Pencarian

Hantu Pegunungan Batu 1

Hantu Pegunungan Batu Karya Karl May Bagian 1


HANTU DI PEGUNUNGAN BATU JILID I Diterbitkan pertama kali oleh Pradnya Paramita (1980).
Pembuatan ebook atas sepengetahuan penerbit.
E-BOOK OLEH PAGUYUBAN KARL MAY INDONESIA http://www.indokarlmay.com The site for fellow pacifists
BAB I PEMBUNUHAN DI NEGERI BERPENDUDUK MISKIN
DISALIN OLEH MUHTADIN FAUZI
UNTUK PAGUYUBAN KARL MAY INDONESIA
http://www.indokarlmay.com The site for fellow pacifists
BAB I Pembunuhan Di Negeri Berpenduduk Miskin
Sabtu petang menjelang pesta karnaval. Di tepi hutan, kira-kira setengah jam perjalanan dari desa Hohenthal, berdirilah suatu kelompok gedung hitam di atas gunung batu yang curam. Cerobong asapnya yang mengepulkan asap menjulang tinggi ke langit. Inilah tambang batu bara Berkat Tuhan .
Sirene mengaung menandakan waktu kerja berakhir. Dari dalam tambang para pekerja diangkat ke atas, bajunya hitam kotor, penuh dengan debu arang.
Sejak tengah malam mereka telah bekerja jauh di bawah, dalam tanah. Kini mereka dapat mengisap kembali hawa segar di luar tambang, sedangkan kelompok lain menggantikannya bekerja di bawah.
Sebagian penduduk dari desa-desa miskin di daerah Pegunungan Batu di Saksen, terdiri dari orang-orang yang saleh dan beribadat. Para pekerja yang mendapat giliran istirahat berdiri mengerumuni pengawas, lalu melipat tangannya. Mereka mengucapkan terima kasih dalam doa kepada Tuhan yang Maha Esa, bahwa Tuhan telah melindungi mereka terhadap segala mara bahaya, lalu beramai-ramai mereka menyanyikan nyanyian pujian.
Setelah itu para pekerja beramai-ramai pergi menghadap kepada tuan administratur untuk menerima upah mingguan.
Seorang demi seorang dipanggil masuk. Tuan administratur itu seorang pendiam dan pembenci sesamanya; ia biasa menggeserkan uang upah kepada pegawai yang bersangkutan tanpa berkata sepatah kata pun, lalu memberi isyarat dengan
1 muka muram, supaya secepatnya pekerja itu meninggalkan ruangan. Maka merasa heranlah mereka mendengar, bahwa sekali ini mereka diperintahkan menunggu depan kantor.
Hari amat dingin, salju setebal semeter menutupi tanah dan masih terus menerus turun salju. Para pekerja menggigil kedinginan, pakaian mereka tipis-tipis, tak sesuai dengan hawa sedingin itu. Akan tetapi tuan administratur tak peduli; setelah ditunggu lama baru ia keluar.
Atas perintah Baron Von Wildstein saya umumkan, bahwa mulai hari ini setiap pekerja terpaksa upahnya dikurangi seharinya dengan sepuluh . Meskipun sekarang ini musim dingin dan keperluan akan batu bara bertambah, namun penjualan berkurang disebabkan oleh jalan-jalan yang tertimbun oleh salju, sehingga tidak dapat dilalui. Lagi pula biaya pengolahan pabrik bertambah besar. Itu sekedar yang hendak saya umumkan. Pekerja-pekerja tambang saling memandangi dengan pandangan yang membayangkan ketakutan. Di sana sini terdengar bisik-bisik dan sungut tertahan-tahan. Akhirnya seorang pekerja yang sudah agak tua usianya memberanikan diri dengan bertanya,
Kalau begitu tuan katanya ragu-ragu, malang benar nasib kami. Tahukah tuan, berapa besarnya upah yang baru saya terima"
Tentu tahu. Enam mark. Enam mark itu untuk satu minggu penuh! Enam mark untuk kerja berat selama tujuh puluh dua jam dalam tambang. Enam mark untuk enam hari kerja, masing-masing terdiri dari dua belas jam kerja di bawah ancaman bahaya maut setiap waktu. Jika itu menurut pendapat anda tidak cukup, anda bebas mencari pekerjaan lain. Jelaskah demikian"
2 Itu tak dapat saya lakukan. Tuan tahu, daerah ini hanya didiami oleh pekerja tambang dan penenun. Saya tak pandai menenun, karena penglihatan saya kurang baik dan tambang lain tak ada di daerah ini. Terpaksa saya harus tetap bekerja di sini. Nah, kalau begitu maka jangan banyak bicara.
Bukan maksud saya mengeluh, tuan, akan tetapi saya ingat akan delapan mulut di rumah saya, yang harus saya beri makan dengan uang enam mark itu. Percayalah tuan, sudah lama kami menderita lapar serta kedinginan. Bagaimanakah kelak nasib kami ini"
Itu bukan urusanku. Yang kulakukan hanyalah tugasku dan tugas itu untuk menyampaikan pesan dari Baron. Barang siapa tidak setuju, tidak diharuskan kembali lagi
. Akan pengganti mereka, saya yakin, tidak akan kekurangan.
Setelah mengucapkan perkataan ini ia membalikkan badannya, lalu masuk ke dalam kantor. Dengan rasa tertekan para pekerja pulang ke rumahnya masing-masing melalui lapisan salju yang tebal.
Setelah berjalan setengah jam lamanya nampaklah rumah-rumah mereka yang rendah-rendah di kejauhan, terlalu buruk untuk dipandang. Hanya dua rumah yang menonjol dibandingkan dengan yang lain; yang sebuah yaitu gedung pastori dan yang sebuah lagi dekat gereja letaknya. Di atas pintu rumah ini terdapat batu marmer dengan tulisan berwarna emas yang bunyinya demikian:
Semoga dilindungi Tuhan rumah ini beserta mereka yang memasukinya.
Di pintu tergantung papan nama dengan nama yang tertera: Seidelmann dan Putera. Ketika sirene di tambang mengaung, tanda berganti giliran kelompok pekerja, maka lonceng gereja
3 pun turut dibunyikan. Itulah menurut adat kebiasaan lama, lonceng gereja dibunyikan pukul dua belas tengah hari.
Gemuruh bunyi alat penenun bercampur baur dengan bunyi lonceng gereja yang merdu. Demikian sepanjang hari terdengar kesibukan para penenun dengan pekerjaannya.
Pintu sebuah rumah terbuka dan nampaklah seorang gadis berdiri di belakangnya, membawa sebuah kendi air dalam tiap tangannya. Ia hendak keluar rumah, akan tetapi tiba-tiba ia mundur selangkah terdorong oleh segumpal salju yang tertiup angin masuk melalui pintu. Seketika itu juga melompatlah seorang anak muda dari rumah sebelahnya untuk segera memberi pertolongan kepadanya.
Engeltje! serunya. Mau mengambil air kau"
Benar, Eduard! Tak dapat kau lakukan sendiri pekerjaan itu dalam cuaca seburuk ini. Berikan saja kepadaku.
Segera diambilnya kendi-kendi itu dari tangan gadis itu lalu pergilah ia mengambil air. Dari celah-celah pintu anak gadis itu memperhatikan Eduard.
Nama gadis itu sebenarnya Angelica, tetapi selalu dipanggil Engeltje, yang dalam bahasa barat berarti malaikat. Ia seorang gadis yang cantik, lincah, berumur delapan belas tahun. Pakaian yang dipakainya sederhana, tetapi rapih. Ia memakai rok flanel merah sampai kepada lututnya, sehelai baju panas yang bagian atasnya sedikit terbuka. Mukanya yang kemerah-merahan dihiasi oleh rambut tebal sekitarnya.
Eduard kembali lagi membawa kendi-kendi berisi air. Engeltje membuka pintu lalu kata,
Masuklah cepat-cepat Eduard. Jangan letakkan kendi- kendi itu di luar sekali ini.
4 Alangkah buruknya cuaca, katanya. Bila terus menerus keadaan seperti ini akhirnya takkan dapat kita menyeberangi jalan lagi!
Kau sudah bersusah-susah mengambilkan air untukku! Terima kasih. Dengan tanpa pikir panjang diulurkannya tangannya kepada anak muda itu, yang disambut hangat olehnya.
Bukankah kita tetangga dan harus tolong-menolong"
Tetapi untuk kepentinganku sudah kauletakkan pekerjaanmu sendiri.
Ketinggalan hanya beberapa menit itu dapat kukejar dalam waktu yang singkat.
Tetapi bukankah waktumu sangat kauperlukan sendiri.
Dari mana dapat kauketahui, Engeltje"
Kaukira tak tahu aku, bahwa kau telah bekerja sepanjang malam"
Ia mengangguk. Mukanya yang cakap dan jujur itu berubah menjadi muram.
Itu harus dikerjakan, Engeltje. Hari ini, sebelum malam tiba aku harus selesai. Kau tahu, ayah menderita sakit selesma. Ia hanya dapat menyelesaikan sehelai kain, sehingga aku harus menyelesaikan tiga.
Tapi dengan demikian kau akanjatuh sakit. Janganlah bekerja melampaui batas tenagamu. Itu tidak baik. Aneh, buat apa harus selesai begitu banyak, Eduard"
Kami perlu uang. Seidelmann ingin menarik kembali uangnya.
Astaga, itu kan tak mungkin! seru gadis itu terkejut.
Orang sekaya Seidelmann masih memerlukan uang sedikit itu"
Memang sebenarnya tidak. Tetapi katanya, ia menderita rugi
5 banyak, maka harus meminta kembali semua uang, yang telah dipinjamkannya kepada orang.
Aku tak percaya. Tentu ada alasan lain.
Muka Eduard menjadi merah padam.
Barangkali juga, jawabnya. Kukira tahu aku alasan itu, Apa gerangan alasan itu" tanya gadis itu dengan penuh pengharapan.
Lain kali saja kuceriterakan kau hal itu. Kukira kau sedang sibuk menyiapkan makan.
Tid ak. Kami sudah makan. Makanan kegemaran ayah: sayur dengan daging panggang. Kamu makan apa"
Muka Eduard menjadi merah karena malu. Supaya jangan kelihatan oleh gadis itu, maka ia memalingkan badannya.
Benar-benar tak tahu aku, Engeltje. Dalam segala kesibukanku, aku tak menaruh perhatian terhadap apa-apa yang sedang dimasak ibuku. Tapi sebentar lagi akan aku tahu juga. Sampai lain kali, Engeltje!
Sampai lain kali. Nanti malam kita bertemu lagi"
Baik, aku akan datang. Setelah mengucapkan perkataan itu ia pergi lagi menempuh jalan yang diliputi salju. Ia lari ke arah sebuah rumah yang lebih kecil lagi dari pada rumah orang tua Angelica. Lantainya dari tanah; di sebelah kanan ada semacam gudang dan sebuah kandang kambing. Di sebelah kiri terdapat ruang tinggal. Di ruang itu hanya terdapat dua jendela dan di depan tiap jendela ada alat penenun. Ketika Eduard baru masuk ia mendengar ibunya berkata, Mari ayah, tinggalkan dahulu pekerjaanmu. Kita makan dahulu!
Perlahan-lahan dengan susah payah ayah bangkit dari kursinya. Jalannya membungkuk dan rambutnya, seperti juga rambut
6 ibunya menjadi putih karena kesusahan yang ditanggungnya dalam hidup. Perkataan makan yang diucapkan itu seperti mengandung tenaga sihir. Segala sesuatu di dalam kamar itu mulai bergerak. Lima anak, tidak terhitung Eduard, berlari-lari menuju meja makan. Di atasnya terdapat sebuah pinggan berisi kentang yang sudah direbus.
Ayahnya melipat tangannya, Mari kita berdoa.
Semua menundukkan kepala dengan khidmat.
Selesai berdoa, barulah ayahnya duduk. Inilah tanda, bahwa boleh dimulai dengan makan. Anak-anak makan dengan lahapnya, seolah-olah di atas meja itu terdapat hidangan yang lezat-lezat dan bukannya hanya kentang rebus. Kentang itu direbus tanpa dikupas lebih dahulu lalu diberi sedikit garam; garam ini telah dipanggang sampai agak merah warnanya untuk menambah lezatnya.
Tiba-tiba pintu dibuka orang. Seorang tua renta masuk ke dalam. Selamat malam semuanya! demikian salam tamu sambil batuk-batuk kecil. Anda sedang makan" Tak boleh saya mengganggu. Lain kali saja saya kembali.
Jangan, jangan pergi dahulu! kata Hauser tergesa-gesa. Silakan duduk-duduk dahulu. Anda sekali-kali tidak mengganggu.
Orang tua itu lalu duduk dekat tungku api, merentangkan tangannya ke arah api.
Pantas tak panas, katanya dalam hati, tak ada apinya. Nyalakan tungku dahulu, bu! Tetangga kita mau memanaskan badan, kata penenun itu kepada isterinya.
Muka nyonya Hauser menunjukkan rasa cemas.
Arang sudah lama habis. Pakai kayu bakar saja! 7 Itupun tak ada. Sisa kayu bakar baru saja kuhabiskan untuk merebus kentang.
Tinggal berapa uang simpanan kita"
Sepuluh ! Suruh saja beli arang dengan uang itu. Anda sudah makan" Orang tua itu menggelengkan kepala dan memandang dengan penuh selera kepada pinggan berisi kentang, yang kian lama kian menyusut isinya.
Hari ini saya masih belum makan. Baru saya menghadap Seidelmann untuk meminta. eh ..., tetapi pendeknya ia tak mau beri apa-apa.
Nah, silakan mulai makan!
Tuan rumah tidak usah mengulangi lagi ajakannya. Langsung orang tua itu mulai makan. Sekarang bukannya enam belas tangan, melainkan delapan belas yang berlomba-lomba memindahkan makanan ke dalam perutnya.
Setelah habis tandas segenap hidangan itu Hauser bangkit berdiri dari kursinya. Marilah kita berdoa! Semua melipat tangannya.
Puji syukur kami ucapkan Tuhan, bahwa Kamu sudi datang bertamu ke rumah ini, setiap kali! Lalu ditambahkannya pula: Sekali ini pun juga Kamu limpahi kami dengan berkatMu.
Untuk hari esok Sudah Kau sediakan segalanya bagi kami.
Kami tak perlu takut Karena cintaMu yang tak berhingga!
Selesai mengucapkan doa itu tamu tua itu menyambut tangan penenun lalu berkata,
Terima kasih, tetangga! Anda tidak tahu, betapa besarnya
8 rasa terima kasih saya. Tadi saya katakan, bahwa saya masih belum makan hari ini, tetapi sebenarnya sudah sejak kemarin dahulu saya belum berjumpa dengan makanan.
Terlalu! seru Hauser. Bu, berilah sepotong roti lagi kepadanya.
Isterinya mendeham kemalu-maluan.
Roti pun sudah habis, ayah.
Masa. sudah habis semuanya"
Memang benar. Tak sebutir pun tinggal!
Hauser diam-diam memberi isyarat. Isterinya terus mengerti maksudnya. Ia memakai kain kerudungnya, lalu keluar dari ruangan itu. Tak lama kemudian ia kembali lagi membawa sepotong roti dalam tangannya. Ia telah membeli roti itu dengan uang yang sebenarnya disisihkan akan pembeli arang.
