Pencarian

Satu Tiket Kesurga 1

Satu Tiket Ke Surga Karya Zabrina A. Bakar Bagian 1


Satu Tiket ke Surga Zabrina A. Bakar Komentar dari Berbagai Penjuru Dunia terhadap
Satu Tiket ke Surga Zabrina A. Bakar "Buku ini merupakan cara yang amat manis dan indah untuk menyampaikan tata krama Islami kepada umat Islam. Menurut saya buku ini sungguh dan sangat efektif."
Zara Ziyad, UNI EMIRAT ARAB
Senior Software Engineer ESRI Global, Inc. "Satu Tiket ke Surga berhasil menyentuh si bocah kecil dalam diri kita, namun tetap membuat kita merenungkan, sebagai manusia dewasa, peristiwa-peristiwa kehidupan ini. Kesederhanaan bahasanya membuat seorang anak bisa memahami kisah yang dituturkan, tetapi dampak kisah itu menyadarkan si manusia dewasa dalam diri kita. Karya yang hebat, Sis Zabrina!"
Dato' Dr. Wan Halim Othman, MALAYSIA
Sosiolog Klinis "Saya mungkin bukan jenis orang yang biasa dengan mudah menyarankan sesuatu. Saya adalah imam dengan jemaah yang besar, yang kebetulan sekaligus seorang profesional di bidang teknologi informasi. Saya sungguh bersyukur kepada Allah atas kesempatan yang Ia berikan kepada saya, bahwa dari berjuta blog yang sekarang ada di luar sana, saya membuka blog Sis Zabrina. Terima kasih, Sister Zabrina, karena sudah menyampaikan pengalaman-pengalamanmu dalam 'kata-kata' sehingga begitu banyak dari kami bisa belajar, terilhami, dan tersemangati oleh penamu! Kalau Anda belum membacanya, saya sangat menyarankan Anda membaca!"
Juma Mussa, AMERIKA SERIKAT
Imam, Mesjid Shaw University
"Buku ini membawa kesegaran dan, kadang, membuat air mata tertitik ketika cerita bergulir membawa Anda ke suatu tingkat spiritual yang lebih tinggi, yang tercipta oleh semangat Zabrina dalam menyelami hati, dan terilhami oleh firman-firman arif Allah, sang Mahakuasa, serta Muhammad, rasul-Nya yang terkasih. Jiwa siapa pun tentu tergelitik saat membaca buku ini. Sungguh pengalaman yang menyejahterakan jiwa!"
M Shahril A Saman, MALAYSIA
Dokter Keluarga, University Malaya Medical Centre Dosen Magang, University of Technology Mara
"Masyaallah, Sister Zabrina punya bakat yang luar biasa untuk membangkitkan ilham dengan penanya (atau papan ketik). Karyanya kadang membuat saya merenungkan hidup saya, di lain waktu terkekeh sementara beberapa menit kemudian menangis, dan di kesempatan lain lagi mensyukuri semua yang saya punya. Gaya tulisannya seperti cara seorang kakak menasihati saudara-saudara tercintanya. Kata-katanya seperti madu, manis dan menyembuhkan. Jika ada yang sedang membutuhkan inspirasi, Satu Tiket ke Surga adalah buku yang mesti Anda miliki."
Um-'Eesaa, AFRIKA SELATAN
Penulis Lepas Ibu Rumah Tangga, Camperdown, Kwa-Zulu Natal
"Kisah-kisah akrab Zabrina dalam Satu Tiket ke Surga menyuguhkan gambaran yang sangat baik mengenai Islam bagi mereka yang belum mengenal secara dekat agama ini, peng-kajian Islam yang lebih dalam bagi mereka yang menjalankan Islam, dan bahan renungan bagi siapa saja, tak peduli agama yang mereka jalankan."
Karina Fabian, AMERIKA SERIKAT
Penyunting, Faith-Filled Fiction
http://isigsf.tripod.com/faithfilledfiction
"Kisah yang sungguh indah terima kasih sudah berbagi kisah-kisah Anda dalam Satu Tiket ke Surga. Anda sangat berbakat, dan Anda membuka mata saya untuk mengenal Islam. Sungguh agama yang indah dan penuh damai!"
Cheryl Purtle, AUSTRALIA Pekerja Penitipan Anak Mualaf "Seandainya bisa saya simpulkan, akan saya katakan bahwa Satu Tiket ke Surga adalah buku yang memiliki hati sendiri, yang menggapai dari setiap halaman untuk melimpahkan cinta kepada setiap pembaca."
Heather El Khiyari, AMERIKA SERIKAT
Penyair/Pendiri www.MeetMuslimSingles.com
"Buku yang bagus memang untuk dinikmati, tetapi buku yang istimewa adalah sumber ilham. Satu Tiket ke Surga adalah salah satu dari yang teristimewa, salah satu dari buku-buku yang dimaksudkan untuk melatih otak. Pada setiap halaman Anda menemukan sesuatu yang membuat Anda berpikir, terpekur, dan menemukan cahaya baru untuk semakin dan semakin mencerahkan hidup Anda."
Asmaa Kadry, MESIR Penulis, First Impressions How to win them all
! www.asmaakadry.com "Sangat edutaining! Cara Sis Zabrina menggapai pikiran, hati, dan jiwa kita benar-benar membuat saya terpukau. Dalam dunia yang serba rumit ini, Sis Zabrina berhasil melakukan satu hal MENYEDERHANAKAN dan MENDIDIK dengan cara yang MENGHIBUR! Hebat, Sis Zabrina... Pokoknya, Satu Tiket ke Surga ini edutaining!"
Mike Handcock, SELANDIA BARU
Penulis buku terlaris, Can You Teach a Goat to Dance" Pembicara Inspirasional Tahun Ini, 2006
"Belilah buku ini, bacalah, dan bacakan kepada anak-anak Anda, dan kirimkan kepada teman Anda. Sungguh hadiah yang direka penuh cinta yang diberikan Zabrina kepada kita ini. Saya jadi tertawa dan menangis dibuatnya. Bravo!"
Irving Karchmar, AMERIKA SERIKAT
Penulis, Master of the Jinn: A Sufi Novel
"Satu Tiket ke Surga adalah bacaan yang indah, yang meng-gambarkan kekuatan citra-citra iman dan pergulatan batin. Aspek hidup yang sedemikian sederhana dikaji dengan begitu teliti. Mengagumkan. Masyaallah,"
Umm Ramla, INGGRIS Penulis dan Guru "Saya suka sekali kisah-kisah dalam buku ini. Semuanya reflektif, penuh humor, dan menggugah pikiran. Masya-allah, buku ini benar-benar enak dibaca!"
Asifa, KANADA Guru Sekolah Islam "Sis Zabrina, dengan Satu Tiket ke Surga, Anda mendesak saya untuk menilik hidup saya sendiri dan menemukan begitu banyak rahasia luar biasa yang telah Tuhan tempatkan dalam diri saya. Anda tak ada duanya... terima kasih karena Anda sudah menjadi sebuah berkah!"
Jackie Wong, MALAYSIA Country Manager, XL Malaysia
Direktur Pelaksana Simfoni Dinamik Sdn Bhd
www.sdpropertyinvest.com "Saya menyarankan Satu Tiket ke Surga kepada siapa saja yang sedang berkelana mencari hidup yang dipenuhi rasa percaya, kedamaian, kesantunan, persatuan, optimisme, dan jalan ke depan."
Shazeen Iqbal, INGGRIS Birmingham University Mahasiswa tahun terakhir jurusan bahasa Inggris, George Mason University
"Satu Tiket ke Surga adalah buku yang cocok untuk semua usia, semua ras, dan semua negara karena isinya adalah permata-permata kebijaksanaan yang tulus, menenteramkan, membumi, dan universal. Sudah pasti layak dibaca berulang-ulang, khususnya bagi mereka yang
sedang mencari perspektif baru mengenai hidup dan keberhasilan, serta ilham dan harapan baru."
Steven Khong, MALAYSIA Country Manager XL Malaysia
Direktur Pelaksana Walking on Diamonds Sdn Bhd
www.walkingondiamonds.com
"Ucapan selamat saya untuk Sis Zabrina atas kreativitasnya dalam menggunakan kisah-kisah yang bermakna, frasa-frasa khas, al-Qur'an dan hadis, untuk menyampaikan pelajaran yang berharga untuk kita semua renungkan dalam Satu Tiket ke Surga ,"
Javed Mohammed, AMERIKA SERIKAT
Penulis, Walk to Freedom "Buku ini menyoroti keindahan Islam sebagai jalan hidup. Satu Tiket ke Surga merangkup semua aspek penting dalam hidup kita. Buku ini harus ada di rak buku Anda, dan di dalam hati Anda, karena di sanalah tempatnya yang sepantasnya."
Fara Madehah, INGGRIS Kandidat Ph.D, Durham University
"Satu Tiket ke Surga menggugah pikiran, substansial,
dan membangkitkan ilham!"
J. Malaika Freeland, MAROKO
Direktur Qalam wa Lawh Arabic Academy
http://qalam.ma "Ada sebuah pepatah bijak: Jalani hidup, lalu tuliskan. Sis Zabrina melakukan keduanya secara bersamaan dengan menawarkan kilas-kilas arti hidup ini baginya, melalui tulisannya. Tak ada detail yang terlalu kecil baginya untuk disertakan dalam pencarian makna, dan dia berbagi semua permata yang ditemukan melalui tulisannya. Inilah sebabnya saya merasa bukunya, Satu Tiket ke Surga, begitu memperkaya."
Santi Soekanto, INDONESIA
Editor Kepala majalah Alia
"Tepat di saat kita butuh disadarkan, Sister Zabrina membangunkan kita dengan kisah-kisahnya yang telak dan mengguncang kehidupan kita. Satu Tiket ke Surga, yang dengan cerdasnya ditenun dengan ayat-ayat dari al-Qur'an dan wejangan-wejangan Nabi Muhammad (saw), sudah pasti sanggup menyentuh hati yang paling keras sekalipun. Anda butuh dukungan dan diingatkan akan kenyataan" Cobalah buku ini sebagai alarm w
eker Anda!" Umm Junayd, INGGRIS Direktur An-Najm Publishers
Penulis dan penyair lepas
www.ummjunayd.info/inscriptions
"Kisah-kisah keseharian hidup yang menyentuh, masing-masing dalam 300 kata itulah yang kami butuhkan untuk kolom mingguan kami yang baru di The Brunei Times (A Beautiful Life), Alhamdulillah, Karya-karya Sis Zabrina cocok dengan konsep itu. Yang terpenting, dia menulis dengan hatinya. Ketika saya dan istri saya pertama kali mengunjunginya dari Bandar Seri Begawan, kami menemukan rahasia di balik Satu Tiket ke Surga ini: kepribadiannya yang bersahaja dan hangat, serta dukungan penuh dari seluruh anggota keluarganya. Hayakumullaah,"
Dzikrullah W. Pramudya, BRUNEI DARUSSALAM
Contributing Editor, The Brunei Times
"Terima kasih, Sis Zabrina, karena sudah berbagi kearifan-kearifan kecilmu dengan kami. Kearifan-kearifan itu membantu kami menilai hidup kami dan mengajak kami melihat kembali rahmat Tuhan yang melimpah. Kata-kata Anda menyiratkan bahwa, mungkin, rahasia terhebat hidup ini adalah beristirahat sejenak, merenung, dan bersyukur atas karunia yang banyak itu. Itulah hadiah terbaik yang dapat kita berikan kepada diri kita sendiri atas semua kerja keras kita setiap hari!"
Shariffa Hoosan, SINGAPURA
Ibu/Penyedia Jasa Kebahasaan
"Saya sudah membaca beberapa kisah sampai selesai dan sisanya saya baca sekilas. Masyaallah, peristiwa-peristiwa pribadi telah dianalisis untuk disimpulkan menjadi penafsiran yang positif dan mampu mengubah hidup. Sister Zabrina sudah mengumpulkan cukup banyak bahan untuk mem-buktikan bahwa peristiwa-peristiwa kecil dalam kehidupan sehari-hari jauh lebih berharga daripada satu peristiwa besar, asalkan kita mau merenungkan. Karya yang hebat!"
Abu Hajira bin Abdul Hamid, AFRIKA SELATAN
Mahasiswa Teologi Islam, Madrassah Inaamiyyah
"Kisah-kisah dalam Satu Tiket ke Surga mengingatkan kita untuk menyempurnakan hidup kita sebagai seorang Muslim."
Meidya Derni, AMERIKA SERIKAT
Pemilik www.betterkidz.com
"Saya pribadi, sebagai seorang kakek berusia tujuh puluh tahun, sangat menyarankan agar setiap rumah menyimpan buku yang menyegarkan ini sebagai rujukan untuk membimbing yang muda-muda dalam merenungkan jenis kehidupan yang harus mereka pilih di dunia yang penuh tantangan ini."
Naharudin Haji Ali (NABHA), MALAYSIA
Penulis Anggota Persatuan Sejarah Malaysia
"Satu Tiket ke Surga sangat memotivasi, spiritual, menggugah pikiran, dan lucu."
