Pencarian

Misteri Hantu Hijau 3

Trio Detektif 04 Misteri Hantu Hijau Bagian 3


"Kami ini cuma tikus-tikus kecil, yang sama
sekali tak berdaya," katanya. "Kami tertangkap,
tapi kawan kami tidak. Kalung itu kini di tangan
kawan kami itu." "Mereka bekerja dengan coroboh!" Mr. Won
mengetuk-ngetukkan jemarinya dengan sikap
kesal ke sandaran kursinya. "Akan tahu rasa
mereka, karena menyebabkan anak itu bisa
minggat!" "Nyaris saja ia tertangkap," kata Chang
menjelaskan. "Rupanya orang-orang itu berhasil
menebak rencanaku, entah dengan cara bagai-143
mana! Mereka menunggu dengan diam-diam,
sementara mula-mula aku, lalu temanku ini
menyusup lewat suatu celah sempityang tidak bisa
dilalui orang dewasa. Kemudian kudengar bunyi
batu kecil menggelinding. Kuarahkan cahaya
senterku ke tempat itu. Kulihat seseorang berdiri di
situ. Aku berteriak untuk memperingatkan teman-ku, tepat pada saat Jensen dan anak buahnya
meringkus kami berdua. Jadi temanku yang satu
lagi berhasil menyelamatkan diri. Celah itu terlalu
sempit, tidak mungkin Jensen atau anak buahnya
masuk lewat situ." "Mereka ceroboh!" tukas Mr. Won sekali lagi.
"Ketika kemarin malam Jensen menelepon untuk
melaporkan bahwa kalung mutiara itu sudah ada di
tangannya dan ia akan mengantarkannya padaku
malam ini, aku sudah memperingatkan jangan
sampai terjadi kesalahan. Dan sekarang "
Perkataannya terpotong denting genta. Mr. Won
menjangkau ke bawah bantal kursinya. Bob
tercengang, karena temyata laki-laki tua itu
mengambil pesawat telepon dari situ. Mr. Won
mendengarkan sesaat, lalu mengembalikan
gagang telepon ke tempatnya semula.
"Ada perkembangan baru," katanya. "Kita
tunggu saja sebentar."
Mereka bertiga menunggu sambil membisu.
Suasana hening, makin lama makin mencengkam
menurut perasaan Bob. Tapi ia tahu, itu
disebabkan karena syarafnya yang tegang. Apakah
yang akan terjadi sekarang" Begitu banyak
144 peristiwa tak tersangka yang terjadi hari itu,
sehingga ia merasa takkan mungkin akan merasa
heran lagi. Tapi yang terjadi kemudian, sama
sekali di luar dugaannya.
Pintu merah terbuka. Dalam keadaan dekil dan lusuh, dengan paras
pucat pasi tapi tetap tabah Pete Crenshaw
masuk ke dalam ruangan. 145 Bab 13 MUTIARA ITU HARUS KUMILIKI 146 "Pete!" Bob dan Chang kaget dan bangkit
serentak. "Kau kenapa""
"Tidak apa-apa, kecuali paling-paling lapar,"
jawab Pete. "Dan lenganku juga agak sakit karena
dipilin anak buah Jensen, ketika aku dipaksa
mengatakan di mana Mutiara Hantu kusem-bunyikan."
"Jadi kau memang menyembunyikannya""
tanya Bob bergairah. "Tapi pasti kau tidak mengatakan di mana,"
tambah Chang. "Tentu saja tidak," kata Pete geram. "Mereka
marah-marah. Coba mereka tahu "
"Awas!" kata Chang dengan segera. "Ada yang
ikut mendengar!" Pete langsung terdiam. Baru saat itu ia melihat
Mr. Won yang juga ada dalam ruangan itu.
"Kau bukan tikus lagi," kata laki-laki tua itu,
sambil memandang Chang. "Kau naga cilik, persis
moyangmu dulu." Ia berhenti sebentar. Kelihatan-nya sedang berpikir.
Ketiga remaja itu kaget sekali mendengar
ucapannya yang berikut. eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
nurulkariem@yahoo.com "Kau mau menjadi putraku"" tanya Mr. Won
pada Chang. "Aku ini kaya, tapi hatiku sedih karena
tidak punya keturunan pria. Kau akan kupungut,
kujadikan putraku. Dengan hartaku, kau akan
menjadi kaya raya." "Yang mulia, aku merasa mendapat kehormat-an besar," kata Chang dengan sopan. "Tapi dalam
hatiku, ada dua hal yang kukhawatirkan."
"Katakanlah apa itu," kata Mr. Won.
"Pertama-tama, Anda menghendaki agar aku
mengkhianati teman-temanku dan mengusaha-kan Mutiara Hantu untuk Anda," kata Chang.
Mr. Won mengangguk. "Tentu saja, karena itu kewajibanmu, selaku
calon putraku," katanya.
"Dan kekhawatiranku yang kedua," sambung
Chang, "wajau kini Anda berkata sepenuh hati, tapi
nanti semuanya akan dilupakan apabila mutiara itu
sudah ada di tangan Anda.. Tapi itu tidak menjadi
soal, karena aku takkan mau mengkhianati
teman-temanku.'' Mr. Won mendesah. "Memang, jika kau menerima tawaranku tadi,
aku pasti akan melupakannya lagi" kemudian,"
katanya. "Namun karena sekarang sudah kuketa-hui watakmu, aku sungguh-sungguh ingin memu-ngutmu sebagai anak jika kau mau. Tapi kau
tidak mau! Walau begitu, mutiara itu tetap harus
berhasil kumiliki, karena itu berarti kehidupan
bagiku. Dan juga bagi kalian!"
147 Mr. Won meraih ke bawah bantal. la mengambil
sebuah botol kecil yang rupanya tersimpan di
suatu tempat yang dirahasiakan. Kecuali itu juga
sebuah gelas kecil dari kaca kristal, serta sebuah
benda bundar yang diletakkannya di atas telapak
tangan. "Mendekatlah sebentar, dan perhatikan," ka-tanya.
Chang, Bob dan Pete beringsut mendekat, l
alu menatap benda yang terletak pada telapak tangan
yang sudah keriput mirip cakar itu. Benda itu
warnanya aneh, kelabu kusam. Nampaknya seperti
kelereng murahan. Tapi Chang mengenali benda apa itu sebe-narnya.
"Sebutir Mutiara Hantu," katanya.
"Itu penamaan konyol," tukas Mr. Won. la
memasukkan mutiara itu ke dalam botol kecil.
Mutiara itu mendesis dan menggelembung-gelembung kena cairan yang ada dalam botol itu,
sampai akhirnya larut sama sekali.
"Mama sejati mutiara jenis ini ialah Mutiara
Kehidupan," kata Mr. Won, sambil menuangkan
cairan dari botol ke gelas kristal. Cairan itu
diminumnya* sampai habis. Setelah itu dikembali-kannya gelas dan botol ke tempat semula.
"Naga cilik keturunan Mathias Green," katanya
kemudian, "serta kedua kawanmu! Kini akan
kuceritakan pada kalian sesuatu yang tidak banyak
.diketahui orang sedang yang mengetahuinya
merupakan orang-orang yang sangat bijaksana
148 atau kaya raya, atau kedua-duanya. Orang
umumnya mengenal mutiara jenis tadi dengan
nama Mutiara Hantu. Orang tahu, nilainya sangat
tinggi. Tapi apa yang menyebabkannya begitu"
Bukan karena keindahannya. Dinilai sebagai
perhiasan, mutiara jenis itu buruk sekali. Warnanya
pudar seakan-akan mati. Bukankah begitu""
Ketiga remaja itu mengangguk saja, karena
tidak tahu apa sebetulnya yang hendak dikatakan
oleh Mr. Won. Laki-laki tua itu melanjutkan
penuturannya. "Selama berabad-abad, mutiara jenis tadi hanya
beberapa butir saja ditemukan di suatu tempat
tertentu di Samudera Hindia. Tapi kini tidak satu
pun ditemukan lagi di tempat itu. Di seluruh dunia
paling banyak hanya ada setengah lusin kalung
Mutiara Hantu aku memakai istiiah yang biasa
dipakai orang. Mutiara-mutiara itu berada di
tangan orang-orang yang terkaya di dunia Timur,
dan dijaga baik-baik. Apa sebabnya" Karena "
Mr. Won berhenti sebentar, untuk lebih menekan-kan kata-kata yang diucapkan setelah itu, "jika
larutan itu ditelan seperti kulakukan tadi, mutiara
jenis itu membawa berkah perpanjangan umur.
Dan yang tadi itu mutiara yang terakhir."
Ketiga remaja itu mendengarkan sambil melo-ngo. Kelihatan jelas bahwa Mr. Won benar-benar
meyakini kata-katanya sendiri. Laki-laki tua itu
menarik napas panjang. "Kenyataan ini ditemukan di Cina, berabad-abad
yang lalu," katanya melanjutkan. "Rahasianya
149 disimpan para raja dan kaum bangsawan, lalu
kemudian oleh pedagang kaya seperti aku.
Gmurku sekarang seratus tujuh tahun, karena
seumur hidupku aku sudah menelan lebih dari
seratus mutiara kehidupan, yang oleh pihak
orang-orang yang tidak tahu disebut Mutiara
Hantu." Kini matanya yang sipit menatap Chang.
"Naga cilik, itulah sebabnya kenapa aku harus
berhasil memperoleh kalung itu," katanya. "Setiap
butir mutiara memperpanjang umur sekitar tiga
bulan. Gntai kalung itu terdiri dari empat puluh
delapan butir mutiara. Jadi umurku bisa dua belas
tahun lebih panjang!"
Suara Mr. Won kian meninggi.
"Aku harus memperoleh mutiara-mutiara itu!
Tak ada yang bisa mencegahku. Ketahuilah, kalian
ini cuma debu saja bagiku, jika kalian berusaha
menghalangi! Kelanjutan hidup selama dua belas
tahun sedang aku sudah berumur seratus tujuh
tahun! Sekarang tentunya kau mengerti betapa
pentingnya itu untukku, naga kecil!"
Chang mengigit bibir. "la tidak main-main," bisiknya pada Pete dan
Bob. "la pantang mundur. Aku akan mencoba
melakukan penawaran."
"Silakan menawar," kata Mr. Won, yang rupanya
tajam pendengarannya. "Itu memang cara Timur!
Hasil tawar-menawar secara jujur akan dihormati
kedua pihak." 150 "Bersediakah Anda membayar harga mutiara itu
pada bibiku, apabila Pete mengatakan di mana
tempatnya"" tanya Chang.
Mr. Won menggeleng. "Sudan kukatakan, aku akan membayar orang
yang bernama Jensen itu dan kataku selalu
kutepati. Tapi " ia berhenti sebentar, meneliti
Chang. "Ada kesulitan sehubungan dengan
pembayaran hipotek kebun dan pabrik anggur
bibimu. Nah ketahuilah bahwa hipotek itu ada di
tanganku. Aku berjanji bahwa bibimu akan kuberi
waktu untuk menebusnya. Selama itu aku takkan
mengganggu-gugat. Kecuali itu hantu yang
selama ini menakut-nakuti para pekerja akan
menghilang, dan p ara pekerja akan datang lagi."
Ketiga remaja itu terkejap-kejap karena kaget.
"Kalau begitu, Anda tahu itu hantu siapa"" seru
Chang. "Bagaimana Anda bisa tahu""
Mr. Won tersenyum sekilas.
"Biar sedikit-sedikit, pengetahuanku cukup
luas," katanya. "Antarkan Jensen ke tempat
mutiara disembunyikan, dan kesulitan bibimu
akan berakhir." "Itu penawaran baik," kata Chang. "Tapi dari
mana kami bisa tahu bahwa Anda bisa dipercaya""
Secara otomatis, Pete dan Bob mengangguk.
Karena pikiran itu juga terlintas dalam diri mereka.
"Aku Mr. Won," kata laki-laki tua itu dengan
ketus. "Kataku lebih teguh dari simpai baja!"
"Tanyakan bagaimana kita bisa mempercayai
Jensen!" potong Bob.
151 "Ya, betul karena Jensen bisa saja menjanji-kan sesuatu, tapi kemudian berbuat sebaliknya!"
sambung Pete. Mr. Won melantangkan suaranya lagi.
"Suruh Jensen datang," katanya.
Mereka menunggu. Dua menit, tidak terjadi
apa-apa. Kemudian pintu merah dari lift terbuka,
dan Jensen muncul dalam ruangan. Dengan sikap
tak peduli ia melangkah maju, menghampiri Mr.
Won dan ketiga remaja itu. Tampangnya masam.
