Pencarian

Antologi Rasa 5

Antologi Rasa Karya Ika Natassa Bagian 5


kantor, BBM dari Harris, BBM dari Panji, BBM dari orangorang di kantor, tapi tidak satu pun dari Ruly. So it"s safe to
assume that Denise is still a vegetable at the hospital"
Crap, aku benci bahwa setelah berhasil tidur pun kepalaku
masih dengan jahatnya berkomentar tentang Denise.
So the hell with all these messages from the office, yang kuper?
lukan sekarang cuma mandi untuk mencuci semua setan yang
menguasai kepalaku. Aku memasukkan CD Adele di player di kamar, volume
Isi-antologi.indd 278 7/29/2011 2:15:30 PM sekencang mungkin supaya suaranya masih terdengar sampai
kamar mandi dan bisa mengalahkan derasnya hujan dan gun?tur yang bergemuruh almost apocalyptic, mengisi bathtub de?
ngan air setengah panas, menuangkan cairan bubble bath dan
bath salt, setiap gerakan rasanya seirama dengan tarikan suara
Adele yang sedang menyanyikan Make You Feel My Love
ini. Life is hell and I"m trying to create my own heaven here.
Ada rasa yang sedikit heart-warming waktu aku akhirnya
membenamkan tubuh di bathtub, memejamkan mata menik?
mati bath salt yang mulai melumer dan mengisi pori-pori.
Sudah cukup yang menangis hari ini hanya bumi dan awan
saja. "I"m fine, cuma malas ngantor aja," aku akhirnya membalas
BBM Harris. 279 No, ini bukan berarti malam bangsat di Singapura itu su?dah
terhapus dari daftar penyebab aku membenci orang itu, tapi tadi
malam dia ada buatku. Harris the best friend yang sudah seta?hun
lebih hilang dan digantikan dengan Harris who fucked his best
friend itu. Tadi malam Harris memelukku sampai ta?ngisku
mereda, memastikan aku tidak apa-apa, dan mengantar aku
pulang dengan diam, tidak lagi mengulangi pertanyaannya yang
membuat kepalaku serasa seperti habis ditabrak truk.
"Kalau lo memang sayang sama Ruly, kenapa lo nggak per?
nah bilang sama dia dari dulu?"
Sekarang lo tahu kenapa kan, Ris"
And the whole "you deserve better, Keara", menurut lo gue
nggak tahu itu" I know I deserve better. But my fucked up heart
and mind keep telling me that I don"t want better, I want
Ruly. Yang dulu pertama kali mengatakan bahwa perempuan le?-
Isi-antologi.indd 279 7/29/2011 2:15:30 PM 280 bih sering pakai hati daripada otak harusnya diberi Nobel
Prize. That guy might be one chauvinistic bastard but he"s telling
the truth. "Gue nanti sore mau ke RSPI lagi. Mau bareng?" Harris
membalas BBM-ku. Dan melihat kembali dengan mata kepala gue sendiri bagai?
ma?na menyedihkan kondisi Denise dan betapa cintanya si
Ruly yang kucintai setengah mati itu dengan perempuan
itu" "Gue mau bawa mobil sendiri aja. Ketemu di sana, ya," balas?
k?u. Mungkin aku memang masochistic.
"Key, boleh gue ngomong sesuatu?" balasnya lagi.
Aku cuma mengetik tanda tanya.
"Untuk apa pun yang pernah gue lakukan sehingga menyakiti
lo, I"m sorry."
Sedetik setelah aku merasakan mataku mulai memanas se?
su?dah membaca pesan itu, aku meletakkan BlackBerry-ku di
sisi bathtub dan menenggelamkan kepala.
Aku butuh semua gelembung sabun ini untuk menyembu?nyikan air mata ini.
Harris "Temen kamu nggak pa-pa?"
Ini pertanyaan pertama yang keluar dari bibir Karin setelah
gue mencium pipinya di lunch date kami di Pepenero Energy
Building, lunch ini semacam bentuk permintaan maaf gue
karena sudah mengingkari janji untuk menghadiri konsernya
tadi malam. Isi-antologi.indd 280 7/29/2011 2:15:30 PM Kedua matanya yang cokelat menatap gue dengan tulus, me?
nunjukkan kekhawatirannya pada keadaan Denise. Gue juga
belum tahu apakah ini memang genuinely Karin Adiwinata, atau
memang dia sama jagonya dengan gue dalam hal memasang
image tertentu. Yang gue tahu Karin perem?puan kedua yang bisa
membuat gue betah berlama-lama di dekat dia, kedua setelah
Keara. Mungkin kelima kalau gue ikut menghitung Jessica Alba,
Angelina Jolie, dan Natalie Portman.
Terlepas dari Denise yang masih belum sadar juga di ru?mah sakit, this is a good day actually. Tadi malam akhirnya
gue dan Keara bisa civilized lagi. Gue sudah nggak perlu para?noid bakal ditusuk-tusuk sampai mampus oleh Keara lagi.
Terlalu egois buat gue untuk memaksakan agar hari ini juga
gue bisa ngomong ke Keara sesuatu seperti "Lupakan Ruly,
ada gue yang selalu di sini buat lo," atau "Waktu gue bilang
ke elo setahun yang lalu di Singapura itu bahwa gue sayang
lo, itu bukan sekadar rayuan gombal seorang Harris Risjad,
Key, itu benar, dan gue masih sayang sampai sekarang." De?
ngan dia mau bicara dengan gue lagi aja untuk saat ini sudah
cu?kup. Like I said, Rome was not fucking built in a day.
Karin mendengarkan gue dengan penuh perhatian saat gue
ber?cerita tentang Denise. Gue menyukai ini. Cara dia mende?
ngarkan gue, cara dia menatap gue, cara dia menyentuh ta?ngan gue sesekali di tengah-tengah obrolan kami. Hell, ini
masih jauh dari jatuh cinta. Ini masih seribu mil jaraknya dari
perasaan gue kepada Keara, tapi paling tidak gue masih
menikmati ini. Karin bercerita dengan semangat ketika gue mengalihkan
pem?bicaraan dengan bertanya bagaimana konsernya tadi ma?
lam. Seumur hidup gue belum pernah mendengar bagaimana
Isi-antologi.indd 281 281 7/29/2011 2:15:30 PM 282 suara harpa, I could care less juga sebenarnya, tapi ada sesuatu
aja tentang Karin yang membuat gue mendengarkan setiap
kata yang keluar dari mulutnya. She has this delightful, fun
quality in her. Gue dan Karin menikmati makan siang selama hampir dua
jam, lalu gue memegang tangannya sepanjang perjalanan gue
mengantar dia ke mobilnya yang diparkir di basement gedung,
membukakan pintu mobil buat dia, dan mengakhiri kencan
siang bolong ini dengan ciuman gue yang kali ini sedikit
memakai perasaan. Ini artinya apa" Well, why the fuck everything has to mean
something" Yang gue tahu cuma satu: seandainya nanti sebu?
lan, enam bulan, setahun, entah kapan gue akhirnya bisa
menurunkan ranking Keara di hati gue, mungkin Karin yang
akhirnya akan membuat gue tergila-gila.
Keara Teman paling tepat di tengah-tengah dingin dan gelapnya
Jakarta yang diguyur hujan sederas ini"tipikal hujan yang
cocok buat shooting disaster movies seperti The Day After
Tomorrow"sebenarnya adalah seseorang seperti Panji. Ini bu?
kan jenis cuaca buat siapa pun sekadar duduk di sofa sendi?
rian menonton some crappy old movie di TV kabel atau DVD
berteman pop corn atau bergelung di kamar tidur berjam-jam.
If you subscribe to some funky weather channel, weatherman-nya
pasti akan ngomong bahwa sofa dan kamar tidur itu sia-sia
banget kalau tidak dipakai untuk berpeluk-pelukan dengan
seseorang. And I know for a fact that Panji Wardhana is an
excellent cuddler. Isi-antologi.indd 282 7/29/2011 2:15:30 PM Tapi secara aku bertekad menjalankan aksi cooling period
dengan Panji sampai dia lupa telah menyebut-nyebut "I think
I love you" shit itu, dan berharap Ruly-lah yang memelukmeluk aku siang ini sama dengan berharap bahwa Jakarta
hujan salju, teman yang bisa kupilih hanya suara John
Mayer"my darling John, maaf barusan ngomongnya "ha?nya?"menyanyikan In Your Atmosphere di DVD konser
Where The Light Is. Membayangkan you know who waktu John menyenan?
dungkan lirik "wherever I go, whatever I do, I wonder where I
am in my relationship to you."
Tolol setolol-tololnya. But guess how tactfully weird the universe is playing with me
now" Nama you know who berkedip-kedip di layar BlackBerryku yang tiba-tiba berdering di tengah-tengah lagu ini.
"Key, lo lagi di mana?"
"Di apartemen gue. Kenapa, Rul?"
"Nggak ngantor?"
"Lagi males, pusing banget gue pas bangun tadi pagi."
"Ehm, Key, gue ke tempat lo boleh?"
Ha" Kesambet apa you know who ini"
"Biar bareng aja ke RSPI-nya," lanjutnya lagi.
"Sekarang?" "Kalau lo mau, sekalian makan siang dulu, Key."
Gue sekilas melirik jam dinding. Jam setengah dua dan si
Ruly belum makan" "Oh, ya udah, lo ke sini aja," jawabku. "Eh, si Denise gima?
na kabarnya" Udah sadar?"
"Tadi pagi udah."
"Oh, lo di sana sampai pagi?" lidahku terasa pahit waktu
menanyakan ini. Isi-antologi.indd 283 283 7/29/2011 2:15:30 PM "Iya, terus suaminya datang ya gue cabut," jawabnya. "Gue
jalan sekarang ke tempat lo, ya."
So here"s the fucked up universe that I"m living in. Denise se?
dang terbaring tak berdaya di rumah sakit dan aku masih
merasa dia lebih beruntung daripadaku.
Ruly 284 "Lo jadi nggak ngantor juga tadi?" tanya Keara begitu dia
membuka pintu apartemen dan melihat gue cuma memakai
jins dan T-shirt. "Nggak, capek banget gue, Key. Udah jam sepuluh pagi,
kali tadi pas gue cabut dari rumah sakit."
"Oh, terus Denise gimana?"
Gue mengikuti dia ke ruang tamu, mulai bercerita ten?tang
Denise yang akhirnya sadar subuh tadi. Denise masih ingat
semuanya, ini berita luar biasa yang setidaknya memberi
tanda kepalanya baik-baik saja, tapi kondisi fisiknya masih
lemah dan masih perlu dipantau dokter sehingga dia harus di
rumah sakit sampai beberapa hari ke depan.
Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah bagaimana jan?
tung gue berdetak kencang banget waktu suster membawa
gue masuk ke ruangan Denise, dan Denise tersenyum ke arah
gue. Gue adalah orang pertama yang dia lihat setelah dia sa?
dar, dan dia tersenyum dengan cantiknya ke gue. Subuh tadi
adalah Denise paling cantik yang pernah gue lihat seumur
hidup, walaupun wajahnya pucat dan perban di mana-mana
dan tidak ada sedikit make up pun di wajahnya yang selalu
membuat gue merasa teduh itu.
Isi-antologi.indd 284 7/29/2011 2:15:30 PM "Ruly"," sapanya dengan suaranya yang serak dan masih
le?mah. Gue tersenyum selebar-lebarnya, tidak bisa menahan diri
untuk tidak memeluk perempuan yang takkan pernah bisa
ber?henti gue sayangi itu, dia masih terlalu lemah untuk mem?
ba?las pelukan gue, tapi dia tersenyum. "Terima kasih ya, Rul,
udah nungguin gue." Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah bahwa sampai
sekarang gue merasa mungkin satu-satunya momen yang bisa
menga?lahkan senang dan leganya gue subuh itu adalah kalau
suatu hari nanti gue masuk ke ruangan rumah sakit seperti
ini dan Denise sedang menggendong bayi kami yang baru dia
lahirkan. Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah rasa hangat di
dada gue waktu suster membangunkan gue subuh itu dan
285 berkata, "Pak, istrinya sudah sadar," dan bahwa gue bahkan
tidak berniat sedikit pun untuk mengoreksi pernyataan itu.
Mimpi aja terus, Rul. Dokter akhirnya membubarkan pertemuan singkat itu dan
gue keluar untuk tidur di ruang tunggu. Badan gue rasanya
seperti habis ditabrak truk dengan posisi tidur semalaman
seperti ini, tapi semua terbayar dengan senyuman Denise
itu. "Kemal dan ortu Denise udah nyampe juga?" tanya
Keara. "Kemal tadi nyampe jam sembilanan, Key. Begitu dia ada
gue langsung balik ke rumah biar bisa istirahat. Sampai gue
pergi tadi ortu Denise belum nyampe, kata si Kemal baru
terbang dari Singapur jam delapan pagi," kata gue.
"Oh gitu, ya syukur deh Denise nggak parah lagi kondisi?
nya. Mau berangkat sekarang?"
Isi-antologi.indd 285 7/29/2011 2:15:30 PM 286 Gue mengangguk. "Tapi kita mampir makan dulu nggak
pa-pa, kan" Gue belum makan. Lo udah makan?"
