Pencarian

Pendekar Lengan Buntung 7

Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw Bagian 7


Bu-tek Sianli dan Hok Losu, tulang pundaknya terhantam pukulan tongkat dari
pengemis baju kembang yang tak keburu ia tangkis dengan sulingnya.
Amat kerasnya hawa pukulan dari dua orang sakti itu, membuat Ho Siang
memuntahkan darah segar tiga kali. Wajahnya menjadi pucat seperti kertas.
Dadanya terasa nyeri bukan main, cepat ia berdiri dan terhuyung-huyung,
lagi dari Bu-tek Sianli menerjang dahsyat. Saking kerasnya suara angin berciutan
dan belum lagi tangan Bu-tek Sianli menyentuh tubuh pemuda itu, tubuh Ho Siang
terlempar keras dan muntahkan darah lagi.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 316
yoza collection -tek Sianli. Inilah pedang
simpanan yang jarang sekali ia pergunakan. Pedang Toat-beng-kiam!
Nenek dari Sian-li-pay ini
menerjang dengan pedang terhunus dan tubuhnya melayang ke arah dada Ho
Siang. dengan amat kerasnya. Bu-tek Sianli terhuyung-huyung mundur. Matanya
membelalak memandang seorang kakek yang tahu-tahu bersila di depan Ho Siang.
Kakek ini sudah amat tua sekali, berusia hampir delapanpuluh tahun.
Rambutnya sudah putih semua, berpakaian amat sederhana terbuat dari bahan
kain yang kasar. Dan kedua kakinya buntung sebatas dengkul!
-tek Sianli tergetar memandang kakek yang kedua,
kakinya buntung. Ia memandang dengan tak berkedip, seakan-akan tidak percaya
akan penglihatan matanya.
tung itu berkata gagap, pandangan
matanya menatap Bu-tek Sianli dengan tatapan sayu.
arah kematian. Mereka yang tak sadar tak akan mati.. . . . Wiwi.. . . . aku mengajak
kembali ke gunung, mencari penerangan abadi dan hidup sebagaimana yang mesti
kita wajib hidup, akan tetapi betapa sesatnya kalau kita hidup ini hanya untuk
merusak.. . . . Sadarlah Wiwi bahwa perbuatanmu untuk menguasai daratan Tiongkok
hanyalah angan-angan belaka, biarlah kau menguasai dirimu sendiri.. . . barulah itu
pandangan heran dan terkejut. Ia sendiri tadi tak mengerti bagaimana caranya
orang ini menolong pemuda itu dari terjangan pedang yang amat dahsyat dari Butek Sianli"
-apa bukan" Bu-tek Sianli mulai tak senang.
Akan tetapi ia merasa segan juga kepada kakek kaki buntung ini.
menutup hati dan menulikan telinga bagi rakyat di luar kota Wu-nian yang tengah
menjerit-jerit kelaparan dan ratap tangis sepanjang hari. Engkau.. . . ahhh, Wiwi.. . .
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 317
yoza collection tidak ada hubungan apa-apa. Cihh! Masih saja seperti dulu, lemah dan.. . . ah
sayu. Ho Siang yang terluka dalam di dadanya merasa heran mendengar adegan
antara si Nenek dan si Kakek buntung. Siapakah kakek ini"
Kakek sakti yang telah menolongnya dengan cara yang luar biasa, dan ia
merasa benar, setelah dadanya seperti ada yang menepuk tadi, terasa dadanya
tidak sesak seperti tadi dan setelah mengerahkan hawa murni di dada, ia merasa
segar kembali. Diam-diam ia mendengar terus, pura-pura masih dalam keadaan terluka.
Apabila melihat kedua kaki si kakek yang buntung sebatas pundak, hibalah rasa
hatinya. padaku, sungguh lucu, setelah kita menjadi kakek-kakek dan nenek engkau masih saja
bersikap romantis.. . . hik hik, Heng San apakah tahu.. . . bahwa sesungguhnya aku
u kau sudah lupakan aku. Mengapa kau mencampuri urusanku. Heng
mana dapat orang bergembira,
sedangkan dunia ini penuh siksa dan noda,
kenapa kau tak cari pelita,
-kata apa pula yang kau keluarkan
menghina Paydua telapak tangan Hok Losu yang merasa terkena sindir oleh kata-kata yang
diucapkan oleh kakek buntung ini.
Ingin sekali dengan sekali hantam kakek buntung ini mampus dan agar hatinya
menjadi lega dan tidak merdengar lagi kata-kata yang sesungguhnya amat
memuakkan bagi pandangannya.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 318
yoza collection Memang aneh benar, Hok Losu pada hal adalah seorang hwesio agama Budha,
akan tetapi karena memang hwesio muka hitam ini adalah hwesio sesat, tentu saja,
mendengar ayat-ayat suci dari Kitab Dharmapala yang sesungguhnya ia hapal di
luar kepala yang botak itu, merupakan tamparan bagi mukanya. Maka tanpa
menghiraukan Pay-cu Sian-li-pay ia sudah bergerak memukul kepala si kakek
dengan pukulan yang amat dahsyat!
Akan tetapi aneh, seakan-akan tak dapat dipercaya oleh penglihatan mata.
Karena gelombang angin pukulan Hok Losu menyambar dada si kakek kaki buntung,
tahu-tahu tubuh Hok Losu tergetar hebat dan cepat-cepat ia bersemedi
mengerahkan hawa sin-kang. Terasa dadanya bergetar hebat. Wajahnya yang
hitam menjadi pucat membelalak memandang kakek buntung itu!
akan jubah kuning tanpa lebih dulu
membersihkan diri dari kotoran bathin, yang tak mengerti kenyataan dan tak
mengendalikan dirinya, maka tak layaklah dia memakai jubah kuning itu, tetapi
barang siapa yang membuang kekotoran bathin, menjalani segala kebajikan, disiplin
terhadap diri sendiri serta berbuat kebenaran, maka sesungguhnyalah ia layak
-mudahan Thian memberi jalan terang kepada Wiwi, biarlah
aku akan pergi, dan membiarkan pemuda belakangku ini keluar bersamaku.. . . aku
-tek Sianli membantah. kepada orang muda ini untuk menggendongku, supaya aku bisa keluar dari
menggendongku, menolongku keluar
Mendengar bisikan si kakek buntung ini, Ho Siang mencelat ke atas dan keluar
menerobos dari balik daun jendela yang terbuka.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 319
yoza collection Bong Bong Siangjin dan Hok Losu dan ketua Hek-lian-pay hendak mengejar
akan tetapi dengan penuh wibawa Bu-kun-bu-tek Lim Heng
-kun-bu-kun-bu-tek. Hemm! Biar kedua kakinya sudah lumpuh, akan tetapi
-tek Sianli berkata seakan-akan pada dirinya sendiri. Walaupun
demikian, ia masih merasa takut dan gentar terhadap kakek kaki buntung yang
pernah menjadi kekasihnya.
Terkejut dan heran bukan main Ho Siang merasakan tubuh si kakek dalam
gendongannya ini ringan sekali bagaikan kapas. Bertambah heran hatinya begitu
sampai di atas genting, dilihatnya banyak anak buah Hek-lian-pay, Hwa-ie-kay-pang
dan Sian-li-pay pada menggeletak dalam keadaan tertotok seperti orang pingsan.
Pandangan mata pemuda itu mencari-cari Nyuk In yang telah mendahuluinya
keluar. Akan tetapi ia tidak melihat tubuh Nyuk In menggeletak di sana. Ia menarik
napas ooOOoo Jilid 11 AGAIMANAKAH dengan Nyuk In, Kong Hwat, Sin Thong dan Siauw Yang
yang dikeroyok di atas genteng oleh orang-orang Hwa-ie-kay-pang yang
cukup berkepandaian tinggi itu"
Untuk mengikuti pengalaman ke empat orang muda ini, baik kita mundur
kembali ke belakang sebentar, seperti yang telah diceritakan pada bagian depan,
Nyuk In yang berusaha untuk menolong Biauw Eng dan Hok Sun ternyata setelah
sampai di atas genteng itu dihadang oleh banyak orang pengemis-pengemis Hwaie-kay-pang dan beberapa tokoh Hek-lian-pay dan gadis-gadis Sian-li-pay yang
berkepandaian tinggi! Pada Nyuk In tengah terdesak itu, muncul Sin-thong, beserta Siauw Yang dan
tak lama kemudian disusul oleh berkelebatnya bayangan Kong Hwat yang
memainkan jurus-jurus Fu-niu-san-tung-hoat (ilmu tongkat gunung Fu-niu) yang
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 320
yoza collection lihai itu. Ke tiga orang muda ini mengamuk, merangsek memecahkan pengeroyokan
terhadap seorang gadis. Pedang Samurai Sin Thong berkelebat-kelebat dengan amat kuatnya, dengan
diiringi bentakan-bentakan jurus-jurus karate dimainkan dengan tangan kirinya,
sedangkan Siauw Yang tak kalah hebatnya pula, ia mainkan ilmu pedangnya
dengan merangsek tiga orang gadis Sian-li-pay mendesaknya.
Melihat bahwa tiga orang muda ini datang membantunya, Nyuk In girang sekali
hatinya. Apalagi melihat Sin Thong dan Siauw In yang pernah ia kenal sewaktu
mengunjungi pesta ulang tahun Lo Ban Theng dengan mainkan jurus kipas
hitamnya menerjang lima orang Hwa-ie-kay-pang dengan hebat lagi.
Akan tetapi diam-diam gadis ini mengeluh, karena semakin lama semakin
penuh tempat itu dikurung oleh orang-orang Hwa-ie-kay-pang. Apalagi setelah di
situ muncul pemuda pemudi yang kelihatannya berotak miring yang sambil tertawa
seperti orang gila mulai maju mengeroyok.
Terkejut bukan main gadis perkasa ini, apalagi ditambah dengan munculnya
sepasang kakek nenek yang dikenal dengan julukan Jing-tok-siang-lomo (Iblis Tua
Racun Hijau), maka lama kelamaan Nyuk In menjadi kewalahan juga dan terdesak
oleh sambaran-sambaran pukulan yang ganas dari Jing-tok-siang-lomo, A Mey dan
A Thiong. Di lain pihak, Kong Hwat juga mulai terdesak oleh munculnya nenek Sianli Kukoay yang telah mencelat ke atas dan diikuti oleh seorang perwira bercambuk
hitam Oey Goan dan beberapa perajurit pilihan yang mengepungnya. Ia benar-benar
menjadi terdesak hebat, berkali-kali tongkatnya beradu dengan tongkat Sianli Kukoay, ia terhuyung-huyung dan kuda-kudanya tergempur.
Tiba-tiba telinganya mendengar pekik kesakitan dan begitu ia menoleh
alangkah kagetnya hati pemuda itu melihat gadis cantik yang datang membantunya
telah terpental ke belakang oleh pukulan tongkat kakek pengemis baju kembang
yang menggerakan tongkatnya menotok dada kiri si gadis. Siauw Yang terhuyung
ke belakang dan dari bibirnya mengeluarkan darah.
Kong Hwat menggerakan tongkatnya hendak menolong gadis itu, akan tetapi
sebuah sinar perak panjang berkeredep dan tahu-tahu Sin Thong sudah
menyambar tubuh Siauw Yang dan menggerakan pedang samurainya mengirim
sabetan ke arah tongkat lawan dan mencelat ke belakang.
menyusut darah yang mengalir dari cela-cela mulut gadis itu. Wajah Siauw Yang
menjadi pucat. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 321
yoza collection Lima orang perajurit kerajaan menerjang maju, dipimpin oleh Oey Goan sambil
membentak keras mengirim serangan cambuk. Sin Thong menjadi marah sekali,
waktu cambuk itu meluncur ia mengangkat pedangnya membabat, pedang itu
terbelit cambuk akan tetapi dengan gerakan amat cepat dan diiringi bentakan keras
tangan kiri pemuda cebol itu melakukan pukulan karate dengan telapak tangan kiri
dimiringkan, dibarengi dengan tendangan-tendangan yang meluncur dengan
dahsyat mendupak dada Oey Goan.
kepala perwira itu terpental ke belakang, pedang samurai
pemuda cebol itu terlempar oleh tarikan cambuk yang amat kuat, cepat tubuh Sin
Thong berkelebat dan menyambar pedang samurai yang masih melayang di udara,
kemudian dengan gerakan yang luar biasa cepatnya dari udara, tubuhnya meluncur
ke bawah dengan pedang menusuk ke dada Oey Goan yang terjengkang tadi.
Amat cepatnya gerakan ini, perwira itu tak dapat lagi berkelit, pedang samurai
Sin Thong menamblas dada Oey Goan, terdengar teriakan ngeri. Darah merah
muncrat ke atas bagaikan air pancuran. Dua orang perwira berseru marah:
pedang menyambar berkeredep dengan cepatnya. Akan tetapi, sungguh luar biasa
pemuda ini, begitu ia menjongkokan tubuhnya pedang samurai berkelebat ke
belakang. Terdengar jeritan ngeri. Dua perwira sudah kehilangan lengannya, terbabat
putus oleh ketajaman pedang samurai Sin Thong yang menggunakan jurus aneh
tadi! Sin Thong memandang kepada Siauw Yang dengan girang dan wajahnya
berseri. Ia mainkan pedangnya lagi, mendekati Siauw Yang untuk melindungi gadis
pujaan hatinya yang telah terluka di dada sebelah dalam.
Akan tetapi pada saat itu, dari bawah datang pula rombongan kakek-kakek
pengemis Hwa-ie-kay-pang dan di depan sekali nampak seorang pendeta Lhama
yang berkepala gundul lari mencelat bagaikan terbang cepatnya. Pendeta Lhama
ini, langsung saja menyerang Sin Thong dan sebagian pengemis Hwa-ie-kay-pang
mengurung tempat dengan ketat.. .
Ketika pendeta Lhama berada di depan Sin Thong, pemuda cebol ini melihat
bahwa Lhama ini bertubuh tinggi sekali dan bermata biru, sedangkan jubahnya
yang lebar itu berwarna kuning. Pendeta Lhama ini memegang sebuah tongkat
panjang yang ujungnya dipasangi kaitan besi yang berkilau karena tajamnya.
Lhama ini berdiri sambil bertolak pinggang:
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 322
yoza collection -ie-kay-pang" Apakah kalian ini sudah bosan
Sin Thong menjura: Kalau tidak kematian akan menjemput kalian. Pek Pek Hoatsu akan mencabut
eta gadungan bangsat, disertai sabetan pedang samurai dengan amat kuatnya.
