Sang Singa Sang Penyihir 2
The Chronicles Of Narnia 2 Sang Singa Sang Penyihir Dan Lemari The Lion The Witch And The Wardrob Bagian 2
"Apa yangkaulakukan, Bu Berang-berang"" tanya Susan.
"Mengemas makanan untuk kita semua, Sayang," kata Bu Berang-berang tenang. "Kau tidak mau kita berangkat tanpa membawa apa-apa untuk dimakan, kan""
"Tapi kita tidak punya waktu!" kata Susan, mengancingkan kerah mantelnya. "Penyihir itu bisa datang kapan saja."
"Itulah yang kukatakan," kata Pak Berang-berang.
"Aku mengerti," kata istrinya, "Coba pikirkan, Pak Berang-berang. Penyihir itu tidak mungkin sampai di sini paling tidak dalam lima belas menit ke depan."
"T api bukankah kita ingin punya jarak waktu sejauh mungkin," kata Peter, "kalau kita ingin mencapai Stone Table sebelum dirinya""
"Kau harus ingat itu, Bu Berang-berang," kata Susan. "Begitu si penyihir sampai di rumah ini dan melihat kita sudah pergi, dia akan mengejar secepat mungkin."
"Itu memang akan dilakukannya," kata Bu Berang-berang. "Tapi kita tidak akan bisa mencapai tempat itu sebelum dia apa pun yang kita lakukan, karena dia memakai kereta salju dan kita berjalan kaki."
"Kalau begitu kita tidak punya harapan"" kata Susan.
"Jangan khawatirkan itu, Sayang," kata Bu Berang-berang, "ambil saja setengah lusin saputangan bersih di laci itu. Tentu saja kita punya harapan. Kita tidak bisa sampai di sana sebelum si penyihir tapi kita bisa tetap bersembunyi dan mencari jalan yang tidak akan diduganya dan mungkin kita akan selamat."
"Benar, Bu Berang-berang," kata suaminya. "Tapi saat ini kita tidak punya waktu."
"Kau juga jangan khawatir, Pak Berang-berang," kata istrinya. "Nah. Itu lebih baik. Ada lima bongkah roti untuk kita berlima dan yang terkecil untuk yang paling kecil, yaitu kau, sayangku," tambahnya sambil menatap Lucy.
"Oh, ayolah cepat," kata Lucy.
"Nah, aku hampir siap sekarang," jawab Bu Berang-berang akhirnya, membiarkan suaminya membantunya memakai bot salju. "Apakah mesin jahit terlalu berat untuk dibawa""
"Ya. Memang,"kata Pak Berang-berang.
"Benar-benar terlalu berat. Dan memangnya kau sempat menggunakannya saat kita sedang melarikan diri""
"Aku tidak tahan membayangkan apa yang akan dilakukan si penyihir padanya," kata Bu Berang-berang, "merusaknya atau mencurinya, sepertinya itu yang akan terjadi."
"Oh, ayolah, tolonglah cepat!" kata ketiga anak. Dan akhirnya mereka semua keluar dan Pak Berang-berang mengunci pintu ("Ini bisa menghambatnya sebentar," katanya) dan mereka berangkat, semua memanggul kantong di bahu masing-masing.
Salju sudah berhenti dan bulan muncul ketika mereka memulai perjalanan mereka. Mereka berbaris satu-satu pertama-tama Pak Berang-berang, kemudian Lucy, kemudian Peter, lalu Susan, dan Bu Berang-berang berjalan paling belakang. Pak Berang-berang memimpin mereka menyeberangi bendungan menuju sisi kanan sungai kemudian menyusuri jalanan yang sangat tidak rata di antara pepohonan menuruni tepian sungai. Sisi lembah, berkilau tertimpa cahaya bulan, menjulang jauh ke atas mereka di kedua sisi. "Lebih baik bersembunyi di bawah sini selama mungkin," kata Pak Berang-berang. "Si penyihir harus tetap berada di atas sana, karena kau tidak bisa membawa kereta salju ke bawah sini."
Tempat itu pasti tampak indah kalau dilihat dari sebelah dalam jendela rumah sambil duduk di kursi yang empuk, dan meskipun keadaan yang sedang mereka jalani begitu genting, awalnya Lucy menikmati tempat itu. Tapi saat mereka terus berjalan dan berjalan terus dan saat kantong yang dibawanya semakin terasa berat, Lucy mulai bertanya-tanya apakah dia bisa bertahan. Dia berhenti memerhatikan air sungai yang membeku dan berkilauan dengan air terjunnya yang menjadi es, puncak-puncak pohon yang memutih, bulan yang bercahaya, bintang yang bertaburan di angkasa, dan hanya bisa menatap kaki-kaki pendek Pak Berang-berang yang melangkah puk-puk-puk-puk melalui salju di hadapannya seolah mereka tidak akan pernah berhenti. Kemudian bulan lenyap dan salju mulai jatuh lagi. Dan akhirnya Lucy begitu lelah sehingga dia nyaris berjalan sambil tidur sampai tiba-tiba dia menyadari Pak Berang-berang berbelok dari tepi sungai ke kanan dan menuntun mereka mendaki bukit curam ke dalam semak-semak yang sangat rapat. Kemudian saat benar-benar sadar dia melihat Pak Berang-berang menghilang dalam lubang kecil di tebing yang hampir tersembunyi dalam semak-semak sehingga tidak bisa kaulihat kecuali kau berada di atasnya. Malah, ketika Lucy sadar ini yang terjadi, hanya ekor pendek Pak Berang-berang yang tampak.
Lucy langsung berjongkok dan merangkak masuk mengikutinya. Kemudian dia mendengar suara gesekan, dengusan, dan engahan di belakangnya dan tak lama kemudian mereka semua sudah berada di dalam.
"Apa ini"" kata suara Peter, terdengar
lelah dan pucat dalam kegelapan. (Kuharap kalian mengerti apa maksudku saat mengatakan suara pucat.)
"Ini tempat persembunyian tua bagi berang-berang yang sedang dilanda kesulitan," kata Pak Berang-berang, "tempat ini rahasia besar. Memang tidak terlalu nyaman tapi kita harus tidur beberapa jam."
"Kalau saja kau tidak begitu terburu-buru saat kita berangkat, kita bisa membawa bantal," kata Bu Berang-berang.
Tempat ini bukan gua yang nyaman seperti gua Mr Tumnus, pikir Lucy hanya lubang di tanah tapi kering dan hangat. Gua itu begitu kecil sehingga ketika berbaring mereka seperti tumpukan pakaian yang tumpang tindih. Karena posisi ini dan tubuh yang telah hangat karena begitu lama berjalan kaki, mereka mulai mengantuk. Kalau saja lantai gua itu lebih halus! Kemudian dalam kegelapan Mrs Berang-berang mengedarkan botol dan masing-masing meneguk sedikit isinya cairan itu membuat mereka terbatuk dan tercekik karena terasa menusuk tenggorokan, tapi juga membuat mereka merasa sangat hangat dan nyaman setelah ditelan semua pun langsung tidur.
Bagi Lucy menit berikutnya (meskipun sebenarnya sudah berjam-jam kemudian) ketika dia bangun dia merasa agak kedinginan juga sangat kaku dan berpikir betapa dia ingin mandi air hangat. Kemudian dia merasa kumis panjang menggelitik pipinya dan melihat cahaya siang musim dingin datang dari pintu gua. Tapi tak lama kemudian dia benar-benar bangun, begitu pula yang lain. Mereka langsung duduk dengan mulut dan mata terbuka lebar, mendengarkan suara yang merupakan suara yang mereka semua pikir (dan kadang-kadang bayangkan mereka dengar) selama perjalanan mereka kemarin malam. Suara giring-giring.
Pak Berang-berang berkelebat keluar dari gua begitu mendengarnya. Mungkin kau pikir, seperti yang juga Lucy pikirkan sesaat, bahwa ini tindakan bodoh" Tapi sebenarnya itu tindakan yang sangat cerdas. Pak Berang-berang tahu dia bisa merangkak ke atas tebing di antara semak-semak tanpa kelihatan, dan dia sangat ingin melihat ke mana kereta salju si penyihir pergi. Yang lain duduk dalam gua menunggu dan bertanya-tanya. Mereka menunggu hampir lima menit. Kemudian mereka mendengar sesuatu yang membuat mereka sangat ketakutan. Mereka mendengar suara-suara. "Oh," pikir Lucy, "dia kelihatan. Si penyihir menangkapnya!" mereka sangat terkejut ketika beberapa saat kemudian, mendengar suara Pak Berang-berang menyuruh mereka keluar dari gua.
"Tidak apa-apa," teriaknya. "Keluarlah, Bu Berang-berang. Keluarlah, Putra Adam dan Putri Hawa. Tidak apa-apa. Ini bukan wanita itu!" Teriakannya agak sulit dimengerti tentu saja, tapi seperti itulah berang-berang bicara kalau mereka bersemangat, maksudku, di Narnia di dunia kita, berang-berang sama sekali tidak bicara.
Jadi Bu Berang-berang dan anak-anak berdesak-desakkan keluar dari gua, mengerjapkan mata karena cahaya matahari siang, dan dengan tubuh tertutup tanah, kelihatan berantakan dan kotor juga dengan mata mengantuk.
"Ayo!" teriak Mr Berang-berang, yang nyaris menari-nari kegirangan. "Mari sini! Ini pukulan hebat bagi si penyihir! Sepertinya kekuatannya mulai runtuh."
"Apa maksudmu, Pak Berang-berang"" tanya Peter saat mereka mendaki tebing curam itu bersama.
"Bukankah sudah kukatakan," jawab Pak Berang-berang, "bahwa si penyihir membuat negeri ini selalu musim dingin tapi tidak pernah mengalami Natal" Sudah, kan" Nah, mari sini dan lihat saja!"
Dan ketika sampai di puncak tebing mereka semua melihatnya.
Kereta salju, dan ditarik rusa dengan giring-giring pada tali kendalinya. Tapi mereka jauh lebih besar daripada rusa-rusa si penyihir, dan mereka tidak putih melainkan cokelat. Dan di kereta salju duduk orang yang pasti langsung dikenali siapa pun yang melihatnya. Dia pria bertubuh besar dengan mantel merah (yang semerah hollyberry) dengan tudung berhias bulu dan janggut putih panjang yang seperti air terjun di dadanya. Semuanya mengenalinya karena, meskipun kau hanya bisa melihat orang-orang sejenisnya di Narnia, kau sudah melihat gambar-gambar dirinya dan mendengarnya dibicarakan bahkan di dunia kita dunia di sisi lain pintu lemari. Tapi saat kau benar-benar
melihatnya di Narnia, rasanya sedikit berbeda. Beberapa gambar Bapak Natal di dunia kita membuatnya hanya tampak lucu dan gembira. Tapi sekarang ketika anak-anak benar-benar berdiri menatapnya mereka tidak merasa seperti itu. Pria itu begitu besar, begitu bahagia, dan begitu nyata, sehingga mereka semua terdiam. Mereka merasa senang, tapi juga khidmat.
"Akhirnya aku datang," kata Bapak Natal. "Wanita itu menahanku begitu lama, tapi aku datang akhirnya. Aslan sudah bergerak. Sihir wanita itu sudah melemah."
Dan Lucy merasa tubuhnya dialiri kelegaan yang hanya akan kaurasakan kalau kau berdiri diam dengan khidmat dan tenang.
"Nah sekarang," kata Bapak Natal, "hadiah kalian. Ada mesin jahit baru yang lebih bagus untukmu, Bu Berang-berang. Aku akan meninggalkannya di rumahmu saat lewat nanti."
"Maaf, Sir," kata Bu Berang-berang sambil membungkuk. "Rumahku terkunci."
"Kunci dan gembok tidak ada artinya bagiku," kata Bapak Natal. "Dan untukmu, Pak Berang-berang, saat kau pulang nanti kau akan menemukan bendunganmu selesai dan ditambal, semua kebocorannya diperbaiki, dan pintu air yang baru terpasang."
Pak Berang-berang begitu senang sehingga dia membuka mulutnya begitu lebar dan tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Peter, Putra Adam," kata Bapak Natal.
"Ya, Sir," kata Peter.
"Inilah hadiahmu," jawab Bapak Natal, "dan ini peralatan, bukan mainan. Ada waktu untuk menggunakannya, mungkin sebentar lagi. Gunakanlah dengan baik." Sambil mengatakan ini, dia memberikan tameng dan pedang kepada Peter. Tameng itu berwarna perak dengan lukisan singa merah, semerah stroberi ketika kau memetiknya. Gagang pedangnya terbuat dari emas dan pedang itu memiliki sarung, ikat pinggang, dan semua kelengkapan yang perlu. Ukuran serta beratnya tepat untuk digunakan Peter. Peter terdiam dan bersikap khidmat ketika menerima hadiah ini, karena dia merasa ini hadiah yang sangat serius.
"Susan, Putri Hawa," kata Bapak Natal. "Ini untukmu," dan dia memberikan busur, tabung penuh anak panah, serta terompet gading. "Kau hanya boleh menggunakan busur ini saat benar-benar perlu," katanya, "karena aku tidak ingin kau terlibat dalam peperangan terbuka. Panah ini hampir selalu tepat sasaran. Dan saat kau mengangkat terompet ini ke bibirmu dan meniupnya, di mana pun kau berada, akan ada bantuan datang padamu."
Yang terakhir dia berkata, "Lucy, Putri Hawa," dan Lucy maju. Bapak Natal memberinya botol kecil yang sepertinya terbuat dari kaca (tapi orang-orang kemudian berkata botol itu terbuat dari berlian) dan belati kecil. "Dalam botol ini," katanya, "ada cairan dari sari bunga api yang tumbuh di pegunungan api. Kalau kau atau temanmu terluka, beberapa tetes cairan ini akan menyembuhkannya. Dan belati ini untuk membela dirimu saat dibutuhkan. Karena kau juga tidak akan terlibat dalam perang terbuka."
"Kenapa, Sir"" kata Lucy. "Kurasa aku tidak tahu tapi kurasa aku cukup berani."
"Bukan itu intinya," kata Bapak Natal. "Perang akan semakin buruk ketika perempuan terlibat di dalamnya. Dan sekarang" saat ini dia tiba-tiba tampak lebih gembira "ini sesuatu untuk kalian semua!" dan dia mengeluarkan (kurasa dari kantong besar di belakangnya, tapi tidak ada yang melihatnya melakukan itu) nampan besar berdiri lima cangkir, tempat gula, tempat krim, dan seteko teh yang masih mengepul panas. Lalu dia berteriak, "Selamat Natal! Panjang umur raja yang sejati!" dan melecutkan cemetinya, lalu dia serta rusa dan kereta salju dan sebagainya segera menghilang dari pandangan sebelum ada yang menyadari mereka akan pergi.
Peter menarik pedangnya keluar dari sarung dan menunjukkannya pada Pak Berang-berang, ketika Bu Berang-berang berkata, "Ayo, ayo! Jangan mulai mengobrol sampai tehnya menjadi dingin. Dasar pria. Ayo bantu membawa nampan ini ke bawah dan kita akan sarapan. Untung sekali aku ingat membawa pisau roti."
Jadi mereka kembali menuruni tebing yang curam dan masuk ke gua. Pak Berang-berang memotong roti dan ham untuk membuat roti lapis dan Bu Berang-berang menuangkan teh, dan semuanya makan dengan gembira. Tapi sebelum mereka benar-benar puas, Pak Berangberang sudah ber
kata, "Sudah saatnya berangkat lagi."
BAB SEBELAS Aslan Semakin Dekat SEMENTARA itu Edmund sangat kecewa. Ketika Dwarf pergi untuk mempersiapkan kereta, dia berharap si penyihir akan mulai bersikap manis padanya, seperti yang dilakukannya dalam pertemuan mereka waktu itu. Tapi wanita itu tidak mengatakan apa-apa. Dan ketika akhirnya Edmund memberanikan diri untuk berkata, "Maaf, Yang Mulia, bisakah saya mendapat Turkish Delight" Anda Anda bilang " wanita itu menjawab, "Diam, bodoh!" Kemudian sepertinya dia berubah pikiran dan berkata, seolah pada dirinya sendiri, "Tapi tidak ada gunanya kalau anak ini pingsan di jalan," dan sekali lagi menepuk tangan. Dwarf lain muncul.
"Bawakan makanan dan minuman untuk manusia ini," katanya.
Dwarf itu pergi kemudian kembali membawa mangkuk besi berisi air dan piring besi berisi sepotong roti kering. Dia menyeringai menyebalkan saat meletakkan mangkuk dan piring itu di lantai di sisi Edmund dan berkata:
"Turkish Delight untuk Pangeran Kecil. Ha! Ha! Ha!"
"Bawa pergi," kata Edmund kesal. "Aku tidak ingin roti kering." Tapi si penyihir tiba-tiba berbalik kepadanya dengan ekspresi sangat menakutkan sehingga Edmund minta maaf dan mulai menggigit kecil roti itu, meskipun makanan itu sudah begitu basi sehingga dia nyaris tidak bisa menelannya.
"Kau harus puas memakannya sampai kau bisa mendapat roti lagi," kata si penyihir.
Saat Edmund masih berusaha mengunyah rotinya, dwarf pertama kembali dan berkata kereta sudah siap. Penyihir Putih berdiri dan keluar, memerintah Edmund untuk mengikutinya. Salju kembali turun saat mereka keluar ke halaman, tapi wanita itu tidak memedulikannya dan menyuruh Edmund duduk di sebelahnya di kereta. Tapi sebelum mereka berangkat, Penyihir Putih memanggil Maugrim dan serigala itu datang seperti anjing besar ke sisi kereta.
"Bawa serigala-serigalamu yang tercepat dan pergilah ke rumah keluarga Berang-berang," kata si penyihir, "bunuh siapa pun yang kautemukan di sana. Kalau mereka sudah pergi, pergilah cepat-cepat ke Stone Table, tapi jangan sampai terlihat. Tunggu aku di sana sambil bersembunyi. Sementara itu aku harus pergi ke Barat sebelum aku bisa menemukan tempat aku bisa menyeberangi sungai. Kau mungkin bisa menyerang manusia-manusia ini sebelum mereka mencapai Stone Table. Kau tahu apa yang harus kaulakukan kalau menemukan mereka!"
"Saya mendengar dan patuh, O Ratu," geram si serigala, dan langsung lari di atas salju menembus kegelapan, larinya secepat lari kuda. Dalam beberapa menit dia telah memanggil serigala lain dan bersamanya pergi ke bendungan, mengendus-endus rumah keluarga Berang-berang. Tapi tentu saja mereka menemukan rumah itu sudah kosong. Pasti keluarga Berang-berang dan anak-anak akan bernasib sangat malang kalau malam itu cuacanya cerah, dan serigala-serigala itu bisa mengikuti jejak mereka kemungkinannya sepuluh banding satu kedua serigala itu bisa menyerang mereka sebelum mereka bisa mencapai gua. Tapi karena salju turun, aroma mereka hilang dan bahkan jejak mereka pun tertutup salju.
Sementara itu si dwarf mencambuk rusarusa, dan Penyihir Putih serta Edmund melaju di bawah gerbang lalu menembus kegelapan dan udara dingin. Ini perjalanan yang menyedihkan bagi Edmund, yang tidak memakai mantel. Sebelum mereka berjalan seperempat jam, seluruh bagian depan tubuhnya telah tertutup salju tak lama kemudian dia berhenti berusaha membersihkan salju itu karena, begitu dia selesai melakukannya, tumpukan salju baru telah menutupinya, dan dia begitu lelah. Tak lama kemudian dia sudah basah kuyup sampai ke kulitnya. Dan oh, betapa menyedihkan keadaannya! Sepertinya sekarang si penyihir tidak akan menjadikannya raja. Semua hal yang dikatakannya untuk membuat dirinya percaya bahwa wanita itu baik dan ramah dan berada di pihak yang benar rasanya bodoh sekarang. Edmund mau memberikan apa saja untuk bisa bertemu dengan yang lain saat ini bahkan Peter sekalipun! Satu-satunya cara untuk menghibur dirinya sekarang adalah berusaha percaya ini semua mimpi dan dia bisa terbangun kapan saja. Dan saat mereka terus berjalan, jam demi jam, memang rasanya semua
ini mimpi. Perjalanan mereka lebih lama daripada yang bisa kugambarkan bahkan kalau aku menuliskan berhalaman-halaman tentang ini. Tapi aku akan melompati cerita sampai ke saat salju telah berhenti, fajar telah terbit, dan mereka meneruskan perjalanan di bawah sinar matahari. Dan perjalanan mereka terus berlanjut, tanpa suara kecuali suara gesekan dengan salju dan derakan tali kekang rusa. Kemudian akhirnya si penyihir berkata, "Ada apa ini" Stop!" dan itulah yang mereka lakukan.
Edmund sangat berharap si penyihir akan mengatakan sesuatu tentang sarapan! Tapi wanita itu berhenti karena alasan lain. Tak jauh dari situ di kaki sebuah pohon, tampaknya ada yang sedang bersenang-senang, seekor bajing dan istrinya bersama anak-anak mereka, dua satyr, satu dwarf, dan rubah tua, mereka duduk di sekeliling meja. Edmund tidak yakin apa yang mereka makan, tapi aromanya harum. Sepertinya ada dekorasi daun holly dan dia tidak yakin tidak melihat puding buah plum. Ketika kereta salju itu berhenti, si rubah, yang jelas makhluk tertua yang ada di sana, baru saja berdiri, memegang gelas dengan cakar kanannya seolah akan mengatakan sesuatu. Tapi saat mereka semua melihat kereta salju itu berhenti dan siapa penumpangnya, semua keriangan lenyap dari wajah mereka. Bapak bajing berhenti makan dengan garpu setengah jalan menuju mulutnya dan salah satu satyr berhenti ketika garpu berada dalam mulutnya, dan bayi bajing mendengking ketakutan.
"Apa arti semua ini"" tanya Ratu Penyihir. Tidak ada yang menjawab.
"Jawab, kutu!" katanya lagi. "Atau kalian mau dwarf-ku membuat kalian bicara dengan cambuknya" Apa arti makan-makan besar ini, kesia-siaan ini, pemanjaan diri ini" Dari mana kalian mendapat semua ini""
"Ampun, Yang Mulia," kata si rubah, "kami diberi. Dan kalau saya boleh memberanikan diri minum demi kesehatan Yang Mulia "
"Siapa yang memberi semua ini pada kalian"" tanya si penyihir.
"B-B-B-Bapak Natal," gagap si rubah.
"Apa"" raung si penyihir, melompat turun dari kereta dan melangkah lebar-lebar ke arah binatang-binatang yang ketakutan. "Dia tidak ada di sini! Dia tidak bisa ada di sini! Beraninya kalian tapi tidak. Katakan kalian berbohong dan kalian akan dimaafkan."
Saat itu salah satu bajing muda benar-benar hilang akal.
"Dia tadi datang dia tadi datang dia tadi datang!" cicitnya, memukul-mukul sendoknya yang kecil ke meja.
Edmund melihat si penyihir menggigit bibirnya sehingga setetes darah muncul di pipinya yang putih. Kemudian dia mengangkat tongkat sihirnya.
"Oh, jangan, jangan, tolonglah jangan," teriak Edmund, tapi bahkan saat dia masih berteriak pun wanita itu telah mengayunkan tongkatnya dan kelompok yang riang itu langsung menjadi patung-patung batu (salah satunya dengan garpu batunya tergantung setengah jalan menuju mulut batunya) duduk di sekeliling meja batu yang di atasnya tertata piring-piring batu dan puding plum batu.
"Kau lihat," kata si penyihir sambil memelototi Edmund saat kembali naik ke kereta, "inilah pelajaran bagimu, jangan pernah membela mata-mata dan pengkhianat. Maju!" Dan Edmund, untuk pertama kalinya dalam kisah ini, merasa kasihan pada orang lain selain dirinya. Sepertinya begitu menyedihkan mengingat patung-patung batu kecil itu duduk di sana selama hari-hari yang hening dan malam-malam yang gelap, tahun demi tahun, sampai lumut tumbuh di atas mereka dan akhirnya wajah mereka rontok.
Sekarang mereka berjalan cepat lagi. Dan tak lama kemudian Edmund melihat bahwa salju yang bergesekan dengan kereta mereka lebih basah daripada kemarin malam. Di saat yang sama dia juga merasa dirinya tidak terlalu kedinginan lagi. Cuaca juga menjadi berkabut. Bahkan setiap menit semakin berkabut dan hangat. Dan kereta salju itu tidak bergerak dengan mudah karena jalanan menanjak sekarang. Pertama-tama Edmund berpikir itu karena rusa-rusa sudah lelah, tapi dia langsung bisa melihat pasti bukan itu alasan sesungguhnya. Kereta terentak, tergelincir, dan terus tersentak-sentak seolah melindas batu-batuan. Dan seberapa kerasnya si dwarf mencambuk rusa-rusa yang malang itu, kereta terus semakin pelan. Sepertinya juga a
da suara aneh di sekeliling mereka, tapi suara derakan kereta dan teriakan si dwarf pada rusa membuat Edmund tidak bisa mendengar dengan jelas, sampai tiba-tiba kereta terjebak begitu dalam sehingga tidak bisa bergerak sama sekali. Ketika itu terjadi, ada sesaat keheningan. Dan dalam keheningan itu Edmund akhirnya bisa mendengarkan suara lain itu dengan jelas. Suara aneh, manis, gemeresik, gemerecik tapi tidak begitu asing, karena dia pernah mendengarnya kalau saja dia bisa ingat di mana. Itu suara air mengalir. Di mana-mana di sekeliling mereka meskipun tidak terlihat, ada aliran, gemerecik, gumaman, golakan, deburan, dan bahkan (di kejauhan) gemuruh. Dan jantung Edmund berdebar cepat (meskipun dia tidak tahu kenapa) ketika dia menyadari musim dingin usai. Dan jauh lebih dekat ada suara tes-tes-tes dari cabang-cabang di semua pohon. Kemudian, saat Edmund melihat salah satu pohon dia melihat setumpuk salju meluncur turun dan untuk pertama kalinya sejak memasuki Narnia dia melihat warna hijau tua pohon fir. Tapi dia tidak punya waktu untuk mendengarkan atau memerhatikan lagi, karena si penyihir berkata, "Jangan duduk diam saja, bodoh! Turun dan beri bantuan."
Dan tentu saja Edmund harus menurut. Dia melangkah keluar ke salju tapi sekarang saljunya sangat lembek dan mulai menolong si dwarf untuk membebaskan kereta salju itu dari lobang berlumpur tempatnya terjebak. Akhirnya mereka berhasil melepaskan kereta itu, dan dengan bertindak sangat kejam pada rusa-rusa, si dwarf berhasil menjalankan kereta itu lagi, dan mereka melaju beberapa jauh. Dan sekarang salju benar-benar meleleh dan petak-petak rumput hijau mulai muncul di mana-mana. Kecuali kau sudah melihat dunia penuh salju selama yang dialami Edmund, kau pasti tidak bisa membayangkan betapa leganya melihat petak-petak hijau itu setelah warna putih tanpa akhir. Lalu kereta salju itu berhenti lagi.
"Tidak ada gunanya, Yang Mulia," kata si dwarf. "Kita tidak bisa meluncur di tanah seperti ini."
"Kalau begitu kita harus berjalan," kata si penyihir.
"Kita tidak bisa mengejar mereka kalau berjalan," geram si dwarf. "Mereka sudah jauh di depan."
"Kau penasihatku atau budakku"" kata si penyihir. "Lakukan apa yang diperintahkan padamu. Ikat tangan manusia ini di belakang dan pegang ujung talinya. Dan bawa cambukmu. Lalu potong kekang rusa itu, mereka bisa pulang sendiri."
Si dwarf menurut, dan dalam beberapa menit Edmund menemukan dirinya dipaksa berjalan secepat yang dia bisa dengan tangan terikat di belakang punggungnya. Dia terus terpeleset salju cair, lumpur, dan rumput basah, dan setiap kali dia terpeleset, si dwarf memakinya dan kadang-kadang mencambuknya. Si penyihir berjalan di belakang si dwarf dan terus berkata, "Lebih cepat! Lebih cepat!"
Petak-petak hijau semakin lebar dan petak-petak salju semakin kecil. Semakin banyak pohon yang menanggalkan mantel salju mereka. Tak lama, ke mana pun kau memandang, bukannya bentuk-bentuk putih, kau melihat hijau tua pohon fir atau cabangcabang berduri pohon ek yang hitam, pohon beech dan pohon elm. Kemudian kabut berubah dari putih menjadi emas dan akhirnya menghilang sama sekali. Cercah cahaya matahari menyentuh lantai hutan dan di atas kepalamu kau bisa melihat langit biru di antara puncak pepohonan.
Tak lama kemudian lebih banyak hal indah terjadi. Muncul tiba-tiba di sudut batang pohon birchyang keperakan, Edmund melihat di mana-mana tanah tertutup bunga kuning kecil celandine.Suara air semakin keras. Saat itu mereka menyeberangi sungai kecil. Di seberang mereka melihat salju semakin meleleh.
"Perhatikan langkahmu!" kata si dwarf ketika melihat Edmund menoleh untuk melihat tumbuhan-tumbuhan itu, dia pun menarik tali pengikat Edmund keras-keras.
Tapi tentu saja ini tidak menghalangi Edmund memerhatikan. Lima menit kemudian dia melihat selusin bunga krokus tumbuh di kaki pohon tua emas, ungu, dan putih. Kemudian terdengar suara yang bahkan lebih merdu daripada suara air. Di dekat jalur yang mereka ikuti, seekor burung tiba-tiba berkicau dari cabang pohon. Suaranya dijawab tawa burung lain yang lebih jauh. Kemudian, seolah i
tu merupakan tanda, ada suara kicau dan siul di mana-mana, kemudian sesaat penuh lagu, dan dalam lima menit seluruh hutan penuh musik kicauan burung. Ke mana pun Edmund memandang dia melihat burung-burung bertengger di cabang-cabang pohon, terbang di atasnya, saling mengejar, bertengkar kecil, atau merapikan bulu-bulu dengan paruh mereka.
"Lebih cepat! Lebih cepat!" kata si penyihir.
