Pencarian

Tamu Dari Gurun Pasir 5

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa Bagian 5


sebetulnya" Ia pungut dua helai kertas tadi. Disitu ada terdapat tulisan yang ditulis sangat halus dan rapih. Benar seperti apa yang dikatakan dalam telinganya tadi, dua rupa ilmu yang disebutkan tadi, telah ditulis dalam kertas itu. Maka seketika itu juga, dengan diam2 ia lantas masukkan kedalam sakunya dan melanjutkan jualannya.
392 Dengan cara demikian, kembali telah lewat dua hari lagi. Hari itu si pemuda, yang bukan lain dari pada Lim Tiang Hong sendiri, baru saja memikul pikulannya
hendak keluar pintu, mendadak ada dua laki2 berwajah sangat buas, dengan kelakuannya yang sangat kasar teiah membentur pikulannya.
Pemuda itu yang sudah mendapat pengalaman dari
pengemis kaki satu tadi, maka lantas pura2 menjerit ketakutan: "Aaaa! celaka...."
Berbarang dengan itu, ia lantas pura2 jatuh
terlentang, hingga buah dalam keranjang yang dipikul lantas berantakan. Ia buru2 bangun lagi. sambil
sesambatan ia berseru: "Buahku telah kalian bikin tumpah berserakan ditanah. Sekarang kalian harus
mengganti harganya buahku itu!"
Ia pura2 menangis dan punguti buahnya
berserakan ditanah dan pada saat itu satu kaki telah menginjak tangannya, seorang diantaranya dari dua laki2
buas tadi dengan mukanya yang ganas berkata dengan suara dingin: "Bocah. siapakah namamu?"
393 "Ampun! aku minta kalian jyangan berlaku begini
kasar, bolehkah" Buah daganganku sudah kalian bikin berantakan di tanah"
"Kau mau menjawab atau tidak?" laki2 buas
kembali menginjak tangan pemuda itu dengan tanpa
kenal kesian. Pemuda itu menjadi gusar, tapi ia masih coba
sabarkan hatinya, dengan suara meratap ia berkata:
"Aiya! sakit, aku... aku.... bernama.... Lim.... Tiang Hong"
Laki2 buas itu benar2 seperti berhati binatang,
sekalipun pemuda itu menangis dan meratap, sedikitpun tidak tergerak hatinya. Mendadak ia berkata sambil ketawa bergelak-gelak: "Kau juga bernama Lim Tiang Hong" Heran, Yayamu tadinya masih mengira kau ada saudaranya"
Seorang lagi lantas turut bicara dengan tidak
sabaran: "Mari kita pergi. Seorang yang tidak ada gunanya begini rupa, mana ada mempunyai kepandaian ilmu silat?"
Laki2 lainnya itu agaknya masih penasaran, ia
menjawab dengan suara kasar: "Bocah ini bukan saja wajahnya mirip sekali dengan dia, bahkan namanya juga 394
sama. Mungkin ia ada hubungannya dengan dia. Coba sekarang kita selidiki dulu lebih jauh"
Kembali ia hendak menginjak dengan keras, dan
selagi hendak menanya, mendadak sesosok bayangan
orang, dengan tidak diketahui dari mana datangnya, tahu2 sudah berada dibelakang gegernya dan menowel pundaknya dengan perlahan.
Laki2 buas itu mendadak mencelat, tubuhnya lantas terbang ke atas setinggi 3 tombak dan kemudian jatuh di tengah jalan. Mulutnya lalu menyemburkan darah segar.
Setelah berkelojotan sebentar, jiwanya lantas melayang.
Kawannya yang lain bukan kepalang kagetnya
menyaksikan kejadian demikian. Baru saja ia hendak putar tubuh untuk kabur, tiba2 ada hawa dingin
menyambar badannya dan seketika itu juga lantas rubuh untuk tidak bangun lagi.
Pemuda itu lantas dongakkan kepalanya. Orang
yang membinasakan dua laki2 buas itu telah mengaku orang dari Thian-cu-kauw. Ia adalah Hek-sa Tancu Leng Heng,
Diam2 pemuda itu berkata kepada dirinya sendiri:
"Eh! ia unjukkan diri?"
395 Ia pura2 masih mengeluh dan meratap-ratap: "Aiya, sungguh buas orang itu, hampir saja tanganku diinyak sampai patah!"
Leng Heng setelah membereskan jiwanya dua laki2
buas tadi, per-lahan2 menghampiri dirinya anak muda penjua! buah itu, kemudian dengan kecepatan bagaikan kilat tanganya mencekal pergelangan tangannya anak muda itu. Dan satu tangan yang lainnya sudah menotok jalan darah "Kian-kin-hiat" dipundak orang.
Kian-kin-hiat ada merupakan salah satu jalan darah kematian dari 36 jalan darah anggota badan manusia.
Kalau kena ditotok, sekalipun tidak lantas binasa, setidak-tidaknya juga akan terluka parah. Tapi pemuda itu sedikitpun tidak menghiraukan ia masih tetap
menangis, hingga jari tangannya Leng Heng yang hampir saja sudah mengenakan sasarannya lantas ditarik
kembali. Tetapi tangan yang satu lagi masih tetap mencekal tangan pemuda itu, dan dengan seksama kelihatan Leng Heng mengawasi pemuda itu sekian lamanya la lalu
melihat pemuda itu sekujur badannya menggigil,
wajahnya nampak ketakutan, maka ia jadi ketawa geli 396
sendiri. Ia lalu berkata pula dengan suaranya yang lemah lembut: "Adik kecil, yangan takut. Selama ada aku disini, siapapun tidak akan ada yang berani mengganggu
seujung rambutmu" Pemuda itu dengan memesut keringatnya
mengucapkan terima kasihnya.
Pada waktu itu, oleh karena adanya kejadian
tersebut, jalanan ditempat kejadian telah penuh sesak dengan orang2 yang datang mengerumun hendak
melihatnya. Leng Heng agaknya kuatir akan menimbulkan huru
hara besar lainnya lagi, maka ia berkata pula kepada Lim Tiang Hong dengan suara perlahan: "Sekarang tidak bisa kuberi penjelasan lebih banyak, nanti malam saja akan kucari kau"
Setelah berkata demikian, orang she Leng itu lantas berlalu dan meninggalkan orang banyak.
Pemuda itu buru2 memunguti buah2nya yang
berserakan ditanah, juga meninggalkan tempat tersebut.
-0dw-smhn0- 397 Malam larut. Seluruh kota Lak-yang diliputi
kesunyian Disamping kelenteng Tang-gak-bio, didalam sebuah kamar kecil yang sudah bobrok keadaannya, ada tinggal seorang pemuda yang berpakaian rombeng
compang camping sedang duduk bersila.
Pemuda itu bukan lain daripada Lim Tiang Hong
sendiri, pemuda yang tadi siang menyamar sebagai
penjual buah2an. Kala itu nampak pemuda tersebut seperti sedang
memusatkan perhatiannya. Dan memang demikianlah sesungguhnya. Ia sedang
asyik mempelajari dua rupa ilmu silat luar biasa yang diajarkan oeh si pengemis kaki satu kepadanya melalui dua helai kertas bertulisan pembayar buah2annya,
Dalam pada itu telinganya mendadak dapat
menangkap suara berkeresekannya baju yang halus
hingga diam2 ia lalu berkata pada dirinya sendiri: "Aaa, benar saja dia datang...."
(oodwkzoo) 398 Jilid Ke 5 Ia cepat2 menyelasaikan bacaannya dan buru2
rebahkan diri, menutup tubuhnya dengan selimut
rombeng. Sebentar lagi lantas kedengaran suara orang
menggeros, pemuda itu sudak tidur pulas.
Dan pada kala itu pula, dari luar jendela mendadak terlihat dua sosok bayangan orang melompat masuk.
Seorang diantara kedua orang yang baru masuk
tersebut adalah Hek-san Tancu Leng Heng, Tancu dari Thian-cu-kauw yang tadi siang pernah menolong Lim Tiang Hong, membebaskan "penderitaan" pemuda itu dari siksaannya dua orang buas dari rimba hijau.
Leng Heng begitu masuk ke dalam kamar bobrok
dalam kelenteng itu, melihat betapa Lim Tiang Hong tidur dengan memperdengarkan suara menggerosnya
tanpa bergerak, lantas berkata sambil ketawa: "Inilah baru betul2 orang yang kita cari. Dulu kita tidak berbuat kesalahan besar semua...."
Seorang yang lainnya, yang masuk ber-sama2
Tancu she Leng tersebut, lantas berkata: "Tidak perduli 399
benar atau palsu, yang sudah pasti kita bawa sajalah dan kita serahkan kepada Lok-hee Hujin habis perkara"
Pada saat itu Leng Heng sudah menyingkap selimut
yang menutupi badan Lim Tiang Hong, sambil menepuk bahu si anak muda ia berseru: "Hei bangun!"
Lim Tiang Hong lantas bangun. Sambil kucek2
matanya, begitu mengenali yang membanguninya itu
ternyata adalah Leng Heng, pura2 kaget ia menanya:
"Ow, kau! ada urusan apa kau dengan aku?"
"Peruntunganmu sungguh amat baik" demikian
sebagai jawaban Lim Tiang Hong mendengar Leng Heng berkata.
Setelah itu, ia lihat pula tangan orang she Leng itu bergerak cepat menotok jalan darah tidurnya Lim Tiang Hong, kemudian badannya pemuda tersebut lalu
dikempitnya, setelah melesat melalui jendela, lantas menuju keluar kota.
Lim Tiang Hong yang telah dapat memahami
pelajaran "menutup dan membuka" jalan darah sendiri, yang ia dapatkan dari dua helai kertas pemberian si pengemis kaki satu, lagi pula karena turun tangannya 400
Leng Heng tidak terlalu berat, maka begitu berada diluar jendela ia sudah membuka totoknnya lagi.
Disepanjang jalan ia hanya merasa seperti terbawa angin, badannya seperti dibawa kabur.
Entah berapa lama sang waktu berjalan terus,
tatkala ia meneliti lagi, didepan adalah lembah, lebat dengan pohon2nya berupa rimba.
Lembah tersebut keadaannya gelap gulita, disitu
lapat2 seperti terlihat banyak bangunan rumah. Leng Heng sambil terus mengempit badan Lim Tiang Hong, dengan mengambil jalan ber-liku2 lalu masuk kesebuah gedung bertingkat.
Didalamnya gedung itu terhias indah dan mewah
sekali, mirip dengan tempat kediaman raja2.
Setiba dibagian pintu dalam, agaknya Leng Heng
tidak berani sembarangan masuk. Didepan pintu hanya berani berseru: "Hek-sa Tancu Leng Heng minta
berjumpa dengan Lok-hee Hujin"
Selang tidak antara lama, dari atas loteng muncul seorang wanita yang perawakannya kecil langsing,
diwajahnya kelihatan tahi lalat yang membuat lebih cantik parasnya. Dengan sikap angkuh wanita ini
401 berkata: "Hujin sedang melatih ilmu. Kau ada urusan apa" Beritahukan kepadaku saja sudah cukup"
Leng Heng begitu menemui wanita itu lantas
berkata dengan wajah ber-seri2 setelah menyoja terlebih dahulu: "Aku sudah berhasil membawa kauwcu muda
kemari, tolong nona Bwee Hiang sampaikan berita
gembira ini kepada Hujin bagaimana soal ini harus diselesaikan selanjutnya?"
Wanita yang dipanggil "Bwee Hiang" tadi mendadak
memperlihatkan paras muka ramai dengan senyuman,
dan lantas berkata: "Bagus! Tadi pagi Hujin masih membicarakan soal ini. Sekarang, biarlah kau serahkan saja ia padaku"
Lim Tiang Hong sebentar kemudian dapat
mengendus bau harum yang keras merangsang
hidungnya, badannya terasa berpindah tangan, berada dalam pondongannya Bwee Hiang. Dalam hati anak
muda ini diam2 berpikir: "Aku Lim Tiang Hong, satu laki2!
Tidak nyana begini tolol aku dibuat memain oleh orang2
jahat ini. seperti benda tidak ada harganya yang di-bawa2 kesana kemari".
402 Tidak lama kemudian ia merasakan badannya
diletakkan wanita itu diatas sebuah pembaringan yang empuk dan menyiarkan bau yang harum semerbak.
Wanita yang dipanggil Bwee Hiang tadi dengan
tangannya yang halus menepuk tangan Lim Tiang Hong dengan perlahan, hendak membuka totokan jalan darah si pemuda.
Meskipun sudah sejak lama Lim Tiang Hong telah
membuka totokan jalan darahnya, akan tetapi ia toh mengagumi pula kepandaian wanita itu yang mahir
mencari tempat dimana ia tertotok.
Ia lalu berlagak seperti orang baru mendusin,
sambil kucek2 mata ia lompat kagat dan seperti orang ketakutan, dengan berlagak seperti orang ketakutan, dan juga seperti orang kebingungan, menanya kepada Bwee Hiang: "Hai! Disini tempat apa" Bagaimana aku bisa sampai ke tempat seperti ini?"
Bwee Hiang lantas menjawab sambil ber-senyum2:
"Disini adalah rumah gedung bernama Kheng-Iouw Giok-hoat. Inilah sebuah istana diluar kota, sebentar kau pun akan tahu sendiri"
403 Lim Tiang Hong berlagak seperti orang desa yang
baru masuk dalam kota, sikapnya nampak canggung2, gugup dan ketakutan selalu.
Bwee Hiang yang melihat tingkah laku si pemuda,
terus ketawa ter-pingkal2.
Lewat lagi sang waktu setengah jam kemudian,
tiba2 muncul lagi seorang wanita berusia kira2 sebaya dengan Bwee Hiang, wanita ini begitu masuk lantas berkata: "Encie Bwee Hiang, Hujin panggil kau. Lekas ajak Kong-cu masuk"
Dengan mengikuti dibelakang Bwee Hiang, Lim
Tiang Hong lalu berjalan. Entah melalui berapa puluh kamar yang kesemuanya terhias, sampai dalam sebuat kamar besar mewah yang diperlengkapi dengan perabot2
mewah pula seperti yang banyak terdapat dalam istana raja2.
Belum lagi puas Lim Tiang Hong meng-amat2i
barang2 mewah yang terdapat dalam ruangan gedung
mewah itu, tahu2 ia merasa badannya ditubruk orang dari depan. Itu adalah seorang wanita berdandan sangat mewah, wajahnya cantik sekali.
404 Dengan suara lemah lembut wanita itu lalu berkata:
"Anak, ibumu sudah menantikan kau lama sekali...."
Suara itu penuh haru, cinta kasih sayang ibu
kepada anaknya sangat mengharukan sekali.
Karena dandanannya yang begitu reboh luar biasa,
bau harum menutup hidung Lim Tiang Hong, membuat
pemuda itu jadi berdiri bengong.
Dandanan yang melewati batas yang dipakai wanita
itu, serta bau harum semerbak yang berlebihan,
kesemuanya itu membawa kesan buruk bagi Lim Tiang Hong. Ia merasa jemu dengan semuanya itu, hanya
terhadap suara yang mengandung cinta kasih seorang ibu itulah yang rupanya tak dapat tidak dihiraukannya, hingga tanpa sadar ia sendiri lalu menangis seperti anak kecil.
Suara tangisan Lim Tiang Hong keluar dari
perasaan sewajarnya, hingga ia sendiri sudah tidak mampu menindasnya. Mungkin itu memang ada
semacam perasaan kasih sayang anak terhadap ibunya, ia sendiri juga tidak tahu.
