Pencarian

Rumah Yang Terpencil 1

Rumah Yang Terpencil A Very Quiet Place Karya Andrew Garve Bagian 1


Andrew Garve RUMAH YANG TERPENCIL Judul asli: A VERY QUIET PLACE Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
BAGIAN PERTAMA Bab pertama. PADA Jum'at malam itu sekitar jam sepuluh masih ada nyala lampu di sebuah studio kecil dibe lakang Regent Street. Debbie Sheldon bekerja lebih larut dari biasanya. Beberapa pesanan baru telah datang dalam minggu yang terakhir itu, dan sebagai seorang free-lance yang menghadapi banyak saingan di dunia fotografi komersil dia tidak berani menolak satupun dari pesanan-pesanan itu. Baginya waktu-waktu yang sibuk dianggapnya sebagai pengganti hari-hari yang luang. Maka pada malam itupun dia bekerja lembur...
Debbie berumur duapuluh lima tahun. Laki-laki dari segala usia menilainya sebagai wanita yang menarik, bahkan wanita sesamanyapun tidak mendapatkan terlalu banyak hal yang dapat dicela pada dirinya.
Rambutnya coklat tua, yang dibiarkannya tergerai lepas sampai ke bahunya pada waktu bekerja. Matanya yang besar berwarna coklat pula dengan bulu mata yang lentik dan kalau tersenyum nampak manis sekali. Tingginya lima kaki tiga inci, dengan perbandingan bagian tubuh yang serasi.
5 Pada sore hari di bulan September yang sibuk itu seperti biasa dia memakai pakaian kerjanya yang terdiri atas sweater, katun biru laut berstrip-strip putih. Slack biru ketat dan sepasang sendai tipis. Itu adalah pakaian kerja laki-laki, tapi justru dalam pakaian itu kewanitaannya nampak menonjol.
Debbie memulai karirnya sebagai jurupotret komersil setahun yang lalu, secara kecil-kecilan. Setelah bekerja selama lima tahun di dalam salah satu bagian yang kreatif dari Harley & Swain, sebuah perusahaan adpertensi yang besar, maka secara teknis dia sudah merasa siap untuk berdiri sendiri. Maka setelah satu kesempatan tiba dia mengambil risiko itu dan menyewa studio di jajan belakang ini dengan sebuah kamar tidur di sebelahnya.
Bulan-bulan yang pertama usahanya dirasakan sebagai satu perjuangan yang berat - tapi sekarang nampaknya saat-saat yang terburuk sudah terlampaui. Debbie telah dapat membuktikan kemampuannya sebagai usahawan free-lance. Nampaknya dia memiliki kecakapan yang agak istimewa - kepandaian mengatur dan memberi penyinaran kepada benda-benda mati sehingga komposisinya hidup. Kecakapan ini, sangat berguna dilihat dari segi periklanan. Juga pembawaannya yang riang dan ramah dalam bergaul dan melayani langganan-langganannya memudahkannya untuk meningkatkan usahanya. Para langganannya menyukainya sebaik mereka menyukai pekerjaannya, dan biasanya mereka selalu kembali untuk memesan sesuatu yang lain.
Sekarang, di penghujung hari itu dia sedang sibuk membuat eksperimen tentang pemotretan yang akan dilakukannya pada keesokan harinya, yaitu satu set barang porselen Minton dan gelas-gelas
6 anggur, dengan latar belakang tempat lilin antik yang bercabang-cabang. Seperti biasanya Debbie mengatur barang-barang ini dalam berbagai posisi untuk mendapatkan komposisi maupun penyinaran yang tepat. Setelah lewat jam sebelas barulah dia merasa puas dengan hasil kerjanya. Kemudian, setelah segala sesuatunya siap untuk kerja keesokan harinya, dia duduk-duduk di serambi depan menghabiskan sebatang rokok sebelum pergi tidur.
Dilayangkannya pandangannya ke sekeliling kamarnya - kamar itu kecil, tapi Debbie ahli pula dalam mengatur tempat yang sempit itu se-ekonomis mungkin. Beberapa lemari dinding nampak di sana-sini, sehingga kamar itu lebih mirip dengan kabin kapal, baik kebersihan maupun kepraktisannya. Dia menutup dipannya dengan kain linen hitam, dan pada siang hari bantal-bantalnya diubahnya menjadi bantalan kursi.
Meja yang terbuat dari kayu mawar mempunyai daun tambahan yang dapat dilipat, dan sewaktu-waktu dapat dibuka kembali kalau dia sedang melayani tamu.
Seperti juga studionya, kamar itupun bercat putih, dengan permadani yang memanjang dari dinding ke dinding berwarna hijau tua, warna kesayangannya. Sebagai hiasan dinding hanya ada sebuah lukisan - sebuah litograp yang indah tentang itik-itik Tiongkok. Dan tepat di hadapannya sebuah cermin Regency yang mahal, namun dia tidak dapat mena
han nafsunya untuk membelinya - walaupun dia tahu bahwa itu adalah pemborosan yang tidak kepalang tanggung.
Kemudian pandangannya terpaut pada sebuah kamera yang baru dipesannya dan datang pada hari itu juga. Kamera itu sebuah Diplex 204 otomatis,
7 dengan lampu yang kuat yang dapat berputar dan memberi empat kali nyala tanpa harus diganti. Ini-pun juga satu pemborosan, sebab dia tidak banyak menggunakan lampu blits dalam studio - tapi dia merasa senang memiliki alat yang siap digunakan dalam keadaan apapun.
Dan baginya kamera itu merupakan barang mainan yang sangat menyenangkan. Dia baru saja mempelajari buku petunjuknya, mencoba mengintip melalui lensanya, memeriksa tempat film yang dapat bekerja secara otomatis, dan memasukkan film yang pertama. Kamera itu kecil tapi bagus, dan sangat praktis untuk dibawa ke mana-mana. Ini sangat tepat untuk dibawa berlibur, manakala dia mampu untuk mengambilnya.....
Dia meletakkan kamera itu di tempat yang mudah dijangkaunya, dan dipandanginya dengan bangga sewaktu dia mulai mengganti pakaiannya dan bersiap-siap untuk pergi tidur.
Pada suatu saat di tengah malam dia terkejut bangun. Ada satu suara yang mengejutkannya - dia tidak tahu suara apa. Dia tetap berbaring di dalam kegelapan sambil memasang telinganya. Dia mendengar derum mesin mobil di jalan di bawahnya. Mungkin itulah yang mengejutkannya. Kemudian kere yang menutupi jendela berderak-derak ditiup angin dan udara dingin menyentuh mukanya.
Dia menyalakan lampu dinding di atas kepa lanya dan melihat jam. dan serta merta mengerutkan mukanya -jam empat lewat lima menit. Waktu yang sangat tanggung untuk bangun maupun untuk tidur kembali. Mungkin dia akan terus berbaring saja sambil membaca. Dia bangun dari tem pat tidur untuk menutup jendela.
Waktu dia melayangkan pandangannya ke bawah melalui sela-sela kere yang miring, dia dapat
8 melihat mobil yang tadi didengarnya. Mobil itu besar dan bercat hitam, diparkir tepat di seberangnya, di sisi yang lain dari jalan yang sempit itu. Seorang laki-laki duduk di belakang setir. Dia nampak gelisah dan selalu melihat ke kiri-kanan dan ke belakangnya. Seorang laki-laki lainnya turun dari mobil. Dia menghampiri pintu, mengetuknya, dan pintu itupun terbukalah.
DEBBIE terkejut. Pintu itu, dia tahu, adalah pintu samping dari toko emas-intan Anstey. Dia tidak percaya kalau orang-orang itu tidak bermaksud jahat di pagi buta itu. Dan tampang merekapun bukan tampang orang baik-baik. Mungkin dia perlu memberi tahu seseorang. Oh, ya, menelpon polisi. Dia pergi ke pesawat telpon dan memutar 999. Sebuah suara wanita terdengar : - Penting - ada keperluan apa..... Tapi Debbie cepat-cepat memotong :
- Ada sesuatu yang sedang terjadi di tempat Anstey di Regent Street.... seorang laki-laki baru saja masuk lewat pintu di jalan Lever Lane dan sebuah mobil menunggu di luar .....
Waktu itu tiba-tiba didengarnya bunyi mesin mobil, maka cepat-cepat telpon diletakkannya dan bergegas pergi ke jendela. Dilihatnya tiga orang laki-laki keluar dari pintu samping. Salah seorang menjinjing sebuah kopor. Mereka masuk ke dalam mobil. Tiba tiba secara impulsif Debbie meraih kamera dari tempatnya, menyorongkannya ke bawah kere dan memijat tombolnya. Untuk sesaat lampu blitsnya menyala dan mati, dan mobil itupun menderu pergi.
Bagi Debbie, yang belum pernah memutar nomor 999 sebelumnya, akibat dari panggilannya sangat mengejutkannya. Rasanya hanya dalam tempo
9 beberapa detik saja jalan itu sudah penuh dengan mobil-mobil polisi. Dengan mengeluarkan suara sesedikit mungkin, sosok-sosok tubuh yang nampak hitam-hitam dalam kegelapan memeriksa pintu-pintu dan deruji-deruji jendela dengan lampu senter. Seorang yang nampak berwibawa memberikan perintah-perintah dengan isyarat.
Beberapa menit kemudian seseorang memasang tangga dan seorang yang lain naik ke jendela di tingkat atas dan terus masuk. Kemudian pintu samping terbuka dan hampir semua polisi masuk, dan pintupun tertutup kembali. Untuk saat itu nampaknya hanya itu sajalah yang terjadi.
Debbie berdiri saja di situ, tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dia sama sekali tidak
ingin terlibat lebih dalam dalam peristiwa itu. Tapi dia juga berpikir bahwa tentunya polisi menghendaki semua informasi yang bisa dikumpulkan, dan dia mempunyai kedudukan yang istimewa untuk membantu mereka.
Kecuali flat yang didiaminya, gedung empat tingkat yang didiaminya ini selebihnya digunakan untuk kantor yang kosong pada malam hari, jadi dia yakin bahwa hanya dialah satu-satunya saksi dalam peristiwa itu. Tapipun dia tidak bisa bercerita lebih banyak dari apa yang telah dilakukannya pada waktu itu. Keterangan-keterangannya mungkin tidak banyak membantu - kecuali kalau pemotretannya berhasil menangkap sesuatu - itulah satu-satunya kesempatan yang dimilikinya. Maka yang pertama-tama diperbuatnya ialah mengenakan gaun dan membawa kameranya ke dalam kamar gelap di studionya.
SECERCAH kegembiraan terbayang di wajahnya waktu bentuk kasar dari sebuah mobil mulai nam-
10 pak. Setidak-tidaknya dia telah mengarahkan kameranya ke sasaran yang tepat. Tapi dengan kamera yang dia belum pernah menggunakan sebelumnya, dia tidak dapat mengharapkan hasil yang memuaskan. Dalam sinar lampu merah diperhatikannya jam dinding. Dia harus menunggu setengah menit, kemudian harus mencelupkan film itu ke dalam tangki air .... Dia hampir-hampir tidak sabar menunggu hasilnya.
Kemudian, pada akhirnya dipegangnya klise yang sudah jadi menghadap ke sinar lampu. Dilihatnya hasilnya hampir sama sekali sempurna. Gambar yang didapatnya cukup terang dan tajam, dan nampak dengan jelas wajah laki-laki yang duduk di belakang setir. Klise itu akan cukup baik hasilnya bila dicetak nanti. Debbie menjalankan kipas pemanas di dalam kamar gelap itu dan-digantungkannya film itu untuk mengeringkannya.
Debbie kembali ke jendela. Sekarang hari sudah mulai terang tanah. Mobil-mobil polisi tetap berdatangan, diikuti oleh beberapa buah mobil dengan tanda "Pers" di kaca depannya. Beberapa orang laki-laki yang nampaknya seperti reporter sedang bercakap-cakap dengan perwira polisi di sebuah sudut. Ada juga beberapa orang yang berkumpul-kumpul hanya untuk menonton saja, tetapi jalan itu masih tetap sunyi.
Debbie pergi ke ruangan kecil yang dipergunakannya sebagai dapur dan menyedu segelas teh. Waktu ia mulai meminumnya terdengar bunyi si-rine ambulans. Dia pergi ke jendela lagi dan melihat ke luar. Ambulans itu sedang membelok masuk ke Lever Lane, kemudian berhenti dekat pintu samping toko. Dia melihat dua orang masuk membawa usungan. Keluarnya, kelihatan sesosok tubuh
11 meringkuk di atas usungan, rapat-rapat ditutupi selimut. Pemandangan itu menggentarkan Debbie. Sampai saat itu Debbie mengira bahwa yang terjadi hanyalah sebuah peristiwa kecil saja, hanya sekedar perampok-perampok yang menyelinap ke dalam kegelapan.... Kini semuanya sangat nyata dan menakutkan.
Debbie cepat-cepat mandi dan berpakaian, kemudian membuat kopi dan sarapan. Sementara itu film itu menjadi kering, dan begitu dia selesai sarapan tibalah pula waktu untuk mencetak film itu. Kembali ke kamar gelap, dia mencetak selembar foto dan dibawanya ke tempat terang. Hasilnya sebagus negatifnya.
Tiga orang laki-laki di dalam mobil hanya kelihatan sebagai bayangan yang samar-samar di belakang kaca. Tetapi yang keempat, sopirnya, nampak dengan jelas karena kacanya diturunkan, mukanya menghadap penuh, seakan-akan sedang melihat ke flat. Mukanya lebar dengan hidung yang tidak simetris dan kedua biji matanya berdekatan. Debbie memandangi foto itu dengan kaca pembesar, dan dalam hati berpikir tentu dia akan segera mengenalinya kembali kalau dia bertemu kembali dengan orangnya.
Mungkin foto itu perlu dibesarkan, tapi tentu itu dapat dikerjakan oleh polisi.... Sekarang - dia menimbang-nimbang apakah dia akan turun dan menyerahkan foto itu ke tangan polisi, ataukah akan menelpon 999 saja"
TlBA-TIBA pertanyaan dalam hatinya terjawab sendiri. Telpon berdering, dan diangkatnya. Sebuah suara berkata: - Ini Scotland Yard - Inspektur Kepala Jenkins. Maaf, dengan siapa saya bicara"
12 Debbie mengatakan namanya. - Miss Sheldon, sebuah panggilan telpon penting kami terima pada jam empat pagi, dan setelah kami selidiki, tern
yata datangnya dari nomor anda. Telpon itu melaporkan kejadian yang mencurigakan di toko emas-intan Anstey. Apakah nona sendiri yang menelpon"
- Benar. Jawab Debbie. - Ah.... Sebaiknya nona menerangkan nama nona kalau memutar 999 dengan sebuah info, jadi tidak begitu merepotkan kami.
- Oh, maafkan. Kata Debbie. - Saya ingin segera kembali ke jendela untuk melihat apa yang terjadi.
- Apa yang terjadi waktu itu" Dapatkah anda menggambarkan salah seorang dari orang-orang itu"
- Lebih dari itu. Jawab Debbie. - Saya sempat memotret mereka. Dengan lampu blits.
- Nona dapat melakukan itu" Suara Inspektur Kepala itu tiba-tiba menjadi lebih ramah. - Untung sekali. Akan kukirim seseorang kemari untuk mengafdruknya.
- Sudah saya afdruk. Kata Debbie. - Sudah saya sediakan satu lembar yang sudah jadi untuk anda. Kebetulan itu pekerjaan saya. Saya seorang juru potret.
- Oh, begitu.... Bagaimana hasilnya" Bagus"
- Ada yang kelihatan jelas sekali, yaitu sopirnya.
- Bagus.....! Nah, baiklah, Miss Sheldon, dalam
waktu setengah jam lagi akan kukirim kemari salah seorang sersanku. Sersan Macey .... dan mungkin kelak saya ingin mendengar cerita nona seluruhnya. Apakah anda tidak berkeberatan untuk selalu berada dekat telpon"
13 - Tentu saja tidak. Jawab Debbie.
- Baiklah. Akan kutelpon nona kembali. Sementara ini adalah tindakan yang bijaksana bagi nona bila nona tidak menceritakan apa yang nona lihat kepada orang lain.
- Saya akan menutup mulut.
- Bagus.....nah, selamat berpisah. Dan kami sangat berterima kasih atas bantuan yang telah nona berikan.
