Pencarian

Sayap Sayap Cinta 5

Sayap Sayap Cinta Karya Maria A. Sardjono Bagian 5


kukan sesuatu untuk mengatasinya. Ketika suatu
pemikiran masuk ke otaknya, saat itu juga ia men-
cetuskannya. Ia khawatir akan berubah pikiran.
"Pak Wahyu... dan teman-teman," katanya de-
pustaka-indo.blogspot.com
296 ngan suara terbata-bata. "Saya telah mencemarkan
nama baik sekolah ini. Saya... saya... amat sedih.
Oleh sebab itu, demi menjaga agar nama sekolah
tidak semakin tercemar, saya akan segera menulis
surat pengunduran diri dari tempat ini."
"Bu Yulia jangan terburu nafsu," kata Pak
Wahyu. "Ini adalah teror dan sudah mengarah pada
tindakan yang meresahkan. Kita berhak melapor
polisi. Jadi, sebaiknya kita pikirkan semuanya de-
ngan tenang dulu."
"Pak Wahyu betul, Yulia," Yanti menyambung.
"Pasti ada cara lain untuk mengatasinya."
"Kalian belum kenal siapa dalang di balik semua
peristiwa ini. Ia tidak akan berhenti begitu saja
sebelum saya hancur. Kalau yang hancur itu nama
baik saya, saya masih bisa menanggungnya." Setitik
air mata meluncur turun ke pipi Yulia. "Kalau
nama baik sekolah ikut dipermalukan, saya tidak
rela. Sekolah ini termasuk sekolah favorit. Kalau
saya masih tetap ada di sini, pasti teror itu akan
terus berlanjut dan lama-lama nama baik sekolah
ikut dipermalukan. Melapor ke yang berwajib juga
hanya akan memperpanjang persoalan. Jadi, sudah-
lah. Sebaiknya saya saja yang mundur dari sini. Ini
adalah jalan satu-satunya yang terbaik."
Yulia termasuk orang yang keras berpegang pada
kebenaran. Ia mengerti betul, keadaan seperti ini
tidak bisa dipertahankan hanya karena perasaan ti-
dak enak dan karena teman-teman membelanya. Ini
sudah menyangkut nama baik sekolah. Bagaimana
pustaka-indo.blogspot.com
297 bila para orangtua murid menyangka semua guru
seperti dia, merebut kekasih orang? Bagaimana bila
mereka ramai-ramai mengeluarkan anak-anak mere-
ka dari sekolah ini? Belum lagi soal lain, yakni
mereka yang melihat foto-fotonya bersama Gatot
pasti akan bercerita kepada teman-teman lainnya.
Sungguh memalukan.
Dengan pemikiran seperti itu, Yulia tidak bisa
lagi dicegah mengurungkan keinginannya. Dalam
waktu seminggu setelah menyelesaikan segala tugas-
nya agar pengganti dirinya tidak mengalami kesulit-
an, ia segera angkat kaki dari sekolah, tempat perta-
ma kali ia merasakan manisnya bekerja sebagai
guru. Melepaskan pula kedekatan dan jalinan persa-
habatan yang pernah dirasakannya bersama rekan-
rekan sesama guru. Perih hatinya, tetapi ia merasa
pilihannya keluar dari sekolah itu benar.
Meskipun pikirannya sarat oleh pelbagai persoal-
an, apa yang menimpa dirinya belakangan ini tidak
sepatah kata pun diceritakannya kepada orang ru-
mah. Semua disimpannya sendiri. Dengan diam-
diam pula ia mencari pekerjaan ke sekolah-sekolah
favorit lainnya, dengan harapan tahun ajaran baru
nanti ia sudah mendapat pekerjaan lagi. Ia hanya
bercerita pada keluarganya, ingin mencari pengalam-
an baru di sekolah lain.
Karena pada dasarnya Yulia berotak cemerlang, di-
tambah ijazahnya yang cum laude dan surat rekomen-
dasi yang dibawanya dari sekolah yang ditinggalkan-
nya, dalam waktu relatif singkat ia sudah mendapat
pustaka-indo.blogspot.com
298 pekerjaan sebagai guru di sebuah SMU swasta. Pada
tahun ajaran baru ia sudah bisa memulai kariernya di
sekolah tersebut. Karena pembawaannya yang hangat
dan sifatnya yang terbuka, dalam waktu singkat ia
sudah menjalin persahabatan dengan teman-teman
barunya. Demikian juga, dalam waktu yang tidak
terlalu lama ia sudah dicintai oleh murid-muridnya.
Entah mengapa beberapa lembar foto yang me-
nyebabkan ia keluar dari tempat kerjanya yang
lama disimpannya di lemari pakaian. Setiap kali
merasa rindu kepada Gatot, foto-foto mesranya ber-
sama laki-laki itu dipandanginya berlama-lama de-
ngan hati yang tersayat-sayat. Untunglah tempat
pekerjaan yang baru dan segala sesuatu yang serba-
baru telah menyita perhatian Yulia sehingga patah
hatinya tak lagi terlalu terasakan seperti pada awal-
awal perpisahannya dengan Gatot. Terlebih ketika
ia sadar bahwa tubuhnya semakin kurus dan wajah-
nya mulai kehilangan seri. Jika kesedihan dan kese-
pian hati itu dibiarkan menggerogoti dirinya, ia
sendiri yang akan rugi. Seharusnya ia optimis, kare-
na masa depan yang cerah masih bisa terjangkau
oleh tangan-tangannya yang masih sehat, muda dan
kuat. Namun, apa yang didapatnya sekarang? Nol.
Akhirnya, Yulia mulai membuka diri dan bergaul
seluas-luasnya dengan pelbagai kalangan. Kalau ia
diundang ke suatu pesta atau perjamuan, tanpa
ragu ia segera menyingkirkan perasaan enggannya
dan memenuhi undangan itu. Terutama karena se-
karang ia sudah bisa membeli mobil bekas yang
pustaka-indo.blogspot.com
299 masih bagus sehingga tidak perlu lagi naik-turun
kendaraan umum.
Memang pada awalnya ia merasa canggung meng-
hadapi pelbagai jenis manusia. Yulia bukan terma-
suk orang yang menyukai basa-basi dan bicara
omong kosong yang tak ada manfaatnya. Ia anak
alam. Ia lebih suka bersahabat dengan alam dan
menikmati kebebasannya. Namun, demi menambah
luasnya pergaulan, ia terpaksa mengikuti arus kehi-
dupan anak-anak zaman asalkan itu masih dalam
batas-batas yang wajar.
Luasnya pergaulan Yulia menyebabkan orang tahu
bahwa ia memiliki suara indah dan ahli bermain
piano. Akhirnya, seorang teman mengajaknya main
musik di hotel bintang lima seminggu dua kali.
Honornya lumayan besar. Karena keluarganya tidak
keberatan, Yulia menerima ajakan temannya itu. Di
hotel itulah ia berkenalan dengan Danardono, se-
orang penyanyi yang banyak dikenal di kalangan
hotel berbintang dan kafe-kafe besar.
Diawali rasa kekaguman dan banyaknya kesamaan
di antara dirinya dengan Yulia, Danardono mulai
menaruh perasaan khusus terhadap Yulia. Sama
seperti Yulia, Danardono juga mengajar pada pagi
harinya. Jika Yulia mengajar di SMU, Danardono
mengajar Bahasa Inggris di salah satu lembaga kursus
terkenal. Sama seperti Yulia, yang mempunyai murid-
murid privat pelajaran piano, Danardono mempunyai
murid-murid privat pelajaran Bahasa Inggris.
Masuknya Danardono dalam kehidupan Yulia
pustaka-indo.blogspot.com
300 menimbulkan harapan besar di hati ibunya. Meski-
pun Yulia tidak pernah menceritakan apa yang terjadi
antara dirinya dengan Gatot, sang ibu mempunyai
dugaan bahwa putrinya mengalami patah hati dan
beberapa waktu lamanya sempat merasakan sakitnya.
Kini ia merasa lega melihat Yulia mulai akrab dengan
laki-laki yang setara dengan Yulia. Tampan pula.
"Danardono laki-laki yang menyenangkan, Yulia.
Ia baik hati dan memiliki jiwa seni sepertimu," kata
sang ibu di suatu malam, ketika Yulia baru saja dian-
tar pulang Danardono dari menonton drama di TIM.
"Masa depannya juga cerah dan cukup mapan. Kau
harus mempertimbangkan pendekatannya."
"Bu, ia hanya teman biasa. Ibu jangan terlalu
berharap yang bukan-bukan," Yulia yang memang
tidak mudah jatuh cinta membantahnya.
"Kau tahu bahwa ia menaruh perhatian khusus
kepadamu, kan? Ibu sering melihat bagaimana ia
selalu berusaha menyenangkan hatimu."
"Ya."
"Ibu rasa, sudah waktunya kau memikirkan kehi-
dupan berumah-tangga. Ingat, Sayang, masa muda
perempuan tidak sepanjang laki-laki. Mereka masih
bisa punya anak meskipun usianya sudah tujuh pu-
luh tahun, bahkan lebih. Masa produktif perem-
puan hanya sekitar empat puluh lima tahun. Ideal-
nya, jangan melewati usia empat puluh tahun
untuk mempunyai anak."
Yulia mengiyakan demi melegakan hati ibunya.
Namun, untuk menerima Danardono dalam kehi-
pustaka-indo.blogspot.com
301 dupan pribadinya, ia belum bisa. Untuk dijadikan
teman dan sahabat, Danardono memang menye-
nangkan. Sebagai kekasih, nanti dulu. Laki-laki itu
terlalu idealis menurutnya. Yulia lebih suka laki-laki
yang biasa-biasa saja. Laki-laki yang berpikir realistis
dan bersifat kompromis terhadap realitas. Penolakan
hatinya terhadap pendekatan Danardono bukan me-
lulu karena hal itu, melainkan karena ia tidak ingin
bersikap munafik. Kalau ia menerima Danar atau
laki-laki lain dalam hidupnya, maka haruslah itu
dengan sebulat dan setulus hatinya dalam perasaan
cinta yang mendalam. Bukan karena merasa cocok.
Bukan karena dikejar usia. Bukan untuk mendapat
keturunan. Bukan pula karena disukai keluarganya.
Ketika melihat belum ada kemajuan yang berarti
dalam hubungan Yulia dengan Danardono, sang
ibu yang sudah tidak sabar mulai ribut lagi.
"Janganlah terlalu menuruti hatimu, Nak.
Danardono pasti tidak berani mengungkapkan ke-
inginannya untuk menjalin hubungan denganmu
bila sikapmu tampak dingin dan menjaga jarak.
Danardono termasuk orang yang hati-hati sehingga
tak mungkin mau menyatakan cintanya sebelum
merasa yakin ia tidak bertepuk sebelah tangan,"
begitu antara lain kata sang ibu.
"Tunggu tanggal mainnya saja, Bu," lagi-lagi
Yulia menjawab hanya untuk melegakan hati ibu-
nya. Kalau tidak begitu, setiap saat sang ibu akan
memberondongnya dengan kalimat-kalimat senada
yang menjengkelkan.
pustaka-indo.blogspot.com
302 * * *
Sementara itu, waktu terus berjalan. Karena sering
harus menyanyi bersama, Danardono dan Yulia me-
mang jadi sering pergi dan pulang berdua. Akhir-
nya, Danardono menaruh harapan besar terhadap
Yulia.
"Yulia, orang yang sering melihat kita bersama-
sama pasti mengira di antara kita ada apa-apa, ya?"