Sebab, sebagal seorang anak yang belum pernah
melihat wajah ibunya dan kini begitu bertemu dengan 405
sang ibu, tidak perduli ibu itu baik ataupun jahat, bukankah ibu tetap adalah ibu" Dimana ibu boleh
diabaikan begitu saja"
Antara ibu dan anak itu, selelah sekian lama
masing2 melampiaskan kecintaannya, wanita cantik itu baru melepaskan pelukannya terhadap Lim Tiang Hong dan menyuruh ia bersujud, kemudian menanya padanya:
"Anak, selama beberapa tahun ini bagaimana waktu2
penghidupanmu kau lewatkan" Apakah kau juga ikut
memikirkan ibumu?" Lim Tiang Hong dalam kesempatan itu mamandang
dengan seksama paras ibunya, ia merasa bahwa
wajahnya sendiri memang mirip betul dengan paras
wanita didepannya begitupun ketawanya, hingga boleh dikata tidak mempunyai suatu alasan sedikitpun juga bahwa wanita cantik dihadapannya ini benar2 adalah ibunya sendiri. Maka atas pertanyaan "ibu"-nya itu ia menjawab: "Dulu, sewaktu masih anak2 aku ikut seorang imam tukang masak di kelenteng Tang-gak-bio. Setelah menginjak usia dewasa, lantas aku bekerja pada seorang penduduk kaya raya didalam kota dan sekarang
menuntut penghidupan sebagai menjual buah2-an".
406 Wanita itu lantas berkata sambi! menarik napas:
"Semua adalah ibumu yang bertindak tidak baik hingga kau ditelantarkan dan menderita begitu rupa. Belum lama berselang pernah aku kirim engkomu pergi
kekelenteng Tang-gak-bio mencari kau. Tidak nyana, selain tidak berhasil menemukan kau, sebaliknya malah ia menimbulkan huru hara besar disana, selanjutnya tiba2 muncul seorang pemuda yang mengaku dirinya
bernama Lim Tiang Hong. Aku semula masih mengira itu adalah kau sendiri, anak, tapi sayang pemuda itu
sekarang sudah binasa. Jikalau tidak, aku ingin pergi menyaksikan sendiri"
Lim Tiang Hong diam2 berkata kepada dirinya
sendiri: "Ow.... itulah ada duduknya perkara...."
Disaat itu mendadak ia ingat kepada ayahnya, maka lantas ia menanya: "Ibu, dimana ayah?"
Mendengar pertanyaan itu, diwajah wanita cantik
itu tiba2 lantas nampak muram dan kemudian terdengar suara helaan napasnya yang perlahan, tetapi menjawab juga ia kemudian dengan senyumnya: "Ayahmu masih
ada didunia, dikemudian hari dia pasti bisa datang menengoki kau"
407 Setelah itu ia lantas memberi perintah kepada Bwee Hiang: "Lekas antara Kongcu pergi mandi dan tukar pakaian"
Kemudian ia berkata pula, kali ini kepada Lim Tiang Hong: "Kau boleh ikut Bwee Hiang, sebentar ibumu
masih perlu bicara dengan kau lagi"
Selagi pergi mandi, Lim Tiang Hong menanya
kepada Bwee Hiang, disitu itu sebenarnya tempat apa.
Tetapi yang ditanya hanya tertawa, ketika ia
menjawab juga, kepalanya digeleng-gelengkan. "Tentang ini, paling baik kau tanyakan sendiri pada Hujin, aku tidak berani bilang"
Mulai malam itu, Lim Tiang Hong lantas berdiam
diatas loteng bersama wanita yang mengaku "ibu"-nya itu. Wanita itu menyuruh Bwee Hiang memerlukan
mengurusi pakaian dan makanannya Lim Tiang Hong.
Meskipun semua orang yang berdiam digedung
tersebut pada membahasakan Lim Tiang Hong Kongcu, tetapi ia merasa bahwa gerak geriknya disitu tidak bebas.
Ia hanya diperbolehkan bergerak disekitar loteng itu, jikalau hendak pergi ber-jalan2 agak jauh saja sedikit, lantas akan ada orang yang melarangnya. Diwaktu
408 malam hari, lebih2 lagi ia tidak dapat ke-mana2. Disekitar lembah itu agaknya telah diliputi oleh suasana ketakuan yang diselubungi rahasia banyak.
Wanita itu meskipun acapkali menemukan ia dan
mengajaknya bicara, akan tetapi lama kelamaan makin jarang ia muncul sebabnya ialah karena Lim Tiang Hong selalu berlaku seperti orang bodoh, bukan saja tidak kenal huruf, tetapi juga tidak mengerti ilmu silat.
Kadang2, datang "ibu"-nya itu mengajarnya dalam
melatih ilmu tenaga dalam dengan sedikit dasar2 ilmu silat, akan tetapi, betul2 seperti orang dungu, sang "anak"
itu selalu tidak mendapat kemajuan apapun, hingga akhirnya tidak suka lagi rupanya ia memberi pelajaran padanya.
Orang2 bawahannya yang biasanya suka melihat
sikap majikannya, maka ketika mereka melihat wanita itu mulai tawar perlakukan Lim Tiang Hong, pelayan2
lainnya juga lantas tidak pandang pemuda itu seperti dulu2.
Tetapi disamping semua pelayan itu, hanya Bwee
Hiang seorang yang masih tetap memperlakukan anak muda itu seperti bagaimana lakunya dimasa2
409 sebelumnya, ia masih tetap mengajak muda itu dengan seksama.
Didalam lembah itu, Lim Tiang Hong berdiam kira2
tiga bulan lamanya. Tetapi tidak ada seorangpun juga yang suka memberikan kepadanya itu tempat apa dan pusat perkumpulan apakah bahkan sampai pada ibunya sendiri, sang ibu ini agaknya tidak mau mengatakan apa2
kepadanya. Walaupun demikian, ia sudah hafal betul dengan
letaknya lembah tersebut, sampaipun dimana-mana
adanya pesawat tersembunyi, dimana adanya pos2
penjagaan yang terang dan bagaimana cara orang2
disitu melepaskan partandaan. Agaknya sudah ia hapal betul-betul, bahkan ia telah tahu benar bahwa tempat tersebut bukanlah pusat perkumpulan, apa yang
dinamakan Thian-cu-kauw. Hari itu, sebagaimana biasanya, ia pergi menemui
ibunya, kepada sang ibu ia mengucapkan "Selamat pagi".
Pada kala itu, mendadak ia lihat wajah sang ibu
pucat pasi, sikapnya agak muram, terang ia sedang gusar atau masgul. Maka menampak itu ia selanjutnya hanya duduk saja sama sekali tidak berani buka suara.
410 Mendadak wanita itu berseru kaget: "Ini sungguh
aneh. Apa didalam lamban Loan-hiauw-kok sudah
kemasukan mata2 musuh" Jikalau tidak, bagaimana itu si tua bangka yang tidak mau mampus2, Bu-ceng Kiamkhek mengetahui banyak rahasia didalam lembah ini?"
Lim Tiang Hong yang duduk "menjublek" disamping


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tiba2 berkata: "Ibu, kau mempunyai kepandaian begitu tinggi, mengapa tidak berbuat sedikit kebaikan sebagai orang gagah menolong orang lemah" Kejahatan sudah tentu akan ada orang yang memeranggi"
Sang ibu itu mendadak berubah bengis. Sikap
maupun wajahnya. Dengan suara gusar, ibu itu
membentak anaknya: "Kau mengerti apa" Tidak perlu kau campur tahu urusan ibumu!"
Tetapi Lim Tiang Hong hari itu agaknya ada lain
dengan Lim Tiang Hong yang dulu-dulu. Dengan sikap tenang ia atasi gertakan sang ibu itu berkata pula:
"Perkataan anak tadi semua adalah sejujurnya. Manusia, apabila sering melakukan perbuatan jelek yang tidak patut, pasti akan ada orang baik yang memberi ganjaran yang tidak bagus juga. Maka ada baiknya kalau ibu meninjau kembali segala perbuatanmu selama ini"
411 Tetapi sebagai jawaban, suara gelak tertawa
terdengar nyaring, "Plak" sekali dan pipinya Lim Tiang Hong lantas menjadi bengkak merah.
Lok-hee Hujin rupanya sudah kalap, sekujur
badannya nampak gemetaran, wajahnya kelihatan bengis menakutkan.
Lim Tiang Hong dengan tenang mengawasi ibunya
sejenak, lalu berkata dengan suara tenang pula: "Anak setelah mengucapkan perkataan kaIi ini, untuk
selanjutnya tidak akan mengutarakan apa2 lagi. Ibu mau dengar atau tidak, terserah kepadamu sendiri"
Setelah mana ia lantas berbangkit, tetapi selagi
hendak berlalu, dari luar mendadak mendatangi seorang-tua berkepala gundul kelimis yang mengenakan pakaian warna merah. Wajahnya dingin kecut, sepasang matanya celong, hidungnya mancung, bengkok agak diujungnya seperti burung betet, dari matanya nampak tegas
kekejaman orang itu. Dengan sorot mata tajam, orang ini begitu masuk
lalu mengawasi Lim Tiang Hong sedemikian rupa.
sehingga Lim Tiang Hong si pemuda pura2 tunduk. Ia 412
lantas memberi hormat dihadapan Lok-hee hujin dan lantas duduk dihadapannya.
Lim Tiang Hong diam2 merasa kaget, ia diam2 ber-
tanya2 pada dirinya sendiri: "Siapa orang ini lagi"
Kelihatannya seperti bukan orang sembarangan".
Lok-hee Hujin ketika melihat kedatangan orang
tersebut, wajahnya lantas ramai dengan senyuman,
kemudian berkata kepada anaknya: "Hong-jie, lekas memberi hormat kepada ketua bagian pelindung kita Beng-hoan Hok-hoat"
Lim Tiang Hong terpaksa dengan malas2an maju
menghampiri orang tersebut, lalu memberi hormatnya.
Orang tua gundul kelimis itu, adalah salah seorang dari empat anggota bagian pelindung yang ada dalam lembah Loan-phiauw-kok yang namanya telah sangat
terkenal. Julukan orang itu adalah Bin-hoan-siu,
kepandaian ilmu silatnya tinggi sekait, orangnya licik serta banyak pula akalnya kejamnyapun luar biasa pula.
Ketika Lim Tiang Hong menjura menghormatnya, ia
hanya membalas dengan ogah2an dan lantas berkata
kepada Lek-hee Hujin: "Kejadian baru2 ini nampaknya makin tidak beras. Kita boleh dikata hampir tidak bisa 413
membikin apapun juga, sebab begitu kami bergerak, lantas ada Bu-ceng Kiam-khek yang telah
mengetahuinya. Aku berani pastikan bahwa didalam
lembah ini pasti ada mata2 musuh, maka harap segera Hujin supaya lekas mengeluarkan peritah mengadakan penyelidikan. Jikalau tidak, untuk selanjutnya bagaimana kita bisa bekerja dan bagaimana lagi ada muka terhadap Kauwcu"
Orang tersebut, setelah berkata sampai disitu,
berhenti sejenak, kemudian berkata pula melanjutkan:
"Kongcu ini dari mana, kenapa dari dulu belum pernah aku melihat mukanya?"
Lok-hee Hujin berkata sambil geleng2kan kepala:
"Dulu kita ibu dan anak telah berpencar. Baru2 ini saja anak ini diketemukan oleh Hek-sa Tancu Leng Heng.
Aah, anakku ini sungguh bodoh tidak bisa apa2 sekali.
Sedikit pengertian tentang ilmu silat saja tidak mampu ia pelajari, aku sungguh kesal"
"Masa iya" Jangan2 kongcu sengaja berbuat begitu, untuk sembunyikan kepandaian aslinya. Seperti apa yang pepatah kuno ada kata: Orang yang terlalu pandai
kadang2 bisa berlaku seperti orang bodoh" berkata Bin-414
hoau-siu sambil ketawa mengandung arti dan setelah itu lantas berbangkit, bicara bisik2 ditelinganya Lok-hee Hujin lantas ia pamitan.
Setelah Bin-hoan-siu berlalu, Lim Tiang juga
berjalan keluar dari kamar.
Sejak ia bertengkar dengan ibunya tadi, pikirannya dirasakan pepat. Dulu ia belum tahu siapa ayah
bundanya. Ia merasa kesal karena tidak dapat
menemukan ayah bundanya itu. Tetapi sekarang, setelah menemui ibunya, malah ia tambah dibikin jengkel karena kelakuan ibunya itu tidak cocok dalam pandangannya.
Balik kekamarnya sendiri, kebetulan berpapasan
dengan Bwee Hiang, yang juga berada dalam kamarnya.
Ia yang hampir setiap hari bergaul dengan Bwee Hiang, perhubungannya makin lama makin erat. Ada beberapa hal yang dulu2 Bwee Hiang masih ragu2 mengatakan
padanya. sekarang agaknya sudah mulai berani ia bicara terus terang. Pelayan wanita ini nampaknya agak jujur dan hatinya baik, tidak seperti orang yang suka ber-muka2 kepada majikannya.
Bwee Hiang yang begitu melihat masuknya Lim
Tiang Hong kedalam kamar, melihat pula wajah kucel 415
dari si anak muda itu, lantas mengomelinya: "Kau benar2
terlalu besar nyali, berani melawan ibumu. Jangan kau sangka karena kau adalah anak kandungnya lantas mau jadi besar kepala. Jikalau kau membikin dia jengkel, kau akan diperlakukan sama halnya dengan yang lainnya, maka paling baik kau jangan mencampuri urusannya"
Lim Tiang Hong hanya ganda ketawa. atas kata2
sipelayan ia tidak berkata apa2.
Karena melihat sikap si anak muda yang berlainan
dari waktu2 biasanya, Bwee Hiang rupanya tidak berani bicara terlalu banyak.
Setelah berkata demikian tadi, ia lantas
mengalihkan pembicaraan kelain soal. "Aku beritahukan kau sesuatu hal, sudah dengarkah kau?"
Ucapan Bwee Hiang tadi benar2 menarik perhatian
Lim Tiang Hong, ia buru2 menanya "Kabar apa" "
"Tadi malam ada satu nona yang mengaku
bernama Burung Hong putih, masuk ke dalam lembah
ini. Nona itu sesumbar katanya hendak menuntut balas dendam buat Lim Tiang Hong. Semua orang tadinya
mengira adalah kau yang dimaksud itu, tapi kemudian baru diketahui bahwa orang yang hendak dibalaskan 416
dendam sakit hatinya itu adalah Lim Tiang Hong yang mati diracun orang dikota Kim-leng"
"Dan kemudian bagaimana dengan dia?"
"Buat orang yang berani masuk kedalam lembah
Loan-phiauw-kok apa kau kira, bisa keluar dengan
selamat" Siang2 ia sudah ditangkap oleh Bin-hoan-siu dan kemudian disekap dalam penjara dibawah tanah"
"Dimana adanya penjara itu, apa kau tahu?" tanya
Lim Tiang Hong, yang tanpa sadar sikapnya menjadi tegang.
"Penjara itu adanya disebelah Timur lembah,
terletak kira2 dua tiga ratus langkah dari sini"
Setelah memberitahukan tempat itu mendadak ia
merasa bahwa sikapnya Lim Tiang Hong kali itu agak mencurigakanya, maka ia lantas balas menanya: "Kau yang tidak tahu apa2, apa perlumu mencari tahu tempat itu?"
Lim Tiang Hong berlagak ketawa. "Ada kesempatan
boleh menyaksikan bagaimana wajahnya wanita yang
mengaku bernama burung Hong Putih itu, cantik atau tidak, bukankah itu suatu kabar yang sangat baik?"
417 "Aku sudah melihat sendiri, perempuan itu memang
cantik sekali" "Tapi aku kira dia tidak akan lebih cantik dari encie Bwee"
"Phui! Siapa yang sudi kau umpak?" Dan iapun
lantas keluar kamar. Lim Tiang Hong ketawa ber-gelak2, lantas jatuhkan diri di pembaringan.
Malam itu, disuatu sudut lembah dalam lembah
Loan-phiauw-kok mendadak kedatangan seorang laki2
dan seorang wanita. Yang lelaki mengenakan kerudung kain hijau diwajahnya, berjalan didepan yang wanita.
