Yang Paling Oke 1
Lupus Yang Paling Oke Bagian 1
LUPUS - YANG PALING OKE DJVU by Syauqy_arr Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
1. S.O.S. NAH, kita mulai aja deh cerita tentang anak yang agak-agak gokil ini. Yang lagi asyik ngorok di kamarnya yang mungil nan berantakan itu namanya Lupus. Nggak tau, kenapa bokapnya ngasih nama begitu. Kali aja emang bentuknya mirip-mirip kuskus, hihihi.....
Ssst, jangan keras-keras ngakaknya. Ntar dia bangun, en kita jadi nggak bisa bebas ngegosipin doi.
Lanjut lagi, ya" Nama aslinya emang Lupus. Mukanya lumayan lah. Dari jauh sih kayak Brad Pitt, tapi kalo dideketin, kayak sandal jepit. (Hihihi... kuno, ah, lawakan taun tujuh puluhan!) Orangnya sih p"endiem kalo lagi tidur. Tapi kalo udah bangun" Ibu-ibu arisan aja lewat! Ngocol banget. Tapi dia baik hati kok....
Dan pagi itu emang masih sunyi. Masih sekitar jam enam lewat. Lupus masih lelap tertidur di atas ranjangnya yang empuk. Tidurnya meringkuk, karena selimutnya entah lagi piknik ke mana.
"Suasana kamarnya, khas berantakan kamar cowok. Segala macam aksesori cowok macam kaset-kaset, CD, bola basket, buku-buku cerita plus komik, poster Guns 'N Roses, menghiasi kamarnya.
Nah, tuh liat. Dia kayaknya udah mulai ngulet-ngulet. Kebiasaan dia bangun pagi emang gitu, suka senam gaya ulet. Mau bangun kali dia....
O ya, cowok kece ini punya kebiasaan makan permen karet. Makanya dia sebel banget gara-gara hobinya itu dia pernah ditolak masuk Singapura. Makan permen karet kan dilarang di sana. So, buku ini juga jelas nggak bisa dijual di sana. Ngeselin, ya" Lebih ngeselin lagi kalo tau kebiasaan Lupus suka nempelin bekas permen karet sembarangan! Tapi meski bandel, anak ini kocak juga sebetulnya. Dia selalu memandang hidup ini dari segi lucunya. Lagi susah aja sempet-sempetnya ngelucu.
Lupus bangun, menggelinding dari ranjangnya, dan... "Gubrak!" Mendarat di karpet.
Ia mengucek-ngucek rambutnya,. dengan tampang bloon. "Walah, ngimpi naik F-14 Tom Cat, kok mendaratnya di sini""
Lupus lalu bangkit sambil meringis. Tangannya mengambil kaset Pearl-Jam, dan terdengar lagu Daughter. Lupus segera menyambar raket badminton dari kolong ranjang, dan langsung bergaya ala gitaris rock. Kepalanya diangguk-anggukkan, ber-head banger.
Lagi asyik-asyik melon cat ke kanan dan ke kiri, tiba-tiba pintu kamar digedor dari luar. Lupus kaget. Langsung mengecilkan lagunya.
"Puuus! Lupuuuus! Lagi ngapain kamu""
"Lagi macul!" Mami menongolkan kepala di pintu kamar. "Kamu boong, ya""
"Lagian, udah ketauan lagi nge-rock!" ujar Lupus sebel.
"Daripada nge-rock begitu, mendingan kamu nge-roll aja deh bantuin Mami ngaduk adonan kue... Oke""
Lupus langsung protes, "Lho, kan ada pembantu, si kembar Ayum dan Uyan""
"Mereka lagi Mami suruh shopping ke pasar. Ayo deh! itung-itung olahraga...," rayu maminya.
"Emang si Lulu ke mana"" Lupus masih nyari alasan.
"Tau tuh. Tu anak dari bangun tidur bengong melulu, sambil nulis diary di jendela.... Udah ya, Mami tunggu dua detik harus sampai ke dapur."
Wajah Mami menghilang dari balik pintu.
Tinggal Lupus yang heran. "Lulu bengong" Wah, frustrasi lagi tu anak. Sering banget sih frustrasi" Perasaan saban malem Minggu!"
*** "Jendela kamar Lulu terbuka lebar. Lulu tampak sedang duduk termenung sambil menulis
diary di jendela kamar. Adiknya Lupus ini biasa-biasanya sih centil banget. Pokoknya pantangan ketinggalan trend anak muda. Dan jailnya juga nyaingin si Lupus. Jadi seperti kamu udah liat tadi, penghuni rumah ini hanya tiga orang. Mami, Lupus, dan Lulu. Bokapnya, Pak Mul, udah meninggal pas Lupus kelas satu SMA.
O ya, selain mereka bertiga, ada dua pembantu kembar cewek-cowok yang namanya Ayum dan Uyan. Tapi biar kembar, jangan nyangka mukanya sama. Beda banget! Nanti kalo ketemu, kita kenalan sekalian. Oke"
Sekarang balik lagi ke Lulu. Kenapa pagi ini Lulu jadi pendiam begitu" Eh, mending kita baca diary yang dia tulis.
"...Burung dara liar itu sudah beberapa kali hinggap di dahan pohon jambu. Setiap kali hendak nginep di situ, dicurinya ranting kecil, batang sapu lidi, dari atap ilalang milik Mami untuk menambal su
lam sarangnya. Mereka nggak bosen-bosen membenahi sarang mungil itu.
Tadinya burung dara liar itu cuma ada dua ekor, tapi kini sudah berkembang jadi empat ekor. Yang Lulu heran, mereka datang dari mana, Lulu nggak nggak pernah tau. Bukannya nggak mau tau, Lulu pernah ngabarin ke tetangga-tetangga,
"Apakah ada yang merasa keilangan burung""
Eh, Lulu malah dituduh pomo....
Burung;burung itu bebas, lepas, terbang ke sana kemari. Seandainya Lulu jadi burung itu, pasti Lulu nggak bakal sedih begini....
Oh, harus sama siapa lagi Lulu mengadu, kalo ggak sama burung-burung..."
"Tiba-tiba pintu kamar Lulu dibuka. Lupus muncul sambil heran ngeliat Lulu bengong sendirian.
"Lu, kesantet jin iprit"" ujar Lupus.
Lulu yang lagi merenung, kaget. Spontan menutup diary-nya.
""Ngapain sih lo" Masuk nggak ngetok-ngetok"" sahut Lulu ketus
Lupus cuek aja masuk ke kamar, sambil menyambar buku harian Lulu. Lulu langsung merebut kembali.
"Alaa, biasanya lebih barbar lagi, kan" Masuk-masuk langsung nyolong coklat." Lupus celingukan nyari coklat. "Eh, coklatnya diumpetin di mana""
Lulu tampak masih keki karena semadinya diganggu makhluk penggoda nan berjambul ini.
"Pus, lebih baik lo minggat aja, sebelum gue usir. Gue serius nih! Satu, dua..."
"Eit! Eit! Nanti dulu. Oke, lo boleh ngusir gue, tapi lo ceritain dulu problem lo."
"Sejak kapan lo punya perhatian sama gue""
"Gue sih sebenernya ogah. Tapi masalahnya, gara-gara lo ngambek begini, gue deh yang jadi disuruh ngaduk adonan kue.... Kan gue jadi pihak yang dirugikan...."
Lulu sebel setengah mati. "Dasar!"
"Udah, ceritain aja apa problem lo!"
Lulu menarik napas panjang. Seakan ada beban berat mengimpit dadanya.
"Tapi jangan diketawain. Ini soal cowok. Kan kemaren Lulu jalan sama Fido, nonton film. Eh, di bioskop dia ketemu sama mantannya. Kayaknya Fido masih cinta sama dia soalnya abis ketemu dia gelisah terus. Gue berusaha ngertiin banget, walau sebetulnya gue sebel. Dan buntut-buntutnya dia malah bilang nyesel banget putus sama mantannya. Coba kamu pikir, gimana gue nggak sebel""
Belum sempet Lupus ngomong tiba-tiba terdengar suara Mami dari dapur.
"Lupuuuus! Kamu gimana sih" Ditunggu dua detik malah dua abad! Ayo bantuin Mamiiii...!"
Lupus buru-buru bangkit. "Udah deh, Lu. Nanti gue urus masalah lo. Si Mami udah ngomel-ngomel tuh."
Lupus langsung bangkit, dan meninggalkan Lulu yang lagi niat banget mo nyeritain masalahnya lebih lanjut.
"Sebel! Udah niat nyeritain, malah kabur!"
Lupus menghilang dari balik pintu. Lalu langsung sibuk di dapur.
Lulu sendirian lagi. Ia bingung, apa yang harus dikerjain" Akhirnya ia keluar kamar. Membanting pintu kamar, lalu menuju ruang tengah. Ia mencoba menarik perhatian Lupus dan maminya. Tapi tak ada reaksi dari dapur. Sekali lagi ia membuka pintu kamar, lalu membantingnya. "Bang!"
Tetap tak ada reaksi apa-apa dari dapur. Lulu jengkel lalu mengentakkan kakinya dengan kesal.
"Sialan! Pada cuek semua! Somebody help me!!!"
Lulu lalu membantingkan pantat di sofa. Kesal dia. Lalu dengan remote-control ia menyalakan TV. TV menyiarkan acara talk-show masalah remaja. Seorang pembawa acara dengan gaya yang amat menyebalkan, nyerocos, "Patah hati" "Frustrasi" Depresi" Terasi" Gampang obatnya. Rajin-rajin push up, angkat barbel sit up... biar tambah tegar!"
Lulu jengkel. Lalu langsung mematikan TV. Ia nggak tau lagi, harus ngapain.
"Gue butuh temen! Gue butuh pengaduan! Ke mana orang-orang" Masa minggu depan gue ulang tahun, tapi nggak punya pacar""
Lulu lalu mengambil foto dari saku celananya. Foto Fido, pacarnya. Lulu memandangi foto itu dengan gemas. Lalu dengan emosional ia merobeknya. "Brek!" Lalu ia remas-remas. Dengan gaya pemain basket, ia melompat ke keranjang sampah, dan melempar remasan foto itu ke dalam keranjang.
Lulu lantas duduk lagi di sofa. Kesepian.
Tiba-tiba matanya menatap ke arah telepon.
"Duh, si Fido lagi ngapain ya, Minggu-minggu begini" Biasanya nelepon gue.... Jangan-jangan... aduh, kenapa sih gue harus marah-marah kemaren" Gue kangen, Fido... gue kangen denger suara lo...."
Lulu lalu menuju meja telepon.
Ia hendak menelepon. Tapi ragu-ragu. Antara iya dan tidak.
Akhirnya ia angkat telepon juga. Dengan cepat tangannya memutar telepon. Terdengar nada sambung di ujung sana.
Lama.... Lalu terdengar suara. ""Halo ""
Lulu lalu menutup telepon.
Ia menghela napas lebar. Ia merenung. Lalu tangannya memutar satu nomor lagi.
"Ah, coba ngebel si Rudi aja... Siapa tau bisa disewa barang seminggu, sampe gue ulang tahun nanti."
Terdengar nada sambung. "Halo""
"Selamat pagi. Bisa dengan Rudi""
"Oh, Rudi pergi tuh. Udah fully-booked sampai bulan depan...."
Lulu bengong, memandang gagang telepon.
Lalu dengan sebal meletakkan gagang teleponnya. "Huh! Sok laku!"
Lulu bengong. Berpikir. Lalu memutar nomor telepon lagi.
Terdengar petugas di ujung sana.
"Halo, Kontak Jodoh di sini. Bisa kami bantu""
"Ng... bisa ikutan mejeng, Mas""
"Mejeng" Oh, mau ikutan jadi anggota" Boleh, sebutkan dulu data-data vitalnya dan maksud ikutan Kontak Jodoh."
"Tulis aja, Mas. Seorang gadis berwajah menarik, berusia enam belas tahun, sedang kesepian, mencari pacar selama seminggu..."
Telepon di ujung sana langsung dimatikan.
Lulu ngomel-ngomel. "Sialan! Gue serius, juga! Gila, seminggu lagi ultah, nggak punya pacar. Gimana kata temen-temen" Ntar dibilang gue nggak laku lagi...."
"Lulu jatuh lemes di kursi.
Wajahnya putus asa, menerawang ke langit-langit.
*** "Siangnya Lupus malah pergi jalan-jalan.
Ia sempet mampir ke Wendy's, memesan cheeseburger, dan duduk di bangku sambil membawa baki makanan. Di sebelahnya, tampak seorang cewek gendut sedang makan. dengan lahapnya. Cewek itu sebenarnya cantik, cuma ya itu tadi: gendut. Tapi meski udah ketauan gendut dia cuek aja mesen makanan seabrek-abrek. Che"seburger, double beefburger, fried chicken, hot dog, dan Coca-Cola.
Lupus jadi heran ngeliat cara makan cewek itu yang cuek ama situasi. Busyet, nggak takut meledak tu cewek"
Tiba-tiba datang seorang cewek cantik yang langsing.
Cewek itu langsung menghampiri si cewek gendut. "Hei, Lydia! Kamu Lydia, kan""
"Eh, Nana... apa kabar, Na" ujar Lydia malu-malu.
"Busyet, Lydia. Kenapa lo jadi bengkak begini" Gila, sebulan nggak ketemu gue sampe pangling. Lo naek berapa kilo""
"Sepuluh..." "SEPULUH"" Nana terbelalak.
"Ssst!" Lydia langsung menempelkan jari te"lunjuk ke bibir sambil celingukan. "Jangan buka-buka rahasia dong!"
Lupus yang emang dari tadi lagi nguping, langsung pura-pura cuek. Takut kepergok.
"Sepuluh" Gila" Lo udah nggak senam lagi, apa kenapa" Kok bisa begitu"" Nana memelankan suaranya.
Tiba-tiba cewek gendut itu menangis sesenggrukan. Lupus yang dari tadi menyimak percakapan mereka, jelas jadi heran juga. Ia ingin tau lebih banyak.
"Eh, Lydia... kenapa lo" Kok jadi crying begitu"" Nana jadi kebingungan.
"Ng... itu... si Sergi...," ujar Lydia terisak-isak.
"Sergi" Sergi cowok lo itu" Kenapa dia""
"D-dia mutusin gue... Gue jadi frustrasi... Akhirnya gue makan aja banyak-banyak... Sebodo...."
"Ya ampun... Kurang ajar banget cowok lo...."
"Iya.:. dasar cowok! Nggak bisa dipercaya.... Gue bener-bener frustrasi. Gue kan udah cinta berat sama dia. Lo kan tau, gue udah abis-abisan sama dia... Tapi dia seenaknya ninggalin gue... Mana semua keluarga gue nyuekin gue, nggak ada yang perhatian sama masalah gue. Soalnya, dari dulu emang keluarga gue nggak setuju gue jadi ama Sergi..."
Lupus yang dari tadi menyimak percakapan mereka berdua, jadi bengong. Dalam angannya, yang lagi menangis itu Lulu, yang frustrasi karena diputusin cowoknya. Lulu makan banyak banget, sambil terisak-isak sedih. Lupus langsung kaget, dan ngebatin, "Busyet, si Lulu juga lagi frustrasi! Gimana kalo dia jadi gendut" Wah, gue harus bantuin dia! Jangan sampe nasibnya sama kayak tu cewek. Nggak ada yang ngasih perhatian... Lulu butuh perhatian gue! Gue harus nolong Lulu."
Lupus tiba-tiba langsung bangkit dari duduknya, tanpa menyentuh makanan yang ia beli. Sementara cewek gendut itu masih sesenggrukan di depan temennya. Temennya sibuk menghiburnya, sambil membelai-belai rambut si cewek gendut.
Lupus bangkit sambil membawa bakinya untuk dihibahkan ke mej
a si cewek gendut. Lupus lalu menaruh bakinya di depan cewek gendut itu. Si cewek gendut dan temennya tentu heran melihat tingkah Lupus.
"Nih, untuk menghibur kamu! Gue harus nolongin adik gue dulu!" ujar Lupus sekenanya.
Lalu butu-buru kabur keluar.
Si cewek gendut itu bengong, sedangkan temennya melotot dengan wajah sebal ke arah Lupus. "Idih! Bukannya bantuin diet, malah ngasih makanan!"
*** "Saat itu di dapur, Mami dengan dua pembantu kembarnya yang sama sekali nggak mirip, Ayum dan Uyan sedang asyik mengiris-iris sayuran di dapur.