"Anda berhasil membuka mulut mereka""
gerutunya. "Kau tidak berhadapan dengan sesamamu!"
tukas Mr. Won dengan nada tajam. "Kau makhluk
malam yang melata, yang sepantasnya diinjak.
Bersikaplah sesuai dengannya!"
Ketiga remaja itu melihat air muka Jensen
berubah karena marah. Tapi cuma sekejap dan
kemudian berubah lagi, menampakkan kengerian.
Kengerian yang luar biasa!


Trio Detektif 04 Misteri Hantu Hijau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Maaf, Mr. Won," katanya dengan suara seperti
tercekik. "Saya tadi cuma ingin tahu "
"Diam, dan dengarkan baik-baik!" potong Mr.
Won. "Jika nanti malam ketiga remaja ini
menyerahkan kalung mutiara itu ke tanganmu,
setelah itu kau harus menjamin bahwa mereka
tidak mengalami cedera. Kau boleh mengikat
mereka kalau perlu, sehingga diperlukan waktu
lebih dari sejam untuk membebaskan diri. Tapi
jangan kauikat terlalu ketat! Jika mengalami
cedera setelah menyerahkan kalung itu padamu,
152 kau akan mengalami pembalasanku seratus kali
lipat lebih dahsyat. Jika kau tidak mengacuhkan
peringatanku ini, kau akan mengalami seratus
irisan yang membawa maut!"
Jensen harus meneguk liur beberapa kali dulu,
sebelum bisa bicara lagi.
"Verdant Valley kini pasti sudah penuh dengan
orang yang mencari mereka," katanya dengan
nada merendah. "Sampai sekarang saya berhasil
menjauhkan perhatian dari Hashknife Canyon, di
mana mereka meninggalkan kuda-kuda mereka.
Orang-orang saya mengatakan pada para pencari
bahwa ngarai itu sudah diperiksa, tapi tidak ada
apa-apanya. Lalu sekarang jika mereka ini saya
bawa kembali ke sana "
"Mungkin kau sama sekali tidak perlu membawa
mereka kembali ke sana. Mungkin mereka mau
mengatakan padamu, di mana mutiara itu bisa
ditemukan. Mudah-mudahan saja begitu, supaya
urusan lebih gampang."
Kini Mr. Won bangkit dari tempat duduknya.
Ternyata orangnya kecil, tingginya hanya sekitar
satu meter setengah. "Ayo," katanya menyuruh Jensen ikut dengan-nya. "Mereka ingin merembukkan soal ini. Karena
persoalannya menyangkut hidup atau mati,
mereka berhak mengambil keputusan secara
bebas." Kedua orang itu meninggalkan ruangan. Mr.
Won berjalan dengan pelan dan berwibawa, lalu
masuk ke balik tirai merah.
153 Bab 14 KEPUTUSAN PENTING "Jangan mengatakan apa-apa yang kalian tidak
ingin diketahui orang lain," bisik Chang pada Bob
dan Pete, sementara kedua laki-laki tadi pergi.
"Soalnya, mungkin banyak orang ikut mendengar-kan. Kita mengobrol saja, untuk mengisi waktu.
Waktu kita cukup banyak, tidak perlu cepat-cepat
mengambil keputusan."
"Clntunglah," kata Pete murung, "karena kecuali
itu kita tidak punya apa-apa lagi. Sekarang aku
kepingin tahu, bagaimana kalian berdua sampai
bisa tertangkap." "Ketika aku sampai di balik Kerongkongan, aku
menyorotkan senterku berkeliling," kata Chang.
"Saat itu sekilas kulihat muka seseorang. Seketika
itu juga aku berteriak memberi tahu padamu, Pete.
Kami disergap sekitar lima orang, dan tahu-tahu
sudah diikat dan mulut kami disumpai."
"Setelah itu mereka mencoba menipumu,
supaya menyusul masuk," sela Bob. "Untung saja
kau tidak bodoh, dan tidak bisa dijebak dengan
c ara begitu. Jensen marah sekali, ketika kau tidak
muncul-muncul. la menyuruh salah seorang anak
buahnya menyusup lewat Kerongkongan untuk
154 mengejarmu. Tapi tubuh mereka tidak ada yang
kecil, jadi tidak ada yang berani mencoba."
"Aku masih belum mengerti, bagaimana
mereka sampai bisa ada di sana," kata Pete.
"Menurut Jensen, ketika ia sampai di puncak
gunung ia masih sempat melihat kita menuju ke
arah yang buntu dalam ngarai," jawab Chang, "la
menyombongkan diri bahwa ia lebih cerdik dari
anak mana pun juga, dan karenanya langsung
menduga bahwa kita hendak mencoba menyeli-nap pulang lewat lorong tambang dan gua tempat
penyimpanan anggur. Rupanya ia tahu tentang
hubungan antara kedua lembah lewat Kerong-kongan. Ia lantas pergi ke balik Kerongkongan,
untuk menunggu kita di sana. Sedang beberapa
anak buahnya disuruh berjaga di Hashknife
Canyon, untuk menyergap apabila kita kembali ke
situ." " , Chang menggeleng-gelengkan kepala dengan
sikap jengkel. "Kusangka aku ini cerdik tapiternyata dengan
begitu mudah terperangkap!" katanya.
"Ah, Jensen cuma mujur saja, kebetulan sudah
melihat kita sebelum kita sempat bersembunyi,"
kata Pete. "Pokoknya, sekarang kau tahu bahwa di
antara para pekerja banyak yang sebetulnya
termasuk dalam komplotan Jensen, dan bahwa
orang itu sebetulnya penjahat. Dengannya bisa
dimengerti apa sebabnya begitu banyak terjadi
kecelakaan dan kerusakan, seperti kauceritakan
pada kami." 155 "Ya, betul," kata Chang. "Rupanya Jensen dan
anak buahnya yang menyebabkan. Tapi aku masih
belum mengerti, dengan tujuan apa mereka
melakukannya. Kejadian-kejadian itu dimulai lebih
dari satu tahun yang lalu. Waktu itu belum ada yang
tahu-menahu tentang Mutiara Hantu."
"Pokoknya, setelah kami berdua sudah diikat,
salah seorang anak buah Jensen datang bergegas-gegas," kata Bob. "la menceritakan bahwa
hilangnya kita sudah diketahui, dan bibi Chang
menyuruh mencari kita di lembah, dalam tambang
dan di tempat-tempat lain. Jensen mula-mulanya
kaget mendengar laporan itu. Tapi dengan segera
ia mendapat akal. "Saat itu kami sudah sampai di tempat
penyimpanan tahang-tahang anggur yang besar-besar. Aku dan Chang dimasukkan ke dalam dua
buah tahang yang kemudian dipaku tutupnya.
Setelah itu tahang-tahang itu dinaikkan ke atas
gerobak. Gerobak itu ditarik ke luar, lalu
tahang-tahang di mana kami berada dinaikkan ke
atas sebuah truk. Kurasa tidak ada yang merasa
aneh, melihat dua buah tahang dimuat ke atas truk
pada saat itu." "ide itu memang bagus sekali," kata Chang
mengakui. "Dalam tahang, kami tak berdaya. Aku
bahkan mendengar seseorang bertanya pada
Jensen apakah ia melihat kami. Jensen menjawab
dengan tidak, tapi ia bermaksud mencari di celah
sebelah utara lembah, yang menghadap ke San
Francisco. Katanya ada yang melihat kami naik
156 da menuju arah itu. la juga mengatakan takkan
kembali sebelum berhasil menemukan kami.
Dengan begitu ada alasan baik baginya untuk tidak
ikut mencari!" Pete mengangguk. Jensen itu mungkin saja
penjahat, tapi yang pasti ia tidak bodoh.
"Kami diangkut dengan truk sampai beberapa
mil, menurut perasaanku dan setelah itu
berhenti," kaata Bob menyambung ceritanya.
"Tahang-tahang diturunkan, lalu kami dikeluar-kan. Temyata kami berada di suatu tempat yang
benar-benar terpencil dan sunyi."
"Tempat itu letaknya beberapa mil dari celah
lembah yang mengarah ke San Francisco," kata
Chang menjelaskan. "Di situ sudah menunggu
sebuah mobil, jenisnya stasion wagon. Kami
dimasukkan ke belakang, lalu diselubungi selimut.
Anak buahnya disuruhnya cepat-cepat kembali
dan ikut dalam usaha pencarian. Tapi mereka
disuruh mencegah, jangan sampai ada yang
datang mencari ke Hashknife Canyon, di mana
kuda-kuda kita tinggalkan. la juga menyuruh
mereka membawamu ke suatu alamat tertentu di
San Francisco bersama kalung mutlara itu, apabila
kau sampai bisa mereka tangkap."
"Yah mereka memang berhasil menangkap-ku, tapi mutiara itu tidak berhasil mereka rebut,"
kata Pete dengan nada puas.
"Jensen menyetir mobil kayak orang gila," kata
Chang melanjutkan. "Kurasa waktu itu kami
memecahkan segala rekor kecepatan dari Verdant
157 Valley ke San Francisco. Setelah sampai, kami
dibawanya masuk ke sebuah garasi bawah tanah.
Kemudian sejumlah pelayan bangsa Cina mem-buka ikatan kami. Kami diijinkan mandi, lalu diberi
makan. Nan itulah pengalaman kami, sampai
kami dibawa untuk bertemu dengan Mr. Won."
"Aku juga kepingin diberi makan sampai
kenyang," kata Pete mengeluh, "dan di samping itu
juga diberi kesempatan mandi. Coba lihat
keadaanku sekarang, kotornya ampun-ampunan!
Nah sekarang giliranku bercerita. Aku mende-ngarmu berteriak, Chang. Karenanya aku lang-sung mengerti bahwa isyarat dengan senter itu
dimaksudkan untuk menipu diriku. Satu-satunya
yang terpikir olehku saat itu, berusaha keluar lagi
lewat jalan yang sebelumnya kita lalui. Aku lantas
kembali. Untung Bob membubuhkan tanda-tanda
sepanjang lorong, sehingga agak mudah bagiku."
"Aku juga menandai tahang di mana aku
dimasukkan," kata Bob dengan suara lirih.
"Gntung aku bisa menggerakkan tanganku untuk
mengambil kapur dari kantong. Tapi siapakah
yang akan memeriksa ke dalam tahang anggur
yang biasa" Dan kalau ada, apakah orang itu akan
mengerti maksud tanda kita itu""
"Bahkan Jupe pun pasti tidak bisa," balas Pete
sambil berbisik pula. "Tapi iebih baik kita bicara
dengan suara biasa, karena nanti disangka sedang
merencanakan sesuatu."
Chang lalu berbuat seolah-olah Pete hendak
mengatakan sesuatu yang penting. Maksudnya
158 untuk mengelabui orang-orang yang ikut mende-ngarkan pembicaraan mereka.
"Jangan, Pete!" katanya dengan lantang.
"Jangan bercerita tentang mutiara itu. Tentang
pengalamanmu ketika tertangkap saja."
Pete menceritakan pengalamannya. la tahu,
Chang tidak menginginkan agar ia menceritakan
di mana kalung mutiara itu sebenarnya disem-bunyikan, yaitu dalam tengkorak keledai. Karena
itu ia lantas mengatakan bahwa ia memasukkan
senter berisi kalung itu ke balik sebuah batu.
Setelah itu ia ke luar. Tapi sial, langsung
tertangkap. la disergap dari belakang. Tapi ketika ia
mengatakan bahwa senter berisi mutiara disembu-nyikannya dalam bagian di tambang yang tak
mungkin bisa dimasuki orang-orang yang menyer-gapnya, mereka lantas menutup matanya dengan
sapu tangan. la dibimbing ke luar dari Hashknife
Canyon dan dibawa ke sebuah mobil yang sudah
menunggu, lalu-diangkut ke tempat yang seka-rang. Dari pembicaraan antara Jensen dengan
anak buahnya, diketahui bahwa usaha pencarian
terpusat di gurun pasir di luar Verdant Valley.
Ternyata usaha pengalihan perhatian dari Hash-knife Canyon yang dilakukan anak buah Jensen
berhasil. Kemudian Chang berbicara dengan wajah
serius. "Bibiku, dan juga Paman Harold pasti kini sudah
bingung sekali," katanya. "Kita tidak bisa berharap
159 bisa lari dari sini. Siapa pun Mr. Won itu, jelas ia
kaya raya dan sangat besar kekuasaannya. Ia bisa
bertindak semaunya. Bagi kita, tinggal satu pilihan
yaitu menyerahkan mutiara itu padanya."
