Pencarian

Naga Merah 4

Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung Bagian 4


suara tarikan napas orang dapat didengar dengan nyata.
Suara orang jalan dengan menyeret kaki itu makin lama
makin dekat.
Tetapi dilain pihak, terdengar pula suara orang berjalan
seperti itu yang makin lama makin menjauh.
Itu adalah suara gesekan kakinya Tan Liong yang ketika itu
sedang dirundung malang dan hancur lebur hatinya.
Tan Liong yang merasa benci terhadap wanita bekas
kekasihnya itu sudah mengambil keputusan untuk
membiarkan kekasihnya itu mati oleh Naga Merah palsu. Ia
tidak mau memusingkan lagi wanita yang dianggapnya tidak
setia itu.
Saat itu merupakan detik-detik maut bagi Koan Beng.
Apabila Tan Liong tidak balik kembali, maka dalam waktu
setengah jam lagi dapatlah diramalkan kalau Kaon Beng dan
Cu Lian begitu dengan anak oroknya itu pasti akan mati
semuanya oleh si Naga Merah palsu.
Mengingat sampai pada bayi itu, Tan Liong agak bercekat
hatinya. Semacam pikiran sehat mendadak melintas dalam
otaknya. Meskipun ia sangat membenci Cu Lian, ibu anak itu,
tetapi biar bagaimana anak toh tetap anak, anak itu tidak
mengerti apa-apa. Bagaimana kalau anak itu yang masih suci
murni dibiarkan juga mati?Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Mendadak pada saat itu ia seperti mendengar suara Cu Lian
yang tadi dikatakannya,
"..........Hatimu terlalu kejam................"
"........Kau tidak seharusnya melihat ia binasa ditangan lain
orang......"
Tiba-tiba ia menghela napas dengan perasaan bingung, ia
bertanya pada dirinya sendiri, "Apa aku harus balik lagi untuk
menolongnya?"
Ya!! harus balik!!!
Demikian mendadak timbul pikiran bahwa tanpa
memperdulikan siapapun lagi, tanpa memikirkan kesalahan
orang, ia harus balik lagi. Ia tidak dapat membiarkan wanita
yang pernah dicintainya sepenuh hati itu dibinasakan berikut
oroknya. Semua pengharapan dan keberuntungannya justru
adalah tergantung ditangan sendiri.
Jikalau kebinasaan itu sampai terjadi, bukankah ia
selanjutnya ia akan digoda oleh kemenyesalan dan tidak dapat
hidup lagi dengan baik tenagn dan tentram?
Untuk kebahagiaan dan demi kepentingan anak orok dari
ibu yang dibencinya itu, ia harus membantu kekasih yang
dibencinya itu, memelihara dan membesarkan anak itu.
Tidak seharusnya karena rasa dendam dan benci terhadap
sang ibu lalu anaknyapun dibenci dan ditelantarkan.
Mengingat sampai disitu, Tan Liong lalu ketawa sendiri.
Saat itu pikiran yang waras agaknya sudah menguasai
dirinyalagi. Maka lantas ia balik dan melesat sejauh tujuh-
delapan tombak, balik kerumah tempat kediaman Koan Beng.
Ketika suara keresekan seperti suara kaki jalan itu
mendadak sirap.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu Koan Beng pasang mata, ditempat sejauh kira-kira
tiga tombak tampak berdiri sesosok bayangan orang yang
serba merah dandanannya.
"Naga Merah" akhirnya muncul juga.
Ia lantas dengar "Naga Merah" itu berkata dengan nada
dingin kepadanya,
"Sahabat Koan! Kenapa nyonyamu tidak kelihatan?"
Pertanyaan itu membuat Koan Beng bergidik.
"Naga Merah" terang-terangan sudah meminta isterinya
keluar. Koan Beng menggigil, lagi hendak berkata, tiba-tiba
ada orang lain yang mendahului berkata,
"Jikalau kau sahabat Naga Merah masih memiliki
kepandaian asli, Koan Hu jin sudah tentu akan menemui kau."
Ditutupnya perkataan itu lalu disusul oleh melayangnya
bayangan orang lantas turun disampingnya Koan Beng.
Kedatangan bayangan itu membikin Koan Beng terperanjat
sekali, sehingga ia lantas mundur sampai tiga langkah.
Berbarengpun ia lantas menghunus pedangnya siap sedia
untuk menghadapi segala kemungkinan.
Dalam waktu beberapa detik itu ketegangan lantas meliputi
seluruh tempat yang tadinya sunyi senyap.
Bayangan orang tadi bukan lain daripada Tan Liong sendiri.
Dan pemuda itu ketika melihat wajah Koan Beng yang
demikian tegang lantas berkata dengan suara perlahan.
"Menghadapi musuh kuat tidak seharusnya saudara Koan
bersikap setegang itu."
Koan Beng yang saat itu agaknya juga sudah mengetahui
kalau yang datang tadi bukan istrinya melainkan Tan Liong
sendiri benar merasa heran berbareng juga sangatTiraikasih Website http://kangzusi.com/
kegirangan. Dengan wajah ketolol-tololan ia mengawasi Tan
Liong sejenak lalu bertanya,
"Saudara Tan, mengapa kau balik lagi?"
"Perkara ini boleh dibicarakan belakangan."
Setelah berkata demikian, tangannya merogoh saku dan
lantas mengeluarkan tiga buah bom Pek Lek tan. Dengan
suara perlahan kembali berkata,
"Biarlah aku yang menghadapi manusia ini Saudara Koan
lekas kau panggil enso keluar."
Koan Beng meskipun merasa keadaan sudah sangat
mendesak juga tidak mengerti apa maksudnya Tan Liong
sitetamunya itu menyuruh Cu Lian juga keluar? Pada
hakekatnya Koan Beng sampai saat itupun masih belum
mengetahui apa yang sedang dipikirkan Tan Liong.
Sebabnya Tan Liong mengetahui benar Naga Merah ada
dua, jikalau seorang didepan dan yang lain mendadak datang
dari belakang, maka bagaimana Cu Lian dapat
menandinginya? Maka dalam keadaan seperti itu, ia lantas
minta Koan Beng menyuruh Cu Lian keluar.
Siapa nyana, belum hilang kumandang perkataan Tan Liong
tadi, dibelakang badannya terdengar suara halusnya seorang
wanita.
"Aku ada disini."
Dan ketika ia berpaling, dilihatnya Cu Lian dengan sebelah
tangan menggendong bayi dan sebelah lainnya menggenggam
pedang menghadang ditengah pintu.
Nyonya muda itu mengawasi Tan Liong sejenak lalu
berkata dengan nada dingin,
"Aku tidak nyana kau bisa balik lagi, seharusnya aku
ucapkan terima kasih kepadamu."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong bungkam, tidak menjawab.
Sebaliknya Naga Merah tiruan yang berada didepan rumah
sejauh kira-kira tiga tombak lantas berkata dengan suara
dingin,
"Bagus! Nyonya Koan sudah keluar juga. Dan masih ada
tuan ini lagi, maka hasilnya Naga Merah kali ini tidak sedikit..
Ha..Ha..Ha..."
Suara ketawa itu dapat membuat siapapun yang
mendengar akan bergidik. Tatkala semua mata ditujukan
kearah darimana datangnya suara itu, lantas terlihat seorang
yang sekujur badannya mengenakan pakaian merah dengan
kerudungnya yang pun merah perlahan-lahan berjalan
menghampiri pintu rumah Koan Beng.
Suasana semakin tegang.
Terdengar suara Tan Liong berdesis perlahan sekali,
ditujukan kepada Koan Beng.
"Harap saudara Koan dan enso berdiri sebelah
membelakangi, awasilah sekitar tempat ini. Kalian berdua
masing-masing boleh menggengam sebuah bom Pek lek tan
ini, Jikalau kalian dapat melihat ada muncul bayangan merah
yang kedua, boleh kalian sambitkan bom Pek lek tan ini."
Setelah berkata demikian, ia lantas menyisipkan masing-
masing sebuah bom Pek lekz tan ditangan Koan Beng dan Cu
Lian.
Naga Merah tiruan setelah berada agak dekat lantas
berkata pula sambil ketawa dingin,
"Koan Beng. Kau masih ada peranan apa-apa atau tidak?"
Tan Liong lantas ketawa bergelak-gelak dan balas
menegurnya,
"Hai Naga Merah palsu! Apa kau masih hendak
meninggalkan pesan apa-apa tidak?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah itu ia menggeser kakinya dan berjalan mendekati
Naga Merah tersebut.
Kedua orang jaraknya makin lama makin dekat, suasan
makin lama juga makin tegang.
Suasana yang demikian tegang membuat semua orang
yang menyaksikan secara sembunyi sembunyi pada menahan
napas dengan hati berdebaran ingin menyaksikan si Naga
Merah asli. Tan Liong bagaimana sikapnya menghadapi Naga
Merah palsu itu.
Koan Beng dan Cu Lian ditangan masing-masing sudah
menggenggam sebuha bom Pek lek tan yang dahsyat. Apabila
benar muncul lagi bayangan merah yang kedua, akan
disambar tentu dengan bom Pek lek tan yang tersedia
ditangan mereka itu.
Tan Liong dan Naga Merah palsu itu sudah saling
berhadapan.
Dengan wajah beringas, diliputi oleh hawa angkara murka
yang sangat hebat, Tan Liong lantas berseru.
"Tuan dengan cara begini berani menggunakan nama Naga
Merah, mengganas didunia kangouw, membunuh jiwa
manusia tak bersalah dimana-mana! Malam ini ingin sekali
kulihat siapa sebetulnya kau yang begitu berani pakai nama
Naga Merah!"
Naga Merah tiruan itu memperdengarkan suara ketawa
seram kemudian berkata,
"Kau sendiri juga bukan Naga Merah yang sebenarnya.
Lagipula tidak ada hukum mengganggu gugat hakz ku dalam
bertindak. Kita belum pernah adu kekuatan, sekarang bolehlah
mencari keputusan! Dan jikalau tuan pikir tidak ingin
mencampuri soal ini adalah yang paling baik!"
Tan Liong mendelikkan matanya lebar-lebar. Seketika itu
juga ia ketawanya berkakakan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah puas ketawa dengan kecepatan kilat menubruk
kearah orang baju merah itu!
Ketika bergerak tadi, tangan kanannya diayun mengirim
serangan secara mendadak.
Suatu pertempuran dahsayt akhirnya telah dimulai.
Naga Merah tulen berhadapan dengan Naga Merah palsu.
Gerakan Tan Liong tadi cepatnya luar biasa ditambah pula
karena pernah ia menelan buah Leng cie yang berusia ribuan
tahun sampai lima buah banyaknya maka kekuatan tenaga
dan ilmu mengentengi tubuhnya dikalangan kangouw
barangkali sudah tidak ada duanya lagi.
Orang baju merah yang menyaksikan gerak serangan Tan
Liong yang demikian lincah, dalam hati juga agaknya
terperanjat, buru-buru ia egoskan diri.
Sedang sementara orang yang menyaksikan pertandingan
antara dua Naga Merah itu pada ribut. sebab dengan gerak
terjangannya Tan Liong dan gerak mundurnya orang baju
merah itu sama-sama membikin jarak antara keduanya
terpisah seperti semula.
Tan Liong berkata sambil ketawa bergelak-gelak.
"Bagus.. bagus.. Sejak aku muncul didunia kangouw, orang
yang mampu menyambut seranganku cuma baru terhitung
kau seorang."
Orang baju merah itu dengan dingin berkata,
"Jangan cuma keluarkan sekali kau tentu tidak mampu
bikin apa-apa."
"Itu bagus sekali!" seru Tan Liong. "Dalam tiga kali
serangan." katanya melanjut, "Aku nanti suruh kau
menyemburkan darah dari mulutmu."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sehabis berkata demikian, kembali Tan Liong bergerak,
kedua tangannya melancarkan serangan sekaligus.
Dan tipu serangan yang dilancarkan tangan kanan dan kiri
Tan Liong tadi aneh.
Dari tangan kanannya keluar serangan salah satu dari tipu
yang tertampak yang dinamakan Cin Liong cap pek sek,
sedang serangan yang melancar dari tangan kirinya memaki
salah satu jurus tipu serangan Ciong lam pay yang didapatnya
dari kitab ilmu silat peninggalan Yo Sai Peng.
Adapun kedua tipu serangan itu semua terdiri dari jurus-
jurus hebat.
Oleh karena kedua tipu itu menggunakan cara yang
berlainan, ditambah pula karena orang serba merah itu tidak
pernah menduga kalau gerakan Tan Liong bisa begitu cepat,
seketika itu ia memutar berdirinya dan melayang.. Tetapi
sama seklai belumlah diketahuinya bahwa dua serangan yang
dilancarkan Tan Liong itu ada dua rupa ilmu yang terampuh
dalam dunia rimba persilatan.
Serangan itu begitu meluncur lantas bisa berubah dengan
aneka cara pula.
Orang baju merah yang dapat menghindarkan diri dari
serangan tangan kanan, namun tidak bisa lolos dari terjangan
susulan tangan kiri.
Kedua macam serangan yang digunakan dengan cara
kombinasi itu bukan hanya cepat dan hebat saja, tetapi juga
sulit untuk dihindarkan oleh lawan.
Tetapi kepandaian orang baju merah itu juga bukan
sembarangan. Dalam keadaan demikian ia terpaksa mengulur
tangan kanannya untuk menyambuti serangan tangan kiri Tan
Liong yang sudah mengancam dirinya. Dalam pada itu pula ia
coba lompat melesat, hendak menghindarkan serangan
susulan tangan kanan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tetapi Tan Liong tidak sudi membiarkan orang baju merah
itu menyingkir begitu saja. Ia lalu menyusul serangannya yang
disebut Ie ya Hui han.
Setelah itu lalu terdengar suara duk! dan sesosok bayang
merah lain terbang tinggi keatas!
Kepandaian serupa itu begitu mengejutkan dan
mengagumkan semua orang rimba persilatan ditempat
tersebut. Tan Liong hanya dengan tiga jurus serangan saja
sudah dapat menggulingkan pamornya Naga Merah sampai
jatuh tersungkur dan muntah darah. hal demikian sungguh
mengagumkan sekali.
Dan selagi bayangan merah itu jatuh tersungkur. Tan Liong
membarengi melompat memburunya, tangan kanannya
menjambret kerudung merah yang menutupi wajah Naga


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Merah tersebut.
Setelah sekali terdengar suara Srreettt panjang, kerudung
merah yang menutupi wajah Naga Merah tiruan itu telah
tersobek dengan sebagian masih tergengam ditangan Tan
Liong.
Dan apa yang disaksikan Tan Liong dibalik kerudung merah
itu, seketika membuat ia berseru kaget dan lantas mundur tiga
tindak.
Semua orang yang menyaksikan kejadian tersebut juga
pada terperanjat.
Sebab apa yang terbentang dihadapan orang banyak itu
adalah satu paras cantik dari seorang wanita muda.
Iblis yang menakutkan yang gemar membunuh jiwa
manusia seperti halnya membabat rumput ini, tidak nyana
adalah seorang gadis remaja. Ini agaknya seperti kejadian
dalam dongengnya yang tidak mungkin sekali.
Tan Liong berdiri kesima. Apabila pada waktu sebelumnya
ia telah mengetahui kalau orang yang menyamar sebagaiTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Naga Merah itu wanita adanya, ada kemungkinan besar ia
tidak akan turun tangan begitu berat.
