Pencarian

Pendekar Lengan Buntung 8

Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw Bagian 8


anak buah tentara Mongol yang mengatakan bahwa pasukan Mongol sudah
menyerbu Kotaraja, betapa terkejutnya Cie Lay, segera ia memutar otaknya. Ia
sendiri sudah tak berdaya ditawan oleh tentara Mongol maka pada suatu
kesempatan, waktu rombongan tentara Mongol yang menawannya berhenti di
lereng bukit, segera tangan pemuda ini menulis di batu karang:
Sementara itu, Bwe Hwa dan Kong In mengamuk hebat. Pedang iblis Hek-pekhwa-siang-kiam berkelebat ke sana ke mari laksana kilat menyambar. Banyak
sudah tubuh si kakek pengemis baju kembang yang telah roboh oleh keganasan
pedang di tangan Bwe Hwa dan Kong In, akan tetapi, karena Kong In sudah terluka
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 367
yoza collection oleh pukulan si nenek A Mey yang mempergunakan hawa Jing-tok-ciang, maka
dengan amat cepatnya hawa racun ular hijau itu menjalar ke jantungnya!
Gerakannya semakin lemah, semakin kacau, akhirnya ia tak tahan lagi,
kepalanya menjadi pening. Pada saat itulah sebuah tongkat di tangan salah seorang
anggota Hwa-ie-kay-pang berhasil menggebuk pundaknya. Keruan saja tubuh Kong
In terjungkal dan sebuah pedang lagi dari salah seorang perwira Mongol berkelebat
menyambar. Akan tetapi dengan gerakan yang amat kuat tahu-tahu tangannya bergerak dan
pedang Hek-hwa-kiam meluncur dengan amat cepatnya. Tiga orang perwira Mongol
dan kakek pengemis baju kembang menjerit keras, begitu pedang Hek-hwa-kiam
bagaikan terbang menancap jadi satu di dada ke empat orang lawannya.
Kong In tertawa puas melihat hasilnya. Akan tetapi ia sendiri menjadi terkulai
lemah dan napasnya putus oleh tusukan pedang yang menembus dadanya itu.
ganas. Akan tetapi begitu Bu-tek Sianli menyambar dan menggerakkan pukulan,
tubuh Bwe Hwa terlempar jauh dan jatuh di dekat kaki Tiang Le yang sedang
mengamuk dikeroyok oleh kakek pengemis Hwa-ie-kay-pang dan gadis-gadis Sianli-pay.
Melihat jatuhnya tubuh Bwe Hwa di dekat kaki pemuda lengan buntung, keruan
saja seorang pengemis baju kembang menggeprak kepala si gadis. Akan tetapi
Tiang Le dengan cepat menggerakkan tangannya dan terdengar suara keras waktu
pukulan Tiang Le menghantam lambung si kakek pengemis baju kembang!!
angun lagi, sementara Tiang
Le cepat menyambar tubuh Bwe Hwa yang terkulai lemah. Meletakkan tubuh si
gadis di atas punggungnya, dan dengan gerak tangan kilat ia memutar lengan
kirinya. Lima orang gadis Sian-li-pay yang menerkamnya terpental dan seorang kakek
pengemis baju kembang muntah darah dihantam pukulan Tiang Le. Pemuda lengan
buntung ini mengamuk hebat, tangannya bergerak-gerak laksana badai yang
menyapu, sebentar saja limapuluh anak buah Hwa-ie-kay-pang sudah roboh tak
dapat bangun lagi. Pada saat itu terdengar suitan keras. Tiba-tiba saja gadis Sian-li-pay yang tadi
mengeroyoknya sudah hilang bagaikan ditelan bumi, sedangkan dari kejauhan
terdengar seruan Bu-tek Sianli,
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 368
yoza collection untuk menyelamatkan kekasihmu ini. Jikalau dalam waktu dua hari ini engkau tidak
Suara itu terdengar amat jauh sekali. Cepat Tiang Le melirik ke atas batu karang
dimana Pei Pei tadi menunggu, akan tetapi dia menjadi terkejut begitu dilihatnya
Pei Pei sudah tidak ada lagi di sana. Tahulah ia, Pei Pei telah ditawan oleh Bu-tek
Sianli yang licik dan curang itu dan mengundangnya ke Sian-li-pay!!
Suasana menjadi sunyi dan mati setelah rombongan Sian-li-pay pergi. Beratusratus mayat manusia menggeletak di sana sini membasahi lembah Tai-hang-san.
Serombongan burung gagak menggoak panjang terbang di atas. Sementara langit
di atas menjadi suram, seakan-akan yang di atas itu tidak tega melihat
pemandangan di bumi yang mengenaskan hati!!
Tiang Le cepat berkelebat lenyap dari tempat itu!!
Sementara, dari belahan awan hitam sebuah guntur menggelegar memecah isi
bumi. Dinding-dinding gunung bergetar oleh suara guntur yang menggelegar
mengejutkan. Dan awan hitam merunduk dan menyebarkan air mata yang
bertambah deras membasahi bumi, tersedu keras angin bertiup menggoyangkan
pepohonan dan daun-daun. Sebentar kemudian hujanpun bertambah deras dan
suasana semakin hitam, sehitam jelaga!
ooOOoo Sebuah kilat menyambar berkeredep menerangi pondok di dalam Tiang Le
meletakan tubuh Bwe Hwa pada sebilah dipan kayu dan manotok jalan darah Tayhi-hiat di dekat leher Bwe Hwa. Gadis itu mengerang perlahan. Ia sadar dari
pingsannya. Pertama-tama dilihatnya, seorang lelaki lengan buntung berdiri didekatnya. Bibir
-moay.. . . kau terluka dalam yang cukup parah, istirahatlah.. . . sebentar hujan
akan reda, aku akan membawamu mencari seorang sin-she di kaki gunung.. .
kuatkanlah hatimu.. . . Hwa-moay.. .
Tangannya membetulkan balutan pada lengan gadis yang sudah penuh dengan
darah. Ia napas panjang. Hatinya menjadi terharu melihat Bwe Hwa seperti ini, tanpa
ia sadari tangannya mengusap pipi si gadis dengan sentuhan-sentuhan mesra.
Untuk beberapa saat Bwe Hwa meramkan matanya. Mata yang penuh dengan
linangan air mata itu perlahan-lahan membanjiri meleleh di kedua pipinya.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 369
yoza collection -moay.. . . jangan kau menangis.. . jangan kau membikin hatiku, sedih. Kau
harus sembuh Hwa-moay, harus, biarlah aku akan membawamu kepada sin-she.. . .
Sayang aku tidak mengerti pengobatan untuk mengobati lukamu.. . . kau.. . . kau
Pada waktu pandangannya terbentur lengan kiri si gadis yang telah buntung,
Tiang Le tak kuasa menahan keharuan hatinya. Ia memandang ke depan
membuang muka untuk menjatuhkan beberapa butir air mata yang hendak
meloncat riuh. Pemuda itu mengerutkan keningnya dan pandangannya semakin
basah. Di luar pondok hujan masih turun merinai. Kenangan pada Sian Hwa di padang
rumput dalam hujan yang menggila seperti ini membayang di ruang matanya.
Teringat akan Sian Hwa yang telah meninggal dunia karena tusukan pedang Kong
In dan Bwe Hwa, hati Tiang Le serasa diiris-iris.
Sungguh malang sekali nasib sumoaynya Sian Hwa. Ia mengorbankan
nyawanya untuk melerai pertempuran yang terjadi antara Kong In dan Bwe Hwa.
Dan sekarang Bwe Hwa menderita seperti ini, tak kuasa ia memandang kepada Bwe
Hwa. Hatinya teramat kasihan. Gadis itu telah membuntungi lengannya.
Sesungguhnya ia tidak menaruh marah atau dendam akan tetapi mengapa gadis
itu membuntungi lengan kirinya sendiri. Bwe Hwa, mengapa kau lakukan mengapa"
Ahh, Bwe Hwa hati Tiang Le menjerit tak keruan rasa.
Tiang Le menggerakkan kepalanya. Memandang Bwe Hwa. Dilihatnya wajah
gadis itu semakin memucat. Bibirnya digigit menahan rasa nyeri yang amat lebat
di dalam dadanya. Sementara air mata si gadis berderai-derai memandang Tiang
Le dengan tatapan yang penuh cinta kasih.
Tiang Le mengangkat tangan kirinya mengusap pipi Bwe Hwa dengan usapan
halus, semakin berderai air mata si gadis merasakan sentuhan tangan pemuda itu
pada pipinya. Ia menggigit bibir lagi menahan rasa nyeri dan pilu memandang ke
arah lengan kanan yang buntung itu. Tiba-tiba Bwe Hwa bangun dan menciumi
lengan buntung Tiang Le sambil menangis mengguguk:
berdosa kepadamu.. . . aku membuntungi lenganmu..
aduuuh kokoo.. . kau.. . kau kasihan sekali, lenganmu.. . kokoo.. . . biarlah aku
membuntungi lenganku yang satu ini.. . . kokoo kau.. ampunilah aku.. . . jangan kau
utus putus. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 370
yoza collection Tiba-tiba gadis itu menjerit lirih dan mendekapkan tangan kanannya pada dada
yang terasa sakit bukan main. Darah segar menyembur dari mulutnya, bibir gadis
itu digigit keras-keras sampai mengeluarkan darah, sementara wajahnya semakin
pucat seperti mayat. Tiang Le cepat menyusut darah merah yang membasahi dada Bwe Hwa. Dan
menotok dada itu menghentikan keluarnya darah. Pandangan Bwe Hwa semakin
sayu dan redup, bibirnya bergetar mengucapkan kata-kata yang tak terucapkan
oleh lidah yang tiba-tiba menjadi kelu dan sukar untuk bernapas. Mulut gadis itu
terbuka. Tiang Le terkejut sekali melihat keadaan gadis ini. Cepat ia menyalurkan hawa
di perutmu dan salurkan ke dada. Hati-hati jangan sampai menyerang
Bwe Hwa tidak menyahut. Ia merasakan hawa hangat menyentuh pundaknya.
Tiba-tiba segumpalan darah hitam keluar dari mulutnya.
perih dan kepalanya pening, lalu jatuh terkulai di pangkuan Tiang Le.
Tiang Le memeluk gadis itu. Tak memperdulikan lagi darah hitam yang telah
menodai bajunya, tubuh Bwe Hwa didekapnya, sementara Tiang Le menjerit keras,
-moay jangan kau mati.. jangan kau mati Bwe Hwa.. . . duh.. !
Tiang Le menjadi panik. Ia memang tak mengenal ilmu pengobatan, dan tidak
tahu bagaimana caranya mengobati luka dalam dan begitu dilihatnya keadaan
gadis, sumoaynya ini sangat mencemaskan hatinya dan membuat pikirannya
menjadi kalut dan tidak tahu apa yang mesti ia perbuat. Ia tak tahan melihat
kepergian Bwe Hwa ke alam lain dalam keadaan mengenaskan hati seperti ini.
Saking tegangnya urat syaraf Tiang Le dan tak tahu apa yang mesti ia perbuat
tiba-tiba ia merasakan seluruh alam ini menjadi gelap dan tertutup kelam kabut. Di
alam sadarnya ia melihat Bwe Hwa melayang tinggi. Amat tinggi sekali gadis itu
terbang dan Tiang Le tak kuasa menjangkau tangan gadis itu yang menggapaigapai kepadanya. Memanggil namanya, menjerit meminta tolong padanya.
Akan tetapi iapun hanya membalas dengan teriakan kuat dan menjerit
memanggil. . jangan Pendekar Lengan Buntung - Halaman 371
yoza collection kau tinggalkan aku.. . . aku akan menyusulmu, aku akan menyusulmu.. . tunggulah Bwe
Tiang Le merasakan sebuah geledek menyambar di atas kepalanya. Seluruh
alam menjadi putih, matanya menjadi silau oleh keputihan yang seperti salju, ia
merasa sebuah tangan menghempasnya kuat-kuat dan jatuh ke bumi membuat
kepalanya demikian sakit dan nyeri. Jeritan panjang menyebut nama Bwe Hwa
menghantar ia ke alam sadar di dalam pondok.
Pertama-tama dilihatnya, hujan masih meriak di luar pondok. Kabut di luar
melayang-layang disiram gerimis dan kekelaman menjelang sore hari. Sebuah kilat
menyambar, berkeredep menerangi ruangan di dalam pondok kecil.
