Pencarian

Thalita 1

Thalita Karya Stephanie Zen Bagian 1


Stephanie Zen THALITA Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
THANKS! Jesus Christ, my Lord and Savior, to whom I lay my whole love, life, and faith.
Oma Greetje Jeane Koamesah-Rondo.
Librando Laman Zen dan Ronalita Thelma Koamesah, the best parents ever!
Adikku, William Ronaldo Yozen.
Keluarga besar Zen dan Koamesah di mana pun berada.
My bestiests: Dessy Amanda dan Sandra Wanti.
Windy Intan dan Livia Garnadi. Dunia tak seceria ini tanpa kalian, girls!
Jovi, Licu, Meli, Fanie, Raymon, Rendy, Yudhi.
Editorku, Mbak Donna Widjajanto. Ilustratorku yang luar biasa, Maryna Roesdy.
My favorite band ever and eveeerrrr: DAUGHTRY. Lebih baik nggak ada lampu deh
daripada nggak ada lagu kalian saat aku menulis, hehe.
Teman-teman blogger dan semua visitor http://smoothzensations.blogspot.com.
Dan kalian semua yang sudah baca karya-karyaku, terima kasih ya! Seperti biasa,
ditunggu komennya di blog, friendster, dan e-mail.
God bless us, Steph Untuk anak muda Indonesia
Please, stay away from drugs
Narkoba hanya akan mengambil hal-hal yang kausayangi:
Masa mudamu, Keluargamu, Teman-temanmu, Kewarasanmu, Bahkan, hidupmu. SATU THALITA menanggalkan pakaiannya dan berjalan ke bawah shower. Tangannya
meraba keran shower, dan membukanya hingga maksimal.
Adooooowwwwww!!! jerit Thalita sekuat tenaga begitu air shower mengguyur
tubuhnya. Dingin kayak es! Ini pasti diimpor dari Kutub Utara! gerutunya dalam hati.
Tha" Kamu kenapa"
Thalita mendengar suara mamanya di balik pintu, tapi dia nggak sanggup
menjawab karena masih menggigil kedinginan.
Oh iyaa & Mama lupa bilang water heater-nya lagi rusak, jadi terpaksa pagi ini
kamu mandi air dingin ya! Lumayan, biar seger, kan"
Walaupun dibatasi pintu, Thalita bisa membayangkan seulas senyum yang
mengembang di bibir mamanya.
Huh! Seger apanya" Bikin aku jadi es lilin sih iya! Thalita mengomel panjang-pendek. Tangannya cepat-cepat menutup keran shower yang masih memuntahkan air
dingin. Ia lalu meraih handuk, dan dengan cepat membungkus tubuhnya. Pilihan
untuk meneruskan mandi jelas sama dengan cari mati.
Tapi bayangan bahwa ia harus nggak mandi di hari pertamanya jadi murid SMA
membuat Thalita bergidik. Gimana kalau ia nanti bau kecut, dan teman-teman barunya
bakal terus mengingatnya sebagai Miss Bau Badan sepanjang sisa masa SMA
mereka" Tak usah deh ya!
Thalita lalu menguatkan nyali untuk berada kembali di bawah air shower yang
dingin itu. Ternyata setelah beberapa saat, tubuhnya terbiasa juga dengan suhu air dari
shower yang dingin itu. Ternyata setelah beberapa saat, tubuhnya terbiasa dengan suhu
air dari shower. Thalita bahkan berani memutuskan untuk keramas.
Sambil membusakan sampo di rambutnya, Thalita merenung. Ini hari pertamanya
jadi murid SMA, tapi ia sama sekali tak bersemangat. Ia malas, dan itu nggak ada
hubungannya dengan fakta bahwa ia harus bangun pagi lagi setelah sebulan lebih bisa
molor sampai siang karena sedang liburan. Ia teringat kejadian tiga minggu lalu &
* * * Andra baru saja mematikan mesin motornya di depan rumah Thalita, saat terdengar suara
menggelegar mengagetkan mereka berdua.
Thalita! Masuk! Papa muncul di pagar dengan berkacak pinggang, ia menatap Thalita geram. Dan
tatapannya pada Andra & Thalita sampai mengkeret melihatnya! Mungkin kalau Papa punya
kemampuan seperti Sylar di serial Heroes, yaitu bisa menggerakkan benda dengan hanya
menatapnya, Andra pasti bukan hanya sudah melayang-layang di udara sekarang, tapi pasti
juga sudah dilemparkan ke seberang jalan sana!
Pa &, Thalita berusaha membujuk papanya. Hari sudah malam, dan ia nggak ingin para
tetangga berhamburan keluar dari rumah masing-masing karena mendengar ada ribut-ribut.
Papa bilang masuk ke dalam rumah! Sekarang! kali ini Papa mendesis berbahaya.
Thalita nggak berkutik, mau nggak mau ia menuruti perintah Papa. Saat ia baru mencapai
pintu depan, ia mendengar Papa menghardik Andra.
Kamu! Saya sudah peringatkan kamu, jangan dekati anak saya lagi! Pergi kamu!
Tidak terdengar suara Andra membantah, hanya terdengar deru motornya yang menjauh
pergi. Thalit a merasa hatinya perih. Papa berjalan mendekati Thalita, dan setengah menyeret tangan anak gadisnya itu untuk
masuk ke rumah. Duduk! perintah Papa saat mereka sampai di ruang tamu.
Thalita menurut, ia duduk di salah satu sofa di ruang tamu itu, dan menghela napas dalam-dalam.
Papa nggak tahu harus bilang apa lagi supaya kamu menuruti kata-kata Papa.
Thalita diam. Anak itu berbahaya, Tha! Kenapa kamu masih mau dekat-dekat dia"
Namanya Andra, Pa, kata Thalita pahit.
Andra kek, Andro kek, Andri kek, Papa nggak peduli! Papa cuma mau kamu nggak dekat-dekat dia lagi! Kamu kan tahu, dia itu pengguna narkoba!
Thalita sudah mendengar kalimat itu berkali-kali keluar dari mulut Papa, tapi setiap kali
mendengarnya tetap saja ia merasa pedih.
Ya, Andra memang pemakai narkoba, Thalita tahu itu. Sudah hampir setahun Andra
terjerumus dalam dunia narkotika, dan itu hanya beberapa bulan setelah mereka mulai pacaran.
Tapi, biarpun berita tentang Andra pemakai narkoba entah bagaimana caranya berhasil
mencapai telinga Papa, dan berakibat keluarnya larangan bagi Thalita untuk pacaran dengan
cowok itu, Thalita jalan terus sama Andra. Ada banyak sifat dan sikap cowok itu yang
membuatnya jatuh hati. Andra perhatian, pengertian, romantis & kekurangannya hanya satu, ia
tak bisa menjauhkan dirinya dari narkoba. Dan Thalita tahu, Andra jadi seperti itu karena dia
tak bisa menerima kenyataan ortunya telah bercerai. Narkoba hanya pelariannya.
Thalita bukannya nggak pernah berusaha melepaskan Andra dari dunia hitam itu. Dia sudah
berusaha sebisanya, dengan berbagai cara. Mulai dari membujuk Andra baik-baik, memohon
padanya, bahkan beberapa kali mengancam bakal minta putus kalau Andra tetap memakai
narkoba, tapi semuanya selalu berakhir dengan situasi yang sama: Andra minta maaf dan
berjanji nggak akan jadi junkies lagi, tapi ujung-ujungnya selalu ingkar. Semua proses
memohon-minta maaf-janji-pengingkaran itu berulang terus seperti lingkaran setan, dan Thalita
masih nggak bisa lepas dari Andra. Dia terlalu sayang sama cowok itu, dan dia takut & jangan-jangan jika dia meninggalkan Andra, cowok itu bakal semakin terpuruk. Sudah broken home,
junkies, pacarnya malah meninggalkan dia pula. Thalita nggak mau kayak gitu. Dia mau jadi
orang yang membantu Andra keluar dari dunia gelapnya.
Tapi gimana caranya, Thalita nggak tahu.
Tha, ayolah & kamu tahu Papa ngomong begini demi kebaikan kamu juga. Papa nggak mau
nantinya kamu malah terseret pakai narkoba juga &
Pa, aku janji aku nggak bakal seperti itu &
Sekarang kamu bisa janji, tapi nanti" Papa menghela napas dalam-dalam, dan
mengembuskannya dengan putus asa. Lingkungan pergaulan seseorang sangat memengaruhi
bagaimana pribadi orang tersebut dibentuk, Tha. Kalau kamu bergaul sama pencuri, kamu akan
jadi pencuri. Kamu bergaul dengan orang-orang pintar dan sukses, kamu akan terpacu jadi
pintar dan sukses juga. Kamu bergaul, apalagi pacaran, dengan junkies, nantinya kamu akan
terseret juga & Thalita menunduk. Dalam hati ia membenarkan kata-kata Papa. Semuanya. Tapi Papa
nggak berada di posisinya, kan" Papa nggak menyayangi Andra, kan" Papa nggak mengenal
cowok itu, dan nggak tahu bahwa Andra sebenarnya hancur lebur di dalam, dan akan jadi lebih
hancur lagi jika Thalita tinggalkan.
Baiklah, kamu sendiri yang memaksa Papa melakukan ini. Kamu nggak boleh masuk SMA
yang sama dengan anak itu.
Mulut Thalita menganga lebar, nggak percaya pada apa yang didengarnya.
Nggak boleh satu sekolah sama Andra" Maksudnya & Papa nggak ngizinin aku masuk ke
SMA Harapan" tanya Thalita tergagap.
SMA Harapan adalah sekolah tempat Thalita dan Andra mendaftar bersama setelah mereka
dinyatakan lulus SMP. Mereka sudah sepakat untuk tetap satu sekolah, dan masing-masing
bahkan sudah melunasi uang pendaftaran, tapi sekarang tiba-tiba saja Papa bilang Thalita nggak
boleh masuk sekolah itu"
Ya! seru Papa. Kamu akan Papa daftarkan di SMA lain. Dan kali ini Papa sungguh-sungguh! Kalau kamu masih tetap menemui anak itu, Papa akan kirim kamu sekolah ke luar
negeri! Thalita melotot ngeri. Tapi, Pa & aku kan sudah bayar semua uang p
endaftarannya & sudah beli seragamnya & buku-bukunya &
Papa menyipitkan matanya menatap Thalita, dan Thalita tahu, itu isyarat baginya untuk
diam. Pembelaannya memang terlalu lemah.
Pa, Papa nggak bisa kayak gini & Aku & aku nggak bisa kayak gini. Aku nggak bisa gitu
aja ninggalin Andra, Pa. Aku harus bantu dia untuk lepas dari narkoba &
Kenapa itu harus jadi tanggung jawab kamu" Andra bukan anak kecil lagi, dan dia punya
keluarga! Thalita merasakan matanya memanas, dan tiba-tiba saja air mata sudah mengalir di pipinya.
Nggak, Andra nggak bisa, Pa & Papa tahu, dia jadi pemakai karena apa" Karena orangtuanya
cerai! Dia nggak bisa menerima itu, dan akhirnya jatuh pada narkoba. Gimana kalau aku
ninggalin dia juga, Pa" Aku takut Andra nanti bakal makin rusak &
Papa terdiam selama beberapa saat, dan Thalita mulai berani berharap bahwa setelah
mendengar kata-katanya tadi Papa akan melunak. Selama ini Thalita menyimpan cerita
mengapa Andra sampai jatuh ke dunia narkoba itu untuk dirinya sendiri. Baru kali ini ia
menceritakannya pada Papa, dengan harapan Papa mengerti alasannya untuk tetap bersama
Andra. Itu tetap bukan urusan kamu. Papa bukannya mau jadi orang jahat, tapi kamu anak Papa.
Apa kamu kira Papa bakal tega seandainya kamu jatuh juga ke dunia yang sama" Narkoba itu
luar biasa bahayanya. Kamu bisa terkena AIDS karena memakai jarum suntik bergiliran, bisa
ketergantungan & masa depan kamu akan rusak, dan kamu... kamu bisa saja mati karena
narkoba, Tha. Papa nggak bisa membiarkan kamu mengalami semua itu &
Kali ini Thalita nggak menangkap nada geram dan murka dalam suara Papa. Ia justru dapat
merasakan kasih sayang dan kekhawatiran dalam setiap kata yang diucapkan Papa tadi. Papa
benar, tapi bagaimana ia bisa meninggalkan Andra"
Papa mohon, kali ini kamu nurut, ya" Sekali ini saja. Kalau kamu nggak mau
melakukannya untuk Papa, lakukanlah untuk dirimu sendiri. Ingat masa depanmu, Tha &
Thalita nggak bisa berkata apa-apa lagi.
* * * Itulah yang terjadi tiga minggu lalu. Dan hanya sehari berselang setelah
pembicaraannya dengan Papa, Thalita minta putus dari Andra. Andra marah banget
waktu itu, tapi meski sulit, Tahlia meneguhkan hati. Ini demi masa depannya. Ia tidak
bertanggung jawab atas masa depan Andra. Kalau Andra sendiri nggak peduli lagi
dengan masa depannya, dan tetap memilih untuk jadi junkies, apa lagi yang harus
Thalita perjuangkan"
Ada hari-hari sulit yang harus dilalui Thalita setelah putus dari Andra, dan ternyata
masa recovery-nya nggak berjalan segampang yang ia kira. Susah banget menahan jari-jarinya untuk nggak mengetik SMS untuk Andra. Sukar mengendalikan otaknya untuk
nggak memikirkan Andra. Tapi Thalita tahu, ia harus berusaha. Ia hanya bakal mau
pacaran lagi sama Andra kalau cowok itu sudah bersih , itu yang dikatakannya pada
Andra saat minta putus. Setelah itu, Thalita terus-menerus berdoa dan berharap dirinya
cukup berharga untuk membuat Andra meninggalkan obat-obatan berbahaya itu. Tapi
sampai saat ini pun, kelihatannya Andra nggak berusaha untuk melakukan itu. Cowok
itu lebih menyayangi narkotika daripada Thalita &
Tha" Thalitaaaa"
Thalita yang sedang membilas busa samponya terlonjak mendengar Mama
memanggilnya dari balik pintu kamar mandi. Tangannya bergerak memutar kenop
shower, mematikan pancuran airnya agar ia bisa lebih jelas mendengar suara Mama.