Begitu ia memancing Yulia di suatu kesempatan.
"Bagaimana denganmu. Pernah ada yang mengira
kita ini sepasang kekasih?"
"Ya, sering. Biar sajalah. Toh aku tidak rugi ka-
renanya."
"Kau senang dekat denganku?"
"Yah senang, tentu saja. Kau baik hati, sopan
dan kita mempunyai banyak kesamaan. Kau juga
ringan tangan, murah hati dan selalu siap menema-
niku ke mana saja," Yulia menjawab diplomatis.
"Kau sungguh menyenangkan menjadi sahabat seja-
tiku. Aku beruntung karenanya."
"Hanya seperti itu sajakah perasaanmu terhadap-
ku?" Danardono memancing lagi.
"Apa maksud pertanyaanmu?" Yulia pura-pura
tolol. "Bagiku kau menempati tempat yang istime-
wa kok sebagai sahabatku. Itu jarang sekali terjadi
pada diriku. Aku paling hati-hati memilih teman
laki-laki."
Danardono menatap Yulia beberapa saat lamanya,
baru kemudian bersuara lagi.
pustaka-indo.blogspot.com
303 "Apakah kau pernah patah hati, Yulia?"
"Ya, pernah. Amat sangat."
"Sudah seberapa jauh hubungan kalian waktu
itu?" Danardono memancing lagi.
Yulia hampir saja menceritakan hubungannya
dengan Gatot, tetapi tiba-tiba ia mengubah pikiran-
nya. Menurutnya, hubungannya dengan Gatot ti-
dak perlu diketahui orang lain. Oleh sebab itu, ia
menceritakan pengalamannya bersama Hendra.
"Sudah sampai ke jenjang perkawinan," jawabnya
kemudian.
"Kau sudah pernah menikah?" Danardono mem-
belalakkan matanya.
"Ya. Cuma satu bulan saja kami hidup serumah.
Itu pun demi menjaga omongan orang. Kalau me-
nuruti keinginan hati, aku ingin lari menjelang
pernikahan kami."
"Lho kenapa?"
"Ternyata ia sudah mempunyai istri dan beberapa
orang anak. Aku tidak suka laki-laki tak bertang-


Sayap Sayap Cinta Karya Maria A. Sardjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gung jawab seperti itu. Akhirnya kami bercerai."
"Wah, apa kau tidak merasa rugi membiarkan diri-
mu dijadikan istri kedua?" tanya Danardono lagi.
"Tentu saja aku merasa rugi. Untungnya aku ber-
hasil mempertahankan diri dengan tidak memenuhi
kewajibanku sebagai istri yang sesungguhnya," ja-
wab Yulia terus-terang.
"Maksudmu?"
"Aku tidak pernah membiarkan diriku berduaan
dengannya. Meskipun tinggal di bawah atap yang
pustaka-indo.blogspot.com
304 sama, setiap malam aku tidur berkeliling di rumah
kakak-kakakku," jawab Yulia, apa adanya.
"Berarti kau masih perawan?"
"Tentu saja. Tak akan kubiarkan diriku melayani
nafsu laki-laki hidung belang seperti dia!"
"Aku senang mendengarnya!" Dengan perasaan
lega yang begitu kentara, Danardono mencetuskan
perasaannya itu tanpa sadar.
Yulia tersinggung di dalam hatinya. Penilaiannya
terhadap laki-laki itu mulai merosot.
"Aku yakin, semua laki-laki pasti akan berkomen-
tar seperti perkataanmu tadi," cetusnya, ketika ia
sudah tidak tahan menyimpannya di dalam hati.
"Maksudmu?"
"Laki-laki selalu senang menjadi orang yang per-
tama dalam kehidupan pribadi seorang gadis," jawab
Yulia menyindir. "Senang bila seorang perempuan
bisa menjaga keperawanannya. Lupa bila rusaknya
kaum perempuan, mereka jugalah yang sering menja-
di penyebabnya."
"Wah, kau tersinggung rupanya? Maaf, Yulia, aku
tidak bermaksud menyinggung perasaanmu."
"Aku tahu."
Yulia memang tahu bahwa Danardono tidak se-
ngaja mencetuskan perasaan senangnya ketika me-
ngetahui ia masih perawan. Tadi waktu mengetahui
bahwa ia pernah menikah, Yulia sempat melihat
wajah laki-laki itu agak berubah. Pasti hal itu me-
ngagetkannya, sehingga ketika mengetahui bahwa
pustaka-indo.blogspot.com
305 ternyata Yulia masih perawan, rasa senangnya terce-
tus tanpa ia menyadarinya.
"Yulia." Ketika melihat Yulia terdiam, Danardono
mencoba mendapatkan perhatiannya lagi.
"Ya?"
"Apakah patah hatimu telah menyebabkan hati-
mu tertutup?" Danardono mulai memancing lagi.
Andaikata saja Danardono tadi tidak mencetuskan
kegembiraannya ketika mengetahui ia masih perawan,
mungkin saja jawabannya akan berbeda. Boleh jadi
Yulia akan memberi kelonggaran dan bahkan kesem-
patan bagi Danardono membuka pintu hatinya. Na-
mun, tidak sekarang. Cinta Danardono tidak semurni
seperti cinta Gatot terhadapnya, yang tidak memeduli-
kan apakah ia masih perawan ataukah janda. Ia segera
menjawab demi menghentikan harapan Danardono.
"Ya. Tertutup rapat," begitu ia menjawab perta-
nyaan Danardono.
"Apakah itu tidak berarti kau telah menutup
masa depanmu sendiri? Dunia kan tidak selebar
daun kelor. Kau masih bisa meraih kebahagiaan
dengan yang lain?"
"Mungkin di suatu ketika nanti. Tidak sekarang,"
Yulia menjawab dengan suara tegas.
"Selama bergaul dekat denganmu, aku melihat
kau termasuk orang yang terbuka dan punya pan-
dangan ke depan yang optimis. Tak ada sikap pesi-
mis dalam memandang kehidupan."
"Kau merasa aneh karena aku memperlihatkan
sikap yang sebaliknya?" jawab Yulia.
pustaka-indo.blogspot.com
306 "Ya, begitulah."
Yulia tersenyum lembut. "Hal-hal yang menyang-
kut kehidupan pribadiku berdiri sendiri. Tertutup-
nya hatiku tidak ada kaitannya dengan pandangan-
ku tentang kehidupan. Aku selalu optimis kok
menghadapi tantangan dalam kehidupan."
"Bagaimana menurutmu hubungan kita ini? Apa-
kah persahabatan di antara kita tidak menimbulkan
perasaan tertentu dalam hatimu?" Danardono mulai
nekat, ia ingin mengetahui isi hati Yulia terhadap
dirinya. Menurutnya, sudah terlalu lama ia menung-
gu kesempatan seperti ini.
Sekali lagi Yulia dihadapkan pada dua pilihan
jawaban. Karena sekarang ia sudah bisa mengambil
keputusan, tidak terlalu sulit baginya memilih ja-
waban yang paling sesuai dengan keinginan hatinya.
"Menimbulkan rasa persahabatan? Ya, pasti dong.
Bersahabat denganmu sangat menyenangkan." Begi-
tu ia menjawab. "Kau baik."
Karena bukan jawaban seperti itu yang diingin-
kannya, Danardono melanjutkan pertanyaannya.
"Apakah bisa berkembang menjadi sesuatu yang
khusus?"
"Khusus apa? Menjadi hubungan percintaan, mi-
salnya?"
"Yah, semacam itulah."
"Wah, kurasa tidak," Yulia berkata dengan lebih
tegas. "Persahabatan lebih indah daripada hubungan
cinta."
Danardono terdiam. Keheningan mulai menyeli-
pustaka-indo.blogspot.com
307 muti mereka. Perasaan Yulia jadi tidak enak. Na-
mun, ia merasa jawabannya sudah sesuai seperti
yang seharusnya ia katakan. Baginya persahabatan
tidak bisa berkembang menjadi cinta. Khususnya
terhadap Danardono.
Lama keduanya terdiam, sampai akhirnya
Danardono memecahkan situasi yang tak menye-
nangkan itu dengan suaranya.
"Lupakan pembicaraan kita tadi. Terus terang
aku memang menyimpan harapan bisa membuka
pintu hatimu. Yah, mungkin aku terlalu cepat me-
nyatakannya," katanya dengan suara pelan.
"Aku mengerti," Yulia menjawab pelan. "Baiklah,
kita lupakan saja."
"Kau masih mau bersahabat denganku, kan?"
"Tentu saja."
"Aku juga masih boleh datang ke rumahmu se-
perti biasanya?"
"Tentu saja."
Hubungan persahabatan antara keduanya masih
tetap berlanjut. Mereka sering jalan bersama, ma-
kan, nonton film, menjadi teman pesta kalau ada
undangan atau yang semacamnya. Mengenai hu-
bungan yang lebih dari itu, mereka tak pernah lagi
membahasnya.
Melihat kedua orang itu masih tetap sering ber-
sama-sama, harapan ibu Yulia melihat anaknya se-
gera menikah semakin besar. Oleh sebab itu, ketika
pada suatu senja tiba-tiba Gatot datang berkunjung
di saat Yulia sedang pergi bersama Danardono, ibu
pustaka-indo.blogspot.com
308 Yulia merasa sah-sah saja mengatakan bahwa Yulia
sedang pergi bersama kekasihnya.
"Mereka sedang menonton konser dari luar ne-
geri di Gedung Kesenian, Nak." Ibu Yulia tidak
peduli pada tatap mata Gatot yang terluka saat
mendengar jawabannya.
"Saya dengar... Yulia sudah tidak mengajar di
tempatnya yang lama," kata Gatot, setelah berhasil
mengusir perasaan tak enaknya.
"Ya, sudah hampir tiga bulan. Ia ingin mencari
pengalaman di tempat lain." Begitu ibu Yulia men-
jawab. "Dari mana Nak Gatot tahu?"
"Dari bekas murid-murid Yulia ketika saya da-
tang ke sekolah," sahut Gatot. "Mengajar di mana
ia sekarang, Tante?"
Ibu Yulia menyebut nama sekolah tempat Yulia
sekarang mengajar. Karena masih ingin tahu lebih
banyak lagi mengenai kehidupan Yulia sekarang,
Gatot terus saja mengorek keterangan dari ibunya.
"Apakah ia masih mengajar piano juga, Tante?"
Begitu ia bertanya.
"Masih. Yulia tidak menambah murid lagi. Takut
terlalu capek, karena ia dikontrak sebuah hotel ber-
bintang untuk bermain musik dan menjadi penya-
nyi di sana."
Dada Gatot tergetar. Ia ingat mereka pernah ber-
nyanyi bersama di dalam mobil ketika pergi ke
Cibodas. Sungguh manis sekali bila ingat saat-saat
itu. "Hotel apa, Tante?"
pustaka-indo.blogspot.com
309 Ibu Yulia menyebut nama hotel tempat Yulia me-
nyanyi.
"Setiap malam ia di sana, Tante?"
"Hanya seminggu dua kali."
"Tante tidak khawatir Yulia pulang malam-ma-
lam sendirian?"
"Pada mulanya sih khawatir juga, meskipun ia
membawa mobil. Sekarang, tidak lagi. Ada
Danardono, kekasihnya, yang mengantarkannya pu-
lang. Kebetulan mereka sama-sama menjadi penya-
nyi di sana."