"Udah, ini udah jam dua, kali, Ruly. Ya udah gue temenin
makan deh, gue ngikut aja terserah lo ke mana ya," dia terse?
nyum. Memang senyum itu yang gue harapkan untuk gue lihat
hari ini, untuk alasan egois bahwa gue yakin cuma senyuman
Keara yang bisa membantu gue melupakan apa yang gue lihat
tadi pagi. Bukan bagian ketika Denise sadar, tapi bagian keti?
ka Kemal datang. Suami kurang ajarnya yang gue tahu persis
biasanya tidak pernah peduli dengan dia itu. Gue sudah ber?henti menghitung berapa kali Denise mengadu ke gue tentang
kelakuan-kelakuan busuk bajingan satu ini. Sama seperti gue
berhenti menghitung berapa kali gue cuma bisa jadi pengecut
yang tidak bisa berkata apa-apa setiap Denise bercerita begitu.
Ruly yang tidak pernah gentar membobol gawang mana pun
kalau di lapangan hijau ini langsung seperti banci setiap
Denise berkata, "Tapi mungkin gue yang harus lebih sabar ya,
Rul. Bagaimanapun dia laki gue, gue yang harus bisa lebih


Antologi Rasa Karya Ika Natassa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

nunjukin cinta gue ke dia dan bikin dia sadar. Gue tahu
Kemal sebenarnya cinta sama gue kok."
Pengecut yang mencintai lo ini cuma bisa diam setiap lo
bicara begitu, Denise. Sama dengan bisunya gue tadi pagi waktu Kemal muncul
tiba-tiba, berlari memeluk perempuan yang gue sayangi itu,
dan menangis. Berulang kali meminta maaf dan bilang betapa
cintanya dia pada istrinya. Gue cuma bisa diam waktu Denise
membalas pelukan suaminya, ikut menangis yang gue tahu air
mata bahagia, dan gue dengan perasaan mual langsung keluar
kamar meninggalkan adegan sinetron itu.
Baru gue memencet tombol lift untuk segera meninggalkan
Isi-antologi.indd 286 7/29/2011 2:15:31 PM RSPI yang tiba-tiba menjadi neraka buat gue, gue merasakan
bahu gue disentuh seseorang. Kemal.
"Thanks udah nungguin istri gue ya, Rul."
Gue mengangguk, Kemal meninggalkan gue, dan dari gue
mulai masuk lift sampai berjalan menuju mobil di parkiran
basement, yang ada di kepala gue, entah kenapa, adalah bahwa
selain butuh tidur di kasur, gue juga butuh bertemu Keara.
Kalau saja bisa, gue ingin kembali ke masa-masa gue dan
Keara di Bali saja, dengan fun-nya, cueknya, dan serunya dia
karena itu satu-satunya periode dalam hidup gue sejak lima
tahun terakhir di mana gue bisa sedikit melupakan Denise.
Lima tahun memendam perasaan sayang gue yang menyiksa
kepada sahabat gue yang sudah memilih laki-laki lain untuk
menjadi suaminya. 287 Keara If you are living an unrequited love like I am, you will be doing
what I am doing right now: trying to assign meaning to
everything. Siapa bilang jatuh cinta hanya bikin orang jadi to?
lol dan konyol" Jatuh cinta itu juga bisa membuat orang jadi
kreatif, tahu. Paling nggak kreatif mencari-cari alasan kenapa
masih mau aja mencintai orang itu walau sudah jelas-jelas
cuma bertepuk sebelah tangan. Imajinatif dalam memaknai
apa pun yang dilakukan orang itu untuk menjustifikasi pera?
saan tolol ini. "Ini serius mau ke Hokben?" kataku waktu Ruly membelok?
kan mobil ke parkiran Setiabudi One.
"Serius. Memangnya kenapa" Lagi pengen banget, Key."
Isi-antologi.indd 287 7/29/2011 2:15:31 PM 288 Aku tersenyum. "Ya nggak pa-pa sih. Kirain mau makan di
resto beneran secara lo udah telat banget makannya."
"Eh justru karena udah lapar banget begini, gue milihnya
tempat makan yang udah jelas gue tahu rasanya," Ruly balas
tersenyum. Jadi apa yang dilakukan Keara Tedjasukmana yang lulus
dengan GPA 3.5 dari Stern ini" Sementara Ruly dengan la?
hap menikmati hidangan bento sederhana di depannya seperti
anak kecil yang kesenangan karena diizinkan orangtuanya ma?
kan fast food sebulan sekali, sebagian sisa kecerdasan yang ada
di dalam otakku dipakai untuk menahan diri agar tidak me?
na?tap dia penuh cinta, dan sebagian lagi dipakai untuk de?
ngan kreatifnya berusaha memaknai arti siang ini. Arti kenapa
Ruly tiba-tiba menjemputku tadi, do you believe bahwa selain
waktu di Bali dulu, ini pertama kalinya aku dan dia makan
ber?dua seperti ini di luar pakaian kerja kami" Ini juga perta?
ma kalinya Ruly menginjakkan kaki sendirian ke apartemenku
selain dulu banget waktu dia mengantarku dan menunggui
aku sampai sadar dari mabuk. Aku sedang mencari arti kena?
pa Ruly tidak sedikit pun membahas Denise sejak kami tadi
meninggalkan apartemenku. Memaknai kenapa Ruly tadi tibatiba memegang tanganku dan menarikku lari-larian menembus
hu?jan dari mobilnya yang diparkir di dekat Starbucks menuju
tang?ga Setiabudi One, pertama kali dia memegang tangan ini,
wa?laupun genggamannya dilepas begitu ada atap yang melin?
dungi kepala kami dari hujan.
My Statistics for Business Control & Regression professor at
Stern would be so proud of me now. Notice the cynical tone,
ya. "Lo tahu kenapa gue suka makanan tipe begini" Seperti
KFC, McD, Burger King, dan sejenisnya itu," kata Ruly tiba-
Isi-antologi.indd 288 7/29/2011 2:15:31 PM tiba. "Karena rasanya udah pasti, Key. Setiap lo memesan
makanan begini, rasanya itu udah standar, lo nggak bakal
kecewa. Lo selalu dapat apa yang udah lo harapkan. Beda de?
ngan kalau lo makan di restoran setipe, I don"t know, Social
House atau Loewy atau Gyukaku, ekspektasi lo udah terba?
ngun tinggi pas baca menunya dan lihat harganya, tapi ternya?
ta kadang-kadang pas makanannya datang ternyata nggak se?
suai dengan selera lo. Lo ngerti, kan maksud gue?"
"Aah, bilang aja ini lagi bulan tua," ledekku bercanda.
Ruly tertawa. "Sialan lo."
Tapi entah kenapa, ini karena aku terlalu pintar atau terlalu
tolol ya, setiap ucapan Ruly harus kucoba definisikan analogi?
nya. The whole "assign meaning to everything" exercise yang te?
rus kulakukan bahkan sampai kami sudah tertawa-tawa mem?
bahas apa pun di dalam mobilnya menuju RSPI. Di luar
salah satu alasanku mengagumi Ruly karena simplicity-nya
itu"bahwa akan sangat mudah bagi dia untuk membuat diri?
nya senang, cukup dengan makanan sederhana yang dia sukai
atau bisa jogging setiap hari atau bisa main bola seminggu
sekali dengan teman-teman segengnya, sementara orang-orang
hedonis seperti aku dan Dinda dan Harris dan Panji butuh
keben?daan dan berada di in-crowd dan hip places (termasuk
ha?rus nonton John Mayer ke luar negeri baru bisa bahagia)
un?tuk mendefinisikan kesenangan buat kami"aku juga men?
coba memaknai kata-kata Ruly itu ke sisi yang lain.
Ini aku yang sedang mencoba mengerti Ruly dan mema?
hami kenapa dia segitunya menyayangi dan mengagung-agung?
kan Denise walaupun sahabatnya itu sudah menikah. Denise
yang"oke, pernyataan berikut ini akan terdengar sangat som?
bong"menurutku biasa-biasa aja, walaupun dia memang
anggun dan baik hati dan tidak sombong dan sejuta lagi kema?
Isi-antologi.indd 289 289 7/29/2011 2:15:31 PM 290 lai?katannya. Kenapa dengan hanya tersenyum dan mengobrol
sela?ma lima belas menit aku sudah bisa membuat hampir se?
mua laki-laki lain kiss the ground I walk on, sementara dia
yang sudah pernah serumah denganku selama dua tahun dan
su?dah bertahun-tahun setelah itu berteman denganku tetap
saja tidak bisa "melihat" seorang Keara Tedjasukmana.
So guess what are these voices inside my head saying right
now. Katanya"dan maaf sekali lagi karena ini juga akan
terdengar sangat arogan"sederhana saja: karena bagi Ruly,
Denise itu seperti semua makanan fast food yang dia sukai itu,
se?dangkan aku seperti sepiring kecil le foie gras. Yeah, I know
I must sound like a stuck up, pompous bitch right now but bear
with me for a minute and you will understand what I mean.
Suara di kepalaku mengatakan Denise bagi Ruly ibarat ru?
mah, seseorang yang sudah sangat nyaman buat dia, yang su?
dah sangat dia kenal sejak zaman mereka masih kedinginan
bareng di Boston bertahun-tahun yang lalu. Dia ibarat sepi?
ring nugget yang digoreng dengan apa pun dan dengan sambal
apa pun pasti enak, bahkan buat yang pertama kali makan.
And me" Aku ini sepotong hati angsa yang harus dibayar ma?
hal, dan sudah begitu pun kalau yang masak kurang jago
justru akan membuat menyesal yang makan.
Analogi dan pemaknaan barusan sepertinya cukup buat
siapa pun yang mendengarnya untuk memasukkan aku ke
ru?mah sakit jiwa. "Eh, Key, ingat nggak waktu itu pas kita mutar-mutar di
Bali, lo bawa gue makan siang ke restoran yang enak banget
di daerah Jimbaran, apa ya namanya?" Ruly tiba-tiba membu?
yarkan pikiranku. Kenapa aku terlalu mencintai kamu seperti kamu terlalu
mencintai Denise, Rul"
Isi-antologi.indd 290 7/29/2011 2:15:31 PM Kalau suatu hari aku berhenti jadi pegawai kantoran, mung?
kin aku akan jadi penulis cerita anak-anak tentang angsa yang
mencintai pangeran kodok yang mencintai nugget ayam.
Ruly Dua jam persiapan mental sebelum melihat Denise dan
Kemal lagi di RSPI yang gue isi dengan mengobrol dan terta?
wa dengan Keara dan mendengarkan dia bercerita tentang apa
pun dan mengingat-ingat kelucuan dan keseruan yang dulu
kami lakukan di Bali ternyata tidak cukup.
Denise sudah dipindahkan dari ICU dan sekarang gue dan
Keara bisa bareng-bareng masuk menjenguk dia dan gue
cuma bisa memasang muka tenang dan senyum palsu melihat
Kemal duduk di sisi tempat tidur Denise, memegang tangan?
nya dengan ekspresi senyum sumringahnya yang ingin gue
hi?langkan dengan bogem mentah gue. Untuk memberi bajing?
an ini kesempatan membayar semua perlakuan tidak bertang?
gung jawabnya selama ini kepada Denise, membuat berantak?
an bibirnya yang pernah mencium semua perempuan lain
se?lain istrinya itu. Istrinya yang gue cintai.
Maafkan gue yang terlalu pengecut untuk membela kehor?
matan lo dan menculik dan membawa lo pergi meninggalkan
bangsat ini, Nis. Gue merasakan alam bawah sadar gue memerintahkan ta?ngan kanan gue untuk mengepal waktu Kemal menunduk
untuk mencium dahi Denise. Tapi satu detik kemudian, gue
merasakan alam sadar gue memerintahkan gue untuk melong?
garkan kepalan, sesaat setelah perempuan yang gue cintai itu
ter?senyum menyambut ciuman suaminya.
Isi-antologi.indd 291 291 7/29/2011 2:15:31 PM *** Keara 292 Aku tidak begitu mengenal Kemal kecuali bahwa dia pernah
satu sekolah dengan Denise waktu SMP dulu dan mereka
bertemu lagi setelah Denise bekerja di Border dan Kemal su?
dah jadi corporate lawyer, ketemunya juga kebetulan di salah
satu penandatanganan perjanjian kredit dengan nasabah
Denise yang ternyata direpresentasi oleh Kemal, kemudian
mereka pacaran singkat dan memutuskan untuk menikah.
Bagian dari Kemal yang aku tahu justru yang jelek-jeleknya,
aku sudah malas mengingat berapa kali Denise mengajakku
ngopi atau makan atau meneleponku untuk bercerita bahwa
ada lagi orang yang melihat Kemal sedang jalan dengan perem?
puan lain. Aku biasanya tidak berani memberi saran apa-apa
kecuali sesuatu seperti "Lo yang paling tahu yang baik buat
lo, Nis," dalam berbagai variasi kalimat tapi tetap bermakna
sama. Tapi aku ingat bahwa dalam satu kesempatan, waktu
Denise dengan pasrahnya ngomong, "Nggak pa-pa kali ya,
Key, biar aja deh isinya berceceran di mana-mana yang pen?ting botolnya pulang," aku teringat Dinda pernah meledek aku
hal yang sama tentang Enzo, dan waktu itu aku spontan men?
cetus ke Denise, "Gila lo ya, mau sampai kapan lo pasrah de?
ngan kelakuan laki lo yang nggak ada sama sekali respeknya
sama lo itu?" Denise waktu itu terenyak menatapku kaget,
kemudian dia memelukku dan menangis. Seminggu setelah
itu, Denise bercerita malamnya dia langsung bertengkar hebat
dengan Kemal, mengusir Kemal dari rumah, Kemal pergi tapi
besok subuhnya langsung kembali lagi ke rumah menyembahnye?mbah Denise meminta maaf. And guess what, Denise mem?
