Pesawat Ark Two 3
Pesawat Ark Two Tom Swift 07 Bagian 3
"Engkau tak apa-apa?" ia bertanya dengan khawatir. "Sebentar lagi teknisi medis akan datang."
"Saya kira dia tak apa-apa," kata Tom. "Kapten, saya bergumul dengan orang itu, tepat di sini ini, belum tiga menit yang lalu. Tentu ia masih ada, entah di mana."
"Tentunya engkau tak melihat dia dengan nyata?"
Tom mengangkat bahu. "Memakai kerudung dan topeng." Ia bercerita tentang lebah mekanik, kemudian menolong K'orlii berdiri.
Pemuda Aquilla itu masih goyah, lalu dipapah turun di tangga oleh Tom dan Aristotle, ke kamar mesin di bawah. Di luar, di serambi, seorang pengawal memberi salam kepada kapten.
"Mason segera sembuh, kapten," ia melapor. "Sedikit pusing barangkali, tetapi hanya itu."
"Syukurlah, tentunya ia melihat sesuatu!" kata Susan.
"Tidak, kapten. Ia tak melihat apa-apa."
"Cocok, bukan" Dan tak seorang pun ada di ruang mesin itu, atau di mana pun. Ia tentu ke luar dari pintu darurat, meskipun aku tak tahu bagaimana caranya."
"Kalau pun ada seseorang di kamar itu " aku tetap sangsi."
"A-apa?" Tom menoleh, melihat tubuh kurus dari Marcus Overmann. Ia bangkit dan berusaha menahan amarahnya. "Apa yang hendak anda katakan, pak?"
"Tom benar," kata kapten Travis. "Saya kira sebaiknya anda menjelaskannya." "Bukan saya yang harus menjelaskan!" Pandangan Overmann menyapu ke arah K'orlii. "Anak itulah, kapten. Mata-mata Aquilla di pesawat ini."
"Dusta!" K'orlii meledak.
"Begitu?" Senyum Overmann dingin bagaikan es. "Kalau begitu kukira ini juga dusta." Ia membuka genggaman tangannya dan menyodor-kannya kepada kapten Travis. Sebuah kristal berbentuk dadu nampak di tangannya. .
"Apa ini?" "Henry!" Overman memanggil. "Tolong katakan kepada mereka. Aku tak ingin kapten mendengar hal itu dari mulutku."
Henry Greylock mendatangi, dengan sengaja menghindari pandangan K'orlii.
"Kami " eh " menemukan ini di serambi," katanya. "Marcus dan saya ada di belakang anda. Saya kira anda lebih baik mendengarkan pesan ini."
"Tentu," kata Susan Travis. "Nanti di kamar saya."
"Saya kira ... lebih baik sekarang juga," Overman mendesak.
Susan Travis mengambil kristal itu dari tangan Overmann, lalu dipasangnya pada alat di sakunya, sebuah taperecorder mini.
Terdengar suara mendesis sejenak, kemudian suara yang halus seperti berbisik:
". . . kuharap engkau menerima ini K'orlii . . . sekarang engkau di daerah jangkauan Aquilla, dan aku akan berusaha untuk melakukannya dengan cepat. Ikuti Tom Swift dan yang lain- lain, cobalah kauamati semuanya. Di sini suasana sedang memuncak. Persetujuan tak akan diterima oleh Dewan Duabelas Lautan. Aku berjanji hal itu padamu!
Alat itu berdesis lagi karena gangguan udara antar planet, lalu diam.
"Bagaimana?" Overmann berseri-seri menang. "Apa yang masih anda perlukan" Suara itu suara Shaldar, ayah pemuda itu."
"Yang kita anggap teman di Aquilla," sambung Greylock.
"Benda itu palsu, dan anda tahu tentang itu!" teriak K'orlii. Ia maju hendak menangkap Overmann, tetapi Tom menahannya.
"Engkau yang palsu," kata Overmann tajam sambil menuding.
"Engkau menjumpai orang berkerudung itu, anak muda, bukan diculiknya! Ketika Tom Swift menemukan engkau, engkau berpura-pura menjadi kurban. Engkau telah melakukan hal yang sama di New America kemudian di Bulan. Kukira sudah waktunya kita menghabisi sandiwara ini." Mata Overmann memandangi Susan Travis. "Kurunglah dia, kapten. Sekarang , juga!"
"Apakah ini suatu perintah, pak?" tanya Travis dengan dingin.
"Kapten!" tukas Marcus Overmann. "Apakah masih ada keragu-raguan bagi anda dari apa yang terjadi ini" Anda mendengar sendiri buktinya!"
"Kristal berisi pesan itu bukan suatu bukti sama sekali!" kata Tom. "Tidak sulit untuk membuat barang palsu seperti itu."
"Pesan ini benar-benar asli!" kata Overmann kaku.
Tom memandang ke kapten Travis. "Maafkan saya sebentar."
Tanpa menunggu jawaban ia menarik Aristotle ke samping dan berkata-kata kepadanya. Beberapa detik kemudian, sebuah laci kecil di dada robot itu terbuka. Tom mengeluarkan sebuah benda kecil, lalu kembali ke rombongan.
"Nah, maukah kapten memutar ini?"
"Apa-apaan ini?" tanya Overmann dengan curiga.
"Dengarkan saja, pak!"
Susan Travis memasang kristal itu ke dalam alatnya.
"..dengarlah aku. Aku mempunyai bukti bahwa kapten Travis dan juru masak adalah agen-agen musuh. Mereka hendak meledakkan Bumi dan Bulan malam nanti! "
"Hee! itu suara saya!" Marcus Overmann menatap kapten, kebingungan. "Saya tak pernah berkata demikian!"
"Memang tidak," kata Tom. "Aristotle yang berkata demikian. Ia telah menangkap pola suara anda, lalu merekam pesan yang saya katakan dalam pola suara anda. Ini sangat mudah dan sederhana! Siapa pun dapat melakukannya, dengan alat penganalisa suara!"
Wajah Overmann menjadi merah padam. "Itu".itu tak ada hubungannya dengan ini!" ia berteriak. "Kapten, apakah anda dengan sengaja hendak melindungi mata-mata ini?"
"Betul!" kata Susan Travis. Senyuman kecil nampak di bibirnya. "Saya pun berusaha melindungi diri saya sendiri, tentu saja! Ingat, bagaimana pun anda telah menuduh saya dan juru masak, hendak menghancurkan planet-planet dalam "
*** Kurang dari tiga jam kemudian Daniel Boone meluncur ke arah dunia lautan Aquilla. Itulah salah satu pemandangan terindah yang pernah dilihat Tom. Hampir delapan puluh persen dari permukaannya berupa air, hingga planet itu bersinar bagaikan permata hijau-biru.
Kapten Travis mencocokkan orbit pesawatnya dengan orbit planet tersebut, duaratus mil di atas rangkaian pulau-pulau karang K'hlai. Aristotle diperbantukan untuk merawat pesawat. Sementara itu Tom, ayahnya serta teman-temannya turun ke permukaan dengan pesawat shuttle yang pertama.
Marcus Overmann marah sekali ditinggalkan. Ia bersikeras, bahwa ia berhak untuk turun yang pertama.
"Marcus," kata ayah Tom. "Kalau aku dapat menahan engkau di pesawat ini sepanjang perjalanan, akan kulakukan. Tetapi yang dapat kulakukan ialah untuk memastikan bahwa engkau tak akan menimbulkan keributan begitu engkau mendarat!"
Overmann benar-benar marah dan berteriak-teriak, tetapi pak Swift meninggalkan begitu saja.
"Nah, itu dia!" K'orlii menunjuk ke landasan shuttle yang sempit. "Itu Kh'lai, serangkaian pulau-pulau sepanjang empatratus mil, mengelilingi Aquilla seperti sebuah mata pancing. Itulah sebenarnya arti Kh'lai: mata pancing."
"Luar biasa!" seru Anita. "Lalu, mana pulaumu, pulau Rha'mae?"
"Yang itu. Tepat di lengkungan mata pancing."
Pesawat shuttle berputar satu kali, mematikan jet-jet atmosfirnya, lalu melayang mulus di dalam teluk dekat Than'oorii, kota terbesar di Rha'mae. Anita melihat dengan terpesona ke menara-menara karang yang halus, berkelompok-kelompok di antara pohon-pohonan di sepanjang pantai putih.
"Itu belum apa-apa," kata K'orlii tertawa. "Engkau harus melihat bagian lain kota itu."
"Apa?" tanya Anita tak mengerti.
"Yang nampak di atas air itu hanya seperlima," K'orlii menjelaskan. "Mungkin kurang dari itu. Sisanya ada di bawah air. Ingat, kami bangsa Aquilla bersifat ampibi. Di bawah sana ada arsitektur dengan gravitasi nol yang sulit dapat kaupercaya!"
"Nah, itulah yang harus kulihat!" kata Ben.
"Arsitektur dan teknik genetik tak banyak hubungannya di Bumi," kata K'orlii. "Tetapi di sini keduanya erat bekerjasama. Kami mengajar kehidupan batukarang untuk membangun kota-kota yang kami kehendaki. Hal itu tak mengganggu kehidupan di dalam ekologi batukarang, dan terbentuklah pola-pola yang mengagumkan."
Tom pernah melihat orang Aquilla dalam jumlah yang banyak. Tetapi belum pernah sebanyak sekarang ini yang berkumpul di satu tempat. Mereka berdesakan di jalan-jalan yang sempit untuk menjemput K'orlii. Mereka memandang dengan heran ke manusia-manusia dari Bumi. Komunikasi menjadi mudah berkat unit-penterjemahan-pelajaran hasil penemuan Tom. Setiap pengunjung selalu membawanya setiap waktu.
Setelah menghidupkan unit penterjemahan, pak Swift berjalan menemui Shaldar, ayah K'orlii. Ia memanggil Tom untuk mengikuti.
"Halo sahabat, saya ucapkan selamat datang dengan segala senang hati," kata orang Aquilla itu dengan hangat. "Engkau juga, Tom junior!"
Tom berjabatan tangan dengan Shaldar, kemudian memperkenalkan Ben Walking Eagle dan Anita Thorwald. Orang-orang Aquilla itu terpesona melihat rambut Anita yang merah.
Meskipun dengan sikap hormat, namun mereka memandang dengan terang-terangan ke rambut yang merah menyala itu!
"Aku minta maaf bagi mereka," kata Shaldar dengan sungguh-sungguh. "Kuharap engkau tak merasa terhina, Anita."
"Tidak," kata K'orlii tertawa. "Ayah, satu-satunya cara untuk menghina gadis dari Bumi hanyalah tidak memperhatikannya sama sekali!"
"K'orlii!" seru Anita, berusaha keras untuk berpura-pura marah.
Ayah K'orlii merasa, bahwa kedua anak muda itu sedang bergurau dan tak ada seorang pun yang merasa terhina. Ia memimpin rombongan itu ke pantai.
"Semua orang di Aquilla berjalan kaki," K 'orlii menjelaskan,
"kecuali kalau bepergian dari pulau ke pulau, dan jaraknya cukup jauh. Untuk itu kami naik Salamandari. Hewan itu juga ampibi."
"Apakah itu, Salamandari?" tanya Ben.
"Seperti itu," K'orlii menunjuk ke seorang Aquilla yang menunggang seekor hewan yang ramping-panjang bergigi tajam. Bagian bawah tubuhnya kuning cerah, sementara punggungnya bebercak-bercak kehijauan. Kakinya nampak sangat kuat, dan di antara cakar-cakarnya terdapat selaput renang. Menurut Ben, hewan itu mirip seekor belut yang ingin menjelma menjadi kadal atau kodok.
"Apakah kita " eh " akan bepergian jauh-jauh?" tanya Ben khawatir.
K'orlii tertawa. "Jangan risau. Mereka tak seburuk tampangnya!"
"Aku tak mengerti bagaimana mereka itu tidak buruk," kata Ben setengah menggerutu. "Bagaimana pun aku lebih senang berjalan kaki. Sebenarnya ...."
Ben berhenti ketika suara gemuruh terdengar di langit cerah di atas mereka. Pesawat shuttle rombongan kedua melayang turun di atas atol, lalu mendarat di air.
"Wah, itu Overmann datang!" Anita mengeluh. "Aku tahu, kita akan mendapat terlalu banyak kesenangan!"
Chapter 14 Ayah Tom kembali dari suatu pertemuan yang bertele-tele dengan Dewan Duabelas Lautan. Wajahnya muram dan nampak kelelahan.
"Aku khawatir, semuanya akan menjadi lebih buruk dari apa yang kita perkirakan," katanya. "Mordan sebenarnya baik. Tetapi si K'artar telah menjejali dengan informasi-informasi yang keliru mengenai Bumi dan Planet-Planet Dalam."
Pak Swift duduk di kursi lalu memandang ke laut yang biru cerah. "Baik Mordan maupun K'artar belum pernah ke luar dari planet ini, Tom. Setidaknya dari apa yang kuketahui."
"Itu berarti, ada orang yang menjejali kebohongan-kebohongan kepadanya," sambung Tom.
"Tepat. K'artar tentu telah dibeli orang!"
"Ayah, dari semula aku berpendapat, bahwa Overmann terlibat dalam soal, ini," kata Tom.
"Mungkin sekali. Aku tak akan mengenyampingkannya." Pak Swift mengernyitkan dahi, memandangi kedua tangannya. "Kalau ia benar-benar bersekongkol dengan K'artar, mereka telah bermain sandiwara dengan baik sekali di hadapan Dewan Duabelas Lautan. Seharian ini, beberapa kali Marcus dan K'artar seperti hendak membubarkan pertemuan, dan seperti hendak berkelahi di sana. Kalau Henry Greylock tidak melerainya, kukira semuanya telah berada di Daniel Boone sekarang ini. Langsung menuju ke Bumi."
Tom berpikir. "Aku berpendapat, mereka memang bisa, kalau memang bermaksud melaksanakannya."
"Tentu," ayahnya menyetujui. "Mungkin itulah yang akan mereka lakukan. Mungkin sekali engkau akan dapat menyaksikan sendiri penampilan mereka, Tom. Shaldar mengundang Mordan dan K'artar untuk makan bersama. Demikian juga para awak pesawat."
"Yah, semacam pertemuan keluarga." Tom mengeluh. "Aku tak sabar lagi!"
*** Untuk beberapa saat, Tom mengira bahwa kekhawatiran ayahnya seperti tak beralasan.
Shaldar dengan cerdik menempatkan Mordan dan K'artar pada ujung meja. Jauh dari Marcus Overmann dan rombongan lain dari Bumi. Overmann nampak berusaha keras untuk berlaku ramah dan menarik, dan Henry Greylock ada di sampingnya, menjaga agar suasana tetap demikian.
Di samping itu K'orlii, T'herlaia, duduk seorang gadis Aquilla yang ramping dan cantik. Pandangannya tak lepas dari K'orlii. Tom berhasil mengetahui nama gadis itu dari K'orlii.
"Itu B'teia," kata K'orlii dengan dingin. "Hanya teman lama pada waktu sekolah."
"Teman yang cantik," kata Ben.
Wajah K'orlii menjadi agak lebih berbayang kebiruan.
"Itulah yang sebenarnya," ia menggagap. "Ha " hanya teman!"
"Aku tahu," kata Ben sembarangan. "Aku kan juga bilang begitu?"
Tom mendehem, dan Anita menyembunyikan senyumnya dengan serbet.
"Engkau mungkin ingin tahu," kata T'herlaia kepada Tom. "Meja makan ini mungkin dari sebatang kayu yang terbesar di Aquilla. Ini kayu spiderlime, berasal dari planet Arbhorea. Hadiah dari ayahmu."
Tom mengagumi serat kayu yang kekuning-kuningan. Ia tahu, bahwa itu merupakan salah satu kayu yang terbaik dari planet yang berhutan itu.
"Saya kira, di Aquilla sini tak banyak pohon-pohonan," kata Tom.
"Hanya yang kaulihat tadi," jawab T'herlaia. "Dan beberapa pohon yang tumbuh di pulau-pulau. Mirip sekali dengan pohon palem di Bumi, kukira. Tentu saja merupakan barang yang langka. Tak seorang pun ingin menebangnya!"
"Tidak seperti di Bumi!" kata K'artar menyeringai di ujung meja. "Main sikat habis segala sumber mereka."
Shaldar nampak terkejut. Marcus Overmann sudah mulai membuka mulutnya, tetapi ayah Tom mendahuluinya.
"Anda memang benar," katanya dengan sopan. "Kami memang telah membuat kesalahan. Tetapi kami telah mengambil langkah-langkah yang drastis untuk memperbaikinya. Ark Two merupakan salah satu dari usaha itu."
K'artar bertubuh lebih berat dari kebanyakan orang Aquilla. Pinggangnya ramping, tetapi bahunya bidang, menunjukkan seorang ahli berenang. Matanya yang kuning menyapu meja sejenak, lalu menatap Greylock. "Wakil Dewan Antar Planet dari Bumi telah menjelaskan masalah-masalah anda dengan jelas sekali pada pertemuan kita siang ini. Bukankah begitu, Mordan?"
Paman K'orlii mengangguk, tetapi diam saja.
"Itulah salah satu alasan, mengapa kami datang kemari," kata Greylock ramah. "Bila ada sesuatu yang anda belum mengerti tentang rencana?""
"O, saya sudah cukup mengerti," K'artar menyela. "Penduduk Bumi telah merampok planet mereka sendiri. Dan kini hendak pula merusak Dunia Bintang-Bintang!"
"Tuan K'artar!" kata Graylock gugup.
"Saya tak mau duduk dan mendengar ini semua!" Overmann meledak. Ia bangkit berdiri dan mengacungkan tinjunya ke arah K'artar. "Saya dan tuan telah bersepakat tentang satu hal, tuan. Selama saya masih mempunyai suara, tak mungkin akan ada suatu pakta antara Aquilla dan Planet-Planet Dalam. Itu tak akan pernah terjadi!"
Dengan berkata demikian ia berbalik lalu melangkah lebar keluar dari ruangan.
Ayah K'orlii nampak terpukau, sementara K'artar dan Mordan memandangi wakil Bulan itu pergi. Senyuman puas melebar pada wajah mereka berdua.
*** Matahari Aquilla menghangati permukaan air yang luas, menyebabkan pantai-pantai nampak putih menyilaukan. Ben, Tom dan Anita berada di pantai, mempersiapkan perlengkapan drysuit mereka. Piknik yang mereka rencanakan sehari sebelumnya, telah menjadi peristiwa yang kurang menyenangkan. Ayah Tom dan Shaldar telah berusaha keras untuk mempertemukan kembali para wakil Planet Dalam dengan bangsa Aquilla. Tetapi sebegitu jauh, Overmann dan K'artar telah menolak untuk bersama-sama dalam satu ruang.
"Menurut pendapatku, seolah-olah setiap dunia, paling sedikit mempunyai seorang Marcus Overmann," kata Anita. "Kita mempunyai Overmann dan Aquilla mempunyai K'artar."
"Mereka merupakan pasangan yang bagus," Tom mengiakan.
"Ha! Lihat! Itu K'orlii dan B'teia!"
Kedua muda-mudi Aquilla itu muncul dari kedalaman, lalu menghampiri pantai. K'orlii tersenyum lebar kepada teman-temannya.
"Sudah siap untuk melihat-lihat sisi lain dari planet kami?" Ia berpaling kepada gadis berkulit biru itu. "Ambillah mereka, B'teia!"
"Ambil apa ..." Ben mulai membuka suara, lalu terbelalak tak percaya.
K'orlii tertawa, "Ayo! Ini suatu kesempatan untuk seumur hidup! Kalianlah orang luar planet kami yang mendapat kehormatan menunggang Salamandari."
"Oh begitu" Suatu kehormatan" Senang benar engkau mengatakannya," Ben menggerutu. Ia melirik penuh curiga ke arah lima ekor hewan yang dituntun B'teia ke tempat yang dangkal.
Sebelumnya ia memang tak menaruh perhatian akan hewan itu, yang rupanya mirip seekor naga. Kini pun ia tetap tak menyukainya. Salah seekor hewan itu menjulurkan lehernya yang hijau-kuning dan panjang ke arahnya, lalu membuka moncong, memperlihatkan dua deretan giginya.
Ben menggeleng. "Uh-uh. Terimakasih, tetapi aku tidak mau."
"Kukira orang Cherokee pandai menunggang apa saja," Anita menggoda.
"Ya, apa saja yang masuk akal!" Ben memperbaikinya. "Tetapi ini bukan yang masuk akal, Anita!"
"Oo, mereka sangat jinak," kata B'teia. "Mari. Engkau harus mencobanya." Ia memandangi Ben dengan pandangan meminta. "Aku akan merasa terhormat kalau engkau menunggang hewan kesayanganku, Phardaar." Ia menunjuk hewan yang ada di sisi kirinya, yang tadi menunjukkan gigi-giginya.
"Itu si Phardaar?" Ben melirik Tom. "Aku seharusnya sudah memperkirakan, ya?"
Meskipun Ben tetap khawatir, tetapi Salamandari adalah hewan yang patuh dan dapat dipercaya sebagai tunggangan di bawah air.
K'orlii dan B'teia mengajak tamu-tamunya yang memakai drysuit ke kedalaman di bawah, kemudian kembali ke bagian kota Than'oorii yang ada di bawah air.
"Nah, itu dia," K'orlii menunjuk. "Lurus di depan."
Pada mulanya tak seorang pun dari teman-temannya yang melihat sesuatu, yang mirip dengan sebuah kota. Puncak-puncak tinggi dari batu-batu karang yang indah berwarna merah muda, menjulang dari kedalaman. Puncak-puncak tersebut membentuk rangkaian pulau-pulau karang Kh'lai. Ikan berwarna-warni keluar-masuk dari bangunan yang bagaikan renda tersebut.
Tiba-tiba Tom menyadari, bahwa bukan semua yang berenang-renang itu adalah ikan. Banyak sekali di antaranya adalah orang-orang Aquilla! Bentuk-bentuk koral yang tinggi-tinggi itu mempunyai arti yang sangat lain baginya. ;
"Kami memang ampibi," kata K'orlii. Ia menunjukkan jalan dengan gesit di antara menara-menara kota itu. "Orang sering lupa tentang hal itu, bahkan teman-teman terdekat seperti kalian. Than'oorii dan kota-kota kami lainnya dibangun agar kami sebanyak mungkin hidup di dalam laut. Tentu saja banyak ruang-ruang yang berudara di mana-mana, dan itu selalu kami isi dengan oksigen."
"Kalau demikian, engkau dapat selamanya hidup di dalam air, ya?" tanya Ben.
"Sudah tentu; sebagian besar dari waktu kami," kata B'teia.
"Tetapi tak ada orang Aquilla yang mau berbuat demikian. Kami terlalu menyukai matahari."
Salamandari-salamandari itu membawa mereka dengan cepat menjauh dari kota, jauh tinggi di atas dasar lautan yang jernih.
Kadang-kadang serombongan besar ikan muncul di kejauhan, demikian rapatnya hingga menutup cahaya sinar matahari. B'teia menjelaskan, bahwa rombongan itu merupakan peternakan yang dikelola, terdiri atas ikan-ikan yang suka berpindah. Itulah yang merupakan hasil terbesar dari planet tersebut.
Kedua muda-mudi Aquilla itu menuntun teman-temannya melewati sebuah bukit kecil batu karang berwarna kuning. Pada sisi lainnya, dasar laut itu mendadak turun menjadi jurang yang biru-hitam. K'orlii menghentikan tunggangannya, dan memberi isyarat kepada teman-temannya untuk berhenti.
"Ya ampuun," seru Anita. "Aku jadi tak percaya dengan penglihatanku!"
"Ini adalah bagian dari Palung Dharmaii," K'orlii menerangkan.
"Hanya sekitar tigapuluh-ribu meter di sini. Makin ke sana makin dalam."
"Makin dalam?" Tom menggelengkan kepala. "Palung Mindanao di dekat Pilipina hanya sekitar duabelasribu meter! Dapat diisikan dua di sini!"
"Apakah ada sesuatu yang hidup di sana?" tanya Anita.
"Ya. Beberapa macam makhluk yang mempesonakan," jawab B'teia. "Kebanyakan tidak berbahaya. Dan tentu saja beberapa macam ikan yang berbahaya, yang tak dapat hidup di dekat permukaan. "
"Nah, yang itu adalah " eh " jenis-jenis yang hidup di bagian yang dangkal dari Dharmaii. Itu harus kaulihat," kata K'orlii. Ia menggerakkan kepalanya ke arah kiri.
Tom menoleh; untuk beberapa saat ia tak melihat apa-apa.
Kemudian, pasir berhamburan bagaikan terkena angin puyuh. Sesuatu yang sangat besar, pipih dan keabu-abuan melesat di tengah-tengah awan pasir, menuju ke kedalaman.
Tom menahan napas. "Apa pun makhluk itu, besarnya tentu tak kurang dari sebuah lapangan sepakbola!"
Pemuda Aquilla itu mengangguk. "Betul. Itu tadi seekor Throo'n muda yang cukup besar. Lebarnya mungkin tujuhpuluh atau delapanpuluh meter. Kalau sudah besar ...."
