Pencarian

Mawar Merah 3

Mawar Merah Roses Are Red Karya James Patterson Bagian 3


Helikopter kami mulai menurun ke kawasan terbuka dekat SMA di kota itu. Kulirik arlojiku. Saat itu pukul enam lewat. Apakah kesembilan belas sandera masih hidup" Permainan sadis macam apa yang dimainkan Mastermind"
Lapangan-lapangan atletik hijau cerah membentang di belakang bangunan sekolah dari bata berlantai dua yang tampak tenang. Seluruh kawasan itu kosong kecuali dua sedan dan van hitam yang menunggu kami. Kami berada kurang-lebih satu sampai satu
216 setengah kilometer dari jalan antar negara bagian tempat Mrs. Morris melihat bus Washington on Wheels.
Isabelle Morris duduk di dalam sedan pertama. Ia tampaknya berusia akhir tujuh puluhan, wanita gemuk pendek dengan senyum ceria yang tidak sesuai dan menampilkan gigi palsunya. Nenek yang ramah.
"Tanah pertanian mana yang harus kami kunjungi terlebih dulu"" tanyaku padanya. "Di mana orang bisa bersembunyi""
Mata kelabu kebiruan wanita tua itu menyipit saat ia berpikir. "Tanah pertanian Donald Browne," katanya pada akhirnya. "Tidak ada yang tinggal di sana akhir-akhir ini. Browne meninggal musim semi lalu, pria yang malang. Orang bisa bersembunyi di sana dengan mudah."
Bab 67 "Terus jalan. Kita lewati saja," kataku kepada sopir kami saat tiba di tanah pertanian Browne di State Road 24. Sopir memenuhi permintaanku. Kami berputar di tikungan jalan sekitar seratus meter melewati tanah pertanian. Lalu mobil berhenti.
"Aku melihat seseorang di sana. Dia sedang bersandar pada pohon. Dekat rumah. Dia mengawasi jalan, Kyle. Mengawasi kita melintas. Mereka masih ada di sana"
Di depan, aku bisa melihat sisa-sisa lokasi penyimpanan rudal tua yang pernah dioperasikan. Kuperkira-kan kami akan menemukan bus wisatanya disembunyikan dalam liang penyimpanan rudal, aman dari helikopter Apache pencari. Aku tidak begitu optimis mengenai kesembilan belas sandera dari MetroHartford. Mastermind membenci perusahaan asuransi, bukan" Apa ini balas dendam"
Bayangan-bayangan jelas para sandera yang dibunuh selama perampokan bank melintas dalam benakku; aku takut menemukan pembantaian di tanah pertanian. Kami sudah diperingatkan. Tidak boleh ada kekeliruan, tidak boleh ada kesalahan. Peraturan tersebut sudah ditetapkan dalam perampokan-perampokan bank sebelumnya. Apa ada yang berubah"
218 Kyle berkata, "Kita masuk melalui hutan. Kita tidak punya waktu untuk memilih."
Ia mengadakan kontak dengan unit-unit lain. Lalu ia, Betsey, dan aku berlari ke utara menerobos hutan lebat. Kami belum bisa melihat rumah pertanian itu, tapi kami juga tidak bisa dilihat.
Hutan membentang dekat dengan rumah induk, yang merupakan keuntungan kami. Sesemakannya tumbuh lebat, hampir sepanjang jalan hingga ke jalur ma
suk. Lampu-lampu di dalam rumah padam. Tidak ada gerakan yang bisa kulihat. Tidak ada suara.
Aku masih bisa melihat penjaga para penculik. Ia tidak terlalu jauh dan sedang memunggungi kami. Di mana yang lain" Di mana para sanderanya" Kenapa tidak ada lampu yang menyala di dalam rumah"
"Apa yang dilakukannya"" gumam Kyle. Ia sama tertegunnya sepertiku.
"Tidak bisa benar-benar dikatakan menjaga," bisik Betsey. "Aku tidak menyukai keadaan ini."
"Aku juga," kataku. Tidak masuk akal. Kenapa hanya menempatkan seorang penjaga" Dan kenapa para penculiknya masih ada di sini"
"Kita tangkap penjaga ini dulu. Lalu kita masuk ke rumah," bisik Kyle.
Bab 68 Aku memberi isyarat kepada Kyle dan Betsey bahwa aku akan menangkap penjaganya. Aku bergegas mendekatinya tanpa menimbulkan suara sebisa mungkin. Kuayunkan tangkai pistolku sekuat tenaga. Terdengar suara hantaman yang memuaskan, dan penculik tersebut merosot ke tanah. Ia tidak sempat mengeluarkan bersuara. Terlalu mudah. Apa yang terjadi"
Betsey berjongkok rendah, mendekatiku dengan cepat. Ia berbisik, "Penjaga macam apa itu" Mereka selalu berhati-hati sebelumnya."
Enam orang agen muncul dari dalam hutan di belakang kami. Betsey memberi isyarat agar mereka berhenti. Di dalam rumah pertanian masih tidak ada lampu yang menyala dan tidak ada gerakan. Pemandangannya menakutkan dan terasa tidak nyata.
Lalu Kyle memberi perintah untuk menyerbu, memasuki rumah. Kami tidak bersuara sewaktu berlari maju. Tampaknya tidak ada lagi penjaga. Apa ini semacam jebakan" Apa mereka sudah mengharapkan kami mendobrak masuk" Bagaimana dengan Mrs. Morris" Mungkinkah ia bagian dari semua ini"
Aku tiba di rumah pertanian bersama gelombang pertama agen-agen FBI. Aku ketakutan setengah mati. Kuangkat Glock-ku dan kutendang pintu depan hingga
220 terbuka. Aku tidak bisa memercayai apa yang kulihat. Aku harus menahan diri untuk tidak berteriak keras-keras.
Para sandera ada di ruang duduk rumah pertanian tersebut. Mereka menatapku, jelas ketakutan, tapi tidak seorang pun terluka. Kuhitung dengan cepat: enam belas wanita, dua anak-anak, dan sopirnya. Semuanya masih hidup. Tidak ada yang dihukum karena kami melanggar peraturan.
"Di mana para penculik"" tanyaku pelan. "Apa ada di antara mereka yang masih di sini""
Seorang wanita berambut hitam melangkah maju dan berbicara. "Mereka meninggalkan penjaga di sekitar rumah. Ada satu di dekat pohon elm di depan."
"Tidak lagi. Kami tidak melihat ada lagi," kata Betsey kepada mereka. "Semua orang tetap di sini sementara kami memeriksa tempat ini."
Agen-agen FBI telah bergerak ke dalam dan menyebar ke berbagai penjuru rumah. Beberapa sandera mulai menangis sewaktu menyadari mereka tidak akan mati, dan akhirnya mereka diselamatkan.
"Kata mereka, kami akan dibunuh kalau mencoba meninggalkan rumah sebelum besok pagi. Mereka menceritakan nasib keluarga Buccieri dan Casselman," kata seorang wanita jangkung berambut gelap sambil terisak-isak. Namanya Mary Jordan dan ia yang memimpin kelompok wisata ini.
Kami menggeledah rumah dengan hati-hati-tidak ada siapa pun lagi di sana. Tidak ada bukti-bukti yang nyata, tapi para teknisi akan segera tiba di sini. Bus wisatanya sudah ditemukan di salah satu garasi bekas pangkalan angkatan darat.
Sekitar setengah jam kemudian, Mrs. Morris me-
221 langkah masuk melalui pintu depan. Dua orang agen tidak berhasil menghentikannya. Penampilan wanita setempat tersebut hampir menimbulkan tekanan yang lucu bagi stres yang melanda selama beberapa jam terakhir. "Kenapa kau memukul Bud O'Mara tua" Dia orang baik, bekerja di tempat perhentian truk. Kata Bud, dia dibayar untuk berdiri menunggu di sini. Mendapat seratus dolar untuk kepala yang memar. Dia tidak berbahaya, si Bud ini."
Kejadian yang aneh dan melelahkan berlangsung sementara sejumlah kendaraan penyelamat akhirnya tiba. Para sandera mulai bertepuk tangan dan bersorak. Kami datang untuk mereka; kami tidak membiarkan mereka mati.
Tapi aku tahu bukan begitu keadaannya: Entah untuk alasan apa, Mastermind tidak menginginkan kematian mereka.
Bagian Empat TABRAK LARI Bab 69 Tentu saja, kasus i tu terus menjadi bahan berita media yang dibesar-besarkan. Pers mengetahui keberadaan seorang "Mastermind", dan menjadikannya sebagai judul berita yang sensasional. Foto bocah Buccieri, salah satu korban pertama, dipublikasikan dalam berbagai berita. Aku mulai melihat wajah bocah laki-laki itu dalam mimpiku.
Aku bekerja dua belas hingga enam belas jam per hari. Perampok bank di "Washington bernama Mitchell Brand masih berada di jajaran atas daftar tersangka FBI. Wajahnya menempel di dinding tersangka selama lebih dari seminggu. Kami belum mampu menemukan Brand, tapi ia sesuai dengan profil. Sementara itu, para penyelidik TKP meneliti lokasi pengiriman uang, menyisirnya untuk menemukan bukti-bukti. Para teknisi FBI menyusuri setiap jengkel tanah pertanian Browne. Sisa-sisa riasan teater ditemukan di wastafel tanah pertanian. Aku berbicara dengan sejumlah sandera, dan mereka mendukung gagasan bahwa para penculiknya mungkin mengenakan riasan, rambut palsu, dan mungkin menambah bantalan dalam sepatu mereka.
Sampson dan aku bekerja di Washington selama
225 dua hari pertama. MetroHartford menawarkan satu juta dolar untuk informasi yang bisa membantu penangkapan orang-orang yang terlibat dalam kejahatan tersebut. Hadiah itu ditujukan kepada masyarakat umum, tapi juga kepada siapa pun yang terlibat dalam perampokan yang pendapatannya kurang dari hadiah yang ditawarkan.
Pencarian terhadap perampok bank Mitchell Brand juga dipusatkan di Washington. Brand adalah pria kulit hitam berusia tiga puluh tahun yang menjadi tersangka dalam enam perampokan, tapi tidak pernah mendapat tuduhan resmi dan tiba-tiba menghilang. Dulu ia seorang sersan angkatan darat dalam Badai Gurun. Brand dikenal brutal. Menurut catatan militernya, ia memiliki IQ di atas seratus lima puluh.
Gunungan bukti tengah dikumpulkan, tapi ketenaran kasus ini juga menyulitkan kami. Telepon dan faks menawarkan tips tidak pernah berhenti masuk ke kantor lapangan FBI. Tiba-tiba, ada ratusan petunjuk untuk ditelusuri. Aku penasaran apakah Mastermind masih bekerja melawan kami.
Malam kedua sesudah penculikan MetroHartford, Sampson muncul di rumah sekitar pukul sebelas. Aku sendiri baru saja tiba. Kuambil dua kaleng bir dingin dan kami mengobrol di serambi sebagaimana layaknya orang dewasa yang beradab.
"Tadinya aku berharap bisa menemui pangeran kecil malam ini," kata Sampson saat kami duduk.
"Dia akan tinggal di sini bersama kami." Kuceritakan berita terbaru kepada John. Paling tidak, sebagian di antaranya.
Ia tersenyum lebar, gigi-giginya sama besar dan sama putihnya seperti tuts piano. "Itu berita hebat, Sugar. Kuanggap Ms. Christine juga ikut."
226 Aku menggeleng. "Tidak, John. Dia tidak pernah bisa melupakan apa yang dialaminya dengan Geoffrey Shafer. Dia masih takut atas keselamatannya, atas keselamatan kami semua. Dia tidak ingin bertemu denganku lagi. Hubungan kami sudah berakhir."
Sampson hanya menatapku. "Kalian berdua begitu bagus bersama-sama. Aku tidak percaya, Sugar."
"Aku juga tidak. Tidak selama berbulan-bulan. Kutawarkan untuk meninggalkan pekerjaanku sebagai polisi dan kurasa aku pasti akan melakukannya. Christine memberitahuku bahwa hal itu tidak mengubah keadaan."
Aku menatap lurus ke mata temanku. "Aku sudah kehilangan dia, John. Aku sedang mencoba melanjutkan hidupku. Hatiku hancur."
Bab 70 Penyerantaku berbunyi larut malam keesokan harinya di rumah. Dari Sampson. "Segalanya kacau-balau," katanya. "Serius, Alex." "Kau di mana"" tanyaku.
"Aku sedang bersama Rakeem Powell sekarang. Kami di East Capitol Dwellings. Salah seorang mata-matanya memberi kami informasi bagus. Kami mungkin berhasil menemukan Mitchell Brand."
"Kalau begitu, ada masalah apa"" tanyaku.
"Rakeem memberitahu letnannya. Si letnan mem-beritahu bosnya. Saat ini Chief Pittman mengirim setengah anggota polisi D.C. ke sana."
Kupikir aku benar-benar marah pada saat itu. "Ini masih kasusku. Pittman tidak menghubungiku."
"Itu sebabnya aku menghubungimu, Sugar. Sebaiknya kau cepat kemari."
Kutemui Sampson di kompleks perumahan East Capitol Dwellings. Menurut mata-mata itu, Brand bersembunyi di
sana. East Capitol Dwellings adalah apa yang kudengar disebut sebagai "gudang manusia bersubsidi". Sebenarnya, proyek tersebut tampak seperti penjara yang gagal. Pagar yang dingin dan putih dari balok-balok kayu cinder mengelilingi bangunan yang mirip bunker. Tempat tersebut sangat
228 menekan dan sangat khas perumahan di sebagian besar kawasan Southeast. Orang-orang miskin yang tinggal di sini berusaha sebaik-baiknya dalam situasi yang mereka hadapi.
"Ini sudah tidak terkendali lagi, Alex," keluh Sampson begitu kami bersama-sama di salah satu halaman berlumpur yang memisahkan gedung-gedung proyek. "Senjata yang ada keterlaluan banyaknya. Terlalu banyak koki di dapur. Detektif kepala menyerang lagi."
Aku memandang sekitarku, menggeleng, dan memaki tanpa suara. Tempat ini seperti kebun binatang. Aku melihat anggota SWAT dan beberapa detektif pembunuhan. Ditambah para penghuni sekitar yang menonton. Mitchell Brand. Ya Tuhan. Mungkinkah ia Mastermind"
Aku bergegas mengenakan rompi Kevlar. Kuperiksa Glock-ku. Lalu kutemui detektif kepala untuk berbicara. Kuingatkan Pittman bahwa ini kasusku, dan ia tidak bisa mendebatnya. Tapi aku bisa melihat ia terkejut melihat kehadiranku di lokasi.
"Kuambil alih dari sini," kataku.
"Kami sudah menjebak Brand. Jangan mengacaukannya," kata Pittman akhirnya, kemudian berlalu meninggalkanku.
Bab 71 Agen Senior James Walsh tiba di lokasi setelah kedatanganku. Tapi Betsey Cavalierre tidak muncul. Aku mendekati Walsh. Ia dan aku telah bersahabat selama dua minggu terakhir ini, tapi ia tampak men-jaga jarak malam ini. Ia juga tidak menyukai apa yang terjadi di sini. Ia juga terlambat dihubungi.
"Mana Agen Senior Cavalierre"" tanyaku.
"Dia libur dua hari. Kurasa dia mengunjungi teman di Maryland. Kau kenal si Mitchell Brand ini"" tanyanya.
"Aku cukup tahu tentang dirinya. Dia mungkin bersenjata lengkap kalau ada di sana. Tampaknya dia memiliki kekasih baru bernama Theresa Lopez. Gadis itu tinggal di proyek ini. Lopez beranak tiga. Aku mengenal wajahnya."
"Benar-benar hebat," kata Walsh, dan menggeleng, sambil memutar bola matanya. "Tiga anak, ibu mereka, dan seorang tersangka perampok bank bersenjata."
"Benar sekali. Selamat datang di D.C., Agen Walsh. Omong-omong, Brand bisa jadi anggota dari kelompok yang menyerang MetroHartford. Dia bisa jadi Mastermind. Kita harus menangkapnya."
Kutemui regu penyerbu di sebuah OP-titik peng-
230 amatan-di gedung dekat sasaran. OP itu merupakan apartemen studio yang digunakan oleh para detektif narkotika Metro yang ditugaskan di proyek East Capitol Dwellings. Aku pernah mengunjungi apartemen tersebut beberapa kali sebelumnya. Ini lingkunganku.
Seregu yang terdiri atas delapan orang akan memasuki apartemen di lantai enam untuk menangkap Mitchell Brand. Delapan lebih dari cukup; meski lebih aman banyak orang, jumlahnya tak boleh terlalu banyak.