"Maksudmu, begitu saja"" tanya Pete. Ia
membayangkan betapa ia sudah bersusah payah
menyembunyikannya. "Aku percaya pada Mr. Won," kata Chang. "Ia
tadi sudah mengatakan bahwa kita takkan
diapa-apakan. Katanya, kalau mutiara diserahkan,
kesulitan Bibi Lydia akan berakhir. Aku percaya
padanya." "Menurut pendapatmu, betul-betulkah ia per-caya bahwa mutiara itu memperpanjang umur-nya"" tanya Pete. "Maksudku, itu kan edan!"
"Aku yakin bahwa ia percaya," kata Chang. "Dan
mungkin itu benar. Kedengarannya memang tidak
masuk akal tapi jangan lupa, pengetahuan
tradisional di Cina sudah tua sekali umurnya!
Belum lama berselang sarjana Barat berhasil
menyelidiki khasiat kulit sejenis kodok. Padahal itu
sudah sejak berabad-abad diketahui di Cina.
Orang-orang kaya di sana sangat mengandalkan
khasiat kumis macan dan tulang raksasa yang
digiling halus." "Aku pernah membaca tentang itu," sela Bob.
"Yang dikatakan tulang raksasa itu sebenarnya
tulang gajah mamut yang berasal dari Siberia
kalau tidak salah." "Jadi siapa tahu, mungkin saja mutiara kelabu
itu benar-benar berkhasiat memanjangkan umur,"
160 kata Chang. "Pokoknya Mr. Won mempercayainya,
dan kadang-kadang kepercayaan saja sudah
merupakan obat yang cukup manjur untuk
menyemb uhkan atau menyelamatkan nyawa."
"Aku ingin tahu, apa yang sebetulnya diketahui


Trio Detektif 04 Misteri Hantu Hijau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

olehnya tentang hantu hijau," kata Bob bertanya-tanya. "Aneh, hantu dan mutiara itu muncul
serempak di tempat yang sama."
Tapi Chang tidak mendengar kalimat itu lagi,
karena ia sudah berpaling lalu berseru.
"Mr. Won!" serunya. "Kami sudah mengambil
keputusan!" Tirai merah tersingkap, dan Mr. Won datang
menghampiri mereka. Ia diikuti oleh Jensen serta
tiga orang pelayan. "Dan bagaimana keputusan kalian, naga cilik""
tanya Mr. Won. Mungkin pembicaraan ketiga
remaja itu didengar semua, kecuali ketika
berbisik-bisik. Tapi Chang berlagak tidak tahu.
"Kami akan menyerahkan mutiara itu pada
Jensen, agar diteruskan pada Anda," katanya.
""Barang itu disembunyikan dalam tambang."
"Biar Jensen saja yang mengambil," kata Mr.
Won bermanis-manis. "Selama itu kalian menjadi
tamuku. Nanti pasti akan dibebaskan. Kalian tidak
tahu siapa aku dan di mana aku tinggal, karena itu
kalian nanti bisa bebas mengatakan apa saja. Jika
ada yang mau percaya pada cerita kalian, aku tetap
takkan mungkin bisa ditemukan. Aku merupakan
misteri, juga di daerah pemukiman bangsa Cina
jaman modern yang mengelilingi tempatku ini."
161 "Urusannya tidak begitu gampang," kata Pete
cepat-cepat. "Jensen terlalu besar tubuhnya! la
takkan bisa merangkak lewat bagian yang
sebagian langit-langitnya sudah runtuh. Yang bisa
lewat di situ cuma anak-anak, atau orang dewasa
bertubuh kecil." "Akan kucari seseorang " kata Jensen, tapi
langsung terpotong oleh Mr. Won yang bertepuk
dengan jengkel. "Tidak!" tukas laki-laki tua itu. "Kau sendiri yang
harus mengambil, karena orang lain tidak bisa kita
percayai. Coba kutanyai dulu anak ini. Pandang
mataku!" perintahnya pada Pete. Pete menatap
mata Mr. Won yang memandang tanpa berkedip.
la merasa seakan-akan terpukau.
"Betulkah katamu itu"" tanya Mr. Won. "Jadi
Jensen tidak bisa masuk ke tempat di mana kau
menyembunyikan kalung mutiara itu""
"Ya, Sir." Entah kenapa, Pete merasa saat itu
bahwa ia tidak bisa berbohong. la terpaksa
mengatakan yang sebenarnya, karena terus ditatap
oleh Mr. Won. "Dan mutiara itu ada daiam senter""
"Ya, Sir." Pete tidak berbohong, karena ia
memang menemukannya dalam senter. Sedang
Mr. Won tidak menyebutkan kapan mutiara itu ada
dalam senter. "Lalu senter itu kausembunyikan. Di mana""
"Di balik batu."
"Di mana letaknya."
"Saya tidak bisa mengatakannya dengan tepat,"
162 kata Pete. "Kalau disuruh mencari, saya pasti bisa
menemukannya kembali. Tapi saya tidak bisa
membuatkan peta lokasinya."
"Ah." Mr. Won berpikir sebentar, lalu menoleh
pada Jensen. "Jalan ke sana aman. Kau tidak bisa
menyuruh anak buahmu mengambil, karena
cuma dia ini yang bisa menemukan tempat senter
itu. Kau harus membawanya ke sana, lalu ia harus
mengambil senter yang berisi mutiara dan
menyerahkannya padamu. Bawa ketiga anak ini ke
sana!" "Tapi itu kan berbahaya!" Keringat dingin
mengucur, membasahi muka Jensen. "Jika
mereka sekarang mencari dalam ngarai "
"Kau harus mengambil risiko itu. Pokoknya
mutiara itu harus kauperoleh! Lalu anak-anak ini
kaubebaskan dalam keadaan selamat!"
"Tapi nanti mereka mengadu, sehingga saya
tertangkap sebagai akibatnya!" keluh Jensen.
"Aku akan melindungimu," kata Mr. Won. "Kau
kuberi imbalan besar, lalu kukeluarkan dengan
selamat dari sini. Mereka tidak mengenal tampang
anak buahmu, jadi takkan bisa memberikan
laporan yang membahayakan mereka. Sedang
mengenai diriku, takkan ada yang bisa menemu-kan aku. Dan kalau ada pun, ia tidak bisa
membuktikan apa-apa. Mengerti""
Mapas Jensen memburu. "Ya, Mr. Won," katanya kemudian. "Saya akan
melakukan seperti Anda tugaskan. Tapi bagai-163
mana jika mereka menipuku, jika mereka tidak
mau menyerahkan mutiara itu""
Lama sekali ruangan itu sunyi. Kemudian Mr.
Won tersenyum. "Kalau itu terjadi," katanya pelan, "aku tidak
tertarik lagi. Singkirkan mereka semaumu, lalu
selamatkan dirimu sendiri. Tapi kurasa mereka
takkan berani mencoba macam-macam. Mereka
pun sayang pada nyawa, seperti bahkan aku
sendiri." Bob bergidik, karena seram. Mudah-mudahan
saja Pete bisa menemukan mutiara itu kem
bali. Sedang Pete" Kini barulah remaja itu ingat
bahwa jawabannya pada Mr. Won tadi menyesat-kan. Kini barulah ia ingat kembali bahwa kalung
mutiara itu sudah tidak ada lagi dalam senter. la
tidak tahu apa manfaat kenyataan itu. Tapi
setidak-tidaknya mereka bertiga akan dibawa
kembali ke Verdant Valley. Atau tepatnya, ke
Hashknife Canyon. "Sekarang cepat sedikit," kata Mr. Won. "Hari
mulai malam." "Akan saya ikat mereka, lalu " kata Jensen.
"Tidak perlu!" kata Mr. Won. "Dalam perjalanan
ke sana, mereka akan pulas. Cara begitu lebih
gampang, dan bagi mereka lebih nyaman. Naga
Cilik, tatap mataku!"
Chang terpaksa menatap mata laki-laki tua itu,
yang memandang tanpa berkedip.
164 165 "Manusia cilik, kau capek capek sekali! Kau
ingin tidur. Kau dibuai rasa mengantuk. Matamu
terpejam." Bob dan Pete melihat kelopak mata Chang
bergerak menutup sesaat. Tapi anak itu berusaha
menyalangkannya kembali. "Matamu terpejam!" kata Mr. Won lagi.
Suaranya pelan, tapi memukau. "Kau takkan kuat
melawan kemauanku. Kukuasai kemauanmu.
Kelopak matamu terasa berat. Terkatup.... terpe-jam.... rapat..."
BetuI juga, kelopak mata Chang terkatup,
seolah-olah ia tidak mampu lagi mengatumya.
Sementara itu Mr. Won masih terus berbicara
dengan suara pelan. "Sekarang kau mengantuk," katanya. "Kau
sangat mengantuk. Kau terbuai ke alam mimpi,
kau dikuasai olehnya. Sesaat lagi kau akan sudah
pulas, dan akan tidur terus sampai nanti disuruh
bangun lagi. Tidur, naga cilik.... tidur.... tidur...."
la mengulang-ulang perkataan itu terus, sampai
akhimya tahu-tahu tubuh Chang terkulai. Remaja
itu sudah tidur pulas. Salah seorang pembantu
yang sudah menunggu cepat-cepat menyambut-nya, lalu menggendongnya ke luar. Chang tidur
terus. "Dan sekarang kau, yang menyembunyikan
mutiaraku yang berharga. Tatap mataku!"
Giliran tiba pada Pete, la berusaha menghindari
tatapan mata Mr. Won, tapi tidak behasil. Mata itu
kuat sekali daya tariknya, seakan-akan magnet.
Pete seperti dipaksa menatap mata laki-laki tua itu.
la berusaha keras melawan rasa mengantuk
sementara Mr. Won membisikkan perintahnya
berulang-uiang. Tapi sia-sia belaka. Pete merasa
tubuhnya lesu sekali. Belum pernah ia merasa
capek seperti saat itu. Setelah beberapa saat
matanya sudah terpejam. Ia terkulai, disambut
seorang pelayan lagi yang juga sudah menunggu.
Bob sadar bahwa Mr. Won menggunakan
kekuatan hipnotisme, yang memang bisa dipakai
untuk menidurkan orang. Ia tahu, hipnotisme
pernah dipakai dalam pembedahan, supaya pasien
tidak merasa sakit sewaku operasi sedang
berlangsung. Jadi ia sama sekali tidak takut ketika
gilirannya tiba untuk ditatap Mr. Won.
"Ini yang paling kecil, tapi tidak kalah tabah,"
kata Mr. Won. "Kau pun sangat capek. Kau akan
tidur pula, seperti kawan-kawanmu. Tidur..."
Gob memejamkan matanya, lalu terkulai ke
depaii. Clntung pelayan yang bertugas menyam-butnya cukup sigap. Ia pun digendong ke luar.
Kini Mr. Won berpaling ke arah Jensen.
"Beres," katanya. "Mereka akan tidur nyenyak
sampai ke tempat tujuan. Nanti di sana kau
katakan saja pada mereka agar bangun, dan
mereka akan bangun. Setelah itu mutiara dan
mereka kau-bebaskan. Tapi kalau tidak "
Mr. Won berhenti sejenak, lalu melanjutkan,
"Kalau mereka ternyata menipu, kau boleh
menggorok leher mereka."
166 Bab 15 JUPITER MENEMUKAN PETUNJUK "Tapi masa tak seorang pun menemukan tanda
berupa tanda tanya"" Jupiter tidak bisa mengerti
bahwa itu bisa terjadi. la baru tiba di Verdant House
di Verdant Valley bersama ayah Bob.
Miss Green menggeleng. Wanita itu kelihatan-nya sangat lesu.
"Tidak, tak seorang- pun menemukannya,"
katanya. "Seluruh lembah sudah kusuruh periksa,
mencari tanda seperti itu. Bahkan anak-anak pun
ditanyai. Tapi tak ada yang melihat tanda tanya
yang dibuat dengan kapur tulis."
"Apa yang sebetulnya diributkan tentang tanda
tanya itu"" tanya Harold Carlson. Setelannya
nampak kusut. la sendiri pun kelihatan capek
sekali. Jupiter menjelaskan bahwa tanda tanya itu
merupakan tanda khusus yang dipakainya ber-sama Pete dan Bob untuk menandai jalan atau
untuk memberitahukan pada teman bahwa salah
seorang dari mereka pernah ada di tempat yang
diberi tanda itu. Jika Pete atau Bob bisa bergerak
dengan bebas, pasti mereka akan membubuhkan
167 168 satu tanda tanya atau lebih, untuk menandai di
mana mereka berada. "Aku yakin, mereka pasti berkuda lewat celah
lalu menuju ke gurun," kata Harold Carlson.
"Besok tentunya kita akan menemukan mereka.