Setelah dikeringkan, Debbie memasukkan foto itu ke dalam sehelai amplop bersama dengan klisenya sekali. Kemudian sambil menunggu kedatangan sersan Macey, Debbie mencuci mukanya dan mulai melakukan kerja rutinnya setiap hari. Mengatur ruang depan supaya tidak kelihatan seperti kamar tidur - meratakan seprei hitam yang menutupi dipan, memasukkan bantal-bantal ke dalam sarungnya yang berwarna-warni, menyingkirkan sandal-sandal dan baju tidurnya.
Kemudian waktu didengarnya langkah-langkah kaki yang berat di luar, kira-kira pada jam delapan, Debbie pergi ke luar. Tapi bukan si sersan yang datang, melainkan dua orang laki-laki berpakaian kerja, naik ke tingkat atas. Tiba-tiba dia teringat bahwa hari itu kantor di atasnya akan pindah tempat. Suara orang yang datang dan pergi makin ramai waktu mereka mulai bekerja. Kedengarannya mereka sudah berempat sekarang. Kata-kata kasar dari orang-orang yang sedang memindahkan barang-barang sampai ke telinga Debbie lewat pintu: - Peluk dia Jimmy, - cubit dia sedikit, - Dia milikmu, Bill. Sekali terdengar seperti ada barang jatuh atau sesuatu mengenai tembok. Pekerja-pekerja kantor yang datang untuk tugas di hari Sabtu itu makin menambah hiruk-pikuknya suara.
14 Akhirnya terdengar pintu diketuk. Seorang laki-laki berpakaian necis kira-kira berumur tigapuluh tahun menegurnya: - Miss Sheldon...." Saya sersan Macey.
- Silahkan masuk. Kata Debbie. Sersan itu mengikutinya masuk, dan Debbie menutup pintu.
- Cukup capai juga untuk naik tangga sampai ke sini. Kata Macey sambil tersenyum. - Nah, bagaimana tentang foto itu"
Debbie memberikan amplop itu. Macey mengeluarkan foto itu dan memandanginya baik-baik.
- Yah, ini bagus sekali. Katanya. - Dan muka itu seperti sudah dikenal pula. Aku tidak heran kalau kami segera mengenalinya. Dia menelengkan kepalanya ke arah jendela. - Kerja yang buruk benar, semalam. Sebagaimana anda ketahui, mereka telah membunuh seorang laki-laki.
Debbie mengangguk. - Saya melihat ambulans yang membawanya. Apa sebenarnya yang telah terjadi"
- Mereka memukulnya di kepala; kemudian mengikat dan menyumbat mulutnya. Dan dia mati karena kehabisan nafas. Dia adalah semacam jaga malam, yang tidur di situ pada malam hari. Mungkin mereka telah menyergapnya.
- Kejam benar.... apakah banyak yang dapat mereka curi"
- Mereka membawa semua barang yang cukup berharga untuk dibawa.... Macey mengantongi amplop itu dengan hati-hati di saku bajunya.
- Nah, baiklah saya pergi sekarang. Kami ingin segera mencetak gambar ini sebanyak mungkin dan menyebarkannya... jadi no
na hanya membuat selembar ini saja, bukan"
15 - Ya, hanya itu saja. - Nah, kami dapat membuat lebih banyak lagi dengan mudah.... Baiklah, nona, banyak-banyak terima kasih. Nona akan segera mendapat kabar dari Inspektur Kepala Jenkins.
Macey membuka pintu, menunggu sampai dua orang yang membawa meja kantor lewat, kemudian berlalu sambil tersenyum ramah.
Setelah dia sendirian kembali, sejenak Debbie berdiri dekat jendela, wajahnya diliputi mendung waktu ia teringat kejadian semalam yang menimpa penjaga itu. Betapa ngerinya memikirkan seorang yang sedang enak-enaknya makan sendirian, atau sedang membaca koran, seperti umumnya yang dilakukan oleh penjaga malam pada malam-malam yang panjang - dan kemudian segala-galanya berubah menjadi keributan dan kekacauan....
Ia merasa gembira bahwa dia berhasil memotret penjahat-penjahat itu, walaupun itu tidak dapat menolong si mati yang malang itu. Namun setidak-tidaknya foto itu berguna untuk membantu polisi mencari jejak bajingan-bajingan itu.....
Dia membalikkan tubuhnya waktu teringat tu-gas-tuga- yang harus diselesaikannya, dan sadar bahwa dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Jadi sebaiknya dia mulai saja dengan tugas hariannya.
Dia sama sekali tidak keberatan untuk tinggal di rumah menunggu telpon dari si Inspektur Kepala.
Lagipula angin yang keras mulai bertiup dan titik-titik hujan mulai turun. Dan bagi Debbie tidak ada yang lebih baik daripada bekerja untuk menghilangkan ingatannya kepada kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan.
PAGI ITU dia mulai menyibukkan dirinya dengan berbagai-bagai pekerjaan. Mula-mula dia memo-
16 tret kumpulan porselen Minton itu tetapi dia tidak segera mencetaknya di kamar gelap, takut kalau sewaktu-waktu telpon berdering dan dia tidak mendengarnya.
Maka karena dia tidak dapat mengerjakan pekerjaan profesionilnya, dia mengalihkan perhatiannya kepada urusan-urusan yang bersangkutan dengan rumah tangganya, seperti yang biasa dilakukannya pada tiap-tiap akhir pekan: Membayar rekening-rekening, menyusun anggaran belanja, dan membuat daftar surat-surat yang tidak begitu penting, untuk dibalasnya.
Pada jam setengah duabelas dia beristirahat untuk minum kopi, sambil mengingat-ingat tentang isi lemari pakaiannya. Mantel wol yang merah sudah harus dikirim ke tukang cuci.... Baju dingin dari tahun yang lalu paling tidak harus diperpendek dua inci.... Dan dia harus membeli pakaian yang "manyala" untuk dipakai pada pesta pernikahan Sarah bulan depan.
Sarah Underwood adalah teman sekerjanya waktu masih bekerja pada "Harley & Swain". Dia dulu begitu ngiri waktu Debbie mulai bekerja sebagai seorang free-lance - Tapi mungkin karena dia akan kawin dia tidak ngiri lagi. Tunangannya juga bekerja di bagian adpertensi, seorang pemuda yang cakap.
Apakah ada janji di minggu ini" Dia mulai membuka-buka buku hariannya. Oh, ya, ini dia: besok pagi ada undangan untuk minum kopi bersama Jen-nifer, dan Minggu malamnya pergi pesta ke tempat Nigel. Seninnya ada kerja yang harus diselesaikannya, kemudian makan siang dengan agennya, dan ya Tuhan! Pesta cocktail di tempat Carol. Setidak-tidaknya tidak ada hari yang kosong.
17 Pagi itu beberapa orang menelponnya - di antaranya Sarah, kepada siapa Debbie ingin menceritakan pengalamannya semalam, tapi tidak jadi. Juga ada seorang wanita yang ingin dibuatkan pasfoto selekas-lekasnya. Debbie menerangkan bahwa dia tidak membuat pasfoto, dia hanya menunjukkan studio lain yang mungkin masih buka. Debbie merasa terganggu sebab warta berita jam satu siang sudah mulai dan dia tidak sempat mendengar berita tentang perampokan itu, padahal dia sangat ingin mendengarnya.
Setelah lewat tengah hari barulah Inspektur Kepala itu menelpon lagi, kali ini kedengarannya sangat ramah.
- Maaf saya menahan nona di dalam rumah seharian, Miss Sheldon. Saya benar-benar tidak punya waktu sampai saat ini.
- Ah, tidak mengapa. Kata Debbie.
- Foto yang nona buat, sungguh sempurna. Itu memang benar-benar yang kami butuhkan. Kami sudah memeriksa sopir itu pada catatan kami - atau orang yang sangat mirip dia. Kalau kami tidak keliru, dia memakai nama Thomas Blake dan
dia tinggal di Eastbourne. Jadi nona telah mengerjakan pekerjaan yang sangat bagus untuk kami, dan kami sangat berterima kasih.
- Terima kasih kembali. Kata Debbie.
- Sekarang begini. Kata Jenkins melanjutkan. - Di manapun Blake berada semalam, sekarang dia telah kembali ke Eastbourne dan berada di bawah pengawasan kami. Tapi kami tidak bermaksud untuk menangkapnya sekarang, sebab kalau dia benar-benar orang kita dan dia tidak tahu bahwa dia sedang di awasi, ada kemungkinan dia bisa menjadi petunjuk untuk menangkap yang lain. Yang kami
18 inginkan untuk nona lakukan ialah melihatnya kembali baik-baik dan menetapkan identifikasinya. Sebab, nona hanya pernah melihatnya sekali di dalam mobil. Apakah kira-kira nona dapat pergi ke Eastbourne sore ini"
- Yah.... Debbie memulai.
- Ya, saya tahu saya menuntut terlalu banyak dari nona. Kata Jenkins. - Tapi ini sangat penting. Yang nona perlukan hanya sebuah tas pakaian kecil - kami akan memesan penginapan untuk nona di Grand Hotel, dan pagi-pagi nona bisa pulang, dan tentu saja akan kami urus agar nona tidak kekurangan uang di jalan. Kalau nona setuju, kami harap nona mengambil kereta jam tujuh sepuluh menit dari Victoria. Seorang perwira CID dari Eastbourne - Inspektur Cowley - Akan menjemput nona dengan mobil di setasiun Eastbourne. Sersan Macey telah menerangkan deskripsi nona kepadanya, dan hendaklah nona mengepit sebuah buku waktu nona meninggalkan peron. Kami benar-benar mengharapkan bantuan nona, Miss Sheldon. Mungkin itu akan memudahkan kami menggulung komplotan ini.
- Ya, saya tahu. Kata Debbie. - Nah, nampaknya tidak ada pilihan lain bagiku, bukan"
bayangan tentang perjalanan kereta api selama sembilan puluh menit dan malam yang lembab di Eastbourne sama sekali tidak menarik hatinya, tapi karena Debbie sudah menyanggupinya, maka dia akan berusaha memenuhinya dengan sebaik-baiknya. Membantu polisi mungkin akan merupakan pengalaman yang menarik, pikirnya - dan semalam di Grand Hotel tidak begitu jelek juga.
Debbie menelpon Jennifer untuk membatalkan kencan mereka pada paginya, kemudian mengam-
19 bil sepasang pakaian yang terbagus, sepasang sepatu dan memasukkan gaun tidur ke dalam tasnya, memasukkan sebuah buku saku ke dalam pembungkusnya, dan pada jam setengah tujuh memesan taksi dengan telpon.
Dia sampai ke setasiun Victoria dalam hujan lebat, dan cepat-cepat membeli karcis dan sehelai koran Evening Standard terus masuk ke dalam kereta yang akan berjalan nonstop sampai Eastbourne.
Di dalam gerbong-gerbong penumpangnya hanya ada beberapa orang, jadi dia segera mendapatkan kompartemen yang kosong. Dia duduk di sudut menjauh dari lorong dan membuka korannya.
Dia belum lagi sempat melihat ke head-line yang besar-besar: PERAMPOKAN PERMATA WEST END, SEORANG PENJAGA TERBUNUH - waktu seorang wanita setengah umur yang berpakaian bagus masuk dengan ributnya dan mengambil tempat duduk di hadapannya.
Begitu duduk, dia terus bercerita, mula-mula tentang cuaca, kemudian tentang pertunjukan matine yang baru saja ditontonnya siang tadi. Debbie sendiri memang kebetulan sudah melihatnya dan benar-benar menyukainya, sehingga dia merasa senang dapat memperbincangkannya.
Kemudian wanita itu mulai bercerita tentang dirinya sendiri, suaminya, anjingnya, dan liburannya di Madeira. Baru setelah kereta melalui Sur-rey nampaknya arus kata-kata yang mengalir dari mulutnya mulai mengering, dan Debbie dapat kembali melihat koran yang dipegangnya.
Barulah kini Debbie sempat membaca apa yang sebenarnya terjadi di tempat Anstey. Maka dibaca-nyalah artikel itu:
20 "Seorang penjaga malam terbunuh, dan barang-barang perhiasan seharga setengah juta pound berhasil dicuri waktu pencuri-pencuri merampok tempat Anstey di Regent Street semalam.
Penjaga malam itu bernama Mr. Tom Shaw, umur 63 tahun dan bertempat tinggal di Crane Ave-nue, Islington. Dia telah dianiaya dengan kejam, diikat dan disumbat mulutnya. Kematiannya diakibatkan oleh sumbat mulutnya, yang menyebabkannya mati lemas karena tidak dapat bernapas.
Tanda bahaya telah dikirimkan oleh seorang wanita yang menelpon polisi pada jam empat pagi secara
anonim, yang menerangkan bahwa ada hal-hal yang mencurigakan di luar toko.
ternyata bahwa perampok-perampok itu telah menyelundup masuk kemarin malam melalui pintu samping dengan mempergunakan kunci. Hal ini, dan kenyataan bahwa mereka tahu benar tempat-tempat penyimpanan barang-barang perhiasan membuktikan bahwa mereka mendapat bantuan dari orang dalam.
Salah seorang penjahat telah merusak pesawat tanda bahaya dengan secara ahli, sehingga hubungan dengan Scotland Yard putus. Peti besi tempat menyimpan perhiasan diledakkan dengan gelignite, juga dengan keahlian yang sama rapihnya.
Lebih lanjut dapat diketahui, bahwa barang-barang perhiasan itu sebagian besar adalah titipan dari para langganan yang kaya selama musim liburan. Barang-barang yang berhasil dibawa lari, dengan dipilih yang paling berharga, termasuk anting-anting zamrut dan intan, bros sapphire, tiara, mutiara, permata dan emas. Banyak dari barang-barang itu yang mudah dikenali, tetapi nampaknya
21 perhiasan-perhiasan itu akan dipreteli, intan-intan diasah kembali dan emasnya dilebur.
Dari cara-cara perampokannya yang rapih, polisi menduga bahwa mungkin yang melakukan adalah komplotan yang sama dengan yang merampok Fawley di Victoria Street pada bulan Mei yang lalu. Pada waktu itu, juga seorang penjaga telah dibunuh. Waktu itu mereka hanya berhasil membawa lari barang-barang seharga 20.000 pound sterling, karena paginya baru mengirim barang-barang ke cabang yang lain.
Detektip-detektip sekarang sedang sibuk mencari penyelidikan yang dapat memberikan petunjuk kepada perampok-perampok Anstey. Sampai sejauh ini mereka tidak banyak mendapat kemajuan. Sebuah mobil Ford Zephyr hitam yang diduga telah dipergunakan oleh perampok-perampok itu pagi ini ditemukan di Archer Street. Mobil itu mobil curian dan tidak menghasilkan sesuatu petunjuk tentang perampok-perampok itu.
Debbie mengangkat mukanya waktu kondektur masuk. Wanita itu telah tertidur di pojokan dan harus dibangunkan dengan hati-hati. Debbie menunjukkan karcisnya, kemudian kondektur itu pergi. Waktu kondektur itu lewat, seorang laki-laki, lewat di belakangnya, berhenti di depan pintu dan menatap Debbie lama-lama.
Angin keras menghantam jendela-jendela. Senja mulai turun, dan perladangan yang becek nampaknya sama sekali tidak menarik. Debbie kembali ke korannya. Masih ada satu paragrap lagi dari kisah perampokan itu.
Seorang jurubicara Scotland Yard berbicara siang tadi: - Kami menghadapi komplotan yang sangat berbahaya. Perlakuannya yang biadab kepada si
22 penjaga, yang dibiarkannya mati lemas waktu mereka melakukan perampokan, membuktikan bahwa mereka sama sekali tidak mempunyai peri kemanusiaan. Kami minta sekali lagi dengan sangat agar wanita yang tidak mau menyebutkan namanya yang telah menelpon polisi sudi datang ke kantor kami untuk memberi bantuan dengan keterangan-keterangannya."
Debbie mengerutkan mukanya. Ini aneh sekali.... Bukankah Scotland Yard pada jam delapan pagi telah mengetahui siapa sebenarnya wanita anonim yang telah menelponnya" Hampir duabelas jam yang lalu. Mengapa sekarang mereka masih meminta keterangan" Mungkin orang-orang pers itu yang membuat kesalahan.... Tapi tidak. Kalimat-kalimat itu sudah jelas sekali. Dia memeriksa lagi kata-kata "siang tadi" dan sekali lagi".... Mungkin ada kekeliruan dalam mengartikan keterangan Scotland Yard. Walaupun demikian....