Akan tetapi alangkah heran dan terkejutnya ketika begitu pedangnya membabat
pinggang lawan, tahu-tahu tongkat panjang pendeta Lhama itu sudah menempel di
pedang itu dan tak dapat ditarik kembali. Begitu pendeta Lhama itu menggerakan
ujung jubahnya, tahu-tahu tubuh Sin Thong telah terpental oleh pukulan jubah
kuning yang lihay pada pundak Sin Thong.
anak muda pada nggak tahu diri.. . Masih begini muda sudah berani
memasuki sarang naga dan harimau hee.. hee. Eh! Hay Tok, coba kau lawan pemuda
Hay Tok. Anak muda ini dari Tibet bertubuh tinggi besar, kekar dan kedua tangannya
berbulu, kepalanya besar dan matanya lebar berwarna biru. Dengan sikap sombong
pemuda Hay Tok ini mengeluarkan cambuk hitamnya.
suara cambuk melecut di udara.
Pada saat itu, entah dari mana datangnya tahu-tahu disitu telah berdiri seorang
kakek yang kedua kakinya buntung sebatas dengkul, dan entah dengan cara
bagaimana tahu-tahu cambuk Hay Tok sudah terlepas sebelum mengenai tubuh
pemuda cebol itu. dengan pesatnya. Setelah memutuskan nafsu dan kebencian barulah akan
mencapai kebebasan.. . Pek Pek Hoatsu, kembalilah ke puncak.. . Ikutilah delapan jalan
Melihat kakek buntung tahu-tahu telah berdiri di atas wuwungan menggunakan
dengkulnya sebagai telapak kaki, sehingga tubuhnya kelihatan pendek seperti anak
kecil dan entah dengan cara bagaimana tahu-tahu telah merampas cambuk Hay
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 323
yoza collection Tok, Pek Pek Hoatsu yang tidak mengenal kakek buntung menjadi marah dan
membentak keras: ia memutuskan segala ikatan-ikatan duniawi: Tiada penderitaan yang menimpah
orang yang terikat oleh NAMA dan RUPA, yang tak mengakui sesuatu benda sebagai
bukan, hwesio bukan.. . . . seenaknya saja menguraikan ayat-ayat dari kitab
Dharmapada. Untuk ini saja aku harus memberi hukuman kepada manusia yang
begitu serampangan berbicara tentang ayat-ayat suci. Hemm, orang tua buntung,
kau orang lain, sedang -benar sudah sinting! Dirimu sendiri saja sudah tidak kau
kenali, apalagi kalau bukan kau telah menjadi gila, ha ha ha, orang tua! Hanya orang
gilalah yang sudah tidak dapat meng
meladeni orang kakek buntung ini. Kalau saja ia tidak ingat bahwa kakek ini
demikian sakti tentu ia akan menggebrak kakek ini dan memukul sekali mati!
Kakek kaki buntung itu menoleh kepada Sin Thong dan Siauw Yang dan berkata,
Bagaikan orang yang baru sadar, Sin Thong dan Siauw Yang memandang ke
sekeliling dan apa yang mereka lihat, semua para pengemis Hwa-ie-kay-pang dan
gadis-gadis Sian-li-pay menggeletak di atas genteng dalam keadaan seperti orang
tidur nyenyak. Juga nampak di tempat itu, Sianli Ku-koay dan Hek-sin-tung pangcu dalam
keadaan seperti orang tertotok, tak dapat menggerakan tubuhnya. Berdiri dalam
posisi seperti orang hendak menyerang, sedangkan anak buah Hek-sin-tung pangcu
menggeletak di genteng malang melintang.
Sesungguhnya apakah yang terjadi"
Waktu Nyuk In, Kong Hwat dikeroyok oleh banyak orang-orang Hwa-ie-kay-pang
dan telah terdesak hebat, tiba-tiba entah bagaimana caranya tahu-tahu para
penyerang yang terdiri dari orang-orang Hwa-ie-kay-pang, Hek-lian-pay dan SianPendekar Lengan Buntung - Halaman 324
yoza collection li-pay menjadi seperti orang kehilangan semangat dan satu persatu melepaskan
senjatanya dan terhuyung-huyung ke belakang roboh dalam keadaan pingsan.
Tentu saja menjadi kejadian yang aneh ini, Sianli Ku-koay menjadi marah bukan
main dan ia terus merangsek Nyuk In, mengirimkan serangan-serangan dahsyat
yang mematikan. Akan tetapi belum lagi lawannya itu menangkis tongkatnya, tahutahu serangkum angin lembut menyambar di belakangnya.


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Keruan saja Nenek ini menjadi marah, mengira ada orang yang membokongnya
dan sekali tangannya bergerak mendorong, terdengar suara keras. Atap genting
wuwungan menjadi hancur berantakan dan bersama dengan gerakannya itu, tahutahu sebuah benda kecil menyambar dan tepat menyentuh pundaknya, tak sempat
lagi Nenek itu berkelit tahu-tahu tubuhnya menjadi lemas dan roboh!
Nyuk In menjadi keheranan melihat kejadian ini.
Terdengar suara lembut, seakan-akan berbisik di dekat telinganya, amat pelan
suara itu, akan tetapi jelas terdengar olehnya.
ketua Hwa-ie-kay-pang dan yang telah kehilangan ingatannya, jangan perdulikan lagi
mereka yang masih bertempur, cepatlah.. . Lari ke pinggir kota, di sana ada
kelenteng tua, biar aku menolong pemuda murid Nakayarvia, jangan terlambat,
selagi masih ada kes Tahulah Nyuk In bahwa diam-diam ada orang yang telah menolongnya maka
dengan gerakan yang gesit ia menyambar tubuh Hok Sun dan Biauw Eng dan
berlari meninggalkan gedung Hwa-ie-kay-pang itu.
Demikianlah, tak lama bayangan Nyuk In berkelebat lenyap, sesosok tubuh telah
mencelat ke arah pertempuran di sebelah kanan dan seperti yang telah dituturkan
pada bagian depan kakek buntung ini berhasil menolong Kong Hwat dari tangan
Pek Pek Hoatsu dan muridnya!
Melihat bahwa kakek buntung ini tentu seorang sakti, tanpa membuang waktu
lagi Sin Thong menarik tangan Siauw Yang,
Sin Thong dan Siauw Yang berkelebat. Terdengar suara Pek Pek Hoatsu
Tubuh pendeta Lhama itu mencelat mengejar kedua orang muda yang
berkelebat hilang ditelan gelap, akan tetapi begitu tangan kiri kakek buntung
terangkat, bagaikan ada tenaga yang amat dahsyat yang telah menahan Pek Pek
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 325
yoza collection gila, apa dan hidup" Siapakah orangnya yang dapat menentukan hidup matinya seseorang"
Ibarat kematian itu seperti seorang pencuri yang datang dengan tiba-tiba, entah
siang, entah malam, entah besok, entah lusa, he! Mengapa kau bisa menentukan
aku sudah bosan hidup" Seandainya aku bosan hidup, tapi kalau nyawa ini masih
beta tinggal di tubuhku yang tua ini, siapapun tiada yang dapat menentukan
Sambil membentak keras Pek Pek Hoatsu menggerakan tongkat panjang, menyabet
kepala si kakek buntung itu.
kakek itu bergerak mendorong, tahu-tahu tubuh Pek Pek Hoat-su yang tinggi besar
itu sudah terpental dalam keadaan tertotok oleh angin pukulan yang dahsyat yang
menyambar dari tangan kiri.
Keruan saja pendeta Lhama itu bergulingan, tubuhnya bergedebuk jatuh di
tanah. Sementara itu Hay Tok menjadi marah bukan main, dengan sekali berkelebat
tubuhnya melayang mengirim pukulan maut ke arah dada si kakek kaki buntung.
Nampak kakek itu hanya meramkan mata dan membiarkan dadanya terhantam
pukulan si kakek. ebat sekali pukulan yang berat dari tangan kanan Hay Tok
yang penuh bulu itu. Akan tetapi, bukan si kakek kaki buntung itu yang terpental,
melainkan tubuh Hay Tok itulah yang roboh di depan si kakek, seperti orang berlutut
tak bergerak lagi dalam keadaan tertotok.
Hening sekali suasana di atas genteng itu.
Tubuh si kakek kaki buntung berkelebat dan langsung memasuki sebuah
gedung besar bercat merah dan secara kebetulan sekali kedatangannya ini
menolong Ho Siang yang tengah terancam di tangan Bu-tek Sianli dan tokoh-tokoh
kaum hitam yang lihai itu!
Dan Ho Siang berhasil keluar dari gedung sambil memondong tubuh si kakek
kaki buntung dan berkelebat lenyap dari balik gedung tinggi yang gelap oleh sinar
bulan yang tersembunyi di balik segumpalan awan hitam!
Angin dingin menerjang. Malam semakin panjang! Pendekar Lengan Buntung - Halaman 326
yoza collection ooOOoo Sin Thong menarik tangan Siauw Yang dan berlari cepat keluar dari gedung
Hwa-ie-kay-pang dan terus ia berkelebat ke arah pintu gerbang kota dan tiba di
sebuah kelenteng tua. Nampak sebuah lilin menyala menerangi ruang dalam
dengan samar-samar. Cepat mereka itu masuk ke dalam.
Betullah seperti apa yang dikatakan oleh kakek kaki buntung bahwa di dalam
kelenteng itu telah menanti Nyuk In, yang tengah mencoba mengobati Biauw Eng
dan Hok Sun yang telah hilang ingatannya dan kelihatan seperti orang bodoh itu.
Melihat kedua orang muda yang masuk, Nyuk In mengenal dua orang yang
rterima kasih kepada kami Nona, yang menolong kita adalah
mengangguk-angguk saja. Teringat ia akan suara yang pernah didengarnya.
Mungkin suara yang lembut yang didengarnya itu adalah suara kakek kaki buntung"
-cepat pergi dan berkumpul di
Begitu melihat wajah gadis itu nampak pucat dan nampak noda darah pada
Tentu saja Nyuk In tidak tahu bahwa Siauw Yang adalah puteri Yok-ong Lo Ban
Theng, si raja obat. Sudah barang tentu sedikit-sedikitnya puterinya ini dapat
mengerti hal pengobatan. Begitu Nyuk In teringat. -ong Lo Ban Theng dan.. .
aku, Go Sin Thong murid sinNyuk In tersenyum. Teringat ia sekarang kepada dua orang muda ini. Pernah
belum lama ini ia mengunjungi pesta ulang tahun Yok-ong Lo Ban Theng. Tentu
saja ia jadi mengenal Siauw Yang dan Sin Thong.
lupa. Oya, namaku Cung Nyuk In, dan mereka itu adalah Sie Biauw Eng dan Lim Hok
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 327
yoza collection yang memandang mereka dengan pandangan bodoh seperti orang kehilangan
semangat. Sekali lihat saja, tahulah Siauw Yang, bahwa kedua orang muda ini mendapat
serangan pada syarafnya. Dengan terheran ia memandang kepada Nyuk In,
-ie-kay-pang. Tadinya aku juga tertawan oleh
mereka, akan tetapi untung aku belum sempat diracuni oleh orang-orang Hwa-iekay-pang yang kejam itu, sayang.. . . Siang koko belum datang, kalau ada tentu Biauw
-koko.. . . si Sin Thong dan Siauw Yang bertanya.
-ie-kay-pang itu Siang-koko masih bertempur dikeroyok oleh Bu-tek Sianli dan orang-orangnya,
entah bagaimana nasib Siangrlahan.
Nada suaranya penuh cemas dan kuatir. Kalau saja tidak bermaksud menolong
kedua temannya, Biauw Eng dan Hok Sun yang kelihatannya amat menguatirkan
ini, tentu Nyuk In akan membantu Ho Siang mengamuk melawan orang-orang Hwaie-kay-pang!
-muda Siauw Yang menunjuk ke pintu. Sesosok tubuh berkelebat masuk dan kalau saja
di situ tidak ada Sin Thong dan Siauw Yang, ingin sekali Nyuk In memeluk orang
yang datang Ternyata yang datang adalah Ho Siang dan si kakek kaki buntung yang
menolongnya. Ho Siang meletakkan tubuh kakek di atas sebuah bangku dan ia
berlutut. dewa yang harus disembah, aku hanya seorang tua tuna tetra.. . . eh, dua orang
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 328
yoza collection n yang memandangnya seperti orang bodoh.
sebuah robot yang dikendalikan oleh tenaga lain dua orang itu, Hok Sun dan Biauw
Eng maju melangkah menghampiri si kakek.
Sinar mata si kakek kaki buntung menatap tajam kepada Hok Sun dan Biauw
Nyuk In berkata sambil mengawasi Biauw Eng dan Hok Sun.
menolong Bertanya begini, si kakek kaki buntung teringat kepada Nakayarvia, pendeta
India mahir dalam pengobatan penyakit-penyakit yang terserang oleh segala
macam racun ular! Waktu ia melawat ke India, pernah sekali kakek buntung yang
pada puluhan tahun yang lalu berjuluk Sin-kun-bu-tek ini, dan pernah ditolong oleh
Nakayarvia, waktu ia terkena gigitan ular cobra yang berbisa. Dan, tentu saja kalau
gurunya mahir dalam segala macam racun, masakan muridnya tidak" pikir kakek
buntung ini. Ho Siang memandang mata Biauw Eng. Sekilas saja dapat mengetahui bahwa
dua orang muda ini telah keracunan bisa ular hijau yang luar biasa itu, maka
dengan sikap hormat ia berkata kepada si kakek buntung:
Si kakek buntung mengangguk-anggukan kepalanya.
Ia lantas meramkan mata dan tak lama kemudian telah tenggelam dalam
siulannya. Ho Siang tak mau mengganggu, ia lantas menghampiri Biauw Eng dan
Hok Sun. Sekali tangannya bergerak tahu-tahu tubuh Hok Sun dan Biauw Eng telah
tertotok dan roboh. Siang, Siauw Yang dan Sin Thong mengikuti ke ruang dalam.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 329
yoza collection -moay, kau bantulah Siang-toako, sedikitnya kau mengerti pengobatan.
Siauw Yang tak berkata apa-apa, ia mengikuti Nyuk In ke dalam. Tak lama
kemudian, baru saja ke tiga orang muda itu masuk ke ruang dalam, Kong Hwat
mendatangi, datang Kong Hwat bertanya kepada pemuda cebol. Sin Thong membalas menjura
dengan sikap hormat. -twako sedang mengobati dua orang teman di ruang dalam, sahabat ini
-iekaybersiulan, ingin ia berbicara akan tetapi Sin Thong mencegahnya.
Melihat kedua kaki kakek ini sudah buntung sebatas dengkul dan nampak pada
wajah yang tua itu penuh dengan keriput dan menampakkan garis-garis
penderitaan bathin yang amat hebat, rambutnya sudah putih semua, kakek itu
tengah tenggelam dalam siulannya. Tubuhnya tak bergerak seperti patung, hanya
pernapasannya itulah yang kelihatan naik turun amat lambat. Melihat kakek ini,
sangat iba hati Kong Hwat!