Selagi orang banyak sedang dibikin kesima oleh kejadian
tersebut, suara seperti suara setan yang menyeramkan
mendadak kedengaran lagi, yang kemudian disusul oleh
melayang turunnya sesosok bayangan merah, terus menerkam
Tan Liong.
Mulanya bayangan merah itu sesungguhnya sangat luar
biasa cepatnya. Begitu sampai didepan Tan Liong, sudah
lantas keluar serangan dari tangannya dari pemuda itu.
Tan Liong lantas sadar dari lamunannya. Ia loncat
menyingkir kesamping dalam usahanya mengelakkan
serangan gelap tersebut.
Bayangan merah itu tepat pada saat Tan Liong mengelit
kesamping lantas menyambar badan gadis yang memakai
pakaian merah, yang sudah menggeletak terlentang ditanah,
dan cepat laksana angin sudah balik kembali ke tempat jauh.
Orang baju merah yang unjukkan diri belakangan ini juga
seluruh pakaiannya serba merah. Tan Liong tidak menduga
bahwa Naga Merah palsu yang kedua ini bisa turun tangan
secara tiba-tiba juga lebih mengherankan lagi dia menolong
Naga Merah palsu yang muncul duluan.
Ketika itu ia lantas membentak keras,
"Kemana kau?"
Berbareng dengan ditutupnya perkataannya dengan
kecepatan bagaikan kilat tahu-tahu ia sudah mendekati dua
Naga Merah palsu itu.
Tan Liong yang menemukan beberapa kali kejadian aneh
dan yang pernah pula memakan lima butir buah sakti maka
kemahirannya dalam hal mengentengi tubuh diseluruh kang
zusi jagat pada dewasa itu barangkali sukar ditemukan yang
keduanya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah Tan Liong melesat tadi, dengan beberapa kali enjot
kaki secara beruntun-runtun ia sudah berhasil menghadang
perjalanannya dua Naga Merah palsu itu.
Didepan mereka dengan suara bengis, ia membentak,
"Stop! Kalau tidak berhenti, hati-hati! akan kuambil jiwa
kalian berdua!"
Bentakan Tan Liong itu ternyata memungut hasil. Naga
Merah palsu kedua yang memondong Naga Merah palsu
satunya lagi yag terluka segera hentikan gerakannya.
Tan Liong ketawa menyeringai, kemudian berkata,
"Kalian sungguh berani mati! Aku tidak sangka kalian
begitu berani menggunakan nama Suhu, menyamar Naga
Merah. siapa kau sebetulnya? Lekas jawab!"
Naga Merah palsu kedua perdengarkan suara ketawa
dinginnya yang janggal terdengarnya lalu menjawab,
"Jikalau demikian halnya, Naga Merah itu benar-benarkah
suhumu?"
"Kalau ya bagaimana?"
"Sungguh beruntung bagiku, aku justru sedang
mencarinya!"
"Apa dengan kepandaianmu itu kiramu pantas bertemu
suhu?"
Naga Merah tiruan yang kedua itu lantas ketawa bergelak-
gelak dan katanya kemudian,
"Hai, anak muda, aku disini akan beritahu padamu, orang
lain boleh takut padamu. Tapi aku.. hhmm! Orang baru
semacam kau tidak ada dibiji mataku! Jikalau kau tidak
percaya boleh coba-cobalah! Lagi yang lain kau bagiku berani
membuka rahasiaku, hutang ini harus diperhitungkan
sekalian."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong diam-diam telah mengerahkan seluruh
semangatnya. Sambil ketawa hambar, ia berkata,
"Itulah jalan yang paling baik!" Dan ia lambat-lambat
menghampiri si Naga Merah palsu.
Naga Merah palsu yang kedua itu agaknya benar-benar
tidak pandang mata terhadap anak muda dihadapannya itu,
ketika itu hanya keluar suara dari hidungnya, dengan gerakan
enak-enakan diarahnya Naga Merah yang pertama yang
sedang terluka, kemudian ia berkata pula, "Bagaimana cara
kita bertanding?"
"Bertanding dengan cara bagaimana juga boleh, toh ketika
ada calon-calon pendiri kuburan kemua."
"Hmm! Kau mampu?"
"Boleh dirasakan!"
Sehabis mengucapkan pertanyaan itu, Tan Liong sudah
makin dekat pada Naga Merah yang datang belakangan ini.
Naga Merah ini berkata pula,
"Tuan sebelum pertandingan dimulai, ada satu syarat!"
"Syarat apa?" Tanya Tan Liong dingin,
"Jikalau kau kalah dalam pertempuran ini, selanjutnya kau
tidak boleh mencampuri dalam urusanku yang bakal datang!"
"Dan kalau kau kalah, bagaimana?" balak mengejek si
pemuda.
"Kita berdua serahkan nasib kepada Tuhan! bagaimana
kesudahannya tentu Dialah yang menentukan."
"Boleh!"
"Bolehkan kita bertempur secara sopan?"
"Maksudmu?" tanya Tan Liong heran.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kau dan aku masing-masing mundur satu tombak. Dengan
jarak terpisah sejauh itu kita menyerang dengan tangan
kosong sekali saja. Siapa mundur lebih jauhan, dihitung kalaih.
Bagaimana?"
-o0o0dw0o0o-
JILID ke : 8
TAN LIONG MENDENGAR ITU LANTAS cepat mengerjakan
pikirannya.
"Apa ini bukan kau sengaja cari jalan kematianmu sendiri?
Aku sudah makan lima biji buah sakti, adanya lagi bantuan
ilmu tingkat tinggi dari golongan Buddha, bagaimana mampu
kau menyambuti seranganku dari jarak sebegitu?"
Setelah berpikir demikian, lantas katanya,
"Pertandingan cara sopan ini baik sekali. Jikalau kita sama-
sama mundur dalam jarak yang sama, selanjutnya kita boleh
masing-masing mengambil jalan sendiri-sendiri, siapapuun
tidak boleh mengganggu yang lain. Kalau salah seorang belum
puas, boleh mencari yang lain itu untuk bertanding lagi."
"Kau tidak usah kuatir kalau bisa sendikit saja kau gerakkan
badanku, kau boleh jalan sesukamu, tidak nanti aku
melarang."
"Itu paling bagus. Mulut laki-laki sekali keluar katanya tidak
dapat ditarik pulang." Demikian kata si Naga Merah, lalu
mundur.
Tan Liong meskipun tidak terlalu memandang kepandaian
Naga Merah itu tetapi karena sudah banyak korban jiwa telah
direnggutnya, maka kepandaiannya sudah barang tentu ada
harganya juga.
Ketika itu ia lantas ketawa hambar dan juga mundur satu
tombak.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dengan demikian jarak antara kedua orang itu kini telah
menjadi dua tombak tepat.
Dikalangan kini nampak dua bayangan manusia satu
bercorak merah darah, satu berbaju kelabu yang masing-
masing berdiri tegak laksana gunung. Masing-masing saling
mengawasi lawan tanpa berkedip, seluruh kekuatante tenaga
kedua pihak tentu sudah disiapkan.
Tiba-tiba selagi dua orang itu masing-masing pada
menlangkah mundur setombak dari kejauhan tampak datang
berpuluh-puluh bayangan orang yang lantas mengambil
tempat disekitar mereka.
Tan Liong mengawasi orang-orang itu dengan sorot mata
tajam, diam-diam ia terperanjat, sebabnya ialah orang-orang
yang baru muncul itu ternyata adalah Pek cie Taysu dari Siao
lim pay dan Ceh sim Siansu beserta anak buahnya yang
kesemuanya berjumlah lebih dari sepuluh jiwa.
Tak akan disangsikan kedatangan orang Siao Lim Pay ini
tentu sedikit banyak ada hubungannya dengan Naga Merah
yang pada beberapa hari berselang pernah mengadakan
pembunuhan secara besar-besaran dengan senjata peledak
milik Pek Lek cu!
Maka setelah munculnya orang-orang Siao lim pay itu
suasana mendadak menjadi runyam. Naga Merah pertama itu
juga memandang orang yang baru datang dengan sorot mata
tajam lalu terdengar suara ketawa dinginnya namun tidak
mengatakan apapun juga.
Pek cie Taysu dan sepuluh orang lebih anak muridnya
mengawasi dengan sorot mata gusar pula, semua pada berdiri
disekitar si merah dan si kelabu.
Keadaan itu dapatlah dibayangkan apabila si Naga Merah
yang baru muncul belakangan ini dalam pertandingan berakhir
seri, oarng-orang dari Siao lim pay dan anak muridnya sudah
tentu akan turun tangan dan menghantamnya. Apa bila halTiraikasih Website http://kangzusi.com/
demikian betul-betul kejadian bagi "Naga Merah" ini, sungguh
bukan merupakan sesuatu yang menguntungkan.
Pada saat ini Naga Merah lantas berkata,
"Apakah sudah boleh dimulai?"
Si merah itu, semangatnya seakan-akan bangun serentak,
Seluruh kekuatan tenaganya sudah tersalur pada kedua belah
tangannya. Ia mengerti tentunya bahwa dalam pertandingan
kali ini besar sekali hubungannya dengan nama baik dirinya
sendiri dan nama suhunya lebih lebih lagi. Maka seketika itu
jawabnya.
"Baik!! Baik!! Seakrang kita boleh mulai."
Malam yang sunyi itu kembali diliputi suasana darah panas.
Suara bentakan mendadak terdengar nyaring.
Tan Liong setelah selang sesaat mendengar seruan itu,
lebih dulu melancarkan serangannya dengan dua tangannya.
Tetapi baru saja kedua tangan pemuda ini diangkat tingi-
tinggi, Naga Merah juga telah mendorong dengan kedua
tangannya. Dari situ meluncur keluar angin dingin yang tajam.
Pertandingan dengan cara mengandalkan kekuatan tenaga
dalam masing-masing itu, sedikitpun tak boleh menggunakan
akal bulus. Apa bila disalah satu pihak kekuatan tenaganya
berkurang, segeralah akan dapat diketahui oleh para penonton
siapa yang unggul dan siapa yang bakal keteter.
Kedua rupa kekuatan yang meluncur keluar dari kedua
pihak yang segera beradu itu, lantas menimbulkan suara
menggelegar yang amat nyaring!
Tan Liong merasa hatinya mendidih, badannya bergoyang
dan tanpa sadar sudah mundur setindak. Tatkala dilihatnya
pihak lawan, wajahnya berubah pucat pasi seketika!
Naga Merah ternyata hanya tergeser setengah tindak saja.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Bukan alang kepalang kagetnya Tan Liong, kekuatan Naga
Merah ini nyatanya tidak dibawah kepandaiannya sendiri.
Itulah yang menyebabkan ia berdiri terus ditengah-tengah
lapangan, sekali sang lawan telah datang menghampirinya.
Hampir dekat Naga Merah itu lantas berkata dingin,
"Dalam pertandingan ini sulit dikatakan siapa menang,
siapa kalah. Sejak saat dan detik ini kau carilah jalanmu
sendiri, sedang aku boleh mengambil jalanku sendiri.
Dikemudian hari, apabila kita saling berjumpa pula, masih
perlu bertanding sekali lagi."
Setelah mengucapkan perkataannya itu, Naga Merah lantas
balik lagi ditempat dimana Naga Merah yang duluan
menggeletak, ia bungkukkan badan setelah memondongnya
tanpa menoleh lagi kearah Tan Liong lantas ngeloyor.
Tan Liong merasa gusar, berbareng cemas pula hatinya.
Sungguh mendelu dan kesal hatinya mengapa sampai tidak
berdaya menjelaskan sebab-sebabnya atau latar belakangnya
kedua Naga Merah itu menyamar dan memakai nama
suhunya.
Dan apa lebih dicemaskan, ia hanya dapat mengawasi
berlalunya kedua orang merah itu dengan lenggang tenang.
Oleh karena tadi telah ditetapkan dengan perjanjian, tentu
tak dapat ia turun tangan atau menghalangi berlalunya dua
Naga Merah itu.
Tetapi pada ketika Naga Merah yang memondong Naga
Merah yang terluka berlalu dari tempat tersebut lantas
terdengar suara Pek Cie taysu yang mengatakan nama
Buddha, kemudian bagai terbang layaknya sudah menghadang
perjalanan kedua Naga Merah itu.
Begitu Pek Cie Taysu menggerakkan badan, seluruh orang-
orang siao lim pay juga pada bertindak semua telah
mengurung dua "Naga Merah" yang akan berlalu itu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Naga Merah yang sehat lantas ketawa sejenak serta
katanya,
"Bagaimana? Apa kalian kawanan kepala-kepala gundul ini
ingin antar jiwakah?"
"Sicu telah merenggut jiwa-jiwa enam puluh orang lebih
anak murid partai kami, bagaimana harus dijelaskan lagi
dengan perbuatanmu ini...?" Pek cie taysu berkata demikian,
kedua tangannya terangkat dan mulutnya lantas menyebut
lagi nama Buddha.
"Ouw!! cuma karena urusan itu? Kedatangan kalian tentu
untuk mengadakan perhitungan dengan kami bukan?"
Ceng sim siansu dengan wajah tak berubah lantas berkata
dengan suara kasar,
"Benar! Seperti pepatah, hutang darah bayar darah. Kini
kami akan menagih jiwa enam puluh jiwa lebih anak murid
partai kami."
Naga Merah yang segar ini dongakkan kepala, ia ketawa


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

terbahak-bahak, lantas katanya,
"Jikalau kalian masih ingin mencoba-coba rasanya bom Pek
Lek tan boleh coba ini sekali lagi."
Perkataan itu membuat semua anak murid Siao lim pay
berubah wajahnya. Didalam tangan Naga Merah itu memang
benar, entah dari mana dan kapan diambilnya, ada sebuah
bom kecil mungil Pek Lek tan.
Jika pada waktu itu benar-benar bom peledak Pek lek tan
itu diledakkan lagi, maka akan musnahlah anak murid Siao lim
pay yang datang kesitu.
Karena itu, tidaklah mengherankan jika setelah si Naga
Merah menyebut Pek lek tan, sekalian muridnya Siao lim pay
tak seorang pun tak tegak bulu romanya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pek cie Taysu kerutkan alisnya yang putih, didalam hatinya,
"Kehebatan bom ini luar biasa, kalau sekali ini meledak lagi,
tentu akan mengambil jiwa lebih banyak....Tapi Goan beng
supek sudah keluarkan perintah tangkap hidup-hidup Naga
Merah ini. Kalau dibiarkan terus.. dia..."
Dia rupanya tak banyak pikir lagi. Matanya terus
mengawasi murid-murid Siao lim pay, sedang tanpa melihat
orangnya, ia berkata,
"Naga Merah begitu tidak pandang mata pada kita, sesudah
mengambil enam puluh jiwa kawan-kawan kita lebih, dosa ini
tidak bisa kita antapi begitu saja. Dengar! Semua yang ingin
membela keadilan, janganlah dibiarkan Naga Merah ini
setapakpun melangkah keluar dari daerah sini! Untuk siapa
yang tidak suka turut perintah, akan diambil tindakan
berdasarkan pelanggaran terhadap perintah atasan!"
Semua anak murid Siao lim yang mendengar perkataan itu
sudah bangun nyalinya, Mereka agaknya dapat memahami
bahwa dengan perbuatannya, Naga Merah didepannya ini
yang membom Siao lim pay pun mengakibatkan jatuhnya
banyak korban manusia, membuat gereja itu mengalami
bencana paling hebat dalam sejarah.
