Pencarian

Istana Hantu 1

Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw Bagian 1


yoza collection Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung
Karya : Kim Tiaw Penerbit : Radjawali Emas Jakarta (1973)
Edited & Ebook by : yoza
Istana Hantu - Halaman 0 0 yoza collection Jilid 1 SEJAUH MATA memandang, hanya nampak lautan luas membentang biru
berombak-ombak kecil oleh hembusan angin kering yang menghempas
pantai. Ujung langit yang berwarna kelabu melengkung menyeruak masuk
ke dalam hamparan gelombang membiru di ujung laut jauh di sebelah sana merupakan
payung raksasa yang melingkupi batas-batas laut Po-hay. Sementara di sekeliling
pantai hanyalah batu karang melulu yang menjulang tinggi menerima hamparan ombak
yang menjerit-jerit, merupakan nyanyian abadi yang tak kunjung henti.
Angin kering mengusap permukaan laut biru membuat tarian kecil mengombak
memecah pantai. Beberapa burung camar beterbangan di atasnya, merupakan titik-titik
hitam yang kemudian lenyap dari pandangan mata. Suasana di tempat ini demikian
hening, hanya terdengar suara angin membelai punggung laut dan menghempasnya
ke sebuah batu karang hitam menimbulkan suara air yang mengercak dan mengalir
kembali ke tengah lautan.
Di tepi pantai itu, matahari memandang dengan ganasnya. Mengusap pasir putih
berkilau cahaya perak yang memantul ke atas dalam bayang-bayang air biru. Pada
ketika itu ketenangan air bergelombang kecil oleh sepasang kaki manusia yang berjalan
perlahan di tepi pantai. Tapak-tapak bekas kaki membekas pada pasir putih, sementara usapan matahari
pada punggung ke dua manusia itu membuat bayangan yang bergerak lambat di atas
pasir. Dua sosok tubuh manusia, seorang wanita muda cantik dan seorang pemuda
tampan yang buntung lengan kanannya.
Mereka berjalan amat perlahan dan sukar sekali. Si gadis memapah tubuh si
pemuda lengan buntung, setengah memeluknya. Sementara isak tertahan dari gadis itu
merupakan irama memilukan hati bagi siapa saja yang mendengar keluhannya.
ana, tidak jauh panah. Amat menyeramkan sekali keadaan pemuda lengan buntung ini. Seluruh bajunya
yang putih sudah penuh dengan bekas-bekas darah merah. Tiga batang anak panah
masih menancap di dada dan punggungnya. Wajahnya amat pucat dan kelihatannya
sudah begitu lemah. Istana Hantu - Halaman 1 1 yoza collection Ia berjalan terhuyung-huyung dalam papahan pelukan tangan si gadis yang
memeluknya. Waktu si gadis itu berkata tadi, pemuda itu menoleh. Akan tetapi tidak
berkata-kata, hanya wajahnya dikerutkan menahan nyeri yang hebat pada dada dan
punggung. Mereka terus berjalan di tepi pantai laut Po-hay, meninggalkan bekas-bekas tapak
kaki yang kemudian lenyap disapa ombak yang memecah pantai. Ke dua orang muda
itu adalah Sung Tiang Le dan Cia Pei Pei. Mereka berusaha meninggalkan pulau Bidadari
menyusuri tepian laut Po-hay dan karena saking banyaknya darah yang keluar dari
luka-luka di punggung dan pundak Tiang Le membuat pemuda itu berjalan terhuyunghuyung saking lemasnya.
Sementara Pei Pei sambil mengucurkan air mata memapah Tiang Le, setengah
berpelukan mereka berjalan lambat-lambat di tepi laut. Sebentar-sebentar mereka
berhenti apabila pemuda itu terbatuk-batuk dan mengeluarkan darah. Dan kalau sudah
begitu, gugur bendungan air mata si gadis Pei Pei tak tahu apa yang mesti ia perbuat,
hanya menangis dan memeluk pemuda itu!
Sungguh pemandangan yang amat mengenaskan hati. Siapakah orangnya yang
tidak menaruh kasihan kepada pemuda yang sudah buntung lengannya, ditambah lagi
dengan tiga buah anak panah yang masih menancap di tubuhnya.
Pemuda itu berkali-kali jatuh pingsan. Darah yang mengalir dari luka oleh anak
panah sudah mengering dan membengkak membuat rasa sakit yang hebat. Tubuh itu
letih lunglai. Tubuh itu terhuyung-huyung dan roboh berdua-dua dengan si gadis yang
memeluknya dan dengan amat sukar sekali kemudian mengangkat tubuh Tiang Le dan
memapahnya lagi. Entah berapa kali mereka itu jatuh bangun. Tiada orang yang tahu. Tiada orang
menaruh rasa kasihan kepada dua orang muda ini. Sesungguhnyalah, di tempat ini
begitu sunyi. Tiada seorangpun manusia, selain dari kedua orang muda yang berjalan menyusuri
pantai lambat-lambat dan jatuh bangun. Dan terdengar tangisan dari si gadis. Menangisi
nasib si pemuda lengan buntung yang begitu malang dan patut dikasihani!
Ada dua jam mereka menyusuri pantai, tiba-tiba Pei Pei berteriak girang,
Le koko.. . . lihat, di sana itu
Pei Pei menarik tangan Tiang Le. Pemuda itu agak sedikit limbung berjalan
terhuyung dalam tarikan tangan si gadis.
- g Le menyebut nama si gadis dengan panggilan mesra.
Istana Hantu - Halaman 2 2 yoza collection Dan Pei Pei menoleh. Seberkas senyum di balik air mata yang berderai-derai
menghias wajahnya. Senyum itu menandakan kepiluan hati. Tidak berkata apa-apa
gadis itu, hanya tangannya saja meraih tangan Tiang Le dan memapahnya sampai ke
depan gua di depannya. Goa batu karang hitam. Di sinilah Pei Pei memapah tubuh Tiang Le masuk ke dalam
goa. Baru di tempat inilah, ia merasakan tubuhnya menjadi kaku-kaku dan nyeri pada
dada dan punggung. Tiba-tiba pemuda itu menjerit dan tubuhnya terhuyung roboh
dalam pelukan si gadis. Di dalam goa batu karang ini, pemuda itu pingsan lagi!
Pei Pei terisak. Akan tetapi, setelah sampai di tempat ini hatinya menjadi lega,
Pikirannya bekerja. Kemudian tangan halus yang cekatan itu mulai bekerja merawat
luka Tiang Le yang cukup parah ini.
Di bagian lain, masih dalam lingkungan laut Po-hay berpuluh-puluh mayat manusia
menggeletak di atas sebuah tebing batu karang yang amat tinggi. Mayat-mayat itu
masih hangat. Baru tadi siang terjadinya pembunuhan besar-besaran ini.
Pada bagian terakhir cerita Pendekar Lengan Buntung, pemuda yang bernama Sung
Tiang Le itu mengamuk, menghancurkan banyak perwira Mongol dan membunuh habis
semua pengemis-pengemis Hwa-ie-kay-pang, Hek-lian-pay dan gadis-gadis Sian-li-pay,
murid-murid Bu-tek Sianli yang jahat dan licik ini!
Sebetulnya, pemuda lengan buntung Sung Tiang Le bukanlah seorang pemuda yang
berhati kejam dan telengas, sehingga membunuh begitu banyak manusia. Akan tetapi,
karena pemuda itu dikeroyok banyak sekali oleh pasukan Mongol dan para sekutu Butek Sianli, tiada jalan lain baginya untuk meloloskan diri dan menyelamatkan Pei Pei
yang ditawan oleh nenek Bu-tek Sianli!
Sepak terjang pemuda lengan buntung ini, mengemparkan tokoh dunia persilatan.
Belum lama pemuda itu, dalam keadaan terluka meninggalkan tebing curam dan
berjalan dengan terhuyung-huyung dalam papahan Pei Pei, muncul banyak tokoh-tokoh
kang-ouw ke tempat itu. Dan alangkah kagetnya mereka karena semua murid nenek
Bu-tek Sianli yang cantik-cantik itu telah kedapatan mati dan banyak lagi ditemui
pengemis-pengemis Hwa-ie-kay-pang dan ratusan tentara Mongol yang sudah
menggeletak dalam keadaan sudah tak bernapas lagi!
Tentu saja, sebagai orang gagah dan mempunyai rasa kasihan dan
berperikemanusiaan, mereka itu lalu mengubur mayat-mayat yang bergelimpangan di
Pulau Bidadari! Tak terkecuali tentara Mongol sekalipun!
Sejak kejadian itu, nama pemuda lengan buntung menanjak tinggi, sederet dengan
tokoh-tokoh kang-ouw lainnya.
Istana Hantu - Halaman 3 3 yoza collection ooOOoo Jauh di bawah tebing batu karang yang curam, air laut mengericak memberi irama
pada gelombang-gelombang tipis. Sesosok tubuh manusia terapung-apung di
permukaan air. Seorang gadis yang tengah pingsan dalam pelukan pada sebilah balok
kayu yang mengambang. Gadis itu masih muda belia dan berusia sekitar duapuluh
tahunan. Pakaian dan rambutnya yang panjang sudah basah kuyup tersiram air laut yang
menggelepar-gelepar memukul batu karang hitam yang menjulang tinggi. Perlahanlahan balok kayu itu terdampar oleh ombak ke pinggir, membentur batu karang.
Sedikit agak keras benturan itu sehingga menyadarkan si gadis dari pingsannya. Ia
agak terkejut sekali begitu melihat ke atas, pertama-tama dilihatnya langit luas
membentang di atasnya dan di sampingnya terhampar lautan luas bergelombanggelombang kecil menakutkan. Suara gemuruh itu adalah suara air laut yang
bergelombang dari tengah lautan dan menghempas ke pantai. Untuk sesaat lamanya,
teringatlah ia, bahwa dirinya bukanlah berada di alam neraka yang semula diingatnya!
Ia kini berada di pantai laut Po-hay. Tebing tinggi di sana itu mengingatkan dia dari
kejadian-kejadian yang belum lama ini dialami. Ia sadar. Ia telah jatuh dari atas tebing
batu karang itu dan rupanya balok kayu inilah yang menyelamatkan dirinya, sehingga
ia tidak terbawa hanyut ke tengah lautan.
Memang pada saat itu laut sedang pasang, ombak menghempas pantai merupakan
jeritan yang menakutkan. Ia sudah selamat kini, walaupun dirasakannya badannya
terasa sakit bukan main! Akan tetapi, apabila pikirannya teringat kepada kejadiankejadian di atas tebing sana itu, segera ia berjalan perlahan. Kedua lututnya terasa
lemah sekali. Pakaiannya basah kuyup, akan tetapi ia tak memperdulikan. Ia terus
berjalan terhuyung-huyung menaiki tebing di sebelah sana itu"
Akan tetapi apa yang didapatinya di sebelah sana itu" Oh, hanya puluhan gundukan
tanah yang merupakan kuburan manusia yang masih baru. Mungkinkah Tiang Le juga
sudah berdiam di dalam kuburan itu, sudah binasakah Tiang Le"
Betapa cemas hati gadis itu kini. Matanya memandang jauh ke bawah, mata itu
kemudian menjadi basah. Teringat ia kepada Tiang Le. Entah bagaimana nasib pemuda
malang itu, mudah-mudahan ia selamat, mudah-mudahan yang di dalam kuburan itu
bukan Tiang Le di antaranya!
Sambil mengusap air matanya yang sudah mengering, karena terus-terusan
menangis. Akhirnya gadis itu berjalan meninggalkan tebing. Tertunduk lunglai!
Istana Hantu - Halaman 4 4 yoza collection dalam hati. Sementara pakaiannya yang tadi basah kini sudah mengering.
Baru sekarang dirasakan perutnya begini lapar, baru sekarang ia merasakan
dahaga yang mengeringkan tenggorokannya. Pandangannya nanar terlempar jauh ke
tengah lautan luas. Akhirnya, saking lelahnya, dia, gadis itu menjatuhkan tubuhnya.
Terduduk di atas batu karang yang hitam. Tenggelam dalam berbagai macam perasaan
yang berkecamuk di dalam hatinya.
Siapakah gadis itu" Dalam cerita Pendekar Lengan Buntung telah diceritakan betapa gadis yang
bernama Bwe Lan ini terjungkal dari tebing yang amat curam oleh pukulan Bu-tek Sianli
yang telah berlaku curang telah membokongnya. Dan saking hebatnya pukulan Bu-tek
Sianli yang menggunakan Pukulan Dewa Tanpa Tandingan membuat gadis itu
terjungkal dari atas tebing dan disambut oleh air laut di bawah yang bergelombang
memecah batu karang. Untunglah pada saat tubuhnya melayang itu Bwe Lan tidak begitu gugup dan
segera ia menggunakan gin-kangnya mencelat ke samping untuk menghindarkan
tubuhnya menimpah batu karang, dan tubuhnya itu terbanting ke dalam lautan. Untuk
beberapa saat gadis itu gelagapan juga waktu tubuhnya terus meluncur ke dalam laut.
Cepat Bwe Lan menggerak-gerakkan tangannya dan secara kebetulan sekali,
tangan itu mendapat pegangan sebatang balok. Cepat ia memeluk balok itu dan tanpa
disadarinya, ia telah menjadi pingsan dalam ke dua tangan memeluk balok yang
diombang-ambingkan oleh ombak yang datang dari tengah itu.
Apabila matahari telah naik tinggi, Bwe Lan bangkit dari duduknya. Sekali lagi ia
memandang ke arah lautan Po-hay yang membentang luas. Kemudian pandangannya
menyusuri gundukan tanah yang banyak di tempat itu.
Hatinya perih sekali, jangan-jangan Tiang Le sudah mati dan dikubur pula di tempat
itu" Ditekannya perasaan yang bukan-bukan itu. Diyakinkan hatinya bahwa Tiang Le
belum mati. Tak boleh ini terjadi, pikirnya!
Apabila ia memandang ke atas, matahari memandang kepadanya dengan ganas
sekali. Dan dengan hati yang tidak keruan rasa, gadis yang bernama Liang Bwe Lan itu
kemudian meninggalkan tempat itu, berjalan tergontai-gontai.
Jalannya tertunduk! Menyusuri laut Po-hay, melewati batu-batu karang yang
menjulang tinggi. Banyak goa-goa yang terbuat dari batu karang di sepanjang pesisir
laut itu. Akan tetapi, gadis itu tak memperdulikan semuanya. Tak perduli lagi ia akan
Istana Hantu - Halaman 5 5 yoza collection panas yang membakar tubuhnya. Ia harus cepat-cepat meninggalkan pulau ini mencari
Tiang Le. Ia tak pernah mengimpi bahwa pada saat ia berjalan melewati gua-gua batu karang
di pinggir laut itu, tak jauh dari situ, yakni di sebuah goa, kurang lebih duapuluh tombak
jauhnya, seorang lelaki tampan, dalam keadaan terluka parah didampingi oleh seorang
perempuan cantik, lemah lembut dan yang tengah merawatnya dengan kasih sayang.
Mereka itu adalah Cia Pei Pei dan Sung Tiang Le.
Dalam goa itu menjadi hening karena Tiang Le, entah pingsan, entah setengah
pingsan tak bergerak di tempat itu. Sedangkan Pei Pei hanya memandang pemuda itu
dengan air mata bercucuran sambil mengusap kain basah pada leher Tiang Le yang
panas membara. Berkali-kali pemuda itu mengigau. Setiap kali pemuda itu tidak keruan
rupa, setiap kali itu pula hati Pei Pei teriris pilu. Dan menangis dia dengan sedih.
Betapa tidak, kalau dalam pingsannya itu Tiang Le mengigau dan menyebut-nyebut
nama seorang gadis lain. Aduhai, membuat pedih hati Pei Pei, akan tetapi Pei Pei dapat
menekan perasaannya ini. Ia dapat memaklumi.
