Pencarian

Ketika Kau Hadir 2

Ketika Kau Hadir Karya Unknown Bagian 2


sementara ada yang begitu tulus mencintaiku, dan aku tak mengacuhkannya.
*** Kuamati rak buku itu dengan seksama. Aku harus menemukan referensi
tentang HIV-AIDS & NARKOBA secepatnya, sabtu besok akan ada pelatihan dan
penyuluhan yang akan diadakan oleh MAPHAN (Mahasiswa Peduli HIV AIDS &
NARKOTIKA). Dan aku belum menyusun materi untuk itu, aku akan jadi salah satu
pembicara tentang itu di SMA 5 . Panitia sih yang memberikan tugas padahal baru
berapa minggu aku jadi anggota. Kata kak Wana sih untuk melatih pengetahuan yang
kuperoleh selama ini. Seraya mencari buku di rak kesehatan, lamat-lamat kudengar pembicaraan
seru dua orang gadis di rak sebelahku.
Ra, semalam kak Fais menelponku, katanya hari ini dia kan pulang dari
bali, ucap suara itu dengan semangat.
Oh ya" Trus, kamu akan jemput dia di bandara" ucap cewek yang bernama
rara. Eitss & bukankah Rara itu adalah pacarnya Ifan" Berarti cewek yang
bersamanya itu adalah & &"
63 Katanya nggak usah pengertian soalnya beberapa temannya ikut juga!! lho,
mengapa cewek itu tahu banyak mengenai kak Fais" Mungkinkan cewek itu adalah
pacar kak Fais"""
Lisa, kita ke toilet yuk, udah kebelet nih. ajak temannya yang bernama
Rara. Sepintas aku melihat kedua wajah cewek itu ketika melintas di depanku. Sangat
cantik, putih dan langsing. Pantas saja kak Fais tergila-gila padanya. Aku hanya
menelan air liurku. Terasa sakit dalam dada ini. Lalu, aku melangkah meninggalkan
gramedia setelah membayar di kasir buku yang kubeli.
Aku seolah ingin menanyakan pada gadis itu mengenai hubungannya dengan
kak Fais. Namun, dalam sekejap, pertahananku menjadi runtuh, kepalaku menjadi
pening, dan aku ambruk ketika melangkahkan kaki ke luar gramedia. Tak kurasakan
lagi siapa yang telah menolongku. Dan setelah tersadar, aku memperhatikan seluruh
ruangan yang di cat berwarna putih bersih, ada meja kerja, sepertinya ruang kerja.
Terdengar langkah kaki menuju ke arahku, aku berpaling sedikit. Siapa dia" Pria
berjas hitam dengan langkah tegap menghampiriku. Sepertinya berusia sekitar 25
tahunan. Hey, kamu sudah sadar" sapanya padaku.
Iya, aku sekarang ada di mana" Anda yang telah menolongku" Terimakasih.
Aku berusaha tersenyum padanya.
Kamu ada di ruangan kantorku. Ruang di Rektur. Kamu masih di Mal.
Ucapnya dengan penuh wibawa dan sangat berkharismatik.
Aku FAUZIAH RAMADANI, panggil saja Ocha aku mengulurkan
tanganku dan dia menyambutnya dengan uluran tangannya juga. INDRA, namanya,
seorang Direktur muda Gramedia.
Bagaimana bisa anda menolongku"
Kamu jatuh pingsan di depan Gramedia. Kebetulan waktu itu aku sedang
mengawasi karyawanku dan sesaat aku memperhatikanmu yang berada di rak buku
kesehatan. Hingga kamu keluar, aku terus memperhatikanmu, karena kamu oleng dan
64 akhirnya terjatuh, segera saja kusuruh pegawai lain mengangkatmu ke ruanganku
ini, ucapnya panjang lebar.
Maaf ya, aku telah merepotkan anda,
Tak usah sungkan begitu, panggil aku Indra saja.
Perlahan-lahan aku beranjak dari kursi panjang yang empuk itu yang telah
kutempati untuk berbaring. Dalam hati aku bergumam, ternyata ruangan bos begitu
mewah. Setelah kuucapkan terimaksih, aku pamit pulang tapi dia mencegatku dan
menanyakan nomor telponku. Kuberikan saja nomor HPku. Dan tanpa kutanya dia
memberikan nomornya juga. Aku geli dalam hati. Di balik kharismatiknya, ternyata
dia masih santai. Aku baru tahu kalo dia masih lajang ketika tanpa kutanya lagi
dia mengatakannya sendiri.
Aku meninggalkan Mal dengan membawa sejuta luka di hati. Tak dapat
kuelakkan lagi betapa sakitnya kurasakan saat ini. Segera kusetop sebuah taksi untuk
mengantarku pulang. Di dalam taksi pun aku sempat menangis dalam hati. Sakit.
Perih. Dan kini aku di perbudak lagi oleh cinta.
Aku tiba di rumah tepat pukul 17.30 wita. Sepi sekali. Ke mana semua or
ang, tapi kak Ani juga yang biasanya keras tak terdengar dan yang lain tak keliatan batang
hidungnya, biasanya sore begini mereka telah ngumpul di ruang tamu untuk minum
teh bersama. Aku berlekas mengganti pakaianku. Penat sekali, rasanya ingin mandi
satu bak agar kepenatan pikiran dan tubuhku bisa lenyap.
Byuur &..!!!! kubasahi rambutku dengan air bak yang cukup menusuk kulit, dingin.
Ringan sekali. Mengapa kak Fais selalu menyakitiku" Memberiku harap dan khayal yang
tinggi, aku tak bisa terus-terusan seperti ini. Meskipun di hatiku, seluruh ruangnya
telah terisi penuh oleh bayangnya, bukan berarti aku harus mempermainkan diri
sendiri. Aku harus ngomong ke dia . ucapnya bergumam sendirian.
Setelah menunaikan shalat Isya, aku berbaring di tempat tidur sambil
memainkan HPku. Masih ragu aku untuk mengirimkan sms pada kak Fais. Tapi
segera kutepis pikiran-pikiran itu dan menulisnya juga.
65 Kerinduan selalu menghentak dada yang terbalut sepi. Apakah sebuah kata maaf
tak cukup berarti untuk salah yang tak berujung makna"resah selalu mengikutiku
dan menanyaiku sebuah Tanya yuang tak bisa kujhwb. Akankah rasa itu dapat
melebur ke dlm sukmaku ketika kepastian tak kunjung teraih". Ocha.
Tit &.tit. SMSku telah terkirim dan aku jadi deg-degan sendiri. Tak berselang lama,
HP bergetar keras. Ada telpon yang yang masuk. Kuperhatikan layar HP ku. Nama
kak Fais tertulis di situ. Segera kuangkat.
Halo, Cha, apa maksud kamu sih nulis sms seperti" langsung menanyaiku.
Kak Fais nggak ngerti ya" Coba deh dibaca ulang lagi, pasti kak Fais bisa
memaknai isinya" Ucapku dengan nada sinis padanya.
Maksud kamu apaan Cha" Kepastian tak kunjung teraih, kalimat apaan itu"
kamu semakin membuatku bingung Cha ucapnya dengan nada serius. Dengusan
nafasnya terdengar jelas di telingaku berulang kali.
Sudahlah, kak, mendingan kak Fais baca ulang lagi dan maknai baik-baik,
setelah itu telpobn aku lagi , aku segera mematikan Hp, tak kupedulikan pa katanya
nanti. Perasaanku yang membabi buta padanya semakin membuatku berani berbuat
kasar seperti itu. entah mengapa angkuhku kembali menyeruak ke permukaan.
Aku beranjak dari tempat tidur dan menyalakan layar monitor komputerku.
Tanganku seolah gatal ingin menulis sesuatu, lagipula aku harus menyusun materi
untuk besok. Namun, aku membuka file diary-ku dan menuliskan sesuatu lagi.
Dear diary 17 januari Saat kerinduan bercerita dengan keresahan, berbagai rasa berbagi menjadi
kepingan-kepingan tak berbentuk. Kerinduan selalu inginmenang dalam segala
waktu dan tempat di setiap sudut dalam raga ini. Sementara keresahan
berkelana menjauh dari jiwa-jiwa yang terbalut sepi. Tapi hanya sekejap dia
kembali lagi menawarkan racun yang merasuki hati dan pikuiranku. Ingin
dihempas jauh, semakni kuat tarikannya. Aku hampir berputus asa, namun rasa
yang besar di hatiku bergema indah mengiringi gaung-gaung kehampaan.
Tak dapatkah salah satu mengalah" Agar bunga yang hampir layu itu dapat
mekar kembali bersama alunan cintamu yang deras mengalir di dalam kalbuku.
Kuhentikan tanganku bermain di atas tuts tut computer. Aku tersenyum perih
menahan sakit di hatiku, segera ku save. Kemudian aku segera mengambil buku yang
66 kubeli tadi untuk menyusun materi tentang HIV AIDS. Aku harus menyelesaikannya
malam ini. Tak terasa waktu terus saja berlalu dan jam dinding yang terpampang di
dindingku dengan setia berdetak begitu keras. Kulirik dan astaga!!! Sudah pukul 12
malam. Sudah larut begini, pantas saja tak kedengaran suara-suara yang lain.
Akhirnya tanpa pikir panjang lagi aku segera menyelesaikannya dan setelah itu
ngeprintnya. Ada 10 lembar, cukup banyak juga, setelah mnyusunnya rapi di atas
mejaku. Aku menghampiri tempat tidur. Pikiranku menerawang ke atas sana, aku tak
boleh berpikir-pikir macam-macam. Aku harus konsentrasi untuk penyuluhan besok
yang kubawakan untuk anak SMA 5 .
******* 67 ENAM Sambutan siswa SMA 5 terhadap pelatihan dan penyuluhan HIV AIDS dan
NARKOBA yang kami laksanakan sangat antusias sekali. Terbukti dengan
banyaknya siswa yang bertanya dan menanggapi materi itu. Sungguh, sebuah kejutan
yang luar biasa sekali, semua berjalan lancar dan di luar dugaan. Kehangatan yang
mereka berikan membuatku lebih bersemangat dan melupakan masalah yang
kualami. Aku menoleh ke arah seniorku dan mereka mengacungkan jempolnya
padaku, aku hanya tersenyum pada mereka.
Aktivivitasku yang menyita waktu seharian ini membuatku sedikit penat,
namun semua itu tak menggoyahkan niatku untuk menyelesaikan penyuluhan ini
hingga tuntas. Aku sangat bahagia sekali dengan apa yang kulakukan, sesaat
keangkuhan hatiku menghilang bersama kehangatan yang ditunjukkan oleh siswa
SMA itu. Ocha, sukses ya pelatihan tadi, animo dan ambisi siswa sangat besar sekali.
Aku tak mengira semua akan berjalan lancar seperti ini. Ternyata aku tak salah
memilihmu untuk bergabung dalam organisasi ini ucap kak Wana yang telah berada
di dekatku ketika aku membereskan barang-barang.
Iya kak, Ocha juga nggak nyangka akan sesurprise ini, semua ini berkat
kakak yang telah membimbing Ocha .
Ocha, bukan kami, tapi kerjasama kita dan semangat kamu yang besar juga
kak Wana menimpali ucapanku, kemudian dia berlalu dari hadapanku meninggalkan
aku yang sibuk membenahi semua perlengkapan acara. Acara telah selesai dan aku
tersenyum puas, namun seakan ada yang membungkus senyumku dengan perih.
68 Apalagi yang kurasakan ini" Mengapa aku tak pernah bisa lepas dari perasaan seperti
ini" Sesaat sebelum meninggalkan gerbang sekolah, terdengar suara seorang gadis
memanggilku dari belakang. Aku menoleh ke belakang dan dia sudah menghampiriku
dengan seulas senyumnya yang manis.
Kak Ocha, boleh aku main ke rumah kakak" Aku suka kakak membawakan
materi itu dan aku ingin menanyakan banyak hal pada kakak, bolehkan"
Kalo kamu berminat, kamu jalan-jalan saja ke sekret kakak di kampus, kamu
tau kan kampus kakak, kami akan senang sekali, sudah ya kakak pulang dulu, ini
alamat dan telpon kakak, kalo kamu ingin menghubungi kakak . Aku berlalu dari
hadapan siswa SMA itu yang bernama Ratih.
Di dalam mobil yang kutumpangi pulang, aku termenung sendirian,
mengingat kejadian di sekolah tadi, ternyata dalam keadaanku yang sedikit limbung,
aku masih bisa memberikan yang terbaik buat orang lain. Dan memikirkan peristiwa
semalam membuat hatiku miris dan tak berdaya. Mengapa kak Fais tak membalas
smsku" Mungkinkah dia sudah mengetahui maknanya dan berbalik marah padaku".
Mengapa aku selalu saja memikirkan dia" Aku terobsesi padanya.
Bep!...bep!!! Alarm HPku berbunyi, mengingatkanku tentang kuliahku jam 3 nanti. Aku
lekas mematikannya. Siapa Cha" tanya kak Wana.
Bukan siapa-siapa kak, hanya alarm saja, aku ada kuliah hari ini, maaf ya
kak, aku tak bisa kembali ke sekret, besok saja aku ke sana
Ya sudahlah, nggak apa-apa, makasih ya"
Sesampainya aku di kampus, suasana kampus sudah sangat sepi. Banyak
mahasiswa yang sudah pulang karena mungkin sudah tidak ada mata kuliah lagi.
Mataku liar mencari Iyan cs serta teman-teman yang lain. Ke mana mereka semua"
Kelas kok kosong begini. Kulirik jam tanganku, lewat 10 menit. Mengapa mereka
belum datang semua" Pikirku.
69 Tit &tit.. Cha, aq lupa bilang kalo pak mus ga masuk hari ini. Cuma tugas kok, kmu bisa ke
rumah mengambilnya. Iyan.
Sialan.. kenapa mereka baru mengatakannya sekarang" Tanpa buang waktu
lagi, aku bergegas ke rumah Iyan yang tak begitu jauh dari kampus. Tiba di sana,
ternyata pada ngumpul semua. Mereka ngerjain aku nih, rupanya senyum kan yang
terhias di bibirku mereka. Uh &aku kesal dipermainkan seperti ini.
Apa-apa sih kalian, kenapa tak bilang kalo pak Mus nggak jadi datang" aku
kan bisa langsung pulang istirahat. Aku capek tau!!! .
Maaf &maaf deh, kita juga baru tau kok siang tadi Wita menimpali.
Mana tugas pak Mus, sini aku mau pulang saja, lelah tau kumanyunkan
mulutku. Iyan memberikan tugas itu dan mengatakan kalo lebih baik aku
mengerjakannya di sini saja biar lebih ringan. Setelah pikir-pikir, aku setuju juga
dengan idenya. Di tengah kesibukan kami kerja tugas dan berceloteh ria, mendadak Iyan
menanyaiku . Cha, gimana hubunganmu dengan kak Fais" Dia nggak pernah nelpon lagi"
aku tersontak kaget mendengar pertanyaan ian, kontan saja Iy
an dan yang lain kaget juga melihat reaksiku hebat begitu.
Ya, biasa saja kok, sepertinya kak Fais hanya menganggapku adik saja. Dan
kemarin aku bertemu dengan pacar kak Fais, ada perih yang tersimpan setelah
menyebut nama pacar kak Fais.
Apa" Pacar kak Fais" seolah dikoor, kompak mengatakan kalimat itu.
Cha, kamu tidak berusaha menanyakan sendiri pada kak Fais tentang
perasaanmu dan perasaannya" Atau gimana kalo kamu sms dia sekarang.
Nggak ah, masak aku duluan, norak tau"!! kutolak ide gila Iyan yang di
iyakan oleh Ami dan Ima. 70 Cha, hari gini masih norak-norakan" Nggak pantas lagi tau"!! Sekarang cepat
kamu sms dia atau aku yang akan sms. Ancam Iyan yang memolotiku.
Dengan sedikit jengkel aku mengiyakan ide gilanya itu.
kak fais, gimana kabarnya"Ocha mo bilang kalo Ocha sayang kk , apa kak fais juga
masih sayang sama Ocha"
Tit..tit..ti..!! SMS telah terkirim. Aku jadi deg-degan lagi. Apapun jawabannya nanti, aku harus
menguatkan hatiku dan berbesar hati untuk menerima keputusannya. Tak berapa lama
kemudian, balasan SMS kak Fais masuk.
Ocha sayang, kk sangt sayang kamu dr dulu hingga sekarang. Tapi kk
menyayangi kamu sekarang sebagai adik manis kk . Kk minta maaf ya ats
semua yg tlah kulakukan. Maksih juga ats perhatianmu selama ini. Kk hanya
berpesan carilah teman yang baik yg bisa membahagiakanmu. Jangan marah ya.