Orang tua itu terharu sekali, sehingga mencucurkan air mata. Tuhan akan membalas budi anda. ! Maaf, saya tak dapat makan roti itu. Anak-anak anda lebih memerlukannya. Makanlah roti itu, kata Hauser memaksa. Sebentar lagi Eduard akan pergi kepada Seidelmann membawa hasil tenunan kami. Maka akan ada uang lagi akan pembeli barang-barang keperluan kami. Anda tidak berpenghasilan dan tak mungkin mendapat pekerjaan untuk nafkah.
Orang tua itu harus mengakui kebenaran perkataan itu, lalu agak ragu-ragu menerima roti itu. Dahulu memang lain keadaannya. Ketika itu saya adalah satu-satunya pemangkas rambut di sini. Sekarang sudah ada banyak. Lagi pula tangan saya suka gemetar, hampir-hampir tak dapat memegang pisau cukur lagi. Memang zaman sudah berubah menjadi buruk dan manusianya pula. Anda sudah mendengar khabar tentang kejadian semalam"
9 Tidak, apa gerangan yang terjadi"
Ketika penjaga hutan tadi pagi melalui hutan dalam keadaan cuaca yang amat buruk, tiba-tiba anjingnya berdiam diri dekat suatu unggun salju. Tak mati bergerak sedikit pun dari tempat itu. Dan ketika diperiksa oleh penjaga hutan unggun itu dengan teliti, maka ternyatalah merupakan sesosok mayat orang! Astaga. Beku kedinginan barangkali"
.Bukan. dibunuh! Suasana menjadi sunyi sepi. Keluarga Hauser tak dapat mengucapkan sepatah kata pun. Eduardlah yang mula-mula kembali dapat berbicara lagi.
Mayat siapakah itu" Orang sini"
Salah seorang opsir penjaga perbatasan. Sebuah peluru menembusi kepalanya.
Tentu dilakukukan oleh para penyelundup!
Hantu Hutan sendiri yang melakukan perbuatan itu!
Dari mana diketahui orang demikian"
Pada mayat itu ditemukan sepucuk surat yang bunyinya, inilah ganjaran bagi seseorang yang berani merintangi para penyelundup. Hantu Hutan.
Benar-benar perbuatan keji! keluh nyonya Hauser.
Benar, kata orang tua itu sambil mengangguk.
Itulah dia. Tadi pagi salah seorang duduk di rumah makan dan menurut katanya, bahwa semalam lebih dari tiga puluh orang penyelundup telah menyeberangi daerah perbatasan. Pegawai itu hanya dapat menyaksikan kejadian itu dari kejauhan, tapi ia tak dapat berbuat apa-apa.
Tak dapat berbuat apa-apa" Bukankah mereka membawa senjata"
Orang tua itu menarik nafas panjang-panjang.
10 Apa gunanya senjata terhadap orang-orang yang dilindungi oleh Hantu Hutan!
Kini Hauser turut berbicara,
Itu bukan pendapat orang yang beragama, tetangga. Semua kejadian sesuai dengan khodrat alam dan Tuhan menjaga supaya kebaikan selalu menang atas kejahatan. Dalam hal ini juga Ia tak akan membuat kecuali. Siapakah menurut pendapat anda Hantu Hutan itu sebenarnya"
Mungkin sekali penjelmaan Iblis sendiri! kata orang tua itu dengan suara gemetar ketakutan. Sayalah orang yang tahu tentang hal itu, karena saya telah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Semoga orang lain dijauhi Tuhan, bertemu dengan makhluk yang mengerikan itu. Pasti dapat membawa kematian baginya.
Suasana seram meliputi keluarga Hauser. Mereka memandangi orang tua itu dengan terperanjat bercampur tak percaya. Anak-anak berkumpul bergerombol ketakutan. Ayah dan ibu saling pandang-memandangi seolah-olah mau mengatakan, Jadi benar juga apa yang didesas-desuskan orang di sana-sini tentang Hantu Hutan itu!
Tetangga mereka itu orang yang dapat dipercayai dan perkataannya tak dapat disangsikan kebenarannya.
Begitu bingung mereka semuanya, sehingga tak seorang pun mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meskipun nyata terbayang pada mukanya, bahwa mereka ingin sekali mendengar lebih banyak tentang hal itu.
Eduard akhirnya menjadi tenang kembali dan dapat mengajukan pertanyaan yang masuk di akal, meskipun dengan suara yang agak gemetar, mengapa tetangganya itu tidak lebih dahulu menceriterakan tentang pert
emuannya itu. 11 Bertanya itu mudah, anakku, keluh orang tua itu, mudah sekali! Barangkali anda kira semuanya itu hanya isapan jempol saja" Tidak, jangan potong perkataanku, anda tak usah minta maaf. Saya akan menjawab, pertanyaan anda. Akan tetapi ini bukan untuk didengar oleh anak-anak kecil. Biar mereka keluar dari ruangan ini lebih dahulu! Dengan mengucapkan perkataan itu ia menunjuk kepada adik-adik Eduard. Saya hanya mau bicara dengan orang-orang yang dapat menyimpan rahasia. Kelima anak kecil itu disuruh pergi tidur. Mereka pergi baik-baik, tanpa membantah sedikit. pun. Tetapi setelah keluar dari ruangan itu, mereka melekapkan telinganya rapat-rapat pada daun pintu dengan secara bergilir, untuk masih dapat menangkap kata-kata yang diucapkan oleh orang tua itu, yang menggambarkan pengalaman-pengalamannya dengan Hantu Hutan.
Namun daya upaya mereka sia-sia belaka, karena orang tua itu hanya berbisik-bisik saja, demikian perlahan dan hati-hatinya. Hanya sedikit deham-deham yang tak terkendalikan dan kadang-kadang juga kata-kata seru dari mulut orang tua mereka yang menyatakan betapa terkejutnya mereka, terdengar di telinga anak-anak itu.
Hantu Hutan telah memerintah saya untuk menutup mulut, mulailah orang tua itu dengan ceriteranya, setelah anak-anak pergi dan pintu kamar ditutup. Dengan mengucapkan perkataan itu ia melihat-lihat ketakutan sekelilingnya, seakan-akan ia takut, bahwa makhluk yang mengerikan, yang larangannya telah dilanggarnya itu, tiba-tiba muncul di belakangnya untuk membalas dendam. Kemudian ia melanjutkan. Dan dia telah
mengancam saya..................
Demi Tuhan, . tetangga! kata nyonya Hauser. Saya tak mau mendengar apa-apa lagi! Tetapi Eduard dan ayahnya memberi
12 isyarat kepadanya yang mengandung maksud supaya ia diam.
Ya, teruskan saja ceritera anda! kata Hauser. Bagaimana, bilamana dan di mana terjadinya hal itu"
Lebih kurang empat minggu yang lalu, kata tamu itu, saya kemalaman ketika saya sedang mengumpulkan kayu bakar di hutan. Saya merasa lapar, kaki saya gemetar, sehingga kerap kali saya harus istirahat, duduk di atas ikatan kayu yang saya bawa. Akhirnya sudah cukup banyaknya kayu yang saya kumpulkan, lalu saya berjalan melalui Ngarai Swedia untuk sampai ke desa.
Apa, kata Hauser dengan geram, melalui Ngarai Swedia" Daerah itu sudah umum diketahui orang kurang aman!
Itu pun pendapat saya ketika saya melangkah-langkahkan kaki saya mengarungi lautan salju itu, kata orang tua itu dengan mengangguk. Di sebelah kanan saya, di atas tebing, bulan menyinarkan cahayanya. Mukanya, dalam pandangan saya, pada ketika itu kelihatan muram, lain dari pada biasanya. Di semak di sebelah kiri, seperti tentu juga anda ketahui, angin berdesir dan bunyi itu seperti beribu-ribu hantu sedang berbisik-bisik. Tiba-tiba ada bayangan gelap yang melintas dekat kepala saya. Dalam keadaan biasa tentu saya akan mengira, bahwa bayangan tadi sebabkan oleh seekor burung hantu, tetapi pada malam itu segala benda di sekitar saya terasa menyeramkan. - muka sang bulan yang seperti mengamat-amati, suara bisik-bisik, bayangan gelap ditambah lagi dengan suara kepak-kepak burung dekat kepala saya- semua itu begitu menyeramkan, sehingga terjatuhlah tongkat saya tongkat saya tempat saya bertumpu. Sekarang ia berhenti sejenak. Demikian tegang ceriteranya, sehingga hampir-hampir ia tidak dapat bernafas lagi. Keluarga Hauser berdiam diri dan menunggu dengan hati berdebar13
debar sampai orang tua itu dapat melanjutkan ceriteranya lagi. Demikian sunyinya, sehingga mereka hampir-hampir dapat mendengar anak-anak berdiri dekat pintu. Akhirnya orang tua itu melanjutkan ceriteranya. Saya membungkuk untuk menjemput tongkat saya. Ketika saya berdiri kembali yah, bagaimana harus saya terangkan sebaik-baiknya kepada kalian -saya berdiri tegak, badan saya menjadi kaku, tak dapat bergerak karena ketakutan. Di atas tebing yang tandus nampak. pada saya sesosok tubuh putih, dengan jelas kelihatan di sinar bulan yang terang. Sosok tubuh itu merentangkan lengannya seolah-olah untuk memerintah. Kemudian terdengarlah sua
ranya, yang aneh bunyinya dan menyeramkan seperti suara dari dalam kubur.
Apa yang kaukerjakan di sini, hai manusia kecil" Apa yang setelah itu saya katakan atau lakukan tak tahu lagi saya. Luar biasa takut saya. Dalam niat saya terkandung untuk menghadiahkan kepada hantu itu segala hasil pekerjaan saya, yaitu kayu yang telah saya kumpulkan dengan susah payah itu serta segenap milik uang saya, yang hanya terdiri atas tiga . Akan tetapi ia berseru, Aku tidak menginginkan barang-barangmu. Aku ini Hantu Hutan yang maha kuasa. Lekas tinggalkan tempat ini dan awas, jangan katakan kepada siapa pun tentang pertemuan ini. Jika kau langgar perintahku, aku akan datang tengah malam, akan kupatahkan batang lehermu!
Tentu anda mengerti, bahwa saya lari sekencang-kencangnya untuk menyelamatkan diri dari bahaya maut. Setengah mati akhirnya saya sampai di rumah dan saya tak berani menceriterakan kepada siapapun tentang kejadian itu.
Akan tetapi sekarang anda mau berceritera juga. Mengapa demikian" Tanya Hauser, karena ia ingin tahu.
Karena jika tidak, saya mungkin jadi gila. Saya harus
14 mencurahkan isi hati saya kepada seseorang,
Baik, tetangga. Anda dapat meresa pasti, bahwa kami akan dapat menutup mulut.
Itu saya tahu dan sekarang saya merasa lega. Jadi sekarang anda tahu, siapa Hantu Hutan itu: Iblis dalam badan manusia. Semoga Tuhan melindungi kami terhadap akalnya yang jahat. Tetapi sekarang benar-benar saya harus pergi. Anda harus bekerja dan untuk itu tiap menit berharga. Sekali lagi terima kasih banyak untuk segala-galanya! Ia memberi salam dan Hauser mengantarkannya, sesuai dengan adat kebiasaan lama, ke pintu. Baru saja mereka berdiri di situ, terdengar bunyi lonceng dari sebuah kereta salju, yang melintas dengan mereka, ditarik oleh dua ekor kuda. Ada orang di dalamnya, yang memakai baju bulu.
Tentu orang asing, kata orang tua itu.
Akan tetapi Hauser membantah.
Ah, bukan! Tiadakah anda lihat orang itu" Kalau begitu mata anda benar-benar kurang awas. Bukan orang asing, melainkan saudara Seidelmann, yang pekerjaannya pelepas uang.
Wah, orang suci yang bermulut manis itu" Itu alamat buruk. Tiap kali orang itu ada di sini kita mengalami hal-hal yang kurang enak. Ada-ada saja yang harus kita alami zaman sekarang ini, tetangga. Sampai bertemu lagi!
Sementara itu Angelica membawa kendi-kendi berisi air itu untuk ibunya di dapur, kemudian ia masuk ke dalam kamar. Di situ didapatinya ayahnya berdiri di belakang meja sedang mengamat-amati sehelai kain baru selesai ditenun. Kamar ini pun kecil, tetapi lebih bagus dari pada kamar keluarga Hauser. Di rumah Hauser terdapat enam mulut yang selalu minta makan, sedangkan Angelica adalah anak satu-satunya.
15 Ayahnya memandang gadis itu dengan rasa kesal dalam hatinya.
Dari mana kau" Habis mengambil air. Kau ambil sendiri" Karena bingungnya ia memalingkan badannya ke arah jendela, supaya ayahnya tidak dapat melihat mukanya.
Ayo. Jawab! katanya dengan suara berang.
Eduard yang mengambil untukku, demikian diakuinya dengan suara yang lemah.
Eduard. Selalu Eduard! Anak muda yang miskin itu!
Kita pun tidak tergolong orang kaya.
Justru itu harus menjadi cambuk bagimu untuk menjadi orang kaya.
Angelica memandang kepada ayahnya dengan keheran-heranan.
Kita menjadi kaya" serunya. Itu hal yang takkan mungkin terjadi seumur hidup kita
Jangan mengada-ada! kata: Hofmann dengan geram.
Kau masih muda dan cantik. Bukanlah hal yang tak mungkin, bahwa suatu kali datang seorang dari keluarga orang berada yang mau melamarmu.
Karena merasa malu, gadis itu memalingkan badan membelakangi ayahnya. Tetapi. orang tua itu tidak mau mengalah; ia mendekati anaknya.
Jadi bagaimana pendapatmu" ia memaksa. Banyak orang
muda yang menaruh hati padamu dan...............
Saya tak suka pada mereka semuanya! demikian kata-kata itu terlontar dari mulut gadis itu. Saya tahu sekarang. Maksudmu itu tentunya: semua orang, kecuali Eduard" tanya
16 ayahnya dengan nada mengejek. Dan dengan suara marah dan memerintah dilanjutkannya, lekas jawab saya! Atau barangkali itu kekasihmu"
Bukan! seru gadis itu. Akan tetapi ayahnya tertawa mengejek.
Janganlah coba-coba membohongiku. Atau barangkali kau kira saya tidak tahu, apa yang terjadi di belakangku"
Tidak terjadi apa-apa, ayah!
Benarkah demikian" Masih belum ada pernyataan cinta atau semacam itu"
Tak sepatah kata pun terucapkan!
Oleh kata-kata gadis itu yang dikatakan dengan sejujur-jujurnya itu, maka akhirnya hati Hofmann menjadi agak lunak.
Sebenarnya saya juga tidak membenci anak muda itu. Saya tahu ia anak yang baik, sopan santun, tetapi keadaannya miskin sekali tak. tertolong lagi. Kau tak sesuai sama sekali dengan dia. Tadinya saya benar. benar khawatir, kalau-kalau kau sudah mengikat janji dengan dia. Syukurlah tidak demikian halnya, karena biar bagaimanapun saya tak akan menyetujuinya. Sekarang tahulah sudah kamu keinginan saya, dan saya harap kau berlaku sesuai dengan itu.
Ia melipat kain itu, mengenakan baju lalu keluar dari rumah untuk menyerahkan pekerjaannya kepada Seidelmann.
Seperempat jam kemudian ia tiba di rumah Seidelmann dan masuk melalui pintu, yang di atasnya terdapat tulisan Kantor . Di dalam ruangan itu berdiri seorang muda berwajah perengut sedang menulis di belakang meja tulis. Orang itu Frits Seidelmann, putera saudagar Martin Seidelmann. Ia bertubuh tegap, meskipun tidak besar sekali. Ia seorang yang suka bersolek dan hal itu pun nyata kelihatan pada tingkah lakunya. Wajahnya
17 yang ketika itu sedikit muram, mulai bercahaya ketika ia melihat penenun Hofmann masuk.