Tidak ada tanda-tanda keberadaan kabut sekarang. Langit menjadi semakin biru, dan sekarang ada awan putih berarak cepat dari waktu ke waktu. Di lapangan luas ada raawar hutan. Angin sejuk bertiup menjatuhkan embun di cabang-cabang yang berayun dan membawa aroma harum yang dingin ke wajah para pejalan kaki. Pepohonan mulai hidup sepenuhnya. Pohon-pohon larch dan birch tertutup warna hijau, pohon laburnum dengan warna emas. Tak lama kemudian pohon beech telah mengembangkan daun-daunnya yang ringkih dan transparan. Saat mereka berjalan di bawah pohon-pohon itu, cahaya juga menjadi hijau. Lebah mendengung melintas di depan mereka.
"Ini bukan salju mencair," kata si dwarf, tiba-tiba berhenti. "Ini Musim Semi. Apa yang akan kita lakukan" Musim dinginmu telah dihancurkan, percayalah! Ini pekerjaan Aslan."
"Kalau ada salah satu dari kalian menyebutkan nama itu lagi," kata si penyihir, "dia akan langsung dibunuh."
BAB DUA BELAS Pertempuran Pertama Peter
SEMENTARA si dwarf dan Penyihir Putih mengatakan ini, berkilometer-kilometer dari sana keluarga Berang-berang dan anak-anak berjalan berjam-jam ke dalam apa yang sepertinya mimpi yang menyenangkan. Mereka telah meninggalkan mantel mereka jauh di belakang. Dan saat itu mereka bahkan berhenti dan berkata satu sama lain, "Lihat! Ada burung kingfisher," atau, "Lihat, bunga bluebell!" atau, "Aroma harum apa itu"" atau, "Dengarkan suara murai itu!" Kemudian mereka berjalan dalam diam berusaha menyerap semua itu. Melewati petak-petak yang disinari cahaya matahari yang hangat lalu kembali ke daerah berlumut tempat pohon-pohon elm yang tinggi membuat atap daun jauh di atas kepala mereka, kemudian ke padang penuh bunga dan semak-semak hawthorn tempat aroma harum nyaris mencekik.
Mereka sama kagetnya dengan Edmund ketika melihat musim salju menghilang dan seluruh hutan hanya butuh beberapa jam untuk mengalami perubahan dari bulan Januari ke bulan Mei. Mereka bahkan tidak tahu secara pasti (seperti si penyihir) bahwa ini semua bisa terjadi ketika Aslan datang ke Narnia. Tapi mereka semua tahu bahwa kutukan si penyihirlah yang membuat musim dingin tiada akhir, dan karena itu mereka semua tahu ketika musim semi ajaib ini mulai, ada sesuatu yang salah, dan sangat salah, pada rencana si penyihir. Dan setelah salju mencair beberapa lama, mereka semua sadar si penyihir tidak akan bisa menggunakan kereta saljunya lagi. Setelah itu mereka tidak terlalu terburu-buru lagi dan membiarkan diri mereka istirahat lebih sering dan lebih lama. Mereka cukup lelah tentu saja, tapi tidak benar-benar lelah gerakan mereka hanya melambat dan mereka merasa seperti bermimpi dan bersikap lebih diam seperti yang dirasakan seseorang ketika mendekati akhir hari yang panjang di tempat terbuka. Salah satu tumit Susan agak lecet.
Mereka telah meninggalkan tepian sungai besar beberapa lama; karena mereka harus berbelok sedikit ke kanan (artinya sedikit ke arah selatan) untuk mencapai tempat bernama Stone Table. Meskipun mereka tidak menuju ke sana pun, mereka tidak bisa tinggal di tepi sungai setelah salju mulai mencair, karena dengan begitu banyak salju mencair sungai segera menjadi banjir banjir air kuning yang indah dan bergemuruh dan jalan yang akan mereka lalui pasti terbenam.
Dan sekarang matahari sudah turun, cahayanya semakin merah dan bayang-bayang semakin panjang. Bunga-bunga pun mulai menguncup.
"Tidak lama lagi sekarang," kata Pak Berang-berang, dan mulai memimpin mereka menanjak bukit melalui padang lumut yang empuk (rasanya nyaman bagi kaki mereka yang lelah) tempat hanya pohon-pohon tinggi tumbuh dengan jarak berjauhan. Perjalanan menanjak itu, setelah hari yang panjang, membuat mereka semua terengah-engah. Dan tepat saat
Lucy bertanya-tanya apakah dia bisa sampai di atas tanpa istirahat panjang lain, tiba-tiba mereka sudah berada di atas. Dan inilah yang mereka lihat.
Mereka berada di padang hijau dan dari sana kau bisa memandang ke bawah ke hutan yang membentang sejauh yang bisa dilihat ke setiap arah kecuali ke kanan. Di sana, jauh ke Timur, ada sesuatu yang berkelip dan bergerak. "Ya ampun!" bisik Peter pada Susan. "Laut!" Di tengah lapangan puncak bukit ini berdiri Stone Table. Bentuknya berupa sepotong batu besar abu-abu yang ditunjang empat batu yang berdiri tengak. Benda itu tampak sangat tua; dan terpotong di mana-mana dengan garis-garis dan bentuk-bentuk aneh yang mungkin huruf-huruf bahasa asing. Bentuk-bentuk itu membuatmu merasa ingin tahu saat melihatnya. Hal berikut yang mereka lihat adalah paviliun yang berdiri di sisi tempat terbuka itu. Paviliun yang indah apalagi sekarang saat cahaya matahari terbenam menyinarinya dengan sisi-sisi yang tampaknya dari sutra kuning, tali-temali merah, dan kaki tenda dari gading. Jauh di atasnya, pada tiang, bendera bergambar singa liar merah berkibar karena angin yang menerpa wajah mereka dari laut di kejauhan. Sementara memandang semua ini, mereka mendengar suara musik datang dari sebelah kanan, dan ketika berpaling ke arah itu, mereka melihat apa yang mereka cari.
Aslan berdiri di tengah kelompok berbagai makhluk yang berkumpul di sekelilingnya dalam bentuk setengah bulan. Ada wanita pohon dan wanita sumur (dryad dan naiad, demikian mereka disebut di dunia kita) yang alat musik; merekalah yang bermain musik. Ada empat centaurus besar. Bagian tubuh mereka yang menyerupai kuda tampak seperti kuda besar peternakan Inggris, dan bagian yang menyerupai manusia seperti raksasa yang galak tapi tampan. Juga ada unicorn, dan banteng dengan kepala manusia, pelikan, elang, dan anjing besar. Dan di sebelah Aslan berdiri dua leopard, seekor membawa mahkotanya dan yang lain membawa tongkatnya.
Tapi Aslan sendiri, keluarga Berang-berang dan anak-anak tidak tahu apa yang harus mereka katakan ketika melihatnya. Orang-orang yang belum pernah datang ke Narnia kadang-kadang berpikir sesuatu tidak bisa tampak baik dan jahat pada saat yang sama. Kalau anak-anak pernah berpikir begitu, mereka berubah pendapat sekarang. Karena saat mereka berusaha melihat wajah Aslan, mereka hanya melihat surainya yang keemasan dan matanya yang besar, anggun, tenang, dan mereka tidak sanggup memandangnya dan gemetar.
"Majulah," bisik Pak Berang-berang.
"Tidak," bisik Peter, "kau duluan."
"Tidak, Putra Adam lebih dulu daripada binatang," bisik Pak Berang-berang lagi.
"Susan," bisik Peter. "Bagaimana denganmu" Perempuan lebih dulu."
"Tidak, kau yang paling tua," bisik Susan. Dan tentu saja semakin lama mereka melakukan ini semakin tidak enak perasaan mereka. Kemudian akhirnya Peter sadar semua terserah padanya. Dia mengeluarkan pedangnya dan mengangkatnya untuk memberi salam, lalu cepat-cepat berkata kepada yang lain, "Ayo. Beranikan diri kalian," dia maju ke arah si singa dan berkata:
"Kami datang Aslan."
"Selamat datang, Peter, Putra Adam," kata Aslan. "Selamat datang, Susan dan Lucy, Putri-putri Hawa. Selamat datang Pak Berang-berang dan Bu Berang-berang."
Suaranya dalam dan merdu dan entah bagaimana membuat mereka tidak takut lagi. Mereka sekarang merasa bahagia dan hening, sepertinya tidak aneh mereka hanya berdiri dan tidak mengatakan apa-apa.
"Tapi di mana anak yang keempat"" tanya Aslan.
"Dia mencoba mengkhianati mereka dan bergabung dengan Penyihir Putih, O Aslan," kata Pak Berang-berang. Kemudian sesuatu membuat Peter berkata, "Itu sebagian salahku, Aslan. Aku marah padanya dan kurasa itu mendorongnya mengambil jalan yang salah."
Dan Aslan tidak mengatakan apa pun untuk memaafkan Peter atau menyalahkannya, tapi hanya berdiri menatapnya dengan matanya yang tenang. Dan sepertinya tidak ada yang harus mereka semua katakan.
"Tolonglah Aslan," kata Lucy, "tidak adakah yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan Edmund""
"Banyak yang harus dilakukan," kata Aslan. "Tapi mungkin lebih berat daripada bayanganmu." Kemudia
n dia diam lagi beberapa lama. Sampai saat itu Lucy berpikir betapa anggun, kuat, dan damai wajah singa itu, sekarang tiba-tiba dia terpikir bahwa Aslan juga tampak sedih. Tapi sesaat kemudian ekspresi itu lenyap. Singa itu mengibaskan surainya dan menepukkan cakarnya ("Cakar yang mengerikan," pikir Lucy, "kalau dia tidak menggunakannya dengan lembut!") dan berkata, "Sementara itu, biarlah pesta disiapkan. Para wanita, bawa Putri-putri Hawa ini ke paviliun dan urus mereka."
Saat anak-anak perempuan telah pergi, Aslan meletakkan cakarnya dan meskipun lembut, cakar itu sangat berat ke pundak Peter dan berkata, "Ayo, Putra Adam, aku akan menunjukkan istana yang jauh, tempat kau akan menjadi raja."
Dan Peter dengan pedang masih terhunus di tangannya berjalan bersama si singa ke sisi timur pucak bukit itu. Di sana mereka melihat pemandangan yang indah. Matahari tenggelam di belakang mereka. Itu berarti seluruh negeri di bawah mereka tampak dengan cahaya malam hutan, bukit-bukit, dan lembah-lembah dan berkelok seperti ular perak, bagian bawah sungai besar. Dan jauh dari semua ini, berkilometer-kilometer jauhnya, laut, dan jauh dari laut, langit, penuh awan yang baru saja berwarna merah mawar memantulkan matahari terbenam. Tapi tepat di tempat tanah Narnia bertemu lautan bahkan di bibir muara sungai besar ada sesuatu di puncak bukit kecil, berkilauan. Benda itu berkilauan karena dia istana dan tentu saja cahaya matahari terpantulkan dari semua jendelanya yang menghadap ke arah Peter dan matahari terbenam, tapi bagi Peter istana itu tampak seperti bintang besar yang berdiri di tepi laut.
"Itu, O Manusia," kata Aslan, "adalah Cair Paravel bersinggasana empat, yang salah satunya harus kaududuki sebagai raja. Aku menunjukkannya padamu karena kaulah yang sulung dan kau akan menjadi Raja Agung, di atas saudara-saudaramu."
Dan sekali lagi Peter tidak mengatakan apa-apa, karena saat itu suara aneh tiba-tiba memecahkan keheningan. Suara itu seperti suara terompet tapi lebih merdu.
"Itu suara terompet adikmu," kata Aslan pada Peter pelan, begitu pelan sehingga nyaris seperti mendekur, kalau mengatakan singa mendekur itu cukup sopan.
Sesaat Peter tidak mengerti. Kemudian, ketika melihat semua makhluk maju dan mendengar Aslan berkata sambil menggerakkan cakarnya, "Mundur! Biarkan Pangeran memenangkan pertarungannya," dia mengerti, dan mulai lari sekuat tenaga ke paviliun. Dan di sana dia melihat pemandangan yang mengerikan.
Naiad dan dryad berlarian ke segala arah. Lucy berlari ke arahnya secepat kakinya yang pendek bisa membawanya dan wajahnya seputih kertas. Kemudian Peter melihat Susan berlari ke pohon, dan mengangkat dirinya sendiri, diikuti makhluk abu-abu besar. Pertama-tama Peter berpikir makhluk itu beruang. Kemudian dia melihat makhluk itu mirip anjing Alsatian, meskipun terlalu besar untuk ukuran anjing. Kemudian dia sadar makhluk itu serigala serigala yang berdiri di kaki belakangnya, dengan cakar depannya bersandar pada batang pohon, menggigit dan menggeram. Semua bulu di punggungnya berdiri tegak. Susan tidak bisa naik lebih tinggi ke cabang berikutnya. Salah satu kakinya tergantung sehingga jaraknya hanya dua sampai lima sentimeter di atas gigi-gigi tajam itu. Peter bertanya-tanya mengapa Susan tidak bisa naik lebih tinggi atau paling tidak berpegangan lebih erat, kemudian dia sadar adiknya hampir pingsan dan kalau Susan pingsan dia akan jatuh.
Peter tidak merasa berani, sesungguhnya dia merasa ingin pingsan. Tapi itu bukan berarti dia harus mundur. Dia lari langsung ke arah monster itu dan mengarahkan pedangnya ke sisi tubuh si serigala. Serangan itu tidak pernah mencapai si serigala. Makhluk itu berbalik secepat kilat, matanya berapi-api, dan mulutnya terbuka lebar mengeluarkan lolongan kemarahan. Kalau saja serigala itu tidak begitu marah sehingga harus melolong, Peter pasti bisa menusuk lehernya. Yang terjadi adalah meskipun ini semua terjadi begitu cepat sehingga Peter tidak sempat berpikir dia menunduk pada saat yang tepat dan menikamkan pedangnya, sekuat yang dia bisa, di antara kaki depan binatang itu menghunjam
jantungnya. Kemudian terjadi saat yang membingungkan dan mengerikan seperti dalam mimpi buruk. Peter menarik pedangnya dan serigala itu sepertinya tidak hidup maupun mati. Giginya menghantam dahi Peter, dan semuanya tercampur, darah, panas, dan bulu. Sesaat kemudian Peter melihat monster itu terbaring mati, dia telah menarik keluar pedangnya, menegakkan diri, dan menghapus keringat dari wajah dan matanya. Dia merasa sangat lelah.
Kemudian, setelah beberapa saat, Susan turun dari pohon. Dia dan Peter merasa agak gemetar ketika bertemu dan aku tidak bilang tidak ada ciuman dan tangisan dari kedua anak itu. Tapi di Narnia tidak akan ada yang menganggapmu buruk karena melakukan itu.
"Cepat! Cepat!" teriak Aslan. "Centaurus! Elang! Aku melihat serigala lain di semak-semak. Di sana di belakangmu. Dia baru lari. Kejar dia, kalian semua. Dia akan pergi ke majikannya. Sekaranglah kesempatanmu menemukan si penyihir dan menyelamatkan Putra Adam yang keempat." Dan langsung dengan gemuruh entakan kaki dan kepakan sayap, kira-kira selusin makhluk tercepat menghilang ke kegelapan.
Peter, masih terengah-engah, berbalik dan melihat Aslan di dekatnya.
"Kau lupa membersihkan pedangmu," kata Aslan.
Memang benar. Wajah Peter memerah malu ketika dia melihat bilah pedangnya yang berkilau tapi penuh bulu dan darah serigala. Dia membungkuk dan membersihkannya di rerumputan, kemudian mengeringkannya dengan mantelnya.
"Berikan padaku dan berlututlah, Putra Adam," kata Aslan. Ketika Peter telah melakukannya, Aslan menyentuhnya dengan pedang itu dan berkata, "Bangkitlah, Sir Peter Wolf's-Bane. Dan apa pun yang terjadi, jangan pernah lupa membersihkan pedangmu."
BAB TIGA BELAS Sihir Ajaib dari Awal Waktu
SEKARANG kita harus kembali kepada Edmund. Ketika dia disuruh berjalan lebih jauh daripada yang dia tahu bisadijalani siapa pun, si penyihir akhirnya berhenti di lembah gelap yang seluruhnya disembunyikan pohon fir dan yew.Edmund hanya terduduk lalu menelungkup tidak bergerak sama sekali dan bahkan tidak peduli apa yang akan terjadi selanjutnya kalau saja mereka membiarkan dia berbaring diam. Dia terlalu lelah bahkan untuk menyadari betapa lapar dan haus dirinya. Si penyihir dan dwarf berbicara tidak jauh di sebelahnya dengan suara pelan.
"Tidak," kata si dwarf, "tidak ada gunanya sekarang, O Ratu. Mereka pasti sudah mencapai Stone Table sekarang."
"Mungkin si serigala akan mencium aroma kita dan membawa kabar bagi kita," kata si penyihir.
"Tidak mungkin kabar baik, kalaupun dia bisa menyampaikannya," kata si dwarf.
"Empat singgasana di Cair Paravel," kata si penyihir. "Bagaimana kalau hanya tiga yang terisi" Itu tidak akan memenuhi ramalan."
"Apa bedanya sekarang Dia sudah di sini"" kata si dwarf. Dia tidak berani, bahkan sekarang pun, menyebut nama Aslan di depan majikannya.
"Dia mungkin tidak lama. Kemudian kita akan menyerang tiga manusia di Cair."
"Tapi lebih baik," kata si dwarf, "tetap menawan yang satu ini" (dia menendang Edmund) "supaya bisa dipakai dalam perundingan."
"Ya! Dan dia bisa saja diselamatkan," kata si penyihir kesal.
"Kalau begitu," kata si dwarf, "kita lebih baik melakukan apa yang harus kita lakukan sekarang juga."
"Aku ingin melakukannya di Stone Table," kata si penyihir. "Itu tempat yang tepat. Di sanalah ini selalu dilakukan sebelumnya."
"Masih sangat lama sebelum Stone Table bisa dikembalikan kepada kegunaan sebenarnya," kata si dwarf.
"Benar," kata si penyihir, kemudian, "Nah, aku akan mulai."
Saat itu dengan terengah-engah dan menggeram, seekor serigala terburu-buru mendekati mereka.
"Aku sudah melihat mereka. Mereka semua di Stone Table bersama Dia. Mereka sudah membunuh kaptenku, Maugrim. Aku bersembunyi di semak-semak dan melihat semuanya. Salah satu Putra Adam membunuhnya. Lari! Lari!"
"Tidak," kata si penyihir. "Tidak perlu lari. Cepat pergi. Panggil semua pengikut kita untuk menemuiku di sini secepat mereka bisa. Panggil semua raksasa, manusia serigala, dan roh pohon yang memihak kita. Panggil ghoul, boggles, ogre, dan minotaur. Panggil cruel, hag, spectre, dan semua anggota Toadstool. Kita akan melawa
n. Apa" Bukankah aku masih memegang tongkat sihirku" Tidakkah mereka akan berubah jadi batu kalau tidak menurut" Pergilah cepat, aku punya masalah kecil yang harus kuselesaikan di sini sementara kau pergi."
Serigala besar itu menundukkan kepala, berbalik, dan lari.
"Sekarang!" kata si penyihir. "Kita tidak punya meja coba kulihat. Kita lebih baik meletakkannya di batang pohon."
Edmund merasakan dirinya ditarik dengan kasar sampai berdiri. Kemudian si dwarf mendorong dirinya sampai bersandar pada sebatang pohon kemudian mengikatnya erat-erat. Dia melihat si penyihir membuka mantel luarnya. Tangannya telanjang di balik mantel itu dan sangat putih. Karena tangan itu begitu putih, Edmund bisa melihatnya, tapi dia tidak dapat melihat yang lain, karena lembah di bawah pepohonan ini begitu gelap.
"Siapkan korban," kata si penyihir. Dan si dwarf membuka kancing leher kemeja Edmund dan melipat bagian leher kemeja itu. Kemudian dia mencengkeram leher Edmund dan menarik kepalanya ke belakang sehingga anak itu terpaksa mengangkat dagunya. Setelah itu Edmund mendengar suara aneh wusss wussswusss. Sesaat dia tidak bisa mengenali suara itu. Kemudian dia sadar. Itu suara pisau diasah.
Di saat yang sama dia mendengar teriakan keras dari semua arah entakan kaki dan kepakan sayap teriakan si penyihir keramaian di sekelilingnya. Kemudian dia merasakan dirinya dibebaskan. Tangan-tangan kuat memegangnya dan dia mendengar suara yang dalam dan ramah mengatakan sesuatu seperti
"Biar dia berbaring beri dia anggur minum ini pelan-pelan saja kau akan baik-baik saja sebentar lagi."
Kemudian dia mendengar suara-suara orang yang tidak bicara padanya melainkan pada satu sama lain. Dan mereka mengatakan hal-hal seperti, "Siapa yang memegang si penyihir"" "Kupikir kau menjaganya." "Aku tidak melihatnya setelah aku memukul pisau dari tangannya aku mengejar si dwarf maksudmu dia lepas"" "Seorang tidak bisa mengurus semuanya pada satu waktu apa itu" Oh, maaf, hanya tunggul pohon tua!" Tapi saat ini Edmund pingsan.
Kemudian centaurus, unicorn, rusa, dan burung-burung (tentu saja mereka regu penyelamat yang dikirim Aslan dalam bab sebelumnya) berangkat kembali ke Stone Table, membawa Edmund bersama mereka. Tapi kalau mereka bisa melihat apa yang terjadi di lembah itu setelah mereka pergi, kurasa mereka pasti terkejut.
Suasana benar-benar hening dan bulan bersinar terang, kalau kau ada di sana kau pasti bisa melihat cahaya bulan menyinari tunggul pohon tua dan batu yang cukup besar. Tapi kalau terus memerhatikan pelan-pelan, kau akan mulai merasa ada yang aneh pada tunggul pohon dan batu itu. Kemudian kau akan merasa tunggul itu memang mirip pria kecil yang gemuk sedang berjongkok di tanah. Dan kalau kau memerhatikan cukup lama, kau akan melihat tunggul itu berjalan ke arah batu dan batu itu akan duduk tegak lalu mulai bicara pada tunggul. Karena sesungguhnya tunggul dan batu itu si penyihir dan dwarf. Salah satu sihir yang bisa dilakukan wanita itu adalah membuat benda-benda mirip sesuatu yang bukan diri mereka, dan itulah yang dilakukannya ketika pisau dipukul lepas dari tangannya. Dia tetap memegang tongkat sihirnya, jadi tongkat itu pun selamat.
Ketika anak-anak lain bangun keesokan paginya (mereka tidur di tumpukan bantal di paviliun) hal pertama yang mereka dengar dari Bu Berang-berang adalah saudara mereka telah diselamatkan dan dibawa ke kamp larut malam kemarin, dan saat ini sedang berada bersama Aslan. Begitu selesai sarapan, mereka keluar, dan di sana mereka melihat Aslan dan Edmund berjalan bersama di atas rumput berembun, terpisah dari kelompok. Tidak perlu memberitahumu (dan tidak ada yang mendengar) apa yang dikatakan Aslan, tapi itu percakapan yang tidak pernah dilupakan Edmund. Begitu yang lain mendekat, Aslan berpaling untuk menghadapi mereka, membawa Edmund bersamanya.
"Ini saudara kalian," katanya, "dan tidak perlu membicarakan apa yang sudah lewat dengannya."
Edmund berjabat tangan dengan mereka semua dan mengatakan pada tiap-tiap saudaranya, "Aku minta maaf," dan mereka semua berkata, "Tidak apa-apa." Kemudian semua sangat ingin men
gatakan sesuatu yang membuat jelas bahwa mereka mau menerimanya lagi kata-kata yang biasa dan natural dan tentu saja tidak ada yang bisa memikirkan apa yang harus dikatakan. Tapi sebelum mereka sempat benar-benar merasakan suasana yang kaku, salah satu leopard mendekati Aslan dan berkata, "Yang Mulia, ada pembawa pesan dari musuh yang ingin bertemu."
"Biarkan dia datang," kata Aslan.
Leopard itu pergi dan tak lama kemudian kembali bersama dwarf pengiring si penyihir.
"Apa pesanmu, Putra Bumi"" tanya Aslan.
"Ratu Narnia dan Penguasa Lone Island menginginkan keselamatannya terjamin untuk datang dan bicara dengan Anda," kata si dwarf, "tentang masalah yang merupakan keuntungan bagi Anda seperti juga baginya."
"Ratu Narnia apanya"" kata Pak Berangberang. "Dari semua "
"Tenang, Berang-berang," kata Aslan. "Semua gelar tak lama lagi akan dikembalikan pada yang berhak. Saat ini lebih baik kita tidak mempertengkarkannya. Katakan pada majikanmu, Putra Bumi, aku menjamin keselamatannya dengan syarat dia meninggalkan tongkat sihirnya di belakang pohon ek besar itu."
Syarat ini disetujui dan dua leopard kembali bersama si dwarf untuk memastikan syarat ini dijalankan. "Tapi bagaimana kalau dia mengubah kedua leopard menjadi batu"" bisik Lucy pada Peter. Kurasa pikiran itu juga terlintas di kepala kedua leopard, karena mereka berjalan dengan semua bulu di punggung mereka berdiri tegak dan ekor terayun seperti kucing ketika melihat anjing asing.
"Tidak apa-apa," bisik Peter menjawab. "Aslan tidak akan mengirim mereka kalau tidak yakin."
Beberapa menit kemudian si penyihir sendiri berjalan dari puncak bukit dan langsung melangkah menuju Aslan. Ketiga anak yang belum pernah melihatnya merasa bulu kuduk mereka berdiri ketika melihat wajah wanita itu, dan ada geraman pelan dari binatang-binatang yang ada di sana. Meskipun saat itu matahari bersinar terang semuanya tiba-tiba merasa kedinginan. Hanya ada dua makhluk yang rasanya tetap santai, Aslan dan si penyihir sendiri. Rasanya aneh sekali melihat dua wajah itu wajah emas dan wajah putih metah begitu dekat. Tapi si penyihir tidak memandang mata Aslan, Bu Berang-berang melihat ini.
"Kau punya pengkhianat di sini, Aslan," kata si penyihir. Tentu saja semua yang hadir tahu yang dimaksudnya Edmund. Tapi Edmund sudah tidak memikirkan dirinya sendiri lagi setelah semua yang dialaminya dan setelah percakapannya bersama Aslan pagi tadi. Dia hanya terus memandang Aslan. Sepertinya tidak masalah apa pun yang dikatakan si penyihir.
"Yah," kata Aslan. "Pelanggarannya tidak kepadamu."
"Apakah kau sudah melupakan Sihir Ajaib"" tanya si penyihir.
"Katakan saja aku sudah melupakannya," jawab Aslan sedih. "Ceritakan pada kami tentang Sihir Ajaib."
"Ceritakan padamu"" kata si penyihir, suaranya tiba-tiba menipis seperti tercekik. "Ceritakan apa yang tertulis di Meja Batu yang berdiri di sisi kita" Ceritakan padamu apa yang tertulis dengan huruf-huruf sedalam guratan tombak inginkan pada batu-batu api di Secret Hill" Ceritakan padamu apa yang terukir pada tongkat kerajaan Kaisar-di-balik-Samudra" Paling tidak kau tahu Sihir yang dijatuhkan Kaisar kepada Narnia pada awalnya. Kau tahu setiap pengkhianat adalah milikku, sebagai mangsaku yang sah, dan untuk setiap pengkhianatan aku punya hak untuk membunuh."
"Oh," kata Pak Berang-berang. "Jadi karena itulah kau menjadikan dirimu ratu karena kau algojo Kaisar. Aku mengerti."
"Tenang, Berang-berang," kata Aslan dengan geraman pelan.
"Jadi," lanjut si penyihir, "manusia itu milikku. Hidupnya ditakdirkan untukku. Darahnya adalah hakku."
"Datang dan ambillah kalau begitu," kata banteng berkepala manusia dengan suara mengguntur.
"Bodoh," kata si penyihir dengan senyum kejam yang nyaris menyerupai seringai, "apakah kaupikir majikanmu akan mengambil hakku dengan sekadar kekuatan" Dia tahu Sihir Ajaib lebih baik daripada itu. Dia tahu kecuali aku mendapatkan darah itu seperti yang diharuskan Hukum, seluruh Narnia akan hancur dan hilang dalam api dan air."
"Memang benar," kata Aslan. "Aku tidak menyangkal."
"Oh, Aslan!" bisik Susan di telinga si singa. "Tidak
bisakah kita maksudku, kau tidak akan melakukan ini, bukan" Tidak bisakah kita melakukan sesuatu dengan Sihir Ajaib itu" Apakah tidak ada cara melawannya""
"Melawan Sihir Kaisar"" kata Aslan, berpaling pada Susan dengan wajah seperti berkerut. Dan tidak ada yang mengusulkan hal yang sama lagi padanya.
Edmund berdiri di sisi lain Aslan, selalu menatap wajah singa itu. Dia merasa tercekik dan bertanya-tanya apakah dia harus mengatakan sesuatu, tapi sesaat kemudian dia merasa tidak harus melakukan apa pun kecuali menunggu, dan melakukan apa yang diperintahkan padanya.
"Menjauhlah, kalian semua," kata Aslan, "aku akan bicara dengan si penyihir berdua."
Mereka semua menurut. Rasanya menakutkan menunggu dan bertanya-tanya sementara si singa dan si penyihir berbicara serius dengan suara pelan. Lucy berkata, "Oh, Edmund!" dan mulai menangis. Peter berdiri membelakangi yang lain dan memandang laut di kejauhan. Kedua Berang-berang berdiri berpegangan cakar dengan kepala tertunduk. Para centaurus mengentak-entakkan kaki mereka dengan resah. Tapi semua akhirnya diam, sehingga kau bisa mendengar suara pelan seperti suara lebah terbang lewat, atau suara burung-burung di hutan di bawah mereka, atau suara angin yang menggerakkan dedaunan. Tapi pembicaraan Aslan dan si penyihir terus berlangsung.
Akhirnya mereka mendengar suara Aslan. "Kalian semua boleh kembali," katanya. "Aku sudah menyelesaikan masalah ini. Dia telah menarik tuntutannya atas darah saudara kalian." Dan di seluruh bukit terdengar suara seolah semua telah menahan napas dan sekarang mulai bernapas lagi, kemudian gumaman percakapan.
Si penyihir berbalik dengan ekspresi kegirangan ganas di wajahnya ketika dia berhenti dan berkata, "Tapi bagaimana aku bisa tahu perjanjian ini akan dijaga""
"Haa-a-arrh!" aum Aslan, setengah berdiri dari singgasananya. Mulutnya yang besar terbuka semakin lebar dan lebar, aumannya semakin keras dan keras, dan si penyihir, setelah menatap sesaat dengan mulut ternganga lebar, mengangkat gaunnya dan lari secepat mungkin.
