Pencarian

Peninggalan Iblis Hitam 2

Dewa Arak 13. Peninggalan Iblis Hitam Bagian 2


Untunglah masih ada sebuah meja yang masih
kosong. Agak bergegas kedua muda-mudi itu menghampiri. Kemudian menghenyakkan tubuh di kursi.
Seorang laki laki setengah tua, bertubuh pendek tergopoh-gopoh menghampiri. Sewaktu berjalan, pe rutnya yang buncit mirip gentong air, terlihat bergoyang-goyang.
"Mau makan apa, Den?" tanya laki-laki yang ternyata adalah pemilik kedai.
"Kau. mau pesan apa, Melati?" tanya pemuda berambut putih keperakan seraya menatap wajah temannya.
"Terserah kau sajalah, Kang Arya," sahut gadis berpakaian serba putih yang ternyata adalah Melati. Putri angkat Raja Kerajaan Bojong Gading.
Pemuda berambut putih keperakan yang memang adalah Arya Buana alias Dewa Arak, mengangkat bahunya. Kemudian memesan beberapa macam makanan dan minuman. Dan khusus untuknya dipesan seguci arak
Laki laki bertubuh pendek dan berperut buncit itu bergegas melangkah ke dalam. Tak lama kemudian sudah kembali dengan membawa pesanan Arya.
"Mari kita makan, Melati." ucap pemuda berambut putih keperakan seraya menjumput guci arak di punggungnya. Guci itu telah kosong.
Arya meletakkan guci arak di atas meja. Kemudian mengambil guci arak pesanan, lalu dituangkan ke dalam gucinya sendiri.
Melati belum menyantap makanan, menunggu
Arya selesai mengisi penuh-penuh guci araknya. Gadis ini tahu arti penting arak itu bagi pemuda berambut putih keperakan yang sekaligus tunangannya. Baru setelah melihat Arya selesai mengisi penuh guci arak, Melati mulai menyadap makanannya.
"Dunia persilatan kembali geger."
Terdengar oleh Arya dan Melati ucapan salah seorang pengunjung kedai. Ucapan itu keluar dari mulut seorang laki laki bertubuh kekar, berwajah merah. Mau tidak mau ucapan tadi membuat kedua mudamudi ini tertarik mendengarkan.
Memang, sejak tadi Arya dan Melati sudah agak curiga melihat banyaknya pengunjung kedai ini. Menilik dari sikap dan pakaian yang mereka kenakan. Arya dan Melati tahu kalau orangorang ini adalah tokoh tokah persilatan aliran putih. Itulah sebabnya kedua mudamudi ini tertarik mendengar ucapan laki laki berkulit merah tadi. Terutama sekali Arya!
Tadi sebelum duduk di kursi, secara sambil lalu Dewa Arak sempat melihat wajah wajah para pengunjung. Dan, pemuda berambut putih keperakan ini jadi agak terkejut melihat wajah wajah yang rata rata menyorotkan kegagahan itu diliputi kecemasan.
Ucapan laki laki bertubuh kekar berwajah merah tidak ada yang menanggapi. Sehingga suasana di kedai pun jadi hening. Yang terdengar hanyalah suara berisik makanan dan minuman disantap.
"Apa yang kau katakan tidak salah, Ular Merah," ucap seorang laki-laki berwajah hitam. bertubuh kecil dan ramping.
"Malapetaka besar akan menimpa golongan kita. Hhh..! Sungguh tidak kusangka kalau iblis yang telah sekian puluh tahun lenyap, kini muncul lagi."
"Dan..., seperti kejadian sebelumnya... sudah bisa kuperkirakan kalau kali ini pun Iblis Hitam tidak akan mengalami kesulitan melakukan kejahatannya," sambut Ular Merah. Suaranya terdengar penuh keputusasaan.
"Dia pasti akan membalas sakit hati leluhurnya dulu...," sambung salah seorang lainnya.
"Kau ketinggalan berita, Kisanak," selak laki laki berwajah hitam.
"Iblis Hitam telah melancarkan pembalasannya." _
"Benarkah itu, Kucing Muka Hitam?" tanya Ular Merah setengah tidak percaya,
Laki-laki yang yang ternyata berjuluk Kucing Muka Hitam itu menganggukkan kepalanya.
"Kemarin malam Perguruan Bangau Tong-tong telah hancur diobrak abrik Iblis Hitam!"
"Ah...! Kalau begitu benar! Iblis itu mulai membalaskan dendam leluhurnya!" sambut Ular Merah kaget .
"Ketua Perguruan Bangau Tong tong dulunya adalah salah seorang pengeroyok Iblis Hitam."
"Benar," Kucing Muka Hitam menganggukkan kepala.
"Dan nanti malam..., Iblis Hitam akan menyatroni Perguruan Cakar Harimau. Si Harimau Terbang, Ketua Perguruan Cakar Harimau juga salah seorang pembunuh leluhur Iblis Hitam"
"Apakah kau benar-benar yakin, Kucing Muka Hitam?" tanya salah seorang tokoh persilatan lain. meminta ketegasan.
Laki-laki berwajah hitam. bertubuh kecil dan ramping Itu menganggukkan kepala.
"Kemarin malam..., Perguruan Cakar Harimau telah menerima ancaman itu. Di papan nama perguruan mereka terdapat tanda tapak tangan hitam. Tanda khas Iblis Hitam"
"Kita tidak boleh tinggal diam!" sambut tokoh persilatan yang lain lagi.
"Ya!" sambut yang seorang lagi.
"Betul!" sahut lainnya menyetujui.
"Kita bantu Perguruan Cakar Harimau menghadapi iblis keparat itu'!
"Akur...!" Seluruh dinding kedai bergetar begitu para tokoh yang jumlahnya dua belas orang berikrar berbarengan.
Tak lama kemudian. mereka bergegas meninggalkan kedai setelah membayar pesanannya pada pemilik kedai. Tak sedikit pun mereka menoleh pada Arya atau Melati. Seluruh pikiran mereka tertuju pada tokoh yang berjuluk Iblis Hitam.
Sepenhggal tokoh tokoh persilatan golongan putih itu, Arya termenung. Dahi pemuda berambut putih keperakan ini berkernyit dalam. Jelas ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
"Paman...!" Arya melambaikan tangan memanggil laki-laki tua
pemilik kedai. "Ada apa, Den?" tanya laki laki berperut buncit itu seraya bergegas menghampiri. Sejak tadi pemilik kedai ini memang dilanda perasaan bingung melihat Arya. Seumur hidupnya, dia belum pemah melihat orang yang masih begitu muda memiliki rambut putih. Putihnya indah lagi! Apakah yang menyebabkannya? tanya lakilaki setengah tua, ber-perut buncit ini dalam hati.
"Bisa kau ceritakan padaku, apa yang tengah terjadi di desa ini?" tanya Arya seraya menatap tajam wajah pemilik kedai. Karuan saja laki laki setengah tua Ini menjadi gugup. Sepasang bola mata pemuda berambut putth keperakan dilihatnya mencorong. tajam, seperti mata seekor harimau dalam gelap.
"Seb.. sebetulnya... tidak ada apa-apa, Den..." sahut pemilik kedai setelah beberapa saat terdiam. Ucapannya terbata-bata.
"Tapi. sebenarnya ada kan, Paman?" Arya memojokkan lalu-laki berperut buncit itu.
Perlahan kepala laki-laki pemilik kedai itu terangguk pelan.
"Tapi, belum menimpa para penduduk desa...."
"Jadi-.." Arya mulai mengerti.
"Ya..., hanya menimpa orang-orang persilatan saja," sambung pemilik kedai.
"Mungkin bagian untuk penduduk desa hanya tinggal menunggu waktu saja. Iblis Hitam telah turun temurun merajalela tanpa tertandingi. Saat ini dia belum meresahkan penduduk
karma ingin membalaskan kematian leluhurnya dulu. Beginilah menurut pendapatku, Den."
"Kau tahu..., di mana letak Perguruan Cakar Harimau, Paman?" tanya Arya yang telah memutuskan untuk melihat sendiri, seperti apa tokoh yang begitu ditakuti itu.
"Kau... kau hendak ke sana, Den?!" lala-laki pemilik kedai itu tampak terkejut.
"Kalau mau mendengar nasihatku..., pergilah jauh jauh dari desa ini Dan..., jangan coba-coba mencampuri urusan iblis Hitam, Den. Percuma!"
"Memangnya kenapa, Paman?" Melati yang sejak tadi diam, akhirnya tidak tahan memendam rasa ingin tahu. Sikap laki laki berperut buncit yang terlalu meremehkan Arya dan dia, membuat hatinya dongkol.
"iblis Hitam tidak akan pernah bisa dikalahkan oleh siapa pun! Dan itu memang telah terbukti. Lebih dari seratus tahun Iblis Hitam bercokol di wilayah Utara ini tanpa ada seorang pun yang sanggup mencegah."
"Seratus tahun?!" pekik Arya karena terkejut
"Jadi, Iblis Hitam sudah tua, Paman?!"
"Sama sekali tidak, Den," sahut pemilik kedai.
"Kejahatan Iblis Hitam dilanjutkan oleh keturunan keturunannya. Baru pada keturunan yang entah ke berapa.... akhirnya Iblis Hitam berhasil ditewaskan. Itu pun karena Iblis Hitam tidak sempat menggunakan pusakanya. Tambahan lagi pengeroyoknya adalah pentolan tokoh-tokoh persilatan aliran putih. Sungguh tidak disangka setelah puluhan tahun menghilang.keturunan Iblis Hitam muncul kembali," ucap laki-laki itu mengakhiri ceritanya.
'Bagaimana? Masih kepingin ke Perguruan Cakar Harimau, Den?"
"Maaf, Paman Bukannya aku tidak menghargai nasihatmu Tapi, aku ingin sekali melihat tokoh yang begitu menggiriskan itu!"
"Hhh!" Pemilik kedai menghela napas berat. Kemudian menunjukkan jalan yang harus ditempuh menuju Perguruan Cakar Harimau.
"Terima kasih, Paman," ucap Arya. Setelah membayar pesanannya, kedua muda mudi ini bergegas meninggalkan kedai dengan tergesa
gesa. *** Suara kukuk burung hantu menguak keheningan malam. Langit nampak bersih, tak terlihat sedikit pun awan yang menggantung. Bulan penuh di langit nampak indah, terselaput warna kuning keemasan. Sementara bintang-bintang yang berkelap-kelip semakin menambah indahnya malam.
Di bawah terangnya suasana malam purnama, nampak sesosok bayangan hitam berkelebat. Gerakannya cepat bukan main. Sehingga yang terlihat hanyalah sekelebat bayangan hitam saja.
Sosok bayangan serba hitam itu terus berkelebat. Rupa sosok bayangan hitam itu terlihat jelas di bawah lilatan sinar rembulan. Sosok bayangan itu ternyata iblis Hitam.
Iblis Hitam terus berlari cepat. Langkahnya baru agak diperlambat ketika mulai mendekati bangunan besar berhalaman luas. Sebuah bangunan megah yang dikelilingi pagar kayu bulat tinggi.