Ummahfilms, AMERIKA SERIKAT
Ummahfilms.com www.ummahfilms.blogspot.com
SATU TIKET KE SURGA Diterjemahkan dari Life is an Open Secret karya Zabrina A. Bakar Copyright" 2007, Zabrina A. Bakar
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
All Rights Reserved Hak terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia ada pada Ufuk Publishing House
Pewajah Sampul: Kasta Waisya
Pewajah Isi: Ufukreatif Desain
Illustrasi: Wise Word Publishing
Penerjemah: Meda Satrio Penyunting: Mehdy Zidane Cetakan I: Maret 2008 ISBN: 979-1238-67-0 UFUK PT. Cahaya Insan Suci Jl. Warga 23A, Pejaten Barat, Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12510, Indonesia
Phone: 62-21 7976587, 79192866
Fax: 62-21 79190995 www.ufukpress.com e-mail: info@ufukpress.com
Apresiasi Satu Tiket ke Surga telah diperiksa, diverifikasi, dan ditetapkan sejalan dan benar menurut ajaran-ajaran Islam oleh
Mohsen Haredy, MESIR BA (Al-Azhar University, Kairo),
MA (Leiden University, Belanda)
Kandidat Ph.D. (Leiden University, Belanda)
Penyunting Ask About Islam dalam www.readingislam.com
Mantan Penyunting Shari'f0 ah Special Pages dalam www.islamonline.net
Penyunting: Amel S. Abdullah AMERIKA SERIKAT Editor Pelaksana, Our Rising Star Magazine
Penulis Lepas dan Konsultan Editorial
amel.abdullah@yahoo.com Santi Soekarno INDONESIA Editor Kepala, majalah wanita Muslim Alia di Jakarta
Editor Senior The Brunei Times di Bandar Seri Begawan
Illustrator: Mohd. Khazreen Mohd. Khalid
MALAYSIA Sarjana Muda Seni dan Desain (Industrial Design Engineering, University Technology Mara)
freeweb.com/idreka id_reka@yahoo.com Daftar Isi Rahasia Satu Cintai Ibumu Kisah tentang Seorang Pria dan Ongkos Masuk
Rahasia Dua Bijaklah Memilih Jalan Hidup
Kisah tentang Seorang Pria dan Jalannya
Rahasia Tiga Bangunlah Pagi-Pagi Kisah tentang seorang Ibu Rumah Tangga dan Sekantung Gula
Rahasia Empat Hadapi Tantangan dengan Antusias
Kisah tentang Nelayan dan Hiu
Rahasia Lima Bidik dan Perjuangkan Kisah tentang Perjalanan 10 Mil
Rahasia Enam Binalah Hubungan Kisah tentang Petani dan Benih Jeruknya
Rahasia Tujuh Berteguhhatilah Kisah tentang Seorang Pria dan Lomba Bergantung
Rahasia Delapan Asah Kemahiran Komunikasimu
Kisah tentang Seorang Operator Telepon dan Penelepon
Rahasia Sembilan Ucapkan dan Laksanakan Kisah tentang Sang Pemanah dan Ceramahnya
Rahasia Sepuluh Cermatlah Memilih Kata Kisah tentang Seorang Guru Taman Kanak-kanak dan Eksperimennya
Rahasia Sebelas Kelola Waktumu Kisah tentang 1001 Kepingan Gambar
Rahasia Dua Belas Siagalah Menyambut Kesempatan dalam Hidup
Kisah tentang Seorang Pandai Besi dan Muridnya
Rahasia Tiga Belas Alang Berjawab, Tepuk Berbalas
Kisah tentang Bumerang Rahasia Empat Belas Setengah Penuh atau Setengah Kosong
Kisah tentang Fred dan Mabel
Rahasia Lima Belas Jadikanlah Sabar Prinsipmu
Kisah tentang Seorang Bocah Perempuan dan Telur-Telurnya
Rahasia Enam Belas Gigihlah Kisah tentang Seorang Pria dan Tanah Gersangnya
Rahasia Tujuh Belas Dahulukan Kita Kisah tentang Seorang Pria Kantoran
Rahasia Delapan Belas Berserahlah Kepada Tuhanmu
Kisah tentang Kemarin, Hari Ini, dan Esok
Rahasia Bonus Temukan Kecintaanmu Kisah tentang Seorang Pria dengan Pekerjaan yang Sempurna
Pengantar Sheik Yusuf Estes Satu Tiket ke Surga Membuka peluang yang sangat baik bagi kita semua untuk kembali mengakrabi hidup. Dewasa ini, ungkapan "hidup di jalur cepat" paling tepat menggambarkan apa yang hampir kita semua jalani setiap hari. Segalanya seperti berkelebat begitu saja hingga kita hampir tidak punya kesempatan untuk merenungkan arti semuanya, atau bahkan untuk berhenti sejenak untuk menikmati harumnya sekuntum mawar. Memang sudah waktunya seseorang menghadirkan buku yang menawari kita peluang untuk berhubungan dengan sisi spiritual kita, supaya kita bisa memilah-milah maksud dan makna di balik apa yang kita kerjakan sekarang dan ke mana kita menuju.
Penulis buku ini memanggil dirinya sendiri hanya dengan panggilan Sis Zabrina. Saya mengenalnya sebagai seorang penulis motivasional yang sangat handal sekaligus seorang kolumnis untuk media cetak maupun online. Tulisan-tulisannya berhasil menangkap hakikat pengalaman hidup sehari-hari dengan cara yang kreatif dan segar. Dia mengingatkan pembacanya akan keindahan dan kesederhanaan hidup sambil membuat kita berpikir dan meresapi apa yang sebenarnya terjadi di sekitar kita. Kesederhanaan hidup terpantul lewat gayanya yang bersahaja dalam menyajikan karya yang indah ini. Sis Zabrina, seorang Muslim yang taat, menawarkan kepada kita peluang untuk mengintip ajaran-ajaran yang sudah berusia berabad-abad yang diajarkan para nabi dan rasul Allah yang Mahakuasa, al-Qur'an, serta ajaran Muhammad (saw).
Satu Tiket ke Surga Bukan sekedar buku tentang spiritualitas atau tentang merasa nyaman dengan hidup ini seperti buku-buku lainnya. Sebenarnya, buku ini dapat menjadi ilham bagi siapa saja di dunia dewasa ini. Apa pun latar belakang keyakinan atau sosial seseorang,Satu Tiket ke Surga sanggup membawa perubahan yang berarti dalam cara kita memandang kehidupan dan, yang lebih penting, cara kita memetik manfaat dari pengalaman, serta mengubah persoalan menjadi kesempatan, dan kegagalan hidup menjadi peluang untuk berhasil.
Satu Tiket ke Surga Juga dapat dinikmati oleh mereka yang tidak menganut keyakinan agama tertentu. Gaya penulis bisa dibilang unik dan cocok untuk semua orang di mana pun berada. Satu Tiket ke Surga menggambarkan dengan tegas kepaduan masyarakat dan persaudaraan unt
uk seluruh umat manusia dan menyuguhkan solusi-solusi yang signifikan bagi banyak persoalan yang paling serius dalam hubungan kita sehari-hari. Alur tulisannya yang unik membesarkan hati dan mengingatkan kita, bukan menggurui atau menegur, untuk bahu-membahu dalam membangun dunia yang lebih baik demi kebaikan bersama.
Satu Tiket ke Surga Dapat membawa perubahan dalam hidup siapa pun yang menyisihkan waktu untuk membaca dan merenungkan nasihat dan inspirasi yang datang sangat tepat waktu ini. Saya merekomendasikan buku ini sebagai bacaan, hiburan, dan pemerkaya jiwa.
Ajakan saya kepada kita semua, "Baca dan renungkan."
Sheik Yusuf Estes Imam Muslim Nasional WASHINGTON D.C, AMERIKA SERIKAT
6 Juli 2007 Prakata Bertahun-tahun lalu, di saat aku belum benar-benar dewasa, kudengar seseorang berkata, hidup ini penuh dengan pasang surut. Sekian tahun kemudian, rasanya aku tetap belum tahu makna seutuhnya, tetapi, melalui pengalaman pribadi dan pengamatan atas berbagai kejadian di sekitarku, aku yakin, aku sudah memiliki gambaran kasar mengenai maksud pasang surutnya kehidupan. Kecintaan dan hasratku untuk mengeksplorasi misteri kehidupan, telah menuntunku melakukan perjalanan yang membuatku menemukan berbagai persahabatan indah sepanjang perjalanan. Dari para sahabat itu, aku belajar banyak tentang kehidupan selagi kami saling berbagi perasaan, pikiran, harapan, kesedihan, kecemasan, ketakutan, keinginan, dan lainnya yang sanggup dirasakan manusia.
Interaksi dengan sekitarku serta pengamatan dari jauh ini mendorongku menulis sebuah buku motivasional yang bertujuan membangkitkan ilham, mendongkrak semangat hidup, menyembuhkan, dan mengundang siapa pun untuk memperbaiki diri sesuai dengan panduan yang diberikan melalui Ayat-ayat Suci dan para Rasul Allah.
Buku ini berisi 18 kisah dengan beragam tema yang disesuaikan dengan berbagai kesulitan kehidupan modern-tantangan dan halangan yang agaknya dihadapi oleh umat Islam di seluruh dunia. Satu kisah bonus dari blog-ku juga disertakan sebagai hadiah khusus.
Setiap kisah ditulis dengan unik untuk mengusik dan menggugah paradigma berpikir pembaca, dengan sasaran akhir menunjukkan bagaimana kita dapat mencapai keberhasilan di kedua dunia sementara identitas Muslim kita tetap utuh terjaga.
Jika Anda perlu dorongan semangat, perlu berubah untuk menjadi orang yang lebih positif, ingin mengetahui kemudahan praktik-praktik Islami, ingin memperbaiki hidup, atau sekadar menginginkan bacaan ringan, inilah buku untuk Anda.
Buku ini telah diverifikasi oleh para ahli yang telah menguji keotentikan dan keabsahan penggunaan ayat-ayat al-Qur'an dan hadis-hadis yang dikutip.
Silakan menikmati, dan semoga Allah memberkahi kita semua dengan keberhasilan dunia dan akhirat nanti, insyaallah.
Jazakum Allahu khairan, dan damai untuk kita semua.
Zabrina A. Bakar Rahasia Satu Cintai Ibumu Kisah tentang Seorang Pria dan Ongkos Masuk
~Seorang wanita laksana bunga yang indah dan harum di dalam bejana. Maka hidulah dia dengan lembut, jangan mengasahnya. ~ Peribahasa Arab
Saat itu hari Minggu pagi dan ayahku baru saja menerima telepon dari adik perempuanku. Adikku akan melahirkan. Jadi, sudah tentu, kami semua bergegas ke rumah sakit untuk menemuinya di sana.
Beberapa jam kemudian adikku melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik, Masyaallah, Rasanya baru kemarin adikku itu, dia sendiri, masih seorang bayi-adik bayiku.
Aku ingat hari pertama dia masuk sekolah. Dengan tas kotak kecil dan wajah lugu, seragam yang lucu, dan rambut diekor kuda, dia melangkahkan kaki ke sekolah untuk pertama kalinya. Rasanya seperti baru dua kedipan mata dan, tiba-tiba saja, dia sudah dewasa! Masyaallah1. Aku masih ingat hari-hari dan malam-malam yang kami lewatkan bersama. Dua gadis kecil yang baik dan patuh
sekaligus nakal dan bandel, yang kadang membuat ibu kami kesal.
Karena waktu itu kelakuan kami seperti gadis remaja umumnya (perhatikan frasa 'waktu itu'!), kami bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk memper-bincangkan, merintang waktu
dengan cerita-cerita yang sebenarnya tidak banyak bermanfaat bagi kami. Seperti kelompok paduan suara, kami biasa mengenakan baju yang persis sama, saling menggoda dan menghibur dan yang paling asyik adalah bahwa waktu itu adikku selalu meniru apa pun yang kulakukan. Yah, pada masa itu kakaknya adalah idolanya. Lagi pula, apa ada orang yang tidak memuja dan meniru apa saja yang dilakukan saudara-saudaranya yang lebih tua"
Tetapi, seperti kata Cinderella, itu "Dahulu kala." Sekarang, adik bayiku itu sudah jadi ibu dengan bayinya sendiri.
Ini bukan lagi permainan pura-pura yang biasa kami mainkan. Ini sungguhan.


Satu Tiket Ke Surga Karya Zabrina A. Bakar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sebelum adikku melahirkan, aku suka sekali mendengarkan cerita-ceritanya tentang bayinya yang akan segera lahir itu. Dia menuturkan perasaannya yang bahagia sebab ada makhluk lain yang sedang tumbuh di dalam dirinya, yang menendang-nendang dan bergerak-gerak. Kadang dia bahkan bisa melihat jari mungil, atau mungkin siku, menyodok dari dalam perutnya.
Sejak awal kehamilan, cinta adikku pada bayinya yang masih dalam kandungan itu begitu jelas dan nyata. Dia memperhatikan makanan dan minumannya, menjaga gerak-geriknya, dan mencemaskan banyak hal lain yang sebelumnya tidak pernah dia pedulikan.
Pantas saja Sophia Loren pernah berkata,
"Seorang ibu selalu harus berpikir dua kali, sekali untuk dirinya sendiri dan sekali untuk anaknya."
Itu benar-benar berlaku pada adikku, dan aku yakin juga berlaku pada banyak perempuan lain yang membawa " keajaiban hidup" dalam rahim mereka.
Memang, bayi adalah keajaiban yang demikian menakjubkan dalam hidup, Masyaallah, Allah telah mengingatkan kita bagaimana kita diciptakan oleh-Nya dalam rahim ibu kita...
Ia ciptakan kamu dari satu orang saja, kemudian Ia jadikan darinya istrinya; dan Ia turunkan delapan pasang hewan ternak untukmu. Ia ciptakan kamu dalam perut ibumu, kejadian demi kejadian, dalam tiga selubung kegelapan. Itulah Allah, Tuhanmu, Kepunya-an-Nyalah kerajaan. Tiada Tuhan selain Ia. Maka bagaimana kamu dapat dipalingkan" [Az-Zumar 39: 6]
Hari itu para dokter membutuhkan waktu sekitar empat puluh menit untuk mengeluarkan makhluk mungil pembawa kebahagiaan ini ke dunia. Perawat lalu membawa bayi adikku ke ruang tunggu agar ipar laki-lakiku bisa membisikkan azan dan ikamah ke telinga bayinya yang baru lahir.