Sesosok tubuh bersila di depan seorang gadis yang telah duduk meramkan
matanya. Perlahan-lahan muka gadis itu menjadi merah. Sebuah tangan manusia
terlekat di pundak si gadis.
lihatlah alam sekeliling ini demikian indahnya, kuatkanlah hatimu. Berbahagialah
orang yang tabah hati menghadapi segala kesakitan. Hanya sabar dan ketabahan
hati dan pasrah kepada Ilahi, ia itulah obat yang maha mujarab untuk
menghilangkan segala sakit dan penyakit.
hidupnya seseorang. Bangunlah Bwe Hwa, belum waktunya Thian memanggilmu.. . .
Kuatkanlah bathinmu, lupakanlah tubuh jasmanimu jangan hiraukan sakit di
Bwe Hwa membuka matanya. Menjatuhkan diri kepada orang tua di
nasihatmu. Dada saya tidak terasa sakit lagi, tubuh saya serasa enteng dan ringan.
Kakek, aku berhutang budi kepadamu.. . . memang aku harus sembuh, aku harus
Bwe Hwa menangis mengguguk dihadapan si kakek.
Kakek itu sudah nampak tua sekali. Ia bersila dihadapan si gadis. Kedua kakinya
sudah buntung, wajahnya dengan keriput dan semua rambutnya putih, berjenggot
putih pula, berpakaian dengan kain putih sederhana terbuat dari kain yang kasar
akan tetapi nampak bersih, akan tetapi mempunyai pandangan yang sejuk dan
membawa ketenangan dan kedamaian bagi siapa saja yang menatap mata tua itu!
Tiang Le bagaikan orang baru sadar dari mimpi yang amat buruk memandang
kepada kakek buntung yang membelakanginya, akan tetapi alangkah heran dan
girang hatinya melihat Bwe Hwa sudah dapat duduk di depan kakek itu.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 372
yoza collection Cepat Tiang Le berlutut dihadapan kakek itu, di samping Bwe Hwa.
berbuat apa-apa terhadap sumoay hamba yang terluka berat ini, sekarang menghaturkan banyak
siang itu waktu menghadapi orang-orang Bu-tek Sianli, kepandaianmu hebat bukan
main, mengingat aku kepada sucouw Sui-kek Siansu. Eh, Tiang Le, dari mana kau
dapat mainkan ilmu silat Tok-pik-kiam-hoat, Sian-tian-jiu dan langkah-langkah ajaib
nya dengan pandangan yang penuh diliputi oleh
kesabaran dan ketenangan bathin.
yang dapat saja ketemui dari nona Cia Pei Pei.. . . . kalau boleh saja tahu, siapakah
locianpwee in Si kakek kaki buntung menarik napas panjang. Ia meraba jenggotnya yang putih
panjang sebatas dada, suaranya pelan dan lembut menyejukkan.
Nama manusia akan segera lenyap dan dilupakan orang, apabila tubuh ini akan
masuk ke dalam kubur. Untuk apa aku perkenalkan kepadamu" Akan tetapi karena
kau telah mewarisi kitab peninggalan sucouw Sui-kek Siansu, maka baiklah
kuperkenalkan diriku yang tak berarti ini.
emudian orang-orang menyuluki Sin-kun-bu-tek,
akan tetapi aku sudah tidak memakai nama itu lagi. Pernah pada puluhan tahun
yang lalu, aku diberi sedikit pelajaran ilmu silat tangan kosong dari kakek tua renta
Sui-kek Siansu, manusia setengah dewa, yang kabarnya telah meninggal, akan
tetapi sering kali ia muncul bagaikan malaikat turun ke bumi.
-kek Siansu itu pada puluhan
tahun yang lalu, pernah aku mendengar akan kitab silat tangan buntung yang
ditulisnya. Orang Si kakek kaki huntung meramkan matanya. Menghela napas panjang dan melirik
ke arah Bwe Hwa yang ketika itu tengah menundukkan kepalanya. Bibir kakek itu
bergerak perlahan seperti orang membaca doa, tidak terdengar kata-kata yang
terucapkan oleh si kakek, akan tetapi anehnya, bibir yang bergerak itu merupakan
bisikan perlahan kepada Tiang Le dan tidak terdengar oleh Bwe Hwa:
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 373
yoza collection bahwa sumoaymu ini mengalami luka dalam yang
sangat parah. Menyesal sekali aku hanya dapat menolongnya pada batas yang
tertentu. Gadis itu telah mengalami tekanan batin dan guncangan jantung yang
cukup hebat. g pada saat itu belum ada
obatnya. Apabila jantungnya bergoyang, apabila ia mengalami shock dalam
hidupnya ia pasti akan muntah darah lagi. Kau kasihanilah dia, kau hiburlah, dan
senangkanlah hatinya, karena ia hanya bertahan hidup hanya dalam beberapa
bulan lagi saja. Tiang Le, jangan bikin ia bersedih hati.. . . .
mencintaimu.. . . Mudah-mudahan, ia tidak akan mengalami kekecewaan dalam
hatinya. Nah, itulah pesanku! Jangan kau katakan apa-apa kepadanya tentang ini.
meninggal itu sudah berada di tanganku, biar nanti kuteruskan kepada Kaisar. Nah!
Kakek itu tidak meneruskan kata-katanya, ia memandang Tiang Le melihat
lengan kanan yang telah buntung sebatas pundak, senyum kakek itu menghias pada
bibirnya yang tua. utama bagi pelajaran ilmu silat tangan buntung yang telah kau kuasai dengan
kau orang muda yang sangat memerlukan lweekang tinggi. Dekatlah ke sini Tiang
Tiang Le segera menggeser ke depan. Terasa kedua tangan si kakek menyentuh
pundaknya di kanan dan di kiri.
Dan terdengar suara si kakek berkata pelan:
Pusatkan hawa tan-tian di dalam tubuhmu dan salurkan hawa Yang-kang dan Imkang yang akan kukirim bergantiTiang Le menuruti pesan si kakek. Ia mengerahkan hawa murni di pusar dan
menahan napas, menerima tenaga panas yang membanjir ke tubuhnya melalui
pundak sebelah kiri, bagaikan aliran listrik tubuh Tiang Le bergetar.
Hawa panas mendesak dengan amat kuatnya, hampir saja Tiang Le mencelat
ketika merasakan seluruh tubuhnya menjadi panas seperti dibakar. Akan tetapi
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 374
yoza collection karena ia menaruh kepercayaan penuh kepada si kakek kaki buntung yang pada
puluhan tahun yang lalu terkenal dengan julukan Sin-kun-bu-tek Lim Heng San, ia
memasrahkan dan membiarkan tubuhnya menjadi merah seperti udang direbus.
Wajahnya merah membara. Keringat sudah membasahi tubuhnya.
Dan begitu tangan kiri kanan si kakek terangkat, tahu-tahu bagaikan
segumpalan es yang menyentuh pundak kanannya tiba-tiba tubuh Tiang Le
menggigil kedinginan. Hawa panas yang tadi terasa memanggang dirinya, kini
berganti dengan hawa dingin yang luar biasa.
Cepat Tiang Le mengatur pernapasannya dan mengerahkan tenaga sin-kang
membantu jalannya hawa im-kang yang membanjir tubuhnya. Saking dinginnya
sampai Tiang Le mengkerotkan giginya yang berbunyi gemeretuk dan wajahnya
menjadi biru dan seluruh rambut di kepalanya menjadi berdiri kaku laksana kawat
berduri! Bwe Hwa yang melihat pemindahan tenaga sin-kang yang luar biasa ini
menjadi heran dan terkejut. Akan tetapi diam-diam ia menjadi girang bukan main
melihat wajah Tiang Le bertambah segar dan merah kembali. Ia menatap wajah
pemuda itu dengan pandangan sayu dan penuh cinta kasih.
Tidak lama kemudian, ada sekitar dua jam, kakek kaki buntung itu menarik ke
dua tangannya dari pundak Tiang Le dan berkata,


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

-kang di tubuhmu bertambah berlipat ganda. Oleh karena itu,
kuharapkan gerak tangan kilat yang pernah kau pelajari boleh menjadi bagian ilmu
silat yang maha sakti, akan tetapi ingatlah Tiang Le, janganlah sembarangan engkau
menjatuhi tangan maut kepada lawanmu. Perhatikanlah ini jikalau engkau menuruti
na Dalam keadaan tubuh yang masih terasa lemah sekali, akan tetapi terasa ringan
dan enteng, Tiang Le berlutut,
leh karena tiada ada apa-apa lagi yang dapat kuberikan
kepadamu, maka aku bermohon diri dan ingatlah pesanku tadi.. . untuk sumoaymu,
Sekali tubuh si kakek buntung itu berkelebat. Tahu-tahu telah lenyap dari
hadapan Tiang Le dan Bwe Hwa. Diam-diam mereka menjadi terkejut bukan main
akan kehebatan kakek kaki buntung yang pada puluhan tahun yang lalu pernah
menggemparkan dunia persilatan dengan ilmu silat tangan kosongnya yang
bernama kepalan dewa tanpa tandingan! Hebat!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 375
yoza collection Le begitu menengok kepada Bwe Hwa yang memandangnya sambil tersenyum dan
mengangguk. apa ia menyembuhkan lukaku di dada. Hanya begitu kusadar, aku mendengar
bisikan-bisikan perlahan yang amat mengejutkan isi hati dan menghilangkan rasa
tertidur begitu lama" Sampai seharian itu kau tidur menggeletak di situ, tadinya
O ya, teringatlah kini Tiang Le. Ia memang tidak sadar diri lama, akan tetapi
mengapa mimpinya itu amat menakutkan" Ia bermimpi melihat Bwe Hwa naik ke
langit sambil menggapai-gapaikan tangannya. Ia menjerit memanggil Bwe Hwa.
Rasanya dalam mimpi yang amat buruk itu, ia takut sekali kehilangan Bwe Hwa.
Entah mengapa" Tiang Le menoleh, namanya disebut begitu mesra oleh Bwe Hwa dan gadis itu
ters mengatasi nyawa.. . . aku akan sembuh dan ingin hidup.. . koko Tiang Le jangan kau
Air mata si gadis berlinang-linang menatap pemuda di depannya. Tiba-tiba ia
menjatuhkan kepalanya dan menangis di dada Tiang Le.
suara Bwe Hwa terdengar terisak.
Tiang Le mengusap rambut di kepala si gadis. Membelainya dengan mesra dan
penuh perasaan. Pandangannya menatap keluar pondok, di luar memang sudah
gelap. Embun menurun dari puncak.
Sementara suara air hujan masih mengericak turun dari atas atap pondok,
angin dingin sangat dingin berhembus menerpa ke dua orang muda di dalam
pondok itu. Api unggun yang rupanya telah dinyalahi oleh si kakek kaki buntung
masih bernyala bergoyang-goyang lidah api itu ditampar angin yang berhembus
dari luar. Pada saat si gadis menangis di dadanya, Tiang Le teringat kepada perkataan si
kakek yang tadi hatinya.. . . karena ia hanya bertahan hidup, hanya untuk beberapa bulan saja, Tiang
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 376
yoza collection Bagaikan diiris-iris hati Tiang Le, ia mendekapkan tangan kirinya menyentuh
pundak si gadis. Bertambah keras tangis Bwe Hwa merasakan kasih sayang usapan
tangan kiri pemuda itu. Ia menangis mengguncang-guncangkan bahunya.
sampingmu.. . mengapa kau bersedih" Hwa-moay, kau tidak boleh menangis, tidak
Bwe Hwa mengangkat wajahnya. Sebuah pandangan yang redup membuat
dada Tiang Le berdebar-debar. Tak tahan. Setitik air mata Tiang Le meloncat jatuh
menimpah wajah si gadis. -moay.. . aku menangis karena bahagia.. . kau.. . aku..
Tiang Le mengangkat dagu si gadis. Mengecup bibirnya lembut.
-moay aku.. . aku bahagia karenamu! Aku.. . entah mengapa aku sangat
menyayangimu Bwe Hwa, nah, sekarang kau tidak boleh bersedih. Ingat, kalau kau
Bwe Hwa mengusap matanya dengan tangan kanannya.
Sebuah senyuman menghias di atas sepasang mata yang berlinang air mata
yang hendak meruntuh, akan tetapi apabila anak sungai kecil itu melintas di pipi si
gadis, t Aneh sekali, suara Tiang Le begitu tergetar. Apabila ia teringat akan perkataan
si kakek kaki buntung. Hatinya merenyuh pilu dan ingin ia menghibur gadis ini,
memeluknya, mengatakan cinta kepadanya. Oo, Tiang Le.. . hatimu begitu lemah,
begitu tak tega melihat ambang kematian yang hendak menjemput Bwe Hwa!
Tiang Le mengangkat lagi dagu si gadis. Menundukkan wajahnya dan mengecup
dalam bibir si gadis yang menyedotnya dengan panjang dan penuh gairah cinta.
