Pencarian

Rahasia Hiolo Kumala 13

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long Bagian 13


angkatan yang lebih tua, seringkali ia mendengar kisah cerita tentang tongkat itu.
Maka begitu menjumpai bentuk toya yang di maksudkan, ia jadi setengah percaya
setengah tidak. Sinar matapun kembali dialihkan ke wajah Bwee Su-yok.
Saat ini Bwee Su-yok telah menjadi seorang kaucu dari suatu perkumpulan besar,
tentu saja ia tak dapat membungkam diri terus menerus.
Gadis itu mengangguk tanda membenarkan, ujarnya dengan suara yang dingin, "Yaa
benar, aku adalah Kiu-im kaucu!"
Mendengar pengakuan tersebut, kembali Hoa Si berpikir dalam hati kecilnya,
"Kalau toh dia adalah Kiu-im kaucu, setelah datang kemari kenapa harus berlalu lagi sambil
menetapkan saat pertemuan besok siang" Hal ini rasanya jauh berbeda dengan tindakan-tindakan
yang diambil Kiu-im kaucu seperti apa yang sering kudengar!"
Berpikir demikian, sekali lagi dia memberi hormat, ujarnya dengan suara nyaring,
"Oooh.... kiranya kaucu telah berkunjung kemari. Pengetahuanku memang terlalu picik, harap
engkau jangan terlalu mentertawakan kepicikanku ini"
Hoa Si memang jauh berbeda bila dibandingkan dengan adiknya. Sekalipun ada
bagian-bagian persoalan yang belum dipahami olehnya, namun ia tak sudi menghilangkan tata
kesopanan. 416 Dengan ketus Bwee Su-yok ulapkan tangannya. "Engkau tak usah menunjukkan sikap
tengik yang menjemukan. Jawab saja pertanyaanku, besok siang kalian bakal datang
memenuhi janji atau tidak?" Hoa Si tersenyum. "Aku Hoa Si tak berani membuat janji kosong. Apa yang sudah
kusanggupi pasti akan kutepati. Besok siang apabila adikku tak dapat menghadiri pertemuan
itu, aku pasti akan tiba tepat pada saatnya, harap kaucu berlega hati"
"Bagus sekali, kalau begitu aku akan menantikan kehadiranmu besok tengah hari di
tenggara kota Ci-tin" Selesai berkata, dia lantas mengebaskan ujung bajunya dan melayang turun dari
bukit itu. Dengan cepat manusia berkerudung itu menyusul di belakangnya, tapi beberapa
langkah kemudian tiba-tiba ia berpaling sambil bertanya, "Hoa lotoa, apakah engkau tidak
menanyakan pula siapa namaku serta dari mana asal usulku?"
"Berbicara dari tindak tanduk saudara, sudah pasti engkau bukan anak buah dari
perkumpulan Kiu-im kau. Memang aku menaruh curiga pada asal-usulmu. Tapi lantaran engkau
menutupi wajahmu dengan kain kerudung hitam, jelas tindakan semacam ini menunjukkan
betapa tidak terbukanya hatimu. Akupun jadi segan untuk banyak bertanya"
Mendengar jawaban itu, darah yang mengalir dalam tubuh laki-laki berkerudung itu
serasa mendidih. Ia ada maksud untuk turun tangan melancarkan serangan, tapi entah apa
sebabnya, kemarahan yang telah memuncak itu dikendalikan kembali sebisanya.
Setelah mendengus khekhi, ia melotot sekejap ke arah Hoa Si dan menjejakkan
kakinya ke tanah untuk menyusul Bwee Su-yok yang sementara itu sudah lenyap dari pandangan mata.
Hoa Si memang seorang lelaki jantan yang berjiwa terbuka dan gagah perkasa.
Meskipun tindaktanduk Bwee Su-yok jauh berbeda dengan apa yang didengar ditempat
luaran. Meski ia tahu manusia berkerudung itu adalah seorang manusia yang licik dan busuk hatinya,
asal usulnya sangat mencurigakan. Namun ia tak sudi membuang banyak pikiran dan tenaga untuk
merenungi persoalan tersebut. Setelah bayangan tubuh kedua orang itu lenyap dari pandangan, diapun segera
putar badan dan berjalan kembali kedalam ruangan gedung diantara puing-puing yang berserakan.
Waktu itu fajar baru saja menyingsing, sang surya mulai menampakkan cahayanya
diufuk sebelah timur. Sebaliknya rembulan yang tenggelam disebelah barat sudah makin
pudar cahayanya, ikut lenyap pula kecemerlangannya dikala hari masih gelap.
Hoa Si yang berada dalam perjalanan kembali mempunyai perasaan yang kusut
seperti cahaya rembulan itu, makin lama semakin kalut, makin lama semakin kusut....
Hal ini bisa dimaklumi, bagaimana pun juga Hoa In-liong adalah saudara
kandungnya. Setelah terganggu oleh peristiwa barusan, ia benar-benar tak tahu bagaimanakah
keadaan lukanya ketika itu. Diapun tak tahu apakah kejadian ini bakal mempengaruhi
keselamatan jiwanya serta mengakibatkan terjadinya peristiwa diluar dugaan....
Dengan pelbagai pikiran yang menekan perasaannya, pemuda itu mempercepat
langkahnya menuju ke ruang gedung dan akhirnya sampai juga dia ditempat tujuan.
417 Diluar dugaan kenyataan yang berlangsung di depan matanya saat itu ternyata jauh
diluar perhitungan rasa tegangnya selama inipun sebetulnya tak berguna.
Sebab bukan saja Hoa In-liong telah menyadarkan diri, bahkan Wan Hong-giok yang
sudah tipis harapannya untuk hidup pun sekarang sudah jauh lebih baik keadaannya.
Segagahnya Hoa Si, dia baru menginjak dewasa belum lama. Kegembiraan yang
datangnya dari luar dugaan itu seketika melenyapkan ketenangan dan kekalemannya dihari-hari
biasa. Dengan suatu lompatan lebar dia menerjang maju kedepan, lalu teriaknya dengan
wajah berseri, "Jite, apakah engkau telah sembuh?"
Tiba-tiba ia saksikan Hoa In-liong masih tetap berbaring, sedangkan Coa Wi-wi
berlutut disampingnya. Ini membuat dia jadi tertegun, cepat tubuhnya berhenti melompat
dan untuk sesaat berdiri termangu-mangu....
Kiranya Hoa In-liong sadar belum lama, hawa murninya juga belum seberapa putih
seperti biasa. Walaupun begitu, ketika mendengar suara dari Hoa Si, dia lantas meronta bangun,
serunya pula dengan nada gembira, "Toako, kau....kau.... juga telah datang?"
Coa Wi-wi sangat menguatirkan keadaannya. Dia segera membimbing bangun anak muda
itu sambil menyela, "Toako sudah datang semenjak tadi. Lebih baik engkau berbaring
saja. Racun ular sakti yang mengeram dalam tubuhmu belum punah sama sekali...."
"Aaaah.... tidak apa-apa". Hoa In-liong tetap ngotot, "Aku ingin bercakap-cakap
dengan Toako" Sementara itu Hoa Si juga melihat betapa pucatnya raut wajah adiknya ini, dia
ikut berjongkok disampingnya sambal menghibur, "Jite, kau jangan terlalu keras kepala. Racun
ular sakti bukan sembarangan racun biasa. Konon ibupun tidak mempunyai keyakinan untuk
memunahkannya. Sekarang beristirahatlah dulu, beritahu kepadaku, bagaimana rasanya sewaktu
racun itu kambuh?" Hoa In-liong tidak berani membantah perintah Toakonya, terpaksa dibawah
bimbingan Coa Wi-wi dia berbaring kembali ketanah.
Setelah mengatur nafas sebentar, pemuda itu baru berkata, "Berita yang tersiar
diluaran tak boleh kita percayai dengan begitu saja, Toako...."
Tiba-tiba Hoa-Si bangkit berdiri. Mukanya berubah menjadi keren, tukasnya dengan
nada bersungguh-sungguh, "Ngaco belo!. Ayah sendiri yang memberitahukan hal ini
kepadaku, memangnya aku harus tidak mempercayainya?"
Hoa In-liong ikut terperanjat, tapi dengan cepat ia tenangkan hatinya sambil
menyahut, "Jika ayah yang mengatakan hal itu, tentu saja kita harus mempercayainya. Toako,
sebenarnya peristiwa besar apakah yang telah terjadi sehingga ayah pun ikut terbawa sampai
ke selatan" Apakah kau mengetahui tentang rahasia ini?"
Ketika dilihatnya pemuda itu jadi sangat penurut. Hoa-Si merasa sedikit tidak
tega maka sahutnya, "Yaaa, hal ini disebabkan...."
Mendadak satu ingatan melintasi dalam benaknya, ia teringat bahwa Hoa In-liong
adalah seorang bocah yang ingin menang, seringkali bersikap pura-pura untuk membohongi orang.
Rasa 418 waspadanya segera timbul dan ucapan yang baru dimulaipun segera ditelan kembali,
dia awasi wajah pemuda itu tajam-tajam.
Hoa In-liong sangat ingin mengetahui sebab musabab kehadiran ayahnya di wilayah
Kang-lam, melihat kakaknya berhenti berbicara, dia jadi sangat gelisah, tanpa sadar
serunya, "Toako, mengapa tidak kau lanjutkan kembali kata-katamu?"
Ditatapnya wajah In-liong dengan tajam, kemudian setelah menghela napas panjang
Hoa Si baru menjawab, "Engkau selalu gemar menempuh jalan bahaya untuk mencari keuntungan.
Sampai sekarang watak semacam itu belum juga berubah. Aku.... Aku.... yang menjadi Toako mu
merasa kewalahan untuk memusuhi engkau. Daripada tertipu mentah-mentah, lebih baik
kuputuskan untuk membungkam dalam seribu basa saja"
Menyaksikan siasat liciknya ketahuan kakaknya, Hoa In-liong jadi tersipu-sipu.
"Toa.... Toako"
katanya malu. "Aku betul-betul amat cemas, katakanlah kepadaku...."
"Kau merengek seribu kali juga percuma" tukas Hoa Si tegas, "Ketahuilah setelah
engkau menjadi begini rupa, aku yang menjadi Toako-mu juga ikut susah. Bila engkau tak
mau menuruti perkataanku lagi, bagaimanakah pertanggungan jawabku terhadap ayah dan ibu
nanti" Satusatunya persoalan yang paling penting saat ini adalah menyehatkan
dulu badanmu, soal lain untuk sementara waktu kita kesampingkan lebih dulu"
Dia adalah seorang pamuda yang tegas, setelah mengatakan satu selamanya tak
pernah berubah jadi dua. Tentu saja Hoa In-liong mengetahui jelas akan wataknya ini.
Maka setelah siasatnya menghasilkan senjata makan tuan, dan diapun menyadari
bahwa memohon secara halus tak akan mendatangkan hasil apa-apa. Sambil bernapas
menekan perasannya anak muda itu berkata lagi, "Yaaa.... Padahal tiada sesuatu yang
terlalu luar biasa. Ketika racun ular sakti itu mulai kambuh aku merasa dalam isi perutku seakan-
akan terdapat semut yang sedang berjalan kesana kemari. Rasanya kaku dan gatal sekali hingga
sukar ditahan, tapi sekarang aku sudah dapat mengendalikan siksaan itu"
Coa Wi-wi segera menyambung dengan cemas, "Tidak, tidak mungkin begitu, ketika
racun yang mengeram dalam tubuhmu kambuh, engkau segera jatuh tak sadarkan diri. Darimana
engkau bisa merasa kalau rasanya gatal sekali" Engkau terlalu sekali, memangnya
dianggap kami semua adalah orang goblok yang dapat ditipu mentah-mentah....?"
Menyaksikan kegelisaan orang, kembali Hoa In-liong berkata, "Yaaa, apa yang
diucapkan adik Wi memang benar. Rasa gatal dan kaku memang apa yang kurasakan sekarang. Pada
mulanya ketika racun itu mulai kambuh, isi perutku terasa sakitnya bukan kepalang.
Seakan-akan ada ular yang banyak sekali jumlahnya menggigiti seluruh isi perutku dan gigitan itu
sepertinya tak dilepaskan terus. Cuma aku tidak membohongi dirimu, rasa gatal dan kaku itu
sampai sekarang masih terasa. Coba lihatlah, bukankah aku masih dapat merasakannya dengan hati
yang tenang?" Setelah mendengar penjelasan itu, Hoa Si dengan perasaan yang tercekat segera
bergumam, "Gejala yang kau ucapkan persis seperti apa yang diterangkan ayah kepadaku.
Aaai.... Akulah yang salah. Coba kalau aku tidak datang terlambat, mungkin....mungkin...."
Bergumam sampai disitu, saking gelisahnya dia berjalan mondar mandir kesana-
kemari, ia kelihatan resah sekali. 419 Tiba-tiba terdengar Coa Wi-wi menangis tersedu-sedu. "Huuh.... huu.... Akulah yang
salah" keluhnya, "Akulah yang salah. Coba aku tidak mendengarkan kata-kata Ki-ji dan
menghalangi Jiko pergi memenuhi undangan, tentu tak akan terjadi peristiwa ini"
Hoa In-liong belum tahu kalau Coa Wi-wi sebetulnya bukan seorang "cowok"
melainkan adalah seorang "cewek. Maka ketika mendengar dia menangis, pemuda itupun berkerut
kening. "Aduuh....! Adik Wi, kenapa kau menangis lagi?" keluhnya sambil menghela nafas,
"Kau tidak salah, sebab kau telah berusaha dengan segala ke raampuan untuk menghalangi
niatku. Akulah yang keliru karena aku tak mau menuruti peringatanmu. Karena aku yang ngotot
datang kesitu untuk memenuhi janji, maka jika mau mencari siapa kambing hitamnya, maka akulah
yang salah. Aku yang keliru. Siapa suruh aku terlalu gagah dan tolol. Siapa suruh aku bodoh
sampai terjebak ke dalam perangkat mereka.... Sudahlah adik Wi, ayoh jangan menangis lagi"


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Begitulah, selama ribut-ribut dan perselisian itu berlangsung dengan serunya,
Wan Hong-giok yang bersandar disudut tembok hanya mengikutinya dengan membungkam.
Sekalipun demikian, diapun tahu bahwa Hoa In-liong bisa terkena racun Sin-hui-
si-sim (ular sakti menggigit hati) adalah lantaran disergap secara cilik oleh orang orang Mo-kauw,
atau dengan perkataan lain lantaran gara-gara janjinya itulah mengakibatkan si anak muda itu
terluka parah. Makin dikenang ia semakin sedih, sehingga akhirnya air matapun tak terbendung,
sambil menangis terisak keluhnya, "Akulah.... Akulah yang menjadi gara-gara.... akulah yang
menjadi gara-gara. Tidak seharusnya kuajak Hoa kongcu untuk berjumpa dibukit Yan-san....
Sekarang.... oooh, ia terluka karena aku.... huu....huu...."
Ketika Hoa In-liong mendengar bahwa Wan Hong-giok bisa berbicara lagi, legalah
hatinya. "Nona Wan kah itu?" serunya cepat, "Bagaimana dengan lukamu" Tidak apa-apa toh?"
Sebelum roboh tadi, pemuda itu sempat, menyaksikan bagaimana mengenaskannya
keadaan Wan Hong-giok, terutama binatang- binatang beracun yang begitu banyaknya
bermangkal disekujur tubuh si gadis yang telanjang.
Dan sekarang, dia harus berbaring. Ia tak dapat menyaksikan keadaan nona
tersebut. Yang bisa didengar hanya suaranya yang tersendat-sendat dengan nada yang lirih dan lemah.
Sebagai orang persilatan ia tahu gejala semacam itu menunjukkan bahwa hawa murninya
sudah mengalami kerusakan hebat atau dengan perkataan lain, luka dalam yang
dideritanya cukup parah. Betapa sedihnya Wan-Hong-giok mendengar pertanyaan Hoa In-liong yang begitu
hangat dan sangat memperhatikan keadaannya itu. Apalagi bila teringat akan musibah yang
telah menimpa dirinya, bagaikan disayat-sayat hatinya.