Sementara anggota regu memeriksa senjata dan mengenakan jaket antipeluru Kevlar, aku menatap ke luar ke jalan. Cahaya lampu jalan beruap sodium menciptakan kabut kekuningan di bawah. Benar-benar pemandangan yang buruk. Bahkan dengan kehadiran begitu banyak polisi di lingkungan ini, permainan obat bius terus berlanjut. Tidak ada yang bisa menghentikannya. Kuawasi regu pengintai dan penjual obat bius di tikungan, di luar proyek. Seorang pencandu mendekat, langkahnya cepat, kepalanya menunduk. Seorang anggota geng setempat, pemandangan yang kukenali. Aku berpaling dari transaksi obat bius tersebut seakan-akan transaksi tersebut tidak pernah terjadi.
Aku mulai mengobrol dengan anggota regu. "Mitchell Brand dicari untuk ditanyai sehubungan dengan perampokan Union Trust di Falls Church. Dia jelas bisa jadi penghubung kita dengan siapa pun yang ada di balik perampokan-perampokan ini. Ini tersangka terbaik yang kami temukan sejauh ini. Dia bisa jadi Mastermind.
"Sejauh ini yang kita ketahui, Brand ada di apartemen kekasihnya. Gadis ini kekasih barunya. Detektif
231 Sampson akan membagi-bagikan tata letak apartemen satu kamar tidur yang ada dalam gedung ini. Kalian harus tahu di dalam apartemen itu kita mungkin menemukan Brand,
kekasihnya, dan tiga anaknya, berusia dua hingga enam tahun."
Aku berpaling kepada Agen Walsh. Dua agennya merupakan bagian dari pasukan penyerbu. Tidak ada yang ingin ditambahkannya, tapi ia memberitahu anak buahnya, "Kepolisian Washington akan bertindak sebagai penyerbu utama dalam apartemen. Kita akan memberi dukungan di lorong dan sewaktu memasuki apartemen gadis itu. Hanya itu," katanya.
"Oke, pergi," kataku. "Semua orang berhati-hati. Segala sesuatu yang kita ketahui tentang Brand menyatakan dia berbahaya dan kemungkinan dia bersenjata lengkap."
"Dia Pasukan Khusus, Angkatan Darat," tambah John Sampson. "Informasi tambahan yang bagus, bukan""
Bab 72 Bersenjata dan berbahaya-ungkapan yang cukup umum, tapi itulah arti sebenarnya bagi para petugas polisi.
Kami memasuki Gedung Tiga beriring-iringan melewati ruang bawah tanah yang suram dan kotor. Lalu kami bergegas menaiki tangga ke lantai enam. Tangganya kotor dan bernoda seperti gigi yang busuk. Mungkin gedung ini pernah mengalami kebakaran serius. Jelaga tebal menempel di dinding, di lantai, dan bahkan di pagar tangga dari logam. Mungkinkah Mastermind bersembunyi di atas sini" Apa ia pria kulit hitam" Hal itu terasa mustahil bagi FBI. Kenapa"
Tiba-tiba, kami mengejutkan dua pencandu yang menyedihkan, kurus kering, yang sedang menikmati obat bius di tangga lantai empat. Kami telah mencabut senjata, dan mereka menatap kami dengan mata membelalak, takut berada di sana, tapi takut untuk bergerak.
"Kami tidak berbuat apa-apa," kata salah seorang di antaranya dengan suara serak. Ia tampak berusia lebih dari empat puluh tapi kemungkinan baru berusia dua puluhan.
"Tetap di tempatmu," kataku dengan suara pelan.
233 Dengan tegas aku menunjuk mereka. "Berbisik pun jangan."
Pencandu yang ketakutan itu pasti mengira kami datang untuk menangkap mereka. Keduanya tidak bisa percaya sewaktu kami bergegas melewati mereka. Kudengar Sampson berkata, "Pergi dari sini. Ini hari keberuntunganmu yang terakhir"
Aku bisa mendengar suara bayi menangis dan anak-anak berteriak, celoteh dari sejumlah TV, lagu jazz, hip-hop, dan salsa menerobos dinding yang tipis. Perutku terasa melilit. Menangkap Brand di gedung yang penuh sesak merupakan urusan yang sangat buruk, tapi semua orang menginginkan hasil sekarang. Brand adalah tersangka yang luar biasa.
Sampson menyentuh bahuku dengan ringan. "Aku akan masuk bersama Rakeem," katanya. "Kau mengikuti, Sugar. Jangan berdebat denganku."
Aku mengerutkan kening tapi mengangguk. Sampson dan Rakeem Powell adalah penembak jitu terbaik kami. Mereka hati-hati, pandai, dan berpengalaman. Tapi penyergapan ini sulit dan menakutkan. Bersenjata dan berbahaya. Apa pun bisa terjadi sekarang.
Aku berpaling kepada seorang detektif yang membawa pendobrak logam yang berat dengan dua tangan. Benda tersebut tampak seperti rudal kecil yang tumpul. "Langsung runtuhkan pintunya, Officer. Aku tidak memintamu untuk mengetuk lebih dulu."
Aku berpaling memandang barisan orang-orang yang tegang dan gelisah di belakangku. Kuacungkan kepalanku. "Hitungan keempat," kataku.
Kuberi isyarat dengan jemariku-satu-dua-tiga!
Pendobrak menghantam pintu dengan kekuatan menghancurkan bagai pemain football yang meng-
234 hadang penyerang lawan. Kunci pintunya terlempar lepas. Kami masuk. Sampson dan Powell satu langkah di depanku. Belum ada tembakan dari dalam apartemen.
"Mom-mee!" teriak salah seorang anak. Sekejap aku merasa takut ketika teringat pada keluarga-keluarga yang sudah disakiti karena ulah Mastermind. Kami tidak membutuhkan banjir darah di sini.
Bersenjata dan berbahaya.
Dua orang anak tengah menyaksikan South Park di TV. Di mana Mitchell Brand" Dan di mana ibu' anak-anak ini, Theresa Lopez" Mungkin mereka bahkan tidak ada di rumah. Terkadang anak-anak ditinggalkan sendirian di apartemen hingga berhari-hari.
Pintu kamar tidur di depan kami tertutup. Musik melantun dari suatu tempat di dalam apartemen. Kalau Mitchell Brand ada di sini malam ini, ia tidak terlalu memerhatikan masalah keamanan. Hal itu tidak sesuai dengan pemikiranku semula. Aku tidak menyukai situasinya sejauh ini.
Kutarik pintu kamar tidur hingga terbuka dan mengintip ke dalam. Jantungku bagai menggelegar. Aku berjongkok dalam posisi menembak. Anak ketiga sedang bemain-main dengan boneka teddy di lantai. "Beruang Biru," katanya kepadaku.
"Beruang Biru," bisikku.
Dengan cepat aku kembali ke lorong. Aku melihat Sampson menendang pintu lain hingga terbuka. Tata letak apartemen yang kami dapatkan keliru! Ini apartemen dua kamar tidur.
Tiba-tiba, Mitchell Brand keluar ke lorong. Ia menyeret Theresa Lopez bersamanya. Ia membawa sepucuk pistol kaliber .45 yang ditodongkan ke kening
235 Lopez. Gadis itu cantik, dengan kulit cokelat muda, tapi terguncang hebat. Baik Brand maupun Lopez sama-sama telanjang dan hanya mengenakan rantai emas yang melilit leher, pergelangan tangan, dan pergelangan kaki kiri Brand yang tebal.
"Letakkan pistolmu, Brand," teriakku mengatasi keriuhan apartemen. "Kau tidak akan pergi ke mana-mana. Kau tidak bisa pergi dari sini. Kau cukup pandai untuk mengetahuinya. Letakkan pistolmu."
"Jangan halangi aku!" teriaknya. "Aku cukup pandai untuk melubangi wajahmu lebih dulu."
Aku bertahan di depan Brand. Sampson dan Rakeem Powell menjajari di kedua sisiku. "Perampokan First Union Bank di Falls Church. Kalau kau tidak terlibat, kau tidak mendapat masalah," kataku, agak merendahkan suaraku. "Letakkan pistolnya."
Brand berteriak lagi. "Aku tidak merampok First Union Bank! Aku ada di New York City sepanjang minggu! Aku menghadiri pernikahan kakak Theresa. Ada yang menjebakku. Ada yang berbuat begini padaku!"
Theresa Lopez mulai menangis tak terkendali. Anak-anaknya menangis dan memanggil-manggil, ibu mereka. Para detektif dan agen-agen FBI menahan mereka, mengamankan mereka.
"Dia menghadiri pernikahan kakakku!" jerit Theresa Lopez kepadaku. Matanya memohon. "Dia menghadiri pernikahan!"
"Mommee! Mommee!" jerit anak-anak.
"Letakkan pistolmu, Brand. Kenakan pakaian. Kami perlu berbicara denganmu. Aku percaya kau sedang menghadiri pernikahan. Aku percaya padamu dan Theresa. Letakkan pistolmu."
Aku menyadari kemejaku basah kuyup. Salah satu
236 anak masih mengintai di belakang Brand dan Lopez. Dalam jalur tembakan. Oh, Tuhan, jangan memaksaku menembak orang ini.
Lalu, perlahan-lahan, Mitchell Brand menurunkan pistolnya dari kening Theresa Lopez. Ia mencium sisi kepala wanita itu. "Maaf, Sayang," bisiknya.
Aku langsung berpikir bahwa kami melakukan kesalahan. Aku punya firasat seperti itu. Sewaktu Brand menurunkan pistolnya, aku mengetahuinya. Mungkin ada yang menjebak Mitchell Brand. Kami sudah menghambur-hamburkan banyak waktu dan sumber daya untuk menangkapnya. Perhatian kami sudah teralihkan selama berhari-hari.
Aku merasakan embusan napas dingin Mastermind di belakang leherku.
Bab 73 Aku pulang sangat larut dari proyek East Capitol Dwellings. Aku tidak bersemangat terhadap banyak hal: terlalu sibuk bekerja, Christine, penangkapan Mitchell Brand malam ini.
Aku perlu beristirahat, jadi kumainkan Gershwin dan Cole Porter di piano hingga aku tidak mampu lagi membuka mata. Lalu aku naik ke kamar, dan terlelap begitu kepalaku menyentuh bantal.
Aku benar-benar tidur hingga keesokan paginya. Akhirnya aku bergabung dengan Nana dan Damon untuk sarapan sekitar pukul setengah delapan. Hari ini merupakan hari besar bagi keluarga Cross. Aku bahkan tidak akan bekerja. Ada pekerjaan lain yang lebih penting.
Kami meninggalkan rumah pukul setengah sembilan. Kami menuju Rumah Sakit St. Anthony's. Jannie akan pulang.
Ia telah menunggu kedatangan kami. Jannie telah berkemas dan mengenakan jins dan kaus bertuliskan "Keprihatinan untuk Bumi" sewaktu kami memasuki kamarnya. Nana membawakan pakaian itu kemarin, tapi tentu saja Jannie telah memberitahu Nana pakaian mana yang harus dibawakannya.
"Ayo, ayo. Aku sudah tidak sabar untuk pulang,"
238 kata Jannie sambil tertawa, begitu kami memasuki kamar. "Ini koperku, kenapa tergesa-gesa"" Ia menyerahkan tas kecilnya yang berwarna merah muda kepada Damon, yang memutar bola matanya, tapi menerima tas tersebut.
"Berapa lama perawatan istimewa ini berlangsung"" tanya Damon.
"Sepanjang sisa hidupmu." Jannie
meluruskan pendapat kakaknya mengenai pria dan wanita. "Mungkin bahkan lebih lama lagi."
Tiba-tiba, awan badai ketakutan melintas di wajah Jannie. "Aku boleh pulang, kan"" tanyanya kepadaku.
Aku mengangguk dan tersenyum. "Tentu saja boleh. Tapi kau tidak boleh berjalan sendiri meninggalkan tempat ini. Peraturan rumah sakit, adik kecil."
Jannie tampak kecewa. "Jangan dengan kursi roda. Aku harus keluar dengan penuh gaya."
Kuulurkan tangan dan kuangkat dia. "Ya, dengan kursi roda," kataku. "Tapi kau sudah berpakaian lengkap sekarang. Kau tampak cantik untuk kepergi-anmu, tuan putri."
Kami mampir di pos perawat dan Jannie mengucapkan selamat berpisah dan mendapat pelukan. Lalu kami akhirnya meninggalkan Rumah Sakit St. Anthony's.
Ia sudah sehat sekarang. Berbagai tes hasil pengangkatan tumornya menunjukkan keberhasilan. Kesehatannya sudah pulih, dan aku tidak pernah merasa selega itu seumur hidupku. Kalau aku pernah melupakan betapa berharganya putriku bagiku, dan aku tidak yakin pernah merasa seperti itu, aku tidak akan pernah melupakannya lagi. Jannie, Damon, dan Alex kecil adalah hartaku.
Kami membutuhkan waktu kurang dari sepuluh
239 menit untuk tiba di rumah, dan Jannie seperti anjing kecil yang lincah dalam mobil. Ia mengeluarkan wajahnya dari jendela yang terbuka dan menatap dengan mata terbelalak ke segala sesuatu dan mengendus-endus udara kota yang berasap, yang dianggapnya spektakuler, cemerlang luar biasa.
Sewaktu kami tiba di rumah dan kuparkir mobilnya, Jannie turun perlahan-lahan, nyaris penuh khidmat. Ia menengadah menatap rumah tua kami seakan-akan bangunan tersebut Katedral Notre Dame. Ia berputar 360 derajat, memeriksa lingkungan kami di Fifth Street, dan mengangguk setuju.
"Tidak ada tempat yang lebih baik dari rumah," bisiknya pada akhirnya. "Sama seperti Wizard of Oz." Ia berpaling kepadaku. "Kau bahkan sudah menurunkan layang-layang Batman dan Robin dari pohon. Puji Tuhan."
Aku menyeringai dan bisa merasakan sesuatu yang menyenangkan menebar di seluruh tubuhku. Aku tahu apa itu. Aku tidak lagi ketakutan akan kehilangan Jannie. "Sebenarnya, Nana yang memanjat ke sana dan menurunkan layang-layangnya," kataku.
"Kau, berhenti." Nana Mama tertawa dan melambai kepadaku.
Kami mengikuti Jannie masuk ke rumah dan ia segera meraih Rosie si Kucing. Ia memeluk Rosie dekat dengan wajahnya dan mendapat jilatan lidah Rosie yang bagai kertas amplas. Lalu Jannie menari perlahan-lahan bersama kucing keluarga kami selama beberapa saat yang terasa ajaib, sama seperti yang dilakukannya pada malam pembaptisan Alex kecil.
Jannie menyanyi dengan lembut, "Roses are red, violets are blue, aku begitu gembira pulang, aku cinta kalian semua."
240 Rasanya begitu indah dan menyenangkan bisa menyaksikan dan menjadi bagian dari semua ini. Dan ya, Jannie Cross, kau benar, tidak ada tempat yang lebih baik dari rumah. Mungkin itu sebabnya aku bekerja begitu keras untuk melindunginya.
Tapi kalau dipikir lagi, mungkin aku hanya merasionalisasi diriku sendiri, dan mungkin akan selalu begitu.
Bab 74 Aku pergi ke kantor lapangan FBI pagi-pagi keesokan harinya. Ruangan dipenuhi dengung mesin faks, telepon, komputer pribadi, dan energi-baik dan buruk. Sudah jelas Mitchell Brand bukanlah orang yang kami cari, dan bahkan mungkin ia sudah dijebak.
Betsey Cavalierre sudah kembali dari liburan akhir pekannya. Kulitnya kecokelatan, senyumnya cerah, dan tampak telah beristirahat dengan baik. Sekilas aku penasaran ke mana ia pergi, tapi kemudian aku kembali tenggelam dalam pusaran penyelidikan yang amat kuat.
Ruang perang FBI yang berteknologi tinggi masih tetap berada di tempatnya, tapi sekarang tiga atau empat dindingnya tertutup berbagai kemungkinan petunjuk. FBI beranggapan setiap jalan harus ditelusuri. Direktur telah terang-terangan mengatakan inilah perburuan penjahat terbesar sepanjang sejarah FBI. Perusahaan-perusahaan Amerika memberikan tekanan hebat. Kejadian yang sama setelah Unabomber menewaskan seorang pengusaha New Jersey di awal tahun sembilan puluhan.
Kuhabiskan hampir sepanjang hari di ruang konferensi yang tak berjendela dan rasan
ya tidak berudara, menyaksikan slide film yang bagai tanpa akhir,
242 bersama beberapa agen dan sejumlah detektif kepolisian Metro lainnya. Para tersangka terus-menerus ditunjukkan di layar besar, lalu didiskusikan dan ditempatkan ke dalam tiga kategori: Buang, Aktif, dan Sangat Aktif.
Pada pukul sebelas malam itu, Agen Senior Walsh menyelenggarakan pertemuan yang mencakup kemungkinan bahwa kelompok penjahat akan menyerang tidak lama lagi. Betsey Cavalierre tiba terlambat untuk menghadiri penjelasan tersebut. Ia duduk di bagian belakang dan mengamati.