Oh, anda yang datang! demikian sambutannya membalas salam Hofmann. Sudah selesaikah anda menenun sehelai kain dalam minggu ini"
Sudah, tetapi agak susah juga, karena benang yang saya peroleh buruk sekali.
Masa! Saya rasa anda pun tidak percaya pada perkataan anda sendiri, kata Seidelmann dengan congkaknya. Anda tahu. saya selalu mencarikan benang yang terbaik untuk anda.
Pada muka Hofmann terlihat seolah-olah ia kurang percaya. Anda masih meragukan kebenarannya " demikian Seidelmann melanjutkan. Itu sikap yang kurang berterima kasih. Saya selalu mendahulukan kepentingan anda di atas yang lain. Biasanya saya membayar untuk hasil tenunan seperti kepunyaan anda delapan mark, jika tidak ada cacatnya; tetapi saya selalu membayar anda sepuluh mark.
Itu benar, tuan Seidelmann, demikian penenun itu memberanikan diri untuk membantah, akan tetapi saya juga yang paling banyak menghasilkan tenunan!
Frits Seidelmann tertawa mengejek.
Sombong benar kedengarannya perkataan itu, tuan Hofmann! Hasil pekerjaan anda sebenarnya tidak begitu baik. Sebaliknya, dibandingkan dengan yang lain-lain, hasil pekerjaan anda penuh dengan cacat. Tahukah anda. siapa yang paling baik. menghasilkan tenunan" Itulah Eduard Hauser! Belum pernah dapat saya temukan cacat dalam hasil tenunannya dan ia menghasilkan dua kali sebanyak anda. Meskipun demikian, saya tidak begitu sayang kepadanya. Itu tentu ada sebab-sebabnya. Tapi biar, itu tak perlu dibicarakan, perlihatkan saja hasil tenunan
18 anda! Ia memeriksa kain itu dengan selayang pandang.
Hm! gerutunya secara mencela. Saya lihat di sini ada benang yang putus. Anda sendiri tidak melihatnya"
Benar. Tetapi itu tak dapat diperbaiki lagi.
Itu harus diperhitungkan dengan upah anda.
Apa. Putusnya benang itu"
Memang demikian. Sekali ini upah anda akan dikurangi dengan dua mark.
Penenun itu terperanjat mendengar perkataan itu. Kiranya dua mark itu jumlah yang besar sekali.
Dua mark, katanya dengan terputus-putus. Anda tega menguranginya"
Mengapa tidak" Hasil tenunan anda sungguh tidak lebih berharga daripada itu. Akan tetapi, eh, barangkali itu masih dapat dirundingkan lagi, asal anda mau menerima akal yang sehat. Hofmann memandang Seidelmann dengan keheranan. Menerima akal yang sehat" Apakah saya tidak begitu" Maukah tuan menjelaskan pendapat tuan"
Perkataan itu sedikit mengandung sindiran, tetapi tidak terasa oleh Seidelmann. Biasanya ia berlagak sebagai tuan besar di hadapan para penenun, tetapi sekali ini ia bersandar pada meja tulisnya dan mengangguk-angguk, seakan-akan ia suka memenuhi keinginan Hofmann.
Sebentar lagi akan saya terangkan maksud saya. Pernahkah anda mendengar tentang gedung Casino"
Eh! Saya hanya tahu, bahwa ada perkumpulan kaum muda dari kalangan orang-orang berada, bukan seperti kami para penenun. Saya yakin, tuan juga anggota dari perkumpulan itu, bukankah demikian, tuan Seidelmann"
19 Memang benar. Dengarlah baik-baik! Saya telah mengundang anggota-anggota perkumpulan itu pada hari Selasa minggu depan datang kemari. Sebagai acara hiburan, maka di rumah penginapan akan diselenggarakan suatu pesta dansa berkedok. Tetapi tentu saja untuk itu kami perlukan sejumlah anak gadis dan untuk keperluan itu saya ingat akan puteri anda.
Dengan sengaja Frits Seidelmann setelah mengucapkan perkataan itu diam sejenak, lalu mengamat-amati gerak-gerik Hofmann sebagai reaksi terhadap perkataannya. Ia mengenal baik perangai ayah gadis yang cantik itu. Hofmann amat sayang kepada anaknya, di samping itu ia haus akan pujian dan bersifat congkak. Besar kemukinannya, ia sangat bangga mendengar tentang undangan itu.
Memanglah demikian, pada muka Hofmann mula-mula dapat dibaca rasa heran seheran-herannya, kemudian berubah menjadi senang hati. Ia tertawa, merasa, dirinya diagung-agungkan. Pikir Seidelmann: betapa dungunya orang ini. Akan tetapi ini lebih menguntungkan bagi anak saudagar itu. Justru karena kedunguannya ini Hofmann dapat diperalat olehnya.
Maksud tuan untuk mengundang anak saya Engeltje" Ke Casino"
Kini Seidelmann memasang gaya seperti orang penting yang hendak mengemukakan hal-hal yang penting pula.
Tepatlah dugaan anda dan saya harap, bahwa anda dapat menghargai kehormatan yang diberikan kepada puteri anda itu. Anda harus mengetahui pula, bahwa sahabat-sahabat saya semua datang bersama pasangannya; yang sudah barang tentu terdiri dari orang baik. baik semuanya. Puteri anda akan bergerak di
kalangan muda-mudi kaum atasan dan...........
Tuan Seidelmann tidak usah khawatir, demikian ayah yang
20 gila hormat itu memotong pembicaraan. Saya yakin, Engeltje akan merasa senang sekali mendengar tentang undangan tuan itu.
Itu pun harapan saya. Janganlah menyia-nyiakan kesempatan baik yang melintas sekali saja dalam hidup kita. Seisi desa akan iri hati terhadap Engeltje. Dan saya telah mengatur segala-galanya. Puteri anda akan saya kirimi gaun pesta; ia akan keluar sebagai puteri Itali yang cantik. Segala biaya adalah atas tanggungan saya. Semuanya sudah beres. Yang hanya saya perlukan sekarang adalah persetujuan anda. Tetapi yang paling penting tentu saja kerelaan hati Engeltje untuk hadir dalam pesta itu
Tetapi itu sudah pasti! kata Hofmann untuk meyakinkan dia
Benarkah pendapat anda" Bukankah demikian, bahwa seorang gadis zaman sekarang kadang-kadang mempunyai kemauannya sendiri" Apa lagi bila ia sadar akan kecantikannya dan bahwa ia selalu dikejar-kejar oleh anak-anak muda di mana pun ia berada" Puteri anda tentunya sudah ada pasangannya"
Tidak mungkin! Tetapi bukankah Eduard Hauser menaruh hati padanya"
Apa, dia" Bagus benar, dia mengharapkan Engeltje. Itu ibarat menantikan kucing bertanduk. Saya sebagai orang tuanya tidak mungkin memberi persetujuan.
Saya sefaham benar dengan anda. Anak secantik dia tidak sepantasnya mendapat pasangan semiskin itu. Pendeknya: jadi sudah pastikah, bahwa hari Selasa ini Engeltje akan hadir pada pesta dansa berkedok itu sebagai pasangan saya"
Itu saya jamin. Masih ada pemberitahuan lagi dan ini yang terpenting:
21 sekali-kali tidak boleh diketahui oleh puteri anda, siapa yang mengundangnya.
Mengapa Maklum saja. Pesta itu diadakan dengan berkedok. Maksudnya, supaya pengikutnya tidak saling mengenal.
Ya, saya maklum, kata penenun itu tanpa curiga sambil mengangguk.
Dan anda pun berjanji tidak akan membocorkan rahasia" Ya, saya berjanji, tuan Seidelmann.


Hantu Pegunungan Batu Karya Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Baik kalau begitu. Maka saya akan melupakan peristiwa benang yang putus itu. Terimalah, sepuluh mark . Dengan merendahkan diri Hofmann menerima uang itu lalu keluar, bersuka-hati, karena puterinya sebagai satu- satunya gadis desa yang terpilih untuk mendampingi putera seorang hartawan ke pesta dansa.
Ia berusaha membayangkan rasa iri hati yang akan timbul pada gadis-gadis yang lain di desa, lalu menarik kesimpulan, bahwa Frits Seidelmann mungkin sekali sedang dimabuk cinta oleh puterinya. Akhirnya ia tenggelam dalam lamunan tentang hari depan yang cemerlang. Tetapi segala lamunan itu berakhir dengan pikiran: asal saja Engeltje tidak berbuat bodoh dan mau mendengar kata, maka tak lama lagi kita akan dapat merayakan pesta pernikahan yang berkemilauan seperti layaknya terdapat pada keluarga raja-raja.
Sebaliknya Seidelmann memandangi penenun itu dengan senyum kemenangan. Ia menggosok-gosokkan tangannya menandakan kesukaan dalam hatinya mengenangkan malam Casino yang akan datang. Pada ketika itu juga meluncurlah kereta salju di depan, yang pernah di lihat lebih dahulu oleh Hauser dan pemangkas rambut tua itu. Depan rumah Seidelmann
22 kereta itu berhenti. Frits mendengar bunyi lonceng kereta salju itu, lalu pergi ke jendela. Ia merasa heran, ketika dilihatnya saudara ayahnya duduk dalam kereta itu.
Astaga, itu paman! pikirnya. Ia datang dengan tiba-tiba, tentu ada hal-hal yang penting!
Ia bergegas keluar untuk menyambut pamannya, yang sementara itu menanggalkan baju bulu dan selimutnya lalu turun dari kereta saljunya.
Selamat datang, paman! serunya. Tiba-tiba saja paman datang! Dengan secara berlebih-lebihan paman merangkul Frits. Paman berlaku seolah-olah memegang peran dalam suatu sandiwara kelas rendah, di mana ia memegang peran sebagai pahlawan. Semua gerak-gerik pada orang ini nampak seperti dibuat-buat; caranya berjalan, caranya berbicara.
Di manakah ayahmu, Frits yang baik"
Kedengarannya seperti August Seidelmann, pelepas uang itu, sedang mengucapkan kata-kata yang sudah dihafalkannya baik-baik lebih dahulu. Keponakannya pandai juga menyesuaikan diri dalam sandiwara ini. Jawaban yang diberikannya sesuai benar dengan pertanyaan yang diajukan kepadanya.
Dalam kamarnya, paman yang baik.
Kini paman dan keponakan bersama-sama masuk ke dalam rumah, menaiki tangga menuju ke ruang. tinggal keluarga Seidelmann. Di situ mereka disambut oleh tuan rumah. Kembali adegan selamat datang diulang lagi dengan mengucapkan kata-kata yang muluk-muluk, akan tetapi kasih sayang yang sesungguhnya yang biasa terdapat dalam suatu keluarga, tak dapat ditemukan di sini. Barangkali nyonya Seidelmann dalam hal ini merupakan kecuali. Ia datang sebentar untuk memberi
23 salam kepada iparnya, tetapi nyatalah, bahwa ia tidak masuk bilangan. Ia seorang pemalu, gerak-geriknya agak canggung, dan tak seorang pun merasa kehilangan dia, setelah ditinggalkan olehnya
Ketiga orang yang sedang duduk dalam ruangan belajar saudagar itu seolah-olah merupakan suatu lukisan indah tentang pertemuan ramah-tamah antara anggota. anggota sekeluarga. Kedua Seidelmann kakak beradik kelihatannya seperti pinang dibelah dua dan putera atau keponakannya pun cocok benar dalam pola mereka. Mata Martin dan Frits Seidelmann membayangkan kemauan keras, sedangkan mata August Seidelmann, si pelepas uang lebih banyak membayangkan kecerdikan dan kelicinan. Paman berbuat seenaknya seperti di rumahnya sendiri. Ia menanyakan keadaan di daerah mereka itu akhir-akhir ini.
Di kota, kami mendengar khabar yang buruk-buruk saja tentang daerah ini, demikian ditambahkannya. Menurut surat kabar penduduk di sini menderita kelaparan. Akan tetapi keadaan seburuk itu tidak kujumpai di rumah ini.
Lalu tertawalah ia terbahak-bahak. Tetapi saudagar Seidelmann hanya tertawa ikut-ikutan saja. Beginilah, saudara yang baik, ada bermacam. macam kelaparan. Pada masa paceklik pun orang yang pandai menyesuaikan diri dapat hidup dengan baik. Tiba-tiba wajah pelepas uang itu berubah menjadi buruk. Keningnya dinaikkan ke atas, dahinya berkerut. Sikapnya seolah-olah hendak mengecam.
Tentang hal-hal seperti ini tidaklah baik kita bersenda-gurau, saudaraku! Musim dingin tahun ini terlalu kejam bagi banyak orang. Kita tidak boleh hanya mengingat kepentingan diri kita sendiri, tetapi juga kepada mereka yang kurang baik nasibnya. Astaga, kata Martin Seidelmann memotong perkataan
24 saudaranya. K au mulai lagi berkhotbah tentang persaudaraan dan kasih-sayang di antara sesama kita" Hentikan sajalah khotbah semacam itu.
Hentikan" Sebaiknya dari pada itu. Aku hendak menyebar luaskan pandanganku di daerah ini. Tak dapat kau duga, betapa penuh hatiku dengan kasih sayang. Demikian terharu aku melihat penderitaan di sini, sehingga aku mengumpulkan uang untuk diberikan kepada penduduk daerah pegunungan yang paling banyak menderita. Aku akan mengadakan ceramah tentang pandangan hidupku. Pada kesempatan itu akan dikumpulkan uang dan uang itu akan dibagi-bagikan kepada mereka yang paling banyak membutuhkannya.
Frits yang duduk di sudut kamar, menyeringai.
Akan tetapi ayahnya tak dapat menahan lagi tertawanya.
Itu lelucon yang paling baik, August. Katamu: mereka yang paling banyak membutuhkannya. Tentu maksudmu kau sendiri, bukan" Atau barangkali aku dan anakku pun termasuk dalamnya"
August hanya menjawab bagian terakhir dari pertanyaan itu. Kau perlu uang itu atau pun tidak. sebenarnya tak perlu dipersoalkan lagi. Kelihatannya kamu berdua berkecukupan hidupnya. Tadi kubaca tulisan pada papan nama di muka pintumu. Seidelmann dan Putera. Bukankah hebat kedengarannya. seakan-akan kita berhadapan dengan saudagar besar!
Memang demikian. Aku di sini dikenal orang sebagai pedagang perantara.
Pedagang perantara" Apa maksudnya"
Itu akan kujelaskan. Ada pedagang besar yang karena besarnya perusahaannya tidak ada waktu, lagi pun tidak suka berurusan langsung dengan kerajinan tangan rakyat. Mereka
25 menjual bahan-bahan kepada para penenun rumahan dengan memakai seorang perantara. Itulah yang dinamakan pedagang perantara.
Dan kaulah salah seorang pedagang perantara itu"
Benar, itulah pekerjaanku sekarang. Di daerah ini ada banyak penenun dan mereka membutuhkan pekerjaan. Maka aku menghubungi beberapa pedagang besar. Mereka mengirim benang dan gambar pola kepadaku dan menentukan upah menenun tiap helai kain. Aku membagi-bagikan pekerjaan itu di antara para penenun di sini dan aku mengambil sebahagian kecil dan pada upah mereka sebagai keuntunganku.
