Bumi Cinta 3
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy Bagian 3
"Iya, dia wisatawan dari Afrika Selatan. Sete-
lah saya ajak keliling Lapangan Merah dia minta
ditunjukkan tempat makan siang yang en
ak. Maka saya bawa kemari."
"Okay kalau begitu selamat bekerja."
"Terima kasih. O ya bagaimana pundak
kirimu"" "Sudah baik. Ini Pak Joko yang mengobati."
Jawab Ayyas sambil menunjuk ke Pak Joko. Pak
Joko mengangguk dingin pada Yelena.
"Baik sampai ketemu lagi." Kata Yelena
seraya mengajak lelaki berkulit hitam memasuki
restoran. Begitu Yelena masuk, Pak Joko langsung ber-
tanya kepada Ayyas, "Kau kenal dia""
"Iya kenal Pak. Dia satu apartemen dengan
saya. Cuma beda kamar."
"Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un." Kata Pak
Joko spontan dengan wajah sangat kaget.
"Kenapa Pak"" Tanya Ayyas penasaran meli-
hat reaksi Pak Joko. "Kau tidak tahu siapa dia" Apa profesinya""
"Yang saya tahu namanya Yelena. Katanya
dia bekerja di sebuah agen pariwisata sebagai
guide para wisatawan."
"Dia jujur sekaligus bohong padamu."
"Apa maksud Pak Joko."
"Mungkin nama aslinya Yelena. Tapi naman-
ya yang populer adalah Lisa Nikolaevna. Dia
pelacur papan atas. Ya, dia guide bagi wisatawan
maksudnya guide plus. Belum lama ini dia
dipakai seorang pejabat dari Jakarta yang berkun-
jung kemari." "Bapak tidak salah orang""
"Tidak. Kalau mau coba saja kaucari diinter-
net nama Lisa Nikolaevna, kau akan lihat
semuanya setelah masuk window khusus di sit-
usnya. Window itu ada paswordnya, dan pas -
wordnya adalah kata lisa dibalik."
Mendengar keterangan Pak Joko, tubuh Ayyas
langsung gemetaran. Apa yang diperbuat oleh
Linor yang seperti binatang jalang itu sudah ia li-
hat dengan mata dan kepala sendiri. Dan kini ia
tahu siapa Yelena sebenarnya.
Sampai saat ini ia masih selamat. Tapi apakah
ia bisa selamat jika terus tinggal bersama dua
perempuan yang hidup sangat bebas seperti itu.
Ia tidak membayangkan kalau hidup di Moskwa
akan seberat ini bagi yang memegang teguh iman
seperti dirinya. Kalau bagi yang ingin hidup be-
bas tanpa aturan moral dan agama, mungkin
Moskwa adalah surganya. Sebab kota Moskwa
juga dikenal sebagai surganya pecandu seks
bebas dan kotanya kaum gay. "Jadi memang benar. Kau harus pindah dari
sana segera. Saya akan membantu semampu
saya. Sekarang ayo kita ke masjid Balsoi Tatarski
untuk shalat Zuhur." Ajak Pak Joko.
"Mari Pak. Semoga dengan shalat kita terhin-
dar dari perbuatan keji dan munkar."
"Amin. " Ucap Pak Joko sambil men-
engadahkan telapak tangan ke atas lalu men-
gusapkan kedua telapan tangannya ke mukanya.
Dalam hati Ayyas masih bisa bersyukur bah-
wa di kota seperti Moskwa masih ada masjid.
Masih ada orang-orang yang rukuk dan sujud ke-
pada Allah Azza wa Jalla.
*** 11. Catatan Sejarah Kelam
Selesai shalat Zuhur Ayyas bingung mau ke
mana. Mau pulang ke apartemen masih siang,
dan ia sudah merasa tidak nyaman lagi kembali
ke apartemen. Mau jalan- jalan, tidak ada rencana
yang matang. Dia selalu melakukan aktivitas
dengan rencana yang jelas dan matang. Mau ke
MGU, ia tidak tahu mau apa persisnya di sana
kalau Doktor Anastasia mungkin sudah tidak di
tempatnya dan ruangan Profesor Tomskii sudah
tidak boleh dibuka. Setelah berpikir beberapa saat, yang paling
baik menurutnya adalah pergi ke MGU, dengan
syarat ruangan Profesor Tomskii boleh ia gun-
akan sampai malam. Untuk memastikan hal itu ia
bisa bertanya kepada Doktor Anastasia lewat tel-
pon. Maka tanpa membuang waktu lagi ia lang-
sung mengontak Doktor Anastasia. Saat itu Dokt-
or Anastasia sudah sampai di apartemennya.
Doktor muda itu sudah ganti pakaian santai dan
sibuk menulis paper yang ia persiapkan untuk
menjadi pembicara seminar internasional di kota
Praha. "Doktor Anastasia, zdrafstuitet, kak vasha
dela (Hallo, apa kabar)" Sapa Ayyas begitu tel-
pon di seberang diangkat. Ia menyapa Doktor
Anastasia menggunakan bahasa yang sangat
formal. " Ya Vso Kharasyo (Aku baik-baik saja).
Siapa ini"" Jawab Anastasia sambil terus men-
getik dengan jari- jari tangan kanannya, sementara
tangan kirinya memegang ponsel dan menem-
pelkannya di telingan kirinya.
"Saya Ayyas Doktor."
"Aaa. Eta vi! (Aa. Ini kamu ya!) Bagaimana
pundak kirimu"" Jawab Anastasia antusias tapi
lembut. Ia langsung berdiri meninggalkan
laptopnya dan menuju ruang tengah. Ia senang
sekali mendengar suara Ayyas.
Baginya, suara Ayyas seumpama oase di padang sahara bagi
para pengelana. "Sudah baik. Ada orang Indonesia di kedutaan
yang bisa membetulkan letak tulang yang salah
dengan mengurutnya."
"O hebat orang itu ya."
"Saya beruntung ketemu dia, jadi tidak perlu
dibawa ke medical centre"
"Saya ikut senang. Hai, kenapa kau nelpon
saya" Ada yang bisa saya bantu, Ayyas"" Selidik
Anastasia penasaran. "Doktor Anastasia masih di kampus""
"Saya sudah pulang. Sudah sampai apartemen
satu jam yang lalu."
"Padahal saya berharap Doktor masih di kam-
pus, .tapi tidak apa. Saat ini saya sedang bersiap
mau ke kampus, apa ruangan Profesor Tomskii
bisa saya gunakan sampai malam" Maaf."
"O bisa. Kau datang saja. Bibi Parlova masih
di sana. Dia pulang pukul tujuh malam. Kunci
ada padanya, kau bisa memintanya. Kau juga
bisa minta dibuatkan teh hangat kalau mau."
"Baik. Terima kasih Doktor."
"Ya. Ada hal lain yang perlu bantuan saya
lagi"" tanya Anastasia separo basa-basi, separo
mengulur-ulur pembicaraan.
"Tidak. Itu saja Doktor. Terima kasih," jawab
Ayyas datar. "Baiklah. Sama-sama."
Setelah mengetahui Ayyas akan ke kampus,
Doktor Anastasia sebenarnya ingin pergi juga ke
sana. Ia merasa akan lebih nyaman menulis papei
di ruangan Profesor Tomskii, sambil bisa diskusi
dengan Ayyas. Tapi lagi -lagi ia merasa, jika ia
pergi ke kampus itu berarti ia telah merendahkan
harga dirinya sendiri. Ayyas pasti akan bertanya-
tanya dalam hati, kenapa Anastasia menyusul ke
kampus padahal sudah pulang ke apartemen.
Karena berpikiran seperti itu, Doktor Anastasia
mengurungkan niatnya pergi ke kampus. Ia ber-
harap Ayyas besok juga ada di kampus.
Sementara Ayyas, setelah ia memastikan dir-
inya bisa menggunakan ruangan Profesor Tom-
skii sampai malam, ia merasa menemukan jalan
yang lurus dan indah. Ia minta diri pada Pak Joko
Santoso, lalu berjalan cepat menuju stasiun
Metro Tretyakovskaya. Dari Tretyakovskaya ia
meluncur mencari jalur metro yang
mengantarkannya sampai di stasiun Metro
Universitet. Sampai di kampus ia langsung bergegas ke ru-
ang Profesor Tomskii. Di lorong ia berpapasan
dengan banyak mahasiswi yang asyik bersenda
gurau. Ada juga di antara mereka yang
menyapanya dengan nada agak menggoda. Ia
hanya melambaikan tangan dan tersenyum pura-
pura tidak mengerti bahasa mereka. Di antara
mereka, ada mahasiswi yang
wajahnya paling cemerlang di antara yang
lain. Rambutnya yang hitam ia potong pendek
seperti gaya Demi Moore dalam sebuah filmnya
tahun sembilan puluhan. Mahasiswi berwajah ce -
merlang itu juga ikut-ikutan seperti teman-
temannya. Dengan nada bergurau mahasiswi itu
bergurau, "Hei tampan kau sudah punya pacar""
Ayyas terus berjalan dengan samasekali tidak
menghiraukan gurauan gadis -gadis yang sedang
usil itu. Sepuluh menit kemudian ia sudah sampai
di depan ruangan Profesor Tomskii dan Bibi Par-
lova sudah menunggu di sana.
"Bibi menunggu saya"" Tanya Ayyas
penasaran. "lya. Ini kuncinya." Jawab perempuan tua
berkerudung kosinka putih sambil menyerahkan
kunci ruangan. "Bagaimana Bibi tahu saya mau ke sini"" Tan-
ya Ayyas penasaran. "Doktor Anastasia baru saja menelpon. Dia
yang memberitahu, dan dia memintaku untuk
menunggumu di sini." Jelas Bibi Parlova sambil
memb etulkan letak kaca matanya yang kecil
bundar tapi agak tebal. "Terima kasih Bibi Parlova." "Rencana kau
mau sampai jam berapa"" "Bisa jadi sampai jam
sebelas malam Bibi." "Baik. Biar aku beritahu
bagian keamanan. Oh ya kau mau teh panas""
"Boleh Bibi." "Baik tunggu sepuluh menit."
Ayyas membuka ruangan khusus Profesor
Tomskii itu. Ia copot sepatunya. Melepas
paltonya dan meletakkannya pada tempat yang
telah disediakan. Setelah itu menyalakan lampu
dan pemanas ruangan. Nampaklah sebuah ruan-
gan yang didesain indah dan segar. Ruangan
yang rapi dan membuat betah para pencinta se-
jarah untuk berlama-lama di dalamnya. Ruangan
yang didesain dan ditata langsung oleh tangan
dingin Profesor Abraham Tomskii.
Ayyas meletakkan tas rase'lnya di dekat sofa
lalu merebahkan badannya ke sofa sejenak.
Pundak kirinya masih sedikit nyeri tapi sudah
jauh lebih nyaman. Ayyas merasa punggungnya
begitu nyama n menyentuh sofa yang berbusa itu.
Ia memejamkan matanya, mengistirahatkan
syaraf -syarafnya. Tak terasa ia langsung terlelap.
Ia samasekali tidak sadar ketika Bibi Parlova
datang membawa secangkir teh panas.
Ayyas terbangun ketika ponselnya
melengking -lengking. Ia memang memasang
alarm pada ponselnya untuk menandai datangnya
waktu shalat. Ayyas bangun tergagap. Ia lang-
sung sadar ia ada di ruangan Profesor Tomskii.
Di atas meja ada secangkir teh yang sudah din-
gin. Berarti ia terlelap cukup lama. Ia seruput teh
itu. Lalu berwudhu dan menegakkan shalat. Ayy-
as rukuk dan sujud di ruangan itu dengan penuh
rasa khusyuk dan menyatu dengan keagungan
rahmat Allah Subhanahu wa Taala.
Setelah shalat Ayyas menyalakan laptopnya.
Ia nyalakan bunyi ayat-ayat suci Al- Quran yang
dibawakan dengan tartil dan indah oleh Syaikh
Sa'ad Al Ghamidi. Suara murattal itu ia nyalakan
pelan, dalam batas yang tidak terdengar dari luar
ruangan. Rencana Ayyas kali ini adalah membaca se-
jarah Rusia kontemporer. Terutama sejak masa-
masa akhir kekaisaran Tsar di Rusia. Lalu
runtuhnya kekuasaan Nicolas Romanov, Tsar
terakhir Rusia di tangan Lenin. Lalu Lenin mem-
bentuk Uni Soviet. Kemudian masa pemerintahan
Stalin. Sampai akhir pemerintahan Stalin.
Ayyas melihat buku-buku referensi induk
yang dikoleksi oleh Profesor Tomskii. Ia
mengambil buku sejarah Rusia yang berjilid- jilid.
Ia teliti sebentar lalu ia mengambil satu buku
yang menulis kejadian sejarah yang ingin ia baca.
Ia lalu mengambil buku yang menulis biografi
Lenin dan Stalin. Ia membawa tiga buku lalu du-
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
duk di sofa sambil terus membaca dengan
diiringi suara ayat-ayat suci Al -Quran yang diku-
mandangkan Syaikh Sa'ad Al Ghamidi. Ia merasa
sangat nyaman berada di ruangan itu. Suasananya
begitu bersih dan ilmiah.
Setengah jam kemudian Ayyas diliputi rasa
mencekam yang dalam. Buku sejarah itu seolah
layar bioskop yang lebar. Di sana Ayyas melihat
berbagai macam peristiwa yang mencekam dan
tragis dalam catatan perjalanan umat manusia. Ia
masuk ke zaman Lenin dan Stalin.
Dengan didasari ideologi komunis yang diga-
gas Karl Marx dan dengan slogan "tanah", "roti"
dan "perdamaian", Lenin menggerakkan partai
Bolshevik yang radikal untuk memberontak dan
mengambil alih kekuasaan Rusia dengan keker-
asan. Pemberontakan pertama gagal. Lenin mer-
asa, kekerasan yang digunakannya belum mak-
simal. Maka pada bulan Nopember 1917 pem-
berontakan kedua dilancarkan dengan kekerasan
yang lebih maksimal dan total. Lenin
menghalalkan segala cara demi mewujudkan
kegilaan ideologi komunisnya.
Lenin lebih keras dari Karl Marx. Jika Karl
Marx hanya mengisyaratkan perlunya kediktator-
an proletariat sesekali saja, Lenin berbeda, Lenin
mempraktikkan kediktatoran total untuk melang-
gengkan pemerintahan komunisnya.
Kekerasan berdarah terus terjadi di Rusia yang
berubah menjadi Uni Soviet saat itu. Keluarga
Tsar Nicolas Romanov dibantai habis oleh kaum
komunis pengikut Lenin dengan cara yang keji.
Keluarga Tsar dan pengikutnya yang disekap di
pegunungan Urai dibangunkan di tengah malam.
Lalu dibawa ke gudang di bawah tanah. Mereka
ada yang dibayonet dan dipukuli sampai mati.
Kaum perempuannya diperkosa lalu dicincang.
Tsar sendiri dan keluarganya dicincang, disiram
bensin dan dibakar hidup -hidup lalu dilempar ke
sumur bekas tambang. Tak ada keturunan Tsar
yang tersisa. Tragedi kemanusiaan yang mahakejam benar-
benar terjadi berkali-kali waktu itu. Nyawa
manusia tak ada harganya. Kaum perempuan tak
ada nilainya. Siapa yang berani menentang Len-
in, sudah bisa dipastikan binasa dalam kondisi
mengenaskan; mati dengan jasad tanpa rupa. Di
tangan Lenin wajah jahat asli komunis betul-
betul menampakkan wujud aslinya.
Kekerasan, kekejaman, dan kebengisan adalah
ciri utama rezim komunis Lenin. Bagi Lenin, ide
tentang kediktatoran sesungguhnya lebih penting
daripada politik ekonomi negaranya. Memperta-
hankan kekuasaan adalah tujuan utamanya. Dan
atas nama kekuasaan ia bisa menghalalkan segala
cara. Membantai, membunuh, dan mencincang
penentang -penentangnya sampai habis tak tersisa
adalah jalan pertama dan utamanya. Sangat
ben- gis, kejam, mengerikan, biadab dan tidak ber-
perikemanusiaan samasekali.
Ya, ciri pokok pemerintahan Lenin yang
kemudian dipertahankan para penerusnya yang
komunis dan pemerintahan komunis manapun di
dunia, adalah pemerintahan diktator total. Yaitu
teknik mempertahankan kekuasaan untuk jangka
waktu tidak terbatas dengan segala cara yang ada.
Semua lembaga dan perangkat yang ada dalam
negara harus dikontrol dan diawasi dengan detil.
Jika ada yang berbeda dengan pemerintah harus
ditumpas habis sampai ke akar-akarnya.
Di negara itu tidak ada yang boleh mengatur
kecuali negara, dan negara diatur oleh pemimpin
utama. Di negara itu bahkan tidak boleh ada
Tuhan, karena yang jadi Tuhan, yang mengatur
dan mengendalikan rakyat dan semuanya adalah
sang pemimpin negara. Pemimpin negaralah
yang menentukan kaya dan miskinnya bawa-
hannya. Bahkan sang pemimpin negaralah yang
menentukan si A harus mati dan si B boleh
hidup. Itulah yang diterapkan oleh Lenin dan
kemudian diikuti oleh negara-negara komunis
lainnya. lak heran sejak Lenin memegang kekuasaan,
selama dia masih hidup, tidak ada satu negara
komunis di dunia ini yang dapat digulingkan
setelah merebut pemerintahan. Saat itu teori
kediktatoran total benar-benar dijalankan oleh
Lenin tanpa boleh kendor sedikit pun. Kelema-
han Lenin pasti ada, hanya saat itu Lenin mampu
sedemikian ketat menjaga kelemahannya.
Lenin benar-benar nyaris mirip Fir'aun dan
Namrud. Bahkan lebih. Ya, ia lebih kejam
daripada Fir'aun dan Namrud. I enin yang som-
bong, angkuh, kejam dan mahabengis itu
akhirnya mati juga digerogoti penyakit. Kediktat-
orannya tidak sanggup melawan kuman penyakit.
Lenin mati dan digantikan oleh diktator baru
yang mewarisi seluruh ide Lenin, bahkan jauh le -
bih diktator dan lebih kejam. Pengganti Lenin
adalah Stalin. Ayyas membaca banyak pembantaian men-
gerikan yang dilakukan Stalin demi menjaga
kekuasaannya. Jutaan nyawa manusia melayang
di ujung telunjuknya. Ada banyak catatan sejarah
yang menulis kekejaman tokoh komunis psikopat
ini. Saat Stalin berkuasa, ia banyak melakukan
penangkapan terhadap ratusan bahkan ribuan or-
ang di pelbagai daerah di seantero penjuru
Soviet. Mereka yang ditangkap diikat dan dibawa
ke tempat-tempat interogasi yang telah dirancang
rapi. Stalin banyak belajar dari Lenin. Ia
mengadopsi hampir semua cara Lenin, hanya saja
Stalin lebih gila lagi dalam melaksanakannya. Ia
lebih psikopat ketimbang Lenin. Stalin yang be-
rarti baja, lebih keras dan lebih diktator dari
Lenin. Penangkapan besar-besaran warga Soviet yang
tak bersalah itu merupakan bagian awal kejahatan
mesin teror Stalin. Tujuan mesin teror itu bukan
sekadar untuk menghancurkan orang-orang yang
dibidik. Namun lebih dari itu; untuk meremukkan
mereka, menghina mereka, dan memaksa mereka
untuk mengakui diri mereka sebagai "musuh
masyarakat." Dan setelah mereka mengakui hal
itu, maka Stalin bebas melakukan apa saja pada
mereka. Stalin menggunakan pelbagai macam jenis
kekerasan dan penyiksaan guna mempertahankan
rezim komunisnya. Cara Stalin itu dikenal seba-
gai "pengaruh metode fisik" yang dijalankan
Stalin sejak tahun 1937. Stalin menyiapkan badan polisi rahasia yang
dikenal NKVD untuk menyiduk siapa saja yang
dicurigai. Setelah diciduk, orang yang dicurigai
itu lalu diinterogasi dengan cara menyiksanya
sampai mau menuruti kemauan sang penyidik.
Orang-orang yang pernah disiksa oleh rezim Stal-
in dan akhirnya bisa lolos menceritakan bentuk-
bentuk penyiksaan yang sangat biadab.
Di bawah tekanan penyiksaan interogator rez-
im Stalin, orang -orang yang tidak bersalah
terpaksa harus mengakui kesalahan yang tidak
mereka lakukan. Setelah mengakuinya, seringkali
mereka tetap dibinasakan. Karena sadisnya
penyiksaan, mereka lebih memilih segera mati
daripada menderita penyiksaan berkepanjangan.
Catatan-catatan sejarah menulis, yang terjadi
pada waktu itu, penyidik NKVD menyiksa ta-
hanan selama beberapa jam, dan berulang kali.
Penyidik yang kejam bahkan sampai
meremukkan tubuh tahanan. Mereka menim-
pakan pelbagai macam siksaan kepada tahanan.
Mematahkan tangan, atau kaki, mencabuti kuku,
mem anggang korban dengan besi menyala,
bahkan sampai memotong alat vital segala. Sung-
guh biadab dan mengerikan.
Kisah mengerikan yang terjadi pada masa itu
adalah kisah anak gadis Alikhanova. Kisah nyata
yang ditulis di banyak buku di dunia. Disebut di
sana, bahwa anak buah Stalin pernah mengambil
anak gadis Alikhova yang berusia 16 tahun ke
tempat investigasi dan memperkosanya di
hadapan sang ayah. Setelah itu, anak gadis itu
dibunuh dengan cara yang sangat keji. Dan sang
ayah dipaksa menandatangani seluruh pengakuan
keji, bahwa anak gadisnya telah dibebaskan dari
tahanan, namun tewas karena melindaskan diri
pada kereta api. Korban yang meninggal akibat kekejaman
Stalin tercatat sebanyak 20.000.000 orang.
Namun versi lain menulis korban yang tewas
selama Stalin berkuasa antara 40 -50 juta orang.
Pendapat terakhir oleh sebagian ahli sejarah di-
anggap mendekati kebenaran, jika diperhitun-
gkan juga dari korban yang tewas karena
keterlibatan Soviet dalam Perang Dunia II, yang
sebagian besarnya adalah rakyat sipil biasa, di
samping juga para tentara.
Tidak kurang 46 juta rakyat Eropa tewas
dalam Perang Dunia II, dan enam puluh
persennya dari jumlah itu adalah penduduk Uni
Soviet yang dijadikan tumbal oleh Stalin. Tak
kurang 20 ribu rakyat sipil dikorbankan oleh
Stalin sebagai tameng hidup untuk memperta-
hankan dua kota, yaitu Leningrad dan Mokswa
dari serbuan Hitler. Ayyas membaca satu catatan sejarah, ketika
tentara Uni Soviet memasuki Jerman, tak kurang
dari 2 juta perempuan diperkosa oleh tentara Uni
Soviet dan itu menjadi pemerkosaan terbesar
dalam sejarah kebiadaban umat manusia di muka
bumi. Dan yang paling bertanggung jawab atas
kebiadaban itu tak lain adalah Stalin. Sebab
telunjuk Stalinlah yang memerintahkan tentaran-
ya melakukan tindakan-tindakan biadab itu.
Setiap mengenang Perang Dunia II, sebagian
warga Rusia memandang Stalin sebagai pah-
lawan yang berperan besar dalam mengalahkan
Nazi Jerman. Bahkan, mereka sangat membang-
gakan Stalin yang tanpa bantuan sekutu, dapat
melibas Nazi Jerman. Namun sebagian yang lain
menolak pandangan itu. Mereka menganggap
Stalin memiliki kesalahan besar dalam Perang
Dunia II. Korban yang mati sia-sia di tangan
"manusia baja" itu terlalu besar.
Stalin akhirnya mati tiba-tiba. Ada yang
mengatakan ia mati karena virus yang menyerang
otaknya. Ada yang menyebutkan ia mati karena
diracun. Berbagai macam sebab, tetapi kematian
itu tetaplah kematian. Dan siapa pun, sekuat apa
pun tentara yang mengawalnya, akhirnya akan
mati juga. Tak akan ada yang lolos dari kematian,
Stalin mati dengan meninggalkan catatan kelam
dalam sejarah peradaban umat manusia.
Ayyas merasa sangat lelah membaca sejarah
kelam yang ditorehkan Lenin dan Stalin di atas
kanvas kehidupan. Ia bisa membayangkan betapa
susah hidup di zaman itu. Khususnya betapa
susah hidup sebagai seorang Muslim di zaman
itu. Zaman ketika manusia tidak boleh mengakui
adanya Tuhan, semua harus ikut satu ideologi
yaitu komunis. Ayyas langsung teringat peristiwa pemberon-
takan Partai Komunis Indonesia atau biasa dis -
ingkat PKI di Indonesia. Pemberontakan tabun 1948 dan pemberon-
takan tahun 1965. Pada pemberontakan PKI
tahun 1948 di Madiun, tidak sedikit umat Islam
yang dibunuh, dibantai, dan dicincang dengan
cara yang keji dan kejam oleh PKI. Dan pada
pemberontakan G 30/S PKI, para perwira tinggi
TNI diculik dan dihabisi. Sebelumnya PKI telah
lebih dahulu melakukan pembantaian dan intimi -
dasi di mana-mana. Bahkan kakeknya yang hanya petani miskin
dan seorang imam mushalla di kampungnya, juga
tak luput dari pembantaian PKI. Menurut sumber
cerita ibunya, kakeknya digorok lehernya oleh
PKI saat melakukan shalat Subuh berjamaah
dengan beberapa orang kampung. Tak hanya
kakeknya, seluruh jamaah shalat Subuh di mush-
alla kakeknya juga dibantai tanpa sisa oleh PKI.
Ibunya sendiri yang saat itu belum genap ber-
usia tujuh tahun, bisa selamat karena ia pas
kebetulan lagi menginap di rumah Pak Dhe -nya
yang terletak di kampung sebelah. Allah masih
menyelamatkan ibunya dari kebiadaban PKI. Jika
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak, Ayyas pasti tidak akan lahir ke muka bumi
i ni. Ayyas merinding mengingat cerita ibunya itu.
Tak hanya menyelamatkan ibunya, Allah juga
menyelamatkan Indonesia. Pemberontakan G
30/S PKI digagalkan oleh rakyat Indonesia. Jika
tidak, Ayyas tak bisa membayangkan apa yang
akan terjadi pada Indonesia. Mungkin Indonesia
akan mengalami sejarah yang lebih kelam dari
apa yang dilakukan oleh Lenin dan Stalin di Uni
Soviet. Jika korban kekejaman Stalin sampai 20 juta,
mungkin bila PKI berkuasa jumlah manusia yang
dibantai bisa dua kali lipatnya. Sebab metode
Stalin telah menjadi inspirator bagi hampir selur-
uh penguasa komunis di mana pun di dunia, ter-
masuk PKI, yang alhamdulillah, atas izin Allah,
tak bisa menggulingkan NKRI.
Pol Pot yang sangat kejam itu juga seorang
komunis, yang ketika berkuasa meniru apa yang
dilakukan Stalin. Pol Pot adalah bukti bahwa
ideologi komunis bisa merubah secara radikal
manusia yang berbudi halus menjadi manusia
yang buas tidak berperikemanusiaan.
Pol Pot sebenarnya seorang guru yang dikenal
halus budi, tapi setelah ideologi komunis masuk
ke dalam otaknya dan teori Stalin mengalir dalam
darahnya, jadilah ia manusia yang terkenal ke -
jam. Sejarah mencatat, ia telah melakukan pem-
bunuhan massal di Kamboja. Ratusan ribu
manusia mati karena kekejaman Pol Pot yang
kata seorang Kamboja kala itu, "dan dewa-dewa
tidak- berbuat apa-apa untuk menghentikannya."
Alarm di ponsel Ayyas melengking-lengking.
Ayyas harus shalat Maghrib.Ketika hendak tak-
biratul ihram hatinya bergetar hebat. Bahwa ia
bisa shalat dan sujud di ruangan seorang guru be-
sar Universitas Negeri Moskwa (MGU) adalah
nikmat yang agung dari Allah. Sebab itu adalah
hal yang mustahil ia lakukan jika hidup di zaman
Stalin. Di zaman Stalin, bahkan Rektor Universitas
Negeri Moskwa yang bernama Andrei Vysh-
ingky dipilih Stalin untuk menjadi Ketua
Pengadilan yang bertugas mengadili orang -orang
yang akan dihabisi oleh Stalin. Rektor MGU saat
itu adalah bagian dari rezim Stalin yang kejam.
Jika ia shalat di salah satu sudut MGU pada
waktu iru, entah siksaan seperti apa yang akan di-
terimanya dari para interogator Stalin. Yang jelas
ia pasti masuk daftar orang yang harus disirnakan
dari muka bumi, Ayyas shalat dengan mata berkaca-kaca.
Betapa mahalnya kesempatan yang dilapangkan
oleh Allah kepadanya. Ia bisa rukuk dan sujud
tanpa diancam dan diintimidasi. Ia bisa
mendengarkan ayat-ayat suci Al -Quran dengan
nyaman, dan di luar salju kembali turun ke bumi
menjalankan titah Tuhan. *** 12. Di Gerbang Kematian Salju turun perlahan. Jam kota menunjukkan
pukul sebelas kurang sedikit. Sebuah mobil sedan
berwarna hitam meluncur dari utara di atas aspal
Smolenskaya Pereulok. Mobil itu kemudian be-
lok kanan memasuki jalan yang agak sempit.
Tiba-tiba mobil itu berhenti. Sang sopir dan dua
orang laki-laki melihat ke kanan dan kiri, juga
melihat ke depan dan belakang. Setelah dirasa
tidak ada yang melihat, seorang perempuan muda
dilempar begitu saja dari dalam mobil dan lang-
sung jalan. Perempuan muda itu tergeletak tak
berdaya di atas tumpukan salju. Kedua matanya
menengadah ke langit yang hitam berhias titik-
titik salju yang turun perlahan.
Perempuan yang dilempar dari mobil itu tak
lain adalah Yelena. Ia merasa seluruh tubuhnya
remuk. Kedua kakinya tidak bisa digerakkan.
Tangan kanannya ia rasa patah, sedangkan tan-
gan kirinya susah ia gerakkan. Kepalanya ia ra-
sakan nyeri luar biasa. Salju terus turun. Udara semakin dingin.
Gedung-gedung menutup pintu dan jendelanya
rapat-rapat. Yelena merasa sekarat. Belum per-
nah dalam hidupnya ia mengalami penyiksaan
dan penghinaan seperti yang ia alami saat itu. Ia
diperlakukan tidak sebagaimana layaknya
manusia oleh tiga orang lelaki hidung belang. Ia
dicambuk, dipukul dan ditendang bergantian
selama berjam- jam. Empat kali ia pingsan. Dan
begitu bangun ia kembali disiksa, dihina dan
diperlakukan tidak sebagai manusia. Setiap kali
ia berteriak minta tolong atau minta ampun, para
penyiksanya itu justru semakin senang dan se-
makin beringas menghajarnya. Sampai akhirnya
ia pingsan yang keempat kalinya. Ketika bangun
ia sudah ada di dalam mobil dan kemudi
an dilempar begitu saja ke pinggir jalan seperti
kotoran. Yelena berusaha berteriak sekeras -kerasnya
minta tolong. Namun pita suaranya seperti sudah
putus. Saat disiksa berjam- jam ia sudah kehabis -
an suara karena terus menjerit- jerit kesakitan.
Yelena berusaha menggerakkan kedua kakinya,
tapi tidak bisa. Ia sudah seperti lumpuh tak
bertenaga. Sementara salju terus turun dan udara semakin
dingin. Yelena mulai menggigil kedinginan. Jika
dalam satu jam tidak ada yang menolongnya
memasukkan tubuhnya ke tempat yang hangat, ia
akan mati membeku. Ia berharap ada orang yang
lewat jalan kecil itu. Di kejauhan ia melihat satu
dua orang berlalu lalang di jalan besar. Ia berter-
iak minta tolong, tapi suara itu tidak ada yang
keluar. Salju terus turun perlahan. Setitik demi setitik
salju itu menutupi mantel Yelena. Yelena masih
bernafas, tapi ia tidak merasakan apa-apa kecuali
rasa dingin dan rasa sakit yang luar biasa di se-
luruh tubuhnya. Yelena tiba-tiba dicekam rasa takut yang luar
biasa. Ia akan mati! Yelena meneteskan airmata.
