Pencarian

Bumi Cinta 7

Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy Bagian 7


asa bahwa doktor muda itu sangat memerhatikan
penampilannya, sebab dia akan tampil di layar
televisi yang disaksikan jutaan mata umat
manusia. Mobil bergerak ke utara, sebentar kemudian
belok ke barat menyusuri Spartakovskaya Ulitsa,
dan terus melaju ke barat melewati Staraya Bras -
mannaya Ulitsa, lalu belok kiri memasuki jalan
lingkar Sadovoe Koltso. Doktor Anastasia men-
gendari mobilnya dengan tenang dan anggun.
Ayyas merasakan aro ma parfum yang dipakai Doktor Anastasia yang begitu segar. Mobil terus
melaju ke selatan, memasuki kawasan Markist-
skaya, dan terus menyusuri lingkar dalam yang
mulai miring ke arah timur. Sampai di kawasan
Sepukhovskaya, Doktor Anastasia belok kiri, dan
kembali mengambil jalan lurus ke selatan. Dan
mobil itu akhirnya berhenti di sebuah gedung
megah dan tinggi di daerah Nakhimovsky
Prospekt. "Ayo kita turun. Kita akan masuk ke salah
satu studio milik televisi yang mengundang kita.
Studio itu katanya ada di lantai empat belas."
Ucap Doktor Anastasia kepada Ayyas.
"Tema kita masih sama dengan seminar itu"
Tidak ada perubahan"" Tanya Ayyas.
"Ya masih sama. Tetapi bisa jadi nanti pe-
mandu acara akan memperlebar permasalahan.
Atau akan ada respons dari pemirsa yang mem-
perluas pembahasan. Kau siap kan""
"Siap. Saya tidak perlu khawatir selama
diskusi bersama Doktor Anastasia Palazzo."
"Kau selalu memuji."
"Benarkah" Aku merasa tidak memuji Doktor,
kenapa Doktor merasa dipuji""
Wajah Doktor Anastasia seketika memerah, ia
berusaha mengendalikan diri.
"Sudahlah ayo kita masuk. Kita sudah ditung-
gu oleh Direktur Program."
*** 32. Oh, Ibu... Bagaimana Mama bisa menyembunyikan
kenyataan ini sedemikian rapat" Apakah ayah
juga tahu siapa aku ini sebenarnya" Kenapa ayah
begitu membanggakan diriku, dan menganggap
dalam diriku mengalir darah Yahudi yang kent-
al"" Linor bertanya dengan bibir bergetar dan
mata berkaca-kaca. Ia masih belum bisa percaya
sepenuhnya pada apa yang didengarnya dari mu-
lut Madame Ekaterina yang selama ini ia anggap
sebagai ibu kandungnya. Madame Ekaterina menjawab, "Sebelum
membawamu keluar dari Beirut. Mama membuat
surat keterangan kelahiran di rumah sakit Amer-
ican University, bahwa kau adalah anakku. Ada
seorang relawan dari Amerika yang membantu
mengurus surat itu. Dengan bekal surat itu, aku
bisa membawamu masuk London. Dan selanjut-
nya kepada siapa pun aku mengaku bahwa kau
adalah anak kandungku. Dan tidak ada yang
menanyakan siapa ayahmu sebenarnya. Kau tahu
sendiri, hal seperti itu biasa saja di Eropa ini.
Mama juga memberi kabar kepada keluarga
Mama di Ukraina bahwa Mama sudah memiliki
seorang anak perempuan. Dan mereka menyam-
butnya dengan suka cita. Mama memberimu
nama Sofia. Sama dengan nama yang diberi oleh
Salma kepadamu. Hanya saja namamu berubah
jadi Sofia Corsova, karena Corsov adalah nama
ayah Mama, orang yang selama ini kau kenal se-
bagai kakekmu. Padahal sebenarnya nama kakek-
mu adalah Abdul Aziz, sebab nama ibu kandung-
mu yang sesungguhnya adalah Salma Abdul
Aziz. "Ketika umurmu belum genap satu tahun,
Mama membawamu berlibur ke sebuah pantai
yang indah di Barcelona. Di sana Mama berken-
alan dengan seorang pengusaha muda yang tam-
pan, namanya Eber Jelinek. Dia mengaku berasal
dari Rusia dan memiliki beberapa rumah pen-
ginapan di Spanyol, Yunani dan Rusia. Dalam
waktu yang tidak lama kami sangat akrab. Eber,
Mama rasa sangat terbuka dan cerdas, maka
Mama sangat terbuka kepadanya. Hampir semua
yang ada dalam diri Mama diketahui olehnya
kecuali satu hal, yaitu rahasia siapa sebenarnya
dirimu. Eber hanya tahu bahwa kau anak kandun-
gku dari hubungan gelap dengan seorang teman
kuliah yang tidak bertanggung jawab dan kau
lahir di Beirut saat Mama bertugas menjadi re-
lawan. Itu saja. Eber sebenarnya sangat kritis, ia
sempat bertanya bagaimana mungkin seorang
wanita hamil diijinkan jadi relawan. Mama men-
jawab saat memasuki Beirut kehamilan Mama
baru dua bulan dan belum nampak. Mama mam-
pu menyembunyikan kehamilan itu. Dan dia
percaya. "Singkat cerita Eber jatuh cinta dan tergila-
gila pada Mama. Dan sebaliknya Mama juga
suka padanya. Eber semakin gila dalam mengin-
ginkan diri Mama menjadi istrinya setelah tahu
bahwa ibu Mama adalah seorang Yahudi. Eber
memiliki darah Yahudi yang kental. Singkat
cerita kami kemudian menikah. Pernikahan kami
diadakan besar-besaran di Rusia, dan Mama
akhirnya pindah ke Rusia.
"Setengah tahun menikah barulah Mama tahu
kalau Eber ternyata seorang agen Zionis. Jujur,
Mama tidak suka dengan Zionis. Dengan baik-
baik Mama sampaikan agar dia meninggalkan
profesinya sebagai agen rahasia Zionis Israel,
atau kalau tidak, maka Klama minta cerai. Kau
tahu apa reaksi Eber" Ia sangat marah. Ia men-
angkap kamu dan mengangkat tinggi-tinggi
kamu, dan dia mengancam, 'Berani kau minta
cerai, maka anak ini akan aku remukkan tu-
langnya dan mencincangnya seperti tukang
daging mencincang hewan sembelihannya.
Tetapi sebaliknya jika kau setia, maka aku akan
memuliakanmu dan memuliakan anak perem-
puanmu ini semulia-mulianya.'
"Bulu Mama sampai berdiri mendengar anca-
man itu. Maka tidak ada pilihan bagi Mama
kecuali meneruskan hidup bersama Eber. Ini
demi menjaga dirimu. "Satu tahun menikah, kami belum juga memi -
liki keturunan. Dua tahun menikah juga demiki -
an. Eber mengajak Mama periksa kesehatan.
Mama tidak mau, Mama menjawab, anak ini ada-
lah bukti bahwa Mama sehat dan subur. Akhirnya
Eber periksa kesehatan, dan benar, ia ternyata
mandul. Pelbagai terapi ia coba, tetapi tetap saja
mandul. Akhirnya diam-diam Mama juga
memeriksakan diri Mama, ternyata Mama juga
sama, yaitu mandul. Apa yang terjadi pada Mama
tidak Mama sampaikan kepada Eber. Dengan be-
gitu Mama masih memiliki posisi tawar yang
kuat di hadapannya. "Karena merasa bersalah dirinya mandul, Eber
minta agar kamu dianggap saja sebagai anak
kandung dirinya. Ini demi menjaga ke-
hormatannya di hadapan kawan dan kenalannya.
Mama setuju saja. Akhirnya entah bagaimana
caranya ia merubah nama Mama menjadi
Shim'ona Jelinek. Dan namamu ia rubah menjadi
Linor Jelinek. Itulah nama yang kemudian kita
pakai selama hidup di Moskwa. Kau seolah-olah
adalah anak Mama dan Eber. Kau mengenal Eber
sebagai ayah yang sangat menyayangi dan mem-
banggakan kamu. Eber juga yang mendidik kamu
sejak kecil bagaimana menjadi seorang Yahudi,
dan bahkan memasukkan kamu menjadi agen
Zionis Israel. Eber juga yang membuat kamu
sampai sekolah intelijen di Tel Aviv.
"Sampai akhir hayat, Eber hanya tahu bahwa
kamu adalah anak Mama, dalam darahmu ada
mengalir darah Yahudi. Meskipun menurut
tradisi Yahudi, darah Yahudi dari garis ibu kur-
ang diakui, tetapi kepada kawan-kawannya Eber
mengaku bahwa sebelum menikah denganku ia
telah menghamiliku. Jadi darahmu adalah darah
Yahudi yang kental. Karena ayah dan ibumu ada-
lah Yahudi. Itu yang selalu dikatakan Eber ke-
padamu dan kepada semua orang Yahudi di mana
saja. Dia sampai berbohong seperti itu, karena
dia ingin menutupi aibnya sendiri, dan sekaligus
dia ingin memuliakan dirimu sesuai janjinya.
Memuliakan dirimu menurutnya adalah dengan
menjadikanmu seorang perempuan terhormat dari
trah Yahudi yang murni. Begitu menurutnya.
"Itulah kenyataan yang sesungguhnya tentang
dirimu, tentang Mama yang selama ini kauang-
gap ibu kandungmu ini, dan tentang Eber yang
kauanggap sebagai ayah kandungmu selama ini.
Kau boleh percaya boleh tidak. Kau boleh
meyakini boleh juga mengingkari. Yang jelas
dengan menyampaikan semua ini Mama merasa
tidak lagi menanggung beban berat yang terus
menghimpit dada. Mama tidak mungkin mencer-
itakan siapa sesungguhnya dirimu selama Eber
masih hidup. Jika Mama menceritakannya saat
dia masih hidup, kemungkinan besar nyawa
Mama dan nyawamu akan melayang karena
kemurkaannya." Linor mendengar penjelasan Madame Ekater-
ina dengan perasaan tidak menentu. Tubuhnya
menggigil. Ada rasa kaget berselimut percaya
dan tidak percaya, ada rasa haru, ada rasa sedih,
juga ada rasa marah. Ia tidak tahu harus bersikap
bagaimana. "Aku tahu ini pasti membuatmu kaget bukan
kepalang. Tetapi Mama berharap kau tetap
menganggap Mama sebagai ibumu sendiri dan
kau bisa berempati kepada ibu kandungmu yang
sebenarnya, yaitu Salma Abdul Aziz yang berhati
bagai malaikat. Kau mau melihat foto Salma be-
berapa hari sebelum melahirkan kamu" Wa-
jahnya persis seperti dirimu. Kecantikan yang
mengalir di wajahmu adalah titisan kecantikan
Salma yang berwajah putih bersih. Kau mau
Mama tunjukkan fotonya""
Linor mengangguk. Tenggorokannya seperti
kering dan mulutnya begitu berat untuk dibuka.
" Tunggu sebentar. Mama akan ambil foto itu."
Madame Ekaterina beranjak menuju almari
besar. Perempuan setengah baya itu membuka al-
mari. Di dalam almari ada koper hitam terletak di
bawah pakaian yang bergelantungan. Madame
Ekaterina membuka koper itu dan mengambil se-
buah buku agenda yang nampak sudah tua. Ia
membawa buku agenda itu dan membukanya
sambil duduk di samping Linor.
Madame Ekaterina mengeluarkan amplop dari
buku agenda itu dan membukanya. Di tangannya
ada foto perempuan berjilbab yang jelita. Paras
wajahnya mirip sekali dengan Linor.
"Ini foto ibumu beberapa hari sebelum me -
lahirkan kamu." Ujar Madame Ekaterina sambil
menyerahkan foto itu kepada Linor. Seketika
Linor terperanjat melihat foto itu. Ia seolah meli-
hat dirinya dalam foto itu. Ada perasaan sedih
yang perlahan menyusup ke dalam hatinya. Bay-
angan perempuan yang sobek perutnya dan foto
itu silih berganti hadir dalam kepalanya.
Rasa haru Linor perlahan membulat di dalam
dada. Setetes airmatanya jatuh membasahi foto
itu. Airmatanya terus meleleh. Dan tanpa sadar
tangannya mengangkat foto itu dan mendekatkan
ke mukanya, dengan suara lirih ia mengatakan,
"Oh ibu." Linor lalu menangis tersedu-sedu.
Dalam tangisnya ia mulai membayangkan
semua operasi yang ia jalankan selama ini. Entah
sudah berapa ribu nyawa perempuan Palestina
yang ia saksikan tewas diterjang peluru dan bom
pasukan Israel. Setiap kali terbayang peluru me-
nembus tubuh perempuan Palestina dan perem-
puan itu tumbang bersimbah darah, ia langsung
teringat bahwa yang tumbang itu adalah ibunya.
Hatinya terasa sakit sekali. Ia merasa telah mem-
bunuh ibu kandungnya beribu kali.
"Oh ibu, maafkan Linor." Bibirnya bergetar
disela isak tangisnya. Madame Ekaterina juga menangis di
sampingnya. Tak ada suara apa-apa di kamar itu, kecuali
isak tangis dua perempuan itu. Linor dan Ma-
dame Ekaterina. Linor menangis karena haru,


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedih, dan pelbagai perasaan yang bercampur
aduk di dadanya. Sementara Madame Ekaterina
menangis teringat Salma, dan teringat pesan
Salma. Ada perasaan lega dalam dada Madame
Ekaterina, karena ia akhirnya bisa menyampaikan
kebenaran yang selama ini ia sembunyikan rapat-
rapat dari siapa saja. *** 33" Saat "Rusia Berbicara"
Sementara itu di kota Moskwa, Ayyas dan
Doktor Anastasia Palazzo sedang siaran langsung
acara talk show "Rusia Berbicara." Setelah Dokt-
or Anastasia menjawab semua pertanyaan yang
diajukan kepadanya oleh dua orang pemirsa yang
ada di studio, kini giliran Ayyas yang
mendapatkan pertanyaan. Seorang gadis muda
berambut pirang menyala dan berjaket biru muda
mengacungkan tangan kanannya dan berkata,
"Kalau boleh saya mau bertanya kepada Ayy-
as." Kata gadis itu.
Sang pembawa acara mempersilakan sambil
tersenyum ramah. "Baik, saya mau bertanya kepada Tuan Ayyas
yang duduk sebagai seorang intelektual Muslim.
Saat ini saya percaya bahwa Tuhan itu ada, hanya
saja saya masih bingung agama mana yang harus
saya anut. Saya masih dalam pencarian. Tolong
yakinkan saya secara ilmiah bahwa Al-Quran itu
adalah benarbenar firman Tuhan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Menurut saya agama
yang benar adalah agama yang kitab sucinya
benar-benar berasal dari Tuhan. Bukan karangan
manusia. Terima kasih."
"Silakan Tuan Ayyas." Kata pembawa acara
yang tampil anggun dengan jas putih gading.
Setelah membaca basmalah dalam hati, Ayyas
menjawab, "Seandainya saya diberi waktu satu hari penuh
untuk memaparkan bukti ilmiah keaslian Al-Qur-
an sebagai firman Tuhan, pastilah waktu satu hari
penuh itu tidak akan cukup. Ratusan ribu buku
telah menulis bukti ilmiah itu. Setiap saat para
ilmuwan menemukan bukti baru yang ilmiah
tentang kemukjizatan AJ-Quran.
"Baiklah, di waktu yang singkat ini, akan saya
gunakan bercerita singkat tentang bukti keaslian
Al-Quran sebagai firman Tuhan. Bukti ilmiah
yang tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya.
Saya akan bercerita tentang tiga ilmuwan ter-
kemuka di zamannya yang telah membuktikan
Al-Quran sebagai kalam Tuhan yang tidak
terbantahkan. "Pertama, adalah Dr. Gary Miller. Ilmuwan
terkenal ini mengatakan, bahwa sebelum Al-Qur-
an diturunkan dan Muhammad Saw. diangkat
menjadi rasul, seorang filsuf Yunani Democritus
telah menyampaikan pendapatnya tentang atom.