Dan berapakah besarnya bagian kecil ini, kalau boleh aku tanya"
Itu tergantung! Bila ditetapkan harga dua puluh mark untuk sehelai kain, maka penenun akan mendapat delapan, atau sebanyak. banyaknya sepuluh mark.
Enak benar berdagang seperti itu, kata August, ahli kasih sayang itu.
Akan tetapi masih ada lagi keuntungan lain bagiku. Bila aku menerima benang empat puluh pon maka yang kuberikan pada para penenun sebanyak-banyaknya hanya tiga puluh lima pon. Itu harus ditenun menjadi sehelai ain. Bila penenun tak, berhasil, berarti ia kekurangan benang. Maka terpaksalah ia harus membeli benang lagi Dairiku.
Pada ketika itu keterangan Seidelmann tentang cara berdagangnya, yang sebenarnya sangat memalukan itu, karena berdasarkan pemerasan yang sangat kejam dilakukan terhadap rakyat, ditunda sementara karena makanan sudah dihidangkan. Mereka bertiga pergi ke ruang makan lalu duduk di sekitar meja makan. Sambil makan mereka melanjutkan pembicaraannya
26 dan sekarang ahli kasih sayang itu sebenarnya mendapat kesempatan yang leluasa untuk menegur saudaranya berhubung dengan caranya berdagang yang di luar batas segala norma peri kemanusiaan itu, akan tetapi kesempatan itu tidak digunakannya. Lebih suka ia mencurahkan segenap perhatiannya kepada hidangan yang lezat-lezat di atas meja. Ia tenggelam dalam kesibukan mengunyah-ngunyah makanan dan mengecap anggur yang berkualitas tinggi, sehingga tiada waktu lagi baginya untuk menegur saudaranya.
Sementara keluarga Seidelmann menghabiskan banyak waktu dengan menyantap makanan itu, maka para penenun sedang menanti di dalam kantor di bawah. Mereka menantikan bayaran
Eduard Hauser berada di antara mereka. Ia telah membawa kain-kain tenunannya dan dengan tak sabar menantikan bayaran, karena di rumah penghuninya membutuhkan api pemanas dan makanan.
Akhirnya masuklah Frits Seidelmann dengan santai. Lebih dahulu ia melayani penenun-penenun yang lain, meskipun kain Eduard yang mula-mula sekali diambilnya. Akhirnya semua sudah mendapat bagian. Ki
ni tiba giliran Eduard. Frits mengambil kain Eduard untuk memeriksanya. Dahinya tiba-tiba berkerut.
Apa ini" Seperti ada benang putus!
Eduard memandang keheran-heranan.
Benang putus" Itu belum pernah terjadi pada kain yang saya tenun!
Memang benar ada benang yang putus. Dan tergolong cacat yang bukan kecil pula.
Tidak mungkin, tuan Seidelmann.
27 Frits Seidelmann memandangnya dengan berang.
Anda kira saya tidak mempunyai mata. Mengapa anda katakan tidak mungkin"
Sebab sudah saya periksa lebih dahulu dengan teliti tiap kain.
Kalau tak percaya, lihat saja sendiri! Silahkan! Diperlihatkannya cacatnya kepada Eduard. Benarlah cacat itu ada, akan tetapi bukan pada kain Eduard, melainkan pada kain Hofmann. Eduard memegang kain itu lalu meraba-rabainya dengan teliti sekali.
Tuan Seidelmann, katanya kemudian dengan suara yang tenang dan yakin, kain ini bukan hasil tenunan saya.
Apa" Apa yang anda maksudkan"
Saya mengenali benar-benar basil pekerjaan saya maupun ayah saya.
Jadi dengan kata lain anda mau mengatakan, bahwa keempat helai kain di atas meja ini telah tertukar"
Tentu tidak dengan sengaja, tuan Seidelmann, . mungkin tuan secara khilaf telah mengambil hasil pekerjaan orang lain, yang terletak di sebelah kepunyaan saya.
Tidak mungkin! Saya tidak pernah membuat kekhilafan. Kalau demikian, aneh benar maka sampai begini.
Mari, biar saya tolong anda. Tahukah anda, berapa harga sehelai kain seperti itu"
Saya kira lebih dari enam puluh mark.
Tepatnya tujuh puluh dua mark! Cacat pada kain itu karena kecerobohan anda. Kain itu tidak laku kalau dijual. Dan sudah semestinya kain itu menjadi tanggungan anda dan anda harus memberi saya uang sebagai ganti kerugian. Ini, terimalah kain yang cacat itu dan sebagai gantinya anda memberi saya tujuh
28 puluh dua mark! Eduard seakan-akan mendapat tamparan pada mukanya mendengar perkataan itu.
Astaga! Uang sebanyak itu tidak ada pada saya! katanya dengan mengeluh.
Biar kita lihat kain yang lain-lainnya dahulu, kata Seidelmann, lalu mengambil sebuah kaca pembesar untuk memeriksa dengan seteliti-telitinya benang lungsin dan itu.
Ah, tidak begitu bagus pekerjaan ini! Berapa jari yang anda gunakan"
Lima puluh. Saya hanya dapat menghitung empat puluh lima. Bolehkah ini dinamakan tenunan baik" Barang kodian. Siapa yang mau membeli barang semacam ini" Hasil buruk semacam ini hanyalah dapat mencemarkan nama baik perusahaan kami. Saya tak dapat memberi pekerjaan lagi kepada anda. Dan sekarang, bayarlah uang tujuh puluh mark itu, silakan!
Eduard tak dapat mengeluarkan sepatah kata pun. Ia menatap putera saudagar itu selaku orang yang sedang bermimpi.
Baiklah! Saya ada jalan keluar! Biar, anggap saja perihal ini sudah selesai. Saya akan menanggung segala kerugian, tetapi anda sudah barang tentu tidak akan menerima uang dan mulai hari ini tidak ada pekerjaan lagi bagi anda, kata Frits Seidelmann.
Akan tetapi dengan demikian tuan menghancurkan masa depan sekeluarga kami! seru Eduard dengan putus asa.
Apa peduli saya dengan keluarga anda" Setiap orang adalah pembuat nasibnya sendiri. Mengapa anda tidak menghasilkan pekerjaan yang lebih baik! Tetapi sudah cukuplah perkataan saya ini. Salam dan selamat tinggal!
29 Diletakkannya kain-kain itu di atas meja, lalu ia meninggalkan ruangan itu. Eduard seakan-akan telah bermimpi buruk. Ia terdiam sejenak di tengah-tengah ruangan itu. Tak tahulah ia pengalaman yang sebenarnya atau mimpikah yang telah dialaminya tadi. Akhirnya ia mengambil keputusan: ia masih dapat berbuat sesuatu: ia harus bicara dengan Seidelmann ayah sendiri.
Dengan hati yang berat ia melangkahkan kakinya ke kantor pribadi Seidelmann. Ia sudah merasa sedikit lega, ketika diketahuinya, bahwa ia dibolehkan masuk. Akan tetapi harapan itu kemudian lenyap kembali, ketika dilihatnya di situ saudagar itu lengkap bersama putera dan saudaranya.
Mau apa anda" tanya Martin Seidelmann dengan suara membentak.
Saya hendak memohon kepada tuan, supaya...........................
Supaya saya memeriksa keempat kain itu, barangkali" kata saudagar itu memoton
g perkataan Eduard. Itu tidak perlu. Puteraku sudah menceriterakannya kepadaku. Pendapatnya sudah cukup dalam hal ini. Masih bagus, anda dapat keluar secara ini.
Tuan Seidelmann, saya sungguh-sungguh tidak membuat kesalahan pada tenunan saya. Pada semua tenunan yang saya gunakan adalah lima puluh jari. Putera tuan tentunya khilaf. Dan harus saya sampaikan pula, bahwa kami di rumah tidak mempunyai satu pun. Dalam musim dingin ini kami tidak dapat membeli bahan pembakar maupun makanan.
Itu bukan urusanku! Hendaknya anda menghasilkan tenunan yang lebih baik. Saya rasa benarlah pendapat puteraku, bahwa anda setiap hari terlalu sibuk dengan pekerjaan anda, sehingga
30 karena kesibukan itu membuat banyak kesalahan.
Tuan Seidelmann, saya telah bekerja siang dan malam untuk memenuhi kebutuhan tuan mengembalikan uang tuan yang seratus dua puluh mark itu.
Ada-ada saja! Keputusan puteraku tetap berlaku. Anda tidak mendapat pekerjaan lagi. Dan bila akhir bulan yang akan datang utang anda tidak dapat dilunasi, maka akan saya suruh sita rumah anda.
O Tuhan, terlalu benar! Pada ketika itu si paman bangkit dan menunjuk dengan jari ke arah pintu.
Pergi! Tak dapat dibiarkan sikap anda demikian. Lekas pergi dari sini!
Eduard bergegas keluar dari ruangan itu. Ia merasa muak. Kepalanya pening dan hatinya berdebar-debar. Dalam perjalanan ke rumah ia tidak dapat menahan diri lagi. Ia pun duduklah di atas salju, lalu menangislah ia tersedu-sedu seperti seorang anak kecil.
Ingin dia duduk diam saja sepanjang malam di atas salju, Biar ia tertidur di hawa yang sedingin itu, sehingga badannya akan membeku menjadi kaku. Tak usah ia bangun lagi dari tidurnya itu. Akan tetapi sekarang ia teringat akan keadaan di rumahnya, akan orang tuanya serta adik-adiknya. Maka dengan susah payah ia bangkit lagi dan pergi menuju rumahnya.
Sesampai di rumah maka khabar yang dibawanya itu menimbulkan ratap tangis. Ibunya meremas-remas tangannya dan adik-adiknya serta-merta menangis tersedu-sedu. Ayahnya mendengar berita itu tanpa mengatakan sepatah kata pun; nafasnya menjadi susah, seolah-olah penanggungan yang dideritanya itu telah mencekik lehernya, lalu disapu-sapunya
31 matanya seperti orang yang baru bangun dari tidur. Memang ia telah dibangunkan dari mimpi yang indah. Mimpinya, bahwa Eduard membawa uang ke rumah sebagai hasil jerih payah secara halal.
Saya akan pergi dahulu ke rumah tetangga Hofmann, katanya dengan suara yang sedikit gentar. Saya rasa, ia takkan keberatan meminjamkan kami sedikit arang. Nanti ibu dapat merebus kentang, kalau masih ada sedikit tinggal.
Hauser mengambil sebuah keranjang lalu pergi.
Eduard mengikutinya dengan pandangnya. Pikirnya usaha ayahnya itu tak akan membawa hasil kerena diketahuinya, bahwa tetangganya itu tidak mempunyai banyak persediaan akan bahan bakar sehingga yang ada itu diperlukannya sendiri, dan bila sampai mereka membagikan sedikit dari persediaan mereka, itu pun akan sedikit sekali dan tidak akan tahan lama. Keadaan demikian tidak dapat dipertahankan. Harus ada jalan lain.
Ia memakai topinya lalu ia pergi dengan membawa gergaji meniggalkan desa, menuju ke arah hutan.
Mula-mula ia masih belum ada tujuan yang tertentu. Banyak orang miskin pergi ke hutan untuk mengumpulkan ranting-ranting kayu yang terjatuh, hendak dipergunakan sebagai kayu api. Pekerjaan demikian biasa dilakukan orang dalam musim panas. Akan tetapi sekarang musim dingin. Tanah diliputi salju, sehingga ranting-ranting yang terjatuh tertimbun oleh salju, maka sangat susahlah untuk menemukan sisa-sisa kayu yang terjatuh itu. Ada juga orang yang berani pada malam hari masuk dengan mengendap-endap ke dalam hutan bersenjatakan kapak lalu menebangi pohon dan dengan demikian mereka dapat mempunyai persediaan akan bahan bakar. Di mana-mana
32 terdapat batang-batang pohon yang mati membeku, dan kayunya cukup kering untuk dijadikan kayu api.
Eduard menemukan sebatang pohon cemara yang sudah mati. Tiadalah sukar baginya untuk menemukan pohon semacam itu. Masih di bawah pengaruh peristiwa-peristiwa yang baru terjadi atas dirinya, maka ia melang
kah-langkahkan kakinya dengan tanpa kemauan dan tujuan. Pohon cemara itu tumbuh di tepi padang rumput yang tiada seberapa luas, tak jauh dari jalan besar. Eduard berhenti di sini, mengeluarkan gergajinya lalu berlutut di atas salju untuk menggergaji batang pohon itu. Secara tak disengaja ia melayangkan pandangannya ke arah tepi hutan. Pohon-pohonan serta semak belukar di daerah itu samar-samar kelihatan olehnya, karena penglihatannya terhambat oleh gumpalan-gumpalan salju tertiup oleh angin. Tiba-tiba Eduard menurunkan tangannya yang memegang gergaji itu. Ia di oleh rasa takut yang amat sangat. Seperti kena sihir ia melihat ke tepi hutan di seberang padang rumput itu.
Tiadakah salah penglihatannya telah menangkap di antara pohoh-pohon yang seakan-akan menjelma menjadi tiang-tiang ramping putih itu, bergerak sesosok tubuh yang menyerupai hantu"
Hati anak muda itu berdebar-debar sampai terasa di kerongkongan. Pertama-tama timbul dalam pikirannya: itu dia, Hantu Hutan! Ia selalu memata-mataimu! Dan ketika itu juga menjadi jelas baginya, bahwa ia hampir-hampir melakukan perbuatan haram, yaitu pencurian. Baru sekarang menjadi jelas baginya, bahwa segala penanggungan yang dideritanya membuat pikirannya menjadi kusut, sehingga hampir-hampir membuatnya menempuh jalan yang salah.
Perlahan-lahan dan dengan bersusah-payah ia bangkit sendiri.
33 Sementara itu ia melihat ke kanan kiri dengan takutnya. Ia berusaha sedapat-dapatnya untuk menembusi kegelapan dalam hutan. Tetapi sekarang tak terlihat lagi sesuatu yang menyerupai hantu.
Ketika ketenangan sudah agak pulih kembali pikirnya, bahwa apa yang telah dilihatnya seperti bayangan yang menakutkan itu mungkin sekali merupakan batang pohon secara kecil, diliputi oleh salju. Tetapi ketakutannya itu masih berbekas, yang mungkin disebabkan oleh ceritera-ceritera seram yang belum berapa lama telah didengarnya dari mulut pemangkas rambut yang tua itu tentang pertemuannya dengan Hantu Hutan pada suatu malam terang bulan di hutan.
Anak muda itu menarik nafas panjang-panjang dan akhirnya mengambil keputusan hendak kembali lagi. Jangan, pikirnya, meskipun kita tertimpa oleh kemalangan bertimbun-timbun, mencuri itu bukanlah jalan keluarnya! Bila saya tetap berkehendak untuk mendapat pekerjaan dengan cara yang jujur, maka akhirnya tak dapat tiada, saya akan mendapatkannya juga. Dan setelah itu ia mendapat pikiran yang baik: besok ia akan pergi ke pertambangan untuk mencari pekerjaan.
Betapa besar pun kesusahan yang diderita seseorang, bila akhirnya ia sampai mengambil suatu keputusan yang tetap, maka hatinya akan merasa lega. Demikian juga dialami oleh Eduard. Dengan penuh kepercayaan ia meninggalkan tempat, di mana-mana ia hampir melakukan perbuatan yang tak halal.
