Pencarian

Air Mata Para Nabi 1

Air Mata Para Nabi Karya Haji Lalu Ibrohim M.thoyyib Bagian 1


?"pustaka-indo.blogspot.com
pustaka-indo.blogspot.com
A IR M ATA P ARA N ABI Kisah-Kisah Inspiratif tentang Ketabahan Para Nabi dalam Memperjuangkan Kebenaran
TGH. Lalu Ibrohim M.T. " Pustaka Pesantren, 2012
192 halaman: 12 x 18 cm. 1. Kisah dari Tradisi Islam Klasik 2. Perjuangan Para Nabi 3. Keteguhan Menghadapi Cobaan
ISBN: 602-8995-18-5 ISBN 13: 978-602-8995-18-4
Penyunting: Mahbub Djamaludin Editor: Jajang Husni Hidayat Pemeriksa Aksara: Shoffan Hanafi Rancang Sampul: Mas Narto Setting/Layout: Bung Santo
Penerbit & Distribusi: P USTAKA P ESANTREN
Salakan Baru No. I Sewon Bantul Jl. Parangtritis Km. 4,4 Yogyakarta Telp.: (0274) 387194
Faks.: (0274) 379430 http://www.lkis.co.id e-mail: lkis@lkis.co.id
Anggota IKAPI Cetakan I, 2012
Dicetak oleh: PT. LKiS Printing Cemerlang Yogyakarta Telp.: (0274) 417762
e-mail: elkisprinting@yahoo.co.id
D AFTAR I SI Dari Redaksi 7 Pengantar Penulis 9
Di Mana-Mana Hanya Air, Hanya Air! 1 1 Air Mata Nabi di Bantaran Sungai Yordan 29 Ia yang Menari di Tengah Jilatan Api (Y" N"ru K"n" Bardan wa Sal"man) 37 Batu-Batu yang Berjatuhan Seusai
Jamuan Makan 55 Pasukan Bersorban Merah Pada 17 Ramadhan 61 Gigi Nabi Patah dan Keningnya Berdarah 7 5 Mereka Membawa Pulang Kambing dan Unta; Kalian Membawa Pulang Rasul-Nya 97 Pada Mulanya Pijar Cahaya di Kaki Bukit Tursina 133 Dipan Kematian yang Turun dari Cakrawala 167 Tiga Batu, Tiga Mantra 175
Biodata Penulis 188 pustaka-indo.blogspot.com
D ARI R EDAKSI Cerita ada di mana-mana, di sepanjang sejarah manusia. Selama ada manusia selama itu pula ada cerita. Oleh karena itu, jika para filosof menyematkan gelar hewan yang berakal bagi manusia, mungkin tidak berlebihan jika ia kita sebut pula sebagai makhluk bercerita . Dari sini pula, kita tak akan heran saat mendapati Al-Qur an banyak menggunakan gaya bercerita dalam menyampaikan berbagai ajaran-Nya.
Para ahli pun meyakini bahwa cerita memiliki peran tak sedikit bagi pembentukan karakter manusia. Karena cerita orang tuanya, manusia bisa menjadi seorang brutal atau sebaliknya. Karena cerita lingkungannya, manusia terinspirasi menjadi penuh kasih sayang atau justru sewenang-wenang. Karena cerita sesamanya, manusia terobsesi membunuh manusia lainnya atau justru menyelamatkan nyawa sesama. Begitulah agungnya sebuah cerita.
Bagaimanakah jika cerita-cerita yang kita baca adalah perjalanan para manusia pilihan dalam memperjuangkan kebenaran" Bagaimana jika cerita-cerita yang kita kunyah berisi nilai-nilai ketabahan dan spirit pantang menyerah"
Demikianlah, buku ini akan mengajak kita mencium anyir darah dan asin air mata para kekasih-Nya dalam menegakkan risalah-Nya. Membaca buku ini, mau tak mau kita akan teringat bahwa kadar keimanan kita mesti dibuktikan dalam langkah, bukan semata-mata diucapkan dengan lidah. Sebagaimana firman-Nya: Apakah para manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: Kami telah beriman , sedang mereka tidak diuji lagi" (QS. 29: 2).
Selamat membaca, selamat mengunduh inspirasi.
P ENGANTAR P ENULIS Rasulullah Saw. diutus Allah untuk menjadi pemimpin, sebagai suri teladan yang terbaik. Kita, umat Islam, cukup mencontoh dari beliau dalam segala segi kehidupan.
Pusaka peninggalan beliau yang berupa Al- Qur an dan sunnah beliau sudah menjadi tuntunan bagi kita untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dari kedua pusaka itu kita mendapat petunjuk yang terang dan banyak menjumpai kisahkisah teladan yang akan menjadi cermin bagi kita dalam menempuh kehidupan yang penuh tantangan ini.
Buku ini sengaja kami susun dengan harapan dapat menjadi pedoman dan keteladanan. Kisahkisah yang ada di dalamnya diambil dari Al-Qur an al-Karim dan sunnah Rasulullah. Juga diambil dari kisah para ulama, para fuqaha , dan aulia Allah, dengan harapan semoga apa yang mereka contohkan itu, bisa kita amalkan dalam kehidupan seharihari.
Meskipun demikian, mungkin ada pula kisahkisah orang durhaka dalam buku ini, yang mana kisah mereka itu juga perlu diketahui, agar kita tetap waspada jangan sampai terjerumus ke lembah yang hina seperti mereka itu.
Demikian harapan penulis semoga ada manfaatnya bagi kita bersama dunia akhirat. Kadangkadang pembaca akan menemukan adanya perbedaan-perbedaan kecil dalam kisah-kisah itu, karena memang demikianlah adanya. Antara satu kitab dengan kitab yang lain memang sering kita menemukan perbedaan-perbedaan seperti itu.
Saran dan kritikan dari para pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan pada masa-masa yang akan datang.
Haji Lalu Ibrohim M.Thoyyib
D I M ANA -M ANA H ANYA A IR , H ANYA A IR !
Nabi Nuh diangkat menjadi Rasul dalam usia 50 tahun (ada riwayat mengatakan 40 tahun). Ia berdakwah dengan tekun dan sabar. Ia diutus oleh Allah untuk membawa syari at baru sebagai pengganti syari at Nabi Adam yang sudah tidak cocok dengan zaman. Pada zaman Nabi Nuh, baik penyembah berhala maupun api, sudah ada. Asal mula orang menyembah berhala adalah karena dahulu ada 5 orang yang sangat kuat beribadah, mereka bernama:
1. Wad 2. Suwa 3. Nasr 4. Yaghuts 5. Ya uq Tatkala Wad meninggal dunia, datanglah Iblis dengan menyamar sebagai manusia, ia mengatakan, Wad perlu dibuatkan monumen untuk mengenang kesalehannya. Supaya dia tetap diingat dan dicontoh oleh orang-orang di belakang kita.
Karena anjuran itu terlihat sangat baik, dibuatlah patung serupa Wad. Patung itu ditaruh di mushalla, di mana Wad dulu biasa beribadah. Demikian pula sewaktu wafatnya Suwa , Nasr, Yaquts, dan Ya uq, masing-masing dibuatkan patung. Karena tempat beribadah kelima orang itu sama, yakni di mushala tempat Wad beribadah, berderetlah 5 buah patung di mushalla itu.
Sepeninggal kelima orang saleh tersebut, kegiatan amar ma ruf nahi munkar yang dilakukan umat pada masa itu semakin menggembirakan. Tapi semakin lama, semakin mereka lalai terhadap ibadah. Mereka semakin lupa kepada Allah dan hari kiamat. Akhirnya ibadah itu dilupakan sama sekali. Sekian lama waktu berselang, Iblis datang menyamar lagi. Kedatangannya yang kali kedua itu adalah untuk memasukkan manusia ke dalam jeratnya. Berkatalah ia kepada orang banyak, Mengapa engkau sekalian tidak suka beribadah seperti orang-orang dahulu"
Apa yang akan kami sembah" tanya orang banyak.
Sembahlah patung-patung yang ditinggalkan oleh nenek moyangmu di mushalla itu! Itulah pusaka yang paling berharga.
Dan mulailah orang-orang menyembah patung. Patung-patung itu mereka bagi untuk menjadi tuhan mereka. Mereka yang tidak kebagian, segera saja membuat patung tiruan. Dan berkembanglah agama patung di sebagian penjuru negeri.
Adapun di daerah lain, Iblis bergerak dengan menggunakan bentuk lain. Iblis datang seperti orang saleh. Dia mengumpulkan orang lalu mengadakan pengajian, Putera Nabi Adam Qabil dan Habil pernah berkorban. Qabil berkorban dengan gandumnya sedangkan Habil berkorban dengan kibasnya. Maka turunlah api tak berasap dari langit, mengambil korban Habil tanda diterima oleh Allah. Tahukah saudara-saudara mengapa korban Habil yang dibawa api itu"
Kami tidak tahu, jawab orang-orang. Karena Habil itu rajin menyembah api, tukas Iblis, maka barang siapa ingin ibadahnya diterima, hendaklah dia menyembah api seperti Habil.
Demikian lihainya cara Iblis dalam menyesatkan orang-orang. Berkembanglah di tempat itu agama penyembah api, yakni Agama Majusi.
Dalam keadaan seperti itu, Nabi Nuh datang untuk mengembalikan kepercayaan orang-orang yang sudah sesat itu. Bukan main kesulitan yang ia alami. Ia ditentang di sana sini, dicemooh, dilecehkan hingga dalam kurun 950 tahun dakwahnya, umat yang mau percaya hanya 80 orang, termasuk di dalamnya tiga orang permaisuri Nabi Nuh dan tiga orang putranya yaitu Sam, Ham, dan Yafits. Istrinya yang bernama Wa ilah, kafir bersama anaknya yang bernama Kan an. Meskipun demikian ia tetap sabar dan terus berdakwah.
Orang-orang kafir bukan hanya tidak mau percaya melainkan menentang keras ajaran Nabi Nuh. Nabi Nuh pernah dikeroyok oleh mereka sampai tak sadarkan diri. Ketika itu orang-orang kafir menganggap Nabi Nuh sudah wafat, dan dimasukkanlah ia ke dalam sebuah rumah. Tak lama kemudian ia siuman, lalu bergegas keluar dan segera berdakwah lagi, tidak ada yang disembah selain Allah!
Melihat Nabi Nuh masih hidup, orang-orang kafir semakin beringas. Mereka marah, dan untuk kedua kalinya Nabi Nuh dipukuli beramai-ramai hingga jatuh pingsan lagi. Mereka mengira bahwa Nuh sudah wafat, mereka pun pergi.
Setelah sadar, Nabi Nuh berdoa, Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun dari orangorang kafir itu tinggal di bumi ini.
Doanya makbul. Jibril turun dan menyuruhnya membuat perahu besar berlantai tiga. Ada riwayat lain mengatakan, disuruh membuat kerangka perahu dengan ukuran 600 hasta x 300 hasta (1 hasta 48 cm). Setelah kerangka perahu itu selesai, disuruh lagi membuat papan sebanyak bilangan para rasul dan nabi yaitu 124.313. Tiap-tiap papan bertuliskan nama seorang nabi. Dan mulailah ia membuat papan. Papan pertama jadi, langsung bertuliskan nama Nabi Adam, pada papan yang kedua nama Nabi Syits, dan demikianlah seterusnya. Nama-nama rasul dan nabi di papan-papan itu muncul secara otomatis, karena Nabi Nuh sendiri tidak menghafal semuanya.
Akhirnya, ketika sebilah papan berhasil dirampungkan lagi dan langsung bertuliskan nama Nabi Muhammad Saw., selesailah pengerjaan papan-papan itu. Kerangka perahu yang sebelumnya sudah dibikin langsung dipasangi papan-papan itu. Antara papan satu dengan lainnya dideret rapatrapat. Jadilah sebuah perahu besar bertingkat tiga. Akan tetapi, sedikit celah masih tampak. Rupanya, perahu besar itu masih membutuhkan empat papan lagi untuk bisa diselesaikan dengan sempurna. Bergegaslah Nabi Nuh untuk mengerjakannya. Dan ketika masing-masing papan selesai dibuat, langsung saja bertuliskan nama Abu Bakar, Umar, Usman dan yang terakhir Ali.
Orang-orang kafir semakin mengejek Nabi Nuh dan pengikutnya. Mereka berkata, Kemarin Nuh menceritakan dirinya menjadi Nabi, tetapi sekarang dia menjadi tukang kayu. Untuk apa kamu membuat yang begini Nuh"
Akan kami pakai berenang.
Kamu semakin gila lagi. Mau berenang di mana di daratan kering seperti ini"
Nanti akan datang banjir, tunggu saja. Ah, ini suatu yang tidak mungkin. Kamu suka bohong.
Nabi Nuh sabar saja terhadap perlakuan orang kafir itu, sambil menunggu keputusan dari Allah Swt. Allah menyampaikan bahwa apabila air sudah memancar keluar dari tungku batu besar peninggalan Nabi Adam dan Siti Hawa sebagai pertanda banjir besar akan segera datang. Dan sebelum itu terjadi, orang-orang kafir akan mandul terlebih dulu selama 40 tahun.