Suasana dapur masih agak berantakan, sisa kerja keras pagi hari. Setiap hari, mami Lupus yang punya bisnis katering itu harus melayani puluhan tetangganya yang berlangganan. Jadi segala perabotan masak-memasak, kulkas gede, memenuhi dapur.
Ya, sejak suaminya meninggal mami Lupus emang punya bisnis katering. Tiap hari ia selalu melayani pesanan tetangga kanan-kiri yang nggak sempet atau males masak.
Untung juga Mami tinggal di kompleks perumahan yang ibu-ibunya lebih ngebela-belain arisan atau ngerumpi, daripada masak. Jadi, kalo para suami udah pada mau pulang, buru-buru tu ibu-ibu mengambil pesanan katering ke mami Lupus.
Walhasil, kalo suatu ketika para suami berkumpul di balai pertemuan, dan saling basa-basi nanya, "Eh, istri Anda masak apa di rumah"" Nggak heran kalo jawabannya banyak yang sama, "Semur jengkol sama pepes ikan mas." "Lha, kok sama ya" Selera istri kita sama, ya"" Hihihi.... Padahal uang belanjanya abis buat pesan katering.
Di samping makanan sehari-hari, mami Lupus juga menerima pesanan kue-kue.
Lupus dan Lulu yang suka jadi korban disuruh mencicipi. Ya kalo kebetulan jadinya enak. Kalo gosong" Nasib anak katering lah yaow!
"Sementara mereka masih asyik bekerja, Mami menasihati pembantunya, "Uyan, lain kali ati-ati ya, kalo masukin makanan ke rantang katering... Tadi ibu sebelah komplain, katanya isi rantangnya ada dua pisang, sedang ibu sebelahnya lagi, dapet ikan asin dua... yang sebelah lagi malah nggak ada isinya apa-apa...."
"Ng... maaf, Bu... abis Uyan semalem sibuk masang lampu-lampu hiasan di depan rumah. Abis Pak Er-te ngomel-ngomel kalo nggak Uyan pasang...," Uyan beralasan.
"Iya, tapi kalo kerja musti bener dong. Contoh sodara kembarmu, si Ayum ini."
Ayum, yang disebut namanya, tersenyum jumawa. Uyan jadi melirik sirik.
Lupus tiba-tiba masuk sambil ngos-ngosan. Langsung bertanya sama Mami, "Mi, si Lulu ke mana sih" Dicariin di kolong tempat tidurnya nggak ada!"
"Lagian nyari Lulu di kolong. Mana ada""
"Abis di mana dong""
"Di kulkas!" ujar Mami nggak kalah gokil.
"Ah, Mami... di mana dong, Mi"" Lupus tampak serius.
"Kok tumben kamu nyariin adikmu" Biasanya berantem melulu! Pasti ada maunya...."
"Enak aja." "Lulu tadi pergi. Nggak tau ke mana, dan sama siapa. Tapi sepanjang siang dia emang cemberut melulu... perginya juga nggak bilang-bilang. "
""Aduh, pasti Lulu pergi makan!"
"Makan" Masa sih" Kalo emang laper, di sini kan gudangnya makanan!"
"Di sini laen, Mi. Dia nggak berani makan banyak-banyak! Makanya kalo anaknya ada masalah Mami jangan cuek aja dong!" Lupus jadi ngomel-ngomel.
Mami bengong menatap Lupus yang tiba-tiba jadi agak sewot, "Nah, lo. Mami jadi dimarahin tuh!"
Ayum dan Uyan cekikikan geli.
Mami menghardik mereka. *** "Lupus masuk ke kamar Lulu. Ia memandang ke sekeliling. Kamar itu kelihatan rapi. Lupus lalu berjalan menghampiri meja tulis Lulu.
Lupus duduk, lalu memandangi kertas surat di meja Lulu.
"Gue harus ngeringanin beban si Lulu. Mending gue nulis surat buat ngehibur dia."
Lupus mulai menulis. "Lulu, adikku semata wayang.
Ini Kakanda menulis surat. Ketahuilah, Adinda... eh, kok jadi puitis amat kayak si Gusur.
Lulu yang lucu, lo harusnya tegar menghadap segala masalah. Hingga lo nggak perlu merengek-rengek kayak biola kalo dikecewain cowok begini.
Kamu kan tau, kalo berani jatuh cinta, harus berani putus. Soalnya, kan nggak ada yang abadi di dunia in;. Boro-boro pacaran, orang udah kawin aja ada yang cerai.
Dan harusnya lo nggak perlu terlalu sayang sama cowok kamu, kalo kamu nggak kepengen kecew
a. Karena inget pepatah, Lu. Buah delima buah pepaya. Nggak diterima, nggak pa-pa la ya... eh, salah! Yang bener begini: orang yang sangat kita cintai itu berada dalam posisi yang tepat untuk menyakiti hati kita....
Jadi, kamu tau kan maksudnya"
Ya udah. Gitu aja. Stay cool. Peace. Bless you.
"Kakanda, Lupus Lupus melipat surat itu, lalu meletakkannya di atas meja Lulu. Dengan sampul yang bertuliskan Buat Lulu, dari Lupus.
Sudah itu, ia tersenyum puas sambil memandang suratnya. Gayanya kayak Mr. Bean kalo abis dapet surat.
*** "Lupus lagi asyik nyiram kembang di halaman. Tumbuhan di taman depan rumah Lupus beraneka macam. Bunga-bunga dari berbagai jenis, serta pepohonan lainnya. Lagi asyik-asyik nyiram, tiba-tiba Lulu datang, diboncengkan sepeda motor oleh seorang cowok.
"Cowok itu berwajah Indo. Namanya Bule. Dia pacar baru Lulu. Lulu kelihatan mesra turun dari motor gede si Bule yang mirip-mirip motor Renegade.
Lupus bengong memandangi mereka.
"Lho, bukannya si Lulu abis marahan ama cowoknya" Kok udah dapet yang baru""
Lulu tampak riang sekali. Sama sekali nggak tergambar kesedihan di wajahnya, seperti tadi pagi. Dia sama sekali lupa sama masalahnya.
"Le, kamu bener-bener nggak mau mampir dulu""
"Nggak. Kapan-kapan aja. Nanti malem aja kita ke Planet HollyWood. Oke""
"Oke." Bule melirik ke arah Lupus yang bengong sambil nyiram kembang. "Eh, itu yang lagi nyiram tukang kebon kamu, ya" Salam, ya."
Tanpa menoleh ke arah Lupus, Lulu mengangguk.
Lupus jelas keki setengah mati.
Bule menstarter motornya. Bunyinya amat berisik.
Lalu Bule menegur Lupus ramah.
"Mari, Mang. Pamit dulu......"
"Mari... mari.. Ngomong-ngomong, udah lama nih jadi tukang ojek""
Bule pergi sambil ngakak.
Lulu memandangi kepergian Bule dengan wajah penuh sukacita.
Sementara Lupus kesel setengah mati.
"Kemudian, tanpa memedulikan Lupus yang sedang jengkel, Lulu berlari-lari riang masuk ke rumah.
"Heh! Siapa sih tu cowok"" ujar Lupus kesal.
Lulu berhenti karena teguran Lupus. "Bule. Namanya Bule. Keren, ya" Cowok baru gue. Gila, anaknya tajir banget. Udah, ya. Gue mo siap-siap ntar malem ke Planet Hollywood sama dia!"
Lulu langsung masuk ke rumah.
Lupus bengong. Tak lama, dari dalam kamarnya, terdengar teriakan Lulu.
"Puuuus! Puuuus! Lo nulis surat ke gue, ya" Emangnya lo ada masalah apa sih" Lo pegang dulu deh. suratnya! Abis, gue belum sempat ngebaca nih. Keburu Bule ngejemput...."
Dengan sebal Lupus membanting slang.
2. LULU ULTAH "KAMAR Lulu adalah kamar khas remaja cewek. Rapi, meski banyak aksesori. Seabrek koleksi macam adukan minuman dari berbagai hotel, pub, dan restoran-koleksi asbak, emblem, bros, topi, boneka-boneka mungil, foto-foto yang ditempel di kaca-memenuhi meja riasnya yang kecil. Sederetan alat kecantikan macam pensil alis, lipstik, bedak, body-lotion, maskara, pelentik bulu mata, dan sebagainya juga tersusun rapi di meja toilet.
Poster yang nempel juga nggak kalah keren. Dari bin tang top maeam Keanu Reeves, Brad Pitt, sampai Val Kilmer nempel di dinding kamarnya.
Dan pagi itu Lulu sedang asyik terbenam dalam-dalam di kasur empuknya, berselimutkan bed-cover tebal bermotif lucu.
Sunyi senyap. Mentang-mentang lagi musim liburan, nggak ada yang punya kesadaran bangun rada pagian. Berani taruhan, kali ini nggak bakal meleset, Lulu pasti panik setengah mati kalo tau hari udah siang.
"Lulu pun mulai menggeliat. Kedua tangannya yang kurus, diangkat tinggi-tinggi ke atas. Kayak kucing baru bangun tidur. Lalu dengan mata centilnya ia melirik ke arah beker di samping tempat tidur. Seketika matanya melotot. Ia langsung melompat dari tempat tidur.
"Ya amplop! Udah jam setengah sembilan! Apa Mami belum bangun""
Lulu lalu mencari-cari sandal jepitnya yang lucu, dan buru-buru menyeretnya keluar kamar sambil terus ngoceh.
"Gawat. Gawat! Si Mami kan kudu masak buat katering. Mana gue belum senam bareng Cindy Crawford!!!"
Lulu pergi ke kamar Mami. Tangannya sibuk mengetuk-ngetuk pintu kamar Mami.
"Mi! Mi! Bangun! Udah siang nih! Mau masak, nggak""
Pintu "amar terbuka. Muncul Mami dengan wajah kusut sambil m
embawa bekernya. Rambutnya penuh rol, dan di mukanya ada sisa-sisa Masker bekas semalem. Bener-bener parah!
"Aduh, Lulu, kamu udah gokil, ya" Liat nih, kan baru jam tiga pagi! Kalo mau ngeronda sana gih duluan!" '
"Ah, si Mami nih! Lulu kan udah bilang, jam weker rusak begini jangan dipake lagi! Ini udah jam setengah sembilan, Mi. SETENGAH SEMBI LAN!!!" jerit Lulu.
Mami kayak disetrum seribu watt. (Kayak "yang pernah ngerasain aja!) "APA"" YANG BENER KAMU, LU!"
Mami buru-buru mendesak keluar, pintu kamar terbuka lebar, jam bekernya dibuang begitu saja di tong sampah depan kamar.
Lulu sampai terdorong ke samping.
Dalam kepanikan, Mami berujar, "Eh, Lu, si Lupus udah dibangunin, belum" Tadi malem dia pesen minta dibangunin pagi-pagi, mo ada acara! Tolong deh bangunin!"
Mami berlarian ke dapur dengan paniknya, sedang Lulu berjalan ke kamar Lupus.
Kamar Lupus, seperti biasa, berantakan. Buku-buku bacaan tergeletak di karpet, di samping sehelai kertas yang penuh corat-coret tulisan.
Selimut yang biasa menutupi tubuhnya, jatuh dari ranjang, sedang Lupus dengan celana pendek bermuda dan kaus oblong meringkuk kedinginan di tempat tidur, .
En, bujubune, liat tuh si Lupus. Jam sembilan begini masih tewas dengan sukses di kasur. Padahal kemaren dia udah janji mo nganterin cewek kece daftar kursus Inggris. Namanya Sarah. Biasa, tu cewek hasil ngelaba waktu JJS di mall. Tu anak emang paling bisa, udah punya Poppi, masih perlu buka cabang di luaran. Yang namanya rezeki emang pa"tang ditolak.
Dan berani taroan, pasti dia panik setengah mati dibangunin Lulu dengan jeritan metalnya...
"Puuuuus! Lupuuuuuuus! Banguoooooon!"
"Lupus kontan melompat dari kasurnya. Mengambil beker, dan menjerit histeris, "YAIIIIIIII!!!!!"
Lulu muncul di ambang pintu. Kaget ngedenger suara Lupus.
"Kenapa, Pus" Digigit tikus""
"Gila! Gue ada janji! Kenapa lo baru ngebangunin sekarang, Lu" Bisa rugi besar kalo tu cewek sampe lepas! Awas lo ya!" Lupus kepanikan setengah mati.
Sambil ngomel-ngomel, Lupus membuka lemari, dan menarik sebuah kemeja keren, hingga susunan kemeja di dalemnya pada berantakan.
"Yeeee, udah untung gue bangunin, coba kalo gue jitakin!" ujar Lulu sewot.
"Ini masalah masa depan, Lu. Lo kan tau, tu cewek cakepnya ngalahin Cindy Crawford. Lo kan bangga kalo punya kakak ipar kece kayak gitu."
"Yeee, sebodo am at! Emang gue pikirin""
"Sial lo!" Lupus buru-buru melempar kemeja itu ke arah Lulu, hingga Lulu gelagapan karena mukanya ketutupan kemeja. "Tuh, tolong setrikain! Eh, yang licin, ya. Kalo kurang licin dipel aja sekalian. Tapi harus cepet, ya."
Lulu dengan sebel menyingkirkan baju Lupus dari wajahnya, "Idih, nyuruh maksa!"
Tapi tak urung, si Lulu geli juga ngeliat tingkah kakaknya yang kayak orang kebakaran jenggot. Dan setelah Lupus menghilang, Lulu "keluar sambil membawa baju Lupus untuk disetrika.
Di ruang setrika deket dapur, Lulu membawa baju Lupus dan buku cerita Olga Sambil menyiapkan setrikaan, nojosin kabel listrik, menggelar alas kain, Lulu asyik membaca buku samhil cekikikan. Lulu lalu menunggu, sampai setrikaannya cukup panas untuk dipakai.
Setelah agak lama, Lulu mengecek setrikaan. ternyata udah cukup panas, kentara dari pekikan Lulu ketika telunjuknya menyentuh setrikaan, "AOW!"
Lulu segera meletakkan bukunya, dan langsung mulai menyetrika. Lagi asyik-asyik nyetrika, tiba-tiba terdengar suara maminya, "Luuuu, kamu lagi ngapain" Bantuin sebentar bikin nasi goreng dong. Si kembar Ayum dan Uyan belum dateng juga! Sebel!"
"Iya, Mi! Bentar!"
Lulu buru-buru ninggalin setrikaan yang lagi nangkring di atas baju Lupus.
Di ruang tengah, dekat meja makan, Lupus udah siap berangkat. Dia sudah memakai celana jins, rambutnya sudah di-foam, dan dia sibuk mengunyah roti pakai selai. Tapi ia masih telanjang dada, karena menunggu bajunya disetrika Lulu. la duduk di sofa, sambil nonton acara TV pagi.
Tiba-tiba Lulu muncul dari dapur sambil membawa nasi goreng yang mengepul. "Breakfast's ready! Nasi goreng daging asap!" .
""Wah, thanks, Lu. Meski mulut gue udah penuh roti, mubazir rasanya nolak sarapan!"
Lupus kel ihatan bemafsu. Sambil meletakkan nasi di meja makan, Lulu berkomentar, "Itulah kalo kelamaan temenan sama si Gusur. Jadi ketularan rakus!"
Lupus cuek aja disindir begitu. Dengan semangat membara ia menyerbu meja makan. Lulu langsung menghilang lagi ke dapur. Lupus melahap sarapan bikinan Lulu. Berhubung nasi gorengnya panas, mulutnya jadi mangap-mangap. Dan lagi sibuk-sibuknya dia, tiba-tiba terdengar suara bel depan. "Ting-tong-ting-tong!"
Sambil kesulitan menelan nasi, Lupus berteriak, "Luuuu, ada tamu tuh!"
Lupus Yang Paling Oke di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tak ada jawaban. Akhirnya Lupus bangkit dengan kesal sambil memaki, "Tuh orang kurang kerjaan banget! Pagi-pagi ngapain juga nenamu. Gak tau orang pada repot, apa""
Lupus berjalan cepat ke ruang tamu, lalu membuka pintu.
Seorang petugas pengirim bunga tersenyum lebar di depan pintu sambil membawa buket.
"Pagi. Ini ada kiriman bunga krisan buat Lulu."
"Bunga" Bagus amat" Metik di mana nih"" ujar Lupus surprised.