Dua psikolog tingkah laku FBI telah menyusun daftar sasaran potensial di masa depan bagi Mastermind. Sasaran-sasaran tersebut termasuk bank-bank multinasional, perusahaan-perusahaan asuransi top lainnya, perusahaan kartu kredit, konglomerat komunikasi, dan firma-firma Wall Street.
Salah seorang psikolog tingkah laku, Dr. Joanna Rodman, menyatakan bahwa perampokan-perampokan tersebut menunjukkan kebencian yang luar biasa- kebencian yang belum pernah dilihatnya sebelum ini. Ia mengatakan para pelakunya menikmati kemenangan atas pihak berwenang dan kemungkinan haus ketenaran.
Dr. Rodman lalu menyampaikan pernyataannya yang paling menantang. Ia percaya Mastermind akan menyerang lagi. "Aku bersedia bertaruh untuk itu," katanya, "dan aku bukan orang yang senang bertaruh."
Aku tetap membisu selama hampir sepanjang pertemuan. Aku lebih suka duduk di bagian belakang kelas dan mendengarkan. Begitulah caraku kuliah di Georgetown dan kemudian di Johns Hopkins.
Agen Cavalierre tidak bersedia menerima teori itu sedikit pun. "Dr. Cross, apa pendapatmu tentang
243 kemungkinan bahwa Mastermind akan menyerang lagi"" tanyanya tidak lama setelah Dr. Rodman selesai berbicara. "Kau mau bertaruh""
Kugosok bagian bawah wajahku dan aku ingat itulah kebiasaanku sewaktu masih kuliah. Aku menegakkan dudukku.
"Aku juga bukan orang yang senang bertaruh. Kupikir daftar sasaran potensialnya cukup lengkap. Aku setuju dengan sebagian besar yang sudah dikatakan. Satu orang yang memimpin semua ini. Anggota yang berbeda direkrut untuk tugas-tugas spesifik."
Aku agak mengerutkan kening kepada Betsey, lalu melanjutkan. "Kupikir perampokan-pembunuhan yang pertama ditujukan untuk menakut-nakuti semua orang, dan berhasil. Tapi dalam kasus MetroHartford, anggota kelompok seharusnya bekerja dengan cepat dan efisien, tanpa menumpahkan darah. Aku tidak melihat bukti-bukti kebencian yang luar biasa dalam penculikan MetroHartford. Tidak dari apa yang diceritakan para sandera kepada kita. Itu tidak konsisten dengan perampokan bank sebelumnya. Fakta bahwa tak seorang pun dibunuh membuatku percaya... bahwa semua ini sudah selesai. Sudah berakhir."
"Tiga puluh juta dan selesai"" tanya Betsey Cavalierre. "Hanya itu""
Aku mengangguk. "Kupikir permainan Mastermind sekarang adalah-tangkap aku kalau kau bisa. Dan omong-omong-kau tidak bisa."
Bab 75 Betsey cavalierre mendekatiku sesudah pertemuan berakhir. "Tidak bermaksud menjilat, tapi aku setuju dengan pendapatmu," katanya. "Kupikir dia mungkin bermain-main dengan kita. Bahkan dia mungkin sudah menjebak Mitchell Brand."
"Kupikir kemungkinan itu ada," kataku. "Sekalipun dari luar terasa aneh dan sinting. Dia memiliki ego yang sangat besar, dia berkompetisi, dan itulah pegangan terbaik yang kita miliki sekarang ini. Satu-satunya keuntungan kecil yang kita miliki."
"Kita akan beristirahat untuk malam ini. Minum-minumlah denganku di lantai bawah, Alex. Aku ingin berbicara denganmu. Aku berjanji tidak akan mengoceh tentang Mastermind."
Aku mengernyit. "Betsey, aku harus pulang malam ini. Gadis kecilku pulang dari rumah sakit kemarin," kataku kepadanya. "Maaf. Aku tidak percaya kejadian ini bisa berlangsung dua kali. Aku bukannya berusaha menghindarimu."
Betsey tersenyum ramah. "Aku mengerti, dan ini bukan masalah besar. Aku hanya mendapat indra keenam bahwa kau membutuhkan seseorang untuk diajak bicara. Pulanglah. Ada banyak yang harus kukerjakan di sini. Satu hal lagi. Satu regu kita akan
245 ke Hartford besok. Kita akan mewawancarai karyawan dan mantan karyawan MetroHartford. Ka
u harus ikut dalam regu itu. Penting, Alex. Kita berangkat dari lapangan udara Bolling sekitar pukul delapan."
"Aku akan ada di Bolling. Entah bagaimana caranya, kita akan mendapatkan Mastermind ini. Kalau dia memang menjebak Mitchell Brand, itu kesalahan pertamanya. Itu berarti dia mengambil risiko yang tidak perlu."
Aku pulang dan menikmati makan malam yang lezat bersama Nana dan anak-anak, yang terbaik di seluruh Washington malam itu. Nana memasak kalkun, yang dilakukannya setiap dua bulan sekali. Nana bilang daging putih kalkun, yang disiapkan dengan benar, terlalu lezat untuk dinikmati hanya dua kali setahun, di hari Natal dan Thanksgiving.
"Kau lihat ini, Alex"" tanyanya, dan mengulurkan artikel yang diguntingnya dari Washington Post. Artikel tersebut merupakan daftar yang disusun Dewan Hak Anak-Anak tentang tempat terbaik, dan tempat terburuk, untuk membesarkan anak. Washington, D.C., termasuk yang terburuk.
"Aku sudah membacanya," kataku kepadanya. Aku tidak mampu menahan diri untuk tidak menggali sedikit. "Sekarang kau mengerti kenapa aku sering bekerja hingga larut malam. Aku berusaha membantu membereskan kekacauan besar di ibu- kota kita ini."
Nana menatapku lurus di mata. "Kau kalah, orang besar," katanya.
Ironisnya, malam itu merupakan malam kami biasa berlatih tinju mingguan. Jannie berkeras aku turun ke ruang bawah tanah bersama Damon dan ia diizinkan menonton. Damon telah menyiapkan kalimat untuk kesempatan itu. "Kau hanya ingin melihat apakah aku juga akan dikirim ke rumah sakit."
246 Jannie membalas, "Alasan yang payah. Lagi pula, kata Dr. Petito latihan tinju, dan 'pukulan bayanganmu', tidak ada hubungannya dengan tumorku. Jangan menipu diri, Damo, kau bukan Muhammad Ali."
Jadi kami turun ke gudang dan memusatkan perhatian pada langkah-langkah-latihan dasar. Aku bahkan menunjukkan kepada anak-anak bagaimana Ali membuat Sonny Liston terpukau dalam dua pertandingan pertama di Miami dan Lewiston, Maine. Kemudian melakukan langkah-langkah yang sama kepada Floyd Patterson setelah Patterson mengejeknya selama berbulan-bulan sebelum pertandingan.
"Ini pelajaran tinju atau sejarah kuno"" tanya Damon akhirnya, suaranya bernada mengeluh.
"Beli satu dapat dua!" teriak Jannie sambil mencibir. "Tidak bisa dikalahkan. Tinju dan sejarah. Cocok untukku." Jannie kembali dengan segala kecerewetannya.
Setelah anak-anak tidur, aku menelepon Christine dan kembali diterima mesin penjawab teleponnya. Ia tidak mau menerima. Aku merasa seperti ada pisau yang ditusukkan ke sela-sela rusukku. Aku tahu aku harus melanjutkan hidup, tapi aku terus berharap bisa mengubah pendirian Christine. Tapi aku tidak bisa melakukannya jika ia tidak mau berbicara denganku. Atau bahkan membiarkanku bicara dengan Alex kecil. Aku sangat merindukan bocah itu.
Akhirnya aku kembali memainkan piano, dan aku diingatkan bahwa jelly adalah makanan yang biasanya berakhir di atas roti putih, wajah anak-anak, dan tuts piano.
Dengan hati-hati kubersihkan pianonya, lalu kumainkan karya-karya Bach dan Mozart untuk menenangkan jiwaku. Semuanya tidak berhasil.
Bab 76 Keesokan paginya aku tiba di Pangkalan Angkatan Udara Bolling di Anacostia pada pukul delapan kurang sepuluh menit. SAC Cavalierre dan tiga agen lainnya, termasuk James Walsh, tiba di sana tepat pukul delapan. Pakar perilaku dari Quantico, Dr. Joanna Rodman, muncul terlambat dua menit. Kami lepas landas dengan helikopter Bell yang hitam mengilat, tampak resmi dan penting. Kami memburu Mastermind. Kuharap ia tidak melakukan tindakan yang sama terhadap kami.
Kami tiba di markas besar MetroHartford di tengah kota pada pukul setengah sepuluh. Sewaktu memasuki gedung, aku mendapat perasaan kuat bahwa tempat ini telah dirancang secara sadar oleh perusahaan asuransi untuk memicu keyakinan, bahkan pesona. Lobinya berlangit-langit sangat tinggi, kaca mengilat ada di mana-mana, lantai bagai es hitam dipoles, dan lukisan-lukisan modern terpampang mencolok di dinding-dindingnya. Kontras dengan ruang umum, kantor-kantor di dalamnya tampak seakan-akan dirancang entah oleh arsitek junior firma atau pengacau inte
rnal. Puluhan bilik memenuhi ruangan luas tak berudara di setiap lantainya. Ada banyak orang yang berlalu-lalang di luar bilik-bilik tersebut, menciptakan
248 banyak bahan untuk membuat kartun satir tentang kehidupan kantor. FBI pernah mengirimkan agen-agen kemari sebelum hari ini, tapi sekarang waktunya untuk serius bekerja.
Aku menemui 28 orang hari itu dan dengan cepat mendapati bahwa hanya sedikit karyawan MetroHartford yang memiliki selera humor. Apa yang bisa ditertawakan" tampaknya merupakan moto perusahaan. Aku juga terpukul menyadari sedikitnya orang yang berani mengambil risiko di antara mereka yang kutemui. Beberapa di antara mereka bahkan benar-benar mengatakan, "Kau tidak pernah bisa bersikap terlalu hati-hati."
Wawancara terakhirku ternyata merupakan yang paling menarik. Dengan wanita bernama Hildie Rader. Aku merasa bosan dan perhatianku teralih, tapi kalimat pembukaannya seketika membuatku tersentak.
"Kupikir aku pernah bertemu dengan salah seorang penculik. Dia ada di sini, di Hartford ini. Aku berada dekat dengannya seperti denganmu sekarang ini," katanya.
Bab 77 Kucoba untuk tidak terlalu menunjukkan keterkejutan. "Kenapa kau tidak pernah memberitahukannya pada orang lain"" tanyaku.
"Aku pernah menelepon ke hot line yang disediakan MetroHartford. Aku berbicara dengan dua orang bodoh. Ini pertama kalinya ada yang menemuiku."
"Kau mendapat perhatian penuh dariku, Hildie," kataku kepadanya.
Ia wanita bertubuh besar dengan senyum lebar yang manis. Ia berusia 42 tahun dan bekerja sebagai sekretaris eksekutif. Ia tidak lagi bekerja pada MetroHartford, yang mungkin merupakan alasan tidak ada yang mewawancarainya sebelum ini. Ia telah dipecat dua kali oleh perusahaan asuransi tersebut. Pertama kalinya dalam salah satu program pengetatan ikat pinggang perusahaan yang dilakukan secara berkala dan cukup teratur. Dua tahun kemudian Hildie dipekerjakan kembali, tapi ia dipecat tiga bulan berselang akibat apa yang dijabarkannya sebagai "hubungan kimiawi yang buruk" dengan bosnya, CFO di MetroHartford, Louis Fincher. Istri Fincher termasuk salah seorang penumpang bus wisata yang disandera.
"Ceritakan tentang orang yang kautemui di
250 Hartford, yang kauyakini terlibat dalam penyanderaan," tanyaku setelah membiarkan ia berbicara
"Apa ada uangnya kalau kuceritakan"" tanyanya, menatapku curiga. "Sekarang ini aku tidak bekerja, kau tahu."
"Perusahaan menawarkan hadiah untuk informasi yang bisa membantu penangkapan."
Ia menggeleng dan tertawa. "Hah! Kedengarannya tidak meyakinkan. Lagi pula, bagaimana aku bisa memercayai kata-kata Metro""
Aku tidak bisa mengingkari apa yang dikatakannya. Aku menunggunya mengambil keputusan. Aku merasa ia sedang mempertimbangkan seberapa banyak yang ingin diceritakannya kepadaku.
"Aku bertemu dengannya di Tom Quinn's. Itu tempat minum-minum di Asylum Street dekat Pavilion dan Old State House. Kami berbicara, dan aku menyukainya. Tapi ia agak terlalu memesona, yang menyebabkan aku waspada. Pria yang memesona biasanya berarti masalah. Entah itu artinya dia sudah menikah atau sinting.
"Pokoknya, kami mengobrol sebentar, dan dia tampaknya menikmati percakapan. Tapi tidak ada hasilnya, kau tahu maksudku. Sebenarnya, dia yang lebih dulu meninggalkan Quinn's. Beberapa malam kemudian, aku bertemu dengannya lagi di Quinn's. Namun pada saat itu segalanya berubah. Begini, bartendernya teman baikku. Dia memberitahuku bahwa orang ini pernah bertanya padanya tentang diriku sebelum malam kami bertemu. Dia tahu namaku. Dia tahu aku pernah bekerja di Metro. Karena penasaran, aku berbicara lagi dengannya."
"Kau tidak takut pada orang itu"" tanyaku.
"Tidak sementara masih di Tom Quinn's. Mereka
251 semua mengenalku, jadi aku akan mendapat bantuan dalam nanodetik kalau membutuhkannya. Aku ingin mengetahui tujuan orang ini. Lalu situasinya menjadi cukup jelas bagiku. Dia lebih tertarik bicara tentang MetroHartford daripada tentang diriku. Dia pandai dalam hal itu, tapi jelas dia ingin membicarakan para eksekutif. Siapa yang paling menuntut" Siapa yang mengambil keputusan" Bahkan tentang keluarga mereka. Dia
bertanya tentang Mr. Fincher secara spesifik. Dan Mr. Dooner. Lalu, sama seperti sebelumnya, dia pergi sebelum aku pergi."
Aku mengangguk saat selesai mencatat. "Kau tidak pernah bertemu lagi dengannya, tidak pernah mendapat kabar darinya""
Hildie Rader menggeleng dan matanya menyipit. "Tapi aku sempat mendengar kabar tentang pria itu. Aku tetap bersahabat dengan Betsy Becton. Dia salah seorang asisten Mr. Dooner, CEO. Dia yang mengambil keputusan di MetroHartford."
Aku pernah melihat Dooner beraksi dan aku setuju dengan pendapat Hildie. Dooner adalah bos di antara para bos di MetroHartford.
"Ini menarik," kata Hildie kepadaku. "Betsy pernah bertemu seseorang yang mirip pria yang kutemui di Quinn's. Karena itu memang pria yang sama. Dia duduk di samping Betsy di bar kopi di Borders di Main Street. Dia mengajak Betsy berbicara sambil menikmati kopi mocha, latte, atau entah apa kopi yang mahal itu. Pria ini ingin tahu tentang apa, coba tebak" Para eksekutif di MetroHartford. Dia salah seorang penculik, bukan""
Bab 78 Selama hari yang panjang itu, aku mengetahui hampir tujuh ribu orang di kawasan Hartford bekerja di industri asuransi. Selain MetroHartford, Aetna, Travelers, MassMutual, Phoenix Home Life, dan United Health Care semuanya bermarkas besar di sana. Berdasarkan hal ini, kami mendapat bantuan lebih dari yang kami butuhkan, dan lebih banyak tersangka. Mastermind mungkin terkait dengan salah satu perusahaan asuransi ini di masa lalu.
Sesudah menangani perusahaan asuransi hari itu, aku berkumpul untuk berbagi catatan dengan yang lain di Hotel Marriott terdekat. Terobosan hari ini adalah cerita Hildie Rader bahwa salah seorang anggota kelompok penculik mungkin ada di Hartford seminggu sebelum penyanderaan terjadi.


Mawar Merah Roses Are Red Karya James Patterson di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Besok pagi kita akan mewawancarai kedua wanita itu, Rader dan Becton. Buat gambar sketsa dari deskripsi yang mereka berikan. Begitu mendapatkan-nya, kita akan menunjukkannya ke markas-markas besar perusahaan. Selain itu, kirim gambar sketsa yang dibuat di D.C. kemari. Coba lihat apakah ada kecocokan," kata Betsey. Lalu ia tersenyum. "Situasinya mulai memanas. Mungkin mereka tidaklah terlalu cerdas."
253 Sekitar pukul setengah sembilan aku meninggalkan suite untuk menelepon Jannie dan Damon sebelum mereka pergi tidur. Nana yang menerima teleponnya. Ia tahu telepon itu berasal dariku bahkan sebelum aku mengatakan apa-apa.
