?kan kepada Marta bahwa dia bekerja di sebuah rumah sakit di
Florence, tempat Langdon tiba semalam dengan luka tembak di
kepala. Dia menjelaskan bahwa Langdon sama sekali tidak ingat
semua kejadian yang membawanya ke sana, dan dia sama ter?ke?
jut?nya dengan Marta ketika melihat video keamanan itu.
"Tunjukkan lukamu," perintah Sienna kepada Langdon.
Ketika Marta melihat jahitan-jahitan di balik rambut kusut
Lang?don, dia duduk di birai jendela dan menutupi wajah dengan
kedua tangannya selama beberapa detik.
Selama sepuluh menit terakhir, Marta tidak hanya harus
meng?hadapi fakta bah?wa topeng kematian Dante telah dicuri
saat berada dalam peng?awasannya, tapi kedua pencurinya juga
se?orang profesor Ame?rika dan kolega terpercayanya di Florence,
yang kini sudah me?ninggal. Selain itu, Sienna Brooks muda, yang
di?ba?yangkan Marta sebagai adik Amerika Robert Langdon yang
polos, ternyata seorang dokter, mengaku berbohong ... dan dalam
bahasa Italia yang lancar.
isi INFERNO [SC].indd 264
265 Infern o "Marta," kata Langdon dengan suara rendah penuh simpati.
"Saya tahu, pasti sulit bagi Anda untuk percaya, tapi saya benarbenar tidak ingat kejadian semalam. Saya sama sekali tidak tahu
mengapa saya dan Ignazio mengambil topeng itu."
Marta merasa, berdasarkan sorot mata Langdon, bahwa lelaki
itu bicara jujur. "Saya akan mengembalikan topeng itu kepada Anda," kata
Langdon. "Anda bisa memegang kata-kata saya. Tapi saya tidak
bisa mengembalikannya, kecuali jika Anda membiarkan kami
pergi. Situasinya rumit. Anda harus membiarkan kami pergi,
se?ka?rang juga." Walaupun ingin topeng berharga itu dikembalikan, Marta
sama sekali tidak ingin membiarkan siapa pun pergi. Mana
po?lisi"! Dia menunduk memandang satu-satunya mobil polisi
di Piazza della Signoria. Aneh, mengapa para petugas belum
men?ca?pai museum" Marta juga mendengar suara mendengung
di ke?jauh?an"kedengarannya seperti seseorang yang sedang
meng?gu?nakan gergaji listrik. Tetapi, suara itu semakin keras dan
se?ma?kin dekat. Apa itu" Nada Langdon kini penuh permohonan. "Marta, Anda
mengenal Ignazio. Dia tidak akan pernah memindahkan topeng
itu tanpa alasan yang kuat. Ada kisah yang lebih besar di sini.
Pe??milik topeng, Bertrand Zobrist, adalah lelaki yang sangat kacau
pikirannya. Kami menduga dia terlibat dalam sesuatu yang me?
nge?rikan. Saya tidak punya waktu untuk menjelaskan se?mua?nya,
tapi saya mohon agar Anda memercayai kami."
Marta hanya terpaku. Tak satu pun dari semua ini yang masuk
akal baginya. "Mrs. Alvarez," kata Sienna sambil memandang Marta de?
ngan ekspresi dingin. "Jika Anda peduli terhadap masa depan
Anda dan masa depan bayi Anda, Anda harus membiarkan kami
pergi, sekarang juga."
isi INFERNO [SC].indd 265
266 D an B rown Marta bersedekap, melindungi perutnya, sama sekali tidak
senang dengan ancaman terselubung terhadap anaknya yang
belum lahir. Dengung nyaring di luar jelas terdengar semakin keras, dan
ketika Marta mengintip dari jendela, dia tidak bisa melihat sumber
kebisingan itu, tapi melihat sesuatu yang lain.
Penjaga tadi juga melihatnya, dan matanya membelalak.
Di bawah sana, di Piazza della Signoria, kerumunan orang me??
nyi?bak untuk memberi jalan barisan panjang mobil polisi yang tiba
tanpa sirene, dipimpin oleh dua van hitam yang kini men?dadak
berhenti di luar pintu-pintu istana. Tentara-tentara ber?se?ragam
hitam melompat keluar, membawa senjata api ukuran besar, dan
ber?lari memasuki istana.
Marta merasakan gelombang ketakutan. Siapa gerangan me?
reka"! Penjaga juga tampak khawatir.