Ia tak mengganggu kakek kaki buntung itu dan sampai hampir menjelang pagi,
ia mengobrol dengan Sin Thong. Ternyata pemuda cebol ini doyan sekali bercerita.
Sehingga tanpa mereka sadari, hari hampir menyelang pagi. Kokok ayam hutan
terdengar bersahutan menyambut datangnya pagi hari. Sinar matahari angkat
sayapnya memancar hangat mengusir kegelapan malam dan memberi isyarat
kepada manusia di bumi bahwa tugas di depan sedang menanti!!!
Bersamaan dengan keluarnya Ho Siang, Nyuk In, Siauw Yang, Biauw Eng dan
Hok Sun yang sudah mulai sadar, kakek kaki buntung itupun membuka matanya
dan pandangannya menyapu tubuh ke tujuh orang muda yang sedang berlutut.
Apabila pandangannya itu menatap Biauw Eng dan Hok Sun, ia menarik napas
mbuh, hemm! Nona apakah kau ini puteri Sie Tayjin dari
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 330
yoza collection muda yang telah bersatu dan berkenalan satu sama lain.. . dan tanpa kalian sadari,
kalian telah saling tolong menolong.. . . Itulah baik sekali, karena barang siapa yang
tidak ada perhatian kepada sesamanya tidak hanya mengalami banyak kesukarankesukaran dalam kehidupannya sendiri, akan tetapi juga akan mendatangkan
kesukaran-kesukaran dalam kehidupannya sendiri dan lingkungannya. Benarlah
seperti orang-orang tua mengatakan,
perhatika locianpwee tadi adalah ujar-ujar dari Nabi Kong Cu.. . . akan tetapi, apa maksudnya
LUPAKAN DIRI SENDIRI, karena menurut pendapat saya yang bodoh, malah
sebaliknya. Karena kita dikurniai oleh Thian tubuh yang sehat, sempurna dan
sebagaimana adanya, maka kita berhak untuk memperhatikan keadaan diri sendiri,
menjaganya, melindungi, memberi makan, agar tubuh ini merupakan sebuah
pesawat untuk kelangsungan hidup kita, dan memberikan hal-hal yang berguna
untuk kita dan sesama manusia.
ini kotor dan rusak, akhirnya bersarang berbagai macam penyakit, dan mana dapat
jasmani.. . . akan tetapi berapa banyak kah manusia yang memperhatikan dirinya
secara rohani" Dus, karena terlalu cenderungnya manusia kita ini memperhatikan
diri hanya dari segi jasmani, sehingga si kita.
tanpa kita sadari, si aku ini menjadi raja kesombongan, mengingini kemuliaan
tertinggi, tamak dan ingin diperhatikan orang lain dan selalu berkata: LIHATLAH
AKU INI! padahal ia itu tidak tahu, hai manusia siapakah engkau ini" Dalam keadaan
apakah engkau kini" Dan dalam berapa lamakah engkau bertahan hidup
menumpang di dunia ini.. . Ooo, apabila hari Tuhan itu datang, kuasakah engkau
Ho Siang, Nyuk In, Siauw Yang, Sin Thong dan yang lainnya, tidak berani
menentang pandangan si kakek buntung dan mereka tertunduk, tenggelam dalam
alunan filsafat yang dikeluarkan oleh kakek ini. Sebetulnya ingin sekali Ho Siang
membuka mulut, akan tetapi didengarnya si kakek sudah mulai berkata lagi,
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 331
yoza collection putuskanlah aliran itu (kecendrungan melihat diri sendiri, kerahkanlah tenagamu,
enyahkanlah nafsu-nafsu, setelah mengetahui ketidak kekalan semua unsur-unsur
yang berbentuk (unsur-unsur) kehidupan, engkau akan mengenal yang tak
Suasana di dalam kalenteng tua itu hening sekali, suara kokok ayam hutan yang
bersahut-sahutan menyambut datangnya pagi amat keras sekali terdengar.
Sementara matahari merangkak ke atas menyebarkan cahayanya yang berkilat
kemilau laksana tebaran emas mutiara.
terdengar suara Ho Siang. Pemuda ini kagum sekali akan kakek kaki buntung yang
luas pandangannya. berpikir, dan segala keadaan adalah hasil dari pada yang kita telah pikirkan.
Berdasarkan atas pikiran kita dan dibentuk oleh pikiran kita, kalian tentu sudah
mendengar bukan" -kiang menjerit-jerit menahan lapar.
Bencana banjir di Tiongkok selatan belum lagi dapat ditanggulangi oleh Pemerintah
Pusat. -dusun sepanjang sungai Sin-kiang.
Ratusan ribu manusia sudah mati kelaparan, jutaan manusia yang telah kehilangan
tempat berteduh dan kehilangan harta miliknya akibat banjir besar di Tiongkok
Selatan yang menghanyutkan banyak rumah penduduk dan menenggelamkan
ribuan manusia yang tak keburu menyelamatkan diri!
bermunculannya manusia berhati iblis yang secara diam-diam telah mengerahkan
daratan Tiongkok, karena pengkhianat-pengkhianat bermunculan di sana sini.
Pasukan Mongol yang dipimpin oleh Khu Bilay Khan sedang memasang mata untuk
tergerak sekali mendengar cerita si kakek kaki buntung yang biarpun kelihatannya
seperti orang tanpadaksa, akan tetapi bagaikan mempunyai seribu mata dan seribu
telinga. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 332
yoza collection kalian. Aku tak ingin berkhianat, dan tak ingin pula mencampuri diri melibatkan
dengan urusan politik, akan tetapi.. . . kalian patut mengetahui ini, karena kepada
kalianlah tergantung harapan untuk masa datang bagi kalangan pemerintahan
Tiongkok.. . . O ya, orang muda murid Nakayarvia, aku lupa
biarlah aku mewakili gurumu mengutus engkau untuk menyelidiki keadaan yang
genting ini di Kotaraja. Kau carilah seorang pembesar yang bernama Tan Su Ko,
atau lebih dikenal dengan sebutan Tan-tayjin. Nah, kau hubungilah orang itu! Engkau
akan mendapat berita banyak dari padanya.
orang muda yang lain, hati-hatihlah terhadap pergerakan Kay-pang dan awasilah
Pay-cu Sian-li-pay.. . . . Nah, sampai di sini pesanku! Jadilah kalian orang-orang muda
yang berjiwa patriot dan mengabdi kepada kepentingan sesama manusia dan
Sesudah berkata demikian, amat cepat sekali gerakan kakek itu sehingga tanpa
dapat dilihat lagi, tahu-tahu kakek kaki buntung itu sudah tidak berada di tempat
lagi. Sementara matahari sudah naik tinggi, menerangi ruangan di dalam kelenteng
tua yang penuh dengan kabang-kabang dan tak terurus lagi!
ooOOoo Sudah terlalu lama kita meninggalkan Song Cie Lay yang berada di puncak
gunung Hong-san di bawah gemblengan tosu sakti Seng Thian Taysu. Sebagaimana
telah diceritakan di bagian depan, Song Cie Lay inilah murid Swie It Tianglo, satusatunya murid mendiang Swie It Tianglo yang masih belum meninggalkan puncak
Tiang-pek-san dan bertemu dengan supeknya Seng Thian Taysu, diterima sebagai
murid selama hampir empat tahun!
Selama hampir empat tahun lamanya itu, Cie Lay digembleng oleh tosu sakti
Seng Thian Taysu dengan ilmu silat ciptaannya yang bernama Hong-san-cap-jieliong-sin-kun-hoat (Duabelas pukulan naga sakti dari gunung Hong-san).
Berkat ketekunan dan bakat yang luar biasa, selama hampir empat tahun itu,
Cie Lay sudah dapat menguasai ilmu silat yang diturunkan suhunya dengan baik,
malah lebih kuat dan cepat dari yang dimainkan oleh gurunya ini. Girang bukan
main Seng Thian Taysu melihat bakat yang luar biasa yang tertanam dalam diri
muridnya ini, sehingga dengan penuh ketekunan dan kasih sayang yang besar, tosu
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 333
yoza collection ini melatih muridnya dengan luar biasa, sehingga empat tahun lewat dengan
cepatnya. Cie Lay telah menjadi seorang pemuda berusia duapuluh dua tahun,
tubuhnya jangkung dan wajahnya tampan.


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dalam waktu empat tahun ini, kepandaian Cie Lay sudah meningkat tinggi.
Bakatnya yang luar biasa ini, membuat dalam waktu yang singkat kepandaian
suhunya habis sudah dikuras dan dipindahkan ke dalam tubuh pemuda tampan ini.
Cie Lay benar-benar telah menjadi seorang pemuda yang matang, matang lahir
dan bathin, karena disamping suhunya ini menurunkan ilmu silat tinggi, tak lupa
pula tosu Hong-san ini menggembleng Cie Lay dengan ilmu kebathinan untuk
sebagai pegangan dalam diri pemuda itu!
Pada suatu pagi, matahari baru saja mengintip dari balik punggung bukit. Dan
menyebar sinarnya yang merah keemasan dan bersinar cerah.
Seng Thian Taysu, yang nampak sudah kelihatan tua sekali duduk di depan
muridnya, di halaman pondok sederhana yang banyak ditumbuhi oleh tetanaman
yang masih basah diselimuti embun pagi.
pelan dan tergetar. Mendengar suara ini, pemuda itu sampai mengangkat kepalanya
dan memandang suhunya yang menatapnya dengan lembut.
-san, selama itu tidak sia-sia usahaku
menggembleng engkau guna menjadi seorang perkasa. Kepandaianmu kini sudah
cukup tinggi, tinggal saja mencari pengalaman di dunia kang-ouw, ketahuilah bahwa
pada jaman ini banyak sekali tokoh-tokoh sakti yang bermunculan.
Akan tetapi sayangnya, kemunculan tokoh-tokoh ini membawa kesengsaraan
bagi rakyat belaka, merusak aparat negara dan sengaja dengan diam-diam menjadi
musuh dalam selimut untuk menggulingkan pemerintahan. Tokoh-tokoh sakti itu
adalah Bu-tek Sianli, Pay-cu Sian-li-pay, Thay-lek-hui-mo, Hok Losu, hwesio Siauwlim yang tersesat dan yang berkepandaian tinggi dan banyak lagi tokoh-tokoh yang
sudah menggabungkan diri dengan Sian-li-pay yang terkenal itu, oleh karena itu,
Cie Lay hari ini kuperkenankan kau untuk turun gunung, mencari pengalaman dan.. .
ahh mudah- It Tianglo, oleh karena itu, carilah mereka, gabungkan diri dengan mereka.. . . dan.. . soal
pembalasan dendam kepada tiga orang pembunuh gurumu mendiang Swie It
Tianglo, terserah kepadamu saja, akan tetapi ingatlah Cie Lay, jikalau pembunuhan
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 334
yoza collection itu dapat dihindari, janganlah membunuh. Ingat soal kematian bukanlah urusan kita!
terdengar bergetar. Memang sudah lama sekali ia merindukan untuk turun dari Hong-san ini dan
mencari saudara-saudara seperguruannya yang tercerai berai. Hari ini ia akan
turun gunung. -san-kiam kuberikan kepadamu.. . Selamat jalan Cie
di bawah lutut suhunya, sementara kepalanya diusap halus oleh kakek itu.
Demikianlah, bagaikan burung yang lepas dari sangkarnya, Song Cie Lay
menuruni lereng gunung Hong-san yang terkenal tinggi dan berbahaya. Pemuda itu
mulai perjalanannya yang amat sukar dan amat berbahaya.
Makin jauh Cie Lay menuruni lereng gunung itu, semakin tebal embun yang
menyelimutinya dan hawa dingin menyerang dengan hebat sehingga ia menggigil
kedinginan. Terpaksa Cie Lay menunda perjalanannya, kedua kakinya menginjak
ujung karang, melepaskan pandangannya jauh ke bawah.
Disini ia mengerahkan sin-kangnya sehingga tubuhnya tiba-tiba menjadi hangat
sekali seakan-akan ia bukan sedang berdiri di dalam selimutan embun, melainkan
diselimuti oleh cahaya terik panas matahari. Memang lwekang pemuda ini sudah
hebat sekali. Tak lama kemudian dari atas kepalanya mengepul uap putih dan
tubuhnya menjadi berpeluh.
Setelah mengusir hawa dingin yang membuat tulang-tulangnya menjadi kaku
kedinginan, ia lalu melanjutkan perjalanannya. Perjalanan ini memerlukan tenaga
gin-kang untuk menjaga jangan sampai jatuh dari jurang yang penuh dengan batubatu runcing laksana mata pedang yang menonjol.
Akhirnya setelah mengalami daerah dingin di sebelah utara pegunungan Hongsan yang terkenal dengan puncaknya yang berselimut salju itu, dan sesudah ia
berhenti sampai tiga kali mengerahkan hawa sin-kang di tubuhnya untuk mengusir
rasa dingin, seperti es, ia telah keluar dari daerah puncak dan berada di tempat
yang terang. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 335
yoza collection Pemandangan dari situ amat indah, juga menakutkan sekali. Kalau tadi ia
melihat ke bawah, ia hanya melihat halimun yang gelap putih, sekarang, apabila ia
menundukkan kepala memandang ke bawah ia melihat alam yang amat luas di
bawah kakinya. Lereng gunung itu masih amat curam, jauh di sebelah selatan kelihatan
berpetak-petak rumah pondok penduduk, dan sawah ladang yang terbentang luas.
Di depannya nampak pohon-pohon yang kelihatan dari situ amat pendek dan kecil,
akan tetapi indah sekali.
Apabila ia menengadah ke atas, nampak warna warni indah dari pelangi
dibentuk oleh kemilau sinar matahari yang menembus embun mendatangkan
warna yang indah dan menakjubkan!
Setelah sampai di daerah ini, Cie Lay berlari dengan gesit dan cepat,
mempergunakan gin-kangnya mencelat dari atas batu karang ke atas batu karang
yang lain, laksana walet hitam yang beterbangan mengelilingi bunga. Hawa dingin
tidak terasa lagi seperti di atas itu, cahaya matahari mulai menghangati tubuhnya.
Akhirnya, setelah dua jam ia menuruni puncak Hong-san yang penuh dengan
jurang-jurang terjal itu, sampailah ia di sebuah tanah datar dan ketika ia mendongak
ke atas, terlihatlah olehnya bahwa yang dituruninya tadi adalah dinding jurang
gunung yang tinggi menjulang ke atas dan puncaknya, di mana suhunya, Seng
Thian Taysu berada, lenyap ditelan awan putih.
Akan tetapi daerah yang didatangi ini aneh dan asing baginya. Di depannya
terdapat gunung kecil dan di ujung sekali menjulang tinggi sebuah gunung yang
seakan-akan hendak menyaingi Hong-san yang besar.
