Pencarian

Hadiah Membawa Bencana 10

Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung Bagian 10


ada pil ?Hoan kut Leng tan? yang kalau
dimakan khasiatnya sama dengan
berlatih nafas dua puluh tahun
lamanya. Harus mendaptkan Pek hap Cin
keng"
"Banyak kesukaran harus ditempuh untuk
mendapatkan kitab itu. Terlebih dahulu
tempat tidur yang ada di tengah-tengah
harus dihancurkan. Kemudian meja batu
didorong ke kanan dan kekiri sekali
saja, diisitulah akan menemukan suatu
keajaiban. Tapi kalau kitab tidak
dipelajari betul-betul seumur hidupnya 756
orang yang menemukan jangan harap
mendapat kebahagiaan."
Li Cong Bun dan Se bun Pa setelah
menemukan tulisan tersebut bukan main
girangnya. Mereka tidak takut akan susah
payah menempuh bahaya, asal kitab yang
dimaksudkan dapat dimiliki.
Semikianlah mereka lau bekerja menurut
petunjuk tulisan tadi. Tempat tidur
dihancur-leburkan dahulu. Kemudian mendorong
kekanan dan kekiri meja batu yang ada di
situ. Tiba-tiba terdengar suara
bergedebrukan rubuh. Ternyata dindingnya goa
dan atasnya goa pada ambruk. Segera tampak
sinar terang menyorot.
Untuk menghindarkan diri dari reruntuhan
batu-batu goa, keduanya lantas menggunakan
ilmu meringankan tubuh untuk melesat keluar
ke arah yang menyorot terang. Ketika mereka
turun ke bawah ternyata mereka turun di atas
tanah biasa hanya kedalam rawa lumpur.
**GS**
SAMPAI didini kita tinggalkan Li Cong Bun
dan Se bun Pa yang nyemplung ke dalam rawa
lumpur. Mari kita ikuti perjalanannya Bu Ju
Toato, Ceng Leng Cin jin dan Biauw Hoat Sin
ni serta Kun Hun dan Pek Hun dari kuil Naga
Emas di Si Hek yang pergi ke Ya ji san 757
menyatroni sarangnya Kiu bin Sin bo Siang Su
Su yang sangat tinggi ilmu silatnya.
Untuk menghindari kerepotan penduduk yang
sangat menghormati padanya sebagai orang
suci dari kuil naga emas maka Kun Hun dan
Pek Hun menghindari berjalan di jalan raya
dan terpaksa berjalan di perkampungan.
Untuk mencari puncak Kui cui hong dan
tempat tinggalnya Siang Su Su diperairan
Toan hun cian sungguh tak mudah. Apalagi
disitu ada disebar hawa beracun yang amat
jahat dan dapat membunuh kepada siapa yang
lewat disana.
Dalam beberapa hari mereka menjelajah
puncak gunung akhirnya mereka sampai di
suatu jurang yang ada air terjunnya. Keadaan
disitu rupanya tak terawat karena boleh
dikatakan hampir seluruhnya tertutup oleh
dedaunan yang pada jatuh.
Tiba-tiba mereka mendengar suara "Tang".
"Hei, ada terdengar suara demikian. Tentu
ada orangnya. Mari kita maju terus untuk
menanyakan pada orang itu dimana kita bisa
menemui sarangnya Siang Su Su." demikian
Ceng Leng Cinjin berkata pada Kun Hun.
Mereka baru saja hendak bergerak maju
mendadak nampak ada orang dengan langkah
gesit sekali mendatangi. Orang itu rupanya
mempunyai ilmu meringankan tubuh yang 758
sempurna karena kedatangannya tidak
terdengar sama sekali.
Tunuhnya tinggi kurus, mukanya bengis,
matanya melesak seperti alap-alap, mulutnya
tipis dan hidungnya seperti paruh burung
kakatua, ada sedikit janggut. Orang macam
demikian pasti bukan orang baik-baik.
Ceng Leng Cinjin tidak memandang
orangnya, hanya diam-diam mengagumi ilmu
meringankan tubuhnya yang amat tinggi.
"Sahabat, bolehkah aku menumpang tanya?"
Belum habis jago Thian san itu bicara
sudah dicegat oleh orang itu.
"Kamu demikian berani sudah datang
ketempat kan hun cian ini, benar-benar
menandakan kematianmu sudah sampai pada
waktunya. Maka buat apa tanya ini dan itu
lagi?"
Perkataan yang dikeluarkan oleh orang itu
ada sangat kasar, akan tetapi Ceng Leng
Cinjin tidak jadi marah, malah ia tertawa
bergelak-gelak.
"Sahabat," katanya. "Hidup dan mati itu
semua sudah ada takdirnya Tuhan. Kita
manusia mana tahu akan mati dengan mendadak.
Kami hanya hendak menanya padamu, dimana
leteknya Koan hun cian?"
"Kauw hun dan Toan hun tidak ada bedanya.
Kamu mau kesana boleh berjalan sepiluh li 759
lagi. Pada saat tengah hari kau akan sampai
disana."
Orang itu menjawab dengan tidak jelas,
lebih tak tahu adat lagi. Setelah menjawab
demikian lantas meninggalkan Ceng Leng Cin
jin dengan kawan-kawannya.
Ia mendemonstrasikan ilmu meringankan
tubuhnya. Sekali melompat sudah bisa
mencapai jarak puluhan tombak,
Ceng Leng Cin jin mengerutkan alisnya.
"Orang ini rupanya ingin mencari seteru
dengan kita," katanya menghela nafas.
"Diwaktu pergi dia sudah memperlihatkan
ilmu meringankan tubuhnya Leng si Sut ie,
entah ia ada dari golongan mana?"
"Totiang waktu bicara dengannya apa tidak
memperhatikan ditangannya ada memegang gong
kecil dan tangannya tidak mempunyai jari
kelingking?" tanya Pek Hun.
"Ya, betul seperti katanya Pek Hun
Taysu," menyela Bu Ju Toato, "Aku kira dia
itu adalah Hoat Teng Hweshio sebab mukanya
ada demikian bengis. Menurut kabar yang
tersiar diluaran, Hoat Teng hweshio telah
dibinasakan oleh seorang pendekar she Kwee.
Senjata tongkatnya telah dibabat putus
dengan pedang. Kiranya dia tidak mati dan
muncul disini dengan memelihara rambut
kembali menjadi orang biasa." 760
"Melihat ilmu meringankan tubuhnya yang
lihai," kata Ceng Leng Cinjin. "Mungkin
benar dia Hoat Teng Hweshio. Ah jika dia
benar, kita tambah lagi seorang musuh kuat.
Tapi tak apa. kita boleh bekerja sebisanya
membasmi kawanan penjahat yang mengganggu
keamanan. Ah barusan dia berkata kita sampai
disan tepat pada tengah hari, perlu apa kita
harus menuruti dia?"
Biauw Hoat Sin ni ikut bicara, katanya:
"Ya Siang Su Su memang sangat lihai, tapi
hweshio tadi hanya biasa saja. Nah kita
lebih baik sekarang beristirahat saja dahulu
disini. Sebentar kalau sudah tengah hari
kita boleh mulai jalan lagi. Kita mau tahu
sampai dimana kelihaian mereka menyembut
kedatangan kita. Jangan kita bikin merosot
namanya Tri Tunggal dan Empat Hud yang sudah
termasyur.
Berlima lantas pada mengambil tempat
masing-masing untuk beristirahat bersemedhi.
Setelah hampir tengah hari mereka
melanjutkan perjalanannya. Setelah menempuh
perjalanan delapan li, mereka tidak
menemukan apa-apa tapi keadaan disekitar
tempat itu amat sunyi seolah-olah ditempat
itu akan timbul bencana tidak terduga-duga.
Mereka berjalan lebih jauh dan menemukan
satu jurang yang buntu jalannya. Ditepi
jurang ada air terjun dan tampak pada
bertumpuk lebih tebal dari yang mereka 761
pernah lihat. Tidak jauh dari air terjun
tampak sebuah batu berwarna hijau persegi
panjang, diantaranya ada berbaris tengkorak
manusia. Lebih jauh ada ukiran beruang ekek
yang jahat serta tulisan yang ditulis dengan
jari tangan yang menggunakan tenaga dalam
yang sangat kuat berbunyi :
"ORANG SAMPAI DI TEMPAT INI ROKHNYA
AKAN MELAYANG!"
Mereka setelah menyaksikan itu semua
mengetahui kalau disitu adalah Toan bun cian
sarangnya Siang Su Su dan mungkin juga Hwe
Ciang ada disitu.
Tiba-tiba Biauw Hoat Sin ni tertawa dan
berkata,
"Mereka itu ilmunya sudah sangat ajaib,
perlu apa pakai segala embel-embel begitu
yang hanya dibuat tertawaan orang saja?"
Tapi Bu Ju Toato ada berpendapat lain. Ia
menduga kawanan iblis itu membuat segala
embel-embel untuk menakut-nakuti, supaya
sebelum berjumpa dengan kawanan iblis itu,
orang yang menyatroninya sudah ketakutan
terlebih dahulu. Mungkin juga mereka
mengetahui kelihaiannya Tri Tunggal dan Dua
Hud mka sudah membuat luconan yang demikian
macam.
Ceng Leng Cinjin berpikiran lain. Mereka
sekarang sudah sampai di sarangnya nenek
iblis yang lihai itu bagaimanapun juga harus 762
waspada terhadap segala kemungkinan termasuk
keracunan. Ia tahu Siang Su Su selain ilmu
silatnya amat lihai juga bermain dengan obat
racun untuk membikin binasa lawan-lawnnya.
Pikiran Ceng Leng Cinjin bukan mustahil
ancanan dengan tulisan itu akan menjadi
suatu kenyataan. Ia sendiri tidak dapat
menduga sampai dimana kelicikannya Siang Su
Su, maka ketika mendengar masing-masing
kawannya menyatakan endapatnya ia tinggal
membisu. Hanya matanya yang tajam memeriksa
kesekitar tempat itu.
Tiba-tiba saja ia mencium bau busuk.
"Hei, kawan-kawan, lekas kalian menelan
pil pemunah racun. Kelihatannya hawa busuk
sudah mulai keluar. hayo lekas-lekas
mundur!" ia berteriak kepada kawan-kawannya.
Kelihatannya pada daun yang bertumpuk-
tumpuk itu ada mengepul asap berwarna kuning
kemudian berubah menjadi merah. Asap itu
bergulung-gulung terus naik tinggi. Itulah
ada hawa beracun yang ganas sekali. Sebab
jika ada orang yang kena menghisap hawa
beracun itu tidak ampun lagi badannya akan
lemas kemudian rubuh dan tubuh yang utuh
pelahan-lahan akan lumer dan menjadi cairan.
Baunya asap beracun itu sangat amis membikin
orang muntah-muntah seketika.
Mengetahui ada bahaya, mereka lantas pada
menggunakan ilmu meringankan tubuhnya
melesat ke tempat yang lebih tinggi. Selesai 763
mereka pada melesat, dari atas ada dua buah
batu besar yang menimpa ke bawah, rupanya
didorong sengaja oleh orang.
Jatuhnya batu itu menimbulkan suara
menggelegar saking beratnya.
Tri Tunggal dengan menggunakan ilmu Kera
Putih Melompati Pohon sebentar saja sudah
berasa di atas, disusul oleh Kun Hun dan Pek
Hun. Namun Pek Hun rupanya tidak tahan oleh
getaran jatuhnya batu tadi, mungkin juga
mengendus hawa yang tidak enak, maka ia
sudah rubuh pengsan ketika ia sedang
merambat naik memegangi akar rotan. Tentu
saja tubuhnya melayang jatuh ke bawah.
untung Bu Ju Toato yang melihat kawannya
menghadapi bahaya sudah segera melayang
turun dengan ilmu yang tinggi dan dapat
menjambret bajunya Pek Hun hingga ia ta
sampai jatuh binasa.
Kun Hun dari atas telah memotong rotan
yang merambat dan dijatuhkan ke bawah untuk
menolong dua orang itu ditarik ke atas.
Apa mau setelah mereka selamat berada
diatas, mendadak dari atasnya lagi ada batu
besar yang melayang hendak menimpa mereka.
Ceng Leng Cinjin mendongkol sekali.
Denganmenggunakan ilmunya Hian bun kang ia
menolak pergi batu yang hendak menimpa
mereka itu.