Aku sudah menugaskan pencarian dengan
pesawat terbang, begitu hari mulai terang. Jika
mereka ada di dalam Verdant Valley atau di
dekat-dekathya, mestinya kuda-kuda mereka
sudah ditemukan sekarang."
"Mungkin." Orang yang mengatakannya Mr.
Andrews, ayah Bob. Nadanya serius. "Miss
Green, Jupiter hendak mengatakan sesuatu pada
Anda." Wanita itu mengambil sikap menunggu, begitu
pula Harold Carlson. Saat itu mereka berempat
sedang duduk di ruang tamu Verdant House.
"Miss Green," kata Jupiter membuka kata.
Tampangnya yang bundar diseriuskannya. "Saya
mendalami persoalan ini, dan yah selama ini
saya berusaha mengambil kesimpulan tentang
hantu hijau serta jeritan yang didengar kedua
kawan saya. Menurut hasil kesimpulan saya, jeritan
itu tidak mungkin berasal dari dalam rumah,
karena kalau dari situ takkan terdengar di luar.
Rumah itu kokoh sekali, berdinding sangat tebal.
Saya sudah mengujinya. Jadi jeritan itu harus
datang dari luar. "Katakanlah hantu memang ada! Masa hantu
harus pergi ke luar dulu untuk menjerit, lalu setelah
itu masuk lagi ke dalam. Jadi yang menjerit itu pasti
seseorang yang hidup. Orang-orang yang ada di
situ malam itu tidak tahu pasti berapa jumlah
mereka. Ada yang mengatakan enam, ada pula
yang menyatakan tujuh orang. Akhirnya saya
menarik kesimpuian, kedua-duanya benar.
"Enam orang yang masuk ke dalam rumah,
begitu jeritan itu terdengar. Orang ketujuh, yaitu
yang sebelumnya menjerit, kemudian muncul dari
balik semak dan menggabungkan diri dengan
mereka. Itu cara yang paling gampang supaya
tidak ketahuan. Dan itu satu-satunya jawaban yang
sesuai dengan kenyataan yang ada."
"Dia benar," kata Mr. Andrews. "Aku tak
mengerti kenapa pikiranku tidak sampai ke situ,
begitu pula Chief Reynolds."
Sementara Miss Green mendengarkan kete-rangan Jupiter dengan kening berkerut, Harold


Trio Detektif 04 Misteri Hantu Hijau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Carlson kelihatannya terkesan.
"Kedengarannya masuk akal," katanya. "Tapi
untuk apa orang itu berbuat demikian" Maksudku,
bersembunyi di balik semak lalu menjerit""
"Gunanya untuk menarik perhatian," kata
Jupiter. "Jeritan aneh pasti menarik perhatian. Dan
jeritan itu justru terdengar ketika ada orang
beramai-ramai datang untuk mendengamya. Tapi
itu tidak terjadi secara kebetulan saja. Mereka
datang, karena ada yang mengajak. Tentu tidak
semua namun paling sedikit lima orang."
"Ya, memang," kata Mr. Andrews. "Keterangan-nya jelas, jika dipikir-pikir."
169 "Dan tidak ada jawaban lain yang mungkin,"
sambut Jupiter. "Seseorang berkeliaran di daerah
pemukiman dekat Green Mansion, dan mengajak
sejumlah orang yang dijumpai untuk ikut melihat-lihat bangunan itu sebelum diambrukkan. la
berhasil membujuk mereka, sehingga orang-orang itu mau ikut. Mereka tidak saling mengenal,
sehingga tidak tahu bahwa orang yang mengajak
mereka sebenarnya bukan orang situ. Lalu ketika
temannya yang bersembunyi di kebun melihat
mereka datang, ia lantas berteriak."
Mr. Carlson memandang Jupiter dengan mata
terkejap-kejap, seolah-olah berusaha memahami
keterangannya itu. Sedang Miss Green jelas
kelihatan bingung. "Tapi tapi untuk apa"" tanyanya. "Untuk apa
orang berbuat begitu""
"Supaya orang-orang yang datang itu masuk ke
dalam rumah," kata Mr. Andrews menjelaskan.
"Kalau mereka masuk, mereka akan melihat hantu
itu dan kemudian menceritakannya ke mana-mana. Itu masuk akal, Miss Green."
"Tapi bagiku tidak," bantah Mr. Carlson.
"Bagiku, semua itu omong kosong."
Jupiter membawa tape recordernya, dan kini
ditekannya tombol Play. Seketika itu juga terdengar
jeritan melengking mengisi ruangan. Miss Green
dan Harold kaget setengah mati mendengarnya.
"Itu baru permulaannya," kata Mr. Andrews. "Pita
rekaman itu terpasang terus dengan volume
maksimum, sehingga pembicaraan keenam laki-170
i laki itu ikut terekam sebagian. Tolong katakan,
apaka h ada suara seseorang yang Anda kenali."
Jupiter membiarkan pita rekaman berputar
terus. Ketika terdengar suara laki-laki yang
bersuara berat, Miss Green nampak kaget.
"Cukup!" katanya. Jupiter menghentikan putar-an rekaman, sementara Miss Green berpaling dan
menatap Harold Carlson. "Itu tadi suaramu,
Harold! Kau memberatkannya, seperti yang biasa
kaulakukan dulu apabila memainkan peranan
penjahat dalam pertunjukan teater di sekolah
tinggi. Tapi walau begitu, aku masih bisa
mengenali bahwa itu suaramu!"
"Setelah memutarnya beberapa kali, saya
merasa yakin mengenalinya," kata Jupiter.
"Semula saya masih sangsi. Tapi logatnya mirip
dengan cara bicara Mr. Carlson, ketika kami
berjumpa dengan dia di Green Mansion. (Jntuk
menyamar pada malam itu, ia memberatkan suara
dan memakai kumis palsu. Itu saja sudah cukup,
karena saat itu gelap."
Harold Carlson nampak lemah lunglai.
"Aku bisa menjelaskannya, Bibi Lydia," katanya
lemah. "O ya" Kalu begitu jelaskan!" tukas Miss Green.
Nada suaranya tajam. Harold Carlson menelan ludah beberapa kali,
sebelum mulai dengan penjelasannya.
Semuanya dimulai satu setengah tahun yang
lalu, yaitu ketika diketahui bahwa ada cicit Mathias
Green yang tinggal di Hongkong. Chang kemudi-171
172 an dibawa Lydia ke Amerika Serikat. Lydia Green
menyatakan waktu itu, karena Chang ternyata cicit
langsung dari Mathias Green, maka kebun dan
pabrik anggur yang terdapat di Verdant Valley
sebenarnya adalah miliknya. Karena itu Miss Green
bermaksud menyerahkan semuanya pada Chang.
"Padahal selama itu aku mengira bahwa akulah
yang kemudian akan menjadi ahli waris," kata
Harold Carlson sambil mengeluh. "Karena sebe-lum Chang muncul, kan aku satu-satunya kerabat
Anda, Bibi Lydia. Dan aku ikut bekerja keras
membangun perusahaan ini. Tapi kemudian
ternyata aku tidak jadi mewarisi."
"Teruskan," kata Miss Green dengan nada datar.
"Yah " kata Harold Carlson sambil mengering-kan keringat dingin yang membasahi kening,
"setelah itu aku lantas menyusun rencana. Aku
bermaksud membeli berbagai peralatan baru. Aku
akan meminjam uang dari teman-temanku,
sehingga utang perusahaan bertumpuk-tumpuk.
Kurencanakan agar kita tidak bisa membayar
utang, sehingga semuanya disita teman-temanku.
Kemudian rencana itu kulaksanakan. Aku mempe-kerjakan Jensen sebagai pengawas. la membawa
serta beberapa anak buahnya untuk membantu
mengacaukan keadaan. Misalnya merusak peralat-an, mengasamkan anggur, dan macam-macam
lagi perbuatan mereka. Nah kemudian Bibi
melakukan sesuatu, walau sebelumnya telah
bersumpah takkan mau melakukannya. Anda
setuju menjual tanah milik di Rocky Beach."
"Ya," kata Miss Green dengan suara nyaris tak
terdengar. "Ibuku sebelum Mathias Green mening-gal dunia sudah berjanji takkan menjual tanah itu,
biar bangunan yang ada di situ ambruk menjadi
puing. Tapi aku aku saat itu sudah bingung.
Karena itulah aku setuju untuk menjualnya. Untuk
membayar utang-utang yang kaubuat, Harold."
Jupiter mengikuti pembicaraan itu dengan
penuh minat. la sudah berhasil menarik kesimpul-an mengenai jeritan aneh di malam hari waktu itu,
serta menduga bahwa Harold Carlson terlibat di
dalamnya. Tapi ia belum mengetahui alasannya. la
juga belum sepenuhnya berhasil membongkar
misteri hantu. "Aku langsung beranggapan, rencanaku untuk
merebut harta ini dari Anda dan memilikinya
bersama teman-temanku, pasti berantakan kare-nanya," kata Harold Carlson. "Namun kemudian
aku menerima kabar."
"Kabar"" kata Mr. Andrews ketus. "Kabar apa""
"Aku disuruh menemui seseorang, di San
Francisco. Permintaan itu kuturuti. Ternyata orang
yang kudatangi itu seorang laki-laki yang sudah
sangat tua. Namanya Mr. Won. Aku tidak tahu di
mana tepatnya kami saling berjumpa, karena
ketika pergi ke sana mataku ditutup. Mr. Won
mengatakan padaku bahwa ia telah membeli
surat-surathipotek perkebunan dan pabrik anggur.
Ia berhasil membujuk teman-temanku agar mau
menjualnya dan tidak mengatakannya padaku."
173 "Tapi untuk apa orang itu melakukannya""
tanya Miss Green. "Sebentar lagi kujelaskan," kata Harold Carlson
sambil menarik napas panjang. "Mr. Won
kemudian mengatakan ses uatu padaku. Di tern-patnya ada seorang pelayan wanita yang sudah
sangat tua. Wanita itu dulunya bekerja sebagai
pembantu pribadi istri Mathias Green. Wanita itu
mendengar dari seseorang yang membaca dari
suratkabar, bahwa rumah tua tempat kediaman
Mathias akan dijual dan kemudian dibongkar. la
lantas menceritakan suatu rahasia yang sudah
disimpannya selama bertahun-tahun.
"Pelayan itu mengatakan pada Mr. Won bahwa
istri Mathias Green sebenarnya sudah meninggal
dunia sejak lama. Mayatnya disemayamkan dalam
sebuah kamar di rumah itu. Kamar itu kemudian
ditembok rapat. Para pelayan semuanya disuruh
bersumpah, takkan menceritakan rahasia itu pada
siapa-siapa. Tapi kini rumah itu akan dibongkar.
Pelayan itu tidak ingin jenazah majikannya
diganggu ketenangannya. "Mr. Won juga mengatakan padaku, menurut
pelayan itu istri Mathias Green disemayamkan
dalam peti mati, dengan perhiasan kalung M-'tiara
Hantu di lehernya." Harold Carlson berhenti sebentar untuk menye-ka keringat. Kemudian ia melanjutkan.
"Pokoknya, Mr. Won seakan-akan tahu segala-galanya. Ia tahu bahwa aku menginginkan kebun
dan perusahaan anggur ini. la juga tahu, hasil
174 penjualan rumah tua itu akan memungkinkan
Anda membayar semua utang perusahaan, Bibi
Lydia. Karenanya ia lantas mengajukan suatu
rencana bagiku. "Aku harus menimbulkan kesan bahwa rumah
tua itu ada hantunya. Dengan begitu ada
kemungkinan penjualan rumah akan terhambat.
Saat itu harus kumanfaatkan untuk memeriksa
seluruh rumah dengan seksama. Aku disuruhnya
memeriksa sendiri. la juga mengatakan di mana
letak kamar yang ditembok rapat itu. Aku harus
membongkar dindingnya, mengambil kalung
mutiara hantu, lalu mengatakan bahwa aku
menemukan jenazah istri Mathias Green. Aku juga
harus mengatakan bahwa aku yakin rumah itu
berhantu!" "Rupanya segala-galanya sudah dipikirkan oleh
Mr. Won," kata ayah Bob dengan geram.
"Ya, segala-galanya sudah diatur olehnya,"
jawab Carlson. "Aku disuruhnya menjual kalung itu
padanya dengan harga seratus ribu dollar. Aku
harus mengusahakan bahwa ada yang melihat
hantu dalam rumah itu. Kemudian hantu itu
pindah ke Verdant Valley untuk menyebabkan para
pemetik anggur yang ada di sini lari ketakutan
sehingga panen anggur tahun ini gagal.