Aku sayang kamu. Miss U. fais.
Cukup panjang isi SMS kak Fais. Cukup menyayat hati. Aku hancur berkepingkeping.
Penantian yang cukup panjang harus terhenti sampai di sini. Aku langsung
memeluk erat Iyan, sementara yang lain memelukku dari belakang. Pertahananku
runtuh. Apa yang telah kupertahankan selama ini tak ada artinya tadi. Ternyata aku
memang hanya seonggok debu yang siap diterbangkan angin kapan saja. Aku terus
saja menangis. Menangisi kebodohanku yang terlalu setia menantinya. Aku selalu
yakin pada hatiku bahwa dia akan kembali dan tak pernah melupakan kisah cinta
kami. Tapi apa yang terjadi" Aku larut dengan pesonanya, menenggelamkan
namanya di hatiku. Cha, kamu sendirikan yang pernah bilang ke aku kalo cowok tak pantas di
tangisi. Lalu mengapa seorang Ocha yang tegar, tiba-tiba runtuh Iyan terus saja
membujukku. Bukan Iyan, aku menangis bukan untuk dia, tapi kebodohanku,
keangkuhanku yang telah kupertahankan kepada cowok lain yang telah tulus
mencintaiku sekarang tak ada artinya lagi. Aku masih terisak menampik ucapan
Iyan. 71 Ya sudah dong, kamu tidak bodoh kok, hanya saja cintamu untuk dia terlalu
dalam dan besar. Aku menghentikan tangisku dan segera menghapus airmata yang tersisa di
pipiku. Kucoba untuk tersenyum pada mereka dan meyakinkan bahwa aku akan
baik-baik saja dan tidak perlu terlalu khawatir. Tidak ada yang perlu ditangisi, Ocha
sekarang memang lemah dan tak berdaya.
Menjelang petang, kami berpamitan pulang dan Wita mengantarku pulang
dengan motornya. Berkali-kali dia menasihatiku agar tak larut dalam kesedihanku.
Aku berusaha akan tegar dan tak ada yang boleh mengetahui kehancuran hatiku,
terutama orang di rumah nanti.
Tiba di rumah aku tak dapat menahan tangisku. Dengan menelungkupkan
wajahku di bantal, aku menangis sepuasnya. Untungnya kak Ani tidak ada di


Ketika Kau Hadir Karya Unknown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kamarnya sehingga tak mendengar tangisanku.
Adzan Maghrib di masjid telah menghenyakkanku dan menyadarkanku dari
kebodohan yang kulakukan. Aku segera bersuci dan menunaikan shalat setelah shalat
aku menulis di selembar kertas dan segera kutempel di papan jadwalku.
18 JANUARI AKHIRNYA, AKU TELAH MENEMUKAN JAWABAN DARI TEKATEKI
YANG SELAMA INI MEMBINGUNGKANKU. MAKASIH TELAH
MEMBUATKU SADAR UNTUK TAK MENCINTAIMU LAGI. AKU AKAN
BERUSAHA MELUPAKAN KK WALAU KUTAHU ITU AKAN SULIT
KULAKUKAN. NAMUN, AKU SANGAT BERHARAP AKU MAMPU
MELAKUKANNYA. TELAH MENCINTAIMU MERUPAKAN KEBAHAGIAAN
TERBESAR DALAM HIDUKU, TAPI MELUPAKANMU ADALAH
KEBAHAGIAAN TERBESAR YANG INGIN KURAIH SECEPATNMYA.
AKU TAK INGIN MENANGIS LAGI UNTUK KESEKIAN KALINYA
HANYA KARENA SESUATU YANG TAK PANTAS DITANGISI DAN
MEMBUATKU LALAI TERHADAP BANYAK HAL SATU HAL YANG
72 PERLU KUUCAPKAN: SELAMAT, ANDA TELAH BERHASIL
MELULUHLANTAHKAN AKU DENGAN PESONA
DAN CINTA YANG KAU MILIKI. TEGARLAH OCHA SAYANG!!!!!!!
cinta menjauh merengek peduli apa cinta datang meluruhkan rasa yang telah hamper mati melebur sukma pada jiwa *** Semakin hari kondisi bathinku tak dapat kutahan lagi. Aku hampir tak
bernyawa lagi. Kesedihan yang membelenggu ragaku membuatku terhempas jauh.
Aku tak bisa melupakan kak Fais dalam waktu sekejap. Meskipun aku selalu
berusaha untuk melakukan semua itu, selalu saja bayangannya mengikutiku.
Sejak kejadian itu, aku jarang ke luar kamar dan mengobrol dengan orang-orang
rumah. Aku seolah bisu dan menjadi patung. Keadaanku membuat Uni dan yang lain
bingung dan jengkel padaku. Aku tahu mereka jengkel, dari sorot matanya, sikapnya
padaku, tapi aku tak bisa mnyalahkan mereka, justru akulah yang cukup bersalah.
Aku tak bisa menceritakan keadaanku pada siapapun, karena mereka pasti
menertawakanku. Dengan berusaha menyembunyikan diri dan meyakinkan diriku
untuk tegar seperti batu karang. Tak kupedulikan suara-suara sumbang di dekatku.
Aku terus berjalan mengikuti langkahku sendiri.
Aku memang tak berdaya. Aku memendam perasaan dan sakit hatiku sendiri.
Selalu menangis sendirian dan tak boleh ada yang tahu. YA ALLAH mengapa aku
seperti ini" Aku tak tahu harus melakukan apa"
73 Kebisuanku pada orang-orang rumah membuat hati mereka panas. Tapi, aku
tak peduli. Meskipun tak seperti sebelumnya, aku berusaha berkomunikasi dengan
mereka dan dengan risiko menanggung kejengkelannya padaku. Suatu hari, saat aku
sedang berada di kamar, Uni mengetuk pintu kamarku. Aku segera menghapus air
mataku dan segera memoleskan bedak putih agar aku tak ketahuan aku telah
menangis. Ada apa Ni" tanyaku berdiri ada pintu setengah terbuka.
Nggak, aku boleh masuk"
Oh iya silahkan. Agak kaku komunuikasi yang terjalin diantara kami
Cha, kamu baik-baik saja kan" Kamu berubah sekali, bukan Ocha yang dulu
lagi, apa yang tejadi padamu"
Aku hanya tersenyum miris, sebisa mungkin aku menyembunyikan luka di
hatiku. Kalo tidak, aku hanya akan merepotkan uni dan lainnya kalo mengetahui
kondisi bathin yang kualami.
Nggak apa-apa kok Ni, aku hanya lelah karena banyak tugas belakangan Ni
dan pusing memikirkan kegiatan organisasiku. Nggak perlu khawatir ya aku
mencoba meyakinkan Uni dengan kata-kataku.
Oh begitu"!! hanya ucapan singkat itu yang keluar dari bibir Uni. Aku tahu
dia tak puas dengan jawabanku, lalu, Uni meninggalkan kamarku dan kembali aku
tenggelam dengan luka bathinku. Mengapa aku selemah ini" Aku ingin tegar, tapi
mana" Aku hanya semakin tenggelam ke dasar samudra yang paling dalam. Maafkan
aku Uni, tak bisa mengatakannya padamu. Mudah-mudahan kamu masih
menganggapku sahabat yang baik meski pada dasarnya aku tidak baik lagi.
Aku melewati hari-hariku dengan kebekuan hati, kehancuran yang telah
menyayat hati dan cinta yang telah memporakporandakan tubuhku. Ke mana
keangkuhan, sinis, dan kepicikan terhadap cinta yang kumiliki selama ini" Mengapa
menghilang tanpa meninggalkan sisa"
Sebulan kemudian &.. 74 Minggu pagi, seperti biasa aku melakukan jogging ke pantai. Rutinitas yang
tak bisa kutinggalkan dan menjadi salah satu alternatif kesembuhan derita yang
kualami. Aku mencoba bangkit sedikit demi sedikit dari reruntuhan ini.
Rey, kamu nggak perhatikan aku ya" Selama 2 hari ini, aku merasa kok
bibirku miring begini" dengan suara berat, aku menjelaskan keadaanku pada Reyta
yang sejak tadi diam tak mengacuhkanku.
Rey, kamu dengar nggak sih" Aku mulai jengkel dengan sikapnya.
Ya, aku dengar, kamu nggak nyadar yah, mungkin saja akibat kekakuanmu
bicara dengan kami selama ini. Yah, anggaplah sebagai hukuman tuhan terhadapmu.
Deg..!!! ringan sekali bibir Reyta mengatakan seperti itu. aku memang bersalah pada
mereka dan jarang berkomunikasi. Tapi, apakah semua urusan pribadiku mesti
kubeberkan pada mereka" Aku juga punya privasi dong dan hakku untuk tak berkatakata.
Egoku menyeruak. Meski ucapan Reyta cukup membuat ku terhempas, tak
kupeduli. Tanpa berkata-kata, kami berlari menyusuri jalan raya yang masih agak
lengang dari kendaraan, namun telah dipadati oleh pejogging-pejogging. Hingga
kami tiba di rumah pun, tak ada yang berkata-kata, kelihatannya kejengkelannya padaku
semakin menjadi-jadi. Bilakah luka kan cair"
Kala bara api semakin besar
Perih Kian menyayat Mengalahkan segala rasa Mati Pekat Kian tampak Mengikuti baynag gelap Menyusuri cinta Kian tenggelam Biarkanku tapaki jalan berterjal
Meski kaki kian terseok Tersandung granat kebencian
75 Ingin kupadamkan Tak cukup gletser mencair.
*** Akhirnya dengan berat hati, aku terpaksa pulang ke rumah Bunda. Meski
sebenarnya aku tak ingin Bunda mengetahui penyakitku ini. Aku pamit pada Uni,
kukatakan mungkin selama 2 minggu aku akan nginap di rumah. Yah, sampai
penyakitku sembuh dan kembali seperti semula.
Dalam perjalanan pulang. otakku berputar memikirkan masalahku yang
berlalu. Terlalu angkuh diriku untuk mengatakan pada semua orang bahwa aku sakit
hati. Aku tak sanggup mengakuinya di hadapan mereka, meski mereka juga sakit atas
sikapku ini. Aku tiba di rumah dengan perasaan berat. Segera kubayar taksi itu dan
melangkah masuk ke rumah. Ting..tong!! kubunyikan bel rumah. Tak ada sahutan
dari dalam. Berkali-kali aku membunyikan bel, tapi Bunda tak mendengarnya. Ke
mana Bunda" Pikirku. oh ya aku ingat, kalo Bunda pergi, biasanya dia menyimpan
kunci di bawah batu dekat bunga, katanya sih, berjaga-jaga kalo aku mendadak
pulang seperti ini. Dan tak ada yang tahu selain aku dan Bunda, tentunya. Segera
kuangkat batu itu. Dan, ALHAMDUILILLAH, Bunda masih menyimpannya juga.
Gumamku. Tanpa ba bi bu lagi, aku segera membuka pintu rumah. Sunyi sekali. Ah,
Bunda kemana sih" Pasti ke rumah tante mirna untuk bergosip ria, uh dasar Bunda.
Aku menuju kamarku dan segera kuhempaskan tubuh lelahku di atas kasur
empukku. Sudah sebulan lebih aku tak menengok Bunda, tapi beberapa kali sih aku
selalu menelponnya atau Bunda yang menelponku. Kalau tidak begitu, Bunda kan
ngomel panjang memarahiku karena mengkhawatirkanku.
Tak terasa, aku terlelap dan terbuai mimpi. Aku melihat sosok kak Fais
melambaikan tangannya dari arah jauh dengan tersenyum manis seraya meneriakkan
selamat tinggal Ocha aku segera mengejar dan menjulurkan tanganku untuk diraih
76 olehnya. Tapi dari arah lain, justru tangan lain yang berusaha ingin meraih tanganku,
namun, mengapa tanganku tak sanggup meraih keduanya. Menggenggam pun tak
bisa. Apa arti semua ini"
Aku terbangun dari tidurku, sungguh mimpi buruk bagiku. Kulirik jam
dinding yang setia menemani kamarku kala aku tidak ada. Astaga!!! Pukul 5 sore, aku
belum menunaikan shalat Ashar. Segera kulangkahkan kakiku ke kamar mandi untuk
membersihkan pikiran-pikiran buruk di kepalaku.
Dalam shalatku, aku bermunajat panjang pada yang MAHAKUAT untuk
memberikanku kekuatan dalam ketakberdayanku. Aku telah runtuh dan tak tahu harus
bangkit dari sisi mana. Aku memang pengecut, tak bisa menceritakannya pada
sahabat-sahabatku. YA ALLAH apakah hambamu ini salah" Hamba hanya tak ingin
merepotkan mereka, namun mereka malah memusuhiku atau aku yang bersikap
seperti musuh" Tak terasa airmataku berlinang, kepalaku terasa pening sekali. Ada banyak
yang berseliweran di depanku. Sosok kak Fais yang tersenyum penuh kemenangan,
wajah-wajah murka orang terdekatku, dan tataan lembut Ragil. Mengapa tiba-tiba aku
merindukan sosok Ragil" Kemanakah kamu sekarang Ragil" Aku sudah kalah
sekarang. Aku tak menyadari kalo Bunda sudah berada di belakangku. Berdiri dan
menatapku penuh iba. Tanpa berucap apapun, segera kupeluk Bunda dan menangis
sejadi-jadinya. Ocha, kenapa kamu sayang"
Nggak apa-apa Bunda, Ocha hanya kangen saja sama Bunda, dengan bibir
miring aku mengatakan apa adanya pada Bunda.
Bunda melepaskan pelukannya dariku dan menatapku lekat-lekat. Seribu
pertanyaan tergambar di sorot mata Bunda. Aku hanya menunduk tak tahan melihat
tatapan itu. Cha, kenapa mata kamu sayang" sambil memegangi mataku yang sebelah kanan.
77 Nggak kok Bunda, aku mencoba mengelak, tapi Bunda malah mendesakku.
Malahan dia memegangi bibirku.
Astaga, bibir kamu juga kenapa sayang" Bunda kaget banget. Aku
menggeleng kuat, namun Bunda mendesakku lagi. Akhirnya kukatakan kalo sudah 2
hari keadaa nku seperti ini. Astaga!!!! Kenapa tidak kemarin sih"
Ocha juga baru nyadar kok pagi tadi.
Kamu pasti terkena angin hantu !!!! angin hantu adalah nama penyakit
yang dipercayai oleh orangtua sebagai guna-guna orang lain yang berniat jahat pada
kita dan dikirimkan pada subuh hari. Cirinya sebagian anggota mati rasa.
Bunda apaan sih, hanya penyakit beginian kok . Aku menampik pernyataan
Bunda. Kamu tuh kalo dibilangin sama Bunda nggak percaya. Sebentar malam
Bunda antar kamu ke di dokter praktek dulu, kalo tidak ada hasilnya, kita ke rumah
teman ayah kamu yang pandai mengobati penyakit beginian
*** Suasana rumah indekosanku riuh sekali. Uni, Reyta, kak Ani dan kak Rima
sedang berkumpul di ruang tamu. Mereka tampak berdebat satu sama lain. Reyta
berdiri dan menuju ke kamarku, ada sesuatu yang dibawanya dari dalam, selembar
kertas yang telah kutempel di papan jadwalku. Duplikat kunciku memang ada sama
dia, jadi leluasa . Liat ini, coba kalian baca isinya, ucap Reyta menyerahkan kertas itu pada
Uni secara bergantian . Astaga!!!!!! Rupanya ini yang menyebabkan Ocha berubah drastis sekali. Pantas saja
kelakuannya seperti itu kak Ani membuka mulut
78 Iya ya, kenapa dia tak pernah mengatakannya pada kita" Biasanya kan dia
selalu terbuka pada kita. Kak Rima berkomentar pula.
Uni dan Reyta saling berpandangan.
Uni, Rey, kalian juga tidak tahu ini"!! Bukankah kalian berdua sangat
dekat" kak Ani mengernyitkan keningnya.
Kami tak langsung menjawab.
Kak, aku pernah tanya ke Ocha kok tentang masalahnya, tapi dia bilang
nggak apa-apa. Kenapa anak itu jadi seperti ini yah" Dia sendiri kan yang bilang kalo
persetan dengan cinta, cinta itu malapetaka. Tapi, sekarang" Dia emang munafik,:
ujar kak Ani dengan kejengkelan yang membara di dalam dadanya.
Sudahlah kak, mungkin dia pikir, ini yang terbaik baginya Uni meredakan
emosi kak Ani. Bukan begini caranya, kalo dia ingin tegar dan berjalan sendiri, it s okey.