Ya, Ma" Kamu kok mandinya lama banget sih" Ayo cepetan, ini udah mau jam enam!
Kamu belum sarapan dan siap-siap, lagi. Nnanti kamu telat!
Iya, Ma. Sebentar. Thalita menyelesaikan acara mandinya, dan bergegas keluar dari kamar mandi. Saat
sudah berpakaian dan menatap dirinya di depan cermin, Thalita kembali tak
bersemangat. Hari ini adalah hari di saat ia benar-benar akan memulai lembaran baru tanpa
Andra. Ia akan jadi murid baru di SMA Persada Bangsa, sekolah yang berbeda dengan
sekolah yang dimasuki Andra &
* * * Thalita memandangi papan nama sekolah barunya, SMA Persada Bangsa. Sebenarnya
sekolah itu sekolah yang bagus, tapi Thalita benar-benar nggak berselera untuk
memulai hari pertamanya di sana.
Dengan perasaan enggan luar biasa, Thali
ta turun dari mobil. Dia berjalan melintasi
lapangan parkir yang masih sepi karena jam masih menunjukkan pukul 06.20. Tapi
langkahnya terhenti di tengah lapangan karena sebuah motor yang melaju kencang
entah dari mana tiba-tiba nyaris menabraknya. Thalita menahan napas melihat ban
sepeda motor itu berhenti hanya beberapa senti dari kakinya.
Takut-takut, Thalita melirik pengendara motor itu. Dia nggak bisa melihat wajah si
pengendara motor karena tertutup helm teropong, tapi yang jelas orang itu cowok,
karena Thalita bisa melihat celana seragamnya.
Mendadak, pengendara motor itu membuka kaca helm teropongnya dan menatap
Thalita tajam, hingga Thalita bisa melihat mata dan sebagian hidung cowok itu. Mata
dan hidung yang asing, dan jelas Thalita nggak mengenalinya. Tapi, siapa pun yang
ada di atas motor itu cuma menatap Thalita sesaat dan langsung memacu motornya
lagi. Thalita dongkol banget dicuekin begitu. Kayaknya dia lebih memilih dimaki-maki
karena nyeberang sembarangan daripada dicuekin gitu deh! Kenapa hari pertama
sekolah begini dia sudah ketemu orang yang menyebalkan sih"
* * * Stefira Tedjo" Ada! Steven Andreas Halim"
Ada, Pak! Sugeng James McArthur"
HAHAHAHAHA & Tawa keras langsung meledak di seluruh penjuru kelas
Thalita. Semua murid terbahak-bahak mendengar nama yang baru saja dipanggil oleh
Pak Adam, wali kelas mereka yang baru.
Hei, anak-anak, ayo diam semuanya! Masa nama orang ditertawakan" Tidak sopan
itu! Ayo, Bapak ulangi lagi ya! Sugeng James McArthur, ada atau tidak"
Dan melongolah seisi kelas ketika seorang cowok indo dengan badan tinggi tegap
mengangkat tangan. Para cewek yang dari tadi kasak-kusuk sendiri waktu melihat
cowok itu masuk kelas, sekarang bengong kayak orang habis ngelihat hantu. Si cowok,
yang sedetik lalu jadi bahan tertawaan itu, sama sekali nggak bereaksi. Tampangnya
cool, poni rambutnya yang shaggy jatuh menutupi sebelah matanya.
Wah, Bapak manggilnya siapa nih" tanya Pak Adam bingung. Rupanya guru satu
itu sadar juga bahwa cowok sekeren itu bener-bener aneh menyandang nama Sugeng.
Suka-suka Bapak deh. Tapi saya sih lebih suka dipanggil Sugeng. Ini kan
Indonesia, Pak. Nggak usah deh pake nama yang kebarat-baratan. Saya mau pake
nama yang dikasih eyang kakung saja aja. Gimana, Pak" tawar cowok keren itu pada
Pak Adam. Seisi kelas kembali bengong. Cowok indo gitu kok logat Indonesia-nya lancar
banget"! Ada sedikit medhok Jawa-nya, pula! Kalau orang hanya mendengar suaranyam,
pasti mereka nggak akan percaya kalau diberitahu pemilik suara itu tampangnya
nggak Indonesia sama sekali.
Dan mungkin saking kagetnya juga, Pak Adam cuma manggut-manggut sambil
nyengir kuda. Dia heran aja, di zaman Internet kayak gini, ternyata masih ada murid
yang bangga sama namanya yang agak ndeso .
Ya sudah, Bapak lanjutkan. Tatyana Alita Wilson"
Seorang cewek cantik berwajah mirip Rianti Cartwright mengangkat tangan, dan
Thalita cuma bisa melongo memandangi cewek itu. Dia sama sekali nggak menyangka
kelas barunya bakal dipenuhi cewek-cowok dengan tampang di atas rata-rata.
Duh, kebanting deh tampang gue, rutuknya dalam hati.
Thalita Wina Sucipto"
Thalita nggak bereaksi, dia masih bengong menatap Thalita.
Thalita Wina Sucipto, ada atau tidak"
Nita, teman sebangku Thalita, menyikut cewek itu keras-keras.
Apa" tanya Thalita keki.
Lo dipanggil Pak Adam tuh! jari Nita menuding ke depan kelas. Thalita langsung
mengangkat tangannya, malu.
Ehh & saya, Pak.

Thalita Karya Stephanie Zen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pak Adam mengangguk, lalu melanjutkan mengabsen murid kelas itu satu per satu.
Ya ampun, baru kali ini gue bengong ngeliatin sesama cewek! Ck, nggak bener nih,
batin Thalita sambil geleng-geleng kepala.
* * * Tha, ke kantik yuk & Laper banget gue! keluh Nita sambil mengusap-usap perutnya.
Bel istirahat baru aja berdentang, tapi Nita udah siap dengan dompetnya di depan
pintu kelas. Keliatannya dia bener-bener kelaperan dan nggak tahan ingin ke kantin.
Thalita mengangguk, lalu mengambil dompetnya dari dalam tas. Tapi begitu dia
menoleh ke arah Nita lagi, dia benar-benar shock. Di sana, kira-kira lima langkah dari
Nita, ada cowok entah dari mana datangnya yang tampangnya bener-bener
menyilaukan mata! Menang jauh deh dari Sugeng, yang baru dua jam lalu Thalita tahu
dari salah satu teman sekelasnya yang lain, adalah blasteran Jawa-Inggris. Cowok ini
benar-benar ganteng, apalagi dengan hidung mancungnya itu.
Sori, lo lihat Lita nggak" tanyanya pada Thalita.
Emang dasar Thalita lagi bengong, dia nggak nyadar lagi diajak ngobrol.
Halooo & lo lihat Lita nggak" cowok itu mengulang pertanyaannya.
Kali ini Thalita sadar, dan langsung gelagapan sendiri. Ehh & Lita siapa ya" Sori,
soalnya gue murid baru di sini, jadi belum pada hafal nama anak-anak sekelas &
Lita, mmm & Alita Wilson & Tatyana, maksud gue, jelas cowok itu.
Thalita langsung merasa seperti ban kempis. Memang pantas kalau cowok
seganteng ini mencari Tatyana yang supercantik itu.
Oh, Tatyana" Nggg & nggak lihat tuh! Mungkin ke kantin & Kenapa
memangnya" Oh. Nggak papa sih. Thanks. Cowok itu hampir keluar dari kelas, waktu dia
berbalik dan tersenyum pada Thalita. Lain kali kalo nyeberang lapangan parkir hati-hati, oke"
Cowok itu berbalik lagi, dan kali ini langsung meninggalkan kelas. Thalita cuma
bisa bengong begitu menyadari cowok itulah pengendara motor yang nyaris
menabraknya tadi pagi! Thalita masih inget tatapannya!
Nita menghampiri Thalita dengan langkah lemas. Aduh, Tha, busettt & siapa sih tu
cowok" Ganteng banget! Kayak malaikat &, katanya dalam desahan terpesona.
Gue juga nggak tau, Nit. Thalita mengedikkan bahu. Kita kan sama-sama murid
pindahan di sini. Fiuuuhh & nggak menyesal gue masuk sekolah ini! kata Nita lagi, tapi kali ini
dengan berapi-api. Sayang, dia nggak sekelas sama kita ya &
Bukannya untung kalau dia nggak sekelas sama kita" Gue malah khawatir kalau
ada makhluk seganteng itu di kelas ini, lo bakal nggak naik kelas gara-gara ngeliatin
cowok itu terus dan nggak konsen sama pelajaran!
Nita meringis. Haha! Bener juga lo! Biar ganteng, tapi kalo sampai bikin gue nggak
naik kelas kan parah juga.
Makanya, itu namanya tenang tapi menghanyutkan. Hehehe &
Mereka berdua tertawa, lalu berjalan bersama menuju kantin.
* * * Jam pelajaran berikutnya, Thalita sibuk mengorek keterangan dari Uwi, yang duduk di
bangku depannya, tentang cowok yang nyaris menabraknya tadi pagi itu.
Wi & kenal apa nggak"
Uwi, yang kelihatannya punya semua info dan gosip paling lengkap di sekolah ini,
langsung menoleh. Tunggu, Tha, gue lagi mikir nih, soalnya di sekolah ini kan banyak yang ganteng!
Coba lo kasih ciri-ciri lebih spesifik deh. Atau mungkin & gue nggak kenal karena dia
dulunya bukan anak SMP sini &
SMA Persada Bangsa memang salah satu sekolah yang lengkap dari SD sampai
SMA. Kebetulan Uwi dulu SMP-nya di sekolah ini juga, makanya Thalita berusaha
mengorek info dari dia. Masa sih" Tapi dia nyari Tatyana lho & Tatyana kan dulu anak SMP sini, masa sih
dia murid baru tapi udah kenal Tatyana"
Wajar lah & Tatyana kan ngetop se-DKI dari ujung ke ujung! Mungkin aja cowok
itu salah satu fansnya, yang bela-belain masuk ke SMA ini cuma karena mau pedekate
sama Tatyana. Thalita manyun, tapi dia terus merengek pada Uwi supaya bisa dapat info tentang
cowok ganteng yang membuatnya penasaran itu.
Apaan sih" Nita yang tadinya sibuk menyalin daftar kegiatan buat MOS besok
dari papan tulis mulai ikutan nimbrung, padahal tadi dia adem-adem aja.
Ah, gue tau! Pasti yang lo maksud Darren! seru Uwi tiba-tiba.
Darren" Darren siapa" tanya Nita heran.
Itu & yang dilihat Thalita waktu istirahat tadi, bocor Uwi.
Hah" Cowok super-duper-ganteng yang masuk ke kelas pas istirahat tadi itu,
Tha" tanya Nita bersemangat, matanya berbinar.
Thalita mengangguk. Oya, gue lupa bilang, Darren itu kakaknya Tatyana, tambah Uwi.
Hah" Thalita melongo. Kakak" Kakak & kandung" tanyanya heran.
Iya. Kok bisa seangkatan sih" Darren kelas sepuluh juga, kan" Dia nggak naik kelas,
ya" Yah & sayang, cakep-cakep bolot & Nita berspekulasi.
Oh, bukan & bukan & Uwi langsung memotong, sebelum Nita makin ngaco.
Tatyana sama Darren itu kan cuma dua bersaudara, beda umurnya cuma setahun.
Tatyana dulu pernah cerita, waktu D
arren mau masuk TK, dia nggak mau ditinggal di
rumah sendirian. Akhirnya, sama ortunya mereka disekolahkan bareng-bareng, jadi
bisa seangkatan, gitu. Darren kalo manggil Tatyana itu Lita, nama panggilannya kalau
di rumah & Ooh & gitu, gumam Thalita. Sekarang ia tahu siapa nama cowok ganteng yang
nyaris menabraknya tadi pagi: Darren.
* * * Seminggu kemudian, setelah MOS selesai.
Buka bukunya halaman tiga dan baca, setelah itu kalian kerjakan soal di halaman
enam, nanti dikumpulkan setelah pelajaran, kata Pak Lukas.
Thalita mendengus jengkel. Hari pertama pelajaran, sudah mulai soal-soal latihan!
Dia mengerling Tatyana yang duduk di sebelahnya. Cewek cantik itu kelihatannya
nyantai aja, bahkan udah mulai ngerjain soal.
Kenapa, Tha" tegur Tatyana, yang merasa diperhatikan Thalita.
Thalita cuma bisa mesem aja kayak orang bego. Sekarang ini mereka sedang
pelajaran agama, dan kelas mereka digabung dengan anak-anak dari kelas X-6.
Berhubung di kelas agamanya ini cuma dia, Tatyana, Verina dan Nita cewek yang dari
kelas X-5, dan Nita lagi nggak masuk, akhirnya Thalita duduk sama Tatyana. Soalnya,
Verina duduk sama cowoknya. Udah gitu, sisa sepuluh orang lain yang di kelas agama
itu adalah para cowok, sebagian besar dari kelas X-6 yang nggak Thalita kenal. Nggak
mungkin dong Thalita duduk sama mereka" Apalagi, salah satu di antara para cowok
itu adalah Darren! Entah kenapa Thalita masih agak-agak salting kalau ada di dekat
cowok itu. Nggak apa-apa kok, Na, jawab Thalita sok santai.
Oh, gitu. Ya udah, mulai kerjain aja soal-soalnya. Waktunya mepet lho.
Oke, jawaban itu meluncur keluar begitu saja dari mulut Thalita, tapi setelah itu
dia masih nggak tahu harus menuliskan apa di lembar-lembar kertas kosong yang
seharusnya terisi jawaban soal. Dia malah memandangi Darren yang duduk di baris
paling depan. Wah, cowok itu ternyata cakep banget. Makin dilihat makin ganteng!
Ah, mikirin apa gue ini" Thalita mengomeli dirinya sendiri dalam hati. Gue kan
nggak naksir dia! Nggak! Gue masih sayang Andra &
Thalita" Ngelamun ya" Lo ngeliatin apa sih" tegur Tatyana lagi, dan kali ini dia
mengikuti arah pandangan Thalita. Lo ngeliatin Darren"
Hah" Oh, eh & apa" Nggak, nggak kok & Thalita langsung pura-pura membaca
buku paketnya. Lo tadi ngeliatin Darren" ulang Tatyana.