Begitulah, aku mendapat kehormatan menjadi salah seorang yang pertama melihat anggota baru keluarga kami. Aku memotretnya untuk kenang-kenangan. Dia tampak begitu murni dan suci. Matanya terpejam, tetapi tangan dan kaki mungilnya bergerak perlahan di bawah selimut yang membungkusnya.
Kukecup dia dengan lembut dan kupejamkan mata sewaktu menghirup keharuman dari Surga itu. Kalian tahulah, bau bayi. Parfum paling harum di seantero dunia! Belum ada perusahaan kosmetik yang sanggup men-ciptakan keharuman yang begitu memesona, mendekati saja tidak. Dan, ketika bibirku menyentuh pipinya yang halus dan lembut, aku sudah jatuh cinta padanya... Itulah mukjizat lain dari Allah-perasaan cinta, Masyaallah,
Beberapa menit kemudian para perawat mendorong adikku keluar dari ruang operasi. Dia masih terbaring di tempat tidur dorong. Dia kelihatan lelah, tetapi wajahnya berseri. Adikku menanyakan bayinya. "Dia cantik dan manis," kataku dan kuberi adikku itu ciuman di pipi. "Selamat, ya." Adikku tersenyum lemah.
Betapa beruntungnya adikku karena sekarang dia sudah diangkat oleh Allah ke kedudukan yang sangat tinggi dalam hidup. Ya, itu betul. Dia sekarang seorang ibu. Ibu adalah status istimewa yang Allah limpahkan kepada perempuan-perempuan pilihan sejak penciptaan manusia pertama kalinya sampai hari ini. Menjadi ibu adalah sesuatu yang diimpikan sebagian besar wanita, namun tidak semua dari kita mendapat kehormatan itu.
Kedudukan yang terhormat ini ditegaskan oleh Nabi Muhammad (saw) ketika beliau menasihati seorang sahabat agar memperlakukan sang ibu dengan baik.
Mu'wiyah Ibn Jahimah (ra) menuturkan bahwa dia pernah menemui Nabi (saw) dan berkata, "Wahai, Rasulullah! Aku berniat pergi berjihad. Aku datang menemuimu untuk meminta nasihatm
u." Nabi bertanya kepadanya, "Apakah ibumu masih hidup"" "Ya," jawab Jahimah. Kemudian Nabi berkata, Teguhlah berbakti kepadanya karena Surga terletak di bawah telapak kakinya." [An-Nasa'i]
Surga! Masyaallah, Coba bayangkan status yang diberikan Allah kepada perempuan-perempuan istimewa yang disebut ibu ini.
Apakah kita sudah benar-benar memahami pentingnya hadis ini" Mampukah kita untuk sekedar mulai memahami dan menghargai kemuliaan dan tingginya status ibu kita" Sanggupkah kita mengerti bagaimana status seorang wanita dinaikkan begitu dia melahirkan seorang anak" Para wanita yang sudah jadi ibu itu pastilah makhluk-makhluk yang sangat istimewa hingga diberi kedudukan yang demikian hebat oleh Allah, bukan begitu"
Suatu kali, Nabi Muhammad (saw) membahas bagaimana kita semua harus menghormati dan mendampingi ibu kita.
Abu Hurairah (ra) berkata: "Seorang laki-laki menemui Rasulullah (saw) dan berkata, Ya Rasulullah, siapakah di antara keluargaku yang paling berhak kudampingi"" Nabi berkata, 'Ibumu." Laki-laki itu bertanya, 'Lalu siapa"' Nabi berkata, 'Ibumu." Laki-laki itu bertanya lagi, 'Kemudian siapa"" Beliau berkata, 'Ibumu.' Laki-laki bertanya kembali, 'Setelah itu siapa"' Nabi menjawab, 'Ayahmu."
[Al-Bukhari dan Muslim.] Subhanallah, Mahasuci Allah. Hadis ini menun-jukkan kepada kita bahwa ibu kita tidak hanya sangat penting bagi kita jika kita ingin masuk Surga, tetapi mereka juga harus menjadi fokus utama kita di dunia ini bila diban-ndingkan dengan manusia-manusia lain. Ibu kitalah yang oleh Allah telah ditetapkan sebagai orang yang paling layak kita dampingi di dunia ini.
Jika kita sedang berbincang dengan seorang teman, lalu ibu kita memanggil, apa yang semestinya kita lakukan" Jika kita sedang membaca dan ibu kita memanggil, apakah kita memintanya menunggu dengan berkata "Sebentar," atau apakah kita langsung menutup buku dan datang kepadanya" Jika kita sedang tidur dan ibu kita memanggil, apakah kita harus turun dari ranjang atau berpura-pura tidak dengar" Jawabannya ada di sana dalam hadis itu.
Selagi aku merenungkan cerita-cerita yang sering kudengar tentang anak yang tidak memperlakukan orang tuanya sebagaimana mestinya, aku teringat ayat dari al-Qur'an yang bila diterjemahkan berbunyi:
Tuhanmu telah memutuskan agar kamu jangan menyembah yang selain Dia, dan agar kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu. Jika salah seorang dari keduanya, atau keduanya, mencapai usia lanjut selagi dalam pemeliharaanmu, janganlah katakan kepada mereka, "Ah!", dan janganlah bentak mereka, tapi berkatalah dengan kata-kata hormat. Rendahkan hati terhadap keduanya karena kasih, dan katakanlah, "Tuhanku! Kasihilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku semasaku kecil.'
[Al-Isra' 17: 23-24] Aku sangat mujur dapat mengenal seorang ibu yang sudah tidak bisa meninggalkan tempat tidur tetapi begitu beruntung dan diberkahi karena mempunyai seorang putra yang mengamalkan ayat di atas. Selama bertahun-tahun, berkali-kali aku menyaksikan bagaimana ketika ibu itu memanggil, sang putra akan langsung meletakkan apa pun yang sedang dia kerjakan dan bergegas menemui ibunya. Dia memandikan, menyuapi, dan duduk di samping ibunya hampir di setiap detik dia ada di rumah. Sang putra, yang belum menikah dan anak semata wayang, merawat ibunya sepanjang hidupnya. Hatiku terharu setiap kali teringat cinta pria ini kepada ibunya. Aku sungguh-sungguh berharap suatu hari kelak punya anak laki-laki seperti pria itu, insyaallah.
Tidakkah kita semua ingin punya putra seperti dia"
Sudah pasti, betul tidak" Kalau begitu, mengapa kita tidak memperlakukan ibu kita seperti pria yang luar biasa ini memperlakukan ibunya"
Jelaslah, ibu pria ini tercantum dalam "Daftar Prio-ritas"-nya. Di sanalah ibu kita sendiri semestinya berada, bukan begitu" Orang nomor satu dalam daftar prioritas kita. Mari pikirkan. Di mana posisi ibu kalian dalam daftar ini"
Kalian ingat yang ditanyakan Yusuf Islam dalam lagunya, My Mother" Dia bertanya, "Siapa yang selalu memeluk kita, membersihkan dan memandikan kita, menyuapi kita, dan menemani kit
a sambil memeluk erat-erat saat kita sakit" Bagaimana dengan satu-satunya orang yang bisa mendengar kita sebelum kita bisa bicara" Menuntun kita sebelum kita bisa berjalan" Dan meng-angkat kita dan membersihkan luka bila kita jatuh""
Benar, teman-temanku. Tak lain tak bukan, ibu kita. Ibu kita...
Izinkan aku bertanya. Adakah di sini orang yang bukan putra atau putri seseorang" Sudah tentu siapa pun di sini dibawa ke dunia ini oleh seorang perempuan, seorang ibu. Dan perempuan inilah yang menanggung sekian jam rasa sakit sewaktu melahirkan, melewatkan malam-malam tanpa tidur, dan menahan perasaan, hanya demi melihat kita hidup, bahagia, dan sehat di dunia ini.
Tidak ada laki-laki yang sanggup melakukan tugas ini, tak peduli apa yang dikatakan Arnold Schwarzenegger dalam filmnya, Junior, di tahun 1994.
Sayangnya, meski kita berulang kali diingatkan mengenai pentingnya menghormati, menyayangi, menjaga, berbakti, dan patuh kepada ibu kita, sering kali itulah yang tidak kita lakukan.
Pernah kalian pikirkan mengapa kadang-kadang dorongan untuk tidak patuh itu begitu kuat" Mengapa kita sepertinya selalu terdorong untuk berkata, "Nanti, Bu!" bila ibu kita meminta tolong untuk mengerjakan tugas-tugas rumah tangga" Terdorong untuk melawannya" Menolaknya" Mengapa orang-orang kadang merasa bahwa merawat ibu mereka yang sudah tua adalah beban" Yah, kita bisa melihat bukti kecenderungan ini dari semakin banyaknya panti wreda, betul tidak"
Mari kita renungkan lagi hadis yang diakhiri dengan kalimat ini "...Nabi (saw) berkata, Teguhlah berbakti kepadanya karena Surga terletak di bawah telapak kakinya."
Astaghfirullah, semoga Allah mengampuniku. Inilah sebabnya kita merasakan dorongan itu. Aku benar-benar bisa memahami sekarang.
Kurasa cara paling sederhana untuk memandang masalah ini adalah begini.
Pada ibu kitalah Surga terletak, betul tidak" Nah, aku ingin bertanya. Siapa yang tidak ingin kita masuk Surga" Ayolah, kalian sudah tahu jawabannya.
Benar, jawabannya adalah setan, iblis, makhluk yang melanggar perintah Allah. Nah, apa janji mereka kepada Tuhan kita"
Coba pikirkan lagi. Gara-gara kita (manusia), Setan dan anak buahnya dihukum ke Neraka-karena itu, sebagai pembalasan dendam, mereka sudah berikrar akan mengajak sebanyak mungkin manusia untuk menemani mereka. Sebenarnya, mereka ingin seluruh umat manusia
mendampingi mereka melangkah di atas "karpet merah" menuju Neraka. Seperti konvoi besar-besaran. Semakin banyak semakin meriah, betul tidak"
Dalam hal ini, tidak. Naudzubillah, kami berlindung kepada Allah.
Nah, ayo kita rangkum seluruh informasi ini. Sesudahnya, kita tentu bisa menjawab pertanyaan mengapa kita selalu terdorong untuk melawan ibu kita.
Inilah kata-kata kuncinya:
Ibu. Kunci. Surga. Setan. Mendampingi. Neraka.
Sudah terjawab teka-tekinya" Astaghfirullah,
Aku tidak akan pernah melupakan perkataan Kak Ali dari Ummah Films dalam salah satu klipnya. "Setan brengsek. Paling brengsek!" Dia benar sekali. Izinkan aku menyampaikan cerita yang dikutip dari buku Love is the Wine, karya Syeikh Muzaffer Ozak.
Pada suatu hah, Ibrahim bin Adham mencoba memasuki sebuah tempat mandi umum. Si penjaga menghentikannya dan meminta ongkos masuk. Ibrahim tertegun dan mengaku bahwa dia tidak punya uang.
Si penjaga menjawab, "Kalau tidak punya uang, kau tidak boleh masuk." Ibrahim memekik dan tersungkur ke tanah sambil terisak sedih. Seorang pejalan kaki ber-henti untuk menghiburnya. Seseorang menawarinya uang agar dia bisa masuk ke tempat mandi umum itu.
Ibrahim bin Adham berkata, "Aku menangis bukan karena ditolak masuk. Ketika penjaga itu meminta uang masuk, aku teringat sesuatu yang lalu membuatku menangis. Jika aku tidak diperbolehkan masuk ke tempat mandi umum di dunia ini kecuali jika aku membayar ongkos, apa
ada harapan bagiku untuk diperbolehkan masuk Surga" Apa jadinya aku bila mereka menuntut, "Amal baik apa yang kaubawa" Apa yang sudah kau perbuat hingga kau layak diizinkan masuk Surga"" Persis seperti aku ditolak masuk tempat mandi ini karena aku tidak bisa membaya
r, sudah pasti aku akan ditolak masuk Surga jika aku tidak punya amal baik. Itulah sebabnya aku menangis dan meratap."
Semua yang mendengarkan pun merenungkan hidup dan amalan mereka sendiri, dan mereka mulai menangis bersama Ibrahim bin Adham.
Astaghfirullah, Betapa benarnya kata-kata yang dituturkan itu! Sewaktu membaca cerita ini, aku juga menyadari sesuatu. Tidak perlu otak genius untuk menyadari alur cerita ini.
Satu tiket menuju Surga, menuju tempat tinggal abadi kita, terletak pada kepatuhan dan rasa berbakti kita kepada ibu kita. Beliau adalah salah seorang pemegang tiket dan menyimpan salah satu tiket kita untuk masuk Surga.
Aku ingin bertanya. Apakah kalian mau tiket menuju Surga, teman-teman" Apakah kalian masih punya kesempatan untuk membuat pemegang tiket kalian bahagia" Apakah kalian masih punya kesempatan untuk berbakti kepada mereka" Untuk berbicara dengan lembut kepada
mereka" Untuk bersikap baik kepada mereka" Bagaimana"
Jangan biarkan kesempatan kalian terbuang percuma, saudara-saudaraku. Pemegang tiketku sudah lama tiada, dan aku benar-benar rindu padanya. Seandainya saja aku masih bisa melayaninya. Tapi, sekarang ini, aku hanya bisa berharap dan berdoa bahwa, entah bagaimana, sewaktu beliau masih hidup aku membuatnya bahagia. Aku hanya bisa berdoa semoga beliau sudah memaafkanku atas kesalahan apa pun yang mungkin sudah kulakukan.