Sebuah petir menyambar berkeredep merupakan lidah api yang menerangi
atap pondok itu. Api unggun bergoyang-goyang disapu terpaan angin malam. Suara
binatang gunung meningkahi datangnya malam hari yang gelap. Udara bertambah
dingin, apabila embun bertambah tebal berkeliaran dan menyelimuti ruang di dalam
pondok. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 377
yoza collection Udara bertambah dingin. Akan tetapi sepasang manusia. Antara seorang pria dan wanita muda cantik.
Bertambah ketat tenggelam dalam pelukan-pelukan yang menimbulkan gairah dan
rangsangan keinginan untuk memiliki satu sama lain.
Mereka tenggelam dalam impian yang begitu amat indah dan mengesankan.
Akhirnya, apabila sebuah guntur menggelegar bagaikan hendak membelah bumi
dan kilat menerangi alam ini, dua sosok tubuh roboh dalam keadaan lemas dan
tiada daya dan keinginan lagi.
Hujan gerimis turun di antara kekelaman malam.
Bwe Hwa dan Tiang Le terlena di dalam pondok dalam keadaan letih lunglai.
Tangan kanan Bwe Hwa mengusap dada Tiang Le yang hanya tertutup oleh
gelapnya malam. Sebuah senyum si gadis menyungging kepuasan rasa hati yang tenggelam
dalam alam bahagia yang begitu mengasyikkan dan penuh khayalan-khayalan
tinggi jauh pada awang-awang di atas.
Sementara telinga Tiang Le menggema jeritan-jeritan si gadis yang tadi
didengarnya amat menusuk-nusuk perasaan hatinya. Sebuah jeritan Bwe Hwa yang
dipersembahkan kepadanya sebagai lambang cinta kasih yang hanya terjalin pada
kesunyian-kesunyian lembah Tay-hang-san yang sunyi membisu!
Akan tetapi, apabila kesadaran itu datang pada pagi-pagi harinya, Tiang Le
melonjak dari tidurnya ketika dirasakannya badannya begitu malas dan cepat ia
menyambar pakaiannya yang berserakan di dalam pondok dan sekali
menggerakkan tubuhnya, di luar pondok itu ia cepat-cepat berpakaian.
Wajahnya menjadi merah seperti dibakar. Telinganya menjadi panas. Matanya
menjadi pedas melihat pemandangan-pemandangan barusan yang membuat ia
bergidik melihat tubuh yang begitu polos dan menyeramkan tak berbalut sehelai
benangpun! Teringatlah ia akan pengalaman-pengalamannya semalam dengan Bwe Hwa,
Dalam keadaan hati yang tidak keruan ini, pemuda itu membentur-benturkan
kepalanya dengan batu gunung dan nampak darah merah melele dari kepala Tiang
Le yang pecah oleh hantaman pada batu gunung yang keras itu. Hatinya menyesal
bukan main. Ia menjambak rambutnya. Membenturkan kepalanya.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 378
yoza collection Pada ketika itulah sebuah jeritan lirih mengiringi berkelebat tubuh Bwe Hwa
Dengan pandangan mata merah, pemuda buntung itu menoleh kepada Bwe
Hwa dan melepaskan rengutan pada pelukan si gadis.
Hwa.. . . apa.. . apa yang telah kulakukan kepadamu, apa yang terjadi
Tangan kiri Tiang Le menampar kepalanya. Darah merah membanjir dari kepala
itu. Bwe Hwa menubruk pemuda itu dan menangis.
n kita semalam" Ya, kau tentu
Tiang Le memandang Bwe Hwa.
Bwe Hwa mencucurkan air mata.
Bwe Hwa menangis dengan amat sedihnya. Bahunya bergoyang-goyang
menahan isak tangis. Hidungnya berkembang kempis dan pipi itu telah menjadi
basah, memandang Tiang Le.
Pada ketika itu, terngiang sebuah kata-kata dari kakek kaki buntung yang
bersedih hati, kasihanilah dia, karena ia hanya bertahan hidup hanya untuk
beberapa bulan saja. Tiang Le ketahuilah olehmu bahwa sumoay ini mengalami
luka dalam yang amat parah, ia menderita sakit jantung dan kanker dada yang
sampai saat ini belum ada obatnya. Apabila jantung bergoyang dan mengalami
Tiang Le menubruk gadis itu dan merangkulnya dan berkata dengan suara yang
tertahan-moay.. . aku.. . telah berdosa kepadamu.. . aku.. . membuat
Jari telunjuk Bwe Hwa menekan mulut si pemuda.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 379
yoza collection Tiang Le menggigit bibirnya. Bwe Hwa mengusap kepalanya yang berdarah
bekas ia benturkan tadi itu. Kedua pasang mata saling menatap dan saling
berpandangan. Ketika hati Tiang Le merenyuh. Perih sekali dan terharu melihat keadaan Bwe
Hwa. Apakah dia teringat akan nasib si gadis. Ia ingin sekali memeluknya,
menghiburnya dan mengusap butir butir air mata itu. Akan tetapi apabila teringat
akan perbuatan semalam, suatu perbuatan yang semestinya tak boleh ia lakukan.
Memalukan! Ingin sekali saat itu bumi yang dipijaknya amblas dan
menguburnya hidup-hidup! Tak tahan ia mengingat itu!
Akan tetapi, ia tak tega membuat Bwe Hwa bersedih. Tak mau membuat gadis
itu cepat-cepat menuju ke jalan kematian.
Bwe Hwa tak boleh mati! ooOOoo Sementara itu peperangan terjadi di mana-mana. Pasukan pasukan Mongol
berkeliaran di daratan Tionggoan (pedalaman Tiongkok). Dan mereka bergerak ke
arah Kotaraja dengan teriakan-teriakan menggemuruh. Sambil berjalan itu mereka
melakukan perampokan dan perkosaan-perkosaan dan membakari rumah-rumah
penduduk, serta membunuhi banyak lelaki lelaki bangsa Han dan menculik
perempuan-perempuan cantik.
Kerusakan-kerusakan terjadi dimana-mana. Jeritan-jeritan kematian dari aniaya
pasukan Mongol penjajah menjulang setinggi langit. Suasana perang terjadi di
mana-mana. Orang-orang gagah dan yang berjiwa patriot telah menggabungkan
diri merupakan kelompok-kelompok kaum pejuang melawan tentara Mongol dengan
penuh gigih dan bertekad mempertaruhkan nyawa.
Pintu gerbang kotaraja selalu tertutup dan dijaga oleh pasukan-pasukan tentara
Song dengan ketat. Barisan panah dan api bersiap jaga di atas tembok kota apabila
sewaktu-waktu pasukan penjajah menerobos masuk. Suasana di dalam kotaraja
begitu tegang dan mendebarkan hati. Di mana-mana pasukan Song mengadakan
penjagaan dengan ketat dan teratur secara bergilir.
Karena tentara Mongol sudah hampir mendekati tapal batas kotaraja, maka
hubungan kotaraja untuk sementara waktu terputus dari dunia luar. Bangsa Han
tidak diperbolehkan keluar dari kotaraja kecuali pasukan-pasukan Song yang
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 380
yoza collection hendak dikirim untuk menghancurkan tentara Mongol dan membantu perjuangan
para orang gagah di luar kotaraja.
Jauh di luar kotaraja, di sekitar padang rumput yang amat subur terdapat
sebuah telaga, di tempat inilah pasukan Mongol yang dipimpin oleh Khu Bilay Khan,
menjadikan markas besar untuk sementara, sambil menunggu bala bantuan dari
tokoh-tokoh dunia barat. Di sini terdapat telaga yang banyak airnya, dan di tempat
ini terdapat tempat yang amat subur pula, sedangkan daerah itu sebagian besar
terdiri dari padang pasir yang gundul.
Selain itu, dari telaga dapat pula melakukan perjalanan air sampai ke sungai
Kuning dan ke sebelah tenggara kotaraja, sehingga tempat inilah yang tengah
direncanakan oleh Khu Bilay Khan untuk menggempur kotaraja!!!
Akan tetapi, tentu saja Khu Bilay Khan takkan menjadi orang besar kalau tidak
mempunyai siasat kepemimpinan yang amat cerdik. Di luar saja kelihatan markas
itu merupakan markas besar, namun pada hakekatnya, markas besarnya di pecahpecah dan berada di mana-mana.
Khu Bilay Khan yang licik ini dengan secara diam-diam bersekutu dengan
seorang jenderal kepercayaan dari Kotaraja yang bernama Bong Bang Sianjin dan
atas siasatnya, Khu Bilay Khan menantang tentara Song untuk mengadakan
pertempuran di pegunungan Tai-hang-san. Tentu saja kaisar menerima tantangan
ini, dan dengan segera ia mengerahkan perajurit-perajurit pilihan Kotaraja dalam
pimpinan Bong Bong Sianjin atau dikenal di Kotaraja dengan sebutan Bong-goanswe
(jenderal Bong). Justru pengerahan secara besar-besaran menggempur tentara Mongol di
pegunungan Tai-hang-san inilah yang membuat pertahanan di Kotaraja menjadi
lumpuh dan lemah, karena begitu pasukan pilihan meninggalkan Kotaraja atas
pimpinan jenderal Bong, masuklah tentara Mongol dengan teriakan-teriakan
bergemuru menyerbu Kotaraja!
Kaisar menjadi terkejut sekali! Ia menjadi tertipu oleh jenderal Bong yang telah
membujuknya untuk membawa pasukan pilihan ke Tai-hang-san! Sedangkan
Kotaraja menjadi lemah dan lumpuh!
Banjir darah terjadi di Kotaraja. Tentara Mongol dengan ganasnya memasuki
Kotaraja. Perang tanding yang tidak sesuai pada saat ini berjalan dengan amat
cepatnya. Darah merah dari pasukan Song yang tidak mempunyai kekuatan lagi
membasahi jalan Kotaraja.
Pasukan-pasukan tentara Mongol yang dipimpin oleh Khu Bilay Khan
mengadakan penyembelihan secara besar-besaran terhadap laki-laki bangsa Han.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 381
yoza collection Wanita menjerit, menangisi suaminya yang telah mati dipenggal oleh golok bangsa
Mongol yang tak memberi ampun kepada bangsa Han ini.
Kaisar Song Cu Ling kedapatan telah membunuh diri akibat kebodohannya
sendiri yang mudah saja tertipu oleh Jenderal Bong yang berkhianat kepada
bangsanya. Dengan darahnya sendiri kaisar itu menulis di atas tembok singgasana
kerajaan yang berbunyi demikian:
Jilid 13 ELAGI peperangan berkecamuk dengan hebatnya, dan selagi jeritanjeritan manusia dengan panik dan ngeri membubung tinggi di atas
Kotaraja yang telah banjir darah. Dua sosok tubuh manusia berkelebat
dengan amat cepatnya menggerakkan pedangnya membabati tentara Mongol yang
sudah banyak mengalahkan tentara Song yang hanya tinggal beberapa puluh orang
saja. Dua sosok manusia itu bergerak dengan amat cepat sekali. Setiap kali pedang
mereka bergerak, kepala tentara Mongol akan roboh meninggalkan badan.
Kedua orang muda itu adalah Sin Thong dan Siauw Yang yang telah tiba di
Kotaraja dan mengamuk dengan amat dahsyat. Sin Thong mainkan pedang
samurainya bagaikan malaikat pencabut nyawa. Siauw Yang yang sudah gemas
sekali akan bangsa Mongol penjajah menggerakkan pedangnya, dengan luar biasa,
membabati leher bangsa Mongol seperti orang membabati rumput saja.
Kedatangan kedua orang muda yang mempunyai sepak terjang seperti maut,
membuat pasukan Song yang tinggal beberapa orang saja bangkit semangatnya.
Dengan gigih ia menggerakkan senjatanya merangsek mengeluarkan teriakanteriakan bersemangat!
Di lain bagian, di sebelah utara Kotaraja, pasukan-pasukan Mongol menjadi
kocar kacir karena munculnya banyak orang gagah yang sudah menyerbu Kotaraja
dan menempur kerajaan Mongol. Di antara peperangan yang sedang berlangsung
itu nampak Ho Siang dan Nyuk In mengamuk, hebat luar biasa!