Sementara banjir belum datang, orang-orang kafir terus saja melecehkan perahu Nabi Nuh. Allah sajalah yang Maha Mengetahui keadaan sebenarnya. Mereka dengan serentak membuat perahu Nabi Nuh menjadi WC-nya. Di kapal Nabi Nuh itu sajalah orang-orang kafir menunaikan hajat. Dalam tempo beberapa hari, kotoran manusia sudah memenuhi perahu.
Seorang wanita tua yang sudah buta dan bungkuk, sambil dibantu dengan tongkat, datang pula untuk menunaikan hajatnya pada perahu yang tak tahu apa-apa itu. Tapi baru saja dia masuk, salah satu kakinya menginjak kotoran yang masih basah. Dia terpeleset dan jatuh tertelungkup. Anehnya, setelah itu badannya yang sudah bungkuk menjadi tegak, matanya yang buta kembali bisa melihat. Sewaktu dia pulang, orang-orang yang melihatnya hampir-hampir tak percaya bahwa dia adalah orang tua yang bungkuk lagi buta yang mereka kenal. Dan kotoran yang ada di dalam perahu itu pun laris manis dijadikan obat. Penyakit apa pun langsung saja diobati dengan kotoran yang ada diperahu itu, dan memang mujarab. Dalam tempo beberapa hari saja, habislah semua kotoran diperebutkan banyak orang. Setelah kotoran habis, mereka memburu bekas-bekasnya, membasuhnya dengan air, lantas air basuhan itu diambil untuk dijadikan obat. Sehingga bersihlah perahu itu kembali.
Orang-orang kafir sudah 40 tahun tidak melahirkan anak. Karenanya, tidaklah ada anak kecil yang akan dikasihani pada waktu itu. Tiba-
Dalam tempo beberapa hari saja,
habislah semua kotoran diperebutkan banyak orang. Setelah kotoran habis, mereka memburu bekas-bekasnya, membasuhnya dengan air, lantas air basuhan itu diambil untuk dijadikan obat.
tiba air memancar dari tungku batu besar peninggalan Nabi Adam. Nabi Nuh menyuruh semua umatnya naik perahu. Manusia menempati lantai dua, segala macam unggas berpasang-pasang di lantai tiga, dan semua jenis binatang selain unggas di lantai satu, sekadar untuk melestarikan jenisnya. Benih tiap-tiap jenis pepohonan pun dibawa. Semua binatang tidak diperkenankan untuk bersenggama di dalam perahu sebab khawatir akan melahirkan mengingat ruang perahu sempit sekali. Tanggal 10 Rajab, mulailah banjir. Dari bumi air memancar deras, dari langit air tumpah begitu saja. Celah bumi dan langit seolah dibuka lebar-lebar untuk mempersingkat tempo perendaman bumi. Tak tertahankan, dalam waktu sebentar saja air sudah bisa membanjiri bumi setinggi-tingginya.
Himar paling lambat naik karena ekornya dipegang oleh Iblis. Nabi Nuh menyuruhnya segera naik perahu, tetapi binatang yang lugu itu tidak bisa bergerak karena berat. Himar itu menjawab, Ya Rasulullah, saya tidak bisa naik karena Iblis berpegang pada ekor saya.
Naiklah, biar Iblis itu ikut! kata Nabi Nuh. Iblis meringankan badannya, himar naik dan dia pun ikut serta. Sampai di atas, Iblis diusir oleh Nabi Nuh tetapi dia tidak mau turun. Dia tetap berpegang pada perintah Nabi Nuh biar iblis ikut .
Kemudian datang lagi binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, lebah dan lainlain memohon belas kasihan Nabi Nuh supaya diikutkan. Tapi Nabi Nuh tidak memperkenankan mereka karena dianggap berbahaya bagi keselamatan manusia. Binatang-binatang itupun berjanji kepada Nabi Nuh, bahwa barang siapa yang menyebut nama Nabi Nuh, mereka tidak akan menyengat orang tersebut. 1 Nabi Nuh akhirnya mengizinkan mereka naik.
Semakin lama, air semakin tinggi. Orang-orang kafir ketakutan, lalu mendatangi Nabi Nuh sambil menangis dan merengek memohon belas kasihnya
1 Maksudnya kalau orang yang bersangkutan membaca QS. Ash- Sh"ffat ayat 79 ini:
supaya diizinkan naik perahu. Mereka takut mati setelah melihat banjir itu. Mereka menyatakan imannya.
Karena keimanan mereka dilandasi rasa takut kepada maut, bukan kepada Allah, Nabi Nuh menyerahkan keputusan kepada perahunya apakah pantas orang-orang itu diajak atau tidak. Barang siapa yang memegang perahu kemudian perahu itu bergerak, berarti ia menolak. Tetapi kalau perahu diam berarti ia menerima.
Ternyata semua orang kafir tidak ada yang diterima oleh perahu itu, setiap kali orang kafir memegangnya setiap kali itu pula perahu bergerak. Berlayarlah perahu itu mengarungi banjir. Istri Nabi Nuh yang kafir ikut hanyut bersama semua orang kafir. Kan an, puteranya yang kafir, sudah disuruh naik tetapi membangkang dan lebih memilih berenang ke puncak gunung. Ia tewas digulung gelombang besar. Begitu tingginya permukaan banjir waktu itu, sampai orang-orang kafir yang ada pun tenggelam semua, padahal tinggi manusia waktu itu kira-kira mencapai 50 hasta.
Binatang-binatang yang ada di perahu, meskipun sudah dilarang keras bersenggama, tetapi ada saja yang melanggarnya. Seperti bangsa unggas. Mereka tetap saja bersenggama dan Nabi Nuh murka karenanya, sehingga keluarlah doa dari mulutnya supaya kenikmatan mereka saat bersenggama hanya sebentar saja. Itulah sebabnya bangsa burung bersenggama hanya sebentar, sampai sekarang.
Binatang yang taat pada peraturan adalah anjing dan kucing. Itu sebabnya, oleh Nabi Nuh mereka didoakan supaya bisa menikmati senggama berlama-lama. Hanya saja keduanya suka mengintip binatang-binatang lain. Rahasia persenggamaan binatang-binatang lain selalu mereka ceritakan kepada Nabi Nuh, dan sebagai hukuman bagi mereka adalah selalu diketahui orang di mana saja mereka bersenggama. Rahasia kedua binatang itu selalu diketahui orang. Hal ini bisa menjadi pelajaran, bahwa orang yang suka membuka rahasia orang lain, rahasianya akan dibongkar oleh Allah.
Ketika itu di dalam perahu banyak sekali sampah. Nabi Nuh berdoa agar Allah menciptakan binatang yang suka memakan sampah. Diciptakanlah tikus. Populasi tikus terus berkembang, terus beranak pinak, hingga dijadikanlah ia sebagai makanan kucing. Demikian pula dengan kotoran yang dari hari ke hari semakin memenuhi perahu. Nabi Nuh memohon kepada Allah agar diberikan jalan keluarnya. Diciptakanlah babi. Babi memakan kotoran-kotoran itu.
Selama 6 bulan bumi dikarami banjir. Akhirnya, pada tanggal 10 Muharram, langit ditutup lagi. Tumpahan air putus sudah. Atas perintah Allah, bumi menelan kembali air yang telah dipancarkannya. Air yang turun dari langit tinggal di daerah sekitar laut saja, sehingga dataran-dataran rendah segera berubah menjadi laut, sebagai laut-laut dangkal di saat sekarang.
Kapal itu akan berlabuh. Allah mengumumkan kepada seluruh gunung yang ada di bumi, bahwa Dia akan mendaratkan perahu Rasul-Nya di salah satu puncak mereka. Gunung-gunung pun menyanjung diri mereka masing-masing, ingin menjadi tempat berlabuh perahu Nabi Nuh. Ada yang menyanjung diri karena tingginya, ada lagi yang menyanjung karena suburnya, dan sebagainya. Lain hal dengan Gunung Judi yang justru menyebutkan segala kekurangannya, ia merendah. Dan dipilihlah gunung itu sebagai tempat berlabuh. Dari riwayat ini kita dapat mengambil pelajaran, bahwa yang disukai Allah adalah mereka yang merendahkan diri, tidak sombong.
Perahu berlabuh dan para penumpang turun semua. Binatang-binatang mulai berkeliaran, burung-burung pun segera beterbangan. Sebagian menghilang dan menjadi liar, sebagian lagi masih tetap jinak dan hidup berdampingan dengan manusia.
Ketika turun dari perahu, biji-bijian yang masih tersisa hanya 7 macam, dan masing-masingnya tinggal segenggam. Biji-bijian itu antara lain: Beras, gandum, jagung, kacang-kacangan, kedelai, dan lain-lain. Biji-bijian yang sedikit itu tentu saja tidak akan mencukupi kebutuhan perut 80 orang. Oleh karena itu Nabi Nuh mengumpulkannya, dan ia memohon berkah dari Allah. Ketujuh macam bijibijian itu dicampur lalu dimasak. Allah menurunkan berkah baginya, sesuai dengan firman-Nya:
Hai Nuh, turunlah (dari perahumu) dengan keselamatan dari Kami, dan berkat atasmu dan atas umat-umat yang beserta kamu. (QS. Hud: 48) Sebagian benih ditanam di tanah yang subur sedangkan sisanya dijadikan bahan makanan untuk 80 orang. Biji-bijian yang telah didoakan itu, meskipun dimakan terus-terusan, tidak habis.
Sewaktu Nabi Nuh bermaksud menanam anggur, benihnya tidak ada di perahu, hilang. Padahal ia ingat betul pernah membawanya ke dalam perahu. Ia tanyakan kepada umat, tetapi seorang pun tak ada yang tahu. Turunlah Malaikat Jibril dengan kabar bahwa benih anggur itu disembunyikan oleh Iblis yang terkutuk.
Nabi Nuh memanggil Iblis untuk menanyakan di mana dia menyembunyikan bibit anggur itu tetapi iblis tidak mau memberitahukannya. Nabi Nuh marah. Iblis tak goyah, katanya, Kalau Anda bersedia membagi manfaat anggur ini, saya akan ambil anggur itu dari tempat saya sembunyikan. Nabi Nuh bersabda, Ya sudah, aku mengambil 2/3 manfaatnya, kamu sisanya.
Tidak cocok itu. Tambah lagi buat saya! pinta Iblis.
Kalau demikian, manfaatnya kita bagi masingmasing setengah.
Ah, tidak. Kalau saya 2/3 nya, kemudian Anda 1/3 nya, baru saya mau ambil dan saya akan menanamnya.
Akhirnya dengan terpaksa Nabi Nuh menyanggupi juga, daripada hilang sama sekali.
Iblis mengambil bibit anggur itu lalu menanamnya. Pertama kali dia mengairi anggur yang baru ditanam itu dengan darah burung merak yang sengaja dia sembelih. Setelah anggur itu hidup, mulai berdaun, dia menyembelih kera. Dengan darah kera itulah anggur itu diairi untuk kali kedua. Kemudian ketika anggur itu sudah berbunga, dia menyembelih macan. Diairilah anggur itu dengan darah macan. Dan yang terakhir, ketika buah anggur itu sudah tua, dia menyembelih babi. Anggur itupun diairinya dengan darah babi.
Setelah buah anggur itu masak, Iblis memerasnya. Air perasan itu lantas ditaruhnya di bawah tumpukan buah kurma sampai puluhan tahun, sehingga rasanya menjadi keras. Diminum sesendok saja, orang akan mabuk karena hilang akal.
Iblis mulai menipu orang di mana-mana, dia berkata, Barang siapa yang ingin merasa gagah, paling besar, paling berkuasa, minumlah air ini! Setiap orang yang mencoba meminum air anggur yang telah menjadi arak itu, baru minum sesendok saja sudah mabuk. Minuman itu merasukkan sifat keempat binatang yang disembelih oleh Iblis kepada orang yang meminumnya. Mula-mula dia bersifat seperti merak; sombong, merasa paling cantik, paling gagah. Sesudah itu dia lama-lama bersifat seperti kera, menari-nari berjingkrakjingkrak. Kemudian dia seperti macan, dia galak menantang orang yang tak bersalah, selalu ingin berkelahi karena merasa paling kuat. Terakhir dia seperti babi, tidur pulas tidak mengerti apa-apa. Demikian hinanya orang yang mabuk.[]
A IR M ATA N ABI DI B ANTARAN S UNGAI Y ORDAN
Ketika usia Nabi Zakaria sudah menapak senja, badannya sudah lemah, rambutnya sudah beruban, ia berharap memiliki seorang penerus yang akan melanjutkan perjuangannya. Ketika itu, ia belum mempunyai anak. Ia memohon kepada Allah agar dikaruniai anak yang saleh. Permohonannya terkabul.