"Oh, ini bukan metik, Dik. Tapi merangkai...," ujar pembawa bunga itu.
"Tapi sebelumnya dipetik dulu, kan""
""Iya, ya...."
"Ya udah. Makasih, Bang...."
Lupus hendak menutup pintu, tapi petugas bunga itu seakan tak bergeming dari tempatnya. Biasa, menunggu tip.
Lupus baru ngeh. Ia lalu memetik sekuntum bunga dan memberikannya kepada petugas itu. Si petugas bengong, tapi Lupus langsung menutup pintu. "Brak!"
Lalu Lupus berjalan kembali ke ruang tengah sambil membaca nama pengirim bunga. Tulisannya: Buat Lulu manis, selamat ulang tahun. Dari Bule.
Hah" Si Lulu ulang tahun" Pantesan dia baek banget pagi ini. Lupus lantas berteriak "LUUU ADA KIRIMAN BUNGA DARI SI GULE!" '
Lupus lalu memetik beberapa kuntum bunga, dan menyembunyikannya di kantong celananya. Lumayan buat dikasih ke Sarah!"
" Lulu muncul dari dapur dengan wajah cerah. Mana" Mana"" katanya riang.
"Giliran ada bunga, baru denger lo! Met ultah, ya. Gue lupa. Ntar deh kadonya nyusul. Sun dulu ya, buat panjer!" Lupus menyerahkan bunga itu kepada adiknya, sambil ngesun pipi. Lulu menerima bunga itu dengan senyum lebar. Mami yang masih memakai celemek muncul dari dapur. Tangannya pake sarung tangan, masih belepotan tepung.
"Hei, anak Mami ada yang ulang tahun ya" Yang mana" Oh, Lulu, ya" setamat." Mami merentangkan tangannya lebar-lebar. Lulu lari ke pelukan Mami. Mami ngesun jidat Lulu. Tapi jidat Lulu jadi belepotan, kena tempelan bumbu yang melekat di mulut Mami.
"Huh, jadi nggak licin nih jidat!" gerutu Lulu sambil mengusap jidat. .
"Alaaa, kotor dikit kan nggak apa-apa. Nanti Mami bikinin black forest deh," ujar Mami, lalu menoleh ke arah Lupus. "Lupus, nanti siang kalo urusannya udah selesai buru-buru pulang, ya. Bantu Mami nyiapin makan malem buat ultah adikmu!"
Lupus kembali ke meja makan, nerusin sarapan. "Oke! Oke! Eh, Lu, baju gue mana" Udah disetrika ""
Lulu kaget setengah mati. "Astaga!"
Lulu menepuk jidat. Lalu sambil .menyerahkan buket bunga kepada Mami, Lulu lari ke belakang. Lupus curiga, buru-buru ikut ke belakang.
Di atas papan setrikaan, baju Lupus masih tergeletak dengan setrikaan panas di atasnya. Lulu serta-merta mengangkat setrikaan itu, dan merentangkan baju Lupus.
Baju Lupus bolong cap setrikaan.
"Puuus, bajunya bolong...!"
Lupus melongo kayak orang dongok.
*** "Lupus memakai kemeja bolong itu dengan cuek, lalu melapisinya dengan blazer. Jadi, yang bolong nggak ketauan.
Rambutnya udah rapi. "Sial untung bisa ditutup blazer... hampir aja gagal kencan gue...."
Lupus lalu membuka dompet. Tampangnya tiba-tiba kaget.
Isi dompetnya cuma dua ribu perak. Lupus bingung. Dia berjalan mondar-mandir nyari akal. Aduh, gila, mo kencan tapi duit gue cuma dua ribu perak. Gue lupa kalo kemaren duit abis buat daftar kursus Inggris. Gimana ya" Ah, mending gue kerjain si Boim. Tu anak kan ngebet banget sama Lulu....
Lupus langsung mengangkat telepon, memutar nomor rumah Boim. Terdengar nada sambung.
"Halo" Boim, ya" Tumben udah bangun lo.... Gini, Im. Lulu hari ini ulang taon. Dia mau ngundang elo.... Iya... bener! Iya dong. Itu kan berkat jasa gue ngepromosiin elo....
"Iya, Im. Serius.... Naaah, itu dia, Im. Ke
betulan gue lagi cekak nih. Gue butuh duit buat daftar kursus.... Iya, cuma 50.000 doang. Lo ada, "Im" Iya lah.... Celengan lo kan ada. Oke" Iya, ntar gue mampir ke situ. Siapin ya, duitnya. Tenang, Im... urusan Lulu beres. Oke, friend""
Lupus menutup telepon. "Yes!!!" teriaknya.
*** "Lulu lagi jalan-jalan sama Bule di mall Me"reka tampak abis beli macem-maeem. Lulu membawa boneka hadiah dari Bule.
Di samping itu, mereka juga membeli makanan untuk makan-makan di rumah nanti.
Mereka kelihatan riang, bergandengan tangan.
Lulu lagi menceritakan hobinya mengoleksi segala macam, "Iya, Le. Segala macem Lulu kumpulin. Ada adukan minum, asbak, emblem, bros, topi, mobil-mobilan VW kecil... pokoknya semua. Jadi kalo kamu nemu yang lucu-lucu, beliin Lulu, ya""
"Iya deh. Bokap saya biasanya kalo nginep di luar, suka bawa yang aneh-aneh tuh. Ntar deh saya cariin...," ujar Bule.
"Asyiiiik Eh, buruan yuk jalannya, nanti telat "sampe di rumah. Kasian Mami nungguin. Nggak ada yang bantuin."
"Temen-temen kamu juga mau pada dateng, ya""
"Iya, Lulu ngundang temen-temen deket aja kok. Paling beberapa orang. Makanya, buruan yuk."
"Pizza yang kita beli cukup tuh" Kalo nggak, beli lagi yuk."
"Ah, cukup! Cukup!"
Mereka lalu buru-buru pulang.
*** "Siang itu Boim dan Gusur muncul di rumah Lupus. Boim tampak rapi banget. Rambutnya disisir, bajunya super-rapi tapi norak Cerah banget, pake kembang-kembang. Boim datang dengan membawa karangan kembang. Tapi kembangnya. agak-agak aneh. Misalnya campuran kembang kemboja, melati, dan yang aneh-aneh lainnya.
Sedang Gusur seperti biasanya. Dekil.
"Spadaaaaa...."
Gusur langsung celingukan nyari makanan. Di meja ada roti separo. Gusur langsung ngembat. "Sayang, ah... daripada dimakan semut!"
"Assalamualaikum! Spaadaaaaa...," ujar Boim.
Mami muncul dari dalam, tangannya penuh tepung. "Eeee, ada tamu...."
Gusur gelagapan, soalnya lagi ngembat makanan. Mulutnya penuh, dan ia langsung menelan roti yang ia makan, hingga keselek.
"Yaaa, mau dibilang tamu boleh. Mau dianggap keluarga sendiri, nantinya juga begitu. Salam dari calon mantu...," sahut Boim sambil buru-buru mencium tangan Mami. Mami jadi agak-agak heran.
"Eh, tangan Tante kotor nih... " ujar Mami.
"Nggak apa-apa, Mi. Tangan Mami kan bawa rezeki. "
Mami menyuruh Boim dan Gusur duduk.
"Maaf ya. Tante lagi sibuk nih di dapur. Pada duduk dulu deh. Si Lupus nggak tau tadi pergi ke mana. Janjinya mau bantuin Mami bikin kue tar."
"Kue tar"" Gusur langsung berbinar-binar.
"Iya, Lulu kan hari ini ulang tahun. Ceritanya kita mau makan-makan kecillah...."
"Aduh, lempeng banget tenggorokkan daku." Gusur mengelus-elus lehernya.
"O ya, Lupus udah bilang kok kalo Lulu ulang tahun. Makanya saya bawain kembang, Mam. Lumayan, metik dari kebon tetangga."
Boim menyerahkan kembang. Mami geli menerimanya, lalu mengambil vas kosong di laci dan langsung memasangnya di meja di sebelah bunga krisan dari Bule.
"Terima kasih, Boim. Pake repot-repot. Ngomong-ngomong, bunga apa ini""
"Oh, itu kreasi saya sendiri, Mam...," sahut Boim.
"Mami manggut-manggut. "Oh, pantesan. O ya, kalian nanti ikutan makan, ya."
"Betulkah itu, Mami" Aduh, mulia betul hati Mami." Gusur serasa di surga.
Mami ketawa. "Ah, segitu aja kok. Tante tinggal dulu, ya. Santai aja. dulu. Anggap rumah sendiri. Bentar lagi juga Lupus pulang."
Mami hendak masuk ke dapur. Namun Gusur cemas luar biasa. "Apa tiada mungkin jika daku menemani Mami di dapur" Sambil icip-icip begitu""
"Icp-icip"" Mami agak heran, tapi buru-buru tersenyum. "Oh, boleh... boleh... tapi bantuin ngaduk adonan, ya""
Gusur langsung berdiri. "Yes!!!"
Gusur dan Boim mengikuti Mami masuk ke dapur.
Selang beberapa saat, setelah mereka di dapur, Lulu dan Bule pulang dari mall.
Lulu menggandeng tangan Bule mesra. "Duduk dulu, Le. Mo minum apa""
"Apa aja, asal jangan aer got."
Lulu ketawa. "Oke. Tunggu, ya." Lalu ia menjerit, "Mamiiiiii...!"
Lulu lari ke dalam. Bule duduk di ruang tamu. Ia langsung bengong memandang bunga aneh di meja.
Sementara dapur tampak berantakan. Mami lagi sibuk berat. Boim ngebantuin me
ncampur-campur tepung. Sedang Gusur mengaduk-aduk adonan, sambil sesekali telunjuknya dicemplungkan ke adonan, dan langsung dicicipi. Segala macam dicicipi. Sampai vetsin juga dicicipi.
Suara Lulu terdengar di dapur, "Mamiiiii, I'm comiiiiiing...."
Mami menoleh. "Eh, tuh si Lulu dateng."
Boim langsung kaget. "Lulu" Wah..." Boim langsung sibuk sendiri. Menyisir rambutnya pake jari-jari tangan. Padahal tangannya penuh tepung. Walhasil rambut Boim jadi kena tepung juga. Boim makin panik.
Lulu muncul, sambil membawa kado boneka dari Bule. "Mamiii.. gimana, udah siap makanannya" Nanti temen-temen Lulu pada mo dateng lho." . .
"Belum, Lu. Abis lagi repot-repot begini, Ayum dan Uyan malah nggak masuk. Untung hari Minggu, pesanan katering nggak banyak! Untung juga ada Boim dan Gusur yang ngebantuin Mami."
Sementara Boim dengan gugupnya, berusaha menghilangkan tepung-tepung di rambutnya. Lulu jadi heran ngeliat tingkah Boim.
Gusur sih asyik aja makan keju batangan.
Dengan gugup Boim langsung menghampiri Lulu. "Eh, eh... met ulang tahun, Lu..." Boim menyalami Lulu.
"Makasih. Kenapa rambutnya, Im" Lulu menahan ketawa ngeliat rambut Boim yang putih.
"Eh, a-anu... tadi kena tepung..." Boim jadi salah tingkah.
"Lulu tersenyum tipis, lalu ngomong ke maminya, "Eh, Mi... ke depan dulu yuk. Kenalan sama cowok Lulu yang baru. Bule namanya. Orangnya keren deh, Mi."
Lulu menarik tangan Mami. Mami terpaksa ikut. "Aduh, Mami kan lagi berantakan begini."
"Nggak apa-apa, Mi."
Boim bengong. Wajahnya tampak jengkel setengah mati.
"Sial! Sial! Gue dikerjain Lupus! Katanya Lulu ngarepin gue dateng... sekarang dia malah bawa pacar baru! Sial! Awas aja!" Boim langsung marah-marah.
Gusur tenang-tenang aja. "Alaaah, sudahlah, Im. Tiada guna ngomel-ngomel begitu. Lebih baik, kita habisi saja makanan-makanan di sini, mumpung sepi......
Gusur langsung mencomot beberapa kue yang sudah mateng.
Boim masih memaki-maki kesal.
Tiba-tiba Lupus muncul di dapur dari halaman belakang. Wajahnya riang gembira. "Yes! Yes! Sukses! Sarah udah di tangan!"
Begitu melihat Lupus, Boim langsung marah, "Hei, kutu kupret! Balikin uang gue yang 50.000! Lo ngerjain gue, ya!"
"Eh, apa-apaan Im. Katanya tadi lo ikhlas ngasih ke gue......
"Iya, ikhlas kalo adek lo juga ikhlas mo sama gue. Noh, liat. Dia malah bawa gacoan baru."
Ekspresi Lupus tenang. "Si Gule itu, kan" Iya" "Alaaaah, Boim. Lo kayak nggak tau adek gue aja. Paling sama si Gule cuma jadi sebulan. Lo jangan putus asa dong. Ditolak kan belum tentu...
"...Diterima!" Huh, pokoknya gue nggak terima,"" potong Boim sebal.
Lupus berusaha menenangkan Boim, "Im..Boim" Dengerin gue. Payah lo, kalo sama Si Gule aja minder" Percuma dong julukan lo Playboy Duren Duren... eh, Duren Tiga.... Masa sama bule kapiran aja mundur..... Inget pepatah... buah jeruk, buah delima. Boim buruk, Jangan dihina.... Hehehehe..."
Boim makin muram. Sementara Gusur terus sibuk ngabisin makanan.
"Jangan cemberut terus dong, Im. Tenang deh gue dukung lo...," Lupus terus ngasih semangat.
Mami masuk ke dapur. "Eh, Pus". Dari mana aja kamu" Tuh, temen-temen Lulu udah mulai dateng. Berapa kue yang udah siap""
Mata Mami langsung inspeksi ke sekeliling. Mami tiba-tiba kaget ngeliat Gusur lagi asyik ngabisin kue-kue. "Astaga" Ngapain kamu, Sur" Ancur deh kue Mami!!!"
Gusur kaget. Mulutnya penuh kue-kue.
Tak ada kue yang tersisa.
3. COKLAT YANG HILANG "KADANG mimpi memang bisa jadi kenyataan. Nggak percaya" Buktinya baru semalam Lulu ngimpi berantem sama Lupus paginya ternyata Lulu terbangun dengan satu tendangan tak berperikemanusiaan dari Lupus.
Lupus yang pakai celana untuk naik sepeda, plus sepatu kets dan kaus oblong, langsung nuduh, "Hei, lo nyolong coklat gue, ya" Ayo ngaku""
"Apa-apaan sih"" Lulu yang baru bangun, jadi gelagapan. Sebel banget.
"Iya, lo nyolong coklat gue, kan"" tuduh Lupus lagi.
"Enak aja nuduh sembarangan. Bukti-buktinya mana""
"Bukti-bukti belakangan. Yang penting nuduh dulu"" ujar Lupus seenaknya.
Lulu bangkit dari ranjang sambil bertolak pinggang, "Eh, jangan ngocol, Pus" Buktinya mana""
"Abis siapa lagi kalo bukan lo" Tadi malam kan tu coklat gue masukin kulkas sekitar jam
sebelas. Terus gue tidur. Sekarang coklat ini lenyap tak berbekas. Pasti elo kan yang nyolong" Adik gue kan cuma elo doang!" omel Lupus panjang-lebar.
"Sembarangan. Jam sepuluh gue udah tidur duluan" Jadi mana mungkin gue nyolong"" elak Lulu.
"Abis siapa lagi"" Lupus masih nggak percaya.
"Setan, kali!" Lulu menjawab asal, sambil kembali menarik selitrlut dan siap-siap mau bobok lagi.
Lupus keluar dari kamar Lulu dengan wajah kesal.
Lalu masuk ke ruang tengah dengan muka sebal. Ia melempar sarung tangannya ke sofa. Lalu dengan sebal menjatuhkan pantatnya di sofa.
Ya jelas aja Lupus bingung. Soalnya pagi ini dia janjian mau main sepeda bareng Poppi di Senayan. Dan semalem ceritanya dia udah ngebela-belain beli coklat Toblerone buat Poppi. Tapi sekarang ke mana coklatnya"
"Pasti diembat Lulu. Pasti! Gue yakin banget. Nggak ada orang di dunia ini yang begitu maniak coklat, selain Lulu" Sialan!" omel Lupus panjang-lebar.