Sepasang mata Iblis Hitam berbinar-binar begitu menatap bagian atas pintu gerbang .Di sana terpampang sebuah papan tebal berukir yang bertuliskan huruf-bumi indah.
'Perguruan Cakar Harimau'.
Sekali melompat, tubuh iblis itu telah berada tepat di depan pintu gerbang Perguruan Cakar Harimau .Dan, begitu telah berada tepat di depannya, Iblis Hitam menghantamkan kedua tangannya yang terbungkus sarung tangan hitam ke daun pintu.
Brakkk! Terdengar suara berderak keras yang diikuti dengan hancurnya pintu gerbang berkeping keping.
Tentu saja suara hiruk-pikuk ltu mengejutkan orang orang yang berada di bagian dalam pintu gerbang. Sejak tadi mereka memang telah bersiap-slap menyambut kedatangan iblis yang menggiriskan itu. Di antara murid murid Perguruan Cakar Harimau sendiri, terlihat Ular Merah, Kucing Muka Hitam, dan semua tokoh persilatan yang tadi ada di kedai.
"Ha ha ha...!" Iblis Hitam memperdengarkan tawa aneh. Suaranya pelan, tapi berat dan bergaung. Sepertinya tawa Itu tidak mungkin keluar dari mulut manusia biasa.
Iblis Hitam menatap puluhan sosok yang berdiri
beberapa tombak di depannya sambil terus tertawa. Di tangan mereka telah tergenggam berbagai jenis senjata.
"Rupanya kau sudah siap menyambut kedatanganku, Harimau Terbang," dengus Iblis Hitam
. "tidak usah banyak basa-basi, Iblis Hitam!" sergah Harimau Terbang keras.
"Aku memang tidak ingin berbasa basi dengan pembunuh leluhurku!" sahut Iblis Hitam dingin.
"Aku datang untuk mengambil nyawamu, Harimau Terbang!"
Begitu menyelesaikan ucapannya, Iblis Hitam yang memang sudah tidak sabar lagi segera bersiap siap mengeluarakan ilmu andalannya,
'Ilmu Tapak Penggetar Jagat".
Aneh sekali jurus pembukaan ilmu ini. Dada dan perutnya dihadapkan ke samping kiri. Begitu juga arah ujung-ujung jari kaki. Kedua kaki Iblis Hitam agak menjinjit. Posisi jari jari kedua tangannya terbuka. Bagian tubuh sebelah kanan agak direndahkan sambil menarik tangan kirinya ke pinggang. Sementara tangan kanan yang semula berada di depan dada, perlahan lahan tapi penuh tenaga didorong ke depan. Seketika terdengar suara angin berkerosak nyaring ketika tangan Itu bergerak mendorong.
Dan secepat jurus pembukaannya dimulai, secepat Itu pula tokoh hitam ini melesat. Cepat bukan main gerakannya. Sehingga yang terlihat hanya sekelebat bayangan hitam yang meluruk cepat ke arah Ketua perguruan Cakar Harimau. Jubahnya berkibaran terhembus angin.
Aneh bukan main ilmu yang dimainkan oleh Iblis Hitam. Mula-mula kedua tangannya, dengan jari-jari tangan terbuka disilangkan di depan dada. Tangan kanan berada di atas tangan kiri. Kemudian, cepat bukan main badannya agak diputar sedikit ke kanan sambil menyampokan kedua tangannya berbarengan mengancam dada dan ulu hati lawan. Suara berkerosakan nyaring terdengar sebelum serangan Iblis Hitam tiba.
Harimau Terbang tidak berani bersikap main main. Kakek berkumis mirip harimau ini segera mencabut sebatang pedang bergagang kepala harimau. Dan kemudian dikelebatkan, menangkis serangan yang mengancam dada dan ulu hatinya '
Siing! Trakkk! Benturan antara sebatang pedang dan sepasang tangan terbungkus sarung tangan hitam terdengar keras. Akibatnya, tubuh Harimau Terbang terhuyung huyung lima tombak ke belakang. Sekujur tangan yang memegang pedang dirasakan lumpuh seketika. Bahkan dadanya pun terasa sesak bukan main. Tak dapat dicegah lagi, keluar keluhan tertahan dari mulutnya.
Iblis Hitam yang sama sekali tidak terpengaruh oleh tangkisan pedang Harimau Terbang kembali mendengus. Bahkan kini dia sudah memburu tubuh yang tengah terhuyung-huyung itu.
melihat nyawa Harimau Terbang terancam, tentu saja murid-murid dan rekan-rekannya tidak tinggal diam. Mereka bergegas melompat, mencoba menjegal serangan Iblis Hitam.
Sebenarnya mereka tahu kalau sekujur tubuh Iblis Hitam tidak dapat dilukai oleh senjata apa pun. Tapi, sasaran mereka adalah menghalau serangan Iblis Hitam pada Ketua Perguruan Harimau Terbang. Dan, itulah yang sekarang mereka lakukan.
Iblis Hitam mendengus begitu menyadari niatnya untuk membunuh musuh besar leluhurnya dihalangi Hujan senjata yang mengarah berbagai bagian tubuhnya sama sekali tidak dihiraukan. Tapi mendadak kedua tangannya berkelebatan cepat.
Bukkk! Takkk! Dukkk! Telak dan keras bukan main berbagai macam senjata itu mengenai sasaran. Tapi, tidak sedikitpun ada yang melukai kulit tubuhnya. Bahkan sebaliknya, terdengar jerit-jerit mengerikan begitu sepasang tangan Iblis Hitam menyambar para pengeroyoknya.
Murid-murid Perguruan Cakar Harimau berpentalan bagai dilanda angin topan. Mereka tewas seketika sebelum sempat jatuh ke tanah. Beruntung, Ular Merah dan Kucing Muka Hitam cepat melemparkan tubuhnya dan berguling menjauh. Sehingga mereka selamat dari tangan maut Iblis Hitam.
Melihat banyak saudara-saudara mereka menjadi korban, murid-murid Perguruan Cakar Harimau lainnya menjadi geram. Berbondong-bondong mereka menyerbu Iblis Hitam. Tak ketinggalan pula Ular Merah dan Kucing Muka Hitam serta Harimau Terbang.
Sesaat kemudian pertarungan sengit pun terjadi. Iblis Hitam yang sudah mulai mengamuk. Sama sekali tidak mempedulikan setiap serangan yang mengancam berbagai bagian tubuhnya.
Terdengar jerit kematian saling susul dari pengeroyok yang roboh setiap kali sepasang telapak tangan Iblis Hitam berkelebat. Mengerikan, setiap orang yang tersambar serangan balasan Iblis Hitam tidak akan pernah bangkit lagi selamanya. Malam itu halaman depan Perguruan Harimau Terbang benar benar menjadi arena pembantaian besar-besaran.
Harimau Terbang menggertakkan gigi. Pedang bergagang kepala harimau di tangannya berkelebatan semakin dahsyat. Berbagai macam perasaan bercampur aduk dalam hati Ketua Perguruan Cakar Harimau ini. Perasaan sedih, marah, dan sakit hati bercampur baur melihat murid muridnya berguguran tanpa mampu melindungi mereka. Kini kemarahannya dilampiaskan dalam serangannya.
Belum lagi sepuluh jurus pertarungan bedangsung, sudah tidak terhitung lagi jumlah korban amukan Iblis Hitam. Dan beberapa jurus selanjutnya yang tinggal hanyalah Harimau Terbang, Kucing Muka Hitam, dan Ular Merah. Akhir dari pertarungan sudah bisa diramalkan. Iblis Hitam akan keluar sebagai pemenang.
"Ha ha ha...!" Iblis Hitam kembali tertawa terbahak-bahak.
"Kematianmu sudah di ambang pintu, Harimau Terbang."
Harimau Terbang hanya dapat menggertakkan gigi untuk mengusir kegeraman hatinya. Sejak awal sebenarnya kakek ini menyadari tidak ada gunanya menyarangkan serangan. Tapi, Ketua Perguruan Ca kar Harimau ini tetap memaksakan diri terus menyerang.
"Hiaaat...!" Disertai teriakan keras, Ular Merah mengayunkan ruyungnya ke arah pelipis kiri lawan dengan kekuatan penuh. Dia tidak percaya seandainya kepala Iblis Hitam mampu bertahan terhadap pukulan ruyungnya.
Wuttt..! Angin bertiup keras mengiringi tibanya serangan ruyung Ular Merah. Dan pada saat yang bersamaan, cakar baja Kucing Muka Hitam ditusukkan .ke pelipis kanan Iblis Hitam. Sedangkan Harimau Terbang melompat dan menusukkan pedang ke arah mata.
Iblis Hitam hanya mendengus. Tahu tahu tangannya bergerak dengan kecepatan yang sukar diikuti mata biasa. Dan sesaat kemudian di kedua tangannya telah tergenggam sebatang kapak hitam mengkilat. Secepat kedua kapak telah berada di tangan, secepat Itu pula tubuhnya dirundukkan dan menyelinap ke depan seraya membabatkan kapaknya.
Wuttt! Wuttt! Cras! Cras! Tubuh Harimau Terbang. Kucing Muka Hitam dan Ular Merah menggelepar. Tepat sekali sepasang kapak di tangan Iblis Hitam menyerempet perut mereka. Seketika Itu juga darah mengalir dari luka di perut yang menganga lebar.
"Ha ha ha.-.!" Iblis Hitam tertawa bergelak melihat tubuh ketiga pengeroyoknya mulai limbung. Tapi, hal itu hanya ber langsung sesaat saja. Kemudian tubuh mereka roboh di tanah sambil bergeleparan sebelum akhirnya diam tidak bergerak lagi. Harimau Terbang, Kucing Muka Hitam, dan Ular Merah tewas dengan seluruh kulit membiru.
*** "Kau dengar suara tawa itu, Melati?" tawa Dewa Arak tanpa mengurangi kecepatan larinya. Kepalanya ditolehkan ke arah seraut wajah cantik jelita yang tengah berlari di sebelahnya.
"Ya, Kang," sahut gadis berpakaian putih seraya menganggukkan kepala.
"Aku khawatir kita terlambat, Melati," ucap Arya lagi.
"Terlambat?" tanya Melati walaupun sebenarnya sudah bisa menduga arah pembicaraan tunangannya.
"Iblis Hitam telah membalas dendamnya!"
"Ahhh...!" hanya suara keluh keterkejutan saja yang terdengar dari mulut gadis berpakaian putih itu.
Arya tidak berkata-kata lagi. Sepasang kakinya terus saja bergerak cepat menuju markas Perguruan Cakar Harimau.
"Ha...!" Arya berseru kaget ketika di depannya melesat mosok bayangan hitam yang memotong arah larinya. Terpaksa pemuda berambut putih keperakan ini agak menahan langkahnya agar tidak menabrak sosok bayangan hitam tadi.