Tapi sikapnya itu yang membuat kita jengkel. dia seperti memusuhi kita dan selalu
mengurung diri di kamar. Bukankah lebih menunjukkan kelemahannya" Giliran kak
Rima yang marah-marah. Atau begini saja, kita buat kesepakatan bersama, kalo Ocha pulang nanti
segera kita sidang dia dan bicarakan ini. Aku yakin, sakitnya ini adalah pengaruh
dari itu semua.. yang lain pun menyetujui ide kak Rima. Akhirnya mereka bubar,
tinggal Uni dan Reyta yang saling berpandangan.
Ni, sebaiknya kamu telpon Ifan dan Ichal, beritahu dia kalo Ocha sakit,
maukan" . Setelah berpikir, Uni mengangguk.
####### WARTEL AINUL, PUKUL 20.10 WITA
Halo, Assalamu Alaikum, bisa bicara dengan Ifan" Tanya Uni pada suara
wanita di sebrang sana. 79 Iya, siapa nih" Tanya balik suara itu tanpa menjawab salamku terlebih
dahulu. Uni jawabnya singkat. Wanita itu memanggil Ifan dengan setengah teriak.
Terdengar langkah kaki Ifan mendekati telpon dan mengucakan thanx pada
mamanya. Halo say, apa kabar" Tumben nelpon aku, kangen ya" Tanya Ifan dengan
nada genit. Apaan sih Fan, aku cuma mo ngabarin kalo Ocha sakit!! ucap Uni jengkel.
Apa" Ocha sakit" Kapan Ni" pertanyan Ifan memberondong Uni.
Astaga Ifan khawatir banget ya sama Ocha" Uni tertawa mendengar reaksi
Ifan. Segitunya. Ya, iya dong. Kita kan sobatan, nggak salahkan" sakit apaan sih Ocha"!!
Entahlah Fan aku juga tak tahu. Sebulan ini dia sangat berubah banget. Dia
menjadi tertutup pada aku dan lainnya. Oya, aku lupa bilang kalo dia sakit kena
angin hantu katanya. Ocha ada masalah ya" Tanya Ifan mulai kedengaran serius.
Ya, serius banget Fan. Aku mo nanya sama kamu, gimana hubungan kak
Fais dengan Ocha" Lho, apa hubungannya dengan kak Fais" Bukankah mereka lanjut"
Aku pikur juga begitu. Tapi setelah Ocha pulang, kami menemukan
selebaran kertas yang isinya mengenai kak Fais .
Cukup lama pembicaraan antara Uni dan Ifan. Ifan bilang akan menjenguk
Ocha di rumahnya dengan Ichal. Tapi, Uni melarang dan menunggu kedatanganku
saja. *** Ocha bangun dong sayang, sudah pukul 5 subuh nih, kamu nggak shalat"
dengan mata masih terpicing, aku menjawab Bunda.


Ketika Kau Hadir Karya Unknown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Shalat dong Bunda . 80 Kalo gi tu bangun dong, bukankah pagi ini kamu akan ke rumah pak Iman
lagi" Astaga!! Aku harus buru-buru nih, kalo tidak pak Iman bakalan pergi lagi dan
aku tidak akan ketemu lagi seperti kemarin pagi.
Setelah shalat subuh, aku segera mengeluarkan Polygonku dan mengayuhnya
dengan cepat. Dinginnya udara pagi menusuk kulitku. Segera kurapatkan sweaterku
dan mengikat erat scraft yang kugunakan untuk menutupi mukaku kecuali mata aku
pake kacamata. Aku tiba di rumah pak Iman tepat waktu. Baru saja aku menyimpan
Polygonku, pak Iman sudah mau Akan berangkat. Untung saja istrinya yang baik itu
menyuruhnya untuk mengobatiku dulu. Pak Iman mempersiapkan obatnya yaitu
merica dan minyak kayu putih. Panas kan, bayangin nggak"1.
Nak Ocha, gimana perasaanmu sekarang" Udah merasa lebih baik" tanya ku
pada pak Iman. Lumayan pak Insya ALLAH 2-3 hari lagi akan sembuh, bersabar saja.
Setelah mengucapkan terima kasih aku pamit pulang pada kedua orang tua itu.
dengan bernyanyi-nyanyi kecil aku mengayuh sepedaku sepanjang jalan raya yang
masih basah oleh tetesan embun.
Kupeluk Bunda dari belakang. Aku bahagia sekali.
Ada apa sih Cha, senang banget"! tanya Bunda heran.
Ya dong Bunda, bentar lagi Ocha kan sembuh,
Oh ya"" Baguslah. Tadi teman kamu nelpon, namanya Iyan. Siapa sih"
Teman kuliah Ocha, trus Iyan bilang apa Bunda"
Dia nanya kamu, kenapa nggak masuk kuliah, apa kamu sakit " Bunda
bilang dong kalo kamu sedang sakit.
Makasih ya Bunda, Ocha ke kamar dulu
81 Selama seminggu lebih di rumah, aku tak pernah menghubungi siapapun.
HPku pun seringkali ku nonaktifkan. Bukannya tak ingin dihubungi, hanya saja aku
tak ingin yang lain mengkhawatirkanku. Sebenarnya kangen juga sih sama mereka.
Sejujurnya aku telah membohongi banyak orang. Bahkan Bunda ku juga.
Aku sadar kok kalo penyakit yang kuderita ini adalah stroke di usia dini. Aku dengar
itu ketika Bunda mengantarku ke dokter, Bunda sih tak percaya dengan apa yang
dikatakan dokter, tapi aku sedikit banyak percaya setelah memikirkan semuanya.
Separah inikah aku" Aku mendesah mencoba mengeluarkan beban yang ada
di dalam ragaku. Sedikit demi sedikit, aku mampu melupakan kak Fais, meski belum
sepenuhnya. Namun, setidaknya aku dapat bangkit kembali dari mimpi buruk ini.
Banyak hati yan tersakiti dengan ulahku ini, tapi tak sepantasnya mereka memvonis
mati dengan wajah-wajah murkanya.
Tanpa pikir panjang lagi, aku mengambil HP yang kuletakkan di dalam
lemari. Segera saja kuaktifkan, pasti banyak mailbox dan memenuhi kotak masukku.
Ting..!! HP ku aktif kembali, astaga banyak sekali pesan yang masuk dan mailbox.
Gimana nggak, selama seminggu aku tak menyentuhnya. Kubuka satu persatu, Iyan
menghubungi beberapa kali dan lainnya juga. Ada juga SMS kak Wana menanyakan
kabarku mengapa tak pernah muncul ke sekret.
Lalu, aku menghubungi mereka satu persatu. Pertama Iyan, aku bilang kalo
aku harus istirahat dulu dan minta diabsenkan pada dosen untuk setiap mata kuliah
yang kuikuti. Setelah itu aku menghubungi kak Wana minta maaf karena tak bisa ikut
kegiatannya MAPHAN. Saat ini, aku sudah agak tenang, kondisi fisik dan batinku berangsur-angsur
pulih. Tak terasa lagi beban itu. aku seolah dilahirkan kembali. Tak ada bayangan
tentang kak Fais lagi. Semua telah menghilang bersama dengan luka yang telah
kurasakan. Aku mencoba bertahan kesekian kalinya agar luka ini tak kenmbali lagi.
Pheww..!! betapa bodoh aku dengan semua yang kulakukan ini. Cinta tak boleh
mengalahkanku lagi. Aku harus tegar dan kembali seperti semula. Memang dasarnya
cinta adalah kebusukan yang tak pantas diagung-agungkan. Meskipun aku telah
82 terdampar di gurun kesepian selama sekian waktu yang cukup lama, bukan berarti
aku tak menemukan jalan pulang. Dengan segala pertahanan yang kumiliki, aku
berusaha menelusuri jalan terjal dalam ragaku. Tak sedikit juga yang berusaha
menghempasku lagi, tapi aku berusaha melawan dengan sekuat tenaga yang masih
tersisa di dalam bagian terkecil dalam ragaku.
Dua minggu menjalani pengobatan pada pak Iman, akhirnya kondisi fisikku
kembali seperti semula. Tak kurang satu pun. Aku tersenyum puas,
Per setan dengan cinta. Angkuhku kembali menyeruak seiring kebencian yang
mendalam yang tertanam lekat di dalam jiwaku. Masalah kemarin adalah sebagai
peringatan bagiku untuk lebih berhati-hati dalam mengartikan cinta. Cukuplah kak
Fais yang menjadi bagian terakhir dari petualanganku. Sekarang, segalanya
kupasrahkan pada ALLAH. *** Senin pagi aku kembali ke indekosanku. Tak ada yang spesial. Sama seperti
dulu ketika kutinggalkan dengan hati yang terkoyak. Aku harap kembaliku saat ini
dapat mencairkan segala rasa yang beku di antara kami semua. Aku sayang kalian.
Ucapku dalam hati dengan senyuman miris.
Kuketuk pinti beberapa kali, tak ada sahutan. Ke mana semua orang" Aku
mencoba lagi. Dan, akhirnya terdenagar langkah kaki dari dalam rumah menuju
pintu. Pelan-pelan bunyi deritan pintu. Dengan tubuh tegap, aku menanti siapa yang
akan membuka pintunya. Setelah pintu terbuka melongok wajah yang masih
kusut.UNI. Segera kupeluk erat dan kukatakan kalo aku sangat rindu sekali.
Terdengar isak tangis kami berdua. Kemudian uni mengajakku masuk. Segera kubuka
pintu kamarku , aduh berantakan sekali. Aku ingat waktu aku pulang duilu, aku lupa
membereskannya. Cha, kamu udah baikan ya" Kenapa tak menelpon sih" Kami sangat khawatir.
Ya, begitulah, makasih ya, Ni, ke mana yang lain, kok nggak kelihatan" .
83 Reyta udah berngkat ke kampus pagi tadi, kak Ani dan kak Rima juga sudah
berangkat kerja . Uni meninggalkan kamarku, katanya mau cuci muka dan aku membersihkan
kamarku. Pheww.. debunya banyak sekali. Hampir seluruh ruangan ini. Astaga!!
Komputerku berdebu juga, aku lupa membungkusnya dengan plastik.
Selama beberapa jam aku mebersihkan kamar. Dan, akhirnya selesai juga, cukup
melelahkan, badanku terasa pegal. Kriuk ..!! Perutku berbunyi. Aku lupa sarapan pagi
tadi waktu berangkat. Segera kuperiksa kantongan yang kubawa, biasanya Bunda memasukkan
makanan ringan untukku. Aha.. aku menemukan sebungkus roti tawar dengan selai
nanas dan dua kaleng susu coklat. Dan kue lain, aku mengambilnya dan kupanggil
Uni untuk membuatkan susu. Kami menikmati makanan yang kami makan sambil
bercerita. Ni, aku minta maaf ya atas kejadian kemarin. Aku pantas dimarahi oleh
kamu dan lainnya. Kalian pasti jengkel padaku, aku tahu itu dengan sadar. Uni tak
menghiraukanku, dengan muka kelihatan kesal, dia ngomong padaku.
Cha, kamu tahu kami jengkel padamu, tapi kenapa kamu tak mengerti juga
atau kami yang tak mengerti dengan kamu" Terus terang aku sangat kecewa padamu,
sepertinya kamu tidak memeprcayaiku lagi sebagai sahabatmu. Ingat Cha, kita sudah
bersahabat bertahun-tahun, tapi kenapa kamu masih main umpet-umpetan dariku"
Kepada yang lain boleh kamu rahasiakan, tapi denganku juga kamu berbuat begitu"
Uni mulai mengeluarkan kekesalannya padaku, dia menangis. Aku jadi terharu atas
ketulusan hati Uni. Maafkan aku Ni, aku tidak bermaksud begitu, hanya saja kemarin itu
membuatku tak bisa berkata-kata. Aku baru sadar kalo aku tak cukup dewasa
menyelesaikan masalah . Tidak begini caranya Cha, kamu ingin tegar, tapi menyusahkan orang lain.
Kamu tau tidak kalo yang lain tuh sakit hati sama kelakuan kamu, aku hanya tergugu
mendengar perkataan Uni, semua itu vonis yang dijatuhkan pada tersangka utamanya
84 adalah aku Cha, sekarang aku mo tanya, apa dengan sikap diammu itu, tegar yang
kau junjung sendiri itu telah membuahkan hasil" tanya Uni dengan mata melotot
padaku. Ya, aku dapat melewatinya meski dengan hati yang terkoyak, dengan tertatih
memaknai cinta, ternyata cinta memang terlalu nista di depanku. Aku berharap semua
tentang kak Fais dapat menjauh dari ingatanku dengan tak menyisakan luka
sedikitpun . Syukurlah kalo begitu, artinya tak sia-sia kamu bersikap sinis pada kami .
Seolah ada kemarahan penuh terdengar dari mulut itu.
Aku mendengar suara langkah kaki dari luar. Sepertinya ada yang telah
pulang. Aku melongok ke luar sedikit dan ternyata adalah Reyta. Aku dan Uni segera
menghapus airmata yang tersisa di pipi kami. Seolah tak ada apa-apa, kami
menghabiskan minuman yang tersisa di gelas kami masing-masing.
*** Malam itu, tanpa pemberitahuan sebe
lumnya, Ichal dan Ifan datang ke
kosanku. Tak biasanya mereka datang secara mendadak begini. Atau mungkin, Uni
memberitahukan kedatanganku. Aku segera melangkah ke ruang tamu dengan
mencoba tersenyum sebisa mungin untuk menuutpi gemetar yang menggerogoti
tubuhku. Kusapa mereka dengan menanyakan kabarnya masing-msing. Tak dijawab,
malahan memandangku dengan sorot mata tajam dipenuhi keheranan.
Hey, what s wrong guys" Kenapa sih kalian" Terpana ya dengan aku"
Cha, kamu udah baikan ya" Sory, kami nggak jenguk kamu, tau sendirikan
kesibukan kami" Aku pura-pura manyun dan kemudian tertawa lagi.
Aku tahu kok pangeran yang super sibuk, trus, kalian datang mau ngapain"
85 Ceritanya ngusir nih. Ok deh kita berdua akan pulang kok , Ifan dan Ichal
berdiri dari tempat duduknya. Tapi segera kutarik kembali.
Cuma bercanda kok, segitu aja marah. Mereka duduk kembali dan tertawa
bersamaan. Sialan. Mereka kerjain aku lagi.
Cha, kamu dan Uni ada amasalah ya"kamu tuh kalo ada masalah dibicarain
dong, jangan cuma disimpan sendirian, makan hati tau.
Nggak ada apa-apa kok, siapa yang bilang" aku memalingkan mukaku ke
arah samping menghindari tatapamata mereka yang siap menerkamku.
Dengan kami, kamu juga nggak mau cerita" Kamu masih menganggap kami
sahabatmu dan kakakmu kan Cha" Ifan mendesakku untuk bicara.
Baiklah, tapi tidak di sini tempatnya. Gimana kalo ke tanjung saja, mau
kan" tanyaku dengan suara agak parau. Dengan berat hati mereka menganggukkan
kepala. Tunggu ya aku ganti pakaian dulu ucapku sambil berlari ke dalam kamar.
Tak berapa lama kemudian aku pamit paada Uni untuk keluar bareng Ifan dan Ichal.
Mudah-mudahan kamu bisa bebas dari masalahmu, hati-hati ya Cha
Dinginnya malam membalut tubuh kami yang hanya terbungkus sweater
hijauku saja. Aku ikut boncengan Ichal sementara Ifan tak membonceng siapa-siapa.
Motor Ichal melaju dengan kecepatan lumayan tinggi. Canda dan tawa menyertai
perjalanan kami menembus pekatnya malam. Hingga tiba pada sebuah lapangan luas
dengan rumput yang lumayan agak basah. Kami berhenti di situ. Aku segera duduk
pada tanah yang kosong dan agak kering. Di susul dengan Ifan dan Ichal di depanku
seperti ingin menyidangku saja.
Sekarang kamu mulai cerita deh . Aku menarik nafas dalam-dalam.
Kamu boleh cerita mulai dari awal atau terserah kamu .
Fan, Chal, aku berterima kasih banget atas perhatian kalian. Kalian udah baik
banget sama aku. Lalu aku tertunduk lesu sebelum memulai ceritaku.
Dengan perasaan masih galau, kuceritakan mengenai hubunganku dengan kak
Fais. Mulai dari penantianku yang tak kunjung ada kepastian hingga pertemuanku
86 kembali dan kerasnya hatiku untuk menerima cowok lain. Aku lakukan semua ini
demi seorang kak Fais. Aku mengukuhkan hatiku untuk tak mempercayai cinta lagi
kak Fais muncul di hadapanku. Dan ketika sosok kak Fais muncul di hadapanku
secara tiba-tiba, aku begitu mengangung-agungkan cinta dalam sekejap. Aku memang
bersalah dengan menyakiti hatinya masa lalu, tapi apakah maaf tak cukup berarti
baginya" Aku menangis di depan mereka.