Jika pemegang tiketmu masih ada bersamamu, pergilah menemuinya sekarang. Cium tangannya, dan buatlah dia bahagia. Belailah wajahnya, dan katakan kau mencintainya. Pergilah dan penuhilah tanggung jawabmu supaya kau diperbolehkan masuk ke satu-satunya tempat kita ingin berada untuk selama-lamanya. Surga.
Pergilah... Rahasia Dua Bijaklah Memilih Jalan Hidup
Kisah tentang Seorang Pria dan Jalannya
~ Kau harus mendayung perahumu sendiri. ~
Peribahasa Amerika Hari itu, selagi membaca forum Internet yang setiap hari ku-kunjungi, aku melihat sebuah artikel yang dikirim oleh salah seorang anggota. Judulnya" Bersediakah Kau Menikahimu" Wah..., pertanyaan yang menarik, bukan" Aku terkikik melihat kata-kata di layar laptop-ku. Judul itu memang cukup menggelitik sampai-sampai aku langsung menegakkan badan dan, jujur saja, aku penasaran ingin tahu bagaimana tanggapan orang-orang!
Beberapa menit setelah membaca artikel itu aku masih di sana, duduk bersandar di kursiku, termenung. Artikel itu mengajakku memikirkan semua tingkah laku dan kebiasaanku sendiri lalu mengajukan satu pertanyaan penting ini kepada diriku sendiri:
Jika aku berkenalan dengan seseorang (yaitu diriku sendiri) yang memiliki karakteristik, tingkah laku, dan sikap seperti ini, bersediakah aku menikahinya"
Aku diharapkan becermin pada tingkah lakuku sekarang ini, dan itulah kuncinya: bukan tingkah laku atau karakter yang ingin kumiliki di masa depan. Periode evaluasinya adalah sekarang, yang sedang berlangsung, kini, dan saat ini.
Aku mulai berpikir. Metode ini bagus sekali. Hmm... Bersediakah aku menikah denganku" Yang mengejutkan, aku sadar bahwa pikiran jujurku menjawab, "Mungkin," dan bukan, "Sudah pasti," atau "Tentu saja!" Karena itu, aku lalu bertanya kepada diriku sendiri hal-hal apa yang semestinya kulakukan untuk membantuku mengubah jawaban dari mungkin menjadi ya yang mantap" Dan, begitulah, aku mulai menyusun satu daftar lagi.
Metode ini begitu ampuhnya hingga aku memutuskan untuk menggunakan alur pertanyaan yang sama untuk menanyakan kepada diriku sendiri hal-hal lain juga, seperti: Bersediakah aku berteman denganku" Bersediakah aku mempercayaiku" Maukah aku mencintaiku" Maukah aku menjadi atasanku" Bersediakah aku menjadi muridku" Atau, bahkan: Bersediakah aku punya putri sepertiku" Oke, aku tahu tiga yang terakhir itu kedengarannya sedikit aneh, tapi kurasa kalian tahu maksudku, bukan"
Supaya lebih mudah dimengerti, kalian bisa menyusun berbagai pertanyaan tadi dalam format lain: Bersediakah aku menerimaku sebagai teman" Maukah aku mempercayai orang sepertiku" Maukah aku mencintai orang yang persis seperti aku" Inginkah aku bekerja dengan o
rang sepertiku" Dan seterusnya. Hmm...
Aku geli melihat jawaban-jawaban yang kuberikan untuk setiap pertanyaanku itu. Hasilnya menegaskan bahwa aku ini hanyalah manusia biasa (basi!), yang banyak kekurangan (dobel basi!)-dan sudah pasti perubahan perilaku akan mendatangkan manfaat bagiku. Tentu saja aku tersenyum sewaktu menatap daftar yang gamblang mengenai diriku sendiri ini, dan aku sadar bahwa artikel itu sebenarnya tentang perubahan. Memperbaiki diri. Berusaha. Transformasi.
Artikel itu menyajikan cara yang sangat bagus untuk menilai sendiri karakter dan perilaku sehari-hari kita saat ini. Tidak ada pertanyaan pilihan ganda dan mencocokkan yang memberitahukan siapa kita. Hanya satu pertanyaan dan kita harus memikirkan sendiri jawabannya.
Allah, sang Khalik, sudah mengajari kita pentingnya bertanggung jawab atas tindakan-tindakan kita sendiri:
Bagi siapa di antara kamu yang hendak mendahului, atau tinggal di belakang saja. Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. [Al-Muddatstsir 74: 37-38]
Subhanallah, Kita semua akan diminta oleh Allah untuk menjelaskan tindakan kita masing-masing, dan yang terpenting adalah bahwa kita harus bertanggung jawab atas tindakan-tindakan itu. Bertanggung jawab. Dua kata yang membuatku tidak bisa tidur beberapa malam... Mari kita ingat hadis ini:
Abdullah bin Umar meriwayatkan bahwa Rasulullah berkata, "Masing-masing dari kamu adalah pelindung dan bertanggung jawab atas tanggungannya. Pemimpin yang berkuasa atas rakyatnya adalah pelindung dan bertanggung jawab atas mereka; seorang pria adalah pelindung keluarganya dan bertanggung jawab atas mereka; seorang wanita adalah pelindung rumah dan anak-anak suaminya dan bertanggung jawab atas mereka; seorang pelayan adalah pelindung harta benda tuannya dan bertanggung jawab atas barang-barang itu; maka kalian semua adalah pelindung dan bertanggung jawab atas tanggungan kalian."
[Al-Bukhari dan Muslim] Berkat hadis di atas, di dalam hati aku tahu bahwa aku harus berubah dan mengubah apa pun di dalam diriku yang tidak konsisten dengan agamaku karena, suatu hari kelak, aku akan ditanya oleh Tuhanku. Hal ini mem-buatku sadar akan sesuatu yang sangat berat. Bayangkan saja, namaku dipanggil di depan seluruh umat manusia, semuanya, mulai dari Adam sampai manusia yang terakhir dilahirkan. Semua mata tertuju padaku... lalu, seluruh kesalahanku dibeberkan dan ditunjukkan kepada semua orang. Betapa kikuknya, betapa memalukan, betapa terhina rasanya. Rasanya aku tidak sanggup menghadapi peristiwa itu. Benar-benar tidak sanggup. Memikirkan saja sudah membuat lututku gemetar. Astaghfirullah, Ampuni aku, Tuhan-ku...
Aku harus menghindarkan diriku dari saat-saat yang menghinakan itu. Aku tahu aku harus mengubah semua yang tidak baik di dalam diriku, sedikit demi sedikit.
Memang perlu waktu, tetapi harus kulakukan.
Aku teringat nasihat Nabi Muhammad (saw) tercinta:
Nabi Muhammad (saw) bersabda, "Barang siapa, di antara kalian, melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia membetulkan dengan tangannya; dan jika ia tidak punya cukup kekuatan, hendaklah ia membetulkan dengan lidahnya; dan apabila ia tidak mampu juga, hendaklah (menentang kemungkaran itu) dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya Iman" [Muslim]
Selama ini aku mendengar hadis ini selalu digunakan oleh orang-orang Muslim sewaktu menganalisis perilaku orang lain. Namun, aku merasa nasihat dari Nabiku ini paling tepat bila diterapkan pada perilaku diri sendiri.
Beliau berkata bahwa, jika kita melihat suatu kemungkaran, kita harus membetulkan dengan tangan kita. Tangan, menurut para pemikir, mengacu pada tindakan. Jadi, jika aku sadar bahwa ada hal-hal yang tidak baik di dalam diriku, bukankah seharusnya aku menerapkan juga hadis ini pada diriku sendiri"
Aku yakin begitu. Ya, ini berarti aku harus mengubah perilaku apa pun yang tidak sepantasnya, bukan" Mengubah dengan tanganku. Mengubah dengan tindakanku, tindakan yang akan membantu mengubah perilakuku sekarang menjadi perilaku baru yang konsisten dengan yang Allah inginkan.
Aku tahu itu harus kulakuk
an sendiri karena Allah sudah berfirman dalam al-Qur'an yang Mulia, yang bila diterjemahkan berbunyi:
Yang demikian itu karena sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada suatu kaum hingga kaum itu mengubah keadaannya sendiri. Dan Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui [Al-Anfal 8:53]
Jika aku tidak mengubah perilakuku sendiri dengan tindakanku, perilakuku itu akan tetap sama. Allah tidak akan mengubahkan untukku jika aku sendiri menolak mengubah perbuatanku, atau sifatku, sekarang juga. Semuanya terserah padaku. Ini jelas sekali. Ubah diriku sendiri, atau kalau tidak, aku tidak akan pernah berubah. Allah berfirman Dia tidak akan mengubah siapa pun sampai mereka mengubah diri mereka sendiri.
T-I-D-A-K A-K-A-N. Tetapi, Allah juga memberi tahu bahwa jika aku benar-benar bertaubat kepada-Nya, Dia akan memberiku ini...
Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya [An-Nur 24:31]
Ahh... berjaya! Itu salah satu kata favoritku, sungguh.
Aku suka sekali ayat ini karena isinya adalah satu panduan sederhana yang memungkinkan kita berhasil baik di dunia ini dan di Akhirat nanti. Kata "supaya" dalam "supaya kamu berjaya" terdengar seperti jaminan. Seperti, minumlah supaya dahagamu terlepaskan. Makanlah supaya rasa laparmu hilang. Belajarlah supaya kamu lulus ujian. Turutilah Allah supaya kamu berjaya. Jaminan dari Allah! Ingin berubah" Bertaubatlah. Begitulah sabda Tuhan kita.
Aku ingin berbagi dengan kalian sebuah buku "mikro" yang pernah kubaca, sebuah cerita superpendek yang memuat lima adegan dengan analogi yang pantas disebarkan...
Adegan 1: Aku menyusuri sebuah jalan, dan ada lubang yang dalam di trotoar. Aku terperosok. Lama sekali aku baru bisa keluar. Kejadian itu bukan salahku.
Adegan 2: Aku menyusuri jalan yang sama. Aku terperosok lagi ke dalam lubang. Aku tetap perlu waktu lama untuk keluar. Itu salahku.
Adegan 3: Aku menyusuri jalan yang sama. Aku terperosok lagi ke dalam lubang. Rupanya sudah jadi kebiasaan. Itu sudah jelas salahku. Aku cepat-cepat ke luar dari lubang.
Adegan 4: Aku menyusuri jalan yang sama dan melihat lubang yang dalam di trotoar. Aku berjalan mengitari lubang.
Adegan 5: Aku mengambil jalan yang lain.
Bagus, bukan" Akhirnya sang narator menyusuri jalan lain. Cerita ini ditulis dengan sangat indah karena sangat sederhana dan tidak berbelit-belit. Dan aku suka sekali kesederhanaan itu. Meski demikian, cerita ini mengandung tuntunan mendasar untuk melakukan perubahan...
Cerita ini membuatku memikirkan beberapa keja-dian yang pernah kualami. Berapa kali aku harus terjatuh ke dalam lubang yang sama" Dua kali" Tiga kali" Coba bayangkan. Bukankah aku akan dianggap orang yang tidak belajar-belajar juga, orang yang bebal, konyol, atau bodoh, jika aku tetap saja jatuh ke dalam lubang yang sama, berulang kali"
Bagaimana dengan kalian, sahabat-sahabatku" Coba pikirkan sesuatu yang selama ini selalu ingin kalian ubah. Dan tanya diri kalian sendiri, sejujur-jujurnya: dalam adegan mana sekarang ini kalian berada dan apa yang semestinya kalian lakukan untuk memastikan bahwa kalian tiba di adegan terakhir"
Renungkanlah jalan yang sekarang kalian susuri. Apakah ada lubang dan kalian terus-menerus terperosok sampai akhirnya menyakiti diri kalian sendiri" Mengapa kalian masih juga terperosok, padahal tahu lubang itu ada" Mengapa sukar sekali bagi kalian untuk berjalan mengitari lubang itu, atau mungkin bahkan mengambil jalan yang lain"
Nah, sobat-sobatku, begini perjanjiannya. Jika ada lubang di jalan yang sekarang sedang kalian susuri, pindahlah ke adegan lain, atau, lebih baik lagi, pilihlah jalan yang lain. Jika tidak, kalian berisiko menyakiti diri
sendiri seandainya kalian terperosok. Bagaimanapun juga, kalian harus memutuskan dan mewujudkan perubahan itu. Kalian harus berani. Harus tegar. Wujudkan peru-bahan yang akan membuat kalian berjaya. Wujudkan perubahan yang diperlukan itu demi Allah. Ambillah jalan lain.
Ingat, teman-temanku, Allah-lah yang berjanji. Buka
n aku. Bukan orang tua kalian. Bukan teman-teman kalian. Bukan bos kalian. Itu adalah janji Pencipta kita, Tuhan kita, yang Mahakuasa.
Berubahlah. Bertaubatlah kepada-Nya. Dan berjayalah.
Adakah yang lebih baik bagi kita dalam hidup ini selain janji-Nya"
Rahasia Tiga Bangunlah Pagi-Pagi Kisah tentang Seorang Ibu Rumah Tangga dan Sekantung Gula
~ Rencanakan tahunmu di musim semi, harimu dikala fajar. ~
Peribahasa Cina Hari itu aku memang bertekad untuk bangun pagi-pagi. Niat telah kuucapkan dan, Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, pukul 4 subuh aku sudah benar-benar terjaga. Aku menyucikan diri dan salat dua rakaat, memohon ampunan dan rahmat-Nya bagi hidupku, hidup orang-orang yang kucintai, dan seluruh umat Muslim, yang sudah meninggal maupun yang masih hidup.