Wanita dibelakang pria itu dibagian depan dadanya kelihatan ada sulaman burung hong putih. Gerakan
kedua orang itu sangat gesit. Beberapa rintangan yang tersembunyi dapat dengan mudah sekali mereka terjang, hingga akhirnya sampailah keduanya dimulut lembah.
Tidak antara lama kemudian, sesampainya dimulut
lembah tersebut, pemuda berkerudung itu melesat balik lagi ke dalam lembah lalu menghilang tanpa
meninggalkan bekas. 418 Keesokan harinya, sebagaimana biasa, Lim Tiang
Hong pergi menemui ibunya untuk menyampaikan salam selamat pagi. Kala itu, sang ibu kelihatan sedang merundingkan sesuatu dengan Bin-hoan-siu
Orang tua hidung betet itu tidak ber-henti2nya
memperlihatkan wajah ketawanya yang aneh. Ketika
melihat Lim Tiang Hong bertindak masuk dengan langkah berat, pembicaraan kedua orang itu berhenti mendadak.
Lim Tiang Hong menahan perasaan gelinya. Ia
dengan tindakan berat, langsung masuk hendak
menghadap ibunya. Mendadak sambaran angin hebat mendesir dan
terus menusuk dibadan Lim Tiang Hong.
Lim Tiang Hong juga sudah maklum itu pasti adalah perbuatan Bin-hoan-siu yang dilakukan secara diam2.
Tetapi ia tetap berlagak tidak tahu sama sekali, ia terus berjalan seenaknya.
Tatkala serangan itu sudah akan mengenai
sasarannya, mendadak keluar sambaran angin dari lain jurusan.
Lok-hee Hujin kelihatan mengayun tangannya,
Ternyata adaIah sang ibu itu yang telah memunahkan 419
serangan Bin-hoan-siu yang menggelap tadi, Berbareng dengan itu nyonya itu dengan memperlihatkan paras muka tidak senangnya, menegur Bin-hoan-siu, katanya:
"Bin-hoan Hok"hoat, apa artinya perbuatanmu ini?"
"Untuk main2 saja"
"Kau pernah aku beritahukan padamu, dia terhadap
pengertian ilmu silat sedikitpun tidak mengerti! Kenapa kau selalu mencurigainya?".
Bin-hoan-siu mendelikkan matanya yang bersinar
buas, mata celong itu kelihatan sangat menyeramkan, sambil ketawa dingin ia berkata: "Hitung2 aku banyak usilan. Tapi untuk selanjutnya, kau nanti biar tahu sendiri bahwa sepasang matanya Bin-hoan-siu sedikitpun tidak lamur"
Sehabis berkata, matanya yang celong sekali lagi
mengawasi Lim Tiang Hong menyatakan kegemasannya
dan segera pamitan, minta diri dari si nyonya itu.
Waktu itu Lok-hee Hujin, memperlihatkan paras
muka yang tidak menyenangkan sekali. Karena seorang bawahan dari suaminya, yang hanya mempunyai
kedudukan sebagai pelindurg hukum, berani demikian kurang ajar dihadapannya, tentu saja membuat ia gusar.
420 Akan tetapi, karena pelindung hukum itu menjalankan tugas langsung yang diberikan oleh Kauwcunya sendiri, yang disuruh mengawasi gerak gerik setiap orang yang berada da!am lembah itu, maka ia juga tidak berani berlaku terlalu kasar.
Kesemuanya itu telah diketahui baik sekali oleh si anak muda. Dalam hati diam2 ia berkata sendiri: "Baru satu orang yang bertugas sebagai pelindung hukum saja kelihatan begitu garang. Hemm! ada satu hari kalau kau nanti terjatuh dalam tangan Siauwyamu. Hmm! Lihatlah akan kusuruh kau rasakan tangan kecilku ini"
Namun Lim Tiang Hong sediri masih belum sadar,
bahwa saat ia sendiripun sebetulnya sedang dalam
keadaan yang sangat membahayakan dirinya. Malaikat elmaut dapat mencekik lehernya setiap saat.
Tiba2 Lok-hee Hujin memanggil Bwee Hiang.
Bwee Hiang masuk ter-buru2, ia lalu mananya
dengan ke-heran2an "Ada keperluan apa Hujin
memanggil Bwee Hiang?"
"Aku keluar lembah sebentar. Kongcu ini
kuserahkan padamu. Awas, kalau ada terjadi apa2 atas dirinya waktu aku balik akan kubeset kulitmu!"
421 Setelah berpesan demikian, nyonya itu lantas
berlalu, turun melalui tangga.
Bwee Hiang lalu berkata kepada Lim Tiang Hong
sambil unjuk senyumnya yang manis: "Kongcu,
dengarkah kau?" Lim Tiang Hong angkat pundak dan geleng2 kepala.
Bwee Hiang berkata pula sambil ketawa: "Kau
jangan terlalu menggoda. Tugas yang diberikan oleh nyonyaku ini sebetulnya berat sekali".
Lim Tiang Hong lantas berkata setelah tertawa bergelak2: "Aku, sudah begini besar apa masih memerlukan orang mengawasi terus padaku?"
"Aah, kau mana tahu...."
Sebetulnya Lim Tiang Hongpun telah merasa,
apabila ia mandah terus dan tetap berdiam disitu lagi tiga bulan, mungkin maksudnya berhasil menyaksikan sendiri wajah "Kauwcu" yang sangat misterius itu. Ia ingin sekali melihat wajah Kauwcu itu, siapakah sebetulnya" Ayahnya sendiri ataukah orang buas nomor satu dalam dunia"
"Mari sekarang kita balik kekamar" mengajak Bwee
Hiang setelah menghela napas.
422 Keduanya lalu balik kekamarnya Lim Tiang Hong.
Setelah berada didalam kamar, Bwee Hiang lantas
berkata dengan sikap tegang: "Hai! Kau sebetulnya mengerti ilmu silat atau tidak" Aku selalu curigai kau yang kau dari dulu berlagak bodoh. Betulkah" Sebetulnya bukan cuma aku yang mencurigai kau, hampir setiap orang, setiap penghuni lembah ini kebanyakan menaruh rasa sangsi terhadapmu, terutama dengan itu orang mata celong Bin-hoan-Hok-hoat. Dialah orang nomor satu yang paling suka usilan. Paling baik makanya kau beritahukan padaku secara terus terang supaya aku bisa menyelamatkanmu. Kau ketahuilah, keadaan pada waktu ini sangat tidak menguntungkan dirimu. Kau sedang terancam bencana besar".
Lim Tiang Hong pura2 kaget. "Aku mengerti ilmu
silat atau tidak, ada hubungan apakah dengan mereka"
Ibuku bukankah orang berpengaruh, pemimpin dalam
seluruh lembah ini" Apa mereka berani turun tangan terhadapku selama masih ada ibuku?"
"Kau rupa2nya masih mimpi. Apa tidak kau lihat
tadi bagaimana sikap Bin-hoan Hok-hoat dihadapan
Hujin" Lembah Loan-phiauw-kok ini cuma merupakan
423 sebagian saja dari tempatnya Thian-cu-kauw. Pusat Thian-cu-kauw sendiri tidak berada disini. Antara Hujin dengan Kauwcu, meskipun namanya saja sebagai suami isteri, tapi.... Ahh. Semua urusan ini pasti kau tidak tahu.
Terus terang, meskipun kau mendapat sebutan dan
kedudukan sebagai Kauwcu muda, tapi tidak seorangpun yang pandang kau sebagai orang besar benar2. Pendek kata, Hujin kini sedang keluar lembah. Dalam semua hal ada baiknya kalau kita berlaku hati2. Aku benar2
kuatirkan kau, mungkin nanti bisa kejadian apa2"
Sehabis berkata, ia memesan pula wanti2:
"Sementara, bolehlah kau tinggal diatas loteng dulu. Kau tidak boleh pergi ke-mana2. Paling belakang ini saja, didalam lembah ini sering ada kejadian2 ganjil. Itu nona yang mengaku Burung Hong Putih, juga sudah ditolong orang dan terlepas dari kurungannya. Mereka semua pada mencurigai kau, maka hati2lah kau. Tidak perduli kau sebenarnya orang pandai yang berlagak bodoh,
apalagi kalau betul2 kau tidak mengerti ilmu silat, tapi ada baiknya biar bagaimana kau harus bertindak hati2.
Sekarang akupun mau keluar sebentar me-lihat2
424 keadaan, kalau ada kabar apa2 nanti aku kabarkan
padamu" Lim Tiang Hong setelah mendengarkan
penuturannya Bwee Hiang yang yang benar2 begitu
memperhatikannya, diam2 merasa simpati atas
perlakuan pelayan wanita tersebut atas dirinya.
Baru saja beberapa detik Bwee Hiang meninggalkan
kamarnya dari dalam sakunya Lim Tiang Hong lalu
mengeluarkan sebuah kedok semacam kulit manusia
dipakai diatas mukanya, hingga wajahnya yang tadi cakap ganteng mendadak merubah menjadi buruk
menakutkan, pucat, jelek dan menjemukan dipandang mata.
Dengan suatu gerakan yang sangat ringan, dilain
saat Lim Tiang Hong telah lompat melesat keruangan tengah. Ruangan yang amat besar itu, kedapatan ditengah2 lembah, itu adalah suatu tempat penting
didalam lembah Loan-phiauw-kok itu. Itulah sebabnya maka disitu dilakukan penjagaan sangat keras, baik siang apalagi malam hari.
Lim Tiang Hong dengan menggunakan ilmu
mengentengi tubuhnya yang luar biasa, bersembunyi 425
diatas pohon diluar ruangan tersebut. Matanya dipasang lebar2, ditujukan kedalam tanpa berkedip.
Didalam ruangan pertemuan itu, ketika itu ada
kedapatan orang2 yang sedang duduk, lima sampai
enam orang. Empat diantaranya, telah ia kenal baik sekali. Satu adalah Bin-hoan-siu si hidung betet, sedang tiga orang yang lain adalah masing2 Hek-sa Tancu Leng Heng,
Thian-leng Tancu U Tiang Siang. Tee-im Samiu Thian-lui dan yang seorang lagi, orang yang belum pernah ia lihat adalah seorang Taotho berwajah bengis yang
mempunyai rambut panjang, sampai kepundak.
Tidak usah lama ia menunggu, telinganya telah
dapat menangkap suaranya Bin-hoan-siu yang berkata dengan nada dingin: "Sudah lama Lohu curiga pada
bocah itu, pasti dia adalah Lim Tiang Hong sejati, itu orang yang dikabarkan orang telah mati. Tapi Lok-hee Hujin selalu tidak mau percaya, apa daya kita" Tapi demi keselamatan lembah kita, bolehkah kiranya tidak kita perdulikan semua itu lagi, bukan?"
Hek-sa Tancu lantas berkata: "Urusan ini memang
betul sangat mencurigakan, tapi dengan berbuat terlalu 426
gagabah, apa kau tidak tahut nanti kalau Hujin sesalkan tindakan kita?"
Bin-hoan-siu berkata pula setelah
memperdengarkan suara ketawa ter-bahak2nya: "Anak haram semacem itu sudah sepantasnya kalau siang2 kita singkirkan. Asal dihadapan Kauwcu kita bisa memberi alasan dengan sepantasnya, tidak perlu kita kuatirkan Hujin lagi"
Thian-leng Tancu U Tiang Siang berkata sambil
geleng2kan kepala: "Dalam hal ini rasanya perlu kita mengambil tempo lebih panjang. Baiknya kita pikirkan dulu caranya baik2. Sebabnya, kala itu, ketika si bocah itu dikepung oleh orang2 dari berbagai partai kenapa Kauwcu suruh kami pergi memberi pertolongan?"
Bin-hoan-siu berkata sambil perdengarkan suara
dingin: "Kala itu lain lagi keadaan tentu dengan
sekarang. Betul kala itu dia...."
Mendadak matanya yang celong dipendelikkan,
kembali setelah ketawa dingin badannya melesat tinggi.
Se-akan2 lakunya seekor burung garuda orang mata
celong ini melesat tubuhnya untuk kemudian hingga diatas payon rumah.
427 Lim Tiang Hong semua mengira bahwa
pengintaiannya telah diketahui, baru ia akan bergerak pergi, diatas payon rumah mendadak ia lihat ada sesosok bayangan tinggi besar yang melesat mengambil jurusan sebelah selatan, lalu terdengar suara seramnya Bin-hoan-siu, yang setelah ketawa dingin berseru: "Sahabat, kau sudah berani masuk lembah Loan-phiauw-kok apa masih mengira bisa kau balik keluar lagi" Hmmm! Jangan
mimpi..." Untuk kedua kalinya ia melesat. Dengan kecepatan
bagaikan kilat ia menerjang kearah orang tadi, berbareng dengan itu sepuluh jari2 tangannya telah keluar angin sangat hebat yang mengurung jalan larinya orang
tersebut. Tetapi orang itu ternyata bukanlah orang
sembarangan. Sekali tampak jubahnya yang
bergerombongan terkibas, serangan Bin-hoan-siu telah dipunahkan, dengan gaya yang baik sekali.
Kedua pihak setelah bergebrak untuk pertama
kalinya, sudah tidak mudah lagi agaknya kalau orang tadi itu mau berlalu lagi dari lembah itu. sebab pada ketika itu 428
Hek-sa Tancu Leng Heng dan lainnya sudah pada
bergerak, turut mengepung bayangan orang tadi itu.
Dengan mata mendelik dan mulut ketawa cekikikan
Bin-hoan-siu berkata: "Aku kira siapa adanya oraag yang begitu besar nyalinya. Hmmm. Tidak tahunya padri dari Siauw-lim-pay. Sekalipun kau dewa, masuk dalam
lembah ini berarti maut!"
Lim Tiang Hongpun kala itu baru mengetahui
bahwa bayangan orang tinggi besar tadi ternyata adalah seorang padri Siauw-lim-pay Hui-bing Siansu, Maka dia ia menanya pada dirinya sendiri, apa keperluannya padri tersebut datang kelembah orang2 jahat".
Pada detik itu- Bin-hoan-siu dan kawan2ma sudah
pada bergerak mengeluarkan serangan2nya.
Taotho berambut panjang mendadak memekik
keras, badannya mumbul keatas. Dari atas ia menukik, lalu melancarken lima kali serangan beruntun.
Taotho buas ini bergelar Pun-ceng. Dan ia adalah
murid murtad dari golongan Ngo-thay-pay. Ia berkhianat kepada perguruannya setelah menemukan kepandaian2
mujijat. Dalam perkumpulan Thian-cu-kauw ia menjabat 429
pangkat pelindung hukum, seperti juga halnya dengan Bin-hoan-siu si hidung betet.
Sambaran angin yang keluar dari tangan Taotho itu bukan saja dingin luar biasa, tetapi juga agak
mengandung hawa busuk hingga bisa membuat orang


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang mengendusnya muntah uger.
Hui-bing Siansu ber-kali2 menyebut nama Buddha.
jubahnya yang lebar gerombongan tidak henti2nya berkibar2, ia juga melancarkan serangan2nya yang ia dapat pelajari dari golongan Buddha.
Saking kerasnya dua kekuatan tanaga yang beradu
tadi, masing2 penyerang terpental mundur dua tindak.
Put-ceng ketawa dingin. Taotho ini maju lagi, lalu kembali melancarkan dua kali serangan beruntun.
Selanjutnya suara bentakan terdengar disana sini.
Hek-sa Tancu Leng Heng, Thian-long Tancu U Tiang
Siang kedua Tan-cu ini bergerak menyerang dari kanan dan kiri. Dua orang tersebut belakangan ini, yang seorang menggunakan tenaga lunak, sedang yang
seorang pula mengeluarkan tenaga keras. Dua macam kekuatan tenaga yang berlainan satu sama lain
menggulung badan Hui-bing Siansu yang tinggi besar.