BAB EMPAT BELAS Kemenangan si Penyihir BEGITU si penyihir pergi Aslan berkata, "Kita harus langsung pergi dari sini, tempat ini akan digunakan untuk hal lain. Malam ini kita akan berkemah di Fords of Beruna."
Tentu saja semuanya sangat ingin tahu bagaimana Aslan mengatur segalanya dengan si penyihir, tapi wajahnya keras dan telinga semuanya masih berdenging karena suara aumannya jadi tidak ada yang berani bertanya.
Setelah makan, yang dilakukan di tempat terbuka di puncak bukit (karena matahari bersinar terik sekarang dan mengeringkan rumput), mereka sibuk beberapa lama membongkar paviliun dan merapikan barang-barang. Sebelum jam dua mereka sudah berangkat dan berjalan ke arah timur laut, dengan santai karena jarak yang harus ditempuh tidak jauh.
Dalam bagian pertama perjalanan itu, Aslan menjelaskan rencananya pada Peter. "Begitu si penyihir menyelesaikan urusannya di daerah ini," katanya, "dia dan pengikutnya hampir pasti kembali ke istananya dan menyiapkan serangan. Kau bisa atau mungkin tidak bisa memotong jalannya dan menghalanginya mencapai tempat itu." Aslan kemudian menerangkan dua rencana peran satu memerangi si penyihir dan para pengikutnya di hutan, lalu satu lagi menyerangnya di istana. Dan dia memberi Peter saran bagaimana menjalankan serangan itu, mengatakan hal-hal seperti, "Kau harus menempatkan centaurus-mu di tempat seperti ini dan ini" atau "Kau harus mengirimkan mata-mata untuk melihat apakan si penyihir tidak melakukan ini dan ini," sampai akhirnya Peter berkata, "Tapi kau sendiri akan berada di sana, Aslan."
"Aku tidak bisa memberikan janji apa-apa," jawab si singa. Dan dia terus memberikan saran pada Peter.
Di bagian akhir perjalanan, Susan dan Lucy yang didampingi Aslan. Dia tidak banyak bicara dan bagi kedua anak perempuan singa itu tampak sedih.
Hari masih siang ketika mereka mencapai tempat lembah sungai melebar dan sungai itu sendiri lebar dan dangkal. Inilah Fords of Beruna dan Aslan memberi perintah supaya mereka berhenti di tepi air. Tapi Peter berkata:
"Tidakkah lebih baik berkemah di sebera
ng sana kalau-kalau si penyihir menyerang kita di malam hari atau melakukan tindakan sejenisnya""
Aslan, yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu yang lain, bangkit sambil mengibaskan surainya dan berkata, "Eh" Apa"" Peter mengulangi kata-katanya.
"Tidak," kata Aslan dengan nada bosan, seolah masalah itu tidak penting. "Tidak. Dia tidak akan menyerang malam ini." Kemudian dia mengembuskan napas panjang. Tapi dia menambahkan, "Tapi itu pikiran yang baik. Seperti itulah seharusnya seorang prajurit berpikir. Tapi itu tidak penting." Jadi mereka melanjutkan mendirikan kemah mereka.
Suasana hati Aslan memengaruhi semuanya malam itu. Peter juga merasa tidak nyaman dengan pemikiran harus berperang sendiri, kabar bahwa Aslan mungkin tidak akan ada di sana merupakan kejutan besar baginya. Makan malam itu terasa hening. Semuanya merasa betapa berbeda keadaannya dengan malam sebelumnya bahkan pagi tadi. Seolah saat bahagia, yang baru dimulai, sudah akan mencapai akhirnya.
Perasaan ini sangat memengaruhi Susan sehingga dia tidak bisa tidur ketika berbaring. Dan setelah berbaring menghitung biri-biri dan berbalik-balik, dia mendengar Lucy mendesah panjang. Dia pun berbalik ke arah adiknya yang berbaring di sebelahnya dalam kegelapan "Kau juga tidak bisa tidur"" kata Susan.
"Tidak," kata Lucy. "Kupikir kau tidur. Wah, Susan!"
"Apa"" "Aku punya perasaan sangat tidak enak seolah ada yang akan terjadi pada kita."
"Benarkah" Sebenarnya, aku juga."
"Sesuatu tentang Aslan," kata Lucy. "Entah sesuatu yang mengerikan itu akan terjadi padanya, atau sesuatu yang mengerikan yang akan dilakukannya."
"Ada yang salah padanya sepanjang siang," kata Susan. "Lucy! Apa yang dikatakannya tentang tidak bersama kita saat pertempuran" Kau tidak berpikir dia bisa pergi dan meninggalkan kita malam ini, bukan""
"Di mana dia sekarang"" kata Lucy. "Bukankah dia di sini dalam paviliun""
"Kurasa tidak."
"Susan! Ayo keluar dan melihat-lihat. Kita bisa melihatnya."
"Baiklah. Ayo," kata Susan, "kita lebih baik melakukan itu daripada berbaring tanpa bisa tidur di sini."
Perlahan-lahan kedua anak perempuan itu mencari jalan di antara yang tidur dan mengendap-endap keluar tenda. Cahaya bulan sangat terang dan segalanya hening kecuali suara dari sungai yang mengalir di atas bebatuan. Kemudian Susan mencengkeram tangan Lucy dan berkata, "Lihat!" Di sisi jauh perkemahan, tepat di tempat yang mulai ditumbuhi pepohonan, mereka melihat si singa berjalan pelan menjauh dari mereka dan memasuki hutan. Tanpa bicara kedua anak itu mengikutinya.
Aslan mendahului mereka mendaki tebing curam keluar dari lembah sungai kemudian berbelok ke kanan sepertinya rute yang sama dengan yang mereka gunakan siang itu saat datang dari Stone Table. Terus dan terus Aslan mendahului mereka, ke dalam bayangan gelap dan keluar ke cahaya bulan yang pucat, membuat kaki mereka basah karena embun. Entah bagaimana singa itu tampak berbeda dari Aslan yang mereka kenal. Ekor dan kepalanya tergantung rendah dan dia berjalan pelan seolah sangat lelah. Kemudian, ketika mereka menyeberangi lapangan lebar tempat tidak ada bayangan yang bisa digunakan untuk bersembunyi, singa itu berhenti dan memandang ke sekeliling. Tidak ada gunanya lari, jadi Susan dan Lucy maju mendekatinya. Ketika mereka sudah dekat, Aslan berkata, "Oh, anak-anak, mengapa kalian mengikutiku""
"Kami tidak bisa tidur," kata Lucy kemudian yakin dia tidak perlu berkata apa-apa lagi dan bahwa Aslan tahu semua yang mereka pikirkan.
"Tolonglah, izinkan kami mengikutimu ke mana pun kau pergi"" tanya Susan.
"Yah " kata Aslan, dan sepertinya berpikir. Kemudian dia berkata, "Aku senang punya teman malam ini. Ya, kalian boleh ikut, kalau mau berjanji untuk berhenti bila kuminta, dan setelah itu meninggalkanku untuk meneruskan sendiri."
"Oh, terima kasih, terima kasih. Kami berjanji," kata kedua anak perempuan.
Mereka terus maju dan masing-masing anak berjalan di sisi kanan-kiri si singa. Tapi betapa pelan langkahnya! Dan kepalanya yang besar dan anggun menunduk begitu dalam sehingga hidungnya menyentuh rumput. Saat itu dia tersandung dan
mengeluh pelan. "Aslan! Aslan sayang!" kata Lucy. "Ada apa" Tidak bisakah kau menceritakannya pada kami""
"Apakah kau sakit, Aslan sayang"" tanya Susan.
"Tidak," kata Aslan. "Aku sedih dan kesepian. Sentuhlah suraiku supaya aku bisa merasakan kalian ada dan biarlah kita berjalan seperti itu."
Jadi anak-anak melakukan apa yang tidak akan berani mereka lakukan tanpa izinnya, tapi apa yang ingin mereka lakukan sejak pertama kali melihatnya memasukkan tangan mereka yang dingin ke lautan bulu dan mengelusnya, sambil melakukan itu berjalan mengiringinya. Dan saat itu mereka melihat bahwa mereka berjalan bersamanya mendaki lereng bukit tempat Stone Table berdiri. Mereka pergi ke sisi tempat pepohonan tumbuh ke puncaknya yang tertinggi, dan ketika mereka mencapai pohon terakhir (pohon itu dikelilingi semak-semak) Aslan berhenti dan berkata, "Oh, anak-anak. Di sini kalian harus berhenti. Dan apa pun yang terjadi, jangan biarkan diri kalian tampak. Sampai jumpa."
Dan kedua anak perempuan menangis sedih (meskipun tidak tahu apa sebabnya), memeluk singa itu, lalu mencium surai, hidung, cakar, dan matanya yang besar dan sedih. Kemudian Aslan berbalik dari mereka dan berjalan ke puncak bukit. Lucy dan Susan, berjongkok di semak-semak, memandangnya, dan inilah yang mereka lihat:
Ada kumpulan yang berdiri di sekitar Stone Table dan meskipun bulan bersinar, banyak di antara mereka yang membawa obor yang berkobar dengan api merah yang tampak kejam dan mengeluarkan asap hitam. Tapi betapa mengerikannya kumpulan itu! Ogre dengan gigi besar-besar, serigala, pria berkepala banteng; roh-roh pohon yang jahat serta tanaman beracun, dan makhluk-makhluk lain yang tidak akan kudeskripsikan karena kalau aku melakukannya orang dewasa mungkin akan melarangmu membaca buku ini cruel dan hag dan incubus, wraith, horror, efreet, sprite, orkny, woos, dan ettin. Di sana telah hadir semua yang memihak si penyihir, dipanggil si serigala atas perintah wanita itu. Dan tepat di tengah, berdiri di sisi Stone Table, si penyihir sendiri.
Lolongan dan geraman kesal datang dari makhluk-makhluk itu ketika mereka melihat si singa berjalan ke arah mereka, dan sesaat si penyihir seolah ketakutan. Kemudian dia kembali tenang dan tertawa liar.
"Si bodoh!" teriaknya. "Si bodoh telah datang. Cepat ikat dia."
Lucy dan Susan menahan napas mereka menunggu Aslan mengaum dan menyerang musuh-musuhnya. Tapi itu tidak terjadi. Empat hag, menyeringai dan mengejek, tapi juga (awalnya) menahan diri dan setengah takut pada apa yang harus mereka lakukan, mendekati Aslan. "Ikat dia, kataku!" ulang Penyihir Putih. Para hag berlari cepat ke arah Aslan dan menjerit senang ketika ternyata singa itu tidak melawan sama sekali. Kemudian yang lain dwarf dan monyet jahat berlari untuk memantu, dan bersama-sama mereka menggulingkan si singa sampai berbaring dan mengikat keempat cakarnya, berteriak-teriak dan menjerit-jerit seolah telah melakukan sesuatu yang berani, meskipun kalau si singa mau, satu ayunan cakar itu bisa berarti kematian bagi mereka semua. Tapi Aslan diam saja, bahkan ketika musuh-musuh menarik dan mengetatkan, membuat tali itu begitu erat sehingga mengiris dagingnya. Kemudian mereka mulai menyeretnya ke arah Stone Table.
"Stop!" teriak si penyihir. "Biar dia dicukur dulu."
Tawa keji kembali terdengar dari pengikutnya saat ogre dengan gunting besar maju dan berjongkok di dekat kepala Aslan. Crik-crik-crik bunyi gunting itu dan bulu keriting keemasan mulai jatuh ke tanah. Kemudian ogre itu berdiri dan anak-anak, dari tempat persembunyian mereka bisa melihat wajah Aslan tampak kecil dan berbeda tanpa surainya. Musuh-musuh juga melihat perbedaannya.
Wah, ternyata dia hanya kucing besar!" teriak salah satu.
"Itu yang kita takutkan"" kata yang lain.
Kemudian mereka berkumpul di sekeliling Aslan, mengejeknya, mengatakan hal-hal seperti, "Puss, Puss! Puss malang," dan "Berapa tikus yang kautangkap hari ini, Kucing"" dan, "Mau susu, Puss""
"Oh, mengapa mereka melakukannya"" kata Lucy, air mata mengaliri pipinya. "Kejam, kejam!" Sekarang ketika kejutan pertama sudah menghilang, w
ajah Aslan baginya tampak lebih berani, cakap, dan sabar daripada kapan pun.
"Berangus dia!" kata si penyihir. Dan bahkan sekarang pun, ketika mereka bekerja di sekitar wajahnya memasang berangus, satu gigitan rahangnya bisa membuat dua atau tiga makhluk kejam itu kehilangan tangan mereka. Tapi Aslan tidak bergerak. Dan ini sepertinya membuat kerusuhan itu kian heboh. Semuanya berkumpul di dekatnya sekarang. Mereka yang takut mendekatinya bahkan setelah dia terikat mulai menemukan keberanian mereka, dan dalam beberapa menit kedua anak perempuan tidak bisa melihat Aslan dia begitu rapat dikelilingi kumpulan makhluk yang menendanginya, memukulinya, meludahinya, dan mengejeknya.
Akhirnya kerusuhan itu berakhir. Mereka mulai menyeret singa yang terikat dan terberangus itu ke Stone Table, beberapa menarik dan beberapa mendorong. Aslan begitu besar sehingga ketika mereka berhasil membawanya ke altar itu, mereka butuh usaha besar untuk menaikkannya ke permukaannya. Kemudian mereka kembali mengikat dan mengeratkan tali pengikatnya.
"Pengecut! Pengecut!" kata Susan terisak-isak. "Apakah mereka masih takut padanya, bahkan sekarang""
The Chronicles Of Narnia 2 Sang Singa Sang Penyihir Dan Lemari The Lion The Witch And The Wardrob di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika akhirnya Aslan telah diikat (dan begitu banyak tali pengikatnya sehingga dia tampak seperti buntalan tali) pada batu datar itu, keheningan menyelimuti kelompok itu. Empat hag memegang empat obor, berdiri di keempat sudut Table. Si penyihir merentangkan tangannya seperti yang dilakukannya malam sebelumnya ketika akan mengorbankan Edmund, bukan Aslan. Kemudian dia mulai mengasah pisaunya. Bagi kedua anak, ketika kilau cahaya obor meneranginya, pisau itu tampaknya terbuat dari batu, bukan besi, dan bentuknya aneh serta tampak keji.
Akhirnya si penyihir mendekat. Dia berdiri di sisi kepala Aslan. Wajahnya tegang dan berkedut karena semangat, tapi wajah Aslan mendongak ke langit, masih tenang, tidak marah ataupun takut, tapi agak sedih. Kemudian, tepat sebelum menusuk, si penyihir membungkuk dan berkata dengan suara gemetar, "Dan sekarang, siapa yang menang" Bodoh, tidakkah kau pikir dengan semua ini kau akan menyelamatkan manusia pengkhianat itu" Sekarang aku akan membunuhmu bukan dia seperti perjanjian kita dan Sihir Ajaib akan dipenuhi. Tapi ketika kau mati apa yang akan menghalangiku untuk membunuh dia juga" Dan siapa yang akan melindunginya dari tanganku kalau begitu" Mengertilah bahwa kau telah memberikan Narnia kepadaku selamanya, kau telah kehilangan nyawamu sendiri dan kau tidak menyelamatkan dia. Dengan mengetahui hal itu, putus asa dan matilah."
Anak-anak tidak melihat saat pembunuhan itu. Mereka tidak berani melihat dan menutupi mata mereka dengan tangan.
BAB LIMA BELAS Sihir yang Lebih Ajaib dari Sebelum Awal Waktu
SEMENTARA kedua anak perempuan berjongkok dalam semak-semak dengan kedua tangan menutupi wajah, mereka mendengar suara si penyihir berteriak:
Sekarang! Ikuti aku dan kita akan menyelesaikan apa yang tersisa dan perang ini! Kita tidak akan butuh waktu lama untuk menghancurkan para manusia kutu dan pengkhianat itu setelah si bodoh, si kucing besar, mati.
Saat ini, dalam beherapa saat, anak-anak berada dalam bahaya besar. Karena dengan teriakan liar dan keributan tiupan serta pekikan terompet dan seruling, seluruh kelompok itu lari dari puncak bukit dan menuruni tebing melewati tempat persembunyian kedua anak. Mereka merasakan spectre melewati mereka seperti angin dingin dan merasakan tanah bergetar di bawah mereka karena entakan kaki Minotaurus. Di atas, terasa kepakan sayap dan kegelapan burung pemangsa dan kelelawar. Di saat lain mereka pasti gemetar ketakutan, tapi saat itu kesedihan, rasa malu, dan keterkejutan karena kematian Aslan begitu memenuhi pikiran mereka sehingga mereka tidak memikirkan rasa takut.
Begitu hutan kembali tenang, Susan dan Lucy merangkak keluar ke lapangan puncak bukit. Bulan semakin rendah dan awan tipis menyelimutinya, tapi mereka masih bisa melihat tubuh singa yang terbaring diam dalam ikatan. Mereka berdua lalu berlutut di rumput basah, mencium wajah singa itu dan mengelus bulunya yang indah yang tersisa darinya dan menangis hingga mereka
tidak bisa menangis lagi. Kemudian mereka saling menatap dan berpegangan tangan karena merasa sendirian dan menangis lagi, kemudian terdiarn lagi. Akhirnya Lucy berkata, Aku tidak tahan melihat berangus mengerikan ini. Apakah kita bisa melepaskannya"
Jadi mereka mencoba. Dan setelah bekerja keras (karena jemari mereka kedinginan dan saat itu saat paling dingin di malam hari) mereka berhasil. Dan ketika melihat wajah Aslan tanpa berangus, mereka menangis lagi, menciumnya, memeluknya, dan membersihkan darah serta keringat sebisa mereka. Dan kejadian itu lebih menyedihkan, tanpa harapan, dan mengerikan daripada yang bisa kugambarkan.
Aku ingin tahu apakah kita bisa melepaskan ikatannya juga" kata Susan kemudian. Tapi musuh-musuh, murni karena kekejian, telah menarik ikatan itu begitu ketat sehingga anak-anak perempuan itu tidak bisa melakukan apa-apa pada simpul-simpulnya.
Kuharap siapa pun yang membaca buku ini tidak pernah mengalami sesuatu semenyedihkan yang dialami Susan dan Lucy malam itu; tapi kalau kau pernah kalau kau pernah terjaga sepanjang malam dan menangis sehingga air matamu habis kau pasti tahu akhirnya akan datang saat hening. Kau merasa seolah tidak akan terjadi apa pun lagi. Itulah yang dirasakan kedua anak itu. Jam-jam seolah lewat dalam keheningan ini, dan mereka nyaris tidak menyadari udara semakin dingin dan dingin. Tapi akhirnya Lucy memerhatikan dua hal. Yang pertama adalah langit di sisi timur bukit tidak segelap satu jam yang lalu. Yang kedua adalah gerakan kecil di rumput di kakinya. Pertama tama dia tidak tertarik. Apa pentingnya" Tidak ada yang penting lagi sekarang! Tapi akhirnya dia melihat apa pun itu telah mulai maju ke batu tegak yang menyangga Stone Table. Dan sekarang apa pun itu bergerak di atas tubuh Aslan. Lucy mengintip lebih dekat. Mereka makhluk abu-abu kecil.
Uh! kata Susan dan sisi lain Table. Betapa mengerikan! Ada tikus-tikus menjijikkan merangkak di atasnya. Pergi, penjahat kecil. Dan Susan mengangkat tangannya untuk menakut-nakuti mereka.
Tunggu! kata Lucy, yang telah memerhatikan mereka baik-baik. Bisakah kaulihat apa yang mereka lakukan"
Kedua anak perempuan membungkuk dan memerhatikan.
Kurasa kata Susan. Tapi betapa anehnya! Mereka menggigiti tali!
Itulah yang kupikirkan, kata Lucy. Kurasa mereka tikus baik. Makhluk malang mereka tidak sadar Aslan sudah mati. Mereka pikir ada gunanya membebaskan dia.
Keadaan sudah cukup terang sekarang. Anak-anak perempuan itu masing-masing menyadari untuk pertama kalinya betapa pucat wajah saudaranya. Mereka bisa melihat tikus-tikus itu menggigiti tali; lusinan, bahkan ratusan tikus padang yang kecil. Dan akhirnya, satu per satu, tali-tali itu habis digigiti.
Langit di timur sudah cukup cerah saat itu dan bintang-bintang memudar semua kecuali satu bintang besar rendah di horizon timur. Mereka merasa lebih kedinginan daripada sepanjang malam tadi. Tikus-tikus itu pergi.
Kedua anak perempuan menyingkirkan sisa-sisa tali yang digigiti. Aslan tampak lebib mirip dirinya sendiri tanpa tali-tali itu. Seiring berjalannya waktu, wajahnya tampak semakin anggun, dan saat keadaan semakin terang, mereka bisa melihat lebih baik.
Di hutan di belakang mereka, seekor burung berkicau. Keadaan begitu hening selama berjam-jam sehingga suara itu mengejutkan mereka. Kemudian burung lain menjawab. Tak lama kemudian tempat itu ramai dengan kicauan burung.
Jelas sekarang sudah fajar, bukan malam lagi.
Aku kedinginan, kata Lucy.
Aku juga, kata Susan. Ayo berjalan-jalan sedikit.
Mereka berjalan ke sisi timur bukit dan memandang ke bawah. Bintang besar tadi sudah hampir hilang. Negeri itu tampak abu-abu gelap, tapi jauh di sana, di ujung dunia, laut tampak pucat. Langit mulai berubah kemerahan. Mereka berjalan bolak-balik lebih daripada yang bisa mereka hitung antara jenazah Aslan dan sisi timur bukit, berusaha tetap hangat. Dan oh, betapa lelah rasanya kaki mereka. Kemudian akhirnya, saat mereka berdiri sesaat memandang laut dan Cair Paravel (yang sekarang bisa mereka lihat), cahaya merah itu berubah jadi keemasan di garis te
mpat laut dan langit bertemu, lalu dengan sangat perlahan muncul puncak matahari. Saat itu mereka mendengar suara keras dari belakang mereka suara berderak keras, yang menulikan seolah ada raksasa yang memecahkan piring raksasa.
Apa itu" kata Lucy, mencengkeram lengan Susan.
Aku aku takut berbalik, kata Susan, sesuatu yang mengerikan terjadi.
Mereka melakukan sesuatu yang lebih buruk lagi padanya, kata Lucy. Ayo! Dan dia berbalik, menarik Susan bersamanya.
Terbitnya matahari membuat semuanya tampak begitu berbeda semua warna dan bayang-bayang berubah sehingga sesaat mereka tidak melihat yang terpenting. Kemudian mereka melihatnya. Stone Table terbelah dua dengan retakan besar dari sisi yang satu ke sisi yang lain, dan Aslan hilang.
Oh, oh, oh! tangis kedua anak perempuan, berlari ke Table.
Oh, mengerikan sekali, isak Lucy, mungkin mereka mengambil tubuhnya.
Siapa yang melakukannya" jerit Susan. Apa artinya" Apakah ini sihir"
Ya! kata suara dalam di belakang mereka. Ini sihir yang lebih ajaib. Mereka berpaling. Di sana, disinari matahari terbit, lebih besar daripada yang mereka lihat sebelumnya, mengibaskan surainya (karena sepertinya telah tumbuh lagi) berdiri Aslan sendiri.
Oh, Aslan! teriak kedua anak, menatapnya, nyaris sekaligus takut dan gembira.
Bukankah kau mati, Aslan sayang" kata Lucy.
Tidak lagi, kata Aslan. Kau bukan bukan " tanya Susan dengan suara gemetar. Dia tidak bisa mengucapkan kata hantu. Aslan menundukkan kepalanya yang keemasan dan rnenjilat dahi Susan. Kehangatan napasnya dan aroma harum dari bulunya menyelimuti anak itu.
Apakah aku mirip hantu" katanya.
Oh, kau nyata, kau nyata! Oh, Aslan! tangis Lucy, dan kedua anak memeluknya dan menciuminya.
Tapi apa artinya itu semua" tanya Susan ketika mereka sudah lebih tenang.
Artinya, kata Aslan, adalah meskipun si penyihir tahu Sihir Ajaib, ada sihir yang lebih ajaib lagi yang tidak diketahuinya. Pengetahuannya hanya sampai pada awal waktu. Tapi kalau dia bisa melihat mundur lebih ke belakang, ke dalam keheningan dan kegelapan sebelum Awal Waktu, dia bisa membaca bahwa ada mantra yang berbeda. Dia akan tahu bahwa ketika korban sukarela yang tidak melakukan pelanggaran apa pun dibunuh sebagai ganti pengkhianat, Table akan terbelah dan Kematian akan berjalan mundur. Dan sekarang
Oh, ya. Sekarang" kata Lucy, melompat-lompat dan bertepuk tangan.
Oh, anak-anak, kata si singa, aku merasakan kekuatanku kembali padaku. Oh, anak-anak, tangkap aku kalau kalian bisa! Dia berdiri sesaat, matanya berbinar-binar, tubuhnya gemetar, ekornya mengibas-ngibas. Kemudian dia melompat tinggi di atas kepala kedua anak dan mendarat di sisi lain Table. Tertawa, meskipun tidak mengerti sebabnya, Lucy merangkak ke atas altar itu untuk menangkapnya. Aslan melompat lagi. Kejar-kejaran dimulai. Berkeliling bukit, dia mendahului mereka, menjauh sampai seolah tak bisa ditangkap, lalu membiarkan mereka seolah bisa menangkap ekornya, lari di antara mereka, melempar mereka ke udara dengan cakarnya yang besar dan lembut, dan menangkap mereka lagi, dan berhenti tiba-tiba sehingga mereka bertiga bergulung-gulung bersama sambil tertawa-tawa gembira. Kejadian gila-gilaan yang tidak akan pernah terjadi di mana pun kecuali di Narnia. Dan entah itu lebih mirip bermain dengan badai atau bersama anak kucing, Lucy tidak pernah bisa memastikannya. Dan yang lucu adalah ketika mereka bertiga akhirnya berbaring bersama terengah-engah di bawah matahari, anak-anak sama sekali tidak merasa lelah, lapar, atau haus.
Dan sekarang, kata Aslan, kembali serius. Aku merasa ingin mengaum. Kalian lebih baik menutupi telinga kalian.
Dan mereka melakukannya. Aslan pun berdiri tegak dan ketika dia membuka rnulutnya untuk mengaum wajahnya menjadi sangat mengerikan sehingga anak-anak tidak berani memandangnya. Mereka melihat semua pohon di depannya membungkuk karena kekuatan aumannya, seperti rumput membungkuk di padang karena tertiup angin. Kemudian Aslan berkata, Kita harus berjalan jauh. Kalian harus naik ke punggungku. Dia pun membungkuk dan anak-an
ak naik ke punggungnya yang hangat dan keemasan, dan Susan duduk lebih dulu, berpegang erat pada surainya dan Lucy duduk di belakangnya, berpegang erat pada Susan. Dan dengan dorongan keras, Aslan bangkit kemudian mulai berlari, lebih cepat daripada kuda mana pun, menuruni bukit dan memasuki hutan yang lebat.
Perjalanan itu mungkin hal terindah yang pernah terjadi pada mereka di Narnia. Apakah kalian pernah naik kuda" Pikirkan itu, kemudian buang suara kaki kuda dan gemerencing tali kekang, dan bayangkan suara entakan cakar yang nyaris tak bersuara. Kemudian bayangkan bukannya punggung kuda yang hitam, abu-abu, atau cokelat kacang, tapi bulu yang lembut keemasan, dan surai yang berkibar tertiup angin. Kemudian bayangkan kecepatanmu kira-kira dua kali lebih cepat dari kuda pacu tercepat. Tapi ini tunggangan yang tidak perlu diarahkan dan tidak pernah lelah. Dia terus berlari, tidak pernah tergelincir, tidak pernah ragu, mencari jalannya dengan keterampilan sempurna di antara batang-batang pohon, melompati semak-semak dan sungai-sungai kecil, menyeberangi sungai yang lebih lebar, berenang di sungai yang besar. Dan kau bepergian bukan di jalan, taman, atau bahkan padang, tapi menyeberangi Narnia, di musim semi, menuruni jalan yang dipagari pohon beechdan melewati barisan pohon ek, rnelalui padang liar penuh pohon ceri yang seputih salju, melewati air terjun bergemuruh dan batu-batu berlumut dan gua-gua bergema, menanjak tebing-tebing yang penuh semak, dan melewati puncak gunung-gunung yang tertutup tanaman heather, dan sepanjang tebing curam dan turun, turun, turun lagi ke lembah-lembah liar dan keluar ke berekar-ekar padang bunga biru.
Sudah hampir tengah hari ketika mereka menemukan diri mereka menatap ke bawah tebing curam kepada istana istana kecil yang seperti mainan dari tempat mereka berdiri yang sepertinya penuh menara beratap runcing. Tapi singa itu berlari turun begitu cepat sehingga istana itu membesar setiap saat dan sebelum mereka punya waktu untuk bertanya pada diri mereka sendiri istana apa itu, mereka sudah berada di depannya. Dan sekarang bangunan itu tidak lagi tampak seperti istana mainan tapi berdiri megah di hadapan mereka. Tidak ada orang yang mengintip dari lubang intainya dan gerbang-gerbangnya terkunci rapat. Dan Aslan, tidak memelankan larinya sedikit pun, lari tepat ke arahnya secepat peluru.
Rumah si penyihir! teriaknya. Nah, anak-anak, pegang erat-erat.
Saat berikutnya seluruh dunia seolah jungkir balik, dan anak-anak merasa seolah isi perut mereka tertinggal di belakang. Si singa mempersiapkan dirinya untuk melompat lebih tinggi dari lompatan mana pun yang pernah dilakukannya dan melompat atau kau bisa menyebutnya terbang bukannya melompat melewati dinding istana. Kedua anak, kehabisan napas tapi baik-baik saja, mendapati diri mereka turun dari punggung Aslan di tengah halaman luas penuh patung batu
BAB ENAM BELAS Apa yang Terjadi pada Patung-Patung
WAH, tempat ini bagus sekali! teriak Lucy. Patung-patung binatang itu dan orang juga! Ini mirip museum.
Sstt, kata Susan, Aslan sedang melakukan sesuatu.
