Pencarian

Tamu Dari Gurun Pasir 4

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 4


Ia yang dibesarkan dalam keluarga orang rimba
persilatan, sudah tentu tahu kalau ada seorang yang mempunyai kekuatan tenaga dalam sangat sempurna
hendak mengeluarkan racun didalam tubuhnya.
Maka, ia juga berusaha membantu supaya kekuatan
tenaga dalam Lim Tiang Hong dapat bekerja baik
kedalam tubuhnya. Dalam waktu satu jam lebih, ia
merasakan badannya sudah segar dan kaki tangannya sudah bisa bergerak leluasa, ternyata hawa racun yang mengeram dalam tubuhnya sudah keluar seluruhnya.
Tapi hawa panas itu masih terasa, begitu pula hawa 290
sejuk dalam perutnya juga dirasakan menyalar ke
seluruh tubuhnya. Pikirannya lantas tergerak, mengapa aku tidak
menggunakan kesempatan itu untuk menembus kedua
urat nadiku 'Jim' dan Tok'" demikian pikirnya.
Ia segera menggunakan kekuatan tenaga
dalamnya, untuk memimpin kedua kekuatan itu
mencapaikan maksudnya. Kira2 setengah jam kemudian, kedua urat nadi itu benar saja sudah bisa berhubungan satu sama lain, tapi Lim Tiang Hong sudah letih sekali.
Ketika ia membuka matanya. ia dapat lihat Lim
Tiang Hong sudah mandi keringat, sedang duduk bersila di belakang dirinya. ia merasa tidak enak sendiri.
Sebetulnya perbuatan Lim Tiang Hong tadi
merupakan membuang tenaga dengan cuma2, sebab
dua butir pil Soat-som-wan tadi, ada merupakan obat mujijat yang tidak ternilai harganya didalam kalangan rimba persilatan. Orang yang melatih ilmu silat, makan sebutir saja sudah berarti menambah kekuatan tenaga sama dengan latihan 10 tahun. Maka sekalipun ia tidak menggunakan kekuatan tenaga dalam untuk
mengeluarkan hawa racun dalam tubuhnya Yan-jie,
291 dengan khasiatnya obat pil itu juga bisa memunahkan racun tersebut.
Lewat lagi sejenak, Lim Tiang Hong baru membuka
matanya, Yan-jie segera mengeluarkan sapu tangan
untuk membesut keringat dijidatnya, kemudian berkata padanya: "Terima kasih alas bantuanmu!"
"Mengeluarkan sedikit tenaga sudah sepatutnya,
jika berbicara tentang terima kasih, aku masih belum tahu bagaimana harus mengucapkan terima kasihku
kepada ayahmu?" Mengingat kematian ayahnya, Yan-jie lantas merah
matanya, air mata mengalir turun, kemudian berkata dengan suara sedih: "Kasian ayah...."
Dengan tanpa sadar ia lantas jatuhkan dirinya
dalam badan Lim Tiang Hong dan menangis ter-sedu2.
Yan-jie biasanya jarang berkeluyuran didunia Kangouw, juga bukan seorang gadis berandalan. Kalau ia begitu perlakukan Lim Tiang Hong, itu memang ada
sebabnya. Tatkala untuk pertama kali ia bertemu dengan Lim Tiang Hong, ia telah dapat kenyataan bahwa
ayahnya agak istimewa perlakukan padanya. Dengan
tanpa sayang telah menggunakan kekuatan tenaga
292 dalamnya untuk membantu anak muda itu membuka
batas jalan darah 'Hian-koan' nya. Sudah tentu bukan tidak ada maksudnya. Kemudian si Pengemis Mata Satu yang selalu menggoda dirinya, hingga membuat ia
mengingat satu hal. Juga oleh karena itu, membuat ia ambil perhatian
khusus terhadap Lim Tiang Hong, ia merasa bahwa
pemuda ini bukan saja gagah tampan, tapi kepandaian ilmu silatnya juga hebat, dan mungkin ayahnya sudah mengandung maksud hendak pungut mantu padanya.
Dengan tanpa berasa, dalam hatinya lantas timbul
semacam perasaan yang pada waktu sebelumnya belum pernah ada. Juga boleh dikata bahwa dalam waktu yang sangat singkat itu, ia sudah tumbuh perasaan cinta terhadap dirinya Lim Tiang Hong.
Dan kini rumah tangganya sudah hancur berarakan,
ayahnya sudah binasa secara mengenaskan, sanak
saudara sudah tidak ada lagi, dengan sendirinya ia telah pandang Lim Tiang Hong sebagai satu2nya keluarga
yang terdekat. Lim Tiang Hong yang sudah menerima budi sangat
besar dari Heng-lim Cun-loan, meski kematiannya orang 293
tua itu tidak dimustikan ia harus tanggung jawab, tapi biar bagaimana ada sangkut pautnya dengan
kedatangannya sendiri, maka dengan sendirinya merasa hatinya selalu tidak enak.
Menerima budi orang harus bisa membalas,
terhadap anak perempuan satu2nya yang ditinggalkan itu, sudah seharusnya ia berkewajiban turut mengawasi.
Maka ketika menyaksikan Yan-jie menangis begitu sedih, dalam hati juga merasa sangat duka. Dengan perlahan ia menepuk pundaknya sembari berkata: "Nona Tan, kau jangan nangis, hati2 dengan kesehatan badanmu.
Sebaiknya kita berusaha bagaimana harus menuntut
balas sakit hati terhadap kematian ayahmu".
Yan-jie yang sudah menangis sepuas-puasnya,
kesedihan dalam hatinya sudah mulai reda. Ketika
melihat sikapnya Lim Tiang Hong yang begitu perhatikan dirinya, hatinya merasa tergerak. Dengan sendirinya seluruh perasaannya ditumplekkan kepada dirinya anak muda itu.
"Bagaimana dengan dirku untuk selanjutnya....?"
demikian ia utarakan isi hatinya.
294 "Aku pikir, kau harus kuatkan hatimu, kau harus
bisa berdiri dengan gagah, menuntut balas sakit hati ayahmu dan mencari kebenaran dalam dunia Kang-uow.
Segala perasaan duka, untuk sementata baik kita
singkirkan dulu. Ah! sebetulnya, keadaanku sendiri bukankah ada serupa dengan dirimu?"
Mereka berdua sama2 senasib, sama2 sebatang
kara, hingga perasaan mereka makin dekat, seolah-olah sepasang merpati yang sudah lama berpisah baru
bertemu kembali. (-dwkz-) Jilid Ke 4 Kedua anak muda itu setelah saling tumplekkan
semua kedukaannya, Yan-jie baru keraskan hati dan berdiri sembari berkata: "Aku harus pergi, aku akan mencari beberapa sehabat karib ayah uatuk
merundingkan soal balas sakit hati dengan mereka"
Saat itu hari sudah menjelang pagi, para tamu yang menginap dirumah penginapan tersebut sudah pada
bangun, untuk melanjutkan perjalanan masing2.
295 Yan-jie setelah berpisah dengan Lim Tiang Hong,
lantas berlalu. Sedangkan Lim Tiang Hong yang sudah balik lagi ke kamarnya, mulai memikirkan perjalanan untuk selanjutnya.
Maksud kedatangannya ke kota Kim-leng itu,
sebetulnya hendak mencari Heng-lim Cun-loan untuk meminta keterangan tentang ayah-bundanya. Tapi
sekarang Heng-lim Cun-loan sudah meninggal dunia, kemana lagi ia harus mencari keterangan"
Selagi masih belum dapat mengambil keputusan
tepat, telinganya mendadak meadengar suara yang
sangat merdu: "Tuan rumah, tuan rumah..."
Ia merasa suara itu seperti tidak asing baginya,
ketika ia keluar melihat, ternyata ialah si burung Hong putih Cu Giok Im adanya.
Melihat Lim Tiang Hong keluar dari kamar, Cu Giok Im agaknya merasa terkejut. "Eh! kau juga berdiam disini?" demikian tegurnya.
"Selamat pagi nona!?" Lim Tiang Hong anggukkan
kepala sambil tersenyum. 296 "Tentang urusan kita, kau kata, bagaimana harus
diselesaikan?" si burung Hong putih bertanya sambil tekuk mukanya.
Lim Tiang Hong tahu bahwa ucapannya itu yang
dimaksudkan jalan soal adu pertandingan ilmu silat, maka seketika itu lantas menjawab sambil ketawa getir:
"Lain waktu saja kita bicarakan lagi! sekarang ini aku sebetulnya sedang kesal sekali!"
"Aku belum pernah melihat seorang aneh seperti
kau ini. Jika nonamu hendak paksa kau atau mencari setori dengan kau, bagaimana" Cuma saja nonamu tidak mau berbuat begitu. Begini saja, pikiranmu sedang kusut, bagaimana kalau nonamu kawani kau pergi
pesiar?" kata Cu Giok Im sambil tertawa terkekeh-kekeh.
Didesak demikian rupa, betul2 membuat Lim Tiang
Hong menangis salah tertawa pun salah. Karena pada saat itu dan ditempat itu, bagaimana masih ada
mempunyai kegembiraan untuk pesiar mencari
kesenangan" Cu Giok Im menampak anak muda itu bersangsi,
lalu berkata pula sambil ketawa: "Kau tidak sudi
memandang mukaku bukan" Setiap orang yang bisa
297 melakukan pekerjaan besar, kalau menghadapi urusan selalu bisa berlaku tenang. Tidak nanti seperti kau ini, baru menghadapi soal kecil saja lantas bingung tidak karuan! Aku lihat, kau nanti tentu tidak mampu
menghadapi perkara besar!"
"Apa betul" Kau juga tidak perlu menggunakan
perkataan untuk mengolok-olok. Jikalau nona ada
mempunyai kegembiraan baiklah aku bersedia
mengawani nona!" jawabnya Lim Tiang Hong sambil
ketawa bergelak-gelak. Dua muda-mudi itu lalu berjalan berdampingan,
seolah-olah lakunya sepasang merpati yang sedang
berkasih-kasihan. Mereka berpesiar hampir seluruh tempat dan akhirnya tiba di tepinya sungai Yan-cu-kie.
Lim Tiang Hong yang menyaksikan mengalirnya air
sungai, dengan tanpa berasa lantas menghela napas.
Cu Giok Im tiba2 mendorong padanya seraja
berkata: "Kau ini bagaimana sih" Mukamu selalu diliputi kesusahan saja?"
"Bagaimana kau bisa tahu urusan dalam hatiku"
Aku muncul didunia kang-ouw belum lama, lantas
298 menghadapi kesulitan demikian, bagaimana aku harus membereskan?".
"Dipinggangmu bukankah ada sebilah pedang.
Dengan pedangmu itu, kau boleh hadapi dengan
kekerasan! Didalam rimba persilatan, kita harus berani menghadapi kekerasan dengan kekerasan, bukannya
dihadapi dengan keluh-kesah!"
Kembali ada satu usul yang menganjurkan supaya
ia bertindak tegas. Lim Tiang Hong yang begitu mendengar ucapannya
si nona, diam2 merasa malu. sedangkan dalam hatinya ia memikir: "Aku Lim Tiang Hong percuma saja mempunyai kepandaian ilmu silat yang lumayan kalau kepandaianku itu tidak bisa membuka pikiranku" Sampai sekarang ini saja kalah atau lebib cupat dari pikirannya seorang perampuan, bukankah dikemudian hari akan menjadi
buah tertawaan orang?"
Memikir demikian, maka seketika darahnya
mendidih, sambil ketawa panjang ia berkata: "Perkataan nona tadi telah membuka pikiranku. Untuk selanjutnya aku yang rendah hendak menggunakan sebilah
pedangku ini untuk membuka jalan darah..."
299 Pada saat itu dibelakang dirinya terdengar suara
seseorang tertawa ter-kekeh2 yang kemudian dilanjutkan dengan suaranya yang berkata demikian: "Apa sekarang kau baru tahu kepalsuannya dunia kang-ouw?"
Kedua muda mudi itu terperanjat. keduanya segera
berpaling dan dibelakang mereka terlihat Im-san Mo-lie sedang berdiri sambil bertolak pinggang. Wanita ini saat itu sedang mengawasi Cu Giok Im sambil
memperlihatkan senyumnya yang mengandung arti,
setelah itu ia berpaling dan berkata kepada Lim Tiang Hong. "Kalian berdua nampaknya bermain sangat
gembira sekali. Kalian dapat memilih tempat sebagus ini untuk mengutarakan isi hati masing2, baik sekali"
Cu Giok Im yang sebetulnya merasa sedikit jemu
terhadap wanita muda centil genit seperti Im-san Mo-lie ini, maka mendengar orang itu mengucapkan perkataan demikian terang2an, wajahnya lantas berobah dingin, ia lantas menyahuti dengan suara ketus: "Kau jangan
sembarang buka mulut!"
Im-san Mo-lie juga lantas tarik kembali wajahnya
yang tadi ber-seri2. Ia lantas berkata disertai suara 300
ketawa dinginnya: "Kalian bisa berbuat, apa aku tidak bisa berkata?"
"Apa kau memang sengaja ingin cari setori?"
tantang Cu Giok Im penuh rasa gusar.
Im-san Mo-lie pada saat itu memperlihatkan sikap
gusarnya. Setelah ketawa mengejek sebentar ia lantas menerjang dan menyerang Cu Giok Im.
Wanita muda ini sesungguhnya sangat ganas,
begitu turun tangan saja sudah dibuka oleh serangan maut. Dalam waktu sekejapan saja dengan beruntun
telah melancarkan tujuh kali serangan beruntun yang kesemuanya ditujukan ke jalan2 darah penting di
tubuhnya Cu Giok Im. Si Burung Hong putih Cu Giok Im ini, adalah
muridnya Tiang-lim It-kong. Ilmu silatnya juga boleh dibilang mendapat didikan Istimewa. Meskipun mendapat serangan secara tiba2 dan dalam keadaan tidak ber-jaga2, tetapi sedikitpun tidak terlihat kegugupannya.
Cepat ia telah menarik diri sambil menghunus pedang dipinggangnya. Setelah itu dengan satu gerak tipu yang dinamakan Pek-tiauw Tiauw-hong ujung pedang yang
301 merupakan ribuan titik lelatu dimajukan dalam
menghadapi lawannya ini. Ujung pedang itu ternyata merupakan suatu
tembok yang kokoh kuat yang melindungi dirinya.
Setelah itu ia lalu memutar pedangnya, beruntun tiga kali ia melancarkan serangan pula.
Kedua wanita Itu yang satu sifatnya ganas serta
telengas, sedangkan yang lain mempunyai adat
berangasan. Demikianlah, begitu satu sama lain tidak mendapat kecocokan, keduanya lantas bergebrak.
Hal demikian itu tentu saja membuat Lim Tiang
Hong repot. Ia merasa serba salah. Setelah berdiri bengong sekian lama, akhinya ia lompat melesat, terjun kedalam kalangan sembari berseru: "Tahan! Kalian ini sebetulnya sedang pertengkarkan urusan apa sih
sebetulnya?" Si Burung Hong putih Cu Giok Im dengan alis masih berdiri membentak: "Tidak ada bagianmu!"
Dan "Srr. Srr..." Kembali ia telah menyerang Im-san Mo-lie dengan pedangnya.
Im-san Mo-lie beringas, dari sikapnya yang garang saja cukup membuat siapa yang mehhatnya timbul rasa 302
jeri dalam hati. Wanita ini memandang Lim Tiang Hong dengan sikap dingin, kemudian berkata: "Sudah
mempunyai kekasih, lantas lupa kepada encienya. Betul, tidak?"
"Apa artinya ucapanmu ini?" balas menanya Lim
Tiang Hong agak mendongkol.