Kalau Bwe Hwa pada saat ini tengah menanti-nanti Tiang Le. Dan pemuda ini di sisi
ini, tidak berdaya dalam luka-luka yang amat hebat membakar tubuhnya. Tiang Le
terserang demam panas, akibat luka-lukanya dari ke tiga anak panah yang menancap
di dada dan punggungnya! Dan Pei Pei hanya bisa menangisi pemuda itu sambil membasahi kain basah pada
leher dan kening si pemuda. Pei Pei tak tahu apa yang mesti ia lakukan. Ia sendiri tak
mengerti sedikitpun tentang ilmu pengobatan! Andai kata mereka berada di kota atau
dusun tentu sejak tadi ia sudah mengangkat kaki memanggil sin-she atau tabib. Akan
tetapi di sini ia di tepi lautan Po-hay yang sepi mati! Hendak minta tolong kepada
siapakah dia" O, Pei Pei hanya bisa menitikkan air mata saja. Memandang ke arah dada yang
tertancap anak panah itu. Ingin ia mencabutnya, akan tetapi belum lagi ia mencabut,
baru saja menyentuh anak panah itu, Tiang Le sudah menjerit kesakitan. Tak tega Pei
Pei. Sementara dilihatnya wajah Tiang Le semakin pucat seperti mayat!
Hari kedua, Tiang Le membuka matanya. Ia bergerak hendak bangun, akan tetapi
sekelilingnya. Sebuah api unggun menerangi wajahnya. Sementara di luar gua gelap
gulita. Suara ombak terdengar meriak di kegelapan.
Istana Hantu - Halaman 6 6 yoza collection ita berada di dalam sebuah gua, di
tepi pantai laut Popenuh perhatian.
Terharu hati Tiang Le. Apalagi dalam keremangan cuaca yang hanya diterangi oleh
api unggun itu, ia melihat gadis
kau menangis PeiSebuah senyum mencercah di bibir itu.
kau sudah ingat kembali.. .
lukamu.. . . koko anak panah itu, bahaya sekali kalau dibiarkan.. . . kalau sudah tidak
menancap di dada yang bidang itu. Menyentuhnya, akan tetapi Tiang Le menggelinjang
kesakitan. - - Sebenarnya, pemuda itu tak perlu merasa sakit. Ia dapat segera mengerahkan
tenaga sin-kang di dada dan pundak. Akan tetapi, tak mau ia memperlihatkan bahwa ia
sudah sembuh. Memang Tiang Le ini luar biasa. Biarpun lukanya ia tidak diobati, akan tetapi berkat
tenaga sin-kangnya yang sudah mendarah daging di tubuh itu. Perlahan, akan tetapi
pasti, dengan hawa sin-kang ia sudah dapat menyembuhkan lukanya. Hanya tinggal
mencabut anak panah yang menancap saja.
Bergetar tangan Pei Pei mencabut anak panah yang menancap di dada si pemuda.
Apabila Tiang Le menyerengit seperti orang kesakitan, si gadis menunda pekerjaannya
dan mengawasi wajah Tiang Le.
Istana Hantu - Halaman 7 7 yoza collection Girang hati si gadis. Getaran suara yang manja itu menandakan bahwa pemuda itu
bukan merasakan sakit. Hanya kolokan!
gadis itu menyentuh anak panah kedua. Perlahan mencabut. Darah hitam keluar dari


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bekas luka di ujung anak panah itu.
Segera Tiang Le mengerahkan sin-kangnya mendorong darah yang bercampur
racun itu. Sehingga Pei Pei amat terkejut sekali melihat banyak darah hitam yang
mengalir keluar dari bekas luka anak panah yang barusan dicabut.
dengan carikan bajunya yang sudah dirobek.
-moay, sebentar lagi apabila kehitaman itu
le seperti dibakar, kau terserang demam panas sehingga berkali-kali kau mengigau
ak meneruskan perkataannya. Mukanya untuk seketika
menjadi merah sampai ke telinga, sementara batinnya terasa tak enak benar.
Tiang Le melap darah yang kehitam-hitaman itu dengan carikan kain. Sementara
-kali menangisi dia, aneh dalam
-tiba ia menarik tangan Pei
-nantiku, Pei-moay. Hayo sekarang juga kita berangkat ke Tai-hang-san. Aku sudah berjanji dengan Bwe
Hwa untuk Memang hari telah jauh malam. Di luar hitam pekat, bagaimana mereka dapat
berjalan" Tiang Le jadi termenung memandangi seonggok api unggun yang hendak
padam. Istana Hantu - Halaman 8 8 yoza collection saja pagi-pagi.. . . . Oya apakah kau sudah kuat betu
Tiang Le menggelengkan kepala. Saat ia teringat akan perkataan Bwe Lan tiga hari
Itulah suara Bwe Hwa pada tiga hari yang lalu, pada saat ia hendak memenuhi
undangan Bu-tek Sianli, di pulau Bidadari.
Sebetulnya gadis yang bernama Bwe Hwa itu akan ikut dengannya, akan tetapi
karena ia menguatiri keselamatan gadis itu, maka Bwe Hwa hanya menanti di lembah
Tai-hang-san. Siapa tahu justru ia mengalami luka dan pingsan hampir tiga hari ini.
Jangan-jangan Bwe Hwa akan menyusulnya ke pulau bidadari. Ia tahu betul akan
kekerasan gadis itu, ia yakin Bwe Hwa akan mencarinya.
Api unggun menjadi padam ditampar angin malam yang menerobos dari luar.
Angin laut berhembus keras sekali. Tiang Le berkata kepada gadis itu.
- t Pei Pei diantara tebasan angin malam yang
menerpa dari luar. Dingin.
Tiang Le hanya tersenyum. Tidak menyahut akan perkataan Pei Pei. Ia melonjorkan
ke dua kakinya. Sementara Pei Pei memandangnya, memandang dengan curahan cinta
kasih, kemudian ia merebahkan kepalanya. Meramkan kedua matanya, dan sebentar itu
pula, saking ngantuknya dia karena sudah dua hari ini ia menggadangi Tiang Le.
Terasa benar kantuk itu sekarang, terasa berat sekali matanya dan sebentar itu
pula ia sudah tenggelam dalam tidurnya yang nyenyak. Napas gadis itu perlahan sekali.
Tiang Le tersenyum sendiri mengenang gadis di depannya. Berhenti kemudian
dengan bayangan Bwe Hwa yang mengoyak-ngoyak hatinya sekarang. Sampai lama ia
tidak bisa tidur, kejadian-kejadian di lembah Tai-hang-san bersama Bwe Hwa
membayang kini di depan matanya. Segera ia menekan perasaan hatinya dan
kemudian ia bersemedi. Mengheningkan cipta, tak lama kemudian iapun sudah
tenggelam dalam tidurnya meski dalam keadaan bersemedi!
Malam bertambah gulita. Suara angin laut terdengar dikesepian malam merupakan
nyanyian abadi yang tak kunjung henti. Suara ombak memecah karang merupakan
paduan lagu yang mengiringi perjalanan malam yang amat lambat merangkak menuju
pagi. Istana Hantu - Halaman 9 9 yoza collection Tiang Le tidak sadar, pada saat itu entah dari mana datangnya, seekor ular putih
merangkak lambat-lambat menuju ke arah dua orang muda itu. Lidahnya yang kecil
panjang menjulur ke depan.
Anehnya ular kecil yang berwarna putih itu hanya sekali saja menggigit lengan di
tangan Pei Pei dan ia kemudian merayap menghampiri Tiang Le. Amat lembut sekali
ular itu membelit kaki pemuda lengan buntung.
Dan kemudian, ia meninggalkan kedua orang muda itu. Merayap lagi keluar gua,
sedangkan Pei Pei dan Tiang Le tidak menyadari apa sesungguhnya yang terjadi.
Mereka tidak merasakan apa-apa. Ular putih yang aneh!
Baru setelah matahari membersit tinggi, Tiang Le membuka matanya, dan alangkah
herannya dia begitu matanya terbentur oleh tatapan Pei Pei. Bagaikan ada besi
semberani yang menariknya. Tangan kiri Tiang Le menarik tangan si gadis.
Dan anehnya Pei Pei terus saja memeluk pemuda itu dengan dengusan napas yang
memburu! Menciumi pemuda itu! Dan yang aneh lagi bagaikan menemukan makanan
yang lezat Tiang Le juga membalas memeluk gsdis itu. Membalas mengecup dengan
ciuman-ciuman yang panjang.
Tiada kata-kata yang keluar dari mulut ke dua orang muda yang telah terangsang
oleh tenaga dorongan yang aneh. Hanya napas ke duanya itu memburu, saling
mendekap dan saling hendak meledakkan isi dada yang terasa amat berdenyar-denyar
dengan amat kerasnya. Anehnya, pada kedua wajah orang muda itu tampak putih seperti salju. Darah di
tubuh Tiang Le berdentum-dentum dengan amat kerasnya, sebaliknya Pei Pei pun
demikian. Ia merasa ingin dijamah!
Dan memang tangan kiri Tiang Le menjamah sudah bagian tubuh Pei Pei. Satu
persatu, pakaian yang melekat di tubuh gadis itu terlepas di dalam goa. Tiang Le
memandangi gadis itu dalam keadaan yang polos. Dadanya semakin berdentum.
Kepalanya semakin pening, dan matanya semakin pedas.
Seluruh tubuhnya kini semakin panas dan bagaikan ada tenaga gaib yang hendak
mengajaknya ke sana. Pei Pei juga menyambut tubuh si pemuda. Sementara dari
bibirnya yang kering itu menjerit memanggil nama si pemuda dengan jeritan histeris,
terdengar perlahan sekali. Meraih tubuh polos ini. Keduanya saling menumpahkan
perasaan yang aneh itu! Istana Hantu - Halaman 10
10 yoza collection Keduanja kini terlena. Keduanya itu tidak sadar. Kalau pada saat itu berkelebat sebuah bayangan dan
terhenyak dia melihat pemandangan yang membuat seluruh tubuhnya menggigil keras.
Matanya menjadi pedas. Hati menjerit mengeluarkan kutukan sehabis-habisnya.
Kemudian mata itu meneteskan air mata, tangannya merabah pedang di pinggang,
akan tetapi, rasa malu membuat ia mencelat ke atas, dan berdiri di atas gua batu
karang itu melepaskan pandangan ke laut nan bebas.
Wajahnya yang merah sampai ke telinga itu, membuat hatinya bertambah gemas
dan marah. Dalam dada itu menyaingi deburan ombak yang berdenyar-denyar,
mengeluarkan kutukan-kutukan yang tak terucapkan, ke dua kakinya menggigil.
Didengarnya suara Tiang Le, suara yang amat dikenalnya itu berkata penuh penyesalan:
- menyerahkan kehormatanku kepadamu meski itu kuberikan dengan tidak sadar, akan
- Terdengar Tiang Le menghela napas panjang.
-coa yang amat jahat.. . . lihat ular yang tadi kuhancurkan barusan.. . . ia masih menggeliat-geliat. Ular
inilah yang menyebabkan kita dengan tak sadar telah melakukan hubungan gila ini.. . .
isterimu.. . . begitu kejamkah hatimu koko, begitu tegakah engkau meninggalkanku
Pei yang penuh linangan air mata hendak menembus dada si pemuda. Dan menyelidiki
isi hati itu. emang cinta padamu Pei Pei, tapi bukan begini caranya aku mengambil
Istana Hantu - Halaman 11
11 yoza collection Tiang Le menggunakan tangan kirinya mendekapkan mukanya dan terasa sekali
kepalanya masih berkunang-kunang. Dan napasnya memburu apabila tatapan Pei Pei
menyentuh matanya, napsu birahi masih menguasai jiwanya. Sehingga Tiang Le tak
berani lagi memandang si gadis, ia hendak menangis, ia hendak menjerit-jerit penuh
penyesalan atas kejadian-kejadian gila ini. Akan tetapi entah mengapa ia tak dapat
menangis. Hatinya masih dikuasai oleh perasaan gelisah yang menggelora.
Pei Pei hanya menangis sedih. Dan ia menjatuhkan diri berlutut di kaki si pemuda.
lagi yang boleh kupercayai. Kedua orang tuaku sudah meninggal. Jangan kau
mengecewakan mendiang ayah dan ibu, koko. Kalau.. . . kalau kau.. . . ahh, sebaiknya aku
s kini. Pada saat itu dari luar gua terdengar bentakan keras yang menggeledek nyaring.
ambil Pei Pei sebagai istrimu dan bersumpah demi langit dan bumi bahwa kau sudah
menjadi suami Pei Pei, kalau tidak aku akan memenggal lehermu! Tiang Le, hayo kau
Bagaikan disambar petir yang menggeledek di atas kepalanya Tiang Le mencelat
ke luar gua dan memandang ke arah seorang gadis muda yang berlengan buntung.
Akan tetapi telah memegang pedang pendek di tangan kanannya!
sembilu, ketika melihat dari bibir gadis yang bukan lain adalah Bwe Hwa mengeluarkan
darah. Memang saking marahnya gadis ini sehingga ia muntahkan darah. Kasihan sekali
Bwe Hwa ini. Ia memang sudah menderita luka dalam dadanya, tubuhnya sudah soak. Teringat
akan perkataan kakek kaki buntung beberapa hari yang lalu, Tiang Le menjadi lemas
kedua kakinya dan menggigil. Hatinya saat itu seperti dikoyak-koyak mengeluarkan luka
yang parah! -moay sabarlah, dengarlah dulu keteranganku.. . . Marilah hwa-
Istana Hantu - Halaman 12
12 yoza collection hindarkan sambaran pedang yang amat cepat itu. Tubuhnya dimiringkan ke kiri dan
mencelat jauh. -moay, jangan begitu, j tangis Bwe Hwa mengirimkan serangan tusukan pedang bertubi-tubi ke arah Tiang Le.
Hatinya semakin panas bukan main. Pemandangan barusan tadi dilihatnya itu
membuat darahnya mendidih. Dua hari ia menanti-nantikan kedatangan pemuda itu ke
Tai-hangdan! Ahh, betapa marahnya hati Bwe Hwa. Sambil menjerit-jerit itu pedangnya
berkelebat ke arah leher Tiang Le. Kalau saja pemuda lengan buntung itu tidak
mempunyai kepandaian yang tinggi, tentu sebentar saja pedang putih di tangan gadis
itu akan menabas leher Tiang Le. Dahsyat sekali serangan gadis ini. Serangan-serangan
begitu sengit dan ganas! menyabarkan Bwe Hwa. Akan tetapi mana ia mau bersabar lagi merasa dipermainkan
oleh pemuda itu, telah ditipunya mentah-mentah. Bukankah pemuda itu hendak
secepatnya kembali ke Tai-hang-san.
Setan, tidak tahunya.. . . ahh, panas hati Bwe Hwa. Entah mengapa perasaannya
penuh dengan kemarahan yang memuncak dan inilah kesalahannya. Ia sebetulnya tak
boleh marah, ia mengalami luka dalam yang parah sekali. Setiap kali rasa marah yang
menyerang dadanya, setiap itu pula Bwe Hwa muntahkan darah segar.
Sudah tiga kali ia mengeluarkan darah, wajahnya semakin pucat. Gerakangerakannya semakin lemah. Terkejut sekali Tiang Le melihat keadaan gadis itu. Cepat
ia mainkan jurus-jurus Tok-pik-kun-hoat dan sebentar saja Bwe Hwa sudah terdesak
hebat. Akan tetapi Bwe Hwa malah menyerangnya dengan penasaran dan sengit.
-moay, kau dengarlah kata-kataku dulu. Setelah itu, sekiranya kau menganggap
tapi jangan begini Hwa-moay,
berbuat tak berani bertanggung jawab. Jay-hoapedang Bwe Hwa memaki sengit.
-moay jangan b Istana Hantu - Halaman 13
13 yoza collection pendek Pek-hwa-kiam meluncur deras.