"Semuanya di sini baik-baik saja, Alex. Perapian di rumah terus menyala tanpa kehadiranmu. Kau melewatkan makan malam daging panggang yang lezat. Begitu aku tahu kau akan pergi, kumasakkan hidangan kesukaanmu."
Kuputar bola mataku. Aku tidak bisa memercayainya. "Kau benar-benar memasak daging panggang"" tanyaku kepada Nana.
Ia tergelak selama semenit penuh. "Tentu saja tidak. Tapi kami menikmati iga sapi." Tawa Nana terdengar makin keras. Iga sapi mungkin merupakan hidangan kesukaanku yang kedua-dan aku masih merasa lapar setelah menyantap hidangan hotel, pastrami dan keju dengan roti gandum.
Nana kembali tertawa. "Kami menyantap roti isi kalkun, tapi kami mengakhirinya dengan kue pecan buatan sendiri yang hangat. A la mode. Jannie dan Damon ada di sini. Kami sedang bermain Scrabble, dan aku memenangkan semua nilai mereka."
"Nana menang hanya dua belas poin dan dia sudah menjalankan gilirannya," kata Jannie setelah mengambil alih telepon. "Kau baik-baik saja, Daddy"" tanyanya, dan nadanya berubah keibuan.
"Kenapa aku tidak baik"" tanyaku kepadanya. Sebenarnya, aku merasa jauh lebih baik. Nana sudah membuatku tertawa. "Bagaimana kabarmu""
Jannie tertawa kecil. "Baik sekali. Damon sangat mengejutkan baiknya. Dia membawakan pekerjaan rumahku dari sekolah, dan semuanya beres. Nomor
254 satu! Sebentar lagi aku akan memimpin, untuk selamanya, dalam permainan Scrabble kami. Tapi kami semua merindukanmu. Jangan sampai terluka, Daddy. Jangan sampai membiarkan dirimu terluka."
Aku merasa cukup lelah, tapi memaksakan diri kembali menyelesaikan pekerjaan bersama agen-agen FBI. Jangan sampai terluka, pikirku saat melangkah menyusuri koridor hotel yang panjang. Jannie mulai terdengar seperti Christine.
Jangan sampai terluka. Jangan sampai membiarkan dirimu terluka.
Bab 79 Benakku ada di tempat lain sewaktu mengetuk pintu. Betsey Cavalierre membuka pintu kamarnya. Tampaknya agen-agen lain sudah pergi. Ia telah berganti pakaian mengenakan kaus putih dan jins. Dan ia tidak mengenakan sepatu.
"Maaf, aku harus menelepon ke rumah," kataku meminta maaf.
"Kami sudah memecahkan segalanya sementara kau tidak ada." Betsey menyeringai.
"Sempurna," kataku. "Tuhan memberkati FBI. Kalian yang terbaik. Ketekunan, Keberanian, Integritas."
"Kau tahu moto di lambang kami. Sebenarnya, semua orang sudah kehabisan tenaga. Kita bisa mencoba minum-minum sekarang, kalau kau mau. Kau tidak mungkin punya alasan lain. Bagaimana dengan Roof Bar yang sering kubaca di lift" Atau kita bisa mengunjungi Museum Olahraga Connecticut" Museum Kepolisian Hartford""
"Bar di atap kedengarannya bagus bagiku," kataku. "Kau bisa menunjukkan kota dari atas sana kepadaku."
Bar itu memiliki pemandangan yang sempurna ke arah kota Hartford dan pedesaan di sekelilingnya.
256 Aku bisa melihat logo-logo berlampu Aetna dan Travelers dari tempat kami duduk, sebagaimana juga Route 84 yang meliuk-liuk ke timur laut menuju Massachusetts Turnpike. Betsey memesan segelas cabernet. Aku memesan bir.
"Bagaimana keadaan di rumah"" tanya Betsey begitu bartender pergi dengan pesanan kami.
Aku tertawa. "Aku punya dua anak di rumah sekarang, dan keduanya hebat, tapi jelas ada naik-turun dan perubahan dalam hidup kami."
"Aku enam bersaudara, semuanya perempuan," kata Betsey. "Yang tertua dan paling dimanja. Aku tahu tentang semua naik-turun dan perubahan dalam keluarga."
Ia tersenyum, dan aku senang melihat ketegangannya berkurang. Aku senang melihat keteganganku sendiri berkurang.
"Ada yang jadi anak kesayangan"" tanyanya. "Tentu saja ada, tapi jangan beritahu aku. Aku tahu kau tidak akan mengatakannya. Aku kesayangan ayah dan ibuku. Dari sana asalnya masalah dalam kisah hidupku."
Aku terus tersenyum. "Apa masalahnya" Aku tidak melihat ada masalah. Menurutku kau sudah sempurna."
Betsey mempermainkan kacang asin di tangannya. Ia menatapku lekat-lekat. "Sindrom pencapaian prestasi yang berlebihan. Tidak satu pun keberhasilanku yang cukup baik-bagiku. Semua harus sempurna. Tidak boleh ada kesalahan, tidak boleh ada yang terlewatkan," katanya, dan tertawa sendiri. Itu yang kusukai dari dirinya. Ia tidak sombong, dan sudut pandangnya atas berbagai hal sebenarnya cukup sehat.
"Kau masih mampu memenuhi idealismemu yang tinggi"" tanyaku.
257 Betsey menyisir rambut gelapnya dengan tangan, menjauhi matanya. "Masih, dan tidak. Boleh dibilang aku sudah mencapai apa yang kuinginkan dalam bidang pekerjaan. Aku begituuu bagus bagi Biro. Apa bunyi ungkapan itu" 'Bukan kebutuhan tapi ambisi yang menjadikan budak lebih bisa dipercaya.' Tapi, harus kuakui bahwa aku kehilangan beberapa keseimbangan tertentu dalam hidup. Ini gambaran yang bagus mengenai kehidupan yang seimbang," katanya. "Kau bermain akrobat bola berusaha melempar-tangkap empat bola yang kaunamai pekerjaan, keluarga, teman-teman, dan semangat. Nah, pekerjaan adalah bola karet. Kalau kaujatuhkan, bola itu akan memantul kembali. Bola-bola yang lain-semuanya terbuat dari kaca."
"Aku pernah menjatuhkan beberapa bola kaca seperti itu. Bola-bola seperti itu pecah sedikit, terkadang hancur berantakan."
"Tepat sekali."
Minuman kami datang, dan kami menyesapnya dengan gugup. Lucu juga. Kami berdua tahu apa yang sedang terjadi di sini, meskipun tidak mengetahui ke mana tujuannya atau apakah gagasan ini bagus atau buruk. Betsey bersikap lebih hangat dan jauh lebih perhatian daripada dugaanku semula. Betsey juga pendengar yang baik.
"Berani bertaruh kau sebenarnya cukup pandai menyeimbangkan pekerjaan, keluarga, teman-teman. Semangatmu juga tampak baik-baik saja," katanya.
"Aku tidak bisa menyeimbangkan pekerjaan dengan baik akhir-akhir ini. Kau sendiri memiliki semangat yang bagus. Kau antusias, positif. Orang-orang menyukaimu. Tapi kau sudah mendengar semuanya sebelum ini."
258 "Tidak begitu sering, jadi aku senang mendengarnya lagi." Ia mengang
kat gelas anggurnya. "Ini untuk semangat positif, dan semangat-semangat. Dan ini untuk penjara seumur hidup ditambah penjara seumur hidup bagi teman kita si Masterprick."
"Untuk penjara seumur hidup ditambah penjara seumur hidup bagi si Masterprick," kataku, dan mengangkat gelas birku.
"Jadi di sinilah kita di Hartford," katanya, menatap lampu-lampu kota yang buram.
Sejenak aku mengawasinya, dan aku merasa cukup yakin bahwa ia ingin aku mengawasinya.
"Apa"" kataku.
Ia mulai tertawa lagi dan tawanya menular. Ia memiliki senyum yang hebat, yang mempertegas matanya yang gelap dan kemilau. "Apa maksudmu, apa""
"Apa" Hanya sekadar apa," godaku. "Kau mengerti dengan tepat apa yang kubicarakan."
Ia masih tetap tertawa. "Aku harus mengajukan pertanyaan ini padamu, Alex. Aku tidak punya pilihan dalam hal ini. Aku tidak punya kekuatan untuk memilih. Ini dia. Pertanyaan ini bisa memalukan, tapi aku tidak peduli. Oke. Nah, apa kau mau kembali ke kamarku" Aku mau kau kembali ke sana. Tidak ada ikatan. Percayalah. Aku tidak akan pernah menempel."
Aku tidak tahu harus mengatakan apa kepada Betsey, tapi aku tidak menolak.
Bab 80 Kami berdua membisu sewaktu berjalan meninggalkan bar hotel. Aku merasa agak tidak nyaman, mungkin sangat tidak nyaman.
"Aku agak menyukai ikatan," kataku akhirnya pada Betsey. "Terkadang aku bahkan suka ditempeli."
"Aku tahu. Ikuti arus saja kali ini. Akan baik bagi kita berdua. Ini akan menyenangkan. Sudah lama menumpuk dan sangat memabukkan."
Sangat memabukkan. Begitu berada di dalam lift hotel, Betsey dan aku berciuman untuk pertama kalinya. Ciuman yang lembut dan manis. Mengesankan, seperti sebagaimana ciuman pertama seharusnya. Ia harus berjinjit setinggi mungkin untuk mencapai mulutku. Aku tahu aku tidak akan melupakannya.
Ia mulai tertawa begitu kami melepaskan pelukan- semburan tawa yang biasa. "Aku tidak sekecil itu. Tinggiku seratus enam puluh sentimeter lebih, hampir seratus enam puluh lima. Apa bagus" Ciuman kita""
"Aku senang menciummu," kataku padanya. 'Tapi kau memang sekecil itu."
Mulutnya terasa manis peppermint, dan rasa itu masih ada di bibirku. Aku penasaran kapan ia menyelipkan permen mint ke dalam mulutnya. Ia sangat
260 cepat. Kulitnya halus dan lembut saat disentuh. Rambut gelapnya kemilau dan memantul lembut pada bahunya. Aku tidak bisa mengingkari bahwa aku tertarik.
Tapi untuk mengambil tindakan" Aku mendapat perasaan bahwa ini terlalu cepat bagiku. Sangat berlebihan, terlalu cepat.
Pintu lift terbuka di lantai kamarnya diiringi debuman pelan. Aku merasakan gelombang penantian, dan mungkin ketakutan. Aku tidak tahu harus bagaimana menafsirkannya, tapi aku tahu bahwa aku menyukai Betsey Cavalierre. Aku ingin memeluknya erat-erat, ingin mengetahui siapa dirinya, bagaimana pendamping yang diinginkannya, bagaimana cara kerja benaknya, apa impiannya, apa yang mungkin akan dia katakan selanjutnya.
Betsey berkata, "Walsh."
Kami bergegas masuk kembali ke dalam lift. Jantungku berdebar cepat. Sialan.
Ia berpaling memandangku dan tertawa. "Kena kau. Tidak ada orang di luar sana. Jangan segugup itu! Tapi aku memang gugup."
Pada saat itu kami berdua tertawa. Ia jelas menyenangkan sebagai teman. Mungkin itu sudah cukup untuk sekarang. Aku senang berada di dekatnya, tertawa sebagaimana yang kami lakukan.
Kami berpelukan begitu berada di dalam kamarnya. Ia terasa begitu hangat. Kubiarkan jemariku dengan lembut menelusuri punggungnya, dan ia mendesah lembut. Kugerakkan ibu jariku membentuk lingkaran-lingkaran terkecil di seluruh punggungnya. Dengan lembut kupijat-pijat kulitnya dan bisa kurasakan napasnya bertambah cepat. Jantungku juga mulai berdebar-debar cepat.
261 "Betsey," bisikku, "aku tidak bisa melakukannya. Tidak sekarang."
"Aku tahu," balas Betsey. "Tapi peluk saja aku. Berpelukan itu menyenangkan. Ceritakan tentang dirinya, Alex. Kau bisa bicara denganku."
Kukira mungkin ia benar. Aku bisa berbicara dengannya, dan bahkan menginginkannya. "Seperti yang kukatakan, aku senang ikatan. Aku sangat menyukai keintiman, tapi aku merasa keintiman harus diperoleh dengan usaha. Aku jatuh cinta pada
seorang wanita bernama Christine Johnson. Rasanya begitu benar bagi kami berdua. Tidak pernah ada saat di mana aku tidak ingin bersamanya."
Pertahananku hancur. Aku tidak mau, tapi isakannya muncul begitu saja. Lalu aku menangis keras-keras dan tidak mampu menghentikan diriku sendiri. Tubuhku terguncang-guncang, tapi aku bisa merasakan Betsey memelukku erat-erat, tidak mau melepaskan.
"Maafkan aku," kataku pada akhirnya, dengan susah payah.
"Jangan," katanya. "Kau tidak melakukan kesalahan apa pun. Sama sekali tidak. Malahan, kau sudah melakukan tindakan yang benar."
Aku akhirnya menarik diri sedikit dan memandang wajahnya. Mata cokelatnya yang cantik basah karena air mata.
"Kita berpelukan saja," katanya. "Kupikir kita berdua memerlukan pelukan. Pelukan itu bagus."
Betsey dan aku berpelukan lama sekali, lalu aku kembali ke kamarku seorang diri.
Bab 81 Mastermind merasa begitu percaya diri, dan bersemangat, sehingga ia tidak tahan lagi. Malam itu, ia ada di sana, di Hartford. Ia tidak ketakutan lagi. Tidak ada seorang pun yang menakutkan baginya: Tidak FBI. Tidak siapa pun yang terlibat dalam kasus ini.
Bagaimana cara mengalahkan diri sendiri" Bagaimana cara menciptakan kembali diri sendiri" Itulah satu-satunya perhatiannya. Bagaimana menjadi semakin lama semakin baik.
Ia punya rencana untuk malam ini-rencana yang berbeda. Manuver ini begitu pandai, begitu sinting. Ia belum pernah mendengar yang seperti ini. "Cipta-an" yang benar-benar manis dan asli.
Bagian yang paling umum adalah mendobrak masuk ke dalam apartemen kecil bergaya kebun di tepi kota Hartford. Ia memotong kaca di pintu apartemen, mengulurkan tangan ke dalam dan memutar kenopnya, dan voila-ia pun masuk.
Ia mendengarkan rumah itu selama sesaat yang nikmat. Satu-satunya suara yang didengarnya hanyalah siulan angin di sela-sela pepohonan yang menghadap ke kolam tenang berair gelap.
Ia merasa agak takut berada di dalam rumah, tapi ketakutan merupakan sesuatu yang alamiah, dan me-
263 mabukkan. Ketakutan menjadikan saat-saat ini hebat baginya. " Ia mengenakan topeng Presiden Clinton- topeng yang sama seperti yang digunakan dalam perampokan pertama.
Tanpa suara ia menuju kamar tidur utama di bagian belakang apartemen. Makin lama makin baik. Ia hampir merasa seakan-akan tempat ini memang rumahnya. Kepemilikan merupakan sembilan persepuluh hukum. Bukankah begitu"
Saat kebenaran! Perlahan-lahan ia membuka pintu kamar tidur. Kamar tidur berbau cendana dan melati. Ia berhenti sejenak di ambang pintu hingga matanya terbiasa dengan keremangan. Ia menyipitkan mata memandang ke dalam kamar tidur, mempelajarinya, mengetahui arah-arahnya. Ia melihatnya!
Sekarang! Pergi! Jangan kehilangan sedetik pun.
Ia bergerak sangat cepat. Ia seperti terbang melintasi ruangan ke ranjang berukuran queen itu. Ia jatuh di samping sosok yang sedang tidur tersebut dengan segenap berat tubuhnya.
Terdengar uff, lalu jeritan terkejut. Ia menempelkan selotip kabel menutup mulut wanita itu, lalu memborgol kedua pergelangan tangannya yang ramping ke tiang ranjang.
Klik-klik. Begitu cepat, begitu efisien.
Sanderanya mencoba menjerit, berusaha memuntir dan berbalik dan membebaskan diri. Wanita itu mengenakan pakaian tidur sutra kuning. Mastermind menyukai rasanya, jadi ia menanggalkan gaun tidur tersebut. Ia mengelus sutranya, mengusapkannya ke wajahnya. Lalu menggigitinya.
"Tidak akan terjadi. Kau tidak bisa melarikan diri. Berhentilah berusaha! Usahamu menjengkelkan.
264 "Cobalah untuk santai. Kau tidak akan disakiti," kata Mastermind selanjutnya. "Penting sekali bagiku bahwa kau tidak disakiti."
Ia memberi wanita itu beberapa detik untuk meresapi kata-katanya. Untuk memahami.