"Hal itu akan mengakibatkan perusahaan Bibi
bangkrut. Won akan menyita kebun dan perusaha-an, lalu kemudian menjualnya kembali padaku
dengan harga seratus ribu dollar, yaitu jumlah
uang yang diserahkannya padaku untuk imbalan
175 kalung mutiara yang harus kuberikan padanya.
Dengan jalan begitu kebun anggur dan perusaha-an akan jatuh ke tanganku dan ia akan
memperoleh kalung mutiara. Entah apa sebabnya,
ia kelihatannya ingin sekali memilikinya."
"la juga mengatakan pada Anda, bagaimana
menciptakan hantu itu"" tanya Jupiter dengan
penuh minat. "Ya, nanti akan kujelaskan juga. Pokoknya,
berdasarkan penjelasannya rencana itu sangat
sederhana. Aku lantas mengatur siasat. Jensen
kutugaskan untuk menjerit di luar. Tapi kemudian
terjadi peristiwa yang tak tersangka semula.
Kontraktor yang diberi tugas, ternyata membong-kara rumah tua itu satu minggu lebih cepat dari
rencana semula. "Ketika aku mendengar kabar itu, pembongkar-an sudah dimulai. Aku panik, lalu bergegas datang
ke Rocky Beach bersama Jensen. Kami naik
pesawat terbang khusus. Aku sudah khawatir saja,
jangan-jangan kerangka putri Cina itu sudah
ditemukan sebelum aku tiba di sana. Kalau itu
terjadi, aku takkan bisa menjual Mutiara Hantu itu
pada Mr. Won, karena hak miliknya akan jatuh ke
tangan Bibi Lydia, yang dengannya akan Hisa
menebus hipotek. "Tapi sebelum pekerjaan pembongkaran berja-lan jauh, aku sudah tiba di Rocky Beach. Begitu
hari gelap, Jensen kusuruh mengambil tempat di
balik semak. Lalu aku pura-pura berjalan di daerah
pemukiman dekat situ. Aku berhasil mengajak
176 beberapa orang untuk ikut dengan aku ke rumah
tua itu. Begitu kami tiba di sana, Jensen langsung
berteriak. Kami lantas melakukan penyelidikan.
Hantu hijau kemudian muncul.
"Di antara orang-orang yang ikut dengan aku,
ada yang meiapor pada polisi. Sementara itu aku
menyelinap pergi dengan diam-diam, bersama
Jen sen. Jensen kembali ke sini, sedang aku tetap
tinggal di Rocky Beach. Aku berkeliaran di kota itu,
untuk menyebabkan hantu hijau itu muncul di
berbagai tempat. Dengan begitu berita-berita
mengenainya dalam koran-koran menjadi ramai
dan menarik. "Malam itu aku tidak kembali ke Verdant Valley.
Aku menginap di sebuah hotel dengan memakai
nama palsu. Keesokan paginya aku menyewa
mobil, lalu mendatangi Green Mansion untuk
mencari kamar yang tersembunyi dan mengambil
mutiara yang katanya ada di situ.
"Sayangnya, beberapa pekerja melihat sekilas
kamar rahasia itu dari luar. Sebagai akibatnya,
kepala polisi setempat menugaskan anak buahnya
menjaga rumah itu. Jadi aku tidak bisa masuk,
sampai Anda, Mr. Andrews, datang bersama kepala
polisi serta ketigare/naja itu. Dan kita lantas masuk
beramai-ramai. "Jadi ketika mutiara kutemukan, aku tidak bisa
mengantonginya dengan diam-diam lalu kemudi-an menjualnya'pada Mr. Won. Ketika aku sudah
kembali lagai di sini, aku ditelepon Mr. Won.
Ternyata ia merhbaca berita-berita mengenai
177

Trio Detektif 04 Misteri Hantu Hijau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kejadian itu di koran, dan karenanya bisa menduga
problem yang kuhadapi. Aku disuruhnya mengatur
perampokan mutiara itu, secafa pura-pura."
Tampang Jupiter kelihatan puas.
"Sudan saya kira perampokan itu bohong-bohongan saja," katanya. "Saya menduganya
begitu saya sadar bahwa Andalah sebenarnya yang
menyebabkan hantu hijau muncul. Setelah Bob
menghubungi saya lewat telepon untuk bercerita
tentang Miss Green yang melihat hantu serta
tentang perampokan mutiara, saya lantas menya-dari kenyataan bahwa dalam kedua peristiwa itu
Anda juga hadir. Ketika Miss Green melihat hantu,
hanya Anda sendiri yang ada di situ bersama dia.
Jadi jika hantu itu buatan orang, maka orang itu
hanya mungkin Anda. Tak ada orang lain yang bisa
dicurigai. Lalu jika Anda yang menyebabkan hantu
muncul," kata Jupiter melanjutkan ulasannya
sementara orang-orang yang lain mendengarkan
dengan tekun, "maka entah dengan alasan apa,
ternyata Anda yang mendalangi segala kejadian di
sini. Dan perampokan mutiara murupakan bagian
daripadanya. Jadi saya menarik kesimpulan,
perampokan itu juga Anda yang mendalangi. Saya
menduga Jensen mungkin ikut dalam komplotan,
sebab ia ikut dengan Anda kembali ke sini. Cukup
banyak waktu baginya untuk mengikat Anda,
sebelum kembali lagi ke tempat Bob, Pete dan
Chang menunggu." "Ya, betul. kata Harold Carlson mengaku. "Aku
memang membuat hantu muncul lagi dalam
178 kamar Bibi Lydia, dengan maksud mengobarkan
kembali desas-desus mengenainya. Setelah itu
kuambil mutiara dari dalam lemari besi, untuk
ditunjukkan pada Bob serta kedua kawannya.
Waktu itu sudah kuatur bahwa Jensen harus
bergegas masuk membawa kabar bahwa ada yang
melihat hantu di kebun anggur. la menyuruh tiga
anak buahnya pura-pura melihatnya lalu menye-barkan kabar itu, sehingga para pemetik ketakutan
lalu minggat dari sini. "Kemudian aku bergegas ke luar. Lemari besi
kubiarkan tak terkunci. Ketika aku kembali lagi
bersama Jensen, dia kusuruh mengikat diriku lalu
mengambil mutiara. Seharusnya hari ini ia
mengembalikannya lagi padaku. Tapi sampai
sekarang belum!" Harold Carlson kelihatannya sangat jengkel
mengenainya. "la malah mengatakan padaku, ia hendak
menjualnya sendiri pada Mr. Won. Katanya, aku
takkan berani ribut-ribut mengenainya, karena
dengan begitu perananku dalam kejadian ini akan
terbongkar. Kurasa ia pergi ke San Francisco
dengan kalung mutiara itu!"
"Sudah sepatutnya kau dibegitukan, Harold,"
kata Miss Green dengan ketus. "Tingkah lakumu
persis penjahat! Tapi saat ini urusan mutiara tidak
penting. Ketiga remaja itu dulu yang harus kita
temukan kembali. Di mana mereka""
Harold Carlson menggeleng.
"Aku tidak tahu," jawabnya.
179 Tiba-tiba Jupiter mendapata ilham.
"Mungkin mereka diculik oleta Jensen, karena
mereka mencurigai dirinya," katanya bersema-ngat.
Mr. Andrews mengangguk. "Kemungkinan itu bisa saja," katanya. "Kenya-taannya, Jensen sampai kini juga belum muncul."
"Bisa kubayangkan bahwa Jensen menculik
mereka," kata Harold Carlson. "Tapi kuda-kuda
mereka lantas dikemanakan" Kan banyak orang
yang sudah seharian mencari dalam lemb
ah serta sebagian kawasan gurun di luar."
"Kenapa belum ada yang menemukan tanda
tanya itu, ya"" kata Jupiter dengan kesal. "Bob dan
Pete pasti berusaha meninggalkan tanda di
tempat-tempat yang mereka lalui."
Ketika mereka sedang berpandang-pandangan
sambil membisu, tiba-tiba pintu ruangan terbuka.
Li, pelayan wanita yang sudah tua itu bergegas
masuk. "Sheriff datang, Miss Green," katanya. "la
membawa kabar." "Apakah ia berhasil menemukan mereka"" seru
Miss Green. Ia bergegas bangkit. Tapi sheriff yang
mengikuti Li masuk, menggelengkan kepala.
"Tidak, Nyonya," katanya. "Tapi Anda kan
menjanjikan akan memberi hadiah bagi siapa saja
yang menemukan tanda berupa tanda tanya. Ini
ada seorang anak, katanya ia melihat tanda tanya
itu. Anak ini bernama Dom."
180 Seorang anak yang selama itu berdiri di
belakang sheriff, maju ke depan. Tubuhnya kecil. la
kelihatannya malu-malu. Pakaiannya compang-camping.
"Kemarin sore aku melihat sebuah tanda, kayak
begini," katanya, sambil menggerakkan tangannya
membuat tanda tanya. "Aku tidak tahu bahwa
tanda itu ada artinya. Aku setelah itu tidur. Ketika
bangun lagi, kudengar ayah dan abang-abangku
sibuk membicarakan hadiah lima puluh dollar
yang dijanjikan Miss Green untuk orang pertama
yang menemukan tanda aneh itu. Aku masih
ingat." Ditatapnya Miss Green dengan penuh
harapan. "Jadi aku menerima hadiah lima puluh
dollar itu"" "Ya, ya, tentu saja!" kata Miss Green dengan
tidak sabar. "Tapi hanya jika kau tidak bohong. Di
mana kau melihat tanda itu""
"Dalam sebuah tahang. Tahang itu terletak di
tepi jalan, di gurun," kata anak itu. "Kami semua
pergi mencari ke sana. Ketika aku melihat ada
tahang, aku lantas melihat ke dalam. Saat itu aku
melihat tanda itu. Tapi tidak ada yang bilang
apa-apa tentang itu, jadi aku waktu itu tidak tahu
artinya." "Dalam sebuah tahang, di tengah gurun!" Suara
Mr. Andrews terdengar kecewa. "Apa gunanya itu
bagi. kita"" "Kurasa ada baiknya jika kita melihatnya dulu,
Sir," kata Jupiter. Sebenarnya ia sudah sangat
181 bergairah, tapi ia menahan diri. Siapa tahu,
mungkin itu-petunjuk penting."
"Aku ikut!" kata Miss Green dengan tegas. "Li!
Tolong ambilkan jasku."
"Aku juga ikut," kata Harold Carlson.
"Kau tinggal di sini!" larang Miss Green.
Setelah itu mereka bergegas ke luar, lalu naik ke
mobil sheriff. Dalam sepuluh menit mereka sudah
sampai di ujung lembah, dan menuju ke tengah
gurun yang terletak di luar.
Beberapa mil kemudian nampak dua tahang
anggur di tepi jalan. Tempat itu sangat sepi. Lampu
besar mobil menerangi kedua tahang itu.
"Itu dia!" kata Dom sambil menuding. "Dalam
tahang yang pertama!"
Sheriff menyorotkan senternya ke sisi luar
tahang yang berdiri tegak.
"Itu tahang tua yang sudah tidak dipakai lagi,"
kata Miss Green mengomentari. "Kalau dipakai
untuk tempat anggur, pasti bocor. Kenapa ada di
sini, ya"" Sementara itu Jupiter sudah memandang ke
dalam tahang yang ditunjukkan oleh Dom, diikuti
oleh ayah Bob dan juga sheriff. Mereka bertiga
dengan jelas melihat tanda tanya yang tida'' rapi
bentuknya, di dasar tahang.
Tapi hanya Jupiter yang dengan segera tahu
bahwa tanda itu dibuat dengan kapur tulis hijau.
Dan hanya ia sendiri yang tahu artinya.
"Bob pernah ada dalam tahang ini!" katanya. "Ia
yang membubuhkan tanda itu, sebagai petunjuk!"
182 183 "Sekarang barulah aku mengerti!" seru Miss
Green. "Tahang anggur merupakan barang biasa
di sini. Jadi takkan ada yang memperhatikan dua
buah tahang yang diangkut pergi dengan truk.
Padahal kedua remaja itu ada di dalamnya!"
"Astaga!" gumam sheriff. "Jadi mereka itu
diculik, ya"" "Lalu mungkin di sini dikeluarkan lagi dari
tahang, lalu dibawa dengan mobil," kata Mr.
Andrews. "Besar kemungkinannya, ke San Fran-cisco. Dan yang melakukannya, tentu saja Jensen!
Jadi sekarang kita.perlu minta tolong pada polisi di
San Francisco untuk menangkap orang itu. Kita
kembali saja ke rumah, untuk menelepon ke sana."