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Biauw Hoat Sin ni sangat marah. Biar
kalian menangkis serangan-serangan gelap 764
itu. Aku mau pergi melihat siapa orangnya
yang sudah berlaku licik dan pengecut itu."
Setelah berkata, badannya bergerak. Ia
menggunakan gaya Peng po Seng lian (tindakan
lurus diatas teratai). Sekali kakinya
menotol lantas badannya meluncur naik
beberapa tombak. Setelah naik sampai puluhan
tombak sampailah ia diatas dan disini ia
hanya melihat satu patung besi yang hitam
berbentuk burung ekek dan sehelai bendera
dengan tulisan :
"Kawanan Tri Tunggal dan Dua Hud datang
disini mencari mampus. Kami sudah baik
hati dengan batu memperingatkan kalian
agar segera pergi dari sini."
Biauw Hoat Sin ni memeriksa ke
sekitarnya. Ia curiga kalau-kalau ada musuh
yang akan membokong dirinya, tapi sampai
sebagitu jauh keadaan tenang-tenang saja. ia
merasa tidak ada apa-apa yang menghalangi,
maka ia lalu berteriak kepada kawan-kawannya
supaya ikut naik.
Keadaan Pek Hun masih belum sadar, hingga
dengan susah paya ia dapat dibawa naik ke
atas. Sampai di atas ia kembali diperiksa
keadaannya. Bu Ju Toato sudah turun tangan
untuk menyedarkannya, akan tetapi usahanya
tidak berhasil.
"Nanti aku akan berikan pil pemunah
racun, tentu dia bisa bangun kembali." 765
Demikian kata Kun Hun sambil merogoh
kantongnya, akan tetapi Bu Ju Toato
mengeleng-gelengkan kepalanya. Ia menghela
nafas dan berkata pada Kun Hun.
"Taysu, rasanya tidk akan menolong Pek
Hun Tay dengan obat pemunah racunmu itu
karena dia sudah kemasukan hawa jahat
rupanya makanya ia terus pingsan. Mengingat
bahwa Pek Hun Taysu menjadi korban karena
ikut pada kami hendak membantu maka aku
tidak sayang akan memberikan obat pil Ban
mia Leng tan yang aku bikin hanya tujuh
butir dalam waktu empat puluh sembilan
tahun. Selain aku sudah berikan pada Cong
Bun yang ia telah berikan pada Se bun Pa
ketika ia menelan racunnya sendiri hendak
membunuh diri. Nah coba kau tolong kasi
masuk dalam mulutnya.
Bu Ju Toato berkata sambil menyerahkan
satu pil mujarabnya sebesar lengkeng.
Kun Hun menerimanya dengan mengucapkan
banyak terima kasih.
Sementara Kun Hun memasukkan obatnya
kedalam mulurnya Pek Hun, Bu Ju Toato telah
bekerja membuka semua totokan pada Pek Hun
yang tadi ia berikan untuk mencegah
menjalarnya racun yang jahat dalam tubuhnya
Pek Hun.
Tidak lama setelah obatnya Bu Ju Toato
yang mujarab masuk ke dalam perutnya, Pek
Hun sudah bisa membuka matanya dan mengawasi 766
kawan-kawannya yang sedang merubung dirinya.
Pek Hun tersenyum kepada Ceng Leng Cinjin.
Melihat Pek Hun sudah mendingan dan pasti
akan tertolong oleh Bu Ju Toato, maka Biauw
Hoat Sin ni telah berkata,
"Nah, sekarang Pek Hun Taysu sudah mulai
sembuh, biarlah dia dijaga oleh Kun Kun
Taysu. Sementara kita bertiga harus
melakukan penyelidikan ke sekitar tempat ini
untuk mengetahui sarangnya nenek jahat itu."
Mereka bertiga segera meninggalkan tempat
itu naik ke bagian yang lebih tinggi. Mereka
berputar-putar mencari sarangnya Kiu bin Sin
bo Siang Su Su. Pada suatu jalanan buntu
mereka berhenti. Matanya Biauw Hoat Sin ni
memandang kepada dua puncak gunung satu
pendek dan satunya lagi menjulang tinggi.
Sambil menunjuk pada puncak yang tinggi itu
Biauw Hoat Si ni berkata:
"Puncak itu mungkin ada sarangnya Siang
Su Su yang dinamai Kui ciu bong. Baik kita
tunggu sampai Pek Hun sudah pulih betul
kesehatannya, kita nanti naik ke puncak itu.
Masa kemana sih lolosnya iblis jahat itu?"
"Ha ha ha" Bu Ju Toato tertawa. "Aku
punya pil mustajab bukan hanya dapat menolak
segala racun akan tetapi juga akan menambah
tenaga pada badannya yang memakan obatku
itu. Tidak lama lagi Pek Hun aka sudah
sembuh betul betul, tapi menurut pikiranku
lebih baik kita sebentar malam menyatroni 767
tempat itu. Karena hawa racun yang jahat itu
kelihaiannya hanya diwaktu siang hari.
Sebaliknya diwaktu malam hari tidak
demikian. Kita jadi tidak begitu repot untuk
menyingkirkan hawa racun yang jahat itu.
Bagaimana Toheng punya pendapat?"
Bu Ju Toato menanyakan pikirannya Ceng
Leng Cinjin, dia lalu angguk-anggukkan
kepalanya. Jago dari Pek Thiansan itu memang
berpendapat sama dengan Bu Ju Toato bahwa
hawa racun itu berbahaya diwaktu siang saja.
Demikianlah mereka telah kembali ke
tempat Kun Hun dan Pek Hun menunggu. Mereka
telah melewatkan waktunya dengan duduk
bersemedhi untuk sebentar malam akan gunakan
tenaganya melakukan penyelidikan.
Setelah petang hari tiba segera disusul
oleh sang malam.
Keadaan ternyata ada sangat gelap. Tiupan
angin membuat cabang-cabang pohon beradu
satu dengan yang lain menimbulkan suara
berisik. Kemudian terdengar suaranya
binatang-binatang liar dalam hutan. Suasana
diwaktu malam di tempat itu benar-benar amat
menyeramkan bulu roma, tetapi kalau untuk
mereka brlima yang mempunyai ilmu silat
tinggi semua itu tidak menakutkan hatinya.
Mereka bersikap tenang, pikirannya hanya
satu ialah mencari sarangnya Kiu bin Sin bo
Siang Su Su. 768
Tiba-tiba terdengar suara Ceng Leng
Cinjin berkata,
"Ya memang suasana pada waktu malam
begini ada menyeramkan. Dari suara binatang
yang kita dengar, kawanan binatang itu tentu
ada galak dan buas-buas, maka kita bukan
saja harus waspada pada bokongan musuh dan
racun yang jahat, tapi juga harus
memperhatikan pada serangan binatang liar
yang tidak terduga-duga. Harus kit."
Ceng Leng Cinjin berhenti bicara ketika
mendengar suara siulan aneh di puncak paling
atas. Suara itu kedengarannya berganti-ganti
dari halus berubah kasar dan dari kasar
berubah halus. Inilah suatu tanda bahwa
tingginya tenaga dalam yang mengeluarkan
siulan tadi.
Suara itu semakin lama semakin tegas,
mereka terus memperhatikan dengan seksama.
Segera kedengaran suara itu sangat nyata
berkata:
"Hai Tri Tunggal dan Dua Hud sudah datang
disini, kenapa tidak menemuiku?"
Pek Hun adatnya berangasan, ia sudah
diserang racun jahat dari perbuatan lawan,
maka hatinya sangat gusar ketika mendengar
suara bertanya tadi. Ketika dia hendak
membuka mulutnya berkata Ceng Leng Cinjin
sudah mendahului berteriak: 769
"Apa hoat Teng Taysu ada diisitu yang
pada tiga puluh tahun lalu malang melintang
di propinsi Han lam, Su coan, Kui cu dan Ouw
lam? Juga Kut lo ie an Hwe Ciang ada berada
bersama-sama?"
Segera dua bayangan telah melesat
mendatangi dari balik batu besar. Yang satu
mengenakan baju putih lainnya berpakaian
baju kuning. Sambil tertawa geli kedua
bayangan itu melayang menghampiri mereka.
Ternyata yang berbaju kuning adalah Hoat
Teng Hweshio, sedang kawannya adalah Hwe
Ciang yang tertua dari Thian lam Siang koay.
Tubuhnya Hwe Ciang kurus dan berwajah
dingin.
"Totiang ternyata amat pandai menebak
orang," kata Toat Teng hweshio sambil tertaw
bergelak-gelak. "Mata dan telingamu masuk
bagus. Tapi tahukah bahw Hoa Teng sudah
menjadi setan karena pulangnya Kwee Sin
Teng? Bahkan namanya sudah dihapus dari
dunia persilatan. Aku sekarang sudah
memelihara rambut lagi sebagai manusia biasa
dan memakai namaku asli yang dulu ialah Kauw
Bit. Di Biauw sebagai tukang jual obat
menolong orang aku dekenal dengan nama Kin
Ci (jari sembilan, karena jari kelingkingnya
kena terpapas pedangnya Kwe Kin Teng menjadi
hilang satu).
Ia berkata sambil menatap lima orang di
depannya, kemudian ia melanjutkan, "Daerah
ini sudah dijadikan daerah terlarang. Kalian 770
datang kemari tentu ada urusan penting.
Apakah kalian hendak menjumpai Siang Su Su?"
Pek Hun menduga yang menjatuhkan batu
besar tentunya adalah ini si jari sembilan
makanya hatinya sudah menggerodok, lantas
berkata, "Selama kita berkelana menikmati
bahyak pemandangan indah-indah dipegunungan
manapun juga, belum pernah mengalami
gangguan seperti yang kami alami disini.
Kenapa kau sudah berlaku demikian kejam
dengan menggelontorkan batu hendak
membinasakan kami orang? Apakah kau berbuat
demikian karena mengandalkan kepada si nenek
jahat? Hmm, jari sembilan, kau jangan banyak
lagak?"
Hoat Teng Hweshio sekarang sudah menjadi
orang biasa bernama Kauw Bit. Masa dahulunya
karena melakukan perbuatan-perbuatan kejam
dan jahat sekali, maka ia kena dihajar oleh
pendekar dari Siang lan bernama Kwee Sim
Teng. Pedangnya yang lihai telah membikin
kutung satu jarinya. Kejadian out justru
membuat ia malu dan memendam sakit hati,
bukannya sadar dan berbalik menjadi orang
baik. ia telah mengeram diri sekian lamanya
memperdalam ilmu silatnya ialah perlunya
untuk menuntut balas kepada pendekar dari
Siang lan tadi. Hanya sayang sekali
keinginannya itu tidak terkabul karena Kwe
Sim Teng sudah keburu mati. Untuk
melampiaskan hati dendamnya ia telah
melakukan kejahatan lagi yang lebih ganas 771
dari yang sudah. Malah ia sudah menyekutukan
diri dengan Kin bin Sin bo. Perlunya untuk
melindungi diri karena dikejar-kejar oleh
kawanan pendekar karena perbuatannya yang
sangat terkutuk itu.
Pekerjaannya setiap hari keluar mencari
obat-obatan untuk menyembuhkan Siang Su Su
dapat disembuhkan, rencana mereka hebat
sekali yaitu memasuki Tionggoan dimana
mereka akan mendirikan suatu partai dalam
rimba persilatan dan berusaha untuk menjadi
rajanya dari dunia persilatan. Mereka akan
memusnahkan setiap partai persilatan yang
tidak mau tunduk dibawah pengaruh partainya.
Barusan ia telah mendengarkan hinaan dari
Pek Hun yang mengatakan ia berjari sembilan,
bukan main marahnya.
"Mhh..!" ia menggeram. "Aku karena
berjari sembilan maka aku mempertinggi ilmu
silatku yang dinamai Thian ciang Ci hoat.
Sekarang aku akan menyerang dengan empat
jariku. Kau boleh menangkis dengan lima
jarimu yang utuh. Aku mau lihat apa kau bisa
tahan atau tidak? Aku tidak mau gunakan
tangan kanan yang berjari utuh, sebab
akibatnya akan membuat kau rubuh tanpa dapat
mengeluarkan suara lagi.
Setelah berkata, tangan kirinya yang
berjari empat diulurkan. Serangannya
mengeluarkan angin dahsyat sekali, mengarah
pada dadanya Pek Hun. 772
Memang dari tadi ia sudah sangat benci
maka Pek Hun telah menangkis serangan si


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jari Sembilan dengan ilmunya Tay kim Kong
ciang. Kedua pihak bergebrak ramai.
Masing-masing ingin secepatnya menyudahi
pertandingan, akan tetapi berjalan beberapa
jurus masih juga belum kelihatan siapa
menang dan kalah.
Kin Ci (si jari sembilan) menjadi
mendongkol. Ia lantas keluarkan ilmu
simpanannya yang berjari empat diulur hendak
menyerang kearah batok kepalanya Pek Hun
tapi keburu dicegah serangannya itu oleh Hwe
Ciang.
"Tunggu sebentar!" katanya.
Hwe Ciang yang tertua dari Thian lam
Siang koay, telah mengawasi pada Ceng Leng
Cinjin, kemudian berkata, "Totiang selamat
ketemu lagi. Sudh tiga puluh tahun kita
tidak berjumpa, maka aku sebenarnya kangen
betul. Tapi aku sudah mengirim undangan
untuk kita bertemu nanti tahun depan bulan
satu tanggal satu di gunung Tay san. Kau
dapat bersatu dengan Empat Hud dari kuil
Naga Emas. Aku juga tentu mendapat bantuan
dari orang-orang yang bersatu tujuan."
"Bagus..bagus." jawab Ceng Leng Cinjin
seraya tertawa,
"Siang toaci mengetahui kedatangan kalian
dan ia sudah menyuruh Kouw Ji-ko untuk 773
memberitahukan supaya lain tahun saja kita
bertemu di gunung Tay san. Entah kenapa Kouw
jiko marah atau kenapa dia tidak
menyampaikan maksud sang toci. Sekarang
lebih baik kalian pulang lagi saja. nanti
tahun depan kita boleh berhadap-hadapan
untuk menentukan siapa yang lebih unggul
diantara kita, bagaimana setuju?"
"Hmm." Biauw Hoat Sin ni mengeluarkan
suara dari hidung.
Nikow dari Lam hay itu rupanya jemu
melihat lagaknya Hwe Ciang yang sombong.
Hwe Ciang tertawa bergelak-gelak, "Kalau
kalian paksa mau bertempur tidak akan
menguntungkan kalian. Ini sudah pasti, sebab
letaknya tempat ada asing bagi kalian. Sudah
pasti kalian menjadi pecundang. Siang toci
tidak mau menggunakan keuntungan ini maka
dia sudah menyuruh kalian pulang dulu.
Tunggu tahun depan bertemu di gunung Tay
san. Entahlah kalau kalian paksa juga
mengajak bertempur. Siang toaci pesan
sebentar malam pada waktu bulan purnama ada
ditengah-tengah kalian boleh berhadapan
dengannya. Supaya kalian mengetahui sampai
dimana kelihaiannya Siang toaci. Menurut
pikiranku, lebih baik kalian pulang dulu
menunggu nanti tahun depan bertemu muka."
"Hmm" kembali Biauw Hoat Sin ni keluarkan
suara di hidung. 774
Ketika nikow dari lamhay itu mau membuka
mulut, sudah didahului oleh Ceng Leng
Cinjin, berkata:
"Hwe toako, kita sudah berpisah selama
tiga puluh tahun lamanya. Tidak nyana Hwe
toako masih ingat akan dendaman karena
pecundang dalam pertempuran di puncak Tay
san. Sebenarnya aku Bu Ju dan Biauw Hoat
sudah lama mengasingkan diri, tidak
mencampuri lagi hal keduniawian, kita taat
menjalankan keibadatan, tapi apa mau belum
lama ini kami di Heng San telah mendapat
undangan dari Hwe toako. Terang undangan itu
akan menerbitkan angin tofan dalam rimba
persilatan. Bencana hebat mengancam pada
dunia kangouw sebab dengan munculnya dua
orang tua dari Thian lam dibantu oleh
kawanan penjahat, terang ada berarti bencana
untuk rimba persilatan"
"Totiang buat apa banyak rewel dengan
dia?" menyela Biauw Hoat Sin ni.
Ceng Leng tersenyum dengan sikap tenang
seperti tadi, ia melanjutkan bicaranya.
"Apalagi ketika aku mendengar Hwe toako
ada mengundang Kiu bin Sin bo untuk membantu
perjuangan toako. Ini sudah terang ada
merupakan bahaya besar bagi dunia
persilatan. Kami yang berpendirian
menjalankan hukum Tuhan terhadap mereka yang
menjalankan kejahatan, tidak dapat tinggal
peluk tangan mengawasinya saja." 775
"Hmm!" Hwe Ciang tertawa nyengir.
"Menurut pendapatku, Hwe toako suka
melupakan dendaman toako ini supaya dubia
persilatan dapat hidup tenteram. Apalagi
dendam toako ini tidak ada artinya sama
sekali. Tetapi apabila Hwe toako menarik
panjang juga kami bersedia mengiringi
kehendakmu, tidak usah kita menunggu sampai
lain tahun. Sengaja kami jauh jauh datang
kesini, maksudnya untuk mendamaikan atau
menghilangkan dendaman atau kalau perlu
menggunakan kekerasan untuk dapat keputusan
dari hal urusan kita ini."
Mendengar bicaranya Ceng Leng Cinjin yang
panjang lebar, bukannya jago tua dari Thian
lam itu insyaf akan kekeliruannya bertindak,
akan tetapi tertawa bergelak-gelak seperti
yang mengejek dan menganggap sepi kepada
Ceng Leng Cinjin dan kawan-kawannya.
"Totiang," ia akhirnya berkata. "Bicaramu
sungguh manis sekali. Yang terang bukannya
urusan tak dapat ditunda sampai lain tahun
adalah kau tidak mau kalau Siang toaci nanti
masuk ke Tionggoan dan mengaduk dalam rimba
persilatan disana. Hmm bagus.. bagus, enak
betul kau bicara. Terus terang aku katakan
siapa yang kuat dia akan manjadi kepala,
yang kalah harus takluk kepada yang menang.
Yang kuat harus terus hidup, yang lemah
harus lekas musnah" 776
Hwe Ciang tidak terpengaruh oleh
omongannya Ceng Leng Cinjin maka ia
meneruskan:
"Totiang, apa yang dikatakan hukum Tuhan
dan Kebenaran itu hanya perkataan penipuan
belaka. Aku bukannya tidak mau mengakhiri
dendaman sebab kejadian diantara kita pada
tiga puluh tahun yang lampau itu ada
disaksikan oleh banyak pendekar maka untuk
memcuci itu, kali ini pertemuan kita di
gunung Tay san harus disaksikan oleh kawanan
pendekar lagi. Tapi terus terang aku
peringatkan sekali lagi, jikalau kau tidak
mau menurut kata-katanya Siang toaci, jangan
menyesal jika ia akan turun tangan ganas dan
itulah karena kau sendiri mencari kematian."
Setelah berkata ia berpaling kepada Kin
Ci memberi isyarat. Mereka lalu angkat kaki
hendak meninggalkan tempat itu.
Tapi Pek Hun telah berkata, "Tadi siapa
yang menjatuhkan batu yang beratnya ribuan
kati?"
Kin Ci yang ditegur telah tertawa
nyengir.
"Aku bukannya sengaja hendak membinasakan
kalian batu berat itu, hanya aku meluncurkan
dari atas semata-mata hanya sebagai
peringatan baik untuk kalian supaya tahu
diri, lekas-lekas meninggalkan tempat ini
yang berbahaya bagi kalian yang mungkin bisa
datang tapi tak bisa pulang. Ha ha ha.." 777
"Kau sangat sombong Jari Sembilan!"
menjengek Pek Hun.
Kiu Ci marah dipanggil jari sembilan.
Seketika itu juga ia menyerang dengan
ilmunya Thian cing ci. Pek Hun juga tidak
mau unjuk kelemahan. Ia telah keluarkan
ilmunya Kim kong ciang hingga keduanya
menjadi bertarung dengan seru sekali.
Tengah ramainya mereka bertempur, tiba-
tiba terdengar suara yang menusuk telinga.
Semakin nyata itulah ada ilmunya Kiu bin Sin
bo Siang Su Su yang sangat hebat. Orang yang
berkepandaian rendah begitu mendengar
suaranya akan jatuh meloso pingsan.
"Hei kalian, cepat-cepat pulang aku masih
banyak uurusan. Biarlah mereka nanti malam
menemui aku akan menerima kematiannya."
demikian suaranya Kiu bin Sin bo.
Hwe Ciang dan Kun Ci tidak berani ayal
ayalan menerima panggilan, maka ketika itu
juga, keduanya lantas angkat kaki dari situ.
Sebelumnya ia memberi ingat kepada Ceng Leng
Cinjin. "Totiang, kau harus hati-hati dengan
suara melengking menusuk kuping dari Siang
toaci, kalau dia sudah mengeluarkan suaranya
yang ketiga kali, niscaya tubuh kalian akan
menggigil dan pingsan dibuatnya kemudian
bisa binasa tanpa dapat bicara lagi."
Ceng Leng Cinjin hanya tersenyum
mendengar peringatan lawannya. 778
Jilid 21
Tapi Biauw Hoat Sin ni lalu dengan
mendongkol ia berkata, "Apa memang nenek
jahat itu sampai demikian tinggi
kepandaiannya? Aku si nikow tua dari Lam hay
ingin menjajalnya sampai dimana ia punya
kelihaian!"
"Hmm!" Hwe Ciang hanya mengeluarkan
suara di hidung ia tidak meladeni pada Biauw
Hoat Sin ni. Ia menarik tangannya Kiu Ci
lantas berlalu meninggalkan tempat itu.
Setelah mereka berlalu Ceng Leng Cinjin
berpikir.
Adanya Kiu Ci dipihaknya Kiu bin Sin bo
sesungguhnya ada diluar perhitungannya.
Dengan bertambahnya lawan berat itu maka
dipihaknya harus distur sebaik-baiknya untuk
menandingi musuh yang kuat.
Mereka lalu berunding bagaimana baiknya.
Akhirnya telah diambil satu keputusan ialah
Kun Hun menandingi Kiu Ci, Buju Toato
melawan Hwe Ciang sementara Ceng Leng
Cinjin, Biauw Hoat Sin ni dn Pek Hun
mengeroyok Kiu bin Sin bo yang sangat lihai.
Kemudian mereka lalu beristirahat
mengumpulkan tenaganya untuk digunakan 779
sebentar malam melayani musuh-musuhnya yang
kuat.
Pada waktu tengah malam, tiba-tiba mereka
lihat ada seekor kera besar datang
mendekati, setelah celingukan kera itu telah
melemparkan suatu benda kearah mereka.
Lemparan itu tentu saja mengagetkan lima
orang itu. Sebab dikuatirkan itu adalah
suatu benda racun bikinannya Kiu bin Sin Bo
Siang Su Su.
Tapi ketika diteliti, ternyata itu hanya
satu gulungan kertas kecil, bertuliskan:
"GIAM LO ONG SUDAH MENENTUKAN JIWA
KALIAN, SEBENRAT JAM TIGA AKAN DICABUT,
TIDAK SAMPAI MENEMUI JAM LIMA"
"Hmm," Biauw Hoat Sin ni menggeram.
"Kawanan iblis itu terlalu memandang enteng
kepada kita orang. Aku sebal dengan segala
sepak terjangnya."
"Ha ha ha..Lam hay Lo ni marah-marah." Bu
Ju Toato bergurau. "Biarkan mereka memandang
enteng kepada kita orang, sebab itu satu
kerugian bagi mereka dan merupakan
keuntungan bagi kita orang."
"Hei, kenapa kau bilang demikian?" tanya
Biauw Hoat Sin ni.
"Oh itu gampang saja dimengerti."
"Gampangnya bagaimana?" 780
"Mereka memandang enteng pada kita orang
berarti kelengahan dari mereka, bukankah ini
satu keuntungan bagi kita orang?"
Biauw Hoat Sin ni tersenyum sambil
anggung-anggukkan kepala.
"Biarpun demikian, kita tidak boleh
merasa girang dahulu," menyela Ceng Leng
Cinjin. "Itu Kiu Ci tentu tidak dapat
menangingi kepandaiannya Kun Hun Taysu,
sedang Hwe Ciang juga sudah dapat dibendung
oleh Bu Ju Taysu, hanya si nenek iblis itu
masih tanda tanya apakah aku dengan Biauw
Hoat dibantu oleh Pek Hun Taysu dapat
menandingi kelihaiannya?"
"Bagaimanapun juga kita sudah sampai di
sini. Kita toh tidak bisa pulang dengan