Suara mendengung nyaring itu mendadak semakin menusuk
telinga, dan Marta mundur dengan khawatir ketika melihat se?
buah helikopter kecil muncul, persis di luar jendela.
Helikopter itu melayang-layang tidak lebih dari sepuluh me?
ter jauhnya, seakan sedang menatap orang-orang yang berada
di dalam ruangan. Itu pesawat kecil, mungkin panjangnya satu
me?ter, dengan silinder hitam panjang yang terpasang di bagian
de?pan. Silinder itu mengarah langsung kepada mereka.
"Helikopter itu hendak menembak!" teriak Sienna. "Sta per
sparare!"Dia akan menembak! Semuanya menunduk! Tutti a terra!"
Dia berlutut di bawah birai jendela, dan Marta secara naluriah
meng?ikuti, kengerian melandanya. Penjaga tadi juga berlutut,
se?cara refleks mengarahkan pistol pada helikopter kecil itu.
Marta, yang berlutut dengan canggung di bawah birai jendela,
melihat Langdon masih berdiri menatap Sienna dengan heran,
jelas tidak memercayai adanya bahaya apa pun. Hanya seke?jap
Sienna berada di lantai. Dia melompat berdiri, meraih per?ge?
lang?an tangan Langdon, dan menariknya ke arah lorong. Se?kejap
isi INFERNO [SC].indd 266
267 Infern o kemudian, mereka berlari bersama-sama menuju pintu masuk
utama gedung. Penjaga berbalik sambil berlutut dan berjongkok seperti
penembak jitu"mengangkat senjata ke lorong, ke arah dua orang
yang kabur itu. "Non spari!" perintah Marta kepadanya. "Non possono scap?
pare." Jangan menembak! Mustahil mereka bisa lolos!
Langdon dan Sienna menghilang di belokan. Marta tahu,
beberapa detik lagi keduanya akan bertabrakan langsung dengan
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
polisi yang masuk dari arah sebaliknya.
______ "Lebih cepat!" desak Sienna, yang berlari bersama Langdon ke
arah kedatangan mereka tadi. Dia berharap mereka bisa tiba di
pin?tu masuk utama sebelum berhadap-hadapan dengan polisi,
tapi kini disadarinya bahwa peluang itu mendekati nol.
Tampaknya Langdon punya keraguan yang sama. Mendadak
dia berhenti berlari di persimpangan. "Kita tidak akan pernah
lo?los lewat sini." "Ayolah!" Sienna mengisyaratkan Langdon untuk meng?ikuti?
nya. "Robert, kita tidak bisa berdiri saja di sini!"
Langdon seakan teralihkan perhatiannya, memandang ke
kiri, ke arah koridor pendek yang tampaknya berakhir dalam
se?buah bilik kecil berpenerangan suram. Dinding ruangan itu
dilapisi peta-peta antik, dan di tengah ruangan terdapat sebuah
bola-dunia besi besar. Langdon memandang bulatan logam besar
itu dan mulai mengangguk perlahan-lahan, lalu dengan lebih
ber?se?mangat. "Lewat sini," katanya, sambil melesat ke arah bola-dunia
itu. Robert! Sienna mengikuti, walaupun itu bertentangan dengan
akal sehatnya. Koridor itu jelas menuntun lebih jauh ke dalam
mu?seum, menjauhi pintu keluar.
isi INFERNO [SC].indd 267
268 D an B rown "Robert?" tanyanya terengah-engah, akhirnya berhasil me?
nyu?sul Langdon. "Ke mana kau membawa kita?"
"Melalui Armenia," jawab Langdon.
"Apa"!" "Armenia," ulang Langdon, matanya lurus ke depan. "Per?
cayalah kepadaku." ______ Satu tingkat di bawah mereka, tersembunyi di antara turis-turis
yang ketakutan di balkon Hall of the Five Hundred, Vayentha
terus menunduk ketika tim SRS Br?der melewatinya dan me?
ma?suki museum. Di lantai bawah, suara pintu-pintu yang di?
ban?ting menutup menggema di seluruh ruangan ketika polisi
meng?amankan area. Seandainya Langdon benar-benar berada di sini, dia terpe?rang?
kap. Sayangnya, Vayentha juga.[]
isi INFERNO [SC].indd 268
BAB engan dinding berlis kayu ek hangat dan langit-langit
kayu berpanel, Hall of Geographical Maps terasa begitu
jauh dari interior batu dan plester dingin Palazzo Vecchio.