Salju yang bercahaya ditimpa oleh sinar bulan; sunyi sepi di sekitarnya. Ia menempuh sebuah jalan hutan, yang menuju ke jalan besar, ketika itu ia mendengar bunyi langkah-langkah kaki orang berjalan.
Ada orang yang lewat! Ia berdiri terpaku di atas tanah.
34 Dibayangkannya yang datang itu tak lain dan tak bukan tentulah Hantu Hutan. Akan tetapi ia mendengar suara orang yang dikenalinya.
Eduard Hauser" Mengapa engkau di sini pada malam buta dengan cuaca seburuk ini"
Penjaga hutan Adler yang telah menegurnya. Ia baru kembali dari tempat memberi makan pada hewan. Ia melirik dengan rasa curiga kepada gergaji yang dipegang Eduard dalam tangannya. Eduard tidak melihatnya. Ditundukkannya kepalanya, karena merasa bersalah.
Maksud saya untuk mengambil kayu api. Ayah, ibu dan adik-adik saya beku kedinginan di rumah. Tetapi sebelum
sempat............. Bukankah hari ini hari pembayaran upah oleh Seidelmann" Kelihatannya seperti engkau hendak melakukan sesuatu perbuatan yang bodoh, Eduard Hauser. Tak kukira engkau dapat berbuat demikian.
Dengan menarik nafas panjang Eduard mulai menceriterakan segala hal ihwalnya. Bagaimana dengan keadaan di rumah dan pengalamannya di rumah Seidelmann.
Penjaga hutan itu terkenal sebagai orang suka membentak, tetapi itu hanyalah kulit luarnya. Tetapi sebenarnya ia berhati baik dan seorang yang menaruh belas
kasihan. Ia mendengarkan ceritera Eduard dengan penuh perhatian.
Ya, begitulah keadaannya. Keluarga Seidelmann memang maha kuasa di sini dan menggunakan kekuasaannya untuk menindas dan memeras kaum miskin seperti para penenun itu. Lalu ia mengepalkan tinjunya ke arah desa.
Tetapi biarlah! Keluarga Seidelmannlah yang memiliki uang itu, dan di mana ada uang, di situ pun ada hukum. Habis perkara!
35 Titik! Tetapi aku tidak mengatakan apa-apa! Dan awas kau, Eduard, bila kau berani mengatakan kepada orang-orang, bahwa kau telah mendengar sesuatu! katanya dengan nada sedikit mengancam.
Mula-mula Eduard tidak tahu, bagaimana menjawabnya; sedikit demi sedikit ia mulai mengerti apa yang dimaksudkan oleh penjaga hutan itu.
Ya, tuan Adler, karena itu juga maka putusnya benang tenun itu adalah kesalahan saya, meskipun kain itu bukanlah milik saya.
Penjaga hutan itu menyapu salju dari mukanya lalu memandang anak muda itu dengan pandangan yang menyatakan setuju.
Kau anak yang cerdik dan suka bekerja keras. Itu aku tahu. Hanya aku merasa heran, mengapa Seidelmann begitu memusuhimu. Tentu ada alasannya untuk berbuat demikian. Coba ingat, apakah kau pernah melakukan sesuatu perbuatan yang membuat ia marah sekali"
Eduard menggelengkan kepalanya tanpa menjawab.
Atau barangkali kau merupakan penghalang bagi gerak-geriknya"
Sepanjang pengetahuan saya tidak! Kehidupan saya sama sekali tidak ada titik persamaan dengan kehidupannya.
Memang begitu. Akan tetapi orang itu tentu ada alasan, untuk memperlakukanmu seburuk itu. Tetapi biarkanlah janganlah kita membuang-buang waktu dengan memikirkan tentang hal itu. Lebih penting kita pikirkan masa depanmu. Sudahkah barangkali ada rencana mengenai hal itu" Karena orang itu, kau hampir-hampir saja menempuh jalan yang sesat. Untunglah kau dapat berdiri tegak. Maka tak sampai terjerumus seperti orang-orang lain. Atau barangkali kau juga sebenarnya mempunyai
36 niat untuk menyelundup"
Lebih baik mati kelaparan daripada melakukan perbuatan terkutuk itu!
Menahan lapar itu tidak semudah kau katakan.
Saya berniat besok pagi pergi kepada pengawas tambang. Mudah-mudahan dia dapat memberi pekerjaan kepada saya. Mau kau bekerja di tambang"
Tak ada pilihan lain bagi saya.
Memang begitu, tetapi kau tidak tahu apa-apa tenang pekerjaan itu, maka akan mendapat upah seperti seorang pekerja yang tak terlatih.
Memang demikian. Akan tetapi lebih baik mendapat upah kecil tiap minggu daripada upah tiap bulan!
Tentu saja. Oleh karena itu sebenarnya aku ingin memberi pekerjaan kepadamu, tetapi tidak tahu pekerjaan apa. Pada musim dingin orang tidak bekerja di hutan, maka aku benar-benar tidak tahu, pekerjaan apa yang harus kuberikan.
Kalau begitu, saya minta diri saja, tuan Adler. Selamat malam dan sekali lagi saya minta maaf.
Penjaga hutan melihat kepadanya seolah-olah ia sedikit tersinggung.
Maaf" Untuk apa minta maaf! Kaukira aku ini orang yang kejam" Dan tak perlu mengatakan: selamat malam, tuan, Aku pun sama-sama orang yang susah, tetapi meskipun demikian selalu masih ada sesuap makanan sedia dalam rumahku untuk mereka yang lebih membutuhkannya daripadaku!
Eduard terdiri sejenak, merasa girang, tetapi lebih lagi merasa malu.
Tetapi tuan.............., katanya ragu-ragu.
Untuk apa masih ragu-ragu"
37 Sebenarnya bukanlah maksud saya untuk meminta-minta dan............
Itu sudah cukup! kata penjaga hutan memotong perkataannya dengan suara membentak.
Sudah, tiada gunanya membantah-bantah lagi! Kita senasib sama-sama miskin dan kita harus tolong-menolong. Mari kita pergi! Sudah terlalu lama kita berdiri di sini dalam cuaca yang seburuk ini.
Lalu ia melanjutkan perjalanannya diikuti oleh Eduard.
BAB II TAMU YANG DILIPUTI RAHASIA Di tempat pertemuan jalan hutan dengan jalan besar penjaga hutan diam sebentar mendengarkan.
Kaudengar juga sesuatu" Kedengarannya seperti bunyi kereta salju menuju kemari! Pada malam buta dalam cuaca seburuk ini, aneh! Akan tetapi, sudah dapat dipastikan mereka itu bukan penyelundup. Penyelundup tidak naik kereta salju, apa lagi kereta salju yang ditarik oleh
kuda dan diberi berlonceng. Mereka melanjutkan perjalanan. Jalan mendaki tinggi, meskipun demikian mereka terkejar juga oleh kereta itu, yang dihentikan tepat di sebelah mereka.
Selamat malam semuanya. Tuan mengenal daerah ini" Tanya saisnya.
Saya kira begitu! geram penjaga hutan, yang tidak suka bicara dengan orang yang tidak dikenalnya.
Apakah rumah penjaga hutan sudah dekat"
Ya, sudah dekat. Berapa jauhnya dari sini"
Tuan mau k e rumah penjaga hutan"
Benar, Tuan di dalam kereta ini mau bertemu dengan penjaga hutan Adler.
Bertemu dengan orang tua bernama Adler" Itu saya sendiri. Kini penumpang kereta itu turut berbicara. Dilipatnya kerah bulunya sedikit ke bawah, sehingga muka serta janggutnya yang hitam kelihatan. Nampaknya dengan cara demikian ia sudah cukup memperkenalkan diri, karena ia tiada menyebut namanya.
Jadi anda adalah penjaga hutan sendiri"
Bagus, bagus. Rumah anda masih berapa jauhnya dari sini"
1 Hanya lima menit perjalanan.
Andaikutsajanaikkereta! Jangan , terima kasih saja. Jalan mendaki tinggi dan diliputi
salju; saya tak ingin naik kuda.........
Selamat malam Barbetje! seru penjaga hutan itu. Kau tentu ingin tahu, mendengar bunyi lonceng itu" Tidak kausangka bukan, melihat aku seperti orang besar datang naik kereta salju"
Perempuan itu tak dapat menyembunyikan rasa herannya dan maju selangkah lagi.
Benar, tetapi saya juga tahu bahwa akan datang kereta salju! Kau baru saja pergi, ketika tiba seorang membawa dua kompor untuk dititipkan di rumah ini. Katanya, bahwa yang empunya akan datang menyusul naik kereta salju.
Penjaga hutan menendang kepada orang asing itu, yang ketika turun dari kereta bersama Eduard.
Dan orang yang dimaksudkan itu anda"
Memang benar. Semuanya akan saya jelaskan kemudian. Lebih baik kita cari tempat yang agak hangat dahulu.
Orang asing itu memberi uang persen kepada sais, yang membungkuk dalam-dalam dan dengan senyum lebar melompat kembali ke atas keretanya.
Anda lihat, bahwa saya telah membakar semua kapal di belakang saya, kata orang asing itu dengan tertawa riang. Saya tak dapat kembali lagi mengarungi lautan salju berjalan kaki, maka saya terpaksa menyerahkan diri kepada kemurahan hati anda terhadap tamunya. Mau tak mau anda harus mengajak saya masuk ke dalam! Cara membela diri demikian berkenan di hati penjaga hutan. Dengan menggerakkan tangannya menunjuk ke arah pintu ia
2 berkata, Sudah beres semuanya. Silahkan masuk! Nyonya Adler menerangi lorong yang gelap itu yang menuju ke kamar tinggal. Kamar itu langit-langitnya rendah. Kursi meja yang terdapat di dalamnya sederhana, tetapi berkilat-kilat karena selalu dibersihkan dan digosok. DI sudut ada tungku api yang amat besar yang menyebarkan panas yang nyaman.
Penjaga hutan itu menjabat tangan orang asing itu.
Selamat datang, tuan! Serahkan baju anda kepada saya dan silakan duduk-duduklah seenaknya! Ibu, sudah siapkah supnya" Hari ini yang makan bertambah dengan dua orang lagi.
Baik, baik, aku akan menyiapkannya. Kata nyonya Adler sambil bergegas-gegas pergi ke dapur. Sementara itu orang asing itu sudah menanggalkan baju bulu serta topinya.
Sekali-kali janganlah bersusah-susah untuk saya! katanya. Saya tidak lapar, lagi pula sebelum acara makan dimulai, semestinya dan sepantasnyalah saya memperkenalkan diri saya dahulu, supaya anda tahu siapakah sebenarnya orang itu yang seakan-akan jatuh dari langit lalu minta suaka di rumah anda, Apakah anak muda ini anggota keluarga anda"
Bukan, saya jumpainya di jalan dan ia ikut dengan saya, karena saya masih ada urusan dengannya. Kalau begitu, selesaikanlah dahulu urusan anda itu! Saya masih ada banyak waktu.
Baik, kalau demikian, supaya iajangan terlalu lama menunggu. Sebab perut yang sedang lapar tak suka menunggu!
Ia memanggil Eduard, yang agak malu-malu sedang menunggu di depan pintu. Eduard diajak masuk ke dapur. Di situ dilihatnya nyonya Adler dekat kompor sedang mengaduk-ngaduk sup panas, yang uapnya berkepul-kepul di dalam sebuah panci.
3 Inilah dia. Tamu kita yang sedang kelaparan, bu! Layanilah dia pertama-tama. Be
rilah dia sup sepiring. Keluarga Hauser sedang ditimpa kemalangan bertubi-tubi. Silahkan duduk dekat meja makan, Eduard! Ini roti, mentega dan pisau. Beri dia sosis juga, bu!
Eduard duduk dan mulai menyantap makanan. Nyonya Adler mundar-mandir terus-menerus untuk melayani tamunya yang sedang lapar itu. Sementara itu suaminya menceritakan kepada istrinya apa yang didengarnya dari Eduard. Ia menceritakan juga tentang pertemuannya di hutan. Istrinya membelalakkan matanya, demikian terkejutnya mendengar cerita itu. Akhirnya timbul rasa kasihannya yang amat sangat kepada anak muda itu.
O Tuhan, betapa besar penderitaannya! Itu tidak boleh
dibiarkan saja. Biar bagaimanapun saya akan........
Ya, kata penjaga hutan memotong perkataan isterinya, bungkuslah sedikit roti untuk Eduard, sedikit terigu dan lain-lain, dan jangan lupa juga sedikit kayu api dan arang. Biar dia membawanya dengan gerobak dorong. Aku akan kembali menemani tamu kita di dalam. Nampaknya ia orang yang baik juga, meskipun sedikit aneh tabiatnya, suka merahasiakan namanya. Ataukah kamu barangkali tahu lebih banyak tentang dia, Barbertje"
Yang aku tahu sudah kukatakan semuanya. Kedua kopor itu telah dikirim lebih dahulu dan sekarang ia sendiri sudah ada di sini.
Baik, aku sendiri akan berusaha mengetahui lebih banyak tentang dia. Layanilah Eduard baik-baik! Nanti, sebelum ia pergi, aku kan menemuinya lagi.
Ketika penjaga hutan Adler meninggalkannya, maka orang
4 asing itu duduk seenaknya di atas bangku panjang. Ia memandang dengan riang hati kepada penjaga hutan, lalu menawarkan cerutu di dalam kotak.
Silahkan ambil sebatang, maka saya pun dapat membakar sebatang. Saya sudah ingin sekali merokok!
Akan tetapi Adler menolak. Terima kasih tuan, saya tak bias mengisap cerutu. Saya biasa mengisap pipa. Silahkan anda merokok. Saya pun akan mengisap pipa, supaya segera dapat kita mulai dengan percakapan kita. Anak muda itu sedang makan, kasihan dia! Terjatuh di timpa tangga pula. Keadaan di sini, di daerah pegunungan ini benar-benar buruk. Anda barangkali tak dapat membayangkan betapa buruknya.
Itu tidak benar. Saya kira saya tahu segala-galanya. Siapakah anak muda itu"
Dengan demikian percakapan dialihkan kembali kepada Eduard Hauser. Penjaga hutan mengulangi ceriteranya, seperti yang sudah diceriterakannya lebih dahulu kepada isterinya. Tetapi dengan demikian usahanya sendiri tidak maju sedikit pun. Sampai tamunya yang bertingkah laku aneh itu. Dan barulah selesai ia menceriterakan tentang kemalangan yang telah menimpa keluarga Hauser itu., maka Eduard keluar dari dapur untuk mengucapkan terima kasih kepada penjaga hutan dan untuk minta diri. Akan tetapi tiba-tiba orang asing itu, yang hatinya penuh dengan belas kasihan atas nasib keluarga penenun yang miskin itu menegurnya.
Saya telah mendengar banyak tentang anda dari penjaga hutan. Katakanlah dahulu, anak muda, dapatkah anda menyimpan rahasia"
Eduard memandang keheran-heranan kepada orang asing itu. Tentu dapat! katanya ragu-ragu.
5 Nah, kalau begitu, terimalah ini! Yang ini ialah sebagai pelunas utang anda kepada Seidelmann dan yang itu untuk anda sendiri, karena begitu kuat iman anda sehingga tidak sampai jatuh, meskipun mengalami percobaan untuk mencuri. Dengan perkataan itu orang asing meraba dua kali dalam dompetnya lalu menekan beberapa buah uang emas ke dalam tangan Eduard, mula-mula ke dalam tangan kirinya dan kemudian ke dalam tangan kanannya.
Eduard gembira keheran-heranan melihat begitu banyak mata uang dalam kedua belah tangannya.