Makin dipikir ia merasa makin sedih, makin menangis suara tangisnya makin keras,
akhirnya sambil memukul-mukul dada sendiri keluhnya dengan suara yang mengibakan hati,
"Aku.... Aku.... hanya seorang cacad. Akulah yang mencelakai dirimu. Oooh.... baik-baiklah
kau jaga diri" Tiba-tiba dengan menghimpun sisa kekuatan yang dimilikinya ia menumbukkan
kepalanya di atas dinding tembok disisinya.
Hoa In-liong bukan orang bodoh, tatkala mendengar keluhan sang dara yang
terakhir tadi, ia segera tahu bahwa Wan Hong-giok mempunyai maksud untuk bunuh diri.
420 Sementara hatinya amat terperanjat, Ki-ji yang berada disampingnya sudah
menjerit kaget, "Jangan nekad!"
Menyusul kemudian Hoa Si mendepak-depakkan kakinya ditanah seraya menghela nafas
panjang berulang kali. "Aaai....! Tolol!. Semuanya tolol! Semut saja ingin hidup seribu tahun. Apalagi
kamu semua ada manusia memangnya kalian anggap nyawa manusia itu boleh dianggap mainan" Aaai....
Cuma urusan sepele saja sudah berani bermain diujung tanduk. Goblok! Semuanya goblok!
Ki-ji....cepat bangunkan nona Wan" Yaa, pada hakekatnya peristiwa itu sama sekali diluar dugaan, bukan saja
mengejutkan semua orang, sampai-sampai pemuda yang jarang bicara dan selalu serius inipun ikut-
ikutan memaki. Baru pertama kali ini Hoa In-liong merasakan ketegangan yang luar biasa. Ia baru
bisa menghembuskan nafas lega setelah Toakonya menegur serta memerintahkan Ki-ji
untuk membangunkan Wan Hong-giok. Sebab dari perkataan itu dia yakin bahwa si nona
selamat dari cengkeraman elmaut. Diapun berusaha meronta bangun dan duduk.
Sekarang perhatian semua orang ditujukan kesatu arah yang sama. Tampaklah Wan
Hong-giok sedang berjalan mendekati mereka dibawah bimbingan Ki-ji. Mukanya tampak layu,
rambutnya terurai awut awutan. Sepasang bahunya bergoncang keras menahan isak tangis.
Bagaikan air bah, air matanya meleleh keluar membasahi semua wajahnya.
Setibanya dibadapan semua orang, kontan Coa Wi-wi mengomel dengan kening
berkerut, "Enci Wan, bagaimana sih kamu ini" Kenapa
tidak kau buka jalan pikiranmu" Kenapa kau nekad untuk melakukan perbuatan tolol
seperti itu" Jika kau pandang begitu rendah soal kehidupanmu, bukankah berarti sudah kau sia-
siakan bantuan tenagaku selama ini bagimu" Apalagi Toako sudah...."
Tentu saja bila ucapan itu dilanjutkan, maka akan terdengarlah kata-kata
sebangsa "sia-sialah
pemberian obat penawar racun dan obat mustika untukmu" dan sebagainya.... dan
sebagainya.... Untunglah Hoa Si bertindak cekatan, sebelum kata-kata semacam itu sempat
memberondong keluar ibaratnya tembakan senjata otomatis, si anak muda itu sudah ulapkan
tangannya sambil menukas, "Jangan terlalu menyalahkan dia. Maklumlah, kadang kala pikiran orang
memang bisa menjadi cupat lalu mata gelap. Untung Ki-ji cukup cekatan sehingga tak sampai
terjadi tragedi yang tidak diharapkan. Tapi aku percaya kejadian semacan ini tak akan terulang
untuk kedua kalinya" Diapun berpaling kearah Wan Hong-giok dan menambahkan, "Duduk dan istirahatlah
dulu nona Wan. Sebentar aku hendak bercakap-cakap denganmu"
Air mata jatuh berlinang dengan derasnya membasahi wajah Wan Hong giok. Dengan
masih membungkam dia manggut-manggut lalu duduk kembali ke lantai.
Sementara itu Hoa In-liong menatap diri Wan Hong-giok dengan sepasang mata yang
terbelalak lebar. Mukanya kaget, tercengang dan sangsi seakan-akan Wan Hong-giok sudah
berubah jadi orang lain yang tidak dikenalinya lagi.
421 Yaa, pada hakekatnya Wan Hong-giok memang telah berubah. Ia telah berubah
menjadi manusia lain yang belum dijumpai sebelumnya.
Kalau dulu Wan Hong giok memiliki badan yang montok, padat berisi dengin muka
yang cantik bak bidadari. Dengan gerak-gerik yang lincah, hangat seperti api, yang mana
seakan-akan siapapun yang mendekatinya akan menjadi leleh karena kepanasan, maka keadaannya
sekarang justru merupakan kebalikan dari kesemuanya itu.
Kobaran api kehangatannya yang menyala sekarang telah padam, tubuhnya yang
montok, padat berisi kini tinggal kulit pembungkus tulang. Ibaratnya sekuntum bunga mawar yang
baru mekar, tiba-tiba terendam didalam gudang salju, seketika itu juga jadi layu dan kaku.
Padahal, sebagaimana kita ketahui Hoa In-liong adalah seorang pemuda yang
romantis dan gampang terpikat oleh kecantikan perempuan. Tentu saja ia menjadi beriba hati,
menjadi kasihan setelah menyaksikan keadaan Hong-giok sekarang ini. Sekalipun rasa
kasihan itu bukan lantaran kecewa tapi betul-betul timbul dari hati kecilnya.
Ditatapnya gadis itu dengan wajah termangu, tiba-tiba hatinya jadi kecut. Pemuda
ini betul-betul tak dapat mengendalikan emosinya lagi. "Nona Wan, bagaimanakah perasaanmu
sekarang?" tanyanya dengan penuh perhatian, "Apakah lukamu telah sembuh kembali?"
Kalau "Hong keng" dianggap sebagai "Be Liang" maka begitulah keadaannya. Semakin
kuatir dan penuh perhatian nada pertanyaan si anak muda itu, semakin pedih perasaan Wan
Hong-giok dibuatnya, Dia mengira rasa cinta Hoa In-liong terhadapnya sudah amat mendalam
sekali, hingga peristiwa tersebut membuat gadis ini bertambah kecewa, bertaubat,
menyesal dan tentu saja kesedihan yang tak terkendalikah.
Terhadap perhatian orang, sering kali perhatian yang bersifat persahabatan
disalah taksirkan sebagai perhatian yang bersifat cinta. Ini terbukti dari kejadian yang dialami
Wan Hong-giok dengan Hoa In-liong. Perlu diterangkan disini, meski kurang baik nama Wan Hong-giok dalam dunia
persilatan, tapi sewaktu dia bertemu dengan Hoa In-liong di kota Lok-yang tempo hari, gadis itu
masih berstatus sebagai gadis perawan. Sejak berpisah di Lok-yang, Wan Hong-giok selalu terkenang akan pemuda itu atau
dengan perkataan lain ia telah jatuh cinta. Sayang nasibnya kurang mujur, selaput
daranya harus direnggut di tangan iblis dari Mo-kauw yang mengakibatkan kesuciannya ternoda.
Setelah terjadi peristiwa tersebut, beberapa kali ia sudah berniat untuk
menghabisi nyawa sendiri. Tapi ketika ia tahu bahwa orang-orang Mo-kauw mempunyai rencana busuk
yang mempengaruhi keselamatan umat persilatan pada umumnya dan keselamatan keluarga
Hoa Inliong pada khususnya, gadis ini pun jadi nekad. Ia berusaha tetap
mempertahankan hidupnya untuk menolong sang kekasih dari ancaman maut, maka dibuatnya perjanjian dibukit
Yan-san. Yaaa, demikianlah kalau orang salah tafsir. Siapa tahu Hoa In-liong yang sudah
dihalangi niatnya oleh banyak orang, akhirnya terkena juga perangkap orang-orang Mo-kauw yang
mengakibatkan ia keracunan Sin-hui atau racun ular sakti.
Kesemuanya itu sudah membuat hatinya cukup kecewa, apalagi mendapat perhatian
lagi dari Hoa In-liong. Akibatnya perasaan "simpatik" disalah tafsirkan sebagai perasaan
"cinta" 422 Sebetulnya dua persoalan tersebut merupakan persoalan yang berbeda. Tapi kalau
kita suruh Wan Hong-giok yang sudah terlanjur jatuh cinta menyadari akan perbedaan itu,
boleh dibilang ibaratnya orang ingin terbang ke langit, bukan sukar saja malah sama sekali tak
mungkin. Kalau tidak sulit, tak nanti gadis itu sampai mengeluh akan dirinya yang cacad
dan bermaksud menghabisi nyawa sendiri.
Waktu itu ia duduk dengan badan gemetar, air matanya seperti hujan gerimis,
mengucur keluar tiada habisnya. Bibir gemetar seperti mau bicara, tapi sepotong kata pun tak
mampu diutarakan. Akhirnya setelah menghela napas sedih, ia menutupi wajah sendiri dengan kedua
belah tangan, kemudian menangis tersedu-sedu.
Hoa In-liong yang romantis memang suka main perempuan, sayang ia tak tahu
bagaimanakah perasaan Wan Hong-giok saat ini. Ketika dilihatnya gadis itu menangis, pemuda
kita lantas mengira kalau si nona jadi sedih lantaran lukanya yang parah atau mungkin
terkenang kembali akan musibah yang menimpa dirinya. Timbullah keinginan hatinya untuk menghibur
si rona itu dengan beberapa patah kata.
"Jite, jangan kau ganggu diri nona Wan lagi" tiba tiba Hoa Si menegur dengan
kurang sabaran "Kau sendiri juga perlu istirahat, ayoh baik-baik atur pernapasanmu, jangan
sampai racun ular itu kambuh semakin parah!"
"Jangan kuatir Toako, aku masih tahu diri" sahut Hoa In-liong sambil manggut-
manggut. "Tahu diri apa!" gerutu Coa Wi-wi, "Kemarin alasannya tidak tenang, sekarang toh
enci Wan sudah tidak apa-apa, kenapa tidak kau gunakan kesempatan ini untuk menjajal sim-
hoat istimewamu untuk mengusir racun jahat dari tubuhmu" Mumpung Toako berada disini,
ayoh cepat dicoba!" Wan Hong-giok yang membungkam tiba-tiba ikut mendongak, dengan wajah yang basah
oleh air mata katanya pula, "Hoa kongcu, aku yang rendah tak berani merisaukan hatimu dan
tak pantas membuat hatimu risau. Bila kongcu tidak tenang hatinya lantaran aku atau kongcu
menunda waktu sedemikian untuk mengusir sisa racun lantaran aku, aku yang rendah betul-
betul merasa tak terkirakan besarnya dosaku"
"Tidak.... tidak.... kau jangan berkata begitu" cepat Hoa In-liong gelengkan
kepalanya berulang kali, "Demi keselamatan dunia persilatan, demi kepentingan keluarga Hoa kami,
kau telah menjadi korban ditangan musuh. Jangan toh baru menunda waktu sedemikian,
sekalipun Hoa Inliong harus mengorbankan jiwa demi dirimupun aku juga rela!"
"Betul!" sambung Coa Wi-wi, "Apakah kau masih dapat mempertahankan diri. Enci
Wan" Kalau tidak ada halangan apa-apa, harap terangkanlah rencana busuk apakah yang telah
dipersiapkan orang-orang Mo-kauw dari Seng sut pay itu. Sebelum kau terangkan kesemuanya itu,
mungkin Jiko tak dapat menenangkan hatinya"
Pada hakekatnya, dengan ucapan tersebut gadis itu sudah memberi penjelasan yang


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cukup alasan "simpatik" Hoa In-liong. Yaa sayang Wan Hong-giok sudah terlalu
terpengaruh oleh kobaran cintanya, bukan saja tidak menjadi sadar, ia malah terperosok lebih
dalam. "Hoa kongcu" katanya kemudian sesudah merenung sebentar, "Yang penting racun
dalam tubuhmu harus disingkirkan dulu, tapi kalau kau ingin cepat tahu, yaa, baiklah
aku katakan secara ringkasnya saja"
423 Setelah berhenti sebentar, dia berpaling kearah Hoa Si dan bertanya kembali,
"Toa kongcu dalamkah ikatan dendam ayahmu dengan kaucu dari Mo-kauw?"
Hoa Si mengangguk, "Yaa, aku rasa begitu, sebab sewaktu mencari harta karun
dibukit kiu-cisan, Mo-kauw kaucu memang dibikin keok oleh ayahku"
Pelan-pelan Wan Hong-giok alihkan pandangan matanya ke wajah Hoa In-liong. "Bila
ditinjau dari pembicaraan mereka, tampaknya mereka juga punya dendam dengan ibumu?"
"Aku kurang begitu tahu" Hoa In-liong gelengkan kepalanya, "Cuma gwakong
(engkong luar) ku adalah ketua Sin Ki-pang dimasa itu. Beliau ikut pula dalam peristiwa penggalian
harta karun dibukit Kiu-ci-san. Jadi bila dikatakan ada dendam, maka besar kemungkinan kalau
dendam itu dibuat pada masa tersebut"
"Aaaai.... Berbicara soal rencana busuk mereka, pada hakekatnya semua siasat
mereka tertuju untuk memusuhi ayah ibumu. Rupanya rasa benci Mo-kauw kaucu terhadap ayah ibumu
sudah merasuk sampai ketulang sumsum. Tapi lantaran mereka sadar bahwa kepandaian yang
mereka miliki masih bukan tandingan kedua orang tuamu, maka diambilnya keputusan untuk
melaksanakan operasi pembalasan dendamnya secara diam-diam. Selain menghimpun
kekuatan dan melatih anak buahnya untuk lebih tekun berlatih ilmu, mereka juga memelihara
pelbagai jenis binatang beracun untuk mempersenjatai diri. Selain itu merekapun berusaha
menangkapi sandera-sandera yang akan mereka bunuh sebanyak-banyaknya. Aku rasa kekuatan
seperti ini cukup mengerikan hati"
"Enci Wan, soal semacam itu tak perlu dibicarakan, tolong bicara saja tentang
rencana busuk mereka!" Wan Hong-giok mengangguk lirih. "Secara garis besarnya, rencana busuk mereka
dapat dibagi menjadi rencana secara terang-terangan dan rencana secara tersembunyi. Selain
itu dapat dibagi pula menjadi setengah terang dan setengah sembunyi. Yang termasuk rencana secara
tersembunyi, boleh dibilang sudah dilaksanakan semenjak sepuluh tahun berselang"
"Sepuluh tahun berselang....?" Hoa In-liong terkesiap, "Lalu bagaimana dengan
rencana mereka yang terang terangan?"
"Rencana mereka yang termasuk terang-terangan berpengaruh besar atas keselamatan
seluruh dunia persilatan di daratan Tionggoan. Rencana tersebut baru dilaksanakan
setelah soal "pembalasan dendam" terlaksana. Mereka hendak menguasai seluruh daratan
Tionggoan dan melakukan pembantaian serta pengejaran secara besar-besaran terhadap musuh
mereka" "Hmmm....! Besar amat ambis mereka!" jengek Coa Wi-wi sambil mendengus dingin,
"Sayang mereka terlampau tak tahu kekuatan sendiri!"
"Aaaai.... Tak bisa dikatakan begitu" Wan Hong-giok menghela nafas sedih, "Konon
mereka berhasil mengendalikan sekelompok Bu-lim cianpwe yang berilmu tinggi untuk
dijadikan penyerang-penyerang depan mereka. Jika benar-benar akan terjadi hari demikian.
Payah.... payah.... hancurlah seluruh dunia persilatan kita"
"Waaah.... Masa sampai terjadi begitu?" Hoa In-liong rada berubah wajahnya,
"Tahukah nona Wan, manusia-manusia macam apa saja yang berhasil mereka kuasai?"