Sementara sosok bayangan hitam yang ternyata adalah Iblis Hitam sama sekali tidak ambil peduli. Iblis itu terus berlari cepat.
Arya menghentikan larinya sejenak. Sepasang matanya menyipit memperhatikan sosok bayangan hitam yang semakin lama semakin menjauh. Dan akhirnya lenyap ditelan kegelapan malam.
Melati juga berhenti berlari. Gadis berpakaian putih ini juga melihat sosok bayangan hitam yang memotong di depan kekasihnya.
"Siapa dia, kang Arya?" tanya Melati
"Mungkin... ia adalah Iblis Hitam...?!" gumam Dewa Arak seperti bertanya pada dirinya sendiri.
"Memangnya kalau orang tadi Iblis Hitam kenapa?" Melati malah balas bertanya.
Arya tidak langsung menjawab. Sepasang matanya dialihkan ke arah asal bayangan itu. Seketika alis pemuda berambut putih keperakan ini berkerut. Arah yang ditinggalkan bayangan hitam tadi adalah tempat yang akan ditujunya. Markas Perguruan Cakar Harimau.
"Ahhh..._ Keatangan kita terlambat," ucap Arya bernada mengeluh.
"Maksudmu?" dada Melati berdebar tegang.
"Iblis Hitam telah menyelesaikan tugasnya. Dan Perguruan Cakar Harimau hanya tinggal nama saja." sahut pemuda berambut putih keperakan, bernada memberi tahu.
"Dari mana kau mengambil kesimpulan demikian.kang Arya!" tanya melati ingin tahu.
"Kau tahu, dari arah mana bayangan hitam tadi berasal?" Dewa Arak malah balas bertanya.
Tanpa dugaan apa-apa, Melati mengarahkan pandangannya ke arah asal sosok bayangan hitam tadi. Dan seketika gadis ini terkejut.
"Perguruan Cakar Harimau...." desis Melati pelan. Nada keterkejutan yang amat sangat terlihat jelas di wajahnya.
Arya sama sekali tidak menanggapi, hanya kepalanya saja yang mengangguk pelan. Meskipun begitu, sudah cukup dimengerti oleh Melati.
"Kalau begitu..., kita harus cepat cepat ke sana, Kang Arya." '
Belum habis gema ucapan Melati, tahu tahu tubuh Arya dan kekasihnya telah melesat dari situ.
*** Berkat ilmu meringankan tubuh kedua muda mudi yang telah mencapai tingkat tinggi. dalam waktu singkat markas Perguruan Cakar Harimau telah tam pak.
"Ah...!" Terdengar pekik tertahan dari mulut Arya.
"Ada apa, Kang Arya?" tanya Melati yang sama sekali tidak tahu apa yang telah membuat pemuda berambut putih keperakan itu terkejut.
"Kau lihat pintu gerbang perguruan itu, Melati,"
sahut Dewa Arak. Seiring dengan semakin dekatnya jarak antara mereka dengan markas Perguruan Cakar Harimau apa yang tampak oleh mata muda mudi itu pun semakin jelas. Dan kini Melati melihat jelas apa yang ditunjukkan Arya.
Sekejap kemudian Dewa Arak dan Melati tiba di depan pintu gerbang Perguruan Cakar Harimau.
"Apa yang semula kukhawatirkan akhirnya terjadi juga..." keluh Dewa Arak begitu sepasang matanya tertumbuk pada puluhan mayat yang bergeletakan di halaman Perguruan Cakar Harimau.
Dengan langkah lesu, Arya menghampiri orang orang malang itu. Melati pun mengikuti di belakang dengan bulu kuduk merinding.
Arya menggeleng-gelengkan kepala begitu melihat mayat-mayat yang bergeletakan di tanah. Semuanya sudah mulai kaku.
"Keji...," hanya ucapan itu yang keluar dari mulut Arya
Mendadak pemuda berambut putih keperakan itu menelengkan kepala ketika menangkap suara langkah kaki mendekat. Pendengarannya yang tajam menangkap kalau pendatang itu tidak hanya satu orang.
Ternyata bukan hanya Arya saja yang mendengar suara itu. Melati pun mendengarnya. Terbukti, gadis ini menoleh ke arah kekasihnya.
Bagaikan dikomando, Arya dan Melati bergegas bersembunyi di balik rerimbunan pohon yang ada dihalaman Perguruan Cakar Harimau. Dari situ, kedua muda-mudi ini menanti pemilik langkah yang mendekati tempat itu.
Tak lama kemudian dari arah pintu gerbang melesat cepat dua sosok tubuh. Yang seorang adalah laki-laki gagah berusia sekitar empat puluh tahun. Wajahnya terlihat keras, dihiasi kumis dan jenggot yang terpelihara baik. Semetara orang kedua adalah seorang kakek berusia sekitar lima puluh tahun. Bertubuh sedang, dan berwajah bintik bintik putih. Kedua orang ini adalah Pendekar Golok Baja dan Pandora.
Tanpa mengetahui adanya Arya dan Melati, Pendekar Golok Baja dan Pandora segera menghampiri puluhan mayat yang berserakan.
"Lagi-lagi kita terlambat Pandora," ucap Pendekar Golok Baja. Nada suaranya menyiratkan rasa sesal yang tidak terhingga. Bahkan wajah laki-laki gagah ini terlihat murung
"Tuan harus bertindak,'ucap Pandora lembut.
"Apa dayaku, Pandora! Aku tidak akan mampu menandinginya. Dan lagi.. sepertinya Iblis Hitam selalu menghindari kita. Dia tidak mau bentrok dengan kita."
"Tapi, Tuan..."
"Pandora, aku tidak mau bertarung dengan leluhurku sendiri!" tandas Pendekar Golok Baja yang aslinya bernama Prajasena.
"Maaf. Tuan," selak Pandora
"Bukan aku hendak menentang Tuan. Tapi... Aku tidak percaya kalau orang di balik seragam Iblis Hitam adalah leluhur Tuan!"
"Hhh..!" Pendekar Golok Baja menghela napas sambil tetap memperhatikan mayat-mayat yang bergeletakan.
"Ada yang belum kau ketahui tentang Iblis Hitam dan keturunannya, Pandora."
"Maksud, Tuan?" tanya pelayan setia itu tak mengerti.
"Kalau bukan keturunan Iblis Hitam. kegunaan pusaka pusaka itu tidak akan berarti banyak," jawab Prajasena mencoba memberi tahu.
Pandora mengernyitkan kening, sementara sepasang matanya menatap majikan mudanya dengan sorot mata penuh tanda tanya.
Pendekar Golok Baja yang tahu kalau laki laki berwajah bintik bintik putih ini belum mengerti maksud kata katanya, menerangkan lebih lanjut
"Lama sebelum tiba hari naasnya, ayah telah menceritakan semua kegunaan pusaka peninggalan leluhurku. Yang terutama sekali adalah mantel, dan selubung. Perlu kau tahu, Pandora. Jika pusaka peninggalan leluhurku jatuh ke tangan orang lain, tubuh pemakainya hanya kebal terhadap senjata senjata tajam."
Pendekar Golok Baja menghentikan cerita untuk mengambil napas. Ditatapnya wajah Pandora sejenak .Tapi ternyata kakek itu tengah serius memperhatikan penuturannya.
Tanpa sepengetahuan kedua orang Itu, Arya dan melati ikut mendengar percakapan dari balik pepohonan.
"Menghadapi serangan serangan benda tumpul, seperti gada, ruyung. atau tongkat, mantel itu sama sekali tidak berguna. Jadi, boleh dibilang, untuk pemakai yang bukan keturunan Iblis Hitam, pusaka itu hanya berguna sedikit sekali. Jadi walaupun sudah mengenakan semua perlengkapan Iblis Hitam, orang itu akan tetap terluka bila terkena pukulan atau tendangan lawannya."
"Jadi..., mantel dan selubung itu hanya berguna pada saat berhadapan dengan orang yang bersenjata tajam saja, Tuan?" Pandora kini mulai mengerti.
Pendekar Golok Baja menganggukkan kepalanya.
"Kenapa bisa begitu, Tuan? Mengapa hanya pada keturunan Iblis Hitam saja, pusaka pusaka itu berguna sampai ke puncaknya?"
"Ada rahasianya, Pandora," sahut Prajasena setelah beberapa saat termenung,
"Boleh aku tahu, Tuan?"
"Kau berjanji tidak akan mengatakannya pada orang lain?" Pendekar Golok Baja malah balik bertanya. Pertanyaan pelayan setianya sama sekali tak dihiraukan.
"Aku berjanji, Tuan!" tandas Pandora tegas.
"Kalau begitu, dengar baik-baik cerita yang kudengar dari ayahku ini."
Prajasena tercenung sejenak. Entah untuk apa laki laki gagah ini tercenung. Mungkin mencari kata kata untuk mulai bercerita. Atau mengerahkan ingatan pada cerita ayahnya.
"Menurut cerita almarhum ayah, leluhurku membuat seragam Iblis Hitam sekitar seratus tahun yang lalu. Entah dari bahan apa, ayah pun tidak tahu, karena kakek memang tidak menceritakan padanya."
Pandora mmgangguk-anggukkan kepala. Sementara Arya dan Melati semakin tertarik mendengarkan. Rupanya tokoh sesat yang berjuluk Iblis Hitam memiliKi riwayat yang menarik, pikir kedua muda-mudi itu kagum. _
"tapi yang jelas, keistimewaan semua perlengkapan yang dibuat leluhurku tidak seperti yang selama ini kita dengar. Dengan berbagai macam cara. leluhurku berusaha menambah kegunaan perlengkapannya. Campuran antara ilmu hitam, racun dan entah apa lagi yang aku tidak tahu. Hingga akhirnya perlengkapan itu mempunyai kegunaan seperti sekarang"
"Lalu..., mengapa pada orang lain kegunaannya tidak bisa sampai ke puncaknya. Tuan?" tanya Pandora tidak sabar begitu melihat majikannya menghentikan cerita.
"Karena leluhur leluhur Iblis Hitam telah memberi ramuan-ramuan dan cara-cara aneh sehingga pusaka peninggalan mereka menyatu dengan keturunannya."
"Tuan tahu cara-caranya?" tanya Pandora ingin tahu.
Pendekar Golok Baja menggelengkan kepala.
"Pelajaran mengenai cara-cara itu ada di dalam ilmu pusaka peninggalan leluhurku."
"Kitab pusaka yang hilang itu, Tuan?!" Pandora meminta ketegasan.
Prajasena mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kini, aku baru tahu... mengapa Tuan tidak Ingn bentrok dengan Iblis Hitam...."
"Bukannya aku tidak mau bentrok dengan Iblis Hitam, Pandora," ralat Pendekar Golok Baja.
"Biar bagaimanapun. sudah jadi kewajibanku sebagai keturunan Iblis Hitam untuk mengetahui, siapa sebenarnya orang yang berada di balik seragam Iblis Hitam. Mungkin saja ayahku punya saudara, dan apabila benar, orang yang berada di balik seragam itu adalah adik atau kakak ayahku. Dan sudah menjadi kewajibanku menyampaikan pesan almarhum ayah padanya."