Isi-antologi.indd 292 7/29/2011 2:15:31 PM be?ri maaf. And whaddayaknow, Kemal mengulangi perbuatan?
nya lagi tidak lama kemudian. Mereka berantem lagi, adegan
usir-usiran lagi, dan besoknya berbaikan lagi. Lingkaran setan
yang tidak pernah berhenti di pernikahan aneh antara Kemal
dan Denise. Tapi Kemal yang kulihat hari ini bukan Kemal yang
womanizer itu. He actually looks really genuine today. Mungkin
dia akhirnya berubah dan tobat, aku juga tidak tahu. Yang
kutahu hanya bahwa dengan begitu banyak masalah pernikah?
an Kemal dan Denise, entah bagaimana caranya mereka make
it work dan terlihat bahagia.
"Gue mau cuti seminggu supaya bisa menunggui Denise di
sini," ujar Kemal kepadaku.
"Kamu serius?" Denise berkata kaget.
"Iya." "Terus itu gimana meeting kamu di Kalimantan segala ma?
cem?" Kemal tersenyum menatap istrinya. "Udah aku alihin ke
orang lain, hon." Aku tersenyum menyaksikan adegan di depanku sekarang,
Kemal dan Denise mengobrol mesra seakan-akan tidak ada
aku dan Ruly di situ. I"m happy that Denise is finally happy.
Yang sedikit menghilangkan senyumku adalah waktu aku
menoleh ke Ruly yang duduk di sebelahku di sofa kamar ru?
mah sakit ini dan melihat wajahnya yang tanpa ekspresi walau?
pun kedua matanya menatap lekat-lekat Kemal dan Denise
di depan kami. Kemudian aku melihat dadanya naik-turun
waktu dia menghela napas panjang.
Aku mengerti betapa sakitnya ini buat kamu, Ruly.
"Rul," aku menyenggol lengannya.
Dia menoleh. "Ya?"
Isi-antologi.indd 293 293 7/29/2011 2:15:31 PM "Temenin gue makan bacang di kantin bawah yuk."
"Sekarang?" "Iya, tiba-tiba lapar banget nih."
Dia mengangguk. "Ya udah, yuk."
Ruly 294 "Lo mau juga nggak bacangnya?" Keara menawarkan begitu
gue dan dia berada di depan etalase kue kantin rumah sakit.
"Bacang itu apa sih?" tanya gue polos.
"Itu tuh, yang dibungkus daun," dia menunjuk kaca etalase.
"Isi?nya jamur, daging, sama telur asin gitu, Rul, trus ada ke?


Antologi Rasa Karya Ika Natassa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tannya juga. Enak deh, Rul, mau nyoba?"
"Boleh deh." Dia memesan dua dan langsung menolak waktu gue berke?
ras mengeluarkan uang dari dompet.
"Udah gue aja," katanya tersenyum. "Ogah banget ya gue
ditrak?tir orang di tempat murah."
Gue tertawa. Gue hampir lupa lo punya kualitas itu di diri
lo, Key, membuat semuanya tiba-tiba menyenangkan bagi
orang-orang di dekat lo. Sesuatu yang paling gue butuhkan
setelah adegan memuakkan yang harus gue saksikan di kamar
tadi. Gue dan dia duduk di salah satu meja pas di samping din?
ding kaca, Keara membantu gue membuka bungkus daun si
bacang, dan gue menyendok gigitan pertama.
"Enak nggak?" tanyanya.
"Lumayan juga ya rasanya, Key, agak-agak asin gurih gitu,"
kata gue. "See?" dia tersenyum lebar.
Isi-antologi.indd 294 7/29/2011 2:15:31 PM "Nggak nyangka gue kantin rumah sakit begini makanan?nya enak juga."
"Eh, jangan salah lo, rumah sakit ini makanan kantinnya
paling enak dibanding yang lain, tahu," ujar Keara. "Memang?
nya kemarin lo semalaman di sini nggak makan, Rul?"
"Gue cuma mesan sandwich di Oh La La depan situ, nggak
begitu selera makan gue."
Raut wajah Keara berubah sedikit waktu gue mengatakan
ini. Apa lo tahu tentang perasaan gue ke Denise, Key" Lo
tahu bahwa penyebab gue sama sekali nggak bisa makan ke?
marin adalah karena keadaan Denise masih kritis"
"Jangan sering-sering telat makan dan makan ngasal, Rul,"
ujarnya. "Iya, gue juga jadi takut kena maag nih," kata gue, sedapat
mungkin menghindari memberi penjelasan.
"Nggak, bukan karena itu," senyumnya. "Christian Bale aja
waktu cungkring nggak ganteng, apa lagi lo."
Gue tertawa lagi. Ada setengah jam gue dan Keara duduk mengobrol di kan?
tin itu, tentang apa pun kecuali Denise. Gue jadi agak curiga
dia benar-benar tahu tentang perasaan gue ke Denise, dan dia
sengaja menyeret gue ke kantin ini supaya gue nggak lebih
lama menonton adegan yang hanya akan mencabik-cabik pera?
saan gue itu. Tapi kalaupun tahu, Keara menyembunyikannya
dengan luar biasa, dan saat ini juga gue nggak peduli. Yang
penting dia di sini menemani gue dengan cerita-ceritanya dan
tawanya yang menular itu dan senyumnya yang bisa membuat
laki-laki gay jadi straight itu, dan ini sedikit mengalihkan per?
hatian gue dari Kemal dan Denise.
295 *** Isi-antologi.indd 295 7/29/2011 2:15:31 PM Keara Aku mulai tidak kuat berpura-pura ceria begini sementara
tahu kamu di sini hanya untuk menghindari melihat perem?
puan yang sebenarnya kamu cintai itu dicintai dan mencintai
orang lain, Ruly. Kenapa juga harus aku yang jadi penghibur
kamu begini" Atau ada makna lain dari betahnya kamu meng?
obrol dengan aku sesiangan ini, Rul"
Ruly 296 "Eh, Rul, lo masih mau lama nggak di sini?" ujar Keara tibatiba sambil mengelap bibirnya dengan tisu.
"Ya terserah lo aja. Emangnya kenapa?"
"Gue balik sekarang, ya," katanya.
"Mau pulang ke apartemen?"
"Nggak, kayaknya sih mau photohunting aja, dari kemarin
lagi pengen tapi belum sempat-sempat. Udah lama nggak
juga." Kata-kata yang spontan keluar dari mulut gue, entah ke?napa, adalah, "Gue antar, ya."
Keara Heh" Udah kesambet beneran si Ruly ini.
"Nggak usah deh, Rul, ntar repot, lagi. Gue kan bakal mu?tar-mutar gitu," aku menolak.
"Nggak apa-apa kali, Key," Ruly tersenyum. "Anggap aja gue
Isi-antologi.indd 296 7/29/2011 2:15:31 PM jadi sopir lo kayak di Bali dulu. Asal nggak ada adegan ang?
kat-angkat lukisan sama belanjaan lagi, kan?"
Ruly Gue ikut lo ke mana pun saat ini, Key, asalkan gue jauh-jauh
dari lokasi persatuan kembali Kemal dan Denise ini.
Dia tertawa waktu gue bilang tentang Bali itu. "Ya udah,
ayo. At your own risk, ya."
"Eh buset, ini nggak mau motret sambil manjat tebing jung?
kir balik gitu, kan?"
Keara tertawa lagi. "Ruly, lihat gue deh, menurut lo mung?
kin nggak sih gue motretnya pake adegan begituan?"
Kami naik ke kamar Denise lagi, pamit, secepat mungkin 297
supaya gue tidak usah lama-lama melihat senyum bahagia
Denise dengan suami bangsatnya itu, dan langsung turun me?nuju parkiran mobil.
"Jadi mau ke mana nih?" tanya gue begitu kami masuk ke
mobil. "Mau ke apartemen lo dulu ngambil kameranya?"
"Gue udah bawa kok," katanya mengeluarkan kamera kecil?
nya dari tas. "Nggak pakai Canon gede yang biasanya lo tenteng-tenteng
di Bali itu?" "Itu berat banget, Rul, kan gue nggak tahu bakal ada lo
yang mau jadi asisten fotografer lagi," senyumnya.
"Jadi asisten dibayar nggak sih?" kata gue iseng.
"Kan udah dibayar pake bacang tadi," balasnya tersenyum
jahil. "Buset, murah banget ya bayaran asisten itu."
Isi-antologi.indd 297 7/29/2011 2:15:31 PM "Ruly berisik deh, mau gue bungkusin lagi bacangnya dua
lusin?" Gue tergelak. "Ya udah, mau ke mana nih?"
"Kata Dinda ada pasar ikan hias di dekat Izzi Pizza Men?
teng situ yang kayaknya menarik buat photohunting, Rul."
"Oh, yang di Jalan Sumenep itu?"
Keara menatap gue kaget. "Iya, kok lo tahu sih?"
"Sering nganterin bokap gue ke situ. Bokap gue kan suka
ikan, Key." "Anaknya nggak?"
"Anaknya suka sapi," jawab gue tersenyum lebar. "Untuk
dimakan." 298 Keara Ini mulai terasa seperti Bali lagi. Aku sebenarnya masih bi?
ngung kenapa hari ini Ruly yang biasanya cool dan anteng
tiba-tiba murahan banget dan mau aja ngikut aku ke mana
pun. Ada suara dalam kepalaku sebenarnya, yang berbisik
bahwa makna sore hari hanya berdua Ruly ini tak lebih dari
dia yang sedang melarikan diri dari berhadapan dengan kenya?
taan pahit berupa Denise yang sudah ber-Kemal lagi. Walau?
pun suara yang kupilih untuk didengar adalah yang satu lagi,
yang bilang who the fuck cares why" Yang penting sore ini Ruly
ha?nya milikku, seperti dulu laki-laki ini pernah cuma jadi pu?
nyaku selama jalan-jalan kami mengelilingi Bali berbulan-bu?lan yang lalu itu.
"Neng, nggak mau sekalian beli ikannya, buat hadiah pacar?
nya gitu," sapa ibu-ibu setengah baya pemilik toko ikan hias
yang dari tadi mengizinkan aku memotret-motret akuarium
Isi-antologi.indd 298 7/29/2011 2:15:31 PM dan kolamnya. Ibu ini tersenyum sambil melirik Ruly yang
berdiri di belakangku. Aku menoleh ke arah Ruly yang sekarang wajahnya meme?
rah salah tingkah. "Oh dia?" kataku ke ibu itu, mencoba sesantai mungkin,
padahal detak jantungku langsung loncat kecepatan karena
pernyataan ibu juragan ikan ini. "Dia bukan pacar saya, Bu.
Dia asisten saya." Aku menahan tawa waktu muka Ruly berubah melongo.
"Aduh, Neng, sayang banget ya ganteng-ganteng gitu kok
jadi asisten, dipacarin aja, kali, Neng," si ibu-ibu itu nyele?
tuk. Ruly langsung menjauh, pura-pura melihat akuarium besar
di bagian belakang toko. Aku berbasa-basi sebentar dengan si ibu, lalu menyusul
299 Ruly yang menunduk menatap entah ikan apa ini yang badan?
nya gede bulat dan berduri-duri.
"Si ibu naksir lo tuh kayaknya, memuji-muji lo ganteng
gitu," aku menyapanya sambil tersenyum simpul.
"Ada apa, Bu Keara" Apa lagi yang bisa saya bantu?" jawab?
nya memasang muka bete. "Kok manggil gue ibu sih?"
"Kan gue asisten lo, harus sopan dong sebagai kacung kam?
pret." Aku langsung tergelak. "Marah nih ceritanya."
"Kasian banget ya nasib gue cuma jadi asisten lo doang."
"Jadi harusnya tadi gue iyain aja waktu dia nuduh lo pacar
gue?" Oh crap, kenapa bibirku jadi kebablasan begini" Ini hal-hal
yang biasanya dengan mudah kuucapkan waktu flirting-flirting
nggak penting dengan semua laki-laki lain yang pernah berada
Isi-antologi.indd 299 7/29/2011 2:15:31 PM di posisi ini, tapi tidak pernah dengan Ruly. Dan laki-laki lain
itu biasanya menyahut dengan tersenyum menggoda, mengata?
kan sesuatu seperti "Memangnya gue nggak pantas jadi pacar lo,
ya?" Atau untuk yang jago seperti Enzo dulu, dia malah langsung
mencium pipiku dan berkata, "Ibu-ibunya masih percaya nggak
gue ini bukan pacar lo sekarang?"
Jadi tebak bagaimana sesosok Ruly menanggapi perkataan?
ku barusan. Dia diam mematung, wajahnya bersemu merah dan sedikit
panik selama dua atau tiga detik, sampai dia berkata, "Nanti
kalau lo ngomong gitu, ada yang cemburu dan marah sama
gue." Wrong answer, Ruly. Wrong answer.
300 Ruly Satu hal yang selalu gue suka dari Keara adalah gue tidak
pernah bisa menebak apa yang akan keluar dari mulutnya.