430 Hui-bing Siansu seperti yang pernah ceritakan
sedikit, adalah salah seorang terkuat dari partai Siauw-lim-pay. Meskipun menghadapi bahaya besar
bagaimanapun juga tidak pernah ia gugup.
Ketika diserang dalam tiga jurusan oleh lawan2nya yang tangguh2, ia lalu mengeluarkan ilmunya Hok-mo Kim-kong Ciang-hoat. Dengan ilmunya ini ia pikir hendak menyambuti serangan musuh2nya.
Akan tetapi orang2 semacam Bin-hoan-siu dan
kawan2nya itu. semua adalah orang2 jahat berkaliber besar yang namanya telah terkenal oleh semua orang2
Kang Ouw. Bertempur dengan mereka ini, satu lawan satu yang mana saja, rasanya masih sulit kalau dikata hendak mendapat kemenangan. Apalagi kini mereka
bertempur secara pengeroyokan demikian. Dengan
adanya lagi maksud mereka yang ingin sekali membunuh Hui-bing Siansu dilembah itu, supaya tidak meninggalkan saksi hidup yang dapat keluar dari situ, sudah dengan sendirinya cara turun tangan mereka kali itupun sungguh keji dan buas, hingga dalam jurus2 selanjutnya Hui-bing Siansu terpaksa harus merasakan keadaan yang sungguh 431
sangat membahayakan, yang mungkin untuk seumur
hidupnya baru pernah dialaminya.
Pada kala itu terdengar pula suara si hidung betet Bin-hoan-siu yang ketawa sambil berkata: "Kepala
gundul, sekarang aku suruh kau kenali ini tipu serangan Lie-hun-niang dari kami"
Mendadak badannya mumbul ke atas. Dari atas
menukik ke bawah sambil melancarkan satu serangan yang mengeluarkan angin men-deru2.
Serangan itu sungguh hebat. Anginnya saja cukup
dapat menimbulkan perasaan jeri bagi siapa yang
menghadapinya. Lim Tiang Hong yang menyaksikan sejak tadi
pertandingan pincang itu dari tempat persembunyiannya, diam2 merasa terkejut.
Iapun tidak mengetahui ilmu serangan apa yang
digunakan oleh manusia buas berhidung betet itu.
Selagi ia masih berpikir ragu2, tiba2 terdengar
suara gempuran nyaring. Hui-bing Siansu yang sudah tidak mendapat
kesempatan mengelakkan serangan hebat tadi, terpaksa 432
mengambil tindakan mengadu kekerasan dengan Bin-
hoan-siu. Padri tersebut merasakan darahnya bergolak hebat, tanpa sadar kakinya telah mundur empat langkah.
Selagi belum mendapat kesempatan memperbaiki
kedudukannya, suara bentakan yang amat nyaring sudah terdengar disekitar dirinya. Sudah barang tentu,
kagetnya padri ini bukan kepalang. Pada saat demikian adalah Put-ceng, Leng heng dan U Tiang Siang sudah maju berbareng sambil melakukan serangannya masing2
yang serba mematikan. Padri dari Siauw-lim-sie itu agaknya benar2 akan mati tidak meram ditangan orang2
Thian-cu-kauw itu. Dalam keadaan sangat kritis seperti itu, tiba2
nampak sesosok bayangan manusia, cepat gerakannya badan orang itu langsung menerjang kedalam kalangan.
Orang yang menerjang ini sambil perdengarkan suara geram yang hebat tangannya digerakkan dan dari situ lantas keluar kekuatan tenaga dalam yang amat hebat, menggulung kearah Leng Heng dan U Tiang Siang. Itu adalah gerakan dari sebelah tangannya, sedang yang lain 433
dipakai bergerak melanggar tangan Put-ceng dengan caranya yang luar biasa aneh.
Sebentar hanya terdengar suara menggelegar yang
amat dahsyat. Leng Heng dan U Tiang Siang dalam
keadaan gugup dan tidak men-duga2 telah dibikin
terpental dengan adanya serangan hebat tadi, badan mereka mundur sempoyongan sampai tiga kaki.
Sedang dilain tempat, si Taotho Put-ceng yang juga dibikin terkejut melihat datangnya sambaran tangan tadi, juga terpaksa mengundurkan diri sampai lima langkah.
Orang yang baru muncul itu sekali bergerak
ternyata dapat memukul mundur tiga orang. Dapatlah kita bayangkan betapa hebat kepandaian orang tersebut, karena kitapun telah mengetahui kepandaian ketiga Tancu itu masing2.
Sebentar lalu kedengaran suara orang itu yang
berseru: "Siansu mari ikut aku!"
Setelah itu nampak badannya melesat balik lagi dan menghilang dari depan orang2 Thian-cu-kauw itu.
Hui-bing Siansu yang dalam golongan Siauw-lim-
pay terkenal sebagai salah seorang kuat, sudah tentu tidak dapat dibandingkan dengan sembarang orang
434 kepandaiannya. Setelah menyaksikan kepandaian orang yang menoloagnya tadi, ia juga menggerakkan badan, mengikuti gerakan orang tersebut. Dengan demikian, terlepaskah ia sudah dari kepungan mereka.
Semua kejadian tadi kalau dilukiskan dengan kata2
tentu akan memakan tempat banyak juga, tetapi
sebenarnya hanya memakan waktu beberapa detik saja, sampai semua manusia buas dari lembah Loan-phiauw-kok ini pada kesima.
Tatkala mereka sadar, mengetahui apa yang telah
terjadi. ternyata sudah kasep. Ketika mereka coba mengejar, tidak ada gunanya dan orang yang mereka kejar sudah tidak kelihatan bayangannya lagi.
Kita kembali menengok keadaannya Hui-bing
Siansu, yang setelah ditolong si orang pandai, mengikuti jejak orang yang mengajaknya tadi, terus kabur tanpa menemui rintangan apapun. Tidak lama kemudian ia
sudah berlalu meninggalkan lembah Loan-phiauw-kok tersebut.
Sewaktu sampai disebuah terapat sunyi dipinggiran rimba, kedua orang itu baru berhenti bergerak. Ketika padri Siauw-lim-siu ini coba meng-amat2i penolongnya.
435 ternyata itu adalah seorang yang berpengawakan tegap gagah, sayangnya wajah penolong ini ada begitu pucat, jelek bagai bangkaikan hidup, hingga buat orang yang menyaksikannya sendiri akan merasa jeri dan jemu
memandangnya. Saat itu juga Hui-bing Siansu lantas berkata sambil merangkap kedua tangannya: "Malam ini jikalau tidak sicu yang turun tangan memberi pertologan, barangkali pada detik ini lolap sudah menggeletak jadi bangkai didalam lembah Loan-phiauw-kok"
Orang berwajah jelek menakutkan yang menolong
Hui-bing Siansu itu temu telah pembaca kenal, dia tidak lain tidak bukan adalah Lim Tiang Hong. Ia lantas berkata sambil perdengarkan ketawanya: "Kita satu sama lain adalah kenalan2 lama, perlu apa Siansu begitu merendah?"
Hui-bing Siansu ketika mendengar suara orang jelek menjemukan itu, memang rasa2nya memang seperti
mendengarnya, tetapi kala itu ia sudah tidak dapat mengingat siapa adanya orang itu, maka ia lantas
berkata pula: "Maaf kalau mata lolap sudah lamur, sebetulnya lolap sudah tidak ingat, sicu ini siapakah?"
436 "Waktu ini belum saatnya untukku memberi
penjelasan. Dikemudian hari pasti akan kuterangkan duduknya perkara"
Tiba2 dari dalam sakunya orang jelek Ini
mengeluarkan batu giok bentuk ikan warna merah
pemberian Hui Hui Taysu yang lantas diperlihatkan kepada Hui-bing sembari berkata: "Aku yang rendah dengan benda kepercayaan ini ingin mendapat
keterangan keadaan dalam dunia kang-ouw pada waktu2
belakangan iui, barangkali Siansu tidak akan merasa keberatan bukan?"
Hui-bing setelah menyambuti ikan2an merah itu,
setelah meng-amat2inya sejenak, lalu dikembalikan lagi kepada Lim Tiang Hong dan segera pula ia berkata:
"Dengan adanya tanda kepercayaan Ciang bunjin kita ditangan sicu, sudah tentu lolap akan memberitahukan apa yang lolah tahu kepada sicu"
Setelah mana padri Siauw-lie-sie ini lantas
menceritakan kepada Lim Tiang Hong apa yang telah terjadi selama tiga bulan belakangan ini dikalangan kang-ouw.
437 Lim Tiang Hong sehabis mendengar, sepasang
alisnya nampak bergerak, darahnya dirasakan mendidih.
Sambi! menjura dalam2 ia berkata: "Aku yang rendah karena masih harus menyimpan sedikit rahasia,
sementara ini belum bisa memberitahukan siapa diriku yang sebenarnya kepada Siansu. Tetapi, tidak lama lagi tentu kita akan saling bertemu pula dalam dunia kang-ouw"
Sehabis berkata demikian, dengan kecepatan
bagaikan kilat ia melesat balik masuk kedalam lembah.
Lembah Loan-phiauw-kok adalah lembah yang tiap
hari malam terjaga kuat dan banyak rintangannya. Kini ada orang yang bisa keluar masuk secara demikian
leluasa, sebetulnya merupakan suatu penghinaan dan tamparan hebat bagi orang2 Thian-cu-kauw.
Dalam gusarnya Bin-hoan-siu lantas mengerahkan
semua orang2 pilihannya untuk mengejar kedua musuh tadi.
Sebaliknya dengan Lim Tiang Hong, pemuda ini
setelah membawa keluar Hui-bing Siansu, dengan secara enak dan tanpa diketahui oleh orang dalam lembah
sudah balik kembali dalam kamarnya.
438 Siapa nyana, Bwee Hiang, itu wanita yang selalu
merawatnya dengan teliti, pada kala pemuda ini datang kedapatan sedang duduk diatas pembaringan si pemuda.
Dengan wajah muram, ketika mendadak Lim Tiang
Hong muncul didepan pintu, wanita pelayan ini berkata:
"Kau ini sebetulnya siapa, dan apa maksudmu
sebenarnya memasuki lembah Loan-phiauw-kok ini"
Sebaiknya dihadapanku kau berterus terang saja supaya orang tidak selalu menguatirkan keadaanmu"
"Lim Tiang Hong adalah Lim Tiang Hong. Ia adalah
seorang pemuda yang tidak mengetahui siapa adanya.
Kalian menyebut aku Kauwcu muda, baiklah hitung2 aku sebagai Kauwcu mudamu juga. Cuma perlu barangkali kau tahu, aku ini bukan datang kemari seorang diri.
Adalah kalian yang membawa datang aku kemari" jawab Lim Tiang Hong sambil bersenyum.
"Kau tidak usah mengatakan segala omongan yang
bersikap jail itu kepadaku. Terus terang aku beritahukan padamu, kau dalam keadaan sangat berbahaya! Setiap tempat dan disetiap waktu jiwamu bisa terancam oleh maut. Sekalipun kau sungguh orang pandai yang
memiliki ilmu tinggi, yang mau kau perlihatkan terus 439
terang kepada orang lain. Tapi dalam lembah Loan-
phiauw-kok ini yang banyak menyimpan orang2 kuat, rasanya tidak mungkin kau bisa meloloskan diri
sesukamu dari tangan mereka" berkata pula Bwee Hiang sambil monyongkan mulutnya yang kecil.
Lim Tiang Hong lalu bersandiwara, seperti orang
kaget ia berkata: "Aku toh tidak melakukan dosa kepada lain orang, kenapa mereka hendak mencari setori
denganku" Lagipun apakah mereka tidak takut disesali Hujin?""
"Kau ini benar2 ada begitu bodoh ataukah berlagak gila" Sekarang keadaan sudah kelewat mendesak, sudah bukan waktunya kau bicara seperti bercanda gurau. Dan, mungkin malam ini juga mereka akan turun tangan
terhadap kau. Apabila kau suka percayakan, aku pikirku aku ingin mengantarkan kau keluar dari lembah dulu untuk sementara. Kau boleh berusaha melarikan diri sendiri. Tapi kalau kau tidak percaya padaku, aku juga tidak terlalu perlu menempuh bahaya ini".
Seperti apa yang sudah diketahui, kalau sampai
pada saat itu, Lim Tiang Hong belum mau keluar dari lembah Loan-phiauw kok. Ia melulu cuma hendak
440 menantikan datangnya sang Kauwcu dari lembah itu. Kini keadaan sekitar lembah telah diketahui hampir
seluruhnya olehnya. Lembah inipun ia ketahui pula hanya merupakan suatu tempat sementara dari cabang Thian-cu-kauw saja. Jikalau ia berdiam lebih lama lagi, rasanya juga tidak akan mendapatkan kabar apa2. Disamping berpikiran demikian, barusan dari mulutnya Hui-bing Siausu iapun telah mendapat kabar perihal keadaan rimba persilatan yang dikatakan lebih lanjut oleh padri Siauw-lim-sie itu sudah amat genting, pun langsung mendorongnya kepada soal pemikiran, bahwa ia tidak boleh berpeluk tangan begitu saja. Maka iapun akhirnya memikir tidak ada halangan menggunakan kesempatan itu untuk ia keluar dari lembah itu. Namun ia masih tetap pura2 berteriak kaget dan ketakutan.
"Apa betul begitu kejadiannya?" katanya "Kalau
begitu, memang lebih baik aku lekas2 melarikan diri saja.
Encie Bwee Hiang, kau bisakah dayakan akalnya
menolongku keluar?" "Kau ini benar2 bintang iblis dalam jiwaku. Kalau aku tidak menolongmu, hatiku tidak akan tenteram
selamanya, akan tetapi apabila aku menolongmu.... Aih...
441 Hari depanku bahayanya jauh lebih banyak daripada kebaikannya. Aku sendiri masih belum tahu bagaimana nasibku yang akan kualami nanti"
Sehabis berkata demikian, mendadak wanita
pelayan itu bangkit, berkata pula sambil kertak-gigi:
"Bwee Hiang malam ini ingin korbankan diri demi
menolong jiwa sesama manusia. Kongcu, dikemudian
hari, apabila kau mendapat peruntungan belajar ilmu silat, ingatlah pada kata2ku, didalam lembah Loan-phiauw-kok ini masih ada seorang perempuan yang
bernasib malang. Sekalipun aku harus binasa, juga akan merasa puas dan berterima kasih setelah mendapat
perhatianmu" Lim Tiang Hong kala itu rupanya baru mengetahui
benar kalau pelayan wanita itu tidak dapat dibandingkan dengan orang2 Thian-cu-kauw yang lainnya. Meskipun berada didalam lingkungan orang2 jahat, tetapi
keluhuran jiwa pelayan ini telah membuat perasaan hatinya sangat terpengaruh mendengar kata2 Bwee
Hiang tadi. Setelah selesai bicaranya Bwee Hiang, ia lantas
menjawab: "Ada satu waktu, apabila aku si orang she 442
Lim melakukan pembasmian kasarangnya penjahat ini, sebelum bertindak, pasti akan kuberitahukan kepadamu lebih dulu sebagai pembalasan budi dari perbuatanmu malam ini untukku"
Bwee Hiang mendadak buka lebar2 matanya dan
menanya: "Apa kau kata?"
Lim Tiang Hong sadar telah kelepasan omong,
maka segera ia lalu berlaga gugup dan ketakutan seraya katanya: "Kalau mau pergi, mari segera kita pergi, terlambat sedikit mungkin sudah tidak keburu lagi"
Bwee Hiang sendiri rupanya tidak mau terlalu
membuang tempo. Mendengar itu buru2 ia menyelinap keluar pintu sambil menarik tangannya Lim Tiang Hong ia berkata: "Yah, mari kita pergi!"