Memang begitu. Dia mendekati singa batu dan meniupnya. Kemudian tanpa menunggu sesaat pun dia berlari nyaris seolah dia kucing yang mengejar ekornya sendiri lalu juga meniup dwarf batu, yang (kalau kau ingat) berdiri beberapa meter membelakangi si singa. Kemudian dia menepuk dryad batu yang tinggi yang berdiri di sebelah si dwarf, berbalik cepat untuk mengurus kelinci batu di sebelah kanannya, dan berlari ke dua centaurus. Tapi saat itu Lucy berkata, Oh, Susan! Lihat! Lihat singa itu.
Kurasa kau pernah melihat seseorang meletakkan korek api menyala di atas koran bekas yang disusun di perapian yang belum menyala. Dan beberapa saat tidak ada yang terjadi, kemudian kau melihat api kecil mulai menjilat tepian koran itu. Seperti itulah yang terjadi sekarang. Tidak lama setelah Aslan meniupnya, si singa batu tampak sama saja. Kemudian guratan emas mulai tampak di punggung batunya yang putih kemudian menyebar lalu warna itu seolah menjilat seluruh tubuhnya seperti api menjilat seluruh
bagian koran kemudian, sementara bagian belakang tubuhnya jelas masih batu, singa itu mengibaskan surainya dan semua lapisan batu yang berat itu rontok menjadi surai sungguhan. Kemudian dia membuka mulutnya yang merah besar, hangat, dan hidup, dan menguap lebar-lebar. Dan sekarang kaki belakangnya mulai hidup. Dia mengangkat sebelah kakinya dan menggaruk dirinya sendiri. Kemudian, setelah melihat Aslan, singa itu mengejarnya dan berlari di sekitarnya, menggeram gembira dan melompat untuk menjilat wajah Aslan.
Tentu saja, tatapan anak-anak mengikuti singa itu, tapi pemandangan yang mereka lihat begitu indah sehingga mereka segera melupakannya. Di mana-mana patung-patung mulai hidup. Halaman itu tidak tampak seperti museum lagi, tapi lebih mirip kebun binatang. Makhluk-makhluk berlari mengikuti Aslan dan berdansa di sekelilingnya sehingga dia nyaris hilang dalam kerumunan. Bukannya warna putih yang mati, halaman itu sekarang penuh warna: cokelat mengilap sisi tubuh centaurus, tanduk keunguan unicorn, warna bulu burung yang menakjubkan, bulu kemerahan rubah, anjing dan satyr, stoking kuning dan tudung merah tua dwarf, dan warna perak gadis-birch, dan hijau transparan yang segar gadis-beech, dan hijau terang nyaris kuning gadis-larch. Dan bukannya keheningan mematikan seluruh tempat itu penuh suara kekeh gembira, ringkikan, gonggongan, pekikan, dekutan, kicauan, teriakan, entakan kaki, lagu, dan tawa.
Oh! kata Susan dengan nada berbeda. Lihat! Aku ingin tahu maksudku, apakah ini aman"
Lucy memerhatikan dan melihat Aslan baru meniup kaki raksasa batu.
Tidak apa-apa! teriak Aslan gembira. Begitu kakinya sembuh, seluruh tubuhnya akan mengikuti.
Bukan itu maksudku, bisik Susan kepada Lucy. Tapi terlambat untuk melakukan apa pun sekarang bahkan kalaupun Aslan mau mendengarkannya. Perubahan mulai merambah kaki si raksasa. Sekarang dia bisa menggerakkan kakinya. Beberapa saat kemudian dia mengangkat gadanya dari bahu, mengusap matanya dan berkata, Ya ampun! Aku pasti tertidur. Nah! Di mana penyihir kecil menyebalkan yang berlari-lari di tanah" Terakhir dia berada di sekitar kakiku. Tapi saat semua telah berteriak kepadanya untuk menjelaskan apa yang terjadi, dan saat si raksasa telah meletakkan tangannya di belakang telinga dan menyuruh mereka mengulangi semua lagi, akhirnya dia mengerti, kemudian membungkuk dalam-dalam sehingga kepalanya tinggal setinggi tumpukan jerami dan dia menyentuh topinya berkali-kali di depan Aslan, wajahnya yang jelek tapi jujur berbinar-binar. (Raksasa jenis apa pun sangat jarang sekarang di lnggris dan begitu sedikit raksasa yang bersikap baik sehingga kemungkinannya sangat kecil kau bisa melihat raksasa dengan wajah berbinar-binar. Ini benar-benar pantas dilihat.)
Nah, sekarang isi rumah ini! kata Aslan. Buka mata, semuanya. Di atas dan di bawah dan dalam kamar wanita itu! Jangan ada sudut yang tertinggal. Kau takkan pernah tahu di mana tawanan malang mungkin disembunyikan.
Dan mereka semua lari ke dalam dan selama beberapa menit seluruh istana tua yang gelap, mengerikan, dan lembap itu bergema dengan suara jendela dibuka dan suara-suara berteriak bersama, Jangan lupakan ruang bawah tanahnya Bantu kami membuka pintu ini! Di sini ada tangga lagi Oh! Di sini ada kanguru yang malang. Panggil Aslan Euh! Bau sekali di sini Hati-hati ada perangkap Di atas sini! Ada banyak di tangga! Tapi yang paling menyenangkan adalah ketika Lucy lari dari atas sambil berteriak:
Aslan! Aslan! Aku menemukan Mr Tumnus. Oh, cepatlah datang.
Beberapa saat kemudian Lucy dan faun kecil itu berpelukan dengan kedua belah tangan dan menari berputar-putar karena gembira. Faun itu kesal sekali karena menjadi patung dan tentu saja sangat tertarik pada semua yang ingin diceritakan Lucy padanya.
Tapi akhirnya pekerjaan memeriksa benteng si penyihir selesai. Seluruh istana berdiri kosong dengan semua jendela serta pintu terbuka. Cahaya serta udara musim semi yang manis berembus ke dalam semua tempat gelap dan jahat yang begitu memerlukannya. Seluruh kerumunan dari patung yang terbebaskan kembali ke halaman. Dan
saat itulah seseorang (kurasa Tumnus) berkata:
Tapi bagaimana kita akan keluar" Karena Aslan masuk dengan melompat dan gerbang masih tertutup.
Itu mudah saja, kata Aslan, kemudian dengan berdiri pada kaki belakangnya, dia menatap si raksasa. Hai, kamu, raungnya, siapa namamu"
Raksasa Rumblebuffin, Yang Mulia, kata si raksasa, sekali lagi menyentuh topinya.
Baiklah, Raksasa Rumblebuffin, kata Aslan, keluarkan kami dari sini, maukah kau"
Tentu saja, Yang Mulia. Ini kehormatan bagiku, kata Raksasa Rumblebuffin. Jauh-jauhlah dari gerbang, makhluk-makhluk kecil. Kemudian dia lari ke arah gerbang dan bum-bum-bum-suara gadanya. Gerbang berderak pada pukulan pertama, berderak lagi pada pukulan kedua, kemudian bergetar pada pukulan ketiga. Lalu si raksasa mendorong menara-menara di kedua sisi gerbang, dan setelah beberapa menit memukul dan menghantam, kedua menara dan sebagian dinding di kedua sisi roboh menjadi tumpukan reruntuhan. Ketika debu telah menghilang, rasanya aneh berdiri di halaman batu yang kering, suram, dan melihat melalui lubang itu semua rumput dan pepohonan yang melambai, sungai-sungai hutan yang berkilauan, dan bukit-bukit biru jauh di sana dan lebih jauh lagi langit.
Ya ampun, aku berkeringat dan kotor sekali, kata si raksasa, terengah-engah seperti lokomotif besar. Karena sudah lama tidak olahraga. Kurasa kalian, nona-nona cilik ini tidak punya saputangan, bukan"
Aku punya, kata Lucy, berjinjit dan mengulurkan saputangannya sejauh yang dia bisa.
Terima kasih, Missie, kata Raksasa Rumblebuffin, membungkuk. Lucy agak takut karena dia terperangkap di antara jari telunjuk dan jempol si raksasa. Tapi tepat ketika anak itu berada di dekat wajahnya, si raksasa terkejut kemudian meletakkannya kembali dengan lembut di tanah sambil bergumam, Ya ampun! Aku malah mengangkat anak perempuan itu. Aku minta maaf, Missie, kupikir kaulah saputangannya!
Bukan! Bukan, kata Lucy sambil tertawa, ini dia! Kali ini si raksasa berhasil mengambilnya tapi baginya besar saputangan itu sama seperti besar sebutir gula bagimu, jadi ketika Lucy melihat raksasa itu dengan khidmat menggosokkannya pada wajahnya yang merah besar, dia berkata, Kurasa tidak banyak gunanya bagimu, Mr Rumblebuffin.
Ah, tidak, kata si raksasa dengan sopan. Belum pernah melihat saputangan yang lebih manis lagi. Begitu bagus, begitu berguna. Jadi aku tidak tahu bagaimana harus melukiskannya.
Dia raksasa yang manis sekali! kata Lucy pada Mr Tumnus.
Oh ya, jawab si faun. Semua keluarga Buffin begitu. Salah satu keluarga raksasa paling dihormati di Narnia. Mungkin tidak begitu cerdas (aku tidak pernah mengenal raksasa yang cerdas), tapi keluarga yang tua. Dengan tradisi, kau tahu bukan. Kalau dia seperti raksasa lain, si penyihir takkan pernah mengubahnya jadi batu.
Saat itu Aslan menepukkan cakarnya dan mohon ketenangan.
Pekerjaan kita hari ini belum selesai, katanya, dan kalau si penyihir akan dikalahkan sebelurn kita tidur malam ini, kita harus langsung berangkat ke medan perang.
Dan ikut terjun ke sana, kuharap, Sir! tambah salah satu centaurus terbesar.
Tentu saja, kata Aslan. Dan sekarang! Mereka yang tidak bisa berjalan cepat yaitu anak-anak, dwarf, dan binatang-binatang kecil harus naik ke punggung mereka yang bisa yaitu singa, centaurus, unicorn, raksasa, dan elang. Mereka yang memiliki penciuman tajam berjalan di depan bersama kami, singa, untuk mencium di mana peperangan terjadi. Waspadalah dan persiapkan diri kalian.
Lalu dengan terburu-buru dan sambil berteriak gembira mereka melakukannya. Yang paling gembira dalam kumpulan itu adalah singa satu lagi yang terus berlari ke mana-mana berpura-pura sibuk tapi sebenarnya berkata pada semua yang ditemuinya, Kau dengar apa yang dia katakan" Kami, singa. Itu artinya dia dan aku. Kami, singa. Itulah yang kudengar tentang Aslan. Tidak berpihak, tidak memilih-milih. Kami, singa. Itu artinya dia dan aku. Paling tidak dia terus mengatakan itu sampai Aslan menyuruhnya mengangkut tiga dwarf, satu dryad, dua kelinci, dan tikus tanah. Itu membuatnya agak tenang.
Keti ka semua siap (sebenarnya yang membantu Aslan mempersiapkan semuanya adalah anjing gembala besar) mereka berangkat melalui lubang besar di dinding istana. Pertama-tama singa-singa dan anjing-anjing mencium-cium ke segala arah. Tapi tiba-tiba seekor anjing mencium bau yang dicari dan memberi tanda. Tidak ada waktu yang dibuang setelahnya. Semua anjing, singa, serigala, dan binatang pemburu lain segera lari secepat mungkin dengan hidung di dekat tanah, dan yang lain, tertinggal kira-kira setengah mil di belakang mereka, mengikuti secepat yang mereka bisa. Suara yang mereka buat seperti rombongan pemburu rubah di Inggris, tapi lebih menyenangkan karena sesekali gonggongan anjing bercampur auman singa yang satu, dan kadang-kadang auman yang jauh lebih dalam dan menakutkan dari Aslan sendiri. Lebih cepat dan lebih cepat mereka berjalan, bau pertempuran semakin mudah diikuti. Kemudian, tepat saat mereka mencapai belokan terakhir pada suatu lembah sempit, Lucy mendengar semua suara itu, suara lain yang berbeda, yang membuatnya merasa aneh. Itu suara teriakan juga jeritan dan hantaman besi melawan besi.
Mereka keluar dan lembah sempit dan Lucy langsung melihat asal suara itu. Di sana berdiri Peter dan Edmund dan seluruh sisa pasukan Aslan sedang bertempur mati-matian melawan kerumunan makhluk mengerikan yang dikirim si penyihir kemarin malam. Tapi sekarang, di siang hari, makhluk-makhluk itu tampak semakin aneh dan lebih jahat serta menakutkan. Mereka juga sepertinya lebih banyak. Pasukan Peter yang membelakangi Lucy tampak sangat sedikit. Dan ada patung-patung di berbagai tempat di medan tempur itu, jadi jelas si penyihir telah menggunakan tongkat sihirnya. Tapi sepertinya dia tidak menggunakannya sekarang. Dia sedang bertempur menggunakan pisau batunya. Peter-lah yang dilawannya mereka berdua bertempur begitu hebat sehingga Lucy nyaris tidak bisa melihat apa yang terjadi dia hanya melihat pisau batu dan pedang Peter bergerak begitu cepat sehingga tampak seperti tiga pisau dan tiga pedang. Mereka berdua berdiri di tengah medan perang. Di kedua sisi peperangan terjadi. Hal-hal menakutkan terjadi di mana pun Lucy memandang.
Turun dari punggungku, anak-anak, teriak Aslan. Dan mereka berdua melompat turun. Kemudian dengan auman yang mengguncangkan seluruh Narnia dari lampu tiang di sisi barat sampai ke pantai laut timur, singa itu menyerang Penyihir Putih. Lucy melihat wajah si penyihir mendongak ke arah Aslan sesaat dengan ekspresi ketakutan sekaligus kekagetan. Kemudian Singa dan Penyihir berguling bersama tapi si penyihir berada di bawah; dan di saat yang sama semua makhluk yang dipimpin Aslan
dari rumah si penyihir berlari ke garis musuh, dwarf dengan kapak perang mereka, anjing-anjing memamerkan gigi mereka, raksasa dengan gadanya (dan kakinya juga melumatkan banyak musuh), unicorn dengan tanduk mereka, centaurus dengan pedang dan kaki mereka. Dan pasukan Peter yang kelelahan berteriak gembira, pendatang baru meraung, dan musuh menjerit serta gemetar sampai hutan bergema dengan suara yang datang dari sana.
BAB TUJUH BELAS Perburuan Rusa Putih PERTEMPURAN selesai beberapa saat setelah kedatangan mereka. Kebanyakan musuh tewas begitu pasukan Aslan menyerbu, dan ketika yang masih hidup melihat bahwa si penyihir tewas, mereka menyerah atau lari. Hal berikut yang Lucy lihat adalah Peter dan Aslan berjabat tangan. Lucy merasa aneh melihat Peter sekarang wajahnya begitu pucat dan keras, dia juga tampak jauh lebih tua.
Ini semua berkat Edmund, Aslan, kata Peter. Kami pasti kalah kalau tidak ada dia. Penyihir itu menyihir pasukan kita menjadi batu di kanan-kiri. Tapi tidak ada yang bisa menghentikan Edmund. Dia menerobos melalui tiga ogre ke tempat si penyihir baru saja menyihir salah satu leopardmu menjadi patung. Dan ketika mencapai wanita itu, Edmund cukup cerdas untuk memukulkan pedangnya ke tongkat sihir, bukannya langsung menyerangnya dan membuat dirinya sendiri menjadi patung setelah usaha kerasnya. Itulah kesalahan yang dibuat yang lain. Begitu tongkatnya patah, kami mulai punya kesempatan kalau saja kami belum kehil
angan begitu banyak. Edmund terluka parah. Kita harus melihat keadaannya.
Mereka menemukan Edmund dirawat Bu Berang-berang sedikit di belakang garis pertempuran. Tubuhnya tertutup darah, mulutnya terbuka, dan wajahnya kehijauan.
Cepat, Lucy, kata Aslan.
Kemudian, hampir untuk pertama kalinya, Lucy ingat botol cairan berharga yang diberikan kepadanya sebagai hadiah Natal. Tangannya gemetar begitu hebat sehingga dia nyaris tidak bisa membuka tutupnya, tapi akhirnya dia berhasil dan menuangkan beberapa tetes isinya ke dalam mulut saudaranya.
Ada yang lain yang juga terluka, kata Aslan ketika Lucy masih menatap penuh harap kepada wajah pucat Edmund dan bertanya-tanya apakah cairan itu berhasil.
Ya, aku tahu, kata Lucy kesal. Tunggu sebentar.
Putri Hawa, kata Aslan dengan suara lebih tegas, yang lain juga sedang sekarat. Apakah harus ada yang lain meninggal karena Edmund"
Maafkan aku, Aslan, kata Lucy, bangkit dan pergi bersama singa itu. Dan selama setengah jam berikutnya mereka sibuk Lucy mengurus yang terluka sementara Aslan menghidupkan kembali mereka yang diubah jadi patung batu. Ketika akhirnya bebas untuk kembali kepada Edmund, Lucy melihat kakaknya berdiri sendiri dan bukan saja sembuh dari luka-lukanya, tapi juga tampak jauh lebih baik daripada lama sebelumnya oh, bahkan dibanding bertahun-tahun lalu malah sejak semester pertamanya di sekolah mengerikan tempat Edmund mulai bertingkah aneh. Dia menjadi dirinya yang lama lagi dan bisa menatap matamu. Dan di sana di medan tempur, Aslan menjadikannya kesatria.
Apakah dia tahu, bisik Lucy pada Susan, apa yang dilakukan Aslan padanya" Apakah dia tahu apa perjanjian sebenarnya dengan si penyihir"
Sstt! Tidak, tentu saja tidak, kata Susan.
Tidakkah sebaiknya dia diberitahu" kata Lucy.
Oh, tentu tidak, kata Susan. Terlalu menyakitkan baginya. Pikirkan bagaimana perasaanmu kalau jadi dia.
Aku tetap berpikir dia sebaiknya tahu, kata Lucy. Tapi saat itu pembicaraan mereka terpotong.
Malam itu mereka tidur di sana. Bagaimana Aslan menyediakan makanan bagi mereka semua, aku tidak tahu, tapi entah bagaimana mereka mendapati diri mereka semua duduk di rumput untuk minum teh yang enak sekitar jam delapan malam. Hari berikutnya mereka mulai berjalan ke timur di sisi sungai besar. Dan hari berikutnya setelah itu, kira-kira jam minum teh sore, mereka mencapai muaranya. Istana Cair Paravel di atas bukit kecilnya menjulang di atas mereka, di depan mereka pasir dengan bebatuan dan kolam-kolam kecil air garam, rumput laut, aroma laut, dan berkilometer-kilometer ombak biru kehijauan memecah terus dan terus di pantai. Dan oh, jeritan burung camar! Apakah kau mendengarnya" Bisakah kau mengingatnya"
Malam itu setelah minum teh, keempat anak berhasil pergi ke pantai lagi, melepaskan sepatu serta kaus kaki mereka, dan merasakan pasir di antara jari-jari kaki mereka. Tapi hari berikutnya lebih khidmat. Karena saat itu, di Aula Besar Cair Paravel aula indah dengan atap gading dan dinding barat berhiaskan bulu burung merak dan pintu timur membuka ke arah laut, di hadapan semua sahabat mereka dan diiringi suara terompet, Aslan dengan khidmat memahkotai mereka dan mengantar mereka ke keempat singgasana dengan diiringi teriakan-teriakan, Hidup Raja Peter! Hidup Ratu Susan! Hidup Raja Edmund! Hidup Ratu Lucy!
Sekali Raja atau Ratu di Narnia, akan selalu jadi raja atau ratu. Pikullah tanggung jawab ini dengan baik, Putra-putra Adam! Pikullah tanggung jawab ini dengan baik, Putri-putri Hawa! kata Aslan.
Dan melalui pintu timur, yang terbuka lebar, datang suara-suara putri-putri duyung yang berenang di dekat pantai dan bernyanyi untuk menghormati raja dan ratu mereka yang baru.
Anak-anak duduk di takhta dan tongkat kerajaan diberikan kepada mereka. Mereka pun memberikan hadiah serta pangkat bagi semua teman mereka, Tumnus si Faun, dan keluarga Berang-berang, dan Raksasa Rumblebuffin, kepada para leopard, centaurus yang baik, dwarf yang baik, dan kepada si singa. Dan malam itu ada pesta besar di Cair Paravel, dan musik serta dansa, dan mangkuk emas berkilau serta
anggur mengalir, dan meningkahi suara musik, terdengar nyanyian makhluk-makhluk laut yang aneh, tapi lebih manis dan menusuk.
Tapi di luar semua pesta pora ini Aslan sendiri diam-diam mengundurkan diri. Dan ketika para raja dan ratu melihat bahwa dia tidak ada, mereka tidak mengatakan apa pun. Karena Pak Berang-berang telah memperingatkan mereka. Dia akan datang dan pergi, katanya. Suatu hari kalian akan melihatnya dan hari berikutnya tidak. Dia tidak suka terikat dan tentu saja dia punya negeri lain yang harus diurus. Tidak apa-apa. Dia akan sering mampir. Tapi kalian tidak boleh mendesaknya. Dia liar, tahu bukan. Bukan seperti singa jinak.
Dan sekarang, seperti yang kaulihat, kisah ini hampir (tapi belum) berakhir. Kedua raja dan kedua ratu ini memerintah Narnia dengan baik, dan masa pemerintahan mereka lama serta bahagia. Pertama-tama waktu mereka dihabiskan untuk mencari sisa-sisa pasukan Penyihir Putih dan menghancurkan mereka, dan memang untuk waktu lama ada kabar-kabar kejahatan terjadi di bagian hutan yang lebih liar perburuan di sana dan pembunuhan di sini, penampakan werewolf suatu bulan dan gosip keberadaan hag di bulan yang lain. Tapi pada akhirnya semua kejahatan itu berhasil dihapuskan. Dan para raja serta ratu ini membuat hukum yang baik dan menjaga perdamaian dan menyelamatkan pohon-pohon yang bagus dan pemotongan yang tidak diperlukan, dan membebaskan dwarf serta satyr muda dari keharusan bersekolah, dan secara umum menghentikan orang yang suka ikut campur urusan orang lain, pengganggu, dan melindungi orang biasa yang ingin hidup biasa. Dan mereka memukul mundur raksasa jahat (cukup berbeda dengan Raksasa Rumblebuffin) di utara Narnia ketika mereka melintasi perbatasan. Dan mereka mengikat persahabatan serta kerja sama dengan negara-negara di seberang lautan dan mengadakan kunjungan kenegaraan dan menerima kunjungan kenegaraan dari mereka. Dan mereka sendiri tumbuh dan berubah sejalan dengan waktu. Peter menjadi tinggi, berbahu bidang, kesatria yang hebat, dan dia disebut Raja Peter yang Agung. Dan Susan tumbuh menjadi wanita yang tinggi dan langsing dengan rambut hitam yang panjangnya hampir mencapai kaki dan raja-raja dari negara-negara di seberang lautan mulai mengirimkan duta besar untuk melamarnya. Dan dia disebut Ratu Susan yang Lembut. Edmund tumbuh menjadi pria yang lebih serius dan pendiam daripada Peter, dan hebat dalam perundingan serta pengambilan keputusan. Dia disebut Raja Edmund yang Adil. Tapi Lucy, dia selalu gembira dan berambut pirang, dan semua pangeran di daerah itu ingin dia menjadi ratu mereka, dan rakyatnya sendiri menyebutnya Ratu Lucy yang Berani.
Mereka hidup bahagia dan kalaupun mereka pernah ingat pada kehidupan mereka di dunia kita ini, ingatan itu seolah hanya mimpi. Dan satu hari, Tumnus (yang saat itu sudah menjadi faun paro baya dan mulai pincang) datang dari hulu sungai dan membawa kabar bahwa Rusa Putih sekali lagi muncul di daerahnya Rusa Putih yang bisa mengabulkan permohonanmu kalau kau menangkapnya. Jadi kedua raja dan kedua ratu bersama anggota-anggota utama majelis pemerintahan mereka, mengadakan perburuan dengan membawa terompet serta anjing pemburu di Hutan Barat untuk mengikuti Rusa Putih. Dan mereka belum lama dalam perburuan itu ketika melihatnya. Dia memandu mereka dengan cepat melalui dataran yang kasar dan halus, dan melalui hutan yang rapat maupun yang jarang, sampai kuda semua pendamping kelelahan dan tinggal keempat raja dan ratu yang mengikutinya. Dan mereka melihat rusa itu masuk ke semak-semak ke tempat yang tidak bisa diikuti kuda mereka. Kemudian Raja Peter berkata (mereka bicara dengan gaya yang berbeda sekarang, setelah begitu lama menjadi raja dan ratu), Saudara-saudaraku yang mulia, mari kita turun dari kuda kita dan mengikuti binatang ini ke dalam semak, karena seumur hidupku aku belum pernah memburu binatang yang lebih mulia lagi.
Sir, kata yang lain, mari lakukan itu.
Jadi mereka turun dan mengikat kuda mereka ke pohon dan masuk ke bagian hutan yang lebih rapat sambil berjalan kaki. Dan begitu mereka memasukinya, Ratu Susan ber
kata: Teman-temanku yang mulia, ini sangat aneh, karena aku sepertinya melihat pohon dari besi.
Madam, kata Raja Edmund, kalau kau melihat baik-baik ke depan kau akan melihat itu pilar besi dengan lampu di atasnya.
Demi surai singa, aneh sekali, kata Raja Peter, memasang lampu di sini, tempat pohon-pohon tumbuh begitu rapat di sekelilingnya dan begitu tinggi di atasnya sehingga bila dinyalakan pun dia tidak akan memberikan cahaya bagi siapa pun!
Sir, kata Ratu Lucy. Sepertinya ketika tiang ini dan lampu ini dipasang di sini pohon-pohon di tempat ini lebih kecil, lebih sedikit, atau tidak ada sama sekali. Karena ini hutan yang masih muda dan tiang besi itu sudah tua. Dan mereka berdiri memerhatikannya. Kemudian Raja Edmund berkata, Aku tidak tahu bagaimana, tapi lampu di atas tiang ini melakukan sesuatu yang aneh padaku. Dalam pikiranku terlintas bahwa aku pernah melihatnya, seolah dalam mimpi, atau mimpi tentang suatu mimpi.
Sir, jawab yang lain, memang itu juga yang terjadi pada kami.
Dan lebih dari itu, kata Ratu Lucy, karena tidak bisa hilang dari pikiranku bahwa kalau kita melewati tiang dan lampu ini entah kita akan menemukan petualangan aneh atau akan terjadi perubahan besar pada nasib kita.
Madam, kata Raja Edmund, perasaan seperti itu juga menguasai hatiku.
Dan hatiku, saudaraku yang baik, kata Raja Peter.
Dan hatiku juga, kata Ratu Susan. Untuk itu menurut pendapatku kita lebih baik kembali ke kuda kita dan jangan mengikuti Rusa Putih ini lagi.
Madam, kata Raja Peter, kalau begitu aku mohon izinmu untuk pergi. Karena tidak pernah sejak kita berempat menjadi Raja dan Ratu Narnia, kita mengambil alih masalah-masalah besar seperti perang, pencarian, angkatan bersenjata, masalah keadilan, dan sejenisnya, kemudian lepas tangan. Apa pun yang kita ambil alih, selalu kita selesaikan.
Saudaraku, kata Ratu Lucy, kata-kata kakakku yang terhormat benar. Dan bagiku sepertinya kita harus malu kalau rasa takut pada hambatan membuat kita mundur dari pengejaran binatang yang begitu mulia seperti yang sedang kita ikuti sekarang.
Dan aku setuju, kata Raja Edmund. Dan aku punya keinginan untuk menemukan arti semua ini sehingga aku tidak akan kembali hanya karena permata paling berharga di Narnia dan semua pulaunya.
Kalau begitu, dengan nama Aslan, kata Ratu Susan, kalau kalian semua menginginkannya, mari maju dan menghadapi petualangan apa pun yang akan kita alami.
Jadi para raja dan ratu ini memasuki semak-semak, dan sebelum mereka maju terlalu jauh, mereka semua ingat bahwa benda yang mereka lihat itu bernama lampu tiang. Lalu sebelum mereka maju dua puluh langkah lagi, mereka melihat bahwa mereka tidak maju melalui cabang-cabang pohon tapi melalui mantel-mantel. Dan saat berikutnya mereka keluar melalui pintu lemari ke ruangan kosong, dan mereka bukan lagi Raja dan Ratu dalam perburuan, tapi sekadar Peter, Susan, Edmund, dan Lucy dalam pakaian lama mereka. Saat itu hari dan jam yang sama dengan ketika mereka masuk ke lemari untuk bersembunyi. Mrs Macready dan tamu-tamu masih bicara di lorong, dan untungnya tidak pernah masuk ke ruangan kosong tersebut jadi anak-anak tidak tertangkap basah.
Dan itu akan menjadi akhir cerita kalau saja mereka tidak merasa harus menjelaskan kepada Profesor mengapa empat mantel dalam lemarinya hilang. Dan si profesor, yang merupakan pria yang sangat baik hati, tidak menganggap mereka bodoh atau menuduh mereka berbohong, tapi memercayai seluruh cerita mereka. Tidak, katanya, kurasa tidak ada gunanya kembali melalui pintu lemari itu untuk mengambil mantel-mantel tersebut. Kau tidak bisa kembali ke Narnia melalui rute itu lagi. Lagi pula mantel-mantel itu tidak akan berguna lagi bagi kalian kalau kalian melakukannya!
Eh" Apa" Ya, tentu saja kalian akan kembali ke Narnia lagi suatu hari nanti. Sekali Raja di Narnia, selalu jadi Raja di Narnia. Tapi jangan pernah mencoba menggunakan rute yang sama dua kali. Malah, jangan mencoba pergi ke sana sama sekali. Itu akan terjadi ketika kalian tidak mencarinya. Dan jangan bicara terlalu banyak tenta
ng hal ini bahkan di antara kalian sendiri. Dan jangan ceritakan pada orang lain kecuali kalian mengetahui mereka juga mengalami petualangan yang sama. Apa" Bagaimana kalian bisa tahu" Oh, kalian akan tahu. Hal-hal aneh yang mereka katakan bahkan tampang mereka itu akan membuka rahasia. Bukalah mata kalian. Ya ampun, apa yang mereka ajarkan di sekolah sekarang"
Dan itulah akhir petualangan di lemari. Tapi kalau Profesor benar, itu hanya menjadi awal dari petualangan di Narnia.