"Kalau sudah apa?" tanya Ben.
"Mengapa" Tentu saja mereka lebih besar lagi."
"Yuk, kita pulang saja," usul Tom, "sebelum ayahnya pulang dari kerja!"
K'orlii tersenyum. "Biasanya mereka tak mau mencelakai orang. Tetapi kita memang tak akan lama-lama di dekat palung ini. Masih banyak makhluk-makhluk lain yang lebih gesit daripada ikan Throo'n."
Bagi Tom, seolah-olah bukan tempat dan saatnya untuk menanyakan apa saja makhluk-makhluk itu.
Muda-mudi Aquilla itu mengajak mereka ke arah barat, lalu ke selatan lagi melalui batu karang yang membentuk kota Than'oorii.
Jauh di seberang dasar laut mereka melihat sekilas bayangan dari gugusan karang yang lain. K'orlii menerangkan, bahwa itu adalah Lha'ii, suatu pulau kecil di dalam rangkaian Kh'lai. Di sana ada stasiun penelitian, dan penduduknya sangat sedikit. Pantainya mengagumkan. Kalau kalian dapat tinggal lama di sini ..."
K'orlii berhenti dan menggertakkan giginya. "Kita selalu kembali ke masalah itu saja, ya?"
"Barangkali kita dapat membawa Overmann dan K'artar untuk suatu piknik." Tom merenung. "Nah, di tengah perjalanan, kita berhenti dan memperlihatkan bayi Throo'n itu kepada mereka!"
K'orlii terkekeh-kekeh. "Jangan menggoda aku, ah! Kami bangsa Aquilla, katanya dianggap bangsa yang cinta damai, ingat?"
"Tidak selalu mudah untuk berpikir demikian," kata B'teia sedih. Rambutnya yang panjang kecoklat-coklatan berjurai bagaikan rumput laut di sekeliling kepalanya. "K'artar dapat kumengerti. Tetapi paman K'orlii, Mordan . . . beliau biasanya selalu menyenangkan.
"Tunggu sebentar," kata. Tom mendadak. Ia mendekatkan tunggangannya kepada K'orlii. "Apa itu" Apakah kauingat: sebuah stasiun penelitian atau apa?"
K'orlii menatap ke arah yang ditunjukkan Tom. Nampak sesuatu berwarna putih, jauh di , arah timur; sebagian tertutup oleh batukarang yang besar.
"Aku tak ingat," katanya tegas. "Apa pun benda itu, seharusnya tak ada di sana."
Ia menekankan kedua kakinya pada tubuh Salamandari, memajukan tunggangannya. Tom dan yang lain-lain mengikuti.
"Kita dapat melihat dengan lebih nyata dari atas sana," kata K'orlii. Tunggangannya bergerak cepat di atas sehamparan bunga karang berwarna merah. "Di sana ada aliran sejuk di dekat dasarnya"."
Ia berhenti dan menjadi tegang. Suatu teriakan pedih tertahan di tenggorokannya. "Tom! . . . Itu tak mungkin!....Tak mungkin ada di Aquilla sini!"
"Tetapi, begitulah kenyataannya," kata Tom datar.
Dari hamparan bunga karang itu, dasar laut melandai turun dengan tajam, menuju ke salah satu. cabang dari palung Dharmaii. Hampir tak nampak di dalam bayangan kedalaman itu, tergolek lengkung kubah keperakan SeaGlobe! Tak salah lagi!
Chapter 15 "Tom! Untuk apa SeaGlobe ada di Aquilla?" tanya Anita. Ia menggeleng tak percaya.
"Itu tentu ulah si K'artar!" kata K'orlii dengan nada pahit. "Tak ada lain. Aku sangat benci untuk mengakui, bahwa Overmann ternyata benar. Memang jelas, ada pengkhianat-pengkhianat di Aquilla. Kami terbenam sampai ke leher dalam masalah ini!"
"Tetapi dia tentu tidak bekerja sendiri," kata Tom. "Tentu masih ada lagi yang terlibat." "Ia menerawang ke dalam air. "Aku ingin mendekati globe itu. Barangkali kita dapat mengetahui sesuatu."
"Tom!" kata Anita. "Itu bukan gagasan yang baik!"
"Memang tidak baik," K'orlii membenarkan. "Tetapi Tom benar. Mereka tentu bukan begitu saja meninggalkan SeaGlobe itu di dalam palung. Di sana tentu ada kelompok kerja bantuan, pegawai-pegawai yang mengurusnya. Barangkali satu-satunya cara untuk mengetahui siapa sebenarnya yang ada di belakang layar." K'orlii berhenti sejenak. "Aku ikut engkau, Tom. Kalian kembali ke Than'oorii."
"Tidak bisa!" Ben memprotes.
"Harus ada yang mencari bantuan!" K'orlii mendesak. "Tak ada gunanya kalau kita semua mendapat kesulitan di bawah sana. B'teia, temui patroli laut dan kirimkan mereka kemari secepat-cepatnya. Perhatikan mereka tidak memakai lambang K'artar dan Mordan. Aku tak tahu lagi siapa yang dapat dipercayai! Bahkan di kota kita sendiri!"
"Hati-hatilah, K'orlii," gadis Aquilla itu memperingatkan. "Engkau juga Tom."
Tom mengangguk. K'orlii cukup hapal arus-arus yang ada di sana, dan cepat bergerak menuruni kedalaman. Ia menjaga, agar suatu gugusan karang selalu ada di antara mereka dengan SeaGlobe di kejauhan. Tom mengikuti dekat di belakangnya.
Ketika akhirnya K'orlii berhenti di bawah naungan tumbuhan laut, Tom melirik ke arlojinya. Ternyata telah berlalu duapuluh menit.
"Rasanya seperti semakin jauh," kata Tom.
"Sebenarnya kita sudah semakin dekat," kata K'orlii. "Engkau lupa, bagaimana besarnya Sea-Globe itu, Tom. Dan di dalam air, jarak bisa menipu!"
Ia agak ragu-ragu sebentar. "Sejak dari sini aku harus seorang diri ke sana."
"Apa kaubilang?" Tom memprotes.
"Kedalaman dan tekanan air! Dengan drysuit-mu pun engkau tak dapat mendekati tepi-tepi Palung Dharmaii. Demikian juga salamandari-salamandari kita!"
"Engkau tak pernah mengatakan sebelumnya."
"Untuk apa" Apakah dapat merubah situasi?"
K'orlii turun dari tunggangannya dan memberikan tali kekangnya kepada Tom. "Jangan marah. Aku tak akan apa-apa. Aku dilahirkan di sana, ingat?"
"Akan kucoba." "Engkau tahu apa pada saat ini juga?" kata K'orlii. "Nah, demikian juga aku!"
Tom memandangi bayangan biru K'orlii, hampir saja tak nampak di latar belakang pasir dasar lautan. Pemuda Aquilla itu berputar di atas karang, lalu menghilang dari pandangan. Tom tak senang harus menunggu saja. Tetapi ia menyadari bahwa temannya memang benar. K'orlii berada di dalam lingkungan hidupnya sendiri.
Sedang dia, biar pun mempunyai pengalaman-pengalaman di bawah laut, tetap saja merupakan orang asing di dunia lautan hijau dingin.
Tiba-tiba ia membungkuk di atas leher salamandarinya, menerawang ke arah K'orlii tadi menghilang. Ada sesuatu di sana! Ya, itu lagi!
Enam bayangan bentuk torpedo raksasa bergerak cepat di atas pasir dasar, mengendus-endus jejak K'orlii bagaikan anjing pelacak raksasa. Sisi-sisinya menunjukkan loreng-loreng harimau. Tom tahu, itulah Hiu Harimau terbesar yang pernah dilihatnya. Tak ada seekor pun yang kurang dari duapuluh meter!
Ia memaksa tunggangannya melewati batu karang, menuju ke arah K'orlii. Hiu-hiu itu sedang berputar-putar di atas dengan cepat.
Apakah K'orlii tak melihat mereka" Jantung Tom bagaikan hendak copot! Pemuda Aquilla itu terlalu terpusat perhatiannya kepada tugasnya. Pada waktu-waktu lain, ia tentu menyadari adanya bahaya yang mengancam di atasnya. Tetapi sekarang ia bagaikan dibutakan terhadap segala-galanya kecuali terhadap Sea Globe yang ada di kejauhan itu!
Tom menyuruh tunggangannya menerobos ke dalam hutan paku laut. Di bawah sana, ia melihat bayangan K'orlii yang gesit di latar belakang pasir dasar. Salah seekor raksasa loreng itu membelok jauh dari yang lain-lain, lalu menukik ke belakang perenang yang tak menyadarinya.
"K'orlii!" teriak Tom melalui radio mini di pergelangan tangannya. "K'orlii! Di belakangmu!" Tetapi ia masih terlalu jauh dari jangkauan sinyal jarak pendek itu.
Hiu itu membelok ke kanan, menghamburkan awan pasir dan lumpur. Ketika Tom melihatnya lagi, hiu itu sedang melesat di atas pasir bagaikan sebuah torpedo ke arah K'orlii.
Tom menarik kekang tunggangannya. Tangannya menarik pisaunya, lalu digaruk-garukkan pada sabuknya. Suara gesekan yang keras antara logam dan logam terdengar nyaring di dalam air. K'orlii menoleh, melihat beberapa ribu kilo daging dan tulang menyerbu ke arahnya. Ia melemparkan dirinya ke samping, berjungkir balik. Hiu itu melesat beberapa meter di sebelahnya, lalu berbalik untuk mengejar.
K'orlii menukik masuk ke dalam rumpun rumput laut. Hiu itu mengejarnya, meninggalkan jejak berupa awan pasir dan rumputan yang tumbang. Tom memaksa tunggangannya yang ketakutan itu terjun ke kedalaman. "K'orlii! Kemari, lekas," ia berseru tajam.
Kali ini K'orlii mendengar. Hiu itu mengendus-endus di belakangnya. K'orlii membiarkan dia sedikit mendekat, lalu melejit bagaikan kilat ke samping dan berenang secepatnya ke arah Tom.
Tom langsung menyongsongnya. K'orlii menjulurkan tangannya, menangkap pundak Tom dan bergantung kepadanya. Raksasa loreng itu menghambur keluar dari hutan paku dan mengejar mereka. Tom menyepak perut tunggangannya, tetapi binatang yang ketakutan itu tak perlu dipacu. Ia sadar sepenuhnya akan bahaya yang mengancam mereka.
"Tak ada jalan ke luar!" K'orlii berteriak. "Tak dapat melepaskan diri dari mereka!"
Tom tak menjawab. Suatu bayangan menggelapkan dasar laut di belakangnya. Satu lagi, kemudian satu lagi. Seekor raksasa mengejar dari belakang, yang lain-lain bergerak cepat dari atas.
Tom memberanikan diri untuk menoleh, tetapi ia menyesal!
Apa yang dilihatnya tak ada lain kecuali sebuah gua besar kemerahan, dengan gigi-gigi sepanjang lengan! Dua ekor lagi bergerak di depan, membangkitkan gelombang yang kuat.
"Tom ... tajam ke kiri! Lekas!" Teriak K 'orlii.
Tom membelokkan salamandari ke kiri.
Sebuah dinding loreng menerjang lewat, meninggalkan pusaran-pusaran air berbusa-busa.
"Kendalikan dia ke dasar," kata K'orlii. "Satu-satunya ja-... ya ampuuun!"
Tiga ekor hiu mendatangi dari bawah. Yang di belakang mereka tentu akan membalik, menggiring mereka ke hiu-hiu yang lain!
Tiba-tiba raksasa-raksasa laut itu berhenti, membalikkan tubuh, lalu melaju mengundurkan diri dengan cepat!
Tom ternganga, tak percaya apa yang dilihatnya. "Kita tak mungkin membuat mereka takut," kata Tom kepada temannya. "Lalu apa?"
"Itu." K'orlii menunjuk ke kanan.
Duabelas orang patroli laut mendekat, semuanya naik kendaraan peluncur bermotor yang sangat cepat. Masing-masing memegang sepucuk senapan sonik, senjata yang telah membuat takut hiu-hiu itu hingga lari. Ben, Anita dan B'teia mengikuti dari belakang, menunggang salamandari.
Orang yang pertama menghentikan kendaraannya dan menyeringai kepada K'orlii. "Mendapat kesulitan dengan si Loreng, ya?"
"Lebih buruk dari itu, Thor'ae," jawab ' K'orlii. "Apakah B'teia belum mengatakan kepadamu?"
"Mengenai SeaGlobe" Ekosistem yang hilang itu?" Thor'ae memicingkan mata dan melirik ke K'orlii. "Engkau tidak sungguh-sungguh melihat benda itu, bukan?"
Pemuda itu menghela napas. "Aku tak ingin benda itu ada di sana. Seperti juga engkau. Tetapi nyatanya demikian. Mari, kutunjukkan padamu."
Patroli itu berputar-putar tinggi di atas jurang, sambil menyinarkan lampu-lampu yang kuat ke dalam kegelapan. Setelah setengah jam mencari-cari, Thor'ae kembali ke tempat dangkal, lalu membubarkan orang-orangnya.
"Aku tak tahu apa yang kalian lihat," katanya. "Tetapi yang jelas tak ada apa-apa di bawah sana."
"Harus ada di sana!" kata K'orlii ngotot. "Kami telah melihatnya! Kami semua!"
"Aku tahu, engkau melihat sesuatu," kata Thor'ae, "tetapi tentu bukan SeaGlobe."
"Barangkali jauh ke bawah lagi," Anita mengira-ngira.
Thor'ae menggeleng-geleng. "Kami telah memeriksa seluruh daerah itu dengan alat-alat kami. Kalau aku menjadi engkau, lupakan saja semuanya itu. Tak perlu tergesa-gesa melemparkan malu ke muka Aquilla!"
Sebelum K'orlii sempat menjawab, Thor'ae telah memacu kendaraannya, menuju ke teman-temannya.
K'orlii menghela napas. "Kita telah melihat sesuatu, Tom. Kita semua. Mau tidak mau aku harus berani bersumpah telah melihat SeaGlobe."
"Memang. Kita telah melihatnya," Tom mengiakan. "Hanya saja kita tak dapat membuktikannya."
Tom dan K'orlii dapat membayangkan, apa yang akan terjadi bila didengar orang, bahwa mereka telah melihat SeaGlobe di perairan Aquilla. Di tengah jalan ke permukaan, mereka memutuskan untuk menyampaikan berita itu kepada Shaldar dan pak Swift secepat-cepatnya. Ayah Tom dapat mencegah Overmann berbuat sesuatu, sedangkan Shaldar dapat mempengaruhi K'artar dan Mordan. Tetapi ketika mereka tiba di pantai, mereka sadar bahwa telah terlambat.
Pantai itu padat dengan orang-orang Aquilla, dan tak seorang pun nampak ramah.
"Patroli itu telah mengirim berita melalui radio mereka," kata K'orlii. "Kita lupa akan hal itu."
K'artar tak menunggu mereka sampai di darat. Atas isyaratnya, orang-orang Aquilla yang bersenjata berjalan ke dalam air, lalu menarik mereka dari tunggangan dengan kasar, kemudian didorong ke pantai.
Dengan marah K'orlii mengibaskan tangan penjaga-penjaganya.
Matanya yang keemasan menyapu K'artar, lalu menatap pamannya.
"Apakah anda tak dapat berpikir sendiri?" ia menukas. "Apakah selalu K'artar yang harus berpikir bagi anda?"
"Shh... shh... eh, K'orlii," Mordan berkedip-kedip. "Semuanya ini demi kebaikan kita semua, nak. Engkau akan melihatnya. Orang-orang Bumi ini hanya akan membawa kesulitan?"" Ia memandang penuh keyakinan kepada K'artar.
"Betul".tidak lain hanya kesulitan,anak muda!"
"Saya minta anda melepaskan saya," kata K'orlii. "Juga teman-teman saya. Kalau ayah saya ...."
"Ayahmu?" K'artar menyeringai menghina. "la tak punya hak apa-apa lagi di Aquilla. Tidak lagi!"
"A-apa maksud anda" Ia ...."
"Ia bukan apa-apa!" K'artar membentak. "Bukan apa-apa lagi selain seorang pengkhianat. Seperti engkau juga, dan gadis ini!" Ia menoleh sebentar ke B'teia, lalu menatap K'orlii lagi. "Engkau masih punya pilihan, kalian berdua. Kalian boleh memilih Bumi, dan harus melepaskan diri dari duniamu sendiri ...."
"Apa yang"..anda lakukan dengan ayah?" tanya K'orlii. "Di mana dia?"
"Dikurung! Tempat yang paling cocok baginya."
"Dikurung" Anda tak berhak berbuat begitu!"
"Kami akan berunding dengan Shaldar dan kalian semua, kalau orang-orang Bumi ini sudah pergi," K'artar menukas.
Pesawat Ark Two Tom Swift 07 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sebenarnya kami ini kalian kira akan berbuat apa?" tanya Tom. "Sepertinya anda lupa akan hal itu."
"Jangan menganggap aku sebagai orang sinting, Tom Swift!" Teriak K'artar. "Apakah kau kira engkau dapat pergi begitu saja" Dengan menuduh Aquilla mencuri sepiring ikanmu?" K'artar mendongak dan tertawa. "Kami tak membutuhkan ikan lagi, atau apa pun dari kalian. Kami telah mempunyai segalanya lebih dari cukup. Kami tak memerlukan segelas air bumi di lautan kami!"
Tom mencoba untuk berbicara, tetapi orang-orang Aquilla di sekelilingnya telah terkena demam ucapan K'artar. Mereka menyoraki dia, dan tiba-tiba Tom dan teman-temannya dikerumuni orang-orang yang marah. Hanya karena kerja keras para penjaga, mereka sampai di markas dengan selamat.
"Aku telah berusaha menghubungi Boone, tetapi mereka tak memperbolehkan aku menggunakan alat-alat komunikasi mereka." Pak Swift mengeluh sedih. "Tetapi kalau aku berhasil menghubungi orang-orang kita, lalu apa" Tepat seperti yang dikehendaki K'artar: pasukan dari Bumi menyerbu Aquilla! Kita tak dapat memenangkannya, Tom!"
"Apakah yang lain-lain dari Dewan Duabelas Lautan setuju dengan ini semua?" tanya Tom.
"Dewan apa?" tanya ayahnya. "Sekarang hanya tinggal nama saja. Tidak lebih. K'artar telah menipu mereka semua, setidak-tidaknya untuk waktu ini. Seluruh gerombolan itu ada di pihaknya. Mereka merasa pasti, bahwa kami datang kemari untuk mengambil alih dunia mereka."
"Untuk apa?" "Siapa yang tahu?" Pak Swift mengangkat bahu. "Kukira, Dewan itu tak peduli lagi untuk menanyakannya. Selain itu, suatu bahaya yang tak diketahui adalah lebih buruk daripada yang diketahui, bukan" Demikianlah yang dijejalkan K'artar kepada mereka. Kemudian, ketika ada berita bahwa engkau menuduh mereka mencuri SeaGlobe ...." Ia berhenti, lalu memandangi anaknya dengan curiga. "Omong-omong sebenarnya apa yang kaulihat di sana, Tom?"
Tom duduk terkulai dan memandangi matahari sore. "Kami semua melihat SeaGlobe. Dan ketika patroli itu tiba di sana ... hupp ... semuanya lenyap!"
"Semuanya seperti tak masuk akal," pak Swift menggerutu.
"Lalu bagaimana dengan kita?" tanya Tom.
"Menurut K'artar, kita akan ditendang ke luar besok pagi. Overmann dan Greylock sudah mengamuk, tentu saja."
"Aku tak begitu khawatir tentang diri kita sendiri," kata Tom penuh pikiran. "Kukira K'artar tak sesinting itu untuk mencelakai kita dengan Daniel Boone melayang-layang di sana. Demikian juga Shaldar, dan keluarga K'orlii yang lain-lain ...."
"Engkau salah, Tom! Benar-benar salah." Tom dan ayahnya menoleh, terkejut atas suara lirih di belakang mereka.
"B'teia!" seru Tom. "Bagaimana engkau dapat masuk kemari?"
"Aku menyelinap," jawab gadis Aquilla itu dengan tergesa-gesa. "Setelah aku mendengar apa yang dikatakan oleh orang-orangnya K'artar, kami orang-orang Aquilla bukan satu-satunya yang ada dalam bahaya. Ia tidak akan melepaskan kalian hidup-hidup dari planet ini!"
Chapter 16 Ayah Tom memukulkan tinjunya pada tangan yang satunya.
"K'artar tentu sudah sinting, kalau ia berpikir bahwa ia dapat berbuat begitu. Ia memang berhasil menipu beberapa orang Aquilla, tetapi bukan seluruh planet!"
"Anda betul," B'teia menghela napas. "Tetapi sejumlah kecil itu sudah cukup untuk menghancurkan kita yang melawan dia di Than'oorii. Saya kira ia tak perlu memikirkan di luar itu."
"Barangkali," kata pak Swift sambil berpikir. "Kami lupa mengenai beberapa hal tentang Aquilla, Tom. Penduduk di sini boleh dikatakan sedikit, dan tersebar luas. Pemerintahannya berupa konfederasi yang rapuh, tidak terorganisasi secara rapih. Dan memang kenyataannya tak perlu rapih-rapih!"
"Tepat," sambung Tom. "K'artar tahu apa yang diperbuatnya. Ia tak perlu menguasai seluruh Aquilla. Apa yang dibutuhkan hanyalah memutuskan komunikasi antara Than'oorii dengan bagian-bagian yang lain. Sampai semua ini berakhir, dan orang-orang Bumi lenyap."
Ayahnya mengangguk mengiakan. Dan sewaktu Daniel Boone mengetahui apa yang terjadi di bawah ini, semuanya telah selesai.
Cerita yang disebarluaskan K'artar diputar-balikkan sedemikian rupa, hingga tak seorang pun tahu bagaimana yang sebenarnya. Hubungan antara Dunia Bintang-Bintang dan Planet-Planet Dalam akan berantakan. Kita tak akan bersatu kembali untuk beberapa tahun ...."
"B'teia," Tom menatap gadis Aquilla itu. "Bagaimana engkau bisa sampai di sini" Dapatkah engkau membawa kami ke luar dari pulau ini" Ke bawah sana, ke bagian bawah kota?"
"Tidak. Itu terlalu berbahaya." Matanya membelalak ketakutan. "Lagipula tak ada tempat untuk pergi, Tom. K'artar telah menjaga kota ini dengan ketat."
"Ini tidak untuk kami semua," kata Tom. "Hanya engkau dan aku. Kita berdua tak akan terlalu menarik perhatian."
"Apa yang kaupikirkan?" tanya ayahnya.
"Ada sebuah stasiun penelitian kecil bernama Lha'ii. Tidak terlalu jauh dari sini. Aku yakin, mereka mempunyai semacam alat komunikasi. Sesuatu yang cukup kuat untuk menjangkau pulau-pulau yang lain, paling tidak. Dan berita dari pulau itu dapat disambungkan ke Daniel Boone."
"Engkau benar," Pak Swift mengusap-usap dagunya. "Ada kemungkinan bahwa K'artar kurang memperhatikan Lha'ii. Tetapi itu adalah risiko yang besar, Tom. Yang terpenting engkau harus dapat ke luar dari Than'oorii."
B'teia mengambil napas dalam-dalam. "Aku akan membawa engkau ke luar dari Than'oorii," katanya. "Aku berjanji. Tetapi Lha'ii masih terlalu jauh. Tak ada waktu untuk mencapainya."
Tom mengernyitkan dahinya. "Bagaimana kalau dengan berenang?"
B'teia menatap wajahnya. "Tak seorang pun berenang di waktu malam di lautan Aquilla. Terlalu berbahaya!"
Jantung Tom bagaikan runtuh. "Mengapa, B'teia?"
"Bangsa Khanirii pemilik lautan di waktu malam. Itu sudah sejak dulu."
"Bangsa apa?" "Shaldar telah menceritakan kepadaku," ayah, Tom menyela. "Mereka hidup di dalam gua-gua di waktu siang, bukan?"
"Benar. Mereka adalah makhluk-makhluk yang mengerikan," B'teia menggigil memikirkannya. "Alat-alat sonik dapat menjauhkan mereka dari kota. Tetapi untuk mengambil risiko dengan pergi ke tempat-tempat lain di lautan terbuka?" Terlalu banyak jumlah mereka!"
"Harus ada cara lain! kata Tom.
"Barangkali," kata B'teia dengan hati-hati. "Aku tak tahu apakah akan berhasil. Tetapi kita dapat mencobanya, Tom."
*** Tom berusaha untuk mengingat-ingat arah perjalanan, tetapi beberapa saat kemudian ia merasa putus asa. Gadis itu menuntun dia terus ke bawah, melalui terowongan-terowongan yang berbelit-belit, menuju ke kota bagian bawah.