Pada saat itu, didalam rimba terdengar beberapa
kali suara bentakan yang kemudian disusul dengan
keluarnya sekelompok orang berjubah imam dan yang berupa hwesio.
Dalam rombongan yang baru muncul itu, termasuk
pula ketua lima partai besar golongan Hian-bun, Bu-tong It-kie, Leng-in Totiang, tiga Tiang-lo Tat-mo-lie dari Siauw-lim-pay Hian-thong, Hian-kak dan Hian-thian.
kesemuanya berjumlah tidak kurang dari lima puluh orang.
Im-san Mo-lie mengawasi Lim Tiang Hong lagi, lalu berkata lagi: "Kau bukankah hendak membuka jalan
darah untuk hari depanmu sendiri" Sekarang ingin sekali aku melihat bagaimara caramu hendak bertindak"
Sehabis berkata, dengan sikapnya yang
memandang rendah ia lalu mengawasi kawanan padri itu 303
sejenak, dan lantas berpaling pula, matanya kini
ditujukan ke dasar sungai.
Pada saat itu rombongan padri dan imam itu sudah
berjalan kira2 sampai sejarak satu tombak di hadapan mereka.
Bu-tong It-kie meng-urut2 jenggotnya yang
panjang, menanya kepada Lim Tiang Hong dengan suara perlahan dan tenang: "Ada dua hal, harap kau suka menjawab secara terus terang. Pertama, dengan Thian-cu-kauw ada hubungan apa dan kedua iblis wanita ini sebetulnya masih pernah apa dengan kau?"
Lim Tiang Hong yang mendapat lihat sikap orang2
dalam rombongan imam2 itu yang agaknya seperti ingin berkelahi, dalam hatinya timbul kesan tidak baik
terhadap mereka, maka mendapat pertanyaan tadi ia lantas menjawab dingin: "Aku tidak tahu apa yang
dinamakan Thian-cu-kauw itu. Dan tentang nona ini, dia adalah encie angkatku"
Ciak-yan Ie-su lantas maju dan berkata dengan
suara keras: "Kau berkata boleh seenaknya saja! Sudah terang kau ini Kaucu muda dari Thian-cu-kauw dan iblis perempuan ini juga mungkin encie kandungmu sendiri.
304 Peristiwa berdarah di gedung Tang-gak-bio, pembunuhan besar2an di Lie-co-kok dan pencurian patung kuno di gereja Siauw-lim-sie semua adalah hasil perbuatan kalian berdua encie dan adik! Toyamu sekalian sudah
menyelidiki dengan jelas, apa kau masih coba hendak mungkir?"
Jikalau perkataan imam berewokan ini sama
lunaknya dengan suara yang diucapkan Bu-tong It-kie tadi, mungkin tidak akan menimbulkan kesalah pahaman yang begitu besar dan segala persoalan itu rasanya tidak sulit untuk dibikin terang.
Akan tetapi, perlu kiranya diketahui, ia adalah
seorang berangasan. Setiap perkataannya diucapkan dengan sikap yang galak, hingga dengan sendirinya pula telah menyinggung hati nuraninya Lim Tiang Hong yang bersikap keras pula. Maka itulah atas kata2 orang itu ia lantas berkata dengan sikap ketus: "Sikap dan tingkah lakumu yang seperti mau menelan orang ini kau tujukan kepada siapa! Siauw-yamu tidak suka menjawab
pertanyaanmu yang begitu kasar itu. Aku mau lihat sampai dimana kau dapat mengunjuk lagak didepanku"
305 Setelah berkata demikian, ia lalu berjalan ke tepi sungai sambil menggendong kedua tangannya
dibelakang punggung, agaknya tidak memperdulikan lagi semua imam itu.
Ciak-yan Ie-su seketika telah naik darah. Orang
berewokan ini lantas membentak pula dengan suara lebih kasar: "Bocah sombong!".
Dan ia lantas menyerang Lim Tiang Hong.
Mendadak terlihat berkelabat sinar pedang, ternyata itu adalah perbuatan si Burung Hong putih Cu Giok Im yang menalangi Lim Tiang Hong menyambuti serangan itu dengan pedangnya.
Ciak-yan Ie-su terkejut. Ia lalu menanya dengan
suara keras: "Kau siapa!" Kau berani ikut campur dalam urusan kami ini?"
"Nonamu adalah si Burung Hong putih Cu Giok Im
dari Tiang-lim pay. Aku tak akan membiarkan siapapun juga mengganggu dia seujung rambutnyapun saja!"
Ini benar2 suatu kelakuan yang ganjil sekali, maka Ciak-yan Ie-su lantas tertawa ber-gelak2, setelah itu ia berkata: "Apa kau kira kau punya cukup kepandaian untuk menjadi pelindungnya" Kami tahu Tiang-lim-pay 306
adalah partai orang baik2. Kau yang menjadi salah seorang anak muridnya, tidak seharusnya kau campur tangan dalam urusan yang mengenai dia"
"Dia adalah murid keturunannya Bu-ceng Kiam-
khek. Nonamu dengan dia masih ada urusan yang masih belum dibereskan. Sebelum kami berdua mengadu
kekuatan, sama sekali tidak kuijinkan siapa juga
melukainya!" Mendengar keterangan serupa itu, Ciak-yan Ie-su
agaknya merasa heran dan agak bersangsi, begitu pula halnya dengan para imam yang lainnya. Mereka pikir bahwa urusan sampai disini saja sudah demikian ruwet dan semakin sulit dibereskannya.
Bu-ceng Kiam-khek pada enam puluh tahun yang
silam namanya pernah menggetarkan dunia kang-ouw.
Orang tua itu dengan sikapnya yang luar biasa
kukoaynya, tindak tanduknyapun ganas dan telengas.
Itulah pula. yang menyebabkan ia mendapat nama
julukan Bu-ceng Kiam-khek (jago pedang yang tidak mempunyai perasaan).
Beberapa tahun berselang sudah terdengar kabar
bahwa orang tua itu dikerubuti musuh2nya dan telah 307
binasa. Tetapi sekarang mendadak muncul seorang
murid keturunannya yang masih muda belia, kalau begitu adakah orang tua itupun belum binasa"
Sekarang mengenai partai Tiang-lim-pay. Pemimpin
partai ini pun merupakan seorang kukoay pula, sulit diajak bicara. Dengan munculnya si Burung Hong putih yang mau turut campur dalam urusan ini, telah membuat Bu-tong It-kie yang terkenal banyak akalnya dan cerdik luar biasa, untuk sesaat lamanya juga tidak dapat memikirkan cara penyelesaiannya yang sempurna.
Hian-thong Tiang-lo dari Siauw-lim-pay setelah
menyebut nama Buddha tampil kedepan lalu berkata:
"Lolap tidak menghendaki apapun juga. cuma


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengharap nona itu sudilah kiranya mengembalikan
patung kuno, dan semua hal yang lainnya Lolap tidak ingin tahu lagi"
Lim Tiang Hong meskipun merasa mendongkol dan
tidak mau meledeni segala imam itu, namun dalam
hatinya terus memikirkan semua persoalan yang sudah lalu. Sejak terjadinya peristiwa di kota Lok-yang hingga sampai pada detik itu, ia merasa bahwa Im-san Mo-lie ini tindak tanduknya sebetulnya sangat mencurigakannya.
308 Tiba2 ia memutar tubuh dan berkata sambil
menghadap Im-san Mo-lie. "Kau sebetulnya suka atau tidak menyebutkan asalmu". Lekas kau beritahukan
sekarang juga kepadaku!"
Im-san Mo-lie sebaliknya tidak mau menjawab
secara langsung. Setelah tertawa ter-kekeh2 sekian lama ia lalu berkata: "Ei, apa sebabnya kau mendadak berlaku begini garang" kau sudah tidak mampu menghadapi
orang lain, apa gunanya memarahi orang sendiri?"
"Kau jawab dulu pertanyaanku tadi! Setelah itu
jawab lagi, itu ilmu mengentengkan badan It-shia Cian-lie, dari mana kau dapat mempelajarinya?"
"Apa kau kira cuma kau sendiri yang bisa, lantas
semua orang lain tidak boleh bisa dengan ilmu itu?"
Wanita muda itu mendadak lompat melesat dan
menerjang dirinya Hian-thong Tiang-lo. Dengan cepat ia telah melancarkan tiga kali serangan beruntun.
Sifatnya Im-san Mo-lie yang aneh dan tidak
ketentuan ini benar2 susah diraba-raba. Mungkin ia turun tangan itu dengan sengaja, yang maksudnya hanya
untuk menghindarkan atau menghilangkan desakan Lim 309
Tiang Hong, atau boleh jadi pula karena adanya lain sebab lagi.
Hian-thong Tiang-lo yang diserang secara
mendadak, dengan cepat telah berhasil mengegos,
menyusul dengan gerakannya yang pertama itu iapun menggerak-gerakkan tangannya, dan ilmu serangan
yang tidak berwujud lantas meluncur keluar dari
tangannya. Tiang-lo ini, dengan dua Tiang-lo yang lain,
kedudukannya dalam gereja Siauw-lim-sie hanya berada di bawah Ciang-bunjin, ketua partai Sao-lim-pay Hui Hui Taysu saja. Mereka bukan saja orang2 beribadat tinggi, juga memiliki beberapa rupa kepandaian simpanan dari Siauw-lim-pay yang benar2 tidak boleh dipandang
ringan. Maka tidaklah mengherankan kalau gerakan yang kelihatan dilakukan seperti seenaknya tadi telah
membikin terpentalnya Im-san Mo-lie, sampai iblis wanita itu merasa jeri sendiri. Tetapi dasar ia seorang wanita bandel, setelah kakinya berhasil menginjak tanah lantas sudah maju lagi dan menyerang kembali sampai
sembilan kali. 310 Akan tetapi, betapapun lebih hebat lagi ia
melakukan serangan, Hian-thoag Tiang-lo masih tetap melayani dengan cara seenaknya saja. Kakinya tetap tidak bergerak di tempatnya berdiri.
Lim Tiang Hong yang berdiri disamping dan
menyaksikan setiap gerakan dan setiap serangan dari Im-san Mo-lie itu, hatinya semakin curiga. Kini benar2 ia mendapat kenyataan bahwa beberapa jurus ilmu
serangan wanita ini mirip sekali dengan beberapa jurus gerak tipu dari perguruannya.
Mendadak dalam otak anak muda ini berkelebat
suatu ingatan, seketika itu ia seperti baru sadar dari tidurnya, maka diam2 ia menanya kepada dirinya sendiri:
"Apa boleh jadi dia ini....?"
Tiba2 terdengar suara jeritannya Im-san Mo-lie.
Saat itu wanita ini telah terpental mundur lima kaki, dari ujung2 bibirnya darah segar nampak mengucur keluar dengan derasnya.
Sementara itu Hian-thong Tiang-lo lantas berkata:
"Iblis jahat, kau masih belum mau menyerah?"
Membarengi kata2nya, padri tua itu dengan cepat
maju dan menyambar urat nadinya Im-san Mo lie.
311 Lim Tiang Hong tiba2 berseru: "Tahan!"
Seruannya itu dibarengi dengan gerakan tangannya
yang cepat luar biasa. Sebelum tahu apa2 tangan Hian-thong Tiang-lo telah tercekal, sedang mulutnya lantas berkata pula: "Taysu, apa perlunya kau mendesak
perempuan lemah sampai begini rupa?"
Gerakan Lim Tiang Hong itu gesit dan anehnya luar biasa. Hian-thong Tiang-lo diam2 juga terperanjat.
Tangan kirinya lantas bergerak hendak menotok jalan darah Ciok-kie-hiatnya Lim Tiang Hong, sedang mulutnya berkata dengan nada cemas: "Jikalau saja tidak ada hubunganmu dengan perempuan ini, paling baik jangan ikut campur tangan"
Lim Tiang Hong masih berdiri di tempatnya, ia
hanya mengegos sedikit mengelakkan serangan tangan kiri Hian-thong Tiang-lo tadi, kemudian tangannya berbalik secara mendadakan dan mencekal urat nadi tangan kanannya Hian-thong Tiang-lo.
Menggunakan kesempatan itu, Im-san Mo-lie
mendadak ketawa ber-gelak2 dan kemudian nampak
badannya melesat ke atas untuk selanjutnya kabur ke tepi sungai.
312 Semua orang yang ada disitu sedang tertarik
perhatiannya oleh gerakan2 Hian-thong Tiang-lo dan Lim Tiang Hong berdua yang aneh luar biasa. Ketika
mendengar suara ketawanya wanita itu, ternyata iblis wanita itu sudah menghilang ke dalam rimba.
Lim Tiang Hong sendiri terkejut. Dalam tempo
lengahnya ini, tangan Hian-thong Tiang-lo sudah terlepas dari cekalannya. Dengan ter-heran2 padri tua itu mundur dua tindak. Ia tidak memperhatikan kemana iblis wanita Im-san Mo-lie itu melarikan diri karena seluruh
perhatiannya ditujukan kepada pemuda aneh luar biasa ini.
Ilmu Kim-na Chiu-hoat (mencekal urat nadi di
tangan orang), sebetulnya merupakan salah satu
kepandaian ilmu silat simpanan dari tujuh puluh dua jenis ilmu silatnya Siauw-lim-pay. Sungguh dia ini tidak menyangka bahwa Lim Tiang Hong yang usianya masih muda belia itu dapat mempelajarinya, bahkan ilmu silat macam apa yang dipergunakan menghadapinya tadi ia sendiripun tidak mengetahuinya jelas. Tentu saja ia tidak tahu bahwa tipu atau gerakan yang digunakan oleh Lim Tiang Hong tadi sebetulnya adalah ilmu silat yang 313
dinamakan Kim-liong Pat-jiauw dari si orang tua pencipta yang hampir memakan waktu lima puluh tahun untuk
menyempurnakan ilmu itu. Suasana disitu setelah mengalami kesunyian
sejenak. Dari dalam rimba tiba2 terdengar suara orang menyebut Buddha, lalu muncul seorang imam tua
dengan dandanannya yang memakai bulu burung Ho.
Sikapnya imam itu nampak sangat keren, gerak-
geriknya menunjukkan kewibawaannya. Bu-tong It-khie yang melihat kedatangan imam itu, buru2 minggir untuk memberi jalan, sedangkan Ciak-yan Ie-su dan lain2nya juga lantas menghampiri untuk memberi hormat.
Imam tua itu ternyata adalah ketua atau Ciang-
bunjin dari partai Bu-tong yang memimpin semua partai dari golongan Hian-bun, Pek Ho Totiang.
Setelah memberi hormat dengan anggukan kepala
kepada 5 ketua partai besar lainnya, lalu menghadapi Lim Tiang Hong. kemudian berkata padanya sambil
tersenyum: "Benar2 sicu merupakan seekor naga dalam kalangan manusia. Bu-ceng Kiam-khek mempunyai murid seperti sicu sesungguhnya tidak mengecewakan,
mudah2an saja sicu bisa membawa diri baik2"
314 Kemudian berpaling pula dan berkata kepada 5
ketua partai serta Bu-tong It-khie: "Harap Toheng sekalian supaya segara berangkat ke Bu-tong-san karena pinto ada urusan penting yang perlu dirundingkan"
Kala itu Ciang-bun-jin Bu-tong-pay lah justru yang mendapat giliran memegang tampuk pimpinan diri enam partai besar golongan Hian-bun, Maka tatkala mendengar ucapan Pek Ho Totiang itu yang meskipun seperti
bersikap hendak berunding, akan tetapi juga merupakan suatu perintah. Maka serombongan orang2 itu lantas mengikuti Pek Ho Totiang berangkat ke Bu-tong-san.
Disitu kini hanya ketinggalan tiga orang Tiang-lo dari Siauw-lim-pay dengan Lim Tiang Hong dan si Burung Hong Pulih Cu Giok Im lima orang.