Hati Gatot tergetar lagi. Baru empat bulan lebih
mereka tidak bertemu, tetapi masing-masing telah
mempunyai jalan cerita sendiri-sendiri. Yulia sudah
bisa membeli mobil sebagaimana yang ia inginkan
demi mempermudah mobilitasnya. Jadi, mobil di
halaman rumah milik Yulia. Bukan mobil tamu
seperti perkiraannya semula.
Kedatangan Gatot ke rumah mereka, sengaja tidak
diberitahukannya kepada sang putri. Ini demi kebaik-
annya, pikir ibu Yulia. Jika Yulia tahu Gatot datang
berkunjung, hatinya pasti akan tergoda dan hubungan-
nya dengan Danardono bisa terpengaruh karenanya.
Sementara itu, ketika mengetahui keadaan Yulia
sekarang Gatot merasa amat penasaran. Ia sengaja
menelepon hotel yang disebut ibu Yulia tadi untuk
menanyakan hari apa saja Yulia Anggraini menya-
nyi. Begitu mendapat informasi, diam-diam ia da-
tang ke restoran hotel berbintang itu. Namun, ka-
rena ia datang masih terlalu sore, hiburan musiknya
pustaka-indo.blogspot.com
310 cuma permainan organ tunggal saja. Baru ketika
malam tiba, rombongan Yulia dan Danardono mu-
lai menghibur tamu-tamu hotel dengan semarak.
Dari tempat duduknya yang terhalang pilar dan
tanaman hias, Gatot melihat Yulia semakin bertam-
bah cantik. Malam itu ia berbalut busana beludru
warna hitam mulus yang membuat kulitnya sema-
kin tampak putih. Suaranya pun bukan main bagus-
nya. Baik ia menyanyi sendiri maupun berduet de-
ngan Danardono. Mereka merupakan pasangan
yang sungguh tampak serasi. Saat berduet, kedua-
nya tampak mesra sehingga berulang kali mendapat
tepukan meriah.
Gatot belum pernah merasakan betapa panasnya
api cemburu sebelum ini. Sekarang ia merasa dada-
nya terasa panas. Kalau menuruti hatinya, ingin
sekali ia naik ke panggung menarik Yulia pergi dari
dekat Danardono. Betapa cepatnya Yulia melupakan-
nya, pikirnya dengan gemas. Ia harus mendapat
penjelasan dari Yulia mengenai hubungannya de-
ngan laki-laki itu. Terlebih lagi, karena ia teringat
bagaimana Yulia pernah terisak-isak di dadanya saat
memutuskan mereka tidak boleh saling bertemu
lagi. Menilik sifat Yulia yang keras hati, yang me-
nyukai kebebasan dan tidak mudah hancur oleh
pelbagai masalah, tetapi bisa menangis terisak-isak
sedemikian rupa, pastilah itu karena cinta. Ia tahu
betul, Yulia amat mencintainya.
Gatot juga bisa dengan mudah menghadirkan
bayangan wajah Yulia ketika mereka kehilangan
pustaka-indo.blogspot.com
311 kontrol akibat percumbuan panas di atas dangau
berbulan-bulan yang lalu. Saat itu ia menuduh
Yulia terbangkit berahinya akibat cumbuan-cum-
buannya. Dengan berurai air mata Yulia langsung
menampar pipinya keras-keras. Matanya yang basah
menyiratkan luka yang teramat dalam, karena se-
sungguhnya ia masih seorang perawan. Mata itu
tidak akan basah, mata itu tidak menyimpan luka
mendalam andaikata tidak ada cinta di hatinya.
Sepanjang yang ia kenal, Yulia bukan wanita
yang mudah jatuh cinta. Apa yang terjadi sekarang?
Yulia telah menjalin hubungan percintaan dengan
laki-laki lain. Apakah sudah tidak ada dirinya lagi
di hati Yulia? Apakah Yulia pernah membayangkan
betapa rindu ia kepadanya? Pernah pulakah Yulia


Sayap Sayap Cinta Karya Maria A. Sardjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membayangkan bagaimana setiap malam ia selalu
memikirkannya?
Gatot mengertakkan gerahamnya. Yulia tidak
seharusnya menjalin cinta dengan laki-laki lain.
Yulia tidak boleh memberikan hatinya untuk lelaki
mana pun kecuali dirinya. Seluruh isi dadanya tera-
sa sakit, tatkala malam itu ia melihat Yulia mening-
galkan hotel bersama Danardono, yang kata ibu
Yulia adalah kekasihnya.
Kegelisahan Gatot terbawa hingga pagi harinya,
saat ia menghadapi pekerjaannya di kantor. Untuk
menenangkan hatinya, ia harus bertemu dengan
Yulia dan mendengar sendiri dari mulutnya menge-
nai hubungannya dengan Danardono.
Merasa tidak dapat bekerja dengan baik, akhirnya
pustaka-indo.blogspot.com
312 Gatot meninggalkan kantor setengah jam menjelang
istirahat makan siang. Tanpa memedulikan pandang-
an mata sekretarisnya, ia membereskan tas kantor-
nya. "Bapak mau pergi?" Sang sekretaris tak tahan
untuk tidak bertanya. Ada yang harus diingatkan
olehnya mengenai janji pertemuan dengan seorang
rekan bisnisnya.
"Ya. Saya tidak akan kembali ke kantor lagi. Ada
yang harus saya selesaikan di tempat lain," jawab
Gatot dengan tergesa. "Jadi, kalau ada surat-surat
yang harus saya tanda tangani, tolong letakkan saja
di atas meja kerja saya. Kalau ada yang mendesak
untuk saya pelajari secepatnya, suruh orang mengan-
tarkannya ke rumah. Besok pagi-pagi akan saya
bawa ke sini lagi. Ada pertanyaan?"
"Bagaimana dengan janji pertemuan Bapak de-
ngan Pak Siregar dari PT Bumi Perkasa?" tanya
sekretarisnya. "Bapak sudah berjanji akan menemui
beliau di sini sekitar pukul tiga nanti."
Gatot menepuk dahinya sendiri.
"Astaga," keluhnya. Matanya menatap ke arah
jam dinding, tetapi pikirannya berada jauh di tem-
pat lain. Ia sedang mencari akal cara bagaimana
mengatasinya.
"Bagaimana... Pak?"
"Saya rasa masih ada waktu untuk membatalkan-
nya," jawab Gatot buru-buru. "Teleponlah beliau.
Katakan apa saja untuk mengundurkan pertemuan
besok siang. Atau kapan beliau sempat. Terserah
pustaka-indo.blogspot.com
313 pertemuan tetap di kantor kita atau di tempatnya.
Saya menurut. Jadi, tolong buat janji lagi dan kata-
kan permintaan maaf saya yang sebesar-besarnya."
"Bagaimana kalau saya katakan bahwa Bapak sa-
kit perut mendadak dan terpaksa ke dokter?"
"Boleh. Silakan saja."
Sekretarisnya mengangguk. Pastilah urusan Pak
Gatot superpenting. Laki-laki itu sangat menghargai
janji dan cermat dalam pengelolaan waktu. Apa
yang menyebabkan Pak Gatot tampak gelisah dan
terburu-buru seperti itu? Proyek besar? Atau urusan
pribadi?
Begitu Gatot berada di luar jangkauan pandang
mata para pegawainya, ia langsung masuk ke dalam
mobilnya. Dasi yang melilit lehernya dilepaskannya.
Seperti dikejar setan, ia membeli macam-macam
makanan, kemudian cepat-cepat memacu mobilnya
menuju sekolah tempat Yulia mengajar. Sebelumnya
sudah beberapa kali ia datang ke sekolah itu untuk
mempelajari situasi dan mengawasi dari dalam mo-
bilnya. Sekali ia melihat Yulia naik mobil yang ia
sudah hafalkan nomornya. Sekali ia melihat
Danardono menjemputnya. Selebihnya ia tidak me-
lihat Yulia. Mungkin sudah pulang atau pandang
matanya tidak menangkap sosok Yulia keluar dari
gedung sekolah. Gedung dan halaman sekolah tem-
patnya mengajar terlalu luas.
Siang itu ia berharap Yulia belum pulang. Ia
akan memintanya ikut mobilnya. Andaikata Yulia
membawa mobil sendiri, ia akan menyuruh salah
pustaka-indo.blogspot.com
314 seorang sopir kantornya mengambil dan mengantar-
kannya ke rumah Yulia. Pokoknya, apa pun akan
dilakukannya agar Yulia bisa ikut mobilnya.
Kali itu ternyata Yulia tidak membawa mobil,
dan tampaknya juga tidak dijemput Danardono.
Yulia berjalan ke luar halaman sekolah, menepi ke
arah kanan, bermaksud menyeberang jalan. Di sebe-
rang sekolah memang ada halte bus. Di sana ba-
nyak murid sekolah yang sedang menunggu kenda-
raan umum. Sebagian lainnya dijemput mobil-mobil
pribadi yang memenuhi halaman sekolah dan juga
terparkir di tepi jalan.
Ketika Yulia menunggu kesempatan menyeberang,
tiba-tiba pintu mobil merah hati yang berada di
dekatnya terbuka, menyebabkan tubuhnya hampir
saja tersenggol. Merasa kaget, ia bermaksud menegur
siapa pun yang ada di balik kemudi mobil mewah itu.
Sebelum kata-kata keluar dari bibirnya, ia mendengar
namanya disebut orang yang berada di dalam mobil.
Tubuh Yulia menegang karena kaget mengenali
itu suara Gatot. Salah dengarkah ia, atau itu me-
mang suara orang yang selama ini ia rindukan?
"Yulia." Suara itu terdengar lagi, dan secara bersa-
maan muncul Gatot dari pintu mobil yang terbuka.
Yulia terpana. Suara itu memang suara Gatot, laki-
laki yang sudah lima bulan tak pernah dilihatnya.
"Gatot!" desisnya tanpa sadar. Tubuhnya yang
sempat menegang tadi agak gemetar saat melihat
orang yang paling dirindukannya muncul tiba-tiba
di hadapannya. Kedua kakinya terasa lemas.
pustaka-indo.blogspot.com
315 Gatot yang bermata tajam sempat melihat peru-
bahan wajah Yulia. Di hatinya timbul harapan,
mudah-mudahan saja dirinya masih mempunyai
tempat di hati Yulia.
"Ya, aku. Bolehkah aku mengantarkanmu pulang,
Yulia?"
Yulia tergagap. Pertemuan yang tak disangka-sang-
ka itu menyebabkannya kehilangan kata-kata.
"Mengantarkan aku pulang?" ia mengeja per-
kataan Gatot tadi.
"Ya. Ayolah naik. Aku ingin mengantarkanmu
pulang. Jangan membantah," kata Gatot, dengan
suara mendesak.
Yulia tertegun. Suara Gatot terdengar begitu me-
maksa. Ada apa?
"Apakah... apakah itu pantas?" Yulia masih saja
tergagap-gagap, menyebabkan harapan di hati Gatot
semakin mengembang.
"Jangan memikirkan hal-hal lainnya dulu. Sudah
lama sekali aku ingin bertemu denganmu," kata
Gatot, sambil meraih lengan Yulia. "Ayolah masuk ke
mobilku. Jangan sampai menjadi perhatian orang."
"Bagaimana dengan komitmen kita?" Yulia masih
ragu.
"Untuk sekali ini saja kita melanggarnya. Ada
hal penting yang ingin kubicarakan bersamamu."
Yulia merapatkan bibirnya. Perang batin berkeca-
muk di dadanya. Otaknya melarang, tetapi hatinya
ingin. Di saat sedang bimbang, tangan Gatot meng-
helanya dengan lembut.
pustaka-indo.blogspot.com
316 "Ayolah, Yulia," kata laki-laki itu, dengan suara
mengimbau. Pada saat itu, salah seorang muridnya
lewat dan menyapanya.