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

begitu saja yang berarti runtuhnya nama Tri
Tunggal dan Empat Hud yang sudah terkenal di
kalangan kangouw." Bu Ju menyatakan
pikirannya.
Kun Hun mendengarkan suara setuju dengan
pendapatnya Bu Ju Toato.
Ceng Leng Cinjin hanya tersenyum tapi
senyuman yang mengandung tanda tanya apakah
ia sudah percaya dengan kemampuannya atau
hanya menghibur kepada kawan-kawannya yang
sudah mengambil keputusan nekat.
Tiba-tiba suara Siang Su Su yang nyaring
melengking menusuk kuping kembali terdengar.
Biauw Hoat Sin ni merasa mendongkol sekali. 781
Maka ia usulkan kepada kawan-kawannya dengan
berempat (karena Pek Hun belum pulih benar
tenaganya) melawan suara yang menggemparkan
sanubari itu.
Kawan-kawannya sepakat maka mereka
berempat telah kerahkan tenaga dalamnya
dalam suara memuji-muji Sang Buddha, "O mi
to hud" berulang kali. Tenaga yang tergabung
itu dapat mematahkan suara melengking Siang
Su Su, karena tidak lama kemudian suara itu
perlahan-lahan telah menghilang.
Udara tampak menjadi trang dibawah sinar
sang rembulan.
Baru saja mereka lega hatinya, tiba-tiba
kelihatan dari puncak Kui ciu bong muncul
delapan buah api obor meluncur turun
menghampiri mereka. Ketika sampai ditempat
tidak jauh dari batu besar tampak seorang
bertubuh tinggi besar dan berbulu panjang
ditangannya ada membawa semacam pembaringan
dari kulit harimau. Diatasnya ada duduk
seorang nenek berbaju merah, rambutnya sudah
putih semua mukanya lancip dan hidungnya
seperti burung ekek, matanya mlesak kedalam.
Wajahnya cukup menakutkan. Ia embawa
sebuah kebutan. Rupanya ini adalah senjata
ampuhnya untuk menghadapi lawan.
Desampingnya ada berdiri Kiu Ci dan Hwe
Cian. 782
Kiu Ci ditangan kanannya memegang pedang
panjang ujungnya melingkar bentuknya seperti
sepasang gaetan. Tangan kirinya membawa
seporong bambu yang pada bagian-bagiannya
ada disangkutkan obat-obatan dan senjata
rahasianya yang berbentuk golok bukan dan
pedang juga bukan.
Thian lam Siang koay Hwe Ciang di
lehernya ada tergantung tiga tengkorak
dengan rantai emas. Di pinggangnya ada
senjata berbentuk mertil yang dibikin dari
bahan tengkorak, suatu denjata aneh yang
sangat diagolkan oleh iblis dari Thian lam
itu. Kedua pihak setelah berhadap-hadapan, Bu
Ju Toato hendak membuka mulutnya sudah
didahului oleh Hwe Ciang.
"Hai kalian ketahuilah bahwa Siang Toaci
sudah enam puluh tahun lebih pantang
membunuh. Malam ini adalah malam istimewa ia
membuka pantangannya. Kalau kalian berlima
tahu gelagat dan tahu diri bahwa kau orang
tak akan menang melawan kami orang, dengan
baik-baik meninggalkan tempat ini, jiwa
kalian akan selamat. Boleh kalian menanti
tahun depan untuk kita bertemu lagi dipuncak
gunung Tay san. Kalau kalian masih
membandel, kukuh mengandalkan kepandaian
yang tidak seberapa untuk melawan kami
orang, jangan sesalkan perbuatan kami nanti
yang akan menyingkirkan jiwa kalian satu
persatu untuk beristirahat di neraka!" 783
Omongan Hwe Ciang itu memang sombong
sekali, akan tetapi memang bukan mustahil
akan menjadi kenyataan. Maka berlima ketika
mandengarnya tinggal membisu untuk sekian
lamanya sampai kemudian Hwe Ciang
melanjutkan kata-katanya.
Kalian berlima dan kami disini bertiga.
Orang sedikit akan manindih orang yang
banyak. Nah kalau kalian hendak bertempur,
adalah aku yang maju terlebih dahulu. Siapa
yang ada minat, boleh maju kedepan untuk
coba-coba aku Hwe Ciang dari Thian lam."
Tantangan ini beluh ada suara yang
menyambuti. Tampak Pek Hun yang sangat
mendongkol terhadap Kiu Ci sudah lantas
menantang untuk bertanding dengan si Jari
Sembilan. Dengan hati panas ia berkata pada
Kiu Ci:
"Hmm, Jari Sembilan, biarpun kau tidak
mau bertanding, aku juga akan mencarimu
untuk mencoba kepandaianmu, seorang kejam
tidak tahu malu tukang membokong menggunakan
batu besar. Kalau saja kami orang tidak
waspada tentu jadi korbanmu. Mari kau boleh
pilih kita bertanding dengan tangan kosong
atau menggunakan senjata. Hayo sebutkan!"
Kiu Ci mendengar perkataan yang menghina
itu, ia tidak marah malah tertawa lebar dan
berkata:
"Semalam ilmumu Kim kong ciang masih
belum dikeluarkan betul-betul. Nah sekarang 784
kita baik bertanding mengadu Iweekang tenaga
dalam yaitu masing-masing duduk di atas batu
dengan pakai garis sebagai batasnya. Siapa
yang duduknya menggeser, dialah yang
dianggap kalah. Bagaimana, setuju?"
Tanpa menanti jawaban lagi Kiu Ci sudah
menghampiri sebuah batu besar. Dengan jari
tangan kanannya ia menggaret pad batu itu
sehingga lelatu api. Kemudian diatasnya batu
tadi ia duduk menantikan musuhnya mengambil
sikap yang bersamaan dengannya untuk memulai
pertandingan.
Pek Hun pikir, pertandingan macam itu ada
pertandingan Iweekang kekuatan tenaga dalam.
Tidak dapat dibandingkan dengan Gwa-kang
(tenaga luar). Lebih sulit daripada
bertanding menggunakan tangan atau senjata.
Tapi ia sudah terlanjur majukan tantangan
maka ia juga telah membuat garis diatas vatu
yang tidak berjauhan dari Kiu Ci dan duduk
diatasnya.
Sebentar kemudian pertandingan adu
Iweekang sudah mulai.
Kedua pihak nampak bersemangat, masing-
masing telah mengerahkan tenaga dalamnya
untuk menjatuhkan musuhnya. Bagaimana hebat
adu kepandaian cara begini. Itulah dapat
dibuktikan dengan hancur leburnya batu yang
ada ditengah-tengah mereka. Tidak lama
kemudian batu yang mereka duduki juga telah
menjadi berantakan. 785
Tapi mereka berdua belum ada yang mau
mengalah.
Nafasnya masing-masing terdengar memburu-
buru dengan hebat Pek Hian telah mengucurkan
keringat sebesar kacang kedele. Keadaannya
mengenaskan dan diduga ia bakalan kalah
dalam pertandingan itu. siapa kalah dalam
adu Iweekang itu, kalau tidak terus mati
seketika itu tentu akan mendapat luka parah
didalam.
Mereka kawannya sudah tertindih dan
menghadapi bahaya, Ceng Leng Cinjin tidak
tega, maka ia lalu berkata pada Hwe Ciang.
"Hwe toako, biarlah aku mewakili Pek Hun
taysu untuk mengaku kalah dalam pertandingan
ini. terlebih dahulu dua orang ini"
Belum habis bicaranya, Siang Su Su telah
memotong.
"Hmm, gampang saja mengaku kalah untuk
memisahkan mereka berdua tidak begitu
mudah!"
Seiring dengan kata-katanya ia lantas
mengeluarkan tangannya yang kurus. Dua jari
tangan kanannya disiapkan. Begitu ia ulur
jari-jarinya ini seakan yang menotok
kekuatan yang tidak kelihatan telah meluncur
keluar dari situ.
Sungguh mengherankan sebab dua telapak
tangan Kiu Cin dan Pek Hun yang menempel
satu dengan lainnya seketika itu telah 786
terlepas. Keduanya telah rebah terlentang
dengan mendapat luka-luka parah didalam
akibat pertandingan adu Iweekang tadi.
Siang Su Su sembari memisah ada mengirim
totokan pada Pek Hun hingga keadaannya ada
lebih payan dari Kiu Ci. Cepat Kun Hun
membantu pada saudaranya. Ia memberikan
pilnya yang mujarab untuk mencegah lukanya
menjadi lebih parah.
Sebentar kemudian Pek Hun telah
memuntahkan darah segar untuk berhentinya.
Ceng Leng Cinjin datang mendekati untuk
menghibur hatinya sang kawan. Kemudian
dengan perlahan-lahan ia telah menghampiri
Hwe Ciang yang sementara itu telah repot
memberi pertolongan kepada Kiu Ci yang juga
lukanya tidak ringan.
Hwe Ciang menyambut Ceng Leng Cinjin
dengan tertawa mengejek.
"Kita adalah kenalan lama, sebaiknya juga
membuat garis untuk bertempur. Nah sesuka
kau boleh bikin bagaimana saja.
Ceng Leng Cinjin tersenyum. "Kami adalah
tetamu, tidak pantas berlaku lancang
demikian. Maka haraplah Hwe toako jangan
terlalu sungkan. Kau boleh sebut dan
tetapkan ingin bertanding dengan cara yang
bagaimana supaya aku dapat mengiringi untuk
memuaskan hatimu!" 787
"Ya, barusan mereka berdua bertanding
dengan menggunakan tolongan kepada Kiu Ci
yang lukanya juga enteng tidak enteng. Boleh
bertanding melebur besi, bagaimana?"
"Oa,itulah aku sebagai tetamu akan
mengiringi kemauannya tuan rumah saja."
"Hmm!" Hwe Ciang menggeram. Ia kemudian
ambil sebuah bola besi dari orangnya. Sambil
memejamkan matanya. Ia menekan dan memale
bola besi itu ditelapakan tangannya. Tenaga
dalamnya yang hebat, telah membuat bola besi
itu menjadi gepeng kemudian lonjong dan
merupakan potongan besi sepanjang tiga kaki,
ketika ia membuka pula telapakan tangannya.
Selanjutnya ia menggunakan jari tengah dan
telunjuknya menjepit potongan besi tadi.
Jari-jarinya itu benar-benar seperti gunting
saja tajamnya sebab lantas porongan besi
tadi telah menjadi kutungan. Seterusnya ia
menjepit berkali-kali potongan besi itu
persis seperti yang mengunting benang saja.
Potongan besi itu saban kali dijepit telah
menjadi kutung sehingga akhirnya menjadi
sepuluh potong.
Sambil mengawasi potongan-potongan besi
yang dipungguti orang-orangnya ia berkata
pada Ceng Leng Cinjin.
"Hei Tosu tua, barusan aku sudah unjukkan
kejelekan, sekarang adalah giliranmu untuk
unjukkan kemahiranmu!"
Ceng Leng Cinjin hanya tersenyum. 788
Ia sebenarnya ingin menyaksikan
kepandaiannya Siang Su Su, untuk nanti tahun
depan bertemu di puncak Tay san, dipakai
sebagai pegangan maka ia tidak mau unjukkan
kebisaannya.
Ia terus mengambil sepuluh potongan besi
tadi dikepal dalam tangannya. Tenaganya Cian
goan Sin kang dikerahkan, ketika dalam
sekejapan saja kesepuluh potongan besi tadi
telah kembali bundar seperti semula
bentuknya. Smbil menyerahkan ini kepada Hwe
Ciang ia berkata.
"Nah menurut Hwe toako urusan kita akan
diselesaikan tahun depan di Tay san maka
kita bertanding sampai disini saja sudah
cukup. Tapi dari jauh-jauh kami sudah
datang. Kurang puas kalau pulang dengan
tidak melihat apa-apa yang istimewa dari
kepandaiannya Siang Toaci, apakah sekiranya
aku"
"Ya, aku si nenek selalu berlaku adil,"
memotong Siang Su Su. "Tadi kepandaian
mengadu Iweekang dimenangkan oleh pihak kami