Awalnya aku terbang tinggi kehidupan puncak dengan pesona yang dia
tawarkan kembali. Dan aku terbawa dengan pesonanya itu. Aku kira, dengan
lancarnya komunikasi kami kembali setelah setahun lebih tak bertemu akan
mencairkan hatiku dan hatinya. Tetapi, aku hanya berkhayal tinggi sekali. Khayalan
memang tak pernah sejalan dengan kenyataan yang ada. Ketika aku mengatakan kalo
aku dijodohkan dengan sesorang, dia malah bilang mengapa aku menolaknya" Dia
tak pernah tahu kalo alasanku menolaknya karenan penantianku yang masih utuh
untuknya. Tetapi, kak Fais tak pernah memahami semua itu hingga tiba waktu aku
menanyakan perasaannya yang sebenarnya padaku. Dan saat itulah, pertahananku
menjadi runtuh. Aku tak menyangka kalo penantianku sia-sia saja.
Aku menghentikan ceritaku.
Cha, kamu sabar ya" Kami selalu bersamamu kok, jadi jangan pernah
berpikir kalo kamu hanya sendirian saja . Ifan dan Ichal mencoba menghiburku.
Aku memang cengeng ya" ujarku tertawa lirih.
Nggak kok, justru kamu kuat, Cha. Oya, lalu apa hubungannya dengan Uni,
ka tanya kalian tidak akrab lagi" tanya Ichal.
Oh itu" Uni memang masih marah dan kecewa padaku. Selama ini, aku tak
pernah menceritakan masalahku dengan siapa pun terutama dia. Tapi persoalannya
aku hanya tidak mau merepotkannya. Lagipula apakah semua persoalan pribadi mesti
dibeberkan" Oh begitu" Tapi, sekarang kamu udah baikan dengannya kan" tanya Ifan
lanjut. 87 Iya, aku sudah menyelesaikannya kok tadi pagi meski kelihatan Uni masih
kecewa padaku. Tetapi, aku tak menyalahkan dia kok, aku justru senang karena dia
memperhatikaknku, aku saja yang tak tahu diri.
Jadi gimana perasaanmu, udah baikan kan" Kamu sudah bisa melupakan
semuanya" Mudah-mudahan begitu, selama beberapa bulan ini, aku berpikir tak ada
gunanya dipikirkan lagi, aku ini hanya manusia bodoh yang tak berguna, aku sudah
bertekad melupakan kak Fais, saat ini perasaanku sudah mati rasa terhadapnya .
Kataku sedikit tertahan. Baguslah kalo begitu, tapi, perasaanmu tidak mati rasakan buat cowok lain"
tanya mereka hampir bersamaan.
Entahlah, yang aku tahu, aku tak tertarik lagi dengan cowok lain. Dulu saja
aku tak bisa menjalaninya dengan seseorang apalagi sekarang dengan keadaanku
yang seperti ini. Tetapi, sejujurnya aku juga serahkan semua ini pada yang
MAHAKUASA. Mungkin saja hari ini hatiku berkata lain, dan esok siapa yang
tahu" Cha, sebaiknya aku bicara sama kak Fais saja ya"
Nggak usah Fan persoalan di antara kami udah jelas, dia hanya
menganggapku sebagai adik saja sekarang, tak lebih dari itu. Sebaiknya aku saja
yang belajar menerima semua ini. Jangan katakan ya Fan, aku mohon banget sama
kamu!! Aku tak mau kelihatan lemah di hadapan kak Fais, meskipun sekarang aku
memang sudah lemah. Namun, tidak untuk di lihat olehnya. Dia kan tertawakan kalau
melihat keadaanku atau mungkin akan kasihan padaku. Dan , aku tak mau ketika dia
kembali hanya karena kasihan padaku. Aku tak butuk butuh kasihan kak Fais. Bagiku
sekarang tak ada nama kak Fais lagi.
Baiklah, aku hanya ingatkan kamu Cha, jangan pernah lagi menyembunyikan
sesuatu dari sahabat-sahabatmu, akan menyiksa diri kamu sendiri. Lebih baik kita
88 pulang sekarang, udah larut malam, nati Uni marah lagi. Ifan menghidupkan mesin
motornya, aku ikut dia dan giliran Ichal yang tak membonceng siapa pun.
Suasana jalan raya sedikit ramai, para pengendara kendaraan sepertinya baru
pulang dari aktivitas malamnya. Kami melewati sepanjang jalan yang menembus
pekatnya malam dan dinginnya cuaca yang menusuk kulit kami. Sesampainya di
rumah, Uni langsung ngomel pada kami, karena pulang larut malam. Kami sih hanya
senyum-senyum saja melihat gerutuan Uni yang tak jelas itu. tanpa duduk lagi, Ifan
dan Ichal berpamitan pulang, katanya tak baik cowok ada di kosan cewek tengah
malam begini. Oh ya, silahkan pulang dan jangan pernah kembali lagi ya"!! usir Uni
dengan sikap pura-pura. Keduanya hanya tertawa tak menanggapi perkataan Uni
karena mereka tahu, Uni ngak pernah marah seserius itu. Akhirnya, mereka pulang
setelah mengucapkan selamat malam dengan perasaan yang bagaimana aku tak tahu.


Ketika Kau Hadir Karya Unknown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Namun, yang aku tahu perasaanku sekarang menjadi plong.
Kami menatap kepergiannya dengan kebisuan malam yang mengbungkus raga
kami. Tak ada yang mengawali pembicaraan. Kami hanya terdiam dalam pikiran
masing-masing. Hanya saja mata kami saling memandang.
Ni, makasih ya. Hari ini aku senang banget soalnya udah curhat sama kamu
dan mereka, ucapku apada Uni setelah berada di dalam rumah kembali. Dia hanya
tersenyum tanpa berkata-kata. Dia ngeloyor masuk ke kamarnya tanpa
mempedulikanku. Aku melongo melihat sikap Uni. Aku masuk kamar dan setelah di
dalam, terdengar suara-suara sumbang yang memekakkan telinga. Katanya Ocha
sudah pulih kembali ya, pertanda baik dong. Aku segera menutup telingaku. Nggak
apa-apa kok mereka ngomong seperti itu, yang jelasnya, besok adalah hari baru
buatku. Semua rasa tentangmu tlah mati
Pekat Pada tabir gerlap Jadi bayang gelap yang sejati
Ingin kuludahi hatimu 89 Agar tak menyisakan luka batin bagiku
Kini, gunung es itu kembali membeku
Tak kuinginkan kau mencairkannya
Hingga tiba masa gletser k
embali mencair Tapi, bukan kau Karena semakin kau mendekat
Pun semakin membeku Selamat karma anda, aku telah terkalahkan egoku .
*** Tujuh Aku terlelap di batas hina hatimu
Menguap Bongkar rasa yang tlah mati
Percaya cinta di balik layar biru
Terbayang perih, mengulum resah
Tuk mencair Tak cukup kata mewakili gerah bermain
Campakkan jiwa pada lara yang bersemayam
Ingin tapaki jalan berterjal tak bertepi
Menyertai rindu pada raga yang hampir tak bernyawa
Melawan getir hati yang tlah mati rasa
Aku melangkah dengan gontai ke kampus. Kurasakan tubuhku masih terasa
pegal karena semalam. Aku tak dapat tidur semalam. Aku harus kembali ke Ocha
yang dulu lagi. Gumamku. Masih terasa perih yang menyayat hatiku, tapi dengan
hanya berdiam diri dan menangisi sesuatu yang tak tampak lagi, tak ada gunanya.
Aku harus tegar, memulai hari baru dengan segala keangkuhan dan rasa yang masih
tersisa, kenangan itu masih berlarian di benakku mengejarku hingga batas yang tak
kutahu sampai kapan akan berakhir. Kata Uni, tak gampang melupakan seseorang
dengan begitu saja, apalagi orang itu adalah pernah menjadi begitu berarti dalam diri
kita. Benar apa yang di katakan Uni, tak gampang, tetapi tak berusaha mengingatnya
dapat menjadi solusi. Mengalihkan perhatian yang lain adalah solusi juga.
90 Tak terasa, ternyata kakiku melangkah ke arah PKM sekret MAPHAN. Belum
banyak yang datang hanya beberapa orang saja, kak Wana pun belum datang.Astaga!!
inikan baru pukul 8. 15 pagi, terlalu kepagian aku datang pantas saja masih lengang.
Kak Ismail muncul dari dalam dengan muka kusut. Biasanya sih beberapa orang
menginap di sekret karena mengerjakan sesuatu yang belum selesai.
Hai kak, baru bangun ya" Maaf menganggu ya" kataku berbasa-basi pada
kak Ismail. Dia mengucek matanya dan permisi sebentar untuk cuci muka di kamar
mandi. Aku mengamati keadaan ruangan ini, selama 2 minggu lebih aku tak
menengoknya. Pasti banyak kegiatan. Aku memperhatikan jadwal-jadwal
penyuluhan yang tertempel di papan jadwal. Wah, padat juga minggu ini, gumamku.
Aku sempat melalaikan aktivitasku ini selama hanya bergulat dalam
kesendirianku dan kehampaan yang kualami. Tak kupedulikan teguran-teguran senior
yang mengatakan aku tak pernah konsentrasi dalam melakukukan sesuatu. Sesekali
menreka menanyakan masalah yang menimpaku, tetapi aku hanya terdiam dan tak
mengatakan sedikitpun. Biarlah kutanggung sendiri. Aku memang egois.
Cha, kapan kamu datang" Ada kue nggak" tanyanya
Ini, sambil mengulurkan sebungkus kue yang di masukkan Bunda ke dalam
kantonganku kemarin. Kak, kak Wana dan yang lain belum datang ya" tanyaku pada kak Ismal
yang telah melahap kue yang kuberikan.
Iya. Oya Cha, kamu udah melihat itu nggak" kak Ismail menunjuk ke arah
papan jadwal yang tadi kulihat. Aku hanya mengangguk.
Kak, kunjungan ke Panti rehabilitasi kemarin itu sudah bereskan" Dan
gimana dengan proposal permintaan dana untuk Fancy Fair nanti"
Kak Ismail hanya tersenyum dengan ocehanku.
Cha, kamu bertanya atau apa sih, banyak banget. Kunjungan ke Panti
tertunda hingga minggu depan, pihak Panti meminta kita untuk menundanya dulu
karena persoalan dalam, ada seorang pemakai yang melarikan diri .
91 Alasan yang klise banget, trus orang itu sudah ditemukan belum" tanyaku
penasaran. Belum sih . Setelah ngomong, aku membenahi persuratan yang berserakan di lantai. Aku
harus cepat, sebentar lagi kuliah.
Cha, buru-buru banget, memangnya mau kemana kamu" Tanya kak Ismail
Aku ada kuliah 15 menit lagi kak, tadinya aku hanya ingin mampir saja
melihat keadaan di sini. Tetapi, eh malah tinggal ngobrol. Aku pergi dulu ya kak"
setelah membereskan semuanya aku ngeloyor pergi dan kak Ismail berteriak agar aku
kembali lagi ke sini sebentar. Masih ada yang harus dikerjakan.
Tiba di ruang perkuliahan, aku mendapati Iyan dan Ima terlibat pembicaraan.
Nafasku segera kuatur karena ngos-ngosan berlari tadi. Aku pikir sudah terlambat.
Ternyata masih tersisa waktu 5 menit lagi. Kudekati kedua cecunguk itu.
Hai girls. Apa kabar" sapaku dengan menyunggingkan senyum yang lebar
sekali. Ocha, kamu udah baikan, kok ngga
k bilang sih" keduanya menyerbuku
dengan pelukan dan cubitan yang cukup keras dari Iyan. Auww, sakit sekali, teriakku.
Kamu jahat ya Cha, nggak bilang sama kami kalo kamu lagi sakit. Kamu
pikir, kita ini siapa, bukan sahabat kamu lagi" sungut Iyan padaku. Ia memalingkan
mukanya ke arah kanan sebagai tanda protesnya padaku. Aku sih hanya mencubit
pipinya yang mulus itu. Aku minta maaf deh say, jangan marah gitu dong .
Gimana nggak marah, aku hubungi HP kamu, nggak pernah aktif, aku telpon
ke rumahmu katanya kamu lagi sakit dan pulang ke rumah Bundamu. Yah, aku minta
saja nomor telpon rumahmu, dengan masih wajah cemberut, Iyan bercerita padaku.
Dari arah jauh, tampak dosen mata kuliahku melangkah. Dengan ciri khas
jalannya yang melenggok, beliau dijuluki pantat bebek oleh teman-teman. Lucu juga
sih gelar itu. Tetapi, memang pantas dan sesuai kok. Segera kuajak keduanya masuk
kelas. Biasanya kami sering mengambil tempat duduk paling depan.
92 Perkuliahan berjalan dengan tertib, tak banyak suara-suara bising yang
terdengar dari belakang. Tumben banget mereka terdiam dan memperhatikan
penjelasan dosen pantat bebek itu. biasanya ruangan kayak pasar. Ada apa yah
mereka terdiam" Tak sepertinya biasanya banget. Aku menanyakannya pada Iyan,
Iyan bilang sih 2 minggu yang lalu, Randy yang kocak membuat ulah pada bu Mila
yang sedang mengajar. Randy melempari pantat bu Mila dengan kertas yang berisi
batu. Tentu saja bu Mila kaget dan marah besar. Awalnya tak ada yang mengaku
siapa yang melakukannya. Namun, setelah bu Mila mengancam akan melaporkannya
ke Dekan dan tak akan mengajar lagi, akhirnya Randy ngaku deh dan dia diberi
skorsing selama 2 kali tidak ikut kuliah ini. Dan yang lain pun tak berani berulah lagi
kalo mata kuliah bu Mila. Semuanya pada takut. Aku dan Iyan tertawa cekikikan,
kontan saja bu Mila berbalik dan melotot ke arah kami. Kami pun tertunduk. Uh &
menyeramkan banget mata itu.
Dengan ketegangan yang tercipta selama perkuliahan berlangsung, akhirnya
bu Mila menyelesaikannya juga. Teman sekelas langsung bernafas lega. Bu Mila
hanya melotot ke arah kami sebelum melangkahkan kakinya ke luar ruangan. Sesaat
kami terdiam. Setelah itu, terdengar tawa yang keras dari belakang. Ada udara segar
katanya setelah pantat bebek itu pergi.
Cha, katanya kamu sakit yah, udah sembuh kan" tanya salah seorang teman
sekelas yang bernama Leo. Aku hanya mengangguk dengan meyunggingkan
senyuman padanya. Kamu tambah manis ya kalo senyum ujarnya bercanda menggodaku lagi.
Seperti biasa orang satu ini selalu berusaha berusaha menggodaku dengan kata rayuan
yang minta ampun deh. Setelah Leo berlalu dari hadapanku, Iyan dan Ima mendekatiku. Seakan
mereka ingin menginterogasiku. Matanya penuh tatapan aneh. Segera kualihkan
dengan menanyakan keberadaan Wita dan Ami. Mereka nggak masuk karena ada
urusan penting. Tapi kuliah berikutnya mereka akan datang.
93 Cha, kamu cerita deh, kamu sakit apa sih" Apa ada hubungannya dengan kak
Fais ya" tanya Iyan.
Nggak kok, plis deh jangan sebut nama itu di depanku lagi. Aku nggak
suka . Kamu udah berubah ya Cha, nggak mau terbuka lagi sama kita-kita. Apa
karena kak Fais yang mengubah kelakuanmu" Ingat Cha, kita ini sahabat dan seorang
sahabat tak pantas menyembunyikan apapun dari sahabatnya yang lain . Ucap Iyan.
Kalimat itu lagi, semalam pun aku mendengarnya lagi. Kami tenggelam dengan
pikiran masing-masing. *** Setelah kuliah kedua selesai, aku mengajak mereka makan siang di warung
Mbak Atiek. Perutku sudah meraung kelaparan minta diisi sejak tadi. Aku janji pada
mereka untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya dan mengapa aku sakit. Ya,
sudah menerima ajakanku debngan syarat mentraktir mereka semua. Aku menuruti
keinginan mereka, asalkan mereka mau memaafkanku. Sesampainya di sana kami
segera mengambil tempat duduk di sudut kanan lagi. Kami memesan bakso dan
pangsit. Setelah pesanan datang. Aku mulai bercerita pada mereka sambil menyuap
makananku. Yang lain hanya terdiam mendengar ceritaku, seakan aku telah
menghipnotisnya, mereka menatapku sendu penuh belas kasihan,
Apaan sih kalian, aku ngga
k perlu dikasihani begitu tau" ujarku menggerutu
melihat sikap mereka yang terlalu berlebihan menanggapi ceritaku.