Lim Tiang Hong mengeluarkan sebuah batu giok
yang berbentuk ikan merah yang mendadak diperlihatkan kepada Hian-thong Tiang-lo sembari berkata: "Apa Taysu mengenali benda ini?"
Orang yang ditanya menyambuti ikan2an tersebut.
Setelah memeriksa sekian lamanya dengan teliti,
wajahnya nampak mengalami perubahan, sembari
315 merangkapkan tangannya ia bertanya: "Sicu, dari mana sicu mendapatkan benda ini?"
"Ini adalah barang hadiah yang aku dapatkan dari
Hui Hui Taysu. Jikalau Tay-su tidak menaruh rasa curiga, aku minta sementara Taysu sekalian supaya suka
undurkan diri dulu. Sebetulnya aku tidak ingin terlibat dalam segala kerewelan ini lagi" jawab Lim Tiang Hong hambar.
Ketiga orang Tiang-lo itu saling berpandangan
sejenak, lalu setelah menyebut nama Buddha, sambil merangkap tangan ke-tiga2 nya berkata hampir
serentak: "Karena ada tanda kepercayaan dari Ciangbunjin, maka Lolap sekalian dengan ini minta diri"
Setelah itu ketiga Tiang-lo tersebut lantas undurkan diri.
Begitu ketiga orang yang belakangan ini sudah
berlalu jauh, Cu Giok Im lantas berkata sambil
ketruk2kan kakinya: "Benar2 sial dangkalan. Sebetulnya kita ingin pesiar dengan gembira untuk satu hari
lamanya, tidak disangka telah menjumpai banyak
kerewelan begitu. Sekarang aku tidak ada maksud ingin 316
pesiar lagi, mungkin suhu juga sedang menantikan
kedatanganku" Kemudian, setelah mendorong badan Lim Tiang
Hong dan berkata: "Hai, tentang urusan kita kapan kita bereskan?", ia hendak berlalu.
Sementara itu Lim Tiang Hong menyahut "Terserah
kepada nona sendiri. Selewatnya hari ini kapan saja boleh"
Anak muda ini menjawab, matanya teras
mengawasi air sungai yang jernih.
"Baiklah, nanti aku bisa mencari kau sendiri, dimana saja kau berada."
Maksud dan kedatangan Cu Giok Im dan gurunya
kedaerah selatan adalah selain karena mendapat kabar bahwa kitab Tat-mo-keng telah muncul. hingga mereka merasa tertarik dan menginginkan kitab wasiat tersebut, juga mereka ingin mencari muridnya Bu-ceng Kiam-khek untuk menuntut daripadanya balas sakit hati atas
kekalahanya Tiang-lim It-hong pada beberapa tahun yang lampau.
Tetapi tatkala menyaksikan sendiri bagaimana
hebat dan tingginya kepandaian ilmu silat Lim Tiang 317
Hong, runtuhlah nyali mereka guru dan murid dan
semangat merekapun mulai lesu.
Seberlalunya Cu Giok Im, Lim Tiang Hong
mendadak seperti ingat sesuatu ia coba se-bisa2 meng-ingat2. Ia merasa bahwa gerak tangan, gerak tipu silat yang dipergunakannya tadi tatkala ia mencekal
pergelangan tangan Hian-thong Tiang-lo sesungguhnya bagus dan hebat luar biasa. Tipu silat itu telah ia pergunakan ber-kali2, namun ia sendiri telah melupakan namanya dari tipu serangan tersebut. Dan kini,
mendadak saja ia ingat bahwa tipu serangan tersebut oleh gurunya dinamakan Kim-liong Pat-jiauw.
Selama dalam waktu setahun, waktu yang demikian
singkat, ia ketika mengingat suhunya belajar ilmu silat sesungguhnya sudah tidak ada waktu lain lagi untuk memperhatikan atau melatih itu tipu pukulan yang
ternyata seperu tidak ada habisnya. Dan kini, setelah menghadapi musuh2 kuat, mendadak ia ingat kembali tipu2 pukulan yang dipelajari dari suhumu. Maka sesaat lamanya ia nampak bermenung, kemudian meng-gerak2kan kaki tangannya berlatih, ternyata ia merasa puas, mendapatkan hasil diluar dugaannya.
318 Tiba2 dibelakang dirinya ada seseorang yang
memperdengarkan suara memberi pujian: "Sungguh
indah sekali ilmu serangan Kim-na Chiu-hoat yang sicu mainkan"
Lim Tiang Hong terkejut. Ia yang pada waktu itu
sudah mempunyai pandangan serta pendengaran tajam luar biasa, yang melebihi jauh daripada panca-indra manusia biasa mengapa sampai tidak mengetahui bahwa di belakang dirinya telah kedapatan orang yang mencuri lihat semua gerak geriknya"
Ketika dengan mendadak ia putar tubuh, barulah ia ketahui bahwa orang itu ternyata adalah Hui Hui Taysu adanya.
Padri beribadat tinggi dari golongan Buddha ini
sambil perlihatkan wajah ber-seri2, nampak berdiri tenang. Namun setenang ia memperlihatkan diri,
kelihatan juga wajahnya agak muram, seperti diliputi oleh kedukaan yang tak dapat disembunyikan.
Lim Tiang Hong lalu menghampirinya. Setelah
memberi hormat dihadapan padri tersebut, ia lalu
berkata: "Bagaimana Taysu mempunyai waktu terluang untuk datang kemari?"
319 "Maksud kedatangan pinceng ini melulu cuma
karena hendak memberi pesan sepatah kata dua kepada sicu" Demikian jawaban Hui Hui Taysu yang kemudian menarik napas panjang, kemudian berkata pula "Ibarat main catur, satu set saja seorang pemain bertindak salah berarti suatu kekalahan besar akan diterimanya. Siauw-lim-pay kali ini boleh dikata telah mengalami kekalahan mutlak, sekarang terpaksa lolap hendak melihat
bagaimana kekalahan terakhir dari set yang paling belakangan...."
Lim Tiang Hong hanya mengawasi padri tua yang
bicara di hadapannya ini dengan perasaan bingung serta ter-heran2. Apa yang dimaksud oleh perkataanya itu, sedikitpun tidak dapat ia menangkap artinya.
"Mengenai urusan patung tua, kali ini hubungannya dengan nama baik Siauw-lim-pay, sebetulnya masih
merupakan suatu perkara kecil yang tidak perlu terlalu di-besar2kan. Akan tetapi, apabila sampai patung
tersebut terjatuh dalam tangan kawanan orang orang jahat, entah akan bagaimana bencana itu hebatnya yang akan ditimbulkan dikemudian hari" berkata pula Hui Hui 320
Taysu sambil menghela napas dan meng-geleng2kan
kepala ber-ulang2. Kemudian setelah berhenti sejenak, kelihatan
mulutnya terbuka pula, ia melanjutkan pula: "Tempo hari, ketika lolap menerima patung Budhha itu, pernah lolap periksa secara teliti, lolap pun telah mendapat kesan bahwa kitab pusaka itu seperti tersimpan didalam patung tua di salah sebuah bukit batu cadas, sedangkan patung itu bentuknya pasti serupa benar dengan patung batu yang menyimpan kitab pusaka tersebut. Tetapi, patung tua yang berada di kedua tepi sungai Lok-sao di jembatan Lok-yang kio di gunung Cian-hud-san ada
banyak sekali jumlahnya. Di Kim-leng ada suatu tempat yang bernama Ciam-hud-giam, sedang di Ciat-kang
timur, ada suatu tempat pula yang dinamakan Thay-hud-sie. Sebetulnya dimana beradanya kitab pusaka
keturunan itu masih sulit diketahui. Selanjutnya, setelah patung gading kuno itu hilang, semua anak murid Siauw-lim-pay lantas pada menuduh itu adalah karena perbuatan sicu. Meskipun lolap tidak menyetujui anggapan mereka, akan tetapi mulut banyak orang susah dicegah berbicaranya, tentu saja soal itu selalu di-sebut2 dan 321
lolap tidak bisa apa2, malah akhirnya lolap sendiri juga merasa sangsi, hingga kemudian minta sicu
meninggalkan geraja Siauw-lim-sie. Berbareng juga secara diam2 lolap terus mengikuti jejak sicu. Apamau kejadian sungguh sangat kebetulan. Sicu telah menguji kekuatan seorang diri, dan dikalangan kang-ouw ramai tersiar kabar bahwa kitab itu berada di kota Kim-leng.
Juga karena lolap kesalahan bertindak sedikit, semua orang kuat digereja Siauw-lim-sie telah lolap kirim ke selatan, tidak nyana akhirnya berhasil nihil. Belum berselang, lama lolap bertemu dengan Pek Ho Totiang dari Bu-tong-pay. Ketika kami membicarakan peristiwa pembunuhan murid2 golongan Hian-bun, semua juga
menganggap bahwa itu adalah perbuatan sicu. Hanya Pek Ho Totiang seorang yang beranggapan lain. Ia
menganggap pasti ada lain orang yang mengerjakan itu, bahkan ia beranggapan pula bahwa itu bukannya
perbuatan satu dua orang saja, tetapi ada suatu
kekuatan hebat yang tersembunyi, yang secara diam2
sengaja mencari permusuhan dengan orang2 golongan Hian-bun. Sicu, hanya merupakan seorang yang dibuat talenan saja. Selanjutnya, mendadak muncul seorang 322
perempuan muda, dialah orang yang menamakan diri
Im-san Mo-lie. Iblis perempuan ini, baik kepandaian ilmu silatnya, maupun parasnya semua mirip benar dengan sicu. Itulah sebabnya perhatian kami orang lalu ditujukan keatas dirinya perempuan itu. Akan tetapi, sebegitu jauh kami mengadakan penyelidikan pula, perempuan iiu
sungguh licin, tindak tinduk serta kelakuannya tidak menentu, hingga hasil dari penyelidikan kami juga kecee.
Kami tahu bahwa perempuan itu sudah menuju ke
selatan, maka kemudian kami be-ramai2 menganggap
pasti bahwa kitab pusaka itu tentu tersimpan di dalam Cian-hud-giam Tidak nyana, kitab yang tersimpan
didalam Cian-hud-giam itu bukan saja paslu belaka malah pihak lawan sudah menyembunyikan banyak
orang2 kuat di sekitar tempat itu hingga pembunuhan besar2an tak dapat dielakkan, banyak orang telah
menjadi korban mereka orang2 jahat. Dalam hal ini, lolap segera sadar bahwa kami sebenarnya telah masuk
perangkap akal muslihatnya musuh tersembunyi itu. Ada juga kemungkinan bahwa kitab pusaka itu disimpannya di lain tempat"
323 Setelah dengan panjang lebar Hui Hui Taysu
mengutarakan pendapatnya, Lim Tiang Hong lantas
menanya: "Apakah tidak mungkin itu adalah hasil
perbuataannya orang2 Thian-cu-kauw?"
"Kemungkinan itu memang telah kami lihat. Lolap
justru karena soal sulit itu sengaja kini menemui sicu.
Hong-hong-tie dengan Thian-cu-kauw, semua
merupakan partai atau golongan yang jarang kedengaran namanya dalam kalangan kang-ouw. Bagaimana
sebetulnya keadaan orang2 dalam partai2 itu, tidak seorangpun mengetahui. Dan apa yang lebih
mengherankan, orang2 kedua partai itu mendadak
menempel erat pada diri sicu. Yang satu memanggil sicu Kongcu, sedang yang lain membahasakan sicu sebagai Siauw Kauwcu. Dalam sebutan2 ini, pasti ada maksud yang tersembunyi, sudah boleh ditetapkan dari sekarang.
Pemimpin dari kedua partai itu barangkali ada hubungan erat dengan sicu sendiri, itu masih susah dibilang.
Pendek kata, kejahatan dan akal muslihat, didalam dunia kang-ouw itu tidak gampang dibongkar, maka sicu
sebaiknya kau berlaku lebih hati2. Dan perempuan yang mengaku dirinya bernama Im-san Mo-lie itu, sebetulnya 324
bukan orang dari golongan orang baik2. Paling baik sicu jaugan terlalu bergaul rapat dengan perempuan itu. Lagi, menurut pikiran lolap, perempuan itu pasti ada hubungan erat dengan Thian cu-kauw, juga ada kemungkinan besar semua peristiwa yang sudah2 adalah hasil perbuatannya seorang. Kami hanya belum mampu mendapatkan
bukti2nya saja" Sehabis berkata, padri itu lalu menarik napas pula, dan akhirnya ia memberi pesanan pula wanti2, demikian:
"Rupanya rimba persilatan telah diliputi angkara murka, tidak lama lagi barangkali akan timbul ber-turut2
beberapa kejadian besar yang hebat. Sicu mempunyai kepandaian sangat tinggi, maka lolap hanya berharap sicu bisa bertindak berhati2 dalam menghadapi segala kejahatan yang ditimbulkan oleh manusia2 biadab yang sengaja tidak mau unjuk muka"
Setelah mengucapkan pesan terakhirnya itu, padri
tua tersebut lantas berlalu meninggalkan Lim Tiang Hong.
-0dw-smhn0- 325 Bab 9 LIM TIANG HONG yang setelah mendengar pesan
terakhirnya Hui Hui Taysu, rupanya agak tergerak
hatinya. Sambil mengawasi jernihnya air sungai yang mengalir tenang, anak muda ini tanpa merasa menarik napas panjang
Mendadak nampak dadanya dipelambungkan,
kemudian berlalu dari tempat tersebut dengan tindakan lebar.
Tiba2 ketika sedang enaknya ia berjalan, ia merasa ujung bajunya ditarik seseorang. Cepat secara reflek ia balik badan, lima jari tangannyapun lantas menyambar ke arah tangan orang usilan itu.
Akan tetapi usahanya ternyata sia2 belaka, ia
kecele. Bukan saja ia tidak berhasil mencekal tangan orang yang usil itu, bahkan iapun tidak mampu melihat orangnya. Ia hanya mendengar bahwa di belakang
dirinya telah berkata seseorang sambil perdengarkan suara ketawa cekikikannya: "Ha... kok galak benar..."
Lim Tiang Hong sejak muncul dalam dunia kang-
ouw telah beberapa kali menghadapi musuh tangguh, pertempuran besar maupun kecil berkali-kali telah ia 326
hadapi. Kini ketika sedang cepatnya menanjak ilmu kepandaian silatnya, yang ia yakin pula bahwa ia kini telah menjadi salah seorang terkuat dalam dunia kang-ouw, tetapi kalau sampai kala itu, didekati orang, bahkan ditarik lagi lengan bajunya ia masih tidak merasa, sungguh ia merasa heran dan kaget berbareng.
Tatkala untuk kedua kali ia balik badan sambil
melepaskan serangan tangannya, kekuatan hebat lantas meluncur keluar tanpa dapat dicegah.
Mendadak nampak berkelebat bayangan merah.
Yong-jie, itu gadis cilik nakal yang dulu pernah
memberikan obat pada Lim Tiang Hong, telah berdiri tegak di hadapan anak muda ini sambil perlihatkan wajah ramai senyuman. Dengan sikapnya ke-kanak2an yang
jenaka gadis ini menggoda Lim Tiang Hong: "Ha, ha....
Kongcu, hebat benar serangan tanganmu"
"Setan cilik, berani kau mempermainkan orang"
Nanti kutarik sampai putus kedua kuncirmu itu baru tahu diri kau!" Demikian Lim Tiang Hong berkata, ia berlagak gusar, sedang tangannya benar2 digerakkan,
menyambar kuncir di atas kepala Yong-jie.
327 "Kau masih belum mampu menyambret kuncirku"
kata Yong-jie sambil ketawa cekikikan, dan badannya lantas menghilang.