Democritus dan para filsuf be
rkata, 'Materi terdiri atas partikel-partikel yang sangat kecil yang tidak
terlihat dan tidak bisa dibagi, partikel-partikel itu
disebut atom.' Itulah definisi atom secara ilmiah
yang diketahui manusia selama ribuan tahun.
"Orang Arab telah mengetahui definisi ini
jauh sebelum Islam datang. Buktinya, kata 'dzar-
rah' atau atom' menurut orang Arab adalah bagian
terkecil yang diketahui oleh manusia. Namun
sekarang ini, ilmu pengetahuan modern me -
nemukan bahwa atom yang dianggap bagian ter-
kecil dari materi ternyata masih bisa dibagi lagi.
Hal itu dianggap sebagai penemuan baru dalam
science modern. Yang sangat mengherankan, Al-
Quran yang diturunkan empat belas abad yang
lalu ternyata telah lebih dulu memberikan in-
formasi ilmiah ini. Allah berfirman di dalam Al-
Quran, "Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan
tidak membaca suatu ayat dariAl -Quran dan
kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan
melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu
kamu melakukannya. Tidak luput dari penget-
ahuan Tuhanmu biar pun sebesar zarrah (atom) di
bumi maupun di langit. Tidak ada yang lebih ke -
cil dan tidak ada yang lebih besar dari itu
melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang
[1] nyata (lauhul mahfudz). ___
"Tidak diragukan lagi penjelasan bahwa ada
yang lebih kecil dari atom seperti yang ada dalam
ayat di atas adalah hal yang samasekali tidak
populer ketika Al-Quran diturunkan. Yang diket-
ahui manusia saat itu materi terkecil adalah atom,
dan atom tidak bisa dibagi, artinya tidak ada yang
lebih kecil dari atom. Dari manakah Al- Quran
bisa memberikan informasi ilmiah yang jauh
melampaui apa yang ditemukan manusia saat itu.
Tak lain dan tak bukan adalah dari Allah Swt. Ini
membuktikan bahwa Al -Quran adalah firman Al-
lah yang tidak lekang oleh zaman.
"Kedua, adalah Dr. Maurice Bucaille. Dia ada-
lah seorang dokter ahli bedah terkenal di Peran-
cis. Seperti dimaklumi bersama, salah satu negara
yang memiliki perhatian besar pada peninggalan-
peninggalan purbakala adalah Perancis. Saat
Presiden Francois Mitterand terpilih menjadi
presiden Perancis tahun 1981, pemerintah Peran-
cis di penghujung tahun delapan puluhan
meminta kepada pemerintah Mesir untuk melak-
ukan penelitian terhadap mumi Fir'aun di Peran-
cis. Untuk itu dipindahkanlah untuk sementara
tubuh Mumi itu ke Perancis.
"Mumi itu disambut dengan upacara keneg -
araan yang meriah setibanya di Perancis. Dia dis -
ambut bahkan oleh presiden seolah-olah masih
hidup. Mumi itu lalu diletakkan di dalam ruangan
khusus di Musium Pusat Perancis untuk diteliti
oleh para pakar arkeologi dan dokter ahli bedah
agar mistri seputar mumi Fir'aun itu terungkap.
Dan yang menjadi ketua dari para pakar dan ahli
bedah dalam penelitian terhadap mumi itu adalah
dokter bedah paling cemerlang saat itu, yaitu Dr.
Maurice Bucaille. Para peneliti itu ingin menget-
ahui apa sesungguhnya yang menyebabkan
kematian Fir'aun. "Setelah melakukan penelitian dengan sek-
sama, mereka pun menemukan jawaban ilmiah,
kenapa Fir'aun mati. Sisa-sisa garam yang
lengket pada tubuhnya, juga sebagian ada di
tenggorokan dan alat pencernaan merupakan
bukti kuat bahwa Fir'aun mati di laut. Ketika
orang -orang saat itu menemukan jasad Fir'aun di
laut, mereka langsung memurnikannya agar awet.
Akan tetapi yang menjadi pertanyaan besar di
benak Dr. Maurice Bucaille adalah bagaimana
jasad Fir'aun tetap bisa utuh ketika ia ditemukan
di laut" "Saat itu ada seorang anggota tim yang ia
pimpin berbisik padanya, 'Sebenarnya umat Islam
sudah membicarakan mengenai tenggelamnya
jasad ini dan keutuhan tubuhnya setelah
tenggelam.' Namun Dr. Maurice Bucaille saat itu
mengacuhkan informasi itu dan menganggapnya
sebagai angin lalu. Dia meyakini bahwa
penemuan baru mengenai apa yang terjadi pada
mumi Fir'aun itu tidak akan terjadi kecuali
melaluiserangkaian penelitian dengan menggun-
akan metode dan alat pendukung yang canggih.
"Lalu dokter ahli bedah yang lain yang memi -
liki tanggung jawab yang sama dalam penelitian
mumi itu mengatakan, 'Benar, sungguh, Al-Qur-
an, kitab suci yang dipercayai kaum Muslim itu
telah menceritakan bagaimana Fir'aun
mati tenggelam dan memastikan keutuhan tubuhnya
setelah tenggelam.' "Dr. Maurice Bucaille tercengang tidak per-
caya, dia merasa itu hal yang aneh. Bagaimana
bisa terjadi. Mumi itu belum ditemukan hingga
tahun 1898 M atau baru ditemukan dua ratus
tahun yang lalu, sementara kitab Al-Quran sudah
ada sejak seribu empat ratus tahun yang silam.
Bagaimana kitab suci Al-Quran bisa memberikan
informasi itu, padahal seluruh manusia termasuk
juga bangsa Arab tidak mengetahui apa pun
tentang kehidupan Mesir kuno. Manusia baru
tahu setelah jasad mumi itu ditemukan bersama
peninggalan Mesir kuno lainnya.
"Pertanyaan itu berkecamuk dalam pikiran
ahli bedah dari Perancis ini. Ia mulai berpikir
tentang kemukjizatan Al-Quran. Ia duduk
merenung di hadapan jasad mumi Fir'aun. Kitab
suci umat Kristiani memang juga menceritakan
tenggelamnya Fir'aun ketika mengejar Musa,
tetapi Injil Matius dan Lukas itu tidak mencer-
itakan sedikit pun keutuhan jasadnya setelah
tenggelam. Apakah logis mumi itu adalah Fir'aun
yang dikejar Musa" Apakah logis Al- Quran
benar-benar menceritakan jasadnya utuh setelah
tenggelam" Dr. Maurice Bucaille terus gelisah.
"Hari berikutnya ia minta kepada beberapa
ahli bedah untuk membawa taurat, kitab suci or-
ang Yahudi. Dia membaca kitab keluaran. Ia ke-
cewa karena Kitab Keluaran samasekali tidak
menceritakan jasadnya akan utuh, yang dicer-
itakan hanyalah Fir'aun mati tenggelam. Kitab
Keluaran itu hanya mengabarkan, 'Kemudian
berbaliklah air laut itu, lalu menutupi kereta dan
orang berkuda dari seluruh pasukan Fir'aun, yang
telah menyusul orang Israel itu ke laut, hingga
tak tersisa seorang pun dari mereka.'
"Setelah Dr. Maurice membaca Kitab Keluar-
an itu tetap bingung sekaligus penasaran dengan
apa yang dikatakan rekannya mengenai informasi
yang sudah ada di dalam Al-Quran itu. Setelah
jasad mumi dikembalikan ke Mesir, Dr. Maurice
menghadiri konferensi kedokteran di Saudi Ara-
bia. Ia ingin bertemu dengan para dokter Muslim
dan menanyakan benar tidaknya apa yang disam-
paikan rekannya itu. Konferensi itu memang
membahas keutuhan jasad Fir'aun setelah
tenggelam. "Di tengah acara, seorang ilmuwan Muslim
membuka hati Dr. Maurice Bucaille yang sedang
mencari hakikat Al -Quran. Ilmuwan Muslim itu
membacakan ayat suci Al -Quran, 'Maka pada
hari itu Kami selamatkan badanmu supaya kamu
dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
datang sesudahmu dan sesungguhnya keban-
yakan manusia lalai dari tanda-tanda kekuasaan
Kami.' "Ayat suci itu membuat tubuh Dr. Maurice
Bucaille bergetar, seketika ia berkata dengan
suara lantang, 'Aku masuk Islam dan aku beriman
pada Al -Quran ini.' Ia sangat yakin bahwa Al-
Quran benar-benar firman Allah, Tuhan Yang
Maha Kuasa dan Maha Mengetahui segala se-
suatu. Tuhan yang menjadi sumber ilmu
pengetahuan. A Ketiga, apa yang terjadi pada Dr. Keith L.
Moore, seorang ilmuwan ahli Embriologi terken-
al dari Amerika. Suatu hari iamembaca artikel
bahwa Al-Quran menjelaskan ihwal pertumbuhan
janin dari masa pembuahan sampai lahir. Saat itu
Dr. Keith L. Moore hampir tidak percaya. Sebab
menurutnya, pengetahuan Embriologi baru diket-
ahui oleh manusia belakangan ini, terutama se jak
diketemukannya mikroskop dan piranti-piranti
canggih ilmu kedokteran modern lainnya.
"Untuk membuktikan kebenaran tulisan itu,
Dr. Keith L. Moore lalu membaca dan
mempelajari Al -Quran. Dan akhirnya, mau tidak
mau ia harus terkagum-kagum kepada Al-Quran.
Ternyata benar, Al-Quran memuat ayat-ayat yang
menjelaskan tentang Embriologi secara lengkap
dan tuntas. "Dr. Keith L. Moore, mengatakan, Apa yang
tercantum dalam Al -Quran itu sungguh tidak
mungkin terjangkau oleh pengetahuan medis
pada abad ke-7 Masehi, ketika Nabi Muhammad
menyebarkan Islam. Ini suatu mukjizat.
"Berdasarkan temuan ilmiah itulah Dr. Keith
L. Moore kemudian masuk Islam dan menjadi se-
orang Muslim yang saleh. Dr. Keith L. Moore
kemudian aktif menangani publikasi Perhim-
punan Medika Islam Amerika Utara, Downers'
Grove, Illinois, USA. Dengan tanpa keraguan
sedikit pun Dr. Keith L. Moore mengatakan, bah-
wa rujukan ilmiah tentang perkembangan dan
proses re produksi manusia tersebar di pelbagai


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ayat Al-Quran. Diawali dari QS. Az Zumar ayat
6, keyakinan Dr. Keith L. Moore mendapatkan
pondasi ilmiah yang kukuh. Ditambah dengan
QS. Al Mu'minun ayat 13 - 14. Lalu, ia menelusuri
QS. Al Hajj ayat 5. "Menurut Dr. Keith Moore, penggambaran
tentang fetus, yaitu embrio yang telah berkem-
bang di dalam uterus atau peranakan, baru mun-
cul pertama kali pada abad ke- 15 oleh Leonardo
da Vinci. Memang jauh sebelumnya pada abad
ke -2, Galen pernah menggambarkan plasenta dan
selaput-selaput janin dalam buku, On The Forma-
tion ofThe Foetus. Tetapi itu jauh berbeda
dengan yang diuraikan pada abad ke -7. Ketika itu
para ahli medis sudah tahu bahwa embrio
manusia berkembang di dalam uretus, hanya saja
tak seorang pun yang mengetahui bahwa perkem-
bangan itu berlangsung secara bertahap. Bahkan
pada abad ke- 15 pun belum didiskusikan, apalagi
digambarkan. Setelah mikroskop ditemukan oleh
Leeuwenhook pada abad ke - 16, barulah penjelas -
an tentang tahapan permulaan embrio ayam dis -
elidiki para ahli. "Pengetahuan tentang penahapan embrio
manusia dan bentuknya setiap tahap tidak terbay-
angkan hingga abad ke-20 ketika Streeter (1941)
dan O'Rahilly (1972) mengembangkan sistem pe -
nahapan yang pertama kali. Apalagi tentang tiga
lipat kegelapan yang ternyata maksudnya adalah
tiga lapisan, yaitu dalam lapisan dinding perut,
dinding rahim, dan selaput janin.
"Al-Quran menjelaskan, Kemudian Kami
menjadikan air mani (yang disimpan) dalam tem-
pat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu
Kami jadikan alaqah (sesuatu yang melekat), lalu
sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian, Kami men-
jadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha
Suci Allah, Pencipta yang paling baik."
"Jika kita cermati lebih dalam, sebenarnya
alaqah dalam pengertian etimologis yang biasa
diterjemahkan dengan segumpal darah juga ber-
makna kepada penghisap darah, yaitu lintah.
"Padahal tidak ada pengumpamaan yang lebih te-
pat ketika embrio berada pada tahap itu, yaitu
7 -24 hari, selain seumpama lintah yang melekat
dan menggelantung dikulit.
Embrio itu seperti menghisap darah dari dind-
ing uretus, karena memang demikianlah yang se-
sungguhnya terjadi, embrio itu makan melalui
aliran darah. Itu persis seperti lintah yang
menghisap darah. Janin juga begitu, sumber
makanannya adalah dari sari makanan yang ter-
dapat dalam darah sang ibu. Ajaibnya, embrio
janin dalam tahap itu jika diperbesar dengan mik-
roskop bentuknya benar-benar seperti lintah.
"Bisakah kita membayangkan bahwa saat itu
Muhammad sudah memiliki pengetahuan se-
demikian dahsyat tentang bentuk janin yang sep -
erti lintah, lalu menulisnya dalam sebuah buku.
Padahal saat itu belum ditemukan mikroskop dan
lensa. Kita tidak akan bisa membayangkannya.
Karenanya pengetahuan tentang embrio manusia
yang mirip lintah, yang dijelaskan oleh Al- Quran
tidak mungkin bersumber dari akal manusia.
Jelas itu adalah pengetahuan dari Tuhan, itu
wahyu dari Allah, Tuhan seru sekalian, yang
Maha Mengetahui segala sesuatu.
"Masih ada bukti ilmiah lainnya, dari sudut
pandang pelbagai bidang ilmu tentang
kemukjizatan Al-Quran sebagai firman Allah.
Akan tetapi rasanya saya sudah mengambil
waktu yang cukup panjang. Tiga kisah ilmiah di
atas kiranya sudah menjadi bukti yang tak terban-
tahkan tentang keaslian Al-Quran sebagai wahyu
dari Allah, Tuhan seru sekalian alam.
"Para pemirsa menjadi saksi, bahwa saya su-
dah menyampaikan kebenaran tak terbantahkan
ini. Anda boleh percaya, boleh juga tidak per-
caya. Tidak ada paksaan untuk mengimani Al-
Quran sebagai firman Allah. Dr. Gary Miller, Dr.
Maurice Bucaille, dan Dr. Keith L. Moore men-
gimani isi Al-Quran dan masuk Islam samasekali
bukan karena ada paksaan. Mereka mengimani
Al-Quran dan memeluk Islam karena alasan-alas -
an yang sangat ilmiah. Tidak ada paksaan dalam
(menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah
jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan
jalan yang sesat" 1 * Ayyas mengakhiri kalimat-
nya. Gadis itu nampak berubah mukanya.
Tubuhnya bergetar mendengar penjelasan Ayyas.
Seorang pemirsa di studio, seorang ibu setengah
baya bermantel cokelat muda mengangkat tan-
gannya. Pembawa acara hampir mempersilakan
ibu-ibu itu untuk berbicara, tetapi tiba-tiba Direk-
tur Program memberi isyarat agar acara disela
dengan iklan. Direktur Program lalu mendekati pembawa
acara dan minta disudahi saat itu juga. Sebab ada
kejadian luar biasa di Moskwa, yang memerlukan
liputan khusus. Direktur itu menjelaskan, bahwa ada bom
meledak di lobby Metropole Hotel! Puluhan or-
ang tewas dan puluhan lainnya terluka. "Reporter
kita sudah ada di sana. Pimpinan minta supaya
kita harus menyiarkan kejadian besar ini secara
live! Kita harus paling dulu menyiarkan pengebo-
man ini!" Ucap Direktur Program dengan muka
agak tegang. Dr. Anastasia Palazzo, Ayyas dan pembawa
acara serta siapa pun yang mendengar kabar itu
kaget dan tercengang. Bagaimana mungkin hotel
legendaris itu bisa dibom" Bukankah penjagaan
di sana sangat ketat" Siapa yang tega melakukan
tindakan keji itu" Apa tujuannya"
Ada banyak tanda tanya dalam benak mereka.