Lalu aku mengeluarkan laptop-ku, turun ke lantai bawah, dan mengatur sofa agar menghadap balkon rumahku. Kubuka jendela geser besar yang menutup dinding dan kubiarkan angin semilir yang sejuk dan menyegarkan mengembus wajahku. Subhanallah, Sungguh pagi yang indah.
Jalaludin Muhammad Rumi (1207-1273), seorang filsuf Muslim, benar ketika dia berkata:
Angin siliran di kala fajar membawa rahasia untukmu. Janganlah kembali tidur.
Aku mulai menulis sampai kudengar panggilan azan Subuh. Cepat kutinggalkan laptop-ku dan menunaikan kewajiban pagi bagi Tuhan-ku. Sekitar sepuluh menit kemudian aku sudah kembali memegang laptop. Sepanjang menulis aku merasa lebih bersemangat dan segar bugar.
Tak lama berselang, terdengar suara kicauan yang merdu. Sub-hanallah. Burung-burung itu! Kuraih kameraku lalu berlari menaiki tangga ke balkon di lantai atas. Karena di luar masih sangat gelap, aku tidak bisa mengambil foto yang benar-benar bagus, tapi aku bisa melihat sosok-sosok burung yang beter-bangan, sendirian dan berkelompok, di langit di atasku.
Aku teringat pertanyaan yang Allah ajukan dalam Kitab-Nya...
Tidakkah mereka memerhatikan burung-burung terbang patuh di angkasa" Tiada yang menahan mereka kecuali Allah [tidak ada yang memberi mereka kemampuan untuk terbang kecuali Allah]. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang beriman (pada Keesaan Allah)
[An-Nahl 16: 79] Tiadakah mereka memerhatikan burung-burung di udara, betapa mereka mengembangkan dan mengatupkan sayap" Tiada yang menahan mereka kecuali
Yang Maha Pemurah (Allah). Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu.
[Al-Mulk 67: 19] Itulah bukti nyata Kebesaran-Nya. Mau tak mau aku tenggelam dalam gema merdu selaras yang disuarakan burung-burung itu, dan terpukau melihat cara mereka lepas landas. Mula-mula mengepakkan sayap sebelum mencapai kecepatan yang tepat, membumbung, dan menukik. Berputar, dan berbalik lincah. Lalu, di titik-titik tertentu di angkasa, mereka melayang anggun dan akhirnya menemukan tempat mendarat di salah satu cabang pohon. Subhanallah.
Takkah kalian rasakan hati berdetak sedikit lebih cepat" Takkah kalian rasakan damai hanya dengan membayangkan burung itu terbang" Allahu Akbar,
Selagi mengamati burung-burung itu, kuperhatikan bahwa tidak ada hewan lain di sekitarnya. Aku terkekeh ketika sadar bahwa mungkin inilah penyebab terciptanya ungkapan "Burung yang bangun pagi yang mendapat cacing" dan bukan "Kucing yang bangun pagi yang mendapat ikan" atau "Anjing yang bangun pagi yang mendapat tulang"! Mungkin, beratus tahun lalu, ada seseorang yang sedang mengamati saat-saat subuh persis seperti aku, yang lalu menciptakan ungkapan populer itu. Pikiran itu membuat hatiku berbunga.
Lalu tak lama, berkas-berkas kuning sinar matahari mulai muncul, mencari jalan menembus kegelapan. Perlahan, langit berubah merah muda dengan semburat biru. Subhanallah, Tak pernah aku melihat keindahan seperti ini. Aku mulai menekan tombol kameraku untuk mengabadikannya.
Siang harinya, aku duduk dan memikirkan betapa damai perasaanku dan betapa segar pikiranku pagi itu. Aku sungguh menikmati waktu menulisku. Entah bagaimana, aku berhasil menulis jauh lebih banyak daripada yang kukira bisa kula
kukan. Aku menyelesaikan beberapa cerita, bahkan memulai beberapa yang hal baru. Aku suka sekali perasaan berhasil yang sepertinya datang dibawa oleh suasana pagi tadi.
Aku sadar, karunia dan doa yang dipohonkan Nabi (saw) itulah yang memberiku perasaan unik itu. Sungguh.
Sekitar 1427 tahun yang lalu, Nabi kita Muhammad (saw) memanjatkan doa berikut ini untuk kita:
Sakhr al-Ghamidi mengisahkan bahwa Nabi Muhammad (saw) berkata, "Ya Allah, berkahilah umatku pada pagi hari mereka." Bila beliau melepas detasemen atau pasukan, beliau melepas mereka di awal hari. Sakhr adalah seorang saudagar dan dia biasa mengirim barang dagangannya pagi-pagi sekali, dan dia menjadi kaya raya
[At-Tarmidzi dan Ahmad] Sukar dipercaya, bukan" Lebih dari seribu tahun yang lalu, Nabi kita memanjatkan doa untuk seluruh umatnya agar mereka diberkahi di pagi hari. Aku menggeleng-geleng takjub. "Berkahilah umatku," ucap beliau, "pada pagi hari mereka."
Oh, Tuhanku, aku jadi marah pada diriku sendiri. Coba pikirkan, hadis itu menyatakan bahwa satu pasukan dilepas di pagi hari, dan pasukan itu diberkahi. Dan orang ini, Sakhr, memulai pekerjaannya di pagi hari, dan dia me- ngumpulkan banyak harta.
Apa yang kupunya ini" Ini adalah studi kasus yang sempurna berikut jawabannya sekaligus. Tak akan ada satu pun buku bisnis yang mengajarkan soal ini. Sebaliknya, Nabiku mengajariku semua ini. Hanya saja aku tidak menyimak!
Bukankah aku ingin berhasil juga" Bukankah aku ingin mendapat berkah dan manfaat doa yang dipanjatkan Nabi (saw) terkasih untukku (dan yang lainnya) lebih dari seribu tahun yang lalu"
Pantas saja pagi tadi aku penuh ide dan semangat, padahal aku terbangun pukul 4 pagi. Itu berkat doa Nabiku-doa yang sudah pasti dikabulkan oleh Allah (Swt), tak perlu diragukan lagi.
Kalian ingin bukti lain"
Berikut ini satu nasihat lagi yang diwariskan kepada kita:
Abu Huraira meriwayatkan: "Nabi berkata, Agama sebenarnya sangat mudah, dan orang yang terlalu membebani diri dalam agamanya tidak akan mampu terus begitu. Maka, janganlah kalian menjadi ekstremis, tapi berusahalah mendekati kesempurnaan dan terimalah berita baik yang pasti akan kalian terima; dan dapatkan kekuatan dengan beribadah di pagi hari, di malam hari" [Al-Bukhari]
Dapatkan kekuatan dengan beribadah di pagi hari, di malam hari...
Kalian lihat pola yang mulai terbentuk di sini, teman-teman"
Agaknya Nabi sedang memberi tahu kita rahasia kehidupan, kunci untuk membuka peti harta. Rahasia ini adalah kunci untuk membuka PETI HARTA istimewa itu, kalau kalian paham maksudku.
Bangunlah pagi-pagi sekali. Bangkitlah. Bekal hidup kita diberikan selama jangka itu. Dapatkan bekal hidup kalian sebelum matahari terbit. Apa yang kalian tunggu" Ya Allah, mengapa selama ini aku tidak bangun sepagi itu" Pantas saja aku tidak bisa menemukan kunci menuju kelimpahan Allah. Sewaktu aku terjaga, masa pemberian sudah lewat. Astaghfirullah,
Aku akan berbagi sebuah analogi untuk lebih menjelaskan hal ini.
Seorang ibu rumah tangga mendengar bahwa salah satu supermarket akan memberikan satu kantong gula, gratis, kepada siapa saja yang berhasil tiba di supermarket itu antara pukul 5-6 pagi. Karena waktu untuk mendapat gula gratis itu hanya satu jam, hanya mereka yang berusaha tiba tepat waktu saja yang berhak menerimanya.
Si ibu rumah tangga itu sadar bahwa dia ingin sekali mendapat gula gratis itu karena di rumahnya sudah tidak ada gula. Dia juga tahu bahwa, tidak hanya harga gula sedang tinggi, tetapi pasokan gula juga sedang sedikit dan akibatnya gula sukar diperoleh. Untunglah perjalanan menuju supermarket itu hanya dapat ditempuh selama lima belas menit.
Maka, hari itu, dia memutuskan untuk berangkat dari rumah pukul 5.30 pagi menuju supermarket. Sayangnya, dia terjebak kemacetan, dan baru tiba pada pukul 6.05. Dan kesempatannya itu pun hilang.
Gula itu adalah keberhasilan kita. Memang sukar didapat. Dan harga keberhasilan itu tentu saja tinggi. Kemacetan menyerupai ruwetnya pikiran dalam kepala kita yang menyuruh kita kembali tidur ketika kita terjag
a pagi-pagi. Jadi, sahabat-sahabatku tersayang, sebelum aku pergi, izinkan aku mengajukan satu pertanyaan. Apakah kalian akan menjadi si ibu rumah tangga yang berhasil mendapatkan gula, atau apakah kalian akan menjadi si ibu rumah tangga yang datang terlambat"
Pilihannya ada di tangan kalian. Pilihanku sudah kute-tapkan. Dan aku akan berusaha keras untuk ber-pegang pada pilihanku itu.
Tentu saja tidak akan mudah, tetapi kita hadapi sajalah. Tidak ada yang mudah di dunia ini, bukan" Aku tahu nanti aku harus menghadapi banyak kemacetan di perjalanan. Tetapi, pada akhirnya, aku sudah bertekad harus mendapatkan gulaku!
Nah, kepada semua yang di sana, apakah kalian juga menginginkan kantung gula kalian" Apa yang kalian tunggu" kesini dan ambillah. tin-tin-tin! Beri jalan untuk para pencari gula!
Rahasia Empat Hadapi Tantangan dengan Antusias
Kisah tentang Nelayan dan Hiu
~ Tuhan menjanjikan keselamatan pendaratan, bukan
ketenangan perjalanan. ~ Peribahasa Bulgaria Pada suatu hari aku pergi ke toko dealer mobil untuk melihat seri baru mobil impianku. Mereka baru saja meluncurkan model terbaru dan aku terpikat oleh tawaran melakukan uji berkendara. Aku memang selalu menyukai perasaan berada di dalam sebuah kendaraan baru... bau segar interiornya, suara mesinnya yang halus, nyamannya jok kursi baru. Aaah... kalian tahulah maksudku.
Karena aku jarang sekali membeli mobil (bukan berita baru, ya"), aku memanfaatkan kesempatan untuk men-cicip "seperti apa rasanya"" dengan uji berkendara itu.
Uji berkendara hampir sama dengan berjalan di supermarket lalu tenaga-tenaga promosi memberi kalian potongan kecil biskuit, yang selalu saja amat mungil sampai-sampai hampir dapat dipastikan bahwa potongan itu akan terselip di antara geligi kalian hanya dengan satu gigitan. Sampel mungil itu tidak akan membuat kalian kenyang, tapi, paling tidak, kalian jadi tahu seperti apa rasa biskuit itu!
Jadi, kuputuskan untuk melakukan uji berkendara. Tidak ada ruginya, bukan"
Setelah berbicara dengan sang tenaga penjual, aku tahu bahwa beberapa orang sudah membeli mobil model ini. Mobil ini begitu disukai sampai-sampai ada seorang pelanggan, yang sudah lebih dari sepuluh tahun dikejar dan selalu dihubungi si wanita tenaga penjual, akhirnya membeli mobil model ini!
Sewaktu teman baruku ini mengucapkan kalimat itu, yang kudengar hanyalah kata-kata "sepuluh tahun," sedangkan kata-kata selebihnya dalam kalimat itu menguap lenyap! Berkali-kali aku bertanya kepada wanita itu, "Maksudmu kau benar-benar mengejar satu pelanggan selama sepuluh tahun""
"Ya," katanya sambil tersenyum. Tentu saja selama itu dia juga menjual ratusan mobil-kepada pelanggan-pelanggan lain, maksudnya.
Dalam perjalanan pulang aku masih belum bisa percaya bagaimana wanita tadi bisa memiliki tenaga dan kesabaran untuk melakukan hal seperti itu. Maksudku, menurut yang dia katakan kepadaku, selama bertahun-tahun ini setiap kali perusahaan melakukan promosi baru, dia mengundang klien satu ini (yang pada saat itu hanya seorang "kandidat" klien) untuk melakukan uji berkendara. Tanpa kenal lelah dia selalu memberi tahu klien ini perkembangan-perkembangan terbaru.
adang, justru si klien yang menelepon untuk meminta pendapat mengenai sesuatu, dan dengan gembira wanita penjual itu akan menjawab pertanyaan si klien. Aku tidak yakin berapa ratus jam, kalau dijumlahkan, yang dia habiskan untuk melayani "kandidat" klien yang satu ini, sub-hanallah.
Ketika kutanya mengapa dia mengejar kliennya selama itu tanpa kenal putus asa, dia menjawab bahwa seseorang pernah menyampaikan ayat ini kepadanya:
Maka sesungguhnya, bersama kesukaran ada kemudahan. Sungguh, bersama kesukaran ada kemudahan
[Al-Insyirah 94: 5-6] Tidakkah ini menakjubkan" Dia, Tuhan kita, menyebutkan dua kali dalam surat yang sama bahwa bersama setiap kesukaran, ada kemudahan. Selain itu, fakta bahwa yang digunakan adalah kata "bersama" berarti bahwa kesukaran dan kemudahan datang serentak, betul tidak" Bukan sesudah, bukan belakangan... melainkan serentak. Tidakkah kalia
n jadi ingin merangkul semua kesulitan" Mengapa tidak" Dengan kesulitan, ada Tn. Kemudahan!
Baiklah, maafkan aku..., aku tidak akan memaksakan pendapat. Tapi, coba kita renungkan...