Benar saja tangan Lim Tiang Hong telah
menjambret angin. "Aku tidak percaya tidak bisa mancekal kau si bocah nakal ini"
Lim Tiang Hong setelah berkata demikian, kali ini dengan menggunakan ilmu Kim-liong Pat-jiauw kembali bergerak pula.
Akan tetapi badannya Yong-jie yang kecil langsing nampak bergerak mundur dan maju beberapa kali,
ternyata Lim Tiang Hong kenbali tidak berhasil
menangkapnya. Lim Tiang Hong agaknya sudah mendongkol. Ia
turunkan kedua tangannya dengan berbareng, kembali menggunakan ilmunya Kim-liong Pat-jiauw menerkam
dari atas. Akan tetapi perawakan Yong-jie yang kecil langsing itu selalu bergerak berputaran didepan dan
dibelakangnya sejarak tiga kaki. Biar bagaimana
berusaha Lim Tiang Hong tetap tidak dapat
328 menyandaknya, sehingga nampak kedua orang tersebut ber-putar2 seperti sedang main petak.
Akhirnya Lim Tiang Hong mengalah sendiri, ia
berhenti bergerak "Sudahlah, aku terima kalah" demikian ia menyerah kalah.
Yong-jie juga sudah lantas berhenti, ia berkata
ketika menghampiri anak muda itu: "Kongcu. aku cuma main2 saja. apa kau marah?"
Lim Tiang Hong meng-usap2 rambutnya yang hitam
jengat, sambil ketawa ter-gelak2 ia berkata: "Kau jangan terlalu banyak pikir. Aku bisa memarahi kau?"
Yong-jie yang mengetahui Lim Tiang Hong benar2
tidak gusar kepadanya, lantas tertawa lagi seraya katanya: "Kongcu, aku ajarkan kau ilmu mengegoskan diri yang dinamakan Sam-sam Pohoat ini kepadamu, kau suka atau tidak?"


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ini mana boleh?" kata Lim Tiang Hong sambil
geleng2kan kepala. "Tentu saja boleh, siapa kata tidak" Ilmu ini adalah Kok-cu sendiri yang mengajarkan aku, kalau sekarang kuajarkan kau, pasti ia merasa girang"
329 Sehabis berkata demikian, se-akan2 kupu2 merah
nampak badannya berputaran di tanah, ditanah berpasir tempat yang diinjaknya kelihatan bekas2 kakinya yang kecil kecil. Gadis cilik ini lantas menarik tangan Lim Tiang Hong. sedangkan mulutnya lagi2 sudah berbicara:
"Kau lihat, gerak kali ini sedikitnya harus
mengandung ilmu Pat-kwa. Setiap tiga langkah, berobah menjadi silang. Silang menyilang itu boleh ber-ubah2
dalam 384 macam gerakan lain, Jikalau kita pergunakan, kehebatannya bukan main. Sekalipun kita sedang
dikurung musuh dari empat penyuru, jangan kita berkuatir kalau memiliki ilmu ini, kita bisa melepaskan diri dengan cara yang bukan main gampangnya. Coba kau
lihat ini" Dan sekali lagi ber-gerak2.
Lim Tiang Hong tidak ingin membuat nona cilik ini tidak senang, maka ia lantas lalu melihat bekas2 kaki itu.
Ia lihat meski nampak gerakan gerakan kaki itu
sederhana sekali, tetapi iapun sadar bahwa gerakan sederhana itu mengandung pelajaran yang sangat tinggi.
Ketika ia meneliti lagi sekian lama, tetap ia tidak dapat menemukan rahasianya.
330 Sebaliknya Yong-jie kelihatan sudah sangat gelisah.
Sambil me-narik2 ujung baju si anak muda, ia mengajak pemuda ini ber-putar2an, kedepan, belakang, kanan dan kiri sampai Lim Tiang Hong merasa pening kepalanya, maka ia lantas berseru ber-ulang2 "Sudah, sudah. Kalau kau ajak aku ber-putar2an begini rupa terus2an, aku tidak sanggup"
Mendengar perkataan si pemuda, Yong-jie agaknya
malah kegirangan, nona cilik ini lantas ketawa ter-pingkal2.
Biar bagaimana, Lim Tiang Hong yang cerdas tetap
otaknya jernih. Walaupun ia belajar sambil setengah main2, tetapi dalam waktu sekejap itu ia telah dapat mengambil inti sarinya. Ia telah memahami rahasianya sebagian besar. Setelah ia mencoba seorang diri,
gerakannya dari perlahan lantas berobah menjadi cepat secepat angin, dan akhirnya ia telah dapat memahami gerak tipu kaki yang luar biasa anehnya itu.
Per-lahan2 ia mulai tertarik atas pelajaran yang
diberikan nona cilik itu kepadanya. Maka setelah seluruh perhatiannya dipusatkan, ia lalu berputaran entah beberapa ribu kali hingga kelihatannya seperti orang gila.
331 Tiba2 ia mendengar seorang berkata dengan
disertai suara ke-tawanya terkekeh2: "Lotee, apa kau sudah gila" Bagaimana seorang diri kau berputaran terus disini?"
Setelah mendengar teguran itu, agaknya ia baru
sadar, ketika ia berhenti dan meneliti, baru ia sadar benar bahwa perbuatannya tadi memang seperti orang gila. Ketika ia dongakkan kepala, ternyata hari memasuki senja.
Yong-jiepun entah sejak kapan telah tidak kelihatan mata hidungnya, sebagai pengganti nona cilik itu
matanya kebentrok dengan si Pengemis Mata Satu yang tengah mengawasinya terus dengan sikap ke-heran2an.
Lim Tiang Hong tidak mau menceritakan bahwa ia
sedang belajar gerak tipu kaki. Atas teguran pengemis itu ia hanya balas menegur dengan suara hambar:
"Locianpwee, sejak kapan kau datang?"
"Sudah hampir kira2 setengah jam dimuka. Mari
lekas kita masuk kota, ada berita penting sekali yang akan kuberitahukan kepadamu"
Kedua orang tersebut lalu berjalan menuju ke
dalam kota. 332 Setibanya mereka didalam kota, si Pengemis Mata
Satu agaknya sudah tidak sabaran lalu mengajak Lim Tiang Hong masuk ke sebuah rumah makan.
Pada saat itu Lim Tiang Hong baru ingat kalau ia
sendiri sudah hampir seharian belum mengisi perutnya, maka ketika memasuki rumah makan lagaknya seperti orang tak mengenal diri ia ketawa sendiri.
Seperti biasanya, pengemis Mata Satu begitu masuk rumah makan, minta disediakan arak lebih dahulu.
Matanya yang hanya tinggal satu nampak berputaran mengawai keadaan di sekitar rumah makan, ia meneliti orang2 yang berada disampingnya, hanya beberapa
pedagang biasa. Maka mendapat kenyataan ini, ia lantas mulai buka suara.
"Celaka... dunia rimba persilatan sudah akan
menghadapi hari kiamat. Apa yang aku kuatirkan selama beberapa tahun ini benar saja sudah akan sampai pada kebenarannya"
"Soal apakah sebenarnya yang Locianpwee
maksudkan?"" menanya Lim Tiang Hong ketika
mendadak ia mendengar perkataan si Pengemis Mata
Satu. 333 "Baru2 ini dalam dunia kang-ouw mendadak muncul
satu perkumpulan sesat yang sangat misterius, namun pengaruh orang2nya sangat besar. Hampir setiap kota yang agak besar sedikit, ada cabang perkumpulan sesat itu. Kabarnya Kauwcu dari perkumpulan itu memiliki kepandaian silat yang luar biasa tingginya, sukar dijajaki, gerak geriknyapun misterius pula. Entah lelaki ataukah wanita ia itu belum ada yang tahu tapi terangnya, Kauwcu itu seperti hendak mengadakan aksi yang rupa2nya ingin menjagoi dunia kang-ouw. Selama ini kelihatannya perkumpulan itu ber-gerak diam2 secara rahasia, tapi kemudian per-lahan2 mulai bertindak terang2an.
Menurut berita yang aku, si pengemis tua ini dapatkan, perbuatan2 yang bertentangan dengan golongan Hianbun itu adalah perbuatan orang2 keluaran partai tersesat itu. Perkumpulan rahasia itu bukan saja mempunyai banyak anak buah yang kesemuanya berkepandaian
rata2 tinagi2, tapi juga sangat ganas dan kejam sepak terjangnya. Semua orang keluaran perkumpulan itu boleh dibilang iblis2 jahat yang mengancam ketenteraman dunia kang-ouw. Aah...."
334 Bicara sampai disitu, si Pengemis Mata Satu lalu
manghela napas panjang. Lim Tiang Hong yang mendengarkan bicaranya
pengemis itu, hatinya tergerak. Diam2 ia sudah memikir apa mungkin perkumpulan yang sangat misteris itu
pemimpinnya ada Manusia Buas Nomor satu yang
dimaksud oleh suhunya....
Pada waktu itu si Pengemis Mata Satupun telah
melanjutkan pula penuturannya, sebagai berikut:
"Kabarnya mereka itu semua pada menggunakan
semboyan, MENJALANKAN TITAH TUHAN MEMBASMI
KEJAHATAN dalam melakukan segala perbuatannya.
Sebagai sasaran pertama dari orang2 itu, adalah partai besar Siauw-lim-pay yang dijajah. Mereka ingin
menggunakan ramainya perebutan patung kuno, hendak membasmi habis partai yang besar pengaruhnya itu lebih dulu dan selanjutnya lantas turun tangan terhadap orang2 Bu-tong-san serta orang2 dari lain partai dari golongan Hian-bun. Sesudah itu barulah mereka hendak menggulung sisa2 orang2 kuat lain yang tidak mau
membuntuti perkumpulan itu".
335 Lim Tiang Hong tiba2 berseru gusar: "Barangkali
mimpi dia pada waktu tengah hari bolong. Apa dia kira bahwa dalam dunia ini sudah tak ada orang yang mampu merintangi tindak tanduknya?"
Pengemis Mata Satu lantas berkata sambil
geleng2kan kepala: "Urusannya sudah tentu tidak begitu lancar seperti yang mereka perhitungkan. Tapi dengan perbuatan mereka itu tentu akan menimbulkan reaksi hebat, bahkan aliran darah mungkin tidak akan ada habis2nya"
Lim Tiang Hong begitu mendengar lagi kata2 si
pengemis, lantas berdiri alisnya. Dengan roman gusar anak muda ini menulis beberapa huruf di atas meja, demikian kira2 bunyi tulisannya:
"SEGERA KITA BASMI CABANG MEREKA DI KOTA
KIM-LENG!" Si Pengemis Mata Satu terkejut rupanya. Sambil
goyang2kan tangannya pengemis ini lalu berkata "Jangan terlalu menuruti napsu. Sekalipun cuma satu cabang saja, cukup sulit bagi kita untuk menghadapi, maka lebih baik kita pikir masak2 dulu cara2nya"
336 Lim Tiang Hong bangkit berdiri, tetap dengan
wajahnya yang merah padam berkata: "Kalau kau tidak berani pergi, tunjukkan saja tempatnya, aku pergi sendiri!"
Si Pengemis Mata Satu lantas ketawa ber-gelak2
sembari berkata: "Lotee, apa kau kira aku si pengemis tua benar2 takut" Kau dengarlah. Aku yang
berkedudukan sebagai seorang Tiang-lo dari
perkumpulan pengemis (Kay-pang). begitu bergerak
tentu akan luas pengaruhnya. Sebelum kami orang2
golongan Kay-pang kebentrok langsung dengan orang2
itu, sebetulnya tidak ingin aku membikin huru hara yang bersifat menyolok yang tentunya nanti dikemudian hari tidak akan menguntungkan perkumpulan kami. Jikalau kau sendiri sudah begitu bulat tekadmu hendak pergi, akupun tidak perlu merintangi lagi. Aku bisa
memberitahukan, kedudukan perkumpulan itu adalah
dalam sebuah gedung besar yang terletak di tepi sungai di luar kota ini"
Lim Tiang Hong tidak menunggu habisnya
keterangan si pengemis lantas berjalan dengan tindakan lebar.
337 Begitu sampai diluar kota, ia lalu bergerak lagi, menggunakan ilmu lari pesatnya, maka sebentar
kemudian ia sudah sampai di depan sebuah gedung
besar. Dari dalam gedung tersebut mendadak keluar dua
orang lelaki berdandanan ringkas yang lantas
membentak Lim Tiang Hong dengan suaranya yang
seperti geledek kerasnya: "Siapa kau....?"
Lim Tiang Hong bergerak dengan tindakan gesit.
Kedua orang tersebut masih belum melihat tegas siapa yang baru datang, sudah kena ditotok jalan darah
kematiannya. Maka untuk selanjutnya Lim Tiang Hong lalu berjalan masuk dengan tindakan lenggang.
Pada waktu itu dari kanan kini pintu gerbang
kembali muncul dua orang laki2 yang secara
mendadakan menyerang membokong si anak muda dari
belakang. Selanjutnya kedua penyerang ini membentak dengan suara keras: "Sahabat sungguh besar nyalimu!"
Lim liang Hong ketawa hambar. Mendadak ia putar
tubuh, cepat bagaikan kilat ia telah menggerakkan kedua tangannya. Ditangannya, kedua laki2 tadi yang
338 dilemparkan keluar seperti melempar dua ekor ayam sembari berkata "Pergilah kalian!"
Kedua laki2 tersebut tanpa berdaya sedikitpun telah kena dilemparkan, jauh sampai sejarak tiga tombak.
Lim Tiang Hong tanpa menoleh pula terus
memasuki ruangan gedung, pada saat itu didalam
ruangan gedung yang sangat luas itu lampu dan lilin2
semua memperlihatkan cahaya terangnya yang me-
nyolok. Dikedua sisi ruangan ada kedapatan banyak orang2 yang sedang makan minum dengan riangnya,
mereka sedikitpun tidak pernah menyangka kalau bahaya maut sudah menjangkau diatas kepalanya, yang setiap saat bisa mengirim jiwanya ke akhirat.
Lim Tiang Hong dalam menghadapi kawanan
manusia buas dan jahat itu, sedikitpun tidak mau
membiarkan mereka dapat lolos dari tangannya, dan ia telah bertekad melaksanakan sumpahnya membunuh
semua orang2 itu. Sebelum bertindak, ia menyapu kearah semua
orang2 itu. Ia memperhatikan dimana ada jalan yang dapat dipakai untuk mereka loloskan diri, dan setiap jalan lolos telah diperhatikannya benar2, barulah setelah itu ia 339
perlihatkan diri sambil perdengarkan suara ketawanya yang amat nyaring.
Kawanan penjahat yang sedang makan minum itu,
semuanya dibikin kaget karena kedatangannya Lim Tiang Hong yang secara tiba2 itu. Sesaat suara ramai yang mereka perdengarkan ber-ramai2 sirap seketika. Semua pandangan kini telah ditujukan kepada si anak muda yang entah sejak kapan telah munculkan diri disitu secara mendadak.
Saat itu Lim Tiang Hong lantas berkata dengan
suara keras: "Semua berdiri!"
Lalu nampak pemuda ini menggerakkan tangannya
secara seenaknya, kemudian semua meja perjamuan
dibikin terbalik, disana-sini lantas terdengar suara gaduh, piring mangkuk pada pecah sambil perdengarkan suara nyaring. Sementara itu ia berkata pula: "Siapa berani lekas maju!"
Pada saat itu agaknya baru sadar kalau mereka kini sedang menghadapi orang yang sengaja hendak mencari onar dengan mereka. Maka dari antara orang2 itu lantas kelihatan maju ke depan yang langsung menerjang si
"pengacau". 340 Lim Tiang Hong dengan gerakan gesit
menggerakkan tangannya. Lagi2 lantas terdengar suara jeritan ngeri beberapa kali, orang2 yang menerjangnya tadi satu demi satu dibikin terguling badannya untuk selanjutnya jatuh roboh di tanah tanpa bernyawa Belum mereka dibikin musnah lalu muncul dua orang lagi yang maju menghampiri Lim Tiang Hong. berkata pada anak muda ini sambil
menudingkan tangannya: "Bocah, apa kau tidak mencari keterangan dulu tempat apakah ruangan ini!...."