Setelah jeda iklan, pembawa acara menyudahi
talk show pagi itu. Selanjutnya tayangan diganti
laporan langsung dari Metropole Hotel, tempat
pengeboman yang mengguncang Moskwa.
"Kenapa Anda nampak tegang"" Tanya Ayyas
kepada Direktur Program sebelum pamitan minta
diri. "Adik kandung saya baru datang dari Saratov,
tadi malam. Ia menginap di Metropole. Saya
kontak berkali-kali tidak bisa. Saya
mengkhawatirkan adik saya." Jawab Direktur
Program dengan wajah cemas.
"Saya doakan, semoga adik Anda selamat."
"Terima kasih. Penjelasan Anda tentang Al-
Quran sedikit banyak telah membukakan mata
saya. Jujur, saya baru tahu kalau Al- Quran sedah-
syat itu." "Akan lebih baik, jika Anda menilai Al-Quran
setelah benar-benar membaca dan mempelajar-
inya dengan seksama."
"Saya berniat untuk itu."
"Itu niat yang baik sekali."
*** 34" Alibi Seterang Matahari
Siang itu mentari musim dingin menyibak te-
balnya kabut kota Moskwa. Mentari itu nampak
indah memendarkan cahaya. Sinarnya menerpa
hamparan putih salju, pantulannya menyilaukan
mata. Pantulan cahaya yang menusuk mata itu
bisa menyulitkan pandangan. Bahkan bagi seba-
gian orang bisa membuat kepala pusing. Tak her-
an jika mentari yang menyilaukan itu sampai
menjadi sebab terjadinya banyak kecelakaan di
musim salju. Ayyas merasa heran dengan suasana seaneh
itu. Sebenarnya Moskwa musim dingin dengan
salju bertumpuk-tumpuk dan langit biru terang
disinari mentari luar biasa indah. Hanya saja, ada
yang terasa aneh. Yaitu pantulan cahaya yang
menyilaukan mata dan suhu udara yang tetap di
bawah titik beku. Dalam benaknya ia berpikir, jika mentari set-
erang itu, dan dari salju berpantulan cahaya se-
mestinya udara menjadi hangat. Akan tetapi
kenyataan yang dirasakannya sungguh aneh-
Angin yang berhembus justru semakin dingin
seiring dengan semakin teriknya mentari. Ia bin-
gung, kenapa bisa terjadi demikian.
Ayyas melangkahkan kakinya melewati taman
Fakultas Sejarah MGU yang sepenuhnya
dibungkus salju. Doktor Anastasia berjalan men-
gikuti tak jauh di belakangnya. Ayyas membay-
angkan jika musim semi tiba taman itu pastilah
akan nampak indah oleh bunga-bunga yang
bermekaran warna-warni dan hamparan rumput
yang hijau. Dengan berjalan sedikit lebih cepat, Doktor
Anastasia kini berjalan sejajar dengan Ayyas.
Doktor muda itu nampak berseri-seri. Hatinya
berbunga-bunga berjalan di samping Ayyas.
Setelah acara talk show di stasiun televisi,
mereka berdua sepakat untuk langsung ke kam-
pus MGU. Ayyas ingin meminjam beberapa
buku di perpustakaan, dan juga yang ada di ruan-
gan koleksi Profesor Tomskii untuk ia bawa pu-
lang dan ia baca di apartemennya. Sementara
Doktor Anastasia harus mengajar mata kuliah
penelitian sejarah untuk mahasiswa pasca
sarjana. "Talk show tadi terasa hangat, sayang ada
pemboman sehingga terpaksa diputus di tengah
jalan." Gumam Doktor Anastasia sambil menen-
gok ke arah Ayyas. "Menurut Doktor, siapa pelaku pengeboman
yang biadab itu"" S ahut Ayyas dengan tetap
mengarahkan pan dangannya ke depan. "Bisa jadi itu kerjaan mafia."
"Mafia"""
"Ya." "Sedemikian gilanyakah mereka"" "Kurasa
mereka lebih gila dari yang kita ketahui." "Apa
Doktor tidak terlalu subyektif karena Doktor
tidak suka pada Melnikov, bos mafia yang men-
ginginkan Doktor menjadi istrinya." "Ah kamu ini, terlalu kritis." "Jadi benar""
"Tak tahulah." Beberapa kali mereka berpapasan dengan ma-
hasiswa yang sudah mulai banyak hadir di kam-
pus. Mereka berdua memasuki ruangan Profesor
Abramov Tomskii. Ayyas mengeluarkan laptopnya dan
menyalakannya. Ia ingin memberikan laporan
perkembangan penelitiannya kepada Profesor
Najmuddin di India, dan ia forward ke Profesor
Abramov Tomskii di Istanbul. Ia tidak lagi bisa
mengakses internet dari apartemen Pak Joko.
Maka ketika berada di ruangan Profesor Tomskii
yang dilengkapi fasilitas wi-fi ia memanfaatkan
kesempatan mengakses internet sebaik-baiknya.
Ayyas juga membaca berita-berita yang terjadi
di Tanah Air. Ia membaca analisis para pakar
tentang perkembangan demokrasi di Indonesia.
Para pakar hampir semuanya sepakat bahwa de-
mokrasi di Indonesia membaik, tetapi belum
memiliki irah dan sistem yang sehat. Politik uang
masih mewarnai pemilihan umum di Indonesia.
Penentu kualitas demokrasi di Indonesia ternyata
bukan akal sehat dan nurani rakyat, akan tetapi
penentunya adalah uang. Boleh dibilang, de -
mokrasi di Indonesia adalah demokrasi uang.
Samasekali bukan demokrasi suara nurani rakyat.
Rakyat kecil sendiri yang tidak tahu ba-
gaimana harus hidup dan bersikap di bumi
bernama Indonesia, kini hampir-hampir tidak
memiliki kepedulian besar siapa yang mereka pi-
lih menjadi wakilnya, dan siapa yang mereka pi-
lih menjadi pemimpin negerinya. Mereka tidak
lagi menggunakan akal sehat dan nurani yang
bersih dalam menentukan pikiran. Yang mereka
lakukan adalah siapa yang memberi uang paling
banyak, maka mereka pilih, meskipun itu adalah
orang yang paling bejat yang mereka kenal.
Akibatnya banyak wakil rakyat diisi oleh para
penjahat. Dan para penjahat itu yang kini sering
nampak di layar kaca sebagai pembuat undang-
undang penentu masa depan bangsa dan lain
sebagainya. Ayyas begitu asyik dengan layar laptopnya. Ia
samasekali tidak memedulikan Doktor Anastasia


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang sedang membaca tak jauh dari tempatnya
duduk. Doktor Anastasia sudah lama menutup
buku yang ia baca. Kedua matanya kini terus
memandangi wajah Ayyas yang serius membaca
berita di laptopnya. Suatu ketika Ayyas mengambil nafas dan
menoleh ke arah Doktor Anastasia. Pandangan
keduanya bertemu. Ayyas tidak memedulik-
annya, ia kembali membaca berita. Seperempat
jam kemudian Ayyas kembali mengambil nafas
dan menengok ke arah Doktor Anastasia. Ia
kaget, Doktor Anastasia masih memandangi dir-
inya sehingga pandangan keduanya kembali ber-
temu. Ayyas menghentikan aktivitas membacan-
ya dan menghadap wajahnya ke arah Doktor
Anastasia. "Kenapa Doktor memandangi saya dengan an-
eh begitu" Ada yang salah den'gan saya""
Doktor Anastasia tergagap mendengar pertan-
yaan Ayyas. Ia berusaha mengendalikan dirinya.
"Tidak. Saya hanya menyayangkan orang se-
cerdas kamu dan sebaik kamu, tetapi pada
akhirnya tidak akan selamat di hari akhir nanti."
Jawab Doktor Anastasia setenang mungkin. Dok-
tor muda itu berusaha keras menenangkan degup
jantungnya yang mengencang.
"Apa maksud Doktor""
Doktor Anastasia kembali tergagap. Ia baru
menyadari apa yang telah diucapkannya. Ia ter-
lalu terbawa oleh perasaan sayangnya kepada
Ayyas. Perasaan itu membuat dirinya merasa
harus menyelamatkan Ayyas dari kesesatan yang
akan berujung kepada kecelakaan di hari pem-
balasan kelak. Seharusnya ia tidak mengucapkan
kalimat itu, tetapi sudah terlanjur ia ucapkan.
Ayyas pasti langsung mengerti apa maksudnya.
Ayyas orang yang cerdas. "Kau cerdas dan baik, sayang kau masih
menganut kepercayaan yang tidak bisa dipertang-
gungjawabkan. Sebaiknya kau mengikuti jalan
keselamatan seperti yang aku ikuti. Maka kau
akan selamat dan bahagia." Kata Doktor Anastas -
ia menjelaskan dengan suara agak bergetar. Dok-
tor muda itu sampai tidak percaya bahwa dia be-
rani mengatakan hal itu. Ayyas ter sentak sesaat mendengarnya. Setelah
mengambil nafas panjang Ayyas menjawab,
"Terima kasih Doktor sudah memerhatikan
saya sedemikian serius, sampai keselamatan saya
di hari kemudian pun tidak luput dari perhatian
Doktor. Sungguh saya sangat menghormati Dokt-
or. Saya tidak ingin sedikit pun mengecewakan
atau melukai hati Doktor. Tetapi ketahuilah Dok-
tor, jika agama yang Doktor anut memberikan
doktrin bahwa jalan keselamatan itu harus men-
gikuti ajaran agama yang Doktor anut. Dan itu
yang kini Doktor yakini. Maka saya juga sangat
meyakini, bahwa satu-satunya jalan selamat di
dunia dan di akhirat adalah dengan memeluk
Islam. "Dalam pandangan agama saya, maaf, orang
seperti Doktor justru termasuk menyekutukan Al-
lah, termasuk orang yang menghina Allah. Dalam
ajaran yang saya yakini, Tuhan itu hanya satu
yaitu Allah. Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tuhan yang menciptakan langit dan" bumi.
Tuhan yang menciptakan manusia. Dialah tempat
bergantung yang sesungguhnya. Dia tidak memi -
liki anak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada
di jagad raya ini yang menyerupainya. Jika Dokt-
or merasa kasihan kepada saya, saya pun memi -
liki perasaan yang sama, saya merasa kasihan ke -
pada Doktor. "Orang secerdas Doktor bagaimana bisa
meyakini bahwa Tuhan memiliki anak" Anaknya
itu berbentuk manusia, yang juga jadi Tuhan. Ba-
gaimana mungkin pakar sejarah secerdas Doktor
masih juga dibohongi oleh para teolog yang
sangat dipengaruhi filsafat klasik Yunani, ter-
utama dari mazhab STOA yang pantheitis,
menganggap Tuhan dan makhluk merupakan satu
kesatuan atau satu substansi, hanya berbeda
dalam penglihatan bentuk. Sungguh.saya sangat
kasihan kepada Doktor. Tetapi sudahlah, Doktor
pasti sangat meyakini kebenaran ajaran agama
yang Doktor peluk. Demikian j uga saya.
"Saya pun sangat meyakini ajaran agama yang
saya peluk. Saya akan mempertaruhkan apa saja
yang saya miliki untuk mempertahankan
keyakinan saya, termasuk nyawa saya. Sungguh
saya rela kalau sampai saya harus kehilangan
nyawa saya demi mempertahankan keyakinan
Tauhid yang ada di hati saya. Karena itu se-
baiknya kita saling menghormati. Bagimu
agamamu dan bagiku agamaku."
Jawaban Ayyas itu membuat Doktor Anastasia
tertunduk. Ia sudah menduga Ayyas pasti akan
teguh membela keyakinannya. Ia tidak tahu harus
bagaimana meruntuhkan batu karang yang ber-
cokol teguh di hati Ayyas. Yang membuatnya
sedikit terhibur adalah, bahwa ia sudah merasa
menyampaikan kebenaran kepada Ayyas.
Sebaliknya Ayyas sebenarnya merasa sangat
terkejut melihat betapa beraninya Doktor
Anastasia mengatakan hal itu kepadanya. Ia
sangat menghormati doktor muda itu. Ia tidak
berharap bahwa doktor muda itu akan berpindah
keyakinan. Sebab ia yakin, keyakinan yang dipe -
luk doktor muda itu sudah mengurat akar di
dalam jiwa dan pikirannya sejak kecil. Tidak
mudah untuk dirubah. Yang jelas, ia sudah
menyampaikan apa yang harus ia sampaikan se-
bagai penyeru di jalan Allah. Ia sudah menyam-
paikan ajaran Tauhid bahwa Tuhan itu hanya
satu, yaitu Allah. Terserah doktor muda itu mau
percaya atau tidak. Tidak ada paksaan samasekali dalam memeluk
agama " Islam. Sebenarnya ia juga tidak ingin
menyampaikan kalimat-kalimat itu kepada Dokt-
or Anastasia. Sebab ia yakin Doktor Anastasia
yang kutu buku itu pasti sudah banyak membaca
tentang ajaran Islam. Jadi ia tidak perlu lagi
mengajaknya berislam. Di hari akhir kelak, dokt-
or muda itu akan mempertanggungjawabkan
sendiri kenapa tidak berislam, padahal telah
mendengar seruan. Yang membuatnya harus
menyampaikan kalimat-kalimat itu karena Dokt-
or Anastasia yang memulai. Doktor muda itu
yang memaksanya untuk memberikan garis tegas
yang tidak boleh dilanggar.
"Kalimatmu bagus. Bagimu agamamu dan ba-
giku agamaku. Kalimat yang adil, terkandung di
dalamnya rasa menghargai dan toleransi yang
tegas." Gumam Doktor Anastasia.
"Itu bukan kalimat saya. Itu cuplikan dari ter-
jemahan sebuah ayat di dalam Al-Quran," jawab
Ayyas tenang. "O ya" Saya tidak pernah mendengarnya
sebelumnya." "Kalimat itu ada di surat Al-Kaafiruun. Di ba-
gian juz tiga puluh. Bagian agak akhir dalam Al -
Quran." "O ya"
" "Ya. Benar."
Tiba-tiba ponsel Doktor Anastasia berdering.
Ada telpon dari Prof. Dr. Lyudmila Nozdryova,
Guru Besar Ilmu Bedah Jantung Fakultas Kedokteran.
"Doktor Anastasia"" Tanya suara dari seber-
ang, begitu telpon diangkat.
"Iya Profesor Lyudmila. Ada apa""
"Coba lihatlah siaran televisi sekarang. Pent-
ing. Kelihatannya ada yang salah di sana. Aku
yakin ada yang salah di sana. Mana mungkin,
mahasiswa dari Indonesia yang kau bimbing itu
yang melakukan pemboman di Metropole Hotel."
"Apa" Siarannya seperti itu""
"Makanya segera kamu lihat layar televisi."
"Baik." Anastasia menutup ponselnya dan berpaling
kepada Ayyas. "Ayo ikut aku ke tempat Bibi Par-
lova." Seru Anastasia kepada Ayyas. "Ada apa""
"Cepatlah. Ini penting." Kata Anastasia
dengan tegas setengah memaksa.
Anastasia melangkah keluar diikuti Ayyas
yang meninggalkan laptopnya yang masih hidup
begitu saja. Tak lama kemudian mereka sampai
di ruang kerja Bibi Parlova yang tak lain adalah
dapur kecil yang menempel di gedung itu. Di po-
jok dapur itu ada televisi kecil yang biasa digun-
akan Bibi Parlova menonton acara-acara televisi
sambil memasak atau meracik makanan.
Bibi Parlova sedang tidak ada di ruangan itu,
tetapi pintu ruangan itu terbuka begitu saja.
Anastasia langsung menyalakan televisi dan me -
mutar cannel yang dimaksud oleh Prof. Dr. Ly-
udmila. Ayyas masih belum tahu kenapa
Anastasia membawanya ke ruangan itu dengan
setengah memaksa. "Ada apa sebenarnya"" Tanya Ayyas.