Ia ingin menggunakan lubang jendela sebagai
jalannya keluar, tetapi ketika ia menengok ia lihat Lim Tiang Hong masih coba hendak membuka pintu dengan seenaknya, hal mana tentu saja membuatnya menjadi sangat jengke!. Maka terpaksa ia balik lagi dan lantas berkata pada si pemuda: "Ahh, kau ini benar2kah yang dinamakan duri dalam hatiku?"
443 Lim Tiang Hong menjawab sambil kerutkan
keningnya: "Aku tidak mengerti ilmu silat, bagaimana?"
Bwee Hiang kewalahan. Ia lantas jongkok ditanah
seraya katanya: "Mari aku gendong kau"
Lim Tiang Hong pun tanpa sungkan2 lagi lantas
nangkring di pundak si pelayan, ia menggemblok seperti anak kecil.
Bwee Hiang tahu bahwa waktunya tidak boleh
terlalu diulur lagi, maka untuk kedua kalinya ia
mengenjot tubuh, melalui lubang jendela, ia keluar untuk selanjutnya kabur keluar lembah.
Jangan kira ia ada seorang wanita lemah lembut
yang badannya kecil langsing. Meskipun diatas
pundaknya ada menggemblok seorang dewasa, namun ia masih bisa bergerak gesit dan lincah sekali, hingga hal tersebut diam2 mau tidak mau membuat Lim Tiang Hong memuji dalam hatinya, mengagumi kepandaian pelayan wanita itu.
Tidak antara lama kemudian mereka sudah terlolos
dari daerah berbahaya ditembah Loan-phiauw-kok.
Sambil menarik napas lega Bwee Hiang berkata:
"Turunlah, sekarang kita bebas dari goa macan..."
444 Tiba2 dari dalam rimba kedengaran suara orang
berkata yang disertai dengan ketawa anehnya, demikian
"Belum tentu...."
Menyusul kata2 itu, seorang katai pendek, dengan
potongan badan gemuk seperti labu mendadak muncul daii dalam rimba.
Bwee Hiang mengenali orang pendek gemuk itu,
karena tidak lain dia adakan Tee-im Tancu Thian Lui.
Dalam kagetnya, pelayan wanita ini sampai mundur
beberapa tindak. Thian Lui sambil perlihatkan roman menjemukan,
ketawa cengar cengir, setindak demi setindak
menghampiri Bwee Hiang sembari berkata: "Bagus,
kiranya kau adalah penghianat perkumpulan!
Menggendong satu anak muda kau ingin ajak kabur
padanya, sekarang dipergoki olehku, apa kau mau kata?"
Bwee Hiang tahu bahwa Thian Lui seorang pendek
gemuk ini adalah salah seorang Tan-cu dari Thian-cu-kauw yang kepandaiannya tinggi luar biasa. Iapun tahu bahwa dengan kepandaiannya sendiri, masih belum
mampu menandingi dia. Akan tetapi, pada waktu itu kecuali berlaku nekad barangkali saja tidak ada lain jalan 445
yang dapat diambilnya. Memikir demikian, maka pelayan wanita ini lalu mencabut keluar padangnya dan lantas membentak: "Dia adalah puteranya Lok-hee Hujin.
sedikitpun tidak mengerti ilmu silat. Tapi kalian tetap mengingini jiwanya, apakah itu adil namanya" Aku yang atas perintah Hu-jin suruh melindungi jiwanya, sudah tentu tidak bisa membiarkan kalian mengambil jiwanya secara enak sendiri"
"Percuma kau jual omong! Biar bagaimana Thian-
cu-kauw tidak bisa benarkan perbuatanmu ini yang
terang2an hendak membahayakan kedudukannya kita
semua" Bwee Hiang maklum bahwa kala itu sukar untuk ia
berbantahan dengan orang pendek gemuk itu, agaknya pertempuran tak dapat dihindari sebagai jalan satu2nya yang harus ditempuh, maka ia lalu berkata kepada Lim Tiang Hong: "Kau turunlah"
Tetapi Lim Tiang Hong masih berlagak pilon, masih menggembol dipunggung wanita itu, ia berkata: "Ng, aku takut mati"
446 Bwee Hiang agaknya sudah tidak berdaya. Dengan
Lim Tiang Hong masih mengemblok, maju dan
menyerang Thian Lui. "Dengan berlaku nekad melindungi dia begitu rupa, sungguh menggelikan sekali"
Bwee Hiang tidak berkata apa2 lagi. Ia terus
menggerakkan pedangnya, beruntun dua kali serangan pula telah dilancarkannya, Lim Tiang Hong yang berada digegernya malah berseru memuji: "Bagus, bagus
sekali!" Thian Lui kembali telah mengelakkan serangan
Bwee Hiang, lalu lagi2 berkata: "Budak, kau cari
mampus"!" Dan dengan cepat ia lantas membalas menyerang,
dengan tangan kosong. Ketika badannya bergerak, justru bergerak memapaki serangan Bwee Hiang yang ketiga kali.
Bwee Hiang sudah lama mengikuti Lok-hee Hujin.
Diantara empat pelayan wanita Hujin tersebut, adalah dia ini yang memiliki kepandaian ilmu silat paling tinggi. Kala itu, dalam menghadapi musuh tangguh, ketika berada digaris antara mati dan hidup, maka iapun lalu tidak 447
menghiraukan kese!amatan jiwanya sendiri. Ia
bertempur secara nekat, hingga Thian Lui yang diserang ber-tubi2 juga merasakan kewalahan.
Lim Tiang Hong, masih menggemblok diatas
gegernya, sebentar2 berseru memberi pujian sehingga hal itu sudah barang tentu membikin Bwee Hiang
bertambah jengkel. Sepuluh jurus lebih telah mereka lewatkan
pertempuran itu, tetapi Thian Lui yang terkenal mahir menggunakan ilmu tangan kosong belum juga berhasil menundukkan budak itu, maka lantas timbul pikiran jahat dalam otaknya. Ia lalu mengerahkan kekuatannya balas menyerang secara bertubi2, menyerang Bwee Hiang.
Bwee Hiang yang memang kalah jauh kekuatannya
dari Thian Lui ini ditambah pula kala itu ia tengah menggendong Lim Tiang Hong seorang dewasa.
Sekalipun ia dapat berlaku lincah dalam menghadapi lawannya, tetapi lambat laun tidak urung iapun harus merasa keripuhan.
Thian Lui rasanya tidak mau memberi sedikit
hatipun juga. Orang pendek gemuk ini terus mendesak Bwee Hiang sedemikian rupa hingga yang diserang ini 448
sampai mundur terus untuk selalu menghindarkan
serangan2 maut musuhnya. Pada ketika itu gegernya mendadak dirasakan
ringan, Lim Tiang Hong entah sejak kapan sudah lompat turun dari belakang gegernya, pemuda itu sambil
menggendong tangan nampak sedang menyaksikan
pertempuran. Thian Lui yang hanya menghendaki Lim Tiang
Hong, maka ketika iapun mengetahui bahwa Lim Tiang Hong telah turun dari belakang gegernya Bwee Hiang, mendadak lompat melesat dan sebentar telah berada dihadapan si anak muda lalu, cepat bagaikan kilat ia mengulurkan tangannya menyambar pergelangan tangan Lim Tiang Hong.
Tidak nyana, tangannya belum lagi mengenai
sasarannya, tangan orang lain sudah menyambar


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kearahnya. Dalam waktu sekejap dan tidak menduga, malah tangan si pendek gemuk itu yang kecekal dan telinganya mendengar suara bentakan keras: "Enyah kau dari sini!"
Beleduk! 449 Thian Lui merasakan dadanya seperti digempur
benda ribuan kati beratnya hingga mulutnya
menyemburkan darah segar, badannya lantas terpental ke atas sampai setinggi dua tombak untuk kemudian jatuh di tanah tidak bernyawa lagi.
Bwee Hiang ketika tadi mengetahui Thian Lui,
lawannya mendadak bergerak hendak menangkap Lim
Tian? Hong, kagetnya bukan alang kepalang. Secepat kilat ia masih sempat menerjang untuk menikam orang pendek itu. Siapa nyana, sebelum pedangnya berhasil menyentuh tubuh lawan, Thian Lui sudah terbang
melayang keatas badannya. Kejadian yang terjadi diluar dugaan itu sungguh membuatnya bingung ke-heran2an, sebentar kemudian ia lantas sadar, ia tahu sudah apa yang telah terjadi. Dengan perasaan kegirangan yang me-luap2 ia lantas menubruk Lim Tiang Hong sambi!
memukuli dengan tangannya ia ketawa dan berkata:
"Kau ini, kenapa berlaku jail"
Lim Tiang Hong lantas berkata diringi gelak
ketawanya: "Jikalau tidak begitu, bagaimana aku bisa berkenalan dengan kau, seorang pendekar wanita yang berjiwa luhur?"
450 Bwee Hiang lantas menyahut sambil monyong2kan
mulutnya: "Phui! Sungguh pintar kau putar lidah"
Pada saat itu, benar2 wanita ini merasakan
keriangan yang luar biasa, sebab ketika Lok-hee Hujin menyerahkan Lim Tiang Hong kepadanya supaya ia
melindungi keselamatan si pemuda, ia telah merasa dalam hati bahwa pemuda ini bukanlah orang
sembarangan, dan kemudian meskipun ia telah
mendapat tahu Lim Tiang Hong berlagak tidak kenal surat dan tidak mengenal silat, bahkan nampaknya
sangat dungu dalam se-gala2nya, hingga membuatnya agak kecewa, tetapi ia tetap tidak memandang rendah padanya. Maka dalam penerimaan tugas sebagai
pelindung pemuda itu, ketika mengetahui anak muda ini berada dalam keadaan bahaya, ia lantas bertindak nekad hendak membawa kabur pemuda ini.
Sekarang, setelah ia mengetahui dan dapat
meyakini benar2 bahwa Lim Tiang Hong adalah seorang pemuda yang berkepandaian sangat tinggi, maka
perasaan girang dalam hatinya sudah me-luap2 demikian rupa, hingga agak sulit untuk dilukis disini.
451 Bwee Hiang meski bertempat tinggal didalam
sarang penyahat, tetap sebagai jiwa pendekar, sehingga hanya ialah seorang yang tidak suka bercampur gaul dengan orang2 jahat itu. Maka hampir setiap orang2 kuat lainnya dalam lembah itu yang ia pandang tinggi, hanya terhadap pemuda dihadapannya sekarang ini, agaknya ada lain dari yang lain perasaannya. Bagaimana ia bisa mempunyai perasaan demikian, sebenarnya ia sendiripun tidak tahu. Dalam perasaan atau kata hatinya tadi, hampir seluruhnya diliputi oleh perasaan takut dan ngeri se-mata2. Akan tetapi kini, setelah terlepas dari ancaman bahaya itu, mendadak ia seperti merasa berat untuk berpisahan dengan pemuda pujaannya ini, hingga untuk sekian lama ia berdiri menjublek, sepatah katapun tidak lagi keluar dari mulutnya.
Akhirnya adalah Lim Tiang Hong juga yang
memecah suasana kesunyian alam disitu: "Encie Bwee Hiang, baik kau lekas pulang, sebab kalau terlalu lama kau berdiam disini mereka akan mengetahui semua.
Mengenai urusan hari ini, paling baik jangan kau
bicarakan dengan Hujin. Dikemudian hari, apabila aku 452
mendapat kesempatan, aku pasti biba datang menengoki kau"
Bwee Hiang juga tahu dan sadar bahwa ia tidak
boleh terlalu berdiam disitu. Maka dengan menekan perasaan hatinya ia lantas berkata: "Tentang halmu, tidak usah kau kuatir, pasti tidak akan kubicarakan kepada Hujin. Sebaliknya, kau sendiri dalam segala hal, hendaklah suka bertindak hati2...."
Sehabis berkata, Bwee Hiang yang berjiwa luhur
budiman ternyata sudah tidak mampu menekan
perasaannya sendiri, seketika itu telah menangis meng-gerung2 seperti anak kecil.
Bagi Lim Tiang Hong sendiri, tentu berat pula
hatinya. Sebab, sebagaimana layaknya manusia biasa, setelah mendapat perawatan baik tiga bulan lamanya dari seorang, sedikit banyak tentu merasakan
kehangatan seorang wanita, tergerak ia terhadap
perawatan yang sangat luar biasa opennya itu Akan tetapi keadaan sangat mendesak, maka ia hanya dapat menekan hatinya, lantas pamitan. Setelah mengatakan selamat tinggal ia dengan cepat lalu meninggalkan lembah tersebut.
453 -odw-smhno- Bab 12 LIM TIANG HONG dengan tidak sayangkan dirinya,
masuk kedalam sarang penjahat hendak me-nyerep2i
berita, akan tetapi hasil yang ia peroleh ternyata tidak seperti apa yang ia harap.
Pertama, meskipun ia dapat menemukan ibunya,
tetapi kelakuan sang ibu itu tidak bisa membikin hatinya puas, bahkan ibu itu tidak suka agaknya
memberitahukan siapa ayahnya. Apabila Kauwcu dari Thian-cu-kauw itu benar adalah itu Manusia Buas Nomor Satu Dalam Dunia, maka orang buas itu tentu adalah ayahnya sendiri. Andaikata benar demikian, bagaimana akibatnya selanjutnya" Ia tidak berani memikirkan terus.
Kedua, siapakah yang membunuh Heng-lim Cun-
loan" Sampai pada saat itu ia masih belum mengetahui siapa adanya pembunuh itu.
Dan ketiga, pusat perkumpulan Thian-cu-kauw,
tujuan pertama yang ingin sekali ia selidiki, setelah ia secara hati2 sekali mengadakan penyelidikan selama tiga bulan, ternyata hasilnya masih nihil. Bwee Hiang
454 sekalipun, sebenarnya bukan tidak mau mengatakan, tetapi sesungguhnya memang mereka tidak mengetahui.
Tetapi ia tetap menduga, ibunya pasti tahu, akan tetapi sang ibu itu rupanya berat menceritakan padanya.
Kini ia telah pergi jauh meninggalkan lembah Loan-phiauw-kok. Sebab dari keterangannya Hui Hui Siansu ia tahu bahwa rimba persilatan kala itu sedang mengalami bahaya besar, maka mau tidak mati ia harus
meninggalkan urusan pribadinya sendiri untuk terjunkan diri memberi bantuan kepada setiap yang membutuhkan, yakni orang2 golongan Hian-bun, sebab itu adalah suatu kewajiban bagi setiap orang yang menganggap dirinya berasal dari golongan benar. Dari keterangan yang didapat dari Hui-bing Siansu, keadaan dalam dunia kang-ouw pada belum lama berselang barangkali ada sebagai berikut:
Kesatu. Siauw-lim-pay sejak tertipunya dikota Kim-leng dalam soal patung, Hui Hui Thaysu sudah keluar sendiri, dengan membawa rombongan orang kuatnya
melakukan penyelidikan sendiri, tetapi hingga pada saat itu masih mendapat sedikitpun tandasnya. Maka semua orang kuat yang ada dalam gereja juga lantas dikerahkan 455
untuk mengadakan penyelidikan. Dan Hui-bing Siansu, adalah salah seorang diantara para penyelidik itu.
Kedua, orang tinggi besar berkedok itu semenjak
mem-bunuh2i beberapa ketua partai golongan Hian-bun, dan setelah berhasil merampas bendera perserikatan, kembali sudah mengadakan pembunuhan pula terhadap orang2 golongan Hian-bun itu. Perbuatan orang itu sungguh ganas dan telengas, sampai boleh dikata, tidak seorangpun menemuinya hidup. Kebuasannya itu hampir menggoncangkan seluruh dunia kang-ouw. Pek Ho
Totiang dari Bu-tong-pay sesudah berserikat dengan enam partai golongan Hian-bun yang lainnya, lalu
hendak merebut kembali bendera perserikatan itu.