Biauw Eng dan Hok Sun yang sudah sampai ke tempat itu menyerbu ke dalam
kota dan begitu mendapati ayah Biauw Eng sudah mati beserta keluarganya oleh
pembunuhan-pembunuhan bangsa Mongol yang kejam ini, sambil menangis Biauw
Eng mengamuk bagaikan singa betina kehilangan anak. Sementara Hok Sun yang
dijuluki harimau terbang, menggetarkan pasukan Mongol!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 382
yoza collection Akan tetapi pasukan Mongol yang terdiri dari ribuan orang itu, tak dapat mereka
hancurkan. Apalagi setelah mereka mendengar bahwa kaisar sudah membunuh
diri karena penyesalan atas kebodohan sendiri. Maka Biauw Eng dan Hok Sun yang
masing-masing memondong tubuh ke dua orang tua Biauw Eng berkelebat ke sana
ke mari membuka jalan darah untuk ke luar dari kepungan tentara Mongol yang
demikian ketat. Memang sejak dulupun pasukan Mongol ini terkenal sebagai laki-laki gagah
yang pantang menyerah, oleh sebab itu, begitu ke dua orang ini bergerak dan tigaempat orang roboh mandi darah, datang lagi sepuluh orang dan begitu seterusnya
akhirnya, kedua orang ini mulai lemah, gerakan-gerakan mereka mulai kacau. Hok
Sun kuatir sekali melihat keadaan Biauw Eng ini, ia bersilat mendekati gadis itu.
Sayang sekali mereka ini bersilat dengan tidak leluasa karena memondong
tubuh ke dua orang tua Biauw Eng. Sebuah sambaran golok tentara Mongol
menyerempet di pundak Hok Sun, pemuda itu menjerit keras dan membabatkan
pedangnya menghantam perwira Mongol itu. Terdengar jeritan mengerikan waktu
pedang di tangan Hok Sun amblas di dada seorang perwira Mongol.
Darah merah menyembur dari dada yang tertanam pedang itu. Hok Sun
menggerak tangan kirinya mendorong ke samping waktu didengarnya sambaran


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

senjata berkelebat di atas kepalanya dengan sedikit menggeser kakinya pemuda
itu sudah meluputkan diri dari sambaran tombak perwira Mongol dan begitu tangan
kirinya mendorong, tubuh perwira itu terjengkang ke belakang oleh dorongan angin
pukulan Hok Sun yang lihai. Akan tetapi pemuda itu juga menjerit menahan rasa
sakit yang hebat dan pundaknya yang tadi terserempet golok.
Sesosok bayangan berkelebat di tempat itu dan lima perwira Mongol terjungkal
oleh terjangan sebatang tongkat kecil dari Kong Hwat yang sudah sampai ke tempat
-lojin yang perkasa. Datangnya pemuda itu, pengepungan menjadi dua bagian. Cepat Hok
Sun berseru kepada Biauw Eng yang sudah kelihatan lemah sekali.
membuka jalan dan tiga orang perwira yang mengeroyoknya terjungkal dengan
dada terserempet pedang. Dengan gerakan yang ringan, tangan kiri Hok Sun menyambar tangan kiri Biauw
Eng bagaikan terbang keduanya mencelat lewat kepala para pengeroyok. Seorang
perwira bangsa Mongol segera menyambitkan pisau terbangnya dan begitu Hok
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 383
yoza collection Sun mengebutkan lengan bajunya, pisau itu melayang kembali kepada si penyambit
dengan luncuran yang cepat, menghantam lengan kiri si penyambit. Perwira yang
kena senjata makan tuan itu menjerit kesakitan memegangi lengannya!
Hok Sun dan Biauw Eng sudah melompat jauh dan hilang di balik tikungan jalan.
Sementara Kong Hwat mainkan ilmu tongkat Fu-niu-san-tung-hoat dengan cepat
dan tubuhnya berkelebat-kelebat laksana bayangan maut yang siap hendak
merenggut nyawa lawan yang kurang waspada. Akan tetapi bagaimanapun
hebatnya Kong Hwat dikeroyok oleh banyak perwira Mongol yang tak habishabisnya ini lama kelamaan tubuhnya menjadi lelah juga, gerakan-gerakannya
mulai lemah! Pada saat itu, berkelebat dua sosok bayangan. Sepuluh perwira kerajaan
terjungkal tak dapat bangun lagi. Ternyata Ho Siang dan Nyuk In sudah sampai ke
tempat itu dan berseru kepada Kong Hwat:
bertempur mati-matian. Sebaiknya lekas lari dan ke pulau Bidadari! Seorang
pemuda lengan buntung sedang mengamuk mengobrak-abrik Sian-li-pay! Hwat-te
Sambil mengelebatkan tongkatnya menotok, Kong Hwat menoleh kepada Ho
Siang. mengenjot tubuhnya, pemuda itu sudah melayang dan berlari cepat disusul
kemudian oleh bayangan Ho Siang dan Nyuk In yang gesit seperti walet terbang.
Perwira-perwira Mongol berteriak-teriak mengejar. Akan tetapi begitu ke tiga
orang muda yang lihay itu menggunakan ilmu lari di atas rumput, tahu-tahu mereka
telah kehilangan bayangan ke tiga orang muda itu.
Sorakan-sorakan kemenangan menggema di Kotaraja. Bendera kerajaan
Mongol dipancangkan di luar tembok kota. Perwira-perwira Mongol merayakan hari
kemenangan ini dengan pesta pora merampoki rumah-rumah bangsawan dan
membunuh laki-laki bangsa Han yang melawan. Beberapa orang yang dicurigai
memberontak, dijejerkan di tepi jalan dan diikat. Kemudian dua orang algojo
mengelebatkan goloknya yang besar memenggal kepala mereka!
Gadis-gadis cantik menangis penuh ketakutan dalam cengkraman tangantangan yang kasar, mulut-mulut yang penuh nafsu mencekeram bibir cantik si
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 384
yoza collection gadis. Sebentar kemudian, dengan biadab pemerkosaan dan penculikan
berlangsung di muka umum dengan tiada yang berani menentang lagi. Siapa iang
berani melawan" Mencari mati! Itulah perang, jeritan ketakutan membumbung setinggi langit. Kematiankematian oleh karena aniaya dan fitnah berlangsung yang dilakukan orang-orang
yang hendak mencari muka untuk mengambil hati Kaisar baru, gadis-gadis cantik
menjadi persembahan yang menggirangkan kaisar baru yang ditunjuk oleh
pemimpin besar Khu Bilay Khan.
Pemimpin ini kemudian kembali ke Mongol, membawa barisannya dan mencari
tanah jajahan lain! Kelak kemudian pemimpin ini terkenal oleh karena ia adalah
cucu dari Raja Besar di Mongol yang bernama Jenghis Khan, orang besar yang
pernah menggemparkan dunia!
Hari itu kerajaan Song mengalami kehancuran.
Kerajaan Mongol menguasai kembali daratan Tiongkok.
ooOOoo -moay, kau jangan kuatir, aku pasti akan kembali, nantikanlah aku di lembah Tai-hang-san ini, jangan
kau Bwe Hwa memandang pemuda di depannya ini dengan tatapan basah.
seorang diri, aaah kokoo.. . . biarlah aku ikut denganmu. Setidak-tidaknya aku dapat
membantumu menghadapi lawan-lawan yang hendak mencelakakanmu, biarlah
Tiang Le mengecup kening si gadis. Dengan tangan kirinya ia mengusap pipi si
gadis yang berlinang air bening dan memandang mata yang berkaca-kaca itu
dengan pandangan mesra. k Hwa-moay, justru kalau kau ikut denganku, kau akan menjadi beban
bagiku dan aku.. . aku kuatir akan keselamatan, kesehatanmu yang belum pulih
benar. Kau nantikanlah aku disini, di tempat ini baik sekali untukmu beristirahat.. .
ku pergi takkan lama Hwa-moay, andaikata aku selamat, dan dapat menolong Pei
Gugur bendungan air mata Bwe Hwa. Tak dapat berkata-kata lagi ia
menjatuhkan kepalanya di dada Tiang Le. Menangis sedih!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 385
yoza collection Tiang Le mencoba untuk tersenyum, walau hatinya menangis.
-moay.. . , tentu saja kalau aku tidak kembali itu tandanya
aku tak dapat meloloskan diri dari Sian-li-pay dan mungkin juga tidak mampu
menolong Pei Pei. Ahh, Hwa-moay.. . . jangan kita memikirkan sampai ke situ.
Bwe Hwa memeluk Tiang Le erat-erat.
mendampingimu.. koko, aku.. aku bersedia mempertaruhkan nyawa ini untukmu.
Tiang Le memejamkan matanya. Ia merasa terharu sekali akan atas kecintaan
gadis ini. Dipeluknya Bwe Hwa dengan penuh perasaan. Bwe Hwa membalas
pelukan Tiang Le dengan penuh perasaan cinta di dada.
Keduanya kini saling berpandangan di antara kabut yang membiru menyelimuti
mereka. Dada Tiang Le berdebar-debar keras sekali. Ingin sekali ia melepaskan
pelukan ini, akan tetapi entah mengapa"
Sejak si kakek kaki buntung memberitahukan akan penyakit gadis ini, yang
hanya bertahan hidup dalam waktu yang amat pendek, tak tega ia melukai hati
gadis ini. Tak mau ia menyakiti hati Bwe Hwa. Tak kuasa ia untuk menolak cinta
kasih Bwe Hwa, maka bagaikan orang yang bermi
padamu Hwamenantang untuk sedia menerima kecupan Tiang Le. Dan Tiang Le memang
mengecup bibir yang menantang itu. Mengecupnya dengan lembut dan hati yang
berkasihan. Degupan dada si gadis yang berdetak-detak menyentuh jantungnya di dalam
dada, membuat seakan-akan napas Tiang Le berhenti. Degup yang menyentuh
jantungnya bagaikan irama kematian yang kelak akan merenggut nyawa Bwe Hwa
entah dalam beberapa saat lagi!
Pilu rasa hati Tiang Le. Mereka berpelukan di depan pondok lama sekali. Sementara angin gunung
menerpa dengan kesejukan yang membahagiakan.
Apabila Tiang Le ingat akan Pei Pei yang kini sedang ditawan dalam tangan
Bu-tek Sianli, Tian -moay.. sekarang Pendekar Lengan Buntung - Halaman 386
yoza collection aku harus pergi.. . tak boleh aku membuang banyak waktu lagi, kau nantikan saja
kepadaku, Hwagadis itu, sungguhkah kau tidak meninggalkan aku.. . sungguhkah kau akan kembali
-moay, kau ini ada-ada saja. Sudah tentu kalau aku berhasil
m bergetarkan irama kasih. Membuat Tiang Le jadi terharu.
wajah si gadis. Bwe Hwa lalu menatap pemuda itu.
Tiang Le tidak menyahut, ia hanya mengecup bibir yang berkata dengan penuh
getaran hati tadi. Kecupan itu merupakan perpisahan bagi Tiang Le dan Bwe Hwa.
Bwe Hwa memandang kepergian si pemuda dengan tatapan nanar oleh air
mata yang berlinang, apabila bayangan Tiang Le hendak lenyap ke balik tikungan
batu yang ada di bukit itu, Bwe Hwa melambaikan tangannya dan mengirim suara
Tiang Le yang mendengar suara dari kejauhan itu, setitik air mata meleleh di
pipinya, cepat-cepat dihapusnya dengan ujung jari tangan kirinya. Dan bagaikan
terbang pemuda lengan buntung itu berlari cepat menuju pulau Bidadari.
Ia ingin cepat-cepat bertemu dengan dirinya Pei Pei!!
Mudah-mudahan Pei Pei dapat kutolong!!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 387
yoza collection Tiang Le tidak banyak membuang waktu, dia segera berjalan cepat menuju
pulau Bidadari. Waktu yang amat pendek membuat Tiang Le berlari cepat dengan
tak berhenti-henti walaupun kegelapan malam telah menutupi jalan. Akan tetapi
dengan kepandaian gin-kangnya dan ketajaman matanya ia terus saja menerobos
malam yang kelam. Dari seorang nelayan, ia membeli sebuah perahu kecil untuk menyeberangi laut
Po-hay dan mencari pulau Bidadari!! Untunglah pada tengah malam itu di tengah
lautan bulan bersinar terang, sehingga Tiang Le dapat mengarahkan tujuan
perahunya ke sebuah pulau yang letaknya terasing dari pada pulau-pulau lainnya.
Bulan di atas terang benderang.
Sebuah perahu merapat di sebuah pulau. Akan tetapi baru saja pemuda lengan
buntung itu hendak menginjakkan kakinya di pantai, serangkum angin pukulan
menyambar belakangnya. Cepat Tiang Le menggeser kakinya dan mencelat ke atas.
Kiranya disitu telah berdiri dara-dara Sian-li-pay mengurungnya.
diundang oleh Pay-cu Bu-tek
panjang menegur. Sikapnya galak sekali. Kalau dulu wajah gadis-gadis ini berkerudung hitam.
Sekarang, tidak lagi. Nampak gadis-gadis itu demikian cantik jelita. Akan tetapi
sikapnya ketus dan galak.
