Pencarian

Bumi Cinta 8

Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy Bagian 8


dua kalimat syahadat siang itu. Prosesi pengu-
capan kalimat syahadat akan dipimpin oleh Imam
Hasan Sadulayev. Juga diumumkan setelah shalat
Jumat akan ada prosesi akad nikah antara perem-
puan Rusia yang baru masuk Islam dengan seor-
ang pemuda Muslim dari Indonesia. Jamaah di-
minta untuk tidak bubar dulu setelah shalat Ju-
mat. Kumandang takbir dan tahmid seketika
membahana di dalam masjid setelah jamaah
mendengar pengumuman itu.
Takmir masjid juga mengumumkan hal-hal
penting lainnya. Setelah itu sang takmir mem-
persilakan perempuan muda Rusia bernama
Yelena Aleksand rovna untuk maju ke barisan
paling depan di bagian shaf perempuan.
Seorang perempuan muda bergerak maju dari
barisan ketiga menuju barisan pertama di bagian
perempuan. Kaum perempuan yang mengikuti
shalat Jumat memang tidak terlalu banyak. Per-
empuan muda itu nampak anggun dibalut oleh
pakaian serba putih, juga jilbab putih. Imam Has -
an Sadulayev memberikan pidato singkat se-
belum membimbing Yelena mengucapkan dua
kalimat syahadat. Setelah pidato Imam Hasan Sadulayev menan-
yakan kepada Yelena, untuk meyakinkan bahwa
dia masuk Islam bukan karena ada paksaan atau
karen'a keadaan yang memaksanya masuk Islam.
Yelena menjawab bahwa dia masuk Islam
samasekali bukan dipaksa seseorang, bukan juga
karena ada keadaan tertentu yang memaksanya
masuk Islam. Ia masuk Islam sungguh-sungguh
karena kesadaran dan keinsyafan, serta karena
panggilan- jiwanya yang cenderung kepada Islam.
Mendengar jawaban Yelena, takbir dan tahmid
kembali menggema di dalam masjid.
Di bagian pria, tepatnya di barisan pertama
tidak jauh dari Imam Sadulayev berdiri, seorang
pemuda berkaca mata dan berwajah Asia Teng-
gara nampak duduk menunduk dengan mata
berkaca-kaca. Teringat masa lalunya yang kelam
ia menangis dalam istighfar. Dan teringat akan
kasih sayang Allah yang memberinya petunjuk
untuk bertobat dan membersihkan jiwanya
dengan ibadah. Ia terisak dalam keharuan dan
kesyukuran. Allah kembali melimpahinya dengan
kasih sayang tiada terkira. Sebentar lagi ia akan
mendengar perempuan yang telah dilamarnya un-
tuk dijadikan pendamping hidupnya mengucap -
kan kalimat syahadat. Imam Hasan Sadulayev, kemudian meminta
kepada adiknya yaitu Aminet Sadulayevna untuk
membimbing Yelena Aleksandrovna mengucap -
kan dua kalimat syahadat. Seluruh jamaah yang
hadir shalat Jumat akan menjadi saksi masuk
Islamnya Yelena. Dengan suara yang jernih dan
berwibawa Aminet membimbing Yelena mengu-
capkan kalimat syahadat kata per kata.
"Asyahadu an laa ilaaha illallaah w a asyhadu
anna Muhammadan Rasuulullaah."
Aminet membimbing Yelena mengucapkan
dua kalimat syahadat itu tiga kali. Setelah itu
Aminet membimbing Yelena untuk mengucap -
kan arti dua kalimat syahadat itu dalam bahasa
Rusia. Begitu Yelena selesai mengucapkan syahadat-
nya. Imam Hasan Sadulayev seketika bertahmid
dan mengumandangkan takbir dengan kedua
mata basah oleh airmata. Seluruh jamaah men-
gikutinya. Tak sedikit di antara mereka yang me -
neteskan airmata karena tersentuh suasana yang
agung itu. Prosesi seseorang mengucapkan dua
kalimat syahadat adalah prosesi yang sangat
agung, lebih agung dari terbitnya matahari meny-
inari dunia. Imam Hasan kemudian mengajak jamaah ber-
doa bersama untuk Yelena yang baru masuk
Islam, agar diberi tambahan kekuatan oleh Allah
untuk teguh memegang hidayah yang telah
diberikan oleh Allah Jcepadanya.
Pemuda berkaca mata yang tak lain adalah
Devid, mengangkat kedua tangannya dan
mengamini setiap kalimat yang diucapkan Imam
Hasan Sadulayev dengan airmata terus meleleh di
pipinya. Di sampingnya, Ayyas juga tidak bisa
menahan harunya. Ia tahu persis siapa Devid dan
siapa Yelena sebelumnya. Devid kini telah men-
jadi ahli rukuk dan sujud.
Dan Yelena yang pernah tidak mengakui
adanya Tuhan, kini bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah. Yelena menjadi manusia baru yang
bersih dan fitri. Seluruh dosa dan masa lalunya
yang kelam terhapus oleh dua kalimat syahadat
yang ia ucapkan dengan tubuh bergetar.
Selesai berdoa, Imam Hasan Sadulayev naik
ke mimbar. Azan dikumandangkan. Lalu khotbah
Jumat dimulai. Sang Imam menjelaskan tentang
keajaiban tobat. Menurut Sang Imam, setiap anak
manusia pasti pernah melakukan dosa, baik dosa
kecil maupun dosa besar, kecuali para nabi dan
rasul yang sudah pasti dijaga oleh Allah dari dosa
dan kesalahan. Dan jalan terbaik bagi orang yang
memiliki dosa adalah bertobat, memohon ampun
kepada Allah. Orang-orang yang mau bertobat
dengan sebenar-benar tobat adalah manusia-
manusia yang dipilih dan dikasihi oleh Allah.
Imam Hasan Sadulayev kemudian mencer-
itakan seorang pendosa yang ada pada umat ter-
dahulu, yang mendapa t kemuliaan dari Allah yang luar biasa karena mau bertobat. Imam Has -
an Sadulayev menjelaskan,
"Termasuk dosa besar yang sangat dimurkai
oleh Allah adalah perbuatan zina. Para nabi dan
rasul juga murka pada orang-orang yang melak-
ukan perbuatan keji itu. Alkisah, pada umat ter-
dahulu ada seorang perempuan yang menjadikan
zina sebagai profesinya. Dia mendapatkan uang
dengan melacurkan dirinya. Kecantikannya yang
menawan sangat terkenal dan membuat dirinya
terkenal ke pelbagai daerah. Banyak lelaki yang
tergila-gila padanya dan ingin menikmati
kecantikannya. Di saat yang sama ada seorang
pemuda ahli ibadah. Pemuda itu juga mendengar
pesona perempuan itu dan hati pemuda itu juga
condong kepadanya. Pemuda itu juga berangan-
angan ingin menikmati kecantikan perempuan
itu. Karena bayaran perempuan itu sangat mahal,
pemuda itu bekerja keras siang malam demi
mendapatkan uang agar nanti bisa membayar per-
empuan itu. Setelah berbulan-bulan bekerja
pemuda itu mendapatkan uang yang cukup ban-
yak. Uang yang cukup untuk membayar
kecantikan perempuan itu. Pemuda itu lalu
mendatangi perempuan itu.
"Tentu saja perempuan itu senang didatangi
pemuda yang terkenal ahli ibadah dan tampan. Ia
merasa bangga bahwa kecantikan dan pesona dir-
inya ternyata mampu mengalahkan kezuhudan
dan keteguhan iman seorang pemuda ahli ibadah.
Ia menyambut pemuda itu dengan sebaik-baik
sambutan. Ketika mereka berdua sudah berada di
sebuah ruang yang sangat nyaman. Jendela telah
ditutup dan pintu telah terkunci rapat, dan
pemuda itu bisa melakukan apa yang telah dilak-
ukan banyak lelaki pada perempuan itu, tiba-tiba
pemuda itu teringat kepada Allah. Bahwa Allah
melihatnya. Bahwa Allah memurkai perbuatan
maksiat yang sedang dan yang akan dilak-
ukannya. Wajahnya tiba-tiba pucat. Ia sangat tak-
ut kepada Allah. Perempuan itu kaget melihat
wajah pemuda itu yang tiba-tiba pucat pasi sep -
erti tidak dialiri darah. Perempuan itu menduga
bahwa pemuda itu sangat'gugup karena tidak per-
nah memiliki pengalaman berduaan dengan seor-
ang perempuan. Maka perempuan itu berusaha
menenangkan pemuda itu. "Akan tetapi pemuda itu justru semakin pucat,
tubuhnya mengigil dan bergetar hebat. Dengan
terbata-bata pemuda itu berkata kepada perem-
puan itu, 'Ini, di kantong ini ada ratusan dinar,
yang aku kumpulkan dengan bekerja mati-matian
berbulan-bulan. Aku bekerja keras demi bisa
menikmati dirimu. Kini aku sudah ada di
hadapanmu, kalau aku mau aku bisa
mendapatkan apa yang kuinginkan selama ini.
Akan tetapi jika aku melakukannya maka Allah
akan murka kepadaku, dan Allah pasti menyiap -
kan nerakanya yang menyala-nyala untukku. Aku
takut kepada Allah. Aku tidak mau kenikmatan
sesaat yang semu akan menghancurkan
kenikmatan abadi di surganya Allah. Ini ambillah
uang ini. Dan biarkan aku meninggalkan tempat
ini sebelum Allah murka dan mencabut nyawaku
dalam keadaan syuul khatimah'
"Pemuda itu meletakkan kantong uangnya di
hadapan perempuan jelita itu, lalu melangkah ke
pintu. Sang perempuan duduk terpaku di pinggir
ranjangnya. Ia kaget bercampur takjub dengan
sikap dan apa yang didengarnya. Selama ini tidak
ada lelaki yang bisa mengendalikan
kesadarannya jika sudah berduaan dengannya.
Tetapi pemuda itu bisa bersikap dan berkata
setegar itu. Rasa takut pemuda itu kepada Allah
mengalahkan segala sihir pesona kecantikan yang
dimilikinya. Dirinya samasekali tidak ada har-
ganya di mata pemuda itu.
"Sang pemuda melangkah meninggalkan tem-
pat itu dengan airmata berderjinlerai. Ia menangis
takut kepada Allah. Pemuda itu malu pada dir-
inya sendiri. Ia lalu pergi meninggalkan kota itu
dan kembali ke kampung asalnya. Di kam-
pungnya siang malam ia beribadah, karena mer-
asa telah melakukan dosa besar meskipun belum
sampai zina. Tetapi ia merasa telah melakukan
dosa yang sangat besar, sebab telah mendekati
zina. Bahkan ia sempat berazam untuk zina
dengan pelacur cantik itu. Ia bahkan sampai
bekerja berbulan-bulan demi mendapatkan uang
agar bisa berzina dengan perempuan itu. Pemuda
itu terus menangis penuh penyesalan. Ia
beribadah sebanyak-banyaknya karena ingin
menghapus dosanya. Dan p emuda itu akhirnya meninggal dunia dalam keadaan menangis dan
beribadah kepada Allah Swt.
"Perempuan itu, sejak kejadian itu ia sadar.
Bahwa dirinya selama ini telah melakukan dosa
besar yang dimurkai oleh Allah. Pemuda itu
menyadarkan dirinya akan adanya Allah yang
memurkai orang-orang yang berbuat maksiat.
Pemuda itu menyadarkan dirinya bahwa ada
neraka yang disediakan untuk orang-orang yang
menantang Allah. Pemuda itu menyadarkan bah-
wa ada kehidupan yang sesungguhnya setelah ke -
hidupan di dunia ini. Perempuan itu sejak itu ber-
tobat. Siang malam ia menangis kepada Allah. Ia
lalu berazam dan bertekad kuat untuk mencari
pemuda itu. Ia ingin menjadikan pemuda itu se-
bagai suaminya yang akan membimbingnya
beribadah kepada Allah. "Berbulan-bulan ia mencari pemuda itu, tapi
tidak bertemu. Setelah sekian lama ia akhirnya
tahu bahwa pemuda itu telah pulang ke kampung
halamannya. Perempuan itu langsung menyu-
sulnya. Dan alangkah sedihnya ketika ia tahu
bahwa pemuda itu telah meninggal dunia dalam
keadaan bertobat penuh penyesalan kepada
Allah. "Pemuda itu memiliki saudara yang juga ahli
ibadah. Perempuan bekas pelacur yang kini telah
jadi ahli ibadah itu akhirnya menikah dengan ahli
ibadah, saudara pemuda tadi. Perempuan itu telah
melakukan tobat yang sungguh-sungguh tobat.
Tobat yang mampu membuat pintu langit terbuka
untuk doa dan zikirnya. Dari pernikahan dengan
ahli ibadah itu, perempuan bekas pelacur itu me -
lahirkan banyak anak yang semuanya diangkat
oleh Allah menjadi nabi. Dari rahim perempuan
itu yang kini berisi kalimat-kalimat thayyibah
lahir manusia-manusia mulia yang dipilih oleh
Allah sebagai nabinya. "Ini adalah kisah nyata yang terjadi pada umat
terdahulu. Menjelaskan kepada kita bahwa se-
besar apa pun dosa seseorang, jika ia mau berto-
bat dengan sungguh-sungguh seperti perempuan
itu, maka Allah akan menerima orang itu dengan


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

penuh pengampunan dan kasih sayang. Bahkan
Allah akan tetap memuliakan hamba-hamba-Nya
yang mau bertobat kepadanya.