Amat cepat sekali gerakan pedang di tangan gadis yang bernama Bwe Hwa ini.
Itulah jurus Menusuk Jantung Mencabut Hati yang luar biasa hebatnya, sebuah jurus
dari ilmu silat Pek-hwa-kiam-sut yang diterimanya dari mendiang Pek-mo. Pedang
pendek putih di tangan gadis itu mendesing keras di dekat telinga Tiang Le yang sudah
mencabut pedang buntungnya pula dan menangkis. Saking hebatnya gadis ini, terpaksa
Tiang Le mengeluarkan pedangnya.
berteriak keras dan tiba-tiba dari samping pedang menyambar dan membabat ke arah
pedang buntung lawan. Mendengar seruan gadis itu, terkejutlah Tiang Le. Ia amat kenal sekali watak gadis
yang keras hati ini. Maka dengan hati yang enggak keruan rasa, terpaksa, ia mengangkat
pedang dan menangkis pedang Bwe Hwa.
Bunga api yang banyak sekali berpijar menyambar ke sana ke mari ketika dua buah
senjata itu bertemu, dan bunga-bunga api itu muncrat ke arah muka Bwe Hwa dan
Tiang Le. Baik Bwe Hwa maupun Tiang Le kagum sekali akan keampuhan senjata
lawannya. Gadis itu merasakan kepalanya jadi pening. Tahulah ia bahwa luka dalam di
dadanya membuat napasnya menjadi sesak. Ia memandang Tiang Le, kemudian sekali
menggerakkan tubuhnya, gadis itu berkelebat lenyap dan terdengar suara di antara
isakan tangis: lah, setelah anak gadis yang bernama Bwe Hwa itu. Kata-kata yang didengarnya barusan amat menusuk
hatinya. Kedua kakinya menggigil.
-mudahan itu tidak terjadi, mudahapa lagi yang mengoyakkan hati pemuda itu, dia jadi seperti orang linglung berdiri terus
memandang kepergian Bwe Hwa. Sementara kaki yang menggigil itu menjadi lemas
dan tak kuasa ia untuk berdiri lagi, dijatuhkannya dirinya di atas pasir putih. Tiang Le
tertunduk menangis! Istana Hantu - Halaman 14
14 yoza collection Bayangan-bayangan di lembah Tai-hang-san itu mengoyak-ngoyak hatinya.
Teringat ia betapa di lembah itu ia telah melakukan hubungan yang seharusnya tak
boleh ia lakukan terhadap Bwe Hwa. Akan tetapi entah iblis mana yang menguasai
keduanya, Tiang Le lemah, ia lemah hati dan tak tega menyakiti Bwe Hwa pada waktu
itu. olehmu bahwa sumoymu ini mengalami luka dalam yang amat parah, menyesal sekali
aku hanya dapat menolongnya pada batas yang tertentu. Gadis itu telah mengalami
tekanan bathin dan guncangan jantung yang cukup hebat.
obatnya. Apabila jantungnya bergoyang, dan mengalami shok dalam hidupnya, ia pasti
akan muntah darah lagi. Kau kasihanilah dia, hiburlah dia dan senangkanlah hatinya,
karena ia hanya bertahan hidup untuk beberapa bulan lagi saja. Tiang Le jangan kau
mukanya, air mata bercucuran lewat jari-jari tangan kiri itu.
Sementara angin menghempas lengan baju yang buntung itu, wajahnya pucat
bukan main. Hatinya kuatir bukan main kalau apa yang dikatakan Bwe Hwa tadi menjadi
kenyataan. Ia takut sungguh, kalau-kalau hubungannya dengan gadis itu membuat
seorang anak manusia terlahir di dunia dan menuntut balas kepadanya.
-keras dalam hati. Suara kaki pada pasir putih terdengar perlahan menghampiri Tiang Le dan Pei Pei
sudah menyentuh pundak pemuda buntung itu.
Tiang Le mengangkat wajahnya yang kusut masai.
Le mengeluh, memandang jauh ke laut yang luas.
- - Perlahan dan lesu Tiang Le bangkit dan memandang jauh-jauh dengan pandangan
yang kusut dan kacau. Istana Hantu - Halaman 15
15 yoza collection -jari tangan kiri Tiang Le dan berjalan perlahan.
Tiang Le termenung untuk sejenak,
hatiku berpisah dengannya. Dia memang patut dikasihani, umurnya tidak akan berapa
lama lagi ak yang sesungguhnya terjadi denganmu dan enci Bwe Hwa. Aku percaya, kau seorang
pemuda yang baik, tidak untuk mempermainkan Bwe Hwa atau aku koko. Ceritakanlah!
Pei Pei menengadahkan wajahnya memandang ke arah Tiang Le yang kusut dan
bingung. Ia melihat Tiang Le menundukkan wajahnya dan memandangnya dalamdalam.
ntuk kepercayaanmu kepadaku.. . . Memang
sebetulnya, seperti kata Bwe Hwa tadi memang benar, patut aku ini disebut manusia
hidung belang. Kau tahu Pei Pei pada mula pertama aku bertemu dengan sumoay Sian
Hwa, kemudian kami saling bercinta. Tidak tahu kalau sumoay Bwe Hwa pun diam-diam
telah mencintaiku padahal It-suheng Liok Kong In sangat mencintai Bwe Hwa akan
tetapi rupaenai halmu dengan Sian Hwa dan Enci Bwe Hwa, aku sudah mengetahuinya.
Bukankah engkau pernah bercerita kepadaku" Oya gara-gara engkau bercinta dengan
Sian Hwa itukan yang membuat Bwe Hwa marah dan.. . . dan membuntungi lengan
Pei. -moay. Akan tetapi sedikitpun aku tidak menaruh dendam
kepada sumoay Bwe Hwa. Malahan dengan bantuannya lengan kananku inilah justru
Kemudian dengan singkat Tiang Le menceritakan hubungan antara kedua


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sumoaynya itu. Diceritakan oleh Tiang Le betapa, sumoaynya yang bernama Bwe Hwa
itu akhirnya menyesal karena telah membuntungi lengannya dan malah pada
pertemuan belum lama ini Bwe Hwa masih menaruh harapan kepadanya.
Pada ketika itulah, di lembah Tai-hang-san, Tiang Le menolong gadis sumoaynya
dan dibawanya ke sebuah pondok. Pada saat itu Bwe Hwa terluka hebat, bukan saja
karena luka di lengan yang sengaja ia buntungi itu, akan tetapi pukulan Bu-tek Sianli
Istana Hantu - Halaman 16
16 yoza collection yang luar biasa itu membuat Bwe Hwa terluka parah dan menderita penyakit kanker
dada. Tak tega Tiang Le menyakiti hati gadis sumoaynya ini. Terjadilah tragedi yang rumit
di lembah itu. Tiang Le membalas cinta Bwe Hwa dan melakukan hubungan yang di
luar batas. Hubungan yang sebelumnya tak boleh mereka lakukan! Akan tetapi, entah
mengapa Tiang Le.. . . lemah hati dan melayani si gadis. (baca Pendekar Lengan Buntung).
san. Akan tetapi siapa tahu terjadi peristiw
berkata Tiang Le mengakhiri ceritanya.
- Pei Pei terdiam. membujuknya supaya ia hidup bersamaPei perlahan.
Tiang Le tidak menyahut. Ia berjalan sambil tertunduk dan melangkahkan kakinya
lambat-lambat di samping Pei Pei.
ooOOoo Berbulan-bulan lamanya Tiang Le dan Pei Pei mencari jejak Bwe Hwa, akan tetapi
sampai saat ini mereka belum dapat bertemu dengan Bwe Hwa. Tiang Le menjadi putus
asa sekali dan kuatir akan apa-apa yang terjadi di kemudian hari. Ia merasa sedih dan
kasihan sekali terhadap gadis yang malang itu.
Andaikan ia bertemu dengan gadis itu, betapa ingin hatinya mengatakan kepada
Bwe Hwa ia tak sanggup membiarkan gadis itu sendiri. Hendak ia katakan kepada Bwe
Hwa bahwa sejak kejadian-kejadian di Tai-hang-san itu, ia merasa sangat pilu dan
bersedih hati apabila mengenang Bwe Hwa, sumoaynya yang malang ini!
Sampai sekian lama itu, jejak Bwe Hwa belum juga diketemukan oleh Tiang Le dan
Pei Pei. Mereka bertanya-tanya kepada penduduk dusun, atau orang yang diketemuinya,
namun gadis yang lengan kirinya buntung tidak pernah mereka lihat. Oleh sebab itulah
sampai begitu lama Tiang Le dan Pei Pei tidak pernah lagi menemui Bwe Hwa. Ke
manakah gerangan perginya Bwe Hwa"
Tiang Le mulai berputus asa untuk menemui Bwe Hwa. Pada akhirnya karena tiada
lagi tujuan bagi Tiang Le, maka Tiang Le mengajak Pei Pei untuk mengembara ke
selatan. Pada waktu itu, keadaan Tiongkok selatan makin bertambah parah. Kemiskinan
merajalela di mana-mana akibat musim kemarau yang amat panjang itu dan kemudian
Istana Hantu - Halaman 17
17 yoza collection ditambah lagi datang musim banjir yang telah banyak merusak daerah Tiongkok
selatan. Sawah-sawah dan rumah-rumah penduduk hanyut terbawa banjir yang tak
mengenal ampun. Kesengsaraan rakyat pada waktu datangnya musim kering, ditambah
lagi dengan datangnya musim hujan yang hebat, membuat rakyat daerah Tiongkok
selatan dilanda kemiskinan dan kelaparan!
Bencana alam ini yang memperlihatkan kekuasaannya ini terasa sekali oleh
penduduk dusun Pek-kui-ceng. Biarpun dusun ini agak tinggi letaknya sehingga rumahrumah mereka tidak sampai terbawa hanyut, namun semua sawah ladang telah habis
dilanda oleh banjir yang meluap-luap, merupakan danau yang lebar dan luas
mengerikan. Persediaan makanan telah habis dan tiap hari pasti ada orang yang mati kelaparan.
Jeritan tangis terdengar di mana-mana, keluh kesah terdengar menyayat-nyayat hati!
Di dalam sebuah rumah yang amat jelek sekali, dan sudah hampir roboh itu, dari
sana terdengar suara jeritan tangis seorang anak kecil yang demikian kurus kering
tubuhnya. Tidak berapa jauh dari depannya menggeletak dua sosok tubuh manusia tua
yang sudah tak bergerak lagi, membiarkan anak kecil itu menangisi mereka yang sudah
berpulang ke alam baka. Dilihat dari pakaian mereka yang compang camping dan kurus kering, amatlah
menyayat hati akan kemiskinan dan kenelangsaan tiga orang manusia di dalam rumah
itu, yang dua, dua sosok tubuh tua rapuh sudah rebah tak bergerak dan yang satunya
lagi menangisi dua orang tuanya, memanggil-manggil ayah dan ibunya, akan tetapi
ayah bundanya diam-diam tak bergerak seakan-akan sama sekali tidak memperdulikan
nasib putera tunggal mereka yang bernama Wang Ie.
hanya keluar sebagai bisikan belaka, sedangkan matanya sudah tak dapat
mengeluarkan air mata lagi, sudah habis dikurasnya dalam tangisan-tangisan yang
membawa keperihan yang nelangsa.
Anak kecil bernama Wang Ie itu, masih terlalu kecil untuk dapat memahami
kehidupan yang ganas ini. Berjam-jam ia menangisi ayah bundanya yang tak pernah
bergerak lagi. Sudah diam membisu tak menghiraukan akan panggilannya dan minta
makan. Bagi anak kecil itu, ia sendiri masih terlampau kecil dan tak mengerti mengapa
sekarang ayah bundanya diam saja" Tentu saja Wang Ie belum mengerti akan kematian
yang sudah menjemput ke dua orang tuanya.
Istana Hantu - Halaman 18
18 yoza collection Dan merasa berkali-kali ia menangisi ayah bundanya yang tidak mau lagi
memperdulikan dirinya. Dengan langkah gontai, dia ke luar dari pondoknya dan berjalan
perlahan. Sementara perutnya dirasakan perlu bukan main.
Kemudian rasa perih pada perutnya membuat timbul pikiran di hati Wang Ie untuk
meminta makanan kepada tetangga, seperti yang telah dilakukan beberapa kali oleh
ibunya. Ia bangun dan berdiri lagi dan tiba-tiba kepalanya terasa pening, tanah yang
dipijaknya seolah-olah berputar dan bergoyang-goyang bagaikan ada gempa yang
mengguncangkan bumi ini. -huyung, rasa perih di perutnya ditahannya dengan sebelah tangan yang kiri ia menekan ke arah perutnya
sebagai ganjalan. Kemudian setelah rasa peningnya hilang ia bangkit lagi dan berjalan
dengan tatapan kosong ke depan.
Akan tetapi begitu ia melewati pintu depan rumah tetangganya, alangkah terkejut
begitu mendengar ratapan tangis dari para tetangganya yang riuh rendah. Ia
membelalakkan matanya dan menjenguk ke dalam, ternyata seluruh tetangga itu
sedang menangisi mayat yang membujur di atas tanah yang hanya bertilam sehelai
tikar butut, mayat itu mati dalam keadaan lapar pula!
Wang Ie mundur ke belakang dengan hati kecut dan pedih, tubuhnya yang hanya
tulang terbungkus kulit hanya memakai kain lapuk yang menutupi sebagian badannya
terseok-seok bergerak maju melangkahkan kakinya perlahan-lahan.
Teringat ia kepada hartawan Lie, ke sana lah kaki yang kurus kering itu melangkah.
Ia tahu sekali hartawan Lie ini baik hati dan sering menolong penduduk memberi
makanan dan tidak segan-segan menolong sesama manusia.
rumah hartawan Lie sudah dikerumun banyak orang dan beberapa belas orang yang
tengah kelaparan itu, tengah berebutan memperebutkan gandum yang dikeluarkan
secara paksa. Sedangkan tidak jauh dari situ, orang tua she Lie yang dikenalnya amat
baik hati itu, sudah menggeletak mandi darah dengan tak bernyawa lagi!
Yang membuat hati Wang Ie begitu ngeri adalah betapa orang-orang yang
kelaparan saling membunuh di tempat itu juga memperebutkan gandum di dalam
rumah orang tua she Lie. Saling cakar-cakaran dan baku hantam sama sendiri.
Memang begitulah adanya. Pada jaman yang sulit dan susah makanan ini, membuat
penduduk sudah tidak dapat mempertimbangkan lagi dengan pikiran sehat. Rasa lapar
dan tak tega melihat anak bini kelaparan, membuat mereka nekat. Mereka datang ke
rumah orang tua she Lie. Di sana itu, terjadilah keributan.
Istana Hantu - Halaman 19
19 yoza collection Tentu saja bagi Lie-wangwe tak rela gandumnya dirampas begitu saja, memang ia
berhati dermawan dan telah banyak menyumbangkan gandumnya untuk penduduk,
akan tetapi melihat orang-orang kasar ini yang telah begitu nekat merampas seluruh
gandumnya, tentu saja orang tua ini tidak senang dan di sanalah terjadi pertengkaran
mulut dan diakhiri oleh perbuatan nekat dari salah seorang penduduk yang tak sabar
lagi telah mengelebatkan goloknya memenggal leher orang tua she Lie ini!
Pedih hati Wang Ie melihat kelakuan orang-orang ini. Dari mata anak kecil itu
mengembang air mata yang hendak jatuh. Dengan langkah lunglai dia meninggalkan
tempat itu dan berjalan tanpa arah, menengadah ke langit mengeluh melihat ketidak
adilan dunia ini! Saking laparnya dan lemas bukan main, kepalanya mulai terasa pening,
pandangannya kabur hingga terpaksa ia memejamkan matanya sambil berjalan terus
sedapat mungkin. Akhirnya, tubuh yang kecil itu tidak kuat lagi berjalan dan roboh di
dekat pematang sawah yang tandus dan kering.