"Kita lihat siaran tentang pemboman Metro-
pole Hotel. Kata Profesor Lyudmila pemboman
itu dikaitkan dengan dirimu."
"Apa maksudnya dikaitkan dengan diriku"
Aku tidak paham." "Makanya kita akan lihat siaran itu. Biar kita
tahu apa yang terjadi." Tukas Anastasia sambil
membenarkan antena televisi untuk mencari
gambar yang jelas. Setelah jelas ia mundur. Nam-
pak di layar televisi lobby Hotel Metropole yang
porak-poranda. Lalu kamera mengambil midle
close up korban-korban yang tewas dengan tubuh
hancur dan muka berdarah-darah. Sang penyiar
menjelaskan runtutan kejadian terjadinya pembo-
man. Keterangan beberapa saksi mata dihadirkan.
Lalu seorang saksi menjelaskan ciri-ciri lelaki
yang diyakini membawa bom itu dan meledakkan
bom itu. Pihak kepolisian sementara ini menduga
pemboman dilakukan oleh seorang pemuda
Muslim Asia Tenggara yang berinisial MA. Pi-
hak kepolisian mendasarkan dugaannya dari ket-
erangan dua orang saksi mata, dan dari rekaman
kamera hotel. Setelah itu sketsa wajah orang
yang diduga sebagai pelaku pemboman dinam-
pakkan. Dan wajah itu mirip sekali dengan
Ayyas. Melihat tayangan itu tubuh Ayyas bergetar. Ia
kaget bukan kepalang. "Apa sebenarnya yang terjadi" Kenapa diriku
yang dituduh" Bagaimana mereka mendapatkan
fotoku"" Tanya Ayyas yang diliputi rasa cemas
dan bingung. "Ini jelas ada suatu skenario yang kita tidak
tahu. Tetapi kau tenanglah, aku dan Profesor Ly-
udmila akan menjadi orang yang pertama mem-
belamu. Kau punya alibi yang sangat kuat. Saat
pemboman itu terjadi kau sedang siaran langsung
bersamaku. Tidak mungkin kau berada di dua
tempat dalam satu waktu."
Setelah menonton acara itu, Anastasia. menga-
jak Ayyas menemui direktur program talk show.
Sebelum menemui direktur program talk show
Ayyas mengajak Anastasia ke KBRI untuk
menyampaikan apa yang terjadi. Begitu Ayyas
dan Anastasia sampai di sana, Pak Joko menyam-
but mereka berdua. Pak Joko menemani mereka
menghadap Bapak Duta Besar.
"Untung kamu memberitahu KBRI tentang
acara talk show itu, sehingga KBRI merekam
acara live itu dan menyimpan rekamannya. KBRI
juga telah memberitahu kepada kedutaan negara-
negara Asia Tenggara untuk menonton acaramu.
Bahkan KBRI juga memberitahu kedutaan
negara-negara Arab di Moskwa ini untuk menon-
tonnya. KBRI sempat kaget ketika kamu disebut
sebagai pelaku pemboman. Padahal saat bom itu
meledak kau sedang live di acara talk show
"Rusia Berbicara." Kau tidak usah cemas, KBRI
sudah mengirim nota protes ke stasiun yang
memberitakan dirimu dengan tidak benar. KBRI
juga melayangkan nota protes kepada pihak Ke-
menterian Luar Negeri Rusia. Tenanglah seluruh
dunia akan memb elamu. Sebab, kau memiliki
alibi yang seterang matahari di siang bolong."
Bapak Duta Besar menenteramkan Ayyas
dengan kata-katanya yang berwibawa dan
meyakinkan. Mendengar penjelasan Bapak Duta
Besar, Ayyas merasa senang dan tenang. Ia kini
tidak sendirian. Kini negara Republik Indonesia


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sepenuhnya berada di belakang dirinya. Dan baru
kali ini Ayyas merasa bangga menjadi warga
negara Indonesia, lantaran negaranya secara pen-
uh siap membelanya hingga titik darah
penghabisan, di forum pengadilan-massa interna-
sional. Baru kali ini ia merasa Indonesia memiliki
keberanian luar biasa layaknya negara-negara
adikuasa seperti Amerika Serikat, Jerman, Ing-
gris , dan Perancis. "Jika sampai dua jam ke depan pihak stasiun
yang menuduhmu itu tidak meralat keteran-
gannya, maka kita akan mengadakan konferensi
pers untuk mensomasi dan seterusnya menggugat
stasiun televisi itu secara hukum. KBRI berani
menjamin kita yang menang. Apalagi stasiun
yang menyiarkan dirimu talk show dengan live
itu bersaing dengan stasiun yang menuduhmu se-
bagai pelaku pemboman. Jadi stasiun yang men-
gundangmu acara live akan membela dirimu
mati -matian," tambah Pak Duta Besar
meyakinkan. Setelah itu Ayyas dan Anastasia meluncur ke
stasiun yang menyiarkan acara talk show-nya se-
cara live. Direktur Program acara talk show
menyatakan siap membela Ayyas mati-matian.
"Kami justru akan menjadikan kecerobohan
stasiun saingan kami dengan menuduh Ayyas
seenaknya itu sebagai bumerang yang akan
menghantamnya habis -habisan. Kau jangan
cemas kawan," kata Direktur Program sambil
menepuk pundak Ayyas. "Terima kasih," lirih Ayyas.
"Kami yang harus berterima kasih kepadamu."
*** Sampai malam tiba, belum ada ralat dari pihak
stasiun televisi yang menuduh Ayyas sebagai
pelaku pemboman. Pihak KBRI bergerak dengan
cepat. Pihak KBRI mengontak Kementerian Luar
Negeri Rusia untuk menandaskan protesnya
sekali lagi. Kementerian Luar Negeri Rusia
mengatakan bahwa pihaknya sudah menegur pi-
hak kepolisian dan stasiun televisi tersebut. Hari
berikutnya segalanya akan diurus. Tetapi pihak
KBRI tidak bisa menunggu lama, khawatir opini
akan berkembang dengan cepat. Yang dirugikan
adalah citra Indonesia. Dengan tegas pihak KBRI
akan menggelar konferensi pers sebagai pelur-
usan berita yang telah berkembang.
Pukul sembilan malam, pihak KBRI mengun-
dang wartawan media cetak dan elektronik ter-
kemuka dan menggelar konferensi pers di audit-
orium KBRI. Bapak Duta Besar langsung men-
jadi juru bicara. Setelah itu dihadirkan kesaksian
dari Direktur Produksi talk shoiv "Rusia Berbi-
cara". Direktur itu memutar ulang siaran lang-
sung talkshow tersebut. Setelah itu Sang Direktur
Program berkata, "Saat pemboman terjadi, kami masih siaran.
Ayyas masih on air di studio. Karena pemboman
itulah siaran kami percepat, dan kami potong di
tengah jalan. Jadi menuduh pelaku pemboman itu
adalah seorang pemuda Muslim ekstremis asal
Indonesia bernama Ayyas adalah sebuah fitnah
dan kebohongan publik yang tidak bisa diterima
akal sehat. Anda juga silakan cermati dialog talk
show itu, Muhammad Ayyas sangat educated,
dan open mind. Samasekali tidak ada tanda-tanda
sebagai seorang ekstremis. Stasiun televisi yang
menuduh Ayyas sebagai pelaku pemboman harus
segera minta maaf dan mencabut beritanya. Jika
tidak ini akan menjadi bencana besar bagi dunia
jurnalistik Rusia. Dunia akan menuduh Rusia
tidak mengenal kode etik jurnalistik. Bahkan
dunia bisa menuduh dunia jurnalistik Rusia
sangat purba dan tidak beretika. Ini sungguh
gawat!" Setelah itu giliran Doktor Anastasia Palazzo
memberikan kesaksian dan jaminan bahwa Ayy-
as samasekali jauh dari tuduhan itu. "Semuanya
sudah jelas. Siapa pun yang berakal akan
menolak tuduhan itu. Apakah mungkin seseorang
berada di dua tempat di waktu yang sama""
Prof. Dr. Lyudmila juga memberikan koment-
ar yang membela Ayyas. "Dia sangat moderat .
Datang ke Moskwa ini sebagai visiting fellow, di
bawah persetujuan dan bimbingan Prof. Dr.
Abramov Tomskii, pakar sejarah terkemuka yang
dimiliki Rusia. Prof. Dr. Abramov Tomskii tidak
sembarangan memberikan rekomendasi. Dari be-
berap a kali diskusi dengan Ayyas, saya tidak me -
nemukan cara berpikirnya yang mengarah seba-
gai seorang teroris, samasekali tidak ada. Pagi
tadi saat terjadi pemboman, saya sedang asyik
menyaksikan acara talk show yang disiarkan se-
cara live. Ayyas menjadi salah satu nara sumb er
di acara itu. Tidak mungkin dia berada di Metro-
pole Hotel dan melakukan aksi teror itu. Ya, ben-
ar kata Doktor Anastasia Palazzo, akal sehat
mana pun tidak akan bisa menerima tuduhan itu.
Tidak mungkin Ayyas ada di dua tempat pada
saat yang sama. Itu hanya terjadi jika Ayyas
memiliki saudara kembar, dan saudaranya itu ada
di sini, dan yang melakukan pengeboman itu
tetap bukan Ayyas tetapi saudara kembarnya
Ayyas." Pagi harinya Moskwa geger oleh berita yang
terjadi karena konferensi pers yang diadakan oleh
KBRI. Banyak koran dan media cetak yang men-
gutuk pemberitaan tidak benar yang dilakukan
oleh stasiun televisi yang menuduh Ayyas melak-
ukan pemboman. "Teroris Harus Diberantas Tetapi Jangan Me-
nuduh Sembarangan." Demikian headline sebuah
koran ternama di Rusia. Kini opini yang men-
dukung Ayyas sangat kuat dan besar. Pihak Ke-
menterian Luar Negeri Rusia pun buru-buru
meminta maaf kepada Ayyas, KBRI, dan kepada
bangsa Indonesia secara lebih luas, atas tuduhan
yang tidak memiliki bukti apa pun yang disiarkan
oleh salah satu stasiun televisi Rusia. Pihak ke -
polisian juga langsung meralat dugaan mereka
yang salah. "Kami mendapat informasi dari sumber yang
salah, jadinya dugaan kami pun salah. Kami
terlalu tergesa-gesa. Kami mohon maaf. Kami
akan segera mencari pelaku pemboman itu dan
menangkapnya, dan kami akan menindak tegas
orang -orang kami yang bertindak tidak profe -
sional dan tidak akurat."
Demikian juru bicara kepolisian Rusia mem-
berikan keterangan kepada pers. Dengan begitu
Ayyas terbebas dari segala macam tuduhan yang
mengancam jiwanya tersebut. Dan Ayyas bisa
melanjutkan aktivitasnya melakukan penelitian
dengan tenang di Moskwa. Lewat telpon Ayyas
menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak
Duta Besar yang sangat perhatian kepada warga
negara Indonesia, terutama kepada kasus yang
menimpanya. Dengan penanganan Bapak Duta
Besar yang cepat, masalahnya tidak berlarut dan
berkembang ke mana-mana. Ayyas juga
menyampaikan rasa terima kasih, tentu saja ke-
pada Doktor Anastasia Palazzo, Prof. Dr. Lyud-
mila, dan Direktur Program Talk Show "Rusia
Berbicara." Sementara itu pihak kepolisian Rusia terus
bekerja keras. Mereka sesungguhnya sangat malu
pada kecerobohan mereka. Seandainya Ayyas
tidak sedang siaran live di acara talk show itu,
polisi masih akan bisa membuat rekayasa dan
memaksakan opininya. Tetapi alibi Ayyas terlalu
kuat. Jika tetap dipaksakan Ayyas sebagai pelak-
unya, maka pihak kepolisian akan dituduh seba-
gai kumpulan orang-orang paling pandir di
Rusia. Bahkan pihak kepolisian tidak memiliki bukti
samasekali untuk mengaitkan Muhammad Ayyas
dengan jaringan teroris. Informasi yang diterima
pihak kepolisian, bahwa di tempat tinggal Ayyas
ada bahan-bahan peledak yang siap dirakit juga
tidak benar. Polisi sudah memeriksa kamar Ayy-
as di apartemen tua di daerah Panvilovsky Pereu-
lok, dan polisi tidak menemukan benda apa pun
yang mencurigakan. Kamar itu kini dihuni seor-
ang nenek tua bernama Margareta. Dan nenek tua
itu memberikan kesaksian yang justru mengun-
tungkan Ayyas. Nenek tua itu mengatakan,
Ayyas adalah anak muda yang baik budi
pekertinya. Yelena yang juga tinggal di rumah itu
juga mengatakan, tidak mungkin Ayyas yang
melakukan pemboman yang biadab itu.
"Saya tahu persis siapa Ayyas. Dia orang baik,
saya berani menjamin. Dia tidak mungkin ber-
buat sekejam itu. Tidak mungkin. Siaran di tele -
visi yang menuduh Ayyas itu sungguh ceroboh."
Kata Yelena kepada penyidik dari kepolisian
Rusia. Setelah tidak menemukan bukti apa pun di be-
kas tempat tinggal Ayyas, maka pihak kepolisian
tidak ada jalan untuk selamat, kecuali harus tegas
berani minta maaf kepada publik dan kepada
Ayyas khususnya. Pihak stasiun yang menuduh
Ayyas j uga segera menyiarkan permohonan maaf
atas pemberitaannya yang tidak akurat.
"Khusus untuk kas us ini, karena kami panik
dan tidak bisa menerima adanya teror di Moskwa
ini, sampai kami kurang teliti melakukan analisis.
Kami menerima berita yang sangat mentah dan
tidak akurat yang itu datang dari pihak
kepolisian. Karena pihak kepolisian sudah men-
cabut dugaannya, maka tidak ada alasan bagi
kami untuk tidak mencabutnya. Kami minta maaf
atas pemberitaan yang tidak nyaman ini.
Khususnya bagi pemuda Indonesia yang sedang
menjadi visiting fellow di MGU bernama
Muhammad Ayyas. Kami juga minta maaf ke-
pada Bangsa Indonesia. Semoga kejadian kecil
ini tidak memengaruhi persahabatan kedua
bangsa besar ini, yaitu Rusia dan Indonesia."
Demikian juru bicara pihak stasiun televisi itu
menyampaikan permohonan maafnya. Kini
Ayyas benar-benar bisa bernafas lega. Malam itu
Ayyas bisa tidur dengan tenang dan nyaman di
kamarnya yang sederhana, di Aptekarsky Pereu-
lok yang berada di kawasan Baumanskaya. Se-
belum tidur Ayyas menyempatkan diri untuk
rukuk dan sujud kepada Tuhan Yang Maha Pen-
gasih dan Maha Penyayang. Ayyas menutup
ibadahnya malam itu sebelum tidur dengan shalat
Witir.. Ayyas sangat yakin yang
menyelamatkannya dari marabahaya
sesungguhnya adalah Allah, Tuhan seru sekalian
alam. Yang masih mengganjal di kepalanya adalah
ada skenario dan rekayasa apa sebenarnya di ba-
lik pengeboman itu. Siapa sebenarnya pelaku dan
dalang pengeboman itu" Kenapa orang Indonesia
yang sengaja diopinikan sebagai pelaku pengebo-
man itu" Dan orang Indonesia yang dituduh itu
adalah dirinya, kenapa dirinya"
Mereka membuat rekayasa, tetapi rekayasa
Allah mengatasi segalanya.
*** 35" Sujudlah Kepada Allah
Tiga hari berlalu sejak Madame Ekaterina
membeberkan semua rahasia Linor. Sejak itu
Linor bergulat dengan batin dan jiwanya sendiri.
Pikirannya masih menginginkan dirinya menjadi
orang Yahudi, bahkan menjadi agen Zionis.
Darahnya sesungguhnya memang bukan darah
Yahudi, tetapi tidak ada yang tahu itu kecuali
Madame Ekaterina yang selama ini ia anggap se-
bagai ibu kandungnya. Bahkan Ben Solomon ata-
sannya sangat membanggakan dirinya sebagai
gadis Yahudi tulen yang berprestasi bagi Zionis
Israel. Ben Solomon sampai menginginkan agar
dirinya nanti menikah dengan putra sulungnya
yang kini menjadi tentara Israel dan bertugas di
daratan Sinai, tepatnya di perbatasan Gaza.