Ingatannya kembali kepada panggilan telpon pertama yang dilakukan oleh Inspektur Kepala Jenkins, dan semua yang dikatakannya. Pada waktu itu dia tidak menanya apa-apa. Tetapi sekarang.... Debbie teringat juga dengan percakapannya dengan Sarah beberapa minggu berselang. Pernah Sarah mendapat telpon dari seseorang dengan maksud untuk mengganggunya. Polisi menyarankan supaya Sarah membiarkan orang itu terus berbicara, dan orang lain disuruh menyelidiki dari mana datangnya telpon itu. Sebab setelah telpon diletakkan, hal itu tidak mungkin diselidiki lagi... Maka bagaimana bisa polisi mengetahui bahwa Debbie yang menelpon pagi itu"
DEBBIE mulai sadar dengan bahaya yang mengancamnya.
23 Keragu-raguannya bertambah besar mengingat peris
tiwa siang tadi. Dia tidak tahu banyak tentang persoalan-persoalan semacam itu - tapi pikirnya, kalau polisi tahu bahwa dia adalah saksi atas perampokan itu, tentulah dia segera dipanggil untuk menceritakan semua yang diketahuinya. Mereka tentu ingin memastikan tentang bukti-bukti yang didapatnya, bukan membiarkannya seharian tanpa satu pertanyaanpun. Dia benar-benar tidak mempercayai hal itu.
Kini mulutnya terasa kering. Kesimpulan yang ditariknya tidak mungkin salah lagi, dan hal itu sangat menakutkannya. Jadi pasti yang bicara dengannya bukan polisi. Dan bukan polisi pula yang
telah mengambil foto itu, tapi orang lain...... dan
siapa lagi yang menginginkan foto itu, dan tahu tentang hal itu, kecuali salah seorang daripada perampok-perampok itu" Tentulah orang-orang di dalam mobil itu mengetahui bahwa mereka telah dipotret waktu lampu blits itu menyala dengan terangnya. Maka dengan suatu cara - Debbie tidak tahu dengan cara apa - mereka dapat menyelidiki tentang dirinya. Mereka menelpon, menanyakan kepadanya, kemudian mengirim salah seorang untuk merampas foto itu. Debbie telah memberikannya dengan klisenya sekali. Dia bahkan telah memberikan tanpa diminta sama sekali, pikirnya de ngan pahit. Dus itulah semua bukti-bukti yang didapatnya....
Dan ini adalah hal yang lebih buruk lagi yang akan dihadapinya. Dia sedang dalam perjalanan untuk menemui salah seorang dari mereka. Jadi cerita tentang orang yang berada di bawah pengawasan adalah juga palsu belaka. Mereka telah memancingnya untuk pergi ke pedalaman. Dia akan diba-
24 wa dengan sebuah mobil ke suatu tempat yang sunyi dan melenyapkannya. Dia tidak ragu-ragu lagi tentang hal itu. Dia telah melihat foto sopir mobil itu. jadi dapat mengenali salah seorang perampok itu. Dan mereka adalah pembunuh-pembunuh. Sekarang dia sedang menuju ke perangkap terbuka - dalam sebuah kereta api nonstop!
Debbie serasa membeku di atas tempat duduknya karena ketakutan, jantungnya berdegup keras sekali. Dia tahu dia harus melakukan sesuatu - tapi apa..." Membangunkan wanita itu dan bercerita kepadanya" Mencari salah seorang penumpang pria dan minta perlindungan" Mencari petugas keamanan" Ataukah lebih baik menghubungi polisi di Eastbourne" Bagaimana tentang laki-laki yang telah menatapnya lama-lama tadi"
Dia merasa tidak berdaya. Apapun yang akan diperbuatnya, komplotan yang sekejam itu pasti takkan membiarkannya terlepas begitu saja...
Dalam kepanikannya dia tidak sadar bahwa kereta api direm semakin pelan, sampai berhenti sama sekali. Dia melihat ke luar melalui jendela yang kacanya basah kuyup oleh air hujan. Yang dilihatnya hanyalah sebuah peron yang gelap. Dia menurunkan kaca jendela dan melongok ke luar. Lampu merah kini telah bertukar dengan hijau dan kereta mulai berjalan kembali...
Debbie cepat-cepat meraih tas tangan dan tas pakaiannya, terus membuka pintu. Jalan kereta api itu belum begitu cepat. Didengarnya wanita yang ketiduran itu mengigau. Dia melompat ke luar, tersandung dan hampir jatuh, tapi bisa menguasai keseimbangannya kembali. Dia melihat tangan wanita itu menarik dan menghempaskan pintu sampai tertutup. Dia melihat wajah wanita itu mena-
25 tapnya. Kereta berjalan terus. Pelan-pelan lampu belakang kereta lenyap dalam kegelapan dan dia ditinggal sendirian.
DEBBIE menghela napas panjang kelegaan. Air hujan terus menyirami tubuhnya, tapi tidak dipedulikannya. Dia tidak tahu di mana dia berada, tapi itupun juga tidak dipedulikannya. Yang penting dia telah dapat meloloskan diri. Dia bermaksud untuk berjalan terus sampai menemukan telpon umum dan memesan taksi untuk menjemputnya. Dia pasti tidak begitu jauh dari Eastbourne dan dalam beberapa menit kereta akan sampai ke sana. Mungkin tidak akan begitu susah untuk mendapatkan seseorang ke luar. Dia melihat ke sebuah papan nama di sebuah bangku, tapi tidak dapat membacanya dalam gelap. Dia menyalakan korek apinya dan membaca tulisan itu: Pole Halt. Mungkin itu adalah sebuah setasiun kecil yang pada malam hari tutup. Dan memang itu benar-benar tutup sekarang. Jadi Debbie terus berjalan sepanjang rel sampai mendapatkan pintu ke
luar di sebuah persimpangan jalan.
Jalan yang melewati setasiun itu tidak lebih dari sebuah jalan kecil. Tidak nampak sebuah ru-mahpun, bahkan tidak nampak adanya tanda-tanda kehidupan. Debbie dapat menerka dari bau udara kesunyian dan pohon-pohonan yang ada bahwa dia benar-benar berada di daerah pedalaman. Jalan itu menuju ke sebuah hutan kecil, tempat yang gelap dan sunyi - tapi dibandingkan dengan di dalam kereta api, dia merasa lebih aman.
Dia mulai berjalan, menundukkan mukanya dari angin, bersyukur bahwa bawaannya tidak lebih berat.
26 Tapi perasaan bahwa dirinya aman tidak lama dirasakannya. Dia mulai berpikir tentang orang yang menunggunya di Eastbourne. Dia mungkin tahu bahwa Debbie naik kereta api itu, dan kereta itu tidak berhenti di manapun. Jadi kalau dia tidak muncul di setasiun orang itu pasti heran. Dia mungkin akan mengetahui bahwa kereta telah berhenti di Pole Halt. Dia akan mengetahui bahwa Debbie telah turun di situ.
Bagaimana kalau orang itu datang untuk mencarinya" Tempat ini hanya berjarak beberapa mil saja dari sana - dan di jalan ini orang itu pasti ti-dak susah untuk menemukannya... Ketakutan mulai mencengkamnya kembali... Dia lalu mempercepat langkahnya...
27 BAGIAN PERTAMA Bab kedua. HUGH FREEMAN mengendarai mobilnya sepanjang jalan kecil itu dengan kecepatan tinggi; lumpur dan air berpercikan dari roda-roda mobilnya. Di malam yang seburuk itu sebenarnya bukan waktu yang baik untuk ke luar dengan mobil antik yang beratap terpal dan tanpa penutup jendela itu. Maka dia ingin sekali untuk segera sampai ke rumah.
Karena penghapus hujan di kaca depannya macet, maka pemandangan ke depan menjadi kabur, tapi Hugh terus melaju dengan senangnya. Dia belum pernah mendapat sesuatu halangan di malam hari di jalan ini - dan dia sudah mengenal setiap tikungan dan setiap lubang di jalan. Di sekitar sini adalah daerahnya - hutan di sebelah kanan, dengan lembah di belakangnya; semak belukar di sebelah kiri, yang menutupi tanah galian yang dalam dan di atasnya tanggul yang berumput, di mana dia sering menghabiskan senja-senja musim panas yang menyenangkan. Daerah ini sangat menyenangkan, dan sudah dikenalnya dengan baik...
28 Dia membelok di sebuah tikungan - dan tiba-tiba menginjak remnya waktu lampu depannya mengenai sesuatu. Sesosok tubuh yang sedang berjalan. Seorang gadis, menjinjing sebuah kopor. Ke mana pula gadis ini mau pergi..." Waktu cahaya lampu mobil menyorotinya, dengan cepat dia menoleh, berhenti dan menepi. Wajahnya pucat dan ketakutan, matanya melebar. Hugh menghentikan mobilnya. Gadis itu tidak memberi tanda mau menumpang, tapi dia tidak percaya bahwa gadis ini ingin berjalan terus di dalam hujan lebat. Seka-rangpun mungkin dia sudah basah kuyup sampai ke kulitnya.
Hugh menghentikan mobilnya di sebelah gadis itu dan menjulurkan kepalanya ke luar: - Apakah kau mau menumpang" Katanya.
Gadis itu tidak menjawab. Sebaliknya dia bahkan menjatuhkan tas pakaiannya dan melompat ke dalam semak-semak seperti binatang yang ketakutan.
Untuk sesaat Hugh tercengang memandanginya. Dia dapat memahami bahwa seorang gadis tidak akan mau begitu saja menerima tawaran untuk menumpang dari laki-laki yang tidak dikenal di jalan yang sunyi, tapi sikap gadis ini agak keterlaluan. Dia lalu memparkir mobilnya di tepi jalan, sambil memikirkan apa yang harus dilakukannya terhadap gadis itu.
Dia mendengar bunyi ranting-ranting patah, waktu gadis yang panik itu berusaha menembus belukar. Gadis itu dengan mudah akan dapat mencelakakan dirinya sendiri... Tiba-tiba dia teringat dengan lubang galian...
Dengan cepat dia melompat dari mobil mengejar gadis itu. - Hati-hati! Teriaknya. - Ada lubang yang dalam di situ! Sebuah cabang pohon melecut
29 mukanya, dan duri-duri mencakari kakinya. Dia tidak dapat melihat apapun, tapi dia dapat mendengar gadis itu, tidak jauh di hadapannya.
Dia menyerukan peringatannya lagi dan terus berusaha maju, kedua tangannya dipakainya untuk menguakkan rintangan-rintangan. Dia teringat di suatu tempat di sekitar sini ada sebuah pondok kayu. Kini nampak pondok kayu itu di depannya. Dia berlari melewati
sebelah kiri pondok itu sampai ke tanggul yang berumput. Sekarang tinggal beberapa yard saja lagi dari tepi lubang. Gadis itu sudah kelihatan di depannya, merupakan bayangan yang lebih hitam dari kegelapan.
DIA melompat ke depan menangkap gadis itu, yang serta-merta melepaskan jeritan ketakutan. Hugh membungkam mulut gadis itu dengan telapak tangannya, dan memegangi dengan erat tubuh yang meronta-ronta itu sementara dia berkata ke telinga gadis itu: - Nah, tenanglah. Katanya. -Tidak ada yang perlu ditakutkan. Aku tidak akan menyakitimu. Kau dapat mematahkan lehermu sendiri. Lihat...! Dia menunjuk ke depan, dan ke bawah. Jauh di bawah sana, kira-kira sedalam limapuluh kaki, nampak kilatan permukaan air yang samar-samar.
- Itu adalah lubang galian. Katanya. - Apakah kau tidak mendengar panggilanku"
Debbie melihat ke bawah. Hugh merasakan tubuh gadis itu melemas dalam pelukannya, dan mundur ke belakang, menjauh dari tepi lubang. Hugh melepaskan gadis itu.
- Mengapa kau lari begitu" Dia bertanya. -Aku seorang laki-laki biasa yang tidak berbahaya...
Debbie tidak dapat melihat wajah laki-laki itu - tapi suaranya ramah dan berwibawa. Dia tidak
30 kedengaran seperti suara seorang penjahat. Dan dia telah mencegahnya untuk jatuh ke jurang - jadi dia tentu orang yang baik. Ketakutannya mulai melenyap.
- Maaf. Katanya dengan suara masih gemetar. - Kukira kau sedang mengikutiku. Kukira kau orang yang... Dia berhenti. - Ini kisahnya panjang sekali...
Hugh berkata: - Marilah kita berteduh dari hujan. Dia menuntun gadis itu diajak berlindung di bawah pondok kayu itu. Bagian depan dari pondok itu terbuka, yang merupakan tempat penumpukan balok-balok kayu. - Nah, sekarang ceritakan apa kesulitanmu... apa yang kau takutkan"
Debbie menceritakan pengalamannya kepadanya. Dia merasa lega dapat bercerita kepada seseorang, walaupun orang yang masih asing. Dia menceritakan tentang peristiwa perampokan, tentang pemotretannya, tentang polisi gadungan, dan janji pertemuannya di Eastbourne, pelariannya dari kereta api, dan kepanikannya waktu sebuah mobil muncul di jalan kecil itu. Dia tidak bercerita sampai ke hal yang sekecil-kecilnya - dia hanya memberikan garis besarnya saja. Walaupun demikian cukup makan waktu juga.
Hugh mendengarkannya sambil berdiam diri. Setelah selesai, dia berkata : - Semua kedengarannya sangat melodramatis... apakah kau yakin kau tidak salah" Kau mungkin hanya dikejar-kejar oleh bayanganmu saja. Mungkin juga itu polisi betul-betul.
- Aku yakin itu bukan. - Nah, bagaimanapun kau cukup aman sekarang. Katanya. - Apa yang harus kulakukan" Kalau kau mau aku dapat mengantarmu ke Lewes
31 - sama dekatnya dengan Eastbourne, dan dari sana kau dapat naik kereta api kembali ke London.
- Kau sungguh baik hati sekali. Kata Debbie. -Aku ingin segera pulang - terima kasih banyak... dan maaf aku bertindak seperti orang tolol.
- Sama sekali tidak - kau telah mengalami peristiwa yang menakutkan... nah, tunggu sebentar, aku akan mengambil lampu senter dari mobil. Tidak ada gunanya mencelakakan dirimu sekali lagi.
Dia kembali menuju ke mobilnya menembus semak-semak yang basah oleh air hujan. Jarak dari situ sampai ke jalan tidak lebih dari tigapuluh yard dan kali ini dia berjalan perlahan-lahan - tapi walaupun demikian perjalanannya masih cukup sulit. Dia sampai ke mobilnya dengan kepala benjol terbentur dahan, mengambil senternya, mematikan lampu mobil dan mulai melangkah kembali.
Dia hampir-hampir belum sampai ke hutan kecil itu waktu lampu depan dari sebuah mobil yang lain menyoroti jalan. Mobil itu datang dari arah setasiun, meluncur dengan cepatnya. Dia berpikir apakah mobilnya cukup memberi ruangan untuk disimpangi mobil yang baru datang itu.
Dia berhenti dan melihat. Mobil itu mengurangi kecepatannya, dan nampaknya akan dapat lewat - tapi tiba-tiba berhenti di belakang mobilnya. Dia mendengar sebuah suara berkata: - Ya, betul itu tas pakaiannya.
Dia mematikan senternya dan merunduk bersembunyi. Dua orang laki-laki ke luar dari dalam mobil. Mereka juga membawa lampu-lampu senter. Mereka memeriksa tas pakaian milik gadis itu, yang masih
menggeletak di tepi jalan. Sesudah itu mere-
32 ka menghampiri mobil Hugh. Salah seorang dari mereka berkata : - Siapapun yang memiliki delman ini pasti bersamanya sekarang. Apa yang akan mereka lakukan"
Yang lain berkata: - Ya,kita harus menemukan. mereka - mereka tidak mungkin jauh dari sini. Mereka berjalan kembali ke mobil mereka, dan seorang mengambil sesuatu dari tempat duduk belakang. Waktu mereka melewati muka lampu depan yang masih menyala, Hugh melihat bahwa mereka keduanya membawa masing-masing sebatang besi panjang. Kalau begitu cerita gadis itu sama sekali tidak salah!
Untuk sesaat dia kebingungan. Orang-orang itu pasti akan mencari mereka ke dalam hutan. Mereka mungkin tidak akan menemukannya dan gadis itu, tapi dengan lampu-lampu senter mereka, kemungkinan itu kecil sekali. Gadis itu tanpa curiga apa-apa mungkin akan memperlihatkan dirinya kalau mendengar mereka datang. Rupanya lari merupakan pemecahan yang paling baik. Hugh berdiri dan mulai berlari menembus hutan, tanpa mempedulikan apa-apa di belakangnya.
Dia masih cukup jauh dari orang-orang yang mengejarnya waktu dia sampai ke pondok. Dia memegang tangan Debbie. - Kau benar. Ada dua orang yang mengejarmu. Ayo!