Lebih dari sekali Tom hampir terjepit. Beberapa terowongan hanya berupa celah-celah di batu karang, cukup lebar untuk gadis ramping itu, tetapi hampir tak dapat dilalui oleh Tom yang lebih bidang bahunya. Akhirnya B'teia menaruh jari-jari di bibirnya, lalu berbisik.
"Nah, inilah. Sekarang kita harus mengambil jalan biasa dari kota. Sampai kita mencapai laut."
Ia menyelinap, lalu mengintip dengan hati-hati melalui sebuah lubang di batukarang. Ia melambai Tom supaya mendekat. Tom tahu, sekarang adalah bagian perjalanan yang paling berbahaya. Siapa saja yang melihat dia, tentu akan segera mengenali. K'artar telah berhasil menyebarkan cerita-cerita buruk tentang para pengunjung dari Bumi.
Setiap warga kota yang melihat mereka lari, dengan segera akan membunyikan tanda bahaya.
"Kemari," kata B'teia. "Rapat di belakangku. Kita ada di dalam ruang perawatan. Kukira kita tak akan menemui seseorang pada waktu sore begini. Tetapi kita harus tetap hati-hati.
Terowongan itu tetap saja meliuk-liuk ke bawah. Sekali B'teia mendengar suara-suara, lalu berhenti sejenak. Tetapi tak seorang pun yang datang. Akhirnya ia berhenti, lalu menunjuk ke sebuah lubang di lantai.
"Kita akan aman sementara ini. Kaulihat tangga itu" Itu menuju langsung ke air. Kalau kita sampai di sana, ikutilah aku rapat-rapat. Kita tak bisa mengambil risiko dengan menggunakan penerangan."
"Terus ke mana lagi sesudah itu?" tanya Tom.
"Tidak jauh. Patroli Laut mempunyai bengkel perbaikan, tiga tingkat di bawah sana. Aku akan meminjam salah satu kendaraan peluncur dari mereka."
"Selamat jalan!" bisik Tom.
"Ah?"aku tak khaWatir." Ia tersenyum untuk meyakinkan Tom, tetapi Tom tetap dapat melihat rasa khawatir di matanya.
Drysuit itu cukup memberikan lindungan dari dingin, tetapi Tom tak mau menghadapi kegelapan. Keluar dari terowongan ke dalam laut, sama saja dengan terjun ke dalam kaleng berisi cat hitam!
Untuk sejenak ia dicekam rasa ngeri. Ia melemparkan perasaan itu, dan dengan erat ia memegangi tali halus yang menghubungkan dia dengan B'teia.
B'teia telah meyakinkan dia, bahwa binatang-binatang Khanirii tak berani memasuki kota melalui pertahanan soniknya. Tom percaya.
Tetapi bagaimana pun ia tetap melompat terkejut setiap kali ada hewan laut yang menyentuhnya!
B'teia menarik tali tiga kali, dan Tom maju mendekati. Mereka tak dapat saling melihat, dan tak berani menggunakan alat komunikasi mereka. Untuk gantinya, B'teia menepuk-nepuk lengannya dengan kode.
Mereka bergerak melalui suatu terowongan yang cukup lebar menuju ke sebuah gua di dalam kota. Cahaya hijau redup tersebar di dinding. Setengah lusin kendaraan peluncur berjajar pada rak di luar air. Tiga buah lagi berada di sebuah kolam kecil, tak lebih dari tigapuluh meter jauhnya.
"Nah itu dia," bisik B'teia sambil menunj
uk. "Kaulihat" Hanya ada satu penjaga, dan ia setengah tidur." Gadis itu mengernyitkan wajahnya. "Hampir tak pernah ada pencurian di Aquilla sini. Ini ti...tidak mudah bagiku."
"Tetapi ini untuk maksud baik," Tom meyakinkan dia.
"K'artarlah yang mengkhianati planetmu, B'teia, bukan engkau!"
"Aku tahu. Tinggallah di sini. Kukira aku lebih baik melakukannya sendiri. Aku sudah biasa mengendarai peluncur, dan aku tak pernah mendapat yang kurang baik. Kalau engkau melihat peluncur itu menghilang, tunggulah kira-kira sepuluh detik. Kemudian turunlah lurus ke bawah. Oke" Aku akan berusaha berada di sana."
"Jangan resah. Aku akan menemukan engkau," kata Tom. "Ingat, aku toh tak dapat mengingat jalan pulang!"
Ia agak khawatir membiarkan B'teia seorang diri, tetapi ia sadar bahwa gadis itu benar. Gadis Aquilla itu menghilang bagaikan asap di dalam air. Sama sekali tak bersuara; ia bahkan tak melihat B'teia muncul di dekat kendaraan peluncur. Ia hanya tahu B'teia ada di sana, karena peluncur itu bergerak amblas senti demi senti di dalam air.
Tom menghitung sampai sepuluh, lalu menyelam. Rasanya aneh! Tak sesuatu pun yang dapat dilihat. Tak ada sesuatu yang dapat menunjukkan arah. Setelah beberapa saat ia bahkan menjadi ragu-ragu, apakah benar-benar ada di atas; ataukah ada di tempat lain! Di ruang angkasa, setidak-tidaknya orang dapat berpegangan arah pada bintang-bintang. Tetapi di sini, di lautan Aquilla yang hitam?"
Sesuatu menyentuh kakinya. Ia hampir saja berteriak sebelum menyadari, bahwa itu tentu B'teia. Ia menurunkan dirinya, hingga merasa masuk ke dalam kendaraan peluncur. B'teia menekan tombol pada dashboard yang bercahaya biru pudar. Cahaya itu hampir tak nampak, tetapi Tom senang melihatnya.
"Kita sudah cukup jauh sekarang," terdengar suara B'teia di alat pendengarnya. "Kukira kini sudah aman untuk menggunakan alat komunikasi dengan tenaga rendah."
"Tahukah engkau di mana kita sekarang?"
"Tentu saja," kata B'teia. "Kendaraan ini mudah dikendalikan. Chip-chip untuk navigasi selalu tersedia bagi setiap rangkaian pulau di Aquilla. Bahkan bila engkau ada di tempat yang asing dan tak tahu jalan, layar itu akan memberitahukan posisimu. Lihat!"
B'teia memutar layar yang bulat kecil ke arah Tom. Sebuah peta yang dibentuk oleh komputer nampak jelas, menunjukkan bentuk-bentuk horisontal dari pulau-pulau yang ada di dekat mereka, yang semuanya berada dalam rangkaian Kh'lai, sejak dari dasar lautan hingga ke permukaan.
"Itu Rha'mae," B'teia menjelaskan. "Dan di sana adalah kota Than'oorii. Lh'aii ialah titik kecil di kanan itu, di mana ujung selatannya hampir tak muncul di permukaan."
Tom mempelajari garis-garis skala. "Kita berada sepuluh sampai duabelas mil dari sana?"
"Betul." Gambar di layar bergerak dengan tetap, menunjukkan gambaran dari perjalanan mereka. Tom mengetahui, bahwa dasar lautan mulai miring menurun ke arah kanan. Tak lama kemudian menghilang dari dasar layar.
"B'teia, apakah itu Palung Dharmaii?"
"Ya. Tetapi kita tak sedekat itu. Dan kita tak akan lebih dekat lagi daripada sekarang. Itu kira-kira tiga atau empat mil di kanan."
Tom menajamkan pandangannya ke dalam keredupan, membayangkan jurang yang tak ada dasarnya yang dilihatnya siang tadi.
"Engkau boleh mengistirahatkan matamu," kata B'teia sambil tersenyum. "Tak ada sesuatu yang dapat dilihat. Setidak-tidaknya, itulah harapanku."
"Aku sedang berpikir," kata Tom.
"Tentang Khanirii, ya?"
"Aku ingin tahu," Tom mengaku. "Apakah sebenarnya mereka itu. Selama aku mengenal K'orlii, ia belum pernah mengatakannya kepadaku."
B'teia menghela napas. "Aku tak heran. Orang Aquilla tak begitu senang membicarakan Khanirii. Pada dasarnya mereka mirip gurita, dengan cakar-cakar yang tajam dan alat-alat penghisap pada tentakel-tentakelnya (alat penangkap). Hanya saja ada kelebihannya pada hewan tersebut. Para ahli kita mengatakan, bahwa mereka setengah berakal. Mereka ikut mengalami evolusi dengan kami, tetapi tak berhasil mencapai sejauh kami." Ia menekan rasa gentar. "Mereka membenci kami, Tom. Benar-benar membenci. Bukan sekedar benci karena kami merebut makanannya. Lebih dari itu. Seperti mereka itu tahu, bahwa kamilah yang menang dan mereka kalah."
Tom mengernyit. "Barangkali aku lebih baik menarik kembali usulku melakukan perjalanan ini, B'teia. Barangkali ke luar kemari ini jauh lebih banyak risikonya daripada yang perlu kita hadapi ...."
B'teia menggeleng. "Ah, kita cukup aman di dalam kendaraan ini. Ini juga dilindungi oleh alat sonik." Ia tertawa setengah gugup. "Aku tak akan berani mencobanya kalau tak ada medan sonik. Tak seorang pun di Aquilla yang sebodoh itu!"
Tiba-tiba Tom memasang mata di kegelapan. "B'teia! Apakah itu" Lihat, itu, di sana!"
B'teia menoleh dan napasnya menjadi agak lebih cepat. "Aku tak tahu. Itu cahaya sesuatu, hanya saja " Ia kembali melihat ke layar. "Tak mungkin ada sesuatu di sana. Itu tepat di tepi Palung Dharmaii!"
"Barangkali tidak mungkin," kata Tom tegang. Tetapi itulah kenyataannya. Serongkan beberapa derajat, B'teia!"
"Tom .... " Tom menatapnya. "Betulkanlah aku kalau aku salah. Kalau Lha'ii tepat di sebelah sana, apakah tak mungkin bahwa cahaya-cahaya itu ada di tempat di mana kita pernah melihat SeaGlobe siang tadi?"
B'teia menahan napas. "Haa, engkau benar! Aku tak senang akan hal ini, tetapi kukira lebih baik kita melihatnya." Ia memutar kemudi sedikit dan peluncur itu membelok ke kanan. Untuk sesaat cahaya-cahaya itu menghilang di balik karang. Tom menahan napas hingga cahaya itu nampak kembali. Kendaraan air kecil itu melewati dinding batas dan bergerak di perairan bebas. Tiba-tiba cahaya-cahaya itu muncul hampir tepat di bawah mereka, dan mulai bergerak dengan cepat!
"B'teia! Putar cepat!" seru Tom.
B'teia membelok menjauh. Hampir saja kendaraan itu terguling pada sisinya. Suatu jejak bercahaya bagaikan bulan-bulan kuning melesat lewat, seperti mutiara-mutiara pada rangkaiannya.
"Hampir saja!" B'teia menghela napas. "Tom, apa pun tadi itu, seharusnya tak mungkin ada di sana!"
Tom mengangguk dan melihat pada layar. "Mari kita belok tigapuluh derajat ke kiri. Nah, tahan. Kita tepat di atas mereka." Ia membungkuk ke arah tempat alat-alat yang bercahaya-cahaya biru pudar itu, lalu menekan tombol di bawahnya. Dengan segera dua berkas cahaya menerangi bagian depan kendaraan mereka. Ia menundukkan berkas cahaya itu sembilanpuluh derajat ke bawah, dan cahaya itu menemukan sasarannya!
"Kita dapat menangkapnya!" seru Tom.
Di terangnya cahaya, nampak sebuah kereta luncur yang berat sedang menarik lima kereta beban. Sekilas Tom melihat benda logam yang berat, gulungan-gulungan kabel dan sebuah mesin berbentuk kerucut. Kemudian kereta luncur beserta kereta-kereta beban itu menghilang lagi di kegelapan.
"Apa itu?" tanya B'teia. "Engkau dapat mengatakannya" Apa yang kulihat hanya?"Tom!" Tiba-tiba ia membanting kemudi dan memperbesar kecepatan. Peluncur yang kecil itu menjerit-jerit dan berdiri di atas ekornya, menyemburkan air berbusa-busa menggelegak dari pelepasan jetnya. Tom membentur sandaran tempat duduknya ketika kendaraan itu melesat cepat di kegelapan.
Ia menatap B'teia, lalu ke arah layar. Kendaraan mereka berupa titik kecil yang bergerak cepat di bagian atas layar. Suatu garis titik-titik mendatangi dari kendaraan besar di bawah mereka. Di kepala garis titik-titik itu ada setengah lusin titik-titik cahaya yang tajam.
Tom merasa jantungnya naik ke tenggorokan. Ia merasakan peluru-peluru maut yang panas itu mengejar dari belakang?"
Chapter 17 B'teia membanting kendaraannya dengan tajam ke kiri, hampir saja melemparkan Tom dari tempat duduknya. Untuk sesaat ia mengira dapat menghindar dari peluru-peluru dengan berputar-putar bagaikan pegas di kegelapan. Kemudian, seolah-olah dapat menemukan jejak sasarannya, titik-titik menyala itu membelok lebar dan menyerbu untuk membunuh.
Tom memberanikan diri melirik ke gadis Aquilla itu.
"Kau ada akal yang lebih baik" Kita tidak dapat terus-menerus begini saja!"
"Hanya satu!" kata gadis itu dengan geram. Matanya menyipit dalam keremangan. "Hanya satu saja, Tom. Tidak perlu kukatakan apakah itu akan berhasil. Engkau akan tahu ...."
Ia mendorong kendaraan itu ke depan sepenuh tenaga hingga kendaraan itu menukik lurus ke bawah. Tom segera melihat peluru-peluru itu membetulkan arahnya.
"Gagal!" kata Tom tegang. "Setiap putaran justru mengundang mereka semakin dekat!"
Kendaraan mereka bergetar sebentar, menjadi lambat untuk sesaat, kemudian melesat lagi. B'teia menatap tajam-tajam ke layar, dan membelok-belokkan kendaraan itu di antara rangkaian gerak berhenti dan melompat-lompat.
"Arus!" B'teia berkata menjawab pandangan Tom yang ingin tahu. "Lihat bayangan yang berbeda-beda pada layar. Kulompat-lompatkan dari arus panas ke arus dingin. Hanya itu satu-satunya cara yang kita miliki. Peluru-peluru itu mungkin .... "
Suatu ledakan di kejauhan menghentikan kata-katanya. Disusul satu ledakan dan satu ledakan lagi.
"Sudah tiga ledakan," B'teia menyeringai lemah. "Mereka harus menyesuaikan sembilan kali terhadap suhu air dalam waktu lima detik."
"Masih ada tiga peluru lagi." Telunjuk jari Tom menunjuk ke layar. "Mereka sudah dekat B'teia. Terlalu amat dekat!"
"Aduh!" keluh B'teia. ."Kau tidak pernah mau gembira, ya?"
Ia membanting kendaraan peluncurnya ke suatu putaran lagi, jatuh bangun dari air yang satu ke arus air yang lain. Tiba-tiba saja sebuah titik terang datang entah dari mana, dan merekah menyala di atas layar.
"Awas!" teriak Tom sambil berpegangan erat pada tempat duduknya. Dua detik kemudian, tenaga dari ledakan itu sampai. Suatu gelombang yang dahsyat menghantam sisi kendaraan peluncur itu.
Kendaraan itu ke kiri dan terhempas menuju dasar laut. Jet pendorong kendaraan itu terbatuk-batuk, mati, terbatuk lagi dan akhirnya berhenti sama sekali.
"Aduh, mak!" B'teia menggerutu. "Yang itu lagi!"
Ia berjuang untuk dapat menguasai kendaraan. Berusaha untuk meluruskan jalannya dan membangkitkan tambahan tenaga. Dengan sudut matanya Tom melihat datangnya dua peluru melesat.
"He mesin, ayolah!" seru B'teia menahan napas. Tiba-tiba mesin itu hidup lagi, dan kendaraan peluncur itu dengan cepat bergerak menukik ke kedalaman air. Ia melihat dua garis hijau di sisi kanan, kemudian memutar kendaraan itu dalam sebuah loop, lalu jatuh kembali melalui arus air yang dingin sekali. Kedua peluru itu meledak bagaikan membentur benteng beton. Kendaraan peluncur kecil itu berderak-derak. Mesinnya kembali terbatuk-batuk dan mencemaskan.
Tetapi kendaraan itu dapat mempertahankan arah, dan kemudian bergerak maju dengan kecepatan yang normal.
B'teia bersandar dan sambil menghela napas melirik ke layar.
"Kita sedikit menyasar, tetapi masih bisa mencapai Lha'ii. Kalau saja alat pengendali tidak rusak dan mesin tidak macet."
"Kereta peluncur itu masih saja ada di sana," kata Tom. "Tetapi sudah tidak dekat lagi. Kalau mereka masih ada peluru, kukira mereka tanpa berpikir jauh akan menggunakannya."
"Mereka masih bisa kirim kabar radio dan memotong jalan kita. Kita masih cukup jauh dari Lha'ii." Tampak perasaan khawatir pada wajah B'teia yang kebiruan itu. "Tom, mereka itu sedang berbuat apa di sana" Aku kurang dapat melihatnya dengan jelas. Tetapi aku tahu, mereka tidak seharusnya bekerja di sana!" Ia mengibaskan rambut dari wajahnya. "Membawa muatan di malam buta begini melalui Palung Dharma'ii" Tidak masuk akal!"
"Kau lupa menembak kendaraan-kendaraan yang lewat!"
"O, tidak," B'teia mengangkat alis. "Aku tidak lupa!"
"Kini aku pun kurang yakin dengan apa yang kulihat," sambung Tom. "Sepertinya bukan hanya sekedar muatan. Itu suatu macam alat"..ada kabel-kabelnya, alat pembangkit tenaga".dan yang jelas tak ingin kita mengetahuinya. Mereka selalu siap untuk membunuh kita, agar kita tidak mengatakan apa yang kita lihat itu kepada orang lain. Mereka pun berada tepat di palung, di mana kita telah melihat Sea Globe. Ini adalah pertanda, bahwa sesuatu telah terjadi di bawah sana, sementara setiap orang bersumpah tak melihat sesuatu!"
Kembali B'teia menghela napas.
"Tetapi biar pun kita melihat kendaraan itu, kita tidak dapat membuktikan, bahwa ada hubungannya dengan Sea Globe. Kecuali kalau ada orang di Than'oorii yang memasang alat komunikasi, tidak akan ada yang melihat bahwa kita telah menjadi sasaran tembakan!"
Tiba-tiba gadis itu memegang lengan Tom dengan erat.
"Itu ada sesuatu di sana," desisnya. "Lihat di layar. Di bagian buritan."
"Nampaknya serombongan ikan!"
"Bukan!" Tom melihat bayangan rasa takut pada wajah B'teia.
"Aku orang Aquilla," kata B'teia. "Aku tahu bagaimana bentuk-bentuk ikan." Ia lalu memeriksa angka-angka pada dashboard. "Ya ampuun," ia menahan napas. "Kita telah kehilangan medan sonik, Tom. Ledakan-ledakan peluru tadi telah merusakkannya."
Sesuatu membentur pada sisi kendaraan peluncur mereka, menggantung sebentar, lalu lepas. B'teia membanting kendaraannya ke samping.
"Tom, nyalakan lampu-lampu. Mereka tak tahan terhadap cahaya!"
"Apa yang tidak tahan?" tanya Tom.
Tetapi ia segera mengetahui apa jawabnya. Bulu kuduknya berdiri. Air yang hitam kelam itu penuh dengan bentuk-bentuk yang menggeliat-geliat. Sekilas terlihat tentakel-tentakel yang bercakar dengan tubuh yang tidak berwarna dan sepasang mata yang tidak berkelopak. Hantu-hantu itu segera menyerbu ke depan kendaraan mereka, lalu berhamburan lari dari cahaya lampu-lampu yang tiba-tiba menyala.
"Khanirii!" kata B'teia dengan suara serak.
"Mereka tahu bahwa medan sonik telah lenyap."
"Sinar lampu itu tak dapat mengusir mereka?"
"Tidak lama! Mereka cerdik. Mereka akan menyerang kita dari belakang." Ia menelan ludah. "Kami telah menemukan kereta-kereta peluncur yang telah hancur lampu-lampunya?""
Sementara mereka berbicara, binatang-binatang itu mulai berkerumun di kedua sisi kendaraan. Sebuah tentakel masuk ke dalam cockpit yang kemudian terbuka. B'teia menjerit. Tom segera melihat cakar tentakel yang besar melintas di depan dadanya. Ia menyodok binatang itu dengan pisaunya. Lengan panjang yang bagaikan karet itu kaget menarik diri.
B'teia memiringkan kendaraannya dan menekan gas penuh.
Suara gemeratak menimpa tubuh kendaraan peluncur itu.
"Apa yang telah mereka lakukan?" Teriak Tom mengatasi suara gemeratak hiruk pikuk itu.
"Memukul kendaraan kita dengan batu-batu koral! Lampunya lagi, Tom!"
B'teia membanting kendaraannya, kini ke kanan. Terlambat sedetik. Mula-mula satu lampu, kemudian yang lain ikut hancur.
Cahaya lampu itu pun padam.
Sesuatu yang licin dan dingin menggeleser di wajah Tom. Ada lagi yang melilit bagaikan besi di dada. Tom berteriak kepada B'teia.
Tetapi dengan cemas ia sadar bahwa ia tidak lagi duduk di dalam kendaraan peluncur itu di sampingnya. Makhluk itu telah memutuskan sabuk pengaman dan menarik Tom keluar dari kendaraan. Kendaraan peluncur itu sendiri menukik dengan berputar-putar menuju ke kedalaman.
"B'teia!" Khanirii-khanirii itu berkerumun di atas Tom. Menarik-narik dan menekan dia dengan lilitan-lilitan tentakel. Ia berteriak dan mulutnya megap-megap mencari udara bebas. Hanya disebabkan tekanan drysuitnya ia dapat bertahan hidup.
Benda-benda itu menusuk dan menarik dia menuju ke dasar. Ia mengayunkan pisaunya. Tetapi sesuatu berhasil merebutnya dan melemparkannya jauh-jauh.
Tiba-tiba suatu cahaya putih menusuk, menembus ke dalam kegelapan. Tom merasakan adanya dengungan sonik yang lemah dari alat pendengarannya. Suara itu makin meninggi untuk kemudian hilang dari pendengarannya. Tom berkedip-kedip memicingan mata, kemudian melihat, bahwa makhluk-makhluk buruk itu satu-satu pergi menghilang.
Seberkas cahaya kuning muncul di sebelah kanannya, makin lama makin lebar dan akhirnya berupa pintu katup yang terbuka.
Beberapa lengan meraih dan menarik Tom ke dalam. Pintu lalu menutup. Tekanan di ruang itu berkurang, dan Tom dapat bernapas lega. Dua sosok tubuh tanpa mengeluarkan suara membantunya untuk berdiri, lalu melemparkan dia melalui sebuah pintu masuk ke dalam sudut yang di pintu katup. Tom terserimpat dan jatuh ke lantai.
Seorang Aquilla yang bertubuh besar membungkuk kepadanya.
"Nah, Swift. Kau takkan dapat lama-lama mengurus dirimu sendiri, ya?"
Tom merayap bangkit. "K'artar" Kukira aku tak perlu heran melihatmu di sini!"
"He! Omongan macam apa itu" Baru saja aku menyelamatkanmu dari nasib yang buruk!"
Tiba-tiba pikiran Tom berubah menjadi lebih tenang.
"B'teia! Khanirii itu telah menarik kendaraan peluncur ke dasar. Kita harus cepat-cepat mencarinya kembali!"
K'artar menghela napas dan memandangi tangannya.
"Aku khawatir, kita takkan dapat berbuat sesuatu. Aku melihat dia di layar. Ia langsung menuju ke dalam Palung Dharmaii."
"Maksudmu, kau tidak mau berusaha?"
Dengan marah Tom lari ke orang tersebut. Tetapi ada lengan-lengan berkulit biru menarik dia ke belakang, lalu mengikat dua tangannya dengan kawat.
"Tenanglah, Swift," K'artar mengangkat tangannya. "Aku menyesal atas gadis itu, tetapi aku tidak berani dengan pesawat ini masuk ke dalam palung!"
"Itu masuk akal," kata Tom kaku dan mencoba kekuatannya atas kawat yang mengikatnya. "Anda telah mencoba meledakkanku dengan peluru, lalu mengambil risiko untuk menolong. Dan sekarang untuk apa lagi menangkap aku?"
"Aku punya maksud. Ingat, engkaulah yang bertanggungjawab atas kematian B'teia! Engkau, bersama-sama dengan teman-temanmu yang suka mencampuri urusan orang lain, yang hendak mencuri planet kami!"
"Itu dusta belaka!"
"Lupakan saja semua itu. Pendapat orang-orang luar dunia tak ada artinya di sini. Tak ada artinya lagi!"
Tom sadar akan kehadiran orang ketiga di dalam kabin kendaraan itu. Ia bersembunyi di kegelapan, di sebelah kanan K'artar. Rupanya ia memakai kerudung.
"Itu tidak betul seluruhnya, bukan?" tanya Tom sekenanya.