~~~SELESAI~~~ Ksatria Puteri Dan Bintang 1 Pendekar Rajawali Sakti 49 Gelang Naga Soka Interograsi Maut 1
"Apa yangkaulakukan, Bu Berang-berang"" tanya Susan.
"Mengemas makanan untuk kita semua, Sayang," kata Bu Berang-berang tenang. "Kau tidak mau kita berangkat tanpa membawa apa-apa untuk dimakan, kan""
"Tapi kita tidak punya waktu!" kata Susan, mengancingkan kerah mantelnya. "Penyihir itu bisa datang kapan saja."
"Itulah yang kukatakan," kata Pak Berang-berang.
"Aku mengerti," kata istrinya, "Coba pikirkan, Pak Berang-berang. Penyihir itu tidak mungkin sampai di sini paling tidak dalam lima belas menit ke depan."
"T api bukankah kita ingin punya jarak waktu sejauh mungkin," kata Peter, "kalau kita ingin mencapai Stone Table sebelum dirinya""
"Kau harus ingat itu, Bu Berang-berang," kata Susan. "Begitu si penyihir sampai di rumah ini dan melihat kita sudah pergi, dia akan mengejar secepat mungkin."
"Itu memang akan dilakukannya," kata Bu Berang-berang. "Tapi kita tidak akan bisa mencapai tempat itu sebelum dia apa pun yang kita lakukan, karena dia memakai kereta salju dan kita berjalan kaki."
"Kalau begitu kita tidak punya harapan"" kata Susan.
"Jangan khawatirkan itu, Sayang," kata Bu Berang-berang, "ambil saja setengah lusin saputangan bersih di laci itu. Tentu saja kita punya harapan. Kita tidak bisa sampai di sana sebelum si penyihir tapi kita bisa tetap bersembunyi dan mencari jalan yang tidak akan diduganya dan mungkin kita akan selamat."
"Benar, Bu Berang-berang," kata suaminya. "Tapi saat ini kita tidak punya waktu."
"Kau juga jangan khawatir, Pak Berang-berang," kata istrinya. "Nah. Itu lebih baik. Ada lima bongkah roti untuk kita berlima dan yang terkecil untuk yang paling kecil, yaitu kau, sayangku," tambahnya sambil menatap Lucy.
"Oh, ayolah cepat," kata Lucy.
"Nah, aku hampir siap sekarang," jawab Bu Berang-berang akhirnya, membiarkan suaminya membantunya memakai bot salju. "Apakah mesin jahit terlalu berat untuk dibawa""
"Ya. Memang,"kata Pak Berang-berang.
"Benar-benar terlalu berat. Dan memangnya kau sempat menggunakannya saat kita sedang melarikan diri""
"Aku tidak tahan membayangkan apa yang akan dilakukan si penyihir padanya," kata Bu Berang-berang, "merusaknya atau mencurinya, sepertinya itu yang akan terjadi."
"Oh, ayolah, tolonglah cepat!" kata ketiga anak. Dan akhirnya mereka semua keluar dan Pak Berang-berang mengunci pintu ("Ini bisa menghambatnya sebentar," katanya) dan mereka berangkat, semua memanggul kantong di bahu masing-masing.
Salju sudah berhenti dan bulan muncul ketika mereka memulai perjalanan mereka. Mereka berbaris satu-satu pertama-tama Pak Berang-berang, kemudian Lucy, kemudian Peter, lalu Susan, dan Bu Berang-berang berjalan paling belakang. Pak Berang-berang memimpin mereka menyeberangi bendungan menuju sisi kanan sungai kemudian menyusuri jalanan yang sangat tidak rata di antara pepohonan menuruni tepian sungai. Sisi lembah, berkilau tertimpa cahaya bulan, menjulang jauh ke atas mereka di kedua sisi. "Lebih baik bersembunyi di bawah sini selama mungkin," kata Pak Berang-berang. "Si penyihir harus tetap berada di atas sana, karena kau tidak bisa membawa kereta salju ke bawah sini."
Tempat itu pasti tampak indah kalau dilihat dari sebelah dalam jendela rumah sambil duduk di kursi yang empuk, dan meskipun keadaan yang sedang mereka jalani begitu genting, awalnya Lucy menikmati tempat itu. Tapi saat mereka terus berjalan dan berjalan terus dan saat kantong yang dibawanya semakin terasa berat, Lucy mulai bertanya-tanya apakah dia bisa bertahan. Dia berhenti memerhatikan air sungai yang membeku dan berkilauan dengan air terjunnya yang menjadi es, puncak-puncak pohon yang memutih, bulan yang bercahaya, bintang yang bertaburan di angkasa, dan hanya bisa menatap kaki-kaki pendek Pak Berang-berang yang melangkah puk-puk-puk-puk melalui salju di hadapannya seolah mereka tidak akan pernah berhenti. Kemudian bulan lenyap dan salju mulai jatuh lagi. Dan akhirnya Lucy begitu lelah sehingga dia nyaris berjalan sambil tidur sampai tiba-tiba dia menyadari Pak Berang-berang berbelok dari tepi sungai ke kanan dan menuntun mereka mendaki bukit curam ke dalam semak-semak yang sangat rapat. Kemudian saat benar-benar sadar dia melihat Pak Berang-berang menghilang dalam lubang kecil di tebing yang hampir tersembunyi dalam semak-semak sehingga tidak bisa kaulihat kecuali kau berada di atasnya. Malah, ketika Lucy sadar ini yang terjadi, hanya ekor pendek Pak Berang-berang yang tampak.
Lucy langsung berjongkok dan merangkak masuk mengikutinya. Kemudian dia mendengar suara gesekan, dengusan, dan engahan di belakangnya dan tak lama kemudian mereka semua sudah berada di dalam.
"Apa ini"" kata suara Peter, terdengar
lelah dan pucat dalam kegelapan. (Kuharap kalian mengerti apa maksudku saat mengatakan suara pucat.)
"Ini tempat persembunyian tua bagi berang-berang yang sedang dilanda kesulitan," kata Pak Berang-berang, "tempat ini rahasia besar. Memang tidak terlalu nyaman tapi kita harus tidur beberapa jam."
"Kalau saja kau tidak begitu terburu-buru saat kita berangkat, kita bisa membawa bantal," kata Bu Berang-berang.
Tempat ini bukan gua yang nyaman seperti gua Mr Tumnus, pikir Lucy hanya lubang di tanah tapi kering dan hangat. Gua itu begitu kecil sehingga ketika berbaring mereka seperti tumpukan pakaian yang tumpang tindih. Karena posisi ini dan tubuh yang telah hangat karena begitu lama berjalan kaki, mereka mulai mengantuk. Kalau saja lantai gua itu lebih halus! Kemudian dalam kegelapan Mrs Berang-berang mengedarkan botol dan masing-masing meneguk sedikit isinya cairan itu membuat mereka terbatuk dan tercekik karena terasa menusuk tenggorokan, tapi juga membuat mereka merasa sangat hangat dan nyaman setelah ditelan semua pun langsung tidur.
Bagi Lucy menit berikutnya (meskipun sebenarnya sudah berjam-jam kemudian) ketika dia bangun dia merasa agak kedinginan juga sangat kaku dan berpikir betapa dia ingin mandi air hangat. Kemudian dia merasa kumis panjang menggelitik pipinya dan melihat cahaya siang musim dingin datang dari pintu gua. Tapi tak lama kemudian dia benar-benar bangun, begitu pula yang lain. Mereka langsung duduk dengan mulut dan mata terbuka lebar, mendengarkan suara yang merupakan suara yang mereka semua pikir (dan kadang-kadang bayangkan mereka dengar) selama perjalanan mereka kemarin malam. Suara giring-giring.
Pak Berang-berang berkelebat keluar dari gua begitu mendengarnya. Mungkin kau pikir, seperti yang juga Lucy pikirkan sesaat, bahwa ini tindakan bodoh" Tapi sebenarnya itu tindakan yang sangat cerdas. Pak Berang-berang tahu dia bisa merangkak ke atas tebing di antara semak-semak tanpa kelihatan, dan dia sangat ingin melihat ke mana kereta salju si penyihir pergi. Yang lain duduk dalam gua menunggu dan bertanya-tanya. Mereka menunggu hampir lima menit. Kemudian mereka mendengar sesuatu yang membuat mereka sangat ketakutan. Mereka mendengar suara-suara. "Oh," pikir Lucy, "dia kelihatan. Si penyihir menangkapnya!" mereka sangat terkejut ketika beberapa saat kemudian, mendengar suara Pak Berang-berang menyuruh mereka keluar dari gua.
"Tidak apa-apa," teriaknya. "Keluarlah, Bu Berang-berang. Keluarlah, Putra Adam dan Putri Hawa. Tidak apa-apa. Ini bukan wanita itu!" Teriakannya agak sulit dimengerti tentu saja, tapi seperti itulah berang-berang bicara kalau mereka bersemangat, maksudku, di Narnia di dunia kita, berang-berang sama sekali tidak bicara.
Jadi Bu Berang-berang dan anak-anak berdesak-desakkan keluar dari gua, mengerjapkan mata karena cahaya matahari siang, dan dengan tubuh tertutup tanah, kelihatan berantakan dan kotor juga dengan mata mengantuk.
"Ayo!" teriak Mr Berang-berang, yang nyaris menari-nari kegirangan. "Mari sini! Ini pukulan hebat bagi si penyihir! Sepertinya kekuatannya mulai runtuh."
"Apa maksudmu, Pak Berang-berang"" tanya Peter saat mereka mendaki tebing curam itu bersama.
"Bukankah sudah kukatakan," jawab Pak Berang-berang, "bahwa si penyihir membuat negeri ini selalu musim dingin tapi tidak pernah mengalami Natal" Sudah, kan" Nah, mari sini dan lihat saja!"
Dan ketika sampai di puncak tebing mereka semua melihatnya.
Kereta salju, dan ditarik rusa dengan giring-giring pada tali kendalinya. Tapi mereka jauh lebih besar daripada rusa-rusa si penyihir, dan mereka tidak putih melainkan cokelat. Dan di kereta salju duduk orang yang pasti langsung dikenali siapa pun yang melihatnya. Dia pria bertubuh besar dengan mantel merah (yang semerah hollyberry) dengan tudung berhias bulu dan janggut putih panjang yang seperti air terjun di dadanya. Semuanya mengenalinya karena, meskipun kau hanya bisa melihat orang-orang sejenisnya di Narnia, kau sudah melihat gambar-gambar dirinya dan mendengarnya dibicarakan bahkan di dunia kita dunia di sisi lain pintu lemari. Tapi saat kau benar-benar
melihatnya di Narnia, rasanya sedikit berbeda. Beberapa gambar Bapak Natal di dunia kita membuatnya hanya tampak lucu dan gembira. Tapi sekarang ketika anak-anak benar-benar berdiri menatapnya mereka tidak merasa seperti itu. Pria itu begitu besar, begitu bahagia, dan begitu nyata, sehingga mereka semua terdiam. Mereka merasa senang, tapi juga khidmat.
"Akhirnya aku datang," kata Bapak Natal. "Wanita itu menahanku begitu lama, tapi aku datang akhirnya. Aslan sudah bergerak. Sihir wanita itu sudah melemah."
Dan Lucy merasa tubuhnya dialiri kelegaan yang hanya akan kaurasakan kalau kau berdiri diam dengan khidmat dan tenang.
"Nah sekarang," kata Bapak Natal, "hadiah kalian. Ada mesin jahit baru yang lebih bagus untukmu, Bu Berang-berang. Aku akan meninggalkannya di rumahmu saat lewat nanti."
"Maaf, Sir," kata Bu Berang-berang sambil membungkuk. "Rumahku terkunci."
"Kunci dan gembok tidak ada artinya bagiku," kata Bapak Natal. "Dan untukmu, Pak Berang-berang, saat kau pulang nanti kau akan menemukan bendunganmu selesai dan ditambal, semua kebocorannya diperbaiki, dan pintu air yang baru terpasang."
Pak Berang-berang begitu senang sehingga dia membuka mulutnya begitu lebar dan tidak bisa mengatakan apa-apa.
"Peter, Putra Adam," kata Bapak Natal.
"Ya, Sir," kata Peter.
"Inilah hadiahmu," jawab Bapak Natal, "dan ini peralatan, bukan mainan. Ada waktu untuk menggunakannya, mungkin sebentar lagi. Gunakanlah dengan baik." Sambil mengatakan ini, dia memberikan tameng dan pedang kepada Peter. Tameng itu berwarna perak dengan lukisan singa merah, semerah stroberi ketika kau memetiknya. Gagang pedangnya terbuat dari emas dan pedang itu memiliki sarung, ikat pinggang, dan semua kelengkapan yang perlu. Ukuran serta beratnya tepat untuk digunakan Peter. Peter terdiam dan bersikap khidmat ketika menerima hadiah ini, karena dia merasa ini hadiah yang sangat serius.
"Susan, Putri Hawa," kata Bapak Natal. "Ini untukmu," dan dia memberikan busur, tabung penuh anak panah, serta terompet gading. "Kau hanya boleh menggunakan busur ini saat benar-benar perlu," katanya, "karena aku tidak ingin kau terlibat dalam peperangan terbuka. Panah ini hampir selalu tepat sasaran. Dan saat kau mengangkat terompet ini ke bibirmu dan meniupnya, di mana pun kau berada, akan ada bantuan datang padamu."
Yang terakhir dia berkata, "Lucy, Putri Hawa," dan Lucy maju. Bapak Natal memberinya botol kecil yang sepertinya terbuat dari kaca (tapi orang-orang kemudian berkata botol itu terbuat dari berlian) dan belati kecil. "Dalam botol ini," katanya, "ada cairan dari sari bunga api yang tumbuh di pegunungan api. Kalau kau atau temanmu terluka, beberapa tetes cairan ini akan menyembuhkannya. Dan belati ini untuk membela dirimu saat dibutuhkan. Karena kau juga tidak akan terlibat dalam perang terbuka."
"Kenapa, Sir"" kata Lucy. "Kurasa aku tidak tahu tapi kurasa aku cukup berani."
"Bukan itu intinya," kata Bapak Natal. "Perang akan semakin buruk ketika perempuan terlibat di dalamnya. Dan sekarang" saat ini dia tiba-tiba tampak lebih gembira "ini sesuatu untuk kalian semua!" dan dia mengeluarkan (kurasa dari kantong besar di belakangnya, tapi tidak ada yang melihatnya melakukan itu) nampan besar berdiri lima cangkir, tempat gula, tempat krim, dan seteko teh yang masih mengepul panas. Lalu dia berteriak, "Selamat Natal! Panjang umur raja yang sejati!" dan melecutkan cemetinya, lalu dia serta rusa dan kereta salju dan sebagainya segera menghilang dari pandangan sebelum ada yang menyadari mereka akan pergi.
Peter menarik pedangnya keluar dari sarung dan menunjukkannya pada Pak Berang-berang, ketika Bu Berang-berang berkata, "Ayo, ayo! Jangan mulai mengobrol sampai tehnya menjadi dingin. Dasar pria. Ayo bantu membawa nampan ini ke bawah dan kita akan sarapan. Untung sekali aku ingat membawa pisau roti."
Jadi mereka kembali menuruni tebing yang curam dan masuk ke gua. Pak Berang-berang memotong roti dan ham untuk membuat roti lapis dan Bu Berang-berang menuangkan teh, dan semuanya makan dengan gembira. Tapi sebelum mereka benar-benar puas, Pak Berangberang sudah ber
kata, "Sudah saatnya berangkat lagi."
BAB SEBELAS Aslan Semakin Dekat SEMENTARA itu Edmund sangat kecewa. Ketika Dwarf pergi untuk mempersiapkan kereta, dia berharap si penyihir akan mulai bersikap manis padanya, seperti yang dilakukannya dalam pertemuan mereka waktu itu. Tapi wanita itu tidak mengatakan apa-apa. Dan ketika akhirnya Edmund memberanikan diri untuk berkata, "Maaf, Yang Mulia, bisakah saya mendapat Turkish Delight" Anda Anda bilang " wanita itu menjawab, "Diam, bodoh!" Kemudian sepertinya dia berubah pikiran dan berkata, seolah pada dirinya sendiri, "Tapi tidak ada gunanya kalau anak ini pingsan di jalan," dan sekali lagi menepuk tangan. Dwarf lain muncul.
"Bawakan makanan dan minuman untuk manusia ini," katanya.
Dwarf itu pergi kemudian kembali membawa mangkuk besi berisi air dan piring besi berisi sepotong roti kering. Dia menyeringai menyebalkan saat meletakkan mangkuk dan piring itu di lantai di sisi Edmund dan berkata:
"Turkish Delight untuk Pangeran Kecil. Ha! Ha! Ha!"
"Bawa pergi," kata Edmund kesal. "Aku tidak ingin roti kering." Tapi si penyihir tiba-tiba berbalik kepadanya dengan ekspresi sangat menakutkan sehingga Edmund minta maaf dan mulai menggigit kecil roti itu, meskipun makanan itu sudah begitu basi sehingga dia nyaris tidak bisa menelannya.
"Kau harus puas memakannya sampai kau bisa mendapat roti lagi," kata si penyihir.
Saat Edmund masih berusaha mengunyah rotinya, dwarf pertama kembali dan berkata kereta sudah siap. Penyihir Putih berdiri dan keluar, memerintah Edmund untuk mengikutinya. Salju kembali turun saat mereka keluar ke halaman, tapi wanita itu tidak memedulikannya dan menyuruh Edmund duduk di sebelahnya di kereta. Tapi sebelum mereka berangkat, Penyihir Putih memanggil Maugrim dan serigala itu datang seperti anjing besar ke sisi kereta.
"Bawa serigala-serigalamu yang tercepat dan pergilah ke rumah keluarga Berang-berang," kata si penyihir, "bunuh siapa pun yang kautemukan di sana. Kalau mereka sudah pergi, pergilah cepat-cepat ke Stone Table, tapi jangan sampai terlihat. Tunggu aku di sana sambil bersembunyi. Sementara itu aku harus pergi ke Barat sebelum aku bisa menemukan tempat aku bisa menyeberangi sungai. Kau mungkin bisa menyerang manusia-manusia ini sebelum mereka mencapai Stone Table. Kau tahu apa yang harus kaulakukan kalau menemukan mereka!"
"Saya mendengar dan patuh, O Ratu," geram si serigala, dan langsung lari di atas salju menembus kegelapan, larinya secepat lari kuda. Dalam beberapa menit dia telah memanggil serigala lain dan bersamanya pergi ke bendungan, mengendus-endus rumah keluarga Berang-berang. Tapi tentu saja mereka menemukan rumah itu sudah kosong. Pasti keluarga Berang-berang dan anak-anak akan bernasib sangat malang kalau malam itu cuacanya cerah, dan serigala-serigala itu bisa mengikuti jejak mereka kemungkinannya sepuluh banding satu kedua serigala itu bisa menyerang mereka sebelum mereka bisa mencapai gua. Tapi karena salju turun, aroma mereka hilang dan bahkan jejak mereka pun tertutup salju.
Sementara itu si dwarf mencambuk rusarusa, dan Penyihir Putih serta Edmund melaju di bawah gerbang lalu menembus kegelapan dan udara dingin. Ini perjalanan yang menyedihkan bagi Edmund, yang tidak memakai mantel. Sebelum mereka berjalan seperempat jam, seluruh bagian depan tubuhnya telah tertutup salju tak lama kemudian dia berhenti berusaha membersihkan salju itu karena, begitu dia selesai melakukannya, tumpukan salju baru telah menutupinya, dan dia begitu lelah. Tak lama kemudian dia sudah basah kuyup sampai ke kulitnya. Dan oh, betapa menyedihkan keadaannya! Sepertinya sekarang si penyihir tidak akan menjadikannya raja. Semua hal yang dikatakannya untuk membuat dirinya percaya bahwa wanita itu baik dan ramah dan berada di pihak yang benar rasanya bodoh sekarang. Edmund mau memberikan apa saja untuk bisa bertemu dengan yang lain saat ini bahkan Peter sekalipun! Satu-satunya cara untuk menghibur dirinya sekarang adalah berusaha percaya ini semua mimpi dan dia bisa terbangun kapan saja. Dan saat mereka terus berjalan, jam demi jam, memang rasanya semua
ini mimpi. Perjalanan mereka lebih lama daripada yang bisa kugambarkan bahkan kalau aku menuliskan berhalaman-halaman tentang ini. Tapi aku akan melompati cerita sampai ke saat salju telah berhenti, fajar telah terbit, dan mereka meneruskan perjalanan di bawah sinar matahari. Dan perjalanan mereka terus berlanjut, tanpa suara kecuali suara gesekan dengan salju dan derakan tali kekang rusa. Kemudian akhirnya si penyihir berkata, "Ada apa ini" Stop!" dan itulah yang mereka lakukan.
Edmund sangat berharap si penyihir akan mengatakan sesuatu tentang sarapan! Tapi wanita itu berhenti karena alasan lain. Tak jauh dari situ di kaki sebuah pohon, tampaknya ada yang sedang bersenang-senang, seekor bajing dan istrinya bersama anak-anak mereka, dua satyr, satu dwarf, dan rubah tua, mereka duduk di sekeliling meja. Edmund tidak yakin apa yang mereka makan, tapi aromanya harum. Sepertinya ada dekorasi daun holly dan dia tidak yakin tidak melihat puding buah plum. Ketika kereta salju itu berhenti, si rubah, yang jelas makhluk tertua yang ada di sana, baru saja berdiri, memegang gelas dengan cakar kanannya seolah akan mengatakan sesuatu. Tapi saat mereka semua melihat kereta salju itu berhenti dan siapa penumpangnya, semua keriangan lenyap dari wajah mereka. Bapak bajing berhenti makan dengan garpu setengah jalan menuju mulutnya dan salah satu satyr berhenti ketika garpu berada dalam mulutnya, dan bayi bajing mendengking ketakutan.
"Apa arti semua ini"" tanya Ratu Penyihir. Tidak ada yang menjawab.
"Jawab, kutu!" katanya lagi. "Atau kalian mau dwarf-ku membuat kalian bicara dengan cambuknya" Apa arti makan-makan besar ini, kesia-siaan ini, pemanjaan diri ini" Dari mana kalian mendapat semua ini""
"Ampun, Yang Mulia," kata si rubah, "kami diberi. Dan kalau saya boleh memberanikan diri minum demi kesehatan Yang Mulia "
"Siapa yang memberi semua ini pada kalian"" tanya si penyihir.
"B-B-B-Bapak Natal," gagap si rubah.
"Apa"" raung si penyihir, melompat turun dari kereta dan melangkah lebar-lebar ke arah binatang-binatang yang ketakutan. "Dia tidak ada di sini! Dia tidak bisa ada di sini! Beraninya kalian tapi tidak. Katakan kalian berbohong dan kalian akan dimaafkan."
Saat itu salah satu bajing muda benar-benar hilang akal.
"Dia tadi datang dia tadi datang dia tadi datang!" cicitnya, memukul-mukul sendoknya yang kecil ke meja.
Edmund melihat si penyihir menggigit bibirnya sehingga setetes darah muncul di pipinya yang putih. Kemudian dia mengangkat tongkat sihirnya.
"Oh, jangan, jangan, tolonglah jangan," teriak Edmund, tapi bahkan saat dia masih berteriak pun wanita itu telah mengayunkan tongkatnya dan kelompok yang riang itu langsung menjadi patung-patung batu (salah satunya dengan garpu batunya tergantung setengah jalan menuju mulut batunya) duduk di sekeliling meja batu yang di atasnya tertata piring-piring batu dan puding plum batu.
"Kau lihat," kata si penyihir sambil memelototi Edmund saat kembali naik ke kereta, "inilah pelajaran bagimu, jangan pernah membela mata-mata dan pengkhianat. Maju!" Dan Edmund, untuk pertama kalinya dalam kisah ini, merasa kasihan pada orang lain selain dirinya. Sepertinya begitu menyedihkan mengingat patung-patung batu kecil itu duduk di sana selama hari-hari yang hening dan malam-malam yang gelap, tahun demi tahun, sampai lumut tumbuh di atas mereka dan akhirnya wajah mereka rontok.
Sekarang mereka berjalan cepat lagi. Dan tak lama kemudian Edmund melihat bahwa salju yang bergesekan dengan kereta mereka lebih basah daripada kemarin malam. Di saat yang sama dia juga merasa dirinya tidak terlalu kedinginan lagi. Cuaca juga menjadi berkabut. Bahkan setiap menit semakin berkabut dan hangat. Dan kereta salju itu tidak bergerak dengan mudah karena jalanan menanjak sekarang. Pertama-tama Edmund berpikir itu karena rusa-rusa sudah lelah, tapi dia langsung bisa melihat pasti bukan itu alasan sesungguhnya. Kereta terentak, tergelincir, dan terus tersentak-sentak seolah melindas batu-batuan. Dan seberapa kerasnya si dwarf mencambuk rusa-rusa yang malang itu, kereta terus semakin pelan. Sepertinya juga a
da suara aneh di sekeliling mereka, tapi suara derakan kereta dan teriakan si dwarf pada rusa membuat Edmund tidak bisa mendengar dengan jelas, sampai tiba-tiba kereta terjebak begitu dalam sehingga tidak bisa bergerak sama sekali. Ketika itu terjadi, ada sesaat keheningan. Dan dalam keheningan itu Edmund akhirnya bisa mendengarkan suara lain itu dengan jelas. Suara aneh, manis, gemeresik, gemerecik tapi tidak begitu asing, karena dia pernah mendengarnya kalau saja dia bisa ingat di mana. Itu suara air mengalir. Di mana-mana di sekeliling mereka meskipun tidak terlihat, ada aliran, gemerecik, gumaman, golakan, deburan, dan bahkan (di kejauhan) gemuruh. Dan jantung Edmund berdebar cepat (meskipun dia tidak tahu kenapa) ketika dia menyadari musim dingin usai. Dan jauh lebih dekat ada suara tes-tes-tes dari cabang-cabang di semua pohon. Kemudian, saat Edmund melihat salah satu pohon dia melihat setumpuk salju meluncur turun dan untuk pertama kalinya sejak memasuki Narnia dia melihat warna hijau tua pohon fir. Tapi dia tidak punya waktu untuk mendengarkan atau memerhatikan lagi, karena si penyihir berkata, "Jangan duduk diam saja, bodoh! Turun dan beri bantuan."
Dan tentu saja Edmund harus menurut. Dia melangkah keluar ke salju tapi sekarang saljunya sangat lembek dan mulai menolong si dwarf untuk membebaskan kereta salju itu dari lobang berlumpur tempatnya terjebak. Akhirnya mereka berhasil melepaskan kereta itu, dan dengan bertindak sangat kejam pada rusa-rusa, si dwarf berhasil menjalankan kereta itu lagi, dan mereka melaju beberapa jauh. Dan sekarang salju benar-benar meleleh dan petak-petak rumput hijau mulai muncul di mana-mana. Kecuali kau sudah melihat dunia penuh salju selama yang dialami Edmund, kau pasti tidak bisa membayangkan betapa leganya melihat petak-petak hijau itu setelah warna putih tanpa akhir. Lalu kereta salju itu berhenti lagi.
"Tidak ada gunanya, Yang Mulia," kata si dwarf. "Kita tidak bisa meluncur di tanah seperti ini."
"Kalau begitu kita harus berjalan," kata si penyihir.
"Kita tidak bisa mengejar mereka kalau berjalan," geram si dwarf. "Mereka sudah jauh di depan."
"Kau penasihatku atau budakku"" kata si penyihir. "Lakukan apa yang diperintahkan padamu. Ikat tangan manusia ini di belakang dan pegang ujung talinya. Dan bawa cambukmu. Lalu potong kekang rusa itu, mereka bisa pulang sendiri."
Si dwarf menurut, dan dalam beberapa menit Edmund menemukan dirinya dipaksa berjalan secepat yang dia bisa dengan tangan terikat di belakang punggungnya. Dia terus terpeleset salju cair, lumpur, dan rumput basah, dan setiap kali dia terpeleset, si dwarf memakinya dan kadang-kadang mencambuknya. Si penyihir berjalan di belakang si dwarf dan terus berkata, "Lebih cepat! Lebih cepat!"
Petak-petak hijau semakin lebar dan petak-petak salju semakin kecil. Semakin banyak pohon yang menanggalkan mantel salju mereka. Tak lama, ke mana pun kau memandang, bukannya bentuk-bentuk putih, kau melihat hijau tua pohon fir atau cabangcabang berduri pohon ek yang hitam, pohon beech dan pohon elm. Kemudian kabut berubah dari putih menjadi emas dan akhirnya menghilang sama sekali. Cercah cahaya matahari menyentuh lantai hutan dan di atas kepalamu kau bisa melihat langit biru di antara puncak pepohonan.
Tak lama kemudian lebih banyak hal indah terjadi. Muncul tiba-tiba di sudut batang pohon birchyang keperakan, Edmund melihat di mana-mana tanah tertutup bunga kuning kecil celandine.Suara air semakin keras. Saat itu mereka menyeberangi sungai kecil. Di seberang mereka melihat salju semakin meleleh.
"Perhatikan langkahmu!" kata si dwarf ketika melihat Edmund menoleh untuk melihat tumbuhan-tumbuhan itu, dia pun menarik tali pengikat Edmund keras-keras.
Tapi tentu saja ini tidak menghalangi Edmund memerhatikan. Lima menit kemudian dia melihat selusin bunga krokus tumbuh di kaki pohon tua emas, ungu, dan putih. Kemudian terdengar suara yang bahkan lebih merdu daripada suara air. Di dekat jalur yang mereka ikuti, seekor burung tiba-tiba berkicau dari cabang pohon. Suaranya dijawab tawa burung lain yang lebih jauh. Kemudian, seolah i
tu merupakan tanda, ada suara kicau dan siul di mana-mana, kemudian sesaat penuh lagu, dan dalam lima menit seluruh hutan penuh musik kicauan burung. Ke mana pun Edmund memandang dia melihat burung-burung bertengger di cabang-cabang pohon, terbang di atasnya, saling mengejar, bertengkar kecil, atau merapikan bulu-bulu dengan paruh mereka.
"Lebih cepat! Lebih cepat!" kata si penyihir.
Tidak ada tanda-tanda keberadaan kabut sekarang. Langit menjadi semakin biru, dan sekarang ada awan putih berarak cepat dari waktu ke waktu. Di lapangan luas ada raawar hutan. Angin sejuk bertiup menjatuhkan embun di cabang-cabang yang berayun dan membawa aroma harum yang dingin ke wajah para pejalan kaki. Pepohonan mulai hidup sepenuhnya. Pohon-pohon larch dan birch tertutup warna hijau, pohon laburnum dengan warna emas. Tak lama kemudian pohon beech telah mengembangkan daun-daunnya yang ringkih dan transparan. Saat mereka berjalan di bawah pohon-pohon itu, cahaya juga menjadi hijau. Lebah mendengung melintas di depan mereka.