Pandora mengangguk-anggukkan kepala penanda mengerti.
"Sudahlah, Pandora. Mari kita ikuti jejak Iblis Hitam," ajak Prajasena seraya meninggalkan halaman Perguruan Cakar Harimau. Dan tanpa banyak tanya lagi, pelayan setia itu mengikuti tuannya.
Beberapa saat kemudian, Pendekar Golok Baja dan Pandora sudah lenyap dari situ.
Setelah yakin kalau kedua orang itu sudah pergi jauh, Dewa Arak dan Melati baru keluar dari tempat persembunyian.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Kang Arya?" tanya Melati meminta pendapat kekasihnya.
Dewa Arak menatap wajah cantik di sebelahnya.
"Kita harus mencari jejak Iblis Hitam!"
"Ke mana, Kang?"
"Ke Desa Jolang" sahut Arya mantap.
"lalu..., akan kita apakan mayat-mayat ini, Kang Arya?" tanya Melati sambil menunjuk mayat mayat yang berserakan di tanah.
"Tidak ada yang dapat kita lakukan, Melati," keluh Dewa Arak
"Mayat-mayat ini terlalu banyak. Meski pun bekerja sampai pagi, kurasa kita tidak akan selesai mengubur semua mayat mayat ini."
"M...?" "Biarlah penduduk desa yang mengurus," sahut Arya kalem.
"Kok begitu. Kang?" tanya Melati dengan alis berkerut.
"Bagaimana kalau kau bakar saja mayat mereka? Dengan jurus 'Membakar Matahari'mu, kurasa pekerjaan itu tidak sulit"
"Aku juga punya pikiran begitu, Melati," sahut Dewa Arak sabar.
"Tapi..., biarkan orang-orang mengetahui peristiwa ini dulu. Barangkali orang yang punya hubungan dengan salah satu mayat mayat ini ingin melihat wajah si mayat. Kau mengerti, Melati?"
Gadis berpakaian puuh itu menganggukkan kepala.
"Mari kita menuju Desa Jolang," ajak pemuda berambut putih keperakan itu. Sesaat kemudian, Dewa Arak dan Melati telah bergegas meninggalkan halaman Perguruan Cakar Harimau yang baru saja menjadi ajang pembantaian.
"Mangapa harus ke Desa Jolang, Kang Arya?" tanya Melati seraya menatap wajah tampan di sebelahnya, tanpa mengurangi kecepatan larinya.
"Kau tidak ingat cerita kakek pemilik kedai?" Arya malah balas bertanya.
"Cerita yang mana, Kang Arya?" gadis berpakaian putih itu malah balas bertanya lagi. Cerita pemilik kedai memang terlalu banyak .Dan Melati tidak tahu cerita mana yang dimaksud tunangannya.
"cerita mengenai kebiasaan Iblis Hitam turun temur-un," jawab Dewa Arak
"Mereka selalu mencari wanita untuk dijadikan pemuas nafsunya."
"Tapi..., mengapa harus ke Desa Jolang, Kang?" tanya Melati..Masih dengan nada bingung.
"Karena desa itulah yang paling dekat dengan daerah ini," jawab Arya memberi tahu.
Hening sejenak setelah Arya menghentikan ucapannya karena Melati tidak bertanya lagi .Tapi langkah-langkah mereka terus bergerak cepat menuju Desa Jolang.
Beberapa saat kemudian, Arya dan Melati mulai memasuki hutan kecil. Di balik hutan itulah Desa Jolang .
Tanpa ragu-ragu Melati dan Arya memasuki hutan. Tapi -. beberapa tindak, tiba tiba kedua sejoli ini menghentikan langkah. Ada rintihan lirih tertangkap oleh pendengaran mereka. Rintihan seorang wanita. Tapi kemudian rintihan itu lenyap.
Meskipun hanya mendengar sebentar, Arya dan Melati dapat mengetahui asal suara rintihan. Kini mereka bergegas melesat ke arah asal suara.
Arya dan Melati terperanjat kaget begitu melihat sosok serba hitam tengah berdiri bertolak pinggang di hadapan seorang wanita muda berwajah cantik yang tergolek dalam keadaan tanpa busana. Sekali lihat. Dewa Arak maupun Melati tahu kalau wanita itu telah tewas setelah lebih dulu diperkosa.
Hanya sekilas saja Melati dan Arya melihat wanita malang itu. Kedua sejoli ini merasa risih melihat pemandangan di depan mereka. Terutama sekali Arya. Seketika itu juga wajah pemuda ini memerah. Apalagi ketika teringat di sebelahnya ada Melati. Maka buru buru perhatiannya dialihkan pada sosok serba hitam.
Diam diam jantung pemuda berambut putih keperakan Ini berdetak keras.
"Inikah Iblis Hitam? Wajarlah kalau dia ~ .,ditakuti," pikir Dewa Arak dalam hati.
wibawa Iblis Hitam memang sangat luar biasa. Sekujur tubuhnya mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki hitam semua. Tapi matanya... .. tajam, menyorotkan sinar kehijauan. Mirip mata seekor harimau dalam gelap. Ada pengaruh aneh yang memancar dari sepasang mata Itu.
Arya saja sampai terpengaruh oleh wibawa yang dipancarkan iblis Hitam, apalagi Melati gadis berpakaian putih ini merasakan bulu kuduknya merinding.
Arya menggertakkan gigi untuk mengusir pengaruh aneh yang mencekam dirinya.
"Kaukah yang membunuh wanita ini?" tanya Arya. Dan inilah kelebihan sikap Dewa Arak. Meskipun sudah yakin kalau pembunuh wanita itu adalah sosok serba hitam di hadapannya, tapi pemuda berambut putih keperakan ini masih tetap menanyakan kejelasannya.
"Ha ha ha.-.!" Hanya suara tawa menyeramkan yang menyahuti pertanyaan Arya. Suara tawa yang tidak sepantasnya keluar dari mulut manusia. Tapi dari mulut setan penghuni kuburan.
"Memang aku yang membunuhnya, setelah lebih dulu kuperkosa!" sahut sosok serba hitam dengan nada tajam. .


Dewa Arak 13. Peninggalan Iblis Hitam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku...! Kau dengar? Aku yang melakukannya. Aku! Iblis Hitam!"
Deg! Arya dan Melati terhenyak kaget. Walaupun sudah menduga sebelumnya, tetap saja pengakuan itu mengejutkan mereka. Cepat Arya memasang sikap waspada. Pemuda berambut putih keperakan ini sadar kalau kali ini sedang berhadapan dengan tokoh yang sukar diukur kepandaiannya. Kenyataan kalau Iblis Hitam turun temurun mampu merajalela tanpa ada orang yang mampu menandinginya menjadi bukti kesaktian tokoh sesat ini!
"Sungguh tidak kusangka kalau malam ini aku untung besar. Ada bidadari nyasar datang menyerahkan diri. Orang secantik kau tentu saja punya umur
letih lama di tanganku!" ucap Iblis Hitam sembari menundingkan jari telunjuk pada Melati. Suaranya menggetarkan hati.
"Tidak seperti dia yang hanya berumur sehari! Ha ha ha...!"
"Iblis terkutuk!" maki Dewa Arak. Seketika kemarahannya berkobar. Iblis Itu harus melangkahi mayatnya dulu sebelum menjadikan Melati sebagai pemuas nafsu binatangnya. Seketika itu juga dijumput guci araknya dan dituangkan ke mulut.
Gluk.. gluk.. gluk..! Terdengar suara berceglukan ketika arak melewati kerongkongan Arya. Kontan ada hawa hangat yang berputar di perutnya, kemudian perlahan naik ke kepala.
Tapi, Arya masih kalah cepat. Terdengar pekik melengking dari mulut Melati begitu mendengar ucapan kotor sosok serba hitam tadi. Dan seiring dengan keluarnya lengkingan itu, gadis berpakaian serba putih ini melompat menerjang. Kedua tangannya yang membentuk cakar naga dan berwarna merah sampai ke pergelangan, meluncur cepat ke arah Iblis Hitam. Yang kanan mengarah ke leher, sementara yang kiri ke arah perut.
Dalam kemarahan dan keyakinan kalau yang di hadapi kali ini adalah lawan yang amat tangguh, Melati langsung memainkan llmu 'Cakar Naga Merah'!
Terdengar suara mendengus dari balik selubung Iblis Hitam. Kemudian kaki kanannya ditarik ke belakang seraya langsung menekuk lututnya. Seluruh kekuatan kuda kuda bertumpu di kaki itu. Dengan sendirinya serangan yang mengarah ke lehernya mengenai tempat kosong, Sekitar sejengkal di depan wajahnya. Sementara serangan yang mengancam perut. dipapak dengan tepakan tangan kiri dari atas ke bawah.
Plakkk! Melati menyeringai. Seluruh jari jari tangannya sakit bukan main begitu berbenturan dengan tangan iblis Hitam. Bahkan sekujur tangannya dirasakan lumpuh. Dan sebelum gadis berpakaian putih ini sempat berbuat sesuatu, Iblis Hitam telah merubah posisinya menjadi kuda kuda serong. Dan seketika itu juga tangan kiri yang habis menangkis serangan, melakukan gedoran dengan tangan terbuka.
Melati terkejut bukan main melihat serangan sosok serba hitam yang datang begitu tiba tiba. Dengan sebisa-bisanya serangan itu ditangkis dengan kedua tangannya.
Plakkk! Untuk kedua kalinya tangan yang sama-sama mengandung tenaga dalam tinggi kembali beradu. Akibatnya, tubuh Melati terjengkang lima tombak ke belakang dengan isi dada terasa sesak. Sementara ke dua tangannya terasa lumpuh seketika. Apalagi tangan kanannya!
Tapi sebelum Iblis Hitam mengirimkan serangan susulan pada Melati, Dewa Arak lebih dulu memotong arah serangannya. Arya melancarkan tendangan terbang ke arah dada Ibis Hitam.
Wuttt! Angin berkesiut nyaring mengiringi tibanya tendangan Dewa Arak. Tapi sungguh di luar dugaan, tokoh sesat yang menggiriskan itu sama sekali tidak mengelakkan serangan. Bersamaan dengan tibanya serangan Dewa Arak, Iblis Hitam melancarkan serang an bacokan sisi telapak tangan ke arah kaki itu.
Dukkk! Takk! Hampir berbarengan dengan tibanya tendangan Dewa Arak pada dada Iblis Hitam. tangan kanan tokoh sesat Itu pun telak menghantam tulang betis Arya.
Iblis Hitam terlempar jauh ke belakang akibat kuatnya tendangan Dewa Arak. Luncurannya baru terhenti ketika menghantam sebatang pohOn yang cukup besar.
Brakkk! Seketika pohon tadi ambruk ke tanah sambil mengeluarkan suara hiruk pikuk. Bahkan langsung menimpa tubuh Iblis Hitam di bawahnya.