Tetapi belum lagi habis ucapan orang itu, tangan
Lim Tiang Hong kembali nampak bergerak, dan orang itu roboh ditanah dengan mulut menyemburkan darah,
jiwanya melayang seketika.
Dalam waktu sekejapan saja Lim Tiang Hong telah
membinasakan tujuh orang, hingga para penjahat
lainnya menjadi ketakutan, yang bernyali kecil sudah ingin kabur. Tetapi Lim Tiang Hong mendadak
membentak pula: "Siapa yang kabur, musti mampus
dulu?" Ucapan itu benar saja menguncupkan nyali mereka,
tidak ada seorangpun yang berani bergerak.
341 Pada saat itu, ruangan yang ramai tadi mendadak
sunyi, tidak kedengaran suara orangpun lagi. Dalam keadaan demikian, seorang laki2 yang berusia kira2 lima puluh tahun yang berjenggot seperti kambing, dan
seorang laki pertangahan umur yang mempunyai tanda bacokan pada pipinya mendadak maju keluar
menghampiri Tiang Hong. Sambil menyoja memberi
hormat mereka berdua berkata: "Siapakah nama tuan yang mulia" Dengan Thian-cu-kauw, tuan mempunyai
permusuhan apakah" Harap tuan suka memberi
penjelasan" "Kalian berdua siapa?" tanya Lim Tiang Hong. Ia
tidak menjawab, bahkan setengah menggertak ia balas menanya.
"Kami berdua adalah ketua cabang Kim-leng nama
Ceng Yang dan saudara ini adalah wakil ketua bernama Tio Houw"
"Kalau begitu semua sudah mempunyai kedudukan
cukup tinggi" Hmmm. hmm! Siapa diantara kalian yang ingin maju dulu" Tapi paling baik kalian ke-dua2nya maju berbareang saja!"
342 Waktu Lim Tiang Hong mengucapkan perkataannya
yang bersikap menantang itu. Sepasang matanya
memancarkan sinarnya yang tajam, kedua orang itu
agaknya telah dibuat merasa jeri. Sejenak tak dapat berkata.
Perlu kiranya diketahui bahwa Ceng Yang dan Tio
Houw ini menjabat ketua dan wakil ketua dari cabang Kim-leng, sudah dengan sendirinya pula bukanlah orang diri golongan sembarangan. Kalau mereka tadi berlaku begitu merendah dihadapan Lim Tiang Hong, adapun
maksudnya, selain merasa jeri terhadap kepandaian Lim Tiang Hong yang barusan diperlihatkan kepadanya, juga mereka ingin mendapat keterangan tentang asal usul pemuda tersebut. Disamping itu mereka juga sengaja hendak main ulur waktu untuk menantikan bala-bantuan dari pusat. Maka tatkala mereka ditantang tadi, mereka tetap se-bisa2 bersikap menghormat. Tetapi Lim Tiang Hong tidak memberi hati pada mereka. Tanpa
menghiraukan tata-tertib dunia kang-ouw, anak muda ini mendesak mereka terus, hingga akhirnya mau tidak mau mereka harus turun tangan.
343 Tio Houw yang sudah tidak sabar lagi lantas
keluarkan suara geramnya. "Sekarang aku suruh kau tahu berapa lihaynya tuan besarmu"
Setelah itu ia lantas menyerang dengan tangan
kosong. Serangan tersebut menggunakan tenaga
sepcnuhnya. Lim Tiang Hong hanya ganda ketawa atas serangan itu, tangannya bergerak seenaknya, ia
menyambuti serangan itu. Setelah terdengar suara beradunya serangan kedua
orang tersebut, lalu disusul dengan terdengarnya suara jeritan ngeri.
Badannya Tio Houw yang tinggi besar sudah
terpental dan setelah jatuh jungkir balik dalam ruangan itu dengan mulut bercucuran darah lantas tidak bangun lagi.
Ceng Yang yang menyaksikan keadaan kawannya
demikian, sambil meng-urut2 jenggotnya berkata:
"Sungguh ganas perbuatamu! Hai kawan2, ayo maju
semua, kita robohkan dulu bocah ini, nanti baru kita bicara lagi"
Setelah berkata demikian, orang berjenggot ini bee-tepuk2. Kawanan orang jahat itupun, setelah mendengar 344
perintah tersebut lantas pada maju mengeroyok, hingga sebentar saja Lim Tiang Hong sudah terkurung dalam kepungan kawanan penjahat itu.
Mendadak terdengar suara Lim Tiang Hong yang
tertawa ber-gelak2, diselingi ucapannya demikian:
"Siauw-yamu kalau tidak bisa menumpas habis kalian, kawanan manusia perusak masyarakat dunia kang-ouw ini, bukan terhitung muridnya Bu-ceng Kiam-khek!".
Kakinya lalu bergerak, menerobos kedalam
kepungan orang banyak itu.
Sesaat kemudian suara jeritan terdengar disana-
sini, darah berhamburan diams lantai, bangkai manusia jatuh bergelimpangan....
Belum cukup setengah jam sang waktu berlalu,
semua orang2 Thian-cu-kauw cabang Kim-leng itu telah terbinasa semua dibawah tangan Lim Tiang Hong.
Menyaksikan bangkai berserakan dilantai, Lim Tiang Hong agaknya baru merasa puas. Ia sebetulnya bukanlah seorang yang suka atau haus dengan darah manusia.
Akan tetapi, kawanan manusia jahat dari Thian-cu-kauw itu. yang kejahatannya telah melampaui takaran
dosa2nya, sudah seharusnya ditumpas habis2an.
345 Setelah melakukan pembunuhan secara besar2an
itu, dari badannya Lim Tiang Hong lalu mengeluarkan tiga buah pedang pendek yang terbuat dari emas murni, pedang itu lalu dilontarkan semua ke atas tiang dalam ruangan tersebut. Itu adalah pedang tanda kepercayaan kepunyaan Bu-ceng Kiam-khek, yang dulu pernah
menggegerkan dunia kang-ouw.
Lim Tiang Hong ketawa puas. Selagi ia hendak
berlalu meninggalkan tempat tersebut ditengah udara tiba2 terlihat meluncurnya api penandaan yang bersinar biru. Menampak api pertandaan itu, diam2 ia menanya pada dirinya sendiri: "Api itu api pertandaan Thian-cu-kauw?"
Belum lagi hilang sinar biru itu, telinganya sudah menangkap suara bergeraknya baju orang. Cepat ia
mengenjot kakinya, melesat diatas tiang dalam ruang tersebut.
Pada waktu itu dari luar kelihatan menerobos
masuk beberapa puluh manusia. Orang yang bsrjalan dan masuk paling dulu adalah Toat-hun Tancu dari
Thian-cu-kauw yang bernama Beng Khong. Tancu ini
346 adalah itu lelaki yang dulu pernah mencari setori dengan Cu Giok lm di dalam rumah makan.
Toat-hun Tancu Beng Khong tatkala menyaksikan
banyak bangkai bergelimpangan di lantai, rupanya ia gusar dan kaget. Dengan suara menggeram ia berkata:
"Sungguh ganas! Perbuatan siapa ini yang sebentar saja sudah menghabiskan jiwa semua orang ini! Tunggu,
jikalau Toa-yamu tahu siapa orang berbuat begini, hmmm! Jikalau tidak kubikin mampus seketika...."
Mendadak terdengar seruan kagetnya: "Bu-ceng
Kiam-khek!" Dan tanpa disadari kakinya mundur tiga tindak,
wajahnya pucat seketika. Kiranya ia telah dapat melihat itu tiga buah pedang kecil yang menancap diatas tiang. Begitu matanya
menatap benda kecil2 itu, kakinya mundur beberapa tindak, mulutnya nampak berkemak kemik, mengatakan
"Bu-ceng Kiam-khek muncul lagi di dunia kang-ouw, ini sungguh suatu hal yang luar biasa....Harus segera kita berikan laporan pada Kauwcu...."
Mendadak ia dengar suara orang berkata dingin:
"Kau juga tak perlu memikir bisa berlalu dari sini!"
347 Toat-hun Tancu kaget. Ketika ia dongakkan kepala
dan melihat Lim Tiang Hong menggelendot diatas
penglari, lantas berseru: "Siauw Kauwcu. kau ternyata juga ada disini..."
Tetapi Lim Tiang Hong membalas perkataan itu
dengan berkata ketus: "Kedatanganku cuma karena
hendak mengantar kau ke akhirat"
Mengucap demikian, tangannya nampak bergerak,
gerakan itu kelihatan seperti dilakukan seenaknya saja dan seperti tidak menggunakan tenaga.
Toat-hun Tancu gusar. Dengan suara keras ia
membentak: "Siauw Kauwcu, apa kau sudah berontak?"
Dengan cara semberono Tancu ini menyambuti
serangan Lim Tiang Hong. Karuan saja karena perbuatannya ini, lantas
terdengar suara jeritan tertahan badan Tancu ini nampak sempoyongan, mundur tiga langkah ke belakang.
Kini ia baru tahu bahwa pemuda yang dianggap


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Siauw Kaucu-nya itu benar2 mempunyai kepandaian
yang tinggi luar biasa. 348 Seketika itu wajahnya lantas berobah pucat, ia
berkata dengan suara bengis: "Kau coba2 sambuti
seranganku ini!" Sebentar nampak kedua tangannya dikebutkan.
Dari situ nampak asap hitam mengepul, asap ini berasa dingin, se-o!ah2 gelombang uap air, menggulung badan Lim Tiang Hong yang masih di atas.
Lim Tiang Hong yang ingin membereskan
pertempuran itu secepat mungkin, lantas memapaki
serangan tenaga sepenuhnya.
Sebentar lalu terdengar suara jeritan yang keluar dari Toan-hun Tancu, badannya pun terbang melayang setinggi dua tombak untuk kemudian jatuh terkulai di tanah, jiwanya melayang.
Anak buah Tancu yang baru terbinasa ini, semua
dalam ketakutannya pada mencoba lari kalang kabut.
Lim Tiang Hong yang sudah mengandung maksud
menumpas habis semua orang2 Thian-cu-kauw, dengan gerakannya Sam-sam Po-hoat memutar-mutar jari2
tangannya. Sebentar saja, semua orang itu sudah
tertotok jalan darahnya dan roboh binasa.
349 Sungguh diluar dugaan semua orang, bahwa
cabang Thian-cu-kauw dikota Kim-leng yang
berkedudukan sebagai pusat di tepi sungai dikota kim-leng itu dalam waktu semalaman saja sudah dibikin musnah oleh Lim Tiang Hong.
Buat Thian-cu-kauw, perbuatan Lim Tiang Hong
merupakan suatu pukulan hebat. Akan tetapi pernah menduga bahwa cabang perkumpulan itu telah
termusnah dibawah tangan seorang pemuda, yang
wajahnya mirip siauw kauwcu mereka sendiri.
Malam itu udara terang, rembulan memancarkan
sinarnya yang terang benderang.
Lim Tiang Hong yang sehabis memberekan orang-
orang Thian-cu-kauw cabang Kim-leng, lantas berpikir untuk berlalu dari tempat yang seperti sudah merupakan neraka itu.
Tetapi, ketika baru saja ia bergerak dan ingin
pulang ke rumah penginapannya, sesosok bayangan kecil langsing tampak dengan cepat berlari ke arahnya.
Bayangan itu ternyata adalah Yong-jie, itu gadis
nakal yang masih ke kanak2an sifatnya.
350 Dengan suara cemas gadis cilik ini berkata kepada Lim Tiang Hong: "Rombongan imam itu malam ini
mungkin akan mendapat bahaya. Jikalau kau akan ingin pergi menonton keramaian, dari sini kau boleh menuju kejalanan yang boleh dipakai mengambil jalan ke Butong-san. Sekarang ini aku sendiri perlu mengejar Yayaku, tidak bisa ikut kau"
Setelah berkata demikian, Lim-Tiang-Hong hanya
dapat melihat berkelebatnya sinar merah, dan gadis binal itu sudah menghilang dari depan matanya.
Berita yang disampaikan oleh gadis cilik itu
kepadanya, agaknya telah membikin Lim Tiang Hong
kebingungan. Enam ketua, dari enam partai besar, dari golongan Hian-bun ia akui pengaruhnya cukup besar, dikatakan mendapat bahaya, betul2 ia merasa bingung. Apabila benar2 mereka akan menemukan bahaya, maka orang
yang akan turun tangan menghajar mereka itu entah berapa tinggi lagi kepandaiannya"
Tertarik oleh sesuatu yang mengherankan hatinya
memang sudah merupakan salah satu sifat manusia yang ingin tahu segalanya. Begitulah keadaan Lim Tiang Hong 351
pada saat itu, pemuda ini bukan hanya tertarik karena perasaan herannya, bahkan ia telah merasa pula bahwa ia sebagai pemuda mempunyai kewajiban hendak
melindungi imam itu dari bahaya. Ia yang sudah
membasmi cabang Thian-cu-kauw untuk kota Kim-leng, yang dengan sendirinya perbuatan itu tidak bedanya dengan suatu tantangan hebat bagi Thian-cu-kauw yang baru saja hendak pentang sayap melarkan kuku dalam dunia kang-ouw.
Jikalau dalam hal ini ia dapat menggagalkan pula
rencana busuknya Thian-cu-kauw yang sengaja
memusuhi orang2 golongan Hian-bun, maka sudahlah
pasti dengan perbuatannya itu ia dapat mengoncangkan kedudukan Thian-cu kauw.
Maka dengen tidak berpikir panjang lagi ia lantas lari ke jalanan yang ditunjuk oleh Yong-ji tadi.
Sekarang marilah kita tengok kembali keadaan Lima ketua partai Hian-bun, yang berjalan mengikuti ketua partai Bu-tong-pay Pek Ho Totiang berjalan menuju kegunung Bu-tong-san.
Hampir rata2 setiap orang diliputi oleh perasaan
masgul didalam hatinya masing2.
352 Terutama dengan Pek Ho Totiang sendiri, Sang
Ketua Bu-tong-pay ini nampak begitu murung wajahnya.
Ia ini bukan saja merupakan tetua dari Bu-tong-pay saja, bahkan pada saat itu, ia memegang pula tampuk
pimpinan sebagai Beng-cu atau pemimpin dari enam
partai besar golongan Hian-bun. Jikalau dalam
menghadapi kesulitannya ini, peristiwa ruwet yang timbul kali ini sampai tidak berhasil dibereskannya, maka kedudukan enam partai besar dikalangan kang-ouw pasti akan runtuh. Dan itu pasti karena Bengcunya yang tidak becus mengurus perkara.
Selagi para ketua itu bee-duyun2 berjalan didalam suatu rimba yang lebat sekali dengan pohon2nya.
mendadak mereka dengar suara ketawa yang agak
ganjil. Didalam rimba yang lebat itu, suara itu
kedengaran semakin menyeramkan. Suara tertawa tersebut bukan hanya menyeramkan saja, bahkan seperti ada suatu pengaruh kekuatan yang menindih perasaan mereka, yang seketika itu menjadi goncang hatinya.
Rombongan orang itu yang semuanya terdiri dari
orang2 yang boleh dikatakan tokoh2 kuat dalam rimba persilatan, semua pada merasa seperti ada apa2 yang 353
tidak beres Maka semua pada mengerahkan kekuatan
tenaga dalamnya untuk melawan pengaruh jelek yang hendak mengeruhkan pikiran mereka itu.