Ia membungkuk dekat hingga wajahnya hanya beberapa inci dari wajah wanita tersebut. "Aku akan menjelaskan kenapa aku datang kemari, apa rencanaku. Aku akan sangat jelas dan tepat. Aku percaya kau tidak akan memberitahu siapa pun mengenai hal ini. Tapi kalau kau memberitahu orang lain, aku akan kembali semudah malam ini. Akan kuterobos semua sistem keamanan yang kaubeli, dan akan kusiksa kau. Aku akan membunuhmu, tapi sebelu
mnya aku akan bertindak jauh lebih parah daripada itu."
Mangsanya mengangguk. Akhirnya--pengertian. Penyiksaan merupakan kata kuncinya. Mungkin kata itu seharusnya lebih sering digunakan di sekolah.
"Aku sudah mengamati dan mempelajari dirimu selama beberapa waktu. Kurasa kau sempurna bagiku. Aku yakin, dan aku biasanya benar dalam hal-hal seperti itu. Aku biasanya benar lebih dari sembilan puluh sembilan persen."
Sanderanya kembali kebingungan. Mastermind bisa melihat di matanya. Sanderanya mendengar, tapi tidak mengerti.
"Ini gagasannya, konsepnya. Aku akan mencoba memberimu anak malam ini. Ya, kau tidak salah dengar. Kuminta kau melahirkan bayi," kata Mastermind, menjelaskan pada akhirnya. "Aku sudah mempelajari irama kesuburanmu, program kontrasepsimu. Jangan tanya bagaimana, tapi aku sudah mempelajarinya. Percayalah. Aku sangat serius dalam hal ini.
265 "Kalau kau tidak melahirkan bayi ini, aku akan kembali mencarimu, Justine. Kalau kaugugurkan bayinya, aku akan menyiksamu habis-habisan, lalu membunuhmu. Tapi jangan khawatir, anak ini akan sangat istimewa," kata Mastermind. "Anak ini akan menjadi mahakarya. Bercintalah denganku, Justine"
Bab 82 Pada tengah hari keesokan harinya, kasus tampaknya mengalami perkembangan yang menakutkan dan tidak terduga. Aku sedang melakukan wawancara di MetroHartford sewaktu Betsey menerobos masuk. Ia memintaku keluar ke lorong. Wajahnya pucat.
"Oh, tidak, ada apa"" kataku dengan susah payah.
"Alex, ini begitu mengerikan sampai aku masih gemetaran. Dengarkan apa yang baru saja terjadi. Semalam, seorang wanita berusia dua puluh lima tahun diperkosa di apartemennya di tepi kota di luar Hartford. Pemerkosanya memberitahu bahwa dia ingin wanita ini melahirkan anaknya. Sesudah pemerkosanya pergi, wanita itu pergi ke rumah sakit dan polisi dipanggil. Dalam laporannya, dinyatakan bahwa pemerkosanya mengenakan topeng Clinton-seperti topeng yang digunakan dalam perampokan bank pertama, Alex-dan juga mengaku bernama mastermind."
"Apa wanita ini masih di rumah sakit" Apa polisi masih mendampinginya"" tanyaku. Benakku berputar cepat, terisi oleh berbagai kemungkinan, menolak gagasan kebetulan. Seorang mastermind mengenakan topeng Clinton, tepat di luar kota Hartford" Terlalu nyaris untuk disebut kebetulan.
267 "Dia sudah meninggalkan rumah sakit dan pulang ke rumahnya, Alex. Mereka baru saja menemukan wanita itu tewas. Pemerkosanya sudah memperingatkan dia untuk tidak memberitahu siapa pun, dan untuk tidak mengaborsi. Wanita itu tidak mematuhinya. Dia melakukan kesalahan. Si pemerkosa me~ racuninya, Alex. Terkutuk pria itu."
Betsey Cavalierre dan aku pergi ke apartemen wanita yang sudah tewas itu. Dan yang ada di sana lebih dari mengerikan. Wanita itu tergeletak di lantai dapurnya, terpuntir mengerikan. Aku teringat mayat-mayat Brianne dan Errol Parker. Wanita yang malang ini sudah dihukum. Para teknisi FBI menyisir apartemen kebun kecil tersebut. Tidak ada apa pun yang bisa dilakukan Betsey maupun aku di sana. Keparat itu ada di Hartford-mungkin masih ada di sini. Ia mengejek kami.
Kasus ini sama menekannya seperti kasus mana pun yang pernah kutangani. Siapa pun yang ada di belakang perampokan dan pembunuhan menjijikkan ini mustahil untuk dilacak, untuk diperkirakan arti perbuatannya.
Siapa si Mastermind ini" Apa ia benar-benar ada di Hartford tadi malam dan pagi ini" Kenapa ia mengambil risiko seperti itu"
Aku bekerja di kantor-kantor MetroHartford hingga hampir pukul tujuh. Aku berusaha tidak menunjukkannya, tapi aku sudah nyaris patah semangat. Aku mewawancarai beberapa karyawan lagi, lalu pergi ke ruang personalia dan membaca surat-surat ancaman yang ditujukan kepada MetroHartford. Ada beberapa tumpuk. Pada umumnya, surat penuh kebencian berasal dari anggota keluarga yang berduka dan marah karena klaimnya ditolak atau merasa prosesnya me-
268 makan waktu yang terlalu lama-dan biasanya memang begitu. Aku berbicara selama satu jam lebih dengan kepala keamanan gedung, Terry Mayer. Wanita tersebut secara struktural terpisah dari Steve Bolding, yang merupakan konsultan luar. Terry memberitahuka
n prosedur pengintaian surat, ancaman bom, ancaman e-mail, dan bahkan formulir yang disebarluaskan mengenai cara-cara mewaspadai bom surat. "Kami siap menghadapi banyak kemungkinan bencana," kata Mayer kepadaku. "Tapi tidak untuk apa yang sudah terjadi."
Aku gelisah tak menentu sepanjang hari. Aku terus membayangkan wanita yang diracun itu. Mastermind menginginkan wanita itu melahirkan anaknya. Hal itu mungkin berarti ia tidak bisa memiliki anak sendiri. Ia menginginkan pewaris, sepotong kecil keabadian.
Bab 83 Aku kembali ke Washington menggunakan penerbangan terakhir malam itu. Sewaktu aku tiba di rumah, waktu menunjukkan pukul sebelas lewat beberapa menit. Cahaya menerangi jendela dapur. Lantai atas gelap gulita. Anak-anak mungkin sudah tidur.
"Aku pulang," kataku sambil membuka pintu dapur yang berderit. Kusadari pintu tersebut perlu diminyaki. Aku sudah tertinggal jauh dalam urusan perbaikan rumah.
"Kau sudah menangkap semua penjahatnya"" tanya Nana dari kursinya di meja. Sebuah buku berjudul The Color of Water berdiri di depannya.
"Kami bergerak ke arah yang benar. Penjahat akhirnya melakukan dua kesalahan. Dia mengambil terlalu banyak risiko. Aku lebih berharap daripada sebelumnya. Kau suka buku itu"" tanyaku. Aku ingin mengubah bahan pembicaraan. Aku sudah pulang.
Nana mengerucutkan bibirnya, setengah tersenyum kepadaku. "Aku penuh harap. Pria ini jelas bisa menulis tentang badai. Jangan mengubah pembicaraan, Alex. Duduk dan bicaralah denganku, Alex."
"Boleh aku berdiri dan berbicara, dan mungkin menyiapkan sedikit makan malam untukku sendiri""
Nana mengerutkan kening, menggeleng tidak
270 percaya. "Mereka tidak memberimu makan di pesawat""
"Makan malam di penerbangan hanyalah kacang panggang madu dan secangkir plastik kecil Coke. Cocok untuk sepanjang hari ini. Ayam dan biskuit ini masih bisa dimakan""
Nana memiringkan kepalanya ke satu sisi. Ia mengerutkan kening kepadaku dengan kepala miring. "Tidak, sudah basi. Sengaja kusimpan makanan dalam keadaan basi. Menurutmu bagaimana, Alex" Tentu saja hidangan itu bisa dimakan. Itu mahakarya buatan sendiri."
Aku berhenti mengintip isi lemari es dan menatap Nana. "Maaf. Apa kita bertengkar""
"Sama sekali tidak. Kau tahu kalau kita bertengkar. Aku sendiri baik-baik saja. Kau bekerja terlalu keras lagi. Tapi kau tampak menikmatinya. Masih jadi Pembantai Naga, bukan" Hidup dengan pedang dan segala macamnya""
Kukeluarkan ayam dari lemari es. Aku kelaparan. Mungkin bisa menyantapnya dalam keadaan dingin. "Mungkin kasus aneh ini akan segera berakhir."
"Lalu akan ada kasus lain dan yang lain lagi sesudah itu. Aku melihat ungkapan yang cukup bagus kemarin-Selalu ada tempat untuk kemajuan-lalu kau meninggal. Apa pendapatmu mengenai ungkapan itu""
Aku mengangguk dan menghela napas dalam-dalam. "Kau juga bosan hidup dengan detektif pembunuhan" Tidak bisa kusalahkan."
Nana mengerutkan wajahnya. "Tidak, sama sekali tidak. Sebenarnya, aku menikmatinya. Tapi aku mengerti kenapa tidak semua orang, menyukainya."
"Aku juga, terutama di hari-hari seperti ini. Aku
271 tidak menyukai apa yang terjadi antara Christine dan aku. Sebenarnya, aku membencinya. Membuatku sedih. Menyakiti hatiku. Tapi aku memang mengerti apa yang ditakutinya. Aku juga takut."
Kepala Nana terangguk-angguk perlahan. "Bahkan kalau bukan Christine, kau masih membutuhkan seseorang. Begitu juga Jannie dan Damon. Bagaimana kalau kautetapkan prioritasnya."
"Kuhabiskan banyak waktu bersama anak-anak. Tapi akan kutangani," kataku sambil meletakkan ayam dingin dan bumbunya di panci.
"Bagaimana kau bisa, Alex" Kau selalu menangani kasus pembunuhan. Tampaknya itu yang menjadi prioritasmu akhir-akhir ini."
Pernyataan Nana menyakitkan. Apa itu kebenarannya" "Akhir-akhir ini, tampaknya ada banyak kasus pembunuhan yang buruk. Aku akan menemukan seseorang. Pasti ada seseorang yang menganggap diriku cukup layak untuk didapat."
Nana tertawa. "Mungkin pembunuh berantai. Mereka jelas tampak tertarik padamu."
Aku akhirnya naik ke ranjang sekitar pukul satu. Aku ada di puncak tangga sewaktu telepon berdering. "Sialan.!" makiku, dan ber
gegas masuk ke kamarku. Kuraih telepon sebelum benda tersebut membangunkan seisi rumah.
"Yeah"" "Maaf," kudengar suara seseorang berbisik. "Maafkan aku, Alex." Betsey.
Aku senang mendengar suaranya. "Tidak apa-apa. Ada apa"" tanyaku.
"Alex, kita mendapat terobosan dalam kasus ini. Ini berita bagus. Ada yang terjadi. Seorang gadis
272 berusia lima belas tahun di Brooklyn mengajukan klaim atas hadiah dari perusahaan asuransi! Ini diterima sangat serius di New York. Kata gadis itu ayahnya salah seorang yang terlibat dalam penculikan MetroHartford. Ia juga mengetahui orang-orang lain yang terlibat. Alex, mereka detektif kepolisian New York. Mastermind seorang polisi."
Bab 84 Mastermind seorang polisi. Kalau benar, banyak hal jadi terasa masuk akal. Hal itu menjelaskan sebagian tentang bagaimana ia bisa mengetahui begitu banyak tentang keamanan bank, dan tentang kami.
Pada pukul lima lewat lima belas pagi, aku menemui Betsey Cavalierre dan empat agen FBI lainnya di Bolling. Helikopter telah menunggu kami. Kami membumbung ke awan kelabu tebal yang menyebabkan daratan menghilang hanya beberapa detik sesudah kami lepas landas.
Kami penuh semangat dan sangat penasaran. Betsey duduk di baris pertama bersama salah satu agen seniornya, Michael Doud. Ia mengenakan setelan kelabu cerah dengan blus putih, dan sikapnya kembali serius dan resmi. Agen Doud membagi-bagikan map berisi data para detektif New York City yang menjadi tersangka.
Kubaca laporan latar belakang mereka sepanjang perjalanan ke New York. Para detektif yang dicurigai ini berasal dari Brooklyn. Mereka bekerja dari Polsek Sixty-first, yang terletak di dekat Coney Island dan Sheepshead Bay. Dokumen tersebut menyatakan pol-sek tersebut merupakan campuran berbagai kejahatan, termasuk Mafia, mafia Rusia, Asia, Hispanik, dan
274 kulit hitam. Kelima detektif yang jadi tersangka itu dilaporkan telah bekerja bersama selama dua belas tahun tahun dan berteman dekat.
Mereka seharusnya "polisi yang baik", menurut arsip tersebut. Tapi ada sinyal-sinyal peringatan. Mereka menggunakan senjata lebih dari rata-rata, bahkan bagi detektif narkotika. Tiga dari antara kelimanya telah berkali-kali terkena tindakan pendisiplinan. Mereka secara bergurau saling memanggil "goomba". Pemimpin gerombolan tersebut adalah Detektif Brian Macdougall.
Juga ada sekitar enam halaman mengenai saksi berusia lima belas tahun itu: putri Detektif Brian Macdougall. Ia murid berprestasi di SMA Ursuline. Sepertinya kesepian di sana dan tidak pernah memiliki banyak teman. Ia tampak bertanggung jawab, kuat, dan bisa dipercaya, menurut para detektif NYPD yang telah mewawancarainya. Alasannya untuk menyerahkan ayahnya pun bisa dipercaya-ayahnya pemabuk dan sering memukuli ibunya saat di rumah. "Dan dia bersalah atas penculikan MetroHartford. Dia dan teman-teman detektifnya yang melakukan penculikan itu" kata gadis itu.
Sebenarnya, aku mendapat perasaan yang sangat bagus mengenai hal ini. Beginilah biasanya pekerjaan polisi. Kautebarkan banyak jala, kauperiksa, dan sering kali ada yang tertangkap di salah satu jaring. Lebih sering daripada tidak, asalnya dari kerabat atau teman pelaku. Seperti seorang putri yang marah dan ingin membalas ayahnya.
Pada pukul setengah delapan, kami memasuki ruang konferensi di One Police Plaza dan menemui sejumlah anggota NYPD, termasuk detektif kepala. Aku perwakilan dari kepolisian Washington, dan aku
275 tahu Kyle Craig memainkan peran penting untuk melibatkanku dalam pertemuan penting ini. Ia ingin aku mendengar secara langsung cerita gadis itu. Kyle ingin tahu apakah aku memercayai gadis itu.
Bab 85 Veronica macdougall sudah berada dalam ruang konferensi yang luas tersebut. Ia mengenakan jins kusut dan kaus tebal dekil warna hijau. Rambut keriting kemerahannya berantakan. Lingkaran gelap di bawah kedua matanya memberitahuku bahwa ia sudah tidak tidur selama beberapa waktu.
Veronica menatap pasif ke arah kami sewaktu kami memperkenalkan diri dari sekitar meja mahoni berlapis kaca di dalam apa yang disebut NYPD sebagai "Gedung Besar". Detektif Kepala Andrew Gross lalu memperkenalka
n gadis tersebut. "Veronica wanita muda yang sangat berani," katanya. "Dia akan menceritakan kisahnya dengan kata-katanya sendiri."
Gadis itu menghela napas dalam-dalam dengan cepat. Matanya bagai bola hijau kecil dan memancarkan ketakutan. "Aku menuliskannya semalam. Mengorganisir diri. Akan kuberikan pernyataanku, lalu kalian boleh menanyakan apa saja."
Detektif Kepala Gross menyela dengan lembut. Ia pria tinggi besar dengan kumis ubanan lebat dan cambang yang panjang. Sikapnya ramah. "Tidak apa-apa, Veronica. Terserah bagaimana cara yang kauinginkan. Apa pun cara yang kaupilih, tidak masalah buat kami. Tidak perlu tergesa-gesa."
277 Veronica menggeleng dan tampak sangat tidak mantap. "Aku tidak apa-apa. Aku harus melakukannya," katanya. Lalu ia memulai ceritanya.
"Ayahku adalah apa yang kalian sebut pria sejati. Dia juga sangat membanggakan hal itu. Dia setia kepada teman-temannya, dan terutama kepada polisi yang lain. Dia 'orang hebat', kan" Well, ada sisi lain dari dirinya. Ibuku dulu cantik. Itu sepuluh tahun dan lima belas kilogram yang lalu. Dia membutuhkan hal-hal yang bagus. Maksudku, secara fisik dia membutuhkan banyak hal, barang-barang seperti pakaian dan sepatu. Barang-barang itu adalah dirinya.