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedangkan yang barusan kami mengaku kalah.
Benar Hwe Ciang tadi dapat mengacip besi
hingga kutung tapi terlalu banyak aksinya
dan lama baru berhasil dengan
pertunjukannya. Sebaliknya dengan Ceng Leng
yang memulihkan besi seperti bentuk semula
ada semikian cepatnya. Dalam hal ini Hwe
Ciang harus dihitung kalah. 789
"Ceng Leng Cinjin tersenyum, ia tidak
menjadi bangga oleh karenanya. Sebaliknya
Hwe Ciang diam-diam merasa mendongkol dengan
putusan itu. mukanya menjadi merah karena
jengah.
"Aku si nenek akan memperlihatkan tiga
kepandaian sekaligus," kata pula Siang Su Su
dengan sungguh-sungguh. "Kalian diantara kau
orang berlima ada satu yang dapat menandingi
delapan bagian saja aku si nenek cacat akan
membuang diri ke jurang di tempat ini.
Ia tertawa dingin. Lalu mengulurkan
tangannya yang kurus, jari-jarinya yang
seperti cakar burung rajawali dibuka seperti
sikap yang mencengkram, entah bagaimana
seperti juga tangannya ada besi berani bola
besi tadi tersedot dan sebentar saja sudah
ada ditangannya.
Ia bikin benda itu menjadi dua bola
kemudian ia lemparkan ke udara setinggi
empat tombak. Ketika bola itu meluncur turun
lagi, satu diantaranya dengan menakjubkan
sekali telah menimpa cabang pohon Siong dan
tergantung disitu seperti juga buah jeruk.
Sedang bola yang satunya menerobos diantara
cabang-cabang itu langsung jatuh ketanah dan
meledak.
Kepandaian itu memang amat lihay. Ceng
Leng Cin Jin dan kawan-kawannya memujinya.
Bola besi yang menyangkut dicabang pohon
siong persis diatasnya mereka, sehingga Bu 790
Ju Toato yang melihat benda itu
bergelantungan tak sabatan.
Sambil tertawa bergelak, jarinya ditekuk
dan menyentilkan angin dahsyat kearah bola
besi yang bergelantungan tadi. Cabang pohon
putus dan bolanya jatuh ditangannya.
Siang Su Su melihat itu lalu berteriak
dan mau mengeluarkan ilmunya lagi. Tapi Bu
Ju Toato dengan tertawa berkata.
"Siang toaci, ilmumu memang amat mahir
dan tinggi sekali. Malam ini aku mengaku
kalah. Biarlah kita menurut janji saja,
ialah tahun depan tanggal satu bulan satu
kita bertemu lagi. Bola besi ini biar aku
bawa sebagai kenang-kenangan untuk pertemuan
kita di tempat ini."
Setelah berkata lalu ia ajak kawan-
kawannya berlalu meninggalkan tempat itu.
**GS**
Pembaca yang budiman, marilah kita
melihat bagaimana kisah Se bun Pa dan Li
Cong Bun lagi.
Untuk menghindarkan diri dari ambruknya
batu-batu goa, keduanya telah menggunakan
ilmu meringankan tubuhnya melesat keluar ke
arah tempat yang ada menyorot terang. 791
Ketika mereka turub kebawah, ternyata
bukannya menginjak tanah biasa, tapi masuk
ke dalam rawa lumpur.
Kiranya rawa itu adanya didalam lembah
dimana juga ada terdapat banyak lumpur.
Keduanya lalu erayap naik keluar dari
rawa.
Tiba-tiba setelah mereka berada diatas,
Se bun Pa ada melihat burung besar terbang
lewat. Berdua ingatan hendak mencari kitab
disekitar situ malahan Li Cong Bun sambil
gunakan pedangnya untuk menahan dirinya
merosot kebawah ia telah pelahan-lahan turun
mencari goa. Se bun Pa sebaliknya, telah
enjot tubuhnya menguber burung tadi dan
dipeluknya erat-erat.
Sumber: Buku Koleks Awie Dermawan
https://www.facebook.com/groups/Kolektorebook/
Sedang enaknya ia dibawa terbang ke awan
oleh sang burung yang ia tidak tahu namanya
apa, mendadak burung itu seperti melihat
apa-apa dan ia terkaget. Ketika diselidik
ternyata pada suatu tebing didekatnya ada
seekor ular raksasa dengan mata beringas
hendak menyerang pada sang burung.
Burung itu ketakutan dan membawa Se bun
Pa terbang ke bawah dimana Se Bun Pa yang
takut burung itu menjadi korbannya sang ular
raksasa. Akan tetapi sang burung tidak bisa
meloloskan diri. Rupanya ia sudah terkesima
melihat ular tadi. Ia tidak bisa terbang
sehingga ketika sang ular datang ia telah
menjadi mangsanya. Kasihan. 792
Se bun Pa yang menyaksikan menjadi sangat
ngeri. Ia sendiri telah menjadi pingsan oleh
bau amis sang ular. Kelihatan ular raksasa
itu akan memangsa Se bun Pa setelah menyikat
habis burung besar tadi.
Dengan perlahan-lahan sang ulat raksasa
menghampiri Se bun Pa. mulutnya sudah dibuka
lebar-lebar. Rupanya ia masih lapar kendati
baru saja ia habis makan mangsanya yang
tidak kecil.
Li Cong Bun melihat Se bun Pa dalam
bahaya bukan main kagetnya. Tanpa
menghiraukan dirinya dapat menemui bahaya
meluncur ke bawah, ia sudah enjot tubuhnya
melayang jatuh. Untung ia telah disambar
oleh benda empuk bukannya batu keras
sehingga ia dapat menancapkan kakinya dengan
selamat.
Ia tak mengira kalau benda empuk yang
menahan jatuh tubuhnya itu adalah badan sang
ular raksasa. Li Cong Bun kaget juga, cepat
ia melompat dan dengan pedangnya ia memapaki
sang ular yang hendak menyerang padanya.
Ular raksasa itu tidak menyerah mentah-
mentah, sebab ketika Li Cong Bun melancarkan
serangan pedangnya ia masih bisa berkelit,
kemudian membuka mulutnya dan hendak
menyaplok anak muda itu. pertarungan antara
manusia melawan ular raksasa sekalipun
pertarungan itu tidak berjalan lama karena 793
Li Cong Bun cepat sudah memenggal kepalanya
sang ular raksasa.
Li Cong Bun setelah membinasakan ular
tadi, bajunya belepotan dengan darah sang
korban. Cepat-cepat ia memburu pada Se bun
Pa yang dalam keadaan pingsan.
Ia memberikan pertolongan dengan
memasukkan pil mujarabnya kedalam mulutnya
Se bun Pa. sebentar kemudian orang itu sudah
mendusin dari pingsannya.
Sambil matanya mengawasi bangkai ular
raksasa tadi yang panjangnya ada lima
tombak, Li Cong Bun berkata pada Se bun Pa.
"Se bun Pepe, barusan kau pingsan karena
ular raksasa itu, sambil menunjuk pada sang
ular yang sudah terkutung kepalanya. Kalau
aku tidak memberikan pil, kau tentu masih
pingsan sampai sekarang. Ya, semua orang
hidup sudah digariskan oleh Tuhan Yang Maha
Esa, barusan aku meluncur menjatuhkan diri.
Kalau tidak disambut oleh badannya ular
raksasa itu, aku mungkin tidak bertemu lagi
dengan pepe. Kau lihat, bagaimana hebat
tenaga ular raksasa itu, batu besar yang
kena dibabat oleh buntutnya telah hancur
berantakan. Sungguh mengerikan.
Se bun Pa leletkan lidahnya dan bengong
mengawasi pada batu besar yang hancur lebur
kena dihajar oleh buntutnya sang ular
raksasa ketika ketika ia ini bertempur
dengan Li Cong Bun. 794
Mereka lalu berunding untuk meneruskan
niatnya.
Sambil bercakap-cakap Li Cong Bun
mengawasi sekitar tempat itu.
Ketika ia mendongakkan kepalanya, ia
melihat air terjun dimana batu-batu
disekitarnya sudah pada lumutan. Setelah
berada dalam lembah itu, untuk bisa naik
pula keatas, orang akan menghadapi kesukaran
karena jalanan ada sangat licin. Biarpun
orang pandai rasanya tidak gampang-gampang
untuk bisa keluar dari lembah yang aneh itu.
Li Cong Bun tampak kerutkan alisnya.
Setelah menghela nafas ia berkata.
Se bun Pepe, melihat keadaan ditempat
ini, benar-benar dua Locianpwe Thian Yu
Cuncia dan Thian Ciok Cinjin ada sangat
mahir ilmu meringankan tubuhnya. Kalau lihat
betul-betul pada tebing itu sudah pada
lumutan. Rasanya kita berdua tidak ungkulan
untuk naik keatas dengan menggunakan ilmu
meringankan tubuh kita berdua. Kalau
seandainya kita tidak dapat menemukan Pek
hap Cin keng, aku sendiri tidak akan
meninggalkan tempat ini. tidak bernafsu
untuk keluar lagi dalam dunia kangouw.
"Li hiantit," menghibur Se bun Pa, kau
jangan lekas putus harapan. Aku percaya
penuh bahwa kitab itu ada berjodoh dengan
kau. Mari kita meneliti lagi. Siapa tahu di
tempat ini kita berhasil." 795
Li Cong Bun tidak berkata apa-apa, ia
mengikuti Se bun Pa berjalan.
Tempat itu banyak jalannya bergelol-belok
dan berlumut tapi akhirnya buntu. Mereka
menemui sumber air yang mengalir ke suatu
pusat ialah yang merupakan air terjun.
Ditempat itu mereka hanya menemui air untuk
menghilangkan rasa haus, akan tetapi tidak
menemui barang makanan untuk mengganjal
perutnya yang lapar. Tangsum kering yang
dibekalnya mereka ingin iritkan sebisanya
supaya dapat menahan beberapa waktu lagi.
Sebagai selingan untuk ini, mereka telah
mengambil keputusan untuk memakan ular
raksasa yang dibunuhnya itu.
Sepuluh hari sudah lewat sejak kejadian
dimana merekamasih tetap belum dapat
menemukan kitab yang dicarinya.
Pada suatu malam ketika mereka duduk
bersemedhi, didekatnya air terjun, tiba-tiba
Se bun Pa merasakan ada butiran air yang
jatuh. Ia mendongakkan kepalanya dan dapat
melihat ada binatang kelelawar yang sedang
terbang.
Segera pikirannya bekerja. Ia menduga di
balik air terjun itu tentu ada sebuah goa.
Disana kelelawar bersarang. Ia lalu
berunding dengan Li Cong Bun.
Berdua lalu pergi ke dekatnya air terjun.
Mereka meneliti dengan meminjam penerangan
sang rembulan. Lapat-lapat mereka seperti 796
melihat lubang dibaliknya air terjun itu.
lalu dicobanya dengan melemparkan batu pada
air terjun. Mereka pikir, kalau memang
didalamnya ada goa, batu yang dilemparkan
itu tidak akan membalik oleh karena tidak
membentur dinding tebing.
Hasilnya ternyata menggirangkan, batu-
batu yang ditimpukkan amblas terus.
Mereka jadi kegirangan. Se bun Pa sampai
menari-nari bahna girangnya.
"Li hiantit, mari aku pinjam pedangmu.
Aku akan menerjang air terjun itu untuk
mencari tahu. Sebentar kalau aku sudah
mendapat kepastian bahwa dibalik air terjun
itu ada goanya aku akan memberitahukan
supaya kau juga menerjang masuk. Ia berkata
sambil bersiap-siap untuk melakukan apa yang
dikatakannya.
Li Cong Bun menyerahkan pedangnya. Ia
sendiri bersiap-siap memberi pertolongan
kepada Se bun Pa kalau ternyata orang tua
itu gagal menerjang masuk dan terbawa oleh
air terjun.
Se bun Pa dengan pedang penakluk iblis
telah menerjang air terjun tadi. Benar saja
ia telah menemui sebuah goa disitu. Ia cepat
hendak memberitahukan kepada Li Cong Bun
tapi anak muda itu juga sudah menerjang
masuk dan mereka sekarang sudah berada dalam