Ketiga. Semenjak murid Bu-ceng Kiam-khek Lim
Tiang Hong dikabarkan meninggal dunia, Bu-ceng Kiamkhek sendiri pernah unjuk diri beberapa kali didunia kang-ouw, agaknya sengaja orang itu menentang segala perbuatan Thian-cu-kauw. Dengan demikian maka Thian-cu-kauw yang hendak meluaskan pergaruhnya, mau
tidak mau harus mengendalikan diri juga. Cuma didunia kang-ouw saat itu berbareng muncul dua orang yang mengaku bernama Lim Tiang Hong, baik potongan dan 456
bentuk badannya maupun ilmu silatnya hampir
bersamaan dan mereka kedua itu tindak tanduknya ada bertentangan dengan golongan orang baik2.
Lim Tiang Hong mengingat patung kuno yang
hilang dicuri penjahat, dalam hatinya timbul perasaan kemenyesalannya, maka sedapat mungkin ia hendak
berdaya membantu Siauw-lim-pay merebut kembali kitab pusaka yang hilang itu.
Apabila ia mengingat pula halnya dua orang yang
mengaku bernama Lim Tiang Hong itu, seketika hawa amarahnya meluap. Sambil perdengarkan beberapa kali suara dihidung ia berkata sendiri: "Ada satu hari apabila aku bertemu dengan mereka, pasti akan kubikin hancur tulang kepala mereka kedua-duanya!"
Seorang diri Lim Tiang Hong ber-lari2an ditanah
pegunungan. Tiba2 ditengah perjalanannya ia
menemukan sebuah kelenteng tua. Kelenteng ini, tidak ada lampu dan penghuninya. Kala ia meneliti, di atasnya masih ada tulisan yang berbunyi: SIM THIAN SIAN SIE.
Mendadak hatinya bercekat. Ketika ia melongok
kedalam, ruangan kelenteng itu ternyata cukup luas, hanya agaknya sudah lama tidak mendapat perawatan 457
manusia. Tetapi kalau diteliti lebih lanjut, keadaannya tidak terlalu rusak, pendoponya masih baik sekali. Apa yang paling menarik perhatiannya adalah: terdapatnya sebuah patung tua yang tingginya kira2 satu tombak setengah, berdiri di-tengah2 pendopo yang agaknya seperti pernah ia lihat, tetapi ketika di-ingat2 dan di-pikir2, lantas hatinya berseru, hampir ia lompat
berjingkrakan. Ternyata patung kuno itu mirip sekali rupanya dengan patung gading kepunyaan Siauw-lim-pay yang pernah ia bawa2 tempo hari. Berbareng dengan itu, iapun rupanya masih ingat bahwa diatas patung gading yang dibawanya dulu ada ukiran huruf indahnya yang berbunyi kira2 sebagai berikut: "Buddha adalah didalam hati".
Perkataan yang terdiri dari lima huruf itu agaknya merupakan perkataan biasa, akan tetapi sebetulnya mengandung maksud dalam, mungkin dimaksudkan:
Jikalau hendak mengambil kitab pusaka, harus dapat menemukan dulu sebuah patung kuno yang bentuknya
mirip dengan patung gading itu.
Kalau ternyata dugaannya itu benar, kitab itu tentu tersimpan dalam badan patung yang dilihatnya saat itu.
458 Sebabnya ialah, perkataan yang dimaksudkan itu ada mengandung huruf Sim-thian (didalam hati), dan
kelenteng ini justru adalah yang bernama Sim-thian-sie.
Karena penemuannya ini, hatinya amat girang.
Buru2 ia berjalan kebawahnya patung Buddha itu.
Disekitarnya patung Buddha itu ia mengadakan
panyelidikan dengan teliti, tapi patung itu ternyata demikian sempurna bentuknya, sedikitpun tidak kelihatan ada tandanya apa2.
Ia mulai merasa sangsi, kemudian ia loncat keatas pundaknya patung. Diatas kepalanya yang besar itu ia meraba2 sejenak. Tiba2 dibagian telinganya patung itu ia dapat meraba sebuah alat hingga menimbulkan suara, dan pada saat itu, telinga patung Buddha itu tiba2
bergerak. Dalam kagetnya, ia buru2 lompat turun, dan pada
saat itu, patung Buddha itu sudah bergerak kekiri kira2 3
kaki, dibawahnya patung itu ada terdapat sebuah lubang yang dalamnya kira2 2 kaki.
Sebuah kotak batu giok, nampak didalam lobang
tersebut. 459 Ia buru2 ulur tangannya mengambil kotak tersebut, berbarang dengan mana patung Buddha itu juga sudah bergerak, balik pada keadaannya semula.
Dengan cepat ia buka kotak tersebut. Didalam
kotak itu ternyata ada sejilid kitab tebal. Tapi sebelum ia mendapat kesempatan memeriksa isinya kitab tersebut, diluar kelenteng tiba2 terdengar suara orang ketawa dingin. Bin-hoan-siu dari lembah Loan-phiauw-kok sudah berdiri didepan pintu dengan paras penuh kemarahan.
Dibelakangnya ia ada berdiri Hek-sa dan Thian-leng, itu kedua tancu dari Thian-cu-kauw.
Secepat kilat Lim Tiang Hong lantas masukkan kitab itu kedalam sakunya dan lantas berjalan keluar dengan tindakan lebar.
Bin-hoan-siu lalu menegur padanya dengan
sikapnya yang angkuh dan jumawa: "Tuan ini siapa"
Benda apa yang berada dalam tanganmu itu" harap kau suka memberi tahukan padaku dengan terus terang!"
Lim Tiang Hong yang merasa benci dan jemu sekali
terhadap Bin-hoan-siu, ditegur secara demikian, lantas menjawab dengan sikap tidak kalah angkuhnya: "Siapa adanya Siauwyamu, kau masih belum pantas untuk
460 menanyakan itu. Sementara benda apa yang berada
didalam tanganku, kaupun tidak ada hak untuk tahu!"
"Bocah, kau tak usah banyak lagak. Mungkin kau
didalam kelenteng ini mendapat sedikit rejeki. Jikalau kau tidak lekas keluarkan barang itu, jiwamu yang masih muda ini barangkali akan melayang didalam kelenteng ini," berkata Bin-hoan-siu sambil ketawa aneh.
Orang2 dari kalangan kang-ouw, umumnya
mempunyai perasaan lebih tajam dari orang biasa. Bin-hoari-siu tadi terang sudah dapat lihat kitab dalam tangannya Lim Tiang Hong yang segera dimasukkan
kedalam sakunya. Jikalau Lim Tiang Hong tidak mau memperlihatkan kitab tersebut, sudah tentu ia tidak mau sudah begitu saja.
Lim Tiang Hong yang belum tahu kejahatannya
orang2 kang-ouw, tiba2 ketawa bergelak-gelak dan
berkata: "Tidak, Siauwyamu memang benar dapatkan
sejilid kitab dibawah patung Buddha ini, tapi barang itu ada kepunyaan Siauw-lim-sie. Jika kalian inginkan kitab ita, jangan kalian mimpi yang bukan2"
Bin-hoan-siu mendengar disebutnya kitab dari
Siauw-lim-sie, wajahnya berubah seketika. Dengan cepat 461
dari dalam sakunya mengeluarkan sebuah benda dan
disambitkan ketengah udara, sebentar lantas kelihatan sinar biru meluncur diangkasa.
Lim Tiang Hong diam2 terperanjat, tahu bahwa
sinar biru itu ada api pertandaannya Thian-cu-kauw, maka diam2 lantas berpikir: ada seorang diri saja, kalau saat ini tidak lekas berlalu, jika bala bantuan mereka datang, akan lebih sukar lagi.
Maka ia lantas berkata sambil tertawa besar:
"Siauwyamu tidak begitu banyak waktu untuk meladeni kalian, maafkan aku hendak pergi dulu!"
Setelah itu, dengan secara gesit sekali tubuhnya
sudah melesat keatas payon.
Mendadak ia dengar suara orang membentak:
"Turun! Apa kau ini kau pikir masih bisa kabur?"
Ucapannya itu lalu dibarangi dengan sembaran
angin yang menindih dikepalanya Lim Tiang Hong.
Karena hal itu terjadinya tidak terduga-duga, Lim Tiang Hong terpaksa dengan cara jumpalitan melesat sesamping untuk hindarkan serangan tersebut. Tatkala kakinya menginjak tanah lagi, ia baru lihat bahwa orang yang menyerang padanya tadi adalah muridnya Tiang-lim 462
It-hong Cian-san Lolo, maka lantas menegur padanya dengan perasaan mendongkol: "Haha, tidak nyana
muridnya Tiang-lim It-hong juga menjadi perampok".
Cian-san Lolo tercengang. Ia tidak nyana bocah
berwajah pucat jelek ini ada mengenali dirinya, bahkan memaki dirinya dengan perkataan begitu pedas.
Tepat pada saat itu, dari atas genteng kuil itu
kembali muncul beberapa orang dari goloogan kang-ouw.
begitu pula didepan, dari dibelakang pendopo, juga sudah kelihatan bayangan banyak orang, hingga Lim Tiang Hong diam2 merasa heran, entah dari mana
datangnya orang2 itu. Tapi keadaannya pada waktu itu sudah tidak
memberi kesempatan bagi Lim Tiang Hong berpikir
tarlalu banyak. Sedangkan Bin-hoan-siu sendiri ketika melihat mendadak ada muncul begitu banyak orang,
dalam hati juga merasa sangat terkejut. Ia lalu maju dan berkata kepada Lim Tiang Hong: ?"Bocah, lekas serahkan kitab itu kepadaku, aku nanti bisa memberikan kau jalan hidup".
463 Lim Tiang Hong tidak menjawab. Sambil ketawa
dingin, tangannya bergerak. Sambaran angin hebat
lantas meluncur keluar menggulung dirinya Bin-hoan-siu.
Bin-hoan-siu tidak menduga sama sekali Lim Tiang
Hong menyerang dirinya begitu mendadak. Dalam
gugupnya, ia lantas kibaskan lengan jubahnya sambil ketawa, hingga kedua kekuatan saling beradu.
Suara benturan keras terdengar nyaring, sampai
kuil tua itu di rasakan tergetar.
Lim Tiang Hong dan Bin-hoan-siu masing2 mundur
5 langkah. Bin-hoan-siu diam2 terkejut. Ia tidak menduga
bahwa bocah buruk ini ada mempunyai kekuatan tenaga dalam begitu hebat.
Lim Tiang Hong sendiri diam2 juga terperanjat. Bin-hoan-siu tidak kecewa menjadi salah satu orang kuat dari Thian-cu-kauw. sebab serangannya yang gunakan
kekuatan 8 bagian tadi, ternyata masih dapat
disambutnya. Kedua lawan itu setelah mengadu kekuatan, Bin-
boan-siu nampak delikkan matanya yang celong. Jari tangannya lantas dipentang dengan mengandung hawa 464
dingin. Tangan yang jarinya terpentang itu menyambar dirinya Lim Tiang Hong.
Dengan secara gesit dan lincah sekali Lim Tiang
Hong lompat kesamping 3 kaki, kemudian ulur
tangannya, dengaa kecepatan luar biasa balas
menyerang Bin-hoan-siu. Bin-hoan-siu tidak menduga Lim Tiang Hong turun
tangan begitu cepat, terpaksa memutar tubuhnya
menyambuti serangan anak muda itu hingga kedua pihak untuk kedua kalinya saling beradu.
Pada saat itu, Cian-san Lolo lantas melesat
ditengah-tengah dua orang yang sedang bertempur itu.
Sambil menuding Lim Tiang Hong ia menanya: "Kau
orang dari golongan mana" Lekas jawab!"
Cian-san Lolo termasuk orang dari golongan benar.
Kali ia meski terjun kedunia kang-ouw dengan maksud tertentu, akan tetapi ia tidak suka melakukan perbuatan yang tidak patut. Barusan ia melakukan penyerangan menggelap terhadap dirinya Lim Tiang Hong, semata-mata kerena disebabkan ia mengira Lim Tiang Hong ada orangnya Thian-cu kauw. Dan kini setelah mendapat tahu Bin-hoan-siu hendak merampas kitabnya Lim Tiang 465
Hong dengan kekerasan, dalam hatinya merasa tidak senang, maka ia lantas maju dan menanyakan Lim Tiang Hong orang dari golongan mana.
Siapa nyana Lim Tiang Heng tidak mau menerima
kebaikannya itu, dengan sikap dingin ia menjawab:
"Siapa adanya aku, kau tidak perlu tahu. Jika kau juga ingin merampas kitab, boleh maju berbareng, Siauwyamu tidak takut kalian"
Dijawab secara demikian kasar, Cian-san Lolo
menjadi gusar, sambil ketrukkan tongkatnya ditanah ia membentak: "Bocah tidak tahu diri, nenekmu dengan baik hati menanyakan kau, tidak nyana kau berlaku begitu kurang ajar. Jikalau kau tidak diberi sedikit hajaran, benar2 kau tidak akan tahu tingginya langit dan tebalnya bumi!"
"Jangan jual lagak. Tanyakan dirimu sendiri kau
mampu melakukan itu atau tidak?" jawabnya Lim Tiang Hong mengejek.
Cian-san Lolo tentu saja naik darah. Rambutnya
yang sudah putih semua pada berdiri, wajahnya pucat, dengan secara kalap ia angkat tongkatnya dan hendak menyerang.
466 Tiba2 terdengar suara seperti bebek kuak2an
nyaring diudara. Seorang nenek rambut merah dengan kecepatan bagaikan kilat sudah berada dihadapannya.
Sambil lintangkan tongkatnya nenek rambut merah itu berkata: "Urusan hari ini, tidak bisa dibereskan dengan main hantam saja. Paling baik kitab wasiat dalam
badannya bocah itu kita gunakan sebagai barang
taruhan, kemudian kita mengadu kekuatan dan
kepandaian untuk menetapkan siapa yang berhak
mendapatkan kitab itu"
"Dengan orang hanya semacam kau, Ang-hoat Lolo,
juga berani mengucapkan perkataan demikian" Apakah kau tidak takut ditertawakan orang?" jawabnya Cian-san Lolo sambil ketawa dingin.
"Kepandaiannya Thian-lim-pai, rasanya masih
belum cukup untuk menggertak orang!" bentak Ang-hoat Lolo atau si nenek-rambut merah.
"Kalau begitu kau boleh coba sendiri dua jurus
saja!" berkata Cian-san Lolo sambil ketrukkan
tongkatnya. Menampak dua nenek yang beradat keras itu
hendak bertarung, Bin-hoan-siu diam2 undurkan diri. Ia 467
sudah berpikir masak2, tidak perduli siapa yang menang dan yang kalah, biar bagaimana ia sendiri sudah minta bala bantuan. Asal Lim Tiang Hong tidak kabur, kitab itu sudah pasti akan dapat direbut olehnya.
Lim Tiang Hong yang pada saat itu sudah gusar
benar2, dengan tindakan lebar berjalan keluar. Jika pada saat itu ada orang yang berani merintangi, pasti akan dihajar dengan tanpa ampun lagi olehnya.
Apa mau dikata, Leng-heng dan U Tiang Siang
kedua Tancu dari Thian-cu-kauw, benar2 tidak tahu diri.
mereka lantas maju berbareng sambil ketawa dingin mereka menegur: "Apa kau pikir masih bisa kabur"
Balik!" Keduanya lalu turun tangan berbareng. Mereka
terlalu memandang rendah dirinya anak muda itu. Siapa nyana baru saja serangan mereka meluncur dari
tangannya, lantas terdengar suara bentakan Lim Tiang Hong: "Belum tentu"
Tangannya lalu membalik keluar, sambaran angin
hebat menyambuti serangannya kedua tancu tadi, hingga setelah terdengar suara beradunya kekuatan, lantas terdengar suara jeritan dan tubuhnya Leng Heng dan U
468 Tiang Siang sudah terpental keluar dari dalam kelenteng.
Sedang Lim Tiang Hong masih berdiri tegak dengan
wajahnya yang pucat menakutkan.