"Maka kepada siapapun yang merasa pernah
melakukan dosa, baik dosa kecil maupun dosa
besar, juga kepada diri saya sendiri, saya wasi-
atkan untuk segera bertobat dengan sebenar-ben-
ar tobat. Dengan tobat dan kembali kepada Allah
sepenuh jiwa dan raga, kita berharap Allah sen-
antiasa menyelimuti kita dengan selimut rahmat
dan kasih sayang-Nya. Amin"
Khutbah Imam Hasan Sadulayev sangat
menyentuh. Terutama bagi Devid dan Yelena.
Juga bagi banyak orang yang merasa sedang
memikul dosa yang tidak ringan. Bagi mereka,
khutbah itu seperti air penyejuk bagi orang yang
kehausan di padang sahara. Dengan airmata
meleleh Devid berdoa agar tobatnya diterima Al-
lah dan agar dirinya diberi keberkahan seperti ke -
luarga perempuan yang jadi ahli ibadah setelah
bertobat itu. Yelena lebih deras airmatanya, ia
merasa dirinya nyaris sama dengan perempuan
yang dikisahkan oleh Imam Hasan Sadulayev. Ia
bertekad dalam hati akan berislam sebaik-
baiknya. Ia akan belajar tentang Islam sekuat
tenaga, dan ia akan menjaga kesuciannya dan ter-
us beribadah kepada Allah seperti perempuan itu,
agar kelak anak-anak yang ia lahirkan dari
rahimnya jika dikehendaki oleh Allah menjadi
manusia-manusia yang baik dan dikasihi Allah.
Selesai shalat Jumat, akad pernikahan dilang-
sungkan. Yang dinikahkan adalah Devid
mendapatkan Yelena. Ayyas dan beberapa pe-
jabat KBRI Moskwa menyaksikan prosesi akad
pernikahan itu. Ayyas tidak kuasa menahan air-
matanya ketika melihat Devid menangis tersedu-
sedu dalam pelukan Imam Hasan Sadulayev sete -
lah akad. Ayyas mendoakan teman lamanya itu
agar benar-benar menjadi orang beriman sejati. Ia
juga mendoakan agar dosa teman lamanya itu
benar-benar diampuni oleh Allah.
Ayyas juga terharu ketika sekilas melihat
Yelena dengan penampilan yang jauh berbeda
dengan yang pernah dilihatnya dulu. Yelena kini
berpakaian putih anggun tertutup auratnya.
Samasekali tidak ada bekas atau kesan bahwa
Yelena pernah menjadi pelacur kelas atas di
Moskwa. Kini Yelena nampak bercahaya
seumpama kapas putih yang tidak dinodai apa-
apa. Ayyas berdoa agar Yelena yang pernah men-
jadi tetangga kamarnya itu benar-benar mampu
menjadi Muslimah yang baik, dan menjadi ibu
yang salehah yang nanti akan melahirkan ketur-
unan yang saleh, - keturunan yang meninggikan
kalimat Allah di atas bumi Allah, bumi cinta
orang -orang saleh yang menjadikan hidupnya
sepenuhnya untuk beribadah kepada Allah.
*** Untuk sementara Devid tinggal bersama
Yelena di apartemen Yelena. Bibi Margareta
masih menyertai mereka. Mereka tetap memper-
lakukan Bibi Margareta layaknya bibi sendiri.
Keyakinan yang berbeda samasekali tidak
memengaruhi keharmonisan hubungan mereka
dengan Bibi Margareta. Untuk pertama kalinya dalam hidup, Yelena
merasakan keindahan menghirup udaja sebagai
manusia. Ia merasa benar-benar terlepas dari
belenggu-belenggu berhala dan perbudakan yang
selama ini menjeratnya. Ia merasa benar-benar
merdeka. Ia merasa menjadi manusia yang sem-
purna kemanusiaannya dengan hanya menyem-
bah kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Ia
telah menemukan jalan hidup yang dicarinya.
Dan kini, dengan statusnya sebagai seorang is -
tri, ia mendapatkan kehormatannya kembali seba-
gai perempuan yang memiliki harga dan nilai
yang sesungguhnya. Lebih dari itu ia seperti or-
ang yang baru pertama kali jatuh cinta. Bunga-
bunga kini bermekaran di dalam hatinya. Musim
semi belum tiba, tetapi ia merasa suasana yang ia
rasakan adalah suasana musim semi paling indah
yang belum pernah ia rasakan. Setiap kali shalat
bersama suaminya, lalu ia mencium tangan
suaminya, ia merasakan kenikmatan cinta yang
belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Untuk sementara sampai Devid menyelesaikan
kuliahnya mereka berdua akan tinggal di Rusia.
Bisa di Moskwa bisa juga di St. Petersburg. Akan
tetapi setelah Devid menyelesaikan kuliahnya ia
berjanji dalam hati akan mengikuti suaminya ke
mana pun ia pergi. Ia rela jika kemudian suam-
inya m memutuskan harus hidup di Indonesia.
Bagi orang -orang yang beriman, di mana pun ia
bisa rukuk dan sujud kepada Allah, maka ia me -
nemukan bumi cinta. Dan sesungguhnya dunia
ini adalah bumi cinta bagi para pecinta Allah Ta
ala. Bumi cinta yang akan mengantarkan kepada
bumi cinta yang lebih abadi dan lebih mulia yaitu
surganya Allah. Sementara Devid juga merasakan hal yang
hampir sama dengan yang dirasakan Yelena.
Mendapatkan istri seperti Yelena, ia seumpama
mendapatkan bidadari yang selalu merin-
dukannya dan selalu tersenyum kepadanya. Ia te-
lah melupakan semua masa lalunya dan masa lalu
istrinya. Dengan menggenggam erat tangan is -
trinya, ia ingin terus maju melangkah dalam
pengembaraan mencapai ridha Allah yang tert-
inggi di bumi cinta ini. Ia tahu bahwa Yelena telah memiliki seorang
anak dengan suami terdahulunya. Ia tahu bahwa
istrinya sangat merindukan anaknya itu. Maka ia
tidak segan untuk membahagiakan istrinya,
dengan mengantarkannya menemui anaknya
yang ada di kota Kazan, yang letaknya ribuan
kilometer di sebelah timur kota Moskwa.
Yang membuat Devid bahagia, anak istrinya
itu ternyata , juga Muslim. Setelah tahu persis
kisah hidup Yelena, ia semakin bertambah kei-
manannya akan kekuasaan Allah. Suami Yelena
yang pertama ternyata adalah seorang Muslim
yang baik. Yelenalah yang sebenarnya tidak baik
sampai harus diusir suami yang pertama.
Setelah menyelesaikan S1 Sastra Inggris dari
St. Petersburg, Yelena bekerja di sebuah agen
wisata di kota Kazan, ibu kota Tatarstan yang
masih dalam kekuasaan Rusia. Di sana Yelena
berkenalan dengan seorang anak muda pemilik
sebuah restoran. Anak muda itu bernama
Majidov. Singkat cerita Yelena menikah dengan
Majidov. Saat itu Yelena mengaku bdrjanji siap
mengikuti keyakinan Majidov setelah menikah.
Ternyata Yelena mengingkari janjinya, ia tetap
tidak mau mengikuti keyakinan Majidov. Bahkan
Yelena malah mau masuk agama " Budha.
Berkali-kali Majidov mengingatkan janjinya.
Yelena tetap saja mengingkari janjinya.
Bahkan Yelena akhirnya suatu pagi
mengatakan kepada suaminya bahwa ia mulai
meragukan adanya Tuhan. Suaminya kaget dan
marah. Yelena tidak mau mengalah, ia lalu
berterus terang bahwa ia merasa dikungkung oleh
banyak aturan yang dibuat suaminya. Suaminya
kemudian memberinya pilihan yang
tidak bisa ditawar, yaitu mengikuti aturan mainnya dan
Yelena memenuhi janjinya, atau Yelena keluar
dari rumahnya yang berarti telah diceraikannya
dan boleh hidup semaunya. Yelena memilih cerai
dan keluar dari rumah itu.
Yelena merasa seperti diusir suaminya, pada-
hal sesungguhnya ia sendiri yang menentukan
pilihannya. Yelena mengadu nasib ke Moskwa, dan sejak
itu Yelena hidup dengan memperturutkan hawa
nafsunya. Sampai akhirnya ia hidup dalam geng-
gaman Olga Nikolayenko dan tidak bisa keluar
darinya sampai Olga Nikolayenko binasa. Yelena
merasa ada yang salah dalam hidupnya. Dan ia
mulai mendapatkan pencerahan pelan-pelan se-
cara tidak langsung dengan datangnya Ayyas
yang tinggal satu apartemen dengannya. Pun-
caknya adalah ketika ia nyaris mati kedinginan
dan ditolong Ayyas. Sejak itu ia merasakan kasih sayang Tuhan,
dan ia mulai mencari tahu cara terbaik berbakti
kepada Tuhan. Ia terus merenung dan mengum-
pulkan informasi, juga banyak belajar diam-
diam. Sampai akhirnya ia yakin cara terbaik ada-
lah dengan berislam. Hanya ia belum me -
nemukan waktu yang tepat. Ia sempat kembali ke
Kazan dan diam-diam mencari tahu keadaan
mantan suami dan anaknya. Ternyata suaminya
telah menikah lagi dengan putri seorang imam
masjid kota Kazan, maka ia merasa tidak mun-
gkin lagi kembali kepada suaminya.
Yelena sempat bingung harus bagaimana men-
entukan langkah. Ia sempat berpikiran mau me -
nemui Ayyas dan meminta saran darinya. Belum
sampai ia menemui Ayyas Devid datang mengu-
lurkan tangannya untuk menikah dan berjalan
bersama di jalan yang lurus. Maka tak ada kera-
guan sedikit pun bagi Yelena untuk
menyetujuinya. Devid tidak ragu mengajak Yelena menemui
keluarga mantan suaminya. Devid datang sebagai
seorang Muslim yang terhormat dan disambut
oleh Majidov, mantan suami Yelena dengan pen-
uh penghormatan. Majidov nampak kaget dengan
penampilan dan perubahan Yelena. Majidov
nampak menjaga sekali pandangannya. Demikian
juga Yelena. Di ruang tamu rumah Majidov,
Devid duduk di samping Yelena dan Majidov du-
duk di samping istrinya yang bernama Fatheya.
Kepada Devid, Majidov berkata, "Tuan Devid,
Anda sungguh lelaki yang beruntung. Tidak
seberuntung diri saya. Dulu saya menikahi
Yelena dengan tujuan bisa mendapat pahala kar-
ena akan bisa mengajaknya berjalan di jalan yang
diridhai Allah, yaitu memeluk Islam. Saya berani
menikahinya sampai saya menolak tawaran guru
saya untuk menikahi putrinya karena saya yakin
bisa mendapatkan pahala agung itu, apalagi
Yelena berjanji akan mengikuti jalan hidup saya
sepenuhnya setelah menikah. Ternyata saya
gagal. "Sampai punya anak satu, tetap saja saya tidak
bisa mengajaknya berjalan di jalan yang benar.
Setelah beberapa tahun bersabar saya tetap juga
gagal. Akhirnya, karena ditambah sebab lain
yang tidak termaafkan, saya bersikap tegas mem-
berinya dua pilihan. Bertobat dan mengikuti atur-
an main saya atau cerai dan keluar dari rumah.
Dia memilih yang kedua. Saya sangat sedih kar-
ena merasa gagal berumah tangga dan
berdakwah. , "Setelah sekian lama-terpuruk dalam kesedi-
han, guru saya membangkitkan semangat hidup
saya, bahkan tetap menawari saya untuk
menikahi putrinya. Bagi saya tak ada pilihan lain
kecuali menuruti nasihat dan tawaran guru saya.
Ternyata jodoh saya adalah putri guru saya.
"Dan sungguh di luar prasangka saya,
akhirnya Yelena menemukan jalan yang lurus itu,
justru di tangan orang asing, yaitu di tangan
Anda Tuan Devid. Sungguh Anda sangat ber-
untung. Hidayah Allah memang mutlak wewen-
ang Allah untuk diberikan kepada siapa, dan
dengan cara bagaimana. Hanya Allah yang tahu.
"Saya turut bahagia atas pernikahan kalian di
jalan Allah, semoga Allah senantiasa mem-
berkahi rumah tangga kalian. Adapun Omarov,
setelah saya mengetahui ibu kandungnya kini
mengagungkan nama Allah, maka saya tidak
khawatir jika Omarov akan memilih tinggal
dengan ibu kandungnya yaitu Yelena."