Ia bahkan tidak bisa menyeka i airmatanya kar-
ena tangannya terasa kaku tidak bisa digerakkan
lagi. Ia merasa sedang berada di gerbang
kematian. Ia akan mati tak lama lagi. Sebuah
kematian yang sangat tragis. Mati membeku di
pinggir jalan bagai anjing kurap yang
menjijikkan karena berpenyakitan.
Beberapa koran akan memberitakan kema-
tiannya sebagai gembel yang banyak mati di
Moskwa tiap tahun. Jika ada polisi yang mem-
visum mayatnya, pasti akan disimpulkan, bahwa
ia akan dianggap gembel kotor yang bekerja se-
bagai pelacur yang naas digebuki pelanggannya.
Yelena kembali meneteskan airmata. Apakah ia
akan mati sehina itu" Apakah ia benar-benar
akan mati mengenaskan seperti anjing yang mati
membeku di pinggir jalan karena penyakitan"
Ia sangat takut. Ia tidak siap untuk mati. Ia
masih ingin hidup. Tapi siapakah yang akan
menyelamatkannya dalam kondisi sekarang sep -
erti itu" Siapakah yang akan menyelamatkannya"
Ia bertanya-tanya dalam lolongan panjang hat-
inya yang nyaris putus asa.
Ia ingat sesuatu. Ia punya ponsel di saku
paltonya. Ya, jika ia bisa menghubungi polisi
mungkin ia bisa selamat. Atau ia menghubungi
Linor mungkin bisa selamat. Ya, teknologi juga
yang akan menyelamatkannya.
Tapi ia seperti tidak bisa lagi bergerak. Ia
kumpulkan segenap tenaga untuk bergerak. Tan-
gan kirinya ia paksa untuk bergerak. Tidak bisa.
Tangan kanan. Tidak bisa. Seolah tangan itu
bukan tangannya lagi. Seolah tangannya telah
hilang. Ia mencoba sekali lagi. Ia kumpulkan se-
genap semangatnya. Ia harus bisa mengambil
ponselnya. Tangan kirinya sedikit bisa di-
gerakkan. Ia sedikit merasa ada harapan. Ia terus
memaksa. Tangan itu bergerak ke arah saku
paltonya. Terus ia paksa. Akhirnya bisa meraih
ponselnya. Ia harus berusaha lebih keras lagi. Ia tidak
ingin mati. Kalau pun ia harus mati, biarkah ia
mati di atas kasur di dalam kamar dalam aparte-
mennya yang hangat,'jangan di pinggir jalan kecil
dan membeku seperti anjing berpenyakitan.
Ponsel itu perlahan bisa ia raih. Tangan kir-
inya terus ia paksa. Ia gerakkan ke arah mukanya.
Akhirnya ponsel itu sudah berada tepat di depan
hidungnya. Ia merasa harapan untuk hidup ada di
depannya. Pons el itu mati. Dengan jari- jarinya
perlahan ia hidupkan ponsel itu. Tidak juga
hidup. Ia diserbu rasa cemas luar biasa. Ia ingat,
sejak siang baterai ponselnya lemah. Ia belum
sempat mengisinya. Ia tekan tombol untuk
menghidupkan ponsel itu, tetap saja tidak hidup.
Ponsel itu tetap mati! Ia langsung putus asa, be-
rarti ia akan juga mati! Teknologi tidak juga
menyelamatkannya. Salju terus turun perlahan, setitik demi setitik
menutupi wajah Yelena. Airmata terus mengalir
dari kedua mata Yelena. Ia mulai sekara t.
Ajalnya sudah dekat. Malaikat maut sudah
membentangkan jubah hitamnya. Ia sangat cemas
dan takut. Tiba-tiba dari relung hati terdalamnya
ia teringat Tuhan. Ya, Tuhan yang menciptakan
manusia. Tuhan yang menghidupkan dan Tuhan
pula yang mematikan. Dari hati yang paling
dalam, ia minta ampun kepada Tuhan karena
selama ini telah mengingkari keberadaaan-Nya.
Dalam cemas dan rasa takut yang tiada terkira,
ia meminta kepada Tuhan agar diberi kesempatan
untuk tetap hidup. Ia minta kepada Tuhan agar
mengulurkan tangan pertolongan-Nya. Airmata
Yelena terus menetes. Suara hatinya yang paling
dalam terus menjerit meminta pertolongan
Tuhan. Berkali -kali nama Tuhan ia sebut dalam
hati. Ia benar-benar berharap, Tuhan tidak akan
pernah melupakannya meskipun ia telah lama
melupakan Tuhan. Akankah Tuhan mengulurkan
kasih sayang-Nya pada Yelena, pelacur papan
atas Rusia yang telah lama meninggalkan-Nya"
Entahlah, hanya waktu yang bisa menjawabnya.
*** Di ruangan Profesor Tomskii, Ayyas asyik
membaca buku sampai pukul sebelas malam. Ia
tidak sadar, bahwa sudah tiba saatnya ia harus
meninggalkan kampus. Seorang polisi keamanan
kampus mengetuk pintu. Ayyas bangkit mem-
buka pintu dengan buku tetap ia pegang. Polisi
itu menatap Ayyas dengan wajah dingin.
"Maaf Anda harus meninggalkan kampus!"
Kata polisi itu tanpa senyum sedikit pun. -
"Boleh saya di sini sampai pagi" Saya harus
melakukan riset perpustakaan." Jawab Ayyas
minta kelonggaran. "Maaf tidak bisa. Data yang masuk di kami,
Anda diijinkan sampai jam sebelas malam. Jadi
Anda harus tinggalkan ruangan ini."
"Baiklah. Kunci ruangan ini bagaimana""
"Biar kami yang mengurus."
Mau tak mau Ayyas harus segera berkemas
dan meninggalkan ruangan Profesor Tomskii.
Sebenarnya ia ingin tinggal di situ sampai pagi.
Kalau lelah ia bisa tidur di sofa. Ia tidak perlu
khawatir tidak membawa selimut, sebab ruangan
itu tetap hangat karena ada mesin penghangat ru-
angannya. Polisi itu menunggu di pintu sampai
Ayyas keluar. Ayyas berkemas dengan cepat. Ia
kembalikan tiga buku itu ke tempat semula. Ia
pakai perlengkapan musim dinginnya satu per
satu. Ia matikan lampu dan pemanas. Lalu ia ke-
luar dan menyerahkan kunci pada polisi itu.
Setelah Ayyas keluar, polisi itu mengunci ru-
angan dan mengikuti Ayyas dari jauh. Ayyas ber-
jalan menuju stasiun Universitet. Metro paling akhir pukul satu dini
hari, jadi ia tidak perlu khawatir. Salju turun per-
lahan, angin berhembus kencang. Rahang Ayyas
mengeras dan gigi-giginya beradu gemeretak me -
nahan dingin. Ayyas tetap kedinginan meskipun ia memakai
pakaian dingin cara Rusia lengkap. Pakaian ia
sampai rangkap lima. Yaitu kaos dalam, lalu kaos
monyet atau ia sebut kaos hanoman yang mepet
ke kulit, kaos panjang biasa, kemeja, sweeter dan
terakhir mantel musim dingin yang biasa disebut
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
palto. Perlengkapan itu masih ditambah syal,
penutup kepala dari kulit, dan kaos kaki lapis
tiga. Tetap saja dingin itu bisa menelusup sampai
ke kulit Ayyas. Sungguh Maha Kuasa Allah, Dia-
lah Tuhan seru sekalian alam. Dialah Tuhan yang
menciptakan siang dan malam, menciptakan ma-
tahari dan bintang, menciptakan panas dan din-
gin, menciptakan angin dan cuaca, menciptakan
kabut dan salju, dan menciptakan segala yang ada
di alam raya. Ayyas berjalan menuju stasiun metro dengan
hati setengah terpaksa dan malas. Yang mem-
buatnya malas pulang apartemen adalah karena di
apartemen itu ada Yelena dan Linor. Dua perem-
puan muda Rusia yang kini membuatnya ingin
mual jika memandang wajahnya. Ya, Yelena dan
Linor memang jelita, lapi apa yang dilakukan
Linor bersama Sergei yang seperti binatang
jalang, dan apa yang dilakukan Yelena dengan
banyak lelaki hidung belang membuatnya merasa
jijik bukan kepalang. Wajah jelita itu tidak lagi
ada artinya apa-apa ketika harga diri dan jiwa ke -
manusiaannya samasekali telah tiada. Maka
Ayyas berharap, ketika sampai di apartemen, dua
perempuan itu telah tidur di kamarnya atau
samasekali tidak ada di apartemen, sehingga ke-
dua matanya tidak perlu melihat mereka.
Stasiun mulai lengang tapi tetap ada orang.
Ayyas naik metro di gerbong paling belakang. Ia
duduk di samping lelaki I tua bermata cekung. Lelaki itu tidak memedu-
likannya samasekali, kedua matanya terpaku
pada koran Pravda yang ia jembreng. Metro ber-
jalan dengan kecepatan sedang.
Seperti biasa, sampai di stasiun Arbatskaya
Ayyas turun ganti metro. Pemuda dari Indonesia
itu berjalan santai dan tenang, tidak tergesa-gesa.
Yang membuatnya sedikit berpikir adalah,
bahwa perutnya terasa lapar sampai melilit perih. Berarti
begitu sampai di Smolenskaya ia harus mencari
gastronom (Toko yang menjual makanan ber-
ukuran sedang. Di Moskwa dan di kota-kota lain
di Rusia terdapat toko-toko atau warung yang
menjual makanan dan kebutuhan sehari-hari
layaknya kota mana pun di dunia. Toko yang ber-
ukuran kecil di jalan kecil biasanya disebut
Produkti. Toko yang berukuran sedang yang ter-
letak di jalan agak besar disebut Gastronom. Dan
toko yang besar di jalan utama disebut Univer-
sam) yang buka dua puluh empat jam untuk
membeli makanan. Ia ingat bahwa jika begitu ke-
luar dari stasiun Smolenskaya ia langsung ber-
jalan ke utara, maka di pojok Protochny Pereulok
bagian timur ada gastronom yang menjual ban-
yak jenis makanan. Gastronom itu buka dua pu-
luh empat jam. Di bawah tanah, metro melaju dengan kece -
patan sedang. Di atasnya mobil -mobil masih ber-
lalu lalang. Malam semakin kelam. S alju turun
perlahan. Udara semakin dingin. Tiap -tiap
manusia mengalami kejadian yang berbeda satu
sama lain. Malam selalu menjadi saksi bagi ke -
baikan dan kejahatan, kebahagiaan dan kesedi-
han, kesejahteraan dan penderitaan, juga ke-
hidupan dan kematian . *** 13. Menyelamatkan Nyawa Salju terus turun perlahan. Seorang perem-
puan tua bertubuh gemuk dengan pakaian lusuh
berdiri mondar-mandir di pinggir jalan dengan
wajah cemas. Setiap kali ada yang lewat ia
hentikan untuk minta tolong. Dan orang-orang
seperti tidak memedulikannya. Setiap kali ia
minta tolong pada seseorang dan tidak dipedulik-
an, ia langsung melontarkan sumpah serapah.
Ayyas berjalan menyusuri pinggir jalan itu
dengan agak tergesa. Perutnya yang kosong ter-
asa perih . Dingin yang menusuk menambah rasa
lapar semakin menyiksa. Ia ingin segera membeli
makanan dan mengganjal perutnya. Ia yakin
tidak salah, bahwa di pojok timur pojok Pro-
tochny Pereulok ada gastronom yang menjual
banyak jenis makanan. Perempuan tua bertubuh gemuk itu memang-
gil Ayyas. Ayyas pura-pura tidak tahu dan tidak
mendengar. Ia terus saja berjalan. Ia tahu perem-
puan tua itu adalah gelandangan yang banyak
berkeliaran di kota Moskwa. Ayyas tidak mau
berurusan dengan gelandangan Moskwa yang
banyak membuat masalah. Perempuan tua itu
dengan langkah berat mengejar Ayyas dan lang-
sung memegang tangan kiri Ayyas.
"Tolong berhenti. Ada orang sekarat di sana.
Kalau tidak ditolong dia akan mati!" Kata perem-
puan tua itu dengan wajah cemas. Tangan
kanannya menunjuk ke arah jalan sempit.
Ayyas mengibaskan tangan perempuan tua itu
pelan, lalu mengisyaratkan kalau ia tidak mau.
Ayyas tidak mau melibatkan dirinya dalam ur-
usan yang tidak jelas. Apalagi ia adalah orang as -
ing. Ia tidak tahu orang yang katanya sekarat itu
siapa dan sekarat karena apa. Kalau yang sekarat
adalah seorang anggota mafia dan ia mencoba
menolongnya ternyata kemudian tidak tertolong,
ia bisa dianggap sebagai pembunuh orang itu,
maka ia akan jadi buruan mafia Moskwa. Segala
urusannya akan berantakan. Tidak hanya itu,
nyawanya bisa-bisa melayang.
Perempuan tua itu seperti mencengkeram tan-
gan kanan Ayyas. "Tolonglah. Anda orang baik. Tolonglah or-
ang yang sekarat itu. Tuhan akan memberkati
hidup Anda," desak perempuan tua itu.
Ayyas menggelengkan kepalanya.
"Kenapa Anda tidak mau menolong orang
lain" Kenapa Anda juga seperti orang -orang lain
yang tidak memiliki hati itu" Apa Anda merasa
tidak akan memerlukan pertolongan orang lain
suatu ketika, sehingga Anda tidak mau menolong
orang lain" Ah, tak ada lagi manusia berhati
manusia. Manusia sekarang hatinya adalah batu.
Tak ada perasaan iba, tak ada perasaan kasihan
pada sesama!" Perempuan tua itu meluapkan ke -
marahannya pada Ayyas. Ayyas terdiam sesaat. Ia bingung menentukan
langkah. Akal pikirannya menyuruhnya untuk tidak
menggubris perempuan tua yang cerewet itu. Se-
bab, salah menolong orang malah bisa berujung
petaka. Sementara dari nuraninya yang paling
dalam, ia tidak boleh bersikap sebagai manusia
yang tidak memiliki perasaan dan kasih sayang.
Ia tidak mau dikatakan hatinya adalah batu.
Keraguan Ayyas langsung dibaca oleh perem-
puan tua itu. Keraguan Ayyas dimanfaatkan per-
empuan tua itu untuk meluluhkan hati Ayyas,
"Ayo malcik (Panggilan sayang kepada anak
lelaki) kita tolong orang sekarat itu. Aku tidak
bisa menolong sendirian. Kita selamatkan satu
nyawa malam ini. Ayo jangan ragu berbuat ke-
bajikan! Kau memiliki hati yang lunak, aku per-
caya itu. Hatimu tidak terbuat dari batu atau baja
seperti orang-orang itu. Ayolah kita berbuat satu
kebaikan malam ini. Kita tunjukkan kepada
Tuhan, masih ada manusia yang berbuat baik di
atas muka bumi Moskwa ini."
Ayyas langsung teringat Allah. Bahwa dicip -
takannya manusia oleh Allah adalah untuk
beribadah kepada-Nya, untuk berbuat kebaikan di
atas muka bumi ini karena-Nya. Ia langsung
teringat perintah Allah di dalam AJ-Quran untuk
menjaga nyawa orang lain, bahwa menjaga hidup
satu nyawa manusia itu sama dengan menjaga
nyawa seluruh umat manusia. Kalimat yang dis -
ampaikan perempuan tua itu berhasil menggugah
sisi iman Ayyas. "Baiklah. Mari kita selamatkan satu nyawa
umat manusia malam ini semampu kita." Kata
Ayyas. "O puji Tuhan, kau orang baik. Ayo, cepat!"
Perempuan tua itu bergegas terseol-seol
dengan tetap memegang lengan tangan kanan
Ayyas. Seperti orang yang dihipnotis, Ayyas
menurut saja tanpa banyak pertanyaan dan rasa
curiga. Perempuan tua itu membawa Ayyas me -
nelusuri jalan agak sempit yang gelap. Jalan yang
sebenarnya bisa dilalui dua mobil, tapi karena
salju yang menumpuk di kanan dan kiri jalan
agak tinggi, jalan itu nampaknya hanya cukup
dilalui satu mobil. Tak lama kemudian, perempuan tua itu
menghentikan langkah. Di depannya ada tubuh
perempuan muda yang terkapar. Sebagian palto
dan mukanya tertutup salju tipis. Perempuan tua
itu meraba nadi tubuh perempuan muda itu.
"Dia pingsan. Dia masih hidup. Nadinya
masih berdenyut. Ayo bawa dia ke tempat yang
hangat, atau bawa dia ke rumah sakit. Boponglah
dia kalau kau kuat, atau bagaimana caranya
terserah!" Ayyas duduk lalu mencoba mengangkat tubuh
perempuan muda itu. Gelap malam membuat wa-
jah perempuan muda itu kurang jelas. Ayyas
membopongnya. Terasa berat, apalagi pundak
kirinya masih belum sembuh benar, tapi Ayyas
merasa kuat untuk membawanya sampai jalan be-
sar yang terang. Di jalan besar, tubuh itu bisa di-
angkut dengan taksi menuju rumah sakit.
Ayyas berjalan dengan tertatih-tatih. Ia benar-
benar harus berjuang untuk membopong tubuh
itu sampai ke jalan besar. Perutnya yang kosong
bertambah perih. Ia sendiri harus tidak boleh me -
lupakan kesehatan dirinya. Apalagi menurut pen-
jelasan Pak Joko tadi siang, musim dingin bisa
menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi
berat, yang ujung-ujungnya bisa mengancam
nyawa. Akhirnya Ayyas mampu membawa tubuh itu
ke jalan besar yang terang. Dan alangkah terke -
jutnya Ayyas ketika melihat wajah perempuan
yang digendongnya. Ternyata perempuan
muda itu adalah Yelena. Sebenarnya ia sudah
tidak mau melihat lagi wajah Yelena, tapi dalam
kondisi hampir mati seperti itu Ayyas tetap men-
aruh iba padanya. Perempuan tua gemuk itu mencoba
menghentikan taksi, tapi tak ada taksi yang mau
berhenti. Ayyas langsung menduga, hal itu kar-
ena perempuan tua itu berpakaian gembel. Ayyas
langsung mengambil inisiatif menurunkan kaki
Yelena dan membiarkan tubuh perempuan itu
bersandar ke tubuhnya. Tangan kanannya men-
jaga tubuh Yelena agar tidak jatuh, dan tangan
kirinya ia gunakan untuk menghentikan taksi.
Usaha Ayyas berhasil. Ada satu taksi mau
berhenti. "Ke mana"" Sapa sopir taksi berkepala botak
dan berjanggut lebat. "
"Ke Medical Center terdekat." Jawab Ayyas.
"Tiga puluh ribu rubel!"
"Apa"!" Perempuan tua itu ternganga
mendengarnya. "Tiga puluh ribu rubel" Kau su-
dah gila ya"" "Kalau tidak mau ya sudah. Aku mau jalan."
Kata sopir taksi itu dingin.
"Tunggu! Tiga puluh ribu rubel tak masalah."
Ayyas tak ingin hanya karena berdebat ongkos
taksi nyawa anak manusia tidak terselamatkan.
Sopir taksi turun membantu Ayyas memas -
ukkan tubuh Yelena ke jok belakang. Perempuan
tua itu ragu mau ikut naik, Ayyas memaksanya
ikut serta. Taksi itu langsung meluncur menuju
Italian Medical Centre Smolenskaya. Tak sampai
seperem pat jam taksi itu sudah sampai.
Tubuh Yelena langsung dilarikan ke bagian
gawat darurat. Ayyas mengajak perempuan tua
itu ke bagian administrasi. Pihak Medical Centre
tidak mau perempuan tua itu yang bertanggung
jawab. Dan perempuan tua itu juga dengan jujur
mengaku tidak memiliki apa-apa selain uang
seribu lima ratus rubel yang hanya cukup untuk
makan sekali saja. Akhirnya mau tidak mau Ayy-
aslah yang harus menandatangani surat-surat
yang disodorkan pihak Medical Centre.
Ayyas meminta perempuan tua itu tetap di
Medical Centre. Sementara dirinya harus ke
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
apartemen untuk menemui Linor. Ia berharap
Linor mau membantu meskipun ia melihat Linor
sering adu mulut dengan Yelena. Kalau Linor
tidak mau membantu ia berharap Linor tahu kelu-
arga Yelena atau siapa saj a teman dekat Yelena
yang bisa diberitahu. Sebab, sepertinya, ur-
usannya tidak hanya dengan Medical Centre saja,
mungkin juga akan berurusan dengan pihak
kepolisian. *** "Kelihatannya mereka tidak pulang malam ini.
Ini sudah lewat tengah malam." Gumam Linor
pada dirinya sendiri setelah melihat jam dinding
di ruang tamu. Linor baru saja tiba dari rapat khusus bersama
orang -orang penting Israel yang ada di Moskwa.
Dalam rapat itu ia menceritakan keberadaan Ayy-
as di apartemennya. Rapat memutuskan tugas
tambahan bagi Linor Lazarenko, yaitu
mengawasi Ayyas. Linor diminta memasang alat
penyadap dan kamera canggih di ruang tamu dan
kamar Ayyas. Dengan kecanggihan teknologi itu
mereka akan mudah mengetahui siapa seben-
arnya Ayyas. Dan jika ingin menjebak Ayyas
juga, jalannya akan nampak lebih terang. Mereka
tidak terlalu mengkhawatirkan Ayyas. Justru
menurut mereka keberadaan Ayyas harus bisa di-
jadikan alat untuk menciptakan satu konspirasi
yang menguntungkan anak-anak Yahwe.
"Jika kita ledakkan beberapa titik Moskwa.
Dunia akan geger. Lalu kita arahkan mata dunia
dengan fakta yang tidak terbantahkan, bahwa
pelakunya adalah Muhammad Ayyas itu.
Dunia akan semakin membenci orang -orang
Islam. Moskwa akan langsung berpikir ulang
dalam men jalin hubungan dengan dunia Islam.
Bahkan Moskwa akan berpikir ulang dalam
membela negara-negara Timur Tengah seperti
Iran. Jika itu terjadi, akan mudah bagi kita
memblejeti negara-negara Islam satu per satu."
Kata Ben Solomon bersemangat. Wajahnya
menyiratkan kelicikan yang dalam.
"Kita akan mengarahkan mata dunia, pelakun-
ya adalah Ayyas" Meskipun bukan dia pelakun-
ya"" Sahut Linor.
"Kenapa kau tiba-tiba jadi tolol Linor""
Linor langsung diam seketika. Ia langsung
sadar bahwa ia baru saja menanyakan hal yang
sangat bodoh. Ia langsung ingat bahwa anak-anak
Yahwe adalah makhluk pilihan di atas muka
bumi ini. Kepentingan anak-anak Yahwe di atas
segala kepentingan. Selain anak-anak Yahwe
boleh dikorbankan demi kejayaan anak-anak
Yahwe. Linor merasa tidak perlu menunggu besok
pagi. Malam itu ia harus melaksanakan tugasnya.
Ia melangkah ke kamar Ayyas. Tidak terkunci.
Linor membuka kamar itu. Kosong. Tidak ada
orang. "Dasar bodoh!" Gumam Linor dengan mata
berbinar. Ia senang mendapati satu kenyataan
bahwa orang-orang Islam itu ceroboh, bodoh dan
tidak hati-hati. Linor harus memastikan bahwa dirinya aman
menjalankan aksinya. Maka ia beranjak ke pintu
depan. Ia kunci pintu itu dari dalam, dan ia bi-
arkan kuncinya tetap menggantung. Ia juga
memasangkan kunci pengamannya. Dengan be-
gitu jika Yelena atau Ayyas pulang tidak bisa
langsung membuka pintu. Pintu itu harus ia yang
membukanya. Ia tetap berjaga- jaga kalau
dugaannya bahwa Yelena dan Ayyas tidak akan
pulang itu meleset. Setelah yakin ia aman, Linor mengambil tas
ranselnya dan beraksi. Ia memasang satu alat
penyadap dan dua kamera sangat kecil di kamar
Ayyas. Ia sangat yakin alat-alat itu tidak akan
diketahui oleh Ayyas. Linor juga memasang satu
alat penyadap dan dua kamera di ruang tamu.
Alat-alat itu adalah alat penyadap nirkabel yang
sangat canggih yang langsung terhubung ke
laptop Linor. Jadi, di manapun Linor membuka
laptopnya akan langsung bisa mengawasi ruang
tamu dan kamar Ayyas. Tidak perlu waktu lama bagi Linor untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Tak ada satu menit
pekerjaanny a selesai dengan sempurna. Satu
menit bagi seorang agen intelijen seperti dirinya
masih tergolong buruk. Seharusnya memasang
alat seperti itu hanya perlu beberapa detik
meskipun Ayyas dan Yelena ada di situ.
Puas dengan hasil pekerjaannya, Linor lalu
merapikan semuanya seperti sedia kala. Pintu
kamar Ayyas kembali ia tutup rapat. Pintu depan
ia jadikan seperti semula, tanpa grendel penga-
man, sehingga Yelena atau Ayyas kalau pulang
bisa langsung membuka dari luar. Harus tidak
ada yang curiga. Linor lalu merebahkan tubuhnya di sofa em-
puk dan menyalakan televisi. Ia melihat berita
malam. Iran tetap ngotot mau menjalankan pro-
gram nuklirnya. Iran berdalih untuk kepentingan
energi listrik nasionalnya. Nuklir untuk perdam-
aian, bukan yang lain. Keras kepala Iran itu yang
membuat seluruh anak-anak Yahwe tidak suka.
Lalu Indonesia diguncang gempa. Yogyakarta
luluh lantak. Rumah-rumah roboh, ribuan
manusia mati tertimbun bangunan. Linor berter-
iak girang, "Pasti Yahwe marah sama kalian!
Kalau seluruh kota kalian hancur itu lebih baik!
Meskipun jauh dari negara kami, kalian terlalu
sering membuat kami jengkel!"
Linor banyak membaca di internet, negara
yang paling sering mendemo kebijakan Israel
adalah Indonesia. Dan Indonesia jugalah negara
yang ia anggap keras kepala dan sombong karena
tidak mau membuka hubungan diplomatik
dengan Israel. Ia senang kota-kota Indonesia han-
cur tanpa harus dibom. Layar kaca lalu menampilkan cuplikan per-
tandingan Liverpool melawan MU. Pertarungan
yang ketat dan keras. MU menang satu kosong.
Ryan Giggs malam itu jadi pahlawan. Alex Fer-
guson bertambah sombong. Dan di ujung berita, layar itu menyiarkan ihw-
al ditemukannya mayat di sebuah jalan dekat gu-
dang tua di sebelah utara Moskwa. Dari tanda
pengenal yang terdapat di saku celana, mayat itu
bernama Daniil Ogurtsov. Diduga ia hanyalah se-
orang gelandangan miskin yang mati membeku
kedinginan karena sakit dan kelaparan. Kamera
hanya mengambil gambar dari jarak agak jauh,
mukanya tidak nampak jelas.
"Bodoh! Dia bukan Daniil Ogurtsov. Dia
bukan gelandangan miskin. Nama aslinya Sergei
Gadotov anggota mafia Voykovskaya Bratva.
Bodoh, kalian semua tertipu!" Pekik Linor
bangga dengan mata berbinar. Dialah yang mem-
buat ID CardDa.mW Ogurtsov. Nama itu fiktif,
tapi ia bisa membuat seolah-olah ada. Sebab ia
mampu menjebol data kependudukan Rusia.
Dalam data kependudukan itu ia bisa menambah
nama apa saja. Kini ia merasa Sergei Gadotov
sudah benar-benar hilang tidak ketahuan rimban-
ya. Mayat yang dianggap Daniil Ogurtsov itu
pasti sudah disegel polisi bahkan mungkin sudah
dikuburkan oleh polisi di kuburan umum.
Terdengar sesuatu di pintu depan. Linor lang-
sung mengecilkan suara televisi. Seseorang
hendak membuka pintu tapi tidak bisa. Linor
agak kaget. Kunci miliknya masih
tergantung di sana. Ternyata ia tadi cuma
melepas grendel pengaman saja. Linor tetap du-
duk tenang. Ia menunggu bel dibunyikan.
Dan benar, bel berbunyi nyaring.
Linor melihat ke lubang pengintip. Yang pu-
lang Ayyas, wajahnya kusut dan kusam. Linor
membuka pintu lebar-lebar.
"Kenapa dikunci dari dalam" Takut ketahuan
seperti kemarin malam""
"Ah tidak. Tidak ada orang selain aku."
"Kalau boleh aku mau minta tolong."
"Apa itu""
"Yelena kritis di rumah sakit." "Kritis" Se-
parah apa dia""
"Sekarat! Kelihatannya ada yang berniat
menghabisinya. Aku minta kau menemani aku ke
sana. Kalau kau tahu kerabat atau teman dekat-
nya tolong di hubungi sekarang."
Linor nampak kaget mendengarnya. Meskipun
ia sering bertengkar dan adu mulut dengan
Yelena, ia tidak bisa menampik bahwa Yelena
adalah teman satu apartemen yang baik padanya.
Yelena tidak pernah mengganggunya. Bahkan
sering bisa dimintai tolong nitip membelikan se-
suatu. Tak jarang Yelena secara tidak sadar mem-
beritahu informasi penting padanya. Terutama
berkaitan dengan klien Yelena yang seringkali
adalah pejabat penting pelbagai negara. Sedikit
banyak Yelena sangat berguna baginya.
Meskipun bukan siapa-siapa baginya, Yelena
berhak mendapat bantuannya. Atau paling tidak
sebagai teman satu apartemen dia harus berem-
pati padany a. "Di rumah sakit mana"" Tanya Linor. "Italian
Medical Centre." "Kalau begitu, ayo kita berangkat sekarang!"
"Sebentar perutku sakit sekali. Aku perlu
makan dulu. Sejak siang aku belum makan. Ini
aku bawa beberapa potong roti pirozkhi. Mau""
Ayyas membuka bungkusan yang dibawanya.
Ia gelar di atas meja. Melihat beberapa jenis roti
pirozkhi itu air liur Linor ingin menetes. Dirinya
juga lapar. Roti pirozkhi yang dibawa Ayyas ada
yang berisi tvorog, kacang, dan coklat cair. Linor
masih tidak beranjak dari tempatnya. Kedua
matanya menatap Ayyas yang mulai memas -
ukkan roti pirozkhi berisi kacang mindal ke
dalam mulutnya. "Kalau mau ayo, tidak usah segan! Aku beli
banyak." Linor duduk di depan Ayyas. Tanpa berkata
sepatah kata pun ia mengambil roti berisi trovog.
Keduanya lalu makan roti dalam diam. Ayyas le-
bih banyak menundukkan pandangan. Selesai
makan Linor berkemas, lalu keduanya keluar dari
apartemen. Linor menawarkan untuk men-
gendarai mobilnya saja. Linor meminta Ayyas
yang menyetir, tapi pemuda Indonesia itu
menolak. "Maaf, saya tidak punya SIM Internasional."
"Tidak masalah. Sudah malam. Tidak akan
ada polisi lalu lintas yang patroli."
"Tidak usah. Anda saja yang menyetir."
Sejurus kemudian Mobil BMW SUV X5
hitam itu menyusuri Panvilovsky Pereulok, lalu
belok kanan masuk Protochny Pereulok, dan
meluncur tenang menuju Italian Medical Centre.
Sampai di rumah sakit yang dibangun oleh seor-
ang pengusaha dari kali itu, Linor langsung
menghambur ke bagian gawat darurat. Ayyas
membuntuti di belakangnya. Di depan pintu per-
empuan tua berpakaian kumal itu nampak
menunggu dengan setia. "Wah kelihatannya kita belum bisa masuk me -
lihat Yelena. Ibu tua itu yang menemukannya.
Kau bisa menanyakan padanya Linor." Kata
Ayyas. "Baik." Linor langsung mendekati perempuan tua itu.
Dengan senyum yang ia paksakan, ia bertanya
pada perempuan tua itu. "Nama Bibi siapa""
"O. Namaku Margareta."