Mungkin itu juga sebabnya selalu menyenangkan berada di
dekat-dekat anak ini, karena semua bisa tiba-tiba jadi seru.
Tapi buset ya, yang barusan dia ucapkan itu benar-benar bi?kin gue mati kutu. Gue tahu banget Keara jago flirting begi?
ni"gue nggak tahu juga ini serius flirting dengan gue atau
dia cuma bercanda"tapi gue nggak pernah bisa nggak gugup
kalau berhadapan dengan perempuan seperti dia. Beda banget
dengan Denise yang" Shit, ngapain juga gue harus mengingat-ingat Denise lagi.
"Nanti kalau lo ngomong gitu, ada yang cemburu dan ma?rah sama gue," hanya ini yang terpikir di kepala gue sebelum
situasi ini jadi canggung.
Isi-antologi.indd 300 7/29/2011 2:15:31 PM "Iya, John Mayer yang bakal cemburu," cetusnya. "Yuk, pin?
dah motret ke akuarium di sana itu tuh," dia langsung keluar
toko. Gue menarik napas lega dan mengikuti langkahnya.
"Rul, Rul, lihat deh, ada ikan nemo gini, lucu banget deh!"
serunya tiba-tiba, begitu menemukan akuarium air laut yang
memenuhi satu dinding toko.
"Ikan nemo itu apa sih?" gue berdiri di sebelahnya, mem?perhatikan puluhan ikan warna-warni yang berseliweran.
"Itu tuh, yang warna oranye-putih-item itu, kayak Nemo
di Finding Nemo," katanya dengan semangat menunjuk sekum?
pul?an ikan yang berenang-renang di dekat rumput laut.
"Oh itu," gue tertawa. "Itu namanya bukan ikan nemo,
Keara, itu namanya clown fish. Ikan badut."
"Ah bodo, pokoknya itu Nemo. Eh Ruly, gue kayaknya pe?
ngen beli ikan ini deh, mahal nggak sih" Nanti mau gue taruh
aja di kamar gitu, di akuarium kecil yang kayak fish bowl yang
itu tuh," katanya menunjuk mangkuk kaca berbagai ukuran
yang dijejer di satu sudut toko. "Nggak mahal, kan ya?"
Gue tersenyum melihat wajah Keara yang semangat banget,
kedua matanya yang cokelat berbinar-binar. "Murah sih, Key,
yang mahal itu akuariumnya."
"Kok" Masa sih yang fish bowl begituan doang mahal?"
"Fish bowl-nya murah, Key, tapi ikan nemo lo itu nggak
bisa pakai mangkuk begituan. Dia itu kan ikan laut, jadi ha?
rus pakai akuarium air laut dengan filter segala," gue menjelas?
kan ke si perawan dalam hal perikanan ini. Dalam hal lain
jangan tanya gue, ya. "Yaaah, mahal ya?" raut wajahnya langsung berubah kecewa.
"Mahalnya seberapa sih, Rul?"
Gue menyebutkan angka yang langsung bikin dia melotot.
Isi-antologi.indd 301 301 7/29/2011 2:15:31 PM "Mahal, kan" Lagian jangan deh, Key, lo kan cuma isengdoang mau melihara ikan, kasihan ikannya kalau lo nggak
rajin bersihin akuariumnya."
"Tapi kayaknya gue pengen punya akuarium kecil gitu deh,
kayaknya lucu, Rul. Nanti mau gue taruh di kamar aja, buat
dilihat-lihat kalau lagi insomnia gitu. Katanya melototin ikan
bisa menghilangkan stres, ya kan, Rul?"
"Ini serius?" "Iya." "Janji ya ikannya nggak bakal mati terapung karena lo lupa
ngasih makan atau nggak ngebersihin akuariumnya."
"Iya, Ruly, ih... berisik deh lo," wajah Keara langsung sebal.
"Lo pilihin deh, Rul, ikan mana yang paling gampang dipeliha?
ra buat pemula kayak gue ini."
302 Keara "Nih, gue masukin kerikil-kerikilnya, ya."
Aku menonton Ruly menyusun kerikil hiasan akuarium di
dasar fish bowl yang ukurannya sedikit lebih besar daripada
bola basket. "Sekarang gue masukin ikannya, ya," katanya lagi, membuka
ikatan kantong plastik berisi ikan discus yang tadi dia pilihkan


Antologi Rasa Karya Ika Natassa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untukku. Katanya ini ikan paling hassle free, lalu dengan hatihati menuangkan isinya agar airnya tidak ketumpahan di coffee
table ruang tamu apartemenku ini. "Nah, udah tuh."
Aku menunduk memperhatikan ikan berwarna kuning
belang-belang yang sekarang berenang keliling. "Bagus ya,
Rul." Isi-antologi.indd 302 7/29/2011 2:15:32 PM "Keren kan, ya" Nanti jangan lupa gantiin airnya tiga hari
sekali, ya." Aku bangkit dan mencoba mengangkat fish bowl itu. "Gue
pindahin ke kamar, ya."
"Eh, sini gue aja, berat tahu, ntar malah tumpah," Ruly
sigap mengambil alih dari tanganku. "Kamarnya di mana?"
"Di sini," aku mendahului Ruly membukakan pintu kamar
dan langsung memindahkan setumpuk majalah di drawer di
dekat tempat tidur. "Taruh di sini aja, Rul."
"Udah oke nih?" Ruly meletakkan fish bowl itu, mengaturatur posisinya.
"Udah." Aku menelan ludah waktu tiba-tiba merasakan butterfly in
my stomach"ini bahasa Indonesia-nya apa ya?"waktu aku
menyadari ini pertama kalinya Ruly berada di kamar ini dan
hanya ada kami berdua di sini sekarang. Dan ada awkward
moment di antara aku dan dia waktu kami berdiri bengong di
ruangan itu, menatap ikan yang berenang di depan kami.
Sampai tiba-tiba perut Ruly bergemuruh.
Aku tidak bisa menahan tawa. "Itu perut lo?" Dalam hati
mensyukuri cacing-cacing di perut Ruly yang sudah membu?
barkan kecanggungan ini. Ruly ikut tertawa, walaupun wajahnya memerah menahan
malu. "Sori, Key. Ketahuan banget laparnya gue, ya."
"Ya udah, gue pesenin makan aja, ya" Gue nggak bisa ma?sak kayak Denise soalnya," kataku tersenyum. Sejujurnya
sengaja sedikit membawa nama Denise untuk melihat reaksi
Ruly. Wajahnya berubah, seperti sudah kuduga, tapi cepat dia
tutupi dengan berkata, "Gue juga nggak mau keracunan lo
masakin kok, Key." Isi-antologi.indd 303 303 7/29/2011 2:15:32 PM "Sialan," tawaku. "Gue pesenin pizza aja mau nggak?"
Aku sebenarnya cuma menebak Ruly akan menolak dengan
berkata, "Nggak usah deh, ntar repot, gue balik aja." Di luar
dugaan gue dia justru menjawab, "Boleh deh."
Ini ada pertemuan rasi bintang apa dengan bintang apa di
luar angkasa sana sampai Ruly bisa nempel denganku seharian
begini" Ruly 304 Jam di tangan gue sudah menunjukkan pukul setengah sembi?
lan malam dan gue masih duduk di sofa apartemen Keara
bersama dia, sekotak pizza ukuran large yang isinya sudah
separuh habis di meja, dua kaleng Coke, dan ada Finding
Nemo diputar di DVD. Jangan tanya gue kenapa, tapi kalau?
pun gue bisa memilih untuk berada di mana pun di dunia ini
pada detik ini juga, gue sepertinya akan tetap memilih berada
di sini. Saat ini gue merasa duduk tenggelam di sofa empuk
ini di sebelah Keara menonton film tolol tentang ikan-ikan
yang bisa bicara dan seekor ikan yang menderita amnesia ada?
lah tempat paling nyaman buat gue. Tempat ini jauh menga?
lah?kan kamar rumah sakit tempat gue bisa bersama Denise,
karena di tempat yang sama itu juga ada suaminya yang dia
cintai, bukan gue. Ruang tamu ber?ukuran empat kali empat
ini terasa nyaman karena di sebe?lah gue ada Keara, sahabat
gue yang dari tadi membawa gue ke dalam dunianya dan
berhasil membuat gue sesaat melupa?kan perempuan paling
sempurna yang pernah gue kenal. Yang kekurangannya cuma
satu, tapi kekurangan itu juga paling menyiksa gue: dia sudah
jadi milik orang lain. Isi-antologi.indd 304 7/29/2011 2:15:32 PM Gue menoleh sesaat ke Keara di kiri gue. Kedua matanya
melekat di layar TV di depan kami. Sahabat gue yang sedekat
ini wangi parfum lembutnya dari tadi menerpa hidung gue,
dan ada suara yang tiba-tiba bicara di dalam kepala gue, "Lo
ke mana aja selama ini, Rul, sampai nggak menyadari Keara
salah satu perempuan paling cantik yang pernah lo kenal."
Jantung gue langsung berdetak lebih cepat.
Jangan macam-macam, Rul. Keara Aku ingat jelas kapan terakhir kali aku sedekat ini dengan
Ruly. Lebih dekat daripada ini malah. Malam waktu aku ma?
buk laut di cruise ship di Bali itu dan dia merangkulku dan
membiarkan aku memejamkan mata di dadanya sambil meme?
rangi kepalaku yang terasa berputar. Ingatanku yang kuat ini
kembali ke malam itu waktu aku memejamkan mata dan
mera?sakan dada kamu, Ruly, dada kamu naik-turun seirama
de?ngan tarikan napasmu. Aku juga ingat malam itu aku meng?
ucapkan sesuatu di dalam hati yang kupinjam dari John
Keats. "The sun rises and sets, the day passes, and you follow the bent of
your inclination to a certain extent, you have no conception of the
quantity of miserable feeling that you pass through me in a day."
Satu hari bersama kamu ini jauh dari definisi miserable,
Rul. Malam kita cuma duduk membisu menatap dialog-dialog
lucu Dory dan Marlin di TV ini jauh dari sengsara. Karena
waktu Dory berkata ke Marlin, "I remember things better with
you. I look at you and I"m home," yang ada di kepalaku hanya
kamu, Ruly Walantaga. Isi-antologi.indd 305 305 7/29/2011 2:15:32 PM *** Ruly 306 Kepala gue mulai berdenyut, yang ada di benak gue sekarang
campuran antara senyum hangat Keara waktu dia mengobrol
dengan si nenek penjual keripik di Bali dulu dengan bayangba?yang senyum Denise waktu dia pertama kali melihat gue
ketika baru sadar di rumah sakit tadi subuh.
Gue menelan ludah waktu bayang-bayang ingatan tentang
Denise semakin jelas berganti-ganti di kepala gue. Waktu dia
membuatkan nasi goreng di daerah dulu, waktu dia sering
masakin gue berbagai masakan Indonesia saat kuliah di
Boston dulu, menemani gue pas gue sakit demam berdarah,
wa?jah khawatirnya waktu dia ngomong "Lo jangan sering-se?ring banget makan telat dong, Rul," tatapan matanya yang
selalu bisa meneduhkan gue itu, cara dia memeluk gue waktu
mengucapkan selamat ulang tahun, tapi yang mengacaukan
pikiran gue saat ini justru oksigen di sofa ini, yang dalam
lima belas menit terakhir seperti dikuasai udara musim semi
yang berasal dari perempuan di sebelah gue. Dan tawanya
tadi waktu kami bercanda di mobil. Wajah jahilnya waktu dia
memaksa gue berpose menggembungkan pipi menirukan ikan
buntal di akuarium sebelah gue untuk dia foto.
Dan bibirnya yang tersenyum waktu gue menemukan dia
berbaring sendirian di private beach-nya Ayodya enam bulan
yang lalu. Suara lembutnya waktu dia membuka sunglasses-nya dan
menyapa gue. "Morning, Rul. Jogging?"
Apa yang sedang lo lakukan ke gue, Keara"
Isi-antologi.indd 306 7/29/2011 2:15:32 PM *** Keara Kamu tahu apa yang sekarang tiba-tiba muncul di pikiranku,
Rul" I"ve always been wanted by dozens and dozens of men and
you never want me. Kalau Raul atau Enzo atau Panji, aku ti?dak perlu menceritakan mereka akan ngapain, tapi yang jelas
tid?ak akan hanya duduk diam layaknya stupa seperti kamu
sekarang. Tapi tahu apa keunggulan kamu dibanding mereka" Nobody
ever fucked my head as much as you do.
Ruly 307 "Rul, abisin dong pizza-nya, nanggung ada dua slice lagi tuh,"
ka?tanya sambil mengambil kaleng Coke di meja depan kami.
"Kenyang banget gue, Key," gue mengelus perut.
"Kalau begitu gue beresin aja ya," dia menutup kotak
pizza. "Sini gue bantuin," gue bangkit dari sofa dan mengambil
kotak pizza itu dari tangannya. "Sekalian kaleng Coke-nya
tuh." Keara menaruh dua kaleng Coke itu di atas kotak pizza
yang sekarang gue pegang. Dia membungkuk lagi, mengutip
serbet bekas yang berserakan di meja.
"Eh, awas," seru gue, tapi terlambat. Punggung Keara
menabrak kotak yang sedang gue pegang waktu dia bangkit,
dan sekarang sisa isi kaleng Coke-nya tumpah ke T-shirt
gue. Isi-antologi.indd 307 7/29/2011 2:15:32 PM 308 "Aduh, Ruly, sori ya, sori banget, gue nggak sengaja," kata?
nya dengan nada menyesal. Dia mengambil kotak dari tangan
gue dan mulai sibuk mengambil tisu di meja.