"Saya tahu bahwa beberapa orang luar dunia cukup disenangi di Aquilla ini. Lalu bagaimana tentang dia, misalnya" Siapakah dia itu" Temankah ataukah majikan anda, K'artar?" Kata-kata Tom tepat mengenai sasarannya.
Orang berkerudung itu bergerak mundur. K'artar menegakkan duduknya, matanya menyala.
"Takkan ada manfaatnya kata-katamu itu!' tukasnya. "Dalam beberapa jam lagi, tak ada bedanya lagi apa atau siapa yang kaulihat di sini Tak ada bedanya sama sekali".."
*** Matahari yang merah darah sedang terbit di cakrawala, membuat lautan itu bagaikan besi panas yang lumer. Pengawal-pengawal K'artar sedang menggiring Tom menuju pantai, terus ke markasnya.
Kemudian mereka melemparkan Tom kembali ke dalam tempat tahanannya yang semula.
"Tom!" Ayahnya lari mendatangi serta menangkap bahunya.
"Nak"..apa engkau tidak apa-apa" Kita mengira?" Tiba-tiba senyumnya memudar. "B'teia, di mana dia?"
Ben dan Anita bergegas masuk dari ruangan lain. Mereka terhenti begitu melihat wajah Tom.
"Dia ... dia telah meninggal," kata Tom tanpa nada. "Kutahu, tidak mungkin dia bisa hidup."
"Tidak, Tom!" Anita menggelengkan kepalanya. "Tidak! Itu tidak mungkin!"
"Aku khawatir demikianlah kenyataannya. Aku tak dapat berbuat apa-apa. K'artar mungkin dapat menyelamatkannya, tetapi ia tak mau melakukan itu."
Dengan singkat Tom menceritakan kepada mereka, tentang apa yang telah terjadi sejak ia dan gadis Aquilla itu menyelinap melalui lorong-lorong batu koral menuju ke bagian Than'oorii yang ada di bawah lautan. Ketika ia selesai bercerita, ayahnya melangkah kaku ke jendela.
Kemudian ia berbalik dan menghadap ke yang lain-lain.
"Tom, kau harus tahu, bahwa orang-orangnya K'artar telah menangkap kita semua. Ben, Anita dan aku sendiri dan juga Overmann dan Greylock. Mereka mengatakan kepada kita bahwa telah direncanakan untuk memanggil pesawat shuttle. Katanya kita akan dikirim kembali ke pesawat Boone."
Tom tertawa sebentar. "Tidak mungkin. Mereka tak pernah mempunyai niat untuk melepaskan kita. K'artar secara tidak langsung pernah mengemukakan itu kepadaku."
"Apa kau tidak mengenali orang lain yang ada di dalam kendaraan peluncur itu?" tanya Ben murung. "Apakah ia tidak mengatakan sesuatu selama kau ada di sana?"
"Tak sepatah pun. Tetapi yang jelas ia bukan orang Aquilla. Aku berani bertaruh. Ia tentu orang yang ada di belakang layar dari semua gerakan ini. B'teia dan aku memergokinya di palung. Mereka sedang berbuat sesuatu, dan itu ada kaitannya dengan Sea Globe."
"Kita tidak akan dapat bertemu dengan K'orlii," kata Anita.
"Aku tak akan berbicara dengan dia tentang B'teia."
"Mereka tentunya ada di sekitar ini," kata ayah Tom. "Kukira mereka tidak akan dipindahkan dari pulau ini. Terlalu banyak risiko. Dan engkau pun benar, Ben. Orang-orangnya K'artar tidak akan mengizinkan kita dekat-dekat dengan Shaldar atau anggota Dewan Duabelas Lautan yang lain. Mereka tetap membiarkan anggota-anggota Dewan itu terus hidup untuk mendukung gagasan mereka, entah apa yang akan terjadi nanti. Kemungkinan besar mereka akan melenyapkan Shaldar, tetapi yang lain-lain"."
Ayah Tom melangkah melintasi ruangan dengan kedua tangannya di dalam saku, lalu melanjutkan kata-katanya.
"Kalau saja ada jalan untuk menghubungi kelompok Shaldar. Aku yakin mereka tidak tahu apa-apa tentang apa yang terjadi dengan Shaldar. Kalau mereka sampai tahu"."
Tiba-tiba pintu membuka terbentang. Empat orang Aquilla menghambur masuk.
"Baik," berkata pemimpinnya. "Semuanya ke luar, cepat!"
Ia mengancam dengan senapan sonik laras pendek. Pak Swift lebih dulu melangkah ke pintu. Tom segera memberi isyarat kepada Ben dan Anita. Keduanya saling merapat. Tom melangkah di belakang mereka, dan membungkuk sedikit ke meja rendah dekat tempat tidur. Ia sempat meraih sebuah benda logam kecil pipih dan sebuah kotak plastik, lalu dimasukkannya ke dalam sakunya.
"He, kau!" mata pengawal itu memicing dan laras senapannya diarahkan ke dada Tom. "Apa yang telah kau perbuat di belakang itu?"
"Tidak apa-apa!" Tom mengangkat kedua tangannya dan mencoba untuk tersenyum. "Saya hanya tidak suka jalan di muka. Hanya itu!"
Pengawal itu terus memaki, sementara Tom mengikuti yang lain-lain di belakang. Mereka digiring ke halaman luar. Matahari tampak seperti bola panas menyebabkan pulau itu seperti menyala.
Selusin orang-orang Aquilla menunggang Salamandari di bagian ujung sebelah halaman. Mereka terus mengawasi para tahanan dengan diam, namun senjata selalu siap.
Pengawal yang di belakang menyodok punggung Tom dengan senapannya.
"Ayo maju!" katanya ketus. "Pilih yang mana tungganganmu. Lekas! Kami ingin kalian keluar dari Aquilla ini sebelum matahari terbenam!"
Tom segera mengayunkan kaki ke punggung salah satu hewan yang berwarna kuning itu, ia memegang kendali tali kekang dan melirik ke langit yang cerah. Di sana, entah di sebelah mana, terletak Bumi. Ia tahu bahwa K'artar tidak akan membiarkan mereka selamat sampai di sana.
Chapter 18 Tiba-tiba K'artar sendiri mengendalikan Salamandarinya yang besar itu masuk ke halaman. Ayah Tom menuju ke orang yang bertubuh besar kekar itu. Pengawal-pengawal mengacungkan senjata mereka dan memerintahkan dia agar kembali. Tetapi pak Swift tidak menghiraukannya.
K'artar lalu mengangkat tangannya memberi isyarat kepada pengawal-pengawal dan menyambut pak Swift dengan tersenyum.
"Biarkan dia datang kepadaku," katanya. "Aku tidak takut kepada".eh".tamu-tamu terhormat dari Bumi."
"Mana yang lain-lain?" tanya ayah Tom.
"Anggota-anggota Dewan, Overmann dan Greylock" Apa yang kalian lakukan dengan mereka?"
"Mereka segera akan bersama-sama kalian," jawab K'artar dengan halus. Ia memandang ke sekeliling halaman. "Saya khawatir, kehadiran anda di sini telah menyebabkan penduduk Than'oorii menjadi marah. Untuk menjamin kepergian kalian dengan selamat, Mordan telah menyuruh saya untuk membagi rombongan anda menjadi dua kelompok. Dengan demikian kita tak akan menarik perhatian. Kalian jangan gelisah! Anda akan bertemu dengan yang lain-lain nanti di pesawat shuttle.''
"Dan di mana wakil Dewan yang terhormat pagi ini" Saya tidak melihatnya di sini!"
"Beliau mempunyai".eh".tugas lain. Tak ada hubungannya dengan kalian."
"Ha!" Pak Swift memicingkan mata. "Tidak berani menyaksikan pembunuhan, ya" Bukankah begitu?"
K'artar menjadi tegang di atas tunggangannya. "Saya kira, lebih baik anda segera kembali kepada yang lain-lain itu. Sekarang!"
"K'artar!" kata ayah Tom tegas. "Janganlah kita main-main. Saya tahu apa yang akan anda lakukan terhadap kami. Saya hanya minta kepada anda untuk memikirkan pihak mana yang anda ambil. Demi dunia anda dan dunia saya. Hal ini takkan dapat berakhir di sini. Apa anda tidak menyadari hal itu?"
Mata K'artar yang keemasan itu menyala.
"O, peristiwa ini hanya akan sampai di sini, tuan Swift! Saya berani memastikan itu!"
K'artar lalu menghentak tali kekangnya, berputar sebentar, lalu berteriak kepada pengawal-pengawalnya.
"Bawa mereka ke luar! Kita hanya akan buang-buang waktu saja!"
Tom mendekatkan tangannya ke ayahnya. "Ia sudah tak mau berpura-pura lagi!"
"Memang," kata ayahnya geram. "Tetapi engkau tahu, ini belum selesai. Kita tidak akan mati tanpa melakukan perlawanan!"
Tom memaksakan sebuah senyuman.
"Aku yakin itu. Kita telah terlalu sering menghadapi situasi yang lebih buruk. Aku justru sedang memikirkan sesuatu"..!
Mereka telah lama menunggangi Salamandari. Di sebelah kanan mereka pulau itu kelihatan agak menanjak membentuk bukit karang dengan puncaknya ditumbuhi pohon-pohonan tropis. Di sebelah kiri laut. Di sebelah depan terdapat suatu deretan batukarang dengan tanjakan hingga setinggi duapuluh meter di atas permukaan laut.
Anita mendekat ke samping Tom.
"Mereka tidak akan menunggu lebih lama lagi!" bisiknya.
Tom mengangguk dengan wajah murung.
"Aku tak ingin kau gila-gilaan," sambung, gadis itu. "Tetapi sebaliknya aku pun tidak mau bersenang-senang menghadapi pembunuhan. Kita harus berbuat sesuatu!"
"Anita benar!" Ben menyambung.
"Kalian pasang mata saja," perintah Tom. "Kita pasti punya kesempatan!"
"Engkau yakin?" tanya Anita.
"Kita harus yakin!"
"Kalau saja Aristotle ada bersama kita!" kata Ben. "Kita dapat memanfaatkan kemampuannya di saat genting begini!"
Batukarang itu bertambah curam, dan para pengawal itu menggiring mereka melalui suatu jalanan sempit yang berliku-liku menerobos batu-karang serta pohon-pohon yang lebat.
"Aku tidak menyukai keadaan tempat seperti ini," kata Anita masam.
"Bagiku terasa mengerikan," sambung Ben.
"Tidak"." "Ben!" Tom memotong kata-katanya. "Ke mana para pengawal itu?"
Orang-orang Aquilla yang menunjukkan jalan di depan telah tidak nampak. Ben lalu menoleh ke belakang. Di sana pun tidak nampak pengawal-pengawal itu lagi.
"Tom!" teriak Ben. "Awas, di atas sanaaaa!"
Tangan Ben menunjuk ke atas bukit batu-karang. Pada saat itu pak Swift berteriak memberi peringatan. Ia melompat dari tunggangannya, terjun ke semak-semak. Seorang penunggang yang berkerudung kelihatan di atas batukarang. Untuk sesaat ia memandang ke rombongan para tawanan. Kemudian orang itu mengacungkan tangannya ke atas. Teriakan-teriakan di sepanjang jurang batukarang terdengar menggema. Para penunggang datang menghambur dari batu-batu karang di segenap penjuru. Suara ledakan-ledakan peluru terdengar menggema di jurang batu karang yang sempit itu.
Tom melompat turun dari tunggangannya, ketika pecahan batu-batu beterbangan di sekelilingnya. Ia menoleh sejenak dan melihat dua orang penunggang mendatanginya dengan cepat. Serumpun semak-semak berada kira-kira empat-puluh meter dari padanya. Terlalu jauh!
Pesawat Ark Two Tom Swift 07 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka tidak mungkin dapat mencapai semak-semak itu sebelum orang-orang Aquilla itu sampai. Ia berlari untuk beberapa meter, lalu terjun ke dalam sebuah cekungan.
"Terus saja maju! Itu ke batu-batu depan!" Tom meneriaki teman-temannya.
"Kau sendiri mau ke mana?" tanya Anita.
"Terus saja, Anita! Tak ada waktu untuk menjelaskan!"
Ben menarik si rambut merah. Tom memberanikan diri mengintip ke tepi cekungan.
Dua penunggang berhenti mengejar Ben dan Anita, lalu membelok menuju ke arahnya. Tom membalikkan tubuh. Dengan tertelentang ia merogoh kotak plastik serta logam pipih dari dalam sakunya. Ia berhasil menyambarnya dengan dilindungi oleh Anita dan Ben pada waktu ia keluar dari kamar tahanan. Ia sebetulnya tidak yakin apa holoproyektornya dapat bekerja dengan baik di tempat yang terang benderang ini. Mungkin saja sinar matahari akan menghapus bayangan-bayangannya. Tetapi Tom tak mau berpikir panjang. Keadaan sudah terlalu mendesak.
Dari sudut matanya ia sempat melihat para penunggang dengan cepat mendekati. Segera ia buka kaset-kasetnya hingga beberapa di antaranya jatuh di pasir. Tanpa dapat memilih ia mengambil sebuah lalu dipasang ke dalam pesawatnya. Jari-jarinya segera bermain di atas tombol-tombol dan mesinnya hidup. Tom berharap agar kaset yang dipasang tepat pilihannya.
Kedua orang Aquilla menghentikan tunggangannya. Mereka menyeringai mengejek kepada Tom di dalam persembunyiannya di cekungan itu. Mereka lalu mengacungkan senjata mereka. Tidak lama kemudian mereka membelalakkan mata, tubuh mereka menjadi kaku dengan pandangan yang tak percaya. Salah seorang berteriak ngeri dan segera melemparkan senjata dari tangannya untuk menghentak tunggangannya dan melarikan diri. Yang seorang lagi memerosotkan diri turun dari tunggangannya lalu melarikan diri pontang-panting.
Dari tepi cekungan Tom mengintip. Di ujung tanah yang berpasir dari bukit batukarang yang tadinya tenang, tiba-tiba menjadi berantakan berkeping-keping. Guruh menggeledek di udara. Pohon-pohon bergoyang roboh dengan akar-akarnya. Batu-batu besar bergulung-gulung turun dari atas bukit. Hewan-hewan tunggangan Salamandari melengking-lengking dan melemparkan para penunggangnya. Pengawal-pengawal itu melongo dan melotot matanya memandang datangnya batu-batu besar yang bergulingan susul-menyusul. Mereka lari tunggang langgang keluar dari jurang.
Tom bangkit berdiri. Ia melihat orang yang berkerudung dalam jarak yang tidak lebih dari empatpuluh meter dari padanya. Orang itu berpakaian hitam dan tengah memegang tali kekang erat-erat agar dapat tetap di atas tunggangannya.
Ia meneriaki orang-orang Aquilla yang berlari-lari meninggalkan tempat itu.
Tom menangkap seekor Salamandari yang sudah tidak ada penunggangnya, lalu melompat di atas punggungnya. Ia larikan tunggangannya itu ke arah si orang hitam. Segera orang itu melihat Tom datang, lalu melarikan diri di antara pohon-pohonan. Sekali ia menoleh untuk menembakkan pestolnya. Tetapi peluru pestol itu hanya mendesing di samping telinga Tom.
Tunggangan Tom ternyata dapat lari sangat cepat. Rupanya ia menyadari kehendak tuannya yang di punggungnya agar berlari sekencang-kencangnya. Orang berkerudung pun memacu tunggangannya kalang kabut. Tetapi kini Tom telah dapat mengejarnya. Ia lalu melompat dan menyambar musuhnya yang berkerudung itu. Keduanya jatuh terpelanting dari atas tunggangan mereka.
Orang itu berteriak sambil melompat bangun, lalu menerjang Tom. Tom mengelak terkaman orang itu dan berhasil menghunjamkan tinju kirinya ke tubuh lawan. Orang itu terhuyung ke belakang, jatuh terduduk dan mengerang kesakitan. Tom membungkuk dan menarik kerudungnya.
Henry Greylock menyumpah-nyumpah.
"Aku belum menyelesaikan perhitungan denganmu Swift!" ia terus memaki marah-marah. "Belum sama sekali!"
Tom menyeringai. "Sepertinya sudah habis semuanya!"
Tom mendengar suara helaan napas di pundaknya.
"Henry," pak Swift menatap wajahnya tidak percaya. "A... a-ku sama sekali tak percaya bahwa engkau terlibat di sini!"
"Percayailah kepada apa yang kaupercayai," tukas Greylock.
Kini wajah pak Swift tampak menjadi keras. "Kau harus berani mempertanggungjawabkan semua ini. Baik di dunia ini atau di sana, di planet-planet dalam!"
Kemudian Tom tersadar bahwa gemuruh dari batu-batu yang bergulingan itu telah berhenti. Dari atas pundak ayahnya ia melihat Anita dan Ben berlarian mendatangi. Ben masih terus memegang pesawat holoproyektornya dengan erat. Dari jarak limapuluh meter itu Tom sudah dapat melihat bibir Ben yang tersenyum lebar. Di belakang Ben melangkah sosok tubuh Overmann dengan wajah merah membara karena marah.
Overmann datang mendekat dan menatap wajah Greylock.
"Kuharap engkau segera dikurung!" hardiknya, lalu menoleh ke arah ayah Tom. "Aku tak menyukaimu, Swift. Tak pernah aku suka padamu. Dan aku pun tak pandai meminta maaf. Tetapi kali ini aku berhutang budi padamu!"
Kemudian ia kembali berpaling kepada Greylock.
"Engkau".menggunakan aku..." katanya terputus-putus karena geregetan. "Engkau mendustaiku, berulang kali!"
"Dan kau selalu mau percaya, tolol!" Greylock tertawa kasar. "Aku tak pernah dapat melakukan ini tanpa engkau, Marcus!"
Wajahnya berubah merah padam, dan tangannya mengepal-ngepal. Tetapi Tom segera datang di tengah.
"Saya kira, dia telah menggunakan anda lebih banyak dari yang anda sadari. Demikian pun dengan saya dan yang lain-lain."
Overmann mengernyitkan dahi. "Apa maksudmu dengan kata-kata itu!"
Tom tidak menjawab. Sebaliknya, dengan cepat ia mendekati Greylock. Ia mencengkeram pipi Greylock lalu menariknya dengan keras. Orang itu menjerit kesakitan. Tangan Tom memegangi kumis palsu dan kulit muka dari plastik. Dengan mendadak sontak Greylock menjadi lenyap dari hadapannya. Muncul sepasang mata hitam musuh bebuyutan Tom. Wajah yang menyala-nyala menatap wajahnya.
"L-luna!" teriak Overmann tertahan. "D-... David Luna!"
Luna tersenyum jahat, dan kemudian memandang ke sekeliling.
"Aku telah berhasil menipu kalian semua. Terutama si tolol, Overmann. Presiden Luna Corporation, ha-ha-ha!" Dengan mengernyitkan dahinya ia mengejek. "Dia... menjual kacang goreng saja tidak bisa!"
Overmann menggeram. Kini pak Swift yang datang menengahi.
"Sekarang, semuanya sudah menjadi jelas!" kata Tom. "Seluruh kejadian memang menunjukkan ciri-ciri khas David Luna. Kita tidak dapat memperkirakan orang lain yang bisa memiliki uang dan menghimpun organisasi untuk melakukan pelbagai serangan-serangan ini."
"Jadi, bagaimana anda telah selamat dari perkelahian anda dengan Sansoth," kata Ben kepada Luna. "Lalu anda gunakan dana-dana yang anda ambil dari Luna Corporation yang lama untuk membangun perusahaan raksasa atas nama Henry Greylock yang sebenarnya sudah tiada!"
"Tetapi, apa sebenarnya yang kaukehendaki?" tanya pak Swift.
"Kukira, aku telah tahu," kata Tom. "Setelah Swift Corporation dan Luna Corporation kedua-duanya disepak ke luar dari dunia bintang-bintang, siapa lagi yang akan menggantikannya" Henry Greylock, yang tiba-tiba saja menjadi sahabat karib K'artar!" Tom menghela napas sebentar. "Saya tahu, anda telah membayar sejumlah orang-orang untuk melakukan segala kejahatan ini, Luna. Termasuk orang-orang Aquilla yang berkeliaran dengan berkerudung seperti yang anda lakukan sekarang ini!"
Overmann mengacungkan tinjunya kepada Luna.
"Kau harus mempertanggungjawabkan Sea Globe. Kalau terjadi apa-apa.. . . "
"Carilah dia," Luna tertawa terkekeh. "Sekarang ini ia mungkin sudah tenggelam duapuluh ribu meter ke dalam Palung Dharmaii. Terkena tekanan sangat besar hingga tinggal sebesar telur!"
"Tidak!" bantah Tom. "Itu tidak mungkin!" Lalu dengan berpaling kepada ayahnya:
"Pemunculan Sea Globe akan mirip petunjuk-petunjuk yang lain. Kristal pesan palsu, cincin Aquilla dan sebagainya. Kita akan disuruh melihat Sea Globe di bawah sana. Itu merupakan permainan Luna yang terakhir untuk membuat Dewan Duabelas Lautan di Aquilla melawan kita dan planet-planet dalam. Hanya saja, itu sama sekali bukan Sea Globe. Bukankah demikian Tuan Luna" Peralatan maupun perkakas yang saya pergoki bersama B'teia akan anda pindahkan bersama K'artar, hanya berupa bagian-bagian tiruan untuk Sea Globe!"
"Dan ketika Tom dan B'teia telah berhasil mendekatinya sangat dekat," Anita menyela, "anda lalu melepaskan hiu-hiu raksasa untuk mengejar mereka!"
"Itu bukan aku yang melakukan," Luna membela diri.
"Bisa saja bukan anda yang melakukan, tetapi atas perintah anda," Ben menangkisnya kembali.
"Lalu kalau begitu, apa yang telah kaulakukan dengan Sea Globe?" pak Swift mendesak.
"Seperti yang telah kukatakan," kata Luna dengan sengit, "carilah dia, Swift!"
"Kita pasti akan mencarinya," Tom meyakinkan. "Kuharapkan saja ia disembunyikan dengan aman di salah satu pangkalan rahasia anda di gugusan asteroid."
Mata Luna membuka sedikit lebih lebar, dan ini meyakinkan Tom bahwa terkaannya itu benar.
"Tom, lihat!" seru Anita tiba-tiba. "A-aku tidak percaya!"
Tom menoleh. Lalu berteriak dan lari ke tanah berpasir. Shaldar datang melalui bukit-bukit karang. Orang-orang Aquilla yang menggunakan lambang keluarga Shaldar dengan bersenjata lengkap menunggang Salamandari di belakangnya. Dua orang segera melompat turun dari tunggangannya, lalu berlari mendapatkan Tom.
Yang satu adalah K'orlii dan yang lain adalah B'teia. B'teia lari menyerbu Tom, lalu memeluknya erat-erat.
Tom menatapnya, terkejut.
"B'teia... kukira engkau sudah di alam baka!"
"Demikian pun aku. Kukira engkau telah tidak ada!" Gadis itu tertawa. "Aku bertemu Throo'n yang besar sekali, nun di bawah sana, Tom. Kukira itu adalah kakek dari apa yang kita lihat kemarin. Ia hampir saja menelan aku mentah-mentah. Kendaraan peluncurku dan Khanirri yang mengejar aku. Tetapi pada detik terakhir aku dapat menghidupkan kembali kendaraan peluncur itu, dan bergegas menuju Lha'ii!"
K'orlii memandang kepada Tom.
"B'teia memberitahu kelompok ayahku, begitu sampai di stasiun penelitian. Maaf, kami tidak dapat datang lebih cepat!"
"Apakah kalian menangkap K'artar dengan pengawal-pengawalnya?" tanya Ben.
"O, tentu," jawab K'orlii. "Kami bertemu mereka sedang lari tunggang langgang bagaikan orang gila di pantai. Mereka berteriak-teriak. Katanya ada gempa bumi. Apa itu semua?"
Tom tertawa. "Hanya sebuah lelucon. Sebuah khayalan. Nanti kuceritakan!"
"Nah," Ben menghela napas. "David Luna sudah tersingkir, kita dapat memulai lagi. Mengunjungi Arborea dan planet-planet dari dunia bintang yang lain."
"Kita harus menemukan Sea Globe dulu," Anita mengingatkan. "Aku sangsi, apa Luna mau mengatakan di mana disembunyikannya."
"Tunggu dulu!" Tom angkat tangan, memprotes. "Kalau kalian hendak mulai bekerja lagi, silakan. Aku sendiri berniat untuk istirahat beberapa hari di pantai Aquilla. Laut, pasir dan matahari sebagai selingannya. Dan tanpa Throo'n, ikan hiu atau pun hantu-hantu laut lain yang merusak pemandangan!"
Tom tidak menyadari, bahwa tidak lama lagi ia akan bersama-sama teman-temannya menghadapi perkara lain yang luar biasa!
END Ebook PDF: eomer eadig Http://ebukulawas.blogspot.com
Convert & Re edited by: Farid ZE
blog Pecinta Buku - PP Assalam Cepu
Harimau Kemala Putih 11 Pendekar Naga Putih 49 Tumbal Perkawinan Iblis Pulau Neraka 1
"Engkau tak apa-apa?" ia bertanya dengan khawatir. "Sebentar lagi teknisi medis akan datang."