Tidak lama sesudah itu, lahirlah puteranya yang diberi nama Yahya. Sejak kecil Nabi Yahya sudah menampakkan tanda-tanda kesalehan. Dalam usia 3 tahun saja, ia sudah menghafal kitab Taurat. Ketika berusia 8 tahun, Nabi Yahya dibuatkan baju bulu oleh ibunya, kemudian ikut beri tikaf di Masjidil Aqsa bersama abid yang tuatua. Di masjid itulah ia tinggal selama 7 tahun sambil merindukan pencipta-Nya. Dalam usia 15, ia tidak tahan lagi membendung rasa cintanya kepada Allah. Pergilah ia ke sungai Yordan, bersunyi-sunyi, menangis sambil bertafakkur merenungkan kasih sayang Allah.
Ayah bundanya bingung, mencarinya ke sana ke mari. Akhirnya, Nabi Zakaria menjumpai puteranya sedang menangis di tepi sungai Yordan. Di bawalah Nabi Yahya pulang. Sampai di rumah, ia tetap saja beribadah sambil menangis, air matanya mengalir terus sampai pipinya semakin iris. Lama-lama, pipinya berlubang juga, sampai-sampai gigi gerahamnya terlihat dari luar. Ibu Nabi Yahya sangat menyayangi putera semata wayangnya itu. Diambilnya kapas lalu disumbatnya lubang pipi anaknya. Tetapi sia-sia belaka.
Waktu itu Nabi Zakaria bersabda, Ya, Allah, hamba mohon anak yang saleh, tetapi Engkau berikan anak yang jago menangis. Rupanya, Nabi Zakaria belum tahu bahwa tangis puteranya itu karena cinta kepada Allah. Allah pun menjelaskan bahwa Yahya adalah anak yang sangat saleh. Sejak kecil sudah banyak mencucurkan air mata karena cinta kepada-Nya.
Usia Nabi Yahya lebih tua 13 bulan dari Nabi Isa a.s. Ketika Nabi Isa baru lahir, keduanya pernah dibaringkan di serambi. Nabi Yahya ketika itu mengucap kalimat syahadat. Bacaannya sangat fasih. Orang yang kebetulan mendengarnya merasa kaget, karena ternyata ia tidak melihat seorang pun selain dua anak kecil itu.
Waktu keduanya sudah remaja, sedang berjalan-jalan di suatu tempat, mereka pernah menjumpai seekor hewan yang hendak beranak, tetapi anaknya tidak bisa keluar. Hewan itu tampak lelah sekali menahan sakit. Nabi Isa mempersilakan Nabi Yahya membacakan doa:
Siti Hannah melahirkan Siti Maryam. Siti Maryam melahirkan Nabi Isa. Keluarlah Wahai Anak, dengan kekuasaan Raja yang disembah. Setelah Nabi Yahya membaca doa itu, hewan tersebut langsung melahirkan anaknya dengan lancar.
Saat usia Nabi Yahya cukup matang untuk menikah, ia bermaksud mempersunting seorang gadis yang sangat cantik di kampungnya. Keduanya saling mencintai. Akan tetapi, ibu si gadis sangat mata duitan. Melihat Nabi Yahya yang sangat zuhud lagi wara , tidak berduit, ia tidak setuju bila anak gadisnya dinikahi Nabi Yahya. Dia membujuk anaknya, katanya, Anakku, kalau kamu mencari jodoh, pilihlah orang yang bisa membahagiakanmu di dunia ini. Kalau kamu memilih Yahya, dia itu orang miskin. Kesukaannya hanya menangis saja. Kita tidak akan bisa bahagia dengan menangis. Kalau mau bahagia, cari orang yang beruang atau berpangkat. Kamu cantik. Kecantikan itu jangan kamu sia-siakan. Kalau kamu dilihat oleh raja, raja saja pasti cinta padamu. Kalau dia sudah cinta padamu, dan dia mengajak kamu kawin, kamu harus membuatkan dia syarat. Syaratnya adalah supaya dia melamarmu dengan kepala Yahya. Kalau tidak demikian, kamu jangan mau, biar si Yahya itu mati.
Rupanya, perkataan sang ibu diterima begitu saja oleh gadis mata dunia itu. Ketika raja sedang mengadakan rapat dinas, gadis itu lewat. Raja yang masih muda itu memandangnya, hatinya kepincut. Ia menyuruh salah seorang pengawalnya untuk memanggil si gadis. Kemudian raja menanyakan asal-usulnya. Raja itu sudah tergoda betul, dia langsung meminangnya. Akan tetapi, si gadis membuat syarat bahwa dia harus dilamar dengan kepala Yahya, bila tidak, dia menolak pinangan raja.
Mengingat persahabatannya dengan Nabi Yahya sangat akrab, mula-mula raja tidak sampai hati membunuh Nabi Yahya. Akan tetapi, karena jalan untuk mendapat wanita yang dicintainya hanya itu saja, lupalah ia akan sahabat dekat, lupalah ia bahwa Nabi Yahya adalah Rasul. Seorang algojo pun disuruh olehnya untuk membawa kepala Nabi Yahya.
Betul, Nabi Yahya berhasil dibunuh, juga betul raja itu dapat memperistri gadis tersebut. Dan keduanya memang bahagia, tetapi sebentar saja. Karena setiap orang yang telah mengorbankan orang lain, mesti menerima balasan. Tidak di dunia, ya, di akhirat.
Sementara itu, setelah disembelih, darah Nabi Yahya terus saja mendidih.
Tak lama kemudian, daerah kekuasaan raja Bani Isra il yang telah membunuh Nabi Yahya itu gempar oleh ancaman musuh yang datang membawa angkatan perang yang sangat besar untuk menggempurnya. Raja Bani Isra il mencoba bertahan. Angkatan bersenjatanya dia persiapkan sekuat mungkin.
Benar saja, angkatan perang musuh itu datang dengan kekuatan yang sangat besar. Mereka membuat pangkalan militer tidak jauh dari pusat kerajaan Bani Isra il. Raja Babilonia, raja musuh itu, mengirim panglimanya dengan ketentuan bahwa Raja Bani Isra il dan seluruh rakyatnya harus disembelih. Darah Bani Isra il harus mengalir sampai ke pangkalan militernya. Sebelum darah mengalir sampai di situ, raja tidak akan puas.
Panglima Babilonia pun berangkat dengan kekuatan besar. Raja Bani Isra il, bersama keluarganya, mencoba melawan. Tetapi kekuatan tak seimbang. Dia, raja yang telah membunuh Nabi Yahya itu, berhasil disembelih. Juga seluruh anggota keluarganya. Angkatan bersenjatanya menyerah begitu saja. Panglima Babilonia melihat darah yang masih mendidih. Dia bertanya, Darah apa yang mendidih ini"
Seseorang menjawab bahwa itu adalah darah unta. Panglima itu menyuruh anak buahnya untuk menyembelih seekor unta. Tentu saja darah unta itu tidak mendidih. Dia tidak percaya. Kemudian ada yang memberitahunya bahwa itu adalah darah manusia. Dia tahu bahwa darah manusia biasa tidak mungkin mendidih. Maka diberitahulah dia bahwa itu darah Nabi Yahya. Panglima itu berkata, Pantas kamu diazab oleh Allah.
Umat Bani Isra il menjawab bahwa yang mengorbankan Nabi Yahya bukan rakyat melainkan raja. Oleh karena itu, si panglima membuat kebijakan yang bertentangan dengan instruksi rajanya, katanya, Kalau demikian, rakyat tidak akan diperangi. Tetapi untuk memenuhi perintah raja maka yang akan dialirkan adalah darah binatang.
Parit dibuat sampai ke pangkalan. Binatangbinatang disembelih, darahnya mengalir sampai pangkalan militer raja. Raja percaya bahwa umat Bani Isra il sudah tumpas semuanya. Sementara raja dan semua tentaranya pulang, rakyat Bani Isra il tobat kepada Allah.[]
I A YANG M ENARI DI T ENGAH J ILATAN A PI (Y" N"ru K"n" Bardan wa Sal"man)
Namruz adalah seorang raja yang sangat sombong. Dia mempunyai pura yang sangat besar tempat menyimpan berhala-berhalanya dari yang terkecil sampai yang terbesar. Pembuat berhala pada zaman Namruz adalah Azar, paman Nabi Ibrahim. Adapun bapak Nabi Ibrahim sendiri, Tarich, sudah meninggal ketika ia masih kecil. Azarlah yang mengurus Ibrahim kecil dan kakaknya hingga dewasa. Itulah sebabnya orang-orang mengatakan bahwa Nabi Ibrahim adalah anak Azar.
Nabi Ibrahim pernah berdebat dengan Raja Namruz hingga beberapa kali. Pertama ketika musim paceklik. Waktu itu, gandum sangat sulit diperoleh rakyat. Hal ini berkebalikan dengan keadaan istana yang justru memiliki banyak persediaan gandum. Gandum yang ada menumpuk di peti Namruz saja. Sebagai raja, Namruz tidak berusaha mencukupi kebutuhan rakyatnya. Ia justru menggunakan hal itu sebagai kesempatan besar untuk melantik dirinya menjadi tuhan. Setelah memproklamasikan diri sebagai tuhan, seluruh rakyat disuruh menyembahnya.
Dengan sendirinya ulah Namruz menjadi ujian iman bagi masyarakat Babilonia pada musim paceklik itu. Kepada rakyatnya Namruz menegaskan, barang siapa yang mau bertuhan kepadanya bisa membeli gandum, tetapi yang tidak mau tidak bisa membeli gandum. Ya, membeli, bukan diberi cuma-cuma. Meski begitu, setiap hari kediaman Namruz dipadati oleh antrean manusia yang ingin membeli gandum kepadanya. Kebanyakan manusia memang menjadi abdi bagi perutnya sendiri. Kalau perutnya sudah minta diisi, pekerjaan macam apa pun selalu siap dikerjakannya.
Dan begitulah, setiap hari istana Namruz didatangi oleh perut-perut yang butuh gandum. Tiap yang datang, langsung disambut oleh pertanyaan raja yang sombong itu, siapa tuhanmu" Dan kalau menjawab engkau tuhanku dia mendapat jatah gandum. Sebaliknya, orang yang berani mengatakan Allah Tuhanku langsung diusir olehnya. Dan tidak sekadar usiran melainkan juga pukulan.
Banyak sudah jumlah orang yang rela menggadaikan imannya kepada Namruz dengan harga murah. Tidak sedikit juga yang, bahkan, menjual sama sekali iman tersebut dengan gandum. Mereka bersemboyan, Yang perlu adalah makan, soal iman urusan belakangan. Musim paceklik memang menjadi ladang memancing di air keruh buat Namruz. Namruz tidak perlu berkeliling membeli iman, akan tetapi orang-oranglah yang datang kepadanya untuk menjajakan iman mereka dengan ditukar gandum.
Nabi Ibrahim suatu hari datang membeli gandum kepada Namruz. Seperi yang lain-lain, ia pun disuguhkan pertanyaan yang sama, Siapa Tuhanmu" tanya Namruz.
Tuhanku adalah yang menghidupkan dan mematikan, jawab Nabi Ibrahim dengan tegas.
Namruz pun dengan marah berkata, Mintalah gandum dari Tuhanmu, jangan kamu minta padaku!
Bagus, Nabi Ibrahim berkata singkat lalu berangkat pulang dengan karung kosong. Orangorang kafir yang melihat kejadian itu serta mengejeknya karena tidak mau mengikuti cara yang mereka lakukan. Tetapi Nabi Ibrahim tidak peduli.
Untuk menghibur perasaan permaisuri hatinya, Siti Sarah, karung itu ia isi sampai penuh dengan pasir, lantas digeletakkan begitu saja di halaman rumah. Ia sendiri tidur karena sangat merasa letih. Tetapi ketika Siti Sarah memeriksa isi karung itu, yang ia jumpai adalah gandum yang sangat bersih. Ia segera memasak dengan riangnya.
Setelah Nabi Ibrahim bangun, disuguhkanlah santapan yang lezat. Ia sangat heran, dari mana kamu mendapat gandum" tanyanya kepada Siti Sarah.
Saya mengambil dari dalam karung itu, jawab istrinya sambil menunjuk karung.
Alhamdulillah, kasih sayangnya Allah. Padahal karung itu saya isi dengan pasir di jalan. Saya tidak diberi gandum oleh Namruz karena tidak mau mengakuinya sebagai tuhan. Sungguh Allah Maha Pengasih.
Tidak lama sesudah itu, Babilonia terjangkit penyakit kolera. Raja bersama seluruh rakyat terpaksa mengungsi ke luar kota. Sebelum berangkat, mereka membuat sajian-sajian untuk berhalaberhala pujaan mereka yang akan ditinggalkan untuk sekian lama. Sewaktu kepergian mereka diumumkan ke seluruh penjuru kota, Nabi Ibrahim mengancam bahwa ia akan menghancurkan berhala-berhala itu. Orang-orang yang mendengar tidak berani melapor, karena Nabi Ibrahim dianggap putera Azar pencipta tuhan-tuhan mereka sangat dekat dengan Namruz. Malah, dengan perilaku Nabi Ibrahim ketika masih anak-anak, yakni ketika ia disuruh oleh pamannya menjual berhala (Nabi Ibrahim selalu mengikat kaki dan leher berhala itu, lalu ditariknya di sepanjang lorong dan halaman rumah orang, sampai hilang telinganya, rusak matanya atau putus kaki tangannya), pun orangorang kafir tidak berani melakukan tindakan, sekalipun sakit hati mereka bukan main ketika itu.