Hah" Siapa &" Thalita sok bego.
Darren, abang gue, terang Tatyana detail.
Abang lo" Abang lo yang mana" Thalita masih berlagak pilon. Gue nggak tau
abang lo sekolah di sini juga &
Hmm & kalo nggak tau, ntar deh gue kenalin & Tatyana tersenyum dan
meneruskan mengerjakan soal-soal latihannya. Thalita cuma bisa bengong, menyadari
jawabannya tadi salah total.
Gini deh kalau menjawab sesuatu tanpa pikir panjang dulu. Duuuhh & bego!
* * * Bel tanda sekolah usai berbunyi satu jam kemudian. Thalita langsung panik sendiri.
Sebenernya dia mau-mau aja dikenalin sama Darren, tapi dia takut aja misalnya nanti
Tatyana kelepasan ngomong bahwa sepanjang pelajaran tadi Thalita ngeliatin Darren
terus, kan malunya nggak nahanin!
Ditambah lagi sikap salting Thalita yang suka nongol tanpa permisi setiap dia ada
di dekat Darren. Nah lho, cewek mana pun pasti nggak mau kelihatan tolol di depan
cowok, kan" Apalagi kalau cowoknya punya tampang di atas rata-rata!
Thalita memang nggak naksir Darren, tapi itu nggak berarti ia mau kehilangan
muka di hadapan cowok itu!
Ayo, Tha, gue kenalin sama Darren! kata Tatyana sambil memasukkan bukunya
ke tas. Ehh, Na, gue & Thalita mendadak jadi gagap.
Kenapa" Eh & lo kok pucat" Sakit, ya" Tatyana keliatan cemas.
Di kepala Thalita mendadak muncul bohlam terang. Sakit" What a good idea!
Iya & iya nih & Perut gue & nggak tau kenapa, sakit banget & Thalita pura-pura
meringis menahan sakit. Ya ampun! Ayo gue antar ke UKS!
Nggak, nggak usah & Yah & lo nggak jadi gue kenalin sama Darren dong"
Mmm & lain kali aja ya, kenalannya" Nggak papa, kan" Gue udah nggak tahan
mau ke WC nih. Bye! Tanpa menunggu jawaban Tatyana, Thalita langsung ngacir ke WC. Dia baru
berhenti begitu sampai di salah satu bilik WC dan menutup pintunya rapat-rapat. Baru
kali in i dia lebih memilih ngumpet di WC daripada dikenalin sama cowok ganteng!
Benar-benar memalukan dan bodoh!
* * * Hwahahaha & hahahaha & tawa Jennie terdengar nyaring di telepon. Anak satu ini
memang paling nggak bisa kalem.
Jen, udah dong! Masa ketawa terus sih dari tadi"
Habisnya & lo lucu banget sih! Masa dikenalin sama cowok keren nggak mau"
Lebih milih ngacir ke WC, lagi! Hahaha &
Iya iya & gue tau kok gue bego banget, tapi suer tadi gue ngeri banget mau
dikenalin. Gimana kalo Tatyana kelepasan bilang ke Darren tentang gue yang ngeliatin
cowok itu terus, hayo" Kan gue lebih malu lagi!
Iya, hahaha & iya deh gue nggak ketawa lagi & hahahaha & Jennie benar-benar
nggak konsisten dengan kata-katanya.
Terus, besok gue mesti gimana, dong" Thalita memutuskan untuk minta saran
sohibnya sejak SMP itu. Hmm & gimana ya & Kalau menurut gue sih sebaiknya lo nggak nolak lagi kalau
mau dikenalin sama Darren. Kan lo bilang dia cakep, keren, lagi! Kalau misalnya
Tatyana sampai kelepasan soal lo yang ngeliatin Darren terus, ya udah cuek aja! Siapa
tau nanti malah Darren jadi care sama lo karena dia tau lo ada perhatian sama dia.
Thalita melongo. Jennie ini gimana sih" Ngomong sih gampang, tapi prakteknya itu
lho! Dan please deh, dia nggak naksir Darren!
Lagi pula, Tha, siapa tau juga & mungkin Darren bisa gantiin Andra &
Diam selama beberapa saat.
Jen, gue nggak mau ngomong soal Andra lagi, kata Thalita akhirnya.
Mmm & sori ya, Tha & Gue nggak ada maksud untuk & Jennie sadar dia barusan
salah bicara. Nggak papa. Udah dulu ya, gue mau mandi dulu. Bye.
Thalita menutup telepon dengan perasaan pahit. Ia memang nggak menolak
dikenalkan sama Darren. Apalagi Darren kan ganteng. Tapi & kok kayaknya Thalita
belum bisa melupakan Andra, sekeras apa pun dia berusaha. Cowok yang satu itu
masih tetap saja bercokol dalam hatinya.
* * * Tha, udah sembuh sakit perutnya" tanya Tatyana keesokan harinya begitu Thalita
menginjakkan kaki di kelas.
Oh, eh & udah, Na! Gue udah sehat kok.
Wah & jadi gagal deh ya, kemarin" Padahal gue pengin banget ngenalin lo ke
Darren. Dia kan lagi jomblo & Tatyana tersenyum.
Jomblo" Tapi... tapi kenapa dikenalinnya ke gue" Eh & maksud gue, di sekolah ini
kan banyak cewek lain &
Habis lo lucu sih! Tatyana nyengir. Kalau gue ngobrol sama lo, pasti bawaannya
pengin ketawa terus. Dan lo anaknya asyik, enak diajak ngobrol.
Eh & gitu, ya" Iya, bener lho! Tapi kesannya gue jadi maksa lo, ya" Sori ya, Tha &
Nggak papa kok, nyantai aja. Tapi & kayaknya lo semangat banget nyariin cewek
buat Darren. Emangnya kenapa"
Oh, itu & Tatyana mengembuskan napas pelan-pelan. Gini, gue ceritain
something, tapi lo janji ya jangan cerita ke siapa-siapa"
Thalita melongo dengan suksesnya. Coba, dia kan baru kenal sama Tatyana, dan
mereka bahkan nggak dekat, tapi Tatyana udah mau menceritakan something ke dia
yang nggak boleh diketahui siapa-siapa"
Mmm & oke. Gue nggak akan cerita ke siapa-siapa.
Tatyana mengangguk, dan entah kenapa wajahnya terlihat sedikit murung.
Darren sama gue cuma beda satu tahun, dan kami akrab banget dari kecil, ke
mana-mana nggak pernah pisah. Sampai waktu ortu kami cerai &
Seperti orangtua Andra, batin Thalita tak percaya.
Tatyana terdiam sebentar, lalu melanjutkan ceritanya. Well, ortu kami cerai karena
nyokap kami selingkuh. Keheningan menyusul setelah Tatyana mengucapkan itu. Yang terdengar hanya
suara beberapa langkah kaki di koridor sekolah.
Selingkuh" ulang Thalita hati-hati. Dia nggak menyangka cerita Tatyana bisa
begitu pribadi. Yah, ortu yang cerai karena salah satunya selingkuh jelas bukan topik
yang bakal kamu ceritakan ke orang yang baru dikenal, kan" Tapi Tatyana kayaknya
sama sekali nggak ragu untuk cerita ke Thalita.
Iya. Sama mantan pacarnya. Malu-maluin, ya" Tatyana berusaha tertawa, tapi
tawanya terdengar kering di telinga Thalita. Yah & gue sama Darren akhirnya ikut
Bokap, sampai sekarang. Sejak itu Darren nggak pernah suka sama cewek lagi. Dia juga
jadi pendiam. Padahal sebelumnya dia friendly banget sama semua orang. Sampai
setahun lalu, dia suka sama satu cewek. Cewek itu
& dia cewek nakal, Tha &
Cewek nakal" Thalita syok. Jangan sampai nakal yang itu! Thalita membatin.
Iya. Dia suka ngerokok, minum, clubbing, punya tato & nggak bener banget
pokoknya. Dia juga & junkies &
Junkies & Kata itu bergaung di telinga Thalita, dan untuk kesekian kalinya dia merasa ada
yang merobek sesuatu dalam dirinya. Selalu begitu setiap dia mendengar kata itu
disebut. Terus" Thalita berusaha fokus kembali ke cerita Tatyana.
Darren sayang banget sama cewek itu. Dia pernah nembak cewek itu, tapi cewek
itu nolak Darren, di depan banyak orang! Sambil ketawa-ketawa & dan bilang Darren
itu nggak gentle karena nggak berani nyoba drugs, nggak berarti apa-apa buat dia &
Drugs & Ya ampun, jahat banget! Memang jahat banget tuh cewek! Untung sekarang Darren udah lumayan bisa
ngelupain cewek itu, tapi ya & sampai sekarang dia belum mau punya cewek. Gue rasa
dia takut ditolak lagi &
Oh, gitu & Terus, gue bisa bantuin apa nih" Thalita tanpa sadar menawarkan
bantuan. Tatyana menatap Thalita penuh harap. Lo & mau bantuin"
Thalita mengangguk, masih nggak sadar.
Tatyana sumringah. Lo mau coba deketin Darren nggak"
Hah" Kalau sama lo, gue dukung deh! Nggak tau kenapa, tapi gue ngerasa aja lo bakal
cocok sama Darren & Dan walaupun kita baru kenal, gue ngerasa bisa percaya sama lo.
Lo cewek yang baik, lucu &
Tapi & Thalita memutar otak secepat yang dia mampu, baru nyadar sudah
mengucapkan kata-kata yang salah tadi. Kalau & kalau Darren-nya nggak mau sama
gue, gimana" Lagian & gue baru kenal dia seminggu, Na. Gue nggak berani &
Aduh, nyantai aja! Dia orangnya baik kok! Ayolah, Tha & please &
` Thalita terdiam. Gue nggak minta lo jadian sama Darren kok. Gue cuma pengin lo dekat aja sama
Darren. Jadi temen baiklah, atau temen curhat. Kalau pada akhirnya kalian bisa jadian
atau nggak, gue nyerahin semuanya ke elo. Gue cuma pengin lo tau kalau lo dapat
support total dari gue.

Thalita Karya Stephanie Zen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thalita menghela napas, ada keraguan dalam dirinya. Apakah Tatyana sebenarnya
punya maksud tersembunyi di balik semua ini" Karena rasanya & ganjil aja. Mereka
kan baru kenal, tapi Tatyana bisa langsung menceritakan semua itu pada Thalita.
Namun, Thalita berusaha positive thinking, dia nggak mau berburuk sangka sama orang
lain. Nggak baik. Dan, apakah dengan menyanggupi permintaan Tatyana ini, dia nggak akan
mengkhianati Andra" Memang sih, secara status mereka sudah putus, dan Thalita juga
nggak jadian sama Darren. Tapi kan tetap saja & Thalita dan Andra baru sebulan putus,
rasanya terlalu dini &
Sayang, Thalita nggak tega melihat tatapan Tatyana yang kelihatannya mengharap
banget itu. Iya deh, gue coba & Bener" Elo mau" Horeeee &!!! Seperti anak SD yang mendengar bel pulang
sekolah, Tatyana langsung memeluk Thalita dengan gembira.
Gue melakukan ini hanya untuk menolong Tatyana, bukan karena gua suka sama
Darren, Thalita berbicara dalam hati. Gue nggak mengkhianati Andra, batinnya,
menenangkan kegalauannya sendiri.
DUA Bu, ada novel baru nggak"
Bu Any, pustakawati SMA Persada Bangsa, mengangguk. Ada dua, di rak sebelah
sana. Kamu cari aja, baru dateng kemarin kok &
Penulis lokal atau luar"
Dua-duanya. Tapi karena masih buku baru, kalo mau pinjem cuma boleh dua
hari. Oke. Nggak papa, Jawab Thalita sambil nyengir lebar. Dia sih cinta banget baca
novel. Satu novel tebal bisa habis dibacanya dalam satu jam, jadi jangka waktu dua hari
jelas bukan masalah. Sambil menunggu Bu Any mencatat buku pinjamannya, Thalita mengedarkan
pandangan ke sekeliling perpus. Kali ini dia bersyukur ortunya memaksanya masuk
SMA Persada Bangsa. Gimana nggak" Perpus sekolah ini keren banget! Komplet,
koleksi bukunya selalu up to date, bersih, sejuk karena AC yang selalu menyala, dan
yang lebih penting, bisa baca buku gratis. Pokoknya benar-benar surga buat penggila
buku seperti Thalita deh!
Pandangan Thalita terhenti pada reading corner, salah satu sudut perpus yang sudah
disulap menjadi tempat untuk baca-baca, dan dia langsung melongo. Ada Darren di
situ! Thalita teringat janjinya pada Tatyana, dan langsung merasa bersalah. Sudah dua
minggu sejak janji itu, tapi Thalita
belum melakukan apa pun untuk memenuhinya. Dia
bahkan berusaha menghindar setiap ketemu Darren. Tapi sekarang cowok itu ada di
pojok sana, cuma beberapa langkah dari tempatnya berdiri, lagi baca koran dengan
santainya. Thalita" Bu Any menepuk-nepuk tangan Thalita, yang nggak sadar udah
dipanggil sedari tadi. Eh & oh iya, Bu. Kenapa"
Ini, bukunya sudah selesai dicatat.
Oh iya, makasih ya, Bu. Iya. Bu Any lalu menyibukkan diri lagi dengan pekerjaannya, sementara Thalita
melihat jam dinding di perpus dan tahu bel baru akan berbunyi lima belas menit lagi.
Just do it, Thalita! Thalita berusaha menyemangati dirinya sendiri. Now or never!
Akhirnya Thalita nekat juga berjalan ke arah reading corner, dan sok berani duduk di
sebelah Darren. Ternyata cowok itu sedang baca koran terbitan hari itu, rubrik
otomotif, dan Thalita masih nggak menemukan alasan untuk ngomong sama dia. Lalu
pandangan Thalita tertuju ke koran rubrik olahraga yang ada di pangkuan Darren,
tentang Piala Asia yang sudah mulai memasuki babak semifinal.