Ia menahan keperihan perutnya dengan mengangkat ke dua lutut ke dada hingga
perutnya tertekan oleh lutut itu. Ia meringkuk dalam keadaan seperti itu di pinggir jalan
dekat pematang sawah. Apabila perutnya ditekan seperti itu, lenyaplah rasa pening.
Dan begitu ia membuka matanya, alangkah herannya hati anak kecil itu melihat
seorang laki-laki yang berlengan buntung sedang jongkok di sampingnya. Dan terasa
sekali mulutnya menyentuh sebuah pil yang disodorkan oleh laki-laki lengan buntung
yang tengah jongkok di sampingnya.
anlah pil ini, sekedar menghilangkan rasa perih di
Pei. Mereka memang sudah sampai ke tempat ini dan begitu melihat seorang anak kecil
meringkuk di situ, hati Tiang Le dan Pei Pei merasa tertusuk dan kasihan sekali melihat
anak malang ini, maka setelah Tiang Le mendekati anak itu, dan diberinya pil untuk
penahan lapar, lalu bertanyalah ia kepada anak itu,
Merasa perutnya tidak lapar lagi, Wang Ie menatap Tiang Le dan Pei Pei dengan
heran. Kemudian ia bangkit berdiri sambil katanya,
sudah mati kelaparan.. . . In-kong (tuan penolong) terimakasih
Istana Hantu - Halaman 20
20 yoza collection kepada anak ini. Matanya yang tajam dapat melihat bakat yang baik dari anak kecil ini
merendah. Girang sekali Wang Ie melihat dua orang penolongnya ini, maka tiba-tiba ia
bilang" Menjadi pelayanku" Tidak! Kau malah akan
u guru) kepada Pei Pei. Dan Pei Pei tersenyum mendengar anak itu menyebutnya subo:
dengan Pei-moay ini.. . . akan tetapi tidak
Akan tetapi Pei Pei tidak membantah lagi waktu Wang Ie memanggilnya dengan
sebutan subo, dan malah diam-diam hatinya menjadi girang. Ia menjadi isteri Tiang Le,
aduhai betapa sangat menggembirakan hatinya!
Demikianlah sejak saat itu, Wang Ie mengikuti Tiang Le dalam perantauannya.
Mereka terus mengembara ke Barat.
Sebetulnya Tiang Le masih terlalu muda untuk mengambil murid dan menjadi
seorang guru. Akan tetapi melihat keadaan Wang Ie yang amat menyedihkan ini, dia
menjadi kasihan dan menolongnya, apalagi setelah melihat tulang yang baik dari bocah
ini, maka ia lalu mengambil anak itu sebagai muridnya.
Istana Hantu - Halaman 21
21 yoza collection Sebaliknya Pei Pei juga merasa senang sekali dengan anak ini. Bukan saja Wang Ie
rajin dan tekun mempelajari ilmu silat akan tetapi juga anak ini tahu diri dan sangat
menyenangkan sekali. Apalagi Wang Ie memanggilnya dengan sebutan subo yang
berarti ibu guru, maka ia merasa seakan-akan dia sendiri telah menjadi isteri dari Tiang
Le. Oooo, sungguh suatu hal yang menyenangkan!!
Sudah dua bulan Wang Ie ikut Tiang Le berkelana. Ia mulai menerima pelajaran
ilmu silat tinggi dari Tiang Le. Dan disepanjang perantauan itu dia selalu melatih diri
atas petunjuk Tiang Le, sehingga Tiang Le menjadi girang dan terharu melihat kerajinan
anak ini!! Sementara itu, meskipun tidak ada acara yang resmi. Akan tetapi hubungan Tiang
Le dan Pei Pei seakan-akan sudah menjadi suami isteri yang rukun dan bahagia. Apalagi
setelah Tiang Le mengetahui bahwa Pei Pei sudah mengandung dua bulan, hubungan
mereka semakin romantis dan rukun!
ooOOoo Kurang lebih seratus orang pengemis sabuk merah, yakni anggota-anggota
terpenting dari perkumpulan pengemis Ang-kin-kay-pang, berkumpul di luar kota Siangthian-bun. Perlu kita ketahui bahwa perkumpulan Ang-kin-kay-pang adalah
perkumpulan pengemis yang paling besar dan berpengaruh dan telah memiliki nama
yang terkenal di dunia kang-ouw.
Sebagaimana pembaca tentu masih ingat, perkumpulan Ang-kin-kay-pang ini
adalah sebuah perkumpulan pengemis yang tadinya bernama Hwa-ie-kay-pang akan
tetapi setelah ketua perkumpulan pengemis baju kembang ini gugur di tangan Pendekar
Lengan Buntung, maka sebagian pengemis baju kembang yang dapat meloloskan diri
dan telah menyesal atas kesesatan mereka dalam hasutan Bu-tek Sianli.
Sejak itu mereka mendirikan sebuah perkumpulan pengemis lain yang bernama
Ang-kin-kay-pang dan diketuai oleh seorang wanita cantik yang genit, akan tetapi pada
dasarnya memiliki watak gagah dan baik. Wanita cantik itu adalah bekas murid Bu-tek
Sianli, orang ketiga dari Sianli-sie-ci-moay yang bernama Yap Sian Eng.
Pada hari itu, dua tahun telah lewat dan hari itu mereka berkumpul di Siang-thianbun untuk mengadakan rapat penyerbuan ke Gua Hantu yang kabarnya didesasdesuskan adanya penyimpanan pusaka peninggalan dari manusia setengah dewa yang
bernama Sui-kek Siansu. Tentu saja berita ini menarik perhatian Sian Eng dan pada hari
itu ia memanggil semua anggota-anggota Ang-kin-kay-pang untuk mengadakan
rencana perjalanan ke gua Hantu! Sebuah gua yang dikabarkan tempat tinggal Sui-kek
Istana Hantu - Halaman 22
22 yoza collection Siansu, si manusia sakti yang sudah lenyap dan kemungkinan sudah meninggal dunia
saking tua usianya! Demikianlah pada itu, mereka berkumpul di Siang-thian-bun. Sebuah kota kecil di
puncak pegunungan Ta-pie-san yang sejuk hawanya dan indah sekali
pemandangannya. Tempat ini memang sengaja oleh Sian Eng dijadikan markas besar
Ang-kin-kay-pang. Pengemis sabuk yang diketuai oleh seorang wanita muda jang
sangat cantik yang berkepandaian tinggi dan genit membuat dalam waktu kurang lebih
dua tahun saja perkumpulan pengemis ini sudah dapat berkembang dengan baik dan
dalam diri Sian Eng mereka mendapatkan seorang pemimpin yang baik dan tegas.
Gedung Ang-kin-kay-pang ini, pada pagi-pagi itu sudah penuh oleh pengemispengemis yang berikat pinggang dengan ang-kin merah. Mereka itu berjumlah sekitar
hampir seratus orang. Nampak gagah dan karena dengan pakaian putih bersih dan ikat
pinggang warna merah yang menyolok.
Meskipun mereka ini sebagai pengemis, akan tetapi dilihat dari pakaiannya yang
bersih dan terbuat dari sutera putih tidaklah patut mereka ini dinamai pengemis.
Apalagi dilihat dari ketuanya yang cantik dan genit, sesungguhnya kurang tepat akan
sebutan Ang-kin-kay-pang itu. Akan tetapi memang demikianlah adanya. Mereka itu
dikenal dengan nama Ang-kin-kay-pang atau perkumpulan pengemis sabuk merah!
Akan tetapi pertemuan yang terakhir ini merupakan berita yang mengejutkan dari
anggauta-anggauta pengemis sabuk merah. Bukan saja pada pertemuan ini, mereka
mendengar akan rencana penyerbuan ke Gua Hantu akan tetapi yang paling
mengejutkan adalah berita tentang penyerahan kedudukan yang hendak diserahkan
kepada seorang laki-laki muda dari pulau Kim-kong-tho (Pulau Sinar Emas) yang
bernama Kiang Sun Hi, seorang pendekar muda yang bernama penghuni pulau Kimkong-tho. Sebuah pulau kecil yang terdapat di dekat pantai timur laut Po-hay.
Ia hidup seorang diri di pulau itu, hanya dibantu oleh para murid-muridnya yang
berjumlah limapuluh orang itu dan mendirikan sebuah partai persilatan yang bernama
Kim-kong-pay. Tentu saja karena kepandaian Kiang Sun Hi ini amat tinggi dan terkenal
dengan julukan Sian-hud-tim (Kebutan Dewata), maka nama Kim-kong-pay sebentar
saja sudah sejajar dengan partai-partai persilatan lainnya.
Malahan pada waktu munculnya partai Sian-li-pay beberapa tahun yang lalu, partai
Kim-kong-pay ini tidak kalah pengaruhnya. Akan tetapi, karena Kim-kong-pay ini jarang
berurusan dengan dunia persilatan maka dalam cerita Pendekar Lengan Buntung, kita
tidak mengenal partai ini.
Istana Hantu - Halaman 23
23 yoza collection Setelah hancurnya Sian-li-pay, Yap Sian Eng murid ketiga dari Bu-tek Sianli
melarikan diri dari pulau itu dan memimpin anggota-anggota Hwa-ie-kay-pang yang
tercerai dan mendirikan partai Ang-kin-kay-pang. Dan dalam perantauannya itulah Sian
Eng bertemu dengan Kiang Sun Hi dan ternyata olehnya ilmu silat yang dimiliki oleh
Kiang Sun Hi jauh lebih tinggi dari kepandaiannya sendiri. Akhirnya, keduanya saling
-diam mereka merencanakan penggabungan partai Ang-kin-kaypang dengan Kim-kong-pay yang terkenal itu!
Banyak orang yang datang di Siang-thian-bun pada hari ini, ada yang datang untuk
memenuhi undangan, ada pula yang sengaja datang untuk melihat-lihat saja dan tidak
sedikit orang-orang kang-ouw yang datang hendak menyaksikan perjodohan antara
Sian Eng dengan Sun Hi, majikan pulau Kim-kong-tho yang terkenal lihai kepandaian
silatnya itu! Tak lama setelah seratus lebih anggota-anggota Ang-kin-kay-pang berkumpul,


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datanglah Yap Sian Eng bersama Kiang Sun Hi. Memang sudah lama Sian Eng dengan
Sun Hi, juga seringkali berkunjung ke Pulau Sinar Emas yang tidak jauh letaknya dari
Siang-thian-bun! Semua mata memandang dan banyak yang kagum melihat Yap Sian Eng karena
wanita ini masih saja memiliki bentuk tubuh yang langsing dan padat, wajahnya yang
riang gembira dan senyumnya masih amat manis.
Kemudian orang mulai memperhatikan Kiang Sun Hi. Harus mereka akui laki-laki
inipun gagah dan cocok berjalan bersama Sian Eng. Akan tetapi banyak pula diantara
mereka yang iri hati dan cemburu, yakni mereka yang menginginkan kedudukan ketua
dan terutama sekali mereka yang suka kepada Sian Eng.
Begitu munculnya Sian Eng dan Sun Hi para anggota Ang-kin-kay-pang menyambut
kedatangan Sian Eng dengan penghormatan dan seruan,
-pangcu (ketua Yap) dari Ang-kin-kayYap Sian Eng hanya tersenyum, mencabut keluar tongkat kecil hitam, yakni tongkat
pusaka dari Ang-kin-kay-pang, mengangkat tongkat itu tinggi di atas kepala sambil
berkata -kin-kayKemudian Yap Sian Eng mengambil tempat duduk di atas sebuah bangku yang
sudah disediakan di situ. Kang Sun Hi berdiri di belakangnya memandang kepada para
pengemis yang hadir dengan sikap tenang.
Istana Hantu - Halaman 24
24 yoza collection pemberitahuanku pada hari kemarin itu, dimana kita merencanakan untuk mengunjungi
Gua Hantu dan ikut dalam perebutan pusaka peninggalan Sui-kek Siansu, jikalau ada
jodoh tentu kita akan mendapatkan pusaka yang selama ini sudah didesas-desuskan
oleh orang-orang kang-ouw.
-orang pandai yang juga menghendaki kitab
yang ditulis oleh Sui-kek Siansu. Tugas kita untuk merebut pusaka itu tidak gampang
saudara-saudara, maka setelah kupikir-pikir dan kupertimbangkan, dalam hal ini kita
harus bekerja sama dengan saudara-saudara di pulau Kim-kong-tho. Bagaimana
menurut pendapat saudaraTerdengar suara celaan dan pernyataan kecewa di sana sini, disusul dengan suara,
Sian Eng menggelengtak pantas bagiku seorang wanita memimpin kalian. Biarlah tugasku ini kuserahkan
kepada Kiang-tayhiap serahkan saja tampuk pimpinan kepada orang-orang Ang-kin-kay-pang. Hanya anggota
pe Terdengar perkataan lantang dan nyaring dari kumpulan-kumpulan pengemis.
Sepasang mata Sian Eng menyapu orang yang berbicara tadi, akan tetapi karena
begitu banyak pengemis yang masing-masing berbicara gaduh sehingga ia tidak
mengetahui orang yang berbicara tadi.
tongkat kecil ke atas tinggi-kin-kay-pang,
lambang dari ketua perkumpulan kita. Barang siapa yang cakap untuk memimpin
perkumpulan kita dan pandai ilmu silatnya, dia itulah yang berhak memegang tongkat
ini. Tidak perduli siapapun orangnya, dia berhak memimpin dan jadi ketua!!!
-ouw muncul banyak orang jahat yang lihai, maka perkumpulan kita
perlu dipimpin oleh orang pandai. Aku sudah tidak sanggup lagi dan menyerahkan
kepada Kiangplintat-plintut mengeluarkan omongan yang bukanmenyapu semua orang dengan mata yang menantang.
Keadaan sunyi untuk beberapa lama!
Istana Hantu - Halaman 25
25 yoza collection -pangcu, kalau Yap-pangcu memaksa mengundurkan diri dan
menyerahkan pimpinan kepada orang lain, berarti penghianatan
terdengar suara seorang pengemis.
Sian Eng menoleh ke arah suara itu.
-twako, karena kuanggap ia cakap untuk memimpin kita dan mengembangkan perkumpulan
Ang-kin-kay-pang dalam gabungan saudara-saudara di pulau Kim-kong-tho. Dengan
bergabungnya Ang-kin-kay-pang dan Kim-kong-pay bukankah kita akan menjadi kuat
mengalami kehancuran lagi seperti Sian-li-pay dan Ang-kin-kay-pang dulu!
-twako, baik! Sudah saja urusan ini.
Aku tak akan turut campur dan aku mengundurkan diri dari partai Ang-kin-kay-pang!
Dan kalian pilihlah sendiri seorang di antara kalian untuk menjadi ketua dan tongkat ini
Mendengar ini Kiang Sun Hi menjura ke empat penjuru dan berkata dengan suara
-kata pangcu. Urusan ketua seharusnya hanya orangorang Ang-kin-kay-panglah yang berhak memilih dan menetapkan. Aku Kiang Sun Hi
sebetulnya tidak tamak akan kedudukan ketua, hanya pangcu sendirilah yang
berkehendak demikian. -saudara dari Ang-kin-kay-pang tidak menganggapku yang bukanbukan. Aku sendiri sudah terlalu repot mengurus Kim-kong-pay, tak sanggup aku
memimpin saudara-saudara di sini. Akan tetapi meskipun begitu, pihak kami Kim-kongpay selalu memegang persahabatan dan bersedia bekerja sama dengan saudara-
tetapkan saja ketua baru dari untuk Ang-kin-kay-pang. Jikalau YapAkan tetapi perkataan pengemis itu disambut oleh banyak suara yang meneriaki
kata-katanya, uga, kami mengharapkan pimpinan YapKemudian terdengar jawaban simpang siur di sana sini.