Sewaktu rombongan berangkat, Nabi Ibrahim tidak mau ikut dengan alasan sedang sakit. Padahal yang sakit itu adalah perasaannya melihat perbuatan sesat di mana-mana. Inilah yang ia anggap sebagai kebohongannya yang pertama.
Setelah semua orang pergi, di dalam kota tinggallah ia sendiri. Segera ia mengambil kapak lalu masuk ke dalam pura. Di sana ia melihat banyaknya sajian yang menggoda selera di hadapan masingmasing berhala, Mengapa kamu sekalian tidak makan" tanyanya.
Tentu saja berhala-berhala itu bungkam. Mulailah ia beroperasi. Dikapaknya berhala-berhala itu, ada yang putus lehernya, ada yang putus pinggangnya, kaki tangannya, kepalanya dan lain-lain sehingga berhamburanlah bangkai patung-patung itu. Hanya satu yang tidak ia sentuh, yaitu yang paling besar. Di leher berhala paling besar itu ia menggantungkan kapaknya.
Selesai melakukan operasinya, Nabi Ibrahim segera pergi meninggalkan pura itu. Singkat cerita, kembalilah raja dengan seluruh rakyatnya dari luar kota. Pertama kali mereka langsung memasuki pura dengan tujuan untuk memberi laporan kepada berhala-berhala mereka. Tetapi apa yang terjadi" Berhala yang terbesar, si raja berhala, sudah berkalung kapak, sedangkan prajuritnya sudah berserakan dalam keadaan rusak. Namruz yang dasarnya sombong menjadi naik darah, dia merasa dihina dan ditentang. Lalu berkata, Siapa yang berani merusak tuhan-tuhan kita" Periksa, siapa yang tidak ikut ke luar kota!
Di waktu itulah orang-orang kafir berani membuka mulut, melaporkan tindakan-tindakan dan kata-kata Nabi Ibrahim yang telah dilihat dan didengar oleh mereka. Nabi Ibrahim dipanggil. Ia pun mendatangi Namruz dengan hati tabah. Ketabahannya semakin tampak jelas ketika sudah berhadapan langsung dengan raja tolol tersebut. Melihat itu Namruz semakin beringas. Dengan marahnya dia berkata, Siapa yang memperlakukan tuhan-tuhan kami begini, hai Ibrahim" Itu yang paling besar, jawab Nabi Ibrahim, yang paling besar itulah yang berbuat demikian. Jawaban inilah yang dianggapnya sebagai bohong yang kedua.
Mendengar jawaban itu, Namruz semakin meradang, matanya melotot. Katanya, Mana mungkin" Berhala benda mati, bergerak saja ia tidak bisa, bagaimana akan mengapak temannya"
Kalau demikian mengapa engkau menyembah benda mati, mengapa engkau tidak menyembah Allah yang Mahakuasa, yang menjadikan serta memelihara engkau"
Siapa Tuhanmu Ibrahim"
Tuhanku adalah yang kuasa menghidupkan dan mematikan.
Saya juga kuasa menghidupkan dan mematikan, Namruz menjawab dengan enteng. Ia lantas menyuruh prajuritnya untuk mengeluarkan dua orang narapidana. Satu dia bebaskan dan yang satu lagi dia pancung, matilah dia. Kemudian katanya, Ini lihat, yang kukehendaki hidup, dia hidup. Yang kukehendaki mati, matilah dia.
Nabi Ibrahim menjawab, Yang hidup itu memang Allah yang menghidupkannya, bukan kamu. Kalau kamu kuasa menghidupkan, cobalah hidupkan yang sudah mati itu!
Namruz tidak bisa berkutik dengan pukulan Nabi Ibrahim itu. Nabi Ibrahim menyerang lagi, Sesungguhnya Allah Mahakuasa menerbitkan matahari dari timur, sekarang coba kamu terbitkan dari barat!
Manusia berengsek yang kafir itu terdiam tidak bisa menjawab. Karena kalah berdebat, rasa congkak dan gengsinya timbul. Dia menggunakan kekuasaan mutlaknya untuk menggerakan rakyat agar mereka mengumpulkan kayu bakar yang keras-keras. Mereka harus menuntut balas kepada Nabi Ibrahim atas kerusakan sekian banyak tuhantuhan yang mereka sembah. Nabi Ibrahim harus mereka bakar.
Lidah api menjulang tinggi-tinggi. Orang-orang yang ingin menyaksikan kematian Nabi Ibrahim mengambil jarak karena panasnya. Nabi Ibrahim sendiri, sejak bertumpuknya kayu yang seperti gunung itu sampai dengan menjulangnya lidah api, sedikit pun tidak merasa gentar. Ia tampak tenang. Betapapun, yang demikian itu tetaplah usaha manusia, sedangkan Allah Mahakuasa untuk membela hamba-hamba-Nya.
Sewaktu Nabi Ibrahim akan dilempar ke dalam api, orang-orang kafir merasa lega. Dendam mereka yang tersimpan di dalam dada sejak berpuluh-puluh tahun kini terlampiaskan. Mereka menganggap bahwa kayu yang mereka dermakan untuk membakar Nabi Ibrahim itu adalah amal jariyah yang paling tinggi nilainya. Bahkan, seorang kafir yang sedang sakit pun bernazar bahwa apabila penyakitnya sembuh, dia akan pergi ke hutan mencari kayu yang paling baik untuk membakar Nabi Ibrahim. Ketika orang itu sehat, segeralah ia pergi mencari kayu sesuai dengan nazarnya. Lain si sakit lain pula seorang penenun kain. Ia bernazar bahwa apabila kain tenunnya bisa laku dengan harga mahal, dia akan gunakan setengah harga kainnya untuk membeli kayu buat membakar manusia yang sudah menghancurkan tuhannya. Ia merasa berkewajiban membela tuhan yang selalu dia sembah, yang sudah berserakan, hancur dilalap kapak Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim akan dilempar dengan cuat dari jauh. Ia kelihatan tenang-tenang saja. Malaikat yang bertugas memelihara air datang menawarkan bantuan, Ya Rasulullah, kalau Anda mau, saya akan siram api ini dengan air supaya padam agar Anda tidak jadi dibakar.
Saya hanya punya hajat kepada Allah, jawabnya tenang.
Malaikat yang bertugas menjaga angin datang menyusul, lagi menawarkan bantuan, Ya Rasul Allah, kalau Anda berkenan, saya akan padamkan api ini dengan angin agar Anda tidak dibakar.
Nabi Ibrahim menjawab seperti tadi, bahwa hajatnya cuma kepada Allah saja. Jibril datang lagi menyarankan agar Nabi Ibrahim memohon pertolongan Allah. Tetapi ia menjawab, bahwa yang memperlakukannya seperti itu adalah Allah. Jadi Allah Mahatahu, tidak perlu diberi tahu lagi.
Nabi Ibrahim ditelanjangi, lalu dilempar dengan cuat. Malaikat sujud menangis, memohon pertolongan Allah buat Nabi Ibrahim.
Api diperintahkan menjadi dingin, walaupun nyalanya menjulang ke udara. Bahkan, seluruh api yang berada di seluruh kerajaan Babilonia menjadi dingin selama api yang membakar Nabi Ibrahim itu masih menyala. Makanan, selama itu tidak bisa masak.
Malaikat Jibril sudah menyiapkannya baju sutra dan hambal yang sangat indah dari surga. Begitu Nabi Ibrahim jatuh ke tengah api yang nyalanya menjulang itu, Jibril menyambutnya lalu diberikan kepadanya pakaian yang indah. Jibril menyerupakan dirinya seperti manusia serupa dengan Nabi Ibrahim, menemaninya bersenangsenang di dalam api itu.
Sebulan lamanya Nabi Ibrahim dibakar, hingga wajar jika orang-orang memperkirakan Nabi Ibrahim sudah habis menjadi abu. Di loteng rumahnya, Namruz memandang api yang menyala-nyala itu. Sudah sebulan, tentunya Ibrahim sudah gosong menjadi arang, katanya dalam hati. Tapi pemandangan yang dilihatnya sangat mengejutkan. Nabi Ibrahim bukannya habis terbakar melainkan sedang duduk bersenang-senang bersama seseorang yang serupa dengannya. Nabi Ibrahim dipanggilnya dan keluarlah ia dari api (saat itu tanggal 10 Muharram). Ia mendekati Namruz dengan maksud agar raja yang sombong itu mau meyakini kekuasaan Allah, mau beriman. Tetapi keangkuhan Namruz tidak berkurang, katanya, Hai Ibrahim, saya kira engkau sudah terbakar, ternyata engkau masih seperti biasa.
Sudah kukatakan, jawab Nabi Ibrahim. Bahwa Tuhanku Mahakuasa memeliharaku. Karena itu berimanlah kepada-Nya, seperti aku.
Tidak, kata Namruz. Aku tidak mau menjadi hamba karena aku sudah menjadi tuhan. Lebih baik aku akan berkurban dengan 1000 ekor sapi untuk Tuhanmu.
Walaupun lebih dari itu, kurbanmu tidak akan diterima oleh Allah, kalau kamu tidak beriman kepadanya, sabda Nabi Ibrahim. Tapi bagaimanapun Namruz tidak goyah. Ia tetap mengikuti kesombongannya.
Akhirnya Nabi Ibrahim pulang untuk mengajak pamannya Azar beriman. Ia bertanya kepada Azar, Apa yang engkau sembah"
Aku tetap menyembah berhala, jawab Azar dengan mantap. Sebagaimana nenek moyang kita yang menyembah berhala.
Apakah engkau akan tetap menyembah benda yang tidak bisa mendengar dan tidak bisa melihat, tidak bisa mendatangkan manfaat dan tidak pula membahayakan"
Bukannya sadar, Azar malah naik darah, Enyahlah kamu dariku. Buat selama-lamanya!
Saya akan mintakan engkau ampunan dari Tuhanku, jawab Nabi Ibrahim penuh simpati. Tetapi ternyata permintaannya itu tidak diizinkan oleh Allah karena orang mukmin tidak boleh memohonkan orang kafir ampunan.
Nabi Ibrahim hijrah menuju Mesir bersama permaisurinya, Siti Sarah, yang sangat cantik. Sebelum sampai di pintu gerbang Negeri Mesir, ia diberi tahu oleh seseorang bahwa di pintu gerbang selalu ada petugas yang melakukan pemeriksaan bagi siapapun yang keluar masuk negara Mesir. Yang diincar mereka bukan harta melainkan wanita berparas cantik untuk dipersembahkan kepada raja.
Nabi Ibrahim mencari tukang kayu dan menyuruhnya membuat peti besar untuk Siti Sarah. Ke dalam peti itulah Siti Sarah dimasukkan, lalu dinaikkan ke atas unta, seperti barang.
Sampai di gerbang Mesir, peti itu akan diperiksa. Ia meminta kepada para petugas agar tidak membuka peti itu. Ia rela membayar mahal asalkan petinya tidak dibuka. Tetapi para petugas menolak tawaran Nabi Ibrahim. Ia tidak menemukan jalan lain. Peti segera diturunkan, lalu dibuka. Maka, kedapatanlah Siti Sarah yang jelita. Para petugas sangat terpesona melihat kecantikan Siti Sarah karena belum pernah melihat wanita secantik itu. Salah satunya bertanya, Siapa ini, hai Ibrahim"
Ini adalah adikku, Jawaban inilah yang dianggapnya sebagai bohong yang ketiga.
Siti Sarah dibawa kepada raja. Nabi Ibrahim mengikuti saja. Siti Sarah berkata, Mengapa Anda membiarkan orang membawaku kepada raja zalim"
Tidak apa-apa, jawab Nabi Ibrahim untuk menenangkan istrinya, yakinlah, nanti kita samasama memohon pemeliharaan Allah dari tangan raja zalim itu.
Sampai di istana, Siti Sarah segera dimasukkan sedangkan Nabi Ibrahim ditinggalkan di luar rumah. Meski begitu, Allah membukakan hijab untuknya sehingga dapat melihat Siti Sarah dari luar. Tampak istrinya pergi berwudhu kemudian shalat sunat dua rakaat. Kemudian berdoa, Ya Allah, saya adalah istri kekasihmu, jangan biarkan tangan kotor menjamah tubuhku!
Demikian, ketika raja menjulurkan tangannya hendak meraih tubuh Siti Sarah, seluruh badannya tiba-tiba mati tidak bisa bergerak. Raja itu berkata, Tukang sihir yang kamu bawa ini"
Saya bukan tukang sihir, jawab Siti Sarah, tetapi istri kekasih Allah. Ia kini sedang melihat saya dari luar, mohon ampunlah kepadanya, agar engkau selamat!