424 Wan-Hong-giok menggeleng. "Soal ini bersifat sangat rahasia, jangan toh aku,
Hong mereka sendiripun kurang jelas"
"Aaah.... Omongan kosong! Gurauan mungkin....!" gumam Coa Wi-wi sambil gelengkan
kepalanya berulang kali, rupanya ia tidak percaya.
Wan Hong-giok berpaling ke arah Coa Wi-wi. Bibirnya bergetar seperti hendak
menerangkan sesuatu, tapi niat tersebut kemudian dibatalkan dengan begitu saja.
"Nona Wan, tolong terangkan lebih lanjut, apa yang dimaksudkan dengan rencana
setengah terang setengah gelap mereka" "sela Hoa Si dengan perasaan ingin tahu.
Wan Hong-giok berpaling. "Rencana yang sedang mereka laksanakan saat ini adalah
rencana setengah terang setengah sembunyi. Diantaranya yang termasuk setengah terang
adalah manusia-manusia macam Hong Seng sekalian yang membentuk grup-grup secara
terpisah dengan kelompok yang terdiri dari tiga sampai lima orang anggota Mo-kauw
didampingi seorang sampah masyarakat dari bangsa Han. Mereka semua menyusup kedaratan Tionggoan
dengan maksud pertama, menyelidiki sampai dimanakah kekuatan yang sesungguhnya dari
umat persilatan di daratan Tionggoan ini. Kedua. Merekapun berusaha mencari
kesempatan untuk menawan kalian bersaudara, agar dikemudian hari mereka dapat menggunakan kalian
sebagai sandera, apabila terbukti bahwa kepandaian mereka masih tak mampu menandingi
orang tua kalian. Aku dengan grup-grup semacam itu mencapai jumlah sebaryak tiga sampai
empat puluh grup" Hoa Si cuma mangut-manggut saja ketika mendengar keterangan tersebut, dia
membungkam dan tidak memberi komentar.
Tiba-tiba Wan Hong-giok menghela napas setelah berbicara sampai disitu. Sesudah
berhenti sebentar, ia baru berkata lebih jauh, "Kalau dibicarakan sesungguhnya, maka yang
paling menakutkan justru adalah rencana setengah gelap mereka. Secara diam-diam mereka
telah berhasil menangkapi banyak jago persilatan yang tak mau tunduk kepada mereka.
Dengan jiwa mereka memaksa anak murid atau putra putri tawanan mereka untuk melakukan
pembalasan dendam terhadap anggota keluarga Hoa kalian. Dan ketahui dengan pasti ada
sebagian kekuatan yang berhasil mereka himpun dengan cara seperti ini, sekarang kelompok kekuatan
tersebut sudah mulai melaksanakan operasinya. Aaai.... Coba bayangkan sendiri, keadaan kita
berada di tempat terang sedang musuh ada di tempat gelap, apakah teror semacam ini tidak
kita kuatirkan?" "Oooh....jadi Si-Nio dan majikanmu juga kena dipaksa oleh pihak Mo-kauw untuk
membalas dendam kepadaku" pikir Hoa In-liong dengan cepat, "Jadi kalau begitu,
keputusanku untuk membantu mereka berdua merupakan suatu tindakan yang bersifat demi kepentingan
umum maupun demi keuntungan pribadi,"
Dihati ia berpikir demikian, diluaran segera jawabnya, "Ehmmm.... ditinjau dari
rencana Mo-kauw kaucu yang begitu sempurna dan tersusun rapi, dapat kita ketahui betapa licik,
buas dan busuknya manusia tersebut. Aku Hoa Yang pasti akan mencari kesempatan untuk
berkelahi dengannya. Nona Wan apalagi yang sempat kau dengar?"
Betapa cemas dan gelisahnya Wan Hong-giok ketika dilihatnya pemuda itu sama tak
acuh terhadap ancaman yang datang. Meski begitu si nona juga rikuh untuk
memperlihatkan kegelisahannya, maka sesudah merenung sebentar sahutnya dengan sedih. "Kentongan
pertama kemarin dulu malam seorang laki-laki berkerudung datang menjumpai Hong Seng.
Orang itu mengakui dirinya sebagai anak buah Hian-beng kau. Setelah ia pergi, Hong Seng
lantas 425 menurunkan perintah untuk membekuk diriku dan menyiksanya dengan penyiksaan
paling keji. Bila kubayangkan kembali semua kejadian tersebut, pastilah sudah bahwa antara
dua perkumpulan itu tentu sudah bersekongkol"
"Macam apakah laki-laki itu?" tanya Hoa In-liong sambil megerdipkan matanya,
"Dan siapa pula namanya" Apakah nona pernah menyaksikan pula orang-orang Kiu-Im kau berhubungan
dengan mereka?" "Orang itu berperawakan sedang, langkah tubuhnya tegap dan gagap, tampaknya ia
belum terlampau tua. Aku tak tahu siapa namanya. Mengenai orang-orang Kiu-im kau,
sampai detik terakhir aku tak pernah menjumpainya...."
Tiba-tiba Hoa Si menjura dan memberi hormat. "Terima kasih banyak nona atas
keteranganmu" serunya kemudian, "Aku harus buru-buru turun gunung hingga tak bisa menemani
engkau lebih lama lagi. Jika kau membutuhkan bantuan kami, silahkan dirundingkan dengan
adikku, aku pasti akan berusaha dengan sepenuh tenaga"
Lalu ia berpaling kepada Hoa In-liong dan berpesan lebih jauh, "Jite, temanilah
rona Wan bercakap-cakap. Cuma ilmu silat yang dimiliki nona Wan sudah punah, badannya
jadi sangat lemah dan tak kuat berbicara terlalu lama. Kau sendiri juga tak boleh terlalu
keras kepala, bila betul-betul kau miliki simhoat tenaga dalam yang istimewa, cepatlah coba di
praktekkan" Sejak dipengaruhi racun ular sakti, ketajaman mata Hoa In-liong sangat
berkurang. Dia tak tahu kalau ilmu silat yang dimiliki Wan Hong-giok telah punah. Maka ketika mendengar
hahwa ilmu silat yang dimiliki Wan Hong-giok sudah musnah, ia jadi kaget dan setengah
percaya setengah tidak. Cepat ia berpaling dan diamatinya wajah si nona dengan seksama.
Lantaran begitu, ia jadi tidak mendengar apa yang selanjutnya diucapkan Hoa Si.
Coa Wi-wi yang secara tiba-tiba melihat Hoa Si berlalu dengan terburu-buru
justru dia yang jadi curiga, maka sebelum pemuda itu menyelesaikan kata-katanya, dengan gelisah ia
lantas berseru, "Toako, ada urusan apa yang membuat kau terburu-buru". Kenapa kau tergesa- gesa
turun gunung?" Hoa Si memeriksa dulu keadaan cuaca, kemudian sambil alihkan pandangan matanya
ia menjawab, "Gi-heng sudah mengadakan janji dengan Kiu-im kaucu di kota Ci-tin.
Padahal sekarang sudah mendekati tengah hari. Bila tidak segera berangkat, aku kuatir
kalau sampai mengingkari janji. Adik Wi, setelah aku pergi nanti, tolong aturlah perlindungan
atas Jite dan nona Wan" Begitu mendengar disinggungnya soal "Kiu-im Kaucu" Hoa In-liong merasakan
sekujur tubuhnya bergetar keras ia berpaling dengan wajah tercengang. "Apa?" demikian teriaknya
dengan gelisah, "Toako ada janji dengan Kiu-im kaucu" Ia menunggu dikota Ci-tin?"
"Yaa benar" Hoa Si mengangguk tanda membenarkan, "Sebelum fajar tadi, Kiu-im
kaucu dan seorang manusia berkerudung telah munculkan diri disini, Ia berpesan agar aku
ajak kau bertemu muka di kota Ci-tin"
"Ka.... kalau begitu, aku harus ikut" seru Hoa In-liong sambil meronta dan
berusaha bangun. "Tidak, kau tak boleh pergi "cepat Coa Wi-wi membimbingnya sambil berseru dengan
cemas, "Sebelum racun ular yang bersarang ditubuhmu berhasil dipunahkan, apa gunanya
engkau pergi?" 426 "Kau tak tahu, perempuan itu terlalu sombong, dingin dan kukoay" teriak Hoa In-
liong cemas, "Padahal Toako terlalu jujur dan polos...."
"Jite, aku toh baru saja menyuruh engkau jangan terlalu mencari menangnya
sendiri, apa kau sudah lupa" "tukas Hoa Si dengan wajah yang amat serius.
"Tentang soal ini.... " Hoa In-liong tergagap dan berusaha memberi penjelasan.
Tapi sebelum kata-kata tersebut berkelanjutan, Hoa Si telah menukasnya kembali
seraya berkata, "Tak perlu kau katakan lagi, sekalipun Kiu-im kaucu itu dingin, sombong
dan kukoay, aku yakin masih sanggup untuk menghadapinya. Bila kau masih belum melupakan
nasehat keluarga, lebih baik beristirahatlah disini dergan hati yang tenang, tunggu
sampai aku kembali" "Nasehat keluarga "dua patah kata itu sangat berbobot. Seketika itu juga Hoa In-
liong berdiri terbelalak dan untuk sesaat lamanya tak mampu berkata-kata lagi.
Dalam pada itu, selesai mengucapkan kata-katanya, Hoa Si pun berseru kepada Wan
Hong-giok, "Baik-baiklah jaga dirimu nona!"
Lalu kepada Coa Wi-wi dia berkata pula, "Merepotkan nona untuk melindungi
mereka!"

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kemudian dengan langkah lebar dia tinggalkan kuil bobrok tersebut dan turun
gunung dengan cepatnya. Sepeninggal Hoa Si, Hoa In-liong masih tetap duduk tak berkutik bagaikan sebuah
patung arca. Untuk memecahkan kesunyian yang mencekam, Coa Wi-wi segera memerintahkan Ki-ji
untuk mengambil rangsum kering dan dibagikan kepada beberapa orang itu.
Selesai bersantap, untuk mencari bahan pembicaraan, maka berkatalah Coa Wi-wi,
"Enci Wan, kesemuanya ini adalah gara-gara ketidak becusan siau-moay sehingga mengakibatkan
kau kehilangan ilmu silatmu, tentunya kau tak menyalahkan aku bukan?"
Hoa In-liong yang mendengar ucapan tersebut jadi tertegun, dia lantas berpaling
dan memandang kearahnya dengan termangu.
Tapi dara itu pura-pura tidak tahu, dengan matanya yang jeli dia menatap wajah
Wan Hong-giok menyahut, "Bila hian-moay berkata demikian, itu sama artinya dengan sengaja
menyindir aku. Berkat bantuan kalian majikan pembantu dua oranglah nyawaku berhasil
diselamatkan. Untuk itupun aku belum mengucapkan terima kasihku. Budi kebaikan tersebut sudah
terukir dalamdalam dilubuk hatiku dan sepanjang masa tak akan lupakan kembali.
Bila diam-diam aku menyalahkan diri hian-moay lantaran ilmu silat musnah, bukankah aku ini lebih
rendah dari seekor binatang!" Maksud Coa Wi-wi bukan begitu, tapi ia pura-pura berseri, katanya lagi sambil
tertawa, "Kalau memang begitu, siau-moay pun berlega
hati. Enci Wan, badanmu sangat lemah...."
Tapi sebelum ia sempat melanjutkan kata-katanya, mendadak Hoa In-liong menuding
kearahnya sambil berseru, "Aaah.... Sekarang aku sudah ingat, bukankah kau adalah...."
427 Suara "Aaah!" itu diucapkan sangat keras, baik Coa Wi-wi maupun Wan Hong-giok
sampai tertegun dibuatnya. Coa Wi-wi angkat kepalanya, tapi ketika dilihatnya Hoa In-liong sedang menuding
kearahnya, ia lantas berseru dengan suara dalam, "Kau.... Kau apa" Aku mengira selamanya kau tak
dapat buka suara lagi!" Hoa In-liong sama sekali tidak menggubris atas sikap marah-marah dari gadis itu,
serunya lebih jauh, "Rupanya kau adalah adik perempuan dari saudara Cong-gi. Haa.... haa.... haa....
Mirip betul penyamaranmu!"
Sambil berkata ia lantas menyambar ikat kepala yang dikenakan oleh Coa Wi-wi.
Begitu ikat kepalanya terlepas, rambut yang hitam dan panjangpun terurai
kebawah. Mula-mula Coa Wi-wi rada tertegun, tapi kemudian mukanya berubah jadi merah
padam. Ia jadi malu bercampur gelisah, tangannya mencakar sana sini, sedang badannya segera
dijatuhkan kedalam pelukan Hoa In-liong. "Kau.... Kau...."serunya manja.
Hoa In-liong terbahak-bahak, sepasang tangannya segera direntangkan untuk
menangkap sepasang lengannya. Pemuda ini adalah seorang yang berpikiran moderen dan tidak terlampau terikat
olah peraturan. Penemuan tersebut sangat menggirangkan hatinya. Seluruh awan mendung yang
menyelimuti benaknya juga tersapu tanpa bekas. Ia sudah bersiap-siap untuk menggoda Coa Wi-
wi habishabisan agar suasana jadi riang.
Siapa tahu selama racun ular sakti masih mengeram dalam tubuhnya, tenaga yang ia
miliki jauh dibawah garis normal. Ketika Coa Wi-wi menubruk ke dalam tubuhnya, ia tak kuat
menahan berat badan gadis itu, diiringi teriakan kesakitan robohnya pemuda itu ke atas
tanah. Teriakan tersebut sangat mengejutkan Coa Wi-wi. Cepat ia meronta dan bangkit
berdiri. Dalam gugupnya ia tak mengira kalau sewaktu jatuh badannya dalam posisi miring.
Maka begitu dia meronta dan berusaha bangun, bukan saja gadis itu gagal untuk bangkit
berdiri, malahan tubuh Hoa In-liong tertindih dibawah tubuhnya.
"Adik Wi!" Wan Hong giok segera berseru dengan cemas, "Racun ular sakti yang
mengeram di tubuh Hoa kongcu belum punah. Kau tak boleh sembarangan bergerak, hati-hati
kalau sampai melukai dirinya" Masih mendingan kalau ia tidak berteriak. Mendengar teriakan tersebut, Coa Wi-wi
semakin malu dibuatnya. Kalau bisa sekali depak dia ingin mendepak perempuan itu hingga
terlempar dari hadapannya. Ki-ji cepat bertindak dengan membangunkan Hoa In-liong dari atas tanah,
sementara Coa Wi-wi sendiripun cepat-cepat menekan permukaan tanah dengan tangannya dan melompat
bangun. "Kau.... kau.... kau telah menganiaya diriku" serunya sambil membenahi rambutnya
yang kusut. Tiba tiba ia putar badan, lalu menutup mukanya dengan kedua belah tangan dan
menangis tersedu. 428 "Aku.... aku.... masa.... masa.... aku...." Hoa In-liong gelagapan setengah mati.
"Apa lagi yang hendak kau katakan" Kalau bukan kau aniaya diriku, lalu apa
namanya?" dengan gemas Coa Wi-wi mendepak-depakkan kakinya keatas tanah.
"Aku.... aku.... betul-betul tidak kuat menahan badanmu.... hian....hian.... moay"
Tiba-tiba Coa Wi-wi berhenti menangis dan putar badannya menghadap kearah pemuda
itu. "Baik! Sekarang katakanlah, kau harus memberi suatu keadilan...."
Belum habis perkataan itu diucapkan, tiba-tiba matanya terbelalak lebar,
mulutnya yang melongo tak sanggup mengucapkan sepatah katapun.
Rupanya setelah mengalami perontaan tadi, Hoa In-liong kehabisan tenaga. Waktu
itu ia berada dalam keadaan yang mengenaskan.
Sepasang alis matanya bekernyit, bibirnya gemetar, otot-otot hijau pada jidatnya
pada menongol keluar, kulit wajahnya mengejang. Jelas racun ular sakti yang mengeram dalam
tubuhnya telah kambuh dan sekarang ia sedang merasakan suatu siksaan yang luar biasa.
Wan Hong-giok mesti tak dapat menyaksikan perubahan wajahnya, tapi menyaksikan
sikap Coa Wi-wi yang tertegun lantaran kaget, hatinya kontan saja jadi kecut.