Maka jikalau tidak berhasil menangkap Naga Merah dibawa
kepengadilan partai, lagi masa baiknya Siao lim pay benar-
benar akan merupakan suatu kehilangan muka dan nama siao
lim pay akan jatuh paling bawah sekali diantara partai-partai.
Oleh karena itulah, semua anak murid siao lim pada waktu itu
tanpa memperdulikan bahwa kali ini bertindak dengan
mempertaruhkan jiwa, lantas pada berdaya sebisa-bisanya
untuk menangkap si Naga Merah gadungan itu.
Naga Merah yang mendengar perkataan Pek cia Taysu
terhadap murid-muridnya lantas berkata sambil ketawa dingin,
"Kalau begitu, boleh kita coba-coba saja!" serunya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perkataan yang terakhir itu masih terkulum dibibirnya,
bayangan merah sudah nampak melesat bagai terbang!
Baru saja badannya Naga Merah itu bergerak, Ceng sim
Siansu sudah mendahului yang lain-lain turun tangan.
Dengan dibarengi suara bentakannya, badannya si hweshio
yang tinggi gemuk itu sudah melesat dan menghadang
perjalanannya si Naga Merah gadungan sambil melancarkan
serangan tangannya.
Pada saat Ceng sim siansu melancarkan serangannya itu,
Pek cia Taysu juga sudah bergerak mengirim serangan
beruntun sampai dua kali.
Dua Hweshio itu merupakan tokoh-tokoh terkuat dalam
golongan Siao Lim pay. Serangannya yang demikian cepat
serta hebatnya kekuatan tangan mereka dalam dunia
kangouw sebetulnya jarang ada tandingannya.
Murid-murid Siao lim yang lainnya ketika menampak pek cia
dan Ceng Sim para tetua mereka sudah pada turun tangan,
juga lantas bergerak serentak dengan wajah beringas mereka
menghadang atau menutup jalan kaburnya si Naga Merah
gadungan ini.
Suasana dalam kalangan itu sangat gawat. Sekalian anak
murid Siao lim pay yang dikirim serta pada hari itu rata-
ratanya merupakan tenaga-tenaga pilihan partai tersebut.
Kepandaian mereka satu sama lain hampir tidak berselisih
sama sekali degan Pek cia taysu dan Ceng sim Siansu.
Ketika si "Naga Merah" gadungan itu diserang berbareng
oleh Pek Cia dan Ceng Sim, tampak tangannya mengebut dan
dengan satu gerakan yang indah dipadang tahu-tahu sudah
keluar dari gerakan serangan kedua jago Siao lim tadi,
sehingga serangan hebat yang datang mengenai tempat
kosong. Gerakan badan yang begitu indah dan luar biasa
anehnya, mau tidak mau menggetarkan juga hati setiapaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
orang anak murid siao lim pay yang sengaja dikirim datang
kesitu.
Dan Naga Merah itu nampak masih berdiri tegak seperti
gunung tanpa memperlihatkan gerakan apapun lagi.
Pek Cie taysu dan Ceh sim siansu pada berubah wajahnya,
untuk kedua kalinya mereka lambat-lambat maju menghampiri
si Naga Merah yang hendak kabur itu.
Tan Liong yang turut menyaksikan keadaan disitu, coba-
coba mengukur kekuatan kedua belah pihak. Ia merasa untuk
tidak turun tangan sendiri memberi bantuan bagi pihak
manapun. Maka setelah melirik pada si Naga Merah sejenak,
lalu melompat melesat kembali kedalam perkampungan.
Berbarengan pada ketika Tan Liong meninggalkan tempat
tersebut, Pek cie taysu dan Ceng sim Siansu telah sama-sama
mengirim serangan maut mereka.
Tan Liong dalam waktu sekejap telah kembali masuk
perkampungan. Ketika matanya menyapu keadaan sekitar
tempat itu, orang-orang kuat dunia kangouw yang tadinya
pada menyembunyikan diri ditempat kegelapan sebagian
besar sudah berlalu dengan membawa perasaan masing-
masing.
Sedangkan Koan Beng dan Cu Lian masih berdiri saling
belakang membelakangi. Dengan penuh rasa kuatir mata
suami istri itu nampak ditujukan kearah jauh, agaknya mereka
sejak tadi berbuat demikian, seakan-akan tidak suka
perpisahan dalam menanti ajal.
Tan Liong yang balik kembali ketempat tersebut tanpa
merasa lalu menghela napas, ia sendiri barusan oleh karena
tergoda cemburu dan benci hampir-hampir secara tak
langsung menamatkan riwayat pasangan suami istri yang
berbahagia ini.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Memikir hal demikian keseluruhannya kembali, dalam
otaknya lain mendadak timbul rasa penyesalannya. Apa bila
pada saat itulah dapat melihat kembali wajah yang pernah
dikagumi dapat hidup terus dalam keadaan berbahagia,
bukankah ia sendiri juga akan turut merasa terhibur hatinya?
Manusia pada hakekatnya cinta itu bersifat memberi, sama
sekali bukan dengan faham "Memiliki".
Memikir demikian, ia ketawa puas, akan tetapi apa yang
diperlihatkan dalam senyumnya itu tetap ada sedikit
kepedihan dihatinya.
Setelah itu ia lantas berindap-indap menghampiri Koan
Beng seraya katanya setelah dekat sekali,
"Saudara Koan, Naga Merah sudah pergi!"
Koan Beng dan Cu Lian seakan-akan baru sadar daripada
kekuatiran hebat mereka keduanya mengawasi keadaan
sekitar rumah mereka, lalu hampir berbarengan pula bertanya,
nyata-nyata keduanya bersangsi,
"Naga Merah sudah kabur?"
"Ya! dia sudah kabur!"
Koan Beng menghela napas panjang, ia lalu berkata
seakan-akan sedang berkata kediri sendiri,
"Kita seolah-olah dipungut kembali jiwa kita dari lobang
kubur!"
Lalu sambil memandang dengan sorot mata kagum dan
penuh rasa terima kasih, lalu berkata,
"Kami suami istri malam ini tidak sampai direnggut jiwanya
oleh Naga Merah adalah jasa saudara Tan. Untuk itu kami
berdua, suami istri selalu mengucapkan terima kasih
sebanyak-banyaknya selanjutnya...."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong lantas mengucapkan mencegah ucapan itu
diucapkan, sedang ia sendiri lantas berkata,
"Saudara Koan, tidak usah begitu merendah. Saling
membantu sesama manusia dalam bahaya adalah kewajiban
bagi setiap orang kangouw. Apa yang perlu dikatakan segala
ucapan syukur dan terima kasih segala? Dan bom Pek Lek tan
itu sekarang harap kalian kembalikan padaku!"
Saat Koan Beng dan cu Lian lalu mengembalikan bom
masing-masing ditangan mereka. Sedang kedua biji mata Cu
Lian yang merah mengembang air mata yang agaknya
mengandung perasaan cinta kasih seperti dahulu, membuat
Tan Liong bergetar hatinya, ucapannya yang paling belakang
juga bernada agak gemetaran.
Ia memang pernah mengimpi-impi dan menanti-nantikan
pada suatu hari, apabila sudah kembali ia dari perantauannya,
mencari sang kekasih ini ia akan menubruk dan merangkul
serta memeluk cium padanya untuk mengutarakan cinta
kasihnya yang sejati...
Tetapi impian yang muluk-muluk itu sekembalinya ia dari
perantauan, telah musnah semua seperti asap tertiup angin.
Dan yang lebih celaka, sekarang ini si dia yang dalam kenang-
kenangannya ternyata sudah menjadi istri orang.
Mengingat itu semua perasaan sedihnya sudah tak
terbendung lagi oleh kelopak matanya. Ia tidak berani
memandang wajah bekas kekasihnya itu sambil melengos
menepis air atanya yang sudah mengembang.
Ia agaknya telah mengetahui bahwa dibalik pandangan
mata bekas kekasihnya itu, ada apa-apa yang akan
diberitahukan kepadanya....
Dengan perasaan terharu ia menghela napas panjang
kemudian berkata,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saudara Koan, silahkan kalian berdua masuk kedalam.
Malam telah larut, angin berhembus semakin dingin. Sekarang
siaute ingin minta diri."
"Apa?? Saudara Tan mau pergi??"
"Ya.. siaute harus pergi!" berkata Tan Liong. "Karena Naga
Merah sudah pergi, urusan hari ini disini sudah selesai. Siaute
sendiri karena ada urusan lain yang penting terpaksa harus
pergi malam ini juga!"
"Ini mana boleh? Sepenting-pentingnya urusanmu, kau
telah menolong kami sekeluarga, budimu yang sebesar
gunung sampai kapan lagi bisa kami balas? Jikalau malam ini
saudara Tan tidak memberi kesempatan menyatakan rasa
hormat kami kepadamu, hal ini sungguh-sungguh akan
membuat ganjalan hati untuk selama-lamanya." Demikian
Koan Beng berkata tertahan, bagi yang mendengarnya.
Tan Liong maklum perkataan yang diucapkan Koan Beng
itu keluar dari lubuk hati yang jujur, hatinya terharu juga.
Sambil kertak gigi, otaknya terus dikerjakan. "Apakah aku bisa
terus berdiam lebih lama?" pikirnya "Apakah aku harus melihat
dia lebih lama lagi? Akh yang sudah biarlah sudah. Perlu apa
harus membiarkan segala hal-hal yang sudah lalu
meninggalkan suatu luka parah dalam hati yang tak mungkin
dapat kuhapuskan"
Oleh karena adanya pemikiran demikian Tan Liong lantas
berkata, sambil geleng-gelengkan kepala dan ketawa getir,
"Maksud baikmu terpaksa hanya bisa kuterima dalam hati,
aku tidak bisa merepoti kalian lebih lama!"
"Saudara Tan! Sungguh kau terlalu sekali, sedikit tidak
memberi muka kepada Siaute!"
"Bukan begitu maksud Siaute, barusan siaute sudah
katakan, siaute karena masih mempunyai urusan penting perluTiraikasih Website http://kangzusi.com/
malam ini juga membereskannya!" Demikian Tan Liong tetap
dengan pendirian semula.
"Betapapun besarnya urusanmu itu toh tidak begitu perlu
diurus begitu cepat sampai malam-malam harus berangkat?"
Tan Liong mendengar perkataan Koan Beng yang terakhir
ini lalu memandangnya sejenak, sedang hatinya berkata, "Jika
aku diam disini lebih lama, mungkin kejadian-kejadian lain
akan datang susul percideraan hebat antara kalian suami istri
juga pasti akan timbul. Padahal aku sendiri sebetulnya juga
ingin berdiam lebih lama."
Pada waktu itu Cu Lian lantas menyeletuk sambil ketawa
menanya,
"Tan Siauhiap, mengapa kau begitu tergesa-gesa?"
Tan Liong mengangkat muka sekilas, ditatapnya wajah
bekas kekasihnya itu. Dalam sepasang matanya yang jeli, jelas
terlihat suatu permohonan yang amat sangat supaya tidak
ditolaknya permintaan kali ini.
Tan Liong tundukkan kepala lagi, diam-diam bertanya-
tanya pada diri sendiri,
"Mengapa tidak berani berdiam lebih lama? Apa perlu aku
terus malu singkirkan dari dia?"
Akan tetapi pertanyaan yang timbul dalam otaknya itu, ia
sendiripun tak dapat menawabnya. Keinginan serta akal budi
dalam otaknya pada saat itu telah merupakan soal yan ruwet.
PErasaan semacam demikian bagi manusia yang pernah gagal
dalam asmara, mudah sekali dapat memahami bahwa dia itu
dalam waktu sekejapan saja akan berubah sikap akan
menimbulkan suatu akibat yang hebat.
Akhirnya Tan Liong balas menanya,
"Apa kau menghendaki aku berdiam lebih lama?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Pertanyaan pemuda itu membuat orang yang ditanya
melengak. Jelas sudah baginya pertanyaan Tan Liong yang
ditujukan padanya itu terlalu aneh dan asing yang tidak
sangka-sangkanya akan didengar oleh telinganya, hal ini
membuat Cu Lian sekian lama tak mampu menjawab.
Akhirnya setelah mikir lama, Cu Lian menjawab,
"Ya, kami mengharap supaya kau suka berdiam sebagai
tamu lebih lama."
Tan Liong tersenyum segan. Dengan perasaan terharu ia
menggeleng-gelengkan kepala dan katanya,
"Tidak usah. Tentang hal menolong kalian tiga orang,
memang merupakan suatu kewajiban mutlak bagi orang-orang
kangouw. Lalu dari itu tidak ada apa-apanya yang perlu
dikatakan segala. Tidak begitu dengan aku sendiri, Urusan
lama masih belum dibereskan, tidak suka aku menerima
urusan-urusan baru lagi. maka... maka... makanya itulah aku
harus pergi."
Setelah berkata demikian, dengan nada ditandaskan pula,
Tan Liong tanpa berani mencuri lihat wajah bekas kekasihnya,
lantas berlalu dengan tindakan lambat-lambat.
Koan Beng lalu memburunya, serta katanya cemas.


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mengapa saudara Tan harus membuat siaute terlalu tidak
enak? Berdiamlah disini barang sejenak."
Baru selesai suaranya Koan Beng, tiba-tiba satu suara
merdu menyambungi perkataannya, "Astaga..Koan siauhiap,
apa perlu kau membawa-bawa serigala masuk kedalam
kamar?"
Suara yang datangnya secara tiba-tiba itu membuat Tan
Liong dan Cu Lian berubah wajahnya. Tatkala mereka
mengawasi dari mana datangnya suara tadi, disitu telah
berdiri si iblis wanita terkenal dalam dunia kangouw, yakni YaoTiraikasih Website http://kangzusi.com/
lie lu yang entah berapa lama mendengar pembicaraan antara
mereka.
Munculnya Yao lie lu yang secara mendadak itu betul-betul
mengejutkan Tan Liong dan Cu Lian. Meskipun Cu Lian tidak
mengenal iblis wanita ini, akan tetapi ucapan iblis itu yang
mengatakan mengajak serigala masuk kedalam kamar, sudah
cukup mengerikan bagi pendengarannya.
Koan Beng ketika mendengar perkataannya itu, juga
terperanjat. Maka lekas-lekas balas menanya, "Nona berkata
begitu? apa..."
Yao lie lu menyeringai, selang sesaat lalu katanya, "Kau
tanya apa maksudmu? Apa tuan enggan istrimu itu..."
Belum selesai Yao lie lu berkata, mendadak kedengaran
suara Tan Liong mengguntur,
"Tutup mulut!"
Dan dibarengi dengan kata-katanya, badannya sudah
berada didekat Yao lie lu si iblis wanita.
Yao lie lu menatap wajah Tan Liong, kemudian katanya
pula,
"Perlu apa kau begitu gelisah? Perkataanku toh belum habis
semua."
Tan Liong merasa dipermainkan, maka gusarnya juga
sudah memuncak. Apa bila benar-benar Yao lie lu
membeberkan perhubungan antara Cu Lian dengan dirinya
sendiir, betapa hebat akibatnya ia tak berani membayangkan.
Maka itulah tadi ia menggeram dan begitu mendengar lagi
kata-katanya iblis wanit ini, lalu membentak pula,
"Diam! kalau kau ngaco belo tidak karuan, akan kuambil
jiwamu. mengerti?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yao lie lu agaknya tidak perhatikan segala gertak sambal
Tan Liong. Karena saat itu ia sudah berkata pula menghadap
Koan Beng dengan nada dingin,
"Koan siauhiap, kau mau aku mengatakan atau tidak?"