Cie Lay tidak tahu bahwa itulah puncak gunung Tai-hang-san yang masih
termasuk daerah pegunungan Lu-liang-san. Karena hendak menjumpai manusia
agar ia tahu sampai dimana ia kini berada, Cie Lay tidak membuang waktu lagi dan
cepat melanjutkan perjalanan.
Sebetulnya, pemuda ini tersesat jalan. Seharusnya ia mengambil jurusan
selatan melintasi sebuah anak sungai Ce-kiang yang terkenal di lereng gunung
Hong-san dan menuju ke arah tenggara kota Peng An, akan tetapi sebaliknya malah,
karena Cie Lay tidak mengenal jalan ia mengambil jurusan ke arah utara, jurusan
yang nampak liar dan tak pernah didatangi manusia.
Jalan satu-satunya adalah jalan menurun, dimana di bawahnya itu terdapat
sebuah jurang yang amat dalam dan sayup-sayup oleh pandangan mata yang
terlatih, ia melihat sebuah tanah datar dan pondok sederhana. Karena hanya
dengan cara demikian baru ia dapat keluar dari daerah liar ini, maka Cie Lay
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 336
yoza collection menuruni jurang yang tertutup kabut itu dengan menggunakan ilmu cecak merayap
di atas dinding dan perlahan-lahan tubuhnya yang melengket pada dinding jurang
itu, turun sambil mengerahkan gin-kang dan lweekang!
Untung sekali matahari sudah naik agak tinggi, sehingga kabut di dasar jurang
itu membuyar tersentuh sinarnya.
Ketika Cie Lay sampai di bawah tanah yang amat lembut dan berpasir itu, ia
berhasil lari cepat dan mencari dengan pandangan matanya kalau-kalau di dekat
situ nampak perkampungan. Tiba-tiba ia melihat dua sosok manusia sedang
bertempur dengan amat serunya, amat cepat sehingga bagi mata yang tak terlatih,
akan sukarlah baginya untuk mengikuti jalannya pertempuran. Hanya nampak
bayangan merah dan putih berkelebat-kelebat dengan amat cepatnya, sebentarsebentar terdengar saara senjata beradu memercikan kembang api di udara.
Cie Lay terkejut bukan main, ia dapat melihat jelas jalannya pertempuran itu.
Dapat melihat siapa yang tengah bertempur dengan amat serunya itu.
Seorang wanita muda, cantik, berpakaian kembang-kembang merah, rambutnya
yang panjang terurai sebatas pundak, nampak demikian gesit sekali menerjang
seorang pemuda baju putih, kedua-duanya bersenjata sebuah pedang pendek yang
melengkung, berkilau-kilau cahaya kebiruan dan untuk sejenak Cie Lay hanya
bengong memandang kedua orang muda yang bertempur mati-matian itu.
Dua orang muda itu, amat dikenalnya, Liok Kong In dan Lie Bwe Hwa.
Seperti yang telah dituturkan di bagian depan, Kong In dan Bwe Hwa, masingmasing telah mempelajari sebuah kitab peninggalan dari ke dua orang kakek sakti
yang bernama Hek-pek-hwa-moko yang telah meninggal dunia. Bwe Hwa
mempelajari kitab peninggalan Pek-moko, dan mempelajari ilmu silat yang bernama
Pek-hwa-kiam-sut (ilmu pedang bunga putih) yang ditulis oleh Pek-moko.
Dan Kong In, diajak pula oleh Hek-moko ke puncak sebuah gunung dan diberi
sebuah kitab pedang yang bernama Hek-hwa-kiam-sut, kitab pedang yang
sesungguhnya bersumber menjadi satu dengan Pek-hwa-kiam-sut, karena dua
orang Iblis Hitam dan Putih ini adalah saudara seperguruan dan bersumber dari
satu ilmu pedang Hek-pek-hwa-kiam-sut! Akan tetapi semenjak mereka masingmasing mempunyai sepasang pedang Iblis, maka terjadilah pertempuranpertempuran dan akhirnya ke dua itu mati di tangan saudara sendiri!
Tiga tahun sudah Bwe Hwa dan Kong In mempelajari ilmu kitah pedang yang
dahsyat itu. Seperti janji mereka pada mendiang suhunya masing-masing, yaitu
untuk mengadu kepandaian pedang, maka pada waktu yang tepat, Kong In
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 337
yoza collection menuruni puncak gunung dan langsung ke lembah Tai-hang-san bertemu dengan
sumoaynya, Bwe Hwa! kita coba.. . . siapa di antara kita yang paling unggul sebagai murid Hek-pek-hwa-datang Bwe Hwa menyambut dengan tarikan pedang Iblis Putih dan
serangkum cahaya berkilau-kilauan oleh sinar perak kebiruan yang memancar dari
logam pedang pendek itu! Kong In terkejut sekali. Sesungguhnya ia tidak bermaksud untuk bertempur
dengan menggunakan pedang, oleh karena itu dengan melangkahkan kakinya maju
selangkah, ia ber -moay, mendiang suhu memesan untuk menguji saja,
Bwe Hwa tersenyum. Amat manis sekali senyum gadis itu. Untuk sejenak Kong
In menjadi terpesona oleh senyum Bwe Hwa. Kenangan di puncak Tiang-pek-san
membayang di ruang matanya.
Betapapun sesungguhnya ia mencintai gadis ini, senyum gadis itu, masih
seperti dulu masih mampu untuk mengoyak-ngoyak ruang hatinya, masih membuat
darah di dada pemuda itu berdebar-debar. Bagaikan orang yang terkena hikmat
pemuda itu memandang sayu ke arah si gadis. Hatinya menjerit-jerit waktu Bwe
Hwa menggerak-gerakan pedang Iblis hitamnya!
ta mengadu kepandaian, tak baik
menggunakan pedang! Mari kita bertempur dengan tangan kosong saja.
Aneh mendengar suara perkataan Kong In seperti itu, Bwe Hwa menjadi marah
dan merasa tak puas. Apalagi waktu dilihatnya pedang di tangannya memancar
cahaya aneh, serasa dadanya mendenyar penuh dengan hawa membunuh.
Tangannya bergetar kuat oleh hawa mujijat yang mengalir ke segenap pembuluh
darahnya! Hwa melompat maju menerjang Kong In dengan pedang pendek yang
mengeluarkan cahaya aneh itu. Terkejut sekali hati pemuda itu merasa tenaga yang
mujijat mendorong tubuhnya dan hampir saja iganya tersambar pedang
sumoaynya kalau tidak cepat-cepat ia melompat ke samping dan mencabut
pedangnya pula. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 338
yoza collection Sinar hitam memanjang berkilat merupakan bayangan maut di tangan Kong In.
Rasa gentar yang tadi menyelusuri hatinya lenyap sudah setelah ia memegang
pedang Hek-hwa-kiam (pedang bunga hitam).
Hwa merupakan kilat putih menyambar kepala Kong In. Dengan gerak kilat Kong In
menangkis pedang lawan dan mengirim pukulan ke depan.
terhuyung ke belakang Masing-masing melihat ke arah pedangnya, lega hati
mereka melihat pedangnya tidak cacad, malah sinar hitam dan putih itu memancar
menyerupai hawa panas membara. Di dalam dada Kong In dan Bwe Hwa
tersembunyi rasa tak puas.
Mereka saling menerjang lagi.
g, tak dapat kau menangkan kepandaianku, menyerahlah kau dan
sinar pedang terdengar suara nyaring Bwe Hwa mengejek.
ah yang harus kukalahkan dan menyatakan kekalahanmu di depan suhu Hek-moko, dan berlutut
-moko lebih lihai dari Hek- benar-benar dahsyat dan cepat. Kalau tadi pedang putih itu sampai menemui
sasaran, tentu lehernya akan putus terpenggal pedang di tangan sumoaynya.
Bertambah penasaran Kong In dan ia menggerakan pedang hitamnya dengan
gerakan istimewa dari ilmu pedang Hek-hwa-kiam-sut ciptaan Hek-moko.
Terdengar bunyi keras dan pedangnya berhasil menempel pedang putih Bwe Hwa,
akan tetapi sebelum ia membetot, secara aneh sekali pedang itu telah terlepas
kembali dan ternyata Bwe Hwa telah dapat membebaskan pedangnya dengan amat
mudah dari tenaga tempelan yang luar biasa itu.
Di lain saat pedang itu telah menjadi sinar putih memanjang dan menyerang
ke arah pundak untuk membikin putus tulang pundak! Melihat keganasan
sumoaynya itu, Kong In menjadi marah dan penasaran, hawa membunuh sudah
membayang dalam diri masing-masing.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 339
yoza collection Kong In menggerakan pedangnya memutar dengan jurus yang luar biasa, suara
berciutan menyambar di atas kepala si gadis, akan tetapi dengan memiringkan
kepalanya, pedang hitam itu lewat di samping Bwe Hwa, kemudian Bwe Hwa
melakukan serangan balasan yang tidak kalah hebatnya.
Tiba-tiba terdengar bentakan keras.
Cie Lay dan sekali kakinya menotol tanah, tubuhnya melayang dan menerjang Kong
In dan Bwe Hwa dengan pedang Hong-san-kiam yang diputar di atas kepala.
Tiga buah sinar pedang berkeredep dan bunga api memercik di udara. Ke tiga
orang muda itu terpental ke belakang oleh dorongan tangan kiri Cie Lay dan
pedangnya membentur dua pedang yang luar biasa lihainya itu.
Cie Lay terhuyung-huyung ke belakang. Begitu pedangnya menjadi somplak
oleh benturan kedua pedang hitam dan putih tadi, Cie Lay menjadi terkejut dan
memandang kepada dua orang muda di depannya itu bergantian. Tak mengerti!
-suheng dan Bwe Hwa sumoay, kalian ini.. . .
bertanya sambil menyarungkan pedangnya menghampiri suheng dan sumoaynya.
Pada saat itu, dari kejauhan mendatangi seorang pemuda dan seorang gadis
ie Ketika orang muda itu menoleh dan alangkah terkejut dan herannya mereka
melihat Tiang Le berjalan bersama seorang wanita muda jelita, kelihatannya lembut
dan manis! Apabila Bwe Hwa memandang ke arah lengan pemuda yang buntung
sebelah kanannya itu berubah wajah Bwe Hwa dan entah mengapa hatinya terasa
tidak enak benar. Hati itu merasa bersalah!
Dan hati itu, hmm, panas bukan main melihat Tiang Le didampingi oleh wanita
cantik jelita. Seperti telah kita kenal, wanita muda ini adalah Cia Pei Pei!
Tiga tahun sudah Tiang Le mempelajari ilmu kitab yang didapat dari Pei Pei
dan alangkah girang hatinya merasa bahwa jurus-jurus dalam kitab itu amat sejalan
dengan kemampuannya. Seakan-akan dengan kebuntungan lengan kanannya itulah
justru merupakan syarat utama untuk bisa melatih ilmu silat yang tertera dari kitab
kuno yang bernama ilmu silat tangan buntung, gerak tangan kilat dan duapuluh
satu langkah-langkah sakti!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 340
yoza collection Demikianlah tiga tahun sudah Tiang Le melatih diri dan pada suatu hari, pemuda
itu mengajak Pei Pei untuk mengembara mencari tiga orang musuh-musuhnya,
mencari saudara-saudara seperguruan yang telah lenyap! Dan secara kebetulan
sekali mereka bertemu dengan tiga orang muda ini.
Tiang Le girang sekali hatinya. Ia menjurah dan memperkenalkan Pei Pei
kepada saudara seperguruannya ini.
-wi kalian bertiga yang gagah dan
Senyum manis itu menyorotinya segar di wajah si gadis.
Ke tiga orang muda itu membalas hormat.
Kong In dan Cie Lay menganggukkan kepala.
Akan tetapi, tiba-tiba Bwe Hwa menarik keluar pedang Pek-hwa-kiam dan
tadi, seorang di antara Kata-kata ini ditutup olah gerakan sinar pedang putih di tangan Bwe Hwa. Amat
cepat sekali gerakan menusuk yang bertubi-tubi itu sehingga mau tidak mau Kong
In telah mencelat dan mencabut pedangnya
Pedang hitam itu menyambar. Tiang Le cepat mencelat ke tengah-tengah arena
bertempur, berhent Akan tetapi mana kedua orang muda ini mau berhenti malahan bertambah
dahsyat lagi mereka bertempur. Tiang Le menjadi terkejut sekali melihat kedua
pedang yang mengeluarkan cahaya menyeramkan itu.
Cahaya aneh yang membuat si pemain pedang berhasrat untuk saling
membinasakan lawan. Inilah kehebatan Sepasang Pedang Iblis Hek-pek-kiam di
tangan ke dua orang muda itu!
Tiang Le memandang ke arah Cie Lay.
telah mengeluarkan pedang
pusaka buntung. -hatilah.. . sepasang pedang itu amat luar biasa, Cie Lay memperingati


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Lengan Buntung - Halaman 341
yoza collection yang sedang bertempur dengan amat seru dan hebat luar biasa.
Kilatan pedang hitam dan putih berkeredep menyambar lawan masing-masing,
di antara gundukan dua buah pedang yang amat cepat itu,terdengar hampir
berbareng Kong In dan Bwe Hwa!
ut campur kau! Biar kami menyelesaikan urusan masing-
-nyiakan nyawamu.. . . lebih baik kau pergilah cari Sian Hwa-m
Kong In tak melanjutkan kata-katanya karena pedang putih di tangan Bwe Hwa
menyambar dengan ganas sekali. Terpaksa ia menangkis.
Dua sinar pedang saling bertemu dan bunga api berpijar. Ke dua melompat
mundur untuk melihat pedang masing-masing. Mereka merasa lega melihat pedang
masing-masing tidak menjadi rusak oleh benturan yang keras tadi, tanda bahwa
pedang mereka sama-sama hebat!
Dalam detik-detik selanjutnya dua orang kakak adik seperguruan itu sudah
saling serang lagi dengan sengit dan ganas. Sepasang Pedang Iblis Hek-pek-hwakiam bergulung-gulung merupakan sinar berwarna hitam dan putih, amat indah
dipandang dan mendebarkan hati karena tegangnya.
Cie Lay dan Tiang Le tahu bahwa permainan kedua orang saudara
seperguruannya ini, meskipun dilihat indah, akan tetapi bersembunyi tangan-tangan
maut yang setiap waktu dapat mencabut nyawa seorang di antara ke dua
pemainnya. Tahu bahwa mereka tidak dapat lagi dipisahkan hanya dengan kata-kata, Tiang
Le berseru keras dan tahu-tahu tubuhnya sudah menerjang ke tengah-tengah dua
orang saudara seperguruan yang tengah bertempur. Tanpa memberi kesempatan
lagi, ia lalu menyerang membabat dari kanan dan kiri!