Yeah, gue prihatin sama Piala Asia, kata Thalita dalam hati. Bukannya Asia lebih
besar dari Eropa" Tapi kenapa Euro selalu jauh lebih seru daripada Asian Cup"
Lo mau pinjam" Thalita mengangkat kepalanya dari headline IRAK KE SEMIFINAL!, dan melongo
menatap orang yang baru saja mengajaknya bicara.
Lo & ngomong sama gue" tanya Thalita nggak percaya.
Ya ampun, Darren mengeluh, gue nggak tahu lo ini lemot, telmi, atau apa, tapi
kenapa sih lo selalu nggak nyadar tiap kali gue ngomong sama lo"
Oh, sori &, kata Thalita malu.
Nggak usah sori segala. Lo kan nggak bikin salah apa-apa sama gue. Nih, mau
pinjam, kan" Darren menawarkan koran olahraga yang tadi ada di pangkuannya itu.
Kok &" kening Thalita berkerut. Memangnya siapa yang mau pinjam koran"
Habisnya dari tadi lo ngelirik ke koran ini terus sih, potong Darren.
Oh, iya & iya. Makasih, ya. Thalita nyengir salting. Ternyata Darren tau sedari
tadi Thalita melirik koran olahraga di pangkuan cowok itu!
Thalita mengambil koran dari tangan Darren dan berpura-pura mulai membaca,
tapi dia sama sekali nggak bisa menangkap apa isi berita yang dibacanya.
Lo suka sepak bola juga, ya" tanya Darren lagi. Thalita menoleh heran ke arah
Darren dengan kening berkerut. Eit, jangan tanya lagi apa gue ngomong sama lo apa
nggak! Darren memperingatkan.
Thalita tertawa. Iya, suka.
Thalita nggak bohong, dia memang termasuk di antara segelintir cewek yang suka
sepak bola. Suka liga apa" tanya Darren.
Inggris. Kok cewek suka bola sih"
Emangnya kenapa" Nggak boleh"
Ya aneh aja & soalnya cewek kan biasanya lebih seneng shopping, terus ngikutin
trend, ke salon, ya gitu deh. Jarang aja ada cewek gibol. Ato lo & suka bola cuma karena
pengin lihat pemain-pemainnya yang cakep itu, ya"
Eh, sembarangan ya! omel Thalita tanpa sadar. Memangnya cuma cowok apa
yang ngerti soal offside, penalti, en segala macemnya itu" Gue juga ngerti! Memang sih,
Liga Inggris pemainnya cakep-cakep, tapi kalo menang tampang doang, nggak bakal
deh ada klub yang mau ngontrak.
Nah, David Beckham itu" Dia kan dikontrak gara-gara tampangnya"
Tapi Beckham kan mainnya juga bagus! Kebetulan aja dia punya tampang oke! Di
luar kemauannya, Thalita jadi semangat sendiri. Dia memang paling nggak bisa tahan
kalau ada orang yang sudah mulai membahas sepak bola.
Dan istri yang selebriti, juga selingkuhan yang asisten pribadinya sendiri, serta
tetangga seorang Tom Cruise, hahaha & Darren tertawa.
Kok lo jadi sentimen gitu" Sirik ya &"
Darren menggeleng. Ah, gue biasa aja kok. Tapi asyik juga ya ngomong bola sama
lo, bisa nyambung. Padahal kita kan nggak saling kenal.
Thalita terdiam, sadar gara-gara topik bola tadi dia sudah SKSD. Gue & gue kenal
lo kok! Lo kakaknya Tatyana, kan"
Itu namanya tahu, bukannya kenal. Darren tertawa geli. Kalo kenal itu kayak
gini lho. Darren mengulurkan tangannya, yang dibalas Thalita dengan ragu-ragu.
Gue Darren. Mmm & Thalita. Nice name. Asal orangnya nggak suka ngelamun sendiri aja kalau diajak ngobrol,
hehe & Lain kali ngobrolin bola lagi ya, udah jam
masuk nih. Bye! Darren pergi, sementara Thalita kaget sendiri melihat jam di perpus yang memang
sudah menunjukkan selesainya jam istirahat.
Aneh, bukannya waktu terasa berjalan sangat cepat hanya kalau kita melakukan hal
yang benar-benar kita sukai" Kenapa waktu juga berjalan begitu cepat saat Thalita
ngobrol sama Darren"
Apa itu berarti & ngobrol bareng Darren bakal masuk daftar sesuatu yang sangat
disukai -nya" Thalita menggelengkan kepalanya kuat-kuat, seolah ada lalat yang terbang
mengitari kepalanya, dan dia sedang berusaha mengusir lalat itu. Nggak, pikirnya. Itu
karena gue suka bola, dan kebetulan Darren juga, jadi kami ngobrolnya nyambung. Itu
sama sekali bukan karena gue menikmati ngobrol sama Darren.
Thalita menghela napas, lalu bangkit dari situ dan berjalan menuju kelasnya.
* * * Lo mau nggak jadi cewek gue"
Hah" Apa" Lo mau nggak jadi cewek gue" ulang Darren.
Thalita nyaris cegukan. Lo bercanda, ya" tanyanya nggak percaya. Mana mungkin
Darren nembak dia, mereka kan kemarin baru pertama kalinya ngobrol!
Serius lah & Seribu rius, malah!
Tapi kan & Kenapa" Lo udah punya cowok"
Thalita menggeleng. Kok tiba-tiba lo nembak gue sih"
Memangnya kalo mau nembak harus pakai pemberitahuan dulu sebelumnya"
Eh, bukan gitu & kalimat Thalita terpotong. Darren tiba-tiba aja berjalan
mendekat, dan semakin dekat. Thalita sampai bisa mencium bau aftershave-nya yang
harum. Pelan-pelan Thalita menutup mata. Darren semakin dekat &
Tapi tiba-tiba hujan turun sangat deras, dan sekujur tubuh Thalita basah kuyup,
padahal dia ada di teras rumah. Bukan cuma itu, Darren juga menghilang entah ke
mana! Arrrrrrggggghhhhhh &!!! jerit Thalita keras-keras. Bersamaan dengan itu matanya
terbuka lebar, dan terdengar suara orang cengengesan.
Makanya, kalau molor jangan kayak kebo! Dibangunin bukannya bangun, malah
ngigo! Lo bercanda, ya" & Tapi kan & Kok tiba-tiba lo nembak gue sih"" Mimpi
ditembak sama siapa lo" Acha, adik Thalita satu-satunya, tertawa terbahak-bahak. Di
tangannya ada sebuah ember merah besar yang masih meneteskan air ke lantai kamar.
Gila lo! Lo guyur gue pakai air seember"! tanya Thalita nggak percaya.
Huahahaha! Nggak seember penuh kok, cuma setengahnya & Acha semakin
terbahak melihat Thalita mengomel panjang-pendek. Udah waktunya bangun, tau!
Ada yang nyari lo tuh di bawah.
Hah" Siapa" Udah, lo lihat aja sendiri sana! Cepetan! Dia udah nunggu dari tadi! Lo sih,
molornya nggak tanggung-tanggung!
Thalita bingung sendiri, memangnya siapa yang datang" Masa & Darren"
* * * Ya Tuhan & Kenapa dia"
Aku ganggu, ya" tanya cowok di depan Thalita itu. Thalita masih melongo dan
nggak sanggup ngomong apa-apa saking kagetnya begitu tahu cowok itu masih berani
muncul di rumahnya setelah semua yang sudah terjadi.
Ngapain kamu ke sini" desis Thalita marah. Dalam hati dia sedikit bersyukur
karena saat ini siang bolong, jadi ortunya masih pada di kantor. Kalau mereka ada di
rumah, Thalita jamin cowok itu bakal langsung ditendang keluar begitu menampakkan
batang hidungnya di sini. Kemarahan Papa tempo hari sudah jadi bukti nyata bahwa
kehadiran Andra sama sekali nggak diinginkan di rumah ini.
Ada yang mau aku omongin sama kamu, Tha. Soal keputusanmu waktu itu. Kamu
salah, nggak seharusnya kamu &
Keputusan yang salah tentang apa" Sejauh ini aku ngerasa semua keputusan yang
aku ambil tentang kamu bener semua kok.
Andra menghela napas dan menatap Ibon, anjing peliharaan Thalita yang sedang
berbaring malas-malasan di depan garasi. Soal kamu nggak mau ketemu aku lagi.
Nah, dari semuanya, aku rasa itu yang paling benar, kata Thalita tegas.
Andra mengalihkan pandangannya dari Ibon ke Thalita, dan Thalita cuma bisa
bengong begitu menyadari betapa kurusnya cowok itu sekarang.
Kalau mau jujur, sebetulnya Thalita sedih banget waktu ortunya melarangnya
untuk ketemu Andra lagi. Tapi di luar semua itu, dia tahu ortunya merencanakan yang
terbaik. Mereka hanya nggak ingin Thalita terjerumus di dunia yang sama dengan
Andra. Dan sekarang, saat Thalita sudah setengah jalan dengan keputusannya untuk
menjauhi Andra, dia ngga k mau semua usahanya jadi sia-sia. Dia harus tegas pada
Andra, meski sulit dan sakit rasanya.
Kenapa" tanya Andra pelan.
Aku nggak bisa percaya sama kamu lagi, Ndra &
Soal apa" Drugs itu" Thalita, aku &
Udah ya, Ndra, jangan dilanjutin. Aku nggak tau harus gimana sama kamu. Dari
dulu kamu selalu janji bakal berhenti pakai drugs, selalu janji kamu nggak akan
ngecewain aku lagi, tapi kenyataannya &" Kamu ingkar janji terus. Dan aku nggak mau
ambil risiko aku bakal terjerumus ke dunia yang sama &
Susah payah Thalita menahan, tapi air matanya tak mau menurut. Ia menangis
tersedu-sedu. Kamu malu punya pacar kayak aku"
Thalita mendongak, tersenyum pahit. Ya.
Tha, please & Thalita nggak menggubris permohonan Andra. Ia melanjutkan kata-katanya. Aku
malu punya pacar kayak kamu, yang nggak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Kamu
lihat dong, Ndra, seperti apa kamu sekarang & Kamu nggak seperti Andra yang aku
kenal dulu & Andra duduk di kursi dan mengatupkan kedua tangan ke wajahnya. Thalita sudah
berusaha membuang muka, tapi dia masih tetap bisa melihat lipatan siku Andra yang
penuh bekas suntikan. Dia bergidik ngeri.
Tha & aku minta maaf &
Buat apa" Toh, kamu juga nggak bisa ninggalin drugs-mu itu biarpun aku sudah
memohon ke kamu berkali-kali, kan" Kamu cuma bisa janji, tanpa menepati janjimu itu.
Aku nggak bisa, Ndra. Ortuku sudah tau semua tentang kamu, mereka nggak setuju
kita pacaran. Mereka bahkan nggak mau aku masuk SMA tempat kamu sekolah. Aku
nggak boleh dekat-dekat kamu lagi. Dan aku tau, mereka sudah mengambil keputusan
yang benar untukku & Tapi & aku masih sayang sama kamu, Tha!
Sayang"" Haha & Thalita berusaha tertawa sesinis mungkin, padahal dalam
hatinya sakit setengah mati. Kalau kamu bener sayang sama aku, kamu nggak akan
tega nyakitin aku! Kamu akan penuhi permintaanku untuk berhenti nge-drugs!
Drugs itu cuma karena aku kecewa & Andra tiba-tiba mencengkeram bahu Thalita
dan mengguncang-guncangkan tubuhnya. Mau nggak mau pandangan Thalita terpaku
pada bekas-bekas suntikan di lipatan siku Andra lagi. Dia memejamkan mata.
Kecewa sama siapa" Ortumu" Kamu kan dulu punya aku! Aku bisa bantuin kamu!
Kamu minta pertolongan ke tempat yang salah, Ndra & Kamu bahkan nggak mau
berusaha demi kebaikanmu sendiri! Apa lagi yang harus aku perjuangkan, Ndra"
Apa"! Thalita menggigit bibir dengan getir. Sori, tapi aku nggak mau ngomong sama
kamu lagi. Cepat-cepat Thalita melepaskan tangan Andra dari bahunya, lalu berlari ke kamar
dan mengunci pintu. Dia menjatuhkan diri ke atas ranjang, dan menangis sejadi-jadinya.
* * * Tha & Jennie membuka pintu kamar Thalita perlahan. Thalita mengangkat kepalanya
dari bantal dan langsung menghambur memeluk Jennie.
Jen, Andra & Iya, gue tau. Udah ya, jangan nangis lagi & Jennie membelai rambut Thalita
lembut. Tadi setelah Andra pulang, Thalita memang menelepon Jennie sambil
menangis, dan sobatnya itu muncul di rumahnya kurang dari setengah jam kemudian.
Kenapa dia muncul lagi" Padahal gue udah mulai bisa ngelupain dia & Dia
seharusnya tau kan kalo gue nggak mau ketemu dia lagi"
Mungkin dia masih sayang sama lo &
Itu yang dia bilang, tapi tolong deh & Sayang" Kalau dia sayang sama gue, dia
pasti mau menepati semua janjinya! Tapi nyatanya" Dia lebih sayang sama semua
drugs-nya itu! Lebih sayang daripada sama dirinya sendiri! Dia nggak tau kalau dia lagi
bunuh diri pelan-pelan, Jen & Thalita sesenggukan selama beberapa detik. Jennie
masih terus memeluknya. Gue masih sayang sama dia & Sayang banget & Tapi gue
tau, gue nggak akan bisa bertahan lagi & Air mata Thalita jatuh lagi.
Memang nggak semua yang baik itu menyenangkan ya, Tha" Tapi gue rasa,
memang lebih baik lo kehilangan Andra, daripada lo ada dalam lingkup pergaulan
yang berbahaya. Thalita mengangguk dalam tangisnya.
Lho, lho, ada apa ini"
Thalita terlonjak kaget mendengar suara itu. Ia mendongak dan melihat Papa
berdiri di ambang pintu kamarnya.
Kamu kenapa, Tha" Papa berjalan masuk dengan wajah khawatir. Thalita cepat-cepat menghapus air mata yang mengalir di pipinya, tapi jelas dia tak bisa
menyembunyikan juga mata sembap dan hidung merahnya dari Papa.