Melihat bahwa yang menyambutnya hanya Iima orang dara-dara jelita ini, Tiang
tek Sianli, akan tetapi kalian ini kenapa datang-datang menyerangku, beginikah
sambutan orang-orang Sian-li-sebut oleh Paycu" Hm hanya beginikah pemuda tangan buntung yang disohorkan oleh Pay-cu"
Eh buntung sebelum kau menginjak daerah Sian-liTiang Le tertawa ker
penting dengan ketuamu, tak boleh berlambat-
Sambil berseru demikian salah seorang dari ke lima dara Sian-li-pay itu sudah
menyerang Tiang Le dengan tusukan maut yang bergetar. Akan tetapi menghadapi
gerakan ini, walaupun dahsyat akan tetapi dengan mudah sekali Tiang Le berkelit
dan membalas dengan dorongan gerak tangan kilat ke arah lawan.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 388
yoza collection -sai tiga kali dan dari udara
itu mengirimkan serangan menusuk ke arah kepala Tiang Le.
Kagum sekali Tiang Le melihat gin-kang yang tinggi dari gadis ini, cepat ia
berkelit ke samping dan pada ketika itulah empat dara Sian-li-pay yang lain sudah
menerjang maju dengan pedang di tangan. Dan sebentar saja Tiang Le sudah di
keroyok oleh lima dara dari Sian-li-pay.
Tentu saja karena Tiang Le tidak ingin melayani si gadis lebih lama lagi, begitu
tangannya bergebrak terdengar jeritan kaget dari gadis Sian-li-pay melihat pedang
mereka telah terlepas dari pegangan dan mereka terlempar dengan tidak terluka,
kagum sekali dara-dara Sian-li-pay menyaksikan gerakan yang luar biasa tadi.
Akan tetapi mereka menjadi penasaran. Masa dalam beberapa gebrakan saja
mereka telah dipecundang sedemikian rupa, maka dengan mengeluarkan teriakan
nyaring, mereka sudah menyerbu mengirimkan pukulan ke arah Tiang Le.
Tiang Le menjadi kheki bukan main menghadapi gadis-gadis Sian-li-pay yang
bandel ini, maka dengan gerakan cepat, tahu-tahu ke lima gadis Sian-li-pay itu
sudah terpental lagi dalam keadaan tertotok.
Pada saat itu, sepasukan tentara Mongol mendatangi dengan senjata telanjang
di tangan. Dan salah seorang yang bertubuh tinggi besar, dan berlengan penuh bulu
Pay-cu BuAkan tetapi Tiang Le yang telah dapat mengenali orang-orang Mongol yang
panggil si nenek Bu-tek Sianli. Jangan ia bersembunyi di belakang kalian yang tak
Pada waktu itu, nama Bu-tek Sianli sudah amat disegani oleh banyak tentara
Mongol, terlebih lagi pada waktu-waktu ini mereka itu adalah undangan dari Bu-tek
Sianli yang bersekutu dengan kerajaan Mongol, tentu saja nama Pay-cu Sian-li-pay
dimaki oleh pemuda buntung itu dengan sebutan Nenek dengan nada yang
mengancam, mereka menjadi marah dan membentak keras,
dan datang-datang kau bersikap kurang ajar. Apakah kau mempunyai nyawa
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 389
yoza collection Mongol kasar dan goblok. Buka telingamu lebar-lebar, aku
adalah Sung Tiang Le, memenuhi janji atas undangan Bu-tek Sianli. Hayo kau
sampaikan bahwa tuan besarmu sudah tiba dan menyambutku dengan baikPara tentara Mongol mulai mengurung dan mereka telah menggerak-gerakan
senjatanya. Sikap mereka mengancam sekali. Ada hampir seratus tentara Mongol
berteriak-teriak menyuruh menyerah. Namun Tiang Le tertawa bergelak dan
berkata penuh sindiran, -manusia Mongol yang hanya beraninya main
keroyokkan saja" Inikah anak buah Khu Bilay Khan yang kesohor itu" Hemm, tidak
tahunya hanya ulatTentu saja orang-orang Mongol ini menjadi marah sekali dan serentak mereka
menyerbu. Tentu saja Tiang Le yang sudah siap dengan pedang buntungnya di
tangan menyambut kedatangan mereka. Begitu orang bergebrak mengirimkan
bacokan ke arah Tiang Le, begitu pula tangan kiri pemuda buntung itu bergerak
cepat, kelima orang itu sudah terlempar roboh dengan tubuh mandi darah.
Tiga orang perwira yang tak kuat oleh bentakan Tiang Le tadi menjerit roboh
dan pingsan. Inilah sebagian pengerahan sin-kang yang dikirimkan melalui suara
oleh pemuda lengan buntung itu! Luar biasa, akan tetapi mana tentara Mongol ini
mau mundur, malahan mereka bergerak mengurung pemuda lebih rapat.
Marahlah Tiang Le melihat kebandelan orang-orang kasar ini, pedang pusaka
buntung bagaikan sebilah pisau menghadapi agar-agar yang sekali sentuh saja
sudah buntung senjata mereka. Setiap kali pedang buntung ini bertemu dengan
senjata lawan, pasti senjata lawan itu terbabat putus dan orang itu sendiri menjerit
ngeri dan perutnya tersobek oleh sabetan pedang buntung Tiang Le yang
menggunakan jurus-jurus Tok-pik-kiam-hoat.
Sebentar saja duapuluh lima perwira Mongol sudah mandi darah oleh sabetan
pedang Tiang Le, pemuda ini menganggap bahwa perwira-perwira Mongol ini
adalah bangsa yang suka menjajah dan kejam, maka pedang pemuda itu tidak
memberi ampun lagi kepadanya. Setiap gerakan pedang, diiringi pekik kematian
dari lawannya! Pedang pusaka buntung bermandikan darah!
Tiang Le benar-benar telengas dan kadang-kadang apabila pedangnya itu
terselip di pingang, bagaikan geledek tangan kiri pemuda itu menyambar
merupakan maut yang mencabut nyawa. Hebat sepak terjang Tiang Le!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 390
yoza collection Baiknya baru ada limapuluh perwira yang tewas ketika tiba-tiba terdengar
bentakan keras menahan semua perwira yang bertempur. Bentakan ini demikian
berpengaruh, karena semua orang Mongol melompat mundur dan berlutut!
Sepasukan tentara berkuda bergerak dari depan. Seorang penunggang kuda
tentara Mongol bertubuh tinggi besar dan tegap dengan pakaian perang yang
lengkap berkata dengan suara yang besar dan serak,
-cu Sian-li-pay mempersilahkan engkau masuk ke
Hanya itu yang dikatakan orang itu, kemudian pasukan kuda itu telah membedal
kudanya kembali ke dalam, diikuti pula oleh gerakan-gerakan dari para perwira
Mongol sambil menggotong tubuh kawan yang mati dan yang terluka.
Di pinggir pantai itu Tiang Le berdiri. Tak ada satupun manusia di tempat itu.
Suara ombak memecah pantai bergemuruh meningkahi kesepian malam. Bulan di
atas terang benderang. Sehingga memudahkan pemuda itu memasuki pulau Bidadari. Dari
pendengaran-pendengaran telinganya yang tajam tahulah ia bahwa tempat itu
sudah dikurung oleh banyak orang yang belum mau menampakkan dirinya.
Tahulah Tiang Le bahwa Nenek Bu-tek Sianli sudah mengerahkan orangmenyelamatkan Pei Pei! Awaslah kau Bu-tek Sianli, seujung rambut saja kau
Tiang Le berjalan perlahan. Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya. Ia
mendengar suara kuda yang banyak sekali. Ketika ia memperhatikan derap kaki
kuda itu datangnya dari belakang, kanan dan kiri dan dari depan. Agaknya ia sudah
dikurung oleh barisan berkuda yang banyak sekali jumlahnya.
Tiang Le berdiri tegak di depan barisan berkuda yang mengurungnya. Menanti
reaksi dari orang-orang Mongol ini.
berada di tanga dan besar yang bergema di sekitar tempat itu, amat menyeramkan.
Mendengar kata-kata ini Tiang Le maklum bahwa ia sudah masuk perangkap
di pulau ini. Ternyata Bu-tek Sianli sengaja mengundangnya masuk perangkap.
Hmm! Ini hanya dengan barisan berkuda, belum lagi yang lain-lain di belakang!


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Lengan Buntung - Halaman 391
yoza collection Tiang Le menyapu ratusan perwira Mongol berkuda. Nampaknya orang-orang
Mongol ini lebih kuat dan terlatih. Aku harus berhati-hati, pikir Tiang Le meraba
gagang pedangnya. seorang Mongol tinggi kurus seperti tengkorak hidup, berpakaian perwira gagah.
Orang itu berkata dalam bahasa Han yang kaku!
dengan Buberkuda dengan pandangan tajam.
-orang Terdengar orang Mongol yang tinggi besar itu tertawa mengakak
Kami inilah barisan pendam tentara Mongol yang terkenal, sudah lama kami
mendapat julukan barisan maut, mau kenal dengarku.. . ha ha ha, aku bangsa Mongol,
namaku Ouw Yang Gembol, dan yang kurus kering adalah adik misan dari Khu Bilay
Khan bernama Themu Khan, dan.. . sudahlah lebih baik kau menyerah orang muda,
ata kau seekor kadal hitam yang harus
mampus. Biarpun kau dan orang-orangmu sudah mengurungku, kau dapat berbuat
Baru saja Tiang Le berkata demikian, cepat seperti kilat dia sudah
menggerakkan tangan kirinya memukul ke arah Ouw Yang Gembol, orang Mongol
yang tinggi besar itu. Angin pukulan menyambar, akan tetapi Ouw Yang Gembol yang memandang
enteng kepada pemuda ini, hanya menggerakkan tangan pula mendorong ke depan.
Dua tenaga yang tak kelihatan bertemu di udara.
tubuh yang tinggi besar dari Ouw Yang
Gembol terpental dari punggung kuda. Dan berdebuk di tanah dengan mengeluarkan
suara keras. Ouw Yang Gembol meringis merasa pantatnya sakit bukan main terhantam batu
yang menghantam pantatnya, masih untung Tiang Le belum mau menjatuhkan
tangan maut kepadanya. Hanya membuat terpental saja!
malu kepada anak buahnya Ouw Yang Gembol sudah menarik goloknya yang besar
dan berkilat-kilat saking tajamnya. Lantas saja golok itu melayang menyambar leher
Tiang Le. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 392
yoza collection tubuhnya ke kiri dan begitu tangan kirinya bergebrak, untuk yang ke dua kali
pukulan Tiang Le yang dahsyat telah membuat lambung Ouw Yang Gembol
terhantam pukulan yang kuat itu. Tubuh besar Ouw Yang Gembol melayang dan
waktu ia berusaha bangkit, ia terhuyung-huyung dan muntahkan darah segar!
Themu Khan menggerakkan sepasang kaitan yang panjang menggaet leher Tiang
Le, tetapi begitu Tiang Le membalik menghantam ke depan.
kembali dan memegangi dadanya yang terasa sakit. Ia memberi aba-aba kepada
anak buahnya, dan ia sendiri menyerbu lagi dengan kaitan di tangan!
-hidup anjing buntung ini, serahkah kepada Bu-tek Sianli Paykata Themu Khan dalam bahasa Mongol yang tak dimengerti oleh Tiang Le.
Terjadilah pengeroyokan besar-besaran atas diri Tiang Le, akan tetapi pemuda
itu hebat luar biasa. Tenaga sin-kangnya bertambah berlipat ganda sejak kakek kaki
buntung yang berjuluk Sin-kun-bu-tek memindahkan tenaga lweekang kepadanya.
Setiap kali tangan kiri pemuda itu bergerak terdengar jerit mengerikan dari
anak buahnya Ouw Yang Gembol yang tersambar angin pukulan yang luar biasa.
Gerakan-gerakan Tiang Le ini amat cepat sekali dan tak terduga oleh lawan.
Sedangkan tubuhnya mencelat ke sana ke mari membagi-bagi pukulan ke arah
lawan. Dan sebentar saja, duapuluh lebih anak buah Ouw Yang Gembol sudah roboh
dengan tak dapat bangun kembali!!
Ouw Yang Gembol dan Temu Khan menjadi marah sekali, sambil memberikan
aba-aba memberi semangat kepada anak buahnya ia merangsek pemuda buntung
yang amat lihay itu. Goloknya berkelebat mengeluarkan suara berdesing saking
kuatnya tenaga Ouw Yang Gembol, sedangkan Temu Khan mainkan ilmu kaitannya
mengeluarkan suara menciut-ciut seperti cambuk dan kadang-kadang mengait
kepala lawan. Berbahaya sekali kalau kepalanya Tiang Le sampai terkait, bisa kehilangan
kepala dia, karena ujung kaitan ini diberi mata pancing yang besar sembilan buah,
amat ganas sekali menyambar-nyambar. Tiang Le mengeluarkan pedang
buntungnya, dan baru beberapa gebrakan saja, lima orang perwira Mongol menjerit
roboh dengan tubuh mandi darah.