"Terima kasih Bibi Margareta telah membawa
teman saya kemari." "Kalau tidak ada dia. Aku tidak bisa berbuat
apa-apa. Orang-orang di Moskwa ini sudah mulai
tidak peduli kepada orang lain. Seolah-olah yang
hidup di Moskwa ini bukan manusia, tapi mayat-
mayat hidup yang tidak memiliki nurani."
"Sudahlah Bibi. Bagaimana Bibi
menemukannya"" "Aku berdiri beberapa meter dari mulut jalan
sempit dan gelap itu. Kira-kira jam sebelas
malam tadi. Lalu ada mobil sedan memasuki
jalan itu. Aku amati mobil itu. Kelihatannya mo-
bil itu berhenti di tengah kegelapan lalu seperti
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membuang sesuatu di pinggir jalan. Aku kira
sampah. Aku ke sana. Aku berpikir mungkin ada
sampah yang bisa aku manfaatkan. Atau ada sisa
makanan yang bisa aku makan. Aku terkejut
sampai di sana, ternyata yang dibuang itu bukan
bungkusan sampah tetapi manusia. Manusia yang
terluka parah sampai tidak bisa berbicara."
Dada Linor menyala. Ia bertanya-tanya siapa
yang melakukan hal itu pada Yelena. Ia berharap
Yelena selamat dan bisa menceritakan semuanya.
Ia akan memberi pelajaran kepada orang yang te-
lah menganiaya Yelena. "Bibi tahu nomor plat mobilnya""
"Bibi tidak memerhatikan plat mobil itu
samasekali." Ketika itu dua orang polisi datang. Yang satu
berwajah sayu dan melankolis dengan alis sepen-
uhnya putih. Dan satunya berwajah keras, le-
hernya panjang dan pandangannya tajam
menusuk. "Kamu yang bernama Ayyas"" Tanya polisi
berwajah sayu. "Ya benar." "Boleh lihat paspor""
Ayyas mengeluarkan paspornya. Polisi mem-
buka paspor Ayyas itu halaman per halaman.
"Untuk apa kau di Moskwa ini""
"Untuk riset di MGU."
"Ada surat keterangan resminya""
Ayyas mengeluarkan kartu visitingfellow
yang dikeluarkan Departemen Sejarah MGU.
"Apa ini" Ini tidak ada gunanya. Kami minta
surat resmi!" Kata polisi berwajah sayu itu ketus.
Ayyas memandang Linor, ia memberi isyarat
kepada Linor bahwa ia merasa heran ada polisi
seperti itu. Linor mengerti maksud Ayyas.
"Hei Tuan-tuan, kalian ini polisi Moskwa jan-
gan membuat malu! Jangan bodoh begitu. Ini
namanya kartu visitingfellow. Dikeluarkan resmi
oleh MGU untuk tamu-tamu pentingnya yang
mengadakan riset di MGU. Kalau tidak bisa
membaca jangan jadi polisi!"
Bentak Linor. Dua polisi itu saling berpandangan. Polisi
yang berwajah keras menatap Linor dengan pan-
dangan jengkel bukan main.
"Kau siapa, berani berkata begitu pada
kami!"" "Silakan Tuan-tuan tulis! Aku wartawan. Na-
maku Linor. Aku keponakan Jenderal Vladimir
Kuznetsov. Kalian mau kebodohan kalian ini aku
tulis di koran biar dibaca seluruh orang. Dan
pada hari berikutnya kalian dipecat oleh atasan
kalian lalu jadi gembel di pinggir jalan!"
Seketika sikap kedua polisi itu berubah. Polisi
berwajah keras itu seketika melunak.
"Jangan Nona Linor. Kami hanya berusaha
bekerja sebaik-baiknya. Maafkan kami atas
ketidaktahuan kami. Tapi kami harus tetap
mengajukan beberapa pertanyaan pada orang as -
ing ini, karena dia yang membawa perempuan tak
berdaya itu kemari."
"Silakan." "Jadi benar kamu yang membawa perempuan
tak berdaya itu kemari""
"Saya tidak sendirian. Saya disertai Bibi ini
dan sopir taksi." Jawab Ayyas tenang. Ia merasa
lebih tenang ketika Linor mengatakan kalau dir-
inya keponakan seorang Jenderal. Paling tidak
polisi itu tidak akan berani semena-mena.
"Kau yang menemukannya pertama kali""
"Tidak." "Lalu siapa kalau bukan kau""
"Bibi ini. Bibi ini yang memaksa saya meno-
long seseorang dan menyeret saya ke tempat per-
empuan tak berdaya itu terkapar."
Linor menyela, "Bibi Margareta!"
"Iya Nona Linor."
"Silakan Bibi ceritakan semuanya kepada dua
polisi ini agar semuanya jelas."
"Baik Nona." Perempuan tua berpakaian kumal bernama
Margareta itu langsung nerocos menceritakan detil keja-
diannya dari awal sampai akhir. Dua polisi itu
menyimak dengan seksama. Sesekali polisi ber-
wajah sayu menuliskan sesuatu di buku notes ke-
cilnya. Setelah dirasa cukup, dua polisi itu angkat
kaki. Seorang dokter perempuan keluar dari kamar
gawat darurat. Linor langsung menyerbunya.
"Bagaimana keadaan teman saya, Dokter""
"Berdoalah kepada Tuhan. Hanya mukjizat
yang bisa menyelamatkannya. Jantungnya masih
berdetak tapi lemah. Ia masih tidak sadarkan diri.
Hampir seluruh tubuhnya luka memar. Tangan
kanannya patah. Dari pemeriksaan kilat keli-
hatannya dia juga mengalami kekerasan seksual,
tapi kita belum melakukan visum yang sempurna.
Kami baru mengusahakan semaksimal mungkin
bagaimana caranya dia masih hidup." Jelas dok-
ter perempuan itu panjang lebar kepada Linor.
Ayyas seperti pernah melihat wajah dokter ini.
Ia mencoba mengingatnya. Di mana ya" Apa di
televisi" Apa di bandara Jakarta" Atau di New
Delhi. Ayyas terus mengingat-ingat.
"Maaf Dokter, saya merasa pernah berjumpa
dengan Dokter, tapi saya lupa di mana"" Kata
Ayyas. Dokter itu memandang wajah Ayyas
dengan seksama. Ia lalu terhenyak.
"Di India, tepatnya di Agra! O my God, kau
yang mengantarkan putriku si Ksenia ke Hotel
Ashok. Iya kan"" Ujar Dokter perempuan itu
setengah menjerit. "Iya benar. Berarti Anda Dokter Tatiana
Baranovna"" "Benar. Ah terima kasih kau masih mengingat
nama saya, padahal kejadiannya sudah satu tahun
yang lalu. Maaf saya lupa nama Anda."
"Nama saya Muhammad Ayyas. Panggil saja
Ayyas." "Iya Ayyas." Dokter Tatiana kelihatan bahagia
bertemu Ayyas. "Kok kamu bisa di sini. Apa
hubunganmu dengan perempuan tak berdaya
itu"" Tanpa diminta Bibi Margareta menyela, "Dia
yang membantuku membawa perempuan tak ber-
daya itu kemari." "O, jiwa menolong Anda mengagumkan. Di
India kau menyelamatkan putriku. Dan kini kau
membawa perempuan tak berdaya yang hampir
mati ke rumah sakit. Tapi kau harus hati-hati
kalau mau menolong seseorang. Jangan sampai
kau tulus menolong tapi justru kecelakaan yang
kauhadapi. Saya tidak tahu seperti apa nanti pol-
isi akan menangani kasus perempuan tak berdaya
ini. Semoga kau tidak kena getah yang
mencelakakan kamu." "Terima kasih nasihatnya, Dokter."
"Kau mau minum teh bersamaku""
"Asal mereka juga ikut."
"Tentu saja. Ayo kita minum teh panas, biar
hangat." - "Kalau Ksenia bertemu saya kira-kira dia
masih ingat tidak Dkter""
"O pasti ingat. Yang dia alami di India itu
tidak akan dia lupakan seumur hidupnya. Kau
akan dia kenang sebagai orang yang pernah
menyelamatkan hidupnya. Nanti Ksenia akan aku
beritahu, dia pasti senang."
*** 14. Hilang Pagi itu Ayyas merasakan kesedihan luar bi-
asa. Ia merasa kehilangan sesuatu yang paling
berharga yang ia miliki. Ia merasa hatinya seperti
telah copot dan kepalanya mau lepas dari tu-
buhnya. Dunia terasa suram dan kelam. Ia merasa
memikul dosa sebesar gunung. Bahkan ia merasa
menjadi manusia paling berdosa di atas muka
bumi ini. Pagi itu Ayyas bangun kesiangan. Ia
shalat Subuh tidak tepat pada waktunya. Ia mera-
sakan musibah yang luar biasa.
Penyebabnya adalah karena ia terlalu letih dan
tidur sangat terlambat. Setelah minum teh ber-
sama Dokter Tatiana Baranovna di sto-
lovaya 40 Italian Medical Centre, ia pulang ke
apartemen dengan taksi. Linor dan perempuan
tua itu tetap di sana menunggu apa pun yang ter-
jadi pada Yelena. Ia sampai di kamarnya hampir
jam tiga. Tubuhnya seperti remuk semua. Se-
belum tidur ia masih sempat memasang alarm.
Tetapi ia samasekali tidak mendengar bunyi
alarm. Ia terlalu lelap. Ia ketinggalan shalat
Subuhnya. Ia merasa sangat berdosa kepada Al-
lah Ta ala. Ia merasa sangat rugi. Sesuatu yang
sangat berharga miliknya telah hilang, dan ia
merasa tidak bisa menggantinya dengan cara apa
pun. Jika satu bagian saja dari wiridku telah hilang,
maka tidak mungkin aku bisa menggantinya
untuk selama-lamanya. Airmata Ayyas meleleh. Ia teringat wasiat se-
orang sahabat Nabi, Abu Bakar Ash Shiddiq ra.
menjelang wafatnya kepada Umar bin Khattab
ra., "Aku wasiatkan kepadamu semoga kau mau
menerimanya. Sesungguhnya Allah memiliki hak
pada malam hari yang tidak diterima ketika
dilaksanakan siang hari. Demikian juga Allah
memiliki hak pada siang hari yang tidak diterima
jika dilakukan pada malam hari. Sesungguhnya
Allah tidak akan menerima amalan sunah se-
belum melaksanakan amalan wajib."
Ayyas dicekam ketakutan sekaligus kesedi-
han. Ia takut kalau shalat Subuhnya yang dilak-
ukan tidak pada waktunya samasekali tidak diter-
ima oleh Allah Ta ala. Jika shalatnya tidak diter-
ima Allah, bagaimana nasibnya kelak di akhirat"
Ia selalu ingat, shalat adalah amal kebajikan per-
tama sekali yang kelak akan dihitung oleh Allah.
Nabi Muhammad Saw. menjelaskan, jika shalat
seorang hamba dinilai baik oleh Allah, maka
baiklah seluruh amal perbuatannya, dan jika shal-
atnya dinilai buruk oleh Allah, maka buruklah se-
luruh amal perbuatannya. Dan pagi itu ia bangun kesiangan, tidak shalat
Subuh tepat pada waktunya. Di atas sajadahnya
Ayyas terus beristighfar dan menangis,
"Ya Allah harus bagaimana hamba menebus
dosa ini. Ampunilah kekhilafan hamba-Mu ini ya
Allah. Karuniakan kepada hamba kenikmatan
shalat tepat pada waktunya sampai akhir hayat ya
Allah. Ya Allah tolonglah hamba-Mu yang lemah
ini untuk selalu mengingat-Mu, untuk selalu
bersyukur kepada-Mu, dan untuk selalu
beribadah sebaik mungkin kepada-Mu."
Ia tidak menyesal samasekali bahwa ia terlalu
letih karena harus menolong Yelena dan
mengantarkannya ke rumah sakit. Tidak,
samasekali tidak. Ia tidak menyesal harus meno-
long perempuan yang ternyata berprofesi menjual
diri seperti Yelena. Ia menolong Yelena karena
Yelena adalah makhluk Tuhan yang saat itu
memerlukan pertolongannya. Jadi ia tidak merasa
apa yang dilakukannya sia-sia. Kalau ternyata
nyawa Yelena dapat diselamatkan dan Yelena
bisa kembali pulih seperti sedia kala, lalu perem-
puan itu kembali menjual dirinya, itu adalah ur-
usan yang lain. Kewajibannya sebagai manusia adalah meno -
long manusia yang memerlukan pertolongannya.
Tentu saja ia tidak menginginkan Yelena terus di
jalan yang tidak benar. Ia ingin Yelena mengin-
safi bahwa yang ia lakukan adalah kesalahan be-
sar, bahkan ia berharap Yelena kemudian bisa
mendapatkan hidayah, lalu merubah cara
hidupnya; dari cara hidup yang gelap dan pengap
menjadi cara hidup yang penuh cahaya dan pen-
uh kesegaran nikmat Tuhan.
Sungguh ia tidak menyesal harus berletih-letih
sampai pukul tiga dini hari. Yang ia sesalkan
adalah dirinya sendiri yang tidak bisa bangun te-
pat pada waktunya. Telinganya seperti tuli. Bunyi
alarm samasekali tidak didengarnya. Ia menyesal
bahwa dirinya bagaikan kerbau bodoh yang
mendengkur sampai matahari terbit. Kerbau
bodo h yang tidak bangun shalat Subuh ketika
hamba-hamba Allah yang saleh sama rukuk dan
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sujud kepada Allah. Ia menyesali kelemahan dir-
inya sendiri. Ternyata kekuatan cintanya kepada
Allah belumlah dahsyat. Buktinya, kekuatan cintanya kepada Allah be-
lum mampu membangunkannya untuk terjaga di
saat ia harus bangun, terjaga dan sujud kepada
Allah. Dirinya ternyata masih jauh dibandingkan
orang -orang saleh yang mampu menjaga
keistiqamahan shalat tepat pada waktunya sampai
akhir hayatnya. Pagi itu Ayyas shalat Subuh pukul sembilan.
Hal yang belum pernah terjadi selama hidupnya.
Baru pagi itu ia kebobolan. Ia merasa shalat dan
ibadahnya selama ini seolah tidak ada maknanya.
Ia benar-benar menyesal sampai relung hati pal-
ing dalam. Ponselnya bergetar lalu berdengking -dengk-
ing. Ada panggilan. Ternyata dari Linor. Ayyas
mengangkatnya dengan raut muka kelam bergur-
at kesedihan. "Hai sudah bangun ya"" Suara Linor dari
seberang. "Sudah. Ada apa""
"Aku kira masih mendengkur. Tadi jam lima
aku kontak berkali-kali tidak kauangkat. Aku
yakin kau masih pulas karena tadi malam kelela-
han. Kau bisa datang kemari sekarang""
"Ada apa""
"Yelena sudah siuman. Datanglah! Aku ada
pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan."
"Aku juga sama."
"Yang penting datanglah dulu. Temui Yelena.
Dia menanyakanmu. Bibi Margareta sudah cerita
semua tentang kepahlawananmu pada Yelena.
Kelihatannya Yelena ingin sekali bertemu
dengan orang yang telah menyelamatkan
nyawanya. Datanglah. Setelah itu terserah kau"."
"Kau sudah hubungi keluarganya""
"Yelena mengaku tidak punya keluarga lagi.
Dia sebatang kara di Moskwa ini. Tapi dia bilang
ada temannya yang lain, yang mungkin bisa
sedikit membantunya. Segera datang ya" Biar
aku bisa segera berangkat."
Ayyas berpikir sesaat. Ia seharusnya segera
pergi ke kampus MGU. Ia harus menemui Doktor
Anastasia Palazzo. Tapi tidak ada salahnya ia ke
rumah sakit dahulu baru kemudian ke MGU.
Ayyas segera mandi. Sudah tiga hari ia tidak
mandi. Setelah itu memakai pakaian musim din-
ginnya lengkap, dan meluncur ke rumah sakit di
mana Yelena dirawat. Ia bersyukur, nyawa Yelena akhirnya selamat.
Dengan selamatnya Yelena, ia akan terhindar
dari urusan panjang dengan pihak kepolisian.
Nanti Yelena bisa menceritakan apa yang dialam-
inya panjang lebar kepada polisi. Dengan begitu
polisi tidak akan mencurigai dirinya samasekali
sebagai pelaku kejahatan yang mencederai
Yelena. Sehingga ia bisa konsentrasi melakukan
penelitian dan menyelesaikannya tepat pada
waktunya. *** Yelena sudah pindah ruangan. Ia sudah tidak
di bagian gawat darurat lagi . Linor memilihkan
kamar VIP utuk Yelena. Kamar itu layaknya
kamar hotel. Ada dua tempat tidur di situ. Yang
satu untuk pasien dan yang satu untuk penunggu.
Ada sofa dan meja kecil di depannya. Ada kamar
mandi di dalamnya. Ruangan itu tentu saja
dilengkapi penghangat ruangan, televisi dan kul-
kas kecil. Yang paling penting ruang itu
dilengkapi alat-alat standar kesehatan terbaik
dunia. Yelana samasekali tidak menolak ketika
dibawa ke kamar VIP. Ia tahu, pada akhirnya ia
sendiri yang harus membayarnya, dan ia merasa
mampu untuk membayarnya. Tabungan yang di-
milikinya ia rasa lebih dari cukup untuk memba-
yar biaya perawatannya sampai ia sembuh. Yang
penting baginya adalah ia masih bernyawa, tidak
mati sia-sia layaknya anj ing kurap yang mem-
beku di pinggir jalan. Linor dan Bibi Margareta masih menunggu di
situ ketika Ayyas masuk. Yelena terlentang
lemah dengan infus menggantung di atas kepa-
lanya. Kepalanya masih terasa pusing. Jika di-
gerakkan sedikit rasanya dunia berputar dan dir-
inya ingin muntah. Maka Yelena berusaha tidak
menggerakkan kepalanya samasekali meskipun ia
tahu Ayyas datang. Ia hanya mengikuti Ayyas
dengan kedua matanya. "Akhirnya kau datang juga." Sapa Linor.
"Ya tapi mungkin aku tidak lama. Aku harus
ke MGU." "Tak apa" Yang penting Yelena sudah ketemu
kau sebelum sebentar lagi dia dioperasi""
"Dioperasi""
"Dioperasi apanya""'
"Daun telinga kanannya tidak dapat dis -
elamatkan. Daun telingannya sudah menjadi es
ketika dia kaubawa kemari. Hidungnya hampir
mengalami hal yang s ama. Kata dokter Tatania,
terlambat tiga menit saja mengangkat Yelena dari
dinginnya salju, Yelena akan kehilangan daun
telinga, hidung dan jari- jari tangannya, bahkan
bisa lengannya. Kalau terlambat lima menit ya
nyawanya sudah hilang karena lehernya mem-
beku, pernafasannya putus, jantungnya berhenti
berdetak." "Begitu mengerikan."
"Ya. Yelena beruntung ada yang
menyelamatkannya. Dan orang yang
menyelamatkan itu kau."
"Bukan aku. Sebenarnya yang menyelamatkan
adalah Tuhan. Tuhan mengulurkan tangan perto-
longannya lewat Bibi Margareta. Dan Bibi Mar-
gareta mengajak saya. Awalnya saya juga merasa
tidak percaya pada Bibi Margareta. Tapi Tuhan
membuka hati dan pikiran saya untuk memenuhi
ajakan Bibi Margareta menyelamatkan nyawa
anak manusia." Yelena mendengar dialog Linor dan Ayyas
dengan hati bergetar. Ia teringat Tuhan. Ya
Tuhan. Di tengah-tengah rasa putus asanya,
ketika ia merasa nyawanya sudah sampai teng-
gorokan, yang ia sebut-sebut untuk dimintai per-
tolongan adalah Tuhan. Ia terus menyebut Tuhan,
meratap pada Tuhan. Dan pertolongan itu datang.
Berarti apakah benar Tuhan itu ada" Ia masih
ragu. Tetapi pertolongan itu datang setelah ia
memintanya dari Tuhan. Benarkah yang
menyelamatkan nyawanya sebenarnya adalah
Tuhan, seperti dikatakan oleh Ayyas baru saja.
Tuhan mengulurkan tangan pertolongannya lewat
Bibi Margareta. Dan Bibi Margareta lalu
mengajak Ayyas. Tuhanlah yang membuka hati
dan pikiran Ayyas untuk memenuhi ajakan Bibi
Margareta menyelamatkan nyawanya.
"Hai Yelena apa kabar"" Sapa Ayyas.
Yelena hanya mengedipkan kedua matanya,
dan berusaha tersenyum. Ia ingin menjawab tapi
tenggorokannya terasa sakit sekali kalau untuk
mengucapkan satu kata saja.
"Yang tabah ya. Percayalah kau pasti
sembuh." Yelena kembali berusaha tersenyum.
"Yelena... karena Ayyas sudah datang, aku be-
rangkat dulu ya. Menurutku Bibi Margareta bisa
menemanimu sampai kamu sembuh. Dia katanya
tidak punya rumah. Jadi malah senang kalau me -
nemani kamu di sini. Aku sudah memberinya
uang untuk membeli pakaian, agar dia tidak ber-
pakaian kumal seperti itu. Dia biar pergi beli
pakaian ketika kamu dioperasi. Baik"" Terang
Linor. Yelena mengedipkan kedua matanya.
"Baik. Kalau begitu aku pergi dulu."
Linor melangkah keluar kamar. Tinggallah
mereka bertiga di kamar itu. Bibi Margareta du-
duk di sofa sambil terkantuk-kantuk. Sesekali ke -
palanya jatuh ke kanan. Ia tergagap dan bangun.
Lalu berusaha menegakkan kepalanya. Tak lama
mengantuk lagi. Kepala itu lalu jatuh ke kiri sep -
erti tidak ada lehernya. Ia tergagap lagi dan ber-
usaha tegak. Begitu berulang-ulang.
Yelena diam. Hanya matanya yang terjaga. Ia
ingin bicara tapi luar biasa susahnya. Ayyas han-
ya diam saja, berdiri di sampingnya. Ia berpikir,
benarkah Yelena tidak memiliki keluarga" Ben-
arkah dia sebatang kara" Sejak kapan dia se-
batang kara" Berarti dia yatim piatu" Kalau ben-
ar, betapa berat hidup di Moskwa dengan musim
dingin yang mencekam, tanpa keluarga
samasekali. Ayyas lalu berpikir, alangkah kasihannya
Yelena. Meskipun kini nampak pucat, gadis itu
tetap nampak jelita. Oh, kalau dia di Indonesia, ia
membayangkan pasti akan dilamar main film
oleh PH-PH raksasa yang bermarkas di Jakarta.
Tapi gadis secantik itu harus hidup dalam jalan
yang gelap. Jalan gelap penuh sampah dan kotor-
an menjijikkan. Tubuh yang kelihatannya sangat
memesona itu sebenarnya telah menjadi ong-
gokan sampah daging busuk yang menjijikkan. Ia
langsung teringat Yelena ketika bertemu
dengannya di restoran kemarin. Yelena meng-
gandeng lelaki besar berkulit hitam. Entah apa
yang telah dilakukan lelaki hitam itu pada
Yelena. Dan entah berapa setan yang telah men-
odai Yelena, Kini Yelena terbaring tak berdaya. Meskipun
ada rasa muak membayangkan tubuh Yelena
yang telah menjadi lebih murah dari sampah, tapi
rasa kasihan itu terbit juga. Walau bagaimana-
pun, Yelena adalah manusia. Dia bisa jadi merasa
hidupnya baik-baik sa ja. Bahkan dia tidak per-
caya adanya Tuhan, dan merasa senang. Itu
semua karena yang ada dalam
pikiran Yelena berbeda dengan yang ada
dalam pikiran Ayyas. Dalam pikiran Ayyas ada yang namanya Tuhan, ada ajaran agama Tuhan, ada Nabi
Muhammad, ada ajaran Nabi Muhammad, ada
perintah dan larangan Tuhan, ada pahala, ada
dosa, ada surga, ada neraka.
Sementara dalam pikiran Yelena, semua yang
ada dalam pikiran dan keyakinan Ayyas
samasekali tidak ada. Yang ada adalah dirinya
sendiri, dan hidup yang dijalaninya. Ia merasa
bebas berbuat apa saja selama ia merasa nikmat
dan nyaman, dan selama orang lain juga merasa
nikmat. Tak ada aturan agama mana pun yang
mengekangnya. Yelena ingin mengucapkan satu kalimat saja,
yaitu berterima kasih kepada Ayyas, tapi
susahnya luar biasa. Ia tetap merasa Ayyas ada-
lah orang yang paling besar jasanya dalam
menyelamatkan nyawanya. Bibi Margareta telah
menceritakan semuanya. Ia mengerti semuanya
meskipun ia hanya terlentang tak berdaya. Bibi
Margareta bercerita bagaimana orang-orang tidak
ada yang peduli, dan hanya Ayyas yang peduli
saat itu. Terus bagaimana Ayyas membopong di-
rinya. Bagaimana Ayyas rela membayar tiga pu-
luh ribu rubel untuk ongkos taksi. Juga ba-
gaimana Ayyas menandatangani semua berkas
rumah sakit sehingga ia bisa langsung
mendapatkan perawatan medis segera. Kalau
tidak ada Ayyas, ia sudah menjadi mayat yang
membeku di pinggir jalan sempit kota Moskwa.
Ya, jika benar kata Ayyas bahwa yang menolong
adalah Tuhan, maka Ayyas adalah utusan Tuhan
yang menjadi juru selamat utama baginya dari
kebinasaan. Yelena tidak tahan untuk tidak mengatakan
sesuatu pada Ayyas. Maka dengan rasa sakit luar
biasa ia memaksakan berbicara.
"Ay...yas!" lirihnya parau.
Ayyas tersentak dari diamnya. Seluruh wa-
jahnya seketika menghadap wajah Yelena sambil
semakin mendekatkan kepalanya ke kepala
Yelena. "Iya Yelena." "S..spa..si...ba...bal..shoir" (Terima kasih)
Kalimat itu akhirnya bisa keluar dari mulut
Yelena. Wajahnya sedikit berbinar cerah.
"Tidak perlu berterima kasih untuk sebuah ke -
wajiban Yelena. Manusia harus tolong menolong.
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sudah menjadi kewajibanku untuk
menolongmu." Yelena mengedipkan kedua matanya sambil
berusaha tersenyum. Terdengar langkah perempuan mendekat.
Pintu diketuk, lalu dibuka. Muncul wajah Dokter
Tatiana Baranovna. Wajah perempuan berusia
empat puluh tahunan itu nampak segar.
Langkahnya anggun. Rambutnya yang pirang ia
kucir di belakang. Dengan jas putih panjang dan
celana juga putih, ia nampak begitu rapi dan ber-
sih. Berbalik seratus delapan puluh derajat
dengan Bibi Margareta yang kumal, lusuh dan
kotor. "Dabroye utra, Dokter." Sapa Ayyas.
"Dabroye utra. O jadi kamu datang lagi. Per-
empuan muda ini harus kami operasi. Daun
telinga kanannya harus kami amputasi. Jika tidak
bisa membusuk dan menjalar ke mana-mana."
"Samasekali tidak bisa diselamatkan Dokter."
"Tidak ada cara lain kalau kepalanya ingin
tetap selamat." Mata Yelena berkaca-kaca mendengar pen-
jelasan Dokter Tatiana. Tapi ia tidak berdaya
apa-apa kecuali ikut apa yang terbaik menurut
dokter yang mengusahakan kesembuhannya. Jika
ia bisa bicara ia ingin bertanya apa bisa kelak ia
melakukan operasi plastik untuk daun telinga
palsunya. Ia berharap bisa. Sebab setahu dia,
bahkan operasi hidung plastik pun bisa. Michael
Jackson sangat dikenal memiliki hidung hasil op -
erasi plastik. Jika hidung bisa operasi plastik,
daun telinga tentu bisa. "Kapan dia harus operasi, Dokter""
"Sekarang. Sebentar lagi perawat akan mem-
bawanya ke ruang operasi. Lebih cepat lebih
baik." "Lakukan yang terbaik untuknya, Dokter."
"Tentu. Kamu perhatian sekali sama dia."
"Ah biasa saja. O ya kabar Ksenia
bagaimana"" "Tadi pagi saat sarapan pagi aku sudah cerita
padanya. Ia senang sekali. Ia sebenarnya mau
ikut. Tapi ia harus masuk sekolah. Satu bulan lagi
ia akan tampil di Bolsoi Teater. Katanya dia akan
mengundangmu." "Penampilan apa""
"Ia terpilih mewakili sekolahnya untuk men-
jadi salah satu penari balet yang akan me -
nampilkan pertunjukan balet Lebedinoe Ozera."
Dokter Tatiana nampak begitu bangga mener-
angkan prestasi anak putrinya.
"O Lebedinoe Ozera, pertunjukan balet danau
angsa, sebuah pertunjukan balet paling legendaris
dan paling menyedot penonton. Berarti anak putri
Dokter bukan penari balet semba
rangan." Tiba- tiba Bibi Margareta menukas. Rupanya ia telah
bangun dari tidurnya sambil duduk.
"Terima kasih atas pujiannya Bibi."
Dua perawat datang. Seorang di antara mereka
memberi laporan kepada Dokter Tatiana Baran-
ovna bahwa pasien bernama Yelena sudah siap
untuk dioperasi. Dua dokter ahli bedah sudah
menunggu di ruang operasi.
Ayyas pamit pada Yelena dan mendoakan
Yelena semoga operasinya sukses dan ia segera
sembuh. "Percayalah Tuhan akan menolongmu.
Percayalah kepada Tuhan. Semoga Tuhan men-
dampingimu selama operasi." Kata Ayyas kepada
Yelena. Yelena hanya mengedipkan mata, ia ber-
usaha tersenyum semampunya. Dalam hati ia
menjawab bahwa ia akan mencoba untuk percaya
kepada Tuhan. *** 15. Dialog di Stolovaya Sudah hampir pukul dua belas siang, Ayyas
belum juga datang. Doktor Anastasia Palazzo
mondar-mandir di ruang Profesor Tomskii. Ia
menunggu ponselnya berdering, berharap anak
muda itu menelponnya atau memberi kabar ke-
padanya meskipun melalui sms. Ia ingin menel -
pon anak muda itu, tapi harga dirinya mencegah
untuk melakukannya. Bibi Parlova memberitahu, Ayyas bekerja di
ruang Profesor Tomskii sampai pukul sebelas
malam. Catatan pihak keamanan mengatakan de -
mikian. Jika yang terjadi seperti itu, ia merasa
bahwa anak muda itu sangat mencintai ilmu. Jika
benar bahwa anak muda itu datang dan bekerja
melakukan penelitian dalam keadaan pundak kir-
inya sakit, maka kecintaannya pada ilmu sampai
mengalahkan rasa sakit. Hanya para peneliti se-
jati yang memiliki jiwa seperti itu.
Ia tidak ingin dengar dari Bibi Parlova. Ia
ingin mendengar sendiri dari cerita anak muda
itu. Ia ingin tahu, kenapa pundak kirinya bisa
sakit" Bagaimana ia bisa tetap memaksa sampai
MGU dalam kondisi pundak kiri sakit" Apa yang
ia dapat selama berjam- jam di ruang Profesor
Tomskii. Ia juga ingin tahu selama ini tinggal di
mana" Dan banyak pertanyaan lainnya, yang
ingin ia ajukan pada anak muda itu, dan ia ingin
anak muda itu bercerita banyak padanya. Ia suka
dengan caranya merangkai dan menyampaikan
kata-kata. Karena merasa agak bosan menunggu di ruang
Profesor Tomskii, Doktor Anastasia Palazzo
pergi ke stolovaya. Ia hanya mengambil empat
potong Monti (Daging giling berbalut tepung
disiram mayonez) dan segelas teh panas. Sesekali
ada satu dua mahasiswa yang menyapanya. Ia
tersenyum dan menjawab sapaan mereka. Ia me -
lahap sepotong demi sepotong daging gulung itu
sambil membaca kumpulan cerpen Leo Tolstoy.
Tak terasa satu jam lebih ia ada di stolovaya.