"Saya kira dia tak apa-apa," kata Tom. "Kapten, saya bergumul dengan orang itu, tepat di sini ini, belum tiga menit yang lalu. Tentu ia masih ada, entah di mana."
"Tentunya engkau tak melihat dia dengan nyata?"
Tom mengangkat bahu. "Memakai kerudung dan topeng." Ia bercerita tentang lebah mekanik, kemudian menolong K'orlii berdiri.
Pemuda Aquilla itu masih goyah, lalu dipapah turun di tangga oleh Tom dan Aristotle, ke kamar mesin di bawah. Di luar, di serambi, seorang pengawal memberi salam kepada kapten.
"Mason segera sembuh, kapten," ia melapor. "Sedikit pusing barangkali, tetapi hanya itu."
"Syukurlah, tentunya ia melihat sesuatu!" kata Susan.
"Tidak, kapten. Ia tak melihat apa-apa."
"Cocok, bukan" Dan tak seorang pun ada di ruang mesin itu, atau di mana pun. Ia tentu ke luar dari pintu darurat, meskipun aku tak tahu bagaimana caranya."
"Kalau pun ada seseorang di kamar itu " aku tetap sangsi."
"A-apa?" Tom menoleh, melihat tubuh kurus dari Marcus Overmann. Ia bangkit dan berusaha menahan amarahnya. "Apa yang hendak anda katakan, pak?"
"Tom benar," kata kapten Travis. "Saya kira sebaiknya anda menjelaskannya." "Bukan saya yang harus menjelaskan!" Pandangan Overmann menyapu ke arah K'orlii. "Anak itulah, kapten. Mata-mata Aquilla di pesawat ini."
"Dusta!" K'orlii meledak.
"Begitu?" Senyum Overmann dingin bagaikan es. "Kalau begitu kukira ini juga dusta." Ia membuka genggaman tangannya dan menyodor-kannya kepada kapten Travis. Sebuah kristal berbentuk dadu nampak di tangannya. .
"Apa ini?" "Henry!" Overman memanggil. "Tolong katakan kepada mereka. Aku tak ingin kapten mendengar hal itu dari mulutku."
Henry Greylock mendatangi, dengan sengaja menghindari pandangan K'orlii.
"Kami " eh " menemukan ini di serambi," katanya. "Marcus dan saya ada di belakang anda. Saya kira anda lebih baik mendengarkan pesan ini."
"Tentu," kata Susan Travis. "Nanti di kamar saya."
"Saya kira ... lebih baik sekarang juga," Overman mendesak.
Susan Travis mengambil kristal itu dari tangan Overmann, lalu dipasangnya pada alat di sakunya, sebuah taperecorder mini.
Terdengar suara mendesis sejenak, kemudian suara yang halus seperti berbisik:
". . . kuharap engkau menerima ini K'orlii . . . sekarang engkau di daerah jangkauan Aquilla, dan aku akan berusaha untuk melakukannya dengan cepat. Ikuti Tom Swift dan yang lain- lain, cobalah kauamati semuanya. Di sini suasana sedang memuncak. Persetujuan tak akan diterima oleh Dewan Duabelas Lautan. Aku berjanji hal itu padamu!
Alat itu berdesis lagi karena gangguan udara antar planet, lalu diam.
"Bagaimana?" Overmann berseri-seri menang. "Apa yang masih anda perlukan" Suara itu suara Shaldar, ayah pemuda itu."
"Yang kita anggap teman di Aquilla," sambung Greylock.
"Benda itu palsu, dan anda tahu tentang itu!" teriak K'orlii. Ia maju hendak menangkap Overmann, tetapi Tom menahannya.
"Engkau yang palsu," kata Overmann tajam sambil menuding.
"Engkau menjumpai orang berkerudung itu, anak muda, bukan diculiknya! Ketika Tom Swift menemukan engkau, engkau berpura-pura menjadi kurban. Engkau telah melakukan hal yang sama di New America kemudian di Bulan. Kukira sudah waktunya kita menghabisi sandiwara ini." Mata Overmann memandangi Susan Travis. "Kurunglah dia, kapten. Sekarang , juga!"
"Apakah ini suatu perintah, pak?" tanya Travis dengan dingin.
"Kapten!" tukas Marcus Overmann. "Apakah masih ada keragu-raguan bagi anda dari apa yang terjadi ini" Anda mendengar sendiri buktinya!"
"Kristal berisi pesan itu bukan suatu bukti sama sekali!" kata Tom. "Tidak sulit untuk membuat barang palsu seperti itu."
"Pesan ini benar-benar asli!" kata Overmann kaku.
Tom memandang ke kapten Travis. "Maafkan saya sebentar."
Tanpa menunggu jawaban ia menarik Aristotle ke samping dan berkata-kata kepadanya. Beberapa detik kemudian, sebuah laci kecil di dada robot itu terbuka. Tom mengeluarkan sebuah benda kecil, lalu kembali ke rombongan.
"Nah, maukah kapten memutar ini?"
"Apa-apaan ini?" tanya Overmann dengan curiga.
"Dengarkan saja, pak!"
Susan Travis memasang kristal itu ke dalam alatnya.
"..dengarlah aku. Aku mempunyai bukti bahwa kapten Travis dan juru masak adalah agen-agen musuh. Mereka hendak meledakkan Bumi dan Bulan malam nanti! "
"Hee! itu suara saya!" Marcus Overmann menatap kapten, kebingungan. "Saya tak pernah berkata demikian!"
"Memang tidak," kata Tom. "Aristotle yang berkata demikian. Ia telah menangkap pola suara anda, lalu merekam pesan yang saya katakan dalam pola suara anda. Ini sangat mudah dan sederhana! Siapa pun dapat melakukannya, dengan alat penganalisa suara!"
Wajah Overmann menjadi merah padam. "Itu".itu tak ada hubungannya dengan ini!" ia berteriak. "Kapten, apakah anda dengan sengaja hendak melindungi mata-mata ini?"
"Betul!" kata Susan Travis. Senyuman kecil nampak di bibirnya. "Saya pun berusaha melindungi diri saya sendiri, tentu saja! Ingat, bagaimana pun anda telah menuduh saya dan juru masak, hendak menghancurkan planet-planet dalam "
*** Kurang dari tiga jam kemudian Daniel Boone meluncur ke arah dunia lautan Aquilla. Itulah salah satu pemandangan terindah yang pernah dilihat Tom. Hampir delapan puluh persen dari permukaannya berupa air, hingga planet itu bersinar bagaikan permata hijau-biru.
Kapten Travis mencocokkan orbit pesawatnya dengan orbit planet tersebut, duaratus mil di atas rangkaian pulau-pulau karang K'hlai. Aristotle diperbantukan untuk merawat pesawat. Sementara itu Tom, ayahnya serta teman-temannya turun ke permukaan dengan pesawat shuttle yang pertama.
Marcus Overmann marah sekali ditinggalkan. Ia bersikeras, bahwa ia berhak untuk turun yang pertama.
"Marcus," kata ayah Tom. "Kalau aku dapat menahan engkau di pesawat ini sepanjang perjalanan, akan kulakukan. Tetapi yang dapat kulakukan ialah untuk memastikan bahwa engkau tak akan menimbulkan keributan begitu engkau mendarat!"
Overmann benar-benar marah dan berteriak-teriak, tetapi pak Swift meninggalkan begitu saja.
"Nah, itu dia!" K'orlii menunjuk ke landasan shuttle yang sempit. "Itu Kh'lai, serangkaian pulau-pulau sepanjang empatratus mil, mengelilingi Aquilla seperti sebuah mata pancing. Itulah sebenarnya arti Kh'lai: mata pancing."
"Luar biasa!" seru Anita. "Lalu, mana pulaumu, pulau Rha'mae?"
"Yang itu. Tepat di lengkungan mata pancing."
Pesawat shuttle berputar satu kali, mematikan jet-jet atmosfirnya, lalu melayang mulus di dalam teluk dekat Than'oorii, kota terbesar di Rha'mae. Anita melihat dengan terpesona ke menara-menara karang yang halus, berkelompok-kelompok di antara pohon-pohonan di sepanjang pantai putih.
"Itu belum apa-apa," kata K'orlii tertawa. "Engkau harus melihat bagian lain kota itu."
"Apa?" tanya Anita tak mengerti.
"Yang nampak di atas air itu hanya seperlima," K'orlii menjelaskan. "Mungkin kurang dari itu. Sisanya ada di bawah air. Ingat, kami bangsa Aquilla bersifat ampibi. Di bawah sana ada arsitektur dengan gravitasi nol yang sulit dapat kaupercaya!"
"Nah, itulah yang harus kulihat!" kata Ben.
"Arsitektur dan teknik genetik tak banyak hubungannya di Bumi," kata K'orlii. "Tetapi di sini keduanya erat bekerjasama. Kami mengajar kehidupan batukarang untuk membangun kota-kota yang kami kehendaki. Hal itu tak mengganggu kehidupan di dalam ekologi batukarang, dan terbentuklah pola-pola yang mengagumkan."
Tom pernah melihat orang Aquilla dalam jumlah yang banyak. Tetapi belum pernah sebanyak sekarang ini yang berkumpul di satu tempat. Mereka berdesakan di jalan-jalan yang sempit untuk menjemput K'orlii. Mereka memandang dengan heran ke manusia-manusia dari Bumi. Komunikasi menjadi mudah berkat unit-penterjemahan-pelajaran hasil penemuan Tom. Setiap pengunjung selalu membawanya setiap waktu.
Setelah menghidupkan unit penterjemahan, pak Swift berjalan menemui Shaldar, ayah K'orlii. Ia memanggil Tom untuk mengikuti.
"Halo sahabat, saya ucapkan selamat datang dengan segala senang hati," kata orang Aquilla itu dengan hangat. "Engkau juga, Tom junior!"
Tom berjabatan tangan dengan Shaldar, kemudian memperkenalkan Ben Walking Eagle dan Anita Thorwald. Orang-orang Aquilla itu terpesona melihat rambut Anita yang merah.
Meskipun dengan sikap hormat, namun mereka memandang dengan terang-terangan ke rambut yang merah menyala itu!
"Aku minta maaf bagi mereka," kata Shaldar dengan sungguh-sungguh. "Kuharap engkau tak merasa terhina, Anita."
"Tidak," kata K'orlii tertawa. "Ayah, satu-satunya cara untuk menghina gadis dari Bumi hanyalah tidak memperhatikannya sama sekali!"
"K'orlii!" seru Anita, berusaha keras untuk berpura-pura marah.
Ayah K'orlii merasa, bahwa kedua anak muda itu sedang bergurau dan tak ada seorang pun yang merasa terhina. Ia memimpin rombongan itu ke pantai.
"Semua orang di Aquilla berjalan kaki," K 'orlii menjelaskan,
"kecuali kalau bepergian dari pulau ke pulau, dan jaraknya cukup jauh. Untuk itu kami naik Salamandari. Hewan itu juga ampibi."
"Apakah itu, Salamandari?" tanya Ben.
"Seperti itu," K'orlii menunjuk ke seorang Aquilla yang menunggang seekor hewan yang ramping-panjang bergigi tajam. Bagian bawah tubuhnya kuning cerah, sementara punggungnya bebercak-bercak kehijauan. Kakinya nampak sangat kuat, dan di antara cakar-cakarnya terdapat selaput renang. Menurut Ben, hewan itu mirip seekor belut yang ingin menjelma menjadi kadal atau kodok.
"Apakah kita " eh " akan bepergian jauh-jauh?" tanya Ben khawatir.
K'orlii tertawa. "Jangan risau. Mereka tak seburuk tampangnya!"
"Aku tak mengerti bagaimana mereka itu tidak buruk," kata Ben setengah menggerutu. "Bagaimana pun aku lebih senang berjalan kaki. Sebenarnya ...."
Ben berhenti ketika suara gemuruh terdengar di langit cerah di atas mereka. Pesawat shuttle rombongan kedua melayang turun di atas atol, lalu mendarat di air.
"Wah, itu Overmann datang!" Anita mengeluh. "Aku tahu, kita akan mendapat terlalu banyak kesenangan!"
Chapter 14 Ayah Tom kembali dari suatu pertemuan yang bertele-tele dengan Dewan Duabelas Lautan. Wajahnya muram dan nampak kelelahan.
"Aku khawatir, semuanya akan menjadi lebih buruk dari apa yang kita perkirakan," katanya. "Mordan sebenarnya baik. Tetapi si K'artar telah menjejali dengan informasi-informasi yang keliru mengenai Bumi dan Planet-Planet Dalam."
Pak Swift duduk di kursi lalu memandang ke laut yang biru cerah. "Baik Mordan maupun K'artar belum pernah ke luar dari planet ini, Tom. Setidaknya dari apa yang kuketahui."
"Itu berarti, ada orang yang menjejali kebohongan-kebohongan kepadanya," sambung Tom.
"Tepat. K'artar tentu telah dibeli orang!"
"Ayah, dari semula aku berpendapat, bahwa Overmann terlibat dalam soal, ini," kata Tom.
"Mungkin sekali. Aku tak akan mengenyampingkannya." Pak Swift mengernyitkan dahi, memandangi kedua tangannya. "Kalau ia benar-benar bersekongkol dengan K'artar, mereka telah bermain sandiwara dengan baik sekali di hadapan Dewan Duabelas Lautan. Seharian ini, beberapa kali Marcus dan K'artar seperti hendak membubarkan pertemuan, dan seperti hendak berkelahi di sana. Kalau Henry Greylock tidak melerainya, kukira semuanya telah berada di Daniel Boone sekarang ini. Langsung menuju ke Bumi."
Tom berpikir. "Aku berpendapat, mereka memang bisa, kalau memang bermaksud melaksanakannya."
"Tentu," ayahnya menyetujui. "Mungkin itulah yang akan mereka lakukan. Mungkin sekali engkau akan dapat menyaksikan sendiri penampilan mereka, Tom. Shaldar mengundang Mordan dan K'artar untuk makan bersama. Demikian juga para awak pesawat."
"Yah, semacam pertemuan keluarga." Tom mengeluh. "Aku tak sabar lagi!"
*** Untuk beberapa saat, Tom mengira bahwa kekhawatiran ayahnya seperti tak beralasan.
Shaldar dengan cerdik menempatkan Mordan dan K'artar pada ujung meja. Jauh dari Marcus Overmann dan rombongan lain dari Bumi. Overmann nampak berusaha keras untuk berlaku ramah dan menarik, dan Henry Greylock ada di sampingnya, menjaga agar suasana tetap demikian.
Di samping itu K'orlii, T'herlaia, duduk seorang gadis Aquilla yang ramping dan cantik. Pandangannya tak lepas dari K'orlii. Tom berhasil mengetahui nama gadis itu dari K'orlii.
"Itu B'teia," kata K'orlii dengan dingin. "Hanya teman lama pada waktu sekolah."
"Teman yang cantik," kata Ben.
Wajah K'orlii menjadi agak lebih berbayang kebiruan.
"Itulah yang sebenarnya," ia menggagap. "Ha " hanya teman!"
"Aku tahu," kata Ben sembarangan. "Aku kan juga bilang begitu?"
Tom mendehem, dan Anita menyembunyikan senyumnya dengan serbet.
"Engkau mungkin ingin tahu," kata T'herlaia kepada Tom. "Meja makan ini mungkin dari sebatang kayu yang terbesar di Aquilla. Ini kayu spiderlime, berasal dari planet Arbhorea. Hadiah dari ayahmu."
Tom mengagumi serat kayu yang kekuning-kuningan. Ia tahu, bahwa itu merupakan salah satu kayu yang terbaik dari planet yang berhutan itu.
"Saya kira, di Aquilla sini tak banyak pohon-pohonan," kata Tom.
"Hanya yang kaulihat tadi," jawab T'herlaia. "Dan beberapa pohon yang tumbuh di pulau-pulau. Mirip sekali dengan pohon palem di Bumi, kukira. Tentu saja merupakan barang yang langka. Tak seorang pun ingin menebangnya!"
"Tidak seperti di Bumi!" kata K'artar menyeringai di ujung meja. "Main sikat habis segala sumber mereka."
Shaldar nampak terkejut. Marcus Overmann sudah mulai membuka mulutnya, tetapi ayah Tom mendahuluinya.
"Anda memang benar," katanya dengan sopan. "Kami memang telah membuat kesalahan. Tetapi kami telah mengambil langkah-langkah yang drastis untuk memperbaikinya. Ark Two merupakan salah satu dari usaha itu."
K'artar bertubuh lebih berat dari kebanyakan orang Aquilla. Pinggangnya ramping, tetapi bahunya bidang, menunjukkan seorang ahli berenang. Matanya yang kuning menyapu meja sejenak, lalu menatap Greylock. "Wakil Dewan Antar Planet dari Bumi telah menjelaskan masalah-masalah anda dengan jelas sekali pada pertemuan kita siang ini. Bukankah begitu, Mordan?"
Paman K'orlii mengangguk, tetapi diam saja.
"Itulah salah satu alasan, mengapa kami datang kemari," kata Greylock ramah. "Bila ada sesuatu yang anda belum mengerti tentang rencana?""
"O, saya sudah cukup mengerti," K'artar menyela. "Penduduk Bumi telah merampok planet mereka sendiri. Dan kini hendak pula merusak Dunia Bintang-Bintang!"
"Tuan K'artar!" kata Graylock gugup.
"Saya tak mau duduk dan mendengar ini semua!" Overmann meledak. Ia bangkit berdiri dan mengacungkan tinjunya ke arah K'artar. "Saya dan tuan telah bersepakat tentang satu hal, tuan. Selama saya masih mempunyai suara, tak mungkin akan ada suatu pakta antara Aquilla dan Planet-Planet Dalam. Itu tak akan pernah terjadi!"
Dengan berkata demikian ia berbalik lalu melangkah lebar keluar dari ruangan.
Ayah K'orlii nampak terpukau, sementara K'artar dan Mordan memandangi wakil Bulan itu pergi. Senyuman puas melebar pada wajah mereka berdua.
*** Matahari Aquilla menghangati permukaan air yang luas, menyebabkan pantai-pantai nampak putih menyilaukan. Ben, Tom dan Anita berada di pantai, mempersiapkan perlengkapan drysuit mereka. Piknik yang mereka rencanakan sehari sebelumnya, telah menjadi peristiwa yang kurang menyenangkan. Ayah Tom dan Shaldar telah berusaha keras untuk mempertemukan kembali para wakil Planet Dalam dengan bangsa Aquilla. Tetapi sebegitu jauh, Overmann dan K'artar telah menolak untuk bersama-sama dalam satu ruang.
"Menurut pendapatku, seolah-olah setiap dunia, paling sedikit mempunyai seorang Marcus Overmann," kata Anita. "Kita mempunyai Overmann dan Aquilla mempunyai K'artar."
"Mereka merupakan pasangan yang bagus," Tom mengiakan.
"Ha! Lihat! Itu K'orlii dan B'teia!"
Kedua muda-mudi Aquilla itu muncul dari kedalaman, lalu menghampiri pantai. K'orlii tersenyum lebar kepada teman-temannya.
"Sudah siap untuk melihat-lihat sisi lain dari planet kami?" Ia berpaling kepada gadis berkulit biru itu. "Ambillah mereka, B'teia!"
"Ambil apa ..." Ben mulai membuka suara, lalu terbelalak tak percaya.
K'orlii tertawa, "Ayo! Ini suatu kesempatan untuk seumur hidup! Kalianlah orang luar planet kami yang mendapat kehormatan menunggang Salamandari."
"Oh begitu" Suatu kehormatan" Senang benar engkau mengatakannya," Ben menggerutu. Ia melirik penuh curiga ke arah lima ekor hewan yang dituntun B'teia ke tempat yang dangkal.
Sebelumnya ia memang tak menaruh perhatian akan hewan itu, yang rupanya mirip seekor naga. Kini pun ia tetap tak menyukainya. Salah seekor hewan itu menjulurkan lehernya yang hijau-kuning dan panjang ke arahnya, lalu membuka moncong, memperlihatkan dua deretan giginya.
Ben menggeleng. "Uh-uh. Terimakasih, tetapi aku tidak mau."
"Kukira orang Cherokee pandai menunggang apa saja," Anita menggoda.
"Ya, apa saja yang masuk akal!" Ben memperbaikinya. "Tetapi ini bukan yang masuk akal, Anita!"
"Oo, mereka sangat jinak," kata B'teia. "Mari. Engkau harus mencobanya." Ia memandangi Ben dengan pandangan meminta. "Aku akan merasa terhormat kalau engkau menunggang hewan kesayanganku, Phardaar." Ia menunjuk hewan yang ada di sisi kirinya, yang tadi menunjukkan gigi-giginya.
"Itu si Phardaar?" Ben melirik Tom. "Aku seharusnya sudah memperkirakan, ya?"
Meskipun Ben tetap khawatir, tetapi Salamandari adalah hewan yang patuh dan dapat dipercaya sebagai tunggangan di bawah air.
K'orlii dan B'teia mengajak tamu-tamunya yang memakai drysuit ke kedalaman di bawah, kemudian kembali ke bagian kota Than'oorii yang ada di bawah air.
"Nah, itu dia," K'orlii menunjuk. "Lurus di depan."
Pada mulanya tak seorang pun dari teman-temannya yang melihat sesuatu, yang mirip dengan sebuah kota. Puncak-puncak tinggi dari batu-batu karang yang indah berwarna merah muda, menjulang dari kedalaman. Puncak-puncak tersebut membentuk rangkaian pulau-pulau karang Kh'lai. Ikan berwarna-warni keluar-masuk dari bangunan yang bagaikan renda tersebut.
Tiba-tiba Tom menyadari, bahwa bukan semua yang berenang-renang itu adalah ikan. Banyak sekali di antaranya adalah orang-orang Aquilla! Bentuk-bentuk koral yang tinggi-tinggi itu mempunyai arti yang sangat lain baginya. ;
"Kami memang ampibi," kata K'orlii. Ia menunjukkan jalan dengan gesit di antara menara-menara kota itu. "Orang sering lupa tentang hal itu, bahkan teman-teman terdekat seperti kalian. Than'oorii dan kota-kota kami lainnya dibangun agar kami sebanyak mungkin hidup di dalam laut. Tentu saja banyak ruang-ruang yang berudara di mana-mana, dan itu selalu kami isi dengan oksigen."
"Kalau demikian, engkau dapat selamanya hidup di dalam air, ya?" tanya Ben.
"Sudah tentu; sebagian besar dari waktu kami," kata B'teia.
"Tetapi tak ada orang Aquilla yang mau berbuat demikian. Kami terlalu menyukai matahari."
Salamandari-salamandari itu membawa mereka dengan cepat menjauh dari kota, jauh tinggi di atas dasar lautan yang jernih.
Kadang-kadang serombongan besar ikan muncul di kejauhan, demikian rapatnya hingga menutup cahaya sinar matahari. B'teia menjelaskan, bahwa rombongan itu merupakan peternakan yang dikelola, terdiri atas ikan-ikan yang suka berpindah. Itulah yang merupakan hasil terbesar dari planet tersebut.
Kedua muda-mudi Aquilla itu menuntun teman-temannya melewati sebuah bukit kecil batu karang berwarna kuning. Pada sisi lainnya, dasar laut itu mendadak turun menjadi jurang yang biru-hitam. K'orlii menghentikan tunggangannya, dan memberi isyarat kepada teman-temannya untuk berhenti.
"Ya ampuun," seru Anita. "Aku jadi tak percaya dengan penglihatanku!"
"Ini adalah bagian dari Palung Dharmaii," K'orlii menerangkan.
"Hanya sekitar tigapuluh-ribu meter di sini. Makin ke sana makin dalam."
"Makin dalam?" Tom menggelengkan kepala. "Palung Mindanao di dekat Pilipina hanya sekitar duabelasribu meter! Dapat diisikan dua di sini!"
"Apakah ada sesuatu yang hidup di sana?" tanya Anita.
"Ya. Beberapa macam makhluk yang mempesonakan," jawab B'teia. "Kebanyakan tidak berbahaya. Dan tentu saja beberapa macam ikan yang berbahaya, yang tak dapat hidup di dekat permukaan. "
"Nah, yang itu adalah " eh " jenis-jenis yang hidup di bagian yang dangkal dari Dharmaii. Itu harus kaulihat," kata K'orlii. Ia menggerakkan kepalanya ke arah kiri.
Tom menoleh; untuk beberapa saat ia tak melihat apa-apa.
Kemudian, pasir berhamburan bagaikan terkena angin puyuh. Sesuatu yang sangat besar, pipih dan keabu-abuan melesat di tengah-tengah awan pasir, menuju ke kedalaman.
Tom menahan napas. "Apa pun makhluk itu, besarnya tentu tak kurang dari sebuah lapangan sepakbola!"
Pemuda Aquilla itu mengangguk. "Betul. Itu tadi seekor Throo'n muda yang cukup besar. Lebarnya mungkin tujuhpuluh atau delapanpuluh meter. Kalau sudah besar ...."