Telepon berdering. Lupus mengangkat tele- pon. "Halo" Oh, Poppi" Oke-oke, gue berangkat sekarang. Tungguin, ya""
Setelah meletakkan telepon, Lupus buru-buru menyambar sarung tangannya di sofa, dan pergi.
Lupus bersepeda menelusuri jalan kompleks. Udara pagi masih dingin menggigit Embun masih tampak di pucuk daun. Sangat sejuk. Burung-burung berkicau ceria
Lupus dengan sepedanya melaju cepat.
*** "Senayan ramai di pagi hari. Ratusan anak muda, ber-roller-blade mengelilingi stadium. Ada juga yang cuma lari-lari, ada yang main skateboard. Dandanannya pada heboh banget. Maklum, olahraga kan cuma niat sampingan, yang utama: ngeceng"
L"upus dan Poppi duduk di trotoar dengan wajah lelah. Mereka sedang istirahat setelah berputar beberapa kali. Saat itu Lupus lagi ngadu soal. coklatnya, "....Padahal semalem udah Lupus siapin coklatnya, Pop. Tapi ternyata diembat adek Lupus...."
"Alaaaah, udah, saya udah biasa denger alasan kayak gitu. Nggak usah nuduh adik kamu deh. Bilang aja kamu lupa. Iya, kan" Biasanya juga begitu," ujar Poppi datar.
"Eh, ini serius, Pop"" Wajah Lupus disetel seserius mungkin.
"Udah deh, Pus. Kamu dipesenin suruh bawa coklat aja lupa. Gimana janji yang laen""
"Pop!" "Pus. Saya udah tau kamu dari dulu. Saya tau kamu, meski udah punya saya, masih suka ngelaba. Saya sih sabar aja, Pus."
""Aduh, pop!"
"Udah, ah kita lari lagi yuk. Banyakan ngerumpinya daripada olahraganya."
"Iya, kita ke sini kan tujuannya ngeceng. Olahraga sih cuma sampingan."
Poppi gemes.' "Oh, gitu ya."
Lupus buru-buru bangkit dan menghindar. Lari. Mereka kejar-kejaran....
*** "Lupus yang keringetan masuk ke ruang tengah. Masih mengenakan bicycle pants-nya. Saat itu terdengar lagu disko. Lulu sedang asyik bersenam ria. Gerakannya lincah banget.
Lupus memperhatikan dengan wajah sebal. Dalam hatinya ia berujar, "Wah, si maling coklat lagi senam." Belakangan ini tu anak emang lagi giat-giatnya senam. Biasa, ABG. Lagi semangat-semangatnya ngebentuk badan, biar nggak keliatan gembrot. Dia takut banget kalo sampe punya body big size kayak si Gusur, yang suka ngembat jatah makan kucing-kucingnya.
Terus terang Lupus masih dendam sama dia. Kalo aja tadi pagi eoklatnya nggak disikat, pasti Poppi nggak nuduh dia yang bukan-bukan. Lupus pun ngatur strategi buat bales dendam!
Lulu kini udah selesai senam. Sebentar kemudian dia mulai sibuk mengelap keringat yang mengucur, lalu dengan cuek melempar anduk bekas keringatnya. Dan anduk itu dengan mulus mendarat di wajah Lupus. Lupus kontan belingsatan. Begitu tau abangnya kena dnduk, Lulu langsung kabur ke kamar.
"Luluuuu, sialan lor Bau cuka begini dioper-oper," Lupus melempar anduk itu ke arah Lulu tapi meleset. Pas saat itu Mami masuk membawa puding. Dan anduk itu langsung mendarat dengan empuk di atas puding bikinan M"mi. Mami kontan melotot ke arah Lupus.
"Aduuuh, ancur deh puding pesanan Bu Aisah! Lupuuuus!!" Mami kesal setengah mati.
Lupus buru-buru kabur. "Lupuuuus, mo ke mana kamu" Ayo ganti!"
*** "Lupus membeli Broklax di sebuah warung di tepi jalan.
Kalian pasti pada tau B roklax, kan" Itu, obat pencuci. perut yang mirip-mirip coklat. Syukur, pas dicari keliling warung, barang langka ini ternya ta masih ada yang jual.
Sampai di rumah, Lupus memasukkan Broklax yang mirip eoklat itu di kulkas. Senyum licik mengembang di wajahnya ketika ia menutup kulka". Rencananya Lupus memang mau ngejebak si Lulu. Mumpung tu anak lagi nggak ada. Kalau Lupus naruh tu Broklax di kulkas, pasti deh nanti diembat Lulu lagi, karena dikira coklat. Dengan begitu, dendam Lupus terbalas sudah!
"Ketika Lupus kelar meletakkan coklat itu di kulkas, Boim tiba-tiba datang. "Pus..."
"Eh, Boim, kebetulan. Ke rumah elo yuk," ujar Lupus spontan.
"Yeee, gue jauh-jauh dateng, malah disuruh balik. Lulu mana"" Boim langsung celingukan nyari Lulu di dalam.
"Urusan Lulu nanti aja. Dia lagi pergi. Ntar gue atur lo bisa ajak dia nonton. Sekarang ke rumah lo dulu yuk."
"Bener, Pus"" Boim langsung bersemangat.
Lupus menyeret Boim keluar. "Buruan, sebelum gue berubah pikiran!"
*** "Kamar Boim ternyata lebih parah dari kamar Lupus. Lebih berantakan, lebih sempit, dan segala perabotan, radio tua, kardus bekas, majalah bekas, saling berebut tempat di situ. Ruang ini lebih tepat dibilang gudang ketimbang kamar.
Tapi Lupus .malah tidur-tiduran di atas tumpukan kardus, sementara Boim main gitar sambil bernyanyi dengan suara falsnya. Lagunya, lagu Iwan Fals zaman kuda. "Omar Bakriii...
Omar Bakriiii... Pegawai negeri!" Dalam hal trend, Boim kadang emang suka telat satu abad ke belakang! Tapi meski nada Boim sumbang, toh Lupus terbuai ke alam mimpi.
Dalam mimpinya, Lupus lagi terpingkal-pingkal di sofa, sambil memegangi perutnya. Sementara Lulu sibuk mondar-mandir ke kamar mandi. Gara-gara nyolong Broklax Lupus, tu anak terpaksa harus terus bolak-balik ke wc. Lupus puas, karena dendamnya terpenuhi.
Selagi Lupus terpingkal-pingkal, tiba-tiba Lulu terjatuh ketika mau lari untuk kesekian kalinya ke kamar mandi. Lupus kaget mendengar bunyi "Gedubrak!" Ia lalu mengintip dari balik sofa"
Lulu terkapar dengan wajah pucat pasi di lantai. Bibirnya biru. Tubuhnya kejang-kejang. Lupus tiba-tiba mengigau dan berteriak-teriak, "LULUUUUU UUUU ...!"
Boim yang juga ketiduran di ranjang, kaget mendengar Lupus teriak memanggil nama Lulu. Ia buru-buru melompat ke atas kardus tempat Lupus tertidur, dan mengguncang-guncang tubuh Lupus. "Puuus, puuus! Lo ngigo, ya" Gue yang ngimpi mo nyium Lulu, kok lo yang histeris""
Lupus celingukan sambil mengucek mata. "Oh, gue ngimpi, ya" Jam berapa ini""
Beker Boim menunjukkan pukul empat.
"Gila! Jam empat. Gue kudu buru-buru balik nih!" Lupus langsung melompat dari tumpukan kardus dan berlari keluar. Boim berusaha menahan.
"Pus, ada apa"" cetus Boim.
"Gue harus nyelametin Lulu, sebelum dia makan Broklax!"
"Broklax"" Boim heran.
"Lupus tak menjawab. Langsung berlari ke-
luar. Lupus ngebut di jalanan dengan sepedanya. Beberapa . pedagang kaki lima pada panik pontang-panting, takut ketabrak sepeda Lupus yang dikayuh 60 km/jam. Keranjang apel jatuh berantakan, orang-orang berlarian sambil memaki-maki.
Sampai rumah, Lupus buru-buru masuk ke ruang tengah dengan napas tersengal-sengal. Lalu ia langsung menuju kulkas dan membukanya. Broklax tadi sudah tak ada! Lupus kaget setengah mati. Pintu kulkas langsung dibantin dan ia berteriak memanggll maminya sambil membalikkan badan, "Miiii...! Lulu ke mana"" Maminya ternyata saat itu sedang berdiri di belakangnya, mau memasukkan puding ke kulkas. Tak pelak Lupus menubruk tubuh Mami. Puding i"u jatuh.
"LUPUSSSSS!!! Puding Mami!!!", jerit Mami
Lupus ketakutan, dan langsung membantu memungut puding yang berantakan di lantai. "M-maa.f, Mi. Lupus nggak liat.."
Maml seolah nggak peduli. "Seharian ini dua kali kamu ngerusakin puding pesanan Bu Aisah! Masa mami harus bikin lagi untuk ketiga kalinya""
"Maaf... maaf, Mi. Nanti Lupus bantuin bikin lagi deh. Tapi si Lulu ke mana"" Lupus mohon-mohon.
""Lulu" Tadi barusan pergi sama temennya, Inka. Katanya mau belajar bersama."
"Wah, gawat! Lupus pergi dulu, Mi! Mo jemput Lulu dulu." Lupus buru-buru pergi.
Mami langsung menahan. "Eh, Lulu nggak minta dijemput kok! Cuma Mami yang minta kamu ganti puding Mami!"
"Biar Lupus jemput aja!" Lupus terus pergi.
"Urusan puding gimana nih""
"Nanti malem aja!" Lupus menghilang di balik pintu.
Mami geleng-geleng kepala memandang kepergian Lupus. "Baru tau, ternyata tu anak sayang banget sama adiknya."
Mami lantas membereskan pudingnya yang berantakan di lantai.
*** "Di teras rumah Inka, Lulu berdiri sambil bertolak pinggang di depan Lupus yang datang menjemput. Inka berdiri agak jauh sambil memperhatikan. Sementara Lupus masih nangkring di atas sepedanya.
"Ngapain sih lo jemput-jemput gue" Belajar aja belum, udah dijemput!" semprot Lulu.
"Lho, dari tadi emang ngapain aja"" tanya Lupus sambil ngos-ngosan.
"Tadi kan baru pemanasan. Jadi ngegosip dulu," Lulu menjawab ketus.
"Setelah itu baru belajar"" terka Lupus.
""Belum tentu. Jangan nuduh dong!" tukas Lulu tandas
"Dasar! Jadi pulangnya kapan""
"Masih lama. Pokoknya kalo bibir kita-kita ini belum pada item ngegosip, belum mo pulang deh. Udah sana, pulang. Nanti juga dianterin sopirnya Inka." Lulu mengusir Lupus sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
"Sialan! Tapi bener kan pulangnya kamu dianter pake mobil"" Lupus masih penasaran.
"Iya. Kenapa sih" Kok tau-tau jadi aneh begitu"" Lulu jadi curiga.
Lupus jadi gelagapan. "Ah, nggak apa-apa. Gue cuma kuatir, siapa tau aja nanti pas perjalanan pulang tiba-tiba aja lo sakit perut. Tapi kalo dianterin sih nggak apa-apa." Lupus lalu mengambil posisi di atas sepeda. "Oke, gue pulang dulu ya."
Lupus hendak mengayuh sepeda, tapi tiba-tiba ingat sesuatu. Ia mengeluarkan coklat dari kantongnya. "Tadi waktu lewat toko gue iseng beliin lo coklat. Mau""
Lulu memandang curiga kepada kakaknya.
"Nggak usah curiga. Ini coklat beneran kok. Yuk, ah. Selamet belajar. Moga-moga cepet pinter, kan lumayan buat bantu-bantu Mami cuci piring."
"Lho, apa hubungannya"" Lulu keki.
"Cari aja sendiri!"
Lupus lalu pergi. Lulu dan Inka berdiri di pekarangan rumah, memandang kepergian Lupus.
""Kakak lo baek banget," ujar Inka sambil melihat ke arah Lupus pergi mengayuh sepeda.
"Iya, gue juga jadi curiga...." Lulu langsung duduk di samping Inka.
*** "Esok paginya, Lupus lagi asyik tertidur ketika tiba-tiba ujung jempolnya ditarik-tarik oleh Lulu. Lupus jelas terbangun dan langsung mengucek-ngucek matanya.
Jendela kamar telah terbuka, hingga udara pagi yang sejuk menerobos masuk kamar.
"Bangun, Pus. Itu ogut bikinin roti," ujar Lulu.
"Ha"" Lupus masih belum sadar seratus persen, jadi agak-agak nggak ngeh.
Tapi Lulu langsung aja ngomong ke inti masalah, "Ng... gue mo ngaku dosa nih."
"Apa" Aduh, kok pagi-pagi amat," Lupus duduk di ranjang sambil mengucek-ngucek matanya.
Lulu seolah nggak mau kompromi sama kakaknya yang masih rada telmi baru bangun tidur. "Biarin! Soal coklat yang malem Minggu itu, emang bener gue yang embat. Sori, waktu itu gue bener-bener nggak nyadar. Gue lagi ngigo, trus jalan ke kulkas dan makan coklat kamu sampe abis...."
"Ha" Boong! Kok ngigo sempet-sempetnya makan coklat sampe abis satu batang"" Lupus terbelalak.
""Itu dia. Gue kan kalo lagi ngigo ya kayak 'itu. Apalagi kalo lagi laper. Tapi gue ngaku dosa deh. Soalnya lo ternyata baek juga. Nyempetin jemput gue kemaren, and then ngasih coklat, lagi."
Lupus jadi termenung di ranjang. Lulu ikutan duduk. Lupus mikir, apa si Lulu ini kapok karena nyolong Broklax" Lupus dengan cemas bertanya, "Ng... Lu, lo tadi malem sempet sakit perut, ya" Terus kapok, gitu""
"Nggak. Kenapa emang"" Giliran Lulu yang bengong.
"Apa lo nggak nyolong coklat gue lagi, Minggu sorenya""
"Enggak! Sembarangan aja nuduh."
Lupus garuk-garuk kepala. "Lho, jadi siapa yang makan Broklax itu" Apa Mami""
"Broklax"" Lulu belum menangkap arah pembicaraan Lupus.
Lupus buru-buru lari keluar. Lulu ikutan.
*** "Di kamar Mami, Lupus dan Lulu sedang duduk di ranjang. Mami baru aja bangun dan baru selesai mendengar cerita Lulu. Sedang Lupus menundukkan kepala, merasa bersalah.
"Aduh, Lupus. Kamu tuh bandel banget sih! Pake ngejebak-jebak orang segala. Udah kemaren Ma
mi tunggu-tunggu. Katanya mo bantuin bikin puding!" Mami geleng-geleng kepala.
""Ya Lupus kan sibuk, Mi."
Mami tiba-tiba ingat sesuatu. "O ya! Mami sampe lupa! Kemaren sore, waktu kamu nggak ada, Pus, ada temen kamu yang ke sini. Siapa tuh, yang perut"ya gendut dan nggak begitu kece. Katanya sih ada urusan penting."
"Gusur"" tebak Lupus. ,
"Ya, Sar Sur Sar Sur begitu. Dia nungguin kamu lumayan lama. Sampe minta minum segala. Mami suruh aja ambil sendiri di kulkas. Langsung aja dia sibuk ngaduk-ngaduk isi kul"as. Tampangnya sih lagi laper berat."
"Gusur sih mana pernah nggak laper," celetuk Lulu.
Lupus penasaran pengin denger cerita lanjutan Mami. "Terus, gimana, Mi""
"Nggak lama dia pamitan pulang, sambil mulutnya komat-kamit ngunyah sesuatu. Mami udah kuatir aja, jangan-jangan bawang buat katering Mami diabisin dia."
Lupus Yang Paling Oke di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mendengar cerita maminya, kontan Lupus terbahak-bahak, "Huahahahaha...! Pasti Broklax itu dimakan si Gusur! Pasti seharian ini dia bolak-balik ke kakus... hihihi...!"
Lulu ikutan ketawa, "Hihihihi...! Makanya bilangin, jangan rakus-rakus! Apa aja diembat!"
*** "Sore itu Gusur duduk dengan muka amat memelas, di tepi kali dekat rumahnya. Wajahnya pucat dan sesekali dia memegang perutnya. Ia lagi tercenung sendirian, sambil memandangi air kali yang butek. Tak jauh dari situ, tampak wc umum.