Koan Beng orangnya cerdik sekali. Sekali saja mendengar
pertanyaan iblis wanita itu, sudah timbul kecurigaannya.
Sekarang kembali mendengar pertanyaan wanita ini, lantas
bertambah-tambah kecurigaannya. Ini juga menimbulkan
pikirannya yang bukan-bukan. "Apakah istriku pernah
berhubungan dengan orang she Tan ini?" demikian mungkin
pikirannya.
Dari sini lalu ia menghubung-hubungkan pula dengan
kejadian-kejadian sebelumnya, bagaimana keadaan Tan Liong
ketika pertama kali bertemu dengan Cu Lian istrinya.. betapa
pula mengingat si pemuda baju kelabu yang dihormatinya itu
mendadak pergi kemudian balik kembali, lalu terbayang pula
ketika Tan Long berhadapan dengan Cu Lian seperti orang
melamun.
Serentetan perkiraan-perkiraan ini seakan-akan air bah
menjebol benaknya, memecahkan otak...
Berpikiran sapai kepada hal-hal demikian, orang she Koan
ini merasakan kepalanya pening. Akan tetapi karena ia orang
yang penuh maklum, meski didalam memikir hal-hal sewaktu
pertemuan dengan Tan Liong diwajahnya tidak
memperlihatkan perubahan apapun, hanya mulutnya menanya
dengan nada dingin pula,
"Sebetulnya ada urusan apa yang hendak nona katakan
boleh saja ucapkan, apa lagi saudara Tan ini memang bukan
orang luar."
Cu Lian pucat seluruh wajahnya. Hatinya berdebaran dalam
saat beberapa detik itu, roh-nya seolah-olah berpulang pergi
dari badan kasarnya yang membuatnya seakan-akan otaknya
tak berisi lagi.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yao lie lu berkata sambil cengar-cengir.
"Apa kau tidak takut sahabatmu gusar?"
Koan Beng lalu balik menghadap Tan liong, kepadanya ia
berkata
"Aku kira saudara Tan tidak berkeberatan bukan?"
Tan Liong terpaksa kertak gigi, sudah tak dapat
dikendalikan lagi berkobarnya angkara murka yang memenuhi
dadanya. Mendadak ia menggeram keras lalu tampak tangan
kanannya terayun, mencari sasaran pada tubuhnya Yao lie lu.
Serangan demikian dahsyatnya dilakukan dalam waktu
singkat, mendadak dan cepat pula.
Tan Liong sebetulnya sudah sangat benci sekali terhadap
wanita iblis itu, dalam hatinya sudah timbul tekadnya akan
mengambil jiwa iblis wanita jahat itu dalam segebrakan saja.
Semua dan apa yang sudah terjadi dirumahnya itu,
membuat tuan rumah ini kini jelas dan terang segala soal-soal
yang terlintas dalam otaknya itu, dikatakan tidak hanya
merupakan alasan-alasan saja, sebab apabila tidak demikian
mengapa Tan Liong terus senantiasa menghalangi Yao lie lu
membuka mulut?
Berpikir sampai disitu, perasan jelas dan takutnya
mendadak meluap-luap. Perasaannya itu lantas
mempengaruhi hebat peasaan hati dan budi pekertinya.
Tatkala dilihatnya lagi Tan Liong menyerang badannya pun
sudah melayang serta menghadang didepan Yao lie lu.
Si pemuda baju kelabu sendiri melihat Koan Beng sebagai
tuan rumah menghadang seperti sengaja menjadikan
badannya sebagai umpan, lantas menarik cepat serangannya
kembali kemudian sudah lompat mundur sejauh tiga kaki.
Koan Beng lalu berkata sambil tertawa dingin, "Perlu apa
saudara Tan bersikap sedemikian kasar melarang orang lemahTiraikasih Website http://kangzusi.com/
berbicara? Ada urusan apa, biarlah dia katakan . Mengapa
tidak boleh?"
Perkataan Koan Beng si tuan rumah itu membuat Tan Liong
semakin gusar, wajahnya dari pucat menjadi biru, dadanya
bergelombang turun naik, gusar sekali ia.
Yao lie lu sendiri lalu berkata dingin,
"Karena dia tidak memperbolehkan aku bicara, tidak ada
perlunya aku katakan lagi."
Koan Beng lalu berubah bengis wajahnya, sambil
menyeringai lantas berkata,
"Saudara Tan, tidak kau ijinkan wanita lemah ini
menjelaskan persoalannya?"
Pertanyaan itu langsung tepat mengenai hatinya Tan Liong.
Ia lantas bungkam tak berkata, hatinya perih bagai ditusuk
jarum sakit sekali hatinya. Bagaimana dalam keadaan serupa
itu ia dapat menjawab?
Ia hanya berdiri bagai kesima lama dalam keadaan
demikian, tiba-tiba kedengaran lagi suara Koan Beng yang
ketawa bergelak-gelak. Dikatakan ketawa mirip orang nangis
atau lebih tepat lagi bolehlah dikatakan suara tangisannya
burung hantu atau orang hutan menangis yang dapat
membuat bulu roma orang yang mendengarnya mengkirik.
Cu Lian dengan wajah pucat membiru mendadak menubruk
Koan beng seraya katanya,
"Engko Beng, kau kenapa?"
Koan Beng mengebaskan tangannya dan mendorong pergi
badan Cu Lian yang memeluknya, lalu bentaknya dengan
suara bengis,
"Enyah kau dari sini!"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tindakan getas mendadak pula itu membuat Cu Lian kaget
bukan kepalang, kepalanya seperti disambar petir, pening
mundur terhuyung-huyung. Dengan wajah penuh rasa kuatir
dan takut trus dilihatnya sang suami yang agaknya seperti
telah berkehendak membunuh.
Lama sekali......
Cu Lian menjerit dan menangis sekuatnya, perasaan harga
diri seorang wanita telah terpukul hebat.
Setahun lebih lamanya hidup rukun dan bahagia dengan
suaminya itu sampai menghasilkan putera lucu yang kecil
mungil. Selama waktu itu belum pernah dilihatnya kelakuan
sekasar suaminya. Maka betapa tidak nyeri hatinya ketika kali
ini dijoroki dengan demikian dihadapan orang banyak.
Sebetulnya hatinya sedang menderita sangat, segala
penderitaan dan kepahitan hatinya lantas meluap,
menimbulkan marah dan geram rasa hatinya.
Tan Liong merasa hatinya seperti teriris-iris, peristiwa yang
ditakutinya itu akhirnya betul juga kejadian..
Koan Beng dengan wajah bengis penuh diliputi kegusaran
yang meluap-luap perlahan-lahan bertindak menghampiri Tan
Liong, sedang mulutnya lantas terbuka,
"Saudara Tan." Katanya, "Kiranya karena adanya istriku
disini maka kau datang kemari? Betul atau tidak?"
Otaknya Tan Liong pada saat itu kalau mau dikata boleh
disebut kosong melompong. Ucapannya Koan Beng situan
rumah benar-benar melukai hatinya dalam sekali. Perasaan
harga dirinya juga lantas seperti direnggut orang begitu saja.
Koan Beng sesudah ketawa sepuasnya lantas berkata lagi,
"Siaute juga terlalu mempercayai orang. Anggapan siaute
betul-betul saudara Tan hendak menolong keluarga jiwa kami
dari bahaya maut. Tapi kiranya.... Hmmm..! begitukahTiraikasih Website http://kangzusi.com/
kesudahannya? Tidak nyana, saudaraku yang baik dulu sudah
saling mengenal, barangkali lama sekali baru memberi
bantuan kepada siaute. bukankah?"
Perkataannya itu lalu disusul oleh ketawanya, kekuatannya
sudah mirip orang gila.
Tan Liong tidak dapat membedakan apa yang tersimpan
dalam hatinya saat itu seakan-akan hanya merasakan sang
hati telah menjadi rontok...
Koan Beng mendadak putar tubuhnya dengan perlahan
pula menghampiri Cu Lian, kala itu kegusarannya telah
menutup pikiran warasnya. Ia sebagai seorang cerdas sudah
tidak dapat memakai otaknya lagi, pedang telah terhunus dari
sarungnya, wajahnya bengis menakutkan, sorot matanya
bagai menyala-nyala marong merah membara sedekatnya
kepada sang istri mendadal bergetar keluar katanya,
"Adik Lian, kau dengan orang she Tan ini, pernah
melakukan perhubungan macam apa? Lekas jawab!"
Pedang panjang itu dikala itu seolah-olah mengeluarkan
sinar biru yang menakutkan. Jelas pada maksud itu sudah
timbul napsu membunuhnya, malah untuk merenggut jiwa istri
sendiri!
Dengan terisak-isak Cu Lian lantas berkata, "Engko Beng,
kau jangan salah sangka... Engko Beng...."
"Salah sangka?.. Hahaha... salah paham... Bagaimana aku
bisa salah?.. Kalau kau tidak segera buka mulut mengatakan
yang sebenarnya, lihat pedang ini! Aku akan lekas mencabut
nyawamu!"
Cu Lian mengkirik.. Cepat lagi katanya sambil menangis.
"Engko Beng, aku tidak sekalipun pernah melakukan segala
perbuatan yang merusak dan melanggar hati nuraniku.
Percayalah padaku!"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Itulah justru karena aku terlalu mempercayaimu, kau
lantas berbuat sekehendak hati, itu perbuatan yang
memalukan, tahu tidak?"
Wajahnya Cu Lian mendadak berubah, Tiba-tiba seperti
mendapat dorongan semangat baru karena herannya ia lantas
balik menatap sang suami yang terus mengawasinya sejak
tadi. Ia tidak bisa terus membiarkan Koan Beng menghinanya.
Setelah memesut kering air mata yang membasahi kedua
belah pipinya lalu berkata dengan suara nyaring,
"Aku ingin juga kau jelaskan, Semenjak kapan kau kau lihat
atau dengar melakukan perbuatan yang tidak tahu malu itu!"
"Ha..ha.. itu orang she Tan sekarang masih berjogrok
didepanmu, apa itu bukan kenyataan?"
Cu Lian lantas membentak bengis, "Kau bajingan!!"
"Benar, kalau aku orang she Koan, bajingan, lantas kau
sendiri tentunya bangsat. Aku memang bajingan kalau bukan
tidak akan ku pakai topi hijau atas kepala ini, kau tahu?"
Koan Beng saat itu sedang berkobar hawa amarahnya,
maka perkataannya juga tidak mengenal pula batas
kesopanan, Perkataan yang tidak lebhi sedap didengar pada
kala itu bukan tidak mungkin pula keluar dari mulutnya.
Cu Lian sekalian tidak pernah menyangka Koan Beng suami
yang selamanya dicintainya itu dapat mengeluarkan kata-kata
yang tidak sedap didengar itu malah terhadapnya sekali, maka
sambil gertak gigi lantas gerakkan tangannya dan melayang
menampar pipinya Koan Beng.
"PLOK!!"
Tamparan itu nyatanya mengenai jitu entah mengapa
suami itu tidak berjaga-jaga sama sekali. Setelah ketawa
terbahak-bahak lalu katanya lagi, "Perbuatanmu ini bagus
sekali..."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Berhenti ia barang sejenak lalu lantas menyambung lagi,
"Aku sekarang benar-benar maui jiwamu!"
Baru saja mengakhiri perkataannya pedangnya yang tajam
berkilat sudah menyerang Cu Lian.
Suatu tragedi rumah tangga yang memilukan hati sudah
akan terjadi dirumah itu kalau saja tidak lekas-lekas datang
bintang penolong.
Itulah suatu bentakan keras yang datangnya secara tiba-
tiba yang juga diselingi kata-katanya,
"Saudara Koan, kau kenapa menjadi kalap?"
Berbareng dengan itu, pergelangan tangan Koan Beng
sudah tercekal.
Suara itu, tuan rumah mengenalnya adalah suara Tan Liong
yang mengatakan, dan gerakan tangan tadi tentu pula Tan
Liong pula yang melakukannya. Ia melakukan gerakannya itu
dengan sopesan tangan rupanya. Karena saat itu jgua pedang
tajam yang tercekal dalam tangan Koan Beng sudah mencelat
jatuh ke lantai.
Tetapi perbuatannya itu sekalipun sudah berhasil
menghindarkan malapetaka bagi Cu Lian, namun dengan
sendirinyapun perasaan gusar yang lebih besar telah timbul
dalam hatinya Koan Beng. Dalam keadaan demikian itu, Koan
Beng situan rumah mau mencoba lebih kuat, disangkanya Tan
Liong dengan Cu Lian pernah mengadakan hubungan gelap
yang tidak patut, Maka seketika itu dengan timbulnya pikiran


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu, lalu tertawa bergelak-gelak, "Tan Liong!.. Ha..ha.. bagus
sekali! Kau adalah Tan Liong! Aku selamanya tak akan pernah
melupakan kau pernah menolong jiwaku.. Ya.. kau pernah
merupakan tuan penolongku.."
Setelah tertawa sepuas-puasnya tiba-tiba ia menyambar
pedang panjangnya yang terletak ditanah, kemudia denganTiraikasih Website http://kangzusi.com/
senjata tajam itu, Ia membabat pinggang Tan Liong secara
kalap.
Serentetan serangan telah dilakukan oleh tuan rumah ini,
hal mana membuat Tan Liong mundur berkali-kali
mengelitnya. Setelah itu lalu dengan suara keras berseru,
"Saudara Koan, Tahan!! Dengar dulu penjelasanku!"
"Ha..Ha.. Penjelasan apa lagi? Kau sudah terlalu jelas
bukan?"
Setelah berkata demikian, Koan Beng beruntun lagi sampai
tiga kali melancarkan serangan mematikan dengan
pedangnya.
Koan Beng pada kala itu telah berubah macam orang gila,
Penassaran sekali ia agaknya, setiap serangannya dikelit
demikian mudah, tetapi ia juga terus bertekad hendak
membunuh Tan Liong dengan pedangnya.
Gerakan-gerakan ujung pedang yang berkilauan itu
membuat Tan Liong tidak mempunyai kesempatan sedikitpun
untuk menangkis maka terpaksa ia main mundur dan mundur
terus.
Jikalau bukan karena kepandaian Tan Liong yang dapat
diatur sekehendak hati itu barangkali kalau bukan lawannya
tentu ia sendiri yang akan terluka.
Dalam cemasnya Tan Liong membentak lagi, "Stop!
Saudara Koan, kau gunakanlah pikiran warasmu. Kau harus
mendengar dulu penjelasanku..."
"Penjelasan? Ha..ha.. Penjelasan dibawah putusan pedang
bukankah lebih indah menarik? Tidak banyak waktu yang
terbuang..Ha..ha..."
Setelah itu kembali pedang berkelebatan empat kali
beruntun telah meluncur pula serangan mematikan dari
pihaknya tuan rumah!Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Perbuatan Koan Beng yang sudah seperti orang kerasukan
setna itu terpaksa dilayani Tan Liong pula. ia sedikit banyak
merasa tidak bersalah. Diperlakukan sedemikian rupa lantas
timbul pula gusarnya terhadap tuan rumah ini.
"Apa benar saudara Koan tidak sudi mendengar
penjelasanku lagi?" katanya.
"ha..ha.. tidak perlu adu bacot!"
Dan jawaban itu kembali disusul dengan ujung pedangnya
yang sudah berklebatan mengarah setiap bagian penting dari
anggota badannya.
Beberapa kali Tan Liong menghindar, hampir pual dia
menjadi sasaran ujung pedang situan rumah. Ketika
mendengar pernyataan Koan Beng yang terakhir itu, lalu
mengambil keputusan untuk tidak banyak bicara pula dengna
tuan rumah itu.