Kalimat Majidov sangat menyejukkan Devid
dan Yelena. Tak lama kemudian si kecil Omarov
yang lahir dari perkawinan Yelena dengan
Majidov pulang dari sekolah. Anak kecil itu tidak
begitu memerhatikan siapa yang ada
di ruang tamu. Ia kelihatannya sudah mulai lupa dengan
ibu kandungnya. Akan tetapi dengan sangat bijak
Majidov menjelaskan kepada Omarov bahwa ibu
kandungnya, yaitu Yelena, datang
menjenguknya. Omarov nampak agak bingung. Ia memer-


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hatikan Yelena dengan seksama dari ujung ke -
pala dari ujung kaki. Yelena memandangi ana-
knya dengan mata berkaca-kaca. Tiga tahun lebih
ia berpisah dengan Omarov. Saat Omarov masih
bingung, Yelena tidak kuasa untuk tidak
menghambur dan memeluk anaknya itu dengan
penuh kasih sayang dan dengan deraian airmata.
Semua yang ada di ruangan itu melihat kejadian
itu dengan hati basah dan mata berkaca-kaca.
" Awalnya Fatheya, istri Majidov agak cem-
buru mengetahui yang datang Yelena. Akan
tetapi kelembutan dan ketulusan sikap Yelena tel-
ah menyingkirkan rasa cemburu Fatheya dan
menggantinya dengan simpati yang mendalam.
Keberadaan Yelena bukan untuk dicemburui,
apalagi Yelena sudah menikah dan punya suami.
Keberadaan Yelena justru untuk didukung dan
disambut hangat sebagai saudara dan keluarga.
Karena dipeluk Yelena dengan sepenuh jiwa
dengan deraian airmata, dan suara haru terisak-
isak, Omarov menangis juga. Jiwa murni anak itu
merasakan getaran rindu dan cinta yang disa-
lurkan oleh ibu kandungnya. Beberapa saat
kemudian, keluarlah dari mulut Omarov, "Oh
Mama!" Seketika Yelena tambah terisak
mendengarnya. Omarov masih memanggilnya
"Mama". Yelena lalu menciumi anaknya itu
sejadi- jadinya dengan airmata terus meleleh.
"Kau sudah bisa shalat Nak"" Tanya Yelena
sambil terisak. Omarov menganggukkan kepala.
"Kau sudah bisa membaca Al- Quran"" Si Kecil
Omarov kembali menganggukkan kepala.
"Bagus. Kau anak yang baik. Teruslah mengaji.
Berbaktilah pada ayahmu dan ibumu yang satu
ya." Omarov mengangguk.
Yelena memutuskan agar Omarov tetap ber-
sama Majidov. Ia tidak khawatir samasekali
Omarov akan kekurangan kasih sayang seorang
ibu. Sebab ia yakin Fatheya akan melimpahkan
cinta dan kasih sayang yang melimpah kepada
Omarov. Ia bisa merasakan dari wajah anaknya
yang cerah dan tubuhnya yang sehat berisi.
Yelena hanya meminta agar Omarov diberi
kesempatan berkunjung ke rumahnya jika
menghendakinya. Majidov dan Fatheya berjanji
akan memenuhi keinginan Yelena. Fatheya
bahkan berjanji, minimal satu tahun sekali ia,
akan mengajak Omarov mengunjungi Yelena
selama Yelena masih tinggal di Rusia. Jika
Yelena akhirnya tinggal di Indonesia bersama
Devid, maka ia tidak bisa menjanjikannya.
Yelena dan Devid meninggalkan rumah
Majidov dengan mata berkaca-kaca. Terutama
Yelena. Ia merasa masih ingin berlama-lama ber-
sama anaknya. Tetapi ia tahu bahwa ia tetap
harus berpisah dengan Omarov. Ia berdoa agar
Omarov selalu dijaga oleh Allah dan diberkahi
langkah hidupnya, sehingga akhirnya kelak men-
jadi manusia yang bermanfaat bagi sesama dan
bermanfaat bagi dunia serta diridhai Allah Ta'ala.
*** Dalam perjalanan menuju Moskwa, di atas
pesawat Devid bertanya kepada Yelena, "Istriku,
tadi Majidov mengatakan bahwa akhirnya ia
menceraikanmu karena kau tidak memenuhi
janjimu dan karena ditambah sebab lain yang
tidak termaafkan. Dia tidak menjelaskan sebab
lain yang tidak termaafkan. Kalau * boleh tahu
apa itu sebab lain yang tidak termaafkan""
Mendengar pertanyaan Devid, Yelena malah
terisak-isak. "Kenapa kau malah menangis" Apakah aku
menyinggung perasaanmu" Kalau aku tidak
boleh tahu tidak apa-apa. Aku tidak memaksa. Itu
masa lalumu, kau boleh menyimpannya untuk di-
rimu saja." Yelena menyeka airmatanya dan menjawab
dengan suara serak, "Tidak, kau tidak menyinggungku. Aku sudah
berjanji tidak akan menutupi apa pun darimu.
Aku tidak mengkhawatirkan apa pun. Itu adalah
masa lalu. Kalau pun dikenang kembali adalah
untuk diambil pelajarannya. Sesungguhnya
ketika Majidov tadi mengucapkan kalimat itu,
aku juga tersentak. Sebab, dulu saat dia mem-
berikan pilihan, kalimat itu samasekali tidak ia
ucapkan. Aku merasa bahwa perbuatanku tidak
diketahuinya. Ternyata dia mengetahuinya. Se-
bab lain yang tak termaafkan adalah aku ber-
selingkuh dengan orang lain. Aku sangat rapat
menjaga hubunganku dengannya. Aku mengkhi-
anati Majidov. K ukira Majidov tidak tahu.
Ternyata tahu. Karena ia tahu maka ia memberik-
an ultimatumnya, agar aku mengikuti segala atur-
an mainnya. Itulah yang terjadi."
"Jadi ketika Majidov memberimu dua pilihan,
sebenarnya dia masih memaafkan kamu selama
kamu memenuhi janjimu dan mengikuti
aturannya." "Iya. Tetapi diriku memang telah buta saat itu.
Aku menganggap ultimatum Majidov sebagai
arogansi kelelakiannya dan kesewenang-wenan-
gannya. Maka aku terima tantangannya, aku
memilih cerai dan kabur."
"Apakah kau menyesal""
"Tentu saja. Itu adalah dosa yang harus
disesali untuk tidak diulangi."
"Apakah kau menyesal menikah denganku""
"Justru aku akan sangat menyesal kalau tidak
memenuhi ajakanmu untuk menikah. Percayalah,
Yelena yang jahiliyyah telah binasa, dan kini
yang menjadi istrimu adalah Yelena yang lain.
Yelena yang siap mati-matian menjalankan peri-
ntah Allah dan menjauhi larangan-Nya."
Devid tidak kuasa untuk tidak mencium ken-
ing istrinya dengan penuh cinta. Bagi orang yang
saling cinta-mencintai tidak ada yang lebih indah
dari pernikahan suci di jalan yang diridhai Ilahi.
Demikian Rasulullah pernah menjelaskan dalam
sebuah hadisnya. Pernikahan adalah jalan paling
indah untuk ditempuh bagi lelaki dan perempuan
yang saling mencintai. Itu adalah yang ditempuh
oleh para rasul dan para shalihin yang suci.
Yelena menerima ciuman suaminya dengan
rasa bahagia yang luar biasa. Ciuman itu kini ia
rasakan bukan sebagai sesuatu yang mengotori ji-
wanya, justru kini ia rasakan sebagai sesuatu
yang membersihkan dan menguatkan jiwanya.
Sebab itu adalah ciuman yang halal yang
mendatangkan datangnya rahmat dari Allah Yang
Maha Pengasih dan Penyayang.
38. Ketika Musim Semi Datang Awal musim semi datang. Mentari bersinar
cerah. Udara terasa lebih hangat dan segar, tidak
lagi dingin menggigit. Di mana-mana salju
mencair. Butir-butir bening air masih nampak
membasahi beberapa ruas jalan. Butir-butir air itu
mengalir mencari lubang-lubang drainase kota
Moskwa yang teratur rapi setiap seratus meter.
Rumput-rumput hijau seperti bangun dari tidur
panjangnya dan tersenyum kepada siapa saja
yang memandanginya. Bunga-bunga satu per satu
mulai bermekaran. Burung -burung merpati nampak berkerumun
di dekat halte tralibus Baumanskaya. Burung-
burung merpati itu nampak seperti sedang ber-
senda gurau. Mereka seperti sedang berbahagia
merayakan datangnya musim semi. Bagi burung-
burung itu musim semi adalah musim yang pal-
ing ditunggu. Di musim semi itulah burung -bur-
ung merpati jantan dan betina ditakdirkan oleh
Tuhan untuk bertemu saling memaducinta, untuk
kemudian beranak-pinak menjaga kelestarian
spesies mereka. Musim semi tidak hanya dinanti oleh burung-
burung merpati. Musim semi juga dinanti-nanti
oleh manusia, tumbuh-tumbuhan, juga makhluk
hidup lainnya yang telah berjuang memperta-
hankan hidupnya mati-matian selama musim din-
gin yang beku. Musim semi adalah sentuhan rah-
mat Tuhan kepada makhluk-Nya yang hampir
binasa dibelenggu musim dingin yang ganas.
Moskwa terasa hangat. Musim semi telah
datang mengganti musim dingin. Pucuk-pucuk
cemara araukaria bergoyang diterpa angin tanpa
ada setitik salju pun menempel di daun-daunnya.
Pohon-pohon cemara araukaria itu seperti berna-
fas lega dan memuji syukur kepada Tuhan atas
lewatnya musim dingin dan datangnya musim
semi. Pohon-pohon bereozka bergerak-gerak ke kiri
dan ke kanan seperti tubuh para sufi yang sedang
larut dalam nikmatnya zikir dihempus semilir
angin. Kota Moskwa nampak molek seumpama seor-
ang gadis yang begitu segar. Bau har,um bunga-
bunga yang bermekaran begitu terasa. Taman-
taman menjadi hidup oleh warna-warni bunga
tulip. Air mancur yang sebelumnya beku kini
mengalir indah. Gadis -gadis dan perempuan-per-
empuan mudanya telah menyimpan palto mereka
dan menggantinya dengan pakaian musim semi
yang modis dan modern. Pagi itu setelah sarapan pagi, Ayyas menyem-
patkan diri untuk menikmati keindahan kota
Moskwa. Ia bergegas ke pusat kota Kitay Gorod,
di mana Kremlin dan Lapangan Merah ada di
dalamnya. Setelah melihat Kremlin di musim
dingin, Ayyas ingin melihatnya di musim semi.
Pa gi itu adalah waktu yang paling tepat ba-
ginya. Selain karena cuacanya sangat bangus. Ia
nyaris sudah tidak memiliki waktu luang lagi di
Moskwa. Jadwal kepulangannya meninggalkan
Moskwa sudah jelas. Dua hari lagi ia akan
meninggalkan Moskwa. Data yang ia perlukan
untuk menyusun tesisnya lebih dari cukup. Ke-
pada pihak MGU dan khususnya kepada Doktor
Anastasia Palazzo ia telah minta diri. Tiket
pesawat sudah ia beli. Barang-barangnya telah ia
kemasi. Keberadaannya di Moskwa tidak perlu ia
perpanjang lagi, apalagi targetnya mengajari dua
anak Chechnya yaitu Shamil dan Sarah bisa shal-
at dan membaca Al-Quran dengan baik dan benar
telah terpenuhi. Ayyas datang ke Lapangan Merah sendirian.
Pak Joko tidak bisa menemaninya karena harus
mengajar di Sekolah Indonesia Moskwa. Bagi
Ayyas berjalan sendirian mengamati Kremlin,
Lapangan Merah dan Gereja St. Basil justru lebih
nikmat. Ia bisa puas meneliti segala sudutnya
tanpa diganggu oleh siapa pun dan tanpa dibatasi
oleh waktu orang yang menyertainya.
Meskipun hari masih pagi, ternyata Lapangan
Merah tidak sepi. Sudah banyak orang yang
mendatanginya. Di antara mereka banyak pel-
ancong dari Eropa Barat dan dari Asia, selain
penduduk Moskwa sendiri. Suasana pagi itu
memang cerah dan nyaman. Rupanya tidak hanya
Ayyas yang memiliki pikiran menikmati keinda-
han Kremlin dan Lapangan Merah dalam suasana
yang sangat nyaman itu. Ayyas berdiri di tengah-tengah Lapangan
Merah dan memandang ke sekelilingnya. Peman-
dangan yang baginya sangat menakjubkan. Sep -
erti dalam dunia mimpi. Kremlin yang kukuh,
klasik dan indah. Menara-menaranya yang gagah.
Gereja-gereja di dalamnya dengan kubah-kubah
khas ortodoks yang membuatnya berwibawa. Di
dampingi" Katedral St. Basil membuat Kremlin
menjadi legendaris. Ayyas memandangi Kremlin sambil teringat
sejarah lahirnya kota Moskwa. Dari Kremlin itu-
lah sejarah kota Moskwa dimulai.