Tiang Le merasa kewalahan juga. Pengeroyok-pengeroyoknya amat banyak dan
berkepandaian amat tinggi. Biarpun dengan pedang buntungnya ia banyak sudah
merobohkan lawan, akan tetapi jumlah lawan terlalu banyak dan lagi melawan
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 393
yoza collection dengan nekat. Sedangkan mereka ini adalah tentara Mongol yang telah banyak
pengalaman. Dan sering kali menghadapi pertempuran. Apalagi Ouw Yang Gembol
dan Themu Khan dua orang Mongol ini bukannya lawan yang boleh dipandang
ringan. hanya baru orang-orang Mongol saja, belum lagi kekuatan Bu-tek Sianli dan orangTiba-tiba ia teringat akan ilmu penyerangan yang dikirim melalui suara, maka
dengan gerakan cepat Tiang Le meloncat ke atas tembok benteng Sian-li-pay dan
menjerit keras. Hebat sekali suara yang dikeluarkan oleh tenaga sin-kang yang
tinggi. Suara ini merupakan sebuah jeritan maut yang tiba-tiba saja membuat
banyak perwira Mongol roboh sambil mendekapkan telapak tangannya pada ke dua
telinga. Sedangkan Ouw Yang Gembol dan Themu Khan cepat-cepat mengerahkan
sin-kang di dada dan bersiulan di tanah.
Melihat lawannya sudah menjadi panik cepat Tiang Le melompat ke punggung
kuda yang telah kehilangan penunggangnya. Dan sekali menggerakkan kakinya
sudah membedal kudanya masuk ke dalam pulau!
Suara ringkikan kuda menghantarkan teriakkan marah dari Ouw Yang Gembol
dan Themu Khan. Dari belakang orang-orang Mongol mengejarnya sambil berteriakteriak.
Ratusan batang anak panah menghujani Tiang Le yang membalapkan kudanya.
Akan tetapi dengan mudahnya Tiang Le dapat mengibaskan tangan kirinya
memukul runtuh semua anak panah, akan tetapi beberapa batang anak panah
menyambar kudanya dan tak dapat mengelak, tak lama kemudian kudanya roboh
binasa dengan tubuh belakang penuh anak panah menancap, dalam-dalam!
Dan begitu pasukan berkuda telah menyusulnya dengan teriakan keras
tubuhnya mencelat dan sekali tangannya bergerak lima orang penunggang kuda
roboh dengan dada robek oleh pedang buntung di tangan kiri. Sebentar saja, Tiang
Le memainkan ilmu silat Tok-pik-kun-hoat dan Tok-pik-kiam-hoat, tubuh Tiang Le
mencelat ke sana ke mari mengirimkan tebasan-tebasan ke arah orang-orang
Mongol yang tak dapat mengelak lagi, darah menyembur dari dada dan leher.
Kasihan sekali orang-orang Mongol ini, mereka merupakan sekumpulan
nyamuk yang bertemu dengan api lilin. Begitu pedang buntung Tiang Le bergerak,
dua-tiga orang roboh mandi darah, dan apabila tangan kiri Tiang Le menggunakan
jurus-jurus ilmu silat tangan buntung dan gerakan tangan kilat, maka banyak
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 394
yoza collection perwira Mongol yang terpental dengan dada hangus dan kepala pecah terhantam
pukulan yang dahsyat ini.
Mendengar teriakan-teriakan Ouw Yang Gembol yang memberi aba-aba kepada
anak buahnya, Tiang Le menjadi sengit sekali. Pedang buntungnya sekarang terarah
mendesak panglima Ouw Yang Gembol dan Themu Khan yang dianggapnya sebagai
biang keladi pengeroyokan ini, maka segera ia mendesak dan pedangnya bagaikan
bintang melayang meluncur mengarah dada Ouw Yang Gembol Panglima Mongol
yang cepat menangkis. Akan tetapi tangkisan ini membuat goloknya menjadi buntung menjadi tiga
bagian, dan sekali Tiang Le menggerakkan pedang buntung ke atas dengan jurus
Mengukir Naga Menyeret Awan, tahu-tahu pedang buntung bergerak ke bawah dan
alangkah cepatnya gerakan itu sehingga tanpa ampun lagi paha Ouw Yang Gembol
terkupas oleh sabetan pedang buntung.
Panglima Mongol itu menjerit keras memegangi pahanya yang terasa nyeri luar
biasa. Darah mengucur deras dari paha yang terluka itu. Sementara Temu Khan
menjadi marah, kaitannya menyabet pundak Tiang Le.
tombak. Ia muntahkan darah hitam dan tiba-tiba matanya melotot mendelik memandang Tiang
Le dan mampus! pedang buntung yang berlumuran darah. Dan seorangnya lagi terjengkang ke
belakang tersambar gerak tangan kilat Tiang Le. Dadanya hangus dan hitam.
Dahsyat sekali pukulan tangan kiri Tiang Le.
Waktu itu hampir fajar menyingsing. Keadaan masih remang-remang dan
suram. Cahaya matahari naik dari ujung laut, menyebarkan sinarnya tipis
berlawanan dengan cahaya bulan yang sudah lemah, nampaknya di udara keabuabuan, yang menimbulkan bayang-bayang yang menyeramkan.
Di dalam kesuraman ini, berkelebat beberapa bayangan manusia dan begitu
sampai di dekat pantai, mereka berhenti. Bu-tek Sianli terkejut melihat banyak sekali
mayat tentara Mongol yang berserakan. Pandangannya menyapu ke arah Tiang Le
yang tengah menatapnya dengan senyum mengejek:
arah banyak mayat tentara Mongol bergelimpangan di tanah berpasir.
Masih berpikir kau untuk dapat keluar dari pulau bidadari" Lihat siapakah orangorang ini!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 395
yoza collection telah menaklukan kerajaan
Song! Dan locianpwe ini, adalah Pek Pek Hoatsu dari Barat, dan ini, adalah Guru
Besar Nakayarinta dari puncak Anapurna di Himalaya, dan yang di sebelah sana
itu Te-thian Lomo, Thay-lek-hui-mo dan di atasmu, adalah ribuan tentara Mongol
dan barisan Sian-li-pay. Hwa-ie-kay-pang dan Hek-lianTerkejutlah Tiang Le. Ia melirik ke arah tokoh-tokoh yang ditunjuk oleh Bu-tek
Sianli, yang paling mengejutkan sekali hatinya adalah kakek Nakayarinta, kakek itu
sudah amat tua sekali usianya, ada seratus tahun. Rambutnya sudah putih panjang,
berjenggot putih pula, akan tetapi mempunyai wajah yang hitam, dan telinganya
lebar diberi anting-anting besar. Tangannya yang hitam berbulu demikian kurus,
dan memakai gelang-gelang pula, memakai jubah kuning seperti seorang pertapa.
Begitu pandangan Tiang Le terbentur oleh pandangan si kakek, terkejutlah ia
melihat mata yang, mencorong seperti mata harimau! Sedangkan Khu Bi lay Khan,
adalah seorang tinggi besar akan tetapi mempunyai sepasang mata yang
berwibawa dan membayangkan kecerdikan yang luar biasa!
Tahulah Tiang Le, ia sudah masuk perangkap di tempat ini. Akan tetapi ia tidak
gentar. Walaupun sekeliling pulau ini sudah dijaga oleh ribuan tentara Mongol dan
barisan Sian-li-pay dan Hek-lian-pay!
Sama sekali ia tidak takut. Matanya menyapu barisan Bu-tek Sianli dan katanya,
Tiang Le melangkah. Tangan kirinya bergerak meraba pedang.
Bu-tek Sianli tersenyum mengejek.
serahkan dia kepadamu. Akan tetapi, engkau harus menyerah
segala penjajah. Tidak! Bu-tek Sianli, hayo serahkan Pei Pei. Awas kau! Seujung
rambut Nenek Busudah miring otak tidak melihat kematian di depan mata. Ketahuilah olehmu, Tiang
Le. Jikalau kau tidak mau menyerah kepadaku jangan harapkan kau dapat keluar
dari pulau ini dalam keadaan hidup!
menghadapiku di lembah Tai-hangnenek Bu-tek Sianli berjongkok, kedua tangannya memukul ke depan. Angin pukulan
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 396
yoza collection menyambar kuat ke arah Tiang Le. Akan tetapi sambil tersenyum mengejek,
pemuda lengan buntung ini mengangkat tangan kirinya dan membalas mendorong.
-tek Sianli bergoyang-goyang dengan amat keras sekali.
Dengan tangan kirinya pemuda itu menarik pedang buntungnya. Sinar matahari
pagi membentur sinar pedang yang berkilauan. Untuk beberapa saat kakek pertapa
Nakayarinta membelalakkan matanya. Bibirnya yang penuh kerisut berbisik.
-cu- dulunya bernama Liong-cu-kiam atau Pedang Mustika Naga! Bu-tek Sianli, lekas kau
keluarkan Pei Pei, kalau tidak, hemm, terpaksa aku yang muda menggunakan
-tek Sianli bergerak hendak menampar.
Akan tetapi Thay-lek-hui-mo yang tertarik akan kehebatan pedang pada
puluhan tahun pernah menggemparkan dunia persilatan berkata kepada Bu-tek
Bu-tek Sianli mundur dan membiarkan Thay-lek-hui-mo maju menghadapi
Tiang Le. Memang Nenek ini semenjak pertama ia bertempur di Tai-hang-san yang
telah mengetahui kelihayan pemuda ini menjadi gentar. Apalagi tadi, hampir saja ia
terjengkang kalau ia tidak hati-hati bertemu pukulan dengan tangan kiri pemuda
itu. Heran, mengapa dalam waktu beberapa hari saja tenaga Tiang Le sudah jauh
meningkat" Thay-lek-hui-mo menghampiri Tiang Le, tanpa memberi komentar apa-apa
jubah hwesio itu bergerak ke depan. Inilah pukulan jarak jauh yang dikebutkan oleh
ujung jubah. Angin besar berpusing menimbulkan hawa panas.
Akan tetapi Tiang Le dengan gerakan tangan kilat sudah menerjang maju dan
dalam beberapa gebrakan saja, tangan kirinya sudah mendorong si hwesio itu dan
tanpa ampun lagi tubuh Thay-lek-Hui-mo sudah roboh terjungkal. Hebat sekali
gebrakan ini. Muka Thay-lek-hui-mo menjadi merah saking malunya. Masakan ia yang sudah
tersohor hanya dalam beberapa gebrakan saja sudah terpental oleh anak kemarin
sore ini, terlalu! Pendekar Lengan Buntung - Halaman 397
yoza collection sebuah kepalan tangan Tay-lek Hui-mo yang berbulu itu berpusing di atas kepala.
Kemudian bagaikan harimau terbang tubuh Thay-lek-hui-mo yang tinggi besar itu
sudah menerjang Tiang Le. Cepat Tiang Le mengegos ke kiri dan balas memukul ke
samping dikelit oleh lawannya.
Hawa panas segera lewat di sampingnya. Tahulah dia bahwa Thay-lek-hui-mo
ini menyerangnya dengan tenaga Yang, maka iapun menggetarkan tangannya
mengeluarkan tenaga sin-kang hawa dingin dari tangan kirinya.
ia sudah dapat memukul dengan tiga macam serangan.
Karuan saja Thay-lek-hui-mo menjadi repot dan berkelit ke kanan, akan tetapi
siapa sangka begitu tangannya bertemu dengan Tiang Le, tubuhnya bagaikan
direndam dalam air yang amat dingin. Seketika wajahnya pucat membiru, jalan
darahnya seakan-akan berhenti. Inilah pengerahan sin-kang hawa dingin yang
disalurkan dari tangan kiri Tiang Le. Sungguh luar biasa!
Merasa dadanya sakit Thay-lek-hui-mo segera menjatuhkan diri dan
bergulingan menjauhi lawannya, ia terus bersemedi menyalurkan hawa yang-kang
mengusir hawa im-kang yang membanjir ke dalam tubuhnya. Untung saja Thaylek-hui-mo mempunyai sin-kang yang cukup tinggi, biarpun dadanya terasa sakit
dan nyeri, akan tetapi lukanya tidak begitu membahayakan.
Baru saja Tiang Le hendak meloncat mundur. Tiba-tiba sebuah angin pukulan
dengan cepat menyambar dari belakang. Cepat Tiang Le mencelat ke atas dan
begitu dilihatnya, kiranya kakek tua renta Nakayarinta sambil terkekeh-kekeh sudah
melancarkan serangannya! Sedangkan Bu-tek Sianli, Te-thian Lomo sudah
menerjang maju mengeroyok.