Mereka bergegas masuk ke mobil. Sheriff
memutar mobilnya. Tapi tiba-tiba lampu mobil
menerangi secarik kertas yang terbang dibawa
angin, lalu tersangkut di suatu semak gurun. Hanya
Jupiter saja yang langsung men
dapat firasat bahwa kertas itu mungkin ada artinya. Atas
desakannya, mobil tidak jadi langsung berangkat
lagi. la diberi kesempatan untuk mengambil carik
kertas itu. la membawa kertas itu ke mobil, lalu
mereka beramai-ramai menelitinya dengan ditera-ngi cahaya senter.
"Kertas ini disobek dari buku catatan," kata
sheriff. "Dan ada tulisannya."
"Ini tulisan tangan Bob!" seru Mr. Andrews.
"Kelihatannya seperti dibuat dalam gelap, karena
"Tiga puluh sembilan tambang tolong!
Ditambah dengan tiga tanda tanya!" Mr. Andrews
mengerutkan kening. Tapi Jupiter langsung
mengetahui makna berita itu.
"Bob yang menulisnya," katanya tegang. "la
hendak mengatakan bahwa kita harus mencarinya
dalam tambang." "Ya, mungkin," kata sheriff lambat-lambat. "Tapi
angka tiga puluh sembilan itu apa artinya"
Mungkin tiga puluh sembilan mil""
"Saya juga tidak mengerti," kata Jupiter.
184 mencong-mencong. Tapi aku masih bisa menge-nali tulisan anakku."
Di kertas itu tertulis dengan huruf-huruf besar
dan mencong-mencong. 185 "Tidak ada tambang yang letaknya tiga puluh
sembilan mil dari sini," kata Miss Green.
"Tambang-tambang daerah ini, semua terletak di
Verdant Valley, atau di Hashknife Canyon.
Tambang-tambang itu tidak ada yang bernomor.
Sedang para pencari mengatakan, kedua tempat
itu sudah diperiksa dengan teliti sekali."
Mereka berpandang-pandangan dengan bi-ngung.
"Surat Bob ini berarti bahwa mereka ada di
sekitar sini," kata Jupiter lambat-lambat "Dan
saat ini mereka sedang terlibat dalam kesulitan.
Tapi bagaimana cara kita menemukan mereka""
Bab 16 KEJADIAN BERBAHAYA Bob dan Chang duduk berdampingan, bersan-dar ke dinding gua yang merupakan jalan masuk
ke tambang tempat Pete menyembunyikan
mutiara. Mereka diapit dua orang laki-laki bawahan
Jensen, yang ditempatkan di situ sebagai penjaga.
Kaki kedua remaja itu terikat erat. Jadi tanpa
penjaga pun kecil sekali kemungkinan mereka
untuk melarikan diri. Tempat itu gelap gulita. Hari sudah larut malam.
Pete sudah masuk ke dalam lorong tambang
bersama Jensen, untuk mengambil mutiara yang
disembunyikan di situ. "Kau percaya pada Mr. Won"" tanya Bob pada
Chang. "Betulkah katanya tadi, bahwa kita tidak
akan diapa-apakan apabila mutiara sudah ada
di tangannya"" "Aku percaya," jawab Chang. "Orang tua itu
sangat cerdik. la tinggal di daerah pemukiman
Cina menurut cara lama, secara diam-diam.
Padahal seluruh daerah itu sudah banyak berubah,
sudah menjadi daerah pemukiman biasa seperti
tempat-tempat lain di Amerika sini. Kurasa tempat
tinggalnya itu sebagian besar terletak di bawah
186 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR.
nurulkariem@yahoo.com tanah. Dan mungkin juga benar, umurnya sudah
seratus tujuh tahun. Aku melihat bahwa Jensen
takut sekali padanya. Jadi kurasa kita akan aman,
apabila Pete sudah menyerahkan mutiara pada
Jensen." "Tapi bagaimana jika Pete tidak berhasil
menemukannya kembali"" tanya Bob sangsi.
"Pasti ketemu karena Pete kan pintar," kata
Chang. "Mudah-mudahan saja," kata Bob. Mereka
berbisik-bisik, supaya jangan terdengar oleh kedua
penjaga yang sedang terkantuk-kantuk. "Tapi
mereka mengembalikan semua barang kita yang


Trio Detektif 04 Misteri Hantu Hijau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ada dalam kantong. Kapur tulisku, buku catatan,
pisau. Semuanya!" "Itu berarti kita nanti akan dibebaskan," kata
Chang. "Ya, apabila Pete berhasil menemukan mutiara
itu kembali," gumam Bob. la teringat bahwa
batu-batu yang ada dalam lorong tambang,
kelihatannya seperti sama semua. la takkan heran
apabila Pete temyata tak berhasil menemukan
tempat ia menyembunyikan mutiara itu. la tidak
tahu bahwa Pete menyembunyikannya di dalam
tengkorak seekor keledai. Itu dirahasiakan oleh
Pete. Bob sendiri menyimpan rahasia penting. la ingin
sekali menceritakannya pada Chang. Tapi tidak
berani, karena nanti didengar kedua penjaga.
Mereka duduk di situ sambil menunggu.
Sementara itu di Verdant Valley yang letaknya
187 hanya sekitar satu mil dari situ, Jupiter serta yang
lain-lainnya sedang sibuk memeras otak, mencari
akal unuk mencari mereka. Tapi sia-sia!
Tak terpikir oleh mereka untuk mencari di
Hashknife Canyon, karena tempat itu katanya
sudah diperiksa tanpa hasil. Padahal yang
mengaku mencari di situ anak buah Jensen
semuanya. Dan kini Jensen sudah masuk ke
dalam tambang yang ada di situ, bersama Pete.
"Jika kau mencoba menipuku, pasti habis
riwayatmu!" geram Jensen, sementara cahaya
senter menerangi lorong yang sempit. "Kuda-kuda
kalian sudah kami kurung di ujung ngarai, dekat
sumber air. Kalau kau nanti tidak menyerahkan
mutiara itu padaku, kalian bertiga akan diceburkan
ke dalam sumber itu. Akan kuatur kejadian itu
sehingga kelihatannya kayak kecelakaan. Dan aku
nanti yang akan kelihatan paling sedih atas
kematian kalian." Pete bergidik. la yakin, laki-laki kasar itu tidak
main-main. Kini hanya satu yang diingininya.
Cepat-cepat menyerahkan mutiara itu pada
Jensen, supaya ia beserta teman-temannya bisa
bebas kembali. "Kalian ini menganggap bisa menipuku!"
Jensen mendengus dengan sikap meremehkan.
"Tapi aku langsung menyadari niat kalian, begitu
kulihat kalian menuju ke dalam ngarai. Aku tahu
kalian hendak menyelinap lewat lorong tambang.
Aku tahu semua lorong tambang yang ada di sini.
Kalau aku datang ke suatu tempat, aku selalu
188 menyelidiki segala hal yang bisa diketahui, karena
siapa tahu perlu jika aku harus cepat-cepat
melarikan diri. Aku mengenal setiap bukit dan
ngarai di daerah sini!"
Mereka sampai di bagian lorong yang langit-langitnya sebagian sudah runtuh. Jensen sekali
lagi memperingatkan Pete agar jangan berani
menipunya. Setelah itu Pete mulai merangkak
maju. la sudah dua kali melakukannya. Jadi kini ia bisa
maju dengan cukup cepat. Tak lama kemudian ia
sudah sampai di tempat di mana ia bisa berdiri
tegak. Setengah berlari-lari ia menyusur lorong,
mengikuti tanda-tanda tanya yang dibubuhkan
Bob di dinding: Ia sampai di persimpangan yang menghadap
ketiga lorong yang bercabang. Pete mengambil
lorong paling kanan, menuju tempat tengkorak
keledai. Tapi sesampai di sini, keringat dingin langsung
mengucur. Pete tegak dengan mata nanar.
Tengkorak itu sudah tidak ada lagi!
Di tempat itu nampak sebongkah batu, sebesar
tong. Di atas nampak kayu penopang langit-langit
patah, serta sebuah lubang besar menganga.
Rupanya batu besar itu jatuh, lalu menimpa
tengkorak keledai. Padahal mutiara disimpannya dalam tengkorak
itu. Sedang mutiara merupakan benda yang
189 sangat peka, mudah hancur. Dan kini pasti sudah
menjadi debu halus, bercampur dengan serbuk
tulang tengkorak keledai, karena ditimpa batu
besar itu. 190 Bab 17 ANGKA 39 YANG MISTERIUS Setelah sadar dari kagetnya, Pete langsung tahu
apa yang terjadi. Diingatnya lagi getaran pelan
yang dirasakannya ketika ia merangkak ke luar,
sebelum ia diringkus anak buah Jensen.
Rupanya getaran gempa bumi yang terjadi di
tempat jauh itu menyebabkan batu besar itu jatuh
dan menimpa mutiara sehingga hancur lebur!
Sekarang biarpun ia ingin melakukannya,
mutiara itu tidak bisa dikembalikan lagi pada
Jensen. Ia masih mencoba menggeser batu besar itu ke
samping. Tapi ternyata terlalu berat. Lagi pula ia
tahu, bahwa itu tak ada gunanya. Dasar lorong
terdiri dari batu cadas. Dan apabila batu jatuh
menimpa batu, benda halus yang ada di antaranya
pasti hancur luluh. Pete berusaha berpikir. Sesaat terlintas niat
untuk berjalan terus, menuju ke Kerongkongan
lalu berusaha minggat ke luar lewat lorong
tambang di seberang. Tapi ia tidak tahu jalan di
sana. Jangan-jangan nanti tersesat selama berhari-hari.
191 Tidak, dengan jalan begitu ia takkan bisa
menyelamatkan Bob dan Chang. Lama sebelum ia
bisa ke luar dan memanggil bantuan, Jensen pasti
akan sudah menyadari bahwa ia takkan kembali,
lalu mengambil tindakan keras.
Kemudian Pete teringat pada senter yang
disembunyikan setelah diisi batu-batu kecil.
Dengan harapan tipis bahwa dengannya ia bisa
menipu Jensen, Pete menyusur lorong itu kembali.
Sesampai di simpanan ditemukannya panah yang
terdiri dari batu-batu yang diletakkan secara tidak
menyolok. Panah itu menunjuk ke sebongkah batu
yang lebih besar. Dan di belakang batu itu ditemukannya senter
kembali. Kini Pete agak menyesal. Kenapa ia tidak
membiarkan mutiara itu di dalamnya" Tapi waktu
itu penyembunyiannya dalam tengkorak keledai
dirasakannya sebaga i akal yang baik. Karena siapa
yang bisa menduga bahwa setelah itu akan terjadi
gempa" Pete menyelipkan senter itu ke pinggang, lalu
kembali. Kini ia tidak bergegas-gegas lagi. Sambil
berjalan ia mencari akal,. bagaimana caranya
supaya Jensen bisa-tertipu.
Satu-satunya kemungkinan ialah bahwa Jensen
langsung pergi setelah menerima senter itu, tanpa
memeriksa isinya dulu. Harapan Pete satu-satunya
hanya itu saja. Ia sampai di bagian yang rendah, lalu mulai
merangkak. Jensen menunggu di ujung bagian itu.
192 la berseru-seru memanggil, ketika melihat senter
yang dipegang Pete bergerak-gerak dalam lorong
rendah itu. "Ayo, cepat sedikit! Jangan mengulur waktu!
Cepat keluar!" Pete merangkak terus. Hatinya kecut. Sesampai
di ujung ia berdiri sambil mengibas-ngibaskan
kotoran yang menempel di pakaian.
"Kemarikan senter itu!" bentak Jensen. Ia tidak
sabar lagi. Ditariknya senter tua yang terselip di
pinggang Pete. Ditimang-timangnya sesaat.
Terasa berat, karena ada batu-batu di dalamnya.
Tapi hal itu tidak diketahuinya. la memasukkan
senter itu ke dalam kantong.
"Sekarang berjalan!" bentaknya. "Aku ingin
cepat-cepat pergi dari sini!"
Jensen bergegas dengan langkah-langkah
panjang, kembali ke mulut gua. Pete mengikuti
dari belakang dengan perasaan kecut.
Tapi baru saja sekitar sepuluh larigkah berjalan,
tiba-tiba Jensen berhenti lalu berpaling dengan
cepat. "Dari mana aku tahu bahwa kau tidak berniat
menipu aku"" geramnya sambil menatap Pete
dengan mata terbelalak. "Kalian tidak bisa
kupercaya!" Sambil berkata begitu ditariknya senter yang
terselip di kantong. Dibukanya penutup gagang,
lalu dimasukkannya jari ke dalam.
Tanpa sempat berpikir lagi, Pete langsung
bertindak. Ia lari, berusaha melewati Jensen. Tapi
193 laki-laki bertubuh kekar itu mengulurkan kaki,
sehingga Pete tersandung dan jatuh terjerembab.