Ia kini sudah gusar benar2, maka sambil ketawa
dingin ia berkata pula: "Siapa yang tidak takut mati, boleh maju!"
Perbuatan Lim Tiang Hong kali ini, benar2
membikin kuncup nyalinya banyak orang, meski diantara mereka terdengar suara riuh, tapi tidak ada satupun yang berani maju.
Bin-hoan-siu karena salah hitung, telah membuat
kedua tancu itu terluka ditangannya Lim Tiang Hong.
Sudah tentu ia tidak mau mengerti. Dengan secara kalap ia lantas lompat menghalang didepannja Lim Tiang Hong seraya berkata: "Bocah, perbuatanmu terlalu kejam!"
"Mana, mana! Kalau dibandingkan dengan kalian
orang2 dari Thian-cu-kauw, rasanya masih kalah jauh"
Bin-hoan-siu tambah kalap, kepalanya yang botak
sampai berubah menjadi merah. Mendadak ia putar
tangannya, suatu kekuatan tenaga dalam yang sangat hebat meluncur keluar.
469 Tepat pada saat itu, dari luar terdengar suara
bentakan satu wanita. Sinar pedang gemerlapan sudah menyambuti serangan Bin-hoan-siu sehingga menjadi punah.
Bin-hoan-siu terperanjat. Ia sampai mundur 3
langkah. Tapi tatkala mengetahui siapa orangnya yang memunahkan serangannya tadi, lantas berkata sambil ketawa bergelak-gelak: "Aku kira siapa, tidak tahunya bekas pecundang. Kau juga berani turut campur tangan"
Ah, benar2 tidak tahu diri"
Wanita yang baru tiba itu tidak berkata apa2. Ia
menyerang dengan pedangnya bagaikan kitiran.
Pada saat itu, Lim Tiang Hong sudah mengenali


Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

siapa wanita yang baru datang itu yang bukan lain dari pada si burung Hong Putih Cu Giok Im.
Diam2 ia kuatirkan dirinya nona ini. Karena meski Cu Giok Im sudah mendapat hampir seluruhnya
kepandaian Tiang-lim It-hong, namun masih bukan
tandingannya Bin-hoan-siu. Oleh karenanya, maka ia tidak tega meninggalkan padanya dan terpaksa urungkan niatnya hendak meninggalkan tempat tersebut.
470 Tiba2 ia dapat lihat lagi satu wajah baru yang
merupakan kenalan lamanya, yang saat itu sedang
mengawasi dirinya. Ia adalah Heng-hai Kow-loan, yang sekian lama sudah tidak ketemu.
Dalam girangnya, ia lantas memanggil: "Enci Kow-
loan, kau juga datang?"
Diluar dugaan, Heng-hai Kow-loan tidak berdulikan padanya, malah memandang pahanya dengan sorot
mata terheran-heran. Lim Tiang Hong mula2 merasa heran, tapi
kemudian ia lantas sadar bahwa dirinya sudah
dikabarkan binasa dan sekarang sedang memakai kedok, sehingga kelihatannya sudah ganti rupa.
Pada saat itu, pertempuran antara Bin-hoan-siu dan Cu Giok Im sudah nampak akan mendapat
keputusannya. Gerakan Cu Giok Im meski gesit lincah dan aneh, tapi masih tidak mampu mengimbangi
kekuatan tenaga dalam Bin-hoan-siu yang lebih tinggi, maka akhirnya terdesak mundur.
Tiba2 Lim Tiang Hong berseru: "Nona Pek Hong,
kau mengaso dulu, biarlah aku yang menyambut
serangannya kepala gundul ini"
471 Dengan tanpa perdulikan si nona serang atau tidak, ia sudah putar tangannya dan menyerbu kedalam
kalangan. Seruannya tadi telah membuat Cu Giok lm dan
Henghai Kow-loan terheran-heran. Mereka saling
menanya kepnda diri sendiri: Siapakah sebetulnya dia ini" Mengapa nada suaranya seperti mereka pernah
kenal". Walaupun mereka putar otaknya sampai mumet,
juga tidak dapat menduga orang yang sudah mati bisa hidup lagi.
Baru kira2 3 jurus Lim Tiang Hong bertempur
dengan Bin-hoan-siu, dari luar terdengar suara banyak orang yang menyebut nama Buddha, kemudian lantas
muncul beberapa paderi dari Siauw-lim-sie.
Tiga paderi yang berjalan paling depan, adalah
paderi dari penjaga ranggon Hui-kak sekalian. Begitu tiba diambang pintu, Hui-kak lantas membentak dengan
suara keras: "Tahan....!"
Bin-hoan-siu yang sedang kewalahan melayani Lim
Tiang Hong mendengar bentakan itu lantas menarik
472 dirinya, sedangkan dua nenek2 yang bertempur didalam pendopo juga lantas berhenti.
"Kitab pusaka didalam patung Buddha itu ada
barang peninggalan Tat-mo Cauwsu. Sekarang ini entah berada ditangan siapa, agar supaya lekas keluarkan, kami tidak akan menarik panjang soal ini" berkata pula Hui-kak sambil rangkapkan kedua tangannya.
Lim Tiang Hong sebetulnya tidak mengingini kitab
itu, tapi karena mendengar nada suaranya Hui-kak agak sombong, dalam hati merasa mendongkol, maka saat itu lantas berkata sambil ketawa dingin: "Kitab itu adalah aku yang menemukan. Dengan berdasar atas apa harus kuserahkan padamu" Jikalau Hui Hui Taysu ada disini, barangkali masih bisa kita rundingkan. Hanya dengan mengandal kekuatan kalian beberapa orang, jika aku serahkan kitab ini ditangan kalian, apa kau kira mampu melindungi?"
Hui-kak sungguh tidak nyana bahwa kitab pusaka
itu berada ditangannya bocah yang berwajah buruk ini.
Oleh karena sudah mendapat pengalaman dalam
perebutan patung gading dulu. Apalagi menampak bocah ini didalam kurungan begitu banyak orang ternyata 473
masih mampu mempertahankan kitab tersebut, maka dapat diduga bahwa bocah ini pasti ada mempunyai
kepandaian luar biasa. Oleh karena itu, maka meski mendapat jawaban begitu kasar, Hui-kak masih berlaku sabar, dan berkata pula sambil rangkapkan kedua
tangannya: "Kalau sicu memang mau menyerahkan
sendiri ketangannya Ciang-bunjin kami, kami juga tidak akan memaksa, sebentar beliau akan datang"
Lim Tiang Hong hanya bersenyum, tidak menjawab.
Pada saat itu, orang yang paling gelisah adalah Bin Hoan-siu. Ia melihat orang2-nya Siau-lim-si ternyata ada begitu banyak, sedang dipihaknya sendiri hanya
sendirian saja. Meski tanda api sudah dilepaskan, tapi bala bantuan masih belum kelihatan mata hidungnya.
Jika terlambat, urusan makin menjadi sulit.
Tiba2 sinar biru berkelebat diangkasa, kemudian
disusul oleh suara siulan banyat orang.
Baru saja suara siulan berhenti lalu terdengar suara ketawa orang dan kemudian muncul beberapa orang
kang-ouw yang dandanannya sangat aneh. Orang2 itu masing2 digegernya ada menggemblok sebilah pedang panjang dan bungkusan hitam.
474 Setelah tiba ditempat tersebut, dengan sorot
matanya yang bengis orang2 itu mengawasi keadaan
diseputarnya tidak berkata apa2, lagaknya sedang
menantikan kedatangan seseorang.
Orang2 aneh itu begitu tiba disitu, keadaan dalam kuil itu lantas menjadi sepi, tapi suasananya menjadi tegang.
Hampir setiap orang wajahnya menunjukan
perasaan tegang, hingga tidak ada satupun yang
membuka suara. Hanya Lim Tiang Hong seorang yang sikapnya
masih tenang tapi dalam hatinya diam2 merasa heran. Ia mana tahu bahwa selama ia berada didalam sarangnya penjahat 3 bulan itu, didunia kang-ouw hampir merasa jeri terhadap sepak terjangnya orang2 Thian-cu-kauw.
Dan orang2 aneh itu adalah merupakan pelopornya
anggota penting dari Thian-cn-kauw. Maka apa yang akan terjadi ditempat tersebut, tidak seorangpun yang berani meramalkan.
Pada saat itu, Lim Tiang Hong tiba2 mengeluarkan
batu giok merah berbentuk ikan dari dalam sakunya dan diunjukkan kepada Hui-kak seraya berkata: "Kalian 475
tentunya kenal baik dengan benda ini. Sekarang aku titahkan kalian, lekas meninggalkan kuil Sim-thian-sie ini.
Tentang urusan kitab pusaka, aku akan selesaikan sendiri dengan Hui Hui Taysu, kalian tak usahkan capaikan hati"
Dalam pikirannya Lim Tiang Hong, keadaan disaat
itu sesungguhnya sangat gawat. Dengan adanya
beberapa orang dari Siau-lim-sie belum tentu mampu mengendalikan keadaan, apa perlunya suruh mereka
menempuh bahaya" Ia sendiri meski seorang diri tapi jika perlu, masih bisa mundur dengan keadaan selamat.
Sewaktu Hui-kak melihat tanda kepercayaan Siau-
lim-pai, dalam hati merasa serba salah. Kalau ia tidak mundur, itu ada tanda kepercayaan ketuanya, tapi jika mundur, dalam hati masih penasaran. Hingga hatinya menjadi sangsi.
"Pergi atau tidak terserah kepada kalian sendiri, aku juga tidak memaksa. Bagaimanapun juga aku hanya
memikirkan nasib kalian" berkata pula Lim Tiang Hong.
Hui-kak mendengar perkataan tersebut, segera
menjawab sambil menyebut nama Buddha: "Pinceng
sekalian lebih suka korbankan jiwa didalam kelenteng 476
Sim-thian-sie ini. Biar bagaimana tidak bisa membiarkan kitab pusaka hilang"
Tepat pada saat itu, dari atas genteng terdengar
suara ketawa seram, sehingga membuat orang2 yang
mendengarnya pada merasa berdiri bulu romannya....
-odw-smhno- Bab 13 SUARA ketawa itu berkumandang sekian lama, tidak
berhentinya terang bahwa orang itu tengah
memamerkan kepandaian atau tingginya kekuatan
tenaga dalam. Maka bagi orang yang tenaga dalamnya masih kurang sempurna, hatinya pada terguncang,
keringat dingin mengucur keluar. Sekalipun orang2
seperti Cian-san Lolo, Hui-kak-Siansu dllnya, juga pada terkejut, dan supaya jangan sampai terpengaruh oleh suara ketawa itu, mereka pada kerahkan tenaga
dalamnya untuk melawan. Lim Tiang Hong merasa sangat mendongkol.
Dengan mendongkol, dengan menggunakan ilmunya "I-
ku sin-kang" ia berkata sambil ketawa nyaring: "Apa tuan 477
kira dengan memamerkan kepandaian seperti ini dapat msmbikin kuncup hati orang?"
Perkataan itu diucapkan besitu tegas dan mantap,
sehingga dapat mengetok hati yang mendengarnya.
Suara ketawa itu mendadak sirap, segera seorang
tua berjubah warna hijau bengis, matanya yang sipit dan kedua pipinya yang menonjol, dengan kecepatan
bagaikan kilat, melayang turun dari atas genteng.
Bin-hoan-siu yang bediri disamping, dengan cepat
sudah maju menghampiri sembari berkata dengan
sikapnya yang sangat menghormat sambil menyoja:
"Anggota pelindung hukum dari lembah Loan-piauw-kok, Bin hoan-siu disini memberi hormat kepada Hu-cong-kauwcu (wakil ketua dari pusat)".
"Awasi dulu semua orang2 ini, jangan sampai ada
satu yang bisa lolos!".
Kemudian sambil menggendong tangan, dengan
matanya yang sipit ia menyapu semua orang sejenak, lalu berkata: "Barusan siapa yang buka suara terhadap diriku, lekas keluar!"
Lim Tiang Hong lantas lompat maju sembari
berkata: "Tidak usah kau jual lagak begitu tengik. Orang 478
yang memaki kau tadi adalah tuan mudamu ini. Aku
justru kepingin lihat sampai dimana kekuatan dan
kepandaianya wakil ketua pusat Thian-cu-kauw?"
"Kitab pusaka siapa yang ambil" Lekas serahkan
padaku!" "Kitab dari dalam patung Buddha itu memang benar
didalam tangan tuan mudamu. Kalau ada orang dari
Siau-lim-pai yang minta kembali, hal itu masih dapat dimengerti. Tapi kalian orang2 dari Thian-cu-kauw.
dengan hak apa hendak minta kitab pusaka itu" Aku kepingin dengar alasan ada yang kau hendak
kemukakan" Pipinya yang nonjol dari orang tua itu nampak
bergerak-gerak2, napsunya membunuh kelihatan tegas dari wajahnya yang sudah banyak keriputannya itu.
Tepat pada saat itu, dari luar tiba2 terdengar suara orang memuji nama Buddha. Hui Hui Taysu dengan
jubahnya yang berkibaran sudah berjalan masuk kedalam pendopo.
Ketua dari Siauw-llm-pay ini begitu muncul, semua mata lantas ditujukan kepadanya. Orang tua baju hijau itu dengan matanya yang sipit mengawasi ia sejenak, 479
lantas berkata sambil ketawa dingin: "Tidak nyana Ciangbun-jin juga turut datang, bagus! bagus!"
"Siauw-lim-pay ada murid2 golongan Buddha. Kalau
orang tidak mengganggu aku, aku tidak akan
menggangu dirinya orang lain. Mengenai urusan kitab pusaka yang pusaka yang terjadi kali ini, sebetulnya karena terpaksa, sebab kitab pusaka itu adalah barang peninggalan Tat-mo Cow-su, sudah tentu kami tidak boleh membiarkan jatuh ditangan orang lain" berkata Hui Hui Taysu sambil kerutkan keningnya.
"Kalau benar kitab pusaka itu ada kepunyaan
Siauw-lim-pay, sengapa disimpan didalam kuil Sim-thian-sie ini" Kuil Sim-thian-sie ini telah didirikan oleh orang2
dermawan dari berbagai tempat, toh tidak bisa dibilang ada kepunyaannya Siauw-lim-pay"
"O-mie-to-hud! Tat-mo Siansu adalah Cowsu Siauw-
lim-pay, hai ini sudah diketahui oleh semua orang.
Barang peninggalannya harus menjadi kepunyaan Siauw-lim-pay sudah tidak perlu direcokin lagi"
Orang tua jubah hijau itu tiba2 maju 2 tindak,
dengan sorot matanya yang tajam ia mengawasi Hui Hui Taysu dan berkata: "Kitab pusaka ini, adalah barang 480
peninggalan Tat-mo Siansu sebelumnya masuk Siauw-
lim-pay, sudah tentu tidak boleh dikata ada barangnya Siauw-lim-pay. Seperti juga dengan halmu Hui Hui
sendiri, sebelum kau cukur rambutmu menjadi anggota Siauw-lim-pay, apakah barang2mu itu dapat dianggap sebagai barang2-nya Siauw-lim-pay dan diturunkan
kepada Ciang-bunjinnya kemudian" Sekarang banyak
bicara juga tidak ada gunanya. Jika hendak mendapatkan kitab itu, hanya dengan jalan mengadu kekuatan saja"
"Kalau Siecu memang hendak membawa caranya
sendiri, terpaksa cuma diselesaikan dengan jalan
demikian" Mendadak ia dongakkan kepala dan berkata kepada
orang banyak: "Sahabat2 yang ada disini, paling baik menyingkir dulu untuk sementara waktu, supaya tidak kerembet-rembet. Hui Hui tidak menginginkan oleh karena
peristiwa ini, akan membuat dosa terhadap tuan2"
Semua orang2 yang ada disitu, diam2 pada
mengukur tenaganya sendiri, memang benar tidak
mampu menghadapi kedua jago itu, maka banyak
diantaranya yang diam2 sudah undurkan diri, tapi masih 481
ada sebagian orang berdiri disamping sebagai penonton, berbarang dengan itu juga kepingin memungut hasil didalam air keruh.