"Kalau sudah apa?" tanya Ben.
"Mengapa" Tentu saja mereka lebih besar lagi."
"Yuk, kita pulang saja," usul Tom, "sebelum ayahnya pulang dari kerja!"
K'orlii tersenyum. "Biasanya mereka tak mau mencelakai orang. Tetapi kita memang tak akan lama-lama di dekat palung ini. Masih banyak makhluk-makhluk lain yang lebih gesit daripada ikan Throo'n."
Bagi Tom, seolah-olah bukan tempat dan saatnya untuk menanyakan apa saja makhluk-makhluk itu.
Muda-mudi Aquilla itu mengajak mereka ke arah barat, lalu ke selatan lagi melalui batu karang yang membentuk kota Than'oorii.
Jauh di seberang dasar laut mereka melihat sekilas bayangan dari gugusan karang yang lain. K'orlii menerangkan, bahwa itu adalah Lha'ii, suatu pulau kecil di dalam rangkaian Kh'lai. Di sana ada stasiun penelitian, dan penduduknya sangat sedikit. Pantainya mengagumkan. Kalau kalian dapat tinggal lama di sini ..."
K'orlii berhenti dan menggertakkan giginya. "Kita selalu kembali ke masalah itu saja, ya?"
"Barangkali kita dapat membawa Overmann dan K'artar untuk suatu piknik." Tom merenung. "Nah, di tengah perjalanan, kita berhenti dan memperlihatkan bayi Throo'n itu kepada mereka!"
K'orlii terkekeh-kekeh. "Jangan menggoda aku, ah! Kami bangsa Aquilla, katanya dianggap bangsa yang cinta damai, ingat?"
"Tidak selalu mudah untuk berpikir demikian," kata B'teia sedih. Rambutnya yang panjang kecoklat-coklatan berjurai bagaikan rumput laut di sekeliling kepalanya. "K'artar dapat kumengerti. Tetapi paman K'orlii, Mordan . . . beliau biasanya selalu menyenangkan.
"Tunggu sebentar," kata. Tom mendadak. Ia mendekatkan tunggangannya kepada K'orlii. "Apa itu" Apakah kauingat: sebuah stasiun penelitian atau apa?"
K'orlii menatap ke arah yang ditunjukkan Tom. Nampak sesuatu berwarna putih, jauh di , arah timur; sebagian tertutup oleh batukarang yang besar.
"Aku tak ingat," katanya tegas. "Apa pun benda itu, seharusnya tak ada di sana."
Ia menekankan kedua kakinya pada tubuh Salamandari, memajukan tunggangannya. Tom dan yang lain-lain mengikuti.
"Kita dapat melihat dengan lebih nyata dari atas sana," kata K'orlii. Tunggangannya bergerak cepat di atas sehamparan bunga karang berwarna merah. "Di sana ada aliran sejuk di dekat dasarnya"."
Ia berhenti dan menjadi tegang. Suatu teriakan pedih tertahan di tenggorokannya. "Tom! . . . Itu tak mungkin!....Tak mungkin ada di Aquilla sini!"
"Tetapi, begitulah kenyataannya," kata Tom datar.
Dari hamparan bunga karang itu, dasar laut melandai turun dengan tajam, menuju ke salah satu. cabang dari palung Dharmaii. Hampir tak nampak di dalam bayangan kedalaman itu, tergolek lengkung kubah keperakan SeaGlobe! Tak salah lagi!
Chapter 15 "Tom! Untuk apa SeaGlobe ada di Aquilla?" tanya Anita. Ia menggeleng tak percaya.
"Itu tentu ulah si K'artar!" kata K'orlii dengan nada pahit. "Tak ada lain. Aku sangat benci untuk mengakui, bahwa Overmann ternyata benar. Memang jelas, ada pengkhianat-pengkhianat di Aquilla. Kami terbenam sampai ke leher dalam masalah ini!"
"Tetapi dia tentu tidak bekerja sendiri," kata Tom. "Tentu masih ada lagi yang terlibat." "Ia menerawang ke dalam air. "Aku ingin mendekati globe itu. Barangkali kita dapat mengetahui sesuatu."
"Tom!" kata Anita. "Itu bukan gagasan yang baik!"
"Memang tidak baik," K'orlii membenarkan. "Tetapi Tom benar. Mereka tentu bukan begitu saja meninggalkan SeaGlobe itu di dalam palung. Di sana tentu ada kelompok kerja bantuan, pegawai-pegawai yang mengurusnya. Barangkali satu-satunya cara untuk mengetahui siapa sebenarnya yang ada di belakang layar." K'orlii berhenti sejenak. "Aku ikut engkau, Tom. Kalian kembali ke Than'oorii."
"Tidak bisa!" Ben memprotes.
"Harus ada yang mencari bantuan!" K'orlii mendesak. "Tak ada gunanya kalau kita semua mendapat kesulitan di bawah sana. B'teia, temui patroli laut dan kirimkan mereka kemari secepat-cepatnya. Perhatikan mereka tidak memakai lambang K'artar dan Mordan. Aku tak tahu lagi siapa yang dapat dipercayai! Bahkan di kota kita sendiri!"
"Hati-hatilah, K'orlii," gadis Aquilla itu memperingatkan. "Engkau juga Tom."
Tom mengangguk. K'orlii cukup hapal arus-arus yang ada di sana, dan cepat bergerak menuruni kedalaman. Ia menjaga, agar suatu gugusan karang selalu ada di antara mereka dengan SeaGlobe di kejauhan. Tom mengikuti dekat di belakangnya.
Ketika akhirnya K'orlii berhenti di bawah naungan tumbuhan laut, Tom melirik ke arlojinya. Ternyata telah berlalu duapuluh menit.
"Rasanya seperti semakin jauh," kata Tom.
"Sebenarnya kita sudah semakin dekat," kata K'orlii. "Engkau lupa, bagaimana besarnya Sea-Globe itu, Tom. Dan di dalam air, jarak bisa menipu!"
Ia agak ragu-ragu sebentar. "Sejak dari sini aku harus seorang diri ke sana."
"Apa kaubilang?" Tom memprotes.
"Kedalaman dan tekanan air! Dengan drysuit-mu pun engkau tak dapat mendekati tepi-tepi Palung Dharmaii. Demikian juga salamandari-salamandari kita!"
"Engkau tak pernah mengatakan sebelumnya."
"Untuk apa" Apakah dapat merubah situasi?"
K'orlii turun dari tunggangannya dan memberikan tali kekangnya kepada Tom. "Jangan marah. Aku tak akan apa-apa. Aku dilahirkan di sana, ingat?"
"Akan kucoba." "Engkau tahu apa pada saat ini juga?" kata K'orlii. "Nah, demikian juga aku!"
Tom memandangi bayangan biru K'orlii, hampir saja tak nampak di latar belakang pasir dasar lautan. Pemuda Aquilla itu berputar di atas karang, lalu menghilang dari pandangan. Tom tak senang harus menunggu saja. Tetapi ia menyadari bahwa temannya memang benar. K'orlii berada di dalam lingkungan hidupnya sendiri.
Sedang dia, biar pun mempunyai pengalaman-pengalaman di bawah laut, tetap saja merupakan orang asing di dunia lautan hijau dingin.
Tiba-tiba ia membungkuk di atas leher salamandarinya, menerawang ke arah K'orlii tadi menghilang. Ada sesuatu di sana! Ya, itu lagi!
Enam bayangan bentuk torpedo raksasa bergerak cepat di atas pasir dasar, mengendus-endus jejak K'orlii bagaikan anjing pelacak raksasa. Sisi-sisinya menunjukkan loreng-loreng harimau. Tom tahu, itulah Hiu Harimau terbesar yang pernah dilihatnya. Tak ada seekor pun yang kurang dari duapuluh meter!
Ia memaksa tunggangannya melewati batu karang, menuju ke arah K'orlii. Hiu-hiu itu sedang berputar-putar di atas dengan cepat.
Apakah K'orlii tak melihat mereka" Jantung Tom bagaikan hendak copot! Pemuda Aquilla itu terlalu terpusat perhatiannya kepada tugasnya. Pada waktu-waktu lain, ia tentu menyadari adanya bahaya yang mengancam di atasnya. Tetapi sekarang ia bagaikan dibutakan terhadap segala-galanya kecuali terhadap Sea Globe yang ada di kejauhan itu!
Tom menyuruh tunggangannya menerobos ke dalam hutan paku laut. Di bawah sana, ia melihat bayangan K'orlii yang gesit di latar belakang pasir dasar. Salah seekor raksasa loreng itu membelok jauh dari yang lain-lain, lalu menukik ke belakang perenang yang tak menyadarinya.
"K'orlii!" teriak Tom melalui radio mini di pergelangan tangannya. "K'orlii! Di belakangmu!" Tetapi ia masih terlalu jauh dari jangkauan sinyal jarak pendek itu.
Hiu itu membelok ke kanan, menghamburkan awan pasir dan lumpur. Ketika Tom melihatnya lagi, hiu itu sedang melesat di atas pasir bagaikan sebuah torpedo ke arah K'orlii.
Tom menarik kekang tunggangannya. Tangannya menarik pisaunya, lalu digaruk-garukkan pada sabuknya. Suara gesekan yang keras antara logam dan logam terdengar nyaring di dalam air. K'orlii menoleh, melihat beberapa ribu kilo daging dan tulang menyerbu ke arahnya. Ia melemparkan dirinya ke samping, berjungkir balik. Hiu itu melesat beberapa meter di sebelahnya, lalu berbalik untuk mengejar.
K'orlii menukik masuk ke dalam rumpun rumput laut. Hiu itu mengejarnya, meninggalkan jejak berupa awan pasir dan rumputan yang tumbang. Tom memaksa tunggangannya yang ketakutan itu terjun ke kedalaman. "K'orlii! Kemari, lekas," ia berseru tajam.
Kali ini K'orlii mendengar. Hiu itu mengendus-endus di belakangnya. K'orlii membiarkan dia sedikit mendekat, lalu melejit bagaikan kilat ke samping dan berenang secepatnya ke arah Tom.
Tom langsung menyongsongnya. K'orlii menjulurkan tangannya, menangkap pundak Tom dan bergantung kepadanya. Raksasa loreng itu menghambur keluar dari hutan paku dan mengejar mereka. Tom menyepak perut tunggangannya, tetapi binatang yang ketakutan itu tak perlu dipacu. Ia sadar sepenuhnya akan bahaya yang mengancam mereka.
"Tak ada jalan ke luar!" K'orlii berteriak. "Tak dapat melepaskan diri dari mereka!"
Tom tak menjawab. Suatu bayangan menggelapkan dasar laut di belakangnya. Satu lagi, kemudian satu lagi. Seekor raksasa mengejar dari belakang, yang lain-lain bergerak cepat dari atas.
Tom memberanikan diri untuk menoleh, tetapi ia menyesal!
Apa yang dilihatnya tak ada lain kecuali sebuah gua besar kemerahan, dengan gigi-gigi sepanjang lengan! Dua ekor lagi bergerak di depan, membangkitkan gelombang yang kuat.
"Tom ... tajam ke kiri! Lekas!" Teriak K 'orlii.
Tom membelokkan salamandari ke kiri.
Sebuah dinding loreng menerjang lewat, meninggalkan pusaran-pusaran air berbusa-busa.
"Kendalikan dia ke dasar," kata K'orlii. "Satu-satunya ja-... ya ampuuun!"
Tiga ekor hiu mendatangi dari bawah. Yang di belakang mereka tentu akan membalik, menggiring mereka ke hiu-hiu yang lain!
Tiba-tiba raksasa-raksasa laut itu berhenti, membalikkan tubuh, lalu melaju mengundurkan diri dengan cepat!
Tom ternganga, tak percaya apa yang dilihatnya. "Kita tak mungkin membuat mereka takut," kata Tom kepada temannya. "Lalu apa?"
"Itu." K'orlii menunjuk ke kanan.
Duabelas orang patroli laut mendekat, semuanya naik kendaraan peluncur bermotor yang sangat cepat. Masing-masing memegang sepucuk senapan sonik, senjata yang telah membuat takut hiu-hiu itu hingga lari. Ben, Anita dan B'teia mengikuti dari belakang, menunggang salamandari.
Orang yang pertama menghentikan kendaraannya dan menyeringai kepada K'orlii. "Mendapat kesulitan dengan si Loreng, ya?"
"Lebih buruk dari itu, Thor'ae," jawab ' K'orlii. "Apakah B'teia belum mengatakan kepadamu?"
"Mengenai SeaGlobe" Ekosistem yang hilang itu?" Thor'ae memicingkan mata dan melirik ke K'orlii. "Engkau tidak sungguh-sungguh melihat benda itu, bukan?"
Pemuda itu menghela napas. "Aku tak ingin benda itu ada di sana. Seperti juga engkau. Tetapi nyatanya demikian. Mari, kutunjukkan padamu."
Patroli itu berputar-putar tinggi di atas jurang, sambil menyinarkan lampu-lampu yang kuat ke dalam kegelapan. Setelah setengah jam mencari-cari, Thor'ae kembali ke tempat dangkal, lalu membubarkan orang-orangnya.
"Aku tak tahu apa yang kalian lihat," katanya. "Tetapi yang jelas tak ada apa-apa di bawah sana."
"Harus ada di sana!" kata K'orlii ngotot. "Kami telah melihatnya! Kami semua!"
"Aku tahu, engkau melihat sesuatu," kata Thor'ae, "tetapi tentu bukan SeaGlobe."
"Barangkali jauh ke bawah lagi," Anita mengira-ngira.
Thor'ae menggeleng-geleng. "Kami telah memeriksa seluruh daerah itu dengan alat-alat kami. Kalau aku menjadi engkau, lupakan saja semuanya itu. Tak perlu tergesa-gesa melemparkan malu ke muka Aquilla!"
Sebelum K'orlii sempat menjawab, Thor'ae telah memacu kendaraannya, menuju ke teman-temannya.
K'orlii menghela napas. "Kita telah melihat sesuatu, Tom. Kita semua. Mau tidak mau aku harus berani bersumpah telah melihat SeaGlobe."
"Memang. Kita telah melihatnya," Tom mengiakan. "Hanya saja kita tak dapat membuktikannya."
Tom dan K'orlii dapat membayangkan, apa yang akan terjadi bila didengar orang, bahwa mereka telah melihat SeaGlobe di perairan Aquilla. Di tengah jalan ke permukaan, mereka memutuskan untuk menyampaikan berita itu kepada Shaldar dan pak Swift secepat-cepatnya. Ayah Tom dapat mencegah Overmann berbuat sesuatu, sedangkan Shaldar dapat mempengaruhi K'artar dan Mordan. Tetapi ketika mereka tiba di pantai, mereka sadar bahwa telah terlambat.
Pantai itu padat dengan orang-orang Aquilla, dan tak seorang pun nampak ramah.
"Patroli itu telah mengirim berita melalui radio mereka," kata K'orlii. "Kita lupa akan hal itu."
K'artar tak menunggu mereka sampai di darat. Atas isyaratnya, orang-orang Aquilla yang bersenjata berjalan ke dalam air, lalu menarik mereka dari tunggangan dengan kasar, kemudian didorong ke pantai.
Dengan marah K'orlii mengibaskan tangan penjaga-penjaganya.
Matanya yang keemasan menyapu K'artar, lalu menatap pamannya.
"Apakah anda tak dapat berpikir sendiri?" ia menukas. "Apakah selalu K'artar yang harus berpikir bagi anda?"
"Shh... shh... eh, K'orlii," Mordan berkedip-kedip. "Semuanya ini demi kebaikan kita semua, nak. Engkau akan melihatnya. Orang-orang Bumi ini hanya akan membawa kesulitan?"" Ia memandang penuh keyakinan kepada K'artar.
"Betul".tidak lain hanya kesulitan,anak muda!"
"Saya minta anda melepaskan saya," kata K'orlii. "Juga teman-teman saya. Kalau ayah saya ...."
"Ayahmu?" K'artar menyeringai menghina. "la tak punya hak apa-apa lagi di Aquilla. Tidak lagi!"
"A-apa maksud anda" Ia ...."
"Ia bukan apa-apa!" K'artar membentak. "Bukan apa-apa lagi selain seorang pengkhianat. Seperti engkau juga, dan gadis ini!" Ia menoleh sebentar ke B'teia, lalu menatap K'orlii lagi. "Engkau masih punya pilihan, kalian berdua. Kalian boleh memilih Bumi, dan harus melepaskan diri dari duniamu sendiri ...."
"Apa yang"..anda lakukan dengan ayah?" tanya K'orlii. "Di mana dia?"
"Dikurung! Tempat yang paling cocok baginya."
"Dikurung" Anda tak berhak berbuat begitu!"
"Kami akan berunding dengan Shaldar dan kalian semua, kalau orang-orang Bumi ini sudah pergi," K'artar menukas.
Pesawat Ark Two Tom Swift 07 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Sebenarnya kami ini kalian kira akan berbuat apa?" tanya Tom. "Sepertinya anda lupa akan hal itu."
"Jangan menganggap aku sebagai orang sinting, Tom Swift!" Teriak K'artar. "Apakah kau kira engkau dapat pergi begitu saja" Dengan menuduh Aquilla mencuri sepiring ikanmu?" K'artar mendongak dan tertawa. "Kami tak membutuhkan ikan lagi, atau apa pun dari kalian. Kami telah mempunyai segalanya lebih dari cukup. Kami tak memerlukan segelas air bumi di lautan kami!"
Tom mencoba untuk berbicara, tetapi orang-orang Aquilla di sekelilingnya telah terkena demam ucapan K'artar. Mereka menyoraki dia, dan tiba-tiba Tom dan teman-temannya dikerumuni orang-orang yang marah. Hanya karena kerja keras para penjaga, mereka sampai di markas dengan selamat.
"Aku telah berusaha menghubungi Boone, tetapi mereka tak memperbolehkan aku menggunakan alat-alat komunikasi mereka." Pak Swift mengeluh sedih. "Tetapi kalau aku berhasil menghubungi orang-orang kita, lalu apa" Tepat seperti yang dikehendaki K'artar: pasukan dari Bumi menyerbu Aquilla! Kita tak dapat memenangkannya, Tom!"
"Apakah yang lain-lain dari Dewan Duabelas Lautan setuju dengan ini semua?" tanya Tom.
"Dewan apa?" tanya ayahnya. "Sekarang hanya tinggal nama saja. Tidak lebih. K'artar telah menipu mereka semua, setidak-tidaknya untuk waktu ini. Seluruh gerombolan itu ada di pihaknya. Mereka merasa pasti, bahwa kami datang kemari untuk mengambil alih dunia mereka."
"Untuk apa?" "Siapa yang tahu?" Pak Swift mengangkat bahu. "Kukira, Dewan itu tak peduli lagi untuk menanyakannya. Selain itu, suatu bahaya yang tak diketahui adalah lebih buruk daripada yang diketahui, bukan" Demikianlah yang dijejalkan K'artar kepada mereka. Kemudian, ketika ada berita bahwa engkau menuduh mereka mencuri SeaGlobe ...." Ia berhenti, lalu memandangi anaknya dengan curiga. "Omong-omong sebenarnya apa yang kaulihat di sana, Tom?"
Tom duduk terkulai dan memandangi matahari sore. "Kami semua melihat SeaGlobe. Dan ketika patroli itu tiba di sana ... hupp ... semuanya lenyap!"
"Semuanya seperti tak masuk akal," pak Swift menggerutu.
"Lalu bagaimana dengan kita?" tanya Tom.
"Menurut K'artar, kita akan ditendang ke luar besok pagi. Overmann dan Greylock sudah mengamuk, tentu saja."
"Aku tak begitu khawatir tentang diri kita sendiri," kata Tom penuh pikiran. "Kukira K'artar tak sesinting itu untuk mencelakai kita dengan Daniel Boone melayang-layang di sana. Demikian juga Shaldar, dan keluarga K'orlii yang lain-lain ...."
"Engkau salah, Tom! Benar-benar salah." Tom dan ayahnya menoleh, terkejut atas suara lirih di belakang mereka.
"B'teia!" seru Tom. "Bagaimana engkau dapat masuk kemari?"
"Aku menyelinap," jawab gadis Aquilla itu dengan tergesa-gesa. "Setelah aku mendengar apa yang dikatakan oleh orang-orangnya K'artar, kami orang-orang Aquilla bukan satu-satunya yang ada dalam bahaya. Ia tidak akan melepaskan kalian hidup-hidup dari planet ini!"
Chapter 16 Ayah Tom memukulkan tinjunya pada tangan yang satunya.
"K'artar tentu sudah sinting, kalau ia berpikir bahwa ia dapat berbuat begitu. Ia memang berhasil menipu beberapa orang Aquilla, tetapi bukan seluruh planet!"
"Anda betul," B'teia menghela napas. "Tetapi sejumlah kecil itu sudah cukup untuk menghancurkan kita yang melawan dia di Than'oorii. Saya kira ia tak perlu memikirkan di luar itu."
"Barangkali," kata pak Swift sambil berpikir. "Kami lupa mengenai beberapa hal tentang Aquilla, Tom. Penduduk di sini boleh dikatakan sedikit, dan tersebar luas. Pemerintahannya berupa konfederasi yang rapuh, tidak terorganisasi secara rapih. Dan memang kenyataannya tak perlu rapih-rapih!"
"Tepat," sambung Tom. "K'artar tahu apa yang diperbuatnya. Ia tak perlu menguasai seluruh Aquilla. Apa yang dibutuhkan hanyalah memutuskan komunikasi antara Than'oorii dengan bagian-bagian yang lain. Sampai semua ini berakhir, dan orang-orang Bumi lenyap."
Ayahnya mengangguk mengiakan. Dan sewaktu Daniel Boone mengetahui apa yang terjadi di bawah ini, semuanya telah selesai.
Cerita yang disebarluaskan K'artar diputar-balikkan sedemikian rupa, hingga tak seorang pun tahu bagaimana yang sebenarnya. Hubungan antara Dunia Bintang-Bintang dan Planet-Planet Dalam akan berantakan. Kita tak akan bersatu kembali untuk beberapa tahun ...."
"B'teia," Tom menatap gadis Aquilla itu. "Bagaimana engkau bisa sampai di sini" Dapatkah engkau membawa kami ke luar dari pulau ini" Ke bawah sana, ke bagian bawah kota?"
"Tidak. Itu terlalu berbahaya." Matanya membelalak ketakutan. "Lagipula tak ada tempat untuk pergi, Tom. K'artar telah menjaga kota ini dengan ketat."
"Ini tidak untuk kami semua," kata Tom. "Hanya engkau dan aku. Kita berdua tak akan terlalu menarik perhatian."
"Apa yang kaupikirkan?" tanya ayahnya.
"Ada sebuah stasiun penelitian kecil bernama Lha'ii. Tidak terlalu jauh dari sini. Aku yakin, mereka mempunyai semacam alat komunikasi. Sesuatu yang cukup kuat untuk menjangkau pulau-pulau yang lain, paling tidak. Dan berita dari pulau itu dapat disambungkan ke Daniel Boone."
"Engkau benar," Pak Swift mengusap-usap dagunya. "Ada kemungkinan bahwa K'artar kurang memperhatikan Lha'ii. Tetapi itu adalah risiko yang besar, Tom. Yang terpenting engkau harus dapat ke luar dari Than'oorii."
B'teia mengambil napas dalam-dalam. "Aku akan membawa engkau ke luar dari Than'oorii," katanya. "Aku berjanji. Tetapi Lha'ii masih terlalu jauh. Tak ada waktu untuk mencapainya."
Tom mengernyitkan dahinya. "Bagaimana kalau dengan berenang?"
B'teia menatap wajahnya. "Tak seorang pun berenang di waktu malam di lautan Aquilla. Terlalu berbahaya!"
Jantung Tom bagaikan runtuh. "Mengapa, B'teia?"
"Bangsa Khanirii pemilik lautan di waktu malam. Itu sudah sejak dulu."
"Bangsa apa?" "Shaldar telah menceritakan kepadaku," ayah, Tom menyela. "Mereka hidup di dalam gua-gua di waktu siang, bukan?"
"Benar. Mereka adalah makhluk-makhluk yang mengerikan," B'teia menggigil memikirkannya. "Alat-alat sonik dapat menjauhkan mereka dari kota. Tetapi untuk mengambil risiko dengan pergi ke tempat-tempat lain di lautan terbuka?" Terlalu banyak jumlah mereka!"
"Harus ada cara lain! kata Tom.
"Barangkali," kata B'teia dengan hati-hati. "Aku tak tahu apakah akan berhasil. Tetapi kita dapat mencobanya, Tom."
*** Tom berusaha untuk mengingat-ingat arah perjalanan, tetapi beberapa saat kemudian ia merasa putus asa. Gadis itu menuntun dia terus ke bawah, melalui terowongan-terowongan yang berbelit-belit, menuju ke kota bagian bawah.
Lebih dari sekali Tom hampir terjepit. Beberapa terowongan hanya berupa celah-celah di batu karang, cukup lebar untuk gadis ramping itu, tetapi hampir tak dapat dilalui oleh Tom yang lebih bidang bahunya. Akhirnya B'teia menaruh jari-jari di bibirnya, lalu berbisik.