Ruangan megah ini, yang semula adalah ruang-mantel gedung,
berisikan lusinan lemari yang pernah digunakan untuk me??nyim??
pan aset-aset bergerak Grand Duke. Saat ini, dindingnya di?hiasi
peta-peta"lima puluh tiga lukisan-tangan di atas kulit"yang
menggambarkan dunia sebagaimana dikenal pada 1550-an.
Koleksi dramatis peta di dalam ruangan itu didominasi oleh
kehadiran sebuah bola-dunia besar yang terletak di tengah ruang?
an. Dikenal sebagai Mappa Mundi, bulatan setinggi seratus delapan
puluh sentimeter itu adalah bola-dunia berputar yang terbesar di
zamannya, dan konon bisa berputar sangat lancar hanya dengan
sentuhan telunjuk. Saat ini bola-dunia itu lebih berfungsi sebagai
perhentian terakhir bagi turis-turis yang telah berjalan berkelokkelok melewati serangkaian panjang ruangan galeri dan tiba di
jalan buntu. Di sana, mereka berjalan mengitari bola-dunia itu
dan menuju ke arah mereka masuk tadi.
Langdon dan Sienna tiba dengan terengah-engah di Hall of
Maps. Di depan mereka, Mappa Mundi menjulang megah, tapi
Lang?don bahkan tidak meliriknya, matanya malah bergerak ke
din?ding sekeliling ruangan.
"Kita harus menemukan Armenia!" kata Langdon. "Peta
Armenia!" Sienna, yang mulai terbiasa dengan permintaan Langdon
yang aneh-aneh, bergegas menuju dinding kanan ruangan, men?
cari peta Armenia. isi INFERNO [SC].indd 269
270 D an B rown Langdon langsung memulai pencarian yang sama di sepanjang
dinding kiri, menelusuri dinding ruangan.
Arab, Spanyol, Yunani ....
Setiap negara digambarkan secara begitu mendetail, meng?
ingat gambar-gambar itu dibuat lebih dari lima ratus tahun yang
lalu, di masa ketika sebagian besar dunia belum dipetakan atau
dijelajahi. Mana Armenia" Dibandingkan dengan ingatan eidetiknya yang biasanya be?
gitu jelas, ingatan Langdon mengenai "tur lorong rahasia" di sini
beberapa tahun silam terasa berkabut, sebagian besar disebabkan
oleh dua gelas Gaja Nebbiolo yang dinikmatinya saat makan siang
sebelum tur dimulai. Cocok, karena nebbiolo berarti "kabut kecil".
Walaupun begitu, kini Langdon jelas mengingat satu peta yang
ditunjukkan kepadanya dalam ruangan ini"Armenia"peta yang
menyimpan keunikan. Aku tahu peta itu ada di sini, pikir Langdon, sambil terus mene?
liti deretan peta yang seakan tak ada habisnya.
"Armenia!" teriak Sienna. "Sebelah sini!"
Langdon berbalik ke arah Sienna yang sedang berdiri jauh di
pojok kanan ruangan. Dia bergegas mendekat, dan Sienna me?
nunjuk peta Armenia dengan ekspresi yang seakan menga?takan,
"Kita menemukan Armenia"terus apa?"
Langdon tahu, tidak ada waktu untuk penjelasan. Dia hanya
menjulurkan tangan, meraih kerangka kayu besar peta itu, lalu
me?nariknya. Seluruh peta mengayun ke dalam ruangan, ber?samasama dengan bagian dinding dan panel yang besar, meng?ung?
kapkan sebuah lorong tersembunyi.
"Oke," kata Sienna, kedengaran terkesan. "Armenia."
Tanpa ragu, Sienna bergegas masuk, melangkah dengan be?
ra?ni ke dalam ruangan suram di balik peta Armenia. Langdon
meng?ikutinya, lalu dengan cepat menarik dinding agar menutup
di belakang mereka. Walaupun ingatannya mengenai tur lorong rahasia itu ber?
kabut, Langdon mengingat lorong ini dengan jelas. Dia dan Sienna
isi INFERNO [SC].indd 270
271 Infern o seakan baru saja menembus cermin untuk memasuki Palazzo
yang Tak Terlihat"dunia tersembunyi yang terdapat di balik
din??ding-dinding Palazzo Vecchio. Wilayah rahasia yang hanya
bisa diakses oleh duke yang saat itu berkuasa dan mereka yang
dekat de?ngannya. Langdon berhenti sejenak di balik ambang pintu dan meresapi
keadaan sekeliling mereka"lorong batu pucat yang hanya dite?
rangi oleh cahaya alami lemah yang menembus serangkaian
jendela berjeruji timah kotak-kotak. Lorong itu menurun sekitar
lima puluh meter ke sebuah pintu kayu.