Marah sekali hati pemuda buntung dikeroyok secara begini.
-tek Sianli, kalau kau tidak menyerahkan Pei Pei kepadaku, niscaya pulau
-tek Sianli sudah mengeluarkan pedang tipis. Inilah pek-liong-pokiam yang jarang sekali
digunakan oleh nenek Bu-tek Sianli.
Dengan pedang di tangan, nenek itu merangsek Tiang Le, cepat Tiang Le berkelit
dan alangkah terkejutnya dia merasakan angin pukulan yang demikian dahsyat dari
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 398
yoza collection kakek Nakayarinta telah menyambar pundaknya. Cepat Tiang Le mengerahkan sinkang ke pundak menerima pukulan yang tak dapat dielakan lagi saking cepatnya.
Bu-tek Sianli. Akan tetapi Tiang Le yang selalu waspada meletakkan pedangnya dan
menggunakan gerakan tangan kilat memukul ke arah si nenek.
Bu-tek Sianli menjerit keras. Darah merah menyembur dari mulut si nenek.
-tek Sia gerakan Tiang Le. Akan tetapi, pemuda ini saking sengitnya menggunakan jurus gerak tangan kilat
dan mainkan langkah ajaib menghindarkan serangan si kakek tua renta. Ia
ia meloncat mundur waktu didengarnya angin pukulan menyambar pundaknya.
an tubuh si kakek Nakayarinta yang hancur berantakan akan tetapi
kepala seorang perwira Mongol yang berada di belakang si kakek itu yang pecah
terhantam pukulan Tiang Le.
-kali Nakayarinta memuji. Selama ia malang
melintang di daratan Tiongkok dan India baru kali ini ia bertemu tanding. Bertemu
tanding dengan seorang pemuda lengan buntung.
Kini melihat Te-thian Lomo sudah menyerangnya, Tiang Le mengerahkan
pukulan-pukulannya kepada pendeta sesat ini. Orang inilah pembunuh suhu, aku
harus membuat perhitungan dengannya, pikir Tiang Le menghantam dada Te-thian
Lomo. Akan tetapi menyaksikan pukulan tangan kiri Tiang Le yang amat dahsyat
tak berani ia menerima dengan pukulan pula, maka ia mencelat ke samping dan
mundurkan diri. Sementara itu Bu-tek Sianli dan Khu Bilay Khan memberi aba-aba, ratusan
tentara Mongol sudah menyerbu, dibarengi berkelebat bayangan gesit dari gerakangerakan dara Sian-li-pay yang sudah menyerbu pula.
lawanpun engkau takkan lolos dari pulau ini! Engkau sudah terkepung.. . . di antara keroyokan banyak
-tek Sianli.

Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Lengan Buntung - Halaman 399
yoza collection Tiang Le menjadi gemas dan memutar pedangnya dan segera berubah menjadi
segulungan sinar kuning yang menyelimuti tubuhnya. Lima orang tentara Mongol
robek perutnya terhantam kelebatan sinar pedang buntung pemuda perkasa ini.
Hebat sekaIi sepak terjang pemuda buntung ini. Karena begitu pedang
buntungnya berkelebat, dua-tiga orang lawannya terjungkal dengan dada robek dan
banjir darah memenuhi tempat itu. Pedang buntung di tangan pemuda itu bertetestetes darah merah, sepak terjang Tiang Le yang ganas dan tak memberi ampun
kepada lawannya ini membuat gentar hati para pengeroyoknya.
Akan tetapi, tentu saja menghadapi lawan yang demikian banyak itu, Tiang Le
menjadi sibuk bukan main, apalagi menghadapi keroyokan dari dara-dara Sian-lipay yang perkasa, ditambah dengan bermunculannya banyak orang-orang tua
Hwa-ie-kay-pang membuat lama kelamaan ia menjadi lelah bukan main!
Hatinya menjadi gemas sekali kepada Nenek Bu-tek Sianli yang licik ini, berkalikali ia mendengar suara nenek itu memberi aba-aba kepada barisan tentara yang
sudah merapat mengeroyoknya. Maka dengan sambil bertempur Tiang Le mencari
Nenek itu. Dan tokoh-tokoh lainnya yang bersembunyi di antara kerumunan banyak
para pengeroyoknya, -tiba terdengar suara yang berat dan berwibawa.
Itulah suara Khu Bilay Khan, suara datangnya seperti dari atas langit karena tidak
tahu dari mana suara itu.
Tiang Le sambil bertempur mencari orang-orang yang memberi aba-aba untuk
mengeroyoknya. Tiba-tiba mendengar aba-aba dari pemimpin besar Khu Bilay Khan
yang berwibawa itu, para tentara Mongol meloncat mundur ke belakang dan
sebagai gantinya muncul barisan panah yang terlatih.
Tiang Le terkejut sekali. Celaka! keluhnya. Kalau tadi dikeroyok oleh puluhan
tentara Mongol dengan senjata tangan, ia dapat menghindari datangnya senjata
lawan akan tetapi, betapa terkejutnya ia karena dari kelilingnya bermunculan
barisan panah yang siap ditarik dari busurnya.
mendesing keras mengiringi luncuran ratusan anak panah menyambar ke seluruh
bagian tubuh pemuda buntung ini.
Tiang Le memekik keras dan memutarkan pedang buntungnya sedemikian rupa
sehingga semua anak panah yang menyambarnya menjadi runtuh oleh pedang
buntung di tangan Tiang Le. Akan sambaran anak panah terus beruntun. Tiada
berhentinya sambung menyambung.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 400
yoza collection Memang Khu Bilay Khan ini cerdik sekali, ia menghujani pemuda buntung itu
dengan serangan yang beruntun dan bertubi-tubi, tentu saja Tiang Le memutarkan
terus pedangnya seperti tadi. Tubuhnya terbungkus oleh sinar pedang buntung.
Cepat sekali gerakan pemuda ini sehingga ratusan batang anak panah menjadi
runtuh dan terpotong dua.
-tek Sianli, manusia Akan tetapi jawabannya hanya diganda tertawa mengejek dan tiba-tiba dari
kanan kiri mengalir minyak yang disiramkan oleh orang-orang Mongol. Sebentar itu
pula api berkobar mengelilingi.
Tiang Le terkejut setengah mati. Pedangnya berkelebat ke arah seorang perwira
Mongol yang menyulutkan api ke air yang berminyak. Saking marahnya pemuda
itu berkelebat sekaligus memenggal leher ketiga tentara Mongol yang lain. Jeritan
mengerikan terdengar dan orang itu berkelojotan mati dengan tubuh roboh masuk
ke dalam api yang berkobar.
Api sudah mengelilinginya menjulang tinggi. Semakin berkobar api yang
membakar minyak di tanah menjalar ke arah Tiang Le. Sementara kakinya sudah
menggenang minyak yang sengaja disiram oleh orang-orang Mongol.
Panas api membuat seluruh tubuh Tiang Le mulai berpeluh, sementara dari
luar ratusan panah menyambar dengan beruntun. Kepala Tiang Le menjadi pening,
gerakan pedangnya tidak sehebat tadi. Tiga buah anak panah sudah menancap di
dada dan punggung. Tiang Le menggigit bibirnya menahan rasa nyeri dan hawa panas yang
menyerang hebat. Dan terus mempertahankan dirinya dari sambaran anak-anak
panah yang dilepaskan dari luar. Api berkobar mendekati mengurung pemuda itu.
Tak ada jalan lain bagi Tiang Le untuk keluar dari kurungan api yang demikian
dahsyat mengamuk membakar minyak tanah.
Sebuah pohon besar roboh terbakar dan hampir saja menimpa pemuda lengan
buntung yang perkasa ini. Saking marah dan bencinya Tiang Le mengkertakan
giginya, pedang buntungnya tergenggam erat, menggeletar-geletar!
Akan tetapi, pada saat yang berbahaya bagi keselamatannya dari kepungan api,
tibaTeriakan gadis itu diringi menyambarnya sebuah ang-kin (sabuk sutera merah)
yang dengan amat cepatnya bagaikan ular hidup sudah melilit tubuh pemuda itu.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 401
yoza collection melampaui kobaran api yang mengganas. Tubuh itu jatuh berdiri di depan seorang
gadis jelita. Si gadis tersenyum. Sebuah senyuman bangga dan bahagia mengiringi
menitiknya sebutir air mata yang meloncat dari kelopak matanya yang jelita.
Gadis itu adalah Bwe Lan, gadis yang pernah dikenalnya. Gadis yang dengan
secara blak-blakan (terang-terangan) telah menyatakan cintanya kepadanya.
Tiang Le tak sempat lagi berkata kepada gadis itu, karena sesosok tubuh
mencelat ke atas dan mengirimkan pukulan kepalan dewa tanpa tandingan ke arah
si gadis. Bwe Lan mengelak ke kiri, Tiang Le meloncat ke depan si gadis, melindungi.
-tek Sianli menggerakkan tangannya lagi memukul, akan tetapi dengan tubuh agak terhuyung. Tiang Le
menangkis pukulan itu. Dua tangan bertemu di udara.
yang memang sudah sangat letih sekali terpental sejauh dua tombak! Akan tetapi dengan
terhuyung-huyung ia telah berdiri. Memandang si Nenek Bu-tek Sianli dengan
pandangan mengancam. Le diiringi dengan pukulan geledek dari tangan kirinya. Belum lagi nenek itu menangkis,
Tangan kanan si kakek Nakayarinta terangkat. Untuk beberapa saat ke duanya
saling menempelkan tangan. Akan tetapi begitu si kakek Nakayarinta
menggoyangkan tangannya, tahu-tahu bagaikan ada tenaga yang amat kuat
mendorongnya, tubuh Tiang Le terjengkang dengan muntahkan darah segar.
Bwe Lan memburu Tiang Le.
hitam keluar dari mulutnya. Hebat sekali Nakayarinta itu, sekali pukul saja, ia sudah
muntahkan darah!! Dengan tangan kirinya Tiang Le mengusap bibirnya.
Pada saat itu Tiang Le Sudah amat lelah sekali. Dan darah yang mengucur dari
dada dan punggung oleh anak panah yang menancap, membuat dia kehabisan
tenaga, dan lemas. lengan kiri Tiang Le yang memegang pedang dengan erat.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 402
yoza collection -tek Sianli, hayo kau serahkan Pei Pei, kalau tidak aku akan mengadu nyawa
bertemu dengan kekasihmu si Pei Pei
nenek Bu-tek Sianli. Pedangnya bergetar hebat. Ia menekan tangan kirinya ke arah
dada. Beberapa kali ia muntahkan darah segar. Bwe Lan merasa cemas sekali melihat
keadaan pemuda lengan buntung ini. Cepat sekali gadis itu memapah tubuh Tiang
Le yang hendak roboh saking lemasnya.
ini, sebentar lagi ia Bwe Lan membentak marah. menyaksikan kematian kekasihmu ini.. . . akan kubeset kulitnya, kukeluarkan
Pada saat itu berkelebat banyak bayangan. Tahu-tahu di tempat itu sudah
berdiri Ho Siang dan Nyuk In, Kong Hwat, Siauw Yang, dan Sin Thong. Tanpa berkata
apa-apa ke lima orang muda yang gagah perkasa ini sudah menyerbu nenek Butek Sianli.
Ho Siang menghadapi Thay-lek-hui-mo, suhengnya dikeroyok oleh Te-thian
Lomo, Siauw Yang dan Sin Thong disambut oleh serombongan pasukan Mongol
yang dipimpin oleh Ku Bilay Khan sendiri. Sedangkan Nyuk In mendampingi Ho
Siang melawan Thay-lek-hui-mo dan Pek Pek Hoatsu!
Terjadilah pertempuran yang luar biasa. Sementara datangnya ke lima orang
muda yang berkepandaian lihai ini, Bwe Lan menarik tangan Tiang Le dan
melompat untuk melarikan diri. Tentu saja melihat pemuda buntung itu melarikan
diri, Bu-tek Sianli mengerahkan orang-orangnya mengejar!
-he-tek Sianli bergema di tempat itu. Sementara beberapa barisan tentara Mongol mengadakan pengejaran
pula! Bwe Lan menarik tangan Tiang Le berlari cepat meninggalkan gedung Sian-lipay yang berbahaya ini. Ia kuatir sekali akan keselamatan pemuda lengan buntung
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 403
yoza collection yang amat dicintai ini. Maka ia mengajak Tiang Le berlari memutar arah, karena
jalan menuju ke pantai sudah dikurung oleh banyak perwira Mongol.
Sudah barang tentu, karena Bwe Lan adalah murid Sian-li-pay, maka ia banyak
mengenal jalan-jalan di daerah itu! Akan tetapi Bu-tek Sianli yang sudah dibuat
penasaran dan marah terus mengejar kedua orang muda yang melarikan diri!