Istana Hantu - Halaman 26
26 yoza collection -pangcu mundur. Kalau mundur apa alasannya" Dan pula,
aku mendengar desas desus tentang perjodohan! Inipun harus dijelaskan dengan
sejelas-jelasnya. kedudukan sebagai ketua, tidak baik menyembunyikan sesuatu. Kita di sini mempunyai
lebih seratus anggota, kepada kami inilah pangcu harus memberikan penjelasan dan
Setelah berkata demikian, pengemis tinggi besar ini melotot kepada Kiang Sun Hi
dengan tatapan tidak senang.
Mendengar ini dan melihat sikap Kay Sek, wajah Sian Eng menjadi marah sekali. Ia
maklum akan isi hati orang kasar ini dan tahu Kay Sek sudah lama jatuh hati kepadanya.
Bahkan pada setiap kali ada kesempatan seringkali Kay Sek hendak mengambil hati
kepadanya. Akan tetapi melihat Sian Eng dihina blak-blakan oleh pengemis ini, Can Lo-kay,
seorang pembantu Sian Eng menjadi tak senang. Ia menghampiri Kay Sek dan berkata.
Yappangcu masih ketua kita. Kalau kau tidak setuju akan pilihan pangcu, boleh kau
-ha-ha Pek Gay, mengapa kau yang marah-marah" Apa kau ingin dialem dan
mengambil hati pangcu" Aku sih setuju saja akan pemilihan ketua, akan tetapi aku
harus menguji dulu kepandaiannya. Ingat, seorang pemimpin harus dapat melebihi
-laki. Biar pangcu yang memilih.
-kay mengundurkan diri dan memberikan kesempatan kepada Sian Eng untuk mengangkat bicara.
LoKeruan saja Can Lo-kay menjadi terheran, memandang Yap Sian Eng. Ia sungguh
tak mengerti kalau ketuanya ini memilihnya. Seperti orang totol ia memandang Sian
Eng seakan-akan kata-kata yang keluar dari pangcu itu seperti mimpi didengarnya.
-pangcu benar-benar membikin lo-kay sambil
membungkuk-bungkuk, akan tetapi lalu berkata dengan nada suara bersungguh-pangcu, maka
apabila tidak ada yang mengajukan keberatan, demi menyelamatkan perkumpulan dari
Istana Hantu - Halaman 27
27 yoza collection tangan orang jahat, aku bersedia menjadi ketua dan bekerja sama dengan para kawan
-kawan" Setujukah Akan tetapi begitu kata-katanya habis, terkejutlah Siang Eng melihat rombongan di
sebelah kiri yang berjumlah kurang lebih limapuluh orang pada mengangkat tangan
tinggi-tinggi sambil mengeluarkan suara simpang siur. Dan yang aneh para pengemis
yang mengangkat tangan, pada dada kiri mereka terhias sebuah teratai hitam.
Tentu saja bagi pandangan mata Sian Eng yang tajam, ia dapat mengenali orangorang yang tadinya itu adalah anggota Hek-lian-pay (perkumpulan teratai hitam) yang
pernah menggabungkan diri dengan Sian-li-pay, akan tetapi hancur di tangan Sung
Tiang Le, si Pendekar Lengan Buntung yang perkasa (baca Pendekar Lengan Buntung).
Dari rombongan sebelah kiri yang mengangkat tangan tinggi, dua orang pengemis
yang juga memakai tanda teratai hitam di dadanya meloncat ke depan. Yang seorang
adalah pengemis tinggi besar yang terkenal dengan sebutan Tiat-ciang-eng (si tangan
besi) dan bernama Kay Sek. Dia adalah anggota Ang-kin-kay-pang yang paling tinggi
tingkatnya, pembantu Sian Eng yang setia dan menaruh hati kepada ketua itu.
Tentu saja melihat ketuanya hendak mengundurkan diri dan mengikat perjodohan
dengan Kiang Sun Hi, majikan pulau Sinar Emas, membuat orang yang bernama Kay
Sek itu merasa tidak senang dan cemburu. Sudah lama memang Kay Sek ini tergilagila kepada ketuanya sendiri dan semenjak tadi ia sudah merasa cemburu dan iri hati
melihat Kiang Sun Hi, maka sekarang ia melompat maju setelah mendapat kesempatan.
tinggi besar itu memandang Sun Hi tak senang.
Melihat pandangan anak buahnya yang tidak mengesankan ini, Sian Eng menjadi
rkan diri, akan tetapi kehendak Pangcu
adalah hanya memikirkan pribadi sendiri, dan tidak memandang perkumpulan. Hemm,
Kiang itu. Pangcu tidak boleh mengundurkan diri begitu saj
merencanakan untuk ke Gua Hantu, mengapa Pangcu hendak mengundurkan diri" Atau,
Istana Hantu - Halaman 28
28 yoza collection apakah Pangcu sudah begitu gelap mata oleh bujukan-bujukan dan cumbu rayu
Mendengar ini dan melihat sikap Kay Sek, wajah Sian Eng menjadi merah sekali. Ia
hendak maju ke depan, akan tetapi sebuah tangan meraih lengannya dan Sun Hi dengan
-moay, biarkan ia mengeluarkan isi
Melihat Sun Hi tidak menjadi marah oleh kata-kata Kay Sek tadi. Sian Eng menahan
sabarnya dan duduk lagi di tempat semula. Akan tetapi Can Lo-kay menjadi tak senang
mendengar kata-kata Kay Sek yang menghina Sian Eng. Ia maju dan menghampiri Kay
Sek sambil berkata, ay Sek! Perkataanmu terhadap ketua tidak menaruh hormat dan penuh tantangan.
Kalau memang kau tidak senang akan pilihan Yap-pangcu, boleh kau maju dan
mengujinya! Kalau memang aku kalah olehmu, biar sampai mati aku tidak mencampuri
lagi urusan ini dan meng Diserang begini oleh Can Lo-kay, Kay Sek menjadi gagap dan merah mukanya
-kay yang terpilih menjadi ketua,
tadi meloncat maju. Dia ini adalah seorang pengemis tua, akan tetapi seperti rombongan
pengemis tua inipun memakai simbul teratai hitam di dada sebelah kirinya, sikapnya
angkuh dan mencercahkan sebuah senyum mengejek. Dia itu yang bernama Peng Hay
berjuluk Sin-tung-mo-kay (setan pengemis tongkat sakti). tongkatnya meskipun
bengkang bengkok dan berwarna hitam akan tetapi seperti setan lihainya. Setelah
berkata demikian, ia mencelat mundur untuk menanti giliran.
Pada masa itu, sudah menjadi kebiasaan bagi setiap perkumpulan untuk menguji
calon ketua baru dan karenanya semua anggota berhak untuk mencobanya kelihaian
ketua baru, maka sudah tentu kata-kata Kay Sek barusan sangat menggembirakan para
anggota. Nah, kalau kau masih penasaran baiklah lohu melayanimu dalam bebe
Kay Sek berseru keras dan menggerakkan tongkatnya menyerang ke arah dada Can
Lo-kay. Istana Hantu - Halaman 29
29 yoza collection Pengemis tinggi besar yang berjuluk si tangan besi memiliki ilmu tongkat yang lihai
dan kuat. Sian Eng tahu bahwa bekas pembantunya ini memiliki ilmu tongkat yang
paling tinggi di antara pengemis-pengemis lainnya dan dapat mengatasi semua
anggota Ang-kin-kay-pang, akan tetapi menghadapi Can Lo-kay, Kay Sek masih kalah
jauh. Oleh sebab itu Sian Eng maklum bahwa Kay Sek tidak akan dapat menandingi Can
Lo-kay, pengemis tua kurus yang berwajah ramah ini!
Dengan gerakan yang cepat luar biasa, Can Lo-kay membuktikan kelihayannya.
Namun menghadapi Kay Sek yang bertenaga kuat dan cepat gerakan tongkatnya itu,
namun dengan enak dan mudah Can Lo-kay dapat berkelit dari serangan-serangan
tongkat yang mengeluarkan suara berdesing saking kuatnya putaran tongkat di tangan
Kay Sek. Tentu saja Kay Sek menjadi terkejut dan heran merasa tubuh Can Lo-kay
seperti bayangan saja berkelebat ke sana kemari dengan gesitnya.
Dalam beberapa jurus saja ia terkena tepukan tangan kiri Can Lo-kay pada
punggungnya, dan belum habis rasa pegal di pinggang itu, ia berteriak kesakitan ketika
tongkat Can Lo-kay mencongkel kakinya sehingga tak ampun lagi ia terjengkang ke
belakang mengeluarkan suara berdebuk membuat pinggang Kay Sek serasa patah!
Can Lo-kay dengan senyum ramah membantu Kay Sek bangun. Pengemis tinggi
besar ini meringis kesakitan, lalu berkata pelan,
an Lo-kay benar-benar lihai, siauwte yang muda telah berlaku kurang ajar dan
tidak mengeral tingginya gunung ThayYap-ha-ha, tidak kusangka Tiat-ciang-heng demikian lemah! Dan nama besar Can
Lotung-mo-kay Peng Hay dengan senyum mengejek melirik ke arah Sian Eng.
Yap Sian Eng mengerutkan kening. Pengemis di depannya ini belum lama masuk
anggota, akan tetapi sombong sekali dan begitu ia melirik ke arah dada, sebuah simbul
teratai hitam tersemat di dada pengemis itu. Hemm, orang-orang ini sungguh
mencurigakan, pikir Sian Eng, dan melihat ke depan.
Adapun Can Lo-kay sendiri memandang pengemis yang berkata tadi. Ia merasa
-kin-kay-ha-ha! Can Loangkat menjadi ketua sombongmu setengah
mati. Apa matamu buta tidak mengenalku lagi, apakah kau sudah lupa dengan Hek-lian-tung-mo-kay menggerakkan taagan kirinya memukul lawan
tanpa memberi peringatan lagi.
Istana Hantu - Halaman 30
30 yoza collection Melihat cara pukulan ini, Can Lo-kay yang sudah berpengalaman dan kenyang akan
asam garam di dunia persilatan menjadi terkejut dan terheran-heran. Inilah cara ilmu
pukulan tangan kosong dari orang-orang Hek-lian-pay, yang berdasarkan dari ilmu silat
Hek-lian-ciang-hoat atau ilmu silat teratai hitam yang amat ganas dan lihai!
-lianPeng Hay hanya tertawa mengejek dan pada saat itu limapuluh orang yang tadi
mengangkat tangan, mendengar kata-kata Can Lo-kay barusan serentak bangun berdiri
dan bersiap-siap. Sikap mereka angker sekali. Keadaan menjadi ribut dan orang-orang
Ang-kin-kay-pang juga cepat memisahkan diri dari mereka.
-kay. Akan tetapi Peng Hay tidak menyahut, malah sambil tertawa mengejek ia
melancarkan serangan-serangan maut. Can Lo-kay yang mengalami kekagetan, tak
dapat menjaga diri dan ia berseru kaget begitu tongkat di tangan Sin-tung-mo-kay
dengan amat cepatnya menyerempet pundaknya. Terdengar suara keras kain Can Lokay hancur terserempet pukulan yang lihay itu. Baiknya begitu tongkat menyerempet
pundak dan tak dapat dihindarkan lagi cepat-cepat Can Lo-kay mengerahkan hawa sinkang di pundak dan ia hanya terhuyung-huyung ke belakang dengan wajah pucat dan
terkejut! -lianpukulan tongkat yang luar biasa lihaynya.
Perlu diketahui beberapa tahun yang lalu, gadis ini adalah murid kesayangan Butek Sianli dan berjuluk Sianli-sin-tung-hoat, oleh karena itu tak heran kalau permainan
tongkatnya telah mengejutkan Peng Hay yang dijuluki si setan tongkat sakti! Akan tetapi
melihat datangnya serangan yang dahsyat bertubi-tubi, pengemis itu tidak menjadi
gentar malah tertawa mengejek:
-ha-ha Yap-pangcu, Hek-lian-pay sekarang sudah tidak ada, sekarang akulah
yang berhak menggantikanmu menjadi ketua Ang-kin-kay-ha-ha! Aku telah
dapat menangkan Can lo-kay, akulah kini pang-cu Ang-kin-kay-pang Sin-tung-mo-kay
Peng Hay.. . . haSebelum menjawab, tiba-tiba berkelebat sesosok tubuh dengan amat gesitnya dan
melakukan serangan kilat ke arah Peng Hay yang cepat menangkis. Akan tetapi ia
terhuyung-huyung dan memandang heran ke arah orang yang telah berdiri di
depannya. Seorang pemuda tampan berlengan buntung, berusia hampir tigapuluhan,
akan tetapi pada saat itu pemuda buntung itu berdiri dengan angker dan membentak
ke arah Peng Hay dengan suara mengguntur,
Istana Hantu - Halaman 31
31 yoza collection -tung-mo-kay kalian adalah anggota Hek-lian-pay yang sesat dan sekutu si
bangsat BuTentu saja melihat kedatangan pemuda yang buntung lengan kanannya ini, Sintung-mo-kay dan Peng Hay menjadi pucat setengah mati, ia seperti melihat setan di
tengah hari bolong. Dan belum apa-apa, baru mendengar suaranya saja pengemis yang
berjuluk Sin-tung-mo-kay itu sudah menggigil dan keringat dingin berloncatan pada
dahinya. -lian-pay, hayo katakan di mana sembunyinya si nenek BuKembali Tiang Le membentak.
Seperti telah diceritakan pada bagian depan, Tiang Le, Pei Pei dan bersama
muridnya yang masih kecil Wang Ie merantau ke utara secara kebetulan sekali ia
mendengar akan perkumpulan Ang-kin-kay-pang yang diketuai oleh seorang wanita
bekas murid Bu-tek Sianli yang bernama Yap Sian Eng yang berjuluk Sianli-sin-tunghoat. Tentu saja Tiang Le menjadi girang sekali mendengar kabar ini, pernah sekali ia
bertemu dengan murid-murid Bu-tek Sianli, gadis aneh dan luar biasa, akan tetapi pada
dasarnya mempunyai watak yang baik dan gagah.
Oleh sebab itu Tiang Le mengajak Pei Pei dan Wang Ie ke tempat markas Ang-kinkay-pang dan baru saja ia sampai di sana alangkah girangnya ia mendengar pengemis
yang berdiri angkuh menyebut-nyebut partai Hek-lian-pay, di mana pada beberapa
tahun yang lalu, partai ini pernah bersekutu dengan Sian-li-pay dan hampir saja
mencelakakan dirinya! (baca pendekar Lengan Buntung).
Dan dalam segebrakan itu, Tiang Le sudah dapat membikin Sin-tung-mo-kay yang
lihay terluka dalam oleh pukulan gerak tangan kilatnya dan membuat pengemis yang
sombong ini menjadi pucat dan terkejut.
-tek Sianli, baik, aku akan membuat
tangkap leher Sin-tung-mo-kay telah dicengkeram oleh tangan yang kuat dan panas
itu. Akan tetapi belum lagi Sin-tung-mo-kay Peng Hay menjawab tiba-tiba terdengar
suara yang amat jauh sehingga hanya gemanya saja yang terdengar. Semua orang
kaget dan maklum bahwa ini adalah suaranya orang yang memiliki lweekang tinggi
dan yang dapat mengirim suara dari jarak jauh dengan menggunakan ilmu Coam-imjib-pit (mengirim suara dari jarak jauh).
Istana Hantu - Halaman 32


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

32 yoza collection Jilid 2 I-HI-HIKK berada di sini! -tek Sianli Habis suara itu selesai dan tinggal gemanya saja, tiba-tiba tanah di bawah
Tiang Le meledak dan sesosok tubuh berkelebat ke atas dan tahu-tahu telah berdiri di
depan pemuda lengan buntung Sung Tiang Le.