Dia tidak perlu pemberitahuan lagi. Dia sendiri dapat melihat cahaya dua buah lampu senter di antara pepohonan. Ketakutannya yang amat sangat kembali lagi - tapi setidak-tidaknya dia tidak lagi sendirian sekarang. Dan laki-laki yang bersamanya bertubuh besar dan kuat. Dia masih dapat merasakan pelukan-beruangnya. Dia mulai berlari, beriringan dengan Hugh, diterangi oleh lampu sen-
33 ternya. Mereka berlari sepanjang tanggul yang berumput, jauh dari tepi jurang.
Sementara mereka berlari, Hugh memikirkan arah yang terbaik untuk kabur dari pengejar-penge-jarnya. Sedikit sekali harapan untuk menghindar dari mereka di sini. Tapi kira-kira seratus yard lagi tanggul itu menyempit menjadi selebar beberapa kaki.
Di situ akan berbahaya sekali untuk lari - dan tidak ada perlindungan. Mereka harus lari ke sisi yang lain. Di suatu tempat di sebelah kanan, dia i-ngat,ada sebuah jalan kecil yang sampai ke dasar jurang. Di seberang jurang, di ujung barat laut, ada sebuah terowongan yang dilalui oleh banyak jalan setapak. Kalau mereka dapat sampai ke terowongan, mereka mempunyai kesempatan yang cukup baik, sebab salah satu jalan setapak yang melaluinya dapat sampai kembali ke jalan kecil tadi. Pengejar-pengejarnya, tanpa pengetahuan tentang daerah ini, mungkin akan kehilangan arah. Ada kemungkinan mereka dapat melepaskan diri di situ.
JALAN yang menurun tiba-tiba sudah kelihatan di depan mereka. - Kita turun! Teriak Hugh. Debbie turut membelok tanpa mengurangi kecepatan larinya, dan terus berpacu menuruni tepi jurang. Dalam beberapa saat mereka sudah sampai di dasar jurang yang rata. Hugh menengok ke belakang. Lampu-lampu senter yang mengejarnya makin mendekat. Orang-orang itu mengikuti mereka turun, dan mereka tinggal duapuluh yard di belakangnya.
- Mereka menyusul kita. Kata Hugh. - Dapatkah kau lebih cepat lagi"
Debbie mempercepat larinya - tapi dia tahu dia takkan tahan lebih lama lagi. Kakinya sudah terasa
34 panas untuk berlari. Kakinya tidak begitu panjang, dan sepatu yang dikenakannya tidak cocok untuk dibawa berlari...
Hugh memegang tangannya untuk membantunya, setengah mengangkat dan setengah menariknya. - Terus lari! Desaknya. - Kau harus terus lari...
Dia menuntun Debbie menyeberangi air yang dangkal terus ke seberang jurang. Sekarang larinya bertambah cepat, ditarik oleh tangan yang kuat dan didorong oleh bunyi langkah-langkah kaki di belakangnya...
Tiba-tiba waktu tanah yang mereka lalui berubah menjadi dasar sungai yang berbatu-batu tajam, kesulitan mulai menimpa mereka. Debbie tersandung jatuh. - Sepatuku... teriaknya. Sepatunya telah hilang - dan tidak ada harapan untuk menemukannya! kembali. Pengejar-pengejarnya sudah berhasil memperkecil jarak antara mereka. Dia melepaskan sepatunya yang sebelah lagi dan mencoba untuk terus berlari. Batu-batu bersisi tajam itu menyakiti kakinya, dan ketakutan hampir-hampir menghabiskan napasnya.
- Aku tak bisa . Keluhnya. - Aku tak bisa...
Hugh menariknya menepi ke sisi jurang. - Dengar. Katanya. - Ada beberapa celah di sepanjang dinding jurang ini. Tempat di mana air mengalir ke bawah... Kalau kita menemukan satu, kau masuk ke situ dan berbaring diam-diam... aku akan lari terus... aku akan menjemputmu kembali... Okay"
-Ya. Jawab Debbie tersengal-sengal.
Mereka terus berlari sepanjang tepi dinding jurang. Lampu senter Hugh menyorot ke depan, mencari-cari tempat yang sesuai dengan kehendak-
35 nya. Waktu bayangan sebuah celah nampak di depannya, Hugh berkata: - Ini dia. Kau lihat"
Hugh mematikan senternya waktu mereka melaluinya, dan mendorong gadis itu masuk ke celah itu. Tiba-tiba dia membelok ke kanan, menghentakkan kakinya ke batu-batu di bawahnya, tersandung-sandung dan membuat suara gaduh. Sekali-sekali dia menyalakan dan mematikan senternya untuk memberitahu posisinya kepada pengejar-pengejarnya. Detik-detik yang berlalu merupakan saat-saat yang terburuk selama hidupnya. Kalau orang-orang itu mengetahui tipu muslihatnya...
E>ia menoleh ke belakang. Mereka tetap mengejarnya. Muslihatnya telah berhasil. Dan sekarang mereka takkan mungkin berhasil menyusulnya. Dia tetap berlari sepanjang dinding, di tanah yang berbatu-batu. mempertahankan jarak antara dirinya dengan para pengejarnya. Sekali dia berteriak: - Kukira kita akan berhasil! Seakan-akan gadis itu masih bersamanya.
Dia menyeberang sekali lagi, menambah kecepatan larinya, menghidup-matikan senternya sekali lagi, membelok lagi ke kiri sampai ke tanah yang berumput Sekarang langkah langkah kakinya tidak mengeluarkan suara lagi.Dia melompat memasuki semak-semak dan berbaring bersembunyi, memperhatikan sinar senter dari orang-orang itu.
Untuk beberapa saat mereka mengejar terus, tapi masih jauh dari tempat di mana dia membelok. Kemudian cahaya lampu senter mereka hanya berkeliling-keliling di satu tempat saja. Mereka masih sejauh seratus yard daripadanya. Kini mereka bercakap-cakap, Hugh dapat mendengar suara mereka, tapi tidak tahu apa yang mereka katakan. Me-
36 reka masih di tanah yang berbatu-batu, berputar-putar, senternya menyorot ke bawah. Rupanya mereka mencari jejaknya, pikir Hugh. Kini suara mereka makin keras - rupanya mereka bertengkar. Kemudian mereka membelok ke kanan, menuju ke mobil mereka. Mereka telah putus asa....
hugh menunggu sampai sinar senter mereka menjauh. Orang-orang itu kembali melewati sepanjang tepi dinding jurang yang sebelah lagi. Jaraknya dengan mereka adalah selebar jurang itu. Mereka mencari jalan-kecil tempat mereka turun tadi. Kini mereka mendaki ke atas... dalam beberapa saat cahaya senter mereka menghilang di antara pohon-pohonan.
Hugh bangkit berdiri dari tanah yang becek itu. Perlahan-lahan, dengan langkah kaku karena kecapaian dia berjalan kembali mencari gadis itu. Setelah berjarak beberapa yard dari tempat persembunyian gadis itu dia memanggil: - Kau masih di situ" Dia mengulang panggilannya sampai tiga kali sebelum gadis itu menjawab. Kemudian dia membungkuk dengan hati-hati menerobos gerojogan air itu mendekatinya.
- Mereka sudah pergi. Katanya.
- Ya, aku tahu... - Kau baik-baik saja"
- Kurang lebih. Kata Debbie. Tubuhnya basah kuyup, berlumur lumpur dan tergores di sana-sini oleh duri: stockingnya cabik-cabik, kakinya telanjang dan sekujur badannya rasa memar karena jatuh di atas tanah yang berbatu-batu - tapi dia sama sekali tidak mengeluh. Dia hidup, satu hal yang lebih banyak dari yang dapat diharapkannya.
- Apakah menurut pendapatmu ada kesempatan untuk menemukan kembali sepatuku"
37 - Kukira keadaan tidak cukup aman untuk dapat mencarinya. Kata Hugh. - Mereka pasti sedang mengintai untuk melihat suatu cahaya - dan kita tidak menginginkan mereka kembali.
- Apa yang akan kita lakukan"


Rumah Yang Terpencil A Very Quiet Place Karya Andrew Garve di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

- Yah, kita tidak mungkin dapat memakai mobil itu lagi malam ini, itu jelas... Dengar, aku tinggal kira-kira satu setengah mil jauhnya dari sini. Apakah kau kuat berjalan sampai ke sana"
- Akan kucoba. - Baiklah - mari kita pergi... Hugh memegang tangan gadis itu, membantunya berdiri. Sampai ke atas tanggul dia membelok ke kanan, kembali mel
alui terowongan, mencari jalan setapak yang menuju ke jalan kecil itu di antara semak belukar. Kemudian dia menemukannya. Hujan yang tadi berhenti kini mulai turun lagi. Debbie berjalan ter-pincang-pincang, dan setiap tambah selangkah pincangnya makin memburuk.
- Lebih baik kau kugendong. Kata Hugh.
- Kau kuat" Sejauh itu"
- Mudah-mudahan... Mana yang kau sukai - dipanggul atau digendong"
- Apa saja, aku tidak keberatan. Kata Debbie.
Hugh membungkuk, tangannya merangkul kedua kakinya, dan dengan mudah mengangkatnya di atas bahunya.
- Bagaimana kalau begini"
- Cukup enak... Dia merasa sangat lelah, sekali-sekali dia terlena tidur, tapi kepalanya terayun-ayun waktu dia berjalan.
- Apa yang memukul-mukul punggungku"
- Maaf - ini tas tanganku.
- Ya Allah, kau masih membawanya"
- Tentu saja... 38 Mereka tidak bercakap-cakap lagi. Setelah mereka sampai ke jalan, ada beberapa tanjakan yang harus dilalui, dan Hugh memerlukan segenap tenaganya. Mereka tidak bertemu dengan siapa-pun. Setelah tigapuluh menit yang menghabiskan tenaga itu lewat, samar-samar nampak di depannya gapura yang bercat putih.
- Kita sudah sampai... Hugh membuka pintu gapura itu dan berjalan terus di atas jalan kecil dari batu bata menuju ke pondok yang bertembok putih, dan menurunkan bebannya.
- Aku tinggal di sini seorang diri. Katanya sambil membuka kunci pintunya. - Mari masuk.
Dia menyalakan lampu di ruang depan yang kecil. Untuk sesaat mereka saling berpandangan. Mereka keduanya berlumuran darah karena tercakar-cakar duri pada tangan dan mukanya, pakaian mereka berlumuran lumpur dan daun-daunan menempel di sana-sini, rambut mereka kusut dan basah, rupa mereka hampir-hampir tidak kelihatan tertutup kotoran dan keringat.
- Kita terlepas dari bahaya maut. Kata Hugh sambil tersenyum. - Nah, marilah kita mandi... Kamar mandi ada di sebelah kiri tangga di tingkat atas. Kau boleh memakai gaun kamarku sementara pakaianmu dikeringkan - itu ada di balik pintu. Dan mungkin ada sehelai handuk yang bersih di dalam lemari gantung.
- Terima kasih banyak. Kata Debbie. Dia menaiki tangga, menemukan kamar mandi itu dan mulai mengisi bak untuk mandi. Air cukup banyak, dan telah dipanaskan dengan pemanas listrik.
Dia membuka pakaiannya dan merendam tubuhnya dalam air yang hangat dengan rasa bersyukur. Dia terlalu lelah untuk memikirkan kejadian-keja-
39 dian yang dialaminya pada hari itu. Untuk saat itu, yang penting ialah bahwa dia telah menemukan tempat perlindungan. Dia berbaring dengan tenang, berendam untuk menghilangkan semua rasa pegal dan ngilu yang dirasakannya. Matanyapun mulai terpejam...
Dia tersadar kembali waktu sebuah suara memanggilnya, menanyakan apakah dia masih hidup. Dia duduk tegak di dalam bak mandi dan mulai menggosok badannya. Dia merasa lebih baik sekarang setelah terlena beberapa menit. Kemudian dia menemukan sebuah sikat dan sisir dan dia mulai membereskan rambutnya sebisa-bisanya. Dipandanginya onggokan pakaiannya yang basah, dan sekali lagi dia melihat ke dalam lemari gantung, dan pergi ke pintu mengenakan gaun kamar Hugh.
- Bolehkah kupinjam sehelai kemejamu dan sebuah celana" Dia berteriak ke bawah.
Hugh muncul di bawah tangga, tangannya memegang sebuah gelas minuman. - Ambillah sendiri. Katanya.
- Apakah kau punya peniti"
- Peniti" Aku kurang tahu - tapi akan kulihat...Dia mendengar Hugh mencari-cari ke mana-mana. Akhirnya dia muncul lagi. Kau beruntung. Katanya. - Sekotak penuh... Ini tangkap!
Dia memasang beberapa buah peniti pada celana itu sampai mendekati ukurannya, memasukkan ujung kemejanya, memakai lipstick, kemudian berjalan dengan hati-hati ke bawah, satu tangan memegang bundelan pakaian basah, dan tangan yang satunya mengangkat gaun kamar yang terlalu besar itu. Hugh memandanginya sambil mengecilkan matanya.
40 - Aku tahu aku seperti tontonan. Kata Debbie.
- Kau kelihatan cukup menarik.
- Di mana aku dapat mengeringkan pakaianku"
- Kau dapat menaruhnya di dalam oven... Atau tebarkan saja di muka perapian listrik.
- Nah itu lebih baik. Kata Debbie.
- Itu ada whisky dan gelas bersih di atas baki. Ambillah sendiri kalau kau mau. Aku
akan menyertaimu dalam beberapa menit. Hugh pergi ke atas.
Debbie menyalakan perapian listrik dan menje-rengkan pakaiannya di atas dua buah sandaran kursi. Di situ ada sebuah meja tulis antik yang daunnya dapat dilipat, dan banyak sekali rak buku.
Kolong meja tulis itu penuh dengan tumpukan kertas coklat dan arsip-arsip. Ada juga sebuah kabinet dengan laci-laci besi, dan di sebelahnya sebuah tape recorder dan record player.
DEBBIE menemukan whisky itu dan menuangkannya sedikit ke dalam gelas dan diteguknya. Dia tidak menyukai rasanya, tapi dirasakannya efeknya baik baginya. Kemudian dilayangkannya pandangannya ke sekitarnya.
Di kamar yang porak-poranda itu ada juga sebuah meja tua yang sudah tergores-gores di sana-sini, di atasnya tumpukan kertas lagi menjulang tinggi, bercampur dengan surat-surat, pipa, pena, tembakau, perangko, buku tulis, pita meteran, sebuah asbak yang penuh puntung rokok dan sebuah timbangan surat.
Juga ada sebuah mesin tulis terbuka, dengan sehelai kertas yang masih terpasang di atasnya, berisi beberapa baris kalimat. Debbie membacanya: "Pada suatu senja di malam bulan purnama. Bencoma menyembunyikan bala tentaranya di tengah-tengah kebun anggur dan murbei, di depan se-
41 buah barranco, dan menunggu kedatangan orang-orang Spanyol yang tidak mempunyai kecurigaan suatu apapun."
Debbie mengintip ke dalam dapur. Keadaan di situ lebih kacau-balau daripada di ruang tengah. Cangkir-piring yang kotor menumpuk di atas tempat cucian, dengan sehelai lap piring mengelum-bruk di sebelahnya. Panci-panci yang belum dicuci, tertumpuk di lantai. Sebuah lap lagi terjatuh dari cantelannya. Debbie memungutnya dan menaruhnya di tempat semula.
Beberapa menit kemudian Hugh turun lagi, sudah rapih berpakaian, mengenakan polo-neck swea-ter dengan celana corduroy. Ini adalah pertama kalinya Debbie dapat melihat wajahnya dengan jelas. Air mukanya nampak ramah, matanya biru dengan kerutan-kerutan pada sudut-sudutnya. Rambutnya tebal dan kaku. Tubuhnya tinggi besar, dadanya bidang dan kuat. Untuk menerka umurnya agak susah, tapi Debbie menduga kira-kira sekitar tigapuluhan.
Dia sendiripun menuangkan whisky sedikit lagi ke dalam gelasnya dan menjatuhkan dirinya di atas sebuah kursi. - Nah, ini lebih baik.
- Aku tidak dapat mengatakan kepadamu, Debbie berkata, - betapa berterima kasihnya aku padamu. Rasanya tidak selayaknya aku meli-batkanmu dalam segala peristiwa itu. - Kau sama sekali belum kukenal - tapi kau telah menyelamatkan jiwaku paling tidak dua kali, dan menggendongku sejauh bermil-mil, dan memberiku perlindungan .... Aku merasa sangat berhutang budi.... aku tidak tahu apa yang harus kukatakan.....