Astaga! seru penjaga hutan. Ini main-main atau sungguh-sungguh"
Sungguh-sungguh, dan dilakukan dengan segala senang hati.
Dapatkah anda mengeluarkan begitu banyak uang begitu saja, tanpa pikir lagi"
Tanpa sakit ataupun susah.
Bagus sekali. Bagaimana pendapatmu Eduard" Seidelmann mendapat uang hasil pemerasannya kembali dan untuk kau sendiri masih ada banyak uang lagi. Maka akhirnya beres juga. Besok pagi aku akan bicara dengan pengawas-kepala. Barangkali, untuk menyenangkan hatiku, ia akan menerimamu sebagai pekerja.
Baru sekarang Eduard dapa
t berbicara lagi. Belum pernah dalam hidupnya ia melihat jumlah uang sebanyak itu di dalam tangannya.
Tuan, katanya dengan suara terharu, maaf tidak dapat saya terima uang ini!
Anda harus menerimanya juga! kata orang asing itu. Saya bukanlah orang miskin dan saya suka menolong orang
6 yang dalam keadaan susah. Namun ada satu syarat, yang harus dipenuhi, yaitu: anda harus dapat menutup mulut. Tak seorang pun kecuali ayah anda yang boleh mengetahui dari mana asalnya uang itu; bahkan ibu anda tak boleh diberitahukan, karena kita tidak tahu pasti apakah wanita dapat menutup mulut.
Eduard berdiri terharu; keluarlah air matanya. Baru sekarang ia berani menggenggam mata uang emas itu. Ia memandangi saja orang asing itu, selaku orang yang sedang mengigau.
Dan apa yang harus saya katakan, bila ayah menanyakan tantang anda"
Anda harus menjawab, bahwa saya adalah saudara sepupu penjaga hutan yang hendak bermalam beberapa malam di rumahnya! Penjaga hutan yang tua itu terheran-heran mendengar ucapan ini, akan tetapi tidak mengatakan apa-apa. Eduard memasukkan uang itu dengan hati-hati ke dalam sakunya. Setelah itu kemalu-maluan ia menjabat tangan orang asing itu.
Besar hati saya tak terhingga tuan, sehingga tak tahu saya, bagaimana harus menyatakan terima kasih. Anda penolong kami dalam kesusahan. Tuhan telah mengutus anda sebagai malaikat penyelamat. Keinginan saya yang satu-satunya ialah kelak dapat membalas budi anda.
Siapa tahu. Tetapi sekarang lekaslah pulang. Kabar yang baik hendaknya makin cepat datangnya makin baik!
Ketika Eduard keluar bersama penjaga hutan, tak tahulah ia sedang mimpi atau tidak.
Orang asing itu mengetahui dari suara-suara yang gelisah yang terdengar di dapur, bahwa nyonya Adler telah diberitahu juga. Ia kembali duduk di atas bangku panjang termenung, sehingga terkejutlah ia bangun dari lamunannya ketika penjaga hutan
7 masuk ke dalam bersama istrinya.
Benar-benarlah anda seperti utusan yang tiba dari langit; sungguh benar pendapat anak itu, geram penjaga hutan yang tua itu. Anda seorang yang baik hati, tetapi apa yang anda katakana tentang saudara sepupu itu kan tidak benar. Barbetje tidak mempunyai sanak-saudara, dan demikian juga saya, apalagi seorang saudara sepupu.
Orang asing itu membelai-belai janggutnya sambil tertawa riang.
Memang saya bukan saudara anda, tetapi saya harus mengatakan sesuatu kepada anak itu. Dan karena lebih baik tak seorang pun di daerah ini mengetahui, siapa saya sebenarnya, maka cara yang paling mudah ialah mengaku diri saya sebagai saudara sepupu anda. Saya harap orang-orang di daerah ini mengenal saya sebagai saudara sepupu anda, untuk menghindarkan pertanyaan-pertanyaan yang tak perlu.
Sudah barang tentu orang akan menanyakan tentang diri anda. Tetapi, eh - anda janganlah berkecil hati; saya sekarang sudah mempunyai saudara sepupu tetapi masih belum mengetahui, siapa sebenarnya orang itu!
Anda memang benar. Dan saya akan memberi penjelasan
secukupnya tentang hal itu, asal............... apakah Eduard
sudah pergi" Sudah. Ia lari sekencang-kencangnya, seperti dikejar-kejar hantu layaknya.
Dan apakah masih ada orang lain lagi dalam rumah" Pekerja-pekerja saya: seorang anak muda dan seorang lagi pekerja yang sudah tua.
Dan di manakah mereka sekarang"
Mereka sudah tidur, karena besok pagi-pagi harus bangun
8 lagi. Jadi kita dapat berbicara dengan leluasa"


Hantu Pegunungan Batu Karya Karl May di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Semuanya itu kedengarannya seperti ada suatu rahasia besar yang harus dijaga. Tetapi anda tak usah khawatir. Anak muda itu sudah tidur nyenyak; orang dapat melepaskan tembakan meriam di sebelahnya, namun ia tak akan bangun juga dan orang tua itu, meskipun tidurnya tidak nyenyak, ia seorang pekerja yang setia; takkan timbul dalam hatinya ingin memasang telinga mendengarkan rahasia-rahasia orang lain.
Bagus, kalau begitu, saya dapat berbicara tanpa menjumpai hambatan apapun. Anda sudah tentu merasa heran, mengapa seorang asing, yang tak ada sangkut pautnya sedikit pun dengan kehidupan anda tiba-tiba masuk ke dalam rumah anda ini pada tengah malam dengan membawa dua buah kopor. Alasan saya beg
ini. Seorang yang mengaku dirinya sahabat karib anda telah mengirim saya kepada anda.
Seorang sahabat" Sepanjang ingatan saya, tiadalah banyak sahabat saya. Kebanyakan mereka tidak pantas untuk dianggap sahabat. Sahabat saya yang paling karib ialah Barbetje, isteri saya; selain itu memang ada beberapa orang yang saya sukai tetapi seorang sahabat" Hanya ada seorang saja yang pantas diberi gelar demikian. Ialah Meier yang sudah tua itu dan yang pernah menjabat sebagai penjaga hutan di Wildstein. Sekarang ia tinggal di Dresden di Elbestrasse. Benar, benar! Jadi anda mengenalnya juga"
Memang saya kenal, dan dia jugalah yang mengatakan, bahwa saya takkan sia-sia minta suaka di sini.
benarkah dikatakannya demikian" Bagi saya seakan-akan Meier tua itu sendiri yang meminta suaka pada saya. Maka sekali lagi: selamat datang, tuan! Sudahkah kau taruh kopor9
kopor itu di dalam kamarnya, Barbetje dan sudahkah kamar itu kau bereskan"
Tentusajasudah! Baik. Nah pergilah sekarang ke dapur. LIhat-lihatlah di situ, masih adakah sesuatu yang dapat dimakan" Atau sudahkah kau berikan semua makanan kepada Eduard" Anda harus juga tahu, bahwa Barbetje rela memberikan semua yang dimilikinya kepada orang lain yang membutuhkannya. Nyonya Adler bangkit berdiri untuk pergi ke dapur, akan tetapi orang asing itu melarangnya.
Jangan. Bukankah tadi sudah saya katakan, bahwa saya tidak lapar" Dan bila makanan dapat menunggu sebentar, saya ingin menceriterakan kepada anda, mengapa saya datang ke mari. Saya juga belum lapar benar dan karena anda sudah mulai berceritera, maka teruskanlah saja.
Mereka duduk-duduk bertiga seperti sahabat lama layaknya. Adler mengisap pipanya dan menghembuskan asap yang berkepul-kepul di hadapannya, Barbetje duduk dengan melipatkan tangan, sedang menantikan hal-hal yang akan datang dengan hati yang berdebar-debar dan orang asing itu mengisap sekali lagi cerutunya sebelum memulai ceriteranya.
Nama saya Arndt. Saya mempunyai alasan tertentu supaya jangan dikenali orang. Karena itu saya memperkenalkan diri sebagai saudara sepupu anda. Dan oleh karena itu juga, maka saya harap, anda selalu memanggil saya: sepupu Arndt.
Bila anda berkehendak demikian, baiklah. Dan urusan apakah gerangan, hai sepupu, yang membawa anda kemari kepada kami"
Saya datang untuk urusan yang penting. Anda harus membantu saya untuk menyelidiki siapakah sebenarnya makhluk
10 yang penuh diliputi rahasia, yang dikenal orang sebagai Hantu Hutan itu. Secara terus terang saya harus mengatakan, bahwa saya adalah seorang detektif.
Penjaga hutan bersiul perlahan-lahan Eh-hm, jadi itulah halnya! Seorang polisi!
Tepat demikian. Dan sekarang anda harus
mengatakan............apakah ada orang yang dapat memberi
keterangan sedikit mengenai siapakah Hantu Hutan itu"
Adler berpikir sejenak, tetapi tiada menjawab. Sekarang isterinya mendapat kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya. Ia tergolong kepada orang-orang yang merasa berdiri bulu romanya, bila baru mendengar tentang Hantu Hutan. Maka sekarang pun juga ia menoleh ke kiri dan kanan ketakutan lalu melihat dengan terkejut kepada orang asing itu.
Mana boleh tuan, katanya kemalu-maluan, hantu itu tetap hantu atau boleh juga disebut roh jahat. Bagaimana dapat kita
mengetahui............ Jangan begitu bodoh, Barbetje! Seorang detektif tiada menaruh percaya akan hantu. Sudah berkali-kali saya katakana, bahwa hantu itu tidak ada. Makhluk yang dikenal dengan nama Hantu Hutan yang menyebarkan ketakutan di kalangan rakyat itu, sebenarnya tak lain tak bukan manusia yang berdarah daging seperti kita juga. Itu sudah pasti. Sepupu Ardnt mengangguk menyatakan setuju.
Anda benar, penjaga hutan! Hantu itu tidak ada. Yang ada ialah orang yang percaya akan takhyul dan orang lain lagi yang menyalah gunakan kepercayaan itu. Orang-orang seperti saya sudah cukup berpengalaman dalam hal itu. Saya berani bertaruh, bahwa hantu ini pandai menggunakan bermacam-macam kedok ataupun cara penyamaran yang lain. Semuanya itu untuk
11 menakut-nakuti rakyat yang percaya akan takhyul. Bagaimana pendapat anda dalam hal in
i" Hm, geram Adler, menurut kata orang, Hantu Hutan itu sesosok tubuh yang putih warnanya, putih seperti warna salju yang baru jatuh, suatu makhluk berukuran raksasa dengan mata yang bersinar-sinar dan yang berputar-putar dalam rongganya. Namun tak ada orang yang tahu dengan pasti. Agaknya semua itu hanya desas-desus belaka. Tetapi satu hal sudah pasti: di daerah ini ada seorang yang tidak dikenal, yang berlaku sebagai pelindung terhadap para penyelundup. Ia memakai baju pendek, ketat di tubuh, topinya bertepi lebar dan ia memakai sepatu obor tinggi. Ikat pinggangnya penuh bersisipkan pisau belati dan pistol. Ia berkedok dan menyandang bedil. Orang yang tidak dikenal itu mengaku bertindak atas nama Hantu Hutan. Ia memaksa orang-orang yang menderita kesusahan untuk ikut menyelundup, ia melindungi para penyelundup dengan berbagai cara dan ia menganiaya mereka yang berani merintangi pekerjaan para penyelundup.
Maka saya ulangi pertanyaan saya yang pertama. Kata Arndt, Adakah sedikit keterangan tentang diri orang itu" Tidak ada. Tiba-tiba muncullah dia, seolah-olah jatuh dari langit untuk kemudian lenyap lagi, SEOLAH-OLAH DI TELAN OLEH BUMI. Percayalah sepupu, tidak mengherankan jika rakyat di desa takut setengah mati padanya!
Jadi kita berhadapan dengan seorang penjahat yang ulung dan nekat. Tentu di abukan sembarang orang!
Pasti bukan! Orang yang dapat memimpin para penyelundup yang terkutuk itu dan yang dapat menguasai mereka sepenuhnya, haruslah seorang yang bertubuh tegap. IA pun kelihatannya maha tahu serta dapat hadir
12 di berbagai tempat serentak:pendeknyaiahantu.
Perihal hantu itu lebih baik kita kesampingkan saja dan hanya kita kemukakan perihal manusia saja. Di tempat perhentian kita yang terakhir telah terjadi pembunuhan kemarin, bukankah begitu"
Seorang penjaga perbatasan telah tertembak mati, kata Adler dengan mengangguk: dan besar kemungkinannya pelakunya salah seorang penyelundup.
Apakah tidak ada jejak-jejak yang dapat ditemukan dari pelakunya"
Adler hendak menceriterakan tentang surat yang ditemukan dalam saku orang yang terbunuh itu, tetapi detektif yang baru diangkat sebagai saudara sepupu itu menghentikannya.
Itu sudah saya ketahui. Tentu suatu muslihat yang cerdik dari penjahat itu untuk mengelabui mata kita. Ia berlindung di balik Hantu Hutan dan mempermainkan rakyat di pegunungan yang masih percaya akan takhyul itu, seperti sudah saya katakana lebih dahulu. Saya maksudkan dengan jejak tadi jejak dalam salju. Apakah tidak ditemukan jejak demikian"
Semua jejak telah dihapuskan oleh angin. Demikian Adler menerangkan.
Kami telah berusaha sekeras-kerasnya mencari jejak penjahat itu; saya sendiri turut dalam pekerjaan itu. Mungkin pada musim semi, bila semua salju telah mencair dapat kami temukan sesuatu. Memang benar-benar menyedihkan keadaan di sini! Kita hampir-hampir menjadi takut untuk tinggal di dalam hutan. Saya boleh mengatakan, bahwa saya masih dapat hidup berkat kebijaksanaan saya; saya melakukan tugas saya sebagai penjaga hutan dan sama sekali tidak mencampuri urusan para penyelundup. Itu urusan penjaga perbatasan semata-mata.
13 apakah dengan kata itu anda maksudkan, bahwa saya tidak ada harapan mendapat bantuan dari anda" Adalah tugas saya untuk membasmi gerombolan Hantu Hutan itu.
Hm. Itu bukanlah maksud saya. Telah terjadi pembunuhan yang keji, dan terjadinya di hutan saya, maka adalah kewajiban saya untuk mengambil tindakan. Hanyalah saya percaya, bahwa demi kelancaran dalam pemeriksaan, janganlah saya menonjolkan diri. Kelak anda akan mengerti maksud saya. Boleh jadi. Tetapi saya pun hanya menginginkan bantuan anda secara rahasia. Hendaknya kita jaga, supaya tidak seorang pun yang dapat menduga-duga tentang maksud kehadiran saya di sini.
Penjaga hutan mengangguk menyatakan setuju. Ia mulai menyukai rencana-rencana dari saudara sepupu -nya.
Anda sudah ada rencana" tanyanya. Bagaimana caranya menurut pendapat anda perkara ini harus ditanggulangi"
Itu bagi saya pun masih belum jelas. Mula-mula harus dijelajahi lebih dahulu daerah sekitarnya.
saya ben ar-benar mengharap anda akan berhasil, meskipun sebenarnya saya agak meragukan hasilnya.
Anda sudah mulai dengan meragukan. Mengapa"
Penjaga hutan memandangi Arndt dari atas ke bawah seakan menilai, seimbangkah dia dengan tugas yang diletakkan di atas bahunya.