Akan tetapi nuraninya yang paling dalam
mengingkari segala yang ia pikirkan. Nuraninya
terus mengajaknya untuk menjadi anak perem-
puan yang mengandung dan melahirkannya, yaitu
menjadi perempuan Palestina. Sebab dia
adalah keturunan orang Palestina yang tulen.
Darah yang mengalir dalam tubuhnya sesung-
guhnya adalah darah Palestina. Dan perempuan
yang menjadi sebab dirinya hadir di dunia adalah


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Salma Abdul Aziz, perempuan Palestina.
Dan wajah perempuan Palestina itu begitu
mirip dirinya. Ya, wajah Salma Abdul Aziz, ibu
kandungnya, begitu mirip dirinya. Airmata Linor
meleleh setiap kali mengingat wajah itu, dan se-
tiap kali mengingat kematiannya yang tragis dan
menyedihkan. Yang robek perutnya dan hancur
dadanya, dan yang pakaiannya terkoyak-koyak
itu adalah ibu kandungnya. Ibunya mati beberapa
hari setelah melahirkannya karena dibantai oleh
Zionis Israel melalui tangan milisi Falangis
dalam pembantaian Sabra dan Shatila.
Sejak ada di Ukraina Linor tidak melakukan
kontak dengan markas agen di Moskwa. Ia masih
bergulat dengan dirinya sendiri. Linor tahu bah-
wa telah ada peristiwa besar di Moskwa. Lewat
siaran televisi ia tahu, Metropole Hotel telah
dibom, dan seperti skenario yang disepakati para
agen zionis, Ayyaslah yang akan dijadikan kamb -
ing hitam. Ternyata skenario itu gagal. Di saat
bom meletus, Ayyas sedang siaran live di sebuah
stasiun televisi, jadi tidak mungkin bahwa dia
pelakunya. Pihak kepolisian, Kementerian Luar
Negeri Rusia dan pihak stasiun televisi yang
menduga Ayyas sebagai pelaku pemboman sudah
meminta maaf dan mencabut dugaan tak berdasar
itu. Linor tahu, para agen Zionis di Rusia dan di
Eropa Timur kini sedang mencari dirinya. S ebab,
kesalahan itu ada pada dirinya. Mereka pasti
menyalahkan dirinya kenapa sampai tidak tahu
bahwa di jam yang sama denga
n rencana peledakan, Ayyas ada acara siaran live. Mereka
juga pasti menyalahkan dirinya, kenapa tas ransel
berisi bahan peledak itu tidak ditemukan di
kamar Ayyas. Linor sendiri tidak tahu kenapa
bisa gagal. Sebenarnya ia sendiri penasaran, apa
yang sedang terjadi di apartemennya di Pan-
vilosky Pereulok. Bagaimana tas ransel itu tidak
ditemukan di kamar Ayyas" Apakah Ayyas men-
getahui ada benda aneh di kamarnya dan mem-
buangnya" Atau para polisi itu yang bodoh yang
tidak bisa menemukan tas itu di bawah kolong
tempat tidur Ayyas" Ia jarang gagal. Tetapi kali ini gagal. Biasanya
ia sangat sedih ketika gagal. Kali ini justru ia
agak bahagia ketika gagal. Bahagia karena Ayyas
tidak jadi celaka karena perbuatannya.
Linor memprediksi satu minggu ke depan ke -
beradaannya akan diketahui oleh Ben Solomon.
Maka ia harus melakukan sesuatu kalau memang
tidak ingin lagi bergabung dengan agen Zionis.
Linor memerlukan satu hari lagi untuk berpikir.
Ia masih bimbang antara tetap beridentitas
Yahudi meskipun sesungguhnya dirinya bukan
Yahudi, atau menanggalkan identitas Yahudi
yang melekat pada dirinya selama ini dan ber-
gabung dengan ibu kandungnya, yaitu menjadi
perempuan Palestina. Siang itu sebelum makan siang, Linor masuk
ke kamar Madame Ekaterina. Diam-diam dan
tanpa mengetuk pintu seperti biasanya. Ia sendiri
tidak tahu kenapa tiba-tiba ingin memasuki
kamar orang yang selama ini ia anggap sebagai
ibunya sendiri itu. Ia hanya ingin membuka al-
mari besar, dan mengambil buku dari koper tua
milik Madame Ekaterina. Buku yang dipegang
oleh Madame Ekaterina ketika memperlihatkan
foto Salma Abdul Aziz yang mirip dirinya. Ia
berharap dari buku itu ia mendapatkan informasi
lebih tentang ibu kandungnya.
Salma menyelinap masuk. Ia berharap ibunya
sedang tidur. Ternyata dugaannya meleset. Ia me-
lihat Madame Ekaterina sedang tersungkur sujud
di atas selembar kain. Linor kaget bukan kepa-
lang. Madame Ekaterina melakukan ritual ibadah
seperti orang-orang Islam. Linor berdiri mema-
tung di tempatnya. Kakinya seperti terpajang di
atas lantai tidak bisa digerakkan. Madame Eka-
terina kini duduk dengan khusyuk. Kedua matan-
ya tertuju ke tempat dia sujud. Tangan kanannya
memberi isyarat dengan mengacungkan jari
telunjuknya. Bibirnya bergetar melafalkan
tahiyyat dan syahadat. Beberapa detik kemudian
Madame Ekaterina menengok ke kanan dan ke
kiri sambil mengucapkan salam.
Linor masih berdiri mematung di depan pintu.
Selain kaget ia dicekam pelbagai perasaan yang
menyerang kesadarannya. Ada perasaan marah
dan cemburu, seolah ia belum rela melihat Ma-
dame Ekaterina melakukan ritual ibadah seperti
orang Islam. Juga ada perasaan penasaran,
apakah orang yang selama ini ia anggap sebagai
ibunya sendiri itu masih dalam taraf coba-coba
atau telah benar-benar menjadi penganut Islam.
Kalau benar telah menjadi penganut Islam, se-
jak kapan itu terjadi. Ada juga perasaan yang an-
eh yang tiba-tiba menyusup ke dalam dadanya,
yaitu perasaan haru. Ia yakin ibu kandungnya
adalah seorang penganut Islam, dan Madame
Ekaterina melakukan 'ritual ibadah orang Islam
itu, mungkin karena rasa sayang dan cinta kepada
ibu kandungnya, yaitu Salma Abdul Aziz.
Alangkah kuat ikatan persahabatan keduanya.
Selesai shalat Madame Ekaterina membaca
zikir kemudian mengangkat kedua tangannya dan
berdoa kepada Allah. Dengan mata meleleh, Ma-
dame Ekaterina meminta kepada Allah agar men-
urunkan hidayah kepada orang yang sangat
disayanginya yaitu Linor. Ia menangis kepada
Allah agar Linor dikembalikan kepada
fitrahnya,'yaitu menjadi seorang Muslimah sep -
erti ibu kandungnya. Madame Ekaterina merasa
hanya dengan kekuatan doa ia bisa berikhtiar,
hanya kepada Allah ia mengadu dan memohon pertolongan.
Sesaat lamanya Madame Ekaterina menangis
tersedu -sedu. Dan Linor tetap tidak beranjak dari
tempatnya. Mendengar tangis Madame Ekaterina,
Linor merasa ada sesuatu yang menyusup halus
ke dalam nuraninya. Entah kenapa ia tiba-tiba
dicekam rasa haru. Mata lalu berkaca-kaca dan
airmatanya tak kuasa ia tahan. Akhirnya meleleh
dan tumpah. Selesai menangis kepada Allah, Madame Eka-
terina berdir i dan membalikkan tubuhnya.
Alangkah terkejutnya Madame Ekaterina, ketika
melihat Linor berdiri mematung dengan airmata
meleleh. "Kau melihat aku shalat, Anakku"" Tanya
Madame Ekaterina dengan suara parau dan tubuh
bergetar. Linor menganggukkan kepala.
"Ya memang sudah saatnya kau menget-
ahuinya. Kini kau sudah tahu, bahwa aku adalah
seorang Muslimah. Aku sudah menanggalkan
agama Yahudiku dan sudah menjadi pengikut
Nabi paling mulia yaitu Muhammad Saw.
Apakah kau marah atau kecewa mengetahui
Mamamu ini telah pindah agama""
Linor tidak menjawab. Ia hanya diam mema-
tung. Airmatanya terus meleleh.
"Sejak kapan Mama berpindah agama"" Tan-
ya Linor dengan dada bergetar.
"Sudah lama. Kira-kira satu tahun sebelum
Eber Jelinek meninggal dunia."
"Apakah dia tahu kalau Mama sudah menjadi
seorang penganut Islam""
"Tentu saja tidak. Dia tidak boleh tahu. Mama
menyembunyikan keislaman Mama darinya.
Kalau dia tahu mungkin Mama lebih dulu men-
inggal dunia. Dan Mama tidak akan memiliki
kesempatan untuk menjelaskan sejarah ibu
kandungmu yang sebenarnya."
"Kenapa Mama sampai memilih memeluk
Islam"" "Bacalah riwayat Maryam Jameela. Kira-kira
penyebab keislaman Mama hampir sama dengan
Maryam Jameela." "Siapa itu Maryam Jameela""
"Kau telah mendapat pendidikan untuk mene -
lusuri data seseorang sampai ke akar-akarnya.
Tidak susah bagimu untuk mengetahui siapa
Maryam Jameela. Mama tidak perlu men-
jelaskannya kepadamu."
"Baiklah Linor akan mencari data perempuan
itu." "Linor, Anakku."
"Iya, Mama." "Apakah kau marah, Mama masuk Islam""
"Linor tidak tahu Mama. Linor akan mencari
tahu kenapa Maryam Jameela masuk Islam, baru
Linor akan bisa berpikir lebih baik, apakah kepu-
tusan Mama itu masuk akal ataukah tidak."
"Ketahuilah Linor, Salma Abdul Aziz, ibu
kandungmu adalah seorang Muslimah."
"Linor sudah menduga, sebab dia adalah per-
empuan Palestina." "Apa kau tidak tertarik mengikuti jejak ibu
kandungmu"" "Linor tidak tahu Mama."
"Sungguh akan lengkap kebahagiaan Mama
jika kau mengikuti jejak ibu kandungmu. Mama
yakin jika ibu kandungmu masih hidup dan kau
diasuh oleh ibu kandungmu, kemungkinan besar
kau akan menjadi seorang Muslimah yang tang-
guh, layaknya Muslimah Palestina yang
menyerahkan seluruh umurnya untuk berjuang di
jalan Allah." "Tuhan pasti punya rencana untuk Linor se-
hingga Linor kehilangan ibu kandung sejak kecil
dan Linor jadi seperti ini. Terus terang saat ini
Linor sedang di persimpangan jalan. Berilah
kesempatan bagi Linor untuk berpikir menen-
tukan arah hidup Linor. Dan Linor minta Mama
tidak usah bersedih atau merasa berdosa, jika
ternyata Linor tidak mengikuti jalan hidup Mama
atau jalan hidup ibu kandung Linor."
"Mama akan berdoa semoga Allah menun-
jukkan jalan terbaik untukmu, Anakku."
*** Sejak itu Linor rajin mencari informasi
tentang Islam di internet. Ia juga terus mencari
data dalam versi yang berbeda tentang Palestina.
Ia membaca artikel-artikel tentang Palestina yang
ditulis oleh sarjana Muslim. Linor berusaha un-
tuk membuka pikirannya lebih luas, tidak ter-
batas pada doktrin yang ditanamkan oleh sekte
Yahudi Gush Emunim yang sangat radikal.
Linor akhirnya mendapatkan data yang
lengkap tentang Maryam Jameela. Ia membaca
dengan detil kenapa ia memilih Islam dan men-
inggalkan agama Yahudinya. Linor cukup
mendapat pencerahan dari membaca surat meny-
urat Maryam Jameela dengan Abui A'la Al
Maududi. Linor tidak hanya membatasi membaca
biografi Maryam Jameela, ia juga membaca bio-
grafi para limuwan dan pemikir yang memeluk
Islam justru di puncak karier ilmiah mereka, sep -
erti Dr. Keith L. Moore, Dr. Gary Miller, Dr.
Roger Garaudy, Dr. Murod Hofmann, dr.
Maurice Bucaille, Dr. Jefery Lang. Dan yang
paling menarik baginya adalah pengalaman seor-
ang Yvonne Ridley, wartawan Sunday Express,
koran terbitan Inggris. Yvonne Ridley pada bulan September 2001
diselundupkan dari Pakistan ke perbatasan Afgh-
anistan untuk melakukan tugas jurnalistik. Ia
menuturkan pengalamannya di Afghanistan saat
ditangkap Taliban yang justru membuatnya mas -
uk Islam, bahkan menyebutnya sebagai keluarga
terbesar dan terbaik di dunia .
Yvonne ternyata mendapatkan kesan yang
berbeda tentang orang-orang Islam yang selama
ini dituding sebagai sumber kekacauan dunia
oleh Amerika. Yvonne menemukan peng-
hormatan yang tulus dari orang-orang Taliban
yang menahannya, yang awalnya ia sudah ber-
buruk sangka pasti akan diperlakukan dengan
tidak manusiawi. Ternyata kenyataan yang di-
alaminya sungguh berbeda dari purba sangkanya.
Linor mencari data lebih lengkap tentang
Yvonne Ridley, Linor mendapati kalimat Yvonne
yang menyentak dadanya, "Aku luluh dengan apa yang kubaca. Tak ada
satu pun yang berubah dari isi kitab ini, tak satu
titik pun, sejak 1400 tahun yang lalu. Aku ber-
gabung dengan apa yang kuanggap sebagai kelu-


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

arga terbesar dan terbaik yang ada di dunia ini.
Kalau kami bersatu, kami betul-betul tak
tertahankan." Di tempat yang lain, Yvonne mengakui Islam
sangat memuliakan perempuan, jauh dari ang-
gapan yang dipublikasikan di dunia Barat yang
mencitrakan Islam sebagai agama yang menindas
kaum p erempuan. Yvonne Ridley mengatakan,
"Islam ternyata memanjakan perempuan. Per-
empuan tak perlu dipaksa bekerja agar dapat
mendidik anak-anaknya, agar terhindar dari
minum-minuman keras, pornografi, dan hal-hal
lain yang dapat menghambat pertumbuhan re-
maja seperti yang tengah dikhawatirkan pemerin-
tah Inggris. Bahkan ditegaskan di dalam Islam,
perempuan merupakan tiang negara dan sesung-
guhnya surga berada di bawah telapak kaki ibu.
"Memang ada perempuan-perempuan tertindas
di negara-negara Muslim, tapi perempuan-perem-
puan tertindas juga ada di tepi jalan di Tyneside,
Inggris. Penindasan itu berasal dari kultur, bukan
dari ajaran Islam. Al-Quran menyatakan dengan
sangat jelas bahwa perempuan itu setara dengan
kaum laki-laki. "Melalui tulisan tentang isu-isu kultural sep -
erti pernikahan di bawah umur, praktik sunat ter-
hadap perempuan, pembunuhan atas nama ke-
hormatan keluarga, dan kawin paksa, mereka sa-
lah menilai ajaran Islam dengan aspek kultural
para pemeluk agama Islam. Lebih buruk lagi,
Arab Saudi mereka jadikan contoh sebuah negeri
Muslim, dimana kaum perempuan dipinggirkan
karena di sana perempuan dilarang menyetir. Isu-
isu di atas tak ada hubungannya dengan Islam,
tapi kebanyakan orang Barat masih menulis dan
membicarakan tentang hal-hal semacam itu
dengan nada angkuh dan sok kuasa seraya
menyalah-nyalahkan Islam. Padahal, ada beda
mendasar antara tingkah laku kultural dan ajaran
Islam." Kemudian mengenai tuduhan bahwa Islam
mengizinkan laki-laki memukul istri mereka,
Yvonne mengatakan bahwa itu tidak benar.