Bagi Pek Ho Totiang dan Bu-tong It-khie, hal
demikian masih tidak terlalu dirasakan, akan tetapi tidaklah demikian halnya dengan Ciak-yan Ie-su dan lain2nya. Orang2 yang disebut belakangan ini sudah pada berobah pucat wajahnya.
Orang memperdengarkan suara ketawanya tadi
agaknya hanya ingin menggertak saja. Ketika rombongan imam tersebut menghentikan gerakan mereka, orang
yang tertawa tadi mendadak muncul dari belakang
sebuah pohon. Orang ini ternyata adalah seorang berperawakan
tinggi besar yang tegap, akan tetapi seluruh wajahnya tertutup dengan kain hitam. Dengan lagak congkak orang tinggi besar ini berdiri melintang di-tengah2 jalan. Tanpa bersuara, juga tidak bergerak sama sekali.
Pek Ho Totiang yang baru2 ini sudah menerima
berita sampai ber-kali2, maka ia sudah mendapat firasat bahwa dunia rimba persilatan kini sedang terancam bahaya. Oleh karenanya maka ia harus terjunkan diri 354
sendiri kedunia kang-ouw untuk mencari keterangan, mencari tahu benar tidaknya keterangan2 yang ia terima itu. Disamping itu, ia mengundang pula lima ketua partai besar golongan Hian-bun untuk diajak berunding bersama2.
Munculnya orang tinggi besar yang mukanya
berkedok ini telah membuat hatinya Pek Ho Totiang bercekat dan mendadak suatu firasat jelek-timbul dalam otaknya. Selagi ia masih memikirkan semua persoalan itu, Ciak-yan Ie-su yang adatnya paling berangasan sudah lantas membentak dengan suara keras: "Tuan
siapa! Apa maksudmu menghalangi perjalanan pinto
sekalian!" Orang berkedok itu menjawab sambil perdengarkan
suara ketawanya jahg aneh: "Sungguh tidak gampang mendapat kesempatan seperti ini, menjumpai enam
Ciang-bunjin sekaligus yang muncul berbareng disini.
Kedatangan lohu memang disini, ada maksudnya"
Lam-gak Koan-cu berkata sambil menuding orang
berkedok itu dengan kedutannya: "Seorang laki2 harus berlaku terus terang. Kalau memang benar tuan ada maksud apa2, boleh tuan katakan disini secara terus 355
terang, perlu apa berlaku seperti kelakuannya maling begitu rupa"
"Apa yang Lohu inginkan, adalah enam batok
kepala Ciang bunjin sekalian beserta bendera kuning yang berada dalam badannya Pek Ho Totiang" Demikian sahut orang berkedok itu dengan sikapnya yang jumawa.
Giok-hie-cu lantas ketawa ber-gelak2 "Kelakuan
tuan ini betul2 terlalu sombong. Apa tuan kira enam partai dari golongan Hian-bun boleh diperlakukan
seenaknya saja begitu gampang?"
"Jikalau kau tidak percaya, kuambil kepalamu dulu sebagai contoh...."
Setelah berkata sampai disitu, suatu tenaga yang
mengandung hawa dingin lantas meluncur keluar dari tangan orang berkedok tersebut.
Tubuhnya Giok-hie-cu lantas melesat mumbul 2
tombak tingginya. Di tengah udara imam ini masih coba ber-putar2 sebentar, kemudian terjatuh di tanah. Hanya terdengar suara jeritannya. Mulutnya sudah tersumbat oleh darah yang masih mengucur keluar.
Orang berkedok itu berkata pula sambil
perdengarkan ketawa seramnya: "Sungguh tidak nyana 356
ketua Kun-lun-pay ternyata tidak punya guna sama
sekali. Ha, ha.... Jikalau tidak membunuh kalian dan tidak ingin memberikan contoh, lohu benar-benar segan turun tangan"
Perbuatan orang berkedok itu benar2 sangat
mengejutkan. Beberapa totiang itu lantas berobah pucat pasi wajahnya, Pek Ho Totiang segera mengetahui
bahwa malam itu mereka benar2 akan menghadapi
bencana yang sukar dihindarkan.
Pada saat itu kebutannya Lam-gak Koan-cu, yang
juga merupakan senjata istimewanya sudah diputar
hendak menyerang orung berkedok itu.
Kemudian selelah itu, Ciak-yan Ie-su juga
menyusulkan gerakan tangannya, gerakan tangan yang sudah terkenal kehebatannya.
Tetapi sebentar kemudian kembali terdengar suara
jeritan ngeri. Ciak-yan Ie-su dengan mulut
menyemburkan darah segar, badannya jatuh berputaran seperti roda sehabis diputar. Lam-gak Koan-cu yang menyerang duluan, dengan wajah pucat pasi mencoba hendak menyerang lagi.
357 Orang berkedok itu hanya perdengarkan suara
ketawa dingin, badannya bergerak laksana angin,
bergerak menerjang serangan Lam-gak Koan-cu.
Tiba2 terdengar pula suara jeritan yang menyayat
hati. Badan Lam-gak Koan-cu telah jatuh dengan
bergulingan di tanah untuk kemudian tidak bangun
kembali. Bu-tong It-khie berkali2 menyebut nama Buddha,
kemudian terdengar perkataannya. demikian: "Iblis jahat! Tidak nyana kau bisa berbuat begitu jahat dan telengas".
Sehabis mengucapkan perkataannya, jubahnya
yang gerombongan nampak dikibaskan. Suatu kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat lantas meluncur keluar menyerang si orang berkedok. Itu adalah ilmu serangan tangan kosong pelajaran Bu-tong-pay yang dinamakan Bian-Ciang-kang yang sudah lama kesohor karena
kehebatannya. Tetapi orang berkedok itu sudah memutar
tangannya yang besar. Ia rupanya hendak menyambuti serangan tersebut.
358 Dua kekuatan tenaga dalam lantas saling beradu,
Bu-tong It-khie nampak sempoyongan badannya dan
mundur sampai tiga tindak. Darah dalam badannya
dirasakan seperti bergolak. Selagi imam ini hendak berdaya untuk menahan badannya supaya sampai jatuh, tiba2 ia merasa wajahnya seperti disambar angin dan orang berkedok itu sudah maju menghampiri untuk
melumerkan serangan susulan dengan kecepatan luar biasa.
Pek Ho Totiang dengan cepat memburu hendak
memberi pertolongan, tapi sudah kasip....
Kembali terdengar suara jeritan ngeri. Orang tua
dari Bu-tong-pay itu juga akhirnya harus menyerahkan jiwanya kepada orang berkedok itu.
Pek Ho Totiang, menyaksikan bagaimana Susiok
serta beberapa orang ketua lain dalam waktu sekejapan dibinasakan satu persatu oleh orang berkedok itu, sekalipun ia sendiri mempunyai kesabaran luar biasa, tetapi ketika itu ia tidak lagi dapat menindas perasaan gasarnya yang sudah me-luap2. Ia dengan masih
mencoba mengendalikan rasa sedihnya, diam2
359 mengerahkan seluruh kekuatan tenaga dalamnya,
bersedia hendak adu jiwa dengan orang berkedok itu.
Pada saat itu mendadak orang berkedok itu berkata sambil perdengarkan suara ketawanya menyeramkan:
"Pek-ho! Asal kau mau segera serahkan panji kuningmu itu, lohu akan bertindak dengan memakai kecualian atas dirimu supaya dengan meminjam mulutmu kau
sampaikan berita ini kepada semua orang2 dunia kangouw".
Pek Ho Totiang sedapat mungkin berusaha
menindas perasaannya. Sambil ketawa ber-gelak2, ia menjawab "Bicara terlalu banyak tak ada guna. Asal kau mampu menangkan pinto, panji kuning ini sudah tentu akan berada dalam tanganmu".
Setelah berkata demikian, nampak tangan Pek Ho
Totiang diangkat per-lahan2. Ditangannya itu nampak pula satu panji kecil segi tiga warna kuning dengan cabangnya berwarna merah begitu dilemparkan, lantas menancap dalam di tanah berumput, nampak berkibaran ditiup angin malam.
Orang berkedok itu kembali perdengarkan suara
ketawa yang menyeramkan: lalu kembali ia berkata: 360
"Kalau begitu, jangan kau menyesal kalau lohu turun tangan keji"
Saat itu tulang2 disekujur badan orang berkedok itu mendadak berbunyi keretekan, seluruh kekuatan tenaga dalamnya telah dipusatkan dikedua telapak tangannya, kakinya lalu bergerak maju lambat2.
Pek Ho Totiang tampak sikapnya sungguh2. Kumis
dan jenggotnya ber-gerak2, begitu pula kupiah yang dikenakan diatas kepalanya. Imam inipun telah
mengerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya dalam menghadapi musuh yang sangat tangguh ini.
Dua jago, satu dari golongan baik dan yang lain dari jalan sesat itu nampak keduanya bergerak setindak demi setindak untuk saling mengadu kekuatan.
-0dw-smhn0- Bab 10 SELAGI orang berkedok itu hendak bertempur
mati2an Pek Ho Totiang, didalam rimba mendadak
terdengar suara angin ser2-an dan sinar pedang
bergemerlapan, kemudian disusul oleh sinar pedang yang meluncur kedalam medan pertempuran.
361 Kedua musuh yang hendak bertempur itu terpaksa
pada lompat mundur sampai 5 kaki jauhnya. Dan tempat mereka berdiri tadi, lantas tertancap 3 batang pedang kecil warna emas yang memancarkan sinarnya
gemerlapan. 3 benda itu menancap ditanah dalam
bentuk segi tiga. Apa yang paling mengherankan, meluncurnya
pedang itu ada demikian keras, tapi ketika menancap ditanah, ternyata cuma kira2 satu dim dalamnya, awak pedang hampir seluruhnya berada dipermukaan tanah, hingga pedang tersebut nampak bergoyang-goyang.
Dari sini bisa dilihat, betapa hebat kepandaiannya orang yang meluncurkan 3 bilah pedang kecil tersebut.
Orang berkedok itu melihat pedang kecil itu,
sekujur badannya nampak gemetaran. Meskipun pada
saat itu tidak terlihat sikap dari wajahnya yang memakai kedok, tapi dari reaksi yang diunjukkan itu dapat diduga sampai dimana rasa jerinya.
Pek Ho Totiang sendiri juga dikejutkan oleh
munculnya 3 bilah pedang yang datangnya secara
mendadakan itu. Dalam otaknya dengan cepat sudah
ingat kepada dirinya seseorang.
362 Dan selagi kedua orang itu lompat mundur dalam
keadaan kaget, orang berkedok itu mendadak putar
tubuhnya dan secepat kilat telah menyambar bendera kuning yang menancap di tanah. Setelah itu
badannyapun segera melejit ke udara dan lari kedalam rimba, sebentar saja sudah hilang dari depan mata Pek Ho Totiang.
Karena perubahan itu terjadi diluar dugaan semua
orang, maka ketika Pek Ho Totiang lompat melesat
hendak merintangi perbuatannya orang berkedok itu, ternyata sudah terlambat setindak.
Pada saat itu, dari dalam rinba telah muncul
seorang pemuda tampan, lalu berkata kepada Pek Ho Totiang sambil menghela napas: "Aku yang rendah
karena terlambat saja, telah membuat Totiang sekalian hampir mengalami bencana"
Pek Ho Totiang kenal baik pemula itu, ia adalah
murid keturunannya Bu-ceng Kiam-khek, Lim Tiang
Hong. Ia lalu menjawab sambil geleng2kan kepala:
"Semua kejadian sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Esa, tidak dapat diubah oleh tenaga manusia. Atas budi 363
Siauwhiap yang sudah menolong kita dari bencana, pinto tidak akan melupakan. Cuma bendera perserikatan 6
partai Hian-bun yang pinto bawa, sudah dirampas oleh iblis tadi. Untuk selanjutnya barangkali akan
menimbulkan bencana yang tidak habis2nya. Hal ini sungguh2 membuat pinto merasa malu terhadap
perguruan dan kelima parlay lainnya. Aih....!"
Walaupun Pek Ho Totiang ada seorang yang
beribadat tinggi, tapi tidak urung masih tidak mampu menindas perasaan duka, masgul dan gusarnya,
sehingga semua itu nampak tegas dari sikap
pembicaraannya. Lim Tiang Hong juga merasa sangat gusar, berkata
pula sambil menyoja: "Totiang terlalu merendahkan diri.
Tahukah Totiang asal usulnya orang berkedok tadi!
Karena aku yang rendah berada ditempat sejauh 10
tombak lebih, hingga tidak keburu mencegah
perbuatannya. Dalam keadaan tergesa-gesa, terpaksa menyambitkan 3 bilah pedang kecil yang merupakan
tanda kepercayaan suhuku, tidak nyana telah memberi kesempatan padanya untuk merampas bendera
perserikatan" 364 Pek Ho Totiang berpikir sejenak, baru berkata
dengan lambat2: "Pinto sejak berkelana didunia kangouw, belum pernah dengar dikalangan Kang ouw ada
seorang iblis berkepandaian begitu tinggi yang sepak terjangnya demikian kejam dan ganas. Jika dilihat dari sikapnya tadi yang begitu kaget dan ketakutan ketika dapat lihat pedang tanda kepunyaan suhumu, pinto duga ia pasti ada kenal baik dengan suhumu"
Mendengar keterangan itu, Lim Tiang Hong
mendadak tergerak hatinya, hingga diam2 telah berpikir: apakah dia adanya itu orang yang mendapat gelaran Manusia Buas Nomor satu didalam dunia...."
Sudah tentu itu ada dugaannya ia sendiri, yang ia anggap tidak ada perlunya diberitahukan kepada Pek Ho Totiang. Ia hanya berkata sambil memberi hormat:
"Tentang kedatanganku yang rendah malam ini, harap Totiang suka pegang rahasia, karena aku yang rendah hendak mengamat-amati sepak terjangnya iblis itu
secara menggelap" Setelah memberikan pesannya, kembali ia memberi
hormat dan kemudian lompat melesat lari menuju ke kota Kim-leng.
365 Setiba dirumah penginapannya, ternyata sudah
hampir terang tanah. Ia hanya duduk bersemedi
sebentar diatas pembaringan, lalu cuci mulut dan muka, setelah santapan pagi sebentar, ia kembali duduk
seorang diri sembari memikirkan persoalannya tadi malam.
Dalam keadaan demikian, mendadak nona Yan-jie
diam2 masuk kekamarnya, lantas menggapai dan
berkata padanya: "Lekas ikut aku untuk menemui
seseorang, ada urusan penting yang akan kita
rundingkan" Lim Tiang Hong letakkan cangkirnya dan menanya
sambil ketawa: "Ada urusan apa yang membuat kau
sampai begitu tergesah-gesah?"
"Suruh kau lekas pergi menemui Giam-Lo Ong, tahu
tidak?" jawabnya Yan-jie sambil ketawa penuh arti.
Tanpa banyak rewel, ia lantas menarik tangannya
Lim Tiang Hong, diajak keluar.
Sekeluarnya dari rumah penginapan, mereka jalan
melalui jalanan berbelit-belit. Entah berapa banyak gang yang dilalui, baru tiba di pintu belakang sebuah rumah besar.
366

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Yan-jie mengetok pintunya dengan pelahan, yang
segera dibuka oleh seorang bocah kira2 berusia 14
tahun. Yan-jie agaknya kenal baik dengan penghuni rumah
tersebut. Ia ajak Lim Tiang Hong melalui beberapa pintu, kemudian masuk ke kamar buku.
Tiba2 dari dalam ada suara orang yang menegur:
"Apakah Yan-jie" sudah berhasil menemukan dia atau tidak?"
Dengan sikap gembira dan suara nyaring ia
menyahut: "Dia sudah datang...."