"Nah, inilah. Sekarang kita harus mengambil jalan biasa dari kota. Sampai kita mencapai laut."
Ia menyelinap, lalu mengintip dengan hati-hati melalui sebuah lubang di batukarang. Ia melambai Tom supaya mendekat. Tom tahu, sekarang adalah bagian perjalanan yang paling berbahaya. Siapa saja yang melihat dia, tentu akan segera mengenali. K'artar telah berhasil menyebarkan cerita-cerita buruk tentang para pengunjung dari Bumi.
Setiap warga kota yang melihat mereka lari, dengan segera akan membunyikan tanda bahaya.
"Kemari," kata B'teia. "Rapat di belakangku. Kita ada di dalam ruang perawatan. Kukira kita tak akan menemui seseorang pada waktu sore begini. Tetapi kita harus tetap hati-hati.
Terowongan itu tetap saja meliuk-liuk ke bawah. Sekali B'teia mendengar suara-suara, lalu berhenti sejenak. Tetapi tak seorang pun yang datang. Akhirnya ia berhenti, lalu menunjuk ke sebuah lubang di lantai.
"Kita akan aman sementara ini. Kaulihat tangga itu" Itu menuju langsung ke air. Kalau kita sampai di sana, ikutilah aku rapat-rapat. Kita tak bisa mengambil risiko dengan menggunakan penerangan."
"Terus ke mana lagi sesudah itu?" tanya Tom.
"Tidak jauh. Patroli Laut mempunyai bengkel perbaikan, tiga tingkat di bawah sana. Aku akan meminjam salah satu kendaraan peluncur dari mereka."
"Selamat jalan!" bisik Tom.
"Ah?"aku tak khaWatir." Ia tersenyum untuk meyakinkan Tom, tetapi Tom tetap dapat melihat rasa khawatir di matanya.
Drysuit itu cukup memberikan lindungan dari dingin, tetapi Tom tak mau menghadapi kegelapan. Keluar dari terowongan ke dalam laut, sama saja dengan terjun ke dalam kaleng berisi cat hitam!
Untuk sejenak ia dicekam rasa ngeri. Ia melemparkan perasaan itu, dan dengan erat ia memegangi tali halus yang menghubungkan dia dengan B'teia.
B'teia telah meyakinkan dia, bahwa binatang-binatang Khanirii tak berani memasuki kota melalui pertahanan soniknya. Tom percaya.
Tetapi bagaimana pun ia tetap melompat terkejut setiap kali ada hewan laut yang menyentuhnya!
B'teia menarik tali tiga kali, dan Tom maju mendekati. Mereka tak dapat saling melihat, dan tak berani menggunakan alat komunikasi mereka. Untuk gantinya, B'teia menepuk-nepuk lengannya dengan kode.
Mereka bergerak melalui suatu terowongan yang cukup lebar menuju ke sebuah gua di dalam kota. Cahaya hijau redup tersebar di dinding. Setengah lusin kendaraan peluncur berjajar pada rak di luar air. Tiga buah lagi berada di sebuah kolam kecil, tak lebih dari tigapuluh meter jauhnya.
"Nah itu dia," bisik B'teia sambil menunj
uk. "Kaulihat" Hanya ada satu penjaga, dan ia setengah tidur." Gadis itu mengernyitkan wajahnya. "Hampir tak pernah ada pencurian di Aquilla sini. Ini ti...tidak mudah bagiku."
"Tetapi ini untuk maksud baik," Tom meyakinkan dia.
"K'artarlah yang mengkhianati planetmu, B'teia, bukan engkau!"
"Aku tahu. Tinggallah di sini. Kukira aku lebih baik melakukannya sendiri. Aku sudah biasa mengendarai peluncur, dan aku tak pernah mendapat yang kurang baik. Kalau engkau melihat peluncur itu menghilang, tunggulah kira-kira sepuluh detik. Kemudian turunlah lurus ke bawah. Oke" Aku akan berusaha berada di sana."
"Jangan resah. Aku akan menemukan engkau," kata Tom. "Ingat, aku toh tak dapat mengingat jalan pulang!"
Ia agak khawatir membiarkan B'teia seorang diri, tetapi ia sadar bahwa gadis itu benar. Gadis Aquilla itu menghilang bagaikan asap di dalam air. Sama sekali tak bersuara; ia bahkan tak melihat B'teia muncul di dekat kendaraan peluncur. Ia hanya tahu B'teia ada di sana, karena peluncur itu bergerak amblas senti demi senti di dalam air.
Tom menghitung sampai sepuluh, lalu menyelam. Rasanya aneh! Tak sesuatu pun yang dapat dilihat. Tak ada sesuatu yang dapat menunjukkan arah. Setelah beberapa saat ia bahkan menjadi ragu-ragu, apakah benar-benar ada di atas; ataukah ada di tempat lain! Di ruang angkasa, setidak-tidaknya orang dapat berpegangan arah pada bintang-bintang. Tetapi di sini, di lautan Aquilla yang hitam?"
Sesuatu menyentuh kakinya. Ia hampir saja berteriak sebelum menyadari, bahwa itu tentu B'teia. Ia menurunkan dirinya, hingga merasa masuk ke dalam kendaraan peluncur. B'teia menekan tombol pada dashboard yang bercahaya biru pudar. Cahaya itu hampir tak nampak, tetapi Tom senang melihatnya.
"Kita sudah cukup jauh sekarang," terdengar suara B'teia di alat pendengarnya. "Kukira kini sudah aman untuk menggunakan alat komunikasi dengan tenaga rendah."
"Tahukah engkau di mana kita sekarang?"
"Tentu saja," kata B'teia. "Kendaraan ini mudah dikendalikan. Chip-chip untuk navigasi selalu tersedia bagi setiap rangkaian pulau di Aquilla. Bahkan bila engkau ada di tempat yang asing dan tak tahu jalan, layar itu akan memberitahukan posisimu. Lihat!"
B'teia memutar layar yang bulat kecil ke arah Tom. Sebuah peta yang dibentuk oleh komputer nampak jelas, menunjukkan bentuk-bentuk horisontal dari pulau-pulau yang ada di dekat mereka, yang semuanya berada dalam rangkaian Kh'lai, sejak dari dasar lautan hingga ke permukaan.
"Itu Rha'mae," B'teia menjelaskan. "Dan di sana adalah kota Than'oorii. Lh'aii ialah titik kecil di kanan itu, di mana ujung selatannya hampir tak muncul di permukaan."
Tom mempelajari garis-garis skala. "Kita berada sepuluh sampai duabelas mil dari sana?"
"Betul." Gambar di layar bergerak dengan tetap, menunjukkan gambaran dari perjalanan mereka. Tom mengetahui, bahwa dasar lautan mulai miring menurun ke arah kanan. Tak lama kemudian menghilang dari dasar layar.
"B'teia, apakah itu Palung Dharmaii?"
"Ya. Tetapi kita tak sedekat itu. Dan kita tak akan lebih dekat lagi daripada sekarang. Itu kira-kira tiga atau empat mil di kanan."
Tom menajamkan pandangannya ke dalam keredupan, membayangkan jurang yang tak ada dasarnya yang dilihatnya siang tadi.
"Engkau boleh mengistirahatkan matamu," kata B'teia sambil tersenyum. "Tak ada sesuatu yang dapat dilihat. Setidak-tidaknya, itulah harapanku."
"Aku sedang berpikir," kata Tom.
"Tentang Khanirii, ya?"
"Aku ingin tahu," Tom mengaku. "Apakah sebenarnya mereka itu. Selama aku mengenal K'orlii, ia belum pernah mengatakannya kepadaku."
B'teia menghela napas. "Aku tak heran. Orang Aquilla tak begitu senang membicarakan Khanirii. Pada dasarnya mereka mirip gurita, dengan cakar-cakar yang tajam dan alat-alat penghisap pada tentakel-tentakelnya (alat penangkap). Hanya saja ada kelebihannya pada hewan tersebut. Para ahli kita mengatakan, bahwa mereka setengah berakal. Mereka ikut mengalami evolusi dengan kami, tetapi tak berhasil mencapai sejauh kami." Ia menekan rasa gentar. "Mereka membenci kami, Tom. Benar-benar membenci. Bukan sekedar benci karena kami merebut makanannya. Lebih dari itu. Seperti mereka itu tahu, bahwa kamilah yang menang dan mereka kalah."
Tom mengernyit. "Barangkali aku lebih baik menarik kembali usulku melakukan perjalanan ini, B'teia. Barangkali ke luar kemari ini jauh lebih banyak risikonya daripada yang perlu kita hadapi ...."
B'teia menggeleng. "Ah, kita cukup aman di dalam kendaraan ini. Ini juga dilindungi oleh alat sonik." Ia tertawa setengah gugup. "Aku tak akan berani mencobanya kalau tak ada medan sonik. Tak seorang pun di Aquilla yang sebodoh itu!"
Tiba-tiba Tom memasang mata di kegelapan. "B'teia! Apakah itu" Lihat, itu, di sana!"
B'teia menoleh dan napasnya menjadi agak lebih cepat. "Aku tak tahu. Itu cahaya sesuatu, hanya saja " Ia kembali melihat ke layar. "Tak mungkin ada sesuatu di sana. Itu tepat di tepi Palung Dharmaii!"
"Barangkali tidak mungkin," kata Tom tegang. Tetapi itulah kenyataannya. Serongkan beberapa derajat, B'teia!"
"Tom .... " Tom menatapnya. "Betulkanlah aku kalau aku salah. Kalau Lha'ii tepat di sebelah sana, apakah tak mungkin bahwa cahaya-cahaya itu ada di tempat di mana kita pernah melihat SeaGlobe siang tadi?"
B'teia menahan napas. "Haa, engkau benar! Aku tak senang akan hal ini, tetapi kukira lebih baik kita melihatnya." Ia memutar kemudi sedikit dan peluncur itu membelok ke kanan. Untuk sesaat cahaya-cahaya itu menghilang di balik karang. Tom menahan napas hingga cahaya itu nampak kembali. Kendaraan air kecil itu melewati dinding batas dan bergerak di perairan bebas. Tiba-tiba cahaya-cahaya itu muncul hampir tepat di bawah mereka, dan mulai bergerak dengan cepat!
"B'teia! Putar cepat!" seru Tom.
B'teia membelok menjauh. Hampir saja kendaraan itu terguling pada sisinya. Suatu jejak bercahaya bagaikan bulan-bulan kuning melesat lewat, seperti mutiara-mutiara pada rangkaiannya.
"Hampir saja!" B'teia menghela napas. "Tom, apa pun tadi itu, seharusnya tak mungkin ada di sana!"
Tom mengangguk dan melihat pada layar. "Mari kita belok tigapuluh derajat ke kiri. Nah, tahan. Kita tepat di atas mereka." Ia membungkuk ke arah tempat alat-alat yang bercahaya-cahaya biru pudar itu, lalu menekan tombol di bawahnya. Dengan segera dua berkas cahaya menerangi bagian depan kendaraan mereka. Ia menundukkan berkas cahaya itu sembilanpuluh derajat ke bawah, dan cahaya itu menemukan sasarannya!
"Kita dapat menangkapnya!" seru Tom.
Di terangnya cahaya, nampak sebuah kereta luncur yang berat sedang menarik lima kereta beban. Sekilas Tom melihat benda logam yang berat, gulungan-gulungan kabel dan sebuah mesin berbentuk kerucut. Kemudian kereta luncur beserta kereta-kereta beban itu menghilang lagi di kegelapan.
"Apa itu?" tanya B'teia. "Engkau dapat mengatakannya" Apa yang kulihat hanya?"Tom!" Tiba-tiba ia membanting kemudi dan memperbesar kecepatan. Peluncur yang kecil itu menjerit-jerit dan berdiri di atas ekornya, menyemburkan air berbusa-busa menggelegak dari pelepasan jetnya. Tom membentur sandaran tempat duduknya ketika kendaraan itu melesat cepat di kegelapan.
Ia menatap B'teia, lalu ke arah layar. Kendaraan mereka berupa titik kecil yang bergerak cepat di bagian atas layar. Suatu garis titik-titik mendatangi dari kendaraan besar di bawah mereka. Di kepala garis titik-titik itu ada setengah lusin titik-titik cahaya yang tajam.
Tom merasa jantungnya naik ke tenggorokan. Ia merasakan peluru-peluru maut yang panas itu mengejar dari belakang?"
Chapter 17 B'teia membanting kendaraannya dengan tajam ke kiri, hampir saja melemparkan Tom dari tempat duduknya. Untuk sesaat ia mengira dapat menghindar dari peluru-peluru dengan berputar-putar bagaikan pegas di kegelapan. Kemudian, seolah-olah dapat menemukan jejak sasarannya, titik-titik menyala itu membelok lebar dan menyerbu untuk membunuh.
Tom memberanikan diri melirik ke gadis Aquilla itu.
"Kau ada akal yang lebih baik" Kita tidak dapat terus-menerus begini saja!"
"Hanya satu!" kata gadis itu dengan geram. Matanya menyipit dalam keremangan. "Hanya satu saja, Tom. Tidak perlu kukatakan apakah itu akan berhasil. Engkau akan tahu ...."
Ia mendorong kendaraan itu ke depan sepenuh tenaga hingga kendaraan itu menukik lurus ke bawah. Tom segera melihat peluru-peluru itu membetulkan arahnya.
"Gagal!" kata Tom tegang. "Setiap putaran justru mengundang mereka semakin dekat!"
Kendaraan mereka bergetar sebentar, menjadi lambat untuk sesaat, kemudian melesat lagi. B'teia menatap tajam-tajam ke layar, dan membelok-belokkan kendaraan itu di antara rangkaian gerak berhenti dan melompat-lompat.
"Arus!" B'teia berkata menjawab pandangan Tom yang ingin tahu. "Lihat bayangan yang berbeda-beda pada layar. Kulompat-lompatkan dari arus panas ke arus dingin. Hanya itu satu-satunya cara yang kita miliki. Peluru-peluru itu mungkin .... "
Suatu ledakan di kejauhan menghentikan kata-katanya. Disusul satu ledakan dan satu ledakan lagi.
"Sudah tiga ledakan," B'teia menyeringai lemah. "Mereka harus menyesuaikan sembilan kali terhadap suhu air dalam waktu lima detik."
"Masih ada tiga peluru lagi." Telunjuk jari Tom menunjuk ke layar. "Mereka sudah dekat B'teia. Terlalu amat dekat!"
"Aduh!" keluh B'teia. ."Kau tidak pernah mau gembira, ya?"
Ia membanting kendaraan peluncurnya ke suatu putaran lagi, jatuh bangun dari air yang satu ke arus air yang lain. Tiba-tiba saja sebuah titik terang datang entah dari mana, dan merekah menyala di atas layar.
"Awas!" teriak Tom sambil berpegangan erat pada tempat duduknya. Dua detik kemudian, tenaga dari ledakan itu sampai. Suatu gelombang yang dahsyat menghantam sisi kendaraan peluncur itu.
Kendaraan itu ke kiri dan terhempas menuju dasar laut. Jet pendorong kendaraan itu terbatuk-batuk, mati, terbatuk lagi dan akhirnya berhenti sama sekali.
"Aduh, mak!" B'teia menggerutu. "Yang itu lagi!"
Ia berjuang untuk dapat menguasai kendaraan. Berusaha untuk meluruskan jalannya dan membangkitkan tambahan tenaga. Dengan sudut matanya Tom melihat datangnya dua peluru melesat.
"He mesin, ayolah!" seru B'teia menahan napas. Tiba-tiba mesin itu hidup lagi, dan kendaraan peluncur itu dengan cepat bergerak menukik ke kedalaman air. Ia melihat dua garis hijau di sisi kanan, kemudian memutar kendaraan itu dalam sebuah loop, lalu jatuh kembali melalui arus air yang dingin sekali. Kedua peluru itu meledak bagaikan membentur benteng beton. Kendaraan peluncur kecil itu berderak-derak. Mesinnya kembali terbatuk-batuk dan mencemaskan.
Tetapi kendaraan itu dapat mempertahankan arah, dan kemudian bergerak maju dengan kecepatan yang normal.
B'teia bersandar dan sambil menghela napas melirik ke layar.
"Kita sedikit menyasar, tetapi masih bisa mencapai Lha'ii. Kalau saja alat pengendali tidak rusak dan mesin tidak macet."
"Kereta peluncur itu masih saja ada di sana," kata Tom. "Tetapi sudah tidak dekat lagi. Kalau mereka masih ada peluru, kukira mereka tanpa berpikir jauh akan menggunakannya."
"Mereka masih bisa kirim kabar radio dan memotong jalan kita. Kita masih cukup jauh dari Lha'ii." Tampak perasaan khawatir pada wajah B'teia yang kebiruan itu. "Tom, mereka itu sedang berbuat apa di sana" Aku kurang dapat melihatnya dengan jelas. Tetapi aku tahu, mereka tidak seharusnya bekerja di sana!" Ia mengibaskan rambut dari wajahnya. "Membawa muatan di malam buta begini melalui Palung Dharma'ii" Tidak masuk akal!"
"Kau lupa menembak kendaraan-kendaraan yang lewat!"
"O, tidak," B'teia mengangkat alis. "Aku tidak lupa!"
"Kini aku pun kurang yakin dengan apa yang kulihat," sambung Tom. "Sepertinya bukan hanya sekedar muatan. Itu suatu macam alat"..ada kabel-kabelnya, alat pembangkit tenaga".dan yang jelas tak ingin kita mengetahuinya. Mereka selalu siap untuk membunuh kita, agar kita tidak mengatakan apa yang kita lihat itu kepada orang lain. Mereka pun berada tepat di palung, di mana kita telah melihat Sea Globe. Ini adalah pertanda, bahwa sesuatu telah terjadi di bawah sana, sementara setiap orang bersumpah tak melihat sesuatu!"
Kembali B'teia menghela napas.
"Tetapi biar pun kita melihat kendaraan itu, kita tidak dapat membuktikan, bahwa ada hubungannya dengan Sea Globe. Kecuali kalau ada orang di Than'oorii yang memasang alat komunikasi, tidak akan ada yang melihat bahwa kita telah menjadi sasaran tembakan!"
Tiba-tiba gadis itu memegang lengan Tom dengan erat.
"Itu ada sesuatu di sana," desisnya. "Lihat di layar. Di bagian buritan."
"Nampaknya serombongan ikan!"
"Bukan!" Tom melihat bayangan rasa takut pada wajah B'teia.
"Aku orang Aquilla," kata B'teia. "Aku tahu bagaimana bentuk-bentuk ikan." Ia lalu memeriksa angka-angka pada dashboard. "Ya ampuun," ia menahan napas. "Kita telah kehilangan medan sonik, Tom. Ledakan-ledakan peluru tadi telah merusakkannya."
Sesuatu membentur pada sisi kendaraan peluncur mereka, menggantung sebentar, lalu lepas. B'teia membanting kendaraannya ke samping.
"Tom, nyalakan lampu-lampu. Mereka tak tahan terhadap cahaya!"
"Apa yang tidak tahan?" tanya Tom.
Tetapi ia segera mengetahui apa jawabnya. Bulu kuduknya berdiri. Air yang hitam kelam itu penuh dengan bentuk-bentuk yang menggeliat-geliat. Sekilas terlihat tentakel-tentakel yang bercakar dengan tubuh yang tidak berwarna dan sepasang mata yang tidak berkelopak. Hantu-hantu itu segera menyerbu ke depan kendaraan mereka, lalu berhamburan lari dari cahaya lampu-lampu yang tiba-tiba menyala.
"Khanirii!" kata B'teia dengan suara serak.
"Mereka tahu bahwa medan sonik telah lenyap."
"Sinar lampu itu tak dapat mengusir mereka?"
"Tidak lama! Mereka cerdik. Mereka akan menyerang kita dari belakang." Ia menelan ludah. "Kami telah menemukan kereta-kereta peluncur yang telah hancur lampu-lampunya?""
Sementara mereka berbicara, binatang-binatang itu mulai berkerumun di kedua sisi kendaraan. Sebuah tentakel masuk ke dalam cockpit yang kemudian terbuka. B'teia menjerit. Tom segera melihat cakar tentakel yang besar melintas di depan dadanya. Ia menyodok binatang itu dengan pisaunya. Lengan panjang yang bagaikan karet itu kaget menarik diri.
B'teia memiringkan kendaraannya dan menekan gas penuh.
Suara gemeratak menimpa tubuh kendaraan peluncur itu.
"Apa yang telah mereka lakukan?" Teriak Tom mengatasi suara gemeratak hiruk pikuk itu.
"Memukul kendaraan kita dengan batu-batu koral! Lampunya lagi, Tom!"
B'teia membanting kendaraannya, kini ke kanan. Terlambat sedetik. Mula-mula satu lampu, kemudian yang lain ikut hancur.
Cahaya lampu itu pun padam.
Sesuatu yang licin dan dingin menggeleser di wajah Tom. Ada lagi yang melilit bagaikan besi di dada. Tom berteriak kepada B'teia.
Tetapi dengan cemas ia sadar bahwa ia tidak lagi duduk di dalam kendaraan peluncur itu di sampingnya. Makhluk itu telah memutuskan sabuk pengaman dan menarik Tom keluar dari kendaraan. Kendaraan peluncur itu sendiri menukik dengan berputar-putar menuju ke kedalaman.
"B'teia!" Khanirii-khanirii itu berkerumun di atas Tom. Menarik-narik dan menekan dia dengan lilitan-lilitan tentakel. Ia berteriak dan mulutnya megap-megap mencari udara bebas. Hanya disebabkan tekanan drysuitnya ia dapat bertahan hidup.
Benda-benda itu menusuk dan menarik dia menuju ke dasar. Ia mengayunkan pisaunya. Tetapi sesuatu berhasil merebutnya dan melemparkannya jauh-jauh.
Tiba-tiba suatu cahaya putih menusuk, menembus ke dalam kegelapan. Tom merasakan adanya dengungan sonik yang lemah dari alat pendengarannya. Suara itu makin meninggi untuk kemudian hilang dari pendengarannya. Tom berkedip-kedip memicingan mata, kemudian melihat, bahwa makhluk-makhluk buruk itu satu-satu pergi menghilang.
Seberkas cahaya kuning muncul di sebelah kanannya, makin lama makin lebar dan akhirnya berupa pintu katup yang terbuka.
Beberapa lengan meraih dan menarik Tom ke dalam. Pintu lalu menutup. Tekanan di ruang itu berkurang, dan Tom dapat bernapas lega. Dua sosok tubuh tanpa mengeluarkan suara membantunya untuk berdiri, lalu melemparkan dia melalui sebuah pintu masuk ke dalam sudut yang di pintu katup. Tom terserimpat dan jatuh ke lantai.
Seorang Aquilla yang bertubuh besar membungkuk kepadanya.
"Nah, Swift. Kau takkan dapat lama-lama mengurus dirimu sendiri, ya?"
Tom merayap bangkit. "K'artar" Kukira aku tak perlu heran melihatmu di sini!"
"He! Omongan macam apa itu" Baru saja aku menyelamatkanmu dari nasib yang buruk!"
Tiba-tiba pikiran Tom berubah menjadi lebih tenang.
"B'teia! Khanirii itu telah menarik kendaraan peluncur ke dasar. Kita harus cepat-cepat mencarinya kembali!"
K'artar menghela napas dan memandangi tangannya.
"Aku khawatir, kita takkan dapat berbuat sesuatu. Aku melihat dia di layar. Ia langsung menuju ke dalam Palung Dharmaii."
"Maksudmu, kau tidak mau berusaha?"
Dengan marah Tom lari ke orang tersebut. Tetapi ada lengan-lengan berkulit biru menarik dia ke belakang, lalu mengikat dua tangannya dengan kawat.
"Tenanglah, Swift," K'artar mengangkat tangannya. "Aku menyesal atas gadis itu, tetapi aku tidak berani dengan pesawat ini masuk ke dalam palung!"
"Itu masuk akal," kata Tom kaku dan mencoba kekuatannya atas kawat yang mengikatnya. "Anda telah mencoba meledakkanku dengan peluru, lalu mengambil risiko untuk menolong. Dan sekarang untuk apa lagi menangkap aku?"
"Aku punya maksud. Ingat, engkaulah yang bertanggungjawab atas kematian B'teia! Engkau, bersama-sama dengan teman-temanmu yang suka mencampuri urusan orang lain, yang hendak mencuri planet kami!"
"Itu dusta belaka!"
"Lupakan saja semua itu. Pendapat orang-orang luar dunia tak ada artinya di sini. Tak ada artinya lagi!"
Tom sadar akan kehadiran orang ketiga di dalam kabin kendaraan itu. Ia bersembunyi di kegelapan, di sebelah kanan K'artar. Rupanya ia memakai kerudung.
"Itu tidak betul seluruhnya, bukan?" tanya Tom sekenanya.