Sementara itu, Kong Hwat memainkan gerak ilmu tongkat Fu-niu-san yang
hebat luar biasa, meskipun tongkat itu hanya terbuat dari ranting kering yang kecil,
akan tetapi setelah berada di tangan pemuda murid Koay Lojin ini, tongkat kecil itu
berubah seperti ular yang berbisa dan sekali pagut saja akan dapat merobohkan
lawan! Namun, sekali Kong Hwat menghadapi keroyokan dari orang-orang Mongol
yang amat banyak meskipun orang-orang Mongol ini hanya terdiri dari perwiraperwira kasar, akan tetapi karena saking banyaknya, Kong Hwat menjadi kewalahan
juga, ia harus mengerahkan tenaganya memainkan tongkatnya dengan sungguhsungguh!
Pada saat itu, berkelebat sesosok tubuh diiringi suara nyaring yang berkata
kepada Kong Hwat yang tengah terkepung.
ngan melawan tentara Mongol. Negara kita sudah
Han Soan Li yang terus saja menggerakkan sabuk suteranya membuka jalan bagi
Kong Hwat. Girang sekali hati pemuda itu begitu munculnya Han Soan Li, entah mengapa
dadanya berdenyar keras. Semangatnya menaik seratus derajat. Sambil
menggerakkan tongkatnya menotok seorang lawan, Kong Hwat menoleh dan
menyahut: -matian melawan tentara -tikus Mongol ini, mencari mampus saja,
Demikianlah atas bantuan gadis perkasa Han Soan Li, Kong Hwat dapat terlepas
dari kepungan tentara Mongol yang banyak ini. Dengan berlari-lari pesat keduanya
menuju ke pantai. Tidak ada perahu di sana. Akan tetapi Soan Li melempar sebuah
papan. itu ke laut. Melihat kecerdikan gadis ini. Kong Hwat menjadi girang dan tubuhnya
melesat ke tengah laut dan meluncur di atas sebilah papan.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 404
yoza collection memanggil gadis itu dengan sebutan mesra. Merah wajah si gadis saking malu dan
jengah. Akan tetapi tanpa banyak cakap, Soan Li sudah menggerakkan tubuhnya
melesat ke tengah laut. Tangan gadis itu terulur, cepat Kong Hwat menyambut.
Kong Hwat mengedangkan kedua tangannya, tubuh Soan Li mencelat ke atas dan
hinggap berdiri kedua lengan Kong Hwat.
Girang sekali Kong Hwat melihat akan si gadis. Terutama sekali, hemm, entah
mengapa Kong Hwat suatu perasaan yang membuat hati Kong Hwat berdenyardenyar penuh kebahagiaan. Demikianlah dengan berdiri di atas kedua lengan Kong
Hwat, gadis itu meluncur ke tengah laut, meninggalkan pulau Bidadari!
ooOOoo Pada saat itu dari tengah laut meluncur seekor burung rajawali menuju ke
pulau. Pekiknya yang panjang terdengar bergetar dari bawah.
Seorang kakek bersimpuh di atas punggung rajawali raksasa memandang ke
bawah mengawasi pertempuran yang tengah terjadi. Dan apabila kakek itu melihat
seorang tinggi besar dan kelihatannya berwibawa, burung rajawali itu menukik
turun dan menyambar mengelepakkan sayapnya memukul lima orang Mongol yang
keruan saja menjadi terkejut dan tubuhnya terjungkal jauh. Hebat sekali pukulan
sayap rajawali ini, sekali gebrak lima orang Mongol terjungkal tanpa dapat bangun
lagi! Khu Bilay Khan memerintahkan orang-orangnya untuk mundur.
-hati terhadap orang yang baru datang. Ia melihat ada seorang kakek tua, kedua kakinya
sudah buntung, berambut putih dan berjenggot putih pula duduk di atas punggung
rajawali emas dan memandang dengan tajam.
buntung bertanya sambil menatap panglima ini dengan tajam.
Kakek kaki buntung itu merogo sakunya, mengeluarkan sebuah surat yang
bertulisan tinta emas dan bersimbul kerajaan Mongol.
surat yang tentu saja amat dikenal. Itulah tulisan Kaisar Mongol, pamannya.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 405
yoza collection dan diperalat oleh Pay-cu Sian-li-pay, Busambil berkata demikian si kakek buntung melemparkan surat yang ditulis oleh
Kaisar untuknya. Merah wajah Khu Bilay Khan membaca teguran dari pamannya. Hampir saja ia
tidak percaya akan bunyi tulisan itu. Gila! Benar-benar goblok aku ini, benarkah Butek Sianli merencanakan untuk menguasai Tiongkok dan dengan licin telah
memperalat tentara Mongol"
Memang demikianlah adanya. Bu-tek Sianli mempunyai rencana untuk
menghancurkan kerajaan Song dengan meminjam kekuatan tentara Mongol, kini
baru saja panglima Khu Bilay Khan itu diperalat mengerahkan tentara Mongol
hanya untuk menangkap seorang pemuda lengan buntung" Gila!
Dengan marah sekali Khu Bilay Khan memerintahkan anak buahnya untuk
menghentikan pertempuran. Dan menarik kembali pasukannya kembali ke Kotaraja
ibu kota yang sudah ditaklukan!
Sementara itu, Tiang Le berlari dengan amat payah sekali. Luka di dada dan
punggungnya cukup mengeluarkan darah banyak. Berkali-kali ia jatuh terjungkal,
untung saja di samping ada Bwe Lan yang bersedia mendampinginya mati-matian.
Akan tetapi saking paniknya kedua orang muda itu, sehingga Bwe Lan salah
memilih jalan. Ia menemui jalan buntu. Di ujung sana itu, terbentang lautan Po-hay
yang luas. Ia telah berdiri di atas tebing batu karang yang amat curam. Bwe Lan
terkejut bukan main. Sementara maki-makian Bu-tek Sianli mengguntur di belakangnya. Dan disitu
telah muncul Bu-tek Sianli dan serombongan dara Sian-li-pay. Mereka sudah
mengurung Bwe Lan dan Tiang Le dengan sikap mengancam.
dan menyatakan -tek Sianli memerintah. Akan tetapi mana Tiang Le mau berlutut. Dengan marah ia sudah mencabut
pedang buntung. Dan berkata keras,
-tek Sianli, Nenek curang, jahanam! Hari ini, aku Tiang Le mengadu nyawa
menyentuh lengan kiri Tiang Le! Bangkit semangat Tiang Le,
-tek Sianli memberi aba-aba dan seratus gadis Sian-li-pay menyerbu Tiang Le.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 406
yoza collection Kalau tadinya pemuda lengan buntung ini merasa segan untuk melukai gadisgadis cantik ini, akan tetapi, karena tiada jalan lain, ia mainkan pedang buntungnya
dengan jurus Tok-pik-kiam-hoat! Luar biasa sekali sepak terjang Tiang Le, biarpun
ia sudah terluka berat di dadanya, namun gerakannya masih gesit dan pedangnya
masih mantap dan kuat! Melihat Tiang Le sudah dikeroyok, Bwe Lan mengeluarkan sabuk suteranya dan
mainkan ilmu cambuknya. Akan tetapi, si nenek Bu-tek Sianli menggereng marah
kepada bekas muridnya. Tanpa memberi peringatan dengan terlebih dahulu kedua
tangan si nenek bergerak ke depan membokong Bwe Lan, keruan saja merasa angin
pukulan yang amat dahsyat menyambar dari belakangnya.
Bwe Lan mengibaskan sabuknya menangkis, akan tetapi dengan beruntun
menyambar lagi pukulan tangan kiri si nenek. Terdengar jeritan Bwe Lan waktu
merasa tubuhnya terlempar dan melayang jauh, terguling dari tebing yang amat
curam. Mendengar ini Tiang Le menjadi terkejut sekali. Begitu ia melirik, tubuh Bwe Lan
sudah melayang-layang jatuh dan di bawah tebing bergelombang ombak laut
mengeluarkan suara berdebur keras.
gemuruh ombak di bawah yang memecah karang.
Tiang Le menjadi nekat. Ia menjadi marah sekali melihat Bwe Lan sudah
terjungkal masuk jurang dari tebing yang amat tinggi ini masuk ke dalam laut Pohay. Maka serangannya penuh dengan kemarahan dan dahsyat.
Bu-tek Sianli terpaksa menangkis dengan pedang tipisnya dan terdengar suara
nyaring ketika pedang di tangan Tiang Le buntung terbabat pedang tipis Pek-liongpokiam. Akan tetapi Tiang Le yang gagah perkasa ini tidak menjadi gentar. Dengan
pedang yang semakin pendek ini ia masih lihai sekali dan mendesak makin hebat!
-tek Sianli, katakanlah bahwa kau benarTiang Le bertanya.
Ia masih teringat akan keselamatan gadis itu. Entah mengapa apabila ia teringat
Pei Pei, ia menjadi bersemangat dan tenaganya berlipat ganda.
Akan tetapi, mana Bu-tek Sianli mau menyahut, ia malah merangsek Tiang Le
dan mengerahkan pengemis baju kembang-kembang dan dara-dara Sian-li-pay
untuk mengeroyoknya! Sedangkan ia sendiri, karena merasa Tiang Le ini tak dapat
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 407
yoza collection ditaklukan, ia berkelebat lenyap di antara banyak gadis-gadis Sian-li-pay yang


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengurung Tiang Le! Sambil mengeluarkan suara keras, Tiang Le menggerakkan pedangnya. Pedang
buntung itu bergerak cepat dan tiga orang pengemis baju kembang yang
mengeroyoknya terjungkal dengan dada menyemburkan darah!
Hebat sekali sepak terjang pemuda lengan buntung ini. Tiga anak panah yang
menancap di dada dan punggung bergerak-gerak waktu Tiang Le mencelat ke sana
ke mari. Semakin cepat ia bergerak, semakin pening dirasakan kepalanya. Tak tahu
lagi ia, berapa banyak sudah korban yang jatuh!
Karena pemuda itu setengah sadar dan gerakannya sudah tidak lagi terarah,
tubuhnya menjadi limbung, ia terhuyung-huyung. Pedangnya yang sudah
bermandikan darah berkelebat terus, walau pada saat itu tidak ada lagi manusia
didekatnya. Semua pengemis baju kembang sudah menggeletak di tanah mandi
darah. Gadis-gadis Sian-li-pay sudah mati dan menggeletak malang melintang.
Di tempat itu, di atas tebing yang amat tinggi keadaan amat menyeramkan dan
sunyi senyap. Deburan ombak memecah batu karang di bawah sana itu, meningkahi
kesenyapan yang menghantui tempat ini!
Perlahan-lahan gerakan Tiang Le menjadi lemah.
Tubuhnya yang penuh darah merah terhuyung-huyung. Dan hampir saja dia
terjungkal ke belakang kalau saja tidak ada seorang yang menubruknya sambil
menangis. Suara gadis. Pei Pei memeluk tubuh pemuda itu, Tiang Le membuka matanya. Bibirnya
bergetar perlahan: -moay.. . ka Pei Pei menjerit ngeri melihat tubuh Tiang Le sudah bermandikan darah merah.
Tiga buah lubang yang menembus oleh anak panah masih menancap di dada dan
punggungnya. Gadis itu menangis, memeluk Tiang Le hendak mencabut anak panah
yang menancap di dada itu, akan tetapi Tiang Le menjerit menahan nyeri yang
amat hebat. Pei Pei menangis. Ia tidak sangka keadaan Tiang Le sampai menjadi begini. Ia
sendiri sebetulnya diperlakukan baik-baik oleh Bu-tek Sianli dan malah diberi
kebebasan berada di pulau ini. Bu-tek Sianli mengatakan bahwa ia akan
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 408
yoza collection mengundang Tiang Le, siapa sangka justru, nenek sakti yang licik itu mencelakakan
Tiang Le! Angin kering berhembus dari arah pantai.
Suasana menjadi sunyi senyap. Pei Pei memapah tubuh Tiang Le berjalan
perlahan-lahan. Sementara seluruh tubuh Tiang Le penuh dengan noda-noda darah
dan terasa amat lemas sekali. Tiga buah anak panah masih menancap di dada dan
punggungnya mengeluarkan darah yang sudah mengering
Sementara deburan suara ombak menjerit-jerit menggelepar menghantam
dinding batu karang yang kokoh kuat, tak terobohkan. Dan air laut memercik tinggi,
merupakan pancuran yang mental dari cela-cela batu karang.
TAMAT Pendekar Lengan Buntung - Halaman 409
Api Di Bukit Menoreh 14 Kisah Para Penggetar Langit Karya Normie Jaka Lola 12
^