Jilid 22 SEDIKIT banyak usia Wan Hong-giok jauh lebih besar dibandingkan Coa Wi-wi.
Apalagi dia adalah seorang perempuan yang sudah berpengalaman dalam pelbagai peristiwa
besar. Maka walaupun dihati ia gugup dan terkejut, perasaan tersebut masih dapat ia
kendalikan secara baik. Pelan-pelan ia bangkit berdiri, lalu maju ke muka. Dihampirinya Coa Wi-wi dan
dibelainya bahu dara itu. "Adik Wi tak boleh terlalu sedih" hiburnya dengan muka serius, "Caramu
begini bukan saja tak ada manfaatnya bagi keadaan Hoa kongcu, justru amat merugikan kesehatan
badanmu sendiri. Ayoh bangun, mari kita rundingkan, siapa tahu kalau kita bisa temukan
cara yang baik untuk mengatasi keadaan tersebut"
"Tapi.... Tapi dia tak mau turuti perkataan kita!" keluh Coa Wi-wi sambil angkat
kepalanya, air mata masih berlinang membasahi seluruh wajahnya.
Wan Hong-giok mengangguk lirih. "Maksud adik Wi, Hoa kongcu enggan mengerahkan
tenaganya untuk mengusir sari racun dari tubuhnya?"
Coa Wi-wi sesenggukan menahan isak tangisnya yang kian menjadi. "Ia sendiri yang
bilang, katanya racun tersebut mungkin bisa didesak keluar dengan menggunakan suatu
jenis sim-hoat tenaga dalam yang istimewa, tapi.... tapi...."
Belum selasai perkataan itu, tiba-tiba Hoa In-liong berbisik dengan suara yang
sangat lemah, "Bi....biarlah aku....akan.... mencobanya...."
Mendengar ucapan itu, dua orang dara tersebut sama-sama jadi tertegun dan
melongo. Selang sesaat kemudian, Coa Wi-wi telah tersenyum kembali, dia lantas
menggerutu, "Aaah....
kamu ini, setan binal!"
429 Seraya menggerutu dia lantas ulapkan tangannya, memberi tanda kepada Ki-ji untuk
mengundurkan diri sedang dia sendiri segera melompat bangun dengan enteng. Lalu
setelah membisikkan sesuatu disisi telinga Wan Hong-giok, diapun mundur dan menyingkir
kesamping. Jelas ia telah memikul tanggung jawab sebagai pelindung dari Hoa In-liong selama
pemuda itu melakukan semedinya. Walaupun demikian, sepasang matanya yang jeli menatap wajah Hoa In-liong lekat
lekat, rupanya ia sedang mengawasi perubahan wajah sang pemuda dan berusaha memberikan
penilaiannya. Waktu Coa Wi-wi dan Wan Hong-giok berdiri beriring Coa Wi-wi di depan dan Wan
Hong-giok di belakang. Dengan begitu Wan Hong-giok tak dapat menyaksikan perubahan wajah dari
nona tersebut, tapi ia dapat mendengar detak jantungnya yang amat keras.
Selang sesaat kemudian, detak jantung Coa Wi-wi makin lama kedengaran makin
nyaring. Nafasnya juga makin lama semakin memburu hingga akhirnya mendekati tersengkal.
Keadaan tersebut jelas menunjukkan bahwa keadaannya luar biasa. Wang Hong-giok
terkesiap, cepat-cepat ia beranjak dan berusaha menengok keadaan dari Hoa In-liong.
Seluruh ilmu silat yang dimiliki gadis itu baru saja punah, ketajaman matanya
secara otomatis juga jauh berkurang. Mula-mula dia mengira keadaan Hoa In-liong bertambah
kritis. Tapi setelah diamatinya dengan seksama, ternyata ia tidak menemukan suatu gejala yang kurang
beres pada air muka anak muda itu, maka sinar matanya lantas dialirkan ke atas wajah Coa
Wi-wi. Paras muka Coa Wi-wi juga tidak menunjukkan perubahan apa-apa, cuma bibirnya
gemetar seperti mau mengucapkan sesuatu. Dadanya bergelombang matanya memancarkan cahaya
tajam, ia sedang mergawasi Hoa In-liong tanpa berkedip.
oooOOOOooo DITINJAU dari semua gejala tersebut, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa
bergelombangnya dada nona itu serta memberatnya dengusan napas adalah dikarenakan tekanan jiwa
yang teramat sangat. Setelah melihat jelas keadaan dari dua orang tersebut, Wan Hong-giok mengerutkan
dahinya lalu diam-diam menghembuskan napas panjang. "Aaaai.... Dasar bocah, apa gunanya
bersikap tegang seperti itu....?" demikian ia berpikir.
Belum habis ingatan tersebut melintas, satu ingatan tiba-tiba berkelebat dalam
benaknya. Kenangannya ketika berjumpa dengan Hoa In-liong di kota Lok yang kembali
terbayang kembali dalam benaknya. Itulah suatu tanah berbukit diluar kota Lok-yang, ketika itu fajar baru
menyingsing. Si-nio-pun baru saja kabur terbirit-birit. Di atas bukit hanya tinggal dia dan Hoa In-liong
dua orang. Memandang kegagahan dan ketampanan wajah Hoa In-liong, ia merasa begitu
terpikat, begitu terpesona, sehingga jantungnya berdebar keras, sehingga napasnya memburu dan
hampir saja tak mampu bernapas lagi. Sejsk itulah batinnya seakan-akan sudah terbelenggu disisi Hoa In-liong. Setiap
waktu, setiap saat ia selalu mengenang diri Hoa In-liong.
430 Terbayang kembali kenangan masa lalu, tiba-tiba saja Wan Hong-giok merasa bahwa
keadaannya ketika itu ternyata tidak jauh berada dengan keadaan Coa Wi-wi
sekarang ini. Terbayang sampai disana, tanpa sadar iapun berpaling kearah Coa Wi-wi
Kali ini ia telah merasakan, merasa bahwa Coa Wi-wi sudah bukan seorang bocah
lagi. Dalam pandangan Wan Hong-giok, seolah-olah secara tiba-tiba Coa Wi-wi telah
tumbuh jadi dewasa. Tumbuh jadi seorang gadis cantik rupawan
yang memiliki daya pikat yang hebat. Yang bisa meruntuhkan hati setiap laki-laki
manapun.... Suatu keanehan segera dirasakan kembali, tiba-tiba Wan Hong-giok merasa bahwa
kehadiran gadis yang cantik jelita itu seolah-olah merupakan suatu daya kekuatan yang
menekan diatas tubuhnya. Kekuatan itu mencapai ribuan kati beratnya. Ini membuat Wan Hong-giok
merasakan kakinya jadi lemas, badannya jadi sempoyongan dan hampir saja tak sanggup
berdiri tegap...., Yaa.... maklumlah, ia sampai ternoda, sampai menderita, bahkan ilmu silatnya
sampai musnah kesemuanya itu lantaran apa"
Atau tenaganya saja, ia sampai merasa rendah diri, sampai tak pantas untuk
mendampingi Hoa In-liong. Dari sini dapat kita ketahui betapa mendalamnya perasaan cinta gadis
itu terhadap sang pemuda sehingga boleh dibilang sudah mencapai puncaknya.
Dan secara tiba-tiba menyaksikan bagaimanakah sikap Coa Wi-wi terhadap Hoa In-
liong, betapa cintanya gadis itu terhadap pujaan hatinya. Tentu saja pukulan tersebut


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirasakan semakin berat lagi, terutama dalam keadaan seperti ini.
Setelah termangu-mangu beberapa waktu lamanya, ia merasa sepasang kakinya
bertambah lemas, badannya jadi semboyongan. Hampir saja ia jatuh terjerembab.
Siau-ki buru-buru menghampiri dan membimbing tubuhnya, kemudian bisiknya dengan
lirih, "Nona Wan, kenapa kau" Apakah masih bisa bertahan" Apakah badanmu merasa kurang enak"'
"Hey, jangan berisik!" tiba-tiba Coa Wi-wi menegur sambil ulapkan tangannya.
Meskipun mulutnya berbicara dengan nada tajam, sinar matanya sama sekali tidak
beralih dari tempat semula. Kenyatan tersebut semakin melemaskan tubuh Wan Hong-giok.
Paras mukanya semakin pucat, kelompok matanya jadi berat. Dengan lemas tak
bertenaga sedikitpun ia bersadar ditubuh Ki-ji dan menghela napas berulang kali.
Yaa, berbicara sesungguhnya semua gerak gerik, semua tingkah laku Coa Wi-wi
dengan jelas menunjukan bahwa dalam hatinya, dalam pikirannya hanya ada Hoa In-liong seorang.
Sikap semacam itu adalah suatu sikap penaruh perhatian yang mendalam, suatu
sikap kuatir yang amat sangat. Wan Hong-giok adalah seorang perempuan yang berpengalaman, sudah tentu keadaan
semacam itu cukup dipahami olehnya. Hanya saja Coa Wi-wi lebih muda dari padanya. Lebih
cantik darinya 431 dan lagi diapun berhutang budi atas pertolongan yaug telah menyelamatkan
jiwanya. Bukan saja ia tak boleh menjadi musuh cintanya, iapun tak boleh berebut cinta dengannya....
Yaaa, padi hakekatnya keadaan dara ini terlalu mengenaskan. Ia betul-betul
berada dalam keadaan terjepit, bayangkan saja, bagaimana caranya kesulitan ini harus diatasi"
Ki-ji tidak paham akan perasaan si nona. Dianggapnya nona itu kurang sehat
badan, maka sambil membimbingnya duduk kesamping dia bertanya, "Wan siocia, bagian manakah
badanmu yang kurang sahat" Biar Ki-ji memijatkan, mau kan?"
"Aku.... aku...."pelan-pelan Wan Hong-giok membuka kembali matanya.
Tapi pandangan matanya kemudian dialihkan kearah Coa Wi-wi dan memandang
bayangan punggungnya dengan terpesona.
Ki-ji tidak memahami perasaan orang, dengan dahi yang berkerut dia berseru,
"Nona-Wan! Yang paling penting adalah urusi dulu badanmu!. Serahkan saja soal Ji-kongcu kepada
nonaku, kau tak usah mengurusinya. Nona seorang rasanya masih cukup uituk mengatasi segala
kesulitan!" Wan Hong-giok tidak menjawab. Pada hakekatnya ia tidak mendengar apa yang
dikatakan dayang itu, dihati kecilnya ia sedang berpikir, "Aaaia.... Aku hanya sekuntum
bunga yang mulai layu dan rontok. Dapatkah aku dibandingkan dengan sekuntum bunga yang masih
segar...." Aku.... aku.... harus...."
Sekilas keteguhan hati yang tebal melintas di atas wajahnya, mendadak ia bangkit
berdiri. "Eeeeeh.... Kau.... Kau mau apa?" Ki-ji segera menegur dengan kaget.
Sambil berusaha mengendalikan perasaannya yang kalut, Wan Hong giok tertawa
getir. "Nona Ki- ji, banyak terima kasih atas usahamu yang beberapa kali menyelamatkan
jiwaku. Meski saat ini Wan-Hong-giok tak sanggup membalas budi kebaikan itu, namun budi tersebut
akan selalu terukir dalam hati sanubariku"
Tentu saja Ki-ji membuat pusiug tujuh keliling dan tak habis mengerti oleh
ucapan-ucapan semacan itu. Dia malah melongo dan berdiri tercengang dibuatnya.
"Aneh betul kau nona Wan. Tiada hujan tiada angin kenapa kau singgung urusan
tersebut" Toh urusan semacam itu pada dasarnya tiada harganya untuk disinggung! "demikian ia
berseru. "Yaaa, apa boleh buat, terpaksa aku harus tinggalkan tempat ini" bisik Wan Hong-
giok dengan mata yang menjadi merah, "Setelah aku pergi nanti, tolong sampaikan salamku
kepadanya, katakan saja bahwa aku...."
"Enci Wan! Cepat lihat, dia...." teriak kegirangan dari Coh Wi-wi mendadak
memotong perkataannya yang belum diucapkan hingga selesai itu....
Tapi ketika Goa Wi-wi tidak menemukan teman berbicaranya ada disisinya, kontan
saja nona itu menghentikan kata-katanya.
Wan Hong-giok tertegun, tanpa sadar ia berpaling ke arah mana berasalnya suara
itu. 432 Dikala empat mata saling beradu, badan Coa Wi-wi yang separuh berputarpun
terhenti ditengah jalan. Dengan wajah tercengang dan tidak habis mengerti ia berpaling serta
menatap tajamtajam wajahnya.
"Siocia, dia mau pergi katanya!" Ki-ji berteriak dengan suara penuh kegelisahan.
"Kenapa" Kenapa kau hendak pergi?" dengan langkah terburu-buru, Coa wi-wi lari
menghampirinya, "Enci Wan, kenapa kau" Hendak kenapa kau?"
"Aaaai.... Selama manusia masih diberi kesempatan untuk melanjutkan hidupnya, aku
tak dapat mengatakan kemana kuakan pergi. Aku hanya
tahu sampai dimana aku pergi, sampai disitu pula kehidupanku" jawab Wan Hong-
giok diiringi helaan napas sedih. "Aaaai.... Tidak boleh, kau tidak boleh pergi!' teriak Coa Wi-wi sambil berkerut
kening, "Apalagi badanmu begitu...." Tiba-tiba ia meresa dibalik perkataan gadis itu terselip suatu nada kesedihan
yang luar biasa. Ini menyebabkan ia jadi bingung dan tidak habis mengerti, maka sampai ditengah jalan
katakatanya terhenti, ditatapnya dara itu dengan wajah termangu.
Noda air mata masih membasahi pipi Wan Hong-giok, hal ini semakin mencengangkan
Coa wi-wi, ia sampai berdiri melongo. "Enci Wan, kau menangis" "tanyanya agak tercengang.
Mendengar itu, cepat Wan Hong-giok menyeka air matanya. "Aku.... Aku.... Merasa
sangat berhutang budi kepada adik Wi, aku merasa tak mampu untuk membalas budi itu...."
"Oooh.... Maka Enci Wan lantas mau pergi?" tukas Coa Wi-wi setelah berseru
perlahan. Setelah berhenti sebentar, ditatapnya gadis itu dengan tajam, kemudian ia
mengomel, "Enci Wan ini juga keterlaluan, pertolongan macam begitu itu terhitung budi macam apa"
Buat apa mesti bikin hatimu jadi risau dan ingin pergi secara diam-diam?"
Wan Hong-giok tertawa getir dihati. Mesti ada persoalan tersebut sulit rasanya
untuk diutarakan keluar, terpaksa sahutnya dengan cepat, "Perkataan adik Wi-wi terlampau serius.
Aku tidak ingin kabur tanpa pamit, aku cuma tak ingin mengganggu konsentrasimu...."
"Aku tak ambil perduli, pokoknya kau tak boleh pergi dari sini!" sekali lagi Coa
Wi-wi menukas dengan bibir yang dicibirkan, boleh dibilang ia agak enggan untuk mendengarkan
perdebatan itu. Ketika mengucapkan kata-kata tersebut seratus persen gayanya masih merupakan
gaya seorang gadis remaja. Wan Hong-giok merasa dalam hatinya muncul sebuah bisul besar, ia enggan untuk
mengumbar hawa amarahnya maka sambil tertawa gaeir, dia berusaha untuk menahan emosi
hatinya. "Dengarkan dulu perkataanku adik Wi" kata-nya kemudian, "Kini aku hanya seorang
perempuan cacad. Aku hanya akan menjadi beban selama Mengikuti kalian. Akupun mengerti
bahwa tugas kalian berat, banyak urusan penting yang harus dikerjakan. Terutama tugas kalian
untuk menyapu hawa iblis dari muka bumi dan menegakkan keadilan serta kebenaran dalam
dunia persilatan. Aku tak mau menjadi beban kalian, akupun tak ingin menjadi perintang
dari cita-cita kalian sebab baik dalam urusan pribadi maupun demi kepentingan umum, kehadiranku
hanya menambah beban kalian!"