"Ini bukan salju mencair," kata si dwarf, tiba-tiba berhenti. "Ini Musim Semi. Apa yang akan kita lakukan" Musim dinginmu telah dihancurkan, percayalah! Ini pekerjaan Aslan."
"Kalau ada salah satu dari kalian menyebutkan nama itu lagi," kata si penyihir, "dia akan langsung dibunuh."
BAB DUA BELAS Pertempuran Pertama Peter
SEMENTARA si dwarf dan Penyihir Putih mengatakan ini, berkilometer-kilometer dari sana keluarga Berang-berang dan anak-anak berjalan berjam-jam ke dalam apa yang sepertinya mimpi yang menyenangkan. Mereka telah meninggalkan mantel mereka jauh di belakang. Dan saat itu mereka bahkan berhenti dan berkata satu sama lain, "Lihat! Ada burung kingfisher," atau, "Lihat, bunga bluebell!" atau, "Aroma harum apa itu"" atau, "Dengarkan suara murai itu!" Kemudian mereka berjalan dalam diam berusaha menyerap semua itu. Melewati petak-petak yang disinari cahaya matahari yang hangat lalu kembali ke daerah berlumut tempat pohon-pohon elm yang tinggi membuat atap daun jauh di atas kepala mereka, kemudian ke padang penuh bunga dan semak-semak hawthorn tempat aroma harum nyaris mencekik.
Mereka sama kagetnya dengan Edmund ketika melihat musim salju menghilang dan seluruh hutan hanya butuh beberapa jam untuk mengalami perubahan dari bulan Januari ke bulan Mei. Mereka bahkan tidak tahu secara pasti (seperti si penyihir) bahwa ini semua bisa terjadi ketika Aslan datang ke Narnia. Tapi mereka semua tahu bahwa kutukan si penyihirlah yang membuat musim dingin tiada akhir, dan karena itu mereka semua tahu ketika musim semi ajaib ini mulai, ada sesuatu yang salah, dan sangat salah, pada rencana si penyihir. Dan setelah salju mencair beberapa lama, mereka semua sadar si penyihir tidak akan bisa menggunakan kereta saljunya lagi. Setelah itu mereka tidak terlalu terburu-buru lagi dan membiarkan diri mereka istirahat lebih sering dan lebih lama. Mereka cukup lelah tentu saja, tapi tidak benar-benar lelah gerakan mereka hanya melambat dan mereka merasa seperti bermimpi dan bersikap lebih diam seperti yang dirasakan seseorang ketika mendekati akhir hari yang panjang di tempat terbuka. Salah satu tumit Susan agak lecet.
Mereka telah meninggalkan tepian sungai besar beberapa lama; karena mereka harus berbelok sedikit ke kanan (artinya sedikit ke arah selatan) untuk mencapai tempat bernama Stone Table. Meskipun mereka tidak menuju ke sana pun, mereka tidak bisa tinggal di tepi sungai setelah salju mulai mencair, karena dengan begitu banyak salju mencair sungai segera menjadi banjir banjir air kuning yang indah dan bergemuruh dan jalan yang akan mereka lalui pasti terbenam.
Dan sekarang matahari sudah turun, cahayanya semakin merah dan bayang-bayang semakin panjang. Bunga-bunga pun mulai menguncup.
"Tidak lama lagi sekarang," kata Pak Berang-berang, dan mulai memimpin mereka menanjak bukit melalui padang lumut yang empuk (rasanya nyaman bagi kaki mereka yang lelah) tempat hanya pohon-pohon tinggi tumbuh dengan jarak berjauhan. Perjalanan menanjak itu, setelah hari yang panjang, membuat mereka semua terengah-engah. Dan tepat saat
Lucy bertanya-tanya apakah dia bisa sampai di atas tanpa istirahat panjang lain, tiba-tiba mereka sudah berada di atas. Dan inilah yang mereka lihat.
Mereka berada di padang hijau dan dari sana kau bisa memandang ke bawah ke hutan yang membentang sejauh yang bisa dilihat ke setiap arah kecuali ke kanan. Di sana, jauh ke Timur, ada sesuatu yang berkelip dan bergerak. "Ya ampun!" bisik Peter pada Susan. "Laut!" Di tengah lapangan puncak bukit ini berdiri Stone Table. Bentuknya berupa sepotong batu besar abu-abu yang ditunjang empat batu yang berdiri tengak. Benda itu tampak sangat tua; dan terpotong di mana-mana dengan garis-garis dan bentuk-bentuk aneh yang mungkin huruf-huruf bahasa asing. Bentuk-bentuk itu membuatmu merasa ingin tahu saat melihatnya. Hal berikut yang mereka lihat adalah paviliun yang berdiri di sisi tempat terbuka itu. Paviliun yang indah apalagi sekarang saat cahaya matahari terbenam menyinarinya dengan sisi-sisi yang tampaknya dari sutra kuning, tali-temali merah, dan kaki tenda dari gading. Jauh di atasnya, pada tiang, bendera bergambar singa liar merah berkibar karena angin yang menerpa wajah mereka dari laut di kejauhan. Sementara memandang semua ini, mereka mendengar suara musik datang dari sebelah kanan, dan ketika berpaling ke arah itu, mereka melihat apa yang mereka cari.
Aslan berdiri di tengah kelompok berbagai makhluk yang berkumpul di sekelilingnya dalam bentuk setengah bulan. Ada wanita pohon dan wanita sumur (dryad dan naiad, demikian mereka disebut di dunia kita) yang alat musik; merekalah yang bermain musik. Ada empat centaurus besar. Bagian tubuh mereka yang menyerupai kuda tampak seperti kuda besar peternakan Inggris, dan bagian yang menyerupai manusia seperti raksasa yang galak tapi tampan. Juga ada unicorn, dan banteng dengan kepala manusia, pelikan, elang, dan anjing besar. Dan di sebelah Aslan berdiri dua leopard, seekor membawa mahkotanya dan yang lain membawa tongkatnya.
Tapi Aslan sendiri, keluarga Berang-berang dan anak-anak tidak tahu apa yang harus mereka katakan ketika melihatnya. Orang-orang yang belum pernah datang ke Narnia kadang-kadang berpikir sesuatu tidak bisa tampak baik dan jahat pada saat yang sama. Kalau anak-anak pernah berpikir begitu, mereka berubah pendapat sekarang. Karena saat mereka berusaha melihat wajah Aslan, mereka hanya melihat surainya yang keemasan dan matanya yang besar, anggun, tenang, dan mereka tidak sanggup memandangnya dan gemetar.
"Majulah," bisik Pak Berang-berang.
"Tidak," bisik Peter, "kau duluan."
"Tidak, Putra Adam lebih dulu daripada binatang," bisik Pak Berang-berang lagi.
"Susan," bisik Peter. "Bagaimana denganmu" Perempuan lebih dulu."
"Tidak, kau yang paling tua," bisik Susan. Dan tentu saja semakin lama mereka melakukan ini semakin tidak enak perasaan mereka. Kemudian akhirnya Peter sadar semua terserah padanya. Dia mengeluarkan pedangnya dan mengangkatnya untuk memberi salam, lalu cepat-cepat berkata kepada yang lain, "Ayo. Beranikan diri kalian," dia maju ke arah si singa dan berkata:
"Kami datang Aslan."
"Selamat datang, Peter, Putra Adam," kata Aslan. "Selamat datang, Susan dan Lucy, Putri-putri Hawa. Selamat datang Pak Berang-berang dan Bu Berang-berang."
Suaranya dalam dan merdu dan entah bagaimana membuat mereka tidak takut lagi. Mereka sekarang merasa bahagia dan hening, sepertinya tidak aneh mereka hanya berdiri dan tidak mengatakan apa-apa.
"Tapi di mana anak yang keempat"" tanya Aslan.
"Dia mencoba mengkhianati mereka dan bergabung dengan Penyihir Putih, O Aslan," kata Pak Berang-berang. Kemudian sesuatu membuat Peter berkata, "Itu sebagian salahku, Aslan. Aku marah padanya dan kurasa itu mendorongnya mengambil jalan yang salah."
Dan Aslan tidak mengatakan apa pun untuk memaafkan Peter atau menyalahkannya, tapi hanya berdiri menatapnya dengan matanya yang tenang. Dan sepertinya tidak ada yang harus mereka semua katakan.
"Tolonglah Aslan," kata Lucy, "tidak adakah yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan Edmund""
"Banyak yang harus dilakukan," kata Aslan. "Tapi mungkin lebih berat daripada bayanganmu." Kemudia
n dia diam lagi beberapa lama. Sampai saat itu Lucy berpikir betapa anggun, kuat, dan damai wajah singa itu, sekarang tiba-tiba dia terpikir bahwa Aslan juga tampak sedih. Tapi sesaat kemudian ekspresi itu lenyap. Singa itu mengibaskan surainya dan menepukkan cakarnya ("Cakar yang mengerikan," pikir Lucy, "kalau dia tidak menggunakannya dengan lembut!") dan berkata, "Sementara itu, biarlah pesta disiapkan. Para wanita, bawa Putri-putri Hawa ini ke paviliun dan urus mereka."
Saat anak-anak perempuan telah pergi, Aslan meletakkan cakarnya dan meskipun lembut, cakar itu sangat berat ke pundak Peter dan berkata, "Ayo, Putra Adam, aku akan menunjukkan istana yang jauh, tempat kau akan menjadi raja."
Dan Peter dengan pedang masih terhunus di tangannya berjalan bersama si singa ke sisi timur pucak bukit itu. Di sana mereka melihat pemandangan yang indah. Matahari tenggelam di belakang mereka. Itu berarti seluruh negeri di bawah mereka tampak dengan cahaya malam hutan, bukit-bukit, dan lembah-lembah dan berkelok seperti ular perak, bagian bawah sungai besar. Dan jauh dari semua ini, berkilometer-kilometer jauhnya, laut, dan jauh dari laut, langit, penuh awan yang baru saja berwarna merah mawar memantulkan matahari terbenam. Tapi tepat di tempat tanah Narnia bertemu lautan bahkan di bibir muara sungai besar ada sesuatu di puncak bukit kecil, berkilauan. Benda itu berkilauan karena dia istana dan tentu saja cahaya matahari terpantulkan dari semua jendelanya yang menghadap ke arah Peter dan matahari terbenam, tapi bagi Peter istana itu tampak seperti bintang besar yang berdiri di tepi laut.
"Itu, O Manusia," kata Aslan, "adalah Cair Paravel bersinggasana empat, yang salah satunya harus kaududuki sebagai raja. Aku menunjukkannya padamu karena kaulah yang sulung dan kau akan menjadi Raja Agung, di atas saudara-saudaramu."
Dan sekali lagi Peter tidak mengatakan apa-apa, karena saat itu suara aneh tiba-tiba memecahkan keheningan. Suara itu seperti suara terompet tapi lebih merdu.
"Itu suara terompet adikmu," kata Aslan pada Peter pelan, begitu pelan sehingga nyaris seperti mendekur, kalau mengatakan singa mendekur itu cukup sopan.
Sesaat Peter tidak mengerti. Kemudian, ketika melihat semua makhluk maju dan mendengar Aslan berkata sambil menggerakkan cakarnya, "Mundur! Biarkan Pangeran memenangkan pertarungannya," dia mengerti, dan mulai lari sekuat tenaga ke paviliun. Dan di sana dia melihat pemandangan yang mengerikan.
Naiad dan dryad berlarian ke segala arah. Lucy berlari ke arahnya secepat kakinya yang pendek bisa membawanya dan wajahnya seputih kertas. Kemudian Peter melihat Susan berlari ke pohon, dan mengangkat dirinya sendiri, diikuti makhluk abu-abu besar. Pertama-tama Peter berpikir makhluk itu beruang. Kemudian dia melihat makhluk itu mirip anjing Alsatian, meskipun terlalu besar untuk ukuran anjing. Kemudian dia sadar makhluk itu serigala serigala yang berdiri di kaki belakangnya, dengan cakar depannya bersandar pada batang pohon, menggigit dan menggeram. Semua bulu di punggungnya berdiri tegak. Susan tidak bisa naik lebih tinggi ke cabang berikutnya. Salah satu kakinya tergantung sehingga jaraknya hanya dua sampai lima sentimeter di atas gigi-gigi tajam itu. Peter bertanya-tanya mengapa Susan tidak bisa naik lebih tinggi atau paling tidak berpegangan lebih erat, kemudian dia sadar adiknya hampir pingsan dan kalau Susan pingsan dia akan jatuh.
Peter tidak merasa berani, sesungguhnya dia merasa ingin pingsan. Tapi itu bukan berarti dia harus mundur. Dia lari langsung ke arah monster itu dan mengarahkan pedangnya ke sisi tubuh si serigala. Serangan itu tidak pernah mencapai si serigala. Makhluk itu berbalik secepat kilat, matanya berapi-api, dan mulutnya terbuka lebar mengeluarkan lolongan kemarahan. Kalau saja serigala itu tidak begitu marah sehingga harus melolong, Peter pasti bisa menusuk lehernya. Yang terjadi adalah meskipun ini semua terjadi begitu cepat sehingga Peter tidak sempat berpikir dia menunduk pada saat yang tepat dan menikamkan pedangnya, sekuat yang dia bisa, di antara kaki depan binatang itu menghunjam
jantungnya. Kemudian terjadi saat yang membingungkan dan mengerikan seperti dalam mimpi buruk. Peter menarik pedangnya dan serigala itu sepertinya tidak hidup maupun mati. Giginya menghantam dahi Peter, dan semuanya tercampur, darah, panas, dan bulu. Sesaat kemudian Peter melihat monster itu terbaring mati, dia telah menarik keluar pedangnya, menegakkan diri, dan menghapus keringat dari wajah dan matanya. Dia merasa sangat lelah.
Kemudian, setelah beberapa saat, Susan turun dari pohon. Dia dan Peter merasa agak gemetar ketika bertemu dan aku tidak bilang tidak ada ciuman dan tangisan dari kedua anak itu. Tapi di Narnia tidak akan ada yang menganggapmu buruk karena melakukan itu.
"Cepat! Cepat!" teriak Aslan. "Centaurus! Elang! Aku melihat serigala lain di semak-semak. Di sana di belakangmu. Dia baru lari. Kejar dia, kalian semua. Dia akan pergi ke majikannya. Sekaranglah kesempatanmu menemukan si penyihir dan menyelamatkan Putra Adam yang keempat." Dan langsung dengan gemuruh entakan kaki dan kepakan sayap, kira-kira selusin makhluk tercepat menghilang ke kegelapan.
Peter, masih terengah-engah, berbalik dan melihat Aslan di dekatnya.
"Kau lupa membersihkan pedangmu," kata Aslan.
Memang benar. Wajah Peter memerah malu ketika dia melihat bilah pedangnya yang berkilau tapi penuh bulu dan darah serigala. Dia membungkuk dan membersihkannya di rerumputan, kemudian mengeringkannya dengan mantelnya.
"Berikan padaku dan berlututlah, Putra Adam," kata Aslan. Ketika Peter telah melakukannya, Aslan menyentuhnya dengan pedang itu dan berkata, "Bangkitlah, Sir Peter Wolf's-Bane. Dan apa pun yang terjadi, jangan pernah lupa membersihkan pedangmu."
BAB TIGA BELAS Sihir Ajaib dari Awal Waktu
SEKARANG kita harus kembali kepada Edmund. Ketika dia disuruh berjalan lebih jauh daripada yang dia tahu bisadijalani siapa pun, si penyihir akhirnya berhenti di lembah gelap yang seluruhnya disembunyikan pohon fir dan yew.Edmund hanya terduduk lalu menelungkup tidak bergerak sama sekali dan bahkan tidak peduli apa yang akan terjadi selanjutnya kalau saja mereka membiarkan dia berbaring diam. Dia terlalu lelah bahkan untuk menyadari betapa lapar dan haus dirinya. Si penyihir dan dwarf berbicara tidak jauh di sebelahnya dengan suara pelan.
"Tidak," kata si dwarf, "tidak ada gunanya sekarang, O Ratu. Mereka pasti sudah mencapai Stone Table sekarang."
"Mungkin si serigala akan mencium aroma kita dan membawa kabar bagi kita," kata si penyihir.
"Tidak mungkin kabar baik, kalaupun dia bisa menyampaikannya," kata si dwarf.
"Empat singgasana di Cair Paravel," kata si penyihir. "Bagaimana kalau hanya tiga yang terisi" Itu tidak akan memenuhi ramalan."
"Apa bedanya sekarang Dia sudah di sini"" kata si dwarf. Dia tidak berani, bahkan sekarang pun, menyebut nama Aslan di depan majikannya.
"Dia mungkin tidak lama. Kemudian kita akan menyerang tiga manusia di Cair."
"Tapi lebih baik," kata si dwarf, "tetap menawan yang satu ini" (dia menendang Edmund) "supaya bisa dipakai dalam perundingan."
"Ya! Dan dia bisa saja diselamatkan," kata si penyihir kesal.
"Kalau begitu," kata si dwarf, "kita lebih baik melakukan apa yang harus kita lakukan sekarang juga."
"Aku ingin melakukannya di Stone Table," kata si penyihir. "Itu tempat yang tepat. Di sanalah ini selalu dilakukan sebelumnya."
"Masih sangat lama sebelum Stone Table bisa dikembalikan kepada kegunaan sebenarnya," kata si dwarf.
"Benar," kata si penyihir, kemudian, "Nah, aku akan mulai."
Saat itu dengan terengah-engah dan menggeram, seekor serigala terburu-buru mendekati mereka.
"Aku sudah melihat mereka. Mereka semua di Stone Table bersama Dia. Mereka sudah membunuh kaptenku, Maugrim. Aku bersembunyi di semak-semak dan melihat semuanya. Salah satu Putra Adam membunuhnya. Lari! Lari!"
"Tidak," kata si penyihir. "Tidak perlu lari. Cepat pergi. Panggil semua pengikut kita untuk menemuiku di sini secepat mereka bisa. Panggil semua raksasa, manusia serigala, dan roh pohon yang memihak kita. Panggil ghoul, boggles, ogre, dan minotaur. Panggil cruel, hag, spectre, dan semua anggota Toadstool. Kita akan melawa
n. Apa" Bukankah aku masih memegang tongkat sihirku" Tidakkah mereka akan berubah jadi batu kalau tidak menurut" Pergilah cepat, aku punya masalah kecil yang harus kuselesaikan di sini sementara kau pergi."
Serigala besar itu menundukkan kepala, berbalik, dan lari.
"Sekarang!" kata si penyihir. "Kita tidak punya meja coba kulihat. Kita lebih baik meletakkannya di batang pohon."
Edmund merasakan dirinya ditarik dengan kasar sampai berdiri. Kemudian si dwarf mendorong dirinya sampai bersandar pada sebatang pohon kemudian mengikatnya erat-erat. Dia melihat si penyihir membuka mantel luarnya. Tangannya telanjang di balik mantel itu dan sangat putih. Karena tangan itu begitu putih, Edmund bisa melihatnya, tapi dia tidak dapat melihat yang lain, karena lembah di bawah pepohonan ini begitu gelap.
"Siapkan korban," kata si penyihir. Dan si dwarf membuka kancing leher kemeja Edmund dan melipat bagian leher kemeja itu. Kemudian dia mencengkeram leher Edmund dan menarik kepalanya ke belakang sehingga anak itu terpaksa mengangkat dagunya. Setelah itu Edmund mendengar suara aneh wusss wussswusss. Sesaat dia tidak bisa mengenali suara itu. Kemudian dia sadar. Itu suara pisau diasah.
Di saat yang sama dia mendengar teriakan keras dari semua arah entakan kaki dan kepakan sayap teriakan si penyihir keramaian di sekelilingnya. Kemudian dia merasakan dirinya dibebaskan. Tangan-tangan kuat memegangnya dan dia mendengar suara yang dalam dan ramah mengatakan sesuatu seperti
"Biar dia berbaring beri dia anggur minum ini pelan-pelan saja kau akan baik-baik saja sebentar lagi."
Kemudian dia mendengar suara-suara orang yang tidak bicara padanya melainkan pada satu sama lain. Dan mereka mengatakan hal-hal seperti, "Siapa yang memegang si penyihir"" "Kupikir kau menjaganya." "Aku tidak melihatnya setelah aku memukul pisau dari tangannya aku mengejar si dwarf maksudmu dia lepas"" "Seorang tidak bisa mengurus semuanya pada satu waktu apa itu" Oh, maaf, hanya tunggul pohon tua!" Tapi saat ini Edmund pingsan.
Kemudian centaurus, unicorn, rusa, dan burung-burung (tentu saja mereka regu penyelamat yang dikirim Aslan dalam bab sebelumnya) berangkat kembali ke Stone Table, membawa Edmund bersama mereka. Tapi kalau mereka bisa melihat apa yang terjadi di lembah itu setelah mereka pergi, kurasa mereka pasti terkejut.
Suasana benar-benar hening dan bulan bersinar terang, kalau kau ada di sana kau pasti bisa melihat cahaya bulan menyinari tunggul pohon tua dan batu yang cukup besar. Tapi kalau terus memerhatikan pelan-pelan, kau akan mulai merasa ada yang aneh pada tunggul pohon dan batu itu. Kemudian kau akan merasa tunggul itu memang mirip pria kecil yang gemuk sedang berjongkok di tanah. Dan kalau kau memerhatikan cukup lama, kau akan melihat tunggul itu berjalan ke arah batu dan batu itu akan duduk tegak lalu mulai bicara pada tunggul. Karena sesungguhnya tunggul dan batu itu si penyihir dan dwarf. Salah satu sihir yang bisa dilakukan wanita itu adalah membuat benda-benda mirip sesuatu yang bukan diri mereka, dan itulah yang dilakukannya ketika pisau dipukul lepas dari tangannya. Dia tetap memegang tongkat sihirnya, jadi tongkat itu pun selamat.
Ketika anak-anak lain bangun keesokan paginya (mereka tidur di tumpukan bantal di paviliun) hal pertama yang mereka dengar dari Bu Berang-berang adalah saudara mereka telah diselamatkan dan dibawa ke kamp larut malam kemarin, dan saat ini sedang berada bersama Aslan. Begitu selesai sarapan, mereka keluar, dan di sana mereka melihat Aslan dan Edmund berjalan bersama di atas rumput berembun, terpisah dari kelompok. Tidak perlu memberitahumu (dan tidak ada yang mendengar) apa yang dikatakan Aslan, tapi itu percakapan yang tidak pernah dilupakan Edmund. Begitu yang lain mendekat, Aslan berpaling untuk menghadapi mereka, membawa Edmund bersamanya.
"Ini saudara kalian," katanya, "dan tidak perlu membicarakan apa yang sudah lewat dengannya."
Edmund berjabat tangan dengan mereka semua dan mengatakan pada tiap-tiap saudaranya, "Aku minta maaf," dan mereka semua berkata, "Tidak apa-apa." Kemudian semua sangat ingin men
gatakan sesuatu yang membuat jelas bahwa mereka mau menerimanya lagi kata-kata yang biasa dan natural dan tentu saja tidak ada yang bisa memikirkan apa yang harus dikatakan. Tapi sebelum mereka sempat benar-benar merasakan suasana yang kaku, salah satu leopard mendekati Aslan dan berkata, "Yang Mulia, ada pembawa pesan dari musuh yang ingin bertemu."
"Biarkan dia datang," kata Aslan.
Leopard itu pergi dan tak lama kemudian kembali bersama dwarf pengiring si penyihir.
"Apa pesanmu, Putra Bumi"" tanya Aslan.
"Ratu Narnia dan Penguasa Lone Island menginginkan keselamatannya terjamin untuk datang dan bicara dengan Anda," kata si dwarf, "tentang masalah yang merupakan keuntungan bagi Anda seperti juga baginya."
"Ratu Narnia apanya"" kata Pak Berangberang. "Dari semua "
"Tenang, Berang-berang," kata Aslan. "Semua gelar tak lama lagi akan dikembalikan pada yang berhak. Saat ini lebih baik kita tidak mempertengkarkannya. Katakan pada majikanmu, Putra Bumi, aku menjamin keselamatannya dengan syarat dia meninggalkan tongkat sihirnya di belakang pohon ek besar itu."
Syarat ini disetujui dan dua leopard kembali bersama si dwarf untuk memastikan syarat ini dijalankan. "Tapi bagaimana kalau dia mengubah kedua leopard menjadi batu"" bisik Lucy pada Peter. Kurasa pikiran itu juga terlintas di kepala kedua leopard, karena mereka berjalan dengan semua bulu di punggung mereka berdiri tegak dan ekor terayun seperti kucing ketika melihat anjing asing.
"Tidak apa-apa," bisik Peter menjawab. "Aslan tidak akan mengirim mereka kalau tidak yakin."
Beberapa menit kemudian si penyihir sendiri berjalan dari puncak bukit dan langsung melangkah menuju Aslan. Ketiga anak yang belum pernah melihatnya merasa bulu kuduk mereka berdiri ketika melihat wajah wanita itu, dan ada geraman pelan dari binatang-binatang yang ada di sana. Meskipun saat itu matahari bersinar terang semuanya tiba-tiba merasa kedinginan. Hanya ada dua makhluk yang rasanya tetap santai, Aslan dan si penyihir sendiri. Rasanya aneh sekali melihat dua wajah itu wajah emas dan wajah putih metah begitu dekat. Tapi si penyihir tidak memandang mata Aslan, Bu Berang-berang melihat ini.
"Kau punya pengkhianat di sini, Aslan," kata si penyihir. Tentu saja semua yang hadir tahu yang dimaksudnya Edmund. Tapi Edmund sudah tidak memikirkan dirinya sendiri lagi setelah semua yang dialaminya dan setelah percakapannya bersama Aslan pagi tadi. Dia hanya terus memandang Aslan. Sepertinya tidak masalah apa pun yang dikatakan si penyihir.
"Yah," kata Aslan. "Pelanggarannya tidak kepadamu."
"Apakah kau sudah melupakan Sihir Ajaib"" tanya si penyihir.
"Katakan saja aku sudah melupakannya," jawab Aslan sedih. "Ceritakan pada kami tentang Sihir Ajaib."
"Ceritakan padamu"" kata si penyihir, suaranya tiba-tiba menipis seperti tercekik. "Ceritakan apa yang tertulis di Meja Batu yang berdiri di sisi kita" Ceritakan padamu apa yang tertulis dengan huruf-huruf sedalam guratan tombak inginkan pada batu-batu api di Secret Hill" Ceritakan padamu apa yang terukir pada tongkat kerajaan Kaisar-di-balik-Samudra" Paling tidak kau tahu Sihir yang dijatuhkan Kaisar kepada Narnia pada awalnya. Kau tahu setiap pengkhianat adalah milikku, sebagai mangsaku yang sah, dan untuk setiap pengkhianatan aku punya hak untuk membunuh."
"Oh," kata Pak Berang-berang. "Jadi karena itulah kau menjadikan dirimu ratu karena kau algojo Kaisar. Aku mengerti."
"Tenang, Berang-berang," kata Aslan dengan geraman pelan.
"Jadi," lanjut si penyihir, "manusia itu milikku. Hidupnya ditakdirkan untukku. Darahnya adalah hakku."
"Datang dan ambillah kalau begitu," kata banteng berkepala manusia dengan suara mengguntur.
"Bodoh," kata si penyihir dengan senyum kejam yang nyaris menyerupai seringai, "apakah kaupikir majikanmu akan mengambil hakku dengan sekadar kekuatan" Dia tahu Sihir Ajaib lebih baik daripada itu. Dia tahu kecuali aku mendapatkan darah itu seperti yang diharuskan Hukum, seluruh Narnia akan hancur dan hilang dalam api dan air."
"Memang benar," kata Aslan. "Aku tidak menyangkal."
"Oh, Aslan!" bisik Susan di telinga si singa. "Tidak
bisakah kita maksudku, kau tidak akan melakukan ini, bukan" Tidak bisakah kita melakukan sesuatu dengan Sihir Ajaib itu" Apakah tidak ada cara melawannya""
"Melawan Sihir Kaisar"" kata Aslan, berpaling pada Susan dengan wajah seperti berkerut. Dan tidak ada yang mengusulkan hal yang sama lagi padanya.
Edmund berdiri di sisi lain Aslan, selalu menatap wajah singa itu. Dia merasa tercekik dan bertanya-tanya apakah dia harus mengatakan sesuatu, tapi sesaat kemudian dia merasa tidak harus melakukan apa pun kecuali menunggu, dan melakukan apa yang diperintahkan padanya.
"Menjauhlah, kalian semua," kata Aslan, "aku akan bicara dengan si penyihir berdua."
Mereka semua menurut. Rasanya menakutkan menunggu dan bertanya-tanya sementara si singa dan si penyihir berbicara serius dengan suara pelan. Lucy berkata, "Oh, Edmund!" dan mulai menangis. Peter berdiri membelakangi yang lain dan memandang laut di kejauhan. Kedua Berang-berang berdiri berpegangan cakar dengan kepala tertunduk. Para centaurus mengentak-entakkan kaki mereka dengan resah. Tapi semua akhirnya diam, sehingga kau bisa mendengar suara pelan seperti suara lebah terbang lewat, atau suara burung-burung di hutan di bawah mereka, atau suara angin yang menggerakkan dedaunan. Tapi pembicaraan Aslan dan si penyihir terus berlangsung.
Akhirnya mereka mendengar suara Aslan. "Kalian semua boleh kembali," katanya. "Aku sudah menyelesaikan masalah ini. Dia telah menarik tuntutannya atas darah saudara kalian." Dan di seluruh bukit terdengar suara seolah semua telah menahan napas dan sekarang mulai bernapas lagi, kemudian gumaman percakapan.
Si penyihir berbalik dengan ekspresi kegirangan ganas di wajahnya ketika dia berhenti dan berkata, "Tapi bagaimana aku bisa tahu perjanjian ini akan dijaga""
"Haa-a-arrh!" aum Aslan, setengah berdiri dari singgasananya. Mulutnya yang besar terbuka semakin lebar dan lebar, aumannya semakin keras dan keras, dan si penyihir, setelah menatap sesaat dengan mulut ternganga lebar, mengangkat gaunnya dan lari secepat mungkin.