Pada tahun 1156 Pangeran Yuri Vladi-
mirovich Dolgoruky menemukan suatu tempat
strategis, yang sekarang disebut Kremlin, dan
tempat itu kini ada di hadapan Ayyas. Pangeran
Yuri Vladimirovich Dolgoruky melihat lokasi itu
sangat potensial untuk menahan serangan pas -
ukan Tartar. Karenanya ia memerintahkan mem-
bangun suatu kremlin yang artinya benteng dari
kayu di salah satu bukit pinggir sungai Neglinka
dan Moskwa. Dari situlah sejarah kota Moskwa dimulai.
Para ahli sejarah percaya bahwa nama "Moskwa"
berasal dari kata kuno Slavonic yang artinya


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"basah", yang bisa saja merujuk kepada kawasan
rawa-rawa di sekitarnya dan sungai Moskwa
yang mengalir di sisinya. Sumber lain menye -
butkan nama Moskow diambil dari nama sungai
yang membelah kota tersebut, dimana kata
Moskwa berasal dari bahasa Finnic kuno yang
artinya "gelap" dan "keruh".
Kremlin yang dibangun Yuri Dolgoruky itu
ternyata tidak cukup kuat untuk menahan seran-
gan Mongol. Antara tahun 1237 - 1238 tentara
kekaisaran Mongol membakar kota dan mem-
bunuh penduduk Moskwa termasuk anggota ker-
ajaan yang berkuasa saat itu. Selesai perang
sebagian besar wilayah Rusia dikuasai kerajaan
Mongol. Moskwa dibangun kembali dan menjadi
ibukota kerajaan baru pada tahun 1327. Dengan
berlokasi di hulu sungai Volga, kota Moskow ter-
us mengalami pertumbuhan dan perluasan hingga
berkembang menjadi kota yang makmur dan sta-
bil dengan pusat kotanya adalah Kremlin.
Pada abad ke - 14, Moskwa mulai memperli-
hatkan statusnya sebagai kota besar. Kremlin
dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari batu
dan membuat luas wilayahnya bertambah dari lu-
as awalnya. Pada awal abad ke - 15 tembok baru
dengan penambahan pembangunan menara. Di
arah timur Kremlin para pedagang dan ahli ban-
gunan menetap di sebuah tempat dinamakan
Kitay Gorod atau Kota Benteng, yang juga dike -
lilingi oleh tembok yang terbuat dari batu.
Kitay Gorod terdiri atas bangunan-bangunan
satu lantai yang terbuat dari kayu hingga terjad-
inya kebakaran pada tahun 1596 yang membuat
seluruh bangunan tersebut musnah. Setelah
kejadian tersebut penduduk mengganti material
kayu dengan batu untuk membangun kembali
pemukiman mereka. Pusat kota Kitay Gorod merupakan lapangan
yang pada awal abad ke- 15 dinamakan torg atau
pasar. Dan pada abad ke- 16 mulai dikenal dengan
nama Lapangan Merah, "ada awalnya, tempat ini
berfungsi sebagai pasar dan lokasi pameran di-
mana para seniman dan ahli bangunan dari selur-
uh Rusia berkumpul untuk memamerkan hasil
karyanya. Tetapi pada akhirnya tempat ini men-
jadi pusat kota dimana proses eksekusi, demon-
strasi, parade dan perayaan-perayaan lainnya ter-
masuk pelantikan Tsar baru digelar.
Pada pertengahan abad ke - 16, Ivan the Ter-
rible membangun Katerdral Saint Basil di ujung
selatan Lapangan Merah untuk mengenang
kemenangannya dalam perang melawan tentara
Tatar. Sejak itu Katedral St. Basil menjadi bagian
tak terpisahkan dari Kremlin dan Lapangan
Merah. Bahkan bagian tak terpisahkan dari
Moskwa. Katedral St. Basil menjadi landmark
Moskwa yang sangat terkenal di seluruh dunia.
Dulu, Kremlin yang luasnya lebih dari dua pu-
luh tujuh hektar dan dikelilingi tembok batu
dengan panjang dua kilometer dan tinggi sembil-
an belas meter, merupakan benteng pertahanan
terakhir kerajaan Rusia dalam menghadapi invasi
kerajaan-kerajaan lain. Kini., Kremlin adalah
pusat pemerintahan yang mengendalikan seluruh
saraf Rusia, sekaligus menjadi pusat sejarah dan
pusat pariwisata Rusia. Mengingat sejarah lahirnya Moskwa dan se-
jarah Kremlin khususnya, Ayyas jadi teringat
sejarah kerajaan-kerajaan dan kesultanan-kes -
ultanan di Indonesia. Orang Rusia begitu perha-
tian pada sejarah bangsanya dan merawat pening-
galan para pendahulunya dengan baik sekali.
Kremlin dan Katedral St. Basil menjadi buktinya.
Beratus -ratus tahun St. Basil berdiri kukuh dan
terjaga keasliannya. Anak-anak Rusia modern
bisa melihat dengan mata dan kepala mereka
lambang kejayaan Rusia Kuno zaman Ivan The
Terrible dengan melihat St. Basil.
Lain Rusia lain Indonesia. Jika anak Indonesia
sekarang ini ingin melihat seperti apa kira-kira
bentuk istana kesultanan Demak yang legendaris
itu, maka keinginan itu hanya akan menjadi
keinginan yang tidak akan tertunaikan. Jan-
gankan melihat bentuk istananya, bahkan bekas
pondasi istana kesultanan Demak pun tidak
ditemukan. Demikian juga jika anak Indonesia ingin meli-
hat bekas istana Majapahit, tempat di mana Patih
Gajah Mada mengucapkan sumpah palapanya.
Atau ingin melihat bekas istana kerajaan Sri-
wijaya yang pernah menguasai sebagian besar
Nusantara. Anak-anak Indonesia akan kecewa
dan tidak akan mendapatkan apa yang mereka
inginkan. Anak-anak Indonesia yang ingin membang -
gakan kehebatan kesultanan Demak yang pernah
menyerang portugis di Malaka, atau kejayaan
Majapahit yang mampu mengusir pasukan
Kubilai Khan, juga kemajuan Sriwijaya yang dis -
egani dunia, tak bisa melihat bekas pening-
galannya yang nampak kasat mata. Anak-anak
Indonesia hanya mendapatkan ceritanya dari
buku sejarah atau dari mulut orang-orang tua
yang terkadang simpang siur dan bercampur
dengan dongeng, legenda, dan foklor.
Ayyas berjalan ke selatan mendekati Katedral
St. Basil yang memiliki kubah sangat khas. Ayy-
as berjalan dengan mulut berkomat-kamit melan-
tunkan zikir. Tak jauh di depannya serombongan
anak muda bermata sipit sedang foto bersama.
Tembok Kremlin, Lapangan Merah dan Katedral
Saint Basil mereka jadikan latar belakang. Ayyas
terus melangkah, sekonyong-konyong ia
mendengar suara seseorang memanggilnya dari
arah belakang. Ia menoleh. Ternyata Devid yang
sedang menggandeng istrinya, Yelena.
"Apa kabar pengantin baru"" Sapa Ayyas.
"Baik. Alhamdulillah. Jangan sebut kami
pengantin baru terus dong. Usia pernikahan kami
sudah hampir dua bulan lho, Yas." Jawab Devid.
"Itu masih layak disebut pengantin baru. Ba-
gaimana, sudah ada tanda-tanda mau punya
momongan"" "Alhamdulillah. Dua hari lalu kami ke dokter.
Hasilnya Yelena sudah positif hamil."
Ucap Devid dengan mata berbinar bahagia.
Penampilan Devid kini nampak lebih rapi dan
terjaga. Tutur katanya lebih halus. Sorot matanya
nampak lebih teduh. Dan dalam setiap kalimat-
nya tanpa sadar ia banyak menyebut asma Allah.
"Iya, alhamdulillah. Mohon kami didoakan,
agar rumah tangga kami sakinah. Dan kami
diberi keturunan yang saleh dan sa
lehah." Tam- bah Yelena yang nampak anggun dengan pakaian
rapat menutup badan dan kerudung yang melilit
menutupi kepala dan lehernya.
"Saya sangat bahagia mendengarnya. Teruslah
mendekatkan diri kepada Allah, dan bertakwalah
kepada Allah kapan saja dan di mana saja, maka
Allah akan selalu menyertai kalian." Jawab
Ayyas. "Insya Allah." Tukas Yelena dan Devid ham-
pir bersamaan. "Eh, kau jadi pulang dua hari lagi, Yas"" Tan-
ya Devid. "Ya, insya Allah. Makanya hari ini aku sem-
patkan untuk melihat Kremlin. Aku ingin tahu
pemandangan Kremlin di musim semi. Aku juga
ingin lihat beberapa tempat penting di Moskwa,
seperti Gorky Park, Balshoi Teater, Galeri
Tretyakov, dan Stasiun Metro Komsomolskaya
yang dibangun sangat megah oleh Stalin."
"Kalau masih ada waktu tak ada salahnya kau
ke Museum Perjuangan Kutuzoyski, sekalian
berkunjung ke masjid yang ada di situ." Sahut
Yelena memberi saran. "Insya Allah" "Kau pulang ke India atau ke Indonesia, Yas""
Tanya Devid. "Awalnya mau ke India. Tetapi tiba-tiba saya
rindu sekali sama Indonesia. Akhirnya saya pu-
tuskan untuk terbang ke Indonesia. Saya sudah
minta izin pada Profesor Najmuddin di Aligarh
untuk cuti beberapa waktu."
"Kalau diperbolehkan, kami ingin mengantar-
mu ke bandara." Ujar Yelena.
"Tentu saja boleh. Justru saya sangat berbaha-
gia sekali jika kalian mau mengantar ke
bandara." "Kalau begitu, kami akan mengantarmu ke
bandara, insya Allah."
"Kalian masih tinggal di Smolenskaya""
"Iya." Jawab Yelena.
"Apa kabar Bibi Margareta""
"Sehat. Dia seperti ibu kami. Dan kami seperti
anaknya. Kami sedang menyiapkan baju baru un-
tuknya. Tanggal 17 April nanti dia akan
merayakan Hari Paskah Ortodoks yang selalu
dinanti -nantikannya." Sambung Yelena.
"Kelihatannya aku tidak akan bertemu
dengannya. Tolong sampaikan salamku padanya,
dan mintakan maaf padanya jika selama bergaul
dengannya ada kesalahan baik yang disengaja
atau pun tidak." "Insya Allah" Jawab Yelena.
"O ya, apa kabar Linor. Apakah dia sudah
kembali"" "Sampai sekarang tak ada kabar apa pun dari
Linor. Nomor ponselnya samasekali tidak bisa
dihubungi, la seperti hilang tertelan bumi begitu
saja." Jawab Yelena.
"Semoga dia baik saja. Sampaikan salam dan
permohonan maafku jika ada khilaf."
"Hanya itu pesannya"" Tanya Yelena.
"Ya. Itu saja. Oh ya, jika nanti bertemu
dengannya ajaklah dia mengikuti jejakmu meniti
jalan kebenaran yang diridhai oleh Allah." Jawab
Ayyas tenang. Mereka bertiga kemudian berjalan pelan
menikmati pemandangan Lapangan Merah. Sete-
lah dirasa cukup, mereka berpisah. Ayyas
melangkah menuju Gorky Park yang legendaris
itu. Sementara Devid dan Yelena berjalan ke
stasiun metro bawah tanah. Mereka berdua ber-
encana hendak ke pasar Vietnam di Savelovsky.
Matahari pagi bersinar terang. Sinarnya yang
kuning keemasan menyepuh Lapangan Merah,
tembok merah Kremlin, Pucuk-pucuk Menara,
Kubah-kubah gereja, gedung -gedung,
rerumputan, bunga-bungaan, tanaman dan aspal
di jalan- jalan. Pagi itu udara terasa hangat, tidak lagi dingin
menusuk tulang. *** Di waktu yang sama, seorang perempuan
muda berambut pirang kemerahan, beralis tebal
dan berkaca mata hitam nampak keluar dari bagi-
an imigrasi terminal-2 Seremetyevo. Perempuan
muda itu agak ragu melangkah, tetapi ia segera
menguasai dirinya dengan baik dan melangkah
dengan pasti untuk mencari taksi dan meluncur
ke tengah kota. Awalnya perempuan muda itu membawa taksi
yang ditumpanginya meluncur ke kawasan
Smolenskaya, utamanya menuju Panfilovsky
Pereulok. Akan tetapi sampai di Novy Arbat, per-
empuan itu meminta kepada sopir taksi untuk
mengubah haluan menuju kawasan Pro-
letarskaya. Perempuan muda itu turun di dekat
stasiun metro Taganskaya. Ia lalu turun ke bawah
tanah dan naik metro menuju Proletarskaya. Ia
turun di stasiun Proletarskaya dan berjalan kaki
ke selatan kira-kira lima belas menit, sampailah
ia di sebuah gedung tua berlantai lima. Ia melihat
ke kiri dan ke kanan, setelah memastikan dirinya
aman tidak diikutu siapa pun, ia naik ke lantai
tiga dan membuka apartemennya. "
Perempuan muda itu adalah Linor. Ia kembali
ke Moskwa, setelah menghilang sekian bul
an dan mempelajari Islam di Berlin di bawah bimbingan
keluarga Muslim Turki- Syiria, yang sudah lama
menetap di Berlin atas saran Madame Ekaterina.