Orang tua jubah hijau itu yang tadi datang dengan sikapnya yang sangat garang dan jumawa, kini setelah melihat Hui Hui Taisu hendak turun tangan sendiri, dan melihat sikapnya anak muda wajah buruk yang begitu keras, ia menduga ada mempunyai kepandaian yang
cukup berarti, maka kesombongannya itu lantas lenyap dan terhadap orang2 yang hendak menyingkir, ia tidak mau merintangi seperti apa yang tadi sudah ia pesan kepada Bin-hoan-siu.
Lim Tiang Hong dengan sikapnya yang gagah,
sambil sedekap kedua tangannya mengawasi Hui Hui
Taysu bertengkar dengan orang tua jubah hijau. Sedang Henghay Kow-loan dan Cu Giok Im terus tujukan
matanya kepada dirinya, mereka makin lama makin
merasa bahwa dedaknya orang itu seperti pernah kenal, akan tetapi sedikitpun tidak menduga kepada dirinya Lim Tiang Hong yang dianggapnya sudah binasa.
Hui Hui Taysu sesudah berkata kepada orang
banyak, lalu bertanya kepada Lim Tiang Hong sambil 482
rangkapkan kedua tangannya: "Tentang kitab itu,
bagaimana sicu hendak bereskan?"
"Bukankah tadi kalian sudah katakan sendiri" Kitab ini akan diselesaikan dengan mengandal kekuatan,
bukan" Tapi menurut pikiranku yang cupat, semua itu ada percuma saja, sebab barang itu sekarang berada didalam tanganku. Aku suka akan berikan kepada siapa, itu tergantung kepada keputusanku sendiri. Jika hendak merebut dengan mengandal kekuatan tanaga, boleh saja coba2. Bukan aku yang rendah terlalu terkabur, aku masih mempunyai itu kekuatan untuk melindungi kitab ini!" jawabnya Lim Tiang Hong sambil ketawa dingin.
Baru saja Hui Hui Taysu hendak menjawab, tiba2
Hui-kak maju menghampiri dan berbisik-bisik
ditelinganya Hui Hui Taysu.
Hui Hui Taysu nampaknya terkejut, ia memandang
wajahnya Lim Tiang Hong, kemudian tertawa bergelak-gelak sembari berkata: "Sudah ada sahabat lama yang datang, kalau begitu semua terserah sahabat sendiri bagaimana baiknya!"
Dengan kedudukannya yang begitu agung seperti
ketua Siauw-lim-sie ini, telah mengucapkan perkataan 483
demikian terhadap pemuda wajah buruk itu ada suatu kejadian yang sangat ganjil"
Hal ini bukan saja Hui-kak dan sekalian merasa
heran, sekalipun Cian-san Lolo, Henghay Kow-loan, Cu Giok lm dan lain2nya juga tidak habis pikir, entah dari mana asal usulnya pemuda Itu"
Namun dari ucapannya Hui Hui Taysu itu, sudah
dapat diketahui bahwa ketua dari Siauw-lim-pay ini sudah mengenali dirinya Lim Tiang Hong, hingga pemuda itu diam2 juga sangat kagum kepada dirinya Hui Hui Taysu.
Pada saat itu, orang tua jubah hijau itu sudah
merasa tidak sabar lagi, sambil ketawa dingin ia berkata:
"Bin-hoan Bokhoat, kau bereskan bocah ini lebih dulu, nanti kita bicara lagi"
Bin-hoan-siu segera melompat melesat. Sambil
pentang 5 jari tangannya, ia menyerang jalan2 darah
"Kian-kin" dan "Ki-tun" pada dirinya Lim Tiang Hong.
Seranganmu itu dibarengi dengan meluncurnya
asap hitam yang keluar dari jari2 tangannya. Itu ada merupakan ilmu serangan Bin-hoan-siu yang terampuh, kejam dan ganas.
484 Sambil perdengarkan suara ketawa dingin Lim
Tiang Kong bergerak kesamping tiga tindak. Badannya nampak ber-goyang2 seperti sengaja memain. Tetapi serangan lawannya yang begitu hebat ternyata hanya mengenakan tempat kosong.
Keganasan Bin-hosn-siu tidak sampai begitu saja.
Tatkala mengetahui serangannya bakal mengenakan
tempat kosong, badannya lalu memutar dan kedua
tangannya begitu pula, ter-putar2 seperti titiran. Dari tangannya keluar angin hebat. Suaranya saja men-deru2.
Itu adalah serangan tangan kosongnya yang dinamakan
"Ngo-keng Keng-bun", salah satu serangan tangan kosong yang membikin namanya makin menanjak naik. Dengan beruntun lalu kembali ia melancarkan serangan
tangannya. Hawa dingin dengan kepulan asap hitam
mengurung Lim Tiang Hong.
Tetapi diantara gumpalan hitam, Lim Tiang Hong
nampak berkibaran bajunya. Masih dengan sikapnya
seperti memain, nampaknya seenaknya saja. Apabila lebih ditegasi lagi, malah tangannya kelihatan sama sekali tidak bergerak, tahu2 sudah bisa melepaskan diri dari kepungan asap dan angin dingin lawannya.
485 Orang2nya Thian-cu-kauw yang menyaksikan
kejadian yang sangat luar biasa itu, semua diam2 pada terkejut. Sedangkan Hui Hui Thaysu nampak angguk2kan kepalanya. Agaknya ketua Siauw-lim-pay ini diam2
mengagumi kepandaian anak muda tersebut, yang dalam waktu sekejap telah memperoleh kemajuan begitu pesat.
Henghay Kow-loan dan Cu Giok Im, keduanya
merasa heran. Dalam hati mereka sama memikirkan
siapa adanya anak muda berwajah jelek yang memiliki kepandaian demikian tinggi itu.
Tanpa merasa pada saat itu Cu Giok Im dan
Henghay Kow-loan melayangkan pikirannya pada
bayangan Lim Tiang Hong. Entah akan bagaimana
girangnya perasaan sukarlah dilukiskan.
"Sayang, aaaia. Tuhan tidak menaruh kasihan
terhadap sesamanya. Lim Tiang Hong yang belum lama muncul dalam dunia kang-ouw binasa oleh perbuatan kejinya kawanan penjahat"
Cu Giok Im yang beradat polos dan berwatak
seperti laki2, kelihatan hanya menarik napas saja.
Tidaklah demikian halnya dengan Henghay Kow-loan.
Saat itu rupanya ia ini tidak dapat mengendalikan 486
perasaan sedih yang menindih hatinya. hingga seketika air matanya keluar.
Pada ketika itu, dalam kalangan pertempuran
terdengar suara bentakan. Untuk kedua kalinya Bin-hoan-siu lompat melesat menerjang Lim Tiang Hong.
Diantara berkelebatannya bayangan orang dari
tangannya Lim Tiang Hong lantas meluncur sambaran angin hebat.
Setelab itu, badannya Bin-hoau-siu kelihatan
mundur sempoyongan sampai lima tindak.
Lim Tiang Hong lantas ketawa, setelah itu berkata dengan suara dingin: "Pelindung hukum Bin-hoan-siu.
Aku baru menggunakan enam bagian tenagaku saja,
bagaimana kau sudi begitu merendah" Bagaimana kalau kau menyambuti serangan dengan sisa tenagaku lagi?"
Tiba2 nampak tangan pemuda itu digerakkan,
Suatu kekuatan tanaga dalam yang sangat hebat,
meluncur keluar dari tangannya se-akan2 gelombang air laut yang menggulung badan Bin-hoan-siu.
Bin-hoan-siu yang dalam Thian-cu-kauw
berkedudukan sebagai pelindung hukum, sekarang
dihadapan wakil Kauwcu perkumpulannya, sudah tentu 487
tidak mau dibikin hilang muka oleh pemuda lawannya.
Sekalipun harus binasa tentu ia akan mempertahankan derajatnya, mau tidak mau harus ia menyambuti
serangan tersebut. Maka seketika itu matanya lantas dipendelikkan
lebar2 dan berseru dengan suara bengis: "Jangan
bertingkah!"

Tamu Dari Gurun Pasir To Liong Keng Hong Karya Opa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan kedua tangannyapun kelihatan berputar,
benar2 ia menyambuti serangan Lim Tiang Hong.
Beberapa detik, kedua serangan tenaga orang yang
sedang bertanding itu saling beradu.
Tiba2 suara gempuran terdengar amat nyaring....
Bin-hoan-siu menjerit, mulutnya menyemburkan
darah segar sedang badannya telah terpental sejauh tujuh kaki. Begitu jatuh, mundur lagi lima langkah baru berhasil ia mempertahankan diri.
Dipihaknya Lim Tiang Hong, lawan muda ini
ternyata masih berdiri tegak dengan sikap gagah.
Kejadian tadi benar2 menggemparkan! Setiap orang
yang ada disitu pada dibikin kesima, terutama dengan orang2nya Thian-cu-kauw.
488 Hui Hui Thaysu kala itu kedengaran menyebut
nama Buddha. Orang tua berjubah warna hijau tapi kelihatan
perobahan pada air mukanya. Pada ketika itu terang sudah kalau telah timbul kembali napsunya hendak
membunuh. Sebentar kemudian mendadak melesat satu sinar
berwarna hijau. Orang tua itu ternyata sudah berada didepan muka Lim Tiang Hong. Orang tua ini dengan mementangkan jari2 tangannya, menyambar
pergelangan tangan Lim Tiang Hong.
Tetapi orang yang diserang cepat bagai kilat telah menggeser kaki. Dengan satu gerak tipu dalam tipu2
silatnya, Kim-liong Pat-jiauw, telapak tangannya
membalik, telah memutar lagi sekali. Lantas keluar sambaran angin yang disertai kekuatan tenaga dalamnya balik mengancam jalan darah Ciok-tie-hiat ditubuh lawannya.
Orang tua berjubah hijau itu tidak kecewalah kalau betul mendapat kedudukan Wakil Kauwcu dalam
perkumpulannya Thian-cu-kauw. Dalam ancaman
berbahaya demikian rupa, hanya terkesiap beberapa 489
saat. Lalu dilain detik, dengan satu gerak tipu, Hay-tee Khim kao (menangkap ular dibawah permukaan laut)
tangannya memutar. Dengan cara berani luar biasa ia mendesak balik menyambar jalan darah Ciang-bun-hiat lawannya.
Lim Tiang Hong ketawa dingin. Badannya menekuk
dengan cepat, sedang sikut kirinya tidak tinggal diam membentur tangan orang tua jubah hijau itu.
Akibat dari beradunya kedua tangan, ke-dua2 orang itu mundur dua tindak.
Selagi semua mata masih dibikin ber-kunang2 oleh
gerakan serangan yang luar biasa dari kedua pihak, dua orang itu sudah saling bergerak lagi. Kembali lima enam jurus telah dilewatkan. Dalam keadaan demikian tentulah masing2 telah mengerti, sungguh tidak mudah bagi
siapapun merebut kemenangan dalam waktu cepat.
Tetapi dipihaknya si orang tua jubah hijau itu, lebih2
mengenaskan keadaannya, wajahnya telah berubah
pucat pasi, sukar dilukiskan dibawah tulisan kata2.
Sebabnya Kauwcu Thian-cu-kauw yang dengan
kepandaiannya yang luar biasa pada masa itu hendak menjagoi dunia Kang-ouw ia yang telah memiliki
490 kekuatan serta kepandaian ilmu silat yang berselisih tidak banyak dengan Kauwcunya dan diantara jago2 atau
orang2 kuat dalam perkumpulan Thian-cu-kauw telah dianggap sebagai orang yang mempunyai kepandaian
paling tinggi, hari itu telah menemui hari sial.
Sungguh ia tidak pernah membayangkan bahwa
hari itu ia tidak berhasil menggulingkan satu anak muda yang belum pernah dikenal namanya.
Walau bagaimanapun juga, tidak boleh dipandang
rendah orang muda ini. Ia telah banyak makan asam geramnya dunia, selain mempunyai kepandaian tinggi, orang juga sangat licik. Pikirnya kecuali si pemuda lawannya masih ada Hui Hui Thaysu dan banyak lagi orang2 kuat lainnya, maka dalam pertempuran kali ini agaknya banyak kesulitan untuk merebut kemenangan bagi pihaknya.
Maka untuk menjaga muka dan nama baiknya,
paling baik mundur teratur. Untuk sementara
menghabiskan dulu pertikaian disitu. Itulah yang
menyebabkan ia berhenti sejurus, dan lalu ia berkata:
"Tuan2 benar2 mempunyai kepandaian yang cukup
berarti. Aku Beng-sie-kiu masih mempunyai urusan lain.
491 Hari ini tidak ada kegembiraan banyak buat melayani kau. Dan perlulah tuan ingat2, Thian cu-kauw kami tidak pernah melupakan setiap kejadian yang paling berharga, apalagi dengan tuan hari ini"
Setelah itu, ia lantas mengeluarkan perintah kepada orang2nya: "Mundur!"
Dan ia sendiripun lalu melesat tinggi keatas,
sebentar kemudian telah menghilang dari hadapan mata orang banyak.
Lim Tiang Hong melihati saja berlalunya orang2
kuat Thian-cu-kauw itu dengan perasaan mendelu.
Hui Hui Thaysu menghela napas panjang.
Perasaannya pada kala itu agaknya sudah lega.
Lim Tiang Hong lalu mengeluarkan kitab pusaka
Siauw-lim-pay itu dari dalam sakunya yang lantas
diserahkan kepada Hui Hui Thaysu. Setelah mana ia lantas lompat melesat, keluar dari dalam kelentang tanpa berpamit lagi kepada siapapun.
Pada saat itu dari dalam kelenteng tiba2 terdengar pekikan Henghay Kow-loan dan Cu Giok Im. Ke-dua2nya lompat melesat mengejar pemuda berwajah jelek.
492 Ketiga orang tadi ber-kejar2an sampai ketempat
sejauh tiga puluh lie, mendadak Lim Tiang Hong
menghentikan gerakan kakinya dan setelah memutar
balik badannya, berkata kepada dua nona2 itu sambil ketawa ber-gelak2: "Nona2 ada keperluan apa
mengejarku sampai kemari?"
Kedua nona itu tadi mengejar Lim Tiang Hong,
sebenarnya hanya karena ingin mereka ketahui siapa adanya orang yang di kejarnya itu. Maka setelah ditegur demikian, ke-dua2nya menjadi bengong, tidak tahu
bagaimana harus menjawab. Mereka sesaat hanya saling pandang, sepatahpun tidak keluar kata2 dari mulut mereka.
Lim Tiang Hong kuatir dengan pcrbuatannya itu
membuat malu kedua wanita itu, maka lalu ia
meneruskan katanya lagi juga dibarengi suara
ketawanya: "Henghay Kow-loan, kepandaianmu telah
menggetarkan dunia kang-ouw. Hek-hong Cu Giok Im, namanya sudah menggetarkan jagat. Aku yang rendah berkesempatan mendapat kenalan sebagai nona2
berdua, sungguh merasa beruntung sekali"
493 Suara itu benar2 telah dikenal baik oleh Henghay
Kow-loan maupun Cu Giok Im.
Henghay Kow-loan agaknya sedang ingat sesuatu,
ia lantas berkata sambil ketawa dingin: "Tidak usah berpura2 dihadapanku, aku sudah tahu kau siapa!"
Cu Giok Im rupanya juga baru dibikin sadar
mendengar kata2 Henghay Kow-loan. Baru saja ia
Sembilan Pembawa Cincin 3 Pendekar Rajawali Sakti 206 Pangeran Impian Memanah Burung Rajawali 10
^