Bukan hanya Iblis Hitam saja yang menerima akibat itu. Dewa Arak pun demikian pula. Tubuh pemuda itu tersungkur ke tanah. Mulutnya menyeringai menahan rasa sakit yang mendera tulang betis. Dengan terpincang-pincang, Dewa Arak berusaha berdiri. Rasa sakit dan nyeri bukan kepalang melanda sekujur kakinya.
Dewa Arak menatap ke arah tubuh Iblis Hitam yang tertindih pohon. Seketika perasaan curiga melanda hatinya. Begitu mudahkah tokoh yang berjuluk Iblis Hitam itu dapat ditaklukkannya?..., Jangan-jangan dia Iblis Hitam palsu! Kemudian sekilas ditatapnya Melati. Gadis itu kini sudah bisa memperbaiki posisinya walaupun dengan mulut agak menyeringai menahan rasa sakit yang masih mendera kedua tangannya.
Mendadak terdengar suara hiruk pikuk yang disusul dengan terpentalnya pohon yang tadi menindih tubuh Iblis Hitam. Tapi Arya sama sekali tidak terkejut. Kemungkinan ini memang sudah diperhitungkan! Kalau benar orang ini iblis Hitam. mana mungkin semudah itu bisa ditaklukkan?
Yang semakin membuat hati pemuda ini terkejut adalah ketika mmgetahui Iblis Hitam sama sekali tidak terluka! Arya menatap dengan sorot mata tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Bukankah tendangannya tadi dilakukan dengan pengerahan seluruh tenaga dalam. Jangankan tubuh manusia yang hanya terdiri dari daging dan tulang, batu karang yang paling keraspun akan hancur lebur terkena tendangan itu.
"Ha ha ha...! Kaget?!" Iblis Hitam berseru mengejek. Tahu kalau lawannya terkejut melihat keadaannya.
Tapi, hanya sesaat saja perasaan kaget yang melanda Dewa Arak. Segera saja dia teringat penuturan yang didengar dari cerita kakek pemilik kedai maupun oleh orang yang diketahuinya sebagai majikan Pandora.
Tiba-tiba tawa Iblis Hitam lenyap. Kepalanya ditelengkan seperti hendak mendengarkan sesuatu. Arya pun jadi agak heran melihat sikap tokoh sesat itu. Dahinya berkernyit dalam. Tapi sesaat kemudian baru Dewa Arak tahu penyebab Iblis Hitam bersikap aneh. Ada dua pasang kaki bergerak cepat mendekati tempat mereka.
Kembali Dewa Arak dilanda perasaan terkejut yang amat sangat. Terpaksa harus diakui kalau pendengaran Iblis Hitam masih lebih unggul darinya. Iblis itu telah dapat mendengar kedatangan orang ke tempat itu sebelum Arya mendengar apa-apa!
"HM" Seraya mengeluarkan seruan tertahan, sosok serba hitam melompat. Karuan saja Dewa Arak menjadi kaget. Dan seketika itu juga bersiap-siap menghadapi segala. kemungkinan. Tapi, Arya kecelik. Ternyata Iblis Hitam sama sekali tidak mmyerangnya, melainkan melompat ke arah... Melati' Iblis ini rupanya takut kepada pemilik langkah yang mendatangi.
Gadis berpakaian putih itu terkelut bukan main melihat perbuatan sosok serba hitam. Apa yang dilakukan Iblis Hitam, terlalu mendadak sekali datangnya. Meskipun begini, Melati sempat mempertunjukkan kelihaiannya. Cepat laksana kilat, dipapaknya Iblis Hitam yang meluncur ke arahnya dengan serangan serangan ilmu 'Cakar Naga Merah'.
Iblis Hitam hanya mendengus. Dibiarkan saja semua serangan yang tertuju ke arahnya seraya balas melancarlan totokan bertubi-tubi ke arah gadis berpakaian putih itu.
Bukkk! Bukkk! Tukkk! "Akh...!" Melati memekik tertahan. Seketika tubuhnya terasa lemas begitu tangan Iblis Hitam menotok jalan darah di punggungnya. Sementara pukulan bertubi tubi yang menghantam dada sosok serba hitam, sama sekali tidak membawa pengaruh bagi tokoh sesat itu.
Dan begitu Melati terkulai lemas, Iblis Hitam segera menyambar dan membawanya lari.
Semua kejadian itu memang berlangsung begitu cepat. Sehingga Dewa Arak sendiri tidak sempat berbuat sesuatu untuk mencegah. Baru ketika melihat Iblis Hitam melesat kabur sambil membawa tubuh Melati, Arya segera bergerak mengejar.
Bertepatan dengan melesatnya tubuh Dewa Arak, tiba tiba dari balik rerimbunan semak-semak muncul dua sosok tubuh yang tak lain dari Pendekar Golok Baja dan Pandora.
Dewa Arak sama sekali tidak mempedulikan kehadiran orang itu. Sungguhpun di hatinya ada rasa heran melihat Iblis Hitam sepertinya takut terhadap dua orang itu, tapi Dewa Arak tidak bisa berpikir lebih lama lagi. Saat ini Melati berada dalam bahaya besar dan memerlukan pertolongan secepat mungkin. Segera rasa herannya dibuang jauh jauh, dan segera memusatkan perhatian pada sosok serba hitam di hadapannya.
Kembali Dewa Arak mengeluh dalam hati. Sungguh tidak disangka kalau ilmu meringankan tubuh yang dimiliki tokoh sesat yang menggiriskan itu benar benar luar biasa. Tidak kalah dengan ilmu meringankan tubuh miliknya. Jangankan mengejar, memperpendek jarak pun sulit.
Kegelisahan yang amat sangat melanda hati Dewa Arak. Bagaimana hatinya tidak menjadi khawatir? Kalau saja adu kejar terjadi di tempat terbuka, dia tidak akan secemas ini. Tapi kejar kejaran ini terjadi di dalam hutan yang dipenuhi pohon-pohon dan kerimbunan semak-semak. Di waktu malam lagi! Setiap saat bisa saja musuhnya lenyap di balik rerimbunan pohon dan semak yang lebat.
Tapi rupanya Iblis Hitam tidak menggunakan kesempatan itu. Iblis itu terus berlari melaui tempat terbuka. Dan hal ini tentu saja membuat hati Arya lega, karena tidak terlalu sulit mengikuti jejak Iblis itu.
Baru saja Dewa Arak merasa lega. Tiba-tiba Iblis Hitam melesat ke dalam kerimbunan semak semak.
Dengan kekhawatiran yang menggelegak, beberapa saat kemudian Arya segera menyusul ke dalam rimbunan semak. Dan, apa yang dikhawatirkan akhirnya terjadi. Iblis Hitam telah lenyap.
"Melati...!" Dalam cekaman kekhawatiran yang menggelegak pada malapetaka yang akan menimpa kekasihnya, Arya berteriak keras. Berteriak dengan mengerahkan seluruh tenaga dalam. Dan akibatnya. seisi hutan seperti diaduk-aduk angin. topan dahsyat.
Dewa Arak menunggu sia sia. Panggilannya sama sekali tidak ada sahutan. Dan hal ini pun sebenarnya sudah diduga oleh pemuda berambut putih keperakan itu. Tapi kekhawatiran yang menggelegak membuatnya lupa. Hanya gema suara panggilannya saja yang menyambuti:
Sekujur tubuh Arya menggigil hebat akibat rasa cemas yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Kecemasan yang timbul pada keselamatan gadis yang dicintainya.
"Iblis Hitammm...!!! Keluar kau!!! Ayo, hadapi aku! Pengecut! Iblis Hitam...! Pengecut...!"
Dalam puncak kecemasan, Arya memaki penculik tunangannya sejadi-jadinya. Untuk pertama kalinya pikiran jernih Dewa Arak menguap entah ke mana. Yang ada di dalam hatinya hanyalah perasaan khawatir yang amat sangat!
."Keluar kau, Iblis Hitam! Hiyaaa...!"
Dewa Arak berteriak nyaring sambil menghentakkan sepasang tangan ke arah rerimbunan semak dan pepohonan di sekitarnya.
Wusss! Wusss! Angin keras berhembus deras ke arah rerimbunan pepohonan dan semak yang ada di depannya.
Brakkk..! Terdengar suara hiruk-pikuk begitu angin pukulan Dewa Arak menghantam sasaran. Seketika itu juga pepohonan bertumbangan, semak-semak beterbangan. tercabut hingga ke akarnya.
Arya yang masih penasaran, kembali menghentakkan kedua tangannya ke rerimbunan semak-semak dan pepohonan lain. Kembali hal yang sama terulang kembali.Dewa Arak terus saja mengamuk mengham bur-hamburkan pukulan yang sudah dialiri tenaga dalam. Dan dalam sekejap, keadaan di sekitar tempat itu porak-poranda.
Dalam puncak kecemasan yang amat sangat akan keselamatan gadis yang amat dicintainya, Dewa Arak kehilangan kontrol diri. Dan kekhawatirannya dilampiaskan dalam serentetan pukulan ke arah rerimbunan semak-semak dan pepohonan sekitarnya. Di samping sebagai sasaran pelampiasan, juga ada secercah harapan kalau lblis Hitam masih bersembunyi di situ.
Mendadak pendengarannya yang tajam menangkap langkah-langkah kaki mendatangi tempatnya. Ada dua orang yang menuju ke arahnya. Secepat kilat Dewa Arak menoleh ke arah asal suara. Siapa tahu Iblis Hitam yang datang. Walaupun sebenarnya harapan itu kecil sekali. Rasanya tak mungkin kalau iblis itu mempunyai langkah kaki yang begitu berat.
Memang benar! Yang datang bukan Iblis Hitam, melainkan Pendekar Golok Baja dan Pandora.
Sepasang alis Pendekar Golok Baja berkerut melihat keadaan hutan. Seketika timbul kembali semangat Dewa Arak begitu melihat kehadiran Pandora dan Pendekar Golok Baja. Pemuda berambut putih keperakan ini tahu kalau majikan Pandora ini adalah keturunan langsung Iblis Hitam.
"Siapa kau, Anak Muda? Dan..., kaukah yang melakukan semua ini?" tanya Pendekar Golok Baja. Nada suaranya penuh teguran. Sepasang matanya menatap wajah pemuda di hadapannya penuh rasa ingin tahu. Jelas ada sesuatu yang menarik perhatian laki-laki gagah ini.
Dewa Arak tidak langsung menjawab pertanyaan Pendekar Golok Baja. Meskipun kini dadanya sudah terasa agak lega setelah melampiaskan kekhawatiran pada pepohonan dan semak semak di sekitarnya. Tapi tak urung Arya masih menyempatkan diri menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya kuat kuat untuk menenangkan hati. Dan memang, usaha yang dilakukannya membuahkan hasil. Hatinya kembali tenang.
"Aku Arya. Dan..., aku terpaksa melakukan semua ini agar Iblis Hitam keluar dari tempat persembunyiannya!"
Berubah wajah Pendekar Golok Baja mendengar ucapan Dewa Arak.