"Dia bukan orang terpandai di dunia, tapi ayahku menganggap dirinya yang terpandai. Itu sebabnya dia sering mengejek ibuku tanpa ampun. Beberapa tahun yang lalu ayahku mulai banyak minum. Lalu dia mulai berubah benar-benar kejam, memukuli ibuku. Dia menyebut ibuku 'kantong', dan 'kantong kecepatan*. Ayahku pandai, bukan""
Veronica diam sejenak dan memandang sekeliling ruangan; ia memerhatikan reaksi kami terhadap apa yang dikatakannya. Ruang konferensi sunyi. Tidak ada satu pun dari kami yang mampu mengalihkan pandangan dari remaja itu dan kemarahan yang memancar dari sepasang mata hijaunya.
"Itu sebabnya aku kemari hari ini. Begitulah caraku mampu melakukan hal yang buruk ini- 'menyerahkan* ayahku sendiri. Melanggar kesucian kepolisian."
Ia berhenti dan kembali menatap kami dengan pandangan menantang. Aku tidak mampu mengalihkan pandangan dari dirinya. Tidak ada seorang pun yang bisa. Informasinya terasa begitu masuk akal: terobosan berasal dari seorang anggota keluarga.
"Ayahku tidak sadar bahwa aku sebenarnya jauh
278 lebih pandai daripada dia. Dan aku juga seorang pengamat. Mungkin aku belajar darinya. Aku ingat sewaktu berusia sekitar sepuluh tahun, aku tahu suatu hari nanti aku juga akan menjadi detektif polisi. Cukup ironis, ya" Cukup menyedihkan, kan"
"Semakin aku besar kusadari-kuamati-bahwa ayahku memiliki uang lebih banyak daripada yang seharusnya. Terkadang ia mengajak kami melakukan 'perjalanan untuk menebus rasa bersalah'-Irlandia, mungkin Karibia. Dan ia selalu memiliki uang untuk dirinya sendiri. Pakaian yang benar-benar bagus, pakaian yang mewah dari Barneys and Saks. Mobil baru setiap dua tahun. Perahu layar putih di Sheepshead Bay.
"Musim panas yang lalu ayahku mabuk habis-habisan suatu hari Jumat malam. Aku ingat dia pergi ke arena lomba Aqueduct bersama teman-teman detektifnya pada hari Sabtu. Dia berjalan-jalan ke rumah nenekku, yang hanya beberapa jalan jauhnya dari rumah kami. Kuikuti dia malam itu. Dia terlalu mabuk untuk menyadari perbuatanku.
"Ayahku menuju gudang kebun tua di belakang rumah nenekku. Di dalam gudang, dia menyingkirkan meja kerja dan beberapa papan. Aku tidak tahu persis apa yang dilakukannya, jadi aku kembali keesokan harinya dan memeriksa ke balik papan. Ada uang di dalamnya-banyak. Aku tidak tahu dari mana asalnya, aku masih tidak mengetahuinya. Tapi aku tahu uang itu bukan gaji detektifnya. Kuhitung ada hampir dua puluh ribu dolar. Kuambil beberapa ratus dolar, dan dia bahkan tidak pernah menyadarinya.
"Aku menjadi lebih perhatian lagi sesudah itu. Baru-baru ini, mungkin selama sekitar sebulan ter-
279 akhir, ayahku dan teman-temannya memiliki rencana. Para goomba-nya. Hal itu begitu mencolok. Mereka selalu berkumpul sepulang kerja. Suatu malam kudengar ia menyinggung tentang Washington, D.C. kepada rekannya Jimmy Crews. Lalu ia pergi selama empat hari.
"Dia pulang pada siang hari keempat. Hari sesudah penculikan MetroHartford. Dia mulai 'merayakan' sekitar pukul tiga. Dan dia mabuk berat sekitar pukul tujuh. Malam itu, dia mematahkan tulang pipi ibuku. Dia mengiris mata ibuku dan hampir saja mencabutnya. Ayahku mengenakan cincin bodoh dari St. John's. Redmen-sekarang Red Storm, kalian tahu. Aku pergi ke gudang nenekku malam itu dan menemukan lebih banyak uang. Aku tidak bisa memercayainya. Ada begitu banyak uang di sana, semuanya tunai."
Veronica Macdougall mengulurkan tangan ke bawah meja dan mengangkat sebuah ransel biru pudar, jenis yang dibawa anak-anak ke sekolah. Ia membukanya. Ia mengeluarkan beberapa tumpuk uang dan menunjukkannya kepada kami. Wajahnya bagai memakai topeng malu dan kesakitan.
"Ini sepuluh ribu empat ratus dolar. Uang ini ada di dalam gudang nenekku. Ayahku meletakkannya di sana. Ayahku terlibat dalam penculikan di Washington. Dia mengira dirinya begitu pandai."
Baru pada saat itu, setelah menceritakan apa yang sudah dilakukan ayahnya, Veronica Macdougall akhirnya tidak tahan lagi dan menangis. "Maafkan aku," katanya terus-menerus. "Aku sangat menyesal."
Kupikir ia minta maaf untuk kejahatan ayahnya.
Bab 86 Aku memercayai gadis itu, dan masih tertegun mendengar pengakuan Veronica Macdougall yang menggetarkan mengenai ayahnya yang petugas polisi. Pertanyaan yang menggelitik adalah apakah kelompok detektif Brooklyn tersebut juga merupakan "mastermind" dari perampokan-perampokan bank sebelumnya. Apa mereka sudah membunuh beberapa orang dengan darah dingin sebelum mencoba melakukan penculikan MetroHartford" Apa salah seorang detektif tersebut adalah Mastermind"
Aku memiliki banyak waktu untuk memikirkannya selama hari yang tanpa henti diisi politik dan perselisihan antara FBI, Wali Kota, dan Komisaris kepolisian New York. Sementara itu, kelima detektif Brooklyn tersebut diintai, tapi kami tidak mendapat izin untuk menangkap mereka. Hal itu menimbulkan frustrasi, menyebabkan kami sinting, seperti terjebak sepanjang hari dalam kemacetan lalu lintas di Long Island Expressway, atau di kereta bawah tanah New York. Catatan kehadiran para detektif tersebut dicocokkan dengan tanggal-tanggal terjadinya perampokan. Kredit dan cek pengeluaran masing-masing diperiksa. Detektif lain, bahkan mata-mata, diwawancarai dengan diam-diam. Uang yang ditemukan di
281 rumah ibu Brian Macdougaii telah diambil dan jelas merupakan bagian dari uang tebusan.
Hingga pukul enam, belum ada keputusan yang diambil. Tidak satu pun dari kami yang memercayai penundaan tersebut. Betsey muncul sebentar dan melaporkan bahwa tidak ada kemajuan sejauh ini. Sekitar pukul tujuh, aku kembali ke hotel untuk beristirahat.
Semakin lama aku menjadi semakin marah. Aku mandi air panas, dan lalu membalik-balik buku panduan Zagat, mencari tempat makan yarig bagus di kota. Sekitar pukul sembilan, aku akhirnya memesan dari layanan kamar. Aku memikirkan Christine dan putraku. Aku sedang tidak ingin keluar. Mungkin kalau Betsey ada waktu, tapi ia sedang sibuk menghadapi prosedur di Police Plaza.
Aku duduk di ranjang dan mencoba membaca Prayers for Rain karya Dermis Lehane. Akhir-akhir ini aku menikmati sejumlah buku: The Pilot's Wife, The Pied Piper, Harry Potter and the Sorcerer's Stone, dan karya Lehane.
Aku tidak bisa berkonsentrasi. Aku ingin menangkap kelima detektif New York itu. Aku ingin ada di rumah bersama anak-anak, dan aku ingin Alex kecil menjadi bagian dari keluarga kami. Itu satu hal yang membuatku terus bertahan akhir-akhir ini.
Akhirnya, aku mulai memikirkan Betsey Cavalierre. Aku sudah berusaha tidak memikirkannya, tapi sekarang aku teringat "kencan"" kami di Hartford. Aku menyukainya-sesederhana itu. Aku ingin menemuinya lagi dan aku berharap ia ingin bertemu denganku.
Telepon di kamarku berdering sekitar pukul sebelas. Dari Betsey. Ia terdengar lelah, frustrasi, dan kesal.
"Aku baru saja selesai di Poiice Plaza. Kuharap begitu. Percaya atau tidak, kita siap untuk menangkap
282 mereka besok. Kau jelas tidak akan memercayai omong kosong yang berlangsung hari ini. Banyak pembicaraan tentang hak-hak a
sasi para detektif itu. Ditambah pengaruhnya terhadap moral anggota NYPD. Melakukan penangkapan dengan cara 'yang benar.' Tidak ada yang bersedia mengatakan inilah lima oknum yang sangat buruk. Mereka mungkin pembunuh. Tangkap mereka."
"Merekalah lima oknum itu. Tangkap mereka," kataku kepadanya.
Aku mendengar Betsey tertawa dan bisa membayangkannya tersenyum. "Itulah yang sedang kita lakukan, Alex. Besok pagi-pagi sekali. Kita akan menangkap mereka. Mungkin kita juga akan menangkap Mastermind. Aku masih harus di sini paling tidak satu jam lagi. Sampai ketemu besok pagi. Pagi-pagi sekali."
Bab 87 Pukul empat waktu yang sangat dini di pagi hari. Saat itulah kami dijadwalkan untuk menyerbu rumah kelima detektif tersebut. Segala sesuatunya sudah siap. Politik sudah dibereskan; paling tidak kuharap sudah berakhir.
Setengah empat bahkan lebih dini lagi, dan saat itulah kami bertemu di Nassau County di luar Long Island. Aku tidak begitu mengenal kawasan tersebut, tapi itu termasuk kawasan kelas atas dan cantik, jauh dibandingkan Fifth Street dan Southeast. Seorang anggota regu mengatakan lingkungan itu tidak biasa karena banyak polisi dan juga orang-orang Mafia yang tinggal di sana dalam keharmonisan yang tampak jelas.
Ini kasus federal, dan Betsey Cavalierre secara resmi memimpin penangkapan. Hai itu menjelaskan mengapa perannya dibatasi di Washington, kalau bukan di New York.
"Aku senang melihat semua orang dalam keadaan segar dan ceria pagi ini. Malam" Apa pun zona waktu keberadaan kita sekarang." Ia melontarkan lelucon dan mendapat senyuman dari beberapa anggota regu.
Kami berjumlah sekitar empat puluh orang,
284 campuran polisi dan FBI. Tapi Biro jelas memimpin penyerbuan pagi ini. Betsey membagi kami menjadi lima regu delapan orang, dan aku seregu dengannya.
Semua orang siap, dan sangat bersemangat. Kami melaju ke sebuah rumah di High Street di Massapequa. Tak ada seorang pun yang tampaknya sudah terjaga di lingkungan tepi kota ini. Seekor anjing menyalak dari salah satu halaman di dekat kami. Embun berkilau di setiap halaman rumput yang terpotong rapi. Kehidupan tampak bagus di sini, tempat Detektif Brian Macdougall tinggal bersama istrinya yang teraniaya dan putrinya yang marah.
Betsey berbicara ke Handie-Talkie. Ia tampak sangat tenang dalam bertindak. "Pemeriksaan radio." Lalu, "Regu A, melalui pintu depan. Regu B, dapur. Regu C, serambi. Regu D sebagai pendukung.... Sekarang. Pergi! Tangkap orang itu!"
Para agen dan detektif polisi menyerbu ke rumah begitu mendapat isyarat dari Betsey. Betsey dan aku mengawasi mereka bergerak. Kami regu D, pendukung.
Regu A masuk ke rumah dengan cepat dan lancar.
Lalu Regu B juga. Kami tidak bisa melihat regu ketiga dari tempat kami parkir. Mereka masuk melalui belakang.
Terdengar teriakan-teriakan di dalam. Lalu kami mendengar letupan keras. Jelas suara tembakan.
"Oh, sialan." Betsey memandangku. "Macdougall sudah menunggu kedatangan kita. Bagaimana bisa terjadi""
Terdengar tembakan-tembakan lagi. Ada yang berteriak. Seorang wanita mulai menjerit dan memaki-maki. Apa itu ibu Veronica Macdougall"
Betsey dan aku melompat keluar dari mobil dan
285 bergegas menuju rumah Macdougall. Kami belum masuk ke rumah. Aku sedang memikirkan keempat rumah lain yang sedang diserbu sekarang ini. Kuharap tidak ada masalah seperti ini di sana.
"Bicaralah padaku," kata Betsey ke Handie-Talkie. "Apa yang terjadi di dalam sana" Mike" Apa yang tidak beres""
"Rice tertembak. Aku di luar kamar tidur utama di lantai dua. Macdougall dan istrinya ada di dalam."
"Bagaimana keadaan Rice"" tanya Betsey, sangat prihatin.
"Luka di dada. Dia masih sadar. Tapi lukanya parah. Panggil ambulans kemari sekarang! Macdougall menembaknya."
Tiba-tiba jendela di lantai dua terbuka. Aku melihat seseorang keluar dari jendela dan berlari sambil berjongkok rendah menyeberangi atap garasi di samping rumah.
Betsey dan aku melesat menuju orang itu. Aku teringat bahwa Betsey adalah pemain lacrosse yang bagus di Georgetown. Ia masih bisa berlari.
"Ia di luar! Macdougall ada di atap garasi," kata Betsey kepada yang lain.
"Aku dapat" kataku kepadanya. Macdougall sedang menuju deretan pepohonan fir. Aku tidak bisa melihat ada apa di balik pepohonan tersebut, tapi kuperkirakan pasti halaman lain, rumah yang lain.
"Macdougall!" jeritku sekuat tenaga. "Berhenti! Polisi! Berhenti atau kutembak!"
Ia tidak berpaling, tidak berhenti, dan tidak ragu-ragu. Macdougall melompat ke pepohonan.
Bab 88 Aku berlari sambil menunduk, menerobos sesemakan lebat yang menggores dan mengiris lenganku hingga darah mengalir. Brian Macdougall belum terlalu jauh memasuki halaman di sebelah rumahnya.
Aku melesat sejauh dua belas langkah mengejarnya, lalu kuterjang dirinya. Kuarahkan bahu kananku ke belakang lututnya. Aku ingin menyakiti Macdougall kalau bisa.
Ia jatuh dengan keras, tapi ia dipenuhi adrenalin sama sepertiku. Ia berguling dan memuntir, melepaskan diri dari pelukanku. Ia bangkit berdiri dengan cepat, dan aku juga.


Mawar Merah Roses Are Red Karya James Patterson di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau seharusnya tetap di tanah," kataku kepadanya. "Kau seharusnya tidak melakukan kesalahan. Bangun adalah kesalahan."
Kuhantam Macdougall dengan tinju kanan lurus sekerasnya. Rasanya sangat enak. Kepalanya tersentak ke belakang sekitar enam inci.
Aku berayun-ayun sedikit. Macdougall mengayunkan pukulan liar yang luput sepenuhnya. Aku kembali menghantamnya. Lututnya goyah, tapi ia tidak jatuh. Ia polisi jalanan yang tangguh.
"Aku terkesan," kataku kepadanya, mengejeknya. "Tapi tetap saja kau seharusnya jangan bangkit berdiri."
287 "Alex!" kudengar teriakan Betsey saat ia memasuki halaman.
Macdougall melontarkan pukulan yang cukup bagus, tapi ia agak ngawur. Pukulannya menyambar di samping keningku. Aku bisa saja terkena pukulannya kalau ia lebih terarah.
"Itu lebih baik," kataku kepadanya. "Jangan bebani tumitmu, Brian."
"Alex!" seru Betsey lagi. "Tangkap dia, sialan! Sekarang!"
Aku menginginkan kontak fisik dengan Macdougall, pelampiasan, semenit lagi di arena. Aku merasa layak mendapatkannya, dan ia layak dihajar habis-habisan di luar sini. Ia kembali mengayunkan tinju melambung, tapi aku berhasil menghindari pukulan tersebut. Ia sudah kelelahan.
"Kau tidak sedang menghajar istrimu atau gadis kecilmu sekarang," kataku. "Kau berurusan dengan orang yang seukuran denganmu. Aku melawan, Macdougall."
"Persetan," katanya, tapi ia terengah-engah. Wajah dan lehernya berkeringat.
"Apa kau orangnya" Apa kau Mastermind, Brian" Kau yang membunuh semua orang itu""
Ia tidak menjawabku, jadi kuhantam perutnya. Ia tertunduk memegangi perutnya, wajahnya menegang kesakitan.
Betsey sudah mendekati kami sekarang. Begitu pula dua agen lainnya. Mereka hanya menyaksikan; mereka mengerti tentang apa semua ini. Mereka juga menginginkannya terjadi.
"Jangan menekan tumit," kataku memberi petunjuk bertarung. "Kau masih bertarung dengan menekan tumitmu."
288 Ia menggumam. Aku tidak bisa memahaminya. Tidak begitu peduli pada apa yang dikatakannya. Kuhantam perutnya lagi. "Lihat" Menghajar tubuh," kataku kepadanya. "Aku juga mengajarkan begitu kepada anak-anakku."