Hm. Anda bertubuh tegap dan nampaknya juga tangkas dan cekatan. Akan tetapi saya masih belum yakin, anda dapat menandingi segala bahaya yang akan anda jumpai. Janganlah anda lupakan, bahwa sudah banyak usaha diadakan yang bertujuan untuk mencari Hantu Hutan dan menggagalkan penyelundupan, tetapi sia-sia belaka. Apakah masuk di akal,
14 bahwa anda akan lebih berhasil"
Arndt mengangkat bahunya.
Itu akan terbukti kemudian. Pendeknya saya kan mengusahakan segala-galanya untuk menangkap Hantu Hutan yang diliputi rahasia itu. Orang itu pun merupakan pusat dari segala persekongkolan kaum penjahat di daerah perbatasan. Apakah saya harus merasa takut kepadanya atau tidak, belum dapat saya katakana. Saya juga tidak tahu, saya dapat mengatasi penjahat itu dalam kecerdikan atau tidak. Tetapi barang siapa tidak berani bertindak, ia pun tidak akan berhasil. Namun nyata saya ada satu kelebihan, yang tidak dimilikinya.
Dan apakah kelebihan itu"
Saya mengetahui ulah penjahat itu, akan tetapi sebaliknya dia berkali-kali tidak tahu tentang rencana saya. Ucapan itu disambut dengan senyum menyatakan keragu-raguan oleh penjaga hutan. Ketika tamunya melihat kepadanya seakan-akan hendak meminta penjelasan, dinyatakannya dengan terus terang apa yang menyebabkan ia merasa ragu-ragu.
Barangkali untuk sementara saudara menang! katanya. Akan tetapi akhirnya penjahat ulung ini tentu akan mengetahui bahwa ia sedang dimata-matai oleh seseorang.
Kata anda: oleh seseorang. Tetapi bagaimana halnya bila saya mempunyai kepandaian untuk tiap-tiap kali muncul sebagai orang lain" Anda harus tahu, bahwa di dalam pekerjaan saya dibutuhkan juga semacam kepandaian sulap.
Memang sudah pernah saya dengar tentang kepandaian itu. Akan tetapi menurut hemat saya, penggunaan rambut palsu maupunjanggut palsu itu kurang praktis. Dari jauh sudah dikenali dengan mudah orang yang berambut palsu atau berjanggut palsu itu.
15 O, begitu pendapat anda! Biar kita lihat saja nanti!
Arndt bangkit berdiri lalu pergi menuju tungku api. Di atasnya terdapat panci berisi air. Setelah membasahi salah satu ujung tangannya, maka ia menoleh lalu bertanya.
Berapa umur saya, pikir anda"
Lebih kurang empat puluh tahun.
Dansekarang" Dipegangnya rambutnya dan dicabutnya keras-keras. Kemudian ia berpaling menghadap kepada nyonya penjaga hutan. Rambutnya yang tadinya berwarna hitam itu tiba-tiba berubah warna menjadi pirang. Penjaga hutan menggosok-gosok matanya seolah-olah ia tidak mempercayai penglihatannya sendiri. Isterinya memekik demikian terkejutnya.
Akan tetapi Arndt tersenyum saja.
Nah, apakah anda dari tadi sudah mengetahui, bahwa saya memakai rambut palsu"
Tidak. Terus terang saja tidak. Dan saya telah mengamati anda baik-baik, ketika saya ingin menyelidiki tentang diri anda. Sudah puaskah anda" Mari akan saya perlihatkan sekali lagi suatu hal pada anda.
Sekali ini orang asing itu melepaskan janggutnya. Kemudian ia menyapu seluruh mukanya dengan sapu tangannya yang basah itu. Ia berbuat seakan-akan meratakan segala kerut yang terdapat di mukanya.
Nah, apa kata anda sekarang, tuan penjaga hutan"
Wah! Hal seperti itu sampai sekarang saya anggap tak mungkin. Mula-mula anda nampaknya seperti orang yang berumur empat puluh tahun, kemudian tiga puluh tahun dan sekarang malah lebih muda lagi. Itu suatu kepandaian yang susah ditiru orang lain, tuan detektif! Kalau begitu, mungkin juga
16 kita bertemu dengan tiga orang penjahat berturut-turut, tetapi kita tidak mengetahui, bahwa sebenarnya kita bertemu dengan seorang saja, orang itu-itu juga. Bukankah begitu, Barbetje" Isteri penjaga hutan hanya mengangguk saja. Ia tidak dapat mengatakan sepatah kata pun. Ia terdiam saja terpesona dan kagum. Tetapi Arndt, yang mengetahui, bahwa orang-orang biasa seperti suami isteri itu tidak mengetahui banyak tentang a
pa yang dilihat di dunia yang luas itu, mulai menceriterakan tentang berbagai tipu muslihat dan siasat yang licin yang harus digunakannya dalam pekerjaannya yang sukar dan sangat berbahaya itu. Ia juga berceritera tentang bermacam-macam pakaian, umpamanya sehelai baju, yang dapat dipakai juga terbalik, selanjutnya baju yang mempunyai empat lubang lengan, dan yang dapat diubah menjadi mantel. Ia menerangkan juga, bahwa cara seorang berjalan, suara dan tingkah lakunya dapat pula diubah, sesuai dengan tujuan kita, ingin memegang peran sebagai orang biasa atau orang kaya, orang tua atau orang muda.
Hal-hal demikian kedengaran di telinga suami isteri Adler itu sebagai keajaiban-keajaiban semata-mata. Keseganan terhadap sepupu Arndt kian menit bertambah besar dan bersama itu juga kepercayaan penjaga hutan pada kesanggupan Arndt untuk memerangi kaum penjahat yang dilambangkan dengan Hantu Hutan itu.
Penjaga hutan itu sudah mulai menyukai tugasnya yang baru itu.
Ia makin lama makin gembira tentang peran yang akan dipegangnya.
Tetapi tiba-tiba teringat olehnya suatu keadaan yang benar-benar pelik, lalu dengan serta-merta hal itu dikempakannya
17 kepada sepupunya Arndt. Bagaimana kalau saya suatu kali bertemu dengan anda, ketika anda dalam keadaan menyamar. Dapatkah kiranya saya mengenali anda"
Untung anda mengingatkan saya tentang hal itu, kata detektip itu sambil mengangguk. Itulah buktinya, bahwa saya dapat berharap akan bantuan anda bila diperlukan. Kita harus menentukan suatu tanda pengenal, yang tidak menarik perhatian orang. Bagaimana pendapat anda tentang tanda ini: bila kita berjumpa pada siang hari, maka dengan tangan kanan, saya akan memegang telinga kiri, kemudian telinga kanan saya.
Baik, Tetapi bagaimana pada malam hari, kalau hari sudah gelap"
Dalam hal itu saya akan berusaha, secepatnya mendekati anda lalu membisikkan ke dalam telinga anda kata-kata: orang asing. Setujukah"
Tentu saja. Malah menarik sekali: Benar-benar hebat, seperti dalam buku-buku saja.
Maka kita sudah sepaham benar. Akan tetapi masih ada satu hal, dan inilah yang terpenting: Bolehkah saya sekarang, setelah anda mendengar keterangan saya, bermalam di rumah anda selama waktu yang belum ditentukan"
Itu tidak perlu anda tanyakan lagi, kata Barbetje.
Tentu saja boleh, geram penjaga hutan. anda bekerja untuk kepentingan rakyat kecil, yang juga merupakan kepentingan saya khususnya, lagi pula telah timbul rasa simpati saya terhadap anda. Saya tak tahu mengapa demikian, tetapi anda seperti sudah lama saya kenal. Sekarang masih ada lagi hal yang amat penting. Bagaimana harus saya melaporkan anda"
18 Itu akan saya lakukan sendiri. Saya akan menjaga, supaya saya tidak mendapat rintangan dari polisi maupun duane. Sebagai seorang detektif saya mempunyai surat-suratnya. Jadi serahkan sajalah hal itu kepada saya sendiri! Hanyalah ingin saya tahu, berapa yang saya harus bayar untuk biaya penginapan dan makan.
Perlukah itu dipersoalkan lagi" Orang yang datang untuk menolong kaum miskin, haruskah ia membayar saya" Bagus sekali! Anda akan mendapat apa yang kami miliki dan itu tak usah dibayar. Habis perkara!
Baiklah kalau begitu! Sekarang boleh nyonya rumah melihat di dapur, masih adakah makanan untuk kita; dan tolong tunjukkan saya kamar, tempat saya tidur dan sudahkah kopor-kopor saya ditaruh di tempatnya"
Isteri penjaga hutan bergegas-gegas ke dapur. Adler bangkit perlahan-lahan dari kursinya.
Anda ikut saja! Kamar tamu ada di atas. Tidak begitu mewah, tetapi ada tempat tidur yang empuk, sebuah meja, sebuah cermin, bahkan ada rak sepatu di dalamnya. Rak itu telah saya buat sendiri dari kayu pohon berk. Ia tertawa dan mendahului tamunya menaiki tangga masuk ke dalam kamar yang berukuran kecil tetapi nyaman untuk didiami. Di situ kopor-kopornya sudah ditaruh.
Di luar terlihatlah bulan di angkasa dan salju sudah tidak turun lagi. Penjaga hutan pergi ke jendela dan menunjuk ke arah hutan di seberang sana.
Dapatkah anda melihat ketiga pohon cemara di seberang sana" Dekat pohon yang di tengah-tengah terhantar mayat penjaga perbatasan itu
. Jadi tidak begitu jauh dari sini"
19 Tidak jauh. Besok pagi kita pergi bersama saja ke sana! Itu yang hendak saya usulkan juga. Baik kita pergi ke sana. Barangkali anda dapat memberi keterangan-keterangan lain di tempat itu. Mungkin saya juga mendapat ilham di tempat kejadian itu.
Akhirnya orang yang hendak menangkap Hantu Hutan yang ditakuti oleh rakyat itu berada seorang diri. Ia berdiri di depan jendela - lampu telah dimatikannya - sambil termenung melihat ke arah tiga pohon cemara yang disinari oleh sinar bulan purnama dan di mana ditemukan mayat duane itu.
Dilihatnya ada seberkas sinar bulan yang melalui celah-celah daun jatuh ke atas salju setumpuk, yang membuat salju itu berkilau-kilauan kena sinar itu. Itu yang dilihatnya sebenarnya. Akan tetapi dalam khayalnya hal lain lagi yang terlihat. Dalam khayalnya dilihatnya mayat orang yang terbunuh itu masih terhantar di atas salju dan tiba-tiba muncullah sesosok tubuh, putih warnanya, dari kegelapan lalu berdiri di sebelah mayat itu. Namun tiba-tiba muncullah sesosok tubuh, putih warnanya, dari kegelapan lalu berdiri di sebelah mayat itu. Namun tiba-tiba mayat itu mengangkat tangan kanannya, seolah-olah untuk mendakwa lalu berkatalah dengan suara yang suram: Aku menuduhmu, kamu Hantu Hutan! Maka sosok tubuh putih itu pun lenyaplah untuk segera digantikan oleh seorang pria berjaket ketat, bertopi dan memakai sepatu obor. Ia berkedok dan menyandang bedil.
Sekali lagi suara mayat itu berbunyi: Aku menuduhmu. Kamu Hantu Hutan!
Tetapi sekarang terdengar pula suara lain, suara seperti orang yang sedang tenggelam dalam air, yang bunyinya, Perbuatan keji dilakukan berkali-kali di sini. Manakah penuntut bedanya"
20 Bagi orang yang berdiri di muka jendela itu ucapan yang terakhir itu mengandung makna yang amat penting. Ia meluruskan badannya.
Akulah penuntut belanya, katanya dengan suara yang nyata dan nyaring kepada dirinya sendiri.
Masih banyak perhitungan utang lama harus diadakan. Utang yang hanya aku yang mengetahuinya. Dan aku tidak akan berhenti, sebelum keadilan menang terhadap kebatilan.
Ia membalikkan badannya. Di luar menjadi gelap, karena bulan tiba-tiba diliputi oleh awan. Seekor burung malam mengepak-ngepakkan sayapnya dengan lamban dekat pohon cemara untuk kemudian cepat-cepat terbang kearah hutan, seolah-olah ia melakukan pekerjaan mata-mata untuk tuannya, untuk member laporan kepada Hantu Hutan tuannya itu, bahwa dui rumah penjaga hutan ada seorang orang asing yang mempunyai keberanian untuk menjadi penuntut bela terhadap kebatilan dilakukan pada masa silam.
Dalam pada itu Eduard Hauser hamper sampai ke rumahnya. Mengenangkan pertemuannya dengan keluarganya hatinya berdebar-debar kegirangan. Ia menarik sebuah gerobak salju penuh dengan kayu api dan batu bara di belakangnya. Diatasnya terdapat sebuah keranjang penuh dengan makanan. Semuanya itu merupakan Dalam pada itu Eduard Hauser hampir sampai ke rumahnya. Mengenangkan pertemuannya dengan keluarganya hatinya berdebar-debar kegirangan. Ia menarik sebuah gerobak salju penuh dengan kayu api dan batu bara di belakangnya. Di atasnya terdapat sebuah keranjang penuh dengan makanan. Semuanya itu merupakan harta henda yang tak ternilai harganya, dan yang satu jam yang lalu terasa baginya sebagai tak mungkin dimilikinya.
21 Hampir seluruh jalan yang dilaluinya menurun. Eduard berdiri di belakang, di atas besi-besi gerobak itu dan membiarkan gerobak itu meluncur di atas salju. Hanya pada belokan-belokan dikendalikannya gerobak itu dengan kaki kiri atau kanannya.
Sesampai di depan rumahnya yang kecil, dan yang pernah diutarakan Seidelmann hendak disitanya itu, ia meninggalkan bebannya di luar, lalu berlari masuk ke dalam rumah. Di situ keluarga Hauser duduk mengelilingi meja, kedinginan. Akan tetapi Eduard hampir-hampir tak dapat mempercayai penglihatannya dekat tungku api dilihatnya Engeltje sedang berlutut. Memang dialah Angelica Hofmann, yang sedang menyalakan api dengan beberapa potong kayu api dan sedikit batu bara.
Itu Eduard datang! seru adik-adiknya serentak.
Puji syukur kepada Tuhan! kata
ibunya sambil menarik nafas panjang. Nyata kelihatan, bahwa ia sangat khawatir memikirkan puteranya yang tak kunjung datang.
Engeltje melompat berdiri.
Kau begitu lama telah meninggalkan rumah. Dari manakah gerangan kau" Kami semua merasa khawatir!
Eduard menggosok-gosokkan tangannya yang menjadi kaku karena hawa dingin.
Br, dinginnya setengah mati! Sudah tiba waktunya untuk menyalakan tungku api. Apakah tetangga kita telah memberi pertolongan, bu"
Benar, beberapa potong kayu api dan dua sendok batu bara dipinjamkan olehnya kepada kami. Lebih dari itu tak dapat mereka berikan, karena persediaan mereka hampir-hampir tidak cukup untuk keperluan mereka sendiri dalam musim dingin ini.
22 Apakah kentangnya sudah direbus" tanya Eduard kemudian.
Masih belum. Kayunya tidak mau menyala.
Kalau begitu, kalian masih belum makan.
Eduard seperti sudah berubah perangainya. Ia seolah-olah tidak mempedulikan penderitaan keluarganya. Bahkan lebih dari pada itu. Ia sampai-sampai berani menyindir-nyindir, mentertawakan mereka dalam kesusahan hidupnya. Dan dengan berani dan gembira dilontarkannya,
Saya baru saja menyantap makanan seperti seorang raja layaknya.