Kalian juga harus tahu kalo ketika nanti kak Fais mendengar kisahku ini dan
dia ingin kembali lagi, aku nggak butuh lagi, karena mungkin saja dia hanya
mengasihaniku seperti yang kalian lakukan seakarang. Aku nggak butuh dikasihani
apalagi cinta. Aku nggak percaya lagi sama cinta, nonsense. Aku mengeluarkan
kekesalanku dengan segala daya yang kumiliki. Mereka hanya mendengus panjang.
Trus, gimana soal Ragil" Kalo saja suatu hari, dia tiba-tiba datang ke
hadapanmu dan masih menawarkan cintanya lagi untukmu, apakah kamu masih akan
94 menerimanya" Bukankah kamu menolaknya dulu karena belum adanya kepastian dari
kak Fais" Iyan memberiku pertanyaan yang sulit membuatku bernafas. Aku
memandang ke arah baruga Collie Pujie.
Cha, jawab dong Cha, gimana kalo Ragil datang dan mau menerimamu apa
adanya" Iyan mendesakku.
Entahlah, yang jelas sekarang aku tak mau menyimpan perasaan apa-apa lagi
untuk seseorang. Aku tak mau berharap dan berkhayal tinggi lagi. Semua harus
berakhir. Lagipula aku selalu menyakiti Ragil, aku tak pantas untuknya lagi . Aku
tertunduk lesu dan airmataku berlinang.
Ocha, kamu selalu saja membohongi perasaan kamu, nggak baik Cha, akan
menyakiti kamu sendiri. Seperti sekarang kan" Aku tak akan memaksamu lagi,
terserah gimana maunya kamu nanti Iyan mengalah begitu saja.
Aku minta maaf ya, aku telah merepotkan kalian semua .
Kamu ngomong apaan cha" Jadi, kamu selalu merasa kalo kamu hanya
merepotkan kami saja" Picik sekali pikiranmu. Kamu tidak menganggap kami
sahabatmu lagi ya" timpal Ami yang langsung wah.
Bukan begitu maksudku, kalian tetap sahabatku yang terbaik kok, maaf
ya"!! aku segera mengklarifikasi ucapanku tadi.
Sudahlah, kita balik yuk, aku udah kenyang, tempat ini juga semakin lama
semakin gerah . Wita tiba-tiba berdiri. Kami pun menyusul kecuali aku yang
belakangan karena membayar tagihanmnya di kasir. Dan kami berlalu meninggalkan
tempat itu denga hati penuh tanda tanya. Sisa luka masih tersimpan di sudut kantin
dan itu. Kami kembali ke ruang perkuliahan, karena masih ada kuliah setelah Dzuhur
nanti. Masih ada waktu setengah jam lagi, kuajak mereka ke Masjid kampus
menunaikan shalat Dzuhur. Mumpung masih ada waktu, yang lain mengiyakan
ajakanku. Kami segera berbalik lagi ke depan untuk pergi ke Masjid kampus yang
terletak tidak terlalu jauh dari gedung perkuliahanku.
95 Aku dan teman-teman segera menunaikan shalat secara berjamah. Panasnya
cuaca tak kami rasakan lagi setelah menunaikan shalat karena bekas siraman wudhu
masih menempel di tubuh kami. Seger sekali. Pikiran pun menjadi tenang dan seolah
terlepas dari segala yang membebani. Kami saling berpelukan untuk melepas rindu
dan memaafkan segala kesalahan masing-masing. Seperti hari lebaran saja. Tentu saja
jamaah lainnya heran melihat tingkah kami yang berpelukan seperti itu di dalam
Masjid. Kami hanya tersenyum setelah menyadari apa yang telah kami lakukan.
Kami meninggalkan Masjid dengan hati yang kembali ringan. Kecerian pun
tercipta dalam sekejap tanpa perintah dari siapa pun. Hari ini, aku bahagia banget.
Aku merasa tenang sekali. Berada di dekat sahabat-sahabat yang kucintai membuatku
dapat tertawa lagi, menemukan jati diriku kembali sebagai Ocha yang dulu lagi.
Periang, angkuh, sinis dan picik memandang cinta. Meski benih-benih cinta itu masih
tertanam untuk seorang kak Fais. Namun, pasti lambat laun akan menghilang dengan
sendirinya seiring dengan berjalannya waktu. Sudahlah, semua sudah berlalu dan
berharap tak menyisakan pendar-pendar melati dan luka yang ada dalam ragaku lagi.
*** Setelah kuliah berakhir, aku tak langsung pulang. Iyan cs mengajakku untuk
belanja pakaian dan tas di Mal. Aku mengiyakan ajakannya. Lagipula, aku juga sudah
lama tak pernah jalan bareng mereka lagi. Apa salahnya, aku juga ingin mencari buku
terbaru Dee dan belanja di supermarket.
Kami segera menahan taksi untuk ke Mall. Bukan tidak ada tempat lain sih
tapi, tempat itu terkenal lengkap dan nggak terlalu mahal. Sekalian cuci mat
a juga sih. Pheww & akhirnya sampai juga. Kami turun dari mobil satu persatu. Dan setelah
membayar ongkos taksi, kami melangkah masuk gedung mewah itu yang berlantai 4.
Tanpa pikir panjang kami mengunjungi outlet tas kesayangan Iyan ELIZABETH .
Selanjutnya kami menuju beberapa outlet pakaian dan sepatu untuk mencari
kebutuhan yang lainnya juga. Setelah yang lainnya menemukan barang mereka
96 masing-masing, giliran aku yang minta ditemani ke Gramedia mencari novel terbaru
Dee PETIR . Dengan kantongan yang cukup berat, kami menuju ke Gramedia dan
menitipkan barang kami di penitipan barang. Ah..lega juga sih, tangan udah nggak
pegal lagi. Tanpa pikir panjang lagi , kami berpencar, sementara aku menuju rak buku
yang best seller. Biasanya buku-buku terbaru yang best seller bakalan di satukan, jadi
nggak susah nyarinya. Ketika aku menemukan buku itu dan berniat mengambilnya,
seorang pria berjas berdiri di sampingku dengan senyuman yang cukup manis. Aku
berusaha mengingat-ingat siapa pria itu, sepertinya aku kenal.
Hai, Ocha kan" Masih ingat aku nggak" Tanya pria itu. Aku mengernyitkan
dahi dan berusaha sekuat tenaga memkikirkanya. Astaga!!! Bukankah dia adalah Di
rektur Gramedia ini. Pak Indra. Pikirku.
Oh iya pak, tentu saja Ocha ingat, bapakkan yang menolongku beberapa
bulan yang lalu" jawabku agak kelabakan. Iyan cs tertawa melihat gayaku berlagak
pilon gitu. Aku kan sudah bilang, nggak usah memanggiku bapak, Indra saja.
Ah iya, maaf pak, eh maksudku Indra. Agak kikuk aku dengan sebutan
nama itu apalagi karyawan dan pengunjung mulai memperhatikan kami. Dari
samping kiri, Iyan mencubit pinggangku dan berbisik agar mengenalkannya pada
mereka. Oh ya, kenalkan, mereka ini adalah sahabatku. Aku memperkenalkan
mereka satu persatu. Tentu saja Indra menyambutnya dengan sikap yang penuh


Ketika Kau Hadir Karya Unknown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

wibawa dan kharismatik seperti dulu ketika pertama kali bertemu.
Merasa agak canggung dengan situasi seoperti ini, aku mengajak yang lain
untuk pulang saja. Sebelumnya aku membayar di kasir dulu. Ada beberapa novel
yang kubeli. Saat membayar di kasir, Indra mendekatiku dan mengatakan pada kasir
agar aku tak usah membayar. Awalnya aku menolak, nggak enak di liatin orang
seperti itu, tapi Indra bersikeras agar aku tak membayarkannya. Dengan berat hati sih
aku mengiyakan saja yang langsung disambut sorakan dari Iyan cs. Setelah
97 mengucapkan thankx padanya aku pamit pulang, tetapi indra mencegatku kembali.
Dia menawarkan kami untuk ngopi di depan Gramedia. Tempat itu terkenal dengan
Capuccinonya yang nikmat. Tanpa menolak lagi aku kembali mengangguk. Kami
melangkah ke arah resto itu. Dia memesan 6 Capuccino untuk kami. Waw..rezki
nomplok nih, baru saja dia membayarkan buku yang kubeli, sekarang ditraktir lagi,
ucapku membatin. Cukup seru pembicaraan kami, tak jarang aku mendapati Indra melirikku.
Aku hanya tertunduk setelah itu. sementara yang lainnya tak jarang pula mencandai
Indra yang di balas canda juga. Langsung akrab ya mereka, pikirku. Tak terasa waktu
berlalu, dan pembicaraan kami semakin seru. Aku melirik jam tanganku, segera
kukode mereka untuk pulang.
Ndra, kami pulang dulu ya, udah sore nih, thanks ya atas traktirannya.
Baiklah, nanti aku telpon kamu ya Cha. Makasih telah memenuhi
undanganku ngopi bareng, ujar Indra ketika kami akan berlalu.
Kami menuruni anak tangga escalator. Wita terus saja menggodaku. Aku sih
hanya tersenyum kesal ke arah mereka. Tak lupa kuingatkan untuk mampir di
supermarket belanja keperluanku.
*** Malamnya aku terkapar lemas di tempat tidur. Seharian kuliah dan jalan-jalan
membuat seluruh persendianku hampir copot. Aku menatap langit-langit kamarku,
seolah-olah pelepas lelahku ada menggantung di atas sana. Terdengar dari luar suara
ketukan pintu kamarku. Aduh, siapa sih" Aku bergegas bangun dan membukakan
pintu. Aku langsung kaget, setelah tau yang berada di depan kamarku, ada kak Rima,
kak Ani, Reyta dan Uni. Mereka seolah ingin menangkap maling. Segera saja di
tariknya tanganku ke sisi tempat tidurku. Kak Rima menatapku dalam-dalam.
Cha, sekarang kamu cerita tentang sikap kamu yang berubah selama
beberapa bulan ini. Kamu memusuhi kami ya" Dan jangan mengelak lagi, kami sudah
98 membaca isi selembar kertas yang kau tempelkan di papan jadwalmu. Kak Rima
menodongku dengan pertanyaan sinis begitu. Astaga!!!
Sudah dua hari ini aku di hadapkan pada pertanyaan-pertanyaan seperti ini.
Aku seolah Napi yang baru saja ketangkap basah karena melarikan diri selama dua
bulan lebih. Aku sudah menjelaskanya. Menceritakannya kembali seolah membuka
lembaran lusuh kemarin dan akan menyakitiku lagi. Tapi, apa yang harus aku lakukan
dengan keadaanku yang terjepit" Aku harus menceritakannya lagi" Sembari menarik
nafas dalam-dalam aku mulai bercerita, kak Rima menimpali
Salahnya kamu, kamu ingin berusaha tegar dan berjalan sendirian, tetapi
nyatanya hanya menunjukkan kelemahanmu saja. Sikapmu yang tutup mulut seolah
mengisyaratkan pada kami bahwa kami ini adalah musuh kamu yang tak pantas
mengetahui rahasia lawannya. Dengan kesal kak Rima menudingku dengan katakata
perih. Iya Cha, kalo ada masalah tuh harus dibicarakan dong, jangan menutupinya .
meski kamu tak ingin kami mengetahui rahasiamu, tapi sikapmu sangat berlebihan.
Timpal Reyta yang mulai angkat bicara. Uni hanya diam dan tak menanggapi karena
dia sudah mengetahui semuanya.
Kalo begitu, aku minta maaf sama kalian. Aku telah merepotkan dan
meyusahkan kalian selama ini, aku menundukkan kepala beberapa kali.
Sudahlah, jelasnya semua clir, kamu harus seperti dulu lagi, jangan ulangi
lagi perbuatanmu ini, ujar kak Ani mengakhiri obrolan ini.
Tidurlah Cha, kami hanya mengganggumu, sampai besok ya, mereka
kembali tersenyum meski kelihatan dipaksakan. Sebelum mereka ke luar dari
kamarku, Uni sempat menoleh dan menyunggingkan senyum yang agak berat
padaku. Satu persatu semua masalahku telah terselesaikan. Aku menjadi agak lebih
ringan sekarang. Setidaknya, aku mampu bernafas lega kembali. Kuharap ini akhir
dari semuanya. Asataga &.!!! 99 Aku lupa aku tidak pernah membuka file diaryku dan menuliskan apapun.
Aku beranjak dari tempat tidur dan menyalakan monitor kembali. Segera kubuka file
diaryku dan semua masih utuh di sana. Aku memang sengaja memberi pasword pada
fileku ini untuk menghindari tangan jahil orang lain yang berniat membacanya. Meski
sekarang mereka sudah membaca rahasiaku yang tertempel di papan jadwal. Dan aku
lupa membuangnya waktu pulang dulu.
100 Dear diary!!!! 19 maret Hampir saja aku tak berkutik, semua menghadangku. Berusaha membongkar
lembaran luka itu lagi dengan susah payah mengikatkannya pada ruang yang
tersisa. Tak pantas aku persalahkan siapa yang memulai, yang pasti luka yang
sempat menusuk jiwaku hingga ruang yang paling dalam, telah tenggelam
bersama hembusan angin puyuh. Kenangan selalu ada dalam hati, tapi berusaha
untuk mengenanglah yang patut dienyahkan dari hati kita-kita, jika tak
menginginkan seonggok luka akan terhampar di depan kita lagi.
Terima kasih semua yang telah memberiku perhatian lebih. Sayang yang kalian
berikan akan kujadikan kekuatan untuk melangkahkan kakiku dengan tegap.
Terimakasih dunia. Segera kuakhiri tulisanku. Ada yang melambai di sana mengucapkan selamat
tinggal padaku. Mudah-mudahan untuk ke sekian waktu yang lama. Aku kembali
membuka dan membaca satu persatu tulisan yang kubuat. Agak bagus juga untuk
dijadikan sebagai novel atau kumpulan puisi. But, nonsens. Tak usah berkhayal tinggi
lagi deh, ucapku membathin.
Ketika akan menghempaskan tubuh lelahku di atas tempat tidur, HP ku
berdering. Siapa sih yang menelpon malam-malam begini, sudah jam 10 malam lagi.
Kurang kerjaan banget. Umpatku. Aku memperhatikan nama penelponnya, ah Indra,
ngapain dia menelponku" Dengan ragu-ragu, aku menjawab telpon Indra.
Halo Ocha, ini aku Indra, maaf ya!! ucap suara itu.
Nggak apa-apa kok kak, Ocha panggil kakak saja supaya lebih sopan.
Lagipula kak Indra kan memang jauh lebih tua dari Ocha, boleh kan" ucapku
menawarinya untuk memanggil kakak. Bagiku tak enak memanggil nama saja,
padahal kan dia lebih tua dari aku.
Ya, nggak apa-apa deh, asal bukan bapak lagi, jawabnya dengan nada
bercanda. Cha, aku mengganggu kamu nggak" tany
anya lanjut. Ya begitulah, jawabku seraya bergurau juga.
Oya" Maaf ya kalo begitu.
Aku hanya bercanda kok, nggak usah di masukin ke hati, ngomong-ngomong
kenapa kakak nelpon aku" Ada apa nih" Mau ntraktir aku lagi"
101 Boleh juga, Cha, aku mau ngomong sesuatu ke kamu, boleh nggak"
Ngomong aja lagi kak, nggak ada yang larang kok.
Kamu ada acara malam minggu besok nggak" tanyanya lagi, aku agak degdegan
juga. Nggak ada, emangnya ada apa kak Indra" tanyaku balik. Penasaran banget
aku. Aku mau ngajak kamu nonton di TO, mau nggak"!
Aduh gimana ya kak &,
Emangnya ada yang marah ya Cha" kalo gitu nggak usah deh, entar aku di
tonjokin lagi. Nggak ada sih. Kalo gitu, tunggu aku jam 7 malam ya, aku akan ke rumah menjemput kamu,
beritahu saja alamatmu. Makasih ya Cha. Dia langsung nyerobot tanpa memberiku
kesempatan untuk berkata ya atau tidak. Tanpa basa-basi lagi aku menyebutkan
alamat rumahku. Pembicaraan kami berlangsung agak panjang, rupanya kak Indra humoris
juga, bebarapa kali dia mengerjaiku. Aku pikir, hanya sikap wibawanya saja yang ada
di dirinya. Orangnya lucu dan baik, nada bicaranya sih sepertinya menunjukkan kalo
penuh kasih sayang. Aku tak perlu secepat itu menyimpulkan sikapnya. Mungkin dia
hanya berpura-pura. Akhirnya dia menutup telponnya juga dan mengucapkan selamat malam
padaku. Setelah itu aku tertidur, aku tak mau memikirkannya lagi, kepalaku sudah
pening tambah pening pula. Aku bermimpi lagi, sosok Ragil yang berusaha ingin
berusaha ingin meraih tanganku, tetapi tak bisa. Saat kujulurkan juga tanganku
kepadanya untuk di raih olehnya. Namun tak ada mampu meraih satu sama lain. Ragil
terus saja menjulurkan tangannya untuk meraihku, kenapa aku tak bisa" Aku
terbangun dari mimpi burukku. Mengapa pikiranku sekarang mengingat Ragil terus"
Pecundang. Lepas dari tangan kak Fais. Kembali ingin meraih tangan Ragil. Apa arti
semua ini" Saat ini, aku hanya tak ingin satu pun membuatku terluka lagi.