433 Sebenarnya perkataan tersebut bertolak belakang dengan apa yang menjadi beban
pikirannya, tapi pada hakekatnya kata-kata itu mengandung kebenaran yang tak bisa dibantah
oleh siapapun. Sayang jalan pikiran Coa Wi-wi berbeda. Ia tidak menggubris perkataan itu,
sebaliknya sambil angkat kepala dan mengernyitkan dahi ujarnya kembali, "Apa itu beban, apa itu
perempuan cacad" Kalau berkata bahwa cita-cita kita adalah menyapu hawa siluman. Kalau
dibilang tugas kita berat, sekali pun engkau betul-betul cacad juga sepantasnya ikut memikirkan
keselamatan dunia persilatan. Lebih-lebih lagi kami, sudah sepatutnya kalau melindungi
keselamatanmu. Tahukah engkau tanggung jawab bukanlah tugas. Sudahlah, pokoknya apapun yang kau
katakan, aku tetap tidak porkenankan engkau pergi"
Kalau perkataannya tadi masuk diakal, maka perkataan ini lebih masuk diakal.
Dalam katakatanya itu meski ada nada jengkel, namun dibalik kejengkelan ada nada
hangat. Untuk sesaat Wan Hong-giok malah dibikin tertegun setelah mendengar perkataan itu.
Pelbagai ingatan segera berkecamuk dalam benaknya, sesudah merenung sebentar,
ujarnya kembali, "Adik Wi, aku tidak bertindak karena turuti emosi, ketahuilah bencana
besar telah menyelimuti dunia persilatan. Setiap waktu setiap saat kemungkinan besar kita
dapat bertemu dengan kaum iblis dan siluman setan. Bila aku ikut hadir pada waktu itu, sudah
pasti perhatian kalian aku bercabang. Bila sampai dimanfaatkan kesempatan itu oleh musuh,
bukankah lebih berabe?" "Sudah....sudah ah.... Kau tak usah banyak berbicara lagi", potong Coa Wi-wi rada
mangkel, "Apa nya yang perlu dikuatirkan" Pokoknya aku tak akan biarkan aku pergi, bicara
seratus kalipun juga sia-sia belaka" "Adik...." sambil tertawa getir Wan Hong-giok gelengkan kepalanya berulang kali.
Tampaknya Coa Wi-wi mulai tak sabar, dengan kening berkerut dan nada mangkel dia
menukas, "Cerewet amat kau enci Wan, kenapa kau hanya memikirkan dirimu sendiri" Pikirkan
dulu keadaan orang sebelum memikirkan dirimu pribadi! Jika kau pergi dengan begitu
saja bukankah sama artinya dengan tidak setiap kawan terhadap Jiko" Bagaimana pula tanggung
jawabku terhadap Jiko nanti" Terus terang kukatakan kepadamu, aku sudah mempunyai
susunan rencana yang matang. Asal Jiko telah pulih kembali kesehatannya, kita akan berkunjung ke
bukit Im Tiong-san lebih dulu. Konon tempo haripun Lo-tay-kun dari keluarga Hoa pernah
kehilangan ilmu silatnya, tapi kemudian ilmu silatnya berhasil dipulihkan kembali. Dengan
pengalaman serta kemampuan yang dimiliki dia orang tua, aku percaya beliau pasti akan banyak
membantu untuk dirimu. Makanya kalau ingin pergi, kau harus tunggu sampai berjumpa dulu dejgan
dia orang tua" Perkataan itu ada benarnya juga. Dalam peristiwa tersebut banyak orang yang
memuji akan ketangguhan Hoa lo-hujin, terutama kemampuannya untuk memulihkan kembali
kepandaiannya yang telah punah. Hampir setiap umat persilatan memujinya. Semua orang
menganggap kejadian itu merupakan peristiwa paling aneh dalam sejarah ilmu silat.
Sebelum terjun kedalam dunia persilatan, Wan Hong-giok sudah pernah mendengar
tentang kisah cerita itu. Maka ketika persoalan tersebut disinggung kembali oleh Coa Wi-
wi, hatinya jadi rada bergerak, timbullah sebercak harapan dalam hatinya.
Tapi ketika sinar matanya terbentur kembali dengan raut wajah Coa Wi-wi yang
cantik jelita, ia jadi terbungkam dalam seribu basa, bahkan hatipun ikut tergetar keras.
434 Menyaksikan nona itu tertegun, tiba-tiba Coa Wi-wi tertawa cerah, dicekalnya
lengan Hong-giok dan dibisiknya dengan lembut. "Sungguh, enci Wan! Kita dapat memohon kepada Lo
taykun dari keluarga Hoa untuk memulihkan kembali ilmu silatmu yang hilang. Kalau tidak Jiko
tentu akan selalu murung dan kaupun selalu kesal oleh kejadian ini. Oh Enci ku yang baik!
Turutilah perkataanku, jangan pergi dari sini....mau kan?"
Ketika, dimohon dengan suara lembut, Wan-Hong giok jadi kelabakan, akhirnya dia
menghela napas. "Aaai.... Adik Wi, kau tidak akan mengerti!" katanya.
"Aku mengerti!" Coa Wi-wi angkat mukanya, "Aku tahu enci Wan, kau sangat baik
terhadap Jiko" "Aaaai.... Apa yang kau mengertikan?" batin Wan Hong giok setengah mengeluh,
"Disisi pembaringan, apakah kau ijinkan kehadiran perempuan lain" Sekalipun Wan Hong-
giok amat mencintai dirinya, aku toh bukan tandinganmu"
Mendadak ia merasa bahwa perkataan itu diucapkan dengan nada bersungguh-sungguh,
maka dia pun jadi tertegun. Maka sesudah merenung sejenak, kembali pikirnya, "Yaaa. Benar bocah ini masih
setengah mengerti setengah tidak. Sekalipun dia cintai Hoa kongcu, namun tidak mengerti
untuk cemburu

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kepadaku, Aku.... Aku....aai.... hati itu merah. Aku lebih-lebih tak boleh merintangi
hubungan mereka" Berpikir sampai disitu, niatnya untuk meninggalkan, tempat itu semakin mantap,
kembali dia angkat muka dan tertawa. "Adik Wi", demikian katanya, "Jika semua orang didunia
ini dapat mempunyai perasaan yang suci dan tak ternoda seperti kau, alangkah ramainya
dunia kita ini" "Kau.... apa kau bilang?" Coa Wi-wi tertegun dan tidak habis mengerti arti dari
perkataan itu. Sambil tersenyum Wan Hong-giok menepuk bahunya. "Maksudku", katanya, "Jika semua
orang didunia ini berpikiran polos dan jujur seperti kau niscaya banyak perselisihan
dan pertikaian yang tak berguna dapat dihindari!"
"Aaaai.... masih jauh!" Coa Wi-wi tertunduk dengan kemalu-maluan, "Enci Wan, bila
kau tidak terlalu jemu dengan kebinalanku, harap jangan pergi tinggalkan kami. Sungguh
bila ilmu silatmu dapat pulih kembali, langsung kita menggrebeg bareng bajingan-bajingan itu di
Seng-sut-hay. Kita ganyang semua orang Mo-kau sampai ludas, biar mereka merasa kapok dan tahu
diri" Lincah, manja, polos dan hangat, begitulah nada ucapan nona tersebut, bikin hati
orang yang lebih keras dari bajapun akan menjadi lumer dibuatnya.
Menghadapi keadaan seperti ini, disamping rasa gembira, Wan Hong giok merasakan
pula kegetiran dan kepedihan. "Adik Wan tahukah kau bahwa engkau cantik?" tiba-tiba
ia bertanya setelah berpikir sebentar.
Coa Wi-wi terbelalak dengan wajah tercengang, "Eeeeeh.... Apa yang telah terjadi"
Enci Wan, masa bicara pulang pergi pokok pembicaraan ditimpakan pada diriku lagi. Bukankah
makin berbicara kau menarik pokok pembicaraan semakin jauh?"
Agaknya Wan Hong-giok mempunyai rencana yang cukup matang dengan pembicaraannya,
pelan pelan katanya kembali, "Adik Wi, aku hendak mengucapkan sepatah dua patah
gurauan kepadamu. Dulu lantaran aku sedang bersedih hati, wajah dan gerak gerikmu tidak
terlalu 435 kuperhatikan. Tapi setelah kuperhatikan sekarang, aku benar-benar sedikit merasa
terkejut. Sungguh, kecantikan dari seorang gadis cantik adalah paling memikat hati, aku
sebagai seorang perempuan-pun ikut terpikat rasanya oleh kecantikanmu"
Coa Wi-wi menggerakkan bibirnya seperti hendak mengatakan sesuatu, tapi sejenak
kemudian tiba-tiba ia tertawa cekikikan. "Jadi kau iri hati?" godanya dengan nakal.
"Yaa, aku iri hati" Wan Hong-giok mengakuinya, "kau memiliki mata yang jeli
bagaikan bintang timur, mempunyai bibir yang mungil bagaikan delima merekah. Apalagi kulit
badanmu yang putih bersih, potongan badan yang ramping tapi padat berisi, terutama tindak tanduknya
yang lincah, hatimu yang polos dan manja serta kelakuanmu yang halus berbudi. Coba bayangkan,
siapa yang tidak merasa iri?"
"Nah, kalau memang demikian, tidak seharusnya kau merusak makhluk alam!" jawab
Coa Wi-wi sambil mengerling manja. Menyaksikan "kerlingan yarg memikat itu, tanpa terasa Wan Hong-giok ikut
tertawa. "Coba lihat
tampangmu, ternyata berani mengomeli orang!"
"Sesungguhnya, apa yang kau ucapkan barusan justru merupakan kelebihan yang kau
miliki" kata Coa Wi-wi dengan wajah serius, "Cuma, dewasa ini kau rada kurusan sedikit.
Bila tubuhmu sudah sehat kembali dan pulih seperti sedia kala, tentu kau akan lebih cantik,
jauh lebih cantik dari pada aku...." "Aaah.... cukup, tak usah kita bicarakan soal semacam itu lagi" tukas Wan Hong-
giok sambil tersenyum, "Mari kita bicarakan tentang soal-soal yang lain saja"
"Kalau begitu kau sudah setuju bukan kalau tidak akan pergi?" Coa Wi-wi
menatapnya dengan pandangan mengharap. Wan Hong-giok tetap menggelengkan kepalanya. "Aku harus pergi, bagaimanapun juga
aku harus pergi dari sini" sahutnya tegas.
"Waaah....setengah harian sudah kita buang tenaga untuk berbicara, tapi akhirnya
kau toh ngotot ingin pergi juga. Buat apa kita berbicara lebih lanjut?" dengan agak
mendongkol Coa Wiwi mencibirkan bibirnya yang mungil.
Dengan cepat dia memutar badannya dan tidak menggubris gadis itu lagi....
Cepat Wan Hong-giok menangkap bahunya dan memutar badannya dengan paksa,
pintanya, "Adik Wi dengarkan dulu perkataanku...."
"Ogah.... ogah.... aku tak mau dengarkan perkataanmu...." teriak Coa Wi-wi sambil
menutup telinga dengan kedua belah tangannya.
Wan-Hong-giok tidak menggubris teriakan itu malah sambil tersenyum ia bertanya,
"Aku ingin bertanya kepadamu, apakah kau amat menyukai dirinya?"
Mula-mula Coa Wi-wi agak tertegun, menyusul kemudian tanyanya agak tercengang,
"Siapa yang kau maksudkan?" "Hoa kongcu!" 436 Mula-mulaCoa Wi-wi agak tertegun, menyusul kemudian sahutnya tergagap, "Aku....
Aku...." Warna merah dengan cepat menjalar diatas wajahnya. Tanpa sadar ia tertunduk
dengan wajah malu. Untuk sesaat gadis itu merasa gelagapan dan tak sanggup meneruskan kata-
katanya. Dipegangnya dagu nona itu dengan tangan kanan, lalu diangkatnya wajah Coa Wi-wi
hingga bertatapan muka dengannya, kemudian berkatalah Wan Hong-giok, "Tak usah malu-
malu adik Wi. Laki-laki mencintai kaum wanita kaum wanita mencintai laki-laki kejadian
tersebut sudah lumrah. Kau menyukainya?"
Semakin jengah Coa Wi-wi dibuatnya dengan muka merah ia meronta dari cekalan
tangannya kemudian tundukkan kepalanya rendah-rendah. "Aku.... Aku.... Bukankah kau juga
menyukainya?" tiba-tiba ia balik bertanya.
Wan Hong-giok tersenyum. "Yaa, aku memang menyukainya, karena itu aku harus
membicarakan persoalan ini denganmu"
"Apa lagi yang musti kita bicarakan?" dengan perasaan heran, tidak habis
mengerti Coa Wi-wi menengadah. "Engkau menyukainya, aku juga menyukainya, apakah tidak cemburu kepadaku?"
"Cemburu kepadamu?" Coa Wi-wi mengerdipkan matanya dengan keheranan "Kenapa aku
musti cemburu kepadamu?" "Itulah persoalan yang hendak kubicarakan denganmu. Selain daripada itu...."
"Aaaah.... Masalah apalagi yang perlu kita bicarakan!" sela Coa Wi-wi dengan hati
berkerut, "Aku tahu bahwa kau berkenalan lebih dulu dengan Jiko. Kalian adalah teman, apalagi
kau baik sekali kepada Jiko, selalu berusaha untuk membantunya. Setelah kuketahui kesemuanya
itu, hatiku semakin berterima kasih kepadamu"
"Bukankah kau berterima kasih kepadaku lantaran itu maka kau melarang aku pergi
dari sini?" desak Wan Hong-giok sambil menggut-manggut.
Coa Wi-wi mengangguk tanda membenarkan. "Yaa, kalau toh aku menyukai Jiko maka
semua sahabat Jiko adalah sahabatku juga. Semua musuh Jiko adalah musuhku juga. Kau
baik sekali kepada Jiko lantaran Jiko hingga musti mengalami musibah seberat ini. Tentu saja
aku tak boleh membiarkan kau pergi. Sebab kalau tidak demikian, berarti aku tidak menyukai
Jiko. Sebaliknya, bila aku harus cemburu kepada orang yang memperhatikan Jiko, bukankah hal ini
membuat aku jadi terlalu egois, terlalu mementing diri sendiri" Manusia macam begitu
berhargakah untuk dicintai Jiko?" Kata-kata itu terlalu polos, tarlalu bersifat kekanak-kanakan tapi sedap
didengar. Bila Hoa In-liong berprinsip bahwa cinta itu harus dimiliki untuk semua orang,
maka cocoklah kalau pandangan itu ditrapkan dengan jalan pemikiran Coa Wi-wi. Entahlah
bagaimana reaksi Hoa In-liong seandainya ia mendengar kata-katanya itu.
Hal ini berbeda pula dengan reaksi dari Wan Hong-giok. Ketika mendengar
perkataan itu, dia gelengkan kepalanya berulang kali sambil menghela napas panjang. "Aaaai.... Adik
Wi, kau terlalu polos, terlalu berpandangan kekanak-kanakan. Cinta antara muda dan mudi
tak bisa ditinjau dari keadaan pada umumnya!"
437 "Tapi.... Aku rasa semua orang juga berpandangan demikian! Bukankah bersahabat
adalah salah satu kewajiban utama sebagai manusia?"
Tertawa geli Wan Hong-giok mendengar ucapan itu.
"Dasar bocah....!" serunya, "Mana ada hubungan antara laki dan perempuan yang
dilakukan seperti kau" Aaah.... kamu ini setengah mengerti setengah tidak. Bila kau campur
baurkan antara hubungan laki perempuan dengan hubungan persahabatan, siapapun yang mendengar
perkataanmu tentu akan ikut tergelak sampai gigipun menjadi copot"
"Kenapa?" Coa Wi-wi tertegun dengan wajah tidak mengerti, "Masa dibalik hubungan
tersebut masih ada hal-hal yang istimewa?"
"Banyak sekali kalau menyinggung soal hal-hal yang istimewa, misalnya saja, bila
kurebut Jiko mu, Apakah kau tidak membenci kepadaku" Masa kau tidak cemburu kepadaku?"
"Tentang soal ini...." Coa Wi-wi tertegun dan mengerdipkan matanya berulang kali.