"Nggak pa-pa, Key," senyum gue menenangkan dia.
"Sori banget ya, Rul, jadi kena noda begini deh T-shirt lo.
Gue bersihin, ya." Dan lo, Key" Oh shit. Cuma dua kata ini yang bisa gue cetuskan dalam hati keti?ka jantung gue langsung loncat dan tubuh gue seperti keset?rum waktu gue merasakan tangan kiri Keara menyentuh dada
gue dan tangan kanannya berusaha membersihkan sisa noda
soda berwarna cokelat yang menempel di T-shirt gue.
Gue menelan ludah waktu sadar kenapa selama ini gue
selalu gugup dan tidak pernah berani terlalu dekat dengan lo,
Keara. Elo terlalu berbahaya pada jarak sedekat ini.
Lima detik gue cuma berdiri kaku di situ, kedua lengan
gue rapi di sisi badan seperti baris-berbaris, sementara Keara
hanya dua jengkal di depan gue, kedua tangannya masih di
dada gue, sibuk mengelap noda itu.
Sampai di detik keenam waktu tangan kiri gue terangkat
se?perti dirasuki sesuatu dan menangkap tangan kanannya
yang memegang tisu, dia kaget dan mengangkat kepala mena?
tap gue. Gue hampir lupa menarik napas waktu gue melihat sepa?sang mata cokelat yang sekarang menjadi mata paling indah
yang pernah gue lihat, dan bibirnya yang setengah terbuka,
pan?dangannya bingung menatap gue. Detik ini, gue teringat
satu subuh menunggu matahari terbit waktu kita duduk ba?
reng di pantai Ayodya dan gue bertanya ke elo kenapa lo suka
fotografi. Isi-antologi.indd 308 7/29/2011 2:15:32 PM "Nobody takes picture of something they want to forget, Rul.
Karena itu gue suka fotografi. Dengan kamera ini, gue bisa
memilih mana yang mau gue ingat dan mana yang nggak."
Well, Key, gue juga belum tahu apakah hari ini adalah se?suatu yang ingin gue ingat sampai sepuluh tahun lagi atau
lima tahun lagi atau bahkan sampai besok. Yang gue tahu
pada detik ini setiap organ tubuh gue, kepala gue, mata gue,
bibir gue, dan seluruh saraf gue memerintahkan gue untuk
me?lakukan satu hal. Mencium bibir lo, Keara. 309 Isi-antologi.indd 309 7/29/2011 2:15:32 PM Festina Lente 55 Keara 310 "Aku bangunin kamu ya, babe?"
Nyawaku baru balik setengah waktu aku menjawab telepon
Panji setelah deringan kesepuluh, dan aku masih terlalu me?
ngan?tuk untuk basa-basi. "Iya. Ini jam berapa, Ji?"
"Udah setengah sebelas, Sayang."
Eh, buset, sesiang ini" Aku membalik badan untuk meng?
ambil jam tanganku yang kuletakkan di meja sisi kanan tem?
pat tidur. Jam tangannya ada di situ, dan ini memang sudah
setengah sepuluh, tapi yang membuatku tertegun adalah wak?tu melihat ada ikan discus berwarna kuning sedang berenangrenang di dalam fish bowl di atas meja itu juga.
So last night was real. "Babe?" suara Panji terdengar lagi.
"Eh iya, sori, Ji," jawabku sambil menguap. "Sori ya, masih
ngantuk banget." 55 Hurry slowly Isi-antologi.indd 310 7/29/2011 2:15:32 PM "Nakal ke mana tadi malam jam segini masih ngantuk?"
katanya dengan suara menggoda, bukan dengan nada menu?
duh. Panji is as charming as always.
Nggak ke mana-mana, Panji, tapi kalau kamu mau menga?te?gorikan main cium-ciuman dengan Ruly itu "nakal", then I"m
guilty. "Insomnia doang nih tadi malam, aku nggak bisa tidur sam?
pai jam dua," ini jawaban yang aman sekaligus jujur. Setelah
Ruly meninggalkan apartemenku tadi malam jam sepuluh,
empat jam lamanya aku berbaring sambil menatap ikan di
akuarium ini, sampai akhirnya mataku terpejam. Scam banget
yang bilang ikan bisa membantu bunuh insomnia. "Kamu di
mana?" "Aku di bawah."
"Di bawah" Maksudnya?"
"Aku lagi markir mobil di parkiran apartemen kamu, babe,
aku bawain sarapan nih," jawabnya. Aku langsung terjaga pe?nuh. Sialan, ngapain lagi si Panji pakai ke sini.
"Oh, udah balik dari Surabaya?" kataku bangkit dari tempat
tidur. "Bukannya kamu bilang agak lama?"
"Urusannya cepat kelar, aku balik tadi malam. Buzz me up
ya, babe, aku udah jalan ke lobi nih."
Panji memamerkan senyum charming-nya waktu aku mem?
bu?ka pintu, tapi wajahnya langsung berubah bingung waktu
aku menahan ciuman bibirnya dengan jari-jari tangan kanan?
ku. "Aku lagi sariawan agak parah nih, babe, jangan di bibir
dulu ya, sakit banget soalnya," aku mengarang alasan. Dia ti?
dak perlu tahu aku tidak mau bibirnya mencemari jejak-jejak
Ruly di bibirku.

Antologi Rasa Karya Ika Natassa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia menurut dan mendaratkan ciumannya ke pipiku, dan
Isi-antologi.indd 311 311 7/29/2011 2:15:32 PM 312 kemudian berceloteh tentang perjalanannya ke Surabaya
sambil me?me?luk dan menggiringku ke sofa. TKP aku dan
Ruly tadi malam. "Lagi mikirin apa, Key?" tanyanya waktu dia melihat wajah?
ku yang entah bagaimana ekspresinya sekarang.
"Nggak pa-pa, masih agak ngantuk aja," cepat aku mema?
sang senyum. Panji mencium pipiku sekali lagi, mengomentari masalah
insomniaku, lalu membuka dua kotak berisi french toasts dari
kantong plastik yang dia bawa sambil terus bercerita tentang
Surabaya dan urusan kantornya dan entah apa lagi. Sementara
yang ada di pikiranku justru Ruly.
Ruly yang kucintai sejak empat tahun lebih yang lalu, Ruly
yang di?ngin, Ruly yang apatis, sampai Ruly yang hangat seha?
rian ke?marin, dan Ruly yang panas yang akhirnya kurasakan
sendiri tadi malam. Ruly yang menguasai bibirku sampai aku
hampir kehabisan napas"sorry for the exaggeration but damn,
I didn"t know that guy can kiss like that. Kalau aku bercerita
tentang tadi malam ke Dinda nanti, aku pasti akan bilang
sesuatu se?perti, "Gila ya, Din, gue sangka alim-alim kayak dia
itu harus gue ajarin cara ciuman yang benar. Ternyata ya, gue
aja sam?pai lemes gini." Aku bisa menebak si Dinda gelo itu
lalu akan membalas dengan, "Nggak usah cerita deh sama gue
kalau cuma sampai ciuman doang udah lemes. Yang follow up
sete?lah ciumannya bikin lemas juga nggak?"
Sorry to dissapoint you, Din, there"s no follow up, at least not
the kind of follow-up that you"re imagining in your dirty head.
Sete?lah entah berapa detik tadi malam itu, Ruly perlahan me?
narik bibirnya dari bibirku, aku masih ingat betapa aku cuma
bisa diam berusaha mencerna semua itu sambil merasakan
tangannya yang tetap memegang pipiku dan hangat embusan
Isi-antologi.indd 312 7/29/2011 2:15:32 PM napasnya yang memburu masih terasa di bibirku dalam jarak
sedekat ini. Aku masih ingat suara detak jantungku jauh lebih
kencang daripada suara musik end title Finding Nemo di TV
waktu Ruly akhirnya berkata, hampir berbisik, "Thank you for
today, Key." Aku masih ingat berapa minggu, berapa bulan, berapa ta?
hun aku menunggu kamu dalam diam untuk menatapku de?ngan tatapan seperti kamu menatap kedua mataku tadi ma?
lam waktu mengucapkan itu, Ruly.
Tapi yang pagi ini sedang menatapku dengan pandangan
yang sama bukan kamu, Ruly, melainkan Panji.
This is too weird, even for me.
So this is it, Panji. This is it.
313 Ruly "Hei." "Hei." Masih ada rasa manis stroberi bibir Keara waktu gue ba?ngun pagi tadi, rasa bibir yang mungkin berasal dari lipstiknya
yang masih mengacaukan kepala gue bahkan sampai jam satu
siang bolong ini. Gue juga belum paham apa yang sebenarnya
sudah dia lakukan ke gue dan otak gue. Yang gue tahu saat
ini cuma satu, bahwa satu hari bersama Keara kemarin adalah
salah satu hari paling menyenangkan dalam hidup gue sejak
beberapa bulan terakhir. Itu dan bahwa sepuluh detik gue
mencium dia tadi malam adalah periode terlama dalam hidup
gue tanpa selintas pun Denise di kepala gue.
Begitu pun, yang bisa gue ucapkan waktu Keara membuka
pintu apartemennya buat gue siang ini adalah satu kata de?
Isi-antologi.indd 313 7/29/2011 2:15:32 PM 314 ngan tiga huruf itu. Hei. Yang dia balas dengan tiga huruf
yang sama. Kecanggungan yang kental di antara gue dan Keara siang
ini, setelah apa yang terjadi di antara gue dan dia tadi malam,
sama seperti dua orang yang baru bertemu pertama kalinya,
ketika kemudian kata "Hei" itu biasanya diikuti komentar basi
tentang cuaca atau macetnya Jakarta atau tentang berita yang
sedang memonopoli isi televisi. Jadi gue punya pilihan antara
berkata "Anginnya kencang banget di luar sekarang, mau hu?jan deras lagi kayaknya," atau "Heran gue masih macet aja
hari Minggu begini," atau "Lo nonton nggak liputan tentang
Gayus tadi malam?" Atau apakah seharusnya gue mencium pipinya sekarang"
Damn, ini akan lebih mudah kalau ada yang mau menulis?
kan skenario buat gue dan gue tinggal pasrah mengikuti apa
pun yang tertulis di situ.
"Ehm, sori ya agak telat, macet banget tadi ke sini," ini
kalimat yang akhirnya gue pilih.
Dia tersenyum, gue tahu dari bahasa tubuh dan tarikan
senyumnya bahwa ini juga sama canggung dan anehnya bagi
dia. "Nggak pa-pa kok, mau berangkat sekarang?"
Gue mengangguk. "Gue ambil tas dulu, ya," katanya menghilang ke kamar.
Gue menarik napas panjang. Mungkin gue dengan tololnya
belum mempertimbangkan ini matang-matang. Maksud gue
mengikuti suara yang tidak berhenti berbisik di kepala gue
sejak gue bangun tadi pagi. "Lo harus ketemu dia lagi, Rul.
Lo harus ketemu dia."
Ini gue sudah mem-BBM dia dan menawarkan menjemput
dia dan mengajak dia makan dulu sebelum ke RSPI dan dia
Isi-antologi.indd 314 7/29/2011 2:15:32 PM mengiyakan. Ini gue sudah di depan dia sekarang dan kedua
matanya sama cokelatnya dan sama menghipnotisnya dengan
yang gue ingat tadi malam. Ini gue dan dia sudah di dalam
lift sekarang dan samar harum parfumnya sama dengan yang
membius gue tadi malam. Ini gue yang berani bertaruh bahwa
rasa bibir Keara siang ini masih seperti stroberi seperti tadi
malam. Coba itu suara misterius dalam kepala gue kasih tahu
gue harus ngapain sekarang.
"Hujannya deras banget ya tadi pagi?"
Tetap yang keluar dari mulut gue cuma ini. Smooth, Rul.
Keara Yeah, yours truly here finally ended it with Panji this morning.
Se?tengah jam penuh perdebatan dan pertengkaran yang mele?
lah?kan yang kuawali hanya dengan berkata, "I don"t think I
can do this anymore." Aku tidak bilang ke Panji bahwa penye?
bab aku tidak bisa lagi melakukan ini semua dengan dia ada?
lah karena Ruly. Untuk Panji, entah dia percaya atau tidak,
this is just me who no longer can play the game he and I have
been playing for the last ten months.
So you think ending it with Panji was hard" Bertemu Ruly
setelah kejadian di antara kami tadi malam, ini baru namanya
hard. Ini bukan susah atau sulit sebenarnya, ini lebih ke cang?
gung. The most awkward morning-after I"ve ever experienced in my
whole life. You know, Rul, setelah tadi malam, setiap sel tubuhku ber?harap kamu yang akan menelepon dan mengajakku bicara
duluan hari ini, but now that you did, sekarang setelah kamu
Isi-antologi.indd 315 315 7/29/2011 2:15:32 PM 316 muncul di apartemenku looking all handsome like you always
do, aku merasa seperti anak sekolah lima belas tahun yang
baru membuka pintu menyambut kedatangan crush pertama?
nya. Aku cuma berharap aku hari ini masih sama dengan aku
tiga belas tahun yang lalu itu. It will be easier for me to enjoy
yesterday and last night and today if I were still that na?ve
fifteen-year old girl. Keara yang masih berusia lima belas tahun
itu tidak akan merusak nikmatnya jatuh cinta ini dengan
mengaduk-aduk kepala dan hati sendiri berusaha memaknai
apa arti dua hari ini. Dengan laki-laki lain"Enzo, Panji, Arya, Raul, dan entah
siapa lagi yang tidak perlu kudaftar satu per satu di sini"ke?
canggungan, you know this uncomfortable awkward silence sete?
lah ciuman pertama itu selalu dengan mudahnya kami bunuh
dengan kembali melakukan hal yang menyebabkan kecang?
gungan itu muncul. So we would be kissing, and then we looked
at each other awkwardly, and then we just went back to kissing
some more until we"ve kissed and done so much that the
awkwardness practically evaporated in the air. Tapi Ruly bukan
Enzo, Panji, Arya, dan Raul.