Badik Sumpah Darah 1 Gajahmada Karya Langit Kresna Hariadi Kisah Sepasang Rajawali 1
LUPUS - YANG PALING OKE DJVU by Syauqy_arr Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
1. S.O.S. NAH, kita mulai aja deh cerita tentang anak yang agak-agak gokil ini. Yang lagi asyik ngorok di kamarnya yang mungil nan berantakan itu namanya Lupus. Nggak tau, kenapa bokapnya ngasih nama begitu. Kali aja emang bentuknya mirip-mirip kuskus, hihihi.....
Ssst, jangan keras-keras ngakaknya. Ntar dia bangun, en kita jadi nggak bisa bebas ngegosipin doi.
Lanjut lagi, ya" Nama aslinya emang Lupus. Mukanya lumayan lah. Dari jauh sih kayak Brad Pitt, tapi kalo dideketin, kayak sandal jepit. (Hihihi... kuno, ah, lawakan taun tujuh puluhan!) Orangnya sih p"endiem kalo lagi tidur. Tapi kalo udah bangun" Ibu-ibu arisan aja lewat! Ngocol banget. Tapi dia baik hati kok....
Dan pagi itu emang masih sunyi. Masih sekitar jam enam lewat. Lupus masih lelap tertidur di atas ranjangnya yang empuk. Tidurnya meringkuk, karena selimutnya entah lagi piknik ke mana.
"Suasana kamarnya, khas berantakan kamar cowok. Segala macam aksesori cowok macam kaset-kaset, CD, bola basket, buku-buku cerita plus komik, poster Guns 'N Roses, menghiasi kamarnya.
Nah, tuh liat. Dia kayaknya udah mulai ngulet-ngulet. Kebiasaan dia bangun pagi emang gitu, suka senam gaya ulet. Mau bangun kali dia....
O ya, cowok kece ini punya kebiasaan makan permen karet. Makanya dia sebel banget gara-gara hobinya itu dia pernah ditolak masuk Singapura. Makan permen karet kan dilarang di sana. So, buku ini juga jelas nggak bisa dijual di sana. Ngeselin, ya" Lebih ngeselin lagi kalo tau kebiasaan Lupus suka nempelin bekas permen karet sembarangan! Tapi meski bandel, anak ini kocak juga sebetulnya. Dia selalu memandang hidup ini dari segi lucunya. Lagi susah aja sempet-sempetnya ngelucu.
Lupus bangun, menggelinding dari ranjangnya, dan... "Gubrak!" Mendarat di karpet.
Ia mengucek-ngucek rambutnya,. dengan tampang bloon. "Walah, ngimpi naik F-14 Tom Cat, kok mendaratnya di sini""
Lupus lalu bangkit sambil meringis. Tangannya mengambil kaset Pearl-Jam, dan terdengar lagu Daughter. Lupus segera menyambar raket badminton dari kolong ranjang, dan langsung bergaya ala gitaris rock. Kepalanya diangguk-anggukkan, ber-head banger.
Lagi asyik-asyik melon cat ke kanan dan ke kiri, tiba-tiba pintu kamar digedor dari luar. Lupus kaget. Langsung mengecilkan lagunya.
"Puuus! Lupuuuus! Lagi ngapain kamu""
"Lagi macul!" Mami menongolkan kepala di pintu kamar. "Kamu boong, ya""
"Lagian, udah ketauan lagi nge-rock!" ujar Lupus sebel.
"Daripada nge-rock begitu, mendingan kamu nge-roll aja deh bantuin Mami ngaduk adonan kue... Oke""
Lupus langsung protes, "Lho, kan ada pembantu, si kembar Ayum dan Uyan""
"Mereka lagi Mami suruh shopping ke pasar. Ayo deh! itung-itung olahraga...," rayu maminya.
"Emang si Lulu ke mana"" Lupus masih nyari alasan.
"Tau tuh. Tu anak dari bangun tidur bengong melulu, sambil nulis diary di jendela.... Udah ya, Mami tunggu dua detik harus sampai ke dapur."
Wajah Mami menghilang dari balik pintu.
Tinggal Lupus yang heran. "Lulu bengong" Wah, frustrasi lagi tu anak. Sering banget sih frustrasi" Perasaan saban malem Minggu!"
*** "Jendela kamar Lulu terbuka lebar. Lulu tampak sedang duduk termenung sambil menulis
diary di jendela kamar. Adiknya Lupus ini biasa-biasanya sih centil banget. Pokoknya pantangan ketinggalan trend anak muda. Dan jailnya juga nyaingin si Lupus. Jadi seperti kamu udah liat tadi, penghuni rumah ini hanya tiga orang. Mami, Lupus, dan Lulu. Bokapnya, Pak Mul, udah meninggal pas Lupus kelas satu SMA.
O ya, selain mereka bertiga, ada dua pembantu kembar cewek-cowok yang namanya Ayum dan Uyan. Tapi biar kembar, jangan nyangka mukanya sama. Beda banget! Nanti kalo ketemu, kita kenalan sekalian. Oke"
Sekarang balik lagi ke Lulu. Kenapa pagi ini Lulu jadi pendiam begitu" Eh, mending kita baca diary yang dia tulis.
"...Burung dara liar itu sudah beberapa kali hinggap di dahan pohon jambu. Setiap kali hendak nginep di situ, dicurinya ranting kecil, batang sapu lidi, dari atap ilalang milik Mami untuk menambal su
lam sarangnya. Mereka nggak bosen-bosen membenahi sarang mungil itu.
Tadinya burung dara liar itu cuma ada dua ekor, tapi kini sudah berkembang jadi empat ekor. Yang Lulu heran, mereka datang dari mana, Lulu nggak nggak pernah tau. Bukannya nggak mau tau, Lulu pernah ngabarin ke tetangga-tetangga,
"Apakah ada yang merasa keilangan burung""
Eh, Lulu malah dituduh pomo....
Burung;burung itu bebas, lepas, terbang ke sana kemari. Seandainya Lulu jadi burung itu, pasti Lulu nggak bakal sedih begini....
Oh, harus sama siapa lagi Lulu mengadu, kalo ggak sama burung-burung..."
"Tiba-tiba pintu kamar Lulu dibuka. Lupus muncul sambil heran ngeliat Lulu bengong sendirian.
"Lu, kesantet jin iprit"" ujar Lupus.
Lulu yang lagi merenung, kaget. Spontan menutup diary-nya.
""Ngapain sih lo" Masuk nggak ngetok-ngetok"" sahut Lulu ketus
Lupus cuek aja masuk ke kamar, sambil menyambar buku harian Lulu. Lulu langsung merebut kembali.
"Alaa, biasanya lebih barbar lagi, kan" Masuk-masuk langsung nyolong coklat." Lupus celingukan nyari coklat. "Eh, coklatnya diumpetin di mana""
Lulu tampak masih keki karena semadinya diganggu makhluk penggoda nan berjambul ini.
"Pus, lebih baik lo minggat aja, sebelum gue usir. Gue serius nih! Satu, dua..."
"Eit! Eit! Nanti dulu. Oke, lo boleh ngusir gue, tapi lo ceritain dulu problem lo."
"Sejak kapan lo punya perhatian sama gue""
"Gue sih sebenernya ogah. Tapi masalahnya, gara-gara lo ngambek begini, gue deh yang jadi disuruh ngaduk adonan kue.... Kan gue jadi pihak yang dirugikan...."
Lulu sebel setengah mati. "Dasar!"
"Udah, ceritain aja apa problem lo!"
Lulu menarik napas panjang. Seakan ada beban berat mengimpit dadanya.
"Tapi jangan diketawain. Ini soal cowok. Kan kemaren Lulu jalan sama Fido, nonton film. Eh, di bioskop dia ketemu sama mantannya. Kayaknya Fido masih cinta sama dia soalnya abis ketemu dia gelisah terus. Gue berusaha ngertiin banget, walau sebetulnya gue sebel. Dan buntut-buntutnya dia malah bilang nyesel banget putus sama mantannya. Coba kamu pikir, gimana gue nggak sebel""
Belum sempet Lupus ngomong tiba-tiba terdengar suara Mami dari dapur.
"Lupuuuus! Kamu gimana sih" Ditunggu dua detik malah dua abad! Ayo bantuin Mamiiii...!"
Lupus buru-buru bangkit. "Udah deh, Lu. Nanti gue urus masalah lo. Si Mami udah ngomel-ngomel tuh."
Lupus langsung bangkit, dan meninggalkan Lulu yang lagi niat banget mo nyeritain masalahnya lebih lanjut.
"Sebel! Udah niat nyeritain, malah kabur!"
Lupus menghilang dari balik pintu. Lalu langsung sibuk di dapur.
Lulu sendirian lagi. Ia bingung, apa yang harus dikerjain" Akhirnya ia keluar kamar. Membanting pintu kamar, lalu menuju ruang tengah. Ia mencoba menarik perhatian Lupus dan maminya. Tapi tak ada reaksi dari dapur. Sekali lagi ia membuka pintu kamar, lalu membantingnya. "Bang!"
Tetap tak ada reaksi apa-apa dari dapur. Lulu jengkel lalu mengentakkan kakinya dengan kesal.
"Sialan! Pada cuek semua! Somebody help me!!!"
Lulu lalu membantingkan pantat di sofa. Kesal dia. Lalu dengan remote-control ia menyalakan TV. TV menyiarkan acara talk-show masalah remaja. Seorang pembawa acara dengan gaya yang amat menyebalkan, nyerocos, "Patah hati" "Frustrasi" Depresi" Terasi" Gampang obatnya. Rajin-rajin push up, angkat barbel sit up... biar tambah tegar!"
Lulu jengkel. Lalu langsung mematikan TV. Ia nggak tau lagi, harus ngapain.
"Gue butuh temen! Gue butuh pengaduan! Ke mana orang-orang" Masa minggu depan gue ulang tahun, tapi nggak punya pacar""
Lulu lalu mengambil foto dari saku celananya. Foto Fido, pacarnya. Lulu memandangi foto itu dengan gemas. Lalu dengan emosional ia merobeknya. "Brek!" Lalu ia remas-remas. Dengan gaya pemain basket, ia melompat ke keranjang sampah, dan melempar remasan foto itu ke dalam keranjang.
Lulu lantas duduk lagi di sofa. Kesepian.
Tiba-tiba matanya menatap ke arah telepon.
"Duh, si Fido lagi ngapain ya, Minggu-minggu begini" Biasanya nelepon gue.... Jangan-jangan... aduh, kenapa sih gue harus marah-marah kemaren" Gue kangen, Fido... gue kangen denger suara lo...."
Lulu lalu menuju meja telepon.
Ia hendak menelepon. Tapi ragu-ragu. Antara iya dan tidak.
Akhirnya ia angkat telepon juga. Dengan cepat tangannya memutar telepon. Terdengar nada sambung di ujung sana.
Lama.... Lalu terdengar suara. ""Halo ""
Lulu lalu menutup telepon.
Ia menghela napas lebar. Ia merenung. Lalu tangannya memutar satu nomor lagi.
"Ah, coba ngebel si Rudi aja... Siapa tau bisa disewa barang seminggu, sampe gue ulang tahun nanti."
Terdengar nada sambung. "Halo""
"Selamat pagi. Bisa dengan Rudi""
"Oh, Rudi pergi tuh. Udah fully-booked sampai bulan depan...."
Lulu bengong, memandang gagang telepon.
Lalu dengan sebal meletakkan gagang teleponnya. "Huh! Sok laku!"
Lulu bengong. Berpikir. Lalu memutar nomor telepon lagi.
Terdengar petugas di ujung sana.
"Halo, Kontak Jodoh di sini. Bisa kami bantu""
"Ng... bisa ikutan mejeng, Mas""
"Mejeng" Oh, mau ikutan jadi anggota" Boleh, sebutkan dulu data-data vitalnya dan maksud ikutan Kontak Jodoh."
"Tulis aja, Mas. Seorang gadis berwajah menarik, berusia enam belas tahun, sedang kesepian, mencari pacar selama seminggu..."
Telepon di ujung sana langsung dimatikan.
Lulu ngomel-ngomel. "Sialan! Gue serius, juga! Gila, seminggu lagi ultah, nggak punya pacar. Gimana kata temen-temen" Ntar dibilang gue nggak laku lagi...."
"Lulu jatuh lemes di kursi.
Wajahnya putus asa, menerawang ke langit-langit.
*** "Siangnya Lupus malah pergi jalan-jalan.
Ia sempet mampir ke Wendy's, memesan cheeseburger, dan duduk di bangku sambil membawa baki makanan. Di sebelahnya, tampak seorang cewek gendut sedang makan. dengan lahapnya. Cewek itu sebenarnya cantik, cuma ya itu tadi: gendut. Tapi meski udah ketauan gendut dia cuek aja mesen makanan seabrek-abrek. Che"seburger, double beefburger, fried chicken, hot dog, dan Coca-Cola.
Lupus jadi heran ngeliat cara makan cewek itu yang cuek ama situasi. Busyet, nggak takut meledak tu cewek"
Tiba-tiba datang seorang cewek cantik yang langsing.
Cewek itu langsung menghampiri si cewek gendut. "Hei, Lydia! Kamu Lydia, kan""
"Eh, Nana... apa kabar, Na" ujar Lydia malu-malu.
"Busyet, Lydia. Kenapa lo jadi bengkak begini" Gila, sebulan nggak ketemu gue sampe pangling. Lo naek berapa kilo""
"Sepuluh..." "SEPULUH"" Nana terbelalak.
"Ssst!" Lydia langsung menempelkan jari te"lunjuk ke bibir sambil celingukan. "Jangan buka-buka rahasia dong!"
Lupus yang emang dari tadi lagi nguping, langsung pura-pura cuek. Takut kepergok.
"Sepuluh" Gila" Lo udah nggak senam lagi, apa kenapa" Kok bisa begitu"" Nana memelankan suaranya.
Tiba-tiba cewek gendut itu menangis sesenggrukan. Lupus yang dari tadi menyimak percakapan mereka, jelas jadi heran juga. Ia ingin tau lebih banyak.
"Eh, Lydia... kenapa lo" Kok jadi crying begitu"" Nana jadi kebingungan.
"Ng... itu... si Sergi...," ujar Lydia terisak-isak.
"Sergi" Sergi cowok lo itu" Kenapa dia""
"D-dia mutusin gue... Gue jadi frustrasi... Akhirnya gue makan aja banyak-banyak... Sebodo...."
"Ya ampun... Kurang ajar banget cowok lo...."
"Iya.:. dasar cowok! Nggak bisa dipercaya.... Gue bener-bener frustrasi. Gue kan udah cinta berat sama dia. Lo kan tau, gue udah abis-abisan sama dia... Tapi dia seenaknya ninggalin gue... Mana semua keluarga gue nyuekin gue, nggak ada yang perhatian sama masalah gue. Soalnya, dari dulu emang keluarga gue nggak setuju gue jadi ama Sergi..."
Lupus yang dari tadi menyimak percakapan mereka berdua, jadi bengong. Dalam angannya, yang lagi menangis itu Lulu, yang frustrasi karena diputusin cowoknya. Lulu makan banyak banget, sambil terisak-isak sedih. Lupus langsung kaget, dan ngebatin, "Busyet, si Lulu juga lagi frustrasi! Gimana kalo dia jadi gendut" Wah, gue harus bantuin dia! Jangan sampe nasibnya sama kayak tu cewek. Nggak ada yang ngasih perhatian... Lulu butuh perhatian gue! Gue harus nolong Lulu."
Lupus tiba-tiba langsung bangkit dari duduknya, tanpa menyentuh makanan yang ia beli. Sementara cewek gendut itu masih sesenggrukan di depan temennya. Temennya sibuk menghiburnya, sambil membelai-belai rambut si cewek gendut.
Lupus bangkit sambil membawa bakinya untuk dihibahkan ke mej
a si cewek gendut. Lupus lalu menaruh bakinya di depan cewek gendut itu. Si cewek gendut dan temennya tentu heran melihat tingkah Lupus.
"Nih, untuk menghibur kamu! Gue harus nolongin adik gue dulu!" ujar Lupus sekenanya.
Lalu butu-buru kabur keluar.
Si cewek gendut itu bengong, sedangkan temennya melotot dengan wajah sebal ke arah Lupus. "Idih! Bukannya bantuin diet, malah ngasih makanan!"
*** "Saat itu di dapur, Mami dengan dua pembantu kembarnya yang sama sekali nggak mirip, Ayum dan Uyan sedang asyik mengiris-iris sayuran di dapur.