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

goa yang baru ditemukannya. 797
Keadaan dalam goa itu gelap sekali.
Pelahan-lahan mereka telah memasuki. Setelah
berjalan bolak-balik mereka telah menemukan
sebuat kamar batu besar.
Untuk memeriksa keadaan dalam kamar itu
ada diperlukan penerangan, maka Li Cong Bun
lantas membuat api obor. Kiranya dalam kamar
itu ada terdapat tempat tidur dan dapur
tempat memasak obat. Di atas tempat tidur
ada dua kerangka manusia. Mereka menduga dua
kerangka itu tentu adalah kerangkanya Thian
Yu Cuncia dan Thian Ciok Cinjin. Maka tanpa
ragu-ragu telah jatuhkan diri berlutut
memohon kerelaan rohnya almarhum supaya
maksud mereka mencari kitab Pek hap Cin keng
terkabul.
Thian Yu Cuncia dan Thian Ciok Cinjin
karena ilmunya sangat tinggi membikin tulang
belulangnya meskipun sudah tiga abad lamanya
masih dalam keadaan utuh malah tampaknya
seperti berubah menjadi logam.
Setelah berlutut mereka berdiri lagi dan
memperhatikan kesekitarnya.
Matanya Li Cong Bun segera tertarik oleh
sebuah kotak yang bersinar tidak jauh dari
pembaringan. Cepat ia menghampiri dan
dilihatnya. Ternyata kotak itu panjangnya
ada tujuh dim dan lebarnya empat dim.
Didalamnya pasti ada kitab yang dicari oleh
mereka sebab diatasnya kotak ada bertuliskan
Pek hap Cin keng. Lebih jauh diberitahukan 798
untuk membuka kotak itu, orangnya harus yang
sudah mencapai ilmu sejati dari ilmu
memusatkan pikiran. Oleh orang ini benda itu
hanya ditaruh di dadanya pantas bisa lumer
kemudian dengan golok atau pedang digores
dan kotak itu segera dapat terbuka dan
mendapatkan kitab Pek hap Cin keng
didalamnya.
Li Cong Bun membaca itu tidak percaya
maka ia coba dengan pedangnya membacok kotak
tersebut. Betul saja tutup kotak itu tidak
bergeming sama sekali. Ia penasaran, ia lalu
taruh kotak tersebut diatas batu dan
dibacoknya pula dengan sekuat tenaga. Betul
batunya hancur berantakan tetapi kotaknya
tinggal utuh saja.
Koni baru Li Cong Bun percaya akan
tulisan tadi.
"Li hiantit, lebih baik kau turuti apa
yang dikatakan dalam tulisan itu, sebab
sudah ternyata kotak itu tidak dapat dibuka
sembarangan." kata Se bun Pa.
Li Cong Bun anggukkan kepalanya.
"Aku minta supaya Se bun pepe saja yang
melakukannya."
"Li hiantit, kau ini mimpi? Aku si orang
tua mana ada kemampuan untuk menjalankan
ilmu demikian. Kau sebagai orang muda,
apalagi kalau kau sudah menelan pil Hoan kut
Leng tan, tenagamu akan berubah amat lihai." 799
Li Cong Bun menurut. Ia telah menelan pil
itu, kemudian bersemedhi menjalankan ilmu
?Memusatkan Pikiran?, tapi dalam tempo tiga
hari belum juga dapat membuka kotak aneh itu
karena Li Cong Bun belum sempurna betul
memusatkan pikirannya lantaran hatinya masih
tertarik oleh kotak itu.
Se bun Pa melihat itu amat kasihan kepada
Li Cong Bun maka ia lalu mengeluarkan pilnya
It gi Leng tan, diberikan untuk ditelan oleh
Li Cong Bun. Ia menyuruh Li Cong Bun untuk
beristirahat sebab bekerjanya pil ini tidak
kontan. Orang harus bersabar menanti
reaksinya dengan beristirahat.
Setelah lewat beberapa lama, tiba-tiba Li
Ceng Bun merasakan perutnya panas, tulang-
tulangnya seperti bengkak dan linu rasanya
dan mengeluarkan suara berkeretekan. Li Cong
Bun sangat kageet mengalami itu tapi Se bun
Pa tersenyum saja menyaksikannya.
Kemudian ia memberi totokan kepada jalan
darah Oh-ti sui biat. Lantas Li Cong Bun
merasakan badannya menjadi segar. Tapi
kemudian ia jatuh pingsan.
Ia pingsan sampai satu hari satu malam
baru mendusin.
Ia kemudian merasakan bahwa seluruh
badannya sangat segar dan sehat sekali.
Se bun Pa melihat Li Cong Bun sudah
mendusin, lalu berkata: 800
"Li hiantit, sekarang coba kau ambil
sebutir batu dan tekan dengan kedua jarimu.
Bagaimana kesudahannya nanti kau bisa lihat
sendiri."
Li Cong Bun ragu-ragu sebab sebuah batu
besar cara bagaimana bisa ditekan hancur
oleh dua jarinya. Ia benar-benar tidak
ungkulan. Tepi ketika Se bun Pa mendesaknya,
ia ia lalu bengambil sebuah batu untuk
mencobanya.
Keanehan segera terjadi yang membikin Li
Cong Bun jadi melongo. Sebab batu yang
ditekan dengan dua jarinya itu benar-benar
telah hancur remuk yang mungkin tidak
dipercaya oleh orang yang tidak
menyaksikannya sendiri kejadian yang aneh
itu. Se bun Pa kegirangan ia lalu mendekat
memeluk dirinya Li Cong Bun dengan penuh
kecintaan berkata:
"Li hiantit, sebutir pil Hoan kut leng
tan ditambah dengan pengetahuan dari Pek hap
Cin keng serta dengan tiga macam ilmu
siluman yang ajaib itu dibantu oleh Pedang
Penakluk Iblis, cukup akan mambasmi kawanan
penjahat di puncak Tay san nanti. Oh,
sungguh menggirangkan."
Li Cong Bun mendengar kata-katanya Se bun
Pa, bahna girangnya telah jatuhkan diri
berlutut di depan Se bun Pa, air matanya
bercucuran. "Se bun pepe, semua ini ada atas 801
mantuan pepe, aku tidak tahu dengan apa aku
membalas pepe punya budi."
Sambil mengangkat bangun anak muda itu.
Se bun Pa berkata, "Li hiantit, kau keliru
berkata demikian. Bantuanku yang tidak
seberapa belum cukup untuk menebus dosaku
terhadap ayahmu almarhum. Sekarang dirimu
sudah berubah, tulang-tulang dan urat-uratmu
yang terpenting sudah dapat dipersatukan
berbareng kalau kau mengerahkan tenaga
dalammu. Dengan tenagamu yang luar biasa dan
kepandaianmu yang tinggi, kau boleh
menghadapi penjahat-penjahat Siang Su Su,
Cong Jie Giok dan Thian lam Siang koay
dengan tenang!"
Li Cong Bun sangat girang. Bagaimana pun
juga ia merasa berhutang budi kepada Se bun
Pa yang dulunya merupakan Iblis Beracun dan
musuh besarnya. Sebab jika tidak saban-saban
turun tangan membantu sudah lama ia tidak
ada dalam dunia fana ini. Lenih-lebih
bantuannya orang tua itu yang sudah membawa
dirinya ke goa tempatnya Thian Yu Cuncia dan
Thian Ciok Cinjin untuk mencari buku Pek hap
Cin keng yang semata-mata guna dirinya
memahirkan ilmunya bukan untuk
kepentingannya Se bun Pa, ia merasa budi
rang tua itu ada sangat besar.
Li Cong Bun kemudian menggunakan ilmunya
?Memusatkan Pikiran?, dalam satu hari saja
kotak itu ditaruh di dadanya sudh berubah
warnanya menjadi putih susu. Setelah ia 802
barengi dengan ilmu ?Tenaga Sakti? nya,
kotak itu menjadi lembek. Dua hari kemudian
ia menggores dengan pedang pusakanya betul
saja kotak itu telah dapat dibuka dan isinya
adalah kitab Pek hap Cin keng.
Bukan main girangnya Li Cong Bun dan Se
bun Pa.
Dengan kitab pusaka itu ditangannya, Li
Cong Bin dan Se bun Pa telah berlutut lagi
didepannya dua Locianpwe, menghaturkan
terima kasihnya. Selanjutnya mereka berdua
telah melatih diri dalam goa itu.
Goa itu terpencil dan tertutup letaknya
juga tak ada seorangpun yang akan
mengetahuinya maka Li Cong Bun dan Se bun Pa
dapat meyakinkan ilmu Pek hap Cin keng
dengan tenang tanpa ada gangguan apa-apa.
Sebagai makanan delama melewatkan hari-
harinya. Li Cong Bun yang keluar goa untuk
menangkap binatang kelinci dan lain-lainnya
yang dapat dimakan.
Keadaan disitu sangat sepi dan tenang.
Sehari-hari mereka lewatkan sang waktu
dengan tekun meyakinkan apa yang diajarkan
dalam kitab Pek hap Cin keng.
Waktu sudah tidak lama lagi pertemuan di
puncak gunung Tay san maka Li Cong Bun harus
cepat-cepat dapat menguasai semua pelajaran
dalam kitab Pek hap Cin keng tersebut. 803
**GS**
Kita tinggalkan dulu Li Cong Bun dan Se
bun Pa yang sedang meyakinkan Pek han Cin
Keng. Marilah kita ikuti perjalanan Bo yong
Kang, Teng Goan Hweshio dan Gan Su Nio yang
sudah lama kita tinggalkan.
Bo yong Kang dan dua temannya dengan
rahasia ada tinggal disekitar gunung Tay
san. Mereka bertiga dicari-cari oleh Hwe
Kong dan Cong Jie Giok untuk membalas
kematiannya Song Sam Ceng akan tetapi mereka
tidak diketemukan.
Dalam tempat rahasianya mereka dengan
tekun berlatih mempertinggi ilmu silatnya.
Kadang-kadang secara bergiliran mereka
mencari keterangan tentang gerak-gerik dari
Cong Jie Giok dan Hwe Kong. Disamping itu
juga mereka menanti kedatangannya Li Cong
Bun dan Se bun Pa.
Pada suatu hari, ketika Bo yong Kang
mendapat giliran mencari keterangan prihal
keadaan musuh, ternyata ditunggu sampai hari
menjelang malam belum juga kelihatan pulang.
Hal mana telah ,membuat kawan-kawannya
menjadi sangat cemas, terutama Gan Su Nio
merasa sangat gelisah karena kekasihnya
melim pulang.
Menurut perjanjian mereka, siapa yang
keluar pagi-pagi harus diwaktu menjelang 804
malam harus sudah pulang. Ia lalu bertanya
pada Teng Goan hweshio.
"Suheng, bagaimana dengan Bo yong Ko?
Apakah dia mendapatkan halangan?"
"Aku sendiri belum dapat memastikannya,
lihat saja sampai sebentar malam, kalau Bo
yong sute belum juga pulang, kita boleh
keluar mencarinya."
Gan Su Nio tidak enak diam memikirkan
kekasihnya tidak pulang. Hatinya menduga Bo
yong Kang tentu telah mendapat halangan
dalam tugasnya hari itu. kalau tidak kemana
ia sudah pergi?.
Pada malam harinya Teng Goan Hweshio
menyaru sebagai orang yang berjenggot
sedangkan Gan Su Nio dengan menggunakan
obatnya Se bun Pa ia telah berubah mukanya
seperti orang yang sudah berumur lima puluh
tahun. Ia terus pergi untuk mencari Bo yong
Kang.
Ketika mereka sampai di bawh gunung,
kebetulan telah mendapat lihat ada dua orag
lelaki yang sedang mengaso dibawahnya pohon.
Didekatnya ada barang-barang makanan yang
rupanya hendak diangkut ke atas gunung.
Mereka tengah bercakap-cakap.
Teng Goan Hweshio dan Gan Su Nio
menyelinap ke belakang pohon dan
mendengarkan apa yang sedang mereka
percakapkan. 805
Terdengar satu diantaranya berkata:
"Kemarin pagi ada penjahat yang mengintai
ditempat kita. Kalau bukannya Lo thian ong
yang menangkapnya tentu penjahat itu bisa
lolos lagi."
"Oh ya malam ini kabarnya Kauwcu dari Tho
tiok Im yang kouw pulang," yang satunya