Aku kembali mengayunkan uppercut ke perutnya. Ia tidak goyah, dan pukulan tersebut terasa enak, bagai menghantam kantong yang berat. Lalu sebuah uppercut tajam yang lain ke ujung dagu Macdougall. Ia jatuh dengan keras ke halaman rumput. Ia tetap di sana. Pingsan.
Aku berdiri di atasnya, sedikit terengah-engah, sedikit berkeringat. "Brian Macdougall. Aku bertanya kepadamu. Apakah kau Mastermind""
Bab 89 Dua hari berikutnya sangat menguras tenaga dan menimbulkan frustrasi. Kelima detektif tersebut ditahan di Lembaga Pemasyarakatan Metropolitan di Foley Square. Tempat yang aman di mana informan mafia dan polisi yang jahat terkadang ditahan demi keselamatan mereka sendiri.
Aku mewawancarai setiap detektif, dimulai dengan yang paling muda, Vincent O'Malley, dan diakhiri dengan Brian Macdougall, yang tampaknya merupakan pemimpin mereka. Satu demi satu, para detektif itu mengingkari keterlibatan dengan penculikan MetroHartford.
Berjam-jam sesudah wawancara awalku dengan Brian Macdougall, ia meminta bertemu lagi denganku.
Sewaktu detektif yang diborgol itu dibawa ke ruang interogasi di Foley Square, aku mendapat perasaan bahwa
ada yang sudah berubah. Aku bisa melihat di wajahnya.
Macdougall jelas jengkel sewaktu berkata: "Ini berbeda dengan dugaanku semula. Dipenjara. Duduk di sini, di sisi yang salah dari meja. Ini permainan yang lebih defensif, kau tahu. Kau mencoba memukul bola kembali melewati jaring."
290 "Ada yang kauinginkan"" tanyaku. "Minuman dingin"" "Rokok""
Kumintakan rokok untuk diantar ke dalam ruang interogasi. Seseorang muncul membawa sebungkus Marlboro, lalu bergegas keluar lagi. Macdougall menyulutnya dan mengisapnya dengan nikmat, seakan-akan mengisap sebatang Marlboro merupakan kesenangan terbesar yang bisa ditawarkan dunia. Mungkin sekarang rasanya begitu.
Kuperhatikan pandangannya melayang-layang. Ia jelas cerdas, penuh pemikiran. Mastermind" Aku menunggu dengan sabar untuk mengetahui apa yang diinginkannya dariku. Ada yang diinginkannya.
"Aku sudah melihat banyak detektif yang berbuat begini," katanya, lalu ia mengembuskan asap rokoknya. "Kau tahu bagaimana cara mendengarkan. Kau tidak melakukan kesalahan."
Sejenak sunyi. Kami berdua memiliki seluruh waktu di dunia. "Apa yang kauinginkan dari kami"" tanyaku akhirnya.
"Pertanyaan yang benar, Detektif. Akan segera kukatakan. Kau tahu, awalnya aku polisi yang cukup baik," katanya. "Justru idealisme awal itulah yang harus kauwaspadai."
"Akan kucoba untuk mengingatnya," kataku, sambil tersenyum tipis, mencoba untuk tidak merendahkan.
"Apa yang mendorongmu untuk terus bekerja"" tanya Macdougall.
Ia tampaknya tertarik dengan jawabanku. Mungkin aku membuatnya geli. Tapi yang lebih mungkin, ia sedang mempermainkanku. Itu tidak apa-apa untuk sekarang.
Aku menatap lurus ke matanya dan melihat ke-
291 kosongan, mungkin bahkan penyesalan. "Aku tidak ingin mengecewakan keluargaku, atau diriku. Itulah diriku. Mungkin aku tidak memiliki banyak imajinasi."
Asap mengepul dari sela-sela jemarinya. "Kau tadi menanyakan apa yang kuinginkan" Itu pertanyaan yang benar. Aku selalu bertindak berdasarkan kepentingan pribadi, sejak dulu." Ia mendesah keras. "Baiklah, biar kuberitahukan apa yang kucari."
Aku cukup tahu untuk mendengarkan, tidak bicara.
"Pertama-tama, tidak ada yang terluka dalam MetroHartford. Kami tidak pernah menyakiti siapa pun dalam pekerjaan kami."
"Bagaimana dengan Buccieri" James Bartlett" Ms. Collins"" tanyaku.
Macdougall menggeleng. "Aku tidak melakukannya. Kau tahu bukan aku yang melakukannya. Aku tahu kau mengetahuinya"
Ia benar; paling tidak aku tidak percaya kalau mereka yang melakukan perampokan-perampokan pertama. Gayanya berbeda. Ditambah, daftar kehadiran para detektif ini menunjukkan bahwa mereka sedang bekerja pada hari-hari perampokan bank terjadi. "Oke. Jadi ke mana kita sekarang" Kau juga tahu bahwa kami ingin menangkap orang yang merencanakan pekerjaan ini. Itu yang kami pedulikan sekarang ini."
"Aku tahu. Jadi ini tawaranku. Akan sulit untuk diterima semua orang, tapi tawaran ini tidak bisa dinegosiasikan. Aku minta perjanjian terbaik yang pernah kulihat sebagai polisi. Itu berarti perlindungan saksi di dalam country club seperti Greenhaven. Aku bebas dalam waktu sepuluh tahun maksimum. Aku pernah melihat perjanjian yang sama untuk pembunuhan tingkat pertama. Aku tahu apa yang bisa dilakukan dan apa yang tidak."
292 Aku tidak mengatakan apa-apa, tapi aku tidak perlu mengatakan apa-apa. Macdougall tahu aku sendiri tidak bisa menjanjikan apa-apa. "Coba kudengar intinya," kataku. "Apa yang kami dapatkan darimu""
Ia menatap lurus ke mataku. Pandangannya tidak goyah.
"Sebagai balasannya-akan kuberikan dia padamu. Akan kuberitahukan bagaimana cara menemukan orang yang merencanakan pekerjaan-pekerjaan ini. Dia disebut Mastermind. Aku tahu di mana dia berada."
Bagian Lima SEMUANYA RUNTUH Bab 90 FBI, NYPD, dan Departemen Kehakiman mengadakan serangkaian pertemuan tingkat tinggi untuk menyusun jawaban terbaik atas tawaran Brian Macdougall. Aku merasa cukup yakin tidak ada keputusan penting yang akan diberikan pada Macdougall paling tidak hingga hari Senin.
Pada pukul setengah lima aku menggunakan penerbangan kembali ke Washington. Betsey Cavalierre dan Michael Do
ud tetap tinggal di New York, sekadar berjaga-jaga kalau ada yang terjadi.
Aku sendiri memiliki urusan penting. Malam itu, anak-anak, Nana, dan aku menyaksikan Star Wars: Episode I-The Phantom Menace. Kami bersenang-senang, meskipun kami berharap melihat lebih banyak Samuel L. Jackson dalam film tersebut. Aku menyadari adanya perubahan tidak kentara antara Jannie dan Damon. Sejak Jannie jatuh sakit, Damon jauh lebih sabar menghadapinya. Jannie juga berubah sikap terhadap kakaknya, mengurangi siksaannya. Mereka telah jauh lebih dewasa dalam beberapa minggu terakhir ini. Kuperkirakan mereka menjadi teman, dan itu akan berlangsung sepanjang sisa hidup mereka.
297 Pada hari Sabtu pagi, kuputuskan untuk berbicara dari hati ke hati dengan anak-anak. Aku sudah mendapat nasihat bagus dari Nana mengenai apa yang perlu kukatakan kepada mereka. Jawabannya sendiri khas Nana: Ia merasa sangat menyesal atas apa yang terjadi pada diriku dan Christine. Sedang untuk Alex kecil, ia mengatakan tidak sabar menunggu kedatangannya. "Aku senang bayi, Alex. Ini akan menambah sepuluh tahun usiaku." Aku nyaris memercayainya.
"Ini tidak bagus," kata Damon sambil menatapku dari seberang meja makan. "Benar""
Aku tersenyum kepadanya. "Well, itu hanya separo benar. Dari mana aku mulai menjelaskan"" kataku, agak sedikit kebingungan.
"Dari awal," kata Jannie memberi saran.
Awal" Di mana tepatnya awal"
Aku akhirnya langsung membicarakan pokok persoalan. "Christine dan aku sudah sangat dekat dalam waktu yang lama. Kupikir kalian berdua sudah mengetahuinya. Kami masih dekat, tapi situasinya akhir-akhir ini berubah. Sesudah tahun ajaran berakhir, dia akan pindah dari kawasan Washington. Aku tidak tahu persis ke mana dia akan pindah. Tapi kita tidak akan sering bertemu dengannya."
Rahang Jannie ternganga. Dan Damon berbicara. "Sikapnya di sekolah berbeda, Dad. Semua orang bilang begitu. Dia mudah marah. Dia selalu tampak sedih."
Aku merasa sakit mendengarnya. Aku merasa hal itu sebagian karena kesalahanku. "Dia mendapat pengalaman yang sangat buruk dan menakutkan," kataku kepada Damon. "Sulit bagi siapa pun untuk membayangkan bagaimana perasaannya. Dia masih memulihkan diri. Mungkin butuh waktu yang sedikit lebih lama."
298 Jannie akhirnya berbicara, dan yang mengejutkan suaranya amat kecil. Matanya memancarkan keprihatinan dan kekhawatiran. "Bagaimana dengan Bocah Besar"" tanyanya.
"Alex kecil akan tinggal bersama kita. Itu berita bagus yang kujanjikan."
"Hore! Hore!" teriak Jannie, dan melakukan tarian khasnya. "Aku suka A.J. kecil."
"Itu benar-benar bagus," kata Damon, dan tersenyum menyetujui. "Aku senang dia pulang."
Aku juga. Dan aku merasa penasaran bagaimana satu saat bisa begitu penuh sukacita sekaligus begitu menyedihkan. Alex kecil akan tinggal bersama kami, tapi Christine pergi. Sekarang resmi sudah; aku sudah memberitahu Nana Mama dan anak-anak. Aku tidak pernah merasa begitu hampa dan kesepian dalam waktu yang lama.
Bab 91 Semakin berbahaya, semakin menggairahkan. Mastermind telah mengetahui kebenaran dalam ungkapan tersebut, dan hal ini memang berbahaya. Uangnya menyenangkan, tapi uang saja tidak cukup. Bahayalah yang memicu adrenalinnya dan membuatnya bergairah.
Agen FBI James Walsh tinggal seorang diri di rumah peternakan kecil yang disewa di Alexandria. Rumah itu sama sederhananya dengan Agen Walsh sendiri. Rumah itu sangat sesuai dengan kepribadiannya. Rumah yang begitu "jujur" dan "siap sedia".
Mastermind hanya menemui sedikit kesulitan untuk memasuki rumah. Petugas polisi bisa sangat ceroboh mengenai sistem keamanan dalam rumahnya sendiri. Walsh santai, atau mungkin ia sekadar sombong.
Ia ingin masuk dan keluar dengan cepat, tapi Mastermind tidak ingin ceroboh. Papan lantainya berderit. Ia sudah mengetahuinya-ia pernah memasuki rumah ini sebelumnya.
Papan lantainya terus menimbulkan suara yang menjengkelkan saat ia semakin mendekati kamar tidur James Walsh.
Semakin berbahaya, semakin baik Semakin sinting, semakin hebat gairahnya.
300 Begitulah caranya selama ini. Perlahan-lahan, tanpa suara, ia mendorong pintu kamar tidur hingga terbuk
a dan bersiap-siap masuk sewaktu-"Jangan bergerak," kata Walsh dari dalam keremangan kamar.
Ia nyaris tidak bisa melihat agen FBI itu di seberang kamar tidur. Walsh menempatkan diri di balik ranjang. Di tangannya ada sepucuk pistol. Walsh menyimpan senjata itu di bawah ranjangnya, tidak pernah tidur tanpa keberadaan senjata itu di sana.
"Kau bisa melihat pistolnya, mister. Pistol ini dibidikkan tepat ke dadamu. Aku tidak akan luput, aku berjanji."
"Bisa kulihat," kata Mastermind, dan tergelak pelan. "Sekakmat, hah" Kau sudah menangkap Mastermind. Pandai sekali dirimu."
Sambil terus tersenyum, ia melangkah mendekati Walsh.
Semakin berbahaya, semakin baik.
"Jangan! Berhenti!" teriak Walsh kepadanya dengan tiba-tiba. "Berhenti atau kutembak! BERHENTI!"
"Ya, sesuai janjimu" kata Mastermind.
Ia tidak berhenti, tidak memperlambat selangkah pun, terus mendekat-tanpa bisa dijelaskan.
Lalu ia mendengar Agen Walsh menarik picunya. Pistol yang harus dikokang lebih dulu itu seharusnya menyebabkan kematiannya, menghentikan dunianya, memecahkan rangkaian kejahatan. Tapi tidak terjadi apa-apa.
"Aaah, padahal kau sudah berjanji, Agen Walsh."
Ia menempelkan pistolnya sendiri ke kening agen FBI tersebut. Dengan tangannya yang bebas, ia mengelus rambut pendek Walsh.
"Aku Mastermind; kau bukan. Kau sangat ingin
301 menangkapku, tapi aku yang menangkapmu. Aku sudah mengosongkan pistolmu. Aku akan menangkap kalian semua. Satu demi satu. Agen Walsh, Doud, Cavalierre. Mungkin bahkan Detektif Alex Cross. Kalian semua akan mati."
Bab 92 Aku tiba di rumah James Walsh di Virginia sekitar tengah malam hari Minggu. Beberapa tetangga tengah berkeliaran gugup di jalan. Kudengar seorang wanita tua bergumam dan mendesah, "Pria sebaik itu. Benar-benar memalukan, sayang sekali. Dia itu agen FBI, kau tahu."
Aku tahu. Aku menghela napas dalam-dalam lalu memasuki rumah sederhana tempat Walsh tinggal dan tewas. Sejumlah besar orang Biro ada di sana, dan juga kepolisian setempat. Karena seorang agen tewas, Unit Kejahatan Brutal dipanggil dari Quantico.
Kulihat Agen Mike Doud dan aku bergegas mendekatinya. Doud tampak pucat dan mungkin hampir kehilangan kendali.
"Aku ikut berdukacita," kataku padanya. Ia dan Walsh berteman dekat. Doud tinggal di dekat tempat itu di tepi kota Virginia.
"Oh, Tuhan. Jimmy tidak pernah mengatakan apa-apa kepadaku. Aku teman terbaiknya, demi Tuhan."
Aku mengangguk. "Apa yang kauketahui sejauh ini" Apa yang terjadi""
Doud menunjuk ke kamar tidur. "Jimmy ada di sana. Kurasa dia bunuh diri, Alex. Dia meninggalkan surat. Sulit dipercaya."
303 Aku menyeberangi ruang duduk yang berperabotan sedikit. Dari percakapanku dengan Doud, aku tahu Walsh sudah bercerai dua tahun lalu. Ia memiliki seorang anak laki-laki berusia enam belas tahun di sekolah swasta persiapan masuk universitas dan satu lagi di Holy Cross, tempat Walsh sendiri pernah bersekolah.
James Walsh sedang menungguku di kamar mandi yang dihubungkan ke kamar tidur. Ia meringkuk di lantai ubin putih, yang dibanjiri darahnya. Aku bisa melihat sisa bagian belakang kepalanya saat memasuki kamar mandi.
Doud muncul di belakangku. Ia mengulurkan surat bunuh diri, yang telah dimasukkan ke dalam kantong plastik bukti. Kubaca surat tersebut tanpa menyingkirkan plastiknya. Surat tersebut untuk kedua putra Walsh.
Akhirnya aku tidak tahan lagi.
Pekerjaan ini; kasus ini; segalanya.
Andrew, Peter, aku benar-benar menyesali hal ini.
Salam sayang, ayahmu Sebuah ponsel berbunyi dan mengejutkanku. Ponsel Doud. Ia menjawabnya tapi kemudian memberikannya kepadaku. "Dari Betsey," katanya.
"Aku sedang dalam perjalanan ke bandara. Oh, Alex, kenapa dia berbuat begitu"" kudengar suara Betsey. Ia jelas masih berada di New York. "Oh, Jim yang malang. Jim yang malang. Kenapa dia bunuh diri" Aku tidak percaya. Dia bukan orang yang seperti itu."
Lalu ia terisak keras di telepon, dan sekalipun ia
304 berada begitu jauh, aku belum pernah merasa sedekat ini dengannya.
Aku tidak mengatakan apa yang kupikirkan. Aku menyimpannya dalam hati dan agak takut karenanya. Mungkin naluri Betsey benar. Mungkin James Walsh ti
dak bunuh diri. Bab 93 Aku kembali ke New York City hari Senin pagi. Ada taklimat pukul sembilan di markas besar FBI di Manhattan, dan aku tiba di sana tepat pada waktunya. Aku menyimpan banyak hal dalam diriku, merahasiakannya rapat-rapat, mencoba tidak menunjukkan ada yang tidak beres.