Oleh sebab karena berpikiran demikian ia lantas balas
menyerang dua kali dengan tangan kosong.
Serangan itu tidak keras, hanya ditujukan kebagian
pinggang lawan, maksudnya untuk meredekan amarahnya
Koan Beng yang berkobar-kobar! Siapa tahu dalam cemasnya
telah ia menggunakan gerak tipu terampuhnya Jit Hoat dan Ie
ya Hai hoa yang terbagus dan yang terampuh dalam ilmu silat
chim Liong Cap pek sek.
Tidaklah mengherankan baru dua serangna itu meluncur
keluar, lantas terdengar suara beledukan yang amat nyaring.
Koan Beng terpental badannya seperti didorong gunung yang
berjalan. Anak muda ini menjerit keras dan lantas rubuh
ditanah dengan mulut menyemburkan darah!
Tan Liong kesima dan berdiri macam terpaku.
Cu Lian menjerit keras dan terus lari menubruk Koan Beng
suaminya yang rubuh menggeletak ditanah.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong pada kala itu merasa kepalanya seperti diputar-
putar, otaknya serasa terbang disambar geledek. Kepada
dirinya atas penyesalannya berkata "oo Tuhan, Aku tadi sudah
berbuat apa??"
Lama sekali...
Koan Beng telah dapat bergerak pula. Ditahannya rasa
nyeri dibadannya, Perlahan-lahan coba bangkat dan duduk
ditanah. Dipesutnya darah yang mengalir diujung bibirnya,
kemudian dengan sedih katanya,
"Orang she Tan, perlakuan mu ini dilain waktu kita bikin
perhitungan lagi."
Setelah itu didorongnya badan Cu Lian yang mendekapnya,
sambil kuatkan diri sebisa-bisa tanpa mengawasi sang istri
lagi, ia berjalan dengan tindakan sempoyongan.
Cu Lian lantas berseru dengan wajah yang sudah sember,
"Engko Beng, kau harus dengar keteranganku dulu!"
Tetapi yang diserukan tidak mau menoleh. Sudah jelas dari
sini, tentu dia suka mendengar sekalipun keterangan istrinya
sendiri.
Tan Liong tidak menghalangi pula, ia tahu penjelasan
sudah tiada berguna lagi.
Iapun maklum Koan Beng telah salah paham. ia mengerti
pula tuan rumah itu mengira ia menolong keluarga mereka itu
dari cengkraman Naga Merah karena adanya Cu Lian.
Memang pada waktu dulu Cu Lian dengannya pernah
mengalami suatu masa percintaan yang luar biasa manisnya.
akan tetapi hal itu terjadi sebelum Cu Lian mendirikan rumah
tangga. Maka kini tinggalkan begitu saja, ia lantas
mengatakan dalam hatinya kalau Koan Beng tidak dapat
membedakan mana yang benar dan mama yang salah!Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dan tat kala Tan Liong alihkan perhatiannya kepada Cu
Lian, dilihatnya wanita muda itu berdiri seperti patung, kedua
belah pipinya telah basah semua dengan air mata dan biji-biji
matanya yang memerah karena terlalu banyak menangis, kala
itu ia ini tengah mengawasi belakang punggungnya Koan Beng
yang sedang berlalu.
Sangat terharu Tan Liong melihat kejadian demikian, ia
tidak nyana setelah menolongi tiga jiwa kemudian membawa
akibat sedemikian hebat bagi keluarga yang ditolongnya itu.
Timbulnya tragedi hebat ini semua karena gara-gara Yao
Lie lu siiblis wanita. Dan tatkala Tan Liong pun ingat hal
demikian, hawa amarahnya pun bergolak-golak pula. Dialah
lagi matanya kepada wanita iblis itu, ditatapnya dalam-dalam
dengan sorot mata penuh nafsu membunuh.
Lama, setelah ketawa bergelak lantas berkata bengis, "Yao
lie lu, semua kejadian dalam rumah ini adalah karena kau!
Untuk ganjarnya tidak boleh tidak aku harus membunuhmu!"
Setelah itu dengan tindakan lambat-lambat, Tan Liong
menghampiri Yao lie lu kemudian cepat bagaikan kilat
menyerang tiga kali beruntun.
Tan Liong sudah pikir matang, takkan melepaskan Yao lie
lu si iblis ini, sebab pada pikirnya apabila tidak diganggu oleh
kedatangannya Yao lie lu, takkan mungkin timbul kesalah
pahaman tuan rumah terhadapnya dan istrinya. Bagaimana
bisa terjadi drama yang menggenaskan tersebut kalau tidak
datang bibit bencananya dari mulut mungil Yao lie lu.
Maka ia lantas mengirim serangannya, betapa hebat
serangan itu sukarlah dikatakan lagi, karena gemas dibarengi
rasa gusar oleh penyerangnya!
KEPANDAIAN dan kemahiran silat yang diyakini Yao lie lu
pun tak dapat di pandang ringan. Namun meski dua kali
serangan yang dilancarkan itu dapat dihindarkan, tetapi
serangan ketiga tak dapat dielakkannya lagi...Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Maka seketika itu badannya yang kecil ramping lantas
terpental ketengah udara, mulutnya menyembur darah. Dan
orangnya lantas jatuh terlentang ditanah.
Tan Liong sekali lagi kesima. Tetapi sebentar kemudian
tertawa terbahak-bahak serta kemudian lagi berkata "Yao lie
lu, habis jiwamu!"
Berbareng dengan itu tangan kanannya terangkat tinggi,
kembali hendak menyerang Yao lie lu.
Apa bila ini serangan Tan Liong ini tepat mengeai muka
sasarannya pasti sudah akan melayang jiwa iblis wanita itu
seketika. Tetapi ketika tangan kanan Tan Liong beru
terangkat, mendadak terdengar orang berseru
"Perbuatan tuan sungguh terlalu kejam!" demikian susulan
kata-katanya, Dan suara itu dibarengi dengan gulungan angin
hebat yang seakan-akan mau mencaplok badan Tan Liong.
Tan Liong pun terkejut mendengar perkataan itu tadi,
seketika ia menghentikan dan menarik kembali serangannya
sambil mundur beberapa kaki, ketika menoleh lantas melihat
didepan matanya ada berkelebatan beberapa bayangan
manusia.
Ternyata sepuluh orang-orang tua telah berdiri
dihadapannya.
Kesepuluh orang tua itu berlainan bentuk maupun rupanya.
Ada yang gemuk ada yang kurus. Ada yang tinggipun tidak
ketinggalkan kedapatan pula si katai. Hanya satu yang
merupakan ciri bersamaan dari kesemuanya, semua sepuluh
sepuluhnya orang itu jidatnya menonjol keluar, nyata sekali
dan sepasang matanya memancarkan sinar tajam laksana
belati.
Kala itu Tan Liong pun belum mengetahui sepuluh orang
tua tadi ada orang-orang dari golongan mana, maka lantas
katanya dengan suara menyatakan kegusarannya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalian kawanan tua bangka yang mau masuk lobang kubur
ini mau bikin apa. Kalau kalian campur tangan dalam urusanku
dengan Yao lie lu, awas: Aku juga sekalian akan ambil jiwa-
jiwa tua kalian!"
Satu antaranya dari sepuluh orang tua itu lantas ketawa
bergelak-gelak dan kemudian berkata,
"Tuan sungguh takabur kata-katamu. Apa kau sangka kami
orang-orang Thian seng hwee boleh diperlakukan
sembarangan?"
"Tidak perduli kalian orang-orang dari Thian seng hwee
atau See seng hwee semua harus menggelinding pergi dari
sini! kalau membangkang aku tidak akan berlaku sungkan-
sungkan lagi!"
Kesepuluh orang tua itu dengan berbaris rapi seperti diatur
satu-satu, sudah siap menghadapi segala kemungkinan. Salah
seorang diantaranya lantas membungkuk memberi
pertolongan pada Yao lie lu yang terbaring ditanah dengan
memberikan sebutir pil obat kedalam mulutnya.
Tan Liong yang menyaksikan tingkah laku orang tua itu,
lantas mengambil kesimpulan kalau Yao lie lu itu tentu ada
hubungan apa-apa dengan Thian seng hwee, tetapi ini juga
yang membangkitkan kegusarannya.
"Taruh Yao lie lu kembali!" bentaknya seketika.
Seorang yang berdiri paling kanan dalam barisannya lantas
berkata sambil ketawa bergelak-gelak.
"Perkataanmu kau ucapkan enak sekali!"
Dengan kegusaraan yang sudah memuncak, Tan Liong
berkata lagi dingin!
"Kalau begitu kalian semua cari mampus!!"
Satu diantaranya lantas dengan dingin menjawab "Belum
tentu, bung!"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong biar bagaimana sudah tidak dapat menahan
kegusarannya lagi. Mendadak ia berseru keras, "Kalau begitu,
kalian coba saja!"
Dan berbareng dengan bentakannya itu ia lantas lompat
melesat sambil melancarkan dua serangan beruntun!
Sewaktu Tan Liong baru saja melancarkan serangannya,
sepuluh orang tua membentak dengan serentak berbareng
dengan itu juga sudah pada mendorong keluar tangan
masing-masing, hingga kekuatan tangan dari sepuluh orang
itu juga meluncur keluar seperti air gelombang yang sedang
mengamuk, menerjang kearah Tan Liong.
Kekuatan tangan yang mengandung kekuatan tenaga
dalam yang sanga thebat itu, betapapun tingginya kepandaian
ilmu silat dan kekuatan tenaga dalam Tan Liong juga tidak
akan sanggup menahan.
Maka seketika itu ia lantas melesat tinggi keatas untuk
menghindarkan serangan sepuluh orang tua itu. Ditengah
udara badannya berputaran kemudian menungkik turun
bagaikan burung elang yang hendak menyambar mangsanya,
dua tangannya dengan berbareng melancarkan empat kali
serangan.
Sepuluh orang tua itu merupakan orang-orang terkuat
dalam perkumpulan Thian seng hwee, tinggi ilmu silat mereka
jarang jarang tertampak didunia Kang-zsouw. Ketika
menghadapi serangan Tan Liong secara demikian lantas geser
kakinya untuk mundur kemudian lantas menyambut dengan
serangan tangan pula.
Kedua pihak sama-sama melancarkan serangan yang sama
cepatnya. Sepuluh orang tua itu karena jumlah orangnya ada
banyak, sudah tentu kekuatannya menang diatas angin.
Pada saat itu, sesosok bayangan orang dengan tindakan
lambat-lambat berjalan masuk kedalam rumah, itulah Cu Lian.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apa yang terjadi barusan, dalam hati sanubarinya seolah-
olah sudah menggores sangat dalam, biar bagaimana ia tidak
dapat melupakan itu drama rumah tangganya yang sudah
melukai hatinya.
Ia cinta Tan liong tapi juga cinta suaminya.
Tan Liong adalah bekas kekasihnya sejak masih sama-sama
kanak-kanak, sedangkan Koan Beng adalah suaminya.
Sekarang Koan Beng sudah meninggalkan padanya dalam
keadaan gusar, kesalah pahaman ini entah bagaimana harus
dijelaskannya.
Soal yang paling menyedihkan bagi seorang wanita tak ada
yang lebih hebat daripada kesalahan faham yang timbul dari
suaminya, dalam hal ini buat Cu lian sudah tentu tidak
terkecuali.
Suaminya telah timbul salah paham terhadap kesuciannya,
bagaimana tidak membuat ia bersedih?
Dengan air mata berlinang ia berkata kepada diri sendiri,
"sekarang suruh aku harus bagaimana menjadi orang
lagi?....."
Hatinya pilu, air mata mengalir semakin deras sehingga
membasahi bajunya.
Suara bentakan terdengar amat riuh dan memekakkan
telinga, tapi ia tak memandang kearahnya Tan Liong lagi,
hakekatnya ia pun sudah tidak mepunyai keberanian untuk


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengawasi dia lagi.
Untuk sesaat itu, Tan Liong yang dengan seorang diri
melawan sepuluh orang tua itu nampaknya masih susah
ditetapkan siapa sebetulnya yang lebih unggul. walaupun ia
ada mempunyai kepandaian ilmu silat yang sudah tidak ada
taranya, tapi jika ingin merubuhkan lawannya itu dengan
mudah juga bukan soal gampang.
Sebentar saja setengah jam sudah berlalu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong saat itu juga agaknya sudah sengit benar, tiba-
tiba ia lompat melesat menggunakan gerak tipu Goat Long
hoat cian, cepat bagaimana kilat menyerang lawannya.
Setelah meluncurnya dua serangan hebat itu lantas disusul
oleh jeritan ngeri ternyata sudah ada orang yang menjadi
korban.
Dalam pada itu, orang tua yang memondong dirinya Yao lie
lu itu ketika melihat gelagat kurang baik, lalu membentak
dengan suara keras dan tubuhnya melesat keluar.
Tan Liong yang menyaksikan keadaan demikian lantas
menggeram,
"Kau hendak lari kemana?"
Tubuhnya lalu melesat jauh untuk mencegat lari orang tua
itu, kemudian menyerang dengan tangannya.
Tubuh orang tua yang masih belum terluka, ketika melihat
Tan Liong melancarkan serangan terhadap kawannya, lalu
balik menerjang dan masing-masing melancarkan serangan.
Tan Liong dengan wajah penuh kegusaran tangannya
merogoh kedalam saku, dari situ mengeluarkan sebuah bom
Pek lek tan, kemudian membentak dengan suara bengis,
"Aku suruh kau kawanan tua bangka ini mampus semua
dalam keadaan hancur lebur seperti bubur.."
Berbareng itu, bom didalam tangannya lantas disambitkan
kearah orang-orang tua itu.
Kebetulan saat itu Cu Lian sudah pergi lagi dari rumahnya
sambil menggendong oroknya. Tan Liong segera gerakkan
tubuhnya lompat melesat menubruk Cu Lian dengan
kecepatan bagaikan kilat, kemudian dengan mengempit
tubuhnya Cu Lian, ia melesat jauh meninggalkan tempat
ledakan.
-o0o0dw0o0o-Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
JILID ke : 9
Ia mengerti bahwa bom Pek lek tan itu kekuatannya sangat
dahsyat. kalau sudah meledak, tempat sekitarnya sepuluh
tombak persegi tidak ada satu baik manusia maupun binatan
atau tumbuhan yang terluput. Maka itu, ia lantas menyingkir
dirinya Cu liam dalam waktu sesingkat-singkatnya dari tempat
yang berbahaya itu.
Mendadak terdengar suaranya orang tua yang membawa
dirinya Yoa lie lu yang membentak dengan suara keras,
"Hei, itu ada pek lek tan" keluar dari mulutnya, sudah
dibikin putus oleh suara menggelegar, bom Pek Lek tan yang
hebat itu, untuk kesekian kalinya telah meledak dikampung
sepi sunyi itu.
Api berkobar disana sini, tanah terbang berhamburan!
Suara ledakan yang begitu hebat memekakan telinga.
Akhirnya disusul suara jeritan ngeri yang bisa membuat
bulu roma pada berdiri.
Lama..... lama sekali!
Suara ledakan sudah berhenti, asap tebal perlahan-lahan
mulai sirap.
Tinggal bekas dan akibat ledakan bom itu terbentang
dihadapan mata, sebatang pohon tumbang dan terbakar habis
daun-daunnya, sembilan diantaranya sepuluh orang tua itu
semua telah menjadi korbannya bom yang dahsyat itu.