- Jangan katakan apa-apa. Kata Hugh. - Terima saja apa yang terjadi sebagai pengalaman yang fantastis. Itulah yang kulakukan.
42 - Kurasa kelakuanku tidak senonoh......
- Adikku sayang, kau hebat sekali. Lari seperti kesetanan - dan masuk ke dalam persembunyian tanpa berpikir dua kali. Kalau kau ragu-ragu, kita berdua sudah lama dibereskan - aku tidak mungkin melawan dua orang laki-laki yang bersenjata besi batangan..... betapa mengerikannya sepasang bajingan itu!
- Aku bersyukur kau berhenti di jalan kecil itu, lain tidak.
- Kalau aku tahu apa yang akan terjadi, mungkin aku tidak mau berhenti. Kata Hugh pula.
- Kalau aku tahu apa yang akan terjadi, aku takkan melakukan pemotretan itu.
- Hmmm - agaknya kau sendiri yang membuat
gara-gara, bukan" Dan kau begitu cerdik.....Hugh
mengambil pipanya dan mulai mengisinya. - Bagaimana menurut perkiraanmu mereka sampai dapat menemukanmu"
- Aku menduga salah seorang dari mereka kembali lagi kemudian dan membuat penyelidikan. Mereka mempunyai gagasan yang samar-samar tentang dari mana datangnya cahaya lampu blits itu - dan di depan apartemenku terpasang papan yang bertuliskan "Still Life Studios". Setiap orang yang melihatnya akan dapat menghubungkan studio dengan lampu blits yang menyala waktu pemotretan itu diambil - dan mereka dapat menemukan nomor telponku dari buku telpon.
hugh mengangguk. - Kedengarannya masuk akal.
- Yang masih menjadi teka-teki bagiku, kata Debbie, - bagaimana
mereka bisa mengetahui bahwa aku telah menelpon polisi.
43 - Kalau mereka tahu bahwa kau telah memotret mereka, tidakkah mereka mempunyai dugaan, bahwa kaupun telah menelpon polisi"
- Mempunyai dugaan, tentu saja. Tapi mereka tahu dengan pasti. Lebih mengherankan lagi, mereka tahu bahwa aku tidak menyebutkan namaku. Inspektur Polisi palsu itu mengatakan lebih dahulu bahwa mereka mendapat laporan secara anonim. Bagaimana kira-kira maka dia mengetahui hal itu"
- Ah - itu satu soal.....Hugh berpikir. - Jam
berapa kau katakan waktu mereka menelponmu"
- Kira-kira jam delapan pagi.
- Mungkin salah satu surat kabar menyebutkan bahwa .... polisi ingin menginterview seorang pelapor yang tidak mau menyebutkan namanya.
- Maksudmu surat kabar edisi sore" Apakah itu terbit begitu pagi"
- Di London memang begitu - edisi sore sudah beredar untuk para pekerja yang bertugas pagi hari. Kalau polisi telah memberi tahu kepada pers tentang pemberian info itu segera setelah kau menelpon - dan mereka ingin segera menyampaikan berita panggilannya - maka hal itu dengan mudah sudah berada dalam stop press. Dan mungkin salah seorang anggota komplotan itu telah melihatnya. Mungkin itulah penjelasannya.
- Kalau begitu, sayang sekali aku sendiri tidak melihatnya. Kata Debbie. - Tapi aku diminta untuk selalu berada dekat telepon.....Kalimatnya terputus dengan tiba-tiba. - Itulah sebabnya, aku tahu sekarang - mereka tidak ingin aku sampai bisa melihat surat kabar.
- Walaupun demikian kau melihatnya dalam kereta api. Rupanya ada juga satu yang lolos ke sana.
44 - Ya - kukira mereka juga memperhitungkan hal itu. Mungkin mereka berpikir aku tidak punya cukup waktu untuk memecahkan persoalan itu.
- Bagaimana tentang radio" - Seruan dari polisi tentu diberitakan dalam warta berita. Apakah kau tidak mendengarnya"
- Aku mulai mendengarkan warta berita pada jam satu, tapi .... sekali lagi kalimat Debbie terhenti dengan tiba-tiba. - Aku mendapat telpon tepat waktu warta berita dimulai dari seorang wanita yang tidak kukenal. Itu mungkin juga anggota komplotan - untuk mencegahku dapat mendengar sesuatu.
- Memang cocok sekali, Hugh menyetujui.
- Dan aku tidak dapat mengetahui seruan polisi itu dengan cara lain. Sebab aku dilarang untuk berbicara kepada siapapun.
- Mereka rupanya memperhitungkan segala kemungkinan. Kata Hugh.
- Memang demikian .... dan juga betapa beraninya mereka..... Kalau kupikirkan bagaimana Inspektur palsu itu mengibuliku - dan betapa gembiranya kedengaran suaranya waktu aku mengatakan tentang foto itu.... dan sersan itu mengatakan kepadaku tentang cara kematian penjaga itu,
dan apa yang telah terjadi..... kurang ajar sekali!
Sungguh menakutkan..... - Nah, aku takkan membiarkanmu untuk merasa khawatir terus. Kata Hugh. - Tapi setelah kisah itu kau ceritakan kepada polisi, selanjutnya terserah kepada mereka.
DEBBIE mengangguk perlahan-lahan. - Kurasa aku harus bercerita kepada mereka" Aku tahu ini adalah kepengecutan, tapi aku ingin segera terlepas dari persoalan ini secepat mungkin.
45 - Aku dapat memahami hal itu. Kata Hugh. - Setelah mengalami kejadian tadi, akupun berpendapat seperti itu. Tapi kau harus bercerita kepada mereka, meskipun hanya demi keselamatan dirimu. Orang-orang itu takkan menyerah begitu saja karena satu kegagalan. Mereka jelas komplotan yang luar biasa - dan kau tetap merupakan saksi utama terhadap mereka.
- Kukira kau benar .... Jadi menurut pendapat-mu apa yang harus kulakukan" Bilang pada polisi malam ini"
- Itu tak dapat kau lakukan. Kata Hugh. - Di sini tidak ada telpon, kita tidak punya kendaraan, kau tidak punya pakaian, dan kita telah mati kecapaian .....Itu harus menunggu sampai besok pagi.
- Kurasa memang lebih baik besok pagi. Kata Debbie.
- Kukira kau harus juga bercerita kepada orang-tuamu.
- Aku tidak punya orangtua lagi. Mereka telah meninggal dunia.
- Oh ... nah, punyakah kau kakak, atau kekasih, atau seseorang...." Kau memerlukan sedikit bantuan.
Debbie menggelengkan kepalanya. - Tak se-orangpun yang kukenal dengan baik - hanya teman-teman wanita.....
- Hmmm..... bukankah sekarang sudah tiba
waktunya aku mengetahui namamu" - Namaku Deborah Sheldon.
- Panjang benar. - Kebanyakan memanggilku Debbie.
- Itu lebih baik .... Aku Hugh Freeman. Debbie mengangguk. - kau pengarang, bukan"
- Sedang berusaha untuk jadi pengarang.
- Apa yang kau tulis"
46 - Oh, segala hal. Sekarang aku sedang mengerjakan sebuah roman sejarah.
- Apakah kau tidak kesepian tinggal sendirian di sini"
Hugh mengangkat bahunya. - Tidak sejelek itu .... aku pergi ke kota untuk bertemu dengan orang kalau aku menginginkan sedikit stimulan - dan aku berusaha untuk melancong setelah menyelesaikan sebuah buku, kalau aku mampu... tapi pada sebagian besar dari waktuku aku senang menyendiri. Aku dapat berbuat sekehendak hatiku - tak se-orangpun yang menggangguku.
- Aku khawatir aku telah mengganggu keten-teramanmu.
Hugh tersenyum. - Aku akan berusaha supaya hal semacam itu tidak terjadi lagi.
- Kau sudah lama tinggal di sini"
- Kira-kira selama setahun. Ini bukan pondok milikku. Ini milik orangtuaku. Aku menyewanya dari mereka ... Sebelumnya aku mempunyai sebuah kamar di Brighton - itu gagasan romantisku bahwa dengan tinggal di tepi laut akan membantu mengalirnya kata-kata. Tapi itu bahkan merusak konsentrasiku, dan lalu-lintasnya terlalu ramai.... Oh, ya, apakah kau tidak ingin makan"
- Kedengarannya ide yang bagus. Kata Debbie, tiba-tiba merasakan perutnya yang keroncongan.
- Lalu kita bisa tidur. Kamar tamunya mirip gudang, tapi semoga kau bisa tidur.
- Malam ini aku bisa tidur di atas papan.
- Aku juga.... baiklah, aku akan mendadar telor.
- Kau tahu caranya" - Tentu saja .... mula-mula direbus sampai keras, terus dimasukkan penggilingan. Untuk sesaat Debbie hampir-hampir mempercayainya, sampai kedengaran Hugh tertawa.
47 - Kalau begitu, kata Debbie, - lebih baik aku saja yang mendadarnya. Paling tidak hanya itu yang dapat kukerjakan.
48 BAGIAN PERTAMA : Bab ketiga. PAGI HARI berikutnya waktu sudah menunjukkan jam delapan lewat, waktu Hugh membangunkan Debbie dengan mengetuk pintunya sambil membawa semangkuk teh.
- Boleh aku masuk" Katanya.
- Ya, jawab Debbie setengah mengantuk.
Diapun masuklah. Debbie masih terbaring di bawah tumpukan selimut. Yang dapat dilihatnya hanyalah rambutnya yang kusut, kerah kemejanya.
- Pagi, katanya. - Kuharap tidurmu nyenyak.
- Lelap sekali, terima kasih. Debbie memandanginya dari balik tepi selimut. Rupanya dia telah bercukur dan telah siap untuk melakukan apa saja.
- Tidak diganggu mimpi buruk" Tanyanya.
- Tidak mimpi sama sekali.
- Bagus ..... bagaimana luka-lukamu"
- Akan kulihat kalau kau sudah berangkat.
- Kukira kau ingin secangkir teh.
- Senang sekali. Dia meletakkan cangkir itu di samping Debbie. - Ini gulanya, kalau kau mau ... aku akan pergi mengambil mobil.
49 - Apakah menurut pendapatmu sekarang sudah cukup aman"
- Kurasa begitu.... aku akan berhati-hati. Debbie mengangguk. - Jangan lupa tas pakaianku, ya- kalau itu masih ada di situ.
- Jangan khawatir. Katanya. - Aku akan kembali dalam tempo satu jam.
Hugh mengambil sebuah tongkat yang berat dari rak di ruang tengah dan mulai melangkah ke jalan yang menuju ke jurang. Hari itu cuacanya cerah, daerah pedalaman itu udaranya bersih dan berbau segar setelah hujan kemarin, dan jalanan lengang. Hari Minggu pagi itu diberkati dengan kesunyian dan kedamaian. Rasanya kekejaman yang terjadi pada malam sebelumnya tidak pernah terjadi.
Dia sedikit khawatir memikirkan mobil itu, tapi dia tidak mengkhawatirkan keselamatan dirinya sama sekali. Dia berpikir tidak mungkin kedua orang itu masih berkeliaran di sana. Karena mereka tidak mengetahui adanya pondok itu, jadi tentu dengan sendirinya mereka mengira bahwa dia bersama Debbie sudah minta perlindungan kepada polisi. Jadi bagi mereka tidak ada gunanya untuk tinggal di situ terus. Walaupun demikian dia mendekati jurang dengan hati-hati, selalu membuka matanya untuk melihat tanda-tanda atau sesuatu yang bergerak.
Mula-mula dia pergi ke dasar jurang untuk mendapatkan sepatu Debbie - walaupun menilik dari rupanya dia ragu-ragu apakah sepatu itu masih bisa dipakai. Kemudian dia naik ke tanggul, memperhatikan keadaan di seberangnya. Deng
an melalui jalan yang sudah pernah dilaluinya sebelumnya, dia menuju ke tempat di mana dia mula-mula melihat Debbie. Dia mengintip dari balik semak-semak. Mobilnya masih di tempatnya yang semula, tapi mobil
50 yang satu lagi sudah tidak ada. Di kejauhan nampak dua orang anak laki-laki bersepeda sepanjang jalan kecil itu. Dari arah yang lain tidak ada sesuatu yang bergerak. Rupanya keadaan sudah normal kembali.
DIA cepat-cepat berjalan ke mobilnya. Lampu belakang mobil itu menyala merah - kemarin dia hanya mematikan lampu depannya saja waktu dia mengambil senternya. Dia berharap semoga batere-nya masih cukup baik - mobil itu mesinnya sangat berat untuk dihidupkan dengan tangan.
Dia mematikan lampu yang masih menyala dan melihat ke semua bagian mobil. Semuanya dalam keadaan kacau-balau. Tas pakaian Debbie terbuka di belakang, barang-barang miliknya bertebaran di atas tempat duduk. Bagian-bagian yang lain dari mobil itupun telah diacak-acak. Rebewesnya terletak di lantai mobil dan kotor bekas dipegang-pegang.
Hugh kembali membereskan segala-galanya, kemudian duduk di belakang setir dan memijit starter. Baterenya sudah lemah sekali, tapi sebelum mati sama sekali mesin mobil itupun hidup. Dia menjalankan mobilnya dengan perasaan lega.
Kecuali goresan-goresan duri, lecet-lecet dan melepuh di sana-sini, Debbie tidak mendapat cedera apapun dari bencana yang telah dialaminya semalam. Perasaannyapun sudah tidak terganggu lagi - dan ini adalah hari baru baginya. Dan hari yang indah, lagi. Dia duduk di muka jendela kamarnya mengenakan gaun kamar Hugh, sambil meminum tehnya, mendengarkan burung-burung berkicau, dan membayangkan betapa indahnya halaman di depannya sebelum sama sekali tidak diurus. Bekas halaman yang berumput masih nyata, dan ada
51 beberapa kuntum mawar yang kembang, dan bebe-rapa pohon bunga yang lain mempertahankan hidupnya di tengah alang-alang. Kalau halaman itu ada yang mengurus, pondok ini tentu akan merupakan sebuah tempat impian.....
Dia menghabiskan tehnya, pergi mandi, memakai sendai kepunyaan Hugh dan turun ke bawah. Sweater dan roknya telah kering dan disikatnya bersih-bersih. Kemudian dia melihat ke dapur. Dia tidak dapat membiarkannya tetap berantakan. Tak ada seorang wanitapun yang bisa berbuat begitu. Dia menggulung lengan gaun itu dan mengikat pinggangnya erat-erat dan mulai mencuci barang pecah-belah yang kotor.
Dia baru saja selesai dengan kerjanya waktu didengarnya mobil itu memasuki halaman. Dia mengundurkan dirinya ke dalam kamar tidur sampai Hugh mengantarkan tas pakaiannya ke atas.
- Kau tidak keberatan meninggalkan tasku di luar pintu" katanya.
Waktu dia turun ke bawah duapuluh menit kemudian, Hugh hampir-hampir tidak mengenalnya lagi. Rambutnya telah disisirnya sampai halus ke belakang kepalanya, membuatnya nampak cantik dan penuh harga diri. Sweater dan roknya yang berwarna biru tua sangat bersih, tidak ada sebutir de-bupun yang mengotorinya, stockingnya dan sepatunya yang hitam mengkilat nampak sempurna. Dia sama sekali tidak mirip dengan gadis yang berlumur lumpur yang dibawanya semalam - maupun dengan gadis di dalam gaun kamarnya yang ke-dombrongan. Dia benar-benar gadis yang agak menarik, pikirnya. Dan kenyataannya, memang dia sangat menarik....
- Ada sesuatu yang salah" Tanyanya.
52 - Sebaliknya .... Dia sadar bahwa dia telah memandanginya tanpa berkedip. - Dan sekalian terima kasih kau telah membersihkan dapur.
- Kuharap kau tidak keberatan.
- Yah, seharusnya aku yang mengerjakannya, tentu saja - cepat atau lambat ..... Hugh tersenyum. - Aku biasanya mencuci piring kalau aku sudah menyelesaikan sebuah buku.
Sambil makan pagi, Hugh tiba-tiba berkata: - Kau tahu, sebaiknya aku sendiri yang mengantar-kanmu ke Scotland Yard.
Debbie memandanginya dengan keheranan. - Kau baik sekali - tapi itu benar-benar tidak perlu. Aku dapat naik kereta api dengan tidak kurang suatu apa.
- Kau belum tahu bagaimana keadaannya kalau hari Minggu. Kata Hugh. - Biasanya selalu penuh sesak.....Di samping itu polisi mungkin ingin
mengajukan beberapa pertanyaan kepadaku juga - bagaimanapun juga aku telah melihat
orang-orang itu dan mobil mereka....