,Apa, apa yang kaumakan" tanya adik-adiknya, ingin tahu. Sup sepiring dan setelah itu roti dengan mentega dan susis! Waah seru mereka keheran-heranan dan sedikit iri hati. Ayah dan ibu berpandang-pandangan. Mereka tidak mengerti ke mana puteranya hendak membawa mereka. Engeltje pun tidak mengerti sedikit pun. Ia mendengarkan dengan tercengang-cengang.
Akan tetapi Eduard tertawa saja.
Jangan takut. Kalian akan mendapat juga bagiannya!
Lalu melompatlah ia keluar lagi untuk membawa masuk, mula-mula keranjang dengan makanan sebagai isinya.
Inilah obat mujarab melawan penyakit lapar, Ibu! .
Sekali lagi ia keluar, sekarang untuk mengambil kayu api dan batu bara dan membawanya masuk. Ia mengambil sedikit untuk menghidupi api dalam tungku. Tetapi ia tidak sampai mengerjakannya. Semua mata tertuju kepadanya seakan-akan meminta penjelasan. Di samping rasa heran terbayang pada muka mereka suka hati yang besar. Nyonya Hauser melipat tangannya. Engeltje tiada tahu apa arti segala-galanya uni. Tetapi
23 ayahnya tidak puas dengan keadaan begini. Ia mulai menanyai puteranya,
Baik kauceriterakan lebih dahulu, bagaimana kau dapat memiliki segala barang yang berharga itu.
Saya mendapatnya dari penjaga hutan Adler dan isterinya. Aku kurang mengerti. Aku tahu keluarga Adler itu orang bank. Tetapi apa sebabnya maka - mereka sampai menghadiahkan kamu segala barang itu"
Itu akan saya ceriterakan. Tetapi keluarkanlah lebih dahulu segala makanan yang saya bawa itu. Lihatlah, roti dengan mentega dan daging susis, ada lagi sepotong daging babi! Dan di sini ada tepung terigu, gula dari kopi!
Ha, kopi! sorak anak-anak. Dahulu pernah mereka minum kopi, maka mereka tahu enak rasanya.
Semua barang dikeluarkan, para penontonnya menyerukan kata-kata yang menyatakan keheran-heranan dan rasa girang. Ibu memotong roti untuk mengurangi rasa. lapar pada anak-anak. Tetapi ayah Hauser tidak merasa puas sebelum segala-galanya menjadi jelas. Ia seorang realis, yang tidak begitu saja percaya kepada ceritera dongeng.
Maka Eduard mulailah berceritera tentang pengalaman nya di dalam hutan. Diakuinya dengan terus terang, bahwa ia hampir-hampir tergoda untuk mencuri kayu. Di ceriterakannya juga, bahwa ia seakan-akan melihat Hantu Hutan di balik pohon-pohon cemara yang diliputi salju putih itu. Akhirnya diceriterakannya tentang pertemuannya dengan penjaga hutan.
Akan itetapi kemudian ia menghilangkan sebahagian ceriteranya. Sekali-kali tidak disinggungnya tentang pertemuannya dengan orang asing itu. Orang yang begitu. murah hatinya, memasukkan uang emas ke dalam tangannya itu jangan
24 sampai merasa kecewa. Benar, bahwa orang asing itu hanya meminta dari padanya supaya mau merahasiakan namanya terhadap semua orang kecuali terhadap ayahnya, tetapi pada rasanya lebih amanlah, bila ia sama sekali tidak menyinggung tentang orang asing itu dalam ceriteranya, karena ia berhadapan dengan orang banyak. Oleh karen
a itu hanya ia berceritera tentang Adler, bahwa demikian baik hati penjaga hutan itu, setelah mendengar ceritera sedih tentang nasib malang keluarganya. Adler telah menjamunya dan akhirnya membekalinya dengan berbagai makanan, ketika ia hendak pulang.
Engeltjelah yang mula-mula berbicara.
Baik hati benar si tua Adler itu, katanya. Sekali-kali tak saya sangka, ia dapat berbuat demikian. Tadinya saya kira, ia hanya dapat berbudi baik terhadap dirinya sendiri saja, karena terhadap orang lain ia selalu membentakbenta.k.
Akan tetapi Hauser menerangkan kemurahan hati penjaga hutan itu dengan caranya sendiri.
Saya dapat mengerti, mengapa orang tua itu berbuat demikian. Adler telah mendengar dari kamu, betapa buruknya keluarga Seidelmann telah memperlakukanmu dan oleh karena itu tentulah begini pikirnya: Jangan ta kut! Saya berdiri di belakangmu. Saya mau membuktikan, bahwa tidak semua orang tergantung nasibnya pada tingkah laku Seidelmann saja. Saya tahu ia tidak begitu menyukai sepak terjangnya. Ia pernah mengutarakan pendapat demikian kepada saya.
Anak-anak sudah mulai makan. Ibu sedang mencuci kentang yang kemudian akan direbusnya. Engeltje memasukkan bekal makanan yang didapat oleh Eduard ke dalam lemari. Dan Eduard merasa puas dengan memperhatikan segala kesibukan,
25 yang disebabkan oleh kedatangannya itu.
Akan tetapi tiba-tiba ia seolah-olah mendengar ibunya mengeluh sedikit. Ia tidak mengerti. Apa lagi yang dapat, menimbulkan rasa kesal demikian" Bukankah demikian, bahwa segala-galanya sudah berubah menjadi baik" Maka dengan langsung ditanyakannya hal itu kepada ibunya, yang dijawab oleh ibunya dengan terus terang pula.
Beginilah Eduard! Kamu telah berbuat menyenangkan hati kami demikian rupa dan saya menaikkan puji syukur kepada Tuhan, karena Ia tidak membiarkan umatnya hidup dalam kesengsaraan. Tetapi hal ini masih belum berarti, bahwa sudah tak ada lagi kesusahan bagi kita. Masa depan kita masih gelap. Berapa lamanya bekal makanan dan bahan bakar itu dapat tahan" Barang-barang itu tak akan bertambah lagi, karena kita tak ada pekerjaan. Lagi pula kita ada utang. Bagaimana dapat kita melunasi utang kita pada Seidelmann " Pada suatu waktu semua makanan kita habis, bahkan kita akan diusir dari rumah ini dan harus tidur beratapkan langit.
Perkataannya langsung membuat suasana di dalam ruangan itu menjadi suram-muram. Sekali lagi mereka dihinggapi oleh perasaan-perasaan tertekan. Akan tetapi Eduard menghalaunya dengan sikapnya yang seperti acuh tak acuh.
Dikeluarkannya dari dalam sakunya uang emas, yang didapatnya dari orang asing itu, dihitungnva dan diletakkannya satu per satu ke atas meja.
Ini satu, ini satu dan ini satu lagi! Uang emas itu diletakkannya berderet panjang. Cukupkah kiranya uang itu" Bukankah lebih dari cukup untuk pembayar utang kita pada Seidelmann" Dan selanjutnya telah dijanjikan oleh penjaga hutan, bahwa ia akan pergi sendiri kepada kepala pengawas pertambangan untuk
26 meminta pekerjaan bagi saya. Masih ada lagi yang kurang"
Baru sekarang wanita itu bersuka hati seperti belum pernah dirasakannya,sebelumnya dalam hidupnya. Engeltje berdiri terpaku karena rasa kagum dan hormatnya. Hanya ayah Hauser mengerutkan dahinya.
Tetapi nak, katanya dengan nada sungguh-sungguh, ceriteramu itu kedengarannya sedikit tak masuk di akal. Dapatkah kaukatakan, bahwa uang sebanyak itu telah kauterima dari Adler juga"
Tidak, saya tidak mengatakan itu.
Nah, jadi bagaimana"
Itu hanya dapat saya ceriterakan di bawah empat mata, ayah!
Ayahnya menentang mata anaknya, lama-lama seakan-akan untuk membaca jiwanya. Tanya jawab dilakukan tanpa kata-kata.
Akhirnya Hauser mengangguk.
Aku tidak menaruh curiga terhadap perbuatanmu, nak. Tetapi kamu maklum juga, bahwa uang itu tidak begitu mudah didapat. Baiklah, mari kita keluar dari ruangan ini, dan katakan saja, apa yang ingin kauceriterakan.
Bersama dengan ayahnya Eduard keluar dari kamar itu, setelah diserahkan uang itu ke tangan ayahnya. Sekarang Eduard menceriterakan tentang orang asing, yang datang ke rumah penjaga hutan naik kereta salju itu. Tidak bany
ak yang diketahuinya tentang orang itu, hanyalah, bahwa orang asing itu memperkenalkan dirinya sebagai saudara sepupu penjaga hutan dan bahwa dia memberi pertolongan yang besar itu padanya. Sungguh aneh ceritera itu kedengarannya, akan tetapi Hauser tidak melihat alasan untuk tidak mempercayai anaknya.
27 Akhirnya mereka masuk lagi ke dalam kamar. Mereka sudah di,tunggu-tunggu kedatangannya.
Sudah beres semuanya, demikianlah keterangan Hauser. Eduard telah menceriterakan segala-galanya. Uang itu dapat kita terima dengan hati yang bersih.
Uang itu didapat dengan jalan yang halal, didermakan oleh seorang ;dermawan, yang ingin melindungi rakyat yang miskin! Dan sekarang mari kita makan bersamasama dan melupakan segala penderitaan dan kesusahan!
Tungku api kedengaran berdesir karena apinya menyala. Air di dalam teko menyanyi. Kamar itu lambat laun menjadi hangat, dan kehangatan itu berpengaruh pada keluarga Hauser, yang menjadi gembira. Maka terasa agak ganjil bahwa Engeltje, yang perasaannya tidak tertekan oleh penderitaan sedang duduk dengan lesu saja.
Eduard pun melihat keadaan Engeltje itu. Ketika gadis itu hendak pulang ke rumahnya, ia mengantarkannya, karena ia hendak mengembalikan kayu api dan batu bara yang telah dipinjamnya. Ia bertanya, mengapa gadis itu berdiam diri raja.
Apakah kamu barangkali merasa tersinggung oleh ucapan salah seorang dari keluargaku, Engeltje"
Tidak Eduard, sama sekali tidak.
Kau diam saja, sedangkan kami semua gembira!
Sebabnya karena aku mengingat perkataan ayahku. Betapa kasarnya ia terhadap kalian. Sebenarnya ingin dia menolak penmintaan kalian.
Tetapi mengapa" Engeltje tahu sebab-sebabnya, tetapi ia diam saja. Demikian pun alasan yang dikemukakannya mengapa ia diam saja berlainan dengan yang sebenarnya. Sebenarnya pikirannya dipenuhi oleh
28 pesta dansa. Ia telah mendapat undangan untuk menghadirinya. Bungkusan berisi baju pesta dan kartu undangan sudah diterima olehnya. Dan dalam pikirannya ia sudah membayangkan dirinya berada di tengah-tengah ruang dansa dan alangkah besar bedanya suasana pesta yang cemerlang itu dengan suasana di keluarga Hauser yang miskin itu. Benarkah agaknya pendapat ayahnya itu, bahwa sebaiknya janganlah ia bercampur gaul dengan keluarga miskin itu dia, yang telah mendapat undangan ke Casino itu" Tak tahukah kamu apa sebab-sebabnya"
Tidak, jawab gadis itu ragu-ragu. Inilah yang pertama kali ia membohongi Eduard. Eduard tiada henti-hentinya memikirkan, apakah gerangan yang menjadi sebab-sebab nya, maka Hofmann berkelakuan demikian.
Barangkali ayahmu menganggap kami tiada pantas untuk dijadikan teman.
Janganlah berpikiran yang bukan-bukan! jawabnya dengan cepat. Ayahku barangkali begitu kasar terhadap ayahmu, karena ia sedang dibuat pusing oleh urusan-urusan yang tidak beres. Apakah ia diberi Seidelmann pola tenunan yang sulit dikerjakan" Aku mau membantunya dengan menghitung benang-benangnya.
Pekerjaan demikian sudah kerap kali dilakukannya; ia lebih pandai dalam pekerjaan menenun dari pada Hofmann. Akan tetapi Engeltje lekag-lekas membantah.
Tidak, ini bukan mengenai ayah, melainkan mengenai diriku.
Kau" Apa maksudumu"
Angelica mengangkat agak kesombong-sombongan hidungnya yang kecil itu sedikit ke atas lalu berkata,
Aku telah menerima bungkusan.
29 Dan karena itu ayahmu murung saja " Aku tak mengerti. Hendaknya kauterangkan lebih banyak hal itu! Agak aneh kelakuanmu. Apa isi bungkusan itu"
Scbenarnya Angelica itu anak gadis yang balk hati, akan tetapi ada sedikit kekurangannya dalam perangainya ia suka mendengar sanjungan. Dalam hal itu ia mirip ayahnya. Undangan yang didapatnya dari seorang anggota Casino, seorang dari kaum atasan itu, membuatnya merasa diagung-agungkan orang. Lagi pula undangan itu seakanakan memberi dia pegangan lain, sehingga ia dapat melepaskan Eduard. Maka dari itu ia sampai hati, sedikit mempermainkan Eduard itu. Sedikit demi sedikit diceriterakannya khabar besar itu kepada Eduard, yang sekali-kali tidak menyukainya.
Tetapi janganlah kaukira itu hanya bungkusan biasa, katanya agak kemanja-manjaan.
Coba terkalah, apa isinya! Bagaimana aku tahu! Mungkin sebuah hadiah.
Betul ,tapi juga salah. Ada baju pesta di dalamnya.
Ada apa" Baju yang biasa dipakai dalam pesta dansa. Belum pernah mendengar tentang hal itu "
Eduard sekarang, benar-benar bingung. Apa hubungan Engeltje dengan pesta dansa" Memang pernah didengarnya, bahwa pada hari karnaval diadakan hal semacam itu di Casino. Akan tetapi itu di luar dunia mereka. Anggota-anggota dari Casino adalah dari kalangan atas, yang menjauhi segala pergaulan dengan kaum miskin seperti para penenun itu. Jadi sudah barang tentu bukanlah pesta itu yang dimaksudkan oleh Engeltje, karena keluarga Hofmann pun tergolong penenun miskin itu.
Akan tetapi lekas ia disadarkan dari mimpinya itu oleh
30 Angelica, yang mulai menceriterakan sedikit demi sedikit apa yang telah terjadi. Mula-mula dikira Eduard, bahwa ia salah mengerti.
Kau ke pesta dansa Casino" Sudah mendapat undangan" Dari siapa"
Tak tahu aku. Dengarkan dahulu, Engeltje. Ceriteramu itu sekali-kali tak masuk di akal. Seseorang yang tak mau menyebut namanya mengundangmu ke pesta dansa, bahkan mau mengirimimu sebuah baju pesta, dan kau menganggap semua itu biasa saja. Apa yang dikatakan oleh orang tuamu"
Eduard yang bermaksud baik itu berbuat salah besar dengan menghadapi gadis itu secara demikian. Angelica adalah anak semata wayang, kesayangan orang tuanya,. Maka dari itu tidaklah dapat diterimanya begitu saja, bahwa ia dianggap seolah-olah ia anak kecil saja yang perlu mendapat teguran dari gurunya. Penghinaan demikian membuat ia berkeras kepala. Dengan menantang dientakkannya kepalanya yang cantik itu ke atas.
Asmara Si Pedang Tumpul 2 Pendekar Naga Geni 12 Bentrok Di Kali Serang Manusia Beracun 1
^