BAB EMPAT BELAS Kemenangan si Penyihir BEGITU si penyihir pergi Aslan berkata, "Kita harus langsung pergi dari sini, tempat ini akan digunakan untuk hal lain. Malam ini kita akan berkemah di Fords of Beruna."
Tentu saja semuanya sangat ingin tahu bagaimana Aslan mengatur segalanya dengan si penyihir, tapi wajahnya keras dan telinga semuanya masih berdenging karena suara aumannya jadi tidak ada yang berani bertanya.
Setelah makan, yang dilakukan di tempat terbuka di puncak bukit (karena matahari bersinar terik sekarang dan mengeringkan rumput), mereka sibuk beberapa lama membongkar paviliun dan merapikan barang-barang. Sebelum jam dua mereka sudah berangkat dan berjalan ke arah timur laut, dengan santai karena jarak yang harus ditempuh tidak jauh.
Dalam bagian pertama perjalanan itu, Aslan menjelaskan rencananya pada Peter. "Begitu si penyihir menyelesaikan urusannya di daerah ini," katanya, "dia dan pengikutnya hampir pasti kembali ke istananya dan menyiapkan serangan. Kau bisa atau mungkin tidak bisa memotong jalannya dan menghalanginya mencapai tempat itu." Aslan kemudian menerangkan dua rencana peran satu memerangi si penyihir dan para pengikutnya di hutan, lalu satu lagi menyerangnya di istana. Dan dia memberi Peter saran bagaimana menjalankan serangan itu, mengatakan hal-hal seperti, "Kau harus menempatkan centaurus-mu di tempat seperti ini dan ini" atau "Kau harus mengirimkan mata-mata untuk melihat apakan si penyihir tidak melakukan ini dan ini," sampai akhirnya Peter berkata, "Tapi kau sendiri akan berada di sana, Aslan."
"Aku tidak bisa memberikan janji apa-apa," jawab si singa. Dan dia terus memberikan saran pada Peter.
Di bagian akhir perjalanan, Susan dan Lucy yang didampingi Aslan. Dia tidak banyak bicara dan bagi kedua anak perempuan singa itu tampak sedih.
Hari masih siang ketika mereka mencapai tempat lembah sungai melebar dan sungai itu sendiri lebar dan dangkal. Inilah Fords of Beruna dan Aslan memberi perintah supaya mereka berhenti di tepi air. Tapi Peter berkata:
"Tidakkah lebih baik berkemah di sebera
ng sana kalau-kalau si penyihir menyerang kita di malam hari atau melakukan tindakan sejenisnya""
Aslan, yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu yang lain, bangkit sambil mengibaskan surainya dan berkata, "Eh" Apa"" Peter mengulangi kata-katanya.
"Tidak," kata Aslan dengan nada bosan, seolah masalah itu tidak penting. "Tidak. Dia tidak akan menyerang malam ini." Kemudian dia mengembuskan napas panjang. Tapi dia menambahkan, "Tapi itu pikiran yang baik. Seperti itulah seharusnya seorang prajurit berpikir. Tapi itu tidak penting." Jadi mereka melanjutkan mendirikan kemah mereka.
Suasana hati Aslan memengaruhi semuanya malam itu. Peter juga merasa tidak nyaman dengan pemikiran harus berperang sendiri, kabar bahwa Aslan mungkin tidak akan ada di sana merupakan kejutan besar baginya. Makan malam itu terasa hening. Semuanya merasa betapa berbeda keadaannya dengan malam sebelumnya bahkan pagi tadi. Seolah saat bahagia, yang baru dimulai, sudah akan mencapai akhirnya.
Perasaan ini sangat memengaruhi Susan sehingga dia tidak bisa tidur ketika berbaring. Dan setelah berbaring menghitung biri-biri dan berbalik-balik, dia mendengar Lucy mendesah panjang. Dia pun berbalik ke arah adiknya yang berbaring di sebelahnya dalam kegelapan "Kau juga tidak bisa tidur"" kata Susan.
"Tidak," kata Lucy. "Kupikir kau tidur. Wah, Susan!"
"Apa"" "Aku punya perasaan sangat tidak enak seolah ada yang akan terjadi pada kita."
"Benarkah" Sebenarnya, aku juga."
"Sesuatu tentang Aslan," kata Lucy. "Entah sesuatu yang mengerikan itu akan terjadi padanya, atau sesuatu yang mengerikan yang akan dilakukannya."
"Ada yang salah padanya sepanjang siang," kata Susan. "Lucy! Apa yang dikatakannya tentang tidak bersama kita saat pertempuran" Kau tidak berpikir dia bisa pergi dan meninggalkan kita malam ini, bukan""
"Di mana dia sekarang"" kata Lucy. "Bukankah dia di sini dalam paviliun""
"Kurasa tidak."
"Susan! Ayo keluar dan melihat-lihat. Kita bisa melihatnya."
"Baiklah. Ayo," kata Susan, "kita lebih baik melakukan itu daripada berbaring tanpa bisa tidur di sini."
Perlahan-lahan kedua anak perempuan itu mencari jalan di antara yang tidur dan mengendap-endap keluar tenda. Cahaya bulan sangat terang dan segalanya hening kecuali suara dari sungai yang mengalir di atas bebatuan. Kemudian Susan mencengkeram tangan Lucy dan berkata, "Lihat!" Di sisi jauh perkemahan, tepat di tempat yang mulai ditumbuhi pepohonan, mereka melihat si singa berjalan pelan menjauh dari mereka dan memasuki hutan. Tanpa bicara kedua anak itu mengikutinya.
Aslan mendahului mereka mendaki tebing curam keluar dari lembah sungai kemudian berbelok ke kanan sepertinya rute yang sama dengan yang mereka gunakan siang itu saat datang dari Stone Table. Terus dan terus Aslan mendahului mereka, ke dalam bayangan gelap dan keluar ke cahaya bulan yang pucat, membuat kaki mereka basah karena embun. Entah bagaimana singa itu tampak berbeda dari Aslan yang mereka kenal. Ekor dan kepalanya tergantung rendah dan dia berjalan pelan seolah sangat lelah. Kemudian, ketika mereka menyeberangi lapangan lebar tempat tidak ada bayangan yang bisa digunakan untuk bersembunyi, singa itu berhenti dan memandang ke sekeliling. Tidak ada gunanya lari, jadi Susan dan Lucy maju mendekatinya. Ketika mereka sudah dekat, Aslan berkata, "Oh, anak-anak, mengapa kalian mengikutiku""
"Kami tidak bisa tidur," kata Lucy kemudian yakin dia tidak perlu berkata apa-apa lagi dan bahwa Aslan tahu semua yang mereka pikirkan.
"Tolonglah, izinkan kami mengikutimu ke mana pun kau pergi"" tanya Susan.
"Yah " kata Aslan, dan sepertinya berpikir. Kemudian dia berkata, "Aku senang punya teman malam ini. Ya, kalian boleh ikut, kalau mau berjanji untuk berhenti bila kuminta, dan setelah itu meninggalkanku untuk meneruskan sendiri."
"Oh, terima kasih, terima kasih. Kami berjanji," kata kedua anak perempuan.
Mereka terus maju dan masing-masing anak berjalan di sisi kanan-kiri si singa. Tapi betapa pelan langkahnya! Dan kepalanya yang besar dan anggun menunduk begitu dalam sehingga hidungnya menyentuh rumput. Saat itu dia tersandung dan
mengeluh pelan. "Aslan! Aslan sayang!" kata Lucy. "Ada apa" Tidak bisakah kau menceritakannya pada kami""
"Apakah kau sakit, Aslan sayang"" tanya Susan.
"Tidak," kata Aslan. "Aku sedih dan kesepian. Sentuhlah suraiku supaya aku bisa merasakan kalian ada dan biarlah kita berjalan seperti itu."
Jadi anak-anak melakukan apa yang tidak akan berani mereka lakukan tanpa izinnya, tapi apa yang ingin mereka lakukan sejak pertama kali melihatnya memasukkan tangan mereka yang dingin ke lautan bulu dan mengelusnya, sambil melakukan itu berjalan mengiringinya. Dan saat itu mereka melihat bahwa mereka berjalan bersamanya mendaki lereng bukit tempat Stone Table berdiri. Mereka pergi ke sisi tempat pepohonan tumbuh ke puncaknya yang tertinggi, dan ketika mereka mencapai pohon terakhir (pohon itu dikelilingi semak-semak) Aslan berhenti dan berkata, "Oh, anak-anak. Di sini kalian harus berhenti. Dan apa pun yang terjadi, jangan biarkan diri kalian tampak. Sampai jumpa."
Dan kedua anak perempuan menangis sedih (meskipun tidak tahu apa sebabnya), memeluk singa itu, lalu mencium surai, hidung, cakar, dan matanya yang besar dan sedih. Kemudian Aslan berbalik dari mereka dan berjalan ke puncak bukit. Lucy dan Susan, berjongkok di semak-semak, memandangnya, dan inilah yang mereka lihat:
Ada kumpulan yang berdiri di sekitar Stone Table dan meskipun bulan bersinar, banyak di antara mereka yang membawa obor yang berkobar dengan api merah yang tampak kejam dan mengeluarkan asap hitam. Tapi betapa mengerikannya kumpulan itu! Ogre dengan gigi besar-besar, serigala, pria berkepala banteng; roh-roh pohon yang jahat serta tanaman beracun, dan makhluk-makhluk lain yang tidak akan kudeskripsikan karena kalau aku melakukannya orang dewasa mungkin akan melarangmu membaca buku ini cruel dan hag dan incubus, wraith, horror, efreet, sprite, orkny, woos, dan ettin. Di sana telah hadir semua yang memihak si penyihir, dipanggil si serigala atas perintah wanita itu. Dan tepat di tengah, berdiri di sisi Stone Table, si penyihir sendiri.
Lolongan dan geraman kesal datang dari makhluk-makhluk itu ketika mereka melihat si singa berjalan ke arah mereka, dan sesaat si penyihir seolah ketakutan. Kemudian dia kembali tenang dan tertawa liar.
"Si bodoh!" teriaknya. "Si bodoh telah datang. Cepat ikat dia."
Lucy dan Susan menahan napas mereka menunggu Aslan mengaum dan menyerang musuh-musuhnya. Tapi itu tidak terjadi. Empat hag, menyeringai dan mengejek, tapi juga (awalnya) menahan diri dan setengah takut pada apa yang harus mereka lakukan, mendekati Aslan. "Ikat dia, kataku!" ulang Penyihir Putih. Para hag berlari cepat ke arah Aslan dan menjerit senang ketika ternyata singa itu tidak melawan sama sekali. Kemudian yang lain dwarf dan monyet jahat berlari untuk memantu, dan bersama-sama mereka menggulingkan si singa sampai berbaring dan mengikat keempat cakarnya, berteriak-teriak dan menjerit-jerit seolah telah melakukan sesuatu yang berani, meskipun kalau si singa mau, satu ayunan cakar itu bisa berarti kematian bagi mereka semua. Tapi Aslan diam saja, bahkan ketika musuh-musuh menarik dan mengetatkan, membuat tali itu begitu erat sehingga mengiris dagingnya. Kemudian mereka mulai menyeretnya ke arah Stone Table.
"Stop!" teriak si penyihir. "Biar dia dicukur dulu."
Tawa keji kembali terdengar dari pengikutnya saat ogre dengan gunting besar maju dan berjongkok di dekat kepala Aslan. Crik-crik-crik bunyi gunting itu dan bulu keriting keemasan mulai jatuh ke tanah. Kemudian ogre itu berdiri dan anak-anak, dari tempat persembunyian mereka bisa melihat wajah Aslan tampak kecil dan berbeda tanpa surainya. Musuh-musuh juga melihat perbedaannya.
Wah, ternyata dia hanya kucing besar!" teriak salah satu.
"Itu yang kita takutkan"" kata yang lain.
Kemudian mereka berkumpul di sekeliling Aslan, mengejeknya, mengatakan hal-hal seperti, "Puss, Puss! Puss malang," dan "Berapa tikus yang kautangkap hari ini, Kucing"" dan, "Mau susu, Puss""
"Oh, mengapa mereka melakukannya"" kata Lucy, air mata mengaliri pipinya. "Kejam, kejam!" Sekarang ketika kejutan pertama sudah menghilang, w
ajah Aslan baginya tampak lebih berani, cakap, dan sabar daripada kapan pun.
"Berangus dia!" kata si penyihir. Dan bahkan sekarang pun, ketika mereka bekerja di sekitar wajahnya memasang berangus, satu gigitan rahangnya bisa membuat dua atau tiga makhluk kejam itu kehilangan tangan mereka. Tapi Aslan tidak bergerak. Dan ini sepertinya membuat kerusuhan itu kian heboh. Semuanya berkumpul di dekatnya sekarang. Mereka yang takut mendekatinya bahkan setelah dia terikat mulai menemukan keberanian mereka, dan dalam beberapa menit kedua anak perempuan tidak bisa melihat Aslan dia begitu rapat dikelilingi kumpulan makhluk yang menendanginya, memukulinya, meludahinya, dan mengejeknya.
Akhirnya kerusuhan itu berakhir. Mereka mulai menyeret singa yang terikat dan terberangus itu ke Stone Table, beberapa menarik dan beberapa mendorong. Aslan begitu besar sehingga ketika mereka berhasil membawanya ke altar itu, mereka butuh usaha besar untuk menaikkannya ke permukaannya. Kemudian mereka kembali mengikat dan mengeratkan tali pengikatnya.
"Pengecut! Pengecut!" kata Susan terisak-isak. "Apakah mereka masih takut padanya, bahkan sekarang""
The Chronicles Of Narnia 2 Sang Singa Sang Penyihir Dan Lemari The Lion The Witch And The Wardrob di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ketika akhirnya Aslan telah diikat (dan begitu banyak tali pengikatnya sehingga dia tampak seperti buntalan tali) pada batu datar itu, keheningan menyelimuti kelompok itu. Empat hag memegang empat obor, berdiri di keempat sudut Table. Si penyihir merentangkan tangannya seperti yang dilakukannya malam sebelumnya ketika akan mengorbankan Edmund, bukan Aslan. Kemudian dia mulai mengasah pisaunya. Bagi kedua anak, ketika kilau cahaya obor meneranginya, pisau itu tampaknya terbuat dari batu, bukan besi, dan bentuknya aneh serta tampak keji.
Akhirnya si penyihir mendekat. Dia berdiri di sisi kepala Aslan. Wajahnya tegang dan berkedut karena semangat, tapi wajah Aslan mendongak ke langit, masih tenang, tidak marah ataupun takut, tapi agak sedih. Kemudian, tepat sebelum menusuk, si penyihir membungkuk dan berkata dengan suara gemetar, "Dan sekarang, siapa yang menang" Bodoh, tidakkah kau pikir dengan semua ini kau akan menyelamatkan manusia pengkhianat itu" Sekarang aku akan membunuhmu bukan dia seperti perjanjian kita dan Sihir Ajaib akan dipenuhi. Tapi ketika kau mati apa yang akan menghalangiku untuk membunuh dia juga" Dan siapa yang akan melindunginya dari tanganku kalau begitu" Mengertilah bahwa kau telah memberikan Narnia kepadaku selamanya, kau telah kehilangan nyawamu sendiri dan kau tidak menyelamatkan dia. Dengan mengetahui hal itu, putus asa dan matilah."
Anak-anak tidak melihat saat pembunuhan itu. Mereka tidak berani melihat dan menutupi mata mereka dengan tangan.
BAB LIMA BELAS Sihir yang Lebih Ajaib dari Sebelum Awal Waktu
SEMENTARA kedua anak perempuan berjongkok dalam semak-semak dengan kedua tangan menutupi wajah, mereka mendengar suara si penyihir berteriak:
Sekarang! Ikuti aku dan kita akan menyelesaikan apa yang tersisa dan perang ini! Kita tidak akan butuh waktu lama untuk menghancurkan para manusia kutu dan pengkhianat itu setelah si bodoh, si kucing besar, mati.
Saat ini, dalam beherapa saat, anak-anak berada dalam bahaya besar. Karena dengan teriakan liar dan keributan tiupan serta pekikan terompet dan seruling, seluruh kelompok itu lari dari puncak bukit dan menuruni tebing melewati tempat persembunyian kedua anak. Mereka merasakan spectre melewati mereka seperti angin dingin dan merasakan tanah bergetar di bawah mereka karena entakan kaki Minotaurus. Di atas, terasa kepakan sayap dan kegelapan burung pemangsa dan kelelawar. Di saat lain mereka pasti gemetar ketakutan, tapi saat itu kesedihan, rasa malu, dan keterkejutan karena kematian Aslan begitu memenuhi pikiran mereka sehingga mereka tidak memikirkan rasa takut.
Begitu hutan kembali tenang, Susan dan Lucy merangkak keluar ke lapangan puncak bukit. Bulan semakin rendah dan awan tipis menyelimutinya, tapi mereka masih bisa melihat tubuh singa yang terbaring diam dalam ikatan. Mereka berdua lalu berlutut di rumput basah, mencium wajah singa itu dan mengelus bulunya yang indah yang tersisa darinya dan menangis hingga mereka
tidak bisa menangis lagi. Kemudian mereka saling menatap dan berpegangan tangan karena merasa sendirian dan menangis lagi, kemudian terdiarn lagi. Akhirnya Lucy berkata, Aku tidak tahan melihat berangus mengerikan ini. Apakah kita bisa melepaskannya"
Jadi mereka mencoba. Dan setelah bekerja keras (karena jemari mereka kedinginan dan saat itu saat paling dingin di malam hari) mereka berhasil. Dan ketika melihat wajah Aslan tanpa berangus, mereka menangis lagi, menciumnya, memeluknya, dan membersihkan darah serta keringat sebisa mereka. Dan kejadian itu lebih menyedihkan, tanpa harapan, dan mengerikan daripada yang bisa kugambarkan.
Aku ingin tahu apakah kita bisa melepaskan ikatannya juga" kata Susan kemudian. Tapi musuh-musuh, murni karena kekejian, telah menarik ikatan itu begitu ketat sehingga anak-anak perempuan itu tidak bisa melakukan apa-apa pada simpul-simpulnya.
Kuharap siapa pun yang membaca buku ini tidak pernah mengalami sesuatu semenyedihkan yang dialami Susan dan Lucy malam itu; tapi kalau kau pernah kalau kau pernah terjaga sepanjang malam dan menangis sehingga air matamu habis kau pasti tahu akhirnya akan datang saat hening. Kau merasa seolah tidak akan terjadi apa pun lagi. Itulah yang dirasakan kedua anak itu. Jam-jam seolah lewat dalam keheningan ini, dan mereka nyaris tidak menyadari udara semakin dingin dan dingin. Tapi akhirnya Lucy memerhatikan dua hal. Yang pertama adalah langit di sisi timur bukit tidak segelap satu jam yang lalu. Yang kedua adalah gerakan kecil di rumput di kakinya. Pertama tama dia tidak tertarik. Apa pentingnya" Tidak ada yang penting lagi sekarang! Tapi akhirnya dia melihat apa pun itu telah mulai maju ke batu tegak yang menyangga Stone Table. Dan sekarang apa pun itu bergerak di atas tubuh Aslan. Lucy mengintip lebih dekat. Mereka makhluk abu-abu kecil.
Uh! kata Susan dan sisi lain Table. Betapa mengerikan! Ada tikus-tikus menjijikkan merangkak di atasnya. Pergi, penjahat kecil. Dan Susan mengangkat tangannya untuk menakut-nakuti mereka.
Tunggu! kata Lucy, yang telah memerhatikan mereka baik-baik. Bisakah kaulihat apa yang mereka lakukan"
Kedua anak perempuan membungkuk dan memerhatikan.
Kurasa kata Susan. Tapi betapa anehnya! Mereka menggigiti tali!
Itulah yang kupikirkan, kata Lucy. Kurasa mereka tikus baik. Makhluk malang mereka tidak sadar Aslan sudah mati. Mereka pikir ada gunanya membebaskan dia.
Keadaan sudah cukup terang sekarang. Anak-anak perempuan itu masing-masing menyadari untuk pertama kalinya betapa pucat wajah saudaranya. Mereka bisa melihat tikus-tikus itu menggigiti tali; lusinan, bahkan ratusan tikus padang yang kecil. Dan akhirnya, satu per satu, tali-tali itu habis digigiti.
Langit di timur sudah cukup cerah saat itu dan bintang-bintang memudar semua kecuali satu bintang besar rendah di horizon timur. Mereka merasa lebih kedinginan daripada sepanjang malam tadi. Tikus-tikus itu pergi.
Kedua anak perempuan menyingkirkan sisa-sisa tali yang digigiti. Aslan tampak lebib mirip dirinya sendiri tanpa tali-tali itu. Seiring berjalannya waktu, wajahnya tampak semakin anggun, dan saat keadaan semakin terang, mereka bisa melihat lebih baik.
Di hutan di belakang mereka, seekor burung berkicau. Keadaan begitu hening selama berjam-jam sehingga suara itu mengejutkan mereka. Kemudian burung lain menjawab. Tak lama kemudian tempat itu ramai dengan kicauan burung.
Jelas sekarang sudah fajar, bukan malam lagi.
Aku kedinginan, kata Lucy.
Aku juga, kata Susan. Ayo berjalan-jalan sedikit.
Mereka berjalan ke sisi timur bukit dan memandang ke bawah. Bintang besar tadi sudah hampir hilang. Negeri itu tampak abu-abu gelap, tapi jauh di sana, di ujung dunia, laut tampak pucat. Langit mulai berubah kemerahan. Mereka berjalan bolak-balik lebih daripada yang bisa mereka hitung antara jenazah Aslan dan sisi timur bukit, berusaha tetap hangat. Dan oh, betapa lelah rasanya kaki mereka. Kemudian akhirnya, saat mereka berdiri sesaat memandang laut dan Cair Paravel (yang sekarang bisa mereka lihat), cahaya merah itu berubah jadi keemasan di garis te
mpat laut dan langit bertemu, lalu dengan sangat perlahan muncul puncak matahari. Saat itu mereka mendengar suara keras dari belakang mereka suara berderak keras, yang menulikan seolah ada raksasa yang memecahkan piring raksasa.
Apa itu" kata Lucy, mencengkeram lengan Susan.
Aku aku takut berbalik, kata Susan, sesuatu yang mengerikan terjadi.
Mereka melakukan sesuatu yang lebih buruk lagi padanya, kata Lucy. Ayo! Dan dia berbalik, menarik Susan bersamanya.
Terbitnya matahari membuat semuanya tampak begitu berbeda semua warna dan bayang-bayang berubah sehingga sesaat mereka tidak melihat yang terpenting. Kemudian mereka melihatnya. Stone Table terbelah dua dengan retakan besar dari sisi yang satu ke sisi yang lain, dan Aslan hilang.
Oh, oh, oh! tangis kedua anak perempuan, berlari ke Table.
Oh, mengerikan sekali, isak Lucy, mungkin mereka mengambil tubuhnya.
Siapa yang melakukannya" jerit Susan. Apa artinya" Apakah ini sihir"
Ya! kata suara dalam di belakang mereka. Ini sihir yang lebih ajaib. Mereka berpaling. Di sana, disinari matahari terbit, lebih besar daripada yang mereka lihat sebelumnya, mengibaskan surainya (karena sepertinya telah tumbuh lagi) berdiri Aslan sendiri.
Oh, Aslan! teriak kedua anak, menatapnya, nyaris sekaligus takut dan gembira.
Bukankah kau mati, Aslan sayang" kata Lucy.
Tidak lagi, kata Aslan. Kau bukan bukan " tanya Susan dengan suara gemetar. Dia tidak bisa mengucapkan kata hantu. Aslan menundukkan kepalanya yang keemasan dan rnenjilat dahi Susan. Kehangatan napasnya dan aroma harum dari bulunya menyelimuti anak itu.
Apakah aku mirip hantu" katanya.
Oh, kau nyata, kau nyata! Oh, Aslan! tangis Lucy, dan kedua anak memeluknya dan menciuminya.
Tapi apa artinya itu semua" tanya Susan ketika mereka sudah lebih tenang.
Artinya, kata Aslan, adalah meskipun si penyihir tahu Sihir Ajaib, ada sihir yang lebih ajaib lagi yang tidak diketahuinya. Pengetahuannya hanya sampai pada awal waktu. Tapi kalau dia bisa melihat mundur lebih ke belakang, ke dalam keheningan dan kegelapan sebelum Awal Waktu, dia bisa membaca bahwa ada mantra yang berbeda. Dia akan tahu bahwa ketika korban sukarela yang tidak melakukan pelanggaran apa pun dibunuh sebagai ganti pengkhianat, Table akan terbelah dan Kematian akan berjalan mundur. Dan sekarang
Oh, ya. Sekarang" kata Lucy, melompat-lompat dan bertepuk tangan.
Oh, anak-anak, kata si singa, aku merasakan kekuatanku kembali padaku. Oh, anak-anak, tangkap aku kalau kalian bisa! Dia berdiri sesaat, matanya berbinar-binar, tubuhnya gemetar, ekornya mengibas-ngibas. Kemudian dia melompat tinggi di atas kepala kedua anak dan mendarat di sisi lain Table. Tertawa, meskipun tidak mengerti sebabnya, Lucy merangkak ke atas altar itu untuk menangkapnya. Aslan melompat lagi. Kejar-kejaran dimulai. Berkeliling bukit, dia mendahului mereka, menjauh sampai seolah tak bisa ditangkap, lalu membiarkan mereka seolah bisa menangkap ekornya, lari di antara mereka, melempar mereka ke udara dengan cakarnya yang besar dan lembut, dan menangkap mereka lagi, dan berhenti tiba-tiba sehingga mereka bertiga bergulung-gulung bersama sambil tertawa-tawa gembira. Kejadian gila-gilaan yang tidak akan pernah terjadi di mana pun kecuali di Narnia. Dan entah itu lebih mirip bermain dengan badai atau bersama anak kucing, Lucy tidak pernah bisa memastikannya. Dan yang lucu adalah ketika mereka bertiga akhirnya berbaring bersama terengah-engah di bawah matahari, anak-anak sama sekali tidak merasa lelah, lapar, atau haus.
Dan sekarang, kata Aslan, kembali serius. Aku merasa ingin mengaum. Kalian lebih baik menutupi telinga kalian.
Dan mereka melakukannya. Aslan pun berdiri tegak dan ketika dia membuka rnulutnya untuk mengaum wajahnya menjadi sangat mengerikan sehingga anak-anak tidak berani memandangnya. Mereka melihat semua pohon di depannya membungkuk karena kekuatan aumannya, seperti rumput membungkuk di padang karena tertiup angin. Kemudian Aslan berkata, Kita harus berjalan jauh. Kalian harus naik ke punggungku. Dia pun membungkuk dan anak-an
ak naik ke punggungnya yang hangat dan keemasan, dan Susan duduk lebih dulu, berpegang erat pada surainya dan Lucy duduk di belakangnya, berpegang erat pada Susan. Dan dengan dorongan keras, Aslan bangkit kemudian mulai berlari, lebih cepat daripada kuda mana pun, menuruni bukit dan memasuki hutan yang lebat.
Perjalanan itu mungkin hal terindah yang pernah terjadi pada mereka di Narnia. Apakah kalian pernah naik kuda" Pikirkan itu, kemudian buang suara kaki kuda dan gemerencing tali kekang, dan bayangkan suara entakan cakar yang nyaris tak bersuara. Kemudian bayangkan bukannya punggung kuda yang hitam, abu-abu, atau cokelat kacang, tapi bulu yang lembut keemasan, dan surai yang berkibar tertiup angin. Kemudian bayangkan kecepatanmu kira-kira dua kali lebih cepat dari kuda pacu tercepat. Tapi ini tunggangan yang tidak perlu diarahkan dan tidak pernah lelah. Dia terus berlari, tidak pernah tergelincir, tidak pernah ragu, mencari jalannya dengan keterampilan sempurna di antara batang-batang pohon, melompati semak-semak dan sungai-sungai kecil, menyeberangi sungai yang lebih lebar, berenang di sungai yang besar. Dan kau bepergian bukan di jalan, taman, atau bahkan padang, tapi menyeberangi Narnia, di musim semi, menuruni jalan yang dipagari pohon beechdan melewati barisan pohon ek, rnelalui padang liar penuh pohon ceri yang seputih salju, melewati air terjun bergemuruh dan batu-batu berlumut dan gua-gua bergema, menanjak tebing-tebing yang penuh semak, dan melewati puncak gunung-gunung yang tertutup tanaman heather, dan sepanjang tebing curam dan turun, turun, turun lagi ke lembah-lembah liar dan keluar ke berekar-ekar padang bunga biru.
Sudah hampir tengah hari ketika mereka menemukan diri mereka menatap ke bawah tebing curam kepada istana istana kecil yang seperti mainan dari tempat mereka berdiri yang sepertinya penuh menara beratap runcing. Tapi singa itu berlari turun begitu cepat sehingga istana itu membesar setiap saat dan sebelum mereka punya waktu untuk bertanya pada diri mereka sendiri istana apa itu, mereka sudah berada di depannya. Dan sekarang bangunan itu tidak lagi tampak seperti istana mainan tapi berdiri megah di hadapan mereka. Tidak ada orang yang mengintip dari lubang intainya dan gerbang-gerbangnya terkunci rapat. Dan Aslan, tidak memelankan larinya sedikit pun, lari tepat ke arahnya secepat peluru.
Rumah si penyihir! teriaknya. Nah, anak-anak, pegang erat-erat.
Saat berikutnya seluruh dunia seolah jungkir balik, dan anak-anak merasa seolah isi perut mereka tertinggal di belakang. Si singa mempersiapkan dirinya untuk melompat lebih tinggi dari lompatan mana pun yang pernah dilakukannya dan melompat atau kau bisa menyebutnya terbang bukannya melompat melewati dinding istana. Kedua anak, kehabisan napas tapi baik-baik saja, mendapati diri mereka turun dari punggung Aslan di tengah halaman luas penuh patung batu
BAB ENAM BELAS Apa yang Terjadi pada Patung-Patung
WAH, tempat ini bagus sekali! teriak Lucy. Patung-patung binatang itu dan orang juga! Ini mirip museum.
Sstt, kata Susan, Aslan sedang melakukan sesuatu.