Sinar pedang berkilat menyambar, amat cepat sekali gerakan Tiang Le ini, dan
begitu pedangnya beradu dengan kedua pedang lawan dengan gerak kilat, tahutahu pedang buntungnya sudah masuk ke dalam sarung di pinggang dan bagaikan
ada sebuah guntur menyambar dengan amat dahsyatnya, tahu-tahu, begitu tangan
kiri Tiang Le mendorong ke kanan dan kiri, baik Bwe Hwa mau pun Kong In sudah
terpental ke belakang! Pendekar Lengan Buntung - Halaman 342
yoza collection Tentu saja Kong In dan Bwe Hwa menjadi terkejut sekali. Dan mereka tak
mengerti bagaimana mereka masing-masing sampai bisa terpental ke belakang,
tadi begitu ia merasa ada angin lembut menyambarnya, Bwe Hwa dan Kong In
membabat dengan pedangnya masing-masing dan mendorong ke arah lawan, akan
tetapi sangat tidak diduga karena begitu pukulan mereka saling bertumbuk, tahutahu sebuah gelombang dahsyat telah menggempur kuda-kuda mereka!
-suheng, Bwe Hwa sumoay, apakah kalian ini sudah gila" Mengapa bertempur
seperti itu" Kalau kalian haus akan pertempuran tingkat tinggi, mengapa tidak
mencari musuh-musuh mendiang suhu dan membalas sakit hati ini" Suheng dan
sumoay, sadarlah, hentikan kegilaan kalian, mari kita mencari musuh-musuh suhu!
murid mendiang Hek-moko. Berani kau mengha
menantang. Panas sekali hatinya kepada pemuda lengan buntung ini. Memang sejak ia tahu
Bwe Hwa mencintai Tiang Le, entah mengapa hati pemuda ini tidak senang
terhadap Tiang Le. Apalagi kini, sekali bergebrak saja ia sudah tergempur kudakudanya. Tak boleh jadi. Masa Tiang Le dapat mengalahkanku"
Di lain pihak, Bwe Hwa juga merasa tak puas dan penasaran kepada Tiang Le.
Ia betul-betul menjadi panas hati dan tak senang, begitu melihat Tiang Le berjalan
dengan gadis lemah itu. Seandainya, gadis itu Sian Hwa, mungkin ia takkan semarah ini. Akan tetapi
gadis lemah lembut itu bukan Sian Hwa, hemm, apakah pemuda suhengnya ini
bermain gila lagi dengan perempuan lain dan tidak menghiraukan Sian Hwa
sumoay"! Saking panasnya hatinya yang mendidih itu. Tanpa berkata apa-apa lagi, gadis
itu sudah menerjang Tiang Le dengan pedangnya, dibarengi dengan gerakan Kong
In yang telah menggempur dengan dahsyat sekali.
Cepat Tiang Le mencelat ke atas menghindarkan datangnya sepasang pedang
yang mengeluarkan hawa yang aneh itu dan telah menarik pedang buntungnya
dan membalas menangkis pedang Kong In dan Bwe Hwa. Bunga api memercik di
udara, akan tetapi pedang mereka masing-masing tidak rusak karenanya, tanda
bahwa pedang mereka berimbang dalam kekuatannya!
Pedang di tangan kiri Tiang Le adalah sebatang pedang pusaka buntung yang
pada puluhan tahun telah menggemparkan dunia persilatan, biarpun pedang ini
agak pendek dari ukuran pedang yang lain, namun terbuat dari pada baja putih
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 343
yoza collection yang kuat sekali. Besi biasa dapat putus dengan mudah oleh sabetan pedang Tiang
Le, di lain pihak pedang di tangan Kong In dan Bwe Hwa adalah sepasang pedang
iblis yang luar biasa! Hebat sekali desakan pedang iblis dari tangan Kong In dan Bwe Hwa. Bagaikan
kilat putih yang menyambar-nyambar pedang di tangan Bwe Hwa membuat
gerakan yang menusuk, sedangkan pedang hitam di tangan Kong In berkelebat
cepat menyambar leher Tiang Le.
Amat cepat sekali gerakan dua pedang yang luar biasa ini. Akan tetapi, Tiang
Le bukanlah pemuda yang tiga tahun yang lalu, kini pemuda lengan buntung ini
telah mewarisi ilmu silat luar biasa yang sukar untuk dicari keduanya.
Menghadapi keganasan silat dari kedua orang saudara seperguruannya ini,
Tiang Le terkejut dan membentak keras. Ia mengumpulkan tenaganya pada tangan
kiri, menanti datangnya pedang lawan sampai dekat, kemudian sekali gus ia
mencelat ke atas dengan dua macam gerakan.
Pedang buntungnya, dengan gerakan yang cepat sukar diikuti oleh pandangan
mata telah terselip di pinggangnya dan bagaikan kilat menyambar tangan kirinya
mendorong ke arah depan dan belakang dengan pukulan gerak tangan kilat yang
luas. terhuyung-huyung ke belakang. Akan tetapi sungguh di luar dugaan dari Tiang Le,
karena dengan kecepatan yang luar biasa bagaikan komando, serentak Kong In dan
Bwe Hwa sudah menerjang kembali dengan kilatan pedang yang sukar diikuti oleh
pandangan mata. Cie Lay yang menyaksikan pertempuran ini, berkelebat ke tengah-tengah
pertempuran dan cepat menangkis pedang Bwe Hwa yang menyambar bagian
pundak Tiang Le. Akan tetapi begitu tangan kiri Bwe Hwa dan Kong In bergerak
memutar, tahu-tahu tubuh Cie Lay terlempar jauh dan Tiang Le sendiri terhuyung
dan cepat melompat ke belakang lalu berdiri dengan muka pucat. Darah mengucur
keluar dari ke dua pundak Tiang Le yang terserempet pedang hitam Kong In!
-apa Pei-moay. Sungguh lihay suheng dan sumoay, ganas, ahh.. . .
dan luar darah. Pei Pei cepat merobek kain bajunya dan membalut pundak Tiang Le.
Tentu saja tadi karena Tiang Le tidak menduga-duga akan serangan mendadak
dari kedua orang seperguruannya ini, saking cepatnya gerakan pedang lawan
dengan jurus yang amat aneh dan dahsyat, tak keburu Tiang Le menghindarkan
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 344
yoza collection sabetan pedang Kong In. Hampir saja ia berteriak waktu pedang hitam itu benarbenar hendak memenggal lehernya. Hebat! Entah apakah Kong In dan Bwe Hwa ini
sudah gila hendak membunuhnya"
Di lain pihak, dengan napas yang agak memburu, Bwe Hwa berdiri tegak dengan
pedang dilintangkan di depan dada. Gadis berusia duapuluh tahun ini kelihatan
gagah sekali, matanya memandang Tiang Le dengan berapi, dadanya memburu
melihat sikap Pei Pei yang demikian mesra membalut luka di pundak Tiang Le.
Ingin sekali saat itu ia menerjang gadis itu dan menusukkan pedangnya ini di
dada gadis yang membuat dadanya menjadi panas bagai kawah api yang hendak
meletus, wajahnya sebentar merah, sebentar putih, pucat bagaikan kertas. Dadanya
berombak turun naik. apabila, pandangannya itu terbentur ke arah lengan kanan
Tiang Le yang sudah buntung sebatas pundak, terasa matanya menjadi panas
pandangannya menjadi nanar oleh genangan air mata yang hendak pecah!
Tiang Le memandang Bwe Hwa, dua pasang mata yang saling membentur itu
meledakkan bendungan air mata si gadis yang tadi ditahan-tahan hendak meluas.
Bwe Hwa menubruk Tiang Le dan menangis, membenamkan kepalanya di dada
pemuda itu. Tiang Le koko.. . . . kau.. ampunkan.. . aku.. tanganmu.. . . aduh.. . . koko.. . . kau.. . .
buntungilah tanganku ini.. . . . aku.. aku.. . . telah membuatmu menderita.. . . aku jahat.. . . .
aku berdosa.. . . koko, biarlah aku membalas penderitaanmu ini.. . . aku berdosa.. . . malah
tadi hampir saja aku membunuhmu.. . . ya, Tuhan.. . . biarlah aku menerima hukuman.. . .
dengan gerakan yang amat cepat Bwe Hwa menggerakan tangan kanannya dan.. . .
Le. Bagaikan disentak ular berbisa, Tiang Le mendorong tubuh Bwe Hwa.
Sambil menahan nyeri pada lengan kirinya, Bwe Hwa memandang Tiang Le
dengan tatapan sayu. Beberapa butir air mata meloncat jatuh di atas sepasang pipi
yang memucat. bibirnya. Butir-butir air mata membasahi pipinya. Pandangan Bwe Hwa semakin
redup, seperti lampu yang kehabisan minyak. Ia memegangi lengannya yang penuh
darah. Tiang Le menghampiri Bwe Hwa menotok jalan darah yang mengucur deras
itu. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 345
yoza collection kenapa kau jadi begini sumoay.. . . kenapa kau lakukan.. . .
itu.. . . ahh, sumoay.. . . aku tidak menaruh dendam sedikitpun kepadamu aku tidak
Baru saja Tiang Le hendak merangkul gadis itu. Tiba-tiba serangkum hawa
dingin menyambar di belakangnya. Cepat Tiang Le menggeser kakinya dan menoleh
ke belakang, mati-matian, kini kau bermain gila dengan perempuan lain dan melupakan sumoay
Sian Hwa. Sekarang, karena kau, Bwe Hwa kehilangan lengannya, keparat! Aku harus
-hwa-kiam tercabut di tangan Kong In dan tanpa
mengatakan apa-apa lagi dengan nada penuh amarah ia menerjang Tiang Le
dengan gerakan Hek-hwa-kiam-sut yang aneh dan kuat. Terkejut sekali Tiang Le,
dengan cepat pula mencabut pedang buntungnya dan mencelat ke samping
menangkis pedang lawan. i tanganku! Kau binatang, laki-laki jay-hoa-cat.. . . .
menyambar Tiang Le. Akan tetapi belum lagi Tiang Le menggerakan tubuhnya
menghindari serangan Kong In, sebuah sinar putih berkeredep memanjang dan
tahu-tahu pedang Kong In sudah tertangkis oleh pedang putih Bwe Hwa.
bertanya, sementara hatinya serasa diiris. Tangannya yang memegang pedang
agak tergetar. aku tak puas Tiang Le lebih tinggi kepandaian silatnya dari padaku.. . . karena.. . . aku.. . . .
aku mencintainya.. . . dan.. . . membencinya. Sepatutnya lenganku ini buntung untuk
Tiang Le.. . . . dan kau, suheng.. . . kau tidak berhak mencampuri urusanku. Andaikata
Pucat wajah Kong In, serentetan kata-kata Bwe Hwa membuat kedua kakinya
menggigil. Dari dulupun ia sudah dapat menduga bahwa sumoaynya ini telah
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 346
yoza collection menaruh hati kepada Tiang Le, akan tetapi.. . . setelah Tiang Le kehilangan lengan,
dan dicintai pula oleh Sian Hwa, masih jugakah gadis itu mencintai Tiang Le"
Untuk beberapa lama Kong In tak dapat berkata apa-apa. Dilihatnya Bwe Hwa
terhuyung-huyung. Dilihatnya Tiang Le menyanggah tubuh Bwe Hwa, dilihatnya si
gadis pingsan dalam dekapan Tiang Le. Setan! Aku harus mengadu nyawa dengan
pemuda jay-hwa-cat ini, pikir Kong In dengan dada yang serasa hendak meledak.
Pedangnya ditarik ke atas.
Melihat suhengnya hendak bertempur lagi dengan cepat Cie I.ay memegang
-suheng.. . . sudahlah, jangan menuruti nafsu
hati.. . . ingatlah kita masih bersaudara, tak baik saling tempur dengan sesama
saudara seperguruan. Urusan kita masih banyak suheng, kita belum memenuhi
usnahkan dulu si buntung ini. Kau tahu, gara-
Cie Lay tertunduk. -gara Tiang Le semuanya jadi kacau. Dia merayu Sian Hwa,
sehingga engkau bertepuk sebelah tangan, kini dia hendak bermain gila dengan
Bwe Hwa, keparat! Aku harus membuat perhitungan dengan si buntung itu, sute
Akan tetapi dengan gerakan yang cepat dan kuat Kong In telah mendorong Cie
Lay dan telah menotoknya. Dengan menggeram keras ia membentak:
menerjang dengan pedang terhunus.
Cepat Tiang Le meloncat ke kanan menghindarkan suara samberan pedang
yang amat cepatnya mengarah iganya. Melihat kelakuan It-suhengnya yang
suheng, dari dulu kau belum juga berubah, watakmu berangasan dan sombong,
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 347
yoza collection Tiang Le menggelengkan kepala.
dirinya. Soal kepandaian, tak ada yang dapat membuat diriku sombong, apalagi setelah lenganku
ini buntung.. . . . akan tetapi Thian sungguh adil dengan tanganku ini, yang hanya satu-
mencelat tinggi dan turun sambil menyerang dari atas ke arah kepala Tiang Le.
Kagum sekali Tiang Le menyaksikan gin-kang yang tinggi dari Kong In, dengan
gerakan yang cukup gesit pula, ia mencelat tinggi dan menangkis pedang lawan.
Benturan ke dua pedang di udara membuat ke duanya melayang-layang mundur.
Dan bunga api memercik di udara.
Setelah menginjak tanah Kong In merasa penasaran dan marah, dengan
bentakan yang keras dia menerjang lagi. Tiang Le menangkis dan membalas
menyerang. Sebentar saja keduanya sudah bertempur dengan amat serunya.
Pei Pei memandang ke arah pertempuran yang sedang berlangsung dengan
dada berdebar tegang. Ia tidak dapat melihat jelas yang mana tubuh Tiang Le dan
yang mana tubuh Kong In karena mereka bertempur dangan amat serunya, hanya
nampak segumpalan bayangan pedang yang berkelebatan saling menyambar.
Kedua-duanya sama mempunyai ilmu silat tingkat tinggi.
Tentu saja kalau Tiang Le menghendaki dari tadi pun ia sudah dapat
merobohkan it-suheng nya ini. Akan tetapi dasar Tiang Le mempunyai watak yang
selalu mengalah, sehingga tak mau ia dengan cepat mengalahkan suhengnya.
Meskipun di dalam hati ia merasa amat kagum dan terkejut melihat ilmu silat yang
demikian kuat dan ganas, yang dimainkan dengan sebuah pedang hitam yang
mengeluarkan cahaya aneh!