Tehnya sudah habis. Kumpulan cerpen itu tinggal
beberapa halaman saja yang belum ia baca. Ia
bangkit keluar dari stolovaya menuju ruangan
Profesor Tosmkii. Ia berharap Ayyas telah tiba di
sana. Begitu memasuki ruangan Profesor Tomskii
hatinya langsung berbunga, karena ia melihat
Ayyas berdiri tegap di sana. Hanya saja, ketika ia
menyapa, Ayyas diam saja, tetap berdiri tegak
menghadap ke selatan. Ayyas samasekali tidak
menoleh ke arahnya. Ia tetap masuk. Ia melihat
Ayyas mengangkat kedua tangannya lalu menur-
unkan kedua tangannya dan meletakkannya di lu-
tutnya, punggungnya lurus, jika ia membawa
nampan berisi segelas teh panas dan meletakkan
nampan itu di atas punggung Ayyas, ia bisa me-
mastikan teh panas itu tidak akan tumpah sedikit
pun. Ia beftanya-tanya apakah Ayyas sedang se-
nam, ataukah... " Ayyas kemudian berdiri lalu menggelosor me -
letakkan seluruh mukanya ke tanah. Ayyas sujud.
Anastasia langsung ingat cara orang-orang Islam
melakukan ritual ibadahnya yang disebut shalat.
Ya, ini Ayyas sedang shalat. Selama ini ia hanya
melihat di gambar, atau melihat di layar televisi.
Ia belum pernah melihat secara langsung orang
shalat dengan kedua kepalanya sendiri dan dalam
jarak yang sangat dekat. Ia belum pernah masuk
ke tempat ibadah orang Muslim.
Entah kenapa tiba-tiba Anastasia merasa tidak
nyaman melihat Ayyas sujud seperti itu. Ia mer-
asa Ayyas melakukan ritual yang sangat primitif
bahkan sangat purba. Menggelosor, meletakkan
kening di tanah, kedua tangan juga di tanah, lutut
dan kedua kaki semua di tanah. Begitu
menghinakan diri sendiri. Lebih hina dari anjing
yang menggelos or di pinggir jalan. Anjing
bahkan tidak pernah meletakkan keningnya di ta-
nah seperti Ayyas. Ia merasa sangat kasihan ke -
pada Ayyas. Anak muda yang sedemikian cer-
dasnya bisa dibelenggu oleh ajaran agama yang
begitu primitif. Dan anehnya Ayyas samasekali
tidak kritis mengoreksi itu semua. Dan itu juga
terjadi lebih pada satu miliar anak manusia di se-
luruh dunia. Doktor Anastasia Palazzo duduk di sofa sam-
bil memerhatikan Ayyas yang sedang shalat. Se-
tiap kali Ayyas rukuk dan sujud, Anastasia
menggelengkan kepala, menganggap Ayyas yang
cerdas ternyata samasekali tidak cerdas. Kalau
cerdas bagaimana ia bisa melakukan ritual ibadah
yang begitu primitif. Anastasia dalam hati
meminta perlindungan kepada Kristus agar jan-
gan sampai tersesat seperti Ayyas. Ia bahkan
memohon agar Ayyas ditunjukkan kepada jalan
keselamatan yang sesungguhnya, seperti dirinya
yang telah menemukannya. Ia berdoa kepada
Kristus agar Ayyas segera terbangun dari
kebodohannya. Ayyas selesai shalat. Ia berzikir singkat. Tas -
bih, tahmid, dan tahlil masing-masing tiga puluh
tiga kali lalu berdoa. Setelah itu ia menoleh ke arah Doktor
Anastasia Palazzo yang sudah duduk di sofa sam-
bil memandangi dirinya dengan pandangan rasa
kasihan. "Maafkan saya Doktor, tadi saya tidak men-
jawab ketika Anda menyapa saya. Sebab saya
seperti yang mungkin sudah Doktor ketahui
sedang melakukan shalat. Beribadah seperti yang
diajarkan oleh agama saya, Islam."
"Ah tidak apa-apa . Bagus, kamu tidak lupa ke-
pada Tuhan. Kamu berarti orang yang sangat reli-
gius, sangat taat pada ajaran agama."
"Ibu saya selalu berpesan agar tidak pernah
lupa shalat, sujud kepada Allah di mana pun saya
berada." "Kau berarti juga sangat taat kepada ibumu.
Kau anak yang berbakti. Ibumu itu sama dengan
ibuku. Selalu saja ibuku mengingatkan aku untuk
selalu menyebut nama Tuhan dalam kesempatan
apa saja." "Beliau masih hidup""
"Masih. Dia sekarang menikmati hari tuanya
dengan hidup tenang di pinggir kota Novgorod."
"Kota paling penting bagi Rusia klasik yang
banyak melahirkan kesatria yang gagah berani."
"Benar. Kalau kau mau, suatu saat bisa aku
temani ke sana." "Sangat rugi kalau aku tidak mau. Tidak
mudah mencari penunjuk jalan yang menarik,
enak diajak diskusi dan memahami sejarah
dengan baik." "Dengan bahasa halus kau selalu memuji."
Kata Anastasia merasa disanjung.
"Memuji siapa"" Tanya Ayyas pura-pura tidak
tahu. Pertanyaan Ayyas seketika membuat wajah
Anastasia menyemu merah. Semu merah muka
Anastasia kian menyempurnakan kecantikannya.
Ayyas tahu itu, dan ia menyimpan rapat-rapat
rasa tahunya itu di dalam bilik hatinya yang ter-
dalam. Sementara Anastasia merasa, pertanyaan
Ayyas itu begitu menjebak dirinya. "Cerdas! Se-
buah jebakan yang sempurna," lirihnya dalam
hati memuji kecerdasan Ayyas. Tiba-tiba ia mer-
asa bodoh harus menjawab apa. Beberapa detik
berpikir ia langsung ketemu jawabannya.
"Memuji kota-kota Rusia."
"Jadi menurutmu begitu""
"Iya." "Berarti saya orang yang bodoh, yang tidak
bisa memahamkan lawan bicara. Padahal kalimat
yang terakhir saya ucapkan tadi samasekali tidak
untuk memuji kota Rusia. Maafkan kebodohan
saya Doktor." "Kalau begitu untuk memuji siapa seben-
arnya"" Doktor Anastasia masih mengejar
dengan pertanyaan yang sesungguhnya ia sudah
tahu jawabannya. Ia ingin Ayyas sama w salah
tingkahnya dengan dirinya. Tapi reaksi Ayyas
sungguh di luar dugaannya. Ayyas spontan men-
jawab tanpa beban sedikit pun,
"Tidak usah saya jelaskan, nanti salah lagi.
Kalau saya salah menjelaskan lagi malah akan
semakin nampak jelas betapa bodohnya saya ini.
Apalagi kalau perut saya sedang lapar, rasanya
otak saya kehilangan sekian persen kecerdasan
saya." "Kau mau makan siang""
"Iya. Supaya konsentrasi saya kembali pulih
seperti sedia kala dan tidak diganggu oleh per-
mintaan perut yang mulai melilit-lilit."
"Mau aku temani""
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bukannya Doktor baru saja dari stolovaya"
Tadi Bibi Parlova mengatakan kepada saya, Dok-
tor sedang makan siang di sana""
"Tadi cuma minum teh untuk menghangatkan
tubuh, tidak benar-benar makan siang. Aku tadi
tidak makan kentang. Orang Rusia kalau belu
m makan kentang itu sama saja belum makan."
" O kalau begitu, mari kita makan siang."
Keduanya lalu bergegas ke stolovaya. Mereka
hampir tidak dapat tempat karena stolovaya itu
nampak penuh. Beruntung dua orang mahasiswi
bermata sipit dan bermuka bundar khas wajah
China bagian barat berdiri meninggalkan meja
mereka. Doktor Anastasia mengajak Ayyas du-
duk di tempat yang ditinggalkan dua mahasiswi
bermata sipit itu. Mau tak mau mereka duduk
berhadapan dan hanya dipisah oleh meja kecil
yang langsung penuh sesak oleh makanan yang
mereka ambil. Ayyas memilih kotlety (Sejenis perkedel yang
terbuat dari daging giling tanpa kentang) dengan
sup, dua iris roti hitam, dan secangkir teh panas.
Sementara Doktor Anastasia Palazzo memilih
kentang kukus yang kuning keemasan, sup borsh
khas Rusia, dan teh panas. Ayyas melahap kot-
lety itu dengan penuh nafsu. Sementara Anastasia
menikmati kentang kukusnya dengan penuh
khusyuk. Terkadang ia ambil potongan kentang,
ia masukkan ke mangkuk sup borshnya. Terka-
dang potongan kentang itu ia masukkan dulu ke
mulutnya baru ia menyendok supnya. Terkadang
ia ambil sepotong kecil kentang kukus, ia mas -
ukkan ke dalam mangkuk sup dan ia masukkan
ke dalam mulutnya bersama roti lipyoshka yang
ada dalam sup borshnya. Anastasia benar-benar
menikmati cara memakannya yang berbeda dari
orang -orang Rusia pada umumnya.
"Orang Rusia suka sekali makan kentang."
Gumam Ayyas sambil melihat ujung sendok
Anastasia yang mengangkat kentang kukusnya
dari sup borsh-nya. "Ya, kami orang Rusia sangat mencintai
kentang. Satu hari tanpa kentang adalah penderit-
aan bagi orang Rusia. Orang Rusia tidak bisa
hidup tanpa makan kentang. Kentang adalah ke -
banggaan orang Rusia, bahkan nyawa orang
Rusia." Jawab Doktor Anastasia.
"Kalau begitu bisa jadi di dunia ini yang pal-
ing banyak makan kentang adalah orang Rusia."
"Kau benar." "Selain kentang apa yang paling tidak bisa
dipisahkan dari orang Rusia""
"Teh panas, dan Vodka. Tapi aku tidak suka
Vodka." Ayyas menganggukkan kepalanya. Ia sudah
menyikat habis menu yang dipilihnya. Anastasia
masih sibuk menghabiskan sisa-sisa kuah supnya.
Setelah mangkuknya bersih, ia menyeruput teh
panasnya yang kini jadi hangat.
"M m boleh aku tanya sedikit"" Kata Anastas -
ia agak ragu. " Boleh tentu saja."
"Maaf kalau pertanyaanku ini akan menggang-
gumu." "Semoga tidak."
"Maaf, ini sedikit tentang Islam. Kau orang
Islam kan"" "Iya. Aku orang Islam. Kau tadi lihat sendiri
aku shalat seperti orang Islam mana pun di selur-
uh dunia." "Iya ini tentang cara shalat kalian. Cara kalian
menyembah sesembahan kalian. Begini, katanya
Islam melarang manusia menyembah berhala
seperti yang aku baca di internet, tetapi mengapa
ketika shalat, mereka menurutku justru melak-
ukan satu kebodohan dengan menyembah batu
persegi empat yang mereka sebut ka'bah. Tidak
tanggung-tanggung, mereka menyembah batu
persegi empat itu lima kali sehari. Kau bisa men-
jelaskan sesuatu padaku!" Dan, maaf, jika
perkataanku ini menyinggungmu!"
Ayyas agak kaget mendengar pertanyaan Dok-
tor Anastasia Palazzo itu. Ia berusaha tetap ten-
ang, meskipun dari pertanyaan itu ada tuduhan
bahwa dirinya melakukan kebodohan ketika shal-
at. Doktor muda yang cemerlang itu
berpandangan orang-orang Islam menyembah
batu. Ayyas berbaik sangka, Doktor Anastasia
berpandangan seperti itu hanya karena ketidak-
tahuannya akan ajaran Islam yang sesungguhnya.
Dan dengan adanya pertanyaan yang keluar dari
mulut Doktor Anastasia ia jadi tahu kira-kira sep -
erti apa orang-orang yang bukan Muslim dalam
memandang orang Muslim. Bisa jadi yang punya
pendapat seperti Doktor Anastasia sangat banyak
di muka bumi ini, yang berarti banyak sekali or-
ang yang salah melihat Islam.
Ayyas berusaha menjawab apa yang ditan-
yakan oleh Doktor Anastasia sebaik mungkin. Ia
berharap, bahasa yang ia gunakan dapat dipahami
Doktor Anastasia dengan baik.
Setelah menarik nafas Ayyas menjawab,
"Ka'bah, sesungguhnya hanyalah kiblat, yaitu
arah di mana kaum Muslim menghadapkan wa-
jahnya ketika shalat. Jadi ketika shalat seorang
Muslim samasekali tidak menyembah ka'bah
yang tak lain adalah batu persegi empat. Sekali
lagi tidak. Yang disembah seorang Muslim han-
yalah Allah, Tuhan seru sekalian alam. Yang
diikrarkan seorang Muslim p ertama kali masuk
Islam adalah aku bersaksi tidak ada Tuhan kecu-
ali hanya Allah. "Anda bisa bertanya kepada Muslim yang
masih anak-anak sekalipun. Silakan Anda tanya
mereka, menyembah apa mereka ketika shalat"
Menyembah ka'bah atau menyembah
Allah. Bisa dipastikan, leher saya ini jadi
taruhannya, mereka akan menjawab bahwa
ka'bah hanyalah arah di mana harus menghadap
ketika shalat, tak lebih. Yang mereka sembah
adalah Allah. Mereka rukuk dan sujud hanya ke-
pada Allah semata. "Perlu Doktor Anastasia ketahui, di dalam
Islam tata cara ibadah semuanya diatur secara
sempurna. Yang mengatur tata cara ibadah itu
adalah Allah. Rasulullah hanyalah utusan Allah
yang menjelaskan tata cara ibadah itu. Tidak ada
campur tangan manusia dalam hal aturan dan tata
cara ibadah kepada Allah. Termasuk ke arah
mana wajah ini harus dihadapkan ketika ibadah.
Allah sendirilah yang menentukan ke mana wa-
jah hamba-Nya menghadap ketika beribadah
kepada-Nya. Di dalam Al -Quran, surat Al-
Baqarah ayat 144, Allah berfirman: 'Sungguh
Kami sering melihat mukamu menengadah ke
langit, maka sungguh Kami akan memalingkan
kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram dan di mana
kamu berada palingkanlah mukamu ke arahnya.'
"Tujuan menghadap arah yang sama, yaitu ke
arah ka'bah adalah untuk menyatukan umat Islam
di mana pun mereka berada. Jika tidak disatukan
kiblatnya, umat Islam akan susah melakukan
shalat berjamaah. Dalam satu masjid bisa terjadi
ada yang shalat menghadap ke utara ada yang
menghadap ke selatan, ada yang menghadap ke
tenggara dan lain sebagainya. Ibadah shalat jadi
tidak khusyuk. Persatuan tidak mudah tercipta.
"Demi menyatukan umat Islam di mana pun
mereka berada, Allah memerintahkan umat Islam
menghadap ka'bah ketika shalat. Jika ia berada di
sebelah utara ka'bah berarti dia harus menghadap
ke selatan, seperti orang Islam di Moskwa ini.
Jika orang Islam itu ada di sebelah timur ka'bah
berarti harus menghadap barat seperti orang
Islam di Indonesia. Jadi sekali lagi umat Islam
tidak menyembah ka'bah. Tuduhan seperti yang
Doktor Anastasia sampaikan sesungguhnya
samasekali salah, karena hanya purbasangka
yang tidak ada dasarnya. "Kalau kita baca sejarah dengan seksama,
yang menggambar peta dunia pertama kali adalah
orang Islam. Orang Islam menggambar peta
dunia dengan petunjuk arah selatan menghadap
ke atas, sedangkan arah utara menghadap ke
bawah. Dan bangunan ka'bah berada di tengah-
tengahnya. Jadi dalam pandangan orang Islam,
saat itu ka'bah berada di tengah-tengah peta
dunia. Kemudian para pembuar peta dari Barat
menggambar dunia dengan cara terbalik, artinya
arah utara menghadap ke atas dan arah selatan
menghadap ke bawah. Alhamdulillah ka'bah juga
tetap berada di bagian tengah peta dunia.
"Doktor juga harus tahu, di ka'bah ada batu
hitam yang disebut hajar aswad. Ada riwayat
menarik, Umar bin Khattab ra. pernah berkata
kepada hajar aswad, 'Saya tahu engkau hanyalah
sebuah batu yang tidak bermanfaat dan tidak
merugikan. Jika aku tidak pernah melihat
Rasulullah menyentuh kamu, maka aku tidak
akan menyentuh kamu.' "Lihat, apa kata-kata Umar kepada hajar as -
wad, yang juga adalah salah satu batu di ka'bah"
Umar mengatakan bahwa hajar aswad tak lebih
sebuah batu yang tidak membawa manfaat dan
membawa kerugian. Sekali lagi tak lebih dari se-
buah batu. Tak ada seorang pun di kalangan umat
Islam yang beranggapan, batu-batu yang bertum-
puk jadi ka'bah itu adalah Tuhan. Samasekali
tidak ada yang beranggapan demikian.
"Di zaman ketika Rasul kami, Muhammad
Saw. masih hidup, bahkan ada orang yang
bernama Bilal bin Rabbah berdiri di atas ka'bah
dan mengumandangkan azan dari atas ka'bah.
Kalau orang Islam menyembah ka'bah, ba-
gaimana mungkin seorang penyembah
menginjak-injak Tuhan yang
disembahnya" Bilal bin Rabbah berdiri men-
ginjak ka bah tidak ada masalah. Sebab ka'bah
hanyalah sebuah batu, tak kurang tak lebih. Jadi,
anggapan Doktor Anastasia bahwa ora
ng Islam menyembah batu sangat jauh dari benar. Yang
disembah oleh orang Islam hanyalah Allah,
Tuhan seru sekalian."
Jawaban Ayyas yang runtut dan halus itu
membuat Doktor Anastasia menjadi mengerti
kenapa umat Islam menghadap ke ka'bah. Dalam
pojok hatinya ia merasa salah sangka kepada or-
ang Islam selama ini. Jawaban Ayyas sedikit
membuka wawasannya. Ia belum pernah me -
nemukan jawaban segamblang dan sedetil itu. Ia
jadi penasaran ingin bertanya banyak hal pada
Ayyas tentang Islam. "Boleh aku bertanya lagi""
"Boleh saja." "Maaf, tadi aku lihat caramu beribadah. Sekali
lagi maaf, kau meletakkan keningmu ke tanah
berkali-kali. Menurutku itu sangat primitif.
Kenapa ritual ibadahnya harus ada sujud
meletakkan kening di atas tanah, seperti cara
suku-suku asing di belantara yang tidak tersentuh
peradaban yang sehat. Apakah tidak ada cara
ibadah yang lebih modern dan sehat. Jujur saja
aku agak jijik melihatnya. Aku tidak bisa mem-
bayangkan kalau diriku harus sujud di lantai sep -
erti itu. Sekali lagi, maaf kalau
menyinggungmu." Pertanyaan Doktor Anastasia membuat tubuh
Ayyas gemetar. Ia ingin marah karena cemburu
cara ibadahnya diremehkan, tapi ia tidak boleh
marah pada orang yang tidak tahu. Ia berusaha
mengendalikan diri sebaik mungkin. Ia harus
menjelaskan apa yang bisa ia jelaskan. Jika masih
juga tidak membuat Doktor Anastasia puas, ya ia
tidak bisa memaksa orang untuk puas atau men-
erima penjelasannya. "Ada pepatah Arab mengatakan al insan a'dau
ma jahilu. Artinya, manusia adalah musuh se-
suatu yang tidak diketahuinya. Misalnya karena
saya tidak tahu ilmu konstruksi bangunan, bisa
dipastikan kalau saya diminta menghitung
kekuatan sebuah bangunan, atau menaksir berapa
ketebalan beton untuk suatu bangunan berlantai
lima, saya angkat tangan. Kalau saya tetap
dipaksa itu akan jadi musuh saya, yang akan ter-
us menghantui saya. Sebab, saya bodoh di bidang
itu. Kalau saya masuk program doktor terus saya
diuji materi itu pasti saya akan gagal, sebab saya
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak tahu ilmunya. Itu sekali lagi jadi musuh
saya. Tetapi di bidang yang saya tahu dan saya
kuasi dengan baik. Bidang itu jadi sahabat saya,
jadi penolong saya. Begitulah makna pepatah
Arab itu. "Saya tidak heran Doktor Anastasia
mengatakan apa yang telah Doktor katakan tadi.
Itu semata-mata karena Doktor Anastasia belum
tahu. Kalau Doktor tahu, saya yakin Doktor akan
punya pandangan yang berbeda.
"Islam seutuhnya datangnya dari Allah. Itu
yang kami yakini dan bisa dibuktikan keben-
arannya dengan timbangan ilmiah. Semua
ajarannya datangnya dari Allah, Tuhan seru
sekalian alam. Tata cara, ibadah dalam Islam
diatur oleh Allah. Allah menjelaskannya kepada
Nabi Muhammad, dan Nabi Muhammad men-
jelaskannya kepada umatnya. Maka cara shalat
umat Islam di seluruh dunia sama. Takbirnya
sama. Bacaannya sama. Gerakannya juga sama.
"Shalatnya umat Islam saat ini, yang ada
sujudnya, adalah sama dengan shalatnya para
nabi dan rasul sebelumnya. Nabi Adam, Nuh,
Idris, Ibrahim, Ismail, Ishak, Musa, Yunus, Daud,
Sulaiman, Yahya, Isa dan seluruh nabi sebelum
Nabi Muhammad menyembah Allah dengan cara
yang sama dengan umat Islam saa t ini. Yaitu
dengan rukuk dan sujud yang disebut shalat.
"Itu adalah cara beribadah terbaik yang
diajarkan Allah kepada manusia sejak manusia
ada. Cara beribadah yang paling beretika dan pal-
ing modern bagi orang-orang yang benar-benar
beriman kepada Allah. "Islam artinya menyerahkan diri secara total
kepada Allah, tunduk secara penuh kepada Allah.
Maka di dalam ajaran Islam, saat dan tempat
yang paling dekat seorang hamba dengan Allah
adalah ketika hamba itu sedang sujud kepada
Allah. "Ketundukan seorang Muslim yang total ke -
pada Allah nampak jelas ketika dia sujud kepada
Allah. Kepala dan muka adalah bagian paling
mulia bagi manusia. Bagian yang paling mulia itu
harus ditundukkan sepenuhnya dengan keikhlas -
an kepada Allah. Tidak ada yang lebih mulia dari
Allah, tidak ada yang lebih agung dan lebih besar
da'ri Allah. Inilah ibadah yang total tidak
setengah-setengah. Penyembahan yang total ke -
pada Allah. "Ketika seseorang sujud kepada Allah, berarti
dia siap untuk melaksanakan seluruh perintah Al-
lah dan siap untuk menjauhi seluruh larangan Al-
lah. Artinya, di luar shalat pun dia siap sujud ke -
pada Allah, patuh kepada Allah tanpa keraguan
sedikit pun. "Doktor tidak boleh melupakan hal penting.
Di dalam Islam, rukun pertamanya adalah
syahadat, bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah
dan Muhammad adalah utusan Allah. Ketika
seseorang mengatakan aku bersaksi tidak ada
Tuhan selain Allah, artinya orang itu hanya akan
beribadah kepada Allah saja. Dia hanya boleh
sujud kepada Allah saja. Dia hanya boleh mele -
takkan keningnya ke tanah kepada Allah saja.
Selain kepada Allah tidak boleh. Dia hanya men-
jadi hamba Allah, hanya tunduk kepada Allah.
Selain kepada Allah dia tidak boleh tunduk ap -
alagi sujud.i "Jadi kalau boleh saya berkata, saya ingin
mengatakan sesungguhnya di atas muka bumi ini
yang paling merdeka adalah orang Islam. Sebab
orang Islam hanya tunduk kepada Allah, hanya
menyembah kepada Allah. Umat Islam tidak
menyembah sesama manusia, atau manusia yang
dianggap Tuhan. Umat Islam hanya sujud kepada
Allah semata. Inilah cara ibadah para nabi dan ra-
sul sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad.
"Tidak ada cara ibadah yang lebih total
menyembah Allah selain daripada Islam. Dan
tidak ada kemerdekaan yang lebih merdeka selain
daripada Islam. Doktor Anastasia boleh saja
mengatakan, aku patuh dan tunduk kepada
Tuhan, tapi Doktor masih merasa jijik saat di-
minta Tuhan meletakkan kening ke tanah, sujud
kepada Tuhan. Sekali lagi sujud kepada Tuhan,
bukan sujud kepada makhluk ciptaan Tuhan.
Apakah dia benar-benar ikhlas dan total
menyembah Tuhan. Kepada Tuhan masih merasa
jijik" Menurut saya, maaf, orang seperti itu masih
sombong, dia masih merasa setara dengan Tuhan,
sebab ia tidak mau sujud kepada Tuhan.
"Itu penjelasan secara teologis. Saya tadi
menyampaikan bahwa ibadah kami, umat Islam
adalah cara ibadah yang paling modern dan bisa
dibuktikan secara ilmiah. Sudah banyak pakar
kesehatan yang meneliti seluruh gerakan shalat,
dan hasilnya menakjubkan. Seluruh gerakan shal-
at membawa manfaat kesehatan yang menakjub -
kan bagi umat manusia. Bahkan waktu-waktu
shalat itu sangat bermanfaat dalam mengatur
irama proses -proses fisiologi dalam tubuh. Ke-
lima waktu shalat wajib sangat sesuasi dengan
perubahan-perubahan biologis yang penting
dalam tubuh. Shalat yang dilakukan dalam tubuh
bisa mengontrol keseimbangan enzim dalam tu-
buh, yang menjadikan tubuh selalu sehat. Dan
pada gilirannya kesesuaian itu menjadikan shalat
lima waktu sebagai conditional reflexyang
berpengaruh seiring dengan perputaran waktu.
"Saya tidak ingin menjelaskan semua bukti
ilmiah. Hanya sebagian kecil saja. Langsung saja
saya masuk pada sujud. Sujud yang menurut
Doktor sangat menjijikkan dan primitif. Maaf,
agaknya Doktor kurang banyak membaca di luar
sejarah. Jadi pengetahuan Doktor hanya tentang
teori sejarah. Itu pun Doktor tidak tahu sejarah
ibadah para nabi dan rasul.
"Kalau Doktor membaca buku-buku kesehatan
populer saja, Doktor akan tahu bahwa gerakan
rukuk dan sujud sangat bermanfaat bagi kaum
perempuan, khususnya perempuan yang sedang
hamil. Seringkah masalah utama perempuan
hamil adalah kesulitan pencernaan yang mem-
buatnya merasa kembung bahkan muntah.
Dengan izin Allah, shalat dapat mengatasi kesul-
itan pencernaan perempuan hamil ini. Rukuk dan
sujud akan menguatkan otot-otot dinding perut
dan membantu perut dari kekerutan, sehingga
bisa menyelesaikan kerjanya secara maksimal.
"Ada lagi gerakan-gerakan senam pada
minggu-minggu terakhir kehamilan yang sama
persis dengan gerakan rukuk dan sujud ketika
shalat. Gerakan ini sangat penting dan berguna
untuk mendorong janin agar tetap di jalur alam-
inya di dalam tulang pinggul, sehingga proses
persalinan nantinya lancar dan normal.
"Tidakkah Doktor pernah membaca, banyak
orang Jepang yang menjatuhkan diri ke lantai
lalu sujud ketika merasa tertekan dan stres.
Dengan sujud itu mereka merasa lebih segar dan
lebih enteng kepalanya. Mereka samasekali tidak
tahu bahwa sujud adalah salah satu rukun shalat
umat Islam. Penelitian kedokteran modern
m engatakan, sujud bisa menjadi cara yang baik
untuk menghilangkan kegelisahan dan kegunda-
han seseorang. Seorang Muslim ketika sujud
akan merasakan hembusan angin ketenangan, dan
belaian cahaya tauhid yang menyejukkan pikiran
dan jiwa. "Terakhir saya ingin sampaikan apa yang per-
nah di katakan oleh Dr. Alexis Karel, peraih
Nobel bidang kedokteran, 'Shalat menciptakan
satu aktivitas yang menakjubkan di dalam sistem
tubuh dan organ-organnya. Saya telah banyak
melihat orang-orang sakit yang tidak berhasil dis -
embuhkan oleh obat-obat konvensional, namun
shalat mampu menyembuhkan mereka secara
total. Shalat seperti logam rodium, sumber radi-
asi, dan pembangkit energi otomatik. Saya telah
menyaksikan sendiri efek shalat dalam mengatasi
berbagai penyakit seperti TBC, radang tulang,
luka bernanah, kanker dan lain-lain.'
"Itu yang bisa saja jelaskan Doktor. Memang
sebaiknya kita tidak menghukumi sesuatu hanya
berdasarkan perasaan dan praduga tanpa dasar.
Maaf, tanpa bermaksud menasihati, alangkah
baiknya jika Doktor Anastasia juga banyak mem-
baca di luar teori-teori sejarah, agar wawasan
Doktor lebih luas lagi dan pandangan Doktor
tidak terkesan sempit."
Panjang lebar Ayyas menjelaskan kebenaran
yang ia yakini kepada Doktor Anastasia Palazzo.
Ia berusaha menjelaskan sedetil dan sehati-hati
mungkin. Ia berharap Doktor Anastasia bisa
menerima penjelasannya. Ia juga berharap tidak
ada satu kalimat pun dalam menjelasannya yang
akan menyinggung rasa keberagamaan Doktor
Anastasia. Sementara itu, Doktor Anastasia samasekali
tidak menyangka Ayyas akan memberi penjelas -
an yang sedemikian gamblangnya. Ia merasa sa-
lut pada pemuda itu berikut kecerdasan yang
menyertainya. Toh begitu, ada juga yang meng-
ganjal di hatinya. Ya, sindiran Ayyas kepadanya
sebagai orang yang kurang membaca, meskipun
disampaikan Ayyas dengan ekstra hati-hati, sung-
guh membuat hatinya berselimut
amarah yang terpendam dalam dada. Sebuah
amarah yang biasa terbit kala seseorang dising-
gung kecerdasannya. Amarah yang mudah mun-
cul dan mudah tenggelam. Amarah itu manusiawi
menurutnya. Meski amarah itu sempat menghinggapinya,
Doktor Anastasia justru merubahnya menjadi
"cambuk motivasi" untuk membaca lebih banyak
lagi dan lebih banyak lagi. Yang jelas, dia akan
mencari informasi yang detil seputar apa yang
dijelaskan Ayyas. Apakah pemuda itu menyam-
paikan hal yang benar dan dapat dipertanggung-
jawabkan secara ilmiah ataukah ia hanya membu-
al belaka alias cepukha, omong kosong.
Doktor Anastasia bangkit dari tempat du-
duknya. Ia mengajak Ayyas kembali ke ruang
Profesor Tomskii untuk berbincang-bincang
tentang teori sejarah total. Besok-besok masih
ada waktu. Di lain waktu yang lebih tepat ia akan
menanyakan, kenapa umat Islam harus shalat
dengan cara yang menurutnya primitif seperti itu.
Dan di lain waktu pula, ia akan kembali men-
anyakan banyak hal kepada Ayyas tentang Islam,
yang menurutnya primitif. Tentu dengan bekal
pengetahuan yang lebih siap sebelumnya. Ayyas
mengiyakan ajakan Anastasia. Mereka berdua
meninggalkan stolovaya dengan saling memen-
dam tanda tanya. Tanda tanya yang kelak, sangat
mungkin kian menumbuhkan benih-benih kek-
aguman di antara mereka. Bepih-benih kekagu-
man jenis apakah itu" Hanya angin dingin kota
Moskwa yang akan menjawabnya.
*** 16. Gejolak di Hati Linor
Tengah malam itu salju tidak turun, tapi udara
di luar tetap sangat dingin. Linor duduk termang-
gu di depan pianonya dengan wajah suram. Ia tu-
tup pintu kamarnya rapat-rapat. Entah kenapa ia
merasa hidupnya terasa sangat hampa. Ia telah
mendapatkan hampir semua yang ia inginkan.
Kebebasan hidup yang ia dambakan, ia sudah
menggenggamnya. Sudah delapan tahun ia bebas
dari segala aturan kedua orangtuanya. Uang yang
melimpah ia punya. Bahkan ia bisa keliling dunia
tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun kalau ia
mau. Hidup dihormati banyak orang pun telah ia ra-
Konspirasi Conspiracy 1 Kutukan Jason Kisah Seri Misteri Friday The 13 Karya Eric Morse Setan Harpa 9
"Iya, dia wisatawan dari Afrika Selatan. Sete-
lah saya ajak keliling Lapangan Merah dia minta
ditunjukkan tempat makan siang yang en
ak. Maka saya bawa kemari."