Suasana dapur masih agak berantakan, sisa kerja keras pagi hari. Setiap hari, mami Lupus yang punya bisnis katering itu harus melayani puluhan tetangganya yang berlangganan. Jadi segala perabotan masak-memasak, kulkas gede, memenuhi dapur.
Ya, sejak suaminya meninggal mami Lupus emang punya bisnis katering. Tiap hari ia selalu melayani pesanan tetangga kanan-kiri yang nggak sempet atau males masak.
Untung juga Mami tinggal di kompleks perumahan yang ibu-ibunya lebih ngebela-belain arisan atau ngerumpi, daripada masak. Jadi, kalo para suami udah pada mau pulang, buru-buru tu ibu-ibu mengambil pesanan katering ke mami Lupus.
Walhasil, kalo suatu ketika para suami berkumpul di balai pertemuan, dan saling basa-basi nanya, "Eh, istri Anda masak apa di rumah"" Nggak heran kalo jawabannya banyak yang sama, "Semur jengkol sama pepes ikan mas." "Lha, kok sama ya" Selera istri kita sama, ya"" Hihihi.... Padahal uang belanjanya abis buat pesan katering.
Di samping makanan sehari-hari, mami Lupus juga menerima pesanan kue-kue.
Lupus dan Lulu yang suka jadi korban disuruh mencicipi. Ya kalo kebetulan jadinya enak. Kalo gosong" Nasib anak katering lah yaow!
"Sementara mereka masih asyik bekerja, Mami menasihati pembantunya, "Uyan, lain kali ati-ati ya, kalo masukin makanan ke rantang katering... Tadi ibu sebelah komplain, katanya isi rantangnya ada dua pisang, sedang ibu sebelahnya lagi, dapet ikan asin dua... yang sebelah lagi malah nggak ada isinya apa-apa...."
"Ng... maaf, Bu... abis Uyan semalem sibuk masang lampu-lampu hiasan di depan rumah. Abis Pak Er-te ngomel-ngomel kalo nggak Uyan pasang...," Uyan beralasan.
"Iya, tapi kalo kerja musti bener dong. Contoh sodara kembarmu, si Ayum ini."
Ayum, yang disebut namanya, tersenyum jumawa. Uyan jadi melirik sirik.
Lupus tiba-tiba masuk sambil ngos-ngosan. Langsung bertanya sama Mami, "Mi, si Lulu ke mana sih" Dicariin di kolong tempat tidurnya nggak ada!"
"Lagian nyari Lulu di kolong. Mana ada""
"Abis di mana dong""
"Di kulkas!" ujar Mami nggak kalah gokil.
"Ah, Mami... di mana dong, Mi"" Lupus tampak serius.
"Kok tumben kamu nyariin adikmu" Biasanya berantem melulu! Pasti ada maunya...."
"Enak aja." "Lulu tadi pergi. Nggak tau ke mana, dan sama siapa. Tapi sepanjang siang dia emang cemberut melulu... perginya juga nggak bilang-bilang. "
""Aduh, pasti Lulu pergi makan!"
"Makan" Masa sih" Kalo emang laper, di sini kan gudangnya makanan!"
"Di sini laen, Mi. Dia nggak berani makan banyak-banyak! Makanya kalo anaknya ada masalah Mami jangan cuek aja dong!" Lupus jadi ngomel-ngomel.
Mami bengong menatap Lupus yang tiba-tiba jadi agak sewot, "Nah, lo. Mami jadi dimarahin tuh!"
Ayum dan Uyan cekikikan geli.
Mami menghardik mereka. *** "Lupus masuk ke kamar Lulu. Ia memandang ke sekeliling. Kamar itu kelihatan rapi. Lupus lalu berjalan menghampiri meja tulis Lulu.
Lupus duduk, lalu memandangi kertas surat di meja Lulu.
"Gue harus ngeringanin beban si Lulu. Mending gue nulis surat buat ngehibur dia."
Lupus mulai menulis. "Lulu, adikku semata wayang.
Ini Kakanda menulis surat. Ketahuilah, Adinda... eh, kok jadi puitis amat kayak si Gusur.
Lulu yang lucu, lo harusnya tegar menghadap segala masalah. Hingga lo nggak perlu merengek-rengek kayak biola kalo dikecewain cowok begini.
Kamu kan tau, kalo berani jatuh cinta, harus berani putus. Soalnya, kan nggak ada yang abadi di dunia in;. Boro-boro pacaran, orang udah kawin aja ada yang cerai.
Dan harusnya lo nggak perlu terlalu sayang sama cowok kamu, kalo kamu nggak kepengen kecew
a. Karena inget pepatah, Lu. Buah delima buah pepaya. Nggak diterima, nggak pa-pa la ya... eh, salah! Yang bener begini: orang yang sangat kita cintai itu berada dalam posisi yang tepat untuk menyakiti hati kita....
Jadi, kamu tau kan maksudnya"
Ya udah. Gitu aja. Stay cool. Peace. Bless you.
"Kakanda, Lupus Lupus melipat surat itu, lalu meletakkannya di atas meja Lulu. Dengan sampul yang bertuliskan Buat Lulu, dari Lupus.
Sudah itu, ia tersenyum puas sambil memandang suratnya. Gayanya kayak Mr. Bean kalo abis dapet surat.
*** "Lupus lagi asyik nyiram kembang di halaman. Tumbuhan di taman depan rumah Lupus beraneka macam. Bunga-bunga dari berbagai jenis, serta pepohonan lainnya. Lagi asyik-asyik nyiram, tiba-tiba Lulu datang, diboncengkan sepeda motor oleh seorang cowok.
"Cowok itu berwajah Indo. Namanya Bule. Dia pacar baru Lulu. Lulu kelihatan mesra turun dari motor gede si Bule yang mirip-mirip motor Renegade.
Lupus bengong memandangi mereka.
"Lho, bukannya si Lulu abis marahan ama cowoknya" Kok udah dapet yang baru""
Lulu tampak riang sekali. Sama sekali nggak tergambar kesedihan di wajahnya, seperti tadi pagi. Dia sama sekali lupa sama masalahnya.
"Le, kamu bener-bener nggak mau mampir dulu""
"Nggak. Kapan-kapan aja. Nanti malem aja kita ke Planet HollyWood. Oke""
"Oke." Bule melirik ke arah Lupus yang bengong sambil nyiram kembang. "Eh, itu yang lagi nyiram tukang kebon kamu, ya" Salam, ya."
Tanpa menoleh ke arah Lupus, Lulu mengangguk.
Lupus jelas keki setengah mati.
Bule menstarter motornya. Bunyinya amat berisik.
Lalu Bule menegur Lupus ramah.
"Mari, Mang. Pamit dulu......"
"Mari... mari.. Ngomong-ngomong, udah lama nih jadi tukang ojek""
Bule pergi sambil ngakak.
Lulu memandangi kepergian Bule dengan wajah penuh sukacita.
Sementara Lupus kesel setengah mati.
"Kemudian, tanpa memedulikan Lupus yang sedang jengkel, Lulu berlari-lari riang masuk ke rumah.
"Heh! Siapa sih tu cowok"" ujar Lupus kesal.
Lulu berhenti karena teguran Lupus. "Bule. Namanya Bule. Keren, ya" Cowok baru gue. Gila, anaknya tajir banget. Udah, ya. Gue mo siap-siap ntar malem ke Planet Hollywood sama dia!"
Lulu langsung masuk ke rumah.
Lupus bengong. Tak lama, dari dalam kamarnya, terdengar teriakan Lulu.
"Puuuus! Puuuus! Lo nulis surat ke gue, ya" Emangnya lo ada masalah apa sih" Lo pegang dulu deh. suratnya! Abis, gue belum sempat ngebaca nih. Keburu Bule ngejemput...."
Dengan sebal Lupus membanting slang.
2. LULU ULTAH "KAMAR Lulu adalah kamar khas remaja cewek. Rapi, meski banyak aksesori. Seabrek koleksi macam adukan minuman dari berbagai hotel, pub, dan restoran-koleksi asbak, emblem, bros, topi, boneka-boneka mungil, foto-foto yang ditempel di kaca-memenuhi meja riasnya yang kecil. Sederetan alat kecantikan macam pensil alis, lipstik, bedak, body-lotion, maskara, pelentik bulu mata, dan sebagainya juga tersusun rapi di meja toilet.
Poster yang nempel juga nggak kalah keren. Dari bin tang top maeam Keanu Reeves, Brad Pitt, sampai Val Kilmer nempel di dinding kamarnya.
Dan pagi itu Lulu sedang asyik terbenam dalam-dalam di kasur empuknya, berselimutkan bed-cover tebal bermotif lucu.
Sunyi senyap. Mentang-mentang lagi musim liburan, nggak ada yang punya kesadaran bangun rada pagian. Berani taruhan, kali ini nggak bakal meleset, Lulu pasti panik setengah mati kalo tau hari udah siang.
"Lulu pun mulai menggeliat. Kedua tangannya yang kurus, diangkat tinggi-tinggi ke atas. Kayak kucing baru bangun tidur. Lalu dengan mata centilnya ia melirik ke arah beker di samping tempat tidur. Seketika matanya melotot. Ia langsung melompat dari tempat tidur.
"Ya amplop! Udah jam setengah sembilan! Apa Mami belum bangun""
Lulu lalu mencari-cari sandal jepitnya yang lucu, dan buru-buru menyeretnya keluar kamar sambil terus ngoceh.
"Gawat. Gawat! Si Mami kan kudu masak buat katering. Mana gue belum senam bareng Cindy Crawford!!!"
Lulu pergi ke kamar Mami. Tangannya sibuk mengetuk-ngetuk pintu kamar Mami.
"Mi! Mi! Bangun! Udah siang nih! Mau masak, nggak""
Pintu "amar terbuka. Muncul Mami dengan wajah kusut sambil m
embawa bekernya. Rambutnya penuh rol, dan di mukanya ada sisa-sisa Masker bekas semalem. Bener-bener parah!
"Aduh, Lulu, kamu udah gokil, ya" Liat nih, kan baru jam tiga pagi! Kalo mau ngeronda sana gih duluan!" '
"Ah, si Mami nih! Lulu kan udah bilang, jam weker rusak begini jangan dipake lagi! Ini udah jam setengah sembilan, Mi. SETENGAH SEMBI LAN!!!" jerit Lulu.
Mami kayak disetrum seribu watt. (Kayak "yang pernah ngerasain aja!) "APA"" YANG BENER KAMU, LU!"
Mami buru-buru mendesak keluar, pintu kamar terbuka lebar, jam bekernya dibuang begitu saja di tong sampah depan kamar.
Lulu sampai terdorong ke samping.
Dalam kepanikan, Mami berujar, "Eh, Lu, si Lupus udah dibangunin, belum" Tadi malem dia pesen minta dibangunin pagi-pagi, mo ada acara! Tolong deh bangunin!"
Mami berlarian ke dapur dengan paniknya, sedang Lulu berjalan ke kamar Lupus.
Kamar Lupus, seperti biasa, berantakan. Buku-buku bacaan tergeletak di karpet, di samping sehelai kertas yang penuh corat-coret tulisan.
Selimut yang biasa menutupi tubuhnya, jatuh dari ranjang, sedang Lupus dengan celana pendek bermuda dan kaus oblong meringkuk kedinginan di tempat tidur, .
En, bujubune, liat tuh si Lupus. Jam sembilan begini masih tewas dengan sukses di kasur. Padahal kemaren dia udah janji mo nganterin cewek kece daftar kursus Inggris. Namanya Sarah. Biasa, tu cewek hasil ngelaba waktu JJS di mall. Tu anak emang paling bisa, udah punya Poppi, masih perlu buka cabang di luaran. Yang namanya rezeki emang pa"tang ditolak.
Dan berani taroan, pasti dia panik setengah mati dibangunin Lulu dengan jeritan metalnya...
"Puuuuus! Lupuuuuuuus! Banguoooooon!"
"Lupus kontan melompat dari kasurnya. Mengambil beker, dan menjerit histeris, "YAIIIIIIII!!!!!"
Lulu muncul di ambang pintu. Kaget ngedenger suara Lupus.
"Kenapa, Pus" Digigit tikus""
"Gila! Gue ada janji! Kenapa lo baru ngebangunin sekarang, Lu" Bisa rugi besar kalo tu cewek sampe lepas! Awas lo ya!" Lupus kepanikan setengah mati.
Sambil ngomel-ngomel, Lupus membuka lemari, dan menarik sebuah kemeja keren, hingga susunan kemeja di dalemnya pada berantakan.
"Yeeee, udah untung gue bangunin, coba kalo gue jitakin!" ujar Lulu sewot.
"Ini masalah masa depan, Lu. Lo kan tau, tu cewek cakepnya ngalahin Cindy Crawford. Lo kan bangga kalo punya kakak ipar kece kayak gitu."
"Yeee, sebodo am at! Emang gue pikirin""
"Sial lo!" Lupus buru-buru melempar kemeja itu ke arah Lulu, hingga Lulu gelagapan karena mukanya ketutupan kemeja. "Tuh, tolong setrikain! Eh, yang licin, ya. Kalo kurang licin dipel aja sekalian. Tapi harus cepet, ya."
Lulu dengan sebel menyingkirkan baju Lupus dari wajahnya, "Idih, nyuruh maksa!"
Tapi tak urung, si Lulu geli juga ngeliat tingkah kakaknya yang kayak orang kebakaran jenggot. Dan setelah Lupus menghilang, Lulu "keluar sambil membawa baju Lupus untuk disetrika.
Di ruang setrika deket dapur, Lulu membawa baju Lupus dan buku cerita Olga Sambil menyiapkan setrikaan, nojosin kabel listrik, menggelar alas kain, Lulu asyik membaca buku samhil cekikikan. Lulu lalu menunggu, sampai setrikaannya cukup panas untuk dipakai.
Setelah agak lama, Lulu mengecek setrikaan. ternyata udah cukup panas, kentara dari pekikan Lulu ketika telunjuknya menyentuh setrikaan, "AOW!"
Lulu segera meletakkan bukunya, dan langsung mulai menyetrika. Lagi asyik-asyik nyetrika, tiba-tiba terdengar suara maminya, "Luuuu, kamu lagi ngapain" Bantuin sebentar bikin nasi goreng dong. Si kembar Ayum dan Uyan belum dateng juga! Sebel!"
"Iya, Mi! Bentar!"
Lulu buru-buru ninggalin setrikaan yang lagi nangkring di atas baju Lupus.
Di ruang tengah, dekat meja makan, Lupus udah siap berangkat. Dia sudah memakai celana jins, rambutnya sudah di-foam, dan dia sibuk mengunyah roti pakai selai. Tapi ia masih telanjang dada, karena menunggu bajunya disetrika Lulu. la duduk di sofa, sambil nonton acara TV pagi.
Tiba-tiba Lulu muncul dari dapur sambil membawa nasi goreng yang mengepul. "Breakfast's ready! Nasi goreng daging asap!" .
""Wah, thanks, Lu. Meski mulut gue udah penuh roti, mubazir rasanya nolak sarapan!"
Lupus kel ihatan bemafsu. Sambil meletakkan nasi di meja makan, Lulu berkomentar, "Itulah kalo kelamaan temenan sama si Gusur. Jadi ketularan rakus!"
Lupus cuek aja disindir begitu. Dengan semangat membara ia menyerbu meja makan. Lulu langsung menghilang lagi ke dapur. Lupus melahap sarapan bikinan Lulu. Berhubung nasi gorengnya panas, mulutnya jadi mangap-mangap. Dan lagi sibuk-sibuknya dia, tiba-tiba terdengar suara bel depan. "Ting-tong-ting-tong!"
Sambil kesulitan menelan nasi, Lupus berteriak, "Luuuu, ada tamu tuh!"
Lupus Yang Paling Oke di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Tak ada jawaban. Akhirnya Lupus bangkit dengan kesal sambil memaki, "Tuh orang kurang kerjaan banget! Pagi-pagi ngapain juga nenamu. Gak tau orang pada repot, apa""
Lupus berjalan cepat ke ruang tamu, lalu membuka pintu.
Seorang petugas pengirim bunga tersenyum lebar di depan pintu sambil membawa buket.
"Pagi. Ini ada kiriman bunga krisan buat Lulu."
"Bunga" Bagus amat" Metik di mana nih"" ujar Lupus surprised.
"Oh, ini bukan metik, Dik. Tapi merangkai...," ujar pembawa bunga itu.