Sesaat ia terkapar. Matanya berkunang-kunang.
Kemudian berdiri lambat-lambat.
Sementara itu Jensen sudah melihat bahwa
senter hanya berisi batu-batu belaka. Marahnya
bukan main, sampai sesaat ia tidak mampu bicara.
Ia menyergah Pete, lalu menghunus pisaunya.
Mampak mata pisau yang tajam berkilat-kilat kena
sinar senter. Jensen menarik Pete pada kerahnya. Pisau
disodorkan ke punggung remaja itu.
"Sekarang jalan!" sergah Jensen. Dan Pete
berjalan, di dorong-dorong dengan ujung pisau.
"Kau tahu apa arti perbuatanmu ini!" bentak
Jensen, ketika marahnya sudah agak menyusut
sehingga ia bisa bicara secara normat lagi. "Mr.
Won sudah mengijinkan aku mengambil tindakan,
apabila kalian mencoba main gila dengan aku.
Beberapa jam lagi matahari akan terbit tapi tak
seorang dari kalian masih akan bisa melihatnya!"
,; Pete tidak berusaha menjeiaskan kejadian
sebenarnya, karena Jensen pasti tidak mau ambil
pusing. Senter yang dipegangnya samar-samar
menerangi sosok tubuh Bob dan Chang yang
meringkuk dekat dinding. Kelihatannya seperti
sedang tidur. Di samping mereka nampak tubuh kedua
penjaga. "Ayo berdiri!" bentak Jensen. "Kita harus
bertindak cepat! Para pengacau ini harus kita
194 habisi, lalu setelah itu kita harus lari sementara
masih sempat!" Kedua laki-laki itu bangun lambat-lambat. Tapi
tahu-tahu mereka sudah menggenggam pistol.
Tubuh Jensen dan juga Pete disoroti cahaya senter
yang jumlahnya sekitar setengah lusin. Di belakang
mereka terdengar suara Sheriff Bixby.
"Jangan bergerak, Jensen!" bentak petugas
hukum itu. "Kau sudah dijaga dari segala arah!"
Tapi Jensen tidak cepat menyerah. Secepat kilat
disambarnya Pete dan diputarnya. Diseretnya
remaja itu ke arah mulut gua.
Tindakannya begitu mengejut, sehingga tak ada
yang sempat mencegah. Tidak ada yang berani
menembak, karena takut kalau Pete yang kena.
Di luar Jensen melepaskan Pete lalu cepat-cepat
lari. Dilewatinya dua orang yang menjaga di situ.
Kedua orang itu cuma melongo saja, karena tidak
menduga hal itu akan terjadi. Dan Jensen sudah
menghilang dalam gelap, sebelum ada yang
sempat menembak asal jadi saja.
"Jangan khawatir, nanti kalau sudah terang pasti
tertangkap," kata Sheriff Bixby. "Wah, lega hatiku
sekarang karena ketiga bocah ini ternyata
selamat!" Pete, Bob dan juga Chang menyambut Jupiter
Jones dengan meriah. la muncul dari dalam gua
bersama anak buah Sheriff Bixby. Kemudian Pete
baru ingat untuk menanyakan, bagaimana mereka
tahu-tahu sudah ada di situ. Pertanyaan itu dijawab
195 oleh Mr. Andrews, ayah Bob, yang merangkul
anaknya dengan bangga. "Jupiter berhasil menyibakkan misteri hantu,"
kata Mr. Andrews. "Dan sesudah kami menemu-kan tanda yang dibuat oleh Bob dalam tahang
anggur, Jupiter kemudian melihat carik kertas
dengan berita dari Bob, yang menyuruh kami
mencari dalam tambang. Kami tidak tahu
tambang mana yang dimaksudkan. Tapi kemudi-an Miss Green teringat bahwa Chang pernah
menyelidiki lorong-lorong tambang tua ini ber-sama seorang pencari emas yang sudah tua,
bernama Dan Duncan. Orang itu kini sedang sakit,


Trio Detektif 04 Misteri Hantu Hijau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di panti perawatan orang jompo di San Francisco.
Miss Green meneleponnya. Dan mengatakan, jika
kalian tidak bisa ditemukan di mana-mana,
cobalah cari dalam tambang di Hashknife Canyon.
Dalam ngarai itu ada gua, tempat masuk ke dalam
tambang. Begitu katanya. "Dan Duncan merasa yakin bahwa Chang pasti
ke situ, apabila tidak ada di tempat lain. Sheriff
Bixby lantas mengerahkan anak buahnya, dan
kami beramai-ramai masuk ke dalam ngarai. Kami
berkelahi dengan orang-orang yang menjaga Bob
dan Chang. Untung saat itu Jensen sedang berada
dalam tambang, sehingga tidak mendengar
keributan yang terjadi di sini. Setelah kedua
penjaga kami ringkus, kami lantas memasang
perangkap untuk Jensen."
Kemudian Mr. Andrews berpaling pada Bob.
196 Tapi masih ada satu pertanyaan yang ingin
kami ajukan padamu, Mak," katanya. "Bahkan
Jupiter pun tidak berhasil menemukan jawa-bannya."
"Apa itu, Yah"" tanya Bob.
Mr. Andrews menatap Jupiter, lalu mengangguk.
Jupiter membuka lembaran kertas yang ditemu-kannya di gurun.
"Bob," katanya setelah membaca tulisan yang
ada di kertas itu, "beritamu kami pahami. Cuma
angka tiga puluh sembilan membingungkan!
Kurasa aku seharusnya mengerti, tapi yah, apa
makna angka itu""
Bob meringis. Diambilnya buku catatannya dari
dalam kantong, lalu dibukanya. Temyata yang
tinggal cuma sampulnya saja. Halamannya sudah
tidak ada lagi. "Tadi sewaktu diangkut ke sini, kami bertiga
ditaruh di belakang mobil, ditutup dengan
selimut," katanya. "Pete dan Chang saat itu puias
karena dihipnotis. Tapi aku cuma pura-pura saja.
"Ketika menurut perasaanku kami sudah dekat
ke Verdant Velley, aku lantas menulis dengan pinsil
pada halaman-halaman buku catatanku. Aku
terpaksa melakukannya dalam gelap. Karena itu
tidak banyak yang kutulis.
"Setiap kali aku selesai menuliskan pesan pada
satu halaman, langsung kusobek lalu kuselipkan
lewat celah pada pintu belakang mobil stasion
yang mengangkut kami, sehingga terbang ke luar.
Waktu itu aku berharap-harap akan ada orang
197 menemukannya, sehingga tahu bahwa kami ada di
sini. Setiap halaman yang selesai kutulisi, kuberi
bernomor. Maksudku supaya apabila ada yang
menemukan lebih dari satu lembar, ia akan tahu ke
arah mana jejak kami harus diikuti. Pesan yang ada
di tanganmu itu bernomor tiga puluh sembilan.
Rupanya yang selebihnya diterbangkan angin."
Mr. Andrews tertawa, diikuti orang-orang yang
lain. Setelah mengalami ketegangan selama
beberapa menit terakhir, angka tiga puluh
sembilan yang kelihatannya misterius dan jawa-bannya yang temyata sepele itu dirasakan lucu
sekali. Akhirnya Jupiter ikut tersenyum. Ia memaksa-kan diri untuk tersenyum. Soalnya, ia berpikir
bahwa jika ia sebelumnya sudah menyadari bahwa
angka itu sebetulnya nomor yang dibubuhkan
pada setiap kertas pesan, maka mereka akan
mencari-cari lagi dengan cermat sampai ditemu-kan kertas-kertas selebihnya. Dengan begitu
mereka tentu akan menemukan jejak yang
ditinggalkan oleh Bob. Jupiter merasa bahwa
seharusnya ia tahu bahwa Bob pasti bertindak
dengan pertimbangan tertentu. Bukankah Bob
yang bertugas mengelola data dan tugas riset
untuk Trio Detektif" Jupiter merasa bahwa sekali
itu ia tidak memakai otaknya dengan ,cara yang
sepadan selaku detektif. Tapi untunglah dengan selembar berita saja
persoalan ternyata bisa diselesaikan dengan baik!
198 Bab 18 JUPITER MEMA NGGIL HANTU Ternyata keesokan paginya Jensen tidak ter-tangkap. Ada dua kemungkinan, yaitu mungkin ia
berhasil melarikan diri atau ia mengalami
kecelakaan di saiah satu ngarai terpencil. Pokok-nya, sejak itu ia tidak pernah kelihatan lagi. Sedang
Harold Carlson diusir oleh Miss Lydia Green dan
dilarang kembali. Wanita tua itu tidak sampai hati
mengajukan kerabatnya sendiri pada polisi.
Mr. Andrews bergegas kembali ke Los Angeles.
Anaknya sudah selamat, dan kini ia hendak
cepat-cepat menulis berita untuk surat kabarnya.
Dalam berita itu dipaparkannya bahwa hantu hijau
itu sebenarnya penipuan belaka. Ia mengemuka-kan berbagai perincian tentang peristiwa yang
terjadi, termasuk pencurian mutiara dan kemusna-hannya kemudian tertimpa batu dalam tambang.
Tapi peranan Trio Detektif dalam kasus itu
sengaja tidak ditonjolkannya, karena ia tidak ingin
mereka terlalu banyak mendapat publisitas. Dan
Mr. Won sama sekali tidak disinggung-singgung
olehnya, karena ia sama sekali tidak berhasil
menemukan keterangan apa pun mengenai
199 laki-laki tua itu. Rupanya Mr. Won tidak berbohong,
ketika mengatakan bahwa dirinya merupakan
misteri! Titus Jones menelepon Jupiter untuk menga-barkan bahwa perusahaannya bisa ditutup untuk
satu dua hari, untuk memberi kesempatan baginya
beserta Bob dan Pete bersenang-senang bersama
Chang Green. Karena teka-teki hantu sudah tersingkap, para
pekerja kembali ke perkebunan anggur, sehingga
panen tahun ini berhasil diselamatkart Trio
Detektif bisa bersenang-senang dengan Chang,
berkenalan di Verdant Valley. Tapi Bob terpaksa
beristirahat sebentar, karena kakinya yang bekas
cedera terasa pegal. la memanfaatkan waktu itu
untuk menyusun laporan. Jupiter ingin sekali melihat lorong-lorong
tambang. Ketika melihat Kerongkongan serta
bagian yang langit-langitnya runtuh sebagian, ia
mengucap syukur bahwa ia waktu itu tidak ikut.
Karena tubuhnya yang montok, ada kemungkinan
ia akan tersangkut di situ untuk selama-lamanya!
Akhirnya Trio Detektif kembali lagi ke Rocky
Beach. Begitu mereka tiba, Chief Reynolds
menyempatkan diri untuk mendatangi mereka
serta mengucapkan penghargaan karena telah
berhasil membongkar penipuan Hantu Hijau.
"Tak bisa kukatakan betapa lega hatiku ketika
tahu bahwa hantu memang tidak ada," katanya
mengaku. "Kapan saja kalian memerlukan ban-tuanku, katakan saja! Untuk menunjukkan bahwa
200 aku mengatakan ini dengan sepenuh hati, ini ada
sesuatu yang mungkin akan ada gunanya."
la menyerahkan kartu kecil berwarna hijau pada
ketiga remaja itu. Di situ tertulis,
Surat Keterangan Pemegang kartu ini Pembantu Sukarela Polisi
Rocky Beach. Harap berikan bantuan padanya
apabila diperlukan. (Tertanda) Samuel Reynolds,
Kepala Polisi "Wah!" kata Bob dan Pete kagum. Tampang
Jupiter menjadi merah karena senang.
"Siapa tahu, kapan-kapan ada gunanya," kata
Chief Reynolds. "Pokoknya, dengan itu bawahanku
akan tahu bahwa kalian bukan anak-anak yang
hanya ingin tahu saja, apabila kalian mereka
jumpai sedang melakukan sesuatu yang kelihatan-nya mencurigakan."
Kemudian ia pergi, setelah ketiga remaja itu
mengucapkan terima kasih. Keesokan harinya,
setelah Bob selesai menyusun catatan, mereka
mendatangi Alfred Hitchcock. Sutradara kenama-an itu sangat tertarik pada kegiatan mereka, sejak
ia menyetujui untuk memperkenalkan hasil-hasil
penyelidikan yang dilakukan. Tentu saja, apabila
ditangani dengan baik! Dalam ruang kantornya yang luas, mereka
menunggu dengan hati berdebar-debar, semen-tara sutradara film dan televisi itu membaca
201 catatan tentang kasus Hantu Hijau. Kelihatan ia
beberapa kali mengangguk, dan sekali-sekali
tertawa geli. Akhirnya ia selesai membaca.