"Arya? Apakah nama lengkapmu Arya Buana?" kembali Prajasena bertanya. Sementara pandang matanya semakin lekat tertuju ke sekujur tubuh pemuda di hadapannya. Memang, sebagai pendekar besar yang telah malang melintang di dunia persilatan, Pendekar Golok Baja telah mendengar kabar angin tentang se orang tokoh muda yang menggemparkan dunia persilatan. Pendekar muda itu bernama Arya Buana dan berjuluk Dewa Arak.
"Begitulah nama yang diberikan orang tuaku."
"Kalau begitu..., kaukah tokoh yang telah menggemparkan dunia persilatan?! Kaukah tokoh yang berjuluk Dewa Arak?!"
"Ah. cerita kosong itu terlalu berlebih-lebihan," sahut Arya merendah.
"Sama sekali tidak, Dewa Arak. Bukti kehebatanmu malah kulihat sendiri," bantah Prajasena seraya memandang berkeliling ke arah semak-semak dan pepohonan yang porak-poranda di sanasini
"Aku Pajasena. Orang-orang persilatan menjulukiku Pendekar Golok Baja."
"Aku mohon.... panggillah aku dengan nama pemberian orang tuaku. Risih rasanya mendengar orang seperti kau memanggilku seperti itu. Paman," pinta Dewa Arak.
"Baiklah, Arya," Prajasena mengalah.
"Sekarang, ceritakan padaku. Mengapa kau mencari Iblis Hitam?!"
"Hhh..!" Dewa Arak menghela napas berat. Pertanyaan Pendekar Golok Baja membuatnya teringat kembali keadaan Melati. Seketika itu juga kekhawatirannya timbul kembali
"Iblis Hitam telah menculik teman wanitaku..." jawab Dewa Arak separuh benar, separuhnya lagi dusta. Sebab Melati bukan hanya sekadar kawan, melainkan tunangannya.
"Ahhh...!" Terdengar seruan terkejut dari mulut Pandora. Karuan saja seruan itu membuat Dewa Arak mengalihkan perhatian kearahnya.
"Mengapa, Paman?" tanya Dewa Arak seraya menatap kakek berwajah bintik bintik putih itu tajam tajam.
"Bahaya sekali, Arya," hanya itu yang ucapkan Pandora. Kakek ini memang tahu kebiasaan Iblis Hitam turun temurun. Kekhawatiran Dewa Arak pun semakin menjadi jadi mendengar ucapan pelayan setia Pendekar Golok Baja itu.
"Tenangkan hatimu, Arya," Pendekar Golok Baja ikut buka suara.
"Percayalah padaku. Untuk malam ini kawan wanitamu pasti selamat "
"Akan kuingat kata katamu, Pendekar Golok Baja. Aku tahu apa hubunganmu dengan iblis Hitam...."
"Kau tahu...?!" Pendekar Golok Baja setengah tidak percaya.
"Aku dan teman wanitaku telah mendengar pembicaraanmu di halaman Perguruan Cakar Harimau, Pendekar Golok Baja. Tapi. aku mohon, kau bersedia menjelaskan agar hatiku jadi tenang. Mengapa kau begitu yakin kalau kawan wanitaku pasti selamat malam ini. Padahal sudah menjadi rahasia umum bahwa kebiasaan leluhurmu pada wanita-wanita muda kurang baik?"
"Wahhh...!" Pendekar Golok Baja menghela napas pelan.
"Aku pun menyesali hal itu, Arya. Tapi, perlu kau ketahui, apabila malam ini Iblis Hitam telah menyelesaikan "tugas" dengan korban wanitanya. Korban selanjutnya mendapat giliran malam berikutnya."
Memang, Pendekar Golok Baja dan Pandora telah melihat mayat seorang wanita yang kelihatannya sebelum dibunuh, diperkosa lebih dulu. Sekali lihat saja. mereka dapat menebak kalau yang melakukan perbuatan keji itu adalah Iblis Hitam.
"Kalau begitu.., aku hanya punya waktu satu malam saja untuk mengetahui ke mana Iblis Hitam membawa lari temanku."
Pendekar Golok Baja menganggukkan kepala.
"Bisakah kau menunjukkan tempatnya padaku, Pendekar Golok Baja?" pinta Dewa Arak.
"Sayang sekali, Arya. Aku tidak berani mengkhianati leluhurku. Merupakan pantangan besar bagi keturunan Iblis Hitam untuk menentang orang yang lebih tua. Aku sendiri tidak tahu mengapa. Tapi, begitulah pesan ayahku. Dan aku harus mematuhinya. Jadi, maafkan aku, Arya. Aku tidak bisa memberitahukanmu."
"Hhh..!" Dewa arak menghela napas, bingung. Perasaan cemas pada keselamatan Melali kembali melanda hatinya.
"Kalau begitu, aku permisi dulu, Pendekar Golok Baja."
Setelah berkata demikian, Dewa Arak melesat dari situ. Meninggalkan Pendekar Golok Baja dan Pandora yang hanya dapat memandang kepergiannya. Dalam waktu sebentar saja bayangan pemuda berambut putih keperakan itu telah lenyap ditelan kegelapan malam
*** Suara kokok ayam hutan dan cicit burung di dahan menyambut riang datangnya mentari. Bola raksasa berwarna merah mulai nampak di ufuk Timur ketika Arya masih berada di dalam hutan keciL. Sepasang matanya menatap nyalang merayapi setiap sudut hutan.
Meskipun semalaman Dewa Arak tidak tidur, tapi perasaan kantuk yang menyerangnya ditahan sekuat tenaga. Dijelajahinya seluruh penjuru hutan. Tapi, tetap saja jejak Iblis Hitam tidak berhasil ditemukan. Suaranya sudah mulai serak karena berkali kali berteriak memanggil nama Melati dan menantang Iblis Hitam.
Arya menggertakkan gigi. Baru sekali inilah pemuda berambut putih keperakan ini merasa tidak berdaya. Perasaan marah, kecewa, khawatir dan berbagai macam perasaan lain berkecamuk dalam hatinya.
Perasaan cemas di hatinya semakin besar seiring dengan hari yang telah semakin siang.
"Melati, ah..., Melati...." rintih Dewa Arak lirih. Untuk kesekian kalinya Arya menyebut nama kekasihnya. Dihempaskan tubuhnya di bawah sebatang pohon. Kepalanya tertunduk dalam, sementara kedua tangannya menutupi wajah.
"Hhh..!" Entah untuk yang keberapa puluh kali Dewa Arak menghela napas panjang. Wajahnya ditengadahkan, menatap hamparan langit biru di atas sana. Tapi mendadak pemuda berambut putih keperakan ini tersentak. Mengapa dia tidak meminta pertolongan gurunya? pikir Dewa Arak dengan mata berbinar-binar.
Semangat Dewa Arak pun bangkit kembali. Meski pun ada perasaan malu karena meminta bantuan gurunya tapi ditekannya perasaan itu demi keselamatan Melati! Gadis yang disayanginya melebihi rasa sayang pada dirinya sendiri. Sekarang ini hanya gurunya saja yang dapat menolong. Gurunya banyak memiliki ilmu ilmu ajaib!
Dengan semangat berkobar kobar, Arya bangkit dari duduknya. Kemudian menyebut nama gurunya tiga kali, lalu menghentakkan kaki kanannya ke tanah sekali.
Dem! Ajaib! Kini di hadapan Dewa Arak telah berdiri seorang kakek berpakaian serba putih. Rambutnya digelung ke atas. Di tangannya tergenggam seuntai tasbeh. Alis, kumis, jenggot, dan cambangnya telah memutih semua. Bahkan panjang jenggotnyapun telah melewati dada. Sekujur tubuh kakek ini seperti bersinar. Terutama sekali wajahnya. Inilah guru Arya, Ki Gering Langit.
"Guru....!" seru Arya sambil memberi hormat tanpa berani berlama-lama menatap wajah gurunya. Sepasang matanya tak kuat memandang wajah yang bersinar menyilaukan itu.
Ki Gering Langit tersenyum sambil mengusap usap rambut Arya yang setengah berlutut di hadapannya.
"Bangunlah. Muridku. Katakanlah... apa yang membuatmu memanggilku..?" tanya kakek berpakaian serba putih itu lembut.
"Aku hanya ingin minta petunjuk Guru...."
"Petunjuk? Petunjuk apa, Arya?" suara Ki Gering Langit tetap lembut. Setiap ucapan yang keluar dari mulutnya, menimbulkan perasaan tenang di hati Arya.
Tanpa ragu-ragu Arya segera menceritakan kesulitannya. '
"Begitulah kejadiannya, Guru," ucap Arya menutup ceritanya.
Ki Gering Langit mengangguk-anggukkan kepala. Kemudian memegang tangan kanan Arya dengan tangan kiri. Sementara tangan kanannya menuding ke samping kanan.
Ajaib! Di sebelah kiri Arya terpampang sebuah gua berbentuk tengkorak kepala manusia. Di dalamnya, di sebuah balai balai bambu, tergolek tubuh seorang wanita cantik jelita berpakaian serba putih. Sementara tak jauh dari situ duduk sosok berselubung dan berpakaian serba hitam.
"Kau tahu di mana tempat itu, Arya?" tanya Ki Gering Langit.
"tahu, Guru," sahut Arya seraya menganggukkan kepala. Dan memang sebenarnya pemuda berambut putih keperakan ini mengetahuinya. Dia sering mendengarnya dari mulut para penduduk sekitar Gunung Jolang! tempat Gua Tengkorak itu berada. Jadi rupanya iblis Hitam membawa Melati ke sana. Tempat yang dijauhi para penduduk.
Ki Gering Langit pun melepaskan pegangannya. Dan seketika itu juga apa yang tadi dilihat Arya, kembali lenyap. Kini yang nampak hanyalah rerimbunan semak dan pepohonan yang lebat.
"Aku melihat kekuatan aneh yang dimiliki sosok serba hitam itu. Arya," ucap Ki Gering Langit pelan.
"Kau tidak akan mampu mengalahkan dia. Ada kekuatan campuran yang membuat orang itu tak bisa dibunuh atau dilukai "
"Tapi, biar bagaimanapun... aku akan tetap ke sana dan menyelamatkan Melati, Guru. Meskipun aku harus mati di tangan iblis itu," mantap dan tegas sekali kata kata yang keluar dari mulut Arya.
"Kalau begitu..., kau tunggu sebentar. Arya."
Setelah berkata demikian. kakek berpakaian serba putih itu mendadak lenyap dari pandangan. Arya hanya dapat menggeleng gelengkan kepala melihat kesaktian gurunya.
Sesaat kemudian, Ki Gering Langit telah kembali berada di hadapan Arya. Di tangan kanannya tergenggam sebatang pedang. Arya kenal pedang itu Pedang Bintang! Sebilah pedang pusaka yang telah mengantarnya menjadi seorang tokoh menggemparkan ber juluk Dewa Arak (Untuk jelasnya, baca serial Dewa Arak dalam episode perdananya.