Wan Hong-giok tersenyum, lanjutnya, "Tentunya kau akan cemburu bukan" Tentunya"
kau akan membenci aku kan" Jika engkau tidak merasakan gejala tersebut berarti kau tidak
menyukai Jiko mu dengan sungguh hati. Nah, disinilah letak persahabatan, sudah mengerti
bukan?" Coa Wi-wi bukan seorang gadis yang bodoh. Setelah dijelaskan Wan Hong-giok
secara terperinci, apalagi ditanyai dengan cermat, tentu saja ia jadi paham.
Bukan saja ia paham. Bahkan selapis lebih dalam kepahamannya itu. Sorot matanya
dengan tajam dialihkan keatas wajah Wan Hong giok. Setelah ditatapnya beberapa kejap,
sekulum senyuman segera terlintas dan menghiasi bibirnya. "Ooooh.... Sekarang aku baru
mengerti" teriaknya setengah menjerit, "Rupanya kau.... kau sedang cemburu kepadaku!"
Jeritannya yang lengking itu seketika mengejutkan hati Ki-ji yang berada
disisinya. Dengan agak gelagapan karena terkejut ia pun berseru lirih, "Ssst.... Siocia, bagaimana sih
kamu ini" Kok jeritjerit seperti anak kecil, bagaimana coba kalau sampai
mengejutkan Ji kongcu?"
Teguran tersebut membuat Coa Wi-wi terkesiap dengan cepat dia berpaling dan
memandang kearah Hoa In-liong. Wan Hong giok ikut terkejut, tanpa terasa dia ikut berpaling kearah si anak muda
itu. Tapi ketika dilihatnya Hoa In-liong tidak apa-apa, hatinya jadi lega dan tatapan matanya
segera ditarik kembali. Sementara itu Coa Wi-wi telah menjulurkan lidahnya memperlihatkan muka setan,
lalu berbisik, "Sialan, aku sampai kaget setengah mati. "Eeh.... Enci Wan! Ayoh ngaku terus
terang, bukankah kau lagi cemburu kepadaku?"
Wajah Wan Hong giok yang semula pucat pias seketika itu jua berubah jadi semu
merah. "Yaa, memang kuakui, semula aku memang rada cemburu kepadamu!" jawabnya kemudian
setengah berbisik. Dasar Coa Wi-wi yang polos dan masih kekanak-kanakan, kontan saja ia tertawa
cekikikan. "Hiiik.... hiik.... hiikk.... Enci Wan ini lucu amat, kalau cemburu yaa cemburu, masa
cuma sedikit" Masa semula cemburu sekarang tidak?"
438 Wan Hong-giok betul-betul menjadi tobat menghadapi kebinalan si nona cantik itu,
akhirnya dengan gemas ditudingnya ujung hidung dara itu sambil tertawa geli. "Aaaah....
Kamu ini....adaada saja...."
Coa Wi-wi- semakin cekikikan. "Kenapa aku" Aku toh tak pernah cemburu kepadamu,
kaulah yang dalam hati ada setannya."
Sesudah berhenti sebentar, tiba-tiba dengan wajah serius ujarnya lebih lanjut,
"Aku ingin bertanya kepadamu, enci Wan! Sekarang kau harus bicara yang sesungguhnya,
tentunya kau tak akan pergi lagi bukan?"
Sambil berkata dia angkat muka dan menantikan jawaban dari Wan Hong-giok dengan
penuh pengharapan. "Tidak! Aku harus pergi" Wan Hong-giok berseru kemudian sambil gelengkan
kepalanya berulang kali. Coa Wi-wi jadi tak senang hati. Sepasang alis matanya berkenyit, matanya melotot
besar, tampaknya dia hendak mengumbar hawa amarahnya.
Melihat gelagat kurang baik, buru-buru Wan Hong-giok berseru, "Dengarkan dulu


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perkataanku adik Wi. Aku bersikeras ingin pergi dari sini bukan lantaran cemburu kepadamu,
tapi dikarenakan oleh alasan-alasan lain"
Coa Wi-wi mendengus dingin. "Hmmmm! Kamu ini selamanya sudah diajak bicara kalau
memang ada alasan lain cepatlah katakan, aku segan untuk banyak cingcong lagi dengan
dirimu" Wan Hong-giok sama sekali tidak tersinggung oleh perkataan itu, dia malahan
tersenyum. "Baik, aku akan berbicara. Tolong tanya sudah berapa lama adik Wi berkenalan dengan Hoa
kongcu?" "Eeeh.... Sebetulnya akal setan apalagi yang sedang berputar dalam benakmu itu"
"tegur Coa Wi-wi dengan wajah tercengang, "Kenapa yang kau tanyakan selalu persoalan
persoilan yang tak penting?" Wan Hong-giok tersenyum. "Harap jangan kau tanyakan dulu persoalan itu. Sekarang
beritahukan saja kepadaku, sudah berapa lama engkau berkenalan dengan Jiko mu
itu...." Sebetulnya Coa Wi-wi tak mau menjawab tapi ketika dilihatnya pertanyaan itu
diajukan dengan wajah serius, ia jadi tak tega untuk mendiamkan terus.
Akhirnya setelah merenung sebentar, dia menjawab singkat, "Sejak kemarin!"
"Sejak kemarin....?"
Wan Hong-giok keheranan, bahkan hampir tak mempercayainya, "Masa kalian baru
sehari lamanya berkenalan?"
"Kalau kenalnya sih sudah lama, cuma sejak kemarin baru mengadakan pembicaraan
secara resmi" "Oooh.... Jadi kalau begitu, kalian boleh dibilang jatuh cinta pada pandangan yang
pertama". 439 "Siapa bilang begitu?" Coa Wi-wi mengerutkan dahinya dengan sengit, "Ketika
berjumpa untuk pertama kalinya tempo hari, aku malah ingin sekali memberi hajaran kepadanya"
"Aaaah.... Masa iya?" tanya Wan Hong-giok agak tertegun.
"'Buat apa kau kubohongi?" Coa Wi-wi berkerut kening, "Waktu itu engkohku
memuji-muji dia. Kongkong-ku juga memuji-muji dia, seakan-akan dia itu manusia super yang tiada
taranya di bumi dan tiada keduanya dikolong langit. Huuh....! Aku jadi gemas rasanya, maka
pingin kuberi pelajaran yang setimpal kepadanya agar dia tahu rasa!"
"Oooh.... Jadi begitu ceritanya" pelan-pelan Wan Hong-giok mengangguk, "Jadi rasa
simpatikmu kepada Jiko dan rasa senangmu kepadanya baru tumbuh dengan pelan-pelan setelah
berlangsungnya pembicaraan kemarin?"
"Aku sendiri juga kurang jelas" jawab Coa Wi-wi sambil putar otak tiada
hentinya, "Ketika kutemui dirinya kemarin, sebenarnya ingin sekali kuhajar adat kepadanya, cuma
kemudian.... kemudian...." "Kemudian kau terpikat oleh kegagahannya dan membatalkan niatmu itu?" sambung
Wan Honggiok sambil tertawa.
"Aaah.... bukan begitu!" seperti baru sadar dari kenangan, Coa Wi-wi mengerdipkan
matanya beberapa kali. Lalu setelah berpikir sebentar, tiba-tiba ia tertawa dan berkata, "Sekarang aku
teringat sudah, semuanya itu adalah lantaran kau, selain tentu saja terpengaruh oleh Toako"
"Lantaran aku" " Wan Hong-giok tertegun, ia merasa tercengang dan tidak habis
mengerti. Coa Wi-wi mengangguk tanda membenarkan. "Yaa! Empat hari berselang, aku berjumpa
dengan Hoa Si Toako. Waktu itu Toako mendapat tugas menuju kota Kim-leng, maka akupun
menemani Toako berangkat ketimur. Tujuanku hanya satu yakin ingin mengajar Jiko.
Sepanjang jalan lantaran tak ada urusan maka aku banyak menanyakan urusan tentang diri Jiko.
Toako yang jujur dan baik bati selalu menjawab setiap pertanyaan yang kuajukan. Ia
membicarakan kelebihan-kelebihan dari Jiko tapi menyinggung juga kekurangan- kekurangannya.
Maka jika kupikirkan kembali, kesanku atas diri Jiko mungkin didapatkan semenjak itu dan
untungnya kesan tersebut adalah kesan yang semakin baik"
Setelah berhenti sebentar, diapun berkata lebih jauh, "Dua bari berselang, kami
telah berjumpa dengan rombongan kakakku di kota Si-sian. Dari mereka kamipun tahu kalau engkau
ada janji dengan Jiko. Kebetulan Toako mendapat perintah dari empek Hoa untuk
memperingatkan Jiko agar lebih waspada dan kalau bisa jangan bentrok dulu dengan orang-orang Mo-kau.
Sedang dikota Kim-leng pun kebetulan terjadi peristiwa yang membutuhkan bantuan orang.
Toako jadi kelabakan dan gelisah sekali, sebab seorang diri tak mungkin baginya untuk
mengatasi dan kejadian ditempat yang berbeda. Maka ketika kulihat ada kesempatan segera
kuajukan diri untuk memikul tugas tersebut dan memburu kebukit Sian-san, maksudku hendak menghalangi
Jiko untuk datang memenuhi janji...."
Menyinggung soal janji dibukit Sian-san, Wan Hong-giok merasa murung bercampur
kesal. Ia menghela napas sedih. "Kesemuanya ini.... Akulah yang bersalah" keluhnya, "Hanya
satu hal yang kuherankan, secara bagaimana rahasia tersebut dapat diketahui musuh" Aku
tak dapat menebak teka-teki ini"
440 "Urusan toh sudah lewat buat apa kau pikirkan lagi" hibur Coa Wi-wi cepat.
Wan Hong-giok mengangguk, "Yaa.... Perkataan adik Wan memang ada benarnya. Ayo,
ketika kau memburu kebukit Sian-san, ingatan untuk menghajar Hoa kongcu tentu masih
terbayang terus dalam benakmu bukan?"
"Siapa bilang tidak! Ketika kujumpai dirinya disebuah warung teh dikota Ci-tin,
dengan segala tipu daya aku berusaha untuk menjengkelkan hatinya. Siapa tahu ia cukup supel
dan gagah perkasa. Setiap hari menghadapi dampratan-dampratanku yang tajam, ia selalu
melayaninya dengan ramah tamah. Pembicaraan yang kurang enak dihati segera dibelokkan dengan
manisnya...." "Karena itu maka kau berubah rencana" "desak Wan Hong-giok sedikit kurang sabar.
"Aku sendiri juga tak tahu kenapa bisa berubah pikiran. Pokoknya setelah kutak
berhasil mencari gara-gara akhirnya maksud hatipun kuutarakan secara terus terang, malah sengaja
kutuduh dirinya terpikat oleh kecantikan perempuan, tak sudi menuruti nasehat saudara.
Diapun tahu dia memang keras kepala, bicara baik-baik atau bicara kasar, ia tetap kukuh dengan
pendiriannya. Aku dibikin kehabisan akal terpaksa akupun memohonnya dengan kata-kata yang
lembut dan halus. Aaaai.... Kalau dibicarakan betul-betul menjengkelkan hati, tahukah kau apa
yang dia katakan waktu itu?" "Dia bilang bagaimana?"
"Dia bilang begini, 'Saudaraku, dengarkan dulu kata-kataku, cinta adalah cinta,
setia kawan adalah setia kawan, kukabulkan permintaanmu karena cinta, kupenuhi janjiku
dibukit Sian-san karena setia kawan. Sebagai manusia yang hidup didunia, kita harus dapat
membedakan apakah itu cinta dan apakah itu setia kawan. Sekarang aka ingin bertanya kepadamu,
apakah kau masih memaksa aku untuk membatalkan janjiku dibukit Sian-san" Padahal waktu itu aku
sudah menyebutnya sebagai Jiko.' Sungguh tak kusangka kalau orang ini tidak doyan
kekerasan juga tak doyan cara lembut, malahan akulah yang betul-betul ketanggor batunya"
Tersenyum Wan Hong-giok mendengar perkataan itu. "Sepintas lalu orang itu
tampaknya setengah sungguh-sungguh setengah berpura pura. Padahal dia adalah seorang laki-
laki sejati yang mengutamakan kebajikan serta kesetia kawanan, kadangkala bahkan rada keras
kepala...." "Yaaa.... Kemudian akupun berpikir sampai ke situ" ujar Coa Wi-wi sambil
mengangguk, "Justru lantaran aku berpikir sampai ke situ, maka....maka...."
Tiba-tiba ia jadi gelagapan dan tak mampu melanjutkan kembali kata katanya, pipi
yang semu merah pun bertambah memerah, ia tertunduk dengan wajah jengah.
"Maka dari itu kau jadi menyukainya dan menaruh perhatian kepadanya, bukankah
demikian?" sambung Wan Hong giok sambil tersenyum.
Coa Wi wi menundukkan kepalanya semakin rendah, ia makin tersipu sipu di
buatnya. "Aku....Aku....aku merasa bahwa dia adalah seorang laki laki yang pegang janji.
Manusia semacam ini biasanya tak pernah menyia-nyiakan perhatian orang"
Wan Hong-giok yang sudah memperhatikan mimik wajahnya semenjak tadi, segera
berpikir didalam hati, "Benih cinta dalam hati bocah ini baru saja tumbuh. Sungguh tak
nyana begitu cepat ia sudah ada niat untuk menyerahkan dirinya untuk diperistri...."
441 Berpikir sampai disitu, diapun membelai rambutnya yang mulus dengan tangan
kanannya, kemudian berkata, "Adik Wi, tak usah malu. Aku juga perempuan. Hanya
perempuanlah yang dapat menyelami perasaan kaum perempuan. Yaa, Hoa-kongcu memang gagah dan
tampan. Bukan begitu saja dia pun punya nyali, punya daya pikat, memandang tinggi soal
hubungan dengan seseorang dan manusia macam begini biasanya tak bermain licik,
bertanggung jawab dan memang seorang pemuda yang dapat dipercaya"
Setelah berhenti sebentar, diapun melanjutkan kembali kata katanya, "Adik Wi,
sekarang aku paham, rupanya cinta kasihmu kepada Hoa-kongcu tumbuh dari rasa penasaran dan
mendongkol yang meluap-luap. Itu berarti datangnya cinta telah mengalami pelbagai liku liku
percobaan. Bukan saja halus, lembut bahkan jauh lebih berkesan. Jauh bedanya kalau
dibandingkan dengan aku yang jatuh cinta pandangan pertama. Yaa.... dari sini dapatlah kita analisa
bahwa cintamu jauh lebih mendalam bila dibandingkan dengan cintaku. Cintamu lebih berakar
lebih berbobot dan lebih berarti" Merah jengah Coa Wi-wi dibuatnya, tapi ia angkat juga mukanya dan memandang ke
arah gadis itu dengan muka tertegun.
"Enci Wan lagi menggoda aku" Apa itu dalam cetek" pula berbobot atau tidak.
sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan. Kenapa kau katakan secara ringkasnya saja" Putar sana
putar kemari hanya bikin aku jadi pusing saja"
Wan Hong-giok tertawa ringan. "Nah.... Naah.... Keadaanmu semacam itulah yang
dinamakan orang jatuh cinta sampai lupa diri! Kau begitu polos, begitu sederhana, yang
dipikirkan hanyalah berusaha berdiri segaris dengan Hoa kongcu. Sebentar ingin tidak menyalahi aku,
sebentar ingin menahan diriku. Apakah kau tidak tahu bahwa tetap tinggalnya aku disini adalah
suatu tindakan yang hanya mendatangkan kerugian belaka bagi Hoa kongcu" Kalau toh engkau cinta
kepadanya, kenapa tidak berusaha mencari suatu tempat yang nyaman dan
berpikirlah sedikit demi Hoa kongcu?" "Mencari tempat yang nyaman....?"
Coa Wi-wi tertegun dengan dahi berkerut, "Masa.... Masakan aku salah?".