102 Luruh rasa terbawa maut Kan jadi abu Pada asap yang mengepul Murka gertakkan benci Tuk tak berbau Kelilingi resah Yang tak pernah sampai Hingga menelan resah Pada jiwa yang hampir tak bernyawa lagi
Maut Penat tak tertahankan Hancurkan Biarkan jadi pekat Tak tampak Agar benci tak lagi ikut **** Kunjungan ke Panti rehabilitasi akhirnya akan terlaksana juga. Tampak
beberapa teman sedang bebenah mempersiapkan perlengkapan yang akan di bawa.
Tampak di sudut ruangan, kak Wana membereskan persuratan. Dia serius sekali. Aku
mendekatinya. Kak Wana sedang mengerjakan apa sih" Aku bantu ya" tanyaku
menawarkan jasa padanya, dia menoleh padaku dan tersenyum memberi isyarat
mengerjakan apa yang ada di hadapanku.
Ini proposal permintaan dana itu ya kak" Berapa instansi lagi yang belum
diberikan" tanyaku di sela-sela pekerjaanku.
Iya Cha, kamu mau nggak bawa ke Gramedia dan Telkom"
Kalo Gramedia, aku bisa kak, soalnya aku ada kenalan di sana, Ocha yakin
deh bakalan dipenuhi, tenang saja. Ujarku tersenyum ke dia, karena tiba-tiba aku
ingat kak Indra yang memegang posisi penting di Gramedia sebagai Direktur. Kontan
103 saja aku mengatakan yes hingga yang lain menoleh ke arahku melihat tingkahku
yang ceplos begitu. Kamu kenapa Cha" Nggak apa-apa kok kak, jawabku tersipu malu.
Kemudian aku melanjutkan membereskan berkas-berkas itu. Cukup banyak juga yang
belum di benahi. ***** Sore mulai merambati petang, aku tiba di rumah. Dengan langkah gontai aku
melangkah masuk ke rumah, terdengar suara riuh dan tawa yang cukup keras dari
dalam. Segera kuketuk pintu dan kak ani membukanya. Tampak di ruang tamu,
mereka sedang berkumpul minum teh dengan pisang goreng hangat. Enak banget,
sore-sore gini lagi. Lagi ngapain nih ngumpul semua" Boleh ikutan nggak"
Nggak boleh, kamu harus ganti pakaian dulu, trus cuci tangan, ujar kak Ani.
Aku langsung negloyor masuk kamar ganti pakaian. Setelah itu, ikut
bergabung dengan mereka sambil bercanda ria.
Cha, ada telpon dari Bunda kamu tadi siang, katanya kamu pulang besok
sore" pesan kak Rima padaku.
Oh ya" thanks ya kak.
Aku masuk kamar dan mengambil HP ku. Segera kutelpon
Bunda. Tuut &.tut.. tak ada yang mengangkatnya. Ke mana sih Bunda." Cukup lama juga.
Setelah aku hubungi lagi, barulah ada yang mengangkatnya.
Bunda, ini Ocha, ada apa sih Bunda suruh Ocha pulang" tanyaku tanpa
mengetahui kalo ternyata yang angkat telpon bukan Bunda.
Ocha, ini tante Mirna sayang. Bunda kamu lagi ada di dapur. Eh kapan kamu
ke sini lagi" Tante kangen nih sama kamu, kamu baik-baik saja kan Cha"
Iya tante, oh ya, tante bisa panggil Bunda nggak"
104 Tunggu sebentar ya"!! . terdengar suara tante Mirna memanggil Bunda.
Ocha, kamu bisa pulang nggak sayang besok sore"
Aduh Bun, kenapa sih" Ocha kan baru 4 hari di sini, kok di suruh pulang
lagi" Ocha, pokoknya kali ini kamu harus nurutin Bunda, ada yang lupa Bunda
omongin ke kamu, mau ya sayang" tadinya suara Bunda agak keras tapi mulai
melemah lagi. Iya deh Bun, nanti Ocha usahakan, soalnya besok malam Ocha ada janji
dengan teman Ocha. Jadi, mungkin agak malam pulangnya nanti, boleh kan Bunda"
Memangnya kamu ke mana sayang" tanya Bunda dengan nada penuh
selidik. Teman Ocha ngajak nonton di bioskop besok malam, nggak enak kalo nolak,
soalnya dia udah nolongin Ocha beberapa waktu yang lalu.
Ya sudah, tapi kamu hati-hati yah sayang, kamu nggak boleh pulang lewat
dari jam 11 malam, oke" Kalo nggak, Bunda bakalan nutupin kamu pintu dan
membiarkanmu tidur di luar! ancam Bunda
Aduh Bundaku sayang, tega banget sih sama anak sendiri, iya deh tuan putri
akan menuruti perintah sang Ratu. Ucapku tertawa, Bunda juga tertawa mendengar
candaanku. Kemudian dia menutup telponnya.
Rani, kamu siap memberitahukan semua ini pada Ocha" Aku takut dia nggak
setuju dengan perjodohan ini, ujar tante Mirna murung.
Sudahlah, biar aku yang ngatur semuanya, kamu bilang kan mereka sudah
pernah pacaran" Jadi, pasti nggak akan ada yang menolak.
Terserah kamu deh, tapi waktu Ragil datang, aku nggak tahu apa yang terjadi
sehingga dia ingin langsung pulang ke Bandung secepatnya. Mungkin ada sesuatu
yang terjadi di antara mereka berdua.
Ocha memang keras kepala. Tetapi, dia tak pernah membantah semua
perkataanku. Dia penurut kok, tenanglah Mirna, jelasnya kan kita hanya berusaha
105 mempersatukannya, kalo memang nggak jodoh, semua kita serahkan pada yang DI
Atas. Malamnya aku cepat banget terpulas. Tubuhku lelah dan pegal. Tak kurasakan
kalo HP ku berbunyi berulang kali dan ketukan pintu kamarku. Samar-samar sih aku
mendengar Uni memanggil namaku, katanya ada telpon untukku. Namun, tak
kupedulikan karena tubuh lelahku mengatakan lebih baik aku istrahat saja dulu dan
nggak usah mempedulikan yang lain. Aku sih megikuti isyarat lelahku.
Malam terus merambat dan ketika tengah malam aku terbangun, karena sadar
aku belum melaksanakan shalat Isya. Aku bergegas menuju ke kamar mandi untuk
cuci muka dan mengambil air wudhu. Rumah sangat lengang sekali. Mereaka sudah
tertidur kali ya" karena tak ada suara-suara yang terdengar dari kamar masingmasing.
Kulihat jam dindingku, pukul 11 malam. Pantas saja, mereka terlelap, sudah
larut malam begini, artinya aku tertidur tadi cepat sekali dong.
Segera kutunaikan shalat Isya dan bermunajat panjang pada yang Maha kuasa
agar memberiku kekuatan untuk dapat menjalani hidup dengan hati yang tegar dan
lapang. Setelah shalat Isya, aku memeriksa HP ku kali-kali aja banyak pesan yang
masuk. Astaga..!! kak Indra beberapa kali menghubungiku dan ada sebuah pesan
darinya untukku. Cha, besok jadi kan qta pergi bareng" Aq jemput kamu pkl 7 malam ya" kmu siap2
saja. Indra Aku segera membalasnya dan mengatakan kalo lebih baik perginya pas
setelah Maghrib saja, kira-kira sebelum pukul 7 malam. Karena aku ingin pulang ke
rumah Bunda. Setelah terkirim, tak ada balasan darinya, aku pikir mungkin dia lelah
dengan pekerjaannya selama seharian penuh. Ah, sudahlah, lebih baik aku


Ketika Kau Hadir Karya Unknown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengerjakan sesuatu yang bisa mengilangkan jenuhku saja. Aku jadi tidak
mengantuk lagi. Lalu, aku membuat secangkir Moccacino.
106 Dear diary!!! 22 maret Aku seolah tergenggam dalam genggaman yang tak nyata. Tak kuketahui
siapa pemilik genggaman itu, namun, yang pasti bukan dia . Yang
lain hadir mengisi hariku, namun aku tak yakin tak menyisakan luka lagi" Dan
mungkinkah seonggok luka akan terhampar di hadapanku lagi"biarkanku
aku berlari, mengejar hati yang kian pekat. Tak peduli, siapa yang
tertancap atau menghadang langkahku, kuingin dia tahu kalo aku tak
butuh kepura-puraan. Tubuhku hampir lelah mengeja bait yang tak
kunjung selesai. Yang aku tahu, aku ingin pemberhentian.
Sungguh terasa perih yang kurasakan. Aku hanya bisa menatap kesalahanku
dari jauh yang telah kuperbuat. Masa lalu membuatku gamang. Hening. Bahkan,
meluluhlantahkan ego dan angkuhku saat itu.
*** Setelah melaksanakan shalat Maghrib, aku berdandan secantik mungkin.
Sebentar lagi kak Indra akan datang menjemputku. Tak lama kemudian, terdengar
suara klakson mobil dari depan rumahku. Aku berlari ke luar dan kak Indra telah
berdiri dengan busana casual yang digunakannya. Tampan sekali. Aku bengong
menatapnya. Dia hanya melemparkan senyum manisnya dan aku pun membalas
senyumannya. Aku menyuruhnya untuk menunggu sebentar karena mau mengambil tas dan
HP. Setelah tiba di depan kamarku telah berdiri Reyta dan Uni dengan sorot mata
tajam penuh tanda tanya. Aku menjelaskannya dan mengatakan kalo dia adalah
temanku. Aku memperkenalkan kak Indra dengan mereka, tentu saja mereka
bersalaman dan saling menyebut namanya. Dan kak Indra pun cukup ramah pada
mereka. Aku pamitan untuk pergi bareng kak Indra dan langsung pulang ke rumah
Bunda. Sepanjang perjalanan. Kak indra terus saja ngoceh, dia membuatku tertawa
terpingkal-pingkal dengan cerita lucunya. Humoris banget. Aku tak menyangka.
menahan rasa sakit di perutku, dia terus saja bercerita padaku. Akhirnya, kami di
107 tempat itu. Lewat 5 menit dari jam 7 malam, kak Indra memarkirkan mobilnya di
sudut parkiran mobil. Setelah itu, dia menyerahkan tiket kepada penjaganya. Untuk
pertunjukan jam 7, rupanya kak Indra kenal akrab dengan penjaganya karena
kelihatan dari obrolan mereka yang akrab dan sering bercanda. Sebelum masuk ke
bioskop, kak Indra menyuruhku untuk menunggu sebentar karena ingin membeli
popcorn dan minuman dingin.
Jangan lama ya kak Indra.
Ya, tunggu di sini saja, aku cuma beli di toko depan kok, ujarnya
meninggalkanku dan menuju ke toko yang terletak di depan bioskop, tak lama
kemudian, dia kembali dengan kantongan yang besar. Aku hanya tersenyum melihat
sikapnya yang lucu dan baik hati.
Kami lekas masuk ke gedung itu. Tak banyak penonton, kami mengambil
tempat duduk paling depan. Film yang dipilihnya cukup romantis Diary of
Princess . Meskipun aku tak mengerti dengan bahasanya, tetapi aku dapat memahami
jalan ceritanya. Selama film diputar, kak Indra cukup menghormatiku, dia tak pernah
menyentuhku apalagi merabaku. Tentu saja aku juga menghargainya.
Akhirnya, film berakhir pukul 9. 45 wita. Aku berulangkali mengucapkan
puas banget dan terima kasih pada kak Indra. Ketika tiba di parkiran, kak Indra
mengajakku untuk makan malam. Aku setuju saja dengan idenya. Lalu, dia
mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang ke restoran terdekat yang terkenal
cukup mahal. Aku terkagum-kagum dengan restoran itu karena seumur-umur aku
nggak pernah ke sini. Sumpah deh, mewah banget nih resto. Pikirku.
Cha, kamu mau makan apa"
Terserah kak Indra saja deh, Ocha kan nggak tahu menu di sini, nanti salah
pilih menu lagi, ucapku.
Ya, baiklah, lalu kak Indra memanggil pelayan dan memesan makanan yang
cukup banyak dan aku tak tahu apa saja yang dipesannya itu. Maklum aku kan nggak
pernah makan di tempat seperti ini. Mahal banget sih, hanya kalangan elite saja deh
yang bisa makan di sini. Kalo gitu untung banget dong aku kenalan dengan kak Indra.
108 Setelah makanan datang, kak Indra menyuruhku untuk segera memakannya. Aku
segera saja makan karena memang sudah sangat lapar sekali. Di tengah-tengah kami
sedang menyantap makanan, kak Indra ngomong sesuatu yang membuatku cukup
kaget. Cha, boleh nggak aku ngelamar kamu"
Apa & kak" aku pura-pura nggak dengar apa yang diucapakannya.
Apa ada yang marah kalo aku melamar kamu" tanyanya ulang.
Aduh gimana yah kak, sebenarnya Ocha juga nggak tahu.
Kak Indra sendiri tahukan kalo aku masih kuliah. Lagian kita kan juga baru kenalan, eh maksudku baru
akrab begini. Aku nggak tahu harus ngomong apaan!! .
Artinya, kamu menolak ya"
Bukan begitu maksud Ocha, Ocha &., aku nggak tahu harus ngomong apa
lagi ke kak Indra. Jadi, aku masih punya kesempatan kan Cha"
Ocha juga nggak tahu kak, soal kesempatan itu ALLAH yang ngatur.
Setelah itu kesenyapan tercipta di antara kami. Tanpa banyak kata, kami
menyelesaikan makan kami dan segera pulang. Sepanjang perjalanan, kami berkatakata
lagi. Aku hanya terdiam seribu bahasa melihat sikapnya yang langsung berubah
begitu. *** 109 Delapan Minggu pagi yang sangat cerah di rumah Bunda. Aku masih terlelap di tempat
tidur ketika Bunda membangunkan. Katanya sudah pagi, apa nggak shalat Subuh.
Dan aku tuh nggak pernah ngalahin si Pipit kalo bangun pagi. Mulai lagi deh Bunda
mengungkit-ungkit masalah si Pipit. Ayam kesayangan Bunda. Aku kira Bunda sudah
melupakannya. Cha, bangun dong sayang, sebentar lagi kamu harus siap-siap nih.
Emangnya mau ke mana Bunda" tanyaku mengernyitkan kening. Aku
heran plus bingung Bunda mau ngajakku ke mana.
Kita kan mau berziarah ke kuburan Ayah kamu pagi ini. Kamu lupa ya"
Oh ya" sory Bunda, Ocha lupa banget!! aku bangkit dari tempat tidur dan
segera ke kamar mandi. Oh.. pantas saja Bunda menelponku kemarin, rupanya hanya
karena ingin ditemani ke kuburannya Ayah saja ya" aku kira apaan"
Aku mandi cukup lama sekali hingga Bunda harus ngomel-ngomel panjang
karena meneriakiku untuk segera cepat mandi. Lelet banget sih katanya. Aku hanya
tertawa di dalam kamar mandi mendengar omelan Bunda. Lucu banget. Lama banget
aku nggak mendengar omelan Bunda seperti ini.
Setelah selesai mandi dan berdandan, Bunda mendekatiku.
Cha, teman kamu yang semalam itu apanya kamu" Pacar kamu ya"
Apaan sih Bunda, hanya teman Ocha saja kok, lho kok mendadak banget sih
tanya teman Ocha" Ada apa Bun"
Nggak, Bunda kira pacar kamu, soalnya, kamu kan pulang karena di antar
dia, jadi apa salahnya sih Bunda berpikiran begituan" Salah ya" tanya Bunda
mencubit pipiku. Aduh sakit Bunda. 110 Anak Bunda yang semata wayang ini sudah besar dan sudah pintar
berdandan rupanya, lama banget sih"
Ah, Bunda bisa saja, wajar dong. Bun, Ocha udah cantik nggak" tanyaku
sambil memperlihatkannya kepada Bunda.
Udah sayang, nggak usah cantik banget deh, kita kan hanya ziarah saja.