"Selamat siang, Ibu Yulia."
"Eh, selamat siang." Yulia menjawab sambil terse-
nyum, sadar bahwa ia masih berada di lingkungan
sekolah. Oleh sebab itu, terpaksalah ia mengikuti
kemauan Gatot masuk ke mobilnya.
Gatot tersenyum, kemudian menyusul masuk.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, laki-laki itu sege-
ra menyalakan mobilnya dan setelah melepaskan
diri dari deretan mobil-mobil yang lain, dilarikan-
nya mobilnya ke jalan raya sambil melirik ke arah
Yulia yang duduk dengan tegang tanpa bersuara
sepatah kata pun.
"Bagus. Sungguh gadis yang manis dan tahu gela-
gat," katanya, menggoda.
Yulia mencibirkan bibirnya, kemudian membuang
pandangannya ke luar jendela. Melihat itu, Gatot
tertawa lembut.
"Aku kangen melihat caramu membuang pan-
dangan seperti itu," katanya, dengan suara yang tak
kalah lembutnya. "Terima kasih kau mau duduk di
sisiku."
Kali ini Yulia tak mampu mengusir desir lembut
di dadanya. Bagaimanapun juga, ia merindukan
Gatot.
pustaka-indo.blogspot.com
317 Sementara Gatot melarikan kendaraannya, suasana
di dalam mobil terasa hening. Tidak ada musik.
Tidak ada suara orang bicara. Lama-lama laki-laki
itu merasa tak enak. Ia coba mencairkan suasana
kaku itu dengan candanya.
"Kok alim sekali si jelita satu ini....," godanya.
"Atau sedang sakit gigi?"
"Jangan merayuku. Tak mempan." Yulia menoleh.
"Kenapa sih kau memaksaku ikut. Menculik orang
kok di siang hari bolong."
"Aku terpaksa. Pernah aku datang ke rumahmu,
tetapi kau tidak menghubungiku untuk menanyakan
kenapa aku datang."
"Kau datang ke rumahku?" Yulia menoleh lagi
ke arah Gatot. "Kapan?"
"Ibumu tidak mengatakannya?" Gatot menatap
Yulia sambil mengerutkan dahinya. "Aku datang
sekitar dua minggu yang lalu."
Sembilan
pustaka-indo.blogspot.com
318 Yulia terdiam. Ia mengerti kenapa ibunya tidak
mengatakan tentang kedatangan Gatot. Ini pasti
ada kaitannya dengan Danardono.
Melihat Yulia belum juga berkata apa pun,
Gatot berkata lagi. Kini suaranya terdengar lebih
mendesak.
"Ibumu tidak mengatakan padamu, kan?"
"Ibu cuma ingin melindungiku dari kemungkinan
yang tak menyenangkan," jawab Yulia apa adanya.
"Yah, aku mengerti...." Gatot menarik napas pan-
jang.
"Kau akan lebih mengerti lagi bila tahu kenapa
aku tiba-tiba pindah mengajar," Yulia yang sudah
terlalu lama menahan amarah yang selama ini
mengganggunya, tak mampu lagi menguasai diri.
"Apa kaitannya?"
"Tanya tunanganmu. Ia menerorku berkali-kali
di tempatku mengajar yang lama. Ia... mempermalu-
kan sekolah itu."
"Aku baru kali ini mendengarnya." Gatot mele-
barkan matanya. "Coba ceritakan padaku."
Meluncurlah semua yang pernah dialami Yulia
ketika ia masih mengajar di sekolah yang lama, dan
keputusan yang terpaksa ditempuhnya demi menja-
ga nama baik sekolah.
Begitu mendengar cerita Yulia, Gatot mencengke-
ram kemudi sampai buku-buku jemarinya memu-
tih. Matanya menyala-nyala dan pelipisnya berge-
rak-gerak.
pustaka-indo.blogspot.com
319 "Perempuan itu tak waras!" akhirnya ia mendesis-
kan kemarahannya.
"Awas, jangan mengumbar kemarahanmu pada-
nya. Bisa-bisa aku diteror lagi. Aku sih tidak takut
diteror olehnya bila ia bersikap kesatria. Aku bisa
datang ke rumahnya dan menampar wajahnya sam-
pai babak-belur. Aku khawatir ia menerorku lagi di
sekolah dan menyebarkan foto-foto mesra kita se-
hingga jadi tontonan orang banyak. Nama baik se-
kolah akan terbawa-bawa. Itulah yang sangat kuta-
kuti. Aku tidak ingin menyusahkan orang."
"Aku tahu betul sifat Nuning memang kurang
baik. Bahwa ternyata ia bisa melakukan perbuatan
sejahat itu, aku sama sekali tidak menyangkanya."
Gatot mendesiskan lagi kemarahannya.
"Sudahlah, jangan terbawa emosi. Asal kau tahu
saja, karena sifatnya yang seperti itulah aku malas
ikut mobilmu. Kelihatannya ia telah membayar
orang untuk memata-matai kita. Jangan-jangan se-
karang pun ia melakukan hal itu."
"Bisa kubayangkan. Tenang sajalah. Pertama, su-
dah lama kita tidak pernah bertemu. Mungkin
Nuning tahu itu. Kedua, ia tidak tahu kau sekarang
bekerja di mana dan tidak tahu pula aku siang ini


Sayap Sayap Cinta Karya Maria A. Sardjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

datang menjemputmu. Ia kenal betul sikap profesio-
nalku, yang tidak suka mengabaikan pekerjaan pada
jam-jam kantor untuk urusan pribadi. Sayangnya,
ia tidak kenal hatiku. Untuk urusan cinta sejati,
aku akan mengalahkan hal-hal lainnya."
"Gombal!" Yulia mendengus.
pustaka-indo.blogspot.com
320 "Kalau itu kaunamakan gombal, maka gombalku
terbuat dari sutra halus, ditenun oleh dewa-dewi
dengan peralatan terbuat dari emas yang harum
semerbak aromanya."
Yulia tertawa.
"Kau memang tak pernah kehilangan kata-kata,"
katanya.
"Ya, karena aku belajar darimu. Bukankah kau
tak pernah kehilangan kata-kata. Semakin kau ma-
rah, semakin perbendaharaan kata-katamu keluar
semua." Gatot tertawa.
"Ah, kau. Kita mau ke mana sih?" tanya Yulia
mengubah topik pembicaraan.
"Nanti kau akan tahu juga. Sekarang, simpan
dulu kegalakanmu. Pertama-tama, aku akan meng-
ajakmu makan siang karena perutku lapar dan aku
yakin kau juga sudah lapar. Sekarang pukul satu,
waktunya makan siang. Jadi, jangan membantah."
"Ini paksaan namanya."
"Memang. Percayalah, aku tak akan menyakitimu.
Nanti kau akan kuantar pulang dengan selamat da-
lam keadaan utuh seperti semula. Tak sehelai ram-
butmu pun yang akan terlepas," sahut Gatot de-
ngan kalem, berbeda dengan caranya mengemudi
yang seperti orang tidak sabaran. "Aku akan menja-
gamu."
Ya, tentu saja Yulia percaya. Gatot tidak mung-
kin menyakitinya. Ia sudah cukup mengenal isi hati
laki-laki itu. Tanpa berkata apa pun, ia membiarkan
Gatot membawanya pergi entah ke mana.
pustaka-indo.blogspot.com
321 "Apakah kau juga akan menjaga Nuning seperti
itu?" tanpa sadar Yulia melontarkan pertanyaan
itu. "Maaf, kita sudah banyak membicarakan Nuning
tadi. Mulai detik ini aku tidak ingin kita bicara
mengenai dia ataupun hal-hal yang menyangkut
urusan pribadi. Nanti saja kalau kita sudah makan.
Setuju?"
"Setuju. Aku akan mengunci bibirku."
Gatot tersenyum. Ketika sudah hampir satu jam
lamanya Gatot belum juga membelokkan mobilnya,
padahal sudah beberapa rumah makan besar yang
mereka lewati, Yulia mulai bertanya lagi.
"Kita mau makan di mana? Sekarang sudah le-
wat waktu orang makan siang," katanya.
"Jangan khawatir, Yulia. Percayalah padaku, aku
akan mengajakmu makan di suatu tempat yang me-
nyenangkan," jawab Gatot, masih dengan lembut.
"Aku tidak akan menculikmu. Atau curigakah kau
kepadaku?"
"Tidak."
"Jadi, kau masih mempercayaiku seperti yang
sudah-sudah?"
"Ya."
"Terima kasih, Cantik. Kepercayaanmu akan ku-
pegang baik-baik." Setelah berkata seperti itu, Gatot
menyentuh lembut dagu Yulia dan untuk beberapa
saat lamanya mengelusi bagian wajah Yulia itu.
Yulia menahan napasnya. Ah, janganlah ia men-
jadi lemah seperti dulu, katanya dalam hati. Berada
pustaka-indo.blogspot.com
322 di dekat Gatot, otaknya selalu saja jadi macet. Pada-
hal di depan laki-laki lain, Danardono misalnya, ia
tidak pernah lupa diri.
Gatot juga menahan napasnya. Menilik sikapnya,
ia yakin hati Yulia masih menyimpan kenangan
dirinya. Itu artinya, Danardono belum mengisi selu-
ruh hati Yulia. Justru karena itulah, ia ingin menge-
tahui sudah sejauh mana hubungan Yulia dengan
laki-laki itu.
Tempat yang dituju Gatot ternyata bukan daerah
pertokoan ataupun rumah makan, melainkan tem-
pat permukiman baru. Ada sekitar seratus lima pu-
luh rumah mewah di kompleks itu. Sepintas lalu,
Yulia melihat lebih dari separuhnya telah berpeng-
huni. Sebagian besar halaman depannya sudah di-
hiasi taman yang ditata apik. Di tengah kompleks,
ada taman berumput hijau tebal dan subur yang
cukup luas untuk dinikmati para penghuninya. Ada
banyak tanaman hias di sana-sini, yang pasti telah
diatur oleh ahlinya. Untuk penghijauan, di taman
itu juga ditanam beberapa pohon besar yang rin-
dang daunnya.
"Di kompleks baru ini ada rumah makannya?"
tanya Yulia, setelah matanya menikmati pelbagai
bentuk rumah dan pemandangan yang dilewatinya.
Rumah-rumah itu tampak cantik dan sedap di-
pandang mata.
"Ya." Gatot menjawab pendek. Usai berkata, ia
membelokkan mobilnya ke halaman sebuah rumah
yang amat cantik, baik desain maupun warnanya.
pustaka-indo.blogspot.com
323 Sebelum Yulia sempat berkata apa pun, ia sudah
mematikan mesin mobil dan langsung membuka
pintunya. Setelah keluar mobil, ia berjalan cepat ke
arah Yulia dan membukakan pintu untuknya. "Sela-
mat datang di rumahku, Yulia yang jelita."
"Oh!" Yulia turun dari mobil dengan tertegun-te-
gun dan melangkah menuju rumah Gatot dengan
berat hati. "Apa-apaan sih kau membawaku ke sini.
Katamu kita mau makan?"
"Kita memang mau makan. Aku sudah menyiap-
kannya. Sekarang silakan melihat-lihat rumah ini
atau mau duduk." Begitu selesai bicara, laki-laki itu
keluar lagi menuju mobilnya. Ketika kembali ma-
suk, di tangannya ada bermacam-macam bungkusan
dan kotak berisi makanan.