Karena nggak berhasil mendapatkan jawaban dari anaknya, papa Thalita menanyai
Jennie. Jen, Thalita kenapa"
Jennie terlihat ragu, tapi dia nggak bisa menghindar. Ngg & anu, Oom, tadi Andra
ke sini & Papa Thalita melotot. Ngapain dia ke sini" Kamu yang nyuruh dia datang, Tha"
Thalita menggeleng cepat. Nggak, Pa & Aku juga nggak tau kenapa dia berani


Thalita Karya Stephanie Zen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datang ke sini lagi, padahal aku udah ngelarang dia &
Anak itu & Papa duduk di tepi ranjang Thalita, dan menghela napas dalam-dalam. Dia masih mengganggu kamu"
Yah, dia masih suka nelepon, tapi nggak pernah aku angkat. SMS-nya juga nggak
pernah aku balas & Thalita teringat beberapa SMS dan telepon Andra yang
diabaikannya sejak mereka putus. Mungkin karena itulah Andra nekat datang ke
rumah, karena cara lain yang dilakukannya untuk mengajak Thalita bicara ternyata
gagal. Thalita yakin, Andra juga pasti sudah memperhitungkan untuk datang siang
hari, ketika Papa nggak ada, agar dia nggak diusir.
Bagus, apa yang kamu lakukan sudah benar. Kamu harus berani menunjukkan
ketegasan bahwa kamu nggak mau berurusan sama dia lagi.
Iya, Pa, aku tau & Aku juga tadi udah minta dia untuk nggak datang ke sini lagi.
Papa mengangguk. Kamu pasti mengerti kan, kalau apa yang Papa lakukan ini
untuk kebaikanmu" Tha, dan kamu juga, Jennie, Papa Thalita mengalihkan
pandangannya pada Jennie, yang menatap balik dengan ingin tahu, narkoba itu
berbahaya. Sekali kalian menyentuhnya, masa depan kalian akan hancur. Memang, ada
segelintir orang yang berhasil melepaskan diri dari jeratan narkoba. Sembuh dan bersih
setelah direhabilitasi. Tapi prosesnya sendiri pun bukan proses yang mudah &
Papa Thalita terdiam sebentar, sebelum akhirnya melanjutkan, Ada teman Papa,
anaknya kena narkoba & Papanya benar-benar kecewa. Anaknya nggak hanya jadi
pemakai, tapi diam-diam juga sudah jadi pengedar, dan itu membawa dia melakukan
banyak hal jahat lainnya. Dia mulai berani minta uang secara paksa dari ibunya, untuk
beli narkoba. Kalau nggak dikasih, dia mencuri. Uang kuliahnya juga dia embat untuk
beli narkoba. Kuliahnya jangan ditanya, jelas berantakan. Anaknya jadi pembangkang,
dan orangtuanya sudah nggak kuat lagi menangani dia. Akhirnya anak itu dikirim ke
salah satu panti rehabilitasi &
Kening Thalita berkerut. Papa nggak pernah cerita tentang ini sebelumnya.
Waktu di panti rehab, anak itu demam tinggi. Awalnya para pengurus panti
mengira itu demam biasa, tapi setelah darahnya diperiksa, baru diketahui bahwa anak
itu menderita HIV positif. Dan HIV-nya sudah berkembang menjadi AIDS & Setelah itu
barulah anak itu mengaku, dia suka pakai jarum suntik bergantian dengan teman-teman sesama junkies-nya, dan dia juga menganut seks bebas &
Thalita bergidik ngeri, sementara ia bisa mendengar Jennie di sebelahnya bersusah
payah menelah ludah. Anak itu meninggal, hanya beberapa bulan setelahnya. Dan ia meninggal dengan
sangat kesakitan. Papa ngeri sekali waktu melihat jenazahnya di rumah duka. Dia
hanya tinggal tulang dan kulit. Bahkan saat tubuh itu sudah nggak memiliki jiwa
sekalipun, wajahnya masih terlihat menderita. Papa nggak mau kamu sampai
mengalami nasib seperti itu, Tha & Papa nggak akan pernah sanggup melihat kamu
dalam keadaan seperti itu &
Thalita mengelus lengan Papa dengan lembut. Pantas Papa begitu keras
melarangnya untuk berdekatan dengan Andra selama ini. Ternyata Papa pernah
melihat sendiri bagaimana hancurnya orang yang terjerat narkoba, dan Papa hanya
nggak mau Thalita sampai bernasib seperti itu &
* * * Lit, temen lo yang namanya Thalita itu lucu, kata Darren sambil lalu waktu dia dan
Tatyana nonton TV bareng di ruang keluarga.
Wah & ada apa nih" Kok tiba-tiba lo care sama temen gue" Naksir" goda Tatyana.
Care apanya" Gue kan cuma bilang dia itu lucu! Kalau gue bilang Aming itu lucu,
masa gue naksir Aming" Nggak, kan" Darren langsung cerewet.
Lho, biasanya kan lo paling cuek sama temen-temen gue, Ren. Ingat namanya aja
nggak! Nah ini, nggak ada angin, nggak ada hujan, tiba-tiba lo ngomentarin temen gue.
Itu kan pasti ada apa-apanya! Tatyana ceki
kikan. Nggak usah sotoy deh, gerutu Darren.
Tatyana menahan tawanya. Tapi kan Thalita lucu, manis, imut & Udah, kalo naksir
sih ngaku aja! Tatyana tersenyum penuh kemenangan. Sejak awal dia sudah tau
Thalita jenis cewek yang bakal bisa membuat cowok secuek kakaknya ini pun bereaksi.
Imut sih imut, tapi kalo udah ngomong bola, duh & nggak ada imutnya sama
sekali! Semangat banget. Jangan-jangan cita-citanya itu pengin jadi komentator bola.
Nah, tambah bagus tuh! Berarti dia cocok kan sama lo" Daripada lo jomblo mulu,
nanti bisa menggundang gosip lho!
Itu kan hasil kerjaan biang gosip kayak lo sama temen-temen lo itu!
Yeee & sori ya! Gue nggak segitu kurang topiknya sampai harus ngegosipin lo!
Makanya, lo cari pacar dong!
Udah nggak usah bawel! Sendirinya juga jomblo, kok malah ngurusin orang lain"
kata Darren sambil berlalu ke kamarnya.
Tatyana cemberut. TIGA Di kelas agama, lagi-lagi Thalita menatap Darren sembunyi-sembunyi. Bener, cowok itu
memang ganteng. Dia juga orangnya enak diajak ngobrol (biarpun Thalita cuma pernah
ngobrol sama Darren sekali!). Dan yang paling penting, kalau Thalita mau lebih dekat
sama Darren, jalannya udah terbuka lebar, karena dia dapat support 100% dari Tatyana.
Yang jadi masalah sekarang cuma perasaan Thalita. Dia masih suka kepikiran
Andra, apalagi setelah cowok itu nekat datang ke rumahnya kemarin. Dan seganteng
apa pun Darren, entah kenapa belum ada deg-degan yang menyerbu hati Thalita kalau
kebetulan dia menatap cowok itu. Hanya ada salting-salting nggak penting.
Thalita jadi merasa bersalah karena ingat janjinya pada Tatyana. Dia sendiri
bingung, kenapa dulu bisa-bisanya janji sama Tatyana untuk berusaha mendekati
Darren. Rasanya waktu itu dia asal janji aja, nggak memikirkan konsekuensi dari
janjinya. Ini kan masalah hati. Nggak gampang untuk suka sama seseorang begitu aja.
Dan mungkin waktu itu juga dia kebawa suasana karena mendengar cerita tentang
Darren dikecewakan cewek yang disukainya setengah mati.
Lamunan Thalita buyar karena lengannya disikut Nita.
Lagi ngapain sih" tanya Nita pengin tau.
Ah, nggak ngapa-ngapain kok. Gue cuma ngantuk & Thalita sok mengucek
matanya dan menguap. Dia memang nggak niat untuk curhat dulu sama Nita, takut
Nita nantinya kelepasan cerita sama anak-anak lain soal Thalita yang diminta Tatyana
untuk ngedeketin kakaknya itu. Coba bayangin, gimana kalau Darren sampai tahu"
Pasti dia bakal marah! Kan kesannya dia nggak laku banget!
Eh, keliatannya Pak Lukas mau bagi kelompok tugas deh, kata Nita lagi.
Tugas apa" Nggak tau. Dengerin aja, ntar juga kan dikasih tau.
Thalita langsung memperhatikan Pak Lukas yang berdiri di depan kelas.
Anak-anak, kalian masing-masing akan Bapak bagi dalam kelompok. Masing-masing kelompok akan membuat makalah dengan tema &, Pak Lukas menulis di
papan tulis, Miskin: Dosa atau Tidak di Mata Tuhan". Nanti juga akan ada presentasi
untuk setiap kelompok. Satu kelompok terdiri atas dua orang, jadi kita akan punya
tujuh kelompok. Nit, kita sekelompok yuk" tawar Thalita.
Nita mengangguk riang. Nah, Bapak yang akan membagi kelompoknya, kata Pak Lukas.
Thalita langsung lemas. Kalau Pak Lukas yang membagi kelompoknya, ada
kemungkinan dia nggak bisa sekelompok sama Nita dong" Yah, nggak apalah, masih
ada kemungkinan bisa sekelompok sama Tatyana atau Verina.
Oke, kelompok pertama & Andika dengan Verina.
Verina langsung cengengesan, senang karena bisa sekelompok sama cowoknya
sendiri. Thalita menduga kedua orang itu bakal banyakan mojok dan pacaran
dibanding mengerjakan tugas.
Ronny dengan Freddy. Dua cowok anak X-6 yang nggak Thalita kenal baik.
Tatyana dengan & para cowok yang belum dapat pasangan, kecuali Darren,
langsung memasang telinga mereka baik-baik, &Sugeng.
Para cowok itu langsung merosot lemas di bangku mereka masing-masing. Harapan
mereka pupus hanya setelah beberapa detik mekar. Kalau Tatyana sekelompok sama
Sugeng yang tampangnya di atas rata-rata itu, mereka jelas nggak punya kesempatan
untuk deket-deket sama Tatyana!
Farrel dengan Nita. Nita kontan melotot. Dia sama sekali nggak menyangka
bakal dipasangkan dengan Farrell, cowok dingin bak freezer kulkas dari kelas X-6 itu.
Sioe Liong dengan Alvin. Ya, Pak, jawab dua orang itu serempak.
Rudy, kamu sama Gio. Rudy langsung merengut, dan itu sangat bisa dimaklumi. Gio adalah jenis cowok
yang mmm & berada di persimpangan . Di kartu pelajarnya jelas-jelas tertulis dia itu
cowok, tapi tingkah lakunya lebih feminin daripada cewek asli! Cowok-cowok lain
yang mendengar Rudy harus sekelompok sama Gio langsung ngakak. Gio-nya sendiri
malah mengedip-ngedip genit. Rudy langsung pasang tampang seolah dia lebih baik
disuruh ngepel dan menyikat seluruh WC sekolah daripada sekelompok dengan Gio.
Berarti, Thalita & Thalita memandang ke sekeliling kelas agamanya, berusaha mencari tau dengan
siapa dia bakal sekelompok. Kalau ini kelompok terakhir, berarti cuma satu orang
selain dia yang belum dapat kelompok juga, dan pastinya bakal jadi partnernya.
Dengan Darren, ya" Thalita mengerjap dua kali, tepat saat tatapannya berhenti di Darren, yang menoleh
ke arahnya dan nyengir. Dia & bakal sekelompok sama cowok itu" Entah kenapa, tapi
sepertinya Dewi Fortuna sangat merestui rencana Tatyana.
* * * Malamnya, Thalita menelepon Jennie. Biasa, untuk lapor kejadian hari ini.
Jadi lo sekelompok sama dia" tanya Jennie setelah Thalita selesai wajib lapor .
Gila, kebetulan banget! Iya, Jen, gue sendiri juga bingung kok bisa-bisanya dari banyak murid di kelas
agama itu, gue sekelompok sama Darren, kata Thalita.
Ya itu namanya jodoh lah. Hihihi & Jennie cekikikan.
Jen! Apaan sih" Thalita sewot. Kenapa sih Jennie ini nggak pernah berhenti
menggodanya" Dia kan nggak naksir Darren!
Thalita memang sudah cerita pada Jennie semua rencana Tatyana, juga
perkembangan yang terjadi setiap hari. Maklum aja, Thalita kan udah memutuskan
untuk tutup mulut sama Nita, tapi dia masih butuh teman curhat, dan siapa lagi yang
bisa jadi temen curhatnya kalau bukan Jennie"
Tha, gue mau pakai telepon! kata Acha yang mendadak nongol di pintu kamar
Thalita dengan gaya bossy.
Pakai telepon yang di ruang tamu, kenapa" tanya Thalita jengkel. Gue kan lagi
telepon Jennie! Ogah! Telepon yang di ruang tamu kan bukan wireless! Gue mau pakai yang
wireless! Lo ganggu banget sih" Thalita mendelik. Emang mau telepon siapa" Pasti Dina,
kan" Mau ngegosip, kan" Telepon itu mahal, nggak boleh dipake ngegosip, tau! omel
Thalita. Nah, lo juga telepon Jennie buat ngegosip, kan" balas Acha nggak mau kalah.
Thalita langsung menggeram jengkel. Adiknya yang satu ini memang magnet
pertengkaran! Kalau udah ada di dekat Acha yang supernyolot, Thalita bawaannya
pengin marah terus deh! Tunggu bentar! kata Thalita sebal, lalu melanjutkan bicara di telepon. Jen, ntar
gue telepon lagi deh ya. Ini ada anak tengil gangguin mulu, bisa nggak asyik kita
ngobrolnya! Padahal gue masih mau gosipin Darren &
Jennie tertawa. Nggak papa, gosipnya bisa lanjut ntar kok. Dadah &
Thalita memutuskan sambungan teleponnya, lalu menyerahkan wireless ke Acha
dengan tampang kusut. Thank you, kata Acha penuh kemenangan. Oh ya, Darren siapa sih" Gebetan baru
lo" Cerewet! gerutu Thalita.