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjawab. "Kalau begini pihak kita ada
banyak kawan yang berilmu silat mahir. Pihak
lawan meskipun banyak, percuma saja hanya
menghantarkan jiwanya saja."
Teng Goan Hweshio melompat keluar dari
belakang pohon hingga kedua orang itu
menjadi amat kaget. Sebelum mereka bisa
bergerak sudah kena ditotok roboh oleh Teng
Goan Hweshio, sementara Gan Su Nio telah
menodongkan pedangnya kearah tenggorokannya
orang itu sehingga dua penjahat itu menjadi
sangat ketakutan.
"Hei, Siapakah yang ditangkap di atas
gunung? Umur dan rupanya bagaimana? Ayo
lekas katakan kalau tidak mau jiwa kalian
binasa diujung pedang!" kata si nona.
Kedua orang itu bergemetaran, satu
diantaranya memberanikan diri menjawab.
"Kami berdua diperintah untuk membeli
daging, sayuran dan arak untuk menyambut
kedatangan Tho tiok Im yang Kauwcu. Kami
tidak melihat orang yang ditangkap. Tapi
hanya mendengar ada seorang nona yang hendak 806
membalas sakit hati karena pembesetan
kulit."
Teng Goan Hweshio dan Gan Su Nio saling
pandang, mereka pikir dua orang itu tentu
adalah Hwe Siok Tang dan Hwe Giok Soan dan
mereka ini memang sudah tertangkap oleh Hwe
Kong. Maka Teng Goan Hweshio lalu bertanya
lagi, "Ya, yang pulang itu Leng Hong Tiok
atau Pit Tho Hoa? Apakah dua-duanya pulang?"
"Aku mendengar kabar pada saat it Kauwcu
datang pada jam satu malam. Hwe Lo thiancu
akan menyambutnya dengan permainan membeset
kulit orang untuk pertunjukan ceri berpesta
pora untuknya!" jawab penjahat tadi.
Teng Goan Hweshio dan Gan Su Nio sangat
kaget mendengar jawaban itu, maka Teng Goan
Hweshio terus menotok jalan darah orang itu
dibagian ?hun hiat? kemudian berkata pada
Gan Su Nio.
"Sumoy, mau tidak mau harus kita mengubah
muka menyaru dua orang ini dan pinjam
pakaiannya supaya kita bisa naik gunung
tanpa mendapat rintangan. Kita harus
menolong ayah anak yang akan dibeset
kulitnya pada jam satu sebentar malam."
Gan Su Nio anggukkan kepalanya. Si nona
menyingkir sebentar, sementara Teng Goan
membuka pakaian dua penjahat itu. obat
pengubah paras muka kebetulan dibawa oleh
Gan Su Nio. Keduanya saling lupa. Kemudian
dengan membawa barang-barang bawaannya dua 807
penjahat yang sudah tidak bergerak disitu,
lalu mereka naik gunung.
Sesampainya di sarang penjahat ada yang
menyambut dan membawa barang-barang
bawaannya diteruskan ke dapur untuk diolah.
Teng Goan Hweshio dan Gan Su Nio lihat di
sebuah lapangan yang lebar tampak ada
seorang tua yang badannya diikat pada
selembar papan. Dia itu adalah Hwe Siok
Tang. Sedangkan Hwe Giok Soan juga kelihatan
diikat pada selembar papan yang
diberdirikan. Ia seperti dalam keadaan
pingsan. Disitu ada berdiri Cong Jie Giok
yang sedang mengatur pesta untuk sebentar
malam. Disekelilingnya dijaga dengan kuat.
Teng Goan Hweshio dan Gan Su Nio sudah
siap-siap turun tangan untuk menolong
kawannya. Tiba-tiba ada penjaga pintu yang
melaporkan tentang pulangnya Pit Kauwcu
membawa satu teman dan mereka kini masih
berada di bawah puncak gunung.
Suasana disitu kelihatan girang. Hwe Kong
dan Cong Jie Giok keluar berdiri menyambut
di pintu. Dekat lapangan itu ada rumah kecil
kemana Teng Goan Hweshio dan Gan Su Nio
telah menyembunyikan diri siap sedia dengan
sejnatanya untuk menghadapi kemungkinan.
Tidak lama kemudian ada dua tandu
digotong oleh delapan orang masuk didahului
oleh delapan obor api. 808
Sebuah tandu membawa Pit Tho Hoa yang
berumur kira-kira lima puluh tahun, tandu
yang lainnya membawa seorang laki-laki
bermuka hitam. Teng Goan Hweshio dan Gan Su
Nio seperti pernah bertemu dengan orang ini
tapi tidak ingat dimana.
Ketika tandu-tandu itu sampai, Hwe Kong
dan Cong Jie Giok menyambut dengan muka
berseri-seri Hwe Kong menanya.
"Pit Kauwcu sekali ini pergi sangat
lama. Eh, bagaimana dengan Leng kauwcu,
sebab apa belum pulang? Dan sahabat ini
siapa namanya?"
Pit Tho Hoa dan laki-laki bermuka hitam
itu terus turun dari tandu.
Pit kauwcu menjawab, "Ya, kami karena
menyelesaikan urusan perguruan kami di
propinsi Kui cu untuk semuanya dipindah
kesini, maka ada sedikit terlambat
pulangnya. Tentang Leng kauwcu mungkin
setengah bulan lagi ia baru kembali. Aku
perkenalkan, ini adalah sahabat Song Hwe.
Aku sengaja mengajak kemari untuk meriahkan
pesta kita."
Teng Goan Hweshio dan Gan Su Nio merasa
sangat sebal melihat tingkah lakunya Cong
Jie Giok yang sangat genit. Gan Su Nio
lebih-lebih tidak mengerti. Kenapa Cong Jie
Giok ini yang umurnya sudah hampir tujuh
puluh tahun tapi kelihatannya seperti yang
baru berumur tiga puluh tahun saja? Tapi 809
Teng Goan hweshio sekali melihat mukanya
lantas dapat mengetahui kalau siluman itu
awet muda karena banyak mengorbankan jiwanya
gadis-gadis yang disedot manik perawannya
secara sadis dan kejam.
Song Hwe ini sebenarnya adalah Bo yong
Kang yang menyamar. Ia datang ke sarang
penjahat itu perlunya hendak menolong Hwe
Siok Tang dan puterinya. Maka ketika kedua
Iblis memberi hormat kepadanya ia menyambut
sekadrnya saja, kemudian terus mengambil
tempat duduk.
Gan Su Nio yang memperhatikan orang
bermuka hitam lantas mengenali bahwa ia
adalah Bo yong Kang, maka ia berbisik pada
Teng Goan Hweshio, "Suheng, orang itu
bukankan Bo yong ko? Dia begitu dekat dengan
kawanan iblis, bagaimana kalau dia dikenali?
Apakah tidak berbahaya?"
Eng Goan hweshio tertawa, "Mereka
meskipun sudah melihat romannya Bo yong sute
tapi rasanya mereka tidak akan mengenali.
Seperti barusan telah terjadi dengan kita
orang tak bisa lantas mengenali. Sekarang
kita diam saja bersunyi bunyi, kalau
sebentar mereka kita baru turun tangan."
Song Hwe melihat mereka sepertinya tidak
senang karena sikapnya yang sombong lalu ia
mengambil cawan araknya dan berkata.
"Ya, diluaran memang sudah tersiar bahwa
ayah dan anak she Hwe itu sudah ditangkap 810
disini. Malam ini akan dibeset kulitnya
untuk memeriahkan pesta ini. Bukankah mereka
itu yang sekarang ada diikat di papan? Lebih
baik kita sekarang saja turun tangan,
bagaimana Hwe toako pikir?"
"Ha ha ha " Hwe Kong tertawa abergelak-
gelak. "Hwe Pek It telah mengingkari sumpah
Si leng cee dan Auw yang Ti telah berbuat
dosa besar, maka sepantasnya mereka dihukum
beset kulitnya. Apa mau dikata, pada saat
kematiannya Song Sam Ceng mendadak Hwe Siok
Tang dan Hwe Giok Soan puterinya datang
membuat onar. Kami tidak kasih hati dan
menangkapnya. Hukuman beset atas diri mereka
akan dilakukan dalam pesta penyambutan pada
Pit Kaowcu.. ha ha suatu pesta modern akan
terjadi. Disampingnya kita berpesta pora
minum-minum dengan penuh kegembiraan kita
akan menyaksikan hukuman beset kulit."
Ia berhenti sejenak bicaranya.
"Ayah dan anak itu sudah aku totok jalan
darahnya yang penting." melanjutkan Hwe
Kong. "Nah sekarang harap Song ko membuka
totokannya supaya mereka mengetahui akan
kematiannya. Bukankan ini ada lebih
menggembirakan?"
Song Hwe alias Bo yong Kang datang kesitu
ada bermaksud menolong ayah dan anak itu,
kini ia diberi kesempatan untuk membuka
totokan orang menjadi sangat girang, karena
ini ada tepat sekali sama dengan niatnya. 811
"Terima kasih." jawab Song Hwe, kemudian
ia mengambil dua butir kacang dan
menyentilkannya kearah dua orang tawanan
yang berdiri terikat pada papan beberapa
tombak daripadanya. Tapi sungguh aneh sekali
dua butir kacang itu tidak mengenai
sasarannya dan pada menyimpang ke kanan dan
ke kiri dari sasarannya. Hal mana bukan saja
mengherankan Song Hwe sebab ia belum pernah
meleset dengan sentilannya. Juga Hwe Kong
yang melihatnya menjadi sangat heran.
Mereka dalam keheran-heranannya justru
ada berkelebat keluar dari balik orang
tahanan seorang nikow yang dikenal oleh Cong
Jie Giok sebagai Biauw Hoat Sin ni.
Dengan tenang nikow lihay dari Lam hay
itu jalan menghampiri kepada Hwe Kong.
Sambil menuding dengan tangannya ia
berkata, "Siluman tua Hwe Kong, kau benar-
benar ada sangat ganas. Kau telah menotok
jalan darah dua orang itu di bagian Ngo im
Ciok hiat, kalau tidak dibuka dengan totokan
Pan jik Tau ci atau Coan goan Sin kang,
badannya kena tersentuh kertas saja, isi
perutnya akan pecah dan menyemburkan darah
dari mulutnya dan si korban akan mati."
Cong Jie Giok mmau membuka mulutnya akan
tetapi dikedipi oleh Hwe Kong hingga ia
urung bicara.
"Hmm.! ini belum mengapa," meneruskan
Biauw Hoat Sin ni. "Yang paling kejam dan 812
licik, kau mau membunuh orang dengan
meminjam tangannya orang lain. Sendiri tidak
berani turun tangan. Ini adalah perbuatan
yang pengecut dan kejam, buas melebihi dari
binatang yang paling buas sekalipun!"
Hwe Kong hanya menyengir kuda dikata-
katai oleh Biauw Hoat Sin ni. Ia dengan Cong
Jie Giok tidak berani bergerak sembarangan
karena tahu bahwa Biauw Hoat Sin ni adalah
lawn berat. Malah siapa tahu dibelakangnya
ad kawn-kawannya seperti Ceng Leng Cinjin
dan Bu Ju Toato yang lihai.
Bo yong Kang melengak mendengar kata-
katanya Biauw Hoat Sin ni tadi. Ia berdiri
bengong dan diam-diam merasa sangat
bersyukur dengan munculnya nikow dari Lam
hay itu sebab kalau tidak, niscaya
totokannya dengan menyentilkan dua butir
biji kacang akan membuat melayang jiwanya
Hwe Siok Tang dan Hwe Giok Soan sebaliknya
daripada ia membuka totokan orang.
Kalau sampai terjadi demikian, bagaimana
ia dapat menemui para Locianpwe di pihaknya?
Kalau mengingat ini Bo yong Kang menjadi
bergidik.
Pit Tho Hoa pada tiga puluh tahun
berselang telah dikejar-kejar oleh Biauw
Hoat Sin ni sampai tidak ada tempat untuk
bersembunyi. Saat itu Biauw Hoat Sin ni
dalam pakaian abu-abu ada berdiri
dihadapannya. Hatinya bukan main jerihnya. 813
Meskipun sekarang kepandaiannya bertambah,
malah ada kepandaian dalam hal racun, tapi
karena suaminya Leng Hong Tiok tidak ad
disampingnya, ia masih merasa kuatir
menghadapi nikow kosen dari Lam hay itu.
Ia coba menyingkirkkan diri, akan tetapi
terlambat, sebab dirinya sudah terlihat
olehBiauw Hoat Sin ni, yang mana telah
berkata padanya:
"Pit Tho Hoa, Hmm.! Kau dengan Leng Hong
Tiok di gunung Cit lian san puncak Bu hong


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telah terkena senjataku To wa Kim leng. Aku
kira sudah pulang ke neraka, tak tahunya
masih hidup dan melakukan banyak kejahatan.
Tiga puluh tahun melakukan kejahatan.
Kelihatannya kau masih belum puas juga.
Dosamu sudah bertumpuk seperti gunung. Kini
Leng Hong Tok belum pulang, tapi jangan
kuatir. Aku tak akan membunuh kau orang. Dia
akan menyusul belakangan. Dosamu sudah
terlalu besr, maka hukuman mati tidak dapat
tidak dijalankan atas dirimu. Hei, Bo yong
Kang, dimana lekas kasi hajaran padanya!"
Bo yong Kang yang berada dibelakangnya
Pit Tho Hoa mendengar seruannya Biauw Hoat
Sin ni tidak berayal lagi. Segera ia
mengirim serangannya yang dahsyat sehingga
perempuan yang jahat itu terpental sejauh
delapan kaki. Dari mulutnya menyemburkan
darah segar dan jatuh pingsan. 814
Hwe kong dan Cong Jie Giok menjadi
kemekmek melihat kejadian itu, sebab mereka
tidak menyangka sekali kalau orang yang
bermuka hitam yang barusan datang bersama-
sama dengan Pit Tho Hoa dan diperkenalkan
kepada mereka bernama Song Hwe oleh Pit Tho
Hoa bukan lain dari Bo yong Kang adanya.
Coba mereka tahu sejak siang-siang, tentu
mereka sudah berjaga-jaga akan bencana yang
menimpa pada dirinya Pit Tho Hoa.
Bahwa mereka ada menaruh curiga kepada
Song Hwe apakah ia ini lawan atau kawan,
tapi untuk menduga Song Hwe adalah Bo yong
Kang yang menyaru, sungguh ada diluar
kecurigaannya.
Melihat dua siluman itu berdiri
terkesima melihat perbuatannya, Bo yong Kang
menggunakan kesempatan ini untuk melompat
dan berdiri disampingnya Biauw Hoat Sin ni.
Ketika tersadar dari kesimanya Cong Jie
Giok sangat marah. Justru ia melihat Bo yong
Kang enjot tubuhnya menghampiri Biauw Hoat
Sin ni dalam marahnya ia mengejar. Tiba-tiba
Teng Goan Hweshio dan Gan Su Nio sudah pada
keluar dari rumah kecil dan menimpukkan
senjata rahasianya masing-masing kepada
iblis muka putih itu.
Cong Jie Giok selama mengejar ada
memperhatikan gerakannya Biauw Hoat Sin ni.
Ia kuatir dari pihak nikow tua ini ada
dilontarkan senjara tahasia. Tidak dinyana 815
malah senjata rahasia ada dilontarkan oleh
lain pihak, sedangkan Biauw Hoat Sin ni
masih tetap berdiri dengan tenang dan
sikapnya dingin.
Cong Jie Giok kebali senjatanya nona Gan
ialah Hok mu Kim hoat yang ia sudah pernah
rasakan tempo hari maka tidak berani
menyambuti. Ia hanya menghindarkan diri.
Namun hujan paku yang menjadi senjata
rahasia Teng Goan Hweshio menghujani dirinya
demikian rupa sehingga ia sangat repot
dibuatnya.
Menghadapi serangan pada dirinya, maka ia
terpaksa mengeluarkan kepandaiannya yang
istimewa yaitu Cit im ie hoat (tenaga tujuh
jari). Jari tangan kanannya sekali menunjuk
sudah dapat membubarkan paku-pakunya Teng
Goan Hweshio satu persatu telah jatuh di
tabah, ia girang sekali dapat memunahkan dua
macam senjata rahasia musuh yang ampuh maka
ia telah tertawa bergelak-gelak.
Justru ia sedang enak bergelak-gelak
tertawa, sebuah lingkaran senjata Gan Su Nio
dan dua batang paku besar dari Teng Goan
Hweshio telah datang menyerangnya. Senjata
rahasia Gan Su Nio yang ini dibarengi dengan
tenaga dalam yang dahsyat telah mengenai
tepat siku kirinya Cong Jie Giok sedangkan
paku Teng Goan Hweshio menancap di siku
kanannya. 816
Ia jadi sangat marah. Sebelum ia dapat
melancarkan serangannya, lengannya yang
kanan kena dilanggar pula oleh senjatanya
Gan Su Nio hingga ia merasakan kesemutan
karena senjata itu membentur jalan darahnya
yang penting.
Ia merasakan lengan kanannya sebelah
kanan menjadi lumpuh. Tidak dapat diangkat
untuk menyerang kedua musuhnya.
Melihat Cong Jie Giok sudah tidak
berdaya, Gan Su Nio dan Teng Goan Hweshio
sudah lantas hendak memberikan pertolongan
kepada Hwe Siok Tang dan puterinya, akan
tetapi tiba-tiba ia dibikin merandek karena
mendengar teriakannya Biauw Hoat Sin ni.
"Hai kalian berdua, jangan menyentuh
tubuhnya. Baik kalian menjaga saja
disekitarnya, supaya mereka jangan kena
diserbu anak buahnya kawanan penjahat.
Lainnya urusan, kalian jangan pedulikan.
Dimana adanya Hwe Kong. Kenapa tidak
memberikan bantuannya kepad Cong jie Giok
yang sudah tidak berdaya dan dua orang
tawanannya dikuasai musuhnya.
Jilid 22 817
KIRANYA HWE KONG sudah kena obat bius
yang diberikan oleh Bo yong Kang ialah
pengasih Pit Tho Hoa. Seluruh badannya
dirasakan amat lemas, tidak bertenaga untuk
memberikan bantuannya kepada kawannya. Ia
hanya tinggal menonton saja. semua kejadian
terutama pertempuran Cong Jie Giok yang
dikerubuti dua lawannya.
Tapi dia adalah seorang kenamaan, seorang
jago yang tak gampang untuk dibikin tidak
berdaya maka ia sudah mengerahkan tenaga
dalamnya begitu rupa untuk mengusir racun
yang melemaskan badannya.
Ia mengerti ia sendirian melayani banyak
musuhnya tak mungkin ia dapat kemenangan
apalagi ia dalam keadaan lemas demikian.
Akan tetapi ia masih mengharap dapat menukar
satu jiwa dengan satu jiwa.
Berpikir kesitu maka dengan perlahan-
lahan menghampiri Biauw Hoat Sin ni yang
berada tidak jauh dengan orang tawanannya
yang dijaga kokoh kuat oleh Bo yong Kang,
Gan Su Nio dan Teng Goan Hweshio.
"Lam hay Lo ni," kata Hwe Kong sambil
menyengir. "Percuma saja kedtanganmu sebab
tidak akan dapat kembali turun gunung karena
akan muncul Leng Kauwcu dari Tho tiok Im
yang kouw yang dengan bendera saktinya akan
membikin kau jatuh pingsan tidak ingat
orang.. ha ha ha" 818
Biauw Hoat Sin ni melengak mendengar
kata-katanya Hwe Kong. Ia ingat akan bekas
kekasihnya itu dahulu yang kini menjadi
musuh. Ia akan datang, oh bagaimana kalau
sebentar ia bertemu dengan Leng Hong Tio?
Tapi ia menanti tidak kelihatan muncul.
Hatinya terkejut sebab ia telah kena
dikibuli oleh Hwe Kong.
Justru ia tengah berdiri bengong Hwe Kong
telah menggunakan itu untuk enjot tubuhnya
menubruk kepada dua orang tawanannya yang
diikat di pohon.
Melihat Hwe Kong menerjang pada benteng
penjagaannya, Teng Goan Hweshio sudah
meneriaki kedua kawannya supaya masing-
masing menggunakan tenaga dalamnya untuk
menahan serangannya si Iblis jahat. Ia
sendiri telah mengerahkan tenaga dalamnya
untuk menahan serangan Pek kut Im ciang dari
Hwe Kong.
Benar-benar hebat serangannya si iblis
sebab buktinya Teng Goan Hweshio sampai
tujuh delapan kaki jauhnya. Untung dia sudah
siap sedia dahulu hingga tidak menderita
luka apa-apa. hwe Kong melihat serangannya
berhasil menjatuhkan musuhnya, ia tertawa
gelak-gelak dengan sombongnya.
"Iblis tua, kau jangan banyak lagak!"
teriak Biauw Hoat Sin ni, yang telah
menerjang dari belakangnya Hwe Kong, tapi si
iblis tua tidak jadi gentar. Ia balik 819
badannya dengan gesit dan melayani serangan-
derangannya Biauw Hoat Sin ni yang hebat.
Demikian dengan kedua jago itu telah
mengukur tenaganya dengan ramai sekali.
Sedang sengitnya mereka bertarung tiba-
tiba terdengar suara orang berkata
menyindir, "Lam hay Lo ni jangan kau banyak
tingkah. Kami setelah tiga tahun menyekap
diri, meskipun tidak sempurna memperdalam
ilmu kami orang. Ha ha ha."
Biauw Hoat Sin ni lantas mengenali orang
yang berkata-kata lagi tadi sebab ia bukan
lain daripada Hwe Ciang adanya.
Hwe Kong merasa girang engkonya datang,
sebab dengan berdua mengerubuti nikow kosen
itu pikirnya pasti menang. Namun selagi dua
iblis itu hendak turun tangan mengeroyok,
tiba-tiba terdengar suara orang menyebut O
mi to hud dan Bu liang Sin hud masing-
masing diucapkan oleh Bu Ju Toato dan Ceng
Leng Cinjin.
Ketika dua orang yang datang belakangan
ini sudah menghadapi Thian lam Siang koay,
Ceng Leng Cinjin dengan tersenyum berkata,
"Ya, dengan Hwe toako aku sudah ketemu di
Ya ji dan, sekarang aku ketemu dengan Hwe
jiko setelah tiga puluh tahun berselang kita
tidak bersua. Sepantasnya kalau aku sekarang
mengucapkan selamat bertemu!" 820
"Hmm.!" Hwe Kong keluarkan suara hidung.
Ia tidak berkata apa-apa atas pemberian
selamat dari Ceng Leng Cinjin.
Cong Jie Giok yang terluka sikunya telah
berkata,
Janji pertandingan di puncaknya Tay san
kini belum sampai waktunya, maka baik Tri
Tunggal pulang dan untuk bersiap-siap nanti
tahun depan bulan satu tanggal satu kita
boleh bertemu lagi!"
Hwe Kong dan Hwe Ciang tidak puas
kelihatannya. Apalagi melihat Hwe Ciok tang
dan Hwe Giok Soan sudah dibawa pergi oleh Bo
yong Kang dan kawan-kawannya.
Melihat ini Cong Jie Giok menghibur,
"Biarkan mereka pulang. Masih ada waktu
nanti kita menuntut balas untuk kekalahan
hari ini"
"Ya, kata-katamu memang betul," memotong
Bu Ju Toato. "Kami sekarang kembali dahulu,
masing-masing harus rela hati untuk menunggu
sampai waktunya janji kita tahun depan bulan
satu tanggal satu. Mari kita pulang!" ia
mengajak kawan-kawannya.
Tengah mereka berjalan melihat Hwe Kong
matanya bringas dan berputaran seolah-olah
yang mengandung maksud jahat, maka Tri
Tunggal mengerahkan tenaga saktinya, dengan
berbareng dipakai menyerang Hwe Kong, hingga
ia ini yang tidak menduga sama sekali akan 821
mendapat serangan demikian telah terpental
sejauh satu tombak.
Hwe Ciang yang menjadi engko menjadi
kemekmek melihat adiknya dikerjai mentah-
mentah oleh Tri Tunggal akan tetapi apa mau
dikata. Ia harus menelan hinaan itu oleh
karena tidak ungkulan mengukur tenaga waktu
itu. Hwe Ciang berpikirnan panjang, ia melihat
Cong Jie Giok sudah tidak berdaya, sedang
adiknya juga tidak dalam keadaan normal,
kelihatannya lemas tidak segagah sebagaimana
biasanya. Inilah tidak hern karena Hwe Kong
telah dikerjai Bo yong Kang dengan obat
biusnya Pit Tho Hoa.
Dengan demikian BU Ju Toato dan kawan-
kawannya boleh berlenggang tanpa mendapat
halangan dalam perjalanan pulangnya.
Si nenek Siang Su Su sebenarnya bisa
sembuh dari penyakit lumpuhnya kalau ia
berlaku nekat dengan pengobatan yang
dialaminya. Justru ia merasa tidak tahan
maka sakitnya tidak bisa sembuh.
Kiranya obat mustajab untuk menyembuhkan
sakit lumpuhnya itu adalah dengan jalan