"Pada hakekatnya engkau juga tidak terhitung salah, cuma kau telah mengetrapkan
pikiran sendiri menjadi pendapat orang. Aku sudah mengalami sendiri betapa parah dan
menderitanya orang yang terluka. Aku dapat memegang teguh pendapat yang mengatakan bahwa,
"Jika badan tak utuh, bulupun tak akan tumbuh. Kini dunia persilatan sedang terancam oleh
bahaya maut, padahal Hoa kongcu adalah panglima membuka jalan. Pelbagai persoalan yang serius
dan menyulitkan perlu diatasi semuanya olehnya. Bila engkau harus bertambah seorang
semacam aku ini, bukankah sama halnya dengan menambah kerepotan dirinya?"
Meskipun alasan itu tidak berbobot akan tetapi memiliki alasan-alasan yang kuat
untuk dipercayainya. Apalagi ketika Wan Hong-giok mengucapkan kata-kata tersebut, ia
sama sekali tidak mengutarakan kata-kata yang kurang sedap didengar, seketika itu juga Coa
Wi-wi dibuat amat terperanjat. "Yaa, benar.... Kenapa aku tidak berpikir sampai kesitu?" kemudian ia membatin,
"Dewasa ini situasi amat kritis, banyak urusan harus diselesaikan. Padahal Jiko bukan
seorang manusia yang melupakan teman. Kendatipun ia secara langsung menuju bukit Im Tiong-san,
sedikit banyak kaum bajingan yang membayanginya pasti akan coba melakukan penghadangan.
Bukankah itu berarti banyak kesulitan yang harus dihadapi, tapi.... tapi.... walaupun begitu,
ilmu silat enci Wan 442 toh sudah punah, kalau membiarkan ia melakukan perjalanan sendiri pasti akan


Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sangat berbahaya!" Untuk sesaat lamanya ia jadi serba salah, dia tak tahu bagaimana musti mengatasi
kesulitan tersebut. Wan Hong-giok menghela napas lirih, kembali ia berkata, "Aaaai.... Sekalipun cara
kita berpandangan berbeda, tapi berbicara soal kasih sayang kita terhadap Hoa kongcu
boleh dibilang tak jauh berbeda. Adik Wi, bila kau mencintainya, kau harus berpikir demi
dirinya pula. Apakah masih tetap menahan diriku untuk tetap tinggal ditempat ini....?"
Waktu itu Coa Wi-wi sedang dibuat serba salah, setelah didesak terus menerus
maka diapun bertanya, "Lantas bagaimana dengan kau" Apa yang hendak kau lakukan?"
"Tak usah merisaukan diriku" Wan-Hong-giok tertawa sedih, "Bila adik Wi sudah
dapat memahami, itu lebih bagus lagi"
"Tidak bisa, tidak bisa!" teriak Coa Wi-wi dengan gelisah, "Sebetulnya apa
rencanamu selanjutnya" Sedikit banyak harus kau terangkan dulu kepadaku!"
Wan Hong-giok pejamkan matanya berpikir sebentar, kemudian menyahut dengan
lirih, "Aku ingin melakukan perjalanan menuju keluar perbatasan. Disitu aku hendak mencari
guruku!" "Siapakah gurumu?" Coa Wi-wi masih juga merasa kuatir, "Apakah dia dapat
membantu dirimu untuk memulihkan kembali ilmu silatmu yang telah punah itu?"
Wan Hong-giok bertujuan menghindari yang berat dan mencari yang enteng,
menghadapi pertanyaan tersebut iapun menyahut dengan hambar, "Asal alirannya sama aku pikir
masih ada harapannya!" Tampaknya ia sudah bulatkan tekad untuk pergi dan situ, maka diapun enggan untuk
banyak berbicara lagi, pokok pembicaraan segera dialihkan ke soal lain, tiba tiba
ujarnya, "Adik Wi, Hoa
kongcu kuserahkan perawatannya kepadamu. Bila lain hari masih berjodoh, kita
pasti akan berkumpul kembali!" Berbicara sampai disitu hatinya jadi kecut dan amat sedih, tak bisa dicegah lagi
titik air mata jatuh berlinang membasahi pipinya.
Coa Wi-wi juga tak dapat membendung rasa sedih, dia ikut mengucurkan air matanya
sambil sesenggukan. "Kau.... kau.... apakah kau.... bersikeras ingin pergi juga dari tempat ini ?"
bisiknya. Wan Hong- giok tertawa terpaksa, cepat ia menyeka air mata yang membasahi
pipinya. "Omongan anak kecil," katanya, "kalau tidak pergi mana bisa" Terus terang saja
kukatakan, seandainya bukan memikirkan kepentingan Hoa kongcu, memangnya aku tega untuk
berpisah kembali setelah berkumpul" Tak usah terlalu kekanak-kanakan. Pergilah! Coba
tengok bagaimana keadaan Hoa-kongcu sekarang ini"
Sambil berkata pelan-pelan dia memutar badan Coa Wi-wi dan mendorongnya maju ke
muka. Terdorongnya oleh tenaga si nona tak kuasa Coa Wi-wi maju beberapa langkah, tapi
ia memutar kembali badannya. 443 "Eaci Wan, katakan kepadaku siapakah gurumu itu?" pintanya, "Bila ada
kesempatan, aku tentu akan berangkat ke perbatasan untuk mencari dirimu...."
"Tidak usah!. Suatu ketika datang mencari sendiri" tampik Wan Hong-giok cepat.
Sampai disitu, dengan cepat dia mengerling sekejap ke arah Hoa In-liong kemudian
putar badan dan cepat-cepat berlalu dari pintu gerbang kuil bobrok itu.
Coa Wi-wi memburu beberapa langkah seperti hendak mengucapkan sesuatu, Tiba-tiba
satu ingatan melintas dalam benaknya. Ia merasa tak ada gunanya banyak berbicara,
maka sambil keraskan hati ia hentikan langkah kakinya dan membiarkan Wan Hong-giok keluar
dari pintu gerbang menuruni bukit dan lenyap dibawah cahaya matahari.
Pada ketika yang terakhir ini. bati kecilnya seakan-akan kelihatan sesuatu, tapi
seakan-akan kekurangan juga sesuatu, padahal benaknya terasa kosong. Sekalipun ada perasaan,
diapun tak bisa merasakan perasaan apakah itu.
Sementara dia masih tertegun, tiba-tiba Ki-ji berbisik memecahkan keheningan
disekeliling tempat itu. "Wan siocia sudah pergi jauh"
"Aaah...." sekarang Coa Wi-wi baru sadar kembali dari lamunannya, ditatapnya wajah
Ki-ji berulang kali, tiba tiba ia berseru, "Cepat.... cepat.... kau susul dirinya.
"Kenapa musti disusul" "tanya Ki-ji seperti tertegun dengan ucapan tersebut.
"Hantar dia sampai diperbatasan" tukas Coa Wi-wi sambil ulapkan tangannya
berulang kali. "Cepat.... cepat.... ayoh cepat pergi?"
"Dihantar sampai perbatasan" "ulang Ki-ji terperanjat.
Kontan saja Coa Wi-wi melotot besar. "Masa hanya sepatah katapun kurang jelas"
Kalau tidak pergi lagi, bila Wan siocia sampai terjadi sesuatu, engkaulah yang harus
bertanggung jawab." Ki-ji makin terperanjat lagi. "Lantas kau.... kau.... siapa yang akan meladeni kau?"
"Aaah.... kamu ini cerewet amat, siapa yang suruh engkau meladeni aku" Ayoh cepat
berangkat!" Setelah didesak berulangkali, terpaksa Ki-ji hanya bisa mencibirkan bibirnya.
"Pergi yaa pergi. Cuma ilmu silatku cetek sekali. Bila sampai terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, aku tak mau tanggung jawab" Ki-ji adalah dayang kepercayaan dari Coa Wi-wi. Sejak kecil ia dibesarkan disisi
Coa Wi-wi maka kalau dia disuruh meninggalkan nonanya tentu saja sangat keberatan. Sebab itulah
meski dimulut ia menjawab, tubuhnya sama sekali tidak beranjak.
Coa Wi-wi sendiripun sebetulnya tak tega membiarkan dayangnya pergi jauh. Apa
mau dikata di situ tiada orang lain yang bisa disuruh dan lagi diapun amat menguatirkan
keselamatan Wan Hong-giok yang harus pergi jauh. Sebab itulah keputusan tersebut dibikin pada
saat yang terakhir dan kini perkataan yang sudah disiapkan ibaratnya anak panah diatas
busur, mau tak mau harus dilepaskan juga.
444 Maka dengan wajah berubah serius dan pura-pura marah dia berkata lebih jauh,
"Betul-betul mengherankan, kau lagi ngambek yaa" Terus terang kukatakan kepadamu,
bagaimanapun jua kau harus menghantar nona Wan sampai di perbatasan, sepanjang jalan kau harus
layani nona Wan secara baik-baik tak boleh berayal. Meski dia tak mau dihantar, kau juga
mesti mengintilnya secara diam-diam hantar sampai di tempat tujuan, mengerti?"
"Mengerti!" Ki-ji mencibirkan bibirnya makin tinggi.
Meskipun mulutnya menjawab, badan masin belum juga berajak dari tempat semula.
Tidak tega rasanya Coa Wi-wi mengurusi dayangnya itu, namun dalam keadaan apa
boleh buat tertaksa dia harus pura-pura melotot marah. "Kalau sudah mengerti keadaan tidak
cepat lari" Memangnya ingin digebuk....?" bentaknya sambil berkata dia ayun tangannya pura-
pura hendak menghantam dayang tersebut.
Mula-mula Ki-ji agar tertegun, kemudian serunya "Yaaa.... aku pergi! Aku pergi!"
Dengan gemas dia mendepak-depakkan kakinya kebawah, lalu putar badan dan
tinggalkan tempat itu. Sekejap kemudian tubuhnya sudah lenyap di bawah bukit sana.
Memandang bayangan punggungnya yang lenyap dari pandangan, Coa Wi-wi menghela
napas berulang kali, gumamnya, "Semoga Ki-ji menuruti perkataan. Semoga enci Wan tidak
mengalammi kejadian apapun jua"
Sambil bergumam pelan-pelan ia putar badannya, lalu dengan penuh rasa kuatir
menghampiri diri Hoa In-liong. Sementara itu keadaan dari Hoa In-liong sudah jauh membaik. Kulit badannya
ketika itu sudah bertambah bersih, napasnya mulai panjang-panjang. Tampangnya yang keren, serius
menunjukkan bahwa ia sudah berada dalam keadaan lupa akan segala-galanya dalam
semedinya itu, atau dengan perkataan lain, kendatipun racun ular sakti yang diidapnya
belum punah sama sekali, namun sim-hoat tenaga dalam yang dikatakan "istimewa" itu telah
memberikan kemanjuran yang mengagumkan.
Pada dasarnya Coa Wi-wi memang seorang dara yang lincah dan periang. Dia adalah
seorang nona yang tak pernah merasa risau. Tentu saja perasaannya jadi lega dan nyaman
setelah menyaksikan keadaan Hoa In-liong ketika itu. Sekulum senyuman segera tersungging
diujung bibirnya. Diamatinya air muka Hoa In-liong beberapa kejap, kemudian bibirnya bergetar
entah apa yang dibisikkan. Setelah itu sambil tersenyum ia berjongkok dan duduk dihadapan Hoa
In-liong. Matahari telah tenggelam dilangit barat, akhirnya Hoa In-liong mendusin dari
semedinya, pelanpelan ia menghembuskan napas panjang, lalu membuka matanya dan
bangkit berdiri. Melihat itu. buru-buru Coa Wi-wi ikut bangkit berdiri, teriaknya dengan penuh
kegirangan, "Sudah sembuhkah engkau Jiko" Sungguh tak kusangka kalau engkau telah bertemu
dengan kongkong" Ternyata ilmu semedi yang dilukiskan sebagai "istimewa" itu bukan lain adalah
ilmu Bu-kek-tengheng-sim-hoat ajaran Goan-cing taysu.
445 Sim-hoat tenaga dalam ini merupakan salah satu dari ilmu silat keluarga Coa Wi-
wi. Sebagai orang yang berbakat lagipula pernah mendengarnya, hanya sekali pandangan saja ia
sudah memahaminya. Tampaklah Hoa In-liong memandang sekejap sekeliling tempat itu, kemudian
sahutnya, "Racun ular sakti itu terlampau ganas. Meski sudah kucoba untuk mendesaknya keluar, toh
hanya bisa mendesak racun itu untuk mengumpul di satu sudut belaka"
"Kau desak racun itu dimana" Tidak apa-apa bukan?" seru Coa Wi-wi dengan hati
bergetar keras. Hoa In-liong alihkan sorot matanya dan mengawasi wajahnya beberapa kejap, tiba-
tiba ia tertawa. "Rupanya adalah Wi.... Oh, seharusnya kupanggil dirimu dengan sebutan
apa" Adik Wi?" "Aaah.... kamu ini jadi orang tidak serius" Coa Wi-wi mengomel dengan dahi
berkerut, "aku kan lagi bertanya, racun ular itu kau kumpulkan dimana" berbahaya tidak" Bukannya
menjawab, malah melantur kemana-mana...."
Hoa In-liong tertawa terbahak-bahak, dicekalnya tangan gadis itu kemudian
ditariknya mendekat. "Racunnya sudah kukumpulkan dijalan darah Gi-li dan Gi-bi-hiat, tidak berbahaya
lagi. Hayo beri tahu kepadaku sekarang, aku harus memanggil apa kepadamu?"
Coa Wi-wi berusaha meronta, tapi tak berhasil melepaskan diri dari cekalan
pemuda itu, maka dengan muka semu merah karena malu omelnya, "Cepat lepas tangan, kau mau
menganiaya aku lagi?" Mendengar tuduhan tersebut. Hoa In-liong terkesiap, cepat-cepat ia mengendorkan
cekatannya. "Aku memang keterlaluan, aku memang keterlaluan, kembali aku lupa diri.... "
Rada lega juga Coa Wi-wi melihat kepanikan orang. "Aku bernama Wi-wi" katanya
kemudian, "Toako menyebutnya sebagai adik Wi...."
"Kalau begitu, akupun akan meninggikan kedudukanku sendiri dengan menyebut
dirimu sebagai adik Wi" kata Hoa In-liong cepat, lega juga hatinya ketika didapatkan gadis itu
tidak marah. Selesai berbicara, sekali lagi dia celingukan kesana-kemari, seakan akan urusan
yang sudah lewat, asal sudah menyesalpun urusan jadi bsres.
Ketika gadis itu menyaksikan si anak muda tersebut celingukan, ia lantas
bertanya, "Engkau sedang mencari enci Wan?"
"Yaa!" Hoa In-liong mengangguk, "Kenapa nona Wan tidak kelihatan". Oya, dimana
Toako" Apa Toako belum kembali?"
"Enci Wan katanya hendak mencari gurunya, sedang Toako juga sehat dan tenang,
aku pikir tak mungkin bakal terjadi hal-hal yang diluar dugaan"
Meskipun dimulut ia berkata demikian, namui hatinya mulai kalut dan gugup juga
setelah Hoa Si yang ditunggunya selama ini belum kembali juga.
"Nona Wan sudah pergi!" Hoa In-liong berseru dengan nada terkejut, "Kemana dia
akan mencari gurunya" Dia...."
446 Dari nada ucapannya maupun sikapnya yang begitu gelisah, dapat diketahui bahwa
pemuda itu sangat mencemaskan keselamatan gadis tersebut.
Untunglah Coa Wi-wi sudah menduga sampai kesitu, maka dengan kalem dan
sedikitpun tidak gugup ia menyahut, "Katanya dia hendak pergi ke perbatasan untuk mencari
gurunya. Siapa nama gurunya ia tak mau menerangkan. Cuma aku telah mengutus Ki-ji untuk
menghantarnya

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sampai ke tempat tujuan. Jangan dilihat Ki-ji masih kecil tapi otaknya cukup
cerdas. Aku rasa tak mungkin meraka sampai menemui musibah"
Hoa In-liong agak tertegun sehabis mendengar perkataan itu. Dengan tatapan mata
yang tajam diawasinya wajah Coa Wi-wi beberapa kejap, kemudian diapun tersenyum. "Kukira
kenapa Ki-ji kok hilang, tak tahunya dia lagi menghantar nona Wan. Haa.... haa.... haa....Adik Wi
pandai sekali mengatasi pelbagai persoalan, akupun jadi lega rasanya"
Diam-diam Coa Wi-wi mengerutkan dahinya dan berpikir dihati, "Tampaknya
perkataan enci Wan ada benarnya juga, ia tidak terlalu menaruh perhatian terhadap kepergian enci
Wan...." Sementara dia masih melamun, Hoa In-liong telah maju kedepan dan menggandeng
lengan kanannya sambil berkata, "Adik Wi, bagaimana kalau kita pun turun gunung?"