Langdon berbelok ke kiri. Di sana terdapat sebuah tangga
me?nurun sempit yang diblokir oleh seutas rantai kendur. Papan
tanda di atas tangga memperingatkan: USCITA VIETATA.
Langdon menuju tangga. "Tidak!" kata Sienna memperingatkan. "Tulisannya "No
Exit"." "Terima kasih," kata Langdon datar. "Aku bisa membaca
ba?hasa Italia." Dia melepas rantai itu, membawanya kembali ke pintu rahasia
tadi, dan dengan cepat menggunakannya untuk mengamankan
dinding yang bisa berputar itu"mengikatkan rantai pada pe?
gang?an pintu dan mengelilingkannya pada tonjolan di dekat situ,
sehingga pin?tunya tidak bisa dibuka dari sisi sebaliknya.
"Oh," kata Sienna tersipu-sipu. "Pemikiran cerdas."
"Ini tidak akan menahan mereka untuk waktu yang lama,"
kata Langdon. "Tapi kita tidak perlu waktu lama. Ikuti aku."
______ Ketika peta Armenia itu akhirnya bisa dibuka paksa, Agen Br?der
dan beberapa anak buahnya berlari mengejar menyusuri lorong
sempit, menuju pintu kayu di ujung yang jauh. Ketika mereka
men?dobraknya, Br?der merasakan embusan udara dingin yang
langsung menerpanya, dan sejenak dibutakan oleh cahaya ma?
tahari. isi INFERNO [SC].indd 271
272 D an B rown Dia tiba di langkan, yang mirip jalan setapak berkelok-kelok
di sepanjang puncak atap palazzo. Matanya menelusuri jalan itu,
yang langsung menuju pintu lain, sekitar lima puluh meter jauh?
nya, dan kembali memasuki gedung.
Br?der memandang ke sebelah kiri, atap kubah tinggi Hall
of the Five Hundred menjulang seperti gunung. Mustahil dilewati.
Kini Br?der menoleh ke kanan. Di sana, jalan itu dibatasi oleh te?
bing curam yang langsung berakhir dengan lubang yang dalam.
Ke?matian seketika. Matanya kembali terpusat lurus ke depan. "Lewat sini!"
Br?der dan semua anak buahnya melesat di sepanjang langkan
menuju pintu kedua, sementara pesawat pengintai berputar-putar
seperti burung bangkai di atas kepala.
Ketika Br?der dan semua anak buahnya menerobos ambang
pintu, mereka langsung berhenti, nyaris jatuh saling ber?tum?puk?
an. Mereka berdiri di sebuah bilik batu mungil tanpa pintu keluar,
kecuali pintu yang baru saja mereka lewati. Sebuah meja kayu
me?nempel di dinding. Di atas kepala, sosok-sosok mengerikan
yang digambarkan dalam lukisan-dinding di langit-langit bilik
itu seakan menunduk menatap mereka penuh ejekan.
Jalan buntu. Salah seorang anak buah Br?der bergegas mendekat dan me?
neliti plakat informasi di dinding. "Tunggu sebentar," katanya.
"Di sini dikatakan ada finestra di dalam sini"semacam jendela
ra?hasia?" Br?der melihat ke sekeliling, tapi tidak melihat adanya jendela
rahasia. Dia berjalan mendekat dan membaca sendiri plakat itu.