Di tengah-tengah keluarga itu ia diperlakukan
seumpama putri raja, sangat dihormati dan dim-
uliakan. Keluarga itu terdiri atas ayah ibu dan
tiga orang anak. Kepala keluarganya bernama


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tuan Yunus Bugha, asli Turki Kurdistan. Ibu
rumah tangganya bernama Madame Yasmina
blasteran Syiria-Jerman. Tiga anaknya semuanya
perempuan. Yang paling besar sedang S2 di bid-
ang ilmu pendidikan bernama Rihem. Yang ke -
dua bernama Rahma, dan yang ketiga bernama
Rabia. Kepada mereka semua, Linor menceritakan di-
rinya apa adanya dan sejujur- jujurnya. Tidak ada
yang ia tutup -tutupi. Awalnya mereka agak jijik
saat ia menjelaskan aktivitas kejahatannya seba-
gai agen Mosad. Tetapi setelah ia sampai pada
cerita bahwa dirinya sebenarnya adalah seorang
Palestina yang tidak tahu identitasnya, dan men-
ceritakan semua yang ia dapatkan dari Madame
Ekaterina yang selama ini merawatnya, terbitlah
rasa simpati di hati mereka.
Madame Yasmina sampai berkomentar, "Aku
memang dulu ikut jadi sukarelawan. Aku ikut
hanya sebagai perawat bukan sebagai dokter.
Aku kenal Dokter Salma Abdul Aziz dan Dokter
Ekaterina meskipun tidak akrab. Sebelum pem-
bantaian Sabra dan Shatila aku ditarik oleh lem-
baga yang mengirimku. Aku tidak tahu kalau ke-
jadiannya seperti itu. Aku tidak tahu kalau
Dokter Salma Abdul Aziz yang berhati malaikat
itu juga terbantai dan anaknya diselamatkan oleh
temannya yang adalah seorang relawan bernama
Dokter Ekaterina. Aku samasekali tidak tahu itu
semua. Karena kau tidak punya siapa-siapa, ang-
gap saja kami ini keluargamu. Sesama Muslim
adalah bersaudara." Sejak itu ia dimuliakan. Ia dianggap bagian
dari keluarga itu. Ketiga anak keluarga itu
menganggapnya sebagai kakak tertua yang lama
hilang. Mereka tidak memaksanya untuk masuk
Islam. Mereka menjawab segala hal yang
musykil di kepalanya, dan menjawab semua per-
tanyaannya tentang Islam. Yang paling dekat dan
paling sering menjawab pertanyaan-pertan-
yaannya adalah Rahma. Rahma masih kuliah di Fakultas Psikologi
pada salah satu universitas bergengsi di Berlin.
Rahma pernah menghabiskan masa remajanya
selama tiga tahun di Damaskus, tinggal bersama
salah satu kerabat ibunya. Di Damaskus itulah
Rahma menghafalkan Al-Quran, dan bisa hafal
sempurna tiga puluh juz. Bahasa Arabnya sangat
fasih. Selain Arab, Rahma juga menguasai ba-
hasa Inggris, Turki, dan Jerman tentu saja.
Rahma bisa menjawab hampir semua kera-
guan Linor tentang Islam. Jiwa Rahma yang
sangat halus mampu merasakan apa yang dira-
sakan oleh Linor. Rahma begitu berempati ke -
pada Linor. Dengan kesejukan iman di dada,
Rahma mampu meredam kegelisahan dan
kegundahan yang dirasakan Linor. Rahma juga
yang membantu Linor mendapatkan semua buku
yang ditulis oleh Maryam Jameela. Tidak hanya
itu, Rahma juga mempertemukan seorang
Muslimah di Berlin yang dulunya adalah Yahudi.
Akhirnya pelan-pelan cahaya hidayah menyusup
ke relung hati Linor. Suatu ketika, dalam acara makan malam,
Linor menyampaikan niatnya untuk mengucap -
kan dua kalimat syahadat yang disambut linangan
airmata bahagia keluarga itu. Selesai makan
malam, Tuan Yunus bermaksud menghubungi
imam masjid Berlin, agar prosesi pengucapan
dua kalimat syahadat Linor diadakan secara re-
smi di masjid dan disaksikan oleh banyak kaum
Muslimin. Akan tetapi Linor mencegahnya. Ia
tidak mau dirinya diketahui banyak orang. Ia
tidak mau Mosad mencium keberadaannya di
Berlin. Tuan Yunus faham. Akhirnya Linor men-
gucapkan dua kalimat syahadat dengan dibimb -
ing oleh Rahma atas permintaannya, seketika itu
juga, selesai makan malam dan disaksikan oleh
anggota keluarga itu. Sejak itu Linor telah menjadi Muslimah. Dan
namanya secara resmi ia ganti menjadi Sofia
Ezzuddin. Sebab Ezzuddin adalah nama ayahnya
yang sebenarnya, yaitu suami dari Salma Abdul
Aziz, ibunya. Hanya saja di paspornya namanya
masih Sofia Corsova. Nama yang diberikan oleh
ibu asuhnya yang tetap ia anggap sebagai ibu
kandungnya, yaitu Madame Ekaterina. Paspor itu yang ia sis
akan dari seki- an paspor yang ia punya. Paspor yang lain telah
ia bakar. Sejak itu keluarga Turki- Syiria itu memang-
gilnya dengan Sofia. Juga para kenalannya yang
baru di Berlin mengenalnya sebagai Sofia Ezzud-
din dari Palestina. Dangan memakai gamis dan
jilbab serta kaca mata hitam, ia samasekali ber-
beda dengan Linor sebelumnya.
Sofia Ezzuddin alias Linor terus belajar ban-
yak tentang Islam kepada Rahma. Sampai
akhirnya ia tahu persis kisah Nabi Yusuf di
dalam Al-Quran. Yang membuatnya bergetar
adalah keteguhan iman Nabi Yusuf ketika
menghadapi rayuan Zulaikha. Seketika itu ia
teringat akan apa yang ia lakukan kepada Ayyas.
Ia bahkan melakukan hal yang sangat terencana
matang, yang lebih jahat dari Zulaikha. Akan
tetapi Ayyas tetap bisa teguh seperti Nabi Yusuf.
Ia langsung teringat mimpinya ketika bertemu
dengan ibunya saat tertidur di dalam kereta
dalam perjalanan ke Berlin. Ibunya berpesan agar
mencari suami yang seteguh iman Nabi Yusuf. Ia
jadi bertanya-tanya, apakah itu isyarat agar ia
memilih Ayyas" Yang jadi pertanyaannya apakah
Ayyas akan mau" Sofia merasa tidak akan mendapatkan kepasti-
an kalau tidak menemui Ayyas. Maka ia pu-
tuskan untuk kembali ke Moskwa demi menemui
Ayyas. Ia berharap Ayyas dapat menerimanya. Ia
tahu, Ayyas telah menyaksikan kebejatan mor-
alnya saat masih jahiliyyah, tetapi ia berharap
Ayyas bisa bersikap dewasa dan bijaksana. Bah-
wa kebejatan dan kejahatannya itu ia lakukan
saat dirinya masih benar-benar jahiliyyah. Dan
kini ia telah menjadi Muslimah. Bukankah keis -
laman seseorang mampu menghapus segala dosa
yang dilakukan orang itu sebelum masuk Islami
Sofia Ezzuddin alias Ljnor nekat kembali ke
Moskwa. Jiwa intelijennya muncul. Jika ia memakai gamis
dan jilbab rapat, ia khawatir akan menarik perha-
tian pihak keamanan Rusia yang bisa juga
memancing kecurigaan agen Mosad yang berseli-
weran di bandara. Maka ia terpaksa menyamar
menjadi perempuan modis, dan wajahnya ia
samakan persis dengan foto Sofia Corsova yang
ada di dalam paspor. Penyamarannya sempurna dan ia berhasil.
Linor membuka pintu apartemen itu.
Hidungnya langsung mencium bau pengap.
Apartemen itu nampak kotor. Lebih dari enam
bulan apartemen itu tidak dijamah manusia.
Apartemen itu adalah salah satu properti milik
Madame Ekaterina yang sangat dirahasiakan,
agar tidak diketahui oleh agen Mosad. Diatasna-
makan perempuan tua berkebangsaan Inggris
yang sekarang sudah mati. Sampai sekarang
namanya masih perempuan Inggris itu. Ada or-
ang kepercayaan Madame Ekaterina yang ditu-
gasi menjaga dan mengurus apartemen tua itu.
Hanya saja orang itu, sudah setengah tahun ini
stroke tidak bisa berbuat apa-apa. Jadinya aparte-
men itu tidak terurus. Linor meletakkan tas tentengnya yang berisi
beberapa helai pakaian di atas sofa. Ia lalu mem-
buka jendela. Menyalakan lampu dan membersi-
hkan apartemen itu pelan-pelan. Pekerjaan itu
membuatnya cukup berkeringat. Sinar mentari
yang hangat menerobos masuk. Setelah ia rasa
cukup bersih. Ia meletakkan tasnya ke kamar dan
ia perlu istirahat sejenak.
Ia merasa tidak boleh berlama-lama di
Moskwa. Paling lama satu bulan. Lebih dari itu
sangat berisiko baginya. Ia pun harus sangat hati-
hati. Ia tidak boleh menimbulkan kecurigaan
siapa pun. Termasuk tetangga apartemennya
yang ada dalam satu gedung.
Selanjutnya harus memikirkan cara terbaik un-
tuk menemui Ayyas. Ia tidak tahu apakah Ayyas
masih tinggal di Smolenskaya bersama Yelena,
atau $udah pindah. Sebab setahu dia Ayyas ting-
gal di sana karena disewakan oleh temannya, dan
hanya beberapa bulan saja. Ia juga tidak tahu
apakah Yelena masih tinggal di sana setelah geng
Olga Nikolayenko dan suaminya musnah.
Ia tidak mungkin nekat langsung ke apartemen
yang dulu ditinggalinya di Smolenskaya. Ia tidak
tahu apakah agen Mosad di Moskwa percaya dir-
inya telah mati di Kiev, ataukah tidak percaya
dan kini sedang memburunya" Jika ia nekat ke
Smolenskaya jangan- jangan mereka juga
menyiapkan jebakan di sana.
Linor memutar otaknya. Apakah ia akan men-
coba menghubungi Yelena lewat nomor baru"
Jangan- jangan nomor Yelena disadap. Ia tidak
mau meman cing kecurigaan, meskipun ia bisa
mempermainkan timbre suaranya, sehingga tidak
akan ketahuan siapa sesungguhnya yang menel -
pon Yelena. Akan tetapi jika nomor Yelena dis -
adap dan gerak-gerik Yelena diawasi dua puluh
empat jam, maka datangnya telpon darinya akan
membuat para agen itu bagai terbangun dari
pingsannya. Itu sangat berbahaya. Maka yang ter-
baik baginya adalah tidak berhubungan dan tidak
menghubungi Yelena samasekali. Juga tidak
perlu menemui Yelena. Jika ia menemui Yelena,
ia bisa membocorkan identitas dirinya. Para agen
itu jika tidak yakin ia telah mati, maka akan me -
nemukan satu bukti nyata bahwa dirinya tidak
mati di Kiev'. Dan ia akan jadi buruan Mosad
seumur hidupnya. Linor terus berpikir. Akhirnya ia tersenyum.
Ia akan mendatangi Kedutaan Besar Republik In-
donesia di Moskwa. Ia akan ke sana dengan me -
makai pakaian Muslimah, dan ia akan
menyamarkan identitas dirinya. Ia akan mengaku
sebagai salah satu mahasiswa MGU kenalan
Ayyas. Dan ia berharap dari KBRI ia akan
mendapatkan informasi yang cukup tentang
Ayyas. Linor melihat jam tangannya. Sudah pukul
setengah sebelas. Masih ada. cukup waktu ba-
ginya untuk bergerak. Ia tidak mau menyia-
nyiakan kesempatan yang ada. Linor mencuci
mukanya lalu berganti pakaian. Setelah ganti
pakaian ia melihat ke cermin. Tiba-tiba ia ingat
bahwa ia tidak boleh memancing kecurigaan,
bahkan para tetangga apartemennya sendiri. Jika
tadi ia masuk sebagai gadis Rusia, dan kini kelu-
ar sebagai gadis Arab, apakah mereka tidak
curiga" Linor melucuti pakaiannya kembali. Busana
Muslimah itu ia lipat dengan rapi dan ia
masukkan ke dalam tas ranselnya. Linor memilih
melakukan penyamaran sebagai gadis Rusia sep -
erti saat ia masuk. Gadis yang sangat berbeda
dengan penampilan Linor sebelumnya. Dari
ujung rambut sampai ujung kaki sangat berbeda.