Raja itu pun memohon ampun. Nabi Ibrahim memaafkannya, kembalilah badannya seperti semula, sehat. Tapi setelah sehat dia justru hendak menerkam lagi laksana harimau. Spontan saja badannya kembali tidak bisa bergerak. Dia minta maaf lagi, sehat lagi, menerkam lagi, tidak bisa bergerak lagi, demikian sampai tiga kali berturutturut. Pada kali yang terakhir, sebelum Nabi Ibrahim memaafkannya Jibril turun dan bersabda, Jangan Anda terlalu murah memberi maaf. Kalau dia mau menyerahkan kerajaannya seluruhnya, maafkan, tetapi kalau tidak mau, jangan maafkan dia!
Nabi Ibrahim tidak mau memaafkannya lagi kecuali bila ditukar dengan kerajaan yang ia miliki. Raja itu tidak punya pilihan, terpaksalah dia menyerahkan seluruh kerajaannya kepada Nabi Ibrahim. Setelah diberi maaf bekas raja itu sehat. Dia insaf akan kesalahannya, dan untuk menebus niat jahatnya terhadap Siti Sarah dia menyerahkan seorang puteri yang sangat cantik dari keluarganya, yaitu Siti Hajar, untuk menjadi pembantu/budak Siti Sarah.
Siti Sarah berpendapat, bahwa Siti Hajar lebih pantas untuk Nabi Ibrahim saja.
Akhirnya menikahlah Nabi Ibrahim dengan Siti Hajar dan mendapat seorang putera, yaitu Isma il.
Isma il inilah yang mewariskan Nur Muhammad sampai akhirnya turun kepada Nabi Muhammad Saw. []
B ATU -B ATU YANG B ERJATUHAN S EUSAI J AMUAN M AKAN
Segala macam cara sudah dilakukan orang Yahudi untuk membunuh Nabi Muhammad, sekalipun mereka tahu bahwa ia, anak Abdullah itu, adalah nabi terakhir sekaligus rasul untuk seluruh alam. Iri dan dengki yang ada di hati mereka tak padampadam. Sihir, racun, ketajaman pedang, dan banyak cara keji lain telah mereka gunakan agar mereka puas. Tapi selalu gagal. Nabi Muhammad tetap hidup. Dan iri dengki mereka pun demikian; tetap hidup. Mereka terus terbakar, hati mereka terus merasa sakit. Bagi mereka, satu-satunya obat rasa sakit itu hanya kematian Nabi Muhammad. Akan tetapi, segala upaya yang mereka lakukan itu tidak meredupkan perkembangan Islam, sebaliknya justru membuat geliat Islam semakin cepat. Umat Islam bertambah banyak. Melihat keadaan ini, para tokoh Yahudi sepakat untuk menempuh jalan lain.
Seorang Yahudi akan dibuat menjadi umpan. Dia disuruh masuk Islam dan menggunakan segala cara yang diperlukan untuk mengambil hati rasulullah. Yahudi itu pun menghadap. Ia menyatakan keislamannya di hadapan baginda rasul. Rasul sendiri membukakan tangannya lebar-lebar atas keislaman Yahudi terkutuk itu. Ia tidak berprasangka buruk sedikit pun. Sekian lama Yahudi itu berpura-pura dekat, sekian lama itu pula rasul tidak menyadari bahwa sebetulnya Yahudi itu adalah duri, bahaya yang mengancam keselamatan jiwanya.
Setelah merasa mampu menggenggam hati rasul, mulailah Yahudi munafik itu menyusun perangkapnya. Rasul dan beberapa orang sahabat diundang ke kampungnya. Ia berdalih bahwa orang-orang Yahudi di kampungnya harus disadarkan dari jalan yang sesat dan mau masuk Islam, dan hanya rasul yang mampu melakukan itu. Jamuan disiapkan. Tempat duduk diatur sedemikian rupa agar rencana berjalan lancar. Singkat kata, jebakan maut itu sudah siap benar.
Pada hari yang sudah ditentukan, tanpa sedikit pun rasa curiga, Rasul dan beberapa orang sahabat datanglah ke tempat itu. Tujuan utama kedatangan mereka adalah untuk menyadarkan orang-orang Yahudi dari kesesatan yang sebetulnya sudah mereka ketahui. Karena warta Taurat yang mereka baca setiap hari demikian jelas; Muhammad adalah rasul Allah. Tapi kejelasan itu tidak membuat mereka sadar, mereka tetap ingkar.
Sampai di kampung itu, senyum simpul dan wajah berseri-seri menyambut rombongan rasul. Tetapi seperti kata pepatah; Anjing memperlihatkan gigi bukan untuk tertawa melainkan hendak menggigit. Air mata buaya bercucuran bukan karena kasihan melainkan akan memangsa.
Rasul dipersilakan untuk duduk di bawah tembok. Aneka makanan lezat susul menyusul siap disantap. Semua diatur sedemikian rupa agar rasul beserta rombongannya melenakan bahaya. Dan mereka memang lengah. Ketika santapan itu sedang dinikmati, rasul dan para sahabat tidak sadar bahwa di belakang tembok sebuah rancangan keji sedang bergerak. Masing-masing mereka orang-orang
Nabi dan para sahabatnya tak mungkin selamat karena batu sebanyak dan sebesar itu lebih dari cukup buat membunuh semuanya. Mereka puas dengan apa yang sudah mereka rencanakan.
Yahudi itu sudah mencangklong batu siap menindihkannya ke atas tubuh rasul dan para sahabat.
Tak menunggu lama eksekusi pun dilakukan. Batu-batu yang sudah disiapkan sedemikian rupa itu serentak dijatuhkan, tepat ke arah sasaran. Bunyi tumbukan dua benda keras segera berkejaran susul menyusul dengan batu yang mereka lemparkan. Perkiraan orang-orang Yahudi, Nabi dan para sahabatnya tak mungkin selamat karena batu sebanyak dan sebesar itu lebih dari cukup buat membunuh semuanya. Mereka puas dengan apa yang sudah mereka rencanakan. Tapi rasa senang dan puas di hati mereka tiba-tiba buyar setelah korban yang mereka saksikan hanya wadah-wadah yang digunakan sebagai tempat jamuan. Yang hancur berantakan bukan rasul dan para sahabatnya melainkan jebakan mereka sendiri. Umpan habis, ikan lepas. Mereka menggigit jari.
Ternyata, beberapa saat sebelum niat jahat mereka terlaksana, Allah memberikan instruksi kilat kepada Jibril untuk menyelamatkan jiwa raga rasul dari bahaya maut. Sekejap saja Jibril datang dan memegang tangan nabi untuk mengajaknya pulang, dan berkata, Muhammad, Anda ditipu. Anda akan dibunuh.
Instruksi kilat itu direspons dengan cepat. Rasul beserta rombongannya segera beringsut dari tempat duduk mereka dan bergegas meninggalkan tempat itu. Batu-batu baru berjatuhan setelah mereka sampai di tempat aman. Rasul lolos lagi dari niat jahat orang Yahudi. Peristiwa ini mirip sekali dengan apa yang dialami oleh Nabi Isa dahulu. []
P ASUKAN B ERSORBAN M ERAH P ADA 17 R AMADHAN
Kedatangan Islam telah meresahkan banyak pembesar kaum Quraisy. Tidak hanya berakar pada perbedaan masalah ketuhanan, tapi ajaran yang dibawa Islam dianggap mengembuskan api permusuhan. Stabilitas terancam. Posisi nyaman yang dirasakan kaum dominan rawan runtuh karena mereka yang marjinal, yang pada awalnya tidak sadar akan harkat dan nilai mereka sebagai manusia dan akan terus menerima penindasan jika mereka selamanya tidak sadar, menjadi sadar akan harkat diri mereka sebenarnya. Tuhan orang Islam tidak memandang keluarga, garis darah dan kekayaan dalam menilai kemuliaan seseorang, akan tetapi ketakwaan. Oleh karena itu, di mata Tuhan semua manusia sama dan memiliki hak yang sama. Dan kesadaran atas persamaan hak ini dengan sendirinya akan menyulut api perlawanan dari mereka yang sebelum Islam datang selalu menjadi bulanbulanan. Bagi pembesar Quraisy, bila Islam besar ancaman itu bakal membesar. Sebaliknya bila Islam habis, ancaman itu bakal hilang. Oleh karena itu, mereka sadar betul bahwa Islam harus dihapuskan dari tanah Makah. Tak ada cara lain.
Maka penggalangan dana karena setiap perjuangan pasti memerlukan biaya pun dilakukan. Kaum musyrik Makah memberangkatkan kafilahnya untuk berdagang ke Syam di mana sebagian dari keuntungan perdagangan itu digunakan untuk membiayai upaya penghancuran musuh mereka, yaitu Baginda Rasul dan seluruh umat Islam. Hal ini terendus oleh rasul. Demikian karenanya, menjelang kafilah musyrik itu kembali ke Makah, Rasul menyiapkan satu pasukan kecil (berjumlah 313 orang terdiri dari 83 orang Muhajirin dan 230 orang Anshor) untuk menghadang kafilah tersebut. Hanya untuk menghadapi kafilah dagang, bukan melawan musuh dalam peperangan besar. Rasul, sebagai panglima, bergerak meninggalkan Madinah bersama angkatan bersenjatanya. Di dekat Badar, ia membuat semacam pangkalan militer untuk menempatkan pasukannya.
Tapi pergerakan rasul dengan mudah dapat tercium. Oleh karenanya, para penyokong dana kaum musyrik itu pun mengambil jalan yang lain. Mereka menghindari betul jalur yang biasa mereka lalui.
Kafilah itu pun lolos sampai ke Makah. Mereka melaporkan pergerakan rasul kepada pemimpinpemimpin mereka. Sebagai respons atasnya, diadakanlah sidang kilat. Dan keputusan tercapai dengan bulat. Semua sepakat untuk menyerang umat Islam yang dianggap terlalu nekat melawan orang Makah. Ancaman untuk mereka yang menolak membantu peperangan melawan umat Islam di Badar pun cukup berat, diusir dari Makah karena dianggap bersekutu dengan Nabi.
Karena adanya peraturan itu, Sayyidina Abbas dan Sayyidina Aqil yang sebenarnya tidak sampai hati memerangi Nabi, terpaksa bergabung dengan angkatan bersenjata kaum musyrikin. Abu Lahab tidak ikut dalam peperangan itu, tetapi dia mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk menunjang kesuksesannya. Dalam anggapan Abu Lahab, perang itu dapat menumpas agama Islam.
Bergeraklah satu pasukan dengan kekuatan 950 orang, tiga kali jumlah umat Islam. Mereka membuat pangkalan yang tidak jauh dari pangkalan kaum muslimin.
Berita pergerakan musuh sampai ke telinga rasul. Ia segera mengatur strategi untuk menghadapi segala kemungkinan termasuk bila musuh yang bakal dihadapi datang dengan kekuatan yang jauh lebih besar. Selain itu, ia juga memberi penegasan kepada seluruh pasukan muslim bahwa berjihad bukan karena persenjataan lengkap, bukan pula karena kekuatan angkatan bersenjata yang besar, tetapi karena Allah semata-mata. Masing-masing mereka ditanya kesanggupannya. Ternyata semua siap bertempur kapan pun diperlukan, sekalipun kalah dalam persenjataan, sekalipun kalah dalam jumlah.
Kesetiaan para sahabat telah nyata di mata rasul. Ia lantas memerintahkan seseorang perwira muda, Sayyidina Ali Karramallahu wajhah, untuk menyelidiki kekuatan musuh. Dengan lihainya Ali berhasil mendekati kubu-kubu pertahanan musuh dan menangkap dua budak kaum musyrikin.
Keduanya ditawan, dibawa menghadap rasul dan diinterogasi langsung olehnya. Meski tidak diketahui berapa jumlah pasti pasukan musuh, tapi dari keterangan dua budak itu Nabi berhasil memperkirakan jumlah mereka. Dua budak itu mengatakan bahwa dalam sehari disembelih sepuluh ekor unta untuk memenuhi kebutuhan makan seluruh pasukan. Dari sini rasul memperkirakan bahwa jumlah musuh kira-kira 900 sampai 1000 orang. Dan ternyata perkiraannya memang benar.
Rasul segera menguasai satu-satunya mata air (sumur) Badar dengan menempatkan dua orang perwira Islam yang dikenal ulung dalam peperangan, yaitu Sayyidina Hamzah pamannya dan Sayyidina Umar. Ia sudah memperhitungkan bahwa persediaan air yang dibawa musuh dari Makah tidak bakal cukup. Dan betapa pun bekal yang dibawa musuh amat banyak, mereka tidak akan bisa hidup tanpa air. Selain itu, semua tempattempat strategis pun sudah dikuasai pasukan Islam.