Tampaknya, tempat ini pernah menjadi kamar kerja rahasia
Duchess Bianca Cappello dan memiliki sebuah jendela rahasia"
una finestra segrata. Melalui jendela itu, secara diam-diam Bianca
bisa menyaksikan suaminya menyampaikan pidato-pidato di
bawah sana di Hall of the Five Hundred.
isi INFERNO [SC].indd 272
273 Infern o ______ Mata Br?der kembali meneliti ruangan, dan kini melihat lu?
bang kecil yang ditutupi kisi-kisi dan tersembunyi secara ti?dak
mencolok di dinding samping. Apakah mereka lolos lewat sana"
Dia berjalan mendekat dan meneliti lubang itu, yang tam?
pak?nya terlalu kecil bagi seseorang seukuran Langdon untuk
lewat. Br?der menekankan wajahnya ke kisi-kisi dan mengintip
ke dalam, menegaskan dengan pasti bahwa tak seorang pun lolos
lewat situ; di balik kisi-kisi terdapat ruang kosong hingga beberapa
lan?tai ke bawah, menuju lantai Hall of the Five Hundred.
Jadi, ke mana gerangan mereka pergi"!
Ketika Br?der berpaling kembali ke bilik batu mungil itu, dia
tidak bisa menahan semua rasa frustrasi yang hari itu menumpuk
dalam diri?nya. Dalam momen langka emosi tak terkendali, Agen
Br?der men?dongak dan mengeluarkan teriakan kemarahan.
Suaranya memekakkan telinga dalam ruangan mungil itu.
Jauh di bawah, di Hall of the Five Hundred, para turis dan
pe?tu?gas kepolisian berbalik dan mendongak menatap lubang ber?
kisi-kisi tinggi di dinding. Menilik suara itu, kamar kerja rahasia
duchess agaknya kini digunakan sebagai kandang hewan liar.
Sienna Brooks dan Robert Langdon berdiri dalam kegelapan to?
tal. Beberapa menit sebelumnya, Sienna menyaksikan Langdon
dengan cerdik menggunakan rantai untuk mengunci peta-ber?
putar Armenia, lalu berbalik dan lari.
Namun, yang mengejutkannya, alih-alih turun menyusuri
ko?ridor, Langdon malah menaiki tangga curam yang ditandai
USCITA VIETATA. "Robert!" bisik Sienna kebingungan. "Papan tandanya me?
nga?takan "No Exit"! Lagi pula, kupikir kita hendak ke bawah!"
"Memang," jawab Langdon sambil menoleh ke belakang.
"Tapi terkadang kau harus naik ... untuk turun." Dia mengedipkan
sebelah mata untuk menyemangati Sienna. "Ingat pusar iblis?"
isi INFERNO [SC].indd 273
274 D an B rown Dia bicara apa" Sienna berlari menyusul, merasa kebingung?
an. "Kau pernah membaca Inferno?" tanya Langdon.
Ya ... tapi saat itu usiaku tujuh tahun.
Sejenak kemudian, Sienna mengerti. "Oh, pusar iblis!" kata?
nya. "Aku ingat."
Perlu sejenak, tapi kini Sienna menyadari bahwa Langdon
me?ngacu pada akhir dari Inferno Dante. Dalam canto-canto akhir,
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
untuk lolos dari neraka, Dante harus menuruni perut-berbulu
iblis yang besar, dan ketika dia mencapai pusar"konon pusat
bumi"gravitasi mendadak berubah arah sehingga Dante, untuk
terus turun menuju penebusan ... mendadak harus memanjat
naik. Sienna hanya ingat sedikit Inferno. Dia hanya ingat kecewa
mem?baca aksi gravitasi yang absurd di pusat bumi; tampaknya
ke?ge?niusan Dante tidak menyertakan pemahaman fisika gaya
vektor. Mereka mencapai puncak tangga, dan Langdon membuka
satu-satunya pintu yang mereka temukan di sana; di pintu itu
ter?tulis: SALA DEI MODELLI DI ARCHITETTURA"Aula modelmodel arsitektur.
Langdon menggiring Sienna masuk, lalu menutup dan
menggerendel pintu di belakangnya.
Ruangan itu kecil dan sederhana, berisikan serangkaian kotak
yang memamerkan model-model kayu rancangan-arsitektural
Vasari untuk interior palazzo. Sienna nyaris tidak memperhatikan
model-model itu. Namun, dia memperhatikan kalau ruangan itu
tidak punya pintu, tidak punya jendela, dan, seperti yang dise?
butkan tanda di depan tangga tadi ... tidak punya pintu keluar.
"Pada pertengahan 1300-an," bisik Langdon, "Duke of Athens
memegang kekuasaan di istana dan membangun rute pelarian
rahasia ini, kalau-kalau dia diserang. Ini disebut Duke of Athens
Stairway, tang?ga yang turun ke sebuah lubang pelarian mungil
di sebuah jalan kecil. Jika kita bisa pergi ke sana, tak seorang pun
isi INFERNO [SC].indd 274
275 Infern o akan me?lihat kita keluar." Dia menunjuk salah satu model. "Lihat.
Kau lihat di samping sana?"