"Pedang Bintang").
Srat! Ki Gering Langit menghunus Pedang Bintang dengan tangan kanannya. Ujung pedang diacungkan ke langit. Sejenak kakek berpakaian serba putih itu memejamkan matanya. Kemudian perlahan-lahan tangan kirinya terangkat naik.
Tiba-tiba sepasang mata Arya terbelalak melihat tangan kiri gurunya, sebatas pergelangan, memancatkan sinar terang yang menyilaukan. Arya yang tidak sanggup memandangnya, terpaksa menundukkan kepala. Dan mengintai melalui celah-celah jari tangan yang menutupi wajahnya.
Sesaat kemudian tangan kiri Ki Gering Langit diusapkan ke arah batang pedang. Mulai dari pangkal sampai ke ujungnya. Pada saat tangan kiri Ki Gering Langit mengusap, mata Pedang Bintang diselimuti sinar putih berkilauan yang menyilaukan mata. Sesaat kemudian cahaya menyilaukan tadi lenyap perlahan lahan.
Trekkk! Ki Gering Langit menyarungkan Pedang Bintang kembali. Kemudian diberikan pada Arya.
"Pergunakan pedang ini untuk menghadapi Iblis Hitam."
"Baik, Guru." sahut Arya seraya menerima Pedang Bintang penuh hormat.
"Ada yang ingin kau utarakan lagi padaku, Arya?" tanya Ki Gering Langit.
"Anu, Guru...." sahut Dewa Arak ragu-ragu.
"Apa itu, Arya? Katakanlah..."
"Aku hanya ingin tahu... Ilmu apakah yang membuat Guru datang dan pergi ke setiap tempat dengan begitu mudah?" tanya Arya ingin tahu.
"000... itu." Ki Gering Langit tertawa terkekeh.
"Ada dua, Arya. Yang pertama adalah ilmu 'Urai Bumi', yaitu apabila kau memanggilku. Sedangkan bila aku datang tanpa panggilanmu, itu adalah ilmu "Ringkas Bumi'. Puas? Lain kali akan kuterangkan panjang lebar. Sekarang selamatkan dulu calon isterimu..."
Setelah berkata demikian, Ki Gering Langit mendadak lenyap. Arya segera memberi penghormatan melepas kepergian gurunya.
Tanpa membuang-buang waktu lagi. Arya segera melesat dari situ. Perasaan cemasnya telah berganti dengan perasaan tenang. Bahkan kini ada rasa sejuk di dalam dadanya. Dan ini dialaminya setiap kali dia habis berjumpa dengan gurunya!
*** Matahari telah mulai condong ke Barat. Semburat warna lembayung pun telah nampak di langit sebelah Barat ketika Dewa Arak tiba di depan gua tempat Melati disekap.
Baru saja Arya hendak melangkah masuk. tiba-tiba dari dalam melesat sesosok tubuh serba hitam yang memiliki sepasang mata bersinar kehijauan. Siapa lagi kalau bukan Iblis Hitam!
"Ha ha ha...!" Iblis Hitam tertawa bergelak melihat kedatangan Dewa Arak
"Rupanya kau ingin kukirim ke neraka juga, heh!"
"Kita lihat saja, Iblis Hitam!" sahut Dewa Arak tak kalah gertak.
"Siapa diantara kita yang akan pergi ke neraka?! Kau atau aku!"
Setelah berkata demikian, Dewa Arak segera mencabut Pedang Bintang yang tergantung di pinggangnya.
Srak! Terpancar sinar terang berwarna putih menyilaukan begitu Pedang Bintang tercabut dari sarungnya.
"Ah...!! Iblis Hitam berseru kaget ketika sepasang matanya menatap pedang yang terpegang di tangan lawan. Kakinya pun melangkah mundur ke belakang.
Diam-diam Dewa Arak terkejut. Rupanya tokoh sesat ini tahu kalau pedang di tangannya bakal mampu menembus pusakanya.
Cepat laksana kilat kedua tangan Iblis Hitam bergerak. Sesaat kemudian di kedua tangannya telah tergenggam dua batang kapak berwarna hitam mengkilat. Kapak yang mengandung racun ganas tak terkira.
Wukkk, wukkk' Secepat kedua kapak itu berada di tangannya, secepat itu pula diputar putar di depan dada. Angin
bercuitan nyaring mengiringi setiap gerakan kedua kapak.
Cuittt, cuittt! Dewa Arak yang tidak mau kalah, segera memutar-mutarkan Pedang Bintang di depan dada. Sekejap kemudian sekujur tubuhnya terbungkus sinar berwarna putih menyilaukan.
Dan begitu pemuda berambut putih keperakan ini menghentikan putaran pedang, dia langsung dengan pembukaan 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga". Ilmu yang diwarisi dari Pendekar Ruyung Maut, ayah Arya (Untuk jelasnya, baca serial Dewa Anak dalam episode perdananya,
"Pedang Bintang").
Dewa Arak membentuk kuda-kuda rendah dengan lutut kiri ditekuk ke belakang. Kaki kanan dijulurkan ke depan dengan ujung kaki menyentuh tanah. Sepasang matanya menatap ke depan. Tangan kiri terkepal di pinggang. Sementara tangan kanan mengacungkan pedang yang dijulurkan menukik ke depan. Ujung pedang menyentuh tanah inilah pembukaan 'Ilmu Pe dang Pembunuh Naga' yang telah disesuaikan dengan ilmu andalannya. Ilmu Belalang Sakti'!
Iblis Hitam tidak mau kalah. Tokoh sesat ini pun membentuk pembukaan ilmunya. Mirip dengan kuda kuda Dewa Arak. Hanya saja posisi kuda kudanya tidak terlalu rendah. Kaki kirinya berada di depan. Dan jarak antara tapak kaki kiri dan kaki kanan pun tidak sejauh kuda kuda Dewa Arak. Kedua kapaknya disilangkan di depan wajah.
"Hiyaaa...!" Sambil mengeluarkan teriakan nyaring, Arya meloncat menyerang. Pedang di tangan kanannya ditusukkan bertubi-tubi ke arah leher.
Sing! Terdengar suara mendesing nyaring yang menyakitkan telinga, mengiringi berkelebatnya sebaris sinar berwarna putih menyilaukan mata.
Kali Ini Iblis Hitam rupanya tidak berani gegabah mengandalkan keistimewaan pusakanya. Kapak di tangan kirinya segera digerakkan menangkis, seraya memiringkan tubuh bagian kanan ke bawah. Berbareng dengan itu. kapaknya diayunkan ke perut Dewa Arak.
Tranggg! Bunga api berpijar ketika dua buah senjata pusaka beradu .Baik Dewa Arak maupun Iblis Hitam merasakan tangan yang menggenggam senjata tergetar hebat.
Begitu serangannya tertangkis, Dewa Arak segera melempar tubuh ke belakang dengan memanfaatkan daya dorong benturan kedua senjata tadi.
Wusss! Sambaran kapak Iblis Hitam lewat sejengkal di depan perut Dewa Arak.
Tapi Iblis Hitam yang tidak ingin memberi kesempatan lawannya memperbaiki posisi kuda kuda, kembali melompat memburu. Sepasang kapaknya berkelebatan menyambar berbagai bagian tubuh Dewa Arak.
Tapi Arya yang memang sejak semula sudah bersiap sedia. segera menghadapi amukan Iblis Hitam dengan 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga'. Pedang Bintang di tangannya pun berkelebatan ke sana kemari mencari sasaran.
Hebat bukan main akibat pertarungan kedua tokoh sakti ini. Angin bercicitan tajam dari udara yang terobek mengiringi setiap gerakan senjata mereka.
Pertarungan antara Dewa Arak dan Iblis Hitam berlangsung cepat, sehingga sebentar saja lima puluh jurus telah berlalu. Dan sampai sejauh itu belum nampak tanda-tanda ada yang akan terdesak. Tanah sudah terbongkar di sana sini. Debu pun mengepul tinggi ke udara. Sementara batu-batu besar-kecil berpentalan tak tentu arah. Suasana di sekitar mulut gua seketika jadi kacau-balau.
Menginjak jurus ke seratus, Dewa Arak mulai nampak terdesak. Memang dalam hal ilmu meringankan tubuh dan tenaga dalam, keduanya berimbang. Tapi dalam hal mutu ilmu silat, iblis Hitam masih lebih unggul. Permainan sepasang kapak Iblis Hitam berada di atas mutu 'Ilmu Pedang Pembunuh Naga' milik Dewa Arak. Maka tidak mengherankan kalau perlahan namun pasti Arya mulai terdesak hebat!
"Ha ha ha...!" Iblis Hitam tertawa bergelak. Gerakan sepasang kapak di tangannya pun semakin menghebat. Dewa Arak kini hanya mampu menangkis dan mengelak. Hanya sesekali saja mengirimkan serangan balasan.
Tanpa sepengetahuan dua orang itu, ada dua sosok yang menyaksikan pertarungan. Pendekar Golok Baja dan Pandora diam-diam sudah tiba di tempat itu sejak Dewa Arak dan Iblis Hitam ribut mulut sampai keduanya bertarung,
Pendekar Golok Baja mengerutkan alisnya begitu melihat gulungan sinar putih menyilaukan semakin kecil. Sementara gulungan sinar berwarna hitam semakin merajalela. Pendekar ini segera tahu kalau Dewa Arak terdesak hebat.
"Sungguh tidak kusangka kalau Iblis Hitam adalah dia," ucap Pendekar Golok Baja setengah mengeluh. Memang, Prajasena telah mengetahui orang di balik seragam Iblis Hitam. Kini suara orang yang berada di balik pusaka peninggalan Iblis Hitam amat dikenalnya, karena sangat jelas terdengar. Bahkan bukan hanya Pendekar Golok Baja saja, Pandora pun mengenalnya.
"Jadi Tuan bisa mencegah mereka berdua mengadu nyawa...." sahut Pandora.
"Mudah-mudahan saja Pandora," ucap Pendekar Golok Baja setengah mengharap.
"Mudah-mudahan saja dia masih taat pada aturan leluhur Iblis Hitam."
"Bukankah Tuan pernah bercerita.. kalau aturan leluhur Tuan harus ditaati setiap keturunannya?" tanya Pandora mengingatkan.
Belum juga Pendekar Golok Baja menjawab. terdengar suara melengking nyaring. Seketika itu juga pandangan laki-laki gagah ini dialihkan ke arah pertempuran. Kontan sepasang matanya terbelalak. Pandora pun mengalihkan perhatiannya.
Rupanya saat itu Dewa Arak tengah melancarkan serangan ke arah Iblis Hitam. Batang pedangnya tiba tiba bergetar hebat, sehingga terlihat menjadi belasan pedang yang semuanya menuju ke arah Iblis Hitam.
Hih!" Iblis Hitam yang tidak berani mengelakkan serangan, segera mengayunkan kedua kapak di tangannya. Melakukan tangkisan menggunting.