Tentu saja semua orang menjadi kaget bukan main. Wanita yang baru datang itu,
sudah teramat tua sekali. Rambutnya yang hitam riap-riapan sebatas pundak dibiarkan
berkibar-kibar tertiup angin gunung. Wajahnya sangat menyeramkan, penuh dengan
keriput-keriput dan matanya yang cekung memancar seperti api.
Tubuh nenek tua itu kurus dan agak sedikit bongkok. Tiang Le mengerutkan alis
nampak marah. Ia tentu saja mengenal wanita tua yang tengah dicari-carinya yakni
Bu- tek Sianli!! Akan tetapi ia tidak mengenal akan seorang laki-laki yang tengah menghampiri si
nenek. Laki-laki itu tinggi besar, dilihat dari logat bicaranya waktu ia berkata dengan
Bu-tek Sianli, menyatakan bahwa laki-laki tinggi besar itu bukan orang Han.
-laki tinggi besar itu dengan
logat bahasa Han yang kaku.
Bu-tek Sianli tidak menyahut, hanya berdiri dengan angkuh dan pada ketika itulah
rombongan pengemis yang memakai tanda teratai hitam di dadanya menghampiri Butek Sianli dan berlutut.
Melihat munculnya Bu-tek Sianli dan Tiang Le si Pendekar Lengan Buntung yang
pernah menggetarkan dunia persilatan beberapa tahun yang lalu, Sian Eng menjadi
terkejut dan waktu pandangannya bertemu dengan Bu-tek Sianli, gurunya waktu di
Sian-li-pay dulu, ia merasakan pandangannya yang dingin dan mengancam. Tahulah ia
bahwa kedudukannya kini tidak lepas dari tangan Bu-tek Sianli yang tentu saja tidak
mengampuni nyawanya!!! Akan tetapi Bu-tek Sianli menatapnya tajam dan tersenyum mengejek:
-tek Sianli terdengar bergelombang.
Istana Hantu - Halaman 33
33 yoza collection -ha-geletar penuh dengan hawa khi-kang yang dikirim melalui suara sehingga bagi pengemis-pengemis Ang-kinkay-pang yang tidak berapa tinggi lweekangnya mengangkat tangan dan menutup
telinga menghindarkan serangan suara ketawa yang menusuk dan berbahaya:
-tek Sianli, nenek-nenek bangsat! Kebetulan sekali kau muncul mengantarkan
kematian.. . . ha-ha-tek Sianli
panas. - -laki tinggi besar bangsa asing itu.
Orang ini terus saja menghampiri Tiang Le dan mengirim pukulan jarak jauh yang
bergelombang dan ia melihat betapa pemuda lengan buntung itu tidak menangkis atau
mengelak. Ia menjadi tertawa mengakak dan menambah tenaga pukulan dari kedua
lengan dengan tubuh agak sedikit jongkok.
iang Le bergoyang-goyang, terhantam pukulan yang hebat itu.
Baju di lengan yang buntung itu berkibar-kibar seperti ditiup angin keras. Akan
tetapi sebaliknya orang tinggi besar itu menjadi terbelalak dan tidak percaya akan
pandangan matanya! Baru pertama kali ini, ia menyaksikan betapa pukulannya yang terkenal di dunia
Barat yang bernama Tin-tho-kang (pukulan menggetarkan pulau) tidak berdaya
menghadapi pemuda buntung yang kelihatannya lemah, terlalu!
Dengan menggeram keras, orang tinggi besar ini melancarkan lagi pukulanpukulannya bertubi-tubi, debu mengepul ke atas waktu pukulan-pukulan itu tidak
mengenai sasaran dan menghantam tanah. Tentu saja Tiang Le tidak mau lagi tubuhnya
digebuk seperti tadi. Sekali saja ia sudah merasai kelihaian pukulan lawannya ini, maka sekarang ia
mengelak ke sana kemari memainkan jurus-jurus langkah-langkah ajaib sehingga
pukulan-pukulan lawannya dengan mudah dapat dihindarkan. Akan tetapi, ia belum mau
membalas mengingat orang tinggi besar yang menyerangnya ini sebetulnya tidak ada
permusuhan apa-apa dengannya!
Melihat orang tinggi besar itu demikian lihai telah melancarkan serangan-serangan
hebat ke arah seorang pemuda yang lengan kanannya buntung, Kiang Sun Hi hendak
turun tangan mencegah perkelahian lebih lanjut, akan tetapi Sian Eng memberi isyarat
dengan kedipan matanya. Istana Hantu - Halaman 34
34 yoza collection yang sudah berdiri didekatnya.
Gadis ketua Ang-kin-kay-pang yang semenjak tadi diam saja, mempunyai
penglihatan yang amat tajam dan awas sekali. Sekali pandang saja ia maklum bahwa
pemuda lengan buntung yang pernah sekali ia kenal di pulau Bidadari itu dan telah
menyaksikan kelihayannya yang sangat tinggi, malah telah berani menghadapi
gurunya, ia memberi nasehat untuk membiarkan pemuda itu melawan orang besar
yang kelihatannya amat ganas dan lihai pula!
Merasa bahwa pemuda lengan buntung ini demikian lihay, dan sudah limapuluh
jurus ia belum juga dapat merobohkan pemuda ini, orang tinggi besar itu menjadi marah
dan tahu-tahu ia telah mengeluarkan dua buah senjata yang amat aneh. Senjata ini
merupakan sepasang tangan manusia yang sudah dikeringkan dengan kuku-kuku
panjang. Kedua tangan ini dalam keadaan mencengkram, seperti kuku-kuku burung
garuda yang sedang menyerang.
Adapun kuku-kuku pada jari tangan itu berwana macam-macam, ada yang hitam,
ada yang putih, kuning, merah dan hijau. Inilah sepasang senjata yang oleh pemiliknya
dinamakan Cap-tok-mo-jiauw (Cakar Setan Berbisa Sepuluh), sepasang senjata yang
amat lihai dan berbahaya!
Begitu sepasang senjata ini menyambar Tiang Le, pemuda itu mencium bau yang
amat busuk dan ia cepat melompat ke belakang dan merasakan kepala menjadi pening
karena bau yang keras itu. Akan tetapi, tiba-tiba sepasang tangan terbang mengejar,
terlepas dari pegangan orang tinggi besar itu.
Terkejut sekali Tiang Le, maka merasa bahwa lawannya begini keji dan telah
mengeluarkan senjata sepasang tangan yang penuh racun. Dengan gerakan kilat
tangan kiri Tiang Le telah mencabut pedang bantung dan sebuah sinar perak berkelebat
menyamhar sepasang tangan yang menyerangnya.
Tentu saja orang tinggi besar itu menjadi kaget dan terkejut sekali melihat gerakan
yang demikian cepat itu, maka cepat ia menarik kembali sepasang senjatanya dan
meloncat ke belakang. aku tidak ada urusan denganmu harap kau tidak campur tangan dan biarlah
Bu-ha-tek Sianli dengan gerengan keras, mengirim
pukulan ke arah dada Tiang Le.
Istana Hantu - Halaman 35
35 yoza collection Amat luar biasa sekali pukulan ini, kalau saja bukan Tiang Le orangnya yang
menerima pukulan sakti Bu-tek Sianli, tentu akan hancur tubuhnya. Akan tetapi Tiang
Le yang sudah demikian sempurna tenaga sin-kangnya, memapaki pukulan tangan
kanan lawan dengan tangan kirinya yang terbuka pula.
yang penuh hawa sin-kang tingkat tinggi. Tubuh Tiang Le agaknya miring, dengan kedua
tangan kiri menjurus ke depan sedangkan Bu-tek Sianli dengan kedua tangannya yang
mendorong pula doyong ke belakang dengan tubuh yang sudah bongkok itu bertambah
bongkok lagi. Keduanya berkutetan mengerahkan tenaga.
Akan tetapi pada saat itu, terdengar suara gerengan keras dan tahu-tahu tubuh
Tiang Le terhuyung-huyung ke belakang seakan-akan ia kena dorongan yang keras dari
depan. Tubuh Bu-tek Sianli juga terdorong sampai bergulingan seperti seekor
trenggiling. Bahkan orang yang terkena hawa pukulan yang tidak kelihatan, akan tetapi
luar biasa itu, mereka yang berdiri di pinggir kepelanting terkena serempetan angin
pukulan yang dahsyat sekali.
menyeramkan, berambut panjang dan bermata liar. Yang membuat Kiang Sun Hi
terkejut adalah daya pukulan dari jarak jauh yang dilakukan oleh kakek ini.
Bagaimana sebuah pukulan dari jarak jauh mempunyai tenaga yang demikian
dahsyat. Ini membuktikan bahwa orang yang baru datang adalah seorang ahli silat
tinggi yang lihay sekali!
Sebaliknya, melihat datangnya kakek berambut panjang yang menakutkan ini, tibatiba Bu-tek Sianli, orang tinggi besar yang bersenjata sepasang tangan dan pengemispengemis yang berdiri di sebelah kiri berlutut, tak berani bergerak dan mengelnarkan
suara. Suasana menjadi hening.
-he-he, Sianli, KwanIa melihat semua orang diam dan memandangnya dengan gentar, tertawa terkekeh,
lagaknya memandang rendah sekali. Ketika ia memutar tubuh dan melihat seorang
pemuda yang buntung lengan kanannya dan memandangnya dengan tatapan tajam,
kakek itu menghentikan tawanya dan berkata,
-abrik Sian-li- at dan parau. -bengcu yang mulia. Pemuda inilah menyusahkan hamba sekeluarga.
Hamba datang ke tempat ini bersama Kwan-tiong Tok-ong, locianpwee dari Barat dan
Istana Hantu - Halaman 36
36 yoza collection sengaja mencari si buntung itu, sekalian hendak memberi hajaran kepada murid hamba
ya -tek Sianli dengan suara merendah dan gentar. Keruan saja Tiang Le jadi terbelalak dan heran. Ia mengenal baik Bu-tek Sianli ini,
nenek siluman yang telah disegani oleh kaum datuk hitam, malah telah menguasai
banyak orang-orang gagah dan menundukkan hatinya. Siapa kira di tempat ini, nenek
sakti yang paling disegani dan ditakuti di selatan, kini merendahkan diri terhadap
seorang kakek rambut panjang ini.
Siapakah orang ini" Baru saja ia telah dikejutkan oleh pukulan jarak jauh kakek ini. Kalau saja dia tidak
sedang mengerahkan sin-kang menempur Bu-tek Sianli sudah barang tentu ia tidak
akan tergempur! Tiang Le memperhatikan kakek rambut panjang yang tadi dipanggil Thay-bengcu
oleh Bu-tek Sianli, kakek itu perlahan. Suaranya terdengar perlahan saja namun di dalamnya mengandung
pengaruh dan ancaman besar.
-bengcu, dia itulah Pendekar Lengan Buntung Sung Tiang Le
-anggukkan kepala. Sekali
pandang saja tahulah ia bahwa pemuda yang lengannya buntung ini, mempunyai
pertahanan tubuh yang luar biasa.
Akan tetapi ia sendiri, mana mau meladeni pemuda ini" Merasa amat rendah dan
dihina. Oleh sebab itu dengan suara berwibawa, berkatalah kakek itu kepada Kwantiong Tok-ong, si Raja Racun dari Barat.
- -tiong Tok-ong. -li, kau uruslah persoalanmu dengan muridmu itu dan setelah selesai
urusanmu itu, kalian harap menghadap kepadaku di istana.. . . . ha-hatek Sianli menyahut, tahu-tahu tubuh si kakek rambut panjang itu telah lenyap bagaikan
ditelan setan! Istana Hantu - Halaman 37
37 yoza collection Sementara itu, Kwan-tiong Tok-ong telah menghampiri Tiang Le, dan bersamaan
dengan bergebraknya si Raja Racun ini, Bu-tek Sianli menghampiri Yap Sian Eng dan
membentak keras, adalah muridku maka aku tidak begitu gila untuk menjatuhi tangan maut kepadamu. Maka dari itulah, turutlah
Terima kasih untuk kebaikanmu. Ketahuilah, urusan ketua Ang-kin-kay-pang sudah
kuserahkan kepada Can Lo-kay, pembantuku ini dan buat seterusnya, aku akan bersama
dia ini, majikan pulau Kim-kong-tho. Bagaimana aku bisa ikut lagi denganmu kembali
-tek Sianli dengan pandangan berapi. Kiang Sun Hi belum pernah bertemu dengan nenek Bu-tek Sianli, akan tetapi tentu
saja ia dulu pernah mendengar akan nama Pay-cu ketua Sian-li-pay yang terkenal itu.
Kalau saja tidak karena urusan Sian Eng, tentunya Sun Hi merasa segan berurusan
dengan nenek lihai ini. Akan tetapi melihat nenek ini hendak memaksa kekasihnya untuk
kembali ke pulau, ia melompat ke depan dan kebutan di tangan kanannya tergetar.
-cu, telah sekali aku mendengar nama besar Bu-tek Sianli di pulau bidadari dan
sebagai seorang ketua yang berilmu dan berwibawa seharusnya Pay-cu tidak
mendesak seseorang untuk menjadi anggota, apalagi setelah ku dengar kabarnya Sianli-pay sudah bangkrut. Jadi untuk apa Sian Eng mengikutimu kembali ke pulau, sudah
Bu-tek Sianli memutar tumit kakinya dan menghadapi Kiang Sun Hi. Ia melihat
seorang laki-laki berusia sekitar hampir tigapuluh tahun, bersikap gagah dan tenang
dengan alis dikerutkan tanda hati tak senang dan kebutan yang dipegang di tangan
kanannya itu bergetar, tanda bahwa pemegangnya memiliki lweekang tinggi yang
sudah dapat disalurkan ke arah bulu-bulu hud-tim yang bergerak seperti kawat baja.
-tek Sianli. Bisanya nenek ini kalau menghadapi orang selalu tangannya dulu yang bicara, baru
mulut, akan tetapi kini menghadapi laki-laki setengah baya itu, dapat melihat betapa
orang ini tidak boleh dipandang enteng.
Istana Hantu - Halaman 38
38 yoza collection -hud-tim Kiang Sun Hi. Aku adalah sahabat baik dari
Ang-kin-kay-pang. Urusan Ang-kin-kay-tek
Sianli yang menggunakan lengan ujung baju dengan gerakan menampar ke arah Kiang
Sun Hi. Tentu saja Sun Hi tidak berani lengah. Ia tahu bahwa gerakan dari sepasang tangan
nenek ini tidak boleh dipandang ringan. Benar saja, begitu kibasan ujung lengan baju
bergerak menampar, meskipun hanya perlahan, akan tetapi tiba-tiba angin pukulannya
menyambar, mengandung hawa panas dan bukan main kuatnya!
Kiang Sun Hi adalah majikan pulau Kim-kong-tho, memiliki ilmu silat keturunan
yang amat lihai, sudah barang tentu menghadapi kibasan lengan baju yang
mengeluarkan angin pukulan kuat ini, ia tidak berani mengadu tenaga. Ia sudah
mendengar dari Sian Eng bahwa Pay-cu Sian-li-pay ini terkenal dengan ilmu pukulan
Bu-tek-sin-kun yang hebat luar biasa, maka ia berlaku hati-hati dan waspada.
Begitu pukulan tamparan lengan baju dapat ia kelit, ia sudah menduga sebelumnya
bahwa lengan si Nenek itu tidak akan tinggal diam. Maka benar saja, begitu tangan
kanan Bu-tek Sianli menyambar mengirimkan jotosan ke arah iganya, segera ia
menampar dengan kebutan hud-tim ke arah lawan dan langsung menyambar jalan
darah di pundak Bu-tek Sianli.