So here we are, aku dan Ruly duduk berhadap-hadapan me?
nunggu pesanan bebek bengil kami, percakapan siang ini
cuma bertopik isi menu restoran ini dengan kalimat-kalimat
pendek yang selalu dijedai awkward silence di antara aku dan
dia. "FYI, Ruly, ikannya masih hidup lho pas gue bangun pagi
ini," kataku mencoba mencari topik baru di luar bahasan tolol
tentang berbagai cara memasak bebek yang nggak ada seksiseksinya.
Great, Key, so you think talking about fish is sexy"
"Alhamdulillah," Ruly tersenyum dengan ekspresi bersyukur
Isi-antologi.indd 316 7/29/2011 2:15:32 PM ber?lebihan, setengah meledekku. "Udah dikasih makan be?
lum?" "Belum," aku menggeleng. "Memangnya harus tiap hari,
ya?" "Keara." Nada suaranya seperti ayah yang menegur anaknya
yang masih kecil, yang lupa menggosok gigi sebelum tidur.
Aku tersenyum. "Iya, Ruly, nanti sore balik dari rumah sa?
kit gue kasih makan deh. Pagi ini biar puasa dulu ikannya,
biar tahu agamanya apa."
Ruly tertawa. Dua porsi bebek bengil yang akhirnya tiba di meja kami
bisa menjadi alasan kenapa awkward silence itu harus ada: un?
tuk mengunyah dan menikmati hidangan ini. Tapi sejujurnya
di dalam hati aku mulai menikmati kecanggungan ini, karena
kecanggungan tidak pernah ada di antara dua orang yang
tidak ada apa-apanya. So maybe there is something between us,
Rul. Aku belum tahu apa yang ada di antara kita ini, Ruly.
Aku cuma berharap kemarin siang dan tadi malam dan siang
ini cukup untuk secara permanen membuang jauh-jauh
Denise dari dalam kamu. 317 Ruly "Eh, si Harris barusan BBM gue nih, katanya udah jalan ke
RSPI. Mau jalan sekarang juga?"
Percaya atau tidak, ini percakapan pertama gue dan Keara
sejak kami mulai makan lima belas menit yang lalu sampai
piring kami hampir kosong sekarang.
"Ya udah, gue ke toilet dulu, ya," Keara tersenyum, bangkit
dari kursi, dan menyentuh bahu gue sebelum berlalu.
Isi-antologi.indd 317 7/29/2011 2:15:32 PM Dan percaya atau tidak, ini sentuhan pertama kami sejak
ciuman gue tadi malam dan gue menelan ludah waktu sadar
ada setruman yang sekarang menjalar di bahu kanan gue.
Jangan tanya ini artinya apa, hari ini gue cuma mau jadi
laki-laki tolol yang pasrah mengikuti apa pun yang dikatakan
suara di dalam kepala gue.
Keara 318 Pada satu season serial Friends, Joey, yang sekian lama telah
bersahabat dengan Rachel dan bahkan saat itu tinggal satu
apar?temen karena Rachel harus mengungsi setelah apartemen?
nya dan Phoebe terbakar, tiba-tiba menyadari bahwa dia me?nyayangi Rachel lebih dari sekadar sahabat. Ada satu adegan
waktu Rachel sedang menonton film horor Cujo sendirian di
apar?temen mereka, Joey pulang dan Rachel meminta Joey du?
duk menemaninya di sofa dan memeluknya karena film itu
terlalu menyeramkan. Rachel berteriak, "Oh my God, how can
you watch this" Aren"t you scared?" sambil membenamkan kepa?
lanya di pelukan Joey, dan aku ingat waktu itu Joey berkata
lirih, "Terrified." Dari wajahnya, semua orang tahu yang dita?
kutkan Joey bukanlah adegan film itu, tapi bagaimana dia
harus menghadapi perasaannya terhadap Rachel yang kemung?
kinan besar tidak berbalas dan akan merusak persahabatan
mereka. Ironically, with me and Ruly, aku tidak pernah terlalu mera?
sa ketakutan bahwa perasaanku ke Ruly tidak berbalas. Ini
sebenarnya menyedihkan, tapi aku telah lama menerima fakta
bahwa this thing that I have for Ruly is not mutual karena sam?
pai kapan pun aku mungkin tidak akan bisa memecahkan
Isi-antologi.indd 318 7/29/2011 2:15:33 PM mis?teri kenapa Ruly cinta matinya hanya kepada Denise. Keta?
kut?an terbesarku justru jika suatu saat Denise bercerai dan
akhirnya melihat ada Ruly yang selama ini jatuh bangun cinta
mati kepada dia dan Denise terbuka hatinya and they live
happily ever after. Itu dan kemungkinan bahwa ketololan hati?ku ini hanya akan merusak persahabatan kami kalau dia sam?pai tahu.
Untuk yang pertama, aku merasa masih aman karena
Denise sampai sekarang masih bersama suaminya dan mereka
bah?kan semakin mesra sejak kecelakaan itu. Dan untuk yang
ke?dua" well, what can I say" Paling tidak, setelah Ruly men?
ciumku dan aku mencium Ruly tadi malam"thanks to some
weird cosmic thing happening in the universe"Ruly masih ada
di sini bersamaku walaupun semuanya jadi canggung di antara
kami. Paling tidak aku dan Ruly tidak seperti Joey yang sete?
ngah mati menghindar dari Rachel setelah Rachel mengetahui
perasaannya. Mungkin setelah kedekatanku dan dia tadi malam, Ruly
akhirnya sadar aku ada dan Denise hanya sekadar perempuan
yang pernah dia cintai dan tidak akan pernah dia miliki dan
aku ada dan aku akhirnya memenangkan ini.
"Hei, senang deh melihat kalian ramai-ramai lagi ke sini,"
Denise menyambut ceria waktu aku, Ruly, dan Harris muncul
di kamarnya. "Kemal mana?" tanya Harris setelah dia menunduk dan
mencium pipi Denise. "Lagi ke bawah sebentar, ada barang yang ketinggalan di
mobil. Oh, hai, Rul," sapa Denise waktu Ruly juga menunduk


Antologi Rasa Karya Ika Natassa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

unt?uk mencium pipinya. Okay, he"s just kissing her as friends, ini yang aku dengung?
kan di kepalaku waktu aku memeluk Denise setelah Ruly,
Isi-antologi.indd 319 319 7/29/2011 2:15:33 PM beda dengan ciuman yang diberikan Ruly kepadaku tadi ma?lam, yang sama sekali bukan sesuatu yang normal dilakukan
di antara dua orang sahabat.
Tapi tahu apa lagi yang tidak normal di antara dua orang
sahabat" Tatapan Ruly ke Denise sekarang. Aku duduk di sofa dan
Harris duduk di sisi tempat tidur Denise dan Ruly berdiri
men?yandar ke dinding di sebelah tempat tidur Denise dan
kami mengobrol tentang apa saja, Denise terlihat segar dan
bisa tertawa-tawa, dan Ruly menatap dia dengan tatapan yang
sama dengan selama ini jika aku menatap Ruly dalam diam.
The all too obvious "I-love-you-and-I-wish-you-know-it-and-loveme-back" look.
I can never win this, can I, Rul"
320 Isi-antologi.indd 320 7/29/2011 2:15:33 PM Omnium rerum principia parva sunt 56 Harris "Rokok, Rul?" 321 "Bukannya lo udah berhenti, ya?"
Setahu gue si Ruly ini juga sudah berhenti, tapi dia tetap
menyambut uluran kotak rokok dari gue.
"Lagi iseng gue, ini juga baru beli di warung depan situ,"
jawab gue sekenanya. Dulu Keara suka menertawakan gue dan si Ruly ini kalau
kami sedang duduk berdua di depan teras rumah kontrakan
di daerah dulu. "Lo ngapain sih berdua ngejogrok di sini merokok bareng
tapi diem-dieman gini?" dia tiba-tiba muncul dan duduk di
antara gue dan Ruly. "What, elo berdua komunikasi psychic
lewat asap rokok, ya?"
Gue dan Ruly biasanya tertawa, dan gue lalu mendengarkan
56 Everything has a small beginning
Isi-antologi.indd 321 7/29/2011 2:15:33 PM 322 Keara cerita tentang apa saja, walau dia biasanya nggak tahan
untuk nggak menarik rokok gue dan Ruly sambil nyeletuk,
"Mulai sekarang peraturannya kalau ada gue, kalian nggak
bo?leh merokok, ya. Bau asep, tahu."
Malam ini gue dan si Ruly juga diem-dieman merokok ba?reng di lapangan parkir rumah sakit, Keara masih di kamar
menemani Denise sementara Kemal sedang pulang sebentar
ke rumah. Gue tadi sudah muak melihat adegan sinetron me?
nyedihkan di kamar itu: Ruly menatap Denise, Denise tetap
clueless, Keara menatap Ruly, dan anjing peliharaan pun ba?
rangkali masih lebih pintar membaca perasaan dibandingkan
si Ruly ini yang tetap nggak sadar-sadar juga. Jadi gue memu?
tuskan untuk merokok sendiri di luar, dan idola cinta gue ini
ternyata ikut menyusul. Shit, gue nggak tahu berapa lama lagi gue bisa tahan de?
ngan semua ketololan ini.
"Bro, ada yang mau gue ceritain sama lo," Ruly tiba-tiba
nyeletuk di antara embusan asap rokok.
Gue cuma menoleh sebentar lalu langsung sibuk lagi de?
ngan rokok gue. "Gue mencium Keara tadi malam."
What the fuck" Rokok gue menggantung di udara dan gue menoleh ke
Ruly. Ini gue yang gila barusan salah dengar"
"Nggak ngerti juga gue kenapa, bro, tadi malam di aparte?
mennya kejadian begitu aja," ujar Ruly. "Tiba-tiba gue pengen
nyium dia." Ada di antara lo semua ini yang sekeren gue dan udah per?nah naik Formula Rossa" Ini roller coaster tercepat di dunia,
hanya ada di amusement park untuk pencinta balapan yang
na?manya Ferrari World di Abu Dhabi, akselerasi 0-240 km
Isi-antologi.indd 322 7/29/2011 2:15:33 PM per jam dalam hanya 4,9 detik! Belokan paling tajamnya sam?
pai 70 derajat dan G-force-nya"tekanan kecepatan"sampai
1,7 Gs. Kecepatan roller coaster itu sukses mengacak-acak habishabisan detak jantung gue waktu gue ke sana tahun lalu. Sinting.
Tapi mendengar cerita dari mulut si Ruly ini tentang dia dan
Keara tadi malam efeknya kira-kira sama dengan be?gini: gue
naik roller coaster tujuh kali berturut-turut, pas tu?run gue udah
ketawa-ketawa gila saking pusingnya, sempo?yongan mau nyebe?
rang jalan terus ditabrak truk dan mati terkapar.
Dengan sok cool gue mengisap rokok gue lalu menoleh ke
Ruly, "Terus sekarang gimana lo?"
Sok cool tahi kucing. "Nggak ngerti gue," Ruly membuang puntung rokoknya.
"Keara, man. Gila ya."
Gue nggak menanggapi, tetap dengan setelan sok cool gue
ini, mengisap-embus rokok di tangan gue, padahal internal
organs gue rasanya udah seperti diblender, siap-siap jadi bahan
masakan Masterchef aliran Hannibal Lecter. Bakso jeroan
manusia, mungkin" "Eh, Ris," Ruly sekarang berdiri di depan gue. "Di antara
kita semua" lo kan yang paling dekat sama Keara."
Miris rasanya gue waktu mendengar Ruly melafalkan kata
"paling dekat" itu.
?"menurut lo, dia gimana ya setelah tadi malam?" Ruly
melan?jutkan pertanyaannya.
Jungkir balik makin jatuh cinta jatuh bangun sama lo dan
gue makin terinjek-injek nyungsep ke got, Rul.
Itu cuma di dalam hati. Ke Ruly lucky bastard yang nggak
tahu diuntung ini, gue cuma mengangkat bahu. "Lo sendiri
gimana?" Isi-antologi.indd 323 323 7/29/2011 2:15:33 PM Ruly ikut mengangkat bahu. "Nggak ngerti gue, Ris."
Nggak ngerti, Rul" Udah lo cium bibirnya juga lo masih
nggak ngerti" Aduh, Keara, laki-laki seperti ini yang bikin lo
tergila-gila" Gue yang sekarang nggak mengerti ini.