Dari dalam lantas terdengar suara orang ketawa
bergelak-gelak, kemudian muncul seseorang yang
menyambut kedatangan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong tidak tahu Yan-jie sedang main
sandiwara apa, maka lantas berpaling mengawasi
padanya. Tapi Yan-jie hanya ganda dengan ketawanya, tidak berkata apa2.
Pada saat itu, seorang pertengahan umur berwajah
putih bersih dengan dandanannya seperti pelajar
menghampiri Lim Tiang Hong, tapi Yan-jie sudah
mendahului dan memperkenalkan mereka berdua
367 sembari berkata kepada Lim Tiang Hong: "Ini adalah sahabat karib ayah, didunia kang-ouw terkenal dengan julukannya "Sin-soan Cu-kat", Khong Bun Thian siok-siok"
Kemudian berkata kepada pamannya sambil
menunjuk Lim Tiang Hong: "Dia adalah itu orang yang tempo hari datang di rumahku"
Memperkenalkan dengan cara demikian, agaknya
ada sedikit luar biasa. Ia tidak menyebutkan nama dan asal usulnya, hanya mengatakan "itu orang yang tempo hari datang di rumahnya", hingga Lim Tiang Hong diam2
kerutkan alisnya, dan kemudian maju untuk memberi hormat kepada tuan rumah sembari berkata: "Boanpwee Lim Tiang Hong, datang untuk menjumpai Khong
locianpwee" Sin-soan Cu-kat Khong Bun Thian mengawasi dari
atas sampai kebawah, kemudian ketawa terbahak-bahak sembari berkata "Tidak usah memakai banyak cara,
harap duduk di dalam"
Bertiga lalu masuk ke dalam kamar. Baru saja
hendak duduk, dari luar telah masuk seseorang, yang lantas berkata dan sambil acungkan ibu jarinya kepada Lim Tiang Hong: "Lotee, kau sungguh hebat! Tidak
368 kecewa kau menjadi murid keturunannya Bu-ceng Kiamkhek. Apa yang kau lakukan dikota Kim-leng itu hari sesungguhnya sangat menarik. Barangkali dengan
perbuatanmu itu, sudah cukup untuk membikin keder orang2 Thian-cu-kauw!"
Khong Bun Thian lantas berkata sambil goyang2kan
tangannya: "Bolehkah kau bicara sedikit perlahan?"
Orang itu yang ternyata si Pengemis Mata Satu,
dengan tangannya menepok-nepok kepalanya sendiri
berkata pula: "Aaa! sungguh mati, aku pengemis tua hampir saja melupakan urusan itu"
Lim Tiang Hong duduk menjublak. Ia tidak mengerti apa yang hendak dibicarakan oleh mereka. Matanya
sebentar memandang si Pengemis Mata Satu, sebentar lagi mengawasi Sin-soan Cu-kat.
Yan-jie yang menyaksikan keadaan itu, lantas
ketawa geli dan nyeletuk "Khong siok-siok, lekaslah bicarakan padanya, kalau tidak ia nanti bisa mati kebingungan!"
Benar saja, Khong Bun Thian lantas berkata kepada Lim Tiang Hong: "Segala persoalan yang mengenakan diri siauwhiap, oleh pengemis tua ini sudah diberi 369
tahukan kepada lohu. Menurut dugaan lohu: pertama, didunia kang-ouw pada dewasa ini, pasti ada seseorang yang wajahnya dan kepandaiannya mirip dengan kau.
Orang2 dari golongan Hian-bun yang dibinasakan dan patung kuno gereja Siauw-lim-sie yang tercuri, semuanya perbuatannya orang itu. Kedua, orang itu pada waktu orang2 dari partay golongan Hian-bun mencari kau untuk menuntut balas sakit hati, sudah mengetahui bahwa wajahmu ada mirip dengan wajahnya, bahkan begitu
pula kepandaianmu. Maka, ia sengaja berbuat demikian supaya kesalah fahaman antara kau dengan golongan Hian-bun semakin dalam. Dan jikalau perlu, mereka akan tarik dirimu supaya bergabung dengan perkumpulannya.
Ketiga, kau telah mencari keterangan ke mana-mana tentang dirimu, hal itu sudah diketahui oleh banyak orang. Perkumpulan rahasia itu, karena ada maksud hendak menarik dirimu, sudah tertu berdaya supaya agar kau tidak mengetahui asal usulmu sendiri. Dan oleh karena Heng-lim Cun-loan ada mengetahui jelas tentang dirimu, maka ia telah menemukan ajalnya secara
mengenaskan. Keempat, kini sudah ada muncul dua
partay atau golongan yang masing2 dan golongan
370 tersesat dan golongan benar. Kedua partai yang besar pengaruhnya itu, masing2 telah hargakan dirimu sebagai kongcu dan Siauw-kauwcu, ini berarti pula bahwa
pemimpin dari kedua partay itu, salah satu diantara mereka pasti adalah ayah atau bundamu. Tapi hal ini betul atau tidak, masih diragukan kebenarannya. Sebab kau ada merupakan seorang yang sangat menonjol
dengan kepandaianmu dari angkatan muda. Pihak
manapun yang bisa mendapatkan dirimu, berarti
mendapatkan satu pembantu yang sangat kuat. Maka
kita tidak boleh tidak harus berjaga-jaga, agar mereka jangan sampai menarik dirimu".
Keterangan ini berdasar perhitungan atas semua
fakta2. Sungguh tidak kecewa Khong Bun Thin mendapat julukan Sin-soan Cukat atau Cu-kat Liang seorang
penesehat pandai dari jaman Sam-kok yang pandai
meramalkan. Lim Tiang Hong yang mendengar keterangan
tersebut, diam2 juga merasa kagum. Maka ia lantas menyahut sambil angguk2kan kepalanya: "Dugaan
locianpwee benar seperti dewa, boanpwee merasa sa-371
ngat kagum. Tapi boanpwee masih ada satu soal ingin minta keterangan locianpwee"
Ia lalu menerangkan peristiwa yang terjadi
semalam, dimana 6 ketua dari 6 partai golongan Hianbun, dalam perjalanannya telah berjumpa dengan
seorang tinggi besar yang memakai kedok.
Dalam suatu pertempuran sengit, 5 diantara 6
ketua partai itu telah binasa ditangannya orang berkedok itu dan bendera perserikatan mereka malah kena
dirampas. Sin-soan Cu-kat setelah berpikir agak lama. tiba2
dongakkan kepala dan berkata:
"Tentang orang berkedok tinggi besar itu, menurut dugaan lo-hu, delapan bagian adalah kauw-cu dari
Thian-cu-kauw. Dimasa yang lampau, Thian-cu-kauw
belum pernah muncul dikalangan kang-ouw, dan
sekarang telah bergerak dengan secara mendadak dan terang2an. Namun kekuatannya belum cukup.
Perbuatannya mencegat dan membunuh 6 partai
golongan Hian-bun itu, justru merupakan permulaannya untuk membentang sayap dan mangunjukkan hasratnya hendak menjagoi dalam dunia kang-ouw. Selanjutnya.
372 kejadian2 serupa itu mungkin akan timbul setiap saat dan setiap tempat, sehingga merupakan ancaman dan bencana bagi dunia kang-ouw"
Sehabis berkata, ia menghela napas panjang, dan
kemudian berkata pula: "Masih untung dengan tanpa sengaja Siauwhiap telah malakukan satu langkah yang bagus sekali. Tatkala kau membersihkan cabang Thian-cu-kauw dikota kim-leng, kau tidak meninggalkan satu saksi hidup, sebaliknya sudah meninggalkan satu tanda dari suhumu Bu-ceng Kiam-khek dan sewaktu kau pergi menolong jiwa-nya Pek Ho Totiang dari Bu-tong-pay juga tidak mengunjukkan wajah aslimu, hanya menggunakan 3 bilah pedang emas, sudah membikin ia kabur
ketakutan. Dengan demikian, mungkin dapat
menggunakan pengaruh nama besarnya Bu-ceng Kiam-
khek, mungkin kuncup nyali mereka untuk sementara, sehingga orang2 dari golongan baik mendapat
kesempatan untuk siap sedia menghadapi segala
kemungkinan" Setelah mendengar keterangan Khong Bun Thian
itu, Lim Tiang Hong lantas berkata sambil kerutkan alisnya: "Dugaan ini meski sangat beralasan, tapi biar 373
bagaimana kita toh harus berdaya untuk menghadapi mereka! Yang perlu kita harus lakukan pada dewasa ini jalan: pertama-tama cari itu penjahat yang wajahnya mirip dengan diri boanpwee. Kedua, menyelidiki dirinya pembunuh yang membinasakan dirinya Heng-lim Cun-loan locianpwee. Sementara mengenai soal dirampasnya bendera perserikatan 6 partay golongan Hian-bun dan dicurinya kitab wasiat gereja Siauw-lim-pay, menurut pikiran boanpwee, Hui Hui Taysu dan Pek Ho Totiang, pasti sudah mempunyai daya upaya dan rencana sendiri.
Rasanya tidak perlu kita turut campur tangan atau capekan hati"
Pengemis Mata Satu menyelak sembari ketawa
terbahak-bahak: "Lotee, perlu apa kau begitu cemas"
Malam ini kita cari dan undang kau kamari, justru urusan ini. Kau sabar dulu, lihat dulu bagaimana perhitungannya tukang ramal kita Sin-soan Cu-kat sianseng, tentang berhasil atau gagalnya rencana kita ini, tergantung kepada nyali dan kecerdikanmu sendiri"
Khong Bun Thian sambil mengurut-urut jenggotnya
yang panjang lantas berkata: "Kau jangan terlalu
374 mengumpak dirinya orang. Apa kau tidak takut diketawai oleh Lim Siauwhiap?"
Lambat2 ia berbangkit diri tempat duduknya, lantas berkata bisik2 ditelinganya Lim Tiang Hong.
Setelah mendengarkan rencanannya Khong Bun
Thian, matanya Lim Tiang Hong nampak bersinar terang, dengan suara mantap ia berkata: "Semuanya terserah kepada kebijaksanaan locianpwee, besok kita boleh bertindak secara berpencaran, bagaimana?"
Dengan demikian, maka perundingan mereka
malam itu telah berakhir dengan memuaskan. Keempat orang itu setelah berlalu dari kamar buku, masing2 lantas menjalankan tugas yang dibebankan diatas pandaknya, Esok harinya, orang2 dunia kang-ouw yang berada
di kota Kim-leng, mendadak dapat dengar dua berita yang mengejutkan. Kesatu adalah, tabib kenamaan
didunia kang-ouw Heng-lim Cu-loan, telah dibinasakan orang didalam kediamannya sendiri, musuhnya bakarnya ada bersangkutan dengan Thian-lam Ngo-liong.
Kedua adalah, pemuda gagah Lim Tiang Hong,
yang paling belakang ini muncul di dunia kang-ouw dengan kepandaiannya yang menggemparkan rimba
375 persilatan, mendadak telah binasa karena racun. Juga terbinasa jarumnya Heng-lim Cun-loan.
Heng-lim Cun-loan meski ada satu tabib terpandai
dalam rimba persilatan, tapi karena sudah lama ia mendapat nama, sedikit banyak sudah tentu ada
musuhnya. Apa lagi perbuatan bunuh-membunuh itu,
ada merupakan soal biasa bagi orang2 dunia kang-ouw.
Maka berita itu kecuali mengejutkan, tidak ada apa2-nya yang mengherankan. Sebaliknya adalah kematiannya
pemuda kosen itu, yang benar2 menarik perhatian
banyak orang. Pemuda kosen yang pernah menggemparkan dunia
kang-ouw itu, seolah-olah bintang pagi, munculnya demikian mendadak, tapi amblesnya juga mengandung beberapa bagian yang aneh.
Bagaimana asal usul yang sebenarnya" Murid Bu-
ceng Kiam-khek" Kongcu dari Hong-hong-tie" Ataukah Kauwcu muda dari Thian-cu-kauw" Tiada seorangpun
yang dapat memastikan. Orang dari golongan sesat
ataukan dari golongan benar" juga tiada seorangpun yaug mengetahui dengan tepat.
376 Namun, hanya dalam waktu yang sangat singkat
saja, nama2 nya sudah begitu terkenal, menggetarkan dunia kang-ouw. Hal ini memang sudah menjadi
kenyataan yang tidak dapat disangkal. Selama beberapa puluh tahun ini, tidak ada seorang yang begitu muncul didunia kang-ouw, namanya lantas menggemparkan
seperti dia. Cuma sayang sedikit, kemunculannya itu hanya
dalam waktu sekejapan saja. Apa yang ditinggalkan hanya keluhan dan rasa menyesal bagi orang2 yang
mengagumi padanya. Tidak demikian dengan Heng-lim Cun-loan, yang
namanya begitu kesohor dalam dunia Kang ouw.
Kenalannya hampir meliputi semua golongan masyarakat seluruh jagat, maka pada waktu kuburnya, seluruh kota Kim-leng menjadi gempar. Orang2 yang datang untuk mengantar jenazahnya kekuburan, sampai memenuhi
jalanan besar kota tersebut.
Orang yang mengurus upacara penguburan itu,
adalah sahabat karibnya Heng-lim Cun-loan di masa hidupnya, mereka itu adalah Sin-soan Cu-kat Khong Bun Thian dan si Pengemis Mata Satu.
377 Mereka memang ada maksud mmbuat upacara itu
semeriah-meriahnya, berbareng dengan itu, mereka juga sengaja mengubur jenasahnya Lim Tiang Hong di
sampingnya kuburan Heng-lim Cun-loan.
Matahari sudah mulai mendoyong ke barat. Orang2
yang mengantar jenasah ke kuburan sudah mulai bubar, di bawah kaki buku Cie-kim-san, kini tambah dua
kuburan baru. Di atas kuburan itu ada tertulis beberapa huruf diatas batu nisan yang berbunyi:
DISINI ADA BERSEMAYAM JENASAHNYA TABIB
SAKTI DAERAH KANG LAM TAN-KONG CU CHIAUW dan
PENDEKAR BERKELANA DI DAERAH TIONG-GOAN LIM
KONG TIANG HONG Dimalam yang gelap sunyi. Cuma sinarnya bintang
dilangit dan kelap-kelipnya binatang kunang2 yang mcnyinari kuburan tersebut, membuat keadaan disitu bertambah seram....
Dalam keadaan demikian, dari dalam rimba yang
tidak jauh situ tiba2 muncul seorang wanita muda
berwajah pucat pasi. Wanita muda itu berpakaian pendek berwarna hijau, didepannya tersulam seekor burung Hong putih, seolah-olah satu patung hidup, wanita muda 378
itu berdiri menjublek di hadapan kuburannya Lim Tiang Hong.
Lama sekali, baru kedengaran suaranya menghela
napas panjang dan kemudian berkata dengan suara
sangat perlahan: "Lim-heng, dimasa hidupmu kau
sebagai satu jago yang gagah perkasa, setelah binasa kau sebagai setan yang gagah pula. Jikalau arwahmu dialam baka tahu. pasti dapat memahami bagaimana
perasaan dalam hatiku pada saat ini... Antara kau dengan aku meski merupakan perkenalan baru dan
persahabatan pribadi, tapi sifat dan kelakuanmu
membuat aku tidak dapat melupakan untuk selama-
lamanya. Ah! Tuhan tidak menyenangi kepada orang
gagah ataukah memang sudah ditakdirkan kalau kau
berumur pendek?" Wanita muda itu berkata sendirian, mendadak ia
cabut pedangnya dan dibulang balingkan didepan
kuburan dengan gayanya yang sangat manis, kemudian berkata pula: "Cu Giok Im sebetulnya hendak
menggunakan pedang ini untuk mengikat tali
persahabatan seumur hidup dengan kau. Tidak nyana, kau telah dibikin binasa oleh tangan jahat cara sangat 379
licik. Dan sekarang, aku hendak menggunakan pedang ini, untuk membunuh musuhmu!"