Potongan tangan dan kaki manusia berhamburan disana
sini.
Keadaan itu sesungguhnya sangat mengerikan, satu orang
tua yang lolos dari kematian ialah yang mengempit badannyaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yao lie lu dan sedang kabur, namun juga terluka parah,
didalamnya mulutnya menyemburkan darah segar.
Jikalau tidak karena ia yang mengetahui dulu mungkin ia
akan mengalami nasib serupa dengan kawan-kawannya,
termasuk Yao lie lu pula.
Kala itu terpaksa ia menahan rasa sakit dari luka-lukanya,
setelah suara ledakan bom itu sirap, ia lantas lompat melesat
dan menghilang ke tempat gelap.
Yang masih ada hanya bangkai-bangkainya itu sembilan
orang tua yang sudah pada kutung kaki tangan atau
kepalanya, selain dari pada itu, suasana sudah pulih kembali
seperti semula, sunyi senyap, tapi kini harus ditambah dengan
perkataan mengerikan.
Tan Liong yang sudah kendor hawa amarahnya, sekilas
memandang wajahnya Cu Lian yang berada disampignya, ia
dapat lihat bekas kekasihnya itu penuh air mata, wajahnya
pucat pasi, tapi orok yang digendong digegernya, malah
dengan matanya yang lebar, mengawasi Tan Liong.
Tan Liong merasa sangat terharu, dengan suara serak ia
berkata,
"Adik Lian..."
Hatinya merasa pilu, air matanya hendak keluar, tapi ia
tidak membiarkan air mata itu sampai keluar, ia tindas
perasaannya.
Cu Lian sudah kehilangan cantiknya dimasa gadis, dan apa
yang ada padanya sekarang itu hanya satu, parasnya seorang
wanita muda yang muram dan patut dikasihani.
Ia angkat kepalanya memandang Tan Liong tapi
pandangan mata itu nampaknya sudah tidak ada sinarnya.
Ia ingin dapatkan kembali kenangannya yang sudah hilang
diwajah Tan Liong.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Atas ia merasakan bahwa wajah pemuda disampingnya itu
agaknya merasa sangat asing....
Jarak antara mereka ada begitu dekat, hampir saja bisa
didengar suara tarikan nafas masing-masing.
Sepintas lalu, keadaan itu agaknya seperti apa yang telah
lalu mereka pada saling berpandangan, perbedaan satu-
satunya ialah sang kekasih itu sekarang sudah bersuami,
perkataan merdu merayu seperti yang sudah-sudah tidak
terdengar lagi dari mulutnya dan sebagai gantinya adalah
suara hati yang menyedihkan!
Ada suatu pepatah yang berkata, Dimusim kembang
rontong berjumpa lagi dengan kau!
Cu Lian berjumpa lagi dengan bekas kekasihnya. Tapi
bukan merupakan suatu kebahagiaan melainkan suatu
kesengsaraan!
Dalam keadaan demikian, sudah tentu masing-masing
cuma bisa membisu, sebab segala ucapan yang dulu apa
manis seperti madu kini mungkin bisa bertukar pahit seperti
empedu.
Air mata seolah-olah air bah yang membobol bendungan,
dengan melalui kedua pipinya membasahi bajunya....
Cu Lian menangis tapi tidak ada suaranya, menangis tanpa
suara ini entah betapa lebih memilukan daripada menangis
bersedu sedan.
Air mata turun seperti hujan gerimis dan itu paras yang
sudah tidak asing lagi perlahan-lahan mulai samar-samar....
Akhirnya ia pejamkan matanya dengan tangannya ia
memesut air mata yang agaknya sukar dibendung, kemudian
dengan suara sedih katanya,
"Apakah kau engko Liong, engko Liong yang pada
beberapa tahun dulu....?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Suara itu kedengarannya sangat memilukan hati. Dengan
perasaan terharu, Tan Liong anggukkan kepala,jawabnya
perlahan,
"Ya! aku adalah Tan Liong yang dulu itu."
"Rasa-rasanya kita seperti mengimpi..."
"Ya. seperti dalam mimpi... antara impian dan kenyataan
tidak seberapa banyak bedanya."
Cu Lian ketawa getir, kemudian katanya,
"Dan kita selanjutnya bagaimana harus berbuat...?"
"Tidak bisa apa-apa.. cuma engko Bengmu sudah pergi..."
"Sudah pergi? O.ya! dia sudah pergi. Dan kemana
perginya?"
"Aku tidak tahu!"
"Kenapa dia pergi? Apa dia salah paham dan karena
anggapnya diantara kita pernah terjadi hubungan yang tidak
beres?"
"Barangkali begitu.."
Kembali Cu Lian ketawa getir, cuma sesekali baru ia
membuka mulut pula,
"Engko Liong," katanya "Apa kau masih ingat, kita waktu
dulu lama sekali bukankah juga pernah bicara demikian?"
"Ya! masih ingat!"
"Tapi apa bedanya dengan sekarang?"
"Seorang gadis yang dulu cinta padaku, sekarang sudah
mempunyai rumah tangga!"
"apa dia sudah berubah?"
"Ya! dia berubah, jauh sekali!"
"Apa dia itu seperti adik Lianmu yang dulu itu?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Dia..."
"Tidak! Maksudku apa hatinya sudah berubah?"
Tan Liong sedih dalam hati. Dengan memaksakan diri,
menjawab juga, "Ya, hatinya sudah berubah!"
Cu Lian mendadak mendongak mengawasi wajah Tan
Liong, kemudian katanya,
"Apa kau masih selalu memikirkannya?"
"Ada kalanya begitu...."
"Apa benci kau padanya?"
"Antara cinta dan benci, sedikit sekali bedanya."
"Kenapa kau tidak membunuhnya saja atau membiarkan
dia terbunuh?"
Tan Liong kaget, "Bunuh dia?" Tanyanya kaget, "Kenapa
harus kubunuh dia?"
Cu Lian ketawa sedih, "Jikalau kau tidak lupa atau masih
ingat, dia dengan kau pernah sumpah sehidup semati,
ingatkah kau ketika pada masa itu kau tinggalakan pernah dia
mengatakan kalau dia berubah hati atau bercabang, bersedia
mati kau bunuh bukan?"
Semua kejadian yang lalu seakan tusukan pedang tajam
menancap diulu hatinya Tan Liong. Darah.. darah menyesak
diulu hati.
Tan Liong gigit bibir dan kerutkan kening,
"Memang" katanya kemudian "Semula ada keinginanku
membunuhnya, yakni ketika pertama aku menemuinya."
"Lalu mengapa tidak?"
"Aku tidak bisa.."
"Kenapa? Apa masih cinta kau padanya?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong menggeleng kepala seraya katanya, "Tatkala
untuk pertama kali aku bertemu dengan dia, benci sekali aku
padanya. Semua kejadian-kejadian masa lalu tegas
mengingatkan kau, kau tidak boleh membiarkan lain orang
mendapatkannya. Dia pernah menjadi pendusta besar. Dia
penipu dan perampas hati dan cintamu. Kau tidak bisa
memaafkannya!" demikian semula timbul pikiran dalam
hatiku!"
"Ya. kau seharusnya tidak mesti memaafkan begitu saja
orang macam dia itu."
"Tapi.. akhirnya kan kumaafkan juga dia? Aku dengan
matamku dapat melihat wanita yang pernah merebut hatiku
hidup dalam kebahagiaan, bukankah hatiku juga sudah
merasa mendapat hiburam budi pekertiku memberikan aku
pengeritam, aku harus dan mesti maafkan bekas kekasihku itu
biar kuberikan kelonggaran untuk mengecap kebahagiaan
abadi..."
"Apa anggapmu mereka sejak dulu selalu berbahagia?"
"Dalam penglihatanku tidak salahkan kalau kukatakan
bahagia."
Cu Lian menyeringai, sepintas lalu terpandang dia berseri-
seri. "Dilihat sepintas lalu memang kelihatan kami suami istri
bahagia, tetapi..... dalam hatiku... ada satu bayangan setan
yang selalu datang menggoda.... Itulah dia. itu orang atau
memedi yang telah menempati hatiku yang seharusnya
ditempati oleh Koan Beng."
"Kalau kau ingat selalu padanya, aku yakin kau tidak
sampai berumah tangga dengan Koan Beng."
"Memang dalam hal ini tidak bisa kau dimenangkan.
Siapapun tak dapat maafkan aku. Disini aku tidak perlu
berbantahan. Semua adalah salahku. Bagaimanapun juga
sang waktu berlalu cepat. waktu yang berlalu itu tak dapat
ditarik kembali! Dan aku mengingat hal itu. Sedih rasa hatiku.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Apa yang bisa juga kukatakan, aku tetap mengingat
kepadnaya. Aku dengan segala penderitaan setiap hari siang
dan malam selalu menantikannya, empat tahun sudah berlalu,
tapi selama jangka waktu itu jangka dan pengorbanan hati
serta kesengsaraan sudah tidak tahu berapa besarnya. aku
tidak pernah lupa pada sumpah bersama yang kita ucapkan
waktu dulu. Tapi akhirnya aku menyerah kalah dan desakan
ayahku yang menyuruh aku kawin dengan Koan Beng... Pada
mulanya anggapku aku sebisa-bisa akan menjadi seorang istri
yang bijaksana, tetapi nyatanya gagal. Segala kasih sayang
yang dicurahkan Koan Beng kepadalu tak pernah sekalipun
menempati seluruh hatiku."
Bicara sampai disini ia menarik nafas kemudian lanjutnya,
"Jikalau malam yang sunyi itu tiba dan impian lama
membayang lagi dalam otakku, aku selalu ingat pada
seseorang, aku pernah mengeluarkan kata-kata pada diriku
sendiri, dia kembali menengok aku membikin mati aku,
sekalipun aku akan serela-relanya."
Kembali ia menelan ludah, lalu lanjutnya,
"Sampai pada saat anakku yang kesatu lahir dan aku yang
bermaksud hendak memperingatkan hubungan antara kita
masa lampau sengaja ku berikan nama Ie Liong pada anak
pertamaku itu."
Ie Liong artinya mengenangkan Liong, maksudnya supaya
dapat meringankan beban hidup menderita yang dialami Cu
Lian terhadap Tan Liong.
Bicara sampai disitu, pipinya sudah basah oleh air mata.
Tetapi agaknya ia hendak tekan perasaan hatinya sebisa-
bisanya dengan sedih ia berkata pula,
"Terhadapnya sesungguhnya aku sangat menyesal, aku
mengerti dalam sekali cintaku padanya. Akan tetapi apa yang
harus kukatakan sekarang? Segalanya sudah jadi begini,


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tidak! Semua perkataan itu sebetulnya tiada berguna lagi..Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Yang menjadi kenyataan, biarlah bagaimana walaupun hampir
bersamaa tetapi biar bagaimana, masih tetap terpisah oleh
suatu jarak. Kenang-kenangan manis yang indah, kebahagian
penuh yang diharap-harapkan akhirnya hanya sbagaiimpian
yang sebentar hilang tertiup awan kang zusidan setelah itu
akan buyar dan orangnya mendusin lagi, yang datang
menyusul hanya suatu kehidupan atau hari-hari yang
menyedihkan. Kita selanjutnya mesti meneruskan hari-hari
malang kita itu sampai hari tua. tapi hari hari malang dan jiwa
yang lambat laun akan jadi tua itu memperingatkan juga pada
kita untuk selamanya harus mengenangkan hari-hari yang
manis dimasa lalu, sekalipun hanya dalam kenangan atau
kalaupun ada kejadian bolehlah dalam waktu sekejap saja."
Seluruh perkataan Cu Lian yang diucapkan panjang lebar,
nadanya mengharukan, membuat orang yang mendengar
akan mengalir air matanya pula.
Tan Liong berdiri membisu, tidak sepatah perkataanpun
bisa keluar dari mulutnya.
Cu Lian menyeringai sekali lalu berkata pula,
"Kesalahan toh sudah kejadian dan kesudahannya begini
rupa. Yang harus dicegah, jangan sampai kesalahan yang
lebih besar timbul dalam hati kita!... Aku tahu, perkawinanku
dengan Koan Beng suatu kesalahan besar. Tapi tidak bleh aku
tidak ceritakan padanya, hingga kesalahan yang sudah ada
akan jadi lebih besar.."
"Ya!" Bersuara Tan Liong juga. "Kita tidak boleh salah terus
menerus..Hari-hari yang manis antara kita pada masa lampau
biarlah menjadi kenang-kenangan saja selamanya dalam hati
sanubari kita."
Cu Lian agaknya merasa terhibur hatinya, senyum sekarang
yang nampak adalah senyuman yang wajar. Tetapi kemudian
berkata pula ia bersungguh-sungguh,
"Benar kau tidak akan membunuhku?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa dan dengan alasan apa kau akan kubunuh?
Selanjutnya bukankah kita juga bisa hidup dan mengecap
yang manis-manis?"
Cu Lian bergerak-gerak bibirnya seakan-akan hendak
mengutarakan sesuatu, tetapi akhirnya selalu diurungkan.
Lama sekali, akhirnya baru berkata lagi,
"Jikalau sudah menjadi pendirianmu begitu, aku juga tidak
ingin bicarakan soal apa-apa lagi, aku juga perlu pergi. Akan
kucari Engko Beng, akan kujelaskan semua sampai terang
padanya."
Setelah itu perlahan-lahan ia berjalan,
Tan Liong tidak memanggilnya kembali, hanya diawasinya
saja dibelakangnya bekas kekasihnya itu, yang kian lama kian
menghilang dari pandangan matanya.....
Kembali terdengar suara teriakannya Cu Lian dari tempat
jauh yang berkata, "Engko Kang Liong, selanjutnya aku minta
dan janganlah kau pikirkan aku. Hari-hari indah yang manis-
manis itu sudah berlalu, impian yang sudah buyar tak dapat
perlu lagi dicari-cari, lupakanlah semua kenangan lama......"
Kalau perkataan yang terakhir itu masuk dalam telinganya
Tan Liong, bayangan Cu Lian sudah tidak kelihatan lagi,
ditelan malam gelap.
Kini tinggallah Tan Liong seorang, berdiri dia menjublak
bagaikan patung, sedang dalam melamunnya itu ia berakta
sendiri,
"Ya, sudah lalu! Tidak guna memikirkan kenangan lama,
tidak perlu memikirkan waktu yang telah lalu, boleh kuanggap
sebagai impian tegang saja. Tak perlu kujadikan beban
kesengsaraan hatiku dalam dan keremhan hidupku."
Karena berpikiran demikian, hatinya lalu dirasa lega sedikit.
Meskipun segala kenangan masa lampau tak terlupaTiraikasih Website http://kangzusi.com/
semuanya, tetapi toh itu sudah dianggapnya sebagai impian
yang menyegarkan saja.
Dengan pikiran limbung perlahan-lahan ia meninggalkan
tempat kediaman bekas kekasihnya itu.
Dari jauh ia dengar suara bentakan ramai. Ia lalu lompat
melesat dan lari secepat terbang menuju ketempat dari mana
datangnya suara itu.
Dalam waktu sekejap saja sudah sampai ditempat itu.
Apa yang disaksikan membuat hatinya berdebar-debar.