Memang begitu. Dia mendekati singa batu dan meniupnya. Kemudian tanpa menunggu sesaat pun dia berlari nyaris seolah dia kucing yang mengejar ekornya sendiri lalu juga meniup dwarf batu, yang (kalau kau ingat) berdiri beberapa meter membelakangi si singa. Kemudian dia menepuk dryad batu yang tinggi yang berdiri di sebelah si dwarf, berbalik cepat untuk mengurus kelinci batu di sebelah kanannya, dan berlari ke dua centaurus. Tapi saat itu Lucy berkata, Oh, Susan! Lihat! Lihat singa itu.
Kurasa kau pernah melihat seseorang meletakkan korek api menyala di atas koran bekas yang disusun di perapian yang belum menyala. Dan beberapa saat tidak ada yang terjadi, kemudian kau melihat api kecil mulai menjilat tepian koran itu. Seperti itulah yang terjadi sekarang. Tidak lama setelah Aslan meniupnya, si singa batu tampak sama saja. Kemudian guratan emas mulai tampak di punggung batunya yang putih kemudian menyebar lalu warna itu seolah menjilat seluruh tubuhnya seperti api menjilat seluruh
bagian koran kemudian, sementara bagian belakang tubuhnya jelas masih batu, singa itu mengibaskan surainya dan semua lapisan batu yang berat itu rontok menjadi surai sungguhan. Kemudian dia membuka mulutnya yang merah besar, hangat, dan hidup, dan menguap lebar-lebar. Dan sekarang kaki belakangnya mulai hidup. Dia mengangkat sebelah kakinya dan menggaruk dirinya sendiri. Kemudian, setelah melihat Aslan, singa itu mengejarnya dan berlari di sekitarnya, menggeram gembira dan melompat untuk menjilat wajah Aslan.
Tentu saja, tatapan anak-anak mengikuti singa itu, tapi pemandangan yang mereka lihat begitu indah sehingga mereka segera melupakannya. Di mana-mana patung-patung mulai hidup. Halaman itu tidak tampak seperti museum lagi, tapi lebih mirip kebun binatang. Makhluk-makhluk berlari mengikuti Aslan dan berdansa di sekelilingnya sehingga dia nyaris hilang dalam kerumunan. Bukannya warna putih yang mati, halaman itu sekarang penuh warna: cokelat mengilap sisi tubuh centaurus, tanduk keunguan unicorn, warna bulu burung yang menakjubkan, bulu kemerahan rubah, anjing dan satyr, stoking kuning dan tudung merah tua dwarf, dan warna perak gadis-birch, dan hijau transparan yang segar gadis-beech, dan hijau terang nyaris kuning gadis-larch. Dan bukannya keheningan mematikan seluruh tempat itu penuh suara kekeh gembira, ringkikan, gonggongan, pekikan, dekutan, kicauan, teriakan, entakan kaki, lagu, dan tawa.
Oh! kata Susan dengan nada berbeda. Lihat! Aku ingin tahu maksudku, apakah ini aman"
Lucy memerhatikan dan melihat Aslan baru meniup kaki raksasa batu.
Tidak apa-apa! teriak Aslan gembira. Begitu kakinya sembuh, seluruh tubuhnya akan mengikuti.
Bukan itu maksudku, bisik Susan kepada Lucy. Tapi terlambat untuk melakukan apa pun sekarang bahkan kalaupun Aslan mau mendengarkannya. Perubahan mulai merambah kaki si raksasa. Sekarang dia bisa menggerakkan kakinya. Beberapa saat kemudian dia mengangkat gadanya dari bahu, mengusap matanya dan berkata, Ya ampun! Aku pasti tertidur. Nah! Di mana penyihir kecil menyebalkan yang berlari-lari di tanah" Terakhir dia berada di sekitar kakiku. Tapi saat semua telah berteriak kepadanya untuk menjelaskan apa yang terjadi, dan saat si raksasa telah meletakkan tangannya di belakang telinga dan menyuruh mereka mengulangi semua lagi, akhirnya dia mengerti, kemudian membungkuk dalam-dalam sehingga kepalanya tinggal setinggi tumpukan jerami dan dia menyentuh topinya berkali-kali di depan Aslan, wajahnya yang jelek tapi jujur berbinar-binar. (Raksasa jenis apa pun sangat jarang sekarang di lnggris dan begitu sedikit raksasa yang bersikap baik sehingga kemungkinannya sangat kecil kau bisa melihat raksasa dengan wajah berbinar-binar. Ini benar-benar pantas dilihat.)
Nah, sekarang isi rumah ini! kata Aslan. Buka mata, semuanya. Di atas dan di bawah dan dalam kamar wanita itu! Jangan ada sudut yang tertinggal. Kau takkan pernah tahu di mana tawanan malang mungkin disembunyikan.
Dan mereka semua lari ke dalam dan selama beberapa menit seluruh istana tua yang gelap, mengerikan, dan lembap itu bergema dengan suara jendela dibuka dan suara-suara berteriak bersama, Jangan lupakan ruang bawah tanahnya Bantu kami membuka pintu ini! Di sini ada tangga lagi Oh! Di sini ada kanguru yang malang. Panggil Aslan Euh! Bau sekali di sini Hati-hati ada perangkap Di atas sini! Ada banyak di tangga! Tapi yang paling menyenangkan adalah ketika Lucy lari dari atas sambil berteriak:
Aslan! Aslan! Aku menemukan Mr Tumnus. Oh, cepatlah datang.
Beberapa saat kemudian Lucy dan faun kecil itu berpelukan dengan kedua belah tangan dan menari berputar-putar karena gembira. Faun itu kesal sekali karena menjadi patung dan tentu saja sangat tertarik pada semua yang ingin diceritakan Lucy padanya.
Tapi akhirnya pekerjaan memeriksa benteng si penyihir selesai. Seluruh istana berdiri kosong dengan semua jendela serta pintu terbuka. Cahaya serta udara musim semi yang manis berembus ke dalam semua tempat gelap dan jahat yang begitu memerlukannya. Seluruh kerumunan dari patung yang terbebaskan kembali ke halaman. Dan
saat itulah seseorang (kurasa Tumnus) berkata:
Tapi bagaimana kita akan keluar" Karena Aslan masuk dengan melompat dan gerbang masih tertutup.
Itu mudah saja, kata Aslan, kemudian dengan berdiri pada kaki belakangnya, dia menatap si raksasa. Hai, kamu, raungnya, siapa namamu"
Raksasa Rumblebuffin, Yang Mulia, kata si raksasa, sekali lagi menyentuh topinya.
Baiklah, Raksasa Rumblebuffin, kata Aslan, keluarkan kami dari sini, maukah kau"
Tentu saja, Yang Mulia. Ini kehormatan bagiku, kata Raksasa Rumblebuffin. Jauh-jauhlah dari gerbang, makhluk-makhluk kecil. Kemudian dia lari ke arah gerbang dan bum-bum-bum-suara gadanya. Gerbang berderak pada pukulan pertama, berderak lagi pada pukulan kedua, kemudian bergetar pada pukulan ketiga. Lalu si raksasa mendorong menara-menara di kedua sisi gerbang, dan setelah beberapa menit memukul dan menghantam, kedua menara dan sebagian dinding di kedua sisi roboh menjadi tumpukan reruntuhan. Ketika debu telah menghilang, rasanya aneh berdiri di halaman batu yang kering, suram, dan melihat melalui lubang itu semua rumput dan pepohonan yang melambai, sungai-sungai hutan yang berkilauan, dan bukit-bukit biru jauh di sana dan lebih jauh lagi langit.
Ya ampun, aku berkeringat dan kotor sekali, kata si raksasa, terengah-engah seperti lokomotif besar. Karena sudah lama tidak olahraga. Kurasa kalian, nona-nona cilik ini tidak punya saputangan, bukan"
Aku punya, kata Lucy, berjinjit dan mengulurkan saputangannya sejauh yang dia bisa.
Terima kasih, Missie, kata Raksasa Rumblebuffin, membungkuk. Lucy agak takut karena dia terperangkap di antara jari telunjuk dan jempol si raksasa. Tapi tepat ketika anak itu berada di dekat wajahnya, si raksasa terkejut kemudian meletakkannya kembali dengan lembut di tanah sambil bergumam, Ya ampun! Aku malah mengangkat anak perempuan itu. Aku minta maaf, Missie, kupikir kaulah saputangannya!
Bukan! Bukan, kata Lucy sambil tertawa, ini dia! Kali ini si raksasa berhasil mengambilnya tapi baginya besar saputangan itu sama seperti besar sebutir gula bagimu, jadi ketika Lucy melihat raksasa itu dengan khidmat menggosokkannya pada wajahnya yang merah besar, dia berkata, Kurasa tidak banyak gunanya bagimu, Mr Rumblebuffin.
Ah, tidak, kata si raksasa dengan sopan. Belum pernah melihat saputangan yang lebih manis lagi. Begitu bagus, begitu berguna. Jadi aku tidak tahu bagaimana harus melukiskannya.
Dia raksasa yang manis sekali! kata Lucy pada Mr Tumnus.
Oh ya, jawab si faun. Semua keluarga Buffin begitu. Salah satu keluarga raksasa paling dihormati di Narnia. Mungkin tidak begitu cerdas (aku tidak pernah mengenal raksasa yang cerdas), tapi keluarga yang tua. Dengan tradisi, kau tahu bukan. Kalau dia seperti raksasa lain, si penyihir takkan pernah mengubahnya jadi batu.
Saat itu Aslan menepukkan cakarnya dan mohon ketenangan.
Pekerjaan kita hari ini belum selesai, katanya, dan kalau si penyihir akan dikalahkan sebelurn kita tidur malam ini, kita harus langsung berangkat ke medan perang.
Dan ikut terjun ke sana, kuharap, Sir! tambah salah satu centaurus terbesar.
Tentu saja, kata Aslan. Dan sekarang! Mereka yang tidak bisa berjalan cepat yaitu anak-anak, dwarf, dan binatang-binatang kecil harus naik ke punggung mereka yang bisa yaitu singa, centaurus, unicorn, raksasa, dan elang. Mereka yang memiliki penciuman tajam berjalan di depan bersama kami, singa, untuk mencium di mana peperangan terjadi. Waspadalah dan persiapkan diri kalian.
Lalu dengan terburu-buru dan sambil berteriak gembira mereka melakukannya. Yang paling gembira dalam kumpulan itu adalah singa satu lagi yang terus berlari ke mana-mana berpura-pura sibuk tapi sebenarnya berkata pada semua yang ditemuinya, Kau dengar apa yang dia katakan" Kami, singa. Itu artinya dia dan aku. Kami, singa. Itulah yang kudengar tentang Aslan. Tidak berpihak, tidak memilih-milih. Kami, singa. Itu artinya dia dan aku. Paling tidak dia terus mengatakan itu sampai Aslan menyuruhnya mengangkut tiga dwarf, satu dryad, dua kelinci, dan tikus tanah. Itu membuatnya agak tenang.
Keti ka semua siap (sebenarnya yang membantu Aslan mempersiapkan semuanya adalah anjing gembala besar) mereka berangkat melalui lubang besar di dinding istana. Pertama-tama singa-singa dan anjing-anjing mencium-cium ke segala arah. Tapi tiba-tiba seekor anjing mencium bau yang dicari dan memberi tanda. Tidak ada waktu yang dibuang setelahnya. Semua anjing, singa, serigala, dan binatang pemburu lain segera lari secepat mungkin dengan hidung di dekat tanah, dan yang lain, tertinggal kira-kira setengah mil di belakang mereka, mengikuti secepat yang mereka bisa. Suara yang mereka buat seperti rombongan pemburu rubah di Inggris, tapi lebih menyenangkan karena sesekali gonggongan anjing bercampur auman singa yang satu, dan kadang-kadang auman yang jauh lebih dalam dan menakutkan dari Aslan sendiri. Lebih cepat dan lebih cepat mereka berjalan, bau pertempuran semakin mudah diikuti. Kemudian, tepat saat mereka mencapai belokan terakhir pada suatu lembah sempit, Lucy mendengar semua suara itu, suara lain yang berbeda, yang membuatnya merasa aneh. Itu suara teriakan juga jeritan dan hantaman besi melawan besi.
Mereka keluar dan lembah sempit dan Lucy langsung melihat asal suara itu. Di sana berdiri Peter dan Edmund dan seluruh sisa pasukan Aslan sedang bertempur mati-matian melawan kerumunan makhluk mengerikan yang dikirim si penyihir kemarin malam. Tapi sekarang, di siang hari, makhluk-makhluk itu tampak semakin aneh dan lebih jahat serta menakutkan. Mereka juga sepertinya lebih banyak. Pasukan Peter yang membelakangi Lucy tampak sangat sedikit. Dan ada patung-patung di berbagai tempat di medan tempur itu, jadi jelas si penyihir telah menggunakan tongkat sihirnya. Tapi sepertinya dia tidak menggunakannya sekarang. Dia sedang bertempur menggunakan pisau batunya. Peter-lah yang dilawannya mereka berdua bertempur begitu hebat sehingga Lucy nyaris tidak bisa melihat apa yang terjadi dia hanya melihat pisau batu dan pedang Peter bergerak begitu cepat sehingga tampak seperti tiga pisau dan tiga pedang. Mereka berdua berdiri di tengah medan perang. Di kedua sisi peperangan terjadi. Hal-hal menakutkan terjadi di mana pun Lucy memandang.
Turun dari punggungku, anak-anak, teriak Aslan. Dan mereka berdua melompat turun. Kemudian dengan auman yang mengguncangkan seluruh Narnia dari lampu tiang di sisi barat sampai ke pantai laut timur, singa itu menyerang Penyihir Putih. Lucy melihat wajah si penyihir mendongak ke arah Aslan sesaat dengan ekspresi ketakutan sekaligus kekagetan. Kemudian Singa dan Penyihir berguling bersama tapi si penyihir berada di bawah; dan di saat yang sama semua makhluk yang dipimpin Aslan
dari rumah si penyihir berlari ke garis musuh, dwarf dengan kapak perang mereka, anjing-anjing memamerkan gigi mereka, raksasa dengan gadanya (dan kakinya juga melumatkan banyak musuh), unicorn dengan tanduk mereka, centaurus dengan pedang dan kaki mereka. Dan pasukan Peter yang kelelahan berteriak gembira, pendatang baru meraung, dan musuh menjerit serta gemetar sampai hutan bergema dengan suara yang datang dari sana.
BAB TUJUH BELAS Perburuan Rusa Putih PERTEMPURAN selesai beberapa saat setelah kedatangan mereka. Kebanyakan musuh tewas begitu pasukan Aslan menyerbu, dan ketika yang masih hidup melihat bahwa si penyihir tewas, mereka menyerah atau lari. Hal berikut yang Lucy lihat adalah Peter dan Aslan berjabat tangan. Lucy merasa aneh melihat Peter sekarang wajahnya begitu pucat dan keras, dia juga tampak jauh lebih tua.
Ini semua berkat Edmund, Aslan, kata Peter. Kami pasti kalah kalau tidak ada dia. Penyihir itu menyihir pasukan kita menjadi batu di kanan-kiri. Tapi tidak ada yang bisa menghentikan Edmund. Dia menerobos melalui tiga ogre ke tempat si penyihir baru saja menyihir salah satu leopardmu menjadi patung. Dan ketika mencapai wanita itu, Edmund cukup cerdas untuk memukulkan pedangnya ke tongkat sihir, bukannya langsung menyerangnya dan membuat dirinya sendiri menjadi patung setelah usaha kerasnya. Itulah kesalahan yang dibuat yang lain. Begitu tongkatnya patah, kami mulai punya kesempatan kalau saja kami belum kehil
angan begitu banyak. Edmund terluka parah. Kita harus melihat keadaannya.
Mereka menemukan Edmund dirawat Bu Berang-berang sedikit di belakang garis pertempuran. Tubuhnya tertutup darah, mulutnya terbuka, dan wajahnya kehijauan.
Cepat, Lucy, kata Aslan.
Kemudian, hampir untuk pertama kalinya, Lucy ingat botol cairan berharga yang diberikan kepadanya sebagai hadiah Natal. Tangannya gemetar begitu hebat sehingga dia nyaris tidak bisa membuka tutupnya, tapi akhirnya dia berhasil dan menuangkan beberapa tetes isinya ke dalam mulut saudaranya.
Ada yang lain yang juga terluka, kata Aslan ketika Lucy masih menatap penuh harap kepada wajah pucat Edmund dan bertanya-tanya apakah cairan itu berhasil.
Ya, aku tahu, kata Lucy kesal. Tunggu sebentar.
Putri Hawa, kata Aslan dengan suara lebih tegas, yang lain juga sedang sekarat. Apakah harus ada yang lain meninggal karena Edmund"
Maafkan aku, Aslan, kata Lucy, bangkit dan pergi bersama singa itu. Dan selama setengah jam berikutnya mereka sibuk Lucy mengurus yang terluka sementara Aslan menghidupkan kembali mereka yang diubah jadi patung batu. Ketika akhirnya bebas untuk kembali kepada Edmund, Lucy melihat kakaknya berdiri sendiri dan bukan saja sembuh dari luka-lukanya, tapi juga tampak jauh lebih baik daripada lama sebelumnya oh, bahkan dibanding bertahun-tahun lalu malah sejak semester pertamanya di sekolah mengerikan tempat Edmund mulai bertingkah aneh. Dia menjadi dirinya yang lama lagi dan bisa menatap matamu. Dan di sana di medan tempur, Aslan menjadikannya kesatria.
Apakah dia tahu, bisik Lucy pada Susan, apa yang dilakukan Aslan padanya" Apakah dia tahu apa perjanjian sebenarnya dengan si penyihir"
Sstt! Tidak, tentu saja tidak, kata Susan.
Tidakkah sebaiknya dia diberitahu" kata Lucy.
Oh, tentu tidak, kata Susan. Terlalu menyakitkan baginya. Pikirkan bagaimana perasaanmu kalau jadi dia.
Aku tetap berpikir dia sebaiknya tahu, kata Lucy. Tapi saat itu pembicaraan mereka terpotong.
Malam itu mereka tidur di sana. Bagaimana Aslan menyediakan makanan bagi mereka semua, aku tidak tahu, tapi entah bagaimana mereka mendapati diri mereka semua duduk di rumput untuk minum teh yang enak sekitar jam delapan malam. Hari berikutnya mereka mulai berjalan ke timur di sisi sungai besar. Dan hari berikutnya setelah itu, kira-kira jam minum teh sore, mereka mencapai muaranya. Istana Cair Paravel di atas bukit kecilnya menjulang di atas mereka, di depan mereka pasir dengan bebatuan dan kolam-kolam kecil air garam, rumput laut, aroma laut, dan berkilometer-kilometer ombak biru kehijauan memecah terus dan terus di pantai. Dan oh, jeritan burung camar! Apakah kau mendengarnya" Bisakah kau mengingatnya"
Malam itu setelah minum teh, keempat anak berhasil pergi ke pantai lagi, melepaskan sepatu serta kaus kaki mereka, dan merasakan pasir di antara jari-jari kaki mereka. Tapi hari berikutnya lebih khidmat. Karena saat itu, di Aula Besar Cair Paravel aula indah dengan atap gading dan dinding barat berhiaskan bulu burung merak dan pintu timur membuka ke arah laut, di hadapan semua sahabat mereka dan diiringi suara terompet, Aslan dengan khidmat memahkotai mereka dan mengantar mereka ke keempat singgasana dengan diiringi teriakan-teriakan, Hidup Raja Peter! Hidup Ratu Susan! Hidup Raja Edmund! Hidup Ratu Lucy!
Sekali Raja atau Ratu di Narnia, akan selalu jadi raja atau ratu. Pikullah tanggung jawab ini dengan baik, Putra-putra Adam! Pikullah tanggung jawab ini dengan baik, Putri-putri Hawa! kata Aslan.
Dan melalui pintu timur, yang terbuka lebar, datang suara-suara putri-putri duyung yang berenang di dekat pantai dan bernyanyi untuk menghormati raja dan ratu mereka yang baru.
Anak-anak duduk di takhta dan tongkat kerajaan diberikan kepada mereka. Mereka pun memberikan hadiah serta pangkat bagi semua teman mereka, Tumnus si Faun, dan keluarga Berang-berang, dan Raksasa Rumblebuffin, kepada para leopard, centaurus yang baik, dwarf yang baik, dan kepada si singa. Dan malam itu ada pesta besar di Cair Paravel, dan musik serta dansa, dan mangkuk emas berkilau serta
anggur mengalir, dan meningkahi suara musik, terdengar nyanyian makhluk-makhluk laut yang aneh, tapi lebih manis dan menusuk.
Tapi di luar semua pesta pora ini Aslan sendiri diam-diam mengundurkan diri. Dan ketika para raja dan ratu melihat bahwa dia tidak ada, mereka tidak mengatakan apa pun. Karena Pak Berang-berang telah memperingatkan mereka. Dia akan datang dan pergi, katanya. Suatu hari kalian akan melihatnya dan hari berikutnya tidak. Dia tidak suka terikat dan tentu saja dia punya negeri lain yang harus diurus. Tidak apa-apa. Dia akan sering mampir. Tapi kalian tidak boleh mendesaknya. Dia liar, tahu bukan. Bukan seperti singa jinak.
Dan sekarang, seperti yang kaulihat, kisah ini hampir (tapi belum) berakhir. Kedua raja dan kedua ratu ini memerintah Narnia dengan baik, dan masa pemerintahan mereka lama serta bahagia. Pertama-tama waktu mereka dihabiskan untuk mencari sisa-sisa pasukan Penyihir Putih dan menghancurkan mereka, dan memang untuk waktu lama ada kabar-kabar kejahatan terjadi di bagian hutan yang lebih liar perburuan di sana dan pembunuhan di sini, penampakan werewolf suatu bulan dan gosip keberadaan hag di bulan yang lain. Tapi pada akhirnya semua kejahatan itu berhasil dihapuskan. Dan para raja serta ratu ini membuat hukum yang baik dan menjaga perdamaian dan menyelamatkan pohon-pohon yang bagus dan pemotongan yang tidak diperlukan, dan membebaskan dwarf serta satyr muda dari keharusan bersekolah, dan secara umum menghentikan orang yang suka ikut campur urusan orang lain, pengganggu, dan melindungi orang biasa yang ingin hidup biasa. Dan mereka memukul mundur raksasa jahat (cukup berbeda dengan Raksasa Rumblebuffin) di utara Narnia ketika mereka melintasi perbatasan. Dan mereka mengikat persahabatan serta kerja sama dengan negara-negara di seberang lautan dan mengadakan kunjungan kenegaraan dan menerima kunjungan kenegaraan dari mereka. Dan mereka sendiri tumbuh dan berubah sejalan dengan waktu. Peter menjadi tinggi, berbahu bidang, kesatria yang hebat, dan dia disebut Raja Peter yang Agung. Dan Susan tumbuh menjadi wanita yang tinggi dan langsing dengan rambut hitam yang panjangnya hampir mencapai kaki dan raja-raja dari negara-negara di seberang lautan mulai mengirimkan duta besar untuk melamarnya. Dan dia disebut Ratu Susan yang Lembut. Edmund tumbuh menjadi pria yang lebih serius dan pendiam daripada Peter, dan hebat dalam perundingan serta pengambilan keputusan. Dia disebut Raja Edmund yang Adil. Tapi Lucy, dia selalu gembira dan berambut pirang, dan semua pangeran di daerah itu ingin dia menjadi ratu mereka, dan rakyatnya sendiri menyebutnya Ratu Lucy yang Berani.
Mereka hidup bahagia dan kalaupun mereka pernah ingat pada kehidupan mereka di dunia kita ini, ingatan itu seolah hanya mimpi. Dan satu hari, Tumnus (yang saat itu sudah menjadi faun paro baya dan mulai pincang) datang dari hulu sungai dan membawa kabar bahwa Rusa Putih sekali lagi muncul di daerahnya Rusa Putih yang bisa mengabulkan permohonanmu kalau kau menangkapnya. Jadi kedua raja dan kedua ratu bersama anggota-anggota utama majelis pemerintahan mereka, mengadakan perburuan dengan membawa terompet serta anjing pemburu di Hutan Barat untuk mengikuti Rusa Putih. Dan mereka belum lama dalam perburuan itu ketika melihatnya. Dia memandu mereka dengan cepat melalui dataran yang kasar dan halus, dan melalui hutan yang rapat maupun yang jarang, sampai kuda semua pendamping kelelahan dan tinggal keempat raja dan ratu yang mengikutinya. Dan mereka melihat rusa itu masuk ke semak-semak ke tempat yang tidak bisa diikuti kuda mereka. Kemudian Raja Peter berkata (mereka bicara dengan gaya yang berbeda sekarang, setelah begitu lama menjadi raja dan ratu), Saudara-saudaraku yang mulia, mari kita turun dari kuda kita dan mengikuti binatang ini ke dalam semak, karena seumur hidupku aku belum pernah memburu binatang yang lebih mulia lagi.
Sir, kata yang lain, mari lakukan itu.
Jadi mereka turun dan mengikat kuda mereka ke pohon dan masuk ke bagian hutan yang lebih rapat sambil berjalan kaki. Dan begitu mereka memasukinya, Ratu Susan ber
kata: Teman-temanku yang mulia, ini sangat aneh, karena aku sepertinya melihat pohon dari besi.
Madam, kata Raja Edmund, kalau kau melihat baik-baik ke depan kau akan melihat itu pilar besi dengan lampu di atasnya.
Demi surai singa, aneh sekali, kata Raja Peter, memasang lampu di sini, tempat pohon-pohon tumbuh begitu rapat di sekelilingnya dan begitu tinggi di atasnya sehingga bila dinyalakan pun dia tidak akan memberikan cahaya bagi siapa pun!
Sir, kata Ratu Lucy. Sepertinya ketika tiang ini dan lampu ini dipasang di sini pohon-pohon di tempat ini lebih kecil, lebih sedikit, atau tidak ada sama sekali. Karena ini hutan yang masih muda dan tiang besi itu sudah tua. Dan mereka berdiri memerhatikannya. Kemudian Raja Edmund berkata, Aku tidak tahu bagaimana, tapi lampu di atas tiang ini melakukan sesuatu yang aneh padaku. Dalam pikiranku terlintas bahwa aku pernah melihatnya, seolah dalam mimpi, atau mimpi tentang suatu mimpi.
Sir, jawab yang lain, memang itu juga yang terjadi pada kami.
Dan lebih dari itu, kata Ratu Lucy, karena tidak bisa hilang dari pikiranku bahwa kalau kita melewati tiang dan lampu ini entah kita akan menemukan petualangan aneh atau akan terjadi perubahan besar pada nasib kita.
Madam, kata Raja Edmund, perasaan seperti itu juga menguasai hatiku.
Dan hatiku, saudaraku yang baik, kata Raja Peter.
Dan hatiku juga, kata Ratu Susan. Untuk itu menurut pendapatku kita lebih baik kembali ke kuda kita dan jangan mengikuti Rusa Putih ini lagi.
Madam, kata Raja Peter, kalau begitu aku mohon izinmu untuk pergi. Karena tidak pernah sejak kita berempat menjadi Raja dan Ratu Narnia, kita mengambil alih masalah-masalah besar seperti perang, pencarian, angkatan bersenjata, masalah keadilan, dan sejenisnya, kemudian lepas tangan. Apa pun yang kita ambil alih, selalu kita selesaikan.
Saudaraku, kata Ratu Lucy, kata-kata kakakku yang terhormat benar. Dan bagiku sepertinya kita harus malu kalau rasa takut pada hambatan membuat kita mundur dari pengejaran binatang yang begitu mulia seperti yang sedang kita ikuti sekarang.
Dan aku setuju, kata Raja Edmund. Dan aku punya keinginan untuk menemukan arti semua ini sehingga aku tidak akan kembali hanya karena permata paling berharga di Narnia dan semua pulaunya.
Kalau begitu, dengan nama Aslan, kata Ratu Susan, kalau kalian semua menginginkannya, mari maju dan menghadapi petualangan apa pun yang akan kita alami.
Jadi para raja dan ratu ini memasuki semak-semak, dan sebelum mereka maju terlalu jauh, mereka semua ingat bahwa benda yang mereka lihat itu bernama lampu tiang. Lalu sebelum mereka maju dua puluh langkah lagi, mereka melihat bahwa mereka tidak maju melalui cabang-cabang pohon tapi melalui mantel-mantel. Dan saat berikutnya mereka keluar melalui pintu lemari ke ruangan kosong, dan mereka bukan lagi Raja dan Ratu dalam perburuan, tapi sekadar Peter, Susan, Edmund, dan Lucy dalam pakaian lama mereka. Saat itu hari dan jam yang sama dengan ketika mereka masuk ke lemari untuk bersembunyi. Mrs Macready dan tamu-tamu masih bicara di lorong, dan untungnya tidak pernah masuk ke ruangan kosong tersebut jadi anak-anak tidak tertangkap basah.
Dan itu akan menjadi akhir cerita kalau saja mereka tidak merasa harus menjelaskan kepada Profesor mengapa empat mantel dalam lemarinya hilang. Dan si profesor, yang merupakan pria yang sangat baik hati, tidak menganggap mereka bodoh atau menuduh mereka berbohong, tapi memercayai seluruh cerita mereka. Tidak, katanya, kurasa tidak ada gunanya kembali melalui pintu lemari itu untuk mengambil mantel-mantel tersebut. Kau tidak bisa kembali ke Narnia melalui rute itu lagi. Lagi pula mantel-mantel itu tidak akan berguna lagi bagi kalian kalau kalian melakukannya!
Eh" Apa" Ya, tentu saja kalian akan kembali ke Narnia lagi suatu hari nanti. Sekali Raja di Narnia, selalu jadi Raja di Narnia. Tapi jangan pernah mencoba menggunakan rute yang sama dua kali. Malah, jangan mencoba pergi ke sana sama sekali. Itu akan terjadi ketika kalian tidak mencarinya. Dan jangan bicara terlalu banyak tenta
ng hal ini bahkan di antara kalian sendiri. Dan jangan ceritakan pada orang lain kecuali kalian mengetahui mereka juga mengalami petualangan yang sama. Apa" Bagaimana kalian bisa tahu" Oh, kalian akan tahu. Hal-hal aneh yang mereka katakan bahkan tampang mereka itu akan membuka rahasia. Bukalah mata kalian. Ya ampun, apa yang mereka ajarkan di sekolah sekarang"
Dan itulah akhir petualangan di lemari. Tapi kalau Profesor benar, itu hanya menjadi awal dari petualangan di Narnia.
~~~SELESAI~~~ Ksatria Puteri Dan Bintang 1 Pendekar Rajawali Sakti 49 Gelang Naga Soka Interograsi Maut 1