-tek Sianli marah karena pukulannya tadi dapat terhindarkan dengan mudah dan malah kini balas menyerang
dengan mengirimkan totokan ujung hud-tim ke arah pundak. Ia sama sekali tidak
mengelak dari totokan ujung hud-tim, sebaliknya tangan kirinya memukul ke arah dada
lawan. Ujung hud-tim tepat sekali mengenai jalan darah di tubuh Bu-tek Sianli, akan tetapi
Kiang Sun Hi menjadi terkejut dan heran merasakan totokannya tadi mengenai tempat
yang keras dan licin, seperti bertemu dengan baja berlumur minyak, dan keruan saja
ujung hud-timnya terpental ke belakang. Sebaliknya pukulan tangan kiri nenek ini telah
menyerang dadanya, meskipun masih jauh dan baru angin pukulannya saja,
dirasakannya dadanya sudah panas dan sesak napas.
tar senjatanya sehingga kebutan itu menjadi segulungan sinar yang berbahaya.
Biarpun ujungnya hanya terdiri dari bulu-bulu halus akan tetapi di tangan majikan
pulau kim-kong-tho ini telah menjadi kawat-kawat baja yang keras dan berbahaya. Dan
totokan-totokan yang dilakukan dengan ujung hud-tim ini berbahaya sekali. Inilah
Istana Hantu - Halaman 39
39 yoza collection kelihaian Kiang Sun Hi di dalam memainkan senjata hud-tim nya sehingga ia dijuluki
Memang sukar menyerang seorang seperti Bu-tek Sianli yang telah memiliki ilmu
kebal di bagian tubuhnya, sehingga berkali-kali ujung kebutan di tangan Kiang Sun Hi
bergerak mengirimkan totokan-totokan yang lihai dan berbahaya. Namun segala
totokan-totokannya terbentur oleh tubuh Bu-tek Sianli yang kebal.
Akan tetapi Sun Hi cukup cerdik, tiga kali sudah totokan-totokannya tidak mengenai
sasaran, maka ia mengarahkan jalan darah Hay-yang-hiat di bagian mata dan Tongcu-hiat di bagian dada yang tidak dapat dilindungi oleh ilmu kebal, maka kini seranganserangannya tertuju ke arah mata dan dada.
Akan tetapi semua usahanya tidak berhasil banyak, karena sesungguhnya Nenek
Bu-tek Sianli ini mempunyai tingkat kepandaian yang lebih tinggi darinya. Setiap
serangan-serangan hud-tim selalu dapat ditangkis dan terpental oleh angin pukulan
Bu-tek Sianli. Sebaliknya, melihat betapa lawannya ini amat sukar dirobohkan, Bu-tek Sianli
menjadi marah. Ia menjerit keras dan mulai mengeluarkan ilmu silat yang paling
diandalkan yakni ilmu silat Bu-tek-sin-kun atau Kepalan Sakti Tanpa Tandingan!
Kiang Sun Hi menjadi terkejut. Dari sepasang tangan Nenek Bu-tek Sianli ini
menyambar hawa pukulan yang luar biasa panas dan kuatnya.


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kini setelah Nenek itu mengeluarkan ilmu pukulan dengan gaya tubuh agak
direndahkan dan setiap kali pukulan tangan itu menyambar, selalu membuat hud-tim
di tangannya tergetar keras dan terpental ke belakang oleh sambaran angin pukulan
yang amat dahsyat itu. Setelah Bu-tek Sianli mengeluarkan jurus-jurus ilmu silat Butek-sin-kun, Kiang Sun Hi nampak agak terdesak dan mulai bersilat dengan mundurmundur.
Tiba-tiba terdengar suara dari Can Lo-kay dibarengi dengan berkelebatnya sinar
hitam menyerang Bu-tek Sianli. Can Lo-kay yang sejak tadi berdiri saja menonton, kini
melihat keadaan majikannya pulau Kim-kong-tho yang membela Ang-kin-kay-pang
sudah terdesak hebat. Tentu saja pengemis tua ini menjadi marah dan sambil
membentak keras ia melancarkan serangan tongkatnya bertubi-tubi ke arah Bu-tek
Sianli. Nenek itu cepat menyampok datangnya tongkat dengan lengan kirinya, akan tetapi
begitu tangan kirinya menyampok tongkat sambil mengerahkan sin-kang pukulan pada
tangan itu tiba-tiba tongkat hitam itu terpental dan menyeleweng ke samping dan
mengirimkan totokan kilat ke arah iga lawan. Serangan ini disusul pula dengan pukulanIstana Hantu - Halaman 40
40 yoza collection pukulan dahsyat dari tangan kiri pengemis tua itu dengan gerakan-gerakan yang aneh
dan cukup hebat membuat Bu-tek Sianli mengeluarkan seruan tertahan.
-niu-san-tungtiba-tiba Bu-tek Sianli berseru mengeluarkan suara kaget menyaksikan ilmu tongkat
yang luar biasa anehnya ini.
Teringat ia bahwa Koay Lojin juga pernah menunjukkan kelihaian ilmu tongkatnya
waktu orang tua aneh itu datang ke Sian-li-pay dan telah menyaksikan betapa hebatnya
orang tua dari gunung Fu-niu itu. Kini pengemis tua yang memainkan ilmu tongkat yang
luar biasa ini, hati Bu-tek Sianli menjadi tidak enak apabila Koay Lojin yang pernah ia
rasai kelihaiannya! demikian Can Lo-kay mengelebatkan tongkatnya menyerang lebih hebat lagi.
Dibarengi kemudian berkelebat sinar hitam dan tahu-tahu tongkat kecil di tangan
Yap Sian Eng sudah merangsek nenek Bu-tek Sianli dengan hebat. Suara-suara
samberan tongkat kecil yang berkepala ukiran kepala naga itu menciut saking kerasnya
samberan tongkat itu. BuTantang Sian Eng ketus sambil mempercepat gerakan tongkatnya.
Melihat betapa Yap Sian Eng sudah turun tangan, anggota Ang-kin-kay-pang yang
berkepandaian cukup tinggi berkelebat menyerbu Bu-tek Sianli dan melancarkan
serangan-serangan maut!!!
dak lekas menyuruh anak buahmu turun tangan mau tunggu apa
-tek Sianli membentak Sin-tung-mo-kay Peng Hay.
Mendengar seruan ini, Peng Hay segera memberi aba-aba pada ke limapuluh
pengemis yang berdiri di sebelah kiri. Sebentar saja para pengemis yang tadinya adalah
anggota Hek-lian-pay ini sudah menyerbu dan disambut oleh para anak buah Ang-kinkay-pang. Segera terjadi perang tanding yang cukup seru.
Pihak Ang-kin-kay-pang jauh lebih banyak dari pada orang-orang bekas anggota
Hek-lian-pay, maka melihat ini Bu-tek Sianli melancarkan serangan-serangan ke kanan
dan ke kiri menggunakan jurus-jurus pukulan Bu-tek-sin-kun yang paling hebat.
Terdengar teriakan mengerikan dan tubuh Sian Eng terlempar dan muntahkan darah
segar. Istana Hantu - Halaman 41
41 yoza collection Sun Hi cepat menggerakkan hud-timnya dan mencelat ke depan menubruk Sian
Eng, menotok dada gadis dan berkata dengan cepat,
- - Cepat Sun Hi menyambar tubuh itu dan sekali berkelebat ia sudah lenyap dari
tempat itu. Hanya suaranya saja yang terdengar oleh Can Lo-kay yang masih bertempur
dengan Bu-tek Sianli. -kay.. . . . tak guna melawan nenek itu.. . . jangan biarkan teman-teman
mengorbankan diri kepada hal yang sia-sia, kau pimpinlah mereka, cari jalan keluar.. . .
Setelah berkata demikian, Kiang Sun Hi sudah mencelat jauh dan melenyapkan diri.
Mendengar ini Can Lo-kay memberi tanda dengan suitan ke arah anak buahnya. Dan
sebentar itu pula, dengan rapih sekali barisan Ang-kin-kay-pang sudah melenyapkan
diri dan menghilang di balik celah-celah batu gunung.
Bagi para anak buah Ang-kin-kay-pang yang terluka, dengan gerakan yang amat
cepat dan teratur kawan-kawannya yang lain membawanya pergi sehingga tempat itu
bersih dari rombongan Ang-kin-kay-pang. Sedangkan Can Lo-kay sendiri, melihat
betapa anak buahnya sudah lenyap, segera mainkan tongkatnya dengan jurus-jurus
yang terhebat dan begitu melihat Bu-tek Sianli mundur-mundur. Melihat kesempatan
yang baik ini, segera ia melenyapkan diri pula!
Melihat Can Lo-kay sudah kabur, Bu-tek Sianli segan untuk mengejar. Bukan ia takut
kepada pengemis itu, akan tetapi ia cukup cerdik untuk tidak melibatkan diri dengan
Koay Lo-jin dari Fu-niu-san itu!! Maka ia kini menumplekkan kemarahannya pada si
lengan buntung yang tengah melawan Kwan-tiong Tok-ong.
Sungguh hebat sekali pertandingan si raja racun ini dengan Tiang Le. Beberapa kali
hampir saja Tiang Le roboh oleh semburan uap hitam beracun yang dikeluarkan oleh
tokoh racun ini. Kalau saja tidak cukup kuat sin-kang di dada pemuda itu, tentu ia sudah
mati di tangannya si raja racun dari Kwan-tiong ini!!
Memang Kwan-tiong Tok-ong ini bukan saja lihay ilmu silatnya akan tetapi
sepasang senjata berupa tangan beracun itu sungguh sangat berbahaya dan licik.
Sepasang tangan manusia yang penuh racun itu menyambar cepat.
Tiang Le pun cepat berkelit akan tetapi siapa sangka, seorang anggota Ang-kinkay-pang yang berada tidak jauh di belakangnya berteriak ngeri dan roboh. Tubuhnya
berubah hitam sekali dan ia berkelojotan terus mati.
Istana Hantu - Halaman 42
42 yoza collection Pengemis itu terkena hek-tok (racun hitam) dari kuku hitamnya Kwan-tiong Tokong, sedangkan seorang pengemis lagi tak sempat berkelit dan tangan kiri Kwan-tiong
meluncur mencakar pundak pengemis itu terdengar lagi jeritan mengerikan ketika
tubuh itu roboh dengan tubuh berubah kuning, terkena cakaran kuku yang mengandung
Oey-tok (racun kuning). Kwan-tiong Tok-ong tertawa mengakak dan sepasang cakar
setan itu tiba-tiba tersentak kembali kepadanya disambut oleh sepasang tangan!
Inilah kelihaian Kwan-tiong Tok-ong, orang akan mengira tentu sepasang senjata
yang berupa tangan manusia itu dapat terbang dan kembali dengan amat cepatnya.
Sebenarnya, Kwan-tiong Tok-ong yang lihai ini sengaja memasang sepasang
tangan yang diikat oleh sebuah tali pada pergelangan tangannya dan dapat dilempar
menurut kehendak hati. Dengan tali ini ia dapat membuat sepasang tangan itu bergerak
seakan-akan terbang. Melihat betapa dua orang pengemis Ang-kin-kay-pang telah roboh dengan cara
yang amat mengenaskan sekali, Tiang Le membentak marah dan terdengar kilatan
pedang pusaka buntung berkelebat di depan dadanya.
ntakan Tiang Le ini diiringi dengan berkelebatnya sinar pedang
pusaka buntung yang sudah menyambar bagaikan guntur memecah bumi.
Kwan-tiong Tok-ong berseru kaget melihat kehebatan ilmu pedang yang hanya
dimainkan oleh tangan kiri itu. Dalam beberapa jurus saja dia sudah terdesak hebat
oleh terjangan-terjangan Tiang Le yang merupakan maut yang siap hendak merenggut
nyawa. Pada saat itu, terdengar bentakan keras dan tahu-tahu Bu-tek Sianli sudah
menyerbu Tiang Le. Ia segera mengirimkan pukulan sakti dengan tubuh agak
direndahkan hampir berjongkok. Inilah pukulan Bu-tek-sin-kun yang terlihai dengan
jurus Tho-lui-thong-te (geledek musim semi menggetarkan pulau).
Tiang Le terkejut sekali, cepat ia mengerahkan hawa sin-kang ke arah pundak dan
menerima pukulan Bu-tek Sianli, sedangkan tangan kirinya bergerak cepat merangsek
Kwan-tiong Tok-ong dengan jurus Tok-pik-kiam-hoat bagian menyerang. Hebat sekali
akibatnya. Kwan-tiong berteriak kesakitan ketika lengannya terbabat pedang Tiang Le
sehingga mengeluarkan darah, dan ia mencelat mundur.
Sebaliknya Tiang Le sendiri hampir saja terjengkang ke depan, oleh dahsyatnya
pukulan Bu-tek Sianli yang lihai itu, akan tetapi, untunglah Tiang Le sudah digembleng
secara luar biasa oleh si kaki buntung yang bernama Sin-kun-bu-tek Lim Heng San dan
Istana Hantu - Halaman 43
43 yoza collection telah dapat memindahkan hawa sin-kang dari kakek sakti itu. Kalau tidak tentu
tubuhnya akan hancur lebur terhantam pukulan si nenek Bu-tek Sianli.
Diam-diam kagum sekali Bu-tek Sianli melihat tubuh Tiang Le yang luar biasa ini.
Biasanya pukulannya barusan itu, akan dapat menghancurkan batu gunung. Dan dapat
menahan gelombang laut. Kini pemuda itu, hebat! Tadi begitu pukulannya tepat menyentuh pundak pemuda
itu, ia merasakan hawa panas yang menyerangnya membalik dan kuda-kudanya
tergetar hebat membuat ke dua kakinya menggigil!
-tiong Tok-ong tak terasa lagi berseru memuji sambil memegangi
lengan kanannya yang terserempet pedang Tiang Le.
-manusia tak mempunyai liang-sim (perasaan), hari ini,
aku Sung T -ha-ha Tiang Le, manusia sombong! Kami belum kalah terhadapmu, mana bisa
-tek Sianli mengejek. Ia amat yakin bahwa kali ini, pemuda
itu tidak akan dapat lolos lagi. Dengan dibantu oleh Kwan-tiong Tok-ong, masakan ia
tidak dapat mengalahkan si buntung ini!
Maka segera ia memberi tanda kepada Kwan-tiong Tok-ong untuk bersama-sama
menyerbu lawannya, berbareng dengen gerakan si Raja Racun itu, Bu-tek Sianli bersuit
dan sebentar itu pula anggota-anggota Ang-kin-kay-pang yang mempunyai tanda
teratai hitam di dadanya sudah menyerbu Tiang Le.
Dalam keroyokan yang ketat ini Tiang Le bergerak hebat bagaikan harimau terluka.
Sekali pedang pusaka buntungnya berkelebat, maka terdengar jeritan dari anak buah
Ang-kin-kay-pang yang bertanda teratai hitam pada dadanya dan roboh dalam keadaan
tubuh mandi darah! Biarpun pemuda lengan buntung itu dikeroyok oleh banyak orang yang rata-rata
memiliki ilmu silat cukup tinggi, Tiang Le tidak menjadi gentar. Malah ia masih sempat
merangsek si Nenek Bu-tek Sianli dengan jurus-jurus maut dari ilmu pedang Tok-pikkiam-hoat yang terlihai.
Sebetulnya ia segan untuk menjatuhi tangan maut kepada para pengemis ini, akan
tetapi karena serangan-serangan Bu-tek Sianli dan Kwan-tiong Tok-ong yang
berbahaya, Tiang Le terpaksa tidak mengambil hati. Apalagi setelah diketahuinya bahwa
pengemis-pengemis ini adalah bekas anggota Hek-lian-pay yang jahat, maka sekali
mengelebatkan pedangnya, terdengar lagi jeritan seorang pengemis yang terluka
lengannya terserempet pedang buntung Tiang Le!
Istana Hantu - Halaman 44
44 yoza collection Hebat sekali pertempuran di atas puncak gunung Ta-pie-san ini. Dan sepak terjang
Tiang Le sungguh mengagumkan dan menggetarkan lawan. Setiap pedang buntung itu
bergerak, setiap itu pula terdengar jeritan kaget dari lawannya yang telah terluka oleh
tajamnya pedang buntung di tangan kiri lawan.