Dia membawaku kemari untuk menunjukkan model-model"
Sienna melirik miniatur itu dengan khawatir dan melihat
tang?ga rahasia yang turun dari puncak istana hingga ke permu?
kaan jalan, tersembunyi secara tidak mencolok di antara dinding
dalam dan dinding luar gedung.
"Aku bisa melihat tangganya, Robert," kata Sienna jengkel,
"tapi letaknya benar-benar di sisi berlawanan istana. Kita tidak
akan pernah bisa ke sana!"
"Yakinlah sedikit," jawab Langdon sambil menyeringai.
Suara berdebum yang mendadak terdengar dari lantai bawah
mengatakan kepada mereka bahwa peta Armenia baru saja di?
bongkar. Sienna dan Langdon berdiri tidak bergerak ketika men?
dengarkan suara langkah kaki tentara-tentara yang menyusuri
koridor; tak seorang pun dari tentara-tentara itu pernah berpikir
bahwa buruan mereka akan naik lebih tinggi lagi ... terutama
menaiki tangga mungil yang bertuliskan NO EXIT.
Ketika suara-suara di bawah sudah menghilang, Langdon
ber?jalan dengan penuh percaya diri melintasi ruang pamer itu,
ber?kelok-kelok melewati etalase-etalase, langsung menuju se?
suatu yang tampaknya seperti lemari besar di dinding. Lemari itu
berukuran sekitar satu meter persegi dan diposisikan satu meter
dari lantai. Tanpa ragu, Langdon meraih pegangannya dan me?
narik pintunya hingga terbuka.
Sienna mundur dengan terkejut.
Ruangan di dalamnya tampak seperti gua yang besar ... seakan
pintu lemari itu adalah portal menuju dunia lain. Di baliknya ha?
nya ada kegelapan. "Ikuti aku," kata Langdon.
Dia meraih satu-satunya senter yang tergantung di dinding
di samping lubang. Lalu, dengan kelincahan dan kekuatan yang
me?ngejutkan, profesor itu mengangkat tubuh melewati lubang
dan menghilang ke dalam lubang kelinci di balik lemari.[]
isi INFERNO [SC].indd 275
BAB a soffitta, pikir Langdon. Loteng paling dramatis di dunia.
Udara di dalam lubang itu berbau apak dan kuno,
se?akan debu plester selama berabad-abad telah menjadi
begitu halus dan ringan, sehingga menolak untuk jatuh dan
malah me??la??yang-layang di atmosfer. Ruangan luas itu berderit
dan menge?rang, membuat Langdon merasa dirinya baru saja
me??manjat masuk ke dalam perut hewan buas.
Begitu menemukan pijakan mantap pada sebatang kasau
ho?rizontal lebar, dia mengangkat senter, membiarkan cahayanya
menembus kegelapan. Di hadapan Langdon membentang terowongan yang seakan
tak berujung, disilang-silangi oleh jejaring kayu berbentuk segi
tiga dan segi empat. Bentuk-bentuk ini tercipta oleh persilangan
tiang-tiang, balok-balok, kasau-kasau, dan elemen-elemen struk?
tural lain yang menyusun ke?rangka tak terlihat Hall of the Five
Hundred. Ruangan loteng luas inilah yang dilihat Langdon pada saat
tur lorong rahasia berkabut-Nebbiolo-nya beberapa tahun silam.
Jendela-intip yang menyerupai lemari itu dibuat di dinding ruang
model-arsitektural, sehingga para pengunjung bisa mengamati
model-model susunan kasau, lalu mengintip lewat lubang dengan
senter untuk melihat susunan kasau aslinya.
Kini setelah Langdon benar-benar berada di dalam loteng,
dia terkejut melihat betapa miripnya arsitektur kasau itu dengan
arsi?tektur kasau kandang New England lama"susunan tiang
utama dan penyangga tradisional dengan koneksi-koneksi "titik
panah Yupiter". isi INFERNO [SC].indd 276
277 Infern o Sienna yang juga memanjat ke dalam lubang dan kini me?
Bende Mataram 15 Pendekar Rajawali Sakti 188 Warisan Terkutuk Mestika Golok Naga 2