Pertempuran bersejarah itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhan dengan didahului oleh letupan-letupan kecil pembuka peperangan. Mulamula, dua orang musyrik yang ditugaskan mengambil air dari sumur harus menemui ajal di tangan Sayyidina Hamzah dan Sayyidina Umar yang diperintah nabi untuk mengamankan sumur itu. Setelah dua orang yang ditunggu tak datang-datang, mereka yang di kemah mengutus 8 orang lagi untuk menyusul keduanya. Yang 8 orang itu pun menemui ajalnya. Atas dua kejadian ini, kemarahan musuh naik hingga ke ubun-ubun, tak bisa diredam.
Dan mereka semua majulah ke medan perang. Kaum muslimin menyambutnya. Bala bantuan dari langit turun. Jibril bersama 500 malaikat menempati sayap kanan pasukan Islam. Mikail bersama 500 Malaikat di sayap kiri. Sesudah itu turun lagi 1000 Malaikat untuk bergabung dengan sayap kanan, dan 1000 lagi dengan sayap kiri. Sesudah itu turun lagi tambahan personil di sayap kiri dan kanan masing-masing 1000 malaikat, sehingga jumlah seluruh pasukan langit yang membantu peperangan waktu itu berjumlah 5000 malaikat. Mereka semua memakai sorban merah, dengan badan besar-besar lagi tinggi.
Orang-orang kafir kontan menjadi gentar. Iblis datang dengan membawa banyak pasukan setan untuk membantu orang kafir. Ia menyerupakan dirinya seperti Suroqoh bin Malik, penguasa Bani Mudlij. Ketika Jibril mengusir Iblis dan setansetannya, membuat mereka lari kocar-kacir, orangorang kafir berteriak, Hai Suroqoh mengapa engkau lari" Bantulah kami!
Iblis yang memperlihatkan dirinya seperti Suroqoh menjawab, Aku melihat apa yang kamu tidak lihat.
Peperangan segera diawali dengan jantan, satu lawan satu. Perang tanding itu berhasil memakan banyak korban patih jempolan orang musyrik. Pertempuran sengit pun dimulai. Ratusan anak panah terbang mencari korban. Suara pedang yang berlaga gemerincing mengerikan. Kedua pasukan saling tebas. Mata senjata sama-sama mencari mangsa.
Sebelum perang berkecamuk, rasul berpesan kepada perwira-perwira Islam agar mengamankan Sayyidina Abbas pamannya dan Sayyidina Aqil misannya. Karena kedua orang itu hanya dipaksa ikut.
Dari pihak musuh, 70 orang termasuk Walid bin Mughirah, Abu Jahal dan tokoh-tokoh kafir lainnya tewas di peperangan. Abu Jahal dipotong pahanya oleh Mu as bin Afro . Ia mengerang kesakitan. Darah di pahanya masih mengucur, sahabat Ibnu Mas ud datang dengan membawa pedang dan menggorok lehernya. Sahabat yang berpostur pendek kecil ini lantas mengambil senjata Abu Jahal dan menancapkannya di ulu hati musuh Allah kelas kakap itu hingga tewas.
Peperangan ini pun berhasil menawan 70 orang musyrik, termasuk Sayyidina Abbas dan Sayyidina Aqil. Sayyidina Abbas yang berbadan tinggi besar ditawan oleh seorang sahabat yang berbadan kecil. Waktu ditanya mengapa tidak melawan, ia menjawab bahwa kedatangannya bukan untuk berperang. Selain itu, ia sangat takut karena orang yang menawannya bertubuh tinggi besar.
Dalam pertempuran itu, gugur sebagai syuhada perisai agama 14 orang sahabat.
Musuh yang tersisa segera melarikan diri. Mughirah bin Haris misan Rasulullah adalah salah seorang yang paling pertama. Sewaktu sampai di Makah, ia menjumpai Abu Lahab di sumur zam-zam sedang mengganggu Ummul Fadl istri Sayyidina Abbas dan seorang budaknya bernama Abu Rofi . Ketika itu Ummul Fadl dan budaknya sedang mencuci. Abu Lahab datang dengan sombongnya sambil berkata, Sekarang Muhammad dan pengikutpengikutnya tahu rasa, mana mampu diamenghadapi pasukan Makah. Mereka pasti hancur.
Ummul Fadl dan budaknya diam saja karena tidak senang mendengar omongan Abu Lahab. Terlebih keduanya sudah beriman tetapi merahasiakan keimanan masing-masingnya. Keduanya khawatir disakiti oleh orang kafir. Ummu Fadl pun tidak ikut hijrah karena khawatir harta bendanya yang sekian banyak akan terlantar tak terpelihara.
Waktu itulah Mughirah datang. Abu Lahab bertanya, Apakah Muhammad dengan pengikutpengikutnya sudah habis kamu bunuh"
Mughirah menjawab, Kita tidak mampu melawan kekuatan Islam. Pasukan kita banyak yang mati, banyak juga yang tertawan. Entah dari mana datangnya bantuan Islam, pakai sorban merah. Orang-orangnya besar lagi tinggi, tak kelihatan kepalanya karena tingginya. Kalau kita sudah berhadapan, kita hanya ketakutan, tak bisa melawan.
Abu Lahab meradang, katanya, Yang begitu saja tidak mampu kamu bunuh. Apa gunanya kamu membawa makanan banyak-banyak. Potong saja leher mereka!
Mughirah menjawab dengan nada keras, bicara dari rumah memang mudah. Coba engkau maju ke medan perang, engkau juga akan mati. Abu Jahal dengan pemuka-pemuka Makah yang lain sudah mati di sana.
Waktu itulah Abu Rofi angkat bicara menyelangi keduanya, kalian tidak akan mampu melawan Rasul, karena ia dibela oleh Allah. Yang kelihatan seperti orang-orang besar pakai sorban merah itu adalah Malaikat yang turun dari langit, mereka diutus untuk membantu umat Islam.
Mendengar kata Abu Rofi itu, Abu Lahab semakin beringas. Dipegangnya Abu Rofi , lalu
Abu Lahab semakin sakit hati tanpa bisa melakukan apa-apa. Ia sadar akan aib yang bakal ia terima bila berkelahi dengan wanita, lebih-lebih iparnya. Pulanglah dia dengan hati panas dan kepala benjol-benjol.
dibantingnya sambil berkata, Apakah kalian pengikut Muhammad"
Abu Rofi tidak berani melawan karena sadar bahwa statusnya hanya budak. Ia bersabar saja. Tetapi Ummul Fadl yang empunya budak menjadi marah. Diambilnya kayu tiang dinding sumur zamzam. Dan dengan sekuat tenaga dia memukul kepala Abu Lahab sampai babak belur.
Abu Lahab semakin sakit hati tanpa bisa melakukan apa-apa. Ia sadar akan aib yang bakal ia terima bila berkelahi dengan wanita, lebih-lebih iparnya. Pulanglah dia dengan hati panas dan kepala benjol-benjol. Seminggu lamanya dia meringkuk di tempat tidur dengan badan yang bengkak. Tak berapa lama kemudian dia pun meninggal dunia.
Orang Makah ketika itu sangat jijik mengurusi mayat yang bengkak. Oleh karena itu, sampai tiga hari mayat Abu Lahab terlantar begitu saja. Jangankan orang lain, anaknya sendiri tidak mau mendekat. Akan tetapi, karena baunya semakin busuk, dibuatlah sebuah lubang yang tidak jauh dari rumahnya. Mayat Abu Lahab dijatuhkan ke dalam lubang itu dengan kayu yang panjang. Mayatnya ditimbuni dengan batu yang dilempar dari jauh sebelum kemudian ditimbun dengan tanah. Sejak di dunia dia sudah dihinakan oleh Allah.
Adapun mayat-mayat orang kafir yang mati di Badar dibuang ke tebing yang curam. Ketika itu, rasul bersabda, Hai orang-orang kafir, apakah kalian telah menjumpai apa yang dijanjikan oleh Allah itu"
Rasulullah, apakah mereka bisa mendengar" tanya seorang sahabat yang merasa heran dengan perkataan rasul.
Ya, mereka mendengar dan bahkan menjawab, jawab nabi, mereka mengatakan kami telah menjumpai apa yang dijanjikan oleh Allah, kami diazab dengan azab yang sangat pedih.
Selesailah perang Badar besar dengan kemenangan gilang gemilang di pihak Islam. Harta rampasan dan semua tawanan dibawa ke Madinah, termasuk Sayyidina Abbas dan Sayyidina Aqil, dan Abul Ash menantu Rasulullah Saw. yang pada waktu itu belum mau masuk Islam.
Datanglah keluarga para tawanan untuk melakukan penebusan. Sewaktu Abul Ash akan ditebus, rasul melihat bahwa tebusannya itu adalah kalung milik Siti Zainab puterinya yang diberikan oleh Siti Khadijah dahulu. Rasul menangisi puterinya yang tidak dapat ikut hijrah karena dilarang oleh suaminya (Abul Ash suaminya adalah keponakan Siti Khadijah). Rasul memanggil Abul Ash, dan bersabda, Abul Ash, ini ada tebusan dari istrimu, Zainab. Tetapi saya tahu betul kalung untuk tebusan ini adalah pemberian ibunya dahulu. Saya tidak sampai hati untuk mengambilnya. Sekarang kalau kamu mau bebas, biarkanlah Zainab hijrah kemari agar dia dapat bersamaku.
Abul Ash sanggup, dia dimerdekakan. Tak berapa lama, Siti Zainab datang ke Madinah. Ia akhirnya dapat hidup bersama dengan Rasul.[]
G IGI N ABI P ATAH DAN K ENINGNYA B ERDARAH
Bagi kaum musyrik, kekalahan di Badar tak hanya soal kekalahan. Lebih dari itu, kekalahan tersebut telah menjadi semacam kaki seorang budak yang menginjak kepala tuannya. Bagi mereka, kemenangan kaum muslim adalah perbuatan yang amat keterlaluan, tidak senonoh dan amat merendahkan. Kaum musyrik merasa malu sekaligus marah. Oleh karenanya terasa wajar, jika ketika itu para wanita musyrik sampai-sampai menyatakan sumpah untuk tidak membasahi rambut mereka sebelum dendam terhadap orang Islam bisa terbalaskan.
Tak lama setelah kekalahan Badar, kaum musyrik kembali menyusun kekuatan. Setahun kemudian, tahun ketiga hijriyah, mereka kembali menantang umat Islam untuk bertempur, kali ini di Uhud. Kurang lebih 3000 pasukan sudah mereka siapkan. Wanita-wanita yang anti Nabi Muhammad dan kaum muslimin pun ikut pula waktu itu. Mereka bertugas untuk menyanyikan yel-yel ejekan terhadap pasukan Islam dan membakar semangat pasukan musyrik. Selain itu, dibawa pula berhala mereka yang terbesar, yakni Hubal, untuk membantu peperangan.
Setelah tahu bahwa musuh sudah tiba di Uhud, yaitu sebuah gunung yang jauhnya 5 km di sebelah utara Madinah, rasul menugaskan beberapa orang pemuda untuk menyelidiki kekuatan mereka. Dan dari hasil penyelidikan diketahui bahwa serdadu musuh berkekuatan + 3000 orang. Sementara itu, pasukan yang dipersiapkan rasul hanya 1000 orang saja.
Rasul segera mengadakan rapat untuk merundingkan siasat tempur yang akan digunakan. Dalam rapat, kelompok muda dengan semangat berapi-api mengusulkan bahwa umat Islam harus menyerang musuh di kubu-kubu pertahanan mereka di Uhud. Tetapi golongan tua berpendapat bahwa kaum muslimin sebaiknya mengadakan pertahanan di ibu kota saja. Kubu-kubu pertahanan dibuat di tiap celah yang mungkin akan dilalui oleh musuh. Adapun kaum ibu dan anak-anak membantu angkatan bersenjata dengan bahan makanan dan memunguti anak panah untuk menyerang musuh.
Dalam rapat, suara yang dimenangkan adalah suara golongan muda; mereka mendapat dukungan lebih banyak. Menurut mereka, kalau kaum muslim memilih bertahan di dalam kota, orang-orang kafir akan mengejek dengan mengatakan Islam pengecut. Sembunyi, padahal orang-orang kafir sudah demikian berani meninggalkan wilayah mereka untuk menyerang, hanyalah tindakan pengecut.
Pada suatu malam, Nabi bermimpi memasukkan tangannya ke dalam baju yang ia kenakan. Mimpi seorang Nabi adalah wahyu, petunjuk dari Allah. Dan mimpi ini berarti seluruh serdadu Islam harus masuk dan tetap berada di kota menanti serangan musuh dari Madinah, tidak keluar menyerang. Seterusnya ia bermimpi melihat seekor sapi besar dan gemuk sedang disembelih. Itu artinya, jumlah korban dari pihak Islam cukup besar. Dia pun bermimpi mengikuti seekor kibas, artinya, Nabi bakal membunuh salah seorang tokoh musyrik. Di mimpinya yang lain, Dzulfiqar pedangnya sedikit rompeng. Dan ini berarti, seorang pahlawan Islam yang paling disegani akan syahid dalam perang itu.