"Saya tahu bahwa beberapa orang luar dunia cukup disenangi di Aquilla ini. Lalu bagaimana tentang dia, misalnya" Siapakah dia itu" Temankah ataukah majikan anda, K'artar?" Kata-kata Tom tepat mengenai sasarannya.
Orang berkerudung itu bergerak mundur. K'artar menegakkan duduknya, matanya menyala.
"Takkan ada manfaatnya kata-katamu itu!' tukasnya. "Dalam beberapa jam lagi, tak ada bedanya lagi apa atau siapa yang kaulihat di sini Tak ada bedanya sama sekali".."
*** Matahari yang merah darah sedang terbit di cakrawala, membuat lautan itu bagaikan besi panas yang lumer. Pengawal-pengawal K'artar sedang menggiring Tom menuju pantai, terus ke markasnya.
Kemudian mereka melemparkan Tom kembali ke dalam tempat tahanannya yang semula.
"Tom!" Ayahnya lari mendatangi serta menangkap bahunya.
"Nak"..apa engkau tidak apa-apa" Kita mengira?" Tiba-tiba senyumnya memudar. "B'teia, di mana dia?"
Ben dan Anita bergegas masuk dari ruangan lain. Mereka terhenti begitu melihat wajah Tom.
"Dia ... dia telah meninggal," kata Tom tanpa nada. "Kutahu, tidak mungkin dia bisa hidup."
"Tidak, Tom!" Anita menggelengkan kepalanya. "Tidak! Itu tidak mungkin!"
"Aku khawatir demikianlah kenyataannya. Aku tak dapat berbuat apa-apa. K'artar mungkin dapat menyelamatkannya, tetapi ia tak mau melakukan itu."
Dengan singkat Tom menceritakan kepada mereka, tentang apa yang telah terjadi sejak ia dan gadis Aquilla itu menyelinap melalui lorong-lorong batu koral menuju ke bagian Than'oorii yang ada di bawah lautan. Ketika ia selesai bercerita, ayahnya melangkah kaku ke jendela.
Kemudian ia berbalik dan menghadap ke yang lain-lain.
"Tom, kau harus tahu, bahwa orang-orangnya K'artar telah menangkap kita semua. Ben, Anita dan aku sendiri dan juga Overmann dan Greylock. Mereka mengatakan kepada kita bahwa telah direncanakan untuk memanggil pesawat shuttle. Katanya kita akan dikirim kembali ke pesawat Boone."
Tom tertawa sebentar. "Tidak mungkin. Mereka tak pernah mempunyai niat untuk melepaskan kita. K'artar secara tidak langsung pernah mengemukakan itu kepadaku."
"Apa kau tidak mengenali orang lain yang ada di dalam kendaraan peluncur itu?" tanya Ben murung. "Apakah ia tidak mengatakan sesuatu selama kau ada di sana?"
"Tak sepatah pun. Tetapi yang jelas ia bukan orang Aquilla. Aku berani bertaruh. Ia tentu orang yang ada di belakang layar dari semua gerakan ini. B'teia dan aku memergokinya di palung. Mereka sedang berbuat sesuatu, dan itu ada kaitannya dengan Sea Globe."
"Kita tidak akan dapat bertemu dengan K'orlii," kata Anita.
"Aku tak akan berbicara dengan dia tentang B'teia."
"Mereka tentunya ada di sekitar ini," kata ayah Tom. "Kukira mereka tidak akan dipindahkan dari pulau ini. Terlalu banyak risiko. Dan engkau pun benar, Ben. Orang-orangnya K'artar tidak akan mengizinkan kita dekat-dekat dengan Shaldar atau anggota Dewan Duabelas Lautan yang lain. Mereka tetap membiarkan anggota-anggota Dewan itu terus hidup untuk mendukung gagasan mereka, entah apa yang akan terjadi nanti. Kemungkinan besar mereka akan melenyapkan Shaldar, tetapi yang lain-lain"."
Ayah Tom melangkah melintasi ruangan dengan kedua tangannya di dalam saku, lalu melanjutkan kata-katanya.
"Kalau saja ada jalan untuk menghubungi kelompok Shaldar. Aku yakin mereka tidak tahu apa-apa tentang apa yang terjadi dengan Shaldar. Kalau mereka sampai tahu"."
Tiba-tiba pintu membuka terbentang. Empat orang Aquilla menghambur masuk.
"Baik," berkata pemimpinnya. "Semuanya ke luar, cepat!"
Ia mengancam dengan senapan sonik laras pendek. Pak Swift lebih dulu melangkah ke pintu. Tom segera memberi isyarat kepada Ben dan Anita. Keduanya saling merapat. Tom melangkah di belakang mereka, dan membungkuk sedikit ke meja rendah dekat tempat tidur. Ia sempat meraih sebuah benda logam kecil pipih dan sebuah kotak plastik, lalu dimasukkannya ke dalam sakunya.
"He, kau!" mata pengawal itu memicing dan laras senapannya diarahkan ke dada Tom. "Apa yang telah kau perbuat di belakang itu?"
"Tidak apa-apa!" Tom mengangkat kedua tangannya dan mencoba untuk tersenyum. "Saya hanya tidak suka jalan di muka. Hanya itu!"
Pengawal itu terus memaki, sementara Tom mengikuti yang lain-lain di belakang. Mereka digiring ke halaman luar. Matahari tampak seperti bola panas menyebabkan pulau itu seperti menyala.
Selusin orang-orang Aquilla menunggang Salamandari di bagian ujung sebelah halaman. Mereka terus mengawasi para tahanan dengan diam, namun senjata selalu siap.
Pengawal yang di belakang menyodok punggung Tom dengan senapannya.
"Ayo maju!" katanya ketus. "Pilih yang mana tungganganmu. Lekas! Kami ingin kalian keluar dari Aquilla ini sebelum matahari terbenam!"
Tom segera mengayunkan kaki ke punggung salah satu hewan yang berwarna kuning itu, ia memegang kendali tali kekang dan melirik ke langit yang cerah. Di sana, entah di sebelah mana, terletak Bumi. Ia tahu bahwa K'artar tidak akan membiarkan mereka selamat sampai di sana.
Chapter 18 Tiba-tiba K'artar sendiri mengendalikan Salamandarinya yang besar itu masuk ke halaman. Ayah Tom menuju ke orang yang bertubuh besar kekar itu. Pengawal-pengawal mengacungkan senjata mereka dan memerintahkan dia agar kembali. Tetapi pak Swift tidak menghiraukannya.
K'artar lalu mengangkat tangannya memberi isyarat kepada pengawal-pengawal dan menyambut pak Swift dengan tersenyum.
"Biarkan dia datang kepadaku," katanya. "Aku tidak takut kepada".eh".tamu-tamu terhormat dari Bumi."
"Mana yang lain-lain?" tanya ayah Tom.
"Anggota-anggota Dewan, Overmann dan Greylock" Apa yang kalian lakukan dengan mereka?"
"Mereka segera akan bersama-sama kalian," jawab K'artar dengan halus. Ia memandang ke sekeliling halaman. "Saya khawatir, kehadiran anda di sini telah menyebabkan penduduk Than'oorii menjadi marah. Untuk menjamin kepergian kalian dengan selamat, Mordan telah menyuruh saya untuk membagi rombongan anda menjadi dua kelompok. Dengan demikian kita tak akan menarik perhatian. Kalian jangan gelisah! Anda akan bertemu dengan yang lain-lain nanti di pesawat shuttle.''
"Dan di mana wakil Dewan yang terhormat pagi ini" Saya tidak melihatnya di sini!"
"Beliau mempunyai".eh".tugas lain. Tak ada hubungannya dengan kalian."
"Ha!" Pak Swift memicingkan mata. "Tidak berani menyaksikan pembunuhan, ya" Bukankah begitu?"
K'artar menjadi tegang di atas tunggangannya. "Saya kira, lebih baik anda segera kembali kepada yang lain-lain itu. Sekarang!"
"K'artar!" kata ayah Tom tegas. "Janganlah kita main-main. Saya tahu apa yang akan anda lakukan terhadap kami. Saya hanya minta kepada anda untuk memikirkan pihak mana yang anda ambil. Demi dunia anda dan dunia saya. Hal ini takkan dapat berakhir di sini. Apa anda tidak menyadari hal itu?"
Mata K'artar yang keemasan itu menyala.
"O, peristiwa ini hanya akan sampai di sini, tuan Swift! Saya berani memastikan itu!"
K'artar lalu menghentak tali kekangnya, berputar sebentar, lalu berteriak kepada pengawal-pengawalnya.
"Bawa mereka ke luar! Kita hanya akan buang-buang waktu saja!"
Tom mendekatkan tangannya ke ayahnya. "Ia sudah tak mau berpura-pura lagi!"
"Memang," kata ayahnya geram. "Tetapi engkau tahu, ini belum selesai. Kita tidak akan mati tanpa melakukan perlawanan!"
Tom memaksakan sebuah senyuman.
"Aku yakin itu. Kita telah terlalu sering menghadapi situasi yang lebih buruk. Aku justru sedang memikirkan sesuatu"..!
Mereka telah lama menunggangi Salamandari. Di sebelah kanan mereka pulau itu kelihatan agak menanjak membentuk bukit karang dengan puncaknya ditumbuhi pohon-pohonan tropis. Di sebelah kiri laut. Di sebelah depan terdapat suatu deretan batukarang dengan tanjakan hingga setinggi duapuluh meter di atas permukaan laut.
Anita mendekat ke samping Tom.
"Mereka tidak akan menunggu lebih lama lagi!" bisiknya.
Tom mengangguk dengan wajah murung.
"Aku tak ingin kau gila-gilaan," sambung, gadis itu. "Tetapi sebaliknya aku pun tidak mau bersenang-senang menghadapi pembunuhan. Kita harus berbuat sesuatu!"
"Anita benar!" Ben menyambung.
"Kalian pasang mata saja," perintah Tom. "Kita pasti punya kesempatan!"
"Engkau yakin?" tanya Anita.
"Kita harus yakin!"
"Kalau saja Aristotle ada bersama kita!" kata Ben. "Kita dapat memanfaatkan kemampuannya di saat genting begini!"
Batukarang itu bertambah curam, dan para pengawal itu menggiring mereka melalui suatu jalanan sempit yang berliku-liku menerobos batu-karang serta pohon-pohon yang lebat.
"Aku tidak menyukai keadaan tempat seperti ini," kata Anita masam.
"Bagiku terasa mengerikan," sambung Ben.
"Tidak"." "Ben!" Tom memotong kata-katanya. "Ke mana para pengawal itu?"
Orang-orang Aquilla yang menunjukkan jalan di depan telah tidak nampak. Ben lalu menoleh ke belakang. Di sana pun tidak nampak pengawal-pengawal itu lagi.
"Tom!" teriak Ben. "Awas, di atas sanaaaa!"
Tangan Ben menunjuk ke atas bukit batu-karang. Pada saat itu pak Swift berteriak memberi peringatan. Ia melompat dari tunggangannya, terjun ke semak-semak. Seorang penunggang yang berkerudung kelihatan di atas batukarang. Untuk sesaat ia memandang ke rombongan para tawanan. Kemudian orang itu mengacungkan tangannya ke atas. Teriakan-teriakan di sepanjang jurang batukarang terdengar menggema. Para penunggang datang menghambur dari batu-batu karang di segenap penjuru. Suara ledakan-ledakan peluru terdengar menggema di jurang batu karang yang sempit itu.
Tom melompat turun dari tunggangannya, ketika pecahan batu-batu beterbangan di sekelilingnya. Ia menoleh sejenak dan melihat dua orang penunggang mendatanginya dengan cepat. Serumpun semak-semak berada kira-kira empat-puluh meter dari padanya. Terlalu jauh!
Pesawat Ark Two Tom Swift 07 di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mereka tidak mungkin dapat mencapai semak-semak itu sebelum orang-orang Aquilla itu sampai. Ia berlari untuk beberapa meter, lalu terjun ke dalam sebuah cekungan.
"Terus saja maju! Itu ke batu-batu depan!" Tom meneriaki teman-temannya.
"Kau sendiri mau ke mana?" tanya Anita.
"Terus saja, Anita! Tak ada waktu untuk menjelaskan!"
Ben menarik si rambut merah. Tom memberanikan diri mengintip ke tepi cekungan.
Dua penunggang berhenti mengejar Ben dan Anita, lalu membelok menuju ke arahnya. Tom membalikkan tubuh. Dengan tertelentang ia merogoh kotak plastik serta logam pipih dari dalam sakunya. Ia berhasil menyambarnya dengan dilindungi oleh Anita dan Ben pada waktu ia keluar dari kamar tahanan. Ia sebetulnya tidak yakin apa holoproyektornya dapat bekerja dengan baik di tempat yang terang benderang ini. Mungkin saja sinar matahari akan menghapus bayangan-bayangannya. Tetapi Tom tak mau berpikir panjang. Keadaan sudah terlalu mendesak.
Dari sudut matanya ia sempat melihat para penunggang dengan cepat mendekati. Segera ia buka kaset-kasetnya hingga beberapa di antaranya jatuh di pasir. Tanpa dapat memilih ia mengambil sebuah lalu dipasang ke dalam pesawatnya. Jari-jarinya segera bermain di atas tombol-tombol dan mesinnya hidup. Tom berharap agar kaset yang dipasang tepat pilihannya.
Kedua orang Aquilla menghentikan tunggangannya. Mereka menyeringai mengejek kepada Tom di dalam persembunyiannya di cekungan itu. Mereka lalu mengacungkan senjata mereka. Tidak lama kemudian mereka membelalakkan mata, tubuh mereka menjadi kaku dengan pandangan yang tak percaya. Salah seorang berteriak ngeri dan segera melemparkan senjata dari tangannya untuk menghentak tunggangannya dan melarikan diri. Yang seorang lagi memerosotkan diri turun dari tunggangannya lalu melarikan diri pontang-panting.
Dari tepi cekungan Tom mengintip. Di ujung tanah yang berpasir dari bukit batukarang yang tadinya tenang, tiba-tiba menjadi berantakan berkeping-keping. Guruh menggeledek di udara. Pohon-pohon bergoyang roboh dengan akar-akarnya. Batu-batu besar bergulung-gulung turun dari atas bukit. Hewan-hewan tunggangan Salamandari melengking-lengking dan melemparkan para penunggangnya. Pengawal-pengawal itu melongo dan melotot matanya memandang datangnya batu-batu besar yang bergulingan susul-menyusul. Mereka lari tunggang langgang keluar dari jurang.
Tom bangkit berdiri. Ia melihat orang yang berkerudung dalam jarak yang tidak lebih dari empatpuluh meter dari padanya. Orang itu berpakaian hitam dan tengah memegang tali kekang erat-erat agar dapat tetap di atas tunggangannya.
Ia meneriaki orang-orang Aquilla yang berlari-lari meninggalkan tempat itu.
Tom menangkap seekor Salamandari yang sudah tidak ada penunggangnya, lalu melompat di atas punggungnya. Ia larikan tunggangannya itu ke arah si orang hitam. Segera orang itu melihat Tom datang, lalu melarikan diri di antara pohon-pohonan. Sekali ia menoleh untuk menembakkan pestolnya. Tetapi peluru pestol itu hanya mendesing di samping telinga Tom.
Tunggangan Tom ternyata dapat lari sangat cepat. Rupanya ia menyadari kehendak tuannya yang di punggungnya agar berlari sekencang-kencangnya. Orang berkerudung pun memacu tunggangannya kalang kabut. Tetapi kini Tom telah dapat mengejarnya. Ia lalu melompat dan menyambar musuhnya yang berkerudung itu. Keduanya jatuh terpelanting dari atas tunggangan mereka.
Orang itu berteriak sambil melompat bangun, lalu menerjang Tom. Tom mengelak terkaman orang itu dan berhasil menghunjamkan tinju kirinya ke tubuh lawan. Orang itu terhuyung ke belakang, jatuh terduduk dan mengerang kesakitan. Tom membungkuk dan menarik kerudungnya.
Henry Greylock menyumpah-nyumpah.
"Aku belum menyelesaikan perhitungan denganmu Swift!" ia terus memaki marah-marah. "Belum sama sekali!"
Tom menyeringai. "Sepertinya sudah habis semuanya!"
Tom mendengar suara helaan napas di pundaknya.
"Henry," pak Swift menatap wajahnya tidak percaya. "A... a-ku sama sekali tak percaya bahwa engkau terlibat di sini!"
"Percayailah kepada apa yang kaupercayai," tukas Greylock.
Kini wajah pak Swift tampak menjadi keras. "Kau harus berani mempertanggungjawabkan semua ini. Baik di dunia ini atau di sana, di planet-planet dalam!"
Kemudian Tom tersadar bahwa gemuruh dari batu-batu yang bergulingan itu telah berhenti. Dari atas pundak ayahnya ia melihat Anita dan Ben berlarian mendatangi. Ben masih terus memegang pesawat holoproyektornya dengan erat. Dari jarak limapuluh meter itu Tom sudah dapat melihat bibir Ben yang tersenyum lebar. Di belakang Ben melangkah sosok tubuh Overmann dengan wajah merah membara karena marah.
Overmann datang mendekat dan menatap wajah Greylock.
"Kuharap engkau segera dikurung!" hardiknya, lalu menoleh ke arah ayah Tom. "Aku tak menyukaimu, Swift. Tak pernah aku suka padamu. Dan aku pun tak pandai meminta maaf. Tetapi kali ini aku berhutang budi padamu!"
Kemudian ia kembali berpaling kepada Greylock.
"Engkau".menggunakan aku..." katanya terputus-putus karena geregetan. "Engkau mendustaiku, berulang kali!"
"Dan kau selalu mau percaya, tolol!" Greylock tertawa kasar. "Aku tak pernah dapat melakukan ini tanpa engkau, Marcus!"
Wajahnya berubah merah padam, dan tangannya mengepal-ngepal. Tetapi Tom segera datang di tengah.
"Saya kira, dia telah menggunakan anda lebih banyak dari yang anda sadari. Demikian pun dengan saya dan yang lain-lain."
Overmann mengernyitkan dahi. "Apa maksudmu dengan kata-kata itu!"
Tom tidak menjawab. Sebaliknya, dengan cepat ia mendekati Greylock. Ia mencengkeram pipi Greylock lalu menariknya dengan keras. Orang itu menjerit kesakitan. Tangan Tom memegangi kumis palsu dan kulit muka dari plastik. Dengan mendadak sontak Greylock menjadi lenyap dari hadapannya. Muncul sepasang mata hitam musuh bebuyutan Tom. Wajah yang menyala-nyala menatap wajahnya.
"L-luna!" teriak Overmann tertahan. "D-... David Luna!"
Luna tersenyum jahat, dan kemudian memandang ke sekeliling.
"Aku telah berhasil menipu kalian semua. Terutama si tolol, Overmann. Presiden Luna Corporation, ha-ha-ha!" Dengan mengernyitkan dahinya ia mengejek. "Dia... menjual kacang goreng saja tidak bisa!"
Overmann menggeram. Kini pak Swift yang datang menengahi.
"Sekarang, semuanya sudah menjadi jelas!" kata Tom. "Seluruh kejadian memang menunjukkan ciri-ciri khas David Luna. Kita tidak dapat memperkirakan orang lain yang bisa memiliki uang dan menghimpun organisasi untuk melakukan pelbagai serangan-serangan ini."
"Jadi, bagaimana anda telah selamat dari perkelahian anda dengan Sansoth," kata Ben kepada Luna. "Lalu anda gunakan dana-dana yang anda ambil dari Luna Corporation yang lama untuk membangun perusahaan raksasa atas nama Henry Greylock yang sebenarnya sudah tiada!"
"Tetapi, apa sebenarnya yang kaukehendaki?" tanya pak Swift.
"Kukira, aku telah tahu," kata Tom. "Setelah Swift Corporation dan Luna Corporation kedua-duanya disepak ke luar dari dunia bintang-bintang, siapa lagi yang akan menggantikannya" Henry Greylock, yang tiba-tiba saja menjadi sahabat karib K'artar!" Tom menghela napas sebentar. "Saya tahu, anda telah membayar sejumlah orang-orang untuk melakukan segala kejahatan ini, Luna. Termasuk orang-orang Aquilla yang berkeliaran dengan berkerudung seperti yang anda lakukan sekarang ini!"
Overmann mengacungkan tinjunya kepada Luna.
"Kau harus mempertanggungjawabkan Sea Globe. Kalau terjadi apa-apa.. . . "
"Carilah dia," Luna tertawa terkekeh. "Sekarang ini ia mungkin sudah tenggelam duapuluh ribu meter ke dalam Palung Dharmaii. Terkena tekanan sangat besar hingga tinggal sebesar telur!"
"Tidak!" bantah Tom. "Itu tidak mungkin!" Lalu dengan berpaling kepada ayahnya:
"Pemunculan Sea Globe akan mirip petunjuk-petunjuk yang lain. Kristal pesan palsu, cincin Aquilla dan sebagainya. Kita akan disuruh melihat Sea Globe di bawah sana. Itu merupakan permainan Luna yang terakhir untuk membuat Dewan Duabelas Lautan di Aquilla melawan kita dan planet-planet dalam. Hanya saja, itu sama sekali bukan Sea Globe. Bukankah demikian Tuan Luna" Peralatan maupun perkakas yang saya pergoki bersama B'teia akan anda pindahkan bersama K'artar, hanya berupa bagian-bagian tiruan untuk Sea Globe!"
"Dan ketika Tom dan B'teia telah berhasil mendekatinya sangat dekat," Anita menyela, "anda lalu melepaskan hiu-hiu raksasa untuk mengejar mereka!"
"Itu bukan aku yang melakukan," Luna membela diri.
"Bisa saja bukan anda yang melakukan, tetapi atas perintah anda," Ben menangkisnya kembali.
"Lalu kalau begitu, apa yang telah kaulakukan dengan Sea Globe?" pak Swift mendesak.
"Seperti yang telah kukatakan," kata Luna dengan sengit, "carilah dia, Swift!"
"Kita pasti akan mencarinya," Tom meyakinkan. "Kuharapkan saja ia disembunyikan dengan aman di salah satu pangkalan rahasia anda di gugusan asteroid."
Mata Luna membuka sedikit lebih lebar, dan ini meyakinkan Tom bahwa terkaannya itu benar.
"Tom, lihat!" seru Anita tiba-tiba. "A-aku tidak percaya!"
Tom menoleh. Lalu berteriak dan lari ke tanah berpasir. Shaldar datang melalui bukit-bukit karang. Orang-orang Aquilla yang menggunakan lambang keluarga Shaldar dengan bersenjata lengkap menunggang Salamandari di belakangnya. Dua orang segera melompat turun dari tunggangannya, lalu berlari mendapatkan Tom.
Yang satu adalah K'orlii dan yang lain adalah B'teia. B'teia lari menyerbu Tom, lalu memeluknya erat-erat.
Tom menatapnya, terkejut.
"B'teia... kukira engkau sudah di alam baka!"
"Demikian pun aku. Kukira engkau telah tidak ada!" Gadis itu tertawa. "Aku bertemu Throo'n yang besar sekali, nun di bawah sana, Tom. Kukira itu adalah kakek dari apa yang kita lihat kemarin. Ia hampir saja menelan aku mentah-mentah. Kendaraan peluncurku dan Khanirri yang mengejar aku. Tetapi pada detik terakhir aku dapat menghidupkan kembali kendaraan peluncur itu, dan bergegas menuju Lha'ii!"
K'orlii memandang kepada Tom.
"B'teia memberitahu kelompok ayahku, begitu sampai di stasiun penelitian. Maaf, kami tidak dapat datang lebih cepat!"
"Apakah kalian menangkap K'artar dengan pengawal-pengawalnya?" tanya Ben.
"O, tentu," jawab K'orlii. "Kami bertemu mereka sedang lari tunggang langgang bagaikan orang gila di pantai. Mereka berteriak-teriak. Katanya ada gempa bumi. Apa itu semua?"
Tom tertawa. "Hanya sebuah lelucon. Sebuah khayalan. Nanti kuceritakan!"
"Nah," Ben menghela napas. "David Luna sudah tersingkir, kita dapat memulai lagi. Mengunjungi Arborea dan planet-planet dari dunia bintang yang lain."
"Kita harus menemukan Sea Globe dulu," Anita mengingatkan. "Aku sangsi, apa Luna mau mengatakan di mana disembunyikannya."
"Tunggu dulu!" Tom angkat tangan, memprotes. "Kalau kalian hendak mulai bekerja lagi, silakan. Aku sendiri berniat untuk istirahat beberapa hari di pantai Aquilla. Laut, pasir dan matahari sebagai selingannya. Dan tanpa Throo'n, ikan hiu atau pun hantu-hantu laut lain yang merusak pemandangan!"
Tom tidak menyadari, bahwa tidak lama lagi ia akan bersama-sama teman-temannya menghadapi perkara lain yang luar biasa!
END Ebook PDF: eomer eadig Http://ebukulawas.blogspot.com
Convert & Re edited by: Farid ZE
blog Pecinta Buku - PP Assalam Cepu
Harimau Kemala Putih 11 Pendekar Naga Putih 49 Tumbal Perkawinan Iblis Pulau Neraka 1