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberikan dirinya dihisap oleh laba-laba
emas besar. Sebab binatang itu adalah yang
menghisap keluar racun dingin yang ada dalam
tubuhnya. 822
Ia merasa tidak tahan dengan jalan
pengobatan itu. Malah ia telah membunuh
laba-laba emas yang telah menghisap dirinya
kemudian ia memusatkan racun dingin di salah
satu kakinya dan kaki ini kemudian dipotong
bingga ia menjadi cacar dengan satu kaki.
Maka dengan kaki tunggal tahun depan
Siang Su Su akan menghadapi lawannya di
gunung Tay san. Apakah ilmunya yang dapat
menjatuhkan Tri Tunggal? Itulah masih dalam
pertanyaan.
Sementara itu Biauw hoat Sin ni telah
sampai di tempat dimana mereka ia menginap
telah memeriksa keadaan Hwe Siok Tang dan
Hwe Giok Soan. Ia menggeleng-gelengkan
kepalanya mengingat kekejamannya Hwe Kong
hingga setedik saja tidak keburu tertolong
Hwe Siok Tang dan Hwe Giok Soan melayang
jiwanya oleh dua butir kacang yang
disentilkan oleh Bo yong Kang.
Setelah ia menghela nafas ia lalu
berkata.
"Betul-betul ganas totokan Ngo im Ciok
Hiat dari Hwe Kong. Kalian lihat bagaimana
mengenaskan diderita oleh korbannya. Untuk
menolong melancarkan jalan darahnya mereka
paling sedikit akan memakan waktu paling
tidak empat lima hari baru dapat sembuh.
Sekarang aku akan menolong Giok Soan
sedangkan Bu Ju harus menolong Siok Tang.
Sedangkan Ceng Leng dan lain-lainnya harus 823
melakukan penjagaan jangan sampai ada musuh
yang mengganggu kami yang sedang bekerja
memberi pertolongan.
Ceng Leng Cinjin setuju dengan tindakan
yang diambil kawannya. Sambil tersenyum
bergurau ia berkata pada Biauw Hoat Sin ni,
"Lam hay Lo ni, kau jangan kuatir. Aku si
tosu tua akan membuat penjagaan kuat
sehinggak pekerjaanmu tidak terganggu. Kau
boleh tenang-tenang saja menolong Giok
Soan."
Biauw Hoat Sin ni pelototkan matanya
sambil tersenyum. Itulah bersenda gurau di
kalangan orang tua.
Ketika sudah berkumpul dengan Bo yong
Kang dan lain-lainnya, Ceng Leng Cinjin
telah menceritakan apa yang dialami oleh
?Tri Tunggal? dan ?Dua Hud? sari kuil ?Naga
Emas? di Ya ji-san, hingga mereka sudah tahu
apa yang terjadi disana.
Merundingkan tentang tahun depan punya
pertandingan tidak lupa mereka menyinggung-
nyinggung halnya Se bun Pa dan Li Cong Bun
yang sampai sat ini masih belum kembali.
Mereka mengharap sekali kedatangannya dua
orang itu yaitu tahun depan benar-benar
mereka muncul di puncak Tay san untuk
menyelesaikan pertemuan mati hidup.
"Hei, Bo yong Ko, bagaimana kisahmu yang
membikin aku dengan suheng kuatir kau
mendapat halangan apa-apa?" demikian tiba- 824
tiba Gan Su Nio nyeletuk, sementara air
mukanya yang botoh bersemu merah.
Bo yong Kang tertawa pada kekasihnya,
"Oh, ya perlu aku menuturkan hal itu."
"Dan bagaimana kau bisa menyaru sebagai
orang bermuka hitam menyelinap masuk ke
dalam sarangnya kawanan iblis. Cona kau
ceritakan yang jelas!" kata si nona pula.
Bo yong Kang ketika mau menceritakan
kisahnya terlebih dabulu tertawa geli,
rupanya ada apa-apa yang lucu yang ia telah
alami.
Kiranya Bo yong Kang hari itu ada
melakukan tugasnya menyerap-nyerapi kabar
belum juga dapat apa-apa ketika sang malam
sudah dekat tiba.
Ia sudah menjadi kesal, pikirannya sudah
mau pulang. Namun ketika ia sedang menuju ke
salah satu rumah minuman, dari jauh ia
melihat ada dua orang tinggi besar bertindak
masuk ke dalam rumah minuman tesebut.
Dilihat dari sikap dua orang laki-laki itu
tentu mereka adalah anak buahnya Hwe Kong.
Dua-duanya ada membawa senjata golok
dipinggangnya.
Pikirannya, kebetulan. Siapa tahu ia
dapat kabar apa-apa tentang keadaan di
gunung Tay san dari mereka. Maka ia cepatkan
jalan dan masuk juga ke rumah minuman tadi. 825
Ia mengambiltempat tidak jauh dari orang
tadi.
Ia memesan arak sekadarnya sebab yang
perlu adalah ia hendak mendengar apa-apa
dari mulutnya kedua orang itu. Benar saja
dugaannya tidak keliru. Mereka itu adalah
orangnya kawanan penjahat. Mereka bicara
kasak-kusuk. Meskipun demikian kupingnya Bo
yong Kang yang sudah terlatih baik, dapat
mendengar dengan jelas apa yang dibisikkan
oleh merekan.
Kiranya di atas puncak gunung sudah ada
ditangkap dua orang, satu laki-laki tua
bersama anak perempuannya yang cantik
jelita. Mereka sementar malan jika Pit
Kauwcu sudah pulang akan dipakai bulan-
bulanan dalam pesta kehormatan ialah mukanya
akan dibeset untuk emlampiaskan dendam hati
karena SongSam Ceng yang telah tewas oleh
obat ragun kewawanya Se bun Pa.
Bo yong Kang mendengar itu menjadi sangat
kaget.
Ia menduga bahwa dua orang yang ditangkap
itu tentu adalah Hwe Siok Tang dan puterinya
Hwe Giok Soan. Ini sangat penting, perlu
mereka diberikan pertolongan sebab kalau
tidak, mereka akan menderita oleh siksaannya
kawanan penjahat yang kejam.
Pikirnya ia hendak pulang berunding
dengan Gan Su Nio dan Teng Goan Hweshio. 826
Akan tetapi mendadak ia mendengar salah satu
diantara dua orang itu berkata:
"Hei, kau enakenakan minum di sini,
bukankah sekarang sudah waktunya untuk
menyambut Pit Kauwcu yang akan melalui
jalanan yang disebut oleh atasan kita?"
Temannya seperti kaget mendengar teguran
itu. Sehingga ia buru-buru menegak
minumannya, kemudian memanggil pelayan untuk
membayar minuman yang telah dipesannya.
Kemudian ia bangkit dengan terburu-buru.
"mari kita berangkat!" ia mengajak
kawannya.
Bo yong Kang tidak mau melepaskan orang
dua ini, maka ia terus menguntitnya.
Setelah jalan kira-kira lima li pada
suatu jalanan yang sepi mereka berdiri
menanti dipinggir jalan. "Kebetulan, nah kau
kulihat Pit Kauwcu sudah akan lewat
disini.."
Bo yong Kang melihat ke jurusan yang
ditunjuk. Benar saja ada dua joli yang
digotong mendatangi. Pikirnya, siapa Kauwcu
itu, apakah kepandaiannya tinggi?.
Ia lantas mengambil keputusan untuk
berkenalan dengan Pit Kauwcu.
Menggunakan waktu dan joli sudah dekat
sampai, ia telah mengirim serangan hebat pad
dua orang tadi hingga mereka menjerit sekali 827
kemudian roboh dengan tidak bangun lagi.
Mereka telah binasa tanpa mengetahui siapa
penyerangnnya dan sebab apa mereka telah
dibinasakan.
Yang memikul joli melihat kejadian itu,
maka satu diantaranya berteriak.
"Hei, siapa yang bernyali begitu besar
melakukan pembunuhan didepannya kauwcu yang
dengan lewat?"
Bo yong Kang menghampiri, ia dapat
kenyataan dari dua joli itu hanya satu yang
berisi. Rupanya penghuni joli satunya telah
pindah ke dalam joli lainnya.
Dalam joli yang terisi tadi telah nongol
dua kepala. Mereka ternyata adalah seorang
wanita berusia sekitar empat puluh tahun
lebih tetapi masih tampak cantik wajahnya,
sedangkan yang seorang lagi adalah seorang
pemuda kira-kira berumur tiga puluh tahun
dan berwajah tampan.
"Numpang tanya, siapa siantara kalian
yang dipanggil Pit Kauwcu?" tanya Bo yong
Kang ketika si genit dan si pemuda datang
menghampiri.
"Akulah orangnya yang kau maksudkan."
jawab Pit Tho Hoa dengan suara merdu.
Bo yong Kang dengan laku hormat sekali
telah menjura kepada Pit Kauwcu mohon maaf
atas perbuatannya yang tidak sengaja barusan
telah membinasakan dua orang itu. 828
"Pit Tho Hoa tidak marah, malah ia
tersenyum genit.
"Urusan kecil, tapi siapa sebenarnya kau
ini?" si genit menanya.
"Aku yang rendah she Song bernama Hwe,
jawab Bo yong Kang merendah. Hatinya wanita
iblis itu dag dig dug melihat ketampanan Bo
yong Kang, hingga pemuda yang ganteng
didekatnya tidak dihiraukan agaknya.
Melihat saingan berat lantas ia unjuk
kesombongannya.
"Hei, kau orang apa berani-beraninya
masuk kedalam daerah terlarang ini? lekas
berlalu dari sini. Kalau tidak mau tuanmu
nanti akan mengusir kau seperti anjing!"
Bo yong Kang panas hatinya mendengar
bicaranya So Jauw yang demikian sombong. Ia
sudah ingin menghajarnya. Akan tetapi karena
ia ingin urusannya berjalan lancar maka ia
sabarkan hatinya.
"Aku tidak tahu kalau ada tuan besarnya
disini. Harap tuan besar suka memaafkan."
jawab Bo yong Kang menyindir.
So Jauw sudah mau membuka mulut lagi
tetapi Pit Tho Hoa menanya.
"Saudara Song, kau sebenarnya mencari aku
ada urusan apa?"
"Oa, hanya urusan kecil saja. Namanya
Kauwcu dari Tho tiok Im yang kauw ada sangat 829
termasyur, maka aku mencarinya, maka aku mau
menghambakan diri kalau diterima.
Pit Tho Hoa tersenyum girang, ia melirik
pada So jauw dan mendelik matanya siapa
mendadak sudah gemas kepada perempuan ini
yang barusan menjadi pujaannya dan dirinya
pergi datang dalam joli hingga Pit Tho Hoan
yang suka nyeleweng mudah saja meladeni anak
muda itu yang memang cakap.
"Baik sekali kalau kau ada itu pikiran,"
sahut Pit Tho Hoa tertawa manis.
Bo yong Kang mengucapkan terima kasih.
"Aku sedang naik gunung, maka tidak baik
kalau kalian dua orang ikut bersama sebab
dilarang keras orang yang baru dikenal masuk
kesana. Bagaimana baiknya?"
Ia menutup kata-katanya sambil melirik Bo
yong Kang dan memainkan matanya.
So Jauw yang melihatnya sudah habis
kesabarannya, kemudian ia berteriak:
"Hanya seorang yang dapat pergi kesana.
Maka keputusannya salah satu dari kita
berdua harus binasa. Mari.. mari kita
mengukur tenaga, siapa yang lebih kuat dan
ada itu kehormatan untuk ikut Pit Kauwcu
naik gunung."
So Jauw menantang Bo yong Kang dengan
tidak ragu-ragu lagi ia tidak memandang
sebelah mata kepada jago dari Liok tong itu. 830
ia tidak tahu siapa orang yang ditantang
itu. kalau ia tahu bahwa yang ditantang itu
adalah si Pelajar Hati Besi tentu ia akan
pikir-pikir dahulu sebelum mengucapkan
tantangannya yang sangat sombong.
"Bagus, itulah ada satu pemecahan yang
sangat baik," kata Pit Tho Hoa mendahului Bo
yong Kang menjawab. "Biar aku perkenalkan