"Okay kalau begitu selamat bekerja."
"Terima kasih. O ya bagaimana pundak
kirimu"" "Sudah baik. Ini Pak Joko yang mengobati."
Jawab Ayyas sambil menunjuk ke Pak Joko. Pak
Joko mengangguk dingin pada Yelena.
"Baik sampai ketemu lagi." Kata Yelena
seraya mengajak lelaki berkulit hitam memasuki
restoran. Begitu Yelena masuk, Pak Joko langsung ber-
tanya kepada Ayyas, "Kau kenal dia""
"Iya kenal Pak. Dia satu apartemen dengan
saya. Cuma beda kamar."
"Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'un." Kata Pak
Joko spontan dengan wajah sangat kaget.
"Kenapa Pak"" Tanya Ayyas penasaran meli-
hat reaksi Pak Joko. "Kau tidak tahu siapa dia" Apa profesinya""
"Yang saya tahu namanya Yelena. Katanya
dia bekerja di sebuah agen pariwisata sebagai
guide para wisatawan."
"Dia jujur sekaligus bohong padamu."
"Apa maksud Pak Joko."
"Mungkin nama aslinya Yelena. Tapi naman-
ya yang populer adalah Lisa Nikolaevna. Dia
pelacur papan atas. Ya, dia guide bagi wisatawan
maksudnya guide plus. Belum lama ini dia
dipakai seorang pejabat dari Jakarta yang berkun-
jung kemari." "Bapak tidak salah orang""
"Tidak. Kalau mau coba saja kaucari diinter-
net nama Lisa Nikolaevna, kau akan lihat
semuanya setelah masuk window khusus di sit-
usnya. Window itu ada paswordnya, dan pas -
wordnya adalah kata lisa dibalik."
Mendengar keterangan Pak Joko, tubuh Ayyas
langsung gemetaran. Apa yang diperbuat oleh
Linor yang seperti binatang jalang itu sudah ia li-
hat dengan mata dan kepala sendiri. Dan kini ia
tahu siapa Yelena sebenarnya.
Sampai saat ini ia masih selamat. Tapi apakah
ia bisa selamat jika terus tinggal bersama dua
perempuan yang hidup sangat bebas seperti itu.
Ia tidak membayangkan kalau hidup di Moskwa
akan seberat ini bagi yang memegang teguh iman
seperti dirinya. Kalau bagi yang ingin hidup be-
bas tanpa aturan moral dan agama, mungkin
Moskwa adalah surganya. Sebab kota Moskwa
juga dikenal sebagai surganya pecandu seks
bebas dan kotanya kaum gay. "Jadi memang benar. Kau harus pindah dari
sana segera. Saya akan membantu semampu
saya. Sekarang ayo kita ke masjid Balsoi Tatarski
untuk shalat Zuhur." Ajak Pak Joko.
"Mari Pak. Semoga dengan shalat kita terhin-
dar dari perbuatan keji dan munkar."
"Amin. " Ucap Pak Joko sambil men-
engadahkan telapak tangan ke atas lalu men-
gusapkan kedua telapan tangannya ke mukanya.
Dalam hati Ayyas masih bisa bersyukur bah-
wa di kota seperti Moskwa masih ada masjid.
Masih ada orang-orang yang rukuk dan sujud ke-
pada Allah Azza wa Jalla.
*** 11. Catatan Sejarah Kelam
Selesai shalat Zuhur Ayyas bingung mau ke
mana. Mau pulang ke apartemen masih siang,
dan ia sudah merasa tidak nyaman lagi kembali
ke apartemen. Mau jalan- jalan, tidak ada rencana
yang matang. Dia selalu melakukan aktivitas
dengan rencana yang jelas dan matang. Mau ke
MGU, ia tidak tahu mau apa persisnya di sana
kalau Doktor Anastasia mungkin sudah tidak di
tempatnya dan ruangan Profesor Tomskii sudah
tidak boleh dibuka. Setelah berpikir beberapa saat, yang paling
baik menurutnya adalah pergi ke MGU, dengan
syarat ruangan Profesor Tomskii boleh ia gun-
akan sampai malam. Untuk memastikan hal itu ia
bisa bertanya kepada Doktor Anastasia lewat tel-
pon. Maka tanpa membuang waktu lagi ia lang-
sung mengontak Doktor Anastasia. Saat itu Dokt-
or Anastasia sudah sampai di apartemennya.
Doktor muda itu sudah ganti pakaian santai dan
sibuk menulis paper yang ia persiapkan untuk
menjadi pembicara seminar internasional di kota
Praha. "Doktor Anastasia, zdrafstuitet, kak vasha
dela (Hallo, apa kabar)" Sapa Ayyas begitu tel-
pon di seberang diangkat. Ia menyapa Doktor
Anastasia menggunakan bahasa yang sangat
formal. " Ya Vso Kharasyo (Aku baik-baik saja).
Siapa ini"" Jawab Anastasia sambil terus men-
getik dengan jari- jari tangan kanannya, sementara
tangan kirinya memegang ponsel dan menem-
pelkannya di telingan kirinya.
"Saya Ayyas Doktor."
"Aaa. Eta vi! (Aa. Ini kamu ya!) Bagaimana
pundak kirimu"" Jawab Anastasia antusias tapi
lembut. Ia langsung berdiri meninggalkan
laptopnya dan menuju ruang tengah. Ia senang
sekali mendengar suara Ayyas.
Baginya, suara Ayyas seumpama oase di padang sahara bagi
para pengelana. "Sudah baik. Ada orang Indonesia di kedutaan
yang bisa membetulkan letak tulang yang salah
dengan mengurutnya."
"O hebat orang itu ya."
"Saya beruntung ketemu dia, jadi tidak perlu
dibawa ke medical centre"
"Saya ikut senang. Hai, kenapa kau nelpon
saya" Ada yang bisa saya bantu, Ayyas"" Selidik
Anastasia penasaran. "Doktor Anastasia masih di kampus""
"Saya sudah pulang. Sudah sampai apartemen
satu jam yang lalu."
"Padahal saya berharap Doktor masih di kam-
pus, .tapi tidak apa. Saat ini saya sedang bersiap
mau ke kampus, apa ruangan Profesor Tomskii
bisa saya gunakan sampai malam" Maaf."
"O bisa. Kau datang saja. Bibi Parlova masih
di sana. Dia pulang pukul tujuh malam. Kunci
ada padanya, kau bisa memintanya. Kau juga
bisa minta dibuatkan teh hangat kalau mau."
"Baik. Terima kasih Doktor."
"Ya. Ada hal lain yang perlu bantuan saya
lagi"" tanya Anastasia separo basa-basi, separo
mengulur-ulur pembicaraan.
"Tidak. Itu saja Doktor. Terima kasih," jawab
Ayyas datar. "Baiklah. Sama-sama."
Setelah mengetahui Ayyas akan ke kampus,
Doktor Anastasia sebenarnya ingin pergi juga ke
sana. Ia merasa akan lebih nyaman menulis papei
di ruangan Profesor Tomskii, sambil bisa diskusi
dengan Ayyas. Tapi lagi -lagi ia merasa, jika ia
pergi ke kampus itu berarti ia telah merendahkan
harga dirinya sendiri. Ayyas pasti akan bertanya-
tanya dalam hati, kenapa Anastasia menyusul ke
kampus padahal sudah pulang ke apartemen.
Karena berpikiran seperti itu, Doktor Anastasia
mengurungkan niatnya pergi ke kampus. Ia ber-
harap Ayyas besok juga ada di kampus.
Sementara Ayyas, setelah ia memastikan dir-
inya bisa menggunakan ruangan Profesor Tom-
skii sampai malam, ia merasa menemukan jalan
yang lurus dan indah. Ia minta diri pada Pak Joko
Santoso, lalu berjalan cepat menuju stasiun
Metro Tretyakovskaya. Dari Tretyakovskaya ia
meluncur mencari jalur metro yang
mengantarkannya sampai di stasiun Metro
Universitet. Sampai di kampus ia langsung bergegas ke ru-
ang Profesor Tomskii. Di lorong ia berpapasan
dengan banyak mahasiswi yang asyik bersenda
gurau. Ada juga di antara mereka yang
menyapanya dengan nada agak menggoda. Ia
hanya melambaikan tangan dan tersenyum pura-
pura tidak mengerti bahasa mereka. Di antara
mereka, ada mahasiswi yang
wajahnya paling cemerlang di antara yang
lain. Rambutnya yang hitam ia potong pendek
seperti gaya Demi Moore dalam sebuah filmnya
tahun sembilan puluhan. Mahasiswi berwajah ce -
merlang itu juga ikut-ikutan seperti teman-
temannya. Dengan nada bergurau mahasiswi itu
bergurau, "Hei tampan kau sudah punya pacar""
Ayyas terus berjalan dengan samasekali tidak
menghiraukan gurauan gadis -gadis yang sedang
usil itu. Sepuluh menit kemudian ia sudah sampai
di depan ruangan Profesor Tomskii dan Bibi Par-
lova sudah menunggu di sana.
"Bibi menunggu saya"" Tanya Ayyas
penasaran. "lya. Ini kuncinya." Jawab perempuan tua
berkerudung kosinka putih sambil menyerahkan
kunci ruangan. "Bagaimana Bibi tahu saya mau ke sini"" Tan-
ya Ayyas penasaran. "Doktor Anastasia baru saja menelpon. Dia
yang memberitahu, dan dia memintaku untuk
menunggumu di sini." Jelas Bibi Parlova sambil
memb etulkan letak kaca matanya yang kecil
bundar tapi agak tebal. "Terima kasih Bibi Parlova." "Rencana kau
mau sampai jam berapa"" "Bisa jadi sampai jam
sebelas malam Bibi." "Baik. Biar aku beritahu
bagian keamanan. Oh ya kau mau teh panas""
"Boleh Bibi." "Baik tunggu sepuluh menit."
Ayyas membuka ruangan khusus Profesor
Tomskii itu. Ia copot sepatunya. Melepas
paltonya dan meletakkannya pada tempat yang
telah disediakan. Setelah itu menyalakan lampu
dan pemanas ruangan. Nampaklah sebuah ruan-
gan yang didesain indah dan segar. Ruangan
yang rapi dan membuat betah para pencinta se-
jarah untuk berlama-lama di dalamnya. Ruangan
yang didesain dan ditata langsung oleh tangan
dingin Profesor Abraham Tomskii.
Ayyas meletakkan tas rase'lnya di dekat sofa
lalu merebahkan badannya ke sofa sejenak.
Pundak kirinya masih sedikit nyeri tapi sudah
jauh lebih nyaman. Ayyas merasa punggungnya
begitu nyama n menyentuh sofa yang berbusa itu.
Ia memejamkan matanya, mengistirahatkan
syaraf -syarafnya. Tak terasa ia langsung terlelap.
Ia samasekali tidak sadar ketika Bibi Parlova
datang membawa secangkir teh panas.
Ayyas terbangun ketika ponselnya
melengking -lengking. Ia memang memasang
alarm pada ponselnya untuk menandai datangnya
waktu shalat. Ayyas bangun tergagap. Ia lang-
sung sadar ia ada di ruangan Profesor Tomskii.
Di atas meja ada secangkir teh yang sudah din-
gin. Berarti ia terlelap cukup lama. Ia seruput teh
itu. Lalu berwudhu dan menegakkan shalat. Ayy-
as rukuk dan sujud di ruangan itu dengan penuh
rasa khusyuk dan menyatu dengan keagungan
rahmat Allah Subhanahu wa Taala.
Setelah shalat Ayyas menyalakan laptopnya.
Ia nyalakan bunyi ayat-ayat suci Al- Quran yang
dibawakan dengan tartil dan indah oleh Syaikh
Sa'ad Al Ghamidi. Suara murattal itu ia nyalakan
pelan, dalam batas yang tidak terdengar dari luar
ruangan. Rencana Ayyas kali ini adalah membaca se-
jarah Rusia kontemporer. Terutama sejak masa-
masa akhir kekaisaran Tsar di Rusia. Lalu
runtuhnya kekuasaan Nicolas Romanov, Tsar
terakhir Rusia di tangan Lenin. Lalu Lenin mem-
bentuk Uni Soviet. Kemudian masa pemerintahan
Stalin. Sampai akhir pemerintahan Stalin.
Ayyas melihat buku-buku referensi induk
yang dikoleksi oleh Profesor Tomskii. Ia
mengambil buku sejarah Rusia yang berjilid- jilid.
Ia teliti sebentar lalu ia mengambil satu buku
yang menulis kejadian sejarah yang ingin ia baca.
Ia lalu mengambil buku yang menulis biografi
Lenin dan Stalin. Ia membawa tiga buku lalu du-
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
duk di sofa sambil terus membaca dengan
diiringi suara ayat-ayat suci Al -Quran yang diku-
mandangkan Syaikh Sa'ad Al Ghamidi. Ia merasa
sangat nyaman berada di ruangan itu. Suasananya
begitu bersih dan ilmiah.
Setengah jam kemudian Ayyas diliputi rasa
mencekam yang dalam. Buku sejarah itu seolah
layar bioskop yang lebar. Di sana Ayyas melihat
berbagai macam peristiwa yang mencekam dan
tragis dalam catatan perjalanan umat manusia. Ia
masuk ke zaman Lenin dan Stalin.
Dengan didasari ideologi komunis yang diga-
gas Karl Marx dan dengan slogan "tanah", "roti"
dan "perdamaian", Lenin menggerakkan partai
Bolshevik yang radikal untuk memberontak dan
mengambil alih kekuasaan Rusia dengan keker-
asan. Pemberontakan pertama gagal. Lenin mer-
asa, kekerasan yang digunakannya belum mak-
simal. Maka pada bulan Nopember 1917 pem-
berontakan kedua dilancarkan dengan kekerasan
yang lebih maksimal dan total. Lenin
menghalalkan segala cara demi mewujudkan
kegilaan ideologi komunisnya.
Lenin lebih keras dari Karl Marx. Jika Karl
Marx hanya mengisyaratkan perlunya kediktator-
an proletariat sesekali saja, Lenin berbeda, Lenin
mempraktikkan kediktatoran total untuk melang-
gengkan pemerintahan komunisnya.
Kekerasan berdarah terus terjadi di Rusia yang
berubah menjadi Uni Soviet saat itu. Keluarga
Tsar Nicolas Romanov dibantai habis oleh kaum
komunis pengikut Lenin dengan cara yang keji.
Keluarga Tsar dan pengikutnya yang disekap di
pegunungan Urai dibangunkan di tengah malam.
Lalu dibawa ke gudang di bawah tanah. Mereka
ada yang dibayonet dan dipukuli sampai mati.
Kaum perempuannya diperkosa lalu dicincang.
Tsar sendiri dan keluarganya dicincang, disiram
bensin dan dibakar hidup -hidup lalu dilempar ke
sumur bekas tambang. Tak ada keturunan Tsar
yang tersisa. Tragedi kemanusiaan yang mahakejam benar-
benar terjadi berkali-kali waktu itu. Nyawa
manusia tak ada harganya. Kaum perempuan tak
ada nilainya. Siapa yang berani menentang Len-
in, sudah bisa dipastikan binasa dalam kondisi
mengenaskan; mati dengan jasad tanpa rupa. Di
tangan Lenin wajah jahat asli komunis betul-
betul menampakkan wujud aslinya.
Kekerasan, kekejaman, dan kebengisan adalah
ciri utama rezim komunis Lenin. Bagi Lenin, ide
tentang kediktatoran sesungguhnya lebih penting
daripada politik ekonomi negaranya. Memperta-
hankan kekuasaan adalah tujuan utamanya. Dan
atas nama kekuasaan ia bisa menghalalkan segala
cara. Membantai, membunuh, dan mencincang
penentang -penentangnya sampai habis tak tersisa
adalah jalan pertama dan utamanya. Sangat
ben- gis, kejam, mengerikan, biadab dan tidak ber-
perikemanusiaan samasekali.
Ya, ciri pokok pemerintahan Lenin yang
kemudian dipertahankan para penerusnya yang
komunis dan pemerintahan komunis manapun di
dunia, adalah pemerintahan diktator total. Yaitu
teknik mempertahankan kekuasaan untuk jangka
waktu tidak terbatas dengan segala cara yang ada.
Semua lembaga dan perangkat yang ada dalam
negara harus dikontrol dan diawasi dengan detil.
Jika ada yang berbeda dengan pemerintah harus
ditumpas habis sampai ke akar-akarnya.
Di negara itu tidak ada yang boleh mengatur
kecuali negara, dan negara diatur oleh pemimpin
utama. Di negara itu bahkan tidak boleh ada
Tuhan, karena yang jadi Tuhan, yang mengatur
dan mengendalikan rakyat dan semuanya adalah
sang pemimpin negara. Pemimpin negaralah
yang menentukan kaya dan miskinnya bawa-
hannya. Bahkan sang pemimpin negaralah yang
menentukan si A harus mati dan si B boleh
hidup. Itulah yang diterapkan oleh Lenin dan
kemudian diikuti oleh negara-negara komunis
lainnya. lak heran sejak Lenin memegang kekuasaan,
selama dia masih hidup, tidak ada satu negara
komunis di dunia ini yang dapat digulingkan
setelah merebut pemerintahan. Saat itu teori
kediktatoran total benar-benar dijalankan oleh
Lenin tanpa boleh kendor sedikit pun. Kelema-
han Lenin pasti ada, hanya saat itu Lenin mampu
sedemikian ketat menjaga kelemahannya.
Lenin benar-benar nyaris mirip Fir'aun dan
Namrud. Bahkan lebih. Ya, ia lebih kejam
daripada Fir'aun dan Namrud. I enin yang som-
bong, angkuh, kejam dan mahabengis itu
akhirnya mati juga digerogoti penyakit. Kediktat-
orannya tidak sanggup melawan kuman penyakit.
Lenin mati dan digantikan oleh diktator baru
yang mewarisi seluruh ide Lenin, bahkan jauh le -
bih diktator dan lebih kejam. Pengganti Lenin
adalah Stalin. Ayyas membaca banyak pembantaian men-
gerikan yang dilakukan Stalin demi menjaga
kekuasaannya. Jutaan nyawa manusia melayang
di ujung telunjuknya. Ada banyak catatan sejarah
yang menulis kekejaman tokoh komunis psikopat
ini. Saat Stalin berkuasa, ia banyak melakukan
penangkapan terhadap ratusan bahkan ribuan or-
ang di pelbagai daerah di seantero penjuru
Soviet. Mereka yang ditangkap diikat dan dibawa
ke tempat-tempat interogasi yang telah dirancang
rapi. Stalin banyak belajar dari Lenin. Ia
mengadopsi hampir semua cara Lenin, hanya saja
Stalin lebih gila lagi dalam melaksanakannya. Ia
lebih psikopat ketimbang Lenin. Stalin yang be-
rarti baja, lebih keras dan lebih diktator dari
Lenin. Penangkapan besar-besaran warga Soviet yang
tak bersalah itu merupakan bagian awal kejahatan
mesin teror Stalin. Tujuan mesin teror itu bukan
sekadar untuk menghancurkan orang-orang yang
dibidik. Namun lebih dari itu; untuk meremukkan
mereka, menghina mereka, dan memaksa mereka
untuk mengakui diri mereka sebagai "musuh
masyarakat." Dan setelah mereka mengakui hal
itu, maka Stalin bebas melakukan apa saja pada
mereka. Stalin menggunakan pelbagai macam jenis
kekerasan dan penyiksaan guna mempertahankan
rezim komunisnya. Cara Stalin itu dikenal seba-
gai "pengaruh metode fisik" yang dijalankan
Stalin sejak tahun 1937. Stalin menyiapkan badan polisi rahasia yang
dikenal NKVD untuk menyiduk siapa saja yang
dicurigai. Setelah diciduk, orang yang dicurigai
itu lalu diinterogasi dengan cara menyiksanya
sampai mau menuruti kemauan sang penyidik.
Orang-orang yang pernah disiksa oleh rezim Stal-
in dan akhirnya bisa lolos menceritakan bentuk-
bentuk penyiksaan yang sangat biadab.
Di bawah tekanan penyiksaan interogator rez-
im Stalin, orang -orang yang tidak bersalah
terpaksa harus mengakui kesalahan yang tidak
mereka lakukan. Setelah mengakuinya, seringkali
mereka tetap dibinasakan. Karena sadisnya
penyiksaan, mereka lebih memilih segera mati
daripada menderita penyiksaan berkepanjangan.
Catatan-catatan sejarah menulis, yang terjadi
pada waktu itu, penyidik NKVD menyiksa ta-
hanan selama beberapa jam, dan berulang kali.
Penyidik yang kejam bahkan sampai
meremukkan tubuh tahanan. Mereka menim-
pakan pelbagai macam siksaan kepada tahanan.
Mematahkan tangan, atau kaki, mencabuti kuku,
mem anggang korban dengan besi menyala,
bahkan sampai memotong alat vital segala. Sung-
guh biadab dan mengerikan.
Kisah mengerikan yang terjadi pada masa itu
adalah kisah anak gadis Alikhanova. Kisah nyata
yang ditulis di banyak buku di dunia. Disebut di
sana, bahwa anak buah Stalin pernah mengambil
anak gadis Alikhova yang berusia 16 tahun ke
tempat investigasi dan memperkosanya di
hadapan sang ayah. Setelah itu, anak gadis itu
dibunuh dengan cara yang sangat keji. Dan sang
ayah dipaksa menandatangani seluruh pengakuan
keji, bahwa anak gadisnya telah dibebaskan dari
tahanan, namun tewas karena melindaskan diri
pada kereta api. Korban yang meninggal akibat kekejaman
Stalin tercatat sebanyak 20.000.000 orang.
Namun versi lain menulis korban yang tewas
selama Stalin berkuasa antara 40 -50 juta orang.
Pendapat terakhir oleh sebagian ahli sejarah di-
anggap mendekati kebenaran, jika diperhitun-
gkan juga dari korban yang tewas karena
keterlibatan Soviet dalam Perang Dunia II, yang
sebagian besarnya adalah rakyat sipil biasa, di
samping juga para tentara.
Tidak kurang 46 juta rakyat Eropa tewas
dalam Perang Dunia II, dan enam puluh
persennya dari jumlah itu adalah penduduk Uni
Soviet yang dijadikan tumbal oleh Stalin. Tak
kurang 20 ribu rakyat sipil dikorbankan oleh
Stalin sebagai tameng hidup untuk memperta-
hankan dua kota, yaitu Leningrad dan Mokswa
dari serbuan Hitler. Ayyas membaca satu catatan sejarah, ketika
tentara Uni Soviet memasuki Jerman, tak kurang
dari 2 juta perempuan diperkosa oleh tentara Uni
Soviet dan itu menjadi pemerkosaan terbesar
dalam sejarah kebiadaban umat manusia di muka
bumi. Dan yang paling bertanggung jawab atas
kebiadaban itu tak lain adalah Stalin. Sebab
telunjuk Stalinlah yang memerintahkan tentaran-
ya melakukan tindakan-tindakan biadab itu.
Setiap mengenang Perang Dunia II, sebagian
warga Rusia memandang Stalin sebagai pah-
lawan yang berperan besar dalam mengalahkan
Nazi Jerman. Bahkan, mereka sangat membang-
gakan Stalin yang tanpa bantuan sekutu, dapat
melibas Nazi Jerman. Namun sebagian yang lain
menolak pandangan itu. Mereka menganggap
Stalin memiliki kesalahan besar dalam Perang
Dunia II. Korban yang mati sia-sia di tangan
"manusia baja" itu terlalu besar.
Stalin akhirnya mati tiba-tiba. Ada yang
mengatakan ia mati karena virus yang menyerang
otaknya. Ada yang menyebutkan ia mati karena
diracun. Berbagai macam sebab, tetapi kematian
itu tetaplah kematian. Dan siapa pun, sekuat apa
pun tentara yang mengawalnya, akhirnya akan
mati juga. Tak akan ada yang lolos dari kematian,
Stalin mati dengan meninggalkan catatan kelam
dalam sejarah peradaban umat manusia.
Ayyas merasa sangat lelah membaca sejarah
kelam yang ditorehkan Lenin dan Stalin di atas
kanvas kehidupan. Ia bisa membayangkan betapa
susah hidup di zaman itu. Khususnya betapa
susah hidup sebagai seorang Muslim di zaman
itu. Zaman ketika manusia tidak boleh mengakui
adanya Tuhan, semua harus ikut satu ideologi
yaitu komunis. Ayyas langsung teringat peristiwa pemberon-
takan Partai Komunis Indonesia atau biasa dis -
ingkat PKI di Indonesia. Pemberontakan tabun 1948 dan pemberon-
takan tahun 1965. Pada pemberontakan PKI
tahun 1948 di Madiun, tidak sedikit umat Islam
yang dibunuh, dibantai, dan dicincang dengan
cara yang keji dan kejam oleh PKI. Dan pada
pemberontakan G 30/S PKI, para perwira tinggi
TNI diculik dan dihabisi. Sebelumnya PKI telah
lebih dahulu melakukan pembantaian dan intimi -
dasi di mana-mana. Bahkan kakeknya yang hanya petani miskin
dan seorang imam mushalla di kampungnya, juga
tak luput dari pembantaian PKI. Menurut sumber
cerita ibunya, kakeknya digorok lehernya oleh
PKI saat melakukan shalat Subuh berjamaah
dengan beberapa orang kampung. Tak hanya
kakeknya, seluruh jamaah shalat Subuh di mush-
alla kakeknya juga dibantai tanpa sisa oleh PKI.
Ibunya sendiri yang saat itu belum genap ber-
usia tujuh tahun, bisa selamat karena ia pas
kebetulan lagi menginap di rumah Pak Dhe -nya
yang terletak di kampung sebelah. Allah masih
menyelamatkan ibunya dari kebiadaban PKI. Jika
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak, Ayyas pasti tidak akan lahir ke muka bumi
i ni. Ayyas merinding mengingat cerita ibunya itu.
Tak hanya menyelamatkan ibunya, Allah juga
menyelamatkan Indonesia. Pemberontakan G
30/S PKI digagalkan oleh rakyat Indonesia. Jika
tidak, Ayyas tak bisa membayangkan apa yang
akan terjadi pada Indonesia. Mungkin Indonesia
akan mengalami sejarah yang lebih kelam dari
apa yang dilakukan oleh Lenin dan Stalin di Uni
Soviet. Jika korban kekejaman Stalin sampai 20 juta,
mungkin bila PKI berkuasa jumlah manusia yang
dibantai bisa dua kali lipatnya. Sebab metode
Stalin telah menjadi inspirator bagi hampir selur-
uh penguasa komunis di mana pun di dunia, ter-
masuk PKI, yang alhamdulillah, atas izin Allah,
tak bisa menggulingkan NKRI.
Pol Pot yang sangat kejam itu juga seorang
komunis, yang ketika berkuasa meniru apa yang
dilakukan Stalin. Pol Pot adalah bukti bahwa
ideologi komunis bisa merubah secara radikal
manusia yang berbudi halus menjadi manusia
yang buas tidak berperikemanusiaan.
Pol Pot sebenarnya seorang guru yang dikenal
halus budi, tapi setelah ideologi komunis masuk
ke dalam otaknya dan teori Stalin mengalir dalam
darahnya, jadilah ia manusia yang terkenal ke -
jam. Sejarah mencatat, ia telah melakukan pem-
bunuhan massal di Kamboja. Ratusan ribu
manusia mati karena kekejaman Pol Pot yang
kata seorang Kamboja kala itu, "dan dewa-dewa
tidak- berbuat apa-apa untuk menghentikannya."
Alarm di ponsel Ayyas melengking-lengking.
Ayyas harus shalat Maghrib.Ketika hendak tak-
biratul ihram hatinya bergetar hebat. Bahwa ia
bisa shalat dan sujud di ruangan seorang guru be-
sar Universitas Negeri Moskwa (MGU) adalah
nikmat yang agung dari Allah. Sebab itu adalah
hal yang mustahil ia lakukan jika hidup di zaman
Stalin. Di zaman Stalin, bahkan Rektor Universitas
Negeri Moskwa yang bernama Andrei Vysh-
ingky dipilih Stalin untuk menjadi Ketua
Pengadilan yang bertugas mengadili orang -orang
yang akan dihabisi oleh Stalin. Rektor MGU saat
itu adalah bagian dari rezim Stalin yang kejam.
Jika ia shalat di salah satu sudut MGU pada
waktu iru, entah siksaan seperti apa yang akan di-
terimanya dari para interogator Stalin. Yang jelas
ia pasti masuk daftar orang yang harus disirnakan
dari muka bumi, Ayyas shalat dengan mata berkaca-kaca.
Betapa mahalnya kesempatan yang dilapangkan
oleh Allah kepadanya. Ia bisa rukuk dan sujud
tanpa diancam dan diintimidasi. Ia bisa
mendengarkan ayat-ayat suci Al -Quran dengan
nyaman, dan di luar salju kembali turun ke bumi
menjalankan titah Tuhan. *** 12. Di Gerbang Kematian Salju turun perlahan. Jam kota menunjukkan
pukul sebelas kurang sedikit. Sebuah mobil sedan
berwarna hitam meluncur dari utara di atas aspal
Smolenskaya Pereulok. Mobil itu kemudian be-
lok kanan memasuki jalan yang agak sempit.
Tiba-tiba mobil itu berhenti. Sang sopir dan dua
orang laki-laki melihat ke kanan dan kiri, juga
melihat ke depan dan belakang. Setelah dirasa
tidak ada yang melihat, seorang perempuan muda
dilempar begitu saja dari dalam mobil dan lang-
sung jalan. Perempuan muda itu tergeletak tak
berdaya di atas tumpukan salju. Kedua matanya
menengadah ke langit yang hitam berhias titik-
titik salju yang turun perlahan.
Perempuan yang dilempar dari mobil itu tak
lain adalah Yelena. Ia merasa seluruh tubuhnya
remuk. Kedua kakinya tidak bisa digerakkan.
Tangan kanannya ia rasa patah, sedangkan tan-
gan kirinya susah ia gerakkan. Kepalanya ia ra-
sakan nyeri luar biasa. Salju terus turun. Udara semakin dingin.
Gedung-gedung menutup pintu dan jendelanya
rapat-rapat. Yelena merasa sekarat. Belum per-
nah dalam hidupnya ia mengalami penyiksaan
dan penghinaan seperti yang ia alami saat itu. Ia
diperlakukan tidak sebagaimana layaknya
manusia oleh tiga orang lelaki hidung belang. Ia
dicambuk, dipukul dan ditendang bergantian
selama berjam- jam. Empat kali ia pingsan. Dan
begitu bangun ia kembali disiksa, dihina dan
diperlakukan tidak sebagai manusia. Setiap kali
ia berteriak minta tolong atau minta ampun, para
penyiksanya itu justru semakin senang dan se-
makin beringas menghajarnya. Sampai akhirnya
ia pingsan yang keempat kalinya. Ketika bangun
ia sudah ada di dalam mobil dan kemudi
an dilempar begitu saja ke pinggir jalan seperti
kotoran. Yelena berusaha berteriak sekeras -kerasnya
minta tolong. Namun pita suaranya seperti sudah
putus. Saat disiksa berjam- jam ia sudah kehabis -
an suara karena terus menjerit- jerit kesakitan.
Yelena berusaha menggerakkan kedua kakinya,
tapi tidak bisa. Ia sudah seperti lumpuh tak
bertenaga. Sementara salju terus turun dan udara semakin
dingin. Yelena mulai menggigil kedinginan. Jika
dalam satu jam tidak ada yang menolongnya
memasukkan tubuhnya ke tempat yang hangat, ia
akan mati membeku. Ia berharap ada orang yang
lewat jalan kecil itu. Di kejauhan ia melihat satu
dua orang berlalu lalang di jalan besar. Ia berter-
iak minta tolong, tapi suara itu tidak ada yang
keluar. Salju terus turun perlahan. Setitik demi setitik
salju itu menutupi mantel Yelena. Yelena masih
bernafas, tapi ia tidak merasakan apa-apa kecuali
rasa dingin dan rasa sakit yang luar biasa di se-
luruh tubuhnya. Yelena tiba-tiba dicekam rasa takut yang luar
biasa. Ia akan mati! Yelena meneteskan airmata.