Setelah merasa yakin dengan penampilannya,
Linor melangkah keluar. Tujuannya adalah Ke-
dutaan Indonesia di Moskwa yang terletak di No-
vokuznetkaya Ulitsa. Linor sampai di Kedutaan Indonesia tepat
sepuluh menit sebelum para staf istirahat untuk
shalat dan makan siang. Linor diterima oleh petu-
gas bagian konsuler. Kepada petugas itu Linor
mengaku sebagai mahasiswi MGU yang ingin
berkonsultasi dengan Ayyas tentang beberapa
masalah penting kepada Ayyas. Linor mengaku
tertarik berkonsultasi kepada Ayyas setelah
mendengar apa yang disampaikan Ayyas dalam
sebuah seminar tentang ketuhanan di Fakultas
Kedokteran. Sejak acara live dalam "Rusia Berbicara"
nama Ayyas memang dikenal oleh semua orang
di KBRI. Ayyas menjadi bagian yang dicintai
KBRI. Dengan ramah petugas bagian konsuler
menjelaskan, Ayyas bisa dicari di apartemennya
yang ada di kawasan Baumanskaya. Linor minta
detil alamat Ayyas. Dan petugas itu


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menuliskannya dengan detil. Bahkan memberik-
an nomor kontak Ayyas yang tersimpan di pon-
selnya kepada Linor. Terakhir petugas itu menan-
yakan siapa namanya. Linor menjawab,
"Corsova." Linor meninggalkan KBRI dengan hati
berbunga-bunga penuh harapan. Ia mendapatkan
informasi yang sangat lengkap untuk segera me -
nemukan Ayyas. Linor berjalan menyusuri No-
vokuznetkaya Ulitsa sampai perempatan
Visnyakovski Pereulok. Di sudut gedung di po-
jok perempatan jalan itu ada gastronom. Mata
Linor sangat awas dan tajam. Di depan gastro-
nom itu ada seorang lelaki Rusia berdiri. Dari
jarak sangat jauh Linor bisa menangkap sekilas
wajah dan gestur tubuh lelaki itu. Dada Linor ter-
kesiap. Lelaki itu adalah salah satu agen Mosad.
Berarti semua yang berhubungan dengan dirinya
saat masih tinggal di Smolenskaya diamati. Keli-
hatannya Mosad belum benar-benar percaya bah-
wa Linor telah mati di Kiev.
Linor berusaha menguasai dirinya sebaik-
baiknya. Ia harus yakin dengan penyamarannya.
Ia harus tidak menimbulkan kecurigaan agen itu.
Dengan tenang tanpa gentar sedikit pun Linor
melintas tak jauh dari tempat lelaki itu berdiri.
Linor terus berjalan, ketika ada taksi datang ke
arahnya dengan tanpa ragu ia menghentikan taksi
itu, dan naik taksi itu lalu meluncur mening-
galkan Visnyakovski Pereulok.
Linor mengarahkan taksi itu ke kawasan
Lubyana. Samasekali Linor tidak menengok ke belakang bebarapa saat lamanya. Setelah berjalan
lima belas menit, ia menengok ke belakang. Ia
yakin tidak ada yang mengikutinya. Setelah sam-
pai di Lubyana, Linor meminta kepada sopir taksi
untuk terus ke utara menuju Sukharevskaya..Di
dekat stasiun metro Sukharevskaya Linor turun.
Linor lalu naik metro, mencari jalur dari Sukhar-
evskaya ke Baumanskaya. Keluar dari stasiun metro Baumanskaya Linor
kembali menajamkan pandangannya ke seke -
liling, ada yang mengikuti atau mengawasinya
apa tidak. Setelah yakin tidak ada yang
mengawasinya Linor berjalan mencari alamat
yang ditulis petugas Kedutaan Republik Indone -
sia. Tidak perlu lama bagi Linor untuk me -
nemukan Aptekarsky Pereulok.
Kini Linor ada di depan gedung tua. Ia melihat
jam tangannya, tak terasa sudah pukul empat
sore. Perjalanannya dengan taksi memang cukup
lama ditambah macet di beberapa titik di pusat
kota Moskwa. Juga perjalannya dengan metro
yang sengaja ia buat berpindah banyak jalur, le-
bih dari semestinya. Ia belum shalat Zuhur. Untung tadi ia sudah
meniatkan jamak ta'khir seperti yang diajarkan
oleh Rahma untuk orang yang sedang bepergian.
Ia merasa masih bepergian. Ia berharap bisa shal-
at di tempat Ayyas. Sekali lagi Linor melihat alamat yang ditulis.
Ia yakin gedung tua di hadapannya itulah tempat
di mana Ayyas kini tinggal. Tiba-tiba jantung
Linor berdegup kencang. Entah kenapa ia tiba-
tiba disergap rasa gugup luar biasa. Kakinya sep -
erti terpaku susah untuk digerakkan. Ia meng-
uatkan dirinya. Ia harus menemui Ayyas. Ia ingin
mendapatkan kepastian daripada menyesal
dengan praduga dan ketidakpastian.
Dengan membaca basmalah, Linor melangkah
memasuki gedung dan menaiki tangganya satu
per satu. Ketika kakinya menaiki tangga lantai
dua, Linor mendengar suara langkah kaki lelaki
mengikuti di bawahnya. Linor menghentikan
langkahnya, langkah orang'yang mengikutinya
juga berhenti. Ada rasa khawatir yang sangat
halus yang menyusup begitu saja ke dalam hat-
inya. Linor melihat ke bawah, lelaki itu tidak
nampak kecuali ujung sepatu kulitnya. Keringat
dingin Linor tiba-tiba keluar begitu saja.
Dengan suara lirih, Linor menyebut nama Al-
lah dan memohon pertolongan-Nya agar
menyelamatkan hidupnya. Ia berjanji dalam hati,
jika diberi umur panjang, ia akan mewakafkan di-
rinya untuk berjuang di jalan Allah.
39. Manusia Baru Matahari sore bersinar kuning keemasan.
Langit biru cerah. Angin berhembus sejuk. Tidak
panas, juga tidak dingin. Bunga-bunga ber-
mekaran di pinggir-pinggir jalan dan di taman-
taman. Ayyas melangkah dengan dada lapang.
Besok lusa ia akan pulang, tidak ke India tempat
dimana ia belajar, tetapi langsung ke Tanah Air
tempat dimana ia akan berjuang. Keberadaannya
sekian bulan di Moskwa cukup menambah
pengalaman yang bisa ia bagi-bagikan kepada
orang -orang di kampung. Apa yang ia lihat dan ia
alami, juga hikmah yang ia dapat selama di
Moskwa bisa digunakan sebagai bahan untuk
memotivasi anak-anak muda yang haus hikmah
dan pelajaran. Ayyas menyusuri Aptekarsky Pereulok. Be-
berapa puluh meter lagi ia akan sampai di depan
dom-nya. Cukup melelahkan juga ia berjalan ke -
liling kota Moskwa dari pagi sampai menjelang
sore. Ia sudah melihat keindahan hamparan
bunga tulip di taman Aleksandrovskiy Sad. Ia su-
dah melihat Kremlin dan Lapangan Merah di mu-
sim semi. Ia juga sudah melihat bunga-bunga
yang bermekaran di Gorki Park. Ia sudah sampai
di depan Balshoi Teater dan melihat-lihat papan
pengumuman di sana, meskipun ia tidak masuk
ke dalamnya. Dan ia sudah melihat detil keinda-
han stasiun Metro Komsomolskaya. Stasiun itu
memang menakjubkan. Seumpama istana raja di
bawah tanah. Stalin membangunnya untuk pamer
kemegahan kepada siapa pun di zamannya dan di
zaman setelannya. Konon, stasiun itu memang sengaja dibangun
untuk memberikan kesan kekuatan dan keabadian
kekaisaran gaya Stalin. Sayangnya, Ayyas tidak
kuat untuk mencapai Galeri Tretyakov. Ia sudah
sangat letih. Jika masih ada waktu, besok setelah
belanja tambahan oleh-oleh bersama Pak Joko, ia
akan menyempatkan masuk Galeri Tretyakov
yang terkenal itu. Ayyas meliha t ke depan. Sekilas ia melihat se-
orang gadis dengan pakaian rapi menghilang
masuk ke dalam dom tua, tempat di mana aparte-
mennya berada. Sekilas dari jauh kelebatan dan
warna pakaian gadis itu seperti Sarah, adik
Shamil. Ia sediku. bahagia, ada kemungkinan
yang berkelebat masuk itu adalah Sarah. Setelah
khataman Al-Quran bersama Shamil, ia menyam-
paikan kepada kedua muridnya itu, ia akan men-
inggalkan Moskwa dan pulang ke Indonesia.
Shamil nampak begitu sedih mendengar berita
itu. Ia sampai meneteskan airmata. Shamil keli-
hatannya masih ingin belajar banyak dari Ayyas.
Sementara Sarah meskipun juga nampak sedih,
tetapi tidaklah sesedih kakaknya. Sarah berjanji
akan membuatkan kenang-kenangan untuk Ayyas
sebelum pulang. Sarah berjanji akan membuatkan
syal dari benang wol yang akan ia rajut sendiri
dengan kedua tangannya. Ayyas sangat bahagia
mendengarnya. Apakah itu Sarah yang mengantarkan syal
buatannya" Ayyas tidak bisa memastikan, tetapi
entah kenapa ia yakin begitu saja bahwa yang
masuk adalah Sarah. Ayyas mengejar dengan
mempercepat langkahnya. Ia bahkan seperti
setengah berlari. Ayyas masuk dom tak lama setelah gadis itu
masuk. Ketika sampai di tangga Ayyas
mendengar suara sepatu perempuan sedang naik.
Kembali ia beranggapan itu adalah Sarah. Ia
tirukan suara langkah itu. Dan jika berhenti ia
ikut berhenti. Beberapa saat kemudian ia merasa
ditunggu, sebab lama sekali suara itu terdiam,
padahal ia yakin belum sampai lantai tiga di
mana ia tinggal. Ayyas yakin, Sarah sedang
menunggu siapa orang yang mengikutinya.
Akhirnya Ayyas tidak tahan untuk diam terus.
Ia melangkah naik. Dengan tenang kakinya
menapaki tangga menuju lantai tiga. Ayyas meli-
hat agak ke atas ke orang yang tengah menunggu
dirinya yang ia kira Sarah. Ia kaget. Seorang per-
empuan muda nampak diam menunggunya. Be-
gitu kedua matanya menangkap sosok yang ber-
diri tak jauh darinya ia langsung tahu, bahwa itu
bukan Sarah. Hanya warna pakaiannya saja yang
seperti warna pakaian Sarah. Tubuh Sarah tidak
setinggi tubuh perempuan yang berdiri di
hadapannya. Ayyas jadi salah tingkah. Ia merasa telah
mempermainkan orang lain. Ia sangat menyesal
kenapa ia bertingkah seperti anak kecil dengan
menirukan langkah orang yang menaiki tangga
yang ada di depannya. Ternyata yang ia tirukan
suara langkahnya bukan Sarah, yang biasa
menirukan langkahnya kalau ia berkunjung ke
rumahnya, dan kebetulan Sarah ada di
belakangnya. Yang ada di depannya ternyata bukan Sarah,
tetapi perempuan dewasa yang ia belum pernah
melihat wajahnya sebelumnya. Ayyas tidak be-
rani menatap perempuan itu karena malu. Perem-
puan itu pasti marah padanya. Ayyas bersiap un-
tuk menerima cacian dari perempuan itu dan ber-
siap untuk meminta maaf kepadanya dengan pen-
uh kerendahan hati. "Ayyas"" Sapa perempuan itu dengan suara
lembut dan bibir bergetar.
Ayyas kaget mendengarnya. Perempuan yang
tidak dikenalnya itu mengenal dirinya dan
memanggil namanya. Otaknya langsung berputar,
mungkin dia salah satu peserta seminar di Fak-
ultas Kedokteran MGU, atau dia salah satu
pemirsa acara talk show "Rusia Berbicara" se-
hingga ia mengenalnya. Tiba-tiba ada rasa
bangga menyusup di dalam hatinya. Ternyata dir-
inya terkenal juga di Moskwa. Menyadari ada
rasa takjub pada diri sendiri yang hadir, Ayyas
langsung beristighfar memohon ampun kepada
Allah. Takjub pada diri sendiri menurut para ulama
adalah sifat tercela, termasuk penyakit hati yang
harus diberantas. Sebab takjub pada diri sendiri
ibaratnya adalah saudara kandung takabbur. Dan
itu adalah sifat yang hanya Allah yang boleh
memilikinya, makhhLk-Nya tidak boleh.
Makhluk yang takabbur sangat dimurkai Allah.
Ayyas kembali beristighfar.
"Anda Ayyas, benar"" Tanya perempuan itu
lagi. "Ya benar. Saya Ayyas. Bagaimana Anda ken-
al saya"" Jawab Ayyas dan balik bertanya.
"Kau sudah lupa padaku ya" Aku ini Linor."
"Linor"" "Iya, Linor yang pernah satu apartemen
denganmu." "Ingatan saya masih sehat. Maaf, Linor yang
pernah saya kenal tidak seperti Anda."
"Demi Allah, Ayyas, aku ini Linor." m
"Dan Linor yang aku kenal tidak mengenal
sumpah demi Allah." "Sekar ang Linor itu sudah mengenal Allah,
Ayyas. Dia sudah berubah. Ayo izinkan aku mas -
uk ke apartemenmu aku akan jelaskan
semuanya." "Jelaskanlah di sini saja. Tidak ada masalah.