Paling hanya hantunya doang yang bakalan menggoda kamu. Ujar Bunda dengan
tawa cekikikan sambil berlalu di hadapanku. Aku sih hanya jengkel melihat Bunda
yang mengerjaiku. Akhirnya aku berangkat bareng Bunda ke kuburan untuk menziarahi Ayah.
Ayah meninggal ketika aku berumur 12 tahun. Waktu itu aku masih SMP kelas 2.
tentu saja aku kehilangan banget apalagi aku nggak punya saudara dan hanya Bunda
yang kumiliki. Aku menangis mengingat kenangan itu bersama orangtua yang sangat
kusayangi. Tiba di Pemakaman umum itu, kami segera mendekati kuburan Ayah dan
Bunda langsung terkulai jatuh di atas kuburan ayah dengan menangis sesunggukan.
Tak jelas apa yang dikatakannya. Bunda menumpahkan semua yang ada di dalam
hatinya pada arwah Ayah. Seakan Bunda berhadapan langsung dengan Ayah dan
berbicara langsung dengan ayah. Aku hanya terharu melihat pemandangan itu.
Ternyata Bunda sangat mencintai Ayah, buktinya setelah Ayah meninggal, Bunda
nggak pernah lagi menikah. Dia nggak ingin menodai cintanya dengan pria lain selain
Ayah. Lamat-lamat aku mendengar Bunda mengucapkan sesuatu di tengah isak
tangisnya. Pak, anak kita sudah besar sekarang, sudah cantik dan semandiri Bapak.
Saya ingin meminta restu Bapak untuk pertunangan anakmu nanti, restui ya Pak.
Deg..!! aliran darahku seakan berhenti dalam waktu sekejap. Bunda ternyata
memanggilku ke sini hanya untuk urusan ini saja. Aku bagai disambar petir
mendengar semua itu. Aku semakin tak kuasa menahan beban yang kurasakan
semakin berat ini. 111 Aku memeluk Bunda dari belakang yang masih terisak. Aku berusaha
menenangkannya, dan menenangkan hati dan pikiranku yang sedang kacau balau dan
berkecamuk ini. Aku tak menanyakannya dulu p
ada Bunda saat ini, dia masih labil.
Di atas taksi yang kami tumpangi tak ada yang berbicara satu pun. Kami
terdia dengan pikiran masing-masing. Aku hanya memeluk Bunda dari samping
dengan sejuta pertanyaan yang mengumpul di benakku.
Kami tiba di rumah dalam keadaan yang cukup lemas. Aku ke dapur
mengambilkan Bunda air putih dan aku juga. Setelah Bunda agak tenang, barulah aku
angkat bicara. Bunda, aku dengar tadi ngomongin pertunangan. Pertunangan siapa Bunda"
Cha, kamu maukan tunangan dengan Ragil"
Aku terhenyak mendengar nama Ragil yang disebut Bunda.
Bunda ingin mengatakan semua ini padamu sejak dulu, tapi Bunda nggak
sempat dan takut kamu belum siap dengan semuanya.
Tapi, Bunda, sekarang pun Ocha juga belum siap dengan semua ini .
Lho, kenapa Ocha" Bukankah kalian pernah pacaran"
Bukan begitu Bunda, kami memang pernah pacaran tapi sudah bubaran kok.
Dan kejadiannya sudah lama banget. Lagipula, Ocha juga sudah ngomong ke Ragil
kok soal semua ini. Lalu. Ragil bilang apaan sayang aku menolaknya" tanya Bunda penasaran.
Nggak kok, dia langsung menghilang setelah itu, tapi Ocha juga nggak
langsung menolaknya dengan kasar, hanya saja Ocha bilang kalo kami kuliah dan
perjalanan kami masih panjang.
Lalu, Bunda harus ngomong apaan ke mama Ragil kalo dia menanyakannya
kejelasannya nanti, Cha"!
Yah, bilang saja kalo kita semua belum siap baik Ocha maupun Ragil
sendiri. Plis ya Bunda, Ocha nggak bermaksud untuk menentang Bunda, tetapi untuk
saat ini, Ocha belum bisa.
112 Lama Bunda terdiam memikirkan kata-kataku. Dan akhirnya Bunda
mengangguk juga. Ocha, semua ini Bunda lakukan demi kamu, kamu anak semata wayang
Bunda, Bunda hanya ingin yang terbaik buat kamu, jadi Bunda nggak akan maksa
lagi kok. Bunda segera memelukku dan menangis. Aku terharu banget dengan
semua ini. Ocha sayang banget sama Bunda.
Bunda juga sayang sama kamu, sayang.
*** Majalah yang terhampar di depanku terus saja ku bolak balik sambil melirik
sesekali ke arah kak Indra yang sedang serius membaca proposal yang kubawa.
Beberapa kali dia manggut-manggut, lalu menyimpan proposal itu. Kemudian
mendekatiku di kursi yang kududuki. Aku menjadi agak grogi, apalagi dinginnya AC
membuatku semakin grogi. Aduh, tenang Ocha, ucapku membathin.
Cha, proposal kamu sangat bagus, tapi kok dana kalian besar juga ya untuk
kegiatanmu in" Ya, begitulah kak, gimana kak, ada masalah nggak" tanyaku deg-degan.
Setelah lama berpikir, kak Indra mengatakan kalo nggak ada masalah.
Kemudian dia bangkit dari kursi yang dia duduki dan beralih ke mejanya kembali.
Dia membuka laci mejanya, mengeluarkan seonggok kertas yang cukup tebal
berukuran panjang pendek. Lalu, kak Indra menuliskan sesuatu ke kertas itu.
Sepertinya selembar cek yang ditulisi nilai nominal yang entah berapa aku tak tahu.
Kak Indra mendekatiku lagi,lalu menyerahkan kertas itu. Dengan tangan
gemetar segera ke ambil dan membaca nilai nominal yang ditulisnya. Ah, Rp 10 juta.
Banyak banget. Kak. Banyak banget" tanyaku dengan mata melotot pada kertas itu. Kak
Indra hanya tersenyum saja melihat tingkahku yang seperti baru melihat uang.
113 Nggak kok, lagipula acara kalian juga cukup besar kok, jadi sepantasnyalah
kalian menerimanya. Dan aku sangat setuju banget kegiatan yang akan kalian
laksanakan. Thanks ya kak. Kak Indra baik banget deh. Ujarku sambil memasukkan
kertas cek itu ke dalam tasku.
Kalo gitu, Ocha balik saja ya kak, soalnya masih ada urusan yang harus Ocha
selesaikan" aku berdiri dari kursi yang kududuki dan secepat kilat kak Indra
mencegahku. Buru-buru banget sih, kita makan siang saja yuk, aku traktir kok, kak Indra
menawarkanku lagi makan bareng dengannya.
Nggak usahlah kak, lain kali saja. Dan lagian juga kak Indra terus yang
traktir Ocha" Nggak enak nih. Maaf ya kak"
Nggak apa-apalah Cha. Aku juga senang kok dan merasa direpotkan, mau ya
Cha" Setelah berpikir cukup lama, aku mengangguk. Lagipula, dia telah
menyumbangkan dananya cukup banyak. Kalo aku tolak, bisa saja dia menarik
kembali. Tetapi kalo terima, aku yang keenakan. Eittss.. siapa bilang. Jujur, berada di
dekatny a aku nggak nyaman banget. Aku selalu ingin menghindar dari dia. Entah
kenapa sejak kak Indra mengutarakan niatnya dulu kalo dia suka aku, aku jadi sangat
membencinya dan nggak ingin menemuinya. Hanya karena ini urusan mendadak,
makanya aku berusaha menutupi kejengkelanku.
Setelah tiba di resto yang dipilih kak Indra, kami memesan makanan pada
pelayan. Dan segera menyantapnya ketika makanan telah terhidang di depan kami.
Cha, gimana kesan Bunda kamu waktu melihat aku" Kamu bilang kan kalo
aku sudah melamarmu" tanyanya di sela-sela kami makan. Aku hampir saja
tersedak, namun segera kuminum minuman ayang ada di depanku.
Oh iya kak, malahan Bunda nanya, kapan kak Indra datang lagi" aduh,
ngomong apaan sih aku. Bisa-bisa dia berpikir kalo aku juga menyetujui lamarannya.
Padahal nggak mungkin deh. Hanya sekadar basa-basi saja kok.
114 Oh ya" nanti deh aku ke sana kalo aku ada kesempatan. Kamu nggak
marahkan" Eh..iya &tentu saja nggak. Aduh apaan lagi nih. Kenapa sih aku semakin
keliatan bego di depannya.
Kami makan dengan pikiran yang berlarian di benakku. Setelah itu, aku
pamitan pulang setelah kak Indra membayar kas bonnya di kasir.
Kak, Ocha langsung pulang saja ya" Makasih banget atas traktirannya
ya" ujarku sambil berlalu dari hadapannya. Kak Indra hanya menatapku bengong.
Aku terus memikirkan semuanya. Mengapa aku seperti ini" Memanfaatkan
Kak Indra dengan cinta yang dia tawarkan. Sementara aku sangat membencinya. YA
ALLAH, apa yang harus hamba lakukan" Hamba juga tak ingin seperti ini,
memanfaatakan orang. Tetapi perasaanku terhadap dia memang nggak ada dan aku
nggak mau lagi dengan yang namanya cinta. Tetapi, aku juga nggak mau mati rasa
dengan pria lain, aku masih punya perasaan. Hanya saja perasaan ini aku tak tahu
untuk siapa" Apakah hatiku memang sekeras batu" Aku juga tak ingin seperti itu. Aku
masih ingin memiliki cinta yang ada dalam hatiku. Menyayangi orang yang akan
kusayangi, namun untuk saat ini, aku tak berkeinginan melakukan semua itu. Lalu,
aku harus melakukan apa" Semuanya begitu samar di depanku.


Ketika Kau Hadir Karya Unknown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

*** Cha, tadi tante Mirna nelpon Bunda, dia nyariin kamu, katanya mau nggak
jemput Ragil besok siang di bandara"
Nggak ah Bunda. Cha, kamu nggak boleh gitu dong sayang.
Bukan begitu Bunda, tetapi besok Ocha ada kuliah, jadi nggak bisa
pergi, ucapku dengan muka sebal.
Ya sudahlah, terserah kamu deh sayang Bunda juga nggak akan maksa kok
115 Makasih yah Bunda" aku bergegas masuk ke kamar menjatuhkan tubuhku
di atas tempat tidur. Terasa lelah dan penat tubuh ini. Rasanya ingin mandi.
Aku membuka pakaianku dan ke kamar mandi. Tubuhku terasa lengket sekali.
Byurr &!!! Segar sekali sesegar pikiranku sekarang.
Ada apa yah Ragil muncul lagi"Apakah akan memamerkan padaku bahwa
dia sedang sakit hati denganku"
Aku hanya pembawa luka baginya. Menancapkan besi tajam ke dalam
dadanya. Pantaskah aku dicintai olehnya" Dan mengapa dia tiba-tiba muncul di
hadapanku lagi menawarkan luka yang semakin teriris"
Aku berganti pakaian setelah mandi sore. Dan mendekati Bunda yang sedang
berada di dapur sedang memasak.
Bunda, Ocha bantu ya" ujarku menawarkan diri untuk menawarkan jasa
membantu Bunda yang sedang memasak sayur. Aku memang sangant senang
masakan Bunda. Sangat lezat dan nggak ada tandingannya.
Nggak usah cha, kamu telpon tente Mirna saja, bilang kalo kamu nggak bisa
jemput Ragil besok siang, mau kan sayang"
Aku merungut ke Bunda, aku malu sama tante Mirna.
Ah Bunda saja deh yang nelpon, aku nggak tahu harus ngomong apaan ke
tante Mirna kalo dia menanyaiku macam-macam.
Kamu tuh ya, nggak pernah nurut kalo disuruh sama Bunda, udah besar gini
masih bermanjaan dan keras kepala,
Ah, Bunda, bisa saja, biar Ocha deh yang gantiin Bunda masak nih sayur,
boleh kan Bunda"itung-itung Ocha belajar masak.
Di ruang tengah Bunda sedang asyik menelpon tante Mirna.
Ocha nggak bisa jemput Ragil di bandara Besok Mirna, katanya ada kuliah
yang nggak boleh ditinggalin. Aku minta maaf ya"
Nggak apa-apa, mereka kan bisa ketemu nanti, biar aku suruh sopir saja.
Terimakasih ya Mirna, nanti aku bilang ke Ocha. Oh ya
, mengenai keberangkatan Ragil ke Jerman nanti, jadi ya"
116 Sepertinya begitu, makanya dia pulang ke sini untuk pamitan, katanya sih
mau kangen-kangenan dulu, baru akan pergi, lagipula perginya lama lagi, 2 tahun.
Oh begitu" ya sudah deh, aku nitip salam saja buat Ragil, nanti aku bilang ke
Ocha kalu Ragil akan pergi ke luar negeri, ujar Bunda ingin menutup telponnya.
Nggak usah Rani, biar Ragil sendiri yang beritahu Ocha, biar jadi surprise.
Baiklah kalo begitu, sudah ya"
Bunda menutup telponnya dan kembali ke dapur, aku yang sejak tadi
mendengarkan pembicaraan Bunda hanya diam membisu, pura-pura nggak dengar
apa yang telah dibicarakan mereka berdua. Ragil akan ke Jerman" Untuk apa"
Apakah untuk menghilangkan rasa sakit yang ada dalam hatinya ke aku" Bukankah
dalam suratnya dulu, dia mengatakan kalo dia takkan berhenti mencintaiku" Lalu
untuk apa dia akan ke Jerman" Aduh aku memikirkan apa sih" Nggak penting banget
lagi. Aku menggelengkan kepalaku dengan keras dan mengatakan tidak.
Cha, kamu sedang apa sayang" Bunda heran melihat sikapku barusan.
Nggak kok Bunda, kepala Ocha agak sakit, jawabku sambil berpura-pura
memegangi kepalaku yang tidak sakit.
Kamu istirahat saja di kamar sayang. Ujar Bunda sambil memegangi
kepalaku. Baik Bunda, Aku menuju ke kamar tidurku dan segera menjatuhkan tubuhku diatas tempat
tidur. Dear diary!!! Mey Luka itu kembali datang kepadaku. Ingin kuhempaskan, namun semakin
menghampiriku hingga aku tak bisa berkutik. Akankah aku harus
menancapkan kembali keris yang telah tertancap di dadanya itu"
Sementara melepaskannya aku tak tahu. Atau dia tahu melepaskan diri
dari tusukannya". Dia semakin mendekat dan aku tak tahu harus menjauh ke arah mana"
Karena di setiap sudut dia menghadangku.
117 Akankah Ragil akan muncul dengan sosok baru" Atau tetap seperti dulu
dengan kepolosan dan ketulusan cinta yang dia berikan" Mengapa aku begitu sakit"
Belakangan ini aku memang sering memimpikan dia dengan mimpi-mimpi burukku
itu yang selalu mendatangiku. Ingin meraih tanganku yang yang tak bisa kuraih dan
dia pun tak mampu meraihnya. Hingga detik aku belum memahami arti mimpi itu
semua" Dengan pesona yang Ragil miliki memang pernah membawaku terhanyut ke
dalam perangkap cinta yang kupermainkan sendiri. Dan hingga sekarang pesona
yang dia miliki tak pernah pudar. Tetap Ragil yang lembut dan tulus mencintaiku.
Dan sekarang dia akan muncul, apakah masih dengan pesona yang sama"
Semakin banyak pertanyaan yang menghinggapi benakku hingga membuatku
bingung. *** Hai Cha, apa kabar" Masih ingat aku kan Cha" suara seorang pria dari horn
telepon menyapaku. Tentu saja, kapan datang Gil"
Siang tadi, eh ada waktu nggak" seperti biasa pertanyaan yang selalu
muncul ketika bertemu denganku.
Ya, nggak ada sih, emangnya ada apaan" tanyaku pura-pura bego.
Masih boleh nggak aku pinjem kamu untuk menemani aku jalan-jalan"
Emangnya barang dipinjem" Nggak ah, aku nggak mau disamai dengan
barang, aku pura-pura ngambek.
Segitu aja marah, aku minta maaf deh tuan Putri.
Ya. aku maafin kok. Memangnya mau ngajak aku ke mana"
Ya ke mana saja sih, yang penting kamu senang.
Lho, siapa yang mau jalan sih" Aku atau kamu"
118 Kalo gitu, kita liat saja nanti deh, tapi tuan putri bersediakan" gombalannya
semakin membuatku gerah. Hobinya yang satu ini ternyata tak bisa dihilangkan.
Terserah Paduka Raja saja deh. Aku juga mulai membalas candaannya.
Kalo, gitu, tunggu aku ya di rumah kamu, aku akan jemput!!