Ia bahkan tidak bisa menyeka i airmatanya kar-
ena tangannya terasa kaku tidak bisa digerakkan
lagi. Ia merasa sedang berada di gerbang
kematian. Ia akan mati tak lama lagi. Sebuah
kematian yang sangat tragis. Mati membeku di
pinggir jalan bagai anjing kurap yang
menjijikkan karena berpenyakitan.
Beberapa koran akan memberitakan kema-
tiannya sebagai gembel yang banyak mati di
Moskwa tiap tahun. Jika ada polisi yang mem-
visum mayatnya, pasti akan disimpulkan, bahwa
ia akan dianggap gembel kotor yang bekerja se-
bagai pelacur yang naas digebuki pelanggannya.
Yelena kembali meneteskan airmata. Apakah ia
akan mati sehina itu" Apakah ia benar-benar
akan mati mengenaskan seperti anjing yang mati
membeku di pinggir jalan karena penyakitan"
Ia sangat takut. Ia tidak siap untuk mati. Ia
masih ingin hidup. Tapi siapakah yang akan
menyelamatkannya dalam kondisi sekarang sep -
erti itu" Siapakah yang akan menyelamatkannya"
Ia bertanya-tanya dalam lolongan panjang hat-
inya yang nyaris putus asa.
Ia ingat sesuatu. Ia punya ponsel di saku
paltonya. Ya, jika ia bisa menghubungi polisi
mungkin ia bisa selamat. Atau ia menghubungi
Linor mungkin bisa selamat. Ya, teknologi juga
yang akan menyelamatkannya.
Tapi ia seperti tidak bisa lagi bergerak. Ia
kumpulkan segenap tenaga untuk bergerak. Tan-
gan kirinya ia paksa untuk bergerak. Tidak bisa.
Tangan kanan. Tidak bisa. Seolah tangan itu
bukan tangannya lagi. Seolah tangannya telah
hilang. Ia mencoba sekali lagi. Ia kumpulkan se-
genap semangatnya. Ia harus bisa mengambil
ponselnya. Tangan kirinya sedikit bisa di-
gerakkan. Ia sedikit merasa ada harapan. Ia terus
memaksa. Tangan itu bergerak ke arah saku
paltonya. Terus ia paksa. Akhirnya bisa meraih
ponselnya. Ia harus berusaha lebih keras lagi. Ia tidak
ingin mati. Kalau pun ia harus mati, biarkah ia
mati di atas kasur di dalam kamar dalam aparte-
mennya yang hangat,'jangan di pinggir jalan kecil
dan membeku seperti anjing berpenyakitan.
Ponsel itu perlahan bisa ia raih. Tangan kir-
inya terus ia paksa. Ia gerakkan ke arah mukanya.
Akhirnya ponsel itu sudah berada tepat di depan
hidungnya. Ia merasa harapan untuk hidup ada di
depannya. Pons el itu mati. Dengan jari- jarinya
perlahan ia hidupkan ponsel itu. Tidak juga
hidup. Ia diserbu rasa cemas luar biasa. Ia ingat,
sejak siang baterai ponselnya lemah. Ia belum
sempat mengisinya. Ia tekan tombol untuk
menghidupkan ponsel itu, tetap saja tidak hidup.
Ponsel itu tetap mati! Ia langsung putus asa, be-
rarti ia akan juga mati! Teknologi tidak juga
menyelamatkannya. Salju terus turun perlahan, setitik demi setitik
menutupi wajah Yelena. Airmata terus mengalir
dari kedua mata Yelena. Ia mulai sekara t.
Ajalnya sudah dekat. Malaikat maut sudah
membentangkan jubah hitamnya. Ia sangat cemas
dan takut. Tiba-tiba dari relung hati terdalamnya
ia teringat Tuhan. Ya, Tuhan yang menciptakan
manusia. Tuhan yang menghidupkan dan Tuhan
pula yang mematikan. Dari hati yang paling
dalam, ia minta ampun kepada Tuhan karena
selama ini telah mengingkari keberadaaan-Nya.
Dalam cemas dan rasa takut yang tiada terkira,
ia meminta kepada Tuhan agar diberi kesempatan
untuk tetap hidup. Ia minta kepada Tuhan agar
mengulurkan tangan pertolongan-Nya. Airmata
Yelena terus menetes. Suara hatinya yang paling
dalam terus menjerit meminta pertolongan
Tuhan. Berkali -kali nama Tuhan ia sebut dalam
hati. Ia benar-benar berharap, Tuhan tidak akan
pernah melupakannya meskipun ia telah lama
melupakan Tuhan. Akankah Tuhan mengulurkan
kasih sayang-Nya pada Yelena, pelacur papan
atas Rusia yang telah lama meninggalkan-Nya"
Entahlah, hanya waktu yang bisa menjawabnya.
*** Di ruangan Profesor Tomskii, Ayyas asyik
membaca buku sampai pukul sebelas malam. Ia
tidak sadar, bahwa sudah tiba saatnya ia harus
meninggalkan kampus. Seorang polisi keamanan
kampus mengetuk pintu. Ayyas bangkit mem-
buka pintu dengan buku tetap ia pegang. Polisi
itu menatap Ayyas dengan wajah dingin.
"Maaf Anda harus meninggalkan kampus!"
Kata polisi itu tanpa senyum sedikit pun. -
"Boleh saya di sini sampai pagi" Saya harus
melakukan riset perpustakaan." Jawab Ayyas
minta kelonggaran. "Maaf tidak bisa. Data yang masuk di kami,
Anda diijinkan sampai jam sebelas malam. Jadi
Anda harus tinggalkan ruangan ini."
"Baiklah. Kunci ruangan ini bagaimana""
"Biar kami yang mengurus."
Mau tak mau Ayyas harus segera berkemas
dan meninggalkan ruangan Profesor Tomskii.
Sebenarnya ia ingin tinggal di situ sampai pagi.
Kalau lelah ia bisa tidur di sofa. Ia tidak perlu
khawatir tidak membawa selimut, sebab ruangan
itu tetap hangat karena ada mesin penghangat ru-
angannya. Polisi itu menunggu di pintu sampai
Ayyas keluar. Ayyas berkemas dengan cepat. Ia
kembalikan tiga buku itu ke tempat semula. Ia
pakai perlengkapan musim dinginnya satu per
satu. Ia matikan lampu dan pemanas. Lalu ia ke-
luar dan menyerahkan kunci pada polisi itu.
Setelah Ayyas keluar, polisi itu mengunci ru-
angan dan mengikuti Ayyas dari jauh. Ayyas ber-
jalan menuju stasiun Universitet. Metro paling akhir pukul satu dini
hari, jadi ia tidak perlu khawatir. Salju turun per-
lahan, angin berhembus kencang. Rahang Ayyas
mengeras dan gigi-giginya beradu gemeretak me -
nahan dingin. Ayyas tetap kedinginan meskipun ia memakai
pakaian dingin cara Rusia lengkap. Pakaian ia
sampai rangkap lima. Yaitu kaos dalam, lalu kaos
monyet atau ia sebut kaos hanoman yang mepet
ke kulit, kaos panjang biasa, kemeja, sweeter dan
terakhir mantel musim dingin yang biasa disebut
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
palto. Perlengkapan itu masih ditambah syal,
penutup kepala dari kulit, dan kaos kaki lapis
tiga. Tetap saja dingin itu bisa menelusup sampai
ke kulit Ayyas. Sungguh Maha Kuasa Allah, Dia-
lah Tuhan seru sekalian alam. Dialah Tuhan yang
menciptakan siang dan malam, menciptakan ma-
tahari dan bintang, menciptakan panas dan din-
gin, menciptakan angin dan cuaca, menciptakan
kabut dan salju, dan menciptakan segala yang ada
di alam raya. Ayyas berjalan menuju stasiun metro dengan
hati setengah terpaksa dan malas. Yang mem-
buatnya malas pulang apartemen adalah karena di
apartemen itu ada Yelena dan Linor. Dua perem-
puan muda Rusia yang kini membuatnya ingin
mual jika memandang wajahnya. Ya, Yelena dan
Linor memang jelita, lapi apa yang dilakukan
Linor bersama Sergei yang seperti binatang
jalang, dan apa yang dilakukan Yelena dengan
banyak lelaki hidung belang membuatnya merasa
jijik bukan kepalang. Wajah jelita itu tidak lagi
ada artinya apa-apa ketika harga diri dan jiwa ke -
manusiaannya samasekali telah tiada. Maka
Ayyas berharap, ketika sampai di apartemen, dua
perempuan itu telah tidur di kamarnya atau
samasekali tidak ada di apartemen, sehingga ke-
dua matanya tidak perlu melihat mereka.
Stasiun mulai lengang tapi tetap ada orang.
Ayyas naik metro di gerbong paling belakang. Ia
duduk di samping lelaki I tua bermata cekung. Lelaki itu tidak memedu-
likannya samasekali, kedua matanya terpaku
pada koran Pravda yang ia jembreng. Metro ber-
jalan dengan kecepatan sedang.
Seperti biasa, sampai di stasiun Arbatskaya
Ayyas turun ganti metro. Pemuda dari Indonesia
itu berjalan santai dan tenang, tidak tergesa-gesa.
Yang membuatnya sedikit berpikir adalah,
bahwa perutnya terasa lapar sampai melilit perih. Berarti
begitu sampai di Smolenskaya ia harus mencari
gastronom (Toko yang menjual makanan ber-
ukuran sedang. Di Moskwa dan di kota-kota lain
di Rusia terdapat toko-toko atau warung yang
menjual makanan dan kebutuhan sehari-hari
layaknya kota mana pun di dunia. Toko yang ber-
ukuran kecil di jalan kecil biasanya disebut
Produkti. Toko yang berukuran sedang yang ter-
letak di jalan agak besar disebut Gastronom. Dan
toko yang besar di jalan utama disebut Univer-
sam) yang buka dua puluh empat jam untuk
membeli makanan. Ia ingat bahwa jika begitu ke-
luar dari stasiun Smolenskaya ia langsung ber-
jalan ke utara, maka di pojok Protochny Pereulok
bagian timur ada gastronom yang menjual ban-
yak jenis makanan. Gastronom itu buka dua pu-
luh empat jam. Di bawah tanah, metro melaju dengan kece -
patan sedang. Di atasnya mobil -mobil masih ber-
lalu lalang. Malam semakin kelam. S alju turun
perlahan. Udara semakin dingin. Tiap -tiap
manusia mengalami kejadian yang berbeda satu
sama lain. Malam selalu menjadi saksi bagi ke -
baikan dan kejahatan, kebahagiaan dan kesedi-
han, kesejahteraan dan penderitaan, juga ke-
hidupan dan kematian . *** 13. Menyelamatkan Nyawa Salju terus turun perlahan. Seorang perem-
puan tua bertubuh gemuk dengan pakaian lusuh
berdiri mondar-mandir di pinggir jalan dengan
wajah cemas. Setiap kali ada yang lewat ia
hentikan untuk minta tolong. Dan orang-orang
seperti tidak memedulikannya. Setiap kali ia
minta tolong pada seseorang dan tidak dipedulik-
an, ia langsung melontarkan sumpah serapah.
Ayyas berjalan menyusuri pinggir jalan itu
dengan agak tergesa. Perutnya yang kosong ter-
asa perih . Dingin yang menusuk menambah rasa
lapar semakin menyiksa. Ia ingin segera membeli
makanan dan mengganjal perutnya. Ia yakin
tidak salah, bahwa di pojok timur pojok Pro-
tochny Pereulok ada gastronom yang menjual
banyak jenis makanan. Perempuan tua bertubuh gemuk itu memang-
gil Ayyas. Ayyas pura-pura tidak tahu dan tidak
mendengar. Ia terus saja berjalan. Ia tahu perem-
puan tua itu adalah gelandangan yang banyak
berkeliaran di kota Moskwa. Ayyas tidak mau
berurusan dengan gelandangan Moskwa yang
banyak membuat masalah. Perempuan tua itu
dengan langkah berat mengejar Ayyas dan lang-
sung memegang tangan kiri Ayyas.
"Tolong berhenti. Ada orang sekarat di sana.
Kalau tidak ditolong dia akan mati!" Kata perem-
puan tua itu dengan wajah cemas. Tangan
kanannya menunjuk ke arah jalan sempit.
Ayyas mengibaskan tangan perempuan tua itu
pelan, lalu mengisyaratkan kalau ia tidak mau.
Ayyas tidak mau melibatkan dirinya dalam ur-
usan yang tidak jelas. Apalagi ia adalah orang as -
ing. Ia tidak tahu orang yang katanya sekarat itu
siapa dan sekarat karena apa. Kalau yang sekarat
adalah seorang anggota mafia dan ia mencoba
menolongnya ternyata kemudian tidak tertolong,
ia bisa dianggap sebagai pembunuh orang itu,
maka ia akan jadi buruan mafia Moskwa. Segala
urusannya akan berantakan. Tidak hanya itu,
nyawanya bisa-bisa melayang.
Perempuan tua itu seperti mencengkeram tan-
gan kanan Ayyas. "Tolonglah. Anda orang baik. Tolonglah or-
ang yang sekarat itu. Tuhan akan memberkati
hidup Anda," desak perempuan tua itu.
Ayyas menggelengkan kepalanya.
"Kenapa Anda tidak mau menolong orang
lain" Kenapa Anda juga seperti orang -orang lain
yang tidak memiliki hati itu" Apa Anda merasa
tidak akan memerlukan pertolongan orang lain
suatu ketika, sehingga Anda tidak mau menolong
orang lain" Ah, tak ada lagi manusia berhati
manusia. Manusia sekarang hatinya adalah batu.
Tak ada perasaan iba, tak ada perasaan kasihan
pada sesama!" Perempuan tua itu meluapkan ke -
marahannya pada Ayyas. Ayyas terdiam sesaat. Ia bingung menentukan
langkah. Akal pikirannya menyuruhnya untuk tidak
menggubris perempuan tua yang cerewet itu. Se-
bab, salah menolong orang malah bisa berujung
petaka. Sementara dari nuraninya yang paling
dalam, ia tidak boleh bersikap sebagai manusia
yang tidak memiliki perasaan dan kasih sayang.
Ia tidak mau dikatakan hatinya adalah batu.
Keraguan Ayyas langsung dibaca oleh perem-
puan tua itu. Keraguan Ayyas dimanfaatkan per-
empuan tua itu untuk meluluhkan hati Ayyas,
"Ayo malcik (Panggilan sayang kepada anak
lelaki) kita tolong orang sekarat itu. Aku tidak
bisa menolong sendirian. Kita selamatkan satu
nyawa malam ini. Ayo jangan ragu berbuat ke-
bajikan! Kau memiliki hati yang lunak, aku per-
caya itu. Hatimu tidak terbuat dari batu atau baja
seperti orang-orang itu. Ayolah kita berbuat satu
kebaikan malam ini. Kita tunjukkan kepada
Tuhan, masih ada manusia yang berbuat baik di
atas muka bumi Moskwa ini."
Ayyas langsung teringat Allah. Bahwa dicip -
takannya manusia oleh Allah adalah untuk
beribadah kepada-Nya, untuk berbuat kebaikan di
atas muka bumi ini karena-Nya. Ia langsung
teringat perintah Allah di dalam AJ-Quran untuk
menjaga nyawa orang lain, bahwa menjaga hidup
satu nyawa manusia itu sama dengan menjaga
nyawa seluruh umat manusia. Kalimat yang dis -
ampaikan perempuan tua itu berhasil menggugah
sisi iman Ayyas. "Baiklah. Mari kita selamatkan satu nyawa
umat manusia malam ini semampu kita." Kata
Ayyas. "O puji Tuhan, kau orang baik. Ayo, cepat!"
Perempuan tua itu bergegas terseol-seol
dengan tetap memegang lengan tangan kanan
Ayyas. Seperti orang yang dihipnotis, Ayyas
menurut saja tanpa banyak pertanyaan dan rasa
curiga. Perempuan tua itu membawa Ayyas me -
nelusuri jalan agak sempit yang gelap. Jalan yang
sebenarnya bisa dilalui dua mobil, tapi karena
salju yang menumpuk di kanan dan kiri jalan
agak tinggi, jalan itu nampaknya hanya cukup
dilalui satu mobil. Tak lama kemudian, perempuan tua itu
menghentikan langkah. Di depannya ada tubuh
perempuan muda yang terkapar. Sebagian palto
dan mukanya tertutup salju tipis. Perempuan tua
itu meraba nadi tubuh perempuan muda itu.
"Dia pingsan. Dia masih hidup. Nadinya
masih berdenyut. Ayo bawa dia ke tempat yang
hangat, atau bawa dia ke rumah sakit. Boponglah
dia kalau kau kuat, atau bagaimana caranya
terserah!" Ayyas duduk lalu mencoba mengangkat tubuh
perempuan muda itu. Gelap malam membuat wa-
jah perempuan muda itu kurang jelas. Ayyas
membopongnya. Terasa berat, apalagi pundak
kirinya masih belum sembuh benar, tapi Ayyas
merasa kuat untuk membawanya sampai jalan be-
sar yang terang. Di jalan besar, tubuh itu bisa di-
angkut dengan taksi menuju rumah sakit.
Ayyas berjalan dengan tertatih-tatih. Ia benar-
benar harus berjuang untuk membopong tubuh
itu sampai ke jalan besar. Perutnya yang kosong
bertambah perih. Ia sendiri harus tidak boleh me -
lupakan kesehatan dirinya. Apalagi menurut pen-
jelasan Pak Joko tadi siang, musim dingin bisa
menyebabkan seseorang mengalami dehidrasi
berat, yang ujung-ujungnya bisa mengancam
nyawa. Akhirnya Ayyas mampu membawa tubuh itu
ke jalan besar yang terang. Dan alangkah terke -
jutnya Ayyas ketika melihat wajah perempuan
yang digendongnya. Ternyata perempuan
muda itu adalah Yelena. Sebenarnya ia sudah
tidak mau melihat lagi wajah Yelena, tapi dalam
kondisi hampir mati seperti itu Ayyas tetap men-
aruh iba padanya. Perempuan tua gemuk itu mencoba
menghentikan taksi, tapi tak ada taksi yang mau
berhenti. Ayyas langsung menduga, hal itu kar-
ena perempuan tua itu berpakaian gembel. Ayyas
langsung mengambil inisiatif menurunkan kaki
Yelena dan membiarkan tubuh perempuan itu
bersandar ke tubuhnya. Tangan kanannya men-
jaga tubuh Yelena agar tidak jatuh, dan tangan
kirinya ia gunakan untuk menghentikan taksi.
Usaha Ayyas berhasil. Ada satu taksi mau
berhenti. "Ke mana"" Sapa sopir taksi berkepala botak
dan berjanggut lebat. "
"Ke Medical Center terdekat." Jawab Ayyas.
"Tiga puluh ribu rubel!"
"Apa"!" Perempuan tua itu ternganga
mendengarnya. "Tiga puluh ribu rubel" Kau su-
dah gila ya"" "Kalau tidak mau ya sudah. Aku mau jalan."
Kata sopir taksi itu dingin.
"Tunggu! Tiga puluh ribu rubel tak masalah."
Ayyas tak ingin hanya karena berdebat ongkos
taksi nyawa anak manusia tidak terselamatkan.
Sopir taksi turun membantu Ayyas memas -
ukkan tubuh Yelena ke jok belakang. Perempuan
tua itu ragu mau ikut naik, Ayyas memaksanya
ikut serta. Taksi itu langsung meluncur menuju
Italian Medical Centre Smolenskaya. Tak sampai
seperem pat jam taksi itu sudah sampai.
Tubuh Yelena langsung dilarikan ke bagian
gawat darurat. Ayyas mengajak perempuan tua
itu ke bagian administrasi. Pihak Medical Centre
tidak mau perempuan tua itu yang bertanggung
jawab. Dan perempuan tua itu juga dengan jujur
mengaku tidak memiliki apa-apa selain uang
seribu lima ratus rubel yang hanya cukup untuk
makan sekali saja. Akhirnya mau tidak mau Ayy-
aslah yang harus menandatangani surat-surat
yang disodorkan pihak Medical Centre.
Ayyas meminta perempuan tua itu tetap di
Medical Centre. Sementara dirinya harus ke
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
apartemen untuk menemui Linor. Ia berharap
Linor mau membantu meskipun ia melihat Linor
sering adu mulut dengan Yelena. Kalau Linor
tidak mau membantu ia berharap Linor tahu kelu-
arga Yelena atau siapa saj a teman dekat Yelena
yang bisa diberitahu. Sebab, sepertinya, ur-
usannya tidak hanya dengan Medical Centre saja,
mungkin juga akan berurusan dengan pihak
kepolisian. *** "Kelihatannya mereka tidak pulang malam ini.
Ini sudah lewat tengah malam." Gumam Linor
pada dirinya sendiri setelah melihat jam dinding
di ruang tamu. Linor baru saja tiba dari rapat khusus bersama
orang -orang penting Israel yang ada di Moskwa.
Dalam rapat itu ia menceritakan keberadaan Ayy-
as di apartemennya. Rapat memutuskan tugas
tambahan bagi Linor Lazarenko, yaitu
mengawasi Ayyas. Linor diminta memasang alat
penyadap dan kamera canggih di ruang tamu dan
kamar Ayyas. Dengan kecanggihan teknologi itu
mereka akan mudah mengetahui siapa seben-
arnya Ayyas. Dan jika ingin menjebak Ayyas
juga, jalannya akan nampak lebih terang. Mereka
tidak terlalu mengkhawatirkan Ayyas. Justru
menurut mereka keberadaan Ayyas harus bisa di-
jadikan alat untuk menciptakan satu konspirasi
yang menguntungkan anak-anak Yahwe.
"Jika kita ledakkan beberapa titik Moskwa.
Dunia akan geger. Lalu kita arahkan mata dunia
dengan fakta yang tidak terbantahkan, bahwa
pelakunya adalah Muhammad Ayyas itu.
Dunia akan semakin membenci orang -orang
Islam. Moskwa akan langsung berpikir ulang
dalam men jalin hubungan dengan dunia Islam.
Bahkan Moskwa akan berpikir ulang dalam
membela negara-negara Timur Tengah seperti
Iran. Jika itu terjadi, akan mudah bagi kita
memblejeti negara-negara Islam satu per satu."
Kata Ben Solomon bersemangat. Wajahnya
menyiratkan kelicikan yang dalam.
"Kita akan mengarahkan mata dunia, pelakun-
ya adalah Ayyas" Meskipun bukan dia pelakun-
ya"" Sahut Linor.
"Kenapa kau tiba-tiba jadi tolol Linor""
Linor langsung diam seketika. Ia langsung
sadar bahwa ia baru saja menanyakan hal yang
sangat bodoh. Ia langsung ingat bahwa anak-anak
Yahwe adalah makhluk pilihan di atas muka
bumi ini. Kepentingan anak-anak Yahwe di atas
segala kepentingan. Selain anak-anak Yahwe
boleh dikorbankan demi kejayaan anak-anak
Yahwe. Linor merasa tidak perlu menunggu besok
pagi. Malam itu ia harus melaksanakan tugasnya.
Ia melangkah ke kamar Ayyas. Tidak terkunci.
Linor membuka kamar itu. Kosong. Tidak ada
orang. "Dasar bodoh!" Gumam Linor dengan mata
berbinar. Ia senang mendapati satu kenyataan
bahwa orang-orang Islam itu ceroboh, bodoh dan
tidak hati-hati. Linor harus memastikan bahwa dirinya aman
menjalankan aksinya. Maka ia beranjak ke pintu
depan. Ia kunci pintu itu dari dalam, dan ia bi-
arkan kuncinya tetap menggantung. Ia juga
memasangkan kunci pengamannya. Dengan be-
gitu jika Yelena atau Ayyas pulang tidak bisa
langsung membuka pintu. Pintu itu harus ia yang
membukanya. Ia tetap berjaga- jaga kalau
dugaannya bahwa Yelena dan Ayyas tidak akan
pulang itu meleset. Setelah yakin ia aman, Linor mengambil tas
ranselnya dan beraksi. Ia memasang satu alat
penyadap dan dua kamera sangat kecil di kamar
Ayyas. Ia sangat yakin alat-alat itu tidak akan
diketahui oleh Ayyas. Linor juga memasang satu
alat penyadap dan dua kamera di ruang tamu.
Alat-alat itu adalah alat penyadap nirkabel yang
sangat canggih yang langsung terhubung ke
laptop Linor. Jadi, di manapun Linor membuka
laptopnya akan langsung bisa mengawasi ruang
tamu dan kamar Ayyas. Tidak perlu waktu lama bagi Linor untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Tak ada satu menit
pekerjaanny a selesai dengan sempurna. Satu
menit bagi seorang agen intelijen seperti dirinya
masih tergolong buruk. Seharusnya memasang
alat seperti itu hanya perlu beberapa detik
meskipun Ayyas dan Yelena ada di situ.
Puas dengan hasil pekerjaannya, Linor lalu
merapikan semuanya seperti sedia kala. Pintu
kamar Ayyas kembali ia tutup rapat. Pintu depan
ia jadikan seperti semula, tanpa grendel penga-
man, sehingga Yelena atau Ayyas kalau pulang
bisa langsung membuka dari luar. Harus tidak
ada yang curiga. Linor lalu merebahkan tubuhnya di sofa em-
puk dan menyalakan televisi. Ia melihat berita
malam. Iran tetap ngotot mau menjalankan pro-
gram nuklirnya. Iran berdalih untuk kepentingan
energi listrik nasionalnya. Nuklir untuk perdam-
aian, bukan yang lain. Keras kepala Iran itu yang
membuat seluruh anak-anak Yahwe tidak suka.
Lalu Indonesia diguncang gempa. Yogyakarta
luluh lantak. Rumah-rumah roboh, ribuan
manusia mati tertimbun bangunan. Linor berter-
iak girang, "Pasti Yahwe marah sama kalian!
Kalau seluruh kota kalian hancur itu lebih baik!
Meskipun jauh dari negara kami, kalian terlalu
sering membuat kami jengkel!"
Linor banyak membaca di internet, negara
yang paling sering mendemo kebijakan Israel
adalah Indonesia. Dan Indonesia jugalah negara
yang ia anggap keras kepala dan sombong karena
tidak mau membuka hubungan diplomatik
dengan Israel. Ia senang kota-kota Indonesia han-
cur tanpa harus dibom. Layar kaca lalu menampilkan cuplikan per-
tandingan Liverpool melawan MU. Pertarungan
yang ketat dan keras. MU menang satu kosong.
Ryan Giggs malam itu jadi pahlawan. Alex Fer-
guson bertambah sombong. Dan di ujung berita, layar itu menyiarkan ihw-
al ditemukannya mayat di sebuah jalan dekat gu-
dang tua di sebelah utara Moskwa. Dari tanda
pengenal yang terdapat di saku celana, mayat itu
bernama Daniil Ogurtsov. Diduga ia hanyalah se-
orang gelandangan miskin yang mati membeku
kedinginan karena sakit dan kelaparan. Kamera
hanya mengambil gambar dari jarak agak jauh,
mukanya tidak nampak jelas.
"Bodoh! Dia bukan Daniil Ogurtsov. Dia
bukan gelandangan miskin. Nama aslinya Sergei
Gadotov anggota mafia Voykovskaya Bratva.
Bodoh, kalian semua tertipu!" Pekik Linor
bangga dengan mata berbinar. Dialah yang mem-
buat ID CardDa.mW Ogurtsov. Nama itu fiktif,
tapi ia bisa membuat seolah-olah ada. Sebab ia
mampu menjebol data kependudukan Rusia.
Dalam data kependudukan itu ia bisa menambah
nama apa saja. Kini ia merasa Sergei Gadotov
sudah benar-benar hilang tidak ketahuan rimban-
ya. Mayat yang dianggap Daniil Ogurtsov itu
pasti sudah disegel polisi bahkan mungkin sudah
dikuburkan oleh polisi di kuburan umum.
Terdengar sesuatu di pintu depan. Linor lang-
sung mengecilkan suara televisi. Seseorang
hendak membuka pintu tapi tidak bisa. Linor
agak kaget. Kunci miliknya masih
tergantung di sana. Ternyata ia tadi cuma
melepas grendel pengaman saja. Linor tetap du-
duk tenang. Ia menunggu bel dibunyikan.
Dan benar, bel berbunyi nyaring.
Linor melihat ke lubang pengintip. Yang pu-
lang Ayyas, wajahnya kusut dan kusam. Linor
membuka pintu lebar-lebar.
"Kenapa dikunci dari dalam" Takut ketahuan
seperti kemarin malam""
"Ah tidak. Tidak ada orang selain aku."
"Kalau boleh aku mau minta tolong."
"Apa itu""
"Yelena kritis di rumah sakit." "Kritis" Se-
parah apa dia""
"Sekarat! Kelihatannya ada yang berniat
menghabisinya. Aku minta kau menemani aku ke
sana. Kalau kau tahu kerabat atau teman dekat-
nya tolong di hubungi sekarang."
Linor nampak kaget mendengarnya. Meskipun
ia sering bertengkar dan adu mulut dengan
Yelena, ia tidak bisa menampik bahwa Yelena
adalah teman satu apartemen yang baik padanya.
Yelena tidak pernah mengganggunya. Bahkan
sering bisa dimintai tolong nitip membelikan se-
suatu. Tak jarang Yelena secara tidak sadar mem-
beritahu informasi penting padanya. Terutama
berkaitan dengan klien Yelena yang seringkali
adalah pejabat penting pelbagai negara. Sedikit
banyak Yelena sangat berguna baginya.
Meskipun bukan siapa-siapa baginya, Yelena
berhak mendapat bantuannya. Atau paling tidak
sebagai teman satu apartemen dia harus berem-
pati padany a. "Di rumah sakit mana"" Tanya Linor. "Italian
Medical Centre." "Kalau begitu, ayo kita berangkat sekarang!"
"Sebentar perutku sakit sekali. Aku perlu
makan dulu. Sejak siang aku belum makan. Ini
aku bawa beberapa potong roti pirozkhi. Mau""
Ayyas membuka bungkusan yang dibawanya.
Ia gelar di atas meja. Melihat beberapa jenis roti
pirozkhi itu air liur Linor ingin menetes. Dirinya
juga lapar. Roti pirozkhi yang dibawa Ayyas ada
yang berisi tvorog, kacang, dan coklat cair. Linor
masih tidak beranjak dari tempatnya. Kedua
matanya menatap Ayyas yang mulai memas -
ukkan roti pirozkhi berisi kacang mindal ke
dalam mulutnya. "Kalau mau ayo, tidak usah segan! Aku beli
banyak." Linor duduk di depan Ayyas. Tanpa berkata
sepatah kata pun ia mengambil roti berisi trovog.
Keduanya lalu makan roti dalam diam. Ayyas le-
bih banyak menundukkan pandangan. Selesai
makan Linor berkemas, lalu keduanya keluar dari
apartemen. Linor menawarkan untuk men-
gendarai mobilnya saja. Linor meminta Ayyas
yang menyetir, tapi pemuda Indonesia itu
menolak. "Maaf, saya tidak punya SIM Internasional."
"Tidak masalah. Sudah malam. Tidak akan
ada polisi lalu lintas yang patroli."
"Tidak usah. Anda saja yang menyetir."
Sejurus kemudian Mobil BMW SUV X5
hitam itu menyusuri Panvilovsky Pereulok, lalu
belok kanan masuk Protochny Pereulok, dan
meluncur tenang menuju Italian Medical Centre.
Sampai di rumah sakit yang dibangun oleh seor-
ang pengusaha dari kali itu, Linor langsung
menghambur ke bagian gawat darurat. Ayyas
membuntuti di belakangnya. Di depan pintu per-
empuan tua berpakaian kumal itu nampak
menunggu dengan setia. "Wah kelihatannya kita belum bisa masuk me -
lihat Yelena. Ibu tua itu yang menemukannya.
Kau bisa menanyakan padanya Linor." Kata
Ayyas. "Baik." Linor langsung mendekati perempuan tua itu.
Dengan senyum yang ia paksakan, ia bertanya
pada perempuan tua itu. "Nama Bibi siapa""
"O. Namaku Margareta."