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dahulu. Dia ini bernama So Jauw bergelar si
Walet Terbang. Namanya menggetarkan propinsi
Han lam karena ilmu pukulannya yang dinamai
?Pukulan Pencabut Roh? yang hebat! Kau hati-
hati kalau bertarung dengan dia!"
Kembali matanya Pit Tho Hoa yang galak
mengerling kepada Bo yong Kang.
So Jauw sudah gusar betul-betul. Ia
kertak gigi. Ia benci pad perempuan siluman
itu tetapi lebih benci lagi kepada Bo yong
Kang. Sebab kalau tidak ada gara-gara si
Pelajar Hati Besi, ia dengan tenteram dapat
mengikuti Pit Tho Hoa naik ke gunung.
Bo yong Kang mendengar keterangannya Pit
Tho Hoa hanya tersenyum.
Menggunakan kesempatan dua orang itu
sedang bicara diam-diam So Jauw telah
mengirimkan serangan pada Bo yong Kang.
Jago Liauw tong itu bukannya tidak tahu
ia diserang, akan tetapi ia tidak menggubris
serangan orang. Ia menunggu sampai angin
serangan sudah dekat, dengan lengan bajunya 831
ia mengebut dan serangan ampuh So Jauw punah
seketika.
Bukan main kagetnya So Jauw sebab bukan
saja serangannya dapat dipunahkan secara
demikian mudah, tapi juga serangan membalik
dari tenagnya yang dikerahkan tadi membuat
dadanya dirasakan tergetar dan sesak.
Ia berdiri terpaku, terdengar Song Hwe
berkata:
"Mengingat kau datang dari Hun lam, maka
kematianmu disini tentu akan membuat kau
merasa penasaran. Maka itu aku mau
mengampuni padmu. Sekarang enyahlah kau dari
sini. Kalau berlaku ayal-ayalan, jangan
sesalkan au Song Hwe akan mencabut jiwamu
disini, mengerti?"
So Jauw mendelik matanya. Tapi apa daya
ia tak berani membentur Bo yong Kang lagi,
sebab kini ia sudah tahu bahwa ia bukan
tandingannya sang lawan, maka ia terpaksa
berkata untuk menutup malu.
"Prang she Song, baiklah sekarang aku
mengaku kalah. Aku akan pergi. Tapi ingat
baik-baik. Lima tahun lagi aku akan mencari
kau lagi untuk menebus kekalahanku hari
ini." Setelah berkata ia lantas angkat kaki.
"Jangankan lima tahun biarpun sepuluh
tahun aku tunggu kau punya pembalasan!" kata
Bo yong Kang dengan tersenyum. 832
Melihat So Jiauw berlalu begitu saja Pit
Tho Hoa berpikir. Diriku sudah diganggu
olehnya. Kalau dia nanti sebarkan rahasian
ini diluaran, betapa malunya aku sebagai
Kauwcu. Juga dia dikemudian hari akan
menjadi musuh besar, dia tentu merasa sakit
hati dengan kejadian sekarang ini. Ah kenapa
aku tidak membunuhnya saja supaya tidak
meninggalkan bibit bencana dikemudian hari?
Berpikir sampai disini, ia berteriak,
"Hei Sow Jauw, kau balik. Dalam perguruan
Tho tiok Im yang kauw tak dapat membiarkan
muridnya menjadi penghianat. Maka kau harus
dibunuh mati sekarang!"
"Bagus, perempuan siluman," kata So Jauw
yang merandek karena mendengar teriakan dari
Pit Tho Hoa. "Kau sudah bosan dengan aku
karena sudah ada yang baru, lantas mau
membunuhku? Hmm bagus..bagus.. kau lihat
nanti!"
"Song Tayhiap, harap kau suka mewakili
aku untuk membunuh murid durhaka ini."
teriak Pit Tho Hoa dengan muka selebarnya
merah bahna menahan malu oleh kata-katanya
So Jauw yang menusuk tadi.
Bo yong Kang pikir tidak dinyana penjahat
itu hanya sebegitu saja kepandaiannya. Belum
apa-apa sudah lari. Sebenarnya dua manusia
ini ada setali tiga uang dari golongan
cabul. Sepantasnya kalau dua-duanya dibunuh
mati. Tapi sebaiknya ia menyingkirkan dulu 833
yang laki-laki dan perempuannya ada gunanya
untuk dijadikan penuntun naik ke atas
gunung. Lihat saja nanti, kalau ada
kesempatan ia juga akan mengirim jiwanya Pit
Tho Hoa ke akhirat.
Untuk mengambil hatinya siluman perempuan
itu, Bo yong Kang menjura dengan hormat,
katanya, "Aku menurut perintah Kauwcu"
Kemudian ia berteriak kepada Go Jauw,
"Jangan lari! Lebih baik kau tanam tulang-
tulangmu di gunung Tay san sini saja!"
Seiring dengan kata-katanya, badannya
melesat tinggi bagai alap-alap, ia menyambar
tubuhnya So Jauw.
Jago Hun lam itu ketakutan karena sudah
tak dapat menghindari lagi, maka ia terpaksa
menggunakan ilmunya ?Pukulan Pencabut Roh?
menyerang pada bagian tubuhnya Bo yong Kang
yang berbahaya.
Si Pelajar Hati Besi membiarkan tangannya
So Jauw dekat. Ketika hampir menyentuh
tubuhnya, telapakan tangan kirinya
digerakkan dengan cepat.
Terdengar teriakan yang menyayat hati.
ternyata tangannya So Jauw telah putus dan
dadanya terpukul keras. Setelah terhuyung-
huyung beberapa tindak ia jatuh menduprak,
dari mulutnya menyembur darah segar.
Sebentar kemudian ia berkelonjatan dan
jiwanya lantas melayang. 834
"Ahh, So Jauw sudah menjadi korban dari
perempuan nyeleweng!"
Pit Tho Hoa sudah kegirangan melihat
penyakit sudah disingkirkan.
Dengan persetujuan Pit Tho Hoa, Bo yong
Kang telah merubah mukanya menjadi orang
hitam dan mengikutinya naik ke atas gunung.
Sampai disini Bo yong Kang bercerita.
Selama sang kekasih bercerita Gan Su Nio
terus menerus tertawa. Demikan juga yang
lainnya turut tertawa mendengar lelakonnya
si ?Pelajar Hati Besi? yang lucu.
Gan Su Nio menanya pada Ceng Leng Cinjin,
bagaimana selanjutnya akan bertindak jikalau
suhunya dan Bu Ju Toato sudah menyembuhkan
Hwe Siok Tang dan Giok Soan. Apa mereka akan
menetap terus di gunung Tay san itu atau
akan pergi ke lain tempat dahulu, sementara
pertemuan di puncak Tay san belum sampai
waktunya.
Karena waktunya sudah dekat, Ceng Leng
Cinjin menjawab,
"Ya, pertemuan dengan kawanan penjahat
itu sudah dekat waktunya. Maka kita tak
perlu pergi kemana-mana. Biar saja kita
disini. kebetulan tuan rumahnya juga baik
dan jujur, lagipula disini cukup sunyi untuk
kita berlatih selama menantikan waktu
pertempuran sampai. Aku akan memberikan
kalian pelajaran yang lebih tinggi lagi 835
kepada kalian supaya kalau sampai waktunya
aku tidak usah keluar turut campur tangan.
Dengan tenaga kalian saja sudah cukup akan
membasmi kawanan penjahat itu dan hatiku
akan merasa lega."
Demikianlah seterusnya mereka di tempat
itu melatih diri untuk meningkatkan
kemampuannya untuk mengabdikan diri pada
kepentingan orang banyak.
"Hwe Siok Tang dan Puterinya setelah
ditolong tiga hari tiga malam juga telah
sembuh dan sudah pulih keadaannya seperti
biasa. Mereka turut melatih diri bersama-
sama.
Jalannya waktu tidak terasa cepat sekali,
maka sebentar saja tahun lama sudah dekat
berganti dengan tahun baru.
Para pendekar dari rimba persilatan
berduyun-duyun datang ke puncak gunung Tay
san untuk menyaksikan pertempuran. Karena
mereka itu baik yang jalan putih maupun
yang jalan hitam pada setengah tahun yang
lalu sudah pada mendapat undangan dari Siang
koay untuk menyaksikan pertandingan yang
langka itu.
Ketika pada keesokan harinya menjelang
pertandingan, Bu Ju Toato dan kawan-kawan
berunding bagaimana akan mengatur untuk
menandingi kawanan penjahat itu. 836
Ia memesan kepada Bo yong Kang, Teng Goan
Hweshio dan Gan Su Nio beerikut Hwe Giok
Soan untuk tidak berlaku lancang mengambil
tindakan sendiri kalau tidak mendapat
persetujuan dari Tri Tunggal.
Besoknya tanggal satu bulan satu, tepat
tengah hari dibawah pimpinan Tri Tunggal,
Teng Goan Hweshio, Bo yong Kang dan lain-
lainnya naik ke puncak gunung. Mereka
menyaksikan tempat itu ditata dan dihias
bagus sekali. Di Lapangan ada dibangun
sebuah luitay (panggung pertarungan) yang
tinggi. Dikedua sisinya ada diatur rapi
tempat duduk untuk para tamu dan tuan rumah.
Pertempuran ini sebetulnya hanya
menyangkut Hwe Ciang dan Hwe Kong dua
saudara, berhubungan dengan tiga puluh tahun
yang lalu mereka telah dikalahkan oleh Ceng
Leng Cinjin di puncak gunung Tay san. Mereka
mengumpulkan orang-orang gagah sebagai saksi
dalam pertempuran sekarang mereka menebus
kekalahan tempo hari.
Setelah para tamu dijamu, kemudian Hwe
Ciang melompat ke atas luitay. Sambil
menjura kepada sekalian hadirin ia berkata:
"Tuan-tuan, sungguh kami merasa girang
telah mendapat kunjungan tuan-tuan guna
menyaksikan pertandingan ulang dari
kekalahan kami berdua saudara pada tiga
puluh tahun yang lampau oleh Ceng Leng
Cinjin dan kawan-kawannya. Kami dua saudara 837
she Hwe dan kedua Kauwcu Leng dan Pit dari
Tho tiok Im yang kauw telah mengundang Ceng
Leng, Buju dan Biauw Hoat untuk pertemuan
hari ini. jadi yang tersngkut dalam
pertandingan diatas luitay ini adalah kami
dengan mereka lawan kami. Tetapi seandainya
ada diantara kalian sahabat-sahabat yang ada
minat untuk bertempur, boleh saja brtanding
diatas luitay dengan memilih masing-masing
tandingannya."
Setelah mendapat tepuk tangan riuh dari
penonton atas sesorahnya ini, Hwe Ciang
sudah melompat turun dari luitay dan kembali
duduk dikursinya.
Pit Tho Hoa bangkit dari duduknya. Ia
melompat ke atas luitay.
Sambil mengunjuk senyumannya yang memikat
hati ia berkata:
"Aku Pit Tho Hoa mendahului yang lain-
lainnya, karena aku ada perhitungan dengan
seorang yang telah membokong aku sehingga
hampir binasa." Ia berkata pada sekalian
penonton. Kemudian dengan lagaknya yang
genit ia berteriak:
"Hei, mana Bo yong Kang. Lekas naik untuk
terima kematian!"
Bo yong Kang mendengar dirinya ditantang,
ia lalu melirik pada Bu Ju Toato untuk minta
ijin. Bu ju toato begitu menganggukkan 838
kepalanya, segera badnnya Bo yong Kang
melesat keatas luitay.
Ketika berhadapan, si genit yang hendak
menuntut balas bukannya membentak dan lantas
menerjang pada musuhnya, akan tetapi hatinya
lantas berdebaran tak dapat ditahan. Ia
memandang Bo yong Kang yang tampan dan gagah
amat menarik hatinya.
Sambil tersenyum genit ia berkata dengan
suara merdu:
Hmm, Song Hwe alias Bo yong Kang, mukamu
begitu putih, akan tetapi sayang hatimu
hitam. Kenapa tempo hari kau membokong aku
sehingga" bicaranya belum lampias dipotong
oleh Bo yong Kang:
"Ya, waktu aku menyerang kau tempo hari,
aku hanya menggunakan sebagian tenagaku
saja. Kalau aku menggunakan tujuh delapan
bagian saja, entahlan apa kau masih bisa


Hadiah Membawa Bencana Karya Khu Lung di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdiri sekarang atau sudah berada dalam
kuburan"
"Orang kurang ajar," si genit melotot.
"Apa sih kepandaianmu? Aku mau lihat
sekarang kau berhadapan dengan nyonya
besarmu, apa yang kau bisa bikin?"
"Silakan kau menyerang." Bo yong Kang
menantang.
Mulutnya berkata, matanya Bo yong Kang
mengawasi pada senjatanya si genit yang 839
berupa cabang pohon Tho kira-kira tiga kaki
panjangnya.
Ketika diperhatikan ternyata itu bukan
cabang pohon Tho betulan. Hanya nampaknya
saja sama tetapi sebenarnya terbikin dari
baja banyak durinya. Diduga pada duri-
durinya tentu mengandung racun yang
berbahaya.
Pit Tho Hoa kini berubah mukanya. Ia jadi
bengis dan kegenitannya hilang tanpa
meninggalkan bekas. Sebagai ganti perasaan
ibahnya ialah kegemasan terhadap si Pelajar
Hati Besi yang tampan mukanya akan tetapi
hatinya tak dapat dipincuk. Karena munculnya
Bo yong Kang ia menjadi kehilangan
kekasihnya So Jauw yang sudah lama menjalin
hubungan gelap dan sangat menyenangkan
hatinya.
Setelah matanya melotot kepada lawannya.
Pit Tho Hoa gerakkan senjatanya menyerang
musuhnya. Dengan gerak tipu yang dinamai
Bidadri melempar tali ia mau menyodok dada
Bo yong Kang. Atas serangan itu Bo yong Kang
menangkis dengan pedangnya.
Serang menyerang segera mulai ramai dan
menarik hati. ketika Pit Tho Hoa telah
keluar semua tipu-tipu silatnya yang
berbahaya, namun lawannya cukup tangguh
untuk dapat dijatuhkan begitu saja. Malah
terkadang ia terdesak maka diam-diam ia
merasa cemas. 840
Pertandingan belum juga kelihatan ada
yang menang atau kalah meskipun sudah
berjalan kurang lebih delapan puluh jurus.
Senjatanya Pit Tho Hoa benar ada
mengandung banyak racun. Selainnya tempat
obat bius yang dapat membuat orang jatuh
pingsan. Juga pada tiap duri pada senjatanya
itu ada tersimpan jarum beracun. Kalau ia
Muslihat Para Iblis 2 The Harsh Cry Of The Heron Kisah Klan Otori Karya Lian Hearn Pendekar Pedang Dari Bu Tong 15
^