Pedang itu lalu ditabaskan kepada sebuah batu
besar sehingga hancur berantakan.
Setelah melampiaskan perasaan gemasnya, ia
berkata pula sambil menghela napas. "Lim-heng,
mengasolah dengan tenang! Cu Giok Im tidak akan
mengecewakan kau...."
Burung Hong putih Cu Giok Im, seorang dara yang
dilahirkan di utara. Sejak masih kecil sudah ikut orang tuanya berkelana di dunia kang-ouw, hingga mempunyai sifat seperti seorang laki2. Kalau saat itu ia begitu sedih dan gusar, itu semata-mata keluar dari hati dan perasaan yang mengagumi Lim Tiang Hong. Sedikitpun tidak ada mengandung lain maksud. Betul2 ia ada satu jago betina tulen.
Baru saja Cu Giok Im selipkan pedangnya kedalam
serangkanya dan hendak meninggalkan tempat tersebut, dari satu sudut tiba2 muncul seorang muda yang cakap tampan, yang baik wajah atau dandanannya mirip benar dengan Lim Tiang Hong,
380 Bukan kepalang kagetnya Cu Giok Im. Dengan
tanpa sadar ia lantas mundur 2 langkah dan menegur pemuda itu dengan suara kaget: "Kau masih hidup...?"
Pemuda itu lantas menjawab sambil unjukkan
ketawanya cengar-cengir. "Apakah kau mengharapkan aku mati?"
Dengan lagaknya yang tengik dan ceriwis ia
berjalan lambat2 menghampiri si nona.
Cu Giok Im kembali mundur berulang-ulang dengan
perasaan heran dan kaget. "Kau ini setan ataukah
manusia" Apa perlunya kau menakuti aku sampai
begini?" demikian si nona menegur pula.
"Didalam dunia yang tenang aman, mana ada
setan?" jawabnya pemuda itu sambil ketawa bergelak-gelak. Dan sehabis berkata, tangannya mendadak
bergerak hendak menowel pipinya Cu Giok Im.
Cu Giok Im selamanya paling benci terhadap
pemuda yang berkelakuan ceriwis dan rendah. Dalam gusarnya, ia sudah hendak turun tangan memberi
hajaran kepada pemuda yang dikira ada Lim Tiang Hong itu. Tapi mendadak suatu pikiran terlintas dalam otaknya.
381 Lim Tiang Hong adatnya sopan santun, suaranya juga agak lain, mungkin ini ada Lim Tiang Hong palsu.
Dengan cepat ia sudah lompat minggir dan
membentak dengan suara keras: "Kau siapa" Jangan
coba bergerak lagi".
"Aku adalah pemuda pujaanmu Lim Tiang Hong!
Bagaimana apa kau sudah tidak mengenali lagi?" jawab pemuda itu sambil ketawa terbahak-bahak.
Pada saat itu, dari rimba mendadak terdengar suara nyaring tapi merdu: "Pui! manusia rendah yang tidak tahu malu, berani2 menyaru sebagai kongcu kita...."
Sebentar mendadak nampak berkelebat sinar
merah. Orang masih belum tahu tegas siapa orangnya, pipinya pemuda itu sudah mendapat tamparan keras
sampai beberapa kaii. Pemuda itu nampaknya sungat gusar sekali. Sambil
menggeram ia coba balas menyerang. Tapi, serangannya itu ternyata sudah mengenakan tempat kosong! Di
depannya sudah tidak kelihatan batangan seorangpun juga.
382 Bukan saja ia tidak dapat lihat bayangannya orang yang menampar dirinya sekalipun Cu Giok Im yang
berdiri tidak jauh juga tidak dapat lihat apa yang terjadi.
Burung Hong putih Cu Giok Im, didalam golongan
angkatan muda pada dewasa itu, sudah terhitung orang terkuat di dunia kang-ouw, biasanya sangat agulkan kepandaiannya sendiri, tapi ketika menyaksikan
perbuatannya orang yang tidak mau unjukkan diri itu, diam2 juga merasa kagum.
Pada saat itu, kedua pipinya pemuda ceriwis itu
sudah menjadi bengkak bengap, seketika itu timbullah sikapnya yang buas. Wajahnya menjadi merah padam, matanya memancarkan sinar buas.
Dengan gusar pemuda ini lalu menggeram: "Siapa
yang begitu berani berlaku kurang ajar dan
mempermainkan Siauw Kauwcumu! Jikalau kau benar2
berani lekas keluar unjuk diri untuk kita adu Kekuatan"
Tetapi sebagai jawaban ia hanya mendengar suara
halus, "Phui! Kau masih belum pantas...."
Kemudian suara itu terdengar, pula mengalihkan
perkataan, agaknya sekarang ditujukan kepada Cu Giok Im: "Nona Pek-hong (burung hong putih), disini Siauw 383
Yong atas nama Kongcu mengucapkan banyak terima
kasih kepadamu" Suara itu kedengaran begitu merdu dan sedap
seperti juga suaranya burung kenari yang sedang
menyanyi. Cu Giok Im diam2 merasa heran, ia lalu menanya
pada dirinya sendiri: "Hee, siapa sih orang itu?"
Pada kala itu si pemuda ceriwis tadi sudah melesat masuk ke dalam rimba sambil perdengarkan suara
geramnya, kelakuannya mirip orang kalap.
Cu Giok Im mendadak seperti ingat sesuatu.
Kematiannya Lim Tiang Hong mungkin ada hubungannya dengan pemuda tadi. Maka cepat2 ia menyusul pemuda tadi masuk ke dalam rimba, akan tetapi disitu sudah tidak kelihatan bayangan pemuda ciriwis tersebut.
Sesaat itu rupa2 kesangsian timbul dalam otaknya
nona ini. Lim Tiang Hong adalah seorang pemuda yang memiliki kepandaian sangat tinggi, asal usulnyapun agak aneh. bagaimana dengan sedemikian mudah dapat
diperdayakan dan dibinasakan orang"....
Dan siapa pulakah orangnya, itu orang yang tadi
diam2 memberi hajaran kepada si pemuda ceriwis tadi 384
itu" Jikalau mendengar logat dan nada suaranya, orang tadi pasti adalah satu gadis cilik. Menurut apa yang ia ketahui, didalam rimba persilatan pada dewasa itu belum pernah terdengar muncul sorangpun juga gadis cilik yang mempunyai kepandaian begitu tinggi.
Seperti apa yang diketahui, Cu Giok Im adalah
seorang gadis yang berhati jujur, sikapnya polos, tingkah lakunya seperti orang laki2. Gadis ini tidak seperti kebanyakan gadis yang suka tersikap ke-malu2an. Saat itu ia memikir pula sekian lama, masih belum juga ia mengetahui siapa adanya gadis cilik dan pemuda ceriwis yang mirip Lim Tiang Hong itu. Selang sesaat, ia lalu memutuskan untuk tidak berpikir mengenai soal itu lagi.
Karena tadi ia telah bersumpah di hadapan
kuburan, maka rencana satu2nya yang akan


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dilakukannya untuk masa mendatang, sudah tentu
melulu hendak mencari itu orang atau musuh yang telah membinasakan Lim Tiang Hong dengan caranya yang
licik. Dengan ber-jalan2 seorang diri ia mandar mandir
dalam rimba sejenak, setelah itu ia lantas berlalu dan menghilang ditelan kegelapan sang malam.
385 -0dw-smhn0- Bab 11 SEKARANG mari kita tengok kembali keadaan dalam
kelenteng Tang-gak-bio yang terletak dalam kota Lok-yang.
Hari itu mendadak didalam kota tersebut
kedatangan seorang pemuda yang berwajah kusut,
pakaiannya rombeng2. Pemuda yang seperti pangemis ini sedang memikul dua keranjang berisikan buah2an yang lalu didepan kelenteng tersebut.
Kedatangan pemuda bermuka kusut itu ada sedikit
keanehannya. Ditempat tersebut, sedikit sekali orang yang mengenalnya. Sekalipun ada satu dua orang yang suka menegurnya, tetapi setelah bicara sebentar lantas pada menyingkir jauh2, agaknya segan orang2 bergaul dengannya.
Beruntun sang waktu berlalu, tiga hari sudah.
Pemuda itu mulai dikenal orang
Orang2 yang mulai mengenalnya, juga mulai berani
pula menghampiri dan mengajaknya bercakap2.
386 "Siauw Lim, selama setahun ini kemana saja kau
menghilang" Apakah kau sudah mendapat peruntungan dinegeri lain?"
Pemuda kusut itu angkat pundak dan ketawa
menjawab: "Dari mana aku bisa dapat untung" Aku cuma menjual tenaga dan membantu salah satu keluarga besar didalam kota, sekedar untuk mencari sesuap nasi.
Sekarang mendadak majikanku katanya mau pindah ke Selatan, semua orang2 bawahannya diberhentikan dari pekerjaansja, maka terpaksa aku juga berhenti, aku lalu mengambil lain objek. Aku sekarang jualan buah2an ini.
Paman, apakah selama ini kau baik2 saja?"
"Yah. Begitulah. Aku masih tetap seperti dulu,
begitu2 saja Sejak kau berlalu meninggalkan Tang-gak-bio ini, disini beruntun beberapa kali muncul beberapa rupa kejadian. Apa kau tidak pernah mendengar?"
"Didalam kota aku selamanya melayani Kongcu,
putera majikanku, dimana aku bekerja didalam kamar belajar, maka tentu tidak ada kesempatan bagiku untuk keluar pintu, bagaimana aku bisa dapat tahu hal itu?"
"Oh, pantas. Kau mau dengar, bukan" Belum lama
berselang ada seorang pemuda yang mukanya mirip
387 sekali dengan mukamu, pemuda itu begitu datang ke kelenteng ini, entah karena ada soal apa, ia langsung bercekcok dengan para imam dalam gereja ini, akhirnya lalu mereka pada berkelahi. Ah, pemuda itu
sesungguhnya terlalu sekali perbuatannya, terlalu ganas ia turun tangan. Semua imam di dalam kelenteng ini habis semua dibunuhnya, sampai tidak ada seorangpun yang ditinggal hidup olehnya. Keadaan dalam kelenteng ini sungguh mengerikan, tapi siapa yang berani
menghalangi perbuatang-perbuatannya itu. Semula
malah aku malah mengira itu adalah hasil perbuatanmu"
Orang itu, ketika menuturkan kejadian tersebut,
agaknya masih merasa ngeri, sehingga nampak
sebentar2 ia mengurut dadanya.
Pemuda itu mendadak membayangkan perasan
gusar pada wajahnya, tetapi wajah gusar itu hanya terlihat sepintas lalu, sebentar kemudian telah berubah tenang pula, dan lalu berkata sambi mengela napas:
"Aku Lim Tiang Hong kalau sampai mempunyai
kepandaian begitu tinggi, buat apa aku melakukan
pekerjaan seperti ini menjual buah2an"
388 Orang itu berkata pula sambil angguk2kan kepala:
"Yah, kala itu cuma duga2ku saja. Andai-kata benar kau yang mempunyai kepandaian begitu tinggi, aku pikir tentu kau tidak bisa turunkan tangan begitu kejam"
Sehabis berkata, orang itu lantas berlalu
meninggalkan si anak pemuda.
Itu pemuda, yang mengaku bernama Lim Tiang
Hong, kembali memikul keranjang2nya dan mengedar
disekitar kelenteng sambil menawarkan dagangannya.
"Buah Lie... buah Lie..." demikian teriak pemuda ini disepanjang jalan.
Mendadak dari satu sudut di pinggir jalan didalam kota muncul seorang pengemis berkaki satu. Wajah
pengemis ini penuh berewok, romannya kelihatan begitu bengis sampai siapa saja yang melihat wajahnya akan tunduk.
Dengan mem-bawa2 tongkat besi yang
kelihatannya berat juga, pengemis itu berjalan ber-dingkluk2 dan berseru dengan suara keras:
"Hai, berapa harganya buah lie mu itu!"
Se-konyong2, seperti setengah disengaja, tongkat
besi pengemis itu kelihatan diacungkan, dengan ujung 389
tongkat ditudingkan kearah sipemnda ia terus menotok jalan darah Kie-bun dan Hian-khie di badan anak muda penjual buah itu.
Pemuda itu kelihatan seperti orang gugup, cepat
sekali ia menghindarkan totokan tersebut. Lalu
selanjutnya. dengan sikap seperti tidak pernah ada kejadian apa, penjual buah itu meletakkan pikulannya dan menjawab pertanyaan pengemis itu: "Satu kati
harganya seratus duapuluh bun"
Pengemis berkaki satu itu berkata pula sambil
ketawa: "Aku si pengemis tua hari cuma mendapat uang dua ratus cie. Bagaimana kalau dengan uangku ini aku beli buahmu ini beberapa buah?"
Sehabis berkata demikian, pengemis itu nampak
menundukkan kepala dan memilih buah yang baik di
dalam keranjang. Pemuda itu tidak mengetahui asal usulnya
pengemis berkaki satu tersebut. Ia hanya mengetahui bahwa ini pengemis seperti sengaja hendak mencari setori dengannya. Untuk sesaat lamanya otaknya
dikerjakan keras, diam2 lalu menanya pada dirinya sendiri. "Jikalau dia sengaja hendak cari setori, 390
bagaimana harus kuperbuat" Aku lawan dia ataukah
tunggu dulu dengan sabar" Jikalau aku turun tangan terang2an semua rencana pasti akan gagal."
Sementara ia berpikir, si pengemis sudah memilih
beberapa buah yang baik. Tiba2 kedengaran suara halus masuk ke dalam telinga si pemuda: "Kongcu, rencanamu kali ini sungguh bagus, tapi kalau kau mau sembunyikan rupa, kau harus berusaha sedemikian rupa supaya
jangan sampai kelihatan sedikitpun penyamaranmu.
Barusan aku si pengemis waktu menotok kau, dengan gaya sungguh2 kau mengelakkan, sebetulnya bukan
sembarang orang bisa mengelakkan seranganku tadi...
Maka.... Disini ada semacam ilmu yang bisa kongcu gunakan untuk menutup dan membuka jalan darah
secara otomatis. Lain dari itupun ada satu ilmu untuk menahan napas yang dinamakan Ku-sit-hoat. Ilmu ini melulu digunakan sebagai ilmu tunggal yang belum
pernah diturunkan kepada siapapun dari golongan Hong-hong-tie. Untuk kongcu, ilmu ini berfaedah besar sekali.
Aku si pengemis tua tiap hari berdiam di dalam kelenteng Tang-gak-bio. Jikalau Kongcu ada perlu apa2, tiap waktu aku bersedia menurut perintah kongcu. Kongcu, kau 391
boleh bertindak dengan caramu ini secara bebas,
legakanlah hatimu. Hong-hong-tie pasti tidak akan membiarkan kau. Setiap waktu dan disetiap tempat pasti ada orang yang dapat membatu menyempurnakan
rencanamu" Pengemis berewokan berkaki satu itu mengulurkan
sebelah tangannya yang besar dan berbulu, ia
memasukkan buah2 Lie yang telah dipilihnya kedalam sakunya. Setelah meninggalkan dua helai uang kertas ia lantas meninggalkan si penjual buah.
Pemuda penjual buah itu merasa heran, dari mana
muncul pula orang dari Hong-hong-tie" Orang dari partai itu, bukan saja beri kepandaian sangat tinggi tindak tanduknya juga sangat misterius. Berkali-kali mereka membantu padanya, entah apa maksud yang
Asmara Dibalik Dendam 2 Panji Tengkorak Darah Ko Lo Hiat Ki Karya S D Liong Hijaunya Lembah Hijaunya 29
^