"Terima kasih Bibi Margareta telah membawa
teman saya kemari." "Kalau tidak ada dia. Aku tidak bisa berbuat
apa-apa. Orang-orang di Moskwa ini sudah mulai
tidak peduli kepada orang lain. Seolah-olah yang
hidup di Moskwa ini bukan manusia, tapi mayat-
mayat hidup yang tidak memiliki nurani."
"Sudahlah Bibi. Bagaimana Bibi
menemukannya"" "Aku berdiri beberapa meter dari mulut jalan
sempit dan gelap itu. Kira-kira jam sebelas
malam tadi. Lalu ada mobil sedan memasuki
jalan itu. Aku amati mobil itu. Kelihatannya mo-
bil itu berhenti di tengah kegelapan lalu seperti
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membuang sesuatu di pinggir jalan. Aku kira
sampah. Aku ke sana. Aku berpikir mungkin ada
sampah yang bisa aku manfaatkan. Atau ada sisa
makanan yang bisa aku makan. Aku terkejut
sampai di sana, ternyata yang dibuang itu bukan
bungkusan sampah tetapi manusia. Manusia yang
terluka parah sampai tidak bisa berbicara."
Dada Linor menyala. Ia bertanya-tanya siapa
yang melakukan hal itu pada Yelena. Ia berharap
Yelena selamat dan bisa menceritakan semuanya.
Ia akan memberi pelajaran kepada orang yang te-
lah menganiaya Yelena. "Bibi tahu nomor plat mobilnya""
"Bibi tidak memerhatikan plat mobil itu
samasekali." Ketika itu dua orang polisi datang. Yang satu
berwajah sayu dan melankolis dengan alis sepen-
uhnya putih. Dan satunya berwajah keras, le-
hernya panjang dan pandangannya tajam
menusuk. "Kamu yang bernama Ayyas"" Tanya polisi
berwajah sayu. "Ya benar." "Boleh lihat paspor""
Ayyas mengeluarkan paspornya. Polisi mem-
buka paspor Ayyas itu halaman per halaman.
"Untuk apa kau di Moskwa ini""
"Untuk riset di MGU."
"Ada surat keterangan resminya""
Ayyas mengeluarkan kartu visitingfellow
yang dikeluarkan Departemen Sejarah MGU.
"Apa ini" Ini tidak ada gunanya. Kami minta
surat resmi!" Kata polisi berwajah sayu itu ketus.
Ayyas memandang Linor, ia memberi isyarat
kepada Linor bahwa ia merasa heran ada polisi
seperti itu. Linor mengerti maksud Ayyas.
"Hei Tuan-tuan, kalian ini polisi Moskwa jan-
gan membuat malu! Jangan bodoh begitu. Ini
namanya kartu visitingfellow. Dikeluarkan resmi
oleh MGU untuk tamu-tamu pentingnya yang
mengadakan riset di MGU. Kalau tidak bisa
membaca jangan jadi polisi!"
Bentak Linor. Dua polisi itu saling berpandangan. Polisi
yang berwajah keras menatap Linor dengan pan-
dangan jengkel bukan main.
"Kau siapa, berani berkata begitu pada
kami!"" "Silakan Tuan-tuan tulis! Aku wartawan. Na-
maku Linor. Aku keponakan Jenderal Vladimir
Kuznetsov. Kalian mau kebodohan kalian ini aku
tulis di koran biar dibaca seluruh orang. Dan
pada hari berikutnya kalian dipecat oleh atasan
kalian lalu jadi gembel di pinggir jalan!"
Seketika sikap kedua polisi itu berubah. Polisi
berwajah keras itu seketika melunak.
"Jangan Nona Linor. Kami hanya berusaha
bekerja sebaik-baiknya. Maafkan kami atas
ketidaktahuan kami. Tapi kami harus tetap
mengajukan beberapa pertanyaan pada orang as -
ing ini, karena dia yang membawa perempuan tak
berdaya itu kemari."
"Silakan." "Jadi benar kamu yang membawa perempuan
tak berdaya itu kemari""
"Saya tidak sendirian. Saya disertai Bibi ini
dan sopir taksi." Jawab Ayyas tenang. Ia merasa
lebih tenang ketika Linor mengatakan kalau dir-
inya keponakan seorang Jenderal. Paling tidak
polisi itu tidak akan berani semena-mena.
"Kau yang menemukannya pertama kali""
"Tidak." "Lalu siapa kalau bukan kau""
"Bibi ini. Bibi ini yang memaksa saya meno-
long seseorang dan menyeret saya ke tempat per-
empuan tak berdaya itu terkapar."
Linor menyela, "Bibi Margareta!"
"Iya Nona Linor."
"Silakan Bibi ceritakan semuanya kepada dua
polisi ini agar semuanya jelas."
"Baik Nona." Perempuan tua berpakaian kumal bernama
Margareta itu langsung nerocos menceritakan detil keja-
diannya dari awal sampai akhir. Dua polisi itu
menyimak dengan seksama. Sesekali polisi ber-
wajah sayu menuliskan sesuatu di buku notes ke-
cilnya. Setelah dirasa cukup, dua polisi itu angkat
kaki. Seorang dokter perempuan keluar dari kamar
gawat darurat. Linor langsung menyerbunya.
"Bagaimana keadaan teman saya, Dokter""
"Berdoalah kepada Tuhan. Hanya mukjizat
yang bisa menyelamatkannya. Jantungnya masih
berdetak tapi lemah. Ia masih tidak sadarkan diri.
Hampir seluruh tubuhnya luka memar. Tangan
kanannya patah. Dari pemeriksaan kilat keli-
hatannya dia juga mengalami kekerasan seksual,
tapi kita belum melakukan visum yang sempurna.
Kami baru mengusahakan semaksimal mungkin
bagaimana caranya dia masih hidup." Jelas dok-
ter perempuan itu panjang lebar kepada Linor.
Ayyas seperti pernah melihat wajah dokter ini.
Ia mencoba mengingatnya. Di mana ya" Apa di
televisi" Apa di bandara Jakarta" Atau di New
Delhi. Ayyas terus mengingat-ingat.
"Maaf Dokter, saya merasa pernah berjumpa
dengan Dokter, tapi saya lupa di mana"" Kata
Ayyas. Dokter itu memandang wajah Ayyas
dengan seksama. Ia lalu terhenyak.
"Di India, tepatnya di Agra! O my God, kau
yang mengantarkan putriku si Ksenia ke Hotel
Ashok. Iya kan"" Ujar Dokter perempuan itu
setengah menjerit. "Iya benar. Berarti Anda Dokter Tatiana
Baranovna"" "Benar. Ah terima kasih kau masih mengingat
nama saya, padahal kejadiannya sudah satu tahun
yang lalu. Maaf saya lupa nama Anda."
"Nama saya Muhammad Ayyas. Panggil saja
Ayyas." "Iya Ayyas." Dokter Tatiana kelihatan bahagia
bertemu Ayyas. "Kok kamu bisa di sini. Apa
hubunganmu dengan perempuan tak berdaya
itu"" Tanpa diminta Bibi Margareta menyela, "Dia
yang membantuku membawa perempuan tak ber-
daya itu kemari." "O, jiwa menolong Anda mengagumkan. Di
India kau menyelamatkan putriku. Dan kini kau
membawa perempuan tak berdaya yang hampir
mati ke rumah sakit. Tapi kau harus hati-hati
kalau mau menolong seseorang. Jangan sampai
kau tulus menolong tapi justru kecelakaan yang
kauhadapi. Saya tidak tahu seperti apa nanti pol-
isi akan menangani kasus perempuan tak berdaya
ini. Semoga kau tidak kena getah yang
mencelakakan kamu." "Terima kasih nasihatnya, Dokter."
"Kau mau minum teh bersamaku""
"Asal mereka juga ikut."
"Tentu saja. Ayo kita minum teh panas, biar
hangat." - "Kalau Ksenia bertemu saya kira-kira dia
masih ingat tidak Dkter""
"O pasti ingat. Yang dia alami di India itu
tidak akan dia lupakan seumur hidupnya. Kau
akan dia kenang sebagai orang yang pernah
menyelamatkan hidupnya. Nanti Ksenia akan aku
beritahu, dia pasti senang."
*** 14. Hilang Pagi itu Ayyas merasakan kesedihan luar bi-
asa. Ia merasa kehilangan sesuatu yang paling
berharga yang ia miliki. Ia merasa hatinya seperti
telah copot dan kepalanya mau lepas dari tu-
buhnya. Dunia terasa suram dan kelam. Ia merasa
memikul dosa sebesar gunung. Bahkan ia merasa
menjadi manusia paling berdosa di atas muka
bumi ini. Pagi itu Ayyas bangun kesiangan. Ia
shalat Subuh tidak tepat pada waktunya. Ia mera-
sakan musibah yang luar biasa.
Penyebabnya adalah karena ia terlalu letih dan
tidur sangat terlambat. Setelah minum teh ber-
sama Dokter Tatiana Baranovna di sto-
lovaya 40 Italian Medical Centre, ia pulang ke
apartemen dengan taksi. Linor dan perempuan
tua itu tetap di sana menunggu apa pun yang ter-
jadi pada Yelena. Ia sampai di kamarnya hampir
jam tiga. Tubuhnya seperti remuk semua. Se-
belum tidur ia masih sempat memasang alarm.
Tetapi ia samasekali tidak mendengar bunyi
alarm. Ia terlalu lelap. Ia ketinggalan shalat
Subuhnya. Ia merasa sangat berdosa kepada Al-
lah Ta ala. Ia merasa sangat rugi. Sesuatu yang
sangat berharga miliknya telah hilang, dan ia
merasa tidak bisa menggantinya dengan cara apa
pun. Jika satu bagian saja dari wiridku telah hilang,
maka tidak mungkin aku bisa menggantinya
untuk selama-lamanya. Airmata Ayyas meleleh. Ia teringat wasiat se-
orang sahabat Nabi, Abu Bakar Ash Shiddiq ra.
menjelang wafatnya kepada Umar bin Khattab
ra., "Aku wasiatkan kepadamu semoga kau mau
menerimanya. Sesungguhnya Allah memiliki hak
pada malam hari yang tidak diterima ketika
dilaksanakan siang hari. Demikian juga Allah
memiliki hak pada siang hari yang tidak diterima
jika dilakukan pada malam hari. Sesungguhnya
Allah tidak akan menerima amalan sunah se-
belum melaksanakan amalan wajib."
Ayyas dicekam ketakutan sekaligus kesedi-
han. Ia takut kalau shalat Subuhnya yang dilak-
ukan tidak pada waktunya samasekali tidak diter-
ima oleh Allah Ta ala. Jika shalatnya tidak diter-
ima Allah, bagaimana nasibnya kelak di akhirat"
Ia selalu ingat, shalat adalah amal kebajikan per-
tama sekali yang kelak akan dihitung oleh Allah.
Nabi Muhammad Saw. menjelaskan, jika shalat
seorang hamba dinilai baik oleh Allah, maka
baiklah seluruh amal perbuatannya, dan jika shal-
atnya dinilai buruk oleh Allah, maka buruklah se-
luruh amal perbuatannya. Dan pagi itu ia bangun kesiangan, tidak shalat
Subuh tepat pada waktunya. Di atas sajadahnya
Ayyas terus beristighfar dan menangis,
"Ya Allah harus bagaimana hamba menebus
dosa ini. Ampunilah kekhilafan hamba-Mu ini ya
Allah. Karuniakan kepada hamba kenikmatan
shalat tepat pada waktunya sampai akhir hayat ya
Allah. Ya Allah tolonglah hamba-Mu yang lemah
ini untuk selalu mengingat-Mu, untuk selalu
bersyukur kepada-Mu, dan untuk selalu
beribadah sebaik mungkin kepada-Mu."
Ia tidak menyesal samasekali bahwa ia terlalu
letih karena harus menolong Yelena dan
mengantarkannya ke rumah sakit. Tidak,
samasekali tidak. Ia tidak menyesal harus meno-
long perempuan yang ternyata berprofesi menjual
diri seperti Yelena. Ia menolong Yelena karena
Yelena adalah makhluk Tuhan yang saat itu
memerlukan pertolongannya. Jadi ia tidak merasa
apa yang dilakukannya sia-sia. Kalau ternyata
nyawa Yelena dapat diselamatkan dan Yelena
bisa kembali pulih seperti sedia kala, lalu perem-
puan itu kembali menjual dirinya, itu adalah ur-
usan yang lain. Kewajibannya sebagai manusia adalah meno -
long manusia yang memerlukan pertolongannya.
Tentu saja ia tidak menginginkan Yelena terus di
jalan yang tidak benar. Ia ingin Yelena mengin-
safi bahwa yang ia lakukan adalah kesalahan be-
sar, bahkan ia berharap Yelena kemudian bisa
mendapatkan hidayah, lalu merubah cara
hidupnya; dari cara hidup yang gelap dan pengap
menjadi cara hidup yang penuh cahaya dan pen-
uh kesegaran nikmat Tuhan.
Sungguh ia tidak menyesal harus berletih-letih
sampai pukul tiga dini hari. Yang ia sesalkan
adalah dirinya sendiri yang tidak bisa bangun te-
pat pada waktunya. Telinganya seperti tuli. Bunyi
alarm samasekali tidak didengarnya. Ia menyesal
bahwa dirinya bagaikan kerbau bodoh yang
mendengkur sampai matahari terbit. Kerbau
bodo h yang tidak bangun shalat Subuh ketika
hamba-hamba Allah yang saleh sama rukuk dan
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sujud kepada Allah. Ia menyesali kelemahan dir-
inya sendiri. Ternyata kekuatan cintanya kepada
Allah belumlah dahsyat. Buktinya, kekuatan cintanya kepada Allah be-
lum mampu membangunkannya untuk terjaga di
saat ia harus bangun, terjaga dan sujud kepada
Allah. Dirinya ternyata masih jauh dibandingkan
orang -orang saleh yang mampu menjaga
keistiqamahan shalat tepat pada waktunya sampai
akhir hayatnya. Pagi itu Ayyas shalat Subuh pukul sembilan.
Hal yang belum pernah terjadi selama hidupnya.
Baru pagi itu ia kebobolan. Ia merasa shalat dan
ibadahnya selama ini seolah tidak ada maknanya.
Ia benar-benar menyesal sampai relung hati pal-
ing dalam. Ponselnya bergetar lalu berdengking -dengk-
ing. Ada panggilan. Ternyata dari Linor. Ayyas
mengangkatnya dengan raut muka kelam bergur-
at kesedihan. "Hai sudah bangun ya"" Suara Linor dari
seberang. "Sudah. Ada apa""
"Aku kira masih mendengkur. Tadi jam lima
aku kontak berkali-kali tidak kauangkat. Aku
yakin kau masih pulas karena tadi malam kelela-
han. Kau bisa datang kemari sekarang""
"Ada apa""
"Yelena sudah siuman. Datanglah! Aku ada
pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan."
"Aku juga sama."
"Yang penting datanglah dulu. Temui Yelena.
Dia menanyakanmu. Bibi Margareta sudah cerita
semua tentang kepahlawananmu pada Yelena.
Kelihatannya Yelena ingin sekali bertemu
dengan orang yang telah menyelamatkan
nyawanya. Datanglah. Setelah itu terserah kau"."
"Kau sudah hubungi keluarganya""
"Yelena mengaku tidak punya keluarga lagi.
Dia sebatang kara di Moskwa ini. Tapi dia bilang
ada temannya yang lain, yang mungkin bisa
sedikit membantunya. Segera datang ya" Biar
aku bisa segera berangkat."
Ayyas berpikir sesaat. Ia seharusnya segera
pergi ke kampus MGU. Ia harus menemui Doktor
Anastasia Palazzo. Tapi tidak ada salahnya ia ke
rumah sakit dahulu baru kemudian ke MGU.
Ayyas segera mandi. Sudah tiga hari ia tidak
mandi. Setelah itu memakai pakaian musim din-
ginnya lengkap, dan meluncur ke rumah sakit di
mana Yelena dirawat. Ia bersyukur, nyawa Yelena akhirnya selamat.
Dengan selamatnya Yelena, ia akan terhindar
dari urusan panjang dengan pihak kepolisian.
Nanti Yelena bisa menceritakan apa yang dialam-
inya panjang lebar kepada polisi. Dengan begitu
polisi tidak akan mencurigai dirinya samasekali
sebagai pelaku kejahatan yang mencederai
Yelena. Sehingga ia bisa konsentrasi melakukan
penelitian dan menyelesaikannya tepat pada
waktunya. *** Yelena sudah pindah ruangan. Ia sudah tidak
di bagian gawat darurat lagi . Linor memilihkan
kamar VIP utuk Yelena. Kamar itu layaknya
kamar hotel. Ada dua tempat tidur di situ. Yang
satu untuk pasien dan yang satu untuk penunggu.
Ada sofa dan meja kecil di depannya. Ada kamar
mandi di dalamnya. Ruangan itu tentu saja
dilengkapi penghangat ruangan, televisi dan kul-
kas kecil. Yang paling penting ruang itu
dilengkapi alat-alat standar kesehatan terbaik
dunia. Yelana samasekali tidak menolak ketika
dibawa ke kamar VIP. Ia tahu, pada akhirnya ia
sendiri yang harus membayarnya, dan ia merasa
mampu untuk membayarnya. Tabungan yang di-
milikinya ia rasa lebih dari cukup untuk memba-
yar biaya perawatannya sampai ia sembuh. Yang
penting baginya adalah ia masih bernyawa, tidak
mati sia-sia layaknya anj ing kurap yang mem-
beku di pinggir jalan. Linor dan Bibi Margareta masih menunggu di
situ ketika Ayyas masuk. Yelena terlentang
lemah dengan infus menggantung di atas kepa-
lanya. Kepalanya masih terasa pusing. Jika di-
gerakkan sedikit rasanya dunia berputar dan dir-
inya ingin muntah. Maka Yelena berusaha tidak
menggerakkan kepalanya samasekali meskipun ia
tahu Ayyas datang. Ia hanya mengikuti Ayyas
dengan kedua matanya. "Akhirnya kau datang juga." Sapa Linor.
"Ya tapi mungkin aku tidak lama. Aku harus
ke MGU." "Tak apa" Yang penting Yelena sudah ketemu
kau sebelum sebentar lagi dia dioperasi""
"Dioperasi""
"Dioperasi apanya""'
"Daun telinga kanannya tidak dapat dis -
elamatkan. Daun telingannya sudah menjadi es
ketika dia kaubawa kemari. Hidungnya hampir
mengalami hal yang s ama. Kata dokter Tatania,
terlambat tiga menit saja mengangkat Yelena dari
dinginnya salju, Yelena akan kehilangan daun
telinga, hidung dan jari- jari tangannya, bahkan
bisa lengannya. Kalau terlambat lima menit ya
nyawanya sudah hilang karena lehernya mem-
beku, pernafasannya putus, jantungnya berhenti
berdetak." "Begitu mengerikan."
"Ya. Yelena beruntung ada yang
menyelamatkannya. Dan orang yang
menyelamatkan itu kau."
"Bukan aku. Sebenarnya yang menyelamatkan
adalah Tuhan. Tuhan mengulurkan tangan perto-
longannya lewat Bibi Margareta. Dan Bibi Mar-
gareta mengajak saya. Awalnya saya juga merasa
tidak percaya pada Bibi Margareta. Tapi Tuhan
membuka hati dan pikiran saya untuk memenuhi
ajakan Bibi Margareta menyelamatkan nyawa
anak manusia." Yelena mendengar dialog Linor dan Ayyas
dengan hati bergetar. Ia teringat Tuhan. Ya
Tuhan. Di tengah-tengah rasa putus asanya,
ketika ia merasa nyawanya sudah sampai teng-
gorokan, yang ia sebut-sebut untuk dimintai per-
tolongan adalah Tuhan. Ia terus menyebut Tuhan,
meratap pada Tuhan. Dan pertolongan itu datang.
Berarti apakah benar Tuhan itu ada" Ia masih
ragu. Tetapi pertolongan itu datang setelah ia
memintanya dari Tuhan. Benarkah yang
menyelamatkan nyawanya sebenarnya adalah
Tuhan, seperti dikatakan oleh Ayyas baru saja.
Tuhan mengulurkan tangan pertolongannya lewat
Bibi Margareta. Dan Bibi Margareta lalu
mengajak Ayyas. Tuhanlah yang membuka hati
dan pikiran Ayyas untuk memenuhi ajakan Bibi
Margareta menyelamatkan nyawanya.
"Hai Yelena apa kabar"" Sapa Ayyas.
Yelena hanya mengedipkan kedua matanya,
dan berusaha tersenyum. Ia ingin menjawab tapi
tenggorokannya terasa sakit sekali kalau untuk
mengucapkan satu kata saja.
"Yang tabah ya. Percayalah kau pasti
sembuh." Yelena kembali berusaha tersenyum.
"Yelena... karena Ayyas sudah datang, aku be-
rangkat dulu ya. Menurutku Bibi Margareta bisa
menemanimu sampai kamu sembuh. Dia katanya
tidak punya rumah. Jadi malah senang kalau me -
nemani kamu di sini. Aku sudah memberinya
uang untuk membeli pakaian, agar dia tidak ber-
pakaian kumal seperti itu. Dia biar pergi beli
pakaian ketika kamu dioperasi. Baik"" Terang
Linor. Yelena mengedipkan kedua matanya.
"Baik. Kalau begitu aku pergi dulu."
Linor melangkah keluar kamar. Tinggallah
mereka bertiga di kamar itu. Bibi Margareta du-
duk di sofa sambil terkantuk-kantuk. Sesekali ke -
palanya jatuh ke kanan. Ia tergagap dan bangun.
Lalu berusaha menegakkan kepalanya. Tak lama
mengantuk lagi. Kepala itu lalu jatuh ke kiri sep -
erti tidak ada lehernya. Ia tergagap lagi dan ber-
usaha tegak. Begitu berulang-ulang.
Yelena diam. Hanya matanya yang terjaga. Ia
ingin bicara tapi luar biasa susahnya. Ayyas han-
ya diam saja, berdiri di sampingnya. Ia berpikir,
benarkah Yelena tidak memiliki keluarga" Ben-
arkah dia sebatang kara" Sejak kapan dia se-
batang kara" Berarti dia yatim piatu" Kalau ben-
ar, betapa berat hidup di Moskwa dengan musim
dingin yang mencekam, tanpa keluarga
samasekali. Ayyas lalu berpikir, alangkah kasihannya
Yelena. Meskipun kini nampak pucat, gadis itu
tetap nampak jelita. Oh, kalau dia di Indonesia, ia
membayangkan pasti akan dilamar main film
oleh PH-PH raksasa yang bermarkas di Jakarta.
Tapi gadis secantik itu harus hidup dalam jalan
yang gelap. Jalan gelap penuh sampah dan kotor-
an menjijikkan. Tubuh yang kelihatannya sangat
memesona itu sebenarnya telah menjadi ong-
gokan sampah daging busuk yang menjijikkan. Ia
langsung teringat Yelena ketika bertemu
dengannya di restoran kemarin. Yelena meng-
gandeng lelaki besar berkulit hitam. Entah apa
yang telah dilakukan lelaki hitam itu pada
Yelena. Dan entah berapa setan yang telah men-
odai Yelena, Kini Yelena terbaring tak berdaya. Meskipun
ada rasa muak membayangkan tubuh Yelena
yang telah menjadi lebih murah dari sampah, tapi
rasa kasihan itu terbit juga. Walau bagaimana-
pun, Yelena adalah manusia. Dia bisa jadi merasa
hidupnya baik-baik sa ja. Bahkan dia tidak per-
caya adanya Tuhan, dan merasa senang. Itu
semua karena yang ada dalam
pikiran Yelena berbeda dengan yang ada
dalam pikiran Ayyas. Dalam pikiran Ayyas ada yang namanya Tuhan, ada ajaran agama Tuhan, ada Nabi
Muhammad, ada ajaran Nabi Muhammad, ada
perintah dan larangan Tuhan, ada pahala, ada
dosa, ada surga, ada neraka.
Sementara dalam pikiran Yelena, semua yang
ada dalam pikiran dan keyakinan Ayyas
samasekali tidak ada. Yang ada adalah dirinya
sendiri, dan hidup yang dijalaninya. Ia merasa
bebas berbuat apa saja selama ia merasa nikmat
dan nyaman, dan selama orang lain juga merasa
nikmat. Tak ada aturan agama mana pun yang
mengekangnya. Yelena ingin mengucapkan satu kalimat saja,
yaitu berterima kasih kepada Ayyas, tapi
susahnya luar biasa. Ia tetap merasa Ayyas ada-
lah orang yang paling besar jasanya dalam
menyelamatkan nyawanya. Bibi Margareta telah
menceritakan semuanya. Ia mengerti semuanya
meskipun ia hanya terlentang tak berdaya. Bibi
Margareta bercerita bagaimana orang-orang tidak
ada yang peduli, dan hanya Ayyas yang peduli
saat itu. Terus bagaimana Ayyas membopong di-
rinya. Bagaimana Ayyas rela membayar tiga pu-
luh ribu rubel untuk ongkos taksi. Juga ba-
gaimana Ayyas menandatangani semua berkas
rumah sakit sehingga ia bisa langsung
mendapatkan perawatan medis segera. Kalau
tidak ada Ayyas, ia sudah menjadi mayat yang
membeku di pinggir jalan sempit kota Moskwa.
Ya, jika benar kata Ayyas bahwa yang menolong
adalah Tuhan, maka Ayyas adalah utusan Tuhan
yang menjadi juru selamat utama baginya dari
kebinasaan. Yelena tidak tahan untuk tidak mengatakan
sesuatu pada Ayyas. Maka dengan rasa sakit luar
biasa ia memaksakan berbicara.
"Ay...yas!" lirihnya parau.
Ayyas tersentak dari diamnya. Seluruh wa-
jahnya seketika menghadap wajah Yelena sambil
semakin mendekatkan kepalanya ke kepala
Yelena. "Iya Yelena." "S..spa..si...ba...bal..shoir" (Terima kasih)
Kalimat itu akhirnya bisa keluar dari mulut
Yelena. Wajahnya sedikit berbinar cerah.
"Tidak perlu berterima kasih untuk sebuah ke -
wajiban Yelena. Manusia harus tolong menolong.
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sudah menjadi kewajibanku untuk
menolongmu." Yelena mengedipkan kedua matanya sambil
berusaha tersenyum. Terdengar langkah perempuan mendekat.
Pintu diketuk, lalu dibuka. Muncul wajah Dokter
Tatiana Baranovna. Wajah perempuan berusia
empat puluh tahunan itu nampak segar.
Langkahnya anggun. Rambutnya yang pirang ia
kucir di belakang. Dengan jas putih panjang dan
celana juga putih, ia nampak begitu rapi dan ber-
sih. Berbalik seratus delapan puluh derajat
dengan Bibi Margareta yang kumal, lusuh dan
kotor. "Dabroye utra, Dokter." Sapa Ayyas.
"Dabroye utra. O jadi kamu datang lagi. Per-
empuan muda ini harus kami operasi. Daun
telinga kanannya harus kami amputasi. Jika tidak
bisa membusuk dan menjalar ke mana-mana."
"Samasekali tidak bisa diselamatkan Dokter."
"Tidak ada cara lain kalau kepalanya ingin
tetap selamat." Mata Yelena berkaca-kaca mendengar pen-
jelasan Dokter Tatiana. Tapi ia tidak berdaya
apa-apa kecuali ikut apa yang terbaik menurut
dokter yang mengusahakan kesembuhannya. Jika
ia bisa bicara ia ingin bertanya apa bisa kelak ia
melakukan operasi plastik untuk daun telinga
palsunya. Ia berharap bisa. Sebab setahu dia,
bahkan operasi hidung plastik pun bisa. Michael
Jackson sangat dikenal memiliki hidung hasil op -
erasi plastik. Jika hidung bisa operasi plastik,
daun telinga tentu bisa. "Kapan dia harus operasi, Dokter""
"Sekarang. Sebentar lagi perawat akan mem-
bawanya ke ruang operasi. Lebih cepat lebih
baik." "Lakukan yang terbaik untuknya, Dokter."
"Tentu. Kamu perhatian sekali sama dia."
"Ah biasa saja. O ya kabar Ksenia
bagaimana"" "Tadi pagi saat sarapan pagi aku sudah cerita
padanya. Ia senang sekali. Ia sebenarnya mau
ikut. Tapi ia harus masuk sekolah. Satu bulan lagi
ia akan tampil di Bolsoi Teater. Katanya dia akan
mengundangmu." "Penampilan apa""
"Ia terpilih mewakili sekolahnya untuk men-
jadi salah satu penari balet yang akan me -
nampilkan pertunjukan balet Lebedinoe Ozera."
Dokter Tatiana nampak begitu bangga mener-
angkan prestasi anak putrinya.
"O Lebedinoe Ozera, pertunjukan balet danau
angsa, sebuah pertunjukan balet paling legendaris
dan paling menyedot penonton. Berarti anak putri
Dokter bukan penari balet semba
rangan." Tiba- tiba Bibi Margareta menukas. Rupanya ia telah
bangun dari tidurnya sambil duduk.
"Terima kasih atas pujiannya Bibi."
Dua perawat datang. Seorang di antara mereka
memberi laporan kepada Dokter Tatiana Baran-
ovna bahwa pasien bernama Yelena sudah siap
untuk dioperasi. Dua dokter ahli bedah sudah
menunggu di ruang operasi.
Ayyas pamit pada Yelena dan mendoakan
Yelena semoga operasinya sukses dan ia segera
sembuh. "Percayalah Tuhan akan menolongmu.
Percayalah kepada Tuhan. Semoga Tuhan men-
dampingimu selama operasi." Kata Ayyas kepada
Yelena. Yelena hanya mengedipkan mata, ia ber-
usaha tersenyum semampunya. Dalam hati ia
menjawab bahwa ia akan mencoba untuk percaya
kepada Tuhan. *** 15. Dialog di Stolovaya Sudah hampir pukul dua belas siang, Ayyas
belum juga datang. Doktor Anastasia Palazzo
mondar-mandir di ruang Profesor Tomskii. Ia
menunggu ponselnya berdering, berharap anak
muda itu menelponnya atau memberi kabar ke-
padanya meskipun melalui sms. Ia ingin menel -
pon anak muda itu, tapi harga dirinya mencegah
untuk melakukannya. Bibi Parlova memberitahu, Ayyas bekerja di
ruang Profesor Tomskii sampai pukul sebelas
malam. Catatan pihak keamanan mengatakan de -
mikian. Jika yang terjadi seperti itu, ia merasa
bahwa anak muda itu sangat mencintai ilmu. Jika
benar bahwa anak muda itu datang dan bekerja
melakukan penelitian dalam keadaan pundak kir-
inya sakit, maka kecintaannya pada ilmu sampai
mengalahkan rasa sakit. Hanya para peneliti se-
jati yang memiliki jiwa seperti itu.
Ia tidak ingin dengar dari Bibi Parlova. Ia
ingin mendengar sendiri dari cerita anak muda
itu. Ia ingin tahu, kenapa pundak kirinya bisa
sakit" Bagaimana ia bisa tetap memaksa sampai
MGU dalam kondisi pundak kiri sakit" Apa yang
ia dapat selama berjam- jam di ruang Profesor
Tomskii. Ia juga ingin tahu selama ini tinggal di
mana" Dan banyak pertanyaan lainnya, yang
ingin ia ajukan pada anak muda itu, dan ia ingin
anak muda itu bercerita banyak padanya. Ia suka
dengan caranya merangkai dan menyampaikan
kata-kata. Karena merasa agak bosan menunggu di ruang
Profesor Tomskii, Doktor Anastasia Palazzo
pergi ke stolovaya. Ia hanya mengambil empat
potong Monti (Daging giling berbalut tepung
disiram mayonez) dan segelas teh panas. Sesekali
ada satu dua mahasiswa yang menyapanya. Ia
tersenyum dan menjawab sapaan mereka. Ia me -
lahap sepotong demi sepotong daging gulung itu
sambil membaca kumpulan cerpen Leo Tolstoy.
Tak terasa satu jam lebih ia ada di stolovaya.