Yulia mengerutkan dahinya.
"Apa itu?"
"Macam-macam makanan. Ada masakan Padang,
Cina, dan lain sebagainya. Ayo, bantu aku meng-
aturnya."
Mau tak mau Yulia mengekor Gatot menuju
ruang makan. Selintas ia melihat rumah itu memi-
liki satu ruang tamu, satu ruang tengah, tiga kamar
tidur dan dapur.
"Ambil piring-piringnya di lemari dapur," kata
Gatot kepadanya. "Ruang makan ini kubuat meng-
hadap taman halaman samping, biar terasa asri,"
kata Gatot sambil membuka bungkusan berisi bebe-
rapa potong rendang yang kelihatan sangat menggo-
da selera. Dari lemari gantung, ia mengeluarkan
pustaka-indo.blogspot.com
324 beberapa piring lauk, kemudian rendang itu dipin-
dahkannya ke dalam salah satu piring tersebut.
Setelah itu, ia membuka bungkusan-bungkusan lain-
nya yang semuanya ia pindahkan ke dalam piring-
piring lauk. Yulia membantunya memindahkan nasi
ke mangkuk nasi yang terbuat dari beling. Nasinya
masih terasa hangat di tangannya.
"Isi rumah ini sudah komplet kelihatannya," kata
Yulia, setelah menuang gulai ikan ke mangkuk.
"Kulihat sudah ada seperangkat kursi tamu, meja
makan, sofa, dan rak buku."
"Belum semua ruang terisi. Terutama isi kamar-
kamar tidur. Baru kamar utama saja yang sudah
komplet. Kaulihat sendiri, aku belum sempat meme-
san tirai, lampu-lampu hias dan pajangan untuk
ruang tamu dan ruang keluarga. Kapan-kapan saja-
lah. Yang penting untuk keperluan makan sudah
lumayan komplet. Kompor juga sudah ada."
"Ini betul-betul rumahmu?"
"Ya. Bagaimana menurutmu?"
"Cukup luas untuk keluarga baru, indah dan me-
nyenangkan. Kelihatannya kau kau sudah
siap menikah ya?" Ah, lidah memang tak bertu-
lang, Yulia memaki dirinya sendiri. Bertanya sendi-
ri, sekarang hatinya jadi sakit sendiri pula karena-
nya. Wah, bisa-bisa selera makannya jadi hilang.
Gatot meliriknya sejenak, kemudian ia pura-pura
sibuk mengambil sendok dan garpu dari laci di de-
katnya.
"Aku tidak ingin membicarakan masalah pribadi
pustaka-indo.blogspot.com
325 sebelum kita makan," sahutnya. "Aku tadi sudah
bilang, kan?"
"Maaf."
Gatot menoleh ke arah Yulia, kemudian tertawa
manis.
"Baru sekali ini aku mendengarmu mengucapkan
kata-kata maaf," komentarnya kemudian.
"Kau terlalu memandangku sebagai gadis yang
tak tahu aturan. Gadis yang liar," Yulia tersenyum
sinis. "Padahal, aku tidak anti aturan. Minta maaf
pun akan kulakukan, meskipun kepada anak kecil
atau kepada pengemis sekalipun, kalau memang
aku bersalah. Sebaliknya, kalau aku benar kepada
presiden pun aku ogah mengucapkan permintaan
maaf. Demi kebenaran, aku siap melakukan apa
saja."
"Bravo!"
"Ah, kau." Yulia tertawa tersipu. Aduh, rasanya
sudah berabad-abad lamanya mereka tidak bercan-
da. "Ada sedikit ralat untukmu, Yulia. Mau de-
ngar?"
"Katakan saja."
"Kelihatannya, kau lebih banyak salahnya daripa-
da benarnya. Sayangnya, kau merasa benar terus."
Mata Gatot berkilat-kilat ketika menggoda Yulia.
Digoda seperti itu, Yulia merasa gemas. Tangan-
nya terulur bermaksud mencubit lengan Gatot, te-
tapi ia langsung mengelak dan mundur sejauh-jauh-
nya dari dekat Yulia.
pustaka-indo.blogspot.com
326 "Jangan melakukan hal-hal yang bisa membahaya-
kan kita lho," katanya, sambil tertawa. "Kau sudah
tahu kan, cubitanmu bisa membuatku jadi... kurang
ajar terhadapmu."
Yulia mengerti apa yang dimaksud "kurang ajar"
oleh Gatot. Karenanya, ia tersipu-sipu malu dan
merasa serbasalah sehingga kedua belah pipinya mu-
lai merona merah. Melihat itu, perasaan Gatot jadi
berbunga-bunga. Ia yakin, dirinya masih menempati
bagian istimewa di hati Yulia. Agar suasananya men-
jadi lebih santai, ia mencoba mengalihkan pembica-
raan sambil melangkah menuju lemari es yang ke-
lihatannya masih baru.
"Kau mau minum apa?" tanyanya kemudian.
"Memangnya ada apa saja di dalam lemari es?"
"Air putih, teh kotak, beberapa macam soft drink
dalam botol, dan jus jambu. Mau pilih yang
mana?"
"Wah, seperti restoran saja. Aku mau jus jam-
bu."
"Oke. Siang ini selera kita sama. Aku juga mau
jus jambu." Gatot mengambil dua kotak jus jambu,
yang kemudian diletakkannya di atas meja makan.
"Ayolah kita makan sekarang. Perutku sudah keron-
congan sejak tadi." Yulia menurut. Mereka makan
siang bersama-sama sambil mengobrol.
"Cicipi rendang dan gulai ikannya. Menurutku
enak sekali. Baru sekali aku beli di rumah makan
padang di ujung jalan dekat sekolah tempatmu
mengajar. Ternyata enak."
pustaka-indo.blogspot.com
327 Yulia menurut.
"Ya, aku bilang juga enak. Sayangnya tidak ada
kerupuk."
"Kau memang serakah," Gatot menggoda lagi.
"Makanan sebanyak ini masih cari kerupuk."
"Itu namanya orang yang tahu menikmati hidup.
Maunya serbasempurna. Kalau makan harus ada
kerupuk, sambal, dan buah."
"Bravo."
"Jangan mengejekku." Yulia menyeringai.
Gatot tertawa.
"Aduh, betapa senang hatiku bisa bercanda de-
nganmu lagi. Kusangka, aku... tidak akan pernah
lagi bisa bersamamu seperti ini," kata Gatot sambil
menghabiskan suapan terakhir dari piringnya. "Kau
telah membuat hari ini menjadi hari yang indah
buatku."
"Gombal."


Sayap Sayap Cinta Karya Maria A. Sardjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Gombalku dari sutra yang ditenun oleh dewa-
dewi dan benang emas halus yang beraroma harum
semerbak." Suaranya terhenti oleh cubitan Yulia di
tangannya. Kata-kata sama yang tadi diucapkan
laki-laki itu terasa lucu di telinga Yulia.
"Aduh." Gatot terbahak. Kemudian dengan sece-
pat kilat ia mencium tangannya sendiri yang baru
saja dicubit Yulia. "Mmhh bau tanganmu."
"Wangi?" Untuk menutupi desir darahnya, Yulia
mencoba bercanda.
"Bau gulai ikan. Amis!"
Berdua mereka tertawa geli. Sadar ataupun tidak,
pustaka-indo.blogspot.com
328 keduanya merasa berbahagia dapat bersama-sama lagi.
Setelah Yulia menghabiskan jus jambunya, ia berdiri
sambil mendorong kursi yang didudukinya.
"Akan kubereskan dulu meja makan ini," kata-
nya. "Tidak usah. Ada orang yang menjaga rumahku.
Ia sudah tahu apa yang harus dilakukannya. Mem-
bereskan dan mencuci piring bekas makan sudah
biasa buat dia. Kalau mau, rapikan saja makanan-
nya supaya tidak kelihatan diobok-obok," kata Gatot
lagi.
"Oke." Yulia segera melakukan apa yang dirasa
perlu, merapikan nasi dan lauk-pauknya agar tidak
mengurangi selera makan orang yang akan menyan-
tapnya. "Penjaga rumahmu betul ada, kan?"
"Tentu saja. Kenapa?"
"Kok ia tidak ada di sini sekarang?"
"Ia sudah lama minta izin pulang ke rumahnya.
Jadi, pagi kuizinkan ia pulang. Menjelang sore ia
sudah akan kembali ke sini lagi," jawab Gatot. "Ke-
napa sih kau ingin tahu hal itu?"
"Bukannya ingin tahu. Aku bisa membayangkan
apa yang terjadi di sini jika kau sedang datang me-
nengok rumahmu."
"Maksudmu?"
"Setiap kau dan Nuning datang menjenguk ru-
mah ini, kau juga meminta penjaga rumahmu per-
gi?"
"Supaya aku bisa bebas bercumbu rayu dengan
Nuning, begitu maksudmu, kan?"
pustaka-indo.blogspot.com
329 "Yah siapa tahu, kan?"
"Soal apakah aku seperti itu atau tidak, nanti
kuceritakan padamu." Gatot menahan diri tidak
marah. "Sekarang, ayo ikut aku. Aku ingin kau me-
lihat-lihat rumah ini dengan lebih cermat."
Karena melihat betapa antusiasnya Gatot ingin
memperlihatkan hasil jerih-payahnya, Yulia terpaksa
mengikuti kemauannya berkeliling seluruh bagian
rumah barunya.
"Desain asli rumah ini belum kuubah sama seka-
li. Aku hanya ingin melebarkan jendela kamar uta-
ma yang menghadap ke taman mini itu, supaya
bisa melihat warna hijau-hijau daun demi menye-
jukkan mata. Bagaimana menurutmu, Yulia?"
"Bagus. Supaya bila tidak sedang ingin memakai
AC, udara di luar bisa masuk dengan bebas."
"Memang seperti itu maksudku. Selain itu, bila
sedang malam purnama, aku bisa melihat sinarnya
yang keemasan dari tempat tidur. Pasti indah se-
kali."
"Ya." Yulia nyaris tercekik ketika menjawab kata-
kata Gatot. Terbayang olehnya, Gatot berada di atas
tempat tidur menatap rembulan dengan Nuning
berada dalam pelukannya yang hangat dan mesra.
"Begitu juga kamar depan yang akan kupakai
sebagai ruang kerjaku, jendelanya juga akan kuper-
lebar supaya bisa menatap taman di halaman de-
pan," Gatot yang tidak tahu apa yang sedang melin-
tas dalam pikiran Yulia, melanjutkan bicaranya.
"Bagaimana menurutmu?"
pustaka-indo.blogspot.com
330 "Bagus. Jadi bisa sekalian melihat ke luar, sehing-
ga bila ada tamu atau orang yang tak kauinginkan
datang, langsung terlihat olehmu." Yulia mencoba
menjawab apa adanya, meskipun perasaannya ter-
ganggu. Semestinya Gatot tidak membicarakan
hal-hal yang tak ada kaitan dengan dirinya seakrab
itu. "Betul apa katamu. Ayo kita lihat kamar yang di
tengah." Gatot mengajak Yulia melihat kamar yang
berdampingan dengan kamar utama. "Kamar ini
untuk kamar anak-anak. Jadi, belum kuisi apa pun.
Kata orang tua pamali atau tabu."
Yulia hampir saja tersedak ludahnya sendiri. Ber-
untung ia masih mampu mengendalikan perasaan-
nya yang mendadak jadi kacau-balau begini. Kelihat-
annya, Gatot dan Nuning akan segera menikah
dalam waktu dekat ini.