Entah saja kapan, disitu setelah terjadi pertarungan sengit
lagi dengan orang-orang partai Siao lim pay dengan Naga
Merah, si merah itu. Ketika Tan Liong tiba ditempat tersebut,
diantara orang-orangnya siao lim pay sudah lima orang yang
tewas terkena senjata mautnya Naga Merah itu, Ceng Sim
siansu sendiri rupanya terluka berat, saat itu ia sedang duduk
bersila mengobati lukanya. Ditanah ada lagi menggertak lima
orang sudah menjadi bangkai yang keadaannya serta seluruh
tubuhnya koyak-koyak tak karuan.
Tan Liong yang menyaksikan itu semua kejadian yang
terbentang didepan mata, lantas berkobarlah semangatnya,
nafsu membunuhnya timbul seketika.
Perbuatan Naga Merah itu sebetulnya terlalu dan terlalu
ganas! Sekalipun Tan Liong tidak mengetahui diantara Naga
Merah palsu itu dengan siao lim pay ada permusuhan apa,
tetapi ketika menyaksikan perbuatannya demikian kejam,
akhirnya membuat ia panik dan naik darah. Seketika itu juga
ia lantas berseru, "Ya Tuhan!" dan berbareng dengan itu
orangnya pun sudah terbang melesat, tahu-tahu sudah berada
didepan si Naga Merah palsu.
Suara teriakan Tan Liong tadi mengguntur seakan-akan
geledek yang memekakkan setiap telinga yang mendengar.
Pek cie taysu dengan empat anak murid siao lim pay yangTiraikasih Website http://kangzusi.com/
sedang bertempur lantas pada bergerak mundur. Naga Merah
mengawasi Tan Liong sejenak lalu membuka suara,
"Tuan ingin bertanding lagi?" tanyanya
Tan Liong berubah wajahnya, seketika itu juga jawabnya,
"Aku cuma ingin menanya, siao lim pay dengan kau ada
permusuhan apa sampai kau turun tangan begitu ganas?"
"Tentang ini bukan bagian tuan menanya."
"Kalau kau berani mengganggu seujung rambut orang-
orang siao lim pay lagi, semua perjanjian kita tadi langsung
jadi batal!"
"Apa kau yakin kau mampu mengendalikan kehendakku?"
"Bagaimana jadinya, kita coba-coba lagi. Tapi yang mesti
kau harus berhenti turun tangan."
Sehabis berkata demikian, Tan Liong lalu menggerakkan
lagi kakinya berdiri tepat di depan si Naga Merah.
Pada saat itu terdengar suaranya Pek cie taysu, "Harap sicu
jangan ikut campur dalam urusan ini!" katanya, "Naga Merah
yang kau katakan palsu ini sudah membunuh banyak sekali
anak murid siao lim kami. Dosa yang harus ditanggungnya tak
bisa diampuni. Partai kami pasti akan menangkap dan
mengadili Naga Merah gadungan ini.."
Naga Merah yang dikatakan Tan Liong bukan yang
sebenarnya itu sewaktu mendengar perkataan Pek cie taysu
lalu terbahak-bahak ketawa, katanya,
"Hweeshio, orang ini toh tidak suka usulmu."
Tan Liong merah wajahnya seketika. Dalam hati, diam-diam
ia berkata, "Pek cie taysu kalau sudah mengatakan begini, tak
perlu lagi aku cari kerepotan. Siao lim pay dengan aku sendiri
tak bermusuhan dan aku toh sudah urungkan niat hendak
mem-bom gereja orang-orang itu. Tetapi orang yang
menghajar ibuku, sepantasnya mesti kucari sampai ketemu."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Selama waktu itu, Pek cie taysu sudah mengadakan
penyerangan pula. Kedua lengan jubahnya nampak terkebut,
dikebaskan kebadannya si Naga Merah dan setelah itu terus
disusul dengan serangan beruntun sampai dua kali.
Turun tangannya Pek Cie taysu untuk kedua kalinya
dilakukan dengan sepenuh tenaga dan kecepatannya laksana
angin. Empat sisa anak murid Siao lim pay yang masih hidup
sambil menggeram serentak juga turun tangan melihat
pemimpinnya bergerak sudah.
Tan Liong hanya ketawa dingin, perlahan-lahan
ditinggalkannya tempat tersebut.
Tiba-tiba dari jarak kejauhan terdengar pula suara
bentakan orang yang terkadang seolah-olah teriakan suara
perempuan.
Tan Liong mendengar itu, dalam hati merasa terheran-
heran. Selagi baru ia hendak enjot kaki lari ketempat itu,
lantas terdengar suara Naga Merah yang rupanya sedang
membentak Pek cie taysu, "Pek cie taysu...aku ada urusan lain
yang penting ingin jalan dulu, sampai ketemu di lain hari.."
Setelah itu lantas benar-benar melangkah kemudian hanya
bayangan merah yang kelihatan, dalam waktu sekejapan
ahhh.. kemana dia perginya ditelan malam gelap.
Naga Merah itu bisa berlalu dengan cara demikian mudah
dibawah kepungan lima anak murid pilihan partai Siao lim pay,
kelincahannya sudah boleh dihitung dari tingkatan yang tak
ada taranya.
Menghilang lenyapnya bayangan merah atas Naga Merah
itu membuat Pek cie taysu penasaran, jelas dari wajahnya
yang merah padam. Karenanya sebaba tidak berhasil
menawah hidup-hidup Naga Merah itu tentu saja siapapun
dapat membayangkan kegusarannya. Ditambah lagi tewasnya
lima jiwa murid siao lim pay dan terlukanya Ceng sim siansu
lebih-lebih menambah kemarahannya Pek cie taysu. TetapiTiraikasih Website http://kangzusi.com/
apa daya? Daya tak ada, orang yang menjadi musuh besarnya
telah lolos. Ia hanya dapat berdiri dengan gigi bercatrukan
dan badan menggigil.
Sementara itu suara-suara seperti orang bertempur yang
lapat-lapat terdengar juga suaranya orang perempuan,
menggerakan hati Tan Liong. Ia ini dengan kecepatan
bagaikan kilat lari menuju ketempat tersebut tanpa
memperdulikan nasib Pek Cie taysu.
Dalam waktu sekejapan saja ia sudah sampai ditempat
darimana tadi didengarnya ada suara bentakan-bentakan.
Ketika menyaksikan apa yang terjadi, wajah Tan Liong
berubah seketika.
Disitu ternyata ada lima sampai enam hweeshio yang
mengepung seorang wanita. Perempuan yang disebut ini pada
ujung bibirnya tampak berdarah dan mengetel turun, rupanya
ia sudah terkena entah berapa kali pukulan.
Dan ketika Tan Liong melihat wajah wanita itu, kembali
terperanjat sekali dia. Sebab wanita yang dikepung dan sudah
terluka itu ternyata adalah Hoan Giok Hwa yang secara diam-
diam pergi ke kelenteng Ban hui sie digunung Ngo-bie san
dengan maksud hendak mencari Soat som yang sudah ribuan
tahun umurya.
Jikalau Tan Liong menduga tidak salah, kelima orang
hweeshio itu tentu juga adalah muridnya orang-orang dari
gunung Ngo bie san.
Pada ketika itu Tan Liong sudah mendengar suara seorang
pengepung wanita itu membentak lagi dengan suaranya yang
keras,
"Budak hina, Kali ini akan kuantarkan jiwamu pulang ke
akhirat!"
Ternyata yang membentak tadi adalah seorang hweeshio
gemuk besar. Badannya yang begitu gemuk, badannya yangTiraikasih Website http://kangzusi.com/
begitu besar, tidak mengurai kecepatan dan kelincahannya.
Sebentar saja mencelat dan seakan-akan sedang menerkam,
mencengkram Hoan Giok Hoa. Orang yang diserang kali ini
rupanya tak berdaya lagi, mulutnya menyemburkan darah!
Tan Liong terkejut sekali. Lantas dia menggeram serta
terus menerjang kearah lima Hweshio itu sambil membentak.
"Kawanan kepala gundul! kira-kira sedikit kau turun
tangan!"
Ucapannya ini disusul dengan satu serangan angin dahsyat
yang mendorong rombongan lima orang hweeshio mundur.
Dorongan angin serangan Tan Liong yang mendadak itu
membuat kawanan hwesio cari Ngo bie pay pada kaget.
Mereka lantas mengawasi Tan Liong dengan mata melotot.
Dan tatkala mereka mengetahui siapa yang datang, salah
seorang diantaranya, orang yang berperawakan besar gendut,
dengan wajah beringas
"Hai, bocah! Anak siapa kau? Mau apa kau ikut-ikutan?"
Seorang lagi lantas berseru, "Apa kau mau jadi
pembelanya?"
"Kalian berlima semua adalah murid-murid golongan
Buddha, Perbuatan kalian yang berniat menumpas seorang
wanita lemah, kau katakan keterlaluan atau tidak?"
Perkataan berupa jawaban yang mengejek itu membuat
kelima hweeshio itu melongo, sampai merah wajah mereka
semua.
Tetapi si hweeshio gendut itu agaknya tidak mau pusingi
itu semua, dengan tatap beringas ia berkata dingin,
"Sungguh tidak nyana, bocah kemaren sore seperti kau
sudah bisa mengajar orang yang sudah setua Hudyamu! Kalau
kau ingin tahu budak hina ini bukan cuma tidak pandang mata
partai kami, juga sudah berani mati curi soat som berumurTiraikasih Website http://kangzusi.com/
ribuan tahun milik partai kami. Kau katakan sekarang itu,
pantas atau tidak? Kami harus membunuhnya, kalau kau ikut
campur dalam urusan ini akan kutamatkan riwayatmu
sekalian. Mengerti?!!"
Sehabis berkata dengan tindakan perlahan dihampirinya si
pemuda.
Tan Liong hanya ganda ketawa kemudian berkata,
"Hweeshio kepala gundul, sebatang Soat som perlukah
sampai membuat kau ingin merengut jiwa seorang wanita?"
Sekali lagi katanya. "Apa sebatang soat som itu senilai
harganya dengan jiwa manusia seorang?"
"Budak hina itu terlalu menghina, Karena itu kami tak sudi
melepaskannya begitu saja. kau tutup mulut!"
Tan Liong dongakkan kepala dan lantas ketawa terbahak-
bahak! Kemudian lagi baru berkata menegaskan, "Siapa saja
asal berani turun tangan dia paling dulu harus merasakan
pukulanku ini!" Ebook by : Dewi KZ, Aditya, aaa, Budi S, Nico
kangzusi.com Sambil berkata demikian, Tan Liong
mengepalkan tangannya. Dan sambil mengawasi terus gerak-
gerik kelima hweeshio itu, perlahan-lahan ia bertindak
menjauhi mereka.
Pikirkan apabila ada seorang saja diantara kelima orang
hweeshio itu turun tangan lagi menyerang Hoan Giok hoa, ia
akan segera turun tangan menghajar lebih dulu.
Suasana malam disitu tegang, hweeshio gemuk dengan
lagak sombong berkata,


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kami justru ingin mencoba!"
Setelah itu lantas badannya melesat balik menyerang Hoan
Giok Hoa!Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Akan tetapi baru saja hweeshio gemuk itu bergerak
ditengah udara, Tan Liong dengan suaranya yang keras
mengguntur sudah membentak, "Kau cari mampus!"
Berbareng dengan itu, badannya juga bergerak, tangan
kanannya terayun dan menyerang si hweeshio gemuk itu.
Serangan Tan Liong itu dilakukan secepat kilat. Selagi
serangan hweeshio gemuk itu meluncur, serangan tangan Tan
Liong yang mengandung angin hebat juga sudah meluncur
keluar.
Hweeshio gemuk itu sama skeali tidak pernah menduga
kalau Tan Liong yang masih muda gesitnya demikian rupa.
Kala itu hatinya ciut ketakutan. Dengan cepat ditarik pulang
tangannya, sedangkan tubuhnya sudah melompat kesamping.
Akan tetapi serangan Tan Liong terayun lebih cepat.
Sebelum hweeshio gemuk itu dapat menyingkir, tangan kiri
Tan Liong sudah menyusulnya satu serangan yang dibarengi
dengan bentakannya, "Kepala gundul, sambutlah!!"
Belum habis perkataannya, badan hweeshio gemuk gundul
itu sudah dibikin terbang terkena serangan anginnya Tan
Liong untuk mudah jatuh meloso ditanah!
Empat hweeshio yang lain ketika menyaksikan kawannya
sudah rubuh oleh pemuda itu dalam tempo yang tidak makan
waktu dia jurus sudah menjadi ketakutan.
Dengan beringas Tan Liong mengawasi kawanan hweeshio
itu kemudia berkata dengan suara dingin,
"Siapa tidak takut mati, boleh coba-coba maju lagi!"
Tetapi keempat hweeshio Ngo bie pay itu tidak seorangpun
ada yang berani bergerak. Kekuatan serta kelincahan Tan
Liong benar-benar menghancurkan semangat bertempur
mereka.
Tan Liong yang sudah agak tenang berkata pula,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau sudah takut lantas enyah dari sini! Sekali lagi
kuberitahukan, apabila sekali lagi kulihat ada kejadian apa-apa
atas diri nona ini, aku pasti bikin rata sarang kalian digunung
Ngo bie san!"
Seorang hweeshio kurus kecil yang berdiri dipaling kanan
lantas menanya dengan suara dingin,
"Siao sicu, harap tinggalkan namamu yang mulia. Rekening
malam ini pasti kami anak Ngo bie pay akan perhitungan atas
dirimu."
"Aku bernama Tan Liong. enyahlah!" jawabnya Tan Liong
sambil ketawa bergelak-gelak.
Empat hweeshio itu saling memberi isyarat, satu diantarnya
lantas menyambar tubuhnya itu hweeshio gemuk yang terluka
lantas meninggalkan tempat tersebut, sebentar kemudian
sudah menghilang ditempat gelap.
Tan Liong berjongkok memeriksa dirinya Hoan Giok Hoa
yang terluka dan jatuh pingsan ditanah, hatinya merasa perih.
Untuk kepentingan dirinya gadis ini dengan tanpa
menghiraukan dirinya sendiri, diam-diam sudah pergi ke
gunung Ngo bie san untuk mencuri Soat som yang usianya
sudah ribuan tahun, perbuatan dan pengorbanan yang begitu
agung, bagaimana tidak membuat Tan Liong merasa bersedih
dan bersyukur?
Tidak perlu disangkal lagi, bahwa Hoan Giok hoa memang
benar-benar menyintai Tan Liong.
Tapi ia mana tahu bahwa Tan Liong ada seorang pemuda
yang sudah pernah terluka hatinya karena gagal dalam
percintaannya, maka sekarang ia tidak berani gampang main-
main lagi dengan api asmara. Didalam keadaan demikian
apakah cintanya Hoan Giok Hoa nanti akan berakhir dengan
suatu kebahagiaan? Sudah tentu semua ini tidak dapat
diramalkan oleh orang luar!Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong yang menyaksikan keadaannya Hoan Giok Hoa
diam-diam menghela napas, kemudian dengan menggunakan
kekuatan tenaga dalamnya, ia coba menurut tiga jalan darah
penting ditubuh si nona.
Pengobatan cara demikian telah menggunakan waktu
hampir dua jam, dan ketika Hoan Giok Hoa siuman kembali,
matahari ternyata sudah naik tinggi.
Kedua pipinya Hoan Giok hoa perlahan-lahan sudah
kelihatan merah, ia membuka matanya mengawasi Tan Liong
yang berjongkok disisinya, lalu menanya dengan perasaan
agak sangsi
"Engko Liong,apakah kita ketemu didunia ini?"
"Aku belum mati!"
Matanya Hoan Giok hoa yang redupnya memperlihatkan
sikap kebingungan lama sekali baru dapat berkata sambil
tersenyum,
"Sekarang aku tahu engko Liong tentu kau yang
menolongku bukan?"