Tehnya sudah habis. Kumpulan cerpen itu tinggal
beberapa halaman saja yang belum ia baca. Ia
bangkit keluar dari stolovaya menuju ruangan
Profesor Tosmkii. Ia berharap Ayyas telah tiba di
sana. Begitu memasuki ruangan Profesor Tomskii
hatinya langsung berbunga, karena ia melihat
Ayyas berdiri tegap di sana. Hanya saja, ketika ia
menyapa, Ayyas diam saja, tetap berdiri tegak
menghadap ke selatan. Ayyas samasekali tidak
menoleh ke arahnya. Ia tetap masuk. Ia melihat
Ayyas mengangkat kedua tangannya lalu menur-
unkan kedua tangannya dan meletakkannya di lu-
tutnya, punggungnya lurus, jika ia membawa
nampan berisi segelas teh panas dan meletakkan
nampan itu di atas punggung Ayyas, ia bisa me-
mastikan teh panas itu tidak akan tumpah sedikit
pun. Ia beftanya-tanya apakah Ayyas sedang se-
nam, ataukah... " Ayyas kemudian berdiri lalu menggelosor me -
letakkan seluruh mukanya ke tanah. Ayyas sujud.
Anastasia langsung ingat cara orang-orang Islam
melakukan ritual ibadahnya yang disebut shalat.
Ya, ini Ayyas sedang shalat. Selama ini ia hanya
melihat di gambar, atau melihat di layar televisi.
Ia belum pernah melihat secara langsung orang
shalat dengan kedua kepalanya sendiri dan dalam
jarak yang sangat dekat. Ia belum pernah masuk
ke tempat ibadah orang Muslim.
Entah kenapa tiba-tiba Anastasia merasa tidak
nyaman melihat Ayyas sujud seperti itu. Ia mer-
asa Ayyas melakukan ritual yang sangat primitif
bahkan sangat purba. Menggelosor, meletakkan
kening di tanah, kedua tangan juga di tanah, lutut
dan kedua kaki semua di tanah. Begitu
menghinakan diri sendiri. Lebih hina dari anjing
yang menggelos or di pinggir jalan. Anjing
bahkan tidak pernah meletakkan keningnya di ta-
nah seperti Ayyas. Ia merasa sangat kasihan ke -
pada Ayyas. Anak muda yang sedemikian cer-
dasnya bisa dibelenggu oleh ajaran agama yang
begitu primitif. Dan anehnya Ayyas samasekali
tidak kritis mengoreksi itu semua. Dan itu juga
terjadi lebih pada satu miliar anak manusia di se-
luruh dunia. Doktor Anastasia Palazzo duduk di sofa sam-
bil memerhatikan Ayyas yang sedang shalat. Se-
tiap kali Ayyas rukuk dan sujud, Anastasia
menggelengkan kepala, menganggap Ayyas yang
cerdas ternyata samasekali tidak cerdas. Kalau
cerdas bagaimana ia bisa melakukan ritual ibadah
yang begitu primitif. Anastasia dalam hati
meminta perlindungan kepada Kristus agar jan-
gan sampai tersesat seperti Ayyas. Ia bahkan
memohon agar Ayyas ditunjukkan kepada jalan
keselamatan yang sesungguhnya, seperti dirinya
yang telah menemukannya. Ia berdoa kepada
Kristus agar Ayyas segera terbangun dari
kebodohannya. Ayyas selesai shalat. Ia berzikir singkat. Tas -
bih, tahmid, dan tahlil masing-masing tiga puluh
tiga kali lalu berdoa. Setelah itu ia menoleh ke arah Doktor
Anastasia Palazzo yang sudah duduk di sofa sam-
bil memandangi dirinya dengan pandangan rasa
kasihan. "Maafkan saya Doktor, tadi saya tidak men-
jawab ketika Anda menyapa saya. Sebab saya
seperti yang mungkin sudah Doktor ketahui
sedang melakukan shalat. Beribadah seperti yang
diajarkan oleh agama saya, Islam."
"Ah tidak apa-apa . Bagus, kamu tidak lupa ke-
pada Tuhan. Kamu berarti orang yang sangat reli-
gius, sangat taat pada ajaran agama."
"Ibu saya selalu berpesan agar tidak pernah
lupa shalat, sujud kepada Allah di mana pun saya
berada." "Kau berarti juga sangat taat kepada ibumu.
Kau anak yang berbakti. Ibumu itu sama dengan
ibuku. Selalu saja ibuku mengingatkan aku untuk
selalu menyebut nama Tuhan dalam kesempatan
apa saja." "Beliau masih hidup""
"Masih. Dia sekarang menikmati hari tuanya
dengan hidup tenang di pinggir kota Novgorod."
"Kota paling penting bagi Rusia klasik yang
banyak melahirkan kesatria yang gagah berani."
"Benar. Kalau kau mau, suatu saat bisa aku
temani ke sana." "Sangat rugi kalau aku tidak mau. Tidak
mudah mencari penunjuk jalan yang menarik,
enak diajak diskusi dan memahami sejarah
dengan baik." "Dengan bahasa halus kau selalu memuji."
Kata Anastasia merasa disanjung.
"Memuji siapa"" Tanya Ayyas pura-pura tidak
tahu. Pertanyaan Ayyas seketika membuat wajah
Anastasia menyemu merah. Semu merah muka
Anastasia kian menyempurnakan kecantikannya.
Ayyas tahu itu, dan ia menyimpan rapat-rapat
rasa tahunya itu di dalam bilik hatinya yang ter-
dalam. Sementara Anastasia merasa, pertanyaan
Ayyas itu begitu menjebak dirinya. "Cerdas! Se-
buah jebakan yang sempurna," lirihnya dalam
hati memuji kecerdasan Ayyas. Tiba-tiba ia mer-
asa bodoh harus menjawab apa. Beberapa detik
berpikir ia langsung ketemu jawabannya.
"Memuji kota-kota Rusia."
"Jadi menurutmu begitu""
"Iya." "Berarti saya orang yang bodoh, yang tidak
bisa memahamkan lawan bicara. Padahal kalimat
yang terakhir saya ucapkan tadi samasekali tidak
untuk memuji kota Rusia. Maafkan kebodohan
saya Doktor." "Kalau begitu untuk memuji siapa seben-
arnya"" Doktor Anastasia masih mengejar
dengan pertanyaan yang sesungguhnya ia sudah
tahu jawabannya. Ia ingin Ayyas sama w salah
tingkahnya dengan dirinya. Tapi reaksi Ayyas
sungguh di luar dugaannya. Ayyas spontan men-
jawab tanpa beban sedikit pun,
"Tidak usah saya jelaskan, nanti salah lagi.
Kalau saya salah menjelaskan lagi malah akan
semakin nampak jelas betapa bodohnya saya ini.
Apalagi kalau perut saya sedang lapar, rasanya
otak saya kehilangan sekian persen kecerdasan
saya." "Kau mau makan siang""
"Iya. Supaya konsentrasi saya kembali pulih
seperti sedia kala dan tidak diganggu oleh per-
mintaan perut yang mulai melilit-lilit."
"Mau aku temani""
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Bukannya Doktor baru saja dari stolovaya"
Tadi Bibi Parlova mengatakan kepada saya, Dok-
tor sedang makan siang di sana""
"Tadi cuma minum teh untuk menghangatkan
tubuh, tidak benar-benar makan siang. Aku tadi
tidak makan kentang. Orang Rusia kalau belu
m makan kentang itu sama saja belum makan."
" O kalau begitu, mari kita makan siang."
Keduanya lalu bergegas ke stolovaya. Mereka
hampir tidak dapat tempat karena stolovaya itu
nampak penuh. Beruntung dua orang mahasiswi
bermata sipit dan bermuka bundar khas wajah
China bagian barat berdiri meninggalkan meja
mereka. Doktor Anastasia mengajak Ayyas du-
duk di tempat yang ditinggalkan dua mahasiswi
bermata sipit itu. Mau tak mau mereka duduk
berhadapan dan hanya dipisah oleh meja kecil
yang langsung penuh sesak oleh makanan yang
mereka ambil. Ayyas memilih kotlety (Sejenis perkedel yang
terbuat dari daging giling tanpa kentang) dengan
sup, dua iris roti hitam, dan secangkir teh panas.
Sementara Doktor Anastasia Palazzo memilih
kentang kukus yang kuning keemasan, sup borsh
khas Rusia, dan teh panas. Ayyas melahap kot-
lety itu dengan penuh nafsu. Sementara Anastasia
menikmati kentang kukusnya dengan penuh
khusyuk. Terkadang ia ambil potongan kentang,
ia masukkan ke mangkuk sup borshnya. Terka-
dang potongan kentang itu ia masukkan dulu ke
mulutnya baru ia menyendok supnya. Terkadang
ia ambil sepotong kecil kentang kukus, ia mas -
ukkan ke dalam mangkuk sup dan ia masukkan
ke dalam mulutnya bersama roti lipyoshka yang
ada dalam sup borshnya. Anastasia benar-benar
menikmati cara memakannya yang berbeda dari
orang -orang Rusia pada umumnya.
"Orang Rusia suka sekali makan kentang."
Gumam Ayyas sambil melihat ujung sendok
Anastasia yang mengangkat kentang kukusnya
dari sup borsh-nya. "Ya, kami orang Rusia sangat mencintai
kentang. Satu hari tanpa kentang adalah penderit-
aan bagi orang Rusia. Orang Rusia tidak bisa
hidup tanpa makan kentang. Kentang adalah ke -
banggaan orang Rusia, bahkan nyawa orang
Rusia." Jawab Doktor Anastasia.
"Kalau begitu bisa jadi di dunia ini yang pal-
ing banyak makan kentang adalah orang Rusia."
"Kau benar." "Selain kentang apa yang paling tidak bisa
dipisahkan dari orang Rusia""
"Teh panas, dan Vodka. Tapi aku tidak suka
Vodka." Ayyas menganggukkan kepalanya. Ia sudah
menyikat habis menu yang dipilihnya. Anastasia
masih sibuk menghabiskan sisa-sisa kuah supnya.
Setelah mangkuknya bersih, ia menyeruput teh
panasnya yang kini jadi hangat.
"M m boleh aku tanya sedikit"" Kata Anastas -
ia agak ragu. " Boleh tentu saja."
"Maaf kalau pertanyaanku ini akan menggang-
gumu." "Semoga tidak."
"Maaf, ini sedikit tentang Islam. Kau orang
Islam kan"" "Iya. Aku orang Islam. Kau tadi lihat sendiri
aku shalat seperti orang Islam mana pun di selur-
uh dunia." "Iya ini tentang cara shalat kalian. Cara kalian
menyembah sesembahan kalian. Begini, katanya
Islam melarang manusia menyembah berhala
seperti yang aku baca di internet, tetapi mengapa
ketika shalat, mereka menurutku justru melak-
ukan satu kebodohan dengan menyembah batu
persegi empat yang mereka sebut ka'bah. Tidak
tanggung-tanggung, mereka menyembah batu
persegi empat itu lima kali sehari. Kau bisa men-
jelaskan sesuatu padaku!" Dan, maaf, jika
perkataanku ini menyinggungmu!"
Ayyas agak kaget mendengar pertanyaan Dok-
tor Anastasia Palazzo itu. Ia berusaha tetap ten-
ang, meskipun dari pertanyaan itu ada tuduhan
bahwa dirinya melakukan kebodohan ketika shal-
at. Doktor muda yang cemerlang itu
berpandangan orang-orang Islam menyembah
batu. Ayyas berbaik sangka, Doktor Anastasia
berpandangan seperti itu hanya karena ketidak-
tahuannya akan ajaran Islam yang sesungguhnya.
Dan dengan adanya pertanyaan yang keluar dari
mulut Doktor Anastasia ia jadi tahu kira-kira sep -
erti apa orang-orang yang bukan Muslim dalam
memandang orang Muslim. Bisa jadi yang punya
pendapat seperti Doktor Anastasia sangat banyak
di muka bumi ini, yang berarti banyak sekali or-
ang yang salah melihat Islam.
Ayyas berusaha menjawab apa yang ditan-
yakan oleh Doktor Anastasia sebaik mungkin. Ia
berharap, bahasa yang ia gunakan dapat dipahami
Doktor Anastasia dengan baik.
Setelah menarik nafas Ayyas menjawab,
"Ka'bah, sesungguhnya hanyalah kiblat, yaitu
arah di mana kaum Muslim menghadapkan wa-
jahnya ketika shalat. Jadi ketika shalat seorang
Muslim samasekali tidak menyembah ka'bah
yang tak lain adalah batu persegi empat. Sekali
lagi tidak. Yang disembah seorang Muslim han-
yalah Allah, Tuhan seru sekalian alam. Yang
diikrarkan seorang Muslim p ertama kali masuk
Islam adalah aku bersaksi tidak ada Tuhan kecu-
ali hanya Allah. "Anda bisa bertanya kepada Muslim yang
masih anak-anak sekalipun. Silakan Anda tanya
mereka, menyembah apa mereka ketika shalat"
Menyembah ka'bah atau menyembah
Allah. Bisa dipastikan, leher saya ini jadi
taruhannya, mereka akan menjawab bahwa
ka'bah hanyalah arah di mana harus menghadap
ketika shalat, tak lebih. Yang mereka sembah
adalah Allah. Mereka rukuk dan sujud hanya ke-
pada Allah semata. "Perlu Doktor Anastasia ketahui, di dalam
Islam tata cara ibadah semuanya diatur secara
sempurna. Yang mengatur tata cara ibadah itu
adalah Allah. Rasulullah hanyalah utusan Allah
yang menjelaskan tata cara ibadah itu. Tidak ada
campur tangan manusia dalam hal aturan dan tata
cara ibadah kepada Allah. Termasuk ke arah
mana wajah ini harus dihadapkan ketika ibadah.
Allah sendirilah yang menentukan ke mana wa-
jah hamba-Nya menghadap ketika beribadah
kepada-Nya. Di dalam Al -Quran, surat Al-
Baqarah ayat 144, Allah berfirman: 'Sungguh
Kami sering melihat mukamu menengadah ke
langit, maka sungguh Kami akan memalingkan
kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram dan di mana
kamu berada palingkanlah mukamu ke arahnya.'
"Tujuan menghadap arah yang sama, yaitu ke
arah ka'bah adalah untuk menyatukan umat Islam
di mana pun mereka berada. Jika tidak disatukan
kiblatnya, umat Islam akan susah melakukan
shalat berjamaah. Dalam satu masjid bisa terjadi
ada yang shalat menghadap ke utara ada yang
menghadap ke selatan, ada yang menghadap ke
tenggara dan lain sebagainya. Ibadah shalat jadi
tidak khusyuk. Persatuan tidak mudah tercipta.
"Demi menyatukan umat Islam di mana pun
mereka berada, Allah memerintahkan umat Islam
menghadap ka'bah ketika shalat. Jika ia berada di
sebelah utara ka'bah berarti dia harus menghadap
ke selatan, seperti orang Islam di Moskwa ini.
Jika orang Islam itu ada di sebelah timur ka'bah
berarti harus menghadap barat seperti orang
Islam di Indonesia. Jadi sekali lagi umat Islam
tidak menyembah ka'bah. Tuduhan seperti yang
Doktor Anastasia sampaikan sesungguhnya
samasekali salah, karena hanya purbasangka
yang tidak ada dasarnya. "Kalau kita baca sejarah dengan seksama,
yang menggambar peta dunia pertama kali adalah
orang Islam. Orang Islam menggambar peta
dunia dengan petunjuk arah selatan menghadap
ke atas, sedangkan arah utara menghadap ke
bawah. Dan bangunan ka'bah berada di tengah-
tengahnya. Jadi dalam pandangan orang Islam,
saat itu ka'bah berada di tengah-tengah peta
dunia. Kemudian para pembuar peta dari Barat
menggambar dunia dengan cara terbalik, artinya
arah utara menghadap ke atas dan arah selatan
menghadap ke bawah. Alhamdulillah ka'bah juga
tetap berada di bagian tengah peta dunia.
"Doktor juga harus tahu, di ka'bah ada batu
hitam yang disebut hajar aswad. Ada riwayat
menarik, Umar bin Khattab ra. pernah berkata
kepada hajar aswad, 'Saya tahu engkau hanyalah
sebuah batu yang tidak bermanfaat dan tidak
merugikan. Jika aku tidak pernah melihat
Rasulullah menyentuh kamu, maka aku tidak
akan menyentuh kamu.' "Lihat, apa kata-kata Umar kepada hajar as -
wad, yang juga adalah salah satu batu di ka'bah"
Umar mengatakan bahwa hajar aswad tak lebih
sebuah batu yang tidak membawa manfaat dan
membawa kerugian. Sekali lagi tak lebih dari se-
buah batu. Tak ada seorang pun di kalangan umat
Islam yang beranggapan, batu-batu yang bertum-
puk jadi ka'bah itu adalah Tuhan. Samasekali
tidak ada yang beranggapan demikian.
"Di zaman ketika Rasul kami, Muhammad
Saw. masih hidup, bahkan ada orang yang
bernama Bilal bin Rabbah berdiri di atas ka'bah
dan mengumandangkan azan dari atas ka'bah.
Kalau orang Islam menyembah ka'bah, ba-
gaimana mungkin seorang penyembah
menginjak-injak Tuhan yang
disembahnya" Bilal bin Rabbah berdiri men-
ginjak ka bah tidak ada masalah. Sebab ka'bah
hanyalah sebuah batu, tak kurang tak lebih. Jadi,
anggapan Doktor Anastasia bahwa ora
ng Islam menyembah batu sangat jauh dari benar. Yang
disembah oleh orang Islam hanyalah Allah,
Tuhan seru sekalian."
Jawaban Ayyas yang runtut dan halus itu
membuat Doktor Anastasia menjadi mengerti
kenapa umat Islam menghadap ke ka'bah. Dalam
pojok hatinya ia merasa salah sangka kepada or-
ang Islam selama ini. Jawaban Ayyas sedikit
membuka wawasannya. Ia belum pernah me -
nemukan jawaban segamblang dan sedetil itu. Ia
jadi penasaran ingin bertanya banyak hal pada
Ayyas tentang Islam. "Boleh aku bertanya lagi""
"Boleh saja." "Maaf, tadi aku lihat caramu beribadah. Sekali
lagi maaf, kau meletakkan keningmu ke tanah
berkali-kali. Menurutku itu sangat primitif.
Kenapa ritual ibadahnya harus ada sujud
meletakkan kening di atas tanah, seperti cara
suku-suku asing di belantara yang tidak tersentuh
peradaban yang sehat. Apakah tidak ada cara
ibadah yang lebih modern dan sehat. Jujur saja
aku agak jijik melihatnya. Aku tidak bisa mem-
bayangkan kalau diriku harus sujud di lantai sep -
erti itu. Sekali lagi, maaf kalau
menyinggungmu." Pertanyaan Doktor Anastasia membuat tubuh
Ayyas gemetar. Ia ingin marah karena cemburu
cara ibadahnya diremehkan, tapi ia tidak boleh
marah pada orang yang tidak tahu. Ia berusaha
mengendalikan diri sebaik mungkin. Ia harus
menjelaskan apa yang bisa ia jelaskan. Jika masih
juga tidak membuat Doktor Anastasia puas, ya ia
tidak bisa memaksa orang untuk puas atau men-
erima penjelasannya. "Ada pepatah Arab mengatakan al insan a'dau
ma jahilu. Artinya, manusia adalah musuh se-
suatu yang tidak diketahuinya. Misalnya karena
saya tidak tahu ilmu konstruksi bangunan, bisa
dipastikan kalau saya diminta menghitung
kekuatan sebuah bangunan, atau menaksir berapa
ketebalan beton untuk suatu bangunan berlantai
lima, saya angkat tangan. Kalau saya tetap
dipaksa itu akan jadi musuh saya, yang akan ter-
us menghantui saya. Sebab, saya bodoh di bidang
itu. Kalau saya masuk program doktor terus saya
diuji materi itu pasti saya akan gagal, sebab saya
Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak tahu ilmunya. Itu sekali lagi jadi musuh
saya. Tetapi di bidang yang saya tahu dan saya
kuasi dengan baik. Bidang itu jadi sahabat saya,
jadi penolong saya. Begitulah makna pepatah
Arab itu. "Saya tidak heran Doktor Anastasia
mengatakan apa yang telah Doktor katakan tadi.
Itu semata-mata karena Doktor Anastasia belum
tahu. Kalau Doktor tahu, saya yakin Doktor akan
punya pandangan yang berbeda.
"Islam seutuhnya datangnya dari Allah. Itu
yang kami yakini dan bisa dibuktikan keben-
arannya dengan timbangan ilmiah. Semua
ajarannya datangnya dari Allah, Tuhan seru
sekalian alam. Tata cara, ibadah dalam Islam
diatur oleh Allah. Allah menjelaskannya kepada
Nabi Muhammad, dan Nabi Muhammad men-
jelaskannya kepada umatnya. Maka cara shalat
umat Islam di seluruh dunia sama. Takbirnya
sama. Bacaannya sama. Gerakannya juga sama.
"Shalatnya umat Islam saat ini, yang ada
sujudnya, adalah sama dengan shalatnya para
nabi dan rasul sebelumnya. Nabi Adam, Nuh,
Idris, Ibrahim, Ismail, Ishak, Musa, Yunus, Daud,
Sulaiman, Yahya, Isa dan seluruh nabi sebelum
Nabi Muhammad menyembah Allah dengan cara
yang sama dengan umat Islam saa t ini. Yaitu
dengan rukuk dan sujud yang disebut shalat.
"Itu adalah cara beribadah terbaik yang
diajarkan Allah kepada manusia sejak manusia
ada. Cara beribadah yang paling beretika dan pal-
ing modern bagi orang-orang yang benar-benar
beriman kepada Allah. "Islam artinya menyerahkan diri secara total
kepada Allah, tunduk secara penuh kepada Allah.
Maka di dalam ajaran Islam, saat dan tempat
yang paling dekat seorang hamba dengan Allah
adalah ketika hamba itu sedang sujud kepada
Allah. "Ketundukan seorang Muslim yang total ke -
pada Allah nampak jelas ketika dia sujud kepada
Allah. Kepala dan muka adalah bagian paling
mulia bagi manusia. Bagian yang paling mulia itu
harus ditundukkan sepenuhnya dengan keikhlas -
an kepada Allah. Tidak ada yang lebih mulia dari
Allah, tidak ada yang lebih agung dan lebih besar
da'ri Allah. Inilah ibadah yang total tidak
setengah-setengah. Penyembahan yang total ke -
pada Allah. "Ketika seseorang sujud kepada Allah, berarti
dia siap untuk melaksanakan seluruh perintah Al-
lah dan siap untuk menjauhi seluruh larangan Al-
lah. Artinya, di luar shalat pun dia siap sujud ke -
pada Allah, patuh kepada Allah tanpa keraguan
sedikit pun. "Doktor tidak boleh melupakan hal penting.
Di dalam Islam, rukun pertamanya adalah
syahadat, bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah
dan Muhammad adalah utusan Allah. Ketika
seseorang mengatakan aku bersaksi tidak ada
Tuhan selain Allah, artinya orang itu hanya akan
beribadah kepada Allah saja. Dia hanya boleh
sujud kepada Allah saja. Dia hanya boleh mele -
takkan keningnya ke tanah kepada Allah saja.
Selain kepada Allah tidak boleh. Dia hanya men-
jadi hamba Allah, hanya tunduk kepada Allah.
Selain kepada Allah dia tidak boleh tunduk ap -
alagi sujud.i "Jadi kalau boleh saya berkata, saya ingin
mengatakan sesungguhnya di atas muka bumi ini
yang paling merdeka adalah orang Islam. Sebab
orang Islam hanya tunduk kepada Allah, hanya
menyembah kepada Allah. Umat Islam tidak
menyembah sesama manusia, atau manusia yang
dianggap Tuhan. Umat Islam hanya sujud kepada
Allah semata. Inilah cara ibadah para nabi dan ra-
sul sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad.
"Tidak ada cara ibadah yang lebih total
menyembah Allah selain daripada Islam. Dan
tidak ada kemerdekaan yang lebih merdeka selain
daripada Islam. Doktor Anastasia boleh saja
mengatakan, aku patuh dan tunduk kepada
Tuhan, tapi Doktor masih merasa jijik saat di-
minta Tuhan meletakkan kening ke tanah, sujud
kepada Tuhan. Sekali lagi sujud kepada Tuhan,
bukan sujud kepada makhluk ciptaan Tuhan.
Apakah dia benar-benar ikhlas dan total
menyembah Tuhan. Kepada Tuhan masih merasa
jijik" Menurut saya, maaf, orang seperti itu masih
sombong, dia masih merasa setara dengan Tuhan,
sebab ia tidak mau sujud kepada Tuhan.
"Itu penjelasan secara teologis. Saya tadi
menyampaikan bahwa ibadah kami, umat Islam
adalah cara ibadah yang paling modern dan bisa
dibuktikan secara ilmiah. Sudah banyak pakar
kesehatan yang meneliti seluruh gerakan shalat,
dan hasilnya menakjubkan. Seluruh gerakan shal-
at membawa manfaat kesehatan yang menakjub -
kan bagi umat manusia. Bahkan waktu-waktu
shalat itu sangat bermanfaat dalam mengatur
irama proses -proses fisiologi dalam tubuh. Ke-
lima waktu shalat wajib sangat sesuasi dengan
perubahan-perubahan biologis yang penting
dalam tubuh. Shalat yang dilakukan dalam tubuh
bisa mengontrol keseimbangan enzim dalam tu-
buh, yang menjadikan tubuh selalu sehat. Dan
pada gilirannya kesesuaian itu menjadikan shalat
lima waktu sebagai conditional reflexyang
berpengaruh seiring dengan perputaran waktu.
"Saya tidak ingin menjelaskan semua bukti
ilmiah. Hanya sebagian kecil saja. Langsung saja
saya masuk pada sujud. Sujud yang menurut
Doktor sangat menjijikkan dan primitif. Maaf,
agaknya Doktor kurang banyak membaca di luar
sejarah. Jadi pengetahuan Doktor hanya tentang
teori sejarah. Itu pun Doktor tidak tahu sejarah
ibadah para nabi dan rasul.
"Kalau Doktor membaca buku-buku kesehatan
populer saja, Doktor akan tahu bahwa gerakan
rukuk dan sujud sangat bermanfaat bagi kaum
perempuan, khususnya perempuan yang sedang
hamil. Seringkah masalah utama perempuan
hamil adalah kesulitan pencernaan yang mem-
buatnya merasa kembung bahkan muntah.
Dengan izin Allah, shalat dapat mengatasi kesul-
itan pencernaan perempuan hamil ini. Rukuk dan
sujud akan menguatkan otot-otot dinding perut
dan membantu perut dari kekerutan, sehingga
bisa menyelesaikan kerjanya secara maksimal.
"Ada lagi gerakan-gerakan senam pada
minggu-minggu terakhir kehamilan yang sama
persis dengan gerakan rukuk dan sujud ketika
shalat. Gerakan ini sangat penting dan berguna
untuk mendorong janin agar tetap di jalur alam-
inya di dalam tulang pinggul, sehingga proses
persalinan nantinya lancar dan normal.
"Tidakkah Doktor pernah membaca, banyak
orang Jepang yang menjatuhkan diri ke lantai
lalu sujud ketika merasa tertekan dan stres.
Dengan sujud itu mereka merasa lebih segar dan
lebih enteng kepalanya. Mereka samasekali tidak
tahu bahwa sujud adalah salah satu rukun shalat
umat Islam. Penelitian kedokteran modern
m engatakan, sujud bisa menjadi cara yang baik
untuk menghilangkan kegelisahan dan kegunda-
han seseorang. Seorang Muslim ketika sujud
akan merasakan hembusan angin ketenangan, dan
belaian cahaya tauhid yang menyejukkan pikiran
dan jiwa. "Terakhir saya ingin sampaikan apa yang per-
nah di katakan oleh Dr. Alexis Karel, peraih
Nobel bidang kedokteran, 'Shalat menciptakan
satu aktivitas yang menakjubkan di dalam sistem
tubuh dan organ-organnya. Saya telah banyak
melihat orang-orang sakit yang tidak berhasil dis -
embuhkan oleh obat-obat konvensional, namun
shalat mampu menyembuhkan mereka secara
total. Shalat seperti logam rodium, sumber radi-
asi, dan pembangkit energi otomatik. Saya telah
menyaksikan sendiri efek shalat dalam mengatasi
berbagai penyakit seperti TBC, radang tulang,
luka bernanah, kanker dan lain-lain.'
"Itu yang bisa saja jelaskan Doktor. Memang
sebaiknya kita tidak menghukumi sesuatu hanya
berdasarkan perasaan dan praduga tanpa dasar.
Maaf, tanpa bermaksud menasihati, alangkah
baiknya jika Doktor Anastasia juga banyak mem-
baca di luar teori-teori sejarah, agar wawasan
Doktor lebih luas lagi dan pandangan Doktor
tidak terkesan sempit."
Panjang lebar Ayyas menjelaskan kebenaran
yang ia yakini kepada Doktor Anastasia Palazzo.
Ia berusaha menjelaskan sedetil dan sehati-hati
mungkin. Ia berharap Doktor Anastasia bisa
menerima penjelasannya. Ia juga berharap tidak
ada satu kalimat pun dalam menjelasannya yang
akan menyinggung rasa keberagamaan Doktor
Anastasia. Sementara itu, Doktor Anastasia samasekali
tidak menyangka Ayyas akan memberi penjelas -
an yang sedemikian gamblangnya. Ia merasa sa-
lut pada pemuda itu berikut kecerdasan yang
menyertainya. Toh begitu, ada juga yang meng-
ganjal di hatinya. Ya, sindiran Ayyas kepadanya
sebagai orang yang kurang membaca, meskipun
disampaikan Ayyas dengan ekstra hati-hati, sung-
guh membuat hatinya berselimut
amarah yang terpendam dalam dada. Sebuah
amarah yang biasa terbit kala seseorang dising-
gung kecerdasannya. Amarah yang mudah mun-
cul dan mudah tenggelam. Amarah itu manusiawi
menurutnya. Meski amarah itu sempat menghinggapinya,
Doktor Anastasia justru merubahnya menjadi
"cambuk motivasi" untuk membaca lebih banyak
lagi dan lebih banyak lagi. Yang jelas, dia akan
mencari informasi yang detil seputar apa yang
dijelaskan Ayyas. Apakah pemuda itu menyam-
paikan hal yang benar dan dapat dipertanggung-
jawabkan secara ilmiah ataukah ia hanya membu-
al belaka alias cepukha, omong kosong.
Doktor Anastasia bangkit dari tempat du-
duknya. Ia mengajak Ayyas kembali ke ruang
Profesor Tomskii untuk berbincang-bincang
tentang teori sejarah total. Besok-besok masih
ada waktu. Di lain waktu yang lebih tepat ia akan
menanyakan, kenapa umat Islam harus shalat
dengan cara yang menurutnya primitif seperti itu.
Dan di lain waktu pula, ia akan kembali men-
anyakan banyak hal kepada Ayyas tentang Islam,
yang menurutnya primitif. Tentu dengan bekal
pengetahuan yang lebih siap sebelumnya. Ayyas
mengiyakan ajakan Anastasia. Mereka berdua
meninggalkan stolovaya dengan saling memen-
dam tanda tanya. Tanda tanya yang kelak, sangat
mungkin kian menumbuhkan benih-benih kek-
aguman di antara mereka. Bepih-benih kekagu-
man jenis apakah itu" Hanya angin dingin kota
Moskwa yang akan menjawabnya.
*** 16. Gejolak di Hati Linor
Tengah malam itu salju tidak turun, tapi udara
di luar tetap sangat dingin. Linor duduk termang-
gu di depan pianonya dengan wajah suram. Ia tu-
tup pintu kamarnya rapat-rapat. Entah kenapa ia
merasa hidupnya terasa sangat hampa. Ia telah
mendapatkan hampir semua yang ia inginkan.
Kebebasan hidup yang ia dambakan, ia sudah
menggenggamnya. Sudah delapan tahun ia bebas
dari segala aturan kedua orangtuanya. Uang yang
melimpah ia punya. Bahkan ia bisa keliling dunia
tanpa mengeluarkan biaya sepeser pun kalau ia
mau. Hidup dihormati banyak orang pun telah ia ra-
Konspirasi Conspiracy 1 Kutukan Jason Kisah Seri Misteri Friday The 13 Karya Eric Morse Setan Harpa 9