Melihat Yulia terdiam dengan tiba-tiba, Gatot
menatapnya. Yulia cepat-cepat membuang pandang-
annya ke tempat lain. Ia tidak ingin Gatot melihat
betapa pedih hatinya saat itu. Namun, Gatot cukup
mengenal Yulia yang terlalu polos. Sedikit-banyak
ia bisa menangkap apa yang dirasakan Yulia ketika
ia tadi menyinggung masalah anak. Tanpa disadari-
nya Gatot tersenyum, menyiratkan perasaan puas-
nya. Dugaannya bahwa Yulia masih mencintainya
semakin kuat. Dengan terus mengoceh ia pura-pura
tidak memperhatikan keadaan Yulia.
"Setelah melihat kamar mandi yang terletak di
samping kamar tidur utama, kita akan melihat ka-
pustaka-indo.blogspot.com
331 mar mandi belakang dan kamar tidur pembantu,"
katanya kemudian.
Yulia mengangguk, tetapi hatinya semakin terasa
berat untuk mengikuti Gatot dengan antusiasmenya
itu. Rumah yang akan dihuninya bersama Nuning
seharusnya bukan dipamerkan kepadanya, pikirnya
dengan perasaan tak enak. Untunglah setelah berke-
liling rumah akhirnya Gatot mengajak Yulia duduk
beristirahat di ruang tengah yang masih tampak ko-
song, baru ada rak pajangan yang belum diisi apa-apa
dan sebuah sofa berikut meja kecil di depannya.
"Duduklah, Yulia." Gatot menyilakan Yulia du-
duk, setelah mengambil dua kotak minuman dingin
berisi jus mangga dari lemari es. Keduanya lang-
sung diletakkannya di atas meja.
Yulia mengangguk lagi. Mereka duduk di sofa
yang sama karena hanya itu tempat duduk satu-
satunya yang ada di ruang keluarga. Namun, mere-
ka duduk agak berjauhan. Keduanya sama-sama
menjaga jarak agar tidak terlalu berdekatan.
"Sekarang marilah kita bicarakan mengenai masa-
lah pribadi kita masing-masing. Aku ingin menge-
tahui apa saja yang terjadi padamu setelah lima
bulan lamanya kita tidak bertemu," kata Gatot, be-
gitu mereka duduk dengan lebih tenang.
"Cerita tentang diriku tidak ada yang menarik.
Bagaimana kalau kau yang memulai lebih dulu?"
"Baik. Seperti yang kukatakan di mobil tadi, be-
berapa minggu yang lalu aku datang ke rumahmu."
"Sebetulnya untuk keperluan apa sih kau datang
pustaka-indo.blogspot.com
332 ke rumahku?" tanya Yulia. Tadi ia belum sempat
menanyakannya.
"Tentu saja mengunjungimu. Ibumu mengatakan
kau sedang pergi bersama kekasihmu."
Yulia langsung terdiam. Ia menarik napas dalam-
dalam. Ibunya memang sering berlebihan bila ingin
melindungi anak-anaknya. Danardono bukan keka-
sihnya!
"Siapa laki-laki itu, Yulia? Boleh aku tahu?"
"Namanya Danardono. Sama seperti diriku, ia juga
mengajar. Bukan di sekolah melainkan di sebuah lem-
baga kursus ternama. Sama seperti aku juga, ia punya
banyak murid yang belajar Bahasa Inggris kepadanya
secara privat," jawab Yulia terus terang.
"Di mana kalian berkenalan?"
"Di tempat kami menyanyi. Ketika aku ditawari
seorang teman menyanyi di sebuah hotel, aku mene-
rimanya. Pertama, aku ingin menyalurkan bakatku.
Kedua, aku ingin mendapat tambahan penghasilan
karena harus menyicil mobil. Karena sama-sama
menyanyi dan mempunyai minat yang sama, kami
pun menjadi akrab."
"Hm, kalian pasangan yang serasi dalam banyak
hal rupanya. Kau... mencintainya?" Gatot ingin se-
kali mengetahui perasaan Yulia terhadap Danardono.
Ia tahu betul, Yulia wanita yang jujur.
"Ia mencintaiku," Yulia mencoba mengelak.
Gatot terus mendesaknya.
"Yang kutanyakan, apakah kau mencintainya?"
Yulia tergagap. Untuk mengatasinya ia mengambil
pustaka-indo.blogspot.com
333 minuman di depannya, menusuk lubangnya dengan
sedotan yang semula menempel pada kotaknya dan
langsung meminumnya seolah-olah ia haus sekali.
Seperti tadi, Gatot terus mendesaknya.
"Yulia, kau belum menjawab pertanyaanku,"
Gatot mendesak lagi.
"Pertanyaan yang mana?" Yulia mencoba meng-
ulur waktu.
"Apakah kau mencintai Danardono?" sambil me-
nahan diri tetap bersabar, Gatot melontarkan perta-
nyaannya lagi.
"Apakah penting bagimu mengetahui itu," Yulia
balik bertanya, karena bingung harus menjawab
apa. "Ini kan rahasia hatiku. Aku mau mencintainya
dengan sepenuh isi dadaku ataukah tidak, itu bu-
kan urusanmu."
"Urusanku, Yulia. Aku mencintaimu. Kau juga
mencintaiku. Setidaknya itu beberapa bulan yang
lalu saat kau mengakuinya. Jadi, aku ingin tahu
apakah cintamu sudah mati sehingga kau bisa jatuh
cinta lagi kepada laki-laki lain."
"Pertanyaanmu aneh."
"Pertanyaanku aneh, ajaib, tak masuk akal atau
mustahil sekalipun aku tidak peduli," Gatot men-
jawab kalem. "Nah, tolong jawab pertanyaanku.
Apakah kau mencintai Danardono?"
"Kau tidak adil. Caramu bertanya seperti polisi
menanyai orang yang ketahuan mencuri. Aku tidak
mau menjawab!" Yulia menggerutu.
"Baik. Kalau begitu aku yang mengambil alih
pustaka-indo.blogspot.com
334 jawaban yang ada di hatimu," sahut Gatot menan-
tang.
"Jangan berlagak seperti peramal. Aku tidak mau
mendengarkan omonganmu," Yulia menggerutu
lagi.
"Aku memang seorang peramal, Yulia. Khususnya
bila itu berkaitan dengan dirimu. Kenapa begitu?
Karena aku masih sangat mencintaimu, sehingga
setiap perubahan air muka dan sikapmu langsung
masuk ke dalam bola kristal ramalanku."
"Ah, ngawur."
"Aku akan mengatakan apa yang ada di hatimu,
lalu katakanlah apakah ramalanku benar ataukah
ngawur." Gatot menatap mata Yulia dengan tatapan
tajam. "Aku yakin kau tidak mencintai Danardono.
Merasa cocok, mungkin. Akan tetapi jelas, itu bu-
kan cinta!"
Pipi Yulia langsung merona merah ditebak sejitu
itu oleh Gatot. Namun, ia masih tetap tidak mau
mengakuinya.
"Sudah kukatakan tadi, aku mencintainya atau
tidak itu urusan hatiku. Apakah aku akan menikah
dengan Danardono ataukah tidak, itu juga urusan-
ku. Paham?" Suara Yulia mulai terdengar galak.
"Aku kenal dirimu. Kau selalu menggarisbawahi
kejujuran dan menghindari kemunafikan. Sungguh
tidak adil bila kau menikah dengan laki-laki yang
tidak kaucintai. Kasihan dia."
"Tutup mulutmu."
"Jangan galak-galak terhadapku, Yulia."
pustaka-indo.blogspot.com
335 "Kau membuatku jengkel setengah mati."
"Itu tandanya ramalan atau kata-kataku tadi te-
lah mengenai tepat sasaran di hatimu. Kau marah
padaku karena aku telah mengucapkan suatu kebe-
naran. Kau tak mampu mengelak, kan?"
Merasa terpojok, Yulia berdiri dari tempat duduk-
nya. "Aku tak mau melanjutkan pembicaraan yang
tidak ada manfaatnya ini. Sekarang antarkan aku
sampai ke jalan besar sana. Aku mau pulang," ben-
taknya kemudian.
Gatot juga berdiri, tetapi sambil menarik dan


Sayap Sayap Cinta Karya Maria A. Sardjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyentak tangan Yulia sehingga ia jatuh terduduk
kembali ke tempatnya semula.
"Sudah kukatakan tadi, kita kan sedang bercerita
tentang apa yang terjadi selama lima bulan kita ber-
pisah. Jadi, jangan emosi. Lagi pula, apa sih salah-
ku sampai kau semarah ini?" kata Gatot.
Yulia memutuskan, kini saat yang tepat untuk
menunjukkan kesalahan Gatot.
"Apa kau tidak menyadari kesalahanmu?" ia
membentak.
"Tunjukkan apa kesalahanku!" Gatot ganti me-
nantang.
"Apakah kau lupa yang kukatakan ketika kita
mengakhiri pertemuan di... di Cibodas waktu
itu?"
"Tentang?" Gatot mengernyitkan alisnya.
"Bahwa mulai detik itu kita tidak boleh bertemu
lagi. Kau juga kularang datang ke rumahku. Ingat?"
pustaka-indo.blogspot.com
336 "Tentu saja aku ingat. Aku juga ingat mengenai
pengecualian yang kauucapkan. Kau justru yang
telah melupakannya," kata Gatot.
"Apa itu?" Yulia pura-pura tidak ingat.
"Kaubilang aku boleh datang mengunjungimu
bila bersama Nuning. Ya, kan?"
"Betul sekali. Kau tidak bersama Nuning kan
ketika datang ke rumahku beberapa minggu yang
lalu?" Yulia mencemooh.
"Memang tidak. Akan tetapi, pengecualianmu
yang lainnya telah kupenuhi."
"Pengecualian apa?"
"Kaubilang aku boleh datang ke rumahmu bila
bersama Nuning. Hal itu tak kupenuhi. Untuk
apa? Aku toh telah memenuhi pengecualian lain
yang lebih penting dari itu. Bukankah kaubilang,
pintu rumahmu baru akan terbuka jika cincin per-
tunangan sudah tidak melingkar di jari manisku."
"Apa maksudmu?" Yulia membelalakkan matanya
karena kaget. Tanpa sadar, matanya melirik ke arah
jari-jemari Gatot. Kecuali cincin bermata blue
saphire, selebihnya kosong. Cincin pertunangannya,
yang sering dilihat Yulia, tidak ada lagi di jari ma-
nis Gatot.
Gatot mengikuti arah pandang mata Yulia dan
melihat perubahan wajahnya.
"Kau sudah melihat jemariku, kan? Jadi, mesti-
nya kau tahu sekarang kenapa aku datang berkun-
jung ke rumahmu beberapa minggu lalu tanpa
pustaka-indo.blogspot.com
337 Nuning. Demikian juga hari ini, ketika menemui-
mu di tempat mengajar," kata Gatot lagi.
"Aku aku tidak menduganya." Yulia mencoba
menenangkan perasaannya yang tiba-tiba bergolak.
"Kuharap itu... bukan karena diriku. Kalau ya,
aku tak akan... pernah memaafkan dirimu maupun
diriku sendiri."