Bagaimanapun juga, inilah alasan aku percaya bahwa, tak peduli kesulitan apa yang kuhadapi di dunia ini, aku harus tetap kuat dan tetap tersenyum karena aku tahu bahwa ada sesuatu yang indah sedang bersembunyi di balik semak-semak kesulitan itu-kilau cahaya kemudahan dari Tuhanku, sang Mahakuasa. Mungkin belum terlihat olehku, tetapi bukan berarti tidak ada di sana, betul tidak"
Dan kalian tahu apa yang paling mengagumkan" Aku menemukan bahwa sebenarnya aku bisa meminta kepada Allah apa saja yang aku mau sebagai kemudahan itu. Apa saja yang kumau. Betul! Apa saja. Nah, mengapa aku berkata begitu" Inilah sebabnya:
Dan Tuhanmu berfirman, "Berdoalah kepada-Ku [imanilah Keesaan-Ku dan mintalah kepada-Ku apa saja], niscaya Aku akan menjawab (doamu)"
[Al-Mu'min 40: 60] Allah berfirman bahwa Dia akan menjawab doa-doaku. Hmm. Ini menarik. Mengapa kata yang digunakan adalah "menjawab" dan bukan memberi" Selagi kurenungkan, aku sadar bahwa Allah sudah memberi kita jawaban dalam ayat ini:
Diwajibkan atasmu (orang-orang Muslim) berperang, sekalipun kau tiada menyukainya. Boleh jadi kamu tiada menyukai sesuatu padahal baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tiada mengetahui [Al-Baqarah 2: 216]
Allah Al-'Alim (yang Maha Tahu) telah berfirman bahwa Dia mengetahui segala sesuatu yang tidak kuketahui. Jadi, kapan saja aku meminta sesuatu, dan sesuatu itu tidak baik untukku, Allah tetap akan menjawab doaku dengan cara-Nya sendiri. Aku mungkin melihat hal itu sebagai tidak tercapainya keinginanku padahal, sebenarnya, Allah mungkin sudah menyelamatkanku dari bencana yang mungkin terjadi akibat sesuatu yang kupintakan itu.
Aku ingat aku pernah menceritakan sebuah analogi kepada salah seorang temanku ketika dia bertanya mengapa hidupnya sepertinya selalu saja bergulir ke arah yang salah.
Izinkan aku menceritakan juga analogi itu kepada kalian.
Anggaplah seorang wanita berdoa kepada Allah memohon agar diberi kehidupan yang baik di dunia ini dan di Akhirat nanti, seorang suami yang saleh dan berhasil, anak-anak yang baik dan saleh, dan karier yang sukses. Tetapi, sepanjang hidup yang dia jalani, dia diuji dengan banyak tantangan baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan profesionalnya.
Atasannya membencinya, selalu mempersulit keadaan untuknya, seperti mengutusnya ke luar negeri padahal tahu dia sedang merawat ibunya yang sakit. Dia selalu diberi pekerjaan ekstra yang merampas waktu makan siang dan akhir minggunya. Masih ditambah lagi dengan kadang-kadang dia dijadikan kambing hitam bila ada yang tidak beres. Wanita ini jadi sangat lelah dan letih.
Kehidupan pribadinya juga tidak berjalan mulus. Akibat kesibukannya yang ekstrem, wanita ini tidak bisa berkumpul dengan teman-temannya; dia bahkan tidak bisa meluangkan waktu untuk menghadiri acara keluarga yang penting semisal pernikahan. Dia bahkan nyaris tidak punya waktu untuk beristirahat dengan layak. Semua ini akhirnya mengganggu kesehatannya.
Dia mulai depresi. Satu-satunya peringan hati baginya adalah di saat dia bangun di malam hari dan menangis
kepada Allah, atau ketika dia membaca al-Qur'an yang Mulia, atau sewaktu dia sedang merawat ibunya.
Dia tahu bahwa Rasulullah (saw) telah menjelaskan nilai kesabaran dalam hadis ini:
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad (saw) berkata: "Permohonanmu akan dikabulkan jika kau sabar, dan jika kau tidak berkata, Aku sudah memohon tetapi permohonanku tidak didengar."
[Al Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan At-Tarmidzi]
Maka, wanita itu terus bersabar, memasrahkan hidupnya kepada Allah. Dia tetap bersikap positif mengenai kehidupan. Dia tahu bahwa, apa pun yang terjadi, semuanya itu sesuai dengan rencana besar Allah.
Ujian-ujian ini berlanjut lama sekali. Namun, berkat usaha dan rekam jejaknya yang sangat bagus dalam bekerja, meski dengan berba
gai tantangan yang tak putus dia hadapi, para manajer puncak perusahaannya memutuskan untuk mempromosikannya ke posisi yang lebih tinggi dengan tunjangan yang lebih baik. Dia mulai berhubungan dengan kalangan yang berbeda dengan sebelumnya. Tak lama, lamaran datang dari seorang pengusaha kaya yang merupakan salah seorang partner bisnis perusahaannya.
Nah, ada beberapa pertanyaan yang akan kuajukan dan kita lihat apakah bisa kita pecahkan bersama.
1. Apa yang perlu terjadi di tempat kerja wanita itu agar dia bisa membuktikan kepada perusahaannya bahwa dia mampu mengatasi tantangan"
2. Bagaimana dan kapan dia bertemu sang pria yang selama ini selalu dia pintakan dalam doanya kepada Allah"
3, Apa yang harus terjadi pada wanita itu agar dia bisa sampai di tempat yang semestinya untuk berkenalan dengan calon suaminya, pria yang dia pinta kepada Allah agar dipertemukan dengannya"
Aku tahu kalian tahu jawabannya, bukan"
Jadi, benar, dengan setiap kesukaran, ada kemudahan. Dan berdoalah-Dia akan memperkenankan. Dan ka-dangkala kalian tidak menyukai sesuatu, padahal sesuatu itu baik untuk kalian. Subhanallah...
Aku teringat Rumi yang mengatakan,
Tuhan mengalihkanmu dari perasaan yang satu ke yang lain dan mengajarimu dengan hal-hal yang bertentangan, sehingga kau akan punya dua sayap untuk terbang-bukan satu.
Dalam sekali maknanya, bukan begitu"
Aku ingin berbagi cerita tentang para nelayan Jepang yang kubaca beberapa waktu yang lalu...
Masyarakat Jepang selalu sangat menyukai ikan segar. Tetapi, perairan sekitar Jepang tidak memiliki banyak ikan untuk sekian dasawarsa. Jadi, untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat Jepang, kapal-kapal penangkap ikan dibuat lebih besar dan melaut lebih jauh daripada sebelumnya.
Semakin jauh para nelayan pergi, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk membawa ikan. Di sinilah timbul masalah. Jika perjalanan pulang menghabiskan waktu lebih dari beberapa hari, ikan-ikan itu tidak akan segar lagi. Dan orang Jepang tidak suka rasa ikan yang tidak begitu segar!
Untuk memecahkan masalah ini, perusahaan-perusahaan penangkap ikan memutuskan untuk memasang lemari es di kapal mereka. Para nelayan akan menangkap ikan dan membekukan tangkapan mereka di atas laut. Lemari es memungkinkan kapal melaut lebih jauh dan tetap di laut lebih lama. Mereka pikir ini akan menyelesaikan persoalan.
Ternyata mereka salah. Orang Jepang rupanya bisa merasakan perbedaan antara ikan segar dan ikan beku dan, tentu saja, mereka tidak suka rasa ikan beku. Akibatnya, ikan beku dijual dengan harga yang lebih rendah. Perusahaan-perusahaan penangkap ikan pun mencari upaya lagi.
Kali ini mereka memasang bak-bak penampung ikan. Idenya begini: mereka akan menangkap dan memasukkan ikan hidup-hidup ke bak, utuh. Setelah menggelepar-gelepar sebentar ikan-ikan itu akan berhenti bergerak. Mereka lelah dan hilang semangat, tapi berita baiknya adalah mereka masih hidup.
Kalian tidak akan percaya, tetapi, dan ini membuat perusahaan-perusahaan penangkap ikan itu kecewa, warga Jepang masih tetap bisa merasakan pembedaan. Karena ikan-ikan itu tidak bergerak selama berhari-hari, rasa segar ikan sudah hilang. Orang Jepang lebih menyukai rasa ikan yang masih lincah, bukan ikan yang sudah loyo. Menarik, ya"
Pada saat itulah mereka dapat gagasan yang brilian. Coba simak.
Agar ikan tetap terasa segar sepanjang waktu, perusahaan-perusahaan penangkap ikan tetap menempatkan ikan hidup di dalam bak, tetapi sekarang mereka menambahkan seekor hiu kecil ke dalam setiap bak! Hiu itu memang memangsa beberapa ikan, tetapi sebagian besar ikan tiba dengan rasa yang sangat segar karena mereka sekarang harus aktif berenang agar tidak dilahap si hiu. Ikan-ikan itu tertantang. Subhanallah, Bukan main...
Sangat menarik, bukan begitu" Kesulitan-kesulian yang kita hadapi dalam hidup sebenarnya adalah hiu-hiu kecil-hiu yang kita butuhkan untuk memastikan kita tetap terjaga, sigap, bersemangat, dan aktif. Hiu-hiu ini membuat kita lebih panjang akal, tekun, dan kompeten dalam hidup kita.
Tapi, jika kita mulai lengah dalam tu
gas-tugas kita, dan akhirnya jadi lesu dan murung, menurut kalian apa yang akan terjadi" Ya, kalian benar. Kita akan jadi salah seekor ikan yang dimangsa oleh hiu! Amit-amit!
Sewaktu kupikirkan hiu-hiu kecil dalam hidupku, aku tersenyum dan bersyukur sebesar-besarnya kepada Allah atas semua hiu kecil yang sudah Dia kirim untuk membuatku tetap bersemangat dan sigap.
Bagaimana dengan kalian, teman-teman" Apa hiu-hiu kalian" Apakah banyak atau sedikit" Apakah kalian bertahan dalam permainan kejar-kejaran, petak umpet, dan lompat tali yang kalian mainkan" Kalau ya, hebat! Tapi, kalau tidak, mungkin sekarang waktunya kalian minum vitamin ekstra-vitamin yang akan memberi kalian stamina yang diperlukan untuk semua kejarkejaran ekstra itu.
Di mana kalian bisa mendapatkan vitamin ini" Di sana, tepat di tangan kalian, di dalam al-Qur'an yang Suci. Bukalah harta yang diungkapkan kepada kita oleh Allah yang Mahakuasa, melalui Rasul-Nya, dan mulailah dengan Bismillahir Rahmanir Rahim (dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).
Sebentar saja kalian akan mulai melihat bahwa kalian sanggup menyambut hiu-hiu kecil kalian dengan senyum lebar dan tangan terbuka. Ayo sini, hiu-hiu kecil, buat aku segar selalu! Subhanallah, bukankah hidup ini indah"
Rahasia Lima Bidik dan Perjuangkan Kisah tentang Perjalanan 10 Mil
~ Burung yang kau bidik tidak akan terbang menyambut anak panahmu. ~
Peribahasa Ovambo Salah seorang teman perempuan ter-karibku, pemilik sebuah agensi konsultan keuangan, meneleponku beberapa hari yang lalu. Dengan gembira dia bercerita bagaimana Noordeena Agency terpilih sebagai salah satu dari tiga agensi regional terbaik untuk triwulan yang baru lewat. Aku sangat bahagia dan bangga pada temanku itu. Sudah beberapa tahun ini dia bekerja keras, mengabdikan seluruh jiwa raganya untuk agensinya -dengan begitu banyak darah, keringat, dan air mata-dan aku tahu bahwa keberhasilannya adalah keberhasilan yang memang layak dia peroleh. Alhamdulillah!
Sebenarnya, Allah sudah mengingatkan kita agar bekerja di dunia ini. Kita baca dalam al-Qur'an sebuah ayat yang bila diterjemahkan berbunyi:
Carilah, dengan apa yang telah dianugrahkan Allah
kepadamu, Negeri Akhirat, dan janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia ini, dan berbuat baiklah sebagaimana Allah berbuat baik kepadamu [Al-Qashash 28: 77]
Sewaktu memikirkan keberjayaan temanku itu, aku tersenyum dalam hati. Untuk kesekian kalinya aku di-hadapkan pada bukti. Keberhasilan membutuhkan kerja keras dan upaya yang terfokus. Fakta ini ditegaskan oleh sesuatu yang pernah kubaca dalam majalah langgananku, yang menyajikan artikel berjudul Rahasia Menuju Kejayaan,
Si penulis menghabiskan beberapa halaman untuk menjelaskan pokok-pokok maksudnya, dengan menggunakan contoh-contoh yang dia kumpulkan sebagai studi kasus, tetapi, di akhir kata, keputusannya jelas kerja keras, komitmen, kegigihan, dan tekad untuk unggul adalah syarat-syarat utama untuk meraih keberhasilan.
Aku sudah sering mendengar ungkapan ini Tidak ada yang mudah dalam hidup ini. Ungkapan yang menarik, itu harus kuakui. Tetapi, aku punya pertanyaan. Jika tidak ada yang mudah dalam hidup ini, apa itu berarti bahwa baik keberhasilan maupun kegagalan sama-sama tidak mudah dicapai"
Ya, kalian tidak salah dengar. Bingung" Baiklah, aku ulangi lagi. Jika tidak ada yang mudah dalam hidup, apa itu berarti bahwa keberhasilan maupun kegagalan sama-sama sulit dicapai"
Biar kuperjelas kalimat itu. Pertama-tama, keberhasilan sangat subjektif dan relatif sifatnya, jadi, setiap orang akan punya definisi sendiri mengenai keberhasilan. Bagi seorang bocah, keberhasilan mungkin berarti sanggup memakai celana sendiri, atau mengikat tali sepatu sendiri.