"Bagus," katanya memuji. "Hebat petualangan
kalian!" "Betul, Sir," kata Pete menyetujui.
"Garis besar kejadian itu rasanya cukup jelas,"
sambung Mr. Hitchcock. "Harold Carlson ingin
memiliki kebun dan perusahaan anggur. Karena
itu ia meminjam uang dari teman-temannya,
dengan maksud mengusahakan agar uang itu
kemudian tidak bisa dikembalikan oleh Lydia
Green. Jensen membantunya dalam maksud jahat
itu. Kemudian Mr. Won membeli surat-surat
hipotek dari tem an-teman Carlson, setelah ia
mendengar kabar bahwa Mutiara Hantu ada dalam
rumah tua di Rocky Beach. Lalu ia menekan
Carlson agar mengambilkan mutiara itu un-tuknya."
Mr. Hitchcock mencondongkan tubuhnya ke
depan, sementara jarinya mengetuk-ngetuk kertas
laporan. "Tapi bagaimana kelanjutannya dengan Mr.
Won"" katanya. "Tokoh itu menarik perhatjankiiw.
Berumur seratus tujuh tahun, mirium larutan
mutiara untuk memperpanjang umur, dan hidup
dengan gaya kuno! Sejak itu kalian tidak
mendengar apa-apa lagi tentang dia""
Ketiga remaja itu mengiakannya. Bob me-maparkan pada Mr. Hitchcock, bahwa beberapa
202 hari setelah laporan ayahnya dimuat dalam surat
kabar, dua orang Cina datang ke Verdant Valley.
Mereka mengatakan diutus oleh Mr. Won, untuk
meminta ijin berusaha mencari sisa-sisa mutiara
yang sudah remuk dibawah batu yang jatuh.
Tubuh kedua orang itu kecil-kecil, jadi mereka
berharap akan bisa menyusup masuk lewat lorong
yang langit-langitnya runtuh sebagian. Sebagai
imbalan untuk ijin itu, Mr. Won akan memberi
kesempatan yang cukup lama bagi Miss Green
untuk menebus hipotek atas kebun dan perusaha-an anggumya.
Miss Green menerima usul itu. Kedua laki-laki
bertubuh kecil itu lantas masuk ke dalam tambang
dengan berbekal linggis. Kemudian mereka
muncul lagi, dengan kantong kecil dari kulit berisi
semacam debu. Tidak ada yang tahu, apakah debu
itu berasal dari mutiara atau biikan. Pokoknya,
mereka pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Mr. Hitchcock mengerucutkan bibir.
"Kurasa debu itu khasiatnya sama dengan
hancuran mutiara," katanya. "Hah, gagasan
menarik minum larutan Mutiara Hantu untuk
memperpanjang umur. Mungkin itu cuma takhyul
belaka. Tapi siapa tahu "
Kini ditatapnya Jupiter Jones.
"Jones," katanya, "walau dalam sebagian besar
dari petualangan ini kau tidak ikut hadir, tapi
kelihatannya kaulah yang berhasil membongkar
teka-teki itu. Tapi ada dua pertanyaan yang masih
ingin kuajukan." 203 "Ya, Sir"" kata Jupiter dengan sikap menunggu.
"Dalam kertas laporan ini " Mr. Hitchcock
mengetuk-ngetuk catatan yang disusun oleh Bob
Andrews, "aku membaca catatan tentang seekor
anjing kecil. Anjing itu digendong tuannya masuk
ke dalam Green Mansion, pada malam hantu hijau
itu muncul. Kelihatannya anjing kecil itu memban-tu pemecahan misteri ini. Sekarang aku ingin tahu
dengan cara bagaimana" Apa yang dilakukan
anjing itu, yang memberi petunjuk padamu""
"Begini, Mr. Hitchcock," kata Jupiter memulai
penjelasannya. "Ketika saya berpikir tentang anjing
itu, saya lantas teringat pada anjing dalam satu
kisah tentang detektif Sherlock Holmes. Mungkin
Anda ingat, di situ Holmes meminta pada Dr.
Watson agar mengingat kembali kejadian aneh
dengan anjing itu, yang terjadi malam hari."
"Ya, tentu saja!" Mr. Hitchcock mengangguk,
tanda mengerti. "Lalu Dr. Watson menjawab,
anjing itu tidak berbuat apa-apa pada malam hari.
Mah, itulah anehnya, kata Sherlock Holmes."
"Betul, Sir," kata Jupiter.
Mr. Hitchcock membalik-balik halaman laporan
yang terletak di depannya. Sesampai di suatu
bagian tertentu, ia berhenti. Dibacanya kembali
bagian itu. "Ini dia keterangannya!" katanya. "Anjing yang
digendong laki-laki itu tidak berbuat apa-apa.
Cuma melolong sebentar, mungkin karena tidak
mau digendong. Jones, kau hebat karena
berhasil mengenali petunjuk kecil itu."
204 Pete dan Bob hanya melongo saja. Apakah yang


Trio Detektif 04 Misteri Hantu Hijau di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa diketahui dari seekor anjing yang tidak berbuat
apa-apa" "Saya tidak mengerti," kata Pete. "Jadi anjing itu
tidak berbuat apa-apa. Lalu""
"Begini soalnya," kata Alfred Hitchcock men-jelaskan. "Anjing dan kucing pada umumnya
dikenal sebagai binatang yang sangat peka. Kalau
ada sesuatu yang tidak wajar, mereka cepat sekali
takut. Kucing biasanya lantas menyembur-nyembur, sedang anjing melolong lalu minggat.
Tapi malam itu anjing kecil itu tidak berbuat
apa-apa. Soalnya, tidak ada sesuatu yang mena-kutkannya. Kesimpulannya, yang kalian lihat waktu
itu bukan benar-benar hantu, karena anjing itu
sama sekali tidak takut."
"Astaga! Betul juga," kata Pete. "Dan kami sama
sekali tidak menyadarinya."
"Sudahlah kalian semua telah bekerja
den gan sangat baik," kata Mr. Hitchcock menghi-bur. Kau menunjukkan ketabahan dan tekat besar,
Pete. Dan kau, Bob, kau menunjukkan akal
sehatmu ketika meninggalkan petunjuk yang bisa
ditemukan temanmu, Jupiter."
Kening Alfred Hitchcock berkerut sedikit
"Sekarang aku ingat lagi," katanya. "Waktu itu
kalian bertiga dihipnotis oleh Mr. Won, sehingga
pulas. Tapi kau, Bob, dalam perjalanan dengan
mobil dari San Francisco ke Hashknife Canyon,
kau sibuk menulis berita minta tolong, yang
kemudian kaujatuhkan ke jalan lewat celah pintu
205 belakang. Kalau kedua temanmu tertidur karena
dihipnotis, kenapa kau tidak""
"Saya berhasil menipu Mr. Won," kata Bob
sambil nyengir. "Ketika saya melihat Chang dan
kemudian Pete tidur terkulai, saya lantas menya-dari bahwa hal itu sebentar lagi akan terjadi pada
diri saya juga. Karena itu begitu Mr. Won menatap
mata saya, saya iangsung melemaskan tubuh.
Seolah-olah sudah tertidur! Padahal tidak. Saya
masih bangun. Dengan cara begitulah saya bisa
menuliskan pesan-pesan itu. Tapi sebagian besar
diterbangkan angin. Untung selembar tersangkut
ke semak, sehingga bisa ditemukan oleh Jupiter.
Nasib saya sedang mujur saat itu."
"Nasib mujur hanya ada gunanya, apabila
dibarengi kemampuan," kata Mr. Hitchcock.
"Kurasa kalian bertiga dalam kasus ini sudah
menunjukkan kemampuan besar."
"Terima kasih, Sir," kata Jupiter. Kemudian ia
bangkit bersama kedua temannya, hendak minta
diri. Mereka sudah melangkah ke luar, ketika Mr.
Hitchcock memanggil lagi.
"Tunggu sebentar!" katanya. "Aku sampai
melupakan pertanyaan yang paling penting!"
Ketiga remaja itu menoleh dengan heran.
"Kalau tidak ada hantu, lalu apa yang kalian lihat
waktu itu"" tanya Alfred Hitchcock. "Apa yang
nampak mengambang menaiki tangga, lalu
kemudian menghilang seperti masuk ke dalam
dinding" Jangan katakan bahwa itu seseorang
yang berselubung taplak meja yang dicat berwama
206 hijau, yang bisa menyala dalam gelap. Itu tidak
mungkin!" "Memang bukan itu, Sir," kata Jupiter. "Siasat itu
lebih hebat iagi. Saya sama sekali tidak bisa
menebaknya, sampai saya menyadari bahwa
anjing kecil itu tidak mengendus bau apa pun juga.
Jadi memang di situ tidak ada apa-apa. Bolehkah
saya menggelapkan ruangan ini sebentar""
Sutradara itu mengangguk. Jupiter menutup
semua jendela dan menarik gorden tebal yang ada
di depannya. Ruangan itu kini remang-remang
gelap. "Perhatikan ke dinding sana," katanya.
Mr. Hitchcock memandang ke arah yang
dimaksudkan. Tiba-tiba nampak cahaya hijau di
dinding putih. Kelihatannya seperti Jupiter Jones,
tapi samar-samar. Bayangan bercahaya itu mema-kai taplak putih, yang dijadikan jubah. la bergerak
dengan lambat-lambat menghampiri pintu lemari.
Kemudian menghilang, seperti meresap masuk
lewat pintu. "Menakjubkan," kata Mr. Hitchcock, sementara
Pete dan Bob membuka gorden kembali. "Tadi itu
bisa dikira hantu, apabila suasananya cocok."
Jupiter menyodorkan suatu benda padanya.
Kelihatannya seperti senter, tapi ukurannya lebih
besar. Benda itu diperlengkapi dengan pemantul
cahaya lensa khusus. "Itu sebetulnya proyektor kecil," kata Jupiter.
"Dengannya bisa diproyeksikan gambar slide. Jika
ada slide berupa gambar sesosok tubuh mirip
207 hantu yang kabur, dengan latar belakang hitam
nah, apabila slide itu diproyeksikan ke dinding
sebuah rumah yang katanya ada hantunya, maka
akan diperoleh bayangan hantu yang meya-kinkan."
"Dan jalur sinar bisa diatur geraknya, sehingga
menimbulkan bayangan sesosok tubuh yang
mengambang menaiki tangga," kata Mr. Hitch-cock. "Cerdik sekali akal itu! Kurasa akal itu berasal
dari Mr. Won"" "BetuI, Sir," kata Jupiter. "Ketika Mr. Carlson
dengan jalan menyamar berhasil mengajak
orang-orang datang ke Green Mansion untuk
melihat hantu, proyektor itu dibawa olehnya.
Kelihatannya seperti senter biasa. Sedang orang-orang lainnya membawa senter sungguhan. Jadi
mereka tidak sadar bahwa senter yang dibawa oleh
Carlson sama sekali tidak bercahaya seperti biasa.
la memakai senter palsunya untuk memancarkan
bayangan hantu ke dinding atau pintu. Dengan
jalan menekan sebuah tombol kecil, bayangan itu
bisa dibuatnya meng hilang. Jadi kelihatannya
seperti lenyap, menembus dinding.
"Lalu di Verdant Valley, ketika ia mengantarkan
Miss Green ke kamar tidurnya, Carlson berdiri di
depan pintu sementara bibinya masuk seorang diri
ke dalam kamar yang gelap. Di belakang
punggung bibinya. Carlson lantas memancarkan
bayangan hantu hijau ke dalam ruangan. Ketika
Miss Green menjerit sambil menyalakan lampu,
208 Carlson buru-buru mengantongi proyektor, berge-gas masuk untuk menyambut bibinya yang jatuh
pingsan. "Hantu itu sangat meyakinkan wujudnya. Saya
sampai bingung! Tapi kemudian saya sadari
bahwa harus ada seseorang yang berteriak di
Green Mansion, begitu pula bahwa anjing kecil itu
sama sekali tidak takut. Dan ketika Miss Green
melihat hantu hijau itu, ia sendiri di atas bersama
Carlson. Jadi pasti Carlson yang menyebabkan
hantu itu." Jupiter mengantongi proyektornya kembali.
"Benda ini akan kami simpan sebagai kenang-kenangan," katanya sambil pergi. Sedang Alfred
Hitchcock berdiri sambil memperhatikan. la
tersenyum. T A M A T tamat Amanat Marga 4 Pendekar Mata Keranjang 21 Prahara Dendam Leluhur Pengasuh Setan 2
^