"Jika putusnya hubungan kami terjadi berbulan-
bulan yang lalu, mungkin saja dirimu ikut mempu-
nyai andil di dalamnya. Atau bila waktu itu kau
menceritakan tentang perbuatannya menerormu,
boleh jadi pula kau ikut terlibat dalam putusnya
pertunangan kami. Akan tetapi ini, tidak. Sama se-
kali kau tak tersangkut di dalamnya. Kan aku su-
dah pernah bilang kepadamu bahwa jauh-jauh hari
sebelum kita saling jatuh cinta, aku sudah sangat
meragukan hubunganku dengan Nuning. Rasanya,
kami tak mungkin bisa bersatu. Sifat dan pola pikir
kami sangat bertolak belakang. Lebih dari itu, aku
hanya menyayanginya sebagai adik. Bukan sebagai
kekasih."
"Lalu, masalah apa yang menyebabkan pertu-
nangan kalian akhirnya putus?" Yulia menanggapi
perkataan Gatot.
"Sejak perjumpaan kita di Cibodas, sesuai de-
ngan apa yang kausarankan, aku mencoba bersabar
dan mulai lebih banyak memperhatikan Nuning.
Namun ternyata, sikapnya yang mau menang sen-
diri malah semakin menjadi-jadi. Semua yang kula-
kukan untuknya tak ada yang baik di matanya.
pustaka-indo.blogspot.com
338 Bahkan, bila aku membawa sesuatu untuknya, ber-
ulang kali ia menyindirku. Katanya, itu hanya cara-
ku untuk menutupi rasa bersalah, caraku meminta
maaf dan hal-hal semacam itu. Hampir setiap hari
perkataan itu diucapkannya kepadaku, sampai akhir-
nya karena aku tak tahan kutanyakan kepadanya
apa maksud ucapannya itu. Ia malah berteka-teki.
Katanya, ?Tanyakan saja pada hatimu sendiri. Atau
tanyakan saja pada Yulia.?"
"Kok aku?"
"Itulah yang membuatku jengkel. Bayangkan,
kalau aku marah ia bilang pikiranku sedang sibuk
memikirkanmu jadi gampang marah. Bila aku diam
ia bilang aku melamunkan dirimu. Siapa sih yang bisa
tahan berdekatan dengan orang seperti dia dan..."
"Sekarang aku mengerti," Yulia memotong per-
kataan Gatot dengan tak sabar. Ia sudah menemu-
kan jawaban. "Kau ingat kan apa yang terjadi lima
bulan yang lalu ketika kau mengajak Nuning
refreshing sepulangmu dari dinas ke luar kota?"
"Ya. Ia menolak ajakanku. Bahkan, menyuruhku
menemaninya belanja keperluan pribadinya."
"Nah. Aku kok punya dugaan, ketika ia menele-
ponmu ke rumah sebenarnya ia ingin tahu apakah
kau jadi pergi ataukah di rumah saja. Ketika ia
tahu kau pergi, buru-buru ia menyuruh orang
mengikutimu. Kalau tidak, dari mana ia bisa punya
foto-foto kita ketika... di Cibodas. Oleh sebab itu,
ia mulai menerorku sampai akhirnya ia mulai mera-
sa yakin telah memenangkan pertarungan, karena
pustaka-indo.blogspot.com
339 tidak ada bukti lagi bahwa kita masih bersama.
Aku juga yakin, ia sudah tahu bahwa aku seka-
rang akrab dengan laki-laki lain."
"Analisamu sangat masuk akal."
"Yah, kurang-lebih begitulah yang terjadi. Lalu,
bagaimana hubungan kalian selanjutnya?"
"Setelah merasa tidak ada lagi orang ketiga di
antara kami, ia justru mulai memperlihatkan taring-
nya."
"Apa maksudmu?"
"Nuning mulai melangkah lebih jauh, memasuki
wilayah kehidupan pribadiku. Di depan keluargaku,
ia berani mengatakan bahwa semua yang berhasil
kubangun kembali setelah ayahku bangkrut adalah
hakku sepenuhnya. Alasannya, akulah yang telah
menitinya dari nol lagi. Karena ia adalah calon istri-
ku, ia beranggapan sudah saatnya semua yang ku-
kerjakan selama ini ada kejelasannya."
"Kejelasan apa maksudnya?"
"Maksudnya, harus ada kejelasan mana yang milik-
ku dan mana yang milik keluargaku. Karena aku yang
membangun kembali perusahaan itu, maka menu-
rutnya akulah yang paling banyak bagiannya."
"Ia berani bilang begitu di depan keluargamu?"
Yulia merasa kaget mendengar cerita Gatot.
"Ya. Kelihatannya ia juga sudah mulai bersikap
otoriter, bukan hanya kepada pegawai-pegawaiku
saja tetapi juga terhadap keluargaku. Ia merasa le-
bih berhak atas diriku dan semua yang berhasil
kulakukan untuk perusahaan."
pustaka-indo.blogspot.com
340 "Bagaimana sikap keluargamu, terutama kedua
orangtuamu?"
"Terus terang mereka sudah mulai meragukan
langgengnya hubunganku dengan Nuning. Ibuku
malah sudah memintaku berpikir lebih jauh menge-
nai hal itu. Terutama ketika beliau minta aku mem-
belikan mobil untuk Nina, adik bungsuku yang ma-
sih kuliah, Nuning berulang kali menyindir yang
tidak-tidak. Bayangkan, belum jadi istriku saja ia su-
dah bertindak terlalu berani terhadap keluargaku."
"Misalnya?"
"Ia bilang keluargaku hanya bisa merongrong
dan memperkuda aku."
"Siapa yang mendengar perkataannya itu?"
"Nina. Ia beraninya hanya kepada yang muda-
muda. Ketika ia mulai berani kepada kedua orang-
tuaku, ayahku mulai unjuk gigi dengan cara yang
menurut kami pas."
"Apa yang terjadi?"
"Nuning pernah mengatakan kepada kami di de-
pan keluargaku untuk memisah-misahkan harta
milik. Alasannya sih bagus. Ia bilang, sebelum aku
dan ia menikah sebaiknya pemisahan harta-benda
perlu diurus di hadapan notaris agar kelak di kemu-
dian hari jangan menimbulkan persengketaan."
"Sekarang memang cukup banyak pasangan yang
sebelum menikah menghadap notaris untuk pemi-
sahan harta-benda pribadi masing-masing."
"Aku juga pernah mendengar hal itu demi men-
jaga agar tidak timbul masalah di kemudian hari
pustaka-indo.blogspot.com
341 bila terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Misalnya
kematian atau terjadi perceraian." Gatot mengiya-
kan. "Melihat cara Nuning bersikap, aku merasa
tersinggung. Kukatakan padanya bahwa sepeser pun
aku tidak akan memakai harta milik pribadinya.
Ternyata kemudian tujuannya hanyalah agar keluar-
gaku tidak mencampuri harta yang kuhasilkan.
Ayahku sampai naik tekanan darahnya."
"Aku tidak menyangka ia sampai begitu egois-
nya."
"Itu karena ia sudah merasa yakin bahwa kami
akan menikah, Yulia. Kira-kira enam minggu yang
lalu, ketika tangan kananku terkilir berat saat olah-
raga sampai bengkak dan tidak bisa menyopir, bisul
yang ada di antara keluarga kami dengan Nuning
pecah."
"Bisul? Apa maksudmu?"
"Saat dokter mengatakan agar tanganku beristira-
hat dulu karena bengkaknya sampai ke ujung-ujung
jemari, Nuning memintaku mengantarkan dia ke ru-
mah temannya yang berulang tahun karena sopirnya
sakit. Ketika aku mengatakan tidak bisa menyopir
dan kuusulkan adikku Herman yang menyopiri kami,
ibuku tidak setuju. Herman akan menghadapi ujian
S-2 esok pagi. Nuning merasa jengkel. Ibuku juga
merasa jengkel. Maklumlah, sudah lama beliau me-
rasa tidak suka kepada Nuning. Begitu juga sebalik-
nya."
"Aku bisa membayangkan."
"Apalagi waktu ibuku mengusulkan agar kami naik
pustaka-indo.blogspot.com
342 taksi saja, Nuning menolak. Malu, katanya. Punya
mobil kok naik taksi. Saking jengkelnya, ibuku
menawarkan bagaimana bila ayahku yang menyopiri,
karena ingin tahu apa reaksinya. Ternyata ia tidak
menolak, sehingga kami semua jadi kaget. Masa
orangtua disuruh mengantar ke ulang tahun teman-
nya. Sungguh keterlaluan. Ayahku yang bijaksana
menengahi dengan mengatakan bersedia mengantar
dan kemudian menjemput pada saat pesta usai.
Nuning si anak manja tidak tahu bahwa kami sedang
mengujinya. Setelah mengantarkan Nuning pulang,
ayahku mengajak kami sekeluarga bicara. Beliau
langsung mengatakan tidak ingin mempunyai menan-
tu seperti Nuning. Katanya pula, aku tidak akan
hidup bahagia bila menikah dengan gadis itu."
"Kemudian, apa yang terjadi?"
"Rapat kedua belah pihak keluarga pun tak ter-
hindarkan lagi, karena keluargaku terus-menerus
mendesak keluarga Nuning untuk membahas per-
soalan tersebut. Orangtua Nuning yang sangat me-
ngenal anaknya, memahami perasaan keluargaku.
Meskipun dengan berat hati, mereka menerima ke-
inginan kami untuk memutuskan pertunanganku
dengan Nuning. Demikianlah, Yulia, sudah lebih
dari satu bulan ini aku bebas dari Nuning."
Yulia terdiam. Perasaannya kacau-balau. Senang,
bingung, waswas, kehilangan pegangan, campur
aduk menjadi satu dalam hatinya. Perutnya sampai
terasa mulas dan tegang. Gatot menatapnya dengan
cermat.
pustaka-indo.blogspot.com
343 "Kok malah diam. Apa yang kaupikirkan?" tanya-
nya kemudian.
"Macam-macam."
"Kalau begitu kubantu kau memfokuskan satu
masalah saja, ya. Pertama-tama, jawablah pertanyaan-
ku tadi dengan jujur sesuai apa yang ada dalam
hatimu."


Sayap Sayap Cinta Karya Maria A. Sardjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Pertanyaan yang mana?"
"Apakah kau mencintai Danardono?"
"Kenapa cuma itu-itu saja sih pertanyaanmu?"
Yulia bersungut-sungut.
"Baik, aku akan menanyakan yang lain. Yulia,
apakah Danardono berniat melamarmu atau tepat-
nya ingin menikah denganmu?"
"Secara tidak langsung ia memang pernah menga-
takan hal itu."
"Secara tidak langsung?"
"Ya."
"Itu artinya, ia belum merasa yakin bahwa kau
akan bersedia menerimanya. Apakah begitu?"
"Mungkin," Yulia menjawab apa adanya.
"Aku yakin, keraguannya itu akibat sikapmu
yang tidak meyakinkan dirinya. Aku kenal dirimu
dengan baik, Yulia. Pasti karena sikapmu yang di-
ngin atau mungkin menjaga jarak yang menyebab-
kan ia merasa ragu."
Yulia tidak menjawab, karena memang seperti
itulah yang terjadi.
"Dengan demikian, aku semakin yakin bahwa
sebenarnya kau tidak mencintai Danardono."
pustaka-indo.blogspot.com
344 Yulia menarik napas panjang, kemudian menun-
duk. Melihat itu Gatot mendesaknya lagi.
"Yulia, kau tadi begitu gigih membantah kata-
kataku. Itu tandanya apa yang kukatakan benar
adanya meskipun kau tak mau mengakuinya. Seka-
rang kau diam dan menunduk. Bagiku, itu juga
menandakan bahwa dirimu telah menyerah pada
kebenaran. Kau yang tak suka kemunafikan, bi-
ngung tidak tahu harus mengatakan apa, kan?"