Baiklah, Paduka. Ok deh, bye..bye sayang.. tuut..tuuut, dia langsung menutup telponnya. Ada
apa yah Ragil kedengarannya dia senang banget"
Malam ini Ragil mengajakku ke sebuah restoran di Jl. Boulevard Mega
court . Dengan Katana merahnya, dia melajukan mobil dengan kecepatan sedang.
Cha, kamu terima kan surat yang aku kirimkan waktu itu" tanyanya
memulai percakapan. Iya, memangnya ada apa Gil" tanyaku berusaha setenang mungkin.
Nggak, waktu itu aku nggak sempat memberitahumu kepulanganku ke
Bandung. Sory ya Cha. Nggak apa-apa kok Gil, toh aku juga pikir kamu sangat marah padaku dan
aku kira kamu sudah lupa, aku memalingkan mukaku ke arah luar jendela mobil,
mengamati pemandangan kota Makassar pada malam hari.
Setelah itu kami terdiam hingga tiba di restoran itu. Ragil memarkirkan
mobilnya di parkiran paling bealakang, karena hampir semua sudut parkiran telah di
penuhi dengan kendaraan. Ragil menjulurkan tangannya padaku ketika akan turun dari mobil. Aku
menyambutnya dengan terpaksa untuk menghargainya. Kami berjalan beriringan ke
dfalam resto itu laiknya sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta. Ragil memilih
meja paling sudut, biar leluasa bicara.
Setelah memesan makanan pada pelayan, Ragil memandangku dengan tatapan
aneh dan tajam hingga menusuk ke ruang paling dalam hatiku. Astaga..!!! apa yang
telah kurasakan ini" Aku nggak boleh menyukainya. Bantahku.
Cha, kamu baik-baik saja kan" tanyanya menatapku aneh sperti itu.
Ya, iyalah Gil, seperti yang kamu liat sekarang kan"
119 Kamu bohong, Cha. Kenapa kamu selalu menutupi semua tentang kamu
dariku Cha" Maksud kamu apaan Gil"
Ah sudahlah, lagian kamu juga selalu mengelak dari aku. Ada nada
kesedihan tergambar di wajah itu.
Kami terdiam cukup lama, tenggelam dengan pikiran-pikiran masing-masing
entah apa ayang ada di benak kami, hanya kesenyapan yang tercipta. Gamang.
Cha, aku mo ngomong sesuatu ke kamu"
Apaan" tanyaku singkat.
Cha, gimana dengan perjodohan itu" Kamu setuju kan" dia mulai ke inti
pembicaraan. Gil, aku & &, aku tak melanjutkan kata-kataku.
Cha, aku hanya butuh jawaban ya atau tidak sekarang.
Kenapa sih Gil" Sepertinya jawabanku ini buru-buru banget kamu ingin
tahu, boleh aku tahu kenapa"
Ragil menundukkan kepalanya, tergambar gurat-gurat kesedihan dari
mukanya. Aku tak boleh luluh dengan keadaan ini.
Cha, minggu depan aku akan ke Jerman. Aku dapat beasiswa dari kampus
untuk melanjutkan studi di sana. Sebenarnya aku berat hati menerimanya karena
pastinya aku akan meninggalkan hati seorang gadis yang sangat aku sayangi. Aku
nggak mau kehilangan gadis itu, Cha. Tapi, sekarang aku nggak tahu kepastian gadis
yang hingga sekarang masih membeku seperti gunung es dan aku tak yakin akan
dapat meluluhkannya. Aku terhenyak mendengar kalimat Ragil yang cukup panjang itu. Ada perih
yang menjalar dalam tubuhku. Sakit yang tak tertahankan. Untuk siapa sakit yang
kurasakan ini" Untuk Ragilkah yang begitu tulus menyayangiku" TIDAK. Aku nggak
boleh selemah ini" Luluh dengan ucapannya.
120 Cha, apalagi yang akan kamu sangkal" Aku tahu kalo kamu sudah bubaran
dengan Fais. Dan aku tahu juga kalo kamu menolak perjodohan kita dulu hanya
karena Fais kan" Lalu sekarang kamu akan mengatakan apalagi"
Aku terus saja terdiam. Dadaku terasa sesak dengan semua ini. Begitu
mendadak. Cha, kamu ingin mengatakan lagi kalo kamu nggak percaya cinta lagi selain
Fais kan" Dan nggak butuh cinta lagi kan Cha"
Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Cukup kaget juga aku mendengar semua
ucapan Ragil. Darimana dia tahu semua ini"
Cha, kenapa kamu diam" Ragil mulai kelihatan jengkel dengan sikap
diamku. Aku harus jawab apaan lagi Gil" Sementara kamu telah tahu semuanya, aku
bingung. Aku memalingkan muka dengan angkuhku yang kembali menyeruak.
Dalam saat seperti pun angkuhku muncul lagi.
Cha, hingga saat ini pun kamu masih mempertahankan ego dan angkuhmu
itu. Begitu bencinyakah kamu terhadap cinta hingga harus selalu membohongi
perasaanmu sendiri" Kamu menyakiti diri sendiri Cha!! Ragil terus saja menudingku
dengan kata-katanya. Sudah..diam Ragil..!! aku berteriak di hadapannya mendengar semua
ocehannya. Nggak Cha, keangkuhan dalam dirimu membuatmu seperti ini. Suaranya
makin keras. Pengunjung lainnya melihat ke arah kami.
Lalu aku harus ngapain Gil" Kamu nggak tahu apa-apa. Kamu bisa
mengatakan semua ini karena bukan kamu yang merasakannya, aku menangis
terisak Cha, justru aku yang sangat merasakannya, perih yang kau rasakan dapat aku
rasakan Cha, hanya saja kamu nggak tahu semua itu. Karena kamu terlalu egois,
nggak pernah memikirkan apa yang terjadi di sekitarmu. Bahkan, kamu sendiri nggak
121 pernah bisa menengok ke depan selalu ke belakang hing
ga apa yang kamu peroleh sekarang" Suasana tegang menyelimuti makan malam kami dengan pertengkaran. Ragil
terus saja memojokkanku dengan bukti-bukti yang ia dapatkan.
Cha, aku selalu berusaha agar akulah orang pertama yang kembali bisa
mencairkan kebekuan gunung es itu, tapi nyatanya aku memang tak bisa. Aku
terkalahkan oleh sesuatu yang tak nyata.
Sungguh menghentakkan dadaku semua perkatan Ragil. Dan aku tak bisa
berkutik lagi. Perang bathin pun terjadi begitu hebat dalam ragaku.
Cha, lebih baik dicintai daripada mencintai, dan aku ingin mewujudkan
kalimat itu untukmu, karena aku pikir kamu pantas mendapatkan itu. Tetapi ternyata
hatimu sekeras batu. Aku berdiri dan mengajaknya pulang. Aku sudah tak tahan lagi. Aku muak.
Ragil pun mengikutiku dan kemudian kami pulang dengan kebisuan dan ketegangan
hati. Peperangan batin yang kualami semakin mengukuhkan hatiku untuk berontak.
Sepanjang perjalanan pulang, tak ada diantara kami yang berani membuka mulut.
Semua hanya tergugu dalam diamnya, tengelam dengan pikiran yang berkecamuk.
Hingga tiba di rumah, aku tak mengucapkan sepatah katapun.
*** Ragil mendatangi rumah Iyan dengan tiba-tiba. Tentu saja Ian kaget melihat
kedatangan Ragil secara mendadak.
Ragil" Kapan kamu datang" tanyanya.
3 hari yang lalu. Hey, kenapa kamu jadi serius gini sih, ada apa" Ada masalah ya dengan
Ocha" tanya Iyan yang menangkap gelagat seius di wajah Ragil.
Iya, aku ingin kamu menolong aku untuk bicara dengannya. Aku sudah tak
sanggup menghadapi dia lagi. Dia terlalu keras kepala. Dan angkuhnya itu terlalu di
122 pertahankan. Aku nggak suka dia seperti itu. Aku hanya ingin Ocha yang dulu lagi.
Ragil bercerita tanpa mendapat kode dari Iyan.
Aku akan coba, mudah-mudahan dia bisa mendengarkanku.
Plis ya, Iyan, 2 hari lagi aku akan ke Jerman. Aku ingin semuanya jelas
sebelum aku pergi, aku sangat mencintai dia, Iyan. Aku nggak bisa hidup tanpa dia.
Ragil kelihatan sedih, dia menundukkan kepalanya.
Kamu serius mau ke Jerman" Berapa lama"
Iya, nggak pasti, bisa dua tahun atau lebih.
Gil, kamu bersabar ya, besok aku akan menemuinya.
Makasih ya Iyan. Kemudian Ragil pamitan, katanya masih ada urusan yang
perlu dibereskan sebelum dia pergi. Iyan menatap kepergian Ragil dengan mata
sendu. Kasihan banget Ragil, dia terlalu mencintai Ocha. Ocha, kenapa sih kamu
masih pertahankan ego kamu, gumam Iyan sendirian.
*** Aku terbaring lemas tak berdaya di kamarku. Sudah bebarapa hari ini, aku
tidak pulang ke kosan, bete. Dengan pikiran yang tumpah tindih, perkataan Ragil
malam itu sempat membuatku shock hingga sekarang. Aku tak tahu harus melakukan
apa" Mempertahankan egoku atau meraih tangan Ragil"
Pintu kamarku di ketuk oleh seseorang. Terdengar teriakan Bunda dari luar
yang memanggil namaku. Cha, teman kamu tuh. Teman aku" Siapa ya" aku segera bangkit dari tempat
tidur dan membukakan pintu. Setelah pintu terbuka, aku kaget karena yang ada di
depanku adalah Iyan. Dia tak bersama siapa pun.
Tumben kamu datang ke sini" Ada apa" tanyaku setelah di dalam kamar.
Nggak apa-apa kok, aku kebetulan lewat dan mampir ke sini. Kamu marah
yah" tanyanya sembari mengamati kamarku tiap sudut.
123 Nggak kok, aku malah senang dong, kamu mau ke sini. Sebentar ya, aku
bikinin teh buat kamu. Aku berdiri meninggalkan Iyan yang terduduk di sisi tempat
tidurku. Setelah selesai membuatkan minuman buat Iyan, dia mengutarakan niatnya.
Cha, sebenarnya aku bohong kalo hanya kebetulan lewat dan mampir, tapi
aku memang berniat ke sini kok. katanya minta maaf. Aku hanya tersenyum dan
mengatakan aku tahu, karena dia nggak bisa berbohong.
Cha, kamu jangan marah ya"
Apaan sih" aku dibuatnya penasaran juga.


Ketika Kau Hadir Karya Unknown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemarin, Ragil datang ke rumah dan meminta aku untuk bicara dengan
kamu. Kamu pasti sudah tahu apa yang akan aku omongin kan"
Ya, pasti ingin menanyakan, apakah aku mau menerimanya lagi" tatapanku
tajam ke Ian hingga membuat dia harus berpaling.
Cha, kapan sih kamu bisa membuang jauh-jauh sifat angkuhmu itu" Aku kan
pernah bilang ke kamu tempo hari, gimana kalo Ragil tiba-tiba datang"
Lalu, mau kamu aku harus menerimanya" Cha, apa salah Ragil sih" Dia tulus mencintai kamu, apalagi dia akan pergi ke
Jerman besok, kamu ingin pergi dengan membawa luka dari kamu yang sekian lama
di tahannya" Kamu ternyata jahat ya Cha, aku baru tahu sekarang.
Aku semakin terjepit dengan semua ini. Semua menghadangku dan
menyergapku dengan berbagai macam pertanyaan.
Cha, sampai kapan kamu akan begini terus" Sampai Ragil meninggalkan
kamu lagi" Dan kamu akan bersorak gembira karena dia telah jauh" Uh &.picik benar
ya pikiran kamu Cha. Aku kecewa, aku nggak tahu harus ngomong apa lagi. Lebih
baik aku pulang saja. Percuma di sini aku bicara dengan hati yang sekeras batu. Aku
ingatkan sekali kamu Cha, Ragil tulus sama kamu, dan lebih baik di cintai daripada
kita yang setengah mati mencintai.
Setelah berkata begitu, Iyan benar-benar pergi meninggalkan aku yang terdiam
membisu. Ragil, haruskah aku mencintai dia" Diakah gletser yang akan mencairkan
gunung es. 124 *** Cha, kamu nggak mau mengantar Ragil pergi" Hari ini dia akan berangkat ke
Jerman, tapi mungkin setelah di Jakarta, baru dia akan berangkat bersamaan dengan
mahasiswa lainnya, tanya Bunda yang masuk ke kamarku dan mendapatiku masih
menelungkupkan wajah ke bantal. Aku tak menjawab pertanyaan Bunda, terus saja
aku menutup telingaku. Kemudian pergi setelah meneriakkan jam 10 pagi ini, Ragil
akan berangkat. Tante, Ocha nggak ikut" tanya Ragil pada Bunda setelah tiba di bandara.
Nggak, mungkin dia tak ingin melihat keberangkatanmu, nak Ragil.
Terlihat kesedihan di muka Ragil setelah tahu aku nggak jadi ikut. Ternyata
Ocha memang nggak menginginkanku lagi. Selamat tinggal, Ocha. Bisik bathin
Ragil. Terdengar dari pusat informasi, operator memanggil para penumpang tujuan
Makassar-Jakarta untuk segera menuju pintu 2. Sebentar lagi, pesawat akan
berangkat. Dengan hati masih deg-degan, Ragil masih menanti kedatanganku. Harapan
itu masih ada. Di bandara, semua orang merasa bingung dan kasihan melihat Ragil
yang terus saja mengamati pintu masuk menanti kedatanganku.
Terdengar lagi, panggilan operator. Ragil segera menuju pintu 2. selamat
tinggal Ocha, ucapnya membatin. Setelah tiba di pintu 2, Ragil masih menoleh, dan
saat itulah dia mendapatiku sedang berdiri di sudut pintu memandangnya dari jauh.
Ternyata matanya jeli juga mendapatiku berdiri di situ. Dan saat dia ingin berlari
mendekatiku, pintu 2 telah ditutup untuk para penumpang dan tidak boleh lagi keluar.
Dia hanya melambaikan tangannya padaku dengan senyum lebar yang tersungging di
bibirnya. Aku hanya membalas senyumannya, dan kontan saja, Bunda dan yang lain
menoleh ke arah lambaian tangan Ragil.
Akankah senyuman dan lambaian itu akan membawa arti yang baru buat
keduanya & &""""!!!!!!
125 *** Sinopsis Novel KETIKA KAU HADIR Rianty Syafna Tak cukup banyak yang mengetahui makna cinta yang sebenarnya. Begitu
pun Ocha. Sekian waktu, angkuh. Sinis, kepicikan akan cinta membungkus raganya.
Ocha terperosok dalam permainannya sendiri hingga dia harus merasakan bagaimana
perihnya. Keangkuhan hatinya semakin terkukuhkan dengan menyakiti hati dan
perasaan pria yang mencintainya. Banyak pria tersakiti olehnya hingga sosok Fais
dan Ragil berseliweran silih bergantian mengisi hidupnya dan dihempaskannya juga
dengan begitu saja. Namun, ketika Fais ditinggalkannya dulu dengan alasan tak jelas, barulah
hatinya mulai merasakan sakit yang teramat perih. Hingga sekarang, Ocha tidak
percaya lagi akan cinta terhadap pria lain, karena di dalam hatinya selalu tertanam
untuk seorang kak Fais. Hingga ketika ocha pun akan dijodohkan oleh orang tuanya
dengan seseorang yang ternyata adalah Ragil, mantan pacarnya juga.
Dengan tegas, Ocha masih menanti Fais akan datang ke hadapannya. Dan hari
itu pun tiba, ketika Ocha harus berhadapan dengan sosok Fais yang begitu
dirindukannya. Dan keputusan untuk menerima pertunangannya dengan Ragil.
Ocha di hadapkan pada dua pilihan, Kemunculan Fais dan Ragil yang begitu
tiba-tiba. Fais dengan segala pesona yang ia miliki, akankah mengukuhkan hatinya
untuk tak lagi angkuh" Atau Ragil dengan segala ketulusan cinta yang ia ta
warkan pada Ocha, akankah diterimanya kembali"
126 A novel by Rianty Syafna Atau Hasnarianti 127 Biodata penulis Nama :Hasnarianti Nama pena : Rianty Syafna
Tempat tanggal lahir: Jeneponto, 22 Juli 1984
Alamat : Jl. Mannuruki 2 Lr. Mamoa Dalam No. 2 Makassar
Sulawesi Selatan 90221 No. telepon : (0411) 841682
12 Naga Sakti Sungai Kuning 10 Pendekar Naga Putih 11 Memburu Harta Karun Si Rajawali Sakti 7
^