Orang-orang yang senang mengkritik Islam tentu
mendasari anggapan itu dengan mengutip Al-
Quran dan hadis secara acak, tapi biasanya diku-
tip di luar konteksnya . Dalam Islam, jika seorang
laki-laki menyentuh istrinya, ia tak diizinkan
meninggalkan bekas apa pun di tubuhnya. Ini
sebenarnya cara lain Al-Quran mengatakan, Jan-
gan kau pukul istrimu, tolol!
Linor mendapatkan keterangan yang indah
tentang Islam, tetapi Linor seperti biasa ia tidak
mau memercayainya begitu saja. Ia bahkan tidak
akan percaya begitu saja pada obyektivitas
wartawan kelas dunia dari Sunday Express
sekelas Yvonne Ridley. Linor memutuskan untuk
mempelajari sendiri ajaran
Islam, baru nanti ia bisa memutuskan langkah
hidupnya. Keputusannya untuk mengkaji Islam mem-
buatnya harus memutus rantai komunikasi
dengan para agen Zionis. Jika tidak, maka
nyawanya dan nyawa Madame Ekaterina berada
di ujung tanduk, bisa melayang kapan saja. Ia
akan terus diburu oleh agen Mosad sampai ujung
dunia. Maka suatu hari, ia menyamar dan duduk di
sebuah kawasan paling ramai di kota Kiev. Linor
mencari seseorang yang ia anggap paling mirip
dengan dirinya, atau paling tidak mendekati
serupa dengan ciri -ciri fisik dirinya. Hari pertama
ia tidak mendapatkan targetnya. Juga pada hari
kedua. Pada hari ketiga, ia menemukan targetnya.
Seorang gadis yang kelihatannya masih berada di
bangku kuliah. Linor mengikuti gadis itu diam-
diam sampai ia masuk ke dalam apartemennya di
pinggir utara kota Kiev. Dengan kesabaran luar biasa, Linor menunggu
gadis itu sampai keluar lagi dari apartemennya, i
a terus mengikutinya. Gadis itu ternyata bekerja di
sebuah toko sepatu sebagai penjaga toko. Linor
terus mengawasi sampai akhirnya tahu aktivitas
harian gadis itu. Nalurinya sebagai agen rahasia
Mosad masih tertanam kuat. Demikian juga jiwa
kejamnya. Akhirnya pada suatu senja, saat gadis itu ber-
jalan sendirian di sebuah jalan sepi dekat toko
sepatunya, Linor melumpuhkan gadis itu dengan
cepat, lalu memasukkan ke dalam mobil sedan
yang ia sewa dengan sangat cepat dan tenang.
Linor membawa gadis itu ke sebuah villa
yang ia sewa di tepi sungai Dnipro. Setelah
mengambil segala identitas gadis itu dan setelah
menganti pakaian gadis itu dengan pakaian yang
biasa ia pakai kalau rapat dengan Ben Solomon,
Linor menembak gadis itu dengan tiga tembakan.
Dua di dada dan satu di keningnya. Linor me -
nembaknya dari jarak enam meter.
Gadis itu tergeletak begitu saja di lantai ruang
tengah villa itu. Darahnya mengaliri lantai
marmernya yang licin. Linor lalu meletakkan barang-barangnya ter-
masuk dua paspornya di salah satu kamar villa
itu. Linor telah merencanakan operasinya itu
dengan sangat detil. Dan ia meninggalkan villa
itu tanpa ada seorang pun yang mengetahui.
Hari berikutnya beberapa media nasional
Ukraina memberitakan tewasnya seorang gadis
muda berkebangsaan Rusia bernama Linor di se-
buah villa di tepi sungai Dnipro. Motif pem-
bunuhan belum bisa dipastikan oleh pihak kepol-
isian. Hanya saja pihak kepolisian menduga bah-
wa gadis itu adalah seorang pelacur kelas atas.
Sebab villa itu biasa disewa oleh pelacur
berkelas. Dan ada satu media yang menganalisis
bahwa gadis yang mati ditembak itu adalah seor-
ang agen intelijen yang menyamar sebagai
pelacur. Meskipun belum yakin betul operasinya itu
bisa meyakinkan agen Mosad bahwa dirinya tel-
ah mati. Akan tetapi paling tidak ia merasa tujuh
puluh persen operasinya itu bisa menjamin kele -
luasaan geraknya di beberapa kota besar Eropa.
Untuk sementara ia tidak akan memasuki Rusia.
Ia akan memasuki Rusia setelah merasa dirinya
benar-benar telah dianggap sirna di muka bumi
ini, meskipun itu tidak mudah.
Setelah melakukan operasi itu ia menemui
Madame Ekaterina dan mohon pamit untuk
mengkaji Islam lebih dalam. Untuk itu ia akan
pergi ke Berlin. Dari data yang ia peroleh di in-
ternet ada komunitas Muslim cukup kuat di Jer-
man, termasuk di kota Berlin. Ia merasa Berlin
adalah tempat yang cukup aman baginya untuk
menyembunyikan identitasnya. Ketika ia
mengemukakan niatnya ke Berlin, Madame Eka-
terina memberinya sebuah nama untuk dikun-
jungi. Sebuah keluarga Turki- Syiria yang sudah
lama menetap di Berlin. "Mereka adalah teman baik Mama di London.
Mereka Muslim yang taat dan baik. Mama minta
kau jujurlah pada mereka. Insya Allah mereka
akan sangat menyukaimu." Ujar Madame Ekater-
ina saat melepas Linor di depan pintu apartemen.
Dengan menggunakan kereta Linor pergi men-
inggalkan Kiev menuju Berlin. Identitas yang ia
pakai adalah identitas seorang gadis berkebang-
saan Belarusia bernama Sofia Corsova. Di dalam
kereta Linor duduk di samping seorang lelaki
setengah baya yang membaca koran Pravda.
Linor menduga lelaki itu berasal dari Rusia. Sele -
sai membaca koran lelaki itu lalu tidur dengan
nyenyaknya sampai mendengkur. Koran Pravda
yang dipangku lelaki itu jatuh ke lantai. Linor
tidak bisa menahan untuk tidak mengambil koran
itu. Tanpa berpikir panjang Linor memungut kor-
an Pravda itu dan membacanya dengan seksama.
Mulanya ia agak kecewa bahwa koran itu sudah
kadaluarsa tiga hari. Tetapi Linor tetap saja
membacanya sambil mendengarkan dengkuran
lelaki setengah baya itu.
Di halaman lima Linor tersentak. Ada peristi-
wa yang kembali mengguncang Moskwa. Dua
geng Mafia terlibat dalam perang terbuka.
Dengan kekuatan penuh geng Voykovskaya
Bratva yang dipimpin Boris Melnikov menyer-
ang markas geng Tushinskaya Bratva yang
dipimpin oleh Vladimir Nikolayenko yang tak
lain adalah suami Olga Nikolayenko. Terjadi
kekacauan di jantung kota Moskwa. Enam orang
tewas dalam pertikaian berdarah itu, termasuk
dua pimpinan geng yaitu Boris Melnikov yang
jantungnya robek tertembus peluru dan Vla
dimir Nikolayenko yang kepalanya pecah dihantam
tiga peluru AK 47. Olga Nikolayenko, istri
Vladimir Nikolayenko, luka parah dan kemungk-
inan cacat seumur hidup. Linor tersenyum dingin, rencananya berhasil
seratus persen kali ini. Ia membayangkan bahwa
Yelena dan Bibi Margareta pasti sedang bahagia
di Moskwa sana. Yelena pasti merasa telah
merdeka dari cengkeraman Olga Nikolayenko
dan Vladimir Nikolayenko. Jika Yelena konsisten
dengan yang diucapkannya, maka Yelena akan
memulai lembaran hidup baru dan meninggalkan
dunia pelacuran yang selama ini menjeratnya. Ia
senang jika itu terjadi pada Yelena.
Kereta terus berjalan, dan Linor mulai
mengantuk. Ia meletakkan koran Pravda di
pangkuan lelaki setengah baya itu. Dari jendela
Linor melihat ada salju yang mulai mencair.
Pohon-pohon cemara bergoyang tertiup angin.
Sesekali nampak hamparan kebun-kebun gandum
yang telah tertutup salju.
Linor akhirnya terlelap. Dalam tidurnya ia
bermimpi didatangi ibunya, Salma Abdul Aziz.
Ibunya nampak begitu cantik, anggun dan
memesona. Sementara dirinya kusut, wajahnya
bopeng menjijikkan, kulitnya penuh nanah dan
mengeluarkan lendir yang sangat anyir baunya.
Dengan sabar ibunya menuntunnya menuju se-
buah telaga yang sangat jernih airnya. Telaga itu
dijaga oleh orang-orang suci yang bercahaya.
Ketika ia dan ibunya mendekat, seorang penjaga
meminta agar Linor dijauhkan dari telaga. Ibunya
sampai menangis meminta agar anaknya di-
izinkan disiram dengan air telaga itu agar luka-
lukanya sembuh. Tetapi tetap saja penjaga telaga
itu tidak memberi izin. Akhirnya ibu kandungnya itu berkata kepada
Linor dengan berderai airmata,
"Anakku, sesungguhnya yang kini nempel di
tubuhmu adalah amal perbuatanmu sendiri. Kau
sendiri yang harus membersihkannya dengan
amal saleh. Tubuhmu akan benarbenar suci dan
bersih, jika kau membersihkannya minimal lima
kali sehari. Sujudlah kepada Allah lima kali se-
hari, maka Allah akan menyayangimu dan me -
limpahkan rahmat dan kesejahteraan kepadamu
di dunia dan di akhirat. Dan jika kau sudah bisa
sujud lima kali sehari carilah pendamping hidup
yang memiliki keteguhan iman mirip Yusuf
alazhissalam" Setelah itu ibunya pergi. Linor terbangun dari
mimpinya. Hari masih siang. Kereta melaju
menyibak kabut dan sesekali bergoyang. Linor
meraba wajahnya. Masih halus. Ia lihat kedua
tangannya masih halus. Meski demikian wa-
jahnya nampak pucat. Ia sangat ketakutan dengan
mimpi yang baru saja dialaminya. Ia sungguh
takur memiliki wajah dan tubuh seburuk itu.
Linor terus merenungkan mimpi yang dialam-
inya. Mimpi itu seperti nyata. Ada satu hal yang
membuat hatinya merasakan kebahagiaan yang
belum pernah ia rasakan sebelumnya, ibunya be-
gitu sangat mencintai dan menyayanginya. Tan-
gis ibunya yang penuh cinta kepada dirinya, apa
pun keadaan dirinya, benar-benar membuat hat-
inya bergetar. Entah kenapa mata Linor tiba-tiba
berkaca-kaca. Ia merasakan 'kerinduan untuk ber-
temu dengan ibu kandungnya. Dan karena ia
tahu, ibu kandungnya telah gugur dalam pem-
bantaian Sabra dan Shatila, maka airmatanya se-
makin deras meleleh. Kereta terus berjalan menembus udara musim
dingin. Rasa haru dan rindu kepada ibu


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kandungnya hadir begitu saja seolah berhembus
menembus dada Linor sampai relung hati paling
dalam. Airmatanya terus melelah tanpa bisa
ditahan. Kereta terus berjalan membawa seribu kisah
hidup para penumpangnya. Ada yang bahagia,
ada yang sedang berduka. Ada yang dadanya
dipenuhi kemantapan, dan ada yang hanya berisi
kebimbangan. Kereta terus berjalan tak peduli
apa , sedang terjadi dalam jiwa para pen-
umpangnya. Kereta hanya mengantarkan sampai
pada stasiun tujuan, perjalanan selanjutnya para
penumpangnyalah yang memutuskan.
36. Hidup Lebih Manusiawi
Tidak terasa sudah dua bulan lebih Ayyas
tinggal di Aptekarsky Pereulok. Sejak tinggal di
Aptekarsky itulah Ayyas bisa merasakan
kenyamanan hidup di Moskwa. Ia bisa mera-
sakan indahnya salju yang turun, atau pohon-po-
hon bereozka yang bergoyang mengagungkan
asma Allah. Ia juga benar-benar menikmati
hangatnya minum teh sambil membaca buku di
sofa tanpa khawatir melihat aurat perempuan
. Bersama Pak Joko yang rajin puasa sunnah,
Ayyas benar-benar bisa hidup tenang dalam suas -
ana penuh keimanan dan kedekatan dengan Sang
Khalik. Di dalam apartemen tua yang sederhana
di Aptekarsky, tak ada lagi godaan perempuan
yang sedemikian dekatnya seperti saat tinggal
bersama Linor dan Yelena.
Di Aptekarsky ia merasa lebih nyaman. Ber-
sama Pak Joko ia saling menolong dalam kebaik-
an dan kesabaran. Shalat terjaga tepat pada wak-
tunya. Setiap malam selalu bangun dan shalat
Tahajud bersama. Dan selesai shalat Subuh ia
mengaji hadis -hadis Nabi bersama Pak Joko yang
haus agama memang meminta dijelaskan satu
hadis dari kumpulan hadis Arbdin Nawaivi setiap
pagi. Tak terasa hadis Arba'in Nawawi sudah
dikhatamkan. Dan kini Ayyas menjelaskan hadis -
hadis yang ia pilih dari kitab Riyadhush Shalihin
. Ayyas tidak membawa kitab hadis itu tetapi file
kitab itu ada di dalam laptopnya bersama dengan
ribuan kitab penting lainnya. Ketika menjelaskan
satu hadis, Ayyas membacanya lewat laptop. Kit-
ab itu sudah tersimpan dalam bentuk digital,
bukan lagi tertulis di dalam lembaran kertas.
Ayyas tidak lagi merasa asing di Moskwa. Ia
seolah telah menjadi penduduk kota Moskwa
yang sibuk dengan urusannya tanpa tekanan dari
siapapun juga. Ayyas sibuk dengan kegiatannya
siang dan malam, baik kegiatan untuk dirinya
maupun untuk orang lain. Musim dingin tidak
lagi ia rasakan sebagai penghalang untuk melak-
ukan aktivitas yang luas.
Siang hari Ayyas lebih suka mengadakan
penelitian di perpustakaan negara, meskipun ses -
ekali tetap ke kampus MG U dan berdiskusi
seperlunya dengan Doktor Anastasia Palazzo.
Tak jarang Ayyas ada di masjid Prospek Mira
berdiskusi dengan Imam Hasan Sadulayev
tentang banyak masalah. Dari Imam Hasan Sadu-
layev ia banyak mendapatkan data-data penting
tentang kehidupan umat Islam yang tidak ia
temukan di perpustakan juga tidak ia dapatkan
ketika berdiskusi dengan Doktor Anastasia.
Kini, Ayyas jauh lebih merasa tenang dan ten-
teram dibandingkan ketika hidup satu rumah
dengan Linor dan Yelena di Smolenskaya.
Yang lebih membuat Ayyas semakin krasan
tinggal di Moskwa, kini Ayyas merasa menemukan se-
suatu yang membahagiakan hatinya. Bahwa
ternyata di ibu kota Rusia yang berpenduduk dua
belas juta jiwa, lebih dari satu juta penduduknya
adalah Muslim. Siapa tahu bahwa di kota yang
pernah menjadi pusat kaum komunis itu ada
hamba-hamba Allah yang masih memegang teg-
uh kalimat syahadat. Dari satu juta lebih itu separonya berasal dari
suku bangsa Tatar yang telah berabad-abad ber-
mukim di Moskwa. Selebihnya adalah para
pendatang dari selatan yang rata-rata pedagang
dan buruh kasar, menambah banyak komunitas
Muslim Moskwa. Mereka adalah suku bangsa
dari Asia Tengah dan Kausasus. Suku bangsa
dari Asia Tengah meliputi Kazakh, Uzbek, Kir-
giz, Turkmen dan Tajik. Sedangkan dari Kausas -
us meliputi Chechnya, Ingusetia, Dagestan, dan
Azerbaijan. Mereka dengan mudah dijumpai di
pasar-pasar tradisional seperti Donilovsi,
Kievskaya, dan Tyopli Stan.