Untung saja ia mempunyai pedang pusaka buntung, pedang yang ratusan tahun
yang lalu, dikenal sebagai pedang pusaka ampuh yang bernama Liong-cu-kiam
(Pedang Naga Mustika) yang telah buntung. Dengan pedang inilah Tiang Le mainkan
jurus ilmu silat Tok-pik-kiam-hoat yang lihai!
Bagaikan orang yang baru tenggelam dari mimpi yang amat buruk, Bwe Hwa
sadar dari pingsannya. Begitu ia membuka mata, dilihatnya Tiang Le dan Kong In
tengah bertempur dengan mati-matian.
Nampak Tiang Le agak terdesak dan mundur-mundur menghindarkan serangan
pedang maut dari Kong In. Tentu saja karena Tiang Le banyak mengalah, akhirnya
lama kelamaan ia terdesak oleh rangsekan jurus-jurus aneh dari Kong In yang
sangat bernafsu untuk membunuhnya!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 348
yoza collection Sambil menahan rasa nyeri yang amat hebat pada luka di tangan kirinya, Bwe
Hwa merangkak hendak bangun. Terasa sebuah tangan yang amat lembut
menyentuh pundaknya. Bwe Hwa menoleh, dilibatnya Pei Pei sedang merangkul pundaknya menahan
ia berdiri. Luka di lengan kirinya sudah dibalut oleh robekan baju Pei Pei.
tanya Bwe Hwa melirik ke arah lengan kirinya.
Pei Pei mengangguk. Tiba-tiba matanya menggenang embun yang berkilat di
kelopak mata si gadis. Setitik air mata turun melintasi pipi.
Gugur bendungan air mata si gadis. Pei Pei menggigit bibirnya, sementara
lintasan air bening terasa di bibir. Hidungnya yang mancung berkembang kempis.
Matanya semakin basah. Bwe Hwa bertanya lagi. Matanya memandang serangan wajah Pei Pei yang telah
basah oleh air mata yang membanjir.
telah buntung lengannya ini telah menyatakan cintanya kepada Tiang Le. Malah
nampaknya begitu setia dan bertekat untuk memiliki Tiang Le, sedangkan dia, tak
patut ia mendampingi Tiang Le.
Tak boleh ia merebut kekasih orang. Ia harus mengalah dan.. . teramat sukar
sekali gadis itu untuk menjawab pertanyaan Bwe Hwa.
Pei.. . aku tahu kau cinta pada Tiang Le bukan" Katakanlah.. . aku tidak marah
kepadamu, memang engkau berhak memiliki Tiang Le, dia lebih sesuai denganmu
Hwa menekankan tangan kanannya dan sekali ia menggerak tahu-tahu pedang
putihnya sudah menyambar ke arah Tiang Le dan Kong In.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 349
yoza collection Amat cepat sekali gerakan gadis ini, sehingga baik Tiang Le maupun Kong In
mencelat mundur, akan tetapi begitu melihat yang membantu adalah Bwe Hwa,
bertambah kalap lagi Kong In menyerang Tiang Le.
Pedang pendek Bwe Hwa berkelebat lagi menangkis pedang Kong In.


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jilid 12 AJAH Bwe Hwa semakin pucat karena banyak darah yang dari lukanya.
Akan tetapi dengan bibir memucat ia masih juga tersenyum.
membentak. Pucat wajah Kong In. Tiang Le menjadi bingung.
Le. au bikin cemas hati Pei Pei, dia amat
Katamoay, kau sudah tergila-gila sama Tiang Le, kau hendak membelanya" Baik mari
kita lanjutkan saking marahnya, Bwe Hwa bagaikan harimau luka dia menubruk maju, pedangnya
menyambar membabat leher Kong In.
Akan tapi sambil tertawa keras Kong In dengan mudah mengelak dan tangan
kirinya mendorong tubuh Bwe Hwa. Segera Bwe Hwa miringkan tubuhnya dan balas
menyerang dengan pedangnya.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 350
yoza collection Kong In terus tertawa. Menghindari tusukan pedang Bwe Hwa. Suara ketawanya
seperti orang hendak menangis, air matanya bercucuran selagi dia tertawa.
Kasihan sekali pemuda ini. Sesungguhnya biarpun Kong In berwatak kasar dan
berangasan, akan tetapi mendengar perkataan Bwe Hwa yang amat menusuknusuk hatinya tadi, membuat ia melampiaskan kekecewaan hatinya itu dengan
tertawa. Akan tetapi, ia tak menyadari bahwa perbuatannya itu di luar dari sadarnya. Ia
terus tertawa-tawa, sementara hatinya menangis.
Bwe Hwa yang merasa ditertawai oleh Kong In menjadi panas dan pedangnya
berkelebat mengirim serangan bertubi-tubi. Hanya Tiang Le yang dapat menyelami
perasaan itu suhengnya! Ia tahu sekali, betapa kecewa hati suhengnya, karena
dengan terang-terangan Bwe Hwa menyatakan cintanya kepadanya,
melindunginya, malah bersedia mati untuknya!
Ah, Bwe Hwa.. . . mengapa kau mencintaiku mengapa" Mengapa kau tidak
membalas kasih sayang it-suheng" Pikiran Tiang Le kalut sekali. Cemas melihat
Kong In masih tertawa-tawa seperti orang gila. Sementara Bwe Hwa semakin
bernafsu untuk merobohkan Kong In!
Pada saat itu itu, entah dari mana datangnya, terdengar bentakan keras dan
sesosok tubuh berkelebat menyambar tubuh Kong In dan Bwe Hwa yang tengah
bertempur. Terdengar suara pedang beradu dan beberapa detik kemudian, Kong In
dan Bwe Hwa mencelat mundur.
Ke duanya memandang ke arah tubuh yang sudah berlumuran darah, seorang
gadis berkerudung hitam telah menggeletak di tanah sambil memegangi dadanya
yang rupanya terkena tusukan pedang Bwe Hwa dan Kong In!
mpur.. . aduhh.. . . Ti.. . . Tiang Le.. .
gadis kerudung hitam itu. Dengan gerakan cepat tangan kiri Tiang Le membuka
kerudung hitam si gadis. wajah yang hitam gesang seperti pantat kuali. Wajah itu penuh dilumuri air mata
yang berjatuhan bertitik-titik. Wajah itu memang wajah Sian Hwa!
Hwa menekan dadanya yang berlumuran oleh darah. Pandangannya menatap saja
ke arah Tiang Le, Kong In dan Bwe Hwa.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 351
yoza collection Tak tahan lagi Bwe Hwa melihat keadaan Sian Hwa seperti ini, ia maju
menubruk dan mena h kepadamu.. . . kau ampuni aku, aku berdosa
kepadamu, Hwamerenggut-renggut rambut kepalanya. Ia merasa menyesal bukan main, pedangnya
membentak Kong In. Sementara Cie Lay yang sudah dibebaskan dari totokan Tiang
Le memandang Sian Hwa dengan air mata yang bercucuran.
memanggil. Sian Hwa menoleh kepada Cie Lay. Wajah si gadis yang bermuka hitam itu
semakin pucat. Cie Lay berjongkok. Mengelus kening hitam Sian Hwa. Setitik air mata Cie Lay
berjatuhan di atas kepala si gadis.
Sian Hwa menggelengkan kepala. Sementara napasnya semakin lemah.
-tokmata Tiang Le basah, dia mengusap pipi Sian Hwa.
Sian Hwa mengangkat tangan Tiang Le yang mengusap dan ditekankan ke arah
dada yang terluka: awalah surat.. . . iniii.. . . kkkaasih.. . Hong-siang
bersampul kuning. Ia memandang Tiang Le, lama.. . lama sekali gadis itu menatap
wajah Tiang Le. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 352
yoza collection Akhirnya tak kuat lagi ia menahan penderitaan yang menusuk-nusuk tengah
merenggut nyawanya. Pada pandangan yang terakhir, dengan gerakan yang amat
lemah tangan Sian Hwa mengangkat tangan Tiang Le, menciumnya dan tangan itu
terkulai bersamaan dengan perginya arwah Sian Hwa ke alam lain.
-moay.. . . . Hwamenangis. Tubuh Sian Hwa diguncang-guncang oleh pemuda itu. Sian Hwa.. . .
mengapa kau tinggalkan aku, mengapa.. . ahh, Sian Hwa! Mengapa kau tidak
berb Tiang Le mengelus pundak suhengnya.
dan It-suheng, Sian Hwa diakhir ayatnya memberikan surat ini. Ia berjiwa patriot, ia
pahlawan bangsa. Surat ini adalah surat pengkhianatan Jenderal Bong kepada
pemerintah, surat perjanjian kepada tentara Mongol untuk menghancurkan negara
Song. Surat ini, menentukan mati hidupnya rakyat Tiongkok! Entah dari mana Sian
Hwa mendapatkan surat ini..
saja hendak membunuhmu.. . . benar. Sian Hwa adalah satu-satunya murid mendiang
suhu yang telah mengorbankan nyawanya untuk bangsa dan negara. Tiang Le kau
teruskanlah surat itu kepada Hong-siang, biar aku akan mencari musuh-musuh
suhu dan mari kita berlomba siapa paling dulu yang berhasil membasmi musuhKong In berkata dengan suara keras. Ia memandang ke arah jenazah Sian Hwa.
Hwa.. . . tanpa menanti saudara-saudaranya yang lain,
Kong In segera menggerakkan pedangnya dan menggali tanah, dibantu oleh Tiang
Le dan Cie Lay. Sedangkan Pei Pei melepaskan jubah baju luarnya dan menutupi
kepala Sian Hwa. Demikianlah dengan amat sederhana sekali, selesailah sudah penguburan
jenazah Sian Hwa. Tiang Le, Kong In, Cie Lay, Bwe Hwa dan Pei Pei memberi penghormatan yang
terakhir kepada Sian Hwa. Untuk tanda pada kuburan Sian Hwa, Cie Lay meletakkan
batu gunung di depan gundukan tanah itu dan menulisnya dengan guratan
tangannya: Pendekar Lengan Buntung - Halaman 353
yoza collection ooOOoo Tiga orang laki-laki dengan gerakan kaki seakan-akan terbang berloncatan di
antara batu-batu gunung yang besar dan terjal. Yang seorang adalah Hok Losu
yang bertubuh tinggi kurus dan bermuka hitam. Orang kedua dan ketiga adalah
seorang jenderal tinggi tegap yang telah kita kenal sebagai Bong-goanswe (Jenderal
Bong) atau lebih tepatnya kita katakan ia itulah Bong Bong Sianjin, seorang pertapa
sesat yang menuju jalan hek-to (jalan hitam), sedangkan yang seorang lagi adalah
seorang tokoh Kong-thong-pay yang bernama Leng Ek Cu.
Bayangan ke tiga orang laki-laki itu disusul kemudian berkelebatnya bayangan
lain yang amat gesit dan lincah mengurung lembah Tai-hang-san. Dibarengi
kemudian munculnya banyak perwira kerajaan Mongol dan Song yang berbaris
dengan amat rapinya menaiki puncak Tai-hang-san bagai semut yang hendak
menuju ke sarang. Sebuah anak panah berapi menyambar ke atas. Diiringi oleh sorak-sorak
perwira kerajaan yang telah mengangkat senjata menyambut perwira-perwira
Mongol dan tak lama kemudian terdengar suara senjata beradu, suasana perang
dinyatakan oleh tiupan terompet dari kanan dan kiri puncak!
Perwira Song melawan dengan sengit dan berbagai senjata berkelebat
menyambut lawan-lawan dari kanan dan kiri yang berpakaian seperti perwira
Mongol. Hebat sekali pertempuran ini, tubuh-tubuh manusia menggeletak dari pihak
Song dan Mongol, lebih-lebih lagi ketika munculnya barisan pengemis baju
kembang yang menyerbu bangsanya sendiri dengan amat ganas dan keji, sehingga
barisan Song menjadi kacau dan mulai bergerak mundur.
Sepasukan perwira Mongol merapat lagi dan terus mendesak perwira Song
dengan hebat dan bersemangat, apa lagi setelah munculnya pengemis-pengemis
baju kembang yang lihai dan sakti. Sebentar saja perwira Song telah banyak yang
mandi darah dan mati disabet oleh kemplangan-kemplangan tongkat Hwa-ie-kaypang yang lihai itu dan kemudian disambut oleh tusukan dan bacokan-bacokan
golok dari perwira Mongol.
Suara pedang dan golok menyambar, darah merah muncrat dari dada dan
pundak perwira Song yang tak berdaya. Teriakan semangat dari tentara Mongol
membuat hati kecut bagi perwira-perwira Song yang lainnya, akan tetapi di antara
perwira Song yang mulai kalut itu nampak sesosok tubuh berkelebat dengan amat
ganasnya merangsak musuh, mulutnya berteriak-teriak memberi semangat kepada
temannya. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 354
yoza collection Perwira itu sudah tua, berpakaian perwira dengan pedang di tangan ia
mengamuk dengan dahsyatnya, merangsek tentara Mongol yang merapat itu.
Mulutnya tak henti-henti mengeluarkan bentakan nyaring yang menyaingi suara
dentingan senjata beradu.
Orang tua gagah yang berpakaian jenderal itu adalah Gubernur Ie Yen, orang
tua gagah yang berjiwa patriotik ini maju terus sambil mengelebatkan pedangnya
mendesak musuh. Apabila pedang itu berkelebat, nampak sinar perak merenggut nyawa musuh
dan tanpa ampun lagi kepala tentara Mongol menggelinding tersambar pedang
gubenur Ie Yen, hebat sekali sepak terjang gubernur ini, membuat tentara Song
yang tadinya kehilangan semangat kini mulai maju kembali sambil berteriak,
at terus perwiraTeriakan-teriakan perwira ini disambut oleh datangnya serombongan tentara
kerajaan berkuda. Berbareng dengan itu muncul berkelebat beberapa sosok tubuh
yang terus saja mengamuk, mengelebatkan pedangnya dan dua orang perwira
Mongol menjerit keras waktu pedang itu menyambar lengan berteriak kesakitan
melepaskan senjatanya. Ie Yen dengan girang sambil mengelebatkan pedangnya ke sana ke mari bagai
harimau terluka mencari mangsa.
Sementara Pat-jiu-koay-hiap Sin Tek menoleh kepada gubernur itu dan berkata,
-coa-pay sudah menyerbu di sebelah selatan
sekali sicu, mari kita mencari pengkhianat-pengkhianat
saking sengitnya gubernur Ie Yen, sehingga pedangnya berkelebat ganas dan tubuh
perwira Mongol yang tak kuasa untuk menangkis atau berkelit, sudah tersambar
pedang Ie Yen dan terdengar jeritannya menyayat hati.
Kini dengan munculnya barisan dari Kotaraja, tentara Mongol mulai kacau dan
terdesak mundur. Pat-jiu-koay-hiap Sin Tek tak memberi ampun kepada perwiraperwira musuh ini, sepasang pedangnya berkelebat ganas dan lihai!