Yulia masih saja tidak mau bicara. Namun, dari
lekukan bibirnya Gatot menangkap bahwa ia mulai
pasrah pada keadaan, sehingga Gatot yakin bahwa
Yulia tidak pernah mencintai laki-laki lain, terma-
suk Danardono sekalipun. Itu artinya, Yulia masih
tetap mencintainya. Berpikir seperti itu, hati Gatot
menjadi berbunga-bunga.
"Yulia meskipun kau tak mau mengakuinya,
tetapi aku yakin sekali bahwa kau masih tetap mencin-
taiku. Oleh sebab itu, hentikan harapan Danardono
yang ingin meraih hatimu. Katakan padanya dengan
jujur bahwa kau mencintai laki-laki lain. Jadi, jangan
kaulanggar sendiri prinsip kejujuran hatimu hanya
untuk membahagiakan ibumu, yang kelihatannya
sangat mengharapkan dirimu segera menikah dengan
Danardono. Sebetulnya ibumu hanya ingin melihat
dirimu bahagia. Bukan menunjuk pada Danardono
atau lelaki tertentu. Kalau ibumu mengetahui aku
sudah bebas dari Nuning, pasti beliau akan merestui
hubungan kita. Aku yakin sekali."
Yulia mulai mengangkat wajahnya. Pandang mata
pustaka-indo.blogspot.com
345 mereka bertemu. Kedua insan itu sama-sama tahu
bahwa cinta mereka masih bersemi di hati masing-
masing. Bola mata mereka yang berlumur cinta dan
kemesraan tak mungkin berbohong. Namun, ke-
duanya masih sama-sama menahan diri.
"Begitu yakinnya dirimu. Dari mana kau tahu
kita masih saling mencintai?" tanya Yulia kemudian,
hanya untuk menenangkan debar jantungnya yang
tiba-tiba berpacu. Tanpa disadarinya, matanya berge-
tar bagai dian tertiup angin. Hampir saja Gatot tak
mampu menahan dirinya.
"Perlukah aku membuktikannya dengan perbuat-
an?" akhirnya Gatot bertanya dengan pandangan
mata menggoda, yang menyebabkan pipi Yulia lang-
sung merona merah.
"Sok tahu kau!" Yulia mengelak, dengan sikap
tersipu-sipu.
"Lho, bukan sok tahu. Ini berdasarkan pengalam-
an empirisku sendiri. Siapa tadi yang wajahnya
berubah saat aku mengatakan jendela kamar utama
akan kuperlebar supaya dari tempat tidurku aku
bisa melihat bulan purnama? Siapa pula yang wa-
jahnya tiba-tiba sedih ketika aku menceritakan ka-
mar yang di tengah itu akan kupakai sebagai kamar
anak-anak? Mataku ini awas lho!"
"Aku sedang memikirkan hal lain kok," Yulia
masih mencoba mengelak, karena malu ketahuan
isi hatinya.
"Oke. Lalu, betapa mudahnya kau terlena bila
aku mencumbumu seperti ketika di Cibodas. Apa
pustaka-indo.blogspot.com
346 itu bukan bukti bahwa cintamu kepadaku bukan
cuma cinta sesaat?"
"Waktu itu aku sedang terpengaruh suasana ro-
mantis," Yulia menjawab.
"Apa itu tidak merendahkan dirimu sendiri bila
memang itu yang terjadi. Begitu jugakah yang kau-
rasakan bila Danardono mencumbumu?"
"Jangan menghinaku. Ia tak pernah mencumbu-
ku. Memegang tanganku pun tak berani."
"Bravo!" Mata Gatot langsung berpendar-pendar,
begitu mendengar pengakuan Yulia yang membuat
hatinya semakin mekar berbunga-bunga.
Mendengar komentar Gatot, wajah Yulia lang-
sung memerah lagi sampai ke telinganya, sehingga
Gatot tertawa bahagia melihatnya.
"Betul kan kataku?" katanya dengan perasaan
puas.
"Kau memang sok tahu, sombong, gede rasa
dan..."
Gatot menjadi gemas melihat betapa sok jual
mahalnya Yulia, sehingga ia tak lagi mampu me-
ngendalikan diri. Diraihnya tubuh Yulia ke dalam
pelukannya.
"Angsa cantik yang liar ini memang perlu ditun-
dukkan dengan cinta," gumamnya dengan suara
parau. Kemudian, sebelum Yulia melakukan gerakan
apa pun, Gatot memeluknya kuat-kuat lalu mere-
bahkannya ke atas sofa. Diciuminya bibir indah itu
dengan gemas sampai Yulia terengah-engah kehabis-
an napas. Ketika Gatot melihat kondisi Yulia seper-
pustaka-indo.blogspot.com
347 ti itu, pelukannya diperlonggar dan ciumannya
diperlembut dengan luar biasa mesranya. Sementara
itu, tangannya tak henti-hentinya membelai rambut,
sisi wajah, leher dan pundak Yulia sampai akhirnya
si angsa liar yang sesungguhnya memang mencintai
Gatot mengulurkan tangan dan memeluk leher
serta bahu laki-laki itu dengan sama eratnya.
Lama mereka saling mengecup dan membelai
sampai akhirnya Gatot sadar, bila cumbuan itu dite-
ruskan akan timbul bahaya bagi keduanya. Karena-
nya lekas-lekas ia melepaskan pelukannya dan meng-
geser duduknya, menjauhi Yulia.
"Aku menang. Hanya seorang perempuan yang
benar-benar mencintai laki-laki yang mencumbunya,
akan membalas cumbuan itu dengan kemesraan
yang sama luar biasanya," Gatot memekikkan keba-
hagiaannya. "Masihkah kau mengelak dari kenyata-
an ini?"
"Kenyataan apa?" Yulia tetap keras kepala dan
belum mau mengakuinya, meskipun wajahnya tam-
pak semakin memerah. Gatot melihat pandang mata-
nya tampak berbinar-binar penuh cahaya.
"Kenyataan bahwa kau memang mencintaiku de-
ngan cinta yang sama besarnya seperti cintaku pada-
mu. Sebenarnya, aku mengajakmu ke sini untuk
mengetahui seberapa jauh hubunganmu dengan
Danardono dan menjajaki isi hatimu apakah kau
masih mencintaiku. Lalu, kuajak kau melihat ru-
mah yang akan kuhuni bersama istriku kelak."
"Nuning?"
pustaka-indo.blogspot.com
348 "Nuning adalah bagian terpahit dalam buku seja-
rah kehidupanku. Itu sudah kututup. Rumah ini
kubeli setelah aku putus dengannya."
"Jadi calon istrimu yang mana?"
"Mau tahu namanya? Ia adalah si angsa liar ber-
nama Yulia Anggraini!"
Mendengar itu, Yulia langsung terdiam. Itu arti-
nya, yang akan tidur dalam pelukan Gatot saat
menatap bulan purnama kelak adalah dirinya. Bu-
kan Nuning, bukan perempuan lain mana pun.
Gatot tersenyum mesra menatapnya.
"Setelah tahu seluruh permasalahannya, ayo ja-
wab pertanyaanku. Masihkah kau mencintaiku,
Yulia?" Gatot bertanya dengan suara lembut.
Kali ini Yulia menyerah. Ia tersenyum manis sam-
bil menatap mata Gatot dengan sama mesranya.
"Ya. Aku aku mencintaimu."
Cukup sudah. Gatot tertawa bahagia. Direngkuh-
nya kembali tubuh Yulia, kemudian diciumnya bi-
birnya dengan kemesraan yang meluap-luap. Bukan
main bahagianya hati sepasang insan itu.
"Sekarang ayo kita pulang," kata Gatot, setelah
mereka saling melepas kerinduan. "Sudah saatnya kita
menatap masa depan dan mengatur kehidupan. Aku
akan meminta keluargaku segera melamarmu."
"Kalau lamaranmu ditolak, bagaimana?" godanya
kemudian.
"Tidak apa. Diterima atau tidak, selama aku
tahu si angsa liar mencintaiku akan kuculik ia dan
kubawa terbang jauh."
pustaka-indo.blogspot.com
349 "Kenapa tidak sekarang saja?"
"Kau jangan menggodaku, ya? Jika aku jadi gila,
bisa bahaya. Kita cuma berduaan saja di sini."
Gatot menatapnya dengan mata berbinar-binar.
Mendengar itu, Yulia tertawa. Ia bangkit dari
sofa.
"Kaupikir cuma kau saja yang bisa jadi gila? Aku
juga!" ia menggodanya lagi sehingga Gatot tertawa.
Sambil berpelukan, mereka berjalan ke luar rumah
setelah mengunci pintu-pintu dan jendelanya. Di
dalam mobil, Yulia masih saja terus mengganggu
Gatot.
"Aku akan belajar menundukkan keliaranku.
Jadi, mudah-mudahan aku tidak lagi seperti angsa
liar, tetapi seperti burung pelatuk."
"Daripada dipatuk burung pelatuk, aku lebih
suka melihatmu sebagai angsa liar yang cantik
dan... luar biasa menarik, terutama bila berada da-
lam pelukanku dan..."
Yulia menghentikan ucapan Gatot dengan men-
cubit lengannya. Sepasang insan itu pun tertawa
bersama dalam kebahagiaan dan cinta yang meng-
aliri seluruh tubuh keduanya sampai ke ujung-
ujung rambut dan jemari kaki mereka. Betapa luar
biasa indahnya hari ini buat mereka.
pustaka-indo.blogspot.com
Gramedia Pustaka Utama
pustaka-indo.blogspot.com
Gramedia Pustaka Utama
pustaka-indo.blogspot.com
pustaka-indo.blogspot.com
pustaka-indo.blogspot.com
Angsa liar. Itulah julukan warga
Jalan Mahoni bagi gadis kecil bernama
Yulia Anggraini. Bagaikan seekor angsa
yang anggun dan cantik, Yulia kecil bermata
bulat indah, berambut ikal, dan berwajah
rupawan. Namun semua orang di Jalan Mahoni
sepakat Yulia kecil memang liar, nakal, dan suka
berkelahi. Akibatnya ia selalu terlihat kusut masai,
dekil, dan kehitaman karena terbakar matahari.
Siapa yang menduga belasan tahun kemudian gam-
baran angsa liar tersebut sirna dan menjelma menjadi angsa
putih yang benar-benar rupawan. Yulia dewasa sangat jelita,
berkulit kuning langsat, dan pintar bergaul. Yang tidak
berubah hanya bola matanya yang senantiasa mengerjap-
ngerjap khas Yulia kecil.
Kerupawanan Yulia dewasa bahkan sanggup meruntuh-
kan hati tiga pria tampan yang berlomba merebut cintanya.
Hendra, laki-laki sukses yang bisa menjamin kehidupannya
secara materi. Danardono, musisi sekaligus guru privat, yang
dalam banyak hal mempunyai kesamaan dengan dirinya. Dan
Gatot, musuh bebuyutan masa kecil, yang bertunangan
dengan "musuh" Yulia di masa kecil juga. Di antara ketiga
pria itu, siapakah yang akhirnya sanggup menaklukkan sayap-
sayap cinta si angsa nan jelita ini?
Penerbit
PT Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building
Blok I Lantai 4?5
Jl Palmerah Barat 29?37
Jakarta 10270
www.gramedia.com pustaka-indo.blogspot.com


Sayap Sayap Cinta Karya Maria A. Sardjono di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rahasia Iblis Cantik 7 Jalan Setapak Lali Jiwo Karya Harlock Menuntut Balas 22
^