Ayyas mengenal baik beberapa di antara
mereka. Selain Imam Hasan Sadulayev, salah
satu kenalan Ayyas yang langsung terasa akrab
bagai keluarga sendiri adalah keluarga Aliyev
dari Chechnya. Mereka tinggal di gedung sebe -
lah. Aliyev sudah berumur enam puluh tahun le-
bih, tetapi masih kelihatan segar dan tidak ada
tanda-tanda pikun. Aliyev tinggal bersama is -
trinya yang juga sudah tua bernama, Zenab dan
dua orang cucunya yang sudah yatim piatu
bernama Shamil dan Sarah.
Shamil berumur kira-kira dua belas tahun,
sedangkan Sarah berumur kira-kira sembilan
tahun. Mereka berdua sudah yatim piatu. Kedua
orangtua Shamil dan Sarah gugur saat Rusia
membumihanguskan kota Grozni, ibu kota
Chechnya. "Rumah kami di Grozni sudah hancur lebur.
Karenanya kami mengadu nasib ke sini." Kata
Aliyev suatu ketika kepada Ayyas. Mendengar
perkataan itu Ayyas sebenarnya ingin bertanya
kenapa memilih mengadu nasib di Moskwa,
kenapa tidak memilih tempat lain yang lebih
ramah kepada kaum Muslimin, tetapi Ayyas ur-
ung menanyakan. Ia khawatir kalau pertan-
yaannya itu menyinggung perasaan Aliyev. Ia
percaya, Ali yev pasti sudah memiliki pertimban-
gan yang matang. Ayyas mengenal keluarga Aliyev sejak awal-
awal tinggal di Aptekarsky. Pakjokolah yang
mengenalkan. Pak Joko minta agar Ayyas sedikit
memberikan sentuhan kepada keluarga Aliyev.
"Meskipun mengaku Islam dan berakar kelu-
arga Islam, tetapi mereka tidak bisa membaca Al-
Quran. Mereka bahkan belum mengerjakan shalat
lengkap lima kali sehari. Ajarilah mereka
membaca Al-Quran dan cara beribadah yang ben-
ar." Kata Pak Joko selesai mengunjungi keluarga
Aliyev bersama Ayyas. Saat itu adalah hari kedua
Ayyas tinggal bersama Pak Joko. Keluarga Ali-
yev adalah tetangga Pak Joko yang dekat secara
emosional. Sejak itu Ayyas dekat dengan mereka. Shamil
dan Sarah sangat antusias mendengar penjelasan
Ayyas tentang Islam. Mereka berdua sangat ber-
semangat belajar membaca Al-Quran kepada
Ayyas. Aliyev sangat senang kedua cucunya bisa
belajar dengan tanpa membayar sepeser pun ke -
pada Ayyas. Setiap malam, setelah shalat Isya' Ayyas
menyempatkan diri ke rumah Aliyev untuk
mengajari Shamil dan Sarah bagaimana
membaca Al-Quran dan bagaimana shalat dengan
benar. Aliyev mengakui, dirinya tidak bisa
membaca Al-Quran. Aliyev pernah bercerita, saat
komunis berkuasa segala bentuk aktivitas
keagamaan dilarang. Masjid-masjid ditutup di-
jadikan gudang. Madrasah dirobohkan. Al-Quran
tidak boleh diajarkan. Orang-orang menurunkan
Islam kepada anaknya dengan cara sembunyi-
sembunyi, tidak ada yang berani terang -terangan.
Jika ketahuan shalat, membaca Al-Quran dan
aktivitas keagamaan lainnya, maka bisa dipastik-
an nyawanya melayang diterjang peluru tajam.
Para orangtua yang ingin anak-anaknya tetap
Islam, mengajarkan membaca Al-Quran dengan
bekal hafalan yang melekat di kepala. Tidak ada
buku, tidak ada catatan. Semua lewat lisan. Para
orangtua menyampaikan secara lisan di tempat
yang terlindung dan tersembunyi, anak-anak
mereka mendengarkan dan diminta untuk
menghafal apa yang didengar.
Aliyev pernah berkata, "Selama ini kami shalat dan berdoa hanya ber-
dasarkan hafalan turun temurun. Kami hanya
mengingatnya setelah mendengarnya, bukan kar-
ena membaca tulisan Arab langsung. Karena itu
mungkin sekali terjadi kesalahan dalam bacaan
kami. Untuk itu saya sangat berterima kasih ke -
pada Tuan, karena telah bersedia mengajar kedua
cucu saya. Saya berharap mereka berdua bisa
memahami Islam jauh lebih baik dari saya."
Ayyas bertekad kuat, ia harus meninggalkan
jejak amal saleh di Moskwa. Ia ingin mening-
galkan bekas baik pada Shamil dan Sarah. Karen-
anya ia bertekad tidak akan meninggalkan
Moskwa sebelum kedua anak Chechnya itu bisa
membaca Al -Quran dengan baik, memahami
akidah dengan benar, dan mampu menjalankan
ibadah sesuai dengan tuntunan Baginda Nabi
Saw. Sebenarnya, jika ia mengingat rencana awal,
keberadaannya di Moskwa tinggal tiga minggu
lagi. Akan tetapi demi mengingat keluarga Ali-
yev, terutama Shamil dan Sarah, ia memutuskan
memperpanjang keberadaannya di Moskwa dua
bulan lagi. Ketika musim semi terbit ia akan
meninggalkan Moskwa. Mungkin hanya be-
berapa hari saja ia akan merasakan musim semi
di Moskwa. Keputusannya itu ia sampaikan kepada Doktor
Anastasia Palazzo. Seketika, doktor muda kepercayaan
Prof. Dr. Abramov Tomskii itu menyambutnya
dengan wajah berseri. Kepada Ayyas, Anastasia
menjanjikan akan mengajaknya ke danau Limen,
tak jauh dari tempat kelahirannya di daerah
Novgorod. Ayyas tidak mengiyakan, juga tidak
menolak ajakan Doktor Anastasia itu.
Malam itu, Ayyas baru pulang dari mengajar
Shamil dan Sarah membaca Al-Quran. Dua cucu
Aliyev sudah mulai bisa membaca surat-surat
pendek meskipun dengan terbata. Shamil dengan
bangga menyetor hafalan surat Al-Kaafiruun. Se-
mentara Sarah tak mau kalah dengan kakaknya,
ia menyetor hafalan surat Al-Ikhlas. Ayyas baha-
gia dengan kemajuan mereka berdua. Ia berharap
ketika nanti meninggalkan Moskwa mereka telah
bisa membaca Al-Quran dengan mandiri lengkap
dengan tajwidnya. Dan ia berharap mereka ber-
dua akan bisa mengajari teman-teman mereka
yang ingin bisa membaca Al-Quran dengan baik
dan benar. Pak Joko telah menunggu Ayyas untuk makan
m alam bersama. Malam itu memang giliran Pak
Joko yang menyiapkan makan malam. Pak Joko
menyiapkan nasi, ikan tuna yang ditumis dengan
lombok hijau. Serta telur dadar. Ayyas makan
dengan lahap. Ketika mereka tengah asyik
menyantap hidangan, tiba-tiba bel berbunyi.
Ayyas menghentikan makannya dan beranjak
menuju pintu. Begitu pintu dibuka, nampaklah
sosok anak muda yang tidak asing baginya. Ayy-
as sangat terkejut melihat sosok gemuk berkaca
mata yang ada di hadapannya.
"Devid! Masya Allah, kau dari mana" Ba-
gaimana kau tahu aku ada di sini"" Sapa Ayyas
sambil maju memeluk sahabat lamanya.
"Aku dari tempat Yelena. Dari dia aku tahu
kau ada di sini bersama Pak Joko. Sebenarnya su-
dah lama aku mendengar kau pindah dari
Smolenskaya ke sini. Tetapi aku belum bisa men-
gunjungimu. Aku banyak kerjaan di kampus.
Baru hari ini aku bisa kemari." Jawab Devid
dengan wajah berseri. "O begitu. Ayo masuk. Kebetulan kita baru
makan malam." "Aku sudah kenyang. Tadi Yelena memaksa
aku makan malam di sana. Perempuan tua yang
bersama Yelena itu menghidangkan kentang re-
bus, sup ikan lecsh, roti hitam, dan keju putih as -
in, serta segelas teh panas."
"Dari Smolenskaya ke Baumanskaya tidak
dekat. Sup yang kaumakan itu pasti sudah men-


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

guap. Ayolah. Yang masak Pak Joko sedap
sekali. Nasi dengan ikan tuna yang ditumis
dengan lombok hijau. Ayolah."
"Aku tak bisa menolak kalau kau sudah
memaksa." Mereka berdua masuk dan langsung ke meja
makan. Ayyas mengenalkan Devid kepa4a Pak
Joko. Pak Joko menyambut Devid dengan seny-
um mengembang. "Rasanya saya tidak asing dengan wajah
kamu." Sapa Pak Joko.
"Saya sudah mengenal Pak Joko, hanya Pak
Joko mungkin belum mengenal saya dengan
baik. Kita memang sudah beberapa kali bertemu
di KBRI, hanya saja saat itu urusan saya tidak
dengan Pak Joko, tetapi dengan bagian konsuler
atau pendidikan KBRI."
"Jadi kau sudah lama di Moskwa."
"Saya tinggal di St. Petersburg dan kuliah di
sana." "O bagus. Ayo makan malam dulu."
"Ayo Dev, tidak usah malu." Timpal Ayyas
menguatkan ajakan Pak Joko.
"Baik." Devid mengambil nasi dan ikan tuna tumis
lombok hijau. Mereka bertiga makan malam
dengan lahap penuh kekeluargaan. Ayyas merasa
bahagia mendapat kunjungan teman lamanya. Se-
lesai makan Ayyas mengajak Devid beristirahat
dan berbincang-bincang di kamarnya. Cukup
lama mereka ngobrol, banyak hal yang mereka
bicarakan. Termasuk kegundahan Devid dengan
cara hidup bebasnya selama ini.
"Saat segala keinginan nafsu aku penuhi, ji-
waku terasa semakin kering. Aku harus ba-
gaimana Yas"" Keluh Devid.
"Kau bukan orang bodoh Dev. Kau tahu apa
yang harus kaulakukan. Kau juga tahu apa yang.
menjadi sebab tenteramnya jiwamu. Apa aku
harus menceramahimu" Tanyakan pada nuranimu
paling dalam, kau akan mendapatkan jawaban
dari kebutuhan jiwamu sekarang."
Devid menginap di kamar Ayyas. Tempat
tidur yang sempit itu digunakan tidur untuk dua
orang. Sepertiga malam terakhir Ayyas bangun,
seperti biasa untuk shalat malam bersama Pak
Joko. Mereka shalat di ruang tamu. Ayyas yang
menjadi imam. Sayup -sayup Devid mendengar suara Ayyas
membaca Al-Quran dalam shalatnya. Ia
menikmati suara itu. Sudah lama sekali ia tidak
merasakan suasana tenang seperti itu. Dulu
ketika masih kecil, saat ia masih tinggal satu
rumah dengan kakeknya yang rajin ke masjid, ia
sering mendengar suara kakeknya membaca Al-
Quran di tengah malam. Ia teringat suasana itu.
Pagi harinya Devid berkata kepada Ayyas,
"Kenapa kau tidak membangunkan aku untuk
shalat tadi malam, juga kenapa kau tidak mem-
bangunkan aku untuk shalat Subuh""
"Apa aku tidak salah dengar Dev""
"Tidak. Apa salahnya kau membangunkan aku
dan mengajakku shalat""
Ayyas tersentak. Devid benar, seharusnya
memang ia membangunkan Devid untuk shalat,
terutama shalat Subuh. Meskipun ia mengenal
Devid yang mengaku hidup bebas dan pernah
mengaku atheis, tetapi dulu saat masih di SMP
Devid dan keluarganya tertulis di KTP beragama
Islam. Kenapa ia tidak mengingatkan Devid un-
tuk kembali ke jalan yang lurus. Kenapa ia hanya
berbaik sangka bahwa Devid adalah anak cerdas
yang bisa berpikir sendiri dan menemukan jalan
lurus sendiri" Kenapa ia tidak berpikir bahwa
sahabatnya itu perlu dibantu untuk menemukan
jalan yang lurus" "Mungkin aku harus kembali shalat agar ji-
waku tidak kering kerontang." Gumam Devid
dengan mata menerawang kosong.
"Shalat memang salah satu nutrisi jiwa paling
penting." Sahut Ayyas.
"Kalau begitu ajarilah aku shalat."
"Apakah kau sudah benar-benar lupa ba-
gaimana caranya shalat""
"Ya aku sudah lupa. Sejak SMA aku sudah
meninggalkan shalat. Aku bahkan hampir lupa
bahwa aku ini masih tertulis beragama Islam,
meskipun akhir-akhir ini aku tidak percaya ke-
pada Tuhan. Kalau aku shalat berarti aku harus
percaya kepada Tuhan ya""
Airmata Ayyas meleleh mendengar perkataan
sahabatnya itu. Betapa kacaunya cara berpikir
sahabatnya itu. Sahabatnya itu benar-benar telah
tersesat sangat jauh. Sahabatnya itu tidak hanya
harus belajar shalat, sebelum itu ia harus belajar
mengucapkan kalimat syahadat. Ia harus kembali
mengikrarkan kalimat syahadat, tanda bahwa ia
telah kembali masuk Islam. Sebab mengingkari
adanya Tuhan adalah bentuk kekafiran yang ke -
luar dari ajaran Islam. "Sebelum belajar shalat, kau harus belajar
mengucapkan kalimat syahadat. Kau harus ber-
syahadat lagi, masuk Islam lagi. Pengingkaranmu
akan adanya Tuhan telah mengeluarkan kamu
dari Islam. Itulah yang menyebabkan aku selama
ini tidak pernah mengajakmu shalat. Maaf, aku
merasa kau tidak lagi seorang Muslim. Dan aku
berusaha menghormati jalan hidup yang
kaupilih." "Ternyata aku tidak menemukan kebahagiaan
jiwa dalam jalan yang aku lalui selama ini. Aku
seperti seorang pengembara di tengah padang
pasir mahaluas yang tidak tahu aku harus ke
mana. Aku merasa tidak tahu jalan. Aku berjalan
asal jalan. Aku perlu petunjuk. Aku perlu peta
yang bisa membawaku ke tempat yang se-
harusnya aku tuju. Ketika tadi malam sayup -say-
up aku mendengar kau membaca Al-Quran dalam
shalatmu, jiwaku seperti tertarik ke sana. Aku
teringat masa kecilku saat mendengar kakek
membaca Al-Quran malam-malam. Kakek nam-
pak begitu bahagia dengan jalan hidup yang
ditempuhnya. Mungkin itu jalan yang harus aku
tempuh agar jiwaku menemukan apa yang
dicarinya." "Tinggallah di sini sementara waktu selama
kau merasa perlu. Kau tidak perlu belajar. Kau
dulu pernah belajar membaca Al-Quran dan shal-
at. Kau hanya perlu membuka kembali ingatan-
mu yang tertutupi oleh kerak-kerak nafsumu. Be-
gitu ingatanmu akan shalat itu terbuka, kau akan
bisa melakukannya. Sambil berusaha membuka
ingatanmu perlahan-lahan, kau akan belajar men-
gucapkan kalimat syahadat. Kau harus
menghafalnya, mengakrabinya, menghayatinya,
dan menjadikannya bagian dari aliran darahmu.
Itu jika kau ingin bisa hidup bahagia seperti
kakekmu." "Baiklah aku ikuti saranmu. Aku sudah benar-
benar bosan dengan cara hidupku yang serba be-
bas. Aku ingin hidup yang membahagiakan
jiwa." Pagi itu juga Ayyas membimbing sahabatnya
itu mengucapkan dua kalimat syahadat disaksik-
an oleh Pak Joko. Sejak hari itu Devid tinggal
bersama Ayyas. Setelah membaca kalimat
syahadat Ayyas langsung mengenalkan Devid
kepada Imam Hasan Sadulayev.
Kepada Imam Hasan, Ayyas menjelaskan
semuanya tentang sahabatnya Devid. Ayyas
meminta kepada Imam Hasan agar berkenan
membimbing sahabatnya itu. Dengan begitu,
ketika nanti Ayyas pulang, Devid masih memiliki
tempat untuk belajar dan meminta pendapat. Dan
jika imannya goyang, Imam Hasan Sadulayev
akan bisa mengukuhkannya.