Aku takut kalau kau masuk ke apartemen berdua
denganku nanti bisa terjadi fitnah."
"Tolonglah Ayyas, ini penting sekali. Dan aku
sekalian mau numpang shalat."
"Shalat"" "Ya." "Linor mau shalat"" "Ya."
"Allahu akbari'Ini sebuah keajaiban. Tetapi
aku belum bisa percaya kalau Anda Linor."
"Berilah kesempatan padaku untuk shalat dan
menunjukkan siapa aku sebenarnya."
"Baiklah. Mari."
Ayyas melangkah menuju pintu apartemennya
dan membukanya. Ia lalu mempersilakan Linor
masuk. Ayyas mempersilakan tamunya untuk
mengambil air wudhu dan shalat di ruang tamu.


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ia sendiri setelah wudhu masuk kamarnya dan
menutupnya rapat-rapat pintu kamarnya. Ayyas
shalat di dalam kamarnya.
Di kamar mandi Linor melepas wignya. Ia
membersihkan mukanya dengan pembersih yang
ia bawa. Alis yang ia tebalkan ia bersihkan dan ia
biarkan seperti aslinya. Beberapa tahi lalat yang
ia buat juga sudah hilang. Kini yang nampak ada-
lah Linor yang sesungguhnya. Ia kemudian me -
makai busana Muslimah yang ada di tas
ranselnya. Setelah itu ia keluar ke ruang tamu
dan shalat Zuhur yang digandeng dengan shalat
Ashar, masingmasing dua rakaat.
Selesai shalat, Linor menunggu Ayyas dengan
sabar, dengan duduk di sofa ruang tamu. Ia du-
duk dengan menundukkan kepala. Pe-
nampilannya sangat berbeda dengan Linor saat
tinggal di Smolenskaya dan dengan Linor yang
menyamar menjadi gadis Rusia tadi.
Sepuluh menit kemudian, Ayyas keluar.
Pemuda Indonesia itu tersentak melihat ada sosok
berjilbab duduk di sofa ruang tamunya dengan
muka tertunduk. Sosok itu samasekali bukan
sosok yang tadi memaksanya masuk untuk
numpang shalat. "Anda siapa""
"Tadi sudah aku katakan, aku ini Linor."
"Anda perempuan yang tadi""
"Ya." Jawab perempuan itu sambil
mengangkat kepalanya. Perlahan nampaklah wa-
jahnya. Dan Ayyas tersentak kaget. Hatinya lang-
sung berdesir melihat wajah perempuan yang ada
di hadapannya. Itu adalah benar Linor. Nampak
begitu anggun dan bersih dalam balutan jilbab
putih dan gamis biru muda.
"Subhanallah. Anda benar-benar Linor."
"Ya aku Linor."
"Dan Anda kini berjilbab dan shalat""
"Ya, karena aku sudah menjadi Muslimah
sekarang." "Alhamdulillah. Maha Besar Allah. Kenapa
Anda ada di gedung tua ini" Apakah Anda
tersesat dan kita bertemu dengan tidak sengaja""
"Moskwa ini sudah menjadi sumsum bagiku.
Aku samasekali tidak tersesat. Aku memang
menyengaja datang ke dom tua ini." "Apa atau siapa yang Anda cari."
"Kamu. Ayyas. Yang aku cari." "Aku." "Ya."
"Kenapa kau mencariku" Dan ke mana saja
kau selama ini" Yelena sampai putus asa mencari
keberadaan mu." "Baiklah aku akan bercerita panjang lebar.
Termasuk bercerita bagaimana aku masuk Islam.
Tetapi aku minta kau tidak menceritakannya
kepada siapa-siapa kecuali kepada dirimu saja.
Apa kau bersedia berjanji""
"Baik. Aku janji."
Linor lalu menceritakan semuanya. Siapa dir-
inya sebenarnya. Termasuk siapa yang meran-
cang pengeboman Metropole Hotel. Reaksi Ayy-
as sama seperti keluarga Tuan Yunus Bugha;
awalnya Ayyas merasa jijik mendengar cerita
kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan Linor
tanpa perikemanusiaan. Tetapi ketika sampai ba-
gian jati dirinya yang sebenarnya seperti yang
diceritakan Madame Ekaterina, Ayyas mulai sim-
pati. Lalu perjuangannya mengkaji Islam untuk
mencari petunjuk hidup membuat Ayyas ter-
kesima dan berempati. Pada saat Linor mencer. itakan bagaimana ia
mengucapkan dua kalimat syahadat, Ayyas men-
eteskan airmata. Bahkan agen Zionis, jika Allah
menghendakinya mendapatkan hidayah, maka
terjadilah proses itu begitu saja. Proses yang
tidak bisa dibuat-buat. Proses menemukan
hidayah,yang menjadi dambaan banyak umat
manusia. Terakhir Linor menceritakan mimpinya ber-
temu ibu kandungnya yang sudah mati syahid
ketika berangkat ke Berlin. Juga pesan ibunya
untuk mencari pendamping hidup yang teguh
menjaga kesucian seperti Nabi Yusuf. Dan
dengan berterus terang, dan dengan mata
berkaca-kaca Linor berkata,
"Aku sudah mendapatkan cerita Nabi
Yusuf dengan sangat detil. Aku merasa tidak perlu bin-
gung mencarinya, sebab aku telah me -
nemukannya. Dan saat diriku dulu masih
jahiliyyah aku sudah pernah mengujinya. Dan ia
sungguh lelaki yang sangat menjaga kesucian. Ia
samasekali tidak tergoda. Rasa takutnya kepada
Allah mengalahkan nafsunya yang membara.
Dan lelaki itu adalah kau, Ayyas. Maka jauh- jauh
dari Berlin dengan risiko yang sangat besar kar-
ena mungkin aku kini sedang jadi target para
agen itu, aku datang ke Moskwa ini, memang
tujuan utamaku adalah menemuinya. Pertama
untuk meminta maaf kepadamu dan kedua untuk
memintamu memenuhi keinginan ibuku. Yaitu
agar aku menikah dengan lelaki yang menjaga
kesuciannya. "Aku tahu bahwa diriku sangat kotor. Kau
bahkan pernah memergoki diriku melakukan per-
buatan yang keji itu. Jujur, sesungguhnya aku
tidak merasa pantas menjadi pendampingmu.
Tetapi aku tidak tahu harus berbuat bagaimana
untuk memenuhi pesan ibuku. Aku memang su-
dah bobrok, karenanya dengan berislam aku ber-
harap aku bisa membuka lembaran hidup baru.
Hidup yang berlandas pada iman dan takwa.
Hidup di bumi cinta yang meninggikan panji-
panji kalimat tauhid: Laa ilaaha Mallah! Aku su-
dah berjanji pada diriku sendiri, akan me -
wakafkan diri ini untuk berjuang di jalan Allah,
sebagai tebusan dosa-dosa yang aku lakukan se-
belum ini." Ayyas mengambil nafas panjang, Tak terasa
airmatanya meleleh mendengar perjalanan hidup
Linor yang penuh liku dan ujian. Jauh lebih berat
dari ujian yang selama ini ia rasakan. Dan Linor
dengan akal sehatnya, telah menemukan kedam-
aian dalam pelukan hangatnya ajaran Islam.
Kini Linor memintanya menjadi suaminya.
Seketika ia teringat dengan apa yang dilakukan
Linor beberapa waktu yang lalu di ruang tamu
bersama lelaki bule itu. Ia tidak bisa meneriman-
ya. Tetapi nuraninya kemudian bicara, bahwa itu
adalah Linor saat masih jahiliiyyah. Sekarang
Linor sudah berubah. Keislamannya telah
menghapus semua dosa yang dilakukannya di
masa lalu. Jadi Linor sekarang ini masih bersih,
sebersih bayi yang baru dilahirkan.
"Saya doakan kau istiqamah di jalan yang lur-
us, dan kaupegang teguh keislamanmu sampai
kau bertemu Allah. Untuk permintaanmu, sung-
guh kau adalah gadis dengan pesona yang tidak
bisa ditolak kaum lelaki. Tetapi berumah tangga
bukanlah sebuah permainan atau hanya uji coba.
Berumah tangga harus semakin melipatgandakan
amal saleh dan kebaikan. Ini tidak sederhana.
Saya perlu musyawarah dan Istikharah. Padahal
besok lusa saya harus kembali ke Indonesia. Saya
tidak tahu harus bagaimana""
"Bagaimana kalau nanti malam kau Istikharah,
jadi besok pagi sudah ada jawabannya""
"Bagaimana kalau setelah Istikharah sekali be-
lum juga ada kemantapan mengiyakan atau
menolak"" "Sebenarnya aku tidak tergesa-gesa. Aku han-
ya menyampaikan apa yang ada di dalam hatiku,
yang aku merasa akan terus mengganjal jika kau
benar-benar telah pergi meninggalkan Moskwa,
tanpa tahu apa yang terjadi pada diri Linor ses -
ungguhnya. Jika kau mau kau tetap saja pada ren-
canamu pulang ke Indonesia. Di Indonesia kau
bisa musyawarah dengan keluarga dan handai
taulan, dan kau bisa beristikharah. Hasilnya yang
berati sangat kauyakini, sampaikanlah kepadaku.
Menerima atau menolak. Jika menerima di mana
akad nikah akan dilangsungkan. Aku siap jika
akadnya harus di Indonesia. Aku akan terbang ke
Indonesia, insya Allah."
"Saranmu itu baik. Kalau begitu biarlah aku
musyawarah dan shalat Istikharah di Indonesia."
"Aku akan bersabar menunggumu. Aku ber-
harap tidak lama setelah kau sampai di Indonesia,
kau menyampaikan kabar baikmu kepadaku. Dan
aku berharap Indonesia menjadi bumi cinta, di-
mana aku bisa mewakafkan seluruh sisa umurku
untuk berjuang meninggikan kalimat Allah."
"Amin." Hati Ayyas meleleh mendengar kalimat Linor
yang penuh harap. Ia sendiri tidak bisa langsung
mengiyakan permintaan Linor. Ia tetap harus ber-
musyawarah dengan banyak orang. Termasuk ia
akan menyempatkan minta pendapat Imam Has -
an Sadulayev. Jika ternyata perjuangan Linor le-
bih diperlukan di Rusia atau Eropa, tentu lebih
baik Linor menikah dengan Muslim Rusia atau
Eropa. m Namun, jika memang pada akhirnya, setelah
melalui berbagai pertimbangan dan shalat
Istikharah, ternyata menikahi Linor dinilai memi -
liki banyak kebaikan untuk dunia dakwah, Ayyas
tak bisa berbuat banyak kecuali menyerahkan
segala urusan perjodohannya kepada Allah
semata. Ayyas hanya mengharap ridha dan kebaikan di
mata Allah, bukan di mata manusia. Yang jelas,
bagi Ayyas menikah tidak semata-mata per-
temuan lelaki dan perempuan dalam akad yang
sah. Pernikahan harus menjadi langkah lebih
maju dalam mengabdi dan beribadah kepada
Allah. "Apakah kau sudah melihat apartemen di
Smolenskaya"" Tanya Ayyas pelan.
"Belum. Aku harus sangat berhati-hati. Aku
tidak boleh lengah sedikit pun. Bagaimana kabar
Yelena"" "Jadi kau belum tahu kabar Yelena"'*
"Belum." "Alhamdulillah, Yelena sekarang juga sudah
Muslimah ' "Benarkah"" Linor tidak percaya.
"Benar." "Yelena yang tidak percaya adanya Tuhan itu
sekarang Muslimah""
"Iya. Dia mengucapkan kalimat syahadat di
masjid Prospek Mira. Ribuan orang menjadi sak-
si keislamannya." "Allahu akbar!"
"Dan Yelena sekarang sudah menikah dengan
temanku, Devid. Bahkan sudah positif hamil."
"Alhamdulillah. Aku rasa, keberadaanmu di
Moskwa ini membawa banyak berkah. Yelena
bisa masuk Islam dan menikah dengan temanmu
sedikit banyak ada pengaruh dari keberadaanmu
di Smoleskaya. Paling tidak karena kau datang,
temanmu itu jadi kenal Yelena."
"Aku rasa semuanya sudah diatur Allah."
"Benar. Dan aku berharap agar Allah mengat-
ur yang terbaik untuk perjalanan hidupku
selanjutnya." "Semoga Allah mengabulkan."
"Amin. Sekali lagi, jangan lupa kabar baiknya
setelah sampai di Indonesia."
"Bagaimana caranya aku harus mengabar-
imu"" tanya Ayyas.
"Kirim saja email ke sofianew@ymail.com .
Dan jangan panggil lagi aku Linor, panggil aku
Sofia. Itu namaku sejak kecil dan itu nama
Muslimahku." "Insya Allah. Sofia adalah nama salah satu is -
tri Baginda Rasulullah Muhammad Saw. Semoga
kau bisa meneladani beliau. Semoga kau jadi
pemberani seperti beliau, dan tidak takut kecuali
kepada Allah Ta'ala."