"Tapi sebelumnya dipetik dulu, kan""
""Iya, ya...."
"Ya udah. Makasih, Bang...."
Lupus hendak menutup pintu, tapi petugas bunga itu seakan tak bergeming dari tempatnya. Biasa, menunggu tip.
Lupus baru ngeh. Ia lalu memetik sekuntum bunga dan memberikannya kepada petugas itu. Si petugas bengong, tapi Lupus langsung menutup pintu. "Brak!"
Lalu Lupus berjalan kembali ke ruang tengah sambil membaca nama pengirim bunga. Tulisannya: Buat Lulu manis, selamat ulang tahun. Dari Bule.
Hah" Si Lulu ulang tahun" Pantesan dia baek banget pagi ini. Lupus lantas berteriak "LUUU ADA KIRIMAN BUNGA DARI SI GULE!" '
Lupus lalu memetik beberapa kuntum bunga, dan menyembunyikannya di kantong celananya. Lumayan buat dikasih ke Sarah!"
" Lulu muncul dari dapur dengan wajah cerah. Mana" Mana"" katanya riang.
"Giliran ada bunga, baru denger lo! Met ultah, ya. Gue lupa. Ntar deh kadonya nyusul. Sun dulu ya, buat panjer!" Lupus menyerahkan bunga itu kepada adiknya, sambil ngesun pipi. Lulu menerima bunga itu dengan senyum lebar. Mami yang masih memakai celemek muncul dari dapur. Tangannya pake sarung tangan, masih belepotan tepung.
"Hei, anak Mami ada yang ulang tahun ya" Yang mana" Oh, Lulu, ya" setamat." Mami merentangkan tangannya lebar-lebar. Lulu lari ke pelukan Mami. Mami ngesun jidat Lulu. Tapi jidat Lulu jadi belepotan, kena tempelan bumbu yang melekat di mulut Mami.
"Huh, jadi nggak licin nih jidat!" gerutu Lulu sambil mengusap jidat. .
"Alaaa, kotor dikit kan nggak apa-apa. Nanti Mami bikinin black forest deh," ujar Mami, lalu menoleh ke arah Lupus. "Lupus, nanti siang kalo urusannya udah selesai buru-buru pulang, ya. Bantu Mami nyiapin makan malem buat ultah adikmu!"
Lupus kembali ke meja makan, nerusin sarapan. "Oke! Oke! Eh, Lu, baju gue mana" Udah disetrika ""
Lulu kaget setengah mati. "Astaga!"
Lulu menepuk jidat. Lalu sambil .menyerahkan buket bunga kepada Mami, Lulu lari ke belakang. Lupus curiga, buru-buru ikut ke belakang.
Di atas papan setrikaan, baju Lupus masih tergeletak dengan setrikaan panas di atasnya. Lulu serta-merta mengangkat setrikaan itu, dan merentangkan baju Lupus.
Baju Lupus bolong cap setrikaan.
"Puuus, bajunya bolong...!"
Lupus melongo kayak orang dongok.
*** "Lupus memakai kemeja bolong itu dengan cuek, lalu melapisinya dengan blazer. Jadi, yang bolong nggak ketauan.
Rambutnya udah rapi. "Sial untung bisa ditutup blazer... hampir aja gagal kencan gue...."
Lupus lalu membuka dompet. Tampangnya tiba-tiba kaget.
Isi dompetnya cuma dua ribu perak. Lupus bingung. Dia berjalan mondar-mandir nyari akal. Aduh, gila, mo kencan tapi duit gue cuma dua ribu perak. Gue lupa kalo kemaren duit abis buat daftar kursus Inggris. Gimana ya" Ah, mending gue kerjain si Boim. Tu anak kan ngebet banget sama Lulu....
Lupus langsung mengangkat telepon, memutar nomor rumah Boim. Terdengar nada sambung.
"Halo" Boim, ya" Tumben udah bangun lo.... Gini, Im. Lulu hari ini ulang taon. Dia mau ngundang elo.... Iya... bener! Iya dong. Itu kan berkat jasa gue ngepromosiin elo....
"Iya, Im. Serius.... Naaah, itu dia, Im. Ke
betulan gue lagi cekak nih. Gue butuh duit buat daftar kursus.... Iya, cuma 50.000 doang. Lo ada, "Im" Iya lah.... Celengan lo kan ada. Oke" Iya, ntar gue mampir ke situ. Siapin ya, duitnya. Tenang, Im... urusan Lulu beres. Oke, friend""
Lupus menutup telepon. "Yes!!!" teriaknya.
*** "Lulu lagi jalan-jalan sama Bule di mall Me"reka tampak abis beli macem-maeem. Lulu membawa boneka hadiah dari Bule.
Di samping itu, mereka juga membeli makanan untuk makan-makan di rumah nanti.
Mereka kelihatan riang, bergandengan tangan.
Lulu lagi menceritakan hobinya mengoleksi segala macam, "Iya, Le. Segala macem Lulu kumpulin. Ada adukan minum, asbak, emblem, bros, topi, mobil-mobilan VW kecil... pokoknya semua. Jadi kalo kamu nemu yang lucu-lucu, beliin Lulu, ya""
"Iya deh. Bokap saya biasanya kalo nginep di luar, suka bawa yang aneh-aneh tuh. Ntar deh saya cariin...," ujar Bule.
"Asyiiiik Eh, buruan yuk jalannya, nanti telat "sampe di rumah. Kasian Mami nungguin. Nggak ada yang bantuin."
"Temen-temen kamu juga mau pada dateng, ya""
"Iya, Lulu ngundang temen-temen deket aja kok. Paling beberapa orang. Makanya, buruan yuk."
"Pizza yang kita beli cukup tuh" Kalo nggak, beli lagi yuk."
"Ah, cukup! Cukup!"
Mereka lalu buru-buru pulang.
*** "Siang itu Boim dan Gusur muncul di rumah Lupus. Boim tampak rapi banget. Rambutnya disisir, bajunya super-rapi tapi norak Cerah banget, pake kembang-kembang. Boim datang dengan membawa karangan kembang. Tapi kembangnya. agak-agak aneh. Misalnya campuran kembang kemboja, melati, dan yang aneh-aneh lainnya.
Sedang Gusur seperti biasanya. Dekil.
"Spadaaaaa...."
Gusur langsung celingukan nyari makanan. Di meja ada roti separo. Gusur langsung ngembat. "Sayang, ah... daripada dimakan semut!"
"Assalamualaikum! Spaadaaaaa...," ujar Boim.
Mami muncul dari dalam, tangannya penuh tepung. "Eeee, ada tamu...."
Gusur gelagapan, soalnya lagi ngembat makanan. Mulutnya penuh, dan ia langsung menelan roti yang ia makan, hingga keselek.
"Yaaa, mau dibilang tamu boleh. Mau dianggap keluarga sendiri, nantinya juga begitu. Salam dari calon mantu...," sahut Boim sambil buru-buru mencium tangan Mami. Mami jadi agak-agak heran.
"Eh, tangan Tante kotor nih... " ujar Mami.
"Nggak apa-apa, Mi. Tangan Mami kan bawa rezeki. "
Mami menyuruh Boim dan Gusur duduk.
"Maaf ya. Tante lagi sibuk nih di dapur. Pada duduk dulu deh. Si Lupus nggak tau tadi pergi ke mana. Janjinya mau bantuin Mami bikin kue tar."
"Kue tar"" Gusur langsung berbinar-binar.
"Iya, Lulu kan hari ini ulang tahun. Ceritanya kita mau makan-makan kecillah...."
"Aduh, lempeng banget tenggorokkan daku." Gusur mengelus-elus lehernya.
"O ya, Lupus udah bilang kok kalo Lulu ulang tahun. Makanya saya bawain kembang, Mam. Lumayan, metik dari kebon tetangga."
Boim menyerahkan kembang. Mami geli menerimanya, lalu mengambil vas kosong di laci dan langsung memasangnya di meja di sebelah bunga krisan dari Bule.
"Terima kasih, Boim. Pake repot-repot. Ngomong-ngomong, bunga apa ini""
"Oh, itu kreasi saya sendiri, Mam...," sahut Boim.
"Mami manggut-manggut. "Oh, pantesan. O ya, kalian nanti ikutan makan, ya."
"Betulkah itu, Mami" Aduh, mulia betul hati Mami." Gusur serasa di surga.
Mami ketawa. "Ah, segitu aja kok. Tante tinggal dulu, ya. Santai aja. dulu. Anggap rumah sendiri. Bentar lagi juga Lupus pulang."
Mami hendak masuk ke dapur. Namun Gusur cemas luar biasa. "Apa tiada mungkin jika daku menemani Mami di dapur" Sambil icip-icip begitu""
"Icp-icip"" Mami agak heran, tapi buru-buru tersenyum. "Oh, boleh... boleh... tapi bantuin ngaduk adonan, ya""
Gusur langsung berdiri. "Yes!!!"
Gusur dan Boim mengikuti Mami masuk ke dapur.
Selang beberapa saat, setelah mereka di dapur, Lulu dan Bule pulang dari mall.
Lulu menggandeng tangan Bule mesra. "Duduk dulu, Le. Mo minum apa""
"Apa aja, asal jangan aer got."
Lulu ketawa. "Oke. Tunggu, ya." Lalu ia menjerit, "Mamiiiiii...!"
Lulu lari ke dalam. Bule duduk di ruang tamu. Ia langsung bengong memandang bunga aneh di meja.
Sementara dapur tampak berantakan. Mami lagi sibuk berat. Boim ngebantuin me
ncampur-campur tepung. Sedang Gusur mengaduk-aduk adonan, sambil sesekali telunjuknya dicemplungkan ke adonan, dan langsung dicicipi. Segala macam dicicipi. Sampai vetsin juga dicicipi.
Suara Lulu terdengar di dapur, "Mamiiiii, I'm comiiiiiing...."
Mami menoleh. "Eh, tuh si Lulu dateng."
Boim langsung kaget. "Lulu" Wah..." Boim langsung sibuk sendiri. Menyisir rambutnya pake jari-jari tangan. Padahal tangannya penuh tepung. Walhasil rambut Boim jadi kena tepung juga. Boim makin panik.
Lulu muncul, sambil membawa kado boneka dari Bule. "Mamiii.. gimana, udah siap makanannya" Nanti temen-temen Lulu pada mo dateng lho." . .
"Belum, Lu. Abis lagi repot-repot begini, Ayum dan Uyan malah nggak masuk. Untung hari Minggu, pesanan katering nggak banyak! Untung juga ada Boim dan Gusur yang ngebantuin Mami."
Sementara Boim dengan gugupnya, berusaha menghilangkan tepung-tepung di rambutnya. Lulu jadi heran ngeliat tingkah Boim.
Gusur sih asyik aja makan keju batangan.
Dengan gugup Boim langsung menghampiri Lulu. "Eh, eh... met ulang tahun, Lu..." Boim menyalami Lulu.
"Makasih. Kenapa rambutnya, Im" Lulu menahan ketawa ngeliat rambut Boim yang putih.
"Eh, a-anu... tadi kena tepung..." Boim jadi salah tingkah.
"Lulu tersenyum tipis, lalu ngomong ke maminya, "Eh, Mi... ke depan dulu yuk. Kenalan sama cowok Lulu yang baru. Bule namanya. Orangnya keren deh, Mi."
Lulu menarik tangan Mami. Mami terpaksa ikut. "Aduh, Mami kan lagi berantakan begini."
"Nggak apa-apa, Mi."
Boim bengong. Wajahnya tampak jengkel setengah mati.
"Sial! Sial! Gue dikerjain Lupus! Katanya Lulu ngarepin gue dateng... sekarang dia malah bawa pacar baru! Sial! Awas aja!" Boim langsung marah-marah.
Gusur tenang-tenang aja. "Alaaah, sudahlah, Im. Tiada guna ngomel-ngomel begitu. Lebih baik, kita habisi saja makanan-makanan di sini, mumpung sepi......
Gusur langsung mencomot beberapa kue yang sudah mateng.
Boim masih memaki-maki kesal.
Tiba-tiba Lupus muncul di dapur dari halaman belakang. Wajahnya riang gembira. "Yes! Yes! Sukses! Sarah udah di tangan!"
Begitu melihat Lupus, Boim langsung marah, "Hei, kutu kupret! Balikin uang gue yang 50.000! Lo ngerjain gue, ya!"
"Eh, apa-apaan Im. Katanya tadi lo ikhlas ngasih ke gue......
"Iya, ikhlas kalo adek lo juga ikhlas mo sama gue. Noh, liat. Dia malah bawa gacoan baru."
Ekspresi Lupus tenang. "Si Gule itu, kan" Iya" "Alaaaah, Boim. Lo kayak nggak tau adek gue aja. Paling sama si Gule cuma jadi sebulan. Lo jangan putus asa dong. Ditolak kan belum tentu...
"...Diterima!" Huh, pokoknya gue nggak terima,"" potong Boim sebal.
Lupus berusaha menenangkan Boim, "Im..Boim" Dengerin gue. Payah lo, kalo sama Si Gule aja minder" Percuma dong julukan lo Playboy Duren Duren... eh, Duren Tiga.... Masa sama bule kapiran aja mundur..... Inget pepatah... buah jeruk, buah delima. Boim buruk, Jangan dihina.... Hehehehe..."
Boim makin muram. Sementara Gusur terus sibuk ngabisin makanan.
"Jangan cemberut terus dong, Im. Tenang deh gue dukung lo...," Lupus terus ngasih semangat.
Mami masuk ke dapur. "Eh, Pus". Dari mana aja kamu" Tuh, temen-temen Lulu udah mulai dateng. Berapa kue yang udah siap""
Mata Mami langsung inspeksi ke sekeliling. Mami tiba-tiba kaget ngeliat Gusur lagi asyik ngabisin kue-kue. "Astaga" Ngapain kamu, Sur" Ancur deh kue Mami!!!"
Gusur kaget. Mulutnya penuh kue-kue.
Tak ada kue yang tersisa.
3. COKLAT YANG HILANG "KADANG mimpi memang bisa jadi kenyataan. Nggak percaya" Buktinya baru semalam Lulu ngimpi berantem sama Lupus paginya ternyata Lulu terbangun dengan satu tendangan tak berperikemanusiaan dari Lupus.
Lupus yang pakai celana untuk naik sepeda, plus sepatu kets dan kaus oblong, langsung nuduh, "Hei, lo nyolong coklat gue, ya" Ayo ngaku""
"Apa-apaan sih"" Lulu yang baru bangun, jadi gelagapan. Sebel banget.
"Iya, lo nyolong coklat gue, kan"" tuduh Lupus lagi.
"Enak aja nuduh sembarangan. Bukti-buktinya mana""
"Bukti-bukti belakangan. Yang penting nuduh dulu"" ujar Lupus seenaknya.
Lulu bangkit dari ranjang sambil bertolak pinggang, "Eh, jangan ngocol, Pus" Buktinya mana""
"Abis siapa lagi kalo bukan lo" Tadi malam kan tu coklat gue masukin kulkas sekitar jam
sebelas. Terus gue tidur. Sekarang coklat ini lenyap tak berbekas. Pasti elo kan yang nyolong" Adik gue kan cuma elo doang!" omel Lupus panjang-lebar.
"Sembarangan. Jam sepuluh gue udah tidur duluan" Jadi mana mungkin gue nyolong"" elak Lulu.
"Abis siapa lagi"" Lupus masih nggak percaya.
"Setan, kali!" Lulu menjawab asal, sambil kembali menarik selitrlut dan siap-siap mau bobok lagi.
Lupus keluar dari kamar Lulu dengan wajah kesal.
Lalu masuk ke ruang tengah dengan muka sebal. Ia melempar sarung tangannya ke sofa. Lalu dengan sebal menjatuhkan pantatnya di sofa.
Ya jelas aja Lupus bingung. Soalnya pagi ini dia janjian mau main sepeda bareng Poppi di Senayan. Dan semalem ceritanya dia udah ngebela-belain beli coklat Toblerone buat Poppi. Tapi sekarang ke mana coklatnya"
"Pasti diembat Lulu. Pasti! Gue yakin banget. Nggak ada orang di dunia ini yang begitu maniak coklat, selain Lulu" Sialan!" omel Lupus panjang-lebar.
Telepon berdering. Lupus mengangkat tele- pon. "Halo" Oh, Poppi" Oke-oke, gue berangkat sekarang. Tungguin, ya""
Setelah meletakkan telepon, Lupus buru-buru menyambar sarung tangannya di sofa, dan pergi.