Pasti orangnya pendek, gemuk, jorok, kacamataan, ketombean, terus & Acha
cengengesan sendiri. Bawel! Keluar sana! bentak Thalita lagi. Setelah Acha keluar, dia menghela napas
dalam-dalam. Grrr!!! Dosa apa gue sampai bisa punya adik nggak ketulungan bawelnya gitu"
batin Thalita kesal. * * * Hai! Darren duduk di kursi yang berada persis di sebelah Thalita, bikin cewek itu
terkaget-kaget. Jadi, kita sekelompok nih"
Eh & iya. Gue harus ngerjain apa aja"
Heh" Thalita mengernyit.
Itu lho & buat tugas kelompok itu, gue harus ngerjain apa aja"
Oh & Thalita manggut-manggut, lalu mengeluarkan notes kecil dari dalam
tasnya, dan merobek selembar kertas yang sudah penuh tulisan untuk Darren. Ini, gue
udah bikin daftar bahan makalah yang harus lo cari di Internet. Ntar kalo udah dapet,
kasih ke gue aja, biar gue yang nyusun makalahnya.
Darren mengambil kertas itu, lalu menelitinya sebentar.
Oke, kayaknya udah lumayan lengkap nih, katanya se
telah selesai membaca apa
saja yang ditulis Thalita di kertas itu. Kapan paling telat gue harus ngasih semua
bahan ini ke elo" Deadline-nya Senin dua minggu lagi. Jadi paling nggak Jumat ini gue harus udah
punya bahannya, biar gue bisa baca-baca dan hari Senin-nya Pak Lukas bisa ngecek
draft makalah kita. Wah" Jumat" Jumat ini gue nggak masuk &
Lho" Kenapa" tanya Thalita bingung. Mana ada sih orang yang sudah
merencanakan bakal nggak masuk hari apa" Kecuali Darren emang sengaja mau bolos,
mungkin. Jumat ini gue ada pertandingan persahabatan sama SMA Pancasila, dan
pertandingannya itu pagi, jadi gue nggak masuk sekolah.
Eh & iya ya" Terus gimana dong" Thalita jadi bingung sendiri. Dia lupa Darren
itu kiper tim sepak bola sekolah, dan Jumat ini tim mereka ada pertandingan
persahabatan. Saat itu hari Selasa, dan Thalita nggak enak kalau minta Darren menyerahkan bahan
makalah maju satu hari ke hari Kamis. Menjelang pertandingan gini pasti jadwal
latihan Darren padat banget, dan sepulang latihan cowok itu pasti dalam kondisi energi
terkuras. Kalau Sabtu-Minggu sekolah mereka libur, jadi nggak mungkin ketemu juga.
Padahal Pak Lukas udah bilang hari Senin depan beliau mau mengecek draft makalah
dari kelompok yang sudah dibentuknya. Gimana Thalita bisa membuat draft-nya kalau
Darren baru memberikan bahan hari Senin"
Gini aja deh, kata Darren tiba-tiba. Sabtu pagi gue ke rumah lo, gimana" Ntar
gue bawain deh draft-nya. Nanti gue juga sekalian bawa laptop, jadi bisa bantu lo kerja
juga. Thalita melongo. Apa cowok ini barusan bilang dia mau ke rumah Thalita hari
Sabtu" Wah, lo bengong lagi, ya" tanya Darren geli. Gue nggak tau udah berapa kali lo
bengong tiap kali gue ajak ngomong.
Wajah Thalita langsung merona. Kenapa sih cowok di hadapannya itu nggak
menyadari dialah yang salah karena punya potensi untuk membuat separuh cewek
penghuni planet Bumi ini bengong setiap ngobrol sama dia"
Mmhh & gue & Darren manggut-manggut, padahal Thalita belum menyelesaikan kalimatnya.
Ya, ya, gue tau gue ini lancang banget. Kita kan baru kenal, tapi gue udah asal
ngomong aja mau ke rumah lo. Yah & walaupun sebenernya tujuan gue adalah untuk
ngerjain tugas, gue bisa ngerti kalau lo nggak suka &
Aduuhhh, bukan gitu, Ren &
Thalita memutar otak, membayangkan kemungkinan-kemungkinan apa aja yang
bakal terjadi kalau Darren sampai mampir ke rumahnya:
1. Acha, adiknya yang tengil itu, pasti nggak akan membiarkan Thalita dan Darren
mengerjakan tugas dalam situasi aman dan tenteram. Thalita jamin, adiknya itu bakal
tebar pesona sepanjang waktu di depan Darren. Gimana bisa ngerjain tugas kalau ada
makhluk centil berseliweran di depanmu"
2. Tatyana bakal berpikir rencananya menjodohkan Darren dan Thalita sudah
berhasil, padahal Thalita belum punya perasaan apa-apa pada cowok itu, selain
perasaan bingung sendiri kenapa dia nggak bisa dengan mudah jatuh cinta pada cowok
se-perfect Darren. Di luar kedua alasan itu, Thalita juga agak hmm & takut kalau Darren benar-benar
mau ke rumahnya. Gimana kalau nanti dia akhirnya suka beneran sama cowok itu" Dia
akan merasa sangat bersalah sama Andra kalau sampai itu terjadi. Dia kan sudah janji
akan menerima Andra kembali jika cowok itu sudah bersih , tapi bagaimana ketika
Andra bersih, Thalita justru sudah jatuh hati pada Darren" Semua usaha Andra akan
sia-sia & Nggak, itu nggak boleh terjadi, pikir Thalita. Gue nggak mau mengecewakan Andra
nantinya & Baru membayangkan kemungkinan-kemungkinan itu, Thalita sudah pusing.
Ditambah lagi, dia melihat Tatyana di kejauhan, dan pikirannya semakin semrawut
gara-gara ingat janji konyol yang dibuatnya dulu.
Tapi melihat Tatyana juga membuat Thalita ingat sesuatu &
Eh, Ren, gini aja & kalo lo nggak masuk hari Jumat, flashdisk yang ada data-data
makalah itu lo titipin aja ke Tatyana, gimana" Ntar biar dia yang ngasih ke gue di


Thalita Karya Stephanie Zen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekolah, jadi lo kan nggak perlu repot-repot ke rumah gue &
Nah! pikir Thalita girang. Kenapa gue nggak kepikiran ide ini dari tadi sih" Tatyana
sama Darren kan serumah. Kalau Darren nggak masuk hari Jumat, dia tinggal nitipin
aja flashdisk-nya ke Tatyana yang bakal ketemu gue di sekolah! Dia nggak perlu ke
rumah gue, horeeee! Berlawanan dengan Thalita yang lega setengah mati karena menemukan alasan
supaya Darren nggak perlu ke rumahnya, cowok itu malah mengernyit.
Yah, terserah deh, kalau itu memang mau lo, katanya sambil mengedikkan bahu
dan beranjak dari bangku yang didudukinya.
Thalita masih senyam-senyum sendiri, nggak merasa sudah melewatkan chance of a
life time dengan membiarkan cowok seganteng Darren main ke rumahnya. Kesempatan
yang, kalau diberikan pada seluruh cewek SMA Persada Bangsa lainnya, pasti nggak
bakal disia-siakan begitu saja.
* * * Tatyana manyun setelah Darren selesai menceritakan semua kejadian tadi siang. Dia
sama sekali nggak ngerti kenapa Thalita justru terkesan menjaga jarak . Padahal,
abangnya yang cuek bebek justru udah tanpa sadar maju duluan! Memang sih, Darren
kayaknya nyantai aja, tapi dia jelas kelihatan bingung karena tampaknya Thalita nggak
pengin banget dia datang ke rumah cewek itu, walaupun tujuannya untuk mengerjakan
tugas kelompok, bukannya ngapel atau ngajak kencan!
Gimana sih Thalita ini"! pikir Tatyana kesal. Ada kesempatan buat pedekate gini,
tapi dia malah ngacir. Gue harus melakukan sesuatu biar Darren tetap ke rumah
Thalita! Gue juga mau bolos aja ah hari Jumat! seru Tatyana tiba-tiba.
Darren mendelik. Maksud lo apa"
Ya biar lo tetap bisa ke rumah Thalita! Emangnya siapa yang bilang gue mau
dititipin flashdisk" Maaf ya, tapi tas gue udah penuh. Nggak ada ruang tambahan yang
bisa dipakai untuk memuat flashdisk lo!
Lo kenapa sih" tanya Darren, semakin bingung. Gue nggak ngerti kenapa lo
jadi & ngambek gini. Flashdisk gue itu beratnya satu ons pun nggak ada! Dan
ukurannya cuma segini! Darren menekuk jempol dan telunjuknya untuk
menunjukkan ukuran flashdisk-nya, yang nggak lebih dari lima senti.
Pokoknya gue nggak mau dititipin! Lagian, gue juga pengin bolos karena mau
nonton lo tanding lawan SMA Pancasila. Emangnya nggak boleh" Tatyana berdiri dan
berkacak pinggang. Ini anak kenapa sih" pikir Darren bingung. Jangan-jangan lagi PMS dia! Selalu deh,
kalau dia lagi PMS, gue yang kena getahnya!
See" Pokoknya lo harus tetep ke rumah Thalita! Dan & dan & Tatyana berhenti
sebentar untuk merancang kalimatnya. Dia nggak mau Darren curiga bahwa dia
sebenarnya berniat mencomblangi kakaknya itu dengan Thalita. Dan & masa lo cuma
kebagian nyari bahan makalah aja sih, padahal Thalita yang ngerjain semuanya" Itu
nggak adil, tau! Kalau gue jadi Thalita, gue sih nggak mau harus nyusun makalah,
sementara ada cowok pemalas yang cuma kebagian tugas buka-buka website dan copy-paste di sana-sini!
Alis Darren terangkat, saking bingungnya melihat Tatyana mengomel panjang-lebar.
Ya ampun, Lit, Thalita sendiri yang bilang tugas gue tuh buat nyari bahan aja,
soalnya dia yang bakal nyusun makalahnya. Kenapa malah lo yang sewot gini sih"
Lagian, kalau Thalita yang nggak mau gue ke rumahnya, masa gue harus maksa"
Tatyana nggak menjawab lagi. Dia malah meninggalkan Darren di ruang tamu, dan
masuk ke kamarnya sambil menggerutu tentang sesuatu yang kedengarannya tentang
dia-nggak-mau-tau-pokoknya-Darren-harus-ke-rumah-Thalita-hari-Sabtu.
Darren cuma bisa menghela napas. Tingkah adiknya hari ini benar-benar aneh, tapi
cewek itu jelas bakal terus menjuteki Darren kalau permintaannya nggak dituruti.
* * * Rabu pagi itu, Thalita kaget setengah mati karena melihat Darren duduk di bangkunya
saat dia masuk ke kelas. Darren tersenyum begitu melihat Thalita di ambang pintu.
Darren & ada apa" tanya Thalita kikuk. Thalita merasakan seisi kelas X-5
memelototi mereka berdua. Memang nggak biasanya Darren mendatangi kelas cewek
yang pengin ditemuinya. Biasanya sih justru cewek-cewek yang pada ngejogrok di
depan kelas X-6, menunggu Darren datang. Gosip baru nih! Fresh from the oven!
Mm & gue ke sini karena mau nanya alamat rumah lo.
Heh" Thalita bengong.
Soalnya & Lita, mmm & maksud gue Tatyana, mau bolos juga hari Jumat nanti
buat nonton pertandingan sepak bola. Jadi gue nggak bisa nitipin flashdisk gue ke dia.
Dan sampai sekarang gue juga b
elum dapat bahan. Jadi mau nggak mau hari Sabtu gue
harus ke rumah lo & Mata Thalita membola, dan dia langsung mencari-cari sosok Tatyana di dalam kelas.
Waktu matanya berhasil menemukan Tatyana, cewek itu malah sengaja nggak mau
menatap ke arah Thalita. Thalita yakin, mau bolos dan nonton pertandingan sepak bola
itu pasti cuma alasan yang dibuat-buat Tatyana biar Darren bisa ke rumah Thalita.
Rupanya cewek itu kekeuh banget sama rencananya.
Mmm & Tha, kalau lo masih keberatan, gue bisa kok ke rumah lo cuma buat
nganter flashdisk aja dan langsung pulang. Yah & biarpun gue masih merasa nggak adil
banget kalau gue cuma harus nyari bahan sementara lo yang kerja keras nyusun
makalahnya & Thalita menghela napas. Dia tau, sekonyol apa pun janji yang dibuatnya ke Tatyana
dulu, dia harus berusaha menepatinya. Janji itu kan ibarat utang, harus dibayar. Dan
walaupun ia masih merasa ragu kalau teringat Andra, ia tahu kemungkinan Andra
bersih dari narkoba masih sangat kecil. Mungkin hal itu masih akan lama terjadi.
Mungkin Thalita juga nggak akan dengan mudah suka sama Darren. Lagi pula, ini kan
hanya tugas sekolah, bukannya acara kencan. Kenapa harus dibikin ribet sih"
Nggak papa kok, Ren & Dan lo bener, kayaknya gue memang harus ngasih lo
kerjaan lebih banyak lagi. Jadi jangan lupa bawa laptop, ya! Thalita nyengir, walaupun
masih agak kikuk. Darren tersenyum kecil. Beres, Bos!
* * * Santi berdiri di depan pintu kamar Andra dengan perasaan kacau-balau. Ia ragu antara
harus mengetuk pintu kamar kakaknya itu atau nggak. Akhirnya dia memutuskan
memilih yang pertama. Suara Andra menjawab dari dalam, menyuruhnya masuk.
Kak &, Santi terbata setelah berdiri di depan kakaknya yang lagi tiduran di atas
ranjang sambil membaca komik.
Hmm" Tadi Papa telepon, katanya besok kita makan siang bareng.
Oh, sahut Andra pendek. Mama ikut"
Santi menggeleng pelan. Terus, kita cuma berempat kalau ditambah Papa sama Rio" Andra menyebutkan
nama adik bungsu mereka yang sekarang tinggal bareng Papa setelah Papa dan Mama
bercerai. Ortu Andra bercerai kira-kira setahun yang lalu, dan sejak itu adik bungsunya
tinggal bersama Papa. Umur Rio masih sebelas tahun, dan Papa tahu pasti bahwa
menempatkan Rio serumah dengan Andra akan membuat anak bungsunya itu ada
dalam posisi yang sangat riskan. Siapa yang bisa menjamin Andra nggak akan
memengaruhi Rio untuk mencicipi narkoba juga"
Tadinya Papa juga ingin Santi tinggal bersamanya, tapi Santi lebih memilih tinggal
dengan Mama dan Andra. Akhirnya Papa mengizinkan, walau dengan berat hati.