Pada hari keberangkatan, ketika Nabi baru saja keluar dari rumahnya, seorang sahabat muda tibatiba berubah pendapat. Menurut sahabat itu, akan lebih baik bila kaum muslim tinggal di dalam kota dan menunggu serangan musuh saja. Tapi Nabi, ketika itu sudah mengenakan perlengkapan perang, menjawab, Tidak ada ceritanya seorang Nabi yang sudah siap bertolak ke medan perang memundurkan langkahnya. Dengan jawaban seperti itu, mengertilah semua sahabat; hasil musyawarah harus dilaksanakan!
Menjelang keberangkatan, Amr bin al-Jamuh, Kepala kabilah Bani Salimah, memaksa ikut berperang. Ia menemui Nabi dan menyatakan keinginannya untuk syahid. Ia bersikeras di tengah penolakan anak-anaknya yang kasihan melihat keadaannya. Melihat kemauan kuat al-Jamuh, Nabi mengizinkannya. Al-Jamuh, sahabat yang berkaki pincang itu, merasa senang. Sewaktu akan berangkat, di atas unta sambil menghadap kiblat ia berdoa, Ya Allah, saya akan berangkat bersama Rasul-Mu ke medan jihad. Janganlah Engkau mengembalikan saya lagi ke Madinah. Berilah saya syahid di medan perang.
Abdullah bin Ubay, tokoh utama kaum munafik, tidak pernah senang membela Islam, lebih-lebih jika diperintahkan ikut berperang. Keinginannya justru menyaksikan kehancuran Islam. Dan di sepanjang jalan, Abdullah bin Ubay terus menggoda para prajurit. Usahanya cukup sukses. Dari 1000 pasukan, 300 orang tergoda dan berhasil dibawa pulang. Tokoh munafik itu berkata, Muhammad ingin menjadi Raja. Kita akan dibuat menjadi korban. Pasukan Islam yang tersisa karenanya tinggal 700 orang. Itu pun belum bersih dari ancaman orang munafik yang kapan pun bisa melemahkan Islam dari dalam.
Seorang sahabat bernama Hanzolah, ia baru saja melangsungkan pernikahan. Genderang perang berbunyi justru ketika ia sedang hangat-hangatnya berbulan madu dengan Jamilah istrinya, puteri tokoh munafik Abdullah bin Ubay. Sewaktu akan berangkat ke Uhud, Hanzolah sedang junub. Begitu tergesa-gesanya ia hingga lupa mandi janabah. Dalam riwayat lain dikatakan ia mandi janabah hanya setengah karena kekurangan air. Di Perang Uhud ia gugur menjadi syahid. Beberapa malaikat turun ke bumi, membawa jenasahnya ke angkasa dan memandikannya di sana, lalu menurunkannya lagi. Itu sebabnya ia mendapat julukan Ghasilul Malaikat , artinya yang dimandikan oleh malaikat. Puteranya, Abdulllah, dijuluki Ibnu Ghasilil Malaikat. Ketika Hanzolah sedang bertaruh nyawa di Uhud, istrinya bermimpi melihat pintu langit terbuka dan Hanzolah naik memasukinya tapi dia tidak ikut. Jamilah mengerti maksudnya, bahwa laki-laki yang belum lama menjadi suaminya itu akan wafat dalam peperangan. Hal itu ia laporkan kepada rasul. Ia pun mengatakan bahwa Hanzolah sedang dalam keadaan junub. Dan Nabi bersabda, Dia dimandikan oleh Malaikat.
Pasukan muslim bergerak melewati sebuah kebun milik seorang kafir yang buta. Langkah kaki prajurit, ladam kaki kuda ketika menyentuh tanah, membikin suasana gegap gempita. Belum lagi yelyel pembangkit samangat yang diteriakkan seluruh pasukan, yang riuh rendah dilesap sekaligus dibawa angin. Si pemilik kebun merasa terusik. Ia mencari tahu siapa pembuat kegaduhan yang ia dengar. Setelah tahu bahwa yang lewat itu adalah Rasulullah bersama sahabat-sahabat, dia sangat marah. Diambilnya segenggam tanah lalu dilemparkannya ke arah pasukan Rasulullah, bagai menghalau binatang.
Emosi para sahabat seketika itu langsung terpancing. Mereka marah, dan memohon izin rasul untuk menghajar si buta kurang ajar. Di antara mereka, bahkan, ada pula yang mau membunuhya. Untungnya rasul segera meredam kemarahan sahabat itu. Rasul bersabda bahwa orang tersebut buta mata-buta hati. Dan orang yang demikian itu tak perlu digubris, cukup dibiarkan saja. Perjalanan pun dilanjutkan.
Tiba di kaki Gunung Uhud, rasul segera memosisikan pasukannya di beberapa titik strategis. Di sanalah benteng-benteng dibuat untuk mengejutkan orang kafir. Strategi pun diatur dengan cermat. Di puncak Uhud, 50 orang pemanah ulung siap membidik musuh dari atas. Rasul berpesan kepada mereka, bahwa apa pun yang terjadi, bagaimanapun keadaannya, tempat itu tidak boleh ditinggalkan, apalagi sampai diduduki oleh musuh. Mereka harus tetap di tempat sampai keluar komando dari Panglima Tertinggi yang memerintahkan mereka untuk turun. Regu-regu yang lain ditempatkan di pos-pos tertentu yang juga strategis. Jumlah terbesar mereka adalah sebagai penyerang. Dengan strategi ini musuh bisa dibuat gelagapan, sekalipun jika penyerangan yang mereka lakukan dilancarkan dari berbagai arah.
Perang tanding, sebagaimana tradisi peperangan waktu itu, mengawali pertempuran. Masingmasing jagoan dari kedua belah pihak maju terlebih dulu untuk menunjukkan keahlian mereka dalam menebas tubuh lawan. Patih jempolan kafir yang maju pertama kali berhasil dibuat jatuh dengan sekali pukul, ia menemui ajal. Keluar lagi patih pilihan yang lain dan dengan satu pukulan saja kepala dan tubuhnya sudah terpisah. Demikianlah sampai sebelas patih pilihan pasukan kafir. Semua menemui maut. Sorak-sorai kaum muslimin memanaskan situasi. Wanita-wanita kafir membakar semangat pasukan mereka yang sudah loyo dengan berdansa, pun mengejek pasukan Islam dengan syair-syair yang sudah mereka siapkan. Berhala Hubal terus mereka pikul. Dan mereka tak henti berteriak, terus berulang-ulang:
Tinggikan agamamu wahai Hubal!
Setelah itu, seluruh pasukan dari masingmasing pihak saling menyerang. Keduanya bergerak, menyemut dari dua arah berhadapan dan bertubrukan. Pasukan musuh bergelimpangan di sana sini. Sampai waktu itu, pihak Islam masih unggul. Sayyidina Hamzah yang mendapat julukan singa Allah benar-benar menjadi singa kelaparan. Ia menerkam setiap musuh yang ada di depannya. Tanpa lelah ia bergerak ke sana ke mari untuk menemui sasaran dan menjatuhkannya. Orangorang kafir dibuat gemetar. Di mata mereka, Singa Allah itu adalah orang yang paling tangkas dalam memisahkan kepala dengan badan. Setelah 31 orang berhasil ia taklukkan, barulah Sayyidina Hamzah tampak lesu. Wahsyi, seorang budak Habsyi yang dijanjikan merdeka oleh tuannya apabila dapat membunuh Sayyidina Hamzah, berhasil melihat peluang itu. Ia mendekati incarannya, dan langsung menancapkan anak panahnya tepat pada pusar Sayyidina Hamzah. Sayyidina Hamzah tak sempat melakukan perlawanan. Ia rebah dan syahid di medan Uhud sekaligus menjadi Sayyidus Syuhada, pemimpin semua syuhada.
Hindun istri Abu Sufyan, pemimpin wanitawanita musyrik, tidak cukup puas dengan kematian Sayyidina Hamzah. Kebenciannya pada Hamzah terlampau besar, dan sekadar kematian saja belum bisa meredakan kebencian itu. Ia lantas melakukan sesuatu yang tidak terbayangkan oleh akal. Ia merobek dada Hamzah, lalu merogoh dan mengambil hatinya. Tak berhenti di situ, ia pun memamah hati Hamzah bagai mengunyah makanan.
Setelah berhasil membunuh Hamzah, Wahsyi mendapatkan hadiahnya. Ia merdeka kemudian insaf atas kesesatannya dan masuk Islam. Ia benarbenar merasa bersalah karena telah membunuh Sayyidina Abbas. Dan untuk menebusnya, Wahsyi memotong leher Musailamah al-Kadzdzab, nabi palsu dari Yamamah.
Gugurnya Asadullah tidak merontokkan semangat juang umat Islam, sebaliknya semangat juang mereka semakin kobar. Dengan satu gebrakan saja, sekian banyak musuh sudah berhasil dijadikan mayat. Adapun sisanya lari terbirit-birit sambil memikul Hubal.
Harta benda orang kafir dijarah beramai-ramai. Hati mereka semakin sakit karena dendam peperangan Badar gagal dilampiaskan. Mereka dipaksa mundur, tidak mampu membendung serangan umat Islam.
Rasul sedang dijaga para sahabat dekatnya, ketika Ubay bin Khalaf tiba-tiba datang dan hendak membunuhnya. Ubay berkata, setengah berteriak, dengan penuh kesombongan, Minggir semua, saya akan membunuh Muhammad.
Melihat tingkah Ubay, Umar tak sabar. Ia beringsut dan memohon izin Nabi untuk membunuhnya. Tetapi Nabi bersabda, Nanti saya saja yang membunuhnya. Habis berkata demikian, ia meminjam tombak salah seorang sahabat, lalu mencoret leher Ubay. Ubay jatuh dari kudanya dan menangis meraung-raung. Tapi bukan karena sakit, melainkan karena Nabi sudah bersabda padanya, Bukan kamu yang membunuhku, tetapi aku yang membunuhmu. Tidak lama kemudian, riwayat Ubay tamat.
Rasul cukup lega dengan keberhasilan siasat tempurnya, terlebih dengan semangat juang para pasukannya yang seolah tak bisa kendur. Akan tetapi, ia masih memperhitungkan adanya kemungkinan serangan balik musuh. Oleh karena itu, pasukan pemanah yang ada di puncak Uhud tidak lantas diperintahkan turun, sekalipun musuh sudah kocar-kacir jauh meninggalkan medan peperangan.
Kemenangan gemilang sudah pasti digenggam umat Islam jika saja para pemanah di puncak Uhud tidak melakukan aksi di luar komando panglima perang. Meski tidak diperintahkan, melihat musuh kocar-kocir dan menyangka peperangan telah usai, 38 pemanah meninggalkan posnya. Pos strategis itu karenanya menjadi amat rentan karena hanya dijaga oleh 12 orang.


Air Mata Para Nabi Karya Haji Lalu Ibrohim M.thoyyib di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Musuh yang mengetahui bahwa puncak gunung tidak dijaga oleh pasukan yang kuat segera berubah haluan. Mereka naik dan langsung merebutnya. Kekuatan 12 orang tentu bukan bandingan 2000 pasukan lebih. Oleh karena itu, dalam waktu singkat saja kubu pertahanan Islam di puncak gunung dapat dikuasai oleh musuh. Umat Islam menghadapi serangan gencar. Mereka tidak diberi ampun. Kali ini, giliran pasukan Islam yang dibuat kocar-kacir.
Islam demikian terpojok. Dalam keadaan seperti inilah, siapa yang setia dan siapa yang bermuka dua bakal jelas terlihat. Orang-orang munafik yang ada di dalam pasukan Islam memperlihatkan wajah aslinya. Mereka bahu membahu membuat semacam lubang di belakang Nabi dengan perhitungan bahwa bila Nabi mundur beberapa langkah saja ia akan jatuh ke dalamnya. Sementara itu, Nabi hanya dijaga oleh 12 orang pasukan berani mati saja, atau dengan kata lain, Nabi adalah sasaran empuk. Peran vital Nabi di mata pasukan Islam, juga penjagaan yang rapuh terhadapnya, dengan sendirinya menjadi magnet bagi setiap senjata mematikan yang dimiliki musuh.
Dan puluhan anak panah terbang serentak ke arah Nabi. Penjagaan 12 orang tentu tidak bisa menghalau semuanya. Sebuah anak panah pun berhasil lolos dan menancap di betis Nabi. Begitu juga dengan lemparan-lemparan benda keras yang datang ke arahnya. Sebuah batu tepat mengenai kening Nabi hingga berdarah, sedangkan sepotong besi berhasil melantakkan sebuah giginya sampai patah.
Tetesan darah Nabi yang meluncur dari keningnya ditadah oleh sahabat Malik bin Sinan. Dan ia meminumnya sebagai air jernih saja. Ketika itulah Nabi bersabda, Barang siapa disentuh darahnya oleh darahku, ia tidak akan disentuh oleh neraka.