Sebentar saja lima orang perwira Mongol terjungkal ke belakang oleh terjangan
pedang Sin Tek yang bertubi-tubi ganas dan lihai, memang orang tua ini paling
benci akan segala penjajah. Karena mendengar, tentara Mongol menyerbu dan
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 355
yoza collection hendak menghancurkan pemerintahan Song, segera saja ia mengerahkan anak
buahnya dan sebentar saja mereka sudah mendesak musuh dengan amat sengit
dan bernafsu! Pada saat itu, tiga bayangan berkelebat dengan amat cepatnya, terdengar
berlutut dihadapanmu. Engkau yang sudah bersekutu dengan bangsa Mongol, hari
ini, Aku, Pat-jiu-koay-hiap Sin Tek akan menyabung nyawa denganmu, hwesio
Angin pukulan yang amat dahsyat menyambar Sin Tek dengan kekuatan yang
luar biasa. Tahu bahwa hwesio muka hitam ini tidak boleh dipandang ringan, cepat
Sin Tek menggeser kakinya dan berkelit dari serangan pukulan jubah Hok Losu,
akan tetapi entah bagaimana caranya, tahu-tahu pundaknya telah ditepuk orang
dan tahu-tahu tubuhnya telah lumpuh dan pedangnya terlepas.
Belum lagi hilang rasa kagetnya pangcu Kim-coa-pay ini, sebuah pukulan kedua
Hok Losu menyambar kepala Sin Tek. Tentu saja dalam keadaan yang sudah
tertotok ini, bagi Sin Tek tak ada jalan lain untuk menghindarkan diri, cepat ia
mengangkat tangan menangkis.
-coa-pay terlempar jauh seperti layangan putus.
Tulang tangannya yang tadi diangkat menangkis hancur disambar angin pukulan
jubah hwesio muka hitam. Sin Tek meringis menahan rasa nyeri yang amat hebat menusuk tangannya. Ia
mempelototkan hwesio berjubah muka hitam itu dan membentak kalang kabut:
meluap-luap ini, Hok Losu tak dapat mengendalikan rasa marah yang meledak,
dengan amat cepat tongkat hitamnya meluncur cepat ke arah kepala Sin Tek.
-jiu-koay-hiap Sin Tek pecah dan isi kepalanya hancur
berarakan ketika tongkat Hok Losu melayang dan menghantam kepalanya. Hok Losu
yang berhati keras dan telengas tak dapat menahan kemarahannya lagi.
Melihat Pat-jiu-koay-hiap telah mati di tangan hwesio muka hitam yang ganas
kali Pendekar Lengan Buntung - Halaman 356
yoza collection perbuatanmu.. . keji melebihi iblis, hmm, tak patut kau memakai jubah kuning. Purapura suci, padahal hatimu penuh dengan iblis-
seorang hwesio" Pantas mukamu hitam menjijikan tidak
tahunya hatimu kotor dan bercabang. Hwesio tua, mengapa sebagai seorang
dengan serangan tongkat hitam yang cepat luar biasa.
Tentu saja Ie Yen tidak sudi kepalanya hancur seperti Sin Tek tadi, cepat ia
berkelit ke samping dan membabatkan pedangnya membentur tongkat Hok Losu,
akan tetapi alangkah herannya dia, karena begitu pedangnya membentur tongkat
hitam itu, ia berseru kaget begitu terasa pedangnya melekat kuat menjadi satu
dengan tongkat hitam itu. Segera ia mengerahkan lweekangnya menarik. Akan
tetapi sambil tertawa-tawa menyeramkan jubah Hok Losu menyambar lagi.
tombak lebih, dari mulutnya keluar darah
merah. Namun gubernur Ie Yen ini benar-benar hebat.
Tanpa memperlihatkan rasa sakit ia menggerakkan pedangnya lagi menerjang
si hwesio dengan tusukan dari atas. Terdengar suara keras dan tubuh Ie Yen
terlempar diiringi jeritan mengerikan waktu tongkat hwasio itu menggeprak kepala
lawan. Ie Yen roboh dengan kepala pecah.
Melihat gubernur Ie Yen dan Pay-cu Kim-coa-pay sudah gugur, pasukan Song
menjadi keder hatinya. Mereka berusaha untuk melarikan diri, akan tetapi begitu
jubah si hwesio bergerak, lima perwira Song terjungkal dan roboh dengan dada
hangus terkena pukulan jarak jauhnya Hok Losu.
Teriakan penuh semangat dari perwira-perwira Mongol bergema di sana sini
menyambut kehebatan hwesio muka hitam yang membantunya. Dengan semangat
mereka mendesak terus perwira kerajaan yang berkuda. Hebat dan seru sekali
perkelahian di tempat ini. Ada duaratus lebih mayat bergelimpangan dari pihak
Mongol dan Song. Hok Losu amat ganas sekali melempar-lempar tentara Song dengan kebutan
ujung jubahnya. Setiap perwira kerajaan yang terkena tamparan angin pukulan ini
pasti terjungkal dan mati. Sementara suasana perang masih berjalan dengan amat
serunya. Pendekar Lengan Buntung - Halaman 357
yoza collection Pada saat itu, entah darimana datangnya tahu-tahu sesosok tubuh kurus kering
telah berdiri di depan Hok Losu. Hwesio itu sudah kelihatan tua sekali, usianya
hampir delapanpuluh tahun, tubuhnya kurus kering bagai tinggal kulit membungkus
tulang, kepalanya yang gundul kelimis seperti tengkorak saking kurusnya, jenggot
yang putih berjuntai ke bawah. Sepasang mata menatap Hok Losu dengan tatapan
lembut dan penuh kasih sayang.
segala perbuatan baik, menyucikan pikiran.. . . itulah ajaran semua Budha.. . . Setelah
merasakan nikmatnya kesucian dan nikmatnya ketenangan seorang terbebas dari
ketakutan dan belenggu dosa, sambil mereguk kebahagiaan hidup di dalam Dharma!
Hok sute, sudah baik-baik kau bertapa di Siauw-lim.. . . mengapa menuruti nafsu hati
dan tergoda oleh gemer nampak keder dan takut melihat hwesio tua di hadapannya. Hwesio tua itu tak lain
adalah ketua Siauw-limdenganmu, Marilah kembali ke kuil, mencari jalan terang, menjauhkan segala
kericuhan dunia ini. Mari kita memperdalam mengalahkan si Aku yang selalu
-lim-sie. Sekarang biarlah aku mencari jalanku sendiri. Percayalah suheng, setelah itu aku
akan kembali ke Siauw-limbertobat.. . sekarang inilah masanya untuk bertobat dan menyucikan diri, jangan
tunggu esok atau nanti. Sute.. ikut pinceng selama masih ada kesempatan untuk
bertobat, bertobatlah.. .
antara segala kebenaran, empat. Kenyataan Mulialah yang paling baik, di antara
segala kebajikan, kebebasan dari ikatan adalah yang paling baik. Di antara manusia
orang yang memiliki pandangan teranglah yang paling baik. Inilah jalannya, tiadalah
satupun jalan lainnya yang menuju ke arah pemurnian pandangan terang. Kau
ikutilah jalan ini. Jalan ini untuk mololoskan diri dari Mara (Pengg


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Lengan Buntung - Halaman 358
yoza collection -limberkata demikian Hok Losu sudah mencelat ke depan menghantam kepala seorang
perwira Song yang bertempur dengan tentara Mongol.
Angin berciutan. Akan tetapi begitu Thian Thian Losu mengangkat tangannya,
tahu-tahu tubuh Hok Losu terlempar ke belakang dan pukulannya tadi meleset
menghantam batu gunung sehingga menimbulkan suara hiruk pikuk.
Hok Losu terdengar kasar dan
mengandung ancaman. Tongkatnya bergetar-getar. Siap hendak digerakkan!
akan membawamu ke arah kematian. Sabarlah sute, ingatlah ajaran-ajaran Sang
dengan amat cepatnya. Angin keras menyambar ke arah dada Thian Thian Losu.
Nampak hwesio tua itu tidak mengelak atau menangkis, membiarkan dadanya
terhantam pukulan tongkat yang akan meremukkan dadanya. Baju hwesio tua itu
bergetar-getar. Akan tetapi, bukan si ketua hwesio Siauw-lim-pay itu yang roboh,
melainkan Hok Losu itulah yang terhuyung-huyung mundur dan dari mulutnya
keluar darah segar. ra Thian Thian Losu perlahan, tetapi merupakan api
yang membara di dada Hok Losu dengan menggereng keras, hwesio muka hitam
itu menerjang maju mencengkram kepala Thian Thian Losu.
ngkat butut si hwesio Thian Thian Losu terangkat ke atas. Menangkis terjangan tangan
kiri Hok Losu yang telah menggunakan jurus Menyembah Budha Mematikan Raga
yang ia tahu terkenal akan kedahsyatannya ini.
Begitu tongkatnya terangkat terdengar jeritan kematian dari Hok Losu. Tubuh
hwesio muka hitam itu menggigil. Dan tak lama kemudian roboh dalam keadaan
sudah tak bernyawa. Terdengar hwesio itu menarik napas panjang, menghampiri mayat Hok Losu
jalan kematian Pendekar Lengan Buntung - Halaman 359
yoza collection Suara Hok Losu terdengar seperti orang berdoa, dan sekali tangannya bergerak
menyambar Hok Losu, tahu-tahu ketua Siauw-lim-pay yang sakti itu sudah lenyap
dari pandangan mata! Hanya sayup-sayup dari kejauhan sana terdengar suara Thian Thian Losu
pengorbanan dan pembinasaan yang merusak isi dunia.. . . banyak jalan yang
menuju kepada kehidupan, akan tet
Peperangan semakin berkobar. Mayat manusia bergelimpangan di antara
genangan darah yang mulai membasahi bumi. Suara hiruk pikuk terdengar di sana
sini diringi dengan bentakan dan suara senjata beradu. Di lembah Tai-hang-san
banyak sudah perwira Song yang berjatuhan, tak jauh dari situ banyak juga tentara
Mongol yang roboh dalam keadaan tak bernyawa lagi.
Korban telah berjatuhan di kedua belah pihak. Di antara mayat yang
bergelimpangan, empat sosok manusia mengamuk bagaikan harimau luka.
Tiang Le dengan pedang buntungnya mendesak dua orang lawan yang
mengeroyoknya. Kedua orang itu adalah Sianli Ku-koay dan seorang pengemis tua
yang kita kenal sebagai pangcu Hwa-ie-kay-pang sekutu dari Sian-li-pay yang
bergabung dengan tentara Mongol.
Hebat sekali pertarungan ini. Akan tetapi Tiang Le benar-benar luar biasa,
walaupun hanya berlengan satu ia masih sanggup mendesak nenek sakti Sianli Kukoay dan melancarkan serangan maut dari jurus-jurus ilmu pedang Tok-pit-kiamhoat yang hebat.
Menghadapi serangan-serangan yang sangat dahsyat ini, Nenek Sianli Ku-koay
menjadi terkejut dan gentar. Gerakan-gerakan Tiang Le sukar diikuti dan diduga,
kadang-kadang dengan amat cepatnya laksana kilat tangan kiri Tiang Le
menyelipkan pedang dan berganti dengan pukulan Sian-tian-jiu yang
mendatangkan angin panas bergelombang membuat tongkat Sianli Ku-koay
terpental oleh pukulan tangan kiri yang luar biasa itu.
Di lain pihak, juga pangcu Hwa-ie-kay-pang yang berbaju kembang-kembang
dan bertubuh kurus kering dan bongkok itu mulai sibuk memainkan ilmu tongkatnya
menghadapi pemuda lengan buntung yang amat lihay ini, maka ia mencurahkan
perhatiannya dan berlaku waspada terhadap pedang buntung yang bagaikan
geledek siap memenggal lehernya!
Pedang buntung yang ampuh dan dahsyat ini merupakan bagian yang penting
bagi Tiang Le dan membuat kedua orang yang mengeroyoknya menjadi gentar.
Beberapa kali tongkat dan pedang itu berbentur, terdengar seruan Sianli Ku-koay
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 360
yoza collection kaget dan terkejut melihat tongkatnya sudah putus terbabat pedang buntung yang
ampuh ini, maka ia tak berani beradu tongkat dengan pedang lagi malah membuat
pertahanan dengan memutarkan tongkatnya melindungi tubuhnya!
Akan tetapi Tiang Le yang sudah mengenal akan Sianli Ku-koay yang pernah
menyerbu Tiang-pek-pay dan membunuh suhunya membuat ia mainkan jurus-jurus
Tok-pik-kiam-sut (ilmu silat tangan buntung) dengan cepat luar biasa. Waktu tongkat
Sianli Ku-koay menyambar lewat lehernya, ia menangkis dengan pedangnya dan
membuat gerakan menempel, akan tetapi begitu cepat gerakan ini membuat Sianli
ku-koay berteriak kaget merasa hawa dingin telah menyentuh lambungnya, cepat
ia menangkis dengan mendorong tangan kiri membalas memukul.
-koay bergetar. Terhuyung-huyung, ke belakang
dan roboh dalam keadaan dada hangus tersambar pukulan gerak tangan kilat Tiang
Le yang luar biasa itu. Melihat salah seorang musuh besarnya telah mati, Tiang Le mencelat tinggi
menghindarkan serangan tongkat pangcu Hwa-ie-kay-pang dan telah berdiri di atas
KuSehabis berkata demikian, cepat Tiang Le mencelat turun dan membentak
kepada ketua Hwa-ie-kaytidak ada permusuhan apa-
-ie-kay-pang menyambar dahsyat mengeluarkan suara angin
menderu. Akan tetapi Tiang Le yang tak mau lagi membuang waktu, telah melakukan
jurus Tok-pik-kun-hoat dan Sien-tian-jiu berbareng. Terdengar jeritan keras karena
tubuh ketua pengemis baju kembang sudah terlempar jauh dan tak dapat bangun
lagi karena tulang pundaknya patah terhantam pukulan tangan kiri Tiang Le yang
dahsyat! Dan sekali menggerakkan tubuh, tahu-tahu lima orang anggota pengemis baju
kembang terjungkal oleh dorongan tangan kiri Tiang Le dan tidak dapat bangun
lagi. Hebat sekali Tiang Le ini. Melihat Cie Lay dikeroyok oleh banyak orang-orang
Hek-lian-pay dan nampak terdesak, Tiang Le segera mencelat dan menggerakkan
tangan kirinya menggunakan jurus gerak tangan kilat. Dua orang kakek Hek-lianpay yang tak keburu menangkis terpental dengan tulang pundak patah-patah oleh
sambaran tangan kiri Tiang Le.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 361
yoza collection Melihat kehebatan pemuda lengan buntung ini, yang pernah dikenalnya, keruan
saja ketua Hek-lian-pay yang bernama Hek-sin-tung Pay-cu Teng Kiat, menjadi
marah dan membentak: " Biarlah tuanmu hari ini
-cu, siapa bilang aku sudah mampus" Kalianlah yang goblok
mudah saja kukelabui dengan pura-pura mati, akan tetapi penglihatan matamu buta
tidak melihat aku sudah mati apa belum. Pay-cu karena Thian memberikan nyawa
rangkap kepadaku, maka hari ini aku hendak mencabut nyawamu dan mengirim
kau ke neraka! bentakan ketua Hek-lian-pay ini, diiringi gerakan tongkat sakti yang luar biasa
kuatnya. Tiang Le cepat menggeser kakinya berkelit ke kiri dan menggerakkan
tangannya memukul ke depan. Dua tenaga dahsyat membuat ketua Hek-lian-pay
meloncat mundur dan tergetar kuda-kudanya.