Sama Tante Retno dan Ayu juga, jawab Santi takut-takut. Ia sebenarnya lebih
senang kalo nggak usah menyebutkan dua nama itu di depan kakaknya. Tapi karena
Andra sendiri yang tanya, yah & apa boleh buat.
Kalau mereka ikut, gue nggak ikut. Andra kembali asyik dengan komiknya.
Santi menghela napas, mengerti. Tante Retno adalah istri baru Papa, sementara Ayu
adalah anak wanita itu dari pernikahan terdahulunya. Usia Ayu sepantaran dengan
Andra, dan dia sayang banget sama Rio, meskipun Rio bukan adik kandungnya. Santi
sendiri cukup akrab dengan Ayu, tapi kelihatannya Andra nggak mau ambil pusing
dengan saudara tiri mereka itu. Malah, Andra sangat benci pada Tante Retno dan Ayu.
Dia selalu berusaha menghindar setiap kali diminta bertemu dua orang itu.
Kenapa sih, Kakak benci banget sama Tante Retno dan Ayu" tanya Santi
akhirnya. Mereka kan nggak salah apa-apa sama kita, Kak &
Suka-suka gue dong. Kalau lo suka sama mereka, itu hak lo. Tapi gue nggak suka,
karena mereka munafik! Mana ada ibu tiri yang baik di dunia ini" Bullshit!
Tapi Tante Retno baik, sanggah Santi. Aku bisa lihat kebaikan Tante Retno itu
tulus & Ah & nggak usah mulai ceramah deh lo! Pokoknya gue nggak suka sama
perempuan brengsek itu! Sekali lagi Santi menghela napas. Harusnya dia ingat, percuma saja bicara sama
kakaknya yang keras kepala itu. Nggak ada gunanya! Sekali Andra menilai buruk
seseorang, pendapatnya itu nggak akan pernah berubah.
Besok gue antar lo ke rumah Papa, tapi gue langsung pulang. Kalau Papa tanya,
bilang aja gue nggak tahan
makan semeja sama orang munafik!
Santi nggak menjawab, dia berbalik dan beranjak keluar dari kamar Andra. Besok
dia bakal mengarang alasan yang lebih halus kalau Papa bertanya. Menyampaikan
alasan yang dibilang Andra tadi hanya akan merusak suasana saja.
Di kamarnya, Andra membanting semua barang yang bisa digapai tangannya. Cih!
Kalau ada orang yang penasaran bagaimana rasanya neraka, mereka boleh mencoba
hidup dalam posisinya sekarang!
* * * Siapa sih yang mau datang" Kok lo rajin amat" tanya Acha, keheranan melihat
Thalita yang sibuk membersihkan meja dan sofa di ruang tamu, plus menata stoples-stoples kue di atas meja.
Temen gue, mau kerja kelompok.
Cowok, ya" Bukan urusan lo, jawab Thalita setengah menggerutu. Dia memang nggak suka
kalau ada yang mengajaknya bicara saat dia sedang mengerjakan sesuatu, apalagi kalau
yang mengajaknya bicara itu orang cerewet macam Acha.
Cieee & sewot dia! Kalau gitu bener, pasti cowok! Atau & yang mau datang
sebenernya & Andra"
Thalita mendongak sedikit mendengar nama itu. Hatinya terasa perih, tapi ia nggak
mau menunjukkan hal itu di depan Acha, dan langsung mengubah ekspresinya
menjadi sebal lagi. Acha mengambil biskuit dari salah satu toples yang baru ditata Thalita di atas meja
tamu, membuat meja yang tadinya sudah bersih mengilap itu jadi penuh remah-remah
biskuit lagi. Aduuuuhhhh! Jadi kotor lagi, kan"! Sana, pergi sana! Udah dibersihin susah-susah,
juga! Thalita berusaha menarik tangan Acha supaya menjauh dari ruang tamu, tapi
kayaknya bokong adiknya sudah terlanjur lengket di sofa.
Jahat amat! gerutu Acha, sambil akhirnya bangkit dari sofa dan berjalan menuju
kamarnya. Eh, tunggu! Panggilin Mbak Nah dong! perintah Thalita sebelum Acha
meninggalkan ruang tamu. Mbak Nah adalah pembantu keluarga mereka.
Buat apa" Gue mau minta dia beliin Coca-Cola buat temen gue di supermarket depan. Cepet
panggilin! Acha geleng-geleng kepala. Kalau kakaknya sampai serepot ini bersih-bersih dan
menyiapkan suguhan, pasti yang mau datang bukan teman biasa deh!
* * * Darren muncul di depan rumah Thalita dengan mengendarai motor Tiger-nya setengah
jam kemudian. Dia kelihatan fresh dengan T-shirt hijau tua dan celana jins selututnya.
Tas laptopnya terselempang di bahu.
Acha, yang kebetulan membukakan pintu untuk Darren, langsung terbengong-bengong melihat cowok itu. Dia nggak habis pikir kenapa cowok seganteng itu malah
datang ke rumah untuk mencari Thalita yang cuek dan seumur-umur cuma pernah
pacaran sama satu cowok, bukannya Acha yang girlie dan modis abis. Dunia pasti udah
kebalik! Pantas aja Thalita getol banget tadi bersih-bersih ruang tamu, ternyata ada malaikat
mau datang! gerutu Acha dalam hati.
Thalita sudah mengatur meja tamu sedemikian rupa hingga ada tempat untuk
Darren meletakkan laptop dan posisi duduknya bisa pewe. Dia bahkan udah jaga-jaga
dengan cable roll, kalau-kalau baterai laptop Darren habis. Sebenarnya Thalita sempat
heran juga kenapa dia mau melakukan semua itu, padahal beberapa hari sebelum ini
dia malah mencari-cari alasan supaya Darren nggak perlu datang ke rumahnya. Tapi
Thalita akhirnya menyimpulkan semua yang dia lakukan cuma karena dia nggak mau
rumahnya kelihatan berantakan dan memalukan di depan Darren. Bukan karena dia
kepengin cowok itu merasa betah dan semakin sering ke rumahnya.
Eh, gimana kemarin pertandingannya" Menang, kan" tanya Thalita, basa-basi
untuk memulai obrolan. Iya dong, gawang gue kan nggak kebobolan sama sekali. Kita menang 3-0! sahut
Darren puas, senyumnya mengembang lebar.
Darren lalu duduk di sofa, dan menyalakan laptop yang diletakkan di atas meja,
sementara Thalita ke belakang untuk mengambil minuman.
Nih, bahan-bahan yang udah gue dapat, kata Darren setelah Thalita kembali ke
ruang tamu sambil membawa dua gelas besar Coca-Cola.
Thalita melirik monitor laptop Darren (yang ternyata sama dengan laptop keluaran
terbaru yang dilihatnya di computer exhibition bulan lalu dan membuatnya ngiler!).
Kemudian Thalita melihat deretan bahan makalah tentang data-data kemiskinan di
Indonesia yang sudah dikopi Darren ke MS Word, len
gkap dengan referensi website-nya.
Cukup nggak kira-kira"
Wah, ini sih lengkap banget! gumam Thalita kagum setelah membaca sepintas
bahan-bahan yang dikumpulkan Darren. Gila, pikir Thalita, ni cowok kerjanya rapi
banget. Mana referensi bahannya bagus-bagus! Nggak biasanya cowok kerja serapi ini!
Oya" Padahal gue baru nyari tadi pagi, sebelum gue datang ke sini.
Thalita melirik Darren dengan tatapan nggak percaya. Lo baru nyari tadi pagi"
He-eh. Habisnya kemarin-kemarin konsen ke pertandingan, jadi baru sempat nyari
bahannya tadi pagi deh & Darren menguap, kelihatannya dia memang bangun pagi-pagi untuk mencari bahan makalah ini.
Gue coba baca dari awal ya, lo makan kue dulu deh. Thalita menyodorkan
stoples-stoples biskuit yang sudah disediakannya pada Darren. Cowok itu langsung
mengambil satu chocolate chip biskuit dan mengunyahnya.
Thalita membaca lagi bahan-bahan makalah yang dikumpulkan Darren, dan merasa
semakin kagum. Ternyata Darren nggak asal comot bahan dari Internet dan
menyimpannya di MS Word, tapi dia bener-bener dapat bahan yang qualified untuk
makalah pelajaran Agama ini. Rupaya Darren nggak cuma ganteng, enak diajak
ngobrol dan baik, tapi juga smart!
Tapi & (tiba-tiba radar waspada Thalita bereaksi), apa ini bukan bagian dari rencana
Tatyana, ya" Maksudnya, Tatyana kan mau mencomblangi dia sama Darren, tapi dia
tau Thalita belum ada rasa . Mungkinkah & Tatyana yang sebenarnya mencari semua
bahan ini, dan menyuruh Darren mengaku-aku, cuma supaya Thalita terkesan dan
akhirnya perasaan suka Thalita pada Darren bisa tumbuh"
Ah, nggak mungkin, batin Thalita lagi, mengusit pikiran yang terlintas di benaknya
barusan. Masa sih Tatyana segila itu" Kayaknya dia cukup easygoing, nggak maksa-maksa amat, biarpun Thalita jelas udah melewati deadline seandainya perjanjian mereka
ada expired date-nya. Tha, lo udah punya cowok belum" tanya Darren tiba-tiba, membuyarkan praduga
Thalita tentang Tatyana. Hah" Apa" Lo udah punya cowok belum"
Thalita diam, menatap Darren lurus-lurus. Kenapa cowok ini tiba-tiba nanya begitu"
Jangan-jangan & Darren suka sama gue" pikir Thalita panik. Tanpa gue melakukan
apa-apa, dia udah suka sama gue dengan sendirinya! Dan sekarang dia pengin tau apa
gue udah punya pacar atau belum! Omigod! Nggak, nggak & ini nggak boleh terjadi!
Mmm & kenapa lo tanya gitu" Thalita balik nanya. Memang ini salah satu
senjata kaum cewek kalau dapat pertanyaan yang sulit dijawab: tanya aja balik!
Yah & nggak papa sih, pengin tau aja. Sori kalau lo tersinggung, gue nggak ada
maksud apa-apa kok. Darren terlihat agak salah tingkah. Untuk menutupi
kesaltingannya, dia mengambil sepotong biskuit lagi dari dalam stoples, dan
mengunyahnya perlahan-lahan.
Nggak, gue lagi jomblo, bibir Thalita menjawab tanpa terkendali. Dan muka
Thalita langsung memerah begitu sadar bibirnya sudah lepas kontrol.
Oh. Udah lama" Dua bulan, jawab Thalita, sementara tangannya memain-mainkan space bar di
laptop Darren. Dia nggak tau apa pertanyaan-pertanyaan Darren kali ini termasuk
dalam sesuatu yang dibayangkannya sebagai akal-akalan Tatyana atau bukan.
Pacarannya udah lama"
Setahun. Darren manggut-manggut, dan Thalita merutuki dirinya sendiri dalam hati. Kok
jadi sesi tanya-jawab gini sih"! Dan kenapa mulut gue nggak bisa diem"!
Kalau boleh gue tau & kenapa lo putus sama mantan cowok lo ini"
Seperti ada yang mengiris bagian dalam diri Thalita saat Darren menanyakan itu.
Mengingat Andra selalu membuat Thalita merasa terbelah dua dalam keadaan hidup-hidup. Sakit dan kecewa, karena ia ternyata nggak dianggap lebih berharga daripada
narkotika. Rasa sakit dan perihnya selalu terasa setiap kali ada yang mengungkit
Andra & Oh & sori, sori & gue lancang. Nggak seharusnya gue nanya-nanya tentang
masalah pribadi lo. Darren seperti baru sadar dari hipnotis, dan langsung sok fokus


Thalita Karya Stephanie Zen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pada layar laptop. Ada yang kurang nggak bahan makalahnya"
Thalita seperti baru sadar dari hipnotis juga. Mm & nggak ada. Udah lengkap kok.
Bisa gue susun ntar malam. Kalo ada yang kurang, nanti gue cari sendiri deh di
Internet. Thalita sudah menari k garis batas, dan memutuskan Darren harus tetap berdiri di
belakang garis itu. Ia nggak mau sampai terlalu dekat dengan Darren, dan ujung-ujungnya nggak akan bisa mengendalikan perasaannya sendiri. Ia nggak mau nanti
harus mengecewakan Andra jika cowok itu telah berusaha lepas dari narkobanya.
Dan mereka akhirnya sama sekali nggak saling bicara, sampai Darren pamit pulang
setengah jam kemudian. Katanya sih mau main sepak bola bareng temen-temen
setimnya di sekolah. Tapi Thalita yakin, alasan sebenarnya pasti karena punggung
Darren udah pegal duduk diam di sebelahnya tanpa berani berkutik lagi.
Ini benar-benar siang yang aneh.
EMPAT Setelah kejadian Sabtu siang itu, Thalita jadi agak salting tiap kali ketemu Darren. Dia
nggak tau harus bereaksi gimana sama cowok itu. Selain itu, Thalita juga bingung
sendiri karena dia nggak kunjung naksir Darren. Padahal, susah kan pedekate sama
cowok yang sebenernya nggak kamu taksir, biarpun dia gantengnya setengah mati"
Semua bakal lebih gampang kalau aja perasaan Thalita mau diajak kompromi. Kalau
dia udah naksir, nggak perlu pakai dipaksa Tatyana, dia pasti udah gencar maju
duluan. Tapi, selalu ada Andra di antara mereka. Dialah penghalang utamanya. Thalita
membentengi dirinya dengan nama Andra, hingga cowok seganteng Darren pun nggak
sanggup menembus benteng itu.
Dan ternyata Tatyana bisa melihat semua itu, walau penilaiannya tak sepenuhnya
benar. Dia mengira Thalita pasti sedang ada di titik jenuh untuk menepati janjinya.
Tatyana memutuskan untuk turun tangan kali ini. Dia sama sekali nggak menduga ada
orang lain di masa lalu Thalita yang jadi pengganjal rencananya.