Ada seorang kafir semacam pembunuh bayaran yang dijanjikan upah besar kalau dapat membunuh Nabi. Sejak awal pertempuran dia selalu mencari orang-orang yang cocok dengan ciri-ciri targetnya. Dia memang tidak tahu siapa Nabi. Pengetahuannya tentang Nabi hanya bertumpu pada beberapa ciri yang diberikan oleh orang yang menyuruhnya. Ternyata ia menyangka Mush ab bin Umair seorang sahabat setia yang dipercaya oleh Nabi untuk berdakwah di Madinah dan mengajarkan cara shalat Jum at sebelum Nabi hijrah sebagai Nabi. Dan orang upahan itu pun membunuhnya. Setelah Mush ab syahid, ia girang, lantas berteriak mengumumkan keberhasilannya, Muhammad mati, Muhammad mati &
Rupanya, Iblis pun ikut meneriakkan keberhasilan itu. Ia berteriak sekeras-kerasnya sampai terdengar oleh sahabat-sahabat di Madinah, Muhammad mati, Muhammad mati ...
Para sahabat yang ada di dalam persembunyian, juga mereka yang berada di Madinah menangis karena sedih. Mereka menduga bahwa Nabi benarbenar telah meninggal. Sementara itu, para sahabat yang tahu keadaan sebenarnya bahwa Nabi masih hidup, hanya mereka yang 12 orang itu dan beberapa sahabat lain yang kebetulan tidak jauh dari mereka.
Nabi masih menjadi sasaran empuk. Anak panah, batu dan besi terus berhamburan ke arahnya. Ia mundur beberapa langkah untuk menghindari benda-benda itu dan akhirnya jatuh ke dalam lubang yang digali dengan diam-diam oleh orang-orang munafik.
Sahabat pelindung Nabi, mereka yang 12 orang itu, sudah cacat seluruhnya. Seluruh bagian tubuh mereka digunakan untuk menjadi perisai Nabi. Badan bagian belakang sudah cacat, mereka ganti dengan bagian depan. Cacat seluruh tangan, mereka ganti dengan wajah. Terus demikian seolah sudah bersepakat dengan maut untuk mati hari itu. Seorang sahabat bernama Qatadah sebelah matanya tercungkil oleh anak panah. Setelah perang selesai, ia mengambil mata yang tercungkil itu dan membawanya menghadap Nabi. Nabi bersabda, Bagaimana kalau Anda bersabar saja dengan satu mata, nanti di surga diganti dengan yang lebih baik.
Ya, Rasulullah, Anda mengetahui bahwa saya masih senang, jika mata saya dipasang! rajuk Qatadah.
Nabi mengerti, ia memenuhi keinginan Qatadah dan memasangkan mata sahabat yang telah melindunginya itu. Dan ia berdoa, Ya, Allah, peliharalah Qatadah, sebagaimana dia menjaga Nabi-Mu. Mata Qatadah dan penglihatannya terang sampai tua.
Adapun sahabat yang mengorbankan seluruh tangannya diberikan anugerah lain oleh Allah. Tangan cacat itu berubah menjadi sangat bertuah dan berkat. Apa pun penyakit orang, biar sekadar diusapnya, bisa langsung sembuh dengan izin Allah.
Perang pun usai dengan perjanjian tahun depan akan bertempur lagi di Badar. Musuh berangkat pulang. Para syuhada segera dimakamkan berpasang-pasang karena sulit membuat satu liang lahat untuk satu orang.
Mimpi Nabi terbukti semuanya.
Amr bin al-Jamuh gugur sebagai syahid setelah membunuh beberapa orang musuh. Doanya makbul. Ketika jenasahnya hendak dibawa ke Madinah, unta yang membawanya tidak mau berjalan. Para sahabat yang kebingungan dengan ulah unta itu akhirnya teringat akan doa si syahid sebelum berangkat ke medan perang; Amr bin al- Jamuh ingin dikebumikan di medan perang. Ia pun dimakamkan di tempat yang dikehendakinya,
Kurang lebih 46 tahun sesudahnya, makam tersebut dibongkar hujan. Jenasah keduanya tersingkap dan masih utuh. Darah mereka, bahkan, belum kering dan semerbak laksana kesturi.
dipasangkan dengan Abdullah bin Yahsyi. Kurang lebih 46 tahun sesudahnya, makam tersebut dibongkar hujan. Jenasah keduanya tersingkap dan masih utuh. Darah mereka, bahkan, belum kering dan semerbak laksana kesturi. Akhirnya, dua jenasah itu dipindahkan ke tempat yang aman dari pengikisan.
Abdullah bin Yahsyi, sebelum perang Uhud, pernah bertemu dengan Sa d bin Abi Waqqosh. Keduanya sepakat untuk bergantian mengamini doa yang dipanjatkan oleh masing-masingnya. Yang pertama kali berdoa adalah Abdullah, Sa d mengamini. Doanya, Ya Allah, izinkanlah aku pergi berperang bersama Rasul-Mu. Pertemukanlah aku dengan musuh-musuh yang dapat kubunuh. Kemudian pertemukan aku dengan musuh yang besar tinggi dan membawa pedang yang besar. Dia memotong kedua telingaku serta hidungku. Kemudian bangkitkanlah aku di hari kiamat nanti dalam keadaan tidak punya hidung dan telinga, supaya Engkau bertanya kepadaku, Hai, Abdullah, mana hidung dan telingamu" Saya akan menjawab, Ya Allah, hidung dan telingaku telah kujual kepada-Mu untuk membela agama-Mu! Maka Engkau gantikan aku dengan telinga dan hidung yang lebih baik.
Kemudian Sa d berdoa, Abdullah membaca amin. Doanya, Ya Allah, berikanlah aku kesempatan untuk mengikuti Rasul-Mu dalam jihad sabilillah supaya aku dapat membunuh banyak musuh. Peliharalah aku agar musuh tidak dapat membunuhku. Berikanlah aku umur panjang.
Dalam perang Uhud itu ikut pula seorang asal Yahudi bernama Muzairik. Selain menjadi alim Yahudi yang sangat kenal akan sifat-sifat Nabi akhir zaman, ia juga sangat kaya. Sebelum berangkat perang, ia sudah mengira bahwa dirinya akan syahid dalam peperangan. Oleh sebab itu, semua harta bendanya ia wakafkan untuk kepentingan penyebaran Islam. Ternyata, ia benar menjadi syahid.
Berbeda dengan Yahudi tersebut, seorang musyrik, setelah melihat keberanian umat Islam dalam peperangan, berpikir; kalau sekiranya tidak ada sesuatu yang sangat berharga, yang dijanjikan bagi umat Islam, tidak mungkin mereka mau berperang mati-matian. Sementara itu ia benar-benar tahu bahwa kaum musyrik, seorang pun, tidak mendapat janji apa pun dari berhala mereka.
Setelah berpikir demikian, dia menemui Rasulullah Saw. dan bertanya, Apakah yang dijanjikan bagi umat Islam kalau dia berperang"
Surga, jawab rasul dengan singkat. Dan orang itu pun langsung masuk Islam, kemudian bertanya, Ya Rasul Allah, apa yang harus saya lakukan sekarang"
Rasul menjawab, Kalau mau ikut berperang, majulah!
Dia pun menghunus pedangnya dan maju ke medan perang. Mula-mula, dia menjadi musuh seselimut bagi orang-orang kafir. Tak ada satu pun yang menyangka bahwa ia berperang untuk Islam. Oleh karena itu, dengan mudah ia membunuh mereka. Setelah korbannya cukup banyak, barulah diketahui bahwa dia sudah masuk Islam. Ia pun dikeroyok ramai-ramai, tak bisa berkutik dan syahid di tempat itu. Orang-orang kafir menimbuni wajahnya dengan tanah saking bencinya pada pembelot mereka itu. Setelah perang usai, Nabi dan para sahabat bermaksud mengambil jenasahnya. Akan tetapi, tiba-tiba saja Nabi membelakanginya beberapa saat. Tak beberapa lama kemudian, barulah Nabi mendekati jenasah itu. Ia lantas memberi penjelasan kepada para sahabat, bahwa alasan kenapa ia membalikkan tubuhnya karena para bidadari turun dari surga, membuang tanah yang menutupi wajah si syahid, lalu memandikannya. Dan memang, ketika hendak dikebumikan, badan syahid tersebut masih basah dan sangat bersih.[]
M EREKA M EMBAWA P ULANG K AMBING DAN U NTA ; K ALIAN M EMBAWA P ULANG R ASUL -N YA
Selama Baginda Rasul di Makah, Bilal selalu mengumandangkan azan di setiap waktu shalat. Rasulullah memimpin shalat berjama ah, baik dengan jama ah lama maupun jama ah baru. Sahabatsahabat berebutan tempat di dekat Rasulullah. Rasa cinta mereka kepada nabi benar-benar telah tertanam dalam jiwa masing-masingnya.
Sahabat-sahabat Muhajirin tidak lagi merasa asing di kampung halamannya sendiri. Mereka dengan perasaan gembira dapat berziarah ke rumah keluarganya, tanpa curiga mencurigai. Mereka telah hidup di dunia baru, artinya, segala perbuatan yang sesat-sesat sudah musnah sama sekali. Yang dikerjakan mereka hanyalah yang diridhoi oleh Allah dan Rasulnya saja.
Dalam suasana seperti itu, kamu muslimin dikejutkan oleh reaksi yang ditimbulkan oleh Qabilah Bani Hawazin dan Tsaqif. Bani Hawazin mendiami pegunungan tidak jauh di sebelah tenggara Makah, yang disebut Hunain. Sedangkan Qabilah Tsaqif mendiami daerah Tho if.
Setelah suku Hawazin melihat kemenangan Islam atas kota Makah, yang gilang gemilang tanpa banyak pertumpahan darah, berhala-berhala sudah dihancurkan, mereka mulai merasa resah. Mereka merasa akan menjadi giliran berikutnya.
Seorang pemuda (kira-kira 30 tahun), bernama Malik bin Auf dari Qabilah Bani Nashr, mengumpulkan seluruh kekuatan Hawazin dan Tsaqif plus Qabilah Bani Nashr dan Jusyam. Semua Qabilah Hawazin ikut serta kecuali Ka ab bin Kilab. Sedangkan dari Suku Jusyam yang tidak ikut adalah Duraid bin Shimmah, karena terlalu tua. Duraid adalah seorang yang sangat berpengalaman dalam peperangan. Dia juga banyak berjasa dalam membela orang-orang lemah. Akan tetapi, karena sangat tua, dia sekadar diminta pendapat dalam mengatur siasat tempur saja.
Semua qabilah berkumpul, lalu bergerak menuju dataran Autsar (Lembah Hunain) sambil membawa harta benda, wanita dan anak-anak mereka. Duraid yang mendengar keributan binatang-binatang ternak dan tangis anak-anak, jadi bertanya, Mengapa kalian membawa anak-anak dan harta benda ikut berperang"
Untuk membangkitkan semangat juang kami, jawab Malik.
Kalau kalian ingin kemenangan, yang penting padamu hanyalah lelaki yang kuat-kuat dengan senjata lengkap, pedang dan panah, Duraid memberi nasihat, tapi kalau begini, bila nanti kalian kalah, keluarga dan harta benda kalian akan menjadi bencana.
Duraid dengan Malik berbeda pemikiran. Tetapi karena kebanyakan orang-orang muda mengikuti pendapat Malik, semuanya pun jadi dibawa serta. Sampai di tempat yang dituju, Malik mengatur taktik pertempuran. Pasukan ditempatkan di puncak gunung dan Lembah Hunain, dengan pesan bahwa bilamana nanti kaum muslimin masuk kawasan Autsar, menuruni lembah, mereka harus memberikan pukulan yang bertubi-tubi dari atas. Sedangkan yang di bawah bersiap-siap menumpas musuh yang lari dengan hujan panah. Menurut perhitungan Malik, umat Islam pasti kocar-kacir. Manakala nanti pasukan Islam yang dibanggakan orang di seluruh jazirah Arab itu telah lumpuh, Hawazin dan Tsaqif bakal disegani, paling berkuasa. Mereka akan merasa bangga dengan kemenangan mereka. Semua komando yang dikeluarkan oleh Malik selalu dipatuhi oleh prajurit-prajuritnya. Sebagian prajurit membuat kubu pertahanan di atas gunung, sedangkan yang sebagian lagi di lembah. Strategi telah diatur begitu rupa, tepat sekali.
Kaum muslimin, dalam jumlah yang sangat besar, 10.000 orang prajurit yang baru saja menaklukkan Makah, ditambah 2.000 orang yang baru masuk Islam, semua bersenjata lengkap, sedikit banyak merasa bangga. Hanya kali itu mereka berperang melawan kekuatan 12.000 orang. Rupanya, sebagian dari umat Islam lupa bahwa kekuatan yang sebenarnya adalah dari Allah, bukan dari banyaknya laskar yang akan bertempur. Allah Maha Mengetahui isi hati mereka.
Pedang Keadilan 1 Pengemis Binal 07 Dendam Para Pengemis Lima Iblis Dari Nangking 2
^