Dan baru sekarang pertempuran ini merupakan pertempuran yang benar-benar
hebat, saling serang dan saling mempertahankan diri dan baru sekarang Kwan-tiong
Tok-ong mendapat kenyataan bahwa pemuda lengan buntung ini benar-benar lihai.
Pedang buntung yang dimainkan itu berubah menjadi segulung sinar perak yang amat
kuat, mengurung dan menindih sehingga sebentar saja Kwan-tiong Tok-ong terdesak
hebat. Merasakan bahwa lawannya ini benar-benar tangguh dan luar biasa, si Raja
Racun itu mengeluarkan sesuatu benda dan menyambitkan ke arah Tiang Le dan
disambut oleh tangkisan pedang buntung.
Terdengar ledakan keras dan asap berwarna kuning mengebul menyambar muka
Tiang Le. Amat cepat sekali gerakan asap yang menyambar itu dan Tiang Le mencium
bau yang amat amis dan menyesakkan dadanya.
Segera ia mengerahkan sin-kang di dada. Pada saat itulah sebuah pukulan tangan
kiri Bu-tek Sianli menyentuh pundak Tiang Le!
empar tiga tombak jauhnya.
-hamenggeram keras Nenek kosen ini mengangkat tangannya dan siap hendak dijatuhkan
ke arah kepala Tiang Le yang pada ketika itu telah pingsan akibat racun kuning yang
telah terhisapnya tadi. Pada saat yang amat berbahaya itu, tiba-tiba terdengar jeritan nyaring dari seorang
perempuan muda berjalan bersama seorang anak lelaki yang berusia dua tahun.
Perempuan muda itu adalah Pei Pei bersama Wang Ie yang telah tiba di atas puncak
Ta-pie-san dan begitu melihat Tiang Le roboh dan dilihatnya Nenek itu mengangkat
tangan, ia cepat menjerit sambil berlari:
Bu-tek Sianli menoleh, melihat Pei Pei berlari menubruk Tiang Le dan
mengguncang-guncangkan kepala pemuda yang telah pingsan itu. Seluruh tubuh Tiang
Le sudah berwarna kekuning-kuningan. Inilah racun Oey-tok yang lihai dari si Raja
Racun Kwan-tiong Tok-ong!
-tek Sianli gemas melihat
datangnya Pei Pei. Istana Hantu - Halaman 45
45 yoza collection Ia mengenal perempuan itu. Dan ia tahu bahwa perempuan lemah lambut ini tidak
mengerti ilmu silat. Andaikan Pei Pei tahu ilmu silat tentu Bu-tek Sianli telah menerjang
wanita itu! itu. tangan kiri Bu-tek Sianli merenggut baju Pei Pei, terdengar suara keras baju di bagian
dada perempuan muda itu robek sebatas perut.
Pei Pei cepat menutupi bagian dada yang terbuka dengan tangannya dan menatap
tajam kepada Bu-tek Sianli.
Bu-tek Sianli hendak berlutut. akan tetapi begitu kaki si nenek terangkat keruan saja
tubuh Pei Pei terlempar jauh!
Melihat ini, Wang Ie menjadi panas hatinya. Dengan gerakan cepat ia sudah
menerjang nenek itu, dan mengirim jotosan ke arah perut si Nenek. Meskipun hanya
baru beberapa bulan ia melatih diri atas petunjuk suhunya, akan tetapi anak kecil yang
bernyali segede gajah ini dengan berani sekali menerjang Bu-tek Sianli dengan
bentakan nyaring, kecil itu mengirimkan jotosan ke arah dada Bu-tek Sianli yang tidak menangkis dan
mengerahkan sedikit hawa sin-kang di dada. Ia tertawa bergelak mengejek menerima
pukulan anak kecil itu. yang terlempar jauh dan menjerit kaget merasakan seluruh tangannya menjadi nyeri
seperti ditusuk oleh ribuan jarum.
Pada saat itulah, ia melihat subonya telah menghampiri Bu-tek Sianli dan dengan
teriakan keras perempuan muda itu menerjang kaki Bu-tek Sianli dan menggunakan
giginya yang runcing menggigit kaki Bu-tek Sianli sekuat-kuatnya ia menggigit!
Pei Pei memang cerdik. Ia tahu bahwa nenek ini sangat kebal sekali dan pikirannya
yang cerdik dan penuh kemarahan itu ia menerjang Bu-tek Sianli dan menggunakan
giginya menggigit betis si Nenek.
Keruan saja Bu-tek Sianli menjerit kesakitan dan mengibaskan kaki kanannya yang
digigit dan sekali kakinya bergerak tubuh perempuan muda itu terlempar jauh dan
Istana Hantu - Halaman 46
46 yoza collection menggelinding masuk jurang. Pei Pei menjerit ngeri dan suaranya tenggelam
membawa tubuhnya yang meluncur ke jurang yang amat dalam itu.
Wang Ie terkesiap kaget melihat tubuh subonya telah meluncur masuk jurang.
Untuk beberapa lama ia tersentak dan tidak tahu apa yang harus ia perbuat, matanya
basah sambil menggigit bibir. Ia berlari dan menerjang Bu-tek Sianli lagi, mengirimkan
serangan tangan kiri yang cukup kuat itu!
Bu-tek Sianli menjadi marah, sekali meraba tongkatnya tiba-tiba ia menggerakkan
tongkatnya memukul kepala anak kecil itu. Akan tetapi begitu tongkat itu meluncur
hampir menyentuh kepala si anak, tiba-tiba terdengar suara keras dan sesosok tubuh
berkelebat dan menggerakkan cambuk merah menyerang tongkat.
Bersamaan dengan luncuran sabuk sutera merah itu, seorang gadis manis telah
berdiri di depan Bu-tek Sjanli dan menangkis tongkat dengan ujung sabuk sutera merah.
Wang Ie cepat bergulingan ke kiri dan berdiri di samping wanita muda yang cantik
jelita itu. Liang Bwe Lan tersenyum mengejek. Menarik kembali sabuk suteranya dan
digulungnya perlahan-lahan. Sementara bibirnya mengeluarkan sindiran,
-tek Sianli, belum insafkah kau pada masa usiamu
semakin tua ini" Hem, menyesal aku mempunyai bekas guru seperti engkau jahatnya,
biarlah aku peringatkan sekali lagi supaya kau pergi dari sini!
bahwa aku pernah menjadi muridmu! Bubanyak beberapa tahun lagi. Bersiap-siaplah menghadapi Pengadilan Akhirat! Mudahmu
Ucapan yang keluar dari mulut gadis ini sungguh berani sekali. Membuat Kwantiong Tok-ong melengak mendengarnya. Masakan ada seorang murid menasehati
gurunya. Aneh! Sementara itu bagaikan ditampar Bu-tek Sianli mendengus marah. Tongkatnya
bergetar menahan gelombang hati yang berdentum-dentum penuh kemarahan di dada
itu! Istana Hantu - Halaman 47
47 yoza collection Saking marahnya Nenek ini, sampai ia lupa bahwa orang yang diserangnya itu
adalah muridnya. Murid yang pernah ia kasihi dan turunkan kepandaian ilmu silat tinggi.
Akan tetapi sungguh aneh sekali, menghadapi gadis ini, Bu-tek Sianli menjadi gemas


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setengah mati. Ia tadinya nggak menyangka bahwa semua murid-muridnya berbalik memusuhi
dirinya. Juga Bwe Lan. Ia tahu benar bahwa gadis ini pernah menolong pemuda yang
bernama Tiang Le itu waktu di Sian-li-pay. Dan telah terang-terangan mengaku bahwa
ia cinta kepada Tiang Le.
Gila! Benar-benar dunia sudah mau kiamat. Kelima orang muridnya yang mulanya
ia kasihi kini berbalik memusuhinya! Saking gemasnya nenek itu, ia mainkan ilmu
tongkat yang digabungkan dengan jurus-jurus Bu-tek-sin-kun yang lihai.
Pada saat itu, berkat sin-kang yang sempurna di tubuh Tiang Le, hanya untuk
beberapa lama saja pemuda lengan buntung itu pingsan dan ada kira-kira lima menit,
dia sadar kembali. Dan begitu melihat kedatangan Bwe Lan yang telah menolong Wang
Ie muridnya segera dia mengumpulkan hawa murni di perut dan mengembalikan
tenaganya. Dan begitu ia lihat bahwa Bwe Lan telah terdesak oleh Bu-tek Sianli, segera
dia mencelat dan menggunakan tangan kirinya mendorong Bu-tek Sianli sambil
membentak, menggunakan gerakan tangan kilat yang luar biasa dahsyatnya itu.
Bagaikan petir menyambar Bu-tek Sianli merasakan datangnya serangkum tenaga
dahsyat yang luar biasa, segera ia mengelak ke kiri dan berjumpalitan menghindarkan
angin pukulan itu dan membalas mengirim serangan tongkat ke arah Tiang Le. Amat
terkejut bukan main Nenek ini melihat yang melakukan serangan barusan adalah Tiang
Le. Ia menjadi heran. Bukankah barusan pemuda itu tak berdaya terkena racun kuning,
masa sekarang sudah sadar kembali! Ia melirik ke arah Kwan-tiong Tok-ong yang
sudah mengerahkan pula sepasang tangan buatan dan mengirim cengkeraman ke arah
pundak Tiang Le. Melihat datangnya cakar setan yang terkenal akan kelihaiannya ini, Tiang Le tak
berani menyambut dengan pukulan, ia berkelit ke kiri dan mainkan langkah-langkah
ajaib menghindarkan diri dari serangan-serangan sepasang tangan yang mengeluarkan
bau anyir itu! Melihat bahwa pemuda itu sudah menyerang Bu-tek Sianli dan Kwan-tiong Tokong,
Bwe Lan menjadi bersemangat dan tersenyum girang kepada Tiang Le,
Istana Hantu - Halaman 48
48 yoza collection ari kita basmi manusia-hiWang Ie yang menonton pertempuran itu menjadi girang sekali. Girang karena suhunya
kini sudah sadar kembali dan menyerang musuh-musuhnya.
Dan apabila teringat kepada subonya yang telah terpelanting masuk jurang, maka
dengan sengit ia berteriak lagi ke arah Tiang Le yang sudah mendesak Bu-tek Sianli.
masuk Mendengar seruan Wang Ie ini, Tiang Le menoleh kepada muridnya dan berkata
Bwe Lan menyahut sambil menangkis tongkat si Nenek BuLe, Pei Pei sudah masuk ke jurang oleh tendangan nenek bangsat ini. Sayang aku datang
dari Kwan-tiong Tok-ong yang amat berbahaya itu.
Ia amat kaget sekali dan hampir saja pundaknya terserempet cakar setan yang
digerakkan oleh Kwan-tiong Tok-ong dengan amat cepatnya. Baiknya pemuda ini cukup
waspada dan cepat berkelit membalas serangan, tangan kiri mengelebatkan pedang
yang segera dapat dikelit oleh si Raja Racun Kwan-tiong Tok-ong yang lihai.
menggeledek mengarahkan tamparan ke arah tongkat Bu-tek Sianli yang dengan
senyum mengejek menangkis dengan tongkatnya sambil berkata,
elah membunuhnya kau mau apa" Sebentar lagi engkau juga
-tek Sianli ini dibarengi dengan pukulan tongkat ke arah kepala
Tiang Le. Akan tetapi pada saat itu Bwe Lan sudah lantas menggerakkan tangan dan puluhan
jarum beracun yang bernama Sian-li-tok-ciam menyambar ke arah Bu-tek Sianli. Tentu
saja nenek ini mengenal akan kelihaian Sian-li-tok-ciam, jarum beracun ciptaannya
sendiri, maka ia mengurungkan gerakan tongkatnya memukul kepala Tiang Le,
sebaliknya ia menarik tongkatnya dan memutar memukul runtuh jarum-jarum beracun
yang menyambarnya! Perkelahian bertambah seru, orang-orang pengemis yang memakai tanda teratai
hitam di dadanya tidak berani lagi bergerak karena ngeri menyaksikan sepak terjang
pemuda lengan buntung yang lihai ini. Segera menyeret kawan-kawan yang sudah
Istana Hantu - Halaman 49
49 yoza collection terluka dan membawanya ke belakang untuk dirawat. Sedangkan yang lainnya berdiri
mengelilingi tempat itu menonton perkelahian yang berjalan dengan serunya.
Bagi Bu-tek Sianli adalah hal yang baru pertama kali ia benar-benar dipecundangi
oleh seorang pemuda yang berlengan buntung. Ia sungguh amat malu sekali, ia yang
sudah terkenal di dunia kang-ouw, dan telah menggemparkan dunia persilatan dengan
jurus-jurus ilmu pukulan Bu-tek-sin-kun atau Kepalan Sakti Tanpa Tandingan, kini benarbenar ketemu tandingan!!
Ia menjadi sengit bukan main dan mainkan ilmu silat Bu-tek-sin-kun-hoat
menggunakan jurus-jurus dahsyat dan siap merenggut nyawa lawan!
Kini setelah munculnya Tiang Le, perkelahian dibagi dua bagian. Kalau Tiang Le
melayani nenek Bu-tek Sianli, adalah Bwe Lan, ia bertemu tanding pula oleh orang tinggi
besar yang tidak dikenalnya ini.
Memang sesungguhnyalah bahwa Kwan-tiong Tok-ong ini bukan tidak terkenal,
akan tetapi karena ia hanya malang melintang di dunia Barat sudah barang tentu tokohtokoh selatan tidak mengenalnya.
Akan tetapi sungguh kejadian yang menggemparkan karena tokoh dari Barat ini,
mempunyai kepandaian selangit! Di barat ia terkenal sebagai Raja Racun karena
senjatanya yang dijuluki Cap-tok-mo-jiauw atau sepuluh racun cakar setan yang luar
biasa kejinya. Barang siapa yang terkena salah satu dari ke sepuluh racun itu tipislah
harapan untuk dapat hidup kembali!
Tahu bahwa senjata yang terbuat dari tangan manusia yang dikeringkan itu sangat
berbahaya sekali, maka Bwe Lan yang cerdik selalu menghindarkan diri dari cakaran
setan yang mengerikan itu. Kalau tadi dia terus bertempur dengan Bu-tek Sianli hanya
separuh hati, kini menghadapi orang tinggi besar yang bersenjata cap-tok-mo-jiauw itu
ia benar-benar menyerang dalam arti kata sesungguhnya.
Ia mengerahkan seluruh tenaga lwekang bagian melemaskan yang disalurkan ke
arah sabuk sutera merahnya, sehingga ujung sabuk itu menyambar-nyambar bagaikan
ular, menerjang dengan totokan-totokan ke arah pundak kanan atau sambungan siku
dan pergelangan tangan. Atau menyerang jari-jari tangan setan yang selalu terbuka
dalam posisi mencengkeram. Ia tidak takut akan benturan-benturan tangan itu karena
melalui sabuk suteranya, ia tidak terlalu kuatir untuk keracunan!
Permainan sabuk sutera gadis muda ini sungguh membuat kagum Kwan-tiong Tokong. Baru sekarang ia tahu bahwa di Selatan ini banyak sekali orang-orang muda yang
berkepandaian tinggi. Baru saja beberapa bulan ini ia terjun ke selatan dan mengikut
Istana Hantu - Halaman 50
50 yoza collection Bu-tek Sianli, eh, siapa tahu malah ia harus menghadapi orang-orang muda yang
berkepandaian tinggi dan lihai!
Sialan, tahu begini gua nggak mau ikut-ikut Bu-tek Sianli. Kalau begini jadinya,
Kiamat Di Pangandaran 2 Wiro Sableng 159 Bayi Satu Suro Kelas Dua Di Malory 1
^