- Mungkin tidak banyak yang kau lihat dalam gelap.
- Cukup untuk membuat polisi merasa tertarik, aku yakin.
- Kukira kau tidak ingin terlibat dalam peristiwa ini.
- Oh, maksudku demikian jangan khawatir... Tapi aku ingin mendengar apa yang akan mereka katakan lebih dahulu.
Debbie masih nampak ragu-ragu. - Selama kau melakukannya bukan karena aku - Aku sudah terlalu banyak berhutang budi kepadamu... bagaimana tentang pekerjaanmu"
- Ah, satu hari takkan membuat suatu perbedaan.
53 Debbie memikirkan ungkapan itu. - Kedengarannya seperti sebuah ungkapan yang terkenal. Katanya.
MEREKA segera siap untuk berangkat sesudah jam sepuluh. Debbie, yang belum pernah melihat mobil Hugh pada siang hari, berseru keras-keras setelah melihat rupanya. Biasanya dia tidak begitu tertarik kepada mobil-mobil, tapi terhadap mobil ini, dengan bentuk bodynya yang panjang, dan tutupnya yang berterompet, benar-benar merupakan pemandangan yang menarik. - Mobil apa ini" Tanyanya.
- Sebuah Vauxhall 30/98 - buatan tahun 1926. Aku khawatir bagimu tidak begitu enak untuk dinaiki. Terutama dengan aku di dalamnya - aku menghabiskan satu-setengah tempat duduk.
Debbie tersenyum. - Apakah larinya cepat"
- Tidak kalau menurut ukuran masa kini. Paling cepat dapat lari sembilan puluh kalau angin datang dari belakang. Aku memiliki mobil ini berdua dengan temanku yang bekerja di bengkel mobil - hanya dengan cara demikian aku mampu memeliharanya. Biasanya dia memakainya untuk ber-week-end atau dalam liburan, jadi dia selalu menjaga supaya mobil ini tetap dalam keadaan baik. Aku tidak punya bakat teknik - aku menyukainya hanya karena mobil ini antik dan kuat.
- Kelihatannya seperti binatang purbakala.
- Kelakuannyapun kadang-kadang juga seperti binatang purbakala. Mobil ini mempunyai mesin pesawat terbang - bahkan memakai altimeter segala! Seseorang telah memasangnya untuk lelucon. Remnya keras sekali, tapi persnelingnya baik, dan suara mesinnya bising sekali - tapi semuanya cukup menyenangkan.
- Nah, kata Debbie. - Akan kuambil kesempatan ini.
54 Mereka sampai ke London tanpa menemui sesuatu halangan di jalan, terus menuju ke Whitehall dan diantar ke Scotland Yard setelah bertanya kepada salah seorang petugas.
Hugh, yang mengambil pimpinan, menerangkan kepada perwira yang sedang dinas bahwa mereka mempunyai informasi tentang perampokan permata di tempat Anstey, dan memberikan nama-nama mereka. Perwira itu berbicara melalui telpon, dan hampir seketika itu mereka diantarkan ke kantor di atas.
Seorang laki-laki yang kira-kira berumur empat -puluhan menerima mereka. Untuk ukuran seorang polisi tubuhnya pendek, tapi badannya tegap dan nampak tangguh, dengan sikap kaku seorang militer. Debbie baru pernah melihat mata yang warnanya paling kelabu yang dimilikinya.
- Saya Inspektur Kepala Trant. Katanya. - Dan ini sersan Norris.... Seorang yang lebih muda dengan rambut pirang mengangguk kepada mereka dan mempersilahkan mereka duduk.
- Sekarang - bagaimana tentang perampokan permata itu"
- Saya adalah penelpon anonim yang anda ingin temui. Kata Debbie.
- Benar" Trant memandanginya dari atas ke bawah. - Saya gembira anda akhirnya mau datang ke sini - kami hampir putus asa .... apa yang dapat anda ceritakan, Miss Sheldon"
Debbie mengulangi ceritanya. Kali ini dia menceritakan semua detail yang dapat diingatnya, dari waktu dia terbangun dari tidurnya di flatnya pada malam perampokan itu, sampai kedatangannya di pondok Hugh dalam keadaan setengah mati kecapaian setelah dikejar-kejar. Trant nampak cemberut mendengar tingkah laku polisi gadungan itu,
55 memperhatikan baik-baik pendapat Debbie tentang bagaimana perampok itu sampai menemukannya, dan mengangguk-angguk penuh pengertian waktu Debbie melukiskan kepanikannya waktu lari dari kereta api.
Kadang-kadang dia menyela cerita Debbie, tapi hanya untuk menjelaskan beberapa bagian yang penting. Sersan Norris terus menulis catatan, tapi tidak mengeluarkan suara. Begitu juga Hugh, sampai cerita Debbie berakhir, dan Inspektur itu bertanya kepadanya apakah dia dapat memberi tambahan. Hugh bercerita
kepadanya tentang kedatangan dua orang laki-laki di jalan kecil itu dan apa yang mereka katakan. Pengulangan cerita itu telah makan waktu lebih dari satu jam.
- Kisah yang istimewa, Kata Trant akhirnya. -Dan diceritakan dengan jelas sekali, kalau saya boleh menyatakannya....
dia duduk sambil berdiam diri untuk beberapa saat. - Nah, sekarang begini, Miss Sheldon, pertama-tama yang mesti anda lakukan ialah melihat ke dalam catatan kriminil kami, kalau-kalau anda dapat mengenal supir mobil itu. Kenyataan bahwa komplotan ini berusaha untuk menyingkirkan anda memberi keyakinan kepada saya bahwa dia sudah termasuk dalam daftar hitam polisi - dan mereka takut anda dapat mengenalnya kembali dengan mudah, walaupun tanpa bantuan foto itu... adakah suatu ciri khusus yang sangat anda ingat"
- Ya, kata Debbie. - Dia mempunyai hidung yang istimewa besarnya.
- Ah - ini akan memudahkan penyelidikan kami... bagaimana tentang usianya" Apakah dia muda, tua, atau setengah umur"
- Setengah umur, saya kira.
56 - Bagus... Trant menengok kepada si sersan. Norris ke luar. Kembalinya dia membawa setumpuk foto ukuran poskard. yang diletakkannya di meja di depan Debbie. - Beberapa penjahat kami. Kata Trant. - Coba lihatlah - tidak usah terburu-buru.
Debbie melihat foto-foto itu. Semuanya adalah laki-laki setengah umur dengan hidung besar. Dia mencabuti kartu-kartu itu dengan cepat. Dia masih mempunyai bayangan yang jelas sekali tentang wajah yang dicarinya, dan tidak satu pun dari foto-foto itu yang cukup mirip. Dia hampir selesai melihat semuanya, waktu tiba-tiba dia berhenti.
- Ini dia orang yang menyetir mobil itu. Katanya.
Trant mengambil kartu itu dari tangannya. -Apakah anda yakin"
- Yakin sekali. Foto yang saya buat hampir sepenuh muka - seperti itu. Dia menunjuk. - Dia tak mungkin salah lagi. Matanyapun juga sama. Sangat berdekatan. Saya benar-benar tidak ragu-ragu sama sekali.
Begitu... Trant memperhatikan keterangan yang tertera pada kartu itu. - Nah. orang ini punya catatan kriminil yang cukup panjang. Terutama' perampokan, tapi belum pernah melakukan kekejaman. Dia memakai bermacam-macam nama. tapi yang terakhir saya dengar ialah Clay. Harry (May. Di antara kalangannya dia dikenal sebagai "Snub". Umur empat puluh dua, sudah kawin, tidak punya anak, mempunyai toko besi di Cambridge. Sejauh yang kami ketahui, dia berlaku baik-baik selama dua tahun... Trant memberikan kartu itu kepada Norris. - Kalau dia tidak berada di Cambridge. sersan, sebarkan surat edaran untuk mencarinya. Nor-rispun pergilah.
57 - Bagaimanapun juga ini adalah permulaan yang baik. Kata Trant. - Sekarang marilah kita lihat apa lagi yang dapat anda ceritakan, Miss Sheldon... Kita akan mulai lagi dari permulaan. Anda berkata bahwa anda melihat empat orang di toko permata itu.
- Ya. - Dapatkah anda menggambarkan salah seorang yang lain, kecuali supir itu"
- Tidak. Mereka hanya kelihatan sebagai sosok-sosok hitam.
- Tinggi badan" Bentuk badan" Pakaian"
- Tidak tahu, sayang sekali.
- Bagaimana kopor yang mereka bawa"
- Kelihatannya cukup besar. Debbie merentangkan tangannya. - Kurang lebih segini... saya tidak dapat melihat warnanya.
- Cukup masuk akal... Sekarang kita sampai pada orang yang menelpon anda dan mengatakan dia Inspektur Jenkins. Bagaimana tentang suaranya"
- Kedengarannya sangat berwibawa... Debbie tersenyum. - Sedikit mirip anda... Kata-katanya cepat dan meyakinkan. Suara orang terpelajar. Tapi tidak ada yang istimewa. Memang susah untuk menggambarkan suara orang.
- saya setuju... lalu laki-laki yang datang untuk mengambil foto yang mengaku bernama sersan Macey. Coba ceritakan deskripsinya.
- Dia kira-kira berumur tigapuluh tahun - agak jangkung - rambut dipotong pendek berwarna kuning - Kelihatan sangat bersih. Hampir seperti sersan Norris. Dia memakai jas hujan abu-abu.
- Bagus sekali. Dan anda tentu juga mendengar suaranya. Apakah suaranya sama dengan yang di telpon"
58 - Saya kira tidak. Suaranya - bahasanya agak pasaran. Kedengarannya lain sama sekali.
- Jadi rupanya mereka ada dua orang, kalau begitu... lalu tentang wanita yang menelpon anda waktu anda
mau mendengarkan warta berita. Telpon itu mungkin hanya satu kebetulan saja, tapi kita tidak tahu. Bagaimana tentang dia"
Debbie menggelengkan kepalanya. - Suaranya biasa saja. Nadanya agak tinggi - bahasanya baik.
Trant menambahkan catatannya. - Ada kesamaan dengan suara wanita yang bersama anda di dalam kereta api"
Debbie nampak terperanjat. - Sama sekali tidak... Mengapa - apakah anda berpikir bahwa dia mungkin salah seorang dari mereka"
- Mungkin tidak, atau dia harus lebih awas. Tapi seseorang tidak bisa memastikan... Bagaimanapun saya menghendaki deskripsinya.
Debbie menerangkannya. Trant membuat catatan lagi.
- Yang terakhir. Kata Trant. - Tentang laki-laki yang melihat ke dalam kompartemen anda dalam kereta api. Seperti apa rupanya"
Debbie berpikir. - Saya tidak begitu jelas. Muka yang kecoklatan - pandangannya agak tajam... saya hanya melihatnya sebentar sekali.
- Itu bukan orang yang mengambil foto"
- Oh, bukan. - Baik... Sekarang sampai pada giliran anda, Mr. Freeman. Dua orang laki-laki yang datang ke jalan kecil itu... Ada sesuatu tentang suaranya"
- Terpelajar. Kata Hugh. - Suara orang kota... tidak kedengaran aksennya.
- Bagaimana mobilnya"
- Sebuah sedan hitam. Saya tidak tahu mereknya.
59 - Anda dapat melihat sesuatu pada mereka"
- Hampir sama sekali tidak. Kata Hugh. - Mereka sejauh beberapa yard dan hampir selalu dalam kegelapan. Saya tidak dapat melihat muka mereka sama sekali. Bahkan saya tidak dapat mengatakan apakah mereka muda atau tua - kecuali bahwa larinya begitu cepat... yang jelas sekali saya lihat ialah batangan besi yang mereka bawa.
- Sava dapat membayangkan... Dan waktu mereka mengikuti anda ke dasar jurang, mencoba men-cari jejak anda - anda tidak dapat melihat muka -mereka"
- Tidak, mereka terlalu jauh.
- Oh, begitu... Anda mengatakan bahwa mereka mengobrak-abrik isi mobil anda. Apakah anda mengendarai mobil itu ke sini"
- Ya, itu ada di luar. - Apakah anda keberatan kalau kami menyelidiki sidik jari pada mobil anda" Kami akan membersihkannya kalau sudah selesai.
- Oh, tidak usah repot-repot. Kata Hugh. - Mobil itu memang sudah kotor.
- Apa mobil anda" Hugh menerangkan jenisnya.
- Mobil antik, ya" Trant mengangkat telpon dan memberikan beberapa perintah. Setelah selesai kebetulan Norris datang kembali.


Rumah Yang Terpencil A Very Quiet Place Karya Andrew Garve di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

- Nah, sekarang, kata Trant. - Saya kira kami harus meminta anda untuk melihat ke catatan kami lebih banyak lagi, Miss Sheldon... Tolong antarkan dia ke bagian CRO, sersan, dan lihatlah kalau-kalau dia dapat menemukan orang yang datang untuk mengambil foto... Oh, dan tolong pesan ke kantin supaya mengirim sandwich untuk empat orang dan satu termos kopi.
60 NORRIS mengangguk. Debbie berdiri, tersenyum dengan wajah agak pucat kepada Hugh. dan pergi dengan sersan Norris.
- Dia seorang saksi yang baik. Kata Trant setelah pintu tertutup lagi. - Dan gadis yang berani. Pasti pengalaman yang sangat menakutkan yang dialaminya semalam. Dia telah melaluinya dengan baik.
- Memang begitu. Kata Hugh.
- Omong-omong, apa yang anda lakukan sendiri juga tidak jelek.
- Saya ketakutan setengah mati. Kata Hugh. - Yang saya lakukan hanya lari.
- Dan juga bijaksana sekali! Ada waktunya untuk lari, dan ada waktunya untuk berkelahi... Trant terdiam beberapa saat. - Tentang Miss Sheldon - dia membutuhkan semacam bantuan moril dalam perkara ini. Apakah dia punya orang tua. apakah anda mengetahuinya" Atau kerabat"
- Saya dengar dia tidak punya siapapun.
- Tidak ada kawan pria" Saya lihat dia tidak memakai cincin.
- Mengherankan sekali, tapi dia memang tidak punya.
- Hmm... Sekali lagi dia terdiam. - Apa pekerjaan anda, Mr. Freeman"
- Saya penulis. Kata Hugh.
- Maksud anda hanya menulis - tidak ada lainnya"
- Tidak ada lainnya. - Apakah anda menulis seharian"
- Oh, ya... saya menulis satu atau dua jam pada waktu pagi, dan satu atau dua jam pada waktu malam. Dan saya juga berjalan-jalan sedikit.
- Kedengarannya seperti kehidupan Reilly. Hugh tersenyum. - Saya tidak berkata begitu.
61 - Apakah itu cukup untuk hidup"
- Kira-kira begitu... pengeluaran saya tidak banyak.
- Dari apa yang anda katakan kepada saya, saya mena
rik kesimpulan bahwa anda belum kawin. Betul"
- Ya. - Hmm... Nah, Mr. Freeman, anda sudah banyak membantu kami... adakah sesuatu yang akan anda katakan lagi sambil kita menunggu Miss Sheldon"
- Saya ingin tahu apakah anda sudah mendapatkan kemajuan dengan penyelidikan anda sendiri. Kata Hugh. - Apakah komplotan itu meninggalkan jejak"
- Tidak... mereka semua memakai sarung tangan, tentu saja, dan mereka tidak membuat suatu kesalahan... kami yakin mereka orang-orang yang melakukan perampokan Fawley. Tapi karena waktu itupun mereka tidak meninggalkan jejak, maka hal itu tidak mempermudah penyelidikan kami.
- Apakah anda berpendapat bahwa mereka hanya berempat - seperti yang telah dilihat oleh Debbie"
- Saya kira begitu. Berempat sudah cukup untuk melakukan perampokan yang sederhana dengan tiada barang berat yang harus dibawa, dan me-rekapun tidak perlu membagi hasilnya lebih banyak dari yang dianggap perlu... dan itu bertalian dengan yang kami ketahui tentang perampokan Fawley. Waktu itupun mereka berempat.
Hugh mengangguk. - Bagaimana tentang bantuan dari dalam seperti yang telah saya baca di koran"
- Begini, ada seorang tukang sapu bernama Wil-lie yang bekerja pada Anstey beberapa bulan yang lalu. Kemudian dia mati karena ditabrak mobil
62 yang tidak mau berhenti. Mungkin dialah yang bisa memberi bantuan dari dalam. Kalau begitu, saya kira kematiannya bukan sekedar satu kecelakaan. Bagaimanapun juga dia sudah tidak bisa ditanyai.