Tranggg! Bunga api memercik ke udara ketika tiga buah senjata pusaka beradu. Seketika tubuh kedua orang sakti itu sama sama terhuyung-huyung ke belakang. Tapi, secepat itu pula keduanya kembali melancarkan serangan susulan ke arah lawan masing-masing.
Cappp! Srattt! Peristiwa yang terjadi berlangsung begitu cepat. Pedang Bintang Dewa Arak menusuk bagian atas dada kiri Iblis Hitam. Sebaliknya, kapak di tangan kanan tokoh sesat itu menyerempet dada Arya.
Kedua tokoh sakti itu sama-sama memekik tertahan. Tubuh keduanya pun langsung terhuyung ke belakang. Baik Dewa Arak maupun Iblis Hitam samasama mendekap luka masing masing.
Dewa Arak terkejut bukan main ketika merasakan hawa dingin yang amat sangat menyebar dari luka di dadanya. Hawa dingin yang hampir membuat sekujur ototnya mendadak kaku. Seketika itu juga tubuhnya terguling di tanah.
"Racun..." desis Dewa Arak terkejut, seraya buru buru menjumput guci araknya. Diangkatnya ke atas kepala, dan dituangkan ke mulut. Tampak jelas kalau Arya harus berjuang keras meraih guci dan menuangkan ke mulutnya. Kekakuan yang melanda sekujur otot-otot dan urat-urat tubuhnya membuat dia susah menggerakkan anggota tubuh.
Gluk... guk... gluk...! Suara berceglukan terdengar begitu arak melewati kerongkongan Dewa Arak. Arya tahu kalau arak yang berada di dalam gucinya sanggup menawarkan racun. Dan itulah keistimewaan guci pusaka miliknya. Setiap racun yang,masuk ke dalam guci langsung tawar. Bahkan bukan hanya itu saja, setiap arak yang masuk ke dalam guci pusakanya langsung keras dan dapat langsung meniadi obat penawar racun.
"Ha ha ha...!" Iblis Hitam tertawa bergelak begitu melihat Dewa Arak terkena babatan kapaknya. Sungguhpun dia sendiri terluka, tapi jelas terlihat kalau tokoh sesat ini gembira bukan main. Iblis Hitam tahu kalau racun kapaknya sudah bekerja.
Arya menggertakkan gigi. Racun yang terkandung dalam kapak sosok serba hitam itu ternyata benar benar racun luar biasa. Padahal dia telah minum arak dari guci pusakanya. Tapi, kekakuan pada sekujur otot-otot dan urat-urat di sekujur tubuhnya tetap saja tidak berkurang. Hanya rasa pening yang. tadi melandanya, kini telah lenyap.
Selangkah demi selangkah Iblis Hitam menghampiri Dewa Arak yang tergeletak kaku di tanah. Betapapun pemuda berambut putih keperakan itu mencoba mengerahkan 'Tenaga Sakti Inti Matahari' miliknya untuk mengusir hawa dingin, namun tetap saja hasil nya nihil.
"Ha ha ha...!" iblis Hitam yang tahu keadaan lawannya, terus menghampiri sambil tertawa terkekeh kekeh. Jaraknya dengan pemuda berambut putih keperakan itu tinggal lima langkah lagi.
"Hentikan, Kala Sunggi!"
Mendengar hentakan itu, Iblis Hitam terlonjak kaget bagai disengat kalajengking. Bahkan tubuhnya sampai berjingkat. Jelas kegugupannya terlihat ketika kepalanya menoleh ke arah asal bentakan.
Terkejut juga hati Dewa Arak ketika melihat iblis Hitam yang menggiriskan itu melangkah ke belakang. Sementara orang yang mengeluarkan suara hentakan tengah melangkah menghampiri tokoh sesat itu. Dia adalah Pendekar Golok Baja!
"Sudah terlalu banyak orang yang kau bunuh. Kala Sunggi' Dan..., aku tidak ingin kau mengotori tanganmu dengan darah orang orang tak berdosa lagi!" ucap Prajasena penuh wibawa. Kakinya tetap melangkah mendekati Iblis Hitam yang diyakininya adalah Kala Sunggi
"Cepat buka seragam leluhur kita! Kau tidak berhak memakainya. Kala Sunggi!"
"Tapi... aku hanya bermaksud membalas dendam kematian ayah. Kakang Prajasena..." iblis Hitam membela diri dengan suara gugup. Hilang sudah keangkuhannya. Rupanya iblis Hitam adalah Kala Sunggi, adik kandung Pendekar Golok Baja yang hilang beberapa tahun yang lalu. Kiranya Kala Sunggi menghilang setelah mencuri pusaka peninggalan Iblis Hitam. dan mempelajarinya.
"Hm.... Bukankah semua pembunuh ayah sudah kau binasakan? Bahkan aku juga tahu kalau kau telah membunuh Tengkorak Merah.: Tapi, mengapa kau hendak membunuh pemuda itu?" ,desak Pendekar Golok Baja sambil menuding ke arah Dewa Arak.
"Dia yang mencari urusan denganku, Kang," bantah iblis Hitam.
"Pemuda itu hanya ingin menyelamatkan teman wanitanya yang kau culik'" sentak Prajasena keras.
iblis Hitam pun terdiam. Kepalanya tertunduk dalam.
"ingat, Kala Sunggi. Selama masih ada aku..., kau tidak boleh mengambil peninggalan Iblis Hitam! Aku yang berhak. Itu adalah aturan turun temurun leluhur kita. Kau tahu..... sepanjang sejarah, tidak ada seorang pun keturunan leluhur kita yang menentang aturan itu. Apakah kau hendak menentangnya? Dan.... beranikah kau menentangnya?"
"Tidak. Kang. Aku tidak berani menentang," sahut Iblis Hitam lirih.
"Kalau kau sudah menyadari kesalahanmu. cepat kau berikan penawar racun untuk pemuda itu!" ucap Prajasena bernada memerintah.
"Baik, Kang," sahut Iblis Hitam seraya menghampiri Dewa Arak yang masih tergolek di tanah. Kemudian mengeluarkan sebutir pil berwarna kemerahan. Lalu diberikan pada Dewa Arak yang segera menelannya.
Arya takjub. Pil berwarna kemerahan itu ternyata memiliki khasiat yang sangat mujarab. Begitu masuk ke dalam perutnya, langsung bereaksi dengan cepat. Perlahan-lahan rasa dingin yang melanda sekujur tubuhnya mulai berkurang. Setelah semakin berkurang. pemuda berambut putih keperakan itu mengusir pengaruh hawa dingin yang tersisa dengan mengerahkan 'Tenaga Sakti Inti Matahari'.
Sesaat kemudian Dewa Arak sudah bisa bangkit kembali.
"Cepat kau minta maaf pada Dewa Arak!" ucap Pendekar Golok Baja.
Tanpa banyak membantah. Kala Sunggi alias Iblis Hitam segera menghampiri Dewa Arak. Kemudian mengulurkan tangannya.
"Maafkan semua kesalahanku, Dewa Arak," ucap Kala Sunggi pelan.
"Lupakanlah, Iblis Hitam," sahut Arya seraya menggenggam tangan tokoh sesat itu erat erat.
"0. ya Kawanmu ada di dalam," beri tahu iblis Hitam. Nada suaranya tidak terdengar garang lagi.
"Mari kita pergi," ajak Pendekar Golok Baja.
Sesaat kemudian, tiga sosok tubuh tadi sudah melesat meninggalkan sekitar mulut gua. Kini di tempat itu tinggal Dewa Arak seorang diri.
"Hhh..!" Arya menghela napas lega. Sungguh tidak disangka kalau persoalan ini akan selesai begitu mudah. Sejenak ditatapnya tubuh ketiga orang yang sudah kian mengecil, sebelum kakinya sendiri bergerak cepat masuk ke gua.
Dan seperti apa yang diperlihatkan gurunya, Melati berbaring di atas balai-balai bambu. Kaki dan tangan gadis berpakaian putih itu terikat di tiap sudut balai balai. Terikat terpentang.
"Melati." desis Arya, antara perasaan lega dan haru yang menyeruak
"Kang Arya...," Melati balas menyahut. Suaranya pelan mirip desahan. Bahkan terdengar sedikit isakan keluar dari mulutnya. Walaupun masih tampak pucat. tapi sinar matanya mmancarkan kegembiraan yang amat sangat.
Memang sejak kemarin Melati telah dicekam rasa takut pada malapetaka yang akan menimpanya. Tak sanggup gadis ini membayangkan apabila yang ditakutkannya benar-benar terjadi. Mungkin seumur hidup dia tidak akan berani bertemu muka dengan tunangannya.
"Kau tidak apa apa. Melati?" tanya Dewa Arak. Ada nada kekhawatiran yang amat sangat dalam suaranya. Sepasang matanya merayapi sekujur wajah dan tubuh Melati dengan pandang mata cemas. Sementara tangannya yang menggenggam Pedang Bintang mengiris tali-tali yang mengikat tangan dan kaki Melati.
Tali itu ternyata alot bukan main. Pantaslah kalau Melati tidak mampu membebaskan diri, pikir Arya maklum.
"Kang Arya...!"
Melati langsung bangkit duduk. Kemudian dipeluknya tubuh Arya, begitu tali-tali pengikatnya putus. Pemuda berambut putih keperakan itu pun balas memeluk gadis yang dicintainya erat-erat, seolah-olah tidak ingin dilepaskan lagi. Diusap-asapnya rambut Melati yang hitam, panjang dan indah dengan penuh kasih sayang.
"Untung kau cepat datang, Kang Arya," ucap Melati dengan suara mengandung isak. Untuk pertama kalinya Melati dicekam rasa takut yang hebat. Sepasang matanya berkaca kaca menahan rasa haru.
"Lupakanlah... semuanya sudah berlalu" ucap Dewa Arak sambil melepaskan pelukannya perlahan lahan. kemudian menceritakan semua yang terjadi. Sementara Melati hanya mendengarkan saja. Sedangkan sepasang matanya yang bening dan indah merayapi wajah tampan di depannya
"Mari kita tinggalkan tempat ini, sebelum hari menjadi gelap," ajak Arya.


Dewa Arak 13. Peninggalan Iblis Hitam di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah berkata demikian, Dewa Arak pun bangkit dari duduknya seraya menggandeng tangan Melati.
Mereka berdua' bergegas keluar dari gua.
Keadaan di luar gua memang telah mulai gelap. Matahari telah condong ke Barat. Dan bercak sinar lembayung nampak di kaki langit sebelah Barat, ketika Dewa Arak dan Melati bergegas menuruni lereng gunung.
Ebook dipersembahkan oleh Group Fb Kolektor E-Book
https://m.facebook.com/groups/1394177657302863
dan Situs Baca Online Cerita Silat dan Novel
http://cerita-silat-novel.blogspot.com
Sampai jumpa di lain kisah ya !!!
Situbondo,9 Agustus 2018
Terimakasih SELESAI Pendekar Bodoh 2 Shugyosa Samurai Pengembara 10 Api Di Bukit Menoreh 12
^