"Kau hendak menyusul Toako?" seru Coa Wi-wi dengan wajah tercengang dan mata
yang dikerdipkanr berulang kali.,
Hoa -In-liong mengangguk. "Yaa, Toako sudah pergi lama sekali, namun sampai
sekarang belum kembali juga. Kita harus pergi menengoknya"
Maka ditariknya tangan Coa Wi-wi yang lembut dan diajaknya berlalu dari ruang
kuil bobrok tersebut. Jalan tersanding disisinya, tiba-tiba Coa Wi-Wi berpaling dan ujarnya dengan
lembut, "Sebelumnya kau musti berjanji dulu. Andaikata Toako menjumpai halangan apa-apa,
maka selama racun ular masih bersarang dalam tubuhmu, kau tak boleh bertindak
menuruti hawa napsu. Segala sesuatunya kau musti diam, berjanji?"
"Aaah....selama kau ada disisiku, apalagi yang musti kukuatirkan" "seru Hoa In-
liong tersenyum. Tiba-tiba Coa Wi-wi menghentikan langkah kakinya lalu menarik pula lengan Hoa
In-liong hingga berhenti, katanya dengan serius, "Kau musti berjanji dulu, sampai waktunya kau
tak boleh sembarangan turun tangan. Segala sesu-atunya serahkan saja padaku. Janji?"
Mula-mula Hoa In-liong agak tertegun, menyusul kemudian ia tertawa terbahak-
bahak. "Haa.... haa.... haa.... baik, terserah padamu, terserah padamu.... Kiu-im Kaucu orangnya
sombong, dingin dan kejam, jika kita tak segera berangkat dan seandainnya Toako benar-
benar menghadapi musibah. Bila Kiu-im Kaucu juga angkat langkah seribu, akan kulihat
kau bisa berbuat apa lagi?" Terperanjat Coa Wi-wi mendengar ucapan tersebut, segera teriaknya dengan
gelisah, "Kalau begitu....ayoh kita segera berangkat!"
Di tangkapnya lengan Hoa In-liong, kemudian mereka berdua segera melompat
kedepan dan melayang turun dari bukit tersebut.
447 Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Coa Wi wi betul-betul sudah mencapai pada
puncak kesempurnaan. Sepanjang perjalanan ia bergerak secepat sambaran petir. Sekali
loncat tiga lima kaki sudah dilampaui, seakan-akan semua gerakan tersebut dilakukan tanpa
membuang tenaga barang sedikitpun juga. Hoa In-liong yang berjalan mengiringi di sisinya hanya merasakan desingan angin
tajam menderu-deru disisi telinganya. Pemandangan disekitar tempat itu hampir boleh
dibilang tak sempat dilihat jelas. Akhirnya dia menarik kembali segenap hawa murninya dan
membiarkan tubuhnya bergerak karena diseret gadis itu.
Nyatanya Coa Wi-wi tidak merasa kepayahan karena musti menarik sebuah beban
berat. Kecepatan geraknya bukan saja tidak bertambah lambat, sebaliknya justru malah
bertambah cepat. Tak ada pemuda yang tidak ingin tahu. Hoa In-liong pernah menyaksikan kelincahan
Coa Wi-Wi ketika berada di bukit Ciong-san. Waktu itu nona tersebut melayang turun dari
langit bagaikan bidadari turun dari kahyangan, rasa herannya ketika itu sudah amat besar.
Maka setelah menyaksikan kejadian tersebut, rasa ingin tahunya makin lama makin
bertambah besar. oooOOOOooo AKHIRNYA si anak muda itu tak dapat mengendalikan rasa ingin tahunya itu, maka
dia pun bertanya, "Eeeeh....adik Wi, siapakah yang mengajarkan ilmu meringankan tubuhmu"
Apakah ibumu?" "Ehmmmm....!" jawab Coa Wi-wi tak acuh.
Selang sesaat kemudian tiba-tiba ia berbaling sambil bertanya pula,
"Oya....dimanakah kau telah
berjumpa dengan kongkongku?"
"Kongkong mu?" Hoa In-liong tertegun dan bertanya dengan wajah tercengang.
"Iya.... Ilmu Bu-kek-teng-heng-sim-hoat tersebut bukankah ajaran dari kongkong
ku?" "Bu-kek-teng-heng-sim-hoat....?" Hoa In-liong makin tercengang, "Oh.... maksud adik
Wi, ilmu sim-hoat tenaga dalam yang kugunakan untuk mendesak keluar racun dari tubuhku
tadi bernama Bu-kek-teng-heng-sim-hoat?"
"Aneh betul!" Coa Wi-wi merasa keheranan juga, "Sim-hoat tunggal dari keluarga
kami itu tak pernah diwariskan kepada orang lain, juga tak pernah diwariskan kepada seseorang
secara rahasia. Kalau didengar dari ucapannya tadi tampaknya kau belum pernah berjumpa
dengan kongkong. Apa yang sebenarnya telah terjadi" Masa didunia ini masih terdapat
ilmu sim-hoat lain yang serupa dengan kepandaian tersebut?"
"Aku tidak tahu, ilmu itu diwariskan seorang tokoh sakti kepadaku, waktu itu...."
Coa Wi-wi ingin buru-buru membuka tabir rahasia tersebut, ia tak sabar untuk
mendengarkan obrolan orang, segera tukasnya, "Coba kau baca isi pelajaran sim-hoat itu
kepadaku!" 448 Hoa In-liong merasa bahwa cara itu ada benarnya juga. maka diapun lantas
menghapalkan isi pelajaran tersebut diluar kepala, "Badan ini bukan utuh, hati ini bukan utuh.
Dunia jagad sejak dulu, berbaur dan mengumpul
tiada hentinya...." Pelajaran sim-hoat itu bukan lain adalah ajaran dari Goan-cing Taysu. Coa Wi-wi
tentu saja hapal sekali, maka hanya mendengar beberapa patah kata saja ia sudah tersenyum senyum
seraya menukas, "Bergerak dan tengan mengikuti tay-kek, aliran terbalik mendatangkan
tenaga.... cukup.... cukup! Itulah pelajaran sim-hoat tenaga dalam dari keluarga kami.
Berarti kongkong lah yang mengajakan pelajaran itu kepadamu, tak usah kau baca lagi"
Mendengar perkataan itu, Hoa In-liong juga merana sangat gembira, ia jadi
tertarik sekali, maka serunya kemudian, "Bagus! Mari kita membicarakan soal ilmu silat dari aliran
keluargamu...." "Jangan membicarakan soal semacam itu disaat seperti ini" tukas Coa Wi-wi
serius, "Kita harus cepat pergi, soal lain kita bicarakan setelah bertemu dengan Toako nanti"
Ia benar-benar menambah tenaga dalamnya beberapa bagian, sekejap mata kemudian
ia sudah berada puluhan kali jauhnya dari tempat semula....
Sebenarrya Hoa In-liong masih mempunyai banyak persoalan yang ingin ditanyakan
kepada gadis itu, seperti misalnya siapa nama Goan-cing Taysu. Asal-usul ilmu silat
dari keluarga Coa, juga tentang ilmu silat Coa Cong-gi yang cetek padahal Coa Wi- wi berilmu sangat
tinggi. Apa yang sebenarnya terjadi di balik kesemuanya itu"
Tapi oleh Coa Wi-wi berbicara serius, lagi pula yang dikuatirkan adalah Toakonya
juga, maka ia harus bersabar untuk menyimpan kembali semua pertanyaan itu didalam hati.
Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuh keluarganya, dia pun bergerak menuruni
bukit dengan mengintil disisi Coa Wi-wi.
Setelah kedua orang itu sama-sama mengerahkan tenaga dalam, kecepatan gerak
merekapun berlipat ganda. Dalam sekejap mata mereka sudah tiba di kaki bukit.
Selang sesaat kemudian mereka sudah berada dekat dengan kota Ci-tin, tiba-tiba
Hoa In-liong memperlambat langkahnya lalu berkata, "Adik Wi lepaskan jubah panjangmu itu!"
"Kenapa?" tanya Coa Wi-wi dengan wajah tertegun, cepat ia menghentikan langkah
kakinya. Hoa In-liong juga ikut berhenti. "Kita tidak tahu Toako mengadakan janji dimana.
Itu perlu kita tanyakan setibanya dikota nanti. Tapi kalau jubah itu tidak kau copot, pada hal
ikat kepalamu sudah tertinggal dipuncak bukit, modalmu yang laki tidak laki perempuan tidak
perempuan itu tentu akan ditertawakan orang"
Kiranya sejak ikat kepala yaug dikenakan Coa Wi-wi terlepas, menyusul kemudian
terjadinya keributan, Hoa In-liong mengerahkan tenaganya untuk mengusir racun, Wan Hong-
giok ribut mau pergi dan Hoa In-liong akhirnya selesai dengan semedinya, Coa Wi-wi telah
melupakan sama sekali akan kejadian tersebut.
449 Jilid 23 MAKA setelah ditegur, gadis itupun berseru tertahan dan buru buru melepaskan
ikat pinggangnya. Tapi baru melepas sampai tengah jalan, mendadak paras mukanya
berubah jadi merah, sambil mendorong pemuda itu kemuka teriaknya marah. "Sana, menghadap
kesitu, awas jangan mengintip yaa!"
"Baiklah, aku akan berjalan pelan-pelan, tapi kau harus cepatan sedikit...."'
Selesai berkata, ia benar benar putar badan dan pelan-pelan maju kemuka.
Waktu itu senja telah lewat, malam yang gelap mencekam seluruh jagad, dari
kejauhan tampak cahaya lampu yang lapat-lapat memancar dari arah kota Ci-tin, kadangkala
terdengar juga suara tertawa orang, suasana amat tenang dan nyaman.
Sambil berjalan Hoa In-liong kembali berpikir sudah berapa ratus langkah ia
lanjutkan perjalanannya tapi Coa Wi-wi belum menyusul juga. "Perempuan memang paling
merepotkan" pikirnya kemudian, "Untuk melepaskan sebuah jubah luarnya makan waktu selama
ini" Sementara dia masih berpikir, mendadak Coa Wi-wi sedang membentak keras, "Siapa
itu" Hayo cepat berhenti!". Hoa In-Hong merasa terkesiap tak ssmpat berpikir panjang lagi, buru-buru ia
menjejakkan kakinya ke tanah dan melayang kembali ke tempat semula.
Tampaklah sesosok bayangan abu-abu sedang kabur menuju kearah timur, agaknya Coa
Wi-wi termangu sesaat sebelum akhirnya melakukan pengejaran yang ketat.
Gerakan tubuh orang itu amat cepat, meski permukaan tanah tidak rata namun dalam
beberapa kali lompatan saja sudah hampir lenyap di balik pepohonan yang luas.
Ilmu meringankan tubuh yang dimiliki Coa Wi-wi memang amat sempurna, tapi
lantaran ia agak terlambat sewaktu melakukan pengejaran, maka tak berhasil disusulnya.
Hoi In-liong sangat gelisah, cepat-cepat sepasang kakinya menggunting lalu
menerobos masuk ke dalam hutan, hardiknya, "Sahabat, ayoh hentikan langkahmu!".
Pemuda itu berada lebih jauh lagi jaraknya dengan orang itu apalagi bergerak
jauh lebih lambat. Untuk menyusul orang tersebut sudah, jelas lebih-lebih tak mungkin lagi.
Siapa sangka ketika bayangan abu-abu itu tiba ditepi hutan yang lebat itu,
mendadak ia berhenti dan malahan memutar badannya seraya menegur, "Apakah yang datang adalah adik In-
liong?" Didengar dari nada suaranya jslas orang itu sangat dikenal olehnya dan tak bisa
diragukan lagi orang itupun menghentikan gerakan tubuhnya setelah mengenali suara teguran dari
Hoa Inliong. Hoa In-liong juga agak tertegun sesudah mendengar seruan tersebut, tanpa
menghentikan gerakan tubuhnya dia menyahut, "Yaa, aku adalah Hoa loji, siapakah saudara?"
"Aaaai....Payah sekali aku mencari dirimu" teriak bayangan abu-abu itu dengan nada
kegirangan. Cepat dia melompat kedepan dan menyongsong kedatangan anak muda itu.
450 Hoa In-liong yang bermata jeli segera dapat mengenali pula siapa gerangan
bayangan abu-abu itu, diapun tampak amat kegirangan. "Oooh.... Kiranya Saudara Ek-hong, haa.... haa....
haa.... Ibaratnya air bah menggenangi kuil raja naga, orang keluarga sendiripun tidak
dikenali" Seraya berkata ia buru-buru maju ke muka dan menyongsong pula kedatangan orang
itu. "Tunggu sebentar!" tiba-tiba Coa Wi-wi membentak dengan suara yang dingin.
"Kenapa?"dengan wajah tercengang dan setengah tertegun Hoa In-liong berpaling,
"Masa kalian tidak saling mengenal" Dia kan saudara Wan Ek-hong"
"Tentu saja kenal" sahut Coa Wi-wi tetap berdiri kurang lebih satu kali
dihadapan pemuda itu. "Aku hanya ingin bertanya kepadamu, mengapa kau main sembunyi dengan cara yang
sangat

Rahasia Hiolo Kumala Xia Ke Qian Qiu Karya Gu Long di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mencurigakan, menegurpun tidak apalagi bersuara?"
"Oooh.... Rupanya adik dari keluarga Coa?" seperti baru tahu Wan Ek-hong segera
menyapa, "Aku kira.... aku kira.... aiaai! Kalau begitu akulah yang telah salah melihat
orang" Coa Wi-wi mendengus dingin, tampaknya rasa dongkol dan marahnya belum mereda.
Bibirnya kembali gemetar seperti hendak mengucapkan sesuatu, namun tak sepatah katapun
yang sampai meluncur keluar. Hoa In-liong dapat merasa keadaan yang kurang harmonis, buru-buru serunya sambil
tertawa, "Adik Wi, malam sudah kelam apalagi suasana diliputi gelap gulita, salah melihat
orang itu lumrah, aku rasa kaupun tak usah...."
"Kamu tak usah turut campur" belum habis pemuda itu berbicara, Coa Wi-wi sudah
menukas dengan mata melotot, "Sedari dulu waktunya memang sudah begitu. Dia paling suka
mempermainkan aku. Hmmm! Ini hari aku tidak akan menyudahi urusan sampai disitu
saja. Bagaimanapun jua dia musti memberi penjelasan yang seterang-terangnya kepadaku"
Berbicara sampai disitu dia lantas berbaling dan ditanya Wan Ek-hong dengan mata
melotot. "Hayo jawab!" kembali bentaknya, "Mengapa kau bersembunyi dibelakang batu tanpa
bersuara" Mau mempermainkan aku yaa?"
Wan Ek-hong dibuat jadi serba kikuk dan serba jengah. Mukanya jadi merah seperti
kepiting rebus, senyum yang menghiasi bibirpun senyuman yang teramat getir.
"Hian-moay, janganlah menuduh aku dengan tuduhan yang bukan-bukan" pintanya,
"Jangan bikin aku jadi penasaran. Aku betul-betul tidak tahu kalau engkau yang berada
disitu!" "Huuuh....! Setan baru percaya dengan obrolanmu" Coa Wi-wi mencibirkan bibirnya,
"Kami sudah bercakap-cakap, sedang kau bersembunyi dibelakang batu hanya tiga kaki jauhnya
Sepasang Pendekar Daerah Perbatasan 7 Maling Budiman Berpedang Perak Karya Kho Ping Hoo Kasih Diantara Remaja 7
^