Lupus bersepeda menelusuri jalan kompleks. Udara pagi masih dingin menggigit Embun masih tampak di pucuk daun. Sangat sejuk. Burung-burung berkicau ceria
Lupus dengan sepedanya melaju cepat.
*** "Senayan ramai di pagi hari. Ratusan anak muda, ber-roller-blade mengelilingi stadium. Ada juga yang cuma lari-lari, ada yang main skateboard. Dandanannya pada heboh banget. Maklum, olahraga kan cuma niat sampingan, yang utama: ngeceng"
L"upus dan Poppi duduk di trotoar dengan wajah lelah. Mereka sedang istirahat setelah berputar beberapa kali. Saat itu Lupus lagi ngadu soal. coklatnya, "....Padahal semalem udah Lupus siapin coklatnya, Pop. Tapi ternyata diembat adek Lupus...."
"Alaaaah, udah, saya udah biasa denger alasan kayak gitu. Nggak usah nuduh adik kamu deh. Bilang aja kamu lupa. Iya, kan" Biasanya juga begitu," ujar Poppi datar.
"Eh, ini serius, Pop"" Wajah Lupus disetel seserius mungkin.
"Udah deh, Pus. Kamu dipesenin suruh bawa coklat aja lupa. Gimana janji yang laen""
"Pop!" "Pus. Saya udah tau kamu dari dulu. Saya tau kamu, meski udah punya saya, masih suka ngelaba. Saya sih sabar aja, Pus."
""Aduh, pop!"
"Udah, ah kita lari lagi yuk. Banyakan ngerumpinya daripada olahraganya."
"Iya, kita ke sini kan tujuannya ngeceng. Olahraga sih cuma sampingan."
Poppi gemes.' "Oh, gitu ya."
Lupus buru-buru bangkit dan menghindar. Lari. Mereka kejar-kejaran....
*** "Lupus yang keringetan masuk ke ruang tengah. Masih mengenakan bicycle pants-nya. Saat itu terdengar lagu disko. Lulu sedang asyik bersenam ria. Gerakannya lincah banget.
Lupus memperhatikan dengan wajah sebal. Dalam hatinya ia berujar, "Wah, si maling coklat lagi senam." Belakangan ini tu anak emang lagi giat-giatnya senam. Biasa, ABG. Lagi semangat-semangatnya ngebentuk badan, biar nggak keliatan gembrot. Dia takut banget kalo sampe punya body big size kayak si Gusur, yang suka ngembat jatah makan kucing-kucingnya.
Terus terang Lupus masih dendam sama dia. Kalo aja tadi pagi eoklatnya nggak disikat, pasti Poppi nggak nuduh dia yang bukan-bukan. Lupus pun ngatur strategi buat bales dendam!
Lulu kini udah selesai senam. Sebentar kemudian dia mulai sibuk mengelap keringat yang mengucur, lalu dengan cuek melempar anduk bekas keringatnya. Dan anduk itu dengan mulus mendarat di wajah Lupus. Lupus kontan belingsatan. Begitu tau abangnya kena dnduk, Lulu langsung kabur ke kamar.
"Luluuuu, sialan lor Bau cuka begini dioper-oper," Lupus melempar anduk itu ke arah Lulu tapi meleset. Pas saat itu Mami masuk membawa puding. Dan anduk itu langsung mendarat dengan empuk di atas puding bikinan M"mi. Mami kontan melotot ke arah Lupus.
"Aduuuh, ancur deh puding pesanan Bu Aisah! Lupuuuus!!" Mami kesal setengah mati.
Lupus buru-buru kabur. "Lupuuuus, mo ke mana kamu" Ayo ganti!"
*** "Lupus membeli Broklax di sebuah warung di tepi jalan.
Kalian pasti pada tau B roklax, kan" Itu, obat pencuci. perut yang mirip-mirip coklat. Syukur, pas dicari keliling warung, barang langka ini ternya ta masih ada yang jual.
Sampai di rumah, Lupus memasukkan Broklax yang mirip eoklat itu di kulkas. Senyum licik mengembang di wajahnya ketika ia menutup kulka". Rencananya Lupus memang mau ngejebak si Lulu. Mumpung tu anak lagi nggak ada. Kalau Lupus naruh tu Broklax di kulkas, pasti deh nanti diembat Lulu lagi, karena dikira coklat. Dengan begitu, dendam Lupus terbalas sudah!
"Ketika Lupus kelar meletakkan coklat itu di kulkas, Boim tiba-tiba datang. "Pus..."
"Eh, Boim, kebetulan. Ke rumah elo yuk," ujar Lupus spontan.
"Yeee, gue jauh-jauh dateng, malah disuruh balik. Lulu mana"" Boim langsung celingukan nyari Lulu di dalam.
"Urusan Lulu nanti aja. Dia lagi pergi. Ntar gue atur lo bisa ajak dia nonton. Sekarang ke rumah lo dulu yuk."
"Bener, Pus"" Boim langsung bersemangat.
Lupus menyeret Boim keluar. "Buruan, sebelum gue berubah pikiran!"
*** "Kamar Boim ternyata lebih parah dari kamar Lupus. Lebih berantakan, lebih sempit, dan segala perabotan, radio tua, kardus bekas, majalah bekas, saling berebut tempat di situ. Ruang ini lebih tepat dibilang gudang ketimbang kamar.
Tapi Lupus .malah tidur-tiduran di atas tumpukan kardus, sementara Boim main gitar sambil bernyanyi dengan suara falsnya. Lagunya, lagu Iwan Fals zaman kuda. "Omar Bakriii...
Omar Bakriiii... Pegawai negeri!" Dalam hal trend, Boim kadang emang suka telat satu abad ke belakang! Tapi meski nada Boim sumbang, toh Lupus terbuai ke alam mimpi.
Dalam mimpinya, Lupus lagi terpingkal-pingkal di sofa, sambil memegangi perutnya. Sementara Lulu sibuk mondar-mandir ke kamar mandi. Gara-gara nyolong Broklax Lupus, tu anak terpaksa harus terus bolak-balik ke wc. Lupus puas, karena dendamnya terpenuhi.
Selagi Lupus terpingkal-pingkal, tiba-tiba Lulu terjatuh ketika mau lari untuk kesekian kalinya ke kamar mandi. Lupus kaget mendengar bunyi "Gedubrak!" Ia lalu mengintip dari balik sofa"
Lulu terkapar dengan wajah pucat pasi di lantai. Bibirnya biru. Tubuhnya kejang-kejang. Lupus tiba-tiba mengigau dan berteriak-teriak, "LULUUUUU UUUU ...!"
Boim yang juga ketiduran di ranjang, kaget mendengar Lupus teriak memanggil nama Lulu. Ia buru-buru melompat ke atas kardus tempat Lupus tertidur, dan mengguncang-guncang tubuh Lupus. "Puuus, puuus! Lo ngigo, ya" Gue yang ngimpi mo nyium Lulu, kok lo yang histeris""
Lupus celingukan sambil mengucek mata. "Oh, gue ngimpi, ya" Jam berapa ini""
Beker Boim menunjukkan pukul empat.
"Gila! Jam empat. Gue kudu buru-buru balik nih!" Lupus langsung melompat dari tumpukan kardus dan berlari keluar. Boim berusaha menahan.
"Pus, ada apa"" cetus Boim.
"Gue harus nyelametin Lulu, sebelum dia makan Broklax!"
"Broklax"" Boim heran.
"Lupus tak menjawab. Langsung berlari ke-
luar. Lupus ngebut di jalanan dengan sepedanya. Beberapa . pedagang kaki lima pada panik pontang-panting, takut ketabrak sepeda Lupus yang dikayuh 60 km/jam. Keranjang apel jatuh berantakan, orang-orang berlarian sambil memaki-maki.
Sampai rumah, Lupus buru-buru masuk ke ruang tengah dengan napas tersengal-sengal. Lalu ia langsung menuju kulkas dan membukanya. Broklax tadi sudah tak ada! Lupus kaget setengah mati. Pintu kulkas langsung dibantin dan ia berteriak memanggll maminya sambil membalikkan badan, "Miiii...! Lulu ke mana"" Maminya ternyata saat itu sedang berdiri di belakangnya, mau memasukkan puding ke kulkas. Tak pelak Lupus menubruk tubuh Mami. Puding i"u jatuh.
"LUPUSSSSS!!! Puding Mami!!!", jerit Mami
Lupus ketakutan, dan langsung membantu memungut puding yang berantakan di lantai. "M-maa.f, Mi. Lupus nggak liat.."
Maml seolah nggak peduli. "Seharian ini dua kali kamu ngerusakin puding pesanan Bu Aisah! Masa mami harus bikin lagi untuk ketiga kalinya""
"Maaf... maaf, Mi. Nanti Lupus bantuin bikin lagi deh. Tapi si Lulu ke mana"" Lupus mohon-mohon.
""Lulu" Tadi barusan pergi sama temennya, Inka. Katanya mau belajar bersama."
"Wah, gawat! Lupus pergi dulu, Mi! Mo jemput Lulu dulu." Lupus buru-buru pergi.
Mami langsung menahan. "Eh, Lulu nggak minta dijemput kok! Cuma Mami yang minta kamu ganti puding Mami!"
"Biar Lupus jemput aja!" Lupus terus pergi.
"Urusan puding gimana nih""
"Nanti malem aja!" Lupus menghilang di balik pintu.
Mami geleng-geleng kepala memandang kepergian Lupus. "Baru tau, ternyata tu anak sayang banget sama adiknya."
Mami lantas membereskan pudingnya yang berantakan di lantai.
*** "Di teras rumah Inka, Lulu berdiri sambil bertolak pinggang di depan Lupus yang datang menjemput. Inka berdiri agak jauh sambil memperhatikan. Sementara Lupus masih nangkring di atas sepedanya.
"Ngapain sih lo jemput-jemput gue" Belajar aja belum, udah dijemput!" semprot Lulu.
"Lho, dari tadi emang ngapain aja"" tanya Lupus sambil ngos-ngosan.
"Tadi kan baru pemanasan. Jadi ngegosip dulu," Lulu menjawab ketus.
"Setelah itu baru belajar"" terka Lupus.
""Belum tentu. Jangan nuduh dong!" tukas Lulu tandas
"Dasar! Jadi pulangnya kapan""
"Masih lama. Pokoknya kalo bibir kita-kita ini belum pada item ngegosip, belum mo pulang deh. Udah sana, pulang. Nanti juga dianterin sopirnya Inka." Lulu mengusir Lupus sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
"Sialan! Tapi bener kan pulangnya kamu dianter pake mobil"" Lupus masih penasaran.
"Iya. Kenapa sih" Kok tau-tau jadi aneh begitu"" Lulu jadi curiga.
Lupus jadi gelagapan. "Ah, nggak apa-apa. Gue cuma kuatir, siapa tau aja nanti pas perjalanan pulang tiba-tiba aja lo sakit perut. Tapi kalo dianterin sih nggak apa-apa." Lupus lalu mengambil posisi di atas sepeda. "Oke, gue pulang dulu ya."
Lupus hendak mengayuh sepeda, tapi tiba-tiba ingat sesuatu. Ia mengeluarkan coklat dari kantongnya. "Tadi waktu lewat toko gue iseng beliin lo coklat. Mau""
Lulu memandang curiga kepada kakaknya.
"Nggak usah curiga. Ini coklat beneran kok. Yuk, ah. Selamet belajar. Moga-moga cepet pinter, kan lumayan buat bantu-bantu Mami cuci piring."
"Lho, apa hubungannya"" Lulu keki.
"Cari aja sendiri!"
Lupus lalu pergi. Lulu dan Inka berdiri di pekarangan rumah, memandang kepergian Lupus.
""Kakak lo baek banget," ujar Inka sambil melihat ke arah Lupus pergi mengayuh sepeda.
"Iya, gue juga jadi curiga...." Lulu langsung duduk di samping Inka.
*** "Esok paginya, Lupus lagi asyik tertidur ketika tiba-tiba ujung jempolnya ditarik-tarik oleh Lulu. Lupus jelas terbangun dan langsung mengucek-ngucek matanya.
Jendela kamar telah terbuka, hingga udara pagi yang sejuk menerobos masuk kamar.
"Bangun, Pus. Itu ogut bikinin roti," ujar Lulu.
"Ha"" Lupus masih belum sadar seratus persen, jadi agak-agak nggak ngeh.
Tapi Lulu langsung aja ngomong ke inti masalah, "Ng... gue mo ngaku dosa nih."
"Apa" Aduh, kok pagi-pagi amat," Lupus duduk di ranjang sambil mengucek-ngucek matanya.
Lulu seolah nggak mau kompromi sama kakaknya yang masih rada telmi baru bangun tidur. "Biarin! Soal coklat yang malem Minggu itu, emang bener gue yang embat. Sori, waktu itu gue bener-bener nggak nyadar. Gue lagi ngigo, trus jalan ke kulkas dan makan coklat kamu sampe abis...."
"Ha" Boong! Kok ngigo sempet-sempetnya makan coklat sampe abis satu batang"" Lupus terbelalak.
""Itu dia. Gue kan kalo lagi ngigo ya kayak 'itu. Apalagi kalo lagi laper. Tapi gue ngaku dosa deh. Soalnya lo ternyata baek juga. Nyempetin jemput gue kemaren, and then ngasih coklat, lagi."
Lupus jadi termenung di ranjang. Lulu ikutan duduk. Lupus mikir, apa si Lulu ini kapok karena nyolong Broklax" Lupus dengan cemas bertanya, "Ng... Lu, lo tadi malem sempet sakit perut, ya" Terus kapok, gitu""
"Nggak. Kenapa emang"" Giliran Lulu yang bengong.
"Apa lo nggak nyolong coklat gue lagi, Minggu sorenya""
"Enggak! Sembarangan aja nuduh."
Lupus garuk-garuk kepala. "Lho, jadi siapa yang makan Broklax itu" Apa Mami""
"Broklax"" Lulu belum menangkap arah pembicaraan Lupus.
Lupus buru-buru lari keluar. Lulu ikutan.
*** "Di kamar Mami, Lupus dan Lulu sedang duduk di ranjang. Mami baru aja bangun dan baru selesai mendengar cerita Lulu. Sedang Lupus menundukkan kepala, merasa bersalah.
"Aduh, Lupus. Kamu tuh bandel banget sih! Pake ngejebak-jebak orang segala. Udah kemaren Ma
mi tunggu-tunggu. Katanya mo bantuin bikin puding!" Mami geleng-geleng kepala.
""Ya Lupus kan sibuk, Mi."
Mami tiba-tiba ingat sesuatu. "O ya! Mami sampe lupa! Kemaren sore, waktu kamu nggak ada, Pus, ada temen kamu yang ke sini. Siapa tuh, yang perut"ya gendut dan nggak begitu kece. Katanya sih ada urusan penting."
"Gusur"" tebak Lupus. ,
"Ya, Sar Sur Sar Sur begitu. Dia nungguin kamu lumayan lama. Sampe minta minum segala. Mami suruh aja ambil sendiri di kulkas. Langsung aja dia sibuk ngaduk-ngaduk isi kul"as. Tampangnya sih lagi laper berat."
"Gusur sih mana pernah nggak laper," celetuk Lulu.
Lupus penasaran pengin denger cerita lanjutan Mami. "Terus, gimana, Mi""
"Nggak lama dia pamitan pulang, sambil mulutnya komat-kamit ngunyah sesuatu. Mami udah kuatir aja, jangan-jangan bawang buat katering Mami diabisin dia."
Lupus Yang Paling Oke di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Mendengar cerita maminya, kontan Lupus terbahak-bahak, "Huahahahaha...! Pasti Broklax itu dimakan si Gusur! Pasti seharian ini dia bolak-balik ke kakus... hihihi...!"
Lulu ikutan ketawa, "Hihihihi...! Makanya bilangin, jangan rakus-rakus! Apa aja diembat!"
*** "Sore itu Gusur duduk dengan muka amat memelas, di tepi kali dekat rumahnya. Wajahnya pucat dan sesekali dia memegang perutnya. Ia lagi tercenung sendirian, sambil memandangi air kali yang butek. Tak jauh dari situ, tampak wc umum.
Badik Sumpah Darah 1 Gajahmada Karya Langit Kresna Hariadi Kisah Sepasang Rajawali 1