- Jadi anda tidak punya petunjuk sama sekali -kecuali apa yang telah diceritakan oleh Debbie"
- Sejauh ini memang tidak... Kami tahu orang yang telah membungkam pesawat tanda bahaya pasti seorang ahli listrik, tapi itupun tidak aneh... simpul yang menarik telah dipakai untuk mengikat penjaga itu orang yang mengikatnya tentu seorang pelaut...
- Atau seorang bekas pandu. Kata Hugh.
trant tersenyum dingin. - Itulah kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam pikiran kami. Perahu sering kali dipergunakan untuk menyelundupkan permata curian ke luar negeri... Juga mungkin anda pernah membaca, seorang yang lain telah melakukan pekerjaan yang secara tehnis cukup sempurna dalam meledakkan lemari besi - tapi memang di mana-mana banyak ahli bahan peledak, jadi itu tidak juga memperkecil daerah penyelidikan. Memang banyak tenaga ahli yang lari ke usaha kejahatan akhir-akhir ini.
- Apakah mereka sendiri tidak terkena ledakannya"
- Ada juga, tapi tidak sering terjadi. Orang yang benar-benar ahli tahu dengan tepat berapa banyaknya bahan peledak yang harus dipakai. Seorang yang kukenal pernah sekali benar-benar duduk di atas peti besi waktu dia meledakkannya... Biasanya mereka menggunakan peredam suara. Di Anstey mereka mempergunakan permadani dari kantor manager untuk mengurangi bunyi ledakan. Suara yang terdengar ke luar hanya seperti bunyi
63 ketukan - itulah sebabnya tak seorangpun yang mendengarnya.
- Dari mana mereka mendapatkan gelignite"
- Oh, dari tambang-tambang dan galian-galian. Semuanya barang curian. Kadang-kadang mereka mendobrak gudang, atau menyogok mandor galian... gelignite dijual secara besar-besaran di pasar gelap - dan saya khawatir peredarannya makin besar. Satu atau dua tahun yang lalu peledak seberat empat ons berharga lima pound - sekarang bisa didapat dengan uang satu pound. Ada ratusan kilo dalam peredaran.
- Cukup memusingkan bagi anda. Kata Hugh.
- Ya, kita selalu mengkhawatirkan agar-agar, terutama kalau berada di tangan anak-anak. Pernah pada suatu hari seorang laki-laki masuk ke pos polisi dan meletakkan beberapa buah peledak di atas meja. Dia berkata bahwa seorang anak kecil sedang mencoret-coret tembok dengan benda itu. Anak kecil itu telah memungutnya dari tambang batubara.
- Luar biasa! Kata Hugh. Mereka bercakap-cakap beberapa menit lagi sampai Debbie kembali dengan si sersan. Norris menggelengkan kepalanya waktu memasuki pintu. - Tidak berhasil, tuan.
Rupanya Trant tidak heran. - Mereka rupanya telah mengirim orang yang belum termasuk dalam daftar polisi untuk mengambil foto itu - itu untuk meniadakan risiko sedikit.
Dia duduk kembali. - Nah, Miss Sheldon, kami akan memutuskan
apa yang harus kami lakukan untuk anda. Sampai saat ini anda benar-benar beruntung.
- Ya. Kata Debbie. - Terima kasih kepada Hugh.
64 - Saya tidak hanya memikirkan tentang pengejaran itu. Saya heran mengapa orang yang mengambil foto itu tidak sekalian menyelesaikan nona di dalam studio, waktu dia punya kesempatan.
Debbie memandanginya. - Saya tidak pernah memikirkan hal itu... Kemudian dia teringat. - Tapi itu tidak dapat dilakukannya - tidak aman baginya.
DIA lalu bercerita kepada Trant tentang orang-orang yang bekerja memindahkan alat-alat kantor pada hari itu. - Mereka datang dan pergi sepanjang hari.
- Ah - mungkin begitu... tapi komplotan itu punya satu kesempatan lagi - semalam. Mereka dapat datang ke pondok.
- Mereka tidak mengetahui adanya pondok itu. Kata Hugh.
- Tapi bukankah mereka telah melihat rebewes anda"
Hugh mengerutkan mukanya. - Ya Tuhan, betul... Kemudian wajahnya jernih kembali. - Tapi alamat yang tertera di atasnya alamat saya yang lama - alamat Brighton. Itu adalah rebewes yang berlaku untuk tiga tahun.
- Begitu. Rupanya dewa-dewa telah memelihara anda berdua... nah, kami akan menjaga supaya keberuntungan anda tetap kekal. Trant melihat kepada Debbie.
- Saya tidak perlu mengatakan kepada anda Miss Sheldon, bahwa anda masih dalam bahaya besar. Orang-orang ini mungkin telah kehilangan jejak anda untuk waktu ini - tapi mereka akan berusaha sekeras mungkin untuk mendapatkan anda. Itu jelas sekali... Apakah anda sudah siap untuk berada di bawah perlindungan kami"
65 - Saya kira lebih baik begitu. Kata Debbie. - Apa yang akan anda lakukan" - memasang penjaga di luar studio"
- Oh, saya tidak berpendapat bahwa anda lebih baik kembali ke sana.... untuk malam ini, apapun yang terjadi, saya menyarankan untuk menempatkan anda di sebuah hotel di London - dengan nama samaran. tentu saja. Kami akan mengantarkan anda ke sana. dan salah seorang anak buah saya akan berada di dekat anda untuk menjaga keselamatan anda. Anda tidak perlu mengeluarkan uang untuk itu. Semuanya kami yang akan membayar Setuju"
- Saya setuju untuk malam ini. Kata Debbie. - Tapi bagaimana besok pagi" Bagaimana tentang pekerjaan saya"
- Marilah kita melangkah setindak demi setindak. Bukankah begitu, Miss Sheldon"
Debbie menatapnya dengan pandangan hampa.
Trant menoleh kepada Hugh. - Apakah anda juga tidak keberatan untuk ikut tinggal, Mr. Freeman" Anda bisa menemani Miss Sheldon - dan saya rasa masih ada yang perlu kita bicarakan lagi besok pagi. Bagaimana"
- Terserah kepada Debbie. Kata Hugh. - Saya mau saja.
- Aku akan gembira sekali. Kata Debbie.
- Kalau begitu saya mau tinggal... bagaimana tentang mobil saya, Inspektur"
- Jangan khawatir, kami akan menjaganya sampai besok pagi, Mr. Freeman... kami takkan menahannya.
Maka rencana yang sudah dibuatpun segera dilaksanakan. Atas saran Trant, Hugh memesan kamar sendiri di hotel, dengan memberikan nama Miss Johnson dan Mr. Forbes. Seseorang mengam-
66 bilkan tas Debbie dari Vauxhall. Sersan Norris mencarikan kopor untuk Hugh diisinya dengan sikat gigi, pisau cukur dan piyama dari toko yang dirahasiakan. Trant memperkenalkan anak buahnya yang akan menjaga mereka dengan menyamar - seorang sersan lain bernama Everett. Dia seorang yang tinggi besar dengan kepala botak, memakai setelan biru dan kelihatan seperti seorang direktur perusahaan.
Kemudian Hugh dan Debbie diambil sidik jarinya, untuk membedakan dengan sidik jari lain yang mungkin ditemukan pada mobil Vauxhall itu. Inspektur itu juga menyampaikan instruksinya untuk malam itu - bahwa Debbie tidak boleh ke luar hotel maupun berhubungan dengan seseorang.
Kemudian Norris mengantarkan mereka melalui pintu belakang ke mobil yang akan membawa mereka ke hotel. Sebelum jam tujuh mereka sudah sampai. Mereka mendaftarkan diri dengan nama-nama mereka yang baru, dan mendapat kamar yang berhampiran.
Hugh berhenti di muka pintu kamar Debbie. - Karena semua ini dompet rakyat yang membayar, katanya. - Aku menyarankan kita bertemu di bawah dalam waktu sepuluh menit untuk minum.
- Itu saran yang bagus. Debbie berkata. - Aku membutuhkannya.
67 BAGIAN PERTAMA : Bab Keempat. WAKTU Hugh melihat ke sekelilingnya, di dalam bar yang luas itu hanya ada beberapa orang. Dia memilih sebuah tempat di sudut yang sunyi, menyalakan pipanya dan duduk menunggu Debbie. Dia tahu bahwa Debbie akan segera datang, sebab mula-mula dia melihat sersan Everett masuk. Sersan itu mengambil tempat duduknya di sudut yang jauh. memesan bir. dan membuka surat kabar Sun-day Telegraphnya.
Sesaat kemudian Debbie-pun muncullah. Dia mengenakan pakaian bagus yang sedianya mau dipakainya di hotel Eastbourne. Bahannya terbuat dari sutera kasar berwarna kelabu, potongannya sederhana, dan dia mengenakan sepasang anting-anting yang eksotik. Hugh berpendapat bahwa dia kelihatan luar-biasa cantiknya - lebih-lebih kalau airmukanya tidak menunjukkan kesedihan.
- Kau ingin minum apa" Tanyanya waktu dia sudah menghampirinya.
- Martini saja. Hugh memanggil pelayan dan memesan dua gelas besar Martini. Setelah pesanannya tiba. diangkatnya gelasnya dan berkata kepada Debbie. - Seti-
68 dak-tidaknya ini lebih baik daripada dikejar-kejar melalui dasar jurang.
Respons yang diberikan Debbie hanya sekilas saja nampak pada wajahnya. Dia meneguk habis setengah gelas minumannya dan mencari-cari rokoknya di dalam tasnya dengan agak terburu-buru.
Hugh menyalakannya untuknya. - Bergembiralah Debbie.... keadaan begini tidak untuk selama-lamanya.
- Itulah yang kususahkan. Katanya. - Kuharap bisa terus begini.
- Apa maksudmu" - Yah, itu sudah cukup jelas, bukan" Selama aku masih ada, laki-laki Clay itu tidak selamat - maka akupun juga tidak selamat. Dan keadaan yang tidak menentu ini bisa berlarut-larut.
- Oh, aku tidak berpendapat begitu. Kata Hugh. - Dengan muka yang mudah dikenal begitu, dia pasti akan segera dapat ditangkap, di manapun dia berada. Kemudian dia akan diadili dan dijatuhi hukuman, dan komplotan itu tidak akan menaruh perhatian lagi kepadamu.
- Apakah makan waktu yang cukup lama sampai seseorang dijatuhi hukuman"
- Ya... cukup lama. - Berapa lama" - Aku tidak tahu pasti - kukira tergantung dari berapa banyaknya bukti yang harus dikumpulkan. Pertama kali dia harus diajukan ke pengadilan... beberapa minggu mungkin, sampai dia dimasukkan ke penjara.
- Itulah - beberapa minggu...! Bahkan setelah dia ditangkap. Dan selama itu aku harus bersembunyi terus.
- Rupanya memang begitulah. Kata Hugh.
69 - Tapi. Hugh, aku benar-benar tidak bisa berbuat begitu. Pekerjaanku bertumpuk-tumpuk yang menungguku - pekerjaan yang harus kuselesaikan untuk langganan-langgananku. Mereka sudah mempercayakan pekerjaan itu kepadaku. Aku tidak dapat meninggalkan pekerjaanku begitu saja - namaku akan menjadi cemar.
- Kau dapat menceritakan kepada mereka apa yang terjadi, setelah semuanya selesai. Mereka akan memaklumi.
- Aku tahu - tapi selama ini mereka telah menyerahkan pesanan-pesanan mereka kepada orang lain, bukan" Mereka sudah punya langganan baru... usahaku akan jatuh berantakan, dan aku harus memulai lagi dari awal.
HUGH mengangguk perlahan-lahan. - Memang keadaan bisa menjadi seburuk itu. akupun turut merasa sedih, percayalah. Walaupun demikian...
- Walaupun demikian, apa"
- Yah, tidak dapat diragukan lagi dengan adanya bahaya yang mengancammu - dan lebih baik kehilangan pekerjaanmu daripada kehilangan nyawamu.
- Itu aku tahu - tapi hal itu tidak cukup menghiburku. Semua kerja itu... Terus terang, aku telah membanting tulang selama enam bulan. Kau takkan dapat membayangkan perasaanku.
- Aku dapat, kau tahu. Kata Hugh. - Pernah sekali aku menghabiskan waktu selama enam bulan untuk menyusun sebuah cerita dan kemudian kehilangan naskah satu-satunya.
- Benar..." Itu pasti sangat menyedihkanmu. Seperti Carlyle dengan "Revolusi Perancis"-nya.
- Yang persis sama adalah kehilangannya.
- Lalu apa yang kau lakukan"
70 - Bermurung-murung selama seminggu - lalu mulai menulisnya kembali. Apa lagi yang dapat kulakukan, bukan"
Ternyata pada penulisan yang kedua hasilnya lebih baik.
Debbie menarik napas. - Kurasa akupun akan dapat berbuat begitu - entah dengan cara bagaimana. Tapi memang kurasa tidak ada gunanya menyedihkan hal itu... apakah menurut penda-patm
u dompet rakyat masih mau membayar minuman segelas lagi"
- Kalau tidak, dompet pribadi mau. Hugh memanggil pelayan dan memesan Martini lagi. - Bagaimana kau memulai usahamu, Debbie"
- Aku memenangkan sayembara memotret - itulah awal dari semuanya. Tiba-tiba saja aku mempunyai nama sedikit di koran-koran dan majalah teknik, dan tujuhratus limapuluh pound uang tunai di bank... Aku selalu menginginkan untuk mendirikan usaha sendiri pada suatu hari - melakukan hal yang kusukai, dengan cara yang kusukai pula - dan itu merupakan saat yang tepat bagiku untuk mencoba peruntunganku. Aku mempergunakan uangku untuk menyewa studio dan membeli perlengkapannya, mengirimkan surat edaran kepada semua orang yang kukenal, menyewa seorang agen, dan memulai usahaku... dan sejak itu aku berusaha maju terus seperti orang kesurupan.
- Mungkin itulah sebabnya kau tidak punya waktu untuk pacaran. Kata Hugh.
Debbie tersenyum. - Itu bukan hanya soal waktu - aku memang tidak tertarik... Dia meneguk lagi minumannya yang kedua. - Kau ingin mendengarkan kisah cintaku"
- Itu selalu merupakan pokok persoalan yang menarik.
71 - Nah, waktu aku berumur delapan belas tahun aku jatuh cinta dengan seorang laki-laki yang sudah kawin. Hubungan itu begitu murni dan romantis, sebab dia jauh lebih tua daripadaku, dan dia tidak mau menodai gadis yang masih suci. Tapi hubungan kamipun tidak mendapat perkembangan apa-apa. Hanya begitu saja. Aku sangat kecewa... setelah tiga tahun dengan hubungan semacam itu, aku bertemu dan jatuh cinta dengan seorang yang sebaya denganku. Dia adalah seorang pemahat, kecuali bahwa dia tidak banyak memahat, walaupun sangat berbakat. Dia punya kakak yang menjadi perencana panggung, dan keduanya mempunyai banyak kawan yang berbakat dalam sesuatu atau yang lain. Tapi tidak seorangpun dari mereka yang bekerja. Mereka selalu menghabiskan waktunya dengan tidur-tiduran sambil mendengarkan musik di dalam flatku, waktu aku sedang melakukan kerja borjuisku. Biasanya lalu akulah yang harus menanggung pengeluaran mereka. Memang menyenangkan bergadang sampai jauh malam sambil mendengarkan Beethoven dan Bach, itu kuakui - tapi kalau siang hari tiba aku yang harus membanting tulang untuk membayar segala-galanya. Walaupun kadang-kadang Max - si pemahat - mendapat uang, tapi tidak pernah terpikir olehnya untuk meringankan bebanku, atau beban kami. Uang itu dihabiskannya sendiri untuk membeli pakaiannya sendiri dan minuman untuk teman-temannya. Dia menyukai hidup secara komune.
MATA Debbie berkerut-kerut pada sudut-sudutnya.
- Dia membungkuk sambil tersenyum ramah, dan membawa masuk keluarganya yang kelaparan. Kasihan, si Max! Kedengarannya aku tidak punya
72 belas kasihan, bukan" Bagaimanapun juga, pada suatu hari kutinggalkan mereka semua. Dan kemudian tidak lama sesudahnya aku mendapat uang hadiah sayembara itu, tepat pada waktu aku menginginkan kerja yang konstruktif dan hidup yang teratur.