"Ya, aku yang menolongmu, mengapa kau diam-diam pergi
kegunung Ngo bie san?" demikian Tan Liong dengan
sahutannya ia lantas disambungi pertanyaan,
"Engko Liong, aku pergi toh guna kepandaianmu." kata lagi
Hoan Giok hoa.
"Aku tahu, oleh karena aku, kau mau melakukan pencurian
Soat som. Kalau setindak saja aku terlambat datang tadi,
bukankah perbuatanmu itu akan membuat aku menyesal tak
habisnya. Dengan cara begitu kau tidak langsung membikin
hidupku tidak enak selalu."
"Jikalau kau bisa tahu kematianku karenamu sudah puas
hatiku. Apalagi yang harus dibuat jadi pikiran? Engko LiongTiraikasih Website http://kangzusi.com/
dengan tidak sengaja karena perbuatanku aku melukai kau,
Atas itu sudikah kau maafkan aku?"
"Tentu aku tidak gusar. Juga aku sedia memaafkan."
"Engko Liong, kau baik sekali!"
Diwajahnya nona itu sekilas tampak senyum ayu disertai
pula dengan ketawanya yang masih bersih tak bernoda. Tidak!
Seharusnya lebih mirip kalau dikatakan setangkai bunga tulip
yang sedang mekar!
Tan Liong berdebaran hatinya tidak berani ia memandang
terlalu lama pada paras cantik yang menggiurkan itu,
perlahan-lahan ia lalu menunduk.
Hoan Giok Hoa memasukkan tangannya kedalam saku,
sebentar kemudian dari dalam lantas keluar sebatang Soat
som sepanjang satu lahan lebih yang lantas diangsurkan
kepada Tan Liong secara, katanya,
"Engko Liong, meski aku harus menderita luka-luka yang
tak berarti ini, tapi aku berhasil juga mendapatkan soat som
yang umurnya ribuan tahun ini. Sekarang kau makanlah!"
Memandang sebatang Soat som itu, Tan Liong merasa
jantungnya berdebaran makin keras. Hampir-hampir air
matanya tak tertahan keluar.
Soat som itu meskipun hanya sebatang, namun didalamnya
terkandung entah berapa besarnya pengorbanan cinta serta
kasih sayangnya Hoan Giok Hoa.
Hoan Giok Hoa dengan pergi menempuh bahaya dan tanpa
menghiraukan bahaya untuk dirinya sendiri mendapatkan Soat
Som, itu cinta kasih seorang sahabat yang diunjukkan olehnya
sesungguhnya sangat berharga sekali.
Lama sekali, akhirnya Tan Liong menghela nafas serta
katanya, "Nona Hoan, lukaku semua sudah sembuh. Soat somTiraikasih Website http://kangzusi.com/
ini biar kau sajalah yang makan atau boleh juga disimpan
untuk keperluan dilain waktu."
"Engko Liong, meskipun luka-lukamu betul sudah sembuh,
tapi biar bagaimana harus kau yang menyimpan barang ini....
Kalau tidak begitu, hatiku akan merasa sedih."
Dimatanya waktu itu namapk sinar terang, tetapi agak
lemah seperti orang mitna minta supaya dikasihani. Hal ini
membuat Tan Liong tak berdaya hendak menolak terus-
terusan. Bagitulah akhirnya ia mengulurkan tangannya
menjemput sebatang Soat som tersebut.
Hoan Giok Hoa kini kelihatan berseri-seri wajahnya jelas
sekali ia bergirang.
"Engko Liong," katanya sambil ketawa "Kau baik sekali!"
Terhadap anak dara yang masih suci bersih serta jujur dan
polos ini, Tan Liong sudah mendapat kesan baik sekali. Ia
merasa berat dan menyesal sekali terhadapnya, sebab bagi
cinta kasih yang diberikan kepadanya yang begitu suci bersih
tidak dapat dibalasnya sebagaimana layaknya. Ia adalah
seorang pemuda yang pernah gagal dalam cinta, tidak suka ia
membiarkan hatinya tercuri lagi oleh orang lain, tidak suka ia
menempatkan hati gadis suci murni ini dalam hatinya.
Saat itu Hoan Giok hoa sudah lompat bangun, dengan sorot
mata yang mengandung rasa penuh kasihan mengawasi Tan
Liong, pemuda pujaannya, kemudian membuka mulut,
"Engko Liong" katanya, "apa kau betul-betul suka padaku?"
"Ya, suka sekali!"
"Engko Liong," katanya pula, "Kau baik sekali, aku juga
suka sekali padamu!"
Tan Liong yang sudah mulai tenang hatinya, lantas
bergelora pula. Ia lalu mencoba mengarahkan pembicaraan
kelain soal.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Nona Hoan, kau bermaksud mau kemana?"
"Kau suka kemana, kesitu aku ikut!"
Tan Liong diam-diam mengeluh dalam hatinya, Hatinya
mendelu,
"Ini mana boleh?" katanya sedih, "Aku masih banyak
urusan yang masih belum beres!"
"Engko Liong, apa kau jemu terhadap tingkah laku ku?"
"Sama sekali tidak!"
"dan lalu karena apa?"
"Tidak apa-apa!"
"Kenapa kau tidak suka berada bersama-sama denganku?"
"Sebab ada urusan terlalu penting yang harus kubereskan
secepat mungkin."
"Engko Liong, aku tidak akan menyusahkan kau lagi. Aku
hanya merasa, apa bila tidak bersama-sama kau, aku merasa
kosong, hampa, dan duka hatiku. Maka itu tadi aku minta
pada kau, bolehkah aku ikut kau pergi kemana kau menuju?"
Tan Liong kerutkan kening. Diam-diam ia lalu berkata
dalam hati sendii, "Aku harus pergi Ciong lam san sekali
memperbaiki keadaan disana dan dari situ aku akan terus
mencari potongan mangkok pecah yang lain. lalu dari situ lagi
niatku ingin mencari ayah dan siao hun jie Tiao bun Bun.
Kalau dalam saat yang genting semuanya itu Hoan Giok hoa
ada disampingku, sedikit pasti akan merupakan beban yang
akan merepotkan, tetapi kalau kujelaskan semua persoalanku
ini, bisa jadi juga dia tidak mau mengerti."
Memikir sampai disitu, ia sudah membuka mulut,
"Nona Hoan,"katanya, "Aku tahu kau suka terhadapku pun
demikian juga aku terhadapmu. Tetapi karena aku masih
mempunyai beberapa urusan penting yang harus dan mestiTiraikasih Website http://kangzusi.com/
dibereskan sendiri aku kira sementara ini kita tidak bisa
bersama-sama. Harap kau suka memikiran juga pendirianku
nanti, jiakalau urusanku sudah beres semua pasti aku akan
datang menjemputmu dan tidak akan berpisahan lagi dengan
kau."
Hoan giok hoa mendengar putusan itu, merasa sedih
hatinya.
"ENgko Liong" katanya dengan nada pilu, "Kalau kau tidak
mengijinkan aku turut pergi ya sudahlah, sebab kalau aku
memaksa, kau pasti tidak suka padaku lagi selanjutnya, betul
tidak?"
Bicara sampai disitu, matanya nampak merah,
mengembang air mata, yang lantas ditutupinya dengan kedua
belah tangannya sambil terisak-isak.
Tan Liong mengeluh dalam hati. Ia sedianya ingin
mengatakan lagi sepatah kata, namun ia tidak tahu
bagaimana harus memulai percakapan pula tidak tahu ia
bagaimana harus menghibur hati anak dara yang masih putih
bersih ini.
Sambil ketawa-ketawa sedih akhirnya Hoan giok hoa
berkata juga, "Engko Liong, pergilah. Aku maklum bagaimana
risau hatimu, tapi bicara banyak juga tak ada gunanya. Kau
pergilah dengan hati lega."
Dua butir air mata sebesar biji kacang akhirnya tanpa dapat
dicegah lagi menetes jatuh.
Tan Liong tetap masih dalam keadaan membisu. Perlahan-
lahan dibaliknya badannya, selagi hendak berlalu mendadak
dikejutkan oelh suatu kejadian yang ganjil.
Sebab kala itu dibelakang dirinya entah sejak kapan telah
berdiri seorang nenek tua yang kelihatannya sudah loyo sekali.
Nenek tua itu memegang sebuah tongkat dari bambu,
wajahnya keriputan penuh, wajahya pucat lesu. IniTiraikasih Website http://kangzusi.com/
merupakan suatu bukti bahwa sang waktu yang tidak
mengenal kasihan telah mengaruniai padanya usia sedemikian
tua hingga keriput wajahnya.
Nampak si nenek duduk tenang dibelakang batu besar,
matanya terpejam.
Tan Liong dalam hati merasa heran dan agak bercekat.
Nenek tua itu hanya dua tiga kaki saja dibelakangnya tadi
ketika ia berhadap-hadapan dengan Hoan Giok Hoa tanpa
dirasanya, bukankah itu merupakan suatu hal yang janggal?
Sesaat lamanya Tan Liong menjublak tak bergerak,
matanya terus menyelusur seluruh tubuh nenek tua itu
dengan segala macam pertanyaaan dalam hati.
Sebentar kelihataan nenek itu membuka kedua biji
matanya. Sinar matanya yang tajam berapi mengawasi Tan
Liong dari atas sampai kebawah, lalu berkata agaknya
ditujukan untuk dirinya sendiri.
"Bocah keras sekali hatimu. Kau tega sekali melihat nona
yang cintanya sepenuh hati terhadapmu menderita hatinya
dan akan kau tinggalkan begitu saja, AKh, Didalam dunia ini
yang paling tolol benar-benar adalah hatinya seorang gadis
yang sedang dalam mabuk asmara....."
Tan Liong yang mendengar perkataan itu, wajahnya
dirasakan panas seperti membara, sampai kekuping-kupingnya
sudah merah semua.
"Bolehkah kiranya aku yang rendah mengetahui locianpwee
ada golongan atau asal partai mana? Mengapa tidak apa-apa
terus menggoda boanpwee?"
Hoan Giok Hoa yang agaknya baru mengetahui akan
adanya nenek itu lalu berkata juga,
"Locianpwee, Engko Liong ini benar-benar mempunyai
urusan. Tidak pantas juga aku memberati bebannya denganTiraikasih Website http://kangzusi.com/


Naga Merah Hiat Liong Toan Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

adanya aku disampingnya. Jangan kau tertawakan padanya,
jangan sampai membuat dia gusar terhadapmu."
Nenek tua itu mengawasi Hoan Giok Hoa sejenak lalu
berkata sambil ketawa hambar,
"Budak licik, apa ayahmu bernama Hoan Bun Liang?"
"Ya. memang benar. Locianpwee kenal nama itu, apa kenal
juga dengan ayah?"
Nenek tua itu setelah mendengar perkataan berupa
jawaban itu, keriput diatas wajahnya nampak bergerak-gerak
lalu berkata seakan-akan mengomeli diri sendiri.
"Ah..aku tolol! Kenapa begitu goblok aku ini? Kenapa ini?
Kenapa aku mau mengurusi soal beginian?"
Setelah itu lalu ia berkata pula, "Ini benar-benar akan
membawa buntut yang tak baik, karena sudah terlanjur sudah
berkata, terus terang aku mengatakan, buntut dari ini pasti
akan merupakan suatu drama yang menyedihkan."
Perkataan itu seperti diucapkan pada dirinya sendiri, maka
pertanyaan Hoan Giok Hoa tidak dijawabnya sama sekali.
Lalu ia melirik Tan Liong seraya katanya,
"Bocah, kau inikah itu Naga Merah yang baru muncul di
dunia kangouw?"
Pertanyaan nenek tua itu membuat pucat wajah Tan Liong.
Tanpa sadar pula ia sudah mengider sejauh satu kaki
kebelakang. Matanya dengan terbelalak lebar terus ditujukan
kewajah si nenek yang keriputan.
Pertanyaan tadi benar-benar membuatnya kaget.
Sedikitpun tak pernah timbul dalam pikirannya kalau si nenek
tua keriputan ini mendadak dapat menyebutkan asal-usulnya
dengan jitu sekali.
Nenek tua itu unjukan senyum tuanya lalu berkata pula,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bocah, kau heran? Tidak usah. Aku toh tidak salah kata
bukan?"
"siapa yang memberitahukan hal itu pada cianpwee...?"
Diwajah nenek itu lantas tertampak perubahan besar.
Sambil tertawa menyeramkan ia lantas berkata, "Aku justru
sedang mencari-cari kau!"
Dengan sorot matanya yang dingin lantas ditatapnya wajah
si pemuda.
Tan Liong menenangkan pikirannya sebisa-bisanya lalu
dengan dingin pula berkata,
"Locianpwee, kau si orang tua mencari-cari aku ada urusan
apa?"
"Kenapa kau muncul di dunia kangouw dengan menyaru
dan mengambil nama Naga Merah?"
Tan Liong mendadak gusar, "Bagaimana locianpwee bisa
berpendapat kalau aku menyaru?"
Nenek itu kembali berubah wajahnya, dengan gusar
berkata lagi,
"Akuilah terus terang, bisa jadikah Naga Merah berumur
semuda kau?"
"Jikalau Naga Merah itu suhuku bagaimana?"
Nenek itu pentang lebar-lebar matanya, ia menggerendeng
seorang diri,
"Ya, benar. Bagaimana aku bisa lupa kalau kau muridnya..."
Ia berhenti sejenak, lalu berkata pula sambil mengawasi
Tan Liong "Dan suhumu itu sekarang ada dimana?"
Tan Liong yang waktu itu belum mengetahui riwayat dan
tingkat hidupnya nenek tua itu maka lalu timbul maksudnya
ingin membohongi si nenek.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setelah mengambil keputusan demikian, lalu menjawab,
"Suhu sudah wafat!"
"Apaa??"
Nenek itu menjerit kaget. Keriput diwajahnya bergerak
semua. Agaknya hatinya waktu itu sedang tergoncang keras.
Lama sekali........
Nenek itu perlahan-lahan mulai reda ketegangan
diwajahnya, lalu berkata pula,
"Aku tanya sekali lagi apa kau mengatakan apa tadi?"
"Suhu sudah wafat!"
"Apa benar katamu?"
"Apa dikira boanpwee membohongi cianpwee?"
Nenek itu mendeliki matanya dan dengan gusar berkata,
"Dia sebenarnya sudah mati apa belum? Kau jawab
sebenarnya..."
Tan Liong tidak menjawab pertanyaan si nenek yang
sedang gusar, sebaliknya malah balas menanya,
"Sukakah Locianpwee memberitahukan ada hubungan apa
antara Locianpwee dengan suhu?"
Nenek itu kembali mendelikkan matanya berkata pula
dengan gusar, "Tidak perlu banyak bacot! kau jawab dulu!
Akh....."
Mendadak ia menghela napas, lalu katanya pula dengan
nada agak mereda.
"kalau aku tidak mengingatkan kau terlalu kecil dengan
tingkah lakuku seperti ini, siang-siang sudah ku kirim jiwamu
keneraka! sekarang aku tanya lagi, Dia betul-betul sudah mati
apa belum?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Tan Liong masih tidak tergerak hatinya, ia tidak takut,
maka ia menyahut,
"Locianpwee dengan suhu ada hubungan apa? Suhu
Rahasia Siluman Raga Kaca 1 Si Midah Bergigi Emas Karya Pramoedya Ananta Toer Hong Lui Bun 15
^