Tha, bisa ngomong bentar nggak" Tatyana mencegat Thalita yang mau ke kantin
bareng Nita. Bentaaarrr & aja, tambah Tatyana setelah melihat tampang Thalita yang
rada enggan membatalkan niatnya ke kantin.
Thalita mengangguk, dan Nita dengan sadar diri pergi sendirian ke kantin, biarpun
dalam hati dia penasaran setengah mati kenapa akhir-akhir ini Tatyana dan Thalita
seperti punya rahasia berdua. Mana Thalita tutup mulut, lagi! Kalau dipikir-pikir, Nita
jadi kesal sendiri! Gue mau ngomong soal permintaan gue yang dulu itu, kata Tatyana setelah Nita
pergi dan kelas mereka kosong.
Wah, gawat! batin Thalita kecut. Tatyana pasti mau ngaih janji, padahal suer & gue
kayaknya mati rasa kalau sama Darren! Kayak cowok homo yang nggak demen
biarpun di depannya disodori Sandra Dewi!
Sori, Na, gue &, Thalita berusaha menjelaskan.
Iya, gue ngerti kok, makanya gue ngajak lo ngomong sekarang, potong Tatyana
lirih. Thalita mengerjap, seperti baru mendengar Tatyana bakal mencabut serpihan kayu
yang masuk dalam jarinya.
Mm & maksud lo" Gue mau membatalkan kesepakatan kita yang dulu itu. Yang tentang gue minta lo
untuk ngedeketin Darren. Sekarang kayaknya Tatyana udah benar-benar mencabut serpihan kayu itu.
Yang bener, Na" tanya Thalita, nggak percaya problemnya sama Darren bisa
selesai segampang ini. Ia nggak akan perlu memaksakan dirinya mendekati Darren. Ia
nggak perlu bermain-main dengan kemungkinan untuk mengkhianati Andra &
Iya. Karena gue lihat, lo agak tertekan sama semua itu. Sori, ya, Tha & Padahal gue
sama sekali nggak ada maksud. Lo tau kan, gue minta tolong sama lo karena gue suka
banget temenan sama lo, dan gue ngerasa lo bakal cocok sama Darren. Tapi & yah,
ternyata feeling gue nggak selalu benar &
Thalita berjalan mendekati Tatyana, dan mengusap bahu cewek itu. Harusnya gue
yang minta maaf, gue nggak bener-bener berusaha &
Nggak, nggak, lo nggak salah. Gue yang bego banget. Bisa-bisanya gue minta hal
konyol kayak gitu ke lo dulu. Harusnya kan gue tau cinta nggak bisa dipaksain, ya"
Gue sama aja menjajah hak asasi lo dengan nyuruh lo pedekate sama abang gue, cuma
karena gue kepengin lihat Darren suka sama cewek lagi. Gue egois & udah
mengorbankan lo demi menolong Darren &
Nggak sedramatis itu kali, Na. Thalita nyengir. Gue kan nggak diikat dan
dibakar untuk dikorbankan seperti yang lo bilang itu. Gue cuma & entahlah, gue sndiri
nggak tau kenapa gue nggak bisa suka sama Darren. Cuma yah & seperti yang gue
bilang ta di, perasaan gue belum kena". Nggak tau deh, mungkin saraf otak gue ada
yang rusak gara-gara patah hati sama cowok gue dulu.
Thalita tercenung setelah mengatakan itu. Jangan-jangan yang dibilangnya benar,
bahwa ada saraf di otaknya yang rusak karena disakiti Andra, sehingga membuatnya
mati rasa pada cowok, bahkan pada yang se-charming Darren sekalipun. Mungkin saraf
rusak itu jugalah yang selalu menimbulkan rasa bersalah dalam dirinya setiap kali ia
memikirkan ia harus dekat dengan Darren, demi menepati janjinya pada Tatyana.
Lo memang cewek yang baik banget, Tha & Sayang lo nggak bisa jadi ama abang
gue. Padahal gue bakal seneng banget kalau lo bisa jadi kakak ipar gue someday.
Thalita cengengesan, campuran antara perasaan lega (karena dia sekarang nggak
punya janji sama Tatyana yang harus ditepati) dan rasa geli mendengar Tatyana yang
membayangkan mereka bakal jadi ipar someday.
Maaf, ya, Na, gue nggak bisa memenuhi permintaan lo. Hati gue masih belum siap
untuk menerima cowok baru lagi. Gue masih sayang banget sama Andra.
* * * Entah karena Andra panjang umur setelah namanya disebut-sebut Thalita atau apa,
tapi dia muncul di SMA Persada Bangsa sore harinya! Thalita benar-benar shock melihat
cowok itu, seperti melihat hantu! Dan dia nggak mau repot-repot untuk menanyakan
dari mana Andra bisa tau alamat dan jam bubaran sekolahnya sekarang. Mantannya itu
kan punya banyak teman di luar sana yang bisa dimintai mencarikan segala informasi
dengan bayaran satu-dua linting ganja. Bukan jenis imbalan yang susah, kalau untuk
Andra yang punya banyak kenalan bede.
Ngapain kamu di sini" Aku kan sudah bilang, aku nggak mau ketemu kamu lagi!
Pulang sana! kata Thalita seketus mungkin. Padahal, dalam hati dia kangen banget
sama Andra. Perasaan selama setahun jelas nggak bisa dihilangkan cuma dalam dua
bulan, kan" Bahkan setelah ada cowok se-charming Darren yang sempat berusaha
menyusup di antara mereka. Atau cowok yang coba Tatyana susupkan, tepatnya.
Andra tersenyum lemah, sementara beberapa murid yang berseliweran di dekat
mereka menatap heran pada cowok yang sekarang sangat kurus itu. Thalita bergidik
ngeri, dia nggak pernah membayangkan dari hari ke hari ternyata Andra semakin
kurus. Semua drugs itu sudah menggerogotinya &
Aku bakal tetap di sini sampai kamu mau dengerin aku.
Thalita menghela napas. Sebagian dirinya sebenernya nggak tega mengusir cowok
itu. Ia ingin punya waktu lebih lama untuk menatap Andra. Ia ingin bisa menahannya
tetap di sini & Asal kamu janji setelah ini kamu nggak akan datang ke sini lagi, atau nyari aku ke
mana pun lagi, akhirnya Thalita menjawab. Ini jawaban yang cukup adil bagi akal
sehat dan gejolak hatinya.
Tergantung, jawab Andra sambil tersenyum paksa. Tergantung jawabanmu.
Jawabanku" Rasanya dari tadi kamu belum nanyain apa-apa deh sama aku.
Thalita menelan ludah dengan susah payah. Dia bener-bener kangen sama Andra,
tapi dia juga nggak sanggup kalau harus kembali lagi menjalani hari-hari bareng cowok
itu dan mulai melukai dirinya sendiri lagi. Hatinya masih belum sembuh benar. Dan
Andra nggak baik untuknya & Thalita teringat cerita Papa tentang anak temannya yang
memakai narkoba. Jika masih bergaul dengan Andra, Thalita bisa terjerumus juga. Ia
bisa terancam jerat hukum, berisiko tinggi terkena AIDS, dan terlibat pergaulan bebas.
Ia juga bisa mati & Mati dengan menderita &
Aku pengin kita balikan. Tha, kamu mau nggak balik sama aku"
Thalita melotot. Kenapa Andra bisa minta hal seperti itu lagi" Padahal waktu
mereka ketemu terakhir kalinya, Thalita udah jelas-jelas bilang dia nggak mau balik
sama Andra, kecuali cowok itu mau benar-benar melepaskan drugs-nya!
Mungkin & apa mungkin dia sudah lepas dari drugs-nya" Thalita berusaha
membangun tumpukan kecil harapan dalam hatinya. Kalau itu benar, Thalita bakal
dengan senang hati balik sama Andra. Dia kan masih sayang banget sama cowok itu.
Andra, dengerin aku, aku & aku & Thalita nggak tau harus ngomong apa.
Dadanya seperti mau meledak saking kacau-balaunya perasaan dalam hatinya
sekarang. Tha, please & aku masih sayang banget sama kamu. Aku
nggak bisa kehilangan kamu & Thalita menutup mata, berusaha menahan tetes air mata yang hampir jatuh. Gila, ini
kan di sekolah, dia nggak boleh nangis di sini! Tapi omongan Andra barusan &
Sumpah, selama dua tahun lebih Thalita mengenal Andra, dia tau mantannya itu bukan
cowok yang suka menggombal. Tapi sekarang, Andra sampai bisa bilang seperti itu di
depan Thalita, itu pasti bukan hal yang gampang &
Kamu & kamu sudah bersih" tanya Thalita takut-takut. Jelas yang Thalita maksud
adalah soal drugs-nya. Andra terpaku, lalu menggeleng kecut. Kalau kamu bantuin aku, Tha & aku
janji & Thalita seperti cangkang telur yang dilempar ke atas, melambung tinggi, tapi jatuh
kembali ke bumi. Pecah. Hancur berantakan. Kenapa Andra masih nekat kembali,
padahal dia tahu syarat utama Thalita belum dia penuhi"
Sori, Ndra & kalau gitu aku nggak bisa &
Kenapa" Kenapa" Ya, kenapa" Gue kan masih sayang banget sama dia, dan kalau dia mau
berusaha & Thalita membatin pahit. Tuhan, tolong beri aku alasan & Aku nggak
sanggup sakit hati lagi &
Aku & udah punya pacar, Ndra &
Kata-kata itu meluncur keluar dari mulut Thalita sebelum sempat benar-benar
dipikirkan akibatnya. Kamu bohong! teriak Andra kencang setelah sebelumnya sempat terpaku
beberapa detik. Untunglah sekarang sudah nggak ada murid-murid berseliweran di
dekat mereka, biarpun Thalita melihat beberapa orang di ujung sana menoleh ingin
tahu karena mendengar teriakan Andra.
Aku nggak bohong! balas Thalita ketus. Dia sudah terlanjur basah, nggak bisa
mundur lagi. Kalau cuma dengan cara ini Andra mau menjauhinya, berarti dia nggak
boleh ragu-ragu. Seperti apa orangnya" tanya Andra pahit.
Buat apa kamu tanya-tanya" Kamu kan udah bukan siapa-siapaku lagi! Thalita
masih mempertahankan keketusannya. Dia dan Andra jelas nggak punya masa depan
lagi, kenapa harus membangun harapan semu"
Huh, kamu nggak akan nemuin cowok yang lebih baik dari aku, Tha!
Siapa bilang" Cowokku yangsekarang jauh lebih baik segalanya dari kamu!
Andra mendengus, meremehkan. Dia cuma pelarianmu, kan" Aku tahu, kamu
pasti masih sayang sama aku! Tapi gara-gara ortumu, temen-temenmu, dan semua
orang bilang aku ini berbahaya, makanya kamu mutusin aku, ya kan" Andra menatap
Thalita tajam. Thalita cepat-cepat mengalihkan pandangannya. Dari dulu dia nggak
pernah bisa membalas kalau Andra menatapnya seperti itu.
Bisa-bisanya kamu ngomong kayak gitu! Memangnya kamu tahu apa tentang
cowokku" Kamu nggak tahu apa-apa soal dia! Asal kamu tahu aja ya, aku & aku sudah
nggak sayang sama kamu lagi!
Senyap. Yang terdengar hanya deru kendaraan bermotor di lapangan parkir, dan di
jalan besar depan SMA Persada Bangsa.
Setelah mendengar itu, Andra melangkah keluar gerbang sekolah, dan Thalita
merosot lemas di halaman parkir sekolahnya. Kalau saja Andra nggak pernah terjerat
drugs, mungkin kejadiannya nggak akan seperti ini. Mungkin Thalita nggak perlu
punya cerita cinta yang sebegitu ribet di usianya yang belum lagi tujuh belas tahun.
* * * Gue nggak bisa bilang Thalita salah, Ndra, kata Darius bingung. Dia sudah putus asa
menasihati Andra. Darius salah satu teman Andra yang mantan junkies, tapi sekarang
sudah tobat dan bersih total selama enam bulan lebih tinggal di panti rehabilitasi.
Nah, kalo gitu menurut lo, gue yang salah"
Yah & mestinya lo dulu nerima tawaran gue buat rehab. Thalita dulu sampai
memohon-mohon juga kan sama lo" Tapi lo nggak mau, berarti itu salah lo sendiri
dong! Lama-lama Darius sebal juga. Andra ini, dia kan udah jelas-jelas tahu gimana
caranya menebus kesalahan, kenapa malah nggak dilakukan sih" Malah dia duduk
nelangsa di sini, merengek-rengek kayak cewek. Tinggal masuk rehab, sembuh, dan
Thalita bakal mau balik sama dia lagi, apa susahnya"! omel Darius dalam hati.
Iya, tapi gue kan udah minta maaf sama Thalita! Gue bahkan udah minta dia balik
sama gue! Emangnya lo kira, Thalita butuh permintaan maaf dari lo" Yang dia butuh itu, lo
tobat! Percaya sama gue, Ndra, bersih itu rasanya enak banget. Lo nggak punya beban.
Orang-orang yang dulu ngejauhin lo mulai mau deket sama lo lagi, lo nggak dianggap
pe nyakit menular lagi, nggak dikucilkan &, cerita Darius dengan pandangan mata
menerawang. Andra nggak mendengarkan, dia malah mengeluarkan bong dari dalam lemarinya.
Mau" tawarnya pada Darius.
Darius berdecak gusar dan menggeleng cepat. Lo emang nggak bisa dibilangin
ya! serunya marah. Gue mau pulang!
Darius keluar dari kamar Andra, bergegas pulang sebelum dia terpaksa jatuh dua
kali dalam lubang yang sama. Kalau itu sampai terjadi, perjuangannya selama ini di
panti rehab nggak bakal ada artinya. Semua tangis dan kekecewaan ortunya juga bakal
sia-sia. Di dalam kamarnya, Andra memikirkan lagi semua ucapan Thalita. Senyum Thalita,
permohonan-permohonannya supaya Andra mau masuk rehab, caranya tertawa, setiap
kejadian waktu mereka jalan bareng, dan tiap tetes air mata cewek itu yang harus
Suling Emas Dan Naga Siluman 3 Raja Petir 15 Api Di Suraloka Anak Harimau 10
^