"Amin." Sofia meninggalkan apartemen Ayyas dengan
tetap mengenakan gamis dan jilbab. Ia
melangkah tanpa ragu sedikit pun. Kini ia merasa
tidak ada yang perlu ditakutinya kecuali Allah.
Angin semilir musim semi berhembus men-
giringi kepergian Sofia meninggalkan dom tua
itu. Sofia melangkah dengan wajah cerah dan hati
bertasbih kepada Allah. Ia berharap Allah mem-


Bumi Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pertemukan dengan orang yang didambanya di
bumi cinta. Bumi yang di dalamnya kalimat
Allah dijunjung tinggi dan hati-hati manusia
diikat oleh tali tauhid yang indah menyejukkan.
*** 40. Bumi Cinta Sementara itu, sedetik selepas kepergian Linor
alias Sofia, hati Ayyas justru terus berdetak dan
merasakan keindahan yang belum pernah ia ra-
sakan sebelumnya. Wajah Sofia yang anggun
dalam balutan jilbab putih seolah tidak mau sirna
dari pikirannya. Sejatinya, ia merasa Sofia yang baru saja me-
nemuinya tidak layak ditolak keinginan sucinya.
Sofia telah hijrah. Dan ia ingin menyempurnakan
hijrahnya bersama dirinya. Sesungguhnya,
merupakan suatu kehormatan jika dirinya bisa
mendampingi Sofia mewakafkan diri berjuang di
jalan Allah. Adakah yang lebih mulia dari orang
yang menyerahkan jiwa dan raganya di jalan
Allah" Tak terasa hati Ayyas basah. Ia tidak kuat un-
tuk berdiam diri. Tiba-tiba kakinya melangkah
menuju jendela. Ia ingin melihat Sofia, dan kalau
sempat ia ingin memanggilnya. Ayyas bergegas
menuju jendela. Dari jendela ia melihat Sofia
melangkah semakin menjauh. Jilbabnya yang
putih berkelebat. Ia ingin memanggil Sofia dan mengatakan
kesediaannya, tetapi ia merasa Sofia tidak akan
mendengarnya. Sesaat Ayyas terpaku di depan jendela. Ia
ingin berlari turun dan mengejar Sofia. Tetapi en-
tah kenapa ia ragu" Apakah itu tidak seperti
anak-anak remaja yang sedang jatuh cinta di
sinetron-sinetron Indonesia" Ia mengurungkan
niatnya. Ia berniat setelah shalat Isya' ia akan
mengontak Sofia dan mengajaknya bertemu di
rumah Imam Hasan Sadulayev, atau di suatu tem-
pat yang aman dari fitnah, dan ia akan menyam-
paikan kesediaannya menerima tawaran Sofia.
Ayyas masih memand angi Sofia yang terus melangkah. Tiba-tiba Ayyas melihat ada mobil
sedan merah meluncur agak cepat di belakang
Sofia. Dan Ayyas tersentak kaget. Sekilas ia me -
lihat penumpang sedan itu mengeluarkan pistol
dari jendela mobil. Dengan tetap melaju kencang,
pistol itu diarahkan kepada Sofia. Ayyas
langsung teringat cerita Sofia, bahwa Sofia mun-
gkin sedang diburu oleh agen-agen Mosad.
Dengan sangat keras Ayyas menjerit men-
gingatkan Sofia, "Sofiaaa awaaass!"
Dan... "Dor! Dor! Dor!"
Ayyas mendengar suara tembakan itu. Ia mer-
asa puluhan peluru seperti menembak dirinya dan
menembus jantungnya. Tubuhnya langsung kaku.
Kedua kakinya seperti tidak ada tulang-tu-
langnya. Kedua matanya melihat Sofia yang
berjilbab putih ambruk di trotoar jalan. Sesaat ia
merasa sangat terpukul. Ia merasa kehilangan se-
suatu yang sangat berharga. Sofia seperti bukan
orang lain lagi baginya. Sofia sudah ada di dalam
hatinya. Sofia sudah menjadi separo jiwanya,
dan. tiba-tiba ia merasa harus kehilangan separo
jiwa yang dicintainya. Seperti apakah perasaan
seseorang yang tehih kehilangan separo jiwanya.
Airmata Ayyas meleleh. Kedua kakinya terasa
lemas. Namun akal sehatnya segera
mengingatkan dirinya untuk segera bangkit dan
berlari secepatnya ke tempat di mana Sofia roboh
ditembus pelor peluru. Ayyas langsung bangkit
dan berlari sekencang-kencangnya sambil
memanggil-manggil nama Sofia.
Dan hatinya bagai ditusuk-tusuk belati melihat
Sofia terkapar bersimbah darah. Jilbab putih itu
memerah. Merah darah! Wajah anggun itu tam-
pak pucat. Bibirnya mengatup dan matanya
terpejam. Darah segar masih terus mengalir di
dekat pundak dan lehernya.
Ayyas meraih tubuh Sofia dan meletakkan di
pangkuannya. Ia meraba nadinya. Masih ber-
denyut. Ia berpikir keras, bagaimana
menyelamatkan nyawa Sofia. Darah terus menga-
lir. Dan tangan Sofia terasa semakin dingin. Ayy-
as melihat ke kiri dan ke kanan. Ia melihat sepan-
jang jalan. Kenapa sepi, tidak ada orang"
Di kejauhan ia melihat mobil keluar bergerak
menjauh. Ia memanggil -manggil mobil itu minta
tolong. Tetapi suaranya sepertinya tidak sampai,
atau sampai tetapi pengendara mobil itu tidak
mau peduli kecuali urusan dirinya sendiri.
Ayyas tidak bisa tinggal diam di situ menyak-
sikan Sofia sekarat dan mati kehabisan darah.
Ayyas membopong Sofia dan membawanya ber-
jalan ke arah jalan yang lebih besar. Ia bergegas
secepat mungkin. Airmata Ayyas juga terus men-
etes mengiringi darah yang terus menetes di sep -
anjang trotoar. Dalam hati Ayyas berdoa agar Al-
lah menyelamatkan nyawa Sofia.
Ia berjanji kepada Allah, jika Sofia selamat, ia
akan menikahinya dan menjadikannya sebagai
teman berjuang di jalan-Nya sampai maut datang
menjemput. Ia juga berjanji, jika Sofia selamat, ia
akan menjadikannya sebagai satu-satunya bid-
adari surga bagi dirinya.
Ayyas mendengar deru mobil dari arah be-
lakang. Di kejauhan ia melihat sedan merah
sedang meluncur ke arahnya. Ia kaget bercampur
cemas. Ia khawatir jika yang menderu itu adalah
mobil agen Mosad yang menembak Sofia. Jika
itu yang terjadi, sulit baginya untuk lolos. Ia dan
Sofia benar-benar tidak akan selamat, kecuali Al-
lah berkehendak lain dan melindunginya.
Sedan merah itu semakin mendekat. Ayyas se-
makin cemas. Ia pasrahkan segala takdirnya pada Allah Sang
Maha Penentu nasib umat manusia. Ia tetap ber-
diri dengan membopong Sofia sambil berdoa
dalam hati, agar Allah melindunginya dan
menyelamatkan Sofia. Ia tidak mungkin menur-
unkan Sofia lalu lari menyelamatkan diri. Biarlah
kalau memang dirinya harus mati, ia rela mati
dalam perjalanan menolong orang yang hijrah di
jalan Allah. Mobil sedan merah itu terus mendekat. Begitu
dekat, Ayyas melihat seorang ibu setengah baya
yang mengendarai mobil itu. Ia lega. Ibu
setengah baya itu menghentikan mobilnya tepat
di samping Ayyas. "Oh Tuhan, apa yang terjadi dengannya" Oh
darahnya terus mengucur" Apa yang terjadi
dengannya"" kata Ibu setengah baya itu sambil
turun dari mobilnya. "Tolonglah Madame, ada orang yang menem-
baknya. Tadi nadinya masih berdenyut. Mungkin
masih bisa diselamatkan kalau dia segera sampai
di rumah sa kit," kata Ayyas dengan bibir
bergetar. "Ditembak" Apa suara tembakan tadi""
"Iya benar." "Oh Tuhan. Apa salahnya" Kenapa sampai
ada yang tega padanya. Ayo cepat naik ke mobil.
Kita bawa dia ke rumah sakit."
"Baik Madame." Ayyas membawa Sofia masuk ke mobil. Tan-
gan Sofia semakin terasa dingin. Ayyas mencari-
cari denyut nadinya tetapi tidak juga ketemu. Jan-
tung Ayyas seperti mau hilang. Ia tidak mau ke -
hilangan Sofia. Ia tidak mau Sofia mati.
"Sofia, Sofia. Kau jangan mati dulu Sofia.
Bertalianlah Sofia. Aku akan menikahimu. Demi
Allah, aku akan menikahimu. Bertalianlah
Sofia!" Kata Ayyas dengan airmata berderai. Ia
belum pernah menangis seharu dan sesedih itu.
Tetapi Sofia tetap diam, dan darah di pundaknya
terus mengalir. Mobil sedan merah itu meluncur mening-
galkan Aptekarsky Pereulok. Ibu setengah baya
itu berusaha mengendarai mobil sedan itu secepat
mungkin. Ayyas masih bergulat dengan rasa har-
unya sambil terus memandangi Sofia yang ber-
lumur darah. Jilbab putihnya memerah. Merah
darah! Darah tmembasahi jok mobil sedan itu.
Ayyas terus mencari-cari denyut nadi Sofia;
tidak juga ketemu. Ia meletakkan tangannya di
depan hidung Sofia; tidak juga merasakan lembut
nafasnya. Apakah Sofia sudah mati" Kecemasan
dan kekhawatiran semakin merayap dalam diri
Ayyas. Ia tak pernah merasakan kecemasan dan
kekhawatiran yang sedemikian dalam seperti itu
sebelumnya. Ayyas langsung terisak-isak. Jika Sofia benar-
benar mati, alangkah sedih dirinya. Alangkah
menyesal dirinya tidak langsung menjawab
tawaran Sofia. Dan alangkah bahagianya Sofia.
Ia meninggal dalam keadaan mulia; husnul
khatimah. Ia meninggal dalam keadaan
Muslimah dengan segala dosa yang telah diam-
puni Allah Ta'ala. Ia meninggal dalam keadaan
suci seperti bayi yang baru saja dilahirkan di
muka bumi. Dan alangkah bahagianya Sofia yang telah
menemukan bumi cinta yang sesungguhnya.
Adakah bumi cinta yang lebih indah dari surgan-
ya Allah Ta'ala" Ayyas yakin, jika Sofia meninggal dunia,
maka ia meninggal dalam keadaan syahid. Sebab
ia meninggal dalam keadaan melangkahkan kaki
menuju Allah dengan darah tertumpah di jalan
Allah. Ayyas terus terisak. Isakan yang kalau siapa
pun melihat dan mendengarnya niscaya akan ter-
sayat hatinya. Isakan seorang pencinta sejati,
yang mencintai kekasihnya karena Allah, lalu ke -
hilangan kekasihnya karena Allah p"ila. Adakah
isakan yang lebih menyayat hati dari isakan seor-
ang pencinta sejati yang kehilangan sang pujaan
hati karena Allah Ta'ala"
Ayyas memandangi wajah Sofia yang pucat
tetapi tetap anggun dalam-dalam. Sofia tetap saja
diam. Kedua matanya tetap terkatup. Darah terus
mengalir. Dan airmata Ayyas terus menetes, se-
mentara hatinya tiada henti meratap kepada Allah
Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, lagi
Maha Mengabulkan segala doa hamba-hamba-
Nya. Dengan penuh rasa cinta karena Allah semata,
Ayyas memanjatkan doa dalam getar suara yang
menyesakkan dada, "Ya Allah, aku tetap memo -
hon kepada-Mu agar Engkau selamatkan Sofia.
Hanya Engkau yang bisa menyelamatkannya ya
Allah. Engkaulah Dzatyang menghidupkan dan
mematikan. Ya Allah berilah kesempatan padaku
untuk memenuhi permintaan orang yang ber-
hijrah di jalan-Mu. Akan tetapi jika Engkau
menakdirkan Sofia mati, ya Allah, maka jadikan-
lah matinya itu syahid di jalan-Mu. Dan terima-
lah dia dengan penuh keridhaan dari-Mu. Jika itu
yang terjadi ya Allah, maka syahidkan pula aku
di jalan-Mu, agar kelak aku bisa berjumpa
dengannya di Bumi Cinta-Mu yang sejati, yaitu
surga yang Engkau sediakan bagi hamba-hamba-
Mu yang beriman dan beramal saleh. Kabulkan-
lah doaku, ya Allah. Amin. "
Mendengar doa Ayyas, ibu setengah baya itu
dengan lirih berkata, "Ameen. Tuhan pasti mengabulkan doa yang
berbalut darah dan airmata seperti doamu, Mal-
cishka. Percayalah, Tuhan pasti mengabulkan.
Pasti." TAMAT tamat Dewi Beruang Putih 2 Fear Street - Cewek Baru The New Girl Pangeran Perkasa 14
^