- Dan tanpa laki-laki. Aku dapat membayangkan... Hugh menghirup minumannya. - Untung kau tidak sampai kawin dengannya, bukan"
- Oh, mungkin juga aku mau kawin dengannya. Tapi di kalangan mereka kata-kata kawin tidak pernah disebut-sebut. Aku sampai berpikir bahwa aku yang salah telah memikirkan hal itu... Debbie menjentikkan abu dari pakaiannya. - Sekarang marilah kita bicara tentang keadaan dirimu, gantian. Mengapa kau belum kawin"
- Aku takkan bisa menjadi suami yang baik.
- Mengapa" - Tak ada seorang wanitapun yang akan tahan sehari saja hidup bersamaku. Aku seorang manic de-pressive.
- Benar" Kedengarannya menarik sekali.
- Sungguh... Memang kalau aku sedang tidak menulis, aku baik-baik saja. Aku menyanyi di waktu mandi, menelpon kawan-kawanku, pergi untuk bertemu dengan orang-orang, suka mengobrol, suka tertawa - oh, aku orang yang sangat baik... Tapi kalau aku sudah mulai menulis - barulah benar-benar orang takut kepadaku. Perangaiku. buruk, mudah tersinggung, pemurung. Aku menghindarkan diri dari kawan-kawanku. Aku tidak mau ber-cakap dengan siapapun. Aku merokok sampai sakit. Di waktu malam aku melompat-lompat seperti kanguru, menulis seperti orang gila .
... kenyataannya aku seperti bisul di leher.... bagaimanapun juga
73 aku tidak tahan ada wanita yang membuat sarangnya di dekatku.
Debbie tertawa. - Kau tahu, katanya, - kukira aku sudah merasa lebih baik sekarang.
- Bagus! - Kau memang suka melebih-lebihkan persoalan, bukan"
- Kadang-kadang... itu memang sesuai dengan pekerjaanku. Tapi yang telah kukatakan memang benar.
- Aku ingin mendengar tentang pekerjaanmu. Kata Debbie. - Kapan kau mulai menulis"
- Oh, bertahun-tahun yang lalu, waktu aku masih kanak-kanak. Dorongan untuk menulis selalu ada padaku. Aku sudah mulai mengirim cerita pendek ke majalah waktu aku berumur empatbelas tahun... mungkin aku memang anak yang badung.
- Berapa buah buku yang telah kau tulis"
- Dua setiap tahun selama delapan tahun.
- Di bawah namamu sendiri"
- Tidak, aku memakai bermacam-macam nama samaran. Aku menulis roman sejarah memakai nama Mark Avery.
- Mark Avery... rasanya itu sudah membunyikan lonceng...
hugh tersenyum. - Kau tidak usah berpura-pura. Kalau memang ada lonceng, mungkin itu sudah berdentang-dentang... Hampir tidak se-orangpun yang mengenalku.
- Nah, aku yakin mereka akan mengenalmu. Kata Debbie.
- Bagaimana kau bisa yakin" Kau belum tahu bagaimana tulisanku.
- Aku dapat mengira-ira dari caranya kau berbicara. Dan kau memiliki kesempatan bertahun-ta-
74 hun di hadapanmu - dan begitu banyak enersi... apa yang dikatakan para kritikus terhadapmu"
- Tidak banyak. Kalau mereka memecahkan kesunyian, biasanya hanya untuk mencela.
- Apakah itu membuatmu khawatir"
- Tidak begitu kukhawatirkan. Dan kadang-kadang mereka banyak menolong. Bagaimanapun juga, seorang penulis harus belajar untuk tahan kritik. Kalau dia tidak tahan panas, dia tidak usah pergi ke dapur.
- Mengapa kau memakai nama samaran"
- Sebagian karena aku menulis beberapa jenis buku yang berbeda. Pembaca selalu ingin tahu dengan apa yang diharapkannya - dan nama samaran itu seperti sebuah merek... dan juga karena sebuah cerita melukiskan terlalu banyak tentang penulisnya sendiri... Itu sama saja dengan membuka pakaian di muka umum. Nama samaran membuat kekurangan seorang pengarang tidak begitu memalukan.
- Beberapa pengarang rupanya tidak peduli.
- Mungkin mereka tidak banyak yang membuatnya merasa malu. Kata Hugh. - Atau mereka memang suka pamer.
- Hmm... Bagaimana tentang novel yang sedang kau tulis sekarang - ataukah itu satu rahasia"
- Itu satu cerita yang enggak-enggak saja sebenarnya. Rasanya hasilnya tidak akan begitu baik.
- Sudah banyak yang kau selesaikan"
- Empat bagian - dan semuanya tidak me-muaskanku.
- Mengapa - ada kesulitan apa"
- Kesulitannya ada padaku sendiri, kukira... tokoh-tokohnya tidak hidup, dialognyapun mati... mungkin aku agak capai - mungkin aku membutuhkan pergantian suasana.
75 - Ceritanya tentang apa"
- Kumaksudkan tentang penaklukan bangsa Guanche oleh orang Spanyol - bangsa Guanche ialah penduduk asli Tenerife - tidak banyak sumber bahan yang dapat diandalkan.
- Kedengarannya seperti cerita yang bagus. Kata Debbie.
- Ceritanya memang tidak jelek - kalau saja aku dapat melukiskannya dengan kata-kata. Latar belakangnyapun bagus; Tenerife adalah sebuah pulau yang dramatis - dan sangat indah.
- Bagaimana segi romancenya"
- Semua sudah kurencanakan. Ada seorang Puteri Guanche yang bernama Dacil yang jatuh cinta dengan salah seorang penakluknya. Dia gadis yang cantik, dengan rambut seperti rambut jagung dan mata yang hitam - "mata hitam yang menembus hati" kata orang, dan kecantikan seperti bunga mawar.
- Nampaknya kau sudah terikat dengannya... aku yakin heroinmu mengambil orang yang benar-benar ada.
Hugh tersenyum. - Yah, kau lebih mirip dengan tipe wanita yang lebih sempurna. Katanya.
76 BAGIAN PERTAMA : Bab kelima. HAMPIR bertepatan dengan waktu Hugh dan Debbie mulai meminum gelas mereka yang pertama, Inspektur Trant sedang bersiap-siap untuk meninggalkan kantornya. Meja dan pikirannya kedua-duanya sudah bersih. Dia telah bekerja seharian menangani perkara Anstey. Dia telah mendapat kemajuan jauh lebih banyak dari apa yang diharap kannya. Dan dia yakin bahwa dia telah menempatkan saksi u
tamanya di tempat yang aman. Tidak ada lagi yang dapat dicapainya dengan nongkrong terus di Scotland Yard. Kali itu dia dapat pulang pada jam yang pantas - kembali kepada isterinya, makan santapan malam seperti orang yang beradab dan berada di rumah sore-sore.
Trant adalah orang yang penuh pengabdian kepada tugasnya - yaitu menumpas kejahatan. Bukan sekedar pelanggaran kecil-kecilan - orang lain dapat mengurus hal itu - tapi kejahatan besar, jenis kejahatan yang dapat merobohkan tiang peradaban kalau tidak dicegah. Terutama kejahatan yang disertai kekejaman...
Diapun juga orang yang ambisius, dan dengan alasan yang pantas. Dia sudah menjabat sebagai
77 Inspektur Kepala dalam usia yang relatip muda. Dia menyadari bakat dan kemampuannya, dan dia bercita-cita untuk menduduki jabatan yang tertinggi dalam tugasnya. Tapi ambisi bukanlah satu-satunya motor penggeraknya. Dia mempunyai kebencian secara filosofis dan dalam kepada orang-orang yang memusuhi masyarakat dengan tanpa mengenal belas kasihan untuk keuntungannya sendiri. Dia lawan dari kaum anarchis. Dia yakin dengan kebenaran hukum. Hanya dengan latar belakang hukumlah manusia bisa mengharapkan tercapainya kehidupan yang adil dan makmur.
Sependapat dengan Hugh Freeman, diapun berharap bahwa orang yang mempunyai ciri-ciri yang begitu jelas seperti Harry Clay akan segera dapat di-ketemukan. Dan dia ingin segera dapat menangkapnya. Satu hal yang sangat mengkhawatirkannya ialah pembunuhan yang terus susul menyusul. Tiga pembunuhan dan satu percobaan pembunuhan dalam waktu kurang dari enam bulan - itu yang diketahuinya saja. Dua pembunuhan yang sebenarnya tidak perlu terjadi - yang dilakukan dengan cara tidak semena-mena, seperti orang menepuk lalat saja. Dan ketidak semena-menaan itu dapat menjalar. Dan memang kenyataannya sudah menjalar. Selama karirnya, Trant belum pernah melihat kekejaman yang sedemikian bengisnya di dunia kejahatan. Kalau dia dapat menangkap Clay dan berhasil menjebloskannya ke dalam penjara untuk seumur hidup, mungkin itu cukup untuk membuat penjahat-penjahat yang lainnya berpikir dua kali...
Itu bukan berarti bahwa dia mengharapkan akan mendengar sesuatu tentang Clay pada saat itu. Dalam satu atau dua hari, kalau nasibnya baik, mungkin satu info yang berguna akan didapatnya -
78 sebuah laporan dari salah satu warga kota, petunjuk dari badan penyelidik, atau sesuatu dari Interpol. Tapi sekarang belum lagi.... Itulah sebabnya maka dia sangat terperanjat, waktu sersan Norris masuk terburu-buru untuk menyampaikan berita itu, sewaktu dia baru saja mengenakan topinya untuk meninggalkan kantornya.
- Berita dari polisi Epping, tuan. Kata sersan itu. - Mereka mengatakan bahwa seorang yang bernama Harry Clay berada di rumah sakit Epping Cottage karena kecelakaan mobil. Rupanya dia sesuai dengan ciri-ciri orang yang kita cari dengan surat edaran yang kita sebarkan berkenaan dengan perampokan Anstey.
Seketika itu Trant lupa dengan makan malamnya, isterinya, dan tempat tidurnya.
- Mari kita pergi. Katanya.
RENCANA selanjutnya diatur oleh Scotland Yard sementara mereka sedang di dalam perjalanan. Di rumah sakit mereka disambut oleh sekretarisnya, George Meakin, dan seorang sersan polisi dari Essex yang telah melakukan pemeriksaan pada kecelakaan mobil itu - seorang yang bernama Grange.
Trant berkata: - Sebelum kita bicara, sebaiknya saya mencek lebih dahulu apakah dia benar-benar orang kita, kalau anda setuju, Mr. Meakin. Sekretaris itu mengangguk. Trant mengikutinya dan kemudian berjalan sendirian perlahan-lahan sepanjang bangsal. Trant menghampiri tempat tidur ketiga di sebelah kiri yang telah ditunjukkan oleh Meakin. Laki-laki yang terbaring di atasnya sedang tidur. Trant berhenti dan memperhatikannya. Untuk seketika dia yakin bahwa ini adalah Harry Clay yang terdapat di dalam catatan polisi. Seperti yang dikatakan oleh gadis itu, hidung besar, dan biji
79 mata yang berdekatan, adalah tidak salah lagi. Dilihat dari segi apapun, dia orang yang jelek....
Dia kembali untuk menyertai yang lain. - Ya benar, itulah orangnya.... kapan kecelakaan itu terjadinya, sersan"
- Kami tidak tahu dengan pasti, tuan. Kata Grange. - Tidak ada mobil lain yang terlibat, dan tidak seorangpun yang melaporkannya pada waktu itu. Dia dibawa ke sini sekitar jam lima tigapuluh kemarin pagi.
- Lima tigapuluh, eh" Itu cocok .... Betul - coba ceritakan kecelakaan itu.
- Kecelakaan itu terjadi di sebuah jalan kecil yang melalui Hutan Epping. Grange membentangkan peta yang dibawanya dan menunjukkan tempatnya. - Clay datang dari arah utara mengendarai sebuah Hillman Minx - mobilnya sendiri, menurut buku log. Rupanya mobil itu tergelincir dari jalan di sebuah tikungan. Mobil itu terus meluncur di antara pohon-pohonan dan terbalik di tanah yang rendah. Setelah itu mobil itu tidak kelihatan dari jalan. Orang yang pertama kali mengetahui terjadinya kecelakaan itu ialah seorang pengendara mobil lain yang melihat seorang yang kesakitan duduk di tepi jalan, sebelum jam lima tigapuluh. Dia terus membawa orang itu ke sini, dan rumah sakit memberi tahu kami tentang kecelakaan mobil itu.
Trant melihat kepada sekretaris rumah sakit itu. - apakah luka-lukanya parah"
- Banyak luka-luka memar dan tulang kepala retak. Kata Meakin. - Tidak ada yang parah - tapi dia nampak kebingungan dan menderita shock waktu sampai ke sini.
- Bagaimana keadaannya sekarang"
- Dia sudah bertambah baik - dia sudah akan
80 bisa bangun dalam satu atau dua hari ... dan keadaannya sangat kotor waktu dia tiba - nampaknya seperti baru berguling-guling di lumpur. Tangannya, pakaiannya, sepatunya -semuanya. Saya bertanya kepadanya apa sebabnya sampai begitu keadaannya, tapi dia menjawab tidak ingat.
- Itu menarik sekali.... Trant diam sebentar. - Apakah anda sudah memberi tahu seseorang" Isteri-nya"
- Ya - polisi Cambridge menghubunginya di rumahnya kemarin pagi dan dia datang kemari siang harinya.
- Apakah dia sudah berbicara dengan Clay"
- Kemarin tidak - waktu itu Clay sedang dibius dan tidur. Dia kemari lagi tadi sore dan berbicara dengannya - dia baru saja pergi waktu anda datang. Dia menginap di Blue Boar di Epping, kalau anda ingin menemuinya.
Trant mengangguk. - Baiklah - mari kita masuk dan berbicara sendiri dengannya.... saya kira sebaiknya kita memakai tirai.
maka seorang perawatpun dipanggil untuk memasang tirai di sekeliling tempat tidurnya, dan menyediakan empat buah kursi. Sementara itu si pasien sudah terbangun dari tidurnya.
Trant mengambil tempat duduk di dekat kepala si sakit. - Kami adalah anggota polisi. Katanya.
Clay memperhatikannya dari balik pembalut-nya. - Apa yang kau kehendaki"
- Kami ingin tahu tentang kecelakaanmu.
- Apa - lagi" - Ya. - Aku tidak dapat menghindarkan kejadian itu. Jalan itu begitu licin.
- Kau datang dari mana, dan mau ke mana"
81 - Aku datang dari Cambridge - di situlah tempat tinggalku. Aku sedang menuju ke Portsmouth.
- Mengapa" - Aku sedang mau meninjau sebuah toko ... sebenarnya ada apa" Kalian tidak ada urusan apa-apa denganku.
- Kami selalu ada urusan denganmu. Kata Trant.
- Jadi mau apa" Aku sudah hidup dengan baik-baik selama bertahun-tahun.
- Itu masih harus dibuktikan. Mengapa kau i-ngin meninjau sebuah toko"
- Aku ingin membelinya, kalau kalian mau tahu. Isteriku tidak betah lagi di Cambridge - katanya terlalu dingin untuknya. Ingin pindah ke selatan, tahu" Nah, dia melihat sebuah iklan - sebuah toko besi akan dijual di Portsmouth. Itulah usahaku - berdagang barang-barang besi. Maka aku berusaha mau pindah .... sudah puas"
- Apa nama toko itu"
- Clarkson. Dari Harbour Street.
- Apakah mereka mengetahui kau mau datang"
- Tidak - aku hanya mau mampir.
- Mampir! Kata Trant. - Mengapa tidak...." Sambil pesiar.
- Jam berapa kau berangkat dari Cambridge"
- Kira-kira setengah empat, Sabtu pagi.
- Agak kepagian, ya"
- Maksudku untuk menghindarkan kemacetan lalu-lintas. Kau tahu bagaimana kalau hari Sabtu.
- Apakah ada yang melihat atau mendengarmu pergi"
- Ada, isteriku. - Yang lain" - Bagaimana aku tahu..." Kukira tidak ada.
82 - Sayang sekali. Kata Trant. - Kau berhenti di jalan" Berbicara kepada seseorang" Membeli bensin"
- Tidak di pagi buta itu. Aku terus saja.
- Apa yang kaulakukan di jalan di tengah
hutan itu" Itu adalah jurusan yang aneh untuk menuju ke Portmouth, bukan"
- Aku tadinya ingin memintas. Menyeberang Waltham Abbey dari A11.... tapi aku tersesat.
- Itukah sebabnya kau naik mobilmu begitu cepat"


Rumah Yang Terpencil A Very Quiet Place Karya Andrew Garve di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

- Aku sudah bilang, jalan begitu licin.
Memburu Pengkhianat 2 Pendekar Slebor 22 Manusia Pemuja Bulan Genta Kematian 2
^