But I"ve been a dumb fuck anyway for holding this feeling,
right" Keara "Ruly, apaan sih masih merokok juga" Nggak bagus buat kese?
hatan, tahu." 324 Harris Apa yang ada di depan mata gue sekarang ini biasa banget
sebenarnya. Keara tiba-tiba muncul, ngomel sedikit sambil
me?narik rokok dari tangan Ruly dan membuangnya, dan si
Ruly menurut seperti suami baru dimarahi istrinya. Gue"
Gue ngebul dengan dahsyatnya di depan si Keara, tapi dia
cuma melihat ke Ruly, berkata, "Rul, pulang sekarang yuk,
udah ngantuk gue." "Si Kemal udah balik nemenin Denise?"
"Udah, yuk, Rul," ujar Keara, yang kemudian baru menoleh
dan tersenyum ke gue. "Ris, duluan ya. Lo nggak balik
juga?" "Iya, bentar lagi, nanggung," gue mengacungkan rokok yang
baru terisap separuh, setengah berharap Keara juga dengan
perhatiannya menarik rokok itu dari tangan gue.
Adanya harapan gue jatuh berkeping-keping di lantai waktu
Isi-antologi.indd 324 7/29/2011 2:15:33 PM Keara cuma tersenyum melambai ke gue, dan berlalu dengan
Ruly. Senyum yang diterjemahkan oleh otak gue yang udah
nggak waras lagi ini dengan, "Isep aja terus, Ris, sampai lo
mati karena kanker paru-paru atau batuk-batuk keselek asap
dan gue nggak usah lagi berurusan dengan lo."
Mungkin ada yang kenal psikiater atau psikolog yang cantik
dan seksi dan bisa gue bang sekalian untuk mengembalikan
otak gue ke posisi semula sebelum gue bertemu Keara"
Jadi setelah sebulan tetap ngebul dan belum mati keselek
asap juga, tiga minggu gue di Sydney untuk some work shit
dan dengan senang hati gue menyambut Karin yang menyusul
pada minggu ketiga, gue pulang ke Jakarta disambut berita
duka bahwa Ruly masuk jurang.
Yeah, itu ngarepnya gue, ya. Yang ada malah berita duka
buat gue: Keara-nya gue akhirnya pacaran dengan si Ruly
lucky bastard kampung itu. Jadi setelah menghabiskan Sabtu
dan Minggu itu menyimpan semua pisau dan silet dan tali
tambang dan pistol jauh-jauh dan menghindari dari godaan
syaitan yang terkutuk untuk bunuh diri saja, or even better,
membunuh Ruly, gue bertemu Keara di Starbucks lobi kantor
Senin paginya, tidak sengaja. Gue sudah duduk di situ
sendirian untuk sarapan (yeah, gue udah berhenti makan
bubur ayam keparat itu karena cuma mengingatkan pada
ritual mesra yang nggak mungkin terulang lagi), dan dia
melangkah masuk, cantik luar biasa seperti biasanya, dia
tersenyum ke gue, tapi pagi itu ada yang berbeda dari senyum
itu. Cara dia dengan cerianya memesan minuman ke barista,
senyumnya waktu meminta agar chocolate croissant-nya
dipanaskan, hati gue rasanya sedang digilas truk waktu gue
sadar itu glowing perempuan yang sedang jatuh cinta. Dan
bukan dengan gue. Isi-antologi.indd 325 325 7/29/2011 2:15:33 PM 326 Dengan menginjak-injak harga diri gue sendiri, gue
akhirnya menyapa dia dan berkata dengan senyum yang
setengah mati gue coba sunggingkan di bibir gue ini, "Gue
udah dengar tentang lo dan Ruly. I"m happy for you, Key."
Gue masih ingat napas gue terasa sesak seperti mengubur
diri sendiri waktu dia membalas ucapan selamat gue dengan
tersenyum, matanya berbinar dan suaranya lembut waktu dia
berkata, "Thanks ya, Ris."
So I pulled the Harris Risjad way of dealing with this kind of
shit. Tetap menjadi sahabat yang baik buat Ruly, Keara, dan
Denise whilst banging half a dozen women along the way. Kami
berempat masih makan siang atau makan malam bareng
seminggu sekali, dan setelah menahan mules selama satu-dua
jam menyaksikan Ruly dan Keara sebagai pasangan, gue
langsung menuju salah satu driving range, melakukan ritual
pukul bola sampai mampus, sampai sakit di lengan, tangan,
dan sekujur badan gue bisa sedikit setara dengan rasa nyeri
di ulu hati gue. But there"s just some things you cannot unsee. Seperti sekali
lo nonton The Eye, sampai lo mati pun akan selalu terbayang
han?tu sialan yang berdiri di sudut setiap lo naik lift. Sekali lo
melihat langsung korban kecelakaan dengan"maaf"otak
berceceran di jalan, sampai kapan pun image itu nggak akan
terhapus dari kepala lo. Sekali gue melihat Ruly dan Keara jadi pasangan yang real
di depan gue di satu makan malam berempat kami di Potato
Head, well" meminjam kata-kata Sean Kingston: suicidal.
Naik roller coaster di Abu Dhabi itu atau bungee jumping
sekalian mungkin lebih sehat bagi jantung gue daripada acara
m?akan malam itu. Makan malam rutin empat sahabat yang
buat gue cuma ajang si Ruly dan cinta gue Keara memamer?-
Isi-antologi.indd 326 7/29/2011 2:15:33 PM kan mereka sebagai pasangan yang real. Saling menatap kalau
sedang bicara, saling melayani kalau sedang makan, cara Keara
bertanya ke Ruly dengan suara lembut, "Kamu mau saus?"
dan cara Ruly menjelaskan sesuatu ke Keara tentang apa pun
yang sedang kami bicarakan, juga dengan suara pelan seakanakan itu hanya percakapan private di antara cinta gue dan
bajingan paling beruntung itu.
It was too fucking real and too fucking hurting for my eyes
and my ears and of course, maaf terdengar banci, my heart.
Tapi sejak gue menyembah Keara seperti berhala dan men?jadi
atheis terhadap perempuan lain, gue menjadi orang yang bisa
selalu memperhatikan mimik mukanya dan gerak-gerik?nya dan
gesture-nya. I just notice these things without even trying. Satu
malam kami berempat kembali makan malam sepulang dari
kantor di Potato Head, yang gue lihat adalah Keara dengan
senyum yang dipaksakan, Keara yang bolak-balik melirik ke
Ruly setiap kali Ruly terlibat percakapan yang seru dengan
Denise, Keara gue yang cantik itu malam itu wajahnya terlihat
capek, bukan capek karena kantor tapi karena yang lain yang
gue nggak tahu apa selain mungkin karena apa yang sedang dia
saksikan malam itu. Insting pertama gue adalah untuk segera
teriak ini ke lo, Key: "Key, ngapain juga lo sama si Ruly ini" Lo
jadinya jantungan, kan setiap Ruly ketemu Denise karena takut
dia termehe-mehe lagi sama teman kita yang satu ini?" Yang gue
yakin akan lo sambut dengan lo melotot ke arah gue dan
melempar steak ke muka ganteng gue ini. Daripada pulang
dengan muka bau daging, gue memilih untuk menarik tangan
lo waktu Ruly dan Denise sedang seru mengobrol di depan kita
ketika kita sedang berjalan menuju parkiran, dan gue ngomong
ini ke lo dengan muka dan suara gue yang paling tulus, "Are you
okay?" Isi-antologi.indd 327 327 7/29/2011 2:15:33 PM Gue ingat lo tersenyum dan bilang begini, "Gue capek
doang kok." "Kalau ada apa-apa, ngomong ke gue ya, Key," kata gue
malam itu. "Kalau lo pusing karena ada nasabah lo yang ngem?
plang dan perlu gue datangin untuk gue gebukin supaya bayar
tunggakannya ke lo, gue juga mau."
Keara tertawa. That laugh that always messes with my mind.
Tapi kedua matanya jauh dari tertawa.
Keara 328 Aku pernah baca satu buku David Foster Wallace yang judul?nya This is Water, dan di buku itu ada satu cerita tentang dua


Antologi Rasa Karya Ika Natassa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ikan kecil yang sedang berenang-renang di laut dan berpapas?
an dengan ikan tua yang menyapa mereka, "Morning, boys.
How"s the water?" Kedua ikan kecil itu terus berenang sampai
akhirnya mereka saling menatap dan sama-sama bingung.
"What the hell is water?" As I read along, Wallace kemudian
bercerita tentang bagaimana kita, human being, cenderung un?
tuk tunduk pada default-setting untuk selalu self-centered, meli?
hat kejadian sehari-hari di sekeliling dari kacamata kepenting?
an sendiri dan mengabaikan realitas apa sebenarnya yang
se?dang terjadi. Dua ikan kecil itu adalah aku dan Ruly.
Dan air adalah keadaan yang kami abaikan.
Call me pathetic, tapi dada ini rasanya seperti diinjak-injak
satu miliar orang di Cina setiap teringat analogi ini.
Dua ikan itu adalah aku dan Ruly menjadi idiot atas pera?
sa?an kami masing-masing.
Isi-antologi.indd 328 7/29/2011 2:15:33 PM Dan air adalah keadaan bahwa walaupun Ruly mencoba
menjalin hubungan denganku dan aku merasa penantian pan?
jang itu akhirnya berujung bahagia, aku dan dia sebenarnya
sama-sama sedang menipu diri sendiri, ignoring what"s real:
mencoba membuat Ruly berhenti menyimpan Denise di da?
lam hatinya akan sama sulitnya bagiku dengan memutar bumi
berlawanan arah dari porosnya.
This stabbing pain di dalam dada ini adalah untuk satu ma?lam di Potato Head ketika akhirnya aku melihat "air".
Waktu Ruly berulang kali mencuri pandang ke arah Denise
saat Denise sedang berbicara, waktu Denise menoleh ke Ruly
membahas satu topik tentang cerita Boston mereka dulu dan
Ruly cuma tersenyum menatap Denise, waktu kami meng?
akhiri acara makan malam itu sekitar pukul sembilan dan
Ruly dan Denise mengobrol seru sambil jalan di depan men?
dahului aku dan Harris, aku cuma bisa berjalan mengikuti di
belakang mereka sambil berulang kali berkata dalam hati "this
is okay" dan Harris tiba-tiba menangkap lenganku dan berka?
ta pelan dengan nada khawatir, "Are you okay?"
I was not. There was this saying in Latin: nemo in amore videt. No one in
love sees. Ada satu lagi kutipan yang bilang bahwa love is not
blind, but it"s blinding. Dalam dua bulan Ruly menjadi milikku,
oh who am I kidding, let me rephrase that, dalam dua bulan aku
berada dalam ilusi bahwa Ruly menjadi milikku, seluruh alam
semesta ini berkonspirasi untuk mengirim isyarat-isyarat ke de?
pan mataku: this kind of quotes yang tidak sengaja aku lihat wak?tu membaca majalah sambil menunggu pesawat, waktu browsing
buku di toko buku, this kind of looks on Ruly"s face setiap dia
berbicara dengan atau tentang Denise, dan ingatan fotografisku
yang bangsat ini merekam semuanya di kepala ini.
Isi-antologi.indd 329 329 7/29/2011 2:15:33 PM 330 Cahaya di wajahnya waktu dia masuk mobil denganku sete?
lah makan malam di Potato Head itu dan berkata, "Key, be?sok ingetin aku untuk bawain buku yang tadi diminta Denise,
ya." Malam yang sama waktu aku akhirnya menarik napas dan
mengucapkan ini. "I can never win this, can I, Rul?"
Jadi setiap hari selama delapan bulan terakhir setelah ma?lam aku dan Ruly akhirnya selesai, I"ve been following this
routine. Bertemu Ruly kadang-kadang di kantor waktu rapat,
bertegur sapa dan tersenyum seadanya, terkadang menerima
tawaran Harris untuk sarapan bareng dengan bubur ayam
duduk di mobilku, mengulangi our little ritual waktu aku dan
dia masih sahabat paling dekat di muka bumi ini, mengobrol
tentang apa saja kecuali Ruly dan Denise, some days we
laughed and some other days I just sat there staring at the coffee
cup and he"d be telling me stories dan kami mengakhirinya de?
ngan Harris menemaniku jalan keluar dari mobil menuju lift
dan dia biasanya bertanya "Are you okay?" sebelum kami ber?
pisah, aku biasanya tersenyum mengangguk, lalu aku menutup
hari itu dengan menyetir sendiri pulang sambil memelihara
satu suara baru di dalam kepalaku yang berulang-ulang mem?
bisikkan: this is water. You know, seperti yang dibilang Wallace di buku itu:
awareness of what is so real and essential, so hidden in plain
sight all around us, that we have to keep reminding ourselves
over and over. Dan di Jumat sore ini delapan bulan kemudian, ketika aku
jauh dari kemacetan Jakarta, keramaian yang aku lihat bukan?
lah ribuan mobil yang memadati Jalan Sudirman melainkan
ribuan orang yang berbondong-bondong memadati Marina
Isi-antologi.indd 330 7/29/2011 2:15:33 PM Bay Circuit, matahari mulai terbenam di Singapura dan sema?
kin banyak orang memenuhi Stamford Grandstand ini, dan
Harris dengan senyumnya muncul di sebelahku dan menyo?
dorkan sebungkus hotdog panas dan segelas soda, aku terse?
nyum waktu aku mendengar suara di dalam kepalaku kembali
membisikkan tiga kata yang sama.