Ayyas merasa Devid akan memerlukan proses
yang panjang itu sampai pada taraf memahami
Islam dengan baik dan benar. Waktu satu minggu
tidak akan cukup bagi Devid untuk mendapatkan
kebahagiaan jiwa yang dicarinya. Ayyas merasa
hanya mampu mengantarkan Devid di tepi jalan
yang lurus, selanjutnya Devid sendirilah yang
harus berusaha dan berikhtiar untuk melanjutkan
perjalanan sampai di tujuan yang sebenarnya.
Akhirnya, setiap malam Devid ikut shalat
malam, ikut kajian hadis setiap pagi dan setiap
menjelang tidur, Ayyas menjelaskan makna ka-
limat syahadat sambil tiduran selama tak lebih
dari tujuh menit. Dan siang hari ketika Ayyas
harus pergi ke perpustakaan, ia meminta kepada
Devid untuk pergi ke masjd
Prospek Mira me- nemui Imam Hasan Sadulayev.
Sekeras -keras batu jika terus ditetesi air akan
berlubang juga bahkan bisa hancur akhirnya. Be-
gitu juga hati dan jiwa Devid. Setelah terus
ditetesi dengan hikmat dan disinari pancaran
ayat-ayat suci Al -Quran, ditambah doa dari
Ayyas dan Imam Hasan Sadulayev, Devid pelan-
pelan berubah. Ia mulai meninggalkan minuman
keras. Ia mulai berusaha untuk shalat lima waktu.
Akan tetapi, suatu malam menjelang tidur,
Ayyas dikagetkan oleh kejujuran Devid.
"Apa yang harus aku lakukan Yas. Aku sudah
tidak kuat menahan lagi. Kau tahu sendiri selama
ini aku tidak lepas dari perempuan. Dulu hidup
satu rumah dengan Eva. Lalu bergonta-ganti
hidup dengan perempuan Rusia. Sejak aku ada di
rumah ini, aku tidak menyentuh perempuan
samasekali. Tetapi aku rasanya tidak kuat lagi.
Aku perlu hidup bersama perempuan. Aku harus
bagaimana"" Devid mengatakan apa yang dira-
sakannya kepada Ayyas. Tak ada yang ditutup -
tutupi. Devid perlu solusi.
"Islam memiliki solusi untuk masalahmu itu.
Lelaki memang fitrahnya memerlukan perem-
puan dan sebaliknya. Dua makhluk Allah lain
jenis itu memang diciptakan untuk bertemu dan
hidup bersama dalam kasih sayang. Jalan paling
suci bertemunya lelaki dan perempuan adalah
dengan menikah. Maka menikahlah Dev, dan kau
akan mendapatkan yang lebih membahagiakan
daripada hidup dengan perempuan tidak halal."
"Dengan siapa aku harus menikah" Aku perlu
waktu cepat. Kau harus tahu, jika lhidup bebas dengan perempuan seperti aku, kau
seperti makan ganja atau narkoba, kau akan
kecanduan dan ketagihan. Aku nyaris sudah tidak
bisa bersabar lagi Yas."
"Sabarlah beberapa hari saja. Datanglah ke -
pada Imam Hasan Saduleyev. Sampaikan masa-
lahmu ini kepada beliau apa adanya. Insya Allah
beliau akan ada solusi."
"Baiklah." Hari berikutnya, pagi-pagi sekali Devid pergi
ke rumah Imam Hasan Sadulayev. Ia tidak bisa
menunggu sampai siang untuk bertemu sang
Imam di masjid. Devid menjelaskan panjang le-
bar masalahnya kepada Imam Hasan Sadulayev.
Anehnya Sang Imam menanggapinya dengan
tersenyum, dan sedikit pun tidak mencela Devid.
"Apa yang dikatakan Ayyas benar. Solusi
masalahmu cuma satu, yaitu menikah." Kata
Imam Hasan. "Menikah"" "Ya."
"Saya sudah tidak kuat. Kalau begitu saya
harus menikah besok. Atau paling lambat besok
lusa. Terus saya harus menikah dengan siapa""
"Aku bisa membantu, aku bisa menunjukkan
siapa calon pengantinmu kalau kau mau."
"Aku percayakan pada Imam."
"Baik. Tetapi kau harus berjanji."
"Berjanji apa""
"Sungguh-sungguh mentaati perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya. Dan kau harus ber-
janji tidak akan lagi menyentuh perempuan mana
pun yang tidak halal bagimu."
"Aku berani berjanji Imam. Allah yang jadi
saksinya." "Baiklah. Kalau kau mau aku akan
menikahkan kau dengan adikku sendiri. Naman-
ya Aminet Sadulayevna, bagaimana""
Tubuh Devid bergetar mendengarnya. Ia per-
nah bertatapan wajah dengan adik Imam Hasan
Sadulayev itu di jalan depan masjid Prospek
Mira. Adik Imam Hasan Sadulayev itu begitu
anggun, hanya lelaki tidak normal yang akan
menolaknya. Jujur, nafsunya sangat mengin-


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ginkan adik Imam Hasan Sadulayev. Akan tetapi
nuraninya yang paling dalam mengingatkannya,
apakah pantas seorang pemuda yang sedemikian
kotor seperti dirinya menikahi seorang perem-
puan yang sangat menjaga diri seperti Aminet
Sadulayevna. Ia tidak mau mencemari kesucian adik Imam
Hasan Sadulayev. Meskipun ia pernah mendapat
nasihat dari Ayyas, bahwa orang yang telah ber-
tobat dengan sebenar tobat itu sama dengan or-
ang yang tidak memiliki dosa. Dosanya telah
diampuni oleh Allah. Ia tetap merasa dirinya
masih sangat kotor dan tidak pantas diganjar
dengan mendapatkan gadis secantik dan sesale -
hah Aminet Sadulayevna. Kalau ia boleh jujur,
Aminet lebih pantas untuk seorang yang juga
menjaga dirinya seperti Ayyas.
Maka mendengar tawaran Imam Hasan Sadu-
layev itu, Devid tak kuasa menahan airmatanya.
Dan dengan suara terbata-bata ia mengatakan ke-
pada Imam Hasan Sadulayev, bahwa dirinya
akan berpikir dan meminta petunjuk Allah. Imam
Hasan memaklumi keputusan Devid. "Memang
k ita disunnahkan untuk shalat Istikharah. Lak-
ukanlah itu Devid, sebelum kau mengambil ke -
putusan apa pun. Termasuk saat harus menen-
tukan siapa yang akan kaunikahi."
Devid menceritakan apa yang dialaminya
dengan airmata berderai. Ayyas sangat men-
dukung jika Devid menikahi Aminet Sadulayena.
Imam Hasan pasti tidak sembrono menawarkan
adiknya kepada Devid. Pasti Imam Hasan meli-
hat ada kebaikan di sana. Kebaikan untuk Devid,
Aminet, dan banyak pihak. Imam Hasan mungkin
melihat potensi besar yang ada dalam diri Devid,
yang jika didampingi oleh perempuan salehah
seperti Aminet Sadulayevna pastilah akan terjadi
lipatan potensi yang luar biasa.
Sayangnya Devid belum bisa menerima hal
itu. "Diriku terlalu kotor Yas untuk menikahi
Aminet. Aku sendiri tidak rela, diriku yang kotor
ini akan menjamah gadis salehah itu. Aku sendiri
jika punya anak gadis seperti Aminet
Sadulayevna tidak akan aku nikahkan dengan
pemuda yang sekotor diriku ini. Aku tidak bisa
menikahi Aminet, bantulah aku menemukan or-
ang yang bisa segera aku nikahi. Orang yang sep -
adan dengan diriku."
Ayyas tidak bisa berbuat apa-apa dengan
keteguhan Devid, Menurutnya, sebenarnya Devid
mendapatkan karunia luar biasa jika memiliki is -
tri Seperti Aminet Sadulayevna. Akan tetapi per-
nikahan tidak bisa dipaksakan. Allah sudah men-
catat siapa yang akan dinikahi oleh Devid, dan
siapa yang akan menjadi suami Aminet
Sadulayevna. "Kau tentu tahu, aku tidak banyak mengenal
perempuan di sini. Hanya beberapa gelintir saya
yang kukenal, itu pun sebagian telah kaukenal.
Misalnya Yelena, Linor, dan beberapa nama yang
bekerja di KBRI. Yelena memang sendiri. Mun-
gkin jika kau minta untuk kaunikahi, dia mau.
Sebab dia pernah cerita ingin hidup sebagai
perempuan baik-baik, tidak sebagai pelacur lagi.
Tetapi masalahnya apa ya Yelena
cocok'untukmu. Sekarang ini kau seorang
Muslim yang menurutku sudah bersih, meskipun
menurutmu masih kotor. Setiap malam kau shalat
malam. Sedangkan Yelena aku tidak tahu lagi
seperti apa kini hidupnya. Setelah kematian Olga
Nikolayenko yang menjadi induk semangnya,
apakah ia benar-benar telah berhenti sebagai
pelacur. Atau tetap meneruskan profesi lamanya.
Kalau misalnya ia telah berhenti, apakah ia berse-
dia mengikuti jalan hidupmu. Kau tidak akan
mendapatkan kebahagiaan jiwa, jika pendamping
hidupmu tidak satu iman dan satu langkah
denganmu." Jawab Ayyas panjang lebar.
Devid menghela nafasnya. Keduanya diam
sesaat. Devid lalu berkata, "Aku akan mencoba
melamar Yelena. Kalau dia mau bersama hidup
di jalan yang lurus yang aku lalui, aku akan
menikahinya. Aku tahu dia pelacur, tetapi jika
dia mau bertobat, itu sama persis dengan diriku."
"Terserah kau Dev. Yang jelas setelah kau
merasa menemukan jalan yang baik jangan sam-
pai tergoda untuk keluar dari jalan itu. Hati-hatil-
ah setan menyerang dari depan, belakang, kanan,
dan kiri." "Aku camkan betul nasihatmu, Yas."
Devid benar-benar tak mau membuang waktu.
Selesai bertukar pikiran dengan Ayyas, ia lang-
sung meluncur ke Smolenskaya, tujuannya ada-
lah apartemen dimana Yelena berada. Apartemen
yang pernah menjadi tempat tinggal Ayyas cukup
lama di Moskwa. Devidlah yang memilihkan
apartemen itu untuk Ayyas.
Ketika Devid memenjet bel, Yelena sedang
duduk santai di sofa menonton acara televisi ber-
sama Bibi Margareta. Yelena bangkit dan
membuka pintu. Perempuan muda itu tersenyum
begitu yang ada di hadapannya adalah Devid.
Yelena yang memakai kaos panjang hijau muda
nampak begitu anggun. David sempat salah
tingkah dibuatnya. Kondisi jiwanya yang sudah
berbeda warna yang membuatnya salah tingkah.
David berusaha mengendalikan dirinya.
"Sudah ketemu Ayyas"" Sapa Yelena.
"Sudah." "Ayo masuk dulu. Apa kabarnya""
"Dia baik-baik saja. Penelitiannya sudah ham-
pir tuntas." "Puji Tuhan."
Devid masuk dan duduk di sofa berhadapan
dengan Yelena. Bibi Margareta membuatkan dua
cangkir teh panas. Keduanya berbincang tentang
banyak hal. Tentang musim dingin, tentang St.
Petersburg tempat dimana Devid sedang belajar
dan tempat dimana Yelena pernah belajar menye -
lesaikan sarjana sastra Inggrisnya. Setelah cuku
p lama berbincangbincang, Devid akhirnya
menyampaikan maksud inti kedatangannya.
"Aku sedang memiliki masalah dan lilau
berkenan aku ingin meminta bantuanmu." Kata
Devid d A gan dada bergetar.
"Dengan senang hati. Aku pasti alfm memban-
tumu. Kaulah yang mengirim sahabatmu Ajyas
kemari. Dan sahabatmu itulah yang
menyelamatkan nyavaku. Berarti secara tidak
langsung aku juga berhutang budi padamu. Apa
yang bisa aku bantu."
"Kau tahu selama aku hidup bebas, bergonta-
ganti pasangan. Aku pernah cerita padamu."
"Ya. Terus apa masalahnya."
"Aku ingin hidup yang lebih manusiawi.
Hidup yang lebih bermakna. Aku ingin mening-
galkan cara hidup yang bertentangan dengan nur-
aniku itu. Jujur altu tidak bisa hidup tanpa seor-
ang perempuan yang menemaniku. Karenanya
aku sedang mencari perempuan yang mau hidup
bersama, hidup dalam tali pernikahan yang suci.
Perempuan yang bersedia menjaga kesuciannya,
dan setia kepadaku. Aku pun akan menjaga di-
riku dan akan s etia padanya. Jika berkenan,
mohon maaf jika ini dianggap lancang, maukah
kau membantuku. Kau menjadi perempuan yang
aku cari itu, Kita menikah dan hidup bersama
dalam kesucian dan kesetiaan."
Devid mengucapkan kalimatnya itu dengan
muka tertunduk. Ia samasekali tidak berani tne -
mandang wajah Yelena. Sementara Yelena tidak
menduga kalau Devid akan mengatakan hal itu
kepadanya. Sudah lama Yelena ingin hidup seba-
gai manusia yang terhormat, sudah lartia ia men-
dambakan seorang teman hidup yang setia. D A n
ia belum juga menemukannya. Kini Devid datang
dan menawarkan hal yang sudah lama didam-
bakannya. Ia tidak lagi melihat fisik, jika fisik
yang jadi ukuran, Devid masih kalah dengan
pemuda-pemuda Rusia yang dikenalnya. Tetapi
ia mendambakan kesetiaan, kasih sayang dan
ketulusan nurani. Dan Devid telah menawarkan
itu semua kepadanya. Dengan airmata hampir meleleh, Yelena men-
jawab, "Apa kau tahu siapa diriku sebenarnya""
"Ya aku tahu. Kau adalah Yelena yang baik."
"Salah. Kau salah. Aku bukan Yelena yang
baik. Kau harus tahu aku adalah seorang pelacur.
Aku perempuan bejat. Kau salah kalau kau
memintaku menjadi istrimu. Carilah perempuan
baik-baik." "Aku tidak salah. Jika kau mau tobat seperti
aku, maka kau adalah orang yang aku cari. Aku
juga bukan lelaki yang suci, aku adalah juga
lelaki bejat. Hanya saja aku tidak mau selamanya
bejat. Aku ingin jadi manusia yang sesung-
guhnya. Aku rasa kita sama jika kau mau berto-
bat dan mengikuti jalan hidupku."
Mereka berdua lalu berbincang dari hati ke
hati. Semua dibuka begitu saja. Tak ada yang di-
tutupi. Keduanya menemukan muara yang sama,
yaitu muara ingin hidup sesuai dengan fitrah
manusia diciptakan oleh Allah Ta'ala. Akhirnya,
di akhir pertemuan Yelena mengatakan,
"Baiklah aku bersedia menjadi istrimu. Dan
aku akan mengikuti jalan yang kautempuh,
selama jalan itu memanusiakan diriku."
"Terima kasih Yelena. Kita tidak perlu
menunda niat baik kita. Dua hari lagi kita
menikah sesuai dengan syariah, sambil kita urus
peresmian pernikahan kita sesuai hukum positif
di Rusia." "Aku setuju." *** 37" Kalimat Syahadat
Hari itu hari Jumat. Musim dingin masih ber-
tahan. Salju sudah dua hari tidak turun, tetapi di
mana-mana salju masih nampak membungkus
apa saja. Masjid Prospek Mira penuh sesak oleh
jamaah shalat Jumat. Nampak wajah-wajah dari
pelbagai bangsa. Ada Rusia, Tatar, Kazakh, Kir-
gis, Turkmen, Chechnya, Azerbaijan, Kirgish,
Melayu, dan Arab. Sebelum khutbah Jumat dimulai, takmir
masjid mengumumkan akan adanya seorang per-
empuan muda Rusia yang akan mengucapkan
Pedang Kilat Membasmi Iblis 2 Neraka Hitam Seri Bara Maharani Karya Khu Lung Pendekar Mata Keranjang 3
^