Ia mengawasi pemuda lengan buntung itu dengan heran. Bagaimana boleh jadi
dalam segebrakan itu ia telah dibuat tergempur kuda-kudanya. Tiga tahun yang lalu
ia kenal benar dengan ilmu pedang pemuda ini, bagaimana sekarang pemuda
lengan buntung ini demikian lihai. Tak masuk diakal.
Dengan rasa penasaran yang hebat ia menerjang maju lagi, menggerakkan
tongkatnya dengan sabetan yang kuat dan mengeluarkan suara angin berdesing
keras. Akan tetapi begitu Tiang Le menundukkan kepalanya dan menggerakkan
tangan kiri mencelat ke atas, tahu-tahu tubuh Hek-sin-tung Teng Kiat telah
terlempar roboh dengan dada terluka.
Teng Kiat memandang terbelalak kepada Tiang Le. Ia berusaha hendak bangun
dan terhuyung-huyung beberapa tindak ke belakang. Akan tetapi, terasa kepalanya
menjadi pening dan ia telah roboh tak ingatkan diri lagi!
Sementara itu Bwe Hwa dan Kong In mengamuk hebat bukan main seakanakan keduanya saling berlumba untuk menjatuhkan musuh. Sepasang pedang iblis
yang bernama Hek-pek-hwa-siang-kiam (sepasang pedang bunga hitam putih)
berkelebat bagaikan guntur menyambar dari angkasa.
Setiap kali tangan kanan Bwe Hwa dan Kong In bergerak tentu dua-tiga orang
perwira Mongol telah terpental dalam keadaan tubuh sudah mandi darah. Ganas
sekali perbuatan gadis ini, sedang Pek-hwa-kiam di tangan kanannya yang tak
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 362
yoza collection pernah memberi ampun kepada lawan, meskipun kini gadis itu bersilat dengan
tangan kanan saja, akan tetapi hebatnya, luar biasa!
Menghadapi Jing-tok-siang-lomo, A Thiong, A Mey, dan dibantu oleh tokoh Kongthong-pay Leng Ek Cu, pedang kilatan putih Bwe Hwa menyambar dahsyat, diseling
berkelebat sinar hitam memanjang luar biasa merupakan guntur memecah bumi
membuat Leng Ek Cu menjadi keder hatinya. Dan bersilat dengan mundur-mundur.
Akan tetapi Bwe Hwa yang tidak memberi ampun lagi kepada lawannya, dia
sudah menggunakan jurus Pek-hwa-kiam-sut yang terlihai dan dalam detik
selanjutnya pedangnya sudah menerobos masuk menyentuh iga tokoh Kong-thongpay dan sekali pedang Pek-hwa-kiamnya ditarik ke atas, terdengar pekik
mengerikan Leng Ek Cu, tubuhnya roboh ke tanah dengan mandi darah. Matanya
mendelik memandang Bwe Hwa seperti melihat setan saja, kemudian mata itu
tertutup rapat, tak bergerak lagi, mati!!
Pada saat yang bersamaan pedang hitam Kong In juga sudah berhasil
menyerbu ke dua orang kakek dan nenek gila, pedangnya berkelebat bagaikan maut
hendak men cabut nyawa! Dahsyat sekali gerakan yang aneh ini. Dengan bernafsu
sekali Kong In menggerakkan pedangnya menusuk, membarengi pukulan tangan
kiri yang luar biasa. oleh berkelebatnya sinar hitam menabas leher. Darah merah muncrat dari leher itu dan tubuh Jing-toksiang-lomo A Thiong mati, pada saat itu juga dengan kepala terpisah dari tubuhnya!!
Si nenek A Mey menggereng keras, meraung bagaikan harimau kehilangan
anaknya, menggerakkan tangan kanannya memukul ke depan menggunakan Jingtok-ciang yang ganas dan keji. Sambil tertawa mengejek Kong In menyambut
dengan tangan kirinya dan mengerahkan tenaga sepenuhnya. Inilah kesalahan
Kong In, begitu tangannya beradu dengan tangan si nenek Amey yang penuh
dengan hawa Jing-tok, segera dia menjerit dan lompat ke belakang.
Begitu dilihatnya tangannya sudah hangus, ia jadi marah dengan menggunakan
Hek-hwa-kiam-sut ia menyerang. Sinar hitam berkelebat, amat cepat gerakan ini.
Jing-tok-siang-moli A Mey menangkis serangan pedang hitam dengan kebutan
jubahnya. dengan menggunakan hawa Hek-in-kang yang pernah ia pelajari di Tiang-pek-san
dari mendiang suhunya Swie It Tianglo. Amat cepat sekali tangan kiri Kong In
menyambar lambung si nenek.
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 363
yoza collection -tok-siang-moli A Mey terlempar jauh dan tidak
dapat bangun lagi. Kong In yang berwatak berangasan mencelat ke atas, menusukkan pedangnya
ke dada si nenek, akan tetapi selagi tubuhnya masih di udara dan siap hendak
menusukkan pedangnya ke dada si nenek, tahu-tahu serangkum angin pukulan
yang kuat membuat tubuhnya terlempar ke belakang dua tombak jauhnya,
Ha ha ha, anak muda, kepandaianmu cukup hebat dan lumayan. Pantas untuk
matanya memandang ke arah seorang tua berpakaian jenderal. Bong-goanswe atau
yang kita kenal sebagai Bong Bong Sianjin!
tersenyum mengejek ke arah Kong In dan Bwe Hwa!
mengelebatkan pedangnya di depan dada.
Kasihan gadis ini, wajahnya semakin pucat. Banyak tenaga yang keluar
membuat luka di lengan kirinya bertambah parah, rasa nyeri yang menyerang ke
ulu hati dan jantung tak dirasanya lagi oleh Bwe Hwa. Benar-benar hebat gadis ini.
Kata-kata Kong In disambut oleh suara ketawa keras dari Bong Bong Sianjin,
-murid Swie It Tianglo sampai
keakarik oleh Bong Bong Sianjin.
Kong In mengeluarkan bentakan keras dan pedang hitamnya meluncur ke arah
dada Bong Bong Sianjin. Sambil tertawa mengejek Bong Bong Sianjin
mengelebatkan pedangnya menangkis pedang lawan. Suara pedang terdengar
beradu bunga api memercik.
Pada saat itu serangkum hawa pukulan dari tangan kiri Kong In menyambar
ke arah Bong Bong Sianjin dibarengi dengan sabetan pedang Pek-hwa-kiam dengan
gerakan yang luar biasa sekali, suara pedang berdesing panjang. Kaget sekali Bong
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 364
yoza collection Bong Sianjin, cepat ia menggerakkan pedangnya menahan sabetan pedang Bwe
Hwa dan menggunakan tangan kiri pula mendorong pukulan tangan kiri Kong In.
Akan tetapi begitu tangannya terangkat, sebuah pukulan yang kuat membuat ia
terhuyung-huyung. Segera Bong Bong Sianjin mencelat ke samping dan menoleh,
dilihatnya seorang pemuda lengan buntung berdiri sambil tersenyum mengejek:
Sementara Kong In dan Bwe Hwa sudah menerjang lagi, menggerakkan
pedangnya menusuk dada Bong Bong Sianjin yang cepat menghindarkan diri
dengan berkelit ke samping, akan tetapi begitu tangan kiri Tiang Le bergerak
menggunakan jurus Sian-tian-jiu atau tangan kilat, tahu-tahu tubuh tinggi besar dari
Bong Bong Sianjin sudah terpental dua tombak jauhnya dan pada ketika itulah
hampir terbang Kong In dan Bwe Hwa melayang menerkam Bong Bong Sianjin
dengan gerakan menusuk dan amat cepat sekali gerakan ini, karena dadanya terasa
sakit dan lumpuh oleh pukulan gerak tangan kilat Tiang Le tak keburu Bong Bong
Sianjin menghindarkan diri.
Sepasang pedang Iblis Hek-pek hwa-siang-kiam meluncur dengan amat
cepatnya seakan-akan pedang di tangan Bwe Hwa dan pedang di tangan Kong In
saling mendahului menusuk ke arah dada itu. Terdengar jeritan kematian dari Bong
Bong Sianjin tatkala dalam detik itu juga sepasang pedang hitam dan putih sudah
terbenam di dada Bong Bong Sianjin yang terus berkelojotan dan mati!
Akan tetapi bersamaan dengan matinya Bong Bong Sianjin, pada saat itu
muncul beratus-ratus anak buah Hwa-ie-kay-pang dan Sian-li-pay telah mengurung
tempat itu. Akan tetapi yang membuat Tiang Le kaget setengah mati adalah Cia Pei
Pei itu yang telah berada di depan Bu-tek Sianli dengan telah dihadapkan di depan
pedang Bu-tek Sianli! Terdengar suara Nenek itu mengakak keras.
Sian-ling muda, berani melawanku" He he, he setindak saja engkau
menggerakkan kakimu, niscaya kekasihmu ini akan kehilangan kepalanya oleh
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 365
yoza collection Kong In dan Bwe Hwa menjadi marah sekali. Dengan gerakan yang tak diduga
Bwe Hwa sudah mencelat ke arah Bu-tek Sianli dan menggerakkan pedangnya ke
arah leher, pada saat si nenek Bu-tek Sianli menggerakkan pedangnya menangkis
pedang Bwe Hwa, sebuah bayangan berkelebat dan tahu-tahu Pei Pei telah berada
di tangan Tiang Le di atas sebuah puncak batu karang yang amat tinggi.
Akan tetapi nenek Bu-tek Sianli yang menjadi marah bukan main kepada gadis
ini menggerakkan tangannya menggunakan jurus maut kepalan dewa tanpa
tandingan. Tangan si nenek bergerak memukul, akan tetapi Bwe Hwa yang sudah
menjadi nekat ini menggerakkan pula pedangnya membabat pukulan tangan si
nenek. menahan rasa nyeri pada dadanya dan beberapa saat kemudian ia telah roboh
sambil muntahkan darah segar.
Hebat sekali pukulan Bu-tek Sianli tadi. Pukulan itu ialah menyerang jantung
Bwe Hwa dan ia terluka dalam. Akan tetapi, sebaliknya, Bu-tek Sianli sendiri terkejut
bukan main melihat kehebatan gadis ini. Kalau orang biasa yang terkena
pukulannya tentu akan hancur berantakan isi dada itu dan mati seketika, akan tetapi
gadis ini sungguh luar biasa!
Lima orang kakek pengemis baju kembang mencelat ke depan dan membentak
main-main dengan Paydengan berkelebat tubuhnya dan sebentar saja ia sudah merangsek kakek
pengemis baju kembang! Tiang Le memandang pertempuran yang masih berlangsung dari atas puncak
-moay, berani kau berdiri di sini
sementara aku menggasak tikus-tikus Sian-liPei Pei tersenyum manis. Memandang ke bawah. Ngeri bukan main kalau ia
terjatuh dari tempat yang amat tinggi ini, akan tetapi dalam senyumnya itu ia
hatiTiang Le menyentuh bahu si gadis dan sekali tubuhnya berkelebat turun, tahutahu dua orang pengemis baju kembang sudah terjungkal oleh gerak tangan kilat
Tiang Le. Bu-tek Sianli menjadi marah bukan main kepada pemuda lengan buntung
yang telah turun membantu ini, segera dia memberi isyarat dengan tangannya
maka terjunlah lima belas gadis Sian-li-pay yang berkepandaian tinggi itu!
Pendekar Lengan Buntung - Halaman 366
yoza collection Sebetulnya, ingin sekali Tiang Le mengeluarkan pedang buntungnya akan tetapi,
melihat bahwa yang mengeroyoknya adalah gadis Sian-li-pay yang masih begini


Pendekar Lengan Buntung Seri 1 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

muda dan cantik tak tega Tiang Le untuk membunuh. Ia memainkan jurus ilmu silat
tangan buntung dan mengikuti jurus duapuluh satu langkah-langkah ajaib, maka
bagaikan bayangan saja tubuh Tiang Le berkelebat ke sana ke mari, mengirim
totokan kepada para pengeroyoknya. Hebat sekali sepak terjang Tiang Le ini begitu
tubuhnya berkelebat dua orang pengeroyoknya roboh dalam keadaan sudah
tertotok! Di lain pihak, Cie Lay menghadapi ratusan tentara Mongol yang mengeroyoknya.
Sudah berpuluh-puluh orang ia robohkan akan tetapi, semakin banyak saja tentara
Mongol ini mengurung tempat itu. Apalagi kini setelah munculnya seorang tinggi
besar berpakaian jenderal tentara Mongol yang berkepandaian tinggi dan
kelihatannya pandai mengatur barisan gerilya ini.
Diam-diam Cie Lay mulai terdesak dan saking banyaknya musuh-musuh tentara
Mongol yang mengeroyoknya, akhirnya lama kelamaan Cie Lay menjadi lemah
bukan main. Gerakan pedang Hong-san-kiam menjadi lemah dan pada suatu saat,
seorang tentara Mongol, dengan jaring di tangan sudah dapat meringkuk Cie Lay
dan menotok pemuda itu. Terdengar orang tinggi besar berpakaian Jenderal Mongol itu berkata-kata
kepada anak buahnya dengan bahasa asing yang tak dimengerti oleh Cie Lay, orang
itu kemudian mengangguk-angguk saja dan tanpa berkata apa-apa lagi Cie Lay
sudah dibelenggu pada kakinya. Kemudian, dibawanya ia menuruni bukit.
Terkejut sekali pemuda Hong-san ini, begitu mendengar bahwa yang
menawannya adalah Panglima Ku Bilay Khan sendiri yang bertubuh tinggi tegap
dan gagah. Pantas saja kepandaiannya demikian lihai! Apabila mendengar dari laporan
Petualangan Tom Sawyer 1 Lima Sekawan 05 Petualangan Di Gunung Bencana Sumpah Sepasang Harimau 2
^