This is water. Harris So here"s the sexy parts of all of these. Ini bukan masalah dia
itu cantik luar biasa dan gue itu ganteng luar biasa dan kalau
semua dewa-dewa Yunani itu masih mengatur takdir di dunia
ini, kalau keadilan di dunia ini memang ada, maka demi Zeus
dan Mars dan Aphrodite dan Medusa sekalian, demi
Giancarlo Fisichella dan Kimi Raikkonen dan Felipe Massa
dan Fernando Alonso dan Niki Lauda dan Michael
Schumacher dan Nigel Mansell dan Jean Alesi dan Rubens
Barrichello dan semua yang pernah jadi pengemudi Scuderia
Ferrari, gue yakin bahwa dia itu cuma buat gue.
Tapi sore menjelang matahari terbenam di Singapura ini
bukan tentang itu. Ini tentang seksinya tawanya dan senyum?
nya yang bisa gue nikmati cuma buat gue"dan mungkin be?
berapa penjaga toko di sepanjang Orchard Road itu"sejak
dua hari yang lalu di sini. Ini tentang satu malam delapan
bulan yang lalu waktu nama dia tiba-tiba muncul di layar
BlackBerry gue jam satu malam yang gue jawab dengan, "Ke?napa, Key" Akhirnya udah ada daftar nasabah macet lo yang
mau gue bikin bengep sampai mau bayar?" Ini tentang tawa?
nya yang dipaksakan waktu mendengar gue bilang begitu,
Isi-antologi.indd 331 331 7/29/2011 2:15:33 PM 332 tentang suaranya yang berat dan lirih seperti sedang flu waktu
dia kemudian ngomong ke gue, "Ris, temenin gue ngobrol,
ya?" Tentang gue yang akhirnya muncul di apartemen dia jam
setengah dua pagi dan kedua matanya yang bengkak waktu
dia membuka pintu. Ini tentang sisa malam itu yang kami
habiskan dengan gue memeluk dia dan dia menangis di dada
gue setelah menceritakan berakhirnya dia dengan si Ruly, dan
gue sengaja membesarkan volume pertandingan American
football di ESPN untuk menutupi suara isakan dia karena hei,
ini satu lagi pengakuan banci gue: gue nggak pernah tahan
mendengar dia menangis tanpa gue sendiri merasakan tenggo?
rokan gue tercekat. Ini tentang delapan bulan terakhir yang
gue pakai untuk melakukan apa pun untuk memperbaiki per?sahabatan ini.
Ini tentang senja 25 September 2011 di Singapura di
Stamford Grandstand, Marina Bay Street Circuit, waktu gue
du?duk di sebelahnya di kursi plastik grandstand ini menyodor?
kan hot dog pesanannya dan dia tersenyum menatap gue dan
bilang, "Thanks ya, Ris. Lo itu kadang-kadang bisa adorable,
ya?" Dan gue menahan napas menunggu dia kemudian mengo?
reksi kata-kata itu dengan ledekan atau celaan seperti "Sa?yang?
nya gue udah tahu aja kalau elo itu PK" seperti yang pernah
dia bilang ke gue dulu. Tapi dia langsung membuka kertas
pembungkus hot dog itu dan lahap makan.
Gue merasakan bibir gue otomatis tersenyum sekarang. I
am fucking adorable! Setelah bertahun-tahun sejak gue perta?
ma kali melihat lo di lift kantor pagi itu, Key, I"m finally
fucking adorable. And hey, balik lagi ada Seal menyanyikan
lagu This Could Be Heaven di dalam kepala gue.
Ini masih jauh dari lo bisa sepenuhnya menghapus gue dari
daftar kesalahan terbesar dalam hidup lo, Keara. Atau dari
Isi-antologi.indd 332 7/29/2011 2:15:33 PM membuat lo bisa atheis terhadap semua laki-laki lain kecuali
gue. Berapa lama pun yang elo butuhkan untuk itu, K.
But for now, this is enough.
This is enough. 333 Isi-antologi.indd 333 7/29/2011 2:15:34 PM Isi-antologi.indd 334 7/29/2011 2:15:34 PM introducing my first readers
Kisah kosmopolis ini sesungguhnya mengangkat tema klasik: cinta
saling-silang yang menanti titik temu. Dalam bukunya kali ini, de?ngan berani Ika Natassa "memerankan" setiap tokoh dan bercerita
dari sudut pandang mereka masing-masing, membuat dinamika
yang menarik, tajam, cerdas, sekaligus humoris sepanjang cerita.
Untuk penggemar chicklit atau buku-buku bertema metropop,
karya Ika Natassa ini tidak sepantasnya dilewatkan.
Dewi Lestari " penulis (@deelestari)
335 Love this novel! Dengan banyak karakter dan cerita yang disuguhkan, Ika memberi?
kan cerita yang jujur, apa adanya, dan membumi. Novel ini berbeda
dengan novel-novel sebelumnya tanpa kehilangan signature sang
pe?nulis. If only every book I read was this good.
Ninit Yunita " penulis (www.istribawel.com)
Sebagai pembaca sok pintar, berkali-kali saya berusaha menebak
alur novel ini. Berkali-kali juga saya cengar-cengir karena twist yang
muncul mementahkan tebakan itu dan tanpa disadari saya hanyut
dalam cerita ini. Ikut frustrasi bersama Harris. Ikut sedih bareng
Isi-antologi.indd 335 7/29/2011 2:15:34 PM Keara. Ikut jatuh cinta dengan Ruly. Novel ini wajib dibaca kalau
kamu sudah bosan dibuai novel bertema sejenis dengan cerita yang
too good to be true. Novel ini akan bikin kamu terharu, bahagia,
sedih, sebal, dan akhirnya tersadar: cinta dan realita itu" ya kayak
gini. Jenny Jusuf " penulis, blogger (@jennyjusuf )
336 Ika Natassa is one of my favorite writers dan Antologi Rasa benarbenar mengobati kerinduan untuk membaca tulisan Ika. Bahasanya
witty, alur cerita mengalir lancar, dan plot serta pilihan kata yang
selalu bikin jleb after jleb after jleb in my heart. Kena banget! Love
is a universal topic and Ika Natassa with her Antologi Rasa has
bring it to the next level!
Ollie " penulis, pemilik NulisBuku.com ?(@salsabeela)
Antologi Rasa mengobati rasa kangen saya pada lembaran kisah
makh?luk urban khas Ika yang ceplas-ceplos dan menggigit. Bersiap?
lah untuk terombang-ambing di dalamnya karena rasa (di hati) ti?
dak pernah berbohong. Sitta Karina " novelis, kontributor lepas (@sittakarina)
Antologi Rasa is a no-barrier urban novel. Ika Natassa menghadir?kan
karakter-karakter metropolis yang di balik kesuksesan karier dan
finansialnya mengalami krisis emosional yang dramatis tapi tidak
cengeng. Kerapuhan internal pribadi-pribadi kosmopolitan berhasil
dilukiskan dengan detail dan saksama. Novel ini penting di?baca
oleh pria dan wanita karier agar saling mengerti. Referensi pop
Isi-antologi.indd 336 7/29/2011 2:15:34 PM culture serta lokasi cerita yang kuat membuat Antologi Rasa jadi
kaya, me?riah, dan menyenangkan. A page turner indeed!
Ve Handojo " penulis skenario (@VeHandojo)
Brilliant! Membaca novel ini membuat saya teringat masa-masa
single dulu, karena alur ceritanya terasa begitu dekat dengan realitas
sehari-hari. Ika berhasil membuat saya tidak bisa berhenti membaca
novel ini sebelum tamat. Amalia Malik Purtanto " sahabat, first reader (@JeungMaya)
337 Isi-antologi.indd 337 7/29/2011 2:15:34 PM Isi-antologi.indd 338 7/29/2011 2:15:34 PM Tentang Penulis IKA NATASSA adalah seorang banker dengan hobi menulis dan
fotografi. Antologi Rasa adalah novel keempatnya setelah A Very
Yuppy Wedding, Divortiare, dan Underground. A Very Yuppy
Wedding menjadi Editor"s Choice majalah Cosmopolitan Indonesia
tahun 2008, dan dia juga dinominasikan sebagai Talented Young
Writer dalam penghargaan Khatulistiwa Literary Award tahun
2008. Tahun 2004 dia menjadi salah satu finalis Fun Fearless
Female majalah Cosmopolitan Indonesia, dan tahun 2010 memper?
oleh penghargaan Women Icon dari The Marketeers dan Best
Employee Award di salah satu bank terbesar di Indonesia tempat
dia meniti karier. Pada tahun yang sama, dia juga menjadi salah
satu pendukung proyek "Writers 4 Indonesia" bersama Nulisbuku.
com, yaitu penerbit kumpulan cerita dan esai penulis berbakat
Indonesia yang keseluruhan pembayaran royaltinya disumbangkan
untuk bantuan korban bencana Merapi, Wasior, dan Mentawai.
Saat ini Ika menetap di Jakarta, meniti karier di bidang
commercial banking dan wholesale transaction banking, dan sekaligus
mengajar di Commercial & Business Banking Academy di Bank
Mandiri. 339 Twitter: @ikanatassa Tumblr: ikanatassa.tumblr.com
LinkedIn: Ika Natassa Isi-antologi.indd 339 7/29/2011 2:15:34 PM Isi-antologi.indd 340 7/29/2011 2:15:34 PM Isi-antologi.indd 341 Gramedia Pustaka Utama 7/29/2011 2:15:41 PM Isi-antologi.indd 342 7/29/2011 2:15:41 PM Isi-antologi.indd 343 Gramedia Pustaka Utama

Antologi Rasa Karya Ika Natassa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

7/29/2011 2:15:41 PM Ruly Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah bahwa sampai
sekarang gue merasa mungkin satu-satunya momen yang bisa
mengalahkan senangnya dan leganya gue subuh itu adalah kalau
suatu hari nanti gue masuk ke ruangan rumah sakit seperti
ini dan Denise sedang menggendong bayi kami yang baru dia
lahirkan. Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah rasa hangat
yang terasa di dada gue waktu suster membangunkan gue subuh
itu dan berkata, "Pak, istrinya sudah sadar," dan bahwa gue
bahkan tidak sedikit pun berniat mengoreksi pernyataan itu.
Mimpi aja terus, Rul. Harris Tiga sahabat. Satu pertanyaan. What if in the person that you
love, you find a best friend instead of a lover"
Dewi Lestari " penulis
"Antologi Rasa mengobati rasa kangen saya
pada lembaran kisah makhluk urban khas Ika
yang ceplas-ceplos dan menggigit."
Sitta Karina " penulis, kontributor lepas
Love this novel! Dengan banyak karakter dan cerita yang
disuguhkan, Ika memberikan cerita yang jujur,
apa adanya, dan membumi. If only every
book I read was this good.
Ninit Yunita " penulis (www.istribawel.com)
Antologi Rasa is a no-barrier urban novel.
Referensi pop culture serta lokasi cerita
yang kuat membuat Antologi Rasa jadi kaya,
meriah, dan menyenangkan. A page turner
indeed! Ve Handojo " penulis skenario
antologi rasa Senang definisi gue: elo tertawa lepas. Senang definisi elo"
Mungkin gue nggak akan pernah tahu. Karena setiap gue
mencoba melakukan hal-hal manis yang gue lakukan dengan
perempuan-perempuan lain yang sepanjang sejarah tidak
pernah gagal membuat mereka klepek-klepek, ucapan yang
harus gue dengar hanya, "Harris darling, udah deh, nggak usah
sok manis. Go back being the chauvinistic jerk that I love."
That"s probably as close as I can get to hearing that she loves
me. "Dalam bukunya kali ini, dengan berani Ika
Natassa "memerankan" setiap tokoh dan
bercerita dari sudut pandang mereka masingmasing, membuat dinamika yang menarik,
tajam, cerdas, sekaligus humoris sepanjang
cerita." a novel by Ika Natassa Keara We"re both just people who worry about the breaths we take,
not how we breathe. How can we be so different and feel so much alike, Rul"
Dan malam ini, tiga tahun setelah malam yang membuatku jatuh
cinta, my dear, aku di sini terbaring menatap bintang-bintang
di langit pekat Singapura ini, aku masih cinta, Rul. Dan kamu
mungkin tidak akan pernah tahu.
Three years of my wasted life loving you.
IKA NATASSA adalah seorang banker dengan hobi menulis dan fotografi. Antologi Rasa adalah novel keempatnya
setelah A Very Yuppy Wedding, Divortiare, dan Underground. AVYW menjadi Editor"s Choice majalah Cosmopolitan
Indonesia tahun 2008, dan dia juga dinominasikan sebagai Talented Young Writer dalam penghargaan Khatulistiwa
Literary Award tahun 2008. Tahun 2004 dia menjadi salah satu finalis Fun Fearless Female majalah Cosmopolitan
Indonesia, dan tahun 2010 memperoleh penghargaan Women Icon dari The Marketeers.
Twitter: @ikanatassa Tumblr: ikanatassa.tumblr.com
LinkedIn: Ika Natassa Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building Blok I, Lantai 5 Jl. Palmerah Barat 29-37 Jakarta 10270 www.gramediapustakautama.com
antologi rasa.indd 1 7/29/11 3:45 PM Darah Olympus 6 Pedang Siluman Darah 2 Ratu Penggoda Siluman Muka Ayu Kisah Para Pendekar Pulau Es 5
^