Aku berjalan memasuki ruang konferensi resmi dengan mengenakan kacamata hitam. Betsey pasti merasakan kedatanganku. Ia menengadah dari tumpukan dokumen dan mengangguk khidmat. Aku bisa melihat bahwa ia menghabiskan sebagian besar malam dengan memikirkan Walsh. Aku juga.
Aku mengambil tempat di salah satu kursi kosong tepat ketika seorang pengacara dari Departemen Kehakiman mulai berbicara kepada kelompok. Ia tampak berusia lima puluhan, kaku dan khidmat, hampir-hampir tanpa perasaan. Ia mengenakan setelan kelabu arang mengilat yang berkerah sempit dan pakaian itu tampaknya sudah berusia lebih dari dua puluh tahun.
"Sudah ada perjanjian dengan Brian Macdougall," katanya kepada orang-orang yang berkumpul.
Aku memandang Betsey dan ia menggeleng, memutar bola matanya. Ia sudah mengetahuinya.
Aku tidak bisa memercayainya. Aku mendengarkan
306 dengan teliti setiap kata yang diucapkan pengacara Departemen Kehakiman tersebut.
"Kalian tidak boleh membicarakan apa pun yang didiskusikan di ruangan ini. Kami tidak memberitahu pers. Detektif Macdougall tampaknya telah setuju untuk berbicara dengan para penyelidik mengenai keseluruhan rencana dan pelaksanaan penculikan MetroHartford. Dia memiliki informasi berharga yang bisa menyebabkan penangkapan seorang TERSANGKA yang sangat penting, yang disebut Mastermind."
Aku benar-benar shock, jengkel, dan merasa dipermainkan sepenuhnya. Departemen Kehakiman terkutuk sudah menyusun perjanjian selama akhir pekan, dan aku berani mempertaruhkan apa pun bahwa Macdougall mendapatkan apa yang diinginkannya. Hal itu membuatku muak, tapi begitulah cara kerja Kehakiman sejak aku menjadi polisi.
Brian Macdougall mengetahui dengan tepat perjanjian macam apa yang bisa didapatkannya dari mereka. Sekarang satu-satunya pertanyaan yang relevan hanyalah, benarkah ia akan memberikan Mastermind" Seberapa banyak yang diketahuinya" Apa ada yang diketahuinya"
Aku akan segera mengetahuinya. Aku akan mewawancarai saksi utama Detektif Macdougall siang nanti di Pusat Rehabilitasi Metropolitan. Detektif Harry Weiss juga hadir sebagai wakil dari NYPD. Betsey Cavalierre mewakili FBI selama sesi tersebut.
Macdougall didampingi dua pengacara. Tidak satu pun dari mereka yang mengenakan setelan berumur dua puluh tahun. Mereka tampak licik, sangat mahal, pandai. Detektif tersebut menengadah sewaktu kami memasuki ruang kecil tempat pertemuan diselenggarakan.
307 "Ini busuk, bukan"" katanya. "Kebetulan aku setuju. Tapi begitulah sistemnya."
Macdougall si Filsuf duduk di antara kedua pengacaranya, dan sesi dimulai.
Betsey mencondongkan tubuh kepadaku. Ia berbisik, "Ini harus bagus. Sekarang kita bisa melihat apa yang sudah dibeli Departemen Kehakiman."
Bab 94 Pertemuan dimulai dengan sangat buruk. Detektif Weiss dari Provost NYPD memutuskan sendiri untuk berbicara mewakili kami semua. Weiss merasa perlu membahas pernyataan Macdougall sebelumnya mulai dari awal dan secara metodis kalimat demi kalimat.
Proses tersebut sangat melelahkan. Aku sangat ingin menyelanya, tapi tidak kulakukan. Setiap kali Weiss mengajukan pertanyaan lain atau melontarkan kritikan terhadap Macdougall, aku menendang kaki Betsey di bawah meja. Untuk memberi penekanan pada percakapan yang memalukan, Betsey menendang tulang keringku.
Macdougall akhirnya juga merasa muak. "Kau keparat sialan!" teriaknya kepada Weiss. "Kalian benar-benar lelucon. Ini tentang nyalimu, Weiss, bukan untuk menyelamatkan pantatmu yang gendut itu. Kau membuang-buang waktuku. Biar orang lain yang bertanya."
Ia memelototi Weiss, yang tampaknya masih belum mengerti.
"Kau mengajukan semua pertanyaan yang salah, keparat." Macdougall akhirnya bangkit berdiri dan berteriak sekuat tenaga. "Kau sangat tolol dalam bekerja, kau bodoh, kau membuang-buang waktu semua orang!"
Macdougall lalu berderap mendekati
jendela kotor 309 yang tertutup kasa logam tebal dan jeruji. Para pengacaranya membuntutinya. Ia mengatakan sesuatu, dan mereka semua tertawa. Ho, ho, ho. Brian Macdougall benar-benar pandai berkelakar.
Kami yang lainnya duduk di sekitar meja konferensi dan mengamati mereka. Betsey menghibur Weiss, mencoba tampak tetap kompak.
"Persetan dengannya," kata Weiss dengan kejelasan dan kesingkatan yang tidak biasa. "Aku bisa menanyakan apa saja yang kuinginkan. Kita sudah membeli haram jadah itu."
Betsey mengangguk kepada Weiss. "Kau benar, Harry. Dia memang sombong dan dia salah. Khas detektif" katanya. "Mungkin dia akan menjawab Detektif Cross. Dia tampaknya tidak menyukai Provost."
Mula-mula Weiss menggeleng, lalu ia mengalah. "Baik, apa pun yang perlu. Apa pun yang berhasil dalam menghadapi keparat ini. Aku bisa bekerja dalam tim."
"Kita semua bisa bekerja dalam tim," kata Betsey, dan menepuk lengan Weiss dengan ringan. Betsey memang hebat. "Terima kasih mau menerima saran."
Macdougall kembali ke meja dan ia tampaknya lebih tenang. Ia bahkan meminta maaf kepada Weiss. "Maafkan aku. Saraf ini agak rapuh, kau tahu."
Aku menunggu selama dua detik agar permintaan maafnya diterima Weiss, tapi orang Provost tersebut tidak pernah mengatakan apa-apa. Aku akhirnya mulai. "Detektif Macdougall, bagaimana kalau kauberitahukan informasimu yang begitu penting. Kau tahu apa yang harus kauberitahukan. Kau juga tahu apa yang ingin kami dengar."
Macdougall memandang kedua pengacaranya. Ia akhirnya tersenyum.
Bab 95 "Baiklah, kita coba pendekatan itu," kata Macdougall. "Pertanyaan sederhana dan jawaban sederhana. Aku bertemu dengan orang yang mengaku bernama Mastermind itu tiga kali. Selalu di Washington. Setiap kali bertemu dengannya, dia memberi kami apa yang disebutnya sebagai 'biaya perjalanan'. Lima puluh ribu dolar sekali jalan, dan itu menjadikan perjalanan kami layak dilakukan, dan juga menarik perhatian kami, menggelitik minat kami.
"Dia sangat tertutup. Memikirkan segala sesuatunya dengan teliti. Mengetahui semua sudut. Mengetahui apa yang dibicarakannya. Dan-dia memberitahu kami sejak awal bahwa bagian kami lima belas juta dolar. Kredibilitasnya sangat kokoh sewaktu membicarakan MetroHartford. Dia memiliki konsep dan rencana yang sangat mendetail. Kami merasa rencana itu bisa dilaksanakan, dan memang."
"Dari mana dia tahu tentangmu"" tanyaku. "Bagaimana caranya mengontakmu""
Macdougall menyukai pertanyaan tersebut, atau berpura-pura begitu. "Ada pengacara yang terkadang kami gunakan." Ia memandang para pengacara di kedua sisinya. "Bukan tuan-tuan ini. Dia menghubungi pengacara kami yang lain. Kami tidak tahu dari
311 mana tepatnya dia tahu tentang kami, tapi dia tahu apa yang kami lakukan, bagaimana cara kerja kami. Itu informasi yang berguna, Detektif Weiss. Catat itu. Siapa yang bisa mengetahui tentang kami" Seseorang dalam bidang penegakan hukum" Polisi" Salah seorang dari kita, Detektif Weiss" Agen FBI" Polisi dari D.C." Mungkin seseorang dalam ruangan ini" Bisa siapa saja."
Weiss tidak mampu mengendalikan diri. Wajahnya memerah. Kerah kemeja putihnya yang dikancing rapat tampak dua nomor kekecilan. "Tapi kau sudah mengetahui siapa dia, Macdougall" Benar, kan""
Macdougall memandang Betsey dan aku. Ia menggeleng. Ia juga tidak memercayai Weiss. "Aku akan mengatakannya, apa yang kuketahui, dan apa yang tidak kuketahui. Jangan meremehkan informasi bahwa dia tahu tentang kita. Dia tahu tentang Detektif Cross. Dan tentang Agen Cavalierre. Dia mengetahui segala sesuatunya. Itu penting."
"Aku setuju dengan pendapatmu," kataku. "Tolong lanjutkan."
"Baiklah. Sebelum kami menyetujui pertemuan kedua, kami berusaha sebaik-baiknya untuk mengetahui siapa orang yang mengaku bernama Mastermind ini. Kami bahkan berbicara dengan FBI mengenai dirinya. Kami melakukan kontak apa pun yang bisa kami lakukan. Kami tidak menemukan apa-apa. Dia tidak meninggalkan jejak.
"Jadi kami menghadiri pertemuan kedua dan dia masih tidak membuka diri. Bobby Shaw mencoba mengikutinya sesudah dia meninggalkan hotel. Shaw kehilangan jejaknya."
"Yang membuatmu meng
ira dia mungkin polisi"" tanyaku.
312 Macdougall mengangkat bahu. "Pemikiran itu jelas terlintas dalam benak kami. Pertemuan ketiga membicarakan apakah kami ikut atau tidak. Setengah dari tiga puluh juta dolar-kami sudah tahu bahwa kami akan ikut. Dia tahu kami ikut. Kami mencoba menegosiasikan pembagian yang lebih baik. Dia tertawa, katanya sama sekali tidak. Kami menyetujui persyaratannya. Kami melakukan dengan caranya atau kami tidak ikut.
"Dia meninggalkan hotel sesudah pertemuan itu. Kami menempatkan dua orang untuk mengikutinya kali ini. Dia jangkung, bertubuh besar, berjanggut hitam-tapi menurut kami itu mungkin samaran. Dua orang kami hampir saja kehilangan jejaknya lagi.
"Tapi mereka tidak kehilangan jejaknya. Mereka sangat beruntung. Mereka melihatnya memasuki Rumah Sakit Veteran Hazelwood di D.C. Dia tidak keluar lagi. Kami tidak mengetahui bagaimana tampangnya, tapi Mastermind masuk ke sana dan dia tetap di sana. Dia tidak keluar."
Macdougall berhenti bicara. Ia membiarkan pandangannya perlahan-lahan beralih dari Weiss ke Betsey lalu kepadaku.
"Dia pasien rumah sakit jiwa, tuan-tuan dan nyonya. Dia ada di Rumah Sakit Veteran Hazelwood di Washington. Dia dirawat di bangsal penyakit jiwa. Kau harus menemukannya di sana."
Bab 96 Agen-agen FBI segera dikirim ke Rumah Sakit Veteran Hazelwood. Arsip setiap pasien yang ada sekarang, dan juga staf, ditarik dan akan diperiksa. Administrasi Veteran menghalangi akses kepada para pasien, tapi hal itu tidak berlangsung lama.
Kuhabiskan sepanjang sisa hari yang sangat panjang itu untuk memeriksa silang duplikat arsip karyawan dan pelanggan MetroHartord terhadap catatan pasien sewaktu arsip tersebut datang dari Hazelwood. Syukurlah ada komputer. Bahkan kalau Mastermind ada di rumah- sakit, tidak ada seorang pun yang mengetahui dengan tepat bagaimana tampangnya. Bagiannya yang setengah dari tiga puluh juta dolar masih belum ditemukan. Tapi kami lebih dekat dengannya daripada sebelumnya. Kami sudah mendapatkan hampir semua uang dari para detektif New York tersebut. Hanya dua ratus ribu dolar yang masih hilang. Semua detektif berusaha bermain "ayo membuat perjanjian".
Malam itu sekitar pukul setengah sepuluh, Betsey dan aku makan malam di New York di restoran bernama Ecco. Ia mengenakan gaun kuning, anting-anting, dan gelang emas. Tampak bagus dengan rambutnya yang hitam dan kulitnya yang masih kecokelat-
314 an. Kupikir ia tahu penampilannya bagus. Sangat feminin.
"Apa ini semacam kencan"" tanyanya begitu kami duduk di meja di restoran Manhattan yang nyaman tapi ramai tersebut.
Aku tersenyum. "Menurutku ini mungkin layak disebut kencan, terutama kalau kita tidak banyak membicarakan pekerjaan."
"Aku berjanji padamu. Bahkan kalau Mastermind masuk kemari dan duduk semeja dengan kita, aku tidak akan membicarakan pekerjaan."
"Ikut berdukacita atas Jim Walsh," kataku kepadanya. Kami tidak sempat membicarakannya.
"Aku tahu, Alex. Aku juga. Dia orang yang benar-benar baik."
"Apa kau terkejut" Bahwa dia bunuh diri""
Ia meletakkan tangan di atas tanganku.
"Terkejut-setengah mati. Jangan malam ini. Oke""
Untuk pertama kalinya, ia membuka diri dan bercerita sedikit tentang dirinya. Ia bersekolah di SMA John Carroll di D.C. dan dibesarkan secara Katolik. Ia bilang latar belakangnya adalah "ketat, ketat, dan lebih ketat lagi. Banyak disiplin." Ibunya seorang ibu rumah tangga hingga meninggal, sewaktu Betsey berusia enam belas tahun. Ayahnya sersan angkatan darat, lalu menjadi anggota pemadam kebakaran.
"Aku pernah berpacaran dengan seorang gadis dari John Caroll," kataku padanya. "Seragam yang manis."
"Baru-baru ini"" tanya Betsey. Mata cokelatnya berkilau. Ia lucu. Ia bilang selera humornya berasal dari lingkungan lamanya di D.C, dan juga suasana di rumah orangtuanya. "Kalau kau seorang bocah laki-laki di lingkungan kami, kau harus lucu atau sering berkelahi. Ayahku menginginkan anak laki-
315 laki tapi justru mendapatkanku. Dia pria yang tangguh tapi lucu, selalu memiliki lelucon. Daddy meninggal karena serangan jantung sewaktu bekerja. Kupikir itu sebabnya aku bekerja setiap hari sepe
rti orang gila yang kesurupan."
Kuceritakan padanya ibu dan ayahku sama-sama meninggal sebelum aku berusia sepuluh tahun, dan nenekku yang membesarkan aku. "Aku juga banyak berolahraga," kataku.
"Kau kuliah di Georgetown, lalu Johns Hopkins, benar"" tanyanya.
Kuputar bola mataku, tapi aku tertawa. "Kau sudah mempersiapkan diri untuk pertemuan ini. Ya, aku mendapat gelar doktor di bidang psikologi dari Hopkins. Kualifikasiku melebihi prasyarat pekerjaanku."
Ia tertawa. "Aku kuliah di Georgetown. Tapi jauh di belakangmu."
"Empat tahun. Hanya empat tahun yang singkat, Agen Cavalierre. Kau pemain lacrosse yang sangat bagus selama di sana."
Ia mengerutkan hidung dan mulutnya. "Oohhh. Ada orang lain yang sudah menyiapkan diri untuk malam ini."
Aku tertawa. "Tidak, tidak. Sebenarnya, aku pernah melihatmu bermain satu kali."
"Kau ingat"" tanyanya agak tertegun.
"Aku ingat dirimu. Kau meluncur ketika berlari. Mula-mula aku tidak ingat, tapi sekarang aku ingat."
Betsey menanyakan tentang pelatihanku di bidang psikologi di Johns Hopkins, lalu tentang tiga tahun saat aku membuka praktik swasta. "Tapi kau lebih senang menjadi detektif pembunuhan"" tanyanya.
"Benar. Aku senang aksinya."
316 Ia mengakui bahwa ia juga begitu.
Kami bercakap-cakap sedikit mengenai orang-orang yang penting dalam kehidupan kami. Kuceritakan tentang Maria, istriku, yang tewas terbunuh. Kutunjukkan foto-foto Damon dan Jannie dari dompetku.
Kusadari suaranya berubah lebih lembut. "Aku belum pernah menikah. Dua saudariku sudah menikah, dan memiliki anak. Aku menyayangi anak-anak mereka. Mereka memanggilku Bibi Polisi."
Anak Harimau 20 Irama Seruling Menggemparkan Rimba Persilatan Karya Opa Pendekar Pemanah Rajawali 24
^