Bagi seorang remaja, keberhasilan mungkin berarti diterima di tim basket atau memenangkan beasiswa. Bagi seorang ahli boga, keberhasilan mungkin berarti menyiapkan resep yang sempurna. Bagi seseorang yang lumpuh, keberhasilan mungkin berarti mengayunkan kaki satu langkah ke depan. Definisi keberhasilan berlainan bagi setiap


Satu Tiket Ke Surga Karya Zabrina A. Bakar di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

orang, betul tidak" Dan keberhasilan-keberhasilan ini tidak mudah dicapai. Lihatlah wajah si bocah, si remaja, si ahli boga, dan si lumpuh begitu mereka mencapai apa yang ingin mereka lakukan. Ya, senyum kebanggaan itu menjelaskan semuanya.
Masalah lainnya adalah bahwa keberhasilan di sini juga berarti keberhasilan di dunia dan di Akhirat. Sebagai Muslim, kita tahu ke mana tujuan kita di akhir perjalanan nanti. Ada satu tujuan, dan ke sanalah kita bergerak, suka atau tidak-dan tujuan itu kekal. Tiba di sana, dan berada di sana di dalam taman-taman-Nya, adalah keberhasilan tertinggi bagi kita semua, insyaallah. Namun, untuk sampai ke sana, kita harus berhasil menghadapi ujian-ujian dunia ini, betul tidak" Kita harus hidup sesuai dengan petunjuk-Nya dan menahan diri untuk tidak mengikuti hawa nafsu kita dan bisikan setan. Jadi, benar, keberhasilan tidak semudah itu dicapai.
Bagaimana dengan kegagalan" Apakah kegagalan juga susah dicapai" Aku bukan sedang main-main. Ini pertanyaan yang serius.
Untuk jadi pecundang, kalian harus hidup tanpa punya keinginan untuk berhasil. Untuk diri kalian sendiri tidak, untuk keluarga kalian tidak, untuk agama kalian juga tidak. Tidak ada target. Tidak ada tujuan. Tidak ada dorongan. Hidup kalian mandek. Tak ada hal menarik yang kalian alami, karena, bagaimanapun juga, tidak ada yang menarik minat kalian. Kalian mengeluh tanpa mau repot-repot mencari pemecahan. Kalian merasa bahwa semua hal dan semua orang menentang kalian. Dan keadaan itu pokoknya tidak bisa kalian apa-apakan.
Kalian pergi ke kantor atau sekolah lalu pulang ke rumah. Hari berikutnya, kalian pergi ke kantor dan sekolah lagi lalu pulang ke rumah lagi. Kalian biarkan keputusan-keputusan dalam hidup kalian diambil tanpa pertimbangan. Atau, lebih buruk lagi, kalian biarkan orang lain memutuskan untuk kalian. Kalian menjadi penumpang dan bukan pengemudi hidup kalian sendiri. Bagi kalian hari ini tidak berbeda dengan kemarin. Dan besok akan sama persis dengan hari ini.
Kalau dipikir-pikir, agak bikin depresi, ya" Kalian sependapat" Untuk jadi pecundang dibutuhkan ciri-ciri karakter tertentu. Hanya orang yang memiliki ciri-ciri yang spesifik dan khusus itulah yang bisa gagal. Dan mereka harus terus mempertahankan ciri-ciri itu untuk memastikan bahwa mereka selalu berada dalam modus gagal. Setiap keinginan untuk menyimpang dari ciri-ciri spesifik itu akan mengeluarkan mereka dari modus gagal. Kalau itu terjadi, mereka tidak akan disebut pecundang lagi. Jadi, untuk gagal juga tidak mudah.
Coba saja pikirkan. Dasar pemikiran yang sama juga berlaku untuk sisi koin yang sebaliknya. Kalian harus memiliki ciri-ciri tertentu untuk berhasil, tetapi, dibutuhkan usaha yang sedikit lebih banyak di sisi ini. Lebih banyak usaha berarti lebih banyak kerja keras. Kalian harus bekerja keras, menetapkan sasaran, mencari cara untuk mencapai sasaran itu, berkomitmen, menjalin kerja sama dengan orang-orang, menghadapi kesulitan, menjawab tantangan, mengatasi rintangan, kurang tidur, membaca lebih banyak, dan menghabiskan waktu di malam hari dengan bekerja. Kalian harus melangkah, jatuh tersandung, bangkit kembali, terjerumus ke dalam lubang, memanjat ke luar lubang, melangkah lagi, mendaki bukit, terguling-guling menuruni bukit, berdiri lagi, meneruskan langkah, terantuk, membalut luka, dan terus berjalan. Begitu terus sampai kalian mencapai tujuan yang kalian diinginkan. Kedengarannya berat, ya"
Tetapi, tahu tidak" Kerja keras itu sangat sepadan, karena Allah sudah menjanjikan imbalannya bagi kita:
Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan, bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya
[Fushshilat 41: 8] Pahala yang tiada putus-putusnya, Subhanallah...
Itu janji yang menyulut semangat, bukan" Bayangkan rasanya diberi tahu oleh atasan kalian bahwa, jika kalian melakukan yang terbaik dalam proyek tertentu, dia akan menjamin kalian mendapat kenaikan pangkat atau bonus yang besar sekali. Bayangkan rasanya diberi tahu oleh guru kalian bahwa, kalau dalam ujian ini kalian berusaha sebaik-baiknya, kal
ian dijamin akan mendapat tempat di perguruan tinggi. Senang sekali, bukan" Tidakkah kalian jadi merasa ingin cepat-cepat melakukan yang terbaik"
Dialah Tuhan kita, yang Maha Menciptakan, yang Maha Penolong, dan inilah janji-Nya-pahala yang TIADA putus-putusnya, asalkan yang kalian lakukan adalah sesuatu yang baik, sesuatu yang bajik...
Tapi, Dia tidak hanya menjanjikan pahala, Dia juga menjanjikan bahwa pahala itu akan melimpah, Masyaallah!
Maka orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia
[Al-Hajj 22: 50] Wajahku jadi berseri-seri karena gembira. Serius. Siapa yang tidak ingin rezeki yang mulia" Nah, kita lanjutkan dulu.
Anggaplah kita semua memutuskan bahwa kita ingin berhasil dalam hidup. Kita tidak mau gagal dalam hidup. Lalu bagaimana"
Begini. Hal berikutnya adalah tingkat atau derajat keberhasilan yang ingin kalian capai. Kalian ingin seber-hasil apa" Yang membuatku terheran-heran adalah bahwa banyak sekali orang di dunia ini yang mengaku ingin berhasil, tetapi tidak bersedia mengangkat satu jari pun untuk mencapai sasaran itu.
Iya, iya... mungkin mereka memang mengangkat satu jari, tetapi, apa mengangkat satu jari sudah cukup untuk membawa kalian ke tempat yang ingin kalian tuju" Untuk membuat kalian unggul dalam hidup"
Seperti yang kukatakan kepada seorang temanku, menggerakkan satu jari sudah tidak cocok lagi-sekarang ini, kita harus berbicara tentang menggerakkan kelima jari! Bukan! Mengangkat dan menggerakkan seluruh lengan jari-jari, lengan, dan bahu juga termasuk!
Apa itu sudah cukup" Yah, sebenarnya tergantung pada sasaran kalian dalam hidup dan target-target yang kalian tetapkan untuk diri kalian sendiri.
Aku ingin menyampaikan sebuah analogi.
Anggaplah aku berencana meraih sesuatu yang terletak hanya beberapa meter di depanku. Kalau itu targetku, mungkin mengangkat keseluruhan lenganku sudah cukup. Tinggal gerakkan otot tangan, meregang sedikit dan, voila! sampailah aku. Dan aku tetap berhasil, bukan" Aku sudah mencapai targetku.
Tapi, bagaimana kalau rencanaku adalah berpindah tempat sepuluh mil ke depan" Apa menurut kalian mengangkat lengan masih memadai" Apakah berpindah sepuluh mil ke depan akan semudah target yang kutetapkan sebelumnya" Tidakkah menurut kalian aku harus bangkit dulu dan menggerakkan, bukan hanya kedua lengan, melainkan juga kedua kaki dan seluruh tubuhku" Perlu banyak usaha untuk melakukan itu. Bersediakah aku menempuh jalan itu"
Mungkin aku akan berkeringat sedikit. Cuaca mungkin saja tidak ramah, dan bisa jadi aku harus berlari menembus angin ribut, atau hujan-sampai aku basah kuyup dan menggigil sebadan-badan. Barangkali aku jadi kena demam atau flu. Atau, mungkin aku justru berlari di bawah sinar matahari yang terik menyengat sehingga aku kehilangan banyak air dan mengalami dehidrasi. Atau, mungkin turun salju. Bukan hanya aku harus berjalan menembus angin yang sedingin es dan merasakan sakitnya jari-jari kaki yang kena radang beku, aku juga harus membersihkan jalan! Kerja yang berat sekali, bukan begitu"
Tapi, mungkin saja selagi berlari itu aku bertemu seorang supir yang baik hati, yang menghentikan mobil dan memberiku tumpangan. Dia bisa membawaku lebih mendekati tujuanku. Selain itu, barangkali aku bersilang jalan dengan seorang pelari yang lebih berpengalaman yang memberiku kiat-kiat bertahan hidup-dan aku dapat teman baru. Asyik, kan"
Sebaliknya, bisa saja aku tersandung batu dan berdarah. Atau, sepatuku sobek. Kakiku mungkin tertusuk sesuatu atau timbul mata ikan. Ada juga kemungkinan aku kena kram dan harus duduk dengan air mata berlinang di pipi selagi aku berusaha menahan sakit.
Tetapi, barangkali saja sewaktu duduk menahan sakit itu kutipan dari Dr. Martin Luther King, Jr. ini teringat olehku...
Jika kau tidak bisa terbang, berlarilah. Jika kau tidak bisa berlari, berjalanlah.
Jika kau tidak bisa berjalan, merangkaklah, tetapi, bagaimanapun juga, teruslah bergerak.
Jadi, tentu, aku akan bangkit berdiri dan mulai berjalan lagi. Tertatih-tatih, tapi melangkah. Teru
s bergerak.... Setelah semua ini, mungkin aku masih juga bertemu seekor binatang liar yang mulai mengejarku. Atau, sewaktu berlari, aku melihat seekor serigala beberapa meter dariku, duduk di sana dengan matanya yang tajam menatap ke arahku. Hal pertama yang melintas dalam benakku pasti: Apa aku akan jadi santapan makan malam serigala itu"
Sebaliknya, mungkin saja aku menemukan sebatang pohon yang rindang dan aku bisa berteduh menyejukkan badan di bawahnya sebelum melanjutkan perjalananku.
Atau, barangkali angin yang lembut dan sejuk berembus ke wajahku sementara aku di jalan dan memberiku perasaan segar.
Dan, setelah menempuh semua kesulitan ini, aku membayangkan melihat sebuah papan petunjuk yang mengatakan bahwa aku hampir sampai. Aku berlari lebih cepat lagi, karena akhir perjalanan sudah hampir kelihatan. Dan, akhirnya, kakiku melakukan langkah terakhir, dan tibalah aku di tujuan. Alhamdulillah!
Wah... kedengarannya benar-benar berat dan melelahkan, bukan"
Tapi, coba bayangkan petulangan hebat ala Indiana Jones yang sudah kulalui untuk mencapai tujuanku itu. Pikirkan pengalaman yang bisa kubagi kepada orang lain. Pikirkan pelajaran-pelajaran berharga yang kudapat sepanjang perjalanan. Pikirkan semua cerita seru yang bisa kusampaikan dan teman-teman baru yang kudapat!
Dengan semua penemuan yang layak diceritakan itu, tidakkah menurut kalian aku akan menjadi orang yang memiliki lebih banyak keahlian dan pengetahuan dalam hidup" Tidakkah kemenangan yang kucapai di akhir perjalanan itu suatu keberhasilan yang manis"
Allah telah menjanjikan...
Barang siapa mengerjakan kebajikan, laki-laki maupun perempuan, dan ia beriman, Kami pasti akan memberinya kehidupan, kehidupan yang baik dan Kami akan memberinya balasan sesuai dengan yang sebaik-baiknya mereka lakukan
[An-Nahl 16: 97] Inilah jaminan Allah bahwa, jika kita berbuat kebajikan, kita akan diberi kehidupan yang baik. Dan kita akan mendapat balasan sesuai dengan yang sebaik-baiknya kita lakukan. Jadi, sebenarnya terserah kita untuk memutuskan jenis balasan apa yang kita inginkan, lalu merencanakan langkah tindakan kita sesuai dengan itu. Ini seperti ikut kompetisi di mana, jika semua orang betul-betul bekerja keras, kita semua akan mendapat hadiah pertama. Tidak perlu dibagi-bagi. Subhanallah.
Coba tanyakan pada diri kalian sendiri. Putuskan jenis balasan apa yang kalian cari. Allah sudah menjelaskan. Semuanya tergantung pada sebaik-baik tindakan kita. Semakin keras kalian berjuang, semakin baik balasannya. Ini janji. Janji-Nya. Adakah yang lebih baik lagi" Aku sangat gembira dengan kepastian dalam ayat itu.
Kini, aku bertanya kepada diriku sendiri: Apa yang kutunggu" Akankah aku tetap bimbang untuk berjuang meraih keberhasilan padahal kepastian balasannya diberikan dan dijamin oleh Allah" Aku menginginkan hadiah pertama itu di dunia dan di akhirat. Bagaimana dengan kalian, teman-teman" Apa kalian tidak ingin balasan itu juga" Tak usahlah dipikirkan segala memar dan luka sepanjang jalan. Semua orang yang berhasil punya memar dan luka-itu semacam tanda dan lambang keberhasilan kalian, insyaallah.
Aku jadi ingin bertualang lagi. Tak tahu apa yang menantiku begitu aku memulainya, tetapi mengapa pula aku harus mengkhawatirkan" Asalkan aku bertawakal dan melakukan segalanya sesuai dengan tuntunan-Nya, insyaallah, keberhasilan akan jadi milikku. Dia sudah berjanji, dan hanya itulah yang perlu kuketahui.
Kalian mau ikut" Ayo, kita lakukan bersama-sama. Mari berdiri bersamaku di garis start. Siap" Ancang-ancang, bersiap, LARI!
Rahasia Enam Binalah Hubungan Kisah tentang Petani dan Benih Jeruknya
~ Burung yang ingat teman sekawanannya tidak pernah salah jalan. ~
Peribahasa Nigeria Kalian pernah bermain domino sewaktu kecil" Pada suatu hari aku menerima e-mail dengan gambar yang indah. Gambar itu adalah gambar formasi domino yang sangat mengagumkan. Susunannya mengikuti rancangan sebuah kota-kota yang lengkap, dengan kantor polisi, jalan, jembatan, dinas pemadam kebakaran, taman, orang-orang, sekolah, rumah,
pusat perbelanjaan, dan kenyamanan-kenyamanan lain, Masyaallah, Aku memuji usaha orang-orang yang kreatif ini. Struktur domino itu begitu besarnya sampai-sampai aku yakin bahwa kalau saja ada anak bandel, dia pasti tidak bisa menahan diri lebih dari satu detik sebelum jari-jari kecilnya mulai menjentik susunan itu!
Aku bisa dengan jelas membayangkan pemandangan yang memukau jika keseluruhan kota itu runtuh berurutan, menghadirkan perasaan senang yang teramat tinggi bagi para penciptanya setelah semua kerja keras
mereka menyusun balok-balok itu.
Karena melihat gambar domino itu, aku jadi teringat bagaimana aku dulu biasa bermain dengan saudara-saudaraku. Seru sekali. Kami biasanya mengambil biji-biji abjad dari permainan Scrabble lalu kami susun seperti rel kereta api, satu demi satu.
"Hati-hati!" begitu biasanya kami berteriak karena semakin lama semakin gugup ketika "rel kereta api" kami bertambah panjang. Kami tahu akibatnya jika jari kami selip!
Rentannya domino yang menunggu jatuh itu membuatku berpikir. Satu saja kesalahan, dan seluruh rancangan rubuh. Coba saja menjentik satu balok domino. Satu saja cukup. Kalian tahu apa yang akan terjadi, bukan"
Balok itu akan mengenai balok yang berada tepat di sebelahnya. Lalu" Apakah balok kedua akan tetap berdiri" Tidak, tidak akan. Seperti yang pertama, balok kedua itu akan jatuh, mengenai balok berikutnya, dan hal ini akan berlanjut terus sampai balok domino terakhir rubuh.
Mendadak aku tersadar. Bukan main! Di balik permainan menyusun domino yang menegangkan syaraf itu sebenarnya terdapat parabel dari salah satu ajaran Allah...
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu satu dalam persaudaraan; maka damaikanlah kedua saudaramu (yang berselisih), dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beroleh Rahmat.
[Al-Hujurat 49: 10] Itulah firman Allah. Kita, kita semua, kalian dan aku, adalah bagian dari satu persaudaraan. Dan Allah telah mengingatkan kita bahwa kita harus berdamai dan bersepakat. Jika kita menginginkan rahmat-Nya, kita tidak boleh saling berkelahi, apakah itu dengan saudara sekandung, kerabat, atau teman. Kita bahkan tidak boleh berkelahi dengan orang yang tidak kita kenal di jalan. Subhanallah,
Ini persis seperti balok-balok domino. Jika setiap balok (Muslim) berdiri teguh (damai) dan tidak saling timpa (berkelahi), keseluruhan struktur (umat) akan sanggup berdiri tegak selamanya, betul tidak" Tetapi, kalau satu saja balok jatuh, hasil akhirnya adalah bencana. Astaghfirullah.
Aku ingin bertanya kepada kalian. Mengapa, kalau kita menjentik satu balok domino, keseluruhan struktur rubuh" Jawabannya jelas, bukan" Karena balok-balok itu disusun berdampingan. Tunggu dulu. Ada yang ingin kutambahkan.
Ada satu hal lagi yang berputar-putar dalam kepalaku. Balok-balok ini... semuanya tidak sekadar berdiri berdampingan, tetapi juga letaknya sangat berdekatan satu sama lain. Jika kita menempatkan balok-balok itu beberapa milimeter lebih jauh, kejatuhan satu balok tidak akan menyebabkan yang lainnya ikut jatuh. Jarak antara balok-balok itu akan terlalu jauh. Masuk akal, bukan" Aku teringat pada hadis Nabi Muhammad (saw) yang tercinta.
An-Nu'man ibn Basyir berkata, "Rasulullah bersabda: 'Perumpamaan orang mukmin dalam kasih mengasihi, cinta-mencintai, dan sayang-menyayangi adalah laksana satu tubuh; jika salah satu anggota tubuh merasakan sakit, tubuh selebihnya ikut merasakan dengan tetap terjaga dan menderita demam'" [Al-Bukhari dan Muslim]
Ya Allah, hadis ini sungguh indah. Nabi Muhammad (saw) berkata bahwa, bila kita saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi, kita seperti satu tubuh. Bila siapa saja dari kita sakit, kita semua seharusnya juga sakit.
Parabel tentang satu tubuh ini persis seperti balok-balok domino tadi-satu rancangan yang padu. Bila satu balok jatuh, yang lainnya juga jatuh. Bila satu bagian tubuh sakit, selebihnya juga sakit. Subhanallah,
Dan, bukan hanya itu. Kita harus berdekatan satu sama lain, sangat dekat, untuk bisa merasakan dampak kejadian-kejadian yang menimpa Muslim lain. Jika kita menjauhkan diri, per
sis seperti balok-balok domino yang diletakkan berjauhan, kita tidak akan bisa merasa seperti kita ini satu tubuh. Kita tidak akan tahu apa yang menimpa bagian-bagian tubuh kita yang lain.
Luar biasa sekali rasanya menemukan pelajaran hidup dalam permainan yang kumainkan sekian puluh tahun yang lalu...
Sekarang, yang membuatku penasaran adalah bah-wa Nabi Muhammad (saw) yang terkasih berkata, "Perumpamaan orang mukmin dalam kasih-mengasihi, cinta-men-cintai, dan sayang-menyayangi adalah laksana satu tubuh." Apakah itu berarti bahwa, tanpa perasaaan-perasaan itu, aku akan merasa bukan salah satu bagian tubuh" Astaghfirullah...
Aku jadi harus mengajukan berbagai pertanyaan penting kepada diriku sendiri.
Punyakah aku rasa kasih, cinta, dan sayang untuk saudara-saudaraku" Apakah aku merasa bahwa aku adalah bagian dari satu tubuh" Apakah perasaanku benar-benar seperti ini terhadap semua saudaraku" Apakah aku dengan tulus menolong mereka kapan saja mereka mengalami kesulitan" Atau, apakah aku hampir selalu memikirkan diri sendiri saja"
Ketika dulu, umpamanya, salah seorang temanku mengalami kesulitan belajar, apakah aku mencoba mengajarkan kepadanya apa yang kuketahui" Apakah aku bersabar mendengarkan ketika seorang teman memerlukan tempat berkeluh kesah" Saat salah seorang anggota keluarga jatuh sakit, apa yang kulakukan" Ketika aku melihat seorang tunanetra akan menyeberang jalan, apakah aku mau repot-repot berhenti dan menolongnya" Bagaimana dengan wanita hamil di bus dan kereta" Bagaimana dengan orang-orang lain yang sedang dalam kesulitan"
Aku malu sewaktu mulai memikirkan hal-hal yang seharusnya dulu kulakukan.
Mereka adalah saudara-saudaraku. Mereka adalah bagian dari diriku. Inilah indahnya keyakinanku, keyakinan kita, persaudaraan ini, ikatan ini. Wasilah ini. Hubungan ini.
Nah, aku tanyakan kepada diriku sendiri: Apa untungnya kita begitu berdekatan satu sama lain" Sekali lagi aku menatap gambar domino di laptop-ku dan sadar bahwa jawabannya tersedia di sana.
Apakah rancangan itu akan sama indah dan mengagumkannya seperti sekarang jika balok-balok domino itu ditata agak lebih berjauhan" Apakah formasi itu akan terlihat sama jelasnya" Apakah rancangan itu akan sama rapinya" Apakah struktur itu akan tampak jelas bagi mata telanjang" Akankah rancangan kota itu kelihatan utuh dan nyata" Tentu saja tidak!
Agar lebih jelas, kita ambil contoh sebuah foto. Jika kita memutuskan akan memperbesar foto, pixel-pixel, atau titik-titik (bagi mereka yang fobia TI seperti aku), yang membentuk sebuah gambar akan terpecah, bukan" Atau, agar lebih mudah lagi, bandingkan saja hasil cetak printer dot-matrix dengan hasil cetak printer laser-jet. Mana yang kelihatan lebih bagus" Tentu saja yang "titik-titiknya lebih berdekatan, betul tidak"
Jadi, kita ini diperintahkan oleh Nabi Muhammad (saw) untuk menjadi "titik-titik yang lebih berdekatan" ini, supaya bersama-sama kita bisa menjadi sebuah foto yang indah. Nah, ayo bilang, "Cheese!"
Cobalah renungkan. Semua ini mengingatkanku pada sebuah petikan buah pikir H.E. Luccock, yang berkata,
Siulan satu orang tidak akan melahirkan simfoni. Yang dibutuhkan adalah sebuah orkestra.
Itu benar sekali, bukan" Kalau hanya bersiul, kita bisa melakukan sendiri, solo. Aku bukannya menya-rankan, ini cuma parabel. Nah, suara yang keluar dari siulan hanya cukup keras untuk didengar satu orang, dan orang yang bersiul itu tidak tergantung pada siapa pun untuk melakukannya, betul tidak"
Tetapi, untuk menghadirkan sebuah simfoni, harus seluruh orkestra yang bermain. Setiap musisi memainkan instrumen yang berbeda, dan setiap instrumen berperan unik dalam orkestra itu. Jika satu saja instrumen tidak ada, keseluruhan simfoni akan rusak. Tak ada musisi yang iri pada musisi lain karena mereka semua sangat mema-hami alasan yang mendasari keberadaan mereka dalam orkestra itu. Mereka saling membutuhkan!
Dan, kalian tahu tidak" Perbedaan antara nada yang keluar dari siulan dan nada dari sebuah simfoni tidak bisa diperbandingkan dan amat jauh berbeda, bukan begitu" Subhanall
ah, satu bagian tubuh, satu formasi domino, dan satu orkestra.
Lalu aku berpikir lebih jauh lagi. Kalian dan aku adalah anggota persaudaraan yang tunggal ini; kita harus bertindak seolah satu tubuh. Tetapi, apa persamaan di antara kita" Apa yang dapat menyatukan kita"
Misalnya, jika dua orang bertemu dan ditakdirkan untuk saling mencintai, paling tidak ada satu faktor yang membuat mereka menyatu dan merasa sangat nyaman bersama.
Nah, dengan keunikan, perbedaan, dan kekhasan kita masing-masing, apa yang bisa membuat kita bersatu" Apakah kita dekat karena kita menyukai makanan yang sama" Atau karena kita membaca buku yang sama" Atau karena kita berasal dari kota yang sama"
Kalau demikian halnya, bagaimana dengan saudara-saudaraku yang tidak sama seleranya dalam hal makanan dan buku, atau yang berasal dari kota lain" Bagaimana aku bisa dekat dengan mereka"
Sementara otakku masih dipenuhi berbagai pertanyaan itu, Allah menjawabku dengan ayat berikut ini...
Dan berpegang teguhlah kalian semuanya, pada tali Allah, dan janganlah berpecah-belah di antara kamu [Ali-Imran 3:103]
Mahasuci Allah, lagi Mahasempurna. Itulah jawabannya. Dasar keterikatan kita adalah Tali Allah, agama kita dan buku panduan yang harus kita rujuk setiap kali kita berselisih hanya satu-Kitab yang Mulia, al-Qur'an, yang berisi semua jawaban yang Allah berikan atas misteri-misteri kehidupan. Kita hanya harus duduk, memahami, dan menggunakannya untuk menuntun hidup kita dan meluruskan perbedaan-perbedaan kita.
Betapa hidup ini begitu mudah jika saja kita mengikuti standar-standar yang ditetapkan oleh Tuhan kita, Al-Hadi, Maha Pemberi Petunjuk...
Izinkan aku berbagi cerita tentang seorang petani...
Alkisah, hiduplah seorang petani yang terkenal karena kualitas jeruknya. Pada suatu hari, tetangganya bertanya apakah petani itu bersedia membagi sedikit benih dari kebunnya. Petani itu langsung setuju dan memberi tetangganya sebagian benih. Si tetangga begitu gembiranya sampai-sampai dia pergi memberi tahu teman-temannya.
Begitu mendengar kedermawanan petani itu, salah seorang teman si tetangga menemui Pak Petani untuk bertanya apakah dia juga bisa mendapat sedikit benih, Tanpa ragu, Pak Petani memberinya segenggam penuh, Segera saja kabar itu beredar di kota. Pak Petani pun menerima permintaan benih dari hampir semua petani di wilayah itu dan dia memberikan benih-benihnya dengan ikhlas.
Memanah Burung Rajawali 14 Kedele Maut Karya Khu Lung Pembunuh Di Balik Kabut 3
^